Renungan Harian Renungan Hari Ini

Card image
Truth Kids 01 Mei 2025 - MEMILIH MASUK SURGA !
2025-05-01 19:45:24


Yohanes 14:2-3
”Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.”

Sobat Kids, jika ada pertanyaan: kalian mau masuk surga atau neraka, mana yang akan kalian pilih? Wah, tentu saja semua memilih ingin masuk surga, ya. Namun, pernahkah kalian berpikir, kenapa sih, semua orang ingin masuk surga?

Mungkin ada yang menjawab karena di surga tidak ada kesedihan, tidak ada penyakit, dan tidak ada bencana. Iya, Sobat Kids, itu tidak salah. Tetapi yang terpenting, surga adalah tempat di mana Tuhan berdiam. Di sana kita hidup bersama-sama Tuhan. Tuhan sudah menyiapkan tempat yang sempurna di surga bagi semua orang yang percaya dan taat kepada-Nya, maka dari itu di sana tidak ada lagi kesedihan, sakit penyakit, ataupun bencana.

Lalu jika manusia hidup bahagia di sana, apakah manusia hidup bersantai-santai di surga? Jawabannya adalah tidak. Manusia tetap beraktivitas seperti biasa di surga, sama halnya yang kita lakukan di bumi. Namun aktivitas utama kita di surga adalah beribadah kepada Tuhan. Untuk itu, selagi kita di bumi ini, walaupun kita bersekolah atau melakukan kegiatan lainnya, jangan sampai kita melewatkan atau malas baca firman, berdoa, dan datang ibadah kepada Tuhan, ya, Sobat Kids, agar kita terbiasa hidup sebagai warga Kerajaan Surga.

Card image
Truth Junior 01 Mei 2025 - YESUS MENYIAPKAN TEMPAT DI SURGA
2025-05-01 17:51:26


Yohanes 14:2-3
”Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.”

Halo, Sobat Junior! Apa kabarnya hari ini? Semoga selalu sehat, ya! Hari ini kita akan belajar dari Yohanes 14:2-3. Dalam ayat ini, Yesus berkata bahwa Dia telah pergi untuk mempersiapkan tempat bagi kita di surga. Wah, tempat seperti apa, ya? Yuk, kita cari tahu bersama!

Sobat Junior, coba bayangkan jika kamu pergi ke rumah sahabatmu dan dia sudah menyediakan tempat yang nyaman untukmu. Pastinya kamu merasa senang dan diterima dengan baik, bukan? Nah, seperti itulah Tuhan Yesus! Dia sudah menyiapkan rumah yang indah di surga bagi setiap orang percaya kepada-Nya. Surga adalah tempat yang penuh damai, sukacita, dan kebahagiaan. Tidak ada kesedihan, tangisan, dan penderitaan di sana. Namun, bagaimana kita bisa sampai ke sana, ya? Yesus sudah memberikan jalannya, yaitu dengan percaya kepada-Nya dan hidup menurut firman Tuhan. Jika kita mengasihi Tuhan, taat kepada-Nya, dan hidup dengan baik, kita akan tinggal bersama Tuhan Yesus untuk selamanya.

Jadi, Sobat Junior, jangan takut atau khawatir, ya! Tuhan Yesus sudah menyiapkan tempat terbaik untuk kita di surga. Ayo, kita terus percaya kepada-Nya dan hidup sesuai dengan keinginan Tuhan. Jalani hari ini dengan penuh semangat dan sukacita, ya! Tuhan memberkati.

Card image
Truth Youth 01 Mei 2025 (English Version) - EXTREMELY EXTREME
2025-05-01 17:49:33


“Therefore do not worry about tomorrow, for tomorrow will worry about itself. Each day has enough trouble of its own.” (Matthew 6:34)

“For I know the plans I have for you,” declares the Lord, “plans to prosper you and not to harm you, plans to give you hope and a future.” (Jeremiah 29:11)

What is one extreme thing you have ever done? It is called extreme because not everyone dares or is willing to do it—yet we are willing and able. For example, riding a flying fox across a lake—an adrenaline-pumping activity that not everyone has the courage to try. Have you ever challenged yourself to do something you have never done before and set a target to achieve the best result? If not yet, then now is the time!

We are already in the fifth month of this year. Let’s look back on our resolutions. Have we truly committed to living righteously and obeying God’s commands? Jeremiah 29:11 reminds us that God is the Master Planner of our lives. He knows which paths are wrong and which we should take. One thing is certain—He promises a future full of hope, not disaster. What is required of us is radical obedience—not situational. For example, we might pray fervently in church, but in daily life, we enjoy mocking our friends.

Radical obedience means consistently following God’s will—even when no one is watching, when we’re not in church, or when our spiritual mentors aren’t around. God is omnipresent and knows everything we do. We must stay focused, as the distractions of this world often derail our path. True obedience is not just about attending church or praying regularly—it’s about reflecting our faith through our everyday actions. Every choice we make, even the smallest ones, can shape our radical obedience to God.

WHAT TO DO:
1. Increase your time in prayer and fellowship with God and His truth so that you remain wise and unshaken.
2. Learn to be radical about things aligned with God’s Word—not just worldly extremes.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Chronicles 5–6

Card image
Truth Youth 01 Mei 2025 - EXTREMELY EXTREME
2025-05-01 17:44:53


”Sebab itu janganlah kamu khawatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Matius 6:34)

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. (Yeremia 29:11)

Apa satu hal ekstrem yang pernah kamu lakukan? Tergolong ekstrem, karena belum tentu semua orang berani dan mau melakukannya, tapi kita mau dan mampu. Misalnya main flying fox menyeberangi danau. Suatu aktivitas yang menguji adrenalin, di mana tidak semua orang memiliki nyali untuk melakukannya. Pernahkah kita men-challenge diri kita untuk melakukan suatu hal yang belum pernah kita lakukan, dan kita harus mencapai target dan hasil yang terbaik? Kalau selama ini belum pernah, maka sekaranglah saatnya!

Kita sudah memasuki bulan kelima dalam tahun ini, coba kita flashback kepada resolusi kita tahun ini, karena biasanya kita selalu memiliki resolusi mau lebih ekstrem untuk Tuhan. Tapi coba lihat kembali kehidupan kita, apakah kita sudah sungguh-sungguh mau hidup benar, menaati perintah Allah? Jangan sampai kita malah mengalami kemunduran. Dalam Yeremia 29:11 dicatat bahwa Tuhanlah Sang Masterplan kehidupan kita, Ia tahu jalan mana yang salah dan yang harus kita tempuh, dan satu hal yang pasti, Ia pasti akan memberikan masa depan yang berpengharapan, bukan kecelakaan. Yang harus kita lakukan hanya satu, yaitu memiliki ketaatan yang radikal kepada Tuhan, bukan ketaatan yang situasional. Misalkan, saat di gereja kita begitu serius berdoa dan menyembah, tapi saat di kehidupan sehari-hari, nyatanya kita malah suka mem-bully teman.

Taat yang radikal adalah tetap konsisten untuk menaati kehendak Tuhan walaupun tidak ada yang mengawasi kita, walaupun tidak di gereja, walaupun tidak ada kakak mentor rohani yang memantau kita. Sesungguhnya Tuhan Maha Hadir dan Ia mengetahui semua hal yang kita lakukan. Kita tetap harus konsisten dan fokus, karena sering kali banyak distraksi dalam kehidupan duniawi ini yang membelokkan fokus dan tujuan kita. Standar ketaatan kita bukan hanya rajin ke gereja, taat berdoa, yes itu hal penting, tapi lebih dari itu bagaimana kita dalam kehidupan sehari-hari tetap mencerminkan ketaatan kita kepada Tuhan. Ada begitu banyak pilihan setiap harinya yang kita hadapi, dari hal-hal kecil itulah yang bisa membentuk ketaatan radikal kepada Allah.

WHAT TO DO:
1. Perbanyaklah waktu untuk berdoa dan bergaul kepada Allah dan kebenaran-Nya, supaya kita senantiasa berhikmat dan tidak mudah tergoyahkan.
2. Belajar untuk radikal kepada hal-hal yang sesuai firman Tuhan, jangan kepada hal-hal duniawi saja kita bisa ekstrem.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Tawarikh 5-6

Card image
Renungan Pagi - 01 Mei 2025
2025-05-01 17:42:57


Orang jujur akan dimusuhi oleh orang-orang yang mencari keuntungan dirinya sendiri, akan ada banyak orang di dalam dunia ini yang mencari keuntungan bagi dirinya sendiri dan menghalalkan segala cara.

Sementara kejujuran akan membongkar semua kedok semacam ini, kejujuran akan membongkar segala tipu daya dan kepalsuan.

Kejujuran akan menyingkap semua topeng kemunafikan, karena itu orang-orang yang mencari kepentingan pribadi akan menjadi orang-orang yang terancam jika melihat kehadiran orang yang jujur.

Card image
Quote Of The Day - 01 Mei 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-05-01 17:40:45


Percaya berarti berani masuk ke dalam ketidakpastian.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 01 Mei 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-05-01 17:29:58


Kerja manusia hanya menjadi berarti ketika seluruh prestasi yang dicapainya untuk kemuliaan Tuhan.

Card image
MUST SAVE YOURSELF - 01 Mei 2025 (English Version)
2025-05-01 17:27:29


Acts 2:40 "With many other words he warned them; and he pleaded with them, ‘Save yourselves from this corrupt generation.’”

This is a passage recorded by Luke the physician, who wrote the Book of Acts during a great spiritual revival in the city of Jerusalem. Thousands of Jews became followers of Christ—Christians—and the apostles began teaching them. Many exhortations were given, along with rebukes, perhaps even hundreds or thousands of words of instruction. One particular statement was recorded by the physician: “Save yourselves from this corrupt generation.” In the King James Version, it says, “Save yourselves from this untoward generation.” They had to allow themselves to be saved from this corrupt generation. Notice: “allow themselves to be saved.” This phrase implies that every believer must make a personal effort to save themselves. Of course, this effort must be substantial—not half-hearted—but sincere and serious, so that they can escape the pit of sin, the pit of a lifestyle that goes against God's will.

At one point, someone said, “I’ve been exercising, but why is my health still so poor? What’s the point of exercising if it doesn’t improve my health?” But upon closer look, their “exercise” was merely walking a few dozen meters around their house—and it wasn’t supported by a healthy lifestyle, as their diet and sleep patterns were irregular. So naturally, their health continued to decline. A person like this isn’t really serious about being healthy. This is a picture of many Christians who feel that they have worked for their eternal salvation, yet their efforts are completely inadequate—unable to counter the evil within themselves and the corrupting influences of the world that pull them into darkness.

So when Luke the apostle says, “Save yourselves from this corrupt generation,” it means we must exert a sufficient effort to overcome both the sin rooted in our flesh and the evil influences that try to draw us away from God. Ironically, many people are deceived by the powers of darkness. They feel they’ve done their part to avoid evil and eternal destruction—but their effort are not sufficient. In the devil’s cunning, he locks these people into a certain level. True, they’re not corrupt officials, as husbands they don’t commit adultery, as employees they are well-regarded, and as businesspeople they are seen as clean and honest—but they’re stuck right there.

These people forget that Believers must save themselves from this corrupt generation—not only by having a good moral standard, but also to the level of becoming a man of God. This is a vital truth that must be understood. God wants us to become people of God because salvation is His effort to restore humanity to His original design (God created man in His image, and His likeness (Genesis 1:26). And the only creature referred to as a “spiritual being” is mankind. All other creatures—animals—are fleshly beings driven by the instinct to satisfy their physical needs. But a spiritual being lives under the impulse to fulfill the will of its Creator. God created this one-of-a-kind creature—human beings—by placing His Spirit within us, so that we, as human beings are able to do God's will.

Salvation is God's effort to return humans to His original design. Therefore, all ministry activities should be projected and directed towards this goal: becoming a man of God. So, when the Bible says we were created in the image and likeness of God, it has serious implications and consequences.

When God wants to restore us to His design, and when the process of salvation is truly taking place in someone’s life, that person becomes a spiritual being. In 1 Timothy 6, when it speaks of becoming a "man of God," it means, first of all, humans must must have God's morals. That is the implication—since we were created in the image and likeness of God.

Second, all human potential must be developed. Therefore, we must work hard, be diligent, and avoid doing things halfway. Because human work only becomes meaningful when all our achievements are dedicated to the glory of God. Our accomplishments should bring peace to others, be a blessing to them, and support the preaching of the Gospel, so that every person can hear it and be matured through the Gospel.

Third, humans have the capacity to interact with God. In this regard, humans are uniquely created to be God’s partners in interaction. Monkeys do not have this capacity—only humans do. Thus, the salvation we possess will be truly realized if we achieve these three things.

BELIEVERS MUST SAVE THEMSELVES FROM THIS CORRUPT GENERATION-NOT ONLY BY HAVING A GOOD MORAL STANDARD, BUT ALSO TO THE LEVEL OF BECOMING A MAN OF GOD.

Card image
HARUS MENYELAMATKAN DIRI - 01 Mei 2025
2025-05-01 12:15:02


Kisah Rasul 2:40
“Dan dengan banyak perkataan lain lagi, ia memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh, dan ia mengecam serta menasihati mereka, katanya, ‘Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini.”

Ini adalah sepotong catatan dari tabib Lukas yang menulis Kisah Rasul pada waktu kebangunan rohani yang hebat terjadi di kota Yerusalem. Ribuan orang Yahudi menjadi orang Nasrani, menjadi orang Kristen, lalu rasul-rasul mengajar mereka. Banyak nasihat yang diberikan, juga kecaman-kecaman dari ratusan, bahkan bisa ribuan kalimat nasihat. Ada satu pernyataan yang dicatat oleh tabib ini: “Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini.” Dalam terjemahan King James tertulis, 'Save yourselves from this untoward generation.' Mereka harus memberi diri diselamatkan dari angkatan yang jahat. Perhatikan, memberi diri diselamatkan. Kalimat ini menunjuk harus adanya usaha masing-masing orang percaya untuk menyelamatkan diri. Tentu, ini harus merupakan usaha yang memadai, bukan ala kadarnya, melainkan yang sungguh-sungguh, agar mereka bisa keluar dari kubangan dosa yakni kubangan pola hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.

Pada suatu kesempatan, ada orang berkata: “Saya sudah olahraga, tetapi mengapa kesehatanku masih buruk seperti ini? Apa artinya olahraga kalau ternyata tidak menyelamatkan kesehatan saya?” Sementara saat ditelusuri, yang dimaksud dengan olah raga itu hanya jalan beberapa puluh meter di sekitar rumahnya. Dan yang mana tidak diimbangi dengan pola hidup yang baik, akibat pola makan dan pola tidur yang tidak teratur. Maka pantaslah kalau kesehatannya tetap memburuk. Orang seperti ini pada dasarnya memang tidak serius mau sehat. Dan ini menjadi gambaran banyak orang Kristen yang merasa diri sudah mengusahakan keselamatan abadinya, namun usahanya sangat tidak memadai, tidak mampu mengimbangi kejahatan yang sudah melekat di dalam dirinya, dan pengaruh jahat dunia sekitar yang menggiringnya ke dalam kegelapan.

Kalau rasul Lukas ini berkata, Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini, maka harus diusahakan secara memadai untuk mengimbangi dosa yang sudah melekat di dalam daging kita dan pengaruh jahat yang cenderung membawa kita menjauhi Tuhan. Ironis, banyak orang telah tertipu oleh kuasa gelap. Ia merasa telah mengusahakan diri untuk menjauhi kejahatan, menjauhi kebinasaan atau api kekal, tetapi usahanya belum memadai. Dalam kecerdasannya iblis mengunci orang-orang itu pada level tertentu. Memang, mereka tidak terlibat dalam korupsi, sebagai suami tidak pernah skandal perzinaan, sebagai karyawan pun dipandang baik, sebagai pengusaha adalah pengusaha yang dinilai bersih, namun mereka dikunci di situ.

Orang-orang itu lupa bahwa orang percaya harus menyelamatkan diri dari angkatan yang jahat, bukan saja memiliki satu standar moral yang baik, namun sampai tingkat menjadi manusia Allah. Ini penting harus dipahami. Tuhan mau kita menjadi manusia Allah, sebab keselamatan adalah usaha Tuhan mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya semula. Dan satu-satunya makhluk yang disebut makhluk roh itu hanya manusia. Makhluk yang lain, binatang, itu makhluk daging yang menggerakkan hidupnya karena dorongan pemenuhan kebutuhan dagingnya. Tetapi makhluk roh itu hidup di dalam dorongan untuk melakukan kehendak Penciptanya. Jadi, Tuhan menciptakan makhluk satu ini dengan menaruh Roh-Nya di dalam diri kita supaya makhluk yang disebut manusia ini mampu melakukan kehendak Tuhan.

Keselamatan adalah usaha Tuhan untuk mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya semula. Maka mestinya seluruh kegiatan pelayanan harus diproyeksikan, diarahkan kepada hal ini: menjadi manusia Allah. Jadi saat dikatakan, kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, itu memiliki implikasi dan konsekuensi yang berat. Ketika Tuhan mau mengembalikan kita kepada rancanganNya dan proses keselamatan itu berlangsung dalam hidup seseorang, maka ia menjadi makhluk roh. Kalau di dalam surat 1 Timotius 6, menjadi 'Man of God' (manusia Allah), artinya: yang pertama, manusia harus memiliki moral Allah. Itu implikasinya, karena diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.

Yang kedua, seluruh potensi yang ada pada manusia harus dikembangkan. Maka kita harus bekerja keras, bekerja giat dan tidak boleh setengah-setengah. Sebab, kerja manusia hanya menjadi berarti ketika seluruh prestasi yang dicapainya untuk kemuliaan Tuhan. Jadi, prestasi yang kita capai seharusnya mendatangkan damai sejahtera bagi orang lain, menjadi berkat bagi manusia lain serta mendukung terlaksananya pemberitaan Injil, sehingga setiap manusia dapat mendengar dan didewasakan oleh Injil tersebut. Yang ketiga, manusia punya kapasitas untuk berinteraksi dengan Tuhan. Dalam hal ini, manusia memang diseting menjadi teman interaksi Tuhan. Monyet tidak punya kapasitas itu, hanya manusia. Jadi, keselamatan yang kita miliki akan benar-benar terwujud kalau saudara mencapai ketiga hal tersebut.

Tuhan Yesus memberkati


ORANG PERCAYA HARUS MENYELAMATKAN DIRI DARI ANGKATAN YANG JAHAT, BUKAN SAJA MEMILIKI SATU STANDAR MORAL YANG BAIK, NAMUN SAMPAI TINGKAT MENJADI MANUSIA ALLAH

Card image
Truth Kids 30 April 2025 - SUMBER KEKUATAN
2025-04-30 18:25:45


1 Tesalonika 5:17
”Tetaplah berdoa.”

Menurut Sobat Kids, mengikut Yesus itu sulit atau mudah? Masing-masing dari kalian memiliki jawaban dan alasannya sendiri-sendiri. Bagus, jika Sobat Kids merasa mengikut Yesus itu mudah. Namun, pastikan kalian juga mengikuti perintah Tuhan dalam hidup kalian sehari-hari, ya, Sobat Kids. Bagi kalian yang merasa mengikut Yesus itu sulit, jangan berkecil hati atau malu. Memang tidak mudah untuk tetap melakukan perintah Tuhan. Kesenangan yang dunia tawarkan sangat menarik hati. Kita harus memiliki hati yang lebih mencintai Tuhan dari pada dunia ini.

Kita semua harus menjaga hati dan diri kita untuk tetap berada di dalam jalan Tuhan. Oleh sebab itu, kita membutuhkan kekuatan dari Tuhan. Doa adalah jawabannya. Doa adalah kekuatan yang menjaga kita tetap di jalan Tuhan. Bicaralah kepada Tuhan setiap hari dan serahkan semua kekhawatiranmu kepada-Nya. Tuhan selalu mendengar doa kita. Pasti Tuhan menjawab doa kita sesuai dengan waktu-Nya. Tetaplah berdoa, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 30 April 2025 - TETAP BERDOA
2025-04-30 18:24:34


1 Tesalonika 5:17
”Tetaplah berdoa.”

Sobat Junior, sudah sebulan ini kita membicarakan tentang one way ticket. Tiket yang membawa ke satu tujuan yang istimewa, yaitu langit baru dan bumi yang baru. Tiket ini tidak dijual di mana pun. One way ticket yang istimewa ini diberikan secara cuma-cuma oleh Tuhan melalui kematian Tuhan Yesus di kayu salib. Jadi, harga tiket ini sangat mahal, semahal hidup dan darah yang Tuhan Yesus sudah curahkan di kayu salib. Apakah kita akan menganggap tiket spesial ini sebagai tiket murahan? Tentu tidak, kan, Sobat Junior?

Kita mau belajar untuk menjaga tiket spesial ini selamanya. Untuk itu, kita perlu berjuang untuk melakukan perintah Tuhan setiap saat. Tentu kita tidak bisa melakukannya dengan kekuatan diri sendiri. Kita perlu meminta kekuatan dari Tuhan. Bicaralah kepada Tuhan setiap hari agar kita dapat mengerti kehendak Tuhan dalam hidup ini, dan serahkan semua kekhawatiran kita kepada-Nya. Tuhan selalu mendengar doa kita.

Ayat firman Tuhan yang kita baca hari ini pun mengingatkan kita untuk tetap berdoa. Dalam segala keadaan, kita dapat datang kepada Tuhan melalui doa. Baik saat senang, sedih, kecewa, marah, takut, bahkan galau sekalipun. Jika kalian merasa tidak ada satu orang pun yang peduli dan memiliki waktu untuk mendengarkan cerita kalian, ingatlah bahwa Tuhan selalu siap sedia selama 24 jam dalam 7 hari untuk mendengar doa kalian. Jadi, jangan tunda lagi, datanglah kepada-Nya melalui doa kita.

Card image
Truth Youth 30 April 2025 (English Version) - LEANING ON GOD
2025-04-30 18:23:08


"I can do all things through Him who gives me strength." (Philippians 4:13)

When facing difficulties, we are often tempted to act strong. We try to hide our anxieties and show that everything is fine, even when deep inside, we feel exhausted and overwhelmed. However, pretending to be okay does not make problems disappear. Instead, God asks us to face reality and rely entirely on Him.

Philippians 4:13 teaches us that we do not need to rely on our own strength because it is God who gives us the strength to endure all things. Acknowledging that we cannot handle everything on our own is not a sign of weakness but a sign of faith. God does not want us to live with pretense but with honesty and full dependence on Him.

When we bring our struggles to God, we allow Him to work in our lives. Problems may not always be solved immediately, but we will experience peace that surpasses understanding. God does not promise a life without challenges, but He does promise to always be with us and give us the strength to go through every storm in life.

So, what are you facing today? Is there a problem you've been trying to solve on your own? Today, God invites you to stop pretending to be strong and come to Him with an open heart. Lean on Him, and trust that His love and power are sufficient to sustain you through everything.

Living without pretense means courageously facing reality with faith. God is always there, ready to give strength and comfort. All we need to do is come to Him and believe that in our weakness, His power is made perfect.

WHAT TO DO:
- Build a daily relationship with God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Chronicles 3-4

Card image
Truth Youth 30 April 2025 - BERSANDAR PADA TUHAN
2025-04-30 18:21:32


”Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Filipi 4:13)

Ketika menghadapi masalah, sering kali kita tergoda untuk berpura-pura kuat. Kita mencoba menyembunyikan kegelisahan dan menunjukkan bahwa semuanya baik-baik saja, padahal di dalam hati, kita merasa lelah dan kewalahan. Namun, berpura-pura baik-baik saja tidak akan membuat masalah hilang. Sebaliknya, Tuhan meminta kita untuk menghadapi kenyataan dan bersandar sepenuhnya kepada-Nya.

Filipi 4:13 mengajarkan bahwa kita tidak perlu mengandalkan kekuatan sendiri, karena Tuhanlah yang memberikan kita kekuatan untuk menghadapi segala perkara. Mengakui bahwa kita tidak bisa menghadapi segalanya sendirian bukanlah tanda kelemahan, melainkan tanda iman. Tuhan tidak ingin kita menjalani hidup dengan kepura-puraan, melainkan dengan kejujuran dan ketergantungan penuh kepada-Nya.

Ketika kita membawa pergumulan kita kepada Tuhan, berarti kita memberi Dia ruang untuk bekerja dalam hidup kita. Masalah tidak selalu langsung terselesaikan, tetapi kita akan merasakan damai yang melampaui pengertian. Tuhan tidak menjanjikan hidup tanpa tantangan, tetapi Dia berjanji untuk selalu menyertai kita dan memberi kekuatan untuk melewati setiap badai kehidupan.

Jadi, apa yang saat ini sedang kamu hadapi? Apakah ada masalah yang selama ini kamu coba selesaikan sendiri? Hari ini, Tuhan mengundangmu untuk berhenti berpura-pura kuat dan datang kepada-Nya dengan hati yang terbuka. Bersandarlah pada-Nya, dan percayalah bahwa kasih dan kuasa-Nya cukup untuk menopangmu melewati segala sesuatu.

Hidup tanpa kepura-puraan berarti berani menghadapi kenyataan dengan iman. Tuhan selalu ada, siap memberi kekuatan dan penghiburan. Yang perlu kita lakukan hanyalah datang kepada-Nya dan percaya bahwa dalam setiap kelemahan kita, kuasa-Nya akan nyata.

WHAT TO DO:
Membangun hubungan dengan Tuhan setiap hari

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Tawarikh 3-4

Card image
Quote Of The Day - 30 April 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-04-30 18:18:47


Jika kita memiliki sudut pandang yang benar, maka kita pasti punya keringanan dan keriangan hidup.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 30 April 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-04-30 18:17:00


Jika kita yang terbatas saja berusaha memberikan yang terbaik bagi sesama, terlebih lagi Bapa kita di surga. Dia adalah Allah yang setia dan penuh kasih, yang tidak pernah gagal menyatakan kebaikan-Nya kepada setiap anak-Nya yang datang dengan iman.

Card image
ADDICTED TO THE WORLD - 30 April 2025 (English Version)
2025-04-30 18:10:29


We must gather as much treasure in heaven as we possibly can. Therefore, if we truly do this, we will certainly look forward to the coming of the Lord and long to enter the Father’s House. However, if we do not do this, we will definitely be far from any longing to meet God. In fact, we would even fear death. This is an indicator that we have not yet paid the daily price necessary to receive the blessings God has prepared. Let us not ignore this word of God. It is His advice and warning. Map out our lives from second to second, minute to minute, hour to hour, and day to day, until we feel the real change in our lives.

One of the changes that we will experience if we grow properly is that we will have a longing for God. We will be able to love Elohim Yahweh, our Father in heaven, and to love the Lord Jesus. Whereas in the past we might have thought, “How could I love a God I cannot see?” now we find ourselves thinking, “How could I have reached this point?” Because it turns out, we actually can love Him. And this love for God becomes something real and tangible. When we pray, we no longer struggle to seek His face; instead, we find Him easily when we say, "Our Father who art in heaven..." Immediately, we are before the Father’s throne. We no longer just believe that God exists — we know He exists. This will make us afraid to sin and and make us strong in facing all the circumstances of this world.

Thus, we must make a decision. We cannot let a single day pass without making it an opportunity to gather treasure in heaven. Each day has its own blessings, and each day's blessing is special. The more we are aware of it, the more precious that blessing becomes. Each of us is precious in God's eyes. A mother knows how to prepare clothes, a bag, or shoes for her children because each child has a different favorite color. And the mother provides these things sincerely, joyfully, and feels happy when her children enjoy what she has prepared. Imagine if the children received the clothes, the school bag, but refused to go to school. The parents had already prepared everything, but the children refused to receive or use it. Many parents are hurt by their children when, after all their preparation, the children reject what was lovingly provided.

Now imagine how we wound God's heart when we behave like that. In Luke 12:13-21, this lesson must be carefully considered. Jesus spoke about the foolish rich man. In verse 15, the Lord said, "Be on your guard against all kinds of greed; life does not consist in an abundance of possessions." Do not be greedy — meaning, do not be dissatisfied with what God has already given. Indeed, we must work hard and earn as much money as we can, but the motivation must not be selfish satisfaction. Rather, it should be because we want to support the lives of others and support the work of God.

In this passage we find that the rich man asked in his heart, he had a dialogue with himself. We also do this every day, dialogue with ourselves. But unfortunately, the dialogue theme is wrong. The theme of the dialogue is wrong, because our philosophy and way of thinking have been influenced by the world through the demonstration of the lifestyle of our parents, ancestors, and environment. As a result, the theme of the dialogue is like that in the heart. The rich man said, “What shall I do? For I have no place to store my produce.” The theme is the transient matters of the world. Then he said, “This is what I will do; I will tear down my barns and build larger ones, and in them I will store all my grain and my goods.”

God provides a portion of blessings—eternal, everlasting blessings—but the powers of darkness also prepare a "portion" of blessings that can cause people to drift away and become addicted to them. The spiritual blessings that God provides are character changes, heavenly joy, and freedom from worldly love. And if we drink or absorb those blessings, we can also become addicted and even say, " You alone are what I desire." Don't let us become addicted to the world.

The soul cannot be fed with food or drink like the body. The soul cannot find joy in material things. Yet we read that the rich man feasted daily, wore luxurious clothes, and allowed Lazarus to die at his doorstep, because his philosophy was: "Soul, enjoy yourself; eat and be merry." This is a falsehood. And this deception of the world is caused by the power of darkness. As a result, the rich man did not gather the portion of blessing God had prepared; instead, he gathered the portion of worldly blessings offered by the power of darkness. In truth, many of us have already fallen into this same error. Even if it hasn't become severe yet, if it is not stopped, we will continue to be dragged into darkness. And God's voice today is a warning to us all.

WE MUST MAKE A DECISION. WE MUST NOT LET TODAY PASS WITHOUT USING IT AS AN OPPORTUNITY TO GATHER TREASURE IN HEAVEN.

Card image
KECANDUAN DUNIA - 30 April 2025
2025-04-30 18:02:54


Kita harus mengumpulkan harta di surga sebanyak-banyaknya yang bisa kita kumpulkan. Karenanya, kalau kita sungguh-sungguh melakukan hal ini, kita pasti menantikan kedatangan Tuhan dan merindukan masuk ke dalam Rumah Bapa. Namun kalau kita tidak melakukan hal ini, kita pasti jauh dari kerinduan bertemu Tuhan. Bahkan meninggal dunia pun kita takut. Hal itu merupakan indikator bahwa kita belum membayar harga yang seharusnya kita bayar setiap hari untuk meraih berkat yang Tuhan sediakan. Jangan kita mengabaikan firman Tuhan ini. Ini nasihat dan peringatan Tuhan. Petakan hari hidup kita dari detik ke detik, dari menit ke menit, dari jam ke jam lalu dari hari ke hari, sampai kita merasakan nyatanya perubahan hidup kita.

Salah satu perubahan yang kita akan alami jika kita bertumbuh dengan benar adalah kita akan memiliki kerinduan akan Tuhan. Kita bisa mencintai Elohim Yahweh, Bapa di surga dan mengasihi Tuhan Yesus. Kalau dulu kita berpikir “bagaimana mungkin mencintai Tuhan yang tidak kelihatan?” Tapi sekarang kita berpikir “bagaimana bisa aku sampai seperti saat ini?” Karena kita bisa melakukannya, ternyata. Dan cinta kepada Tuhan ini menjadi sesuatu yang riil atau nyata. Ketika kita berdoa, kita tidak lagi mencari-cari wajah Tuhan dengan sulit. Dengan mudah kita menemukan ketika kita berkata, “Bapa kami yang di surga...” Seketika, kita sudah sampai ke takhta Bapa. Kita bukan hanya yakin Allah itu ada, namun kita tahu Allah itu ada. Hal ini akan membuat kita tidak berani berbuat dosa, dan membuat kita kuat menghadapi segala keadaan dunia ini.

Jadi, kita harus mengambil keputusan. Kita tidak boleh membiarkan hari ini berlalu tanpa kita kemas untuk menjadi sarana mengumpulkan harta di surga. Setiap hari ada berkatnya, dan setiap hari berkatnya itu khusus. Dan kalau kita semakin menghayatinya, berkat itu sangat istimewa. Setiap kita berharga di mata Tuhan. Seorang ibu tahu bagaimana menyiapkan baju, tas atau sepatu untuk anak-anaknya, karena tiap anak memiliki warna kesukaan yang berbeda. Dan ibu tersebut menyediakan itu dengan ikhlas, sukacita, dan senang ketika anaknya bisa menikmati semua yang disediakan. Bayangkan kalau anak-anak sudah mendapatkan pakaian, tas sekolah, namun anaknya tidak mau sekolah. Orang tua sudah sediakan, tetapi anaknya tidak mau menerima atau memakainya. Bukankah banyak orang tua yang terlukai oleh anak, ketika orang tua sudah menyiapkan segala sesuatu, namun anaknya menolak.

Bayangkan, kalau sampai kita melukai Tuhan dengan sikap seperti itu. Di dalam Lukas 12:13-21, pelajaran ini perlu kita perhatikan. Tuhan bicara mengenai orang kaya yang bodoh. Di ayat 15 Tuhan mengatakan, “berjaga-jagalah, dan waspadalah terhadap segala ketamakan. Sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung pada kekayaan itu.” Jangan tamak, artinya tidak pernah puas dengan apa yang Tuhan telah berikan. Memang, kita harus kerja keras, cari uang sebanyak-banyaknya. Tapi dasarnya bukan karena kepuasan kita melainkan karena kita mau menopang kehidupan orang lain dan menopang pekerjaan Tuhan.

Dalam perikop itu kita dapati bahwa si orang kaya itu bertanya dalam hatinya, dia berdialog dengan dirinya sendiri. Hal itu juga kita lakukan setiap hari, berdialog dengan diri kita sendiri. Tapi sayang, tema dialognya salah. Tema dialognya sesat, karena filosofi dan cara berpikir kita telah dipengaruhi dunia lewat peragaan gaya hidup orang tua, nenek moyang, dan lingkungan kita. Akibatnya tema dialog yang seperti itu yang ada di dalam hati. Si kaya itu berkata, “apakah yang harus aku perbuat? Sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku.” Temanya perkara fana dunia. Lalu katanya, “inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar, dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.”

Tuhan menyediakan porsi berkat—berkat kekal, berkat abadi—tetapi kuasa kegelapan juga menyiapkan porsi berkat yang membuat orang bisa hanyut, lalu addict atau kecanduan di dalamnya. Berkat rohani yang Tuhan sediakan adalah perubahan karakter, sukacita surgawi, keterlepasan dari percintaan dunia. Dan jika kita meneguk atau menyerap berkat-berkat itu, kita juga bisa addict dan sampai bisa berkata, “yang kuingini Engkau saja.” Jangan sampai kita kecanduan dunia.

Jiwa tidak bisa diberi makan makanan atau minuman seperti tubuh. Jiwa tidak bisa bersenang-senang dengan materi. Tetapi kita baca bahwa orang kaya itu setiap hari berpesta, memakai pakaian mewah, dan membiarkan Lazarus mati di depan rumahnya, sebab filosofinya adalah: “Hai, jiwaku, senanglah, makanlah.” Ini sesat. Dan kesesatan dunia ini disebabkan oleh kuasa kegelapan. Akibatnya si kaya itu tidak mengumpulkan apa yang disediakan Allah; tidak mengumpulkan porsi berkat yang Allah sediakan. Yang dia lakukan justru mengumpulkan porsi berkat duniawi yang kuasa kegelapan sediakan. Sejatinya, sebagian kita sudah banyak yang sesat seperti ini. Walaupun mungkin kadarnya belum sampai akut, tetapi jika tidak dihentikan, kita akan terus terbawa ke dalam kegelapan. Dan suara Tuhan hari ini merupakan peringatan untuk kita semua.

Teriring salam dan doa,
Dr. Erastus Sabdono

Kita harus mengambil keputusan. Kita tidak boleh membiarkan hari ini berlalu tanpa kita kemas untuk menjadi sarana mengumpulkan harta di surga.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 April 2025
2025-04-30 17:47:19

2 Samuel 5
1 Tawarikh 11-12

Card image
Truth Kids 29 April 2025 - BERTANGGUNG JAWAB
2025-04-29 21:12:24


Roma 8:37
”Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.”

"Yeay, aku sudah punya tiket!" seru Jenni kegirangan. "Tiket apa, Jen?" tanya Lisa penasaran. "Ini, loh, di Sekolah Minggu, sedang ada program tentang One Way Ticket. Tiket ini bisa didapat jika kita percaya kepada Tuhan Yesus. Dengan tiket ini, kita bisa masuk ke surga nantinya," jelas Jenni. "Wah, enak, dong. Seperti orang yang memenangkan hadiah saja. Aku mau, aku mau!" seru Lisa yang ikut kegirangan. "Eits, jangan mau enaknya saja. Setelah dapat tiket keselamatan ini, kita harus berjuang untuk melakukan perintah Tuhan setiap harinya," jelas Jenni.

Sobat Kids, seperti kata Jenni di atas, kita harus berjuang setiap hari untuk melakukan perintah Tuhan. Itu artinya kita harus bertanggung jawab dengan tugas kita sehari-hari. Mulai dari bangun tidur di pagi hari, hingga tidur kembali di malam hari, kita harus melakukan yang terbaik bagi Tuhan. Termasuk bertanggung jawab untuk mengerjakan tugas dan belajar tanpa disuruh orang tua. Memang tidak mudah, tetapi percayalah bahwa Tuhan telah memberikan kekuatan untuk bisa menang dari dosa. Tinggal kitanya yang harus berjuang, berusaha untuk bertanggung jawab sebaik-baiknya. Tetap semangat, Sobat Kids!

Card image
Truth Junior 29 April 2025 - PEMENANG
2025-04-29 21:10:46


Roma 8:37
”Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.”

Setelah Daud berhasil mengalahkan orang Filistin, ia disambut dengan tarian saat kembali ke kampung halamannya. Perempuan-perempuan dari segala kota Israel menyambut raja Saul sambil menyanyi dan menari-nari. Mereka sangat bersemangat saat menyambut raja Saul dan Daud yang kembali dari peperangan melawan orang Filistin. Orang-orang Israel ikut merasakan kemenangan walaupun mereka tidak langsung berperang melawan orang Filistin. Sobat Junior bisa membaca kisah ini dalam 1 Samuel 18:5-8.

One way ticket yang kita bahas dalam bulan ini membawa kita kepada kemenangan dalam Kristus. Sama seperti orang-orang Israel yang merasakan kemenangan yang diperoleh Daud, kita juga dapat merasakan kemenangan yang telah diperoleh Tuhan. Tuhan Yesus telah mengalahkan maut. Karena ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa di surga, Tuhan Yesus bangkit dari kematian. Kita turut merasakan kemenangan-Nya karena Ia begitu mengasihi kita. Hukuman atas dosa yang kita perbuat telah ditebus dengan darah Tuhan Yesus. Seharusnya kita yang dihukum dan menanggung semua penderitaan yang Tuhan Yesus rasakan saat memikul salib menuju bukit Golgota. Namun, karena begitu besar kasih Allah kepada umat manusia, Allah rela mengorbankan Anak-Nya Yang Tunggal supaya kita tidak binasa.

Yuk, kita berjuang untuk melakukan perintah-Nya setiap saat, agar kita dapat membuat Allah tersenyum dan bangga memiliki kita sebagai anak-anak-Nya.

Card image
Truth Youth 29 April 2025 (English Version) - LIVING WITHOUT PRETENSE
2025-04-29 21:08:52


"Love must be sincere. Hate what is evil; cling to what is good." (Romans 12:9)

In a world full of social pressure, many people feel the need to always appear perfect. Social media conditions us to showcase only the best parts of our lives, hide our weaknesses, and pretend everything is fine. But does living this way truly bring happiness? Is appearing "perfect" in the eyes of others more important than being honest with ourselves?

Romans 12:9 emphasizes that love must be sincere. This is not just about loving others but also about accepting and facing ourselves with honesty. God does not call us to be perfect in the eyes of the world but to live in truth and sincerity. Trying to look good while refusing to acknowledge our struggles and weaknesses only exhausts us and distances us from God's help.

God does not love us because of our achievements or the image we build. He loves us as we are, with all our strengths and weaknesses. When we dare to live without pretense, we allow God's love and grace to truly work in our lives. Sincerity brings relief, while pretense only adds to our burdens.

At times, we may feel the need to wear a "mask" to be accepted or respected by others. But today, God invites us to live with sincerity. Do not be afraid to be honest about your feelings, face your weaknesses with courage, and allow God to shape you into a stronger and more meaningful person.

Living without pretense does not mean we remain trapped in our weaknesses, but rather, it is the first step toward true transformation. God accepts us as we are, so why should we live in pretense?

WHAT TO DO:
1. Recognize that there is One—God—who accepts us as we are.
2. Be courageous in being open to God about what we feel.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Chronicles 1-2

Card image
Truth Youth 29 April 2025 - HIDUP TANPA KEPALSUAN
2025-04-29 21:06:38


”Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.” (Roma 12:9)

Di dunia yang penuh tekanan sosial, banyak orang merasa harus selalu tampil sempurna. Media sosial membuat kita terbiasa menunjukkan sisi terbaik dari diri sendiri, menyembunyikan kelemahan, dan berpura-pura semuanya baik-baik saja. Tapi apakah hidup seperti itu benar-benar membahagiakan? Apakah menjadi “sempurna” di mata orang lain lebih penting daripada menjadi jujur dengan diri sendiri?

Roma 12:9 menekankan bahwa kasih sejati tidak boleh pura-pura. Ini bukan hanya soal mengasihi orang lain, tetapi juga tentang bagaimana kita menerima dan menghadapi diri kita sendiri dengan ketulusan. Tuhan tidak memanggil kita untuk menjadi sempurna di mata dunia, melainkan untuk hidup dalam kebenaran dan kejujuran. Berusaha terlihat baik tanpa mau mengakui pergumulan atau kelemahan hanya akan membuat kita lelah dan jauh dari pertolongan Tuhan.

Tuhan tidak mengasihi kita karena pencapaian atau citra yang kita bangun. Dia mengasihi kita apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangan. Ketika kita berani hidup tanpa kepura-puraan, kita memberi ruang bagi kasih dan anugerah Tuhan untuk benar-benar bekerja dalam hidup kita. Ketulusan membawa kelegaan, sementara kepalsuan hanya menambah beban.

Mungkin ada saatnya kita merasa harus memakai “topeng” agar diterima atau dihormati oleh orang lain. Tapi hari ini, Tuhan mengundang kita untuk hidup dalam ketulusan. Jangan takut untuk jujur tentang apa yang kamu rasakan, hadapi kelemahanmu dengan keberanian, dan izinkan Tuhan membentukmu menjadi pribadi yang lebih kuat dan bermakna.

Hidup tanpa kepura-puraan bukan berarti kita membiarkan diri terjebak dalam kelemahan, tapi justru menjadi langkah pertama menuju perubahan yang sejati. Tuhan menerima kita apa adanya, jadi mengapa kita harus hidup dalam kepalsuan?

WHAT TO DO:
1. Kita harus menyadari bahwa ada satu Pribadi yaitu Tuhan yang menerima kita apa adanya
2. Berani untuk terbuka terhadap Tuhan dengan apa yang kita rasakan

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Tawarikh 1-2

Card image
Renungan Pagi - 29 April 2025
2025-04-29 20:17:09


Ketika mengenal Tuhan dengan benar maka kita dapat memberi melampaui kemampuan, karena kita tahu bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan, tidak pernah mengecewakan, selalu menyediakan segala yang kita butuhkan tepat pada waktunya.

Lalu mengapa kita tidak bisa memberi melampaui kemampuan? Karena selalu berpikir, bagaimana kalau ada kebutuhan mendesak nanti? Bagaimana kalau tiba-tiba sakit nanti? Terlalu banyak yang kita kuatirkan, itulah yang menjadikan kita tidak bisa memberi melampaui kemampuan.

Card image
Quote Of The Day - 29 April 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-04-29 20:15:35


Kalau sudut pandang kita keliru dalam memandang dunia ini, maka kita tidak akan memedulikan proses pendewasaan yang Tuhan berikan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 29 April 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-04-29 20:14:33


Mari kita hidup dengan integritas, kekudusan, dan kasih yang sejati, agar setiap perbuatan kita menjadi bukti nyata bahwa kita adalah anak-anak Allah yang rindu menyenangkan hati-Nya dan berbuah bagi kekekalan.

Card image
HEAVENLY TREASURE - 29 April 2025 (English Version)
2025-04-29 20:43:29


In following God, we must be willing to let go of everything, so that we can dig as deeply as possible and seek the highest possible standard of Christianity that we must understand and embody. In doing so, we can gather as much heavenly treasure as possible, and we will never regret it for all eternity. Ironically, many people will regret it after traveling the long road of life, only to find that the path they walked was a life without the right purpose. Their goal was merely to have money, to travel, to buy things, and to achieve what they thought would satisfy them. And all of it was meaningless. Our life's purpose must be God alone, for God is our eternal treasure and wealth.

If we come to church merely to follow a liturgy and leave without experiencing any change, what’s the point? We must seriously pursue transformation, seriously desire to leave the world behind, and seriously commit to living a holy life. Indeed, this is not easy, because it is extremely difficult for people to change. Very few become members of the family of the Kingdom of God. The Word of God says, "Not everyone who says to Me, ‘Lord, Lord,’ will enter the Kingdom of Heaven, but only those who do the will of My Father." The question is, "Have we done the will of God?" Honestly, we have not, because our interest, intent, or desire for spiritual matters is still so small compared to our interest in worldly things.

And the danger is that we might still feel secure because we are strong, well-connected, or wealthy. Don’t be arrogant! Don’t wait until the angel of death drags us away and we hear the Lord say, "I do not know you," and only then do we tremble. Ironically, many people do not seriously give enough portion of their lives to attain the riches that God has prepared. Among the many who come to church, not all will enter the Father’s House. Matthew 22:14 says, "Many are called, but few are chosen." This is not to scare or threaten anyone, but don’t take it lightly. May what we read today arouse our feelings of trembling, fear and reverence toward God, and also ignite our love for Him. Because we want to finish our days well, so there should not be a single word or sentence that we say wrong. While we are still alive, we must be a channel of blessing. And for that, there is a price we must be willing to pay.

We seek to obtain heavenly riches — a transformed character, heavenly joy, and freedom from the bondage of sin and the love of the world. This is something that cannot be fully described in words, but each of us will live it. Read the Word of God, listen to sermons, come to church as often as possible, join Morning Prayer, learn to meditate on God day and night, and live with the awareness that God is alive. Bring Him to life in your daily walk, and the Holy Spirit will surely help us. However, do not delay. Do not say, “There’s still time.” Instead, we should think the opposite: “There will soon be no more time for that.” Truly, at any moment we could leave this world. Therefore, we must map out the days of our lives, not just day by day, but second by second.

Each day that God gives us contains a portion of spiritual blessings. There is no day without spiritual blessing — and we must seize it. Just like the Israelites: when they opened their eyes each morning, there was manna prepared for them, but they had to collect it that day. The next day, there was new manna again, and they had to gather it anew. That’s why in the Lord’s Prayer, Jesus said, "Give us this day our daily bread," not “this week” or “this month,” but daily. Why “today”? So that we would come again tomorrow and receive His blessing anew. Each day has its own portion of blessing. This is not an empty promise. If we make a habit of waking up early, praying, and doing it consistently for several months, we will surely be able to say, “I have changed.” Because spiritual growth cannot be measured over just a few days.

Remember the five foolish virgins who did not prepare their oil. As a result, when they tried to find oil in the midst of crisis — during “injury time” — they failed and could not enter again. Each day's portion of blessing cannot be repeated. It must be received that day. Therefore, every day we must say, "I need You, Lord. Today, I need You." And the next day again, "I need You, Lord." Honestly, many of us are not proportionately interested in the things of God. Yet in Colossians 3:1 it is written, "Set your minds on things above, not on earthly things. Seek the things that are above, not the things that are on earth." We are not yet perfect, but we must have the resolve, the desire, and the focus to strive to be perfect.

OUR LIFE'S PURPOSE MUST BE GOD ALONE, FOR GOD IS OUR ETERNAL TREASURE AND WEALTH.

Card image
KEKAYAAN SURGAWI - 29 April 2025
2025-04-29 20:10:47


Dalam mengiring Tuhan, kita harus berani melepaskan segala sesuatu, supaya bisa menggali sebanyak-banyaknya, dan mencari tingkat setinggi-tingginya standar kekristenan yang harus kita pahami dan kita kenakan. Dengan demikian, kita bisa mengumpulkan sebanyak-banyaknya kekayaan surgawi dan itu tidak akan pernah kita sesali selama-lamanya. Ironi, banyak orang nanti akan menyesal setelah melewati jalan panjang hari hidupnya, dan ternyata jalan yang dilalui itu adalah jalan hidup tanpa tujuan yang benar. Tujuannya hanya punya duit, bisa jalan-jalan, beli barang dan mencapai apa yang menurut dia memuaskan. Dan semua itu sia-sia. Tujuan hidup kita harus Tuhan saja, sebab Tuhanlah kekayaan dan harta abadi kita.

Kalau kita datang ke gereja hanya sekadar mengikuti sebuah liturgi, dan pulang tidak mengalami perubahan, untuk apa? Kita harus serius berubah, serius mau meninggalkan dunia dan serius mau hidup suci. Memang hal ini tidak mudah, sebab betapa sulitnya orang berubah. Sangat sedikit orang menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Firman Tuhan katakan, “Sebab, bukan orang yang berseru ‘Tuhan, Tuhan’ masuk Kerajaan Surga, tetapi orang yang melakukan kehendak Bapa.” Pertanyaannya, “Apakah kita sudah melakukan kehendak Allah?” Sejujurnya belum, karena interest, niat atau minat kita untuk perkara rohani masih begitu kecil, dibanding minat, interest kita untuk perkara dunia.

Dan bahayanya, kita masih bisa merasa tenang karena kita kuat, punya relasi pejabat, dan kaya. Jangan sombong! Jangan sampai nanti kalau kita diseret malaikat maut, mendengar Tuhan bicara, “Aku tidak kenal kamu,” baru kita menggeletar. Ironis, banyak orang tidak sungguh-sungguh memberi porsi yang cukup untuk meraih kekayaan yang Allah sediakan. Dari sekian banyak orang yang datang ke gereja, belum tentu masuk Rumah Bapa. Matius 22:14 mengatakan, “banyak yang dipanggil, sedikit yang dipilih.” Bukan untuk menakut-nakuti atau mengancam, namun jangan anggap sepele. Kiranya apa yang kita baca hari ini membangkitkan perasaan gentar, takut dan hormat kita kepada Tuhan, sekaligus membangkitkan kecintaan kepada Tuhan. Sebab, kita mau menyelesaikan hari umur hidup kita dengan baik, jadi tidak boleh ada satu kata atau kalimat pun yang kita ucapkan salah. Mumpung kita masih hidup, kita mau menjadi saluran berkat. Untuk itu ada harga yang harus kita bayar.

Kita mau memperoleh kekayaan surgawi, yaitu karakter yang diubahkan, sukacita surgawi serta terlepas dari ikatan-ikatan dosa dan percintaan dunia. Itu tidak bisa dibahasakan, tapi masing-masing kita akan menghayatinya. Baca firman Tuhan, dengarkan khotbah, datang ke gereja sebanyak yang bisa kita hadiri, ikut Doa Pagi, belajarlah merenungkan Tuhan siang dan malam, serta menghayati bahwa Allah itu hidup. Hidupkan Dia dalam hidupmu, dan Roh Kudus pasti menolong kita. Namun jangan kita menunda. Jangan berkata, “masih ada waktu.” Kita berpikir harus terbalik, “akan tidak ada waktu lagi untuk itu.” Dan memang setiap saat kita bisa meninggal dunia. Maka kita harus memetakan hari hidup kita dalam hitungan detik ke detik, bukan hanya di hari ke hari.

Satu hari yang Tuhan berikan kepada kita memuat porsi berkat rohani. Tidak ada hari tanpa berkat rohani. Dan itu kita mesti raih. Seperti bangsa Israel, begitu buka mata, selalu ada manna yang disediakan, dan mereka harus mengambilnya hari itu. Besok ada manna yang baru lagi dan mereka juga harus ambil. Karenanya, dalam Doa Bapa Kami, Tuhan Yesus berkata, “berikanlah kami makanan pada hari ini,” bukan “minggu ini,” juga bukan “bulan ini,” tetapi “dari hari ke hari.” Mengapa “hari ini?” Supaya besok kita datang lagi dan menerima berkat-Nya. Setiap hari ada berkat-Nya. Ini bukan omong kosong. Kalau kita membiasakan bangun pagi, berdoa, dan melakukan itu secara konsisten dalam beberapa bulan, maka pasti kita berkata, “aku berubah.” Karena kita tidak bisa mengukur pertumbuhan rohani hanya dari beberapa hari.

Ingat, 5 gadis yang bodoh yang tidak menyiapkan minyak. Akibatnya, saat mereka baru mencari minyak dalam kondisi krisis atau injury time, mereka gagal dan tidak bisa masuk lagi. Setiap hari ada porsi berkat yang tidak bisa terulang. Harus diambil pada hari itu. Karenanya, setiap hari kita berkata, “Kuperlu Kau, Tuhan. Hari ini aku perlu Tuhan.” Keesokannya lagi, “aku perlu Tuhan.” Sejujurnya, sebagian dari kita tidak interest secara proporsional untuk Tuhan. Padahal dalam Kolose 3:1 tertulis, “pikirkan perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Carilah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.” Kita belum sempurna, tetapi kita harus punya tekad, niat, dan fokus untuk menjadi sempurna.

Teriring salam dan doa,
Dr. Erastus Sabdono

TUJUAN HIDUP KITA HARUS TUHAN SAJA, SEBAB TUHANLAH KEKAYAAN DAN HARTA ABADI KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 29 April 2025
2025-04-29 13:02:25

Mazmur 102-104

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 April 2025
2025-04-29 13:01:11

1 Tawarikh 7-10

Card image
Truth Kids 28 April 2025 - MARATON
2025-04-28 21:38:24


2 Timotius 4:7
”Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.”

Pada umumnya, anak-anak suka berlari. Mereka berlarian, baik sendirian maupun bersama teman-teman, tanpa merasa lelah. Apakah Sobat Kids pernah mengikuti lomba lari? Biasanya untuk anak-anak, jarak larinya tidak terlalu panjang, hanya sekitar 500 meter. Namun, untuk orang dewasa, jarak larinya berkali lipat lebih jauh. Lomba lari yang terjauh adalah lari maraton. Jarak larinya adalah 41,6 kilometer. Itu artinya jarak antara garis start sampai garis finish adalah 41.600 meter. Wow, sangat jauh sekali, Sobat Kids. Hanya orang-orang yang sudah terlatih yang dapat mencapai garis finish. Mereka harus menjaga diri dengan baik sehingga dapat mencapai garis akhir.

Sobat Kids, dalam kehidupan rohani, kita ini juga seperti sedang mengikuti lomba lari maraton. Kita mulai di garis start saat kita lahir di bumi ini, dan garis finish-nya adalah saat nanti kita dipanggil pulang ke rumah Bapa di surga. Selama kita di bumi ini, jika harus menjaga langkah kita sehingga bisa sampai di garis akhir dengan tetap percaya kepada Tuhan Yesus. Iman kita dapat diumpamakan sebagai kunci untuk menyelesaikan perlombaan lari maraton ini. Kita membutuhkan iman, rasa percaya kepada Tuhan, untuk dapat mencapai surga nanti. Dari sekarang hingga suatu saat nanti kita kembali ke rumah Bapa di surga, kita harus tetap menjaga iman kita kepada Tuhan Yesus Kristus. Tetaplah percaya kepada Tuhan meskipun ada cobaan dalam hidup ini. Tetap semangat, Sobat Kids!⁰

Card image
Truth Junior 28 April 2025 - KUNCI
2025-04-28 21:36:53


2 Timotius 4:7
”Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.”

Budi dan keluarganya berencana mencoba sebuah permainan di tempat wisata. Para pemain harus masuk ke dalam suatu ruangan misteri yang terkunci. Tugas para pemain adalah menemukan kunci yang tepat untuk membuka sebuah pintu. Di balik pintu itu akan ada ruangan berikutnya yang terkunci pula. Mereka harus menemukan kunci yang tepat lagi, hingga semua ruangan berhasil mereka lalui dan akhirnya tiba ke garis akhir. Tentu saja tantangan untuk menemukan kunci yang tepat tidaklah mudah. Terkadang mereka harus memecahkan teka-teki yang ada dalam ruangan supaya mendapatkan petunjuk tempat disembunyikannya kunci. Permaian ini juga memiliki batas waktu untuk menyelesaikan rute yang harus dilalui. Jika mereka bisa melewati semua ruangan yang ada dalam jangka waktu yang diberikan, berarti mereka berhasil menyelesaikan permainannya.

Sobat Junior, perjalanan rohani kita juga seperti pertandingan. Kita harus mencapai garis akhir dengan tetap memelihara iman. Iman adalah kunci untuk menyelesaikan perjalanan ini. Pasti dalam perjalanan iman kita tidak selalu mulus, ada saatnya kita menghadapi tantangan atau cobaan. Mungkin kita tidak tahu cara menyelesaikan masalahnya. Tapi yang pasti, Tuhan Yesus adalah kunci dari semua masalah hidup kita.

Sama seperti permainan di atas, kita harus menemukan kunci yang tepat untuk menyelesaikan tantangan yang ada. Jangan menyerah! Tetaplah beriman kepada Tuhan. Tetaplah percaya kepada-Nya, meskipun ada badai dan cobaan. Kita harus menyelesaikan perjalanan ini. Akhir dari perjalanan ini adalah hidup kekal bersama dengan Tuhan.

Card image
Truth Youth 28 April 2025 - BERANI MENGHADAPI, BUKAN MENGHINDARI
2025-04-28 18:44:06


”Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ‘Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.’ Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.” (2 Korintus 12:9)

Ketika menghadapi masalah, kebanyakan dari kita sering kali lebih memilih untuk menghindar. Entah dengan berpura-pura semuanya baik-baik saja, menenggelamkan diri dalam kesibukan, atau mencari pelarian yang hanya bersifat sementara. Menghindari masalah memang terasa lebih mudah daripada menghadapinya, tetapi pada akhirnya, masalah itu tetap ada dan justru bisa semakin besar jika dibiarkan. Tuhan tidak memanggil kita untuk hidup dalam kepura-puraan, tetapi dalam kebenaran. Dalam 2 Korintus 12:9 mengingatkan kita bahwa justru dalam kelemahan, kuasa Tuhan menjadi nyata. Mengakui bahwa kita memiliki pergumulan, merasa lelah, atau bahkan gagal bukanlah tanda kelemahan, melainkan langkah awal menuju pemulihan. Saat kita jujur tentang apa yang kita alami dan membawanya kepada Tuhan, artinya kita memberi ruang bagi kasih karunia-Nya untuk bekerja dalam hidup kita.

Menghadapi kenyataan memang tidak selalu mudah. Ada luka yang mungkin sulit disembuhkan, ada kegagalan yang terasa menyakitkan, atau ada ketakutan yang terus menghantui. Tetapi saat kita berani menghadapinya, berarti kita memberi kesempatan bagi diri kita untuk bertumbuh. Sama seperti luka yang harus dibersihkan sebelum sembuh, masalah yang dihadapi dengan iman akan membawa pemulihan yang sejati.

Hari ini, apakah ada sesuatu yang selama ini kamu hindari? Apakah ada perasaan, kegagalan, atau pergumulan yang selama ini kamu abaikan? Tuhan ingin kita datang kepada-Nya dengan hati yang jujur, tanpa kepura-puraan. Jangan takut untuk menghadapi realitas, karena di dalam kelemahanmu, Tuhan bekerja dengan kasih karunia-Nya yang sempurna.

Jadi, berhentilah bersembunyi. Hadapilah apa pun yang sedang kamu alami dengan iman, karena Tuhan tidak akan membiarkanmu berjalan sendirian. Bersama-Nya, kamu selalu punya kekuatan untuk menghadapi kenyataan, bukan lari dari-Nya.

WHAT TO DO:
1. Tidak menjadi gentar dan takut dalam menghadapi apa pun, karena kita percaya Tuhan bersama kita
2. Belajar untuk meminta penyertaan Tuhan dalam hidup kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Raja-raja 24-25

Card image
Renungan Pagi - 28 April 2025
2025-04-28 18:42:07


Orang yang setia adalah orang yang tidak mengikuti arus, orang yang setia selalu memiliki kepercayaan diri yang baik.

Mereka dapat menjadi seorang sahabat yang baik, dia bergembira disaat kita senang, tapi dia juga menemani disaat susah.

Orang setia diibaratkan dengan sinar kecil ditengah kegelapan yang pekat, karenanya betapa leganya hidup kita kalau tahu disekeliling ada orang-orang yang setia.

Card image
Quote Of The Day - 28 April 2025(Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-04-28 18:41:04


Kalau tiap hari kita datang menyembah, kita menciptakan frekuensi yang bersifat permanen.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 28 April 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-04-28 18:40:04


Jika hati dan pikiran kita dipenuhi oleh kebenaran firman Tuhan, maka hidup kita akan mencerminkan Kristus melalui setiap tindakan kita.

Card image
THE TRUE TREASURE - 28 April 2025 (English Version)
2025-04-28 18:39:07


Just like people who make a living through trading, striving to gain as much profit as possible; just like an academic who works hard to achieve the highest possible accomplishments and obtain as many titles as can be earned; just like a politician or those involved in the political arena, seeking to gain as many followers as possible in order to achieve power or the highest position. In the same way, we, in the realm of life as God’s chosen people, we must be ambitious to obtain as many spiritual blessings as possible that God provides. Do you know that each of us has a portion of blessings? It’s true that we don't know the exact amount, but God has prepared a portion of blessings for each of us, because each of us is precious in God's eyes.

The Word of God says, “your name is engraved on the palm of God's hand. The walls of your home are always in His sight,” meaning that if any enemy comes or any danger arises, God is guarding over us. God even promises, “even to your old age and gray hairs, I am He; I will sustain you.” In the New Testament, Jesus says, “even the hairs of your head are all numbered.” This verse is meant to show how precious we are; it's as if even a single strand of our hair is marked by God. Another verse says, “Are not two sparrows sold for a penny?” A penny was the smallest coin at that time, yet even those sparrows are valuable. “You are worth more than many sparrows,” meaning we are far more valuable. God also says, “you are the apple of My eye.” There are many other illustrations in the Bible, all pointing to the fundamental truth that each of us is immensely valuable.

Thus, it is true that each of us has a portion of blessings that God has prepared. When God says, “store up for yourselves treasures in heaven,” it implies that we can draw upon what God has already provided for us to become ours. The question is: where are our desires, intentions, and ambitions directed? Have they been eroded by various desires and intentions for meaningless things? Regarding this, God says, “what good is it for someone to gain the whole world?” The whole world — not just 50%, not 10%, let alone merely 5%. Because all of it is meaningless when compared to the riches of the Kingdom of Heaven. However, many of us have been misled by the world, deceived by the philosophies of the world. We have been contaminated by the way worldly people think, as demonstrated through the lifestyle of our parents and the people around us. And these philosophies have been imparted and infected many Christians, making them exposed to these "viruses."

Thus, what God has prepared—something priceless—becomes wasted. Our interest or inclination toward spiritual matters—maybe not entirely, but largely—is much smaller compared to our interest and ambition for the fleeting things of this world. So it’s no surprise that we allocate more time, energy, and thought toward temporary, worldly matters rather than spiritual ones. And in the eyes of the world, this is seen as normal. However, we must strive to view the Bible as carefully and honestly as possible, with hearts that hunger and thirst for truth. In doing so, the blessings of truth contained in the Bible can be extracted, lifted, and shared. This will broaden and correct our spiritual horizons. And may it awaken in us a stronger passion and deeper interest in matters of eternity.

Here, we can begin to understand and appreciate why, in Luke 16:11, the Word of God says, “If you have not been trustworthy in handling worldly wealth, who will trust you with true riches?” The true riches are the truth. In the original text, the word used is alithenon, which in Indonesian is translated as "the true riches." The riches of the Bible cannot be drawn, explored, excavated, or obtained if we are still materialistic. When someone dies to their worldly desires and then wear what God has spoken—“if we have food and clothing, we will be content with that”—no longer setting material things as their goal and truly being satisfied with what they have, their mind will become enlightened. The Bible will come alive; the letters and verses will seem to speak. They can see dimensions that were previously invisible to them.

A servant of God must not be attached to wealth and must not fear poverty or lack of money. Our shared principle should be: "it can be passed." If we are still bound by money, the letters in the Bible become dead. We would only be able to analyze and interpret it academically, without seeing the deeper dimension behind it—the very dimension that is the food for the soul and the power that transforms life. This will be proven by observing whether after hearing the pastor's sermon, the character of the congregation changes or not, their spiritual life grows or not. There will always be a remnant—those chosen to hear the truth revealed and inspired by God-those whose eyes have been closed to the beauty of the world but opened to see the beauty of the Kingdom of Heaven.

WE MUST BE AMBITIOUS TO OBTAIN AS MANY SPIRITUAL BLESSINGS AS POSSIBLE THAT GOD PROVIDES.

Card image
HARTA YANG SESUNGGUHNYA - 28 April 2025
2025-04-28 13:06:28


Seperti orang yang mencari nafkah dengan berdagang, mereka berusaha untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Seperti seorang akademisi yang berusaha untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya dan memperoleh gelar sebanyak-banyaknya yang bisa diraih. Seperti seorang politisi atau mereka yang bergerak di gelanggang politik, berusaha memperoleh pengikut sebanyak-banyaknya agar memperoleh kekuasaan atau jabatan setinggi-tingginya. Demikian pula kita di ranah kehidupan sebagai umat pilihan. Kita harus berambisi untuk memperoleh sebanyak-banyaknya berkat rohani yang Tuhan sediakan. Tahukah kita bahwa setiap kita memiliki porsi berkat? Memang benar, kita tidak pernah tahu jumlah porsi itu, tetapi Tuhan menyediakan porsi berkat bagi setiap kita, sebab setiap kita berharga di mata Allah.

Firman Tuhan mengatakan, “namamu terukir di telapak tangan Tuhan. Pagar tembok rumahmu ada di dalam penglihatan Tuhan,” maksudnya kalau ada musuh masuk atau bahaya yang lain, Tuhan menjagai. Bahkan Tuhan janjikan, “sampai putih rambutmu, Aku tetap Dia. Aku menggendong kamu.” Di Perjanjian Baru, Tuhan Yesus mengatakan, “rambut kepalamu pun terhitung.” Ayat itu bermaksud mengatakan bahwa kita sangat berharga; ini sama dengan maksud bahwa satu lembar rambut kita ditandai Tuhan. Ayat lain mengatakan, “Burung pipit, dua ekor seduit…” Seduit adalah mata uang paling kecil, namun itu pun berharga. “… kamu lebih dari banyak burung pipit,” artinya kita jauh lebih berharga. Tuhan juga berkata, “kamu adalah biji mata-Ku.” Dan banyak lagi penggambaran yang Alkitab kemukakan, yang pada kesimpulannya atau pada dasarnya Tuhan menunjukkan kepada kita bahwa setiap kita itu berharga.

Jadi benar, kalau setiap kita ini memiliki porsi berkat yang Allah sudah sediakan. Kalau Tuhan berfirman, “kumpulkan harta di surga,” maka ada kemungkinan kita bisa menarik apa yang Allah sudah sediakan untuk bisa menjadi milik kita. Persoalannya, ke arah mana minat, niat dan ambisi kita? Apakah tergerus oleh berbagai niat dan minat untuk perkara yang sia-sia? Terkait dengan hal ini, Tuhan berfirman “apa gunanya orang beroleh segenap dunia?” Segenap, bukan 50%, bukan 10%, apalagi jika hanya 5%. Sebab semua ini tidak ada artinya jika dibanding dengan kekayaan Kerajaan Surga. Namun sebagian besar kita telah disesatkan oleh dunia, disesatkan oleh filosofi dunia. Kita terkontaminasi oleh cara berpikir anak dunia yang diperagakan dalam gaya hidup orang tua dan orang-orang di sekitar kita. Dan filosofi itu terimpartasi, tertular pada diri banyak orang Kristen, sehingga terpapar oleh virus-virus tersebut.

Sehingga apa yang Allah sediakan, yang tidak ternilai, menjadi sia-sia. Interest, minat atau ketertarikan kita untuk perkara-perkara rohani—mungkin tidak semua, tapi sebagian besar—jauh lebih kecil dibanding minat, niat, interest kita kepada perkara-perkara dunia fana. Jadi tidak heran kalau kita menyediakan dan menganggarkan waktu, tenaga, pikiran untuk perkara-perkara fana dunia, lebih besar dari perkara-perkara rohani. Dan di mata dunia hal itu dianggap sebagai kewajaran. Namun kita mau berusaha melihat Alkitab secermat-cermatnya dan sejujur-jujurnya, dengan hati yang haus dan lapar akan kebenaran. Dengan demikian berkat kebenaran yang termuat di Alkitab bisa diekstrak, diangkat dan dibagikan. Sehingga kita memiliki cakrawala berpikir rohani luas dan benar. Dan kiranya itu akan membangkitkan gairah kita untuk lebih berminat, lebih interest kepada perkara-perkara kekekalan.

Di sini kita baru mengerti dan menghayati mengapa di dalam Lukas pasal 16:11 firman Tuhan mengatakan, “Jika kamu tidak setia dalam hal mamon yang tidak jujur, kamu tidak akan dipercayai untuk memiliki harta yang sesungguhnya.” Harta yang sesungguhnya adalah kebenaran. Dalam teks aslinya alithenon, yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan “harta yang sesungguhnya.” Kekayaan Alkitab tidak bisa kita timba, tidak bisa kita eksplorasi, kita gali, dan kita peroleh kalau kita masih materialistis. Ketika seseorang mematikan dirinya dari keinginan-keinginan dunia lalu mengenakan apa yang difirmankan Tuhan “asal ada makanan, pakaian, cukup,” tidak lagi menargetkan perkara-perkara materi sebagai tujuan dan benar-benar berpuas diri dengan apa yang ada, maka pikirannya akan menjadi terang. Alkitab akan berbicara; huruf-huruf di dalam Alkitab, ayat-ayat dalam Alkitab seperti berbicara. Ia bisa melihat dimensi yang tidak dia lihat sebelumnya.

Seorang hamba Tuhan, tidak boleh terikat dengan kekayaan, tidak boleh takut menjadi miskin atau tidak punya uang. Prinsip kita bersama adalah “bisa dilewati.” Jika kita masih terikat uang, maka huruf-huruf dalam Alkitab menjadi mati. Kita hanya bisa menganalisa, menginterpretasi secara akademis, tapi tidak melihat dimensi di balik itu, padahal justru itulah makanan jiwa yang mengubah hidup. Hal ini akan terbukti dengan memperhatikan, apakah setelah mendengar khotbah pendetanya, karakter jemaat tersebut berubah atau tidak, hidup rohaninya bertumbuh atau tidak. Pasti ada orang-orang yang disisakan untuk mendengar kebenaran yang diwahyukan dan diilhamkan Allah kepada orang-orang yang matanya telah tertutup dari keindahan dunia, namun terbuka melihat keindahan Kerajaan Surga.

Teriring salam dan doa,
Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS BERAMBISI UNTUK MEMPEROLEH SEBANYAK-BANYAKNYA BERKAT ROHANI YANG TUHAN SEDIAKAN.

Card image
Truth Kids 27 April 2025 - NGENGAT
2025-04-28 12:53:04


Matius 6:20
”Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.”

Ngengat adalah serangga yang sekilas terlihat seperti kupu-kupu, tetapi keduanya sangat berbeda. Ngengat adalah binatang yang suka memakan kertas, pakaian, bahkan terkadang suka merusak tanaman. Uang kertas dan pakaian yang tidak disimpan dengan baik dapat dirusak oleh ngengat, loh, Sobat Kids. Oleh sebab itu, ayat firman Tuhan yang kita baca hari ini mengingatkan kita untuk lebih mengumpulkan harta di surga daripada di bumi.

Bagaimana caranya kita mengumpulkan harta di surga, sementara kita masih ada di bumi?! Sobat Kids, tiket yang Tuhan berikan mengarahkan kita untuk lebih memikirkan tentang harta kekal yang ada di surga. Ketika kita menaati perintah Tuhan, itu artinya kita sedang mengumpulkan harta di surga. Ketika kita membuat Tuhan tersenyum dengan berjuang membaca Alkitab daripada menonton film terus-menerus, itu juga sudah mengumpulkan harta di surga.

Setiap perbuatan dan perkataan kita yang mengasihi orang lain, sesuai kehendak Tuhan akan menjadi harta di surga. Ngengat tidak bisa merusaknya, Sobat Kids. Yuk, kita kumpulkan harta di surga setiap hari.

Card image
Truth Junior 27 April 2025 - MENABUNG
2025-04-28 12:51:55


Matius 6:20
”Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.”

Sayangnya, sekarang ini jarang sekali lagu untuk anak-anak. Sering kali anak-anak malah menyanyikan lagu-lagu dewasa yang isinya kurang tepat untuk usia anak. 18 tahun lalu, ada lagu anak yang diciptakan Titiek Puspa berjudul “Menabung.” Dari judul lagunya saja, pasti Sobat Junior sudah dapat menebak isi lagunya seperti apa, bukan? Betul, lagu tersebut mengajarkan anak-anak untuk menabung. Penggalan lagunya berkata Bang-bing-bung, yok, kita nabung
Tang-ting-tung, hei, jangan dihitung
Tahu-tahu kita nanti dapat untung

Sobat Junior, sangat penting sekali untuk kalian belajar menabung. Mulai dari kecil, kalian bisa belajar menabung. Jika sudah mendapatkan uang jajan, kalian bisa belajar menyisihkan sebagian uang jajan yang orang tua kalian berikan. Jika kalian memang belum mendapatkan uang jajan, kalian juga tetap bisa belajar berhemat. Contohnya, alat-alat tulis yang sudah dibelikan untuk di sekolah, dirawat dengan baik. Penghapus kalian jangan malah dipotong-potong menjadi kecil sehingga tidak lagi bisa dipakai untuk menghapus. Dengan menjaga alat-alat tulis dengan baik, kalian juga ikut menabung uang orang tuamu.

Selain pentingnya menabung di dunia ini, kita juga perlu menabung atau mengumpulkan harta di surga, Sobat Junior. Ayat firman Tuhan yang kita baca hari ini mengingatkan kita bahwa kita harus mengumpulkan harta di surga. One way ticket yang kita dapatkan dari Tuhan membawa kita menuju harta kekal di surga. Harta di dunia sifatnya sementara, sedangkan harta di surga bersifat kekal. Carilah harta sejati yang ada dalam Tuhan.

Card image
Truth Youth 27 April 2025 (English Version) - STEPPING FORWARD IN FAITH AMID FEAR
2025-04-28 12:50:24


"Come," He said. Then Peter got down out of the boat, walked on the water, and came toward Jesus. But when he saw the wind, he was afraid and, beginning to sink, cried out, "Lord, save me!" Immediately Jesus reached out His hand and caught him. "You of little faith," He said, "why did you doubt?" (Matthew 14:29-31)

Many people think that courage means having no fear at all. But true courage is not about eliminating fear—it’s about stepping forward even when fear is present. God doesn’t call us to live without fear, but to trust Him with our fears and keep walking in faith.

One of the best examples of courage in the face of fear is Peter’s experience of walking on water. When Jesus called him, Peter initially believed and boldly stepped out of the boat. However, as soon as he started focusing on the wind and waves, fear took over, and he began to sink. But what’s amazing is that when Peter cried out for help, Jesus immediately reached out His hand and saved him.

This story teaches us that courage doesn’t mean we’ll never feel afraid. Instead, courage is choosing to move forward despite fear, trusting that God is with us. Fear often creeps in when we focus more on our problems than on God. Like Peter, when we see the "waves" in life—challenges, failures, or uncertainties—we may begin to doubt. But when we fix our eyes on Jesus, we find the strength to keep moving.

Today, there may be something God is calling you to do, but fear is holding you back. It could be making a big decision, facing a transition, or starting something new. Remember, God never asks us to step out alone. He is always ready to reach out His hand when we feel weak.

So whatever you’re facing, have the courage to step forward. Don’t let fear stop you from stepping into God’s plan for your life. When you trust Him and walk in faith, He will guide each of your steps and give you the courage you need.

WHAT TO DO:
1. Knowing and growing closer to God gives us the courage to move forward.
2. Trusting God without doubting is a true expression of our love for Him.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Kings 22-23

Card image
Truth Youth 27 April 2025 - MELANGKAH DALAM IMAN DI TENGAH KETAKUTAN
2025-04-28 12:47:39


“Kata Yesus: ‘Datanglah!’ Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam, lalu berteriak: ‘Tuhan, tolonglah aku!’ Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: ‘Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?’" (Matius 14:29-31)

Banyak orang yang berpikir bahwa keberanian berarti tidak memiliki rasa takut. Padahal, keberanian sejati bukanlah tentang menghilangkan rasa takut, tetapi tetap melangkah meskipun ada ketakutan di dalam hati. Tuhan tidak memanggil kita untuk hidup tanpa rasa takut, tetapi untuk belajar memercayakan ketakutan itu kepada-Nya dan terus berjalan dalam iman.

Salah satu contoh terbaik dari keberanian di tengah ketakutan adalah kisah Petrus yang berjalan di atas air. Saat Tuhan Yesus memanggilnya, Petrus awalnya percaya dan berani melangkah keluar dari perahu. Namun, begitu dia mulai memperhatikan angin dan ombak, rasa takut menguasai hatinya, dan ia pun mulai tenggelam. Tapi yang luar biasa, ketika Petrus berseru meminta pertolongan, Tuhan Yesus segera mengulurkan tangan-Nya dan menolongnya.

Kisah ini mengajarkan kita bahwa keberanian bukan berarti kita tidak akan pernah merasa takut. Sebaliknya, keberanian adalah ketika kita memilih untuk tetap melangkah meskipun takut, dengan percaya bahwa Tuhan akan menyertai kita. Ketakutan sering kali datang saat kita lebih fokus kepada masalah daripada kepada Tuhan. Seperti Petrus, Ketika kita melihat “ombak” dalam hidup—tantangan, kegagalan, atau ketidakpastian—kita bisa mulai bimbang. Tetapi saat kita mengarahkan pandangan kepada Tuhan Yesus, kita akan menemukan kekuatan untuk terus berjalan.

Hari ini, mungkin ada sesuatu yang Tuhan ingin kamu lakukan, tetapi kamu merasa takut. Mungkin itu mengambil Keputusan besar, menghadapi perubahan, atau memulai sesuatu yang baru. Ingatlah, Tuhan tidak meminta kita untuk melangkah sendirian. Dia selalu siap mengulurkan tangan-Nya untuk menolong saat kita merasa lemah.

Jadi, apa pun yang sedang kamu hadapi, beranilah untuk melangkah. Jangan biarkan ketakutan menghentikanmu dari rencana Tuhan dalam hidupmu. Saat kamu percaya dan berjalan dalam iman, maka Tuhan akan menuntun setiap langkahmu dan memberikan keberanian yang kamu butuhkan.

WHAT TO DO:
1. Pengenalan dan kedekatan dengan Tuhan yang membuat kita berani melangkah
2. Memercayai Tuhan dan tidak meragukan- Nya adalah bukti kita mengasihi Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Raja-raja 22-23

Card image
Renungan Pagi - 27 April 2025
2025-04-28 12:46:06


Tidak semua orang adalah teman, hanya karena mereka berada disekitar dan tertawa bersama, bukan berarti mereka cocok untuk kita, karena mereka mengatakan mendukung. Bukan berarti mereka tidak akan menikam dari belakang, orang-orang terkadang berpura-pura baik, kepalsuan tidak akan bertahan lama.

Jadi ketahuilah siapa yang ada disekeliling kita, pada akhirnya situasi nyata akan mengungkap orang-orang palsu, jadi berhati-hatilah karena teman bukanlah tentang siapa yang ada di saat senang, tapi mereka yang tetap berada di sisi kita ketika susah.

Card image
Quote Of The Day - 27 April 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-04-28 12:44:42


Kita harus berani—khususnya bagi hamba Tuhan—menabuh genderang perang melawan dunia dan kuasa gelap.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 April 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-04-28 12:43:33


Seperti pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, demikian juga hati yang benar di hadapan Tuhan akan menghasilkan perbuatan yang berkenan kepada-Nya.

Card image
LABORATORY OF LIFE - 27 April 2025 (English Version)
2025-04-28 12:39:13


The third stage, Christians who are concerned only with God's matters. At this stage, Christians no longer focus on their own concerns. They are no longer preoccupied with themselves, but instead are busy with God's business. While in the second stage, they are still occupied with themselves—"Why am I experiencing this? Why is that happening?"—a process is taking place. Whereas in the first stage, there weren’t many problems; everything seemed to run smoothly. That's why in the second stage, many Christians are confused, asking "why?" because the process of perfection is still ongoing. Usually, there are moments that are very painful. Some sinful character traits are not easily removed, and therefore must be scrubbed away harshly.

Because of this, the problems faced become increasingly painful. There are bad traits or characteristics still attached, not yet expressed through action. No one knows about them, but God does. So before these traits manifest, take form, become reality, are expressed or produce and result in action—God deals with them completely. And usually, God works intensely on these kinds of people—those whose minds are focused solely on God's work. But they must first pass the test. There are times when charismatic or Pentecostal Christians are on the verge of this stage. They are already serious about evangelism, serious about winning souls, but the prosperity gospel drags them back.

Yes, they continue to evangelize, because that’s their service product. These products—like diaconal ministry, evangelism, etc.—must exist, just like goods in a business. If not, they have nothing to "sell." They won’t appear "churchy." But the real question is: what is the purpose of their evangelism? “So that people know Jesus.” What does it mean to know Jesus? “To know the Good News.” Good according to whom? They haven’t matured in understanding what is truly good—so how can they teach others what is good? They might start Bible schools—but for what purpose? “So there will be many churches.” And then what, after many churches are built? But what God truly desires is for us to be perfect like the Father.

Praise God if churches like these are still being brought through the process by God, as long as the pastors do not love the world. If God’s servants are willing to lose the world, then they can be processed. When Jesus said in John 4:34, “My food is to do the will of the Father and to finish His work,” it means there is a task Jesus had to complete. But the question for us today is: “Do we know what task we must complete?” Because when Jesus said, “Follow Me,” He meant “You must live as I live.” And when Jesus said, “As the Father sent Me, I am sending you,” that also shows that each individual has a task from the Father. Each person has their own part.

Let us not get trapped in matters that we’re not supposed to handle. We often get involved in other people’s business while we don’t even know our own purpose, and as a result, we bear no fruit—our lives have no impact at all. In John 9:4, Jesus said we must do the works of the Father while it is still day. That means there is a time when we must carry out the Father’s work. The question is: what is the task the Father has given us to fulfill? The Bible says we are like members of the body of Christ, each with its own function. So the question is: what is our function in God’s work? This specifically applies to those who are in the third stage of spiritual life.

Usually, at the third stage, Christians become constantly focused on the New Heaven and New Earth. They deeply long for Jesus—not out of fantasy, but because of a living relationship. From that living relationship, a "formula" is born. These are people who have surrendered their lives, their souls, their wealth, and all their pleasures. We will not truly long for God unless we have completely dedicated ourselves—given everything.

And love cannot be built in a day, but is formed through the laboratory of life. There are medications that cost Rp40,000,000 (around USD $2,500) per injection. The raw ingredients may only be worth a few thousand, but the high price comes from the research—the discovery of the formula. That research is absolute. What's expensive is not the substance, but the the research cost, how to find the formula. There must be a laboratory to find the drug formula or the formula for food.

Life is a laboratory, not just about attending church services. To find the formula for an encounter with God, for a heart that loves Him and is willing to lose everything for His work, cannot be developed in a single day. That’s why our "lab" isn’t only in a theological seminary. There, you can know about God intellectually—just mental knowledge. At best, that creates a fantasy formula, a concept in the mind. Even if it touches the heart, it’s only slightly. To build a real formula, it must come through daily life interactions. Therefore, a person cannot become a transformative pastor or servant of God if they only have a fantasy formula. We must have a real formula, a heart that is broken in love for God.

WE WILL NOT TRULY LONG FOR GOD UNLESS WE HAVE COMPLETELY DEDICATED OURSELVES-GIVEN EVERYTHING. AND LOVE CANNOT BE BUILT IN A DAY, BUT IS FORMED THROUGH THE LABORATORY OF LIFE.

Card image
LABORATORIUM KEHIDUPAN - 27 April 2025
2025-04-27 22:56:57


Tahap ketiga, orang Kristen yang hanya mempersoalkan urusan Tuhan. Pada tahap ini orang kristen tidak lagi mempersoalkan urusannya sendiri. Orang-orang Kristen yang sudah berhenti dari urusannya sendiri, tidak lagi sibuk dengan dirinya sendiri, tapi sibuk dengan urusan Tuhan. Jadi ketika ada di tahap kedua, mereka masih sibuk dengan diri sendiri, “kenapa mengalami begini, mengapa mengalami begitu,” terjadi proses. Padahal waktu di tahap pertama, tidak banyak masalah, semua running well. Itu sebabnya di tahap kedua ini, banyak orang Kristen bingung, “kenapa?” Proses penyempurnaan masih berlangsung. Biasanya, ada saat-saat yang sangat menyakitkan. Sebab, ada karakter dosa kita yang tidak mudah dihilangkan, maka harus digosok keras.

Oleh sebab itu, masalah dihadap makin menyakitkan. Ada karakter atau sifat buruk yang masih melekat, belum terekspresi dalam tindakan. Tidak seorangpun tahu, namun Tuhan tahu. Maka sebelum hal itu terejawantahkan, terbentuk, terwujud, terekspresi atau membuahkan dan menelurkan tindakan, Tuhan habisi. Dan biasanya, Tuhan luar biasa menggarap orang-orang ini yakni mereka yang pikirannya hanya pada pekerjaan Tuhan. Jadi harus lulus dulu. Ada saatnya, orang-orang kharismatik, Pentakosta sudah di ambang ini, mereka sudah serius menginjil, serius memenangkan jiwa, akan tetapi teologi kemakmuran menyeret kembali.

Memang mereka masih tetap menginjil, karena itu merupakan service product. Sebab produk-produk begitu memang harus ada seperti produk diakonia, penginjilan dan sebagainya. Itu harus dilakukan. Kalau tidak begitu, dia tidak punya jualan. Dia tidak nampak gerejaniah. Namun yang jadi pertanyaan, apa tujuan penginjilannya? “Supaya orang kenal Yesus.” Kenal Yesus itu bagaimana? “Ya, tahu Kabar Baik.” Baik menurut siapa? Dia belum matang mengenal apa yang baik, bagaimana mau mengajar orang apa yang baik? Bisa bikin sekolah Alkitab, untuk apa? “Supaya banyak gereja.” Lalu setelah banyak gereja, untuk apa? Padahal yang Tuhan kehendaki adalah sempurna seperti Bapa.

Puji Tuhan kalau gereja-gereja seperti ini terus dibawa Tuhan kepada proses, asal pendetanya tidak mencintai dunia. Jika hamba-hamba Tuhannya rela kehilangan dunia, maka mereka bisa diproses. Ketika Tuhan Yesus berkata di Yohanes 4:34, “Makanan-Ku adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya;” berarti ada pekerjaan yang Yesus harus tunaikan sampai selesai. Tetapi pertanyaan untuk kita hari ini, “Apakah kita sudah tahu pekerjaan apa yang kita harus kerjakan?” Karena ketika Yesus berkata, “ikut Aku,” berarti “kamu harus hidup seperti Aku hidup.” Kemudian, ketika Yesus berkata, “seperti Bapa mengutus Aku, Aku memutus kamu,” ini juga menunjukkan bahwa pasti ada pekerjaan Bapa yang setiap individu miliki. Setiap individu punya bagian.

Jangan sampai kita terjebak dengan urusan yang tidak perlu kita urus. Urusan orang lain kita urus padahal urusan kita sendiri belum tahu dan kita tidak berbuah. Tidak berdampak sama sekali. Tuhan berkata di Yohanes 9:4 bahwa kita harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang Bapa berikan selagi hari siang. Jadi ada saat di mana kita harus mengerjakan pekerjaan Bapa. Pertanyaannya, pekerjaan apa yang kita miliki dari Bapa dan harus kita tunaikan? Alkitab mengatakan kita ini seperti anggota tubuh Kristus, masing-masing punya fungsi. Pertanyaannya, apa fungsi kita dalam pekerjaan Tuhan? Dan ini untuk orang yang ada di tahap ketiga.

Biasanya, pada tahap ketiga orang-orang Kristen sudah selalu fokus Langit baru bumi baru. Tahap ketiga ini, orang lebih bisa merindukan Tuhan Yesus. Bukan fantasi, tetapi sebuah hubungan yang berlangsung. Dari hubungan yang berlangsung, lahir formula. Mereka sudah menyerahkan hidupnya, nyawanya, hartanya dan kesenangan-kesenangannya. Kita tidak akan merindukan Tuhan, kalau kita belum mengabdi sepenuhnya atau belum habis-habisan. Dan cinta kasih itu tidak bisa dibangun dalam satu hari, namun dibangun lewat laboratorium kehidupan. Ada obat yang sekali tusuk satu ampul seharga Rp40.000.000. Mungkin bahannya tidak mahal. Mungkin tidak sampai puluhan juta hanya belasan ribu. Tapi yang mahal itu penemuannya, karena itu riset itu mutlak. Yang mahal itu biaya risetnya, bagaimana menemukan formula itu. Harus ada laboratorium untuk menemukan formula obat atau formula untuk makanan.

Hidup ini adalah laboratorium, bukan hanya sekadar bergereja. Untuk menemukan formula perjumpaan dengan Tuhan, hati yang mengasihi-Nya dan rela kehilangan seluruh hidup demi pekerjaan-Nya, tidak bisa terbangun dalam satu hari. Karena itu, laboratorium kita bukan hanya pendidikan di Sekolah Tinggi Teologi. Di sana kita bisa mengenal Tuhan dari pengetahuan secara nalar. Itu baru hanya formula fantasi, masih di nalar. Kalaupun menyentuh, hanya sedikit. Jadi untuk membangun formula yang riil, harus lewat pergaulan hidup setiap hari. Oleh sebab itu, seseorang tidak bisa menjadi pendeta atau hamba Tuhan yang mengubah, kalau hanya punya formula fantasi. Kita harus punya formula riil, hati yang pecah mengasihi Tuhan.

Teriring salam dan doa,
Dr. Erastus Sabdono

Kita tidak akan merindukan Tuhan, kalau kita belum mengabdi sepenuhnya atau belum habis-habisan. Dan cinta kasih itu tidak bisa dibangun dalam satu hari, namun dibangun lewat laboratorium kehidupan.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 April 2025
2025-04-27 22:46:04

Mazmur 81, 88, 92-93

Card image
Truth Kids 26 April 2025 - SESUAI JANJI
2025-04-26 20:55:02


2 Korintus 1:20
”Sebab Kristus adalah “ya” bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan “Amin” untuk memuliakan Allah.”

"Wah, kita sudah hampir sampai. Rasanya belum lama kita duduk di kereta cepat Whoosh ini, sebentar lagi sudah mau sampai Bandung," seru Alin dengan gembira. Ini pertama kalinya Alin dan keluarganya mencoba kereta cepat Whoosh dari stasiun Halim ke Bandung. "Benar, Nak. Kan sesuai dengan janjinya, kereta Whoosh ini bisa membawa kita dari Jakarta ke Bandung dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Coba kalau kita naik mobil, bisa sekitar 3 sampai 4 jam baru sampai ke Bandung. Ini namanya kereta ini tepat janji," jelas ibu.

Sobat Kids, dalam perjalanan hidup ini, kita juga mendapatkan janji-janji Tuhan yang luar biasa. Ingatlah, bahwa Tuhan setia untuk menepati setiap firman-Nya. Tuhan tidak berjanji kita akan selalu bahagia, hidup enak, ataupun makan enak setiap saat. Namun, Tuhan berjanji akan selalu menyertai kita setiap waktu. Ada kalanya kita akan merasa sedih, ada tantangan yang harus kita lalui. Bukan karena Tuhan tidak tepat janji, melainkan Tuhan mau kita menjadi lebih kuat dan mengandalkan Ia setiap saat. Tuhan pasti akan menyertai kita melalui semua kesedihan dan kesulitan dalam hidup ini. Semangat, Sobat Kids!

Card image
Truth Junior 26 April 2025 - BUKTI CINTA
2025-04-26 20:50:35


Yohanes 14:15
”Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.”

Sobat Junior, untuk menjadi taat, tentu tidak mudah, apalagi tantangan yang kalian hadapi saat ini begitu banyak. Sekarang ini teknologi sudah berkembang dengan pesat. Banyak sekali pilihan media sosial yang ditawarkan dunia. Dalam hitungan detik, berita yang sedang viral di luar negeri, bisa sampai di Indonesia. Kejadian-kejadian yang sedang happening di luar negeri bisa disaksikan di Indonesia juga, bahkan bisa secara live.

Selain bermanfaat, kemajuan teknologi juga bisa menjadi tantangan dalam hal ketaatan. Mengapa demikian? Iblis sudah tidak berwujud lagi dengan muka yang seram, memiliki tanduk, gigi bertaring, dan berwarna merah. Justru Iblis memberikan tawaran yang menarik, salah satunya sosial media. Jika kita sudah masuk dalam perangkap si Iblis, kita akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk melihat-lihat sosial media daripada melakukan kehendak Tuhan atau membaca Alkitab. Kita bisa menjadi lebih mencintai sosial media daripada firman Tuhan. Hati-hati, ya, Sobat Junior, jangan sampai kita masuk dalam tipu daya si Iblis.

Tiket yang didapatkan perlu kita respons dengan tepat. Taatilah firman-Nya meskipun kadang sulit. Ketika kalian mulai bermain dengan gadget atau melihat-lihat sosial media, coba kalian catat jam berapa mulai pegang gadget tersebut. Nanti setelah selesai bermain dengan gadget, kalian perhatikan juga waktunya. Kalian coba hitung, berapa waktu yang kalian habiskan bermain dengan gadget. Jangan-jangan kita menghabiskan waktu lebih banyak untuk menikmati sosial media daripada membaca Alkitab.

Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk membuktikan rasa cinta kepada Tuhan. Ketaatan adalah bukti kasih kita kepada Tuhan. Sobat Junior, kita dipanggil untuk berjalan di jalan Tuhan dengan ketaatan penuh. Oleh sebab itu, yuk, kita buktikan cinta kepada Tuhan dengan belajar taat kepada-Nya.

Card image
Truth Youth 26 April 2025 (English Version) - FACING FEAR WITH FAITH
2025-04-26 20:48:59


"Do not be anxious about anything, but in every situation, by prayer and petition, with thanksgiving, present your requests to God. And the peace of God, which transcends all understanding, will guard your hearts and your minds in Christ Jesus." (Philippians 4:6-7)

Fear is a natural feeling. Everyone experiences it at some point—whether it’s fear of failure, fear of the future, or fear of losing something valuable. In many situations, fear makes us hesitate, worry about things that haven’t happened yet, and even feel like we’re not good enough. But does God want us to live in fear? No. He wants us to live with courage and full trust in Him.

Philippians 4:6-7 teaches us that instead of drowning in worry, we should surrender all our anxieties to God through prayer. When we pray, we’re not just expressing our fears—we’re also reminding ourselves that we’re not walking alone. Remember, God is in control of our lives, and He will never abandon us. True peace doesn’t come from perfect circumstances but from the assurance that God is working behind the scenes.

When we let fear take over, we often forget that God is far greater than any problem we face. Remember Moses, who felt unqualified to lead Israel? Or Peter, who started sinking while walking on water because he lost focus on Jesus? They all experienced fear, but when they surrendered and trusted God, they found the courage to move forward.

Today, let’s ask ourselves: Is there a fear that has been holding us back? Have we relied more on ourselves than on God? God never promised a life free from challenges, but He did promise to always be with us.

So when fear comes, remember to pray and surrender it to Him. Let God's peace, which surpasses all understanding, guard your heart and mind. Because in God, we are not called to live in fear, but in courage and faith.

WHAT TO DO:
1. Dare to step forward in life without fear.
2. Trust every aspect of your life to God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Kings 19-21

Card image
Truth Youth 26 April 2025 - MENGHADAPI KETAKUTAN DENGAN IMAN
2025-04-26 20:46:02


”Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:6-7)

Rasa takut adalah sesuatu yang wajar. Setiap orang pasti pernah mengalaminya, entah itu takut gagal, takut menghadapi masa depan, atau takut kehilangan sesuatu yang berharga. Dalam banyak situasi, ketakutan membuat kita ragu melangkah, cemas dengan hal-hal yang belum terjadi, dan bahkan merasa tidak cukup baik. Tapi apakah Tuhan ingin kita hidup dalam ketakutan? Tidak. Tuhan ingin kita hidup dalam keberanian dan kepercayaan penuh kepada-Nya.

Filipi 4:6-7 mengajarkan kita bahwa daripada tenggelam dalam kekhawatiran, maka kita harus menyerahkan segala kecemasan kepada Tuhan melalui doa. Saat kita berdoa, kita tidak hanya mengungkapkan ketakutan kita, tetapi juga mengingatkan diri bahwa kita tidak berjalan sendiri. Ingatlah, ada Tuhan yang memegang kendali atas hidup kita, dan Dia tidak pernah meninggalkan kita. Ketenangan sejati datang bukan dari keadaan yang selalu baik, tetapi dari keyakinan bahwa Tuhan bekerja di balik semua yang terjadi.

Ketika kita membiarkan ketakutan menguasai, kita sering kali lupa bahwa Tuhan jauh lebih besar daripada masalah yang kita hadapi. Ingat kisah Musa yang merasa tidak mampu memimpin bangsa Israel? Atau Petrus yang mulai tenggelam saat berjalan di atas air karena kehilangan fokus kepada Yesus? Mereka semua mengalami ketakutan, tetapi ketika mereka berserah dan percaya kepada Tuhan, maka mereka menemukan keberanian untuk melangkah.

Hari ini, mari kita tanyakan kepada diri sendiri: apakah ada ketakutan yang selama ini menghambat kita? Apakah kita lebih sering mengandalkan diri sendiri daripada menyerahkan semuanya kepada Tuhan? Tuhan tidak menjanjikan hidup yang bebas dari tantangan, tetapi Dia berjanji untuk selalu menyertai kita.

Jadi, saat rasa takut datang, ingatlah untuk berdoa dan berserah. Biarkanlah damai sejahtera Tuhan yang melampaui segala akal menjaga hati dan pikiran kita. Sebab di dalam Tuhan, kita tidak dipanggil untuk hidup dalam ketakutan, tetapi dalam keberanian dan iman.

WHAT TO DO:
1. Berani melangkah dalam kehidupan tanpa rasa takut
2. Memercayakan seluruh aspek kehidupan kepada Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Raja-raja 19-21

Card image
Renungan Pagi - 26 April 2025
2025-04-26 20:43:10


Ketika mengerti yang pelihara hidup kita adalah Tuhan, maka konsep dalam mengumpulkan harta akan berbeda; yaitu bukan mengumpulkan harta di dunia ini.

Tetapi mengumpulkan harta disorga yaitu segala perbuatan dalam kebenaran, hidup dalam kekudusan, hidup dalam ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan, hidup seperti ini akan berbuah lebat bagi kemuliaan Tuhan.

Card image
Quote Of The Day - 26 April 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-04-26 20:41:48


Dunia tidak bisa kita hadapi, kita respons dengan kekristenan yang biasa-biasa seperti 30-40 tahun yang lalu, kekristenan harus siuman.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 26 April 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdon
2025-04-26 20:39:12


Tuhan memiliki rencana yang sempurna dan jauh lebih indah daripada yang bisa kita pikirkan. Percayalah, jalan Tuhan selalu yang terbaik bagi kita. Meskipun apa yang kita inginkan tidak selalu sejalan dengan kehendak-Nya.

Card image
ARTIFICIAL CHRISTIANS - 26 April 2025 (English Version)
2025-04-26 19:17:42


We are truly grateful to God, thankful for His grace, in which—before we close our eyes and stand before the throne of God's judgment—we are still given the opportunity to read and listen to His word so that we may change. The Christian life is an organism, where an organism is a living habitat. So, we are not merely part of some organizational activity, but we are a living organism with its own dynamics. In this age, we often see trees, leaves, and fruits that are artificial—not natural. They are made of plastic or fabric. Technology can now produce leaves and fruits that look extremely similar to the real thing. From afar, we would not be able to tell whether they are real or fake.

This can serve as an illustration or image of many Christians who attend church. Some may even serve in church ministries or be church activists and pastors. It's difficult to tell whether someone is simply part of the organizational environment or is truly a divine organism—that is, a child of God who is undergoing a growth process. We may only find out by living alongside them. Even then, it's not guaranteed. If a person's heart is crooked, if their nature is evil and they still love the world, then even if they live among the righteous, they won’t be able to recognize the truth in those people. They will see others through the wrong lens—from the perspective of their own twisted heart.

Artificial Christians can indeed become wiser, more capable of managing the organizations, but they do not experience true spiritual growth. We must be careful, especially those of us involved in church activities as servants or even pastors. We must always ask ourselves whether we are truly going through a process of growth or not. The growth process in a person can be divided into three stages, and these can serve as parameters for self-assessment or indicators.

The first stage, the stage of Christians who praise God's goodness because of His blessings, care, help and defense over life's problems. However, it does not mean that people who praise God's goodness through His help and defense are definitely not mature. The problem is what is being defended? What form does God's help take, or what is the content of God's help? We will always praise God's goodness and acknowledge His defense and help. However, it is different for Christians in the early stages—whose orientation is only on external or temporary matters—God's help for them is for everyday life. Like the struggles and problems that people generally experience. However, mature Christians will give thanks for God's defense for problems in the sanctity of life and opportunities to serve. Their orientation is no longer on physical blessings; they no longer talk about everyday problems like those experienced by people in general.

The First Stage is the stage where Christians praise God’s goodness because of His blessings, care, help, and defense over life’s problems. But this doesn’t mean that those who praise God’s goodness through His help and defense are necessarily immature. The real question is: What is being defended? In what form is God’s help, or what is the content of that help? We will always praise God’s goodness and acknowledge His help and defense. However, it is different with Christians in the early stage—whose focus is only on outward or temporary matters. For them, God’s help means solutions for daily needs, struggles, and problems that are common in life. But for mature Christians, they give thanks for God's defense in matters of holiness and the opportunity to serve. Their focus is no longer on material blessings; they’re no longer concerned with daily issues like most people.

The Second Stage is when Christians start talking about the process. Through everything, He helps us know His Person more deeply. This doesn’t mean the final stage has no process—it does. This process is certainly higher and has a different orientation. This second stage, its orientation is on character. From the nature of sin, then eradicated or starting to be eradicated to the divine nature. Usually in this second stage, a person still has flesh, can still fall into sin, can still do things that are not right. Surprisingly, when first becoming a Christian, it is not easy to sin, because God protects us from temptations. In the second stage, believers are faced with choices, whether to choose the opportunity to satisfy the pleasures of the flesh, or to put it to death.

This is a real experience in the life of a believer. Through all this, God matures us. So it’s not surprising that Christians in this stage sometimes ask, “Why didn’t I go through hardships like this before?” Now they start to face them. Prosperity churches often remain in the first stage. In the second stage, the church begins to mature. There was a time when charismatic churches entered this second stage of process and maturity. There was a time. But the current of the world and the powerful wave of prosperity theology pulled many Pentecostal charismatic churches back to the first stage—though not all of them. It’s ironic.

ARTIFICIAL CHRISTIANS CAN INDEED BECOME WISER, MORE CAPABLE OF MANAGING THE ORGANIZATIONS, BUT THEY DO NOT EXPERIENCE TRUE SPIRITUAL GROWTH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 April 2025
2025-04-26 19:01:06

1 Tawarikh 6

Card image
KRISTEN ARTIFISIAL - 26 April 2025
2025-04-26 17:45:03


Kita benar-benar bersyukur kepada Tuhan, berterima kasih kepada Tuhan untuk anugerah-Nya, di mana sebelum kita menutup mata dan menghadap takhta pengadilan Tuhan, kita masih diberi kesempatan untuk membaca dan mendengarkan firman agar kita berubah. Kehidupan Kristen itu adalah organisme, di mana organisme adalah habitat kehidupan. Jadi, kita bukan hanya ada di suatu kegiatan organisasi, namun kita adalah organisme yang hidup dan memiliki dinamika. Di zaman ini sering kita jumpai pohon, daun dan buah buatan yang tidak natural atau alami. Mereka dibuat dari plastik atau kain. Teknologi dapat membuat daun dan buah yang sangat mirip dengan aslinya. Kalau dari jauh, kita tidak akan bisa membedakan itu daun hidup atau buatan.

Ini bisa menjadi ilustrasi atau gambaran banyak orang Kristen yang ke gereja. Bahkan mungkin juga melayani pekerjaan gereja atau menjadi aktivis dan pendeta. Sulit untuk membedakan apakah dia hanya ada di lingkungan organisasi, atau dia organisme ilahi; artinya anak-anak Allah yang mengalami proses pertumbuhan. Kita baru bisa tahu kalau kita hidup bersamanya. Itu pun juga belum tentu. Kalau orang hatinya bengkok, memang dasarnya jahat—masih mencintai dunia—maka kalau dia hidup bersama orang benar, dia tidak akan mengenali kebenaran dari orang tersebut. Dia akan memandang orang dari kacamata yang salah, dari hatinya yang bengkok.

Kristen artifisial memang bisa bertambah bijaksana, bertambah cakap mengatur organisasi, tetapi tidak mengalami pertumbuhan rohani yang benar. Hati-hati, kita yang mengambil bagian dalam aktivitas gerejawi sebagai pelayan atau bahkan pendeta. Kita harus selalu mempersoalkan, apakah kita benar-benar mengalami proses pertumbuhan atau tidak. Proses pertumbuhan seseorang itu bisa dibagi dalam tiga tahap, dan ini sekaligus bisa menjadi parameter untuk mengukur diri atau sebuah indikator.

Tahap pertama, tahap orang Kristen yang memuji-muji kebaikan Tuhan karena berkat, pemeliharaan, pertolongan serta pembelaan-Nya atas masalah hidup. Namun bukan berarti kalau orang yang memuji-muji kebaikan Tuhan lewat pertolongan dan pembelaan-Nya itu sudah pasti belum dewasa. Masalahnya adalah apa yang dibela? Pertolongan Tuhan dalam bentuk apa, atau apa isi pertolongan Tuhan tersebut? Kita akan selalu memuji-muji kebaikan Tuhan serta mengakui pembelaan dan pertolongan-Nya. Namun berbeda, orang Kristen yang tahap mula-mula—yang orientasinya hanya pada perkara-perkara lahiriah atau sementara—pertolongan Tuhan baginya adalah untuk hidup sehari-hari. Seperti pergumulan dan persoalan yang pada umumnya dialami orang. Namun orang Kristen yang dewasa, ia akan mengucap syukur atas pembelaan Tuhan atas masalah pada kesucian hidup dan kesempatan melayani. Orientasinya bukan lagi pada berkat jasmani; sudah tidak lagi bicara mengenai persoalan sehari-hari seperti yang dialami oleh orang pada umumnya.

Tahap kedua, orang Kristen yang mulai bicara mengenai proses. Melalui semua hal Dia membuat kita lebih mengenal Pribadi-Nya. Bukan berarti tahap terakhir tidak ada proses. Ada. Ini prosesnya pasti lebih tinggi dan orientasinya berbeda. Tahap kedua ini, orientasinya pada karakter. Dari kodrat dosa, lalu dientaskan atau mulai dientaskan ke kodrat ilahi. Biasanya pada tahap kedua ini, seseorang masih punya kedagingan, masih bisa jatuh dalam dosa, masih bisa melakukan hal-hal yang tidak patut. Herannya, pada waktu mula-mula jadi Kristen, tidak mudah berbuat dosa, karena Tuhan menghindarkan dari pencobaan-pencobaan. Di tahap kedua, orang percaya diperhadapkan pada pilihan-pilihan, apakah memilih kesempatan untuk memuaskan kenikmatan daging, atau mematikannya.

Fakta ini terjadi dalam kehidupan orang percaya. Dan melalui semua ini, Tuhan mendewasakan kita. Jadi, tidak heran kalau ada orang-orang Kristen pada tahap ini yang bertanya-tanya, “mengapa dulu saya tidak mengalami keadaan sulit seperti ini?” Sekarang mulai mengalami. Gereja kemakmuran itu sering ada di tahap pertama. Pada tahap kedua, gereja mulai dewasa. Dulu gereja-gereja kharismatik sudah pernah masuk ke proses ini, ke kelompok atau tahap kedua ini. Dulu. Tetapi arus dunia dan teologi kemakmuran yang begitu kuat, menarik gereja-gereja Kharismatik Pentakosta sehingga kembali ke tahap pertama—tentu tidak semua. Ironis

Teriring salam dan doa,
Dr. Erastus Sabdono

KRISTEN ARTIFISIAL MEMANG BISA BERTAMBAH BIJAKSANA, BERTAMBAH CAKAP MENGATUR ORGANISASI, TETAPI TIDAK MENGALAMI PERTUMBUHAN ROHANI YANG BENAR.

Card image
Truth Kids - SESUAI JANJI
2025-04-26 17:42:15


2 Korintus 1:20
”Sebab Kristus adalah “ya” bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan “Amin” untuk memuliakan Allah.”

"Wah, kita sudah hampir sampai. Rasanya belum lama kita duduk di kereta cepat Whoosh ini, sebentar lagi sudah mau sampai Bandung," seru Alin dengan gembira. Ini pertama kalinya Alin dan keluarganya mencoba kereta cepat Whoosh dari stasiun Halim ke Bandung. "Benar, Nak. Kan sesuai dengan janjinya, kereta Whoosh ini bisa membawa kita dari Jakarta ke Bandung dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Coba kalau kita naik mobil, bisa sekitar 3 sampai 4 jam baru sampai ke Bandung. Ini namanya kereta ini tepat janji," jelas ibu.

Sobat Kids, dalam perjalanan hidup ini, kita juga mendapatkan janji-janji Tuhan yang luar biasa. Ingatlah, bahwa Tuhan setia untuk menepati setiap firman-Nya. Tuhan tidak berjanji kita akan selalu bahagia, hidup enak, ataupun makan enak setiap saat. Namun, Tuhan berjanji akan selalu menyertai kita setiap waktu. Ada kalanya kita akan merasa sedih, ada tantangan yang harus kita lalui. Bukan karena Tuhan tidak tepat janji, melainkan Tuhan mau kita menjadi lebih kuat dan mengandalkan Ia setiap saat. Tuhan pasti akan menyertai kita melalui semua kesedihan dan kesulitan dalam hidup ini. Semangat, Sobat Kids!

Card image
Truth Youth 25 April 2025 - AMIN
2025-04-26 17:40:35


2 Korintus 1:20
”Sebab Kristus adalah “ya” bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan “Amin” untuk memuliakan Allah.”

Sobat Junior, pernahkah kalian berpikir mengapa kita mengucapkan kata ‘amin’ setiap kali selesai berdoa? Apa sebenarnya arti kata “amin?” Berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kata “amin” berarti terimalah, kabulkanlah, demikianlah hendaknya. “Amin” berasal dari kata serapan dari bahasa Semitik kuno yang berarti “pasti! sungguh! benar! jadilah demikian!” Kata ‘amin’ disebutkan sebanyak 25 kali dalam Alkitab Perjanjian Lama dan 138 kali dalam Perjanjian Baru.

Dalam Perjanjian Lama, kata ‘amin’ sering disebutkan sebagai respons persetujuan terhadap hukuman yang diberikan Allah. Ada juga yang berhubungan dengan puji syukur. Sedangkan di Perjanjian Baru, ada rasul yang menutup suratnya dengan kata ‘amin’ atau mengucapkan ‘amin’ pada ucapan berkat kepada orang-orang yang disuratinya. Amin juga sering kali digunakan sebagai penutup doa. Kita menyatakan harapan dan keyakinan bahwa doa yang kita telah sampaikan kepada Tuhan terjadi sesuai dengan kehendak-Nya.

Sobat Junior, perjalanan kehidupan kita dipenuhi dengan janji-janji Tuhan yang luar biasa. Ingatlah bahwa Tuhan setia untuk menepati setiap janji-Nya. Walaupun sampai saat ini mungkin kita merasa Tuhan tidak menepati janji-Nya, percayalah bahwa janji Tuhan membawa kita kepada pengharapan yang kekal. Janji Tuhan pasti ditepati sesuai waktu yang tepat bagi kita. Tetap setia menantikan janji Tuhan, ya, Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 25 April 2025 (English Version) - SURRENDER TO GOD
2025-04-25 20:21:56


"Cast all your anxiety on Him because He cares for you." (1 Peter 5:7)

“Life begins at the end of your comfort zone.” Cliché? Maybe. But honestly, it’s so relatable. Most of the time, what keeps us stuck isn’t a lack of ability, it’s too much fear. Fear of failure, fear of being judged, fear of embarrassment, fear of disappointing others. And in the end? We’d rather give up before even trying. Like when you have tons of assignments, but instead of doing them, you keep scrolling through TikTok. Not because you’re lazy, but because you’re afraid the result won’t meet expectations.

Look at Moses' story. When God told him to speak to Pharaoh, he panicked and said, “Lord, I am not eloquent.” Sounds familiar, right? But God didn’t ask Moses to be a great speaker before stepping up. He just asked him to move forward, and God would be with him. That’s what true courage is—it’s not about waiting for fear to disappear.

Courage means moving forward even when your legs are shaking. Like learning to ride a motorcycle for the first time—you’re nervous, your heart is racing, but if you don’t accelerate, you’ll never get anywhere. Sometimes, courage isn’t about big things. It’s about the little steps that push us out of our comfort zones—starting a conversation with someone new, daring to say “no” when something doesn’t feel right, or simply being honest about your feelings. The good news? You’re not walking alone. God is always by your side, like a co-pilot ready to take over if you start to stumble.

David didn’t defeat Goliath because he felt strong—he won because he knew God was in control. So, what are you afraid of right now? Try facing it little by little. Pray first, take a deep breath, and take a small step. Afraid of rejection? Just try. Afraid of failure? Go through with it anyway. Because with every step we take with God, fear gradually turns into courage. Remember, the comfort zone may feel safe, but it won’t help you grow. When was the last time you stepped out of it?

WHAT TO DO:
1. You don’t have to do something big right away. Start with small steps that fit your situation. For example, if you’re afraid of public speaking, try practicing in front of a mirror or speaking in a small group first.
2. Challenge yourself to try something new that you’ve been avoiding—whether it’s talking to new people, learning a new skill, or taking an opportunity you’ve been doubting. Every small step will make you mentally stronger.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Kings 17-18

Card image
Truth Youth 25 April 2025 - SERAHKAN KEPADA TUHAN
2025-04-25 20:16:48


”Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” (1 Petrus 5:7)

“Life begins at the end of your comfort zone.” Klise? Mungkin. Tapi jujur, ini relate banget. Karena sering kali yang bikin kita stuck itu bukan kurang kemampuan, tapi kebanyakan takut. Takut gagal, takut di-judge, takut bikin malu, takut ngecewain orang lain. Akhirnya? Mending mundur sebelum mulai. Kayak punya tugas menumpuk, tapi malah scroll TikTok. Bukan karena malas, tapi karena takut ngerjain dan hasilnya nggak sesuai ekspektasi. Tapi coba lihat cerita Musa. Waktu Tuhan suruh dia ngomong ke Firaun, dia panik, “Tuhan, aku nggak pandai bicara,” katanya. Excuse-nya relate banget sama kita, kan? Tapi Tuhan nggak minta Musa jadi super jago dulu, baru maju. Dia cuma minta Musa melangkah, dan Tuhan yang akan menyertai. Di situlah letak keberanian sebenarnya. Bukan berarti kita harus menunggu rasa takut hilang.

Berani itu tetap jalan meskipun kaki gemetar. Kayak pertama kali belajar naik motor di jalan raya—gemetaran, deg-degan, tapi kalau nggak gas, ya nggak bakal bisa jalan. Kadang, keberanian itu bukan soal melakukan hal besar, tapi hal-hal kecil yang bikin kita keluar dari zona nyaman. Mengajak ngobrol orang baru, berani bilang “tidak” kalau ada yang nggak sesuai hati, atau sekadar berani jujur tentang perasaan sendiri. Yang bikin tenang, kita nggak jalan sendiri. Tuhan selalu di sisi kita, bagai co-pilot yang siap ambil alih kalau kita goyah. Daud berani lawan Goliat bukan karena dia merasa kuat, tapi karena dia tahu Tuhan yang pegang kendali.

Jadi, apa yang lagi kamu takutkan sekarang? Coba hadapi pelan-pelan. Doa dulu, tarik napas, lalu ambil langkah kecil. Takut ditolak? Coba dulu. Takut gagal? Jalani saja. Karena disetiap langkah yang kita ambil bersama Tuhan, maka ketakutan pelan-pelan berubah jadi keberanian. Ingat, zona nyaman itu enak, tapi nggak membuat kita bertumbuh. Kapan terakhir kali kamu keluar dari sana?

WHAT TO DO:
1. Tidak perlu langsung melakukan hal besar. Mulailah dari hal sederhana yang sesuai dengan situasi kamu. Misalnya, kalau takut ngomong di depan umum, cobalah latihan di depan cermin atau diskusi di kelompok kecil dulu.
2. Tantang diri sendiri untuk mencoba hal baru yang selama ini kamu hindari. Entah itu berbicara dengan orang baru, mencoba skill baru, atau mengambil peluang yang selama ini kamu ragukan. Setiap langkah kecil bisa membuat mental kamu makin kuat.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Raja-raja 17-18

Card image
Renungan Pagi - 25 April 2025
2025-04-25 20:14:25


Hidup benar bukan soal berapa kali kita beribadah dalam setiap minggu, hidup benar bukan soal bisa berkhotbah atau tidak bisa berkhotbah.

Hidup benar adalah soal perkataan, kalau hidup benar, maka perkataan kita pasti membangun, membawa damai, memberi dorongan dan memberi semangat bagi orang lain, serta pasti meninggikan Kristus.

Card image
Quote Of The Day - 25 April 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-04-25 20:13:19


Jangan mimpi hidup nyaman.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 25 April 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-04-25 20:11:37


Biarkanlah kasih Tuhan memenuhi hati kita dan menuntun setiap langkah hidup kita, agar melalui hidup kita, nama-Nya dipermuliakan.

Card image
MOMENTS OF FOOLISHNESS - 25 April 2025 (English Version)
2025-04-25 20:10:15


The question is: how can every nerve and blood cell in our bodies be filled with the Holy Spirit? So that there would be no impurity, no unclean touches, no violent actions. That’s the extreme example. And it all begins with our inner being—our desires. When our desires are clean, our bodies will also be clean. Cleansing our bodies is by cleaning our desires. If the temple of God has a Most Holy Place, then our inner being must also become that Most Holy Place. Since God resides in that place, we must make sure it doesn't “leak.” When we're at the dinner table or in a café, let’s not talk about unnecessary or unwholesome things.

Honestly, we are often tempted to speak in ways that cause us to “leak.” Many situations awaken sinful reflexes in us—whether through feeling offended, insulted, or otherwise provoked. Yet the Holy Spirit will surely help us and alert us during what the Bible calls “moments of foolishness.” Even thoughts or desires that don’t break any ethical rules may still not be pleasing to God if they are not aligned with God's will,—let alone sinful desires. The apostle Peter reminds us in 1 Peter 1:13: “Therefore prepare your minds, be alert and place your hope entirely in the grace given to you at the revelation of Jesus Christ.”

Have you ever imagined being in a place of complete happiness? There is only one place where true joy exists: in the presence of God. There, there is no suffering—not only will we not suffer, but we will also not witness others in pain. Because even if we are free from hardship, seeing others suffer robs us of joy. That’s why our minds must be clean, because we are meant to be God’s spokesperson. Our hearts must also be pure, because they are God’s vessel to touch others. Let’s be truly serious in our walk with God. When parents are serious about God, their children who watch them will follow in their footsteps.

1 Peter 1:14 says, “As obedient children, do not conform to the evil desires you had when you lived in ignorance.” There are moments of foolishness. We know when, where, and in what context we have fallen. God gives us storms. At first, just wind—then the storm gets bigger. But deep down, we know how to overcome each wave. So when we sin, we must remember: when did it happen? What was the mistake? And we must settle it immediately. If not, we risk breaking down mentally or emotionally. When there is sin, fall on your knees and say, “Forgive me, Lord.”

We must control our desires. How can we do that? We must place ourselves in the right place—in the presence of God. There should be time every day when we come before Him. One thing that enables us to overcome continuously is stillness in silence. Give yourself time to be alone in silence with God. The more time we spend in quietness with God, the more sensitive we will be to the sins we commit. Even before we sin, we can already sense that something is off. Don't think this advice is just for pastors. All of us must set aside as much time as possible in God’s presence in silence. When we do, we will get many things that we never thought or imagined before.

Because believing in Jesus comes with serious consequences. It means following Him, living as He lived, and becoming His messenger. And we must personally experience this. Don’t let the day come when we close our eyes for the last time, yet we have never met the Eternal Lover. That we’ve never truly loved God to the point of being willing to do anything for Him.

John 14 says, “Blessed are those who die in the Lord, for their works will follow them.” Indeed, not all of us can be used by God, because we haven’t even finished dealing with ourselves. We’re still easily offended, still hold on to our pride, still want to be honored. That’s why we must go through a process—through the events of life.

Our Yahweh is too great—He is the living God of the universe. One day, we will behold His glory. Let’s not be proud; let us consecrate ourselves. And if we have lived for God and surrendered our lives completely to Him, then we will be preserved for eternity.

THE MORE TIME WE SPEND IN QUIETNESS WITH GOD, THE MORE SENSITIVE WE WILL BE TO THE SINS WE HAVE COMMITTED.

Card image
SAAT KEBODOHAN - SAAT KEBODOHAN
2025-04-25 20:07:53


Masalahnya, bagaimana setiap saraf-saraf dan sel-sel darah kita diisi Roh Kudus? Sehingga tidak akan ada percabulan, tidak akan ada sentuhan yang kotor, atau tidak akan ada tindakan kekerasan. Itu ekstremnya. Dan itu dimulai dari batin kita, keinginan kita. Dengan keinginan yang bersih maka tubuh kita bersih. Membersihkan tubuh kita adalah dengan cara membersihkan keinginan kita. Kalau di dalam bait Allah itu ada ruang maha kudus, maka batin kita itu harus menjadi tempat ruang maha kudus. Karena Allah ada di ruang itu, maka jangan sampai bocor. Waktu kita kumpul di meja makan atau meja kafe resto, jangan bicara macam-macam yang tidak perlu dan tidak berguna.

Sejujurnya, sering kita tergoda untuk bicara apa yang membuat kita bocor. Dan banyak keadaan yang membangkitakan refleks dosa dalam diri kita; entah itu tersinggung, merasa terhina, dan lain sebagainya. Namun Roh Kudus pasti menolong kita dan memberitahu kapan saat-saat yang dikatakan dalam Alkitab sebagai “saat kebodohan.” Pikiran kita dengan keinginan yang tidak melanggar etika saja belum tentu Tuhan berkenan kalau itu tidak sesuai kehendak Allah, apalagi keinginan dosa. Rasul Petrus mengingatkan kita dalam 1 Petrus 2:13, “Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus.”

Pernahkah kita membayangkan ada di satu situasi yang membahagiakan? Ya, hanya ada satu situasi dan tempat yang dapat membahagiakan, yaitu ketika kita bertemu Tuhan. Di sanalah tidak ada penderitaan, bukan hanya kita yang tidak menderita, namun kita juga tidak melihat orang lain menderita. Karena walaupun kita tidak punya penderitaan atau kesulitan, namun masih lihat orang punya penderitaan, kita juga tidak bahagia. Karena itu, pikiran kita harus bersih sebab kita harus menjadi juru bicara di mana Tuhan bicara. Hati kita juga harus bersih karena hati kita menjadi bejana Tuhan untuk menyentuh sesama. Mari kita benar-benar serius dengan Tuhan. Orang tua yang serius dengan Tuhan, maka anak-anak yang melihat akan mengikuti jejak orang tuanya.

Dalam 1 Petrus 1:14 dikatakan, “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu.” Ada saat-saat kebodohan. Kita tahu kapan kita jatuh, di mana, saat mana, dalam konteks apa. Tuhan kasih kita badai. Mungkin angin dulu, lalu badai makin besar. Namun sejatinya kita tahu bagaimana mengatasi setiap gelombang itu. Jadi, pada waktu kita bersalah, kita ingat kapan kita bersalah, salah apa, dan kita harus selalu menyelesaikan secepatnya. Kalau tidak, kita bisa sakit jiwa. Kalau ada kesalahan, langsung kita berlutut, "Ampuni aku, Tuhan."

Keinginan kita harus kita kontrol. Bagaimana bisa melakukan itu? Kita harus berada di tempat yang tepat, yaitu ada di hadirat Tuhan. Ada waktu setiap hari kita menghadap Tuhan. Dan satu hal yang membuat kita akan menang terus menghadapi ini, yaitu ketenangan dalam kesunyian. Beri diri kita waktu untuk ada dalam kesunyian bersama Tuhan. Ketika kita makin banyak dalam kesunyian bersama Tuhan, kita akan peka terhadap dosa yang kita lakukan. Sebelum berdosa pun, kita sudah mulai merasakan ada yang kurang beres. Jangan anggap ini sebuah nasihat yang hanya untuk pendeta. Semua kita harus punya waktu sebanyak-banyaknya di hadapan Tuhan dalam kesunyian, dengan demikian kita akan banyak mendapat hal yang tidak pernah kita pikirkan atau bayangkan sebelumnya.

Sebab ketika orang percaya Yesus, ada konsekuensi serius di situ. Dia harus ikut Yesus yang berarti harus hidup seperti Dia hidup dan harus jadi utusan-Nya. Dan kita harus mengalaminya sendiri. Jangan sampai nanti kita menutup mata, namun kita belum menemukan Kekasih Abadi. Kita belum mencintai Tuhan sampai rela buat apa pun untuk Tuhan. Yohanes 14 mengatakan, “berbahagialah orang yang mati dalam Tuhan, karena seluruh pekerjaannya menyertai dia.” Memang, belum setiap kita bisa dipakai Tuhan, karena mengurusi diri sendiri saja belum selesai. Kita masih gampang tersinggung, masih punya harga diri dan masih mau terhormat. Untuk itu kita mesti diproses melalui segala peristiwa hidup.

Terlalu besar, Yahweh kita. Allah semesta alam adalah Yahweh yang hidup. Suatu hari kita akan melihat kemuliaan-Nya. Jangan sombong, mari kita kuduskan diri kita. Dan jika kita sudah hidup untuk Tuhan dan menyerahkan hidup sepenuhnya untuk Dia, maka kita akan dipelihara sampai kekekalan.

Teriring salam dan doa,
Dr. Erastus Sabdono

KETIKA KITA MAKIN BANYAK DALAM KESUNYIAN BERSAMA TUHAN, KITA AKAN PEKA TERHADAP DOSA YANG KITA LAKUKAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 April 2025
2025-04-25 20:02:20


Mazmur 73, 77-78

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 April 2025
2025-04-24 19:52:47

1 Tawarikh 3-5

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 April 2025
2025-04-24 19:55:01

Mazmur 43-45, 49, 84-85, 97

Card image
Truth Kids 24 April 2025 - THE GOLDEN TICKET
2025-04-24 19:44:18


Yakobus 4:10
”Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.”

Ratusan orang sedang antre untuk mengikuti acara pencarian bakat. Panitia mencari orang-orang yang mampu bernyanyi dengan suara yang bagus. Orang-orang menunggu giliran mereka untuk tampil bernyanyi di depan para juri. Mereka berharap juri memberikan the golden ticket. The golden ticket adalah tiket emas yang dapat membawa mereka ke tahap akhir lomba, jadi mereka tidak perlu lagi melalui tahap seleksi berikutnya.

Ada beberapa peserta yang mendapatkan golden ticket. Sayangnya, beberapa di antara mereka menjadi sombong dan lupa untuk berlatih. Akhirnya saat tahap akhir lomba, mereka tidak bisa menjadi juara walaupun sudah memiliki the golden ticket.

Sobat Kids, ketika kita telah mendapatkan tiket keselamatan dari Tuhan, kita harus tetap rendah hati. Jangan sombong, karena kita telah memiliki tiket dari Tuhan. Kita harus tetap menjaga keselamatan yang telah diberikan Tuhan. Tetaplah melakukan perintah Tuhan. Kita harus tetap menjaga hidup kita agar tetap menyenangkan Tuhan dalam setiap perbuatan, perkataan, dan pikiran kita. Jangan sampai kita menyia-nyiakan the golden ticket yang telah diberikan Tuhan kepada kita.

Card image
Truth Junior 24 April 2025 - LIFT
2025-04-24 19:42:53


Yakobus 4:10
”Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.”

Sobat Junior, apakah kalian pernah memperhatikan sistem kerja sebuah lift? Pastinya akan ada motor atau mesin bertenaga listrik yang menggerakkan roda beralur. Ada juga kabel baja yang dililitkan di sekitar roda beralur. Dalam sistem kerja lift, juga dibutuhkan beban penyeimbang yang ada di samping kabin lift agar dapat menggerakkan kabin lift, tempat atau ruangan yang kita masuki dalam lift. Sistem kerjanya seperti katrol, Sobat Junior. Saat kabin lift bergerak ke atas, maka beban penyeimbang akan bergerak turun. Begitu juga sebaliknya, saat kabin lift bergerak ke bawah, maka beban penyeimbang akan bergerak naik. Tidak bisa beban penyeimbang dan kabin lift sama-sama bergerak naik.

Tiket yang kita dapatkan dari Tuhan mengajarkan kita untuk merendahkan diri di hadapan-Nya. Sama seperti lift tadi, jika kita umpamakan Tuhan sebagai kabin lift, maka kita adalah beban penyeimbangnya. Saat kita merendahkan diri, maka Tuhanlah yang akan ditinggikan. Begitu juga sebaliknya, saat kita meninggikan diri alias sombong, maka Tuhan yang akan direndahkan. Orang yang tidak percaya Tuhan akan berpikir buat apa mengikut Tuhan karena mereka melihat kita yang sombong.

Sobat Junior, jangan sombong karena kita dipilih oleh Tuhan, tetapi tetaplah melayani dengan hati yang tulus. Tuhan meninggikan orang yang rendah hati.

Card image
Truth Youth 24 April 2025 (English Version) - OKAY TO BE AFRAID
2025-04-24 19:41:42


"Come," he said. Then Peter got down out of the boat, walked on the water and came toward Jesus. But when he saw the wind, he was afraid and, beginning to sink, cried out, “Lord, save me!” Immediately Jesus reached out his hand and caught him. “You of little faith,” he said, “why did you doubt?” (Matthew 14:29-31)

Have you ever felt afraid to do something? Afraid of failing, afraid of being judged, or even afraid of stepping out of your comfort zone? It feels like there’s a huge wall keeping us stuck in the same place. Fear is normal, and that’s why it’s okay to feel afraid.

Look at Peter’s story of walking on water. When Jesus told him to step out of the boat, he started with faith and courage. But as soon as he shifted his focus to the wind and waves, fear crept in, and he began to sink. Did Jesus get angry? No. He immediately reached out His hand and saved Peter.

We often do the same. God has already called us to step forward, but we get caught up thinking about the worst possible outcomes. We’re afraid of failing before we even try, afraid of rejection before we even speak, or afraid of not being good enough before we even put in the effort. But remember, courage doesn’t mean the absence of fear. Courage means taking steps forward even when you’re afraid. True bravery is born when we face our fears head-on.

It’s okay to be afraid, but don’t let fear hold you back forever. The God who is with us is far greater than the fears we face. Start with small steps. Face one fear that has been stopping you—speaking in public, pursuing a long-held dream, or simply being honest about your feelings. Whatever it is, trust that God is always by your side. Fear might not disappear immediately, but God’s hand is always ready to catch you when you start to waver. Don’t let fear steal the opportunities God has given you. Because in every step of faith we take, our courage grows, and God’s blessings start to unfold. Believe that behind every fear you conquer, there’s a stronger version of yourself, ready to take on the next challenge.

WHAT TO DO:
1. Acknowledge your fear: It’s okay to feel afraid, but don’t let it stop you—start by accepting your emotions while trusting that God is with you in every process.
2. Focus on God, not the problem. Just like Peter, who started sinking when he focused on the waves, shift your attention to God through prayer and His promises instead of worrying about what could go wrong.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Kings 14-16

Card image
Truth Youth 24 April 2025 - ITS OKAY TO BE AFRAID
2025-04-24 19:39:21


”Kata Yesus: “Datanglah!” Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: “Tuhan, tolonglah aku!” Segera Yesus mengulurkan tangan- Nya, memegang dia dan berkata: “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” (Matius 14:29-31)

Pernah nggak, sih, kamu ngerasa takut buat ngelakuin sesuatu? Takut gagal, takut dinilai orang, atau bahkan takut keluar dari zona nyaman. Rasanya ada tembok besar yang bikin kita stuck di tempat yang sama. Takut itu wajar, makanya nggak apa-apa, kok, kalau kita merasa takut.

Lihat kisah Petrus yang jalan di atas air. Waktu Tuhan Yesus menyuruh dia keluar dari perahu, awalnya dia percaya dan berani melangkah. Tapi begitu fokusnya pindah ke angin dan ombak, rasa takut mulai masuk, dan dia pun tenggelam. Tapi apa Tuhan Yesus marah? Tidak. Dia langsung mengulurkan tangan dan selamatin Petrus.

Kita pun sering seperti itu. Tuhan sudah panggil kita buat melangkah, tapi kita malah sibuk memikirkan kemungkinan terburuk. Takut gagal sebelum mencoba, takut ditolak sebelum ngomong, atau takut nggak cukup baik sebelum berusaha. Tapi ingat, berani itu bukan berarti nggak takut. Berani itu tetap melangkah meskipun takut. Karena, keberanian sejati lahir justru saat kita menghadapi rasa takut itu sendiri.

It’s okay to be afraid, tapi jangan biarkan ketakutan itu ngerem kita terus. Tuhan yang menyertai kita jauh lebih besar dari ketakutan yang kita hadapi. Mulailah dari langkah kecil. Coba hadapi satu ketakutan yang selama ini bikin kamu mundur. Ngomong di depan umum, mengejar mimpi yang tertunda, atau sekadar jujur sama perasaanmu. Apa pun itu, percayalah Tuhan selalu ada di sisi kamu. Ketakutan mungkin nggak langsung hilang, tapi tangan Tuhan selalu siap menangkap kita kalau kita mulai goyah. Jangan biarkan rasa takut merampas kesempatan yang Tuhan kasih. Karena justru di setiap langkah iman yang kita ambil, keberanian kita bertumbuh dan berkat yang Tuhan sediakan mulai kelihatan. Percayalah bahwa di balik setiap ketakutan yang kita taklukkan, ada versi diri kita yang lebih kuat dan siap menghadapi tantangan berikutnya.

WHAT TO DO:
1. Akuilah rasa takut: Tidak apa-apa merasa takut, tapi jangan biarkan itu menghentikan langkahmu—mulailah dengan menerima perasaan itu sambil tetap percaya bahwa Tuhan menyertai setiap proses.

2. Fokus pada Tuhan, bukan masalah. Seperti Petrus yang tenggelam saat fokus ke ombak, arahkan perhatianmu ke Tuhan dengan berdoa dan mengingat janji-Nya, bukan ke hal-hal yang membuat kamu makin khawatir.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Raja-raja 14-16

Card image
Renungan Pagi - 24 April 2025
2025-04-24 19:37:32


Tuhan tidak mungkin menolong pembohong, tetapi sebaliknya kalau kita berani jujur, maka ada saja terobosan-terobosan Tuhan yang luar biasa.

Kalau hidup jujur, apapun harganya, apapun penderitaannya, kita akan kagum melihat tangan Tuhan mengangkat kita dan melakukan perkara-perkara dahsyat.

Card image
Quote Of The Day - 24 April 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-04-24 19:36:30


Iblis membuat moralitas manusia menjadi rendah, yaitu ketika manusia tidak menghayati kekekalan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 24 April 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-04-24 19:35:32


Jangan biarkan kebencian merusak kedamaian hati kita. Sebaliknya, marilah kita belajar untuk mengasihi tanpa syarat, bukan demi mendapatkan balasan, tetapi sebagai wujud ketaatan kepada Tuhan.

Card image
DIRECTED TOWARDS THE NEW HEAVEN AND NEW EARTH - 24 April 2025 (English Version)
2025-04-24 05:15:52


When we talk about the new heaven and new earth, people often scoff—because they don’t know where that direction leads. Jesus said in John 3:8, “The wind blows wherever it pleases. You hear its sound, but you cannot tell where it comes from or where it is going. So it is with everyone born of the Spirit.” So, someone who has been born again may not have a path that is easily seen by others, but the person themselves knows where they came from and where they are going. And a true sign of someone who is born again is that they have a clear direction. However, what we often hear and understand is that a “born again” life simply means changing from not going to church to going to church, or from being immoral to becoming moral. But that alone does not fully define being born again. A person who is born again is someone whose life is directed toward the new heaven and the new earth.

Therefore, throughout the life of someone born again, they must reach the target that God desires. For us believers, that target is to become perfect like the Father and to be like Jesus. Along the journey of life, if we have desires that are not in line with His will, those desires will interfere with and hinder our perfection. That’s why God says, “If we have food and clothing, we will be content with that.” But such a philosophy is difficult to live by today. Since childhood, we’ve been trained to have many desires, as if we’re free to want whatever we like. We understand that a child may move from one toy to another—and this continues into adolescence, adulthood, even into old age.

As time goes by, parents must present a model or prototype of a child of God who is offered to the Lord, expressed in this way: “Whether you eat or drink or whatever you do, do it all for the glory of God.” Just like the life principle of Jesus: “My food is to do the will of the Father and to finish His work.” Therefore, while we still have the opportunity to change our way of living, let’s make that change before it’s too late. If someone drives a 60-million-rupiah car and becomes proud of it, then that car becomes luxurious. But if someone else drives a 2-billion-rupiah car and remains humble, then the car is not luxurious. It all depends on the attitude of our heart. Our heart must be filled with spiritual values because those are higher than worldly values.

And in truth, when we succeed in killing desires that should not be in our hearts, we become truly free and happy. This is a difficult process, because the rhythm of life has been wrong for decades, making it hard to let go. When we’re offended, hurt, or when there’s an opportunity to boast in conversation, or when we face temptation to sin—our sinful reflexes respond quickly. Reflexes of pride, emotion, and all kinds of impure desires within us still exist, and these are not pleasing to the Holy Spirit. So, if we are not led by the Holy Spirit and do not listen to pure sermons, we’ll just keep going astray.

Many Christians are actually imprisoned by human ways of thinking. Our desires are shaped by our environment. For example, pastors are often imprisoned by the desire to have a large church, to hold a doctorate in theology, to preach in front of a thousand people. These become the measures of their worth. But Jesus raised us with this principle: “If we have food and clothing, we will be content. Foxes have dens, and birds have nests, but the Son of Man has no place to lay His head.” The problem is, today’s world sees that as outdated. It’s considered irrelevant to human thinking—especially modern thinking. Who wants to hear that? Everyone wants to live a "normal" life, just like everyone else.

But we must remember: even if we no longer have desires that oppose God’s will, that doesn’t mean we’ll be free from problems. God allows those problems to happen—because if our path is too smooth, we won’t depend on Him. There must be things beyond our ability so that we rely on Him. In our dependence on God, we are reminded that this world is tragic, so that we do not love this world. There will be surprises—situations beyond our ability, so we rely on God instead of the world.

We can have ideals or our ministry may progress, but even that must come from God’s will, not from our own desires. This is what brings true freedom and joy—when we no longer live out of our own desires. So, how can that happen? We must be in the right location. The first location is the presence of God. The second is *to avoid close fellowship with people who do not fear God, because they can inject the wrong desires into us. Remember, the Word of God has warned us: there are wolves in sheep’s clothing.

IN TRUTH, WHEN WE SUCCEED IN KILLING DESIRES THAT SHOULD NOT BE IN OUR HEARTS, WE BECOME TRULY FREE AND HAPPY.

Card image
DIARAHKAN KE LB3 - 24 April 20250
2025-04-24 05:08:23


Kalau kita bicara Langit baru bumi baru, orang sudah mencibir. Karena mereka tidak tahu di mana arahnya. Yesus berkata dalam Yohanes 3:8, "Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.” Jadi, orang yang mengalami kelahiran baru mungkin tidak terbaca jalannya, tetapi orang yang lahir baru tahu dari mana dia datang dan ke mana dia pergi. Dan ciri seorang yang lahir baru pasti memiliki arah yang jelas. Tetapi selama ini yang banyak kita dengar dan tahu, kalau kehidupan orang yang namanya lahir baru itu berarti hidup berubah dari tidak ke gereja ke gereja, dari berbuat amoral, sekarang menjadi moralis. Itu belum sepenuhnya lahir baru. Orang yang lahir baru itu hidupnya diarahkan ke Langit baru bumi baru.

Untuk itu, di sepanjang jalan hidup orang yang lahir baru itu harus mencapai target yang Allah kehendaki. Sebab, kalau bagi kita orang percaya, targetnya adalah sempurna seperti Bapa dan serupa dengan Yesus. Dan kalau di dalam perjalanan hidup ini kita punya keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengan keinginan-Nya, hal itu sangat mengganggu dan menghalangi penyempurnaan kita. Jadi, Tuhan berkata, "Asal ada makanan dan pakaian, cukup." Tapi filosofi seperti ini sudah sulit untuk diterapkan. Sebab, dari kecil kita sudah terdidik untuk punya banyak keinginan dan seakan-akan kita bebas punya keinginan. Kita mengerti kalau anak kecil belum paham apa-apa, dari satu mainan ke mainan yang berikut. Dan itu berlanjut terus sampai remaja, dewasa, bahkan sampai ia tua.

Tetapi seiring berjalannya waktu, orang tua harus memberikan model atau prototipe hidup seorang anak-anak Allah yang dipersembahkan bagi Tuhan yang dibahasakan dengan: "Baik kamu makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah." Sebagaimana prinsip hidup Tuhan Yesus, "Makanan-Ku adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya." Untuk itu, selagi kita masih memiliki kesempatan untuk mengubah cara hidup ini, mari kita berubah sebelum terlambat. Seseorang yang naik mobil harga 60 juta lalu merasa sombong, maka barang itu menjadi mewah. Tapi, seseorang lain naik mobil seharga 2 miliar namun biasa saja, maka mobil itu tidak menjadi mewah. Jadi semua tergantung sikap hati kita. Sikap hati kita tentu harus diisi dengan nilai-nilai rohani karena itu lebih tinggi daripada nilai-nilai dunia.

Dan sejatinya, ketika kita berhasil membunuh keinginan yang tidak boleh ada di dalam hati, maka kita jadi benar-benar merdeka dan bahagia. Ini adalah berproses yang tak mudah, karena irama hidup yang terlanjur salah selama puluhan tahun sehingga tidak mudah untuk melepaskannya. Pada waktu kita tersinggung, dilukai, atau pada waktu ngobrol dan ada kesempatan sombong, atau pada waktu kita ada godaan berbuat dosa, refleks dosa kita bekerja cepat sekali. Refleks kesombongan, refleks emosi, masih ada. Juga, berbagai nafsu kotor di dalam diri kita yang masih memiliki reflek, tentu tidak dikenan Roh Kudus. Jadi, kalau kita tidak dibimbing Roh Kudus dan mendengar khotbah yang murni, kita akan bablas terus.

Banyak orang Kristen yang sebenarnya dipenjara oleh cara berpikir manusia. Keinginan kita pun terbentuk dari lingkungan. Kalau pendeta, biasanya di penjara dengan keinginan untuk memiliki gereja besar, bergelar doktor teologi, khotbah di depan 1000 orang. Itu menjadi nilai dirinya. Tapi Yesus mengasuh kita dengan prinsip: “Asal ada makanan dan pakaian, cukup. Serigala punya liang, burung punya sarang, tetapi Anak Manusia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Masalahnya, dunia saat ini menilai itu sudah kuno. Sudah dianggap tidak masuk dalam kehidupan pemikiran manusia, apalagi manusia modern. Siapa yang mau dengar? Karena semua mau hidup wajar seperti yang lain.

Namun perlu diingat bahwa sekalipun kita sudah tidak punya keinginan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, bukan berarti kita tidak punya persoalan. Tuhan izinkan semua itu terjadi, sebab kalau jalan kita lurus, kita tidak akan bergantung kepada Tuhan. Harus ada hal-hal yang terjadi di luar kemampuan kita supaya kita bergantung kepada-Nya. Sebab, dalam kebergantungan kita kepada Tuhan, kita diingatkan bahwa dunia itu tragis sehingga kita pun tidak mencintai dunia ini. Akan ada kejutan-kejutan di luar kemampuan kita, supaya kita bergantung kepada Tuhan dan bukan kepada dunia.

Kita boleh punya cita-cita atau pelayanan kita maju, namun itu pun harus dari kehendak Tuhan, bukan keinginan kita. Hal ini yang membuat kita merdeka dan bahagia sebab kita tidak punya keinginan dari diri kita sendiri lagi. Lalu bagaimana itu bisa terjadi? Kita harus ada di lokasi yang tepat. Lokasi pertama, hadirat Tuhan. Yang kedua, jangan bergaul dengan orang yang tidak takut Tuhan. Karena mereka bisa menyuntikkan keinginan-keinginan yang salah di dalam diri kita. Ingatlah, Firman Tuhan sudah mengatakan, ada serigala yang berbulu domba.

Teriring salam dan doa,
Dr. Erastus Sabdono

SEJATINYA, KETIKA KITA BERHASIL MEMBUNUH KEINGINAN YANG TIDAK BOLEH ADA DI DALAM HATI, MAKA KITA JADI BENAR-BENAR MERDEKA DAN BAHAGIA.

Card image
Truth Kids 23 April 2025 - LIGHT OF THE WORLD
2025-04-23 12:30:12


Matius 5:16
”Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

"Lina, kamu tahu nggak, Tuhan mau kita jadi terang di dunia ini?" tanya Sari sambil bermain di taman. Lina terdiam sejenak dan menjawab, "Apa maksudnya, ya?" Sari menjelaskan, "Tuhan ingin hidup kita memancarkan kasih-Nya, seperti lampu yang menyinari kegelapan. Kita nggak hanya datang ke gereja, tetapi juga harus membawa kasih Tuhan ke orang lain lewat perbuatan kita!" Lina mulai berpikir. "Oh, jadi kalau ada teman yang sedang sedih, kita bisa menghibur mereka dengan kata-kata yang baik ya?" Sari mengangguk, "Betul! Kalau kita melihat seseorang kesulitan, kita bisa membantu mereka dengan tulus. Bahkan hal-hal kecil yang kita lakukan bisa jadi terang bagi orang lain."

"Jadi, Tuhan mau kita jadi terang di mana pun kita berada, ya?" tanya Lina. Sari tersenyum lebar, "Iya! Seperti lampu yang nggak bisa disembunyikan, kasih Tuhan harus terlihat dalam hidup kita. Ayo, kita mulai dari sekarang! Jadilah terang, supaya orang lain bisa merasakan kasih Tuhan lewat kita."

Sobat Kids, kita dipanggil untuk menjadi terang dunia. Mulai hari ini, tunjukkan kasih Kristus lewat tindakan kita, dan biarkan orang lain melihat Tuhan melalui kita!

Card image
Truth Junior 23 April 2025 - BERSINAR
2025-04-23 12:29:03


Matius 5:16
”Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”

Indonesia memiliki 38 provinsi. Masing-masing provinsi dipimpin oleh seorang gubernur dan wakil gubernur. Keputusan yang dibuat oleh setiap gubernur bisa berbeda-beda, tergantung masing-masing keadaan di tiap provinsinya. Biasanya untuk memperingati hari jadi atau hari ulang tahun sebuah provinsi, pemerintah akan menyiapkan acara untuk rakyat yang ada di provinsi tersebut. Bisa saja ada pagelaran budaya, kesenian, festival band, ataupun festival lampu atau cahaya. Jika diadakan festival cahaya, pasti akan lebih menarik untuk dinikmati saat malam hari. Cahaya lampu yang warna-warni akan menghiasi malam yang gelap. Lampu yang bersinar menunjukkan gemerlap cahayanya. Belum lagi jika ada lampu sorot yang cahayanya seakan mencapai langit. Orang yang berada jauh dari lokasi festival tersebut dapat melihat cahaya yang bersinar dengan terang tersebut.

Sobat Junior, Tuhan memanggil kita untuk menjadi terang dunia. Hidup kita harus mencerminkan kasih Kristus kepada orang lain. Maksudnya, ketika orang lain melihat hidup kita sehari-hari, mereka dapat melihat kasih Kristus ada di dalam diri kita. Perbuatan kita mencerminkan kasih Kristus. Tidak hanya mengaku percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, melainkan juga bersikap sesuai dengan teladan yang telah dicontohkan oleh Tuhan Yesus sewaktu Ia hidup di bumi ini. Biarlah orang melihat terang Kristus melalui tindakan kita sehari-hari. Seperti festival lampu tadi, biarlah kasih Kristus dapat bersinar dalam hidup kita, sehingga semua orang yang mengenal kita, dapat melihat dan merasakan indahnya kasih Kristus sehingga mereka juga tertarik untuk mendapatkan tiket keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus.

Card image
Truth Youth 23 April 2025 (English Version) - KEEP WALKING
2025-04-23 05:25:26


"Have I not commanded you? Be strong and courageous. Do not be afraid; do not be discouraged, for the LORD your God will be with you wherever you go." (Joshua 1:9)

That night in the Garden of Gethsemane, Jesus trembled. He knew what was coming—suffering, humiliation, and even death awaited Him. The Jesus who was always calm now prayed so earnestly that His sweat turned to blood. He said, “My Father, if it is possible, may this cup be taken from me. Yet not as I will, but as you will.” (Matt. 26:39). In His humanity, Jesus experienced real fear. But what happened after that? He didn’t run away. He didn’t look for an escape. He still chose the path of the cross. From fear, He moved forward with full courage. He trusted His Father and remained faithful to His plan, even though the road was full of suffering.

We often find ourselves in similar situations, such as afraid of failing an exam, afraid of not fitting into a new environment, afraid of making big decisions, or fearful of an uncertain future. Fear is real, but it shouldn’t stop us. Crush your fear, build your faith. Jesus faced His fear with prayer and faith. He showed that true courage is born when we believe that God is always with us.

How can we do that? Start with prayer. Surrender all your worries to God, then take small steps. If you’re afraid of speaking in public, try starting with a small group. If you’re afraid of failure, remember that every successful person has failed before. Fear is not something to avoid—it’s something to face with God. Believe, pray, and step forward. Because every step of faith we take is proof that we choose faith over fear, and that’s where God’s power is revealed. Behind every fear we conquer, there is a stronger, more confident version of ourselves, ready to face even greater challenges with unwavering faith.

WHAT TO DO:
1. Start with prayer. When fear comes, don’t panic. Instead, tell God all your worries and ask for strength to move forward.
2. Take small steps: Fear won’t disappear if we stay in the same place, so try moving forward little by little—whether it’s speaking in a small group, starting a difficult task, or facing a new challenge.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Kings 11-13

Card image
Truth Youth 23 April 2025 - KEEP WALKING
2025-04-23 05:23:02


”Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi.” (Yosua 1:9)

Malam itu di Taman Getsemani, Tuhan Yesus gemetar. Dia tahu apa yang akan terjadi. Derita, penghinaan, bahkan kematian sudah menunggu di depan mata. Tuhan Yesus, yang selama ini selalu tenang, malam itu berdoa dengan begitu dalam sampai keringat-Nya bercampur darah. Dia berkata, “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Mat. 26:39). Dalam kemanusiaan-Nya, Tuhan Yesus merasakan ketakutan yang nyata. Tapi apa yang terjadi setelah itu? Tuhan Yesus nggak lari. Dia nggak cari jalan keluar lain. Dia tetap memilih jalan salib. Dari yang awalnya takut, Tuhan Yesus melangkah dengan keberanian penuh. Dia percaya kepada Bapa-Nya dan tetap setia pada rencana-Nya, meskipun jalan-Nya penuh penderitaan.

Kita juga sering ada di titik yang sama. Takut gagal dalam ujian, takut nggak diterima di lingkungan baru, takut ambil keputusan besar, atau takut menghadapi masa depan yang nggak pasti. Rasa takut itu nyata, tapi nggak seharusnya menghentikan langkah kita. Crush your fear, build your faith. Tuhan Yesus menghadapi ketakutan-Nya dengan doa dan iman. Dia menunjukkan bahwa keberanian sejati lahir saat kita percaya bahwa Tuhan selalu menyertai.

Caranya? Mulailah dengan doa. Serahkan semua kekhawatiranmu ke Tuhan, lalu ambil langkah kecil. Kalau takut berbicara di depan orang, coba mulai berani ngomong di kelompok kecil dulu. Kalau takut gagal, ingat bahwa semua orang sukses pernah gagal. Ketakutan bukan untuk dihindari, tapi untuk dihadapi bersama Tuhan. Percaya, berdoa, dan melangkahlah. Karena setiap langkah iman yang kita ambil adalah bukti bahwa kita memilih iman daripada ketakutan, dan di sanalah Tuhan menyatakan kuasa-Nya. Di balik setiap ketakutan yang kita taklukkan, ada versi diri kita yang lebih kuat dan lebih percaya diri, siap menghadapi tantangan yang lebih besar dengan iman yang kokoh.

WHAT TO DO:
1. Mulai dengan doa. Saat rasa takut melanda, jangan panik. Sebaliknya, ceritakan semua kekhawatiranmu kepada Tuhan dan mintalah kekuatan untuk melangkah maju.

2. Ambil langkah kecil: Ketakutan tidak akan hilang jika kita diam di tempat, jadi cobalah melangkah perlahan, entah itu berbicara di kelompok kecil, memulai tugas sulit, atau menghadapi tantangan baru

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Raja-raja 11-13

Card image
Renungan Pagi - 23 April 2025
2025-04-23 05:19:28


Ketika kita menerima Kristus, kita tidak boleh maju-mundur dan hidup seenaknya lagi, ketika menerima Yesus, Ia mendiami kita, maka kita pun harus tinggal didalam Dia, artinya taat setia, siap dengar-dengaran.

Menjadi umat kristiani tidaklah cukup; kita harus hidup dalam Kristus dan ketika hidup dalam Dia maka kekuatan menjadi bagian hidup kita dan kita melangkah pasti sehingga kemenangan demi kemenangan akan kita raih dalam keseharian hidup.

Card image
Quote Of The Day - 23 April 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-04-23 05:18:15


Setiap tindakan dan perbuatan kita itu mempengaruhi perasaan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 23 April 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-04-23 05:17:02


Kasih tanpa syarat adalah kasih yang Tuhan ajarkan kepada kita. Dalam setiap situasi, bahkan saat menghadapi perlakuan buruk, Tuhan mengingatkan kita untuk tetap mengasihi, karena kasih sejati tidak mencari keuntungan sendiri, tetapi memberi dengan tulus.

Card image
NO LONGER HAVING DESIRES - 23 April 2025 (English Version)
2025-04-23 05:14:35


It can be said that almost everyone, when they reach the twilight of their life—when their living condition, both physically and mentally (psychologically), and perhaps even their environment—puts them in a place where they can no longer have desires. And even if they do, they won't be able to satisfy, fulfill, or achieve them at that point in life. If someone has spent their youth living solely to fulfill their desires, they may end up dying in misery or poverty. Perhaps they were never able to show others the deep loneliness they experienced as a result of their poor condition. Especially if their environment also prevents them from having any desires—how tragic the twilight years of such people are.

Meanwhile, they may have spent their entire life pursuing their own desires—moving from one desire to another. In the end, everything they gained throughout life—no matter how much—must be let go, and can no longer be enjoyed. Worse still, if those gains were in the form of wealth that caused strife among their children and grandchildren, it becomes even more tragic. However, what the Lord Jesus teaches us—though it may be very difficult—is the key to true happiness, freedom, and liberation. As Christians, we should not have desires that are not aligned with the will of God, whether in small or big matters. In everything we desire, we must be precise or exact in accordance with what God desires.

If a servant of God wants to be a maximum instrument for God, then they must: (1) live a holy life; (2) must not have desires except what is God's will. When a servant of God possesses these two things, then their presence is the presence of God, their words are the words of God. They will carry the authority and power of God, because God will entrust His power to such a servant. They will know when to say, “In the name of Jesus, be healed,” or when to say, “Lord, help.” In truth, this standard is not just for pastors, but for all of us. For the Word of God says, “Your body is a temple of the Holy Spirit.”

As the Lord Jesus said in John 2:19, “Destroy this temple, and I will raise it again in three days.” This means that when the Lord Jesus died, He rose again after three days. Jesus likened Himself to the temple of God, and Paul reinforced this by saying, “Do you not know that you are God's temple and that God's Spirit dwells in you?” Our body is a place or medium through which God is glorified, and that is an extraordinary honor and grace. Also, in 1 Corinthians 6:19–20, “You were bought with a price paid in full, You are not your own. Your body is a temple of God. Therefore, glorify God in and with your body!”

For some reason, all this time, that sentence has lacked power, lacked authority, and has not truly compelled us to live solely for the glory of God. If our body is truly the temple of the Holy Spirit, then there is no room left for ourselves, because everything is for God's glory. So that when we reach old age and no longer have the capacity for desires, but because all our days of life only fulfill God's desires, we become rich with works that are useful for God.

Somehow, many Christians still feel they have the right to enjoy life in their own way and pattern. Indeed, in this life we all have needs—general needs, basic needs, and special needs—but even these are certainly under God's control.

Basic needs such as getting engaged, having a life partner, having children and raising them until they are independent—these must indeed be pursued. If we work diligently, take care of our diet and lifestyle, surely God fulfill it. We should not be afraid, nor should we worry.

In this matter, the church must not lead people astray by teaching that going to church, praying, or being prayed over will automatically bring more fortune or make life easier. That is misleading. Learn to keep walking with God, and if difficulties arise in fulfilling basic needs, in truth, that is part of the process that matures us. This is an extraordinary biblical philosophy. So ideally, we should understand this from a young age.

Even if children don't understand yet, by seeing their parents modeling the right way of life, they will carry on that legacy as something eternal. This of course comes in line with their age and growth in understanding the life principles their parents uphold. Therefore, in the process of fulfilling our basic needs, everything we do must be done for the Lord. That way, we can be effective wherever we are, and we can become witnesses. Because the purpose of fulfilling our basic needs is not just about meeting them on this current earth, but about preparing ourselves to enter the New Heaven and New Earth. Hence, our life’s purpose must first be directed toward the New Heaven and New Earth. And it turns out, this is a goal that almost everyone does not have, including Christians.

SO, WHEN WE REACH OLD AGE AND NO LONGER HAVE THE CAPACITY FOR DESIRES, BUT BECAUSE ALL OUR DAYS OF LIFE ONLY FULFILL GOD'S DESIRES, WE BECOME RICH WITH WORKS THAT ARE USEFUL FOR GOD.

Card image
TIDAK PUNYA KEINGINAN LAGI - 23 April 2025
2025-04-23 05:12:19


Bisa dikatakan, hampir semua orang ketika hari senja dalam usia hidupnya, saat di mana kondisi hidupnya—fisik dan psikis (kejiwaan) —dan mungkin juga kondisi lingkungan, menempatkan dirinya tidak bisa lagi memiliki keinginan. Kalaupun ada, ia tidak akan dapat memuaskan, memenuhi, dan mencapainya pada saat seperti itu. Kalau sejak muda ia hidup hanya untuk memenuhi keinginannya, dia bisa mati dalam kemalangan atau kemiskinan. Mungkin dia tidak pernah bisa menyaksikan kepada orang lain kesepian hebat yang dia alami akibat kemiskinan keadaan dirinya. Belum lagi kalau kondisi lingkungan juga menempatkan dirinya dalam keadaan dia tidak dapat atau tidak bisa memiliki keinginan. Betapa malangnya hari senja orang-orang seperti ini.

Sementara itu, selama ini dia telah menghabiskan umur hidupnya untuk keinginan-keinginannya sendiri; yaitu dari satu keinginan ke keinginan yang lain. Ternyata apa yang diperoleh di perjalanan hidup—sebanyak apa pun itu—harus dia lepaskan dan tidak bisa dia nikmati lagi. Belum lagi kalau itu berupa harta yang membuat anak cucu berkelahi, makin tragis lagi. Namun, apa yang diajarkan Tuhan Yesus—walau berat sekali—adalah kunci kebahagiaan, kemerdekaan dan kebebasan yang sejati. Mestinya kita sebagai orang Kristen tidak boleh punya keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah, baik perkara kecil maupun perkara besar. Mestinya kita dalam segala hal yang kita ingini harus presisi atau tepat seperti apa yang Allah inginkan.

Kalau seorang hamba Tuhan mau menjadi alat Tuhan yang maksimal, maka ia harus: (1) hidup kudus; (2) tidak boleh punya keinginan kecuali itu kehendak Tuhan. Sebab saat dua hal ini dimiliki seorang hamba Tuhan, maka kehadirannya adalah kehadiran Tuhan, perkataannya adalah perkataan Tuhan. Ia akan memiliki kuasa dan wibawa Allah, karena Tuhan akan memercayakan kuasa-Nya kepada hamba Tuhan seperti ini. Dia tahu kapan berkata, "Dalam nama Yesus, sembuh." Atau kapan dia berkata, "Tuhan, tolong." Sejatinya, standar ini bukan hanya untuk pendeta, melainkan untuk kita semua. Karena Firman Tuhan mengatakan, "Tubuhmu adalah bait Roh Kudus."

Sebagaimana Tuhan Yesus berkata di Yohanes 2:19, "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." Maksudnya adalah ketika Tuhan Yesus mati, dalam 3 hari Ia bangkit. Yesus menyamakan diri-Nya dengan bait Allah, dan itu dikemukakan oleh Paulus, "Atau tidak tahukah kamu bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu." Tubuh kita adalah tempat atau sarana di mana Allah dimuliakan dan ini kehormatan serta anugerah yang luar biasa. Juga dalam 1 Korintus 6:19-20, “Kamu telah dibeli dengan harga yang lunas dibayar, bahwa kamu bukan milik kamu sendiri. Tubuhmu itu bait Allah. Oleh sebab itu, muliakanlah Allah di dalam dan dengan tubuhmu!”

Entah mengapa, selama ini kalimat itu tidak berkuasa, tidak berwibawa dan tidak merebut kita untuk sungguh-sungguh hanya bagi kemuliaan Allah. Kalau tubuh kita menjadi bait Roh Kudus, maka tidak ada bagian bagi kita, karena semua untuk kemuliaan Allah. Sehingga saat di hari tua kita nanti, walau kita sudah berkeadaan tidak bisa punya keinginan lagi, namun karena sepanjang hari hidup kita hanya memenuhi keinginan Tuhan, kita jadi kaya dengan karya-karya yang berguna untuk Tuhan.

Tidak tahu bagaimana ya, banyak orang Kristen yang merasa masih punya hak untuk menikmati kehidupan dengan cara atau polanya sendiri. Memang, dalam hidup ini kita pasti memiliki kebutuhan—ada kebutuhan umum, kebutuhan dasar dan kebutuhan khusus—akan tetapi semua itu pun tentu dalam kontrol Allah.

Kebutuhan dasar seperti, tunangan, punya pasangan hidup, punya anak dan membesarkan sampai mandiri, memang harus diperjuangkan. Jika kita bekerja baik-baik, menjaga pola makan dan pola hidup dengan baik, pasti Tuhan akan penuhi. Jangan kita takut dan jangan juga khawatir. Dalam hal ini gereja tidak boleh menyesatkan dengan mengajarkan bahwa, kalau ke gereja dan berdoa atau didoakan akan membuat rezeki tambah banyak dan jalan lebih mudah. Itu menyesatkan. Belajarlah untuk terus berjalan bersama Tuhan dan kalau ada kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar, maka sejatinya itu adalah bagian dari proses yang mendewasakan kita. Ini adalah filosofi Alkitabiah yang luar biasa. Jadi, mestinya kita dari muda mengerti hal ini.

Kalau anak-anak belum mengerti, namun karena melihat orang tua yang sudah membuat model dan gaya hidup yang benar, mereka akan meneruskan itu sebagai warisan abadi. Tentu ini seiring dengan umur anak yang bertambah dan pengertian anak tentang filosofi atau prinsip-prinsip hidup orang tuanya. Karena itu, di dalam proses pemenuhan kebutuhan dasar kita itu, semua harus kita lakukan untuk Tuhan. Sehingga, kita bisa efektif di mana pun berada dan kita bisa menjadi saksi. Sebab, pemenuhan kebutuhan dasar ini tujuannya bukan sekadar memenuhi kebutuhan dasar dibumi yang ini, melainkan agar kita mempersiapkan diri memasuki Langit baru bumi baru. Karenanya, tujuan hidup kita harus diarahkan dulu ke Langit baru bumi baru. Dan ternyata, tujuan ini yang tidak dimiliki hampir semua orang, termasuk orang-orang Kristen.

Teriring salam dan doa,
Dr. Erastus Sabdono

Saat di hari tua kita nanti, walau kita sudah berkeadaan tidak bisa punya keinginan lagi, namun karena sepanjang hari hidup kita hanya memenuhi keinginan Tuhan, kita jadi kaya dengan karya-karya yang berguna untuk Tuhan.

Card image
Truth Kids 03 April 2025 - TIKET BERHARGA PEMBERIAN TUHAN
2025-04-03 16:04:54


Efesus 2:8
”Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,”

Sobat Kids, hari ini kita masih membicarakan tentang tiket keselamatan. Kemarin kita sudah belajar juga bahwa yang memberi tiket keselamatan kepada seluruh orang yang taat dan percaya kepada Allah adalah Tuhan Yesus Kristus.

Di hari pertama kemarin, kita tahu bahwa jika kita ingin masuk ke bioskop atau wahana permainan, kita harus memiliki tiket, dan cara mendapatkan tiket itu adalah dengan membelinya. Dalam hal tiket keselamatan, Tuhan Yesuslah yang membeli dan membayar lunas tiket itu saat Ia mati di kayu salib.

Kenapa harus Tuhan Yesus? Apa tidak ada cara lain untuk memperoleh keselamatan? Sobat Kids, keselamatan tidak bisa dibeli oleh apa pun, apalagi uang. Seberapa pun banyaknya harta yang kita miliki, kita tidak bisa membeli keselamatan untuk kembali kepada Allah. Karena kesalahan satu orang yaitu Adam, semua manusia jatuh ke dalam dosa. Untuk itu, harus ada satu orang yang tidak melakukan dosa sama sekali yang mengangkat dan mengeluarkan kita dari jerat dosa.

Pertanyaannya, apakah ada manusia yang tidak berdosa? Tidak ada, Sobat Kids! Semua manusia berdosa. Untuk itulah Yesus turun ke bumi, lahir menjadi manusia tidak berdosa. Jadi karena kasih karunia dari Tuhan, kita bisa mendapatkan tiket keselamatan yang tidak bisa dibeli oleh apa pun kecuali oleh darah Yesus.

Card image
Truth Junior 03 April 2025 - KESELAMATAN PEMBERIAN TUHAN
2025-04-03 15:59:28


Efesus 2:8
”Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,”

Sobat Junior, bagaimana kabarnya kalian hari ini? Semoga selalu sehat dan penuh semangat, ya! Hari ini kita akan belajar dari Efesus 2:8 tentang anugerah keselamatan yang Tuhan berikan kepada kita. Coba pikirkan seandainya kamu mendapatkan tiket gratis untuk masuk ke taman bermain yang sangat indah, kamu tidak perlu membayarnya, cukup menerimanya dengan senang hati. Nah, keselamatan yang membawa kita ke surga juga seperti itu. Kita tidak bisa mendapatkannya dengan usaha sendiri, tetapi Tuhan memberikannya kepada kita sebagai hadiah karena kasih-Nya. Itulah yang disebut kasih karunia!

Namun, walaupun tiket itu gratis, kita tetap harus menggunakannya dengan baik. Artinya, kita harus hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita menunjukkan rasa syukur dengan berbuat baik, taat kepada firman-Nya, dan mengasihi sesama. Jangan sampai kita menerima kasih karunia Tuhan, tetapi hidup seenaknya.

Jadi, Sobat Junior, ingatlah bahwa keselamatan adalah pemberian Tuhan yang luar biasa. Kita tidak bisa mendapatkannya dengan usaha sendiri, tetapi harus meresponsnya dengan hidup yang penuh tanggung jawab. Yuk, jalani hidup dengan bersyukur dan tetap setia kepada Tuhan! Tuhan memberkati!

Card image
Truth Youth 03 April 2025 (English Version) - OVER FEAR
2025-04-03 15:58:03


"Do not be anxious about anything, but in every situation, by prayer and petition, with thanksgiving, present your requests to God." (Philippians 4:6-7)

One day, my family—my husband and our children—went on a vacation to a city quite far from Jakarta. Our journey started smoothly with Google Maps guiding us, but then we were directed onto a very unfamiliar road. By that time, it was already dark, around 8:00 PM, and both sides of the road were surrounded by forests and steep cliffs. We felt uneasy because Google Maps had led us there. Our children started to sound frightened since the road was pitch black, illuminated only by our car’s headlights. I was just as anxious as they were, but my husband reassured us, saying, “It’s okay, let’s keep following the route on Google Maps. Who knows? Maybe at the end of this road, we’ll find the right path.” He tried to calm me and the kids. Eventually, we continued driving, and before long, the children fell into a deep sleep. Finally, at the end of the road, we saw brighter surroundings and found our way back to the main road.

This story illustrates how children can sleep peacefully because they trust their parents, who provide reassurance during the journey, even in an unsettling and uncertain situation. Initially, they may have felt worried and afraid, but ultimately, they believed that their parents would not lead them into danger.

Likewise, in our own lives, we should fully entrust ourselves to Jesus Christ, who is always present with us. We often hesitate in life because our fears outweigh our faith in Him. However, Philippians 4:6-7 reminds us that we should not be anxious about anything. Instead, we should present our requests to God through prayer and thanksgiving. Remember, there is no need for doubt to take root in our hearts and minds because we know who is in control of our lives—our amazing God. He has proven Himself faithful, both in seasons of joy and sorrow. Keep pressing forward and always be grateful.

WHAT TO DO:
1. Strengthen your commitment to prayer and set aside dedicated time for it.

2. Start a gratitude journal—write down things you are thankful for each day.

3. Reflect on God’s goodness in your life.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Samuel 4-7

Card image
Truth Youth 03 April 2025 - FAITH OVER FEAR
2025-04-03 15:48:32


”Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6-7)

Suatu hari, saya berlibur bersama keluarga yaitu suami dan anak-anak kami ke sebuah kota yang agak jauh dari Jakarta. Perjalanan kami dimulai dengan lancar menggunakan Gmaps, hingga kami dibawa ke dalam sebuah jalan yang sangat asing. Saat itu sudah gelap, sekitar pukul 20:00 WIB, dan sebelah kanan kiri kami merupakan hutan serta jurang. Kami merasa bingung, karena jalur Gmaps mengarahkan ke situ. Saat itu, anak-anak kami terdengar ketakutan karena memang kondisi jalan yang sangat gelap, hanya diterangi lampu mobil kami. Saya pun sama cemasnya dengan mereka, namun suami saya mengatakan, “Tidak apa-apa, kita teruskan saja jalan ini menggunakan Gmaps. Siapa tahu di ujung jalan memang menuju ke jalan yang benar.” Suami mencoba menenangkan saya dan anak-anak. Akhirnya, kami pun melanjutkan perjalanan tersebut, dan tak lama, anak-anak tampak tertidur lelap. Akhirnya di ujung jalan, kami menemukan jalan yang mulai terang dan mengarah ke jalan besar.

Kisah di atas menunjukkan bahwa anak-anak dapat tertidur lelap karena mereka percaya kepada orang tuanya yang memberikan ketenangan dalam perjalanan tersebut meskipun suasana terasa mencekam dan tidak ada kepastian, apakah di ujung jalan akan ada cahaya serta jalan yang tepat. Awalnya, mereka mungkin merasa khawatir dan takut, tapi pada akhirnya mereka percaya bahwa orang tuanya tidak akan membawa mereka kepada jalan yang membahayakan.

Demikian juga dengan hidup kita, sudah selayaknya kita memercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan Yesus yang memang hadir dalam hidup kita. Kita sering kali ragu dalam menjalani kehidupan ini karena rasa takut kita lebih besar dibandingkan rasa percaya kita kepada-Nya. Firman-Nya di Filipi 4:6-7 menyampaikan agar kita tidak perlu khawatir akan apa pun juga. Kita hanya perlu menyampaikan keinginan kita kepada Allah dalam doa dengan ucapan syukur. Ingatlah bahwa tidak ada keraguan yang perlu kita kembangkan dalam hati dan pikiran karena kita tahu siapa pemegang kendali hidup kita yaitu Allah yang luar biasa. Terbukti, dalam musim duka dan suka, Dia selalu hadir dengan setia. Selamat berjuang dan selalu bersyukur.

WHAT TO DO:
1. Mulai perbaiki komitmen kita dalam hal berdoa, dan tentukan waktu khusus untuk berdoa.
2. Buat jurnal gratitude setiap hari (tuliskan hal-hal yang kamu syukuri setiap hari).
3. Refleksikanlah setiap kebaikan Tuhan dalam hidup kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Samuel 4-7

Card image
Renungan Pagi - 03 April 2025
2025-04-03 15:00:01


Seseorang bisa taat jika hatinya mencintai Tuhan dengan sungguh, cinta Tuhan perlu, tetapi cinta Tuhan bukanlah akhir dari segala-galanya; cinta Tuhan harus menjadi motor penggerak sehingga lebih laju, lebih maju dan lebih bertindak untuk berjalan dalam ketaatan.

Jika hanya mencintai Tuhan tanpa melangkah maju, maka cinta kepada Tuhan akan menjadi biasa-biasa saja, seharusnya justru karena cinta Tuhan maka kita akan berbuat, bertindak, melakukan sesuatu dan bisa berkata seperti Daud berkata, dengan apakah dapat kubalas segala kebaikan-Nya kepadaku.

Card image
Quote Of The Day - 03 April 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-04-03 14:48:35


Orang yang menemukan Tuhan, pasti menemukan kesucian Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 03 April 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-04-03 14:46:50


Kalau orang Kristen terjebak dalam materialistis dan sekuleristis, pasti mereka terikat dengan hal-hal bendawi, material things.

Card image
ABRAHAM’S BLESSING - 03 April 2025 (English Version)
2025-04-03 14:45:47


Let us not hold on to anything when we come before the Lord Jesus. Indeed, we cannot hide anything from Him. Only the holy can reach God’s holy mountain. Therefore, obtaining a status that is pleasing or pure before Him is very difficult to achieve. If we do not strive for it, we are doomed. That is why it is a grave mistake to think of Abraham’s blessing merely in terms of material wealth. For a long time, many pastors and churches have spoken about Abraham’s blessing. However, the true blessing of Abraham for all nations is Jesus, and Abraham’s life serves as a model of faith that we must emulate. If we want to be true believers and be considered children of Abraham—who are also referred to as spiritual Israel—then we must adopt the same mindset as Abraham. If we do not, then we are not worthy of being called children of Abraham, which is directly related to the status of children of God.

No Christian can become a child of God without first being a child of Abraham, and no one can be a child of Abraham without having the same faith that Abraham demonstrated. This means that we cannot be members of God’s Kingdom family unless we exclusively become spiritual Israel. Ephesians 2:11-13 states: “Therefore remember that at one time you, Gentiles according to the flesh, are called Uncircumcision by those who call themselves the Circumcision, which is done in the flesh by human hands, were separate from Christ, aliens from the commonwealth of Israel and strangers to the covenants of promise, having no hope and without God in the world. But now in Christ Jesus you who once were far off have been brought near by the blood of Christ.”

The Manadonese, Javanese, and Chinese, for example, were considered uncircumcised by those who called themselves circumcised—that is, the Jews. They believed they were not pagans, whereas those outside the Jewish people were classified as pagans because they were not circumcised in the flesh by human hands. Without Christ the Savior, we were not included in the citizenship of Israel and had no share in the promised covenants. We were without hope and without God in the world. But now, we who were once far away have been brought near by the blood of Christ and have become spiritual Israel. Therefore, one cannot become a child of God without first becoming a child of Abraham. The children of Abraham are Israel, but we are not physical Israel; we are spiritual Israel.

We cannot be children of Abraham if we do not behave like Abraham—in this context, having a mindset based on the world to come. In Luke 19:9, Jesus said, “Today salvation has come to this house, because this man, too, is a son of Abraham.” What made him a child of Abraham? His faith. It was not because Zacchaeus was Jewish. Even though he was a Jew, his Jewish identity was not recognized because his behavior did not align with that of the Jews. He even betrayed his people, by becoming a tax collector. However, once he gave half of his possessions to the poor, and returned four times as much to those he had cheated, that is when Zacchaeus lost his life. He lost his life and pleasures in the world. Zacchaeus chose the Kingdom of Heaven. That is when he was said to be a son of Abraham, because his focus had shifted toward the world to come.

Zacchaeus’ actions contrasted with those of the rich man who claimed to seek eternal life (Matthew 19:21-23) but refused to sell all his possessions and give them to the poor. Why? Because he wanted to enjoy life like the children of this world. Even though he was religious, he still stood on two different foundations. From a religious perspective, he appeared to be a devout person, yet he could not follow Jesus. Because if we follow Jesus, we must think like Jesus who rejected the glory of the world offered by the devil. That is why Jesus said, "Whoever does not give up all he has cannot be my disciple" (Luke 14:33). As long as someone is still based on the world on this earth, he will not be able to follow Jesus. Indeed, he can still be religious, but he is not a follower of Jesus. Just wait until he dies, he will definitely tremble in fear. Many people are arrogant and do not realize that their way of life is not pleasing to God. They are not necessarily evil people; they may even be good individuals—church activists, pastors—but their foundation is still in this present world.

THE TRUE BLESSING OF ABRAHAM FOR ALL NATIONS IS JESUS, AND ABRAHAM'S LIFE SERVES AS A MODEL OF FAITH THAT WE MUST EMULATE.

Card image
BERKAT ABRAHAM - 03 April 2025
2025-04-03 12:48:09


Jangan kita menggenggam apa pun waktu menghadap Tuhan Yesus. Dan memang kita tidak bisa menyembunyikan apa pun dari-Nya. Hanya orang kudus yang sampai ke gunung kudus Tuhan. Jadi, untuk memiliki status yang berkenan atau bersih itu sulit sekali mengusahakannya. Kalau tidak diusahakan, ‘mati’ kita. Karena itu, sangatlah keliru kalau berbicara mengenai Abraham, orientasi berpikirnya pada berkat jasmani. Dari dulu, banyak pendeta dan gereja bicara mengenai berkat Abraham. Berkat Abraham untuk seluruh bangsa adalah Yesus, dan hidup Abraham menjadi model iman yang harus kita teladani. Jika kita mau menjadi orang percaya yang benar dan bisa dikategorikan sebagai anak-anak Abraham—yang juga berarti Israel rohani—maka kita harus memiliki basis berpikir seperti Abraham. Jika tidak, berarti kita tidak layak disebut anak-anak Abraham, yang terkait dengan status anak-anak Allah.

Tidak ada orang Kristen yang bisa menjadi anak-anak Allah tanpa menjadi anak-anak Abraham, dan tidak seorang pun bisa jadi anak-anak Abraham kalau tidak punya iman seperti yang diteladankan oleh Abraham. Ini sama dengan: kita tidak bisa menjadi warga anggota keluarga Kerajaan kalau tidak eksklusif menjadi Israel rohani. Efesus 2:11-13 mengatakan, "Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu—sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat," yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia—bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia. Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh," sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus.”

Orang Manado, Jawa, Tionghoa disebut sebagai orang-orang yang tidak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya sunat yaitu orang Yahudi. Mereka merasa dirinya tidak kafir, sedangkan orang-orang di luar Yahudi digolongkan sebagai kafir karena tidak disunat, yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia. Tanpa Kristus Juru Selamat, kita tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan. Kita tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia. Tetapi sekarang, kita yang dahulu jauh menjadi dekat oleh darah Kristus dan menjadi Israel-Israel rohani. Jadi, orang tidak bisa menjadi anak-anak Allah kalau tidak menjadi anak-anak Abraham. Anak Abraham itu Israel, tapi kita bukan Israel jasmani, kita adalah Israel rohani.

Kita tidak bisa jadi anak-anak Abraham kalau tidak berkelakuan seperti Abraham; dalam konteks ini, berbasis dunia yang akan datang. Di Lukas 19:9, Yesus mengatakan, "Hari ini telah terjadi keselamatan pada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham." Anak Abraham itu dari apanya? Dari imannya. Bukan karena Zakheus itu orang Yahudi. Sebab sekalipun dia Yahudi, namun keyahudiannya tidak diakui, karena kelakuannya bukan kelakuan Yahudi. Dia malah berkhianat kepada bangsanya, dengan menjadi pemungut cukai. Akan tetapi, begitu dia membagi hartanya separuh kepada orang miskin, dan mengembalikan empat kali lipat milik orang yang pernah dia peras di sanalah Zakheus kehilangan nyawa. Dia kehilangan kehidupan dan kesenangan di dunia. Zakheus memilih Kerajaan Surga. Saat itulah dia dikatakan sebagai anak Abraham, sebab fokusnya telah berubah ke arah dunia akan datang.

Tindakan Zakheus berbeda dengan orang kaya yang katanya ingin hidup kekal (Mat. 19:21-23), tetapi dia tidak mau menjual seluruh miliknya dan membagikannya kepada orang miskin. Kenapa? Sebab dia mau menikmati hidup seperti anak-anak dunia. Padahal dia orang beragama. Dari sini kita bisa lihat kalau orang beragama masih bisa berpijak pada dua basis. Sekalipun menurut kacamata agama, dia adalah orang saleh, tetapi ia tidak bisa ikut Yesus. Karena kalau ikut Yesus, kita harus berbasis pikir seperti Yesus yang menolak kemuliaan dunia yang ditawarkan iblis. Itulah sebabnya Yesus berkata, "Barangsiapa tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, ia tidak dapat jadi murid-Ku" (Luk. 14:33). Selama seseorang masih berbasis pada dunia di bumi ini, ia tidak akan bisa ikut Yesus. Memang dia tetap bisa beragama, tapi bukan pengikut Yesus. Nanti tunggu saja waktu dia mati, pasti gemetar. Banyak orang sombong, tidak mengerti kelakuannya tidak berkenan, mereka bukan orang jahat, orang baik, bahkan aktivis gereja, pendeta, namun masih berbasis pada dunia hari ini.

Teriring salam dan doa,
Dr. Erastus Sabdono

BERKAT ABRAHAM UNTUK SELURUH BANGSA ADALAH YESUS, DAN HIDUP ABRAHAM MENJADI MODEL IMAN YANG HARUS KITA TELADANI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 April 2025
2025-04-03 12:44:35

Hakim-hakim 13-15

Card image
Truth Kids 02 April TIKET DARI TUHAN ADALAH JAMINAN
2025-04-02 19:29:11


Mazmur 73:25
”Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.”

Sobat Kids, masih ingat dengan renungan kita kemarin, kan? Semua orang percaya memiliki tiket keselamatan untuk masuk ke surga. Hati dan jiwa kita yang diwarnai oleh Roh Kudus adalah jaminan bahwa tiket yang sudah diberikan itu valid atau masih berlaku. Tapi sebenarnya, siapa yang memberikan tiket itu? Ada yang tahu?

Ya, betul sekali! Yang memberikan tiket keselamatan kepada semua orang yang percaya adalah Tuhan Yesus Kristus.

Kok bisa? Tentu bisa, Sobat Kids. Manusia yang awalnya jatuh ke dalam dosa, tentu tidak memiliki kesempatan untuk kembali kepada Allah. Namun, Tuhan Yesus rela mengosongkan diri menjadi manusia, sama seperti kita, dan mati bagi kita semua di atas kayu salib. Allah Bapa memberikan Tuhan Yesus kuasa untuk menyelamatkan manusia dari belenggu dosa.

Hal inilah yang membuat orang-orang percaya meninggikan, mengagungkan, dan menghormati Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat manusia. Tidak ada satu pun orang suci, kudus, dan tak bercacat cela yang bisa dan rela menanggung dosa seluruh umat manusia dan mati secara keji dan hina. Hanya Tuhan Yesus Kristus yang dapat memberikan kita tiket ke surga.

Card image
Truth Junior 02 April 2025 - TUHAN ADALAH TUJUAN HIDUP
2025-04-02 19:25:26


Mazmur 73:25
”Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.”

Halo, Sobat Junior! Apa kabarnya hari ini? Semoga selalu sehat dan penuh sukacita, ya! Hari ini, kita akan belajar dari Mazmur 73:25 yang mengajarkan bahwa Tuhan bukan hanya pemberi berkat, tetapi Dia juga tujuan utama hidup kita. Bayangkan jika kamu pergi dalam perjalanan jauh tetapi tidak tahu ke mana tujuannya. Pasti akan membingungkan, bukan? Nah, hidup kita juga ibarat perjalanan. Banyak orang berpikir bahwa tujuan hidup adalah untuk menjadi kaya, terkenal, atau memiliki banyak teman. Namun, sebenarnya tujuan hidup kita yang sejati adalah Tuhan! Dia telah memberikan hidup dan kasih-Nya kepada kita.

Karena itu, setiap hari kita harus hidup untuk memuliakan Tuhan. Bagaimana caranya? Caranya dengan berdoa, membaca firman Tuhan, bersikap baik kepada orang lain, dan menaati perintah-Nya. Jangan sampai kita terjebak dalam hal-hal duniawi yang membuat kita lupa kepada Tuhan, ya! Ingatlah bahwa kebahagiaan sejati bukan berasal dari apa yang kita miliki, tetapi dari hubungan kita dengan Tuhan.

Sobat Junior, ayo terus mengarahkan hati kita kepada Tuhan. Jangan hanya mencari berkat-Nya, tetapi jadikan Dia sebagai tujuan utama hidup kita. Dengan begitu, kita akan mengalami sukacita sejati dan mendapatkan pemenuhan janji hidup kekal bersama-Nya. Tuhan memberkati!

Card image
Truth Youth 02 April 2025 (English Version) - RUSTING THE UNSEEN
2025-04-02 19:21:40


"Now faith is confidence in what we hope for and assurance about what we do not see." (Hebrews 11:1)

When we shop online, the first thing we usually check is the authenticity of the product—whether by reading customer reviews or asking for real photos of the item. Essentially, we want to make sure before making a purchase. The same applies to our faith in God—have we ever questioned why we should believe in Him when we have never seen Him physically? Especially as long-time Christians, we may experience spiritual highs and lows, sometimes leading us to doubt God along the way.

However, one thing we must always remember is that Hebrews 11:1 states that faith is the foundation of our lives—the anchor and hope we hold onto. No matter the situation, our faith is our commitment to God. When we remain steadfast in our faith, we stay faithful and obedient to Him. Often, we may not understand the circumstances of our lives, but if we genuinely persevere and put our faith in God, we will not lose direction or feel empty.

Take Abraham as an example—his faith was unwavering. For years, he longed for a child, and only when Sarah was well advanced in age did she finally give birth to Isaac. From a human perspective, how could an elderly woman bear a child? But the test didn’t end there. When Isaac grew into a young man, God commanded Abraham to offer him as a sacrifice. Without hesitation or questioning, Abraham obeyed God's command, even though, in the end, God did not require him to go through with it. Abraham was willing to offer something so dear and precious to him in obedience to God's will. He did not overthink or question why the child he had waited for so long had to be sacrificed, or whether God still loved him. Instead, he remained firmly trusting in God's will, even if he did not fully understand the purpose behind his situation at the time.

WHAT TO DO:
1. Your foundation in life is what strengthens you. If our foundation is rooted in eternal things, our life’s path will surely be protected and guided by God.
2. Learn to apply complete trust in God without doubt.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Samuel 1-3

Card image
Truth Youth 02 April 2025 - TRUSTING THE UNSEEN
2025-04-02 19:13:53


”Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” (Ibrani 11:1)

Biasanya ketika kita online shopping, hal pertama yang kita perhatikan adalah keaslian barang, entah dari review pelanggan yang sudah pernah membeli, atau kita minta foto asli dari barang tersebut. Intinya, kita mau memastikan dulu sebelum membeli. Sama dengan hal ber-Tuhan, apakah kita pernah mempertanyakan mengapa kita harus percaya kepada Tuhan, padahal kita tidak pernah melihat Tuhan secara fisik secara kasat mata? Apalagi kita sudah lama menjadi orang Kristen; kadang naik, tapi juga kadang turun sehingga dalam perjalanan hidup, terkadang kita meragukan Tuhan.

Padahal, ada satu hal yang perlu kita ingat. Ibrani 11:1 mencatat bahwa iman adalah dasar kehidupan kita; pegangan dan harapan hidup kita. Apa pun situasinya, itulah komitmen kita kepada Tuhan. Dengan kita beriman teguh kepada-Nya, kita setia dan taat kepada-Nya. Sering kali kita tidak mengerti situasi kehidupan kita, tapi perlahan, kalau kita mau sungguh-sungguh bertekun dan beriman dalam Tuhan, kita tidak akan hilang arah dan merasa hampa. Sama seperti iman Abraham yang begitu taat dan setia, bertahun-tahun ia berharap dikaruniai anak sampai Sara lanjut usia, baru melahirkan Ishak, secara akal manusia, mana mungkin seorang nenek bisa melahirkan anak? Lalu tidak sampai di situ, saat Ishak beranjak remaja, Allah berfirman untuk menyerahkannya sebagai kurban persembahan. Abraham tanpa ragu atau mempertanyakan, ia langsung melakukan apa yang dikehendaki Tuhan, walaupun pada akhirnya Allah tidak jadi memerintahkan itu. Kita bisa belajar bahwa Abraham rela mempersembahkan hal yang begitu disayangi dan penting baginya untuk memenuhi kehendak Allah. Ia tidak overthinking dan mempertanyakan kepada Tuhan, anak yang dijanjikan bertahun-tahun, kenapa harus dipersembahkan? Kenapa seakan Tuhan tidak sayang kepadanya? Ia tetap teguh percaya kepada kehendak Tuhan, walau mungkin tidak mengerti apa maksud di balik situasi hidupnya saat itu.

WHAT TO DO:
1. Dasar kehidupanmu yang menguatkanmu. Kalau dasar hidup kita benar yaitu hal-hal kekekalan, pastilah jalan hidup kita dilindungi dan disertai Tuhan.
2. Belajar mengaplikasikan rasa percaya kita kepada Tuhan sepenuhnya tanpa ragu.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Samuel 1-3

Card image
Renungan Pagi - 02 April 2025
2025-04-02 19:09:44


Apapun yang kita kerjakan marilah belajar jujur, karena orang jujur tidak akan pernah kekurangan.

Orang kaya bisa kekurangan, orang hebat bisa jatuh, orang pintar bisa gagal, tapi orang jujur selalu akan bermegah didalam Tuhan, karena orang jujur selalu melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan. Mari perhatikan sifat dan karakter kita, jika hidup intim dalam ketulusan dengan Tuhan, mau menjadi saksi Tuhan, hidup dalam kebenaran dan kejujuran, maka kita akan menjadi orang yang berhasil dan diberkati didalam Tuhan.

Card image
Quote Of The Day - 02 April 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-04-02 19:08:02


Surga adalah tempat orang-orang yang memang sejak di bumi telah mengalami perjumpaan dengan Allah dan berjalan dengan Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 02 April 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-04-02 19:04:21


Gunakanlah kehendak bebas untuk memilih kebenaran yang sesuai kehendak Tuhan.

Card image
BASED ON THE WORLD TO COME - 02 April 2025 ( English Version)
2025-04-02 19:01:36


This world is not a realm where all its inhabitants live in submission. So, do not dream that this world will become paradise. And indeed, we should not expect life on this earth to be heaven. Generally, religions and beliefs are still based on life today, although, of course, life in paradise remains a hope after death or beyond the grave. But fundamentally, they are not solely based on thought as the only goal. At the very least, in many religions such as Judaism and other beliefs, they can stand on these two bases of thought. They can be based on earthly thinking while also having hope for heaven. But in Christianity, this is not allowed. We must stand on only one basis.

For example, Judaism is based on the world today. Their life orientation is in this world. Thus, the religious life of the Israelites is still based on this world. That is why they concern themselves with the land flowing with milk and honey. They fight over territory on this earth because they believe it is the land they inherited from their ancestors. They still desire the glory of the kingdom of Israel, material abundance, and everything oriented toward fulfilling physical needs. That is why the Jews in Jesus’ time had difficulty understanding what the Lord Jesus taught, including His own disciples. Like when they argued about who was the greatest or held the highest position in Jesus’ kingdom, where at that time, their hope was that Jesus would become the king of Israel on this earth.

They did not yet understand that Jesus’ kingdom was not of this world, not on this earth, as the Lord Jesus said in front of Pilate, "My kingdom is not of this world." With the wrong mindset—identified by Jesus as Satan—Peter tried to prevent Jesus from going to Jerusalem so that Jesus would not suffer, let alone die. This shows that Peter and the other disciples were still based on the present world, on this earth. Because they only thought about what humans thought, not what God thought. This could hinder or even nullify the plan of salvation. Thus, Jesus firmly said, "Get behind me, Satan! You are a stumbling block to me; you do not have in mind the concerns of God, but merely human concerns.”

A person whose basis is in the present world cannot help but inevitably think about human concerns. They cannot be of one mind with God. Ironically, even after the resurrection, the disciples still questioned whether Jesus would restore the kingdom to Israel at that time, on this earth. This means that their lives were still based on the world now, on this earth. This, of course, contradicts what Jesus taught. However, in His patience, Jesus made this statement in Acts 1:7-8, "It is not for you to know the times or dates the Father has set by His own authority. But you will receive power when the Holy Spirit comes on you, and you will be My witnesses in Jerusalem, and in all Judea and Samaria, and to the ends of the earth."

This statement shows that they do not need to question the restoration of Israel’s worldly kingdom now; instead, they must be witnesses of God to the ends of the earth. This means they had to continue spreading the Gospel to the ends of the world, which would consume their entire lives. And indeed, in reality, Jesus' disciples died in horrifying and tragic circumstances, suffering greatly. After receiving the mandate to reach the ends of the earth, they finally understood that what they had once hoped for and thought about was never meant to be obtained on earth. Because what God had prepared for them was life in the New Heaven and New Earth. Thus, the disciples of Jesus lost their lives on this earth but gained life in the world to come.

That is why Jesus said, "Whoever loses their life for His sake will find it. But whoever is unwilling to lose their life, to give up the pleasures of the world, will not gain the life to come." Abraham, known as the father of faith, serves as a model of a person whose life was based on the world to come. Abraham left everything behind solely to find the land that God had promised (Hebrews 11:8-14). He never returned to his homeland in Ur of the Chaldeans until his last breath. In fact, Abraham never found that promised land before he died—because that land was not on earth. The Bible calls it the Heavenly Canaan, which Abraham saw from afar and greeted with longing. He sought a city with foundations designed and built by God—a city that is the New Heaven and New Earth.

A PERSON WHOSE BASIS IS IN THE PRESENT WORLD CANNOT HELP BUT INEVITABLY THINK ABOUT HUMAN CONCERNS. THEY CANNOT BE OF ONE MIND WITH GOD.

Card image
BERBASIS PADA DUNIA YANG AKAN DATANG - 02 April 2025
2025-04-02 18:55:46


Dunia ini bukan wilayah di mana semua penduduknya hidup dalam ketertundukan. Jadi, jangan bermimpi dunia ini akan menjadi surga. Dan memang kita tidak boleh berharap kehidupan di bumi ini akan menjadi surga. Pada umumnya, agama-agama dan kepercayaan masih berbasis pada kehidupan hari ini, walau tentu saja kehidupan di surga menjadi pengharapan setelah mati atau di balik kubur. Tetapi pada dasarnya, mereka tidak berbasis pikir sebagai satu-satunya tujuan. Paling tidak, di banyak agama seperti agama Yahudi dan kepercayaan lain, mereka bisa berjejak pada dua basis berpikir ini. Bisa berbasis pikir bumi sekaligus juga punya pengharapan ke surga. Tetapi dalam kekristenan, tidak boleh. Kita harus berpijak pada satu basis saja.

Seperti misalnya, agama Yahudi, mereka berbasis pada dunia hari ini. Orientasi kehidupan mereka di dunia ini. Jadi, kehidupan keberagamaan bangsa Israel masih berbasis pada dunia ini. Itulah sebabnya mereka mempersoalkan tanah yang berlimpah susu dan madu. Mereka berebut wilayah di bumi ini karena merasa itu adalah wilayah yang mereka warisi dari nenek moyang mereka. Mereka masih menginginkan kejayaan kerajaan Israel, kelimpahan materi, dan segala sesuatu yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan jasmani. Itulah sebabnya orang-orang Yahudi pada zaman Yesus mengalami kesulitan memahami apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, bahkan termasuk murid-murid-Nya. Seperti saat mereka mempertengkarkan mengenai siapa yang terbesar atau berkedudukan tinggi di dalam Kerajaan Yesus. Di mana waktu itu harapan mereka Yesus menjadi raja Israel di bumi ini.

Mereka belum memahami bahwa Kerajaan Yesus bukan dari dunia ini, bukan di bumi ini, seperti yang dikatakan Tuhan Yesus di depan Pilatus, "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini." Dengan pikiran yang salah—yang diidentifikasi oleh Yesus sebagai Iblis—Petrus menghalangi Yesus ke Yerusalem agar Yesus tidak mengalami penderitaan, apalagi kematian. Hal ini menunjukkan bahwa Petrus dan murid-murid-Nya, masih berbasis pada dunia hari ini, di bumi ini. Sebab mereka hanya memikirkan apa yang dipikirkan manusia, bukan apa yang dipikirkan Allah. Yang mana itu bisa menghalangi bahkan membatalkan rencana keselamatan. Sehingga Yesus dengan tegas berkata, ”Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”

Orang yang berbasis pada dunia hari ini, tidak bisa tidak, pasti memikirkan apa yang dipikirkan manusia. Dia tidak bisa sepikiran dengan Allah. Bahkan ironisnya, setelah kebangkitan pun murid-murid masih mempersoalkan bilamana Yesus memulihkan kerajaan bagi Israel pada waktu itu, di bumi ini. Ini berarti hidup mereka masih berbasis pada dunia sekarang, di bumi ini. Hal ini tentu bertentangan dengan yang diajarkan oleh Yesus. Namun dalam kesabaran-Nya, Yesus mengemukakan pernyataan ini di Kisah Rasul 1:7-8, "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria, sampai ke ujung bumi."

Pernyataan ini menunjukkan bahwa mereka tidak perlu mempersoalkan pemulihan kerajaan Israel secara duniawi sekarang, tapi mereka harus menjadi saksi Tuhan sampai ke ujung bumi. Artinya, mereka harus meneruskan berita Injil sampai ke ujung bumi, dan hal itu pasti menyita seluruh hidup mereka. Dan benar, pada kenyataannya, murid-murid Yesus mati dalam keadaan yang sangat mengerikan serta menyedihkan karena disiksa dalam penderitaan. Setelah mereka mendapatkan mandat sampai ke ujung bumi itu, mereka baru mengerti ternyata apa yang mereka dahulu harapkan dan pikirkan selama ini tidak diperoleh di bumi. Sebab yang disediakan Tuhan itu adalah kehidupan di Langit Baru Bumi Baru. Jadi, murid-murid Yesus kehilangan kehidupan di bumi ini, tetapi memperoleh kehidupan di dunia yang akan datang.

Itulah sebabnya Yesus berkata, "Kalau seseorang kehilangan nyawa karena Dia, maka orang itu akan memperoleh nyawa. Tetapi kalau seseorang keberatan kehilangan nyawa, kehilangan kesenangan dunia, maka ia tidak akan memperoleh kehidupan yang akan datang." Abraham yang disebut sebagai bapak orang percaya merupakan model manusia yang hidupnya berbasis pada dunia yang akan datang. Abraham meninggalkan segala sesuatu hanya demi untuk menemukan negeri yang Tuhan janjikan (Ibr. 11:8-14). Abraham tidak pernah kembali ke kampung halamannya Ur-Kasdim, sampai dia menutup mata. Bahkan ternyata, Abraham tidak menemukan negeri itu sampai ia mati. Dan memang negeri itu tidak ada di bumi. Sehingga Alkitab katakan, Kanaan Surgawi; yang dari jauh Abraham melihat dan melambai-lambai. Abraham mencari kota yang memiliki dasar yang dibangun dan direncanakan oleh Allah, dan kota itu adalah Langit Baru Bumi Baru.

Teriring salam dan doa,
Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG BERBASIS PADA DUNIA HARI INI, TIDAK BISA TIDAK PASTI MEMIKIRKAN APA YANG DIPIKIRKAN MANUSIA, DIA TIDAK BISA SEPIKIRAN DENGAN ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 April 2025
2025-04-02 18:47:11

Hakim-hakim 10-12

Card image
Truth Kids 01 April 2025 - ADA TIKET KE SURGA
2025-04-01 13:55:31


Yohanes 14:6
”Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”

Sobat Kids, pernahkah kalian menonton film di bioskop? Atau liburan mengunjungi tempat wahana permainan? Nah, jika sudah, pasti kalian tidak asing dengan yang namanya tiket. Tiket kita beli agar mendapat akses masuk ke bioskop atau tempat wahana permainan yang kita tuju. Sebelum memasuki tempat itu, pasti ada petugas yang memeriksa tiket dan mengarahkan kita untuk masuk. Lalu, bagaimana jika kita tidak memiliki tiket atau kehilangan tiket tersebut? Wah, pasti tidak diizinkan untuk masuk, Sobat Kids, karena dianggap tidak memiliki akses untuk masuk.

Sama halnya dengan kehidupan kita, setiap anak-anak Allah, orang-orang yang percaya dan taat kepada firman-Nya, memiliki tiket untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga. Jika kita memilih untuk menjadi anak-anak Allah dan percaya kepada-Nya, tidak ada jalan untuk kembali ke kehidupan lama kita. Kita harus hidup dengan sungguh-sungguh dan taat kepada Allah agar tiket kita untuk masuk surga tetap berlaku dan tidak hilang. Lalu, di mana tiket anak-anak berada? Tiketnya tidak kelihatan, Sobat Kids. Tiketnya ada dalam hati dan jiwa kita yang diwarnai oleh Roh Kudus. Jadi semangat, ya, menjaga kekudusan hidup kita agar Roh Kudus tetap tinggal, berdiam di dalam hati kita.

Card image
Truth Junior 01 April 2025 - YESUS ADALAH JALAN KEBENARAN
2025-04-01 13:53:52


Yohanes 14:6
”Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”

Halo, Sobat Junior! Bagaimana kabarnya hari ini? Semoga selalu sehat dan penuh semangat, ya! Hari ini kita akan belajar tentang sebuah kebenaran yang luar biasa dari Yohanes 14:6. Ayat ini berkata bahwa Yesus adalah jalan, kebenaran, dan hidup. Apa maksudnya, ya? Yuk, kita bahas bersama!

Sobat Junior, coba bayangkan ketika kamu dalam perjalanan ke suatu tempat yang sangat indah, tetapi jalannya bercabang dan membingungkan. Jika ada seseorang yang tahu jalan dan menuntunmu, tentu kamu akan mengikutinya, bukan? Nah, seperti itulah Tuhan Yesus bagi kita! Dia adalah satu-satunya jalan yang membawa kita kepada Bapa di surga. Tanpa Tuhan Yesus, kita tidak bisa sampai ke tujuan. Sebagai anak-anak Allah, kita harus selalu mengikuti jalan yang Tuhan Yesus tunjukkan. Artinya, kita harus hidup taat kepada firman-Nya, berkata jujur, dan bersikap baik kepada sesama, serta selalu percaya pada-Nya.

Jangan sampai kita tersesat karena mengikuti hal-hal yang tidak benar, ya! Jadi, Sobat Junior, ayo kita selalu mengingat bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya jalan menuju hidup yang kekal. Jika kita tetap setia berjalan bersama-Nya, kita tidak perlu takut atau ragu. Yuk, jalani hari ini dengan penuh sukacita dan tetap percaya kepada Tuhan! Tuhan memberkati.

Card image
Truth Youth 01 April 2025 (English Version) - QUARTER LIFE CRISIS
2025-04-01 13:46:38


"Therefore do not worry about tomorrow, for tomorrow will worry about itself. Each day has enough trouble of its own." (Matthew 6:34)

The quarter-life crisis is not unfamiliar to young people, especially those entering the phase after graduating from college or high school. During elementary and middle school, most of us were guided by our parents in choosing the best school for us. Some may have been given more freedom in high school to decide whether to attend a general or vocational school, or which high school to choose. Others were granted the freedom to choose their major and university after graduating from high school. This marks the initial phase of adulthood, where we are given free will to make choices and take responsibility for our own lives.

For young people, the quarter-life crisis can indeed be confusing. In other words, it is a time when we learn to make independent decisions. Many young people start thinking seriously about their future, which is completely normal and even beneficial because it shows they value their future. However, it becomes problematic when overthinking leads to doubts about what the future holds. As stated in Matthew 6:34, we do not need to worry about tomorrow; instead, we should focus on what we can do each day. God knows our capacity, and He will not let us fall beyond recovery. Remember, our future is beautiful in His hands. He always watches over us—even when He allows us to stumble, it is a process of growth to test our faithfulness and trust in Him.

We should not waste time overthinking our future—fearing failure, fearing that we won’t be successful, or fearing that we won’t become winners or leaders. The only thing we should truly fear is if our lives are not pleasing before God. This is something worth reflecting on constantly so that we may live holy before Him.

WHAT TO DO:
1. Don't waste time overthinking worldly matters; it is far more worthwhile to reflect on our holiness and whether our lives are pleasing before God.
2. Learn not to worry easily and instead strengthen our trust in God by continually consuming His Word and staying close to Him.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 28-31

Card image
Truth Youth 01 April 2025 - QUARTER LIFE CRISIS
2025-04-01 13:42:58


”Sebab itu janganlah kamu khawatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Matius 6:34)

Quarter life crisis bukanlah hal yang asing bagi kalangan anak muda apalagi yang memasuki fase setelah lulus kuliah atau lulus SMA. Saat kita SD dan SMP, mungkin sebagian besar, orang tualah yang mengarahkan kita dan memilih sekolah yang baik untuk kita. Tapi ada juga yang saat SMA kita mulai diberi kebebasan untuk memilih SMA atau SMK, atau mau memilih SMA di mana. Ada juga yang diberikan kebebasan saat lulus SMA mau memilih jurusan dan universitas, di sinilah kita memasuki fase awal sebagai orang dewasa yang diberikan kehendak bebas untuk memilih dan bertanggung jawab atas pilihan hidup kita sendiri.

Sebagai anak muda, quarter life crisis memang membingungkan. Dalam arti lain, kita belajar mandiri untuk memiliki keputusan sendiri. Banyak anak muda yang mulai serius memikirkan akan masa depannya, ini hal yang wajar dan justru malah bagus karena menganggap masa depan penting. Tapi menjadi keliru saat kita sudah overthinking sampai meragukan masa depan kita akan seperti apa. Karena dalam Matius 6:34 sudah dicatat bahwa kita tidak perlu khawatir akan hari esok, cukup kerjakan hal apa yang bisa kerjakan dari hari ke sehari. Tuhan tahu kapasitas kita, Ia tidak akan membuat kita jatuh tergeletak. Ingatlah bahwa hari esok kita indah di tangan-Nya, Ia selalu menjagai kita, walaupun terkadang Ia membiarkan kita terjatuh, itu adalah suatu pendewasaan bagi kita, untuk terus menguji kesetiaan dan rasa percaya kita kepada-Nya. Seharusnya kita tidak perlu overthinking untuk memikirkan masa depan kita, takut gagal, takut tidak bisa sukses, takut tidak menjadi pemenang atau pemimpin, dsb. Tetapi sesungguhnya satu hal saja yang kita perlu takuti yaitu jika kehidupan kita selama ini tidak berkenan di hadapan Tuhan, itu sangat patut kita renungkan setiap saat, hingga kita layak hidup kudus di hadapan Tuhan.

WHAT TO DO:
1. Jangan habiskan waktu overthinking pada hal-hal fana, tapi lebih worth it kalau kita overthinking akan kekudusan dan keberkenanan hidup kita di hadapan Tuhan.
2. Belajar tidak mudah khawatir dan memperbesar rasa percaya kita kepada Tuhan, dengan terus mengonsumsi firman-Nya dan terus bergaul dengan- Nya.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 28-31

Card image
Renungan Pagi - 01 April 2025
2025-04-01 13:37:51


Pengorbanan mengajarkan kita untuk memberi yang terbaik dan membangun kehidupan yang lebih bermakna untuk sesama dengan setulus hati.

Makin kita mengerti arti pengorbanan, maka makin berani membayar sebuah harga yang mahal untuk berkorban.

Karena pengorbanan harus dibuktikan dengan suatu harga yang harus dibayar. Apakah itu penderitaan, tekanan hidup, penolakan orang, bahkan kematian.

Card image
Quote Of The Day - 01 April 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-04-01 13:34:34


Allah ingin bersama-sama dengan orang yang memang mengingini kebersamaan dengan Dia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 01 April 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-04-01 13:31:35


Sebaiknya orang yang berkhotbah harus belajar teologi, tetapi orang yang belajar teologi harus memindahkan hatinya lebih dahulu di Kerajaan Surga.

Card image
BASIS OF THINKING - 01 April 2025 (English Version)
2025-04-01 13:01:10


Every person thinks and acts based on a life philosophy they believe to be true. For religious individuals, their holy scriptures or teachings that they consider true will form the foundation of their entire way of thinking and behavior. The truth they believe in gives rise to various models or lifestyles, as that truth shapes a basis of thinking. In the military world, a "basis" refers to a base where troops begin their operations to attack the enemy or defend against enemy assaults. A base is also typically where weapons depots, logistical supplies, and troops are gathered. However, in this context, we focus more on the meaning of "basis" as a foundation or principle.

To be "based on" something means making it the foundation of one’s thinking. This forms a person’s lifestyle and underlies all their actions. Therefore, how important it is to have a firm foundation of thinking, as it determines the quality of one’s life before God and determines their eternity. There are two bases of thinking: The first is a basis focused on life in this present world. Almost everyone adopts this basis. The second is a basis focused on the life to come, in the new heaven and new earth. As believers or God's chosen people, we must choose one of these bases—we cannot stand on both. We must choose only one, for we are destined to be glorified together with the Lord Jesus, as children of God who will reign together with the Lord Jesus. Therefore, our thinking must be based on Jesus' mindset.

When Jesus was taken by the devil to a high mountain and shown the glory and beauty of the world, it was there that Jesus was persuaded to have the first basis of thinking—focusing on this world, the present, and earthly life. However, Jesus rejected this and chose the second basis instead, which He expressed by saying that one must worship the Lord God and serve only Him. Jesus chose the world to come—the Kingdom of the Father—where He would reign in submission to the Father. Jesus Himself became Lord and ruler for the glory of the Father, not for His own glory.

A world where its inhabitants do not live in absolute submission to God is not heaven (paradise). Heaven itself actually has two meanings: first, as a location and its facilities; second, as an atmosphere or state in which there is absolute submission under God's rule. So, if humanity had not fallen into sin, this earth would have been the perfect location and facility, as God declared it to be "very good." However, because submission is absent and humanity has rebelled, the earth has not become paradise. In the new heaven and new earth, there will be a location and facilities similar to what we understand on this earth, but under the complete rule of God. There, it will certainly be flawless. Because our current world is inhabited by rebels so that perfection is no longer perfect.

The prayer, "Your Kingdom come," does not refer to location and facilities but rather to the second meaning—bringing God's rule into our lives. It means living in submission to God as the head of the government. The beauty of God's perfect creation has been ruined because His rule has not been established. However, in the new heaven and new earth, where God's rule prevails, the beauty of a perfect world will unfold. This is our choice. For that reason, we cannot stand on two foundations; we must choose one. Will we think based on the reality of this present world, or based on the world to come, the new heaven and new earth? There, we will be God's children dwelling in His Kingdom, where every individual lives in submission to Him. This is God's eternal plan.

Before the world was created, God intended a perfect location and facility where humanity would live in submission. But that was corrupted. Heaven was not established on this earth, but it will be in the new heaven and new earth. From this, we can understand why Ephesians 1:4-5 states: "For He chose us in Him before the creation of the world to be holy and blameless in His sight." This means living in submission. "In love, He predestined us for adoption to sonship through Jesus Christ, in accordance with His pleasure and will." The standard set is to become God's children who live without blemish. If the Almighty God, who cannot be controlled by anyone and whose greatness and glory are boundless, is willing to make us His children, that is truly extraordinary.

HOW IMPORTANT IT IS TO HAVE A FIRM FOUNDATION OF THINGKING, AS IT DETERMINES THE QUALITY OF ONE'S LIFE BEFORE GOD AND DETERMINES THEIR ETERNITY.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 01 April 2025
2025-04-01 12:46:56

Hakim-hakim 8-9

Card image
BASIS BERPIKIR - 01 April 2025
2025-04-01 12:31:15


Setiap orang berpikir dan bertindak berdasarkan filosofi hidup yang diyakininya sebagai kebenaran. Bagi orang beragama, tentu kitab suci atau ajaran yang diyakini sebagai kebenaran akan menjadi dasar dari seluruh cara berpikir dan perilakunya. Kebenaran yang diyakini melahirkan berbagai model atau gaya hidup, sebab kebenaran itulah yang membangun suatu basis berpikir. Kalau dalam dunia militer, basis menunjuk pangkalan tempat pasukan mulai melakukan operasi menggempur musuh atau bertahan menghadapi serangan musuh. Basis juga biasanya menjadi tempat di mana gudang persenjataan berada, persediaan logistik, serta tentara dikumpulkan. Tetapi dalam konteks ini, kita lebih melihat pengertian basis sebagai asas atau dasar.

Berbasis artinya menjadikan sesuatu sebagai pijakan dalam berpikir. Hal ini yang membentuk gaya hidup dan yang mendasari atau melandasi seseorang melakukan segala tindakan. Dengan demikian, betapa pentingnya memiliki basis berpikir, karena ini menentukan kualitas hidup seseorang di hadapan Allah dan menentukan kekekalannya. Ada dua basis berpikir: yang pertama, basis berpikir pada kehidupan di dunia hari ini. Dan hampir semua orang berbasis pikir ini. Kedua, basis berpikir pada kehidupan yang akan datang, di Langit baru bumi baru. Bagi kita orang percaya atau umat pilihan, kita harus menentukan salah satu. Tidak boleh berpijak pada dua-duanya, harus salah satu. Sebab kita adalah orang-orang yang diproyeksikan untuk dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus, sebagai anak-anak Allah yang memerintah bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Maka kita harus berbasis pikir seperti Yesus.

Ketika Yesus dibawa oleh Iblis ke atas gunung dan kepada-Nya ditunjukkan kemuliaan atau keindahan dunia, di sanalah Yesus dibujuk untuk memiliki basis berpikir yang pertama yaitu dunia ini, hari ini dan di bumi ini. Namun Yesus menolaknya dan lebih memilih basis yang kedua, yang dibahasakan dengan menyembah Tuhan Allah dan hanya berbakti kepada-Nya. Yesus memilih dunia yang akan datang yaitu Kerajaan Bapa yang di mana diri-Nya akan menjadi Raja dalam ketertundukan kepada Bapa. Yesus sendiri menjadi Tuhan dan penguasa bagi kemuliaan Bapa, bukan untuk kemuliaan diri-Nya sendiri.

Dunia di mana penghuninya tidak hidup dalam ketertundukan mutlak kepada Allah, itu bukan surga. Surga sendiri sebenarnya memiliki dua pengertian; pertama, lokasi dan sarananya. Kedua, menunjuk pada suasana atau atmosfer di mana ada ketertundukan mutlak dalam pemerintahan Allah. Jadi, seandainya manusia tidak jatuh dalam dosa, bumi ini adalah lokasi dan sarana yang sempurna, seperti yang Allah katakan sungguh amat baik. Akan tetapi, karena tidak ada ketertundukan dan memberontaknya manusia, sehingga bumi tidak menjadi surga. Nanti di Langit baru bumi baru, ada lokasi dan sarana yang kita pahami sama seperti bumi ini namun dalam pemerintahan Allah sepenuhnya. Jadi di sana pasti tidak bercacat. Sebab dunia kita ini adalah dunia yang dihuni oleh pemberontak sehingga kesempurnaan menjadi tidak lagi sempurna.

Kalimat doa, “Datanglah Kerajaan-Mu,” itu bukan dalam arti lokasi dan sarana, melainkan dalam arti yang kedua, yaitu pemerintahan Allah kita hadirkan dalam hidup kita. Artinya kita hidup dalam ketertundukan kepada Allah sebagai Kepala pemerintahan. Keindahan ciptaan Allah yang sempurna itu telah menjadi rusak karena pemerintahan Allah tidak diselenggarakan. Tetapi, nanti di Langit baru bumi baru yang dalam suasana pemerintahan Allah, akan berlangsung keindahan dunia yang sempurna. Inilah pilihan kita. Untuk itu, kita tidak boleh berjejak pada dua basis, tetapi harus memilih salah satu. Apakah berpikir dalam basis dunia kita hari ini di bumi, atau basis di dunia yang akan datang, di Langit baru bumi baru? Di sana kita menjadi anak-anak Allah yang tinggal di Kerajaan, di mana setiap insan hidup dalam ketertundukan kepada Allah. Inilah rencana kekal Allah.

Sebelum dunia diciptakan, memang Allah menghendaki satu lokasi dan sarana yang sempurna, di mana manusia hidup di dalam ketertundukan. Tetapi itu telah rusak. Surga tidak tercipta di bumi yang ini, namun nanti di Langit baru bumi baru. Dari hal ini, kita bisa mengerti mengapa dalam Efesus 1:4-5 dikatakan; "Sebab di dalam Dia, Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tidak bercacat di hadapan-Nya." Artinya, hidup dalam ketertundukan. “Dalam kasih Allah telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.” Standar yang ditentukan adalah menjadi anak-anak Allah yang hidup tak bercacat. Kalau Allah semesta alam yang tidak bisa diatur oleh siapa pun, dan yang memiliki kebesaran serta kemuliaan tiada batas, rela menjadikan kita anak-anak-Nya, itu luar biasa.

Teriring salam dan doa,
Dr. Erastus Sabdono

BETAPA PENTINGNYA MEMILIKI BASIS BERPIKIR, KARENA INI MENENTUKAN KUALITAS HIDUP SESEORANG DI HADAPAN ALLAH DAN MENENTUKAN KEKEKALANNYA.

Card image
Truth Kids 31 Maret 2025 - BERGANTUNG PADA TUHAN
2025-03-31 18:18:04


Yesaya 26:4
” Percayalah kepada TUHAN selama-lamanya, sebab TUHAN ALLAH adalah gunung batu yang kekal.”

Gunung batu sering dipakai untuk melambangkan perlindungan Tuhan. Sesuai dengan namanya, gunung batu terbentuk dari batu. Oleh sebab itu, gunung batu dipakai sebagai tempat perlindungan dari serangan bahaya. Gunung batu juga dipakai sebagai lambang pertolongan.

Ayat yang kita baca hari ini mengingatkan bahwa Tuhan Allah adalah gunung batu yang kekal. Kita dapat berlindung pada Tuhan karena Ia dapat diandalkan. Tuhan dapat menolong setiap kali kita mengalami kesedihan, kesulitan, ataupun ketakutan. Sobat Kids, percayakanlah hidupmu sepenuhnya kepada Tuhan. Dia adalah gunung batu yang kokoh dan setia sampai selamanya.

Sudah sebulan ini kita sama-sama belajar untuk depend on God (bergantung pada Tuhan). Sekarang waktunya untuk mempraktikkan dalam hidup kita sehari-hari. Memang tidak mudah untuk selalu bergantung pada Tuhan, terutama saat keadaan sulit, namun tetaplah percaya kepada Tuhan, Sobat Kids. Pertolongan Tuhan pasti tidak terlambat.

Card image
Truth Junior 31 Maret 2025 - MENGANDALKAN TUHAN
2025-03-31 18:16:01


Yesaya 26:4
” Percayalah kepada TUHAN selama-lamanya, sebab TUHAN ALLAH adalah gunung batu yang kekal.”

Hidup kita memang tidak selalu berjalan mulus setiap saat. Ada kalanya kita merasa senang, ada kalanya kita juga merasa sedih. Orang sering mengumpamakannya seperti roda yang berputar; kadang di atas, kadang ada di bawah. Kita tidak bisa mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan. Oleh sebab itu, kita perlu bergantung kepada Tuhan karena hanya Tuhan yang dapat diandalkan.

Sobat Junior, percayakan hidupmu sepenuhnya kepada Tuhan. Dia adalah gunung batu yang kokoh dan setia sampai selama-lamanya. Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita kembali bahwa Tuhan Allah adalah gunung batu yang kekal.

Gunung batu atau batu karang yang kuat, sering disebut untuk melambangkan Tuhan karena Ia dapat diandalkan dan benar-benar menjadi tempat perlindungan.

Apakah yang menjadi kegelisahan kalian, Sobat Junior? Percayakan hidupmu sepenuhnya kepada Tuhan. Dia adalah gunung batu yang kokoh dan kekal sampai selama-lamanya.

Card image
Truth Youth 31 Maret 2026 (English Version) - FRUIT THAT BRINGS CHANGE
2025-03-31 18:14:25


“Being confident of this, that He who began a good work in you will carry it on to completion until the day of Christ Jesus.” (Philippians 1:6)

Philippians 1:6 reminds us that God, who began a good work in our lives, will bring it to completion. God has a beautiful plan for each of us, and He is working to fulfill that plan. However, to see His plan come to life, God needs effective instruments—people who bear fruit and reflect Him. The fruit He desires is not just worldly achievements but the tangible evidence of a life rooted in Christ.

As those who have received God’s love, we are called to be channels of that love to others. The fruit we bear through a life rooted in Christ can serve as an example for others. When we live in obedience, perseverance, and love, we become living witnesses of God’s goodness. A fruitful life will draw others to Christ and allow them to experience His love.

True fruit is evidence of God’s work in our lives. Through the fruit we produce, others can see Christ’s love and be drawn to know Him more. Therefore, let us continue to grow in faith and bear fruit that glorifies God, so that through our lives, others may be drawn into the love of Christ and come to experience the salvation that is found only in Him.

WHAT TO DO:
1. Show a life filled with love.
2. Help and support one another.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 25-27

Card image
Truth Youth 31 Maret 2025 - YANG MEMBAWA PERUBAHAN
2025-03-31 17:56:30


” Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.” (Filipi 1:6)

Filipi 1:6 mengingatkan kita bahwa Tuhan yang memulai pekerjaan baik dalam hidup kita pasti akan menyelesaikannya. Tuhan memiliki rencana yang indah untuk setiap orang, dan Dia datang untuk mewujudkan rencana itu dalam hidup kita. Namun, untuk melihat rencana-Nya terlaksana, Tuhan membutuhkan alat yang efektif: orang-orang yang berbuah dan meneladani-Nya. Buah yang dimaksud bukan hanya sekadar hasil atau pencapaian duniawi, tetapi buah yang nyata dalam kehidupan kita sebagai pengikut Kristus.

Sebagai orang yang telah menerima kasih Tuhan, kita dipanggil untuk menjadi saluran kasih itu bagi orang lain. Buah yang kita hasilkan melalui hidup yang berakar dalam Kristus dapat menjadi contoh bagi orang lain. Ketika kita hidup dalam ketaatan, ketekunan, dan kasih, maka kita menjadi saksi nyata akan kebaikan Tuhan. Kehidupan kita yang berbuah akan mengundang orang lain untuk datang kepada Kristus dan merasakan kasih-Nya.

Buah yang nyata adalah bukti dari kerja Tuhan dalam hidup kita. Melalui buah yang dihasilkan, orang lain dapat melihat kasih Kristus dan tertarik untuk mengenal-Nya lebih dekat. Oleh karena itu, marilah kita terus bertumbuh dalam iman dan menghasilkan buah yang memuliakan Tuhan, sehingga melalui hidup kita, orang lain bisa terperangkap dalam kasih Kristus dan datang untuk mengalami keselamatan yang hanya ada dalam-Nya.

WHAT TO DO:
1.Tunjukkan hidup yang penuh kasih
2.Saling menolong satu dengan yang lain

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 25-27

Card image
Renungan Pagi - 31 Maret 2025
2025-03-31 17:51:26


Kebenaran selalu ada di dalam kejujuran, karena itu Yesus dengan tegas berkata: Jika kamu hidup dalam dusta, iblislah yang menjadi bapamu karena dari sejak awalnya iblis adalah pendusta dan didalam dia tidak ada kebenaran.

Berarti didalam kebenaran hanya ada kejujuran, sementara Yesus berkata: Akulah Jalan, kebenaran dan hidup, berarti kalau berkata bahwa kita murid Yesus, berarti harus hidup dalam kejujuran.

Card image
Quote Of The Day - 31 Maret 2025 (Pdt.Dr. Erastus Sabdono
2025-03-31 17:50:03


Kalau tubuh kita menjadi Bait Allah, maka kita akan masuk Rumah Bapa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 31 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-31 17:47:33


Orang yang optimisme terhadap dunia akan datang, itu sama dengan orang yang berharap hanya Tuhan kebahagiaannya. Dan Tuhan tidak akan membuat orang seperti itu bertepuk sebelah tangan. Sebab Tuhan tahu, kita melabuhkan hati kita kemana atau kepada siapa.

Card image
FORMATTED BY GOD - 31 Maret 2025 (English Version)
2025-03-31 17:41:25


If we still have hopes for the happiness of this world or remain optimistic about it, it means we are formatted by the world. Only those who are pessimistic about this life yet optimistic about the new heaven and the new earth can be formatted by God. When John the Baptist baptized both Jews and non-Jews—although they had already been God's people—they were baptized again to show the fruit of repentance. This was also done by the disciples of the Lord Jesus during His time. We, too, are immersed in fellowship with the Holy Spirit. That is why the Lord said, "If you do not renounce all that you have, you cannot be My disciple." You cannot be formatted or shaped by God. This does not mean that we must become poor, leave our homes, and own nothing. Rather, it means we must not be attached to these things.

A servant of God, whether he defends God or defends an institution or foundation or his church-the difference is subtle, almost invisible. If he defends the church or any organization, he surely still has an agenda there. But if he defends God, he must have no agenda at all, no personal gain or interest, except for the glory of God. When we are still optimistic about this world, we cannot fully find God. We only find God like a piece of paper called theology. Then, when we pray, we pray to the God in our theology, in our minds. But when someone is no longer optimistic about the world so that their joy and happiness are only God. After God knows that we cannot be pleased by anyone, then God is like opening a box or a room and we enter it. But our hearts must be clean.

We should not expect happiness or worldly pleasures before God can enter our lives. Only when we dare to let go of all worldly pleasures can we truly enter into His framework and experience something extraordinary. That is where we truly meet God. There is a clear difference between those who regularly encounter God and those who do not, especially those who have never met Him. It is undeniable that the distinction between those who have encountered God and those who have not is significant. Even those who possess theological knowledge can go astray, let alone those who lack it. However, be cautious—if someone becomes too knowledgeable and believes they have found God, they may become arrogant and, in reality, have found nothing. On the other hand, a simple and sincere congregation that comes to God in prayer is more likely to truly find God and enter into His presence. In this regard, God values those who place their optimism in the world to come.

A person who is optimistic about the world to come is the same as one who hopes only in God for his happiness. And God will not let such a person be left empty-handed. He knows where and to whom we entrust our hearts. Ironically, many Christians have become accustomed to diplomatic expressions within the church: "I love You, Lord, You are my strength, You are my joy." Lies. God does not feel that love because they still love the world. If a pastor is still proud of his church, his luxury car, and secretly desires recognition or seeks to actualize himself in his own social class, then we can understand why God would ultimately say, "I do not know you."

Yet these are people who have cast out demons, performed miracles, and accomplished great works—yet the more they achieve, the closer they feel to God, and the more they believe they are special. People then idolize and deify them, and they accept this reverence. However, their teachings are not pure truth, so the congregation listening to their sermons fails to build a good conscience format. They do not have a divine court within themselves. It is no wonder that their actions and decisions—though not necessarily wrong in the eyes of humans—do not please God. This is why living a holy life is so important. Let us not delay our repentance. If we want to repent, we must do so now—not later, not someday. Otherwise, we will be lost. Remember one thing: if seventy years of our life are compared to eternity, it is incomparable. Even a single second holds immeasurable value. That is how precious our life time on earth is.

WHEN WE ARE STILL OPTIMISTIC ABOUT THIS WORLD, WE CANNOT FULLY FIND GOD.

Card image
DIFORMAT OLEH TUHAN - 31 Maret 2025
2025-03-31 17:38:55


Dengan masih punya harapan kebahagiaan dunia ini atau masih optimis dengan dunia, berarti kita diformat dunia. Hanya orang yang pesimis dengan hidup ini, namun optimis untuk langit baru bumi baru, yang bisa diformat Tuhan. Pada waktu Yohanes Pembaptis membaptis orang-orang Yahudi dan non-Yahudi—walaupun mereka sudah pernah menjadi umat Allah, namun mereka dibaptis ulang— itu adalah untuk menunjukkan buah pertobatan. Dan itu yang dilakukan oleh murid-murid Tuhan Yesus pada zaman Tuhan Yesus. Kita pun diselamkan dalam pergaulan dengan Roh Kudus. Maka Tuhan berkata, "Kalau kamu tidak melepaskan dirimu dari segala milikmu, kamu tak dapat jadi murid-Ku.” Kamu tidak bisa Tuhan format, tidak bisa Tuhan bentuk. Hal ini bukan berarti lalu kita harus miskin, tinggalkan rumah, tidak punya apa-apa. Tetapi maksudnya jangan kita terikat dengan hal-hal itu.

Seorang hamba Tuhan, apakah ia membela Tuhan atau membela lembaga atau yayasan atau gerejanya, itu beda tipis. Hampir gak bisa dilihat. Kalau ia membela gereja, yayasan apa pun namanya, maka ia pasti masih punya agenda di situ. Namun kalau ia membela Tuhan, ia pasti tidak punya agenda sama sekali, tidak punya keuntungan atau kepentingan pribadi, kecuali untuk kemuliaan Tuhan. Ketika kita masih optimis dengan dunia, kita tidak bisa menemukan Tuhan secara utuh. Kita hanya menemukan Tuhan seperti selembar kertas yang namanya teologi. Lalu, waktu kita berdoa, kita berdoa kepada Tuhan yang ada di teologi kita, di otak kita itu. Tetapi ketika seseorang tidak lagi optimis dengan dunia sehingga kesukaan dan kebahagiaannya hanya Tuhan. Setelah Tuhan tahu bahwa kita tidak bisa disenangkan oleh siapa pun, maka Tuhan seperti membuka kotak atau ruangan dan kita masuk ke dalamnya. Namun hati kita harus bersih.

Kita tidak boleh berharap ada kebahagiaan atau kesenangan dunia, baru Dia bisa masuk. Jadi setelah kita berani melepaskan segala kesenangan dunia, kita masuk ke dalam format, masuk dalam bingkai Tuhan, itu luar biasa. Dan barulah kita ketemu Tuhan di situ. Maka, tidak bisa tidak, orang yang telah selalu bertemu dengan Tuhan dengan orang yang tidak selalu bertemu dengan Tuhan, apalagi yang belum bertemu dengan Tuhan, akan berbeda sekali. Akan pasti sangat bisa dibedakan antara orang yang sudah bertemu Tuhan dan yang belum bertemu Tuhan. Yang punya teologi saja bisa sesat, apalagi yang tidak. Namun hati-hati, kalau orang terlalu pintar, dan ia merasa bahwa dia sudah menemukan Tuhan, dia tambah sombong, malah ia tidak menemukan apa-apa. Tetapi jemaat yang polos, tulus, yang datang kepada Tuhan dalam doa, dia lebih bisa menemukan Tuhan, dan dia masuk di wilayah Tuhan. Di sini, Tuhan menghargai orang yang menaruh optimisme ke dalam dunia yang akan datang.

Orang yang optimisme terhadap dunia akan datang, itu sama dengan orang yang berharap hanya Tuhan kebahagiaannya. Dan Tuhan tidak akan membuat orang seperti itu bertepuk sebelah tangan. Sebab Tuhan tahu, kita melabuhkan hati kita kemana atau kepada siapa. Ironis, banyak orang Kristen yang sudah terbiasa dalam diplomasi-diplomasi di dalam gereja; "Aku mengasihi Engkau Tuhan, Engkau kekuatanku, Kau kesenanganku." Bohong. Tuhan tidak merasa itu, karena mereka masih mencintai dunia. Kalau pendeta, ia masih bangga dengan gerejanya, dengan mobil mewahnya, dan diam-diam juga mau menjadi seseorang atau masih mengaktualisasi dirinya di kelasnya masing-masing. Jadi kita bisa mengerti kalau Tuhan akhirnya berkata, "Aku tidak kenal kamu."

Padahal mereka adalah orang-orang yang sudah mengusir setan, membuat mukjizat, dan semakin berkarya besar, semakin dia merasa dekat Tuhan, semakin merasa sudah istimewa. Kemudian orang pun mendewakan dan mengkultuskannya, dan dia juga menerima pengkultusan itu. Ajarannya juga bukan kebenaran yang murni, sehingga jemaat yang mendengar khotbahnya tidak membangun format nurani yang baik. Jadi, tidak punya mahkamah Ilahi dalam dirinya. Tidak heran kalau tindakan dan keputusannya—walaupun di mata manusia tidak salah— tidak menyenangkan Tuhan. Maka, kesucian hidup itu sangat penting. Mari, jangan kita menunda pertobatan. Kalau kita mau bertobat, harus sekarang, bukan nanti, bukan kapan-kapan. Atau kita akan terhilang. Ingat satu hal ini: kalau tujuh puluh tahun hidup kita dibanding kekekalan, ini tidak ada bandingannya. Padahal satu detik nilainya tidak terhingga. Betapa berharganya waktu hidup kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KETIKA KITA MASIH OPTIMIS DENGAN DUNIA, KITA TIDAK BISA MENEMUKAN TUHAN SECARA UTUH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 31 Maret 2025
2025-03-31 17:36:11

Hakim-hakim 6-7

Card image
Truth Kids 30 Maret 2025 - BERUBAH
2025-03-30 21:45:02


Mazmur 126:5
”Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.”

Saat para petani menanam bibit padi di sawah, mereka akan berjalan mundur. Setiap menanam satu bibit, petani berjalan mundur satu langkah. Mereka harus membungkuk agar bisa memasukkan bibitnya ke dalam tanah. Rasa letih dan panas matahari menyebabkan cucuran keringat mengalir. Keringat yang mengalir itu tidak menghentikan kerja mereka. Mereka tahu bahwa setelah mencucurkan keringat, mereka bisa menuai hasil padi dengan gembira.

Apa yang sedang membuat kalian sedih, Sobat Kids? Ingatlah, jika kalian berlaku benar sesuai dengan kehendak Tuhan, kalian tidak akan selalu merasakan sedih. Mungkin sekarang hanya sedikit teman yang mau bermain dengan kalian. Kalian mungkin juga merasa sulit harus menahan diri dari berbuat dosa. Tetaplah usahakan yang terbaik, Sobat Kids. Tuhan sanggup mengubah kesedihan kita menjadi sukacita. Percayalah, Dia selalu punya rencana yang baik. Tetap semangat, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 30 Maret 2025 - FOBIA
2025-03-30 21:43:28


Mazmur 126:5 ”Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.”

Sobat Junior, apakah kalian mempunyai fobia terhadap sesuatu? Fobia adalah ketakutan yang sangat berlebihan terhadap sesuatu atau keadaan tertentu, sehingga menghambat kehidupan penderitanya. Contohnya fobia terhadap ketinggian, penderitanya tidak berani naik pesawat. Ada juga yang fobia terhadap seekor binatang, contohnya ular. Setiap kali penderitanya melihat ular, ia akan menjadi sangat ketakutan. Bahkan, melihat gambar ular pun ia tidak berani. Sebuah fobia dapat dihilangkan melalui beberapa cara, salah satunya adalah dengan terapi.

Pola pikir dan respons terhadap hal yang ditakuti, diubah sehingga lama-kelamaan fobia itu dapat diatasi. Tentu tidak mudah untuk mengubah pola pikir terhadap sesuatu yang kita takuti menjadi hal yang biasa saja. Mungkin juga banyak air mata yang dicucurkan saat melakukan terapi tersebut. Namun, jerih lelah dan air mata yang tercurah tidak akan sia-sia. Jika terapi itu berhasil, pasti akan ada suatu perubahan. Misalnya awalnya tidak berani naik pesawat, sekarang sudah bisa tertawa dan merasa senang saat harus pergi dengan pesawat.

Tuhan sanggup mengubah kesedihan kita menjadi sukacita. Semoga kalian tidak memiliki fobia apa pun. Percayalah, Tuhan selalu dapat diandalkan saat kita merasa takut atau cemas. Dia selalu menyertai kita. Walaupun kondisi kalian sekarang sedang tidak baik-baik saja, tetaplah percaya kepada-Nya. Tuhan selalu punya rencana yang baik.

Card image
Truth Youth 30 Maret 2025 (English Version) - CONNECTED TO GOD
2025-03-30 21:41:18


“Remain in me, as I also remain in you. No branch can bear fruit by itself; it must remain in the vine. Neither can you bear fruit unless you remain in me.” (John 15:4)

John 15:4 teaches us the importance of staying connected to God. Just as a branch must remain attached to the vine to bear fruit, we too must remain in God to produce good fruit. If a branch is cut off from the tree, it will dry up and become fruitless. The same applies to our lives—without a close relationship with God, we will lack the spiritual nourishment that only He can provide.

Spiritual dryness often occurs when we drift away from God. When we become too busy with worldly activities or rely solely on our own strength, we lose connection with the true source of life. Just as a tree needs roots to absorb water and nutrients, we need God to live, grow, and bear fruit. It is crucial to engage in spiritual practices that draw us back to God, such as prayer, reading His Word, fellowship, and worship. By keeping our focus on God in all aspects of life, we will continue to receive spiritual strength and remain fruitful.

On the other hand, if we become disconnected from God, we will feel spiritually dry and unable to produce fruit that glorifies Him. Therefore, let’s make sure we stay connected to God every day so that our lives are full of His blessings and bear fruit that brings Him glory.

WHAT TO DO:
1. Make sure to consume spiritual nourishment daily.
2. Never stop praying.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 22-24

Card image
Truth Youth 30 Maret 2025 - TERHUBUNG DENGAN TUHAN
2025-03-30 21:38:51


”Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.” (Yohanes 15:4)

Yohanes 15:4 mengajarkan kita pentingnya tetap terhubung dengan Tuhan. Sebagai ranting yang melekat pada pokok anggur, kita juga harus senantiasa terhubung dengan Tuhan agar dapat menghasilkan buah yang baik. Jika ranting terlepas dari pohon, maka ia akan kering dan tidak dapat berbuah. Begitu pula dengan hidup kita. Tanpa hubungan yang erat dengan Tuhan, kita akan kekurangan nutrisi rohani yang hanya bisa diberikan oleh-Nya.

Keringnya kehidupan rohani sering kali terjadi karena kita menjauh dari Tuhan. Ketika kita sibuk dengan aktivitas duniawi atau hanya mengandalkan kekuatan diri sendiri, akibatnya kita kehilangan sumber kehidupan yang sejati. Sama halnya dengan pohon yang membutuhkan akar untuk menyerap air dan nutrisi, kita sebagai manusia membutuhkan Tuhan untuk hidup, bertumbuh, dan berbuah. Penting untuk memperbanyak kegiatan rohani yang mengarahkan kita kembali kepada Tuhan, seperti doa, membaca firman, bersekutu, dan memuji-Nya. Dengan menjaga fokus kita pada Tuhan dalam setiap aspek kehidupan, maka kita akan terus mendapatkan kekuatan rohani dan terus berbuah.

Sebaliknya, jika kita terlepas dari hubungan yang erat dengan Tuhan, kita akan merasa kering dan tidak mampu menghasilkan buah yang memuliakan-Nya. Oleh karena itu, mari pastikan kita tetap terhubung dengan Tuhan setiap hari, agar hidup kita penuh dengan berkat dan menghasilkan buah yang memuliakan nama-Nya.

WHAT TO DO:
1.Pastikan dirimu selalu mengonsumsi hal-hal rohani setiap hari
2.Jangan berhenti berdoa

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 22-24

Card image
Renungan Pagi - 30 Maret 2025
2025-03-30 21:33:51


Jangan biarkan semangat kita padam, hanya karena perbuatan dan sikap orang lain yang tidak baik; jangan biarkan damai sejahtera yang Tuhan sudah berikan kepada kita dirampas hanya karena kesalahan orang.

Belajarlah untuk tetap bersemangat, tidak perlu membalas, cukup menyerahkannya kepada Tuhan, karena Dia yang mengerti yang benar dan Dia tahu apa yang harus Dia lakukan baik kepada kita maupun kepada orang yang melakukan kesalahan

Card image
Quote Of The Day - 30 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-30 19:55:23


Cepat atau lambat, sengaja atau tidak, ketika tubuh kita menjadi Bait Allah, ketika tidak ada unsur kekafiran di dalam hidup kita, baru nampak kecemerlangan anggota keluarga Kerajaan Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 30 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-30 19:52:54


Kita harus masuk di wilayah hidup membangkitkan Yesus dalam hidup kita, melahirkan Tuhan Yesus kembali dan menampilkannya dalam hidup kita.

Card image
FORMATTED BY THE WORLD - 30 Maret 2025 (English Version)
2025-03-30 19:48:05


If we claim to be children of Abraham, then we must follow his way of life. Abraham was justified by faith, which means he fought to be truly become as God desired him to be. Abraham became the father of believers because he risked his entire life to God. He had no other world except to follow wherever God led him. In the end, that promised land was not on this earth. From a distance, he could only wave at it. Yet, Abraham refused to return to Ur of the Chaldeans. If we still desire a comfortable life on earth, we will be left behind. We must enter this realm now. So, in these last days, we must continue to enter the realm of holy living—blameless and without blemish.

Next, we must enter the realm of raising Jesus in our lives, of giving birth to the Lord Jesus again, and manifesting Him in our daily living. We are entering this stage now. This is the peak. But to reach it, we need to end our mortal way of life with one principle: we are already dead to the world. Even though we are not yet perfect, we should not always use the excuse of being "in process." Our process is not a cycle of falling and rising, but a process of having already entered the realm of death.

Meanwhile, those who still find value in things—whether in education, appearance, intelligence, knowledge, or even material wealth—will increasingly show their pride in these things. As time goes by, such arrogance will become more evident among those who have entered the process of dying to self. If a person is proud of their knowledge, their title, their appearance, or their wealth, it will become more and more apparent.

So, if we still hold on to optimism in life that is based on worldly facilities, it means we are opening ourselves to be formatted by the world. Our way of thinking is then supported by worldly philosophies. Since our mindset has generally already been corrupted, we must break it down one by one. We must replace it with a new format—that is, the Bible—so that our way of thinking is renewed. This way of thinking is the same as our conscience or suneidesis (συνείδησις): “Let this mind be in you which was also in Christ Jesus.” Whether changing this format is easy or difficult depends first on how deep the deception has taken root. Second, it depends on how long it has controlled a person’s life. If we are not absolutely determined, it will not be possible. This is because our minds have already been built with patterns of thinking that are not aligned with God’s thoughts. Third, our flesh still records desires that have not yet been eradicated.

That is why Paul also struggled—to do everything according to God's will. He said, "I know what is good, yet I do what is evil." This was not Paul's experience before his conversion, but after. Because before his conversion, Paul stated, "In regard to the Law, I was blameless." So, when it came to following the law, he was without fault. Therefore, his struggle was not about the law, but about the conflict between divine conscience and worldly conscience. Worldly or human conscience cannot attain God's holiness if it is merely supported by the law. True Christianity teaches us that the world is not our home and that there is an empty space in our souls that only God can fill. As Jesus taught, "You must be perfect as your Father in heaven is perfect," and "Leave everything if you want to be My disciple."

The problem is, if we do not change immediately, we will run out of opportunities. Our time will run out. And when our chance is gone, it will be too late. At the brink of death, we may regret it, but by then, nothing can be done. We are justified after receiving the Word and allowing ourselves to be formatted by God through logos and rhema. The Holy Spirit will remind us through prayer and hope. So, when we read or hear the Word, and afterward we face challenges, the Holy Spirit will surely speak. This is how God works in all things. Here, rhema appears. There is no rhema without problems—in most cases, rhema comes when problems arise. When our emotions, feelings, and even our physical bodies are involved in struggles, that is when rhema is spoken.

Prayer makes us to be infected by God's presence and His holiness. Hope exists when we dare to choose the Kingdom of Heaven because we believe that beyond death, there is beauty. That is why God has prepared a home for us, for this world is not a pleasant place. However, it is important to remember that the process of being formatted correctly is painful. It involves things that are unpleasant to hear and unpleasant to experience—it can be boring and confusing. But today, we must make the decision to allow ourselves to be formatted by God. We must not lose our opportunity. We still have time, though we do not know how long. However, if we waste our energy, thoughts, money, and time, we will surely regret it. Do not expect happiness from this world.

ABRAHAM WAS JUSTIFIED BY FAITH, WHICH MEANS HE FOUGHT TO BE TRULY BECOME AS GOD DESIRED HIM TO BE.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 Maret 2025
2025-03-30 19:45:24

Hakim-hakim 3-5

Card image
DIFORMAT OLEH DUNIA - 30 Maret 2025
2025-03-30 14:07:20


Kalau kita mengaku sebagai anak Abraham, maka kita harus mencontoh gaya hidupnya. Abraham dibenarkan karena iman, yang artinya ia berjuang agar berkeadaan benar-benar seperti yang Allah kehendaki. Abraham menjadi bapa orang percaya karena ia mempertaruhkan segenap hidupnya. Tidak ada dunia lain yang dimiliki Abraham, kecuali hanya menuruti kemana Tuhan membawa dia. Dan pada akhirnya, negeri itu tidak ada di bumi. Dari jauh dia hanya melambai-lambai. Akan tetapi Abraham tetap tidak mau kembali ke Ur-Kasdim. Kalau kita masih mau hidup nyaman di bumi, maka kita akan ditinggalkan. Kita sudah harus masuk ke wilayah ini. Jadi, hari-hari terakhir ini kita terus masuk ke wilayah hidup suci, tak bercacat tak bercela.

Dan yang berikutnya, kita harus masuk di wilayah hidup membangkitkan Yesus dalam hidup kita, melahirkan Tuhan Yesus kembali dan menampilkannya dalam hidup kita. Kita masuk ke sini sekarang. Ini puncaknya. Tetapi untuk mencapai ini, kita perlu mengakhiri hidup kefanaan dengan satu prinsip bahwa kita sudah mati bagi dunia. Walaupun kita belum sempurna, namun jangan kita selalu beralasan ‘proses.’ Proses kita bukan proses yang jatuh bangun, melainkan proses sudah di wilayah mati. Padahal mereka yang masih merasa punya nilai,—baik dari pendidikan, penampilan, kepintaran atau ilmunya, bahkan materi—makin hari kesombongan seperti itu akan makin nampak di lingkungan orang-orang yang sudah masuk proses kematian. Kalau orang bangga dengan ilmunya, bangga dengan gelarnya, bangga dengan penampilannya, bangga dengan duitnya, dia akan makin kelihatan.

Jadi kalau kita masih memiliki optimisme hidup yang didasarkan pada fasilitas dunia, berarti kita membuka diri diformat oleh dunia. Di mana cara berpikir kita ditopang oleh filosofi-filosofi hidup dunia. Berhubung karena pola pikir kita ini rata-rata sudah rusak, maka satu per satu harus kita patahkan. Kita ganti dengan format baru, yaitu Alkitab, supaya pola pikirnya baru. Pola pikir ini sama dengan suara hati atau nurani atau suneidesis (συνείδησις); “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Yesus Kristus.” Mudah atau sulitnya mengubah format itu tergantung, pertama, sejauh mana kesesatannya. Yang kedua, seberapa lama telah menguasai diri orang itu. Kalau kita tidak maksa sekali, tidak bisa. Karena di dalam pikiran kita itu sudah terbangun cara berpikir yang tidak sesuai pikiran Tuhan. Dan yang ketiga, daging kita ini masih juga merekam nafsu-nafsu yang belum habis.

Itu sebabnya Paulus pun berjuang, bagaimana dia melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak Allah, ia katakan, "Aku tahu apa yang baik, yang jahat kulakukan." Itu bukan pengalaman Paulus sebelum bertobat, melainkan sesudah bertobat. Karena sebelum bertobat, Paulus mengatakan, "Jika ditinjau dari Taurat, aku tidak bercacat." Jadi, kalau soal kelakuan sesuai hukum, dia tidak bercacat. Sehingga, pergumulan itu bukan pergumulan mengenai hukum, tetapi pergumulan antara nurani ilahi dan nurani duniawi. Nurani duniawi atau nurani manusia tidak bisa mencapai kesucian Allah jika hanya ditopang oleh hukum. Kristen yang benar adalah di mana kita diajar bahwa dunia bukan rumah kita dan ada rongga kosong dalam jiwa kita yang hanya bisa diisi oleh Allah. Dan sesuai dengan apa yang Tuhan Yesus ajarkan, “Kamu harus sempurna seperti Bapa di surga.” Lalu, “Tinggalkan segala sesuatu kalau mau menjadi murid-Ku.”

Masalahnya, kalau kita tidak segera berubah, maka kita akan kehabisan kesempatan. Waktu kita akan habis. Kalau kesempatan telah habis, terlambat sudah. Pada waktu di ujung maut, kita baru menyesal, namun sudah tidak bisa. Jadi, kita dibenarkan itu setelah menerima firman dan mau diformat oleh Tuhan melalui logos dan rhema. Roh Kudus akan mengingatkan melalui doa dan pengharapan. Jadi, kalau saat ini kita membaca atau mendengar firman, dan setelah selesai kita menghadapi masalah, Roh Kudus pasti bicara. Maka Allah bekerja dalam segala hal. Di sini, rhema muncul. Jadi, tidak ada rhema tanpa masalah, atau pada umumnya, rhema muncul ketika ada masalah. Ketika emosi, perasaan, bahkan tubuh kita terlibat dalam masalah disitu rhema diperdengarkan.

Doa membuat kita ditulari oleh hadirat Tuhan, dan kesucian-Nya. Pengharapan ada saat kita berani memilih Kerajaan Surga, sebab kita percaya bahwa di balik kematian itu indah. Karena itu, Tuhan menyediakan rumah buat kita sebab bumi ini tidak menyenangkan. Namun perlu diingat bahwa proses format yang benar itu menyakitkan; hal yang tidak enak didengar dan tidak enak dialami, bisa menjenuhkan serta memusingkan. Tetapi, hari ini kita mau mengambil keputusan untuk memberi diri diformat Tuhan. Jangan sampai kita kehilangan kesempatan. Kita masih punya waktu yang entah sampai kapan. Akan tetapi apabila tenaga, pikiran, uang, dan waktu kita sia-siakan, maka kita pasti akan menyesal. Jangan harap kebahagiaan dari dunia ini.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ABRAHAM DIBENARKAN KARENA IMAN, YANG ARTINYA IA BERJUANG AGAR BERKEADAAN BENAR-BENAR SEPERTI YANG ALLAH KEHENDAKI.

Card image
Truth Kids 29 Maret 2025 - BAYANGAN
2025-03-30 13:56:26


Ulangan 31:6
” Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.”

Sobat Kids, ketika kalian berjalan di tempat terbuka, apakah kalian pernah memperhatikan bayangan dari tubuh kalian? Saat cahaya matahari terhalang, akan terjadi bayangan. Misalnya saat tubuh kita menghalangi cahaya matahari, akan terbentuk bayangan badan kita. Begitu juga saat sebuah pot bunga menghalangi sinar matahari, akan terbentuk bayangan yang menyerupai bentuk pot bunga. Uniknya, bayangan itu akan menempel dengan benda aslinya. Mereka akan selalu bersama. Buktinya saat kita berjalan, bayangan tubuh kita juga ikut berjalan bersama.

Tuhan juga selalu berjalan bersama kita, Sobat Kids. Bahkan di saat-saat yang sulit, saat kita merasa tidak ada yang menemani kita, Tuhan tetap hadir. Tuhan selalu dapat diandalkan dalam segala keadaan. Jangan takut, ya, Sobat Kids. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Ingat-ingat ayat firman Tuhan yang kita baca hari ini, ya. Terutama ketika kalian merasa kesepian atau seorang diri.

Card image
Truth Junior 29 Maret 2025 - KUAT DAN TEGUH
2025-03-29 17:21:49


Ulangan 31:6
” Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.”

Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir. Musa juga yang memimpin bangsa Israel melewati padang gurun untuk menuju ke tanah perjanjian yang dijanjikan oleh Tuhan Allah. Namun, Musa bertambah tua dan tidak mungkin memimpin bangsa Israel selama-lamanya. Oleh sebab itu, kepemimpinan Musa akan digantikan Yosua. Saat harus menggantikan Musa, seorang pemimpin yang hebat, Yosua mengalami takut dan gentar. Apakah ia mampu memimpin bangsa Israel yang keras kepala? Apakah ia sanggup melawan bangsa-bangsa lain yang menjadi musuh bangsa Israel?

Firman Tuhan disampaikan beberapa kali kepada Yosua, “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu!” Itulah yang Tuhan firmankan kepada Yosua. Tuhan berjanji kepada Yosua untuk menyertainya asalkan ia tetap berjalan sesuai dengan perintah-Nya. Tuhan Allah yang disembah bangsa Israel adalah Tuhan yang dapat diandalkan. Ketika Ia berjanji, pastilah Tuhan akan menggenapinya. Dari kisah di Alkitab, kita tahu bahwa Yosua berhasil memimpin bangsa Israel memasuki tanah Kanaan.

Sobat Junior, Tuhan selalu berjalan bersama kita, bahkan di saat-saat yang sulit. Jangan takut, Dia tidak pernah meninggalkan kita.

Card image
Truth Junior 29 Maret 2025 (English Version)- TRUE FRUIT
2025-03-29 17:18:25


“Likewise, every good tree bears good fruit, but a bad tree bears bad fruit. A good tree cannot bear bad fruit, and a bad tree cannot bear good fruit. Every tree that does not bear good fruit is cut down and thrown into the fire. Thus, by their fruit you will recognize them.” (Matthew 7:17-20)

Matthew 7:17-20 reminds us that a good tree will always bear good fruit. Similarly, if we truly live in God, the fruit we produce will reflect His character. No one can fake true fruit. A person may try to manipulate the outward appearance of their life to seem good, but in the end, the quality of that fruit will never be the same as the fruit produced by a life deeply rooted in Christ.

Oftentimes, we see people who appear good on the outside but are actually hypocritical. They may seem righteous in certain situations, but when faced with real life challenges, their true nature is revealed. Only those who genuinely live according to God’s will can endure and continue bearing good fruit, even in difficult times.

We cannot manipulate our fruit or pretend to be good just to appear righteous in front of others. A life that bears good fruit is the result of a deep relationship with God and perseverance in following His path. Over time, the fruit of our lives will reveal who we truly are—whether we live according to God’s principles or simply follow worldly standards. Therefore, let us live with integrity and produce true fruit that glorifies God.

WHAT TO DO:
1. Examine yourself—are you bearing fruit? Don’t focus on others.
2. Always acknowledge your mistakes before God and strive to improve.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 19-21

Card image
Truth Youth 29 Maret 2025 - BUAH YANG SEJATI
2025-03-29 17:15:32


”Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.” (Matius 7:17-20)

Matius 7:17-20 mengingatkan kita bahwa pohon yang baik pasti menghasilkan buah yang baik. Begitu juga dengan kehidupan kita, jika kita benar-benar hidup dalam Tuhan, buah yang kita hasilkan akan mencerminkan karakter-Nya. Tidak ada yang bisa berpura-pura dalam menghasilkan buah yang sejati. Manusia yang mencoba memanipulasi buah kehidupannya mungkin bisa terlihat baik untuk sementara, tetapi kualitas buah tersebut tetap tidak akan sama dengan buah yang dihasilkan oleh kehidupan yang sungguh-sungguh berakar dalam Kristus.

Sering kali kita melihat orang yang tampak baik di luar, namun kenyataannya mereka hanyalah munafik. Mereka mungkin bisa bertahan dalam situasi tertentu, tetapi ketika menghadapi ujian hidup yang sebenarnya, sifat asli mereka akan terlihat. Hanya orang yang benar-benar hidup sesuai dengan kehendak Tuhan yang mampu bertahan dan tetap menghasilkan buah yang baik, meskipun dalam keadaan sulit.

Kita tidak bisa memanipulasi buah atau berpura-pura menjadi orang yang baik hanya untuk tampak benar di mata orang lain. Kehidupan yang berbuah baik adalah hasil dari hubungan yang mendalam dengan Tuhan dan ketekunan dalam mengikuti jalan-Nya. Seiring waktu, buah kehidupan kita akan menunjukkan siapa kita sebenarnya, apakah kita hidup sesuai dengan prinsip Allah atau hanya mengikuti standar dunia. Oleh karena itu, marilah kita hidup dengan integritas, menghasilkan buah yang sejati yang memuliakan Tuhan.

WHAT TO DO:
1.Belajar menyoroti diri, apakah berbuah? Jangan menyoroti orang lain
2.Selalu akui kesalahanmu di hadapan Tuhan dan mau berbenah

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 19-21

Card image
Renungan Pagi - 29 Maret 2025
2025-03-29 15:04:33


Kita harus tulus dan tidak munafik dalam kesaksian-kesaksian, ketika bersaksi tujuannya bukan untuk membuktikan bahwa kita lebih hebat dari orang lain dan ingin mencari pujian dari manusia, tetapi dalam kesaksian, tujuannya supaya hanya nama Tuhan saja yang dimuliakan.

Jangan menjadi orang percaya yang munafik dalam setiap kesaksian, karena hanya membesarkan peristiwa-peristiwa supaya orang dapat menganggap betapa hebatnya kita, tapi biarlah dalam ketulusan bersaksi karena mau memuliakan Tuhan, mau menyatakan betapa hebat dan dahsyatnya Tuhan kita.

Card image
Quote Of The Day - 29 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-29 15:01:22


Kita harus membawa diri kita ke puncak kekristenan, setinggi-tingginya keberkenanan, kesucian.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 29 Maret 2025
2025-03-29 14:55:50


Kalau kita mengaku percaya kepada Tuhan Yesus, kita harus percaya juga akan apa yang Tuhan katakan, "Di rumah Bapa-Ku ada banyak tempat tinggal."

Card image
MUST NOT BE OPTIMISTIC - 29 Maret 2025 (English Version)
2025-03-29 14:52:44


It turns out that one of the keys to life is that we must not be optimistic when viewing life based on worldly facilities. Or to put it more bluntly, we must be pessimistic about this world. Even if we succeed in our careers, own a luxurious private home, have large savings, and run a continuously growing company with increasing profits, these should not be considered guarantees of happiness. Optimism is the attitude or belief that the future will be better, that things will go according to plan, leading to success and happiness. However, in reality, nothing in this world can truly bring us happiness because, in the end, everything we possess will disappear.

Therefore, we must have the courage to arm our minds with this understanding. Otherwise, we will never become spiritual, and as a result, the world will shape us. Whatever we achieve and whatever we own are not guarantees of true fulfillment. In general, people fill their lives with studies, careers, and various pursuits in search of happiness. But in truth, none of these things bring genuine happiness. Why? There are three reasons:

1. Everyone will inevitably die.
2. We do not know when that time will come.
3. There is an empty void in our souls that only God can fill.

So, do not think that having a private house will make you happy, that owning a car will bring happiness, that finding a life partner will make you happier, or that having children will complete your happiness. No! However, it is not wrong to have these things. But if we do possess them, we must dedicate them to an eternal life beyond this world. Our optimism should be placed in the New Heaven and New Earth, not in this earthly life. If our optimism is focused on this world, inevitably, people will build their kingdoms here. Changing this way of thinking is not easy because our minds have been conditioned by worldly perspectives. As a result, our thoughts are inevitably directed toward this present world. Consequently, the world beyond the grave is often seen as dark, uncertain, mysterious, and terrifying.

In fact, if we claim to believe in the Lord Jesus, we must also believe in what the Lord said, "In My Father's house are many mansions." So if we do not put our hope in the house promised by the Lord Jesus, it means we do not believe. In the beginning, God created the heavens and the earth, He created everything perfectly. A very ideal world to live in and enjoy. But in Genesis 3, it is told that humans fell into sin. So the earth is no longer a comfortable place to live. The world is no longer ideal, no longer promising. The Bible says the earth is cursed and produces thorns and thistles. This clearly indicates that the world is no longer a place of comfort, and human beings must toil and sweat for their survival. Then, in Genesis 12, God initiated a new plan. He called upon a man named Abraham, who would become the father of all believers.

Here, a new hope emerges—Abraham was called to discover a new world. Hebrews 11:8 states, "By faith, Abraham obeyed when he was called to go to a place he would later receive as his inheritance. He went out, not knowing where he was going." No matter how advanced the Sumerian valley was, where Abraham came from—specifically the city of Ur—it was nothing compared to a country with firm foundations, designed and built by God Himself. It must be perfect, just like God's original creation. From the moment Abraham left Ur of the Chaldeans, he became a foreigner and a wanderer on the earth. The following verses declare, "For those who say such things declare plainly that they seek a homeland. And truly, if they had been thinking of the country they had left, they would have had an opportunity to return. But now they desire a better homeland, that is, a heavenly one. Therefore, God is not ashamed to be called their God, for He has prepared a city for them."

God is not ashamed. This is an important statement. Why? Because Abraham demonstrated his stature as a sojourner who staked his entire life on this. But if a person still has a natural optimism about life, then God is ashamed—meaning, He does not acknowledge them. However, many people still have optimism about life in this world because that is how it naturally is. Yet, if we are optimistic about this world, it means we are attached to it. Therefore, those who have experienced heartbreak from this world will be more moldable.

ONE OF THE KEYS TO LIFE IS THAT WE MUST NOT BE OPTIMISTIC WHEN VIEWING LIFE BASED ON WORLDLY FACILITIES.

Card image
SUDAH MERASA CUKUP - 29 Maret 2025
2025-03-29 14:40:54


Kalau kita punya Tuhan Yesus dan Bapa di surga yang mempunyai segala kuasa, kemuliaan, dan Kerajaan, maka mestinya kita sudah merasa cukup. Jadi, kalau kita tidak merasa cukup, berarti kita tidak menghargai Dia. Sejatinya, kita mau apa lagi? Dunia ini hanya sementara. Dan kita punya Bapa yang menopang kita. Dia membela kita, namun bukan berarti lalu semua jalan jadi lancar, ekonomi membaik dan tidak punya musuh. Tidak! Justru banyak masalah. Orang yang memusuhi kita malah seperti menang. Kita bisa ditindas. Cara Allah membela kita, bisa dengan mengizinkan ada musuh yang jahat, karena Tuhan mau perbaiki karakter kita. Tuhan tahu bagaimana memperbaiki karakter kita. Jadi, sebenarnya ikut Tuhan Yesus itu berat.

Sehingga, tidak heran kalau di Lukas 14:28-30, Tuhan berkata, "Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya." Jadi, apa pun yang terjadi dalam hidup kita, itu harus diterima sebagai pembelaan Tuhan, supaya kita bisa masuk langit baru bumi baru. Dan Tuhan tidak membuat masalah kita selesai dengan mudah. Namun Dia pegang tangan kita dan hiburkan kita. Cukup karena proses itu harus terjadi. Orang tua yang baik, akan paksa anaknya sekolah. Dan waktu anaknya mengalami kesulitan, orang tua pasti menolong dan memberi semangat, namun tidak mempermudah.

Kalau kita melihat kekekalan, maka masalah-masalah yang kita hadapi hari ini ternyata tidak ada artinya. Tuhan berkata, “kumpulkan harta di surga, bukan di bumi. Di bumi, ngengat dan karat merusak, pencuri bisa membongkar serta mencurinya.” Berarti Tuhan mau kita selalu berfokus pada langit baru bumi baru dan memperhatikan apa yang tidak kelihatan yaitu mengutamakan hal-hal rohani. Kalau orang sudah biasa bergaul dengan Tuhan, maka ketika ia berada di tengah-tengah bencana, ia akan tetap tenang karena ia yakin Tuhan bersamanya. Ia tidak akan berteriak, “Oh Tuhan tolong, oh Tuhan tolong! Kenapa begini?" Dia cuma diam, dan berbisik, "Oh Tuhan." Bahkan sampai nanti di ujung maut, kita tahu pasti dijemput.

Namun sejujurnya, pasti di antara kita masih ada yang takut, masih tidak jelas dan tidak mampu membidik Tuhan. Itu terjadi karena kita tidak membangun manusia batiniah dan logika rohani yang baik. Jadi, kita tidak boleh terjebak seperti kebiasaan banyak gereja yang hanya bicara mengenai kuasa Tuhan yang dialami oleh jemaat melalui doa pendeta atau orang-orang tertentu. Dan jemaat menjadi lumpuh rohani karena bergantung kepada doa, mukjizat yang didoakan pendeta-pendeta. Sebaliknya, kita tidak boleh lagi mengharapkan hal tersebut. Yang kita harapkan adalah pengertian akan kebenaran yang memberikan tuntunan bagaimana bergaul dengan Allah, sang sumber mukjizat itu.

Oleh sebab itu, ketika kita bergaul dengan Tuhan, yang kita persoalkan bukan kuasa-Nya, melainkan perasaan-Nya. Seperti seorang anak ketika masih kanak-kanak, bagaimana memanfaatkan orang tua untuk kesenangannya. Namun ketika anak sudah dewasa, dia tidak mempersoalkan lagi bagaimana memanfaatkan orang tua untuk kesenangannya, tetapi bagaimana berbuat sesuatu untuk kesenangan orang tua. Dan Tuhan Yesus akan membimbing kita menjadi seperti diri-Nya, untuk bisa menyenangkan hati Bapa. Kenapa? Karena Dia menjadi Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa. Kita sudah harus dewasa sebab dunia sudah mau berakhir. Kita tidak lagi mempersoalkan kuasa Tuhan, yang sudah pasti dijaminkan untuk kita. Sekarang yang harus kita persoalkan adalah bagaimana kehendak dan rencana-Nya, yang harus kita pahami dan kita penuhi. Dengan cara demikian, kita membawa diri kita ini menjadi orang yang ada di pihak Tuhan.

Ironis, mereka merasa kalau sudah bisa menggunakan kuasa Tuhan berarti mereka di pihak Tuhan. Padahal hanya karena mereka tahu kalau orang percaya tidak boleh memakai dukun atau kuasa gelap. Ini bahasa agama pada umumnya, yang mau membela agamanya dan membuktikan kebenaran agamanya dengan kuasa-Nya yang bisa dikampanyekan dan dipertontonkan. Itu eksploitasi, pemanfaatan dan oportunis. Mirisnya, itulah yang sekarang terjadi di banyak tempat. Sehingga tanpa sadar, kita pun tergiring, terkondisi begitu. Bukan tidak boleh berkata, “Allah kita heran dan besar” Boleh! Memang Allah itu besar dan heran. “Mukjizat masih ada. Dia baik, sungguh baik.” Bukan tidak boleh, namun sikap hati kita harus benar. Bukan karena kita mau ‘memakai’ kuasa-Nya. Sekarang sudah saatnya kita itu mengerti kehendak-Nya.

Bahasa agama untuk membuktikan Allahnya benar adalah dengan kebesaran-Nya, dan kekuatan-Nya. Jika perlu, dibantu menunjukkan itu ke orang lain. Kalau Kristen tidak demikian. Kita harus bersaksi dengan perbuatan, ditampar pipi kanan beri pipi kiri, teraniaya pun tetap bertahan. Jadi, sebagai orang Kristen yang dewasa, kita tidak lagi menuntut mukjizat. Kalau mau sembuh, jaga pola makan dan pola hidup yang baik. Kalau mau kecukupan, kerja keras, jujur dan tekun. Namun demikian, kalaupun kita tidak memiliki kelimpahan, tidak masalah, sebab hidup kita yang sekarang ini hanya sementara.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA PUNYA TUHAN YESUS DAN BAPA DI SURGA YANG MEMPUNYAI SEGALA KUASA, KEMULIAAN DAN KERAJAAN, MAKA MESTINYA KITA SUDAH MERASA CUKUP.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 29 Maret 2025
2025-03-29 14:31:59

Hakim-hakim 1-2

Card image
Truth Kids 28 Maret 2025 - IGLOO
2025-03-28 19:26:26


Mazmur 18:2-3
”Ia berkata: ”Aku mengasihi Engkau, ya TUHAN, kekuatanku! Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku.”

Setiap wilayah memiliki bentuk rumah masing-masing. Bahan yang digunakan dari setiap daerah juga bermacam-macam, Sobat Kids. Ada yang terbuat dari batu, kayu, tumbuh-tumbuhan, bahkan dari es. Ada pun bahan yang dipakai untuk membuat rumah, besar atau kecilnya luas rumah tidak menjadi masalah. Rumah adalah tempat kita berlindung dari teriknya sinar matahari, basah dari hujan yang turun, dan berlindung dari bahaya di luar rumah.

Apa rasanya jika kita tinggal di dalam sebuah igloo, ya? Igloo adalah sebutan untuk rumah yang terbuat dari es atau tumpukan salju. Biasanya orang dari suku Inuit dan Eskimo yang tinggal di dalam igloo. Walaupun terbuat dari es atau salju, orang yang berada di dalam igloo dapat merasa lebih hangat daripada di luar. Orang-orang suku Inuit dan Eskimo yang sedang berburu juga beristirahat di dalam igloo sebelum melanjutkan perjalanannya. Di dalam igloo, mereka dapat berlindung dari serangan hewan buas.

Sobat Kids, Tuhan adalah tempat berlindung yang kokoh dalam segala situasi. Seperti kita berlindung di dalam rumah, kita juga dapat berlindung dalam Tuhan. Tuhan akan menjagai setiap langkah kita jika kita dekat kepada-Nya. Pasti kita akan aman dalam perlindungan Tuhan.

Card image
Truth Junior 28 Maret 2025 - GUNUNG BATU
2025-03-28 19:22:39


Mazmur 18:2-3
”Ia berkata: ”Aku mengasihi Engkau, ya TUHAN, kekuatanku! Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku.”

Sebelum menjadi raja, Daud mengalami pengalaman dikejar-kejar oleh musuh, bahkan sempat dikejar oleh raja Saul juga. Ia tahu bagaimana rasanya ketika harus sembunyi dalam gua-gua. Rasa takut dan khawatir menyelimuti perasaannya, namun Daud tetap bersandar kepada Tuhan. Ia menyerahkan segala rasa takut dan khawatirnya kepada Tuhan.

Ayat firman Tuhan yang kita baca hari ini merupakan nyanyian syukur Daud atas kemenangan yang ia peroleh. Daud sadar bahwa kemenangan yang ia raih adalah berkat pertolongan dari Tuhan, sebab Tuhanlah yang menjadi sumber kekuatannya. Tuhan juga merupakan tempat ia berlindung, oleh sebab itu Tuhan diumpamakan sebagai gunung batu, tempat pertahanannya.

Sobat Junior, beberapa hari lalu kita sudah belajar bahwa Tuhan tidak berubah, dari dahulu, sekarang, sampai selama-lamanya. Seperti Daud yang menjadikan Tuhan sebagai gunung batunya, kita juga dapat menjadikan Tuhan sebagai gunung batu kita. Tuhan adalah tempat berlindung yang kokoh dalam segala situasi. Percayalah, kamu selalu aman bersama dengan-Nya.

Card image
Truth Youth 28 Maret 2025 (English Version) - BEARING FRUIT FOR GOD
2025-03-28 19:01:47


“This is to my Father’s glory, that you bear much fruit, showing yourselves to be my disciples.” (John 15:8)

John 15:8 teaches us that when we bear much fruit, we glorify God. Our main purpose on earth is to bear fruit for Him, which means our lives should produce results that honor the Lord. This fruit is not just seen in our actions but also in a heart and character that become more like Christ. God delights when we grow in faith and obedience. Every process of transformation we experience—whether through trials or spiritual growth—is God’s way of shaping us into true disciples.

Bearing fruit isn’t just about visible achievements; it’s about the quality of life that reflects God’s love, patience, and forgiveness.

When our lives bear fruit, we become living testimonies of God’s power and love. God wants us to keep growing, drawing closer to Him, and producing more fruit for His kingdom. The successes and joys we achieve in life are blessings from God, but what matters most is whether we have borne fruit for Him, according to His will.

By continuing to grow and produce spiritual fruit, we glorify His name. That is the ultimate purpose of our lives. When we live this way, our lives become meaningful and eternal. God calls us to be disciples who bear fruit that pleases Him.

WHAT TO DO:
1. Start practicing obedience in small things.
2. Focus on personal transformation.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 17-18

Card image
Truth Youth 28 Maret 2025 - BEARING FRUIT FOR GOD
2025-03-28 18:59:43


“This is to my Father’s glory, that you bear much fruit, showing yourselves to be my disciples.” (John 15:8)

John 15:8 teaches us that when we bear much fruit, we glorify God. Our main purpose on earth is to bear fruit for Him, which means our lives should produce results that honor the Lord. This fruit is not just seen in our actions but also in a heart and character that become more like Christ. God delights when we grow in faith and obedience. Every process of transformation we experience—whether through trials or spiritual growth—is God’s way of shaping us into true disciples.

Bearing fruit isn’t just about visible achievements; it’s about the quality of life that reflects God’s love, patience, and forgiveness.

When our lives bear fruit, we become living testimonies of God’s power and love. God wants us to keep growing, drawing closer to Him, and producing more fruit for His kingdom. The successes and joys we achieve in life are blessings from God, but what matters most is whether we have borne fruit for Him, according to His will.

By continuing to grow and produce spiritual fruit, we glorify His name. That is the ultimate purpose of our lives. When we live this way, our lives become meaningful and eternal. God calls us to be disciples who bear fruit that pleases Him.

WHAT TO DO:
1. Start practicing obedience in small things.
2. Focus on personal transformation.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 17-18

Card image
Truth Youth 28 Maret 2025 - BERBUAH UNTUK ALLAH
2025-03-28 18:50:13


”Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.” (Yohanes 15:8)

Yohanes 15:8 mengajarkan kita bahwa dengan berbuah lebat, kita memuliakan Allah. Tujuan utama hidup kita di bumi adalah berbuah bagi-Nya, yang berarti hidup kita harus menghasilkan buah yang memuliakan Tuhan. Buah ini tidak hanya tercermin dalam tindakan kita, tetapi juga dalam perubahan hati dan karakter yang semakin menyerupai Kristus. Tuhan sangat senang ketika kita bertumbuh dalam iman dan ketaatan. Setiap proses perubahan yang kita alami, baik itu melalui rintangan atau pertumbuhan rohani, adalah cara Tuhan membentuk kita menjadi murid yang sah. Berbuah lebat bukan hanya soal hasil yang tampak di luar, tetapi juga tentang kualitas hidup yang mencerminkan kasih, kesabaran, dan pengampunan Tuhan.

Ketika hidup kita berbuah, maka kita menjadi saksi hidup tentang kuasa dan kasih Tuhan. Tuhan menginginkan kita untuk terus bertumbuh, semakin dekat dengan-Nya, dan semakin banyak menghasilkan buah bagi Kerajaan-Nya. Semua yang kita capai dalam hidup ini, seperti kesuksesan atau kebahagiaan, adalah tambahan yang Tuhan berikan sebagai berkat. Namun, yang lebih penting adalah apakah kita telah berbuah bagi Allah, sesuai dengan kehendak-Nya?

Dengan terus bertumbuh dan menghasilkan buah rohani, berarti kita memuliakan nama-Nya. Itulah tujuan utama hidup kita, dan ketika kita hidup demikian, hidup kita menjadi bermakna dan kekal. Tuhan memanggil kita untuk menjadi murid yang menghasilkan buah yang berkenan di hati-Nya.

WHAT TO DO:
1.Belajar taat dulu dari hal kecil
2.Jadikan perubahan sebagai fokus

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 17-18

Card image
Renungan Pagi - 28 Maret 2025
2025-03-28 17:32:52


Melayani pekerjaan Tuhan bukan sekedar kewajiban, bukan sekedar rutinitas, tetapi melayani justru karena mengerti kasih setia Tuhan, kebaikan Tuhan, dan mengerti bahwa kita sudah diselamatkan.

Karena Tuhan sudah menyelamatkan, maka harus menjadi saksi, menjadi berkat dan terang, bahkan melalui kita orang lain dapat diselamatkan.

Melayani pekerjaan Tuhan diperlukan keintiman dengan Tuhan, mengerti kasih setia Tuhan, kebaikan Tuhan dan mengerti bahwa kita sudah diselamatkan melalui pekerjaan Tuhan yang dahsyat dalam Yesus Kristus.

Card image
Quote Of The Day - 28 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-28 17:31:47


Kesepakatan dengan Tuhan menempatkan orang percaya untuk tidak ada yang boleh disisakan untuk dirinya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 28 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-28 17:34:30


Apa pun yang terjadi dalam hidup kita, itu harus diterima sebagai pembelaan Tuhan, supaya kita bisa masuk langit beu bumi baru.

Card image
ALREADY FEELING ENOUGH - 28 Maret 2025 (English Version)
2025-03-28 17:26:23


If we have the Lord Jesus and the Father in heaven, who holds all power, glory, and the Kingdom, then we should already feel enough. So, if we do not feel enough, it means we are not appreciating Him. In reality, what more do we want? This world is only temporary. And we have a Father who upholds us. He defends us, but that does not mean everything will go smoothly, the economy will improve, and we will have no enemies. No! Instead, there will be many challenges. Those who oppose us may even seem victorious. We may be oppressed. God's way of defending us may involve allowing wicked enemies because He wants to refine our character. God knows how to shape our character. So, in truth, following the Lord Jesus is difficult.

That is why, in Luke 14:28-30, the Lord says, "For which of you, desiring to build a tower, does not first sit down and count the cost, whether he has enough to complete it? Otherwise, when he has laid a foundation and is not able to finish, all who see it begin to mock him, saying, ‘This man began to build and was not able to finish.’” Therefore, whatever happens in our lives must be accepted as God's way of defending us so that we can enter the new heaven and new earth. And God does not make our problems easy to solve. However, He holds our hand and comforts us. That is enough because this process must take place. A good parent will insist that their child go to school. And when the child faces difficulties, the parent will surely help and encourage them, but they will not make it easier.

If we focus on eternity, then the problems we face today turn out to be insignificant. The Lord says, “Store up treasures in heaven, not on earth. On earth, moths and rust destroy, and thieves break in and steal.” This means God wants us to always focus on the new heaven and new earth, paying attention to what is unseen—prioritizing spiritual matters. If someone is used to hanging out with God, then even when they are in the midst of disaster, they will remain calm because they are certain that God is with them. They will not cry out, "Oh Lord, help! Oh Lord, help! Why is this happening?" Instead, they will simply remain silent and whisper, "Oh Lord." Even when they reach the end of their life, they will know with certainty that they will be picked up.

However, honestly, some of us may still feel afraid, uncertain, and unable to fully focus on God. This happens because we have not built our inner spiritual being and spiritual logic well. Therefore, we must not fall into the habit of many churches that only talk about God’s power as experienced by congregants through the prayers of pastors or certain individuals. As a result, the congregation becomes spiritually paralyzed because they rely on prayers and miracles performed by pastors. Instead, we must no longer expect such things. What we should seek is an understanding of the truth that provides guidance on how to relate to God, the source of miracles.

Therefore, when we associate with God, what we should be concerned about is not His power, but His feelings. Just like a child—when they are still young, they seek to take advantage of their parents for their own pleasure. But when the child matures, they no longer think about how to use their parents for their own benefit; instead, they begin to consider how to bring joy to their parents. In the same way, the Lord Jesus will guide us to become like Himself, to be able to please the Father. Why? Because He became God for the glory of God the Father. We must already be spiritually mature, for the world is coming to an end. We no longer need to question God’s power, which is already assured to us. What we should now be concerned about is understanding and fulfilling His will and His plans. By doing so, we bring ourselves to be people who are on God's side.

Ironically, many think that just because they can access God’s power, they are on His side. But that is only because they know that believers should not turn to shamans or dark forces. This is the typical religious mindset—defending one’s faith and trying to prove its truth through miracles that can be publicized and showcased. That is exploitation, opportunism, and self-interest. Sadly, this is what is happening in many places today. And without realizing it, we too can be influenced and conditioned by this mindset. This does not mean we should not say, “Our God is great and mighty.” Of course, we can! Indeed, God is great and mighty. “Miracles still happen. He is good, truly good.” There is nothing wrong with saying this, but our hearts must be right. Not because we want to "use" His power. Now is the time for us to understand His will.

Many religious groups try to prove their God is real through His greatness and power, even going to great lengths to demonstrate it to others. But Christianity is not like that. We have to testify with our actions, when we are slapped on the right cheek and turn to the left cheek, even when we are persecuted we persist. So, as spiritually mature Christians, we no longer demand miracles. If you want to recover, maintain a good diet and lifestyle. If you seek financial sufficiency, you work hard, honestly, and diligently. However, even if we do not live in abundance, it does not matter, because our life in this world is only temporary.

IF WE HAVE THE LORD JESUS AND THE FATHER IN HEAVEN, WHO HOLDS ALL POWER, GLORY, AND THE KINGDOM, THEN WE SHOULD ALREADY FEEL ENOUGH.

Card image
SUDAH MERASA CUKUP - 28 Maret 2025
2025-03-28 17:24:17


Kalau kita punya Tuhan Yesus dan Bapa di surga yang mempunyai segala kuasa, kemuliaan, dan Kerajaan, maka mestinya kita sudah merasa cukup. Jadi, kalau kita tidak merasa cukup, berarti kita tidak menghargai Dia. Sejatinya, kita mau apa lagi? Dunia ini hanya sementara. Dan kita punya Bapa yang menopang kita. Dia membela kita, namun bukan berarti lalu semua jalan jadi lancar, ekonomi membaik dan tidak punya musuh. Tidak! Justru banyak masalah. Orang yang memusuhi kita malah seperti menang. Kita bisa ditindas. Cara Allah membela kita, bisa dengan mengizinkan ada musuh yang jahat, karena Tuhan mau perbaiki karakter kita. Tuhan tahu bagaimana memperbaiki karakter kita. Jadi, sebenarnya ikut Tuhan Yesus itu berat.

Sehingga, tidak heran kalau di Lukas 14:28-30, Tuhan berkata, "Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya." Jadi, apa pun yang terjadi dalam hidup kita, itu harus diterima sebagai pembelaan Tuhan, supaya kita bisa masuk langit baru bumi baru. Dan Tuhan tidak membuat masalah kita selesai dengan mudah. Namun Dia pegang tangan kita dan hiburkan kita. Cukup karena proses itu harus terjadi. Orang tua yang baik, akan paksa anaknya sekolah. Dan waktu anaknya mengalami kesulitan, orang tua pasti menolong dan memberi semangat, namun tidak mempermudah.

Kalau kita melihat kekekalan, maka masalah-masalah yang kita hadapi hari ini ternyata tidak ada artinya. Tuhan berkata, “kumpulkan harta di surga, bukan di bumi. Di bumi, ngengat dan karat merusak, pencuri bisa membongkar serta mencurinya.” Berarti Tuhan mau kita selalu berfokus pada langit baru bumi baru dan memperhatikan apa yang tidak kelihatan yaitu mengutamakan hal-hal rohani. Kalau orang sudah biasa bergaul dengan Tuhan, maka ketika ia berada di tengah-tengah bencana, ia akan tetap tenang karena ia yakin Tuhan bersamanya. Ia tidak akan berteriak, “Oh Tuhan tolong, oh Tuhan tolong! Kenapa begini?" Dia cuma diam, dan berbisik, "Oh Tuhan." Bahkan sampai nanti di ujung maut, kita tahu pasti dijemput.

Namun sejujurnya, pasti di antara kita masih ada yang takut, masih tidak jelas dan tidak mampu membidik Tuhan. Itu terjadi karena kita tidak membangun manusia batiniah dan logika rohani yang baik. Jadi, kita tidak boleh terjebak seperti kebiasaan banyak gereja yang hanya bicara mengenai kuasa Tuhan yang dialami oleh jemaat melalui doa pendeta atau orang-orang tertentu. Dan jemaat menjadi lumpuh rohani karena bergantung kepada doa, mukjizat yang didoakan pendeta-pendeta. Sebaliknya, kita tidak boleh lagi mengharapkan hal tersebut. Yang kita harapkan adalah pengertian akan kebenaran yang memberikan tuntunan bagaimana bergaul dengan Allah, sang sumber mukjizat itu.

Oleh sebab itu, ketika kita bergaul dengan Tuhan, yang kita persoalkan bukan kuasa-Nya, melainkan perasaan-Nya. Seperti seorang anak ketika masih kanak-kanak, bagaimana memanfaatkan orang tua untuk kesenangannya. Namun ketika anak sudah dewasa, dia tidak mempersoalkan lagi bagaimana memanfaatkan orang tua untuk kesenangannya, tetapi bagaimana berbuat sesuatu untuk kesenangan orang tua. Dan Tuhan Yesus akan membimbing kita menjadi seperti diri-Nya, untuk bisa menyenangkan hati Bapa. Kenapa? Karena Dia menjadi Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa. Kita sudah harus dewasa sebab dunia sudah mau berakhir. Kita tidak lagi mempersoalkan kuasa Tuhan, yang sudah pasti dijaminkan untuk kita. Sekarang yang harus kita persoalkan adalah bagaimana kehendak dan rencana-Nya, yang harus kita pahami dan kita penuhi. Dengan cara demikian, kita membawa diri kita ini menjadi orang yang ada di pihak Tuhan.

Ironis, mereka merasa kalau sudah bisa menggunakan kuasa Tuhan berarti mereka di pihak Tuhan. Padahal hanya karena mereka tahu kalau orang percaya tidak boleh memakai dukun atau kuasa gelap. Ini bahasa agama pada umumnya, yang mau membela agamanya dan membuktikan kebenaran agamanya dengan kuasa-Nya yang bisa dikampanyekan dan dipertontonkan. Itu eksploitasi, pemanfaatan dan oportunis. Mirisnya, itulah yang sekarang terjadi di banyak tempat. Sehingga tanpa sadar, kita pun tergiring, terkondisi begitu. Bukan tidak boleh berkata, “Allah kita heran dan besar” Boleh! Memang Allah itu besar dan heran. “Mukjizat masih ada. Dia baik, sungguh baik.” Bukan tidak boleh, namun sikap hati kita harus benar. Bukan karena kita mau ‘memakai’ kuasa-Nya. Sekarang sudah saatnya kita itu mengerti kehendak-Nya.

Bahasa agama untuk membuktikan Allahnya benar adalah dengan kebesaran-Nya, dan kekuatan-Nya. Jika perlu, dibantu menunjukkan itu ke orang lain. Kalau Kristen tidak demikian. Kita harus bersaksi dengan perbuatan, ditampar pipi kanan beri pipi kiri, teraniaya pun tetap bertahan. Jadi, sebagai orang Kristen yang dewasa, kita tidak lagi menuntut mukjizat. Kalau mau sembuh, jaga pola makan dan pola hidup yang baik. Kalau mau kecukupan, kerja keras, jujur dan tekun. Namun demikian, kalaupun kita tidak memiliki kelimpahan, tidak masalah, sebab hidup kita yang sekarang ini hanya sementara.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA PUNYA TUHAN YESUS DAN BAPA DI SURGA YANG MEMPUNYAI SEGALA KUASA, KEMULIAAN DAN KERAJAAN, MAKA MESTINYA KITA SUDAH MERASA CUKUP.

Card image
Truth Kids 27 Maret 2025 - MENUNGGU PESAWAT
2025-03-27 21:47:26


Yesaya 40:31
”tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”

Seluruh badan Toni merasa lelah karena duduk hampir satu jam di ruang tunggu bandara udara. Ia dan keluarganya sedang menunggu pesawat yang terlambat mendarat. Toni hendak liburan ke Bali bersama keluarganya, namun pesawat yang mereka tumpangi belum bisa dimasuki. Toni dan seluruh penumpang pesawat tersebut harus menunggu dulu.

Toni berusaha sabar menunggu walaupun ia sudah membayangkan bermain di tepi pantai Kuta. Rasa lelah menunggu mulai datang. Ia pun berusaha menghilangkan rasa kesalnya dengan berdoa. Ia berterima kasih untuk kesempatan bisa liburan dengan keluarganya. Terdengarlah suara pengumuman yang ditunggu-tunggu Toni dan para penumpang lainnya. Mereka sudah bisa menaiki pesawat yang akan membawa mereka ke Bali. Seperti mendapat kekuatan baru, Toni langsung bangkit berdiri dan mengambil tas ranselnya. Ia mulai mengantre untuk masuk dalam pesawat.

Sobat Kids, kalian mungkin juga pernah merasakan lelah menunggu. Sabar, ya. Tunggu jawaban Tuhan dengan sabar, maka Ia akan memberikan kekuatan dan semangat baru kepada kalian. Dengan menantikan Tuhan, kita akan menjadi kuat kembali.

Card image
Truth Junior 27 Maret 2025 - KEKUATAN BARU
2025-03-27 21:42:27


Yesaya 40:31
”tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”

Pak Tani yang sudah tua dan renta menghela napasnya. Sesekali ia mengelap keringat yang turun dari dahinya yang sudah keriput. Namun, ia tetap berusaha untuk menarik gerobak hasil panennya. Ia hendak menjual hasil panennya ke kota. Sayangnya, perjalanan dari desa ke kota sangatlah jauh, belum lagi kondisi jalan yang masih berupa jalan setapak dari tanah dan berbatu. Pak Tani hanya hidup berdua bersama istrinya. Istrinya tidak ikut ke kota karena harus mengurus ladang mereka yang tak seberapa luasnya.

Setelah beberapa saat, pak Tani akhirnya harus beristirahat. Ia sudah tidak sanggup menahan lelahnya. Sambil berteduh di bawah pohon rindang, pak Tani berdoa dalam hati. Ia berharap ada orang yang dapat memborong hasil panennya sehingga ia tidak perlu lagi melanjutkan perjalanannya ke kota. Namun, ia tetap menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Tak satu kata keluh kesah yang keluar dari mulutnya. Sejak muda, ia sudah belajar mengucap syukur dalam segala hal.

Setelah beristirahat sejenak, pak Tani pun melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian ada orang yang menyapanya. “Pak, Bapak bawa apa?” tanya orang tersebut. “Oh… ini, Neng, hasil panen saya. Ada banyak sayuran dari hasil ladang saya sendiri. Nanti saya mau jual di kota.” “Wah, kota masih jauh, Pak. Bagaimana saya beli saja? Kebetulan saya mau mengadakan pesta di rumah orang tua saya. Jadi saya tidak perlu belanja lagi di kota,”ujar orang asing itu. “Benar, Neng, mau beli semua hasil panennya? Terima kasih banyak, Neng!” seru pak Tani dengan gembira. Pak Tani seperti mendapatkan kekuatan dan semangat baru.

Sobat Junior, saat kamu lelah, tunggulah Tuhan dengan sabar. Dia akan memberimu kekuatan dan semangat baru.

Card image
Truth Youth 27 Maret 2025 (English Version) - STRONG IN TRIALS
2025-03-27 21:39:33


“My brothers and sisters, consider it pure joy whenever you face trials of many kinds, because you know that the testing of your faith produces perseverance. Let perseverance finish its work so that you may be mature and complete, not lacking anything.” (James 1:2-4)

James 1:2-4 teaches us to consider trials as joy because it is through challenges that our faith is tested and strengthened. Just like a tree that withstands strong winds, trials help our spiritual roots grow deeper. In the same way, the difficulties and challenges we face strengthen our faith in God. Without trials, we wouldn’t learn how to persevere in Him. Perseverance is born from a process that is often uncomfortable. However, through it, we learn to surrender and rely on God more fully. Challenges also serve as a way for us to know God’s character—His faithfulness, goodness, and love.

Through trials, our lives begin to bear fruit. Fruits like patience, self-control, and joy emerge because we continue to persevere in faith. Trials are not the end; they are God’s way of shaping us into stronger and more spiritually mature individuals.

Remember, a tree that faces strong winds has deeper and stronger roots compared to a tree that never faces challenges. Likewise, faith that is tested by trials becomes unshakable. Let’s face every challenge with hope, knowing that God is preparing us to not only endure but also to bear abundant fruit in His love.

WHAT TO DO:
1. View trials as stepping stones for growth.
2. Stay faithful and persevere—don’t give up!

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 15-16

Card image
Truth Youth 27 Maret 2025 - KUAT DALAM RINTANGAN
2025-03-27 21:34:31


”Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.” (Yakobus 1:2-4)

Yakobus 1:2-4 mengajarkan kita untuk menganggap rintangan sebagai sukacita karena melalui proses itulah iman kita diuji dan menghasilkan ketekunan. Seperti pohon yang ditiup angin, rintangan membuat akar-akarnya semakin kuat mencengkeram tanah. Begitu juga kita sebagai manusia rohani, masalah dan tantangan justru memperkuat iman kita kepada Tuhan. Tanpa rintangan, kita tidak akan memahami bagaimana hidup bertekun dalam Tuhan. Ketekunan lahir dari proses yang sering kali tidak nyaman. Namun, dari situlah kita belajar berserah dan semakin erat menggantungkan hidup kepada Tuhan. Masalah juga menjadi sarana untuk mengenal lebih dalam karakter Allah yang setia, baik, dan penuh kasih.

Melalui rintangan, hidup kita mulai berbuah. Buah-buah seperti kesabaran, pengendalian diri, dan sukacita muncul karena kita terus bertekun dalam iman. Rintangan bukanlah akhir, melainkan sarana bagi Tuhan untuk membentuk kita menjadi pribadi yang lebih kuat dan dewasa secara rohani.

Ingatlah, pohon yang menghadapi angin kencang memiliki akar yang lebih kokoh dibandingkan pohon yang hidup tanpa tantangan. Demikian pula, iman yang diuji oleh rintangan akan lebih teguh dan tak tergoyahkan. Mari jalani setiap tantangan dengan pengharapan, karena Tuhan sedang mempersiapkan kita untuk menjadi pribadi yang tidak hanya bertahan, tetapi juga berbuah lebat dalam kasih-Nya.

WHAT TO DO:
1.Pikirkan bahwa rintangan adalah batu loncatanmu menjadi dewasa
2.Tetap setia dan bertahan, jangan menyerah ya.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 15-16

Card image
Renungan Pagi - 27 Maret 2025
2025-03-27 21:32:36


Setiap detakan waktu ibarat kesempatan emas yang Tuhan berikan untuk kita, waktu selalu bergerak maju dan tidak dapat pernah diputar kembali.

Oleh karena itu, mari kita mau singkirkan setiap kemalasan dalam diri ini, jangan biarkan rasa malas dan kelambanan mengambil kesempatan berharga yang Tuhan berikan kepada kita.

Card image
Quote Of The Day - 27 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-27 21:26:43


Hanya Injil yang murni yang bisa mengubah manusia untuk memiliki dinamika batiniah; yaitu pikiran dan perasaan Kristus.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdonol
2025-03-27 21:25:36


Kehidupan yang menyenangkan hati Tuhan adalah satu pribadi agung yang kita bangun dalam diri kita, sesuai dengan pola-Nya.

Card image
MATURITY - 27 Maret 2025 (English Version)
2025-03-27 21:24:27


A life that pleases God is a great person we build within ourselves, according to His pattern. And this is actually a "high-level game." It is a remarkable struggle mechanism in which God grants free will to each individual. Every individual then uses their free will to choose: whether to love and honor their Creator and always do what makes Him smile-or not. To please God, we don’t necessarily have to attend Bible school or become missionaries in remote areas—unless we are called to do so—but in every word we say, every decision we choose, every action and deed we do, truly please God.

Let’s be serious about learning. If life were a territory, there would be broken parts within us that must be repaired through a serious process to reach perfection. There is no easy path to living a life that pleases the Father's heart. There is no shortcut to achieving this. In fact, this is where its beauty and wonder lie. When we finally reach a life that pleases the Father—despite its great difficulty—that is where the beauty is found. We will not take God the Father and our Lord for granted. If achieving a life that pleases the Father were easy, we would not value the greatness of such a life. Anything that can be attained effortlessly loses its worth. If we can barely achieve it with our whole being, how could we ever succeed with only half-hearted effort? In Luke 14:31, the Lord says: "Or what king, when he sets out to meet another king in battle, will not first sit down and consider whether he is strong enough with ten thousand men to face the one coming against him with twenty thousand?"

God wants us to first surrender everything we have, and then He will complete what we lack. To human reasoning, this may seem impossible, but with God, nothing is impossible. As long as we give our all first, then God will help us. This does not follow common logic. We must fight. It’s not just about saying, "Lord, change me." No! We must transform ourselves by striving—by experiencing change through reading the Bible, through the daily events of life, and by sitting quietly at the Lord’s feet. This does not mean we can change ourselves by our own strength. We can’t! It is God who transforms us. However, we must do our part. Unfortunately, many people believe that change happens automatically or easily. This happens when people fail to set the right standard for what it truly means to please God. The standard for pleasing God is extremely high.

In our daily lives—as God's spokespersons, His ambassadors, and open letters—we must speak not only with our mouths, but also through our actions. We are like an open letter, but not our own; rather, we are God’s letter. If we understand this, we will surely be very careful. We do not want our actions to become a stumbling block. Our joy comes when people are touched—not because we intentionally put on a show, but because it happens naturally—and they truly come to understand God's glory through our lives. When we sincerely give advice, sincerely care, sincerely share our bread, and sincerely share our possessions, people will recognize that it is God's hand working through us. It is not about doing good just to receive praise or to make others indebted to us, expecting something in return. No. We do not seek praise or recognition, nor do we demand repayment, not even a word of thanks.

Therefore, if one day we do good, and in return, someone betrays us, we do not need to feel hurt—because we were never doing it for ourselves in the first place. If we still feel pain when we do not receive the rightful gratitude from those we once loved and helped, or worse, if we are repaid with great evil, it means we have not fully healed and have not yet matured. In such moments, we need to draw near to the Great Physician, the Lord Jesus Christ, to learn how to become like Him. Jesus did good to Judas, yet Judas lifted his heel against Him and betrayed Him. He had done good to the Jewish community, but the Jewish community shouted, "Crucify Him!" And what is God's reply? "Forgive them, for they do not know what they do."

This is the noble life as God's children. So, let us not be angry when God processes us. God beautifies our inner being with all the problems that occur. God will choose for us, not only good friends, but God also chooses effective enemies to change our lives. Indeed, there are people we hurt, so that they eventually become enemies. In this case, we are the ones who make the enemies, of course we are the ones at fault. However, if God allows us to meet enemies that are not our fault, it is certainly part of our growth and maturity. And this is how God defends His people.

IN OUR DAILY LIVES-AS GOD'S SPOKESPERSONS, HIS AMBASSADORS, AND OPEN LETTERS-WE MUST SPEAK NOT ONLY WITH OUR MOUTHS, BUT ALSO THROUGH OUR ACTIONS.

Card image
PENDEWASAAN - 27 Maret 2025
2025-03-27 21:22:56


Kehidupan yang menyenangkan Tuhan adalah satu pribadi agung yang kita bangun dalam diri kita, sesuai dengan pola-Nya. Dan ini sebenarnya adalah satu ‘permainan tingkat tinggi.’ Yaitu sebuah mekanisme perjuangan yang hebat, di mana Allah memberi kehendak bebas kepada masing-masing individu. Dan setiap individu menggunakan kehendak bebasnya untuk memilih: apakah mengasihi dan menghormati Penciptanya serta selalu melakukan apa yang membuat Dia tersenyum atau tidak. Dan untuk menyenangkan hati Tuhan, kita tidak harus pergi ke sekolah Alkitab, tidak harus menjadi misionaris ke pedalaman—kecuali dipanggil untuk itu—tetapi di setiap kata yang kita ucapkan, setiap keputusan yang kita pilih, setiap tindakan dan perbuatan kita, benar-benar menyenangkan hati Tuhan.

Ayo, kita belajar serius. Kalau diibaratkan sebuah wilayah, ada bagian-bagian yang rusak di dalam hidup kita dan itu harus diperbaiki lewat sebuah proses yang serius untuk mencapai kesempurnaan. Tidak ada jalan mudah untuk mencapai kehidupan yang menyenangkan hati Bapa. Dan tidak ada cara yang cepat untuk mencapai hal ini. Justru disini letak keindah dan keelokannya. Ketika kita mencapai kehidupan yang menyenangkan hati Bapa yang begitu sulit, di situlah indahnya. Jadi, kita tidak akan menganggap murahan Allah Bapa dan Tuhan kita. Kalau kita bisa mencapai kehidupan yang menyenangkan hati Bapa dengan cara mudah, kita tidak akan menghargai keagungan hidup itu. Semua hal yang dapat diraih dengan mudah menjadi tidak berharga. Kalau dengan segenap hidup saja nyaris kita tidak bisa mencapai, apalagi kalau dengan setengah hidup. Dalam Lukas 14:31, Tuhan berkata, "Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang?”

Tuhan mau kita menyerahkan dulu semua yang ada pada kita, maka Tuhan akan melengkapinya. Memang bagi manusia sepertinya ini mustahil, bagi Allah tidak ada yang mustahil. Asal segenapnya kita berikan dahulu, baru Allah akan menolong kita. Ini bukan logika umum. Kita harus berjuang. Bukan hanya diucapan, "Tuhan, ubahkan aku." Tidak! Kita harus mengubah diri kita sendiri dengan berjuang bagaimana mengalami perubahan lewat membaca Alkitab, lewat proses kejadian hidup setiap hari dan lewat duduk diam di kaki Tuhan. Bukan bermaksud seakan-akan dengan kekuatan sendiri kita bisa merubahnya. Tidak bisa! Tuhanlah yang merubah kita. Namun, kita harus memenuhi bagian kita. Sayangnya, banyak orang merasa bahwa secara otomatis atau dengan mudah orang bisa berubah. Hal itu bisa terjadi ketika orang tidak memberikan standar yang benar bagaimana menyenangkan hati Tuhan itu. Sebab standar menyenangkan Tuhan itu tinggi sekali.

Dalam hidup setiap hari—sebagai juru bicara dan duta Tuhan serta surat yang terbuka—kita harus berbicara bukan hanya lewat mulut, namun kelakuan kita pun berbicara. Kita adalah seumpama surat yang terbuka, akan tetapi bukan surat kita sendiri, melainkan surat Tuhan. Kalau kita mengerti hal ini, kita pasti akan sangat berhati-hati. Kita tidak ingin kelakuan kita menjadi batu sandungan. Kebahagiaan kita kalau orang tersentuh—bukan karena kita sengaja buat-buat begitu, tetapi berlangsung alami— dan benar-benar mengerti kemuliaan Tuhan saat melihat hidup kita. Ketika kita tulus menasihati, tulus memperhatikan, tulus membagi roti, tulus membagi harta kita, maka orang akan merasa bahwa ini tangan Tuhan lewat kita. Jadi, bukan sekadar kebaikan agar dipuji atau orang tersebut berutang budi lalu kita berharap mendapatkan balasannya. Tidak. Kita tidak menuntut pujian atau pengakuan, tidak menuntut balas, bahkan tidak menuntut ucapan terima kasih.

Sehingga, suatu kali kalau kita berbuat baik, lalu orang berkhianat kepada kita, kita tidak perlu sakit hati, karena kita bukan berbuat sesuatu untuk diri kita sendiri. Maka jika kita masih merasa sakit hati karena tidak mendapat balasan yang patut dari orang yang dahulu kita sayangi dan tolong, atau justru malah dijahati dengan kejahatan yang begitu rupa, berarti kita masih gagal dan belum sembuh total. Maka kita perlu berdekat dengan Sang Tabib agung, Tuhan Yesus Kristus, untuk belajar bagaimana menjadi seperti Dia. Dia sudah berbuat baik kepada Yudas, tetapi Yudas mengangkat tumitnya, menikam Tuhan Yesus. Dia sudah berbuat baik kepada masyarakat Yahudi, namun masyarakat Yahudi malah berteriak, "Salibkan Dia!" Dan apa balasan Tuhan? "Ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."

Inilah kehidupan yang agung sebagai anak-anak Allah. Jadi, jangan kita marah waktu diproses Tuhan. Tuhan mempercantik manusia batiniah kita dengan segala masalah yang terjadi. Tuhan akan memilihkan untuk kita, bukan hanya sahabat-sahabat yang baik, namun Tuhan juga memilihkan musuh-musuh yang efektif untuk merubah hidup kita. Memang ada orang-orang yang kita jahati, sehingga akhirnya menjadi musuh. Dalam hal ini, kita yang membuat musuh, tentu kita yang bersalah. Akan tetapi kalau Tuhan mengizinkan kita bertemu musuh-musuh yang bukan karena salah kita, itu pasti pendewasaan. Dan itulah cara Tuhan membela umat-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DALAM HIDUP SETIAP HARI— SEBAGAI JURU BICARA DAN DUTA TUHAN SERTA SURAT YANG TERBUKA— KITA HARUS BERBICARA BUKAN HANYA LEWAT MULUT, NAMUN KELAKUAN KITA PUN BERBICARA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 Maret 2025
2025-03-27 07:08:03

Yosua 19-21

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 Maret 2025
2025-03-27 07:04:49

Yosua 16-18

Card image
Truth Kids 25 Maret 2025 - BERNYANYI
2025-03-26 20:28:18


Mazmur 30:5
”Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus!”

"Syalala.. nanana.." ucap Jelita dalam hatinya. Ia sedang bernyanyi sendiri dalam hatinya. Jelita sangat senang sekali bernyanyi. Suaranya juga bagus, sehingga ia banyak memenangkan berbagai perlombaan. "Jelita, kamu nyanyi terus, pasti karena kamu merasa suara kamu bagus dan jago nyanyi, ya?" tanya Dini, teman sebangku Jelita di sekolah. "Ya, bukanlah, Din. Aku senang nyanyi karena aku bisa memuji Tuhan. Aku juga bisa mengungkapkan rasa terima kasihku kepada Tuhan lewat lagu-lagu yang aku nyanyikan. Menang kalah dalam lomba sudah hal yang biasa. Aku juga tidak boleh sombong saat jadi juara, karena masih banyak yang lebih hebat dari aku," jawab Jelita dengan lembut.

Sobat Kids, Tuhan tidak memandang bagus atau tidaknya suara kita saat bernyanyi bagi-Nya. Tuhan lebih senang melihat sikap hati kita saat bernyanyi. Dengan hati yang penuh dengan rasa terima kasih, kita bisa bernyanyi untuk Tuhan. Selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 26 Maret 2025 - MENANGIS
2025-03-26 20:25:22


Mazmur 30:5
”Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus!”

Menangis adalah salah satu cara untuk mengungkapkan perasaan. Ada dua kemungkinan emosi yang dirasakan saat seseorang menangis: senang atau sedih. Karena merasa senang akan suatu peristiwa, seseorang dapat menangis. Begitu juga saat seseorang merasa sedih atau kecewa, seseorang dapat menangis. Biasanya setelah menangis, perasaan orang tersebut akan menjadi lebih baik.

Apakah penyebab kalian menangis, Sobat Junior? Banyak alasan yang dapat menyebabkan kita menangis. Menangis itu normal, bahkan laki-laki juga sebenarnya boleh saja menangis. Namun, ada satu hal yang harus kita ingat dan lakukan. Jangan lama-lama menangisnya. Janganlah berlarut-larut dalam kesedihan.

Ketika kalian tidak dapat mengatasi kesedihan yang berlarut-larut, kalian dapat mencari orang yang dapat dipercaya untuk membantu mengatasi rasa sedih kalian. Orang tua, kakak Sekolah Minggu, atau guru di sekolah merupakan orang-orang yang dapat membantu kalian. Selain dari mereka, kita juga dapat mengadu kepada Tuhan. Ingatlah bahwa Tuhan selalu ada menemani kalian. Apa pun yang menjadi kesedihan kalian, ceritakanlah kepada Tuhan melalui doa. Tuhan akan memberikan sukacita setiap pagi. Dia akan selalu setia menguatkan dan menghibur kita. Smile…

Card image
Truth Youth 26 Maret 2025 (English Version) - FRUIT OF REPENTANCE
2025-03-26 19:50:56


“Produce fruit in keeping with repentance.” (Matthew 3:8)

When John the Baptist said, “Produce fruit in keeping with repentance” (Matthew 3:8), he wasn’t just telling people to stop sinning. He was emphasizing a change of heart. Repentance is not just about feeling sorry for our mistakes but showing a real transformation in our attitude. As teenagers, we might still struggle with things we regret—laziness, harsh words, or procrastination.

However, God calls us not to stop there. He wants us to change how we live so that others can see the positive impact of our faith.

You may have thought, “I’m just a teenager; what can I do?” But remember, true repentance is a process that can start at a young age. God doesn’t look at age; He looks at a heart willing to change. When we recognize our mistakes and decide to change, that’s when we begin to “bear fruit.”

The fruit of repentance can be seen in small things—apologizing when we’re wrong, helping a friend in need, or greeting someone we usually overlook. Every time we choose to do what’s right, we are growing our “faith tree.” Trust that through these small steps, God is shaping our character for the better.

Remember, repentance is a lifelong journey. Keep striving, even when you stumble. Stay faithful to the process, because every fruit we bear brings glory to His name.

Take a moment to reflect: What small thing can you change today? Don’t delay or wait for the perfect time. Start now, because the sooner we repent, the sooner God can use us. Amen.

WHAT TO DO:
1. Sincerely apologize when you make a mistake.
2. Help a friend or family member without being asked.
3. Learn to make the right decisions, even when it’s hard.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 13-14

Card image
Renungan Pagi - 26 Maret 2025
2025-03-26 18:47:34


Orang rajin memang capek, orang rajin memang lelah, tetapi orang rajin pada akhirnya akan menikmati buah kehidupan yang dia kerjakan dengan tangannya sendiri, karena itu kerajinan akan mendatangkan sukacita dimasa depan.

Orang rajin hari-hari ini memang berkeringat dan meneteskan air mata, tapi harinya akan tiba dimana orang rajin akan berterima kasih kepada Tuhan, karena dia bisa mengerjakan semua yang terbaik.

Card image
Truth Youth 25 Maret 2024 BUAH PERTOBATAN
2025-03-26 18:42:48


”Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.” (Matius 3:8)

Ketika Yohanes Pembaptis berbicara, “Hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan” (Matius 3:8), dia tidak hanya menantang pendengarnya untuk berhenti berbuat dosa, tetapi juga menekankan perubahan sikap hati. Pertobatan bukan sekadar menyesali kesalahan, namun menunjukkan perubahan nyata dalam sikap kita. Sebagai remaja, mungkin kita masih sering bergumul dengan hal-hal yang kita sesali: sikap malas, perkataan kasar, atau kebiasaan menunda.

Namun, Tuhan memanggil kita untuk tidak berhenti sampai di situ. Ia menghendaki kita mengubah cara kita hidup, sehingga orang lain dapat melihat dampak positif dari iman kita.

Mungkin kita pernah berpikir, “Aku _kan_ cuma remaja, apa yang bisa aku lakukan?” Tapi ingatlah, pertobatan sejati adalah proses yang dapat dimulai sejak kita muda. Tuhan tidak melihat usia, tapi Dia mencari hati yang mau berubah. Ketika kita menyadari kesalahan dan memutuskan untuk berubah, itulah saat kita mulai “berbuah”.

Buah pertobatan bisa terlihat dari hal-hal kecil: mulai dari meminta maaf bila kita bersalah, membantu teman yang kesulitan, atau bertegur sapa dengan orang yang jarang kita perhatikan. Setiap kali kita memutuskan untuk melakukan apa yang benar, kita sedang menumbuhkan “pohon iman” kita. Percayalah, lewat langkah-langkah kecil itu, Tuhan akan membentuk karakter kita semakin baik.

Ingat, pertobatan adalah perjalanan seumur hidup. Teruslah berusaha, meskipun kadang kita jatuh. Tetaplah setia pada proses, karena setiap buah yang kita hasilkan membawa kemuliaan bagi nama-Nya.

Refleksikan sejenak, apa hal kecil yang bisa kamu ubah hari ini? Jangan menunda atau menunggu waktu yang tepat. Mulailah saat ini juga, karena semakin cepat kita bertobat, semakin cepat pula kita dipakai Tuhan. Amin.

WHAT TO DO:
1.Minta maaf dengan tulus saat berbuat salah.
2.Bantu teman atau keluarga tanpa menunggu diminta.
3.Belajar membuat keputusan yang benar, walau sulit.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 13-14

Card image
Quote Of The Day - 26 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-26 18:46:16


Untuk mencapai puncak kesalehan yang bisa dicapai, kita sudah harus rela kehilangan segala sesuatu.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 26 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-26 18:29:29


Kalau dunia sangat ekstrem meracuni kita, kita harus sangat ekstrem belajar firman untuk mengalami proses pemulihan dan kesembuhan.

Card image
THE CUNNING OF THE HUMAN MIND - 26 Maret 2025 (English Version)
2025-03-26 18:26:35


If we do not dare to focus one hundred percent, we are essentially wasting our time. At the very least, our journey of spiritual maturity will be severely hindered. We must choose to fully follow the Lord Jesus, or not at all. So, if there is an impression that Christianity can be just a part of life or a side pursuit, then that is a deception that does not lead us to the true goal of Christian life, which is salvation. We must choose God completely or not at all. Therefore, for those of us who are willing, let us choose to have only one world—namely the world of our accompaniment to God. We must use the time we have as best we can. For pleasure and socializing with friends who do not bring maturity of faith, we must leave it. We must not be extreme in following the Lord Jesus, but must be very extreme!

We have to experience brainwash, a washed mind, because the world has contaminated and poisoned us with worldly thoughts. As a result, we do not have spiritual logic which is the logic of God's children. And we can get it by hearing the word and sitting quietly at the feet of God every day. Reading the word through spiritual books and daily devotions or listening to sermons on CDs or online media, must be something we absolutely do. Don't watch anything else. Now, we must counteract the pollution and poisoning of our minds by the world with the truth of God's Word. Therefore, the process of changing the mind or transformation must take place every day. And God provides a means that is the core process to change our way of thinking, so that we have spiritual logic.

Later, as we journey through life using spiritual logic, we will encounter the cunning of sinful thoughts—which is, in reality, the cunning of our own minds. Because we possess a certain cleverness in justifying actions that please our flesh and ego, crafting many logical reasons to support them. Here, an internal dialogue takes place-we speak to ourselves. But when we experience the renewal of our minds, we can conquer the deceitfulness of sin in our thoughts, which, at its core, is the deception within our own minds that does not bring joy to God's heart. These cunning thoughts often lead us to the satisfaction of our flesh and ego. It does seem natural because it is very reasonable or very well-founded but misleading.

Ironically, many people cannot hear their own voice. They cannot distinguish between spiritual logic and the worldly logic that has infiltrated and poisoned their minds. We will increasingly recognize that there are considerations and temptations at play. And now, we begin to understand that the Tree of Life and the Tree of the Knowledge of Good and Evil can symbolize this matter. The question is: Which source do we consume more—truth or falsehood? The world has countless ways to poison us. That is why we must be extremely vigilant. If the world is extremely aggressive in poisoning us, we must be just as extreme in learning the Word of God to undergo the process of healing and restoration.

That is why, in John 17:17, the Word of God says, "Sanctify them by the truth; Your Word is truth." We must seek the pure and true Word. In this regard, we should be grateful for all the situations we experience because they allow us to self-reflect. We can question ourselves: "Am I truly righteous? Do I still harbor bad intentions? Do I still have deceitful or shameful motives?" Then the conclusion is: if we are truly on God's side, we don't need to make a fuss, we don't need to be upset. What matters is proving whether we do God's word or not? Do people see us changing? It is not about endless theological debates, which have never reached a conclusion in church history. Instead, pure truth transforms our logic, so that we will understand that the truth that is heard making us know God rightly.

Knowing God rightly means experiencing Him, resulting in a drastic transformation of our lives. It must be drastic. Because if the truth is pure, the change will be extreme—truly extreme. If it only makes someone “good,” that is still doubtful. Because human goodness is often polished from the outside and full of intrigue, hypocrisy, and camouflage. But if it is true goodness, it will be deeply felt. So, let us make God our one and only world—as if, and indeed in reality, we have already ended our earthly journey. Whatever we do—whether eating, drinking, or anything else—do it all for the glory of God. This means that our lives are no longer our own. We no longer do things for ourselves or for anyone else, but only for the glory of God. Our goal is to please Him. And how do we please Him? We must become like Jesus—there is no other way.

WHEN WE EXPERIENCE THE RENEWAL OF OUR MINDS, WE CAN CONQUER THE DECEITFULNESS OF SIN IN OUR THOUGHTS, WHICH, AT ITS CORE, IS THE DECEPTION WITHIN OUR OWN MINDS THAT DOES NOT BRING JOY TO GOD'S HEART.

Card image
KECERDIKAN PIKIRAN MANUSIA - 26 Maret 2025
2025-03-26 18:19:58


Kalau kita tidak berani fokus seratus persen, sejatinya kita sedang membuang waktu sia-sia. Paling tidak, perjalanan pendewasaan iman kita sangat terhambat. Kita harus memilih sepenuhnya mengikut Tuhan Yesus, atau tidak sama sekali. Jadi, kalau ada kesan seakan-akan kekristenan bisa menjadi bagian hidup atau sambilan hidup, maka itu adalah penyesatan yang tidak membawa kita kepada tujuan hidup kekristenan kita yang benar yaitu keselamatan. Kita harus memilih Tuhan sepenuhnya atau tidak sama sekali. Oleh sebab itu, bagi kita yang mau, mari kita memilih untuk hanya memiliki satu dunia, yaitu dunia pengiringan kita kepada Tuhan. Waktu yang kita miliki harus kita pergunakan dengan sebaik-baiknya. Untuk kesenangan dan sosialisasi dengan teman yang tidak membawa pendewasaan iman, harus kita tinggalkan. Kita tidak boleh ekstrem dalam mengikut Tuhan Yesus, tetapi harus sangat ekstrem!

Kita harus mengalami brainwash, pikiran yang dicuci, karena dunia telah mengkontaminasi dan meracuni kita dengan pikiran duniawi. Akibatnya, kita tidak memiliki logika rohani yang adalah logika anak Allah. Dan itu bisa kita dapati melalui mendengar firman dan duduk diam di kaki Tuhan setiap hari. Membaca firman melalui buku-buku rohani dan renungan harian maupun mendengar khotbah di CD ataupun media online, harus menjadi hal yang mutlak kita lakukan. Jangan nonton yang lain. Sekarang kita harus mengimbangi keruhnya pikiran jiwa kita oleh kontaminasi, peracunan dari dunia ini dengan kebenaran firman Tuhan. Jadi, proses perubahan pikiran atau transformasi itu harus berlangsung setiap hari. Dan Tuhan menyediakan sarana yang merupakan proses inti untuk mengubah cara berpikir kita, sehingga kita memiliki logika rohani.

Nanti, dalam perjalanan hidup kita mengenakan logika rohani, kita dapat menemukan kecerdikan pikiran dosa, yang sebenarnya kecerdikan pikiran kita sendiri. Sebab kita punya kecerdikan untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan daging dan ego kita dengan banyak alasan yang bisa kita susun. Di situ akan terjadi dialog, kita bicara kepada diri kita sendiri. Dan ketika kita mengalami pembaharuan pikiran, kita bisa menaklukkan kecerdikan-kecerdikan dosa di dalam pikiran kita, yang pada dasarnya itu adalah kecerdikan-kecerdikan pikiran kita yang tidak membuat hati Tuhan disukakan. Kecerdikan-kecerdikan pikiran itulah yang sering membawa kita pada pemuasan daging dan ego kita. Memang terlihat wajar karena sangat reasonable atau sangat beralasan tetapi menyesatkan.

Ironis, banyak orang tidak bisa mendengar suaranya sendiri. Dia tidak bisa membedakan mana logika rohani dan mana logika duniawi yang sudah merasuk dan meracuni pikirannya. Kita akan semakin melihat dan tahu bahwa ada pertimbangan-pertimbangan serta bujukan-bujukan disitu. Dan sekarang kita mulai mengerti bahwa pohon kehidupan dan pohon pengetahuan yang baik dan jahat itu bisa berbicara mengenai hal ini. Sekarang tinggal sumber mana yang paling banyak kita asup: kebenaran atau bukan? Dan dunia ini memiliki begitu banyak fasilitas untuk meracuni kita. Oleh sebab itu, kita harus sangat ekstrem. Kalau dunia sangat ekstrem meracuni kita, kita harus sangat ekstrem belajar firman untuk mengalami proses pemulihan dan kesembuhan.

Itulah sebabnya dalam Yohanes 17:17, firman Tuhan mengatakan, "Kuduskan mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran." Kita harus mencari firman yang benar, yang murni. Dalam hal ini, kita bersyukur atas semua keadaan yang kita alami, karena di situ kita bisa lebih mengoreksi diri. Kita bisa lebih memperkarakan hidup kita: "Aku ini benar tidak? Masih ada niat jahat tidak? Masih ada niat busuk tidak? Masih ada niat yang memalukan tidak?" Lalu kesimpulannya: kalau kita benar-benar di pihak Tuhan, tidak perlu kita ribut, tidak perlu gusar. Yang penting, kita bisa membuktikan apakah kita melakukan firman Tuhan atau tidak? Apakah orang melihat kita berubah? Jadi, bukan dengan kajian perdebatan teologi yang tidak pernah ada titik temunya. Sebab, dalam sejarah gereja, tidak pernah ada titik temu perdebatan-perdebatan teologi. Tetapi *kebenaran yang murni merubah logika, sehingga seseorang akan mengerti bahwa kebenaran yang didengar itu membuat dia mengenal Allah dengan benar.

Mengenal Allah dengan benar yang dimaksud di sini adalah mengalami Tuhan, sehingga hidupnya drastis berubah. Harus drastis. Sebab kalau kebenaran itu murni, maka akan ekstrem perubahannya, benar-benar ekstrem. Sebab, kalau hanya menjadi baik, masih diragukan. Karena kebaikan-kebaikan manusia sering dipoles dari luar saja dan penuh dengan intrik, kemunafikan, serta kamuflase. Namun kalau kebaikan yang benar, akan sangat dirasakan. Jadi, mari kita jadikan Tuhan satu-satunya dunia kita. Sehingga, seakan-akan—dan memang demikian—kita sudah mengakhiri hidup kita, mengakhiri jalan hidup kita. Apa pun yang kita lakukan, baik makan atau minum, atau sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah. Itu berarti sudah selesai hidup kita di situ. Tidak ada sesuatu yang kita lakukan untuk apa dan siapa, namun semua hanya untuk kemuliaan Allah. Artinya, supaya hidup kita menyenangkan Dia. Bagaimana menyenangkan Dia? Harus serupa dengan Yesus. Tidak ada cara lain.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KETIKA KITA MENGALAMI PEMBAHARUAN PIKIRAN, KITA BISA MENAKLUKKAN KECERDIKAN-KECERDIKAN DOSA DI DALAM PIKIRAN KITA, YANG PADA DASARNYA ITU ADALAH KECERDIKAN-KECERDIKAN PIKIRAN KITA YANG TIDAK MEMBUAT HATI TUHAN DISUKAKAN.

Card image
Truth Kids 25 Maret 2025 - KESEDIHAN SEMENTARA
2025-03-25 21:59:22


Roma 8:37
”Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita."

Apakah Sobat Kids pernah mengikuti sebuah lomba? Mungkin ada yang pernah mengikuti lomba renang, lomba mewarnai, atau menyanyi. Saat kalian mengikuti sebuah lomba, misalkan lomba renang, apakah boleh mama atau papa kalian yang berenang menggantikan kalian? Tentu saja tidak, bukan?! Walaupun kita ingin menjadi juara, tidak boleh ada orang lain yang menggantikan kita untuk lomba itu. Semua peserta lomba harus mengikuti lomba itu sendiri.

Bagus dan hebat bagi Sobat Kids yang menjadi juara. Bagi kalian yang belum menang, jangan sedih berlama-lama. Merasa sedih sebentar adalah hal yang wajar. Tuhan akan memberikan sukacita baru. Kemenangan yang belum dapat dicapai, bisa mengajarkan kita untuk berusaha lebih baik lagi. Tuhan pasti akan selalu setia menguatkan kita. Selain terus berlatih, salah satu cara lainnya adalah dengan bernyanyi lagu gembira. Kesedihan kalian lama-kelamaan akan menghilang, dan akhirnya menjadi dorongan untuk menjadi lebih baik lagi. Semangat!

Card image
Truth Junior 25 Maret 2025 - PERLOMBAAN
2025-03-25 21:54:48


Roma 8:37
”Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.”

Siapa di antara Sobat Junior yang pernah ikut perlombaan? Apa pun lombanya, pasti hanya akan ada satu juara pertama, bukan? Dan untuk dapat menjadi juara satu, pasti harus sungguh-sungguh mempersiapkan dirinya; terus berlatih setiap hari. Jangan berharap kita dapat memenangkan lomba, menjadi juara satu, tanpa mempersiapkan diri sungguh-sungguh.

Dalam kehidupan rohani, kita juga dapat menjadi pemenang, Sobat Junior. Apakah nama perlombanya? Lomba perjuangan iman! Setiap hari, kita seakan-akan seperti dalam lomba untuk mempertahankan iman kita kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat kita satu-satunya. Mengapa dikatakan kita memiliki lomba setiap hari? Karena selama kita hidup di bumi ini, kita harus berjuang untuk mengalahkan semua keinginan daging; keinginan menyenangkan diri kita sendiri. Contohnya saat bangun pagi, kita memaksa diri kita untuk berdoa daripada menarik selimut kembali. Saat besok mau ada ulangan, kita berjuang untuk duduk dan belajar, mempersiapkan diri agar dapat mengerti pelajaran yang mau ulangan. Kedua contoh tersebut adalah perlombaan-perlombaan iman yang perlu kita lalui setiap harinya, Sobat Junior.

Jika kita telah melakukan tanggung jawab kita, Tuhan pasti akan disenangkan. Ia pun akan tersenyum melihat kita berjuang setiap harinya. Semangat!

Card image
Truth Youth 25 Maret 2025 (English Version) - WHAT IS THE FRUIT OF THE SPIRIT?
2025-03-25 21:53:01


“But the fruit of the Spirit is love, joy, peace, patience, kindness, goodness, faithfulness, gentleness, and self-control. Against such things, there is no law.” (Galatians 5:22-23)

When we hear the word “fruit,” we might think of something fresh, sweet, and nutritious. But did you know that in our spiritual lives, God also calls us to bear “fruit”? Galatians 5:22-23 talks about the fruit of the Spirit, which is visible evidence that someone is living under the guidance of the Holy Spirit. This fruit doesn’t come from human effort alone but is the result of a close relationship with God.

The fruit of the Spirit consists of nine aspects: love, joy, peace, patience, kindness, goodness, faithfulness, gentleness, and self-control. Each of these aspects reflects the character of Christ that should be evident in our lives. Love is the foundation of everything—a selfless love that mirrors God’s love for us. Joy is not just temporary happiness but a deep gladness that comes from knowing that God is always with us. Peace is an inner calm that surpasses life’s difficulties.

Then, there’s patience, kindness, and goodness—all ways we interact with others, especially in the face of challenges or conflicts. Faithfulness shows our commitment to remain loyal to God and His calling, while gentleness is a humble attitude toward others. Lastly, self-control teaches us to resist worldly temptations and live according to God’s will.

The question is, how can we bear this fruit of the Spirit? The answer is simple: abide in God and let the Holy Spirit work in our lives. Just as a tree needs strong roots to produce fruit, we must be rooted in God’s Word, prayer, and fellowship with other believers.

Let’s reflect: Is the fruit of the Spirit evident in our lives? If not, don’t be discouraged. God always gives us opportunities to grow. By continuously living under the Holy Spirit’s guidance, we will not only bear beautiful fruit but also become a blessing to those around us.

WHAT TO DO:
Live in God, and let Him live in you.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 8-12

Card image
Truth Youth 25 Maret 2025 - APA ITU BUAH ROH?
2025-03-25 21:50:34


”Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.” (Galatia 5:22-23)

Kalau kita mendengar kata “buah”, mungkin yang terlintas di pikiran adalah sesuatu yang segar, manis, dan bergizi. Tapi tahukah kamu, dalam kehidupan rohani, Tuhan juga memanggil kita untuk menghasilkan “buah”? Galatia 5:22-23 berbicara tentang buah Roh, yang merupakan bukti nyata seseorang hidup di bawah pimpinan Roh Kudus. Buah ini bukan sesuatu yang muncul karena usaha manusia semata, melainkan hasil dari hubungan yang erat dengan Tuhan.

Buah Roh terdiri dari sembilan aspek: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Masing-masing aspek ini mencerminkan karakter Kristus yang harus tercermin dalam hidup kita. Kasih adalah dasar dari segalanya, sebuah cinta tanpa syarat yang mencerminkan kasih Allah kepada kita. Sukacita bukan sekadar kebahagiaan sesaat, tetapi kegembiraan yang muncul karena kita tahu Tuhan selalu bersama kita. Damai sejahtera adalah ketenangan batin yang melampaui situasi hidup yang sulit.

Lalu ada kesabaran, kemurahan, dan kebaikan—semua ini adalah cara kita berinteraksi dengan orang lain, terutama dalam menghadapi tantangan atau konflik. Kesetiaan menunjukkan komitmen kita untuk tetap setia kepada Tuhan dan panggilan-Nya, sementara kelemahlembutan adalah sikap rendah hati dalam menghadapi orang lain. Terakhir, penguasaan diri mengajarkan kita untuk menahan diri dari godaan duniawi dan tetap hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.

Pertanyaannya, bagaimana kita bisa menghasilkan buah Roh ini? Jawabannya sederhana: tinggal di dalam Tuhan dan membiarkan Roh Kudus bekerja dalam hidup kita. Sama seperti pohon yang memerlukan akar yang kuat untuk menghasilkan buah, kita juga harus berakar dalam firman Tuhan, doa, dan persekutuan dengan sesama orang percaya.

Mari kita merenungkan, apakah buah Roh sudah terlihat dalam hidup kita? Jika belum, jangan putus asa. Tuhan selalu memberi kesempatan bagi kita untuk bertumbuh. Dengan terus hidup sesuai pimpinan Roh Kudus, kita tidak hanya menghasilkan buah yang indah, tetapi juga menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita.

WHAT TO DO:
Hidup yang terus tinggal dalam Tuhan dan Tuhan tinggal dalam kita

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 8-12

Card image
Renungan Pagi - 25 Maret 2025
2025-03-25 21:47:44


Seorang sahabat yang dapat diandalkan adalah harta yang berharga, terkadang kita tidak bisa berjumpa dengan saudara, mungkin karena tinggal jauh atau di kota lain.

Tapi sahabat yang dapat diandalkan atau kawan yang dapat diandalkan, sungguh adalah harta yang berharga, karena selama punya sahabat yang dapat diandalkan sebagai teman bicara, maka kita akan kuat.

Oleh karenanya, sebagai pelayan, jadilah kawan pelayan yang baik; sebagai pengusaha, jadilah kawan pengusaha yang baik; sebagai karyawan, jadilah kawan karyawan yang baik; sehingga hidup kita akan menjadi berkat bagi banyak orang.

Card image
Quote Of The Day - 25 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-25 21:46:23


Tuhan mau kita mencapai kesalehan puncak, baru setelah itu Tuhan bawa kepada kesempurnaan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 25 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-25 21:28:25


Kalau kita masih memperhatikan yang kelihatan—maksudnya kita masih mengutamakan hal-hal bendawi atau materi—berarti kita masih memiliki akar segala kejahatan.

Card image
BASED ON GOD’S HOLINESS - 25 Maret 2025 ( English Version)
2025-03-25 21:25:52


2 Corinthians 4:16 “Therefore we do not lose heart. But though our outer man is wasting away, yet our inner man is being renewed day by day.”

The phrase “do not lose heart” or “pay attention” comes from the Greek, skopeo (σκοπέω), which means to think very seriously about something. The question is, how seriously do we think about things that are not visible? This will later relate to the root of all evil, the love of money. Because if we still pay attention to what is visible—meaning we still prioritize material things—then we still have the root of all evil. In the past, the Israelites’ mindset was oriented toward material blessings— a land flowing with milk and honey, a glorious kingdom of Israel. Was that wrong? However, entering the New Testament era, when the Kingdom of God is presented, then we as the chosen people must choose: the kingdom of darkness or the Kingdom of light? We cannot serve two masters. If we still desire this world, then we are not worthy to be children of God.

Ironically, many pastors quote Old Testament verses as if they were the standard of living for believers. This is worldly logic, even though it uses God. There is praise and worship, but it still uses worldly logic. When entering the New Testament era, the logic that applies is based on the world to come and on God's holiness. Wow, that's amazing! So, when we see churches elaborating on how good their praise and worship is—with flags, dances—it is not that these are forbidden, but we must not revive the patterns of Judaism. We must not forget Judaism; we will not be able to understand the secrets of the Bible without understanding Judaism. However, its outward forms should not be adopted.

The Word of God says, "So let your mind be in you which was also in Christ Jesus." Which means; Do not pay attention to what is seen, but to what is unseen. If the Lord Jesus put it in terms of 'store up treasures in heaven, not on earth.' While Paul said, "Set your mind on things above, not on things on earth. Seek things above, think, and when Christ who is our life appears, we also will appear together with Him in glory." So the ultimate goal of our logic is to be glorified with the Lord Jesus. Therefore, we should not open opportunities to enjoy this world. So now we understand the truth of the Lord Jesus' words, that it is difficult for rich people to enter heaven. This is where the standard class of Christianity that we must wear. And if we dare to be reckless, step by step, we can. It certainly can. The problem is, if someone has lived in a worldly way for a long time, it makes him unable to think about things that are unseen. There is no foundation for thinking.

The next verse says, “For our light affliction, which is but for a moment, is working for us an eternal glory that far outweighs all else.” Paul’s suffering was not light, but his logic saw it as light. Because Paul was based on the world to come. So suffering is not seen as suffering. If we live out the greatness of God the Father, then we no longer expect tomorrow brings a good or bad day, what matters is how we do the Father’s will and complete His work. In his testimony, Paul said, “Hardships and imprisonment await me, just as the Holy Spirit has placed within me. I travel from city to city; prison and suffering await me.” Now, let’s take a moment of silence. What is it that we think about the most, the thing that drives our lives? Some people gamble because they place their hope in it.

Hope gives us the motivation to live. That’s why, if someone is abandoned by their partner—if their heart was entirely invested in that person—they may feel like they have no reason to live and might even consider suicide. Or if someone is betrayed by the spouse they deeply love, they may feel like their world has collapsed. So, what kind of hope drives our lives? The logic of believers should not expect good days or bad days, but from time to time do the will of the Father and complete His work. Only such a person can be said to have received true relief. Relief, or rest—anapauso (ἀναπαύσω)—as mentioned in Matthew 11:28, “Come to Me, all you who are weary and burdened, and I will give you rest.” When we stop from all desires and pleasures, that is where we are relieved. It is not relief because we have a house, a spouse, or certain possessions. Therefore, whether we eat or drink, or whatever we do, we should do everything for the glory of God. That is true rest. That is how we should end our life’s journey.

WHEN ENTERING THE NEW TESTAMENT ERA, THE LOGIC THAT APPLIES IS BASED ON THE WORLD TO COME AND ON GOD'S HOLINESS.

Card image
BERBASIS PADA KEKUDUSAN ALLAH - 25 Maret 2025
2025-03-25 20:49:25


2 Korintus 4:16
“Sebab itu kami tidak tawar hati. Tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.”

Kalimat “tidak tawar hati” atau “memperhatikan” berasal dari bahasa Yunani, skopeo (σκοπέω), yang artinya memikirkan dengan sangat serius. Pertanyaannya, seberapa kita serius memikirkan hal yang tidak kelihatan? Ini nanti berkaitan dengan akar segala kejahatan, cinta uang. Karena kalau kita masih memperhatikan yang kelihatan—maksudnya kita masih mengutamakan hal-hal bendawi atau materi—berarti kita masih memiliki akar segala kejahatan. Dulu, bangsa Israel orientasinya berpikir pada berkat jasmani—tanah yang berlimpah susu dan madu, kerajaan Israel yang jaya, dan hal itu tidak dinilai salah? Tetapi, masuk zaman Perjanjian Baru, ketika Kerajaan Allah dihadirkan, maka kita sebagai umat pilihan harus memilih: kerajaan kegelapan atau Kerajaan terang? Kita tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Kalau kita masih mengingini dunia ini, maka kita tidak layak menjadi anak-anak Allah.

Ironi, banyak pendeta mengutip ayat-ayat Perjanjian Lama seakan-akan itu menjadi standar hidup orang percaya. Ini logika duniawi, walaupun di situ menggunakan Tuhan. Ada pujian dan penyembahan, namun masih menggunakan logika duniawi. Ketika masuk zaman Perjanjian Baru, diterapkan logika yang berbasis pada dunia yang akan datang dan pada kekudusan Allah. Wah, itu luar biasa! Jadi, kalau kita melihat gereja yang mengelaborasi bagaimana pujian penyembahannya bagus, ada bendera, tarian—bukan tidak boleh—tetapi jangan sampai kita menghidupkan kembali pola agama Yudaism. Kita tidak boleh melupakan Yudaism; kita tidak akan bisa mengerti rahasia-rahasia Alkitab tanpa memahami Yudaism. Namun, pola-pola lahiriahnya tidak boleh kita adopsi.

Firman Tuhan katakan, “Maka hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” Yang artinya; Tidak memperhatikan yang kelihatan, tetapi yang tidak kelihatan. Kalau Tuhan Yesus membahasakannya dengan istilah ‘kumpulkan harta di surga, bukan di bumi.’ Sedangkan Paulus mengatakan, “Pikirkan perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Carilah perkara yang di atas, pikirkan, dan jika Kristus yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kita pun akan menyatakan diri bersama-sama dengan Dia dalam kemuliaan.” Jadi tujuan akhir logika kita adalah dimuliakan bersama Tuhan Yesus. Sehingga kita boleh tidak membuka peluang untuk menikmati dunia ini. Maka sekarang kita mengerti kebenaran ucapan Tuhan Yesus, bahwa orang kaya sukar masuk surga. Di sinilah kelas standar kekristenan yang harus kita kenakan. Dan kalau kita berani nekat, selangkah demi selangkah, kita bisa. Itu pasti bisa. Masalahnya, kalau seseorang sudah lama hidup secara duniawi, itu membuat dia tidak sanggup memikirkan hal yang tidak kelihatan itu. Pijakan berpikirnya tidak ada.

Ayat berikutnya mengatakan, “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya.” Penderitaan Paulus tidak ringan, tetapi logika dia melihat penderitaan itu ringan. Karena Paulus berbasis pada dunia yang akan datang. Sehingga penderitaan pun tidak dipandang sebagai penderitaan. Kalau kita menghayati kebesaran Allah Bapa, maka kita tidak lagi mengharapkan ke depan ada hari esok atau hari buruk, karena yang penting bagaimana kita melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Di dalam kesaksiannya, Paulus berkata, “Sengsara dan penjara menanti aku, sesuai dengan yang Roh Kudus taruh di dalam diriku. Aku berjalan dari kota ke kota; penjara dan sengsara menunggu aku.” Coba sekarang kita teduh dulu. Apa yang paling kita pikirkan yang menggerakkan hidup kita? Ada orang yang main judi karena dia menaruh harapannya di sana.

Pengharapan membuat semangat hidup. Karena itulah, kalau ada seorang ditinggal pacar, yang hatinya ditaruh sepenuh ke pacar itu, dia merasa tidak punya hidup lagi dan dia bisa nekad bunuh diri. Atau seorang yang ditinggal pasangan hidup yang sangat dia cintai karena dikhianati, dia bisa merasa dunianya runtuh. Jadi, pengharapan apa yang menggerakkan hidup kita? Logika orang percaya seharusnya tidak mengharapkan hari baik atau hari buruk, tetapi dari waktu ke waktu melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Orang seperti ini baru disebut menerima kelegaan. Kelegaan atau perhentian, atau anapauso (ἀναπαύσω) yang termuat dalam Matius 11:28, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Ketika kita berhenti dari semua keinginan dan kesenangan, di situlah kita lega. Bukan lega karena punya rumah, sudah punya jodoh atau karena memiliki ini dan itu. Jadi, baik kita makan atau minum, atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah. Itulah perhentian. Itulah cara mengakhiri jalan hidup kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KETIKA MASUK ZAMAN PERJANJIAN BARU, DITERAPKAN LOGIKA YANG BERBASIS PADA DUNIA YANG AKAN DATANG DAN PADA KEKUDUSAN ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 Maret 2025
2025-03-25 20:12:05

Yosua 12-15

Card image
Truth Kids 24 Maret 2025 - SNOWFLAKES
2025-03-25 13:05:50


Ibrani 13:8
”Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.”

Indonesia memang hanya memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Kita tidak memiliki empat musim seperti negara-negara lainnya karena posisi Indonesia berada di sekitar tengah-tengah bumi ini. Berbeda dengan negara Korea Selatan, Jepang, ataupun Jerman yang memiliki empat musim. Bagi negara yang memiliki empat musim, musim yang paling dingin sudah tentu adalah winter (musim dingin). Biasanya akan ada banyak snowflakes (kepingan salju) yang akan turun.

Snowflakes terbentuk dari tetesan uap air yang membeku. Salah satu fakta unik dan snowflakes adalah setiap kepingannya tidak ada yang sama. Iya, setiap snowflakes itu berbeda-beda! Tuhan luar biasa, bukan?!

Apa pun musim kehidupan yang kita sedang jalani, Tuhan selalu sama. Ia selalu penuh kasih dan setia. Kita bisa bergantung kepada-Nya setiap saat. Seperti ayat yang kita baca hari ini, Tuhan Yesus tidak pernah berubah. Tuhan Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin, maupun hari ini, dan sampai selama-lamanya.

Card image
Truth Junior 24 Maret 2025 - TIDAK BERUBAH
2025-03-25 13:04:06


Ibrani 13:8
”Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.”

Tuhan Yesus tidak berubah, tidak berubah, tidak berubah
Tuhan Yesus tidak berubah, tak berubah selama-lamanya

Apakah Sobat Junior pernah mendengar lagu di atas? Hhmm… memang lagu lama, tetapi liriknya masih berlaku sampai sekarang. Dunia dan segala isinya berubah. Misalnya banyak gedung tinggi dibangun, transportasi berkembang dengan pesat, bahkan teknologi sudah melesat jauh dari zaman dahulu. Orang-orang pun ada yang berubah, baik sifat maupun penampilan tubuhnya.

Hanya satu yang tidak berubah, yaitu Tuhan Yesus. Seperti lirik lagi yang kita baca di awal, dari dahulu Tuhan Yesus tidak pernah berubah. Ia, Tuhan yang sama. Tuhan yang selalu penuh kasih dan setia.

Kita bisa bergantung kepada-Nya setiap saat, dalam kondisi apa pun. Sama seperti ayat firman Tuhan yang kita baca hari ini, dari zaman Perjanjian Baru sampai hari ini, Tuhan Yesus tidak berubah. Ia selalu dapat diandalkan.

Kita juga mau belajar untuk selalu mengasihi-Nya, Sobat Junior, sebagai rasa syukur akan kasih dan setianya Tuhan Yesus. Apa pun yang terjadi, kita mau setia mengikuti-Nya.

“Terima kasih, Tuhan. Engkau tidak pernah berubah. Engkau selalu bisa diandalkan.”

Card image
Truth Youth 24 Maret 2025 (English Version) - BEARING FRUIT
2025-03-25 12:50:34


“I am the vine; you are the branches. If you remain in me and I in you, you will bear much fruit; apart from me, you can do nothing.” (John 15:5)

When we look at a healthy and thriving tree, the most evident sign of its maturity is the fruit it produces. The same applies to our lives as believers. John 15:5 teaches that we are the branches, and Christ is the vine. As long as we remain in Him, our lives will bear fruit. But what does “bearing fruit” really mean in the context of our faith?

Bearing fruit is a visible sign that our faith is not just theoretical but something we actively live out every day. This fruit is seen in how we treat others—are we loving, patient, and generous? It is also reflected in how we face challenges—do we continue to rely on God in every situation? The fruit of a believer is a reflection of Christ’s character growing within them.

However, bearing fruit doesn’t happen automatically. Just as a branch needs nourishment from the vine, we need a close relationship with God to grow. This means dedicating time to reading God’s Word, praying, and reflecting on His will. Without these, we are like a disconnected branch—without a source of life, we cannot produce anything.

A question for us to reflect on is: Is our life bearing fruit that glorifies God? If not, maybe it’s time to reexamine our relationship with Christ. Are we truly abiding in Him, or do we only seek Him when we have problems? Remember, sweet and ripe fruit can only come from a strong and healthy tree. Likewise, a life that makes an impact comes only from a faith that grows.

Let’s learn to remain in Christ and make Him the center of every aspect of our lives. When we do, our lives will become a true testimony of His love and power, bringing go

WHAT TO DO:
Live a life that bears fruit through Christlike character and behavior.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 4-7

Card image
Truth Youth 24 Maret 2025 - BERBUAH
2025-03-25 12:48:31


”Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:5)

Kalau kita lihat sebuah pohon yang sehat dan subur, tanda yang paling nyata dari kematangannya adalah buah yang dihasilkannya. Begitu juga dengan hidup kita sebagai orang percaya. Firman Tuhan di Yohanes 15:5 mengajarkan bahwa kita adalah ranting, sedangkan Kristus adalah pokok anggur. Selama kita tinggal di dalam Dia, hidup kita akan menghasilkan buah. Tapi apa sebenarnya arti dari “berbuah” dalam konteks pertumbuhan iman?

Berbuah adalah tanda nyata bahwa iman kita bukan sekadar teori, tetapi sesuatu yang kita praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Buah itu bisa terlihat dari sikap kita terhadap orang lain—apakah kita penuh kasih, sabar, dan murah hati? Atau dari cara kita menghadapi tantangan—apakah kita tetap mengandalkan Tuhan dalam segala situasi? Buah yang dihasilkan seorang percaya mencerminkan karakter Kristus yang terus tumbuh dalam dirinya.

Namun, berbuah tidak terjadi begitu saja. Sama seperti ranting yang membutuhkan nutrisi dari pokok anggur, kita juga membutuhkan hubungan yang erat dengan Tuhan untuk bertumbuh. Ini berarti meluangkan waktu untuk membaca firman Tuhan, berdoa, dan merenungkan kehendak-Nya. Tanpa itu, kita seperti ranting yang terputus— tanpa sumber kehidupan, kita tidak bisa menghasilkan apa-apa.

Pertanyaan refleksi untuk kita adalah: apakah hidup kita sudah menghasilkan buah yang memuliakan Tuhan? Jika belum, mungkin ini waktunya untuk memeriksa kembali hubungan kita dengan Kristus. Apakah kita benar-benar tinggal di dalam Dia, atau hanya sesekali datang mendekat saat menghadapi masalah? Ingat, buah yang matang dan manis hanya bisa dihasilkan dari pohon yang kuat dan sehat, demikian juga hidup yang berdampak hanya bisa muncul dari iman yang bertumbuh.

Mari kita belajar untuk terus tinggal di dalam Kristus dan menjadikan-Nya pusat dari segala aspek hidup kita. Dengan begitu, hidup kita akan menjadi kesaksian nyata dari kasih dan kuasa- Nya, membawa kebaikan bagi sesama dan memuliakan nama-Nya di dunia ini.

WHAT TO DO:
Hidup yang menghasilkan buah dari kepribadian dan perilaku kita yang serupa dengan Kristus

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 4-7

Card image
Quote Of The Day - 24 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono )
2025-03-24 21:52:38


Pertobatan yang benar membuat hati dan kehidupan kita menjadi media untuk dapat menerima kebenaran Injil atau menerima keselamatan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 24 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-24 21:37:31


Banyak orang Kristen telah tertipu oleh suara hatinya yang sesat karena pengaruh dunia sekitarnya, di mana ia selalu menunda apa yang seharusnya dilakukan untuk membangun kehidupan

Card image
LOGIKA ROHANI - 24 Maret 2025
2025-03-24 21:29:10


Kita harus camkan bahwa tidak ada cara mudah dan jalan cepat untuk menjadi orang Kristen yang benar, menjadi anak-anak Allah. Oleh sebab itu, kita harus membedakan antara transformasi dan konversi agama. Berpindahnya suatu kelompok atau seseorang masuk agama Kristen itu disebut sebagai konversi; perpindahan keyakinan. Bahkan sekalipun berpindahnya keyakinan itu karena suatu kesaksian yang spektakuler, seperti bertemu Tuhan, melihat malaikat, kesembuhan ilahi, atau melalui sarana yang luar biasa, itu tidak menjamin seseorang benar-benar menjadi orang Kristen yang sejati. Untuk menjadi orang Kristen yang sejati dibutuhkan transformasi, yaitu perubahan pola pikir atau mindset yang dikerjakan oleh Roh Kudus dengan menggunakan sarana firman Tuhan.

Beberapa dekade yang lalu, banyak orang Kristen bicara mengenai transformasi dan berharap negara ini menjadi membaik lewat sebuah proses transformasi. Kenyataannya, kita tidak melihat transformasi yang dimaksud. Kita tidak boleh hanya berharap terjadinya transformasi, harus ada perubahan keadaan manusia sehingga terjadi pula perubahan moral, mental, ekonomi, keamanan, politik, dan berbagai aspek atau bidang lain. Transformasi harus dijalani dan tidak pernah berhenti sampai membangun manusia batiniah. Dalam 2 Korintus 4:16, Paulus menulis, “Sebab itu kami tidak tawar hati. Tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.” Ini bentuk paralel yang bertolak belakang: manusia lahiriah makin merosot namun manusia batiniahnya malah semakin kuat. Kemerosotan manusia lahiriah merupakan proses yang bertahap. Demikian pula dengan pembaharuan atau terbentuknya manusia batiniah, juga lewat proses.

Jadi, perubahan kita ini adalah sebuah perubahan yang bertahap; tidak ada jalan mudah, tidak ada paket instant, atau paket kilat. Maka dalam ini, waktu sangatlah berharga. Banyak orang Kristen telah tertipu oleh suara hatinya yang sesat karena pengaruh dunia sekitarnya, di mana ia selalu menunda apa yang seharusnya dilakukan untuk membangun kehidupan imannya. Sementara dia menunda melakukan yang lain, sejatinya dia sedang menukar hak kesulungan dengan semangkuk makanan. Proses penukaran itu juga bukan dalam satu hari, melainkan lewat sebuah proses: dari hari ke hari, dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan sampai utuh dimana dia tidak lagi memiliki kesempatan untuk meraih berkat rohani. Tidak memiliki kesempatan itu bukan hanya kehabisan waktu, melainkan tidak lagi memiliki kemampuan untuk bisa mencapai apa yang harus dia capai.

Maka jangan sampai logika kita itu sudah tidak bisa berubah. Jadi, perubahan logika kita dari logika duniawi ke logika rohani harus berlangsung dalam proses. Sampai pada titik tertentu, tidak akan pernah bisa terjadi perubahan lagi. Mengapa? Karena manusianya sudah dalam satu keadaan tidak bisa berubah. Logika adalah pola atau landasan berpikir. Logika rohani berarti landasan berpikir yang tidak bersifat fana, ini merupakan pola pikir yang berbasis atau berlandaskan dunia yang akan datang. Orang yang memiliki logika rohani itu adalah orang yang tidak memperhatikan hal-hal yang kelihatan, seperti yang dikatakan dalam 2 Korintus 4 tadi.

Tanda kita memiliki kelenturan untuk berubah adalah, jika setiap kali kita berbuat sesuatu yang nurani kita katakan salah, lalu kita berkata, “Bapa, ampunilah dosaku,” tetapi kemudian di dalam pikiran kita—yang berkecamuk dalam jiwa—bukan hanya keinginan untuk diampuni, melainkan keinginan untuk tidak melakukannya lagi; keinginan yang kuat untuk benar-benar berubah. Kalau dulu kita berkata, “Tuhan, ampuni dosa kesalahanku,” fokus kita adalah dosa itu sendiri bagaimana dibereskan. Tetapi ketika kita makin dewasa, maka permintaan ampun kita kepada Tuhan, membuat jiwa kita bergolak, yaitu bagaimana kita tidak melakukan kesalahan itu lagi.

Kita harus mengerti ini, dan ini harus terpatri di dalam jiwa, bahwa salib Tuhan menghapus dosa dunia. Tetapi yang belum beres itu di jiwa dan di karakter kita. Maka ini yang kita persoalkan: kenapa kita masih melakukan kesalahan itu? Kenapa kita masih sombong? Kenapa kita masih ucapkan kata-kata itu? Kenapa kita masih mengingini hal ini dan hal itu? Hal inilah yang membuat jiwa kita itu sebenarnya bergolak. Di sini logika kita sebenarnya sudah mulai berubah. Logika rohani kita haruslah logika yang berbasis pada dunia yang akan datang, logika yang berbasis pada kesucian Tuhan. Yang membuat perasaan kita menjadi berbeda dengan perasaan kita sebelum kita mengalami perubahan ini.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

LOGIKA ROHANI BERARTI LANDASAN BERPIKIR YANG TIDAK BERSIFAT FANA, INI MERUPAKAN POLA PIKIR YANG BERBASIS ATAU BERLANDASKAN DUNIA YANG AKAN DATANG.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 Maret 2025
2025-03-24 13:07:22

Yosua 9-11

Card image
Truth Kids 23 Maret 2025 - GELISAH DAN KHAWATIR
2025-03-23 20:40:21


Filipi 4:7
”Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”

Pada suatu hari, Sarah merasa sangat cemas menjelang ujian di sekolah. Ia khawatir jika ia tidak bisa mengerjakannya dengan baik. Setiap kali memikirkan ujian itu, hatinya terasa berat dan kepalanya penuh dengan pikiran. Namun, Sarah ingat bahwa Tuhan selalu ada untuk menolongnya. Ia pun memutuskan untuk berdoa. Dalam doa, ia meminta Tuhan agar memberi ketenangan dan pengertian saat mengerjakan ujian. Setelah berdoa, Sarah merasa ada kedamaian yang menyelimuti hatinya. Ia lebih tenang dan percaya diri. Ketika ujian dimulai, meskipun soal-soalnya sulit, Sarah tetap berusaha dengan tenang, karena ia tahu Tuhan selalu menjaga hati dan pikirannya.

Sobat Kids, ketika kita merasa khawatir atau takut, ingatlah bahwa Tuhan memberi kita damai-Nya yang luar biasa. Berdoalah, dan rasakan ketenangan yang hanya bisa diberikan oleh Tuhan. Tuhan akan menjaga hati dan pikiran kita dari rasa cemas, dan memberi kita kekuatan untuk menghadapi segala hal dengan damai. Jangan lupa untuk selalu berdoa, ya!

Card image
Truth Junior 23 Maret 2025 - TENANG
2025-03-23 20:38:15


Filipi 4:7
”Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”

Saat liburan yang lalu, Della pergi bersama keluarganya. Mereka menginap di sebuah pondok kayu yang ada di dalam hutan. Ini merupakan pertama kali mereka mencoba tempat yang berbeda. Della dan keluarganya ingin merasakan kembali ke alam. Mobil mereka pun harus diparkirkan di lapangan parkir yang tempatnya lumayan jauh dari pondok Della menginap. Saat mama ingin memasak makan malam, mama baru teringat ada beberapa alat yang masih ada di dalam mobil. Walaupun hujan sudah mulai turun, mama dan papa harus berjalan kembali ke mobil untuk mengambil perlengkapan yang tertinggal. Della terpaksa harus tinggal di pondok sendirian. Payung yang mereka bawa hanya satu, dan itu hanya cukup untuk mama dan papa.

Setelah mama dan papa pergi, hujan bertambah deras. Kilat dan petir saling menyambar dan menggelegar di langit yang gelap. Della mulai merasa cemas. Bagaimana keadaan mama dan papa di luar? Bagaimana kalau ada yang masuk ke dalam pondoknya? Jangan-jangan listrik di pondoknya akan padam karena hujan yang deras. “Ah…tidak! Mama dan papa akan aman-aman saja. Aku juga akan aman saja di dalam pondok ini. Tuhan selalu dapat diandalkan. Ia pasti akan menjaga aku,” ujar Della dalam hatinya. Ia mencoba untuk menghilangkan kecemasan yang ia rasakan. Ia pun mulai berdoa dan Della akhirnya dapat merasakan ketenangan yang dari Tuhan.

Sobat Junior, Tuhan menjaga hati dan pikiran kita dengan damai-Nya. Berdoalah, dan rasakan ketenangan dari-Nya.

Card image
Truth Youth 23 Maret 2025 - HAS YOUR LIFE BECOME A LIGHT?
2025-03-23 20:36:50


“You are the light of the world. A city set on a hill cannot be hidden. Neither do people light a lamp and put it under a basket, but on a stand, and it gives light to everyone in the house. In the same way, let your light shine before others, that they may see your good deeds and glorify your Father in heaven.” (Matthew 5:14-16)

Have you ever felt like your life doesn’t make much of an impact? Sometimes, we get so caught up in our daily routines that we forget our lives have a much greater calling. Matthew 5:14-16 reminds us that we are the light of the world. Light isn’t meant to be hidden—it is placed where it can shine for others. Just like a lamp that lights up a room, our lives are called to bring Christ’s light to those around us.

But you might think, “I’m not perfect. How can I be a light?” The light we shine comes from our relationship with Christ, not from our own strength. Just as a lamp needs oil to keep burning, our lives need God’s Word and prayer as fuel. As we continue to grow in Christ, His light will shine through us, sometimes without us even realizing it.

The reflection we need to make today is: Do our actions reflect Christ’s love? Can others see joy and peace in our lives, even when we face challenges? If the answer is no, don’t be discouraged. God always gives us the opportunity to grow deeper in Him. Every small step we take—loving others, helping those in need, or even simply offering a smile—plays a part in being a light to the world.

So, let’s start today. Be a light in your community, in your family, and wherever God places you. Remember, even a small light can shine brightly in the darkness. And when others see your good deeds, they won’t just be inspired—they will glorify God, who has called you to be a light.

WHAT TO DO:
Be a light through your actions and words wherever you are.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 1-3

Card image
Truth Youth 23 Maret 2025 - APAKAH HIDUPMU SUDAH MENJADI TERANG?
2025-03-23 20:33:36


”Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga.” (Matius 5:14-16)

Kamu pernah enggak merasa bahwa hidupmu enggak banyak memberikan dampak? Kadang kita terlalu sibuk dengan rutinitas sehari-hari sampai lupa bahwa hidup kita punya panggilan yang jauh lebih besar. Matius 5:14-16 mengingatkan kita bahwa kita adalah terang dunia. Terang itu enggak dibuat untuk disembunyikan, melainkan diletakkan di tempat yang bisa menerangi orang lain. Sama seperti pelita yang menerangi ruangan, hidup kita dipanggil untuk membawa terang Kristus ke lingkungan sekitar kita.

Tapi, mungkin kamu berpikir, “Aku kanbukan orang yang sempurna. Gimana bisa jadi terang?” Terang yang kita pancarkan berasal dari hubungan kita dengan Kristus, bukan dari kekuatan kita sendiri. Sama seperti pelita membutuhkan minyak untuk tetap menyala, hidup kita membutuhkan firman Tuhan dan doa sebagai bahan bakar. Saat kita terus bertumbuh di dalam Kristus, terang itu akan memancar dengan sendirinya, bahkan tanpa kita sadari.

Refleksi yang perlu kita lakukan hari ini adalah: apakah perbuatan kita sudah mencerminkan kasih Kristus? Apakah orang lain bisa melihat sukacita dan damai sejahtera dalam hidup kita, meskipun kita menghadapi tantangan? Kalau jawabannya belum, jangan berkecil hati. Tuhan selalu memberi kesempatan untuk bertumbuh lebih dalam di dalam-Nya. Setiap langkah kecil yang kita ambil—mengasihi sesama, membantu yang membutuhkan, atau bahkan sekadar memberi senyuman kepada orang lain— itu semua adalah bagian dari menjadi terang bagi dunia.

Jadi, yuk mulai dari sekarang. Jadilah terang di lingkunganmu, di keluargamu, dan di mana pun Tuhan menempatkanmu. Ingat, terang kecil pun bisa memberikan cahaya besar di tengah kegelapan. Dan ketika orang lain melihat perbuatan baikmu, mereka enggak cuma akan terinspirasi, tapi juga akan memuliakan Tuhan yang memanggilmu untuk menjadi terang.

WHAT TO DO:
Menjadi terang dalam perbuatan dan perkataan di mana pun kita berada .

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 1-3

Card image
Renungan Pagi - 23 Maret 2025
2025-03-23 20:28:40


Ketika kita sudah menyerahkan hidup untuk pelayanan, janganlah sakit hati dan kecewa ketika menghadapi persoalan; kita tahu bahwa segala sesuatu yang Tuhan izinkan terjadi adalah untuk mendatangkan kebaikan bagi yang mengasihi Dia.

Dalam melayani Tuhan tantangan dan masalah pasti ada, tapi ketika hati tertuju kepada pelayanan, kita akan tenang dan sabar menghadapi segala sesuatu, sehingga tetap hidup bersukacita dan penuh syukur karena hati yang tertuju kepada pelayanan.

Card image
Quote Of The Day - 23 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-23 20:22:25


Kehidupan Yesus adalah model hidup yang tidak dicemari oleh unsur-unsur dunia, tidak ada unsur-unsur kekafiran dalam diri Yesus.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 23 Maret 2025 (Pdt. Erastus Sabdono)
2025-03-23 20:20:47


Penyesatan adalah sebuah struktur bangunan berpikir, maka memerlukan proses atau waktu yang cukup lama untuk dapat mendaratkannya di pikiran seseorang. 

Card image
THE TRUTH THAT ENLIGHTENS - 23 Maret 2025 (English Version)
2025-03-23 20:15:40


The human mind can become a vehicle for the Devil's mind and his plans. In this regard, a speaker on the pulpit carries a heavy responsibility. However, many people do not realize this. They think that as long as they can preach, it is enough-especially if they have personal gains behind their sermons. Therefore, we must use logic as much as possible, reason as much as possible, which is enlightened by the word of truth to understand the truth of the Bible. So, the mind must be activated to wrestle with God's truth continuously. If people do not use logic to its maximum potential, they will surely regress. But aside from using logic to its fullest, we must also set aside at least thirty minutes to an hour to sit in stillness at the feet of the Lord.

Many Christians are intelligent in many areas, but not intelligent in understanding the Bible. Some are skilled in business, work as executives in offices, yet fail to grasp the truth of the Bible correctly. Such people experience stagnation. They may be great in their professional fields but not in their lives as children of God. Why? Because they have not undergone renewal of the mind. Our intelligence in specific fields - IT, medicine, law, etc.- should be paired with intelligence in understanding the truth of His word, so that we become extraordinary and will be effective for God's work.

Misleading cannot be shared only once or twice to be able to lead people astray, but it certainly takes a long time. A lie-like calling red "white"-can be told quickly. However, because misguidance is a structure of thinking, it takes a long process or time to be able to land it in someone's mind. So we must be smart, because intelligence brings changes. It enables us to distinguish between pure truth and falsehood. The nature of truth is that it always has implications-it is flexible and dynamic. Now, as God’s chosen children, we must choose the truth that makes us princes of the Kingdom of God, like Jesus. Do not choose worldly thoughts that make us into children of the world.

Redemption in Jesus Christ gives God the right to shape believers into His likeness. This is what the Devil fears the most. We are the ones chosen for this purpose. If we have such an extraordinary opportunity but fail to use or take advantage of it, how wasteful it would be. The fall of mankind into sin has made humans incapable of reaching perfection—this is known as "missing the mark." However, this does not mean that humans have lost their value. Since the Law is written in the heart, , people can still reach a certain point, but they can't reach the point of perfection. Because, only through salvation in Jesus Christ is it possible for a person to reach the maximum point, namely having a divine conscience. This leads to a precise understanding of the truth of the Word, ensuring that everything one does aligns with His will.

Good people can help the poor, defend the oppressed, parents and the country. They can also not repay evil with evil, can forgive enemies and even give in when beaten. That is possible. The good and right things they do are in accordance with culture, education and so on. Or it could also be from the habit and practice of suing oneself until one has a good mentality. However, that is not necessarily in accordance with the standards of what God wants. On the contrary, the children of the Kingdom of Heaven do all of that based on the standards of what God wants, not based on the law. That is why we understand that there are non-Christians who can be truly good according to their culture, education, and environmental influences, as well as their moral and inner training. But the real question is: do they act according to God's will, or simply their own?

The reality today is that many Christians—including pastors and theologians—come from poor cultural, educational, and social backgrounds. They fail to understand God's Word, let alone His will. What will become of them? They claim, "We are saved not by good works, but by faith." But what is faith? What is salvation? We can be restored to the original image of God not because of good deeds, but because we are redeemed and equipped with the Holy Spirit so that we understand the word and our conscience is corrected. So actually, as believers, we become good not because of law, culture, morals-although they clearly have an influence-but from understanding the truth that enlightens our minds.

From the truth we possess, our conscience is formed. A righteous conscience naturally leads to good outward behavior-not merely goodness in the eyes of humans, but goodness aligned with God's will. The Word of God states, "The eye is the lamp of the body. If your eyes are healthy, your whole body will be full of light. But if your eyes are unhealthy, your whole body will be full of darkness." This verse highlights the profound impact of God's Word on a person's life. We must continually cultivate God's way of thinking through understanding. Now that we have been set free and granted forgiveness, our purpose in life is to fill our minds with the truth so that our conscience reaching becoming divine standard.

THE NATURE OF TRUTH IS THAT IT ALWAYS HAS IMPLICATIONS, IT IS FLEXIBLE AND DYNAMIC.

Card image
KEBENARAN YANG MENCERDASKAN - 23 Maret 2025
2025-03-23 20:42:53

Pikiran manusia dapat menjadi kendaraan pikiran Iblis dan rencananya. Dalam hal ini, dapat ditemukan bahwa seorang pembicara di mimbar memiliki tanggung jawab yang berat. Tetapi banyak orang tidak menyadari hal ini. Mereka berpikir yang penting bisa khotbah, apalagi kalau di balik khotbah itu dia mau mendapatkan sesuatu. Oleh sebab itu, kita harus menggunakan logika semaksimal mungkin, akal budi semaksimal mungkin, yang diterangi oleh firman kebenaran untuk memahami kebenaran Alkitab. Jadi, pikiran harus diaktifkan untuk menggumuli kebenaran Tuhan secara terus-menerus. Kalau orang tidak menggunakan logika secara maksimal, itu pasti kemunduran. Tetapi selain logika yang kita gunakan maksimal, kita juga harus memberi waktu minimal tiga puluh menit sampai satu jam untuk duduk diam di kaki Tuhan.

Banyak orang Kristen yang cerdas dalam banyak bidang, tetapi tidak cerdas dalam memahami Alkitab. Orang yang pintar dalam bisnis, eksekutif di kantor, namun tidak dapat memahami kebenaran Alkitab dengan benar. Orang seperti itu mengalami yang namanya stagnan. Dia tidak bisa agung sebagai anak-anak Allah. Dia agung di bidangnya, akan tetapi tidak agung dalam kehidupan sebagai anak-anak Allah. Kenapa? Karena ia tidak mengalami pembaharuan pikiran. Mestinya kecerdasan kita di bidang tertentu—IT, kedokteran, hukum dll—disandingkan dengan kecerdasan dalam memahami kebenaran firman-Nya, sehingga kita menjadi luar biasa dan akan efektif bagi pekerjaan Tuhan.

Penyesatan tidak mungkin hanya dibagikan satu atau dua kali untuk dapat membuat orang tersesat, tetapi pasti membutuhkan waktu yang panjang. Kalau menipu, merah disebut jadi putih, itu bisa dalam waktu singkat. Namun karena penyesatan adalah sebuah struktur bangunan berpikir, maka memerlukan proses atau waktu yang cukup lama untuk dapat mendaratkannya di pikiran seseorang. Maka kita harus cerdas, sebab kecerdasan itu mengubah. Sehingga kita bisa membedakan mana kebenaran yang murni dan mana yang bukan. Ciri kebenaran adalah selalu ada implikasinya, bersifat fleksibel dan dinamis. Sekarang, sebagai anak-anak Allah yang dipilih sebagai umat pilihan, kita harus memilih kebenaran yang menjadikan kita pangeran-pangeran Kerajaan Allah, seperti Yesus. Jangan sampai memilih pikiran dunia yang membuat seseorang jadi anak dunia.

Penebusan dalam Yesus Kristus membuat Allah berhak untuk membentuk orang percaya menjadi serupa dengan Dia. Dan itu merupakan hal yang paling ditakuti oleh Iblis. Kita adalah orang-orang yang terpilih untuk itu. Jadi kalau kita punya kesempatan yang begitu luar biasa namun tidak kita gunakan, tidak kita manfaatkan, betapa sia-sianya. Kejatuhan manusia dalam dosa membuat manusia tidak mampu mencapai titik sempurna—namanya "meleset." Tetapi bukan berarti manusia tidak ada nilainya lagi. Karena Taurat tertulis di dalam hati, orang masih bisa mencapai titik tertentu, namun dia tidak bisa sampai di titik sempurna. Sebab, hanya lewat keselamatan dalam Yesus Kristus yang memampukan seseorang sampai di titik maksimal yaitu memiliki nurani ilahi. Sehingga terbangun ketepatan dari kecerdasan memahami kebenaran firman, sehingga apa pun yang dilakukan sesuai dengan kehendak-Nya.

Orang baik bisa menolong orang miskin, membela yang tertindas, orang tua dan negara. Mereka juga bisa tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, bisa mengampuni musuh bahkan dipukul pun mengalah. Itu bisa. Baik dan benar yang mereka lakukan sesuai dengan budaya, pendidikan dan lain-lain. Atau bisa juga dari kebiasaan dan latihan memperkarakan diri sampai bermental baik. Namun itu belum tentu sudah sesuai dengan standart apa yang Allah inginkan. Sebaliknya, anak-anak Kerajaan Surga melakukan semua itu berdasarkan standart apa yang Allah ingini, bukan berdasarkan hukum. Itu sebabnya, kita jadi mengerti bahwa ada orang non-Kristen yang bisa betul-betul baik sesuai dengan budaya, pendidikan, dan pengaruh-pengaruh lingkungan, serta pelatihan-pelatihan moral dan batiniahnya. Tetapi pertanyaannya, apakah dia berbuat itu sesuai dengan keinginan Tuhan atau hanya karena apa yang dia ingini?

Kenyataan hari ini, ada banyak orang Kristen termasuk pendeta dan para teolog, berbudaya buruk, berpendidikan buruk, lingkungan buruk, firman Tuhan tidak dimengerti, apalagi kehendak Allah, lalu mau jadi apa? Mereka berkata, “Kita diselamatkan bukan karena perbuatan baik, melainkan karena iman.” Iman itu apa? Selamat itu apa? Kita bisa dikembalikan pada gambar Allah semula bukan karena perbuatan baik, melainkan karena kita ditebus dan diperlengkapi Roh Kudus sehingga mengerti firman lalu nurani kita diperbaiki. Maka sebenarnya, sebagai orang percaya, kita menjadi baik bukan karena hukum, budaya, moral—walaupun itu jelas punya pengaruh—melainkan dari mengerti kebenaran yang mencerdaskan pikiran kita.

Dari kebenaran yang kita miliki akan membangun nurani. Dari nurani yang benar itu, kelakuan luarnya akan jadi baik. Baiknya bukan sekadar baik di mata manusia, namun sesuai dengan keinginan Allah. Firman Tuhan mengatakan, “Mata itu pelita tubuh, kalau matamu gelap, gelaplah seluruh tubuhmu. Kalau matamu baik, baiklah seluruh tubuhmu.” Jadi, betapa luar biasa pengaruh daripada firman itu dalam hidup seseorang. Kita harus terus mengembangkan pikiran Allah lewat pengertian. Sekarang kita telah dimerdekakan, pengampunan diberikan. Jadi, hidup ini hanya untuk mengisi pikiran kita dengan kebenaran, supaya nurani kita sampai menjadi nurani ilahi.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

CIRI KEBENARAN ADALAH SELALU ADA IMPLIKASINYA, BERSIFAT FLEKSIBEL DAN DINAMIS.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 Maret 2025
2025-03-23 10:03:45

Ulangan 5-8

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 Maret 2025
2025-03-23 09:52:49

Yosua 1-4

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 Maret 2025
2025-03-23 10:03:12

Ulangan 32-34
Mazmur 91

Card image
Truth Kids 21 Maret 2025 - JATUH DAN BANGKIT
2025-03-21 21:37:58


Mazmur 37:24
”apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab Tuhan menopang tangannya.”

Saat bermain bola, Tio tiba-tiba terjatuh dan lututnya terasa sakit. "Aduh, kenapa bisa jatuh begini?" pikir Tio sambil memegang lututnya. Semua teman-temannya menghampiri dan bertanya, "Tio, kamu baik-baik saja?" Tio merasa sedih karena dia merasa seperti tidak bisa melanjutkan permainan. Namun, teman terbaiknya, Rina, datang mendekat dan berkata, "Jangan khawatir, Tio, kamu pasti bisa bangkit lagi. Coba lihat, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Dia selalu siap mengangkat kita kalau kita jatuh." Tio mulai tenang dan bangkit perlahan. Dengan bantuan teman-temannya, dia bisa melanjutkan permainan dengan semangat.

Sobat Kids, kita semua pasti pernah jatuh, baik itu jatuh secara fisik atau merasa terjatuh dalam dosa. Namun, Tuhan tidak akan membiarkan kita tergeletak. Dia selalu siap untuk mengangkat kita dan memberi kekuatan. Seperti Tio yang jatuh tetapi bisa bangkit lagi, begitu juga dengan kita. Ketika kita merasa lemah, Tuhan akan menopang kita dengan kasih-Nya yang besar. Jadi, jika kamu merasa terjatuh, ingatlah bahwa Tuhan selalu ada untuk menolongmu. Bangkitlah dan terus maju, karena Tuhan tidak akan meninggalkanmu!

Card image
Truth Junior 21 Maret 2025 - TUHAN YANG MENOPANGKU
2025-03-21 21:33:58


Mazmur 37:24
”apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab Tuhan menopang tangannya.”

Sobat Junior, bayangkan kalian sedang belajar sepeda untuk pertama kalinya. Rasanya seru sekaligus mendebarkan, lalu tiba-tiba kalian kehilangan keseimbangan, sepeda oleng, dan kalian jatuh ke tanah. Rasanya sakit dan malu, tetapi ayah kalian segera datang, membantu kalian berdiri, dan berkata dengan lembut, “Tidak apa-apa, ayo coba lagi. Ayah akan memegang sepedanya.”

Nah, kira-kira seperti itulah cara Tuhan menopang kita ketika kita jatuh. Dia selalu ada di dekat kita untuk membantu kita bangkit.

Kalian tahu Petrus? Salah satu murid Yesus, Ia juga pernah mengalami hal ini. Suatu hari, Yesus berjalan di atas air menghampiri perahu para murid yang berada di tengah badai. Petrus dengan penuh keberanian berkata, “Tuhan, jika itu Engkau, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.” Yesus mengizinkannya, dan Petrus mulai melangkah di atas air. Awalnya, dia percaya diri, tetapi saat angin bertiup kencang, Petrus menjadi takut dan mulai tenggelam. “Tuhan, selamatkan aku!” teriak Petrus panik. Yesus segera mengulurkan tangan-Nya dan menarik Petrus keluar dari air.

Sobat Junior, kita juga mungkin jatuh dalam hidup. Kadang, kita gagal dalam ujian, merasa malu karena membuat kesalahan, atau kecewa karena tidak mencapai apa yang kita harapkan. Jangan takut dan menyerah, ya. Tuhan selalu ada untuk mengangkat kita, memberikan semangat baru, dan membimbing langkah kita.

Saat kalian merasa gagal, berdoalah. Ingat, kegagalan bukan akhir dari segalanya. Sama seperti Petrus yang dibangkitkan oleh Yesus, kita juga bisa bangkit dan mencoba lagi. Tuhan ingin kita terus maju dan percaya bahwa bersama-Nya, kita dapat mencapai hal-hal yang luar biasa. Semangat ya, Sobat Junior! Tuhan selalu ada untuk kalian!

Card image
Truth Youth 21 Maret 2025 (English Version) - NEON FRUIT
2025-03-21 21:30:22


"If you remain in Me and I in you, you will bear much fruit; apart from Me, you can do nothing." (John 15:5)

John 15:5 says, “I am the vine; you are the branches. If you remain in Me and I in you, you will bear much fruit...” Picture a healthy grapevine. The main stem is strong, the roots are deep, and the branches grow from it, producing plenty of fruit. Now, imagine if one branch got cut off from the main vine. What would happen? It would wither, unable to survive—let alone bear fruit. The same goes for our lives. If we are not connected to Jesus, we can’t expect to make a real impact on others.

Think of a neon light in a room. It only shines brightly because it’s connected to a power source. If you unplug the cord? Bye-bye light! The lamp becomes useless. Our lives work the same way. If we aren’t connected to Jesus, the True Vine, then all the amazing things we do might look good on the surface, but they won’t have any real impact on those around us. So, how can we be branches that not only shine but also bear sweet, life-giving fruit?

First, serve with sincerity. Start small—help a friend in need, encourage someone who’s feeling down, or simply listen. Don’t wait for a big stage to start serving. Second, be a role model. The world is desperate for people who live by strong values. You don’t need to preach a lot—just show God’s love through your actions: honesty, loyalty, and care. Third, be bold in sharing your faith. Many people hesitate to talk about Jesus because they fear judgment or rejection. But remember, the fruit you bear could change someone’s life! One small step to share about Jesus could make an incredible difference.

So, never forget—you are a branch of the True Vine. As long as you stay connected to Jesus, you will bear fruit that not only makes your life more meaningful but also blesses those around you. Keep growing, keep glowing, and let Jesus shine through you!

WHAT TO DO:
1. Serve with real action, starting from small things like helping a friend at school.
2. Share God’s Word—boldly talk about His love in public spaces so others can hear the Good News.

BIBLE MARATHON:
▪ Judges 20-21

Card image
Truth Youth 21 Maret 2025 - NEON FRUIT
2025-03-21 21:20:03


”Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:5)

Yohanes 15:5 bilang, “Akulah pokok anggur dan kamu ranting-rantingnya. Barang siapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia akan berbuah banyak...” Bayangin sebuah pohon anggur yang sehat. Batang utamanya kuat, akarnya kokoh, terus dari batang itu ada ranting-ranting yang menghasilkan buah lebat. Tapi coba pikirin, kalau salah satu rantingnya putus dari batang utama, kira-kira apa yang terjadi? Sudah pasti dia kering kerontang, nggak bisa hidup apalagi ɓɓbuah. Sama saja kayak hidup kita. Kalau kita nggak “nempel” sama Tuhan Yesus, jangan harap kita bisa berdampak besar buat orang lain.

Bayangin sebuah lampu neon di ruangan. Lampu itu bisa nyala dan menerangi seluruh ruangan cuma karena dia terhubung ke sumber listrik. Kalau kabelnya dicabut? Bye-bye cahaya! Lampunya jadi nggak ada gunanya. Nah, hidup kita juga kayak lampu itu. Kalau nggak connect sama Tuhan Yesus, Sang Pokok Anggur, maka semua yang kita lakukan mungkin bakal kelihatan keren di luar, tapi _nggak_ punya _impact_ yang sesungguhnya buat orang di sekitar kita. Tapi, _gimana_ caranya biar kita bisa jadi “ranting” yang _nggak_ cuma nyala tapi juga menghasilkan buah manis yang benar-benar memberkati orang lain? Pertama, *melayani dengan tulus*. Mulai dari hal kecil, kayak bantu teman yang lagi kesusahan, _nyemangatin_ teman yang _down,_ atau sekadar mendengarkan mereka. Jangan tunggu sampai panggung besar datang untuk melayani. Kedua, *jadi teladan.* Dunia lagi haus banget sama orang-orang yang hidupnya punya nilai. _Enggak_ perlu ngomong banyak, tapi tunjukin kasih Yesus lewat sikap kamu, jujur, setia, dan peduli. Ketiga, *berani berbagi iman.* Kadang, ini yang bikin banyak orang minder. Takut di-judge, takut dikucilkan. Tapi ingat, buah yang kamu hasilkan bisa mengubah hidup seseorang! Satu langkah kecil untuk cerita soal Yesus bisa bikin perbedaan yang _amazing._ Jadi, ingat _ya, kamu itu ranting dari Pokok Anggur yang luar biasa. Selama kamu nempel kepada Tuhan Yesus, kamu pasti bisa menghasilkan buah yang nggak_ cuma membuat hidup kamu lebih berarti, tapi juga jadi jawaban buat orang-orang di sekitar kamu. _Keep growing, keep glowing, and let Jesus shine through you!_ WHAT TO DO: 1.Tunjukkan aksi nyata melayani, dari hal-hal kecil. Membantu teman di sekolah, dll. 2.Nyatakan firman Tuhan, bicarakan tentang kasih Tuhan di dunia sosial umum, dengan berani, agar orang-orang bisa mendengar juga kabar baik. BIBLE MARATHON: ▪︎ Hakim-hakim 20-21

Card image
Renungan Pagi - 21 Maret 2025
2025-03-21 21:07:18


Kasih setia Tuhan itu kekal sampai selama-lamanya dalam hidup kita, karena itu jangan bimbang dan kuatir, tetaplah menjalin keintiman dengan Yesus setiap hari dan tekun dalam menghadapi masalah apapun.

Tetap imani janji-janji Tuhan dan senantiasa hidup dalam ucapan syukur serta pujian kepada Tuhan, maka akan melihat perkara-perkara dahsyat dan luar biasa akan terjadi dalam hidup kita.

Card image
Quote Of The Day - 21 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-21 21:05:54


Iman yang sejati akan membuat seseorang berubah secara radikal dan total.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 21 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-21 21:02:42


Apabila penghayatan akan realitas Allah itu mencengkeram hidup seseorang, sehingga dalam kesadarannya ia tahu bahwa ia hidup di dalam pemerintahan Allah, maka setiap kata yang dia ucapkan, setiap tindakan yang dia lakukan, pasti diperhitungkan dengan benar: apakah ini melukai hati Tuhan atau tidak?

Card image
A CHANGE IN LIFE DIRECTION - 21 Maret 2025 (English Version)
2025-03-21 20:59:12


A change in the way of thinking gives birth to a new understanding. So, it is not surprising that a servant of God can write so many books, because he continues to experience changes in the way of thinking. Likewise, sermons should always bring enlightenment. In essence, a sermon is not merely about dissecting or exposing the Bible. A sermon must carry a message for the present moment, and every truth conveyed must have practical implications. That is why true theology brings transformation—not only for the speaker but also for the listeners. This change will be felt and witnessed by those around us. Mere theological debates are endless because theology can be stretched in many directions like rubber, and people usually always claim to be the most correct.

So, a change in the way of thinking from the truths we hear, ultimately results in a change in the direction of life. This is more than just a moral transformation. This change in life direction affects our entire philosophy of life, our heart’s attitude, the attitude of the mind, our entire lifestyle, and it can direct us toward the world to come. And this is something we have never experienced before. Therefore, this change in mindset must occur continuously. In Hebrew, syub שׁוּב)), means to turn around. In Greek, metanoia (μετάνοια). And for believers, this change in mindset changes the entire philosophy of life, attitude of the heart, inner attitude, until we feel that we are not of this world. This is very important, because the root of all evil is the love of money. So what must be defeated is the love of money, until we feel that we are not of this world.

Transformation is a continuous and ongoing change; it is not merely a moment but a process that must take place every day. And God is amazing at changing us. From the logos (λόγος) that we hear, becomes the Word in the form of understanding. Then, through life experiences where we hear God speak based on the logos we have received, it becomes rhema (ῥῆμα). And this cuts deeper. For example, when we hear the Word, "love your enemies," it is recorded in our minds. But when we are actually treated as enemies, our hearts hurt. Then, we hear that voice again—"love your enemies"—and we practice it. At that moment, it cuts deeper and becomes part of our conscience. God cannot change us without events or experiences. That is why He works through all things for good.

History shows that every transformation almost always goes through a process, the result of each individual’s struggle. It is not instant. Europe was saved by hearing the Gospel through the hard work of the apostles, especially Paul, over a long period. The same applies to us. We, too, must go through a long process to experience transformation. The question is, why does God want believers to continuously undergo the renewal of their minds? Because what controls our minds controls us. If we go to church once a week to listen to a sermon—which may not even be clear—then we do not have a biblical mindset, the mind of God.

Essentially, in every spiritual gathering, something is always being prepared—there is a circuit that will eventually trigger an explosion. This explosion cannot happen after just one sermon. Therefore, every opportunity to hear a sermon should be taken seriously. However, to reach the depth of heart that can say, “Take me to heaven,” an explosion is needed. Changing one’s thinking pattern is not easy. It takes time, hard work, and God does not magically transform our way of thinking into the new mindset He desires in an instant.

One day, when we stand before God and see the law of truth, we will deeply regret not taking full advantage of this precious opportunity. We must not get caught up in organizational matters; instead, we must focus on the truth that transforms us. Renewal here means a continuous deepening of understanding so that we become fully aware of the reality of God. Each person experiences the reality of God differently. If the awareness of God's reality grips a person’s life, making them conscious that they are living under God's rule, then every word they speak and every action they take will be carefully considered: Does this hurt God's heart or not?

However, people's way of life has been misguided—they live as they please. In reality, every word we speak should be carefully weighed. Our reactions to every situation reveal whether we are children of God or children of the world. Remember! Our minds can be a place where the devil gains access to fulfill his will and execute his plans. But our minds can also be a stronghold where the Holy Spirit works and fulfills God's plan in our lives—leading us to become Corpus Delicti, perfect like Jesus, and helping others to become Corpus Delicti, perfect like Jesus.

CHANGES IN THINKING PATTERNS FROM THE TRUTHS WE HEAR, ACTUALLY RESULT IN CHANGES IN THE DIRECTION OF LIFE.

Card image
PERUBAHAN ARAH HIDUP - 21 Maret 2025
2025-03-23 10:01:43


Perubahan cara berpikir melahirkan pengertian yang baru. Jadi, tidak heran kalau seorang hamba Tuhan bisa menulis buku begitu banyak, karena dia terus mengalami perubahan cara berpikir. Juga materi khotbah yang selalu memberi pencerahan. Sejatinya, khotbah itu bukan hanya membedah Alkitab atau mengeksposisi Alkitab. Khotbah harus memuat pesan saat itu dan setiap kebenaran yang dikemukakan harus ada implikasinya. Itulah sebabnya teologi yang benar itu mengubah; baik si pembicara maupun yang mendengar. Dan perubahan itu akan dirasakan dan dibuktikan orang sekitar kita. Sebab kalau hanya perdebatan teologi, itu tidak ada habisnya sebab teologi itu bisa ditarik ke mana pun seperti karet, dan orang biasanya selalu mengaku dirinya paling benar.

Jadi, perubahan pola berpikir dari kebenaran-kebenaran yang kita dengar, sejatinya mengakibatkan perubahan arah hidup. Ini lebih dari perubahan moral. Perubahan arah hidup ini menyangkut seluruh filosofi hidup kita, menyangkut perubahan sikap hati, sikap batin, seluruh gaya hidup kita, dan arah hidup kita itu bisa ke arah dunia yang akan datang. Dan itu tidak pernah bisa kita alami dulu. Karena itu, perubahan pola berpikir ini harus terjadi terus-menerus. Kalau dalam bahasa Ibrani, syub (שׁוּב), artinya berbalik. Kalau di dalam bahasa Yunani, metanoia (μετάνοια). Dan bagi orang percaya, perubahan pola berpikir itu merubah seluruh filosofi hidup, sikap hati, sikap batin, sampai kita merasa bukan berasal dari dunia ini. Ini hal yang sangat penting, karena akar segala kejahatan adalah cinta uang. Jadi yang harus dikalahkan adalah cinta uang itu, sampai kita merasa bukan berasal dari dunia ini.

Maka, transformasi adalah perubahan yang berlangsung terus-menerus atau berkesinambungan; bukan sebuah momentum, melainkan sebuah proses yang harus berlangsung setiap hari. Dan Tuhan itu luar biasa mengubah kita. Dari logos (λόγος) yang kita dengar, jadi firman dalam bentuk pengertian. Lalu, melalui pengalaman-pengalaman hidup di mana kita mendengar Tuhan berbicara berdasarkan logos yang pernah kita terima tersebut, hingga menjadi rhema (ῥῆμα). Dan itu lebih menggores. Kalau kita mendengar firman, “kasihi musuhmu,” itu terekam di dalam pikiran kita. Namun pada saat kita dimusuhi, hati kita sakit, lalu kita mendengar suara itu “kasihi musuhmu” dan kita menjalaninya, maka itu menggores lebih dalam menjadi nurani kita. Allah tidak bisa mengubah kita tanpa peristiwa, tanpa kejadian. Itulah sebabnya Allah bekerja dalam segala hal mendatangkan kebaikan.

Dalam sejarah dapat dijumpai bahwa setiap perubahan hampir selalu melalui mekanisme proses, hasil perjuangan setiap individu. Bukan sesuatu yang instan. Eropa itu bisa diselamatkan karena mendengar Injil lewat kerja keras para rasul, khususnya rasul Paulus, lewat perjalanan waktu yang panjang. Demikian pula kita. Kita bisa mengalami perubahan itu juga harus melalui proses panjang. Pertanyaannya, mengapa Tuhan menghendaki orang percaya terus-menerus mengalami proses pembaharuan pikiran? Sebab apa yang menguasai pikiran kita, menguasai kita. Kalau kita ke gereja seminggu sekali mendengar khotbah—yang khotbahnya pun belum tentu jelas—maka kita tidak memiliki pikiran Alkitab, pikiran Tuhan.

Sejatinya, dalam setiap pertemuan rohani pasti ada sesuatu yang dipersiapkan atau sirkuit yang akan menjadi ledakan. Jadi, tidak bisa meledak dalam satu kali mendengar khotbah. Sehingga, mestinya setiap kali ada kesempatan mendengar khotbah, kita dengarkan. Namun, untuk menemukan getar hati yang bisa berkata, “bawa aku ke surga,” itu perlu ledakan. Mengubah pola berpikir bukan sesuatu yang mudah. Membutuhkan waktu, kerja keras, dan Tuhan tidak menyulap pola berpikir kita berubah menjadi pola berpikir yang baru seperti yang Dia inginkan, dalam sekejap.

Kalau kita nanti suatu hari menghadap Tuhan, lalu melihat hukum kebenaran ini, kita akan sangat menyesal kalau kita tidak memanfaatkan kesempatan yang berharga ini. Kita tidak boleh terjebak dengan urusan organisasi, sebaliknya, kita harus fokus kepada kebenaran yang mengubah kita. Pembaharuan di sini artinya sama dengan pembaruan pengertian yang terus-menerus berlangsung sehingga kita memiliki kesadaran terhadap realitas Allah. Realitas Allah dihayati berbeda oleh masing-masing kita. Apabila penghayatan akan realitas Allah itu mencengkeram hidup seseorang, sehingga dalam kesadarannya ia tahu bahwa ia hidup di dalam pemerintahan Allah, maka setiap kata yang dia ucapkan, setiap tindakan yang dia lakukan, pasti diperhitungkan dengan benar: apakah ini melukai hati Tuhan atau tidak?

Namun selama ini, irama hidup orang sudah salah; suka-sukanya sendiri. Seharusnya, setiap kata yang kita ucapkan harus dipertimbangkan. Juga reaksi kita terhadap setiap keadaan atau kejadian yang mana menunjukkan kita adalah anak-anak Allah atau anak dunia. Ingat! Pikiran kita bisa menjadi tempat di mana Iblis berakses untuk memenuhi dan melaksanakan kehendaknya guna menggenapi rencananya. Tetapi pikiran kita juga bisa menjadi pangkalan di mana Roh Kudus bekerja dan menggenapi rencana Allah dalam hidup kita, yaitu menjadi Corpus Delicti, sempurna seperti Yesus, dan menolong orang lain untuk menjadi Corpus Delicti sempurna seperti Yesus.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PERUBAHAN POLA BERPIKIR DARI KEBENARAN-KEBENARAN YANG KITA DENGAR, SEJATINYA MENGAKIBATKAN PERUBAHAN ARAH HIDUP.

Card image
Truth Kids 20 Maret 2025 - TUHAN YANG DEKAT
2025-03-20 21:03:00


Mazmur 34:18
”Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya.”

Sobat Kids, siapa yang pernah merasa sedih? Mungkin karena mainan kesayangan rusak, bertengkar dengan teman, atau mungkin ada hal lain yang membuat hati kalian terasa berat. Rasanya tidak enak, ya? Kadang kita ingin menangis dan merasa kesepian, namun tahukah kalian kalau ada satu Pribadi yang selalu ada dan menghibur kita? Ya, Tuhan! Artinya, saat kita sedih, Tuhan tidak jauh-jauh. Dia ada di dekat kita, memeluk kita dengan kasih-Nya. Seperti seorang sahabat yang setia, Tuhan ingin mendengar semua keluh kesahmu. Kamu bisa cerita apa saja kepada-Nya lewat doa. Bayangkan ini: saat kamu menangis, Tuhan hadir dan dengan lembut menghapus air matamu serta berkata, "Aku ada di sini. Jangan takut." Tuhan tidak hanya menghibur, tapi juga memberi kekuatan supaya kita bisa tersenyum lagi.

Jadi, Sobat Kids, kalau hati kalian sedih, ingatlah bahwa Tuhan itu selalu dekat. Dia mengasihimu dan peduli pada perasaanmu. Yuk, berdoa kepada Tuhan hari ini! Ceritakan isi hatimu dan biarkan Dia menghiburmu. Karena bersama Tuhan, kesedihan bisa berubah jadi sukacita!

Card image
Truth Junior 20 Maret 2025 - TIDAK LAGI KU SEDIH
2025-03-20 20:54:55


Mazmur 34:18
”Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya.”

Sobat Junior, apa yang kalian lakukan ketika sedang sedih? Kesedihan itu seperti awan gelap yang menutupi sinar matahari. Namun, yang sering kita lupa, di balik awan itu ada matahari yang tetap bersinar. Begitu juga kita, ketika hati kita penuh kesedihan, sebenarnya ada Tuhan yang selalu dekat untuk memberikan penghiburan.

Hana adalah seorang wanita yang hatinya sangat sedih karena belum memiliki anak. Meski banyak yang mengejeknya, Hana tidak berhenti berdoa. Dia mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan dengan penuh iman. Hingga akhirnya, Tuhan mendengar doanya dan memberkatinya dengan seorang anak bernama Samuel, yang kemudian menjadi nabi besar bagi bangsa Israel.

Ketika kalian merasa sedih, mungkin karena dimarahi, kehilangan mainan kesayangan, atau bertengkar dengan teman, jangan simpan semuanya sendiri. Kalian bisa datang kepada Tuhan. Berdoalah, ceritakan semuanya kepada-Nya seperti yang Hana sudah lakukan. Kalian bisa mengatakan, “Tuhan, aku sedih. Tolong hibur hatiku.” Tuhan akan memberi kalian damai di hati, bahkan mungkin melalui orang tua, guru, atau teman yang datang untuk menghibur kalian.

Sobat Junior, ingatlah bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita, terutama saat kita bersedih. Dia adalah sumber penghiburan sejati yang selalu ada untuk menguatkan hati kita. Tuhan adalah tempat berlindung yang aman, terutama di saat-saat sulit. Mulai sekarang, jangan merasa sendiri dan bersedih lagi, ya!

Card image
Truth Youth 20 Maret 2025 (English Version) - I AM ROOT!
2025-03-20 20:51:56


"Blessed is the one who trusts in the LORD, whose confidence is in Him. They will be like a tree planted by the water that sends out its roots by the stream. It does not fear when heat comes; its leaves are always green. It has no worries in a year of drought and never fails to bear fruit." (Jeremiah 17:7-8)

Jeremiah 17:7-8 tells us that those who trust in God are like trees planted by the water. Their roots go deep into the ground to find water, so even when drought or heat comes, they stay strong, their leaves remain green, and they continue to bear fruit. If we compare this to our lives, our faith is like the roots. But honestly, in real life, we often get caught up in taking care of the "leaves"—things like trendy lifestyles, chasing worldly goals, or worrying about what others think of us. However, if our roots are weak, even the smallest problems can shake us.

Think about this: Have you ever seen a magnificent bridge, like the Golden Gate Bridge? We admire its grandeur, but we rarely pay attention to its foundation, buried deep in the ground. That foundation is what keeps the bridge standing strong, no matter the storms, earthquakes, or extreme weather. The same goes for our lives. If our faith foundation is shallow, we will collapse when trials come.

Unfortunately, distractions like social media and peer influence often keep us focused on external appearances rather than our spiritual growth in Christ. As a result, our roots in Him remain weak.

So, how can we grow strong roots in Christ? It’s simple—here are three things we can do. First, *pray*. Prayer is like charging your phone; you can’t function well if your heart isn’t connected to God. Second, read the Bible. God’s Word is food for our faith. If we only feed our hearts with worldly things (like endless social media scrolling), our faith will wither. Start small—just 5-10 minutes of Bible reading a day. Third, join a Christian community. Don’t walk this journey alone. Surround yourself with friends who love God because they are your real support system. They’ll help you stand when you start to fall.

So, focus on growing your roots deeper in Christ, rather than just decorating the "leaves" of your life. A strong faith won’t just keep you standing firm in the storms but will also make you a blessing to those around you. If Groot from Guardians of the Galaxy says, “I am Groot!” then we say, “I am Root!” (Okay, that was a bit cringy, but you get the point!)

WHAT TO DO:
1. Pray daily, at least 30 minutes.
2. Read God’s Word every day, at least one verse.
3. Find or create a Christian community, like a faith-based friend group or church small group.

BIBLE MARATHON:
▪ Judges 17-19

Card image
Truth Youth 20 Maret 2025 - I AM ROOT!
2025-03-20 19:16:58


”Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak khawatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.” (Yeremia 17:7-8)

Yeremia 17:7-8 bilang bahwa orang yang berharap sama Tuhan itu seperti pohon yang ditanam di tepi air. Akar-akarnya menembus jauh ke dalam tanah untuk mencari sumber air, jadi meskipun musim panas atau kekeringan melanda, pohon itu tetap stay cool, daunnya hijau, dan tetap berbuah. Kalau diumpamakan ke hidup kita, akar itu ya iman kita. Dan jujur saja, di kehidupan nyata, sering banget kita sibuk banget ngurusin “daun-daun” alias hal-hal luar kayak gaya hidup kekinian, mengejar goals duniawi, atau ngepoin apa yang orang lain pikirkan soal kita. Padahal, kalau akar kita nggak kuat, pas ada masalah sedikit saja kita langsung goyah.

Coba deh pikirkan ini; pernah lihat jembatan besar yang keren banget? Contohnya, Golden Gate Bridge. Kita bisa nikmatin megahnya jembatan itu, tapi jarang banget kita ngeh sama struktur bawahnya, fondasi yang ditanam jauh banget ke dalam tanah. Fondasi itulah yang bikin jembatan bisa stay strong, nggak peduli ada badai, gempa, atau cuaca ekstrem. Sama dengan hidup kita. Kalau akar alias fondasi iman kita dangkal, ya siap-siap saja roboh pas cobaan datang.

Tetapi terkadang, kita suka ter-distract dengan hal-hal yang sebenarnya tidak penting dalam kehidupan rohani kita, karena media sosial dan pergaulan yang fokusnya hanya pada penampilan luar. Akibatnya, pertumbuhan akar kita di dalam Kristus jadi terbengkalai.

Pertanyaannya sekarang, _gimana caranya biar akar kita di Kristus tumbuh kuat? Simpel kok, ada tiga hal yang bisa kita lakukan. Pertama, doa. Doa itu kayak nge-charge HP. Enggak mungkin kita bisa menjalani hidup on point kalau hati kita nggak terhubung sama Tuhan. Kedua, baca firman Tuhan. Firman itu makanan buat iman kita. Kalau cuma kasih makan hati kita sama hal-hal duniawi (kayak scrolling media sosial nonstop), iman kita bakal kering kerontang. Mulailah baca Alkitab, walau cuma 5-10 menit sehari. Ketiga, komunitas rohani. Jangan sok jalan sendiri. Teman-teman yang cinta Tuhan itu the real support system, mereka yang bakal bantu kamu berdiri waktu kamu mulai jatuh.

Jadi, fokuslah buat menanam roots kamu makin dalam di Kristus. Jangan cuma sibuk ngehias “daun” hidupmu. Kalau iman kamu kuat,nggak cuma kamu bisa berdiri kokoh waktu badai datang, tapi kamu juga bakal jadi berkat buat orang di sekitarmu. Kalau Groot dari Guardian of the Galaxy bilang “I am Groot!”, kita bilang “I am Root! Hehe… gaje ya?”

WHAT TO DO:
1.Berdoa setiap hari, minimal 30 menit
2.Baca firman Tuhan setiap hari, minimal 1 ayat setiap hari
3.Carilah atau buatlah suatu komunitas rohani, seperti geng pertemanan yang kristiani, komsel gereja, dll.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hakim-hakim 17-19

Card image
Renungan Pagi - 20 Maret 2025
2025-03-20 19:12:09


Iman yang benar adalah iman yang disertai dengan tindakan, karena iman yang benar adalah iman yang maju bukan iman yang bertahan, iman yang benar adalah iman yang lahir dari kehidupan yang benar.

Untuk memiliki iman yang benar, kita harus membangun dasar yang kokoh yaitu memiliki iman yang hanya tertuju kepada Allah.

Memiliki iman yang benar dan kokoh, artinya tidak bimbang, tidak menimbang-nimbang, tidak setengah hati, tapi teguh dan kokoh dalam keyakinan kepada Allah.

Card image
Quote Of The Day - 20 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono
2025-03-20 19:10:40


Kalau pertobatan seseorang masih setengah-setengah, sekadar formalitas agama, maka dia tidak akan bisa mengikut Yesus dan diubah oleh Yesus.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 20 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-20 19:09:07


Kehidupan Kristen adalah kehidupan yang harus terus berubah, seperti sebuah organisme. Jadi, kekristenan tidak boleh hanya menjadi lembaga organisasi, tetapi harus menjadi organisme yang hidup.

Card image
TRANSFORMATION - 20 Maret 2025 (English Version)
2025-03-20 19:07:17


The Christian life is a life that must constantly change, like a living organism. Therefore, Christianity should not merely be an organizational institution but must be a living organism. In this process of change, believers undergo transformation. This is an essential process that must take place in the life of every believer. Through this process, believers will increasingly understand God’s will—what is good, pleasing, and perfect—so that they become people who do the Father’s will. The Holy Spirit will actively transform believers into individuals of excellence in the eyes of God.

Therefore, if we do not undergo a process of change, if we do not experience transformation, it means we are not Christians. We may only be church members but not part of the living organism of God’s Kingdom. We must honestly examine ourselves, whether we have experienced changes according to the standards of change in the lives of God’s children or not? Indeed, the problem is that many people do not understand the standard of life for God’s children. However, we certainly have a conscience to see our own condition. Questions for introspection: Have we experienced a significant change; a change that makes us not the same as this world?

Romans 12:1-2: "Therefore, brothers and sisters, in view of God’s mercy, I urge you to offer your bodies as a living sacrifice, holy and pleasing to God—this is your true and proper worship. Do not conform to the pattern of this world, but be transformed by the renewing of your mind. Then you will be able to test and approve what God’s will is—his good, pleasing, and perfect will."

The first verse cannot be separated from the second. The essence is that the Christian life is that the Christian life is a life that is dedicated entirely to God. So, there is no part for other purposes. And true worship will be marked by a person's condition that is not the same as the world. It is indeed a challenge when people do not yet understand the standard of living as God’s children. However, our conscience will still speak: Do we find ourselves in the same condition as those around us, or do we possess a distinct excellence that they do not have? The word “transformation” refers to a process of change (Greek: metamorfoste μεταμορφωσθε). We cannot deny the reality that many Christians, in principle, do not experience any change at all.

Even if life experiences make a person mentally mature, this is not the spiritual maturity that God intends. What God desires is transformation through renewal (Greek: anakainosis ἀνακαίνωσις)—renewing, renovation. This refers to something being changed, renewed, or made into another form. And this change begins with the mind. In the original language, "mind" comes from the word knows, which means mind. Paul wrote it in 2 Corinthians 3:18, "And we all, who with unveiled faces reflect the Lord’s glory, are being transformed into his image with ever-increasing glory, which comes from the Lord, who is the Spirit."

We are transformed, metamorphoo, to become like His image. This confirms what we often declare: salvation is God's effort or process upon humanity to restore humanity to God's original design. We always voice this, and we must truly pay attention to the fact that our life journey is a journey of transformation—like a living organism. Not to conform to the world, but to be conformed to Jesus, until we fully radiate God's perfect glory.

Honestly, many of us feel that we have not radiated the strong glory of God. But we are grateful, through the experiences we have gone through, we learn how to wear the character of Christ. And be prepared, for those of us who really want to be changed. We can have a 'bitter experience,' like the Lord Jesus experienced, in fact at that time we are challenged to respond to the situation with actions like the Lord Jesus did. And if such situations can happen several times and repeatedly, continue to act like Christ. So, nothing happens by chance and nothing happens automatically; everything must go through struggle.

God Himself is bound by His law. He cannot or will not change people mystically, spectacularly. The blind can see, the lame can walk, but changing the way of thinking so as to change the way of life of a person requires a process. From the side of the Holy Spirit, He works to change each individual to become what the Father wants; and from the individual side, we must give ourselves to be changed. So, changing the way of thinking is a continuous process of God's hard work through the Holy Spirit, and our hard work.

THE HOLY SPIRIT WILL ACTIVELY TRANSFORM BELIEVERS INTO INDIVIDUALS OF EXCELLENCE IN THE EYES OF GOD.

Card image
TRANSFORMASI - 20 Maret 2025
2025-03-20 19:05:30


Kehidupan Kristen adalah kehidupan yang harus terus berubah, seperti sebuah organisme. Jadi, kekristenan tidak boleh hanya menjadi lembaga organisasi, tetapi harus menjadi organisme yang hidup. Di dalam proses perubahan tersebut, orang percaya mengalami transformasi. Ini proses penting yang harus terjadi dalam kehidupan setiap orang percaya. Dengan proses ini, orang percaya akan semakin mengerti kehendak Tuhan—apa yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna—sehingga menjadi orang-orang yang melakukan kehendak Bapa. Roh Kudus akan giat mentransformasi orang percaya untuk menjadi pribadi unggul di mata Allah.

Jadi, kalau kita tidak mengalami proses perubahan, tidak mengalami proses transformasi, berarti kita bukan orang Kristen. Kita baru hanya menjadi anggota gereja, tetapi bukan organisme Kerajaan Allah. Kita harus jujur memeriksa diri kita, apakah kita mengalami perubahan sesuai dengan standar perubahan kehidupan anak-anak Allah atau tidak? Ya, memang masalahnya, banyak orang tidak mengerti standar kehidupan anak-anak Allah itu. Namun, pasti kita memiliki nurani untuk melihat keadaan diri kita sendiri. Pertanyaan untuk introspeksi: Apakah kita mengalami sebuah perubahan yang signifikan; perubahan yang membuat kita tidak menjadi sama dengan dunia ini?

Roma 12:1-2, “Karena itu, Saudara-saudara, demi kemurahan Allah, aku menasihatkan kamu supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah. Itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna.”

Ayat pertama ini tidak bisa dilepas dari ayat yang kedua. Ya intinya adalah bahwa kehidupan Kristen adalah kehidupan yang dipersembahkan sepenuhnya bagi Allah. Jadi, tidak ada bagian untuk maksud yang lain. Dan ibadah yang sejati akan ditandai dengan keadaan seseorang yang tidak sama dengan dunia. Memang menjadi masalah kalau orang belum mengerti standar hidup anak-anak Allah tersebut. Namun bagaimanapun, nurani kita akan berbicara: Apakah kita berkeadaan sama dengan orang di sekitar kita, atau kita memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh mereka? Kata “transformasi” berarti suatu proses perubahan (Yun. metamorfoste μεταμορφωσθε). Kita tidak menyangkal kenyataan, bahwa banyak orang Kristen yang pada prinsipnya tidak mengalami perubahan sama sekali.

Kalaupun pengalaman hidup membuat seseorang menjadi dewasa mental, itu bukanlah kedewasaan rohani yang dimaksudkan oleh Tuhan, sebab yang Tuhan mau adalah berubah oleh pembaharuan (Yun. anakainosis ἀνακαίνωσις), renewing, pembaharuan, renovasi. Hal ini menunjuk kepada sesuatu yang diubah, diperbarui, atau dibuat dalam bentuk lain. Dan perubahan itu dimulai dari budi. Dalam bahasa aslinya, “budi” berasal dari kata knows, yang artinya pikiran. Paulus menuliskannya dalam 2 Korintus 3:18, “Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa...”

Kita diubah, di-transform, kita di-metamorphoo menjadi serupa dengan gambar-Nya. Jadi memang benar, yang sering kita kemukakan, bahwa keselamatan merupakan usaha atau proses dari Allah atas manusia untuk mengembalikan manusia ke rancangan Allah semula. Kita selalu menyuarakan hal ini, dan kita harus benar-benar memperhatikan bahwa perjalanan hidup kita adalah perjalanan perubahan seperti sebuah organisme yang hidup. Tidak serupa dengan dunia, tetapi serupa dengan Yesus. Sampai kita benar-benar memancarkan kemuliaan Tuhan yang sempurna.

Sejujurnya, banyak di antara kita yang merasa belum memancarkan kemuliaan Allah yang kuat. Namun kita bersyukur, melalui pengalaman-pengalaman yang kita jalani, maka kita belajar bagaimana mengenakan karakter Kristus. Dan bersiaplah, bagi kita yang sungguh-sungguh mau diubah. Kita bisa memiliki ‘pengalaman pahit,’ seperti yang dialami Tuhan Yesus, sejatinya pada saat itulah kita ditantang untuk merespons keadaan tersebut dengan tindakan seperti yang dilakukan Tuhan Yesus. Dan kalau itu bisa terjadi beberapa kali dan berulang, teruslah bersikap seperti Kristus. Jadi, tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan dan tidak ada sesuatu yang terjadi secara otomatis; semua mesti melalui perjuangan.

Allah sendiri terikat dengan hukum-Nya. Ia tidak bisa atau tidak mau mengubah orang secara mistis, secara spektakuler. Orang buta bisa melihat, timpang bisa jalan, tetapi mengubah cara berpikir sehingga mengubah gaya hidup, cara hidup seseorang perlu proses. Dari pihak Roh Kudus, Ia bekerja untuk mengubah setiap individu untuk menjadi seperti yang Bapa mau; dan dari pihak individu, kita harus memberi diri untuk diubah. Jadi, perubahan pola berpikir merupakan proses berkesinambungan dari kerja keras Tuhan melalui Roh Kudus, dan kerja keras kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ROH KUDUS AKAN GIAT MENTRANSFORMASI ORANG PERCAYA UNTUK MENJADI PRIBADI UNGGUL DI MATA ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 Maret 2025
2025-03-20 19:02:48

Ulangan 30-31

Card image
Truth Kids 19 Maret 2025 - TUHAN MELUKIS HIDUP KITA
2025-03-19 21:46:16


Yeremia 29:11
”Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”

"Lili, menurutmu, bagaimana masa depan kita nanti?" tanya Dito kepada temannya ketika sedang bermain di taman. "Aku kadang takut, Dito. Bagaimana kalau aku gagal di sekolah atau tidak bisa menjadi seperti yang mama papa harapkan?" jawab Lili sambil memandangi langit. Dito tersenyum dan berkata, "Aku pernah dengar guru Sekolah Minggu bilang kalau Tuhan sudah punya rencana yang indah buat kita semua. Tuhan itu seperti Pelukis hebat, Lili. Dia sedang melukis hidup kita dengan warna-warna yang indah. Kadang kita hanya melihat warna gelap atau coretan yang tidak kita mengerti. Tapi suatu hari nanti, kita akan melihat lukisan indah itu!" Lili tersenyum kecil dan bertanya, "Jadi, kita nggak perlu khawatir, ya, Dito?" "Benar, Lili! Tugas kita percaya kepada Tuhan, rajin berdoa, dan melakukan yang terbaik. Selebihnya, serahkan sama Tuhan. Dia nggak pernah salah," jawab Dito penuh semangat.

Sobat Kids, Tuhan punya rencana yang sangat indah untuk masa depan kita. Kadang kita tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi percayalah, Tuhan selalu menyertai kita. Yuk, kita belajar percaya sepenuhnya kepada Tuhan dan lakukan yang terbaik setiap hari!

Card image
Trurh Junior 19 Maret 2025 - RENCANA INDAHMU
2025-03-19 21:43:51


Yeremia 29:11
”Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”

Sobat Junior, hidup sering terasa seperti menyusun puzzle. Potongannya terlihat berantakan, tidak jelas bentuk akhirnya, dan kadang kita bingung dari mana harus memulai. Namun ingatlah, Tuhan adalah Perancang yang sudah tahu hasil akhirnya. Seperti dalam ayat Alkitab kita hari ini, Tuhan berkata bahwa rancangan-Nya untuk kita adalah damai sejahtera, bukan kecelakaan.

Yusuf adalah contoh nyata dari rencana Tuhan yang luar biasa. Saat dia dijual oleh saudara-saudaranya, dipenjara karena fitnah, dan hidup jauh dari keluarga, Yusuf mungkin merasa seperti potongan puzzle yang hilang. Tapi Yusuf tidak menyerah. Dia tetap setia kepada Tuhan, hingga akhirnya, Tuhan memakai Yusuf untuk menjadi pemimpin besar di Mesir, menyelamatkan banyak orang dari kelaparan, termasuk keluarganya sendiri.

Sobat Junior, kalian juga mungkin pernah merasakan situasi di mana rencana kalian tidak berjalan sesuai harapan, seperti gagal dalam ujian atau merasa kesulitan mencapai cita-cita. Jangan menyerah! Tuhan juga punya rencana indah untuk hidup kalian. Saat kalian bingung, berdoalah kepada Tuhan, “Tuhan, tunjukkan rencana-Mu dalam hidupku.”

Percayalah, seperti puzzle yang akhirnya tersusun indah, Tuhan juga sedang bekerja menyusun hidup kalian menjadi luar biasa. Tuhan sudah melihat gambaran besar yang belum bisa kita lihat saat ini. Jangan sampai kita merasa ragu dan khawatir akan masa depan kita, karena Tuhan memiliki rencana yang indah dan ajaib. Tugas kita hanya berdoa, percaya, dan terus berusaha melakukan hal yang terbaik. Tetap semangat ya, Sobat Junior!

Card image
Truth Youth 19 Maret 2025 - REFLECTING CHRIST
2025-03-19 21:37:36


“You are the light of the world. A town built on a hill cannot be hidden. Neither do people light a lamp and put it under a bowl. Instead, they put it on its stand, and it gives light to everyone in the house.” (Matthew 5:14-15)

Friends, you must know what a mirror is, right? Especially for the ladies, it’s hard to live without a mirror! But do you know what a mirror is and its function? Essentially, a mirror is used as a tool to help tidy up our appearance. It’s also used to see intersections or rear areas, like in vehicle mirrors for motorcycles, cars, trucks, and buses. A mirror also reflects light without distorting it.

As Christians, we have a calling from God to be the light of the world. Jesus Himself said, “You are the light!” This shows that each of us is meant to be a light in this dark world. The light we have doesn’t come from our own strength or abilities but from God, who lives in us.

Being a light isn’t an option for God’s children; it’s an identity that’s attached to us from the moment we are born into this world. When we realize that our true identity is to be a light, we should naturally shine in our surroundings. Whether at home, school, college, work, or anywhere else, we must reflect Christ, who is the Source of Light.

However, it’s undeniable that many young Christians aren’t aware of this identity. It’s no wonder that their lives become stumbling blocks to others—disrespectful to parents, disinterested in ministry, or even ashamed to admit they are followers of Christ. It’s crucial to awaken and reclaim our true identity. To do this in a dark world, we need a total transformation from our sinful nature to a divine nature. We must put on the mind and heart of Christ in every aspect of our lives, which is how we reflect His light to the world and become a reflection of Christ.

Therefore, the statement “you are the light of the world” reminds us that every Christian carries the light of Christ, which must be reflected to others. This light should shine through our lives, words, and actions. Start with small things at home by caring for your parents, excel in school through good means, and in your social or community life, avoid being a toxic person.

WHAT TO DO:
1. First, realize that we are created by God and live for His glory. Whatever the world says about us isn’t true; only God’s Word is true.
2. The awareness that we are the light can only come from having a close relationship with God, where He dwells in us. This is done through prayer and reading the Bible.

BIBLE MARATHON:
▪ Judges 14-16

Card image
Truth Youth 19 Maret 2025 - CERMINAN KRISTUS
2025-03-19 20:21:47


”Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.” (Matius 5:14-15)

Teman-teman pasti tahu apa itu cermin, khususnya yang perempuan pasti hampir tidak bisa lepas dari cermin, kan? Tapi, kalian tahu gak apa itu cermin dan apa fungsinya? Pada dasarnya keberadaan cermin memang dipakai sebagai alat bantu merapikan penampilan, selain itu juga melihat jalan persimpangan hingga melihat area belakang seperti pada spion kendaraan bermotor, mobil hingga truk dan bus. Cermin juga berfungsi untuk memantulkan cahaya tanpa membiaskannya.

Suatu panggilan yang mutlak dari Tuhan bagi setiap kita orang Kristen yakni harus menjadi terang bagi dunia ini. Tuhan Yesus sendiri dalam perkataan-Nya menyatakan, “Kamu adalah terang!” Hal ini menunjukkan bahwa setiap kita hadir di dalam dunia yang gelap ini memang harus menjadi terang. Terang yang diperoleh bukan karena kekuatan atau kehebatan diri sendiri, melainkan oleh karena Tuhan yang hidup di dalam kehidupan kita.

Menjadi terang bukanlah sebuah pilihan untuk anak-anak Tuhan, melainkan sebuah identitas yang melekat sejak kita hadir di bumi ini. Ketika kita sadar bahwa identitas kita yang sesungguhnya adalah terang, maka sudah seharusnya kita menerangi sekeliling kita. Baik kita di rumah, di sekolah, di tempat kuliah, di tempat kerja, dan di mana pun keberadaan diri kita, harus menjadi cerminan Kristus yang merupakan Sang Sumber Terang itu.

Namun tidak bisa dipungkiri banyak anak-anak muda Kristen yang tidak menyadari akan identitasnya ini. Maka tidak heran jika hidupnya menjadi batu sandungan bagi orang lain, tidak hormat kepada orang tua, tidak suka dengan lingkungan pelayanan, bahkan malu untuk mengaku jika dirinya adalah pengikut Kristus. Maka penting untuk segera sadar dan mengenakan kembali identitas kita yang sesungguhnya ini. Untuk mengenakan kembali identitas ini di tengah dunia yang gelap adalah dengan perubahan yang total dari kodrat dosa menjadi kodrat ilahi. Mengenakan pikiran dan perasaan Tuhan Yesus dalam segala aspek kehidupan kita, ini merupakan cara kita memancarkan terang Kristus bagi dunia, sehingga kita akan disebut sebagai cerminan Kristus.

Oleh sebab itu, tentang “kita adalah terang dunia” itu menyadarkan bahwa setiap orang Kristen memiliki terang Kristus yang harus direfleksikan kepada orang lain. Terang Kristus ini harus memancar melalui kehidupan, perkataan, dan perbuatan. Mulai dari hal-hal kecil di rumah dengan peduli kepada orang tua, jika di sekolah harus berprestasi dengan cara yang baik, dan saat di lingkungan pertemanan atau masyarakat tidak menjadi pribadi yang toxic.

WHAT TO DO:
1.Sadari terlebih dahulu jika kita ini diciptakan Tuhan dan hidup untuk kemuliaan-Nya. Maka apa pun yang dunia katakan tentang diri kita itu tidaklah benar, yang benar hanya perkataan Tuhan.
2.Kesadaran jika kita adalah terang hanya bisa diperoleh dengan kita punya hubungan erat dengan Tuhan, dan Ia harus tinggal di dalam diri kita. Ini dilakukan dengan doa dan baca Alkitab.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hakim-hakim 14-16

Card image
Renungan Pagi - 19 Maret 2025
2025-03-19 20:17:22


Kita boleh saja berkata saya kristen dan cinta Yesus, saya anggota gereja dan pelayan Tuhan digereja, tetapi kalau hati tidak melekat pada Tuhan, tidak memiliki keintiman dengan Tuhan, maka apa yang kita lakukan tidak berarti apa-apa.

Kalau kita hidup melekat pada Tuhan, maka tidak akan hidup sembarangan, akan selalu mengerjakan yang terbaik buat Tuhan, sehingga apa yang Tuhan janjikan menjadi bagian kita.

Card image
Quote Of The Day - 19 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-19 20:16:24


Roh Kudus akan pimpin dan tolong kita, tapi niat untuk benar-benar bertobat dan menghasilkan buah-buah pertobatan harus dari kita sendiri.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 19 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-19 20:12:50


Kalau seseorang sudah tidak memiliki atmosfer Kerajaan Surga, maka ia pasti tidak mengingini surga. Sebab suasana dunia mencengkeram dirinya yaitu keinginan daging, keinginan mata, keangkuhan hidup.

Card image
UNFAITHFULNESS - 19 Maret 2025 (English Version)
2025-03-19 20:10:35


If someone no longer possesses the atmosphere of the Kingdom of Heaven, then they surely do not long for heaven. This is because the atmosphere of the world has gripped them—the lust of the flesh, the lust of the eyes, and the pride of life. Naturally, they also do not long to meet Jesus or return to heaven. They usually think that life is only given once on this earth, and there is no life in another world. For them, heaven is a different kind of life—though they may believe it is beautiful, they do not truly desire to enter the Kingdom of Heaven and enjoy it because it seems unclear to them. In reality, life there is a continuation of life on earth, only without sin and wickedness, for there is no power of darkness.

With worldly minds, many people do not want to have a life like the life in heaven. Even though they believe life is beautiful, they don't want to go back to heaven because heaven doesn't suit their tastes, which are the tastes of the world. That's the problem, so it can't connect. It is true that no one wants to go to hell, but they consider heaven as a comfortable place of exile, but actually undesirable. And this is betrayal. This is the influence of dark powers. Therefore, believers should have started to change their tastes since they were on this earth. Thus, to start changing this taste in life, we must dare to shift the focus of life from the focus of life on this earth to life in the new heaven and the new earth. The opportunity to live for only seventy years must be used as an opportunity to prepare ourselves so that we are worthy to enter the Kingdom of Heaven. It is impossible for God to put people who do not desire to go to heaven.

Psalm 1:2 says, “Blessed is the one whose delight is in the law of the LORD, and who meditates on his law day and night.” And Psalm 84:5 says, “Blessed are those whose strength is in You, whose hearts are set on pilgrimage.” The pilgrimage of the New Covenant people is to the New Jerusalem; the New Heaven and the New Earth. So, since we become Christians, we can't help but pack up, we have to be travelers. It is no wonder that Paul desired to return to heaven more than to live on earth. This is the biblical standard. There is no other choice—we must change the desires of our souls. If our soul’s desires have not changed, then talking about the new heaven and new earth is meaningless. It is not that we are forbidden from having possessions, but we must no longer take pleasure in worldly things or make them the source of our happiness. If we do not need something, we should let it go. Do not become attached. In reality, this life is terrible—tragic. What are we really seeking?

People who live under the influence of the power of darkness certainly do not desire the land that God promised. In the context of Christianity, this means they do not long to return to heaven or to meet the Lord Jesus. Yet, Jesus desires that where He is, we may also be. So, if we have no longing to return to heaven, it means we are betraying Him. In truth, we have spent many days without any real desire to meet the Lord. We do not intend to betray Him, and we certainly do not want to go to hell, but at the same time, we lack a deep longing to meet Him. Or at least, our desire is weak. There must be an affair of the heart here. Our hearts must be attached, bound, and drawn to something else. If we do not long to meet and dwell with the Lord Jesus, that is unfaithfulness—because it is a sign that there is another "lover" in our lives. The Lord Jesus is our Bridegroom, and we are His bride.

Believers should long to meet Him. However, Christians who live under the influence of darkness often feel more comfortable staying on this earth than returning to heaven. We were all once like this. Even now, we sometimes still feel this way— when we are enjoying something. This is wrong. Many Christians think that discussing heaven in depth is unnecessary, as if it is a matter for the distant future. For many, the goal is to make life on earth as comfortable as possible, asking for God’s intervention to make this world feel like heaven. Therefore, when Christianity became the state religion, Christianity has been declining since then. Even the church experienced the dark ages.

Since the fifth century, there have only been theological debates, killings, excommunications, and mutual condemnations. Yet, God has always preserved a remnant—people who sincerely uphold the purity of the Gospel. We must honestly examine ourselves: are we truly worthy to be received into the eternal dwelling place? If we do not long for heaven yet still want to enter it, then we are essentially desiring heaven without truly yearning for it. That is audacious. It is like a husband who does not actually want to go home because he has a mistress, but since he has no other choice, he reluctantly returns. If we do not desire to return to heaven, we must honestly examine ourselves: what is binding our soul? As long as we still have the opportunity to change, let us change.

IF WE DO NOT LONG TO MEET AND DWELL WITH THE LORD JESUS, THAT IS UNFAITHFULNESS-BECAUSE IT IS A SIGN THAT THERE IS ANOTHER "LOVER" IN OUR LIVES.

Card image
KETIDAKSETIAAN - 19 Maret 2025
2025-03-19 18:13:07


Kalau seseorang sudah tidak memiliki atmosfer Kerajaan Surga, maka ia pasti tidak mengingini surga. Sebab suasana dunia mencengkeram dirinya yaitu keinginan daging, keinginan mata, keangkuhan hidup. Tentu saja mereka juga tidak berkerinduan bertemu dengan Yesus atau pulang ke surga. Mereka biasanya berpikir bahwa kesempatan hidup hanya satu kali di bumi ini, dan tidak ada kehidupan di dunia lain. Bagi mereka surga adalah kehidupan yang berbeda. Yang walaupun diyakini indah, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh mengingini masuk Kerajaan Surga itu dan menikmatinya, sebab tidak jelas. Padahal kehidupan di sana merupakan pengulangan kehidupan di bumi, hanya tidak ada dosa dan kejahatan, karena tidak ada kuasa kegelapan.

Dengan pikiran duniawi, banyak orang tidak ingin memiliki kehidupan seperti kehidupan di surga. Walaupun mereka yakini kehidupan itu indah, tetapi mereka tidak mengingini pulang ke surga sebab surga tidak sesuai selera mereka, yang adalah selera dunia. Itu masalahnya, jadi tidak bisa nyambung. Memang benar, tidak ada orang mau masuk neraka, namun mereka menilai surga hanya sebagai tempat pembuangan yang nyaman, tetapi sebenarnya tidak diingini. Dan ini pengkhianatan. Ini pengaruh kuasa gelap. Oleh sebab itu, seharusnya orang percaya sudah mulai mengubah selera sejak di bumi ini. Dengan demikian, untuk memulai perubahan selera hidup ini, kita harus berani memindahkan fokus hidup dari fokus hidup di bumi ini kepada kehidupan di langit yang baru dan bumi yang baru. Kesempatan hidup yang hanya tujuh puluh tahun harus dijadikan sebagai kesempatan untuk persiapan diri agar kita layak masuk Kerajaan Surga. Tidak mungkin Allah memasukkan orang-orang yang tidak berhasrat ke surga.

Mazmur 1:2 mengatakan, “Berbahagialah orang yang kesukaannya Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.” Dan Mazmur 84:5 mengatakan, “Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah.” Ziarah umat Perjanjian Baru adalah ke Yerusalem Baru; LB3. Jadi, sejak kita menjadi orang Kristen, tidak bisa tidak kita harus berkemas-kemas, harus jadi musafir. Tidak heran kalau Paulus lebih mengingini pulang ke surga daripada hidup di bumi. Ini standar Alkitab. Tidak ada pilihan, kita harus merubah selera jiwa. Kalau selera jiwa belum diubah, omong kosong kita bicara tentang langit baru bumi baru. Bukan tidak boleh punya ini dan itu, namun jangan lagi punya kesukaan dunia, jangan jadikan itu sebagai kebahagiaan hidup kita. Kalau itu tidak kita perlukan, tidak usah. Jangan menjadi ikatan. Sejatinya, mengerikan hidup ini, tragis. Apa sih yang kita cari?

Orang yang hidup di bawah pengaruh kuasa kegelapan pasti tidak mengingini negeri yang Tuhan janjikan. Atau dalam konteks orang Kristen, tidak ingin pulang ke surga, tidak ingin bertemu dengan Tuhan Yesus. Padahal Yesus mengingini di mana Dia berada, kita pun ada. Jadi kalau kita tidak punya kerinduan pulang ke surga, itu berarti, kita mengkhianati Dia. Dan sejujurnya, kita telah melewati hari-hari di mana kita memang tidak ingin bertemu dengan Tuhan. Kita tidak maksud berkhianat. Dan kita memang tidak ingin masuk neraka, tetapi berkerinduan bertemu dengan Tuhan juga tidak ada. Atau kurang. Pasti ada perselingkuhan di sini. Hati kita ini pasti terikat, melekat, tertarik kepada sesuatu. Kalau kita tidak mengingini bertemu dan tinggal bersama-sama dengan Tuhan Yesus, itu berarti ketidaksetiaan, sebab itu sebuah indikasi adanya kekasih lain di dalam hidup kita. Tuhan Yesus adalah mempelai pria kita dan kita adalah mempelai wanita.

Mestinya orang percaya merindukan untuk bertemu dengan Dia. Orang-orang Kristen yang hidup dalam pengaruh kuasa kegelapan, akan merasa lebih betah tinggal di bumi ini daripada pulang ke surga. Dan kita semua dulu rata-rata begitu. Bahkan kadang-kadang sekarang, yakni saat kita sedang menyenangi sesuatu. Ini meleset. Banyak orang Kristen merasa surga itu tidak perlu dibicarakan terlalu ekstrem, karena itu dianggap urusan nanti. Bagi banyak orang Kristen, bumi ini diusahakan jadi tempat senyaman-nyamannya, dan mereka meminta campur tangan Tuhan untuk bisa membuat bumi ini seperti surga. Makanya, ketika kekristenan menjadi agama negara, sejak itu kekristenan menjadi merosot. Bahkan gereja mengalami abad kegelapan.

Sejak abad kelima yang ada hanya perdebatan-perdebatan teologi, saling bunuh-membunuh, mengucilkan, kutuk-mengutuk. Akan tetapi Tuhan selalu menyisakan orang-orang yang dengan tulus menjaga kemurnian Injil. Kita sebenarnya harus jujur melihat diri kita: apakah kita ini terhitung sebagai orang yang layak diterima di kemah abadi atau tidak. Kalau kita tidak merindukan surga, lalu kita ingin masuk surga, artinya kita menghendaki masuk surga tanpa kita merindukan surga, itu sebenarnya kurang ajar. Seperti seorang suami yang tidak ingin pulang sebenarnya karena ada selingkuhan, namun karena tidak ada jalan lain, maka dia pulang. Kalau kita tidak mengingini pulang ke surga, coba jujur kita periksa: ada ikatan apa dalam jiwa kita? Selama kita masih memiliki kesempatan untuk berubah, mari kita berubah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA TIDAK MENGINGINI BERTEMU DAN TINGGAL BERSAMA-SAMA DENGAN TUHAN YESUS, ITU BERARTI KETIDAKSETIAAN, SEBAB ITU SEBUAH INDIKASI ADANYA KEKASIH LAIN DI DALAM HIDUP KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 19 Maret 2025
2025-03-19 18:09:56

Ulangan 28-29

Card image
Truth Kids 18 Maret 2025 - THE TRUE HEALER
2025-03-19 13:13:35


Mazmur 103:3
”Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu.”

Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang anak bernama Jono. Suatu hari, Jono merasa tubuhnya panas dan lemas. Ia hanya bisa berbaring di tempat tidur, tidak bisa bermain atau belajar seperti biasanya. Jono merasa sedih dan bertanya-tanya, "Kapan aku sembuh, ya? Aku rindu bermain bersama teman-temanku." Melihat Jono yang gelisah, ibunya mendekat dan berkata, "Nak, ayo kita berdoa kepada Tuhan. Dia penyembuh yang ajaib. Percaya saja, Tuhan selalu mendengarkan kita." Meski tubuhnya lemah, Jono menggenggam tangan ibunya dan berdoa, "Tuhan, aku percaya Engkau akan menyembuhkanku. Terima kasih sudah selalu menjaga aku." Beberapa hari kemudian, tubuh Jono mulai membaik. Ia merasa lebih kuat dan ceria. Saat itu, ia sadar bahwa Tuhan memang mendengar doanya dan menyembuhkannya.

Sobat Kids, saat kita sakit atau menghadapi masalah, ingatlah bahwa Tuhan adalah Penyembuh yang ajaib. Jangan takut, percaya saja kepada-Nya. Berdoa dan percaya itu seperti memberi Tuhan kunci untuk membantu kita. Seperti Jono, Tuhan ingin kita tetap berserah dan percaya kepada-Nya karena Tuhan selalu punya cara terbaik untuk menolong kita!

Card image
Truth Junior 18 Maret 2025 - PENYEMBUH YANG AJAIB
2025-03-19 13:06:50


Mazmur 103:3
”Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu.”

Sobat Junior, tubuh kita kadang seperti mesin yang perlu diperbaiki. Misalnya ketika jatuh sakit, rasanya lelah, tidak bersemangat, bahkan sulit tersenyum. Namun, jangan khawatir, ada kabar baik! Tuhan adalah dokter terbaik yang tidak hanya menyembuhkan tubuh kita, tetapi juga hati kita yang sedih dan terluka.

Mari kita ingat kembali kisah dalam Markus 5 tentang perempuan yang sudah sakit selama 12 tahun. Dia telah mencoba berbagai cara untuk sembuh, tetapi tidak ada yang berhasil. Namun, ketika dia mendengar bahwa Yesus lewat, dia memutuskan untuk mendekat. Dengan penuh iman, dia berkata dalam hatinya, “Jika aku hanya menjamah jubah-Nya saja, aku akan sembuh.” Ketika dia menjamah jubah Yesus, keajaiban terjadi: dia langsung sembuh! Sungguh hebat, bukan? Kisah perempuan ini mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah Sang Penyembuh yang ajaib.

Sobat Junior, saat kalian merasa lemah atau sakit, ingatlah bahwa Tuhan peduli. Berdoalah dengan iman, seperti perempuan dalam kisah ini, dan percaya bahwa Tuhan dapat bekerja melalui dokter, obat, atau apa pun sehingga tubuh kita dipulihkan. Misalnya, saat kamu demam, katakan, “Tuhan, aku percaya Engkau bisa menyembuhkanku.” Setelah itu, lakukan bagianmu dengan beristirahat dan mengikuti nasihat orang tua.

Jangan pernah merasa sendirian, karena Tuhan selalu ada untuk menjaga dan memulihkan kita. Sama seperti pelangi yang muncul setelah hujan, penyembuhan dari Tuhan membawa sukacita dan semangat baru dalam hidup kita.

Card image
Renungan Pagi - 18 Maret 2025
2025-03-18 22:32:57


Kita boleh saja berkata saya kristen dan cinta Yesus, saya anggota gereja dan pelayan Tuhan digereja, tetapi kalau hati tidak melekat pada Tuhan, tidak memiliki keintiman dengan Tuhan, maka apa yang kita lakukan tidak berarti apa-apa.

Kalau kita hidup melekat pada Tuhan, maka tidak akan hidup sembarangan, akan selalu mengerjakan yang terbaik buat Tuhan, sehingga apa yang Tuhan janjikan menjadi bagian kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 18 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-18 22:26:44


Standar hidup sebagai anak-anak Allah yang memindahkan hati ke dunia yang akan datang adalah Tuhan Yesus. Tidak ada standar lain.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 18 Maret 2025
2025-03-18 22:25:05

Ulangan 24-27

Card image
ENJOYING THE ATMOSPHERE OF THE KINGDOM OF HEAVEN - 18 Maret 2025 (English Version)
2025-03-18 22:23:25


Most Christians do not dare to believe that the Kingdom of Heaven is a natural way of life. It is as if life in the New Heaven and New Earth is incompatible with human existence. With this kind of thinking, they actually do not believe in the resurrection of the dead. The resurrection of the dead with a glorified body is the same body that Jesus demonstrated when His Majesty was on earth—He could eat and drink. The resurrection of the dead is the return of believers who once lived on this earth to enter another life, namely the real life. Heaven is a repetition of this world, with the key difference being that there is no power of darkness and no sin. It is exactly like what we experience on earth, just without evil. Therefore, we should not doubt it at all. We should have the courage to say, "I believe, Lord, even though I do not fully understand." And that becomes our strength.

If someone has moved his heart in the Kingdom of Heaven, it means that his dealings with this world are "finished". This is because we do not live for this earth, but rather for the New Heaven and New Earth (LB3). Therefore, the principle of life on earth is: "as long as there is food and clothing, it is enough." However, people today want big houses and lots of money; they want to embellish and enhance their lives with all the the facilities available. If they don’t, they consider it abnormal. But we must shift our hearts to the New Heaven and New Earth. This is the consequence of being a believer. If we are unwilling to follow this path until death, we will never become truly spiritual Christians. No matter how great our theology is, we will not be known by God if we we are bound by worldly romance.

The standard of living for God's children, who have shifted their hearts to the world to come, is Jesus Christ. There is no other standard. Many intelligent theologians give the impression that only those with academic degrees are worthy of speaking to the congregation. But God is not bound by such standards. Of course, it is good for preachers to study theology, but those who study theology must first shift their hearts to the Kingdom of Heaven. The higher the degree, the more spiritual a person should be—not just more skilled at crafting theological formats and definitions. Otherwise, theology can become unspiritual, resulting in an unspiritual congregation as well, as if God is dictated by academic degrees. Honestly, this is often what keeps congregations worldly. They only want to fill their minds with theological arguments while neglecting the most fundamental principle—shifting their hearts to the Kingdom of Heaven.

They lack the instinct that this world is not their home. Instead, they pursue recognition as famous theologians, seek admiration, and aim for prestigious positions in synods or theological seminaries—all of which are influenced by the devil. The deception at play is redirecting human focus away from the New Heaven and New Earth (LB3). There is no longing to return to heaven. There is no yearning for the resurrection from the dead. That is why, at times, God allows us to experience heartbreak in this world or suffer from incurable illnesses—so that our focus may return to LB3.

Someone who embezzles state funds, causing an estimated loss of 16 trillion, faces the threat of a life sentence. However, 16 trillion means nothing compared to eternity. For those who have corrupted God's time and wealth, the punishment is not just a lifetime in an earthly prison but eternal separation from God. Why aren't we afraid? If we truly understand this truth, we will no longer debate about tithes or firstfruits, because our entire lives belong to God. We must have sensitivity to what we must do for Him. So why do people not long to return to heaven? The answer is because they don't enjoy the atmosphere of the Kingdom of Heaven on earth. They do not enjoy the presence of God's Kingdom in their lives because they do not feel the need for it. Their joy is sustained by money, worldly facilities, praise, honor, and flattery.

In other words, their inner atmosphere is worldly, influenced by the power of darkness—specifically, by Satan. They may not worship the devil directly, but they admire the beauty of the world and desire it. If our spiritual atmosphere is not transformed, then the idea of the New Heaven and New Earth becomes nothing more than empty words, because we do not genuinely desire to go there. We must strive to truly long for our return to heaven. And that is not easy. Perhaps today, people do not fully realize how extraordinary eternity is. But now, we must begin to understand just how profound and overwhelming eternity truly is.

IF SOMEONE HAS MOVED HIS HEART IN THE KINGDOM OF HEAVEN, IT MEANS THAT HIS DEALINGS WITH THIS WORLD ARE "FINISHED".

Card image
MENIKMATI SUASANA KERAJAAN SURGA - 18 Maret 2025
2025-03-18 22:19:24


Kebanyakan orang Kristen tidak berani meyakini Kerajaan Surga sebagai kehidupan yang wajar. Seakan-akan kehidupan di Langit Baru Bumi Baru adalah kehidupan yang tidak cocok untuk makhluk yang disebut manusia. Dengan pikiran seperti ini, maka sebenarnya mereka tidak yakin adanya kebangkitan orang mati. Kebangkitan orang mati dengan tubuh kemuliaan adalah tubuh yang sama seperti yang Yesus peragakan sewaktu Yang Mulia ada di bumi— bisa makan dan minum. Kebangkitan orang mati adalah kehidupan kembali atas orang-orang percaya yang pernah hidup di bumi ini untuk memasuki kehidupan yang lain yaitu kehidupan yang sesungguhnya. Surga adalah pengulangan dunia ini, hanya perbedanya di sana tidak ada kuasa kegelapan dan tidak ada dosa. Persis seperti yang kita alami di bumi ini. Jadi, kita tidak perlu meragukannya sama sekali. Mestinya, kita berani berkata, "Aku percaya, Tuhan, walau aku tidak mengerti." Dan itu menjadi kekuatan kita.

Kalau seseorang sudah memindahkan hatinya di Kerajaan Surga, berarti urusannya dengan dunia ini ‘sudah selesai.’ Karena kita hidup bukan untuk di bumi ini, melainkan kita hidup untuk di LB3 (Langit Baru Bumi Baru). Maka prinsip hidup selama di bumi adalah: “asal ada makanan dan pakaian, cukup.” Namun manusia hari ini mau rumahnya besar, duitnya banyak, bagaimana bisa mengelaborasi, membuat berbunga-bunga hidupnya dengan segala fasilitas yang ada. Kalau tidak begitu, tidak normal menurut mereka. Tapi kita harus memindahkan hati kita di langit baru dan bumi baru. Ini adalah konsekuensi orang percaya. Kalau kita tidak mau mengikuti jalan ini sampai mati, kita tidak pernah menjadi orang Kristen yang rohani. Silakan mau berteologi hebat bagaimanapun, tetapi kita tidak akan dikenal oleh Tuhan jika kita terikat dengan percintaan dunia.

Standar hidup sebagai anak-anak Allah yang memindahkan hati ke dunia yang akan datang adalah Tuhan Yesus. Tidak ada standar lain. Banyak teolog pintar yang mengesankan bahwa orang yang layak berbicara kepada umat haruslah orang yang berijazah. Padahal, Allah tidak dibelenggu oleh standar itu. Setuju, sebaiknya orang yang berkhotbah harus belajar teologi, tetapi orang yang belajar teologi harus memindahkan hatinya lebih dahulu di Kerajaan Surga. Makin tinggi gelarnya, makin rohani. Jadi bukan hanya makin pintar membuat format dan definisi teologi saja. Sebab itu bisa membuat tidak rohani, akibatnya jemaat juga tidak rohani. Seakan-akan Tuhan diatur oleh ijazah. Sejujurnya, ini yang sering membuat jemaat tetap duniawi. Mereka hanya mau mengisi pikiran dengan berbagai argumentasi pandangan teologi, sementara hal yang mestinya prinsip—yaitu bagaimana orang memindahkan hati di Kerajaan Surga—tidak dimiliki.

Mereka tidak memiliki naluri bahwa dunia ini bukan rumahnya, sebaliknya, mereka mengelaborasi dengan menjadi seorang teolog yang terkenal, yang dihargai orang, yang punya posisi di sinode atau di Sekolah Tinggi Teologi—ini semua adalah pengaruh dari si Iblis. Penyesatan yang diluncurkan adalah membuat fokus manusia tidak diarahkan ke Langit Baru Bumi Baru (LB3). Tidak ada kerinduan untuk pulang ke surga. Tidak ada kerinduan untuk memiliki kebangkitan dari antara orang mati. Maka kadang Tuhan izinkan kita mengalami patah hati terhadap dunia, sakit tidak tersembuhkan, agar fokus kita kembali ke LB3.

Seseorang yang menggelapkan uang negara yang ditaksir mencapai kerugian sebesar 16 triliun diancam hukuman seumur hidup. 16 triliun itu tidak ada artinya dibanding dengan kekekalan. Bagi orang yang telah mengkorupsi waktu Tuhan, mengorupsi harta Tuhan, maka hukumannya bukan seumur hidup di penjara dunia, tetapi kekal terpisah dari Allah. Kok tidak takut? Kalau kita mengerti kebenaran ini, kita sudah tidak lagi mempersoalkan persepuluhan, buah sulung, namun segenap hidup kita milik Tuhan. Kita harus punya kepekaan akan apa yang harus kita lakukan untuk Dia. Lalu mengapa orang tidak ingin pulang ke surga? Jawabnya adalah karena suasana Kerajaan Surga tidak dia nikmati di bumi. Dia tidak menikmati atmosfer Kerajaan Allah yang dihadirkan Tuhan di dalam hidupnya, karena memang dia tidak membutuhkan. Sukacitanya ditopang oleh uang, fasilitas dunia, pujian, kehormatan, sanjungan.

Dengan kata lain, atmosfer jiwanya itu duniawi, dan ini pengaruh dari kuasa kegelapan. Tepatnya, ini pengaruh dari setan. Mereka tidak menyembah Iblis secara langsung, tetapi memandang keindahan dunia lalu mengingininya. Kalau atmosfer jiwa kita tidak diubah, maka langit baru bumi baru hanya hiasan bibir, karena kita tidak ingin sungguh-sungguh ke sana. Kita harus berjuang untuk benar-benar merindukan kepulangan kita ke surga. Dan itu tidak mudah. Mungkin hari ini orang tidak terlalu menyadari betapa dahsyatnya kekekalan itu. Namun sekarang sungguh-sungguh kita harus mulai menyadari dahsyatnya kekekalan itu.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU SESEORANG SUDAH MEMINDAHKAN HATINYA DI KERAJAAN SURGA, BERARTI URUSANNYA DENGAN DUNIA INI SELESAI.

Card image
Truth Kids 17 Maret 2025 - SAHABAT SEJATIKU
2025-03-18 22:16:29


Yohanes 15:15
”Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.”

Sobat Kids, bayangkan kalian memiliki seorang sahabat yang selalu ada untuk kalian, kapan saja dan di mana saja. Dia tidak pernah meninggalkan kalian, bahkan pada saat merasa sendirian. Wah, pasti menyenangkan sekali, ya? Nah, itulah Yesus!

Coba kita dengar cerita ini. Ada seorang anak bernama Andi. Suatu hari, Andi merasa sedih karena mainannya rusak. Ia tidak tahu harus bercerita kepada siapa. Dengan hati yang berat, Andi duduk di tempat tidurnya dan berdoa, "Tuhan Yesus, aku sedih sekali. Aku butuh teman." Tiba-tiba, Andi merasa hatinya lebih tenang, seperti ada yang memeluknya. Esok harinya, seorang temannya datang membawa mainan baru dan berkata, "Aku ingin berbagi ini denganmu." Andi pun tersenyum.

Sobat Kids, Tuhan Yesus adalah Sahabat Sejati yang selalu setia. Saat kita sedih, Dia mendengar doa kita. Saat kita butuh pertolongan, Dia menolong kita, sering kali melalui orang-orang di sekitar kita. Jadi, ingat, ya, kapan pun kalian merasa kesepian, Tuhan Yesus selalu ada untuk kalian. Ayo, mulai hari ini, kita juga belajar menjadi sahabat yang baik untuk orang lain, seperti Tuhan Yesus kepada kita.

Card image
Truth Junior 17 Maret 2025 - SAHABAT TAK TERLIHAT
2025-03-18 22:14:37


Yohanes 15:15
”Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.”

Mia dan Yona adalah sahabat sejak kecil. Mereka selalu bersekolah di tempat yang sama, dan rumahnya pun berdekatan. Setiap saat, Mia dan Yona selalu terlihat bersama dan melakukan berbagai aktivitas berdua. Walaupun berbeda kelas, setiap jam istirahat, salah satu dari mereka selalu mengunjungi kelas sahabatnya untuk bersama-sama pergi ke kantin atau berkeliling sekolah. Jika Mia atau Yona terlihat seorang diri saja, pasti ada yang bertanya pada mereka, ke mana sahabat yang satunya. Kebersamaan mereka sangat dikenal oleh orang-orang di sekitarnya.

Apakah Sobat Junior pernah melihat dua sahabat yang demikian? Di sekolahmu atau di gereja, bahkan di tempat les? Apakah Sobat Junior salah satunya? Seperti Yona yang memiliki Mia sebagai sahabat, apakah kalian juga punya teman akrab yang selalu menemani dan ada bersama-sama dengan kalian? Jika tidak, jangan bersedih hati karena kita juga punya Sahabat seperti itu meskipun Ia tak terlihat. Tuhan Yesus adalah Sahabat Sejati kita, yang tidak pernah meninggalkan kita sedetik pun. Kalau Yona dan Mia tidak bisa bersama-sama 24 jam, kita selalu ditemani Tuhan Yesus 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, dan sepanjang waktu.

Setiap Yona ingin cerita kepada Mia, atau sebaliknya, mereka harus membuat janji dan mencari waktu yang cocok. Tapi kalau kita dengan Tuhan Yesus, kapan pun dan di mana pun, kita bisa menyampaikan isi hati dan pikiran kita kepada-Nya secara bebas. Mari kita menghargai Sahabat kita yang tak terlihat ini dengan selalu mengajak-Nya berbicara dan bertanya kepada-Nya.

Card image
Renungan Pagi - 17 Maret 2025
2025-03-18 21:33:12


Setiap kita memiliki panggilan untuk menjadi berkat, karena itu tidak mungkin kita berkhianat, sebab kalau berkhianat berarti sedang mempermalukan Tuhan dalam hidup kita.

Boleh saja kita disakiti orang lain dan dikhianati, tetapi janganlah membalasnya dengan menyakiti dan berkhianat, tetapi hendaknya tetaplah berlaku setia dalam keadaan apapun.

Card image
Quote Of The Day - 17 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono
2025-03-18 21:32:16


Tidak berhenti dari perbuatan dosa berarti tidak percaya Yesus.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 17 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-17 21:26:05


Ketika seseorang tidak memiliki kerinduan pulang ke surga, sejatinya dia terhilang atau terpisah dari rumah abadinya.

Card image
TRAPPED IN MATERIALISM - 17 Maret 2025 (English Version)
2025-03-17 21:24:50


When someone has no longing to return to heaven, they are essentially lost or separated from their eternal home. And if we honestly admit it, maybe our hearts have also not been captivated by the Father's House. But God in His patience is still waiting for us to return home. Ironically, deception teaches that it is natural for people's hearts to be separated from the Father's house. Because, it is seen as something natural because almost no human being truly has an orientation towards the world to come or the new heaven and new earth. To have stability in placing one's heart in the Kingdom of God is not easy. Often, we drift away from the Father’s House when something disturbs our emotions or when we desire something—especially if that desire contradicts God's holiness. Our hearts automatically become detached.

In reality, in this case many Christians are poisoned by worldly thinking or humans in general. A life like this must be a materialistic, worldly or secularistic life. However, we are the ones awaited by the righteous to make them complete (Hebrews 11:40 since God had planned something better for us so that only together with us would they be made perfect). We have been given the grace to be the chosen people who can enter the race that has been set before us. If our focus and life orientation are solely on material or physical things, it is truly tragic. Hebrews 12:1 states, "a great cloud of witnesses surrounds us." Who are they? It could be angels, including righteous people who are waiting for us to complete our duties as Christ's messengers, but it could also be dark powers, evil spirits who are also watching this race. That is why Satan plays there, influencing the minds of Christians not to move their hearts in heaven. Then it could also be the humans around us.

So if Christians are trapped in materialism and secularism, they must be bound by material things. They are trapped in a life bound by the desires of the flesh, the lust of the eyes, and the pride of life (1 John 2:15-17). Let us not take this for granted. We must see that this is the work of the Devil. We are under the influence of the power of darkness. In Matthew 16:21-23, Jesus rebuked Peter, "Get behind me, Satan! You are a stumbling block to me, because you think not the things of God, but the things of men!" What was rebuked was his thoughts, his ideas. Peter represented His disciples who wanted to make Jesus their version of King. Apparently Peter still adopted the thoughts of the Jews who saw the Messiah who freed them from the power of the Roman nation. They wanted the Messiah to bring the nation of Israel to external glory and worldly glory. And this thoughts and ideas, possessed by Satan!

Therefore, the right understanding of God’s Word can dispel wrong thoughts. When Jesus says in John 17:17, "Sanctify them by the truth; Your word is truth," it means that the truth of God’s Word is what dispels falsehood. Casting out demons in an exorcism—where physical manifestations such as rolling eyes, screaming, and shrieking occur—is relatively easy. However, when demonic influence enters the mind, it is far more challenging. Even after Jesus had risen from the dead, Peter and the other disciples still asked, "Lord, are You at this time going to restore the kingdom to Israel?" Their mindset was still worldly. This is not an easy battle.

So, let's be aware. We may do theology, but our theological thoughts do not necessarily dispel worldly thoughts. We must remember this. So, if the preacher of the word is still influenced by worldly philosophy, is still under the influence of dark powers, then no matter how true the doctrine taught is, it will not change. History proves this. Without belittling the meaning of doctrine or theology, let's move our hearts to heaven, understanding the pure truth. We are the ones who must equip the righteous to be able to find the land promised by God. Let's think that what is called life is not only on this earth, in fact our real life is in another world. The reward referred to in Hebrews 11:6 is not on earth.

If we don't start now to seriously study the word to be sanctified, then we will still be worldly until we die. High theology, talking about Soteriology, Pneumatology, talking about Christology, Trinity, and so on, but the worldly mind is not lacking. Even stronger! Talking about the new heaven and new earth is considered by people who do not think completely, are mentally ill, delusion, utopian fantasy, or mere dreaming. However, the new heaven and new earth should not be foreign concepts. Unfortunately, for many Christians, life is only about this world; they do not believe in another realm, making the new heaven and new earth feel like something unfamiliar and irrelevant to their lives on earth. So, to be honest, the new heaven and new earth are foreign worlds to them.

WHEN SOMEONE HAS NO LONGING TO RETURN TO HEAVEN, THEY ARE ESSENTIALLY LOST OR SEPARATED FROM THEIR ETERNAL HOME.

Card image
TERJEBAK DALAM MATERIALISTIS - 17 Maret 2025
2025-03-17 21:22:30


Ketika seseorang tidak memiliki kerinduan pulang ke surga, sejatinya dia terhilang atau terpisah dari rumah abadinya. Dan kalau jujur mengakui, mungkin pernah hati kita juga tidak terpikat dengan Rumah Bapa. Tetapi Tuhan dalam kesabaran-Nya masih menunggu kita pulang. Ironis, penyesatan mengajarkan bahwa adalah wajar bila hati orang terpisah dari rumah Bapa. Sebab, hal itu dipandang sebagai sesuatu yang wajar karena hampir tidak ada manusia yang sungguh-sungguh memiliki orientasi dunia yang akan datang atau langit baru bumi baru. Untuk memiliki stabilitas menaruh hati di Kerajaan Allah, itu tidak mudah. Sebab sering kita terlepas dari rumah Bapa kalau sudah ada sesuatu yang mengganggu perasaan kita atau kita mengingini sesuatu—apalagi kalau sesuatu itu bertentangan dengan kekudusan Allah. Hati kita otomatis terpisah.

Sesungguhnya, dalam hal ini banyak orang Kristen yang teracuni oleh cara berpikir duniawi atau manusia pada umumnya. Kehidupan seperti ini pastilah kehidupan yang materialistis, duniawi atau sekuleristis, bersifat sekuler. Padahal kita adalah orang yang dinantikan oleh orang-orang saleh untuk membuat mereka lengkap. Kita yang mendapat kasih karunia untuk menjadi umat pilihan yang bisa masuk dalam perlombaan yang diwajibkan. Maka kalau fokus dan orientasi hidup kita hanyalah hal-hal materi atau bendawi, sangat menyedihkan. Dikatakan dalam Ibrani 12:1, “banyak saksi yang mengelilingi kita,” siapa itu? Bisa para malaikat, termasuk orang-orang saleh yang menantikan kita untuk menyelesaikan tugas sebagai utusan Kristus, namun bisa juga kuasa gelap, roh-roh jahat yang juga melihat perlombaan ini. Itu sebabnya Iblis bermain di situ, mempengaruhi pikiran orang-orang Kristen untuk tidak memindahkan hatinya di surga. Kemudian bisa juga manusia di sekitar kita.

Maka kalau orang Kristen terjebak dalam materialistis dan sekuleristis, pasti mereka terikat dengan hal-hal bendawi, material things. Mereka terjebak dalam kehidupan yang terikat dengan keinginan daging, keinginan mata, serta keangkuhan hidup (1Yoh. 2:15-17). Jangan kita menganggap ini hal sepele. Kita harus memandang bahwa ini merupakan pekerjaan Iblis. Kita ada di dalam pengaruh kuasa kegelapan itu. Di Matius 16:21-23, Yesus menghardik Petrus, "Enyahlah Iblis! Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau memikirkan bukan yang dipikirkan oleh Allah, tetapi yang dipikirkan oleh manusia!" Yang dihardik adalah pikirannya, idenya. Petrus mewakili murid-murid-Nya ingin menjadikan Yesus sebagai Raja versi mereka. Rupanya Petrus masih mengadopsi pikiran orang-orang Yahudi yang memandang Mesias yang membebaskan mereka dari kekuasaan bangsa Roma. Mereka ingin Mesias itu membawa bangsa Israel kepada kejayaan lahiriah dan kemuliaan duniawi. Dan ini, kerasukan Iblis! Jadi, pengertian-pengertian firman yang benar itu bisa menghalau pikiran yang salah. Sehingga, kalau Tuhan Yesus berkata di Yohanes 17:17, "Kuduskan mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran," ini berarti, firman yang menghalau adalah kebenaran. Mengusir setan dalam konteks exorcism (pengusiran) yang manifestasinya secara fisik kelihatan—seperti mendelik-mendelik mata, teriak-teriak, jerit-jerit—itu mudah. Namun kalau sudah masuk dalam pikiran, itu tidak mudah. Ketika Yesus sudah bangkit dari kubur pun, Petrus dan murid-murid-Nya masih menuntut, "Bilakah Tuhan memulihkan kerajaan bagi Israel?" Mereka masih duniawi. Jadi, ini tidak mudah.

Maka, mari kita sadar. Kita boleh berteologi, tapi pikiran berteologi kita belum tentu menghalau pikiran duniawi. Mesti diingat hal ini. Jadi, jika pemberita firman masih terpengaruh oleh filsafat dunia, masih ada di bawah pengaruh kuasa gelap, maka mau sebenar apa pun doktrin yang diajarkan, tidak mengubah. Sejarah membuktikan hal itu. Tanpa mengecilkan arti doktrin atau teologi, ayo kita memindahkan hati kita di surga, memahami kebenaran yang murni. Kita adalah orang-orang yang harus melengkapi orang-orang saleh untuk bisa menemukan negeri yang dijanjikan oleh Allah. Mari kita berpikir bahwa yang namanya kehidupan bukan hanya di bumi ini, justru kehidupan kita yang sesungguhnya ada di dunia lain. Upah yang dimaksud di Ibrani 11:6 ternyata bukan di bumi.

Kalau kita tidak mulai sekarang sungguh-sungguh belajar firman untuk dikuduskan, maka kita sampai mati masih duniawi. Berteologi tinggi, bicara soal Soteriologi, Pneumatologi, bicara soal Kristologi, Tritunggal, dan lain sebagainya, tetapi pikiran duniawinya tidak kurang. Bahkan bertambah kuat! Bicara mengenai langit baru dan bumi baru dianggap orang-orang yang tidak berpikir lengkap, sakit jiwa, utopis, pemimpi. Mestinya, langit baru dan bumi baru bukanlah kehidupan yang asing. Namun bagi banyak orang Kristen, yang namanya kehidupan itu hanya di bumi ini, dan tidak ada dunia lain, sehingga langit baru dan bumi baru bukanlah kehidupan yang mereka miliki dan rasakan di bumi. Jadi, kalau mau jujur, langit baru bumi baru menjadi dunia yang asing bagi mereka.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KETIKA SESEORANG TIDAK MEMILIKI KERINDUAN PULANG KE SURGA, SEJATINYA DIA TERHILANG ATAU TERPISAH DARI RUMAH ABADINYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 Maret 2025
2025-03-17 21:16:05

Ulangan 21-23

Card image
Truth Junior 16 Maret 2025 - KETIKA MENGANDALKAN TUHAN
2025-03-17 21:08:09


1 Korintus 10:13
"Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu la tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai la akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya."

"Bu, aku ingin sekolah di situ, tapi pasti mahal sekali ya, Bu. Kita bukan orang berkecukupan, biaya untuk sekolah di situ pasti tidak terjangkau," ujar seorang anak kepada ibunya ketika melewati sebuah bangunan sekolah yang megah. Sang ibu tersenyum dan menjawabnya, "Kita doakan, ya, Nak. Bila Tuhan izinkan, pasti la akan membuka jalannya. Tugasmu adalah belajar yang rajin dan tekun mengerjakan semua tugas, serta semangat dalam bersekolah, oke?" Sang anak dengan ceria menyetujui, "Siap, Bu! Aku akan berprestasi di sekolah supaya membanggakan Ibu dan Ayah," katanyasambil tersenyum.

Sobat Junior, terkadang kita melihat tantangan dan masalah dalam hidup kita seperti sebuah lautan luas yang harus diseberangi. Tanpa perahu atau kapal, tidak mungkin kita bisa melewati lautan itu. Tapi, ingatkah kalian atas apa yang pernah Tuhan lakukan bagi bangsa Israel? Ya, la membelah Laut Teberau supaya bangsa Israel bisa lewat! Apa yang bagi manusia tidak mungkin dilakukan, ternyata tidak ada yang mustahil bagi Allah. Kita harus tekun berdoa dan mencari tahu kehendak-Nya supaya pertolongan-Nya nyata dalam hidup kita.

Dan jangan berkecil hati, sebesar apa pun tantangan dan masalah yang ada dalam hidup kita, seperti ayat di atas tertulis, tidak mungkin semua itu tidak sanggup kita atasi. Ia tidak mungkin memberikan masalah yang terlalu besar buat kita. Sebab, selama kita mengandalkan Tuhan, la terlebih besar dan Maha Besar, lebih dari apa pun!

Card image
Truth Youth 16 Maret 2025 (English Version) - STAY FOCUSED ON CHRIST AMID DISTRACTIONS
2025-03-17 21:03:34


"But Jesus immediately said to them: 'Take courage! It is I. Don’t be afraid.'" (Matthew 14:27)

Distractions are often the biggest enemy to our spiritual growth. In Matthew 14:22-33, we read about Peter being given the courage by Jesus to walk on water. At first, Peter could step forward because his eyes were fixed on Jesus. But when he started noticing the strong wind and waves, fear took over, and he began to sink. When Peter cried out, “Lord, save me!” Jesus immediately reached out His hand and saved him.

This story teaches us that focusing on Christ is the key to standing firm amid life’s storms. Fear and distractions often make us lose confidence and start sinking in problems. However, Jesus is always there to help us. He never leaves us, even when our faith feels weak. Like Peter, we only need to call on Him, and He will reach out with His love.

The story of Martha and Mary in Luke 10:38-42 also gives us a similar lesson. When Jesus visited their home, Martha was busy serving and became overwhelmed with many concerns, while Mary chose to sit at Jesus' feet, listening to His words. Jesus praised Mary for choosing "the better part," which was focusing on Him rather than on busyness.

These two stories remind us to direct our attention to God, not to the distractions around us. Challenges, busyness, and worries may try to pull us away from Him, but Jesus is always there to strengthen and guide us. He is our source of peace in the storm and our strength in weakness.

Today, let’s reflect: Are we caught in fear like Peter or in busyness like Martha? Whatever your situation, remember that Jesus calls you to focus on Him. When we choose to dwell in Him, we find peace, strength, and true spiritual growth. Don’t hesitate to draw near to Him, because His love is always enough.

WHAT TO DO:
Do not fear in facing life and continue building a close relationship with God.

BIBLE MARATHON:
▪ Judges 6-8

Card image
Truth Youth 16 Maret 2025 - KETIKA MENGANDALKAN TUHAN
2025-03-17 21:01:25


1 Korintus 10:13
"Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu la tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai la akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya."

"Bu, aku ingin sekolah di situ, tapi pasti mahal sekali ya, Bu. Kita bukan orang berkecukupan, biaya untuk sekolah di situ pasti tidak terjangkau," ujar seorang anak kepada ibunya ketika melewati sebuah bangunan sekolah yang megah. Sang ibu tersenyum dan menjawabnya, "Kita doakan, ya, Nak. Bila Tuhan izinkan, pasti la akan membuka jalannya. Tugasmu adalah belajar yang rajin dan tekun mengerjakan semua tugas, serta semangat dalam bersekolah, oke?" Sang anak dengan ceria menyetujui, "Siap, Bu! Aku akan berprestasi di sekolah supaya membanggakan Ibu dan Ayah," katanyasambil tersenyum.

Sobat Junior, terkadang kita melihat tantangan dan masalah dalam hidup kita seperti sebuah lautan luas yang harus diseberangi. Tanpa perahu atau kapal, tidak mungkin kita bisa melewati lautan itu. Tapi, ingatkah kalian atas apa yang pernah Tuhan lakukan bagi bangsa Israel? Ya, la membelah Laut Teberau supaya bangsa Israel bisa lewat! Apa yang bagi manusia tidak mungkin dilakukan, ternyata tidak ada yang mustahil bagi Allah. Kita harus tekun berdoa dan mencari tahu kehendak-Nya supaya pertolongan-Nya nyata dalam hidup kita.

Dan jangan berkecil hati, sebesar apa pun tantangan dan masalah yang ada dalam hidup kita, seperti ayat di atas tertulis, tidak mungkin semua itu tidak sanggup kita atasi. Ia tidak mungkin memberikan masalah yang terlalu besar buat kita. Sebab, selama kita mengandalkan Tuhan, la terlebih besar dan Maha Besar, lebih dari apa pun!

Card image
Renungan Pagi - 16 Maret 2025
2025-03-17 20:59:20


Seorang pengecut adalah seorang yang senang hidup dalam dusta, seorang yang tidak siap untuk menerima resiko dari kebenaran; memang kebenaran itu kadangkala sakit, berat dan ada harga yang harus kita bayar dalam melakukannya.

Ada banyak orang menjadi pengecut karena tidak siap bayar harga atas suatu kebenaran, itulah sebabnya ia memilih berdusta dan mengambil sikap kompromi. Padahal kebenaran adalah hikmat untuk menuntun kita kepada keberhasilan dan kemajuan.

Card image
Quote Of The Day - 16 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-17 20:58:24


Sulitnya menjadi umat pilihan dengan cara hidup yang harus berbeda dengan dunia ini adalah keberuntungan yang tak ternilai ketika kita ada di kekekalan nanti.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 16 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-17 20:57:18


Orientasi orang Kristen harus pada negeri yang dijanjikan itu, yang sekarang nyaris tidak pernah dikampanyekan secara proporsional.

Card image
REWARD - 16 Maret 2025 (English Version)
2025-03-17 20:56:20


Hebrews 11:6
"But without faith it is impossible to please God, because anyone who comes to Him must believe that He exists and that He rewards those who earnestly seek Him."

We find that believers who have truly demonstrated true faith never receive rewards on earth. Even if it seems that they have received a reward, it is not the kind of reward referred to—the reason they had faith in the first place. In the final verses, it is clearly stated, "And all these, though commended through their faith, did not receive what was promised" (Hebrews 11:39). This means that the reward promised because of the faith they had—although their faith gave them a good testimony—was not received by them on earth. For God had prepared something better for us, so that apart from us, they would not be made perfect.

So, what God promised them can be realized or come true—the reward intended for the faith they have—if we complete it. Of course it must be preceded by God's work of salvation in Jesus Christ, who atoned for all human sins by dying on the cross in obedience to the Father in heaven, and then followed by His resurrection. It is He—or Jesus—who becomes King in the promised land, in the world to come. And we, God's children, who also have the firstborn gift of the spirit, as Romans 8 says, will reign together with Jesus. If in Hebrews 11:40 the words perfect, complement are used; "apart from us, they would not be made perfect." This is an extraordinary statement. We are the ones who complete them (Greek: teleo - Τελέω). How incredible is our role in fulfilling what God has promised them!

That is why, in Hebrews 12:1 it says that there is a race that is mandatory. We are the ones who are in this race. Furthermore, Hebrews 12:2 explains that this race is about having perfect faith like Jesus, having obedience like the obedience of the Lord Jesus. So, we cannot possibly live normally—there is a race that must be run. Therefore, everything we do, whatever it may be, is for the sake of this race, which is perfect faith. That is why Hebrews 12:2 says, "Fixing our eyes on Jesus, the pioneer and perfecter of faith." However, the reality today is that we rarely find people who are truly in this race. This helps us better understand why Jesus said that we must let go of everything, store up treasures in heaven, and set our hearts there.

However, in general, humans—including many Christians, and even a significant number of clergy or pastors—live under the influence of the power of darkness, lacking focus on the Kingdom of Heaven. They are unable to realize and live that this world is not their home. Yet, many verses in the Bible emphasize that this world is indeed not our home. Jesus Himself said that we are not of this world, just as He is not of this world. That is why Jesus said, "Store up treasures in heaven, not on earth. For where your treasure is, there your heart will be also." Jesus said that He went to prepare a place for us, and after He had prepared it, He would return, so that where God is, we may be also.

Paul also stated that our citizenship is in heaven, not on earth. That is why Paul also said that we must set our minds on things above, not on earthly things (Col. 3:1-4). Likewise, Peter also said that our treasure is not on earth, but in heaven (1 Pet. 1:3-4). Therefore, he advised us to put all our hope in the revelation of Jesus' coming (1 Pet. 1:13-14). Furthermore, in verse 17, Peter stated that we are sojourners, temporary residents (Greek: παροικί, paroiki), living in a place where we are merely passing through. The focus of Christians should be on that promised land, but today, this message is rarely emphasized proportionally.

This contrasts with the time of the apostles. Paul himself said, "I am willing to endure all things just so that I may attain the resurrection from the dead." Before the authorities, he declared, "I am willing to be imprisoned for these chains for the sake of the resurrection from the dead." His hope was set on the future. Today, many people scoff when we speak about the new heaven and new earth. But we must not waver in the slightest. Christians who live under the influence of the power of darkness have hearts that are separated from the Kingdom of Heaven. This characteristic alone is enough to indicate that such a person is lost. It is, therefore, naïve to assume that being lost only applies to those who leave a church group, never attend church, or have corrupt morals or are perceived as morally deviant.

WE CANNOT LIVE NORMALLY. THERE IS A MANDATORY RACE. SO, EVERYTHING WE DO, WHATEVER IT MAY BE, IS FOR THE SAKE OF THIS RACE, WHICH IS PERFECT FAITH.

Card image
U P A H - 16 Maret 2025
2025-03-17 20:53:37


Ibrani 11:6
"Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia."

Kita dapati bahwa orang percaya yang telah sungguh-sungguh menunjukkan iman yang benar, ternyata tidak pernah mendapat upah di bumi. Kalaupun mereka seakan-akan menerima upah, itu bukan sesuatu yang dianggap sebagai upah yang dimaksud, yang karenanya mereka memiliki iman tersebut. Di ayat-ayat yang terakhir jelas dikatakan, "Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu” (Ibr. 11:39). Artinya upah yang dijanjikan oleh karena iman yang telah mereka miliki—sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik—ternyata upahnya itu tidak mereka terima di bumi. Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita, sebab tanpa kita, mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan.

Jadi, apa yang dijanjikan Allah kepada mereka dapat terealisir atau terwujud—upah yang dimaksud oleh karena iman yang mereka miliki—kalau kita melengkapi. Tentu harus didahului oleh karya keselamatan Allah di dalam Yesus Kristus, yang menebus semua dosa manusia dengan mati di kayu salib dalam ketaatan-Nya kepada Bapa di surga, dan kemudian disusul oleh kebangkitan-Nya. Dialah—atau Yesuslah—yang menjadi Raja di negeri yang dijanjikan itu, di dunia yang akan datang. Dan kita, anak-anak Allah, yang juga memiliki karunia sulung roh, seperti yang dikatakan dalam Roma 8, akan memerintah bersama-sama dengan Yesus. Kalau di dalam Ibrani 11:40 dipakai kata menyempurnakan, melengkapi; tanpa kita, mereka tidak sampai kepada kesempurnaan. Ini satu pernyataan yang luar biasa. Kitalah yang melengkapi mereka (Yun. teleo Τελέω). Jadi betapa luar biasa peran kita untuk mewujudkan apa yang telah dijanjikan Allah kepada mereka.

Itulah sebabnya, di dalam Ibrani 12:1 dikatakan bahwa ada perlombaan yang wajib. Kitalah orang-orang yang masuk dalam perlombaan tersebut. Selanjutnya, Ibrani 12:2 mengatakan bahwa perlombaan itu adalah memiliki iman yang sempurna seperti Yesus, memiliki ketaatan seperti ketaatan Tuhan Yesus. Jadi, kita tidak mungkin bisa hidup wajar. Ada perlombaan yang wajib. Sehingga semua yang kita lakukan, apa pun, adalah demi perlombaan itu, yaitu iman yang sempurna. Maka dikatakan dalam Ibrani 12:2, "Mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman dan membawa iman kita itu kepada kesempurnaan." Namun faktanya, hari ini kita jarang menemukan orang yang sungguh-sungguh ada di dalam perlombaan ini. Kita akan lebih mengerti mengapa Yesus berkata bahwa kita harus melepaskan segala sesuatu; kumpulkan harta di surga, pindahkan hati di sana.

Tetapi pada umumnya, manusia, termasuk banyak orang Kristen—dan tidak sedikit para rohaniwan atau pendeta—hidup dalam pengaruh kuasa kegelapan yang tidak memiliki fokus ke Kerajaan Surga. Mereka tidak mampu menyadari dan menghayati bahwa dunia ini bukan rumahnya. Padahal banyak ayat dalam Alkitab yang menunjukkan bahwa dunia ini memang bukan rumah kita. Yesus sendiri berkata bahwa kita bukan berasal dari dunia ini, sama seperti Dia bukan berasal dari dunia ini. Itulah sebabnya Yesus berkata, "Kumpulkan harta di surga, bukan di bumi. Sebab di mana ada hartamu, di situ hatimu berada." Yesus berkata bahwa Ia pergi menyediakan tempat bagi kita, dan setelah Ia menyediakan, Dia akan kembali, supaya di mana Tuhan berada, kita juga ada.

Paulus juga mengatakan bahwa kewargaan kita ada di surga, bukan di dunia. Itulah sebabnya Paulus juga mengatakan bahwa kita harus memikirkan perkara-perkara yang di atas, bukan yang di bumi (Kol. 3:1-4). Petrus pun berkata bahwa harta kita bukan di bumi, tetapi di surga (1Ptr. 1:3-4). Maka, ia menasihati agar kita menaruh seluruh pengharapan pada penyataan kedatangan Yesus (1Ptr. 1:13-14). Selanjutnya, Petrus juga menyatakan di ayat ke-17 bahwa kita adalah orang yang menumpang, orang yang tinggal di paroki (παροικί), tempat menumpang sementara. Orientasi orang Kristen harus pada negeri yang dijanjikan itu, yang sekarang nyaris tidak pernah dikampanyekan secara proporsional.

Beda dengan zaman rasul-rasul, Paulus sendiri mengatakan, "Aku rela mengalami semua itu hanya supaya aku dapat kebangkitan dari antara orang mati." Di depan penguasa, ia berkata, "Aku rela dipenjara karena belenggu ini demi kebangkitan dari antara orang mati." Pengharapan ke depan. Hari ini, tidak sedikit orang yang mencibir ketika kita bicara soal langit baru dan bumi baru. Tetapi kita tidak boleh surut sedikit pun. Orang Kristen yang ada dalam pengaruh kuasa kegelapan, hatinya terpisah dari Kerajaan Surga. Dan ciri itu sudah cukup menunjukkan bahwa orang tersebut terhilang. Jadi sangat naif kalau ciri orang terhilang itu hanya keluar dari kelompok gereja atau kelompok orang-orang Kristen, tidak pernah ke gereja, atau yang bermoral rusak atau dianggap melanggar moral.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA TIDAK MUNGKIN BISA HIDUP WAJAR. ADA PERLOMBAAN YANG WAJIB. SEHINGGA SEMUA YANG KITA LAKUKAN, APA PUN, ADALAH DEMI PERLOMBAAN ITU, YAITU IMAN YANG SEMPURNA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 Maret 2025
2025-03-16 20:37:26

Ulangan 17-20

Card image
Truth Kids 15 Maret 2025 - MALAIKAT TUHAN
2025-03-16 20:34:17

Mazmur 91:11
”sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu.”

Pada suatu pagi, Nia sedang berjalan menuju sekolah. Langit tampak cerah, dan burung-burung bernyanyi riang. Tiba-tiba, sebuah anjing besar muncul dari gang kecil. Anjing itu menggonggong keras dan tampak menakutkan. Nia sangat takut dan tidak tahu harus berbuat apa. "Tuhan, tolong aku," bisik Nia sambil gemetar. Tiba-tiba, seorang pria tua muncul dari arah berlawanan. Ia memegang tongkat dan dengan tenang menghalau anjing itu. Anjing tersebut segera pergi, dan Nia pun merasa lega. "Terima kasih, Pak," ujar Nia sambil tersenyum. Pria itu hanya mengangguk dan melanjutkan jalannya. Saat Nia menoleh lagi, pria tua itu sudah menghilang. Sesampainya di sekolah, Nia teringat pada pelajaran Sekolah Minggu bahwa Tuhan mengutus malaikat-Nya untuk melindungi kita. "Mungkin pria tua tadi adalah malaikat yang dikirim Tuhan untuk menolongku!" pikir Nia dengan hati penuh syukur.

Sobat Kids, kita tidak perlu takut karena Tuhan selalu menjaga kita. Malaikat-malaikat-Nya siap melindungi kita dari bahaya. Percayalah, Tuhan peduli dan selalu bersama kita. Yuk, tetap berdoa dan percaya bahwa Tuhan adalah Pelindung kita!

Card image
Truth Junior 15 Maret 2025 - ANAK PEMBERANI
2025-03-16 20:31:30


Mazmur 91:11
”sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu.”

Aku tak takut di malam yang g’lap
Aku tak takut jika sendiri
Kar’na ku tahu Tuhan beserta
Malaikat Bapaku menjaga
Ke mana ‘ku pergi, Tuhanku ada
Tak pernah ditinggalkan
Hatiku bahagia jadi anak-Nya
Bapa di surga

Di atas adalah lirik sebuah lagu yang mengajarkan kita untuk berani, Sobat Junior. Saat kita berada di malam yang gelap atau pun saat sedang sendirian, kita tidak perlu takut karena malaikat Bapa menjaga. Sobat Junior, percayalah bahwa Bapa selalu melindungi kita dari segala bahaya.

Bagaimana keadaan Sobat Junior saat ini? Apakah kalian sering merasakan ketakutan saat sekitar kalian gelap? Saat sedang takut menyerang, kalian bisa menyanyikan lagu di atas, Sobat Junior. Itu akan membantu kalian berlatih dan meningkatkan rasa berani kalian. Ingat juga untuk berdoa kepada Bapa di surga.

Yuk, kita ubah rasa takut kita. Walaupun hari sudah mulai gelap dan kalian harus sendirian karena orang tua perlu pergi sebentar, kalian tidak perlu takut. Atau saat kalian harus mulai tidur di kamar sendirian, terpisah dari orang tua, janganlah takut. Latihlah diri kalian untuk jadi anak pemberani. Pasti kalian bisa!

Card image
Truth Youth 15 Maret 2025 (English Version) - SETTING SPIRITUAL PRIORITIES
2025-03-16 20:29:20


"Make the most of every opportunity because the days are evil." (Ephesians 5:16)

In the midst of today’s fast-paced world, have you ever felt too busy to make time for God? School assignments, work, social media, and entertainment often fill our days without us realizing it, causing our spiritual priorities to shift. Ephesians 5:16 reminds us to use our time wisely because these days are full of distractions that can draw us away from God.

Setting spiritual priorities is an essential step in staying rooted and growing in Christ. One simple way to start is by dedicating daily time for God. This could be reading the Bible, meditating on His Word, or praying. It doesn’t have to be long; what matters is the quality. Treat this time as irreplaceable, just like meeting your best friend.

To make this time truly effective, we must also minimize distractions. For instance, set limits on social media usage or turn off notifications during devotion time. Social media often traps us in a cycle of comparison or consumes our attention on things that don’t build us up. By reducing its usage, we create more room for spiritual growth.

Additionally, surrounding yourself with a positive community significantly impacts your faith journey. Having friends who support your faith will help you stay focused on spiritual priorities. Good friends are those who encourage you to grow closer to God, not drift away from Him.

Today, let’s evaluate whether our time reflects our priorities. Don’t let worldly matters take over the attention that should be given to God. By making Him our top priority, we will find joy, peace, and clear direction in life. Let’s start reorganizing our time and growing deeper in Christ.

WHAT TO DO:
Focus on spiritual priorities and make God your top priority.
BIBLE MARATHON:
▪ Judges 4-5

Card image
Truth Youth 15 Maret 2025 - MEMBUAT PRIORITAS ROHANI
2025-03-15 23:28:55


”Dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.” (Efesus 5:16)

Di tengah kesibukan dunia yang serba cepat, pernahkah kamu merasa terlalu sibuk hingga sulit meluangkan waktu untuk Tuhan? Tugas sekolah, pekerjaan, media sosial, hingga hiburan sering kali mengisi hari kita tanpa terasa, sehingga prioritas rohani mudah tergeser. Efesus 5:16 mengingatkan kita untuk menggunakan waktu dengan bijak karena hari-hari ini penuh tantangan yang bisa menjauhkan kita dari Tuhan.

Membuat prioritas rohani adalah langkah penting untuk tetap berakar dan bertumbuh di dalam Kristus. Salah satu cara sederhana untuk memulainya adalah dengan meluangkan waktu harian untuk Tuhan. Ini bisa berupa membaca Alkitab, merenungkan firman-Nya, atau berdoa. Tidak perlu waktu yang panjang; yang penting adalah kualitasnya. Jadikan momen ini sebagai waktu yang tak tergantikan, seperti saat kamu bertemu dengan sahabat terbaikmu.

Namun, agar waktu ini benar-benar efektif, kita juga perlu mengurangi hal-hal yang bisa memecah fokus. Misalnya, atur batas waktu penggunaan media sosial atau matikan notifikasi selama waktu devosi. Media sosial sering kali membuat kita terjebak dalam siklus membandingkan diri dengan orang lain atau menyita perhatian kita pada hal yang tidak membangun. Dengan membatasi penggunaannya, maka kita bisa memberikan ruang lebih untuk hal-hal yang membawa pertumbuhan rohani.

Selain itu, memilih lingkungan yang positif juga berpengaruh besar. Bergaul dengan orang-orang yang mendukung imanmu akan membantu kamu tetap fokus pada prioritas rohani. Teman-teman yang baik adalah mereka yang mendorongmu untuk semakin dekat kepada Tuhan, bukan menjauh dari-Nya.

Hari ini, mari kita evaluasi kembali, sudahkah waktu kita mencerminkan prioritas kita? Jangan biarkan hal-hal duniawi mengambil alih perhatian yang seharusnya diberikan kepada Tuhan. Dengan membuat Tuhan sebagai prioritas utama, kita akan menemukan sukacita, kedamaian, dan arah hidup yang jelas. Yuk, mulai atur ulang waktumu dan bertumbuh semakin dalam di dalam Kristus.

WHAT TO DO:
Fokus kepada bukan hal duniawi dan menjadikan Tuhan priotitas utama

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hakim-hakim 4-5

Card image
Renungan Pagi - 15 Maret 2025
2025-03-15 20:52:35


Ada banyak orang yang sebenarnya pintar dan hebat, tetapi karena dia menyimpan niat jahat dalam hatinya, maka kegagalan demi kegagalan dan air mata yang dia temui dalam hidupnya.

Tetapi orang-orang yang tulus dan berlaku benar dalam hidupnya dialah yang akan melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan.

Card image
Quote Of The Day - 15 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-15 20:49:39


Kegagalan orang Kristen sebagai orang beriman adalah ketika ia gagal hidup dalam penguasaan dan kontrol Tuhan, yang adalah pemilik hidup ini.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 15 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-15 20:47:23


Orang yang telah ditebus, berarti kepemilikan hidupnya diambil supaya ia benar-benar menjadi benar.

Card image
DIVINE CONSCIENCE - 15 Maret 2025 (English Version)
2025-03-15 20:46:28


If we believe that Jesus is the Redeemer, it means we are talking about ownership. But why are many people unwilling to be owned by God? In fact, when someone says, "Forgive my sins, Lord," he must improve his life. We should not treat God as merely a "sin sweeper"—making a mess again, asking for forgiveness, and getting cleaned up again. Why can't Satan's sins be forgiven? Because he can't be fixed anymore. So, if we cannot be corrected, then Satan is our father. That is why we must remain in His Word so that we can truly grow. A disciple learns, grows, and develops. Only then will we know the truth, and the truth will set us free. This is a struggle.

Therefore, in Christianity, the discussion of salvation includes both redemption and justification. Praise God, we have been justified by the Lord Jesus, meaning that we are sinners, we are justified so that we can truly be righteous.We are sanctified so that we truly become holy. However, this does not mean we become passive. In fact, the person who has been redeemed, means that ownership of his life is taken so that he truly becomes righteous. What has been our response so far to the redemption of the blood of the Lord Jesus? Unfortunately, many people are ignorant and do not understand. They think that if God has forgiven them, then their sins have simply disappeared, as if a debt had been erased. But the Bible says, "We are all debtors—not to live according to the flesh, but to live according to the Spirit." So, we must live under the guidance of the Spirit. And in order to do so, a person must have a divine conscience.

So, as long as we are still willing to repent, there is still a chance to be forgiven. But if we are dead, the soul and spirit are united, there is no more chance to be fixed. That is the final achievement of a person's life, our life. So, if God says, "You must be perfect as your heavenly Father is perfect," it means that our conscience must be clean. How can we have a clean conscience? By always listening to the pure Word, because the Word sets us free. Conscience is the human ability, derived from moral awareness, to determine and decide what is good and bad from a subjective perspective. Here, the conscience functions as both a rule-maker and a judge, determining what is right and wrong, what is good and evil.

In Hebrew, the word conscience is kilyah כִּלְיָה, which means kidney. The function of the kidney is to separate what should be discarded and what can enter the body. Similarly, if a person's conscience is damaged, they lose the ability to distinguish between what is good and bad, what is pleasing and displeasing, and what is perfect and imperfect. Humanity's fall into sin has led to a condition where the conscience can no longer mature or be perfected according to the level that the Father desires. This is what is meant by "man has lost the glory of God." Losing the glory of God does not mean losing human dignity entirely. Humans still possess a level of glory higher than that of animals or any other creatures. However, they can no longer attain perfection like God—that is the issue. Losing the glory of God does not mean that man is completely damaged. However, there is human glory that is also considered good to a certain extent.

Our response to truth shapes our conscience. If we listen to God's voice—because "man does not live by bread alone, but by every word that comes from the mouth of God"—then as we absorb God's thoughts and feelings, our conscience becomes a divine conscience. The Holy Spirit is given to us so that He may guide us into all truth, enabling us to understand the truth, and thus transforming our conscience into a divine one. Therefore, if we desire to have a divine conscience, we must listen to the pure Word and be willing to abandon worldly ways of living. We must not be materialistic at all. The Lord Jesus taught this when He said, "Do not store up for yourselves treasures on earth, but store up treasures in heaven. For where your treasure is, there your heart will be also. The eye is the lamp of the body." Ironically, in reality, most of us are still materialistic—or at the very least, we want to live a normal life.

Even if we were to have all the wealth, honor, and our life span was still a hundred years, but we must remember that everything has an end, there is an end. And at the end of our life, aren't we afraid if we still live carelessly? Perhaps we only have ten years left—or even less—so why do we dare take such a risk? So, the fall of man into sin caused man to be sold under the power of sin. The word sin here means "to miss the mark", preventing humanity from living precisely as God intended. Redemption in Jesus Christ makes it possible for a person to receive the seal of the Holy Spirit, and the seal is not a passive seal, but an active one. The seal can be activated through our response in learning the Word. Thus, the paralysis of the conscience that prevents it from reaching God's holiness can be reversed, because the means for restoration have been provided.

Conscience is the human ability, derived from moral awareness, to determine and decide what is good and bad from a subjective perspective.

Card image
NURANI ILAHI - 15 Maret 2205
2025-03-15 20:43:51


Kalau kita percaya bahwa Yesus adalah Sang Penebus, berarti kita bicara soal kepemilikan. Namun mengapa banyak orang tidak bersedia dimiliki oleh Tuhan? Sejatinya saat seseorang berkata, “Ampuni dosaku, Tuhan,” mau tidak mau, dia harus perbaiki hidupnya. Jangan hanya menjadikan Tuhan sebagai “tukang sapu dosa.” Dikotori lagi, minta ampun, bersihkan lagi. Kenapa Iblis tidak bisa diampuni dosanya? Karena tidak bisa diperbaiki lagi. Jadi, kalau kita tidak bisa diperbaiki, Iblislah bapa kita. Maka kita harus tetap dalam firman-Nya, supaya kita benar-benar bisa berkembang. Murid belajar dan bertumbuh atau berkembang. Sehingga kita akan mengenal kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan. Ini sebuah perjuangan.

Oleh sebab itu, dalam kekristenan, pokok-pokok bahasan mengenai keselamatan itu termasuk penebusan, dan juga pembenaran. Puji Tuhan, kita telah dibenarkan oleh Tuhan Yesus, artinya kita orang berdosa, kita dibenarkan supaya benar-benar menjadi benar. Kita disucikan supaya benar-benar menjadi suci. Namun kemudian, bukan berarti kita menjadi pasif. Justru orang yang telah ditebus, berarti kepemilikan hidupnya diambil supaya ia benar-benar menjadi benar. Apa respons kita selama ini terhadap penebusan darah Tuhan Yesus? Sayangnya, betapa banyak orang bodoh dan tidak mengerti. Mereka berpikir kalau Allah telah mengampuni, berarti Allah sudah menganggap dosanya hilang dan lenyap. Seperti seorang yang berutang, lalu dianggap beres utangnya. Padahal Alkitab berkata, “Kita semua adalah orang berutang, bukan untuk hidup menurut daging, melainkan hidup menurut Roh.” Jadi kita harus hidup dipimpin Roh, dan untuk bisa hidup dipimpin oleh Roh, orang harus punya nurani ilahi.

Jadi, selama kita masih mau bertobat, masih ada kesempatan diampuni. Namun kalau sudah mati, jiwa dan roh menyatu, tidak ada lagi kesempatan untuk diperbaiki. Itu merupakan prestasi terakhir hidup seseorang, hidup kita. Jadi, kalau Tuhan berkata, "Haruslah kamu sempurna seperti Bapa di surga sempurna," artinya hati nurani kita harus bersih. Bagaimana kita bisa memiliki kebersihan hati nurani? Kalau kita selalu mendengar firman yang murni, karena firman itu memerdekakan. Hati nurani adalah kemampuan yang dimiliki manusia dari fenomena moralnya untuk menetapkan dan memutuskan apa yang baik dan buruk secara subjektif. Di sini, hati nurani berfungsi sebagai pembuat peraturan, tetapi sekaligus menentukan yang baik dan yang tidak baik, yang benar dan yang tidak benar.

Dalam bahasa Ibrani, kata hati nurani itu kilyah כִּלְיָה, yang artinya ginjal. Fungsi ginjal adalah untuk memisahkan apa yang harus dibuang dan mana yang bisa masuk ke dalam tubuh. Kalau nurani orang sudah rusak, dia tidak bisa memisahkan mana yang baik dan tidak baik, mana yang berkenan dan tidak berkenan, juga mana yang sempurna dan yang tidak sempurna. Kejatuhan manusia dalam dosa membawa manusia pada kondisi di mana hati nuraninya tidak bisa didewasakan atau disempurnakan sesuai dengan level yang Bapa inginkan. Inilah yang disebut dengan “manusia telah kehilangan kemuliaan Allah.” Kehilangan kemuliaan Allah, bukan kemuliaan manusia. Sebab manusia tetap memiliki kemuliaan yang lebih dari hewan atau makhluk mana pun. Akan tetapi manusia tidak bisa menjadi sempurna seperti Allah. Itu masalahnya. Hilangnya kemuliaan Allah bukan berarti manusia jadi rusak sama sekali. Namun ada kemuliaan manusia yang dalam batas-batas tertentu juga dinilai baik.

Reaksi kita terhadap kebenaran akan membangun nurani. Kalau yang didengar adalah suara Allah—karena manusia bukan hanya hidup dari roti, melainkan dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah—maka pikiran perasaan Allah yang diserap, nuraninya menjadi nurani ilahi. Jadi Roh Kudus diberikan kepada kita, agar Roh Kudus menuntun kita kepada segala kebenaran, agar kita mengerti kebenaran, lalu nurani kita menjadi nurani ilahi. Sehingga, kalau kita mau memiliki nurani ilahi, kita harus mendengar firman yang murni, dan harus berani meninggalkan kewajaran hidup. Kita nggak boleh materialistis sama sekali. Tuhan Yesus sudah mengajarkannya ketika Ia berkata, “Jangan kumpulkan harta di bumi, kumpulkanlah harta di surga. Sebab di mana hartamu di situ hatimu berada. Mata adalah pelita tubuh.” Ironis, sejujurnya, rata-rata kita masih materialistis, paling tidak, mau hidup wajar.

Seandainya kita bisa punya segala kekayaan, kehormatan, dan usia hidup kita masih seratus tahun lagi, namun harus diingat bahwa semua ada ujungnya, ada akhirnya. Dan di ujung umur hidup kita, tidakkah kita takut jika masih hidup sembarangan? Padahal mungkin saja sisa umur kita tinggal sepuluh tahun, atau kurang, tetapi mengapa kita berani ambil resiko? Jadi, kejatuhan manusia ke dalam dosa membawa manusia terjual di bawah kuasa dosa. Dosa di situ artinya "luncas" atau "meleset," yang membuat manusia tidak bisa tepat seperti yang Allah kehendaki. Penebusan dalam Yesus Kristus memungkinkan seseorang mendapat meterai Roh Kudus dan meterai itu bukan meterai pasif, melainkan aktif. Meterai itu bisa diaktifkan melalui respons kita belajar firman. Sehingga kelumpuhan hati nurani yang tidak bisa mencapai kesucian Allah akan bisa jalan atau bangkit, karena fasilitasnya disediakan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

HATI NURANI ADALAH KEMAMPUAN YANG DIMILIKI MANUSIA DARI FENOMENA MORALNYA UNTUK MENETAPKAN DAN MEMUTUSKAN APA YANG BAIK DAN BURUK SECARA SUBJEKTIF.

Card image
Truth Kids 14 Maret 2025 - A GOOD SHEPHERD
2025-03-14 21:05:40


Mazmur 23:1
”Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.”

Pagi itu, Lisa dan adiknya, Daniel, bermain di halaman. Daniel melihat seekor burung kecil sedang mencari makan. Burung itu mematuk-matuk tanah, lalu terbang ke pohon untuk mengambil biji. Daniel bertanya, "Kak Lisa, burung itu punya makanan dari mana, ya? Kan dia tidak pergi ke pasar." Lisa tersenyum dan menjawab, "Tuhan yang menyediakan, Daniel. Tuhan tahu burung itu butuh makanan, jadi Dia memberi mereka biji-bijian dan serangga untuk dimakan." Daniel memandang burung itu dengan kagum, lalu bertanya lagi, "Kalau kita, Kak? Apakah Tuhan juga menyediakan buat kita?" "Tentu, Daniel," jawab Lisa. "Tuhan itu seperti gembala yang baik. Gembala selalu menjaga dan memberi makan domba-dombanya. Kita adalah 'domba-domba' Tuhan. Dia tahu apa yang kita butuhkan dan selalu menyediakan tepat pada waktunya."

Sobat Kids, Tuhan adalah Gembala yang baik. Dia tahu semua kebutuhan kita: makanan, pakaian, rumah, bahkan teman. Kita tidak perlu khawatir, karena Tuhan selalu mencukupi. Saat kita percaya dan bersyukur, hati kita akan damai dan sukacita. Mari kita ingat: "Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku" (Mzm. 23:1). Apa pun yang kita butuhkan, Tuhan sudah siapkan!

Card image
Truth Junior 14 Maret 2025 - GEMBALA
2025-03-14 21:02:49


Mazmur 23:1
”Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.”

Adakah di antara Sobat Junior yang menyenangi hal-hal berhubungan dengan peternakan? Biasanya dalam sebuah peternakan, ada orang yang mengurus segala kebutuhan hewan ternaknya. Orang yang mengurus ternak disebut gembala. Walaupun hanya mengurusi hewan ternak, tugas seorang gembala sangatlah penting, Sobat Junior. Gembala harus memastikan semua kebutuhan hewan ternaknya tercukupi dengan baik. Kebutuhan makan, minum, kandang yang nyaman, tidak ada kutu atau wabah penyakit, bahkan mandinya hewan ternak diurus oleh seorang gembala. Tanggung jawab seorang gembala sangat banyak dan penting.

Raja Daud sering kali mengumpakan Tuhan sebagai Gembalanya. Dalam hidupnya, Daud merasakan dan mengalami pemeliharaan dan tuntunan dari Tuhan. Oleh sebab itu, dalam ayat hari ini Daud berkata, “TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.”

Seperti gembala yang baik, Tuhan selalu menyediakan apa yang kita butuhkan. Kebutuhan yang dimaksudkan di sini adalah benar-benar kebutuhan yang sangat kita butuhkan, ya, Sobat Junior. Semua keinginan kita belum tentu kebutuhan. Misalnya kita ingin jalan-jalan ke luar negeri, ingin membeli mainan yang sedang viral, atau bahkan ingin membeli baju dengan model yang sedang digemari anak-anak zaman now; itu semua bukanlah kebutuhan. Tuhan, Sang Gembala kita, akan memelihara kita setiap saat.

Card image
Truth Youth 14 Maret 2025 (English Version) - OVERTHINKING?
2025-03-14 21:00:03


"Whatever is true, whatever is noble, whatever is right, whatever is pure, whatever is lovely, whatever is admirable—if anything is excellent or praiseworthy—think about such things." (Philippians 4:8)

Sometimes, we get too caught up in our own thoughts. We think about all the worst possibilities, imagine things that may never happen, and keep questioning, "Am I good enough? Will I succeed? What do people think of me?" Overthinking is like a dead-end road that exhausts us but is hard to escape from. This kind of lingering thought often traps us in anxiety and uncertainty.

The problem with overthinking is that it doesn’t just affect our minds; it influences our hearts too. We become easily anxious, struggle to trust God, and even lose the peace we should be experiencing. Instead of surrendering our worries to God, we carry them alone, as if we must bear all of life’s burdens by ourselves. However, Philippians 4:8 reminds us to focus on things that are true, noble, and uplifting: "Whatever is true, whatever is noble, whatever is right, whatever is pure, whatever is lovely, whatever is admirable—if anything is excellent or praiseworthy—think about such things." This verse is the key for those of us trapped in overthinking. When our minds are filled with anxiety and worry, God invites us to replace those negative thoughts with positive ones.

Focus on God’s goodness in our lives, His sure promises, and all things that can uplift our spirit and faith. Reflect on this: When was the last time you paused and consciously chose to think about positive and uplifting things? God never asks us to handle everything alone. He just wants us to trust Him and surrender our burdens to Him. So, when overthinking creeps in again, take a moment to pause. Redirect your thoughts to God and let Him bring peace to your heart. You are enough because you belong to Him.

WHAT TO DO:
1. Redirect your focus from worries by thinking about what is true and positive according to Philippians 4:8.
2. Pause for a moment and surrender your worries to God in prayer.
3. Trust everything to God because He is in control of your life.

BIBLE MARATHON:
▪ Judges 1-3

Card image
Truth Youth 14 Maret 2025 - OVERTHINKING ?
2025-03-14 18:40:25


”Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” (Filipi 4:8)

Kadang, kita terlalu sibuk dengan pikiran kita sendiri. Kita memikirkan semua kemungkinan buruk, membayangkan hal-hal yang mungkin nggak akan pernah terjadi, dan terus bertanya, “Apa aku cukup baik? Apa aku akan berhasil? Apa yang orang pikirkan tentang aku?” Overthinking itu seperti jalan buntu yang bikin kita lelah, tapi sulit keluar. Pikiran yang berlarut-larut ini sering kali membuat kita terjebak dalam kecemasan dan ketidakpastian.

Masalahnya, overthinking bukan cuma soal pikiran. Itu bisa memengaruhi hati kita juga. Kita jadi mudah merasa cemas, sulit percaya pada Tuhan, bahkan kehilangan damai sejahtera yang seharusnya kita rasakan. Alih-alih menyerahkan kekhawatiran kepada Tuhan, kita malah sibuk memikirkan segala hal sendirian, seakan-akan kita harus memikul semua beban hidup ini sendirian. Namun, dalam Filipi 4:8, Tuhan mengingatkan kita untuk fokus pada hal-hal yang benar, mulia, dan membangun: “Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” Ayat ini menjadi kunci untuk kita yang sering terjebak dalam _overthinking_. Saat pikiran kita dipenuhi kecemasan dan kekhawatiran, Tuhan mengajak kita untuk mengganti semua pikiran negatif dengan yang positif.

Fokuslah pada kebaikan Tuhan dalam hidup kita, pada janji-janji-Nya yang pasti, dan pada segala hal yang bisa membangkitkan semangat serta iman kita. Renungkan ini: kapan terakhir kali kamu berhenti sejenak dan benar-benar memilih untuk memikirkan hal-hal yang positif dan membangun? Tuhan nggak pernah meminta kita untuk menyelesaikan segala sesuatunya sendirian. Dia hanya ingin kita percaya dan menyerahkan semua beban kita kepada-Nya. Jadi, saat overthinking datang lagi, berhentilah sejenak. Alihkan perhatianmu pada Tuhan dan biarkan Dia membawa kedamaian dalam hatimu. Kamu cukup, karena kamu adalah milik-Nya.

WHAT TO DO:
1.Alihkan fokus dari kekhawatiran dengan memikirkan hal-hal yang benar dan positif menurut Filipi 4:8.
2.Berhenti sejenak dan serahkan kekhawatiranmu kepada Tuhan dalam doa.
3.Percayakan segala hal kepada Tuhan, karena Dia memegang kendali atas hidupmu.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hakim-hakim 1-3

Card image
Renungan Pagi - 14 Maret 2025
2025-03-14 18:19:37


Orang yang tinggi hati akan selalu punya musuh, karena dimanapun dia berada selalu membuat banyak keributan, awalnya mungkin segala sesuatu kelihatannya baik dan menyenangkan, tetapi lama kelamaan kesombongannya akan membuat orang tidak lagi respek terhadap dia.

Jadi jelas bagi kita bahwa orang yang tinggi hati akan dikelilingi oleh musuh, tetapi orang yang rendah hati selalu akan mendapat sahabat dan Tuhan mengajari kita untuk hidup berdamai dengan semua orang.

Card image
Quote Of The Day - 14 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-14 18:18:36


Setiap rencana kita harus dimulai dengan kalimat: Bila Tuhan menghendakinya. Inilah kehidupan wajar orang beriman.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 14 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-14 18:17:08


Kalau Alkitab berkata kita harus mengalami pembaharuan pikiran supaya kita mengerti kehendak Allah—apa yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna—itu berarti ada potensi untuk mengerti apa yang diingini Tuhan.

Card image
CONSCIENCE - 14 Maret 2025 (English Version)
2025-03-14 18:15:13


Understanding the matter of conscience is very important because it relates to the process of living under the guidance of the Spirit and to becoming perfect like the Father. This is the very heart of Christian life—a fundamental issue. People whose consciences are formed or awakened by the truths of God will have a divine conscience. This process can take decades until someone will understand the will of God—what is good, pleasing, and perfect. Here, the divine conscience can truly represent the voice of God. In all its considerations and decisions, it will be in accordance with what God wants. Remember, the Word of God says, "Not everyone who says to Me, ‘Lord, Lord,’ will enter the Kingdom of Heaven, but only the one who does the will of My Father." Doing the will of the Father is something abstract. When it comes to obeying laws, there is clearly a written formula, there is a written description, there is an interpretation of the law that can make each person have uniformity.

However, when we talk about doing God's will—doing what He desires—it is abstract. If a child wants to do what his father desires, or if a wife wants to fulfill her husband's wishes, she must truly know who her father or husband is. If she does not know him well, she might say, "I don't understand what he wants." But we cannot say this to God: "I don’t understand what God wants." Knowing and understanding a person is difficult. Humans can be full of intrigue, deception, and hypocrisy. As the saying goes, "The depths of the ocean can be measured, but who can understand the human heart?" Even after decades of marriage, a wife might still say, "I don’t understand my husband; I feel like I don’t really know him." If understanding human desires is already difficult, how much more so when it comes to the unseen God?

But God is different. He has no intrigue, no hypocrisy. He has promised, "Whoever seeks Me will find Me." This means that it is possible for us to know God and understand what He desires. So when the Bible says we must experience a renewal of mind so that we understand God's will—what is good, acceptable, and perfect—that means there is the potential to understand what God desires. A matured conscience will reach a level where it comprehends God's will. This possibility exists because God Himself said, "Be transformed by the renewal of your mind, so that you understand the will of God, what is good, acceptable, and perfect."

God possesses perfection within Himself. His Spirit, which is His divine essence, and His consciousness are perfectly united in holiness and in moral perfection. In God's nature, there is no evil intent whatsoever, and He can never make a mistake. He does not change. Conversely, Satan also has a spirit, which is the element of life, and a soul, which is the element of consciousness, but they are perfectly united in evil and darkness. Satan is incapable of doing what is right. He also cannot change. This means he can only do what is evil. The Lord Jesus said, "When he lies, he speaks from his own nature." Satan commits sin because it is born from within himself and cannot change anymore, meaning it cannot be fixed; whereas humans can still be fixed. Therefore, the forgiveness that God gives must be accompanied by change. This means that there must be improvement. If someone repents and asks for forgiveness, it means that he is willing to be fixed.

When the Lord Jesus said, "You belong to your father, the devil, and you want to carry out your father's desires," in John 8:44, He was speaking to a group of Jews who could no longer be changed. However, in the preceding verses, John 8:31-32, He said, "If you hold to My teaching, you are truly My disciples. Then you will know the truth, and the truth will set you free. And if the Son sets you free, you will be truly free." The problem is, do we want to be set free or not?

Paul warned the Corinthians in 2 Corinthians 11:2-3, "But I am afraid that just as Eve was deceived by the serpent’s cunning, your minds may somehow be led astray from your sincere and pure devotion to Christ." In this verse, Paul emphasizes the importance of the mind and conscience. If our conscience is damaged or darkened, then our entire life will be in darkness. This aligns with the verse that says, "The eye is the lamp of the body. If your eyes are unhealthy, your whole body will be full of darkness." If a person's conscience is darkened and dulled, their entire life will be dark. Imagine a man riding a motorcycle with his wife, and they get hit by a truck. The motorcycle is wrecked, the man lies unconscious on the ground, and his wife, barely alive, struggles to crawl to the side of the road. Then, someone approaches as if to help—but instead, they steal the woman's bag and run away. This person’s conscience has completely deviated from the conscience of a normal, good-hearted person. What about us?

PEOPLE WHOSE CONSCIENCES ARE FORMED OR AWAKENED BY THE TRUTHS OF GOD WILL HAVE A DIVINE CONSCIENCE.

Card image
HATI NURANI - 14 Maret 2025
2025-03-14 18:10:49


Memahami hal hati nurani sangat penting, sebab hal ini berkaitan dengan proses hidup dipimpin Roh, juga berkenaan dengan sempurna seperti Bapa. Jadi, ini adalah jantung hidup kekristenan, masalah yang sangat fundamental. Orang yang hati nuraninya terbentuk atau terbangun oleh kebenaran-kebenaran Allah akan menjadi hati nurani ilahi. Dan prosesnya bisa berpuluh tahun, sampai seseorang akan mengerti kehendak Allah—apa yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna. Di sini, hati nurani ilahi tersebut, sungguh dapat mewakili suara Allah. Dalam segala pertimbangan serta keputusannya, akan sesuai dengan apa yang Allah kehendaki. Ingat, firman Tuhan mengatakan, "Bukan orang yang berseru kepada-Ku, ‘Tuhan, Tuhan,’ masuk Kerajaan Surga, tetapi orang yang melakukan kehendak Bapa." Melakukan kehendak Bapa sesuatu yang abstrak. Kalau melakukan hukum, jelas ada rumusan tertulis, ada deskripsi tertulis, ada penafsiran hukum yang bisa membuat masing-masing orang memiliki keseragaman.

Berbicara mengenai melakukan kehendak Allah, atau sama dengan melakukan apa yang diingini-Nya, itu abstrak. Kalau seorang anak melakukan apa yang diingini bapaknya, atau seorang isteri melakukan apa yang diingini suami, maka ia harus mengenal betul siapa orang tua atau siapa suaminya. Kalau tidak kenal, ia akan berkata, "Aku nggak ngerti, loh, maunya dia itu apa." Namun kita tidak bisa berkata begitu kepada Tuhan, "Aku tidak ngerti apa maunya Tuhan." Mengenal dan memahami seseorang itu sulit. Apalagi manusia bisa penuh intrik, kelicikan dan munafik, "Dalam laut dapat diduga, hati orang siapa tahu?" Sudah menikah beberapa puluh tahun, isteri bisa berkata, "Aku tidak mengerti suamiku; aku rasanya tidak mengenal dia." Memahami apa yang dimaui dan mengerti apa yang diingini oleh manusia saja sulit, apalagi yang tidak kelihatan.

Berbeda dengan Tuhan. Tuhan tidak ada intrik, Tuhan tidak ada kemunafikan. Dia berjanji, "Siapa yang mencari Aku, akan menemukannya." Itu berarti kita dimungkinkan mengenal Allah dan memahami apa yang dimaui-Nya. Jadi, kalau Alkitab berkata kita harus mengalami pembaharuan pikiran supaya kita mengerti kehendak Allah—apa yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna—itu berarti ada potensi untuk mengerti apa yang diingini Tuhan. Hati nurani yang didewasakan akan sampai pada level di mana dia memahami apa yang diingini oleh Tuhan. Dan kemungkinan itu ada, sebab Tuhan sendiri yang berkata, "Berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga engkau mengerti kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna."

Allah memiliki kesempurnaan di dalam diri-Nya. Roh, yaitu unsur keilahian-Nya, dan kesadaran telah menyatu sempurna dalam kesucian, menyatu sempurna dalam kesempurnaan moral. Pada pribadi Allah, tidak ada niat jahat sama sekali, dan Dia tidak akan dapat berbuat suatu kesalahan. Ia tidak berubah. Tetapi sebaliknya, Iblis juga memiliki roh yang adalah unsur kehidupan dan jiwa yang adalah unsur kesadaran telah menyatu dalam kejahatan atau kegelapan yang sempurna. Iblis tidak akan bisa berbuat sesuatu yang benar. Ia pun juga tidak bisa berubah. Artinya, ia hanya bisa berbuat apa yang jahat. Tuhan Yesus mengatakan, "Kalau ia mengucapkan dusta, ia melakukan dari dalam dirinya." Iblis melakukan kesalahan, dosa itu terlahir dari dalam dirinya dan tidak bisa berubah lagi, artinya tidak bisa diperbaiki; sedangkan kalau manusia masih bisa diperbaiki. Oleh sebab itu, pengampunan yang Tuhan berikan itu pasti disertai dengan perubahan. Artinya, harus ada perbaikan. Jika seseorang bertobat minta ampun berarti ia bersedia untuk diperbaiki.

Ketika Tuhan Yesus berbicara, "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu," di Yohanes 8:44, Dia berkata kepada sekelompok orang Yahudi yang tidak bisa diubah lagi. Namun ayat sebelumnya, ayat 31-32 katakan, "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu. Dan apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka." Masalahnya, kita mau dimerdekakan atau tidak?

Paulus berkata kepada jemaat Korintus, di 2 Korintus 11:2-3, "Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.” Dalam ayat ini Paulus menekankan betapa pentingnya pikiran, hati nurani. Kalau hati nurani kita sudah rusak atau gelap, maka gelaplah hidup kita. Sejajar dengan ayat yang mengatakan, “Mata adalah pelita tubuh. Kalau matamu gelap, gelaplah seluruh tubuhmu.” Kalau hati nurani seseorang sudah gelap, sudah tumpul, gelaplah seluruh hidupnya. Coba bayangkan, ada seorang bapak yang membonceng isteri, tertabrak truk, motornya ringsek. Si bapa tergeletak tak sadarkan diri, ibunya setengah mati mencoba untuk meraya ke pinggir jalan. Lalu, seseorang datang seolah-olah mau menolong, namun ternyata malah mengambil tas ibu itu, lalu kabur. Hati nuraninya sudah sangat terbalik dari nurani orang baik pada umumnya. Bagaimana dengan kita?

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG HATI NURANINYA TERBENTUK ATAU TERBANGUN OLEH KEBENARAN-KEBENARAN ALLAH AKAN MENJADI HATI NURANI ILAHI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 Maret 2025
2025-03-14 18:03:01

Ulangan 11-13

Card image
Truth Kids 13 Maret 2025 - DIA TIDAK INGKAR JANJI
2025-03-13 21:05:21


Bilangan 23:19
”Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?”

Tom menagih janji ayahnya untuk membelikan sebuah lampu belajar. Namun, ayahnya sangat sibuk bekerja dan selalu pulang malam. Tom sering mengingatkan ayahnya supaya cepat membelikan lampu belajar. "Kalau Ayah sibuk, bisa pesan online saja," kata Tom sambil menahan air mata. "Iya, Tom. Maafkan Ayah. Ayah sering lupa."

Ayah Tom akhirnya membelikan lampu melalui toko online. Sebenarnya ayah Tom menunda permintaan Tom karena memang keluarga mereka sedang mengalami masalah ekonomi.

Sobat Kids, ayah kita di dunia ini pasti akan mengupayakan yang terbaik bagi anak-anaknya, apalagi Bapa kita di surga. Ia akan selalu memberikan yang terbaik bagi kita dan selalu menepati janji-janji-Nya untuk menyertai dan memberkati kita. Oleh karena itu, yakinlah bahwa Bapa di surga akan memelihara hidup kita sampai akhirnya kita kembali ke rumah Bapa.

Card image
Truth Junior 13 Maret 2025 - THE REAL ONE
2025-03-13 21:02:56


Bilangan 23:19
”Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?”

Dengan semakin majunya zaman dan teknologi, AI (Artificial Intelligence) sudah merajalela di mana-mana. Kita bisa bertanya macam-macam. Kita juga bisa mencari banyak informasi yang ingin kita ketahui. Namun, semua jawaban yang diberikan oleh AI tidak berasal dari hati manusia. AI tidak dapat mengetahui isi hati manusia. AI tidak dapat mengetahui kita berbohong atau tidak, Sobat Junior. AI memang demikian, karena AI bukanlah manusia. AI tidak memiliki hati nurani seperti manusia. Itu yang menjadikan AI berbeda dengan manusia.

Sedangkan, Allah dapat mengetahui ketika kita berbohong atau ingkar janji. Ketika Allah berjanji, Allah pasti akan selalu menepati janji-janji-Nya. Kemahatahuan Allah melebihi kecerdasan AI. Allah adalah Pencipta dunia beserta isinya, termasuk menciptakan manusia yang membuat teknologi AI.

Allah bukan manusia, tapi bisa merasakan perasaan dan isi hati manusia karena Ia Maha Tahu. Ketika kita berdoa dan mencurahkan isi hati kita kepada-Nya, Allah akan setia mendengar setiap seruan kita. Yuk, Sobat Junior, kita curhat ke Allah dan bukannya ke AI.

Card image
Truth Youth 13 Maret 2025 (English Version) - BIG IMPACT
2025-03-13 21:00:39


"Let your light shine before others, that they may see your good deeds and glorify your Father in heaven." (Matthew 5:16)

Have you ever felt like your life is stagnant? You’ve prayed, read the Bible, and attended church, yet nothing seems to change? Sometimes, we forget that spiritual growth isn’t just about what we absorb but also what we produce. Like a tree, the more it grows, the more fruit it bears.

Take Joseph, for example. You’ve probably heard of him—one of the young figures in the Bible whose growth had a huge impact. He started with big dreams but was sold by his brothers, imprisoned, and faced numerous hardships. What made Joseph different? He never stopped growing in character and faith, even in unfavorable circumstances. He remained faithful to God, and in the end, he not only saved Egypt but also his own family.

What about us? Life often feels like a roller coaster—full of ups and downs. But in these tough times, God is "fertilizing" us to grow stronger. When we choose to remain faithful, patient, and learn from each experience, we are preparing ourselves to be a blessing to others.

Start small. Be a light in your surroundings—whether by showing love, sharing your time, or helping a friend in need. Don’t wait for the perfect conditions. God can use you right now, wherever you are. True growth always leads to impact. So, the question is: Is your life bearing fruit? Don’t just focus on growing—become a young person who makes a big impact on this world.

WHAT TO DO:
1. Stay faithful and patient in difficult times, as they are part of your spiritual growth.
2. Be a light in your surroundings through simple acts of love and kindness.
3. Don't wait for perfect conditions—allow God to use your life to make an impact now.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Joshua 23-24

Card image
Truth Youth 13 Maret 2025 - BIG IMPACT
2025-03-13 20:59:00


”Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga.” (Matius 5:16)

Kamu pernah merasa hidup ini jalan di tempat? Sudah doa, baca Alkitab, dan ikut ibadah, tapi kok rasanya nggak ada yang berubah, ya? Kadang, kita lupa bahwa pertumbuhan rohani bukan cuma soal apa yang kita serap, tapi juga apa yang kita hasilkan. Sama seperti pohon, semakin dia bertumbuh, semakin besar pula buah yang dia hasilkan.

Misalnya kita lihat Yusuf. Pasti sudah tahu Yusuf kan? Yusuf adalah salah satu contoh anak muda di Alkitab yang pertumbuhannya menghasilkan dampak besar. Dia mulai dari mimpi besar, tapi malah dijual saudara-saudaranya, masuk penjara, dan mengalami berbagai kesulitan. Tapi apa yang bikin Yusuf beda? Dia nggak pernah berhenti bertumbuh dalam karakter dan iman, bahkan di tengah situasi yang nggak ideal. Yusuf terus setia pada Tuhan, sehingga di titik akhirnya, dia bukan cuma jadi penyelamat Mesir, tapi juga keluarganya sendiri.

Bagaimana dengan kita? Hidup kita juga sering kayak roller coaster—ada naik, ada turun. Tapi justru dalam masa-masa sulit itulah, Tuhan lagi ngasih “pupuk” supaya kita bertumbuh lebih kuat. Ketika kita memilih untuk tetap setia, sabar, dan terus belajar dari setiap pengalaman, maka kita sedang mempersiapkan diri untuk menjadi berkat bagi orang lain.

Mulailah dengan langkah kecil. Jadilah terang di lingkunganmu—entah dengan menunjukkan kasih, berbagi waktu, atau membantu teman yang lagi kesulitan. Jangan tunggu sampai keadaan sempurna. Tuhan bisa pakai kamu sekarang, di mana pun kamu berada. Ingat, pertumbuhan yang sejati akan selalu menghasilkan dampak. Jadi, pertanyaannya: apakah hidupmu sudah menghasilkan buah? Jangan cuma jadi anak muda yang sibuk tumbuh, tapi jadilah anak muda yang berdampak besar bagi dunia ini.

WHAT TO DO:
1.Tetap setia dan sabar dalam menghadapi masa sulit, karena itu adalah bagian dari proses pertumbuhan rohani.
2.Mulailah menjadi terang di lingkunganmu dengan tindakan sederhana seperti menunjukkan kasih dan membantu sesama.
3.Jangan tunggu keadaan sempurna, biarkan Tuhan memakai hidupmu untuk berdampak mulai dari sekarang.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yosua 23-24

Card image
Renungan Pagi - 13 Maret 2025
2025-03-13 18:42:37


Hati kita merupakan cerminan kehidupan, apabila hati jahat maka pola hidup juga akan jahat dan apabila pola hidup jahat, maka Kristus tidak dipermuliakan dalam kehidupan kita.

Hati merupakan pusat dari kehidupan setiap manusia, itu sebabnya pemazmur mengatakan, "ujilah aku ya Tuhan, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku" karena dari hati timbul segala yang jahat".

Card image
Quote Of The Day - 13 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-13 18:41:02


Pertobatan sejati artinya berhenti dari perbuatan salah—ini adalah sebuah kemutlakan—dan menghasilkan buah-buah pertobatan sesuai keinginan Bapa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 13 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-13 18:39:45


Tuhan menginginkan kita berubah menjadi manusia seperti yang Dia kehendaki. Di antaranya adalah bagaimana kita menjadi orang yang menyerahkan diri kepada Tuhan sebagai makhluk yang menyadari bahwa ia tidak berhak atas dirinya.

Card image
A CLEAN HEART - 13 Maret 2025 (English Version)
2025-03-13 18:38:50


Many elderly Christians perceive God as a parent who spoils His children, as if our purpose in life is merely to be pampered, and as if God simply desires recognition from those who believe in His power. As long as one does not visit a shaman or convert to another religion, that is enough. It is as if God is merely seeking a large following, and as long as we become Christians and praise Him, that satisfies Him. But remember! God has millions of angels who praise Him, far more perfectly than we ever could. What God truly desires is for us to transform into the kind of human beings He intends us to be. This includes surrendering ourselves to God, recognizing that we do not have the right to claim ownership over our own lives. If God provides us with His blessings, it is so that God's children can develop their talents, skills, and abilities to be used for God's purposes and plans.

If we are aware of this truth, understand it, and yet still reject it, then we share the same passion as Lucifer, who fell because he sought glory for himself. Therefore, do not build your own kingdom by saying, "I have control over my mouth. I have control over my hands. I have control over my body, I want to move it wherever I want. I have control over my talents, my gifts, my money—everything I have belongs to me." The reality is, there are Christians who are stingier, more evil than non-Christians. The devil does not mind if we are good people, as long as we are not controlled by God. So, a deception that really damages and kills the life of faith, if someone is given the impression as if he has the right to have an interest in this life. In church, we may worship God, but outside of church, we do not. Yet, true worship is not just about lifting our hands, but worshiping (Greek. προσκυνέω proskuneo) means to give the highest value to God through everything we say, think, and do.

If a person does not mortify his flesh, he cannot worship God in spirit and truth. Worshiping God in spirit and truth is worship that is not limited by space, time, system, or ceremony. Our whole life is worship. It is a deception that really damages and kills the life of faith if someone is given the impression as if he has the right to have an interest. In truth, every step we take must be calculated. Because whether we eat or drink or do something else, do it all for the glory of God. So, as soon as we open our eyes we start to worship, start to serve. Everything we do must take God's feelings into account.

If Jews or religions in general have laws, when they have carried out the religious laws, that means it is enough. But for Christians, it is not just about having good morals or following the law—it is also about the attitude of the heart. Every word we speak must be true. That is the essence of true worship. When we pray, “Your kingdom come, Your will be done on earth as it is in heaven,” it means that no area of our lives should be free from God's intervention. This is an extraordinary life. The problem today is that many teachings encourage believers to demand things from God—to insist that He fulfill their desires. This teaching has spread widely and taken deep root in many churches. For those who are spiritually immature or do not yet understand the true purpose of life—that our lives exist solely for God and His Kingdom, and that we were created for Him alone-it is still understandable if they make their own interests their goal.

So in the book of James 4:13-15 it says, "So now, you who say, "Today or tomorrow we go to such and such a city, and there we will stay a year and trade and make a profit," while you don't know what will happen tomorrow. What is the meaning of your life? Your life is like steam that appears for a moment and then disappears. Actually you have to say: "If God wills, we will live and do this and that." We must be willing to be shackled by God, but if we break free from God's shackles, we will be increasingly shackled by the world.

A person who places God's interests behind their own or merely alongside them is mistaken. We must not have our own personal interests—our lives exist solely for God’s purpose. If we have lived wrongly in the past, now we must no longer live in error. We want to live only for God's interests. That is why our morality must be corrected, and our holiness must be restored. The Word of God says, “Blessed are the pure in heart, for they shall see God.” From a clean heart, we understand what God wants us to do. Living for God's glory is not just about singing praises or attending church. True worship is when every aspect of our lives aligns with God's thoughts and feelings—that is what truly glorifies Him.

WE WANT TO LIVE ONLY FOR GOD'S INTERESTS. THAT IS WHY OUR MORALITY MUST BE CORRECTED, AND OUR HOLINESS MUST BE RESTORED.

Card image
HATI YANG BERSIH - 13 Maret 2025
2025-03-13 18:37:15


Banyak orang Kristen usia lanjut yang memandang Tuhan seperti orang tua yang memanjakan anaknya, di mana seakan-akan kita hidup ini hanya untuk dimanjakan, dan seakan-akan Tuhan mau dihargai oleh orang-orang yang memercayai kuasa-Nya. Dengan tidak pergi ke dukun, tidak pindah agama, itu cukup. Seperti Tuhan yang menginginkan banyak pengikut, maka yang penting jadi Kristen, memuji-muji Dia. Ingat! Tuhan punya berjuta malaikat yang memuji-muji Dia, jauh lebih sempurna dari kita. Tuhan menginginkan kita berubah menjadi manusia seperti yang Dia kehendaki. Di antaranya adalah bagaimana kita menjadi orang yang menyerahkan diri kepada Tuhan sebagai makhluk yang menyadari bahwa ia tidak berhak atas dirinya. Jadi, kalau Tuhan menyediakan fasilitas berkat-Nya, itu maksudnya supaya anak-anak Tuhan mengembangkan talenta, bakat, dan segala kemampuannya, yang itu nantinya digunakan untuk maksud dan rencana Tuhan.

Kalau kita sadar akan hal ini, tahu hal ini, dan kita menolak, berarti kita memiliki gairah yang sama dengan Lucifer yang jatuh karena mengupayakan kemuliaan bagi dirinya sendiri. Maka, jangan membuat kerajaan dengan berkata, "Aku berkuasa atas mulutku, aku berkuasa atas tanganku, aku berkuasa atas tubuhku, aku mau gerakkan ke mana pun aku mau. Aku berkuasa atas talentaku, bakatku, uangku, semua yang ada padaku adalah milikku." Dan faktanya, ada orang-orang Kristen yang lebih pelit, lebih jahat dari orang non-Kristen. Iblis tidak masalah kalau kita menjadi orang baik, asalkan jangan dikendalikan oleh Allah. Jadi, suatu penyesatan yang benar-benar merusak dan mematikan kehidupan iman, kalau seseorang diberi kesan seakan-akan ia berhak memiliki suatu kepentingan dalam hidup ini. Ketika ada di gereja kita menyembah Tuhan, namun sehari-hari tidak. Menyembah itu bukan angkat tangan, namun menyembah (Yun. προσκυνέω proskuneo) itu artinya memberi nilai tinggi melalui semua yang kita ucapkan, pikirkan, dan lakukan.

Jika orang tidak mematikan dagingnya, dia tidak bisa menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Menyembah Allah dalam roh dan kebenaran adalah ibadah yang tidak dibatasi oleh ruangan, waktu, sistem, atau seremonial. Segenap hidup kita ini adalah ibadah. Adalah suatu penyesatan yang benar-benar merusak dan mematikan kehidupan iman kalau seseorang diberi kesan seakan-akan ia berhak memiliki kepentingan. Sejatinya, setiap langkah kita harus diperhitungkan. Sebab baik kita makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua itu untuk kemuliaan Allah. Jadi, begitu buka mata kita sudah mulai menyembah, mulai berbakti. Apa pun yang kita perbuat harus mempertimbangkan perasaan Tuhan.

Kalau orang Yahudi atau agama-agama pada umumnya punya hukum, ketika mereka sudah melakukan hukum agama, berarti sudah cukup. Namun kalau orang Kristen, bukan hanya punya moral yang baik, tidak melanggar hukum, tetapi juga sikap hatinya. Setiap kata yang diucapkan, semua harus benar. Itulah ibadah yang sejati. Maka kalimat doa, "Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga," maksudnya adalah tidak ada wilayah dalam hidup kita yang Tuhan tidak intervensi. Ini hidup yang luar biasa. Masalahnya, ajaran yang mengajarkan umat bisa “menuntut” Tuhan agar Tuhan melakukan sesuatu bagi dirinya, sudah sangat luas dan sangat kuat diajarkan kepada jemaat. Bagi mereka yang belum dewasa atau belum memahami tujuan hidup—bahwa tujuan hidup kita untuk Tuhan saja dan Kerajaan-Nya, dan kita tercipta hanya untuk Tuhan—memang masih bisa dimengerti kalau mereka menjadikan kepentingan sendiri itu sebagai tujuan.

Maka dalam kitab Yakobus 4:13-15 dikatakan, “Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung," sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." Kita harus mau dibelenggu Tuhan, tetapi kalau kita keluar dari belenggu Tuhan, kita akan semakin dibelenggu dunia.

Jadi, orang yang meletakkan kepentingan Tuhan di belakang atau kepentingan Tuhan di sisi kepentingannya, itu salah. Kita tidak boleh punya kepentingan, hidup kita hanya untuk kepentingan Tuhan. Kalau dulu kita sudah salah, sekarang kita tidak mau salah lagi. Kita mau hidup hanya untuk kepentingan Tuhan saja. Makanya moral kita harus diperbaiki, kesucian hidup kita harus diperbaiki. Firman Tuhan katakan, "Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena dia akan melihat Allah.” Dari hati yang bersih, kita mengerti apa yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan. Jadi, hidup untuk kemuliaan Allah itu bukan sekadar memuji-muji Tuhan lalu kita ke gereja. Tetapi hidup untuk kemuliaan Tuhan adalah dalam segala hal yang kita lakukan, sesuai dengan pikiran perasaan Tuhan; itu baru memuliakan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA MAU HIDUP HANYA UNTUK KEPENTINGAN TUHAN SAJA. MAKANYA MORAL KITA HARUS DIPERBAIKI, KESUCIAN HIDUP KITA HARUS DIPERBAIKI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 Maret 2025
2025-03-13 18:34:18

Ulangan 8-10

Card image
Truth Kids 12 Maret 2025 - KELEGAAN DALAM TUHAN
2025-03-12 22:45:21


Matius 11:28
”Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”

Malam itu, mama Sasy mendengar tangisan dari balik pintu kamar Sasy. Tanpa ragu, Mama Sasy langsung mengecek dan menghampiri Sasy yang sedang menangis di kamarnya.

"Ada apa, Sasy?" tanya mamanya. Sasy tidak menjawab dan terus menangis. Mama Sasy tidak memaksa, tetapi mendampingi dan memeluk Sasy. Pelan-pelan Sasy bercerita apa alasan dia menangis. Sasy merasa malu karena ia tidak dapat mengerjakaan soal saat gurunya menunjuk Sasy maju ke depan. Hasilnya, teman-temannya menyoraki Sasy. "Tidak usah malu, Sasy. Hal itu bisa menjadi motivasi kamu untuk menjadi lebih baik," hibur mamanya. Lalu mama Sasy mengajak Sasy berdoa bersama supaya ia lebih tenang.

Sobat Kids, seperti cerita di atas, mama Sasy mengajarkan untuk selalu datang kepada Tuhan dan berseru kepada-Nya dalam situasi sedih atau takut, karena Tuhan akan memberi ketenangan dan kelegaan dalam hati.

Card image
Truth Junior 12 Maret 2025 - FATAMORGANA
2025-03-12 22:42:11


Matius 11:28
”Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”

Suhu di gurun pasir biasanya sangat panas, bahkan bisa mencapai 80 derajat Celcius. Wow… hampir mendekati titik didih air! Karena perbedaan suhu udara di dekat permukaan tanah dan di atasnya, fatamorgana sering terjadi di padang gurun. Fatamorgana adalah ilusi optik yang terjadi ketika cahaya matahari dibiaskan oleh lapisan udara yang berbeda kepadatannya. Orang yang berada di gurun pasir sering melihat seperti danau atau air di kejauhan. Padahal, yang ia lihat sebenarnya adalah pantulan dari udara panas. Fatamorgana seperti ini bisa berbahaya karena dapat menyebabkan seseorang tersesat, bahkan halusinasi. Ketika sedang haus, mengharapkan mendapatkan sumber air, mereka tiba-tiba melihat sebuah danau atau genangan air. Saat didekati, ternyata itu hanyalah fatamorgana; tumpukan pasir di padang pasir.

Untungnya kita memiliki Tuhan Yesus yang tidak pura-pura atau palsu. Tuhan Yesus itu _real_, bukan fatamorgana. Termasuk ucapan Tuhan Yesus yang berkata bahwa Ia akan memberikan kelegaan kepada kita yang letih lesu dan memiliki beban yang berat. Tuhan Yesus sungguh-sungguh akan memberikan kita kelegaan. Bagaimana caranya? Caranya adalah datang kepada Tuhan ketika kalian merasa lelah, Sobat Junior! Dalam doa, kita bisa curhat bahkan menangis atas kesulitan yang kita hadapi saat ini. Tuhan pasti mendengar dan memberikan kita solusi atas kelelahan dan kesulitan yang sedang dihadapi. Yuk, kita curhat kepada Tuhan.

Card image
Truth Youth 12 Maret 2025 (English Version) - THE STRENGTH IN GOD
2025-03-12 22:38:43


"I can do all things through Him who gives me strength." (Philippians 4:13)

Nowadays, social media is flooded with advertisements for beauty and skincare products. These ads often promote the idea that a beautiful woman must be slim, fair-skinned, with straight black hair, and so on. Many women adhere to this standard and strive to achieve it. As a result, some become insecure, overthink, and feel unworthy because they do not match the advertised ideal. Among teenagers and young adults, this can lead to a negative self-image, sometimes even pushing them toward excessive treatments or plastic surgery. The point is not to prohibit anyone from doing these things, but to encourage self-reflection: What is the purpose? Often, this pursuit makes us less grateful for the way God has created us.

Beyond appearance, many young people today feel they must become someone else to be considered cool. They push themselves to have the same talents as their idols while overlooking their own unique gifts. This weakens their confidence. Many of us use worldly values as the standard for our lives.

Philippians 4:13 declares, "I can do all things through Him who gives me strength." This verse reminds us that our lives are filled with potential, and we are called to depend on Him. God constantly strengthens us to discover and develop our potential through the people around us and enables us to fulfill our calling.

WHAT TO DO:
1. Reflect on the potential you have.
2. If you haven't discovered it yet, seek guidance from the right people.
3. When you feel weak or fail, continue relying on God—He will renew your strength.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Joshua 21-22

Card image
Truth Youth 12 Maret 2025 - THE STRENGTH IN GOD
2025-03-12 22:36:47


”Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13)

Hari-hari ini banyak sekali iklan yang tayang di media sosial tentang berbagai produk kecantikan dan perawatan tubuh/wajah, yang sering disebut skincare. Di dalam iklan tersebut, stigma tentang wanita yang cantik adalah yang langsing, berkulit putih, berambut hitam lurus, dan lainnya. Tidak sedikit kaum hawa yang berpatokan pada stigma tersebut sehingga berlomba-lomba untuk mengupayakan supaya kulitnya seperti itu. Alhasil, banyak juga yang menjadi insecure, overthinking, dan membuat dirinya menjadi tidak berharga atau dirinya kurang positif karena dirasa tidak sesuai dengan stigma yang ada. Hal-hal tersebut di kalangan remaja dan dewasa muda membuat mereka memiliki gambar diri yang kurang positif sehingga tidak jarang mereka juga banyak yang melakukan perawatan extra hingga operasi plastik. Dalam hal ini, penulis tidak melarang teman-teman melakukan hal itu semua, namun pertanyakanlah ke dalam diri kita tujuannya untuk apa? Tidak jarang menjadikan kita kurang bersyukur atas hal-hal yang Tuhan sudah berikan dalam hidup kita.

Selain hal di atas, banyak anak muda sekarang merasa harus menjadi orang lain supaya keren, harus memaksakan diri memiliki potensi seperti idolanya. Padahal dirinya memiliki segudang potensi, namun ia tidak sadari dan kurang syukuri. Hal itu membuatnya menjadi mudah lemah. Banyak dari antara kita yang menjadikan value dunia sebagai patokan hidup.

Filipi 4:13 menyatakan, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Firman ini meneguhkan bahwa hidup kita, diberikan banyak sekali potensi dan kita diminta untuk bergantung kepada-Nya. Dia senantiasa memberikan kekuatan untuk kita menemukan potensi melalui orang sekitar serta memampukan kita menjalankan bagian kita.

WHAT TO DO:
1.Refleksikan potensi yang kita miliki
2.Jika kita belum menemukan, konsultasikanlah dengan orang yang tepat untuk membantu
3.Saat gagal atau lemah, tetaplah bergantung kepada Tuhan karena Dia akan memberikan kekuatan yang senantiasa baru.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yosua 21-22

Card image
Renungan Pagi - 12 Maret 2025
2025-03-12 17:55:22


Cinta Tuhan tidak cukup hanya ada didalam hati, tetapi cinta Tuhan yang sebenarnya adalah dari hati harus berdampak jelas lewat perbuatan nyata dalam hidup kita.

Firman Tuhan mengatakan, "Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya mati". Tetapi iman yang disertai dengan perbuatan itulah yang membuat hidup bertumbuh".

Card image
Quote Of The Day - 12 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-12 17:48:22


Kalau orang tidak seperti Yesus—hidupnya tidak makin lemah lembut, rendah hati—pasti dia tidak mengerti Injil dengan benar.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 12 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-12 17:47:19


Ketika kita mau belajar kebenaran, bukan hanya kita harus cerdas, jujur dan tulus, namun juga bersedia untuk mengenakannya dalam hidup kita.

Card image
WITHOUT LIMITS - 12 Maret 2025 (English Version)
2025-03-12 17:45:16


We must have the intelligence to understand the contents of the Bible correctly, but also honesty, sincerity, and lastly, we must have the willingness to do if it is God's command or will. So when we want to learn the truth, not only must we be intelligent, honest and sincere, but also willing to wear it in our lives. This is the value of life—measured by how much we are filled with God's truth, and God's truth gives birth to us as children of God (1 Peter 1:23 For you have been born again, not of perishable seed, but of imperishable, through the living and enduring word of God). For that we must be intelligent, honest, and sincere, and passionate to wear that truth. Among the truths we must understand is our relationship with God, which must align with His will, not our own desires. It is a relationship that God intends and desires.

As parents, we want to have a proper relationship with our children—not based on what the children want, but on what is appropriate for parents. Indeed, parents will understand their children according to their capacity, as they grow and mature over time. When children are still young, parents know how to position themselves as parents and also how to position the child. However, as time passes and maturity grows, parents expect their children to take their proper place, and children must also place their parents in the appropriate position. A 25-year-old child treats their parents differently than a 5-year-old does. So, we should not only be spoiled by concepts about God's grace and His power as if they are merely facilities for us to use whenever and however we want. Some believe that the more faith one has, the more they receive; the stronger their belief, the more abundant their blessings. But God is not like that.

Many people build their relationship with God based on these "facilities"—because God is full of grace and power. They believe they can use His grace and power as they wish, as long as they acknowledge and believe that Jesus is Lord and Savior. It is as if faith can dictate God. We all agree that God's blessings are provided for His chosen people, but they exist for the purpose of serving Him. Romans 11:36 states, "For from Him and through Him and for Him are all things." God provides His blessing facilities so that His children can use all of them for His purposes and plans, or the same as for His glory.

A 3- or 4-year-old child may think that whatever belongs to their parents also belongs to them. They demand things, sometimes even coercing their parents with crying, screaming, throwing tantrums, or making threats. Parents may tolerate such behavior at that age. But if a 25-year-old acted that way, they would be sent to a psychiatric hospital. Yet, many Christian communities and sermons guide believers to think in such a way. Of course, God cannot be treated arbitrarily. Unlike a child who can threaten their parents, the situation is different. But the essence remains: the child does not position themselves correctly, nor do they position their parents correctly. Likewise, a child of God does not position himself correctly before God and does not position God correctly.

We must not perceive God in such a way. God is leading us toward a purpose. Christians must understand His purpose. Although this may sound simple, it is not. We were created solely for God. Everything is from Him, through Him, and for Him. No creature has the right to pursue glory for themselves. That glory could take the form of self-worth or personal pleasure. If someone seeks that, their passion aligns with Lucifer, who fell because he sought glory for himself. Even unbelievers, those who do not know God, can share with others and thus find their place in the world to come, as the Scripture says: "When I was hungry, you gave Me something to eat; when I was thirsty, you gave Me something to drink."

God sees these people as those who share their lives. In reality, there are people who live this way. As believers, we must do more than just share our lives—we must surrender our lives without limits for God. We must reach the level of saying, "I exist for God," rather than "God exists for me." If in the past we lived as we pleased, we must no longer do so.

AS BELIEVERS, WE MUST DO MORE THAN JUST SHARE OUR LIVES-WE MUST SURRENDER OUR LIVES WITHOUT LIMITS FOR GOD.

Card image
TANPA BATAS - 12 Maret 2025
2025-03-12 17:43:20


Kita harus memiliki kecerdasan untuk mengerti isi Alkitab dengan benar, tetapi juga kejujuran, ketulusan hati, dan yang terakhir, kita harus memiliki kesediaan untuk melakukan jika itu merupakan perintah atau kehendak Tuhan. Jadi ketika kita mau belajar kebenaran, bukan hanya kita harus cerdas, jujur dan tulus, namun juga bersedia untuk mengenakannya dalam hidup kita. Inilah berharganya hidup, dinilai dari seberapa kita dipenuhi oleh kebenaran Tuhan, dan kebenaran Tuhan itu melahirkan kita menjadi anak-anak Allah. Untuk itu kita harus cerdas, jujur, dan tulus, serta bergairah untuk mengenakan kebenaran itu. Di antara kebenaran-kebenaran yang kita harus pahami merujuk pada hubungan kita dengan Allah, yang harus sesuai dengan apa yang Dia ingini, bukan sesuai dengan apa yang kita ingini. Sebuah bentuk hubungan yang Allah inginkan dan kehendaki.

Sebagai orang tua, kita ingin memiliki hubungan sebagaimana mestinya menurut orang tua, bukan menurut anak. Memang, orang tua akan memahami anak sesuai dengan kapasitas yang dimiliki anak itu, seiring dengan perjalanan waktu dan usia. Jadi, ketika anak masih kecil, orang tua tahu menempatkan dirinya sebagai orang tua dan juga menempatkan anak. Tetapi seiring perjalanan waktu, bertumbuhnya kedewasaan, orang tua mau anaknya di tempat yang patut, dan anak juga menempatkan orang tua di tempat yang patut. Anak usia 25 tahun menempatkan orang tuanya di tempat yang berbeda dari anak umur 5 tahun menempatkan orang tuanya. Jadi, kita jangan hanya dimanjakan oleh konsep-konsep mengenai kasih karunia Allah dan kuasa-Nya yang menjadi jaminan bagi kita, seakan-akan itu fasilitas yang bisa kita pakai kapan saja, sebanyak apa pun. Di mana jika seseorang makin percaya, makin dapat banyak; makin beriman, makin berlimpah. Tuhan kita bukanlah Tuhan macam itu.

Jadi, orang-orang ini membangun hubungan dengan Tuhan karena fasilitas tersebut, karena Tuhan penuh kasih karunia dan mempunyai kuasa. Lalu, seakan-akan orang percaya bisa menggunakan kasih karunia dan kuasa itu sesuai dengan keinginannya, yang penting meyakini, memercayai bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat. Seakan-akan iman itu bisa mengatur Tuhan. Tentu kita setuju bahwa berkat-berkat Tuhan disediakan bagi umat pilihan-Nya, tetapi dalam rangka untuk mengabdi kepada-Nya. Roma 11:36 mengatakan, "Segala sesuatu dari Dia, oleh Dia, dan bagi Dia." Tuhan menyediakan fasilitas berkat-Nya agar anak-anak-Nya dapat menggunakan semua itu untuk maksud dan rencana-Nya, atau yang sama dengan untuk kemuliaan-Nya.

Jadi, ketika anak umur 3-4 tahun bahwa dia merasa bahwa apa yang orang tua miliki. Dia boleh miliki, dia bisa minta, dia kadang-kadang bahkan memaksa, mengintimidasi orang tua dengan tangisan, teriakan, banting-banting badan, benturkan kepala di tembok, lari keluar rumah dan mengancam. Dan orang tua kadang-kadang memaklumi. Coba kalau umur 25 tahun masih seperti itu, tentu dibawa ke rumah sakit jiwa. Dan ternyata banyak komunitas Kristen dan khotbahnya mengarahkan jemaat berpikir demikian. Ya tentu saja Tuhan tidak bisa diperlakukan semena-mena. Tidak seperti seorang anak yang bisa mengancam orang tua, beda. Tetapi intinya sama: yaitu si anak tidak menempatkan diri secara benar dan tidak menempatkan orang tua secara benar; dalam hal ini, anak Tuhan tidak menempatkan diri secara benar dan tidak menempatkan Tuhan secara benar.

Jangan kita menggambarkan Tuhan begitu. Tuhan mau mengarahkan kita ke satu tujuan. Orang Kristen harus mengerti tujuan-Nya. Walau ini mungkin kedengarannya sederhana, tetapi tidak. Bahwa kita diciptakan hanya untuk Tuhan, segala sesuatu dari Dia, oleh Dia, bagi Dia, bahwa tidak ada satu makhluk pun yang berhak mengupayakan sesuatu untuk kemuliaannya sendiri. Kemuliaan itu bisa berupa harga diri, kesenangan. Kalau seseorang melakukan itu, berarti gairahnya sama dengan oknum Lucifer yang jatuh, yang mengupayakan kemuliaan bagi dirinya sendiri. Orang-orang kafir yang tidak kenal Tuhan, bisa berbagi kepada sesama, sehingga mereka bisa masuk dunia yang akan datang sebagai anggota masyarakat, sesuai dengan firman yang mengatakan, "Ketika Aku lapar, engkau berikan Aku makan; ketika Aku haus, kau berikan Aku minum."

Tuhan menilai mereka sebagai orang-orang yang membagi hidupnya. Dan faktanya, memang ada orang-orang yang membagi hidupnya demikian. Kita sebagai orang percaya harus lebih dari sekadar membagi hidup, tetapi menyerahkan hidup tanpa batas untuk Tuhan. Kita harus sampai tingkat: "aku ada untuk Tuhan," bukan "Tuhan ada untuk aku." Kalau kemarin kita sudah biasa hidup sesuka kita sendiri, maka sekarang kita tidak boleh begitu lagi.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA SEBAGAI ORANG PERCAYA HARUS LEBIH DARI SEKADAR MEMBAGI HIDUP, TETAPI MENYERAHKAN HIDUP TANPA BATAS UNTUK TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab - 12 Maret 2025
2025-03-12 17:39:57

Ulangan 5-7

Card image
Truth Kids 11 Maret 2025 - ADA PERTOLONGAN DALAM TUHAN
2025-03-11 18:45:43


Yeremia 29:12
”Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu;”

Sabtu sore ini, Doni dan keluarganya akan menghabiskan waktu weekend-nya di pesta rakyat yang diadakan di halaman balai kota tempat Doni tinggal. Doni sangat senang karena Doni ingin menikmati makanan tradisional dan permainan tradisional di pesta rakyat.

Sesampainya di sana, Doni dan keluarganya sangat berantusias dan terbawa suasana di malam itu yang ramai. Di tengah keramaian, tidak sengaja Doni terlepas dari pandangan orang tuanya. Saat sadar, Doni merasa gelisah dan ketakutan. Walaupun Doni teriak-teriak, ia masih tidak menemukan papa mamanya. Di saat Doni merasa takut dan gelisah, dalam hati Doni berdoa minta pertolongan Tuhan. Lama-kelamaan hati Doni tenang dan teringat pesan mamanya, apabila suatu saat Doni tersesat atau kehilangan papa mama, ia harus langsung pergi ke satpam dan menyebutkan nama papa dan mama. Seketika Doni langsung berlari menghampiri satpam dan melapor. Satpam pun langsung memanggil nama papa mama Doni. Tak lama kemudian, datanglah papa mama Doni menghampiri dan memeluk Doni.

Sobat Kids, dalam situasi sedih atau takut, ada ketenangan saat kita berdoa kepada Tuhan. Hanya di dalam Tuhanlah ada pertolongan. Jangan jemu-jemu untuk berdoa kepada Tuhan, sebab Tuhan yang setia pasti mendengar setiap doa kita.

Card image
Truth Junior 11 Maret 2025 - BERSERU DAN DATANG PADA-KU
2025-03-11 18:40:21


Yeremia 29:12
”Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu;”

Pernahkah kalian merasa sedih, Sobat Junior? Saat merasa sedih, biasanya kita akan berdoa dan bercerita kepada Tuhan, apa yang kita rasakan, kecewa, ataupun menangis dalam doa. Sobat Junior, ketika kita menangis di dalam doa, percayalah bahwa Ia mendengar setiap tangisan air mata. Ia juga ikut merasakan rasa sakit hati kita dan tak meninggalkan kita.

Ketika kita memiliki masalah, misalnya ada teman suka mengganggu di kelas dan selalu membuat jantung kita berdebar lebih kencang, setelah kita bercerita kepada guru, marilah juga kita berdoa kepada Tuhan. Ia satu-satunya tempat kita berserah dan percaya.

Firman yang telah kita baca mengajari kita untuk berseru kepada Tuhan di dalam doa. Berserah kepada waktu-Nya yang terbaik. Bukan tentang apa yang kita mau, tetapi pesan apa yang Tuhan ingin sampaikan dalam masalah kita hadapi. Seperti bermusuhan dengan teman, mungkin Tuhan ingin mengingatkan kita untuk mengurangi pertemanan yang membuat kita bermain games hingga lupa waktu. Tuhan ingin kita tidak lupa berdoa dan belajar tentang-Nya. Jadi Sobat Junior, tetaplah utamakan Tuhan dalam hidup kita.

Card image
Truth Youth 11 Maret 2025 (English Version) - GROWING THROUGH TRIALS
2025-03-11 18:38:43


"My brothers and sisters, consider it pure joy whenever you face trials of many kinds, because you know that the testing of your faith produces perseverance. Let perseverance finish its work so that you may be mature and complete, not lacking anything." (James 1:2-4)

One afternoon, I was joking around with my coworkers. We often complained about the many difficulties, trials, tests, and challenges we faced. From bosses who didn’t align with our expectations, overwhelming workloads, colleagues who were hard to get along with, to various life struggles. Then, one of us asked, "When will these life tests end?" Another colleague answered, "As long as we are still alive in this world, trials and challenges will always be there—unless we close our eyes forever (read: pass away)."

In James 1:2-4, we are called to consider it joy when we face trials, challenges, or life tests. This is certainly not easy for us to understand as humans, because trials often bring feelings of disappointment, sadness, and even anger. However, this verse invites us to reflect and view challenges from a positive perspective. Through trials and tests, we are reminded that we are nothing without God and need to rely on Him. These trials produce perseverance, which ultimately leads to the maturity of our faith in God.

Life challenges come in various forms—from relationships with friends, family, partners, and even spiritual figures. These challenges can make us doubt God’s promises and lead us to temptation. Stay close to God and His promises; do not rely on people because they can disappoint. If we face trials, let us persevere in God and seek the positive lessons within them. One of those lessons might be the transformation of our character that God is working on through those trials. Stay strong!

WHAT TO DO:
1. Reflect on all of God's goodness in your life.
2. Focus on finding the positive in every trial you face.
3. Seek a positive and spiritual community to support you.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Joshua 18-20

Card image
Truth Youth 11 Maret - BERTUMBUH DALAM PENCOBAAN
2025-03-11 18:36:35


”Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.” (Yakobus 1:2-4)

Suatu siang saya bersenda gurau bersama dengan rekan kerja, tidak jarang kami mengeluhkan begitu banyaknya kesulitan, pencobaan, ujian atau tantangan yang kami hadapi. Dimulai dari atasan yang kurang pas di hati, beban kerja yang overload, kadang rekan kerja yang kurang sehati, dan berbagai kesulitan hidup lainnya. Lalu muncullah sebuah pertanyaan dari kami “Kapan selesainya ujian-ujian hidup ini?”. Kemudian seorang rekan lain menjawab “selama kita masih hidup di dunia, segala ujian atau tantangan akan selalu ada, kecuali kita sudah menutup mata untuk selamanya (baca: meninggal dunia)”.

Dalam Yakobus 1:2-4, kita diminta untuk menganggapnya sebagai suatu kebahagiaan saat kita ada dalam pencobaan atau tantangan atau ujian hidup. Hal ini pasti tidak mudah untuk kita pahami secara manusiawi karena di dalam ujian hidup pasti kita merasakan berbagai emosi kecewa, sedih dan mungkin marah. Akan tetapi dari ayat ini kita juga diajak untuk berefleksi dan melihat dari sudut pandang positif. Melalui pencobaan dan ujian itu, kita semakin disadarkan bahwa kita bukan siapa-siapa dan perlu bersandar kepada Tuhan. Bahkan saat masa itu, ternyata menghasilkan buah ketekunan sehingga menumbuhkan keimanan kita sempurna kepada Tuhan.

Tantangan hidup sangat beragam, bisa datang dari relasi kita dengan teman, keluarga, pasangan bahkan dari figur rohani. Hal-hal itu dapat membuat kita menjadi ragu terhadap janji Tuhan sehingga akhirnya kita terpikat dengan dosa. Tetaplah melekat kepada Tuhan dan janji-Nya, jangan bersandar pada manusia karena manusia bisa sangat mengecewakan. Kalaupun kita mendapat tantangan tersebut, teruslah bertekun dalam Tuhan dan mencari hal positif dari pencobaan tersebut. Salah satunya ada karakter yang Tuhan sedang ubahkan dalam diri kita melalui pencobaan tersebut. Tetaplah kuat!

WHAT TO DO:
1.Renungkan segala kebaikan Tuhan dalam hidup kita
2.Fokuslah untuk terus melihat hal positif dari setiap pencobaan yang dihadapi
3.Carilah komunitas positif dan rohani yang dapat mendampingi kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yosua 18-20

Card image
Renungan Pagi - 11 Maret 2025
2025-03-11 18:34:27


Ketika hati bersih, otomatis kita akan mudah bergandengan tangan, mudah bersatu. Orang yang merasa dirinya paling hebat, paling rohani, paling benar, sulit memelihara kesatuan Roh.

Karena ia pikir roh dia yang paling benar, paling peka, sedangkan apapun yang orang lain perbuat selalu salah, selalu tidak rohani. Sebagai orang percaya, mari setiap kita harus memelihara kesatuan Roh.

Card image
Quote Of The Day - 11 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-11 18:30:20


Keselamatan tidak bisa dipisahkan dengan kesempurnaan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 11 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-11 18:28:45


Segala keputusan yang kita lakukan itu menjadi irama jiwa yang permanen.

Card image
REDEEMING THE TIME - 11 Maret 2025 (English Version)
2025-03-11 18:27:04


Ephesians 5:15-17 "Be very careful, then, how you live—not as unwise but as wise, making the most of every opportunity, because the days are evil. Therefore do not be foolish, but understand what the Lord’s will is."

We must realize that time is an invaluable gift. Time cannot be bought with money, nor can it be exchanged for anything. When someone is at the brink of death, they finally understand how precious time truly is. Even one minute is priceless—let alone an hour, a day, a week, or a year. If a person at death’s door wishes to extend their life by just one minute, but God says, "No!" then no one can change that. Therefore, if we have been given an abundance of time today, we must use it as an opportunity to learn. So, if we have such abundant time today, we must use this as an opportunity to learn. There are kairos (events or opportunities) arranged in a chronos (sequence of events) that are so perfect to build the divine nature within us. In fact, this is the essence of the Gospel or the good news.

In Ephesians 5:15, two extraordinary Greek words are used: peripateite (περιπατεῖτε), which refers to one’s daily way of life or habitual conduct, and akribos (ἀκριβῶς), which implies precision and diligence. God desires us to be wise—not unwise, not asofos (ἄσοφος), which is the opposite of sofos (σοφος) or sofia (σοφία), meaning wisdom. Here, wisdom refers to spiritual intelligence. “Do not be unwise, but be wise.” In this context, spiritual intelligence is the wisdom being referred to, ensuring that everything we do can always be in accordance with the will of the Father; meaning to be perfect like the Father. But everything must go through a process.

Just like learning mathematics, we start with simple problems. Over time, the problems become more difficult, and only when we can solve them all do we reach perfection. Each person has their own measure of perfection, which is why their life challenges differ. If someone loves God, it means he is ready to face any problem and please the Father with all the problems that occur. Never say, "God, I can't face this problem anymore." Because God cannot give problems that we can't handle. Only evil teachers give questions that students can't answer. Exams are given us in order to be tested, to assess and simultaneously improve our quality.

Secondly, never say, "Until when, Lord?" We leave it to God's time and ways. That's why we have to be steadfast and strong. Instead of complaining, we we must say, “Lord, teach me to understand what You want to teach me through this problem.” As human beings, God allows us to go through a long journey in the school of life. So, if we are facing problems today, face it without complaining. Later we will know how much God loves us, He helps us to build the divine nature which is an eternal treasure.

It says in verse 15, “Make the most of the time.” The word “make the most of the time” is a translation of the word exagorazomenoi (Ἐξαγοραζόμενοι), from the root word exagorazo (ἐξαγοράζω). This word means to redeem. It can also mean to buy back. So, because we once had time that we sold cheaply by doing various activities and pleasures that did not bring us to experience changes in wearing the divine nature, then God said, “Redeem it. Redeem!” The Bible is amazing. All the events that pass without any impact on building the divine nature in our lives, we must redeem them. Now we just realize that there is something wrong in this life. We learn from small things. Don’t be arrogant. When we close our eyes, then we see the reality of how regretful it is for people who have not developed a divine nature in their short lives, so that nothing of value has been produced in their short lives.

In verse 17 it says, "Therefore do not be foolish." The word foolish here is a translation of the word afrones (ἄφρονες), which means indifferent or careless, or frivolous. Honestly, we often carelessly respond to life events that contain spiritual lessons, which should be able to build the divine nature. But because we respond recklessly, so that it does not build the man of God. So we must change. It goes on to say, "But make every effort to understand the will of the Lord." So how valuable are the minutes to minutes, hours to hours, days to days, where there are momentums that are structured like a curriculum to shape and build us.

ALL THE EVENTS THAT PASS WITHOUT ANY IMPACT ON BUILDING THE DIVINE NATURE IN OUR LIVES, WE MUST REDEEM.

Card image
MENEBUS KEMBALI - 11 Maret 2025
2025-03-11 18:10:51


Efesus 5:15-17
“Karena itu, perhatikanlah dengan seksama bagaimana kamu hidup. Janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif. Dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu, janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.”

Harus disadari bahwa waktu adalah anugerah yang tidak ternilai. Waktu tidak dapat dibeli dengan uang, dan tidak dapat ditukar dengan apa pun. Ketika seseorang ada di ujung maut, maka ia baru menyadari betapa berharganya waktu yang dia miliki. Satu menit saja berharga, apalagi satu jam, satu hari, satu minggu, dan satu tahun. Ketika seseorang berada di ujung maut, mau memperpanjang hidupnya satu menit, kalau Tuhan berkata, "Tidak!" maka tidak ada yang bisa membantu kita. Jadi, kalau kita memiliki waktu yang begitu limpah hari ini, kita harus gunakan ini sebagai kesempatan untuk belajar. Ada kairos-kairos (peristiwa atau kesempatan) yang tersusun dalam kronos (urutan peristiwa) yang begitu sempurna untuk membangun kodrat ilahi di dalam diri kita. Sejatinya, inilah inti Injil atau berita kabar baik itu.

Di dalam Efesus 5:15, ada dua kata yang luar biasa, yaitu peripateite (περιπατεῖτε), kata ini menunjuk keadaan diri seseorang dalam kehidupan setiap hari atau kebiasaannya. Dan kata akribos (ἀκριβῶς). Tuhan menghendaki agar kita bijaksana. Jangan seperti orang tidak bijaksana, jangan seperti orang yang asofos (ἄσοφος). Asofos merupakan kebalikan dari sofos (σοφος) atau sofia. Tentu, pengertian bijaksana di sini kita pahami sebagai kecerdasan roh. “Janganlah kamu tidak bijaksana, tetapi jadilah bijaksana.” Dalam hal ini, kecerdasan roh inilah yang dimaksud dengan kebijaksanaan. Hal ini dimaksudkan agar segala sesuatu yang kita lakukan dapat selalu sesuai dengan kehendak Bapa; berarti menjadi sempurna seperti Bapa. Semua harus lewat proses.

Seperti orang belajar matematik, dimulai dari soal-soal sederhana. Dan nanti akan lebih sulit lagi, sampai kita bisa menyelesaikan semua, baru sempurna. Dan masing-masing orang punya porsi kesempurnaan yang berbeda. Makanya masalah hidupnya juga berbeda. Kalau seseorang mengasihi Tuhan, berarti dia siap menghadapi soal apa pun dan menyenangkan hati Bapa dengan segala persoalan yang terjadi. Jangan pernah berkata, "Tuhan, aku tidak sanggup lagi menghadapi masalah ini." Sebab Tuhan tidak mungkin memberikan persoalan yang kita tidak bisa tangani. Hanya guru yang jahat yang memberi soal yang murid tidak bisa menjawab. Ujian diberikan supaya diuji, menguji sekaligus meningkatkan kualitas.

Yang kedua, jangan sekali-kali berkata, "Sampai kapan, Tuhan?" Kita serahkan pada waktu dan cara-Nya Tuhan. Makanya kita harus teguh dan kuat. Sebaliknya kita harus berkata, "Tuhan, ajar aku mengerti lewat masalah ini apa yang Tuhan mau ajarkan padaku?" Manusia seperti kita ini, Tuhan izinkan masuk sekolah kehidupan yang cukup panjang. Jadi, kalau kita punya masalah hari ini, hadapi tanpa bersungut-sungut. Nanti kita tahu betapa Tuhan sayang, Ia membantu kita untuk membangun kodrat ilahi yang adalah harta kekal.

Dikatakan dalam ayat 15, "Pergunakanlah waktu yang ada." Kata ‘pergunakanlah’ merupakan terjemahan dari kata exagorazomenoi (Ἐξαγοραζόμενοι), dari akar kata exagorazo (ἐξαγοράζω). Kata ini berarti menebus, redeem. Juga bisa berarti buy back, membeli kembali. Jadi, karena kita pernah memiliki waktu yang kita jual murah dengan melakukan berbagai kesibukan dan kesenangan yang tidak membawa kita mengalami perubahan dalam mengenakan kodrat ilahi, maka Tuhan berkata, "Tebus kembali. Redeem!" Alkitab itu luar biasa. Semua kejadian demi kejadian yang berlalu tanpa ada dampak membangun kodrat ilahi dalam hidup kita, harus kita tebus kembali. Sekarang kita baru sadar ada yang salah dalam hidup ini. Kita belajar dari perkara-perkara kecil. Jangan sombong. Ketika kita menutup mata, baru kita melihat kenyataan betapa menyesalnya orang-orang yang disingkat umur hidupnya tidak membangun kodrat ilahi, sehingga di singkat umur hidupnya tidak dihasilkan sesuatu yang bernilai.

Di ayat 17 dikatakan, "Sebab itu, janganlah kamu bodoh." Kata bodoh di sini terjemahan dari kata afrones (ἄφρονες), yang berarti tidak peduli atau sembarangan, atau sembrono. Sejujurnya, seringkali kita sembarangan meresponi peristiwa-peristiwa hidup yang di dalamnya mengandung pelajaran rohani, yang mestinya bisa membangun kodrat ilahi, tetapi karena kita tanggapi secara sembarangan, secara ceroboh, sehingga tidak membangun manusia Allah. Maka kita mesti berubah. Selanjutnya dikatakan, “Tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." Jadi betapa berharganya menit ke menit, jam ke jam, hari ke hari, di mana ada momentum-momentum yang tersusun seperti kurikulum untuk membentuk dan membangun kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEMUA KEJADIAN DEMI KEJADIAN YANG BERLALU TANPA ADA DAMPAK MEMBANGUN KODRAT ILAHI DALAM HIDUP KITA, HARUS KITA TEBUS KEMBALI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 Maret 2025
2025-03-11 17:55:49

Ulangan 3-4

Card image
Truth Youth 10 Maret 2025 - STEP CLOSER
2025-03-10 21:47:56


”Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” (2 Timotius 3:16-17)

Hidup di dalam Tuhan memang berat, tetapi menyenangkan jika dijalani dengan penuh sukacita. Dua hal penting yang harus menjadi rutinitas sekaligus irama hidup orang Kristen adalah membaca Alkitab dan berdoa. Ibarat manusia yang membutuhkan udara untuk bernapas, begitu pula pentingnya membaca firman Tuhan dan berkomunikasi dengan Tuhan melalui doa. Tanpa kedua hal ini, roh manusia bisa mati. Dalam arti, hidupnya tidak seirama lagi dengan Tuhan dan ia akan sulit untuk melakukan kehendak Tuhan.

Apa pentingnya membaca dan merenungkan firman Tuhan? Pertama, kita mengenal kebenaran. Ada banyak sekali buku-buku pengetahuan di luar sana yang bisa kita temukan dengan mudahnya, tetapi tidak akan ada yang bisa menandingi hebatnya firman Tuhan dalam menuntun jalan hidup kita. Di dalam Alkitab, ada banyak hikmat yang bisa menjadi penuntun hidup bagi kita di bumi ini. Kedua, kita menjadi kuat. Dalam badai hidup ini, kita membutuhkan pegangan agar kita tidak jatuh ke dalam pencobaan. Membaca Alkitab akan menjaga kita dari pikiran-pikiran dan tindakan yang tidak seirama dengan kehendak Tuhan.

Selain itu, kita pun diharuskan untuk selalu berdoa. Bukan sebagai sebuah kewajiban, tetapi diusahakan setiap harinya sehingga kita pun merasa kering bila kita tidak menjumpai Tuhan melalui doa. Doa adalah cara kita melihat Tuhan, dan cara Tuhan untuk menjenguk kita. Dengan doa, kita terhubung dengan Dia. Oleh karena itu, buatlah waktu-waktu khusus di mana kita bisa teduh di dalam hadirat-Nya. Jumpailah Tuhan sesering mungkin, selagi masih ada waktu dan kesempatan.

Pada akhirnya, jika kita terus hidup di dalam kedua irama ini, membaca Alkitab dan berdoa, maka kita akan one step closer dengan Tuhan. Usahakanlah terus melakukan hal-hal baik seperti berdoa dan membaca Alkitab. Suatu hari nanti, kita akan mengerti dan bersyukur kalau kita memulai semuanya dari hari ini.

WHAT TO DO:
1.Berusaha setiap waktu untuk tetap dekat dengan Tuhan.
2.Menghayati kehadiran-Nya di waktu kosong maupun ketika kita sibuk.
3.Membiasakan diri untuk berdoa dan membaca Alkitab dengan rutin.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yosua 14-17

Card image
Renungan Pagi - 10 Maret 2025
2025-03-10 21:36:51


Kesetiaan tidaklah selamanya mendatangkan senyuman; terkadang kesetiaan mendatangkan air mata.

Dunia penuh dengan orang yang tidak setia, dunia penuh dengan orang yang berkhianat, tapi kita percaya di manapun Tuhan menempatkannya, orang percaya akan tetap setia.

Meskipun terkadang kesetiaan harus dibayar mahal, tapi orang yang setia sampai akhir akan melihat kemenangan yang luar biasa.

Card image
Quote Of The Day - 10 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-10 21:35:37


Tidak ada hal yang paling prinsip dalam hidup kita selain berkenan di hadapan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 10 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-10 21:34:02


Berkodrat ilahi artinya berkeadaan diri di mana kita tidak berbuat suatu kesalahan apa pun di hadapan Tuhan, bukan karena tidak mau, tetapi karena tidak bisa lagi melakukan kesalahan, dan itu lewat sebuah proses dari perkara kecil.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 Maret 2025
2025-03-10 21:30:19

Ulangan 1-2

Card image
SPIRITUAL INTELLIGENCE - 10 Maret 2025 (English Version)
2025-03-10 21:28:21


There is an important principle in life that we must understand: in this reality, we are faced with two choices—heaven or hell, God or Satan, light or darkness, perfection or imperfection. Our lives as believers must be measured by this principle, and it is a matter of choice. For example, when we wake up on a Sunday morning, do we choose to go to a shopping center for a meal, or do we go to church to listen to God’s word? When we say, “I want to go to church, I want to hear the word,” that is perfection. When we are hated, mistreated, and have the opportunity to take revenge, but instead we say, “I forgive them,” that is perfection. Remember, every decision we make becomes a permanent rhythm of the soul. Having a divine nature means reaching a state where we do not commit any mistakes before God—not because we do not want to, but because we are no longer capable of doing so. This is achieved through a process that starts with small matters. Therefore, every matter must be unraveled.

That is why we often pray, "Lord, I want to be perfect, I want to be like the Lord Jesus. If You ask me, 'what can I ask for,' I only ask, I want to be perfect like You." We are the ones who have to choose, whether we want to be perfect or imperfect. We are the ones who have to analyze from simple things until later God allows more complicated things and greater challenges. To achieve this, we must possess what is called spiritual intelligence. How can we analyze whether something is God’s will or not if we do not have spiritual intelligence? And to have spiritual intelligence, one must study the word. Studying the Word is not about learning religious doctrines, as understood in Abrahamic religions, concerning what is permitted and prohibited, what is lawful and unlawful. The truth is not like that.

Perhaps we have never truly experienced the touch of truth, which is why we have never felt addicted to it. We do not hunger and thirst for the truth because we have never truly tasted or enjoyed it. But once we hear, hear, and hear again, we will begin to understand how extraordinary the Word is. This enables us to analyze every event in our lives. If we do not study the truth, we will not become spiritually intelligent. Through the events of everyday life we ​​can gain spiritual intelligence, with the truth that we learn as capital, so that we can find what God wants. If we continuously practice this, becoming a permanent rhythm, then that is where our divine nature is worn.

Life is a school of learning. However, many churches do not teach this. Instead, they offer services for sale. For example, a congregation member might say, “Pastor, my husband has not repented yet; please pray for his repentance.” But there is no scripture that supports this. A husband can repent because of his wife’s conduct, not because of a pastor’s prayer. When people face problems, they often ask for prayers to resolve them. Yet, life itself is a school of learning where the problems we encounter are opportunities for us to discover our divine nature. That is why the church must preach the pure truth of God’s Word. If not, it is like a hospital giving out fake medicine or poison. Without spiritual intelligence, life’s events may seem like mere waste, when in reality, they carry deep meaning for the transformation of our nature.

In this context, how precious is the time we have in life! We only have seventy to eighty years. The value of our time lies in the moments called kairos (καιρός)—God’s appointed times. God knows how to bring us problems, challenges, and experiences—what we see, hear, and go through—all designed to shape our divine nature. God arranges events in a sequence, like a curriculum, which is known as khronos (χρόνος) or chronology. In school or college, everyone follows the same curriculum. However, in life, each individual has a unique curriculum designed specifically for them.

So, when we say, “I love You, Lord,” God creates a personalized curriculum for each of us. We become incredibly valuable in God's eyes. Once we love Him, God seals us with the Holy Spirit. Then, God arranges our curriculum, orchestrating situations one after another. That is why, in this moment, let us make the decision to love God. At first, we may face small challenges, but as time passes, greater challenges will come. Bigger challenges involve wealth, life and death, dignity, and emotions. Through these, we are taught to deny ourselves and then wear God's thoughts and feelings. And if that continues, the divine nature becomes permanent in us.

TO HAVE SPIRITUAL INTELLIGENCE, ONE MUST STUDY THE WORD.

Card image
KECERDASAN ROH - 10 Maret 2025
2025-03-10 21:26:05


Ada prinsip penting dalam hidup yang kita harus tahu, bahwa dalam kenyataan hidup ini kita diperhadapkan kepada dua hal: yang pertama, surga atau neraka, Tuhan atau setan, terang atau gelap, sempurna atau tidak sempurna. Kehidupan kita sebagai orang percaya harus diukur dari hal ini. Dan ini adalah pilihan. Misalnya, ketika kita bangun tidur minggu pagi, apakah kita memilih ke pusat perbelanjaan untuk makan atau pergi ke gereja mendengarkan firman Tuhan? Ketika kita berkata, "Aku mau ke gereja, aku mau mendengar firman," itu sempurna. Ketika kita dimusuhi, kita dijahati dan punya kesempatan membalas kejahatan itu, tetapi kita berkata, "Kumaafkan dia," itu sempurna. Ingatlah, segala keputusan yang kita lakukan itu menjadi irama jiwa yang permanen. Berkodrat ilahi artinya berkeadaan diri di mana kita tidak berbuat suatu kesalahan pun di hadapan Tuhan, bukan karena tidak mau, tetapi karena tidak bisa lagi melakukan kesalahan, dan itu lewat sebuah proses dari perkara kecil. Jadi, setiap perkara itu harus diurai.

Itu sebabnya kita sering berdoa, "Tuhan, aku mau sempurna, aku mau serupa dengan Tuhan Yesus. Kalau Engkau tanya padaku, ‘apa yang aku boleh minta,’ aku hanya meminta, aku mau sempurna Engkau." Kita yang harus memilih, mau sempurna atau tidak sempurna. Kita yang harus mengurai dari perkara-perkara sederhana sampai nanti Tuhan izinkan hal-hal yang lebih pelik dan perkara-perkara yang lebih besar. Untuk itu, kita harus memiliki yang namanya kecerdasan roh. Bagaimana kita bisa menganalisa sesuatu itu kehendak Tuhan atau tidak, kalau kita tidak memiliki kecerdasan roh? Dan untuk memiliki kecerdasan roh, seseorang harus belajar firman. Belajar firman itu bukan belajar ilmu agama seperti yang dipahami agama-agama Samawi, antara yang boleh dan tidak, yang halal dan yang haram. Kebenaran itu tidak demikian.

Jangan-jangan kita tidak pernah menemukan sentuhan kebenaran sehingga tidak pernah merasa kecanduan atau addict. Kita juga tidak pernah lapar dan haus akan kebenaran karena tidak pernah menikmati atau merasakan kebenaran itu. Kalau kita sudah mendengar, mendengar, mendengar, maka kita akan bisa mengerti betapa luar biasanya firman itu. Hal itu membuat kita bisa menganalisa setiap kejadian. Jadi, kalau kita tidak belajar kebenaran, maka kita tidak akan menjadi cerdas. Lewat peristiwa kehidupan setiap hari kita dapat memperoleh kecerdasan roh, dengan bermodalkan kebenaran yang kita pelajari, sehingga kita bisa menemukan apa yang Tuhan kehendaki. Jika kita lakukan terus-menerus, menjadi irama permanen, maka di situlah kodrat ilahi kita kenakan.

Hidup ini adalah sekolah kehidupan. Namun di banyak gereja, tidak diajarkan begitu. Gereja malah jual jasa. Misalnya, jemaat berkata, "Pak Pendeta, suami saya belum bertobat, doakan supaya bertobat." Itu tidak ada ayatnya. Suami bisa bertobat oleh kelakuan istri, bukan karena doa pendeta. Kalau ada masalah, minta didoakan supaya selesai. Padahal hidup ini adalah sekolah kehidupan dimana masalah-masalah yang kita alami merupakan kesempatan untuk kita menemukan kodrat ilahi. Itulah sebabnya gereja harus menyampaikan kebenaran firman yang murni. Jika tidak, maka gereja seperti rumah sakit yang memberi obat palsu atau racun. Jadi, kalau kita tidak memiliki kecerdasan roh, maka peristiwa-peristiwa yang terjadi itu seperti sampah, padahal itu punya arti yang tinggi untuk perubahan kodrat kita.

Dalam hal ini, betapa berharganya waktu hidup kita. Kita hanya punya tujuh puluh sampai delapan puluh tahun. Berharganya waktu kita ada momentum-momentum yang disebut kairos (καιρός). Tuhan tahu bagaimana memberikan kepada kita masalah, perkara, kejadian yang kita lihat, dengar, dan alami yang akan dapat membangun kodrat ilahi. Dan Tuhan membuat susunan peristiwa demi peristiwa itu semacam kurikulum yang namanya khronos (χρόνος) atau kronologi. Kalau kita sekolah atau kuliah, semua punya kurikulum yang sama. Tetapi dalam kehidupan setiap individu, kita punya kurikulum yang khusus, yang tidak sama dengan yang lain.

Jadi, ketika kita berkata, "Aku mengasihi Engkau, Tuhan," Tuhan akan bikin kurikulum untuk masing-masing kita. Kita menjadi begitu berharga di mata Tuhan. Begitu kita mengasihi Dia, Tuhan meteraikan dengan Roh Kudus. Lalu, Tuhan membuat kurikulum, mengatur situasi demi situasi. Itulah sebabnya pada kesempatan ini, mari kita ambil keputusan untuk mengasihi Tuhan. Nanti, dari kadar yang rendah, karena masalahnya masih masalah kecil, sampai kadar yang tinggi, karena masalah-masalah mulai besar. Masalah besar karena menyangkut uang banyak, menyangkut nyawa, menyangkut harga diri, menyangkut perasaan, kita diajar untuk menyangkal diri lalu mengenakan pikiran dan perasaan Tuhan. Dan kalau itu berlangsung terus-menerus, kodrat ilahi menjadi permanen dalam kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

UNTUK MEMILIKI KECERDASAN ROH, SESEORANG HARUS BELAJAR FIRMAN.

Card image
Truth Kids 09 Maret 2025 - DISERTAI
2025-03-09 21:49:56


Yesaya 41:10
”janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”

"Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa, yang percaya katakan: Amin!" Demikian doa kak Alce mengakhiri kebaktian Sekolah Minggu. Gaby salah satu muridnya kak Alce yang sangat bersyukur bisa mengikuti kebaktian Sekolah Minggu. Ia dapat bermain dan juga belajar firman Tuhan.

Usai dari gereja, Gaby bersama orang tuanya pergi ke sebuah tempat makan untuk makan siang. Setelah sampai di tempat makan, mereka pun langsung memesan makanan dan minuman. Namun, beberapa saat kemudian, ada pelayan yang menumpahkan minuman ke Gaby. Kejadian itu membuat Gaby ingin marah dan menangis. Namun, ia teringat dengan firman Tuhan yang diajarkan oleh kak Alce di Sekolah Minggu. Kak Alce mengajarkan kalau Tuhan hadir di mana pun dan kapan pun. Kita harus membangun hubungan yang baik dengan Tuhan yang Maha Hadir. Gaby pun tidak jadi marah dan menangis.

Sobat Kids, membangun hubungan dengan Tuhan tidak hanya di lakukan di gereja pada waktu kebaktian atau waktu doa saja. Membangun hubungan dengan Tuhan itu di mana pun dan kapan pun. Ketika kita berada dalam situasi takut dan bimbang, pasti Allah menyertai kita, anak-anak-Nya.

Card image
Truth Junior 09 Maret 2025 - BE BRAVE
2025-03-09 21:45:25


Yesaya 41:10
”janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”

Lydia duduk di bangku kelas 6 SD dan berada di kelas unggulan. Teman-teman Lydia di kelas itu adalah murid-murid yang unggul dalam kecerdasan. Di kelas 6 ini, Lydia harus mengikuti ujian sekolah supaya dapat melanjutkan ke kelas 7, dan Lydia sangat takut sekali karena begitu banyak materi yang harus dipelajari. Lydia takut tidak dapat mengerjakan ujian sekolah saat harinya tiba. Lydia anak yang rajin, ia belajar dari jauh-jauh hari sebelum ujian. Lydia juga selalu mengulang pelajaran yang diberikan oleh guru-gurunya.

Belum lagi, Lydia juga banyak saingan di dalam kelas karena berada di kelas unggulan. Namun, terkadang Lydia melihat temannya menyontek saat ulangan supaya tidak mendapat nilai yang jelek. Puji Tuhan, Lydia tidak mau mengikuti teman-temannya untuk menyontek, karena Lydia tahu Allah tidak suka jika melihat anak-Nya mengerjakan ulangan dan mendapat nilai bagus dengan menyontek. Lydia memegang teguh imannya walaupun temannya terkadang menawari jawaban atau meminta jawaban darinya.

Namun, sekarang Lydia sedang takut karena ujian sekolah tidak akan lama lagi. Lydia cerita kepada mamanya tentang kegelisahan di hatinya ini. Mamanya mendengarkan Lydia bercerita. Selesai Lydia bercerita, mamanya mengingatkan Lydia kalau Lydia sudah belajar dengan rajin untuk mempersiapkan ujian sekolahnya. Ia tidak perlu merasa takut karena sudah melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya sebagai murid. Lydia harus berdoa kepada Tuhan agar memberikan ketenangan. Lydia pun teringat, mamanya pernah katakan: “Jangan takut, karena Tuhan selalu menyertai.” Lydia menjadi lebih percaya diri untuk menghadapi ujian di kelas 6 ini. Sobat Junior juga, ya. Jangan takut, tetapi jangan lupa juga bagian kita untuk belajar, mempersiapkan yang terbaik.

Card image
Truth Youth 09 Maret 2025 (English Version) - COMFORT ZONE
2025-03-09 21:43:25


“For we are God's handiwork, created in Christ Jesus to do good works, which God prepared in advance for us to do." (Ep

hesians 2:10) In psychology, there is a term called impostor syndrome—a condition where a person constantly feels unworthy of their achievements. Those who experience this tend to deny the reality that they are talented, capable, and deserving of success. Ironically, while others praise their accomplishments, they see themselves as inadequate. Feeling this way occasionally is normal because life can be tough. However, if it becomes excessive, it is important to manage it wisely.

A similar struggle exists in Christianity, though it is not entirely the same. Some Christians feel so unworthy that they believe they can no longer seek God. They feel burdened by their sins, convinced that there is no more hope for repentance or returning to God’s path. While acknowledging one's sins is good, dwelling too long in guilt can be harmful. These individuals recognize their need for God but struggle to see the light of His grace.

When we understand that we are God's handiwork, we begin to see how valuable we truly are. God always offers opportunities, but we must also be willing to step out of our comfort zones. Start by accepting yourself, recognizing your worth, and believing that you were created by God Himself. When we embrace our identity in Christ, our perspective on life will change. The world we see, once we learn to accept and understand ourselves, will become a place filled with purpose and joy—because God is in it.

WHAT TO DO:
1. Be sensitive to God’s voice.
2. Accept and love yourself as God loves His people.
3. Repent and continually pursue holiness.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Joshua 11-13

Card image
Truth Youth 09 Maret 2025 - COMFORT ZONE
2025-03-09 21:41:55


”Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” (Efesus 2:10)

Ada sebuah istilah psikologis dalam menggambarkan seseorang yang selalu merasa tak pantas akan pencapaian dirinya, yakni impostor syndrome. Orang-orang yang mengalami sindrom ini akan cenderung menolak sebuah fakta bahwa dia hebat, layak untuk menang, cerdas, dan semacamnya. Mirisnya, orang-orang ini melihat diri mereka dengan begitu rendah di saat orang lain malah menyanjung betapa hebat pencapaian yang telah mereka raih. Pernah ada di posisi ini adalah hal yang wajar, karena sebagai manusia pasti akan banyak dihantam oleh badai hidup. Namun jika berlebihan, sepertinya kita harus bijak dalam mengatasinya juga.

Di dalam kekristenan, sepertinya kita menemukan hal yang serupa juga. Sedikit mirip, walau tidak sepenuhnya sama. Ada orang-orang Kristen yang merasa dirinya begitu rendah dan tidak layak untuk mencari Tuhan. Mereka merasa hidup mereka terlalu berat dengan dosa, sehingga tidak ada lagi kesempatan untuk mereka bertobat dan kembali ke jalan Tuhan. Mungkin, ini hal yang baik, tetapi buruk juga. Orang-orang ini sadar bahwa mereka pendosa, tetapi mereka terlalu berlarut-larut di dalam kesedihan sehingga mereka sulit untuk melihat titik cerah dalam beriman kepada Tuhan.

Ketika kita menyadari kalau kita adalah buatan tangan Allah, maka kita akan bisa menghayati betapa berharganya keberadaan kita di bumi ini. Allah akan selalu memberi kesempatan, tetapi kita juga harus berani keluar dari zona nyaman. Mulailah menerima diri, memandang betapa berharganya diri kita sebab kita diciptakan oleh Allah sendiri. Saat kita sadar dengan identitas kita, pandangan kita tentang dunia ini akan menjadi sangat berbeda. Dunia yang kita lihat ketika akhirnya kita berhasil menerima dan mengenal diri akan menjadi dunia yang begitu hebat dan menyenangkan. Lagi-lagi, karena Tuhan berada di situ.

WHAT TO DO:
1.Berusaha peka akan suara Tuhan.
2.Terima diri, sayangi diri sebagaimana Tuhan menyayangi umat-Nya.
3.Bertobat dan terus mengupayakan kesucian.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yosua 11-13

Card image
Renungan Pagi - 09 Maret 2025
2025-03-09 15:14:41


Ada orang yang dipuji karena mengatakan kebenaran, tapi ada juga orang yang dimaki karena mengatakan kebenaran; ada orang yang diterima karena mengatakan kebenaran, tapi ada juga yang ditolak karena mengatakan kebenaran.

Sebagai orang percaya kita tidak punya pilihan lain; apapun resikonya, tetap harus mengatakan kebenaran; hanya saja, caranya harus tepat, saatnya harus tepat, sikapnya harus tepat dan kata-katanya harus tepat.

Card image
Quote Of The Day - 09 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-09 15:13:34


Harus ada pembuktian atas kesetiaan kita kepada-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 09 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-09 15:12:05


Harus ada peristiwa-peristiwa kehidupan di mana manusia yang terpilih, yang mengasihi Tuhan, dapat menemukan kodrat Ilahi.

Card image
DISCOVERING THE DIVINE NATURE - 09 Maret 2025 (English Version)
2025-03-09 15:10:23


Romans 8:28-29 “And we know that in all things God works for the good of those who love him, who have been called according to his purpose. For those he foreknew he also predestined to be conformed to the image of his Son, that he might be the firstborn among many brothers.”

One day many will discover—and sadly not fully realize—that their short years of life have produced nothing in eternity. And that will bring a very painful regret. Regret that can only be expressed in weeping and gnashing of teeth. This is a disaster above all disasters. This is a horror of the utmost magnitude. The separation of man from the loving Father God, the God of life, is terrible. May we be spared that state. Therefore, do not take this lightly. As people chosen by God, as people who are allowed to hear the Gospel, we have the opportunity to wear the divine nature.

And in fact, this is the essence of the Gospel. This is the content of the good news. This divine nature is the eternal treasure that must be sought. Why seek it? Because we cannot have it by ourselves. We cannot obtain it automatically. How can we seek it, and where can we find it? We can find it in our lives every day, through all the events in every incident that we experience in our lives every day. That is why the word of God says, "In all things, in all events, in all matters, God works for our good," namely we who are called by God. We are determined to be like the Lord Jesus. What is predestined is not the individual person, but rather the likeness or the target.

The work of salvation done by the Lord Jesus on the cross on Calvary gave power, gave opportunities and potential for humans to be saved. And being saved means being returned to the original design, similar to the Lord Jesus. The target is that we become in the image and likeness of God. This means living a life that is flawless and without blemish or perfect like the Father. It is the same as wearing the divine nature. So there must be life events where the chosen humans, who love God, can find the divine nature.

Regarding this, the Word of God says, "As iron sharpens iron, so one person sharpens another." This is why we must live among society, experiencing various events in life, because through all these, God wants us to find the divine nature. Those who withdraw from the crowd, isolate themselves, or seclude themselves far from others in an attempt to achieve perfection will not find true perfection. That is an unnatural and forced kind of perfection.

Putting on this divine nature is actually the same as being perfect like the Father. Since each person's perfection is different, each person receives God's cultivation in a special way. Here, each person is discipled by the Lord Jesus through the Holy Spirit in a special way, and how extraordinary everyone who receives God's cultivation is, namely of course those who love the Lord (Romans 8:28).

We are enabled to have a life like the life worn by the Lord Jesus. This is the essence of the Gospel, this is the good news. A person may not yet be perfect, but he can still truly love God. So, along with the passage of time and the process of God's cultivation that takes place in his life, finally his love for God becomes whole or his love becomes perfect. Therefore, we should not be unfamiliar with the word "perfect"—a blameless and spotless life, which is the same as putting on the divine nature.

AS THOSE CHOSEN BY THE LORD, AS PEOPLE GRANTED THE PRIVILEGE OF HEARING THE GOSPEL, WE HAVE THE OPPORTUNITY TO PUT ON THE DIVINE NATURE.

Card image
MENEMUKAN KODRAT ILAHI - 09 Maret 2025
2025-03-09 15:01:13


Roma 8:28-29
“Kita tahu sekarang bahwa Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab, semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Dia, Anak-Nya itu menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”

Suatu hari nanti banyak orang akan menemukan kenyataan—dan sayangnya saat itu mereka baru menyadari sepenuhnya—bahwa tahun umur hidupnya yang singkat ternyata tidak menghasilkan apa-apa di kekekalan. Dan hal itu akan menimbulkan penyesalan yang sangat menyakitkan. Penyesalan yang hanya dapat diekspresikan dengan ratap tangis dan kertak gigi. Ini bencana di atas segala bencana. Ini kengerian maha dahsyat. Keterpisahan manusia dari Allah Bapa yang begitu mengasihi, Allah sumber kehidupan, itu sangat mengerikan. Kiranya kita terhindar dari keadaan itu. Oleh sebab itu, jangan anggap remeh hal ini. Sebagai orang yang dipilih oleh Tuhan, sebagai umat yang diperkenan mendengar Injil, kita memiliki kesempatan untuk mengenakan kodrat ilahi.

Dan sebenarnya, inilah inti Injil. Inilah isi kabar baik itu. Kodrat ilahi inilah harta kekal yang harus dicari. Mengapa dicari? Karena tidak dapat kita miliki dengan sendirinya. Kita tidak dapat memperolehnya secara otomatis. Bagaimana kita bisa mencari dan di mana kita mendapatkannya? Hal ini dapat kita temukan dalam kehidupan kita setiap hari, melalui segala peristiwa di dalam setiap kejadian yang kita alami dalam hidup kita setiap hari. Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan, "Allah bekerja dalam segala hal, dalam segala peristiwa, dalam segala perkara, untuk mendatangkan kebaikan bagi kita,” yaitu kita yang dipanggil oleh Tuhan. Kita ditentukan untuk serupa dengan Tuhan Yesus. Yang ditentukan itu bukan manusianya, melainkan keserupaannya atau targetnya.

Penyesatan yang terjadi dalam hidup banyak orang Kristen yang masif, yang meluas selama ratusan tahun, bahkan ribuan tahun adalah ketika diajarkan bahwa karya keselamatan Tuhan Yesus yang dikerjakan di bukit Golgota otomatis membuat seseorang selamat, asal menyetujui bahwa Yesus mati di kayu salib untuk dosa-dosa manusia, asal menyetujui dan mengakui status Yesus sebagai Juru Selamat. Ini penyesatan yang membuat banyak orang Kristen tidak mengalami keselamatan. Sebagai bukti, kita melihat begitu banyak orang Kristen yang kehidupannya tidak berbeda dengan orang yang tidak mendengar Injil. Jadi jangan karena kita setuju bahwa Yesus Kristus itu Anak Allah, mati di kayu salib menebus dosa manusia, maka otomatis kita selamat. Itu sesat, itu bodoh.

Karya keselamatan yang dikerjakan Tuhan Yesus di kayu salib di bukit Kalvari itu memberi kuasa, memberi peluang dan potensi manusia untuk selamat. Dan selamat itu artinya dikembalikan ke rancangan semula, serupa dengan Tuhan Yesus. Yang menjadi target adalah kita menjadi segambar dan serupa dengan Allah. Artinya, sama dengan hidup tidak bercacat dan tidak bercela atau sempurna seperti Bapa. Sama dengan mengenakan kodrat ilahi. Jadi harus ada peristiwa-peristiwa kehidupan dimana manusia yang terpilih, yang mengasihi Tuhan, dapat menemukan kodrat ilahi.

Terkait dengan hal ini, firman Tuhan mengatakan, "besi menajamkan besi, manusia menajamkan sesamanya." Itulah sebabnya kita harus hidup di tengah-tengah masyarakat, kita harus mengalami berbagai peristiwa hidup, sebab melalui semua itu Tuhan mau kita menemukan kodrat ilahi. Orang yang meninggalkan keramaian, menyepi, atau menyendiri jauh dari manusia lain dan keramaian dengan maksud mau mencapai kesempurnaan, tidak akan menemukan kesempurnaan yang sesungguhnya. Itu kesempurnaan yang tidak natural, kesempurnaan yang dipaksakan.

Mengenakan kodrat ilahi ini sebenarnya sama dengan menjadi sempurna seperti Bapa. Berhubung kesempurnaan masing-masing orang berbeda, maka masing-masing menerima penggarapan Allah secara khusus. Di sini, setiap orang dimuridkan oleh Tuhan Yesus melalui Roh Kudus secara khusus, dan betapa istimewanya setiap orang yang menerima penggarapan Allah tersebut, yaitu tentu mereka yang mengasihi Tuhan (Rm. 8:28).

Kita dimungkinkan untuk memiliki kehidupan seperti kehidupan yang dikenakan Tuhan Yesus. Inilah inti Injil, ini kabar baik itu. Seseorang bisa belum sempurna, tetapi ia tetap bisa sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Maka, seiring dengan perjalanan waktu dan proses penggarapan Allah yang berlangsung dalam hidupnya, akhirnya cintanya kepada Tuhan menjadi utuh atau cintanya menjadi sempurna. Jadi kita jangan menjadi asing terhadap kata "sempurna," hidup tak bercacat tak bercela, yang sama dengan mengenakan kodrat ilahi.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEBAGAI ORANG YANG DIPILIH OLEH TUHAN, SEBAGAI UMAT YANG DIPERKENAN MENDENGAR INJIL, KITA MEMILIKI KESEMPATAN UNTUK MENGENAKAN KODRAT ILAHI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 Maret 2025
2025-03-10 21:31:22

Bilangan 35-36

Card image
Truth Kids 08 Maret 2025 - SERAHKAN KEPADA TUHAN
2025-03-08 22:25:47


1 Petrus 5:7
”Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”

Sobat Kids, kalau kita mau lebih dekat kepada mama papa, kita harus sering-sering ngobrol dengan mereka. Kita mencari tahu apa kesukaan dan ketidaksukaan papa mama. Semakin sering kita berkomunikasi dengan orang tua kita, hubungan ktia dengan mereka pun akan semakin bagus.

Seperti hubungan kita yang baik dengan papa mama, seperti itulah seharusnya hubungan kita dengan Tuhan Yesus. Memang hubungan orang Kristen dengan Tuhan, tidak hanya dapat terlihat dengan kata-kata dalam doa saja, melainkan dari hidup kita sehari-hari yang mengandalkan Tuhan dan percaya kepada-Nya. Bisa saja kita berdoa setiap hari, tapi rasa cemas dan takut kita terus datang.

Jadi mulai sekarang, milikilah jam doa yang dilakukan di waktu dan tempat yang khusus. Pagi hari adalah waktu yang baik untuk kita berdoa. Kita ambil waktu 5-10 menit untuk berdoa. Sampaikan ucapan syukur dengan tulus dan hormat. Serahkanlah kekhawatiran kita hari ini kepada Tuhan. Mungkin Sobat Kids akan ujian sekolah, mengikuti lomba, dan lain-lain, serahkanlah semuanya kepada Tuhan.

Card image
Truth Junior 08 Maret 2025 - DON’T WORRY
2025-03-08 22:24:06


1 Petrus 5:7 ”Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”

Rudy dan Riri sedang gelisah, bolak balik di lorong rumah sakit. Mereka menunggu mamanya yang sedang menjalani operasi usus buntu. Mamanya menderita infeksi di usus buntu, sehingga harus dioperasi. Keadaan infeksinya sudah parah sehingga harus segera ditindak. Papa Rudy dan Riri juga sedang gelisah menunggu operasi selesai. Mereka bertiga saling terdiam dengan kondisi kuatir dan takut. Riri memeluk erat papanya dan mengatakan kalau dia khawatir.

Ketika sedang menunggu di lorong rumah sakit, tanpa sengaja ada dokter lain yang melewati tempat mereka menunggu. Dokter itu melihat mereka bertiga sedang gelisah dan Riri sesekali menitikan air mata. Dokter itu datang menghampiri dan menanyakan sedang menunggu siapa. Mereka pun bercerita kalau mamanya sedang menjalankan operasi usus buntu dan mereka takut karena belum selesai operasinya. Dokter ini bercerita juga dan menanyakan apakah sudah berdoa kepada Tuhan, memohon perlindungan Tuhan untuk mama yang sedang dioperasi. Tentunya mereka menjawab sudah berdoa untuk mamanya.

Dokter ingatkan firman Tuhan yang mengatakan, “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” “Jadi, kalian jangan khawatir, ya. Serahkan sama Tuhan. Berdoalah juga untuk para dokter yang melakukan operasi. Ketika kita serahkan khawatir kepada Tuhan, kita akan merasakan damai sejahtera, dan iman kita kembali kuat. Allah yang memelihara anak-anak-Nya.” Mereka merasa lebih damai ketika bertemu dan mengobrol dengan dokter tersebut. Tidak berapa lama, dokter dalam ruangan operasi keluar menjumpai Rudy, Riri, dan papanya. Dokter memberitahukan kalau operasi sudah selesai dilakukan, dan kondisi mama Rudy dan Riri sudah mulai stabil. Mereka sangat bersyukur karena Tuhan sudah menyertai dan menolong. Don’t worry, pasti Tuhan menyertai.

Card image
Truth Youth 08 Maret 2025 - ENJOYING GOD’S CARE
2025-03-08 22:20:06


“But grow in the grace and knowledge of our Lord and Savior Jesus Christ. To Him be glory both now and forever! Amen." (2 Peter 3:18)

There is a story about a little boy waiting for a tree seed to grow. The boy planted a seed in his yard by digging the soil and placing the seed inside. He watered it and then sat nearby, eagerly watching to see it sprout. Later that afternoon, his older brother returned from school and saw his little brother sitting under the hot sun, resting his chin on his hands. His brother asked, “What are you doing here?” The boy replied, “I’m waiting for the seed I planted to grow into a tree,” (as he enthusiastically mimicked the shape of a big tree). His brother smiled, patted his head, and chuckled, “Oh, you’re so funny.” He then went inside, while the little boy remained seated, arms crossed, still waiting. After changing out of his school uniform, the older brother returned and sat beside him. He said, “My sweet, funny, and adorable little brother, even if you wait here for a whole week, that tree won’t grow instantly,” (as he playfully pinched his brother’s chubby cheeks).

This illustration teaches us that everything in life requires a process. There is a time for everything. Just like the seed that the little boy planted, it cannot instantly become a big tree. Life works the same way. We need time to grow and mature. We need the “fertilizer” of life, we need care, we need “watering,” and sometimes we even need to be pruned—just like a growing tree.

So, let us embrace every process in life. Let us enjoy the nourishment God provides, the care He gives, the refreshing water He pours, and even the pruning He allows for our growth.

WHAT TO DO:
1. Cultivate a peaceful heart in daily life.
2. Surrender and rely on God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Joshua 8-10

Card image
Truth Youth 08 Maret 2025 - MENIKMATI PERAWATAN TUHAN
2025-03-08 19:54:09


”Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya.” (2 Petrus 3:18)

Ada satu cerita tentang anak kecil yang sedang menunggu benih sebuah pohon untuk tumbuh. Anak kecil tersebut menabur sebuah benih di pekarangannya, dia menggali tanah tersebut dan menaruh benih pohon di dalam tanah itu. Lalu anak kecil itu memberinya air dan menunggu di sekitar benih pohon tersebut untuk melihatnya tumbuh. Kemudian di sore hari, kakaknya baru pulang dari sekolah dan melihat adiknya duduk bertopang dagu kepanasan. Kakaknya bertanya, “Sedang apa kau di sini Adik?”. Adiknya menjawab, “Aku sedang menunggu benih yang aku tabur untuk bertumbuh menjadi pohon” (dengan memperagakan pohon yang besar). Lalu kakaknya tersenyum dan menyentuh kepala adiknya seraya mengatakan “Ada-ada saja”. Kakaknya masuk ke rumah, dan adiknya tetap menunggu di sekitar benih pohon yang ia tabur sambil bersila tangan. Setelah kakak tersebut mengganti pakaian sekolahnya, kakak itu duduk di samping adiknya itu. Ia mengatakan, “Adik aku yang sangat manis, lucu, dan menggemaskan. Kamu mau menunggu di sini sampai seminggu juga, itu pohon tidak akan tumbuh dengan cepat sayang” (sambil menjewer pipinya yang menggemaskan)

Dalam ilustrasi tersebut, kita bisa menyadari bahwa segala sesuatu dalam hidup ini memerlukan proses dengan waktu tertentu. Ada waktu untuk segala sesuatu dalam hidup ini. Seperti benih pohon yang adik tersebut tabur, tentu tidak dengan instan menjadi pohon yang tumbuh dengan besar. Hidup ini juga seperti itu. Kita perlu proses untuk menjadi dewasa dalam hidup ini. Kita perlu pupuk kehidupan, kita perlu dirawat, kita perlu diberi air, kita perlu dipangkas sama halnya dengan proses pertumbuhan pohon. Maka, mari kita nikmati setiap proses hidup kita. Kita nikmati setiap pupuk yang Tuhan berikan, kita nikmati setiap perawatan yang Tuhan berikan, kita nikmati setiap air yang Tuhan berikan dan kita nikmati juga setiap hal yang mungkin harus dipangkas dalam hidup kita. WHAT TO DO:
1.Memiliki keteduhan hati menjalani hari-hari hidup
2.Berserah dan mengandalkan Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yosua 8-10

Card image
Renungan Pagi - 08 Maret 2025
2025-03-08 13:01:53


Ada orang yang dipuji karena mengatakan kebenaran, tapi ada juga orang yang dimaki karena mengatakan kebenaran; ada orang yang diterima karena mengatakan kebenaran, tapi ada juga yang ditolak karena mengatakan kebenaran.

Sebagai orang percaya kita tidak punya pilihan lain; apapun resikonya, tetap harus mengatakan kebenaran; hanya saja, caranya harus tepat, saatnya harus tepat, sikapnya harus tepat dan kata-katanya harus tepat.

Card image
Quote Of The Day - 08 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-08 13:00:46


Jangan melawan Tuhan dengan tidak memberi diri diatur Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 08 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-08 12:58:31


Kita harus ingat bahwa Iblis itu bukan hanya mampu melingkar di pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat, namun Iblis juga bisa melingkar di mimbar-mimbar gereja.

Card image
THE TRUE GOODNESS OF GOD - 08 Maret 2025 (English Version)
2025-03-08 12:57:08


John 6:26
"Jesus answered, ‘Very truly I tell you, you are looking for me, not because you saw the signs I performed, but because you ate the loaves and had your fill.’”

The common logic of people is to go to school, attend university, earn degrees, find a job, meet a life partner, build a career, grow a business, have children, raise them, find spouses for them, have grandchildren, take care of them, and so on. This has become a lifestyle that seems unchangeable. Even God is often used merely to sustain this existence. This is why there are "shamans" in churches—not using the name of Satan, but using the name of Jesus. What is terrifying is that God often appears to remain silent. This is a religious way of life that has become widespread. Today, many churches are no different from other religions. The religious system has infiltrated the church environment. But is this what Jesus taught? Ministry is often reduced to mere activities, while the focus on people themselves is neglected because it is assumed that they are already "saved"—since Jesus died on the cross, they have been redeemed, and when they die, they will enter heaven. This is wrong, misleading, and heretical.

This situation is truly concerning. If we hold to the principle, "The only world I have is Jesus," then our way of seeking God will be different. Our struggle will also be different. Up until now, God has often only been given leftovers. Of course, not everyone is like this—there are those who have begun to focus and become truly devoted. However, the reality is that many still live this way. Remember, God does not beg for our time, energy, thoughts, money, or possessions. Our God is sovereign and glorious. If new Christians have this wrong understanding, we can be patient and help guide them. But if someone has been a Christian for years and still holds this incorrect mindset, it surely grieves God's heart.

We must remember that Satan is not only able to coil around the tree of the knowledge of good and evil, but Satan can also coil around church pulpits. If we truly study the Gospel, we will see and recognize that much of what is being preached is not the Gospel that Jesus taught. Even Paul condemned those who preached a different gospel, calling them "dogs." Therefore, those of us who hear this truth must wake up and be alert. We need to start fasting from watching unnecessary things, fasting from socializing with people who do not bring us closer to God, and fasting from engaging in unproductive activities. God wants us to grow. Do not think that just because Jesus died on the cross, everything is automatically settled.

God desires to improve the quality of life of believers according to His will. He wants to invite us into matters of eternity. However, many Christians instead invite God into their own business—into temporary, worldly affairs. In John 6:26, God firmly reminds us not to seek Him merely because we have been filled with bread, prioritizing our perceived needs over understanding His plan. A true Christian has no personal plans of their own—God Himself will place His plans in their minds. How? By seeking Him continuously and learning, so that we will come to understand. Jesus came to give His life, but if we continue to hold on to our own lives or listen to the voice of a false shepherd, we will never truly understand.

One characteristic of those with a low spiritual quality is that they always ask for God’s protection over their lives, hoping that they and their families will be kept away from anything that disrupts their well-being. For such people, anything that threatens their dreams and desires is seen as a disaster because they view misfortune as anything that diminishes their sense of comfort, security, and happiness. As a result, God is merely used as a safeguard. Of course, we do need God’s protection—that is undeniable. However, let’s pause and think: If Job had not been stripped of everything, he would never have emerged as refined gold. God purified Job, delivering him from eternal destruction through the suffering he endured in life. That was God’s true protection for Job.

So if we say, “Lord, protect me so that I won’t face this problem or that difficulty,” it means we have not yet understood. Ideally—and if possible—we would not have to experience suffering because we would already be aware and obedient. But rather than letting us fall into destruction, God sometimes allows us to face challenges to awaken us. And this will become an eternal testimony when we enter eternity, just as Job said, “My ears had heard of You, but now my eyes have seen You.”

Many people want to prove God's goodness in their own way or model, but God teaches us through all the problems where He proves His goodness in our lives. If we only measure God’s goodness by finding a spouse, owning a house, or having successful children, that is not yet the true goodness of God—because these things can be given to all humans. However, if we see God Himself, know Him, grow in the truth until we can be worthy to enter the family of the Kingdom of God, that is God's true goodness.

IF WE SEE GOD HIMSELF, KNOW HIM, GROW IN HIS TRUTH, AND BECOME WORTHY TO ENTER HIS KINGDOM, THAT IS THE TRUE GOODNESS OF GOD.

Card image
KEBAIKAN TUHAN YANG SEJATI - 08 Maret 2025
2025-03-08 12:55:33


Yohanes 6:26

"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.”

Logika orang pada umumnya adalah sekolah, kuliah, berpendidikan dan bergelar, mencari nafkah, menemukan pasangan hidup, lalu membangun karir, membesarkan perusahaan, lalu punya anak, anak menjadi besar, mencari menantu, punya cucu, menjaga cucu, dan seterusnya. Dan itu sudah menjadi gaya hidup yang tidak bisa diubah. Tuhan pun dipakai untuk mempertahankan eksistensi itu. Maka muncullah dukun-dukun di dalam gereja. Mereka tidak pakai nama setan, tapi pakai nama Tuhan Yesus. Dan yang mengerikan, Tuhan sering seakan-akan diam. Itulah cara beragama dan itu sudah merajalela. Hari ini banyak gereja yang tidak beda dengan agama lain. Sistem keberagamaan sudah masuk dalam lingkungan gereja. Apakah itu yang diajarkan Tuhan Yesus? Pelayanan diartikan dengan kegiatan-kegiatan, sementara fokus manusianya diabaikan karena menganggap manusianya sudah beres. Tuhan Yesus sudah mati di kayu salib, ditebus, kalau mati masuk surga. Ini salah, keliru, sesat.

Keadaan ini sungguh memprihatinkan. Kalau kita punya prinsip "the only world I have is Jesus," maka cara kita mencari Tuhan pasti beda. Perjuangan kita juga beda. Selama ini Tuhan sering hanya dikasih remah-remah. Tentu tidak semua seperti itu, sebab ada yang sudah mulai fokus dan militan. Namun sejujurnya, banyak yang masih seperti itu. Ingat, Tuhan juga tidak minta-minta, mengemis waktu, tenaga, pikiran, uang, atau harta kita. Tuhan kita itu agung sekali. Kalau pengertian yang salah ini ada pada orang Kristen yang masih baru, kita cukup mengerti dan bisa ditolerir. Tetapi kalau terus-menerus begitu, bertahun-tahun menjadi orang Kristen dengan cara berpikir yang salah ini, tentu hal ini menyedihkan hati Tuhan.

Kita harus ingat bahwa Iblis itu bukan hanya mampu melingkar di pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat, namun Iblis juga bisa melingkar di mimbar-mimbar gereja.* Sebab kalau kita belajar Injil yang benar, maka kita bisa melihat, menemukan bahwa yang diajarkan itu bukan Injil yang Tuhan Yesus ajarkan. Bahkan Paulus mengutuk orang yang memberitakan Injil tidak seperti yang ia beritakan. Bahkan memanggil mereka dengan sebutan, anjing. Oleh sebab itu kita yang mendengar kebenaran ini harus siuman, harus berjaga. Mulai puasa nonton yang tidak perlu ditonton, puasa bergaul dengan orang yang tidak perlu kita bergaul, puasa untuk hal yang tidak perlu kita lakukan. Tuhan mau kita bertumbuh. Jangan merasa bahwa Yesus telah mati di kayu salib, maka sudah beres semua.

Tuhan mau meningkatkan kualitas hidup orang percaya sesuai dengan yang dikehendaki-Nya. Tuhan mau mengajak kita masuk di urusan kekekalan. Tetapi banyak orang Kristen mengajak Tuhan masuk dalam bisnis urusannya sendiri, bisnis kefanaan. Dalam Yohanes 6:26 Tuhan tegas mengingatkan, jangan karena kita sudah makan roti sampai kenyang, sehingga kita lebih mementingkan apa yang kita pandang kebutuhan daripada mengerti rencana-Nya. Jadi, Kristen yang benar itu tidak punya rencana apa-apa. Nanti Tuhan yang akan taruh rencana-Nya di pikiran kita. Caranya? Cari Dia dengan terus belajar, maka nanti kita akan mengerti. Karena Tuhan datang untuk memberi hidup-Nya, tetapi kalau kita masih mempertahankan hidup kita sendiri, atau kita mendengarkan suara gembala yang jahat, maka kita tidak akan bisa mengerti.

Adapun ciri orang yang kualitasnya masih rendah adalah selalu minta perlindungan Tuhan atas hidupnya, berharap agar dirinya dan keluarganya dijauhkan dari apa yang bisa merusak kesejahteraan hidup. Bagi orang-orang seperti ini, segala sesuatu yang merusak cita-cita dan keinginan mereka adalah malapetaka, sebab yang dipandang malapetaka itu semua yang mengurangi apa yang dianggap oleh mereka sebuah hidup yang nyaman, aman, bahagia. Maka Tuhan dipakai untuk perlindungannya. Perlindungan Tuhan kita butuhkan, itu pasti. Namun coba kita berpikir sejenak, seandainya Ayub tidak dirontokkan Tuhan, Ayub tidak akan pernah muncul seperti emas. Ayub dibersihkan Tuhan, diloloskan dari malapetaka kekal melalui malapetaka hidup. Dan ini adalah bentuk perlindungan Tuhan bagi Ayub.

Jadi kalau kita berkata, "Tuhan lindungi saya supaya enggak ada masalah ini, enggak ada masalah itu," itu berarti kita belum mengerti. Tentu sebaiknya—kalau boleh, dan seharusnya—kita tidak perlu mendapat malapetaka, sebab kita sadar dengan sendirinya. Tetapi daripada kita jatuh ke jurang, maka Tuhan menimpuk kita dengan masalah, supaya kita sadar. Dan ini akan menjadi kenangan abadi waktu kita nanti di kekekalan. Sehingga setelah menyelesaikan semua pergumulan itu, dia berkata, "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.”

Banyak orang hendak membuktikan kebaikan Tuhan dengan cara atau modelnya sendiri, tetapi Tuhan mengajarkan kita lewat semua masalah di mana Ia membuktikan kebaikan-Nya dalam hidup kita. Kalau hanya hal dapat jodoh, punya rumah, anak-anak sukses, itu belumlah kebaikan Tuhan, karena hal itu juga bisa diberikan kepada semua manusia. Namun, apabila kita melihat Tuhan sendiri, mengenal Dia, bertumbuh di dalam kebenaran sampai kita bisa layak masuk dalam keluarga Kerajaan Allah, itulah kebaikan Tuhan yang sejati.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

APABILA KITA MELIHAT TUHAN SENDIRI, MENGENAL DIA, BERTUMBUH DI DALAM KEBENARAN SAMPAI KITA BISA LAYAK MASUK DALAM KELUARGA KERAJAAN ALLAH, ITULAH KEBAIKAN TUHAN YANG SEJATI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 Maret 2025
2025-03-08 12:39:04

Bilangan 33-34

Card image
Truth Kids 07 Maret 2025 - TIDAK AKAN DIBIARKAN
2025-03-07 21:00:45


Ibrani 13:5b
”Karena Allah telah berfirman: ”Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”.”

Siang itu bel istirahat sekolah berbunyi, tanda siswa siswi akan istirahat. Bergegas, Hendri dan teman-temannya membawa makan siang yang disiapkan dari rumah. Mereka menuju kantin untuk makan bersama. Dalam perjalanan menuju kantin, Hendri berlari dan tidak sengaja menabrak Anto, adik kelasnya. Anto terjatuh dan makan siangnya tumpah di tangga sekolah. Anto pun menangis dan marah karena makanannya tumpah semua.

Hendri merasa takut akan kesalahannya. Semua baju Anto kotor karena tumpahan makanan. Saat itu Hendri merasa takut, lalu ada dalam hati Hendri seperti ada suara berkata, "Jangan takut, minta maaflah, Aku menyertai kamu." Lalu Hendri meminta maaf dan memberikan bekalnya kepada Anto sebagai bukti penyesalannya.

Sobat Kids, dalam situasi apa pun kita bisa bercakap-cakap dengan Tuhan Yesus. Kita bisa berbicara dengan Tuhan kapan pun dan di mana pun. Begitu pun sebaliknya. Tentu kita bercakap-cakap dengan Tuhan melalui hati kita dan melalui doa yang setiap kali kita panjatkan. Jadi saat Sobat Kids merasa takut dan khawatir, percayalah ada Tuhan bersama kita.

Card image
Truth Junior 07 Maret 2025 - TIDAK PERNAH SENDIRI
2025-03-07 20:57:28


Ibrani 13:5b
”Karena Allah telah berfirman: ”Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”.”

Teman kita Sinta, adalah salah satu anak yang ada di Panti Asuhan Kasih Anugerah. Sinta sudah lama tinggal di panti, karena Sinta sudah tidak memiliki orang tua. Sejak Sinta kelas 1 SD, ia menjadi salah satu penghuni panti. Sekarang Sinta duduk di kelas 5 SD. Walaupun banyak teman di panti, terkadang Sinta merasa kesepian. Dan kalau melihat ada anak yang berkunjung ke panti dengan orang tuanya, hati Sinta sedih sekali rasanya. Tidak jarang Sinta pergi ke kamar dan menitikan air mata karena rindu kepada kedua orang tuanya.

Suatu ketika, saat Sinta sedang sedih di kamar, kakak Fani, kakak panti asuhan, menghampiri Sinta dan membelai lembut kepala Sinta. Ia menanyakan penyebab Sinta menangis. Sinta bercerita kalau ia merasa sedih dan kangen ingin bertemu papa dan mamanya. Sinta merasa sendirian, tidak punya keluarga lain lagi. Kakak Fani menghibur Sinta dengan mendengarkan keluh kesahnya supaya ia lega. Kakak Fani mengambil Alkitab dan mengajak Sinta membaca ayat firman yang sama dengan ayat hari ini Ibrani 12:5b: “Aku sekali-sekali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-sekali tidak akan meninggalkan engkau.”

Kakak Fani membacakan ayat firman ini dengan memberikan pengertian kepada Sinta. Memang Sinta hidup sendiri, tidak ada keluarga, tetapi Sinta punya teman yang selalu menemani, tidak pernah meninggalkan dan membiarkan Sinta sendirian.Teman itu adalah Tuhan Yesus. Tuhan Yesus berjanji akan selalu menemani dan selalu tinggal bersama Sinta. Sinta yang tadinya sedih, kembali mendapat penghiburan. Ia diingatkan kalau Tuhan tidak akan meninggalkannya sendirian. Sobat Junior juga, jangan sedih kalau merasa sendirian karena selalu ada Tuhan Yesus yang bersama-sama dengan kita.

Card image
Renungan Pagi - 07 Maret 2025
2025-03-07 20:55:36


Ada banyak orang telah merendahkan nilai sebuah doa, namun tahukah bahwa doa adalah kuasa terbesar dalam hidup ini, karena waktu berdoa sesuatu yang besar dan luar biasa dapat terjadi.

Alkitab berkata, ketika kamu berseru kepada-Ku, maka Aku akan menyahut kepadamu". Itu berarti ketika kita berdoa sorga akan bertindak, itulah sebabnya jangan memandang rendah nilai sebuah doa, karena selama masih berdoa berarti masih ada harapan.

Tidak ada kuasa apapun yang dapat menaklukkan doa, selama kita masih berdoa pasti ada mukjizat yang masih tersedia didepan pintu kehidupan, karena itu milikilah kehidupan doa.

Card image
Truth Youth 07 Maret 2025 (English Version) - WHAT IS THE MEANING OF MY LIFE?
2025-03-07 21:10:03


“The seed falling on rocky ground refers to someone who hears the word and at once receives it with joy. But since they have no root, they last only a short time. When trouble or persecution comes because of the word, they quickly fall away." (Matthew 13:20-21)

In today’s world, mental health has become a major topic on social media and in society. Many people advocate for mental well-being, emphasizing the importance of maintaining both psychological and physical health. However, one downside of this trend is that it has, in some ways, made the younger generation more fragile when facing life’s challenges.

Nowadays, people are quick to label experiences as "trauma" or "wounds," which sometimes leads to an inability to develop resilience. The world will always be difficult. It will remain frustrating, disappointing, and exhausting. The world will continue to operate in ways that do not always align with our expectations and desires. If we do not strengthen our inner selves, and instead rely solely on maintaining our mental health without building resilience, we risk becoming too weak to endure life’s difficulties.

Despite life’s many struggles, every generation must learn to survive and adapt. Life will teach us resilience—the ability to respond well to difficulties, to remain calm amid chaos, and to navigate a world filled with endless debates and challenges. These hardships should ultimately bring us closer to God. In moments of weakness and disappointment, when life does not meet our expectations, we are reminded that only God can truly satisfy us. He alone is the answer to our worries, fears, and inner turmoil. So, take a moment to ask yourself: What is the meaning of my life? Reflect deeply—why am I here in this world?

WHAT TO DO:
1. Reflect on the meaning of your life in this world.
2. Pray and seek God’s guidance as you walk through life.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Joshua 5-7

Card image
Truth Youth 07 Maret 2025 - APA ARTI HIDUPKU ?
2025-03-07 20:49:49


”Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad.” (Matius 13:20-21)

Di era hidup zaman saat ini, mental health menjadi sorotan di social media dan masyarakat. Banyak orang mengampanyekan tentang mental health, di mana kehidupan harus berjalan dengan baik secara psikis maupun secara fisik. Namun, ada kelemahan yang muncul dari generasi saat ini. Memang hal tersebut sangat terpengaruh oleh generasi yang tumbuh di eranya masing-masing. Tetapi suatu sorotan agar mental health terjaga membuat generasi saat ini menjadi lemah akan tantangan dan rintangan hidup. Sedikit-sedikit, trauma. Sedikit-sedikit, luka, yang membuat generasi saat ini menjadi tidak tangguh dalam menghadapi tantangan hidup. Dunia akan selalu seperti ini. Dunia akan selalu menyebalkan, menjengkelkan, dan melelahkan. Dunia tetap dengan karakteristiknya yang sering kali di luar dari ekspektasi dan keinginan kita. Namun ketika hal tersebut terjadi dan _mental health_ kita tidak menjadi tameng agar selalu terjaga, maka membuat anak muda menjadi lemah menjalani hidup.

Walau banyak tantangan dan rintangan dalam hidup ini, anak muda generasi mana pun harus bisa survive dalam segala keadaan hidup. Dunia akan melatih kita memiliki ketangguhan yang luar biasa dalam menjalani hidup. Bagaimana meresponi kehidupan dengan baik. Bagaimana tetap teduh menjalani hari-hari di tengah kondisi dunia yang riuh akan berbagai perdebatan dan persoalan hidup. Dan itu juga yang mengajarkan kita untuk tetap berpegang teguh pada Tuhan dan membawa diri kita kepada-Nya. Saat-saat lemah dalam hidup dan ketidaksesuaian antara keinginan dan kenyataan membuat kita berpaling pada-Nya dan menyadari bahwa hanya Tuhanlah satu-satunya kebutuhan kita. Tuhanlah jawaban dari setiap gundah, gelisah, dan gemuruh dalam pikiran kita. Maka kita perlu memaknai dengan benar, apa arti hidup ini? Coba tanyakan dalam dirimu, apa arti hidupmu? Renungkan dan pikirkan untuk apa aku ada di dunia ini?

WHAT TO DO:
1.Merenungkan arti hidupku dalam dunia ini
2.Berdoa dan minta pimpinan Tuhan dalam menjalani hidup ini

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yosua 5-7

Card image
Quote Of The Day - 07 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-07 20:45:14


Jika orang sungguh-sungguh berlabuh kepada Tuhan, tidak mungkin tidak menyiapkan waktu untuk datang kepada Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 07 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-07 20:43:23


Satu kehormatan kalau kita bisa menderita bersama dengan Tuhan, sebab kalau kita menderita bersama dengan Tuhan, kita dimuliakan bersama-sama dengan Dia.

Card image
LOGIC OF WORLDLY REASONING - 07 Maret 2025 (English Version)
2025-03-07 20:41:34


Spiritual reasoning, or spiritual logic, is the complete opposite of worldly reasoning—the logic we have absorbed since childhood. Changing this logic is extremely difficult, but not impossible. If we truly strive, we can transform the deeply rooted worldly mindset within us into spiritual logic—the logic of the Gospel. One of the core principles of worldly reasoning ingrained in our lives is the belief that we live to achieve a specific goal: a life that aligns with human desires and societal expectations. People are trapped in a cycle of imitation. From the moment we become aware, we are taught this worldly logic. But now that we have come to know the Creator—especially He who is the source of all things, to whom, the glorious Lord, our Lord, Jesus Christ, said, "Yours is the kingdom and the power and the glory forever and ever."

The Creator, whom we call Father, wants to teach us a way of life that is different from what we have always pursued. Instead of being focused on earthly life, we must shift to a different focus—one that cannot be split between two worlds. The general standard of human life consists of going to school, getting a degree, earning a living, finding a life partner, having children, raising them, finding them spouses, having grandchildren, and taking care of them. Even in old age, people still strive to accumulate wealth—whether for themselves or for their children. And many people live their lives for this standard; a standard that is fought for to the death without limits. And to be honest, this is what Paul said in 1 Corinthians 15:32, "Let us eat and drink, for tomorrow we die." The Lord Jesus wants to change the world's life system and teach His lifestyle; spiritual logic, the logic of the children of the Kingdom.

We must continually struggle to change our mindset, even if it feels like untangling a knotted thread or hitting a brick wall. However, God has preserved a remnant—those who have begun to realize that something is wrong with their lives. When they start learning the truth, they are amazed by it and begin to turn away from their old ways. Ironically, many churches still teach people to maintain this flawed way of life while merely involving God in it. They focus on achieving their earthly dreams while making deals with God—using Him rather than truly following Him. They do not partake of His body or drink His blood, but they seek His power and goodness for their own benefit. Yes, God's power remains unchanged from the past to the present. His love also remains unchanging. However, the way God works definetely change according to the times without damaging His essence or His nature.

So, the important thing is how we become one with God, united with what aligns with His death—meaning, living for God. How great is the Lord with His patience in guiding us; He blesses, protects, and leads us. In our foolishness, God continues to remind us. But if we persist in our stubbornness, He will let us be. As children of God, we no longer doubt His care. Even when it seems like we are abandoned or forgotten, we still believe that He is with us. We trust that the Father knows all our needs, yet Matthew 6:33 teaches, "But seek first the Kingdom of God and His righteousness, and all these things will be added to you."

However, this verse is often distorted. Seeking the Kingdom of God and His righteousness is interpreted as serving God in the church and supporting the funds for those activities. In fact, not only that, serving God means serving His feelings, that is what is meant by putting the Kingdom of God first. That is, struggling to become a member of the Kingdom family. The problem is, many people already have this wrong logic and don't want to change. Moreover, this wrong teaching is increasingly rampant. Each of us has a life journey, from birth to around eighty years old. If, throughout this journey, we continue to indulge ourselves and fail to grow spiritually, we will never reach the level we are meant to attain. And at the end of our lives, we will surely regret it.

Therefore, hold on to this principle: "The only world I have is Jesus." My only world is the Lord Jesus. So, whether we work, run a business, take care of our health, exercise, or get married, everything should be for the Lord. Our concern should be how to become the person He desires us to be because we are on a journey toward His Kingdom. Everything in our lives should support our pursuit of God. Our worldly mindset must be transformed.

IF WE TRULY STRIVE, WE CAN TRANSFORM THE DEEPLY ROOTED WORLDLY MINDSET WITHIN US INTO SPIRITUAL LOGIC-THE LOGIC OF THE GOSPEL.

Card image
LOGIKA NALAR DUNIAWI - 07 Maret 2025
2025-03-07 19:14:57


Logika rohani atau nalar rohani berposisi terbalik dari logika duniawi; logika yang sudah kita serap dalam kehidupan sejak kita kecil. Sejatinya, betapa sulitnya kita merubah logika ini. Sulit, bukan berarti tidak bisa. Jika kita berjuang dengan sungguh-sungguh, maka kita bisa merubah logika duniawi yang sudah mengakar di dalam diri kita menjadi logika rohani, logika Injil. Salah satu prinsip logika duniawi yang sudah mengakar dalam hidup kita adalah kita hidup untuk memiliki sebuah tujuan, yaitu sebuah kehidupan seperti yang dikehendaki atau yang diinginkan manusia pada umumnya. Sebab manusia terjebak dalam proses tiru meniru. Begitu kita melek, kita diajari logika, nalar duniawi itu. Namun sekarang kita mengenal Sang Pencipta, khususnya Dia yang menjadi sumber, yang kepada-Nya, yang mulia, Tuhan kita, Yesus Kristus, berkata, " Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya."

Sang Pencipta, yang kita panggil Bapa, mau mengajarkan kita gaya hidup yang berbeda dengan kehidupan yang kita kehendaki selama ini. Dari fokus hidup di bumi ini, berubah ke fokus yang lain. Dan tidak bisa dua. Standar hidup yang dimiliki manusia pada umumnya adalah sekolah, kuliah, berpendidikan dan bergelar, mencari nafkah, menemukan pasangan hidup, punya anak, membesarkan anak, mencari menantu, punya cucu, menjaga cucu. Bahkan sudah tua pun masih terus memperkaya diri, entah untuk dirinya, entah untuk anaknya. Dan banyak orang menjalani hidup untuk standar ini; standar yang diperjuangkan mati-matian tanpa batas. Dan kalau jujur, ini dibahasakan Paulus dalam 1 Korintus 15:32, "Mari kita makan minum, sebab besok kita mati." Tuhan Yesus mau merubah sistem hidup dunia dan mengajarkan gaya hidup-Nya; logika rohani, logika anak Kerajaan.

Untuk itu, kita harus terus bergumul untuk bisa merubahnya sekalipun kita seperti menghadapi benang kusut, atau seperti menabrak tembok. Namun tentu Tuhan pasti masih menyisakan orang-orang yang mulai menyadari adanya sesuatu yang salah dalam hidupnya. Dan ketika mereka mulai belajar kebenaran, mereka dibuat takjub terhadap kebenaran-kebenaran itu, lalu mulai berpaling. Namun ironis, gereja mengajarkan untuk mempertahankan eksistensi hidup yang salah itu dengan berurusan dengan Tuhan. Mereka mempertahankan fokus ini dan mencapai apa yang dianggap sebagai idaman hidup dengan berurusan dengan Tuhan. Tuhan dimanfaatkan. Mereka tidak makan tubuh-Nya dan tidak minum darah-Nya, tetapi memanfaatkan kuasa dan kebaikan-Nya. Memang, kuasa-Nya tidak berubah, dahulu sampai sekarang. Kasih-Nya juga tidak berubah. Namun *cara bekerja Tuhan pasti berubah sesuai dengan zaman tanpa merusak hakekat Tuhan, tanpa merubah hakekat-Nya.*

Maka yang penting adalah bagaimana kita menjadi satu dengan Tuhan, menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya. Artinya, hidup bagi Allah. Betapa hebat Tuhan dengan kesabaran-Nya mau membimbing kita, Ia memberkati, Ia melindungi, Ia menuntun. Dalam kebodohan kita, Tuhan terus mengingatkan. Tapi kalau kita berkeras, Tuhan akan membiarkan. Sebagai anak-anak Allah, tentu kita sudah tidak lagi meragukan pemeliharaan-Nya. Bahkan ketika kita seakan-akan ditinggal atau dilupakan, kita tetap percaya Dia menyertai. Kita percaya bahwa Bapa tahu semua kebutuhan kita, namun dalam Matius 6:33 mengajarkan, "Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya akan ditambahkan kepada-Mu."

Namun sering kali ayat ini diselewengkan. Mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya diartikan dengan kegiatan melayani Tuhan di gereja dan mendukung dana kegiatan tersebut. Padahal bukan hanya begitu, melayani Tuhan berarti melayani perasaan-Nya, itu yang dimaksud dengan mendahulukan Kerajaan Allah. Artinya, berjuang bagaimana menjadi anggota keluarga Kerajaan. Masalahnya, banyak orang sudah memiliki logika yang salah tersebut dan tidak mau berubah. Apalagi pengajaran yang salah ini makin merajalela. Setiap kita punya perjalanan waktu, dari nol sampai delapan puluh tahun. Kalau dalam waktu perjalanan hidup ini kita terus memanjakan diri, tidak bertumbuh, maka kita tidak akan sampai di tingkat yang seharusnya kita berada. Dan pada akhir hidup, kita pasti akan menyesal.

Maka, miliki prinsip ini: "The only world I have is Jesus;" duniaku satu-satunya adalah Tuhan Yesus. Jadi kalau kita kerja, bisnis, jaga kesehatan, olahraga, menikah, semua untuk Tuhan. Sehingga yang kita gumulkan adalah bagaimana kita menjadi seperti yang Dia kehendaki, sebab kita sedang berjalan menuju Kerajaan-Nya. Jadi, semua itu mendukung perburuan dan pencarian kita akan Tuhan. Logika nalar duniawi kita harus dirubah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JIKA KITA BERJUANG DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH, MAKA KITA BISA MERUBAH LOGIKA DUNIAWI YANG SUDAH MENGAKAR DI DALAM DIRI KITA MENJADI LOGIKA ROHANI, LOGIKA INJIL.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 Maret 2025
2025-03-07 21:02:29

Bilangan 31-32

Card image
Truth Kids 06 Maret 2025 - KAMU TIDAK SENDIRIAN
2025-03-06 22:12:26


Yohanes 14:27
”Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”

Sobat Kids, pernahkah kamu merasakan gelisah, cemas, khawatir akan sesuatu hal? Biasanya ketika kita menghadapi masalah, akan timbul perasaan-perasaan seperti itu. Jika sudah mengalami yang namanya gelisah, cemas, khawatir atau takut, kita jadi tidak bisa berpikir dengan jernih, bahkan perasaan kita rasanya kacau. Kita menjadi tidak tenang. Duduk diam, salah; jalan-jalan, salah; mau belajar atau mengerjakan tugas pun tidak bisa, karena sulit fokus. Ini memang salah satu cara yang dipakai Iblis untuk membuat kita sibuk sendiri dan lupa dengan Tuhan.

Lalu, apa yang harus kita lakukan jika sedang mengalami hal yang seperti itu? Jika kita mulai merasa khawatir, cemas, takut, gelisah, ingatlah Tuhan. Tuhan kita Maha Kuasa. Laut saja bisa terbelah menjadi dua ketika bangsa Israel dikejar oleh Firaun saat keluar dari Mesir. Luar biasa, bukan? Jangan sampai masalah yang kita hadapi membuat kita mengecilkan kuasa Tuhan. Tuhan lebih besar daripada masalah kita. Jangan sampai kalah dengan rasa takutmu sendiri. Kita bisa menghadapinya bersama-sama dengan Tuhan. Kamu tidak sendirian!

Card image
Truth Junior 06 Maret 2025 - DAMAI SEJAHTERA
2025-03-06 22:10:42


Yohanes 14:27
”Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”

Anto berlari masuk ke dalam rumah sepulang dari sekolah dan langsung masuk ke kamarnya. Ada apa dengan Anto? Ternyata, Anto baru saja tanding basket di sekolahnya dan tim Anton kalah dari tim lawan sekolah lain. Anto kesal karena menurut Anto, tim lawan tidak bermain dengan jujur. Anto tidak menerima kekalahan timnya, apalagi Anto adalah kapten basketnya. Kesal bercampur dengan sedih, karena Anto tidak berhasil membawa timnya menang. Anto berusaha menenangkan diri di dalam kamar, dan memutuskan untuk mandi supaya lebih jernih pikirannya.

Setelah mandi, Anto kembali masuk ke kamar. Anto merenungkan apa yang terjadi, dan di dalam perenungan itu tiba-tiba Anto teringat ayat firman Tuhan: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.” Tiba-tiba Anto merasakan hatinya tenang. Rasa kesal dan sedihnya perlahan berganti menjadi ketenangan. Anto langsung berdoa. Ia bersyukur kepada Tuhan karena Roh Kudus mengingatkannya dengan firman Tuhan yang menguatkan dan memberikan kelegaan. Anto merasakan damai dalam hatinya.

Anto juga merasa seperti diberikan pengertian oleh Tuhan. Mengapa tim basketnya kalah dalam pertandingan hari ini? Supaya Anto dan timnya tidak menjadi sombong karena selalu menang dalam setiap pertandingan. Ada kalanya tim basketnya harus juga menerima kekalahan. Melalui kekalahan, justru membuat belajar dan lebih baik di kemudian hari. Anto benar-benar bersyukur dengan kejadian hari itu dan pengalamannya dengan Tuhan. Memang hanya Tuhanlah sumber damai sejahtera bagi Anto, tidak ada yang lain. Begitu juga dengan kita semua, Sobat Junior. Kalau hati sedang tidak menentu, datang berdoa sama Tuhan, maka Tuhan akan memberikan damai sejahtera-Nya bagi kita.

Card image
Truth Youth 06 Maret 2025 (English Version) - IMMANUEL, GOD WITH US
2025-03-06 22:08:39


“Do not fear, for I am with you; do not be dismayed, for I am your God. I will strengthen you and help you; I will uphold you with My righteous right hand." (Isaiah 41:10)

An illustration tells of a baby eagle being trained by its mother to fly. The mother eagle teaches its young by dropping it from the nest, forcing the eaglet to flap its wings and learn to fly. Every day, the mother eagle repeats this process, helping its child strengthen its wings and adapt to the wind. Throughout this training, the mother eagle always stays close, watching, guarding, and protecting its child. If the eaglet is about to hit the ground, the mother eagle swoops in to lift it back up, preventing it from falling.

Our lives are much like this baby eagle’s journey. God allows us to go through life’s trials to shape, refine, and mature us. Sometimes, life's realities bring us to the brink of despair, but we must remember that God is always watching over us, protecting and keeping us safe. We are secure because we are His children. He wants only what is best for us, which is why He trains us so that our "wings" grow strong enough to soar through the challenges of this world.

So, do not be afraid, for He is with us. Do not be discouraged, for He is our God, ready to help and uphold us. He has declared Himself as Immanuel—God with us. Walk with Him, for everything will be alright under His great and wise love. He is our ultimate source of strength, and He will remain with us in every season of life.

WHAT TO DO:
1. Take time to sit in stillness, pray, and reflect on God’s goodness.
2. Take a step forward with courage once again.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Joshua 1-4

Card image
Truth Youth 06 Maret 2025 - IMANUEL, ALLAH BESERTA KITA
2025-03-06 22:06:39

”Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan” (Yesaya 41:10)

Sebuah ilustrasi tentang anak burung Elang yang dilatih oleh ibunya untuk terbang. Ibu burung Elang melatih anaknya terbang dengan cara menjatuhkan anak dari sarangnya kemudian anak burung Elang tersebut belajar untuk mengepakkan sayapnya supaya anak burung Elang itu bisa terbang. Setiap hari ibu burung Elang akan menjatuhkan anaknya dan setiap hari anak burung Elang tersebut belajar mengepakkan sayapnya agar sayapnya kuat untuk beradaptasi dengan angin. Selama latihan terbang, ibu burung Elang tetap berada di sisi anaknya, untuk megawasi, menjaga, dan melindungi anak burung Elang. Jika anak burung Elang sudah hampir jatuh ke dasar tanah, ibu burung Elang langsung mengangkat anaknya agar ia tetap naik dan tidak terjatuh.

Seperti ilustrasi anak burung Elang yang belajar terbang. Kehidupan kita pun demikian. Dalam hidup ini, Tuhan memproses hidup kita dengan berbagai macam peristiwa hidup yang melatih, mengasah, dan mendewasakan kita. Kadang kenyataan hidup membuat kita nyaris jatuh ke dasar tanah, tapi tenanglah karena Tuhan yang akan mengawasi, menjaga, dan melindungi kita. Kita aman karena kita adalah anak-Nya. Dia hanya ingin kita baik-baik saja, maka Ia melatih kita agar sayap kita kuat untuk terbang di belantara dunia. Maka, jangan takut sebab Dia menyertai kita, jangan bimbang karena Dia adalah Allah kita yang akan menolong dan menggenggam tangan kita untuk membawa kemenangan yang berarti untuk-Nya. Seperti yang Dia katakan bahwa Dia adalah Imanuel, Allah yang menyertai hidup kita. Teruslah berjalan bersama-Nya karena semua akan baik-baik saja dalam kawasan cinta kasih- Nya yang agung dan bijaksana. Dialah satu-satunya penyertaan hidup kita. Dia akan terus bersama dengan kita dalam setiap musim kehidupan kita.

WHAT TO DO:
1.Mengambil waktu untuk duduk diam, berdoa, dan merenungkan kebaikan Tuhan
2.Mulai berani melangkah lagi

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yosua 1-4

Card image
Renungan Pagi - 06 Maret 2025
2025-03-06 22:04:30


Ada banyak orang menyebut dirinya sebagai orang percaya, sebagai hamba Tuhan, namun pikirannya selalu negatif, selalu berpikir yang buruk tentang orang lain, sehingga hidupnya tidak berdampak bagi orang lain.

Hidup yang berdampak adalah hidup yang selalu mempraktekkan firman dan menjaga perkataannya.

Artinya apa yang kita tahu, apa yang dimengerti, apa yang bisa dipraktekkan, jika semua itu dilakukan dengan setia dan terus berjuang untuk melakukan apa yang berkenan kepada Tuhan, maka hidup kita dapat memberkati orang lain.

Card image
Quote Of The Day - 06 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-06 18:31:11


Unsur pertama yang bisa mengganggu pelayanan adalah diri kita sendiri.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 06 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-06 18:30:04


Kalau kita tidak mulai sejak sekarang mencintai Tuhan, maka kita tidak akan pernah bisa punya cinta yang benar kepada Tuhan.

Card image
PROOF OF OUR FAITHFULNESS - 06 Maret 2025 (English Version)
2025-03-06 18:27:09


Galatians 1:10 “Do I now please men, or God? Do I please men? If I were still pleasing men, I would not be a servant of Christ.”

In the previous verse, Galatians 1:8, Paul said, “But even if we, or an angel from heaven, preach a gospel other than what we have preached to you, let him be accursed.” That shows how angry Paul was with false teachings. So what should we do? We must preach the true gospel, even if people don’t like it. But first, our lives must change. We must abandon all worldly logical thinking, and replace it with spiritual logic. We must be filled with the truth, then walk with God every day, only then can we truly change. Therefore, our faithfulness in following the Lord Jesus is not only when the Lord changed water into wine, not only when He made the blind see, the lame walk, the lepers were healed, but when we do not experience any blessings, we remain faithful.

So, if we truly want to follow God, we must be willing to eat His flesh and drink His blood—which means uniting with ourselves, put to death all sin within us, and devote ourselves entirely to God. Ironically, many Christian communities only want to take advantage of God, then go to church to praise and worship God. If we had lived at the time when the Lord Jesus lived on earth, perhaps we would have been among those who said, “Crucify Him!” If we were one of the disciples of the Lord Jesus, we would have also left the Lord. But remember—back then, they did not yet understand, whereas we now know the truth.

Therefore, let's not only be with God when He turned water into wine or when God opened the blind, healed the sick, and was hailed by the crowds, but also when entering the Garden of Gethsemane, when walking along the Via Dolorosa, and also when ascending to Mount Calvary. Indeed, at that time not a single disciple participated. Even John the Baptist was disappointed. But now we know: He is the King of kings. How do we concretely implement and apply our faithfulness to God? Our faithfulness to the Lord Jesus is proven when we walk with Him into Gethsemane, when we walk along the Via Dolorosa, even to the cross.

In the past we said, “Oh, God is good, wonderful! I love You. He healed me and helped me." But now, we love God even when it feels like He has left us, when He seems silent and does not respond. One thing that makes us strong is remembering when the Lord Jesus on the cross said, “Eloi, Eloi, lama sabachthani (My God, my God, why have you forsaken me)?” but He ended with the sentence, “Into Your hands I commit My spirit.” That is proof of trust, of extraordinary faithfulness. Trusting God is not easy, especially when it seems as if God has turned His face away from us, when in fact He has not. The question is, how serious are we in putting our trust in Him, and how brave are we in shedding our last drop of sweat and blood, as He did on the cross?

Just like when we love someone, then whatever we do is done with pleasure, even our lives are excited in all aspects. Why don't we sublimate all that passion, move it to be more noble? Like flowers that are distilled through a process to become perfume. We sublimate all our passion to love God. When we love someone who ignores or rejects us, we still try to win their heart. So why can’t we do the same for God—who will never turn His face away from us or reject our love? He knows that we love Him, He feels it. The problem is, maybe this is our last chance. If we don't start loving God now, then we will never be able to have true love for God. The God we believe in is the living God.

This is a choice. Learn and understand His way of thinking or His spiritual logic. Don't just take advantage of His power. The world is not our home. We live only to prepare for the real life later, not on this earth. Happiness is not on this earth, but in the new heaven and the new earth. On this earth, we only experience peace that surpasses all understanding in our souls. There will surely be a cross we must bear. Our character must first be transformed before God entrusts us with the cross. It is an honor to suffer with Christ, for if we suffer with Him, we will also be glorified with Him.

Our faithfulness in following the Lord Jesus is not only when the Lord changed water into wine, not only when He made the blind see, the lame walk, the lepers were healed, but when we do not experience any blessings, we remain faithful.

Card image
BUKTI KESETIAANNYA - 06 Maret 2025
2025-03-06 18:19:36


Galatia 1:10
Jadi bagaɓimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.”

Di ayat sebelumnya, Galatia 1:8, Paulus mengatakan, “Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.” Hal itu menunjukkan betapa murkanya Paulus terhadap ajaran sesat. Lalu bagaimana? Kita harus memberitakan Injil yang benar, walaupun orang tidak suka. Namun sebelumnya, hidup kita harus berubah. Kita harus tanggalkan semua cara berpikir logika duniawi, lalu kita ganti dengan logika rohani. Disuntikkan kebenaran, lalu setiap hari berjalan dengan Tuhan, baru kita benar-benar bisa berubah. Oleh sebab itu, kesetiaan kita ikut Tuhan Yesus bukan hanya pada waktu Tuhan mengubah air menjadi anggur, bukan hanya pada waktu Ia membuat orang buta melihat, timpang berjalan, orang kusta sembuh, tetapi ketika kita tidak mengalami berkat apa pun, kita tetap setia.

Maka, jika kita mau ikut Tuhan, kita harus mau makan daging dan minum darah-Nya; yang artinya menyatu dengan diri kita, mematikan semua dosa dalam diri kita, mengabdi sepenuh bagi Tuhan. Ironis, banyak komunitas Kristen yang hanya mau memanfaatkan Tuhan, lalu ke gereja memuji menyembah Allah. Seandainya kita hidup pada zaman Tuhan Yesus hidup di bumi, jangan-jangan kita termasuk orang yang berkata, “Salibkan Dia!” Seandainya kita adalah salah satu murid Tuhan Yesus, kita juga ikut meninggalkan Tuhan. Namun ingat, saat itu mereka belum tahu, sementara saat ini kita sudah tahu. Oleh sebab itu, jangan sampai kita melakukan kesalahan yang sama seperti mereka yang berkata, “Salibkan Dia!” atau menjadi murid tetapi tidak setia sampai mati.

Jadi mari kita bukan hanya bersama Tuhan pada waktu Ia mengubah air jadi anggur atau pada waktu Tuhan mencelikkan orang buta, menyembuhkan penyakit, dan dielu-elukan, melainkan juga ketika masuk Taman Getsemani, ketika berjalan di sepanjang Via Dolorosa, juga ketika naik ke Bukit Kalvari. Memang waktu itu tidak ada seorang murid pun yang ikut. Yohanes Pembaptis pun kecewa. Namun kita sekarang sudah tahu: Dia Raja dari segala raja. Bagaimana mengimplementasikan, mengaplikasikan konkret kesetiaan kita kepada Tuhan? *Kesetiaan kita kepada Tuhan Yesus terbukti ketika kita bersama-sama dengan Dia masuk Getsemani, berjalan di sepanjang Via Dolorosa, bahkan sampai di kayu salib.*

Kalau dahulu kita berkata, “Oh, Tuhan baik, luar biasa! Aku mencintai Engkau. Dia menyembuhkan dan menolongku.” Namun sekarang, kita mencintai Tuhan walau kadang-kadang Tuhan seperti meninggalkan kita, tidak merespons. Satu hal yang membuat kita kuat adalah pada waktu Tuhan Yesus di kayu salib berkata, “Eloi, Eloi, lama sabakhtani (Allahku, Allahku, mengapa Kau tinggalkan Aku)?” namun Dia mengakhiri dengan kalimat, “Ke dalam tangan-Mu Kuserahkan Roh-Ku.” Itu adalah bukti kepercayaan, kesetiaan yang luar biasa. Menaruh percaya itu tidak mudah, apalagi seakan-akan Allah memalingkan muka-Nya dari kita, padahal sebenarnya tidak. Pertanyaannya, seberapa kita serius menaruh percaya kepada-Nya, dan seberapa kita berani menumpahkan tetes keringat dan tetes darah kita yang terakhir, seperti yang dilakukan-Nya di kayu salib?

Sama seperti kalau kita mencintai seseorang, maka apa pun kita lakukan dengan senang, bahkan hidup kita tergairahkan dalam segala aspek. Kenapa semua gairah itu tidak kita sublim, kita pindahkan menjadi lebih mulia? Seperti bunga-bunga yang disuling lewat proses untuk menjadi minyak wangi. Kita sublim semua gairah kita untuk mencintai Tuhan. Saat ada orang yang kita cinta namun dia menolak dan membuang muka. Namun tetap saja kita berusaha. Kenapa kita tidak bisa begitu kepada Tuhan, yang mana Tuhan pasti tidak mungkin memalingkan muka-Nya dari kita, apalagi menolak cinta kita? Dia tahu kalau kita mencintai-Nya, itu dirasakan-Nya. Masalahnya, jangan-jangan ini adalah kesempatan kita yang terakhir. Kalau kita tidak mulai sejak sekarang mencintai Tuhan, maka kita tidak akan pernah bisa punya cinta yang benar kepada Tuhan. Allah yang kita percayai Allah yang hidup.

Ini adalah pilihan. Pelajari lalu pahami cara berpikir-Nya atau logika rohani-Nya. Jangan hanya memanfaatkan kuasa-Nya. Dunia bukan rumah kita. Kita hidup hanya untuk persiapan hidup yang sesungguhnya nanti, bukan di bumi ini. Kebahagiaan bukan di bumi ini, melainkan di langit yang baru dan bumi yang baru. Di bumi ini, kita hanya mengalami damai sejahtera melampaui segala akal dalam jiwa kita. Pasti ada salib yang kita harus pikul. Watak, karakter kita harus diubah dulu, baru Tuhan memercayai kita memikul salib. Satu kehormatan kalau kita bisa menderita bersama dengan Tuhan, sebab kalau kita menderita bersama dengan Tuhan, kita dimuliakan bersama-sama dengan Dia.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

*Kesetiaan kita ikut Tuhan Yesus bukan hanya pada waktu Tuhan mengubah air menjadi anggur, bukan hanya pada waktu Ia membuat orang buta melihat, timpang berjalan, orang kusta sembuh, tetapi ketika kita tidak mengalami berkat apa pun, kita tetap setia.*

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 Maret 2025
2025-03-06 18:00:36

Bilangan 28-30

Card image
Truth Kids 04 Maret 2025 - TETAP DALAM PERLINDUNGAN TUHAN
2025-03-05 19:52:28


Mazmur 121:3
”Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap.”

Sobat Kids, jika kalian cari di internet, banyak sekali kisah kesaksian orang-orang yang diselamatkan oleh Tuhan dari kecelakaan dan marabahaya secara aneh, ajaib, bahkan tidak masuk logika. Ini adalah bukti bahwa Tuhan hadir, nyata, dan Ia selalu melindungi kita.

Kita tidak pernah tahu kapan kita mengalami hal yang buruk, tetapi kalau kita dekat dengan Tuhan, Tuhan pasti memberi tanda-tanda sebagai warning (peringatan) agar kita waspada dan berhati-hati.

Lalu, bagaimana dengan anak-anak yang mengalami kecelakaan dan mungkin ada juga yang tidak selamat, apakah Tuhan tidak melindungi mereka, apa Tuhan tidak mengasihi mereka? Tentu Tuhan mengasihi semua anak-anak tanpa terkecuali. Namun, terkadang ada rencana Tuhan, atau ada pelajaran dan kemuliaan lebih besar yang akan ditunjukkan lewat kejadian itu, seperti di kisah Ayub kemarin. Jadi, tetaplah yakin bahwa Tuhan akan menopang hidup kita karena Ia sangat mengasihi kita semua.

Card image
Truth Junior 04 Maret 2025 -TUHAN MENJAGA DENGAN SETIA
2025-03-05 19:50:36


Mazmur 121:3
”Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap.”

Sobat Junior, semoga semuanya baik-baik saja dan penuh sukacita, ya. Hari ini kita akan belajar tentang betapa setianya Tuhan menjaga setiap langkah kita. Pernahkah kamu merasa takut saat malam hari karena gelap, atau saat hujan deras dengan suara petir yang keras? Jangan khawatir! Mazmur 121:3 mengingatkan kita bahwa Tuhan selalu menjaga kita. Dia tidak pernah tertidur atau lalai. Bahkan saat kita sedang tidur nyenyak, Tuhan tetap berjaga untuk melindungi kita.

Bayangkan, seperti rumah yang melindungi kita dari badai, Tuhan juga melindungi kita dari hal-hal yang menakutkan atau berbahaya. Dia selalu ada di dekat kita, memastikan bahwa langkah-langkah kita aman. Itulah sebabnya kita bisa merasa tenang dan tidak perlu khawatir, karena Tuhan setia menjaga kita setiap waktu.

Sobat Junior, saat kamu merasa takut atau gelisah, ingatlah bahwa Tuhan selalu ada untukmu. Dia tahu segala hal yang kamu butuhkan, dan Dia ingin kamu merasa aman di dalam kasih-Nya. Sebelum tidur, jangan lupa berdoa dan ucapkan syukur kepada Tuhan yang sudah menjaga kita sepanjang hari.

Yuk, Sobat Junior, kita belajar percaya penuh kepada Tuhan yang setia menjaga kita. Dengan begitu, kita bisa menjalani hari-hari kita dengan hati yang damai dan penuh sukacita. Tuhan memberkati!

Card image
Truth Youth - 04 Maret 2025 (English Version)ROOTED IN GOD
2025-03-05 19:47:37


“Rooted and built up in Him, strengthened in the faith as you were taught, and overflowing with thankfulness." (Colossians 2:7)

Being rooted in God is not easy. The many temptations and distractions of the world often lead young people to follow worldly ways rather than the path of Jesus Christ. What the world offers seems more tangible than what God offers. However, the truth is that the world only provides temporary and fleeting satisfaction, while what God offers is eternal.

To be truly rooted in God, young people must have commitment and perseverance. Commitment means making life choices that lead to eternity, and perseverance means faithfully doing things that bring us closer to eternal life—such as prayer. Christianity cannot exist without prayer; for Christians, prayer is the breath of life. If we do not pray, it is a sign that our spiritual life is dying.

Another way to be rooted in God is by reading His Word. The Bible must be our guide in life—it is our "Google Maps" for navigating this world.

A crucial step in staying rooted in God is choosing the right community or circle of friends. The right community is one that helps us grow in faith, not one that pulls us away from God. A godly community should ignite our passion for seeking God, not for chasing worldly pleasures. Surround yourself with people who help you grow, not those who keep you stuck in temporary worldly happiness.

WHAT TO DO:
1. Be consistent in prayer.
2. Read the Bible regularly.
3. Surround yourself with the right community.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Deuteronomy 30-31

Card image
Truth Youth 04 Maret 2025 - ROOTED IN GOD
2025-03-05 19:45:45


”Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.” (Kolose 2:7)

Untuk bisa berakar di dalam Tuhan bukanlah hal yang mudah, banyaknya tantangan dan godaan dari dunia yang membuat anak muda lebih memilih untuk ikut cara dunia daripada mengikuti jalan hidup Tuhan Yesus. Apa yang dunia tawarkan terasa lebih nyata daripada yang Tuhan tawarkan. Padahal sebenarnya, yang ditawarkan oleh dunia hanyalah semu/sementara, sedangkan yang Tuhan tawarkan bersifat kekal.

Untuk bisa hidup berakar di dalam Tuhan kita sebagai anak muda harus memiliki komitmen dan ketekunan. Komitmen untuk membuat pilihan-pilihan dalam hidup ini yang mengarah kepada kekekalan, dan tekun menjalani hal-hal yang membawa kita kepada hidup kekal seperti berdoa. Kekristenan tidak dapat lepas dari yang namanya doa, bagi orang Kristen doa adalah nafas kehidupan, jika kita tidak berdoa maka bisa dipastikan bahwa rohani kita sudah mati. Hal lain yang bisa membuat kita berakar di dalam Tuhan adalah dengan membaca firman Tuhan, firman Tuhan harus kita jadikan pedoman untuk menjalani hidup (Google Maps hidup kita).

Pilihan selanjutnya untuk kita bisa berakar di dalam Tuhan adalah dengan memilih dan memiliki komunitas/circle yang benar. Komunitas yang benar itu adalah komunitas yang bisa membawa kita bertumbuh di dalam Tuhan, bukan komunitas yang membuat kita jauh dari Tuhan. Komunitas yang bisa memberikan spirit/ gairah hanya untuk mencari Tuhan bukan gairah untuk menikmati dunia. Milikilah komunitas yang “surround yourself with people who help you grow” bukan yang bikin kamu stuck dengan kesenangan dunia.

WHAT TO DO:
1.Konsisten berdoa
2.Membaca Alkitab
3.Memiliki komunitas yang benar

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 30-31

Card image
Renungan Pagi - 04 Maret 2025
2025-03-04 19:35:43


Ada banyak orang perkataannya sembarangan, tidak peduli dengan perasaan orang lain, ketika tersinggung sedikit, perkataannya menjadi jahat dan sangat menyakiti orang lain.

Alkitab berkata, bahwa hidup dan mati seseorang dikuasai oleh lidah, berarti kalau kita pandai menjaga perkataan, maka hidup bukan hanya berhasil, tetapi hidup kita juga menjadi berkat bagi banyak orang.

Card image
Quote Of The Day - 04 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-04 19:28:18


Kesalahan banyak orang Kristen disebabkan karena kemalasannya berjuang untuk ikut Yesus.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 04 Maret 2025 (Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-04 19:26:55


Kekristenan itu sebenarnya sederhana, tetapi mustahil kalau tanpa Roh Kudus.

Card image
PARADOKS - 04 Maret 2025 (English Version)
2025-03-04 19:23:43


The more we understand the pure Gospel, the more we realize that the logic of the Gospel is the opposite of the world's logic— a paradox (which generally means a statement that seems contradictory or contrary to common belief or general truth, yet in reality contains truth). The problem is, we have absorbed much of what the world teaches. Our physical body today is an expression or manifestation of what we consume through our mouths. Likewise, the condition of our soul is an expression of what we consume—what we see and hear. This is what the world teaches, which contradicts spiritual logic. The life of the Lord Jesus Himself is a paradoxical life with the lives of religious figures, contrary to the lives of humans in general.

If we do not understand this, one day we will definitely be disappointed and can leave God. Indeed, not leaving the church or changing religions, but leaving God. Having a logic that can never meet God's logic. To the stage where someone cannot understand the logic of the Gospel, or spiritual logic, or God's logic. If we read the Bible, the story of John the Baptist, it is said that he was a man who knew who Jesus was. It is also very likely that Elizabeth, the mother of John the Baptist, was the sister of Mary, the mother of Jesus. When he baptized Jesus, John the Baptist heard a voice from heaven: "This is my beloved Son, with whom I am well pleased."

John the Baptist said that He would baptize with fire and the Spirit. And John the Baptist himself said to Jesus, "The Lord baptizes me, not I." John the Baptist realized who he was and said, "I am not worthy to untie the strap of His sandals." Openly in front of the public, John the Baptist said, "This is the Lamb of God who takes away the sin of the world." But when John was in prison, he heard about the work of Christ, then he sent His disciples to ask the Lord Jesus: "Are You the Coming One? Are You the Christ, or should we look for someone else?" (Matthew 11:2-3). John could be suspicious, doubting what he himself had stated. Truly, this is a difficult thing to understand.

In the next verse, the Lord Jesus answered, "Go and tell John what you hear and see: the blind receive their sight, the lame walk, those who have leprosy are cleansed, the deaf hear, the dead are raised, and the poor have the good news preached to them." And the Lord Jesus ended with the sentence: "And blessed is anyone who does not become offended and reject Me." It is possible that John had already begun to be somewhat disappointed or was already disappointed. While he was in prison, he did not see anything that convinced him that Jesus was the Messiah. While he was in prison, he saw nothing that could convince him that Jesus was the Messiah. He only heard about Christ’s works, but he did not receive any direct confirmation that Jesus was indeed the Messiah. That is why he sent his disciples to ask, “Are You the Messiah, or should we wait for someone else?”.

It seems that each of us surely believes that Jesus is Lord and Savior. However, if we do not understand the logic of the Gospel, God’s way of thinking, spiritual logic, or God’s way of working, then one day we can be disappointed. John the Baptist had a format in his mind, what the Messiah was like. And apparently what the Lord Jesus did did not align with John’s expectations. He knew the Lord Jesus as the Lamb of God, but did not know how the Lord Jesus worked. His disciples were also disappointed. And there was a time when none of the 12 disciples were willing to accompany the Lord anymore. They all left the Lord when the Lord Jesus faced His suffering and death on the cross. Even though the Lord Jesus had already said, “I must go to Jerusalem, I must die." But the Lord also said, "I will rise" (Matthew 16)

But that was an unacceptable scenario. That is why when they faced that reality, they were disappointed and left God. The hopes they had were overturned by reality when they witnessed that the person they had hoped would be a warrior, a hero (in their version), had actually bowed down in a pagan court and died in a very lowly way. Why were they helpless? In truth, the Lord Jesus did not bow down. But in their eyes, the Lord Jesus had lost, and they could not accept that defeat. As a reaction to their unpreparedness to accept that reality, they left God. Even though just a few hours earlier, Peter had said, “Lord, I am willing to go to prison and even die for You.”

Spiritual logic is contrary to worldly logic. In the Gospel of John 6, the Lord Jesus said, "My body is truly food and My blood is truly drink." And that is unacceptable, incomprehensible. So they, the people who listened, said or responded with the statement: "This saying was hard, so the disciples began to leave Him" ​​(John 6:66) They wanted to use the Lord's body, the power of God in His blood for their own interests. They wanted the Lord Jesus to be a warrior, a hero in their version. It is easy and advantageous to make use of God’s power, but taking up His life is difficult.

It seems that each of us surely believes that Jesus is Lord and Savior. However, if we do not understand the logic of the Gospel, God’s way of thinking, spiritual logic, or God’s way of working, then one day we can be disappointed.

Card image
PARADOKS - 04 Maret 2025
2025-03-04 19:21:33


Semakin kita mengenal Injil yang murni, maka kita semakin tahu bahwa logika Injil itu bertolak belakang dengan logika dunia; "paradoks" (yang secara umum berarti pernyataan yang seolah-olah bertentangan atau berlawanan dengan pendapat umum atau dengan kebenaran umum, tetapi kenyataannya sebenarnya mengandung kebenaran). Masalahnya, banyak dari apa yang diajarkan dunia telah kita serap. Tubuh kita hari ini adalah ekspresi atau perwujudan dari apa yang kita konsumsi melalui mulut. Adapun kondisi jiwa kita adalah ekspresi dari apa yang kita konsumsi, yaitu apa yang kita lihat dan dengar. Itulah yang diajarkan dunia, yang bertolak belakang dengan logika rohani. Kehidupan Tuhan Yesus sendiri adalah kehidupan yang paradoks dengan kehidupan tokoh-tokoh agama, bertentangan dengan kehidupan manusia pada umumnya.

Kalau kita tidak mengerti hal ini, suatu hari kita pasti menjadi kecewa dan bisa meninggalkan Tuhan. Memang, tidak meninggalkan gereja atau pindah agama, tetapi meninggalkan Tuhan. Memiliki logika yang tidak pernah bisa bertemu dengan logika Tuhan. Sampai pada stadium di mana seseorang tidak bisa mengerti logika Injil, atau logika rohani, atau logika Tuhan. Kalau kita membaca Alkitab, kisah mengenai Yohanes Pembaptis, dikatakan bahwa ia adalah seorang yang tahu siapa Yesus. Sangat besar kemungkinan juga karena Elisabeth, ibunda Yohanes Pembaptis, adalah saudara dari Maria, ibu Yesus. Ketika ia membaptis Yesus, Yohanes Pembaptis mendengar suara dari surga: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan."

Yohanes Pembaptis yang mengatakan bahwa Dialah yang akan membaptis dengan api dan Roh. Dan Yohanes Pembaptis sendiri berkata kepada Yesus, "Tuanlah yang seharusnya membaptis saya, bukan saya yang harus membaptis Tuan." Yohanes Pembaptis sadar siapa dirinya dan mengatakan, "Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak." Secara terang-terangan di depan publik, Yohanes Pembaptis berkata, "Inilah Anak Domba Allah yang mengangkut dosa dunia." Namun ketika Yohanes di dalam penjara, ia mendengar tentang pekerjaan Kristus, lalu ia menyuruh murid-murid-Nya untuk bertanya kepada Tuhan Yesus: "Engkaukah yang akan datang itu? Engkaukah Mesias itu, atau haruskah kami menantikan orang lain?" (Mat.11:2-3). Yohanes bisa curiga, meragukan apa yang dia sendiri pernah nyatakan. Sungguh, ini adalah satu hal yang sukar dimengerti.

Di ayat selanjutnya, Tuhan Yesus menjawab, "Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan, dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik." Dan Tuhan Yesus mengakhiri dengan kalimat: "Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku." Kemungkinan Yohanes sudah mulai agak kecewa atau sudah kecewa. Sementara ia dalam penjara, dia tidak melihat sesuatu yang meyakinkan dirinya bahwa Yesus adalah Mesias. Sementara ia dalam penjara, ia hanya mendengar tentang pekerjaan Kristus dan ia tidak mendapat verifikasi bahwa Dialah Mesias. Maka, ia mulai menyuruh orang untuk bertanya: “Engkaukah Mesias itu, atau kami menunggu yang lain?"

Rasanya setiap kita pasti percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat. Namun jika kita tidak tahu logika Injil, logika berpikir Tuhan, logika rohani, cara kerja Tuhan, maka suatu kali kita bisa kecewa. Yohanes Pembaptis memiliki format di dalam pikirannya, bagaimana Mesias itu. Dan rupanya apa yang dikerjakan Tuhan Yesus tidak cocok atau tidak sesuai dengan apa yang dia pikirkan. Ia mengenal Tuhan Yesus sebagai Anak Domba Allah, tetapi tidak mengenal cara bekerja Tuhan Yesus. Murid-murid-Nya pun juga pernah kecewa. Dan ada saat dimana tidak seorang pun dari 12 murid yang bersedia mengiring Tuhan lagi. Mereka semua meninggalkan Tuhan ketika Tuhan Yesus menghadapi sengsara dan kematian-Nya di kayu salib. Padahal Tuhan Yesus sudah berkata, "Aku harus ke Yerusalem, Aku harus mati." Tapi Tuhan juga berkata, "Aku akan bangkit" (Mat. 16).

Namun itu skenario yang tidak bisa diterima. Itu sebabnya saat mereka menghadapi realitas itu, mereka kecewa dan meninggalkan Tuhan. Pengharapan yang ada pada mereka dijungkirbalikkan oleh kenyataan ketika mereka menyaksikan ternyata orang yang mereka sangat harapkan menjadi pendekar, menjadi pahlawan (versi mereka), ternyata telah bertekuk lutut di pengadilan kafir dan mati dengan cara yang sangat rendah. Kenapa tidak berdaya? Sejatinya, Tuhan Yesus tidak bertekuk lutut. Tapi di mata mereka, Tuhan Yesus kalah, dan mereka tidak bisa menerima kekalahan itu. Sebagai reaksi terhadap ketidaksiapan menerima realitas tersebut, mereka meninggalkan Tuhan. Padahal baru beberapa jam sebelumnya, Petrus berkata, "Tuhan, jangankan penjara, mati pun aku rela."

Logika rohani bertentangan dengan logika duniawi. Di Injil Yohanes 6, Tuhan Yesus berkata, "Tubuh-Ku benar-benar makanan dan darah-Ku benar-benar minuman." Dan itu tidak bisa diterima, tidak bisa dimengerti. Sehingga mereka, orang-orang yang mendengarkan berkata atau merespons dengan pernyataan: "Perkataan ini keras, maka murid-murid mulai meninggalkan Dia” (Yoh. 6:66) Mereka mau pakai tubuh Tuhan, kekuatan Tuhan di dalam darah-Nya untuk kepentingan mereka. Mereka mau Tuhan Yesus jadi pendekar, jadi pahlawan versi mereka. Kalau memanfaatkan kekuatan Tuhan, itu gampang dan menguntungkan. Tapi kalau mengenakan hidup-Nya, itu yang berat.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

RASANYA SETIAP KITA PASTI PERCAYA BAHWA YESUS ADALAH TUHAN DAN JURU SELAMAT. NAMUN JIKA KITA TIDAK TAHU LOGIKA INJIL, LOGIKA BERPIKIR TUHAN, LOGIKA ROHANI, CARA KERJA TUHAN, MAKA SUATU KALI KITA BISA KECEWA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 04 Maret 2025
2025-03-04 19:09:32

Bilangan 23-25

Card image
Truth Kids 03 Maret 2025 - AKU BISA LOW-BAT?
2025-03-03 12:56:56


Filipi 4:13
”Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”

Sobat Kids, pernahkah kalian mendengar istilah lowbat? Mungkin yang sering didengar adalah, "Aduh, ponselku lowbat, nih." Kata lowbat adalah kependekan dari low battery yang berarti baterai dari benda yang kita pakai dalam kondisi lemah daya. Nah, apa yang biasanya kalian atau mama papa kalian lakukan ketika handphone-nya lowbat? Tentu mereka akan menghubungkannya ke charger agar dayanya terisi penuh kembali sehingga bisa dipakai secara maksimal.

Nah, ternyata yang bisa lemah itu bukan hanya benda, loh, Sobat Kids. Manusia pun bisa merasa lemah, capek, lelah, bahkan putus asa. Lalu bagaimana? Tubuh kita, kan tidak mungkin disambungkan ke charger? Kalau handphone disambungkan ke charger untuk mengisi daya, manusia harus tersambung atau terhubung kepada Penciptanya, yaitu Tuhan sendiri. Tuhanlah sumber yang tidak akan pernah habis dan yang paling mengerti kondisi manusia. Dia akan memberikan kekuatan, harapan, dan pertolongan. Yang perlu kita lakukan adalah terhubung dengan-Nya lewat puji sembah dan doa. Apakah kalian sudah terhubung dengan Tuhan hari ini? Jangan tunggu sampai kamu lemah dulu, ya. Ayo, semangat untuk mencari Tuhan!

Card image
Truth Junior 03 Maret 2025 - TUHAN MEMBERI KEKUATAN
2025-03-03 12:51:56


Filipi 4:13
”Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”

Sobat Junior, Apa kabar hari ini? Semoga selalu sehat, ya! Hari ini kita akan belajar tentang kekuatan luar biasa yang Tuhan berikan kepada kita. Apa itu? Penasaran, kan? Ayo, sama-sama kita bahas!

Pernahkah kamu merasa lelah saat mengerjakan PR atau kesulitan saat belajar sesuatu yang baru? Atau mungkin kamu merasa takut untuk mencoba hal yang belum pernah kamu lakukan? Jangan khawatir! Dalam Filipi 4:13, Tuhan berkata bahwa kita dapat melakukan segala sesuatu dengan kekuatan yang diberikan-Nya.

Bayangkan, seperti superhero yang punya kekuatan istimewa untuk melawan rintangan, kita juga punya kekuatan itu! Namun, kekuatan kita berasal dari Tuhan. Dia akan memberikan kita semangat dan keberanian untuk bisa menghadapi tantangan apa pun. Yang perlu kita lakukan adalah berdoa, percaya, dan mengandalkan-Nya. Bahkan ketika kamu merasa lelah atau tidak yakin, ingatlah bahwa kamu tidak sendirian. Tuhan ada bersamamu dan siap menolong. Seperti ketika kamu belajar naik sepeda, mungkin kamu terjatuh berkali-kali. Tetapi dengan bantuan orang tua atau teman, akhirnya kamu bisa! Begitu juga dengan Tuhan, Dia selalu ada untuk mendukung dan menguatkanmu.

Sobat Junior, mari kita selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap langkah kita. Dengan kekuatan dari-Nya, kita dapat melakukan apa saja, dan tidak ada yang tidak bisa kita hadapi. Semangat, ya! Tuhan memberkati.

Card image
Truth Youth 01 Maret 2025 (English Version) - LIVING SIMPLY
2025-03-03 12:48:43


“Similarly, encourage the young men to be self-controlled in everything." (Titus 2:6)

There is no denying that the challenges faced by young people today are much greater. Even maintaining good mental health is difficult, let alone living deeply rooted in Christ. The many temptations and distractions offered by the world make it challenging for today’s youth to live as God desires. One of the biggest influences is social media. Social media exposes young people to countless comparisons, as they constantly see others displaying their happiness online. This creates a fear of missing out (FOMO), where they feel pressured to keep up with trends to avoid being left behind.

In their attempt to stay relevant, many young people today go to great lengths—even beyond their means. Some resort to online loans, buy-now-pay-later schemes, or other financial shortcuts to satisfy their desires. Others fall into gambling, hoping to make quick money. With so many distractions, young people often lose focus on seeking God. Instead, they prioritize staying relevant, following worldly trends, traveling, indulging in luxurious meals, and purchasing expensive branded goods.

However, these trends are far from what God desires. Jesus taught us to live simply, yet the world’s attractions make us forget this principle. God wants us to live as He did—not by following what the world offers, but by embracing simplicity and contentment.

WHAT TO DO:
1. Learn to distinguish between needs and wants.
2. Stop comparing yourself to others. Instead, compare who you are today with who you were before, so you can grow into a better person.
3. Practice simple living and be mindful of those who are struggling more than you.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Deuteronomy 28-29

Card image
Truth Youth 03 Maret 2025 - HIDUP SEDERHANA
2025-03-03 12:47:09


”Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal.” (Titus 2:6)

Tidak dapat dipungkiri tantangan yang dihadapi anak muda di zaman sekarang lebih sulit. Untuk memiliki mental yang sehat saja sulit apalagi untuk hidup berakar di dalam Kristus. Banyaknya godaan dan tantangan yang ditawarkan oleh dunia membuat anak muda pada masa ini sangat sulit hidup seperti yang Tuhan mau. Faktor yang paling berpengaruh adalah social media. Social media memberikan banyak tawaran yang membuat anak muda khususnya sering membandingkan hidupnya dengan orang lain, kesenangan-kesenangan yang ditunjukkan oleh orang lain di social media membuat anak muda saat ini takut ketinggalan tren atau yang sering disebut FOMO (Fear of Missing Out/takut ketinggalan).

Untuk mengikuti tren tersebut sering sekali anak muda pada masa sekarang memakai segala cara agar bisa tetap eksis, tidak punya uang tapi keinginan banyak membuat para anak muda memakai pinjol, paylater dan lain sebagainya agar semua keinginannya terpenuhi. Tidak sedikit juga anak muda terjerat judol demi hanya memperoleh uang dengan cara cepat. Banyaknya tawaran yang dunia berikan membuat para pemuda tidak lagi fokus mencari Tuhan. Yang dicari hanya bagaimana supaya hidupnya tetap eksis, bisa mengikuti tren zaman ini, menikmati hidup dengan traveling, makan makanan yang enak, beli barang-barang branded dan lain sebagainya.

Tren-tren yang seperti ini sangat jauh dari apa yang Tuhan inginkan. Padahal Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita untuk hidup sederhana, tapi dunia dengan segala keindahannya membuat kita lupa bahwa sebenarnya Tuhan mau kita hidup seperti Dia hidup, bukan hidup mengikuti apa yang dunia tawarkan.

WHAT TO DO:
1.Belajar membedakan antara kebutuhan dan keinginan
2.Tidak membandingkan diri kita dengan orang lain, tapi bandingkanlah diri kita saat ini dengan diri kita yang sebelumnya, agar kita menjadi pribadi yang lebih baik
3.Belajar untuk hidup sederhana dan melihat keadaan orang lain yang lebih sulit dari kita

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 28-29

Card image
Renungan Pagi - 03 Maret 2025
2025-03-03 12:44:36


Setiap orang Kristen harus tampak ciri khas kekristenannya, yaitu menjadi terang dan garam dunia. Dimanapun berada, kita harus dapat menjadi saksi yang hidup.

Berani tampil beda dengan orang lain, artinya berani berkata tidak terhadap dosa dan tawaran-tawaran dosa.

Jangan pernah mengambil jalan pintas untuk meraih keberhasilan, tetapi sabarlah dalam Tuhan, serahkanlah setiap usaha dan pekerjaan kita didalam tangan-Nya.

Card image
Quote Of The Day - 03 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-03 12:43:40


Kesediaan melakukan apa pun yang Tuhan perintahkan adalah syarat untuk menerima keselamatan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 03 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-03 12:42:32


Sebagai anak-anak Bapa di surga, kita yakin Allah pasti pelihara dan jaga kita. Maka kita harus tenang dalam segala situasi. Tenang yang bertanggung jawab. Bahkan di ujung maut sekalipun, kita bisa tersenyum.

Card image
LIVING BY RELYING ON THE POWER OF THE HOLY SPIRIT - 03 Maret 2025 (English Version)
2025-03-03 12:41:05


Many people view heaven as just a comfortable place of exile. During their lives, they do not long for heaven, because they still enjoy the comforts of the world. The characteristics of people like this are: afraid of death. On the other hand, for people who long to meet the Lord Jesus, long to return to heaven, then death is not a problem. Because their longing has truly been built since they lived on this earth. So, let's together make death a beauty. The problem is, not many people think seriously about this. So it is not surprising that people who are truly devoted to God will experience what is called social withdrawal; distancing themselves from socializing. Because they will not be able to "connect" with people who do not agree with their thoughts; who still love the world. Remember! We are heavenly nobility. Know your identity.

Therefore, do not fight, argue, leak words, slander each other because of small matters. We are heavenly nobles who one day God will declare (ὁμολογέω; homologeo), "This is my beloved son." May we always question this matter, whether we are worthy to enter the Kingdom of Heaven or not. Because our target is not only to enter heaven, but to enter the Kingdom of Heaven. The problem is, have we lived pleasingly? Our "program" as children of God is to return to the Kingdom of the Father. So for children of God who are considered paranoid, there is no need to be afraid, no need to be ashamed and anxious. The Lord Jesus stated that, "Let them see your deeds and see the city set on a hill." Which means, let the people around us see heaven through our lives. However, if our longing for heaven is not strong, then people cannot see heaven. It must be strong, it must be strong, until people say, "What is this person looking for, why is it like this?" That is where they can see heaven.

Such individuals may appear somewhat strange, even extremely peculiar, because they feel a power ruling over them. In general, this is how people perceive true believers—those who have embraced a counter-logical way of life. Believers declare that they have received the seal of the Holy Spirit, as promised by the Lord Jesus. They are confident that God is with them in all circumstances, according to His promises. The life of a believer who relies on the power of the Holy Spirit and depends proportionally on God, will reflect this in their lifestyle. It can be seen in their courage in facing threats—not by recklessly putting themselves in danger, but by remaining calm and steadfast when confronted with difficulties, hardships, or great needs. They have faith that the Father protects them, that a power beyond themselves is watching over them.

However, do not forget, there are those who claim to be led by the Holy Spirit and hold onto the principle: "God fights for us." Yet, they fail to take responsibility for their own lives. They do not maximize their potential, using the excuse that the Holy Spirit will take over or that God will fight on their behalf. As a result, they become ineffective and lack the potential to be true witnesses for God. The reality is that many of them fail to grow in the truth of the Word because they do not study the pure Word of God. Ironically, when it comes to financial needs, they rely on human strength. They proclaim, "God fights for us," yet they fear facing problems. If God fights for us, just simply trust that God will protect us. Whatever happens, God will surely take care of us. As children of the Father in heaven, we also have confidence that God will sustain and guard us. So we must be calm in all situations - a calmness that is responsible. Even at the edge of death, we can smile.

According to research and observations recognized as empirical facts, people suffering from paranoia often experience intense hallucinations. These hallucinations are so intense that they perceive them as real experiences. To paranoid individuals, their fantasies become facts. This is why they are often misunderstood by others or their surroundings. Similarly, true believers—those seen as normal in God’s eyes—are also sometimes perceived as dreamers. They strongly believe in what God's Word says: that the world will be destroyed by fire, and there will be a new heaven and a new earth (2 Peter 3:9-13: "The heavens will disappear with a roar, the elements will be destroyed by fire"). Their conviction is so strong that they live as though this event will happen soon. To them, what the Word of God says is absolute fact-which it truly is.

Believers who have strong faith in God and what He says, their lives will be colored, influenced, and firmly gripped by God's words. The question is, how deeply does God’s Word influence our lives? If we truly honor God, we will honor His Word and fully trust in what He says, surrendering our lives to His truth. This will form a different behavior from those who do not believe God's words correctly. Such Christians live with a sense of urgency, preparing for the great day, much like Noah building the ark—despite the fact that rain had never fallen before. We must also be busy building the "ark" of our lives. Just as Noah followed precise measurements for the ark’s length, width, and height, we must shape our lives according to God’s exact desires.

THE LIFE OF A BELIEVER WHO RELIES ON THE POWER OF THE HOLY SPIRIT AND DEPENDS PROPORTIONALLY ON GOD, WILL REFLECT THIS IN THEIR LIFESTYLE.

Card image
HIDUP MENGANDALKAN KEKUATAN ROH KUDUS
2025-03-03 12:39:37


Banyak orang memandang surga masih hanya tempat pembuangan yang nyaman. Selama hidup, mereka tidak merindukan surga, karena masih menikmati kenyamanan dunia. Ciri orang seperti ini adalah: takut mati. Sebaliknya, bagi orang yang merindukan bertemu Tuhan Yesus, merindukan pulang ke surga, maka kematian bukanlah masalah. Sebab kerinduannya betul-betul sudah dibangun sejak ia hidup di bumi ini. Maka, mari bersama-sama kita menjadikan kematian sebagai sebuah keindahan. Masalahnya, tidak banyak orang yang serius memikirkan hal ini. Jadi tidak heran jika orang yang sungguh-sungguh dalam Tuhan akan mengalami apa yang disebut social withdrawal; menjauhi pergaulan. Karena dia tidak akan bisa “nyambung” dengan orang-orang yang tidak sepaham dengan pikirannya; yang masih mencintai dunia. Ingat! kita adalah bangsawan surgawi. Kenali pribadimu.

Oleh sebab itu, jangan karena soal kecil kita berantem, ribut, bocor mulut, saling memfitnah. Kita adalah bangsawan-bangsawan surgawi yang satu hari kelak Tuhan akan menyatakan (ὁμολογέω; homologeo), “Inilah anak-Ku yang Kukasihi.” Kiranya kita harus selalu memperkarakan hal ini, apakah kita layak masuk Kerajaan Surga atau tidak. Karena target kita bukan hanya masuk surga, melainkan masuk Kerajaan Surga. Masalahnya, apakah kita sudah hidup berkenan? “Program” kita sebagai anak-anak Allah adalah kembali ke Kerajaan Bapa. Maka bagi anak-anak Allah yang dianggap sebagai paranoid, tidak perlu takut, tidak perlu malu dan gelisah. Tuhan Yesus menyatakan bahwa, “Biarlah mereka melihat perbuatanmu dan melihat kota yang terletak di atas bukit.” Yang artinya, biar orang sekitar melihat surga melalui hidup kita. Akan tetapi kalau kerinduan kita akan surga tidak kuat, maka orang tidak bisa melihat surga. Harus kencang, harus kuat, sampai orang berkata, “Orang ini nyari apa sih kok sampai begini?” Di situlah mereka bisa melihat surga.

Mereka biasanya menjadi agak aneh, bahkan sampai sangat aneh. Sebab merasa ada satu kekuatan menguasai dirinya. Penilaian orang pada umumnya terhadap orang percaya yang normal, yang selesai dari sikap hidup logika terbalik juga demikian. Orang percaya menyatakan bahwa dirinya mendapat meterai Roh Kudus seperti yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus. Orang percaya yakin bahwa Tuhan menyertai mereka dalam segala keadaan sesuai dengan janji-Nya. Hidup orang percaya yang mengandalkan kekuatan Roh Kudus dan bergantung secara proporsional terhadap Tuhan, akan nampak dalam gaya hidupnya. Terlihat dari keberaniannya menghadapi ancaman. Bukan berarti membawa dirinya dalam ancaman, tetapi saat dia menghadapi ancaman, kesulitan, kebutuhan besar, maka ia bisa tetap tenang dan kokoh karena dia percaya ada Bapa yang melindungi dia; ada kekuatan di luar dirinya yang melindungi dia.

Namun jangan lupa, ada orang-orang yang merasa Roh Kudus pimpin dia, lalu punya prinsip: “Allah berperang ganti kita.” Namun dia sendiri tidak bertanggung jawab atas hidupnya, kurang atau tidak memaksimalkan potensi dengan alasan Roh Kudus akan bekerja mengambil alih, atau Allah yang berperang ganti dirinya. Mereka justru malah menjadi tidak efektif dan tidak potensial menjadi saksi Tuhan. Faktanya, tidak sedikit mereka yang tidak bertumbuh dalam kebenaran firman, sebab tidak belajar firman yang murni. Dan ironisnya, dalam kebutuhan finansial, mereka mengandalkan kekuatan manusia. Menyuarakan "Allah berperang ganti kita," tetapi takut menghadapi segala masalah. Kalau Allah berperang ganti kita, percaya saja Tuhan lindungi. Apa pun yang terjadi, Tuhan pasti jaga kita. Sebagai anak-anak Bapa di surga, kita juga yakin Allah pasti pelihara dan jaga kita. Maka kita harus tenang dalam segala situasi. Tenang yang bertanggung jawab. Bahkan di ujung maut sekalipun, kita bisa tersenyum.

Berdasarkan penelitian dan observasi yang diakui sebagai fakta empiris, didapati bahwa penderita paranoid memiliki halusinasi yang kuat. Begitu kuatnya halusinasi tersebut sampai dikesankan bahwa mereka telah benar-benar mengalami apa yang dikhayalkan tersebut. Bagi penderita paranoid, fantasi mereka adalah fakta. Demikianlah orang-orang paranoid ini menjadi orang yang sukar dimengerti orang lain atau lingkungannya karena fantasinya. Bertalian dengan hal ini orang percaya yang benar dan normal di mata Allah juga dianggap sebagai pemimpi. Mereka sangat yakin terhadap apa yang firman Tuhan katakan, bahwa dunia akan dihancurkan menjadi lautan api dan akan adanya langit baru dan bumi baru (2Ptr. 3:9-13, "Langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api"). Keyakinan itu begitu kuat sampai seakan-akan akan terjadi dalam waktu dekat. Bagi mereka, apa yang dikatakan oleh firman Tuhan itu merupakan fakta. Dan memang demikian.

Orang percaya yang memiliki keyakinan kuat terhadap Tuhan dan apa yang difirmankan-Nya, hidupnya akan diwarnai, dipengaruhi, dan dicengkeram secara kuat oleh perkataan Tuhan. Pertanyaannya, seberapa kuat pengaruh atau warna perkataan Tuhan di dalam diri kita? Kalau kita menghormati Tuhan, kita menghormati perkataan-Nya, dan kita yakin sepenuhnya atas apa yang dikatakan, sehingga menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada kebenaran yang diucapkan. Hal ini akan membentuk perilaku yang berbeda dengan mereka yang tidak memercayai perkataan Tuhan dengan benar. Orang-orang Kristen seperti ini, seperti memiliki khayalan atau fantasi untuk membuat persiapan akan hari besar itu sejak sekarang. Ia seperti Nuh yang sibuk membuat bahtera, walau saat itu belum pernah ada hujan. Kita harus sibuk membuat bahtera hidup. Bahtera Nuh dibuat dengan panjang, lebar, tinggi yang tepat. Kita juga harus sibuk membuat diri tepat seperti apa yang Allah kehendaki.

Tuhan Yesus memberkati

HIDUP ORANG PERCAYA YANG MENGANDALKAN KEKUATAN ROH KUDUS DAN BERGANTUNG SECARA PROPORSIONAL TERHADAP TUHAN, AKAN NAMPAK DALAM GAYA HIDUPNYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 Maret 2025
2025-03-03 12:36:03

Bilangan 21-22

Card image
Truth Kids 02 Maret 2025 - TUHAN BENER ADA, GAK, SIH?
2025-03-02 22:14:13


Matius 6:33
”Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”

Sobat Kids, pernahkah kalian berpikir "Apa Tuhan tidak mendengar doaku, ya? Kok apa yang aku inginkan, tidak terwujud?" atau "Tuhan sebenarnya ada nggak, sih? Kok Tuhan membiarkan aku dalam kesusahan?" Sobat Kids, janganlah ragu akan kehadiran Tuhan. Tuhan tahu, kok, apa yang kamu doakan, yang kamu inginkan, serta kondisimu. Ketika kamu dalam kesusahan, Tuhan pun tahu. Tetapi perlu kita ingat bahwa Tuhan juga tahu yang terbaik untuk kita. Ia akan menolong kita dan memberikan apa yang kita butuhkan pada waktu yang tepat, bukan waktu yang kita inginkan.

Card image
Truth Junior 02 Maret 2025 - PERCAYA KEPADA TUHAN YANG MEMELIHARA
2025-03-02 21:40:39


Matius 6:33
”Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”

Halo, Sobat Junior! Semoga tetap ceria dan semangat, ya! Kali ini kita akan belajar tentang satu hal yang luar biasa dari Tuhan, yaitu Dia selalu tahu apa yang kita butuhkan.

Pernahkah kamu merasa khawatir, seperti takut tidak mendapatkan nilai bagus di sekolah atau khawatir mainanmu rusak? Terkadang, kita terlalu memikirkan hal-hal kecil dan lupa bahwa Tuhan selalu memelihara kita. Dalam Matius 6:33, Tuhan mengingatkan kita untuk mencari-Nya terlebih dahulu. Artinya, kita harus mengutamakan Tuhan dalam setiap hal yang kita lakukan. Misalnya, sebelum memulai belajar atau bermain, kita bisa berdoa kepada Tuhan agar diberikan hikmat dan sukacita. Dengan begitu, kita menyerahkan semua kekhawatiran kita kepada-Nya. Tuhan tahu apa yang terbaik untuk kita, dan Dia akan memberikan segala yang kita butuhkan pada waktu yang tepat.

Maka dari itu, Sobat Junior, seperti burung yang tidak menanam tetapi tetap diberikan makanan oleh Tuhan, begitu juga kita. Tuhan sangat peduli pada setiap detil hidup kita. Jadi, jangan khawatir, ya! Tetaplah percayalah dan andalkan Dia setiap hari.

Mulai dari sekarang, yuk belajar mengutamakan Tuhan dalam hidup kita. Percayalah, ketika kita mendahulukan Dia, semua kebutuhan kita akan dipenuhi sesuai dengan kehendak-Nya. Jangan lupa berdoa dan selamat menjalani hari ini dengan penuh sukacita. Tuhan memberkati.

Card image
Truth Youth 02 Maret 2025 (English Version) - STRONG FOUNDATION
2025-03-02 21:28:47


“Therefore, everyone who hears these words of Mine and puts them into practice is like a wise man who built his house on the rock. The rain came down, the streams rose, and the winds blew and beat against that house; yet it did not fall, because it had its foundation on the rock. But everyone who hears these words of Mine and does not put them into practice is like a foolish man who built his house on sand. The rain came down, the streams rose, and the winds blew and beat against that house, and it fell with a great crash."* (Matthew 7:24-27)

Before building a house foundation, a soil test is required to assess the soil’s suitability, density, layers, moisture content, and strength—factors that determine the stability of a building. Loose and soft soil makes it difficult to construct a strong foundation, while dense soil like clay provides better support for a solid structure. This test is necessary because natural conditions constantly change, and soil undergoes shifts over time. Therefore, it is crucial to have the right ground to build a sturdy foundation.

As written in Matthew 7:24-27, a strong foundation strengthens faith, while a weak foundation causes faith to collapse. We must be mindful of where we place our hearts and build our lives. If we rely on worldly things that are temporary, our faith will not grow—it may even crumble. If we depend on the pleasures the world offers, we will constantly chase after fleeting happiness. We will always follow ever-changing trends, leading our lives to be dictated by worldly influences.

When the storms of life come—whether in the form of toxic relationships, peer pressure, or insecurity—we will not be able to withstand them if our foundation is weak. The world teaches us to satisfy our fleshly desires, but when we take time to examine our life’s foundation, like a soil test, we will question its stability and seek the truth that leads to eternal salvation. This truth is only found in Christ. Making Christ the foundation of our lives is like building a house on solid, reliable ground. It ensures that when storms come, we will not be easily shaken. Our faith will remain firm because we know that Christ is our strong foundation.

WHAT TO DO:
A strong foundation in life is built through perseverance and a continuous pursuit of Christ in our daily lives.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Deuteronomy 26-27

Card image
Truth Youth 02 Maret 2025 - STRONG FOUNDATION
2025-03-02 18:53:19


”Oleh karena itu, setiap orang yang mendengar ajaran-Ku dan melakukannya ibarat orang bijak yang membangun rumah di atas batu yang padat dan sangat besar sebagai fondasinya. Ketika hujan deras turun, lalu banjir dan angin kencang melandanya, rumah itu tetap berdiri tegak karena dibangun di atas batu fondasi yang kuat. Tetapi setiap orang yang mendengar ajaran-Ku dan tidak melakukannya ibarat orang bodoh yang membangun rumahnya di atas pasir. Ketika hujan deras turun, lalu banjir dan angin kencang melandanya, rumah itu pun roboh dan rusak berat.” (Matius 7:24-27)

Sebelum membangun fondasi sebuah rumah, diperlukan adanya soil test, menguji kelayakan, kepadatan tanah, lapisan tanah, kadar air, kekuatan, dsb karena ini menentukan kokohnya sebuah bangunan. Tanah yang kurang padat dan gembur akan lebih sukar untuk membangun fondasi bangunan kokoh. Tanah yang padat seperti tanah liat akan lebih kuat untuk membangun fondasi bangunan yang kokoh. Tes ini diperlukan karena kondisi alam kita terus berubah, begitu pun dengan tanah yang akan mengalami pergeseran setiap masa. Oleh karena itu, penting untuk memiliki media/tanah yang tepat untuk membangun suatu fondasi bangunan yang kokoh.

Seperti yang dicatat dalam Matius 7:24-27, dasar yang kokoh meneguhkan iman, tapi dasar yang mudah goyah, merobohkan iman. Kita harus kristis kepada di mana kita menempatkan hati dan dasar kehidupan kita. Kalau kita bergantung pada hal-hal di dunia yang bersifat fana, iman kita tidak akan bertumbuh, bahkan bisa roboh dan rusak. Kalau kita bergantung kepada kesenangan-kesenangan hidup yang dunia tawarkan, ya kita akan terus mengejar kesenangan-kesenangan yang tidak kekal. Kita selalu mengikuti tren yang terus berubah-ubah, alhasil hidup kita ditentukan oleh tren dunia. Saat ada badai kehidupan, mungkin yang kerap terjadi dalam pergaulan anak muda seperti toxic relationship, peer-pressure, atau rasa insecure menerpa kita tidak akan bisa menghadapinya, karena semua yang dunia ajarkan hanya untuk memuaskan keinginan daging kita. Tapi saat kita betul-betul memperhatikan dasar kehidupan kita, seperti soil test, kita menguji dan mempertanyakan kelayakan dasar kehidupan kita, tentunya kita mau mencari yang benar dan membawa kita kepada keselamatan kekal. Tentunya kita hanya bisa peroleh dari Kristus. Menjadikan Kristus sebagai dasar kehidupan kita seperti membangun rumah di tanah yang tepat dan kokoh. Yang menjamin hari esok, kita gak gampang goyah saat diterpa badai kehidupan apa pun. Iman kita tak akan goyah, karena kita tahu Kristus adalah strong foundation.

WHAT TO DO:
Dasar hidup yang kokoh diperoleh dengan perjuangan dan proses untuk mau terus menemui Kristus dalam kehidupan kita sehari-hari.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 26-27

Card image
Renungan Pagi - 02 Maret 2025
2025-03-02 18:40:51


Apalah artinya hidup diberkati, kita sukses tapi hanya menjadi batu sandungan orang dan hidup hanya mengecewakan orang.

Yang penting hidup berguna; menjadi suami yang berguna, menjadi isteri yang berguna, menjadi anak-anak yang berguna dan menjadi berkat bagi sesama.

Mari kita mau jadikan hidup berguna dan bermanfaat, karena sewaktu hidup berguna dan bermanfaat, maka kemuliaan Tuhan semakin nyata dalam hidup kita.

Card image
Quote Of The Day - 02 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-02 18:38:57


Allah ingin punya sahabat yang hatinya tidak terikat siapapun, tapi terikat pada-Nya saja.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 02 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-02 18:35:02


Orang percaya yang memiliki keyakinan kuat terhadap Tuhan dan apa yang difirmankan-Nya, hidupnya akan diwarnai, dipengaruhi, dan dicengkeram secara kuat oleh perkataan Tuhan.

Card image
PARANOID - 02 Maret 2025 (English Version)
2025-03-02 18:27:46


For most people, the world is beauty, a friend, the answer to their soul's needs and a harbor or resting place for the soul. This is the rhythm and instinct of human life in general. However, for believers it can be the opposite. This is what is called reverse logic. Believers can be considered paranoid because they do not agree with the children of the world. True believers, namely those who truly know the truth, will begin to see the evil of the world as extraordinary. Even then, they find teachings in many churches that contradict what the Lord Jesus taught. This will greatly disturb their hearts. It is very clear how they feel threatened by this situation, and sees a threat to many people. Of course, they can be seen as paranoid.

Take Martin Luther, for example. He was considered paranoid when he expressed his concerns about the teachings of the church at that time. He tormented himself, climbing stairs on his knees, hoping that through such suffering, he would be pleasing to God. But he honestly admitted that he had no peace. Even monks and bishops told him, "You are strange. You should feel at peace. You should feel calm." Because Martin Luther’s devotion exceeded that of most monks, yet, in his sincerity and honesty, he realized that he was not in the right place in God's eyes. As a young monk, he demonstrated his unrest by opposing the deeply rooted conservative teachings of the church. As a result, he was labeled a heretic, a rebel, and a traitor to the church. His life was even threatened, forcing him to move from place to place to save himself. Yet, for the sake of the truth he believed in, Martin Luther stood firm in his convictions, ultimately sparking a protest that led to the birth of many Protestant churches today.

This is the same as believers who understand the pure truth of the LordJesus Christ. They are not only troubled by the world's wickedness but also by the impure teachings within the church. They feel distressed about the church's deviations and threatened by these deceptions. They see a tremendous danger in the lives of many people, and such individuals will struggle against it. Their struggles will be noticed by others, and they will be labeled as paranoid. Those who dare to proclaim the truth and thus oppose teachings that are contrary to the Bible, will be considered paranoid. They are seen as breaking away from conservative norms or existing traditions. And usually, this group will remain small because those who love the world and compromise with it far outnumber them.

Based on research and observations recognized as empirical facts, it has been found that those who suffer from paranoia have false beliefs—where they feel there is a threat—but also false beliefs where they think they possess a special ability or are an "important person." This will be permanently expressed in various actions they take. A diagnosis of such a mental condition is considered final when the behavior becomes permanent. They are deemed mentally ill because they believe they have a certain superiority or see themselves as important figures. Believers, too, may be perceived this way by those around them. This is because believers see themselves as children of God, destined to be glorified with Jesus Christ, members of the Kingdom of God, and heavenly nobility. And this belief will have a very real impact—their entire philosophy of life and behavior will certainly differ from those around them. With a conviction so strong that it is expressed in all their actions and conduct, this normal believers are considered abnormal or paranoid.

Many Christians do believe that they are children of God, destined to be glorified with Christ, and so on, but this belief often remains only in their minds—an intellectual agreement rather than a truth that truly grips their lives. So, it is no surprise that their "faith" has not yet permanently transformed their behavior. They merely express it in words or through worship songs. But in reality, they have not truly entered into the reality of what they claim to believe. Phrases like "My longing, my thirst is for You. When will I dwell there forever?" are only spoken from their lips. They sing "Oh, Jerusalem, the glorious city, my heart longs to be there," yet their actions do not reflect a true longing for Jerusalem. They do not demonstrate that they genuinely belong to heavenly nobility. If they still argue about money and fight over positions, it shows they have not yet experienced their reality as heavenly nobles whose value is more than the value of a presidential position on earth.

The question is, to what extent do we live it? Have we truly entered that realm? If someone claims to be a child of God, he must be like his Father. He must seriously strive to have a character like the Father, even though in doing so, he may still stumble and fall. But his efforts are maximal. As believers, we all acknowledge, "I am not perfect. I also struggle," but the real issue is that we are not giving our maximum effort. That is why we do not truly live our condition as children of the Heavenly Father. How can someone live themselves as children of God if they are not striving with all their strength to be like the Father? Christians with this kind of mindset do not truly have the mentality of children of God. They must still love the world. To them, the world is their harbor. They still enjoy the world. And yet, they may not even be rich in financial terms. Even if they are rich does not necessarily mean they can enjoy it. Unconsciously, such people actually consider heaven as a place of exile. When they die, they have no choice but to go there. But there is no longing for it.

THOSE WHO DARE TO PROCLAIM THE TRUTH AND THUS OPPOSE TEACHINGS THAT ARE CONTRARY TO THE BIBLE, WILL BE CONSIDERED PARANOID.

Card image
PARANOID - 02 Maret 2025
2025-03-02 18:23:46


Bagi orang pada umumnya, dunia adalah keindahan, sahabat, jawaban bagi kebutuhan jiwa mereka dan pelabuhan atau perhentian jiwa. Inilah irama dan naluri hidup manusia pada umumnya. Namun bagi orang percaya bisa sebaliknya. Ini yang disebut sebagai logika terbalik. Orang percaya bisa dianggap paranoid karena tidak sepaham dengan anak-anak dunia. Orang percaya yang benar yaitu mereka yang sungguh-sungguh mengenal kebenaran, akan mulai memandang kejahatan dunia itu luar biasa. Bahkan kemudian, dia menemukan adanya pengajaran-pengajaran di dalam banyak gereja yang bertentangan dengan apa yang Tuhan Yesus ajarkan. Hal ini akan sangat menggelisahkan hatinya. Nampak sekali bagaimana ia merasa terancam oleh keadaan ini, dan melihat ancaman bagi banyak orang. Tentu saja, ia bisa dipandang sebagai paranoid.

Seperti Martin Luther yang dianggap sebagai paranoid ketika ia menunjukkan kegelisahannya terhadap ajaran gereja pada waktu itu. Dia menyiksa diri, dia berjalan naik dengan lututnya. Karena dia berharap, lewat penderitaan itu dia berkenan kepada Tuhan, tetapi dia jujur mengakui bahwa dia tidak punya ketenangan. Sampai rahib dan uskup berkata, “Kamu aneh. Mestinya kamu sudah merasa sejahtera. Mestinya kamu sudah merasa tenang.” Sebab kesungguhan Martin Luther melebihi rahib-rahib pada umumnya. Namun, Martin Luther dengan kejujuran dan kepolosannya, menyadari bahwa ia belum ada di tempat yang benar di mata Tuhan. Sebagai biarawan muda, ia menunjukkan kegalauannya dengan mengadakan perlawanan kepada ajaran konservatif gereja yang sudah mengakar dalam gereja. Sebagai akibatnya, ia dianggap penyesat, pemberontak, pembelot gereja. Nyawanya pun sempat terancam, sehingga dia harus pergi dari satu tempat ke tempat lain untuk menyelamatkan dirinya. Akan tetapi demi kebenaran yang diyakininya, Martin Luther tetap pada pendiriannya, sehingga akhirnya bergulirlah protes yang melahirkan banyak gereja Protestan hari ini.

Hal ini sama dengan orang percaya yang memahami kebenaran yang murni dari Tuhan Yesus. Dia bukan hanya galau oleh kejahatan dunia, melainkan juga galau oleh pengajaran gereja yang tidak murni. Ia merasa galau terhadap gereja yang menyimpang, sehingga merasa terancam oleh penyesatan itu. Dia lihat ancaman yang begitu hebat dalam hidup banyak orang, dan orang-orang seperti ini akan menggeliat, dan geliatnya akan dibaca orang sehingga dia dianggap paranoid. Orang yang berani memberitakan kebenaran sehingga menentang pengajaran-pengajaran yang bertentangan dengan Injil, akan dianggap paranoid. Mereka dianggap keluar dari pola konservatif atau pola yang sudah ada. Dan biasanya kelompok ini tidak akan banyak. Sebab, orang yang mencintai dunia, yang kompromi dengan dunia, jauh lebih besar jumlahnya.

Berdasarkan penelitian dan observasi yang diakui sebagai fakta empiris, didapati bahwa penderita paranoid memiliki keyakinan palsu, dimana dia merasa ada ancaman, tetapi juga keyakinan palsu, dimana dia merasa memiliki satu kelebihan atau menjadi “orang penting." Hal ini akan terekspresi secara permanen dalam berbagai tindakan yang mereka lakukan. Diagnosis atas orang yang berkejiwaan seperti ini final kalau perilaku tersebut sudah permanen. Mereka dianggap menderita sakit jiwa karena merasa ada satu kelebihan dalam dirinya atau menjadi orang penting. Orang percaya pun bisa dipandang oleh orang di sekitarnya demikian. Sebab orang percaya merasa diri sebagai anak-anak Allah, akan dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus, anggota keluarga Kerajaan Allah, bangsawan-bangsawan surgawi. Dan keyakinan ini akan membawa dampak yang sangat nyata, dan seluruh filosofi hidup dan perilakunya pasti berbeda dengan orang di sekitarnya. Dengan keyakinan yang sangat kuat, yang terekspresi dalam seluruh tindakan dan perilakunya, orang percaya yang normal ini dianggap sebagai tidak normal atau paranoid.

Memang banyak orang Kristen memiliki keyakinan bahwa dirinya adalah anak-anak Allah, percaya akan dimuliakan bersama dengan Kristus, dan seterusnya, tetapi itu hanya keyakinan dalam pikiran atau semacam pengaminan akali, bukan sesuatu yang sungguh-sungguh mencengkeram hidupnya. Jadi, jangan heran kalau ‘percayanya’ itu belum merubah kelakuannya secara permanen. Dia hanya mengucapkan dalam kata-kata atau lantunan pujian. Namun sebenarnya mereka belum sungguh-sungguh masuk wilayah apa yang dipercayainya itu. Kalimat "rinduku, hausku akan Diri-Mu. Bilakah ku diam di sana selamanya," itu hanya di mulut saja. Ikut menyanyikan lagu "Oh, Yerusalem kota mulia, hatiku rindu ke sana," akan tetapi tingkah lakunya tidak menunjukkan kalau dia merindukan Yerusalem. Tidak menunjukkan dia sungguh-sungguh bangsawan surgawi. Kalau soal duit masih ribut, soal kedudukan masih berantem, itu berarti mereka belum menghayati realitasnya sebagai bangsawan surgawi yang nilainya lebih dari nilai jabatan seorang presiden di dunia.

Pertanyaannya, seberapa kita menghayati itu? Apakah kita sudah sungguh-sungguh masuk wilayah itu? Kalau seorang mengaku sebagai anak-anak Allah, ia harus seperti Bapanya. Dia harus serius berusaha memiliki karakter seperti Bapa, walaupun dalam usahanya itu dia masih jatuh bangun. Namun usahanya maksimal. Sebagai orang percaya, setiap kita pasti punya usaha dan juga mengaku, "Saya belum sempurna. Saya juga jatuh bangun," padahal masalahnya adalah karena kita tidak maksimal sehingga kita tidak menghayati keadaan kita sebagai anak-anak Bapa di surga. *Bagaimana seseorang bisa menghayati diri sebagai anak-anak Allah kalau tidak berusaha dengan sekuat tenaga menjadi seperti Bapa?* Mental orang Kristen seperti ini, bukanlah mental anak-anak Allah. Pasti mereka masih mencintai dunia. Dunia baginya adalah pelabuhan. Dia masih menikmati dunia. Padahal belum tentu dia juga kaya secara finansial. Kaya pun belum tentu dia bisa menikmati. Tanpa disadari, sebenarnya orang-orang seperti ini menganggap surga itu tempat pembuangan. Kalau sudah mati, mau tidak mau harus ke sana. Namun tidak ada kerinduan.

Tuhan Yesus memberkati

ORANG YANG BERANI MEMBERITAKAN KEBENARAN SEHINGGA MENENTANG PENGAJARAN-PENGAJARAN YANG BERTENTANGAN DENGAN INJIL, AKAN DIANGGAP PARANOID.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 Maret 2025
2025-03-02 18:14:36

Bilangan 18-20

Card image
Truth Kids 01 Maret 2025 - ALLAH SELALU ADA UNTUK KITA
2025-03-02 18:04:59


Mazmur 46:1-2
”Untuk pemimpin biduan. Dari bani Korah. Dengan lagu: Alamot. Nyanyian. Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.”

Sobat Kids, pernahkah kalian melihat video burung betina dan jantan bergantian menjaga sarang untuk melindungi telur mereka? Atau bahkan ada yang lebih dari itu, contohnya seekor gurita betina selalu menjaga sarangnya ketika sudah selesai bertelur. Dia menjaga sarang tanpa henti bahkan tanpa makan, sampai telur-telur itu menetas. Hewan saja bisa mengasihi dan melindungi anak-anaknya dengan sedemikian rupa, apalagi Bapa kita yang di surga.

Seorang ayah tidak mungkin memberi batu kepada anak-anaknya yang meminta roti, kan, Sobat Kids? Allah tidak akan membiarkan kita sendirian. Ia tidak pernah tidur dan selalu bekerja, melindungi dan membawa kebaikan bagi anak-anak yang mengasihi Dia. Jadi, jangan takut dan gentar karena walaupun Allah tidak kelihatan oleh mata, Ia selalu ada menyertai dan menjaga kita. Tugas kita adalah tidak lupa akan kehadiran Tuhan di setiap langkah hidup ini. Teruslah menjadi anak-anak yang taat dan mengasihi Tuhan di mana pun kita berada dan bagaimanapun keadaan kita.

Card image
Truth Junior 01 Maret 2025 - TUHAN SELALU MENOLONG
2025-03-01 18:57:16


Mazmur 46:1-2
”Untuk pemimpin biduan. Dari bani Korah. Dengan lagu: Alamot. Nyanyian. Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.”

Halo, Sobat Junior! Apa kabarnya hari ini? Semoga dalam keadaan sehat dan penuh semangat, ya! Kali ini kita akan membahas tentang sebuah kebenaran yang sangat indah yang terdapat dalam Mazmur 46:1. Tahukah kamu bahwa Tuhan selalu ada untuk menolong kita, terutama saat kita merasa dalam kesulitan? Mari sama-sama kita bahas.

Bayangkan saat kamu sedang bermain di lapangan dan tiba-tiba hujan deras turun. Apakah yang biasanya kamu lakukan? Kamu mungkin segera mencari payung atau tempat berteduh, bukan? Sama seperti payung yang melindungi kita dari hujan, Tuhan juga selalu melindungi dan menolong kita saat kita menghadapi masalah, loh, Sobat Junior.

Sobat Junior, hidup kadang bisa terasa sulit. Mungkin kamu pernah merasa sedih karena bertengkar dengan teman, kecewa karena mainanmu rusak, atau takut saat menghadapi sesuatu yang baru. Di saat seperti itu, ingatlah bahwa Tuhan selalu ada bersama dengan kamu. Dia seperti Sahabat yang setia, siap menolong kapan saja. Yang perlu kita lakukan adalah berdoa dan percaya kepada-Nya. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sendirian. Dia akan memberikan kekuatan dan keberanian untuk menghadapi apa pun yang terjadi.

Jadi, Sobat Junior, mulai hari ini, yuk kita belajar untuk tidak takut atau khawatir. Sebaliknya, kita bisa mengandalkan Tuhan dan percaya kepada Tuhan bahwa Dia adalah Penolong yang setia. Dengan begitu, kita akan merasa lebih tenang dan damai. Selamat menjalani hari ini dengan penuh sukacita! Tuhan memberkati.

Card image
Truth Youth 01 Maret 2025 (English Version) ROOTED IN CHRIST
2025-03-01 18:42:34


“So then, just as you received Christ Jesus as Lord, continue to live your lives in Him, rooted and built up in Him, strengthened in the faith as you were taught, and overflowing with thankfulness." (Colossians 2:6-7)

To grow a strong tree, it requires suitable soil and a long process of time. The taller the tree grows, the deeper its roots spread into the ground, penetrating through layers of soil with great strength. Trees can stand for decades or even centuries, becoming nearly impossible to uproot because their roots have grown so deep and firm in the earth. While the leaves and fruits of a tree change according to the seasons, its roots remain steadfast and unshaken. For example, in countries with four seasons, many trees shed their leaves in autumn, remain bare in winter, and regrow their foliage in spring and summer. However, the tree’s roots and trunk remain firmly in place.

Our life in Christ is just the same. As Colossians 2:6-7 states, since we have received Christ, we should be rooted and built up in Him, growing stronger in faith. Our lives must be planted in the right "soil"—which is Christ—so that we may grow deeper and stronger in Him. Like a sturdy tree, our spiritual growth should penetrate deeper into Christ, just as tree roots break through layers of soil. As our roots deepen, our trunk will grow taller, our branches will spread wide to provide shade, and our fruits will flourish abundantly, benefiting others and contributing to the well-being of the world. When our lives are deeply rooted in Christ, our faith will strengthen and become unshakable. Our lives will bear fruit for others, and if many of God's children live this way, they will bring the Kingdom of God to life here on earth.

If we are rooted in a firm foundation, our faith will remain steadfast and will not be easily swayed by the seasons of life. We can be like a tree that has stood for thousands of years—so deeply rooted that it cannot be moved. Let us strive to grow ever deeper in Christ so that nothing in this world can shake us.

WHAT TO DO:
A firm foundation is the key to a faith that is not easily influenced by the world.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Deuteronomy 23-25

Card image
Truth Youth 01 Maret 2025 - BERAKAR DALAM KRISTUS
2025-03-01 18:30:02


”Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.” (Kolose 2:6-7)

Untuk menanam pohon kayu yang kuat, diperlukan media tanah yang memadai dan proses waktu yang lama. Semakin tinggi pohon, akarnya semakin menjalar kuat ke dalam tanah, semakin kuat menembus lapisan-lapisan di bawah tanah. Pohon bisa berdiri sampai puluhan dan ribuan tahun, hingga begitu susah untuk dipindahkan, karena akarnya sudah begitu menjalar dan kuat dalam tanah. Walaupun tumbuh dedaunan pohon dan buahnya bergantung pada musim, tapi akarnya tetap kokoh dan kuat. Misal di negara 4 musim, banyak daun pohon berguguran pada saat musim gugur, saat winter tidak ada daun sama sekali, dan kembali bertumbuh saat musim semi dan musim panas. Tapi, akar dan batang pohon tetap berdiri tegak.

Sama seperti kehidupan kita dalam Kristus. Seperti yang Kolose 2:6-7 catat, bahwa kita telah menerima Kristus, hendaknya kita berakar dan dibangun dalam Kristus, dan tetap bertambah teguh dalam iman. Kehidupan kita harus tumbuh di ‘tanah’ yang tepat, yaitu dalam Kristus. Sehingga kita bisa semakin berakar dalam Kristus, semakin menjalar kuat ke dalam Kristus. Seperti pohon yang kuat, pertumbuhan akarnya akan mampu menembus lapisan-lapisan tanah. Dan saat ia semakin berakar, batangnya akan tumbuh semakin tinggi, daun-daun semakin rindang, meneduhkan jalan-jalan kota, buahnya bisa kita nikmati, dan dalam jumlah yang banyak, menjadi paru-paru dunia. Kehidupan kita yang semakin berakar dalam Kristus, akan menumbuhkan iman kita yang semakin kuat dan teguh, kehidupan kita semakin berbuah bagi sesama, dan jika banyak anak-anak Tuhan yang seperti itu, berarti bisa menghidupkan Kerajaan Allah sejak di bumi. Kalau kita berakar dalam dasar yang kokoh, iman kita pun semakin teguh dan tidak mudah digoyahkan oleh apa pun musim kehidupan kita. Kita bisa seperti pohon yang sudah ribuan tahun berdiri, hingga tidak bisa dipindahkan karena sudah begitu mengakar. Kita mau sepanjang hidup, semakin berakar hingga kita tidak lagi mudah digoyahkan oleh dunia.

WHAT TO DO:
Dasar yang kokoh adalah kunci iman kita tidak mudah dipengaruhi oleh dunia.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 23-25

Card image
Renungan Pagi - 01 Maret 2025
2025-03-01 18:21:52


Salah satu hal yang paling dibutuhkan setiap orang dalam hidup ini adalah kepastian, seringkali kepastian itu menjadi sesuatu yang paling sukar didapatkan oleh seseorang. Yesus itu cukup bagi kita, karena Dia adalah jaminan kepastian, sebab diatas kayu salib Yesus berkata, "Sudah selesai".

Segala harga dosa, harga kutuk dan penderitaan sudah diselesaikan oleh Yesus diatas kayu salib, karena itu tinggal mengimani dan praktekkan firman Tuhan didalam hidup kita, maka satu hal yang kita percaya bahwa kepastian akan menjadi jaminan didalam Kristus.

Card image
Quote Of The Day - 01 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-01 18:17:50


Salah satu ukuran bahwa kita bertumbuh dewasa adalah semakin tidak ada yang kita harapkan dalam hidup dan dunia ini.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 01 Maret 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-03-01 18:15:12


Kalau kita tidak mengenal kebenaran murni, kita tidak akan menyadari bagaimana posisi kita di hadapan Tuhan.

Card image
MELALUI PERUBAHAN TERUS MENERUS - 01 Maret 2025
2025-03-01 18:08:15


Roma 12:2
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”

Kehidupan Tuhan Yesus dari kelahiran sampai kematian-Nya adalah kehidupan dengan logika terbalik. Allah Yang Maha Tinggi mengutus putra-Nya lahir di kandang binatang. Menyampaikan kebenaran tanpa pedang atau senjata, meraih kemuliaan dengan kehinaan mati di kayu salib. Cara berpikir Tuhan inilah yang harus menjadi cara berpikir orang percaya. Untuk itu, kita harus belajar dengan teliti apa yang diajarkan Tuhan Yesus dan kehidupan yang dikenakan-Nya. Jangan menjadikan Perjanjian Lama menjadi dasar pemikiran hidup Kristen kita. Perjanjian Lama harus menjadi dasar pemikiran awal saja, tetapi bukan episentrum atau pusat pusaran kebenaran. Para pembicara yang memanipulasi Alkitab, khususnya ayat-ayat dalam Perjanjian Lama, keluar dari konteksnya, tidak akan pernah menemukan kebenaran orisinal yang diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus. Mereka masih berstandar orang beragama, tidak berdiri atas kebenaran Injil yang murni.

Logika terbalik ini bisa terwujud dalam kehidupan orang percaya melalui perubahan terus-menerus, perubahan yang berkesinambungan tiada henti. Inilah yang dimaksud kata “perubahan” di dalam Roma 12:2, yang berasal dari kata metamorphoo (μεταμορφόω), kata kerjanya metamorphoo. Perubahan ini terjadi dalam pikiran (Yun. anakainosis tou noos ἀνακαίνωσις τοῦ νοός). Perubahan tersebut seperti proses perubahan metamorfosis. Jadi, kata metamorfosis pasti diambil dari bahasa Yunani. Perubahan dari telur menjadi ulat kecil, lalu menjadi ulat dewasa, kemudian jadi kepompong, sampai akhirnya menjadi kupu-kupu. Perubahan yang signifikan akan membuat seseorang mengalami penyimpangan pikiran. Penyimpangan pikiran artinya tidak seperti pikiran orang pada umumnya. Penyimpangan pikiran inilah yang dianggap sebagai kebodohan, bahkan dianggap sebagai ancaman bagi kehidupan normal.

Paulus menyebutkan di dalam 1 Korintus 1:18 dan 23, 1 Korintus 2:14 bahwa pemberitaan salib adalah kebodohan bagi dunia. Salib adalah simbol penderitaan, kesengsaraan, maka seseorang yang mengikut Tuhan Yesus pikul salib: “bodoh.” “Kenapa kamu ikut orang yang disalib? Kenapa kamu menjadi orang yang membuat dirimu sengsara?” Jadi, sampai tingkat tertentu orang yang benar-benar mengerti kebenaran Injil dan mengenakan kebenaran Injil, termasuk di dalamnya memikul salib seperti Paulus pasti dianggap gila oleh orang lain. Paulus itu dianggap gila, sama seperti Tuannya atau Majikannya, yaitu Tuhan Yesus, yang juga dianggap gila oleh orang-orang sezaman-Nya. Sebab apa yang diajarkan adalah logika terbalik. Seperti ayat yang mengatakan, “Serigala punya liang, burung punya sarang, Anak Manusia tidak punya tempat meletakkan kepala-Nya,” bukan hanya tidak wajar, tetapi bertentangan dengan naluri orang. Rata-rata orang mau menyelamatkan nyawa, tetapi ikut Tuhan Yesus malah kehilangan nyawa.

Kalau Injil yang diajarkan belum dianggap sebagai satu kebodohan dan belum dianggap sebagai ancaman bagi kehidupan normal atau wajar, itu belum kebenaran yang murni. Ajaran seperti ini menjadi ancaman bagi orang yang tidak mau diungsikan ke Kerajaan Allah untuk menjadi anggota keluarga Allah dan ancaman bagi mereka yang hanya mau menjadi orang baik-baik. Dalam hal ini pasti terjadi kompromi-kompromi di mana seseorang masih mau menikmati dunia, tujuan hidup atau telos-nya (τέλος) masih dunia. Akan tetapi kalau kita sungguh-sungguh, maka kita akan mencari kebenaran yang sesuai dengan cita rasa, naluri keilahian. Jadi, kalau pemberitaan Injil masih belum menjadi ancaman bagi kehidupan normal, berarti terjadi kompromi; dimana orang masih mau menikmati dunia dan tujuan hidupnya masih dunia. Padahal Tuhan Yesus sendiri mengatakan, “Di mana ada hartamu, di situ hatimu berada.” Memang sampai tingkat tertentu melalui proses metamorfosis (μεταμορφοῦσθε; metamorfosthe), orang percaya yang menyerahkan hidupnya bagi Tuhan dan hidup sesuai dengan Injil yang dikenakan oleh Tuhan Yesus—yaitu kehidupan yang dikenakan Tuhan Yesus—akan dianggap paranoid.

Kata ‘paranoid’ terdiri dari 2 kata, yaitu para (Παρά) yang merupakan sebuah preposisi dalam bahasa Yunani yang artinya beside dan noid (Νόια; noia), yang berarti knows, pikiran. Jadi paranoid artinya di samping pikiran atau penyimpangan pikiran. Memang dengan mendengar firman yang murni, kita akan dibawa kepada logika terbalik, akan terjadi paranoid, penyimpangan pikiran. Dalam Psikologi, kata ini memiliki konotasi yang sangat negatif, tetapi dalam kehidupan anak Tuhan justru kebalikan. Orang percaya yang benar, ketika mengenal kebenaran yang murni, maka ia akan menyadari betapa fasik dan jahatnya dunia. Kalau orang tidak mengenal kebenaran murni, dia tidak menyadari keadaan yang sesungguhnya dari dirinya dan keadaan orang di sekitarnya. Ketika Yesaya disentuh Tuhan, dia berkata, “Aku najis!” Dia baru sadar kenajisannya ketika ia membandingkan dirinya dengan kekudusan Allah. Dan dia berkata, “Aku tinggal di tengah-tengah orang yang najis bibirnya.”

Kalau kita tidak mengenal kebenaran murni, kita tidak akan menyadari bagaimana posisi kita di hadapan Tuhan. Namun orang yang mengenal kebenaran yang murni akan menyadari betapa fasik dan jahatnya dunia. Baginya, pengaruh dunia adalah ancaman bagi kemurnian iman kristiani. Reaksinya adalah mulai meninggalkan cara hidup anak-anak dunia yang tidak sesuai dengan kebenaran iman Kristen. Sikapnya terhadap dunia yang mulai resisten akan mudah sekali dilihat oleh orang-orang di sekitarnya.

Tuhan Yesus memberkati


LOGIKA TERBALIK INI BISA TERWUJUD DALAM KEHIDUPAN ORANG PERCAYA MELALUI PERUBAHAN TERUS-MENERUS, PERUBAHAN YANG BERKESINAMBUNGAN TIADA HENTI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 01 Maret 2025
2025-03-01 18:03:39

Bilangan 16-17

Card image
Bacaan Alkitab Setahun 28 Februari 2025
2025-03-01 18:01:40

Bilangan 11-15
Mazmur 60

Card image
Truth Kids 28 Februari 2025 - MENGUCAP SYUKUR
2025-02-28 20:35:04


1 Tesalonika 5:18
”Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”

Yeay, akhirnya kita berada di hari terakhir bulan ini. Tuhan sudah menjaga kita selama satu bulan ini. Bulan ini kita sudah belajar mengenai blessed boundaries (aturan atau batasan-batasan yang memberkati kita). Aturan terkadang rasanya membatasi kita bergerak bebas. Namun, dengan adanya batasan dari Tuhan, kita jadi terjaga untuk tetap berada di jalan Tuhan.

Bersyukurlah untuk setiap aturan atau batasan-batasan yang dibuat untuk diri kalian, Sobat Kids. Itu tandanya orang tua dan Tuhan menyayangi dan peduli terhadap kalian. Justru kalian harus merasa was-was jika tidak ada batasan atau aturan dalam hidup kalian atau jika kalian dibiarkan sesuka hati dan kehendak kalian.

Batasan adalah bukti kasih Tuhan agar kita tetap berada dalam jalan-Nya. Bersyukurlah untuk batas-batas itu, karena di dalamnya ada berkat yang melimpah. Jadi mulai sekarang, berterimakasihlah kepada orang tua kalian jika diberikan batasan, itu tandanya mereka sayang kepada kalian.

Card image
Truth Junior 28 Februari 2025 - BERSYUKUR
2025-02-28 20:33:10


1 Tesalonika 5:18
”Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”

Sudah sebulan ini kita belajar bersama mengenai blessed boundaries, batasan-batasan yang memberikan berkat. Sekilas, batasan-batasan yang ada tekesan memberikan kita larangan, membuat kita tidak bebas, atau tidak asyik. Namun, jika kita mau lihat lebih dalam, Tuhan memberikan batasan yang sesungguhnya bertujuan untuk menyelamatkan kita, Sobat Junior.

Batasan adalah bukti kasih Tuhan, agar kita tetap berada dalam jalan-Nya. Bersyukurlah untuk batas-batas itu, karena di dalamnya ada berkat yang melimpah. Apa yang menjadi kesulitan kalian dalam mengikuti batasan-batasan yang ditetapkan oleh Tuhan, Sobat Junior? Kalian dapat berdiskusi dengan orang tua kalian, guru Sekolah Minggu, atau mentor seiman kalian. Bicarakan dan carilah solusi untuk mengatasi kesulitan kalian tersebut. Pasti mereka akan mencoba membantu kalian untuk dapat mengatasi kesulitan tersebut. Kalau sampai kalian tidak mempunyai seorang pun untuk bertukar pendapat, berdoalah kepada Tuhan. Tuhan pasti akan memberikan kalian jalan keluar melalui hal-hal yang tidak terpikirkan oleh kita.

Tetap semangat untuk menjaga dan menjalankan batasan-batasan yang akan memberikan kalian berkat, ya, Sobat Junior! Dan ingatlah untuk selalu bersyukur atas batasan-batasan yang Tuhan berikan.

Card image
Truth Youth 28 Februari 2025 (English Version) - LOVE WITH BOUNDARIES
2025-02-28 20:36:08


"The second is this: 'Love your neighbor as yourself.' There is no commandment greater than these." (Mark 12:31)

Mark 12:31 reminds us to love our neighbor as ourselves. However, this love does not mean neglecting our own well-being or giving everything without limits. True love is wise—it builds up others and helps them grow, not enabling them to become dependent. Loving ourselves means taking care of our faith, health, and personal needs, so that we can be a blessing to others.

When we give—whether it's our time, attention, or material help—remember that our goal is to educate and empower. We can provide resources, guidance, or mentorship, but we shouldn't create dependency or do things for others that they need to learn to do for themselves.

Boundaries in love are a sign of mature love. By giving others the space to grow and take responsibility, we help them come to know God personally. Boundless love can become an obstacle, preventing others from learning to rely on God.

True love also directs others to spiritual maturity, so they can live independently in faith and responsibility. So, learn to love wisely, as it is the kind of love that truly reflects Christ’s love. With mature love, we not only become a blessing, but we also become tools God uses to build lives that grow in Him.

WHAT TO DO:
1. Learn to love wisely.
2. Always remember that love teaches.

*mBIBLE MARATHON:
▪︎ Deuteronomy 20-22

Card image
Truth Youth 28 Februari 2025 - KASIH DENGAN BATASAN
2025-02-28 20:24:59


”Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama daripada kedua hukum ini.” (Markus 12:31)

Markus 12:31 mengingatkan kita untuk mengasihi sesama seperti diri sendiri. Namun, kasih ini tidak berarti kita mengabaikan diri kita atau memberikan segalanya tanpa batas. Kasih sejati adalah kasih yang bijaksana, yang membangun dan membawa orang lain untuk bertumbuh, bukan membuat mereka bergantung. Mengasihi diri sendiri berarti menjaga iman, kesehatan, dan kebutuhan pribadi, sehingga kita mampu menjadi berkat bagi orang lain. Ketika kita memberikan sesuatu entah itu waktu, perhatian, atau bantuan materi, ingatlah kita perlu melakukannya dengan tujuan mendidik dan memandirikan. Kita dapat memberikan modal, mendidik, atau membimbing, tetapi tidak untuk membuat orang tersebut manja atau menggantungkan hidup sepenuhnya kepada kita.

Batasan dalam kasih adalah tanda kasih yang dewasa. Dengan memberikan ruang bagi orang lain untuk bertumbuh dan bertanggung jawab, maka kita membantu mereka mengenal Tuhan secara pribadi. Kasih tanpa batasan justru bisa menjadi penghalang bagi orang lain untuk belajar bersandar kepada Tuhan.

Kasih yang sejati juga mengarahkan orang kepada kedewasaan rohani, sehingga mereka mampu hidup mandiri dalam iman dan tanggung jawab. Jadi, belajarlah untuk mengasihi dengan bijaksana, karena itu adalah bentuk kasih yang benar-benar mencerminkan kasih Kristus. Dengan kasih yang dewasa, kita tidak hanya menjadi berkat, tetapi juga menjadi alat Tuhan untuk membangun kehidupan yang bertumbuh dalam-Nya.

WHAT TO DO:
1.Belajar kasih yang bijaksana
2.Selalu tanamkan dalam pikiran bahwa kasih itu mendidik

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 20-22

Card image
Renungan Pagi - 28 Februari 2025
2025-02-28 18:04:12


Ketika kita membawa persembahan kepada Tuhan, belajarlah untuk memberi yang terbaik, bukan seperti memberi kepada tukang parkir, jadi kalau tidak punya respek, lebih baik jangan memberi.

Tuhan tidak akan menderita disorga kalau kita tidak memberi, Tuhan tidak membutuhkan, tetapi kitalah yang membutuhkan Tuhan, jadi harus tahu bahwa yang membutuhkan Tuhan adalah kita, bukan Tuhan yang butuh kita.

Card image
Quote Of The Day - 28 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-28 18:02:44


Kalau seseorang benar-benar percaya Allah itu ada, memiliki kekuatan dan kekuasaan yang tidak terbatas, mestinya ia bisa teduh dan tenang menghadapi segala keadaan hidupnya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 28 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-28 18:00:14


Lawan segala sesuatu dengan kesucian, maka kita menjadi kekasih Tuhan, dan tidak ada yang bisa lawan kita.

Card image
ONLY GOD IS ABSOLUTE - 28 Februari 2025 (English Version)
2025-02-28 17:57:35


Psalm 66:18 "If I had cherished sin in my heart, the Lord would not have listened."

A question arises: Does God hear our prayers when we are in a critical situation? If, in our daily lives, we don’t feel we are facing a crisis that compels us to pray, it may seem as though our prayers are not answered, as if they are not granted. So we must bring ourselves to a critical or crisis situation, which is why we pray. And should our prayers be for something that absolutely must be granted, because it is a matter of principle. What is the principle in our lives? There is nothing more principled in our lives than pleasing God. For a pastor, pleasing God is the map that will be seen when he is in the pulpit. If he is sincere in the pulpit every day, he must be sincere every day. If one is humble on the pulpit, he must be humble every day. Every word he says is salted by the word, so in his sermon his words are also salted by the word. If we have a dialogue with the Holy Spirit every day, then when we are in the pulpit there will be a continuous dialogue.

Therefore, our sense of urgency and crisis must be directed toward matters of principle—things that must be granted and that God will surely fulfill. Do not make anything else absolute, something that must be heard, answered, or granted—except for being pleasing before God. Other prayers may be answered, granted, or even left unanswered, and that is fine. But one request must be fulfilled: "Lord, I ask that my life be pleasing to You. I want to live a holy life, blameless and pure. I only want to bring joy to Your heart. Write my name in Your heart, Lord. Give me a place before You." Nothing else should be considered more important than this, let alone urgent. Otherwise, we would be disrespectful. What is always important and urgent is pleasing God—and that must always be our critical priority. Because sin can bring us down at any moment, anytime, anywhere.

Thus, we must always live with a sense of urgency and crisis. Do not consider anything else as absolute, critical, or urgent. The only thing that is truly important and urgent is pleasing God, not sinning, living a holy life, and always being in His favor. What people think of us does not matter. We await God's judgment, and we understand that this is the mystery of life. The road ahead may be foggy, but there is no need to question it—because God is within that fog. If life were governed by speculation and chance, then God would not be wise. But the God who created life is wise; He designed life with order. He created life perfectly. The real question is: Can we live life the right way or not?

Let us follow the lives of Abraham, David, Daniel, Shadrach, Meshach, Abednego, and the Lord Jesus. Do not take as examples those around us who still live by the standards of this world. God is wise in creating life. If we sincerely live in holiness—meaning we harbor no evil intentions—then God hears our prayers and will surely help us. If we have evil intentions, even before acting on them, our prayers will not be heard. We must fear sinning. And when we do, everything else will be added to us—without a doubt! God will never put us to shame. However, if we turn non-essential matters into essentials, we may end up with nothing at all. The truth is, if we ask for one thing, it will surely be granted. And if we receive this one thing, it means we have everything. What is that one thing? God.

We ask for God to dwell in us, and for us to dwell in Him—to walk with Him and delight in Him. That is what gives us all blessings. For we cherish and need God more than the air we breathe and the blood in our veins. God is more precious than our very lives. We should not feel inferior for not having a private car or an expensive bag. Our honor does not come from those things. Walking with God—that is our honor. That is the absolute and certain thing. And if we ask for it, it will surely be granted. That is what matters most.

Looking ahead, with so many responsibilities, burdens, and needs, life may seem covered in fog. But we must say, "God is in that fog. He will hold my hand. I will step into the fog, and I will see ahead. From a distance, the fog seems impenetrable, but as I walk into it, I find that I can still see ahead—and God’s hand is there. Do not worry. Fight everything with holiness, then we become God's lovers, no one will be able to stand against us. So, do not seek after other things as if they are what guarantee our security. The only absolute thing is God.

WHAT IS ALWAYS IMPORTANT AND URGENT IS PLEASING GOD-AND THAT MUST ALWAYS BE OUR CRITICAL PRIORITY.

Card image
YANG MUTLAK ITU HANYA TUHAN - 28 Februari 2025
2025-02-28 17:54:31


Mazmur 66:18
“Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar.”

Menjadi pertanyaan, apakah Tuhan mendengar doa di saat kita mengalami kritis? Kalau hari-hari kita tidak merasa memiliki sesuatu yang kritis yang karenanya kita menaikkan doa, rasanya tidak dijawab oleh Tuhan, rasanya tidak dikabulkan. Maka kita harus membawa diri kita ke suasana kritis atau krisis, yang karenanya kita menaikkan doa, dan doa itu harus sesuatu yang tidak bisa tidak harus dikabulkan, karena hal yang prinsip. Apa kira-kira yang prinsip di dalam hidup kita? Tidak ada hal yang paling prinsip dalam hidup kita selain berkenan di hadapan Tuhan. Kalau bagi pendeta, keberkenanan di hadapan Tuhan itu petanya akan kelihatan waktu di mimbar. Kalau tiap hari tulus di mimbar, pasti tulus tiap hari. Rendah hati di mimbar, pasti rendah hati tiap hari. Setiap perkataannya itu digarami oleh firman, maka di khotbah perkataannya juga digarami oleh firman. Kalau tiap hari berdialog dengan Roh Kudus, maka ketika di mimbar ada dialog terus menerus.

Jadi, perasaan kritis dan krisis itu harus kita bawa untuk hal yang prinsip, yang harus dikabulkan dan Tuhan pasti mengabulkan. Jangan membuat sesuatu itu mutlak harus didengar, harus dijawab, harus dikabulkan kecuali hal berkenan di hadapan Tuhan. Yang lain dijawab boleh, dikabulkan boleh, tidak dikabulkan juga tidak apa-apa. Tapi yang satu ini mesti dikabulkan: "Aku minta agar hidupku berkenan kepada Tuhan, aku mau hidup suci, tak bercacat, tak bercela, aku hanya mau menyenangkan hati Tuhan. Tulis namaku di hati-Mu, Tuhan. Beri aku tempat di hadapan-Mu." Yang lain jangan kita anggap penting lebih dari ini, apalagi mendesak. Kurang ajar jadinya kita. *Yang selalu penting dan mendesak adalah menyenangkan Tuhan, dan itu harus kita jadikan hal yang selalu kritis.* Karena dosa bisa menjatuhkan kita setiap saat, kapan saja, di mana saja.

Jadi, kita selalu ada dalam suasana kritis dan krisis. Jangan menganggap sesuatu itu absolut, mutlak, penting, mendesak. Yang penting dan mendesak hanya satu: menyenangkan Tuhan, tidak berbuat dosa, hidup suci, selalu berkenan di hadapan Allah. Orang menilai kita apa, terserah. Kita menunggu pengadilan Tuhan, dan kita tahu ini adalah rahasia kehidupan. Kita tahu jalan di depan itu berkabut, tapi tidak perlu tanda tanya karena Tuhan ada di dalam kabut itu. Kalau hidup ini dijalani dengan hukum spekulasi, hukum untung-untungan, maka Tuhan itu tidak cerdas. Padahal Allah yang menciptakan hidup ini cerdas, membuat hidup dengan tatanan. Tuhan menciptakan hidup itu sempurna. Masalahnya, kita bisa menjalani hidup dengan benar atau tidak?

Mari ikuti hidupnya Abraham, Daud, Daniel, Sadrakh, Mesakh, Abednego, dan Tuhan Yesus. Jangan mencontoh tetangga yang masih hidup dalam kewajaran anak dunia. Tuhan itu cakap menciptakan hidup. Dengan kesungguhan kita hidup dalam kesucian, artinya tidak ada niat jahat, maka Tuhan mendengar doa kita, dan Tuhan pasti menolong. Belum dilakukan, niat jahat saja doanya tidak didengar. Kita harus takut untuk berbuat dosa. Maka semua ditambahkan kepada kita. Pasti! Tuhan tidak akan mempermalukan kita. Tapi kalau yang tidak prinsip dijadikan prinsip, akhirnya malah kita tidak dapat apa-apa. Sebab pada dasarnya, kalau kita minta satu ini pasti dikabulkan. Dan kalau sudah dapat yang satu ini, berarti kita punya semuanya. Apa itu? Tuhan.

Kita minta Tuhan tinggal dalam kita, dan kita tinggal di dalam Dia, berjalan bersama Tuhan, menikmati Tuhan, itu yang membuat kita memiliki semua berkat. Sebab Tuhan kita hayati dan kita butuhkan lebih dari napas dan darah di tubuh kita. Tuhan lebih berharga dari nyawa kita. Kita tidak usah minder karena tidak naik mobil pribadi, atau tidak pakai tas mahal. Kehormatan kita bukan di situ. Berjalan bersama dengan Tuhan, itulah kehormatan kita. Itu adalah hal yang mutlak dan pasti. Dan kalau kita minta, pasti dikabulkan. Itu dulu yang penting.

Kalau kita melihat ke depan, dengan begitu banyak tanggung jawab, beban, dan begitu banyak kebutuhan, rasanya hidup berkabut. Tapi kita harus berkata, "Ada Tuhan di kabut itu. Dia akan pegang tanganku. Aku masuki kabut itu. Ternyata aku bisa melihat di depan. Kalau dari jauh kabut, tapi masuk kabut itu ternyata aku masih bisa lihat di depan, dan ada tangan Tuhan di sana.” Jangan khawatir. Lawan segala sesuatu dengan kesucian, maka kita menjadi kekasih Tuhan, dan tidak ada yang bisa lawan kita. Jadi, jangan kita mencari yang lain, seakan-akan kalau itu tidak terpenuhi, maka tidak aman, tidak terjamin. Yang mutlak itu hanya Tuhan.

Teriring salam dan doa,
Dr. Erastus Sabdono

YANG SELALU PENTING DAN MENDESAK ADALAH MENYENANGKAN TUHAN, DAN ITU HARUS KITA JADIKAN HAL YANG SELALU KRITIS.

Card image
Truth Kids 27 Februari 2025 - BANTAL PENJAGA
2025-02-27 20:21:17


Yesaya 26: ”Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.”

Sobat Kids, apakah kalian pernah melihat ranjang bayi? Biasanya di sekeliling ranjang bayi dipasangi bantalan. Bantalan itu akan menjagai bagian dalam ranjang, sehingga saat bayi mulai belajar bergerak, ia tidak terantuk pinggir ranjang yang keras. Bantal penjaga itu untuk melindungi kepala bayi agar tidak benjol, maupun anggota tubuh lainnya supaya tidak memar. Tuhan juga memberikan bantal penjaga bagi kita, Sobat Kids. Tuhan memberikan batasan-batasan dalam hidup ini agar kita tidak "benjol." Saat kita belajar berjalan dalam firman Tuhan, terkadang kita terjatuh dalam dosa. Bantal penjaga kita bisa berupa orang tua, guru, kakak Sekolah Minggu, atau bahkan teman-teman. Mereka akan mengingatkan kita jika kita mulai melenceng dari jalan Tuhan. Tuhan begitu sayang kepada kita, sehingga Ia memberikan orang-orang yang mengasihi kita untuk menjaga hati kita tetap teguh. Yuk, tetap dalam batasan Tuhan, maka kita tidak akan "benjol."

Card image
Truth Junior 27 Februari 2025 - KEBAKARAN HUTAN
2025-02-27 20:19:47


Yesaya 26:3
”Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.”

Saat musim kering atau kemarau yang panjang, biasanya banyak terjadi kebakaran hutan. Kebakaran hutan dapat terjadi karena faktor alam dan faktor manusia. Salah satu cara tradisional untuk mengatasi kebakaran hutan yang belum begitu besar adalah dengan membuat batasan, biasanya berbentuk lingkaran. Penduduk setempat yang di tinggal di dekat hutan akan membuat batasan seperti galian tanah dengan bentuk lingkaran. Tujuannya api yang membakar hutan tersebut tidak akan merambat ke daerah lain di luar dari batasan tersebut, sehingga daerah di luar lingkaran akan aman dari si jago merah.

Sobat Junior, dalam kehidupan rohani, kita juga memiliki batasan seperti kondisi kebakaran hutan tersebut. Jika kita ada dalam lingkaran kebakaran tersebut, kita akan habis terbakar. Sama, jika kita ada di dalam lingkaran api dosa, kita akan habis terbakar. Ada batasan dimana kita harus berada di luar lingkaran api dosa, Sobat Junior. Ketika kita hidup dalam batasan yang Tuhan tetapkan, kita akan merasakan damai sejahtera. Tinggal di dalam rencana-Nya adalah tempat yang paling aman bagi kita.

Card image
Truth Youth 27 Februari 2025 (English Version) - IN CHRIST
2025-02-27 20:16:29


"For you died, and your life is now hidden with Christ in God." (Colossians 3:3)

Colossians 3:3 teaches that our life is hidden with Christ in God. However, we often find ourselves trapped in living according to the standards of others. We feel the need to meet their expectations, losing sight of the true identity that God desires for us. Sometimes, we treat others as “trophies” to be won, thinking that proving our worth is what matters most. As a result, we stray from the path that God has set for us. God doesn’t call us to live under the pressure of proving ourselves to the world. Instead, He invites us to live according to His calling, guided by His love and truth.

Listening to feedback and criticism is important, but we must be wise in discerning what builds our faith and what leads us away from God’s will. Remember, our standard is not what others think, but what God’s Word says. When we realize that our life is hidden in Christ, we are freed from the chains of worldly expectations. We no longer live to please people, but to please God. This is where we find our true identity—as children of God, loved by Him, and living only for His glory.

Live confidently in Christ, making Him the ultimate goal of your life. In Him, we don’t need to prove anything to the world because we are already priceless in His eyes.

WHAT TO DO:
1. Don’t live by the standards of others.
2. Commit your identity to God in prayer.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Deuteronomy 16-19

Card image
Truth Youth 27 Februari 2025 - TERSEMBUNYI DALAM KRISTUS
2025-02-27 20:12:40


”Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.” (Kolose 3:3)

Kolose 3:3 mengajarkan bahwa hidup kita tersembunyi bersama Kristus di dalam Allah. Namun, sering kali kita terjebak dalam hidup berdasarkan standar orang lain. Kita merasa harus memenuhi ekspektasi mereka, sehingga kehilangan jati diri sejati yang dikehendaki Tuhan. Bahkan, kita sering memperlakukan orang lain seolah-olah mereka adalah “trophy” yang harus diraih untuk membuktikan nilai diri kita. Akibatnya, kita terhilang dari jalur yang Tuhan tetapkan. Tuhan tidak memanggil kita untuk hidup dalam tekanan membuktikan diri kepada dunia. Sebaliknya, Dia mengundang kita untuk hidup sesuai panggilan-Nya, dengan standar kasih dan kebenaran-Nya.

Mendengarkan masukan dan kritik memang penting, tetapi kita perlu bijaksana dalam memilah mana yang membangun iman dan mana yang menjauhkan kita dari kehendak Tuhan. Ingatlah, standar kita bukanlah apa yang orang lain pikirkan, melainkan apa yang Tuhan firmankan. Ketika kita menyadari bahwa hidup kita tersembunyi dalam Kristus, maka kita akan bebas dari belenggu ekspektasi dunia. Kita tidak lagi hidup untuk menyenangkan manusia, tetapi untuk menyenangkan Tuhan. Dengan begitu, kita menemukan jati diri sejati kita yaitu anak-anak Allah yang dikasihi-Nya, yang hidup hanya untuk kemuliaan-Nya.

Hiduplah dengan percaya diri dalam Kristus, dan jadikan Dia satu-satunya tujuan hidup kita. Di dalam-Nya, kita tidak perlu membuktikan apa pun kepada dunia, karena kita sudah berharga di mata-Nya.

WHAT TO DO:
1.Jangan hidup dari standar orang lain
2.Perkarakan jati dirimu kepada Tuhan dalam doa

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 16-19

Card image
Renungan Pagi - 27 Februari 2025
2025-02-27 20:10:56


Tuhan akan mengangkat kita, bukan hanya pada waktu jatuh, tapi waktu difitnah orang, waktu direndahkan orang, ketika merasa gagal dan ketika merasa tidak mampu.

Ketika kita dihujat orang, tidak perlu membela diri atau berkecil hati, tetapi naikkanlah pujian dan syukur bagi Tuhan, karena Dia yang akan mengangkat dan Dia yang akan membela.

Alkitab berkata, "Orang yang merendahkan diri akan ditinggikan oleh Tuhan tetapi orang yang meninggikan diri akan direndahkan oleh Tuhan.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 Februari 2025
2025-02-27 19:03:09

Bilangan 8-10

Card image
Quote Of The Day - 27 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-27 19:01:46


Memercayai Allah berarti menghentikan semua keinginan diri sendiri, cita-cita dari diri sendiri yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-27 19:00:31


Jangan salah memetakan waktu. Biasanya, orang yang tidak memetakan waktu hidupnya pasti sembarangan.

Card image
THE COLOR OF GOD’S CHILDREN - 27 Februari 2025 (English Version)
2025-02-27 18:59:02


Romans 12:2 "Do not be conformed to this world, but be transformed by the renewing of your mind, so that you may discern what is God's will: what is good, what is pleasing to God and what is perfect."

How do we declare a war cry against the powers of darkness? First, don't commit any more sins. Second, stop desiring happiness in the world anymore. And thirdly, let's save souls. We diligently go to church, become church activists, even become pastors, but if we become the same color as the world, then Satan is not afraid! So we have to appear with different colors. Meanwhile, what the power of darkness does is color humans to become their brides. Romans 12:2 says, “Do not be conformed to this world,” meaning we must be conformed to Jesus, the color of the Son of God, the color of the Person who is not of this world. This is the color of the Son of God, the color of life in those whom Jesus declared as not of this world. With different colors, it means we are calling out a war cry.

While many people are colored by the world, and they feel comfortable with that color, because they feel they are not breaking the law, so they are good people, and still go to church. Some may even take part in ministry, let alone become pastors. But in the eyes of God, the color of the world is terrible. Our color must be the color of the Son of God, and that judgment must come from God. This is a threat to the power of darkness because it will influence and salt the world. While Satan also tries to color as many people as possible and drag them into eternal fire.

Let's start from ourselves. We must have the color of the Son of God. The Holy Spirit will help us so that we are truly the same color as Jesus, similar to Jesus. Meanwhile, the power of darkness will try to color humans. So the word of God reminds us, "Come out of her, my people ..." When? Right now. While we continue to struggle to separate ourselves from the world, we will also pull as many people as possible out of the mire of the world. How beautiful the day of life is, where we are not bound by sickness, or by something that can hinder our spiritual growth. Imagine being in prison or in a hospital, where we have no opportunity to build ourselves up. If right now we can go to church, we can pray in the morning, let's map out the time for that.

Do not mismap your time. People who fail to map out their time properly often live carelessly. Because their time leaks away on unnecessary things. Plan your time wisely so you do not get swept away by the world. We are grateful, we have a worship schedule, and we can also have a personal prayer time. Make use of these, especially if we can dedicate personal prayer time just as our Lord Jesus Christ did when He was in the flesh. Make use of these, especially if we can dedicate personal prayer time just as our Lord Jesus Christ did when He was in the flesh. Map your time and make our lives beautiful, because we have opportunities to be alone with God. It is impossible for us not to hear God's voice, it is impossible. We will get brilliant ideas. Surely God gives us wisdom, a heart that fears God, a heart that honors Him, and the beautiful thing is a heart that loves God. Do not wait until you "have more time" to seek God, because time is something we create, design, and map out ourselves.

Therefore, in our daily lives, we should not create any space for dialogue with the world. Even in our thoughts about something, we should not drift or sink. This applies to all of us. For example, thinking about our children's school fees, we must think about it and find a way out. But, don't grip it until we are stressed. After thinking about it, we say, "God, open the way. What should I do?" That's it. Don't grip our minds with life's problems, especially if it interferes with our relationship with God.

Let’s make this a way of life, until meeting God becomes the rhythm of life. We should cultivate the Kingdom of Heaven as our habitat which we present in our lives. Do not bring the habitat of the world into our lives with spectacles and wrong habits of life. Instead, build and create a habitat for the Kingdom of God in our lives. The Word of God says, "Go," does not mean we isolate ourselves in a place where we are not met by people. "Go" means we are not tied to all the pleasures of the world, even though we live in the midst of this world.

"DO NOT BE CONFORMED TO THIS WORLD", MEANS WE MUST BE SIMILAR TO JESUS, THE COLOR OF THE SON OF GOD, THE COLOR OF THE PERSON OF GOD WHO IS NOT OF THIS WORLD.

Card image
WARNA ANAK ALLAH - 27 Februari 2025
2025-02-27 18:24:44


Roma 12:2
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”

Bagaimana kita menyerukan pekik perang terhadap kuasa kegelapan? Pertama, jangan lakukan dosa lagi. Kedua, jangan ingini kebahagiaan di dunia lagi. Dan yang ketiga, ayo kita selamatkan jiwa. Kita rajin ke gereja, jadi aktivis gereja, bahkan jadi pendeta, tapi kalau kita menjadi sewarna dengan dunia, maka setan tidak takut! Maka kita harus tampil dengan warna beda. Sementara yang dilakukan oleh kuasa kegelapan adalah mewarnai manusia supaya menjadi mempelainya. Roma 12:2 mengatakan, “Jangan serupa dengan dunia ini,” artinya kita harus serupa dengan Yesus, warna Anak Allah, warna Pribadi yang bukan berasal dari dunia ini. Itu adalah dari Anak Allah, warna kehidupan dari orang-orang yang dikatakan Tuhan Yesus adalah bukan dari dunia ini. Dengan warna yang berbeda, artinya kita menyerukan pekik perang.

Sementara banyak orang berwarna dunia, dan mereka merasa nyaman dengan warna itu, karena merasa tidak melanggar hukum, jadi orang baik-baik, dan masih ke gereja. Bahkan mungkin masih mengambil bagian dalam kegiatan pelayanan, apalagi menjadi pendeta. Tetapi di mata Tuhan, warna dunia itu mengerikan. Warna kita harus warna Anak Allah, dan penilaian itu harus dari Tuhan. Ini menjadi ancaman kuasa kegelapan sebab ini akan mempengaruhi dan menggarami dunia. Sementara Iblis juga berusaha mewarnai manusia sebanyak mungkin dan menyeretnya ke dalam api kekal.

Mari kita mulai dari diri kita sendiri. Kita harus memiliki warna Anak Allah. Roh Kudus akan menolong kita agar kita benar-benar sewarna dengan Yesus, serupa dengan Yesus. Sementara, kuasa kegelapan akan berusaha mewarnai manusia. Maka firman Tuhan ingatkan, “Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya ...” Kapan? Sekarang ini. Sementara kita terus berjuang untuk memisahkan diri dari dunia, kita juga akan menarik sebanyak mungkin orang keluar dari kubangan dunia. Betapa indahnya hari hidup, di mana tidak terikat oleh sakit penyakit, atau oleh sesuatu yang bisa menghambat pertumbuhan rohani kita. Bayangkan kita di penjara atau di rumah sakit, di mana kita tidak punya kesempatan untuk membangun diri. Kalau saat ini kita bisa ke gereja, bisa doa pagi, ayo petakan waktu untuk itu.

Jangan salah memetakan waktu. Biasanya, orang yang tidak memetakan waktu hidupnya pasti sembarangan. Sebab waktunya bocor untuk hal yang tidak perlu dilakukan. Petakan waktu supaya kita tidak hanyut oleh dunia ini. Kita bersyukur, kita memiliki jadwal ibadah, dan kita bisa juga memiliki jam doa pribadi. Lakukan itu, apalagi kalau kita bisa punya waktu doa pribadi seperti Yang Mulia Tuhan kita Yesus Kristus lakukan waktu masih mengenakan tubuh daging. Petakan waktu dan jadikan hidup kita indah, karena kita memiliki peluang-peluang untuk menyendiri dengan Tuhan. Tidak mungkin kita tidak mendengar suara Tuhan, tidak mungkin. Kita akan mendapatkan ide-ide yang cemerlang. Pasti Tuhan memberi kita hikmat-hikmat, hati yang takut akan Allah, hati yang menghormati Dia, dan yang indah, hati yang mencintai Tuhan. Jangan menunggu punya banyak waktu baru kita mencari Tuhan. Sebab waktu itu kita yang ciptakan, kita yang desain, kita yang petakan.

Makanya, dalam kehidupan setiap hari tidak boleh ada ruangan yang kita buat untuk berdialog dengan dunia. Kita memikirkan sesuatu saja, tidak boleh sampai hanyut atau tenggelam. Ini berlaku bagi semua kita. Misalnya, memikirkan uang sekolah anak, harus dipikirkan dan cari jalan keluarnya. Tapi, jangan mencengkeram sampai stres. Sudah dipikirkan lalu berkata, "Tuhan, bukalah jalan. Apa yang harus kulakukan?" Sudah. Jangan mencengkeram pikiran kita dengan masalah hidup, apalagi jika sampai mengganggu hubungan kita dengan Tuhan.

Ayo kita lakukan ini, sampai bertemu dengan Tuhan menjadi irama hidup. Kita punya habitat Kerajaan Surga, yang kita hadirkan dalam hidup kita. Jangan membawa habitat dunia di dalam hidup kita dengan tontonan dan kebiasaan-kebiasaan hidup yang salah. Tapi bangunlah, ciptakan habitat Kerajaan Allah di dalam hidup kita. Firman Tuhan mengatakan, “Pergilah,” bukan berarti kita menyepi di tempat di mana kita tidak dijumpai orang. “Pergilah” berarti kita tidak terikat dengan segala kesenangan dunia, walaupun kita hidup di tengah-tengah dunia ini.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

“JANGAN SERUPA DENGAN DUNIA INI,” ARTINYA KITA HARUS SERUPA DENGAN YESUS, WARNA ANAK ALLAH, WARNA PRIBADI ALLAH YANG BUKAN BERASAL DARI DUNIA INI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 Februari 2024
2025-02-27 18:18:12

Bilangan 8-10

Card image
Truth Youth 26 Februari 2025 - LUPAKAN, KEJAR, MENANG
2025-02-26 18:25:43


”Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” (Filipi 3:13-14)

Filipi 3:13-14 mengingatkan kita untuk meninggalkan masa lalu dan fokus mengejar tujuan surgawi dalam Kristus. Ini menjadi dorongan bagi kita yang sedang berjuang mengubah rutinitas hidup. Misalnya, saat berdoa terasa berat, kita perlu memaksa diri untuk berkomitmen meski awalnya terasa seperti kewajiban. Proses ini lambat laun menjadi kebutuhan.

Begitu juga dengan overthinking. Mengubah pola pikir dari negatif menjadi positif adalah perjuangan, namun dengan belajar menyerahkan kekhawatiran kepada Tuhan, maka kita bisa menikmati kedamaian. Mengonsumsi lebih banyak hal rohani, seperti membaca firman, mendengarkan lagu pujian, atau berdoa yang dapat menguatkan iman dan memperbarui cara pandang kita.

Perubahan ini bukan hanya berdampak pada diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain. Ketika hati kita diubahkan, kasih Kristus mengalir dalam setiap tindakan kita. Kita berhenti bersikap oportunis atau hanya mencari keuntungan pribadi. Sebaliknya, kita mulai memperhatikan kebutuhan sesama dengan tulus.

Dengan melupakan yang di belakang dan mengejar yang di depan, berarti kita bergerak menuju panggilan Tuhan yang mulia. Perjalanan ini tidak mudah, tetapi setiap langkah akan membawa kita lebih dekat kepada-Nya, sekaligus memampukan kita untuk mengasihi dengan benar.

WHAT TO DO:
1.Menetapkan fokus
2.Mengubah rutinitas menjadi positif

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 12-15

Card image
Renungan Pagi - 26 Februari 2025
2025-02-26 18:21:21


Hari-hari ini fitnah sudah menjadi hal yang biasa, bahkan yang lebih parah, fitnah dijadikan strategi untuk kemajuan, ada orang karena ingin maju, rela memfitnah orang lain.

Bagi kita jangan sampai memfitnah siapapun, sebab memfitnah adalah kejahatan dihadapan Tuhan dan pemfitnah tidak ada tempat dalam kerajaan sorga.

Kita boleh saja aktif dalam pelayanan, tetapi kalau dalam hidup keseharian melakukan fitnah dan jangan biarkan hidup kita dipakai setan untuk mendatangkan perpecahan bagi banyak orang.

Card image
Quote Of The Day - 26 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-26 18:15:07


Iman percaya kita harus memiliki isi, yaitu ketaatan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 26 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-26 18:13:00


Lebih dari segala sesuatu yang dapat kita peroleh dalam hidup ini adalah menemukan Tuhan dan dalam hubungan yang benar dengan Tuhan.

Card image
NOW! - 26 Februari 2025 (English Version)
2025-02-26 18:08:41


Revelation 18:4-5
"Then I heard another voice from heaven say: 'Come out of her, my people, so that you will not share in her sins, so that you will not receive any of her plagues. For her sins are piled up to heaven, and God has remembered her crimes.'"

Believe what the Word of God says—that more than anything we can attain in this life, the most important thing is to find God and have a right relationship with Him. Before we lose the opportunity to find God and walk in a true relationship with Him, this truth must deeply stir our souls. Because one day, when we realize that all we need is God, we cannot pretend to be close to Him. We must already be close and intimate with Him while we are still living on this earth, throughout our days, until we take our last breath. Right now, the world is entering a time of sifting and separation. The wicked will continue in their wickedness, while the holy will be sanctified. The world will experience a division—evil will reach its fullness, but so will holiness.

So, we cannot be in neutral territory. We must have integrity or we must have positioning. What we read here is a picture of the end of the world. One day, this world will become a lake of fire (Greek. limne to puros), and those who do not fear God and live in sin will be in this lake of fire. But those who are worthy to be the people of God, who are worthy to be the bride of the Lord Jesus, will be caught up to the new heaven and the new earth. Notice what it says in this word, “Come out of her, my people, that you may not share in her sins and that you may not receive of her plagues.”

Don't let ourselves fall into the trap of this world, let alone be unable to free ourselves. Don't think that one day, we will be serious and able to escape from the shackles of the world. It is like someone suffering from a chronic illness—if it had been diagnosed 20 years earlier, it could have been treated. But now, it is beyond saving because the heart has already hardened. This is the point of no return. Remember, Judas was warned by the Lord once, twice, three times—until the final moment. The Bible records that Satan whispered to Judas, and Judas could hear him. It was not the Holy Spirit whispering—it was Satan. Judas had become deaf to the voice of the Holy Spirit, and he was lost. Even though Judas knew he was wrong, he could no longer repent.

So, “Go, my people, go…” When is that? Now. Don’t think that there will be a time later when we can be serious; —“One day I will repent, go to church, pray every morning, live a holy life, and even serve God. But later.” The devil will always try to make us delay what we should be doing now. Do not assume that the decision you make later will be the same as the decision you make today. It will not be the same. That is why the Word of God says, “If you hear the voice of the LORD today, repent.” We must have the courage to separate ourselves from the world. Let us not be swept away by anything or anyone in this world. Instead, let us be carried away in the Lord.

Satan also targets us to keep us from being immersed in God. Sometimes, even busyness in ministry can make us forget to be truly connected with God. This is difficult and challenging. That is why we need to map out our time each day—what we must do daily. We must be intentional about this. Do not take it lightly or underestimate it. Plan your day, what you must do daily, even hour by hour. Do not let your eyes see things that are not appropriate. Do not let your ears hear things that are not appropriate. Do not engage in conversations with people who do not bless you—unless your intention is to be a blessing to them. Even in hobbies or pleasures, do not entertain anything that God does not delight in.

Paul says in 1 Corinthians 6:12, “Everything is permissible for me, but not everything is beneficial. Everything is permissible for me, but I will not be mastered by anything.” It may be allowed, but if it does not benefit our spiritual growth, then avoid it. It may not break the law, but if it becomes a bondage, then it is still a no. Because we should only be bound to God. If we do not start breaking free from worldly attachments now, then at some point, we will no longer be able to escape from them. Do not assume that your spiritual state in the future will be the same as it is today. Right now, there is still a chance to break free—there is still a desire to go to church, to pray. But one day, if we become spiritually frozen—if our spiritual life hardens like cirrhosis of the liver—then we will no longer have the desire to seek God. We will no longer have the strength to lift our heads to look at Him. And it was designed by Satan. Come on, immediately separate ourselves from this world.

WE MUST BE CLOSE AND INTIMATE WITH GOD WHILE WE ARE STILL LIVING ON THIS EARTH, THROUGHOUT OUR DAYS, UNTIL WE TAKE OUR LAST BREATH.

Card image
SEKARANG - 26 Februari 2025
2025-02-26 18:06:20


Wahyu 18:4-5
“Lalu aku mendengar suara lain dari surga berkata: "Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka- malapetakanya. Sebab dosa-dosanya telah bertimbun-timbun sampai ke langit, dan Allah telah mengingat segala kejahatannya.”

Percayalah apa yang dikatakan firman Tuhan, bahwa lebih dari segala sesuatu yang dapat kita peroleh dalam hidup ini adalah menemukan Tuhan dan dalam hubungan yang benar dengan Tuhan. Maka sebelum kita kehilangan kesempatan untuk menemukan Tuhan dalam hubungan yang benar dengan Dia, hal ini harus benar-benar menggetarkan jiwa kita. Sebab ketika suatu saat nanti ternyata yang kita butuhkan hanya Tuhan, kita tidak bisa sok akrab, sok dekat dengan Tuhan. Kita harus akrab dan dekat sejak kita hidup di bumi dan menjalani hari-hari hidup kita, sampai kita menutup mata. Dan saat ini dunia sedang masuk dalam masa penampian dan pemisahan. Di mana orang fasik akan berlaku fasik, tapi orang kudus akan dikuduskan. Dunia akan mengalami pemisahan. Kejahatan akan dimatangkan, tapi kesucian juga akan dimatangkan.

Jadi, kita tidak bisa ada di daerah netral. Kita harus memiliki integritas atau kita harus memiliki posisi (Ingg. positioning). Apa yang kita baca ini adalah gambaran dari akhir dunia. Suatu hari nanti, dunia ini akan menjadi lautan api (Yun. limne to puros), dan orang-orang yang tidak takut akan Allah yang hidup dalam dosa akan ada di lautan api ini. Tetapi orang-orang yang layak menjadi umat Allah, yang layak menjadi mempelai Tuhan Yesus, akan diangkat ke langit baru dan bumi baru. Perhatikan apa yang dikatakan di dalam firman ini, “Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya.”

Jangan sampai kita membiarkan diri masuk dalam perangkap dunia ini, apalagi sampai tidak dapat melepaskan diri. Jangan berpikir bahwa suatu hari nanti, kita akan sungguh-sungguh dan bisa terlepas dari belenggu dunia. Ibarat orang yang sakit kronis, seandainya 20 tahun yang lalu keadaan penyakit sudah diketahui, maka masih bisa diselamatkan. Tapi sekarang sudah tidak bisa diselamatkan, karena hatinya sudah mengeras. Ini sama dengan titik tidak balik, point of no return. Ingat, Yudas diperingatkan Tuhan sekali, dua kali, tiga kali, dan terakhir. Alkitab mencatat bahwa Iblis berbisik kepada Yudas, sampai dia bisa mendengar. Iblis berbisik, bukan Roh Kudus yang berbisik. Dia sudah tuli terhadap suara Roh Kudus, dan Yudas terhilang. Walaupun Yudas tahu dirinya salah, tapi tidak bisa bertobat.

Jadi, “Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah ...” Kapan itu? Sekarang. Jangan berpikir kalau nanti ada waktu di mana kita bisa sungguh-sungguh; “Nanti aku mau bertobat, ke gereja, berdoa tiap pagi, hidup suci, kalau bisa bahkan melayani Tuhan, nanti.” Setan akan berusaha membuat kita menunda apa yang kita harus lakukan sekarang. Jangan berpikir keputusan nanti sama dengan keputusan hari ini. Tidak akan sama. Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan, "Jika engkau mendengar suara TUHAN hari ini, bertobatlah kamu.” Maka kita harus berani memisahkan diri dari dunia. Jangan kita hanyut oleh siapa pun dan apa pun dari dunia ini. Tetapi marilah kita hanyut di dalam Tuhan.

Setan juga menarget supaya kita tidak hanyut dengan Tuhan. Bisa saja dengan kesibukan pelayanan sehingga kita lupa hanyut dengan Tuhan. Ini memang berat dan sulit. Maka kita harus memetakan waktu kita setiap hari, apa yang harus kita lakukan setiap hari. Tidak boleh tidak, kita harus memetakan. Dan jangan anggap ini hal ringan, jangan remehkan. Petakan hari kita, apa yang kita harus lakukan hari lepas hari, bahkan dari jam ke jam. Jangan beri kesempatan mata kita melihat apa yang tidak patut, dan jangan biarkan telinga kita mendengar apa yang tidak patut. Jangan berdialog dengan orang yang tidak membuat kita terberkati, kecuali kita mau memberkati orang itu. Bahkan jangan punya hobi atau kesenangan apa pun yang Tuhan tidak ikut menikmatinya.

Paulus mengatakan dalam 1 Korintus 6:12, “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi tidak semua berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba.” Boleh, tapi jika tidak berguna untuk pertumbuhan iman kita, jangan. Sepertinya tidak melanggar hukum, tetapi kalau menjadi ikatan, juga jangan. Sebab kita harus terikat dengan Tuhan. Kalau kita tidak mulai sekarang melarikan diri dari ikatan-ikatan dunia, maka sampai titik tertentu kita tidak akan bisa keluar dari kubangan itu. Jangan kita ukur keadaan kita nanti seperti keadaan sekarang. Sebab keadaan kita sekarang, masih ada kemungkinan untuk keluar, masih ada hasrat ke gereja, hasrat berdoa. Tapi suatu saat, kalau kita menjadi beku, kehidupan rohani kita mengalami serosis, maka kita tidak akan punya kerinduan mencari Tuhan. Kita tidak sanggup mengangkat kepala memandang Tuhan. Dan itu memang dirancang oleh Iblis. Ayo, segera pisahkan diri kita dari dunia ini.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS AKRAB DAN DEKAT DENGAN TUHAN SEJAK KITA HIDUP DI BUMI DAN MENJALANI HARI-HARI HIDUP KITA, SAMPAI KITA MENUTUP MATA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 Februari 2025
2025-02-26 18:01:29

Bilangan 7

Card image
Truth Kids 25 Februari 2025 - DONGENG VS ALKITAB
2025-02-25 18:18:45


2 Timotius 4:3-4
”Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.”

Indonesia memiliki kebudayaan yang bermacam-macam, sesuai dengan asal daerahnya. Salah satu kebudayaan yang dimiliki masing-masing daerah adalah dongeng. Dongeng adalah cerita karangan manusia, tidak benar-benar terjadi. Biasanya dongeng ingin mengajarkan kebaikan bagi anak-anak. Sebut saja dongeng "Si Kancil Pencuri Ketimun" dan "Malin Kundang." Kalau Sobat Kids tidak tahu kisah dongeng tersebut, kalian bisa meminta orang tua untuk menceritakannya, ya.

Sebagai anak-anak Allah, kita memiliki Alkitab yang penuh dengan cerita. Berbeda dengan dongeng, semua cerita yang ada di Alkitab adalah peristiwa yang benar-benar terjadi. Kisah di Perjanjian Lama sudah lama terjadi dan ada bukti sejarahnya. Firman Tuhan yang ada di dalam Alkitab mengajarkan kita kebenaran yang sesungguhnya. Jangan terpengaruh dengan berita atau cerita yang tidak benar mengenai Tuhan. Kembalilah kepada ajaran yang ada di dalam Alkitab. Sobat Kids bisa berdoa terlebih dahulu agar dapat mengerti kebenaran yang ada di dalam Alkitab.

Card image
Truth Junior 25 Februari 2025 - BENAR-BENAR BENAR
2025-02-25 18:14:50


2 Timotius 4:3-4
”Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.”

Sobat Junior, kalian lahir di zaman teknologi yang sudah maju. Banyak sekali pilihan media sosial yang ditawarkan oleh dunia, baik secara audio maupun audio visual. Begitu banyak informasi yang kalian dapatkan di dunia maya. Dalam hitungan detik, kita bisa mendapatkan informasi yang kita cari.

Dengan kemajuan zaman dan kemudahan informasi di sosial media, sebenarnya kalian dihadapkan pada tantangan yang luar biasa hebat, Sobat Junior. Kalian bisa mendengarkan dan melihat yang kalian mau. Jika ada yang kurang ataupun tidak menarik untuk kalian, tinggal gerakkan jari kalian untuk menggesernya dari layar gawai kalian.

Tuhan mengingatkan kita untuk berhati-hati terhadap ajaran yang salah. Firman-Nya adalah batas yang memandu kita untuk tetap berada dalam kebenaran. Kalau di smartphone kita dapat memilih tayangan yang menarik, tetapi di Alkitab kita tidak dapat memilih ayat yang menarik atau memberi berkat bagi kita saja. Kita harus mengikuti semua perintah Tuhan yang ada di dalam Alkitab. Jangan hanya mencari pengajaran yang enak di telinga kita, yang memuaskan keinginan telinga kita, tetapi carilah kebenaran firman Tuhan yang benar-benar benar.

Card image
Truth Youth 25 Februari 2025 (English Version) - LOVED FIRST
2025-02-25 18:10:43


"We love because He first loved us." (1 John 4:19)

Today's reading comes from 1 John 4:19: "We love because He first loved us." This verse reminds us that love is not something we invented ourselves, but it comes from God. Because He loved us first, we are invited to share that love with others, especially with our friends, family, and those in need of support.

When we realize that we are loved unconditionally, we can learn to appreciate both ourselves and others more sincerely. Sometimes, we may feel undeserving of love because of our mistakes or weaknesses. Yet, God still accepts us as we are. He invites us to rise from our failures, improve ourselves, and continue walking in His love.

God's love not only makes us feel accepted, but it also encourages us to become more sensitive to the needs of those around us. For example, we can start with small actions, like listening to a friend’s struggles, offering encouragement, or helping those who are going through a tough time. These simple actions reflect God's great love.

Sometimes, we might think that we’re not ready to love others because we’re still dealing with our own issues. However, love truly grows when we give it. Believe that God will help and guide us to love sincerely. Through God’s love, we can build strong relationships, forgive, and accept one another, just as God has accepted us.

When we understand how real God’s love is, we no longer feel alone. His love empowers us to keep moving forward, face the future with courage, and be a blessing to others who are in need of hope in difficult times.

WHAT TO DO:
1. Invite a friend to talk and listen to their struggles sincerely.
2. Take time to pray for those who are going through tough times.
3. Offer simple help to those around you who need it.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Deuteronomy 9-11

Card image
Truth Youth 25 Februari 2025 - LOVED FIRST
2025-02-25 18:08:25


”Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.” (1 Yohanes 4:19)

Bacaan kita hari ini diambil dari 1 Yohanes 4:19: “Kita mengasihi karena Allah lebih dulu mengasihi kita.” Ayat ini mengingatkan bahwa kasih bukanlah ide yang kita ciptakan sendiri, tapi berasal dari Allah. Karena Dia terlebih dahulu mengasihi kita, kita pun diajak untuk membagikan kasih itu kepada orang lain, terutama teman-teman, keluarga, dan orang-orang yang membutuhkan dukungan.

Saat kita sadar bahwa kita dikasihi tanpa syarat, maka kita bisa belajar menghargai diri sendiri dan orang lain dengan lebih tulus. Kadang, kita merasa tidak pantas mendapat kasih karena kesalahan atau kelemahan kita. Namun, Allah tetap menerima kita apa adanya. Dia mengundang kita untuk bangkit dari kegagalan, memperbaiki diri, dan terus berjalan dalam kasih.

Kasih Allah tidak hanya membuat kita merasa diterima, tetapi juga mendorong kita agar lebih peka terhadap kebutuhan orang di sekitar kita. Misalnya, kita bisa mulai dengan hal-hal kecil seperti mendengarkan curhat teman, memberikan semangat, atau membantu mereka yang sedang kesulitan. Tindakan-tindakan sederhana itu menjadi cerminan kasih Allah yang besar.

Terkadang, kita mungkin berpikir kalau kita belum siap untuk mengasihi orang lain karena masih berjuang dengan masalah pribadi. Namun, kasih itu sejatinya tumbuh ketika kita melakukannya. Percayalah bahwa Allah akan menolong dan menuntun kita untuk mengasihi dengan tulus. Melalui kasih Allah, kita dapat membangun hubungan yang kokoh, mengampuni, dan menerima satu sama lain, sebagaimana Tuhan sudah menerima kita.

Ketika kita mengerti bahwa kasih Allah begitu nyata, maka kita tidak lagi merasa sendirian. Kasih-Nya memampukan kita untuk terus maju, berani menghadapi masa depan, dan menjadi berkat bagi sesama yang membutuhkan pengharapan di masa sulit.

WHAT TO DO:
1. Ajak seorang teman mengobrol dan dengarkan keluh kesahnya dengan tulus.
2. Sempatkan berdoa bagi orang yang sedang bergumul.
3. Berikan bantuan sederhana kepada orang di sekitar yang membutuhkannya.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 9-11

Card image
Renungan Pagi - 25 Februari 2025
2025-02-25 18:01:45


Orang rajin yang selalu punya kerinduan untuk menjadi pelaku-pelaku firman yang setia, orang yang rajin tidak bisa berdiam diri saja, karena selalu melihat kesempatan untuk berbuat sesuatu.

Kalau kita malas, tidak mendapat apa-apa dan tidak menjadi berkat, bahkan menjadi pergunjingan orang lain, itulah sebabnya orang malas tidak dapat menjadi saksi Tuhan.

Bebaskan diri dari kemalasan, karena orang yang malas akan dekat dengan kemiskinan, tetapi orang yang rajin akan selalu meraih berkat-berkat Tuhan yang melimpah.

Card image
Quote Of The Day - 25 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-25 17:53:51


Orang Kristen yang percayanya kepada Tuhan hanya di dalam pikiran, pasti hanya melirik perasaannya sendiri di mana dia hanya melihat apa yang dapat membuat dirinya bahagia dan senang.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 25 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-25 17:51:15


Berdoa itu bukan kewajiban, melainkan kebutuhan, dan menyenangkan. Kita tercandui, kita menikmati hadirat Tuhan. Sebab tempat yang paling nyaman adalah di hadirat Tuhan.

Card image
SURRENDERING WORRIES - 25 Februari 2025 (English Version)
2025-02-25 17:49:09


Matthew 6:34 "Therefore do not worry about tomorrow, for tomorrow will worry about itself. Each day has enough trouble of its own."

How do we surrender our worries? Abstract, right? So, when we come to pray, we question, tell, express all our worries, fears, anxieties. There we can surrender our worries. In that dialogue we can make commitments, promises, determinations, statements before God. From that encounter, we build love. God is a living and real Person. This will grow alongside our trust in Him. There is no suspicion toward God. When we trust God, so that the encounter with God makes us able to surrender our worries, and make God our only happiness.

How can enjoying God be the only happiness when, at first, it seems like a fantasy? For many Christians, it still feels like a fantasy. However, for those of us who come before God daily, we will be filled with His presence. Truly, such experiences become a novelty, become new discoveries for our lives personally. And every day there are new discoveries. And we can prove that God is alive, that God is real. Do not depend on pastors or anyone else, but we must depend on God. Pastors provide guidance, brief explanations, and mentorship, but in the end, we must experience our own personal encounters with God. Do it.

Force ourselves to sit still at the feet of God, to wait on God. If we do not start now, we will never understand what it means to anchor ourselves in God. It will all remain theory, mere empty words. We will not be able to distinguish between true servants of God and false ones because we lack the ability to discern spirits. Honestly, we may see people we consider spiritually upright, only to realize later that they have strayed. Too much use of thought, too much use of theology, but do not encounter God. Because more than the theological knowledge that we learn, we must experience an encounter with God. Every day there must be an encounter, and that is an absolute.

People find it hard to wake up early to pray, yet they can wake up at dawn to watch football or catch a flight. Why? It all depends on how strong their intention is. If we truly desire to anchor ourselves in God, if He becomes our ultimate goal, then we can do anything. However, we must push ourselves—we must seek and experience God. Many people today are like ships drifting aimlessly in the vast ocean, unsure of where they will dock. Life is about choices. If someone does not choose to anchor themselves in God, then someone or something else will choose for them—the waves, the wind, and the forces around them will decide their fate. How unfortunate. Even those who diligently attend church are not necessarily anchored correctly, let alone those who see going to church as unimportant. They prefer watching entertainment news, dramas, soap operas, and other distractions. Where will their lives lead? With each passing day, they grow older, yet as they age, they move closer to making a final decision of choosing a place to anchor that determines his eternal fate.

Let’s not choose the wrong harbor. God is the answer to all our needs. People who anchor in God do not just struggle to succeed—they become incapable of failing, as long as they remain anchor themselves correctly. It is possible to drift away from the harbor at times, facing temptations to leave, but we immediately return to the harbor. We may go back and forth until, eventually, we cast our anchor and decide to stay. We plant ourselves firmly at the feet of the Lord. So, when we are stressed and confused, we should not seek refuge elsewhere but call upon God and sit quietly before Him. That is where we anchor ourselves-bringing our personal struggles, concerns about our children, family problems, financial difficulties. Yet, God does not always answer immediately. Often, He tests how sincerely we are willing to wait on Him and trust Him. God is alive; He is real.

If we truly anchor ourselves in God, it means we must truly come to meet God. Basically, the answer is only prayer, prayer, prayer, prayer, prayer. Some people are so burdened with thoughts that they lose their appetite and cannot eat. But why don’t we long for God with that same intensity? When we truly focus on God, then God becomes glorious to us, we worship Him. If we can make time to meet God, then praying will become a pleasure. Praying is not an obligation, but a necessity, and it is enjoyable. We are addicted, we enjoy the presence of God. Because the most comfortable place is in the presence of God. Let’s immerse ourselves in God.

WHEN WE TRUST GOD, SO THAT THE ENCOUNTER WITH GOD MAKES US ABLE TO SURRENDER OUR WORRIES, AND MAKE GOD OUR ONLY HAPPINESS.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 Februari 2025
2025-02-25 17:47:16

Bilangan 5-6

Card image
Truth Kids 24 Februari 2025 - KUASA LIDAH
2025-02-24 21:58:08


Amsal 21:23
”Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran.”

Lidah yang ada di dalam mulut kita memang memiliki ukuran yang kecil. Sering kali tidak terlihat dari luar karena kita lebih sering tutup mulut. Namun, lidah memiliki kuasa yang besar, Sobat Kids. Salah satu fungsi lidah adalah membantu manusia berbicara. Jika lidah seseorang pendek, orang tersebut akan mengalami sedikit kesulitan untuk berbicara dengan benar. Terkadang mereka terkendala untuk menyebutkan beberapa huruf terutama huruf "r."

Lidah yang kecil juga memiliki dua kemungkinan saat berbicara; berbicara yang baik atau buruk. Jika kita tidak memberikan batasan-batasan (boundaries) dalam mengucapkan kata-kata, pasti kita yang akan menanggung akibatnya. Contohnya saat kita berbicara kasar kepada orang lain, orang tersebut bisa jadi menangis karena merasa tersakiti lewat kata-kata yang kita ucapkan. Hebat, bukan, kuasa lidah kita? Begitu juga sebaliknya, saat kita mengucapkan kata-kata yang memberi semangat dan memuji orang lain, orang tersebut akan menjadi senang dan semangat lagi.

Jadi, kuasai lidah kita, ya, Sobat Kids. Walaupun lidah kecil, tetapi memiliki kuasa yang besar. Gunakanlah lidah kita untuk menyenangkan hati Tuhan.

Card image
Truth Junior 24 Februari 2025 - MULUT DAN LIDAH
2025-02-24 21:56:16


Amsal 21:23
”Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran.”

Lidah adalah salah satu contoh organ manusia yang tidak memiliki tulang. Lidah merupakan organ manusia yang terdiri dari beberapa otot yang bergabung menjadi satu dan dilapisi jaringan berwarna merah muda. Walaupun lidah tidak memiliki tulang, lidah memiliki kekuatan yang sangat besar, Sobat Junior. Mulut dan lidah dapat mengeluaran kata-kata yang dapat membuat hidup seseorang berubah.

Kita harus memelihara mulut dan lidah kita agar tidak mendapatkan kesukaran. Coba saja kalian berani berkata yang tidak sopan kepada guru ataupun orang tua, pasti kalian akan mendapat terguran dari mereka. Ada batasan-batasan dalam berbica kepada orang yang lebih tua dari kita. Bahkan berbicara kepada setiap orang, baik tua maupun muda, pasti juga ada batasannya.

Zaman sekarang ini banyak sekali istilah baru yang diciptakan dalam bahasa pergaulan. Tidak semua kata-kata tersebut baik, ya, Sobat Junior. Kalian harus tahu batasan yang baik dan benar dalam berkata-kata. Kata-kata yang kita ucapkan harus dijaga dalam batas yang baik, agar tidak menyakiti orang lain. Tuhan ingin kita menggunakan lidah untuk memberkati, bukan melukai. Jadi, hati-hati saat berbicara. Gunakan kata-kata yang baik dan sopan, ya, Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 24 Februari 2025 (English Version) - IS THE MEANING OF SELF-LOVE?
2025-02-24 21:50:45


"Therefore, as God’s chosen people, holy and dearly loved, clothe yourselves with compassion, kindness, humility, gentleness, and patience. Bear with each other and forgive one another if any of you has a grievance against someone. Forgive as the Lord forgave you. And over all these virtues put on love, which binds them all together in perfect unity." (Colossians 3:12-14)

When we hear the term "love yourself," many may think it means being selfish or focusing too much on our own desires. However, in the Christian perspective, loving yourself is about valuing the work God has done in your life. God created each one of us uniquely, with different strengths, weaknesses, and potential. Loving yourself means accepting who you are as God created you to be, not trying to become someone that does not align with His plan for you.

Colossians 3:12-14 reminds us that we are God's chosen people, loved and sanctified. Understanding this helps us see ourselves the way God sees us—not defined by worldly success, but by who we are in Christ. When we put on love and compassion, it starts with how we treat ourselves. How can we love others if we cannot accept God's love for us?

Loving yourself also means taking care of your body, mind, and soul. Our bodies are temples of the Holy Spirit, so caring for them is an act of honoring God. Similarly, our minds and souls need to be filled with God’s Word, prayer, and reflection to help us grow in faith. Actions like taking time to rest, forgiving ourselves, and learning from our mistakes are all parts of healthy self-love.

The love God gives us is unconditional. He accepts us as we are, despite our flaws. Learning to love ourselves as God loves us is an important step toward living a life full of peace and love, both for ourselves and others. Let’s learn to see ourselves as God’s masterpiece and love ourselves the way He loves us—with acceptance and unconditional love.

WHAT TO DO:
Learn to love yourself by following the guidance of God’s Word.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Deuteronomy 5-8

Card image
Truth Youth 24 Februari 2025 - ARTI MENGASIHI DIRI SENDIRI?
2025-02-24 21:48:49


”Kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain. Sebagaimana Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.” (Kolose 3:12-14)

Ketika mendengar istilah “mengasihi diri sendiri,” banyak yang mengira itu berarti bersikap egois atau terlalu mementingkan diri sendiri. Padahal, dalam perspektif Kristen, mengasihi diri sendiri adalah tindakan menghargai karya Tuhan dalam hidup kita. Tuhan menciptakan setiap kita unik, dengan potensi, kelemahan, dan kelebihan yang berbeda. Mengasihi diri sendiri berarti menerima diri sebagaimana Tuhan menciptakan kita, bukan berusaha menjadi seseorang yang tidak sesuai dengan rencana-Nya.

Kolose 3:12-14 mengingatkan bahwa kita adalah umat pilihan Tuhan, dikasihi dan dikuduskan. Pemahaman ini membantu kita melihat diri dengan cara yang benar, bahwa identitas kita bukan ditentukan oleh kesuksesan dunia, tetapi oleh siapa kita di dalam Kristus. Ketika kita mengenakan kasih dan belas kasihan, itu dimulai dari cara kita memperlakukan diri sendiri. Bagaimana kita bisa mengasihi orang lain jika kita sendiri tidak mampu menerima kasih Tuhan dalam hidup kita?

Mengasihi diri sendiri juga berarti merawat tubuh, pikiran, dan jiwa kita. Tubuh adalah bait Roh Kudus, sehingga menjaganya adalah bentuk penghormatan kepada Tuhan. Begitu juga dengan pikiran dan jiwa— mengisinya dengan firman Tuhan, doa, dan refleksi membantu kita bertumbuh dalam iman. Tindakan seperti memberi waktu untuk istirahat, memaafkan kesalahan diri sendiri, dan belajar dari kegagalan adalah bagian dari mengasihi diri dengan cara yang sehat.

Kasih yang Tuhan berikan kepada kita tidak bersyarat. Dia menerima kita apa adanya, meskipun kita penuh kekurangan. Belajar mengasihi diri sendiri seperti Tuhan mengasihi kita adalah langkah penting untuk menjalani hidup yang lebih damai dan penuh kasih, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. Jadi, mari kita belajar melihat diri kita sebagai karya agung Tuhan, dan mengasihi diri kita sebagaimana Tuhan mengasihi kita— dengan penuh penerimaan dan kasih tanpa syarat.

WHAT TO DO:
Belajar mengasihi diri sendiri dengan tuntunan firman Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 5-8

Card image
Renungan Pagi - 24 Februari 2025
2025-02-24 12:57:08


Lidah adalah pena yang menentukan kesaksian hidup, kita boleh saja aktif di gereja bahkan aktif dalam pelayanan pekerjaan Tuhan, namun jika lidah jahat, maka kita akan menjadi bahan tertawaan orang.

Jika lidah penuh dengan kata-kata yang baik dan memberkati, maka hidup kita akan menjadi kesaksian yang hidup. Karena itu firman Tuhan berkata, "Apa yang dari dalam akan terpancar keluar".

Card image
Quote Of The Day - 24 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-24 12:55:13


Kalau kita benar-benar percaya Alkitab adalah kebenaran dan menyerap kebenaran Alkitab dengan benar, mengakui Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat, pengakuan iman dan keyakinan yang benar tersebut akan mewarnai hidup kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 24 Februari 2025 - (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-24 12:54:03


Tetaplah kita menjaga hubungan yang dekat dengan Tuhan, karena hanya dengan begitulah kita dapat terus terjaga dari dunia ini.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 Februari 2025
2025-02-24 12:52:21

Bilangan 3-4

Card image
GOD IS THE ANSWER - 24 Februari 2025 (English Version)
2025-02-24 12:50:09


1 Samuel 30:6 "David was greatly distressed because the men were talking of stoning him; each one was bitter in spirit because of his sons and daughters. But David found strength in the Lord his God."

A serious servant of God will definitely be trained by God, brought to difficult and truly helpless situations, so that he looks to God, makes God his only refuge, and experiences God's presence, experiences God's help. It's easy to say to the congregation, “Brothers, God will definitely help us. He is our refuge.” If he has never been trapped, he does not know what it means to make God a refuge. A servant of God who has not truly killed his worldly desires cannot possibly make God his anchorage, because there are still other harbors.

Remember, the older we get, the more impactful and risky our decisions become. When we were children, we were busy with just toys. When we were teenagers, we were still busy with things that were not in principle. But as we mature, our decisions become more principled. The peak of this is the decision that will determine our eternal destiny. Choosing the wrong spouse is tragic. And the peak is the choice that will determine our eternal destiny. Choosing the wrong partner is tragic, but choosing the wrong object of worship is fatal. That is why, at this stage of our lives, we must put to death our worldly desires and fix our eyes on God. In doing so, we will become people whom God will not put to shame in any aspect of life. So that we become truly effective servants of God, truly trusted by God, truly blessing people. Remember this sentence that God is the answer to all our needs. So, do not doubt God.

There will be temptations that make us doubt God—especially in difficult and critical times when we do not see His hand at work. But let’s look at the life of David. Even at the peak of his suffering, he still placed his trust in the Lord, his God. After enduring life's storms, David was eventually promoted by God to be king. David strengthened his trust in the Lord. So, when we face difficulties, let us close our eyes, rise above our problems, and look to God. Let us say: “You are alive, You are real, O God. My problems are before me, difficulties are threatening me. But I trust in You. I anchor my heart in You.”

When it comes to emotional and heart needs, God will fulfill them as well. That’s why, before you—young people—start looking for a life partner, your heart must first be filled by God. When you meet someone who is not filled with God, you will recognize that they are not worthy to be your life companion. However, because many people are filled with the world, they lack discernment. They end up encountering men and women who are not spiritually mature, leading to relationships that do not bring true happiness. God is the answer to all our needs. Yet ironically, many people still live in fantasy regarding their relationship with God—they have not yet experienced Him in real life. Their dependence on God and their trust in Him, or in the context of us anchoring in God, is still in fantasy (remain abstract ideas, not lived-out realities). But through life experiences, God trains us, because "God works in all things, bringing good to those who love Him."

Through this, we will experience God as our Helper—in both physical and material challenges. More than that, He will fill our inner needs with love and affection, leading us to a deep and beautiful relationship with Him. A true Christian must reach the level of novelty—not just fantasizing about God, but experiencing Him in a real and personal way. A novelty-level believer has a unique, direct relationship with God, an intimacy that delights Him. The word novelty means discovering something new—something never written or found before. In faith, this means discovering a new depth in our relationship with God. Such people will be tested in purity, brave in facing life’s challenges, willing to sacrifice, and unshaken in their trust in God.

Let us not fail to make God our anchor. Let us come to God every day. Because if people truly anchors their life in God, it is impossible for them not to set aside time to come to God. A person without a consistent prayer life has not anchored themselves in God. Even those who do set aside time to pray are not necessarily anchored—let alone those who do not pray at all. So, come to God, express your heart, talk to God. Give all our worries to Him because God cares about us.

GOD IS THE ANSWER TO ALL OUR NEEDS. SO, DO NOT DOUBT GOD.

Card image
TUHAN ADALAH JAWABAN - 24 Februari 2025
2025-02-24 12:46:27


1 Samuel 30:6
“Dan Daud sangat terjepit, karena rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu. Seluruh rakyat itu telah pedih hati, masing-masing karena anaknya laki-laki dan perempuan. Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya.”

Seorang pelayan Tuhan yang sungguh-sungguh, pasti akan dilatih Tuhan, dibawa kepada keadaan-keadaan yang sulit dan benar-benar tidak tertolong, sehingga dia memandang Tuhan, menjadikan Tuhan tempat perlindungan satu-satunya, dan mengalami kehadiran Tuhan, mengalami pertolongan Tuhan. Mudah berkata kepada jemaat, “Saudaraku, Tuhan pasti menolong kita. Dia tempat perlindungan kita.” Kalau dia belum pernah kepepet, dia belum tahu artinya menjadikan Tuhan tempat perlindungan. Seorang pelayan Tuhan yang belum benar-benar mematikan keinginan-keinginan duniawinya tidak mungkin bisa menjadikan Tuhan tempat berlabuh, sebab masih ada tempat pelabuhan lain.

Ingat, semakin tua, maka keputusan kita itu makin berdampak dan berisiko. Kalau waktu kanak-kanak, sibuk hanya soal mainan. Di masa remaja juga masih sibuk untuk hal-hal yang tidak prinsip. Tapi kalau sudah mulai dewasa, itu makin prinsip. Dan puncaknya adalah pilihan yang akan menentukan nasib kekal kita. Salah pilih jodoh, tragis. Tapi kalau salah pilih sembahan, itu fatal. Oleh sebab itu, di usia umur hidup kita ini, kita harus sudah mematikan keinginan-keinginan duniawi dan hanya memandang Tuhan, sehingga kita bisa melihat bagaimana kita akan jadi orang-orang yang tidak dipermalukan Tuhan dalam segala aspek. Supaya kita menjadi pelayan-pelayan Tuhan yang benar-benar efektif, benar-benar dipercayai Tuhan, benar-benar memberkati orang. Ingat kalimat ini bahwa Tuhan adalah jawaban dari semua kebutuhan kita. Maka, jangan meragukan Tuhan.

Ada godaan-godaan di mana kita meragukan Tuhan, apalagi saat-saat yang sulit, kondisi-kondisi yang kritis, dan kita tidak melihat tangan Tuhan terulur. Kita lihat kehidupan Daud ketika ia di puncak penderitaannya, namun ia tetap menaruh percayanya kepada TUHAN, Allahnya. Dan setelah itu, Daud dipromosikan Tuhan menjadi raja, setelah ia melewati berbagai badai kehidupan. Daud menguatkan percayanya kepada Tuhan. Jadi, kalau keadaan kita sulit, mari kita tutup mata, terbang tinggi, memandang Tuhan. Kita katakan, “Engkau hidup, Engkau nyata, ya Allah. Masalah di depan mata, problem di depan mata, kesulitan mengancam. Tetapi aku percaya kepada-Mu. Aku labuhkan hatiku kepada-Mu.”

Soal pemenuhan kebutuhan batin atau hati, Tuhan juga akan memenuhinya. Maka, sebelum kalian—anak muda—mencari jodoh, mestinya hatimu dipenuhi oleh Allah dulu, supaya ketika engkau bertemu dengan seseorang dan orang itu bukan orang yang dipenuhi Allah, engkau tahu bahwa dia bukan orang yang layak dan pantas menjadi teman hidupmu. Tetapi karena banyak orang dipenuhi oleh dunia, maka dia tidak peka. Pria-pria yang dijumpai juga pria-pria yang tidak rohani, yang akhirnya tidak membahagiakan. Tuhan itu jawaban dari semua kebutuhan kita. Namun ironis, tidak jarang kita masih berfantasi dalam kaitan hubungan dengan Tuhan, belum mengalami realitas hidup. Sehingga, sebenarnya yang namanya bergantung kepada Tuhan, percaya kepada Tuhan, atau dalam konteks kita berlabuh pada Tuhan, itu masih dalam fantasi. Nanti lewat pengalaman hidup, Tuhan melatih kita, karena “Allah bekerja dalam segala hal, mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia.”

Di situ kita akan mengalami Tuhan, yaitu bagaimana Tuhan menjadi penolong dalam masalah-masalah hidup secara fisik, jasmani, atau lahiriah. Dan selanjutnya, bagaimana Tuhan mengisi kebutuhan batin dengan cinta, kasih sayang, sehingga kita memiliki hubungan dengan Tuhan yang luar biasa indahnya. Kristen yang sungguh-sungguh harus sampai kelas _novelty,_ artinya orang yang punya hubungan dengan Tuhan, yang tidak berfantasi tentang Tuhan, yang mengalami Tuhan secara riil, yang punya pengalaman pribadi dengan Tuhan, yang membangun cinta yang dinikmati Tuhan, ada interaksi langsung dengan Tuhan. Novelty artinya menemukan sesuatu yang baru, yang belum pernah ditulis atau ditemukan orang, atau dalam bahasa Indonesia dikenal ‘kebaruan.’ Dan orang seperti ini akan teruji kesuciannya, keberaniannya menghadapi hidup, keberaniannya berkorban, keberaniannya membayar harga pelayanan, tidak meragukan Tuhan sama sekali.

Jangan kita tidak menjadikan Tuhan tempat berlabuh. Mari kita datang kepada Tuhan setiap hari. Sebab jika orang sungguh-sungguh berlabuh kepada Tuhan, tidak mungkin tidak menyiapkan waktu untuk datang kepada Tuhan. Jadi, kalau orang tidak punya jam doa, pasti dia tidak berlabuh kepada Tuhan. Yang memiliki jam doa bertemu dengan Tuhan saja belum tentu berlabuh, apalagi yang tidak berdoa. Jadi, datanglah kepada Tuhan, ungkapkan isi hati, berbicara kepada Tuhan. Serahkanlah segala khawatir kita kepada-Nya karena Tuhan yang memedulikan kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN ADALAH JAWABAN DARI SEMUA KEBUTUHAN KITA. MAKA, JANGAN MERAGUKAN TUHAN.

Card image
Truth Kids 23 Februari 2025 - GARIS PEMBATAS
2025-02-23 21:18:12


Ibrani 12:1
”Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.”

Suatu hari, Dika dan Riko sedang bermain sepak bola di halaman sekolah. Dika mencoba menendang bola keras-keras, tapi bola justru melenceng jauh ke luar lapangan. Riko pun berkata, "Dika, kamu harus menendang bola ke arah yang tepat, supaya bola tidak keluar dari batas garis." Dika berpikir sejenak dan menjawab, "Iya, Riko. Aku memang harus fokus pada garis batas supaya aku tidak kehilangan arah."

Riko tersenyum dan melanjutkan, "Begitu juga dalam hidup kita. Tuhan memberikan batasan agar kita tidak mudah teralihkan dari tujuan hidup yang sudah Dia tetapkan. Kalau kita mengikuti batasan itu, kita akan lebih fokus dan tetap berada di jalan yang benar."

Sobat Kids, hidup kita memang penuh dengan pilihan dan godaan. Tetapi, Tuhan memberi kita petunjuk dan batasan agar kita tidak tersesat. Dengan mengikuti batas yang Dia berikan, kita bisa fokus pada tujuan yang Tuhan sudah rencanakan untuk kita. Ayo, ikuti petunjuk-Nya dan jadilah anak yang fokus pada tujuan yang baik!

Card image
Truth Junior 23 Februari 2025 - BATASAN
2025-02-23 21:17:02


Ibrani 12:1
”Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.”

Menurut para ilmuwan, bumi memiliki total luas sekitar 510 juta kilometer persegi. Dari luas tersebut, 71% di antaranya ditutupi oleh air, sedangkan 29% lagi berupa daratan. 195 negara berbagi daerah kekuasaan, dari 29% luas daratan di bumi ini. Setiap negara memiliki batasan wilayah, baik dari sisi Utara, Selatan, Barat, dan Timur. Bahkan setiap negara memiliki posisi yang diukur melalui garis lintang dan garis bujur. Jadi, mereka memiliki batasan-batasan dari setiap sisi yang diakui oleh negara-negara lainnya, sehingga mereka tidak akan berebut wilayah kekuasaan.

Batasan-batasan itu sangat penting dalam hidup kita, Sobat Junior. Tuhan juga memberikan kita batas agar kita tidak mudah teralihkan oleh kesenangan yang ada di dunia ini. Batasan yang Tuhan berikan bertujuan membawa kita semua ke langit baru dan bumi yang baru.

Ayat firman Tuhan hari ini juga mengingatkan kita bahwa ada perlombaan yang diwajibkan bagi kita, perlombaan untuk sampai ke langit baru dan bumi yang baru. Dan yang namanya perlombaan, pasti perlu persiapan. Kita sebagai peserta lomba, harus siap-siap dari sekarang. Ikutilah batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Kalian dapat mengetahui batasan yang ditetapkan Tuhan dalam Alkitab. Oleh sebab itu, kita harus rajin membaca Alkitab supaya kita dapat mengerti blessed boundaries yang Tuhan telah tetapkan bagi hidup kita. Selamat membaca Alkitab, Sobat Junior!

Card image
Truth Youth 23 Februari 2025 (English Version) - FACING OVERTHINKING WITH TRUST IN GOD
2025-02-23 21:15:39


"Trust in the Lord with all your heart, and lean not on your own understanding; in all your ways acknowledge Him, and He will make your paths straight." (Proverbs 3:5-6)

We’ve all experienced overthinking, right? It’s like your mind can’t stop, constantly spinning with thoughts, often about things that aren’t important or haven’t even happened yet. Questions like, "What if I fail?" or "What will others think of me?" or "Why can’t I be better?" These thoughts snowball, making us anxious, exhausted, and unable to focus. But what really causes us to overthink? Often, it's because we rely too much on our own strength instead of surrendering everything to God.

Proverbs 3:5-6 reminds us to fully trust in the Lord and stop leaning on our own understanding. Our minds are limited, but God has a much bigger and perfect plan. When we constantly try to solve everything ourselves, we only trap ourselves in anxiety. God has already promised to straighten our paths if we surrender everything to Him.

Isaiah 26:3 says, “You will keep in perfect peace those whose minds are steadfast, because they trust in You.” Peace comes not because all our problems are solved, but because we trust that God is in control. So, when overthinking creeps in, pause. Take a deep breath, pray, and surrender your thoughts to God. Say, “Lord, I don’t know what to do, but I trust that You know what’s best.” Believe me, a heart full of trust will find peace that can’t be explained.

God loves us, even when we’re weak and full of doubts. So, let’s learn to surrender all our worries to Him. Because in the end, our faithful God will always be there to guide and protect us in every step.

WHAT TO DO:
Learn to live without worry in your life.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Deuteronomy 3-4

Card image
Truth Youth 23 Februari 2025 - MENGHADAPI OVERTHINKING DENGAN KEPERCAYAAN KEPADA TUHAN
2025-02-23 21:11:37


”Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” (Amsal 3:5-6)

Kita semua pasti pernah ngalamin overthinking, kan? Kayak pikiran yang nggak bisa diam, muter terus, mikirin hal-hal yang sering kali nggak penting atau bahkan belum tentu terjadi. Misalnya, “Gimana kalau nanti gagal?”, “Apa orang lain bakal menilai aku buruk?”, atau “Kenapa aku nggak bisa lebih baik?” Pikiran-pikiran itu kayak bola salju yang terus membesar, membuat kita cemas, capek, bahkan sulit fokus. Tapi, apa sebenarnya yang membuat kita jadi sering overthinking? Salah satunya karena kita terlalu bersandar pada kekuatan diri sendiri, bukannya menyerahkan semuanya kepada Tuhan.

Amsal 3:5-6 ngingetin kita untuk percaya penuh kepada Tuhan dan berhenti mengandalkan pengertian kita sendiri. Pikiran kita terbatas, sementara Tuhan punya rencana yang jauh lebih besar dan sempurna. Waktu kita terus-menerus mencoba memecahkan semuanya sendiri, kita malah bikin diri kita terjebak dalam kecemasan. Padahal, Tuhan sudah janji buat meluruskan jalan kita kalau kita menyerahkan semuanya pada-Nya.

Yesaya 26:3 bilang, “Yang hatinya teguh Kau jagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.” Damai itu datang bukan karena semua masalah kita selesai, tapi karena kita percaya Tuhan yang memegang kendali. Jadi, saat overthinking datang, coba berhenti sejenak. Tarik napas, berdoa, dan serahkan pikiranmu kepada Tuhan. Katakan, “Tuhan, aku nggak tahu harus gimana, tapi aku percaya Engkau tahu apa yang terbaik.” Percaya deh, hati yang penuh kepercayaan akan menemukan damai yang nggak bisa dijelaskan.

Tuhan mengasihi kita, bahkan saat kita lemah dan penuh keraguan. Jadi, yuk belajar menyerahkan semua kekhawatiran kita kepada-Nya. Karena pada akhirnya, Tuhan yang setia akan selalu ada untuk membimbing dan menjaga kita dalam setiap langkah.

WHAT TO DO:
Belajar untuk tidak memiliki kekhawatiran dalam hidup kita

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 3-4

Card image
Renungan Pagi - 23 Februari 2025
2025-02-23 21:06:09


Salah satu persoalan yang serius dalam kehidupan hari-hari ini adalah hidup dengan kebohongan, kepalsuan dan kemunafikan; hal ini bisa terjadi ditengah kehidupan keluarga dan pekerjaan.

Dan yang lebih menakutkan lagi, terjadi didalam pelayanan, sehingga ada banyak orang yang menyebut dirinya pelayan Tuhan, Tetapi masih hidup dalam kebohongan, kepalsuan dan kemunafikan. Mari kita hidup dengan kejujuran sehingga hidup dapat menjadi kesaksian yang hidup.

Card image
Quote Of The Day - 23 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-23 21:04:05


Percaya Yesus adalah Juru Selamat artinya memercayai Dia sebagai jalan satu-satunya yang dapat membuat kita masuk surga, diperdamaikan dengan Allah, dan kita harus mengikuti jejak-Nya; yang berarti ada urusan dengan Tuhan setiap hari, dimana Tuhan Yesus memuridkan kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 23 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-23 21:02:02


Satu hal yang perlu kita ketahui, jika kita terus memiliki kedekatan dengan Tuhan, kita pasti akan terus dimampukan untuk bisa berjuang dan menemukan cara hidup sebagai anak-anak Allah. 

Card image
ANCHORING THE HEART - 23 Februari 2025 (English Version)
2025-02-23 20:57:59


Psalm 91:1 "He who dwells in the shelter of the Most High and spends the night in the shadow of the Almighty will say to the LORD, My refuge and my fortress, in whom I trust."

Life is about making choices. We cannot avoid choosing. If we do not choose, we are essentially deciding not to choose, which means others or external forces will make the choice for us. When we were children, we chose the toys we liked and the friends we played with. As teenagers, we had to choose which school to attend. If we pursued high school, which high school would we go to? If we opted for vocational school, which major should we take? Who would be our close friends? Later on, we would also choose a special friend of the opposite sex, someone who could be called a boyfriend or girlfriend. As young adults stepping into maturity, we would choose a life partner. And we see the reality, as we grow older, our choices come with greater risks. If we only choose toys, there is not much risk.

Choosing close friends is certainly risky, if close friends during adolescence, childhood, or pre-adolescence can already influence one's mental state, character, disposition, nature. If you start choosing a boyfriend, the risk is greater, and the peak is when you have to choose a life partner or soul mate. But this choice is greatly influenced by the journey of life since childhood. If from an early age, a person makes poor choices in reading materials, friendships, and social circles, those choices will color their life, shape their mindset, and construct their paradigm. Eventually, the way they think will determine the choices that impact eternity. So, how important is early education, children's education. From an early age, human children have actually directed their eternal destiny, to whom or to what their hearts are anchored, and that determines their eternal destiny.

Today, we see that very few people truly anchor their hearts in God. Many identify as Christians, yet their hearts have not truly anchored in Him. Let us take a moment to reflect on our own lives: Have we sincerely anchored our hearts in God? To anchor means to stop a journey. When we talk about anchoring, it usually relates to sailing—a ship or boat at sea. Along the vast ocean, there are harbors where ships dock. Many people have not yet anchored in God; they are still on their journey or have docked at the wrong harbor. If someone merely makes a mistake in choosing a life partner, it is tragic, but it is not the ultimate failure, not the climax, not necessarily fatal.

This world teaches people to anchor their lives in the wrong harbors, with various pleasures of life, wrong ways of thinking. From childhood, many have been shaped by gadgets, sown with deception by the devil, and given a false foundation. As a result, when they grow up, they seek the same patterns and templates they were conditioned with from a young age. This explains why it is so difficult for people to truly repent and wholeheartedly love God—their hearts are divided, and the essence of their souls has been corrupted. Even within the church, where people should be spiritually mature, many fail to realize their own pride and thirst for recognition. They remain unaware of their hidden desires for popularity. They are not aware that they are actually still worldly, stingy or calculating for God's work. They have not killed their fleshly desires. This is because of wrong upbringing.

And if the mistake exists within the church, it is because the pastors or churches fail to lead people to the peak. Their target is not the highest goal. But when someone aims for the peak, their sermons and their life will clearly reflect that they are striving toward the summit. They will lead others to only one harbor—God. "God is my goal, my joy, my delight, my honor, my glory." Churches and ministries should be guiding people toward this peak, not allowing the world to provide happiness-because this world is not our home. We must not sin anymore, no matter how small, no matter how subtle. We must not have worldly pleasures, hobbies, or whatever they are called, because our pleasure is only God. We must not take pleasure in worldly things, hobbies, or any form of earthly enjoyment because our only true joy should be in God alone.

If we do not get here, then we can't anchor our hearts in heaven. There's no way we can miss God. Church, ministry also doesn't become our happiness. Our happiness is only God personally. Because He is our joy, we serve Him, and we long to bring souls to Him. Seeing souls saved brings joy to God, and only then can we fully anchor our hearts to God. He is the only rock of help and our only stronghold.

ANCHOR OUR HEARTS TO GOD. HE IS THE ONLY ROCK OF HELP AND OUR ONLY STRONGHOLD.

Card image
MELABUHKAN HATI - 23 Februari 2025
2025-02-23 20:54:24


Mazmur 91:1
"Orang yang duduk dalam lindungan Yang Maha Tinggi dan bermalam dalam naungan Yang Maha Kuasa akan berkata kepada TUHAN: Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai."

Hidup harus memilih. Kita tidak bisa tidak memilih. Jika kita tidak memilih, berarti kita memutuskan untuk tidak memilih, berarti pula orang lain atau pihak lain yang memilihkannya untuk kita. Ketika kita masih kanak-kanak, kita memilih mainan apa yang menjadi kesukaan kita, siapa teman-teman kita. Memasuki remaja, kita memilih sekolah lanjutan yang kita harus pilih. Kalau Sekolah Menengah Atas, kita mau masuk Sekolah Menengah Atas di mana? Kalau Sekolah Menengah Kejuruan, kita harus mengambil jurusan apa? Siapa yang menjadi teman-teman dekat kita? Lalu, seseorang juga akan memilih siapa yang menjadi teman paling dekat, yang adalah lawan jenis yang bisa disebut sebagai pacar. Menginjak pemuda, memasuki masa dewasa muda, kita memilih teman hidup. Dan kita melihat kenyataan, makin berumur, pilihan kita makin memiliki risiko tinggi. Kalau hanya memilih mainan, tidak berisiko banyak.

Memilih teman dekat tentu berisiko, kalau teman dekat masa remaja, kanak-kanak, atau kanak-kanak menjelang remaja sudah bisa mempengaruhi mental, karakter, watak, sifat. Kalau sudah mulai memilih pacar, itu risikonya lebih besar, dan puncaknya ketika harus memilih teman hidup atau jodoh. Tetapi pilihan ini sangat dipengaruhi oleh perjalanan hidup sejak kanak-kanak. Kalau sejak kanak-kanak orang salah memilih pilihan bacaannya, pilihan temannya, pilihan pergaulan, yang akan mewarnai hidup, membentuk _mindset_, cara berpikir, membangun paradigma, cara berpikir nanti menentukan pilihan yang menyangkut kekekalan. Jadi, betapa pentingnya pendidikan sejak dini, pendidikan anak-anak. Sejak dini, sebenarnya anak manusia sudah mengarahkan nasib kekalnya, kepada siapa atau kepada apa hatinya dilabuhkan, dan itu menentukan nasib kekalnya.

Hari ini kita melihat kenyataan, sangat sedikit orang yang melabuhkan hatinya pada Tuhan. Banyak orang beragama Kristen, tetapi hatinya belum berlabuh pada Tuhan. Coba kita merenungkan keadaan hidup kita sendiri, apakah kita sungguh-sungguh telah melabuhkan hati kita kepada Tuhan? Berlabuh artinya menghentikan perjalanan. Bicara soal berlabuh, ini biasanya bicara di area pelayaran, kapal atau perahu di lautan. Di tepi lautan luas ada pelabuhan-pelabuhan, tempat perhentian kapal. Banyak manusia yang belum berlabuh pada Tuhan, sekarang masih ada dalam pelayaran atau mungkin berlabuh di pelabuhan yang salah. Kalau hanya salah memilih pasangan hidup, tragis, tetapi belum puncak, bukan klimaks, belum bisa dikatakan fatal.

Dan dunia ini mendidik manusia untuk meletakkan pelabuhan di pelabuhan yang salah, dengan berbagai kesenangan hidup, cara berpikir yang salah. Apalagi sejak kanak-kanak sudah diwarnai oleh gadget, mereka sudah disemai oleh Iblis, diberi landasan yang salah. Sehingga ketika dia dewasa, dia mencari bentuk yang sama dari template atau landasan yang dia miliki sejak kecil itu. Kita bisa mengerti hari ini betapa sulitnya orang sungguh-sungguh bertobat, sungguh-sungguh mencintai Tuhan, karena hatinya sudah terbagi, cita rasa jiwanya sudah rusak. Sulit, bahkan kalau ada di lingkungan gereja, orang-orang yang mestinya memiliki kualitas rohani yang baik, dia tidak sadar kalau dirinya itu sombong dan gila hormat. Dia tidak sadar kalau dia itu sebenarnya masih ingin popularitas. Dia tidak sadar kalau sebenarnya dia masih duniawi, untuk pekerjaan Tuhan pelit atau perhitungan. Dia belum mematikan keinginan dagingnya. Ini karena salah asuh.

Dan kalau kesalahan itu terjadi di gereja, karena pendeta atau gereja tidak membawa dia ke puncak. Targetnya tidak puncak. Tetapi kalau seorang membawa dirinya ke puncak, maka khotbah-khotbahnya, hidup yang dikesankan, jelas, dia mau ke puncak. Dia membawa kepada satu pelabuhan saja, yaitu Tuhan. “Tuhan tujuanku, Tuhan kebahagiaanku, Tuhan kesenanganku, Tuhan kehormatanku, Tuhan kemuliaanku.” Maka mestinya gereja dan pelayanan membawa jemaat itu ke puncak. Tidak memberi ruangan dunia membahagiakan, sebab dunia bukan rumah kita. Kita tidak boleh berbuat dosa lagi, sekecil apa pun, sehalus apa pun. Kita tidak boleh punya kesenangan dunia, hobi, atau apa pun namanya, sebab kesenangan kita hanya Tuhan.

Kalau tidak sampai di sini, maka kita tidak bisa melabuhkan hati di surga. Tidak mungkin kita bisa merindukan Tuhan. Gereja, pelayanan juga tidak menjadi kebahagiaan kita. Kebahagiaan kita hanya Tuhan pribadi. Karena Tuhan kebahagiaan kita, maka kita ada dalam pelayanan ini, maka kita merindukan jiwa-jiwa. Sebab jiwa-jiwa yang diselamatkan itu membahagiakan, menyenangkan Tuhan. Baru kita melabuhkan hati kita kepada Tuhan. Dia satu-satunya gunung batu pertolongan dan satu-satunya kubu pertahanan kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

LABUHKAN HATI KITA KEPADA TUHAN. DIA SATU-SATUNYA GUNUNG BATU PERTOLONGAN DAN SATU-SATUNYA KUBU PERTAHANAN KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 Februari 2025
2025-02-23 14:49:04

Bilangan 1-2

Card image
Truth Kids 22 Februari 2025 - BERAT, NAMUN BENAR
2025-02-23 14:46:33


Matius 7:13-14
”Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.”

"Kenapa, sih, jalan Tuhan itu susah banget?" pikir Dika sambil berjalan kaki pulang dari sekolah. Setiap hari, dia merasa tantangan hidup semakin berat. Teman-temannya sering mengajak melakukan hal-hal yang tidak baik, tetapi Dika tahu, Tuhan tidak suka jika dia ikut serta. Dia teringat ayat yang pernah dia pelajari di Sekolah Minggu, "Masuklah melalui pintu yang sempit, karena pintu yang lebar menuju kebinasaan" (Mat. 7:13). Dika berhenti sejenak, mengingat kata-kata itu.

Sobat Kids, kadang-kadang jalan yang benar terasa berat dan penuh tantangan, bahkan terlihat seperti jalan yang sempit. Banyak godaan yang bisa membuat kita ingin memilih jalan yang lebih mudah. Namun, ingatlah bahwa jalan yang sempit itu adalah jalan menuju kehidupan kekal. Jalan yang benar mungkin sulit, tetapi itu adalah jalan yang membawa kita kepada keselamatan. Jangan tergoda untuk meninggalkan jalan ini karena godaan sementara. Tuhan sudah menyiapkan jalan terbaik bagi kita dan Dia selalu menyertai kita dalam setiap langkah. Tetaplah teguh di jalan-Nya, ya, Sobat Kids!

Card image
Truth Junior 23 Februari 2025 - JALAN SEMPIT YANG KUPILIH
2025-02-23 14:44:46


Matius 7:13-14
”Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.”

Apakah Sobat Junior masih ingat kisah Nuh dari Alkitab? Saat itu, hampir semua orang di dunia melakukan hal-hal yang jahat di mata Tuhan. Mereka hidup sesuka hati mereka, mengikuti jalan yang mudah dan lebar, yaitu jalan dosa. Tapi, Nuh berbeda. Ia memilih jalan yang sulit dan sempit, yaitu jalan ketaatan kepada Tuhan. Tuhan menyuruh Nuh membangun sebuah bahtera besar, karena akan ada air bah yang menghancurkan dunia.

Orang-orang di sekitar Nuh menertawakannya. “Hujan? Tidak mungkin!” kata mereka sambil mengejek. Tetapi, Nuh tidak peduli dengan ejekan mereka. Ia tetap taat kepada Tuhan dan menyelesaikan bahtera itu. Ketika air bah datang, Nuh dan keluarganya diselamatkan karena mereka memilih berjalan di jalan sempit yang penuh ketaatan bersama Tuhan.

Sobat Junior, seperti kisah Nuh, Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk memilih jalan yang sempit yaitu jalan kebenaran. Jalan ini memang tidak selalu mudah. Kadang-kadang kita harus berkata “tidak” pada dosa, tetap jujur meskipun sulit, atau bersabar ketika teman mengejek. Tapi, jalan sempit ini adalah jalan yang membawa kita kepada kehidupan kekal bersama Tuhan.

Ada jalan yang lebar dan tampak menyenangkan, tetapi sebenarnya itu adalah jalan menuju kebinasaan. Tuhan mengingatkan kita: jangan tergoda untuk mengikuti jalan yang dilalui banyak orang, karena hanya jalan sempit yang membawa kita kepada keselamatan dan kehidupan kekal bersama Tuhan Yesus.

Ketika kamu merasa sulit untuk memilih jalan yang benar, ingat kisah Nuh. Mintalah kekuatan kepada Tuhan. Tetap berjuang dalam kebenaran, ya, Sobat Junior, karena mengikut Tuhan pasti akan berakhir indah!

Card image
Truth Youth 22 Februari 2025 - SCARLET HOPE
2025-02-23 14:20:07


"He heals the brokenhearted and binds up their wounds." (Psalm 147:3)

Have you ever felt like your life was falling apart? All the hopes you’ve built suddenly shattered, and you’re left sitting amidst the rubble, not knowing what to do. Psalm 147:3 reminds us, “He heals the brokenhearted and binds up their wounds.” This is a promise that God will never leave us, even in our darkest times.

Think about Scarlet Witch in Doctor Strange and the Multiverse of Madness. Wanda lost everything—her family, her children, even her own identity. In the midst of her pain, she fell into darkness, trying to find a way out by relying on her own power and Chaos Magic, which only made things worse. But no matter how much she tried to heal herself, the wounds inside her heart remained.

God’s healing isn’t like Chaos Magic. Psalm 34:18 says, *“The Lord is close to the brokenhearted.”* When we are at our lowest point, God isn’t watching from afar. He is near, binding up our wounds with His love—a love that is real, not an illusion. Wanda searched for her children in the multiverse, but she forgot that she needed healing for her heart, not a new world. Often, we do the same—we look for quick fixes, like a new relationship, a new hobby, or other distractions. But what we truly need is God.

If you’re feeling broken, remember that God never leaves us in the ruins. He is rebuilding us, slowly but surely. Surrender your heart to Him, and let Him be the light that restores your soul. Hope is real, and it starts with Him.

WHAT TO DO:
Always be mindful to depend on and place your hope in God the Father for peace and everlasting joy.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Deuteronomy 1-2

Card image
Truth Youth 22 Februari 2025 - SCARLET HOPE
2025-02-22 23:26:41


”Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka.” (Mazmur 147:3)

Pernah nggak ngerasa hidup kayak runtuh total? Semua harapan yang sudah kita bangun tiba-tiba hancur, dan kita cuma bisa duduk di tengah reruntuhan, nggak tahu harus gimana lagi. Mazmur 147:3 bilang, “Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka.” Ini janji yang ngingetin kita bahwa Tuhan nggak pernah ninggalin kita, bahkan di saat tergelap sekalipun. Coba bayangin Scarlet Witch di Doctor Strange and the Multiverse of Madness Si Scarlet Witch, atau Wanda kehilangan segalanya; keluarganya, anak-anaknya, bahkan identitas dirinya. Di tengah rasa sakitnya, dia tenggelam dalam kegelapan, mencari jalan keluar yang salah dengan mengandalkan kekuatan dirinya sendiri, dan mengandalkan kekuatan Chaos Magic, yang membuat Wanda menjadi gila. Tapi apa yang dia cari nggak pernah benar-benar menyembuhkan hatinya. Luka di dalam diri Wanda itu kayak jeritan hati kita waktu kecewa, hancur, atau depresi.

Bedanya, Tuhan nggak kayak kekuatan Chaos Magic yang cuma memperburuk keadaan bagi Wanda dan orang-orang di sekitar Wanda. Mazmur 34:18 bilang, “TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati.” Saat kita di titik terendah, Tuhan nggak cuma ngeliatin dari jauh. Dia dekat, membalut luka-luka kita dengan kasih-Nya, kasih yang bukan ilusi, tapi nyata dan menyembuhkan. Wanda mencari anak-anaknya di multiverse, tapi lupa bahwa dia butuh pemulihan buat hatinya, bukan dunia baru. Sama kayak kita, sering kali kita nyari solusi cepat: hubungan baru, hobi baru, atau pelarian lain. Tapi yang kita butuhkan sebenarnya cuma satu; Tuhan. Dia yang bisa bawa harapan sejati di tengah keputusasaan. Kalau lagi merasa hancur, ingatlah bahwa Tuhan nggak pernah meninggalkan kita di reruntuhan itu sendirian. Dia membangun kita kembali, perlahan tapi pasti. Serahkanlah hatimu pada- Nya, dan biarkan Dia jadi cahaya yang memulihkan jiwa. Hope is real, and it starts with Him.

WHAT TO DO:
Selalu sadar untuk bergantung dan berharap hanya kepada Tuhan Allah Bapa untuk mendapatkan kedamaian dan sukacita kekal.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 1-2

Card image
Renungan Pagi - 22 Februari 2025
2025-02-22 23:20:48


Orang yang hidup takut akan Tuhan, anak cucunya tidak akan meminta-roti, karena itu mari kita semua hidup benar, karena apapun yang kita tabur dalam hidup ini, itulah yang akan kita tuai.

Jika menabur benih yang baik, maka akan menuai hasil yang luar biasa, jika menabur benih yang jahat, maka akan menuai kehancuran dalam masa depan kita.

Card image
Quote Of The Day - 22 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-22 13:05:44


Jika kita makin serupa dengan Yesus berarti kita makin mengalami keselamatan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 22 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-22 13:04:08


Keputusan yang kita buat hari ini akan memberikan dampak besar bagi kehidupan kita di masa depan.

Card image
NEEDS OF THE SOUL
2025-02-22 12:59:02


Psalm 130:5-6
"I wait for the LORD, my soul waits; I wait for his word. My soul waits for the LORD more than a watchman waits for the morning, more than a watchman waits for the morning."

In reality, it is impossible for us not to wait for the Lord. Firstly, because we all have problems, and we do not expect help from anyone else. Our problems may be personal or related to ministry. However, the eternal blessing we receive is that we are brought into the new heaven and new earth. That is why we must realize that life is tragic. Some people may find it difficult to accept this because they have long lived with the mindset of the world, where their perspective is focused on the temporary rather than eternity. However, we are forced to think about eternity, even though it may feel bitter, painful, and disappointing. But in the end, the eternal blessing is found in waiting for the Lord. We promise to live holy, not to have worldly pleasures, we are actually being led to the peak of spiritual life—which if possible is as high as possible, even though now we are not yet. If we have waited on God, whether for personal issues or ministry concerns, then it is impossible for us to be separated from Him.

Secondly, there is a need of the soul, just like a deer longs for streams of water. We can even become spiritually addicted to God, just as a deer thirsts for water, which is essential for its survival. Let us make God our everything—our life and death. Just like when we are hungry and have an urgent need for food, why do we not feel the same need for God? The need for God, the thirst for Him. If this need exists in our lives, then our spiritual metabolism is healthy. On the other hand, a sick person does not feel like eating; they lack appetite and desire for food. Similarly, we should have a deep need for God, and this need should drive us to wait for Him and set aside time to meet with Him. Therefore, we have to map out the day that we have wisely. Prayer should not be seen as an obligation but as a necessity, and going to church should also be a need.

We will always wait upon the Lord because we need Him. Our souls thirst for God. We are grateful for the process that God works in our lives, which keeps us seeking Him—starting from asking for His help with personal matters, until we reach the point where we truly thirst for Him. Psalm 73 illustrates the psalmist's journey of faith, which begins with disappointment, even blaming God. However, in the end, he declares, "Whom have I in heaven but You? And besides You, I desire nothing on earth." Many people feel confused when God suddenly allows things to happen that they don’t understand, asking, “Why is this happening?”. Psalm 73 is extraordinary—it shows how God guided the psalmist through difficult times. In the end, the psalmist says, "Yet I am always with You; You hold me by my right hand. I am like a beast before You, yet I am always with You." The phrase “like a beast” means lacking reason, unable to analyze.

Sometimes, God brings us into such situations, where we don’t know what to do. But like the psalmist, we must remain close to Him. And God will guide us, counsel us, and bring us into His glory. The psalmist continues, "Whom have I in heaven but You? And besides You, I desire nothing on earth. My flesh and my heart may fail, but God is the strength of my heart and my portion forever". One thing we should fear is if we no longer thirst for God—when we no longer desire to pray, don't like hearing the word. So it is impossible for us to be loyal to God. So, the onslaught of problems makes us wait on God.

We cannot help but wait upon the Lord because only He can satisfy our souls. And we must be afraid, if we do not thirst for God. For young people, there are still many things that make them able to live without prayer, able to live without waiting for God, because the pleasures of the world still fill their hearts and minds. But that must not be allowed to continue, because you will perish. For older individuals, we must start emptying the vessels of our hearts, so that God can fill the space of our lives. Maybe some of us are exhausted by God in the economy, household, career, but know that it is actually a special gift from God. But, once again, God must be our happiness. We always wait for God, because we need Him, who fills our hearts. We cannot help but wait for God every day.

Then the third, holiness. This one cannot be done by anyone, only God can do it. So, if we really want to live a holy life, only God can help us. In truth, if a person does not pray, it is impossible for him to become more holy. If he does not approach God and wait for Him, it is impossible for him to want to live a holy life. So, a person who is not satisfied with the holiness he has achieved, then he will definitely wait for God. Waiting for God is in the heart, not only when we fold our hands and bend our knees. But after we finish praying, our hearts still look to God, "I wait for You, Lord."

IF WE HAVE WAITED ON GOD, WHETHER FOR PERSONAL ISSUES OR MINISTRY CONCERNS, THEN IT IS IMPOSSIBLE FOR US TO BE SEPARATED FROM HIM.

Card image
KEBUTUHAN JIWA - 22 Februari 2025
2025-02-22 12:56:12


Mazmur 130:5-6
"Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya. Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih daripada pengawal mengharapkan pagi, lebih daripada pengawal mengharapkan pagi.”

Sejatinya, tidak mungkin kita tidak menantikan Tuhan. Karena, yang pertama, kita pasti punya persoalan, dan kita tidak mengharapkan pertolongan dari siapa-siapa. Persoalan kita bisa persoalan pribadi atau persoalan pelayanan. Tetapi, berkat abadi yang kita peroleh adalah kita dibawa masuk ke langit baru bumi baru. Makanya, sadari bahwa hidup ini tragis. Sebagian orang mungkin agak sulit menerimanya, karena sudah lama hidup dalam cara pandang anak dunia yang sudut pandang atau perspektifnya itu kefanaan, belum sampai kekekalan. Namun kita dipaksa untuk memikirkan kekekalan, walau terasa pahit, pedih, kecewa. Tapi ternyata berkat kekalnya di situ, menantikan Tuhan. Kita berjanji hidup suci, tidak punya kesenangan dunia, itu sudah membawa kita kepada puncak kehidupan rohani, yang kalau bisa setinggi-tingginya, walaupun sekarang kita belum. Kalau kita sudah menantikan Tuhan, baik untuk persoalan pribadi maupun persoalan pelayanan, maka kita tidak mungkin lepas dari Tuhan.

Yang kedua, ada kebutuhan jiwa, seperti rusa yang merindukan sungai yang berair. Dan kita bisa sampai pada kecanduan kepada Tuhan. Seperti rusa merindukan sungai yang berair, di mana air itu adalah hidup matinya. Jadikan Tuhan itu mati hidup kita, segalanya. Seperti pada waktu kita lapar, ada kebutuhan untuk makan yang mendesak. Mengapa kita tidak merasa memiliki kebutuhan itu kepada Tuhan? Kebutuhan akan Tuhan, kehausan akan Tuhan. Jika itu ada dalam hidup kita, maka metabolisme hidup rohani kita sehat. Sebaliknya, orang sakit tidak ingin makan, ia tidak punya gairah dan keinginan untuk makan. Jadi, mestinya kita punya kebutuhan akan Allah, dan itu yang membuat kita menantikan Tuhan, menyediakan waktu untuk bertemu dengan-Nya. Maka kita harus memetakan hari yang kita miliki. Jadi, berdoa itu bukan kewajiban, melainkan kebutuhan, ke gereja juga kebutuhan.

Kita akan selalu menantikan Tuhan, karena kita membutuhkan Dia. Jiwa kita haus akan Tuhan. Bersyukur, atas proses yang Tuhan kerjakan dalam hidup kita membuat kita terus mencari Tuhan, dari minta pertolongan-Nya untuk masalah pribadi, sampai kemudian kita bisa merasa haus akan Tuhan. Mazmur 73 menggambarkan perjalanan iman pemazmur, yang diawali dengan kekecewaan bahkan sampai mempersalahkan Tuhan, namun pada akhirnya ia berkata, “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.” Banyak orang masih bingung ketika tiba-tiba Tuhan membuat sesuatu yang membuat mereka menjadi bingung, “Kenapa hal ini terjadi?” Mazmur 73 itu luar biasa, Tuhan ternyata menuntun pemazmur melewati keadaan sulit itu, dan puji Tuhannya pemazmur berkata, “Aku tetap di dekat-Mu, seperti hewan. Aku tetap di dekat-Mu.” Seperti hewan, artinya tidak punya akal, tidak bisa menganalisis.

Terkadang Tuhan membawa kita juga pada keadaan seperti itu. Di mana kita tidak tahu harus bagaimana, tapi seperti yang dilakukan oleh pemazmur, kita harus tetap ada di dekat-Nya. Dan Tuhan menuntun kita, menasihati kita, dan Ia membawa kita kepada kemuliaan. Selanjutnya pemazmur berkata, “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.” Satu hal yang harus kita takuti adalah kalau kita tidak haus lagi akan Allah. Di mana kita tidak ingin berdoa, tidak suka mendengar firman. Maka tidak mungkin kita menjadi setia kepada Tuhan. Jadi, gempuran masalah membuat kita menantikan Tuhan.

Kita tidak mungkin tidak menanti-nantikan Tuhan karena jiwa kita hanya bisa dipuaskan oleh Tuhan. Dan kita harus takut, kalau sampai kita tidak haus akan Tuhan. Bagi kaum muda, masih banyak hal yang membuat mereka bisa hidup tanpa doa, bisa hidup tanpa menanti-nantikan Tuhan, karena kesenangan-kesenangan dunia yang masih banyak memenuhi hati pikirannya. Tapi itu tidak boleh dibiarkan terus, karena kalian akan binasa. Bagi orang tua, kita sudah harus mulai mengosongkan bejana hati, supaya Tuhan memenuhi ruangan hidup kita. Mungkin juga di antara kita dihabisi Tuhan dalam ekonomi, rumah tangga, karier, tapi ketahuilah itu sebenarnya anugerah Tuhan yang istimewa. Tapi, sekali lagi, Tuhan harus menjadi kebahagiaan kita. Kita selalu menanti-nantikan Tuhan, karena kita membutuhkan Dia, yang mengisi hati kita. Tidak bisa tidak, kita menantikan Tuhan setiap hari.

Lalu yang ketiga, kesucian. Yang ini memang tidak bisa dikerjakan oleh siapa pun, hanya bisa dikerjakan oleh Tuhan. Jadi, kalau kita benar-benar mau hidup suci, hanya Tuhan yang bisa menolong kita. Sejatinya, kalau orang tidak berdoa, tidak mungkin dia bertambah suci. Kalau dia tidak menghampiri Tuhan, dan menantikan Dia, tidak mungkin dia mau hidup suci. Jadi, orang yang tidak puas dengan kesucian yang telah dia capai, maka dia pasti akan menantikan Tuhan. Menanti-nantikan Tuhan letaknya di hati, bukan hanya pada waktu kita melipat tangan dan menekuk lutut kita. Namun setelah kita usai doa, hati kita tetap memandang Tuhan, “Aku menantikan Engkau, Tuhan.”

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

Kalau kita sudah menantikan Tuhan, baik untuk persoalan pribadi maupun persoalan pelayanan, maka kita tidak mungkin lepas dari Tuhan.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 Februari 2025
2025-02-22 12:48:47

Imamat 26-27

Card image
Truth Kids 21 Februari 2025 - BERANI BILANG ”TIDAK” PADA DOSA
2025-02-22 12:47:32


Roma 6:12
”Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya.”

Setiap hari, Timotius berusaha menjalani hidup sesuai dengan ajaran Tuhan. Ia selalu berdoa sebelum tidur dan berusaha melakukan yang terbaik di sekolah. Suatu hari, teman-teman Timotius mengajaknya menyontek saat ujian. Walaupun semua teman-temannya melakukannya, Timotius merasa ragu dan tidak nyaman. Ia tahu bahwa menyontek adalah hal yang salah di mata Tuhan.

Dengan berani, Timotius berkata, "Aku tidak bisa ikut menyontek, itu tidak benar." Teman-temannya terkejut, tetapi Timotius merasa damai karena telah memilih untuk melakukan yang benar. Ia percaya bahwa Tuhan akan membantunya dan memberinya kekuatan untuk menghadapi ujian dengan jujur. Meskipun tidak mudah, Timotius merasa bangga karena ia telah mengikuti kehendak Tuhan.

Sobat Kids, kita harus berani berkata "tidak" pada hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran Tuhan. Membuat batasan dalam hidup adalah cara kita untuk menjaga diri agar tidak jatuh dalam dosa. Ingat, Tuhan selalu memberi kita keberanian untuk melakukan yang benar, bahkan ketika itu sulit.

Card image
Truth Junior 21 Februari 2025 - ”TIDAK” PADA DOSA
2025-02-22 12:46:01


Roma 6:12
”Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya.”

Sobat Junior, kalian tahu kan, tidak semua hal yang tampak menarik itu benar atau baik untuk dilakukan? Misalnya, saat teman-temanmu menawarkan sesuatu yang terlihat seru, tapi kamu tahu itu salah, seperti mengajak menyontek atau berbicara kasar. Dalam situasi seperti itu, apa yang akan kamu lakukan?

Tuhan ingin kita membuat batasan dalam hidup supaya tidak terjebak dalam dosa. Kita harus berani berkata “tidak” pada hal-hal yang salah, walaupun itu tidak mudah. Tapi jangan khawatir, Tuhan akan memberikan kekuatan kepada kita untuk tetap taat kepada-Nya.

Contohnya, lihat kisah Yusuf dalam Alkitab. Ketika dia bekerja di rumah Potifar, ada godaan besar yang menghampirinya. Istri Potifar mencoba membujuk Yusuf untuk melakukan hal yang salah, tapi Yusuf tidak tergoda. Ia tahu bahwa itu adalah dosa di hadapan Tuhan, jadi ia memilih untuk berkata “tidak,” bahkan melarikan diri dari godaan itu.

Mungkin Yusuf harus menghadapi masalah besar setelahnya, sampai harus dipenjara tanpa alasan yang benar. Tapi Tuhan tetap setia! Dia melihat keberanian Yusuf untuk hidup benar dan memberkatinya. Akhirnya, Yusuf menjadi pemimpin besar di Mesir.

Sobat Junior, seperti Yusuf, kita juga bisa memilih kebenaran. Kalau ada sesuatu yang salah, kita harus berani berkata “tidak,” karena itu tanda kita hidup untuk Tuhan. Saat kita membuat batasan dan berani berkata “tidak” pada dosa, itu menunjukkan kita memilih untuk hidup dalam kehendak Tuhan.

Kalau kamu menghadapi godaan untuk melakukan hal yang salah, ingat lagi dan katakan di hatimu bahwa “aku memilih Tuhan!” Dengan berani berkata “tidak” pada dosa, itu adalah cara kita menunjukkan bahwa kita hidup untuk Tuhan. Semangat, ya, Sobat Junior! Pasti kita bisa melakukannya karena Tuhan selalu bersama kita.

Card image
Truth Youth 21 Februari 2025 (English Version) - CEREBRO
2025-02-22 12:32:46


"You will keep in perfect peace those whose minds are steadfast, because they trust in You." (Isaiah 26:3)

Hey, bro! How’s it going today? Mental health in check? In the middle of life’s chaos and drama, our mental health often takes a hit. But Isaiah 26:3 tells us, “You will keep in perfect peace those whose minds are steadfast, because they trust in You.” When our minds are at peace, we can face life’s storms with a lot more chill.

Think about Professor Xavier from Marvel for a moment. He’s got this super brain that can read and control other people’s minds. His mental power is off the charts, right? But here’s the thing that helps him stay focused and not “explode”: Cerebro. It’s like this futuristic meditation room where Xavier connects with the world. In that room, he can reset, focus, and manage his powers. Without it, his mind would get messy with too much information.

Now, think of Cerebro like our time with God through prayer and reflection. Just like Xavier needs Cerebro to clear his mind, we need time to focus on God to keep our thoughts grounded. As believers, our bodies are the temple of the Holy Spirit (1 Corinthians 6:19-20). That means we need to take care of our mental health too, not just our physical health. If we let life’s problems keep overwhelming us without taking a pause, our souls can get overloaded.

When we pray, meditate on God’s Word, or even just take a moment to thank Him, that’s like entering our spiritual Cerebro. It’s essential to recognize that mental health is part of worship. God desires for us to live in peace (Isaiah 26:3). So let’s take care of our bodies and minds, so we can not just survive, but truly thrive!

WHAT TO DO:
Make time for prayer and meditating on God’s Word to care for your mental health.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 33-36

Card image
Truth Youth 21 Februari 2025 - CEREBRO
2025-02-22 12:24:36


”Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.” (Yesaya 26:3)

Bro, gimana kabar kalian hari ini? Mental aman? Di tengah hidup yang sering kali penuh drama dan chaos, kesehatan mental kita kadang jadi korban pertama. Padahal, Yesaya 26:3 bilang, “Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.” Kalau pikiran kita penuh damai, kita bisa lebih chill menghadapi badai kehidupan. Coba bayangin Profesor Xavier dari Marvel. Dia punya otak super yang bisa baca dan kontrol pikiran orang lain. Kekuatan mentalnya luar biasa ya? Tapi ada satu hal penting yang buat dia tetap fokus dan tidak “meledak”: ruangan Cerebro. Cerebro ini semacam ruangan meditasi futuristik, tempat Xavier terhubung sama seluruh dunia. Di ruangan ini, dia bisa reset, fokus, dan mengontrol kekuatannya. Tanpa cerebro, pikirannya bisa jadi berantakan karena terlalu banyak informasi. Nah, cerebro buat Xavier itu mirip banget sama waktu doa dan refleksi kita bersama Tuhan buat jaga pikiran tetap grounded.

Sebagai orang percaya, tubuh kita adalah bait Roh Kudus (1 Korintus 6:19-20). Artinya, bukan cuma fisik yang harus dijaga, tapi juga mental. Kalau kita terus-terusan membiarkan pikiran kita “dihujani” masalah dunia tanpa pernah pause, maka jiwa kita bisa overload. Sama seperti Xavier butuh cerebro buat “merapikan” pikirannya, kita juga butuh waktu buat fokus ke Tuhan. Saat kita doa, merenungkan firman, atau bahkan sekadar pause untuk bersyukur, itu seperti masuk ke ruangan cerebro rohani kita. Penting banget buat sadar kalau menjaga kesehatan mental itu bagian dari ibadah. Tuhan rindu kita hidup dengan damai sejahtera (Yesaya 26:3). Jadi, yuk rawat tubuh dan pikiran kita, biar hidup kita bisa maksimal, enggak cuma survive tapi benar-benar thrive!

WHAT TO DO:
Menyempatkan waktu untuk berdoa dan merenungkan firman Tuhan, untuk menjaga kesehatan mental.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Bilangan 33-36

Card image
Renungan Pagi - 21 Februari 2025
2025-02-21 20:56:51


Rancangan Tuhan buat orang percaya sangat jelas yaitu bukan menjadi sama dengan dunia ini, tetapi menjadi terang, menjadi garam, menjadi berkat, menjadi teladan yang baik dalam iman, dalam kasih dan dalam perbuatan, serta membawa pengaruh positif dan luar biasa bagi banyak orang.

Kita harus menjadi panutan bagi banyak orang, berarti harus memiliki kualitas hidup yang layak diikuti oleh banyak orang, karena mereka melihat Kristus nyata dalam hidup kita dan dengan semakin berkualitasnya kita, maka orang lain juga akan berkata, sungguh, dia hidup seperti yang Tuhan inginkan.

Card image
Quote Of The Day - 21 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-21 20:54:53


Orang Kristen yang benar adalah orang Kristen yang pasti mengalami perubahan setiap hari.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 21 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-21 20:53:04


Jika seseorang makin dewasa, dia tidak lagi fokus pada diri sendiri, seiring dengan kebutuhan kesucian maka hidupnya berpusat pada Tuhan.

Card image
WAITING FOR THE LORD - 21 Februari 2025
2025-02-21 20:48:59


Psalm 42:2-3 "As the deer longs for flowing streams, so my soul longs for You, O God. My soul thirsts for God, for the living God."

There are many verses that say, "I wait for the Lord." Of course, the meaning of waiting for the Lord is waiting for God to act, waiting for God to be present. Actually, the sentence "Waiting for the Lord" contains in it the need for God that never stops, which is continuous. Usually, our need for God is God's help in solving problems. We can group life's problems into two parts. First, personal problems; for those who are still immature, whose lives are still centered on themselves. Second, ministry-related problems; for those who are already theocentric, already centered on God, their lives are like poured wine and broken bread. Then we wait for the Lord because of the needs of the soul. Every day we wait for the Lord with His visitation, just as we thirst for water.

We need God to achieve holiness. We need guidance, God's guidance, to increase our holiness, because no one can help us live holy, except God. And finally, we wait for the second coming of the Lord. So if people do not wait for God, how ruined their lives must be. Many people wait for the Lord only in relation to their personal problems. In reality, such a Christian life is impoverished. Let us examine ourselves—are we truly waiting for the Lord? And for what purpose?

Because when someone grows up, he no longer focuses on himself, along with the need for holiness, his life is centered on God. God will not burden that person with personal problems, although personal problems will always be in our lives, and personal problems are a safety valve for us.

If we have no personal struggles at all, we tend to become careless because we are in our comfort zone. Having personal struggles allows us to feel the need for solutions to our problems, which in turn helps us empathize with the struggles of others. This is part of ministry—there will always be personal struggles. However, these struggles should not burden us to the point of disrupting our service. Personal struggles act as a safeguard, preventing us from becoming complacent in our comfort zone and ensuring that we maintain empathy for the suffering of others. We enter into the problem of ministry, where we care for others (ministry is about focusing on others).

If someone is already involved in ministry and God entrusts them with great projects for His work, they will inevitably face ministry-related challenges. God does not make our service easy; in fact, there are times when we may feel as though He is not helping us—as if He is letting us struggle on our own. It is in these moments that God teaches us perseverance, to continue trusting in Him, to maintain pure motives in ministry, and to avoid seeking personal gain. Through this process, we come to witness God’s glory and enter into what is known as suffering for the Lord. For suffering for the Lord leads to glory. *-9312In the midst of difficulties in ministry, we may find ourselves thinking, "Why did I start this ministry? This is making my life difficult. If only I had never made this decision to take on this ministry, how free and comfortable my life would be.

However, since we have chosen to take on God’s work—to take up our cross—we must carry it. God does not lighten the cross. He does not make our path easy, but in the midst of suffering, we find that it grants us the opportunity to have His glory. Romans 8:17 says, “Now if we are children, then we are heirs—heirs of God and co-heirs with Christ, if indeed we share in His sufferings in order that we may also share in His glory.”Unfortunately, very few people enter into this level of faith. When we read the Book of Acts, we see the suffering of the apostles—they endured persecution, and it seemed as if God allowed it to happen. The disciples were arrested, and James was beheaded.

In Acts 2-3, the disciples prayed, waiting for God’s help-not for their personal problems, but for the challenges they faced in ministry. Yet, the Holy Spirit surely led them. Even in moments of discouragement, disappointment, and bitterness due to the weight of ministry, we are drawn to the hope of the Lord’s coming-parousia (Greek). Once we reach this level of faith, there is nothing we expect from the world anymore, except that we want to enjoy God, and we want to live holy.

WHEN SOMEONE GROWS UP, HE NO LONGER FOCUSES ON HIMSELF, ALONG WITH THE NEED FOR HOLINESS, HIS LIFE IS CENTERED ON GOD.

Card image
MENANTI-NANTIKAN TUHAN - 21 Februari 2025
2025-02-21 18:14:59


Mazmur 42:2-3
“Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup.”

Ada banyak ayat yang berbunyi, "Aku menanti-nantikan Tuhan." Tentu maksud menanti-nantikan Tuhan ini adalah menunggu Tuhan bertindak, menunggu Tuhan hadir. Sebenarnya kalimat "Menanti-nantikan Tuhan" ini di dalamnya tersimpul kebutuhan akan Allah yang tidak pernah berhenti, yang terus-menerus berkesinambungan. Biasanya, kebutuhan kita akan Allah itu adalah pertolongan Tuhan dalam menyelesaikan persoalan. Persoalan hidup dapat kita kelompokkan dalam dua bagian. Pertama, persoalan pribadi; bagi yang masih belum dewasa, yang masih hidupnya berpusat pada diri sendiri. Kedua, persoalan pelayanan; bagi yang sudah teosentris, sudah berpusat pada Allah, hidupnya sudah seperti anggur yang tercurah dan roti yang terpecah. Lalu kita menanti-nantikan Tuhan karena kebutuhan jiwa. Setiap hari kita menantikan Tuhan dengan lawatan-Nya, seperti air yang kita teguk.

Kita membutuhkan Tuhan untuk mencapai kesucian. Kita membutuhkan bimbingan, tuntunan Tuhan, untuk meningkatkan kekudusan, kesucian kita, karena tidak ada yang bisa menolong kita hidup suci, kecuali Tuhan. Dan yang terakhir, kita menantikan kedatangan Tuhan yang kedua kali. Jadi kalau sampai orang tidak menantikan Tuhan, betapa rusaknya hidup orang itu. Banyak orang menantikan Tuhan hanya sampai persoalan pribadi. Sejatinya, betapa miskinnya orang Kristen seperti ini. Coba kita memeriksa diri sendiri, apakah kita menantikan-nantikan Tuhan? Untuk apa?

Sebab jika seseorang makin dewasa, dia tidak lagi fokus pada diri sendiri, seiring dengan kebutuhan kesucian maka hidupnya berpusat pada Tuhan. Tuhan tidak akan membebani orang itu dengan persoalan-persoalan pribadi, walau persoalan-persoalan pribadi akan selalu ada di dalam hidup kita, dan persoalan-persoalan pribadi itu merupakan katup pengaman bagi kita.

Kalau kita sama sekali tidak punya persoalan pribadi, maka kita memiliki kecenderungan untuk menjadi ceroboh, karena kita memiliki zona nyaman. Dengan adanya persoalan pribadi, kita bisa merasakan kebutuhan, jalan keluar dari masalah-masalah yang ada, maka kita bisa berempati terhadap persoalan-persoalan sesama. Hal ini masuk di dalam pelayanan, jadi selalu ada persoalan pribadi. Tetapi, kita tidak akan dibebani oleh persoalan-persoalan pribadi yang sampai mengganggu pelayanan. Selalu ada persoalan pribadi, karena persoalan pribadi akan menjadi katup pengaman, menjaga kita tidak lupa diri, tidak nikmat di zona nyaman, supaya kita masih memiliki empati terhadap penderitaan orang lain. Kita masuk di masalah pelayanan, di mana kita memperhatikan orang lain.

Kalau orang sudah masuk di pelayanan, dan Tuhan memercayakan proyek-proyek pekerjaan Tuhan yang besar, maka dia pasti menghadapi persoalan pelayanan. Tuhan tidak membuat pelayanan kita berjalan mudah, bahkan kadang-kadang kita bisa berpikir, seakan-akan Tuhan tidak membantu kita, Tuhan seperti membiarkan kita dalam kesulitan. Di situ Tuhan mengajar kita untuk bertekun, untuk tetap memercayai Dia, untuk memiliki motivasi yang murni dalam pelayanan, dan untuk tidak mencari keuntungan pribadi, sehingga kita bisa melihat kemuliaan Allah dan masuk dalam apa yang disebut penderitaan bagi Tuhan. Karena penderitaan bagi Tuhan itu mendatangkan kemuliaan. Dalam kesulitan yang kita hadapi dalam pelayanan, bisa-bisa kita berkata, "Kenapa saya membuat pelayanan ini? Ini menyusahkan hidup saya. Seandainya waktu itu saya tidak mengambil keputusan, mengadakan, atau membuat pelayanan ini, betapa merdekanya hidup saya, betapa nyamannya.”

Tetapi, karena kita sudah memilih melakukan suatu pekerjaan Tuhan atau memilih salib, maka kita harus pikul. Tuhan tidak membuat ringan salib itu. Tuhan tidak membuat jalan kita mudah, tapi di saat penderitaan berlangsung, ternyata penderitaan tersebut memberi kita kesempatan untuk memiliki kemuliaan. Roma 8:17 mengatakan, “Kalau kita anak, maka kita juga adalah ahli waris, artinya orang-orang yang menerima janji-janji Allah yang akan menerimanya bersama-sama dengan Yesus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dimuliakan bersama-sama dengan Dia.” Sayangnya, jarang orang masuk di sini. Kalau kita membaca Kisah Para Rasul, kita melihat penderitaan rasul-rasul, di mana mereka mengalami aniaya, dan Tuhan seperti membiarkan penganiayaan itu. Murid-murid ditangkap, Yakobus dipancung kepalanya.

Dalam Kisah Para Rasul 2-3, para murid berdoa, menantikan pertolongan Tuhan, bukan untuk masalah pribadi mereka melainkan masalah pelayanan. Namun, pasti Roh Kudus pimpin. Jadi dalam keadaan setengah putus asa, kecewa, pahit, karena masalah pelayanan yang berat, kita dibawa kepada pengharapan akan kedatangan Tuhan; _parousia_ (Yun.). Kalau kita sudah masuk ke sini, tidak ada yang kita harapkan dari dunia, kecuali kita mau menikmati Tuhan, kita mau hidup suci.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JIKA SESEORANG MAKIN DEWASA, DIA TIDAK LAGI FOKUS PADA DIRI SENDIRI, SEIRING DENGAN KEBUTUHAN KESUCIAN MAKA HIDUPNYA BERPUSAT PADA TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 Februari 2025
2025-02-21 18:07:32

Imamat 24-25

Card image
Truth Kids 20 Februari 2025 - TIDAK LEBIH BESAR!
2025-02-20 22:18:23


1 Korintus 10:13
”Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”

Setelah Sekolah Minggu, Dina bermain di halaman rumah. Tiba-tiba ia terpeleset dan jatuh. Lututnya terluka, dan Dina mulai menangis. "Kenapa aku selalu jatuh, Ma? Aku lemah sekali," keluh Dina sambil mengusap air matanya. Mama lalu menghampiri Dina dengan lembut, "Dina, kamu tahu anak elang juga jatuh berkali-kali sebelum akhirnya bisa terbang tinggi?" Dina terdiam dan mendengarkan.

Mama melanjutkan, "Tuhan tahu seberapa kuat kamu, Dina. Dia mengizinkan kamu jatuh supaya kamu belajar bangkit. Luka di lututmu memang sakit sekarang, tetapi itu tanda bahwa kamu sedang belajar dan bertumbuh. Tuhan tidak pernah memberikan cobaan lebih dari yang kamu mampu." Dina mulai tersenyum dan berkata, "Jadi, ini cara Tuhan membuatku jadi lebih kuat, ya, Ma?" Mama mengangguk sambil membalut luka Dina.

Sobat Kids, mungkin kita pernah merasa ujian yang kita alami terlalu berat. Tapi ingat, Tuhan selalu tahu kemampuan kita. Dia ingin kita bertumbuh dan menjadi pribadi yang lebih kuat. Yuk, jangan menyerah dan terus bersemangat! Tuhan selalu menyertai kita!

Card image
Truth Junior 20 Februari 2025 - TUHAN TAHU KITA KUAT!
2025-02-20 22:15:53


1 Korintus 10:13
”Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”

Pernahkah Sobat Junior merasa mengalami sesuatu yang sulit sekali? Mungkin PR yang susah, teman yang tidak mau bermain denganmu, atau kamu diminta bersabar saat harus menunggu giliran. Rasanya berat, ya? Tapi tahu tidak, Tuhan Yesus tahu seberapa besar kita bisa menghadapi masalah itu.

Dalam 1 Korintus 10:13, Tuhan berjanji bahwa Dia tidak akan memberi ujian yang terlalu berat untuk kita. Setiap ujian atau pencobaan yang kita alami, Dia tahu kita sanggup menanggungnya. Bahkan, Dia akan selalu memberi jalan keluar!

Mari kita ingat kisah Daud melawan Goliat. Bayangkan, Daud hanya seorang anak muda yang kecil dibandingkan Goliat, seorang raksasa besar yang kuat. Semua orang berpikir, “Daud pasti kalah!” Tapi Daud percaya bahwa Tuhan bersamanya dan tidak akan membiarkannya menghadapi sesuatu yang tidak bisa dia tanggung. Dengan iman, keberanian, dan bantuan Tuhan, Daud mengalahkan Goliat hanya dengan sebuah batu dan ketapel. Luar biasa, bukan?

Seperti Daud, kita juga bisa percaya bahwa Tuhan akan membantu kita dalam situasi sulit. Ingat, kalau kita merasa berat atau sedih, jangan takut untuk berdoa dan minta kekuatan dari Tuhan. Dia akan selalu memberi jalan keluar yang terbaik untuk kita. Tuhan tahu kemampuan kita, dan Dia tidak akan membiarkan kita menghadapi sesuatu yang terlalu berat. Seperti Daud yang berani melawan Goliat, kita juga bisa mengandalkan Tuhan untuk membantu kita melewati ujian apa pun.

Kalau kamu menghadapi kesulitan hari ini, coba berhenti sejenak dan berdoa kepada Tuhan. Katakan, “Tuhan, aku percaya Engkau membantuku!” Lihatlah bagaimana Tuhan bekerja dalam hidupmu. Semangat, ya, Sobat Junior! Tuhan itu setia. Dia tahu kita kuat, karena Dia yang memberi kekuatan!

Card image
Truth Youth 20 Februari 2025 (English Version) - ACCEPTING SELF
2025-02-20 22:14:27


"But God demonstrates His own love for us in this: While we were still sinners, Christ died for us." (Romans 5:8)

In the world we live in today, it’s not unusual to hear or talk about young people experiencing frustration, depression, or, in some tragic cases, even ending their lives at a young age. This reality is deeply concerning. According to the World Health Organization (WHO), over 700,000 people die by suicide each year. In Indonesia, police data shows that in 2023, the number of suicide cases increased to 1,350, up from 826 the previous year. (source: sehatnegeriku.kemkes.go.id)

This statistic reflects the harsh reality that many people, especially young ones, are facing today. It's possible that some of us may even be going through similar struggles, where we feel like things aren’t going well. The pressure from social media only worsens this situation, as it creates unattainable standards and adds more confusion and insecurity. Young people today are often caught in the race to meet these societal standards, forgetting the unique and intentional plan God has for each of us.

Friends, one important thing we need to remember is that although the world may reject us, not accept us as we are, and demand things that are impossible to achieve, this is not the truth. The truth is that God accepts us as we are. He never rejects us, and He never demands us to be someone else. Each one of us was created uniquely and specially by God, and our existence is not a random occurrence or merely a desire of our parents. We are here because God wanted us to be, and He had a plan for us long before this world even existed.

As it says in Psalm 139:14: *“I praise You because I am fearfully and wonderfully made.”* God designed us with great care, with no flaws, and with perfect intention. We need to listen to and believe what God says about us. Therefore, it’s crucial for us to accept ourselves, love ourselves in God’s love, and remember how He has already accepted us just as we are.

WHAT TO DO:
1. Never compare yourself to others, for you were created uniquely and specially by God for His purpose.
2. Practice accepting yourself by taking good care of your needs, surrounding yourself with a God-fearing community, and avoiding negative worldly influences.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 30-32

Card image
Truth Youth 20 Februari 2025 - MENERIMA DIRI SENDIRI
2025-02-20 22:12:02


”Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” (Roma 5:8)

Pada kondisi anak-anak muda seperti kita hari-hari ini, sudah tidak menjadi hal yang tabu untuk didengar atau diperbincangkan, jika ada orang muda sudah mengalami frustrasi, depresi, bahkan tidak sedikit berakhir pada kematian di usia muda. Keadaan demikian sangatlah mengkhawatirkan sebenarnya, bersumber dari data informasi WHO, lebih dari 700.000 orang meninggal akibat bunuh diri setiap tahun. Di Indonesia sendiri data dari POLRI menunjukkan bahwa angka kematian akibat bunuh diri pada 2023 meningkat menjadi 1.350 kasus, dari 826 kasus pada tahun sebelumnya. (sumber: sehatnegeriku.kemkes.go.id)

Fakta di atas menjadi gambaran nyata kondisi banyak orang saat ini, tidak menutup kemungkinan di antara kita sedang mengalami kondisi demikian. Kondisi di mana keadaan diri kita sedang tidak baik-baik saja. Bahkan dunia makin memperkeruh dengan standar-standar yang diciptakan oleh sosial media, yang bukannya membaik malah menambah keadaan menjadi buruk. Sehingga orang muda berlomba menjadi apa yang dunia ini mau, melupakan apa yang Tuhan telah rancangkan bagi setiap manusia.

Teman-teman, satu hal yang penting untuk kita ketahui, mungkin memang secara kenyataan dunia saat ini menolak kita, tidak menerima kita apa adanya, bahkan menuntut kita untuk menjadi yang tidak bisa kita raih. Namun itu semua tidaklah benar, kebenarannya adalah Tuhan menerima kita apa adanya, Ia tidak pernah menolak kita, bahkan tidak pernah menuntut kita untuk menjadi orang lain. Sebab setiap kita Ia ciptakan unik dan spesial, adapun kehadiran kita di dunia ini bukan tanpa alasan atau kebetulan, apalagi hanya keinginan mama dan papa kita. Kita ada di dalam dunia ini karena Tuhan yang menginginkannya dan kita sudah ada dalam pikiran Tuhan, jauh sebelum bumi ini ada.

Sesuai dengan ayat dalam Mazmur 139:4 yang berkata: “Aku bersyukur kepada- Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib.” Tuhan telah merancang kita dengan sangat baik tanpa ada keburukan di dalamnya. Kita harus mendengar dan percaya apa yang Tuhan katakan untuk diri kita. Oleh sebab itu, terimalah diri sendiri, kasihilah diri sendiri di dalam kasih Tuhan. Ingatlah bagaimana Tuhan telah menerima kita terlebih dahulu apa adanya, maka penting bagi kita untuk menerima diri sendiri.

WHAT TO DO:
1.Jangan pernah membandingkan diri kita dengan orang lain. Sebab kita diciptakan Tuhan khsusus dan spesial untuk pekerjaan-Nya.
2.Berlatih menerima diri sendiri dengan cara penuhi kebutuhan sendiri dengan baik, kelilingi diri dengan komunitas yang takut Tuhan, dan jauhi infomasi yang buruk dari dunia.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Bilangan 30-32

Card image
Renungan Pagi - 20 Februari 2025
2025-02-20 22:10:14


Orang yang mengenal Allah pasti tidak hanya ingin menerima berkat dari Tuhan saja, tetapi selalu ingin melayani Tuhan, dalam hatinya selalu berkata dengan apa dapat kubalas segala kebaikan Tuhan kecuali dengan melayani Tuhan.

Jangan bilang mengenal Tuhan kalau kita sendiri masih hitung-hitungan dengan Tuhan. Orang yang mengenal Tuhan dengan benar pasti akan selalu memiliki kerinduan untuk melayani Tuhan.

Card image
Quote Of The Day - 20 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-20 22:08:38


Keberanian menghadapi kematian sangat ditentukan oleh kualitas persekutuan yang benar dan harmoni dengan Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 20 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-20 22:06:13


Seseorang yang memberi diri dibaptis, harus meninggalkan cara hidup yang lama, yang sama dengan anak-anak dunia, lalu mengenakan gaya hidup baru; gaya hidup-Nya Tuhan Yesus. Maka, Tuhan Yesus akan membaptis mereka dengan Roh Kudus.

Card image
BELIEF IS ACTION - 20 Februari 2025 (English Version)
2025-02-20 22:01:09


Matthew 28:19-20
"Therefore go and make disciples of all nations, baptizing them in the name of the Father and of the Son and of the Holy Spirit, and teaching them to obey everything I have commanded you. And surely I am with you always, to the very end of the age."

Jesus commanded His disciples to make all nations His disciples and baptize them. What kind of baptism is this? It involves two things: first, the willingness to do what God desires. This is a commitment or determination or willingness. So if a person is baptized, it signifies his willingness to die to his old self and live a new life. This certainly involves the Holy Spirit. If someone wanted to become a Jew from being a non-Jew, he had to be baptized into Judaism, signifying a new life as a Jew. John the Baptist’s baptism was for those who were religious in a formalistic, legalistic sense—where the focus was on not breaking the law and maintaining a good outward appearance. However, to become a person with true inward righteousness and a willingness to do what God desires, this required a new life through the Holy Spirit. Moving from living as an ordinary human being to living as a child of God. From being bound by the nature of sin to now possessing a divine nature.

At that time, when Christianity was persecuted, people who dared to believe in Jesus could be slaughtered, their throats slit. But that was precisely what made the determination to become a believer firm, and the work of the Holy Spirit could be present, meaning transforming believers into new creations. However, today, baptism comes without the risk of being arrested, killed, or persecuted. Instead, people are congratulated: "Congratulations on your new life." But what exactly is this new life, and in what way is it lived out? People often debate about whether baptism should be by immersion or sprinkling, yet all of that is a sign. What is actually important is the application in life. In the past, when someone said, "I believe," then it included action; where believing is risking one's whole life, surrendering oneself to the object of one's belief, in this case God. So the word "believe" referred to in the Bible must be true belief. The belief of the congregation at that time, not the belief of Christians today who do not yet have the same quality of life as them.

In fact, there are many fake or false Christians, but they are not aware of it. For example, the Bible says, "Blessed be the God and Father of our Lord Jesus Christ, who according to His great mercy has given us new birth to a living hope through the resurrection of Jesus from the dead, to an inheritance that cannot be destroyed." This verse was specifically for the congregation at that time who were waiting for the coming of the Lord. Today, where are there any Christians waiting for the coming of the Lord? Few, and almost none. "In this you rejoice, though now for a little while you have had to suffer sorrow in various trials," what trials are we experiencing? At that time, believers had to risk their whole lives for the Lord. So, if the Bible says "believe," it already includes the content of believing. The problem today is that when people say "I believe," it might only be in their minds or reasoning, without any corresponding action—because there is no real action behind it.

If Jesus said, "Baptize them in the name of the Father, Son and Holy Spirit," it meant that they had a willingness to follow Jesus. Willing to die, willing to lose anything, then they can be changed, so that the Holy Spirit can work effectively in their lives. If you are only baptized for fun, the Holy Spirit cannot form a person. Baptism in Christianity is a symbol of death. And the Holy Spirit will help a person to the level of death of the old man to take on the divine nature. But this willingness must come first. John the Baptist prepared people to be willing to do whatever God commanded—that is the faith of Abraham. Can it be said that merely believing in Jesus as Lord and Savior is the faith of Abraham? No, that is only a belief in the mind.

Someone who is baptized must leave their old way of life, which is the same as the children of the world, and then put on a new lifestyle; the lifestyle of the Lord Jesus. Then, the Lord Jesus will baptize them with the Holy Spirit. So, people who give themselves to be baptized in the name of the Lord Jesus must learn to live the same as the Lord Jesus. The true teaching of salvation is like this, not only formulated in sentences, then debated, but without any implications, rigid, and unrealistic, cannot be related to the dynamics of this life in real terms. We must straighten it out, so that we work out salvation with fear and trembling (Philippians 2:12). And frankly, many people who are baptized are just playing around. Just the liturgy, because this is the command of the Lord Jesus. But at that time, it was different, there was content; namely the willingness to do whatever God commands. Remember, "prepare the way for the Lord."

SOMEONE WHO IS BAPTIZED MUST LEAVE THEIR OLD WAY OF LIFE, WHICH IS THE SAME AS THE CHILDREN OF THE WORLD, AND THEN PUT ON A NEW LIFESTYLE; THE LIFESTYLE OF THE LORD JESUS.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 Februari 2024
2025-02-20 13:04:09

Imamat 22-23

Card image
Truth Kids 19 Februari 2025 - NASIHAT PENUH KASIH
2025-02-19 18:38:41


Efesus 4:15
”tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.”

Suatu hari, Rina melihat temannya, Didi, membuang sampah sembarangan di halaman sekolah. Awalnya, Rina ragu untuk mengatakan apa-apa. Ia berpikir, "Kalau aku menegur, nanti Didi marah atau malah tidak mau berteman denganku." Namun, di Sekolah Minggu, kakak pembina bercerita tentang bagaimana Tuhan ingin kita saling mengasihi, termasuk menasihati dengan kasih jika teman kita melakukan kesalahan. "Jika kita peduli, kita harus berani berbicara, tetapi dengan lembut dan penuh kasih," kata kakak pembina.

Rina merenungkan hal itu. Dia tidak ingin Didi merasa tersinggung, tetapi dia juga tahu bahwa membuang sampah sembarangan adalah perbuatan yang salah. Keesokan harinya, Rina mendekati Didi dan berkata, "Didi, aku tahu kamu mungkin tidak sengaja, tapi membuang sampah sembarangan itu bisa merusak lingkungan, lho. Yuk, kita jaga kebersihan sekolah kita." Didi sempat terdiam, tetapi kemudian tersenyum dan berkata, "Terima kasih sudah mengingatkan, Rina. Aku akan lebih hati-hati."

Sobat Kids, Tuhan ingin kita saling mengasihi, dan salah satu caranya adalah menasihati dengan lembut saat ada yang berbuat salah. Mari kita belajar untuk saling peduli dengan cara yang baik, supaya kita bisa menjadi terang dan membawa perubahan di sekitar kita!

Card image
Trurh Junior 19 Februari 2025 - BERANI MENGINGATKAN
2025-02-19 18:36:44


Efesus 4:15
”tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.”

Sobat Junior, siapa di sini yang pernah melihat teman melakukan sesuatu yang salah? Misalnya, temanmu memotong antrean saat membeli makanan di kantin, atau dia berkata kasar kepada orang lain. Apa yang biasanya kalian lakukan? Apakah kalian diam saja karena takut mereka marah?

Tuhan mengajarkan kita untuk mengasihi semua orang. Tapi, mengasihi bukan berarti membiarkan teman kita terus berbuat salah. Jika kita benar-benar peduli, kita harus berani menasihati mereka, tetapi tentunya dengan cara yang lembut dan penuh kasih.

Bayangkan begini, jika kamu melihat temanmu hampir jatuh ke dalam lubang besar, apa yang akan kamu lakukan? Tentu kamu akan memperingatkan mereka, bukan? Sama seperti itu, ketika teman kita melakukan kesalahan, menasihati mereka dengan baik ibarat menyelamatkan mereka dari hal buruk.

Namun, cara kita menasihati sangat penting. Jangan memarahi atau mempermalukan mereka. Katakan dengan lembut dan tunjukkan bahwa kamu ingin mereka menjadi lebih baik karena kamu peduli. Itulah yang Tuhan maksud dengan “berpegang kepada kebenaran di dalam kasih.”

Kasih dan kebenaran harus berjalan bersama. Saat temanmu salah, jangan takut menasihati mereka, tetapi pastikan kamu melakukannya dengan cara yang lembut dan penuh kasih. Contohnya dengan mengatakan “Aku tahu kamu tidak sengaja, tapi yuk, coba kita perbaiki ini bersama.”

Dengan begitu, teman-teman kita tahu kalau kita menegur karena mengasihi dan peduli dengan mereka. Yuk, Sobat Junior, sama-sama kita belajar berani untuk menegur dengan kasih, karena mengasihi berarti membantu teman kita menjadi lebih baik. Semangat, ya!

Card image
Truth Youth 19 Februari 2025THERE IS STILL GOD
2025-02-19 18:34:31


"For the director of music. Of the Sons of Korah. According to Alamoth. A song. God is our refuge and strength, an ever-present help in trouble." (Psalm 46:1-2)

Have you ever felt anxious? It's a normal feeling for us as humans, and I'm sure we've all experienced it. In a world full of challenges and uncertainties, it's easy for us to feel anxious and fearful. However, as Christians, we are not people without hope; we are encouraged to face these feelings by surrendering all our worries and fears to God, who cares for and protects us.

One reality we must face in this world is that at times, fear, anxiety, and worry will overwhelm us. There are many triggers for our anxiety, but when these feelings become frequent or linger for too long, they can seriously disrupt our peace. In the Bible, there are many figures who faced anxiety, such as Jacob, who feared when he heard that his brother Esau was coming to meet him (Genesis 32). Jacob's anxiety was rooted in guilt and a fractured relationship. Another example is Queen Esther, who was also anxious when she learned of Mordecai's grief over the king's decree to annihilate the Jews (Esther 4).

From the stories of Jacob and Esther, we can learn a practical key to overcoming anxiety. In the midst of their worry, they took concrete actions. Jacob immediately divided his people into two groups and sought God’s help. Esther called for all the Jews to fast while she did her part. Anxiety motivated both Jacob and Esther to take the right steps to solve their problems by involving God.

Anxiety will always be a part of life, but how we respond and act determines how it affects us. As God's Word says in Philippians 4:6-7: “Do not be anxious about anything, but in every situation, by prayer and petition, with thanksgiving, present your requests to God.” Whatever anxiety you’re facing right now, surrender it to God through prayer while doing the best you can in the situation. Remember, there is still a God who loves and cares for each of us.

WHAT TO DO:
1. If you're feeling anxious, take a moment to breathe deeply and center your thoughts on Jesus. Then, share your anxieties with God through a conversation with Him.
2. Avoid people who don’t draw you closer to God, as they may lead you further into wrong paths. Instead, seek out a healthy community of believers who fear and love the Lord.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 27-29

Card image
Truth Youth 19 Februari 2025 - MASIH ADA TUHAN
2025-02-19 18:29:48


”Untuk pemimpin biduan. Dari bani Korah. Dengan lagu: Amalot. Nyanyian. Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangatlah terbukti. ” (Mazmur 46:1-2)

Tahukah teman-teman perasaan cemas merupakan hal yang normal sebagai manusia, pasti setiap kita pernah merasakannya. Di dalam dunia yang penuh tantangan dan ketidakpastian seperti ini, mudah sekali bagi kita merasa cemas dan takut. Namun sebagai orang Kristen, kita bukanlah orang yang tidak memiliki pengharapan, setiap kita diajak untuk menghadapinya dengan sikap menyerahkan segala kecemasan dan ketakutan kita kepada Tuhan, yang memelihara dan mengasihi kita.

Sebuah kenyataan yang akan kita hadapi di dunia ini ialah ada kalanya rasa takut, cemas, bahkan kekhawatiran yang melanda. Ada banyak hal yang bisa menjadi pemicu kecemasan kita, namun jika rasa cemas itu sering muncul bahkan berlangsung dalam waktu yang lama, ini akan sangat menggangu diri kita. Di dalam Alkitab banyak tokoh-tokoh yang juga mengalami kecemasan, salah satunya saat Yakub yang takut ketika mendengar kakaknya Esau akan menemuinya (Kejadian 32), dalam hal ini kecemasan Yakub disebabkan perasaan bersalah dan hubungan yang rusak. Tokoh lainnya adalah Ester yang juga merasa cemas ketika mengetahui kesedihan Mordekhai atas titah raja yang hendak membinasakan orang Yahudi (Ester 4).

Belajar dari kisah Yakub dan Ester, ada satu kunci praktis yang dapat kita teladani. Di setiap kecemasan yang mereka alami, mereka tetap mengambil langkah-langkah konkret. Yakub segera membagi orang-orangnya menjadi dua bagian dan segera mencari Allah. Ester segera meminta semua orang Yahudi untuk berpuasa sembari ia melakukan bagiannya. Rasa cemas justru memotivasi Yakub dan Ester memecahkan masalah dengan cara yang paling tepat, yaitu melibatkan Tuhan.

Rasa cemas memang akan selalu menjadi bagian hidup kita sebagai manusia. Namun bagaimana respons dan tindakan kita menentukan akhir dari kecemasan itu. Seperti firman Tuhan dalam Filipi 4:6- 7, yang berkata: “Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kapada Allah.” Oleh sebab itu, kecemasan apa pun yang melanda kita saat ini, serahkanlah segala kekhawatiran kepada Tuhan melalui doa, sambil tetap melakukan upaya terbaik yang dapat kita lakukan. Sebab masih ada Tuhan yang sangat mengasihi setiap kita.

WHAT TO DO:
1.Jika sedang merasa cemas, coba berdiam diri sejenak untuk menarik napas dalam dan pusatkan pikiran pada Tuhan Yesus. Lalu sampaikan kecemasan kepada Tuhan, melalui dialog dengan-Nya.
2.Hindari orang-orang yang tidak membawa kita dekat dengan Tuhan agar tidak membawa makin jatuh dalam kesalahan. Namun carilah komunitas yang sehat dan yang takut akan Tuhan juga.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Bilangan 27-29

Card image
Renungan Pagi - 19 Februari 2025
2025-02-19 18:27:14


Orang yang hidup dalam kesucian, ketaatan dan kebenaran, dia bisa menghadapi badai tapi dia tidak pernah bisa ditaklukkan oleh badai.

Sebaliknya orang yang hidup dalam kebusukan, orang yang hidup dalam kemunafikan, orang yang hidup dalam kejahatan, bisa kelihatan hebat tapi ujungnya pasti hancur.

Card image
Quote Of The Day - 19 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-19 18:25:33


Jangan menjadi orang yang tidak berguna untuk pekerjaan Tuhan; berjuanglah untuk Kerajaan Surga.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 19 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-19 18:23:50


Dimensi kita harus dimensi Tuhan bukan dimensi anak dunia.

Card image
NEW LIFE - 19 Februari 2025 (English Version)
2025-02-19 18:01:37


Romans 6:4 "We were therefore buried with Him through baptism into death, in order that, just as Christ was raised from the dead through the glory of the Father, we too may live a new life."

Life is dynamic, and God can grant more accurate truths according to the times. Truth must be based on the Bible, not on human assumptions or any premises. The key question now is: Do we want to do the will of the Father or not? That is the issue. Ironically, those who arrogantly uphold doctrines of salvation often do not truly understand salvation. They take pride in their beliefs, yet their behavior does not reflect the majesty of someone who is to become a member of the Kingdom of Heaven. In the medieval era, people may have held certain doctrines, but the world was not as corrupt as it is today, and there were many good people. However, if we hold onto the wrong doctrine of salvation today, we will surely be led astray. Salvation is not resolved in the area of ​​doctrine, but in concrete living.

Salvation is only found in Christ-period. We must not claim that salvation exists outside of Christ. There is none, because Jesus bore the sins of all humanity. The discussion on correcting teachings of salvation revolves around repentance. First, repentance for the nation of Israel or the people of the Old Testament before the Law was given. What did this mean? A change or cessation from actions that were not commanded by God, since there was no written law yet. If they engaged in anything outside of God's commands, they had to stop and change. Second, repentance for Israel in the Old Testament after the Law was given meant turning away from breaking the Law, ceasing to worship other gods, and instead obeying the Law and worshiping Yahweh. Third, repentance for nations outside of Israel. They repented from what they already knew they should do. The people of Nineveh, for example, must have had some form of law, culture, or moral standards they were supposed to uphold, but they failed to do so. This aligns with the book of Romans, which states that God has written His law in the hearts of all people (Romans 2:15).

These people will be judged according to the deeds written in their hearts. If there is a judgment, it means there is a reckoning. Surely, some will be deemed worthy of entering the world to come because they will be judged by their actions. Fourth, the repentance preached by John the Baptist—this was a call to faithfulness in doing what God desires. This is what is meant by "preparing the way for the Lord"—preparing oneself before hearing the Gospel. And it turns out that repentance required faithfulness in obeying whatever God commanded. Abraham had this kind of faith. Whatever God commanded, he did. That is why a person must first have faithfulness before following Jesus. Only when one is willing to let go of everything can they truly be transformed.

Repentance is a must, but it is not just about turning away from common moral transgressions—it must be accompanied by a willingness to do whatever God desires. Only then can one become a disciple. John the Baptist called people to repentance to bring them to this level, particularly the chosen people of Israel at that time. Meanwhile, Gentiles who converted to Judaism or followed the Law of Moses became part of the Jewish faith. A person must first have the willingness to obey whatever God commands before following Jesus. That is what the Bible teaches. It is unclear why, nowadays, some equate Christianity with other religions, thinking that repentance-becoming a good person-automatically leads to salvation. When Jesus preached the Gospel, He was actually continuing the baptism of John the Baptist. Then, He revealed the truth of the Gospel, which would lead believers to perfection, just as the Father is perfect. However, this journey begins with a willingness to do whatever God commands.

Through John’s baptism, the people of Israel were taught to have the same faith as their ancestors, like Abraham. Abraham’s faith was demonstrated through action. This is why, when Zacchaeus gave half of his wealth to the poor and repaid four times the amount to those he had wronged, Jesus declared, “This man is a son of Abraham.” Not because of his Jewish heritage, but because of his actions. Many Christians mistakenly believe that baptism alone signifies a new life. However, Paul states in Romans 6:4, “We will live a new life.” What does "new" mean here? If it simply means converting from being a Gentile to a Jew, that is not the full picture. If "new" only refers to receiving John’s baptism—gaining the willingness to obey God's will—then that is just the beginning. New life means living according to the standard of Jesus. So the word of God says we must have the mind and feelings of Christ.

SALVATION IS NOT RESOLVED IN THE AREA OF DOCTRINE, BUT IN CONCRETE LIVING.

Card image
HIDUP BARU - 19 Februari 2025
2025-02-19 13:13:28


Roma 6:4
“Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.”

Hidup ini berdinamika, dan Allah bisa menganugerahkan kebenaran-kebenaran yang lebih akurat sesuai dengan zaman. Kebenaran harus didasarkan pada Alkitab, bukan pada asumsi manusia atau premis mana pun. Sekarang yang penting, mau melakukan kehendak Bapa atau tidak? Itu masalahnya. Ironisnya, justru orang-orang yang memiliki arogansi mengenai doktrin keselamatan ini, mereka tidak mengenal keselamatan. Bangga dengan keyakinan yang mereka miliki, tapi perilakunya tidak menunjukkan keagungan seorang yang akan masuk menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Jadi, kalau di abad-abad pertengahan orang-orang memiliki doktrin ini, mungkin dunia belum jahat seperti hari ini, dan banyak orang-orang baik. Tapi hari ini, kalau kita pegang doktrin keselamatan yang salah, pasti rusak. Jadi, keselamatan tidak diselesaikan di dalam area doktrin, tetapi dalam kehidupan secara konkret.

Keselamatan hanya dalam Kristus, titik. Jangan kita mengatakan ada keselamatan di luar Kristus. Tidak ada, karena semua dosa manusia itu dipikul oleh Yesus. Yang kita bahas untuk meluruskan ajaran keselamatan adalah mengenai pertobatan. Pertama, pertobatan bagi bangsa Israel atau umat Perjanjian Lama, sebelum Taurat diberikan. Apa itu? Perubahan atau berhenti dari perbuatan yang tidak diperintahkan oleh Allah. Karena memang tidak ada hukum. Tetapi kalau ada perbuatan di luar yang diperintahkan Allah, harus berhenti, harus berubah. Kedua, pertobatan bagi bangsa Israel di Perjanjian Lama setelah Taurat diberikan adalah perubahan dari melanggar Taurat, tidak menyembah Yahweh, jadi melakukan hukum Taurat dan beribadah kepada Yahweh. Ketiga, pertobatan bangsa-bangsa di luar Israel. Mereka bertobat dari apa yang sebenarnya mereka tahu harus dilakukan. Jadi, bangsa Niniwe itu pasti memiliki semacam hukum atau budaya atau ukuran moral yang seharusnya mereka tegakkan, tapi mereka tidak melakukan. Ini sinkron dengan Kitab Roma yang mengatakan bahwa Allah menulis Taurat di hati semua orang (Rm 2:15).

Orang-orang ini akan dihakimi menurut perbuatan yang tertulis di hati mereka. Kalau sampai ada pengadilan, berarti ada perhitungan. Tentu ada orang-orang yang akan bisa dipertahankan masuk dunia yang akan datang karena mereka akan dihakimi menurut perbuatan. Keempat, pertobatan yang diserukan oleh Yohanes Pembaptis, ini pertobatan untuk memiliki kesetiaan melakukan yang diingini oleh Allah. Ini dimaksud dengan “mempersiapkan jalan bagi Tuhan,” artinya mempersiapkan diri sebelum mendengar Injil. Dan ternyata, mereka harus memiliki pertobatan, yang intinya kesetiaan melakukan apa pun yang Allah perintahkan. Abraham memiliki iman seperti ini. Yang Allah perintahkan, dia lakukan. Makanya seseorang harus memiliki kesetiaan dulu, baru mengikut Yesus. Kesediaan untuk melepaskan segala sesuatu baru bisa diubah.

Pertobatan harus, tetapi bukan hanya meninggalkan pelanggaran moral umum, harus dengan kesediaan melakukan apa pun yang Allah kehendaki, baru jadi murid. Yohanes Pembaptis mengajak bertobat untuk membawa manusia pada level ini, dalam hal ini umat pilihan orang Israel pada waktu itu. Dan orang-orang kafir yang menjadi orang Yahudi atau beragama Musa, jadi beragama Yahudi. Kesediaan melakukan apa pun yang Allah perintahkan, baru mengikut Yesus. Alkitab berkata begitu. Tidak tahu, bagaimana sekarang ini orang menyamakan kekristenan dengan agama lain. Bertobat, jadi baik, lalu selamat. Ketika Yesus memberitakan Injil, sebenarnya Yesus meneruskan baptisan Yohanes Pembaptis. Lalu dilanjutkan kebenaran Injil yang akan membawa umat kepada kesempurnaan seperti Bapa. Tapi harus memiliki dulu kesediaan melakukan apa pun yang Allah perintahkan.

Jadi melalui baptisan Yohanes, bangsa Israel diajar untuk memiliki iman seperti nenek moyangnya, seperti Abraham. Iman Abraham itu tindakan. Maka Zakheus setelah memberi separuh hartanya kepada orang miskin, kalau ada orang pernah dia peras, dia kembalikan empat kali lipat. Tuhan Yesus berkata, “Orang ini anak Abraham.” Bukan karena Yahudinya, melainkan karena tindakannya. Kesalahan banyak orang Kristen, mereka merasa kalau sudah dibaptis, berarti sudah hidup baru. Paulus mengatakan di Roma 6:4, “Kita akan hidup dalam hidup yang baru.” Kata ‘baru’ di sini artinya apa? Kalau ‘baru’ hanya sekelas, sejajar dengan orang non-Yahudi menjadi Yahudi, tidak tepat. Kalau ‘baru’ hanya sekadar dibaptis seperti baptisan Yohanes Pembaptis, untuk memiliki kesediaan melakukan apa yang Allah kehendaki, itu baru permulaan. Hidup baru berarti kehidupan yang standarnya Yesus. Maka firman Tuhan mengatakan kita harus memiliki pikiran dan perasaan Kristus.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KESELAMATAN TIDAK DISELESAIKAN DI DALAM AREA DOKTRIN, TETAPI DALAM KEHIDUPAN SECARA KONKRET.

Card image
Truth Kids 18 Februari 2025 - TAHU ISI HATI MANUSIA
2025-02-18 21:12:38


Matius 7:1
”Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.”

Sobat Kids, pernah tidak, kalian merasa tergoda untuk menghakimi teman hanya karena mereka berbeda atau melakukan kesalahan? Kadang, kita merasa tahu segalanya dan langsung menilai orang lain. Tapi ingat, Tuhan meminta kita untuk tidak melewati batas dengan menghakimi.

Tuhan Yesus mengajarkan kita bahwa hanya Dia yang benar-benar tahu isi hati setiap orang. Apa yang kita lihat di luar, belum tentu menggambarkan apa yang terjadi di dalam. Mungkin saja teman kita sedang berjuang menghadapi hal yang sulit, tetapi kita tidak mengetahuinya. Kalau kita cepat menghakimi, kita malah bisa melukai hati mereka.

Sobat Kids, daripada sibuk menghakimi, lebih baik kita belajar untuk berempati dan mendoakan teman-teman kita. Tuhan ingin kita mengasihi, bukan menghakimi. Kalau kita merasa ada yang salah, serahkan semuanya kepada Tuhan. Biarkan Dia yang bekerja dan menuntun hati kita.

Yuk, Sobat Kids, kita belajar mengasihi tanpa syarat, seperti Tuhan mengasihi kita. Ingat, hanya Tuhan yang berhak menjadi Hakim, dan tugas kita adalah menjadi saluran kasih-Nya.

Card image
Truth Junior 18 Februari 2025 - MENJADI SAHABAT, BUKAN HAKIM
2025-02-18 21:10:28


Matius 7:1 ”Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.”

Hai, Sobat Junior! Pernahkah kalian melihat teman melakukan sesuatu yang menurut kalian salah? Misalnya, ada teman yang terlambat masuk kelas, dan kalian berpikir, “Pasti dia malas belajar!” atau mungkin ada teman yang terlihat sedih, lalu kalian berpikir, “Dia pasti aneh, makanya tidak punya teman.” Wah, hati-hati, lho! Kadang kita terlalu cepat menghakimi orang lain tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Tuhan Yesus mengingatkan kita dalam Matius 7:1 untuk tidak mudah menghakimi orang lain. Mengapa begitu? Karena hanya Tuhan yang tahu isi hati dan alasan seseorang melakukan sesuatu. Kita tidak bisa melihat seluruh cerita hidup mereka.

Bayangkan jika ada seorang teman terlambat ke sekolah. Kita mungkin berpikir dia malas. Tapi ternyata dia terlambat karena membantu ibunya di rumah yang sedang sakit. Kalau kita langsung menghakimi, kita jadi salah, bukan?

Tuhan ingin kita belajar menjadi anak yang sabar, penuh kasih, dan selalu berpikir baik tentang orang lain. Daripada menghakimi, lebih baik kita mendoakan mereka atau bahkan membantu mereka kalau bisa. Ketika kita tidak tahu alasan di balik tindakan seseorang, jangan cepat-cepat menghakimi. Hanya Tuhan yang tahu isi hati mereka.

Yuk, Sobat Junior, belajar untuk mengasihi dan mendukung teman-teman kita, seperti yang Tuhan ajarkan. Ingat, ya, tugas kita adalah mengasihi, bukan menghakimi!

Card image
Renungan Pagi - 18 Februari 2025
2025-02-18 20:22:17


Ketika yang kita lihat berbeda dengan yang diharapkan, itu bukan berarti Tuhan meninggalkan kita dan Tuhan tidak menepati janji-janji-Nya.

Alkitab sudah berkata jalanmu bukanlah jalan-Ku, rancanganmu bukanlah rancangan-Ku, Allah punya sesuatu yang jauh lebih baik dari kita.

Hari ini kita mungkin belum tahu dan belum mengerti, tetapi pada akhirnya akan mengerti jalan Tuhan adalah jalan yang terbaik, yang Dia siapkan buat kita.

Card image
Quote Of The Day - 18 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-18 20:21:26


Kita bisa dimiliki Tuhan sepenuhnya kalau kita memiliki Dia saja dalam hidup, maka rambut kepala kita pun terhitung.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 18 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-18 20:18:17


Dalam segala hal Tuhan harus terus kita bawa. Karena orang yang masuk surga itu adalah orang yang didapati Tuhan berkenan dalam segala hal.

Card image
Truth Youth 18 Februari 2025 (English Version) - UNDER SOCIAL PRESSURE
2025-02-18 20:13:02


"Come to Me, all you who are weary and burdened, and I will give you rest. Take My yoke upon you and learn from Me, for I am gentle and humble in heart, and you will find rest for your souls. For My yoke is easy and My burden is light." (Matthew 11:28-30)

In the age of social media, the pressure to appear perfect or successful has become part of daily life. We often see other people’s achievements on our screens and, without realizing it, compare them to ourselves. This can make us feel like we’re not good enough, not successful enough, or even not worthy enough. But as children of God, we are called to live in freedom, not under the pressures of this world.

Matthew 11:28-30 is a direct invitation from Jesus for those who feel weary from the burdens of the world. Jesus reminds us that life is not about meeting worldly standards but walking in peace with Him. When we surrender the social pressure to God, we will find true rest. The yoke He offers is not one that crushes us, but one that guides us to walk according to His plan.

One biblical figure who faced social pressure is David. When he was young, he was overlooked by his family and belittled by Saul when he wanted to fight Goliath. Yet, David didn’t let social pressure stop him. He trusted in God and held onto his identity as God’s chosen one. With faith, he surpassed worldly expectations and achieved great things.

In our daily lives, we can also overcome social pressure by relying on God. First, stop comparing yourself to others. Focus on the unique journey God has set for you. Second, find your identity in Christ, not in achievements or appearance. Third, surrender all your worries to God through prayer. He cares about every detail of your life and is ready to give you peace in the midst of chaos.

Remember, you don’t need to meet the world’s standards to be valuable. God’s love is enough to affirm who you are. So, when social pressure comes, look to Jesus, who is always ready to guide you through every challenge with a peace that surpasses understanding.

WHAT TO DO:
Focus on what God is doing in your life.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 25-26

Card image
Truth Youth 18 Februari 2025 - DI BAWAH TEKANAN SOSIAL
2025-02-18 20:10:16


”Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah kepada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati, dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan. ” (Matius 11:28-30)

Di era media sosial, tekanan untuk terlihat sempurna atau sukses sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Kita sering melihat pencapaian orang lain di layar ponsel dan tanpa sadar membandingkannya dengan diri kita sendiri. Ini bisa membuat kita merasa bahwa kita tidak cukup baik, tidak cukup berhasil, atau bahkan tidak cukup layak. Tapi, sebagai anak-anak Tuhan, kita dipanggil untuk hidup dalam kebebasan, bukan dalam tekanan dunia ini.

Matius 11:28-30 adalah undangan langsung dari Tuhan Yesus bagi mereka yang merasa letih karena beban dunia. Yesus mengingatkan kita bahwa hidup bukan tentang memenuhi standar dunia, melainkan berjalan dalam damai bersama-Nya. Ketika kita menyerahkan tekanan sosial kepada Tuhan, maka kita akan menemukan kelegaan yang sejati. Kuk yang Ia pasang bukanlah kuk yang menekan, melainkan kuk yang memandu kita untuk berjalan sesuai rencana-Nya.

Salah satu contoh tokoh Alkitab yang menghadapi tekanan sosial adalah Daud. Ketika masih muda, dia diabaikan oleh keluarganya dan diremehkan oleh Saul saat ingin melawan Goliat. Namun, Daud tidak membiarkan tekanan sosial menghentikannya. Dia percaya kepada Tuhan dan berpegang pada identitasnya sebagai orang yang dipilih Tuhan. Dengan iman, dia berhasil melampaui ekspektasi duniawi dan mencapai hal yang besar.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga bisa melampaui tekanan sosial dengan mengandalkan Tuhan. Pertama, berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Fokuslah pada perjalanan unik yang Tuhan tetapkan untukmu. Kedua, temukan identitasmu dalam Kristus, bukan dalam pencapaian atau penampilan. Ketiga, serahkan segala kecemasanmu kepada Tuhan melalui doa. Dia peduli pada setiap detail hidupmu dan siap memberikan damai di tengah kekacauan.

Ingatlah, kamu tidak perlu memenuhi standar dunia untuk berharga. Kasih Tuhan sudah cukup untuk meneguhkan siapa dirimu. Jadi, ketika tekanan sosial datang, lihatlah kepada Yesus yang selalu siap membimbingmu melewati segala tantangan dengan damai sejahtera yang melampaui pengertian.

WHAT TO DO:
Fokuslah kepada apa yang Tuhan kerjakan dalam hidup kita

BIBLE MARATHON:
▪︎ Bilangan 25-26

Card image
DOCTRINAL ARROGANCE - 18 Februari 2025 (English Version)
2025-02-18 14:34:19


Romans 3:9 "What then? Are we any better? Not at all! For we have already charged that both Jews and Greeks are all under the power of sin."

The debates among Christian theologians on social media today often make them appear more like people of the world who lack the gentleness of Christ. These debates also clearly reveal arrogance and hatred toward others. They may be eloquent in speaking about salvation, yet their behavior does not reflect that they are people worthy of respect. However, God desires that we possess righteousness—dikaiosunē—or spirituality and morality that exceed that of the religious leaders, who at that time were represented by the scribes, the Pharisees, and the chief priests of Judaism. This raises the question: “Where is the role of the Holy Spirit in the lives of believers, who was promised to lead them into all truth?”

The doctrine of “salvation only in Christ” is the most proud doctrine in the lives of Christians. And many Christians, when they say that sentence, feel that they are defending God and are on God’s side. And it turns out, that triggers many Christians to feel that they are saved and have the certainty of going to heaven. Meanwhile, people outside of Christianity and whoever they are determined by God do not experience salvation, do not get a share in the Kingdom of God. Here arises the arrogance of doctrine which blinds the eyes of understanding and thought, so that people do not think intelligently and are not realistic in seeing life with all its dynamics. Thus, many Christians do not question whether the doctrine of salvation that they understand is complete and truly in accordance with biblical truth or not.

Typically, Christian, laypeople simply accept whatever has been formulated by past theologians, and considering it to be absolutely true, unquestionable. However, in the unfolding dynamics of life, God continues to reveal truth to His people. He still desires to grant truth to His followers. Believing that Jesus is the only way to salvation is just a small part of the broader and deeper doctrine of salvation, known as soteriology. Soteriology is the study of salvation, and has a wide scope and various aspects that must be understood completely. So the teachings about salvation must be built from correct knowledge about the main topics related to this salvation, such as grace, sin, justification, atonement, holiness, perfection.

However, what is the meaning of boasting about an understanding of the doctrine of salvation if religious life, spirituality, and morality do not radiate specialness? In fact, we see that non-Christians—who do not have the doctrine of salvation—can exhibit greater moral excellence than some Christians. Many people fail to view life realistically. Indeed, doctrines that do not align with biblical truth often have unclear implications—or none at all. This has led many Christians, especially theologians, to remain preoccupied in the realm of intellect—debating doctrine—without addressing the necessity of a transformed character that meets the perfect standard of the Father or conforms to Christ. Clearly, if the teaching states that “individual salvation is determined solely by God” and requires no response, then it has no practical implications. As a result, such people lack a realistic perspective on life.

Many Christians have become narrow-minded due to doctrines that are both impractical and rigid, making them difficult to apply to real life. These doctrines are often inherited from European theological traditions, where Christianity is now in decline. As a result, many Christians disregard the realities of life. Viewing salvation exclusively in Christ as a mark of superiority—one that automatically makes them children of God and places them above people of other religions—fosters arrogance regarding the doctrine of salvation. While it is an absolute truth that there is no salvation outside of Christ, non-Christians still have the opportunity to enter heaven if they genuinely love their neighbors as themselves, even if they are not part of the elect.

Those who exhibit doctrinal arrogance view fellow Christians who hold different beliefs as heretics. They treat the doctrines they have inherited from their theologians as equal to Scripture. One clear sign of this is that their theological discussions are deeply rooted in human perspectives from thousands of years ago, which may have been effective in their own time but are no longer applicable today. This alone reveals that the concept of salvation that they believe in and teach is not genuinely aligned with biblical truth. After all, their behavior reflects the quality and essence of their doctrine.

Viewing salvation exclusively in Christ as a mark of superiority-one that automatically makes them children of God and places them above people of other religions-fosters arrogance regarding the doctrine of salvation.

Card image
AROGANSI DOKTRIN - 18 Februari 2025
2025-02-18 14:32:25


Roma 3:9
“Jadi bagaimana? Adakah kita mempunyai kelebihan daripada orang lain? Sama sekali tidak. Sebab di atas telah kita tuduh baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa.”

Perdebatan para teolog Kristen di ruang media sosial hari ini lebih menunjukkan mereka seperti orang-orang dunia yang tidak memiliki kelemahlembutan Kristus. Dan perdebatan-perdebatan itu juga tampak sekali menunjukkan kesombongan dan kebencian terhadap orang lain. Piawai berbicara mengenai keselamatan, tetapi perilaku mereka tidak menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang pantas dihormati. Padahal Tuhan menghendaki kita memiliki kebenaran atau dikaiosunei atau kerohanian atau moralitas yang lebih dari tokoh-tokoh agama, yang pada waktu itu konteksnya diwakili oleh ahli Taurat, orang Farisi, imam-imam kepala agama Yahudi. Lalu timbul pertanyaan, “Di mana peran Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya yang dijanjikan akan membawa orang percaya kepada seluruh kebenaran?”

Doktrin “keselamatan hanya dalam Kristus” adalah doktrin yang paling membanggakan dalam hidup orang Kristen. Dan banyak orang Kristen kalau sudah mengucapkan kalimat itu merasa sedang membela Tuhan dan ada di pihak Tuhan. Dan ternyata, hal itu memicu banyak orang Kristen merasa sudah selamat dan memiliki kepastian masuk surga. Sedangkan orang di luar Kristen dan siapa pun mereka yang ditentukan Allah tidak mengalami keselamatan, tidak mendapatkan bagian dalam Kerajaan Allah. Di sini timbul arogansi doktrin, dan arogansi doktrin ini membutakan mata pikiran dan pengertian, sehingga orang tidak berpikir cerdas dan tidak realistis melihat kehidupan dengan segala dinamikanya. Sehingga, banyak orang Kristen tidak mempersoalkan apakah doktrin mengenai keselamatan yang mereka pahami itu sudah lengkap dan benar-benar sesuai dengan kebenaran Alkitab atau belum.

Sebab biasanya orang Kristen, jemaat awam, menerima saja apa yang dirumuskan oleh para teolog masa lalu, dan itu dianggap sebagai sudah mutlak benar, tidak boleh diganggu gugat. Padahal, dalam dinamika hidup ini Allah masih akan memberikan kebenaran bagi orang percaya. Tuhan masih mau menganugerahkan kebenaran kepada umat-Nya. Meyakini Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan itu baru sebagian kecil dari rangkaian besar doktrin mengenai keselamatan atau soteriologi. Soteriologi adalah studi mengenai keselamatan, dan memiliki jangkauan yang luas dan berbagai aspek yang harus dipahami secara lengkap. Jadi ajaran mengenai keselamatan harus dibangun dari pengetahuan yang benar mengenai pokok-pokok bahasan yang terkait dengan keselamatan ini, seperti anugerah, dosa, pembenaran, pendamaian, kesucian, kesempurnaan.

Namun apa artinya pengertian mengenai doktrin keselamatan yang dibanggakan tersebut kalau ternyata hidup keberagamaan, kerohanian moralitas tidak memancarkan keistimewaan? Bahkan kita melihat, orang-orang non-Kristen yang tidak memiliki ajaran keselamatan, bisa memiliki keagungan moralitas dibanding sebagian orang Kristen. Banyak orang yang berpikir tidak realistis melihat kehidupan ini. Dan memang biasanya doktrin-doktrin yang tidak sesuai kebenaran Alkitab itu, tidak jelas implikasinya, bahkan sama sekali tidak jelas. Ini yang membuat banyak orang Kristen, khususnya para teolog, hanya sibuk dalam tataran area nalar; mempersoalkan doktrin, tetapi tidak mempersoalkan perilaku yang harus berubah dengan standar sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Jelas tidak ada implikasi kalau pengajarannya bahwa “keselamatan individu ditentukan secara sepihak oleh Allah,” sehingga tidak perlu respons. Sehingga mereka kurang realistis memandang hidup.

Banyak orang Kristen menjadi picik karena doktrin yang implikasinya miskin dan yang tidak dinamis, sehingga sulit direlasikan dengan kehidupan. Doktrin seperti ini biasanya warisan dari Eropa, yang mana sekarang kekristenan di sana menjadi sekarat. Banyak orang Kristen yang tidak peduli terhadap fakta kehidupan. Merasa memiliki eksklusivitas keselamatan hanya dalam Kristus, dan itu merupakan satu keunggulan yang secara otomatis menempatkan mereka menjadi anak-anak Allah yang lebih dari orang beragama lain, memunculkan arogansi doktrin keselamatan. Tidak ada keselamatan di luar Kristus, itu mutlak. Tetapi orang-orang non-Kristen pun masih punya peluang masuk surga, kalau mereka memang tidak atau bukan umat pilihan, yaitu jika mereka mengasihi sesama seperti diri sendiri.

Orang yang memiliki arogansi doktrin ini memandang orang lain (sesama orang Kristen) yang tidak memiliki ajaran yang sama, dianggap bidat. Mereka memandang doktrin yang mereka warisi dari para teolognya sebagai sejajar dengan Alkitab. Maka cirinya, kalau mereka membahas ajaran dan doktrin, tidak lepas dari pandangan manusia, yang umurnya sudah ribuan tahun dan sangat mungkin hanya efektif pada zamannya. Hal ini sudah jelas menunjukkan bahwa konsep keselamatan yang mereka yakini dan mereka ajarkan sejatinya tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab. Sebab, perilaku mereka menunjukkan kualitas atau keberadaan doktrinnya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

Merasa memiliki eksklusivitas keselamatan hanya dalam Kristus, dan itu merupakan satu keunggulan yang secara otomatis menempatkan mereka menjadi anak-anak Allah yang lebih dari orang beragama lain, memunculkan arogansi doktrin keselamatan.

Card image
Truth Kids 17 Februari 2025 - WAKTU UNTUK MEKAR
2025-02-17 21:38:28


Pengkhotbah 3:1
”Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.”

Di sebuah desa kecil, ada seorang anak bernama Sari yang suka menanam bunga di kebun rumahnya. Setiap pagi, ia menyiram dan merawat bunga-bunganya dengan penuh kasih. Namun, ada satu pot yang bunganya tak kunjung tumbuh. Sari merasa kecewa dan hampir menyerah.

Suatu sore, neneknya melihat Sari termenung. Dengan lembut nenek berkata, "Sari, bunga-bunga punya waktu mereka sendiri untuk tumbuh. Kamu sudah merawatnya dengan baik. Sekarang, bersabarlah dan tunggu waktu Tuhan." Mendengar itu, Sari kembali semangat. Ia terus merawat bunga itu sambil berdoa. Beberapa minggu kemudian, bunga yang ditunggu-tunggu akhirnya mekar dengan indah. Sari sangat bahagia dan menyadari bahwa semuanya terjadi pada waktu yang tepat.

Dalam Pengkhotbah 3:1 tertulis, "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya." Sama seperti Sari menunggu bunga mekar, kita juga diajarkan untuk sabar menunggu rencana Tuhan dalam hidup kita. Mari kita belajar bersabar dan percaya bahwa waktu Tuhan selalu yang terbaik! Dengan kesabaran, kita akan melihat keindahan yang Tuhan siapkan.

Card image
Truth Junior 17 Februari 2025 - TIK TOK TIK TOK
2025-02-17 21:34:36


Pengkhotbah 3:1
”Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.”

Kodi memandangi beberapa buah mangga yang ada di meja makan. Buah itu terlihat begitu segar dan menggoda Kodi untuk memakannya. Ia pun meminta pada ibunya untuk memotongkan buah mangga tersebut. “Mangganya belum matang, Kodi. Kita tunggu beberapa hari lagi, ya,” jawab Ibu Kodi. Dengan sedih, Kodi mengurungkan niatnya untuk mencicipi kelezatan buah mangga itu.

Esok harinya, Kodi kembali meminta ibunya untuk mengupas dan memotong buah mangga yang mereka punya. Ibu Kodi kembali menenangkannya, “Masih keras, Kodi. Belum bisa dimakan sekarang,” Ibu Kodi menanggapinya. Karena kesal dan tidak sabaran, Kodi diam-diam mengambil satu buah mangga dan membawanya ke kamar kakaknya. “Kak, kata ibu, mangga ini tolong dikupas,” Kodi membohongi kakaknya. “Ini masih keras, masa dikupas sekarang? Nanti rasanya tidak enak,” jawab kakak Kodi. “Tidak tahu, Ibu suruhnya begitu,” Kodi meyakinkan kakaknya.

Akhirnya mangga tersebut dikupas dan dipotong, kemudian Kodi dengan sangat semangat menggigitnya. “Ahhh.!! Asam sekali!!” Ujar Kodi kaget. Mangga yang dipotong sangat keras dan kecut, tidak bisa dinikmati. Kodi pun menyesal karena tidak mau mendengarkan perkataan ibunya.

Sobat Junior, segala sesuatu ada waktunya. Bila kita tidak bersabar seperti Kodi, maka kita tidak bisa menikmati berkat yang Tuhan sediakan. Kita percaya saja. Apabila ada hal yang kita inginkan atau doakan belum terjadi, mungkin karena itu memang belum waktunya terjadi. Mari kita senantiasa menaruh keyakinan bahwa waktu Tuhan pasti yang terbaik.

Card image
Truth Youth 17 Februari 2025 (English Version) - CHANGING COMPARISON TO INSPIRATION
2025-02-17 21:31:58


"And let us consider how we may spur one another on toward love and good deeds." (Hebrews 10:24)

Have you ever felt envious or insecure when you see other people's achievements on social media? Maybe your friend just landed their dream job, got married, or succeeded in their career while you feel left behind. These feelings are natural, but if we let them, they can trap us in an unhealthy cycle of comparison.

Hebrews 10:24 gives us a different perspective on how we should view other people's achievements. This verse reminds us to encourage one another in love and good works. It means that other people’s successes are not a threat but an opportunity to learn and be inspired. God created each of us with a unique journey. When we stop comparing ourselves negatively, we can start to see that other people's journeys can motivate us to grow.

The first way to turn comparison into inspiration is by being grateful for what you have. Gratitude helps us focus on the blessings God has given us, instead of feeling like we’re falling behind. Next, ask yourself: “What can I learn from them?” Maybe they have incredible discipline, courage to try new things, or patience in facing challenges. Instead of feeling small, use that as a drive to improve yourself.

It’s also important to remember that your identity isn’t determined by your achievements. God loves us not because of what we achieve, but because of who we are in Christ. So, when you see others succeed, instead of feeling envious, let it remind you that God is also working in your life, perhaps in a different way but still perfect.

Today, let’s learn to appreciate our own journey and use other people’s accomplishments as inspiration, not as a threat. Trust that God has a beautiful plan for your life, and that journey starts with embracing His perfect love for you.

WHAT TO DO:
Learn to trust God with our future.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 22-24

Card image
Truth Youth 17 Februari 2025 - MENGUBAH PERBANDINGAN MENJADI INSPIRASI
2025-02-17 21:29:39

”Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.” (Ibrani 10:24)

Apakah kamu merasa iri atau minder saat melihat pencapaian orang lain di media sosial? Mungkin temanmu baru saja mendapatkan pekerjaan impian, menikah, atau sukses dalam kariernya, sementara kamu merasa tertinggal jauh di belakang. Perasaan ini manusiawi, tapi kalau dibiarkan, bisa membuat kita terjebak dalam siklus perbandingan yang tidak sehat.

Ibrani 10:24 memberikan perspektif berbeda tentang bagaimana kita seharusnya memandang pencapaian orang lain. Ayat ini mengingatkan kita untuk saling mendorong dalam kasih dan pekerjaan baik. Artinya, pencapaian orang lain bukanlah ancaman, tetapi kesempatan untuk belajar dan terinspirasi. Tuhan menciptakan setiap kita dengan perjalanan unik. Saat kita berhenti membandingkan diri secara negatif, maka kita bisa mulai melihat bahwa perjalanan orang lain bisa menjadi motivasi untuk terus bertumbuh.

Cara pertama untuk mengubah perbandingan menjadi inspirasi adalah dengan bersyukur atas apa yang kamu miliki. Syukur membantu kita fokus pada berkat yang Tuhan berikan dalam hidup kita, alih-alih merasa kurang dibandingkan orang lain. Kedua, tanyakan pada diri sendiri: “Apa yang bisa aku pelajari dari mereka?” Mungkin mereka memiliki disiplin yang luar biasa, keberanian untuk mencoba hal baru, atau kesabaran dalam menghadapi tantangan. Daripada merasa kecil, gunakan hal itu sebagai pemacu untuk memperbaiki diri.

Yang tidak kalah penting, ingatlah bahwa identitasmu tidak ditentukan oleh pencapaian. Tuhan mencintai kita bukan karena apa yang kita capai, tetapi karena siapa kita di dalam Kristus. Jadi, saat kamu melihat keberhasilan orang lain, alih-alih iri, jadikan itu pengingat bahwa Tuhan juga bekerja dalam hidupmu, mungkin dengan cara yang berbeda tapi tetap sempurna.

Hari ini, mari kita belajar untuk menghargai perjalanan kita sendiri dan menjadikan pencapaian orang lain sebagai inspirasi, bukan ancaman. Percayalah, Tuhan punya rencana indah untuk hidupmu, dan perjalanan itu dimulai dengan menerima kasih-Nya yang sempurna untukmu.

WHAT TO DO:
Belajar mempercayai kepada Tuhan untuk masa depan kita

BIBLE MARATHON:
▪︎ Bilangan 22-24

Card image
Renungan Pagi - 17 Februari 2025
2025-02-17 18:39:08


"0rang yang sabar akan memiliki banyak sahabat, karena orang yang sabar akan disukai oleh banyak orang, orang sabar tenang dan bisa menguasai diri dan disenangi banyak orang.

Orang sabar akan memiliki banyak sahabat, orang sabar jika dia membangun keluarga, maka keluarganya akan penuh damai dan tenang, karena dia akan menghadapi segala sesuatunya dengan sabar.

Card image
Quote Of The Day - 17 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono 17 Februari 2025
2025-02-17 18:37:55


Kalau kita mengaku bahwa segenap hidup kita milik Tuhan, mestinya tidak ada yang kita pertahankan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 17 Februari 2025 (Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-17 18:31:51


Suci itu bukan sesuatu yang abstrak tetapi sesuatu yang riil, dari perkara-perkara kecil.

Card image
THE REPENTANCE OF THE NEW TESTAMENT PEOPLE - 17 Februari 2025
2025-02-17 18:26:52


Matthew 23:27
"Woe to you, teachers of the law and Pharisees, you hypocrites! You are like whitewashed tombs, which look beautiful on the outside but on the inside are full of the bones of the dead and everything unclean."

The fifth aspect is the repentance proclaimed by Jesus and continued by believers. This is the standard repentance of the children of God. When Jesus taught among the people of Israel, the repentance He preached was still a continuation of the repentance proclaimed by John the Baptist: "Turn away from sin and abandon legalistic formalities." Jesus firmly rebuked the religious leaders: "You are like tombs; on the outside, you appear white, but inside you are full of bones. How can you believe if you still seek honor from one another?" This was because they continued practicing legalistic formalities. However, Jesus Himself did not baptize, but His disciples did, because Jesus would later baptize with the Holy Spirit. This is the pinnacle of a person's spirituality. John the Baptist said, "I baptize with water, but He who comes after me is more powerful than I, and I am not worthy to carry His sandals. He will baptize you with the Holy Spirit and with fire." Water baptism is only a sign—remember this. "I baptize you with water as a sign of repentance, but He who comes after me is mightier than I, and I am not worthy to untie His sandals. He will baptize you with the Holy Spirit and with fire." This is crucial.

So, when Jesus preached the Gospel and baptized people, He Himself did not baptize because He had a special role—the pinnacle of spiritual life: moral perfection and character. John's baptism was a sign of willingness to follow God's law—not for the sake of the law itself, but for God's sake—a willingness to do whatever God desires. In this sense, the law was given. John's baptism was meant to guide the people of Israel to live in obedience to God's will—not for the sake of the law, but for God Himself. This was the characteristic of Abraham, who demonstrated and expressed his faith. That is why, if we are called the children of Abraham, we must have the same attitude. But remember, we must be of one mind and one heart with God. Whatever we do must not contradict God's will. Abraham's life was dedicated solely to fulfilling God's will. If Abraham had done anything outside of God's will, it would have been a sin. However, he remained obedient. Through John's baptism, the people of Israel were taught to have faith like their ancestor, Abraham—faith that is ultimately expressed in a willingness to do whatever God desires.

Water baptism in the life of a believer is a vow to have a new life like the life of Jesus, the standard of holiness is the standard of Jesus. So we can understand what is meant by "justified by faith." That does not mean that our life is the same standard as Abraham, no. What is meant is his extraordinary obedience. Believers must first pass this stage. That is why John the Baptist prepared the way for the Lord. John the Baptist taught only up to the point of repentance, but Jesus taught all the way to perfection. Therefore, we cannot become children of God if we have not first become children of Abraham. If we are not willing to let go of everything, we cannot move to a higher level. Many Christians remain stuck at the initial stage.

But the undeniable fact is that many Christians feel that they have repented and accepted Jesus at the beginning of their conversion. In fact, they do not necessarily have the faith of Abraham. What is important is to be a good person. If that is the case, then we are returning to the Old Testament. That was how the people of Nineveh repented. We must not close our eyes to what the Gospel teaches—having a heart ready to receive grace. Once we reach this stage, the process of being baptized in the Holy Spirit is truly extraordinary. The Holy Spirit cannot lead a person whose heart is not yet flexible. Remember, the seed of the Word is true, but the medium determines whether the seed grows or not. We must avoid making this mistake. Many Christians, after being baptized, feel they have been born again. However, being born again does not happen at the moment of water baptism but when a person is willing to continually undergo the renewal of the mind. A new life is only realized when, day by day, a person experiences transformation from a sinful nature to a divine nature. In this process, the role of the Holy Spirit is to enable believers to become like Jesus.

Of course, it is clear that we must not engage in actions that violate the law or general moral standards. But simply following the law or avoiding legal wrongdoing is also not enough. If it is only about legal compliance, then we are no different from the Israelites in John the Baptist’s time, who were focused on formal legalism—prioritizing appearances and avoiding being caught in wrongdoing. The message John the Baptist wanted to convey was, "You are not yet like your ancestor, Abraham." Abraham obeyed God because of who God is, not because of the Law—there was no Law at the time—yet Abraham always did what God willed. Once we reach this point, then comes the transformation of the mind—metanoia. Only then can we enter the process of the baptism of the Holy Spirit, living a new life according to the Spirit, which means living according to the thoughts and feelings of Christ. If a non-Jew converts to Judaism, he must conform to Jewish law. But if a believer follows Christ, he must conform to the thoughts and feelings of Christ.

IF A NON-JEW CONVERTS TO JUDAISM, HE MUST CONFORM TO JEWISH LAW. BUT IF A BELIEVER FOLLOWS CHRIST, HE MUST CONFORM TO THE THOUGHTS AND FEELINGS OF CHRIST.

Card image
PERTOBATAN UMAT PERJANJIAN BARU - 17 Februari 2025
2025-02-17 13:05:37


Matius 23:27
“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.”

Yang kelima, pertobatan yang diserukan oleh Yesus dan diteruskan oleh orang percaya. Ini adalah pertobatan standar anak-anak Allah. Pada waktu Yesus mengajar di tengah-tengah masyarakat Israel, pertobatan yang diajarkan Yesus masih meneruskan sebagian pertobatan yang diserukan Yohanes Pembaptis, “Tinggalkan dosa, praktik-praktik legalistik formalitas.” Yesus pun dengan tegas menegur tokoh-tokoh agama, “Kamu seperti kuburan; di luarnya kelihatannya putih, dalamnya tulang-belulang. Bagaimana kamu bisa percaya, kalau kamu masih mencari hormat satu dengan yang lain?” Sebab mereka masih menjalankan praktik legalistik formalitas. Namun Yesus tidak membaptis, tapi murid-murid-Nya, karena Yesus membaptis dengan Roh Kudus, nanti. Ini puncak dari kerohanian seseorang. Yohanes Pembaptis berkata, “Aku membaptis dengan air, tetapi Dia yang akan datang, membaptis kamu dengan api dan Roh Kudus.” Baptisan air hanyalah tanda, ingat ini. “Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.” Ini penting.

Jadi ketika Yesus memberitakan Injil lalu membaptis orang, ternyata Dia sendiri tidak membaptis karena Dia punya bagian khusus, itu puncak dari hidup kerohanian; kesempurnaan moral, karakter. Baptisan Yohanes adalah tanda kesediaan untuk melakukan hukum sesuai kehendak Allah, bukan karena hukum itu melainkan karena Allah; kesediaan melakukan apa pun yang Allah kehendaki. Dalam hal ini, hukum yang diberikan. Jadi, baptisan Yohanes dimaksudkan agar bangsa Israel hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allah. Bukan demi hukum, melainkan demi Allah itu. Inilah karakteristik Abraham yang menunjukkan atau mengekspresikan imannya. Makanya kalau kita disebut anak-anak Abraham itu harus memiliki sikap seperti itu. Tapi ingat, kita harus sepikiran dan seperasaan dengan Allah. Apa pun yang kita lakukan, tidak bertentangan dengan kehendak Allah. Hidup Abraham adalah hidup hanya untuk melakukan yang Allah kehendaki. Tidak ada yang dilakukan oleh Abraham di luar kehendak-Nya. Kalau Abraham melakukan sesuatu di luar kehendak Allah, itu dosa, tetapi ternyata Abraham taat. Melalui baptisan Yohanes ini, bangsa Israel diajar untuk memiliki iman seperti moyang mereka, Abraham, yang intinya adalah bersedia melakukan apa pun yang Allah kehendaki.

Baptisan air dalam kehidupan orang percaya adalah ikrar untuk memiliki kehidupan baru seperti kehidupan Yesus, standar kesuciannya yaitu standar Yesus. Sehingga kita bisa mengerti yang dimaksudkan “dibenarkan oleh iman.” Itu bukan berarti lalu hidup kita standarnya seperti Abraham, tidak. Maksudnya adalah penurutannya yang luar biasa. Di sini, orang percaya harus lulus dulu. Maka Yohanes Pembaptis mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Kalau Yohanes Pembaptis, mengajarkannya hanya sampai pertobatan, tapi Yesus mengajarkan terus sampai kesempurnaan. Maka kita tidak bisa jadi anak-anak Allah kalau belum jadi anak Abraham. Kalau kita belum memiliki kesediaan melepaskan segala sesuatu, maka tidak bisa masuk ke level yang lebih tinggi. Banyak orang Kristen hanya sampai di level awal.

Namun fakta yang tidak bisa dibantah, banyak orang Kristen merasa sudah bertobat dan menerima Yesus di awal pertobatannya. Padahal, belum tentu mereka sudah punya iman Abraham. Yang penting, jadi orang baik. Kalau begitu, kita kembali ke Perjanjian Lama. Pertobatan mereka begitu. Orang Niniwe pun bisa berbuat itu. Jangan kita tutup mata terhadap apa yang dikatakan di dalam Injil, yaitu kesiapan hati untuk menerima anugerah. Sebab, kalau sudah masuk ke sini, proses dibaptis Roh Kudus, itu luar biasa. Roh Kudus tidak bisa memimpin orang yang hatinya belum lentur. Ingat, benih firman itu benar, tapi medianya yang menentukan benih itu tumbuh atau tidak. Maka, jangan kita melakukan kesalahan ini. Orang Kristen kalau sudah dibaptis, merasa sudah lahir baru. Padahal lahir baru bukan waktu dia dibaptis air, melainkan ketika memiliki kesediaan, terus diproses dalam pembaruan pikiran. Proses hidup baru, barulah terwujud, yaitu ketika dari hari ke hari mengalami perubahan dari kodrat dosa ke kodrat ilahi. Dalam hal ini, fungsi Roh Kudus adalah memberi kemampuan orang percaya untuk serupa dengan Yesus.

Tentu jelas, kita tidak boleh melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum atau norma umum. Tapi juga tidak cukup hanya melakukan hukum, atau tidak melanggar hukum secara norma umum tadi. Kalau hanya demi hukum, berarti kita kembali ke bangsa Israel zaman Yohanes Pembaptis yang formalitas legalistik itu. Yang penting penampilan baik, yang penting tidak kedapatan berbuat dosa. Pesan yang mau disampaikan, Yohanes Pembaptis mau berkata, “Kamu itu belum seperti nenek moyangmu, Abraham.” Abraham melakukan kehendak Allah karena Allah itu sendiri, tidak ada hukum Taurat, tetapi Abraham selalu melakukan apa yang Allah kehendaki. Setelah masuk ke sini, baru perubahan pikiran; metanoia. Lalu bisa masuk dalam proses baptisan Roh Kudus; hidup baru sesuai dengan Roh, artinya hidup baru sesuai dengan pikiran, perasaan Kristus. Kalau orang non-Yahudi masuk agama Yahudi, harus menyesuaikan diri dengan hukum Yahudi. Tapi kalau orang percaya, masuk pada pikiran dan perasaan Kristus.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

Kalau orang non-Yahudi masuk agama Yahudi, harus menyesuaikan diri dengan hukum Yahudi. Tapi kalau orang percaya, masuk pada pikiran dan perasaan Kristus.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 Februari 2025
2025-02-17 12:57:57

Imamat 14-15

Card image
Truth Kids 16 Februari 2025 - RIRI, SI KELINCI
2025-02-16 21:46:43


1 Korintus 6:19
”Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, – dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?”

Di sebuah hutan kecil, tinggal seekor kelinci bernama Riri. Riri suka sekali makan makanan manis seperti kue dan permen yang ia temukan di desa dekat hutan. Ia sering lupa makan sayur dan buah-buahan yang lebih sehat. Awalnya, Riri merasa tidak ada masalah. Namun, lama-kelamaan tubuhnya menjadi lemas dan ia sulit berlari secepat teman-temannya. Ketika teman-temannya bermain lompat-lompatan di padang rumput, Riri hanya bisa duduk kelelahan.

Suatu hari, Riri bertemu dengan seekor rusa tua yang bijak. "Mengapa kamu terlihat lemah, Riri?" tanya rusa itu. Riri menceritakan kebiasaannya memakan makanan manis. Rusa tersenyum dan berkata, "Riri, Tuhan memberi kita tubuh yang luar biasa. Tubuhmu adalah hadiah dari Tuhan, seperti bait-Nya. Jika kamu tidak menjaganya dengan baik, tubuhmu akan menjadi lemah. Mulailah makan yang sehat dan berolahraga agar kamu bisa kembali kuat." Mendengar itu, Riri merasa sadar. Ia mulai mengurangi makanan manis dan makan lebih banyak sayur serta buah. Tidak lupa, ia juga berolahraga dengan teman-temannya.

Sobat Kids, seperti Riri, kita juga harus menjaga tubuh kita. Jangan lakukan hal yang merusak tubuh, karena tubuh kita adalah bait Tuhan. Mari kita rawat tubuh kita dengan baik!

Card image
Truth Junior 16 Februari 2025 - TUBUHKU; RUMAHKU
2025-02-16 21:44:54


1 Korintus 6:19
”Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?”

“Uhuk..uhuk..” Suara batuk Chilla terdengar setiap beberapa detik sekali di sekolah. Bu Guru sangat prihatin melihat kondisi Chilla yang sedang batuk parah, tetap bersekolah. “Chilla, kenapa batukmu tidak sembuh juga? Apakah kamu sudah ke dokter? Ini sudah sebulan kamu batuk terus,” ujar Bu Guru prihatin. “Sudah, Bu. Chilla sudah sering ke dokter, tapi memang batuknya masih saja ada,” jawab Chilla. “Kata dokter, ini karena Chilla sering makan es krim, Bu. Walaupun Chilla sedang batuk, tetap saja jajan es krim. Habisnya enak, Bu, Chilla suka sekali es krim,” lanjut Chilla menjelaskan.

Sobat Junior, bulan ini kita belajar untuk mengerti batasan dalam hidup. Chilla memberikan contoh yang buruk, karena ia tidak bisa membatasi diri dalam memakan es krim. Es krim itu tidak boleh dimakan terlalu sering, apalagi kalau kita sedang batuk. Tentu saja kita jadi sulit sembuh kalau kita tidak membatasi diri dalam menikmati jajanan ketika sakit.

Sama seperti rumah yang harus dirawat agar tetap bersih dan nyaman ditinggali, tubuh kita pun harus dirawat dan dijaga, salah satunya dengan membatasi asupan makanan yang kurang baik atau tidak sehat. Sesekali boleh, pasti orang tua kalian mengizinkan. Namun, kalau terlalu sering, pasti berdampak buruk bagi kesehatanmu. Jangan sampai kalian merusak ‘rumah’ atau tubuhmu karena tidak bisa membatasi diri, ya.

Card image
Truth Youth 16 Februari 2025 - ACCEPTING SELF WITH GRACE
2025-02-16 13:56:53


"You will keep in perfect peace those whose minds are steadfast, because they trust in you." (Isaiah 26:3)

Have you ever felt like you’re not good enough? Maybe because you didn’t reach a goal, because you were compared to others, or because you feel like you’re not as talented or successful as those around you. These feelings often make us forget that we were uniquely created by God for a purpose. Isaiah 26:3 reminds us that God keeps in perfect peace those whose hearts trust in Him. But how can we receive that peace if we struggle to accept ourselves?

The first step to accepting yourself is to remember who you are in God's eyes. You are His precious creation, loved unconditionally by Him. God doesn’t measure you by your achievements or appearance; He sees you for who you are as His child. When we learn to value ourselves the way God values us, we begin to see our lives with gratitude instead of feelings of inadequacy.

Gratitude is a powerful tool in overcoming the feeling of not being enough. When you start thanking God for the little things in your life—your talents, opportunities, or even your weaknesses that help you grow—you begin to see how God is working in you. Focusing on what you have, not what you lack, learning to fully trust God. We may not be perfect, but God is continually shaping us each day. This process requires patience, grace, and trust in Him. When we surrender, we find the peace that only God can give, despite any shortcomings or challenges we face.

So, let’s learn to appreciate ourselves as God appreciates us. Start by being thankful each day for His grace, and trust that in Him, we are always enough. When we accept ourselves with God’s love, we not only experience peace but also become vessels of love for others.

WHAT TO DO:
1. Learn to accept yourself as you are.
2. Give thanks for what God has given you in life.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 19-21

Card image
Truth Youth 16 Februari 2025 - MENERIMA DIRI SENDIRI DENGAN KASIH KARUNIA
2025-02-16 13:50:43


”Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.” (Yesaya 26:3) Pernah nggak kamu merasa nggak cukup baik? Entah itu karena gagal mencapai sesuatu, dibandingkan dengan orang lain, atau merasa nggak seberbakat dan sehebat mereka di sekitarmu. Perasaan ini sering kali bikin kita lupa bahwa kita diciptakan oleh Tuhan dengan tujuan yang unik. Yesaya 26:3 mengingatkan bahwa Tuhan menjaga hati yang percaya kepada-Nya dengan damai sejahtera. Tapi bagaimana caranya menerima damai itu kalau kita sulit menerima diri sendiri?

Langkah pertama untuk menerima diri sendiri adalah mengingat siapa kita di mata Tuhan. Kita adalah ciptaan-Nya yang berharga, yang Ia kasihi tanpa syarat. Tuhan tidak melihat kita berdasarkan prestasi atau penampilan, tetapi berdasarkan siapa kita sebagai anak-anak-Nya. Ketika kita menghargai diri sendiri seperti Tuhan menghargai kita, maka kita bisa mulai melihat hidup kita dengan rasa syukur, bukan perasaan kurang.

Rasa syukur adalah senjata ampuh melawan perasaan tidak cukup baik. Ketika kamu bersyukur untuk hal-hal kecil dalam hidup—bakat, kesempatan, atau bahkan kelemahan yang membuatmu belajar—kamu mulai melihat betapa Tuhan bekerja dalam dirimu. Fokus pada apa yang kamu miliki, bukan apa yang kurang, akan membantu menggantikan ketidakpuasan dengan damai sejahtera.

Menerima diri sendiri juga berarti belajar memercayai Tuhan sepenuhnya. Kita mungkin tidak sempurna, tetapi Tuhan sedang bekerja membentuk kita setiap hari. Proses ini memerlukan kesabaran, kasih karunia, dan kepercayaan kepada-Nya. Ketika kita berserah, berarti kita menemukan damai yang hanya Tuhan bisa berikan, terlepas dari segala kekurangan atau tantangan yang kita hadapi.

Jadi, mari kita belajar untuk menghargai diri sendiri seperti Tuhan menghargai kita. Mulailah dengan bersyukur setiap hari atas kasih karunia-Nya, dan percayalah bahwa di dalam Dia, kita selalu cukup. Karena ketika kita menerima diri sendiri dengan kasih Tuhan, kita tidak hanya mengalami damai, tetapi juga bisa menjadi saluran kasih bagi orang lain.

WHAT TO DO:
1.Belajar untuk menerima diri kita apa adanya
2.Mengucap syukur dengan apa yang Tuhan kasih dalam hidup kita



BIBLE MARATHON:
▪︎ Bilangan 19-21

Card image
Renungan Pagi - 16 Februari 2025
2025-02-16 13:46:31


Hal-hal yang positif dari lidah adalah jika lidah mengucapkan kebenaran, menyampaikan firman Tuhan dengan kuasa, membangun harapan dalam hidup kita dan harapan bagi orang lain.

Lidah yang positif adalah lidah yang penuh penghargaan, ketika ucapan penuh dengan penghargaan, maka dimanapun Tuhan tempatkan kita, hidup pasti berdampak dan nama Tuhan dipermuliakan.

Card image
Quote Of The Day 16 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-16 13:44:59


Kalimat "rambut kepalamu pun terhitung," bukan untuk semua orang Kristen, melainkan untuk mereka yang disebut sebagai sahabat-sahabat-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 16 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-16 13:43:38


Tidak perlu orang menunggu orang minta maaf kepada kita terlebih dahulu baru kita mengampuni.

Card image
REPENTANCE OF THE OLD TESTAMENT PEOPLE - 16 Februari 2025 (English Version)
2025-02-16 10:19:17


Romans 2:13
"For it is not those who hear the Law who are righteous in God’s sight, but it is those who obey the Law who will be declared righteous."

Second, repentance for the Israelites in the Old Testament after the Torah was given. After the Torah was given, repentance meant a change in behavior, from breaking the Torah and abandoning worship of Yahweh, to returning to keeping the Torah and worshiping Yahweh. In the history of the Israelites, the nation was repeatedly influenced by the lifestyle of the pagan society around them, so that they worshipped other gods and did not live according to the Torah that Moses gave. God called for repentance through His prophets so that the nation would repent.

Third, the conversion of nations outside Israel. For example, the ancient Assyrians, whose capital was Nineveh. Repentance is a change in behavior that is considered evil or not good. When the people of Nineveh received the call of the Prophet Jonah, threatening that the city would be overturned by God, they repented. Indeed, we do not find complete data on the standards of conversion of these people. But if we examine Jonah 3:5, “The people of Nineveh believed in God, so they proclaimed a fast and they, both adults and children, wore sackcloth.” Even the king himself took off his robe, covered himself with ashes, and sat down in the ashes. It's like Job. Jonah 3:9-10, "Who knows, maybe God will turn and repent and turn away from His burning wrath, so that we do not perish." When God saw their deeds, namely how they turned from their evil behavior, then God regretted because of the disaster that He had planned for them, and He did not carry it out."

The pagans, the Assyrians, very likely had some kind of law or culture or moral standard that they were supposed to uphold. And when they broke those laws, they had to turn around or repent. Even if it wasn’t written, there was a culture, there was a moral standard. And if we read Romans 2:12-15, God did write His law on the hearts of people, all nations. Surely the ancient Assyrians or the Ninevites understood that marriage should be honored, respecting other people’s property, not lying, honoring parents. When the Ninevites broke the law or moral standard that they understood, they received a call to repentance from God through the prophet Jonah. Apparently there was a repentance of nations outside of Israel who were not Christians and who did not know the Torah. This means that God has a reckoning with those who are not the chosen people. If we read Romans 2:12-16, they too will be judged according to the law that they understand. So we read in the Book of Revelation, there are many books that are opened, and people are judged according to what is written in those books. So, there is an awareness of the need for change among people outside of the Israelites, outside of Christians, outside of the chosen people.

The fourth is the repentance proclaimed by John the Baptist. This is a repentance that calls for a willingness to do what God desires. That is, for the people of Israel to have the willingness to do what God wants. And God wants the people of Israel to keep the law not for the sake of the law, but for the sake of God who gave the law. Here, the center must be God, not the law itself. And this is the attitude of life adopted by Abraham. Abraham has obedience, obedience to the will of God. At that time, Abraham lived without the law, but Abraham was willing to do whatever God wanted. His entire life was seized because he did what God wanted; leaving Ur of the Chaldeans, never returning to Ur of the Chaldeans, etc. Even to the point of having to sacrifice his own son, Abraham was willing to obey. Thus, God was the center of his life.

In the time of John the Baptist, he called the people of Israel to repentance because, although they were already living a religious life, their religiosity had become a matter of legalistic formalism. God was no longer the center, but rather the law itself (legalism) and human recognition (formalism). It is no surprise, then, that the religious leaders of that time sought to present themselves as pious individuals—through the accessories they wore, by praying at street corners, and by making offerings in a way that was meant to be seen by others. The question for us is: Does our Christianity still contain such elements? Through John the Baptist’s call, the people of Israel were called to a higher standard of religious life so that they would prepare the way for the Lord. This is very important in the teaching of salvation.

Therefore, our lives must always be in obedience to the will of the Father. Indeed, we are not yet perfect, but if God desires us to live without blemish and without fault, we should not say, "It is impossible. Even Abraham had a concubine, yet he was the father of faith." Do not forget that this was in the Old Testament era, before the time of grace, before the Gospel that saves and sets free, and before the Holy Spirit was given. So do not use the excuse, "Even Abraham was not perfect." Our standard is not Abraham, but the Lord Jesus.

OUR LIVES MUST ALWAYS BE LIVED IN OBEDIENCE TO THE WILL OF THE FATHER.

Card image
PERTOBATAN UMAT PERJANJIAN LAMA - 16 Februari 2025
2025-02-16 10:14:45


Roma 2:13
“Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan.”

Yang kedua, pertobatan bagi bangsa Israel di Perjanjian Lama setelah Taurat diberikan. Setelah Taurat diberikan, *pertobatan berarti perubahan perilaku, dari melanggar hukum Taurat dan meninggalkan ibadah kepada Yahweh, kembali melakukan hukum Taurat dan beribadah kepada Yahweh. Dalam sejarah bangsa Israel, berulang kali bangsa itu terpengaruh oleh pola hidup masyarakat kafir di sekitar mereka, sehingga mereka menyembah ilah lain dan tidak hidup menurut Taurat yang Musa berikan. Allah menyerukan pertobatan melalui nabi-nabi-Nya agar bangsa itu bertobat.

Yang ketiga, pertobatan bangsa-bangsa di luar Israel. Misalnya bangsa Asyria purba, yang beribukota di Niniwe. Pertobatan itu perubahan perilaku yang dipandang jahat atau tidak baik. Ketika orang-orang Niniwe mendapat seruan Nabi Yunus, ancaman bahwa kota itu akan dijungkirbalikkan oleh Tuhan, mereka bertobat. Memang kita tidak menemukan data lengkap standar pertobatan orang-orang ini. Tetapi kalau kita memeriksa Yunus 3:5, “Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung.” Bahkan rajanya sendiri menanggalkan jubahnya, diselubungkan kain abu, lalu duduklah ia di abu. Ini seperti Ayub. Yunus 3:9-10, “Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa." Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Ia pun tidak jadi melakukannya.”

Orang kafir, orang Asyria, sangat besar kemungkinan bangsa itu telah memiliki semacam hukum atau budaya atau ukuran moral yang mestinya mereka tegakkan. Dan ketika mereka melanggar hukum-hukum itu, mereka harus berbalik atau bertobat. Kalaupun tidak tertulis, ada budaya, ada ukuran moral. Dan kalau kita membaca Roma 2:12-15, memang Allah menulis hukum-Nya di hati orang-orang, semua bangsa. Pasti bangsa Asyria purba atau orang Niniwe mengerti bahwa perkawinan harus dihormati, menghargai milik orang, tidak berdusta, menghormati orang tua. Ketika orang-orang Niniwe melanggar hukum atau ukuran moral yang mereka pahami, mereka mendapat seruan untuk bertobat dari Allah melalui Nabi Yunus. Rupanya ada pertobatan bangsa di luar Israel yang bukan Kristen dan yang tidak mengenal Taurat. Ini berarti Allah memiliki perhitungan dengan mereka yang bukan umat pilihan. Kalau kita membaca Roma 2:12-16, mereka pun nanti akan dihakimi menurut hukum yang mereka pahami. Maka kita membaca dalam Kitab Wahyu, ada banyak kitab yang dibuka, dan orang dihakimi menurut yang tertulis di kitab-kitab itu. Jadi, ada kesadaran untuk berubah di kalangan orang-orang di luar bangsa Israel, di luar orang Krsten, di luar umat pilihan.

Yang keempat, pertobatan yang diserukan oleh Yohanes Pembaptis. Ini adalah pertobatan untuk memiliki kesediaan melakukan yang diingini oleh Allah. Yaitu agar umat Israel memiliki kesediaan melakukan apa yang diingini oleh Allah. Dan Tuhan menghendaki umat Israel melakukan hukum bukan demi hukum itu, melainkan demi Allah yang memberikan hukum. Di sini yang mejadi pusat haruslah Allah, bukan hukum itu sendiri. Dan ini adalah sikap hidup yang dikenakan oleh Abraham. Abraham memiliki penurutan, ketaatan terhadap kehendak Allah. Pada waktu itu, Abraham hidup tidak punya hukum Taurat, tetapi Abraham bersedia melakukan apa pun yang Allah kehendaki. Seluruh hidupnya disita karena melakukan apa yang diingini oleh Allah; keluar Ur-Kasdim, tidak pernah kembali ke Ur-Kasdim, dst. Bahkan sampai harus menyembelih anak kandungnya, Abraham bersedia melakukan. Jadi, Allah yang menjadi pusat kehidupannya.

Pada zaman Yohanes Pembaptis, ia menyerukan pertobatan kepada masyarakat Israel yang waktu itu memang sudah hidup dalam keberagamaan yang baik, tetapi keberagamaan yang formalitas legalistik. Allah tidak menjadi pusat, tetapi hukum itu sendiri yang menjadi pusat (legalistik), dan penilaian manusia (formalitas). Maka tidak heran kalau tokoh-tokoh agama pada zaman itu selalu mau menampilkan dirinya sebagai orang saleh; dengan aksesoris yang dia pakai, dengan tindakan berdoa di perempatan-perempatan jalan, dengan memberikan persembahkan yang sengaja dilihat. Pertanyaan untuk kita, apakah kekristenan yang kita miliki masih ada unsur itu? Melalui seruan Yohanes Pembaptis, bangsa Israel dinaikkan standar hidup keberagamaannya, supaya mereka mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Ini penting sekali dalam ajaran keselamatan.

Maka, hidup kita pun harus hanya selalu menuruti kehendak Bapa. Memang kita belum sempurna, tapi kalau Tuhan menghendaki kita hidup tidak bercacat, tidak bercela, jangan berkata, “Tidak mungkin. Abraham saja punya gundik padahal dia bapak orang percaya.” Jangan lupa, itu zaman Perjanjian Lama sebelum zaman anugerah, belum ada Injil yang menyelamatkan dan membebaskan, dan belum menerima Roh Kudus. Jadi jangan beralasan, “Abraham saja tidak sempurna.” Standar kita bukan Abraham, melainkan Tuhan Yesus.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

HIDUP KITA PUN HARUS HANYA SELALU MENURUTI KEHENDAK BAPA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 Februari 2025
2025-02-16 10:05:42

Imamat 11-13

Card image
Truth Kids 15 Februari 2025 - SENTER ALLAH MENERANGI JALANKU
2025-02-15 18:34:51


Mazmur 119:105
”Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.”

Siapa di sini yang suka berjalan-jalan di tempat yang gelap? Pasti rasanya tidak nyaman, ya, karena kita tidak tahu apa yang ada di depan kita. Tapi coba bayangkan kalau kita punya senter atau lampu, jalan yang gelap itu jadi terlihat lebih jelas. Nah, Sobat Kids, Firman Tuhan itu seperti pelita atau senter untuk hidup kita. Firman Tuhan menerangi hati kita dan menunjukkan mana jalan yang benar.

Misalnya, ketika kita sedang bingung apakah kita harus berkata jujur atau tidak. firman Tuhan mengajarkan kita untuk berkata benar, walaupun itu mungkin tidak mudah. Ketika kita tergoda untuk melakukan sesuatu yang salah, firman Tuhan membantu kita mengingat apa yang baik dan berkenan bagi Tuhan.

Sobat Kids, firman Tuhan bukan hanya sekadar kata-kata di dalam Alkitab. Firman Tuhan adalah pedoman hidup kita. Jadi, yuk, biasakan membaca Alkitab setiap hari dan merenungkannya. Dengan begitu, hati kita akan selalu diterangi oleh kebenaran-Nya. Kita pun jadi tahu mana yang baik, mana yang salah, dan bisa hidup sesuai kehendak Tuhan. Jangan lupa, selalu berdoa supaya Tuhan menolong kita berjalan di jalan yang benar!

Card image
Truth Junior 15 Februari 2025 - PELITA
2025-02-15 18:30:02


Mazmur 119:105
”Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.”

Sebelum Michael Faraday menemukan listrik, orang-orang pada zaman dahulu hanya menggunakan lilin sebagai sumber cahaya. Selain lilin, ada juga pelita; lampu dengan bahan bakar minyak yang menjadi sumber cahaya. Dan jenis penerangan yang lebih besar dari pelita adalah obor. Sekarang ini pelita dan obor sudah jarang digunakan karena sudah ada listrik. Bahkan fungsi lilin yang awalnya sebagai benda penerang, sekarang sudah beralih fungsi karena lebih banyak digunakan di rumah makan untuk mengusir lalat.

Pada saat kitab Mazmur dituliskan, sumber cahaya yang mereka miliki adalah pelita. Oleh sebab itu, dalam ayat firman Tuhan yang kita baca hari ini dikatakan bahwa firman Tuhan adalah pelita atau terang bagi jalan pemazmur.

Firman Tuhan memimpin jalan kehidupan kehidupan manusia sejak zaman dahulu hingga sekarang, bahkan sampai selama-lamanya. Tuhan telah memberikan batasan-batasan yang perlu ditaati dalam Alkitab. Tugas kita adalah membacanya dan melakukan sesuai dengan batasan yang Tuhan berikan dalam Alkitab. Batasan-batasan itulah yang akan membawa kita dalam jalan kebenaran. Yuk, kita baca Kitab Suci dan doa tiap hari, Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 15 Februari 2025 - SPECIAL EDITION
2025-02-15 18:24:41


"I consider everything a loss because of the surpassing worth of knowing Christ Jesus my Lord, for whose sake I have lost all things. I consider them garbage, that I may gain Christ." (Philippians 3:8)

In our daily lives, we often feel pressured to meet the world’s standards—whether it’s our appearance, achievements, or what others think of us. We tend to define ourselves based on our accomplishments or how others perceive us, as though that’s what determines who we truly are. For example, having many friends, excelling in school, or showing a perfect life on social media is often seen as a measure of success and self-worth. However, if we rely on the world’s standards, we can easily become disappointed because all of these things are temporary and can change at any time.

When we focus too much on worldly accomplishments, we may forget who we truly are and the purpose of our lives. As children of God, our identity is not determined by those achievements. In Ephesians 2:10, we are reminded that we are God’s masterpiece, created with a specific purpose. God designed our lives with love, and our value is defined by Him, not by the world. We were created not just to achieve worldly success but to reflect Christ in our lives and serve His purpose.

Our identity as children of God gives us a strong foundation to view ourselves in a new way. Finding our identity in Christ means realizing that our worth was established by God from the very beginning. There’s no need to compare ourselves to others or be trapped by ever-changing standards. When we focus on who we are in God’s eyes, we become stronger in facing life’s challenges, knowing that our lives have a greater purpose than just worldly achievements. Our identity is part of God’s greater work, and that is an unshakable value.

WHAT TO DO:
1. Focus your identity on what God thinks of you, not on the judgment of the world.
2. Remember that your life was created with a special purpose that God has set, not just to meet the world’s standards.
3. Don’t compare yourself to others because your value has been determined by God from the start.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 16-18

Card image
Truth Youth 15 Februari 2025 - SPECIAL EDITION
2025-02-15 18:22:23


”Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus” (Filipi 3:8)

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering merasa tertekan untuk memenuhi standar dunia. Mulai dari penampilan, prestasi, hingga apa yang orang lain pikirkan tentang kita. Kita sering kali mendefinisikan diri berdasarkan pencapaian atau penilaian orang lain, seolah-olah itulah yang menentukan siapa kita. Misalnya, memiliki banyak teman, sukses di sekolah, atau tampil sempurna di media sosial sering dianggap sebagai tolok ukur keberhasilan dan harga diri. Namun, jika kita hanya mengandalkan standar dunia, kita bisa mudah merasa kecewa, karena semua itu sifatnya sementara dan bisa berubah kapan saja.

Ketika kita terfokus pada pencapaian dunia, kita juga cenderung melupakan siapa kita sebenarnya dan apa tujuan hidup kita. Sebagai anak Tuhan, identitas kita tidak ditentukan oleh pencapaian tersebut. Dalam Efesus 2:10, kita diingatkan bahwa kita adalah karya ciptaan Tuhan, yang diciptakan dengan tujuan yang khusus. Tuhan merancang hidup kita dengan penuh kasih, dan nilai kita sudah ditentukan oleh-Nya, bukan oleh dunia. Kita diciptakan bukan hanya untuk mencapai hal-hal duniawi, tetapi untuk mencerminkan Kristus dalam hidup kita dan melayani tujuan-Nya.

Identitas kita sebagai anak Tuhan memberikan kita landasan yang kuat untuk melihat diri kita dengan cara yang berbeda. Menemukan identitas dalam Kristus berarti menyadari bahwa nilai kita sudah ditetapkan oleh Tuhan sejak awal. Tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain atau terjebak dalam standar yang terus berubah. Ketika kita fokus pada siapa kita di mata Tuhan, kita akan lebih kuat menghadapi tantangan hidup, karena kita tahu bahwa hidup kita punya tujuan yang lebih besar daripada sekadar pencapaian duniawi. Identitas kita adalah bagian dari karya besar Tuhan yang penuh arti, dan itu adalah nilai yang tidak tergoyahkan.

WHAT TO DO:
1.Fokuskan identitasmu pada apa yang Tuhan pikirkan tentangmu, bukan pada penilaian dunia.
2.Ingat bahwa hidupmu diciptakan dengan tujuan khusus yang Tuhan tetapkan, bukan sekadar untuk memenuhi standar dunia.
3.Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain, karena nilai dirimu sudah ditentukan oleh Tuhan sejak awal.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Bilangan 16-18

Card image
Renungan Pagi - 15 Februari 2025
2025-02-15 18:20:02


Seseorang bisa rendah hati karena dia mengenal Tuhan dengan benar, Paulus berkata, "Aku ada sebagaimana aku ada karena anugerah Tuhan". Dan Paulus juga berkata, "Aku kenal kepada siapa aku percaya, aku yakin Dia berkuasa."

Berarti orang sombong adalah orang yang tidak mengenal Tuhan, karena orang yang mengenal Tuhan, menyadari bahwa segala sesuatu yang dia terima datangnya dari Tuhan, karena itu dia tidak bisa sombong, tetapi dia berjalan dalam kerendahan hati dan menyadari bahwa semuanya hanya karena kebaikan Tuhan.

Card image
Quote Of The Day - 15 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-15 18:18:13


Prinsipnya bukan berapa banyak yang sudah kita berikan untuk Tuhan, melainkan apakah masih ada sisa yang kita pertahankan untuk diri kita sendiri.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 15 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-15 18:16:54


Kalau kekristenan benar-benar istimewa, maka kekristenan akan membuahkan atau menghasilkan manusia-manusia unggul yang lebih dari manusia lain dalam hidup keberagamaan, kerohanian dan moral.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 Februari 2025
2025-02-15 18:14:38

Imamat 8-10

Card image
EXCLUSIVITY OF SALVATION - 15 Februari 2025 (English Version)
2025-02-15 12:33:39


Acts 4:12
"And salvation is found in no one else, for there is no other name under heaven given to mankind by which we must be saved."

Unwittingly, the wrong concept of salvation—one that fosters arrogance—has led to the belief that the exclusivity of salvation lies in how easily it can be obtained and possessed, without good deeds, without demonstrating merit. It may appear theologically sound and doctrinally correct, but this is a misconception. Addressing this does not mean we deny that salvation is exclusively in Christ. Salvation is only in Christ. There is no salvation outside of Christ. Because Jesus bore all the sins of mankind. There is no salvation outside of Christ, because all sins were borne by the Lord Jesus. However, if one merely holds onto this belief without truly experiencing and possessing salvation, their Christian faith is ultimately in vain. The reality is that many who claim “salvation is only in Christ” do not actually experience or possess that salvation. Salvation is only in Christ, right. But salvation here means the return of humans to God's original plan. That's what it means. “Salvation is only in Christ” means that only those who are in Christ are returned to God’s original design.

Meanwhile, those who are outside of Christ can enter the world to come if they love their neighbor as themselves. However, it was Jesus who redeemed their sins; that is, Jesus who bore their sins on the cross. What is the difference with us? The difference with us is that we not only have to love our neighbor as ourselves, but we must be perfect like the Father, everything we do must always be in accordance with God's thoughts and feelings. Belief in salvation actually makes many people increasingly blind to the truth because belief in salvation that is only based on believing in Jesus as the only way of salvation, tends to assume that the process of salvation is easy. As long as you believe, you are saved. This is a false teaching. This raises the question: why does the understanding of salvation held by many Christians seem ineffective or powerless in transforming their lives so that they have a superior, special life?

Something must be wrong, something that is not realized. We must return to the pure truth about salvation. If someone’s understanding of salvation truly aligns with the Gospel, then that understanding will undoubtedly have the power to transform lives. If Christianity is truly special, then it should produce individuals who are outstanding—surpassing others in religious devotion, spirituality, and morality. Spirituality includes morality, work ethic, and all aspects of life. If Christians truly understand, experience, and possess salvation, their lives should be noble, excellent, and extraordinary in morality, work ethic, and every other aspect. But in reality, we often fail to see such distinctiveness. Therefore, it is not surprising that some non-Christians are not drawn to Christianity. In simple terms, they ask, “What’s so special about Christians?”

There are even Christians who convert to other religions because they do not see anything special in Christianity. We must correct this mistake. We need to recognize and then show what is true. One of the topics that must be discussed is repentance. Let us not be prejudiced when hearing the word “repentance” because we feel saturated, bored, and end up rejecting it. When we encounter the words “repent” or “repentance” in the Bible, we must carefully and thoroughly examine their context—when, where, and under what circumstances these words appear. It must align with the context. Up to now, many have viewed repentance in a general sense, detaching it from its context. In reality, the word “repentance” has a specific meaning, not just based on the word itself. The Hebrew words for “repent” or “repentance” are shub (שׁוּב) and nacham (נָחַם), while in Greek, it is metanoia (μετάνοια). Therefore, it should not be interpreted solely based on its etymology in a general sense, but rather by considering its context.

First, repentance for the nation of Israel in the Old Testament, before the Law was given, meant turning away from actions that were not commanded by God. Or ceasing to do things that were not ordained by God, since the Law did not yet exist. Remember, when Moses brought down the two stone tablets from Mount Sinai in Exodus 32, the Israelites had made a golden calf. Moses became angry and called the people to repent. The making of the golden calf while Moses was on Mount Sinai demonstrated that the Israelites were still influenced by the mindset of the Egyptians, who worshiped many gods. This was different from Abraham, who did not have the Law, as it had not yet been given. However, Abraham always did what God commanded, even though he was not perfect. As a result of his mistakes, Abraham had to bear the consequences.

“SALVATION IS ONLY IN CHRIST" MEANS THAT ONLY THOSE WHO ARE IN CHRIST ARE RETURNED TO GOD'S ORIGINAL DESIGN.

Card image
EKSKLUSIVITAS KESELAMATAN - 15 Februari 2025
2025-02-15 12:31:39


Kis. 4:12 Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.”

Tanpa disadari, konsep keselamatan yang salah yang membangun arogansi telah mengarahkan bahwa eksklusivitas keselamatan terletak pada mudahnya keselamatan dialami dan dimiliki, tanpa perbuatan baik, tanpa menunjukkan jasa. Kelihatannya begitu teologis dan begitu doktrinal sifatnya. Tapi itu salah. Mengemukakan hal ini bukan berarti kita tidak percaya eksklusivitas keselamatan hanya dalam Kristus. Keselamatan hanya ada dalam Kristus. Tidak ada keselamatan di luar Kristus. Sebab Yesus yang memikul semua dosa manusia. Tidak ada keselamatan di luar Kristus, sebab semua dosa dipikul oleh Tuhan Yesus. Tetapi kalau hanya keyakinan terhadap hal tersebut, sesungguhnya sia-sia iman kristianinya. Faktanya, mereka yang mengatakan hal itu—bahwa keselamatan hanya dalam Kristus—tapi mereka tidak mengalami dan memiliki keselamatan itu. Keselamatan hanya dalam Kristus, betul. Tetapi keselamatan di sini maksudnya adalah dikembalikannya manusia ke rancangan Allah semula. Itu maksudnya. “Keselamatan hanya dalam Kristus” artinya bahwa hanya orang-orang dalam Kristus yang dikembalikan ke rancangan semula Allah.

Sedangkan mereka yang di luar Kristus, bisa masuk dunia yang akan datang kalau mengasihi sesamanya seperti diri sendiri. Tetapi, Yesuslah yang menebus dosa mereka; artinya, Yesuslah yang memikul dosa mereka di kayu salib. Bedanya dengan kita apa? Bedanya dengan kita, kita bukan hanya harus mengasihi sesama seperti diri sendiri, melainkan kita harus sempurna seperti Bapa, segala sesuatu yang kita lakukan harus selalu sesuai dengan pikiran, perasaan Allah. Keyakinan mengenai keselamatan malah membuat banyak orang makin buta terhadap kebenaran karena keyakinan mengenai keselamatan yang hanya dilandaskan pada percaya Yesus satu-satunya jalan keselamatan, cenderung menganggap bahwa proses keselamatan itu mudah. Asal meyakini, selamat. Itu sesat. Sehingga timbul pertanyaan: mengapa keselamatan yang dipahami banyak orang Kristen kurang atau tidak berdaya guna mengubah hidup mereka sehingga mereka memiliki kehidupan yang unggul, yang istimewa?

Ini pasti ada sesuatu yang salah, yang tidak disadari. Kita harus kembali kepada kebenaran yang murni mengenai keselamatan. Kalau pemahaman seseorang mengenai keselamatan benar-benar sesuai dengan Injil, maka pastilah pemahaman itu berdaya guna mengubah hidup. Kalau kekristenan benar-benar istimewa, maka kekristenan akan membuahkan atau menghasilkan manusia-manusia unggul yang lebih dari manusia lain dalam hidup keberagamaan, kerohanian dan moral. Tentu kalau bicara kerohanian itu meliputi moral, etos kerja, dan segala aspeknya. Kalau orang Kristen benar-benar mengerti keselamatan dan mengalaminya serta memilikinya, pasti kehidupannya menjadi agung, unggul, luar biasa dalam moral, etos kerja, dan segala aspeknya. Tetapi ternyata kita selama ini tidak menemukan keistimewaan itu. Jadi, tidak heran kalau ada orang non-Kristen yang tidak tertarik terhadap kekristenan. Kalau dibahasakan, orang berkata, “Apa istimewanya orang-orang Kristen itu?”

Bahkan ada orang-orang Kristen yang pindah agama, karena tidak melihat keistimewaan dalam kekristenan. Kita harus meluruskan kesalahan ini. Kita harus mengenali lalu menunjukkan apa yang benar. Salah satu yang harus dibahas adalah mengenai pertobatan. Kiranya kita jangan apriori dulu mendengar kata “pertobatan,” karena kita sudah jenuh, bosan, lalu menolak. Jika kita bertemu dengan kata “bertobat” atau “pertobatan” di dalam Alkitab, kita harus benar-benar hati-hati dan teliti memperhatikan konteksnya; bilamana, kapan, dan di mana kata itu muncul atau berada. Harus sesuai konteks. Sebab selama ini, mereka memandang pertobatan secara umum dan melepaskan dari konteksnya. Padahal, kata “pertobatan” memiliki pengertian khusus, bukan hanya berdasarkan kata itu sendiri. Kata “bertobat” atau “pertobatan,” dalam bahasa Ibrani adalah shub (שׁוּב), nacham (נָחַם); dan dalam bahasa Yunani metanoia (μετάνοια). Jadi bukan hanya ditinjau dari etimologi kata tersebut, lalu secara umum diartikan, namun harus melihat konteks.

Pertama, pertobatan bagi bangsa Israel di Perjanjian Lama, sebelum Taurat diberikan, yaitu perubahan dari perbuatan yang tidak diperintahkan oleh Allah. Atau berhenti dari perbuatan yang tidak diperintahkan dari Allah, karena Taurat memang belum ada. Ingat, ketika Musa membawa dua loh batu dari atas Gunung Sinai di Keluaran 32, bangsa Israel membuat patung anak lembu. Musa menjadi marah dan menyerukan pertobatan kepada bangsa itu. Pembuatan patung anak lembu sementara Musa di atas Gunung Sinai menunjukkan bangsa Israel masih hidup dalam alam pikiran bangsa Mesir yang memiliki banyak dewa. Berbeda dengan Abraham yang tidak mengenal Taurat, karena belum ada Taurat. Tetapi Abraham selalu melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah. Walaupun tentu Abraham tidak sempurna. Akibat dari kesalahan-kesalahan itu, Abraham harus memikulnya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KESELAMATAN HANYA DALAM KRISTUS ARTINYA BAHWA HANYA ORANG-ORANG DALAM KRISTUS YANG DIKEMBALIKAN KE RANCANGAN SEMULA ALLAH.

Card image
Truth Kids 14 Februari 2025 - SEPEDA BARU
2025-02-14 22:42:57


Lukas 12:15
”Kata-Nya lagi kepada mereka: ”Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.”

Hari ini, Kevin melihat tetangganya, Rafi, membawa sepeda baru yang keren. "Sepedanya bagus sekali! Aku ingin punya seperti itu," gumam Kevin dengan nada iri. Saat makan malam, Kevin menceritakan keinginannya kepada ayah. Ayah tersenyum dan berkata, "Kevin, Tuhan sudah memberikan kita apa yang kita butuhkan. Lihatlah sepedamu yang masih bagus dan bisa membawamu ke mana-mana. Daripada menginginkan apa yang orang lain punya, yuk kita syukuri apa yang sudah kita miliki." Kevin berpikir sejenak dan menyadari bahwa sepedanya masih baik dan sering membantunya pergi bermain dengan teman-teman. Ia pun mulai merasa lega dan tersenyum.

Sobat Kids, saat kita merasa iri atau ingin memiliki lebih dari yang sudah kita miliki, sering kali kita lupa bahwa Tuhan telah mencukupi kebutuhan kita. Ketamakan membuat hati kita tidak tenang dan menjauhkan kita dari sukacita. Tetapi, ketika kita belajar bersyukur, hati kita menjadi damai, dan kita bisa menikmati semua yang Tuhan telah berikan.

Mari kita belajar bersyukur atas berkat yang kita miliki dan percaya bahwa Tuhan selalu mencukupi kebutuhan kita setiap hari!

Card image
Truth Junior 14 Februari 2025 - KEBAKARAN
2025-02-14 22:40:44


Lukas 12:15
”Kata-Nya lagi kepada mereka: ”Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.”

Dito dikenal sebagai anak yang sombong di sekolah maupun di lingkungan rumahnya. Teman-temannya sudah paham dengan kelakukan sombongnya itu. Dia bisa berlaku sombong karena kedua orang tuanya memiliki bisnis sendiri. Rumah Dito besar dan luas, mobilnya pun lebih dari satu. Semua keinginan dapat diwujudkan oleh orang tuanya dengan mudah. Apalagi Dito merupakan anak tunggal.

Karena merasa memiliki harta yang melimpah, Dito menjadi malas untuk belajar. Dia berpikir tidak perlu belajar lagi, karena pasti dialah yang akan mewarisi harta kekayaan orang tuanya. Bisnis yang dimiliki orang tuanya juga pasti ia yang akan meneruskannya. Jadi, tidak perlu bekerja keras karena semua sudah tersedia. Hingga suatu hari, terjadi kebakaran besar yang melenyapkan bisnis orang tuanya. Semua habis ludes oleh si jago merah. Tidak ada yang tersisa selain abu dan reruntuhan. Orang tua Dito terpaksa menjual rumah mewah dan mobil-mobil mereka untuk membayar utang akibat kebakaran tersebut. Dito pun tidak memiliki sesuatu yang dapat ia sombongkan.

Sobat Junior, kita tidak dapat bergantung dengan harta kekayaan sekalipun kita memilikinya dengan berlimpah-limpah. Seperti peristiwa yang menimpa Dito, kekayaan dapat habis dalam sekejap. Segala yang kita miliki berasal dari Tuhan, kita hanya dipercayakan untuk mengaturnya sesuai dengan kehendak-Nya.

Card image
Truth Youth 14 Februari 2025 (English Version) - STOP COMPARING YOURSELF
2025-02-14 22:38:03


“We do not dare to classify or compare ourselves with some who commend themselves. When they measure themselves by themselves and compare themselves with themselves, they are not wise.” (2 Corinthians 10:12)

Have you ever scrolled through social media and suddenly felt like your life isn’t as bright as others? On Instagram or TikTok, we often see friends or influencers who seem happy, successful, and living perfect lives. From luxurious vacation photos to career achievements that inspire, everything looks beautiful and fun. But what we see on the screen is often just a small part of their lives, carefully selected for others to see. The problem is, social media often makes us compare our lives to others. We compare our reality to the one we see in the timeline—and sometimes, it can be devastating. We start feeling inadequate, like we’ve failed, or that our lives aren’t cool enough.

In reality, comparing ourselves to others will only distract us from focusing on our own journey. When we compare too often, we become trapped by the pressure to be someone we’re not. This can harm our mental health. We start feeling worthless or stressed because we don’t meet the standards others have set. As a result, we lose our sense of gratitude for what we have and get caught up in our perceived shortcomings. But the truth is, everyone has a different purpose and process in life. Each person has their own challenges and pace. Focus on becoming the best version of yourself and trust that God has a beautiful plan for your life. Don’t let comparisons cloud the path God has set for you. When we stop comparing ourselves to others, life feels lighter.

WHAT TO DO:
1. Focus on your own journey and enjoy every process you go through.
2. Appreciate what you have and don’t get trapped in comparison with others.
3. Trust that God has a unique and beautiful plan for your life, according to His purpose.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 14-15

Card image
Truth Youth 14 Februari 2025 - STOP COMPARING YOURSELF
2025-02-14 21:13:01


Memang kami tidak berani menggolongkan diri kepada atau membandingkan diri dengan orang-orang tertentu yang memujikan diri sendiri. Mereka mengukur dirinya dengan ukuran mereka sendiri dan membandingkan dirinya dengan diri mereka sendiri. Alangkah bodohnya mereka!” (2 Korintus 10:12)

Pernahkah kalian scroll media sosial dan tiba-tiba merasa hidup kalian enggak secemerlang orang lain? Di Instagram atau TikTok, kita sering melihat teman-teman atau influencer yang tampaknya selalu bahagia, sukses, dan hidupnya serba sempurna. Dari foto liburan mewah hingga pencapaian karier yang menginspirasi, semuanya terlihat indah dan menyenangkan. Tapi apa yang kita lihat di layar sering kali cuma bagian kecil dari kehidupan mereka, yang telah dipilih dengan cermat untuk dilihat orang lain. Masalahnya, media sosial sering membuat kita membandingkan diri kita dengan orang lain. Kita membandingkan kehidupan yang kita jalani dengan kehidupan yang kita lihat di timeline—dan kadang, itu bisa sangat menghancurkan. Kita mulai merasa kurang, merasa gagal, atau merasa hidup kita enggak cukup keren.

Padahal, membandingkan diri dengan orang lain hanya akan membuat kita kehilangan fokus pada perjalanan kita sendiri. Ketika kita terlalu sering membandingkan diri dengan orang lain, kita jadi terjebak dalam tekanan untuk menjadi sesuatu yang bukan diri kita. Ini bisa merusak kesehatan mental kita. Kita merasa kurang berharga atau tertekan karena merasa kita _enggak_ memenuhi standar yang ditetapkan orang lain. Dampaknya, kita kehilangan rasa syukur terhadap apa yang kita miliki dan malah sibuk dengan kekurangan kita. Padahal, dalam hidup ini kita punya tujuan dan proses yang berbeda-beda. Setiap orang memiliki tantangan dan kecepatan masing-masing. Fokuslah untuk menjadi versi terbaik dari dirimu sendiri dan percayalah bahwa Tuhan punya rencana indah untuk hidupmu. Jangan biarkan perbandingan dengan orang lain mengaburkan perjalanan hidup yang sudah Tuhan rencanakan untukmu. Percaya deh, ketika kita sudah bisa untuk tidak membandingkan diri kita dengan orang lain, maka hidup kita juga akan terasa lebih ringan.

WHAT TO DO:
1.Fokus pada perjalanan hidupmu sendiri dan nikmati setiap proses yang kamu jalani.
2.Hargai apa yang kamu miliki dan jangan terjebak dalam perbandingan dengan orang lain.
3.Percayalah bahwa Tuhan punya rencana unik dan indah untuk hidupmu, sesuai dengan tujuan-Nya

BIBLE MARATHON:
▪︎ Bilangan 14-15

Card image
Renungan Pagi - 14 Februari 2025
2025-02-14 21:09:54


Apapun keadaan kita janganlah putus asa dengan keadaan, tetaplah maju dan tetap percaya bahwa mukjizat masih ada bagi setiap kita yang berharap kepada-Nya.

Tetap berdoa dan tetap menjadi terang sehingga orang lain bisa melihat terang Kristus ada didalam hidup kita, karena mereka dapat melihat perbuatan ajaib Tuhan dalam hidup kita.

Card image
Quote Of The Day - 14 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-14 21:08:38


Kesederhanaan hidup itu ternyata berakar pada satu hal: jangan mengingini apapun.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 14 Februari 2025 (Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-14 21:07:03


Dengan meyakini bahwa tidak ada keselamatan di luar Kristus, banyak orang Kristen merasa telah benar-benar mengalami dan memiliki keselamatan.

Card image
TO BE PROUD OF SALVATION - 14 Februari 2025 (English Version)
2025-02-14 12:37:07


Matthew 5:20
"For I tell you that unless your righteousness surpasses that of the Pharisees and the teachers of the law, you will certainly not enter the kingdom of heaven."

A significant question arises regarding Christian life: why does the concept of salvation, as understood by many Christians, seem to lack the power to bring about a significant transformation in their lives? Have we ever pondered this question? In observing Christian life, we often find that the way salvation is understood fails to produce an extraordinary Christian way of living. In reality, we see many theologians, teachers, and pastors who preach about salvation but whose lives do not exhibit exceptional qualities compared to the general public. Why does Christianity not make us extraordinary? Yet, Jesus Himself said that our righteousness (Greek: dikaiosunei) must exceed that of religious figures (Matthew 5:20).

In fact, if we honestly look at the lives of many Christians and our own lives, we don't see anything truly special, meaning just general. It cannot be denied that what is most celebrated in Christianity is the concept of salvation. Usually the most proud thing for Christians is the doctrine that says there is no salvation outside of Christ, and we are the only religion that has Christ. Many Christians conclude that only Christians will enter heaven, when in fact the truth is that there is no salvation outside of “Christ,” not outside of “Christianity.” By believing that there is no salvation outside of Christ, many Christians feel that they have truly experienced and possessed salvation. And taking pride in it , because they feel that it is the only thing that Christians have, so they feel that they have experienced and possessed salvation.

Let us reflect, what is the meaning of salvation that is so proudly proclaimed—salvation that exists only in Christ-if, in reality, the religious life, spirituality, and morality of those who boast about this doctrine fail to radiate anything extraordinary? We declare, "There is no salvation outside of Christ," with pride, yet our religious, spiritual, and moral lives as Christians do not reflect anything remarkable. As a result, our faith appears no different from other religions. So, our existence is the same as the religious life of other religions, in fact, many Christians often live religious lives, spiritual lives or spirituality and morals that are lower, worse than people of other religions. And this is a fact of life. But many Christians do not care about this fact. They feel that the exclusivity of salvation is only in Christ, and that is considered an advantage that automatically makes them not go to hell. Because it is considered an advantage that is greater than the religiousness of all religions, so that then arrogance is born—a self-righteous pride born out of doctrine.

Who has that doctrine? Only Christians. Usually based on the verse that says, "I am the way, the truth, and the life; no one comes to the Father except through Me," or in the Acts of the Apostles it says, "There is no name under heaven given to men by which they must obtain salvation." This is pride that can build arrogance. Arrogance is not only towards non-Christians, but also towards Christians whose concept or doctrine of salvation is different. Typically, those who display arrogance about salvation do not truly understand salvation. They take pride in salvation that seems easily obtained—simply by believing that Jesus is the only way to salvation. However, believing this does not automatically grant entrance to heaven.

Ironically, the influence of the doctrine and the lives of these people are toxic; poison. And this poison has spread widely in the lives of the congregation. As proof, almost all Christians also live naturally like the children of the world. Usually people who are arrogant about the doctrine of salvation solve the problem of salvation only in belief and the formulation of doctrinal sentences. Of course they are good at debating or arguing about doctrine. If someone understands that salvation is not just a belief, but a real struggle that must be experienced in real terms, then it is difficult for them to be arrogant. In fact, when they are arrogant, their concept of salvation is definitely wrong. Salvation is not just a belief, but a hard and difficult struggle. Usually, people who are arrogant about their model of salvation try to defend their doctrine of salvation, because they feel they want to defend God's doctrine that salvation is done by God unilaterally. And this is wrong. Yet, this belief has poisoned many Christians. The effort to actively work on one's salvation is often dismissed by them as incorrect, even ridiculed, as if it were unnecessary. “Salvation is by grace,” they say. “God is the one who saves; you do not save yourself,” they claim. It is true that God saves, but it is the individual's response that determines that person's salvation.

IT IS TRUE THAT GOD SAVES, BUT IT IS THE INDIVIDUAL'S RESPONSE THAT DETERMINES THAT PERSON'S SALVATION.

Card image
KESELAMATAN YANG DIBANGGAKAN - 14 Februari 2025
2025-02-14 12:35:20


Matius 5:20
“Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.”

Pertanyaan yang timbul mengenai hidup kekristenan dalam kehidupan banyak orang Kristen adalah mengapa keselamatan yang dipahami oleh banyak orang Kristen kurang atau tidak berdaya guna mengubah mereka secara signifikan? Apakah pertanyaan ini pernah muncul di hati kita? Di tengah kehidupan orang Kristen, kita menemukan bahwa konsep keselamatan yang mereka pahami kurang berdaya guna melahirkan, membuahkan kehidupan Kristen yang istimewa. Pada kenyataannya, kita juga melihat banyak teolog, pengajar, pendeta yang berbicara mengenai keselamatan, yang tidak memiliki kualitas hidup yang istimewa jika dibanding dengan kehidupan orang pada umumnya, kelihatannya tidak beda jauh. Mengapa kekristenan kita tidak membuat kita menjadi istimewa? Padahal Tuhan Yesus berkata agar hidup keagamaan atau hidup kebenaran kita (Yun. _Dikaiosunei_) melebihi tokoh-tokoh agama lain (Mat. 5:20).

Faktanya kalau kita jujur melihat kehidupan banyak orang Kristen dan kehidupan kita sendiri, kita tidak melihat sesuatu yang benar-benar istimewa, artinya umum saja. Tidak dapat disangkali bahwa di dalam kekristenan yang paling dibanggakan adalah konsep keselamatan. Biasanya yang paling dibanggakan orang Kristen, doktrin yang mengatakan bahwa tidak ada keselamatan di luar Kristus, dan kita satu-satunya agama yang memiliki Kristus. Banyak orang Kristen menyimpulkan bahwa hanya orang Kristen yang masuk surga, padahal yang benar adalah tidak ada keselamatan di luar “Kristus,” bukan di luar “Kristen.” Dengan meyakini bahwa tidak ada keselamatan di luar Kristus, banyak orang Kristen merasa telah benar-benar mengalami dan memiliki keselamatan. Dan hal itu membanggakan, karena merasa itu satu-satunya yang dimiliki orang Kristen, maka dia merasa sudah mengalami dan memiliki keselamatan.

Coba kita renungkan, apa artinya keselamatan yang dibanggakan bahwa keselamatan hanya di dalam Kristus, tetapi ternyata hidup keagamaan, kehidupan rohani, dan moralitas orang Kristen yang bangga dengan konsep atau doktrin itu, ternyata tidak memancarkan keistimewaan? Kita berkata, “Tidak ada keselamatan di luar Kristus” dengan bangga, tetapi ternyata hidup keberagamaan, hidup rohani atau moralitas kita sebagai orang Kristen tidak memancarkan keistimewaan. Jadi, keberadaan kita sama seperti kehidupan keberagamaan agama lain, bahkan sering banyak orang Kristen yang hidup keberagamaan, hidup kerohanian atau spiritualitas dan moralnya lebih rendah, lebih buruk dari orang beragama lain. Dan ini adalah fakta hidup. Tetapi banyak orang Kristen tidak peduli terhadap fakta ini. Mereka merasa eksklusivitas keselamatan hanya ada di dalam Kristus, dan itu dianggap sebagai keunggulan yang membuat mereka otomatis tidak masuk neraka. Karena itu dianggap keunggulan yang lebih dari keberagamaan semua agama, sehingga kemudian lahir arogansi diri; kesombongan diri yang lahir dari doktrin itu.

Siapa yang memiliki doktrin itu? Hanya orang Kristen. Biasanya didasarkan pada ayat yang mengatakan, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup, tidak seorang pun sampai kepada Bapa kecuali melalui Aku,” atau dalam Kisah Rasul dikatakan, “Di bawah kolong langit ini tidak ada nama yang diberikan kepada manusia yang di dalamnya manusia dapat memperoleh keselamatan.” Ini kebanggaan yang bisa membangun arogansi. Arogansi bukan hanya terhadap orang-orang non-Kristen, namun juga kepada orang-orang Kristen yang konsep atau doktrin keselamatannya berbeda. Biasanya orang-orang yang memiliki arogansi mengenai keselamatan ini, justru tidak mengenal keselamatan dengan benar. Mereka bangga dengan keselamatan yang diperoleh dengan mudah, yaitu dengan meyakini bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan. Padahal, dengan meyakini hal itu, tidak otomatis masuk surga.

Ironis, pengaruh doktrin dan kehidupan orang-orang tersebut itu menjadi toxic; racun. Dan racun ini sudah menyebar luas dalam kehidupan jemaat. Sebagai buktinya, hampir semua orang Kristen juga hidup wajar seperti anak-anak dunia. Biasanya orang-orang yang arogan mengenai doktrin keselamatan ini menyelesaikan masalah keselamatan hanya dalam keyakinan dan rumusan kalimat doktrin. Tentu mereka cakap dalam berdebat atau adu argumentasi mengenai doktrin. Kalau seseorang mengerti bahwa keselamatan bukan sekadar keyakinan, melainkan benar-benar perjuangan yang harus dialami secara riil, maka sulit baginya menjadi arogan. Justru ketika mereka arogan, itu pasti konsep keselamatannya salah.

Keselamatan itu bukan hanya keyakinan, melainkan perjuangan yang berat dan sukar. Biasanya orang-orang yang arogan mengenai keselamatan model mereka ini berusaha membela ajaran keselamatan mereka, sebab mereka merasa mau membela doktrin Allah bahwa keselamatan itu dilakukan Allah secara sepihak. Dan itu salah. Tetapi, ini yang telah meracuni banyak orang Kristen. Usaha mengerjakan keselamatan malah biasanya dianggap salah dan tidak jarang ditertawakan mereka, karena dianggap sebagai sikap mengada-ada. “Keselamatan, oleh anugerah, kok,” kata mereka. “Tuhan yang menyelamatkan, bukan kamu yang menyelamatkan diri kamu,” katanya. Memang Allah menyelamatkan, tetapi respons individu yang menentukan keselamatan orang tersebut.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MEMANG ALLAH MENYELAMATKAN, TETAPI RESPONS INDIVIDU YANG MENENTUKAN KESELAMATAN ORANG TERSEBUT.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 Februari 2025
2025-02-14 12:31:34

Imamat 5-7

Card image
Truth Kids 13 Februari 2025 - TIDAK MENYIMPANG
2025-02-13 21:17:21


1 Korintus 10:11
”Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba.”

Pada saat semester satu, Dino malas belajar sehingga nilai di rapornya tidak bisa maksimal. Ia menyadari karena saat itu keluarganya sedang ada masalah dan tidak ada yang membimbingnya untuk belajar. Namun, Dino larut dalam masalah. Ia merasa bahwa tidak perlu berprestasi karena sudah putus asa dengan keadaan keluarganya.

Suatu ketika, di malam hari Dino berdoa kepada Tuhan. Ia memohon supaya memiliki pengharapan di tengah masalah yang ia hadapi, karena selama ini ia tidak bersyukur dengan setiap keadaan yang Tuhan izinkan. Ia selalu mengeluh dan menyalahkan keadaan yang ia alami. Akibat dari kemalasan itulah Dino hampir tidak naik kelas. Ia pun menyadari bahwa yang ia lakukan salah. Kegagalan yang dialami Dino menjadi sebuah pembelajaran bagi dirinya. Ia pun bangkit dari rasa kemalasan dan sikapnya yang menyalahkan Tuhan dalam keadaan yang ia alami. Ia mengambil keputusan untuk lebih giat belajar dan selalu bersyukur dalam segala hal.

Sobat Kids, kita dapat belajar dari kesalahan yang pernah kita lakukan. Namun, akan lebih baik jika kita tidak melakukan kesalahan dan mengecewakan Tuhan. Kita dapat belajar dari banyak tokoh Alkitab yang gagal karena menyimpang dari jalan Tuhan. Jangan sampai kita mengulangi kesalahan mereka.

Card image
Truth Junior 13 Februari 2025 - WARNING
2025-02-13 21:15:28


1 Korintus 10:11
”Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba.”

Siapa di antara Sobat Junior yang senang dengan pelajaran tentang sejarah? Ilmu sejarah adalah pengetahuan yang mempelajari peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau. Memang, biasanya sejarah banyak hafalannya. Banyak yang perlu diingat, dan tidak boleh salah dalam mengingat tentang peristiwa di masa lampau. Mengapa kita perlu belajar sejarah? Tujuannya selain untuk mengetahui asal usul tentang sesuatu, melalui sejarah kita juga dapat belajar untuk tidak mengulang kesalahan yang sama. Kita dapat belajar dari kejayaan para pahlawan dan pendahulu-pendahulu kita.

Dalam kehidupan rohani, kita juga dapat belajar dari saksi iman yang terdapat di dalam Alkitab, Sobat Junior. Peristiwa zaman dahulu yang tercatat dalam Alkitab benar-benar terjadi, bahkan ada bukti sejarah yang mendukung peristiwa tersebut.

Selain peristiwa keberhasilan pahlawan iman, kita juga dapat menemukan cerita orang yang gagal karena melanggar batasan-batasan yang diberikan oleh Tuhan. Jika kita sudah mengetahui akibat yang akan didapat jika melanggar batasan yang Tuhan telah tetapkan, seharusnya kita tidak melakukan kesalahan yang sama. Peristiwa kegagalan di masa lampau menjadi warning (pengingat) bagi kita untuk melakukan yang lebih baik lagi. Semangat, Sobat Junior!

Card image
Truth Youth 13 Februari 2025 (English Version) - METANOIA
2025-02-13 21:12:36


“Do not conform to the pattern of this world, but be transformed by the renewing of your mind. Then you will be able to test and approve what God’s will is—His good, pleasing, and perfect will.” (Romans 12:2)

Hey friends, have you ever felt like, "I have to be like them" after scrolling through social media? The world often sets standards that make us feel inadequate: we need to be successful, popular, have the perfect appearance, or live a "cool" life. We get caught up in chasing all these things to be accepted and feel valuable. But think for a moment, does all that really bring us happiness?

Romans 12:2 is a clear reminder that we don’t need to follow the lies of the world. God has a much better standard, and He wants us to live by His truth, not what the world says. God doesn’t judge us by our achievements, appearance, or how many followers we have. Our value comes from the fact that God created us with love, and He considers us precious (Psalm 139:14). God's love is unconditional. He never says, "I love you if you're successful." He says, "I love you, period."

Instead of chasing the world’s validation that’s never enough, why not focus on renewing our minds as Romans 12:2 teaches? Find your identity in God, not in likes, comments, or worldly standards. Because God is the only source of true love. Remember, the world may offer many things that seem beautiful, but only God’s love gives us real purpose. He made you valuable, brave, and enough just as you are.

WHAT TO DO:
1. Don’t compare yourself to the world’s standards; find your value in God.
2. Renew your mind through God’s word so your life aligns with His will.
3. Live with the confidence that God’s love makes you enough and valuable just as you are.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 11-13

Card image
Truth Youth 13 Februari 2025 - METANOIA
2025-02-13 21:10:06


”Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2)

Teman-teman, pernah enggak sih kalian merasa “Aku harus seperti mereka” setelah scroll media sosial? Dunia sering banget kasih standar yang bikin kita merasa kurang: harus sukses, populer, punya penampilan sempurna, atau hidup yang kelihatan “keren”. Kita jadi sibuk mengejar semua itu biar bisa diterima dan merasa berharga. Tapi coba pikir deh, apa semua itu benar-benar bikin kita bahagia?

Roma 12:2 bilang, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna.” Ayat ini jelas banget ngingetin kita bahwa kebohongan dunia enggak perlu kita ikuti. Tuhan punya standar yang jauh lebih baik, dan Dia mau kita hidup berdasarkan kebenaran-Nya, bukan apa yang dunia bilang. Tuhan enggak menilai kita dari pencapaian, penampilan, atau seberapa banyak orang yang nge-follow kita. Nilai kita ada karena Tuhan sendiri menciptakan kita dengan kasih, dan Dia menganggap kita berharga (Mazmur 139:14). Kasih Tuhan itu nggak bersyarat. Tuhan nggak pernah bilang, “Aku cinta kamu kalau kamu sukses.” Tuhan bilang, “Aku cinta kamu, titik.”

Daripada terus mengejar pengakuan dunia yang enggak pernah cukup, kenapa enggak coba fokus memperbarui cara kita berpikir, seperti yang Roma 12:2 ajarkan? Temukan identitasmu di dalam Tuhan, bukan di likes, komentar, atau standar dunia. Karena Tuhan adalah satu-satunya sumber kasih yang sejati. Ingat, dunia mungkin menawarkan banyak hal yang tampaknya indah, tapi hanya kasih Tuhan yang bisa kasih kita arti hidup sejati. Dia yang menjadikan kamu berharga, berani, dan cukup apa adanya.

WHAT TO DO:
1.Jangan membandingkan dirimu dengan standar dunia; temukan nilai dirimu di dalam Tuhan.
2.Perbarui cara berpikirmu melalui firman Tuhan agar hidupmu selaras dengan kehendak-Nya.
3.Hiduplah dengan percaya bahwa kasih Tuhan membuatmu cukup dan berharga apa adanya.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Bilangan 11-13

Card image
Renungan Pagi - 13 Februari 2025
2025-02-13 21:05:32


Kita boleh saja melayani, boleh saja menolong orang miskin, boleh saja mengulurkan tangan bagi setiap orang yang membutuhkan pertolongan.

Tetapi kalau melakukannya dengan kesombongan, maka perbuatan dan pengorbanan yang kita lakukan tidak akan ada artinya apa-apa.

Kalau melakukan perbuatan baik karena kesombongan, maka itu merupakan kejahatan di mata Tuhan, kesombongan akan membuat kita tidak menghargai anugerah Tuhan.

Card image
Quote Of The Day - 13 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-13 21:04:23


Persekutuan kita dengan Bapa akan menimbulkan keyakinan bahwa Allah sebagai Bapa pasti memelihara kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 13 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-13 21:02:22


Orang Kristen yang benar adalah orang Kristen yang pasti mengalami perubahan setiap hari. Tidak ada satu hari di mana tidak ada perubahan.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 Februari 2025
2025-02-13 20:59:43

Imamat 1-4

Card image
EXPRESSED IN LIFE - 13 Februari 2025 (English Version)
2025-02-13 19:03:38


Romans 10:10
"For with the heart one believes and is justified, and with the mouth one confesses and is saved."

Someone may be a good person and can become a member of society of the Kingdom of Heaven, but never become a member of the family of God’s Kingdom or be glorified with Jesus—because he is not like Jesus. If someone is truly like Jesus, he will surely do the will of the Father and complete His work. Notice, Jesus told His disciples to leave their nets and boats to follow Jesus. Matthew had to leave his tax booth, the rich man in Matthew 19 had to sell all he had and give to the poor, the Lord commands that people must let go of everything before they can become His disciples or be changed. Paul had to abandon everything and consider it rubbish in order to gain Christ. And there are many more Bible verses that show this. Ironically, why is this teaching now gone? The teaching about preparing the way for the Lord is gone from the church. Let’s find it again.

So if we believe in Jesus, we must actually enter the realm of struggle, the struggle to become a man of God. Now the question is, are we willing to do whatever God commands? The "command" here is not only to carry out laws such as the laws given by Moses, but everything that God commands. Like Abraham had to slaughter his own son as a burnt offering. This is more than just carrying out the written law, but what God wants. This means serving God's feelings. The gospel is basically good news, where humans gain hope of being transformed into humans according to God's original design who can act according to God's thoughts and feelings. So don't associate it with the issue of healing, miracles, or physical blessings. Indeed, those things were signs to attract the attention of the Israelites to see Jesus or evangelism, must be marked by miracles. And there are servants of God who are used by God for that.

But to be transformed into the image of God, to be like Jesus or perfect like the Father, we must be willing to do whatever God commands. Zacchaeus had heard some of Jesus' teachings. Because, his fellow professional, Matthew, had also become a disciple of Jesus. It is impossible for Zacchaeus to know by himself. The Holy Spirit must have led him, or he heard some of what Jesus taught. "Leave everything, do not be attached to possessions." So, Zacchaeus put that into practice. But he was not yet perfect. That was just the beginning. That was the first day Jesus stayed at his house. Nothing yet. But after that, Zacchaeus would surely have been guided toward perfection. If we are not even willing to act as Zacchaeus did, how can we expect to be saved? Jesus said, “This man, too, is a son of Abraham.” Meaning, he acted like Abraham. That is why he was saved, and Jesus declared, “Salvation has come to this house.”

If we compare ourselves with the early Christians, they were extraordinary. For the sake of faith in Jesus, they gave up everything. Whatever God willed, including if it meant losing their lives. That's why Romans 10:10 says, “By the heart, one believes and is justified, and with the mouth, one confesses and is saved.” This is a life completely surrendered to God. If someone dared to confess that Jesus is Lord, it is at the risk of his life. Not like people today who confess their mouths and are safe. But the early Christians, the early church, their hearts believed, and they couldn't hide that belief. They couldn't keep their mouths shut. That's why testimony after testimony was delivered even though their lives were at stake.

But after going through councils and many debates, Christianity actually declined, until today. This means that something is wrong. True belief will certainly produce a testimony, and that is expressed in life. Believers in the early church were people who truly had a heart attitude that was willing to do whatever God wanted. The Word of God says, "Those who suffer in the flesh cease from sinning." This means that if people are willing to suffer physically in order to do what God wants, then they do not want to sin, because learning to defend their faith and life and blood is already difficult. Now we are not facing knives, machetes, spears, wild animals, or physical persecution, but we are facing a world that drags us to want many things. Therefore, what we should do now is how to make the Father's will everything to us.

Repentance is our willingness to do whatever God wills. Not just returning to the Torah and worshiping Yahweh, like the repentance of the Jews at that time. They had done it in the time of John the Baptist. But it became formalistic and legalistic. In the end, it is not centered on God, but on ourselves and the law. So, now if we want to become children of God, can be educated, can be changed by God, and have salvation, let us prepare the way for God, namely the willingness of the heart to do whatever God commands.

TRUE BELIEF WILL CERTAINLY PRODUCE A TESTIMONY, AND THAT IS EXPRESSED IN LIFE.

Card image
TEREKSPRESI DALAM KEHIDUPAN - 13 Februari 2025
2025-02-13 19:00:12


Roma 10:10
“Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.”

Seseorang mungkin jadi orang baik dan bisa menjadi anggota masyarakat Kerajaan Surga, tapi tidak pernah menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah dan tidak pernah dimuliakan bersama Yesus, karena ia tidak serupa dengan Yesus. Kalau serupa dengan Yesus, ia pasti melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Perhatikan, Yesus menyuruh murid-murid-Nya meninggalkan jala dan perahunya untuk mengikut Yesus. Matius harus meninggalkan meja cukainya, orang kaya dalam Matius 19 harus menjual seluruh miliknya dan memberikannya kepada orang miskin, Tuhan memerintahkan bahwa orang harus melepaskan segala sesuatu baru bisa menjadi murid atau diubah. Paulus harus melepaskan semua dan menganggapnya sampah, baru memperoleh Kristus. Dan banyak lagi ayat Alkitab yang menunjukkan hal ini. Ironis, mengapa sekarang ajaran ini lenyap? Pengajaran mengenai mempersiapkan jalan bagi Tuhan hilang dari gereja. Mari, kita temukan kembali.

Jadi kalau kita percaya Yesus, justru kita mesti masuk dalam wilayah pergumulan, pergulatan untuk menjadi manusia Allah. Sekarang pertanyaannya, apakah kita bersedia melakukan apa pun yang Allah perintahkan? “Perintah” di sini bukan hanya melakukan hukum-hukum seperti hukum-hukum yang Musa berikan, melainkan segala sesuatu yang Allah perintahkan. Seperti Abraham harus menyembelih anak kandungnya sendiri sebagai kurban bakaran. Ini sudah lebih dari sekadar melakukan hukum yang tertulis, tetapi apa yang diingini Allah. Ini berarti melayani perasaan Allah. Injil itu pada dasarnya kabar baik, di mana manusia memperoleh pengharapan diubah menjadi manusia sesuai rancangan Allah semula yang bisa bertindak sesuai pikiran dan perasaan Allah. Maka jangan dikaitkan dengan persoalan kesembuhan, mukjizat, atau berkat-berkat jasmani. Intinya itu, dan memang untuk menarik perhatian supaya orang-orang Israel melihat Yesus atau penginjilan, harus ditandai dengan mukjizat. Dan ada hamba-hamba Tuhan yang dipakai Tuhan untuk itu.

Tetapi untuk bisa diubah segambar dengan Allah, untuk serupa dengan Yesus atau sempurna seperti Bapa, kita harus punya kesediaan untuk melakukan apa saja yang Allah perintahkan. Zakheus sudah mendengar sebagian ajaran Yesus. Karena, teman seprofesinya, Matius, juga sudah menjadi murid Yesus. Tidak mungkin Zakheus tahu dengan sendirinya. Pasti Roh Kudus pimpin, atau mendengar sebagian apa yang Yesus ajarkan. “Tinggalkan segala sesuatu, jangan terikat oleh harta.” Maka, Zakheus mempraktikkan itu. Tapi Zakheus belum sempurna. Itu baru awal. Itu hari pertama Yesus menumpang. Belum apa-apa. Tetapi setelah itu, Zakheus pasti dibimbing mencapai kesempurnaan. Kalau tindakan seperti Zakheus saja tidak kita lakukan, kok mau selamat? Yesus berkata, “Karena orang ini anak Abraham juga.” Orang ini telah bertindak seperti Abraham, itu maksudnya. Maka dia selamat, sehingga Yesus katakan bahwa “Keselamatan terjadi pada rumah ini.”

Kalau kita membandingkan dengan orang Kristen mula-mula, mereka itu luar biasa. Demi iman kepada Yesus, mereka melepaskan segala sesuatu. Apa pun yang Allah kehendaki, termasuk kehilangan nyawa. Makanya kalau di Roma 10:10 mengatakan, “Dengan hati, orang percaya dibenarkan; dengan mulut, orang mengaku, diselamatkan,” ini adalah kehidupan yang diserahkan sepenuh untuk Tuhan. Kalau orang berani mengaku Yesus adalah Tuhan, itu pertaruhannya nyawa. Tidak seperti orang hari ini yang mulutnya mengaku, dan aman-aman saja. Tetapi orang Kristen awal, gereja mula-mula, hati mereka percaya, dan mereka tidak dapat menyembunyikan percayanya itu. Mereka tak dapat menutup mulutnya. Makanya kesaksian demi kesaksian disampaikan walaupun nyawa pertaruhannya.

Tapi setelah melalui konsili-konsili dan banyak perdebatan, malah kekristenan mengalami kemunduran, sampai hari ini. Ini berarti ada yang salah. Percaya yang benar pasti membuahkan kesaksian, dan itu terekspresi dalam kehidupan. Orang percaya pada gereja mula-mula adalah orang yang benar-benar memiliki sikap hati yang bersedia melakukan apa pun yang Tuhan kehendaki. Firman Tuhan mengatakan, “Orang yang menderita penderitaan badani, berhenti berbuat dosa.” Artinya, kalau orang sudah bersedia menderita secara fisik demi melakukan apa yang Tuhan kehendaki, maka mereka tidak mau berbuat dosa, karena belajar untuk mempertahankan iman dan nyawa serta darahnya saja sudah sulit. Sekarang kita tidak menghadapi pisau, golok, tombak, binatang buas, atau penganiayaan secara fisik, tapi kita menghadapi dunia yang menyeret kita untuk mengingini banyak hal. Makanya, mestinya yang kita lakukan sekarang ini adalah bagaimana menjadikan keinginan Bapa segalanya bagi kita.

Pertobatan adalah kesediaan kita untuk melakukan apa pun yang Allah kehendaki. Bukan hanya kembali ke Taurat lalu menyembah Yahweh, seperti pertobatan orang Yahudi waktu itu. Mereka sudah melakukan di zaman Yohanes Pembaptis. Tetapi formalitas, legalistik. Akhirnya tidak berpusat pada Allah, tapi pada diri sendiri dan hukum itu. Jadi, kita sekarang ini kalau mau menjadi anak-anak Allah, bisa dididik, bisa diubah Tuhan, memiliki keselamatan, mari kita persiapkan jalan bagi Tuhan yaitu kesediaan hati untuk melakukan apa pun yang Allah perintahkan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PERCAYA YANG BENAR PASTI MEMBUAHKAN KESAKSIAN, DAN ITU TEREKSPRESI DALAM KEHIDUPAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun ‐ 13 Februari 2025
2025-02-13 18:22:51

Imamat 1-4

Card image
Truth Kids 12 Februari 2025 - BUAH DARI HIKMAT TUHAN
2025-02-12 22:27:12


1 Tesalonika 4:7
”Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.”

Malam itu, Doni tiba-tiba memberontak saat papa menyarankan Doni untuk berhenti bermain handphone dan memintanya belajar. Biasanya Doni mengikuti perkataan papa mamanya, tetapi entah kenapa, malam itu Doni tiba-tiba membantah perintah papanya.

"Kenapa nggak di sekolah, di rumah, di gereja, selalu ada peraturan-peraturan yang Doni harus lakukan? Doni bosen, Pah, Mah. Kesukaan dan hobi Doni selalu dibatasi oleh aturan-aturan yang membuat Doni tidak bebas. Doni kesal dengan semua hal itu!" ungkap kekesalan hati Doni. Papa hanya menjawab dengan lembut, "Doni, kamu bayangin saja kalau hidup ini tidak ada aturan. Bagaimana hidup kamu? Mau seumur hidup kamu hanya diisi dengan hobi-hobi atau kesukaan kamu? Aturan atau batasan-batasan yang ada di rumah, di sekolah atau di gereja, itu untuk menjaga supaya hidup kita tertib, disiplin, dan teratur. Bahkan batasan hidup itu untuk menjaga kita supaya tidak jatuh dalam dosa dan jauh dari Tuhan."

Sobat Kids, kalian mungkin juga pernah berpikir seperti Doni yang bosan atau kesal dengan segala aturan atau batasan. Tuhan memberikan batasan atau aturan seperti 10 Perintah Allah, itu adalah bentuk kasih sayang Allah kepada umat-Nya supaya tidak jatuh.

Card image
Truth Junior 12 Februari 2025 - HITAM, PUTIH, ABU-ABU
2025-02-12 22:25:09


1 Tesalonika 4:7
”Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.”

Sobat Junior, pasti kalian sudah belajar tentang perpaduan warna. Cat warna merah dan kuning jika dicampurkan, akan menjadi cat warna oranye. Kalau cat warna merah digabungkan dengan biru, maka warna yang dihasilkan adalah ungu. Selalu akan muncul warna yang baru. Begitu juga dengan cat warna hitam dan putih, akan menghasilkan warna abu-abu.

Sekarang kita umpamakan perbuatan yang buruk dilambangkan seperti warna hitam, dan perbuatan baik dilambangkan seperti warna putih. Jika kita masukkan perumpamaan di atas ke dalam ayat firman Tuhan hari ini, maka perbuatan cemar atau buruk adalah warna hitam, dan hal yang kudus adalah putih. Allah memanggil kita untuk melakukan perbuatan yang kudus, yang berwarna putih, bukan abu-abu.

Allah memanggil kita untuk hidup dalam kekudusan sesuai dengan standar Allah. Hidup dalam kekudusan adalah cara menghormati batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh Allah. Seperti ada batasan antara warna hitam, putih, dan abu-abu.

Allah menghendaki hidup kita “berwarna putih,” bukan abu-abu; hidup kudus di hadapan-Nya. Tidak ada campuran kotor atau toleransi dengan dosa. Yuk, kita berjuang, hingga perbuatan, perkataan, dan pikiran kita “berwarna putih!”

Card image
Truth Youth 12 Februari 2025 (English Version) - BE CONFIDENT ALWAYS
2025-02-12 22:22:13


“For God has not given us a spirit of fear, but of power, love, and a sound mind.” (2 Timothy 1:7)

A psychologist once shared during a seminar that many teenagers struggle to identify their strengths. This leads to a lack of confidence in their daily roles and interactions. Perhaps some of you are experiencing this as well. When you're around others—at school, college, or anywhere—it might feel difficult to present yourself authentically. As a result, your potential can be stifled, and it becomes harder to explore positive experiences in your teenage years.

But remember, we are created in God's image, the most remarkable of His creations. We are given the power to be strong, brave, and capable of accomplishing great things. God has not given us a spirit of fear, but one that brings power, love, and discipline (2 Timothy 1:7). Let’s awaken our potential and embrace boldness in exploring positive opportunities.

Even Moses experienced a lack of confidence. He felt inadequate to lead the Israelites out of Egyptian slavery. Yet, by leaning on God, Moses became a mighty leader. Similarly, we might doubt our own potential, but we must stand firm and remember that we are made in God's image. His plans for us are full of peace and promise. So, step forward with confidence. Start by writing down your strengths, testing your talents, seeking guidance from an expert, and having honest discussions with trusted friends.

WHAT TO DO:
1. Reflect on yourself using the SWOT method (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) so you can better understand your strengths and weaknesses, and formulate a concrete strategy.
2. Join committees or communities to discover your potential.
3. Affirm your achievements with positive self-affirmations.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 8-10

Card image
Truth Youth 12 Februari 2025 - BE CONFIDENT ALWAYS
2025-02-12 22:18:35


”Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” (2 Timotius 1:7)

Salah seorang psikolog bercerita saat sedang menyampaikan materi di seminar. Ia mengatakan bahwa ada banyak sekali remaja yang sulit menemukan kelebihan dirinya. Hal tersebut membuat para remaja ini juga menjadi kurang percaya diri dalam menjalankan perannya sehari-hari. Bisa jadi hal ini juga sedang kalian alami. Saat berada di tengah masyarakat, teman-teman di sekolah, di kampus dan di mana pun, kalian merasa kurang percaya diri untuk tampil menjadi diri kalian apa adanya. Dengan demikian potensi kita menjadi terhambat dan menjadi sulit untuk melakukan banyak eksplorasi pengalaman yang positif dalam masa-masa remaja kita.

Padahal kita ini ciptaan yang paling serupa dengan gambar Allah. Kita diberikan kuasa untuk menjadi orang yang tangguh, berani, dan penuh kekuatan untuk melakukan hal-hal besar. Firman Tuhan dalam 2 Timotius 1:7 pun menyampaikan bahwa Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Berdasarkan firman Tuhan itu, mari kita bangkit menemukan potensi kita dan berani mengeksplor berbagai hal positif.

Memang hal yang kita alami juga pernah dialami oleh Nabi Musa, di mana ia merasa tidak percaya diri karena kurang cakap dalam memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir. Tapi dengan bersandar dan berserah kepada Tuhan, maka Tuhan memampukan Musa menjadi pemimpin yang hebat. Demikian juga dengan diri kita, mungkin banyak yang kurang percaya diri akan potensi yang dimilikinya. Tegaklah berdiri, ingat bahwa kita diciptakan serupa dan segambar dengan Allah. Rancangan-Nya adalah penuh damai sejahtera bagi hidup kita. Maka beranilah untuk memulai dengan lebih percaya diri. Paculah diri kita melalui menuliskan kelebihan kita, tes bakat minat dulu agar kita tahu potensi kita, konseling dengan ahli, sharing atau diskusi dengan teman yang bisa kita percaya.

WHAT TO DO:
1.Lakukan refleksi diri menggunakan metode SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) sehingga kita tahu kelebihan dan kelemahan kita. Pada akhirnya mampu untuk mengatur strategi konkret
2.Ikutlah dalam kegiatan kepanitiaan atau komunitas sehingga kamu bisa mengetahui potensimu
3.Berikan afirmasi-afirmasi positif kepada pencapaian dirimu

BIBLE MARATHON:
▪︎ Bilangan 8-10

Card image
Renungan Pagi - 12 Februari 2025
2025-02-12 22:16:02


Kita tahu menjalani hidup ini memang berat, tetapi kalau tetap setia, maka berkat Tuhan tetap dahsyat dalam hidup kita, karena itu tetaplah tegak! Jangan beri kesempatan kepada iblis, karena iblis selalu mencari celah dan cara.

Karena itulah kita harus kuat, karena hanya orang kuat yang dapat setia, yang dapat bertahan, yang dapat merebut kemenangan dan yang dapat menjadi pelaku-pelaku firman Tuhan dan akhirnya meraih mahkota yang Tuhan sudah janjikan.

Card image
Quote Of The Day - 12 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-12 22:14:29


Persekutuan kita dengan Bapa melahirkan bukan saja keyakinan, melainkan juga kesadaran dan penghayatan bahwa diri kita pasti diterima di Kemah Abadi.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 12 Februari 2025 (. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-12 22:13:23

*Righteousness Of Christ:*
Pertobatan adalah kesediaan kita untuk melakukan apa pun yang Allah kehendaki.

Card image
BERKAT ABRAHAM - 12 Februari 2025
2025-02-12 22:09:57


Efesus 2:12-13
“Bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia. Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus, kamu yang dahulu jauh, sudah menjadi dekat oleh darah Kristus.”

Kalau kita melihat jejak Abraham, ia membawa serta keponakannya, Lot. Gembala Abraham dan gembala Lot berkelahi. Lot tidak mau mengalah, Abraham yang mengalah, “Kamu ke kanan, saya ke kiri. Kalau kamu ke kiri, saya ke kanan. Kau pilih sekarang, daerah mana yang subur.” Abraham selalu mengalah, karakter yang luar biasa. Maka kalau mengaku jadi anak Abraham itu, karakter kita juga harus seperti Abraham; mengalah. Sebagai anak-anak Abraham, kita akan dibawa terus kepada kehidupan yang sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Makanya harus jadi Israel dulu, baru selamat. Jadi anak Abraham dulu, baru selamat. Kalau perilaku Abraham saja tidak dikenakan, bagaimana mau sempurna seperti Yesus? Tidak bisa. Makanya kalau sekarang orang bicara soal berkat Abraham di mana fokusnya adalah berkat-berkat jasmani, itu sudah menyesatkan sekali.

Berkat Abraham adalah keselamatan dalam Yesus Kristus, itu yang utama. Tapi sebelum mengalami keselamatan dalam Yesus Kristus, belajar perilaku Abraham, bapa orang percaya. Ini model percayanya. Kalau percaya kita sudah sekelas Abraham, bersedia melakukan apa pun yang Allah kehendaki, baru kita digiring terus menjadi orang yang sempurna seperti Bapa dan memiliki pikiran, perasaan Kristus. Di zaman itu, Abraham itu belum memiliki pikiran dan perasaan Kristus. Kalau Abraham punya pikiran dan perasaan Kristus, dia tidak akan punya banyak gundik. Tetapi kelebihan Abraham satu: dia taat apa pun yang Allah perintahkan. Ini yang mesti dimiliki. Lalu isi percayanya bertumbuh terus sampai seperti Yesus Kristus, melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Jadi, untuk menerima anugerah keselamatan, seseorang harus menjadi anak-anak Abraham dahulu. Artinya, memiliki kesediaan melakukan apa pun yang Allah perintahkan. Itu dulu. Bersedia, tidak? Kalau tidak, jangan jadi Kristen. Sebab Tuhan pun sudah menetapkan suatu syarat, “Jual segala milikmu. Lepaskan segala sesuatu.” Tapi sekarang diganti dengan begini, “Tuhan, Aku percaya pada-Mu, Engkau Tuhan dan Juru Selamat. Tidak usah macam-macam, saya percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Titik” “Tidak bisa,” kata Tuhan. “Kalau engkau mengaku Aku sebagai Tuhan dan Juru Selamat, jual segala milikmu, bagikan kepada orang miskin. Jangan punya ikatan-ikatan dunia. Bersedia melakukan apa pun yang Dia perintahkan.” Menjual segala milik, membagikannya kepada orang miskin, tidak ada hukumnya. “Tapi kalau kamu mau menjadi umat-Ku, kamu harus bersedia melakukan apa yang Kuperintahkan, seperti yang dilakukan Abraham.”

Pada zaman Yohanes Pembaptis, banyak orang Yahudi yang sebenarnya tidak memiliki kualifikasi sebagai anak-anak Abraham. Tapi mereka tidak menyadari. Kulitnya Yahudi, dalamnya kafir. Maka, Yohanes Pembaptis berkata, “Bertobat dan beri dirimu dibaptis.” Dengan kata lain ia berkata, “Kamu itu kafir. Kulitmu itu Yahudi, kelakuanmu kafir, karena kamu tidak memiliki kesediaan untuk melakukan apa yang Allah inginkan, yaitu seperti yang dilakukan Abraham.” Maka, mereka dibaptis. Ini baptisan proselit, namanya. Yang mestinya hanya untuk orang non-Yahudi yang mau masuk agama Yahudi. Sekarang, orang Yahudi sendiri dibaptis. Ini suatu pukulan bagi mereka. Jadi, baptisan yang diserukan Yohanes Pembaptis itu merupakan tantangan; apakah mereka mau merendahkan diri menjadi anak-anak Abraham yang sejati atau tidak. Jadi, seakan-akan mereka selama ini bukan orang Yahudi. Tapi karena mereka percaya Yohanes Pembaptis berasal dari Allah, karena latar belakang imam Zakharia-Elizabet, banyak orang mau. Ini mempersiapkan jalan bagi Tuhan.

Jadi, ketika mereka dibaptis, mereka bertobat, termasuk murid-murid-Nya, mereka punya kesediaan untuk melakukan apa pun yang Tuhan perintahkan. Jadi kalau Tuhan berkata, “Tinggalkan jalamu. Tinggalkan perahumu,” mereka tinggalkan. “Matius, tinggalkan meja cukaimu,” mareka tinggalkan. Tidak ada hukum yang meninggalkan perahu dan jala. Tapi, apa yang diucapkan Tuhan, harus dituruti dulu. Sebab, orang-orang ini nanti harus mempunyai pikiran dan perasaan Kristus. Itu anugerah keselamatan, intinya di situ. Pesan yang mau disampaikan Yohanes Pembaptis adalah agar mereka memiliki kemurnian hati, bersedia melakukan apa pun yang Allah kehendaki, seperti Abraham, baru mereka bisa menerima Injil. Kalau tidak, tidak akan pernah bisa. Kesediaan melakukan apa pun yang Tuhan perintahkan adalah syarat untuk menerima keselamatan.

Sekarang, orang kalau sudah maju ke depan mengaku bertobat, dianggap sudah selamat. Pertobatan umum ini belum menjawab. Pertobatannya pun harus standar Allah. Apa standarnya? Kesediaan melakukan segala sesuatu yang Allah perintahkan. Baru itu sejati. Setelah begitu, baru Tuhan mau goyang ke mana, tekuk ke mana, baru bisa. Maka Lukas 14:33 mengatakan, “Jikalau kamu tidak melepaskan dirimu dari segala sesuatu milikmu, kamu tak dapat jadi murid-Ku. Kalau kamu tidak melepaskan segala milikmu, kamu tak dapat Kubentuk, tak dapat jadi murid-Ku.” Luar biasa. Jadi bukan hanya tidak melakukan pelanggaran moral umum, namun apa pun yang Allah inginkan, membahagiakan hati Bapa, kita harus bersedia. Walaupun belum tentu bisa dipenuhi. Ingat, yang mustahil bagi manusia, tidak mustahill bagi Allah. Jadi, kalau kita tidak memiliki kesediaan melakukan apa yang Allah perintahkan, maka kita tidak akan selamat.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

BERKAT ABRAHAM ADALAH KESELAMATAN DALAM YESUS KRISTUS.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun- 12 Februari 2025
2025-02-12 21:44:36

Keluaran 39-40

Card image
Truth Kids 11 Februari 2025 - HATI-HATI MEMILIH TEMAN
2025-02-11 21:50:44


1 Korintus 15:33
”Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”

Beberapa hari ini, mama Sinta merasa ada perubahan yang tidak baik dalam sikap Sinta. Sinta lebih kasar dan sering bicara sambil bentak-bentak. Mama Sinta merasa khawatir akan perubahan Sinta beberapa hari ini, sehingga mama Sinta berusaha mencari tahu penyebabnya.

Diam-diam mama Sinta memperhatikan gerak-gerik Sinta dan melihat apa saja aktivitasnya di luar rumah. Mama Sinta tidak menemukan yang aneh dari aktivitas Sinta di luar. Namun, waktu mama Sinta melihat aktivitas Sinta di kamar, mama Sinta baru tahu alasannya kenapa Sinta berubah beberapa hari ini. Sinta memiliki teman di salah satu aplikasi online yang menurut mama Sinta sangat memengaruhi sikap Sinta. Biasanya Sinta suka berdoa dan baca Aliktab setiap malam, tetapi belakangan ini Sinta menggantinya dengan mengobrol atau chatting dengan teman onlinenya. Mama Sinta langsung sigap menegur Sinta dengan baik baik. Mama sinta tidak mau anaknya terjerumus lebih dalam lagi dalam pergaulan tidak baik yang akan merusak kehidupan anaknya.

Sobat Kids, dari pengalaman Sinta, kita bisa belajar untuk berhati-hati dalam memilih teman atau pergaulan. Jika pergaulanmu membawa hal-hal buruk atau negatif, atau menjadikan sikap dan tutur katamu menjadi tidak baik, pasti kamu menjadi anak yang jauh dari Tuhan, Jauhilah pergaulan yang buruk karena hal itu akan merusak kebaikan yang ada padamu.

Card image
Truth Junior 11 Februari 2025 - PERGAULAN
2025-02-11 21:48:13


1 Korintus 15:33
”Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”

Sudah tidak asing lagi bagi kita mendengar bahwa teman yang buruk akan merusak kebiasaan baik kita. Hal ini menjadi lanjutan renungan kita kemarin, yaitu cara kita menjaga hati dan pikiran, dapat menentukan bagaimana kita memilih suatu pergaulan. Apakah membuat kita semakin dekat dengan Tuhan atau menjauh? Mari, Sobat Junior renungkan, sebagai anak-anak-Nya, seharusnya kita semakin serupa seperti-Nya.

Mulai dari pertemanan, apakah membuat kita bertumbuh dalam iman seperti saling sharing bersama, atau saling menjatuhkan satu dengan lainnya? Contoh lainnya, saat ada teman kita sedang bersedih karena mendapat nilai ujian yang tidak bagus, maka tindakan kita apakah mengejeknya atau menyemangatinya untuk tetap berjuang? Selain itu, biasanya dalam pergaulan yang baik dapat terlihat dari cara bicara yang bukan sekadar sopan, tetapi juga menjaga hati Tuhan.

Zaman sekarang ini, banyak kata-kata kasar yang menjadi hal yang wajar, bahkan kasar dengan orang tua. Oleh karena itu, juga kita harus berhati-hati memilih teman. Jika mereka sering mengucapkan kata kasar seperti “isi kebun binatang,” jadikan hanya teman, bukan sahabat. Sebab, semakin lama, pasti kita akan terpengaruh.

Jadi, Sobat Junior, temukan sahabat yang bisa menguatkan iman kita untuk semakin bertumbtuh dan berapi-api mencintai Tuhan, bukan sekadar saling mendoakan saja. Mari miliki pergaulan yang menyenangkan hati Tuhan. Mintalah kepada Tuhan, sahabat yang baik, dan kita bergantung pada Tuhan saja.

Card image
Truth Youth 11 Februari 2025 (English Version) - MENSANA IN CORPORE SANO
2025-02-11 21:45:27


“Or do you not know that your body is a temple of the Holy Spirit, who is in you, whom you have received from God? You are not your own; you were bought at a price. Therefore honor God with your body!” (1 Corinthians 6:19-20)

Lately, there has been a noticeable rise in gyms and fitness centers around us, and health-conscious coaches promoting healthy eating on social media. Many individuals are also participating in these programs. These lifestyle changes focus on physical health and have expanded to include mental health seminars, workshops, and activities. All these efforts are geared toward one goal: appreciating and loving ourselves, aligning with the teachings of God. 1 Corinthians 6:19-20 reminds us that our bodies are temples of the Holy Spirit, and they are not our own but have been bought at a great price. Therefore, we are called to honor God with our bodies. This means we must care for both our physical and mental health. When we understand that our bodies are temples of the Holy Spirit, the way we care for them becomes an act of love and reverence. This can be expressed through healthy living, such as exercising, eating nutritious food, avoiding harmful habits, and guarding our speech and actions.

We also need to prioritize mental well-being. This includes surrounding ourselves with positive communities, listening to uplifting content, and seeking help when we experience mental struggles. We should also set aside time for "me-time," engaging in activities that refresh and nurture our souls while maintaining our sanctity.

All of these actions reflect our responsibility to the life God has redeemed for us. Let’s commit to living healthily and honoring God with every part of our being.

WHAT TO DO:
1. Start adopting a healthy lifestyle with balanced nutrition, better sleep habits, and regular exercise.
2. Join communities that nurture positive thoughts, speech, and actions.
3. Continue praying and relying on God.
4. Enjoy "me-time" with wholesome, calming activities that preserve your sanctity.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 7

Card image
Truth Youth 11 Februsri 2025 - MENSANA IN CORPORE SANO
2025-02-11 21:41:50


”Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” (1 Korintus 6:19-20)

Akhir-akhir ini, jika diperhatikan banyak sekali dibuka tempat fitness/gym di sekitar tempat tinggal kita. Tak hanya itu, tapi coach-coach pola makan sehat juga banyak diiklankan di sosial media. Selain itu, banyak juga individu yang ikut serta di dalamnya. Hal tersebut suatu program dan gaya hidup yang sangat baik buat diri kita. Selain tentang kesehatan fisik, semakin banyak juga seminar, workshop dan kegiatan lain yang berkaitan dengan kesehatan mental. Semua kegiatan tersebut bermuara kepada satu tujuan sebagai bentuk menghargai dan mencintai diri kita. Tentunya sejalan juga dengan firman Tuhan yang menyatakan bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus dan bukan milik kita sendiri.

Demikian diterangkan pada 1 Korintus 6:19-20 juga, di mana kita sudah lunas dibayar dan kita wajib memuliakan Allah dengan tubuh kita. Oleh karena itu, kita harus menjaga dan merawatnya secara fisik maupun mental. Ketika kita mengasihi diri kita sebagai bait Roh Kudus yang telah lunas dibayar, maka bentuk konkret kita menjaganya yaitu dengan menjalankan pola hidup sehat, seperti: olahraga, makan makanan yang sehat, menghindari diri dari pergaulan yang buruk, tidak merokok dan minum alkohol, menghindari diri dari tontonan yang tidak baik serta menjaga perkataan kita juga.

Selain itu, kita juga wajib menjaga kesehatan mental kita. Salah satunya dengan memiliki komunitas yang positif, mendengarkan hal-hal positif dan kalaupun kita merasa ada hal yang kurang baik dalam psikis kita maka kita segera berusaha mencari bantuan untuk menolong diri kita. Cara lain untuk menjaga kesehatan mental adalah menentukan waktu _me time_ kita diisi dengan kegiatan bermanfaat. Semuanya ini sangat patut kita upayakan agar kita menunjukkan betapa kita bertanggung jawab atas hidup yang telah Tuhan bayar lunas ini. Selamat berjuang teman-teman.

WHAT TO DO:
1.Mulai untuk memmiliki pola hidup yang sehat dengan makan yang bergizi, pola tidur diperbaiki, berolahraga.
2.Bergabung di komunitas yang sehat secara pikiran, perkataan dan perbuatan
3.Tetap berdoa dan bersandar pada Tuhan
4.Boleh melakukan aktivitas me-time yang menyenangkan, menenangkan dan tetap menjaga kekudusan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Bilangan 7

Card image
Renungan Pagi - 11 Februari 2025
2025-02-11 21:35:37


Hidup ini bukan bagaimana mendapatkan semua yang kita inginkan, tetapi bagaimana supaya hidup menjadi berkat.

Dengan memberkati kita diberkati, dengan menolong kita ditolong, dengan melakukan kehendak Tuhan kita melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan.

Card image
Quote Of The Day - 11 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-11 21:34:35


Persekutuan kita dengan Bapa akan melahirkan damai sejahtera dan sukacita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 11 Februari 2025 (Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-11 21:33:14


Orang yang mau menjadi Kristen sejati, yang mau menerima keselamatan dalam Yesus Kristus, yang mau dikembalikan ke rancangan semula, yang mau mengenakan kodrat ilahi, adalah orang yang bersedia melakukan apa pun yang Allah perintahkan.

Card image
CHILDREN OF ABRAHAM - 11 Februari 2025 (English Version)
2025-02-12 22:23:03


Matthew 3:9
"And do not think you can say to yourselves, ‘We have Abraham as our father.’ I tell you that out of these stones God can raise up children for Abraham."

The scribes and Pharisees were not people whose behavior was depraved in the eyes of men. On the contrary, they were religious people who were known to be pious and had good religious standards. But John the Baptist categorized them as offspring of vipers; which is the same as the children of Satan. Here, in fact, there is a lesson that we learn that God wants someone to truly have the right attitude in living life for the sake of God's judgment, not formality (legality) before men-things that are official and legally correct, meaning, does not violate the law. Finally, the law is the center, or oneself is the center; not God. John the Baptist taught that God should be the center.

So if we repent, it is for the sake of God's feelings and God's judgment, not because of what people think of us. That's why those who truly repented, even though they were Jews, they gave themselves to be baptized. Normally, only Gentiles converting to Judaism were baptized. The people who were baptized and repented, aside from the scribes and Pharisees, were those who could be considered children of Abraham. When it is said that "God can raise up children for Abraham from these stones," it does not refer to physical stones. Clearly, stones are lifeless objects—how could they become children? The "stones" here are a metaphor referring to people who were not considered valuable in the eyes of religious figures. They were seen as unworthy of being called children of Abraham.

Those who were baptized were not only pagans, Roman soldiers, but also commoners. But John the Baptist categorized them as children of Abraham, while the scribes and Pharisees who felt they were children of Abraham were called by John the Baptist as offspring of vipers; children of Satan. John the Baptist turned their thinking upside down. This is important. If Abraham is called the “father of believers,” it means that those who are saved must become or have faith like Abraham, must behave like Abraham (children of Abraham). So, someone cannot become a child of God without first becoming a child of Abraham. This means that preparing oneself to be a child of Abraham is the first step before becoming a child of God. "Prepare the way for the Lord" in this context means becoming a child of Abraham first.

That is why when Zacchaeus repented (Luke 19:9), Jesus said, “Today salvation has come to this house, because this man too is a son of Abraham.” Was Zacchaeus not a Jew? His name was “Zacchaeus,” zakai which means true or pure. Of course, Zacchaeus’ parents expected Zacchaeus to be a true Jew who would defend the Torah and the Temple. But it turned out that Zacchaeus became a tax collector who sided with foreign rulers. A Jew who, in a sense, lost his Jewish identity—until he repented. We do not read that Zacchaeus was baptized by John the Baptist, but his repentance was marked by a drastic and radical life change. He gave half of his wealth to the poor, and if there were people he had extorted, he returned four times as much. This was the fruit of repentance.

This aligns with Abraham, who was commanded to offer his son Isaac as a burnt sacrifice. No civilized law required such a thing—only pagan nations practiced it. But because God commanded it, Abraham obeyed. The key point is that Abraham was willing to do whatever God desired. That is extraordinary. Thus, not all Jews can be called children of Abraham. Children of Abraham are those who behave like Abraham. So, people who want to become true Christians, who want to accept salvation in Jesus Christ, who want to be returned to their original design, who want to put on the divine nature, are people who are willing to do whatever God commands. Even if at first, it seems impossible. But once a person is willing, it becomes possible.

They believed that John the Baptist came from God, based on the history of John the Baptist. Then what about the scribes and Pharisees? They were cunning people who wanted to infiltrate the midst of the genuine revival. The Jews said, “Our father is Abraham,” (John 8:39-40). Jesus said, "If you were Abraham’s children, then you would do what Abraham did." What did Abraham do? Do what God wanted. Of course there is nothing that hurts others. And if we look at Abraham’s track record, he never harmed or hurt anyone else. Jesus continued by saying, “But what you do is try to kill me. I am a man who tells you the truth, the truth that I heard from God. Abraham did not do such works.”

GOD WANTS A PERSON TO TRULY HAVE THE RIGHT HEART ATTITUDE IN LIVING LIFE FOR THE SAKE OF GOD'S JUDGMENT, NOT FORMALITY (LEGALITY) BEFORE MEN.

Card image
ANAK ABRAHAM - 11 Februari 2025
2025-02-11 18:21:49


Matius 3:9
“Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini!”

Para ahli Taurat dan orang Farisi bukanlah orang-orang yang kelakuannya bejat di mata manusia. Sebaliknya, mereka adalah orang-orang beragama yang dikenal sebagai saleh dan memiliki standar keberagamaan yang baik. Tetapi Yohanes Pembaptis mengategorikan mereka keturunan ular beludak; yang sama dengan anak-anak setan. Di sini sebenarnya, ada pelajaran yang kita petik bahwa *Allah menghendaki seseorang sungguh-sungguh memiliki sikap hati yang benar dalam menjalani hidup demi penilaian Allah, bukan formalitas (legalitas) di hadapan manusia, yang resmi, yang legal secara hukum maksudnya, tidak menyalahi hukum. Akhirnya, hukum yang menjadi pusat, atau diri sendiri yang menjadi pusat; bukan Allah. Yohanes Pembaptis mengajarkan bahwa pusat itu Allah.

Jadi kalau kita bertobat, itu demi perasaan Allah dan penilaian Allah, bukan karena apa pandangan orang terhadap kita. Makanya mereka yang sungguh-sungguh bertobat, walaupun mereka adalah orang Yahudi, mereka memberi diri untuk dibaptis. Padahal biasanya yang dibaptis itu orang kafir yang masuk agama Yahudi. Orang-orang yang bukan ahli Taurat dan bukan orang Farisi yang memberi diri dibaptis dan bertobat, adalah orang-orang yang bisa dikategorikan sebagai anak Abraham. Kalau dikatakan bahwa “Allah dapat menjadikan anak-anak Abraham dari batu-batu ini,” maksudnya bukan batu-batu secara fisik. Jelas, batu-batu itu benda mati, bagaimana bisa menjadi anak? Jadi, “batu-batu” di sini sebenarnya metafora, yang menunjuk orang-orang yang tidak diperhitungkan di kacamata atau pandangan orang beragama. Mereka tidak pantas disebut anak-anak Abraham.

Yang dibaptis itu selain orang-orang kafir, tentara-tentara Romawi, juga rakyat jelata. Tetapi Yohanes Pembaptis mengategorikan mereka sebagai anak-anak Abraham, sedangkan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang merasa sebagai anak-anak Abraham dikatai oleh Yohanes Pembaptis sebagai keturunan ular beludak; anak-anak setan. Yohanes Pembaptis menjungkirbalikkan pemikiran mereka. Ini penting. Kalau Abraham disebut sebagai “bapak orang percaya,” artinya orang-orang yang diselamatkan harus menjadi atau memiliki percaya seperti Abraham, harus berperilaku seperti Abraham (anak-anak Abraham). Jadi, seseorang tidak akan bisa menjadi anak-anak Allah kalau tidak menjadi anak Abraham. Jadi anak Abraham dulu. Ini persiapannya jadi anak Abraham, baru jadi anak Allah. “Persiapkan jalan bagi Tuhan itu” dalam hal ini berarti menjadi anak Abraham dulu.

Makanya ketika Zakheus bertobat (Luk. 19:9), Yesus berkata, _“Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham.” Apa Zakheus bukan orang Yahudi? Namanya saja “Zakheus,” zakai yang artinya sejati atau murni. Tentu orang tua Zakheus mengharapkan Zakheus menjadi orang Yahudi sejati yang membela Taurat dan Bait Allah. Tapi ternyata Zakheus menjadi pemungut cukai yang berpihak kepada penguasa asing. Orang Yahudi, tetapi orang Yahudi yang sempat kehilangan keyahudiannya, begitu kira-kira, lalu bertobat. Kita memang tidak membaca Zakheus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Tetapi pertobatannya ditandai dengan perubahan hidup yang begitu drastis dan radikal. Separuh hartanya diberikan kepada orang miskin, dan kalau ada orang yang pernah dia peras, dikembalikan empat kali lipat. Ini adalah buah pertobatan.

Sinkron dengan Abraham yang disuruh mempersembahkan anaknya, Ishak, menjadi kurban bakaran. Tidak ada hukum orang beradab begitu, kecuali bangsa-bangsa kafir. Tetapi demi Allah yang memerintahkan, dia lakukan. Intinya, Abraham bersedia melakukan apa pun yang Allah kehendaki. Itu luar biasa. Ternyata, tidak semua orang Yahudi dapat disebut anak Abraham. Anak Abraham adalah orang-orang yang berperilaku seperti Abraham. Jadi, orang yang mau menjadi Kristen sejati, yang mau menerima keselamatan dalam Yesus Kristus, yang mau dikembalikan ke rancangan semula, yang mau mengenakan kodrat ilahi, adalah orang yang bersedia melakukan apa pun yang Allah perintahkan. Walaupun pada mulanya tidak bisa. Tapi kalau sudah bersedia, sudah bisa.

Mereka percaya Yohanes Pembaptis berasal dari Allah, dilihat dari sejarah hidup Yohanes Pembaptis. Lalu bagaimana dengan ahli Taurat dan orang Farisi? Mereka adalah orang licik yang mau menyusup di tengah-tengah kebangunan rohani yang murni itu. Orang-orang Yahudi itu berkata, “Bapa kami adalah Abraham,” (Yoh. 8:39-40). Yesus berkata, “Kalau kamu anak-anak Abraham, kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham,” apa? Melakukan apa yang Allah kehendaki. Tentu tidak ada sesuatu yang melukai orang lain. Dan kalau kita melihat rekam jejak Abraham, dia tidak pernah merugikan, menyakiti orang lain. Lanjut Yesus berkata, “Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku. Aku seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah. Pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham.”

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ALLAH MENGHENDAKI SESEORANG SUNGGUH-SUNGGUH MEMILIKI SIKAP HATI YANG BENAR DALAM MENJALANI HIDUP DEMI PENILAIAN ALLAH, BUKAN FORMALITAS (LEGALITAS) DI HADAPAN MANUSIA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 Februari 2025
2025-02-11 18:17:40

Keluaran 36-38

Card image
Truth Kids 10 Februari 2025 - BERKORBAN
2025-02-11 18:16:31


Yudas 1:21
”Peliharalah dirimu demikian dalam kasih Allah sambil menantikan rahmat Tuhan kita, Yesus Kristus, untuk hidup yang kekal.”

Sobat Kids, untuk menjadi anak Allah, kita harus menjaga dan memelihara hidup kita. Mungkin kita pernah berbohong. Bagaimana perasaan kalian setelah berbohong? Tidak tenang, bukan? Saat kita berbohong, Roh Kudus mengingatkan bahwa perbuatan kita salah.

Jadi apa yang harus dilakukan sekarang? Setelah berdoa minta maaf, kita lanjut ke tindakan berikutnya. Bentuk hidup seturut kehendak Allah dengan menjadi anak yang dengar-dengaran dan taat kepada kehendak-Nya. Walaupun kalian masih kecil, setiap hari, setiap jam, dan setiap detik, kita harus sungguh-sungguh memakai hidup kita untuk hidup seturut maunya Tuhan.

Seperti Tuhan Yesus Kristus yang mengorbankan diri-Nya di kayu salib demi menghapus dosa kita, kita pun harus berani mengorbankan semua kemauan kita yang tidak baik dan tidak sesuai dengan kemauan Tuhan Yesus. Kita harus mau mengorbankan waktu nonton TV untuk membantu orang tua. Kita juga harus mau mengorbankan uang jajan kita untuk membantu teman yang sedang kesusahan. Berlatihlah terus setiap hari sampai kita pantas disebut sebagai anak-anak Allah.

Card image
Truth Junior 10 Februari 2025 - THE TRUE LIFE
2025-02-11 18:14:00


Yudas 1:21

”Peliharalah dirimu demikian dalam kasih Allah sambil menantikan rahmat Tuhan kita, Yesus Kristus, untuk hidup yang kekal.”

Hari ini kita telah membaca ayat firman Tuhan dari kitab Yudas yang memberikan pesan untuk selalu setia menanti dalam hadirat Tuhan. Kata “menanti” bukan berarti kita berhenti atau tidak melakukan apa pun seperti pergi ke suatu gua dan berdoa saja. Akan tetapi, Tuhan ingin kita menjadi anak-anak yang kuat menghadapi suatu tantangan yang membuat iman kita bertumbuh dan berhadiah hidup yang kekal. Misalnya waktu kita memilih untuk sungguh-sungguh belajar, bukan hanya untuk mendapat nilai bagus, tetapi juga karena ingin menyenangkan hati Tuhan. Ketika belajar, kalian pasti pernah merasa malas atau ada godaan yang mengganggu, seperti menonton, bermain, bahkan sering kali ketiduran saat belajar. Oleh karena itu, kita harus menjaga api semangat kita untuk rajin belajar.

Tuhan juga ingin kita menjaga hati dan pikiran untuk tetap berjuang mencintai Tuhan melalui membaca Alkitab, berdoa, dan saling mengasihi teman-teman. Waktu kita menanti, berarti kita tetap bergerak untuk menemukan tujuan atau pesan Tuhan dalam hidup kita. Apa pun yang Tuhan katakan, mari kita siapkan hati yang penuh kasih dan bijaksana. Jadikan godaan itu bukan membuat kita mundur, tetapi maju untuk Tuhan dan menanti hadiah untuk jiwa kita yaitu hidup yang kekal.

Card image
Truth Youth 10 Februari 2025 - KASIH YANG UTUH
2025-02-10 22:27:39


”Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Matius 22:39)

Setiap manusia diciptakan dengan begitu berharga, baik orang lain maupun diri kita sendiri. Tuhan tidak menciptakan manusia dengan nilai yang berbeda-beda, semuanya sama di mata-Nya, tapi memiliki keunikan tersendiri yang tidak mungkin dimiliki oleh orang lain. Mungkin kita akan menemukan orang yang tampak mirip dengan kita, tetapi dia tidak bisa menjadi seperti diri kita sekarang ini, pasti ada hal yang membedakan. Dengan demikian, mari kita terima fakta ini, bahwa kita memang unik dan memiliki nilai masing-masing. Semua kita, berharga di mata-Nya.

Matius 22:39 mengajarkan kita agar kita bisa mengasihi orang lain sama seperti kita mengasihi diri sendiri. Masalahnya adalah, apakah kita sudah mengasihi diri sendiri? Sedangkan, kita pun masih menganggap diri kita sebelah mata. Kalau kita berpegang pada Tuhan dan belajar dari-Nya, kita akan dituntun perlahan untuk mengerti kasih-Nya, dan dari sinilah kita pun belajar mengasihi diri sendiri termasuk mengasihi sesama. Mengasihi artinya memberikan diri kepada orang-orang di sekitar kita yang mau kita layani. Tidak boleh setengah-setengah, sebab kasih kita harus utuh, termasuk kepada Tuhan sendiri.

Kita perlu membedakan juga antara mencintai diri sendiri dan menjadi pribadi yang egois. Pada dasarnya, orang yang egois akan bertindak semaunya tanpa mempertimbangkan perasaan orang lain. Orang-orang seperti ini akan merugikan orang lain, mereka hanya mementingkan diri sendiri. Sedangkan orang yang mengasihi diri, adalah ia yang bijak dalam melihat keadaan, seperti kapan ia harus mengutamakan kebutuhannya dan kapan ia harus mendahulukan orang lain. Sebab sejatinya, mengasihi diri pun selalu berkaitan dengan bagaimana cara kita mengasihi orang lain.

Selagi kita masih diberikan waktu untuk hidup di bumi ini, maka pergunakanlah dengan baik. Carilah Tuhan selagi Ia berkenan ditemui. Dari Dia, kita bisa diajar dan diberitahu bagaimana cara mengasihi dengan benar.

WHAT TO DO:
1. Menyediakan waktu untuk Tuhan dalam hal berdoa dan membaca Alkitab.
2. Menghayati bahwa diri kita sangat berharga di mata Allah.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Bilangan 5-6

Card image
Renungan Pagi - 10 Februari 2025
2025-02-10 22:24:24


Hidup kekristenan kita belumlah dapat dikatakan sungguh-sungguh kalau dalam hidup kita Yesus belum lebih mulia dari segalanya.

Kita tidak akan merasakan kuasa Allah secara penuh kalau belum meninggalkan apa yang paling kita sukai dan apa yang paling kita cintai".

Card image
Quote Of The Day - 10 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-10 21:38:54


Tujuan keselamatan itu dikembalikan ke rancangan Allah semula, yang ditandai dengan melakukan kehendak Bapa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 10 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-10 21:37:14


Tujuan keselamatan itu dikembalikan ke rancangan Allah semula, yang ditandai dengan melakukan kehendak Bapa.

Card image
HAVE NOT PRODUCED THE FRUITS OF REPENTANCE - 10 Februari 2025 (English Version)
2025-02-10 21:31:35


Matthew 3:8 "Produce fruit in keeping with repentance."

In the life journey of God’s chosen people in the New Testament, Paul clearly states, "I consider everything a loss because of the surpassing worth of knowing Christ Jesus my Lord, for whose sake I have lost all things. I consider them garbage, that I may gain Christ" (Philippians 3:7-9). Letting go of everything comes first, then gaining Christ. How much clearer could it be? Another verse says, "Come out from them and be separate, says the Lord. Touch no unclean thing, and I will receive you." Jesus also gave a parable about someone who sold his field to buy another field in which treasure was hidden. This is an act of barter. With this, we understand why Jesus said that entering the Kingdom of Heaven is not easy. For centuries, the church has deviated from the truth of the gospel. But they feel that they are in the truth of the gospel, which is supported by false doctrines from the teachings of the dark power. Because it is recognized by doctors and professors, approved by the church, they align the doctrine with the Bible. So, it is not surprising that in the history of the church, there have been bloody conflicts, killings, and it is considered as something that does not violate the truth of the gospel. And those who are in conflict with the doctrine feel that they are defending God. In fact, they are being controlled by dark forces.

Life deviates from this truth, no different from the children of the world who kill each other. They feel that it is not something bad. The teaching of salvation that salvation is not through good deeds that is taught wrongly or understood wrongly, leading many Christians to destruction. History shows that they all strayed. No need to talk about doctrine, from their behavior alone it shows that they are not the children of God. Nowadays if there are people who try to do good deeds, try to build morals, they are accused of trying to seek salvation by their own efforts. As if it is contrary to the word of God which says that salvation is given for free, not based on good deeds. The slogan sola gratia (by grace alone) has darkened the eyes of many people's understanding, so that many people do not really try to have a clean life in order to receive the truth of the Gospel and receive the gift of salvation.

Many Christians feel that they already have grace. With that grace, they feel that they are already saved. The Lord Jesus clearly said, “Strive.” Paul clearly said, “Work out salvation,” that is the context when Paul said, “You must have the mind and feelings of Christ. Work it out. This cannot happen by itself.” To have the great mind and feelings of Christ, we must first strive for holiness and godliness. Many Christians do not understand that the purpose of salvation is to return to God's original plan, which is marked by doing the will of the Father. So if you only do general repentance, that is not the purpose of salvation. Salvation is when a person has a divine nature, everything he thinks is in accordance with God's will, has the mind and feelings of God, becoming blameless and spotless, and takes part in God's holiness. This is a very high level.

So repentance in general, leaving the wrong way and habits of life, is just the beginning to follow Jesus as a preparation. That's why John the Baptist called them to repent. With true repentance, which produces the fruit of repentance according to God's will. The mistake of many people, they combine repentance as a sign of salvation. The sign of salvation is not only repenting from the wrong way of life, but having the mind and feelings of Christ. So, repentance is just the beginning. That is if it is truly true repentance. So, salvation is not only marked by repentance in general, but the return of humans to God's original design, the model of which is Jesus. So if it is only repentance, the Old Testament people also knew repentance. The Jews in the time of John the Baptist were religious people who returned to Yahweh and tried to practice the Jewish religion well. But the repentance that God wants has a different standard.

This speaks of the renewal of the mind (Greek: Metanoia), an ongoing repentance leading to Christlikeness. Initial repentance is just preparation—for the Lord to come and teach, for the Gospel to be preached, for the truth to be revealed, and for the grace of salvation to be offered. The Pharisees and the teachers of the Law understood what repentance meant, but only as a formal, legal, external expression of turning away from moral transgressions that were publicly visible. Such repentance was often performed for religious obligations or to gain the approval of others. That is why the teachers of the Law publicly declared, "We are the children of Abraham." While such a confession is important, it was merely formal and legalistic.

Now compare this with what John the Baptist said to them:"You brood of vipers! Who warned you to flee from the coming wrath? You are people under God's judgment!" This was a harsh rebuke directed at religious leaders. He then added, "Produce fruit in keeping with repentance." In other words, they were considered to have not yet borne the fruit of repentance.

TO HAVE THE GREAT THOUGHTS AND FEELINGS OF CHRIST, WE MUST FIRST STRIVE FOR HOLINESS AND PIETY.

Card image
BELUM MEMILIKI BUAH PERTOBATAN - 10 Februari 2025
2025-02-10 21:23:40


Matius 3:8
“Jadi, hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.”

Dalam perjalanan hidup umat pilihan di Perjanjian Baru, jelas Paulus mengatakan, “Aku melepas semua dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus” (Flp. 3:7-9). Melepas semua, baru mendapatkan Kristus. Kurang jelas apa? Ayat yang lain mengatakan, “Keluarlah kamu dari antara mereka, jangan menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu.” Dan Yesus pun memberikan perumpamaan, seseorang yang menjual ladangnya demi membeli satu ladang yang ternyata di dalamnya ada harta yang tersimpan. Ini tindakan barter. Dengan hal ini, kita mengerti mengapa Yesus berkata untuk masuk Kerajaan Surga itu tidak mudah. Selama berabad-abad, gereja telah menyimpang dari kebenaran Injil. Tapi mereka merasa bahwa mereka ada dalam kebenaran Injil, yang ditopang oleh doktrin-doktrin palsu dari ajaran kuasa gelap. Karena diakui oleh para doktor dan profesor, disahkan gereja, mereka menyejajarkan doktrin itu dengan Alkitab. Jadi, tidak heran kalau dalam sejarah gereja, terjadi pertikaian yang berdarah-darah, bunuh-membunuh, dan itu dianggap sebagai sesuatu yang tidak menyalahi kebenaran Injil. Dan mereka yang bertikai doktrin itu merasa sedang membela Tuhan. Padahal, mereka sedang dikuasai oleh kuasa gelap.

Kehidupan menyimpang dari kebenaran ini, tidak berbeda dengan anak-anak dunia yang saling membunuh. Mereka merasa bukan sesuatu yang buruk. Ajaran keselamatan bahwa keselamatan bukan karena perbuatan baik yang diajarkan salah atau dipahami keliru, membinasakan banyak orang Kristen, dan kita melihat dari sejarah ini, mereka semua menyimpang. Tidak usah bicara soal doktrin, dari kelakuannya saja sudah menunjukkan kelakuan bukan anak-anak Allah. Sekarang ini kalau ada orang berusaha untuk melakukan perbuatan baik, berusaha membangun moral, dituduh sebagai usaha mencari keselamatan dengan usaha sendiri. Seakan-akan hal itu bertentangan dengan firman Tuhan yang mengatakan bahwa keselamatan diberikan cuma-cuma, bukan berdasarkan perbuatan baik. Slogan _sola gratia_ telah menggelapkan mata pengertian banyak orang, sehingga banyak orang tidak sungguh-sungguh berusaha untuk memiliki kehidupan yang bersih guna menerima taburan kebenaran Injil dan menerima anugerah keselamatan.

Banyak orang Kristen merasa sudah punya anugerah. Dengan anugerah itu, mereka merasa sudah selamat. Tuhan Yesus jelas berkata, “Berjuanglah.” Paulus jelas berkata, “Kerjakan keselamatan,” itu pun konteksnya ketika Paulus mengatakan, “Kamu harus memiliki pikiran dan perasaan Kristus. Kerjakan. Ini tidak bisa dengan sendirinya.” Untuk memiliki pikiran dan perasaan Kristus yang agung itu, kita harus usahakan dulu kesucian, kesalehan. Banyak orang Kristen tidak mengerti bahwa tujuan keselamatan itu dikembalikan ke rancangan Allah semula, yang ditandai dengan melakukan kehendak Bapa. Jadi kalau hanya melakukan pertobatan secara umum, itu belum maksud keselamatan. Keselamatan itu seseorang sampai berkodrat ilahi, segala sesuatu yang dipikirkan sesuai dengan kehendak Allah, memiliki pikiran dan perasaan Tuhan, tidak bercacat dan tidak bercela, mengambil bagian dalam kekudusan Allah. Ini tingkatannya tinggi sekali.

Jadi pertobatan secara umum, meninggalkan cara dan kebiasaan hidup yang salah, itu baru awal untuk mengikut Yesus sebagai persiapan. Makanya Yohanes Pembaptis menyerukan mereka bertobat. Dengan pertobatan yang benar, yang menghasilkan buah pertobatan sesuai dengan kehendak Allah. Kesalahan banyak orang, mereka menggabungkan pertobatan itu sebagai tanda keselamatan. Tanda keselamatan bukan hanya bertobat dari cara hidup yang salah, melainkan memiliki pikiran dan perasaan Kristus. Jadi, pertobatan itu baru awal. Itu pun kalau sungguh-sungguh pertobatan yang benar. Jadi, keselamatan bukan hanya ditandai pertobatan secara umum, tetapi dikembalikannya manusia ke rancangan Allah semula yang modelnya adalah Yesus. Jadi kalau hanya pertobatan, umat Perjanjian Lama juga mengenal pertobatan. Orang-orang Yahudi pada zaman Yohanes Pembaptis adalah orang-orang beragama yang kembali kepada Yahweh dan berusaha menjalankan agama Yahudi dengan baik. Tetapi pertobatan yang dikehendaki Allah itu standarnya beda.

Ini berbicara mengenai pembaruan pikiran (Yun. Metanoia), pertobatan yang terus-menerus untuk serupa dengan Yesus, baru pertobatan awal. Ini persiapan untuk Tuhan datang mengajar, Injil diajarkan; kebenaran diajarkan, anugerah keselamatan ditawarkan. Orang-orang Farisi dan ahli Taurat itu tahu apa artinya bertobat, tetapi secara formalitas, legalitas, artinya secara lahiriah menyatakan bertobat dan tidak melakukan pelanggaran secara moral hukum yang dapat dilihat. Biasanya, pertobatan seperti ini adalah pertobatan demi hukum agama, demi penilaian dan pandangan manusia. Itulah sebabnya, perhatikan, ahli Taurat mengaku depan umum sebagai anak-anak Abraham, “Kami ini anak-anak Abraham.” Pengakuan itu penting, namun ini formalitas, legalistik.

Coba bandingkan dan perhatikan apa kata Yohanes Pembaptis kepada mereka, “Hai, kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang? Kamu itu orang yang dimurkai.” Ini perkataan yang menyakitkan kepada tokoh-tokoh agama. Lalu selanjutnya, “Jadi, hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.” Dengan kata lain, dianggap mereka belum memiliki buah pertobatan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

UNTUK MEMILIKI PIKIRAN DAN PERASAAN KRISTUS YANG AGUNG ITU, KITA HARUS USAHAKAN DULU KESUCIAN, KESALEHAN.

Card image
Truth Kids 09 Februari 2025 - MEMEGANG PERINTAH-NYA
2025-02-10 21:16:54


Mazmur 119:2
”Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati.”

Dosa membuat kita bersembunyi dari Tuhan. Mengapa bisa begitu? Masih ingat kisah tentang Adam dan Hawa yang memakan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat? Setelah mereka berbuat dosa, mereka bersembunyi dari Tuhan Allah. Tuhan Allah itu kudus, tidak berdosa. Oleh sebab itu, Tuhan Allah tidak bisa bersatu dengan dosa.

Seharusnya kita selalu memegang perintah-perintah-Nya setiap saat dengan segenap hati. Dengan demikian, kita bisa berada bersama dengan Tuhan setiap saat.

Iblis tahu loh, bahwa di luar Tuhan Yesus, tidak ada kehidupan. Jadi, ia akan membuat anak-anak Allah mengikuti jejaknya. Wah, seram banget, kan, Sobat Kids? Untuk itu, teruslah berjuang menaati perintah-perintah-Nya. Memang tidak mudah, akan tetapi, yakinlah Tuhan Yesus Kristus akan menolong kita, dan Roh Kudus akan membimbing kita pada jalan kebenaran.

Card image
Truth Junior 09 Februari 2025 - JANGAN MELAWAN
2025-02-10 21:14:28


Mazmur 119:2
”Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati.”

Santi dan adiknya, Sinta, senang sekali karena akan segera liburan. Orang tua mereka sudah berjanji untuk liburan ke Jepang. Mereka sudah tidak sabar menunggu hari itu tiba. Mereka sudah membicarakan apa yang akan mereka bawa dan pakai selama liburan di Jepang. Mereka juga sudah infokan kepada teman-teman mereka mengenai rencana ini.

Tetapi ketika makan malam bersama, papanya memberitahu hal yang sangat mengejutkan. Mereka batal liburan ke Jepang dan mengubah liburan mereka ke Malang karena nenek Santi dan Sinta sedang sakit. Perasaan mereka campur aduk antara sedih karena neneknya sakit, dan kesal karena batal ke Jepang. Mereka sempat mengusulkan ke papa, ke Malang setelah pulang dari Jepang saja. Papa menyampaikan tidak bisa, karena waktu libur kantor papanya terbatas. Setelah selesai makan malam, Santi dan Sinta kembali ke kamar mereka. Mereka saling bertukar cerita tentang rasa sedih dan kesal yang dirasakan.

Mereka berdua memutuskan untuk berdoa dan menceritakan kesedihan dan kekesalan mereka kepada Tuhan. Setelah selesai berdoa, mereka berdua merasakan damai sejahtera dari Tuhan, dan emosi mereka berbeda sekali rasanya. Mereka jadi lebih tenang dan bisa menerima kalau liburan ke Jepang ditunda untuk memperhatikan nenek yang sedang sakit di Malang. Mereka berdua sepakat untuk tetap bersyukur dan melihat kalau rencana Tuhan pasti yang terbaik. Mereka putuskan untuk tidak melawan apa yang sudah Tuhan atur, dan taat dengan keputusan papa dan mamanya, karena itu yang terbaik untuk mereka.

Card image
Truth Youth 09 Februari 2025 (English Version) - FATAL
2025-02-10 21:09:04


“There is therefore now no condemnation for those who are in Christ Jesus.” (Romans 8:1)

We often find it easier to forgive others than to forgive ourselves. Although forgiving others is no simple task, we tend to be more tolerant of their faults, offering second, third, or countless chances to those who wrong us. However, pause for a moment and reflect: have you truly forgiven yourself? Have you nurtured yourself with love and kindness? Have you acknowledged that you, too, deserve another chance to start over and grow into a better person?

To forgive ourselves, we must first know God intimately and understand His grace for us. This foundational truth enables us to fully grasp our own condition and forgive ourselves completely. Genuine forgiveness always begins with a deep understanding of God. When we recognize who He is and how immense His love is for us, forgiving even our gravest mistakes becomes possible.

One critical point is distinguishing between feelings of guilt and healthy regret. When we make mistakes, guilt often follows because we realize we've caused harm to ourselves or others. Yet, there is also a healthy kind of regret—a longing to improve, a desire to seek God more earnestly so we can forgive others and ourselves with sincerity and truth.

Ultimately, in every situation, involve God. He has given us the time to know Him. Remember, true forgiveness is rooted in a deep understanding of who God is. Forgiving yourself correctly allows you to forgive others correctly as well.

WHAT TO DO:
1. Pray, asking for God’s guidance to forgive properly.
2. Open your heart to be examined by God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 3–4

Card image
Trurh Youth 09 Februari 2025 - FATAL
2025-02-10 18:26:03


”Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.” (Roma 8:1)

Kita bisa dengan mudah mengampuni orang lain, tetapi kesulitan mengampuni diri sendiri. Walau mengampuni orang lain pun adalah hal yang tidak mudah, tetapi rasa-rasanya kita akan lebih toleran memandang kesalahan orang lain, lalu memberikan kesempatan kedua, ketiga, atau yang kesekian kepada orang yang berlaku jahat pada kita. Namun, coba bayangkan, sejauh ini apakah kita sudah mengampuni diri kita sendiri dengan utuh dan merawat diri kita dengan penuh kasih sayang? Apakah kita memandang diri kita membutuhkan kesempatan kesekian, bahwa kita masih bisa mengulang dari nol, menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Untuk mengampuni diri sendiri, kita harus mengenal Tuhan dengan benar dan memahami kasih karunia-Nya untuk kita. Ini adalah hal paling mendasar, agar kita bisa benar-benar memahami keadaan diri dan mengampuni diri seutuhnya. Pengampunan yang sejati memang akan selalu berasal dari pengenalan akan Allah dengan benar. Ketika kita mengenal Tuhan dan mengetahui betapa besar kasih-Nya untuk kita, maka kita akan dengan mudah memaafkan segala kesalahan yang menurut kita sulit untuk diampuni.

Satu hal penting yang tidak boleh luput adalah kita pun harus bisa membedakan perasaan bersalah dan rasa menyesal yang sehat. Saat kita melakukan kesalahan, kita mungkin merasa bersalah karena kita memang melakukan hal fatal yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Namun, ada perasaan sesal yang sehat, yaitu ketika kita menyesal saat kita belum totalitas dalam mengampuni orang lain termasuk diri sendiri, sehingga kita merasa harus lebih lagi mencari Tuhan agar kita bisa mengampuni dengan benar.

Pada akhirnya, apa pun yang kita alami, libatkanlah Tuhan. Kita masih diberikan waktu untuk mengenal-Nya. Ingat, pengampunan yang benar adalah ketika itu dilandaskan dari pengenalan akan Allah. Kita pun perlu mengampuni diri sendiri dengan benar, agar kita bisa mengampuni orang lain dengan benar pula.

WHAT TO DO:
1.Berdoa, meminta tuntunan Tuhan agar kita bisa mengampuni dengan benar.
2.Memberi diri diperiksa oleh Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Bilangan 3-4

Card image
Renungan Pagi - 09 Februari 2025
2025-02-10 18:22:49


Hidup kekristenan kita belumlah dapat dikatakan sungguh-sungguh kalau dalam hidup kita Yesus belum lebih mulia dari segalanya.

Kita tidak akan merasakan kuasa Allah secara penuh kalau belum meninggalkan apa yang paling kita sukai dan apa yang paling kita cintai.

Card image
Quote OF The Day - 09 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-10 13:08:11


Sahabat Tuhan adalah orang yang menyerahkan apa pun yang dia miliki untuk Tuhan, apa pun yang Tuhan mau ambil.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 09 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-10 13:06:57


Adalah benar bahwa Tuhan memang menerima apa pun keadaan seseorang, tetapi Tuhan tidak menginginkan keadaan orang itu tetap sebagai orang berdosa.

Card image
MEDIA FOR RECEIVING THE TRUTH - 09 Februari 2025 (English Version)
2025-02-10 13:02:12


Matthew 13:23
"But the seed falling on good soil refers to someone who hears the word and understands it. This is the one who produces a crop, yielding a hundred, sixty, or thirty times what was sown."

Preparing the way for the Lord is a truth that has almost disappeared from the church. However, the Bible clearly reveals this truth. Many Christians, including Christian theologians, have overlooked the biblical truth about "preparing the way for the Lord." When this truth is reintroduced or proclaimed, many Christians may view it as foreign and, in some cases, wrongly accuse it of being heretical. This happens because the eyes of their hearts have been darkened. They cannot accept the truth that is so clearly stated in the Bible. In reality, most Christians today do not prepare the way for the Lord. As a result, they never truly experience or possess salvation. They only become good Christians, appearing devout, seemingly religious on the outside, and well-mannered in the eyes of others. However, they never truly become legitimate children of God or live the authentic Christian life that Jesus taught and demonstrated.

The common belief among Christians that God accepts sinners no matter what and in whatever condition often gives the impression that God does not care about their sinful state after they have confessed faith in Jesus as Lord and Savior. While it is true that God accepts people in whatever condition they are in, but God does not want them to remain in their sinful state. We must not be misled into thinking that God ignores their sinfulness after they have confessed Jesus as Lord and Savior. This is a flawed way of thinking that must be corrected and realigned with the truth. Yes, God accepts sinners. He wants to erase their sins, as He has already taken them to the cross. However, moving forward, they must no longer live in sin. Their lives must change. This change does not happen instantly, but it occurs through a process.

Therefore, we must not think that God does not care about a person's sinfulness before they receive Jesus or confess Him as Lord and Savior, and that God also does not care much about their sinfulness afterward. Thinking this way is misguided and can lead to destruction. Jesus died on the cross, bearing the sins of all humanity. This means that every person born into this world, without exception, regardless of how sinful, broken, or depraved they are, has had their sins borne by Jesus on the cross. Thus, it is true that Jesus accepts sinners, takes on all their sins, and receives them in their sinful state. However, this does not mean that sinners can easily enter heaven. They must stop sinning.

Not turning away from sin means not truly believing in Jesus. Therefore, anyone who desires salvation must prepare the way for the Lord. This is our focus. This must be understood first, as many Christians today and in the future remain in a chaotic spiritual state. In fact, after confessing Jesus as Lord and Savior, we must enter the process of becoming perfect like the Father or being conformed to Jesus. John the Baptist came before Jesus to preach the Gospel, calling people to change their nature so that they could be restored to God's original design. John the Baptist prepared the way for the Lord. Similarly, before someone follows Jesus, they must have true repentance as preparation for receiving the truth of the Gospel. This is necessary so that they can have a life that is receptive to the Gospel and attain salvation. Therefore, their lives must first be prepared as a medium for receiving the truth.

So, true repentance makes their hearts and lives a medium for receiving the truth of the Gospel or salvation. That is why the medium must be prepared first. Matthew 13:23 states, "But the seed falling on good soil refers to someone who hears the word and understands it. This is the one who produces a crop, yielding a hundred, sixty, or thirty times what was sown." This is about the seed being sown in good and proper soil, allowing it to grow. Jesus does not ignore sins after people confess faith in Him. They must repent. Jesus sees their sinfulness and wants to deal with it, but people must also be willing to resolve it. Before following Jesus, true repentance must take place, and this includes a willingness to be baptized. If people do not repent—meaning they do not leave behind their sinful deeds and habits—they cannot be transformed into perfect beings like the Father or be conformed to Jesus.

This is why, in preaching the Gospel, Jesus always said, "Repent, for the Kingdom of Heaven is near," the same message John the Baptist proclaimed. Remember, to the woman caught in adultery who was about to be stoned, Jesus said, "Go and sin no more." God hates sin. This is what Jesus taught His followers. Jesus would not have entered Zacchaeus’ house if Zacchaeus had not repented and been willing to change.

TRUE REPENTANCE MAKES THEIR HEARTS AND LIVES A MEDIUM FOR RECEIVING THE TRUTH OF THE GOSPEL OR SALVATION.

Card image
MEDIA MENERIMA KEBENARAN - 09 Februari 2025
2025-02-09 21:15:25


Matius 13:23
“Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.”

Mempersiapkan jalan bagi Tuhan adalah kebenaran yang telah nyaris hilang dari gereja. Padahal, Alkitab jelas menunjukkan adanya kebenaran ini. Banyak orang Kristen, termasuk para teolog Kristen, yang perhatiannya luput terhadap kebenaran Alkitab mengenai hal ini: “mempersiapkan jalan bagi Tuhan.” Ketika kebenaran ini diangkat kembali atau diserukan, bisa saja banyak orang Kristen memandangnya sebagai asing, bahkan kemudian berprasangka buruk, menuduhnya sebagai ajaran sesat. Hal ini terjadi karena mata hati mereka telah menjadi gelap. Tidak bisa menerima kebenaran yang begitu jelas, yang nyata-nyata Alkitab kemukakan. Sejatinya, sebagian besar orang Kristen hari ini tidak mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Inilah yang mengakibatkan mereka tidak pernah mengalami dan memiliki keselamatan. Mereka hanya menjadi orang-orang Kristen yang baik, tampak saleh, kelihatannya rohani secara lahiriah, dan santun di mata manusia. Padahal, mereka tidak pernah menjadi anak-anak Allah yang sah, atau tidak pernah memiliki kehidupan Kristen yang sejati, yang diajarkan dan yang dikenakan oleh Tuhan Yesus.

Pemikiran hampir semua orang Kristen bahwa Tuhan menerima orang berdosa apa pun dan bagaimanapun keadaannya, dikesankan bahwa Tuhan tidak memedulikan keadaan keberdosaan mereka sesudah mengaku percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. *Adalah benar bahwa Tuhan memang menerima apa pun keadaan seseorang, tetapi Tuhan tidak menginginkan keadaan orang itu tetap sebagai orang berdosa.* Jangan sampai dikesankan bahwa Tuhan tidak memedulikan keadaan keberdosaan mereka sesudah mereka mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Ini adalah bangunan berpikir yang salah yang harus diubah, tepatnya harus diluruskan. Jadi, Tuhan menerima keberdosaan seseorang. Tuhan mau menghapus, sebab memang Tuhan telah menyalibkannya di kayu salib. Tetapi ke depan ini tidak boleh salah lagi. Hidupnya harus berubah. Ya, memang tidak sekaligus berubah, tapi lewat proses.

Jadi jangan kita berpikir bahwa Tuhan tidak mempersoalkan keberdosaan seseorang sebelum menerima Yesus atau sebelum mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, dan selanjutnya Tuhan pun tidak terlalu mempersoalkan keberdosaan seseorang. Kalau berpikir begitu, sesat. Dan ini membuat seseorang bisa binasa. Yesus mati di kayu salib memikul semua dosa manusia, artinya semua manusia yang dilahirkan di bumi ini tanpa kecuali, dengan keadaannya yang berdosa, rusak, bejat, atau bagaimanapun keadaannya, semua dosa dipikul-Nya di kayu salib. Jadi, benar bahwa Yesus menerima orang berdosa dan memikul semua dosa mereka, dan menerima keadaan mereka yang berdosa itu. Tetapi hal ini tidak membuat orang berdosa lalu begitu mudah masuk surga. Mereka harus berhenti berbuat dosa.

Tidak berhenti dari perbuatan dosa berarti tidak percaya Yesus. Oleh sebab itu, setiap orang yang mau menerima keselamatan harus mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Ini yang menjadi fokus kita. Yang ini harus dipahami dulu, sebab banyak orang Kristen yang keadaannya sekarang dan ke depan masih carut-marut. Justru setelah mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, kita harus memasuki proses menjadi sempurna seperti Bapa, atau serupa dengan Yesus. Kehadiran Yohanes Pembaptis sebelum Yesus datang memberitakan Injil untuk mengubah kodrat manusia agar manusia dikembalikan ke rancangan Allah semula, Yohanes Pembaptis mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Jadi, sebelum seseorang mengikut Yesus, ia harus memiliki pertobatan yang benar sebagai persiapan mendengar kebenaran Injil. Hal ini dimaksudkan agar mereka memiliki kehidupan yang dapat menerima kebenaran Injil dan menerima keselamatan. Jadi, medianya itu, kehidupan mereka itu dipersiapkan. Jadi, pertobatan yang benar membuat hati dan kehidupan mereka menjadi media untuk dapat menerima kebenaran Injil atau menerima keselamatan. Makanya dipersiapkan dulu medianya. Matius 13:23 mengatakan, “Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.” Ini soal benih yang ditabur, dan medianya baik, benar, lalu bisa bertumbuh. Jadi, Yesus tidak menutup mata terhadap dosa mereka sesudah mereka mengaku percaya Yesus. Mereka harus bertobat. Yesus membuka mata, melihat keberdosaan mereka, dan Tuhan mau menyelesaikan itu, dan orang-orang harus mau menyelesaikannya. Jadi sebelum ikut Tuhan Yesus, mereka itu sudah bertobat. Dalam hal ini, kesediaan bertobat itu sampai memberi diri dibaptis. Sebab kalau mereka tidak bertobat, artinya tidak meninggalkan perbuatan dan kebiasaan dosa mereka, mereka tidak dapat diubah untuk menjadi manusia yang sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus.

Itulah sebabnya dalam pemberitaan Injil, Yesus selalu berkata, “Bertobatlah kamu, karena Kerajaan Allah sudah dekat,” seruan yang juga disampaikan Yohanes Pembaptis. Ingat, kepada wanita yang kedapatan berzina mau dilempari batu, Yesus berkata, “Pergilah, Aku juga tidak menghukum kamu. Jangan berbuat dosa lagi.” Allah membenci dosa. Ini yang diajarkan oleh Yesus kepada umat. Yesus tidak akan menumpang di rumah Zakheus kalau Zakheus tidak bertobat dan tidak mau mengalami perubahan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono PERTOBATAN YANG BENAR MEMBUAT HATI DAN KEHIDUPAN MEREKA MENJADI MEDIA UNTUK DAPAT MENERIMA KEBENARAN INJIL ATAU MENERIMA KESELAMATAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 Februari 2025
2025-02-09 21:02:30

Keluaran 30-32

Card image
Truth Kids 08 Februari 2025 - JALAN SERTA YESUS
2025-02-08 20:10:28


Amsal 16:9
”Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya.”

"Jalan serta Yesus.. jalan serta-Nya setiap hari. Jalan serta Yesus.. serta Yesus selamanya. Jalan dalam suka jalan dalam duka, jalan serta-Nya setiap hari. Jalan serta Yesus, serta Yesus selamanya."

Wahhh, pasti Sobat Kids tahu lagu yang di atas, sering kita nyanyikan. Lagu yang sederhana, tapi memiliki arti besar dalam hidup kita. Untuk menjadi anak Allah, perlu untuk berusaha dengan sungguh- sungguh. Seperti halnya saat Sobat Kids kurang suka pelajaran matematika tetapi Sobat Kids berusaha dengan sungguh-sungguh agar setiap ujian matematika, tidak remedial. Suatu hari, berkat usaha Sobat Kids, kalian bisa meraih cita-cita menjadi dokter, insinyur, astronom, guru, dan masih banyak lagi. Tuhan memiliki rancangan bagi masing-masih kita.

Saat berjalan dengan Tuhan Yesus, artinya kita melakukan setiap kegiatan dari pagi, bangun tidur, ke sekolah, siang hari hingga malam hari bersama Tuhan. Dan saat kesulitan datang, kita akan tahu maksud Tuhan. Rajinlah berdoa untuk memulai hari. Rajinlah berkomunikasi dengan Tuhan agar kita tahu arah Tuhan bagi kita. Sampai bertemu besok, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 08 Februari 2025 - JANGAN TAKUT
2025-02-08 19:54:33


Amsal 16:9
”Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya.”

Hari ini ada cerita dari teman kita, Dodo dan Danu. Mereka berdua akan mengikuti kompetisi musik. Dodo sebagai penyayi, dan Danu sebagai gitaris. Mereka berdua rajin sekali berlatih untuk mempersiapkan pertandingan yang akan diikuti 2 minggu lagi. Mereka berdua deg-degan menunggu hari kompetisi tiba. Dodo dan Danu mendapat informasi dari panitia kalau mereka mendapat urutan tampil ke-3. Mereka merasa lega, daripada mereka mendapat urutan yang pertama karena akan lebih menegangkan. Dodo dan Danu terus berlatih karena ingin menampilkan yang terbaik. Dodo dan Danu menjadi perwakilan sekolah juga dalam kompetisi ini.

Hari kompetisi tiba, Dodo dan Danu bersiap memakai kostum yang sesuai, menata rambut supaya terlihat rapi dan keren pada saat di atas panggung. Pada saat mereka sedang persiapan, tiba-tiba panitia lomba tiba-tiba datang menghampiri dan memberikan informasi bahwa mereka mendadak menjadi penampil pertama. Dodo dan Danu sangat terkejut dan jantung mereka langsung berdegup lebih kencang. Mereka agak kesal dan bertanya ke panitia, mengapa mereka jadi yang tampil pertama kali. Panitia tidak menjelaskan banyak, hanya berkata bahwa hal itu sudah diputuskan demikian. Mereka tambah kesal dengan penjelasan yang mereka dapatkan.

Akhirnya, giliran mereka tiba. Dodo dan Danu sangat gugup, tetapi mereka memberikan penampilan terbaik di atas panggung. Setelah selesai tampil, penonton langsung bertepuk tangan. Setelah itu, lanjut kepada penampil selanjutnya, dan tidak disangka, pada penampilan setelah mereka, ada beberapa masalah yang terjadi. Terkadang mikrofonnya kurang jelas, speaker-nya juga. Dodo dan Danu diingatkan bahwa Tuhan sudah mengatur yang terbaik untuk mereka sebagai penampil pertama karena dengan demikian, penampilan mereka terhindar dari kekacauan. Walaupun mereka merasa takut untuk tampil pertama, tetapi rencana Tuhan selalu yang terbaik. Mereka berdua pun merasa bersyukur dan berdoa, berterima kasih kepada Tuhan karena Tuhan selalu memberikan yang terbaik, dan rencana-Nya selalu indah.

Card image
Truth Youth 08 Februari 2025 (English Version) - DO NOT DOUBT GOD
2025-02-08 19:51:26


“Ok, in all these things we are more than conquerors through Him who loved us. For I am convinced that neither death nor life, neither angels nor demons, neither the present nor the future, nor any powers, neither height nor depth, nor anything else in all creation, will be able to separate us from the love of God that is in Christ Jesus our Lord.” (Romans 8:37-39)

Life is intertwined with three elements: the past, the present, and the future. There are times when we regret the past and worry about the future. Philosophers often preach mindfulness, urging us to focus solely on the present. However, life’s uncertainties about the future and haunting thoughts about past mistakes can lead to skepticism and despair.

But remember, we are more than conquerors. In every stage of life, God uses challenges to strengthen us. He teaches us to remain calm and steady amidst life's trials. We may face rejection, belittlement, or even be treated as though we don’t matter, but these are tools God uses to refine us.

Do not doubt God. He is the all-knowing and all-wise Creator. His wisdom surpasses all human understanding. God’s intentions are always good—He desires to care for and protect us, never to harm us. His gentle hand heals our deepest wounds and calms our fears.

Choose to trust Him in every moment of life. When we do, we begin to see that He works all things together for our good. Let’s walk hand in hand with God’s will so that our lives reflect His goodness. God is too perfect to be doubted. He is worthy of our complete trust.

“We know that in all things God works for the good of those who love Him, who have been called according to His purpose.” (Romans 8:28)

WHAT TO DO:
1. Do not fear making mistakes.
2. Be confident.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 1–2

Card image
Truth Youth 08 Februari 2025 - JANGAN MENCURIGAI ALLAH
2025-02-08 19:35:28


”Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 8:37-39)

Hidup ini lekat dengan tiga hal, yaitu masa lalu, masa kini, dan masa depan. Ada beberapa saat dalam hidup di mana kita menyesali masa lalu dan mengkhawatirkan masa depan. Maka para filsuf-filsuf dengan pemberitaannya mengenai mindfulness mengajak kita untuk berpikir hanya di masa kini. Banyak hal dalam hidup ini yang membuat kita menjadi khawatir dan ragu akan hidup. Tentang masa depan yang tidak menentu dan segala macam hal yang menghantui diri kita membuat kita jadi skeptis dan putus asa. Tapi ingatlah bahwa kita lebih dari pemenang. Dalam setiap proses hidup, Allah ingin mengajarkan untuk memperkuat sayap kehidupan kita dengan segala macam cara. Allah bisa mengajarkan kita untuk tetap teduh dan tenang ketika kita menghadapi masalah-masalah hidup. Kita mungkin bisa direndahkan, disepelekan, dianggap tidak ada dan lain sebagainya. Tapi itulah cara Allah membuat kita semakin matang dalam hidup.

Jangan mencurigai Allah. Dia adalah Allah yang tahu apa yang kita tidak tahu. Dia lebih bijaksana melampaui segala akal kehebatan manusia. Dia Allah yang sangat baik ingin menjaga dan melindungi kita, Dia tidak akan melukai kita. Tangannya lembut mengobati luka dan sakit di dalam diri kita. Jadi berprasangkalah baik dalam setiap momen hidup. Hingga akhirnya kita mengerti bahwa Ia bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Mari, kita terus berjalan berdampingan dengan kehendak Allah, agar apa yang terjadi dalam hidup ini mencerminkan kebaikan-Nya. Dia terlalu sempurna untuk dicurigai. Dia patut mendapatkan segala kepercayaan penuh dalam hidup kita. “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28)

WHAT TO DO:
1.Tidak takut melakukan kesalahan
2.Percaya diri

BIBLE MARATHON:
▪︎ Bilangan 1-2

Card image
Renungan Pagi - 08 Februari 2025
2025-02-08 19:31:20


Kita boleh jadi orang kristen, boleh jadi pelayan Tuhan, boleh jadi anak-anak Tuhan, tapi kalau tidak mengenal firman Tuhan, ada banyak hal yang mustahil.

Sebaliknya kalau kita mengenal firman, menyakini firman, maka akan melihat janji-janji Tuhan digenapi dalam hidup kita.

Card image
Quote Of The Day - 08 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-08 19:28:19


Yesus menyebut kita sahabat, karena kita diperkenan untuk mengetahui apa yang Dia kehendaki, apa yang Dia rencanakan, dan apa yang dilakukan atau pekerjaan-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 08 Februari 2025 Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-08 19:24:28


Keselamatan itu fokusnya sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus, memiliki pikiran dan perasaan Kristus yang berdinamika batiniah.

Card image
THE LAZINESS TO STRUGGLE - 08 Februari 2025 (English Version)
2025-02-08 18:16:45


Luke 14:33
"In the same way, those of you who do not give up everything you have cannot be my disciples."

The Lord said, “Your religious life or righteousness must exceed that of the scribes and Pharisees,” and when Jesus said this, He had not yet died on the cross. He delivered the Sermon on the Mount, comparing the morality of the Law of Torah with the morality of the children of God. That is why we must be willing to repent and bear the fruits of repentance. If we have not done so, let's start over again. Starting from zero is not a problem. The mistakes of many Christians are caused by their laziness in fighting to follow Jesus. They think that Jesus' death on the cross bore their sins and automatically made believers permanently righteous. As long as they believe in Jesus as Lord and Savior, they assume they are permanently God's children and are guaranteed entry into heaven.

These are Christians whose concept of salvation is simply “avoiding hell and being allowed into heaven.” This leads to the question: “Can salvation be lost or not?” The answer could be either "yes" or "no." However, before answering, we must first understand what salvation truly means. If salvation is merely about avoiding hell and entering heaven, then the answer might be “it cannot be lost” because it is predetermined. This is how such theology can arise. Salvation is a process of transformation, where God changes believers to become the kind of human beings He originally intended. Salvation cannot be separated from perfection. The goal of salvation is to become perfect like the Father or to be conformed to Christ, possessing His mind and heart, with an inward spiritual dynamic. The focus is on the inner being. If the inner being is right, the outward expression will also be right. However, outward righteousness does not always mean that the inner being is right.

Jesus’ death on the cross made believers righteous, but not permanently so. After being justified, believers must undergo spiritual growth and discipleship to continue maturing toward perfection—becoming like the Father or conformed to Christ. This is why salvation must be fought for and worked out. Many people try to enter, but they cannot. That is why one must strive. If someone refuses to struggle and, until death, experiences no transformation—remaining unchanged like Jesus or failing to do the Father’s will, as stated in Matthew 7:21-23—then what will happen? They will be rejected. It is like clay—it is valuable, yes, but not permanently so. If it refuses to be shaped and does not become a vessel, it will be discarded.

Many Christians believe that once they confess Jesus as Lord and Savior, they permanently become legitimate children of God and will enter heaven when they die. They think salvation means merely avoiding hell and being granted entry into heaven. However, this is not accurate. Salvation is a process of transformation. Justification should not be understood as something permanent—this is only one aspect of it. Therefore, God’s justification is not the final destination of the Christian life. Being justified by God is the beginning of a long journey, where a person must go through a process of transformation. Those who are justified must truly repent and strive for the highest level of godliness that can be attained by man. This is what it means to prepare the way for the Lord.

When someone hears the Gospel and says, “I believe in Jesus,” they enter a process. They must first be morally upright according to general standards, reaching the peak of godliness that can be attained. Only then will God continue to lead them toward perfection. This means every person must make an effort to change themselves—transforming their bad character and continuously progressing under the guidance of the Holy Spirit, becoming holy or perfect like the Father. To do this, one must be willing to leave behind all sins and worldly pleasures that entangle their life. Remember, those who come to receive eternal life are seeking salvation. Jesus did not say, “Follow Me, and I will train you so that you are no longer bound to the world.” Instead, He said, “Let go first, release your attachment to the world, then follow Me.” Luke 14:33 clearly states, “Those of you who do not give up everything you have cannot be My disciples.” It is clear—one must first lay aside burdens and sins before running the race.

So, someone who really wants to follow Jesus must first be willing to have true repentance with the fruits of repentance as desired by God. They must set aside their burdens and sins. Many Christians think entering heaven is easy, without true repentance that produces the fruits God requires. It is true that once someone becomes a Christian, they can undergo a transformation. However, they must strive to reach the highest level of godliness possible. But many do not make this effort. They are misled, diminished, and parked by the misunderstanding that “salvation is not by good works,” taken from a faulty perspective. Or they fall into teachings that say, “We will never be worthy before God unless He makes us worthy.” While this statement is true-everything is because of the cross-after understanding the cross, one must make themselves worthy by walking with God. It should not be just God making them worthy. This has been a centuries-old mistake, not just one of a few years.

THE MISTAKES OF MANY CHRISTIANS ARE CAUSED BY THEIR LAZINESS IN FIGHTING TO FOLLOW JESUS.

Card image
KEMALASAN BERJUANG - 08 Februari 2025
2025-02-08 18:13:56


Lukas 14:33
“Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.”

Tuhan berfirman, “Hidup keagamaanmu atau kebenaranmu haruslah lebih dari ahli Taurat dan orang Farisi,” dan Yesus pada waktu berbicara itu, Dia belum mati di kayu salib. Dia menyampaikan khotbah di bukit dan membandingkan moral Hukum Taurat dengan moral anak-anak Allah. Makanya kita harus bersedia bertobat dan menghasilkan buah-buah pertobatan. Jadi, kalau belum, kita ulangi lagi. Kita starting from zero, tidak apa-apa. Kesalahan banyak orang Kristen disebabkan karena kemalasannya berjuang untuk mengikut Yesus. Mereka berpikir bahwa kematian Yesus di kayu salib memikul dosa-dosa mereka dan sekaligus secara otomatis membuat orang percaya dianggap benar secara permanen. Pokoknya percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, berarti permanen menjadi anak-anak Allah. Yang nanti berhak masuk surga.

Ini adalah orang-orang Kristen yang konsep keselamatannya adalah: “terhindar dari neraka, dan diperkenankan masuk surga,” itu saja. Maka pertanyaan, “Apakah keselamatan itu bisa hilang atau tidak?” bisa dijawab “bisa” atau “tidak.” Sejatinya, kita harus membahas dulu apa itu keselamatan. Sebab kalau pengertian “keselamatan” itu terhindar dari neraka dan diperkenankan masuk surga, nanti akhirnya jawabnya “tidak bisa hilang” karena ditentukan untuk selamat. Bisa muncul teologi seperti itu. Keselamatan adalah sebuah proses perubahan, di mana Allah mengubah orang percaya untuk menjadi manusia sesuai dengan rancangan Allah semula. Keselamatan tidak bisa dipisahkan dengan kesempurnaan. Keselamatan itu fokusnya sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus, memiliki pikiran dan perasaan Kristus yang berdinamika batiniah. Jadi, bermainnya di area batiniah. Pasti kalau batiniahnya benar, ekspresi luarnya juga benar. Tapi kalau yang output-nya kelihatan benar, belum tentu dalamnya benar.

Kematian Yesus di kayu salib membuat orang percaya dianggap benar. Tapi, bukan benar secara permanen. Setelah dibenarkan, orang percaya harus mengalami pendewasaan atau pemuridan untuk terus bertumbuh ke arah kedewasaan, menjadi sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Inilah yang dimaksud bahwa keselamatan itu harus diperjuangkan atau dikerjakan. Banyak orang berusaha masuk, tapi tidak bisa. Maka, harus berjuang. Kalau seseorang tidak berjuang sehingga sampai mati tidak mengalami perubahan; tidak mengalami perubahan seperti Yesus atau tidak melakukan kehendak Bapa, sesuai Matius 7:21-23, lalu apa yang terjadi? Ditolak. Ibarat tanah liat itu berharga, benar. Tapi tidak permanen berharga. Kalau sudah dibentuk, tidak mau menurut, tidak jadi bejana, maka dibuang.

Banyak orang Kristen merasa jadi Kristen, setelah mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, permanen jadi anak-anak Allah yang sah, nanti mati masuk surga. Karena keselamatan itu terhindar dari neraka dan diperkenankan masuk surga, menurut pikiran mereka. Itu tidak tepat. Keselamatan adalah proses perubahan. Makanya pembenaran itu harus dipahami tidak permanen. Tapi ini satu aspek. Oleh sebab itu, pembenaran dari Allah bukanlah perjalanan final dari kehidupan Kristen. Dibenarkan oleh Allah merupakan awal dari perjalanan panjang, di mana seseorang harus mengalami proses perubahan. Jadi, mereka yang dibenarkan harus sungguh-sungguh mau bertobat untuk mencapai kesalehan hidup setinggi-tingginya yang bisa dicapai oleh manusia. Inilah yang dimaksud mempersiapkan jalan bagi Tuhan.

Jadi begitu mendengar Injil, orang berkata, “Aku percaya, Yesus,” ia diproses. Secara moral umum harus benar dulu, sampai puncak dari kesalehan yang bisa dicapai. Baru kemudian Tuhan akan terus bawa kepada kesempurnaan. Ini berarti setiap orang harus ada usaha untuk mengubah diri. Dari mengubah karakter yang buruk, dan terus berproses oleh pimpinan Roh Kudus, menjadi kudus atau sempurna seperti Bapa. Untuk ini, memang seseorang harus bersedia meninggalkan semua dosa dan kesenangan dunia yang mengikat hidupnya. Ingat, orang yang datang untuk memiliki hidup yang kekal, sama dengan memiliki keselamatan. Tuhan Yesus tidak berkata begini, “Mari ikut Aku, nanti Aku didik kamu supaya kamu tidak terikat dengan dunia.” tapi, “Lepaskan dulu, lepaskan ikatan dunia, baru ikut Aku.” Lukas 14:33 mengatakan, “Kalau kamu tidak melepaskan dirimu dari segala milikmu, kamu tak dapat jadi murid-Ku.” Jelas. Menanggalkan beban dan dosa, baru ikut perlombaan.

Jadi, seseorang yang benar-benar mau mengikut Yesus harus terlebih dahulu bersedia memiliki pertobatan yang benar dengan buah-buah pertobatan seperti yang dikehendaki oleh Allah. Menanggalkan beban dan dosa. Banyak orang Kristen menganggap mudah masuk surga, tanpa pertobatan yang menghasilkan buah-buah pertobatan yang sesuai dengan kehendak Allah. Ketika jadi Kristen, bisa diproses, memang. Mestinya dia berusaha untuk mencapai kesalehan yang puncak, yang bisa diusahakan manusia. Tapi, dia tidak berusaha begitu. Disesatkan, dikerdilkan, diparkir oleh pengertian “keselamatan bukan karena perbuatan baik” dari perspektif yang salah. Atau termakan oleh ajaran yang mengatakan, kita tidak akan pernah layak di hadapan Allah, tanpa Allah yang melayakkan. Kalimat itu benar, semua juga oleh karena salib. Tetapi setelah mengenal salib, dia harus melayakkan diri berjalan dengan Allah. Jangan hanya pihak Allah yang melayakkan. Dan ini merupakan kesalahan berabad-abad, bukan beberapa tahun.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KESALAHAN BANYAK ORANG KRISTEN DISEBABKAN KARENA KEMALASANNYA BERJUANG UNTUK MENGIKUT YESUS.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 Februari 2025
2025-02-08 18:09:36

Keluaran 28-29

Card image
Truth Kids 07 Februari 2025 - HADIAH DARI TUHAN
2025-02-08 02:43:31


Efesus 6:1
”Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.”

Di sore itu, Bryan hendak bermain di taman depan rumah. Bryan sangat suka sekali bermain di taman karena ia bisa berlari-lari sambil bermain bola kesukaannya. "Ibu, bolehkah Bryan bermain di taman depan rumah?" tanya Bryan. "Boleh, tetapi ingat, Bryan harus tetap di dalam taman dan jangan keluar, karena banyak mobil dan motor berlalu lalang," jawab ibu dengan lembut .

Ketika Bryan bermain di taman sambil berlari-lari dan memainkan bola kesukaannya, ia melihat teman-temannya di luar taman sedang bermain sepeda. Bryan memanggil teman-temannya, tetapi karena jarak yang jauh, mereka tidak mendengar.

"Hmmm, ibu bilang aku tidak boleh keluar taman," pikir Bryan. Bryan merasa sedih karena tidak bisa bermain bersama teman-temannya. Tak lama kemudian, ibu datang menghampiri Bryan. Ia pun bercerita, "Ibu, tadi Bryan berusaha untuk memanggil dan menghampiri teman-teman yang bermain sepeda di taman, tetapi Bryan ingat pesan Ibu tidak boleh keluar taman." Ibu tersenyum bangga. "Bryan anak yang pintar dan patuh. Karena Bryan mendengarkan Ibu, kamu tetap aman. Terima kasih sudah menjadi anak yang taat."

Sobat Kids, orang tua adalah hadiah dari Tuhan untuk menuntun kita kepada-Nya. Taat kepada orang tua ditunjukkan dengan mendengarkan dan melakukan yang diperintahkan mereka. Orang tua menjadi petunjuk agar kita bisa berjalan bersama Tuhan. Yuk, kita menjadi anak yang taat!

Card image
Truth Junior 07 Februari 2025 - HORMAT DAN TAAT
2025-02-08 02:40:51


Efesus 6:1
”Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.”

Kenny ditegur kakaknya saat makan malam karena kakaknya melihat wajah Kenny kesal dan murung. Kenny cerita ke kakaknya dengan marah, kalau papa mama selalu melarang Kenny pergi bermain dengan teman-temannya sampai sore. Kakaknya berusaha menjelaskan kepada Kenny kenapa papa mama melakukan hal itu. Papa mama punya alasan melarang Kenny bermain dengan teman-temannya sampai sore, karena Kenny harusnya mendahulukan tugas-tugas sekolahnya. Kalau bermain sampai terlalu sore lalu pulangnya baru mengerjakan tugas atau ada test yang harus dipelajari, Kenny akan tidur larut malam. Padahal, besok pagi-pagi sudah harus bangun untuk ke sekolah. Kalau tidak, akan terlambat ke sekolah dan akhirnya kena sanksi dari guru.

Kenny seharusnya bersyukur ada papa mama yang memperhatikan dan melarang untuk tujuan yang baik. Kakaknya mengingatkan juga kalau sebagai anak, harus taat kepada orang tua karena orang tua adalah perwakilan Tuhan di dunia ini. Ketika orang tua mengajarkan yang baik kepada kita dan kita taat, itu salah satu sikap menghormati mereka. Dan kalau kita menghormati orang tua, berarti kita juga menghormati Tuhan. Orang tua yang baik pasti punya alasan yang benar ketika mereka melarang anaknya, yakni untuk kebaikan anak sendiri.

Kenny mengangguk, tanda mengerti apa yang kakaknya jelaskan, dan kemudian hilanglah rasa kesal dan marah di dalam hatinya. Kenny sekarang merasa bersalah dan sedih karena sudah membuat orang tuanya sedih dengan sikap dia yang marah-marah dan kesal. Kenny mendatangi papa mamanya untuk minta maaf atas sikapnya yang tidak baik. Kenny mau berubah untuk lebih taat dan menghormati papa mama sebagai orang tua yang Tuhan sudah pilihkan untuk Kenny. Papa mamanya juga memaafkan Kenny kemudian memeluk erat Kenny dan juga kakaknya yang sudah membantu menjelaskan. Sobat Junior juga harus hormat dan taat sama papa mama, ya.

Card image
Truth Youth 07 Februari 2025 (English Version) - HE CREATES THE MOVIE OF MY LIFE
2025-02-08 02:28:55


“See what great love the Father has lavished on us, that we should be called children of God! And that is what we are! The reason the world does not know us is that it did not know Him.” (1 John 3:1)

If you’ve watched Disney movies, many of them depict lives that seem perfect—beautiful, joyous, and flawless. From childhood, everything is provided, love and care are lavished by parents, and eventually, the characters marry their prince charming on a white horse. That’s Disney—a world crafted by skilled screenwriters and directors. But often, people think real life isn’t like that. Can’t we have a life like in the movies?

Today's verse reminds us that we are children of God. The God who created the heavens and the earth. The God who crafted every detail of this world. The Almighty and All-Powerful God. If He can do all that, isn’t He able to create a beautiful story for our lives too?

When we reflect on God's character and His omnipotence, we realize that He can do all things. He can indeed make our lives as beautiful as any movie! The real question is: are we willing to surrender our lives to Him? Are we ready to let Him take full control and direct our story?

God desires only the best for us, and He is more than capable of crafting a life filled with goodness and beauty. Yet, we often struggle to trust in His greatness. If we truly grasped the magnificence and power of God, more people would realize that life in Him is truly as extraordinary as any movie. We simply need to believe and trust that our lives are His, and we are His children.

WHAT TO DO:
1. Have quiet time, pray, and rely on Him completely.
2. Smile—because you are His child.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Leviticus 26–27

Card image
Truth Youth 07 Februari 2025 - HE CREATES THE MOVIE OF MY LIFE
2025-02-07 21:11:19


”Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia.” (1 Yohanes 3:1)

Kalau kita sering menonton film Disney, ada banyak cerita yang mengisahkan kehidupan yang sempurna seperti tokoh-tokoh film Disney. Bagaimana kehidupan begitu sangat indah, menyenangkan, dan sempurna. Dari kecil hidup semuanya tercukupi, diberikan cinta dan kasih dari orang tuanya, dan akhirnya menikah dengan pujaan hati yang bagaikan pangeran berkuda putih. Itu di film Disney. Film yang tercipta karena skenario dan sutradara yang sangat baik dalam menciptakan karya tersebut. Sering kali orang berpikir di dunia nyata tidak demikian. Nyatanya apa kita tidak bisa memiliki kehidupan yang seperti di film-film? Jika kita melihat ayat perikop hari ini, berkata bahwa kita disebut anak-anak Allah. Allah yang adalah Pencipta langit dan bumi. Allah yang menciptakan kehidupan di bumi ini. Allah yang Maha Besar dan Maha Agung. Apakah mungkin Allah tidak bisa memberikan kehidupan yang sangat baik dalam hidup ini seperti di film-film?

Kalau kita berkaca pada karakter Allah dalam hidup ini, yang mampu melakukan segala sesuatu dalam hidup. Tentunya, Allah mampu melakukan segala sesuatu dalam hidup kita sesuai dengan kehendak-Nya. Allah itu mampu membuat kehidupan kita menjadi indah seperti di film-film! Masalahnya maukah kita untuk menyerahkan diri dan hidup kita untuk diatur oleh-Nya? Maukah kita menyerahkan hidup kita sepenuhnya untuk dikuasai oleh-Nya? Allah hanya ingin keadaan kita baik-baik saja, tentunya Allah akan memberikan penghidupan yang sangat baik. Namun sering kali kita kurang percaya pada Diri-Nya yang begitu dahsyat dalam hidup. Seandainya banyak orang menyadari betapa besar keagungan dan ke-Maha-an Allah, akan ada banyak orang yang merasakan bahwa hidup di dalam-Nya betul-betul seindah di film-film. Kita hanya perlu percaya dan yakin bahwa hidup kita adalah milik-Nya dan kita adalah anak-Nya.

WHAT TO DO:
1.Saat teduh, berdoa, dan selalu bergantung pada-Nya
2.Tersenyum karena kita adalah anak-Nya

BIBLE MARATHON:
▪︎ Imamat 26-27

Card image
Renungan Pagi - 07 Februari 2025
2025-02-07 21:08:46


Seorang kristen yang memiliki hubungan baik dengan Tuhan akan diwujud nyatakan dengan manisnya hubungannya dengan sesama, karena hubungan tersebut merupakan cerminan kasih kepada Tuhan.

Melalui hubungan baik dengan sesama, sebenarnya kita sedang menampilkan sinar kasih Kristus. Mari wujudkan dalam kehidupan setiap hari.

Card image
Quote Of The Day 07 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-07 21:06:34


Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 07 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-07 21:05:05


Jangan menjadi orang yang tidak berguna untuk pekerjaan Tuhan; berjuanglah untuk Kerajaan Surga. Ambillah bagian untuk pekerjaan Tuhan, sekecil apa pun pekerjaan itu.

Card image
INNER DYNAMICS - 07 Februari 2025 (English Version)
2025-02-07 18:25:50


Philippians 2:5
"Let this mind be in you which was also in Christ Jesus."

It is important to remember that at that time, Jesus had not yet died on the cross, and the Jews did not yet clearly know that He was the Savior. Jesus Himself often did not openly declare that He was the Messiah. He taught the moral principles of God's children—things they should have already been practicing or beginning to practice even before receiving the Holy Spirit. Jesus said, “Repent,” continuing the message of John the Baptist, “The kingdom of God is near, repent.” The Lord taught how human beings can practice good behavior. Once the Holy Spirit was poured out, believers were guided into all truth so that they could reach God’s standard of holiness—being perfect like the Father, resembling Jesus, or being restored to God's original design.

In reality, many people outside of Christianity can develop remarkable piety. Even though humanity has lost the glory of God, they have not lost human glory. They are still capable of doing good, even to an extraordinary level, for those who diligently train themselves. There are people outside Christianity who are patient, do not retaliate against evil with evil, and so on. However, Christians must be able to do even more. This raises the question: "Why do some people repent but do not change?" Some even become active church members, diligent congregants, or even pastors, yet they remain unchanged. This happens because they do not understand that following Jesus truly means losing everything. To reach the highest level of godliness possible, we must be willing to let go of everything.

We see examples of people who were willing to leave everything to follow Jesus, such as the tax collector who abandoned his tax booth before following Him. Jesus chose to enter Zacchaeus’ house only after his repentance was genuine and bore real fruit. The sinful woman broke her alabaster jar of perfume, pouring everything out for the Lord. What about us? Have we let go of everything for the sake of following Him? Being perfect like the Father is no trivial matter. So, before being led by the Holy Spirit to follow Jesus in order to reach the standard of God's holiness or likeness to Jesus, the chosen people must have the fruits of repentance that prepare them to have good inner dynamics. If the dynamics of the law are not right, how can the inner dynamics be.

Many people, like the Pharisees and Sadducees, lack inner dynamics; everything for them is mere formality and legalistic adherence to the law. If a person does not fulfill the legal requirements that humans are capable of achieving, how can they attain the inner dynamics that only the Holy Spirit can cultivate? Only the pure gospel can change people to have the inner dynamics; namely the mind and feelings of Christ. For example, a person does not need to commit adultery physically; merely admiring a beautiful woman, let alone desiring her, already falls short. Their inner dynamic is weak. We must learn from this. Therefore, we must first fulfill the legal dynamics that humans are capable of before we can move toward perfection. It is crucial to understand that Jesus' death on the cross bore all human sin—from Adam’s sin to the sins of the last human being. On the cross, all sin was carried and finished. That is grace. Even before we were born, Jesus had already borne our sins.

This grace applies to those who lived before Jesus’ time, to those who lived when Jesus was in the flesh, and to those who came after. All sins were carried by Jesus. However, an individual's personal state must be worked on by each person themselves. For us, God’s chosen people, this means attaining inner dynamics. For those outside of the chosen, the law remains the same: “Love your neighbor as yourself” and “When I was hungry, you gave Me food; when I was thirsty, you gave Me drink; when I was naked, you clothed Me.” So, while all sin was carried on the cross, what remains unresolved is each individual's condition. That is why judgment exists—where those who love their neighbors as themselves will have the opportunity to live in the new heaven and new earth.

What about Christians who fail to become like Jesus? If they are good, they may simply be members of society. But if they are evil, they will still end up in hell. “Not everyone who says to Me, ‘Lord, Lord,’ will enter the kingdom of heaven, but only those who do the will of My Father.” On the last day, many will claim they have performed great works—healing the sick, casting out demons—but Jesus will say, “I never knew you; depart from Me, you who practice lawlessness.” That is terrifying—even for pastors. If we continue to do evil, we will surely go to hell. Be careful. Do not be wicked to others. Even if we are wronged, we should remain silent and not repay evil with evil. We are the ones who must have perfection like the Father. That is why the minimum standard for believers must be the highest standard of those outside Christianity. The lowest standard for us must already surpass the highest moral standard of other religions.

ONLY THE PURE GOSPEL CAN CHANGE PEOPLE TO HAVE THE INNER DYNAMICS; NAMELY THE MIND AND FEELINGS OF CHRIST.

Card image
DINAMIKA BATINIAH - 07 Februari 2025
2025-02-07 18:23:04


Filipi 2:5
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.”

Perlu diingat bahwa waktu itu Yesus belum mati di kayu salib, dan orang-orang Yahudi juga belum tahu dengan jelas bahwa Dia adalah Juru Selamat. Karena Yesus pun sering tidak terang-terangan bahwa diri-Nya adalah Mesias. Tuhan Yesus mengajar moral anak-anak Allah yang mestinya mereka harus sudah lakukan, atau sudah mulai mereka lakukan sebelum mereka menerima Roh Kudus. Yesus berkata, “Bertobat,” melanjutkan ucapan Yohanes Pembaptis, “Kerajaan Allah sudah dekat, bertobat.” Tuhan mengajarkan bagaimana perilaku yang baik yang bisa dilakukan oleh manusia. Setelah Roh Kudus dicurahkan, maka mereka dituntun Roh Kudus kepada seluruh kebenaran, sehingga orang percaya bisa mencapai kesucian standar Allah, sempurna seperti Bapa, serupa dengan Yesus, atau dikembalikan ke rancangan Allah semula.

Sejatinya, banyak orang di luar Kristen bisa mengembangkan kesalehan yang menakjubkan. Karena manusia dengan keberadaannya yang telah kehilangan kemuliaan Allah, belum kehilangan kemuliaan manusia. Masih mampu berbuat baik, sampai tingkat yang menakjubkan, bagi yang mau melatih diri terus. Ada orang-orang di luar Kristen yang tekun. Mereka mengalah, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, dsb. Tapi, orang Kristen harus juga lebih bisa. Maka pertanyaan yang muncul adalah, “Mengapa orang-orang bertobat tapi tidak berubah? Bahkan mereka sudah jadi aktivis, jemaat yang rajin, bahkan pendeta lagi.” Hal itu karena mereka tidak mengerti bahwa ikut Yesus itu memang sungguh-sungguh kehilangan segala sesuatu. Untuk mencapai puncak kesalehan yang bisa dicapai, kita sudah harus rela kehilangan segala sesuatu.

Kita dapati beberapa contoh orang yang rela meninggalkan segala sesuatu demi mengikut Yesus, misalnya: pemungut cukai yang meninggalkan meja cukai, baru ikut. Tuhan Yesus mau masuk rumah Zakheus, setelah pertobatannya benar, bahkan buah pertobatannya benar. Perempuan berdosa yang memecahkan buli-buli pualam narwastu, semua dihabiskan untuk Tuhan. Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah melepaskan dan meninggalkan segala sesuatu demi pengiringan kita kepada-Nya? Sempurna seperti Bapa itu tidak main-main. Jadi, sebelum dipimpin Roh Kudus untuk ikut Yesus agar mencapai standar kesucian Allah atau keserupaan dengan Yesus, umat pilihan harus memiliki buah-buah pertobatan yang mempersiapkan mereka untuk memiliki dinamika batiniah yang baik. Kalau dinamika hukum saja belum benar, bagaimana mau dinamika batiniah.

Banyak orang, seperti orang Farisi-Saduki, dinamikanya tidak batiniah, semua serba formalitas, legalitas secara hukum. Kalau dinamika secara hukum yang manusia bisa lakukan tidak dipenuhi, bagaimana bisa memiliki dinamika batin yang hanya bisa dilakukan oleh Roh Kudus? Hanya Injil yang murni yang bisa mengubah manusia untuk memiliki dinamika batiniah; yaitu pikiran dan perasaan Kristus. Tidak usah sampai berzina, melihat wanita cantik lalu mengagumi, apalagi mengingini, itu sudah tutup buku. Dinamika batiniahnya rendah. Kita harus belajar di sini. Maka, dinamika hukum yang bisa dilakukan manusia harus kita penuhi dulu sampai puncak, baru kita naik kepada kesempurnaan. Oleh sebab itu, harus dipahami bahwa Yesus mati di kayu salib itu memikul semua dosa manusia; dosa Adam sampai dosa manusia yang terakhir. Di kayu salib, semua dosa telah dipikul, selesai. Itu anugerah. Bahwa kita belum lahir pun, Yesus sudah memikul dosa kita.

Anugerah diberikan kepada manusia yang pernah hidup sebelum zaman Yesus, juga manusia yang hidup pada zaman Yesus mengenakan tubuh daging, juga untuk manusia sesudah itu. Selesai, semua dosa dipikul oleh Tuhan Yesus. Tetapi keadaan individu itu yang harus digarap oleh masing-masing individu. Kalau untuk kita, umat pilihan, itu harus sampai dinamika batiniah. Kalau orang di luar umat pilihan, hukum yang sama dengan itu: “Kasihilah sesamamu manusia seperti diri sendiri” dan “Ketika Aku lapar, kau berikan Aku makan; ketika Aku haus, kau berikan Aku minum; ketika Aku bertelanjang, kau beri pakaian.” Jadi, semua dosa dipikul di kayu salib, tetapi yang belum diselesaikan adalah keadaan masing-masing individu. Itulah sebabnya ada pengadilan atau penghakiman, di mana orang-orang yang mengasihi sesamanya seperti diri sendiri akan mendapat kesempatan untuk hidup di dunia yang akan datang, di langit baru bumi baru.

Bagaimana kalau orang Kristen yang akhirnya tidak serupa dengan Yesus? Kalau dia baik, menjadi anggota masyarakat. Kalau dia jahat, tetap masuk neraka. “Bukan orang yang berseru kepada-Ku, ‘Tuhan, Tuhan,’ yang masuk surga, tapi orang yang melakukan kehendak Bapa.” Pada hari terakhir, ada orang-orang yang sudah mengaku berprestasi dalam pelayanan, menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, dll, Yesus berkata, “Aku tidak kenal kamu, kamu yang berbuat jahat.” Ngeri sekali. Biar pendeta juga harus ngeri. Kalau kita masih berbuat jahat, pasti masuk neraka. Hati-hati. Jangan jahat terhadap orang lain. Kita dijahati juga diam saja, tidak usah membalas kejahatan dengan kejahatan. Kita adalah orang-orang yang harus memiliki kesempurnaan seperti Bapa. Itulah sebabnya standar minimal orang percaya haruslah standar tertinggi dari orang-orang di luar Kristen. Standar terendah, minimal, itu sudah tertinggi dari orang-orang beragama lain.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

HANYA INJIL YANG MURNI YANG BISA MENGUBAH MANUSIA UNTUK MEMILIKI DINAMIKA BATINIAH, YAITU PIKIRAN DAN PERASAAN KRISTUS.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 Februari 2025
2025-02-07 18:20:19

Keluaran 25-27

Card image
Truth Kids 06 Februari 2025 - TUHAN TEMBOK PERLINDUNGANKU
2025-02-06 22:50:28


Mazmur 91:2
”akan berkata kepada TUHAN: ”Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai.”

Sobat Kids, pernahkah kalian melihat film-film tentang kerajaan? Biasanya ketika suatu bangsa membangun sebuah istana di sebuah kerajaan, mereka juga akan membangun benteng-benteng yang mengelilingi area kerajaan tersebut. Biasanya benteng-benteng dibangun itu sangat besar dan kokoh, dengan tujuan untuk melindungi rakyat, prajurit, dan keluarga kerajaan yang tinggal di dalam istana.

Ketika terjadi perang, seluruh prajurit berkumpul membentuk formasi di benteng-benteng untuk bertahan dan menyerang musuh. Jika ada prajurit yang berada di luar benteng, bisa dipastikan bahwa dia akan diserang musuh karena tidak terlindungi tembok perlindungan atau benteng.

Nah, Sobat Kids, ketika kita hidup taat pada aturan dan perintah Tuhan, tandanya kita hidup aman dalam benteng pertahanan dan penjagaan yang dibuat oleh Tuhan. Musuh-musuh tidak akan bisa menyerang kita karena Tuhan sendiri yang melindungi kita. Untuk itu, hiduplah taat dan jangan keluar dari batasan-batasan atau benteng sudah disediakan oleh Tuhan bagi kita

Card image
Truth Junior 06 Februari 2025 - AMAN
2025-02-06 22:47:47


Mazmur 91:2
”akan berkata kepada TUHAN: ”Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai.”

Ani tiba-tiba masuk kamar dan menutup pintu kamarnya dengan kencang. Mamanya yang sedang di dapur sangat terkejut sambil berpikir, “Apa yang terjadi dengan Ani?” Mamanya segera menghampiri kamar Ani dan mengetuk pintunya tok…tok…tok… “Ani, kamu kenapa??” Ani menjawab dari dalam kamar, “Ani minta waktu sendiri dulu, Ma.”

Mamanya mencoba memahami dan menjawab Ani dengan tetap lembut, “Oke, nanti cerita sama Mama, ya.” Setelah hari sudah agak sore, Ani keluar dari kamarnya dan mendatangi mamanya serta memeluknya, “Maaf ya, Ma. Tadi Ani sedang kesal,” Ani mulai bercerita dengan mamanya, “Ani mempunyai grup teman di sekolah yang selalu mengajak Ani melakukan hal-hal yang tidak baik seperti mengejek dan mengganggu teman, bicara dengan kata-kata kasar supaya terlihat keren. Ani menolak melakukan hal-hal seperti itu, dan sekarang mereka menjauhi dan suka mengejek Ani.” Ani merasa kesal bercampur sedih, dia bertanya kenapa teman-temannya seperti itu, padahal Ani hanya ingin mereka menjadi baik, tidak menyakiti orang lain. “Ani kan hanya coba melakukan apa yang Ani suka dengar di gereja, kalau sebagai anak Allah, kita harus saling mengasihi. Tapi kenapa malah Ani jadi dijauhi teman-teman?” lanjut Ani. Mamanya mencoba menjelaskan kepada Ani, “Yang Ani lakukan sudah benar, justru itu cara Tuhan untuk menjaga kamu.” Ani bingung mendengar jawaban itu.

Mamanya lanjut menjelaskan, “Coba Ani pikir, kalau sampai Ani ikut-ikutan teman melakukan hal-hal seperti itu lalu dikenakan hukuman, yang rugi kan Ani sendiri? Belum lagi orang tua anak yang disakiti juga akan marah. Jadi, Ani harusnya bersyukur kalau Ani mau melakukan firman Tuhan meskipun akibatnya tidak membuat kita bahagia. Karena, hidup kita tetap menjadi aman sebab Tuhan melindungi yang setia melakukan firman-Nya.” Ani akhirnya paham dan memeluk mamanya lagi.

Sobat Junior juga tetap setia melakukan firman Tuhan karena Tuhan akan selalu melindungi kita

Card image
Truth Youth 06 Februari 2025 (English Version) - BE CONFIDENT!
2025-02-06 22:45:10


“Have I not commanded you? Be strong and courageous. Do not be afraid; do not be discouraged, for the LORD your God will be with you wherever you go.” (Joshua 1:9)

In life, we often feel afraid and lack confidence in what we are doing. This leads to a lack of purpose or big dreams for ourselves, ultimately making us hesitant to fulfill what God has called us to do.

Sometimes, we miss out on opportunities simply because we don’t believe we are capable of achieving them. The obstacles may seem insurmountable, but often, it’s just about how we choose to respond and prepare ourselves to seize those opportunities.

Confidence comes when we accept ourselves and stop lying to ourselves. What does it mean to stop lying to yourself? It means recognizing when it’s time to learn, work, and acknowledge your feelings, validating them honestly.

As Christians, we often struggle with confidence because we feel burdened by many rules within our faith. This can make us feel inferior and incapable of making an impact in a broad and competitive world. Many young people think this way.

However, we must remember that we are the ones who determine our lives—not restricted by rigid rules that don’t make sense. The key is to maintain purity in our lives. With purity, good things will come, and opportunities will align as they should. So, free yourself from unreasonable constraints and move forward with confidence.

WHAT TO DO:
1. Confidence begins with self-acceptance.
2. Be honest with yourself.
3. Don’t be bound by rules that don’t make sense.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Leviticus 24–25

Card image
Truth Youth 06 Februari 2025 - PEDE DONG!
2025-02-06 22:42:10


”Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi.” (Yosua 1:9)

Terkadang dalam kehidupan yang dijalani, sering kali kita takut dan tidak percaya diri dengan apa yang dijalani. Sehingga kita tidak memiliki sebuah tujuan atau harapan yang besar untuk diri kita sendiri, dan pada akhirnya tidak memiliki kepercayaan diri untuk melaksanakan apa yang telah ditetapkan oleh Tuhan kepada kita.

Terkadang kita akan kehilangan berbagai kesempatan untuk melakukan sesuatu yang kita inginkan. Karena ketidakpercayaan diri kita yang bisa melampaui batas yang menurut kita terlalu tinggi untuk bisa digapai. Padahal itu hanya soal bagaimana kita bisa menanggapi atau merespons segala sesuatunya, dan persiapan diri kita untuk mengambil kesempatan yang ada.

Percaya diri bisa didapatkan saat kita bisa menerima diri kita sendiri dan tidak berbohong dengan diri kita sendiri. Maksudnya dari tidak berbohong dengan diri kita sendiri gimana tuh? Kita tahu waktu di mana kita harus belajar, bekerja, dan merasakan perasaan-perasaan yang mendapatkan validasi dari diri kita sendiri.

Sebagai orang Kristen sering kali kita tidak bisa merasa percaya diri, karena terlalu banyak peraturan yang telah dibuat dalam apa yang telah kita percayai. Sehingga membuat diri kita merasa rendah diri dan tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan segudang peraturan itu, akhirnya membuat diri kita tidak bisa bersaing dalam dunia yang luas. Itulah yang dipikirkan oleh para kaum muda.

Padahal kita sendiri yang menentukan hidup ini, bukan terbatas dari peraturan yang ada. Namun, yang perlu kita garis bawahi adalah menjaga kesucian hidup ini. Karena dengan kesucian hidup kita, segala hal yang baik akan datang dan banyak kesempatan akan tetap bisa berjalan semestinya. Untuk itu, bebaskan dirimu dari aturan-aturan baku yang tidak masuk akal dalam otakmu.

WHAT TO DO:
1.Kepercayaan diri dimulai dari penerimaan diri sendiri
2.Jujurlah dengan dirimu sendiri
3.Jangan terpaku pada aturan-aturan yang tidak masuk akal

BIBLE MARATHON:
▪︎ Imamat 24-25

Card image
Renungan Pagi - 06 Ferbuari 2025
2025-02-06 22:31:54


Ketika seseorang sudah mempersembahkan hidup dan hatinya kepada Tuhan, maka dia juga akan mempersembahkan waktu-waktunya untuk Tuhan.

Ketika bangun pagi, dia berdoa dan membaca Alkitab, ditengah jadwal pekerjaan yang padat, dia masih tetap memberi waktu untuk bersekutu pribadi dengan Tuhan.

Ditengah-tengah kesibukan berkarir, dia masih memikirkan bagaimana membuat pekerjaan Tuhan maju, dia masih berpikir untuk menjadi saksi bagi banyak orang tentang kasih dan kemuliaan Tuhan.

Card image
Quote Of The Day - 06 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-06 22:29:49


Dengan berprinsip “Yesus cukup bagiku,” seseorang tidak akan terikat dengan dunia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 06 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-06 22:27:59


Memiliki pertobatan yang menghasilkan buah-buah pertobatan sesuai kehendak Allah merupakan langkah awal untuk menerima keselamatan dalam Yesus Kristus.

Card image
THE PEAK OF PIETY - 06 Februari 2025 (English Version)
2025-02-06 22:26:04


Matthew 7:14
"For the gate is narrow and the way is hard that leads to life, and those who find it are few."

Many Christians do not realize that in order to follow Jesus, they must first repent with a repentance that bears fruits in accordance with God's will. On the contrary, many Christians with this mistaken mindset do not experience any significant transformation. In fact, their quality of life is no different from those who are not among the chosen people. Therefore, the ultimate goal must be clear: Christians who desire to learn the Gospel and follow Jesus must prepare the way for the Lord. Once they reach this point, the Holy Spirit will help them attain perfection like the Father. Without this, it is impossible. That is why people often go through God's process to reach this level. However, ironically, many people become content with their moral goodness and believe that since they no longer live as they did before believing in Jesus (they have changed), they are on the right path. But in reality, this kind of repentance is similar to that found in other religions or general moral improvement. As a result, they never experience true spiritual growth.

Therefore, having repentance that bears the fruits of repentance in accordance with God's will is the first step toward receiving salvation in Jesus Christ. And surely, many people—especially theologians—may question the meaning of grace. Jesus died on the cross for all the sins of humanity. All of them. There are groups of people: those who are not chosen as God's elect but live good lives, loving others as themselves. There are also members of the Kingdom family who are glorified. All these people had their sins borne on the cross. From Adam's sin to the last human sin. However, each individual’s state does not automatically change. This is why they can still be judged. If Jesus had not died on the cross, everyone would go to hell—there would be no need for judgment. Everyone has sinned and would go straight to hell. But because Jesus died on the cross, redeeming all human sins, now judgment is placed upon each individual. Some will be allowed to enter the world to come—those who are good and love others as themselves. And some will become members of the glorified Kingdom family alongside the Lord Jesus.

Each of us must strive to reach the highest level of righteousness that humans can attain. Only then will God continue to guide us toward perfection. Without grace, everything is in vain. And this grace of salvation is not because of good deeds. If the repentance of the Jews in the time of John the Baptist had been just like the general repentance of others, John would not have cried out for them to repent because the Kingdom of God was near. They had to prepare the way for the Lord. The Lord was coming to teach the Gospel. John the Baptist showed that their repentance needed to be of a higher quality than that of religious people. Thus, true believers must begin with a willingness to live a life that is genuinely moral—beyond that of the religious. No matter how broken one is, they must be willing to change, producing the fruits of repentance as God desires.

The Lord Jesus associated with sinners, prostitutes, and tax collectors. Ironically, many people assume that Jesus did not care whether they sinned or not, as long as they believed in Him. But in reality, these were people who repented. They were indeed deeply broken, but they wanted to change. The real danger is when someone appears outwardly moral but their repentance is only legalistic or formal—seemingly repentant, yet bearing no fruit. So God wants us to reach the peak of of piety. The Bible already shows that John the Baptist declared, "Prepare the way for the Lord." What was lacking? What was missing? Moreover, there is a verse that says, "Sell all your possessions, give to the poor, come, follow Me." Let us first set things right—leave behind and let go of everything. Hebrews 12 teaches us to lay aside burdens and sins, then enter the race. Laying aside burdens and sin is not the the race itself; it is what hinders and obstructs the race.

Therefore, we must reach the peak of piety, only after that God brings us to perfection. If someone does not bear the fruits of repentance as God desires or does not strive to attain the highest level of piety that humans can achieve, they will never be brought to God's standard of holiness. Their part must first be fulfilled before God leads them. That is why Jesus said that the religious life of believers must surpass that of the scribes and Pharisees Jesus has long declared that it is difficult and challenging to enter the Kingdom of Heaven—it is a narrow path. So when He stated in Matthew 5:20 that the righteousness of believers must exceed that of the scribes and Pharisees, Jesus compared the morals of the Law with the morality of the children of God—the members of the Kingdom of Heaven.

WE MUST REACH THE PEAK OF PIETY, ONLY AFTER THAT GOD BRINGS US TO PERFECTION.

Card image
KESALEHAN PUNCAK - 06 Februari 2025
2025-02-06 22:22:37


Matius 7:14
“Karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya."

Banyak orang Kristen tidak tahu bahwa kalau mau mengikut Yesus memang harus bertobat terlebih dahulu dengan pertobatan yang menghasilkan buah-buah pertobatan sesuai kehendak Allah. Sebaliknya, banyak orang Kristen dengan pemikiran yang salah ini tidak mengalami perubahan yang berarti. Bahkan kualitas hidupnya tidak berbeda dengan orang-orang yang bukan umat pilihan. Jadi, puncaknya harus sampai di sini, orang Kristen yang mau belajar Injil, mengikut Yesus itu harus mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Kalau sudah sampai di sini, selanjutnya Roh Kudus akan tolong untuk mencapai sempurna seperti Bapa. Kalau belum, tidak bisa. Maka sering orang-orang diproses Tuhan untuk naik sampai tingkat itu. Namun ironis, banyak orang sudah merasa puas dengan kebaikan moral mereka dan tidak lagi hidup sama seperti sebelum percaya Yesus (sudah berubah), tapi ternyata itu adalah pertobatan seperti yang dimiliki agama lain atau pertobatan umum. Maka, mereka tidak pernah mengalami pertumbuhan iman yang benar.

Jadi, memiliki pertobatan yang menghasilkan buah-buah pertobatan sesuai kehendak Allah merupakan langkah awal untuk menerima keselamatan dalam Yesus Kristus. Dan pasti banyak orang—khususnya para teolog—yang mempertanyakan apa arti anugerah? Yesus mati di kayu salib ini untuk semua dosa manusia. Semua. Maka, ada kelompok anggota masyarakat; mereka yang tidak terpilih jadi umat pilihan, tetapi yang perbuatannya baik, mengasihi sesama seperti diri sendiri. Ada juga anggota keluarga Kerajaan yang dimuliakan. Semua orang ini, dosanya dipikul di kayu salib. Dari dosa Adam, sampai dosa manusia terakhir. Tetapi, keadaan masing-masing individu itu tidak otomatis berubah. Maka, mereka bisa dihakimi, diadili. Kalau Yesus tidak mati di kayu salib, semua orang masuk neraka, tidak perlu ada pengadilan. Semua sudah berdosa, masuk neraka. Tapi dengan Yesus mati di kayu salib, menebus semua dosa manusia, sekarang ada pengadilan atas masing-masing individu. Ada orang yang diperkenankan masuk dunia yang akan datang, mereka yang baik yang mengasihi sesama seperti diri sendiri dan ada yang menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga yang dimuliakan bersama Tuhan Yesus.

Setiap kita harus berusaha mencapapi puncak kesalehan yang bisa dicapai manusia. Baru Allah tuntun terus untuk menuju kesempurnaan. Tanpa anugerah, semua sia-sia. Dan anugerah keselamatan ini bukan karena perbuatan baik. Kalau pertobatan orang Yahudi pada zaman Yohanes Pembaptis cukup seperti pertobatan orang-orang pada umumnya, Yohanes Pembaptis tidak akan berseru-seru agar mereka bertobat karena Kerajaan Allah sudah dekat. Mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Tuhan akan datang mengajarkan Injil. Yohanes Pembaptis menunjukkan bahwa mereka harus mengalami pertobatan dengan kualitas yang harus lebih dari orang beragama. Jadi, orang percaya yang benar, harus dimulai dari kesediaan untuk hidup benar-benar dengan moral yang lebih dari orang yang beragama. Serusak bagaimanapun, harus bersedia berubah dengan perubahan atau buah-buah pertobatan seperti yang Allah kehendaki.

Tuhan Yesus bergaul dengan orang berdosa, perempuan sundal, dan pemungut cukai. Ironis, banyak orang berpendapat bahwa Yesus tidak peduli orang itu berdosa atau tidak, namun yang penting mereka percaya kepada-Nya. Padahal mereka adalah orang-orang yang bertobat. Memang rusaknya berat, tapi mau berubah. Jangan tidak kelihatan rusak, tapi pertobatannya legalitas, formalitas; kelihatan bertobat, tapi tidak ada buahnya. Jadi Tuhan mau kita mencapai kesalehan puncak. Alkitab sudah menunjukkan Yohanes Pembaptis berkata, “Persiapkan jalan bagi Tuhan,” salah apa? Kurang apa? Belum lagi ayat yang mengatakan, “Jual segala milikmu, bagikan kepada orang miskin, datang ke mari, ikutlah Aku.” Ayo, kita bereskan dulu, tinggalkan dan lepaskan segala sesuatu. Ibrani 12 mengajarkan kita untuk melepaskan beban dan dosa, baru ikut perlombaan. Melepaskan beban dan dosa bukan perlombaan itu sendiri. Itu yang menghambat, menghalangi perlombaan tersebut.

Jadi, kita harus mencapai kesalehan puncak, baru setelah itu Tuhan bawa kepada kesempurnaan. Kalau seseorang tidak memiliki buah-buah pertobatan seperti yang dikehendaki Allah atau tidak berusaha untuk mencapai puncak kesalehan yang bisa dicapai oleh manusia, maka ia tidak akan pernah bisa dibawa kepada kesucian standar Allah. Bagiannya harus dipenuhi dulu, baru Allah memimpin. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata agar hidup keberagamaan orang percaya melebihi keberagamaan ahli Taurat dan orang Farisi. Tuhan sudah bicara dari dulu bahwa berat dan sukar untuk seseorang masuk Kerajaan Surga; jalan sesak. Jadi, ketika Yesus mengatakan bahwa hidup keberagamaan atau kebenaran orang percaya melebihi ahli Taurat dan orang Farisi, ketika mengatakan itu di Matius 5:20, ayat sebelumnya, Yesus membandingkan moral Hukum Taurat dan moral anak-anak Allah, anggota keluarga Kerajaan Surga.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS MENCAPAI KESALEHAN PUNCAK, BARU SETELAH ITU TUHAN BAWA KEPADA KESEMPURNAAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 Februari 2025
2025-02-06 22:18:45

Keluaran 22-24

Card image
Truth Kids 02 Februari 2025 - BERSIH-BERSIH HATI
2025-02-02 23:03:17


Amsal 4:23
”Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.”

Sobat Kids, tahukah kalian kalau lewat Roh Kudus, Tuhan berbicara kepada kita melalui hati kita? Mungkin kalian pernah mendengar kalau Tuhan tinggal dalam hati kita. Namun, satu hal yang perlu kita ingat, Tuhan sangat membenci dosa. Jadi kalau hati kita masih keras dan penuh dengan iri, marah, pikiran buruk terhadap orang lain dan sebagainya, Tuhan tidak bisa tinggal di dalam hati kita. Mengapa? Karena hati kita dikotori oleh dosa, sehingga kita tidak bisa mendengar suara Tuhan lewat Roh Kudus di dalam hati kita.

Untuk itulah pentingnya Tuhan mengingatkan untuk menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan agar hati kita tetap bersih suci dan kudus. Jika hati kita bersih, kita bisa merasakan Tuhan menuntun dan menjaga hidup kita di dalam kebenaran. Jadi, ayo, jaga hati kita bersih! Jangan sampai hati kita ini dikotori dosa. Jaga hati kita lembut dan bersih sehingga Tuhan dapat berdiam di dalamnya.

Card image
Truth Junior 02 Februari 2025 - JAGALAH HATIMU DENGAN BAIK
2025-02-02 22:59:20


Amsal 4:23
”Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.”

Sobat Junior, pernahkah kamu melihat air yang mengalir dari mata air? Air itu bersih dan segar, sehingga orang-orang dapat meminumnya dengan aman. Namun, bayangkan jika mata air itu tercemar oleh sampah. Airnya tidak lagi menjadi bersih dan justru bisa membahayakan kesehatan orang yang meminumnya. Sama seperti yang dikatakan firman Tuhan yang terdapat dalam Amsal 4:23. Ayat ini mengajarkan bahwa hati kita seperti mata air yang memengaruhi seluruh hidup kita. Jika hati kita dipenuhi kasih, kebaikan, dan ketaatan kepada Tuhan, hidup kita akan membawa sukacita dan berkat. Namun, jika hati kita diisi oleh kemarahan, iri hati, atau dosa, itu bisa merusak diri kita sendiri.

Lalu, bagaimana cara menjaga hati kita? Salah satu caranya adalah dengan membaca firman Tuhan setiap hari. Firman Tuhan membantu kita untuk mengenali mana yang benar dan mana yang salah. Selain itu, kita juga perlu berdoa dan meminta Tuhan untuk menjaga hati kita supaya tetap bersih. Tuhan ingin kita memiliki hati yang bersih supaya kita dapat hidup sesuai dengan rencana-Nya. Dengan hati yang bersih, kita bisa menjadi anak-anak Allah yang membawa terang dan kasih di mana pun kita berada, Sobat Junior.

Ayo, terus berjuang dan selalu menjaga hati kita untuk tetap bersih. Semangat!

Card image
Truth Youth 02 Februari 2025 (English Version) - NEWBORN
2025-02-02 22:56:09


“Before I formed you in the womb I knew you, before you were born I set you apart; I appointed you as a prophet to the nations.” (Jeremiah 1:5)

How many of us have been baptized? Sometimes, as teenagers, we might get baptized because a friend invited us or our parents urged us to, without fully understanding its purpose. We might see it as a mere formality. We know in theory that we are a new creation, our sins are forgiven, and we have become a new person. Yet, after baptism, we might find ourselves still living in our old ways—for instance, being lazy about devotionals, not helping our parents, and so on.

When we are born again, we accept Christ into our lives and can say, "It is no longer I who live, but Christ lives in me." This means our desires, thoughts, and feelings must align with Christ. We choose not to live according to our own will but prioritize God's will and His joy.

Think of it like being a newborn baby, who knows nothing but is ready to absorb many new things. Being born again means emptying ourselves to be filled only with Christ and His truth. Our life focus shifts toward transforming ourselves to become more Christlike, living for Christ, and experiencing God more deeply. As 2 Corinthians 5:17 says, "Therefore, if anyone is in Christ, the new creation has come: The old has gone, the new is here!"

Transformation is neither easy nor instant—it requires effort and intentionality. Our old selves often seek comfort and convenience, but as new creations in Christ, we must push ourselves to fight the "monsters" within—laziness, pride, and more.

WHAT TO DO:
Learn to put your old self to death. Every day, push yourself to do one thing that helps you become more Christlike.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Leviticus 14–15

Card image
Truth Youth 02 Februari 2025 - NEWBORN
2025-02-02 22:52:57


”Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.” (Yeremia 1:5)

Siapa dari kita yang sudah dibaptis? Terkadang saat kita remaja mungkin diajak teman atau disuruh orang tua untuk baptis selam, kita belum sepenuhnya memahami tujuannya. Kita hanya melakukannya sebagai bentuk formalitas mungkin. Secara teori kita tahu, bahwa kita adalah ciptaan baru, dosa-dosa kita diampuni, telah menjadi manusia baru. Padahal, setelah dibaptis nyatanya kita kok masih saja hidup dalam manusia lama kita? Misal, tetap malas-malasan tidak mau saat teduh, tidak mau membantu orang tua, dst.

Padahal, saat kita lahir baru, kita menerima Kristus dalam hidup kita, dan kita bisa mengatakan bahwa hidupku bukan aku lagi, melainkan Yesus yang tinggal di dalamku. Artinya, keinginan, pikiran, perasaan kita harus sesuai dengan Kristus. Kita memilih untuk tidak hidup semau kita sendiri. Tapi kita selalu memprioritaskan kehendak Allah dan kebahagiaan Allah. Kita kembali seperti baby newborn, yang tidak tahu apa-apa tapi langsung menyerap banyak hal baru. Artinya kita mengosongkan diri untuk diisi hanya oleh Kristus dan kebenaran-Nya. Fokus hidup kita adalah perubahan hidup semakin serupa dengan Kristus, tujuan hidup kita hanya untuk Kristus, dan semakin mengalami Tuhan secara nyata. Seperti yang tercatat dalam 2 Korintus 5:17, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” Perubahan bukan hal yang mudah dan instan, tapi harus sedikit dipaksa dan diusahakan. Manusia lama kita cenderung mencari kenyamanan untuk diri kita, tapi kita yang menjadi manusia baru dalam Tuhan harus memaksa diri untuk berjuang melawan monster-monster dalam diri kita, mulai dari kemalasan, kesombongan, dsb.

WHAT TO DO:
Belajar untuk mematikan manusia lama, tiap hari memaksa diri untuk melakukan satu hal yang membuat kita semakin serupa dengan Kristus.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Imamat 14-15

Card image
Renunfan Pagi - 02 Februari 2025
2025-02-02 22:46:03


Salah satu yang cukup penting kita miliki dalam hidup ini adalah sahabat; kita boleh saja banyak uang, berpangkat tinggi, tapi tanpa sahabat, dunia akan terasa hampa, kosong dan sepi.

Kita membutuhkan sahabat karena keberadaan seorang sahabat sangatlah penting dalam hidup ini; karena kita membutuhkan sahabat untuk saling menopang, menguatkan dan bertukar pikiran.

Mari setiap kita harus menjadi sahabat yang baik bagi orang lain, sahabat yang selalu menguatkan dan selalu menjadi berkat, agar lewat persahabatan, kasih Tuhan menjadi nyata bagi banyak orang. Selamat hari minggu dan selamat beribadah.

Card image
Quote Of The Day - 02 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-02 22:43:25


Ketika kita hidup kudus, hidup suci, maka kita akan mendapat perlakuan istimewa dari Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 02 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-02 22:40:50


Harus ada langkah dalam kehidupan pribadi yang memungkinkan kita untuk bisa mengerti kebenaran Injil, bisa mengalami dan memiliki anugerah keselamatan.

Card image
NOT KNOWING THE TRUE GOSPEL - 02 Februari 2025 (English Version)
2025-02-02 22:36:07


Matthew 13:17
"For truly I tell you, many prophets and righteous people longed to see what you see but did not see it, and to hear what you hear but did not hear it."

If the people of Israel, who were devout in their religion, still needed to prepare themselves to receive the gift of salvation, how much more so those outside Israel who did not have the same religious foundation. However, a false assumption held by many today has led many Christians to never truly know the true Gospel; they have never experienced or possessed salvation in Jesus Christ. Many think that salvation is easy to attain—simply by acknowledging Jesus as Lord and Savior. This belief is often accompanied by a misunderstanding that salvation is not based on good works, leading to the perception that good works have no significant role. In reality, we are not only called to do good works but to bear the fruits of repentance according to God's standards. Salvation is God’s work in restoring humanity to His original design.

Therefore, let us take this matter seriously. There must be steps in our personal lives that enable us to understand the truth of the Gospel, to experience, and to possess the gift of salvation. John the Baptist illustrated this with his statement: "Prepare the way for the Lord; every valley shall be filled in, every mountain and hill made low. The crooked roads shall become straight, the rough ways smooth. And all people will see God's salvation." The word "people" in this passage is unique. In the original text, it is sarkos, which refers to the flesh or physical nature. This means that people physically, in their flesh, saw the salvation offered by Jesus. However, not all of them understood the Gospel. They had eyes but did not see, ears but did not hear.

As written in Matthew 13:13-15: "This is why I speak to them in parables: Though seeing, they do not see; though hearing, they do not hear or understand. In them is fulfilled the prophecy of Isaiah: 'You will be ever hearing but never understanding; you will be ever seeing but never perceiving. For this people’s heart has become calloused; they hardly hear with their ears, and they have closed their eyes. Otherwise, they might see with their eyes, hear with their ears, understand with their hearts, and turn, and I would heal them.’"

This issue did not only occur in that era but has continued throughout history in how people receive the Gospel. Many people think they know or understand the Gospel, but in reality, they never truly know or understand it. This is tragic. In truth, the Gospel is not something easily understood. If it is portrayed as something simple to grasp, making it seem like people can easily become Christians and then effortlessly enter heaven, that is a misleading and false notion. When Jesus said, “Though seeing, they do not see; though hearing, they do not hear or understand,” He was speaking in the context of the Parable of the Sower, where many seeds were sown, but not all could receive them and bear fruit. Only those who received the seed as good soil bore fruit—thirty, sixty, and a hundred times over. The issue was not with the seed itself, as its quality was excellent, but with the medium—the human heart.

In essence, if a person does not become more gentle and humble like Jesus, they certainly do not truly understand the Gospel. Even if they hold a doctorate in theology, their understanding of the Gospel is flawed. The reality is that during Jesus’ time on earth, many Israelites did not grasp His teachings, even though the Gospel was the very message that the prophets and righteous people had long awaited. It is deeply regrettable when people have the opportunity to hear the Gospel but fail to understand it. “Prepare the way for the Lord,” because the truth of the Gospel will be proclaimed, and the gift of salvation will be revealed, offered, and made available. However, we must prepare ourselves. This is why John the Baptist was sent—because of the importance of that moment. This had even been prophesied in the Old Testament. For this reason, God performed an extraordinary act through Zechariah and Elizabeth so that the people of Israel could receive John the Baptist’s unconventional call.

IF A PERSON DOES NOT BECOME MORE GENTLE AND HUMBLE LIKE JESUS, THEY CERTAINLY DO NOT TRULY UNDERSTAND THE GOSPEL.

Card image
TIDAK MENGENAL INJIL YANG SEJAT - 02 Februari 2025
2025-02-02 22:32:06


Matius 13:17
“Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.”

Kalau bangsa Israel yang tekun beragama saja perlu mempersiapkan diri untuk menerima anugerah keselamatan, apalagi orang-orang di luar bangsa Israel yang tidak memiliki keberagamaan seperti mereka. Namun, asumsi yang salah yang ada dalam pikiran banyak orang hari ini membuat banyak orang Kristen sebenarnya tidak pernah mengenal Injil yang sejati; tidak pernah mengalami dan memiliki keselamatan dalam Yesus Kristus. Mereka menganggap memiliki keselamatan itu mudah, asal mengakui Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat. Biasanya juga ditambah dengan pengertian yang salah mengenai keselamatan bukan karena perbuatan baik, sehingga perbuatan baik dipandang tidak memiliki peran berarti. Padahal, justru kita bukan hanya memiliki perbuatan baik, namun pertobatan yang menghasilkan buah-buah dalam standar Allah. Sebab, keselamatan adalah usaha Tuhan mengembalikan manusia ke rancangan semula.

Jadi, mari kita serius memperhatikan hal ini, bahwa harus ada langkah dalam kehidupan pribadi yang memungkinkan kita untuk bisa mengerti kebenaran Injil, bisa mengalami dan memiliki anugerah keselamatan. Langkah itu diilustrasikan oleh Yohanes Pembaptis dengan pernyataan ini: “Luruskanlah jalan bagi-Nya, setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata; yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan dan semua orang akan melihat keselamatan dari Tuhan.” Kata “orang” di situ agak unik, di dalam teks aslinya sarkos. Sarkos ini menunjuk secara daging atau bersifat jasmaniah. Jadi, orang-orang secara jasmaniah, secara daging melihat keselamatan yang ditawarkan oleh Tuhan Yesus. Tetapi ternyata tidak semua mereka mengerti Injil. Mereka memiliki mata tapi tidak melihat, memiliki telinga tetapi tidak mendengar.

Seperti yang ditulis dalam Matius 13:13-15, “Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik” atau bertobat, “sehingga Aku menyembuhkan mereka.”

Kasus ini tidak hanya terjadi pada zaman itu, juga terjadi di sepanjang zaman dalam kehidupan manusia terkait dengan bagaimana orang menerima Injil. Banyak orang yang merasa tahu atau mengerti Injil, tapi sebenarnya tidak pernah tahu atau tidak pernah mengerti. Ini tragis. Sejatinya, Injil bukan sesuatu yang mudah dimengerti. Kalau dikesankan bahwa Injil mudah dimengerti dan orang bisa dengan mudah menjadi Kristen lalu bisa dengan mudah masuk surga pula, itu sesuatu yang salah; menyesatkan. Ketika Yesus berbicara bahwa ,“Sekalipun melihat, mereka tidak melihat; dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti,” konteksnya Tuhan Yesus sedang mengemukakan perumpamaan tentang penabur di mana banyak benih ditabur, tapi tidak semua mereka bisa menerima taburan itu sehingga berbuah. Hanya yang menerima taburan sebagai tanah yang baik, yang berbuah 30, 60, 100 kali lipat. Jadi, bukan karena benihnya sebab kualitas benihnya bagus. Namun karena medianya; yaitu manusianya.

Sejatinya, kalau orang tidak seperti Yesus—hidupnya tidak makin lemah lembut, rendah hati—pasti dia tidak mengerti Injil dengan benar. Pasti salah pemahaman Injilnya, biarpun dia doktor teologi. Faktanya, memang pada zaman Yesus mengenakan tubuh daging itu, banyak orang Israel yang tidak mengerti apa yang diajarkan oleh Yesus. Padahal berita Injil inilah yang dinanti-nantikan oleh para nabi dan orang-orang benar. Jadi, sangat disayangkan kalau orang-orang yang mendapat kesempatan mendengar Injil, tetapi tidak mengerti Injil itu. “Persiapkan jalan bagi Tuhan,” karena kebenaran Injil akan diberitakan dan anugerah keselamatan akan dinyatakan, ditawarkan, disediakan. Namun kita harus mempersiapkan diri, makanya Yohanes Pembaptis diutus karena pentingnya momentum itu. Bahkan itu pun sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka untuk itu, Tuhan harus membuat tindakan yang luar biasa melalui Zakharia dan Elisabet, supaya bangsa Israel, masyarakat Israel bisa menyambut seruan Yohanes Pembaptis yang “nyeleneh.”

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU ORANG TIDAK SEPERTI YESUS, HIDUPNYA TIDAK MAKIN LEMAH LEMBUT, RENDAH HATI, PASTI DIA TIDAK MENGERTI INJIL DENGAN BENAR

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 Februari 2025
2025-02-02 22:13:04

Keluaran 10-12

Card image
Truth Junior 02 Februari 2025 - HIDUP SUKACITA DALAM TUHAN
2025-02-01 18:51:07


Mazmur 16:6
”Tali pengukur jatuh bagiku di tempat-tempat yang permai; ya, milik pusakaku menyenangkan hatiku.”

Halo, Sobat Junior! Bagaimana kabarnya sepanjang hari ini? Semoga dalam keadaan baik dan sehat, ya. Hari ini kita akan membahas satu firman Tuhan yang sangat penting untuk dipelajari. Terkadang kita mungkin merasa batasan itu tidak menyenangkan, bukan? Contohnya, pernahkah kamu bermain di taman atau halaman rumah dan melihat pagar yang mengelilingi tempat itu? Pagar itu dibuat bukan untuk membatasi kebebasan kita, tetapi untuk melindungi kita agar tetap aman.

Hal lainnya yang bisa kita pelajari adalah ketika orang tua meminta kita untuk tidur tepat waktu, tidak jajan sembarangan, dan tidak bermain terlalu lama dengan gadget. Mungkin kita bisa saja merasa kesal dan marah, tetapi sebenarnya, semua itu diberikan untuk kebaikan kita agar kita tetap sehat, kuat, dan bahagia. Tuhan memberikan orang tua yang penuh kasih. Ia ingin kita untuk hidup dengan aman dan penuh sukacita. Dia memberikan petunjuk lewat firman-Nya di Alkitab agar kita tahu mana yang baik dan mana yang tidak baik. Jika kita taat kepada Tuhan, kita akan melihat bahwa hidup kita dipenuhi dengan berkat dan kebahagiaan.

Oleh karena itu, Sobat Junior, ayo kita sama-sama belajar bersyukur atas “batas-batas” yang Tuhan tetapkan dalam hidup ini. Itu adalah bukti bahwa Dia sangat mengasihi kita dan ingin kita menikmati hidup yang penuh damai. Mari kita awali hari ini dengan menaati firman Tuhan dalam hati yang penuh sukacita! Selamat berjuang, Tuhan memberkati.

Card image
Truth Youth 01 Februari 2025 (English Version) - TSELEM & DEMUTH
2025-02-01 18:48:42


“So God created mankind in His own image, in the image of God He created them; male and female He created them.” (Genesis 1:27)

Have you ever drawn or painted something? In the process, we usually already have an idea of what we want to create. For instance, if we’re drawing a cat, we might imagine a chubby cartoon cat like Garfield or a more realistic stray cat. We are the ones who decide how the picture will ultimately look. We shape the cat carefully, aiming to produce a beautiful work of art. Others might observe our drawing and comment on it, but at the end of the day, we are the artists, and we don’t have to be overly distracted by their opinions.

Similarly, when God created humanity, He declared His intention to make us in His image and likeness. The original Hebrew words for these terms are tselem and demuth. Tselem means “image” in the sense of the components we share with God: thoughts, emotions, and will. This means God created us in His image so that our thoughts, emotions, and will align with His. The word demuth refers to likeness or resemblance in terms of quality, which is progressive in nature. It signifies our ongoing effort to refine ourselves day by day to become more Christlike, in accordance with God’s purpose for creating humanity.

This is our identity in Christ. Today, many young people face an identity crisis in Christ, allowing themselves to conform to worldly standards. Let us not let the world define who we are. We must remember God’s original purpose for creating us: to increasingly resemble Him. This is our responsibility—to maintain our identity as children of God. It’s not just about listing “Christian” as our religion on an ID card but continuously striving to embody God’s qualities.

WHAT TO DO:
Do not let the world shape or alter your identity.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Leviticus 11–13

Card image
Truth Youth 01 Februari 2025 - TSELEM & DEMUTH
2025-02-01 18:45:18


”Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” (Kejadian 1:27)

Pernah gak kita menggambar atau melukis? Dalam prosesnya, kita pasti sudah tahu misal kita akan menggambar kucing, kita memiliki ide dan gambaran bahwa kita akan menggambar kucing gendut seperti kartun Garfield, atau gambaran kucing yang lebih realistik seperti ya kucing-kucing jalanan pada umumnya, kitalah yang menentukan gambar ini mau terlihat seperti apa pada akhirnya. Kita lukiskan kucing ini sedemikian rupa, supaya menjadi suatu karya lukisan yang indah. Mungkin, orang sekitar kita akan melihat dan mungkin akan berkomentar, kalau gambar kucingnya kita ini dan itu, tapi kembali lagi, kita pelukisnya, kita gak perlu terlalu terdistraksi dengan komentar orang sekitar.

Sama seperti Allah saat proses penciptaan manusia, Ia sudah berfirman untuk menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya. Dalam penerjemahan aslinya adalah tselem dan demuth. Tselem artinya gambar dalam arti komponen yang dimiliki Allah yaitu pikiran, perasaan, dan kehendak, dalam hal ini berarti Allah menciptakan kita manusia segambar dengan-Nya, supaya pikiran, perasaan, dan kehendak kita sama dengan-Nya. Kata demuth artinya keserupaan atau kemiripan dari segi kualitas di mana bersifat progresif. Artinya inilah bentuk perjuangan kita untuk semakin memperbaiki kualitas diri kita semakin hari supaya semakin serupa dengan Kristus, sesuai dengan kehendak Tuhan atas penciptaan manusia. Inilah identitas diri kita dalam Kristus. Banyak anak muda hari-hari ini semakin krisis identitas dalam Kristus, mereka semakin menggambarkan identitas diri yang menyerupai dunia. Jangan sampai identitas diri kita ditentukan oleh dunia, tapi kita tahu tujuan Allah mula-mula menciptakan manusia, yaitu supaya kita semakin serupa dengan-Nya, inilah tugas kita untuk terus menjaga identitas diri sebagai anak Allah, bukan sekadar berstatus agama Kristen di KTP, tapi perjuangan yang terus menerus untuk memiliki kualitas –kualitas Allah.

WHAT TO DO:
Jangan biarkan dunia mewarnai dan mengubah identitas kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Imamat 11-13

Card image
Renungan Pagi - 01 Februari 2025
2025-02-01 18:41:41


Ketulusan adalah sifat yang paling disukai oleh semua orang, ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai, karena yakin tidak akan dibohongi.

Orang kristen yang tulus selalu mengatakan kebenaran, tidak suka mengada-ada, tidak suka pura-pura, tidak mencari-cari alasan atau memutar balikkan fakta, karena memiliki prinsip ya diatas ya dan tidak diatas tidak.

Card image
Quoe Of The Day - 01 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-01 18:39:19


Kalau kita menjadi kekasih Tuhan, kita menjadi bagian Tuhan, maka Tuhan tidak mungkin tidak campur tangan dalam masalah-masalah hidup yang kita hadapi.

Card image
Mutiara Suara Kebenaan - 01 Februari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-02-01 18:37:37


Seseorang mungkin jadi orang baik dan bisa menjadi anggota masyarakat Kerajaan Surga, tapi tidak pernah menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah dan tidak pernah dimuliakan bersama Tuhan Yesus, karena ia tidak serupa dengan Tuhan Yesus.

Card image
PREPARATION IS NEEDED - 01 Februari 2025 (English Version)
2025-02-01 18:35:47


Luke 3:3-6
"So John went throughout the whole region of the Jordan, preaching: 'Repent and be baptized, and God will forgive your sins.' As it is written in the book of the prophet Isaiah: 'A voice of one calling in the wilderness: Prepare the way for the Lord, make straight paths for Him. Every valley shall be filled in, every mountain and hill made low, the crooked roads shall become straight, the rough ways smooth, and all people will see God's salvation.'"

When John the Baptist appeared among the people of Israel, they were living under strict and somewhat fanatical religious observance. The nation had endured a painful history of oppression for hundreds of years, repeatedly falling under the rule of one foreign power after another. They understood these sufferings as punishment from God due to the rebellion of their ancestors. As a result, they reacted to this history by becoming a highly monotheistic people—worshiping the One True God with intense devotion—while striving to follow the Jewish religion, or the Law of Moses, with great strictness. At that time, Israel was also under Roman rule. The trauma of their past made them deeply committed to a rigid form of religious observance. The Torah was taught to the people of Israel from childhood. They held regular gatherings and studied the Torah in synagogues. Worship at the Temple was carried out routinely under the leadership of chief priests and Jewish religious leaders.

John the Baptist's call for the people to repent—meaning to turn away from their wrong ways and be baptized—was something unusual and sounded strange. This was because they were already living under strict religious observance. Why, then, did John the Baptist call them to repent? And why was baptism a sign of their repentance or sincerity in turning back to God? Baptism was generally not required for the Israelites, except for non-Israelites who wished to convert to Judaism, a practice known as proselyte baptism. Although John's message was unfamiliar to the people of Israel, they did not dare to reject it. This was because of the extraordinary events surrounding John's birth, which clearly displayed God's work. His father, Zechariah, a priest, had encountered God in the Temple and was struck mute. His mother, Elizabeth, who was considered barren, miraculously conceived him. These miraculous events made the people of Israel take John's call to repentance and baptism seriously, without questioning it.

As a result of John the Baptist's call, a great wave of people came to be baptized—even Roman soldiers and religious leaders (such as the Pharisees and Sadducees) also came to be baptized. What can we learn from this? First, let us read John 1:17: "For the law was given through Moses; grace and truth came through Jesus Christ." However, we must remember that when receiving the Law, the Israelites had to be sanctified; they had to leave Egypt and go to Mount Sinai. Moses conveyed this message to Pharaoh: “Let My people go, so that they may worship Me” (Exodus 9:1). The Israelites had to leave Egypt and sanctify themselves in order to receive the Law at Sinai (Exodus 19:10). This fact is not something to be taken lightly and may often go unnoticed. To receive the Law, the Israelites had to prepare themselves by leaving Egypt and consecrating themselves.

Likewise, as God's chosen people, in order to receive the Gospel of the Kingdom of God—which contains the grace of salvation—preparation is required. That is why God's Word says: “A voice of one calling in the wilderness, ‘Prepare the way for the Lord.’” The "Lord" here refers to Jesus, who came to bring the Gospel. John the Baptist proclaimed, “Repent, for the kingdom of heaven has come near.” This means that the truth of the Gospel was about to be preached, and God's grace of salvation was being made available to humanity. “Prepare the way for the Lord, make straight paths for Him,” signifies that receiving the truth of the Gospel, which contains the grace of salvation, is not something trivial or to be taken lightly. Proper preparation is necessary in order to receive the salvation that God offers. If preparation was not needed, God would not have sent John. In fact, this was prophesied in the Old Testament, highlighting its great importance.

However, many have assumed that receiving the grace of salvation is something easy and simple. Many Christians believe that as long as they confess Jesus as Lord and Savior, they are automatically saved. Some who have been Christians since childhood, born into Christian families, assume that they are already saved and guaranteed entry into heaven. But the key is not just that—true repentance is required. This means turning away from sinful ways and bearing fruits of repentance according to God’s standard. Remember this: the fruits of repentance must align with God's standard. Later, we will see how the Pharisees and Sadducees came to be baptized, but they were not accepted. John the Baptist said to them, “Produce fruit in keeping with repentance.” He rebuked them for being too legalistic, formalistic, and religious, yet lacking true repentance. In another passage, Jesus clearly said, “You are like whitewashed tombs, which look beautiful on the outside but on the inside are full of dead bones.”

TO RECEIVE THE GOSPEL OF THE KINGDOM OF GOD, WHICH CONTAINS THE GRACE OF SALVATION, PREPARATION IS REQUIRED OR DEMANDED.

Card image
DIBUTUHKAN PERSIAPAN - 01 Februari 2025
2025-02-01 18:31:33


Lukas 3:3-6, “Maka datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan menyerukan: "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu, seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan."

Ketika Yohanes Pembaptis tampil di tengah-tengah masyarakat atau bangsa Israel, mereka sedang berada dalam suasana keberagamaan yang ketat dan cenderung fanatik. Karena bangsa itu memiliki trauma yang menyakitkan selama beberapa ratus tahun; mereka selalu jatuh ke tangan kekuasaan bangsa lain, dari satu bangsa ke bangsa yang lain. Dan mereka tahu, mereka menganggap itu pukulan, yaitu hukuman dari Tuhan karena pemberontakan nenek moyang mereka. Maka reaksi mereka atas sejarah nenek moyang bangsa Israel membuat mereka menjadi masyarakat yang monoteistis—menyembah Allah Yang Esa—yang sangat fanatik, dan berusaha menjalankan agama Yahudi atau agama Musa dengan ketat. Pada waktu itu, bangsa Israel juga ada dalam kekuasaan pemerintahan Roma. Trauma masa lalu mereka membuat mereka bersungguh-sungguh hidup dalam keberagamaan yang ketat. Taurat diajarkan kepada masyarakat Israel, bahkan sejak kanak-kanak. Mereka mengadakan pertemuan-pertemuan rutin dan belajar Taurat di sinagoge-sinagoge. Ibadah di Bait Allah berjalan secara rutin dalam pimpinan imam-imam kepala dan tokoh-tokoh agama Yahudi.

Seruan Yohanes Pembaptis kepada bangsa itu untuk bertobat—artinya berbalik dari jalan hidup yang salah dan memberi diri dibaptis—merupakan hal yang tidak biasa dan kedengarannya aneh. Sebab saat itu mereka justru dalam suasana keberagamaan yang ketat. Mengapa Yohanes Pembaptis menyuruh mereka bertobat? Dan tanda pertobatan mereka atau tanda keseriusan mereka bertobat adalah harus dibaptis. Padahal, bangsa Israel itu tidak perlu dibaptis kecuali orang non-Israel yang mau menjadi orang beragama Yahudi, yang mereka kenal sebagai baptisan proselit. Walaupun seruan Yohanes Pembaptis ini asing bagi masyarakat Israel, tetapi masyarakat Israel tidak berani membantah. Sebab masyarakat Israel memiliki latar belakang yang mengejutkan, yang menunjukkan perbuatan Allah yang nyata atas ayah Yohanes Pembaptis, yaitu imam Zakharia yang bertemu dengan Allah di Bait Allah dan menjadi bisu. Dan ibunya, Elisabet, yang mestinya sudah mandul, bisa mengandung dirinya. Inilah yang membuat bangsa Israel atau masyarakat Israel waktu itu tidak membantah seruan untuk bertobat dan memberi diri dibaptis.

Akibat seruan Yohanes Pembaptis, terjadi gelombang besar orang-orang yang datang untuk dibaptis, bahkan ada serdadu-serdadu Roma dan tokoh-tokoh agama (seperti orang Farisi dan Saduki) ikut memberi diri untuk dibaptis. Apa yang dapat kita petik dari hal ini? Untuk itu terlebih dahulu kita membaca Yohanes 1:17, “Sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.” Namun harus diingat bahwa dalam menerima Taurat, bangsa Israel harus dikuduskan; mereka harus keluar dari Mesir untuk pergi ke Gunung Sinai. Musa menyampaikan pernyataan kepada Firaun, “Biarkanlah umat-Ku pergi supaya mereka beribadah kepada-Ku” (Kel. 9:1). Bangsa Israel harus keluar dari Mesir dan menguduskan diri untuk memperoleh Taurat di Sinai (Kel. 19:10). Dan fakta ini bukan sesuatu yang boleh dianggap remeh, yang mungkin selama ini lolos dari pengamatan kita. Untuk menerima Taurat, ternyata bangsa Israel harus melakukan persiapan diri; dengan cara meninggalkan Mesir dan menguduskan diri.

Demikian pula dengan kita, sebagai umat pilihan, maka untuk menerima Injil Kerajaan Allah yang di dalamnya terdapat anugerah keselamatan, dibutuhkan atau dituntut persiapan. Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan, “Ada suara yang berseru-seru di padang gurun, ‘Persiapkanlah jalan untuk Tuhan.’” Maksud “Tuhan” di sini adalah Yesus yang datang membawa Injil. Dan Yohanes Pembaptis berkata, “Bertobatlah, Kerajaan Allah sudah dekat,” artinya kebenaran Injil akan diberitakan, anugerah keselamatan disediakan oleh Allah kepada umat. “Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya,” hal ini menunjukkan bahwa untuk menerima kebenaran Injil yang di dalamnya terdapat anugerah keselamatan, bukan sesuatu yang remeh atau gampangan. Harus ada persiapan yang baik agar bisa menerima anugerah keselamatan yang Allah berikan. Kalau tidak diperlukan persiapan, maka Allah tidak akan mengutus Yohanes. Bahkan hal itu dinubuatkan di Perjanjian Lama, karena pentingnya hal tersebut.

Namun, selama ini diasumsikan bahwa menerima anugerah keselamatan adalah sesuatu yang mudah dan sederhana. Banyak orang Kristen berpikir bahwa yang penting mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, maka otomatis selamat. Apalagi yang Kristen sejak kecil, terlahir dalam keluarga Kristen, seakan-akan sudah terseret begitu, menjadi orang yang sudah selamat dan layak masuk surga. Padahal yang penting bukan hanya itu, tetapi harus benar-benar bertobat, yaitu meninggalkan jalan hidupnya yang salah, dan menghasilkan buah pertobatan sesuai standar Allah. Ingat ini: buah-buah pertobatan sesuai standar Tuhan. Nanti kita lihat bagaimana orang Farisi, Saduki minta dibaptis, namun tidak diterima. Yohanes Pembaptis berkata, “Hasilkanlah buah pertobatan. Kamu itu terlalu legalitas, formalitas, agamawi, tapi kamu tidak memiliki buah pertobatan.” Di ayat lain dalam Alkitab, jelas Yesus berkata, “Kamu seperti kuburan; luarnya berkapur putih, dalamnya penuh tulang-belulang.”

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr,. Erastus Sabdono

UNTUK MENERIMA INJIL KERAJAAN ALLAH YANG DI DALAMNYA TERDAPAT ANUGERAH KESELAMATAN, DIBUTUHKAN ATAU DITUNTUT PERSIAPAN.

Card image
Truth Kids 28 Januari 2025 - ANGKAT BEBAN
2025-02-01 18:28:30


Yesaya 40:29
”Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.”

Sobat Kids, apakah kalian pernah menonton pertandingan angkat beban? Angkat beban adalah salah satu cabang olahraga yang sering dipertandingkan dalam kompetisi internasional. Bahkan, angkat beban menjadi salah satu cabang olahraga di olimpiade, kompetisi antar negara di dunia. Seorang atlet angkat beban dapat mengangkat beban lebih berat dari berat badannya sendiri. Wah, hebat, ya! Bagaimana caranya? Tentu saja atlet tersebut harus berlatih setiap hari dan menambahkan beban, sedikit demi sedikit, sehingga berat beban yang ia angkat akan bertambah berat. Kuncinya ada di latihan rutin dan pengulangan.

Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita merasa lelah dan tidak mampu, tetapi Tuhan siap memberikan kekuatan baru. Dalam kelemahan, Tuhan menjadi sumber kekuatan kita. Sama seperti atlet angkat beban tadi, pasti ada saat ia merasa lelah dan tidak mampu menambah beban yang ia angkat. Namun, karena ia terus berlatih setiap hari, ia memiliki kekuatan baru. Yuk, kita datang kepada Tuhan, Sobat Kids. Tuhan pasti akan memberikan kekuatan baru kepada kita sehingga kita dapat melewati kesulitan dalam hidup ini.

Card image
Truth Junior 28 Januari 2025 - KEKUATAN BARU
2025-01-28 22:00:05


Yesaya 40:29
”Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.”

Kemarin kita telah belajar untuk meminta hikmat kepada Tuhan. Hikmat dari Tuhan akan membantu kita untuk membedakan mana yang benar dan salah; apa yang baik menurut Tuhan. Apakah kalian pernah merasakan lelah berbuat baik terus? Rasanya kalian sudah berjuang untuk berbuat baik, tetapi tetap saja kehidupan kalian tidak bertambah baik. Teman-teman tidak suka terhadap perbuatan benar yang kalian lakukan.

Ketika teman-teman tidak suka dengan kebenaran yang kalian lakukan, jangan sedih, Sobat Junior. Pandangan dunia tidak selalu sama dengan padangan Tuhan. Hal yang baik dan benar menurut firman Tuhan, belum tentu diterima oleh dunia ini.

Apakah kalian merasakan tidak mampu untuk berbuat baik dan benar karena kalian telah “dilabel” anak nakal? Tuhan menciptakan setiap orang dengan baik dan sempurna di mata- Nya. Jadi, Tuhan tidak pernah menciptakan anak nakal, itu hanya pandangan orang saja. Tunjukkan dengan perbuatan dan perkataan bahwa ada kasih Tuhan dalam diri kita. Tuhan akan memberikan kekuatan dan semangat untuk kita berubah. Yuk, kita minta kekuatan baru dari Tuhan setiap hari, sehingga kita mampu untuk melakukan firman-Nya.

Card image
Truth Youth 28 Januari 2025 (English Version) - PURPOSE ACCORDING TO CALLING
2025-01-28 21:56:05


"Whatever you do, work with all your heart, as working for the Lord, not for human masters, since you know that you will receive an inheritance from the Lord as a reward. It is the Lord Christ you are serving." (Colossians 3:23-24)

Everyone surely wonders about the purpose of their life, especially when facing difficult moments or feeling lost. In Colossians 3:23-24, Paul reminds us that every action we take in this world has spiritual value when we do it for the Lord. This means that our purpose in life does not always have to be something grand recognized by the world, but rather everything we do wholeheartedly and dedicatedly to glorify God. Finding our calling is a process that requires perseverance and sensitivity to God’s guidance.

The first important step to recognizing the calling God has for us is through prayer and reflection. Through prayer, we invite God to speak to our hearts and give us the sensitivity to understand what He desires in our lives. Personal reflection also helps us see the talents, interests, and opportunities God has given, which may serve as clues to our calling. Walking in God’s calling requires courage and a commitment to seek Him every day, allowing Him to guide each step we take.

Many people have discovered their purpose after a long journey of faith, full of challenges but also joy. A friend I know felt uncertain about his career for years until he began drawing closer to God and realized his calling was to help children in remote areas. With the courage God gave him, he left his job and now works passionately to serve and provide education to those in need. This is an example of how God works in every heart that is open to seeking and fulfilling His calling. Let us continue to pray and reflect, searching for our true purpose in life, and have the courage to walk in faith, offering all we do as a gift to God.

WHAT TO DO:
1. Stay strong in facing the challenges in the life we live.
2. We must find purpose in our lives.

BIBLE MARATHON:
▪ Exodus 38-40

Card image
Truth Youth 28 Januari 2025 - TUJUAN SESUAI PANGGILAN
2025-01-28 21:52:07


”Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.” (Kolose 3:23-24)

Setiap orang pasti bertanya-tanya mengenai tujuan hidup mereka, terutama ketika menghadapi momen-momen sulit atau saat merasa kehilangan arah. Dalam Kolose 3:23-24, Paulus mengingatkan kita bahwa setiap tindakan yang kita lakukan di dunia ini memiliki nilai spiritual ketika kita melakukannya untuk Tuhan. Artinya, tujuan hidup kita tidak selalu harus berwujud hal-hal besar yang diakui dunia, melainkan segala sesuatu yang kita lakukan dengan sepenuh hati dan dedikasi untuk memuliakan Tuhan. Menemukan panggilan hidup adalah proses yang membutuhkan ketekunan dan kepekaan terhadap bimbingan Tuhan.

Untuk mengenali panggilan hidup yang Tuhan berikan, langkah pertama yang penting adalah doa dan refleksi. Melalui doa, kita mengundang Tuhan untuk berbicara kepada hati kita dan memberikan kita kepekaan untuk memahami apa yang Dia inginkan dalam hidup kita. Refleksi pribadi juga membantu kita melihat talenta, minat, dan kesempatan yang telah Tuhan berikan, yang mungkin menjadi petunjuk arah panggilan kita. Berjalan dalam panggilan Tuhan membutuhkan keberanian dan komitmen untuk terus mencari-Nya setiap hari, serta mengizinkan Dia memimpin setiap langkah kita.

Banyak orang yang telah menemukan tujuan hidup mereka setelah melalui perjalanan panjang dalam iman, penuh tantangan tetapi penuh sukacita. Seorang teman yang saya kenal merasa bimbang dalam kariernya selama bertahun-tahun hingga dia mulai mendekatkan diri kepada Tuhan dan menemukan bahwa panggilannya adalah membantu anak-anak di daerah terpencil. Dengan keberanian yang Tuhan berikan, dia meninggalkan pekerjaannya dan sekarang bekerja dengan hati yang berkobar-kobar untuk melayani dan memberikan pendidikan kepada mereka yang membutuhkan. Hal ini adalah contoh bahwa Tuhan bekerja dalam setiap hati yang terbuka untuk mencari dan menggenapi panggilannya. Marilah kita terus berdoa dan berefleksi, mencari tujuan hidup yang sejati, dan berani berjalan dalam iman, mempersembahkan semua yang kita lakukan sebagai hadiah kepada Tuhan.

WHAT TO DO:
1.Tetap kuat dalam menghadapi tantangan dalam hidup yang kita jalani
2.Kita harus menemukan tujuan dalam hidup kita

BIBLE MARATHON:
▪︎ Keluaran 38-40

Card image
Renungan Pagi - 28 Januari 2025
2025-01-28 21:49:52


Kalau kita hanya rajin beribadah saja, tidak pernah melakukan sesuatu atas apa yang kita terima lewat pemberitaan firman Tuhan, maka akan mudah lemah.

Cinta Tuhan itu harus, tetapi jangan berhenti sampai mencintai Tuhan, tetapi tambahkan lagi untuk melibatkan diri dalam pekerjaan Tuhan, artinya layanilah Tuhan melalui kapasitas kita, di manapun berada dan menjadi saksi Tuhan.

Card image
Quote Of The Day - 28 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-28 21:47:38


Kita tidak bisa mengkondisi lingkungan karena lingkungan itu di luar kemampuan kita, tapi kita bisa mengkondisi diri kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 28 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-28 21:45:59


Kalau sampai kodrat ilahi ditumbuhkan, kodrat dosanya dimatikan, orang baru bisa mencapai kesucian yang sesungguhnya.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 Januari 2025
2025-01-28 21:41:34

Kejadian 46-47

Card image
PERMANENT CHANGE - 28 Januari 2025 (English Version)
2025-01-28 21:39:20


No matter how small we think it is, if it’s a change in character or behavior, we should see it as something big. For example, if we used to say harsh words when angry but no longer do, that’s something to be thankful for as a big blessing. Or, if we used to dwell on losing something and it would take away our joy, but now we don’t, we should see that as a great blessing. These small changes will lead to even bigger changes, like a snowball rolling and growing bigger. There should be changes happening in our lives every day, even if we often don’t notice them. God allows changes, even if they’re invisible to us. For instance, our bodies are always regenerating cells, which is a miracle by God’s design. No human or being can create this process—only God. This is not something simple; it’s a great thing, because without it, we would die.

God also continues to renew our spiritual lives. From small, simple things to great things, don’t just focus on the big changes, as sometimes they might just be appearances. For example, "I used to gamble, but now I don’t." The truth could be because there’s no money, no opportunity, or the fear of losing. But if there were money and opportunity, the temptation might still be there. So, we must focus on the small but permanent changes, such as breaking a bad habit or correcting a wrong action. When we truly dislike sin and wrongdoings, the change grows into bigger transformations.

This process continues, like a snowball, as we distance ourselves from all forms of sin and develop a heart that fears and honors God. A person who truly fears and honors God will not sin. This respect and fear of God must grow and develop until they reach a point where God's divine nature in them overcomes their sinful nature. When the divine nature grows and the sinful nature is put to death, only then can we attain true holiness. Only then can we think like God and desire what He desires.

Remember, this begins with small, simple changes, but these changes are permanent and continue to grow into bigger changes, just like a snowball. This is the process of putting to death our sinful nature, putting to death the old self, and bringing to life the divine nature. Eventually, we will live with Christ's character within us and can truly say, "It’s no longer I who live, but Christ lives in me."

Let’s be thankful for the small changes, because they are actually big works that God is doing. This is part of the process of growing and being perfected by God. Don’t overthink things. Yes, big changes are important, but we must also see small changes as significant. What matters is that the change is permanent. Remember, small but permanent changes will continue to grow, like a snowball, killing the old self, destroying the sinful nature, and building up the divine nature, leading to a true new life in Christ.

SMALL BUT PERMANENT CHANGES WILL CONTINUE TO ROLL, LIKE A SNOWBALL, THAT KILLS AND PUTS TO DEATH THE OLD SELF, DESTROYS THE SINFUL NATURE, LEADING TO A TRUE NEW LIFE IN CHRIST.

Card image
PERUBAHAN PERMANEN - 28 Januari 2025
2025-01-28 21:36:43


Sekecil apa pun yang kita pandang, kalau itu merupakan perubahan karakter, perubahan watak, maka pandanglah itu sebagai hal yang besar. Misalnya, kalau dulu setiap kali marah ada kata-kata kasar yang kita ucapkan, sekarang tidak ada lagi. Ucapkanlah syukur itu sebagai berkat besar. Kalau dulu kita kehilangan satu barang, kita akan memikirkan terus sampai kita kehilangan sukacita. Tapi sekarang tidak. Pandanglah itu sebagai berkat besar dan memang itu berkat besar. Karena perubahan-perubahan dari hal-hal kecil ini akan bergulung terus seperti bola es demi perubahan-perubahan yang lebih besar yang kita akan alami. Dan setiap hari mestinya ada perubahan yang terjadi di dalam hidup kita. Hanya kadang-kadang atau sering kita tidak menyadari perubahan-perubahan tersebut.

Pasti ada perubahan yang Tuhan izinkan terjadi. Kalau jasmani, fisik kita ini ada regenerasi. Memang tidak bisa dilihat oleh mata jasmani, tetapi tahukah kita berapa banyak perubahan sel-sel mati diganti sel-sel baru dan itu sebenarnya keajaiban Allah yang sudah menjadi tatanan dalam tubuh setiap individu. Jika bukan Tuhan yang menciptakan manusia dengan keadaan ini, siapa? Hanya Tuhan yang menciptakan itu. Dan ini bukan hal yang sederhana, kenapa? Karena tidak ada makhluk mana pun, tidak ada manusia mana pun yang dapat menciptakan hal itu. Hanya Tuhan yang menciptakan. Dan jangan pandang itu perkara sederhana; tubuh kita mengalami regenerasi merupakan perkara besar. Kalau tidak, mati kita. Lambat laun, cepat atau lambat, mati.

Tuhan juga terus memberikan kita pembaruan rohani. Dari hal-hal kecil, hal-hal yang dipandang kecil, dari hal-hal sederhana yang kita pandang sederhana sampai kepada hal-hal besar. Jadi, jangan hanya melihat hal-hal besar, yang kadang-kadang itu hanya kamuflase. Misalnya, “Oh, dulu saya main judi, sekarang tidak main judi.” Sejujurnya, faktornya bisa karena tidak ada uang, tidak ada tempat untuk main judi, jatuh miskin, banyak merugi dan takut rugi lagi. Tapi coba kalau banyak uang, ada peluang, belum tentu tidak berjudi. Maka mulailah dari perkara kecil namun merupakan perubahan yang permanen, artinya satu kebiasaan buruk, satu kebiasaan yang salah, satu perbuatan yang salah yang kita benar-benar tidak lakukan, benar-benar benci terhadap dosa itu atau jenis kesalahan itu.

Nanti akan berkembang lagi untuk jenis dosa-dosa yang lain dan akan bergulung terus seperti bola es, sehingga kita bisa benar-benar terlepas dari segala jenis dosa. Dan kita mengembangkan hati yang takut akan Allah, hati yang menghormati Allah. Karena memang kalau orang benar-benar takut akan Allah dan menghormati Allah, itu tidak akan berbuat salah, tidak akan berbuat dosa. Tentu takut dan hormatnya kepada Allah harus bertumbuh terus, berkembang terus, sehingga sampai pada titik di mana dia membangun kodrat ilahi dalam dirinya dan kodrat dosa dimatikan.

Kalau sampai kodrat ilahi ditumbuhkan, kodrat dosanya dimatikan, orang baru bisa mencapai kesucian yang sesungguhnya. Orang baru bisa berpikir seperti Allah berpikir dan berkehendak, keinginannya selalu sesuai dengan kehendak Allah.

Tapi ingat, hal itu dimulai dari perubahan-perubahan kecil yang kelihatannya sederhana, tapi perubahan itu permanen dan terus akan mengalami perubahan makin besar seperti bola es, yang makin besar. Dan itulah proses mematikan kodrat dosa, mematikan manusia yang lama, menghidupkan kodrat ilahi dan kemudian kita menghidupkan karakter Kristus di dalam kita. Sehingga kita bisa berkata, "Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku." Jadi, kita syukuri adanya perubahan-perubahan yang kita pandang kecil tetapi sebenarnya itu perkara besar yang Allah kerjakan. Ini bagian dari proses pendewasaan, proses penyempurnaan yang Allah lakukan.

Jangan berpikir berlebihan. Jangan berpikir hal-hal yang kita anggap itu besar, ya memang besar, tetapi terhadap hal-hal kecil pun kita harus memandangnya hal yang besar. Yang penting perubahannya permanen. Ingat, perubahan kecil tapi permanen akan bergulung terus menjadi seperti bola salju yang membunuh dan mematikan manusia lama, yang membunuh dan mematikan kodrat dosa dan membangun kodrat ilahi dan benar-benar hidup baru di dalam Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PERUBAHAN KECIL TAPI PERMANEN AKAN BERGULUNG TERUS MENJADI SEPERTI BOLA SALJU YANG MEMBUNUH DAN MEMATIKAN KODRAT DOSA DAN MEMBANGUN KODRAT ILAHI DAN BENAR-BENAR HIDUP BARU DI DALAM TUHAN.

Card image
Truth Kids 27 Januari 2025 - HIKMAT
2025-01-27 20:12:28


Yakobus 1:5
”Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, –yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit–, maka hal itu akan diberikan kepadanya.”

Di tahun yang baru, pasti kita ingin menjadi lebih baik lagi daripada tahun sebelumnya. Dengan bergantinya tahun, usia kita pun menjadi bertambah. Dan biasanya, semakin bertambahnya usia seseorang, ia bertambah bijak; tahu membedakan yang benar dan salah. Bagaimana kalau usia kalian masih muda, Sobat Kids? Apakah anak kecil bisa menjadi bijak? Jangan khawatir, Sobat Kids, Allah akan memberikan hikmat kepada kalian, asalkan kalian mau memintanya.

Walaupun kalian masih kecil, kalian bisa meminta hikmat kepada Allah. Allah yang murah hati pasti akan memberikannya kepada kalian. Hikmat bukan hanya untuk orang dewasa, melainkan untuk semua orang. Sejak kalian kecil, kalian dapat memiliki hikmat sehingga dapat membedakan mana yang benar dan salah menurut Alkitab. Ketika kalian memiliki pilihan, kalian tahu harus memilih yang mana. Hikmat Allah akan memimpin kalian untuk memilih pilihan yang menyenangkan hati Allah. Yuk, kita berdoa meminta hikmat dari Allah.

Card image
Truth Junior 27 Januari 2025 - WISDOM
2025-01-27 20:09:59


Yakobus 1:5
”Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, –yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit–, maka hal itu akan diberikan kepadanya.”

Sobat Junior, pasti kalian sudah tahu Sepuluh Hukum Taurat yang Tuhan berikan kepada bangsa Israel zaman dahulu. Kalian bisa membaca kisahnya dalam Keluaran 20:1-17. Bagian dari Hukum Taurat yang mengajarkan tentang hubungan kepada manusia adalah: hormati ayah dan ibu; jangan membunuh; jangan berzina; jangan mencuri; jangan bersaksi dusta; dan jangan mengingini kepunyaan orang lain. Arti dari masing-masing hukum tersebut sangatlah dalam. Contohnya jangan membunuh, sering kali kita hanya berpikir membunuh dalam hukum tersebut berarti menghilangkan nyawa seseorang. Tentu saja kita tidak pernah membunuh orang lain. Namun, arti jangan membunuh itu bisa lebih dalam artinya, Sobat Junior.

Perintah “jangan membunuh” bukan hanya menghilangkan nyawa melainkan juga “membunuh” rasa percaya diri. Ketika kita mem-bully seseorang dengan perkataan sehingga orang tersebut merasa sedih dan tidak percaya diri, itu termasuk sudah membunuh juga, Sobat Junior. Itu sama saja dengan “membunuh” sukacita dalam diri seseorang. Jangan pernah kita mem-bully orang lain, ya, Sobat Junior.

Kita butuh hikmat (wisdom) untuk dapat mengerti maksud firman Tuhan. Kita perlu tahu latar belakang sejarah yang terjadi saat firman Tuhan dituliskan oleh para nabi dan rasul. Kita akan lebih bisa mengerti jika kita memiliki hikmat dari Tuhan. Mintalah hikmat dari Tuhan, Sobat Junior. Tuhan akan memberikannya tanpa memandang usia kita. Tuhan rindu kita mengerti kebenaran firman-Nya.

Card image
Truth Youth 27 Januari 2025 (English Version) - HONESTY AND OPENNESS
2025-01-27 19:59:20


“Lying lips are an abomination to the Lord, but those who act faithfully are His delight.” (Proverbs 12:22)

Building openness and honesty in relationships is very important, especially for us as young people. Honesty is not just about words, but it is a strong foundation in every relationship we have. Without honesty, our relationships can easily fall apart due to misunderstandings and unclear assumptions. Therefore, we need to prioritize honesty when communicating with those closest to us. When we open up, we give others the opportunity to see who we really are, with all our flaws and strengths. Openness is not just about sharing information; it is also about being brave enough to express our feelings, fears, and hopes.

When we are honest, we create an atmosphere where others feel comfortable doing the same, which ultimately strengthens the emotional bond between us and builds mutual trust. Honesty also helps us know ourselves better. In difficult situations or conflicts, honesty encourages us to reflect and try to understand the other person's perspective. This process not only helps us grow but also gives us valuable lessons from the experiences we go through, enriching our understanding of life and the people around us.

Indeed, sometimes speaking honestly can make us feel tense or fearful of others' reactions. However, it is important to remember that by building openness, we are creating healthy, supportive relationships. If that’s the case, the relationships we build are not just formalities, but truly meaningful, and can have a positive impact on our lives and those around us, making life more meaningful.

WHAT TO DO:
1. Express feelings by sharing fears and hopes to create a safe environment.
2. Practice open communication by clearly expressing thoughts and promptly addressing misunderstandings.
3. Cultivate empathy by understanding the other person's perspective when facing conflict.

BIBLE MARATHON:
▪ Exodus 35-37

Card image
Truth Youth 28 HONESTY AND OPENNES
2025-01-27 17:49:59


”Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang berlaku setia dikenan-Nya.” (Amsal 12:22)

Membangun keterbukaan dan kejujuran dalam hubungan itu sangat penting, terutama bagi kita sebagai anak muda. Kejujuran bukan hanya sekadar kata, tetapi merupakan fondasi yang kuat dalam setiap hubungan yang kita jalani. Tanpa adanya kejujuran, hubungan kita bisa dengan mudah hancur karena salah paham dan asumsi yang tidak jelas. Oleh karena itu, kita perlu mengedepankan kejujuran dalam berkomunikasi dengan orang-orang terdekat. Ketika kita mau membuka diri, kita memberi kesempatan bagi orang lain untuk melihat siapa kita sebenarnya dari semua kekurangan hingga kelebihan yang kita miliki. Keterbukaan bukan hanya soal berbagi informasi, tetapi juga tentang berani menyampaikan perasaan, ketakutan, dan harapan kita.

Ketika kita bersikap jujur, kita menciptakan suasana di mana orang lain merasa nyaman untuk melakukan hal yang sama, yang pada akhirnya memperkuat ikatan emosional di antara kita dan membangun rasa saling percaya. Kejujuran juga membantu kita mengenal diri sendiri dengan lebih baik. Dalam situasi sulit atau konflik, kejujuran mendorong kita untuk merenung dan mencoba memahami sudut pandang orang lain. Proses ini tidak hanya membuat kita tumbuh, tetapi juga memberi kita pelajaran berharga dari pengalaman yang kita alami, yang memperkaya pemahaman kita tentang kehidupan dan orang-orang di sekitar kita.

Memang, kadang berbicara jujur bisa membuat kita merasa tegang atau takut akan reaksi orang lain. Namun, penting untuk diingat bahwa dengan membangun keterbukaan, maka kita sedang menciptakan hubungan yang sehat dan saling mendukung. Jika seperti itu, hubungan yang kita bangun tidak hanya sekadar formalitas, tetapi benar-benar berarti dan dapat memberikan dampak positif dalam hidup kita serta orang-orang di sekitar kita dan menjadikan hidup lebih bermakna.

WHAT TO DO:
1. Ungkapkan perasaan dengan berbagi ketakutan dan harapan agar tercipta lingkungan yang aman
2. Praktikkan komunikasi terbuka dengan menyampaikan pikiran secara jelas dan segera atasi kesalahpahaman
3. Tumbuhkan rasa empati dengan memahami sudut pandang orang lain saat menghadapi konflik

BIBLE MARATHON:
▪︎ Keluaran 35-37

Card image
Renungan Pagi - 27 Januari 2025
2025-01-27 17:47:04


Teman sejati tidak akan mengkhianati kita; apapun yang terjadi, mereka tidak akan menukar persahabatannya dengan uang, popularitas dan kepentingan egoistis lainnya.

Beruntunglah bagi kita yang memiliki sahabat yang setia, karena nilai dari seorang sahabat yang setia, tidak akan bisa dibandingkan dengan seluruh materi yang sudah kita dapat.

Card image
Quote Of The Day - 27 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-27 17:43:00


Seseorang akan efektif membujuk orang lain kalau dia berhasil membujuk dirinya sendiri.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-27 17:41:37


Pengenalan akan Allah yang bertumbuh, akan meningkatkan kualitas kehidupan rohani kita; meningkatkan spiritualitas, meningkatkan kesucian, meningkatkan keberkenanan di hadapan Allah.

Card image
GOD'S LABORATORY - 27 Januari 2025 (English Version)
2025-01-27 17:35:32


If we say that God never changes and we believe that the God written about in the Bible—both in the Old Testament and the New Testament—is the same unchanging God, then we should also be able to experience what the people of faith in the Old Testament experienced. The situations may not be identical, but the essence is the same. They faced danger and threats, and so might we. They experienced God's help in critical and crisis moments, and we should experience the same. Believing in God with our minds is easy. Talking or writing about God is also easy. Creating definitions and theories about God and His actions is not difficult. But truly experiencing the God written about in the Bible is not easy. So, do not be tempted to talk or write about things that are meaningless, just to appear knowledgeable, smart, or important—that is pride, and God opposes the proud. Avoid speaking or writing simply to elevate yourself. This is a temptation we all face. If you are a speaker, speak at the right time and place. Speak truth, not gossip or criticism of others. Experiencing God is a beautiful and extraordinary thing. If we truly love God and are committed to growing in our knowledge of Him—as the Bible commands us to grow in knowing God—then God will allow us to go through challenges that serve as His tools, His "laboratory," where we can experience Him. Growth in knowing God doesn't just come from reading books or the Bible, though reading the Bible is essential. What we read in the Bible must be something we live out. Not all the experiences of the faithful in the Bible will be ours, but some will align with our own lives in essence. If we truly love God and want to grow in our knowledge of Him, we must be ready to enter His laboratory—our life experiences. If we desire to follow in Jesus' footsteps and become like Him, we must go through what He went through. The Bible says: "Grow in the grace and knowledge of our Lord and Savior Jesus Christ. To Him be glory both now and forever!" (2 Peter 3:18). What we experience today is a blessing. It is the space, the "laboratory" God provides for us to undergo transformation. Growing in our knowledge of God will improve our spiritual lives, increase holiness, and make us more pleasing to Him. It's not just about knowing facts about God; for that, a library would suffice. Instead, it's about embracing the transformation God works in us through life experiences—His laboratory—to help us know Him more. We must experience God. Remember, theological education is important but not everything. Theology and age do not guarantee a person truly knows God. Sadly, many live long lives without truly knowing Him. Let us not be found in that position. Use the time we have to know and experience God.

IF WE WANT TO GROW IN OUR KNOWLEDGE OF GOD, WE MUST BE READY TO ENTER HIS LABORATORY— OUR LIFE EXPERIENCES.

Card image
LABORATORIUM TUHAN - 27 Januari 2025
2025-01-27 17:32:54


Kalau kita mengatakan bahwa Allah tidak berubah dan kita percaya Allah yang ditulis di dalam Alkitab—baik di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru—adalah Allah yang sama, Allah yang tidak berubah, maka mestinya kita juga dapat mengalami apa yang dialami oleh tokoh-tokoh iman Perjanjian Lama. Mungkin kasusnya tidak sama persis, tetapi esensi dari kasus itu sama, esensinya sama. Mereka pernah ada di dalam bahaya dan ancaman, kita juga bisa dalam keadaan bahaya dan ancaman. Mereka bisa mengalami pertolongan Tuhan dalam keadaan kritis dan krisis, kita mestinya juga mengalaminya. Memercayai Allah dalam pikiran itu mudah. Membicarakan mengenai Allah dengan perkataan dan dalam tulisan itu sangat mudah. Membuat rumusan, definisi mengenai Allah dan tindakan-tindakan-Nya dalam ucapan lisan dan tulisan itu juga tidak sulit.

Tetapi untuk mengalami sungguh-sungguh Allah yang ditulis di dalam Alkitab, bukan sesuatu yang mudah. Karenanya jangan tergoda, terpancing bicara, menulis apa pun yang itu sia-sia semata-mata. Berbicara, menulis hanya karena mau dianggap tahu, mengerti, pintar, bergelar; itu kesombongan dan Allah menentang orang sombong. Jangan banyak bicara baik secara lisan maupun tulisan yang itu ternyata hanya sebuah usaha untuk mengangkat diri. Kita semua memiliki godaan seperti itu. Kalau Saudara seorang pembicara, berbicaralah di tempat yang tepat. Berbicaralah kebenaran, bukan menyerang orang atau membicarakan orang lain.

Mengalami Allah itu indah sekali dan luar biasa. Kalau kita benar-benar mengasihi Tuhan dan punya komitmen mengasihi Tuhan dan kita benar-benar ingin bertumbuh dalam pengenalan akan Allah—seperti yang dikatakan dalam firman Tuhan agar kita bertumbuh dalam pengenalan akan Allah—maka Allah akan mengizinkan kita mengalami berbagai persoalan yang menjadi sarana Allah, menjadi ruangan di mana Allah mau kita mengalami Dia. Jadi pertumbuhan pengenalan akan Allah tidak cukup dengan membaca buku, membaca Alkitab. Membaca Alkitab itu sudah mesti, harus. Yang kita baca dalam Alkitab harus kita alami. Memang tidak semua pengalaman yang dialami tokoh-tokoh iman di dalam Alkitab kita alami, tetapi pasti ada pengalaman hidup kita yang sama atau bersentuhan dengan mereka. Kalau kasusnya tidak sama persis, substansinya, esensi dari pengalaman itu pasti ada.

Kalau kita benar-benar mengasihi Allah, kita mau bertumbuh dalam pengenalan akan Dia, maka Tuhan menyediakan ruangan, Tuhan menyediakan laboratorium. Laboratorium Tuhan adalah pengalaman-pengalaman hidup yang kita alami di dalam hidup kita. Jadi kalau kita mau bertumbuh dalam pengenalan akan Allah, bersiaplah untuk dimasukkan ke dalam laboratorium Tuhan; yaitu pengalaman-pengalaman hidup. Kalau kita mau mengikut jejak Tuhan Yesus dan mau menjadi seperti Yesus, tidak bisa tidak kita harus mengalami apa yang juga dialami oleh Tuhan Yesus. Firman Tuhan mengatakan, "Bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juru Selamat kita Yesus Kristus, bagi-Nya kemuliaan sekarang dan sampai selama-lamanya" (2 Ptr. 3:18).

Jadi apa yang kita alami hari ini adalah berkat. Itu adalah ruangan atau laboratorium yang Tuhan berikan untuk kita mengalami proses perubahan. Sebab pengenalan akan Allah yang bertumbuh akan meningkatkan kualitas kehidupan rohani kita; meningkatkan spiritualitas, meningkatkan kesucian, meningkatkan keberkenanan di hadapan Allah. Jadi bukan hanya sekadar kita tahu hal ikhwal mengenai Allah. Sebab kalau hanya itu, kita cukup membaca buku, masuk ruang perpustakaan. Laboratorium kita hanya perpustakaan yang berisi buku-buku. Sekarang yang penting adalah bagaimana kita menerima setiap proses perubahan yang Allah berikan kepada kita. Melalui pengalaman hidup yang merupakan laboratorium Tuhan, kita diubah untuk mengenal Allah.

Kita harus mengalami Tuhan. Ingat, pendidikan teologi bukan tidak penting, tapi bukan segalanya. Pendidikan teologi dan usia tidaklah jaminan seseorang mengenal Allah. Ironis, banyak orang yang telah melewati tahun-tahun umur hidupnya tidak dalam pengenalan yang benar akan Allah. Jangan sampai kita didapati Tuhan seperti mereka. Pergunakan waktu yang ada untuk mengenal dan mengalami Dia.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA MAU BERTUMBUH DALAM PENGENALAN AKAN ALLAH, BERSIAPLAH UNTUK DIMASUKKAN KE DALAM LABORATORIUM TUHAN; YAITU PENGALAMAN-PENGALAMAN HIDUP.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 Januari 2025
2025-01-27 17:30:23

Kejadian 43-45

Card image
Truth Kids 26 Januari 2025 - KEKHAWATIRAN
2025-01-26 21:19:25


1 Petrus 5:7
”Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”

"Aduh! Bagaimana, ya, kalau aku tidak bisa mengerjakan PR matematika ini?" "Hhmmm, rasanya aku tidak akan bisa memainkan lagu klasik ini dengan benar. Bagaimana nanti kalau aku menekan tuts piano yang salah?" "Nanti, apa jadinya kalau aku tidak memenangkan olimpiade sains ini? Nanti aku akan diejek teman-teman."

Sobat Kids, apakah kalian pernah merasakan kekhawatiran tentang masa depan kalian? Mungkin kalian memiliki pertanyaan lainnya tentang masa depan nanti. Kalian tidak salah jika sudah memikirkan masa depan ketika kalian dewasa nanti. Namun, kalian jangan sampai bingung sendiri, menjadi khawatir, sampai merasa stres.

Tentu saja kita harus memikirkan perbuatan kita. Yang tidak baik adalah memikirkannya sehingga kita merasa khawatir. Saat kita merasa khawatir berlebihan, itu artinya kita tidak memercayakan masa depan kita kepada Tuhan.

Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada-Nya. Mengapa? Karena Ia yang memelihara kita. Tidak perlu takut dan khawatir jalan hidup di tahun yang baru ini, Sobat Kids. Seperti Tuhan sudah menyertai kita di tahun sebelumnya, pasti Tuhan akan menyertai kita juga di tahun ini.

Card image
Truth Junior 26 Januari 2025 - KHAWATIR
2025-01-26 21:10:23


1 Petrus 5:7
”Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”

Bintang tiba-tiba menangis di tempat tidurnya. Ia merasa khawatir tentang masa depannya. Ia merasa tidak seperti teman-temannya yang memiliki orang tua yang kaya raya. Ia merasa tidak pernah bisa seberhasil teman-temannya. Apakah Sobat Junior pernah merasakan hal yang sama seperti yang Bintang rasakan?

Sobat Junior, Tuhan menciptakan masing-masing dari kita secara istimewa. Kitapun ditempatkan dalam keluarga yang tidak bisa kita pilih saat lahir. Apakah ada bayi yang baru lahir, bisa memilih lahir di keluarga yang kaya raya? Tentu tidak bisa! Itu semua pemberian dari Tuhan. Tuhan memberikan yang terbaik untuk kita.

Jika kalian sering merasakan khawatir tentang masa depan, tuliskanlah ayat firman Tuhan hari ini dalam selembar kertas sehingga kalian menjadi ingat untuk menyerahkan segala kekhawatiran kepada Tuhan sebab Ia yang memelihara kalian.

Kekhawatiran kalian tidak akan menyelesaikan permasalahan yang akan dihadapi. Namun, bersama dengan Tuhan, kita akan selalu dipelihara-Nya.

Card image
Truth Youth 26 Januari 2025 (English Version) - SPIRITUALITY AS A FOUNDATION
2025-01-26 21:04:22


“For where two or three gather in my name, there am I with them.” (Matthew 18:20)

“Strong relationships are built on a foundation of mutual understanding and spiritual connection.”

Building a spiritual connection in our relationships with others is just as important as building an emotional bond. When we talk about relationships, whether with friends, family, or a partner, we often get caught up in the busyness of daily life. However, without realizing it, the spiritual aspect of these relationships can become a strong foundation for mutual understanding and support. When we share beliefs and spiritual values, we create a deeper bond. It’s not just about respecting each other; it’s about understanding each other’s life purpose and how we can support each other in our spiritual journeys.

When we pray together, share stories of spiritual experiences, or even discuss inspiring teachings, we open the door to growing together. This is like nurturing seeds of love and understanding that will grow over time. This spritual connection also help us face life challenges. When conflicts or differences arise, remember that we share the same foundation.

So, let’s build this spiritual connection in simple ways: sharing, listening, and praying together. In doing so, our relationships will not only be strong but also filled with deeper meaning. When we connect spiritually, we not only support one another but also draw closer to God and the greater purpose of life.

WHAT TO DO:
1. Spend time each week sharing spiritual experiences and important values with those close to you.
2. Invite friends or family to pray together, whether formally or in everyday situations.
3. Create spiritual activities, such as reading the Scriptures together or attending spiritual seminars, to deepen relationships.

BIBLE MARATHON:
▪ Exodus 31-34

Card image
Truth Youth 26 Januari 2025 - SPIRITUALITAS SEBAGAI FONDASI
2025-01-26 20:31:58


”Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” (Matius 18:20)

“Strong relationships are built on a foundation of mutual understanding and spiritual connection.” Membangun koneksi spiritual dalam hubungan kita dengan orang lain itu sama pentingnya dengan membangun ikatan emosional. Ketika kita berbicara tentang hubungan, baik dengan teman, keluarga, atau pasangan, sering kali kita terjebak dalam kesibukan sehari-hari. Namun, tanpa kita sadari, aspek spiritual dalam hubungan ini bisa menjadi fondasi yang kuat untuk saling memahami dan mendukung satu sama lain. Ketika kita berbagi keyakinan dan nilai-nilai spiritual, kita membangun ikatan yang lebih dalam. Ini bukan sekadar soal saling menghargai, tetapi tentang memahami tujuan hidup masing-masing dan bagaimana kita bisa saling mendukung dalam perjalanan spiritual.

Ketika kita berdoa bersama, berbagi cerita tentang pengalaman spiritual, atau bahkan sekadar mendiskusikan ajaran yang menginspirasi, kita membuka ruang untuk tumbuh bersama. Hal ini seperti memupuk benih cinta dan pengertian yang akan tumbuh subur seiring waktu. Koneksi spiritual ini juga membantu kita menghadapi tantangan hidup. Ketika ada konflik atau perbedaan pendapat, ingatlah bahwa kita memiliki fondasi yang sama. Jadi, mari kita bangun koneksi spiritual ini dengan cara yang sederhana: berbagi, mendengarkan, dan berdoa bersama.

Dengan begitu, hubungan kita tidak hanya akan kuat, tetapi juga dipenuhi dengan makna yang lebih dalam. Ketika kita saling terhubung secara spiritual, maka kita tidak hanya mendukung satu sama lain, tetapi juga mendekatkan diri kita kepada Tuhan dan tujuan hidup yang lebih besar.

WHAT TO DO:
1. Luangkan waktu setiap minggu untuk berbagi pengalaman spiritual dan nilai-nilai penting dengan orang-orang terdekat.
2. Ajak teman atau keluarga untuk berdoa bersama, baik secara formal maupun dalam situasi sehari-hari.
3. Ciptakan kegiatan spiritual seperti membaca kitab suci bersama atau mengikuti seminar rohani untuk memperdalam hubungan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Keluaran 31-34

Card image
Renungan Pagi - 26 Januari 2025
2025-01-26 20:29:30


Dalam hidup ini, kita jangan hanya memiliki semangat untuk mencari keuntungan bagi diri sendiri, semangat untuk memperkaya diri sendiri, karena hal ini disebut sebagai kejahatan.

Sebagai orang percaya, biarlah terus memiliki semangat untuk berbuat sesuatu bagi orang lain dan bagi pekerjaan Tuhan, sehingga lewat hidup kita nama Tuhan dipermuliakan.

Card image
Quote Of The Day - 26 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-26 20:15:19


Kita harus membangun kekokohan iman, integritas, sampai itu menjadi anti-dosa, sehingga kita tidak akan menyentuh dosa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 26 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-26 20:13:46


Kalau kita bisa benar-benar memiliki keinginan menyentuh hati Allah, menyenangkan, membahagiakan Dia, maka kita akan menjadikan Tuhan itu kesukaan kita yang tak tergantikan, Allah menjadi kebahagiaan kita satu-satunya.

Card image
A MAN AFTER GOD’S OWN HEART - 26 Januari 2025 (English Version)
2025-01-26 20:05:24


As parents, we feel joy when our children do something that makes us happy, like giving gifts, taking us out, or helping when we are unwell or in need. Even if you're not a parent, you've likely experienced happiness from someone's thoughtful actions. But have you ever considered bringing joy to God, touching His heart in such a way that He feels pleased, joyful, and delighted by you? Amid the world's evil, our actions should comfort and bring joy to God. Have you tried to do this?

Sadly, many people only seek God to benefit from His power and blessings, forgetting that He created us to bring Him happiness. We exist because He wants us to; our purpose is to bring Him joy. Have you made an effort to please God? David, a biblical figure, wasn't perfect, yet he delighted God's heart. He was truly "a man after God's own heart." Similarly, Abraham was called God's friend because he pleased Him. We should aim to have hearts that please God. With sincere intention and determination, the Holy Spirit will guide and help us achieve this.

Decide to become someone who brings joy to God. Make Him smile through your actions and behavior. Avoid actions that hurt others and align with evil, which pleases Satan instead of God. Let God say, "This is truly My child, My friend," rather than labeling us as His enemies due to harmful behavior.

When we truly desire to touch God's heart, He becomes our ultimate joy, more essential than air, water, or even the blood in our veins. Let this reflection inspire you to strive to please God wholeheartedly. Live as someone who is in God's heart and pleases Him, ensuring your life feels deeply meaningful and vibrant.

THE HOLY SPIRIT WILL SURELY GUIDE US, AND WE WILL BECOME "A MAN AFTER GOD'S OWN HEART," A PERSON WHO PLEASE GOD.

Card image
A MAN AFTER GOD’S OWN HEART - 26 Januari 2025
2025-01-26 20:02:56


Sebagai orang tua, kita pernah merasakan satu kebahagiaan ketika anak memberikan atau melakukan tindakan yang menyenangkan atau membahagiakan hati kita. Entah memberi hadiah, mengajak jalan-jalan, melayani kebutuhan orang tua yang dalam keadaan sakit atau membutuhkan sesuatu. Atau kalau kita belum pernah menjadi orang tua, tentu kita pernah mendapat perlakuan yang menyenangkan, membahagiakan dari seseorang, sehingga orang itu benar-benar menjadi kebahagiaan kita. Anak bisa menjadi kebahagiaan bagi orang tua. Juga kita bisa merasakan kebahagiaan dari sahabat, teman dekat atau siapa pun. Namun, pernahkah kita benar-benar berusaha untuk bisa menyentuh kedalaman hati Allah sampai Allah merasa senang, merasa sukacita, merasa bahagia? Di tengah-tengah kejahatan dunia ini, seharusnya Allah merasa terhibur karena perbuatan kita kepada-Nya. Pernahkah kita berusaha demikian?

Ironis, banyak orang yang hanya mau memanfaatkan Allah, memanfaatkan kasih dan kuasa-Nya saja. Mereka beragama, bertuhan hanya karena bisa menikmati berkat Allah dari kuasa Allah yang hebat tak terbatas, tapi tidak sungguh-sungguh menyadari bahwa Allah adalah Pencipta yang menciptakan kita untuk menyenangkan, membahagiakan Dia. Kita diciptakan, dibuat eksis, dibuat ada, dihadirkan dalam kehidupan ini untuk Sang Khalik atau Sang Pencipta kita. Jika bukan karena Tuhan kita tidak ada sama sekali. Jadi, kalau kita eksis, kita ada, ini karena Allah menghendaki kita ada untuk kesukaan, untuk kebahagiaan Dia. Pernahkah kita berusaha untuk menyenangkan hati Allah? Ada satu tokoh di Alkitab, yang tidak sempurna, tapi hidupnya itu berkenan di hati Allah, yaitu Daud. Daud seorang yang benar-benar menyenangkan hati Allah. Daud bukan orang sempurna, namun Daud seorang yang benar-benar menyenangkan hati Allah. Ia bisa menjadi kekasih Tuhan, menjadi seorang yang benar-benar menyenangkan hati Allah. Juga Abraham; seorang yang bisa benar-benar menyenangkan hati Allah, sehingga Abraham disebut sahabat Allah.

Maka kita harus berusaha bagaimana memiliki hati yang berkenan di hadapan Allah. Kalau kita punya niat, punya tekad yang sungguh-sungguh, Roh Kudus pasti akan menolong kita. Roh Kudus tidak mungkin tidak menolong kita. Roh Kudus pasti akan menuntun kita dan kita akan menjadi "a man after God's own heart;" manusia yang berkenan di hadapan Allah. Ayo, kita berjuang untuk itu dan ini akan sangat menyenangkan, ini akan sangat membahagiakan kita. Namun harus ada tekad dulu, niat yang kuat bahwa kita memilih menjadi seorang yang berkenan di hadapan Allah. Mari kita berjuang untuk bisa menyentuh hati Allah dan membuat senyum Tuhan. Bapa tersentuh hati-Nya oleh tindakan kita, oleh perilaku kita.

Jangan sebaliknya, kita menyentuh hati setan karena jahat, menyakiti sesama, melukai sesama, mendatangkan ancaman, bahaya, penderitaan, kesengsaraan orang lain; sehingga setan berkata, "Ini sahabatku." Itu artinya kita menjadi musuh Allah. Tapi kita mau menjadi seorang yang menyentuh hati Allah dan Allah bersukacita, Allah senang. "Ini benar anak-Ku, ini benar sahabat-Ku." Jangan kita menjadi musuh Tuhan karena perilaku kita yang jahat terhadap orang lain. Hati-hati, kepada siapa pun kita yang pintar berbicara, pintar berargumentasi, kita akan bisa lebih jahat dari orang yang tidak pintar berargumentasi. Sebab dengan argumentasi-argumentasi, kita bisa membenarkan tindakan-tindakan yang itu bisa menyakiti hati Allah.

Kalau kita bisa benar-benar memiliki keinginan menyentuh hati Allah, menyenangkan, membahagiakan Dia, maka kita akan menjadikan Tuhan itu kesukaan kita yang tak tergantikan, Allah menjadi kebahagiaan kita satu-satunya. Kita merasakan membutuhkan Dia lebih dari udara, oksigen yang kita hirup. Kita membutuhkan Dia lebih dari air yang kita minum, bahkan lebih dari darah yang mengalir di dalam tubuh kita ini. Kita membutuhkan Tuhan lebih dari membutuhkan apa pun dan siapa pun. Kiranya renungan ini menggerakkan kita untuk menjadi orang yang bertekad, berusaha sungguh-sungguh bagaimana menyenangkan hati Allah. Jangan meninggal dunia sebelum menjadi seorang yang ada di hati Tuhan atau menjadi seorang yang berkenan di hadapan Tuhan; a man after God's own heart. Sehingga pastinya hidup kita akan lain rasanya, akan berbeda warnanya. Mari kita berusaha mulai saat ini menyentuh hati Allah, bisa membahagiakan Dia, menyenangkan Dia.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ROH KUDUS PASTI AKAN MENUNTUN KITA DAN KITA AKAN MENJADI "A MAN AFTER GOD'S OWN HEART"; MANUSIA YANG BERKENAN DI HADAPAN ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 Januari 2025
2025-01-26 19:59:55

Kejadian 41-42

Card image
Truth Kids 24 Januari 2025 - SUMBER PENGHARAPAN
2025-01-24 19:22:06


Roma 15:13
”Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan.”

Sobat Kids, zaman sekarang kendaraan listrik, baik mobil, motor, ataupun sepeda, sudah mulai berkembang di Indonesia. Orang-orang mulai beralih ke kendaraan listrik dengan berbagai macam alasan. Salah satu alasannya adalah mengurangi polusi udara. Sesuai dengan namanya, kendaraan listrik menggunakan tenaga listrik yang tersimpan dalam baterai. Para pengguna kendaraan listrik harus mencari stasiun sumber listrik yang telah dibuat khusus untuk mengisi baterai kendaraan listrik. Bagaimana jika tidak terdapat sumber listrik? Tentu saja baterai kendaraan tidak dapat diisi. Akibatnya, kendaraan listrik tidak bisa digunakan.

Dalam hidup ini, kita juga memiliki Allah sebagai sumber harapan. Harapan di dalam Allah membuat kita bisa menjalani hidup ini. Allah akan memberikan kita sukacita dan damai sejahtera. Di tahun yang baru ini, kita memiliki harapan dengan Allah. Sama seperti kendaraan listrik yang harus mencari sumber listrik, kita pun harus mencari sumber. Tentu saja bukan sumber listrik, melainkan sumber pengharapan kita yaitu Allah. Kita dapat datang setiap saat kepada Allah untuk meminta kekuatan dari-Nya.

Card image
Truth Junior 24 Januari 2025 - SUMBER PENGHARAPAN
2025-01-24 19:20:18


Roma 15:13
”Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan.”

Harapan adalah sesuatu keinginan yang ingin kita capai atau dapat. Sering kali harapan yang kita miliki adalah sesuatu yang berhubungan dengan keinginan jasmani kita. Contohnya berharap punya anjing lucu sebagai binatang peliharaan, berharap bisa jalan-jalan seperti perjalanan wisata teman kita, ataupun berharap bisa jadi juara satu di sekolah. Masih banyak harapan lainnya, masing-masing orang memiliki harapannya masing-masing.

Bagaimana dengan Sobat Junior? Apa yang menjadi harapan kalian? Firman Tuhan yang kita baca hari ini mengingatkan kita bahwa Allah adalah sumber pengharapan kita. Allah akan memenuhi kita dengan segala sukacita dan damai sejahtera. Hal yang membuat kita merasa sukacita harus sejalan dengan sukacita yang Allah rasakan. Artinya, pengharapan yang kita miliki, seharusnya memberikan rasa sukacita juga bagi Allah. Harapan yang kita miliki seharusnya lebih besar dari sekadar mendapatkan sukacita dunia.

Sobat Junior, kehidupan kita di bumi ini hanya sementara. Oleh sebab itu, kita harus memindahkan kebahagiaan kita kepada Allah saja. Pengharapan yang kita miliki pun pengharapan yang akan menyenangkan hati Allah Bapa. Karena, hanya Allah saja sumber pengharapan kita.

Card image
Truth Youth 24 Januari 2025 (English Version) - QUALITY FRIENDSHIP
2025-01-24 19:12:52


“Do not be deceived: ‘Bad company corrupts good character.’” (1 Corinthians 15:33)

In an increasingly connected world, we often feel the need to have many friends and relationships to feel significant. However, the Bible reminds us in 1 Corinthians 15:33 that not all friendships bring positive impact; some can actually ruin the good habits we have. Therefore, it is important to choose relationships that support our spiritual growth and life. Focusing on quality over quantity in relationships leads us to more meaningful companionships that can support our faith journey and well-being.

Why is meaningful friendship more important than having many relationships? Quality relationships offer support, understanding, and genuine encouragement. Friends or family who love us sincerely help us grow, both emotionally and spiritually. In contrast, having too many shallow relationships often makes us tired and distracted, without yielding depth or real growth. We need to recognize who truly cares and supports the positive values in our lives.

To develop quality relationships, we can start by identifying those who bring a positive and constructive influence into our lives. Invest time in meaningful moments with them, such as honest conversations, praying together, or supporting one another through challenges. We also need to be committed and open in these relationships so that they can become channels of blessing to each other. So, let's refocus on quality relationships that bring us closer to God and support our growth as individuals. Meaningful friendships will have a greater long-term impact than many shallow relationships. Remember, it’s better to have a few meaningful, loving relationships than many that offer no positive impact.

WHAT TO DO:
1. Start building friendships with those who fear the Lord.
2. Focus on quality relationships that help each other grow in faith.

BIBLE MARATHON:
▪ Exodus 24-27

Card image
Truth Youth 24 Januari 2025 - PERGAULAN BERKUALITAS
2025-01-24 19:10:51


”Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” (1 Korintus 15:33)

Di dunia yang semakin terhubung, kita sering merasa harus memiliki banyak teman dan hubungan untuk merasa berarti. Namun, Alkitab mengingatkan kita dalam 1 Korintus 15:33 bahwa tidak semua pergaulan membawa dampak positif; beberapa justru bisa merusak kebiasaan baik yang kita miliki. Karena itu, penting untuk memilih hubungan yang mendukung pertumbuhan spiritual dan kehidupan kita. Fokus pada kualitas di atas kuantitas dalam hubungan membawa kita pada pergaulan yang lebih bermakna dan dapat mendukung perjalanan iman serta kesejahteraan kita.

Mengapa hubungan yang bermakna lebih penting daripada banyaknya hubungan? Hubungan yang berkualitas menawarkan dukungan, saling pengertian, dan dorongan yang tulus. Teman atau keluarga yang mengasihi kita dengan tulus membantu kita berkembang, baik secara emosional maupun spiritual. Sebaliknya, terlalu banyak hubungan yang dangkal sering kali membuat kita lelah dan kurang fokus, tanpa menghasilkan kedalaman atau pertumbuhan nyata. Kita perlu mengenali siapa yang sungguh-sungguh peduli dan mendukung nilai-nilai positif dalam hidup kita.

Untuk mengembangkan hubungan yang berkualitas, kita bisa mulai dengan mengidentifikasi siapa saja yang membawa pengaruh positif dan membangun dalam hidup kita. Berinvestasilah pada waktu yang bermakna bersama mereka, seperti melalui percakapan yang jujur, doa bersama, atau momen saling mendukung dalam kesulitan. Kita juga harus mau berkomitmen dan terbuka dalam hubungan tersebut, sehingga hubungan kita bisa menjadi saluran berkat satu sama lain. Jadi, mari kita refocus pada hubungan yang berkualitas, yang membawa kita lebih dekat kepada Tuhan dan mendukung perkembangan kita sebagai pribadi. Hubungan yang penuh makna akan lebih berdampak dalam jangka panjang daripada banyaknya relasi yang bersifat dangkal. Ingatlah, lebih baik memiliki sedikit hubungan yang bermakna dan penuh kasih daripada banyak hubungan yang tidak memberikan dampak positif.

WHAT TO DO:
1.Mulailah menjalin pertemanan yang takut akan Tuhan
2.Fokus pada kualitas membangun hubungan untuk saling bertumbuh dalam iman

BIBLE MARATHON:
▪︎ Keluaran 24-27

Card image
Renungan Pagi - 24 Januari 2025
2025-01-24 19:07:28


Bibir yang bersih tidak berisi dusta, bibir yang bersih tidak berisi kebohongan, tetapi berisi kebenaran dan kejujuran.

Mari kita miliki bibir yang bersih; ucapan haruslah ucapan-ucapan yang benar, ucapan-ucapan yang tulus dan jujur.

Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa di dalam ketulusan dan kejujuran selalu ada kebenaran dan kemuliaan.

Card image
Quote Of The Day - 24 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-24 19:06:05


Masing-masing kita memiliki keadaan yang berbeda, tetapi kita bisa mengenakan kehidupan Yesus itu di dalam hidup kita masing-masing.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 24 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-24 19:05:19


Orang yang penuh Roh Kudus, orang yang pasti hidupnya suci, tak bercacat, tak bercela. Kebenciannya terhadap dosa itu tinggi sekali. Kesalahan sekecil dan sehalus apa pun akan membuat ia menjadi sangat tidak sejahtera.

Card image
OTHER HUMAN BEINGS - 24 Januari 2025
2025-01-24 12:51:32


We must have the zeal and passion to be filled with the Holy Spirit at all times because this is what distinguishes the people of the Old Covenant from the people of the New Covenant. It is not only what sets us apart from those outside of Christ but also what differentiates us from the people of the Old Covenant. In the Old Testament, figures of faith, beloved servants of God, were indwelt by the Holy Spirit temporarily. But believers, as the people of the New Covenant, receive the seal of the Holy Spirit, meaning the Holy Spirit permanently guides believers. As stated in Ephesians 1:13, the Holy Spirit is sealed within us. This is something we must truly understand: what distinguishes us from those who are not chosen, outside of the faith, is the Holy Spirit.

What differentiates us from the people of the Old Covenant is the seal of the Holy Spirit, the baptism of the Holy Spirit, and the fullness of the Holy Spirit. Without the Holy Spirit, we cannot live a holy life. Without the Holy Spirit, we cannot reach a state where our minds and hearts are in alignment with God, so that our will always aligns with the will of the Father. Jesus said in John 16:13, "But when He, the Spirit of Truth, comes, He will guide you into all the truth. He will not speak on His own; He will speak only what He hears, and He will tell you what is yet to come."

God is present throughout the universe in and through the Holy Spirit. And the Holy Spirit is sealed within believers. The Holy Spirit is God's way of being present in life. We say, "Our Father who art in heaven," indeed the Father is in heaven, but it is His Spirit who is everywhere, encompassing and filling the universe. God is multidimensional. And the Holy Spirit can fill us. When someone is filled with the Holy Spirit, they become a different person. We can become that different person not because we graduate from a theological seminary with a Bachelor of Theology, or later attain a Master of Theology or Doctor of Theology degree. We become other human beings because the Holy Spirit fills us.

There is a temporary fullness of the Holy Spirit, manifesting at certain moments when the Holy Spirit comes upon someone. This might result in falling down, speaking in tongues, demonstrating spiritual gifts, or performing extraordinary acts and deeds. Then, there is a permanent fullness of the Holy Spirit-not temporary-which occurs when we have the mind and heart of God; this is true fullness of the Holy Spirit. How does this happen? It happens when we possess God's truth. Every day, we learn the truth; every day, we are renewed by the truth (Romans 12:2), so we increasingly become distinct from the world. The more someone is filled with the truths of God, the more he is filled with the Holy Spirit.

A person who is full of the Holy Spirit, a person whose life is certainly holy, blameless, and without spot. His hatred for sin is very high. The smallest and most subtle mistake will make him very unwell. This is what we long for. So if we ask for the fullness of the Holy Spirit, it means that we can live in harmony with God. So that everything we think is always in accordance with God. Our feelings are in accordance with God. We need the Holy Spirit. The Holy Spirit leads us until we are changed. Jesus was full of the Holy Spirit and the gifts of God. The Holy Spirit is the Spirit of God the Father (John 15:26 “When the Advocate comes, whom I will send to you from the Father—the Spirit of truth who goes out from the Father—he will testify about me) who while on earth guides a person until that person has a change so that they are able to think and feel like God Himself.

This is why we must feel that we cannot live without the Holy Spirit. This is the right posture of the heart. We depend on the Holy Spirit to transform us so that, day by day, we become increasingly intelligent, increasingly aligned with the Holy Spirit, and able to match the intelligence of God or the intelligence of the Holy Spirit. This makes us perfect like the Father. First, we must realize that we cannot do anything without the Holy Spirit. Second, we must make time to dialogue with God. Third, we must live a holy life.

One of the commitments we must make to be filled with the Holy Spirit is to "dare to die." If someone is not willing to die, they cannot be filled with the Holy Spirit. Here, "dare to die" means dying to the flesh-putting to death wrong ambitions, lusts, and desires-so the Holy Spirit can fill us. If we still harbor ambition, hatred, resentment, impure thoughts, or evil intentions, the Holy Spirit cannot fill us. Instead, evil spirits fill such people. We must ensure that no evil spirit fills us.

WE BECOME OTHER HUMAN BEINGS BECAUSE THE HOLY SPIRIT FILLS US.

Card image
MANUSIA LAIN - 24 Januari 2025
2025-01-24 12:49:50


Kita harus memiliki gelora, semangat untuk dipenuhi Roh Kudus setiap waktu, karena inilah yang membedakan umat Perjanjian Lama dan umat Perjanjian Baru. Bukan hanya yang membedakan antara kita dengan orang-orang di luar Kristus, melainkan juga yang membedakan kita dengan umat Perjanjian Lama. Di Perjanjian Lama, tokoh-tokoh iman, kekasih-kekasih Tuhan dihinggapi Roh Kudus secara temporal. Tetapi orang percaya, umat Perjanjian Baru mendapat meterai Roh Kudus, artinya Roh Kudus secara permanen menuntun orang percaya. Seperti yang dikatakan dalam Efesus 1:13 bahwa Roh Kudus dimeteraikan di dalam diri kita. Ini yang harus kita benar-benar pahami bahwa yang membedakan kita dengan orang yang bukan umat pilihan di luar orang percaya adalah Roh Kudus.

Yang membedakan kita dengan umat Perjanjian Lama adalah meterai Roh Kudus, baptisan Roh Kudus, kepenuhan Roh Kudus. Tanpa Roh Kudus kita tidak bisa hidup suci. Tanpa Roh Kudus kita tidak bisa mencapai kehidupan di mana kita bisa sepikiran dan seperasaan dengan Allah, sehingga kehendak kita selalu sesuai dengan kehendak Bapa. Tuhan Yesus berkata di Yohanes 16:13, "Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang."

Allah hadir memenuhi jagat raya di dalam dan melalui Roh Kudus. Dan Roh Kudus dimeteraikan di dalam diri orang percaya. Roh Kudus adalah cara berada Allah di dalam kehidupan. Kita berkata, "Bapa kami yang di surga," memang Bapa di surga, tetapi yang di mana-mana adalah Roh-Nya yang meliputi, memenuhi jagat raya. Allah itu multidimensional. Dan Roh Kudus dapat memenuhi kita. Kalau seseorang dipenuhi Roh Kudus, ia menjadi manusia lain. Jadi kita bisa menjadi manusia lain itu bukan karena kita lulus Sekolah Tinggi Teologi bergelar Sarjana Teologi, atau kemudian bergelar Magister Teologi atau Doktor Teologi. Kita menjadi manusia lain karena Roh Kudus memenuhi kita.

Ada kepenuhan Roh Kudus secara temporal, pada saat-saat tertentu ketika Roh Kudus menghinggapi seseorang, bisa rebah, bisa berbahasa roh misalnya atau bisa mendemonstrasikan karunia-karunia Roh atau melakukan tindakan dan perbuatan yang spektakuler. Dan ada kepenuhan Roh Kudus secara permanen, bukan temporal, yaitu ketika kita memiliki pikiran dan perasaan Allah; itu penuh dengan Roh Kudus. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Yaitu kalau kita memiliki kebenaran dari Tuhan. Setiap hari kita belajar kebenaran, setiap hari kita diperbarui oleh kebenaran (Rm. 12:2), sehingga makin tidak sama dengan dunia. Semakin seseorang penuh dengan kebenaran-kebenaran yang dari Allah, maka semakin seseorang penuh dengan Roh Kudus.

Orang yang penuh Roh Kudus, orang yang pasti hidupnya suci, tak bercacat, tak bercela. Kebenciannya terhadap dosa itu tinggi sekali. Kesalahan sekecil dan sehalus apa pun akan membuat ia menjadi sangat tidak sejahtera. Ini yang kita rindukan. Jadi kalau kita minta kepenuhan Roh Kudus, artinya agar kita bisa hidup seirama dengan Allah. Sehingga segala sesuatu yang kita pikirkan selalu sesuai dengan Allah. Perasaan kita sesuai dengan Allah. Kita membutuhkan Roh Kudus. Roh Kudus memimpin kita sampai kita diubahkan. Yesus penuh dengan Roh Kudus dan karunia Allah. Roh Kudus itu Roh-Nya Allah Bapa yang selama di dunia menuntun seseorang sampai orang itu memiliki perubahan sehingga berkemampuan berpikir dan berperasaan seperti Allah sendiri.

Makanya kita harus merasa tak dapat hidup tanpa Roh Kudus. Ini sikap hati yang benar. Kita bergantung kepada Roh Kudus untuk mengubah kita sampai makin hari makin cerdas, makin cerdas, makin cerdas dan kita bisa seirama dengan Roh Kudus, kita bisa mengimbangi kecerdasan Allah atau kecerdasan Roh Kudus. Itu kita menjadi sempurna seperti Bapa. Pertama, kita harus menyadari kita itu tidak dapat berbuat apa-apa tanpa Roh Kudus. Yang kedua, kita harus menyediakan waktu berdialog dengan Allah. Yang ketiga, kita harus hidup suci.

Salah satu tekad yang kita harus lakukan untuk dipenuhi Roh Kudus adalah "berani mati." Orang kalau tidak berani mati, tidak bisa dipenuhi Roh Kudus. Berani mati di sini maksudnya adalah mematikan daging, ambisi, nafsu-nafsu yang salah supaya Roh Kudus bisa memenuhi kita. Kalau kita masih punya ambisi, kebencian, dendam, pikiran jorok, niat-niat jahat, maka Roh Kudus tidak bisa memenuhi kita. Sebab roh jahat yang memenuhi orang-orang seperti itu. Jadi jangan sampai roh jahat yang memenuhi kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA MENJADI MANUSIA LAIN KARENA ROH KUDUS MEMENUHI KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 Januari 2025
2025-01-24 12:46:11

Kejadian 35-37

Card image
Quote Of The Day - 23 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-23 12:46:50


Di tengah dunia yang rusak, kita harus berjuang untuk menemukan gaya dan cara hidup anak-anak Allah, sesuai dengan standar yang Allah kehendaki.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 23 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-23 12:45:51


Kita bisa terbawa juga menjadi kejam, bengis, egois terhadap sesama dan kita bisa menjadi semakin tidak berkenan di hadapan Tuhan, tetapi kita harus mau memilih menjadi orang yang berkenan. 

Card image
GET AWAY FROM THE WORLD - 23 Januari 2025
2025-01-23 12:43:46


The more we realize the greatness of God and the holiness of God, the more we are willing to really get away from this world. We are more willing, more ready to be separated from the world. Distancing ourselves from the world, being separated from the world does not mean distancing ourselves from socializing. We still live in the midst of society, still doing our duties well, maximizing all the potential that God has given us. We carry out our duties as parents, as members of society, of course also part of the church of God; we work hard. But our way of thinking must change more and more, our attitudes must change more and more. Indeed, this is very difficult because we are facing a world that is already so cruel, a world that is so evil. We can also be carried away to become cruel, becoming ruthless, selfish towards others and we can become increasingly displeasing to God, but we must be willing to choose to be people who are pleasing to Him.

If we live the greatness of God, the holiness of God, the purity of God, then we will only understand how we have gone through such bad years, which hurt the Father's heart so much; we feel that we are good, we feel that we are polite people, who do not break the law. But actually, when compared with God's holiness, how far off the standard of living we live is. This cannot be explained completely or perfectly in words, but we can feel it, experience it, live it. At night before sleeping, in the quiet moments of the night, or early in the morning while still lying in bed; we continue to meditate on God. And how regretful it will be if one day we face God and we don't use the many opportunities that God has given us well.

It is like a student who fails to advance to the next grade or pass an exam, looking back with regret at all the time wasted watching movies, playing games, and going out, unable to turn back the clock or reclaim the lost time. This leads to deep regret. Similarly, in eternity, we will realize how many meaningless things we did, how much time we wasted, only to regret it when it’s too late. We cannot turn back time. Regret will be meaningless. Scripture says that there will be weeping and gnashing of teeth. Let us not allow this to happen. We must separate ourselves from the world. Do not let it consume us. It is terrifying.

Therefore, we must strive and change. We must push ourselves, urge ourselves, and even discipline ourselves, saying, "Come on, change!" Leave the ways of the world behind—our thoughts must be clean, our words must be clean, and our actions must be pure and righteous. We must not harm others, injure our fellow humans, or repay evil with evil. Instead, remain silent and bring everything before God's judgment. This will motivate us to look forward to God’s judgment, not to defending ourselves or arguing with people. We must use what we have-our possessions and wealth-according to the desires of the Holy Spirit and the will of the Father. This way, we will not be found guilty. Do not corrupt, misuse money, resources, or time recklessly. It would be terrifying to stand before God one day and realize we wasted the opportunities He gave us.

Today, God has given us a new day. None of us are perfect yet. That’s why we often grieve, longing to reach perfection quickly, to live a life that is truly perfect before God. We must guard our hearts, avoid pride, and refrain from feeling self-righteous or holier than others. Whether we are righteous or holy is something only God knows. It is not for us to judge; God is the one who evaluates us. Let’s strive together. Indeed, sometimes we feel alone, but we are grateful, we are not alone, because God promises to be with us and we have many companions on this journey. Take this opportunity to run as fast as we can-just like Lot, who fled swiftly with his family. But let us not be like Lot’s wife, who looked back and perished.

THE MORE WE REALIZE THE GREATNESS OF GOD AND HOLINESS OF GOD, THE MORE WE ARE WILLING TO REALLY GET AWAY FROM THIS WORLD.

Card image
MENJAUH DARI DUNIA - 23 Januari 2025
2025-01-23 12:41:59


Semakin kita menyadari kebesaran Allah dan kekudusan Allah, maka semakin kita bersedia untuk benar-benar menjauh dari dunia ini. Kita semakin bersedia, semakin siap dipisahkan dari dunia. Menjauhkan diri dari dunia, dipisahkan dari dunia bukan berarti menjauh dari pergaulan. Kita masih hidup di tengah-tengah masyarakat, masih mengerjakan tugas-tugas kita dengan baik, memaksimalkan semua potensi yang Tuhan berikan. Kita tunaikan tugas kita sebagai orang tua, sebagai anggota masyarakat, tentu juga bagian dari gereja Tuhan; kita kerja keras. Tetapi cara berpikir kita harus makin berubah, sikap kita harus makin berubah. Memang ini berat sekali sebab kita menghadapi dunia yang sudah begitu kejam, dunia yang begitu jahat. Kita bisa terbawa juga menjadi kejam, bengis, egois terhadap sesama dan kita bisa menjadi semakin tidak berkenan di hadapan Tuhan, tetapi kita harus mau memilih menjadi orang yang berkenan.

Jika kita menghayati kebesaran Allah, kekudusan Allah, kesucian Allah, maka kita baru mengerti betapa kita telah melewati tahun-tahun yang begitu buruk, yang begitu menyakitkan hati Bapa; kita merasa sudah baik, kita merasa sudah menjadi orang yang santun, yang tidak melanggar hukum. Tapi sebenarnya jika disandingkan dengan kekudusan Allah, betapa jauh standar hidup yang kita jalani ini. Hal ini tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata secara lengkap atau secara sempurna, tetapi bisa kita rasakan, kita alami, kita hayati. Sebelum tidur, sementara bangun berjaga malam hari dan pagi-pagi sebelum kita bangun, kita masih di pembaringan; kita terus memikirkan mengenai Tuhan. Dan betapa menyesalnya kalau suatu hari nanti kita menghadap Tuhan dan banyak kesempatan yang Tuhan berikan tidak kita gunakan dengan baik.

Ini sama seperti seseorang siswa yang tidak naik kelas, tidak lulus ujian, lalu dia mengingat waktunya habis untuk nonton film, main game, jalan-jalan, dan dia tidak bisa mengembalikan waktu, tidak bisa memutar balik waktu; ini akan menimbulkan penyesalan. Demikian pula kita, ketika kita ada di kekekalan nanti, kita baru menyadari ada banyak hal sia-sia yang telah kita lakukan, kita menghabiskan waktu kita sia-sia; baru menyesal, tetapi kita tidak bisa mengembalikan waktu, tidak bisa memutar balik waktu. Penyesalan itu tidak ada artinya; firman Tuhan katakan, nanti hanya ada ratap tangis dan kertak gigi. Jangan sampai itu terjadi, maka kita harus keluar dari dunia ini, jangan sampai tertelan oleh dunia, mengerikan.

Karenanya, kita mau berjuang, kita mau berubah. Kita harus memaksa diri kita, memacu, mencambuk diri kita, "Ayo berubah." Tinggalkan dunia, pikiran kita harus bersih, mulut kita harus bersih, perbuatan kita harus bersih dan benar, jangan merugikan orang, jangan melukai sesama, jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Diam dan bawa semua ke pengadilan Tuhan, maka kita akan terpacu untuk menantikan pengadilan Allah. Bukan terpacu untuk membela diri dan ribut dengan manusia. Kita gunakan milik kita, harta kita sesuai dengan keinginan Roh Kudus, keinginan Bapa. Supaya kita tidak bersalah; jangan korupsi, kita gunakan uang, harta kita semena-mena, kita gunakan waktu, tenaga kita semena-mena. Mengerikan kalau suatu hari kita menghadap Tuhan dan ternyata kita telah menyia-nyiakan waktu itu.

Hari ini Tuhan memberi kita hari yang baru. Setiap kita bukan orang yang sudah sempurna, belum. Makanya sering kita meratap, rasanya ingin cepat-cepat sempurna, bagaimana mencari kehidupan yang sempurna di hadapan Allah. Kita menjaga hati, jangan menjadi sombong, jangan merasa benar sendiri atau merasa lebih suci dari orang lain. Benar atau suci kita hanya Allah yang tahu. Bukan kita yang menilai, Allah yang menilai kita. Ayo, kita berjuang. Memang terkadang kita merasa sendiri, tapi kita bersyukur, kita tidak sendiri, karena Tuhan berjanji menyertai dan kita punya banyak teman seperjuangan yang beserta dengan kita. Gunakan kesempatan ini untuk lari secepat-cepatnya; seperti Lot lari secepat-cepatnya dengan keluarganya. Tapi jangan seperti istri Lot yang menoleh ke belakang dan binasa.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEMAKIN KITA MENYADARI KEBESARAN ALLAH DAN KEKUDUSAN ALLAH, MAKA SEMAKIN KITA BERSEDIA UNTUK BENAR-BENAR MENJAUH DARI DUNIA INI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 Januari 2025
2025-01-23 12:38:10

Kejadian 32-34

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 Januari 2025
2025-01-22 18:36:40

Kejadian 30-31

Card image
Truth Kids 22 Januari 2025 - TUHAN SELALU ADA
2025-01-22 18:35:15


Mazmur 23:4
”Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku”

Suatu hari, Rika sedang duduk di bangku sekolah sambil merenung. "Kalau aku bisa menjadi orang pintar, pasti hidupku akan lebih mudah," pikir Rika. "Kalau aku bisa punya banyak teman, hidupku pasti seru," gumamnya lagi. Tiba-tiba, guru memberikan pertanyaan. Semua teman-temannya menjawab dengan percaya diri, kecuali Rika yang merasa gugup. "Apa yang kamu rasakan, Rika?" tanya guru dengan lembut. Rika menjawab, "Saya takut tidak bisa seperti teman-teman." Guru tersenyum dan berkata, "Rika, jangan khawatir. Tuhan selalu ada untukmu. Dia tidak pernah meninggalkanmu. Dengan Tuhan, kamu bisa menghadapi setiap tantangan dalam hidup."

Sobat Kids, dalam hidup ini, kita sering merasa takut atau ragu. Namun, jangan lupa bahwa Tuhan selalu menyertai kita. Seperti yang tertulis dalam Mazmur 23:4, "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak akan takut bahaya, sebab Engkau menyertai aku." Tuhan selalu ada di sisi kita, memberi kekuatan dan penghiburan. Apa yang bisa kita lakukan hari ini untuk merasa dekat dengan Tuhan?

Card image
Truth Junior 22 Januari 2025 - TUNTUNAN TUHANKU
2025-01-22 18:33:17


Mazmur 23:4
”Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku”

Pada suatu hari, ada seorang anak kecil bernama Mia yang baru pertama kali pergi ke taman bermain yang sangat besar. Saat melihat taman yang penuh dengan perosotan tinggi, ayunan, dan orang-orang yang berlarian, Mia merasa takut. Ia mulai berpikir, “Bagaimana jika aku jatuh atau tidak bisa menemukan jalan pulang?” Tapi ayahnya berkata, “Mia, jangan khawatir. Aku akan selalu di sampingmu, menuntunmu, dan melindungimu.” Dengan percaya, Mia mulai bermain dan menikmati setiap momen, karena ia tahu ayahnya ada di sana untuk menuntunnya.

Sobat Junior, seperti Mia yang merasa tenang karena ayahnya ada untuk menuntun, kita juga bisa merasa tenang karena Tuhan selalu ada di samping kita. Mazmur 23:4 mengingatkan kita bahwa Tuhan menyertai kita, bahkan ketika kita berjalan melalui tempat yang penuh ketakutan atau rintangan. Tuhan adalah Gembala yang baik, yang selalu menuntun kita dengan penuh kasih dan perhatian.

Kita tidak perlu takut, sebab Tuhan selalu menyertai kita. Setiap hari Tuhan memimpin kita, baik melalui firman-Nya atau melalui suara hati kita. Meskipun terkadang kita merasa sendirian atau ragu, Tuhan sudah berjanji untuk tidak pernah meninggalkan kita.

Bayangkan, Tuhan adalah seorang gembala yang memimpin domba-domba-Nya, Dia selalu memastikan domba-Nya berjalan dengan aman, mencari rumput yang hijau, dan menjauh dari bahaya. Begitu juga dalam hidup kita, Tuhan tahu jalan yang terbaik dan selalu ada menuntun kita. Ketika kamu merasa takut atau bingung, ingatlah bahwa Tuhan ada untuk membantu, dan Dia akan membimbing setiap langkahmu. Dengan penuh keyakinan, mari kita berjalan bersama Tuhan!

Card image
Truth Youth 22 Januari 2025 (English Version) OBSESSIONS THAT MISLEAD
2025-01-22 18:18:20


“Do not be misled: ‘Bad company corrupts good character.’” (1 Corinthians 15:33)

Friends, in the age of social media, we often become obsessed with numbers—followers, likes, and friends across platforms. But have you ever felt lonely despite having many connections? The truth is, having many relationships doesn’t always bring happiness because quality is far more important than quantity in any relationship.

A quality relationship is one that is supportive, honest, and constructive. True friends are those who stand by you in times of difficulty, not just in moments of joy. Proverbs 18:24 reminds us, “One who has unreliable friends soon comes to ruin, but there is a friend who sticks closer than a brother.” This verse reminds us that meaningful relationships can have a significant impact on our lives.

So, how do we develop quality relationships? First, recognize who truly cares about you. Second, spend time with them, talk heart-to-heart, and pray together. Third, be a loyal and supportive friend—not just receiving, but also giving.

When we focus on the quality of our relationships, life becomes more meaningful. Many testimonies show that deep and loving relationships bring true joy. So instead of chasing after a large number of friends, let’s invest time in building relationships that are deeply rooted. This way, we can strengthen one another in the Lord!

WHAT TO DO:
1. Improve the quality of your relationships with others.
2. Spend time building meaningful connections with others.

BIBLE MARATHON:
▪ Exodus 17-20

Card image
Truth Youth 22 Januari 2025 - OBSESI YANG KELIRU
2025-01-22 18:13:35


”Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” (1 Korintus 15:33)

Teman-teman, di era media sosial, kita sering terobsesi dengan angka—jumlah followers, likes, dan teman di berbagai platform. Tapi pernah nggak sih, kita merasa sepi meski punya banyak koneksi? Kenyataannya, punya banyak hubungan nggak selalu bikin kita bahagia karena kualitas jauh lebih penting daripada kuantitas dalam sebuah hubungan.

Hubungan yang berkualitas adalah hubungan yang saling mendukung, jujur, dan membangun. Teman sejati adalah mereka yang ada di samping kita saat susah, bukan hanya saat senang. Firman Tuhan di Amsal 18:24 bilang, “Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib daripada seorang saudara.” Ayat ini mengingatkan kita bahwa hubungan yang bermakna bisa memberikan dampak besar dalam hidup kita.

Lalu, gimana cara mengembangkan hubungan yang berkualitas? Pertama,bkenali siapa saja orang yang benar-benar peduli dengan kita. Kedua, luangkan waktu untuk mereka, berbicara dari hati ke hati, dan berdoa bersama. Ketiga, jadilah teman yang setia dan mendukung, bukan hanya menerima, tetapi juga memberi.

Ketika kita fokus pada kualitas hubungan, maka hidup kita akan terasa lebih bermakna. Testimoni dari banyak orang membuktikan bahwa hubungan yang dalam dan penuh kasih bisa membawa sukacita sejati. Jadi, daripada mengejar jumlah teman, yuk kita investasikan waktu untuk membangun hubungan yang berakar kuat. Dengan begitu, kita bisa saling menguatkan di dalam Tuhan!

WHAT TO DO:
1.Memperbaiki kualitas hubungan kita dengan sesama.
2.Memberikan waktu kita untuk membangun dengan sesama.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Keluaran 17-20

Card image
Renungan Pagi - 22 Januari 2024
2025-01-22 18:00:47


Dunia di mana kita hidup hari-hari ini adalah dunia yang memandang muka, yang memandang warna kulit, yang membeda-bedakan manusia, manusia cenderung dipandang menurut apa yang ia miliki, apa yang sederajat.

Sebagai orang percaya kita tidak boleh membeda-bedakan manusia hanya karena status sosial; janganlah hanya karena seseorang kaya lalu kita hormati, sedangkan orang yang miskin dipandang sebelah mata.

Mari kita menjadi orang percaya yang hidup dalam kasih, hidup damai dengan semua orang, hidup menerima orang lain apa adanya dan memiliki hati seorang hamba, yang terus melayani dan menjadi berkat bagi sesama.

Card image
Quote Of The Day - 22 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-22 17:59:10


Kesucian membuat hidup kita akan berubah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 22 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-22 17:57:22


Jika kita sudah memiliki tujuan untuk menjadi serupa dengan Tuhan Yesus, kita akan memiliki rasa cukup, karena tidak ada yang lebih baik dari menjadi anak kesukaan Bapa.

Card image
WHATEVER WE DO - 22 Januari 2025 (English Version)
2025-01-22 17:49:16


Our love for God must be whole and complete. Loving Jesus Christ is not enough with just the declaration, "I love You, Lord." God does not need mere sentences or words. God surely wants to delight in us. If we love God the Father, we must love Him through actions, through deeds that God desires, which become the manifestation and proof of our love for Him. And that means living the life of Jesus. Jesus said in John 6:55, "For My flesh is real food, and My blood is real drink." When Jesus said this, the response can be seen in John 6:66: "From this time, many of His disciples turned back and no longer followed Him." They found it to be a "hard teaching." These were disciples, not just casual followers—those who had been close to Jesus and diligently listened to His teachings.

For if a person loves Jesus, they will take on His life, so they can say as Paul wrote in Galatians 2:20, "I have been crucified with Christ and I no longer live, but Christ lives in me. The life I now live in the body, I live by faith in the Son of God, who loved me and gave Himself for me." Thus, if a person does not love Jesus, they are cursed. This means they reject God's work of salvation through Jesus Christ. They squander the priceless sacrifice Jesus made on the cross. Jesus’ sacrifice redeemed our sins; through this redemption, we are justified. By being justified, we receive the seal of the Holy Spirit. With the Holy Spirit's seal, we are led not only to be considered righteous or justified but to become truly righteous. So that the life of Jesus becomes our life.

Because since the beginning God created man so that man has the glory of God. The glory of God is the morality of the holiness of God, the nature of God, the character of God. Jesus is the first perfect man who is full of the Word, full of the Logos, fully imbued with God, embodying the nature of God—and He becomes our model, our prototype. Therefore, if we refuse to take on the life of Jesus, it means we do not accept salvation. How foolish and naive it is that many Christians think they are saved merely because they intellectually acknowledge Jesus as Lord and Savior. Ask yourself: Do you truly love God?

If someone says, “I love God,” but does not live accordingly, it is a lie. For if a person truly loves God, they will not waste the sacrifice of Jesus on the cross. They must “eat His flesh and drink His blood” to take on the qualities of Jesus, which are the very attributes of God. This is why Philippians 2:5-7 clearly states: “In your relationships with one another, have the same mindset as Christ Jesus.” The word "mindset" in the original text is phroneo (φρονέω), which encompasses attitude, heart posture, and the inner being. When someone wears this he pleases God, does not hurt the Father's heart. This is challenging, which is why we must love God with all our heart, soul, mind, and strength.

When we love God with all, all, all of ourselves, everything we do is aimed at pleasing Him. Therefore, we must not settle for being ordinary people; we are called to be perfect. Our model of perfection is Jesus. This is why we gather in church—to receive guidance intended to transform us. If transformation does not occur, the issue could lie with the church, the pastor, or ourselves. Transformation is not merely about becoming a good person but becoming an excellent individual who does not sin at all—who never hurts anyone. If we genuinely learn and allow the Holy Spirit to lead us, we can achieve this. Let us strive to love God the Father with all our heart, soul, and mind, and striving to wear the life of Jesus.

The book of James reminds us, “Or do you think Scripture says without reason that He jealously longs for the spirit He has caused to dwell in us?” This is not referring to the Holy Spirit but the human spirit given by God, which He desires to return to the Father—not to hell. If someone loves the world, they are cast away, separated from God. This stirs God’s jealousy - a reflection of His rightful claim over us. If a person does not love Jesus, they are cursed because they fail to become like Him. Let us strive to love God the Father with all our heart, soul, and mind, and striving to wear the life of Jesus.

WHEN WE LOVE GOD WITH ALL, ALL, ALL OF OURSELVES, EVERYTHING WE DO IS AIMED AT PLEASING HIM.

Card image
APA PUN KITA LAKUKAN - 22 Januari 2025
2025-01-22 17:46:46


Cinta kita harus bulat dan utuh bagi Tuhan. Tentu cinta kepada Yesus Kristus tidak cukup dengan pernyataan, “Aku cinta pada-Mu, Tuhan.” Tuhan tidak memerlukan kalimat atau kata-kata semata. Tuhan tentu mau menikmati kita. *Maka kalau kita mengasihi Allah Bapa, kita mengasihi dengan perbuatan, dengan tindakan yang Allah Bapa kehendaki yang menjadi wujud, bukti cinta kita kepada Allah. Dan itu adalah memiliki kehidupan Yesus. Tuhan Yesus berkata di Yohanes 6:55, “Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.” Dan ketika Yesus mengatakan hal itu, responsnya dapat kita baca dalam Yohanes 6:66, “Mulai dari waktu itu, banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.” Sebab mereka menilainya, “Perkataan ini keras.” Ini level murid-murid, bukan kelas penggembira saja. Pasti orang-orang yang dekat dengan Tuhan Yesus, yang selama itu rajin mendengarkan ajaran Tuhan Yesus.

Sebab kalau orang mencintai Tuhan Yesus, maka ia akan mengenakan hidup-Nya, sehingga bisa berkata seperti yang dikatakan dalam Galatia 2:20, “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” Jadi kalau orang tidak mengasihi Tuhan Yesus, terkutuk. Berarti memang dia menolak karya keselamatan Allah dalam Yesus Kristus. Dia menyia-nyiakan kurban yang begitu berharga yang Yesus lakukan di kayu salib. Pengurbanan Yesus menebus dosa kita; dengan penebusan dosa tersebut, kita dibenarkan. Dengan dibenarkan, kita menerima meterai Roh Kudus. Dengan meterai Roh Kudus, kita dipimpin supaya bukan hanya dianggap benar atau dibenarkan, melainkan supaya kita benar-benar benar. Supaya kehidupan Yesus menjadi hidup kita.

Karena memang sejak semula Allah menciptakan manusia agar manusia memiliki kemuliaan Allah. Kemuliaan Allah adalah moralitas kesucian Allah, sifat Allah, karakter Allah. Dan Yesuslah manusia sempurna pertama yang penuh firman, yang penuh logos, yang sama dengan dipenuhi oleh Allah, mengenakan sifat-sifat Allah, dan itu menjadi model kita, prototipe kita. Jadi kalau kita tidak mau mengenakan hidup Yesus, berarti kita tidak menerima keselamatan itu. Dan betapa bodoh dan naif, banyak orang Kristen yang merasa sudah selamat karena secara akal mengakui Yesus Tuhan dan Juru Selamat. Coba persoalkan, apakah dia mengasihi Tuhan?

Kalau berkata, “Aku mengasihi Tuhan,” bohong. Sebab kalau seseorang mengasihi Tuhan, maka ia pasti tidak menyia-nyiakan kurban Yesus di kayu salib. Ia harus “makan daging-Nya dan minum darah-Nya” supaya memiliki sifat-sifat seperti yang dimiliki Yesus, yang merupakan sifat-sifat Allah. Itulah sebabnya di Filipi 2:5-7 jelas firman Tuhan katakan, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” Kata “pikiran” dan “perasaan” itu dalam teks aslinya hanya satu kata, phroneo (φρονέω); sikap, sikap hati, sikap batin, manusia batiniah. Dan jika seseorang mengenakan ini, ia menyenangkan Tuhan, tidak melukai hati Bapa. Ini sulit, makanya harus mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan.

Kalau dengan segenap, segenap, segenap kita mengasihi Tuhan, maka apa pun kita lakukan untuk menyenangkan Dia. Jadi, kita tidak boleh menjadi manusia biasa-biasa, kita harus sempurna. Dan model kesempurnaan kita itu ada pada Yesus. Itulah sebabnya kita ke gereja berkumpul untuk mendapatkan briefing yang tujuannya adalah untuk mengubah kita. Jadi kalau kita tidak berubah, yang salah bisa gerejanya, pendetanya, juga bisa kita sendiri. Dan perubahan itu bukan hanya sekadar menjadi manusia baik-baik, melainkan menjadi manusia unggul yang tidak berbuat dosa sama sekali; yang tidak melukai siapa pun sama sekali. Kalau kita sungguh-sungguh belajar, Roh Kudus memimpin sehingga kita akan bisa mencapainya.

Maka dalam Yakobus dikatakan, “Bukan tanpa alasan kalau kitab suci mengatakan: roh yang ditempatkan dalam diri kita, diingini dengan cemburu.” Ini bukan Roh Kudus, maksudnya adalah roh manusia yang dari Allah, yang Allah mau kembali ke Bapa, bukan ke neraka. Kalau orang mencintai dunia, maka terbuang, terpisah dari Allah. Hal ini membuat Allah cemburu. Cemburu itu bicara soal perasaan, keberhakan. Maka kalau orang tidak mengasihi Yesus, terkutuk. Karena gagal menjadi serupa dengan Yesus. Mari, kita berjuang untuk dapat mengasihi Allah Bapa dengan segenap hati, jiwa, akal budi, berjuang mengenakan hidup-Nya Yesus.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU DENGAN SEGENAP, SEGENAP, SEGENAP, KITA MENGASIHI TUHAN, MAKA APA PUN KITA LAKUKAN UNTUK MENYENANGKAN DIA.

Card image
Truth Kids 21 Januari 2025 - NOTHING IS IMPOSSIBLE
2025-01-21 18:34:39


Lukas 1:37
”Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.”

Hari itu, Rani dan Dito sedang mengikuti lomba lari di sekolah. Banyak peserta yang ikut, dan Rani merasa sedikit khawatir karena lawan-lawannya terlihat lebih cepat. Namun, dia tidak mau menyerah begitu saja. Dito, yang sudah selesai lebih dulu, memberi semangat, "Rani, jangan takut! Kamu bisa melakukannya!" Dengan semangat baru, Rani mulai berlari lebih cepat. Meski terasa lelah, dia terus berusaha dan akhirnya berhasil mencapai garis finish di posisi pertama.

Sobat Kids, dalam hidup ini, kita sering dihadapkan pada tantangan besar yang membuat kita merasa takut atau ragu. Tapi ingatlah, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Seperti yang tertulis dalam Alkitab, "Bersama Tuhan, kita bisa melakukan segala hal." Meskipun kita merasa kecil atau tidak mampu, jika kita percaya dan mengandalkan Tuhan, Dia akan memberikan kekuatan yang kita perlukan. Jadi, jangan takut menghadapi tantangan besar, karena dengan Tuhan, segala sesuatu menjadi mungkin! Tuhan sanggup melakukan yang mustahil!

Card image
Truth Junior 21 Januari 2025 - TIDAK MUSTAHIL LAGI
2025-01-21 18:32:44


Lukas 1:37
”Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.”

Seorang anak muda bernama Daud sedang menjaga domba-dombanya. Ia tidak memiliki senjata yang hebat, hanya sebuah pengumban dan beberapa batu kecil. Tapi ketika ia menghadapi Goliat, seorang raksasa yang menakutkan seluruh pasukan Israel, Daud tidak gentar. Ia tidak mengandalkan kekuatannya sendiri. Ia tahu bahwa Tuhan yang menyertainya lebih besar daripada raksasa yang berdiri di depannya. Dengan keberanian dan iman, Daud melemparkan sebuah batu, dan raksasa itu pun jatuh.

Sobat Junior, seperti Daud, kita juga bisa menghadapi tantangan besar dalam hidup. Kadang, tantangan itu bisa terlihat seperti “raksasa” yang sulit diatasi. Mungkin ujian di sekolah, tugas yang berat, atau situasi yang menakutkan. Tapi ingat, Tuhan menyertai kita setiap langkah.

Apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi rasa takut? Pertama, berdoa. Sampaikan semua kekhawatiranmu kepada Tuhan. Minta Dia memberikan keberanian dan hikmat. Selanjutnya, mulailah dengan langkah keberanian kecil. Misalnya, jika takut presentasi di depan kelas, cobalah latihan di depan teman dekat atau keluarga agar kita bisa melatih dan mengatasi ketakutan kita. Tetap percaya dan ingatlah bahwa Tuhan lebih besar dari masalah apa pun yang kamu hadapi. Pastinya, tidak lupa untuk bersyukur, bahkan jika hasilnya tidak langsung terlihat. Bersyukurlah karena Tuhan pasti punya rencana yang indah.

Bersama Tuhan, kita bisa melakukan hal-hal besar. Sobat Junior, ingatlah bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Jadi, jangan takut menghadapi raksasa dalam hidupmu. Beranilah seperti Daud dan lihat bagaimana Tuhan bekerja melalui imanmu!

Card image
Truth Youth 21 Januari 2025 (English Version) - TRUE SELF CONFIDENCE
2025-01-21 18:28:14


“For we are God’s handiwork, created in Christ Jesus to do good works, which God prepared in advance for us to do.” (Ephesians 2:10)

Self-confidence is the belief in one's ability to do something very well. Having self-confidence is a good thing, but as Christians, the self-confidence we possess must be based on our identity in Christ. The confidence we have is not because we feel great, smart, or capable, but because we understand that we are children of God. As God's children, our confidence leads us to recognize that everything we can do is because of Him. Without Him, we wouldn't be able to accomplish anything.

Many people who have high self-confidence can fall into arrogance. They believe they can do everything on their own and feel they don't need anyone. This type of self-confidence is unhealthy and excessive. Excessive self-confidence is pride, and God opposes the proud.

In our spiritual lives, we need a healthy self-confidence. We must be confident in ourselves, knowing that we can live as God desires, even though the world today is very wicked. There are many things that can draw us away from God, but we must trust ourselves that with the help of the Holy Spirit, we can be the Father's beloved children.

How do we build true self-confidence as a new creation? First, this cannot be separated from the help of the Holy Spirit, as we need to know what God wants. Ask for the Holy Spirit’s guidance through prayer. When we follow the Holy Spirit's guidance in our daily lives, everything we do will align with the mind and heart of the Father, and true self-confidence will be built in us. Second, learn from mistakes. As a new creation, there are many things we thought were not wrong but turned out to be, according to God's standards. We need to continually learn so that we don’t repeat our mistakes. The more we reduce our mistakes, the stronger our true self-confidence becomes.

Self-confidence is also essential in serving God. Many people avoid serving because they feel insecure, unworthy, or incapable of contributing. Confidence in serving God does not come from our own abilities or greatness but from our devotion to God. We have confidence because God wants us to participate in service, and we must prepare ourselves to serve Him through holy living. A holy life gives us the confidence to serve God.

WHAT TO DO:
1. Build self-confidence based on God’s truth, not on your own greatness or abilities.
2. Live a holy life, for holiness gives us the confidence to stand worthy before the Father.
3. Strive to improve yourself every day.

BIBLE MARATHON:
▪ Exodus 14-16

Card image
Truth Youth 21 Januari 2025 - TRUE SELF CONFIDENCE (KEPERCAYAAN DIRI YANG BENAR)
2025-01-21 18:25:30


”Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” (Efesus 2:10)

Kepercayaan diri itu merupakan keyakinan akan kemampuan dirinya sendiri dalam melakukan sesuatu dengan sangat baik. Memiliki rasa percaya diri adalah hal yang baik, namun sebagai orang Kristen kepercayaan diri yang kita miliki haruslah berdasarkan identitas di dalam Kristus. Rasa percaya diri yang kita miliki bukanlah berdasarkan karena kita merasa hebat, pintar dan mampu, namun rasa percaya diri itu kita bangun karena kita sadar bahwa kita adalah anak Allah. Sebagai anak Allah, kepercayaan diri kita hanya akan mengarah bahwa setiap hal yang bisa kita lakukan semua hanya karena Tuhan saja. Jikalau bukan karena Tuhan maka kita tidak mampu melakukan hal tersebut.

Banyak orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi justru menjadi kesombongan. Merasa semua hal bisa dilakukan dengan kemampuannya sendiri dan merasa tidak memerlukan siapa pun dan ini merupakan kepercayaan diri yang tidak sehat (berlebihan). Kepercayaan diri yang berlebihan merupakan kesombongan. Tentu Allah sangat menentang orang-orang yang sombong.

Di dalam kehidupan spiritual kita diperlukan kepercayaan diri yang sehat. Kita perlu yakin dengan diri kita sendiri bahwa kita bisa hidup seperti yang Tuhan inginkan walau keadaan dunia saat ini sangat jahat. Banyak hal yang bisa membuat kita jauh dari Tuhan, namun kita harus yakin dengan diri kita bahwa kita bisa menjadi anak kesukaan Bapa dengan pertolongan Roh Kudus.

Bagaimana kita membangun kepercayaan diri sebagai ciptaan yang baru? Pertama, tentu hal ini tidak terlepas dari pertolongan Roh Kudus, agar kita tahu apa yang Tuhan inginkan mintalah tuntunan Roh Kudus lewat doa. Ketika kita mengikuti tuntunan Roh Kudus dalam menjalani hari-hari kita, sehingga setiap yang kita jalani selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Bapa maka rasa percaya diri yang benar akan terbangun di dalam hidup kita. Kedua, belajar dari kesalahan. Sebagai ciptaan yang baru tentu banyak hal yang selama ini kita anggap tidak salah tenyata meleset di hadapan Tuhan. Kita perlu belajar terus-menerus agar kesalahan yang kita lakukan tidak kita ulangi lagi. Semakin kita mengurangi kesalahan/kemelesetan kita maka rasa percaya diri yang benar akan semakin kuat di dalam diri kita.

Kepercayaan diri juga sangat diperlukan dalam melayani Tuhan. Mungkin, kita banyak bertemu dengan orang-orang yang memilih tidak mengambil bagian dalam pelayanan karena merasa tidak percaya diri, minder, tidak percaya dengan kemampuan yang dimiliki, merasa tidak layak untuk melayani dan lain sebagainya. Kepercayaan diri dalam melayani Tuhan bukan didasarkan karena kita mampu dan hebat melainkan karena itu adalah bentuk pengabdian kita kepada Tuhan. Kita percaya diri karena memang Tuhan mau kita mengambil bagian dalam pelayanan tersebut, sehingga kita harus memantaskan diri kita untuk melayani Tuhan lewat kekudusan hidup. Dengan hidup kudus, maka kita akan memiliki kepercayaan diri yang benar untuk melayani Tuhan.

WHAT TO DO:
1.Membangun kepercayaan diri berdasarkan kebenaran Tuhan bukan karena kehebatan/ kemampuan diri sendiri
2.Memiliki kekudusan hidup. Karena hidup yang kudus akan membuat kita memiliki rasa percaya diri bahwa kita layak di hadapan Bapa
3.Berjuang untuk memperbaiki diri setiap hari

BIBLE MARATHON:
▪︎ Keluaran 14-16

Card image
Renungan Pagi - 21 Januari 2025
2025-01-21 17:42:14


Talenta itu bukan bukti bahwa kita hebat, tetapi talenta adalah bukti bahwa dipercaya oleh Tuhan, jadi kalau dipercaya Tuhan, maka kita tidak boleh main-main dan tidak menyia-nyiakan kepercayaan yang diberikan oleh Tuhan.

Kita tidak boleh mengecewakan Tuhan, harus menjadi berkat dimanapun, harus bersyukur karena dipercaya oleh Tuhan, karenanya jangan sampai, ketika Tuhan melihat kita, wajah-Nya berpaling, karena Tuhan menjumpai kita sebagai orang yang tidak bisa dipercaya.

Card image
Quote Of The Day - 21 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-21 17:41:20


Ketika kita serius berurusan dengan Allah, Allah akan serius berurusan dengan kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 21 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-21 17:39:59


Kita harus berani menerima firman Tuhan apa adanya dan menegakkan firman itu di dalam hidup kita; tanpa mengurangi.

Card image
ANATHEMA - 21 Januari 2025 (English Version)
2025-01-21 12:50:29


1 Corinthians 16:22
“If anyone does not love the Lord, let him be accursed. Maranatha!”

This verse is brief yet terrifying because it contains a curse. The cursed person is the one who does not love the Lord. To be accursed essentially means to be condemned, which in this context refers to being separated from the presence of God. Therefore, this verse is not directed at non-Christians; it is specifically addressed to Christians. The word "accursed" in Greek is anathema (ἀνάθεμα), translated in some versions into English as "let him be accursed." Ironically, we see that not many people truly love the Lord Jesus. The personal question for us is: do we love the Lord Jesus Christ? How deep is our love for the Lord Jesus Christ? And if we honestly examine our love for the Lord Jesus, it is not necessarily the kind of love that is proportional to what He desires.

However, the Word of God states this clearly. We must dare to accept God’s Word as it is and uphold it in our lives without diminishing it. If the Word of God says, “Be holy, for I am holy,” then we must have holiness like the Father. We should say "amen" to this and not argue (1 Peter 1:16). If the Word of God is spoken by Jesus Himself in Matthew 5:48, “You must be perfect, as your Father is perfect,” we should not tamper with this verse merely to justify our unwillingness to strive for perfection with various excuses and arguments that perfection is impossible on this earth. In fact, this verse clearly does not refer to life beyond the grave but to our current earthly lives.

In its context, if we look at the preceding verses, this teaching from Jesus is part of the Sermon on the Mount, known as the Golden Rule. For example: “What good is it if you do good only to those who do good to you? Love your enemies. If someone strikes you on the right cheek, offer him the other also.” These are all dynamics of life that take place on this earth. “You must be like the Father in heaven, who causes the sun to rise on the good and the evil, the righteous and the unrighteous. Therefore, be perfect, as your Father in heaven is perfect.” It is impossible for this verse to refer to life in the afterlife. It must apply to the dynamics of our earthly life.

As we journey through life, we begin to realize how tragic and brief life truly is. There is nothing on this earth that can bring us lasting happiness. While we continue to walk with God and enjoy His presence, we deeply reflect on how terrifying separation from God is but also how beautiful it is to be in eternal fellowship with Him. With this understanding, we approach verses like this one, ready to embrace them without resistance. We say "amen" without suspicion. This includes the verse: “If anyone does not love the Lord Jesus, let him be accursed.” We must accept this without objection, which means we must love the Lord Jesus. In Matthew 22:37-40, we find two commandments: the first is, “Love the Lord your God with all your heart, soul, mind, and strength.” The next is described as, “A commandment like it.” Notice the phrase, “like it,” even though the words are not the same.

“Like it” means that we are equally required to fulfill it. And by fulfilling it, we demonstrate our love for God. For the elect who know God, they must love Him with all their being. But what about those who do not know God? They are called to love their neighbor. That’s why in Matthew 25, we see people approved by the King—the King of Eternity, who undoubtedly refers to the Lord Jesus. He says, “When I was hungry, you gave me food. When I was thirsty, you gave me drink. When I was naked, you clothed me.” Then those people ask, “When did we see You hungry, thirsty, or naked?” The Lord responds, “What you did for the least of your brothers or those in need—the oppressed—you did for Me.” Therefore, do not be surprised that in eternity, there will be people who are not among the elect like us, who never heard the Gospel, or perhaps heard it incorrectly and are not part of the elect, but were approved because of their good deeds.

As Romans 2:12-16 states, there is a law written on their hearts, and a person is justified by doing what that law requires. However, their justification is not the same as ours. They may become members of the society in the new heavens and new earth. This includes the faithful Old Testament saints who kept the law rightly. When they failed, the blood of the lamb served as a solution. This also includes the 7,000 people who did not bow to Baal during King Ahab’s reign when Elijah lived-their faithfulness was not in vain. Many other biblical figures and faithful people will be worthy members of that society.

THE CURSED PERSON IS THE ONE WHO DOES NOT LOVE THE LORD.

Card image
ANATHEMA - 21 Januari 2025
2025-01-21 12:48:03


1 Korintus 16:22
“Siapa yang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia. Maranata!”

Ayat ini singkat namun mengerikan, sebab ada kutukan di situ. Dan orang yang terkutuk adalah orang yang tidak mengasihi Tuhan. Terkutuk sebenarnya artinya terhukum yang dalam konteks ini adalah terpisah dari hadirat Allah. Jadi ayat ini memang tidak ditujukan untuk orang non-Kristen; ini hanya ditujukan untuk orang Kristen. Terkutuk dalam Bahasa Yunaninya adalah anathema (ἀνάθεμα), kalau dalam terjemahan lain digunakan bahasa Inggris: let him be accursed. Ironi, kita melihat tidak banyak orang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan Yesus. Pertanyaan untuk kita pribadi, apakah kita mengasihi Tuhan Yesus Kristus? Seberapa dalam kasih kita kepada Tuhan Yesus Kristus? Dan kalau kita jujur meneliti kasih kita kepada Tuhan Yesus, belum tentu kasih kita kepada Tuhan Yesus adalah kasih yang proporsional seperti yang Dia kehendaki.

Tetapi firman Tuhan mengatakan demikian. Kita harus berani menerima firman Tuhan apa adanya dan menegakkan firman itu di dalam hidup kita; tanpa mengurangi. Kalau firman Tuhan mengatakan, “Kuduslah kamu sebab Aku kudus,” berarti harus memiliki kekudusan seperti Bapa, kita amin saja, jangan membantah (1 Ptr. 1:16). Kalau firman Tuhan diucapkan oleh Yesus sendiri di Matius 5:48, “Kamu harus sempurna seperti Bapa,” jangan kita utak-atik ayat ini hanya demi membela ketidaksediaan kita menjadi sempurna, dengan berbagai dalih dan alasan bahwa tidak mungkin bisa sempurna di bumi ini. Padahal, ayat ini jelas tidak menunjuk kehidupan di belakang atau di balik kubur kita; namun di bumi sekarang ini.

Konteksnya, kalau kita lihat ayat-ayat sebelumnya, itu adalah ajaran Tuhan Yesus kepada orang-orang yang mengikut Dia dalam ‘Khotbah di Bukit’ yang dikenal sebagai golden rule; hukum emas. Seperti, “Apa artinya engkau berbuat baik kepada orang yang juga berbuat baik kepadamu, kasihi musuhmu, jika kamu ditampar pipi kananmu, berikan pipi kirimu.” Itu semua dinamika hidup yang berlangsung di bumi ini. “Kamu harus seperti Bapa di surga yang memberi matahari kepada orang yang baik dan orang yang jahat; orang yang benar, orang yang tidak benar, lalu hendaknya kamu sempurna seperti Bapa.” Tidak mungkin ayat ini ditujukan untuk hidup kita dalam dinamika hidup di balik kubur. Pasti dinamika hidup kita sementara kita di bumi.

Melalui perjalanan hidup, kita mulai menyadari betapa tragisnya hidup ini dan singkat. Tidak ada yang dapat kita harapkan di bumi ini yang dapat membahagiakan kita. Sementara kita terus bergaul dengan Tuhan dan menikmati kehadiran-Nya, menghayati betapa mengerikannya keterpisahan dari Allah, tapi juga bisa menghayati betapa indahnya kebersamaan dengan Allah di kekekalan, maka ayat-ayat seperti ini kita mau telan tanpa membantah. Kita mengatakan “amin” tanpa kecurigaan. Termasuk juga firman ini: “Jika seseorang tidak mencintai Tuhan Yesus, terkutuklah dia.” Kita harus terima tanpa membantah, artinya kita harus mengasihi Tuhan Yesus. Maka di dalam Injil Matius 22:37-40, itu ada dua hukum, yang pertama, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan.” Dan kalimat berikutnya, “Hukum yang sama dengan itu.” Perhatikan, “yang sama dengan itu,” padahal tidak sama kalimatnya.

Sama, maksudnya kita harus memenuhinya juga. Dan jika kita memenuhi, berarti kita mengasihi Tuhan, itu maksudnya. Bagi umat pilihan yang mengenal Allah, harus mengasihi Allah dengan segenap. Tetapi bagaimana dengan mereka yang tidak mengenal Allah? Mereka harus mengasihi sesama. Itulah sebabnya di dalam Matius 25, ada orang-orang yang diperkenan oleh Sang Raja; Raja Kekekalan, dan itu pasti menunjuk Tuhan Yesus. “Ketika Aku lapar, engkau berikan Aku makan. Ketika Aku haus, engkau berikan Aku minum. Ketika Aku bertelanjang, engkau berikan Aku pakaian.” Lalu orang-orang itu berkata, “Kapan kami melihat Tuhan lapar, haus, bertelanjang?” Tuhan berkata, “Apa yang kau lakukan untuk saudaramu yang paling hina atau saudaramu yang membutuhkan pertolongan, yang tertindas, itu perbuatanmu kepada-Ku.” Jadi jangan heran, nanti di kekekalan ada orang-orang yang bukan umat pilihan seperti kita yang tidak pernah mendengar Injil, atau mungkin salah mendengar Injil dan memang bukan umat pilihan, karena mereka berbuat baik.

Sebab seperti yang dikatakan dalam Roma 2:12-16, ada Taurat yang tertulis di hati, dan seseorang dibenarkan oleh perbuatan melakukan hukum itu. Tapi pembenarannya tidak sama dengan kita. Mereka bisa masuk menjadi anggota masyarakat di langit baru bumi baru. Termasuk umat Perjanjian Lama yang setia, yang melakukan Taurat dengan benar. Gagal, ada darah domba solusinya. Termasuk 7.000 orang yang tidak ikut menyembah Baal pada zaman raja Ahab ketika Elia hidup, tentu kesetiaan mereka tidak sia-sia. Dan banyak lagi tokoh Alkitab dan umat yang layak menjadi anggota masyarakat, nanti.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG TERKUTUK ADALAH ORANG YANG TIDAK MENGASIHI TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 Januari 2025
2025-01-21 12:39:25

Kejadian 27-29

Card image
Truth Kids 18 Januari 2025 - CONSCIENCE
2025-01-18 21:50:06


Yohanes 10:27
”Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,”

Saat kita mendengar suara hati kita, apakah itu suara Tuhan? Sebagai anak-anak yang sudah diajarkan tentang Tuhan, kita harus belajar untuk membedakan suara-Nya dari suara-suara lainnya. Tuhan berbicara kepada kita lewat firman-Nya yang ada di Alkitab dan juga lewat suara hati kita yang penuh damai. Dalam setiap keputusan, kita bisa bertanya pada Tuhan, "Apa yang Engkau mau, Tuhan?"

Sobat Kids, sering kali kita mendengar banyak suara yang membingungkan. Ada suara teman yang memengaruhi, ada suara keinginan kita sendiri yang bisa salah, dan bahkan ada suara yang mengajak kita melakukan hal yang tidak baik. Di saat seperti itu, kita harus tetap setia mendengarkan suara Tuhan yang selalu mengarahkan kita pada jalan yang benar.

Untuk mendengarkan Tuhan dengan lebih jelas, kita perlu membaca firman-Nya setiap hari dan berdoa. Semakin kita dekat dengan Tuhan, semakin kita bisa mengenali suara-Nya. Yuk, mari kita latih diri untuk lebih peka terhadap firman Tuhan dan suara hati yang diarahkan oleh-Nya. Tuhan ingin kita hidup dalam kebenaran dan kedamaian-Nya!

Card image
Truth Junior 18 Januari 2025 - DENGAR-DENGARAN SUARA TUHAN
2025-01-18 21:48:37


Yohanes 10:27
”Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,” Hai, Sobat Junior! Pernahkah kamu bingung harus memilih atau memutuskan sesuatu, seperti saat ingin tahu siapa teman yang baik, atau apa yang harus dilakukan? Ayat kita hari ini mengajarkan kita bahwa Tuhan adalah penuntun hidup kita yang paling andal. Dia berbicara melalui firman-Nya dan juga melalui hati kita, makanya kita juga harus belajar mendengarkan-Nya.

Mari kita lihat kisah Samuel kecil di Alkitab. Saat Samuel masih kecil, ia tinggal di rumah Tuhan, dan suatu malam mendengar suara memanggil namanya. Awalnya, Samuel mengira itu suara imam Eli, tapi ternyata itu suara Tuhan! Samuel mendengarkan dengan hati yang tenang dan berkata, “Berbicaralah, Tuhan, hamba-Mu mendengar.” Karena Samuel mau mendengar dan menaati suara Tuhan, Tuhan memakai dia menjadi nabi besar bagi umat Israel.

Sobat Junior, sama seperti Samuel, kita bisa belajar mendengar suara Tuhan dengan membaca Alkitab, berdoa, dan merenungkan firman-Nya. Saat kita menghadapi masalah atau perlu membuat keputusan, tanyakan kepada Tuhan: “Tuhan, apa yang harus aku lakukan?” Tuhan akan berbicara melalui firman yang kita baca, rasa damai di hati, atau nasihat dari orang yang bijaksana.

Mari kita percaya Tuhan sebagai penuntun hidup kita! Mulai hari ini, luangkan waktu untuk mendengarkan suara Tuhan. Ketika kita taat kepada-Nya, Dia akan membawa kita ke jalan yang terbaik. Yuk, Sobat Junior, jadilah seperti Samuel, yang selalu siap mendengar dan mengikuti suara Tuhan!

Card image
Truth Youth 18 Januari 2025 (English Version) - FACE YOUR FEAR
2025-01-18 21:44:15


“For God gave us a spirit not of fear, but of power and love and self-control.” (2 Timothy 1:7)

Have you ever experienced trauma in your life? Whether it’s a small or big trauma, it can cause fear or reluctance to do the same thing that caused the trauma. One way to overcome trauma is by gradually gaining the courage to face it. For example, if you have a fear of flying because of a severe turbulence experience, but at some point in life, you might need to fly again—like if you’re assigned to go to a place like the Netherlands. You can’t avoid flying forever; you will have to face that fear again.

Why do we need courage to face fear and crises? Because in 2 Timothy 1:7, it’s said that God Himself gives us a spirit that stirs up power, love, and self-discipline. If we recall the story of David, who was threatened by Saul with death, he experienced great fear and even planned to flee. He was worried and almost desperate. But even in such a situation, he remembered that God was always with him. This gave him the strength to courageously face his difficult situation. This is similar to Jesus, who also experienced great fear while praying in the Garden of Gethsemane. There, we see the vulnerability of humanity when faced with terrifying circumstances. Yet, in that moment, He found the strength to face the coming day, even knowing He would die on the cross. Jesus faced His fear because He knew God was with Him, and everything was for the salvation of humanity.

WHAT TO DO:
Don’t let fear overwhelm us for too long. Remember, we have been given a spirit of resurrection and courage, so we can step forward and face our fears in life.

BIBLE MARATHON:
▪ Exodus 5-7

Card image
Truth Youth 18 Januari 2025 - FACE YOUR FEAR
2025-01-18 21:41:53


”Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. ” (2 Timotius 1:7)

Kita pernah gak mengalami trauma dalam hidup kita? Entah itu trauma kecil atau trauma besar, tapi membuat kita ketakutan atau enggan untuk melakukan hal sama yang membuat kita trauma. Salah satu cara mengatasi trauma adalah dengan pelan-pelan memberanikan diri untuk melawan trauma tersebut. Misalkan kita trauma naik pesawat terbang karena pernah mengalami turbulensi cukup hebat, tapi selama kita hidup, suatu saat nanti pasti kita akan membutuhkan naik pesawat lagi, kita gak bisa pungkiri, masa kita gak mau naik pesawat lagi seumur hidup, bayangkan saja misal kita ditugaskan ke Belanda misalnya, kita gak ada pilihan selain kita akan menaiki pesawat lagi.

Mengapa kita perlu keberanian untuk melawan ketakutan dan krisis? Karena dalam 2 Timotius 1:7 sudah dikatakan bahwa Allah sendiri yang memberikan kita roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Kalau kita ingat kisah Daud yang diancam oleh Saul akan dibunuh, ia mengalami ketakutan yang begitu hebat, hingga merencanakan untuk melarikan diri, ia khawatir dan hampir putus asa. Namun di tengah situasi seperti itu pun, ia tetap ingat bahwa Tuhan selalu menyertainya. Hal inilah yang membangkitkan semangatnya kembali untuk berani menghadapi situasi hidupnya yang sulit. Sama dengan Tuhan Yesus sendiri yang mengalami ketakutan besar saat Ia berdoa di Taman Getsemani, di mana kita bisa melihat _vulnerability_ manusia pada umumnya saat mengalami situasi yang begitu menakutkan, tapi di situlah Ia mendapatkan kekuatan untuk tetap menghadapi hari esok meskipun Ia harus mati di kayu salib. Tuhan Yesus tetap menghadapi ketakutan-Nya, karena Ia tahu bahwa Allah tetap menyertai-Nya dan semuanya ini demi keselamatan manusia.

WHAT TO DO:
Jangan biarkan rasa takut menyelimuti kita sampai berlarut-larut, kita harus ingat bahwa kita dianugerahi roh kebangkitan dan keberanian, sehingga kita pasti bisa melangkah melawan ketakutan dalam hidup kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Keluaran 5-7

Card image
Renungan Pagi - 18 Januari 2025
2025-01-18 20:04:13


Kita harus memiliki motivasi yang tulus dalam bersaksi, tujuan bersaksi adalah jangan sampai untuk menyatakan kehebatan kita apalagi untuk menghakimi orang lain.

Daud berkata dengan apa dapat kubalas segala kebaikan-Mu, berarti kalau bersaksi, itu bukan karena kita hebat dan bukan karena baik.

Tetapi karena kita menyadari kebaikan Tuhan dan ingin menyaksikannya bagi banyak orang, supaya orang lain diberkati dan menyadari akan anugerah Tuhan.

Card image
Quote Of The Day - 18 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-18 19:50:58


Masing-masing kita punya tempat khusus untuk mengerjakan pekerjaan khusus yang Allah percayakan kepada kita masing-masing.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 18 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-18 19:48:42


Yang membuat kita tidak sungguh-sungguh berurusan dengan Allah untuk memenuhi maksud keselamatan yang Allah berikan adalah karena kita banyak kesibukan yang tidak mengarah kepada pertumbuhan menuju kesempurnaan seperti Bapa.

Card image
MENTAL BLOCKS - 18 Januari 2025 (English Version)
2025-01-18 19:44:46


The reality we face is that many people have mental blocks, believing they are incapable of living according to God’s will, unable to live in holiness and purity, or thinking it is impossible to live blamelessly before Him. These feelings arise because they observe the lives of those around them, where few live righteously, and recall their own pasts filled with failure to live in holiness and purity. Perhaps they have not committed acts that violate general moral standards, but they have not lived in the perfect righteousness that the Father desires.

On the other hand, we believe that God would never give us commands we cannot obey. He is all-wise, all-glorious, all-holy, and all-majestic. God is not deceitful; He does not trick us. If God gives us a command, He knows we can fulfill it because He equips us with the Holy Spirit. When Scripture says, "In your relationships with one another, have the same mindset as Christ Jesus" (Phil. 2:5), it means we are to become like Jesus. Similarly, Romans 8:28-29 reminds us that we are predestined to be conformed to the image of Jesus, making Him the firstborn among many. This is something we can fulfill, experience, and live out.

Come on, let's not have a mental block, don't let ourselves be fooled by the voice of the old man who is ridden by the power of darkness. We can achieve this because it is God who commands it. If God says, "Be holy, because I am holy" (1 Peter 1:16), He will surely enable us to do His will. If Jesus says, "Be perfect, therefore, as your heavenly Father is perfect" (Matt. 5:48), we can certainly accomplish it. This is our comfort, joy, and happiness—knowing we are chosen people, equipped by the Father with the Holy Spirit. As the Scripture declares, "The Holy Spirit will guide you into all truth" (John 16:13). We are not alone, and God’s Spirit empowers us to live the life He calls us to live. Let this be our assurance and encouragement to overcome all doubts and embrace His divine calling fully.

We may be perceived as arrogant or excessive, but we don’t care about what others think—we care about God’s heart. We understand that becoming God’s holy people is incredibly difficult and challenging. Yet, therein lies the beauty of life: living in holiness as God desires. What gives our lives meaning and value is becoming the kind of person God wants us to be. God deeply cares for us, proven by giving His Only Begotten Son, Jesus Christ, who redeemed our sins on the cross. He desires that we, as His children redeemed by Jesus’ blood, become like Christ. This is an absolute requirement, something we must fulfill.

However, the reason we often fail to engage seriously with God and His purpose for salvation is our distractions—too many activities that do not lead to growth toward perfection like the Father. We have various focuses: work, studies, family duties—but all of these must ultimately glorify God. Admittedly, observing the lives of those around us can weaken our resolve. We may think, "Who can I look up to? Who can be my role model when almost everyone’s life is broken?" We see lives that stumble repeatedly, failing to achieve perfection, always falling short.

But do not let these circumstances—others’ failures or even our own—create mental blocks that lead us to doubt God, suspecting Him of deceit, cruelty, or giving impossible commands. Let us strengthen our hearts because through this commitment, we glorify God the Father. If we truly want to honor Jesus, it is not enough to hold lofty and noble thoughts about Him in our minds or to develop concepts of exalting Jesus mentally. That is a deception planted by the devil, a successful lie imbedded in the minds of many Christians and theologians.

If we truly honor God, then we wear His life in our lives. We want to bring Jesus to life in our lives. It means living in holiness and purity, truly living without blemish and without fault. We make Jesus our Lord, not in reason and thought, but as Lord in life. In that way, we truly appreciate and honor Him. And nothing is impossible! Come on, Let us ignite and keep the fire of our resolve burning 24 hours a day before the Lord, and we make a holiness movement. This is very difficult for us, but set our hearts to live holy, then the Holy Spirit helps us.

LET'S NOT HAVE A MENTAL BLOCK, DON'T LET OURSELVES BE FOOLED BY THE VOICE OF THE OLD MAN WHO IS RIDDEN BY THE POWER OF DARKNESS.

Card image
MENTAL BLOK - 18 Januari 2025
2025-01-18 19:41:04


Kenyataan yang kita dapati, banyak orang memiliki mental blok, merasa tidak sanggup hidup melakukan kehendak Allah, tidak akan mampu hidup dalam kekudusan dan kesucian, merasa tidak mungkin bisa hidup tak bercacat, tak bercela di hadapan Allah, disebabkan mereka melihat kehidupan manusia di sekitarnya yang hampir semua tidak hidup benar, dan juga mengingat perjalanan hidup masa lalunya yang buruk, yang selalu gagal hidup dalam kekudusan dan kesucian. Mungkin mereka tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar moral umum, tetapi tidak hidup di dalam ketepatan yang sempurna seperti yang dikehendaki Bapa.

Di satu sisi kita percaya bahwa Tuhan tidak akan memberikan kita perintah yang tidak bisa kita lakukan. Dia Maha Bijaksana, Maha Agung, Maha Kudus, Maha Mulia. Tuhan tidak licik, Dia tidak menipu. Kalau Tuhan memberikan kita perintah, Tuhan tahu kita dapat melakukannya, karena Tuhan memperlengkapi kita dengan Roh Kudus. Jadi, kalau firman Tuhan mengatakan, "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus" (Flp. 2:5), artinya agar kita serupa dengan Yesus. Dan ayat yang sama dalam Roma 8:28-29, agar kita menjadi serupa dengan Yesus sehingga Yesus menjadi yang sulung bagi kita semua, itu pasti bisa kita penuhi, jalani, dan alami.

Ayo, kita jangan bermental blok, jangan tertipu oleh diri kita sendiri oleh suara manusia lama yang ditunggangi oleh kuasa kegelapan. Kita pasti bisa, karena Tuhan yang memerintahkannya. Kalau Tuhan berkata, "Kuduslah kamu, sebab Aku kudus" (1 Ptr. 1:16), pasti Tuhan mampu menolong kita untuk melakukan kehendak-Nya. Pasti Tuhan menyanggupkan kita. Kalau Tuhan Yesus berkata, "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna" (Mat. 5:48), pasti kita juga bisa melakukannya. Inilah yang menjadi penghiburan, sukacita, dan kebahagiaan kita, kalau kita menjadi umat terpilih yang dilengkapi Bapa dengan Roh Kudus. Yang firman Tuhan berbunyi, "Roh Kudus akan menuntun atau membawa kita kepada seluruh kebenaran Allah" (Yoh. 16:13).

Mungkin kita dianggap sombong atau berlebihan, tapi kita tidak peduli apa kata orang. Kita mau peduli dengan perasaan Tuhan. Kita sendiri sadar bahwa untuk menjadi orang-orang saleh atau orang-orang kudus Tuhan, sangat-sangat-sangat berat dan sukar! Tetapi inilah keindahan hidup, yaitu jika kita memiliki kekudusan seperti yang Allah kehendaki. Dan yang membuat kita berarti dan bernilai adalah jika kita menjadi manusia sesuai dengan yang Allah inginkan. Allah sangat peduli dengan kita, yang karena-Nya Dia memberikan Putra-Nya Yang Tunggal, Tuhan Yesus Kristus, yang menebus dosa kita di kayu salib. Karena Dia ingin agar kita yang menjadi anak-anak Allah oleh penebusan darah Yesus, menjadi serupa dengan Yesus. Dan itu kemutlakan! Itu hal yang mesti kita penuhi!

Namun, yang membuat kita tidak sungguh-sungguh berurusan dengan Allah untuk memenuhi maksud keselamatan yang Allah berikan adalah karena kita banyak kesibukan yang tidak mengarah kepada pertumbuhan menuju kesempurnaan seperti Bapa. Banyak hal yang menjadi fokus kita. Kita memang harus fokus dalam kerja, studi, mengurus rumah tangga, tetapi semua fokus itu pada akhirnya berujung untuk kemuliaan Allah. Sejujurnya, melihat manusia di sekitar kita, bisa membuat kita menjadi lemah; “Siapa yang dapat kucontoh? Siapa yang dapat menjadi teladanku, melihat kehidupan manusia hampir semua rusak?” Kita melihat hidup yang mengalami jatuh bangun, dan tidak pernah mencapai kesempurnaan; selalu gagal.

Tapi jangan karena melihat keadaan-keadaan ini—keadaan orang lain dan keadaan diri kita—membuat kita bermental blok lalu mencurigai Tuhan dan tidak memercayai Dia. Kita mencurigai Dia seakan-akan Dia bohong, menipu, kejam, semena-mena memberikan perintah yang tidak bisa kita lakukan. Mari kuatkan hati kita, sebab dengan cara inilah kita memuliakan Allah Bapa. Jadi kalau kita mau menghormati Tuhan Yesus, kita bukan hanya menaruh hal-hal agung dan mulia terhadap Dia di dalam pikiran atau memiliki konsep-konsep untuk meninggikan Tuhan Yesus dalam pikiran kita; itu semua adalah tipuan Iblis yang berhasil ditanamkan dalam otak banyak orang Kristen dan para teolog.

Kalau kita sungguh-sungguh menghormati Tuhan, maka kita mengenakan hidup-Nya di dalam hidup kita. Kita mau menghidupkan Yesus dalam hidup kita. Berarti hidup di dalam kekudusan dan kesucian, benar-benar hidup tak bercacat dan tak bercela. Kita menjadikan Yesus sebagai Tuhan kita, bukan di dalam nalar dan pikiran, melainkan menjadi Tuhan di dalam kehidupan. Dengan cara itu, kita benar-benar menghargai dan menghormati Dia. Dan itu tidak ada yang mustahil! Mari, kita tetap membakar, membuat membara tekad kita untuk 24 jam di hadapan Tuhan, dan kita membuat gerakan kekudusan (holiness movement). Ini berat sekali untuk kita, tetapi tetapkan hati kita untuk hidup kudus, maka Roh Kudus menolong kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA JANGAN BERMENTAL BLOK, JANGAN TERTIPU OLEH DIRI KITA SENDIRI, OLEH SUARA MANUSIA LAMA YANG DITUNGGANGI OLEH KUASA KEGELAPAN.

Card image
Truth Kids 17 Januari 2025 - TERLUKA NAMUN MENGAMPUNI
2025-01-17 22:44:22


Efesus 4:32
”Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.”

Sobat Kids, apakah kalian pernah merasa kesal atau terluka karena seseorang? Mungkin ada teman yang sudah menyakiti hati kalian atau berkata kasar. Rasanya ingin marah dan tidak memaafkan, bukan? Namun, tahukah kalian bahwa Tuhan mengajarkan kita untuk mengampuni? Yesus sendiri sudah memberi contoh yang luar biasa dengan mengampuni orang yang menyakiti-Nya. Bahkan saat disalib, Dia berkata, "Ya Bapa, ampunilah mereka."

Sobat Kids, mengampuni bukan berarti kita lupa dengan luka yang ada. Tetapi, dengan mengampuni, kita memberi ruang bagi hati kita untuk disembuhkan. Ketika kita berproses dengan Tuhan, kita bisa melepaskan segala kepahitan dan rasa sakit masa lalu. Tuhan tidak hanya ingin kita merasa damai dengan orang lain, tetapi juga dengan diri sendiri.

Mari kita berlatih untuk mengampuni meski itu sulit. Proses ini akan membawa kita semakin dekat dengan Tuhan, dan kita akan merasakan damai yang luar biasa. Jangan biarkan luka masa lalu menghalangi kita untuk maju. Tuhan selalu ada untuk membantu kita, Sobat Kids!

Card image
Truth Junior 17 Januari 2025 - MELEPAS IKATAN
2025-01-17 22:40:53


Efesus 4:32
”Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.”

Apa yang terjadi kalau kita berjalan sambil mengikatkan diri menggunakan seutas tali, dan tali itu pun dikaitkan kepada benda di sekitar kita? Tentu saja kita jadi tidak bisa bergerak ke mana-mana, ya, Sobat Junior? Misalnya, apakah kalian pernah melihat seekor anjing yang diikat oleh tali agar tidak bisa pergi meninggalkan rumah atau menjauhi tuannya? Nah, seperti itu pula keberadaan kita, jika kita menolak untuk mengampuni sesama yang bersalah kepada kita. Tali kepahitan dan dendam akan menahan kita untuk bergerak maju, padahal Tuhan menginginkan kita untuk lepas dan terbebas, agar Ia bisa menuntun kita di jalan-Nya.

Setiap sakit hati yang kita rasakan, bisa kita bawa dalam doa kepada Tuhan. Asalkan kita berniat untuk memaafkan semua yang melukai kita, pasti kita bisa pada akhirnya mengampuni mereka. Memang mungkin butuh waktu dan tidak secepat yang kita harapkan atau bayangkan, tetapi justru dengan proses itulah kita bisa sungguh-sungguh melepaskan pengampunan. Jika kita bisa dengan cepat memaafkan kesalahan yang besar, belum tentu pengampunan itu sejati, Sobat Junior. Siapa pun bisa menyakiti dan berbuat salah kepada kita, tapi sama seperti Tuhan Yesus yang tidak memandang orang yang Ia ampuni, kita pun harus siap melepaskan pengampunan kepada setiap orang dalam hidup kita.

Card image
Truth Youth 17 Januari 2025 (English Version) - BRAVE, BUT?
2025-01-17 22:38:44


“For God gave us a spirit not of fear, but of power and love and self-control.” (2 Timothy 1:7)

David, a young man, bravely defeated Goliath, one of the Philistine soldiers who was physically much larger and taller than him. Then there’s Peter, who courageously defended Jesus during His arrest by cutting off the ear of one of the soldiers, even though Jesus later healed the soldier’s ear. These are acts of bravery to defend the truth.

Next, we have Moses, who courageously obeyed God to free the Israelites from Egyptian rule and lead them to the Promised Land of Canaan. This is one of the greatest acts of bravery, rooted in complete trust in God, as Moses remained patient, believed, and followed God’s command.

Lastly, there’s Noah, who built the ark. He built it with vast resources, on a mountain, and no one believed in him. Only the encouragement from his family and people around him kept him going. But Noah’s faith in God’s guidance and his trust in what God had told him gave him the courage to face the challenges ahead.

Reflecting on these stories, we can learn that humans gain courage from the truth they believe in and what makes sense to them. Courage also comes from learning patience and trusting in God’s will. The traits in humans that make them brave and passionate, along with external encouragement, empower them to act according to what they believe to be the truth.

However, not everyone can choose to take these actions, believe them, and listen to them. Not everyone can boldly defend the truth that makes sense to them, practice patience, and trust that everything has its time. External encouragement is just one of the things that can help people become brave.

WHAT TO DO:
1. Be brave to defend the truth.
2. Be patient and trust.
3. Get encouragement from others.

BIBLE MARATHON:
▪ Exodus 1-4

Card image
Truth Youth 17 Januari 2025 - BERANI TAPI?
2025-01-17 18:30:03


”Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” (2 Timotius 1:7)

Daud, seseorang yang masih begitu belia dan muda. Berani mengalahkan Goliat, salah satu tentara Filistin yang bahkan secara fisik dirinya lebih tinggi dan besar. Kemudian Petrus yang berani membela Yesus saat penangkapannya dengan memotong telinga salah satu tentara, meskipun setelah itu Yesus mengembalikan telinga tentara dengan semula. Ini menjadi sebuah tindakan-tindakan berani untuk membela sebuah kebenaran.

Lalu kisah Musa yang berani menaati Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel dari penguasaan Mesir pada masa itu, serta membawa mereka ke Tanah Kanaan (Tanah Perjanjian). Ini menjadi salah satu bentuk keberanian yang paling besar didasarkan pada rasa kepercayaan yang begitu tinggi kepada Tuhan, karena Musa tetap bersabar dan percaya lalu mengikuti apa yang Tuhan inginkan.

Kisah terakhir, Nuh yang membuat bahtera besar. Ia membuatnya dengan begitu banyak bahan dan membuatnya di atas gunung, dengan pembangunan bahtera siapa yang akan percaya? Tidak ada sama sekali, hanya dorongan dari orang-orang dan juga keluarganya. Namun, rasa percaya dirinya dan mendengarkan apa yang telah Tuhan titipkan kepada dirinya inilah yang membuat berani untuk menghadapi segala tantangan yang ada.

Bercermin dengan semua kisah ini, kita bisa belajar bahwa seorang manusia memiliki keberanian, dari kebenaran yang ia percayai oleh dirinya dan masuk dalam akal sehatnya. Selain itu, manusia bisa berani karena ia belajar dari sebuah kesabaran dan percaya sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan. Sifat-sifat yang ada di dalam diri manusia bisa membuat dirinya berani serta bersemangat, kemudian adanya dorongan dari luar untuk bisa melakukan semua yang ia percayai sesuai dengan kebenaran yang ia pahami.

Namun, tidak semua manusia bisa memilih melakukan tindakan-tindakan tersebut dan memercayainya serta mendengarkannya. Karena tidak semua orang bisa berani membela sebuah kebenaran yang ada dalam akal sehatnya, lalu bersabar dan memercayai segala sesuatunya memiliki waktu. Sehingga dorongan dari luar, itu hanya menjadi salah satu dorongan untuk bisa berani.

WHAT TO DO:
1.Berani untuk membela kebenaran
2.Bersabar serta percaya
3.Mendapat dorongan dari luar

BIBLE MARATHON:
▪︎ Keluaran 1-4

Card image
Renungan Pagi - 17 Januari 2025
2025-01-17 18:24:32


Kita harus rajin dan tekun untuk bersaksi, walaupun orang menganggap aneh, meremehkan dan merendahkan, karena kita selalu berbicara tentang Tuhan, biarkan saja karena apapun yang kita tabur dalam kebenaran selalu akan berbuah kemuliaan.

Jangan malu bersaksi tentang Tuhan, Paulus berkata aku tidak malu karena aku tahu kepada siapa aku percaya, aku yakin Dia berkuasa, itulah sebabnya mari kita rajin dan tekun bersaksi tentang Tuhan melalui sikap, perbuatan, tutur kata dan dimanapun kita berada.

Card image
Quote Of The Day - 17 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono
2025-01-17 18:22:04


Sejatinya, orang-orang yang melibatkan diri dalam masalah-masalah rohani, masalah pelayanan, atau masalah Tuhan, haruslah orang-orang yang sudah dewasa, yang sudah tidak lagi memikirkan dirinya sendiri, tetapi memikirkan orang lain.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 17 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-17 18:18:29


Inilah keindahan hidup, yaitu jika kita memiliki kekudusan seperti yang Allah kehendaki.

Card image
MAPPING OUT THE DAYS - 17 Januari 2025 (English Version)
2025-01-17 18:13:04


Our choice for or toward God must be a choice that we renew daily. We should not feel as though we have already chosen God and then assume we are always within that choice toward Him. Every day, we must evaluate whether we have truly and consistently chosen Him. Choosing God means placing His interests above all others. Choosing God means loving Him more than anyone or anything else. Choosing God means directing all our activities toward His glory. To glorify God means to do everything for His pleasure and for the sake of His work. God's work is saving souls—helping people become aware of sin, helping them sense the presence of God, helping them see heaven and directing themselves toward it.

Indeed, this choice means directing ourselves toward heaven. As stated in the Gospel of Matthew 5:14, "You are the light of the world. A city set on a hill cannot be hidden." This means that through our lives, heaven becomes known and visible. Therefore, we must constantly ask ourselves: do we truly live in a way that demonstrates love for God above all, that avoids attachment to the world, that dedicates everything we do to His glory and pleasure, that directs us toward heaven, and that influences those around us to also discover and seek heaven? If the answer is yes, then we remain within our choice for God, living blamelessly and without fault.

For example, a pastor who is busy ministering on Sunday may consider Monday as “me-time,” a time for themselves. But in truth, we should have no me-time for ourselves. Our me-time should be for God and with God. We must not think that after Sunday’s service, it is acceptable to engage in activities unrelated to ministry for the sake of personal refreshment. Such thinking is misleading. It can cause us to stray, deviate, and begin engaging in actions that are not appropriate in God’s eyes. Instead, we should focus on living in holiness and purity, continuously keeping our hearts ablaze and fervent in our love for God. We must live in the presence of God and remain in His presence every day—whether it is Saturday, Sunday, Monday, Tuesday, Wednesday, Thursday, Friday, or back to Saturday and Sunday again. We must always live in the presence of God, without faltering.

Thus, we should map out our days intentionally, not just casually moving minute by minute, hour by hour. Since our choice is God, the time He grants us must be carefully mapped out for Him. We cannot leave it empty by saying, “Let’s just see how it goes.” That is unacceptable. There may be spontaneous, sudden actions we take, but all of them should be directed toward God’s purpose and glory, forming a steady rhythm in our lives. So, plan your day. When you wake up in the morning, do a bit of exercise, then decide what you will do next. Go to work, complete your tasks, and so on. This approach makes life beautiful and vibrant while also simple and uncomplicated because we direct our lives toward God. A life that is not directed toward God becomes chaotic, complex, and tangled, lacking a clear purpose.

As children of God who have been chosen, we set our hearts solely on Him. Our lives have just one purpose: God! We have only one concern: God! We face only one struggle: how to please God! And that is our choice. Let us update and renew this choice. There is no other option but God, God, and God alone! This choice fills us with passion and strength. Life becomes simple, not complex or complicated, because our goal is singular: God!

SINCE OUR CHOICE IS GOD, THE TIME HE GRANTS US MUST BE CAREFULLY MAPPED OUT FOR HIM.

Card image
MEMETAKAN HARI - 17 Januari 2025
2025-01-17 18:09:45


Pilihan kita untuk atau kepada Tuhan, haruslah merupakan pilihan yang setiap hari kita perbarui. Kita jangan merasa sudah memilih Tuhan, lalu merasa sedang ada dalam pilihan terhadap diri-Nya. Kita harus koreksi setiap hari, apakah benar kita telah dan tetap memilih Dia. Memilih Tuhan berarti meletakkan kepentingan Tuhan di atas segala kepentingan. Memilih Tuhan berarti kita mencintai Tuhan lebih dari mencintai siapa pun dan apa pun. Memilih Tuhan berarti kita menujukan seluruh aktivitas kegiatan kita untuk kemuliaan-Nya. Untuk kemuliaan Tuhan artinya kita melakukan segala sesuatu untuk kesukaan hati Tuhan, demi kepentingan pekerjaan-Nya. Kepentingan pekerjaan Tuhan adalah menyelamatkan jiwa-jiwa, yaitu bagaimana kita bisa membuat orang sadar terhadap dosa, bagaimana kita membuat orang bisa menghayati adanya Allah, bagaimana kita bisa membuat orang melihat surga dan mengarahkan diri ke surga.

Dan memang dengan pilihan itu berarti kita mengarahkan diri ke surga. Dan sesuai firman Tuhan di dalam Injil Matius 5:14, "Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi." Berarti lewat hidup kita, surga dikenali dan ditemukan. Maka, kita harus selalu mempertanyakan: apakah kita benar-benar memiliki keadaan hidup mengasihi Tuhan lebih dari segalanya, tidak mencintai dunia, segala sesuatu yang kita lakukan untuk kemuliaan dan kesenangan hati-Nya, mengarahkan diri ke surga dan membuat orang-orang di sekitar kita terbawa, terpengaruhi, serta menemukan surga? Kalau jawaban kita iya, itu berarti kita tetap di dalam pilihan kepada Tuhan, kita hidup tak bercacat, tak bercela.

Misalnya bagi seorang pendeta, setelah hari Minggu sibuk melayani, maka hari Senin dianggap sebagai me-time; waktu untukku. Seharusnya kita tidak punya me-time untuk diri kita. Me-time kita adalah untuk Tuhan dan bersama Tuhan. Jangan setelah hari Minggu, kita merasa boleh melakukan sesuatu yang tidak terkait dengan pelayanan supaya kita mendapatkan kesegaran. Itu menyesatkan. Dan itulah yang membuat kita meleset, menyimpang, dan mulai melakukan hal-hal yang tidak patut di hadapan Tuhan. Maka yang kita lakukan sekarang adalah bagaimana kita hidup di dalam kekudusan serta kesucian, dan terus membuat hati kita membara dan berkobar untuk mengasihi Tuhan. Kita hidup di hadirat Allah, dan tetap hidup di hadirat Allah; apakah itu hari Sabtu, Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu lagi, Minggu lagi, kita tetap hidup di hadirat Allah, tidak kendur.

Jadi, kita petakan hari kita setiap hari, bukan sembarangan menapaki menit ke menit, jam ke jam. Karena pilihan kita Tuhan, maka waktu yang Tuhan berikan harus benar-benar kita petakan untuk Tuhan. Jangan kosong dengan berkata, "Bagaimana nanti sajalah.” Tidak boleh. Memang ada hal-hal spontan yang mendadak kita lakukan, tetapi semua harus tertuju untuk kepentingan dan kemuliaan Allah sehingga hal ini menjadi irama hidup kita yang tetap. Jadi, petakan hari ini. Pagi bangun, sebentar olahraga, lalu apa yang mau dilakukan? Pergi ke kantor, mengerjakan tugas dan seterusnya. Dan hidup kita menjadi begitu indah dan bergairah, sekaligus menjadi simple, tidak rumit, tidak kompleks, karena kita mengarahkan hidup kita kepada Tuhan. Hidup yang tidak diarahkan kepada Tuhan menjadi rumit, kompleks, dan ruwet karena tidak memiliki tujuan.

Sedangkan kita sebagai anak-anak Allah yang telah dipilih, kita mengarahkan hati kita hanya kepada Tuhan. Hanya satu tujuan hidup kita, yaitu Tuhan! Hanya satu masalah kita, yaitu Tuhan! Hanya satu pergumulan kita, yaitu bagaimana menyenangkan hati Tuhan! Dan itulah pilihan. Mari, kita _update_ dan perbarui pilihan kita. Tidak ada pilihan yang lain kecuali Tuhan, Tuhan dan Tuhan saja! Hal itu membuat kita hidup bergairah dan kuat. Dan hidup menjadi simple, tidak kompleks, tidak rumit, karena tujuan kita hanya satu, Tuhan!

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KARENA PILIHAN KITA TUHAN, MAKA WAKTU YANG TUHAN BERIKAN HARUS, BENAR- BENAR KITA PETAKAN UNTUK TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 Januari 2025
2025-01-17 18:06:28

Kejadian 16-18

Card image
Truth Kids 16 Januari 2025 - BUNGA YANG BERTUMBUH
2025-01-16 20:24:30


Kolose 2:7
”Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.”

Saat pelajaran sains, Aldi dan teman-temannya diajarkan cara menanam bunga di taman sekolah. Setiap anak diberikan sebuah pot kecil, tanah, dan bibit bunga. Aldi sangat bersemangat. Ia membayangkan bunga yang indah akan segera tumbuh di potnya. Namun, setelah seminggu menyirami bibit itu setiap hari, Aldi kecewa karena bunganya belum juga muncul. "Kenapa lama sekali?" keluh Aldi kepada gurunya. Gurunya tersenyum dan menjawab, "Aldi, bunga memerlukan waktu untuk tumbuh. Akar-akarnya sedang bekerja keras di dalam tanah, meskipun kamu belum bisa melihat hasilnya sekarang."

Sobat Kids, seperti bunga yang Aldi tanam, kita juga sedang bertumbuh dalam hidup ini. Pertumbuhan itu sering kali memerlukan kesabaran dan waktu. Tuhan bekerja di dalam kita, membantu kita belajar dan menjadi lebih baik setiap hari. Mungkin sekarang kita belum bisa melihat hasilnya, tetapi jangan menyerah! Dalam proses bersama Tuhan, kita akan terus belajar dan bertumbuh menuju rencana-Nya yang indah. Yuk, tetap semangat dan percayalah bahwa Tuhan sedang bekerja dalam hidup kita.

Card image
Truth Junior 16 Januari 2025 - GROW
2025-01-16 20:21:57


Kolose 2:7
”Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.”

Sebuah hutan yang besar, terdiri dari banyak sekali pepohonan. Dari manakah pepohonan itu tumbuh, Sobat Junior? Dari bibit atau biji-bijian yang jatuh ke tanah. Biji atau bibit berukuran sangat kecil, hampir tidak terlihat jelas oleh mata kita. Tapi jika ia masuk ke tanah atau media yang cocok, ditambah dengan air dan sinar matahari yang menyinarinya, ia bisa bertumbuh menjadi tunas, bahkan menjadi pohon yang besar nantinya.

Begitu pula dengan kita, Sobat Junior. Iman kita harus bertumbuh, caranya dengan merawat iman kita. Seperti Tuhan merawat pohon-pohon sehingga bisa bertumbuh menjadi besar dan banyak dalam hutan, Tuhan juga turut merawat iman kita. Melalui setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup Sobat Junior, Tuhan menghendaki kita terus bertumbuh dalam iman. Air dan sinar matahari adalah firman Tuhan dan doa yang kita harus upayakan ada dalam hidup kita. Keinginan kita untuk menyenangkan Tuhan, menjadi tanah yang subuh bagi bibit iman kita untuk bertumbuh. Semua ada proses dan waktunya. Percayakan hidup kita dalam tangan-Nya, maka semua akan dikerjakan-Nya untuk menumbuhkan kita.

Card image
Truth Youth 16 Januari 2025 (English Version) - SAUL BECOMES PAUL
2025-01-16 20:20:09


“Brothers, I do not consider that I have made it my own. But one thing I do: forgetting what lies behind and straining forward to what lies ahead, I press on toward the goal for the prize of the upward call of God in Christ Jesus.” (Philippians 3:13-14)

Paul’s life is a true example of transformation. His story may not be common, and many people may not fully understand the life he led before becoming one of Jesus’ disciples, helping spread the teachings of Christianity in his time. He lived during the rise of Roman and Greek culture, which greatly influenced society. How can we truly understand Paul’s life and see the perfection that Jesus exhibited?

Before diving into Paul’s life after his conversion, let’s first reflect on the “Saul” part of Paul. Saul can be described as the dark side of Paul. In his earlier life, he showed no mercy toward those who believed in Jesus, and he even killed many Christians. Why? Because he believed it was the right action, one that would allow him to forgive sinners.

However, Saul was struck blind, leading him to repent for his actions. He then changed his name to Paul and began spreading the teachings of Jesus, as learned from His disciples. Philippians 3:13-14 reflects Paul’s journey and the process of self-reflection he underwent during his ministry, which he shared with the church in Philippi.

What can we learn from Saul’s transformation into Paul? It is clear in Philippians 3:13, where Paul says he forgets his past, the lives he took, and begins to focus on salvation in his own life. This is an example we can follow—forgetting our past mistakes and moving forward every day, striving to do better.

WHAT TO DO:
1. Show mercy and compassion toward others.
2. Think about what is good not only for ourselves but for others as well.
3. Forget the past and move forward every day.

BIBLE MARATHON:
▪ Genesis 47-50

Card image
Truth Youth 16 Januari 2025 - SAULUS MENJADI PAULUS
2025-01-16 18:23:03


”Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. ” (Filipi 3:13-14)

Paulus menjadi salah satu contoh nyata yang terjadi dalam kehidupan manusia. Mungkin, kasus kehidupannya tidak terlalu umum dan tidak selalu dipahami oleh banyak orang mengenai kehidupannya sebelum menjadi salah satu murid Yesus yang begitu membantu untuk bisa menyalurkan pengajaran kekristenan kepada masyarakat pada masa itu. Juga dengan adanya pengaruh budaya Romawi dan Yunani yang begitu berkembang pesat. Bagaimana seseorang bisa memahami kehidupan Paulus dan juga melihat adanya kesempurnaan yang telah Yesus miliki?

Sebelum masuk kita tenggelam dan menilik kehidupan Paulus setelah ia bertobat, mari kita bahas sedikit tentang pribadi “Saulus” dalam diri Paulus. Saulus dapat digambarkan menjadi seseorang yang bisa dikatakan sisi gelap dari Paulus. Karena dalam kisah awalnya menjadi kisah pertama di mana ia sama sekali tidak memiliki belas kasihan dengan seseorang yang mempercayai Tuhan Yesus, sehingga ia banyak membunuh banyak orang Kristen pada masa itu. Mengapa? Karena itu menjadi sebuah tindakan yang menurut Saulus baik, dan membuat dirinya bisa mengampuni orang-orang berdosa.

Hingga akhirnya Saulus dibutakan, kemudian ia mengalami pertobatan dari tindakannya tersebut. Lalu ia berganti nama menjadi Paulus, dan mewartakan pengajaran yang telah diajarkan oleh para murid Yesus. Dalam Filipi 3:13-14 menjadi sebuah penggambaran proses refleksi yang telah ia lakukan selama pelayanannya yang dikirimkan kepada jemaat di Filipi.

Apa yang bisa kita pelajari dari kisah Saulus menjadi Paulus? Hal ini terlihat jelas dalam penggambarannya dalam Filipi 3:13, di mana Paulus melupakan kehidupannya yang telah membunuh dan menghabiskan banyak orang Kristen dan mulai bergerak mau memikirkan keselamatan dalam hidupnya. Tindakan ini dapat kita contoh, yaitu dengan melupakan masa lalu kita dan bergerak maju setiap hari melakukan lebih baik lagi.

WHAT TO DO:
1.Jangan tidak memiliki belas kasihan kepada sesama kita
2.Bukan berpikir apa yang baik hanya untuk kita, tetapi baik untuk orang lain
3.Melupakan masa lalu dan bergerak maju setiap hari

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kejadian 47-50

Card image
Renungan Pagi - 16 Januari 2025
2025-01-16 18:20:32


Setiap orang percaya adalah orang-orang yang berharga, kita berharga bukan karena harta, kedudukan dan lain sebagainya, tetapi karena darah Kristus telah tertumpah bagi kita, sehingga kita menjadi berarti dihadapan Allah.

Sebagai orang percaya, harus bersyukur karena hidup kita berharga. Tuhan tidak akan pernah meninggalkan dan membiarkan kita dan Allah akan memakai hidup untuk menjadi berkat bagi orang lain.

Card image
Quote Of The Day - 16 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-16 18:18:41


Tuhan mengizinkan seseorang mengalami persoalan-persoalan yang besar dan berat, supaya ia melibatkan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 16 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-16 18:16:27


Kepentingan pekerjaan Tuhan adalah menyelamatkan jiwa-jiwa, yaitu bagaimana kita bisa membuat orang sadar terhadap dosa, bagaimana kita membuat orang bisa menghayati adanya Allah, bagaimana kita bisa membuat orang melihat surga dan mengarahkan diri ke surga.

Card image
AS IF - 16 Januari 2025 (English Version)
2025-01-16 18:13:53


One day, when we stand before the Father and the judgment seat of Christ, and behold His glory, only then will we truly realize how supremely glorious He is, worthy to receive all praise, honor, glory, and adoration. At that moment, it will feel as if we would give anything we could offer. Only then will we realize that nothing should be withheld for ourselves or for anyone else; everything is rightfully for the Lord alone. However, at that time, if someone has not offered their life properly, they will surely feel deep regret—and it will be too late. When standing in God’s presence, witnessing and experiencing His glory, only then will it become fully clear that He is worthy to receive everything that is good, holy, glorious, and magnificent.

At present, people do not yet realize this and may never fully realize it until they see God’s glory. He is truly deserving of all honor, glory, and majesty. He is worthy and rightfully should receive the full devotion of our lives. Now, however, God seems as if He does not exist, as if He does not care, as if He is unaffected by how we live—whether it is good or bad, whether it glorifies Him or not. God seems as if He does not care, as if He is undisturbed, as if He does not respond, and as if He has no feelings. But in truth, that is not the case. It is merely as if.

We must believe that He is the living God, ever-present and full of emotion. Our actions evoke a response from God, and surely, He will act in His own time. This is where the test lies: how deeply do we trust that He exists, that He is alive, and that He is real? As stated in Hebrews 11:6: “Without faith, it is impossible to please God, because anyone who comes to Him must believe that He exists and that He rewards those who earnestly seek Him.” It is not enough to simply confess with our mouths that God exists; our actions must also be earnest. The standard of "earnestness" here is with all our heart, all our soul, all our mind, and all our strength—truly seeking Him. This is the beauty and joy of life.

For us as church activists, servants of the congregation, or pastors, the beauty and joy of life do not come from church activities, preaching, organizing church events, evangelistic meetings, missions, diaconal work, or other such tasks. Instead, it comes from acting precisely as God desires, minute by minute. Every word we speak, every letter we type on our gadgets, every thought, feeling, or reflection of our hearts and minds must align perfectly with what God wills or desires. He is worthy to receive our total devotion. This devotion is not limited to attending church on Sundays or participating in church services, but it involves living every moment in obedience to God's will. This is the true purpose of life as God intends for us.

Let us wholeheartedly commit ourselves to doing the will of the Father. Let us stop being preoccupied with things that displease God. Let us not get entangled or distracted by unnecessary concerns. Instead, our focus should be on how we can act and live minute by minute in accordance with God’s will. This is what the Father desires of us. Let us not give our thoughts, feelings, or the entirety of our body, soul, and spirit to anything else. We must dedicate ourselves fully to the Lord, always fulfilling His will and accomplishing His eternal plan.

By doing so, we become children who delight the Father. This is the beauty and joy of life. Let us not repeat the mistakes of the past. Let us not live as we did before. Even if we may not have committed wrongs in the eyes of others, failing to live precisely as God wills is still not enough. Let us refocus on God. Let us fully surrender our lives for His glory and ask the Holy Spirit to guide us so we can live in alignment with the Father’s will. For this reason, we must be diligent in approaching God together, such as in morning prayers. Don't be late, we must be disciplined, consistent, and punctual in praying and worshiping the Lord.

GOD SEEMS AS IF HE DOES NOT CARE, AS IF HE IS UNDISTURBED, AS IF HE DOES NOT RESPOND, AND AS IF HE HAS NO FEELINGS. BUT IN TRUTH, THAT IS NOT THE CASE. IT IS MERELY AS IF.

Card image
SEAKAN-AKAN - 16 Januari 2025
2025-01-16 18:10:54


Suatu hari ketika kita menghadap Bapa dan takhta pengadilan Kristus lalu kita memandang kemuliaan-Nya, barulah kita merasa betapa Dia Yang Maha Mulia, layak menerima segala pujian, hormat, kemuliaan, dan sanjungan. Pada waktu itu, rasanya kita mau memberi apa pun yang kita dapat berikan. Baru kita menyadari bahwa tidak boleh ada yang kita sisakan untuk diri kita sendiri atau untuk siapa pun; segalanya hanya layak bagi Tuhan. Tetapi waktu itu, jika seseorang tidak mempersembahkan hidupnya dengan benar, maka ia pasti akan sangat menyesal dan terlambat. Ketika ada di hadirat Allah menyaksikan dan mengalami kemuliaan Allah, baru menyadari sepenuhnya bahwa Dia layak menerima segala sesuatu, yang baik, yang kudus, mulia, dan agung.

Sekarang ini orang belum menyadari dan mungkin tidak akan pernah menyadari, sampai melihat kemuliaan Allah nanti bahwa Dia layak menerima segala hormat, kemuliaan, dan keagungan. Layak dan memang semestinya menerima seluruh pengabdian hidup kita. Sekarang ini Tuhan seakan-akan tidak ada, seakan-akan tidak peduli, seakan-akan tidak terganggu dengan sikap hidup kita, apakah baik, apakah buruk, apakah memuliakan Dia atau tidak. Tuhan seakan-akan tidak peduli, tidak terganggu, tidak memberi respons, dan seakan-akan tidak berperasaan. Padahal, sesungguhnya tidak demikian. Ini hanya seakan-akan.

Kita harus yakin Dia Allah yang hidup, Maha Hadir, dan berperasaan. Tindakan kita menimbulkan reaksi Allah, dan tentu Ia akan merespons pada waktu-Nya. Di sinilah letak ujian seberapa kita memercayai bahwa Dia ada, hidup, dan nyata. Seperti yang dikatakan di dalam Ibrani 11:6, "Tanpa iman, tidak mungkin orang berkenan kepada Allah, sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” Bukan hanya dengan mulut mengaku ada Allah, tapi juga dengan perbuatan yang sungguh-sungguh. Tentu “sungguh-sungguh” di sini standarnya segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, segenap kekuatan; sungguh-sungguh mencari Dia. Inilah indahnya dan asyiknya hidup.

Bagi kita para aktivis dan pelayan jemaat maupun pendeta, asyik dan indahnya hidup kita bukan karena kegiatan gerejani, bukan khotbah, bukan mengorganisir kegiatan gereja, KKR, misi, diakonia, dan lain-lain, tetapi kalau kita dari menit ke menit selalu bertindak tepat seperti yang Allah kehendaki. Setiap kata yang kita ucapkan, setiap huruf yang kita ketik di gadget kita, setiap renungan hati, pikiran, perasaan kita, tepat seperti yang Allah kehendaki atau inginkan. Dia layak menerima seluruh pengabdian kita. Dan seluruh pengabdian kita bukan hanya hari Minggu ke gereja atau kegiatan pelayanan gereja. Tapi menit ke menit kita selalu melakukan kehendak Allah. Inilah isi hidup yang benar dan Allah kehendaki untuk kita miliki.

Ayo, kita sungguh-sungguh dengan segenap hati melakukan kehendak Bapa. Jangan lagi sibuk dengan hal-hal yang membuat kita tidak menyenangkan hati Allah. Jangan ribut dan repot dengan hal-hal yang tidak perlu kita ribut, kita repotkan, dan yang tidak perlu kita persoalkan. Yang kita persoalkan adalah bagaimana dari menit ke menit selalu tepat bertindak dan berbuat sesuai dengan kehendak Allah. Ini yang Bapa kehendaki harus kita lakukan. Jangan kita memberi pikiran, perasaan, dan perhatian tubuh-jiwa-roh kita untuk yang lain. Kita persembahkan sepenuhnya bagi Tuhan. Selalu melakukan kehendak Tuhan dan memenuhi semua rencana kekal Bapa.

Dengan demikian, kita menjadi anak kesukaan Bapa. Inilah asyik dan indahnya hidup. Jangan lakukan kesalahan yang dulu kita pernah lakukan. Jangan hidup lagi sama seperti dulu. Walaupun mungkin tidak berbuat kejahatan di mata manusia, tapi tidak melakukan ketepatan seperti yang Allah kehendaki dan Allah inginkan. Ayo, kita fokus ke Tuhan. Sepenuhnya kita serahkan hidup kita untuk kemuliaan Allah dan minta Roh Kudus menolong agar kita bisa menyelenggarakan hidup seturut dan sesuai kehendak Allah Bapa. Karenanya, dalam setiap kesempatan kita bisa bersama-sama menghadap Tuhan seperti doa pagi, jangan tidak kita ikuti. Jangan terlambat, kita harus konsekuen, konsisten, tepat waktu untuk berdoa dan menyembah Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN SEAKAN-AKAN TIDAK PEDULI, TIDAK TERGANGGU, TIDAK MEMBERI RESPONS, DAN SEAKAN-AKAN TIDAK BERPERASAAN. PADAHAL, SESUNGGUHNYA TIDAK DEMIKIAN. INI HANYA SEAKAN-AKAN.

Card image
Truth Youth 15 Januari 2025 - RISE UP! FACE CHALLENGES WITH RENEWED HOPE
2025-01-15 21:04:40


”Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan.” (Roma 15:13)

Hidup sering banget kasih kita berbagai tantangan, ya. Kadang rasanya kayak kita jatuh, nggak punya kekuatan buat bangkit lagi, bahkan mungkin merasa gagal. Tapi, di balik setiap kesulitan, selalu ada kesempatan buat kita lihat hidup dengan perspektif baru dan semangat yang diperbarui.

Di Alkitab, kita bisa belajar dari kisah Petrus, salah satu murid Yesus. Setelah Yesus disalibkan, Petrus sempat merasa hancur banget, terutama karena dia telah menyangkal Yesus tiga kali. Dia merasa gagal sebagai murid dan teman. Namun, setelah Yesus bangkit, Dia mendatangi Petrus lagi, memberi kesempatan kedua, dan memperbarui semangat Petrus. Dari momen itu, Petrus bangkit dengan keberanian baru, bahkan menjadi salah satu pemimpin gereja mula-mula yang penuh semangat.

Kisah Petrus ini mengajarkan kita bahwa harapan selalu ada, bahkan di tengah kegagalan dan kesulitan. Mungkin kita nggak bisa ubah situasi kita sekarang, tapi kita bisa ubah cara pandang kita. Dengan harapan baru, kita bisa melihat tantangan sebagai kesempatan untuk tumbuh dan belajar.

Roma 5:3-4 bilang, “Kita juga bermegah dalam kesengsaraan, karena kita tahu bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji, dan tahan uji menimbulkan pengharapan.” Jadi, setiap kali kita menghadapi tantangan, ingatlah bahwa Tuhan memakai setiap kesulitan untuk memurnikan kita, membangun ketekunan, dan menumbuhkan pengharapan dalam hati kita. Yuk, bangun lagi semangat kita! Dengan harapan yang diperbarui, artinya nggak ada tantangan yang terlalu besar untuk kita hadapi bersama Tuhan.

WHAT TO DO:
Membangun pengharapan dalam Tuhan dengan hati yang merindukan Tuhan dalam doa.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kejadian 44-46

Card image
Renungan Pagi - 15 Januari 2025
2025-01-15 21:02:09


Hidup kristen bukanlah sekedar konsep, bukan juga sekedar berkata "aku mengasihi Tuhan" tetapi soal cara hidup. Yesus berkata dari buahnyalah kamu akan dikenal, hidup kristen akan terlihat dari buahnya, yaitu buah-buah pertobatan kita.

Jadi, hidup kristen yang sejati adalah kehidupan yang melakukan kehendak Tuhan dan berjalan dalam kekudusan. Artinya, hidup kristen yang sejati dapat dibuktikan dari cara hidup yang kita jalani.

Card image
Quote Of The Day - 15 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-15 13:02:08


Tuhan cerdas sekali untuk membuat kurikulum bagaimana kita bisa mengalami Dia, tapi kita harus haus, karena orang yang haus dan lapar yang akan dipuaskan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 15 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-15 13:01:10


Tidak ada orang yang bisa mengalami Tuhan tanpa kesucian. Tuhan tidak bisa berjalan dengan orang yang masih punya kelicikan, dosa, dan nafsu-nafsu yang tidak patut.

Card image
ENTER GOD'S PLAN - 15 Januari 2025 (English Version)
2025-01-15 12:58:38


We can only truly pray if we pray continuously. We can only truly worship God if we worship Him continually. At a certain point, we will begin to understand what it means to worship. We will never truly honor God unless we continuously learn to honor Him. Similarly, we will never fully recognize God's holiness until we continuously strive to cast off all sin and deceit within ourselves. There is no other option but to sit quietly at God’s feet, seeking His face. Continuously, every day, fixing our gaze upon Him. If these deceptions within us are not dealt with, they will turn into evils that inevitably harm, hurt, or damage others, tarnish someone’s reputation, and destroy lives. Such things are vehicles for the devil.

There are footholds within us that, if left unchecked, can cause us to push others aside or bring them down. This is not to claim that we are the best or already perfect—of course not. But we often find these deceptions in the lives of pastors and servants of God. They are unaware that the "snake" within them has not yet died—the snake of pride, the snake of cruelty, the snake of sexual lust, the snake of materialism, and so on. These snakes remain alive, merely waiting for the right moment, and Satan will use them to bring the person down. Holiness is powerful. There is nothing more powerful than holiness. Yet people are more afraid of poverty, afraid of loss, afraid of dissatisfaction that leads to adultery, afraid of losing respect, and thus choose to push aside or ruin someone’s reputation. Fear of insufficiency causes them to oppress others. Such actions are truly evil.

Young people must be cautious. There is a "snake" within you that has not yet died. Someday, given the chance, you will fall into sin unless you begin fearing God now, even in small matters-how you sideline others or seek positions within the church. Without this fear of God, you risk becoming "good people" who are, in reality, evil. This potential exists but must be completely abandoned. No one can truly encounter God without holiness. No one can experience God without holiness. God cannot walk with people who still have cunning, sin, and improper desires. Thus, we must cry out, "Guard me, Lord. Help me, Lord."

The third requirement for experiencing the awesomeness of God, we must enter into God's plan. Moses would not have witnessed God's greatness if he had remained in Midian. Imagine who Pharaoh was and how powerful he was. If the first storm in life is about perfecting and maturing us so that we trust God, the second storm is about walking with God. Moses was broken by becoming a fugitive; otherwise, he could have been prideful as a prince of Egypt. Moses had to become nothing first. Similarly, Joseph would never have become Zaphenath-Paneah (a ruler over all the land of Egypt) if he had not been falsely accused and imprisoned. But through this, Joseph was elevated. The second storm represents the impossible work of God—the impossibility that He allows us to bear. Most of us do not enter this realm. We complain about the first storm of life, let alone the second storm.

To overcome the second storm, there is only one way: close our eyes. When we close our eyes, we can see the greatness of God. When we focus on the waves, we are afraid of drowning. If it is not yet impossible, we have not yet witnessed God's presence in the storms of ministry. How does God glorify His name? The Israelites were saved through Esther, who faced Haman, one of the most powerful men, likely second only to the king. But there, Esther became God's co-worker. We are still on a journey. We do not know what tomorrow will bring, but we want to continue walking with God. He is with us.

Storms of challenges, storms of sin, and storms of ministry—all storms. The Bible says, "He walks in the whirlwind." Let us not speak too much; our "monsters" must be put to death because many monsters within us are still alive. Theological seminary does not kill our monsters; rather, it allows them to live in different forms. Becoming a pastor does not mean the monsters die—they may live on as mutations or new variants, potentially even more dangerous. Before becoming a pastor, one might have been deceitful as a merchant. As a pastor, they might still be deceitful, but with a new variant-more cunning, with greater victims. Let us be grateful that we walk with God here and now.

TO EXPERIENCE THE AWESOMENESS OF GOD, WE MUST ENTER INTO GOD'S PLAN.

Card image
MASUK DALAM RENCANA TUHAN - 15 Januari 2025
2025-01-15 12:56:55


Kita baru bisa berdoa kalau terus-menerus berdoa. Kita baru bisa menyembah Tuhan kalau terus-menerus menyembah. Di titik tertentu, kita baru bisa mengerti apa artinya menyembah. Kita tidak akan pernah bisa menghormati Tuhan kalau tidak terus-menerus belajar menghomati Tuhan. Sama dengan kita tidak pernah mengenali kesucian Allah sampai kita terus belajar menanggalkan semua dosa dan kelicikan dalam diri kita. Tidak ada pilihan lain kecuali duduk diam di kaki Tuhan, mencari wajah-Nya. Terus-menerus, setiap hari memandang Tuhan. Kelicikan-kelicikan seperti ini kalau tidak ditanggulangi, akan jadi kejahatan yang pasti melukai, merugikan, menyakiti sesama, merusak nama baik orang, dan menghancurkan orang. Itu kendaraan setan.

Ada pangkalan (foothold) di dalam diri kita yang kalau kita biarkan, maka kita bisa menggeser atau menjatuhkan orang. Tidak bermaksud mau mengatakan bahwa kita paling baik atau sudah sempurna, tentu belum, tapi kita menemukan kelicikan-kelicikan seperti ini dalam kehidupan pendeta dan para hamba Tuhan. Mereka tidak sadar ularnya belum mati; ular kesombongan, ular kebengisan, ular nafsu seks, ular materialisme, dll. Belum mati, hanya menunggu momentum, dan setan akan memakai itu untuk menjatuhkan dia. Kesucian itu dahsyat. Tidak ada yang lebih dahsyat dari kesucian. Tetapi orang lebih takut miskin, takut rugi, takut tidak puas lalu berzina, takut kehilangan hormat kemudian menyingkirkan atau merusak nama baik orang, takut kurang puas maka menindas orang lain. Perbuatan-perbuatan seperti ini benar-benar jahat.

Kaum muda, harus berhati-hati. Ada ular di dalam diri kalian yang belum mati. Tapi suatu kali kalau punya kesempatan, kalian akan berbuat dosa. Jika kalian tidak mulai takut akan Allah sejak sekarang dari perkara-perkara kecil—bagaimana menyingkirkan orang, bagaimana mencari kedudukan di gereja—maka kalian akan menjadi orang-orang baik yang jahat. Potensi itu ada, tetapi harus betul-betul ditinggalkan. Tidak ada orang yang bisa mengalami Tuhan tanpa kesucian. Tuhan tidak bisa berjalan dengan orang yang masih punya kelicikan, dosa, dan nafsu-nafsu yang tidak patut. Maka kita berkata, “Jaga aku, Tuhan. Tolong aku, Tuhan.”

Yang ketiga, untuk dapat mengalami kedahsyatan Allah, kita harus masuk dalam rencana Allah. Musa tidak akan mengalami kedahsyatan Allah kalau ia masih di Midian. Kita bisa membayangkan siapa Firaun, seberapa kuatnya Firaun. Kalau badai pertama yaitu menyempurnakan dan mendewasakan supaya kita memercayai Allah, tapi badai kedua, kita berjalan bersama Allah. Musa diremukkan dengan cara ia harus menjadi seorang pelarian. Kalau tidak, ia bisa sombong, sebab dia seorang pangeran. Musa harus jadi nothing dulu. Yusuf tidak akan pernah menjadi Zafnat-Pa’aneah (pemegang kuasa atas seluruh tanah Mesir), kalau tidak difitnah lalu masuk penjara. Tapi di situ, Yusuf baru diangkat. Badai kedua adalah pekerjaan Tuhan yang mustahil; kemustahilan pekerjaan Tuhan yang diizinkan kita pikul. Rata-rata kita tidak masuk wilayah ini. Badai untuk hidup yang pertama saja, kita mengeluh, apalagi badai yang kedua.

Mengatasi badai yang kedua ini, kita hanya punya satu cara, yaitu menutup mata. Ketika kita menutup mata, maka kita melihat Tuhan yang besar. Ketika kita melihat ombak, kita takut tenggelam. Kalau masih belum mustahil, kita belum melihat Allah hadir dalam badai pelayanan. Bagaimana Allah membuat nama-Nya dimuliakan? Bangsa Israel diselamatkan seorang Ester, yang mana ia menghadapi Haman, orang kuat. Mungkin orang terkuat setelah raja. Tapi di situ Ester menjadi kawan sekerja Allah. Kita masih dalam perjalanan. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi hari esok, tapi kita mau berjalan terus bersama Tuhan. Dia menyertai kita.

Badai persoalan, badai dosa, lalu badai pelayanan; semua badai. Kalau kita membaca Alkitab, "Dia berjalan dalam puting beliung." Jangan banyak bicara, monster kita harus dimatikan, sebab banyak monster yang belum mati. Sekolah Tinggi Teologi tidak membuat monster kita mati, justru hidup dengan bentuk berbeda. Seseorang yang jadi pendeta bukan berarti monsternya mati, melainkan hidup dalam bentuk lain. Menjadi mutasi atau varian baru yang bisa jadi lebih ganas. Waktu belum jadi pendeta, masih jadi pedagang, ia licik. Tapi setelah jadi pendeta, licik juga, tapi varian baru yaitu lebih cerdik dan lebih besar korbannya. Bersyukur kita bersama dengan Tuhan di sini.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

UNTUK DAPAT MENGALAMI KEDAHSYATAN ALLAH, KITA HARUS MASUK DALAM RENCANA ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 Januari 2025
2025-01-15 12:41:30

Ayub 40-42

Card image
Truth Kids 14 Januari 2025 - JATUH BANGUN
2025-01-15 12:40:16


Amsal 24:16
”Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana.”

Plak! "Aduh!" Tangan Lisa tak sengaja menumpahkan gelas berisi air ke buku gambar Nina. Buku itu basah, dan beberapa gambarnya rusak. Nina menatap buku gambarnya dengan kecewa. Lisa cepat-cepat berkata, "Maaf, Nina, aku nggak sengaja." Meski sedih, Nina mengingat pelajaran dari Amsal 24:16, "Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali." Dengan hati yang lapang, Nina tersenyum dan berkata, "Gak apa-apa, Lisa. Tapi, lain kali hati-hati, ya."

Sobat Kids, Amsal 24:16 mengajarkan bahwa walaupun kita bisa jatuh atau berbuat salah, Tuhan memberi kita kekuatan untuk bangkit lagi. Kesalahan bukanlah akhir dari segalanya, tapi bagian dari cara Tuhan mendidik kita. Seperti Lisa yang belajar untuk lebih hati-hati, kita juga bisa belajar sesuatu dari kesalahan kita.

Kalau kamu jatuh atau melakukan kesalahan, jangan menyerah, ya. Bangkit lagi, minta maaf, dan lakukan yang terbaik. Tuhan selalu memberi kesempatan baru untuk kita belajar dan bertumbuh. Yuk, terus percaya bahwa Tuhan punya rencana indah, bahkan lewat kesalahan kita!

Card image
Truth Junior 14 Januari 2025 - BANGUN KEMBALI
2025-01-15 12:37:07


Amsal 24:16
”Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana.”

Ada pepatah yang berbunyi: “keledai tidak akan jatuh pada lubang yang sama.” Pepatah atau peribahasa tersebut mengajarkan kita belajar dari kesalahan, jangan mengulang kesalahan yang sama berulang kali. Kita sebagai manusia, ciptaan yang berakal budi, seharusnya lebih pandai dari ciptaan lainnya. Kita harus belajar lebih giat.

Pasti kita semua pernah jatuh dalam dosa. Kita pernah melakukan kesalahan. Masing-masing dari kita memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing. Namun, seperti pepatah tadi, janganlah kita mengulang kesalahan yang sama berkali-kali. Kita harus memiliki perbaikan dari hari ke hari.

Ayat firman Tuhan yang kita baca hari ini juga mengingatkan kita untuk bangun kembali saat kita jatuh dalam dosa. Kita mau berjuang untuk menjadi orang benar. Tetap memiliki semangat untuk bangkit lagi. Belajar dari kesalahan adalah bagian dari rencana-Nya.

Card image
Truth Youth 14 Januari 2025 (English Version) - LOST THE SPARK?
2025-01-15 12:35:26


“He gives power to the faint, and to him who has no might he increases strength. Even youths shall faint and be weary, and young men shall fall exhausted; but they who wait for the LORD shall renew their strength; they shall mount up with wings like eagles; they shall run and not be weary; they shall walk and not faint.” (Isaiah 40:29-31)

Friends, have you ever suddenly lost your enthusiasm? Like everything feels heavy, even things that usually make you happy no longer seem interesting. It turns out, losing enthusiasm could be a sign that we are exhausted—physically, emotionally, or even spiritually.

One sign of losing energy is constantly feeling tired and lacking motivation, even after rest. We become easily irritated, sad, or simply lack the drive to do anything. Additionally, our relationship with God can feel distant. Maybe we pray less, feel lazy about attending church, or think God is far away.

First of all, it’s really important to recognize what kind of exhaustion we are experiencing. If it's physical fatigue, we might just need more rest. If it's emotional fatigue, we might need to talk to a friend or someone we trust. And if it's spiritual fatigue, that’s a sign that we need to rebuild our relationship with God.

In Matthew 11:28, Jesus says, “Come to me, all you who are weary and burdened, and I will give you rest.” So, if you're feeling like you've lost your spark, come to God. He is ready to restore your energy and enthusiasm. Let’s start noticing these signs and take the first step toward regaining our motivation. Remember, we're never alone; God is always there to help us rise again!

WHAT TO DO:
No matter how heavy the pressure we face, let’s train ourselves to seek God.

BIBLE MARATHON:
▪ Genesis 42–43

Card image
Truth Youth 14 Januari 2025 - LOST THE SPARK?
2025-01-15 12:33:25


”Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” (Yesaya 40:29-31)

Teman-teman, pernah nggak, sih, kamu merasa tiba-tiba kehilangan semangat? Seperti semua jadi berat, bahkan hal-hal yang biasa bikin kamu happy jadi nggak menarik lagi. Ternyata, kehilangan semangat itu bisa jadi tanda bahwa kita kelelahan—baik secara fisik, emosional, atau bahkan spiritual.

Salah satu tanda kehilangan semangat adalah merasa terus-menerus capek dan tidak punya energi, bahkan setelah istirahat. Kita jadi gampang marah, gampang sedih, atau malah nggak punya motivasi untuk ngelakuin apa-apa. Selain itu, hubungan kita sama Tuhan juga bisa terasa jauh. Mungkin kita jadi jarang berdoa, merasa malas untuk ikut ibadah, atau merasa Tuhan itu jauh.

Nah, pertama-tama, penting banget buat kita mengenali jenis kelelahan apa yang lagi kita alami. Kalau capek secara fisik, mungkin kita butuh waktu istirahat yang lebih banyak. Kalau capek secara emosional, mungkin kita butuh ngobrol sama teman atau orang yang kita percayai. Dan kalau lelah secara spiritual, itu tandanya kita perlu memperkuat kembali hubungan kita sama Tuhan.

Dalam Matius 11:28, Yesus berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Jadi, kalau kamu merasa kehilangan semangat, datanglah pada Tuhan. Dia siap mengembalikan energi dan semangatmu. Yuk, mulai perhatikan tanda-tanda ini dan ambil langkah pertama untuk meraih semangatmu lagi. Jangan lupa, kita nggak sendirian; Tuhan selalu ada untuk bantu kita kembali bangkit!

WHAT TO DO:
Seberapa berat kita menghadapi tekanan, mari kita melatih diri kita untuk mencari Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kejadian 42-43

Card image
Renungan Pagi - 14 Januari 2025
2025-01-15 06:47:13


Ada banyak orang gengsi untuk mengalah, bahkan punya berbagai alasan yang digunakan untuk tidak mengalah, baik itu dalam keluarga, dalam komunitas dan mari biasakan untuk meminta maaf ketika kita salah.

Mulai hari ini, buanglah gengsi dan hiduplah dalam ketulusan dan kasih Tuhan, selama berjalan dalam ketulusan, maka kita berjalan dalam kehendak Tuhan, Tuhan senang kepada orang yang dengan rendah hati mau mengalah demi terciptanya damai dan kasih Tuhan.

Card image
Quote Of The Day - 14 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-14 12:38:38


Kesucian harus menjadi kebutuhan yang kita rasakan selalu mendesak, tentu juga penting, sampai pada saatnya kita sungguh-sungguh tidak bisa hidup tanpa kesucian menurut standar Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 14 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-14 12:37:10


Orang-orang hebat adalah orang-orang yang dibawa Tuhan berjalan dalam badai. Badai kehidupan menjadi media atau ruangan Allah memperkenalkan diri-Nya.

Card image
EXPERIENCING THE AWESOMENESS OF GOD - 14 Januari 2025 (English Version)
2025-01-14 12:35:21


Our lives are lived only once, never to be repeated, and are short. This reality of a life that is lived only once and is fleeting is something we must view as extraordinary and truly awe-inspiring. In this one-time, brief life, God provides an awesomeness that He desires us, as His chosen people, to experience. Life is lived only once, it is short, and it is awesome. And the awesomeness of life lies in God Himself, who is present in our one-time and short life. Certainly, not many people experience this awesomeness of life, which also means that not many people experience God. Surely, we want to experience God.

How can we experience this awesomeness or encounter God? First, we must go through the storm. God does not merely walk in the gentle breeze; He often walks in the midst of storms. We will never find God if we only seek to enjoy the calm, gentle breeze. Instead, God is more often found in the storm. It is in the storm that a person encounters God. Great people are those whom God brings to walk in the storm. They will not experience the awesomeness of God without encountering the storm. It is precisely in the storm that God reveals Himself.

Remember what God said to Moses: "Today, I will show My greatness. I will part the Red Sea." That was the storm experienced by Moses and the Israelites when they were trapped on the shores of the Red Sea. Meanwhile, Pharaoh with his executioners, chariots, and mighty horses, were pursuing them. The Israelites were surely doomed, as there was no way out. They were cornered by the sea. If they retreated, they would face Pharaoh’s army, while on both sides there were mountains, leaving no escape. That was the storm of life.

At this very critical moment, God sent His cloud. They could see God’s cloud present, forming a barrier between Pharaoh and his army, and the Israelites. They had never seen a sea part before. But God introduced Himself to them through the storm. The storm of life becomes the medium or space where God reveals Himself. So, accept the storm as a beautiful space or a garden full of blessings, because the awesomeness of God is present there. Indeed, God may not be visible, while the problem is clearly in front of our eyes. But it is there that God brings us into a meeting space with Him. The storm is a meeting space where we learn to trust Him. It is from the storm that people come to know God—His faithfulness, His power, and His love.

And do we know that the storm is a blessing? Not many people experience the storm along with the understanding to know and comprehend Him through it. We are the ones whom God loves, chosen to know this truth and to welcome every storm as the space where we encounter Him.

Second, a holy life. Do not take this lightly-we will face opportunities to steal, seek revenge, commit adultery, boast, or compete for honor and position. It is in these moments that God challenges us, "Who will you choose?" Without holiness, no one will see God (Matt. 5:8). Our holiness must be perfect. It is easy to say but extremely difficult to do. We must identify the evil and cunning within ourselves, which surfaces at certain moments. Strangely enough, the monster of evil within us knows the perfect timing to exploit the opportunity for sin when temptation arises. Our cruelty toward others, our cunning for self-gain, and more-these traits exist within us. We must have the courage to discard them. This teaches us what it means to be like children before the Father-innocent, genuine, and natural.

If we are not shaped by God through storms, we will not recognize the cunning tendencies within ourselves. If we can "detect" the cunning in someone else, no matter how subtle it is, it is because we have once harbored the same cunning ourselves. We will never truly know God as long as there is cunning within us, no matter how small it may be. Sometimes, it is not subtle or small sins but even great sins that go unnoticed-hidden pride, undetectable, and unacknowledged. Why? Because we are not connected with God, we do not feel His presence or His holiness. Only when we continuously and persistently seek His face will we begin to sense God's holiness.

THE AWESOMENESS OF LIFE LIES IN GOD HIMSELF, WHO IS PRESENT IN OUR ONE-TIME AND SHORT LIFE.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 Januari 2025
2025-01-14 12:32:59

Ayub 38-39

Card image
MENGALAMI KEDAHSYATAN TUHAN - 14 Januari 2025
2025-01-14 12:32:15


Hidup kita hanya satu kali, tidak pernah terulang, dan singkat. Kenyataan hidup yang satu kali dan singkat ini adalah sesuatu yang kita harus pandang luar biasa dan benar-benar dahsyat. Di dalam kehidupan yang hanya satu kali dan singkat ini, Allah menyediakan kedahsyatan yang tentu diharapkan dialami oleh kita sebagai umat pilihan. Hidup ini hanya satu kali, singkat, dan dahsyat. Dan kedahsyatan hidup terletak pada Tuhan sendiri, yaitu Tuhan yang hadir di dalam hidup kita yang hanya satu kali dan yang singkat. Tentu tidak banyak orang mengalami kedahsyatan hidup ini, yang sama artinya tidak banyak orang yang mengalami Tuhan. Tentu kita ingin mengalami Tuhan.

Bagaimana kita bisa mengalami kedahsyatan atau mengalami Tuhan? Yang pertama, kita harus melewati badai. Tuhan tidak pernah berjalan hanya di angin sepoi-sepoi, tetapi Tuhan lebih banyak berjalan dalam badai. Kita tidak akan pernah menemukan Tuhan kalau hanya menikmati angin sepoi-sepoi nan sejuk. Justru Tuhan lebih banyak ada di dalam badai. Di dalam badailah seseorang menemukan Tuhan. Orang-orang hebat adalah orang-orang yang dibawa Tuhan berjalan dalam badai. Ia tidak akan mengalami kedahsyatan Allah kalau tidak ada badai. Justru di dalam badai, Allah menyatakan diri-Nya.

Ingat, apa yang dikatakan Tuhan kepada Musa: "Hari ini, Aku akan menunjukkan kebesaran-Ku. Aku membelah Laut Kolsom." Itu badai yang dialami Musa dan bangsa Israel, ketika mereka dalam keadaan terjepit di pantai Laut Teberau. Sementara Firaun dengan algojo-algojonya, dengan kereta perang dan kuda-kuda yang kuat, mengejar bangsa Israel. Umat Israel pasti mati, karena tidak ada jalan, mereka terpojok di depan laut. Jika mundur, pasti mereka bertemu dengan prajurit Firaun, sementara di kanan-kiri mereka bukit, sehingga mereka tidak bisa lari. Itulah badai kehidupan.

Di saat yang sangat kritis itulah Tuhan menurunkan awan-Nya. Mereka bisa melihat awan Tuhan yang hadir yang membatasi Firaun dan tentaranya, dengan bangsa Israel. Mereka tidak pernah melihat laut yang dibelah. Tetapi Tuhan membawa mereka mengenal-Nya lewat badai. Badai kehidupan menjadi media atau ruangan Allah memperkenalkan diri-Nya. Jadi, terimalah badai sebagai ruangan indah atau sebagai taman penuh berkat, karena ada kedahsyatan Allah hadir di situ. Memang Allah tidak kelihatan, sedangkan masalah di depan mata. Tetapi di situlah kita dibawa Tuhan kepada ruang pertemuan dengan Allah. Badai itu merupakan ruang pertemuan di mana kita belajar memercayai Dia. Dari badai itulah orang mengenal Allah; kesetiaan-Nya, kuasa-Nya, kasih sayang-Nya.

Dan tahukah kita bahwa badai itu berkat? Tidak banyak orang yang mengalami badai sekaligus pengertian untuk mengenal dan memahami Dia melalui badai itu. Kitalah orang yang dikasihi Tuhan untuk mengenal kebenaran ini dan menyambut setiap badai sebagai ruangan di mana kita berjumpa dengan Tuhan.

Yang kedua, kesucian hidup. Jangan main-main, kita akan punya kesempatan mencuri, balas dendam, berzina, membanggakan diri, berebut hormat dan kedudukan, tapi di situlah Tuhan menantang, “Siapa yang kamu pilih?” Tanpa kesucian atau kekudusan, tidak seorang pun melihat Allah (Mat. 5:8). Kesucian kita harus sempurna. Memang mudah mengucapkannya, tetapi betapa sulit melakukannya. Kita harus menemukan kejahatan dan kelicikan di dalam diri kita, yang muncul pada saat-saat tertentu. Dan herannya, monster kejahatan di dalam diri kita tahu momentum atau saat yang baik di mana ada rangsang dosa; ada kesempatan dosa. Kebengisan-kebengisan kita terhadap orang, kelicikan-kelicikan kita demi keuntungan diri, dsb. Di dalam diri kita, ada kelicikan. Kita harus berani membuangnya. Dan itu membuat kita mengerti apa artinya menjadi seperti anak-anak di hadapan Bapa. Polos, apa adanya, natural.

Kalau kita tidak dibentuk Tuhan lewat badai, maka kita tidak mengenali kelicikan-kelicikan yang ada pada kita. Jika kita bisa ‘mengendus’ kelicikan seseorang, sehalus apa pun, itu karena kita pernah memiliki kelicikan tersebut. Kita tidak akan pernah mengenal Allah dengan benar selama ada kelicikan-kelicikan, sekecil apa pun kelicikan itu, sekecil apa pun dosa itu. Kadang-kadang bukan dosa halus atau dosa kecil, melainkan dosa besar pun tidak disadari. Dosa kesombongan terselubung; tidak ‘diendus,’ tidak mampu mendeteksi. Mengapa? Karena tidak melekat dengan Tuhan, tidak merasakan kehadiran dan kesucian Allah. Kalau terus-menerus tiada henti kita mencari wajah-Nya, baru kita bisa mengendus kesucian Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEDAHSYATAN HIDUP TERLETAK PADA TUHAN SENDIRI, YAITU TUHAN YANG HADIR DI DALAM HIDUP KITA YANG HANYA SATU KALI DAN YANG SINGKAT.

Card image
Truth Kids 13 Januari 2025 - HATI YANG TENANG DAN KUAT
2025-01-13 18:48:31


2 Tesalonika 3:5
”Kiranya Tuhan tetap menujukan hatimu kepada kasih Allah dan kepada ketabahan Kristus.”

Sobat Kids, apakah kalian masih ingat cerita tentang badai yang terjadi saat murid-murid dan Tuhan Yesus berada di dalam perahu? Murid-murid-Nya sangat panik, tetapi Tuhan sedang tidur di buritan. Murid-murid Tuhan Yesus panik, namun Ia tetap tenang.

Sobat Kids, terkadang kita seperti murid Tuhan Yesus yang gelisah dan panik, bahkan mulai ragu terhadap Tuhan. Saat Sobat Kids ada dalam dua pilihan untuk berbuat baik atau jahat, memilih setia atau kompromi dengan dosa, hati kalian menjadi bingung. Sobat Kids terkadang tergoda oleh pilihan-pilihan yang tidak sesuai dengan firman Tuhan.

Kita harus mencontoh Tuhan Yesus yang memiliki ketenangan dan hati yang kuat untuk tetap memilih pilihan yang menyenangkan hati Allah Bapa. Sobat Kids, belajarlah dan latihlah hati kita untuk memiliki ketenangan dan kuat berada dalam jalan Tuhan.

Card image
Truth Junior 13 Januari 2025 - NAHKODA
2025-01-13 18:46:24


2 Tesalonika 3:5
”Kiranya Tuhan tetap menujukan hatimu kepada kasih Allah dan kepada ketabahan Kristus.”

Pimpinan yang paling tinggi dalam sebuah kapal adalah nahkoda. Jika ada badai datang di tengah laut, nahkoda akan memberikan arahan kepada anak buah kapal. Nahkoda akan menuntun juri mudi untuk memutar kemudi ke arah tertentu dan kecepatan tertentu. Kemudi kecil yang dikendalikan nahkoda akan membawa seluruh penumpang yang ada di dalam kapal tersebut selamat.

Dalam kehidupan rohani, Tuhan adalah nahkoda kita, Sobat Junior. Tuhan akan mengarahkan hidup kita agar tertuju kepada Allah Bapa di surga. Hati kita sering terombang-ambing dengan pengaruh dan kesenangan yang dunia tawarkan, tetapi Tuhan dapat menenangkannya.

Coba Sobat Junior hitung-hitung waktu yang kalian habiskan dalam satu hari. Kegiatan apa saja yang kalian lakukan dalam durasi 24 jam sehari? Manakah kegiatan yang lebih banyak kalian lakukan, kegiatan yang menujukan hati kepada Allah atau kepada dunia?

Sobat Junior, kita perlu pimpinan Tuhan setiap hari. Oleh sebab itu, kita harus menghabiskan waktu kita lebih lagi kepada Tuhan. Semua yang kita lakukan berpusat kepada Tuhan. Biarlah pimpinan Tuhan yang mengarahkan langkah hidup ini sehingga kita tidak salah jalan.

Card image
Truth Youth 13 Januari 2025 (English Version) - MY DESIRE TO FULFILL HIS DESIRE
2025-01-13 18:21:46


“The heart of man plans his way, but the LORD establishes his steps.” (Proverbs 16:9)

A simple story of a young child who, when in elementary school, dreamed of becoming a pilot. His desire was to travel the world and visit all the best places. However, his dream faded when he needed glasses in high school due to nearsightedness. This situation left him disappointed and angry because it shattered his dream. Eventually, in his youth, he became a journalist, a career that allowed him to travel the world as a reporter.

This brief story teaches us a valuable lesson about God's plan for every human life. Often, as humans, we have many plans and desires that, upon deeper reflection, are mainly for personal satisfaction. There is nothing wrong with dreams or hopes, but it becomes problematic if we do not align those desires with God's will—as our Creator.

As Christians, we must understand that our desires may not necessarily align with God's will. That’s why many Christians find it difficult to accept reality or even become disappointed with God when their desires are not fulfilled. In fact, many people who were once devoted followers of Jesus Christ may lose their faith due to disappointment and anger.

It is crucial to understand God’s will for our lives. Let all our desires and life ambitions be for God’s glory alone. This can happen when we make it a habit to sit at the feet of God daily and fully understand His specific plans for our lives. Achieving this requires sacrifice—sacrificing our wrong desires and embracing His desires as we move forward.

Therefore, make God the priority in your life and let every event serve as an opportunity to train your heart to align your ambitions and desires with His will. As Psalm 37:4 says, “Delight yourself in the LORD, and He will give you the desires of your heart."

WHAT TO DO:
1. Reevaluate your desires and ambitions—are they for personal pleasure or for God’s glory?
2. If you are experiencing a path that seems different from your plan, do not be quick to anger! Instead, sit quietly before God and ask Him about His plan for your life.

BIBLE MARATHON:
▪ Genesis 39–41

Card image
Truth Youth 13 Januari 2025 - KEINGINANKU MEWUJUDKAN KEINGINAN-NYA
2025-01-13 18:18:47



”Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi TUHANlah yang menentukan arah langkahnya.” (Amsal 16:9)

Sebuah kisah sederhana dari seorang anak kecil yang saat ia duduk di bangku sekolah dasar memiliki cita-cita menjadi seorang pilot, karena kerinduannya kelak ketika dewasa ingin keliling dunia dan berkunjung ke semua tempat terbaik. Namun semua keinginannya tersebut luntur, ketika masuk sekolah menengah atas matanya harus menggunakan kacamata karena mengalami mata minus. Keadaan demikian membuatnya kecewa dan marah sebab membuyarkan cita-citanya. Singkat cerita, saat memasuki masa muda ia diterima kerja sebagai seorang jurnalis, yang ternyata bisa membawanya keliling dunia sebagai wartawan.

Kisah singkat di atas memberikan pelajaran yang berharga mengenai rencana Tuhan bagi setiap kehidupan manusia. Terkadang kita sebagai manusia memiliki banyak rencana dan keinginan, yang jika diselidiki lebih dalam sebenarnya semua itu untuk kepuasan pribadi saja. Tidak ada yang salah dengan cita-cita atau harapan yang kita rindukan, namun akan menjadi tidak tepat jika setiap cita-cita atau harapan tersebut tidak kita selaraskan dengan keinginan Bapa – sebagai Pencipta kita.

Hal yang perlu kita ketahui bersama sebagai orang Kristen yakni keinginan yang ada dalam diri kita belum tentu sejalan dengan keinginan atau kehendak Tuhan. Itu sebabnya, tidak sedikit orang Kristen pun tidak bisa menerima kenyataan bahkan kecewa kepada Tuhan, hanya karena keinginannya tidak terwujud. Bahkan tidak menutup kemungkinan, banyak orang yang dahulu setia sebagai pengikut Tuhan Yesus, bisa pergi meninggalkan imannya hanya karena kecewa dan marah.

Menjadi perhatian yang tidak bisa dianggap remeh, pentingnya memahami kehendak- Nya bagi kehidupan kita. Biarlah segala keinginan serta ambisi hidup ini, hanyalah untuk kemuliaan Tuhan saja. Semua ini bisa kita lakukan, jika memiliki kebiasaan duduk diam di kaki Tuhan setiap hari dan mengerti secara utuh rencana Tuhan secara khusus bagi kehidupan kita. Hal ini diperoleh dengan pengorbanan, mengorbankan keinginan diri sendiri yang salah dan mengenakan keinginan-Nya dalam melangkah.

Oleh sebab itu, jadikanlah Tuhan yang utama dalam kehidupan ini dan biarkanlah setiap kejadian yang terjadi menjadi sarana Latihan hati untuk menyesusaikan segala ambisi dan keinginan kita dengan kehendak Tuhan. Seperti yang tertulis dalam Mazmur 37:4 – “Bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu.”

WHAT TO DO:
1.Seleksi kembali keinginan dan ambisi kita, apakah itu untuk kesenangan diri sendiri atau kemuliaan Tuhan.
2.Jika sedang mengalami jalan yang seakan berbeda dengan rencana, jangan buru-buru marah! Melainkan duduk diam datang kepada Tuhan untuk tanyakan rencana-Nya bagi hidupmu.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kejadian 39-41

Card image
Renungan Pagi - 13 Januari 2025
2025-01-13 18:06:22


Betulkah kita sungguh-sungguh berdoa? Betulkah sungguh-sungguh bergaul dengan firman-Nya? Betulkah ada dalam pujian dan penyembahan? Kadangkala kita rajin beribadah tetapi tidak berdoa secara pribadi.

Kita dibacakan firman digereja, tetapi tidak pernah membaca firman ketika ada dirumah, kita juga hanya memuji dan menyembah Tuhan di gereja, diluar gereja tidak melakukannya; mari kita memperhatikan hal ini supaya anugerah Tuhan dinyatakan dalam hidup kita.

Card image
Quote Of The Day - 13 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-13 18:03:20


Kalau dimensi hidup kita itu dimensi kekekalan, bahwa kita orang-orang yang dipilih Tuhan untuk memiliki dimensi hidup anak-anak Allah, yang seluruh pengharapan kita taruh di dunia yang akan datang, cara hidup kita pasti berubah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 13 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-13 18:01:53


Salah satu bukti kalau orang tidak mengalami Tuhan adalah ia tidak kuat berdoa lama, tidak akan kuat duduk diam di kaki Tuhan.

Card image
BRINGING JESUS TO LIFE - 13 Januari 2025 (English Version)
2025-01-13 17:45:12


As God grants us deeper understanding and reveals His truth, the work of serving Him feels increasingly heavy-and indeed, it should feel weighty. Service has never been light; it has always been heavy. With the growing understanding of God’s truth that He gives us, we realize that ministry is a struggle to transform life to align with God’s standard-and that standard is the Lord Jesus. This means bringing Jesus to life in our lives today. We cannot bring Jesus to life in the lives of others if we have not first brought Him to life within ourselves. Not a single word should go astray, let alone our actions. That’s why our thoughts and feelings must be kept pure, free from defilement and desires that are not in accordance with God’s will.

Ministry today is far heavier because our inner being is being refined through the struggle of bringing ourselves to God’s standard of holiness. Bringing Jesus to life within us must begin with experiencing what the heroes of faith in the Old Testament experienced in our own lives. What is written in the Old Testament must become a reality we experience. It may not be exactly the same. Clearly, it cannot be exactly the same. But the living God-the God of Abraham, Isaac, and Jacob-must be alive within us and in the struggles of our lives. We must truly believe in God. We must grasp the characteristics of the Father in heaven-He does not easily provide solutions, reveal Himself, or grant requests.

Look at how Abraham endured years that seemed as if God had forgotten His promise. Consider how Joseph, who received dreams of becoming a ruler, had to go through treacherous paths. Observe how the Israelites wandered for 40 years. See how David had to endure a long journey before his anointing as king was fulfilled or realized, and so on. Believing in the living God is not easy. The downfall of the church began when the real experience of the living God was replaced with mere knowledge about God. Those who possess knowledge about God without actually experiencing Him are often the ones standing at the pulpit, teaching the congregation. Imagine-what is being shared?

One of the proofs that someone has not experienced God is their inability to pray for long periods or sit quietly at the feet of the Lord. We desire to experience God-to bring the living God into our lives. To do this, we must first examine the Old Testament, which reveals the dynamic lives of God's people and how He was present amidst all their struggles. We must also experience God's presence in the dynamics of our own lives and challenges. However, in the New Testament, our focus is no longer on the earthly world. Unlike the Israelites, whose goal was the earthly Canaan, our destination is the heavenly Canaan. Yet, the presence of God in our lives must still be a real experience.

Jesus became the perfect man, and He is now the Ruler of the universe. Let us not take this lightly-there is none greater than Jesus except the Father. Because God the Father remains unseen, all authority in heaven and on earth has been given to our glorious King, the Lord Jesus. If we want to honor the Lord Jesus, there is only one way: wear His life in ours today. Do what Jesus did. The question is, how do we bring Jesus to life? This requires us to truly understand the Bible clearly. We must avoid straying from the reality of experiencing God into a mere intellectual exercise about God. It’s not wrong to process knowledge about God intellectually-this is part of the journey-but we must not lose our way in this.

We might have mountains of theological formulations about God, but they are meaningless compared to a direct encounter with Him. This is not about rejecting theology. So now, we need to genuinely experience God. How can we experience the living God in the daily dynamics of our lives? That itself is not always a given, let alone living in the moral holiness of Jesus and being perfect like the Father. Indeed, it’s still a long way off. We have not even fully grasped the certainty of God's presence. Therefore, seek the Lord. We are already saying farewell to the world, just waiting for the time when God calls us. But before God picks us up, we want to work for Him. Bring God into the dynamics of our lives. Remember, God never leaves us. Experience the living God, then step into the realm of holy living-perfect like the Father, and like Jesus.

WE CANNOT BRING JESUS TO LIFE IN OTHERS IF WE HAVE NOT FIRST BROUGHT HIM TO LIFE WITHIN OURSELVES.

Card image
MENGHIDUPKAN YESUS - 13 Januari 2025
2025-01-13 17:43:30


Seiring dengan pengertian yang ditambahkan Tuhan, kebenaran yang dianugerahkan Tuhan untuk kita pahami, maka pelayanan pekerjaan Tuhan menjadi terasa semakin berat dan memang seharusnya berat. Dari dulu, memang pelayanan tidak ringan; berat. Seiring dengan bertambahnya pengertian kebenaran yang Tuhan berikan, kita terfokus bahwa pelayanan adalah perjuangan untuk mengubah kehidupan sesuai atau seturut dengan standar Allah; dan standarnya adalah Tuhan Yesus. Itu berarti bagaimana menghidupkan Yesus dalam hidup kita sekarang. Kita tidak bisa menghidupkan Yesus di dalam hidup orang lain kalau Dia belum kita hidupkan di dalam diri kita. Tidak boleh ada satu kata pun yang meleset, apalagi perbuatan yang meleset. Makanya pikiran, perasaan kita harus dijaga supaya bersih dari hal-hal najis dan segala keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.

Pelayanan hari ini jauh lebih berat, karena batin kita ikut terasah dalam pergumulan bagaimana membawa diri pada standar kekudusan Allah. Menghidupkan Yesus dalam hidup kita harus dimulai dari menghidupkan apa yang dialami tokoh-tokoh iman Perjanjian Lama dalam hidup kita. Apa yang ditulis di dalam Alkitab Perjanjian Lama harus menjadi realitas yang kita alami. Mungkin tidak sama persis. Jelas tidak mungkin sama persis. Tapi Allah yang hidup—Allah Abraham, Ishak, dan Yakub—harus kita hidupkan di dalam hidup kita, di dalam pergumulan-pergumulan hidup kita. Kita harus benar-benar memercayai Allah. Karakteristik Bapa di surga yang harus kita tangkap; di mana Bapa itu tidak mudah memberi jalan keluar, tidak mudah menunjukkan diri, juga tidak mudah mengabulkan doa.

Lihat, bagaimana Abraham melewati tahun-tahun seakan-akan Tuhan melupakan janji-Nya. Lihat juga bagaimana Yusuf yang sudah mendapatkan mimpi akan menjadi penguasa, harus melewati jalan-jalan terjal. Lihat, bagaimana bangsa Israel dibuat berputar-putar selama 40 tahun. Lihat, bagaimana Daud harus mengalami perjalanan panjang untuk kemudian pengurapannya sebagai raja dipenuhi atau digenapi, dan lain sebagainya. Memercayai Allah hidup memang tidak mudah. Rusaknya gereja dimulai ketika memindahkan pengalaman riil Allah yang hidup, dengan pengetahuan tentang Allah. Dan mereka yang memiliki pengetahuan tentang Allah, namun sebenarnya tidak mengalami Allah adalah orang-orang yang berdiri di mimbar dan mengajar jemaat. Bayangkan, apa yang dibagikan?

Salah satu bukti kalau orang tidak mengalami Tuhan adalah ia tidak kuat berdoa lama, tidak akan kuat duduk diam di kaki Tuhan. Kita mau mengalami Tuhan, bagaimana Tuhan yang hidup itu dihadirkan dalam kehidupan kita. Jadi, kita harus melihat dulu Perjanjian Lama dalam dinamika hidup umat yang dihadiri oleh Allah dengan segala persoalannya. Kita harus mengalami kehadiran Allah dalam dinamika hidup kita, dalam segala persoalan. Tetapi di Perjanjian Baru, arah kita sudah bukan dunia lagi. Seperti bangsa Israel, Kanaan duniawi, tapi kita Kanaan surgawi. Tapi kehadiran Allah dalam hidup kita, harus kita alami.

Yesus menjadi manusia yang sempurna, yang kemudian Yesuslah yang menjadi Penguasa jagat raya. Jangan main-main, tidak ada yang lebih besar dari Yesus kecuali Bapa. Karena Allah Bapa tidak pernah kelihatan, maka segala kuasa di surga dan di bumi diserahkan kepada Yang Mulia Raja kita, Tuhan Yesus. Kalau kita mau menghormati Tuhan Yesus, satu saja caranya: kenakan hidup-Nya dalam hidup kita hari ini. Lakukan apa yang Yesus lakukan. Masalahnya, bagaimana menghidupkan Yesus? Makanya kita harus betul-betul melihat Alkitab dengan jelas, jangan sampai kita lari dari kenyataan bertuhan, lalu masuk kepada pergumulan pengetahuan, mengolah Tuhan di dalam nalar. Tidak salah mengolah Tuhan di dalam nalar, itu bagian dari pergumulan, tapi jangan sampai kita menjadi sesat di situ.

Kita boleh punya rumusan segunung mengenai Allah, tapi itu tidak ada artinya dibanding perjumpaan langsung dengan Dia. Bukan anti teologi. Jadi, sekarang kita mau betul-betul mengalami Tuhan dulu. Bagaimana mengalami Allah yang hidup dalam dinamika hidup kita setiap hari, itu pun belum tentu dialami, apalagi masuk moral kekudusan seperti Yesus, sempurna seperti Bapa. Memang masih jauh. Meyakini Allah hadir saja, belum. Maka, carilah Tuhan. Kita sudah mau pamitan dengan dunia, tinggal tunggu waktu dijemput Tuhan. Tapi sebelum Tuhan menjemput kita, kita mau berkarya bagi Tuhan. Hadirkan Tuhan dalam dinamika hidup kita. Ingatlah, Tuhan tidak meninggalkan kita. Alamilah Tuhan yang hidup, lalu masuk ke kawasan kesucian hidup, sempurna seperti Bapa, serupa dengan Yesus.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA TIDAK BISA MENGHIDUPKAN YESUS DI DALAM HIDUP ORANG LAIN KALAU DIA BELUM KITA HIDUPKAN DI DALAM DIRI KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 Januari 2025
2025-01-13 17:40:56

Ayub 35-37

Card image
Truth Kids 11 Januari 2025 - TUHAN PERISAIKU
2025-01-12 11:12:42


Mazmur 18:31
”Adapun Allah, jalan-Nya sempurna: janji TUHAN adalah murni Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya."

Doni terpilih mewakili sekolahnya dalam lomba sains di wilayahnya. Acara lomba tersebut diadakan minggu depan, jadi Doni mempunyai waktu untuk belajar atau mempersiapkan lomba. Dalam seminggu itu, Doni merasa gelisah dan kuatir. Doni mulai meragukan kemampuannya. Ia pun takut jika mengecewakan guru, sekolah, atau orang tuanya. Setiap malam Doni susah tidur karena memikirkan acara lomba tersebut, sampai-sampai Doni sakit.

Mama Doni tahu bahwa sakitnya Doni karena pikiran dan kekhawatirannya. Saat mama merawat Doni, dengan lemah lembut mama memberi nasihat bahwa kekhawatiran tak akan membantu apa-apa. Kalau Doni percaya kepada Tuhan, maka Tuhan adalah perisai Doni yang selalu melindungi dan menyertai setiap langkahnya. Kalau guru atau sekolah memercayai Doni, berarti Tuhan juga memercayai Doni mengikuti lomba dengan sebaik mungkin. Setelah mendengar nasihat mama, Doni merasa percaya diri dan bersemangat untuk mempersiapkan lomba.

Sobat Kids, yuk, kita belajar untuk percaya penuh bahwa Tuhan adalah perisai kita. Tuhan tak akan meninggalkan orang yang mengasihi Tuhan. Ia akan selalu menyertai setiap langkah kita, asalkan kita berharap dan percaya kepada Tuhan.

Card image
Truth Junior 11 Januari 2025 - GOD IS MY PROTECTION
2025-01-12 11:09:52


Mazmur 18:31
”Adapun Allah, jalan-Nya sempurna: janji TUHAN adalah murni Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya.”

Waktu kecil, ayah dan ibu selalu mengajak berdoa sebelum tidur. Kita percaya Tuhan menjaga dan ada bersama saat kita tidur. Ketika di sekolah sebelum menghadapi ujian, guru memimpin doa supaya bisa mengerjakan ujian. Firman Tuhan yang telah kita baca hari ini memberikan pesan Tuhan adalah perisai hidup kita. Ia satu-satunya perlindungan kita. Meski dalam rasa takut, ada Tuhan beserta kita.

Kita sebagai anak-anak-Nya Allah Bapa harus selalu belajar dan berlatih untuk menumbuhkan iman karakter Kristus dalam diri kita. Kita berjuang supaya kuat melawan godaan Iblis. Percayalah bahwa Tuhan lebih besar dari masalah atau kesulitan kita. Ia memberikan Sobat Junior kekuatan untuk melawan dosa. Misalnya kita memilih untuk belajar daripada bermain games, tidak menyontek saat ujian, dan menghibur teman kita yang sedang sedih.

Selain kuat, kita juga harus memiliki dasar yang kokoh, seperti akar tanaman semakin kuat dan subur. Oleh karena itu, Sobat Junior, _yuk_ kita selalu membaca Alkitab. Dengan membaca dan melakukan firman-Nya, kita semakin mengenal dan berkarakter seperti Kristus.

Dalam perlindungan-Nya, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Ketika jalan kita serong, Ia setia menuntun dan beserta kita selalu. Tuhan menyayangi Sobat Junior. Ia tak menutup mata bahkan saat kita sedang tertidur. Marilah kita berjuang untuk menyenangkan hati-Nya dan berharap selalu kepada-Nya.

Card image
Truth Youth 11 Januari 2025 - LET GO OF THE BURDEN, FOCUS ON GOD!
2025-01-12 11:05:09


“Finally, brothers, whatever is true, whatever is noble, whatever is right, whatever is pure, whatever is lovely, whatever is admirable—if anything is excellent or praiseworthy—think about such things.” (Philippians 4:8)

Hey friends! In this fast-paced and busy world, it seems really hard to focus on God, doesn’t it? There are so many distractions—social media, school activities, hanging out with friends, or even binge-watching your favorite shows. These things aren’t wrong, but if they start pulling us away from God, it might be time to evaluate things.

Hebrews 12:1 says, “Let us throw off everything that hinders and the sin that so easily entangles.” This verse reminds us that sometimes we carry “burdens” or distractions that make it hard to grow in our faith. For example, scrolling on social media until we forget to pray, or constantly worrying about what others say, forgetting that the most important thing is God’s will.

So, how can we focus more on God? First, try reducing the things that often distract you. Set a specific time for quiet or personal prayer, and commit to not being interrupted by your phone or other distractions during that time. Second, fill your heart with things that bring you closer to Him, like reading the Bible, listening to worship music, or participating in activities that help strengthen your faith.

Focusing on God is like tidying up our lives from distractions. The more we remove unnecessary things, the clearer we can see His plan and will for our lives. Let’s release the distractions and draw closer to Him. Trust me, your time with God will never be wasted!

WHAT TO DO:
Learn to discipline yourself to have a dedicated prayer time with God at all times.

BIBLE MARATHON:
▪ Genesis 32–35

Card image
Truth Youth 11 Januari 2025 - LEPASKAN BEBAN, FOKUS KE TUHAN!
2025-01-12 11:02:51


”Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” (Filipi 4:8)

Hai teman-teman! Di zaman yang serba cepat dan serba ada ini, kayaknya susah banget ya buat fokus ke Tuhan? Ada begitu banyak hal yang bisa mengalihkan perhatian kita—media sosial, aktivitas sekolah, hangout bareng teman, atau bahkan sekadar binge-watching serial favorit. Hal-hal ini nggak salah, tapi kalau sampai bikin kita jauh dari Tuhan, mungkin kita perlu evaluasi, nih.

Ibrani 12:1 bilang, “Marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita.” Ayat ini mengingatkan kita bahwa kadang kita membawa “beban” atau gangguan yang bikin kita susah maju dalam iman. Misalnya, kebiasaan scrolling media sosial sampai lupa doa, atau sering banget mikirin omongan orang sampai lupa bahwa yang terpenting adalah kehendak Tuhan.

Jadi, gimana caranya biar bisa lebih fokus ke Tuhan? Pertama, coba kurangi hal-hal yang sering bikin kamu terdistraksi. Buat jadwal khusus untuk waktu teduh atau doa pribadi, dan komitmen untuk nggak terganggu sama ponsel atau hal-hal lainnya selama waktu itu. Kedua, isi hati dengan hal-hal yang membawa kita lebih dekat kepada-Nya, seperti baca Alkitab, dengerin lagu rohani, atau ikut kegiatan yang bisa menumbuhkan iman.

Fokus pada Tuhan itu ibarat merapikan hidup kita dari gangguan. Semakin kita menghilangkan hal-hal yang nggak perlu, semakin jelas juga kita bisa melihat rencana dan kehendak Tuhan dalam hidup kita. Yuk, lepaskan gangguan dan lebih mendekat kepada- Nya. Percaya deh, waktu kamu buat Tuhan nggak akan pernah sia-sia!

WHAT TO DO:
Belajar mendisiplinkan diri untuk memiliki jam doa dengan Tuhan setiap saat

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kejadian 32-35

Card image
Renungan Pagi - 11 Januari 2025
2025-01-12 10:09:54


Kalau kita berketetapan hati untuk hidup dalam kebenaran, maka dimanapun berada hidup menjadi berkat, karena setiap orang akan merasakan ketenangan dan sejahtera, melalui kehidupan kita.

Marilah menjadi orang percaya yang berketetapan hati untuk tidak menajiskan diri sendiri, sehingga dimanapun berada, sukacita dan damai sejahtera surgawi senantiasa menyertai kita.

Card image
Quote Of The Day - 11 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-11 23:07:21


Kita harus bertekad untuk mencapai kesucian setinggi-tingginya sampai puncak kekudusan yang bisa kita capai, sesuai dengan porsi kita masing-masing, dan mendapatkan sertifikat penilaian sangat memuaskan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 11 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-11 23:00:51


Gaya hidup yang Tuhan kehendaki kita miliki adalah hati kita tertaruh di dalam Kerajaan Surga.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 Januari 2025
2025-01-11 22:53:39

Ayub 29-31

Card image
ENERGI ILAHI - 11 Januari 2025
2025-01-11 18:50:13


Kalau tubuh kita menjadi bait Roh Kudus, maka harus ada ruang maha suci dan itu milik Tuhan. Itu ruang pertemuan kita dengan Allah, tidak boleh ada ruangan lain. Dan hidup kita digerakkan untuk melayani Tuhan, menyenangkan hati-Nya, karena fokus kita itu hanya Kerajaan Surga. Jika kita berjuang, maka kita bisa merasa bagaimana arah hidup kita mulai digerakkan, tapi sedikit demi sedikit, tidak bisa sekaligus. Bahkan aktivis dan pendeta pun belum tentu bisa memindahkan fokus itu. Tidak mudah, sebab cara hidup yang kita warisi dari nenek moyang itu bukan perkara-perkara yang di atas, tapi perkara-perkara yang di bumi. Belum lagi nanti kalau ketemu pendeta yang secara tidak langsung atau langsung mengarahkan jemaat untuk menyelamatkan hidup sekarang ini, bagaimana diberkati, bagaimana melewati hidup dengan tubuh sehat, bagaimana berhasil dalam karier, menjadi kepala bukan ekor. Bukan tidak boleh, namun itu belum tepat.

Yang diajarkan tidak menembus batas, maka cara hidupnya tidak berbeda dengan anak dunia, walaupun dalam pelaksanaan keagamaan pasti beda; mereka ke rumah ibadah agamanya, kita ke gereja; kita memiliki budaya Kristen, menyanyi, pakai kalung salib, dan lain-lain. Padahal gaya hidup yang Tuhan kehendaki kita miliki adalah hati kita tertaruh di dalam Kerajaan Surga. Coba kita jujur kepada diri kita masing-masing, betapa sulitnya memindahkan hati kita di Kerajaan Surga, bukan? Seakan-akan itu ada di dimensi yang lain, yang tidak tersentuh. Tapi ketika kita mulai menanggalkan kesenangan-kesenangan dunia, mulai benar-benar hidup suci, maka kita bisa masuk dimensi itu. Mungkin anak-anak muda belum bisa mengerti maksudnya. Maka, orang tua harus terlebih dahulu melangkah, memberi pola yang kemudian anak-anak dapat teladani.

Jadi, konsekuensi ini harus diberi tahu kepada jemaat. Dan konsekuensi itu dilambangkan dengan baptisan. Kalau bagi orang Yahudi, baptisan adalah perubahan gaya hidup, cara hidup dari orang yang beragama lain, suku bangsa lain, lalu menjadi orang Yahudi; namanya baptisan proselit. Sejak dibaptis itu, seseorang harus disunat, harus makan yang halal, pakaiannya pun tidak boleh terbuat dari bahan-bahan yang tidak halal, harus mengikuti cara hidupnya orang Yahudi. Cara hidup orang Yahudi itu beda dengan cara hidup bangsa lain. Jadi, begitu menjadi orang Yahudi, dibaptis proselit, maka hidupnya diubah. Ironis, orang Kristen tidak mengerti apa itu baptisan. Yesus tidak membaptis, namun yang membaptis adalah murid-murid-Nya dengan baptisan kelanjutan Yohanes. Baptisan untuk menghasilkan buah pertobatan.

Yohanes Pembaptis berkata, "Ada seorang di antara kamu yang membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak, begitu agungnya orang itu atau pribadi itu. Aku membaptis kamu dengan air, tapi Dia akan membaptis kamu dengan api dan Roh," Roh Kudus maksudnya. Hanya Roh Kudus yang bisa memberikan perubahan. Maka kita harus hidup dengan perubahan dalam pimpinan Roh Kudus. Tapi modelnya hari ini, anak sudah umur 12-14 tahun, dibawa ke gereja lalu berkata, "Pak pendeta, anak saya belum dibaptis." Sebenarnya kita tidak boleh mengajak orang untuk sekadar dibaptis; "Ayo, siapa yang mau dibaptis?" Harusnya begini, “Siapa yang mau mati dari manusia lama dan hidup dalam hidup yang baru?"

Dalam Roma 6:4 dikatakan bahwa baptisan adalah lambang kematian. Jadi sejak dibaptis, cara hidupnya harus diubah. Yesus membaptis dengan Roh Kudus supaya kita mengalami kelahiran baru atau pembaruan hidup, fokusnya jadi langit baru bumi baru; mengubah habitat. Setelah dibaptis, kita punya habitat baru, habitat warga Kerajaan Surga. Sejak dibaptis, maka energi yang menggerakkan hidup kita harus berbeda. Energi ini yang harus diubah, supaya energi ini berubah, gairahnya yang diubah, semangatnya yang diubah, supaya gairahnya bisa berubah, cara berpikirnya yang diubah. Maka Roma 12:2 katakan, “Berubahlah oleh pembaruan budimu.”

Jangan harap perubahan itu terjadi drastis, radikal, sebab sering membutuhkan proses. Para hamba Tuhan pun tidak boleh merasa puas, sebaliknya, kita harus periksa diri, apakah habitat kita itu sudah habitat yang benar atau belum? Jangan kulitnya pendeta, dalamnya itu dunia. Kristen yang sejati adalah perubahan kodrat. Karenanya, konsekuensinya menjadi anak tebusan adalah hidup kita diambil sepenuhnya oleh Tuhan dan diarahkan untuk menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah, yang dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus.

Maka sejak sekarang energi yang menggerakkan kita haruslah energi ilahi, yaitu energi yang lahir dari kodrat ilahi. Memang tidak mudah, tapi kalau kita sungguh-sungguh, Tuhan selalu beri jalan. Orang yang hatinya sudah terikat dengan Tuhan, pasti tidak terikat dengan dunia, dan merekalah orang-orang yang diperkenan masuk hadirat Allah. Ingatlah, yang membuat penyembahan kita harum adalah kesucian hidup kita setiap hari. Yang membuat kita terbang tinggi adalah keterlepasan kita dengan ikatan dunia.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEJAK SEKARANG ENERGI YANG MENGGERAKKAN KITA HARUSLAH ENERGI ILAHI, YAITU ENERGI YANG LAHIR DARI KODRAT ILAHI.

Card image
Truth Kids 10 Januari 2025 - MENUNGGU
2025-01-11 18:47:28


Mazmur 27:14
”Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!”

Pagi itu, Ani dan ibunya pergi ke klinik karena Ani sedang batuk. Saat tiba di sana, ruang tunggu sudah penuh dengan pasien. Ani yang baru pertama kali ke klinik, merasa tidak sabar. Ia terus bertanya, "Bu, kapan aku dipanggil? Aku sudah tidak sabar."

Ibu pun tersenyum dan berkata, "Sabar ya, Nak. Semua orang di sini sedang menunggu giliran. Kita harus bersabar. Ani pun sudah mulai gelisah, menggoyang-goyangkan kaki, membunyikan meja, dan lain-lain. Ani sudah menunggu lama, dan akhirnya namanya pun dipanggil suster. Dengan hati, senang Ani masuk ruangan dokter untuk diperiksa.

Sobat Kids, ini adalah salah satu cerita kesabaran. Mungkin hari ini kita latihan kesabaran di klinik, besok kita melatih kesabaran antre di toilet. Kita pun harus sabar saat doa kita belum dijawab Tuhan. Sabar saat belum diberikan sesuatu yang kita minta kepada mama papa. Menunggu sesuatu dengan sabar, sesuai firman Tuhan. Dan saat Sobat Kids bersabar, pasti ada hal baik yang Tuhan akan berikan.

Card image
Truth Junior 10 Januari 2025 - WAKTU YANG TERBAIK
2025-01-11 18:46:18


Mazmur 27:14
”Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!”

Pekerjaan sebagai nelayan membutuhkan keterampilan khusus. Para nelayan harus mengerti cara memperbaiki mesin perahunya, cara membuat dan memperbaiki jala, bahkan nelayan juga perlu tahu cara membaca angin dan ombak. Ketika mencari ikan di laut, nelayan harus dapat menjaga keselamatan dirinya sendiri. Jangan sampai angin dan ombak menghanyutkan perahunya. Para nelayan juga harus memperhitungkan waktu yang terbaik untuk menangkap ikan. Wah… ternyata tidak mudah menjadi seorang nelayan, ya, Sobat Junior. Kita harus berterima kasih kepada para nelayan yang telah berjuang menangkap ikan. Berkat kerja keras nelayanlah kita bisa makan ikan atau seafood.

Kita juga perlu mengetahui waktu yang terbaik dalam segala sesuatu, Sobat Junior. Ketika papa atau mama sedang online meeting dari rumah, tentu itu bukan waktu yang terbaik untuk meminta papa atau mama menemani kalian bermain. Ketika ibadah di gereja sudah dimulai, itu juga bukan waktu yang baik untuk bermain.

Tuhan mengajarkan kita unutk menunggu dengan sabar. Semua akan terjadi di waktu yang tepat, sesuai dengan waktunya Tuhan. Apakah yang menjadi pergumulan kalian, Sobat Junior? Doa apakah yang belum dijawab oleh Tuhan? Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk menantikan Tuhan. Kita harus kuat dan tetap menantikan jawaban dari Tuhan. Tuhan pasti menjawab setiap doa kita sesuai dengan waktu yang terbaik menurut versi Tuhan.

Card image
Truth Youth 10 Januari 2025 (English Version) - GARDEN OF TIME
2025-01-10 18:39:48


“For everything there is a season, and a time for every matter under heaven.” (Ecclesiastes 3:1)

Every aspect of life has its time and place, as reminded in Ecclesiastes 3:1. This verse teaches us that our lives are a series of moments that need to be managed wisely. For many, especially those juggling the demands of school, worship, and family, maintaining balance can be a challenge. However, this balance is an act of worship; when we manage our time with wisdom, we honor God’s will who has given us time for all things. Imagine our life as planning a garden. There’s a place for beautiful flowers, shady trees, and open space to walk. If we only plant flowers without considering the trees, the garden will look beautiful but lack shade. Similarly, in life, if we focus too much on one aspect, like school, we may neglect family or worship, which also need our attention.

By maintaining balance in every part of our life, we create a “garden” that is harmonious and more complete as God’s creation. To maintain balance, begin by praying for wisdom from God so that every time decision reflects His will. Then, make a schedule that includes specific time for studying, worship, and family. Set priorities by remembering that each activity is an opportunity to glorify God. In schoolwork, we can serve God through discipline and hard work. In worship, we strengthen our faith. In family, we can show love and support. All of these are part of our calling, and maintaining balance is an act of obedience to God’s will. Thus, when we manage our time according to His will, our lives become more meaningful and fruitful.

WHAT TO DO:
1. Pray for God’s guidance so that we can manage our time wisely.
2. Create a schedule for your daily activities.
3. Give your best in all the activities you do during your time as a way of honoring God.

BIBLE MARATHON:
▪ Genesis 29–31

Card image
Truth Youth 10 Januari 2025 - GARDEN OF TIME
2025-01-10 18:37:55


”Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.” (Pengkhotbah 3:1)

Setiap aspek kehidupan memiliki waktu dan tempatnya, seperti yang diingatkan dalam Pengkhotbah 3:1. Ayat ini mengajarkan bahwa hidup kita adalah rangkaian waktu yang perlu diatur dengan bijaksana. Bagi banyak orang, terutama yang menghadapi tuntutan sekolah, ibadah, dan keluarga, menjaga keseimbangan menjadi tantangan tersendiri. Namun, keseimbangan ini adalah bentuk ibadah; saat kita mengatur waktu dengan hikmat, kita menghormati kehendak Tuhan yang telah memberi kita waktu untuk semua hal. Bayangkan kehidupan kita seperti merencanakan sebuah taman. Ada tempat untuk bunga-bunga indah, pohon-pohon rindang, dan ruang terbuka untuk berjalan. Jika kita hanya menanam bunga tanpa memedulikan pohon, taman itu akan terlihat indah, tetapi kurang teduh. Begitu pula dengan kehidupan. Jika kita terlalu fokus pada satu aspek seperti sekolah, maka kita mungkin kurang memberi perhatian pada keluarga atau ibadah, yang juga perlu kita rawat.

Dengan menjaga keseimbangan dalam setiap bagian kehidupan, artinya kita menciptakan “taman” yang harmonis dan menjadi lebih utuh sebagai ciptaan Tuhan. Untuk menjaga keseimbangan, mulailah dengan berdoa memohon hikmat dari Tuhan agar setiap keputusan waktu kita mencerminkan kehendak-Nya. Lalu, buatlah jadwal yang mencakup waktu khusus untuk belajar, beribadah, dan bersama keluarga. Tentukan prioritas dengan mengingat bahwa setiap aktivitas adalah kesempatan untuk memuliakan Tuhan. Dalam tugas sekolah, kita bisa melayani Tuhan melalui disiplin dan kerja keras. Dalam ibadah, kita menguatkan iman kita. Di keluarga, kita bisa menunjukkan kasih dan dukungan yang nyata. Semua ini adalah bagian dari panggilan hidup kita, dan menjaga keseimbangan menjadi bentuk ketaatan pada kehendak Tuhan. Dengan demikian, ketika kita mengelola waktu sesuai dengan kehendak-Nya, maka hidup kita menjadi lebih bermakna dan berbuah.

WHAT TO DO:
1.Berdoa minta tuntunan Tuhan agar kita bisa menata waktu kita dengan bijak
2.Buatlah sebuah jadwal, aktivitas sehari-hari
3.Berikan yang terbaik dalam semua aktivitas yang kita lakukan dalam waktu kita, sebagai bentuk memuliakan Tuhan

BIBLE MARATHON :
▪︎ Kejadian 29-31

Card image
Renungan Pagi - 10 Januari 2025
2025-01-10 18:35:39


Kesalehan dimulai dari hati dan pikiran yang diperbaharui, yang muncul dalam karakter, perbuatan dan perkataan.

Kesalehan itu suatu integritas, suatu kesatuan antara pikiran, perbuatan dan perkataan. Kesalehan itu suatu bentuk ibadah dalam kehidupan sehari-hari, berani memiliki prinsip yang tegas untuk melakukan kebenaran saja tanpa kompromi.

Card image
Quote Of The Day - 10 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-10 18:33:50


Orang yang full heart, mencintai Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan, ia pasti full time.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 10 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-10 18:05:14


Hidup yang kekal bukan hanya bicara mengenai panjangnya hidup, melainkan mengenai dalamnya hidup, kualitas hidup.

Card image
A SERIOUS STRUGGLE - 10 Januari 2025 (English Version)
2025-01-10 12:58:53


When a man came to the Lord Jesus and said, "Good Teacher, what must I do to have eternal life?" The phrase "eternal life" means quality life. This does not only concern life after the grave, because the Bible says, "He who believes in Him has eternal life." Eternal life does not only talk about the length of life, but also about the depth of life, the quality of life. Then the Lord gave the answer, "Observe the law, by observing the law your life will be of quality." But this man still asked, feeling that the standard of living that he had, namely observing the law, had been achieved: "I have done all, Lord, what do I lack?" The Lord Jesus did not deny the possibility that this man had fulfilled the law. As Paul said in Philippians 3:6-8, regarding the law, he was blameless—just like this man. Yet, this man expressed dissatisfaction with what he had achieved: "What more am I lacking?"

The Lord Jesus pointed out a way of life higher than that of merely obeying the law, higher than the life of a religious person: "Follow Me." If you follow the Lord Jesus, you cannot follow in His footsteps in one day, it must be from one day, one day. month, a year, and so on. But before that, Jesus said to him in Matthew 19:21, "Sell all your possessions, give to the poor, and follow me. This is the consequence of following me." This is the same as in Luke 9:21. When people said, "Lord, I want to follow you wherever you go," Jesus did not answer whether or not they could, but Jesus said, "Foxes have holes and birds have nests. The Son of Man has nowhere to lay His head. Are you willing to take on My way of life?"

A way of life that is truly changed requires serious struggle, requires learning, until we experience change. That's the consequence, but almost all Christians don't know, and pastors don't make it clear either. Most likely, the pastor himself has not paid the price of the consequences or is not serious about paying the consequences. The Word of God says, “You were bought with a price, bought from the futile way of life inherited from your ancestors.” So we we can no longer have many focuses that give birth to passion and move us to live based on our own desires. God says, "Lay up treasures in heaven, not on earth; where your treasure is, there your heart will be."

In Colossians 3:1-4, it is written that we must focus our minds on the things above, where Christ is seated at the right hand of God, and where we will also reign with Him. We must not treat this as something insignificant. These words often sound foreign to many Christians because they are rarely preached. Yet, if we read Romans 8:17, our ultimate projection is to be glorified together with Christ and reign with Him. It is difficult for us to grasp this truth and place our hope in the glory we will share with Jesus. It often feels like it exists in an unreachable dimension, beyond what our minds can comprehend. However, when we begin to seriously let go of worldly pleasures and sin, we will gradually step into that dimension. We will come to understand what the Word of God declares in 1 Peter 1:3: "We have been born again through the resurrection of Jesus Christ into a living hope."

Remember, one of the most dangerous yet often unnoticed enemies is living an ordinary life like everyone else. If we wake up each day and our passion is not directed toward the things above, it’s because we haven’t shifted our hearts to the Kingdom of Heaven. If pastors are deceived by dark powers into focusing their hearts on building large churches, increasing congregations, or organizing impressive events, they might lose sight of the ultimate purpose. Similarly, striving to make Bible schools thrive is not wrong, but if these become the ultimate goals, then we are misled. Such pursuits will produce poor outcomes because they fail to align with the true purpose of life. Paul’s words serve as a powerful reminder: "Whether you eat or drink, or whatever you do, do it all for the glory of God." This means that neither you nor I have any claim over our lives because everything belongs to the Lord. In other words, we should say, "I have no room left, because every part of my life is Yours."

A TRULY CHANGED WAY OF LIFE REQUIRES SERIOUS STRUGGLE, LEARNING, UNTIL WE EXPERIENCE CHANGE.

Card image
PERJUANGAN YANG SERIUS - 10 Januari 2025
2025-01-10 12:57:04


Ketika ada seorang datang kepada Tuhan Yesus dan berkata, "Guru yang baik, apa yang harus kulakukan supaya aku beroleh hidup yang kekal?" Kalimat "hidup yang kekal" itu artinya hidup yang berkualitas. Ini bukan hanya menyangkut hidup nanti setelah kubur, sebab Alkitab berkata, "Yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal." Hidup yang kekal bukan hanya bicara mengenai panjangnya hidup, melainkan mengenai dalamnya hidup, kualitas hidup. Lalu Tuhan memberikan jawaban, "Lakukan hukum, dengan melakukan hukum hidupmu berkualitas." Tetapi orang ini masih bertanya, merasa bahwa standar hidup yang telah dia miliki, yaitu melakukan hukum, telah dia capai: "Semua sudah kulakukan, Tuhan, kurang apa lagi?" Tuhan Yesus tidak membantah kemungkinan pria ini sudah memenuhi hukum. Seperti Paulus dalam Filipi 3:6-8 mengatakan bahwa ditinjau dari hukum Taurat, dia tidak bercacat, seperti orang ini. Tapi orang ini menyatakan dia tidak puas dengan apa yang dia sudah capai: "Kurang apa lagi?"

Tuhan Yesus menunjukkan satu cara hidup yang lebih tinggi dari cara hidup orang yang melakukan hukum, dari cara hidup orang beragama: "Ikut Aku." Kalau ikut Tuhan Yesus, maka tidak dalam satu hari bisa mengikuti jejak-Nya, harus dari satu hari, satu bulan, satu tahun, dan seterusnya. Tetapi sebelum itu, Yesus berkata kepadanya dalam Matius 19:21, "Jual segala milikmu, bagikan kepada orang miskin, dan ikutlah Aku. Itu konsekuensinya kalau mau ikut Aku.” Ini sama dengan yang di Lukas 9 ketika orang berkata, "Tuhan, aku mau ikut Engkau ke mana pun Engkau pergi," Yesus tidak menjawab boleh atau tidak, tapi Yesus berkata, "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang. Anak Manusia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Kamu mau mengenakan cara hidup-Ku?"

Cara hidup yang benar-benar diubah memerlukan perjuangan yang serius, perlu belajar, sampai kita mengalami perubahan. Itu konsekuensinya, tetapi hampir semua orang Kristen tidak tahu, dan pendeta juga tidak memberi tahu dengan jelas. Kemungkinan besar, pendetanya sendiri juga belum membayar harga konsekuensinya atau tidak serius membayar konsekuensi tersebut. Firman Tuhan berkata, “Kamu telah dibeli dengan harga yang lunas dibayar, kamu dibeli dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu.” Maka kita sudah tidak boleh lagi memiliki banyak fokus yang melahirkan gairah dan menggerakkan kita hidup berdasarkan keinginan kita sendiri. Tuhan mengatakan, "Kumpulkan harta di surga, bukan di bumi; di mana ada hartamu, di situ hatimu berada."

Di dalam Kolose 3:1-4, dikatakan bahwa kita harus fokuskan diri kita kepada perkara-perkara di atas, di mana Kristus duduk di sebelah kanan Allah, dan kita juga akan bersama-sama dengan Dia memerintah. Jangan kita anggap itu sesuatu yang tidak bernilai. Kalimat ini menjadi asing di telinga banyak orang Kristen karena nyaris tidak diberitakan, padahal kalau kita membaca Roma 8:17, proyeksi kita itu dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus dan memerintah dengan Dia. Susah sekali kita meyakini itu dan menaruh pengharapan kita untuk kemuliaan bersama Yesus, atau atas kemuliaan bersama dengan Yesus itu. Seakan-akan itu ada di dimensi yang tidak bisa kita tembus, tidak bisa tercerna di pikiran. Tapi ketika kita mulai serius melepaskan, menanggalkan segala kesenangan dan dosa, maka kita pasti mulai bisa masuk dimensi itu. Dan kita bisa mengerti apa yang dikatakan firman Tuhan di 1 Petrus 1:3, “Kita telah dilahirkan baru oleh kebangkitan Tuhan Yesus kepada suatu hidup yang penuh pengharapan.”

Ingat, musuh yang tidak disadari tapi sangat membahayakan adalah hidup dalam kewajaran seperti manusia lain, sehingga kita bangun tidur, gairah hidup kita itu bukan perkara-perkara di atas, karena kita belum memindahkan hati kita di Kerajaan Surga. Kalau pendeta ditipu oleh kuasa gelap dengan menggerakkan hatinya, bagaimana gereja menjadi besar, jemaat tambah banyak, lalu ada acara-acara yang keren. Kalau punya sekolah Alkitab, bagaimana sekolah Alkitabnya maju. Tidak keliru, memang harus memikirkan itu. Tapi, kalau itu menjadi tujuan akhir, maka kita sesat. Dan produk nanti yang dihasilkan pasti jelek karena tidak sampai di tujuan hidup. Jadi, tidak berlebihan kalau Paulus berkata, "Baik kamu makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah. Kamu dan aku tidak punya bagian lagi dalam hidup ini karena semua ini milik Tuhan." Dengan kalimat lain, “Aku tidak punya ruangan lagi, karena seluruh ruangan hidupku ini adalah milik-Mu.”

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

CARA HIDUP YANG BENAR-BENAR DIUBAH MEMERLUKAN PERJUANGAN YANG SERIUS, PERLU BELAJAR, SAMPAI KITA MENGALAMI PERUBAHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 Januari 2025
2025-01-10 12:55:04

Ayub 24-28

Card image
Truth Kids 09 Januari 2025 - PENGAMPUNAN TUHAN
2025-01-09 21:48:39



Mazmur 121:1-2
”Nyanyian ziarah. Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi”

David adalah seorang anak yang rajin ke Sekolah Minggu. Ia pun taat melakukan firman Tuhan. Suatu hari, ia masuk ke dalam tempat yang indah. Tempat itu begitu nyaman dan membuatnya merasa damai. Dia mengenakan mahkota dan melihat banyak orang memuji-muji nama Tuhan Yesus. Ternyata, dia berada di Kerajaan Surga! David sangat senang di sana.

Lalu David mendengar dan melihat teman-temannya yang menjerit kesakitan di seberang Kerajaan itu. Mereka ketakutan di tengah kegelapan. Mereka menangis dan meminta pertolongannya. Mereka tidak tahu kalau selama ini mereka hidup dalam kenakalan dan melukai hati Tuhan Yesus. Selama ini mereka suka menyakiti teman, berbohong, melawan orang tua, dan lainnya. David menangis tersedu-sedu dan ingin menolong teman-temannya. David pun terbangun. Ternyata, itu semua hanyalah mimpi.

Sobat Kids, saat kita menyakiti teman, berbohong dan melawan orang tua, hati kita menjadi tidak nyaman, tidak sejahtera. Kita tahu itu salah. Ada seorang Sobat yang setia yang mau mengampuni dosa kita, Dia adalah Tuhan Yesus. Datang kepada-Nya melalui doa, dan berjanji untuk tidak melakukan kesalahan lagi. Maka, Tuhan selalu ada untuk mengampuni kita.

Card image
Truth Junior 09 Januari 2025 - PENOLONG YANG SETIA
2025-01-09 21:47:05


Mazmur 121:1-2
”Nyanyian ziarah. Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi”

Dina sedang bersusah hati. Papanya sakit keras, dokter mengatakan papanya harus dirawat di rumah sakit untuk sementara waktu. Dina sangat sedih, ia khawatir akan kesehatan papanya. Pikirannya pun melayang ke mana-mana. Dina takut kehilangan papanya. Mama Dina juga memiliki perasaan yang sama, sedih melihat kondisi kesehatan suaminya. Jadi, Dina tidak ingin menambah beban mamanya kalau dia bercerita tentang perasaannya yang sedang sedih juga. Ia khawatir kesehatan mamanya ikut menurun.

Dina mempunyai teman dekat, Susy, yang selalu menjadi tempatnya bercerita. Begitu juga sebaliknya, jika Susy ada masalah, ia selalu bercerita kepada Dina. Ke mana-mana mereka selalu bersama. Dina menceritakan kondisi papanya kepada Susy. Susy juga ikut sedih merasakan apa yang Dina rasakan. Susy mencoba menghibur Dina, dan Susy juga mendoakan Dina supaya Dina dapat lebih tenang. Susy pun mengingatkan Dina untuk berdoa, membawa masalahnya kepada Tuhan.

Malam sebelum tidur, Dina berdoa kepada Tuhan. Ia menangis dalam doanya dan Tuhan mendengar seruannya meminta tolong. Dina merasakan damai sejahtera. Di hatinya timbul pengharapan kembali. Dina merasa lebih tenang dan dapat menyerahkan papanya ke dalam tangan Tuhan. Keesokan hari, mamanya Dina mendapat telepon dari rumah sakit yang mengabarkan papanya Dina sudah boleh pulang. Pengobatannya dapat dilanjutkan dengan rawat jalan. Mamanya Dina senang sekali mendengar berita kalau suaminya sudah dapat pulang ke rumah dan dapat berkumpul bersama lagi. Dina yang diberitahu oleh mamanya juga sangat senang sekali. Dina ingat doa-doa yang dia serukan kepada Tuhan. Tuhan memberikan pertolongan sesuai dengan waktu-Nya. Tuhan adalah Penolong setia yang tidak pernah meninggalkan kita berjalan sendirian.

Card image
Truth Youth 09 Januari 2025 (English Version) - CALL OF THE ROAD GUIDE
2025-01-09 21:45:12


“For we are God’s handiwork, created in Christ Jesus to do good works, which God prepared in advance for us to do.” (Ephesians 2:10)

Each of us is created with a unique purpose. In Ephesians 2:10, we are reminded that we are God’s handiwork, created with a specific intent—to do good works that He has prepared for us in advance. This means that our life’s calling is not accidental but part of God’s perfect plan. However, how do we discern the calling that God has set for us? Discovering this begins with knowing God and understanding His will for our lives. Imagine our lives as a long road filled with various signposts. Sometimes, we may feel confused or unsure about which way to go. However, if we focus on God as our primary guide, He will show us the path we should take.

Just like a guide directing mountain hikers, God has prepared our path and provides us with direction through His Word, reflection, and the prompting of the Holy Spirit. The good works we are meant to do have already been prepared by Him; our responsibility is to draw closer to Him so we can clearly see the direction we should take. Setting life goals that align with God’s will requires awareness of several things. We must pray continuously, asking God to open our hearts to His calling. We should also recognize the talents and gifts God has given us. These gifts often serve as clues to what He wants us to do. Finally, we must remain open to opportunities for service, as God’s calling often becomes evident when we actively engage in doing good works. By living a life dedicated to fulfilling God’s will, we not only fulfill His calling but also discover the true meaning of our lives.

WHAT TO DO:
1. Seek God’s guidance in prayer to understand your life’s calling.
2. Reflect on your talents, skills, hobbies, or strengths that can be used to serve.
3. Be willing to accept responsibilities and respond to the call to serve.

BIBLE MARATHON:
▪ Genesis 26–28

Card image
Truth Youth 09 Januari 2025 - CALL OF THE ROAD GUIDE
2025-01-09 21:43:29


”Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya.” (Efesus 2:10)

Setiap kita diciptakan dengan tujuan yang khusus. Dalam Efesus 2:10, kita diingatkan bahwa kita adalah ciptaan Allah yang dibuat dengan maksud tertentu, untuk melakukan pekerjaan baik yang telah dipersiapkan oleh-Nya sejak semula. Ini berarti, panggilan hidup kita tidak bersifat kebetulan, melainkan bagian dari rencana Allah yang sempurna. Namun, bagaimana kita mengetahui apa panggilan hidup yang Tuhan tetapkan bagi kita? Menemukan panggilan ini dimulai dengan pengenalan akan Tuhan dan pemahaman tentang kehendak-Nya bagi hidup kita. Bayangkan hidup kita seperti sebuah jalan panjang yang penuh dengan berbagai penunjuk arah. Terkadang, kita bisa merasa bingung atau tidak yakin ke mana kita harus melangkah. Namun, jika kita fokus kepada Tuhan sebagai panduan utama, maka Dia akan menunjukkan jalan yang harus kita tempuh.

Sama seperti seorang pemandu yang mengarahkan perjalanan pendaki gunung, Tuhan telah mempersiapkan jalan kita dan memberi kita petunjuk melalui firman-Nya, perenungan, dan dorongan dari Roh Kudus. Pekerjaan baik yang harus kita lakukan telah disiapkan-Nya; tugas kita adalah mendekatkan diri pada Tuhan agar kita bisa melihat dengan jelas arah mana yang harus kita ambil. Menetapkan tujuan hidup yang mencerminkan kehendak Tuhan memerlukan kesadaran akan beberapa hal. Kita perlu berdoa secara terus-menerus, meminta agar Tuhan membuka hati kita terhadap panggilan-Nya. Selain itu kita harus mengenali talenta dan karunia yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Karunia yang kita miliki sering kali menjadi petunjuk tentang apa yang Tuhan ingin kita lakukan. Dan akhirnya kita harus terbuka terhadap kesempatan untuk melayani, karena sering kali panggilan Tuhan muncul saat kita melibatkan diri dalam pekerjaan baik. Dengan menjalani hidup yang didedikasikan untuk melakukan kehendak Tuhan, kita tidak hanya memenuhi panggilan-Nya, tetapi juga menemukan makna sejati dalam kehidupan kita.

WHAT TO DO:
1.Minta petunjuk Tuhan dalam doa untuk diberitahukan apa panggilan hidup kita.
2.Introspeksi diri kita, apa talenta kita, skills, hobby, atau kelebihan apa pun yang bisa digunakan untuk melayani.
3.Berani untuk menerima tanggung jawab dan panggilan untuk melayani.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kejadian 26-28

Card image
Renungan Pagi - 09 Januari 2025
2025-01-09 21:41:20


Orang yang menyukai taurat Tuhan, bibir dan lidahnya senantiasa memuji Tuhan, artinya lewat bibir dan lidah, kita mengucapkan kata-kata yang membangun, kata-kata yang positif, ucapkan hal-hal yang memuliakan nama Tuhan.

Kadangkala terlalu banyak masalah terjadi dalam hidup kita karena bibir dan mulut senang mengucap sumpah dan hal-hal yang jahat. Tetapi orang-orang yang bergaul intim dengan Taurat Tuhan bibir dan lidahnya senantiasa memuliakan Tuhan.

Card image
Quote Of The Day - 09 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-09 21:40:00


Banyak orang tertipu oleh dirinya sendiri dan bisa tertipu oleh kuasa kegelapan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 09 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-09 21:38:56


Kita ditebus oleh darah Yesus yang memberi kita suatu pengharapan tidak binasa karena dosa kita dihapus oleh darah Yesus.

Card image
FOCUS OF LIFE - 09 Januari 2025 (English Version)
2025-01-09 13:05:46


Of course when we wake up, there’s an energy that drives us, there is a force that moves us, and of course that energy naturally carries a spirit or passion. The term "spirit" here does not refer to a person or being but rather to a drive, passion, or energy. Humans are driven by a passion or spirit that becomes the energy or strength behind their actions and movement in life. Typically, this spirit or passion is closely tied to the goals they aim to achieve. For example, if the goal is a position of power, then the passion will include the desire to obtain that position. If the goal is wealth, the passion will certainly include an element of pursuing riches. Most people tend to have multiple goals that become the focus of their lives.

Different from animals that are driven by passion only to survive; they look for food, then they sleep, wake up again tomorrow, and so on. If humans, can have many objects or goals according to the philosophy they have obtained since childhood. If the father is a doctor, some of the children want to be doctors or some become doctors. There is a passion to become a doctor that drives them to wake up early to school, wake up early to college. If their parents are entrepreneurs, whose focus in life is wealth and riches, then from a young age, the children are already absorbing the philosophy of life from their parents, so they hurry to finish school and college to become entrepreneurs, take over their father's position, or start a new business.

We are redeemed by the blood of Jesus which gives us a hope that we will not perish because our sins are washed away by the blood of Jesus. And one day we will be allowed to enter heaven. However, it is ironic that many Christians live their lives without understanding the consequences of redemption, that redemption by the blood of Jesus means redemption from the futile way of life that we inherited from our ancestors. Indeed, changing one’s way of life is not easy. That's why Jesus said, "Make disciples of all nations." A freer translation would be, “Teach them to learn.” Learning is a process of change; from stupid to smart, from incompetent to capable, from inexpert to expert. And if we read the Bible, it is not just a small change, but a change that concerns the whole of life or a change that concerns our very nature.

In 2 Peter 1:3-4 it says, this change in the way of life must occur and take place in our lives. Even though we have been Christians since childhood, we still have to experience the process of God's formation in order to understand this truth. Meanwhile, many believe that redemption can be received without consequences. This belief is misleading and deceptive. It does not make people evil, but it makes Christians not reach their goals, makes Christianity decline, not as God wants.

THE CHANGED FOCUS OF LIFE MAKES OUR WAY OF LIFE ALSO CHANGES.

Card image
FOKUS HIDUP - 09 Januari 2025
2025-01-09 13:03:18


Tentu setiap hari ketika kita bangun tidur, ada energi yang menggerakkan kita, ada kekuatan yang menggerakkan kita, dan tentu energi itu memiliki spirit atau memiliki roh. Spirit (roh) bukan dalam arti person, atau pribadi, melainkan roh dalam arti gairah, spirit. Manusia digerakkan oleh satu gairah, satu spirit yang menjadi energi atau kekuatan seseorang dalam menggerakkan hidupnya. Dan biasanya, spirit atau gairah itu terkait dengan tujuan yang hendak dicapai. Spirit (gairah) ini memuat apa yang menjadi tujuan hidup. Kalau tujuannya adalah kedudukan, maka gairah itu memuat keinginan untuk memiliki jabatan tersebut. Kalau tujuannya adalah harta, maka gairah tersebut pasti berunsur harta. Dan rata-rata manusia memiliki banyak objek tujuan yang menjadi fokusnya.

Beda dengan binatang yang didorong oleh gairah hanya untuk bertahan hidup; mereka mencari makan, setelah itu mereka tidur, besok bangun lagi, demikian seterusnya. Kalau manusia, bisa memiliki banyak objek atau tujuan sesuai dengan filosofi yang dia peroleh sejak kecil. Kalau papanya dokter, anak-anaknya ada yang mau jadi dokter atau sebagian jadi dokter. Ada gairah untuk menjadi dokter yang menggerakkan mereka bangun pagi sekolah, bangun pagi kuliah. Kalau orang tuanya pengusaha, yang tentu fokus hidupnya adalah uang dan harta, maka anak-anaknya dari kecil sudah mengasup, memperoleh filosofi hidup dari orang tuanya tersebut, sehingga sekolah dan kuliah cepat-cepat diselesaikan untuk menjadi pengusaha, menggantikan posisi ayahnya atau membuka usaha baru.

Itulah kehidupan manusia pada umumnya, atau hampir semua manusia. Namun, pada akhirnya semua tujuan tersebut ternyata hanya membawa kesenangan sesaat di bumi. Itu pun belum tentu juga tercapai. Kalau kita membaca di dalam 1 Petrus 1:17, bahwa kalau kita menyebut Allah itu Bapa kita, maka kita dikehendaki untuk hidup dalam takut akan Dia. Artinya, takut karena menghormati Dia selama kita menumpang di dunia. Kata "menumpang" di sini penting sekali; _paroikias_ dalam bahasa aslinya, artinya menetap sementara. Selanjutnya dalam 1 Petrus 1:18-19, “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.”

Ketika kita ditebus oleh darah Yesus, konsekuensinya fokus hidup kita harus berubah. Fokus hidup yang berubah membuat cara hidup kita juga berubah. Cara hidup yang kita warisi dari nenek moyang (Yun. Πατροπαραδότου; patroparadotou), kebiasaan hidup yang kita warisi dari nenek moyang harus berubah. Itu berarti gairah hidup kita harus berubah, spirit hidup kita harus berubah. Kita tidak lagi hidup seperti dulu, sebelum kita ditebus oleh darah Yesus, atau sebelum kita akil balig dan mengerti maksud penebusan tersebut. Entah sejak kapan, kekristenan mengalami kemerosotan dan dinamika hidup kekristenan palsu diwarisi dari generasi ke generasi sampai zaman kita sekarang.

Kita ditebus oleh darah Yesus yang memberi kita suatu pengharapan tidak binasa karena dosa kita dihapus oleh darah Yesus. Dan suatu hari kita diperkenan masuk surga. Namun ironis, banyak orang Kristen yang menjalani hidup tanpa mengerti konsekuensi dari penebusan itu, bahwa penebusan oleh darah Yesus itu berarti penebusan dari cara hidup yang sia-sia yang kita warisi dari nenek moyang. Memang, untuk perubahan cara hidup ini tidak mudah. Itulah sebabnya Yesus berkata, "Jadikan semua bangsa murid-Ku." Kalau kalimat bebasnya, “Suruh mereka belajar.” Belajar adalah proses perubahan; dari bodoh jadi pintar, dari tidak cakap menjadi cakap, dari tidak ahli menjadi ahli. Dan kalau kita membaca Alkitab, itu bukan hanya perubahan sedikit, melainkan perubahan yang menyangkut seluruh kehidupan atau perubahan yang menyangkut kodrat.

Di 2 Petrus 1:3-4 dikatakan, perubahan cara hidup inilah yang harus terjadi dan berlangsung dalam hidup kita. Walaupun sejak kecil kita Kristen, tetapi kita tetap harus mengalami proses pembentukan Tuhan agar bisa mengerti kebenaran ini. Sementara banyak yang percaya bahwa penebusan itu bisa kita miliki tanpa konsekuensi. Itu menyesatkan, menipu. Memang tidak membuat orang menjadi jahat, tetapi membuat orang Kristen tidak mencapai tujuan, membuat kekristenan jadi merosot, tidak seperti yang Tuhan kehendaki.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

FOKUS HIDUP YANG BERUBAH MEMBUAT CARA HIDUP KITA JUGA BERUBAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 Januari 2025
2025-01-09 13:01:04

Ayub 21-23

Card image
Truth Kids 07 Januari 2025 - JARUM KOMPAS
2025-01-07 21:28:03


Yesaya 55:8-9
”Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.”

Memasuki tahun yang baru dan saat libur sekolah, Mike dan keluarganya pergi bersama untuk melihat air terjun. Mike naik ke atas gunung bersama papa, mama, dan adiknya.

Dengan hati yang senang, Mike cepat-cepat melangkahkan kakinya untuk sampai di air terjun. Mike dan papa berjalan di depan untuk melihat petunjuk arah agar sampai di air terjun. Papa memegang kompas. Mike pun penasaran dan bertanya, "Apa itu, Pa?" "Ini adalah kompas, Nak. Gunanya untuk menunjuk arah," jawab papa. "Kok, jarumnya bergerak terus, Pa?" tanya Mike saat ia memegang kompas itu. Lalu papa pun menjawab, "Jarum kompas selalu menunjuk ke arah utara. Jadi ketika kita memutar posisi kompas ini, jarum kompasnya akan ikut berputar juga, ke arah utara." Akhirnya tibalah Mike dan keluarganya di air terjun.

Sobat Kids, dalam kehidupan sebagai anak-anak Allah, kita butuh arah yang benar. Begitu juga hati Sobat Kids kepada Allah. Arahan Allah seperti jarum kompas, selalu menunjukkan arah yang benar dalam hidup anak-anak-Nya. Dengan rajin membaca Alkitab dan berdoa, Allah akan memberikan arah kepada kita seperti jarum kompas.

Card image
Truth Junior 07 Januari 2025 - GOD’S PLAN
2025-01-07 21:25:14


Yesaya 55:8-9
”Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.”

Ani sudah pulang dari sekolah, tetapi aneh, mukanya sedih. Mama dan papanya melihat wajah Ani yang sedang murung dan sedih. Mereka pun bertanya-tanya apa yang terjadi kepada Ani. Lalu Ani bercerita kepada papa dan mamanya kalau ia sedih karena apa yang sudah direncanakannya tidak berjalan sesuai dengan keinginannya. “Memangnya apa yang sudah kamu rencanakan?” tanya papa. Ani menjelaskan kepada papanya kalau Ani dan teman-temannya sudah berencana akan mengumpulkan uang donasi untuk Sita. Mamanya Sita sedang sakit dan butuh biaya untuk berobat supaya segera ditangani oleh dokter. Sita adalah teman baik Ani. Ani sudah infokan ke beberapa kelas seangkatannya, dan hari ini, hari terakhir untuk pengumpulan donasinya. Ternyata ada beberapa teman lupa membawa uang donasinya, jadi tidak bisa diberikan kepada Sita hari ini. Mereka harus menunggu semuanya yang ingin berdonasi. Ani merasa sedih dan kesal karena tidak dapat memberikan uang donasi kepada Sita tepat waktu sesuai yang dia harapkan.

Papanya berusaha menjelaskan kepada Ani, kalau apa yang Ani lakukan sudah sangat baik, tetapi jika memang belum terkumpul sesuai waktu yang Ani inginkan, jangan langsung sedih dan kesal. Rencana Tuhan itu pasti yang terbaik. Memang terlihat tidak baik buat kita, tetapi Tuhan tahu yang terbaik. Kita harus percayakan sama Tuhan dan terus dukung dalam doa agar kehendak Tuhan bisa terjadi.

Sobat Junior, tidak ada rencana Tuhan yang gagal, kita harus percaya itu. Tuhan terlebih tahu rencana yang paling baik. Dan Ani pun mengerti penjelasan Papanya. Sekarang hatinya lebih merasa damai sejahtera karena dia tahu rencana Tuhan buat mamanya Sita adalah yang paling baik.

Card image
Truth Youth 07 Januari 2025 (English Version) - JUST DO IT
2025-01-07 21:21:33


“When I am afraid, I put my trust in You. In God, whose word I praise—in God I trust and am not afraid. What can mere mortals do to me?” (Psalm 56:3-4)

Fear and anxiety are unavoidable parts of life, especially when starting something new. Whether it’s in work, relationships, or major life changes, uncertainty often triggers feelings of fear. In Psalm 56:3-4, the psalmist demonstrates that in the midst of fear, we can choose to rely on God. “When I am afraid, I put my trust in You,” the psalmist writes, showing us that when anxiety arises, we can bring our fears to God and trust in His word. God is always faithful, and His word contains promises that give us strength to face any frightening situation. Trusting that God is in control allows us to move forward with calmness, even when uncertainty looms. This trust doesn’t mean fear vanishes instantly, but it provides a solid foundation to step forward with confidence.

The story of Moses in Exodus 3:1-12 is a remarkable example of how someone can overcome fear and embark on a new mission with God. When Moses was called to lead the Israelites out of Egypt, he was filled with fear and doubt. He felt unworthy and worried about the reactions of those around him. Yet, God assured him with the promise: “I will be with you” (Exodus 3:12). This promise gave Moses the courage to face uncertainty and take significant steps, even while fear lingered within him. Like Moses, we can learn to confront fear with faith, trusting that God is with us in every step we take. When we surrender our anxieties to Him, God gives us the confidence to move forward, guiding us through all uncertainties. With faith and complete trust in God, we can start anew, knowing He walks with us in every step of our life’s journey.

WHAT TO DO:
1. Pray and seek God’s wisdom.
2. Trust in God’s word and His promise to be with you.
3. Take steps and make decisions with faith.

BIBLE MARATHON:
▪ Genesis 21–23

Card image
Truth Youth 07 Januari 2025 - JUST DO IT
2025-01-07 21:18:57


”Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu; kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” (Mazmur 56:3-4)

Ketakutan dan kecemasan adalah bagian yang tak bisa dihindari dari kehidupan, terutama ketika kita harus memulai kembali sesuatu yang baru. Entah itu dalam pekerjaan, hubungan, atau perubahan besar lainnya, ketidakpastian sering kali memicu perasaan takut. Dalam Mazmur 56:3-4, pemazmur menunjukkan bahwa di tengah ketakutan, kita dapat memilih untuk mengandalkan Tuhan. “Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu,” tulis pemazmur, memberikan kita teladan bahwa saat rasa cemas datang, kita bisa membawa ketakutan itu kepada Tuhan dan percaya pada firman-Nya. Tuhan selalu setia, dan dalam firman-Nya terdapat janji-janji yang memberi kita kekuatan untuk menghadapi segala situasi yang menakutkan. Keyakinan bahwa Tuhan memegang kendali memungkinkan kita melangkah dengan tenang, meski ketidakpastian mengintai. Dalam perjalanan ini, kepercayaan kita kepada Tuhan bukan berarti ketakutan langsung hilang, tetapi bahwa kita memiliki pegangan yang kokoh untuk melangkah maju.

Kisah Musa dalam Keluaran 3:1-12 menjadi salah satu contoh luar biasa tentang bagaimana seseorang dapat mengatasi ketakutan dan memulai misi baru bersama Tuhan. Ketika Musa dipanggil untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, dia dipenuhi rasa takut dan keraguan. Musa merasa tidak layak, bahkan khawatir akan respons orang-orang di sekitarnya. Namun, Allah menjanjikan penyertaan- Nya: “Aku menyertai engkau” (Keluaran 3:12). Janji itu memberi Musa keberanian untuk menghadapi ketidakpastian dan mengambil langkah yang besar, meskipun ketakutan masih ada dalam dirinya. Seperti Musa, kita dapat belajar untuk menghadapi ketakutan dengan iman, percaya bahwa Tuhan menyertai kita dalam setiap langkah yang diambil. Ketika kita menyerahkan kecemasan kita kepada-Nya, maka Tuhan memberi kita keyakinan untuk maju, dan Dia membimbing kita melewati segala ketidakpastian. Dengan iman dan kepercayaan penuh kepada Tuhan, kita dapat memulai kembali, mengetahui bahwa Dia berjalan bersama kita dalam setiap langkah perjalanan hidup ini.

WHAT TO DO:
1. Berdoa dan mencari hikmat Tuhan
2. Percaya pada firman Tuhan dan janji bahwa Tuhan akan menyertai
3. Melangkah dan mengambil keputusan dengan iman

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kejadian 21-23

Card image
Renungan Pagi - 07 Januari 2025
2025-01-07 21:31:47


Keluarkan perkataan dengan prinsip berguna dan membangun, sebelum kita menyampaikan sesuatu, pikirkan apakah perkataan ini berguna atau tidak, apakah membangun ataukah justru membuat kekacauan dan keributan.

Dua prinsip ini sangat penting, kalau perkataan berguna, kalau perkataan membangun, barulah kita maka hidup akan menjadi berkat yang besar bagi banyak orang.

Card image
Quote Of The Day - 07 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-07 20:59:57


Fanatisme terhadap Tuhan ditandai dengan fanatisme untuk didapati Tuhan berkenan, sampai Tuhan bisa menyebut, "Ini anak-Ku yang Kukasihi, kepadanya Aku berkenan."

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 07 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-07 20:58:45


Setiap hari kita dilatih Tuhan untuk tidak bercacat dengan pencobaan-pencobaan yang kita hadapi. Jangan sampai kita tidak lulus, jangan kita gagal.

Card image
BE FOUND BLAMELESS - 07 Januari 2025 (English Version)
2025-01-07 18:12:14


To achieve victory, all strongholds of sin must be removed. If there are no strongholds, Satan cannot bring us down. Let us strive to eliminate all sinful strongholds—the remnants of our old self. For example, if we are easily offended, we may encounter people who hurt us. Victory does not come without struggle. Defeating Satan is not easy. He is cunning, and we all have areas of weakness. Therefore, we must pray earnestly and listen to God’s Word so that the devil loses his power over us. When we talk about perfection, do not imagine becoming like God—it’s impossible. Even becoming like Jesus is beyond our reach because His trials were vastly different from ours. If Jesus bore a burden of 1000 kilograms, our burden might only be 50 kilograms. But we must carry our 50 kilograms with strength. When we see someone fall into sin, let us not say, “How could they fall over something so small?” We do not know what they have faced. Each person’s trials are different, tailored to their capacity. Those who are given much will be required to bear much, while those given little will be required to bear little. Regardless of the trial, however, we must overcome. Perfection involves two aspects. The first is spiritual maturity. The trials faced by someone newly converted to Christianity differ from those of someone who has been a Christian for 30 years. The second is the varying portions of trials. Yet, we must always triumph and pass the test. For instance, if we are insulted or belittled and still feel offended, it means we have not yet passed.

So, don't die yet, because we haven't graduated. When we die, our current state becomes permanent. This means that at the moment of death, whatever level of spiritual quality we have achieved, that's what we carry with us. If our "score" is seven, it will remain seven; it won't suddenly become nine after death. Whatever we possess at that moment is our final score. Therefore, improve yourself now while you're still alive. The question is, what is our score right now? To answer this, we should ask God, "Lord, is there still anything wrong within me?" When we are still spiritually immature and capable of making mistakes, God understands. But as we grow older and become spiritually mature, we must strive to become people who can no longer make mistakas. We must graduate.

Essentially, holiness encompasses three bn. First, it involves removing all bases of sin or topon-the potential for sin or sinful nature within us that can be provoked by dark forces. Second, it concerns our source of happiness or joy. If God is not our sole source of happiness, we will certainly not be pleasing in His sight. Third, it is about our life’s motivation. Our motivation in life should be entirely for God. Thus, we be holy, free from any wrongdoing—not only avoiding moral transgressions but also eliminating unnecessary things and aligning even the simplest aspects of our lives with the thoughts and feelings of God. Do not be attached to the world anymore. When we return (to God), we take nothing with us. The older we get, the more we must empty the vessel of our hearts.

If we have these three things, we will definitely go to heaven. In heaven, we will not only be members of society, but members of the family of the Kingdom of God. Perfect means passing, winning, and being blameless and flawless. Every day we are trained by God to be blameless with the trials we face. We must not fail. We choose what is right in God's eyes, so that we become truly blameless people before God. God wants us to be truly perfect like the Father; meaning not making mistakes. Every action of God the Father is precise, exact, accurate, and flawless. So later when we stand before the judgment seat of God, may we be found blameless.

Don't misunderstand, don't misinterpret. When the Lord Jesus said, "You must be perfect as the Father," previously the Lord Jesus explained the laws that apply to religious people in general, in this case the Jewish religion, Judaism, and the behavior, morality, ethical standards imposed on the children of God; then the Lord Jesus said, like this. Not only not killing, but also not hating. If someone kills, it can be found out, it can be proven. But if he hates, who knows? Only God. But we must be perfect like the Father who has no hatred. So when we face a husband who is harsh, cruel, or even abusive (domestic violence), how can we forgive? It's very hard. But if we can do that, we pass, we conquer.

WE CHOOSE WHAT IS RIGHT IN GOD'S EYES, SO THAT WE BECOME TRULY BLAMELESS PEOPLE BEFORE GOD.

Card image
TIDAK DIDAPATI BERCACAT CELA - 07 Januari 2025
2025-01-07 17:59:33


Untuk bisa menang, pangkalan-pangkalan dosa harus dibuang. Kalau sudah tidak ada pangkalan, maka setan tidak bisa menjatuhkan. Ayo, kita mau mencabut semua pangkalan berbuat dosa, pangkalan manusia lama kita. Yang gampang tersinggung, justru bertemu orang yang melukai. Tidak ada kemenangan tanpa perjuangan. Setan itu tidak mudah dikalahkan. Setan itu licik. Dan setiap kita masih ada pangkalan. Maka, kita harus banyak berdoa dan dengar firman. Sehingga Iblis jadi tidak berkuasa. Jadi, kalau bicara soal sempurna, jangan kita bayangkan menjadi seperti Allah. Tidak bisa, bahkan seperti Yesus pun tidak bisa, karena pencobaan yang dialami Yesus berbeda dengan kita. Kalau Yesus 1000 kilogram, kita hanya 50 kilogram. Tapi yang 50 kilogram itu kita harus sanggup pikul.

Jadi, kalau kita melihat orang jatuh dalam dosa, jangan berkata, "Ya, begitu saja jatuh?" Karena kita belum tahu apa yang dia alami. Pencobaan masing-masing orang itu berbeda, sesuai dengan kapasitasnya. Yang diberi banyak, dituntut banyak; yang diberi sedikit, dituntut sedikit. Tapi, apa pun pencobaan yang kita hadapi, kita harus menang. Sebenarnya bicara soal kesempurnaan itu menyangkut dua aspek. Yang pertama, menyangkut usia rohani. Jadi, yang baru masuk Kristen dengan yang sudah menjadi Kristen selama 30 tahun, tentu beda pencobaannya. Yang kedua, porsi pencobaan yang berbeda-beda. Tapi harus menang, harus lulus. Jadi, kalau kita dihina, direndahkan, masih tersinggung, berarti belum lulus.

Maka, jangan mati dulu, karena kita belum lulus. Sebab ketika kita meninggal, maka keadaan kita hari ini adalah keadaan permanen. Artinya, waktu kita meninggal dunia, seberapa tingkat kualitas rohani kita, itulah yang kita bawa. Kalau nilai kita tujuh, ya tetap tujuh, tidak mungkin setelah mati berubah menjadi sembilan. Apa yang kita miliki hari itu, itulah nilai kita. Maka, tingkatkan sekarang selagi kita masih hidup. Masalahnya, berapa nilai kita sekarang? Untuk itu, kita tanyakan kepada Tuhan, “Tuhan, masihkah ada kesalahan dalam diriku?” Ketika kita masih belum dewasa rohani dan kita masih bisa melakukan kesalahan, Tuhan maklum. Tapi makin tua, makin dewasa, maka kita harus menjadi orang yang tidak bisa berbuat salah. Harus lulus. Sejatinya, kesucian itu meliputi tiga hal. Yang pertama, menanggalkan semua pangkalan dosa atau topon ; potensi dosa atau kodrat dosa dalam diri kita yang bisa dipancing kuasa gelap. Yang kedua, apa yang menjadi kebahagiaan atau kesenangan kita. Kalau Tuhan tidak menjadi satu-satunya kebahagiaan kita, pasti kita tidak berkenan di hadapan Allah. Yang ketiga, motivasi hidup. Seharusnya, motivasi hidup kita hanya sepenuhnya bagi Allah. Makanya, kita harus suci, tidak ada lagi perbuatan salah. Bukan hanya tidak melanggar moral, melainkan juga hal-hal yang tidak perlu, hal-hal sederhana harus presisi seperti pikiran perasaan Allah. Jangan terikat dunia lagi. Kita pulang tidak bawa apa-apa. Makin tua, bejana hati kita harus makin dikosongkan.

Kalau kita punya tiga hal ini, kita pasti masuk surga. Di surga, kita bukan hanya menjadi anggota masyarakat, tapi anggota keluarga Kerajaan Allah. Sempurna itu artinya lulus, menang, tidak bercacat tidak bercela. Setiap hari kita dilatih Tuhan untuk tidak bercacat dengan pencobaan-pencobaan yang kita hadapi. Jangan sampai kita tidak lulus, jangan kita gagal. Kita memilih apa yang benar di mata Tuhan, sehingga kita menjadi manusia yang benar-benar tidak bercacat di hadapan Allah. Allah menghendaki kita benar-benar sempurna seperti Bapa; artinya tidak berbuat salah. Setiap tindakan Allah Bapa itu presisi, tepat, akurat, tidak bercela. Demikian nanti ketika kita berdiri di hadapan takhta pengadilan Tuhan, kiranya kita tidak didapati bercacat cela.

Jangan salah mengerti, jangan salah tafsir. Ketika Tuhan Yesus berkata, “Hendaklah kamu sempurna seperti Bapa,” sebelumnya Tuhan Yesus menjelaskan mengenai hukum yang diberlakukan bagi orang beragama pada umumnya, dalam hal ini agama Yahudi, Yudaisme, dan perilaku, moralitas, standar etika yang dikenakan bagi anak-anak Allah; baru Tuhan Yesus berkata, seperti ini. Bukan hanya tidak membunuh, tapi juga tidak membenci. Kalau seseorang membunuh bisa ketahuan, bisa terbukti. Tapi kalau membenci, siapa yang tahu? Hanya Tuhan. Tapi kita harus sempurna seperti Bapa yang tidak punya kebencian. Maka ketika kita menghadapi suami yang kasar, jahat, bahkan KDRT, bagaimana bisa mengampuni? Berat sekali. Tapi kalau kita bisa melakukan itu, kita lulus, kita menang.

Tuhan Yesus memberkati

Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA MEMILIH APA YANG BENAR DI MATA TUHAN, SEHINGGA KITA MENJADI MANUSIA YANG BENAR-BENAR TIDAK BERCACAT DI HADAPAN ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 Januari 2024
2025-01-07 17:53:47

Ayub 14-16

Card image
Truth Kids 05 Januari 2025 - TIDAK ADA KATA TERLAMBAT UNTUK TUHAN
2025-01-05 12:08:41


Pengkhotbah 3:11
”Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.”

Sobat Kids, masih ingatkah kalian kisah tentang Maria dan Marta dalam Alkitab? Kali ini kita akan membahas tentang saudara mereka yang bernama Lazarus. Ketika Tuhan dalam perjalanan di sebuah tempat, Tuhan Yesus menerima kabar bahwa Lazarus sakit. Tuhan Yesus sangat mengasihi Maria, Marta, dan Lazarus. Tetapi bukannya mempercepat perjalanan-Nya, Tuhan malah menunda selama dua hari. Hasilnya, ketika Tuhan Yesus sampai di tempat Maria dan Marta, Lazarus telah dikuburkan selama 4 hari. Namun, tidak ada yang terlambat bagi Tuhan. Tuhan menunjukkan kuasa-Nya dengan membangkitkan Lazarus dari dalam kubur, sehingga banyak orang percaya dan memuliakan Allah.

Sobat Kids, di dalam kehidupan kita tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan, pasti ada campur tangan Tuhan di dalamnya. Mungkin kita merasa terlambat ditolong Tuhan saat mengalami kesulitan seperti Maria dan Marta. Tapi ingat, Tuhan bisa mengubah kemalangan menjadi sukacita yang besar. Begitu juga dalam kehidupan kita, jangan patah semangat ketika kita merasa Tuhan tidak menolong. Tidak ada kata "terlambat" bagi Tuhan. Ia akan menyatakan kuasa-Nya dan menolong hidupmu, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 05 Januari 2025 - WAKTU TUHAN SELALU TEPAT
2025-01-05 10:16:30


Pengkhotbah 3:11
”Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.”

Semoga Sobat Junior semuanya dalam keadaan yang bahagia, ya! Tahu nggak, Sobat Junior, kalau dari kitab Pengkhotbah, Tuhan menunjukkan kepada kita bahwa waktu Tuhan itu selalu tepat, loh! Apakah kalian pernah merasa tidak sabar menunggu sesuatu? Misalnya, menunggu ulang tahun kalian untuk segera datang atau menunggu waktu bermain saat pelajaran sekolah selesai. Kadang rasanya lama sekali, ya?

Tuhan selalu punya waktu yang tepat untuk segala sesuatu dalam hidup kita. Seperti petani yang menanam padi. Mereka harus sabar menunggu hingga benih itu tumbuh dan siap dipanen. Jika dipanen terlalu cepat, hasilnya belum matang. Begitu juga dengan rencana Tuhan. Apa yang terlihat seperti keterlambatan bagi kita, sebenarnya adalah waktu terbaik yang sudah diatur oleh Tuhan. Saat kita merasa harus menunggu, ingatlah bahwa Tuhan sedang mempersiapkan sesuatu yang indah untuk kita. Mungkin kita belum mengerti sekarang, tetapi nanti kita akan melihat betapa sempurnanya rencana-Nya.

Sobat Junior, yuk, kita belajar untuk bersabar dan percaya kepada waktu Tuhan. Tetaplah berdoa dan bersemangat, karena Tuhan tahu kapan saat yang paling baik untuk kita. Ingat, semua yang Dia lakukan selalu indah pada waktunya. Bahagia selalu, Tuhan memberkati!

Card image
Truth Youth 05 Januari 2025 (English Version) - COMMITTING YOUR HEART
2025-01-05 10:13:01


“For I know the plans I have for you,” declares the LORD, “plans to prosper you and not to harm you, plans to give you hope and a future.” (Jeremiah 29:11)

Just like a smartphone that begins to lag, we often try to restart it so it can function normally again. Similarly, every time we sin, we attempt to restart our lives from those failures. Restarting our lives signifies progress because it means we recognize our mistakes and strive to correct our wrongful and harmful actions. Each of us is called by God to carry out His great works. Our lives have a purpose; we’re not merely here to exist and then end up in the grave. Surely, there is a significant mission that God has entrusted to us in this world, one that we are meant to fulfill.

Restarting our lives relates to our purpose—where will we go after restarting from failure? Simply put, we need to identify God’s calling. We must continually pray and reflect to discern His calling. This is essential and cannot be replaced by anything else.

Recognizing God’s calling means starting a relationship with Him. We cannot find God anywhere except through prayer. By praying, we reconnect the bond between ourselves and God. In this process, we slowly come to know Him, and eventually, we can understand His calling in our lives. Don’t feel like you’re struggling alone to discover His purpose. Paul, one of the most prominent figures in the Bible, is a perfect example of someone who found a new life and God’s purpose in it. Paul worked tirelessly to understand God and His plans. Believe that we, too, can be like Paul if we truly commit our hearts to trusting God, learning, and praying to Him.

WHAT TO DO:
1. Trust in God and His plans, believing that everything is good.
2. Set aside dedicated time to meet God through prayer.

BIBLE MARATHON:
▪ Genesis 13–17

Card image
Truth Youth 05 Januari 2025 - MEMBULATKAN HATI
2025-01-05 10:10:40


”Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yeremia 29:11)

Seperti handphone yang mulai lelet, kita mencoba untuk me-restart agar handphone kita bisa berfungsi dengan normal. Setiap kali kita berbuat dosa, kita pasti akan mencoba untuk memulai kembali hidup kita dari kegagalan tersebut. Kita me-restart hidup kita lagi, kita memulai kembali. Ini adalah kemajuan yang baik, karena kita menyadari bahwa kita melakukan kesalahan dan berupaya untuk membenahi tindakan kita yang keliru dan merugikan. Setiap kita dipanggil Tuhan untuk melakukan pekerjaan-Nya yang besar. Hidup kita ada tujuannya, bukan sekadar hadir di bumi lalu berakhir di liang kubur. Pasti, ada hal besar yang Tuhan titipkan pada kita di dunia ini untuk kita tunaikan dengan baik. Mengulang kembali hidup berhubungan dengan tujuan hidup, akan ke mana kita setelah kita mengulang kembali kehidupan dari kegagalan? Singkatnya, kita perlu mengenali panggilan Tuhan. Kita harus terus berdoa dan berefleksi untuk mengenali panggilan-Nya. Ini mutlak, tidak bisa digantikan oleh hal lain.

Mengenali panggilan Tuhan artinya kita memulai hubungan dengan Tuhan, yang mana kita tidak bisa menemukan Tuhan di mana pun kalau tidak melalui doa. Dengan berdoa, kita menyambung kembali ikatan antara kita dengan Tuhan. Di sini, ada proses ketika kita pelan-pelan mengenal-Nya dan akhirnya kita bisa memahami panggilan-Nya dalam hidup kita. Jangan merasa bahwa kita berjuang sendiri dalam menemukan panggilan- Nya. Paulus, tokoh Alkitab yang sangat terkenal, adalah contoh orang yang berhasil menemukan hidup yang baru dan tujuan Tuhan di dalam hidupnya. Ia pun mati-matian berjuang memahami Tuhan dan rencana-Nya. Yakinlah, kita pun bisa menjadi seperti Paulus, jika kita benar-benar membulatkan hati untuk mempercayai Tuhan, belajar, dan berdoa kepada-Nya.

WHAT TO DO:
1.Mempercayai Tuhan dan rencana-Nya, bahwa segala sesuatu baik adanya.
2.Menyiapkan waktu khusus untuk bertemu Tuhan lewat doa.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kejadian 13-17

Card image
Renungan Pagi - 05 Januari 2025
2025-01-05 10:00:07


Kejujuran adalah sebuah keharusan, tentu tidak mudah, tapi menuntun kita pada kebenaran dan keselamatan, kejujuran yang dimulai dari dalam hati akan membentuk perilaku yang jujur di hadapan manusia dan Tuhan.

Kejujuran adalah pilihan terbaik yang harus kita ambil, karena itu adalah dasar yang kuat, saat mulai membangun suatu hubungan yang sehat dan mempertahankannya, kejujuran adalah kunci kepercayaan orang lain pada apa yang kita katakan dan lakukan.

Card image
Quote Of The Day - 05 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-05 09:58:50


Di dalam masa penampian ini, kita tidak bisa tidak mengambil sikap, kita tidak bisa tidak memilih.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 05 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-05 09:57:22


Kalau kita mau hidup di dalam perlindungan Tuhan, kita mau ada di genggaman tangan Tuhan, maka kita harus menurut apa pun yang Tuhan kehendaki.

Card image
WINNING - 05 Januari 2024 (English Version)
2025-01-05 09:54:58


Many opinions state that it is impossible to achieve perfection during one’s life on earth. These opinions are not only voiced by lay church members but also by speakers from the pulpit. Yet, the Lord Jesus clearly said, "Therefore, be perfect, just as your Father in heaven is perfect." When the Lord Jesus said this in Matthew 5:48, He was explaining the laws applied to religious people in general versus the laws imposed on the children of God. The Lord Jesus made a comparison. Thus, the context is life on earth, not life elsewhere, much less in heaven. In the preceding verses, Jesus said, "You have heard that it was said, 'Love your neighbor and hate your enemy.' But I tell you, love your enemies and pray for those who persecute you."

For the world, killing means taking someone's life. But for Christians, hating is already considered murder. For the world, adultery involves physical relations with someone who is not your spouse or is not yet officially a husband or wife. However, for believers, looking at someone of the opposite sex with desire is already categorized as adultery. This is then concluded with, “You must be perfect, just as your Father in heaven is perfect.” Reading the preceding verses, we see that the Lord compares the laws applicable to humanity in general or to common religions, with the behavior or moral standards expected of God’s children. Thus, the perfection we must achieve is not for heaven or another place later but here and now, on earth, in our respective places.

We must first grasp this. We need to accept this. Let us not be misled by worldly views that are, in reality, influenced by the powers of darkness. The Lord Jesus Himself said this. Now, we must understand what perfection truly means. This truth must color and transform our lives, for nothing is more important than perfection. The Lord Jesus later stated in the next chapter, "Store up treasures in heaven, not on earth." The treasures in heaven refer to a life that pleases God, which becomes our eternal possession.

In its original text, the word "perfect" is teleios. Teleios or perfection has many meanings. Firstly, perfection means to pass, like overcoming a struggle or contest that enables someone to win the struggle and pass. This is why teleios can also mean victory. This reminds us of what the Lord Jesus repeatedly said in the Book of Revelation, and in every letter written to the churches, the word "victory" appears. There is a struggle we must undertake to achieve what God desires of us, which is to win. However, without realizing it, an erroneous insight has been taught to us. Perhaps unintentionally, due to lack of understanding, it is as if Jesus has already won for us, and we no longer need to struggle.

Jesus made it possible for us to win by giving us the potential to win. Jesus won for Himself so that we might achieve victory. Thus, we cannot simply piggyback on the victory of the Lord Jesus. We must have our own victory, which is why Jesus said, "Overcome as I have overcome." This is reiterated repeatedly: "As I have overcome, so you too must overcome." Ironically, many Christians believe that when Jesus suffered, died on the cross, and rose again, His victory automatically enables us to win alongside Him. This is a mistaken view. Jesus completed His struggle, obeying to the point of death, even death on a cross, thereby becoming the source of salvation (Hebrews 5:7-9). Although He was the Son, He did not gain an easy path to victory. Jesus offered prayers with loud cries to the Father, who was able to save Him from death—meaning, who could raise Him. He struggled.

The Bible states, "The Father raised Jesus because of His righteousness." Thus, it was not merely because He was the Son that He was raised; that would be unfair and nepotistic. Rather, it was because of His righteousness that He was raised. It is also stated that “In His life as a human, He offered prayers and petitions with loud cries and tears to Him who was able to save Him from death.” He was raised because of His righteousness, and His prayers were heard. Jesus rose not because God arbitrarily raised Him without order or rules, but because He became the source of salvation through His struggle.

JESUS WON FOR HIMSELF SO THAT WE COULD ACHIEVE VICTORY. THERE IS A STRUGGLE WE MUST UNDERTAKE TO ACHIEVE WHAT GOD DESIRES OF US, WHICH IS TO WIN.

Card image
MENANG - 05 Januari 2025
2025-01-05 09:51:51


Banyak pendapat yang mengatakan bahwa tidak mungkin selama hidup di bumi seseorang bisa mencapai kesempurnaan. Bukan hanya jemaat awam yang mengucapkan, namun juga pembicara di mimbar. Padahal, Tuhan Yesus jelas berkata, "Karena itu hendaklah kamu sempurna sama seperti Bapa di surga sempurna." Ketika Tuhan Yesus mengucapkan kalimat ini di Matius 5:48, Yesus sedang menjelaskan hukum yang diberlakukan bagi orang beragama pada umumnya, dan hukum yang dikenakan bagi anak-anak Allah. Tuhan Yesus membuat perbandingan. Jadi, ini konteksnya adalah kehidupan di bumi, bukan kehidupan di tempat lain, apalagi di surga. Di ayat sebelumnya, Yesus berkata, "Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu."

Kalau bagi orang dunia, membunuh itu menghabisi nyawa. Tapi bagi orang Kristen, membenci sudah merupakan pembunuhan. Bagi orang dunia, standar hukumnya yang namanya berzina itu melakukan hubungan badan dengan orang yang bukan pasangan hidupnya atau yang belum resmi sebagai suami istri. Tetapi bagi orang percaya, memandang lawan jenis dan mengingininya, sudah dikategorikan berzina. Yang kemudian ditutup dengan, “Kamu harus sempurna sama seperti Bapa di surga sempurna.” Dan kalau kita membaca ayat-ayat sebelumnya, Tuhan membandingkan hukum yang berlaku bagi manusia pada umumnya atau agama-agama pada umumnya dan perilaku atau standar moral bagi anak-anak Allah. Jadi, sempurna yang harus kita capai itu bukan nanti di surga atau di tempat lain, meIainkan sekarang ini, di bumi ini, di tempat kita masing-masing.

Ini harus kita camkan dulu. Kita harus menerima ini. Jangan kita disesatkan oleh pandangan dunia yang sebenarnya itu dari kuasa kegelapan. Tuhan Yesus sendiri yang berkata ini. Sekarang yang kita harus tahu adalah apa sebenarnya pengertian sempurna itu? Kebenaran ini harus kita pahami sehingga mewarnai hidup dan mengubah kita. Karena tidak ada yang lebih penting selain kesempurnaan. Yang kemudian Tuhan Yesus berkata di pasal berikutnya, "Kumpulkan harta di surga, bukan di bumi.” Harta di surga adalah kehidupan kita yang berkenan kepada Allah, yang itu menjadi milik kekal kita.

Dalam teks aslinya, kata sempurna ini adalah "teleios." Teleios atau sempurna itu ternyata memiliki banyak pengertian. Yang pertama, sempurna itu artinya lulus. Jadi, seperti sebuah pergumulan, pergulatan yang membuat seseorang bisa memenangkan pergumulan itu sehingga lulus. Itulah sebabnya kata teleios juga bisa berarti menang. Maka, teringatlah kita dengan apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus di dalam Kitab Wahyu berkali-kali, dan di setiap surat yang ditulis kepada jemaat-jemaat ada kata "menang." Ada perjuangan yang harus kita lakukan untuk membuat kita mencapai apa yang Allah atau Tuhan kehendaki, yaitu kita menang. Namun tanpa kita sadari, ada insight (pemahaman) yang diajarkan keliru kepada kita. Mungkin dia tidak bermaksud mau menyesatkan, karena dia juga tidak mengerti, seakan-akan Yesus yang membuat kita menang dan kita tidak perlu perjuangan.

Yesus membuat kita menang, tapi berupa pemberian potensi untuk menang. Yesus menang untuk diri-Nya demi supaya kita bisa mencapai kemenangan. Jadi, kita tidak bisa mendompleng kemenangan Tuhan Yesus. Kita harus punya kemenangan sendiri, yang karenanya Yesus berkata, "Menanglah kamu seperti Aku menang." Dan itu diulang berkali-kali, "Seperti Aku menang, kamu juga harus menang." Ironis, banyak orang Kristen berpikir bahwa ketika Yesus menderita, mati di kayu salib dan bangkit, itu adalah kemenangan Yesus yang membuat kita otomatis bisa ikut menang bersama Dia. Ini pendapat yang salah. Yesus menyelesaikan pergumulan-Nya, taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib, sehingga Dia menjadi pokok keselamatan (Ibr. 5:7-9). Walaupun Dia adalah Anak, tetapi Dia tidak mendapat kemudahan untuk menang. Yesus menaikkan doa dengan ratap tangis kepada Bapa yang berkuasa menyelamatkan-Nya dari maut; artinya yang berkuasa membangkitkan diri-Nya. Dia bergumul.

.Dan memang Alkitab berkata, “Bapa membangkitkan Yesus karena kesalehan-Nya.” Jadi, bukan karena mentang-mentang Dia adalah Anak lalu dibangkitkan, itu tidak fair, itu nepotisme. Tapi karena kesalehan-Nya, maka Dia dibangkitkan. Dikatakan juga bahwa “Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, yang bisa membangkitkan-Nya. Dan karena kesalehan-Nya, Ia telah dibangkitkan,” didengarkan doa-Nya. Yesus bangkit bukan karena Allah sekadar membangkitkan tanpa tatanan dan tanpa aturan. Dan karena Dia dibangkitkan, maka Dia menjadi pokok keselamatan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

YESUS MENANG UNTUK DIRI-NYA DEMI SUPAYA KITA BISA MENCAPAI KEMENANGAN. ADA PERJUANGAN YANG HARUS KITA LAKUKAN UNTUK MEMBUAT KITA MENCAPAI APA YANG ALLAH KEHENDAKI, YAITU MENANG

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 05 Januari 2025
2025-01-05 09:47:28

Ayub 6-9

Card image
Truth Kids 03 Januari 2025 - TUHAN TAHU YANG TERBAIK
2025-01-03 22:23:35


Yeremia 29:11
”Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”

Sobat Kids, dengan perkembangan zaman sekarang ini, banyak sekali inovasi, salah satu contohnya dalam kuliner. Mungkin kalian pernah melihat orang tua memakai sosial media untuk melihat jenis makanan dan minuman _fast food_ yang ada sekarang. Hal itu membuat kita jadi ingin. Di rumah, mama memasak sayur-sayuran dan lauk pauk yang biasa, tidak sama seperti yang kita lihat di sosial media. Tetapi tahukah kamu bahwa masakan Mama di rumah jauh lebih sehat bagi tubuh kita? Terkadang, apa yang kita inginkan itu bukanlah yang kita butuhkan, Sobat Kids.

Tuhan mau kita memiliki tubuh yang sehat dengan memakan makanan dan minuman yang bersih dan sehat pula. Bukan berarti makanan fast food itu tidak bersih, tetapi bahan-bahan yang dipakai belum tentu menyehatkan bagi tubuh kita, seperti terlalu banyak minyak, garam, dan yang terlalu banyak gula dapat membuat tubuh kita sakit. Jadi, jangan iri dan jangan mengeluh jika kita tidak bisa makan fast food. Kita harus bersyukur dan bangga kalau kita bisa memakan makanan yang dimasak di rumah, karena apa yang sudah disediakan oleh Tuhan lewat mama dan keluarga kita, itu lebih baik bagi tubuh kita. Ingatlah, Tuhan tahu yang terbaik.

Card image
Truth Junior 03 Januari 2025 - RENCANA TUHAN INDAH
2025-01-03 22:17:56


Yeremia 29:11
”Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”

Sobat Junior, semoga kalian dalam keadaan baik, ya! Ayat firman Tuhan hari ini mengajarkan kita bahwa Tuhan selalu punya rencana terbaik buat kita, meskipun terkadang tidak sesuai dengan keinginan kita.

Terkadang, kita merasa kecewa atau sedih karena sesuatu yang kita inginkan tidak terjadi. Mungkin ada hal-hal yang menurut kita bagus, tetapi ternyata tidak terjadi seperti yang diharapkan. Namun, jangan khawatir, ya, Sobat Junior! Tuhan melihat jauh ke depan dan tahu apa yang paling baik untuk kita. Contohnya, kita ingin bermain di luar saat hujan. Main hujan di luar merupakan sesuatu yang menyenangkan dan sangat kita inginkan, tetapi orang tua melarang kita karena ingin melindungi kita agar tidak sakit. Begitu juga dengan Tuhan yang tahu kapan saat yang tepat untuk setiap keinginan kita.

Jadi, Sobat Junior, yuk, kita belajar untuk memercayai Tuhan dalam segala hal. Walaupun mungkin sekarang kita belum mengerti rencana Tuhan, tetapi tetaplah percaya rencana Tuhan adalah hal yang terbaik. Dia selalu ingin memberikan hari depan yang penuh harapan dan kebahagiaan. Yuk, serahkan semua keinginan dan harapan kita kepada Tuhan! Ingat, Tuhan selalu menyertai kita dan akan memberikan yang terbaik untuk kita. Tuhan memberkati!

Card image
Truth Youth 03 Januari 2024 (English Version) - A NEW BEGINNING
2025-01-03 22:15:35


“But when you pray, go into your room, close the door and pray to your Father, who is unseen. Then your Father, who sees what is done in secret, will reward you.” (Matthew 6:6)

Today, we will learn two essential things to start the new year with God: repentance and prayer. Repentance is a vital step to cleanse our hearts and minds. In 1 John 1:9, we are reminded that if we confess our sins, God is faithful and just, and He will forgive our sins and purify us from all unrighteousness. Imagine our hearts as a dirty glass; repentance is the process of cleaning it so we can see and feel God’s love more clearly. Repentance isn’t just about acknowledging our mistakes; it’s about changing our hearts and minds and striving to live better each day.

As we cleanse ourselves through repentance, we also need to embrace prayer as a crucial part of our spiritual life. Prayer is how we communicate with God. Building the habit of prayer might seem challenging at first, but it can start with simple steps. For example, dedicate a specific time each day to pray, such as in the morning before starting your day or at night before sleeping. Let prayer become an intimate moment with God, like chatting with a friend or a parent. Begin with gratitude, share your thoughts and feelings, and ask for guidance for the day ahead. Don’t let prayer become just a routine—make it a necessity. By making repentance and prayer part of our daily lives, we can continually renew ourselves and draw closer to God.

WHAT TO DO:
1. Acknowledge our mistakes and repent, asking for God’s forgiveness.
2. Set aside time to pray—whether in the morning before activities, at night before bed, or any other time. The important thing is to communicate with God.

BIBLE MARATHON:
▪ Genesis 5–8

Card image
Truth Youth 03 Januari 2025 - AWAL BARU
2025-01-03 20:39:30


”Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (Matius 6:6)

Hari ini kita akan belajar dua hal untuk mengawali tahun baru kita dalam Tuhan: bertobat dan berdoa. Bertobat merupakan langkah penting untuk membersihkan hati dan pikiran kita. Dalam 1 Yohanes 1:9, kita diingatkan bahwa jika kita mengakui dosa-dosa kita, Tuhan itu setia dan adil, Dia akan mengampuni dosa-dosa kita dan membersihkan kita dari segala kejahatan. Coba bayangkan hati kita seperti gelas yang kotor, pertobatan adalah cara kita membersihkannya sehingga kita bisa melihat dan merasakan cinta Tuhan dengan lebih jelas. Bertobat bukan sekadar mengakui kesalahan, tetapi juga tentang perubahan hati dan pikiran kita, berusaha untuk hidup lebih baik setiap hari.

Di saat kita membersihkan diri kita melalui bertobat, kita juga perlu berdoa sebagai bagian penting dalam kehidupan rohani kita. Berdoa merupakan bentuk kita berkomunikasi dengan Tuhan. Dimulai dari membiasakan diri berdoa, yang mungkin terdengar sulit, tapi sebenarnya bisa dimulai dengan langkah-langkah sederhana. Misalnya, kita bisa membuat waktu khusus setiap hari untuk berdoa, misalnya doa di pagi hari sebelum memulai aktivitas atau di malam hari sebelum tidur. Buatlah doa sebagai momen intim dengan Tuhan, seperti ngobrol dengan sahabat atau orang tua kita. Kita bisa mulai dengan mengucap syukur, curhat, dan meminta petunjuk untuk menjalani hari. Tentunya, jangan sekadar jadikan doa sebagai rutinitas biasa, tapi jadikanlah sebagai kebutuhan. Dengan menjadikan doa dan pertobatan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, kita bisa terus memperbarui diri dan mendekat kepada Tuhan.

WHAT TO DO:

1.Sadari kesalahan kita dan bertobat, meminta ampun kepada Tuhan
2.Buatlah waktu untuk berdoa, bisa di pagi hari sebelum beraktivitas, atau malam sebelum tidur, atau waktu apa pun, yang penting kita berkomunikasi dengan Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kejadian 5-8

Card image
Renungan Pagi - 03 Januari 2025
2025-01-03 20:36:19


Dalam hidup ini janganlah mudah menyerah dan pesimis ketika menghadapi persoalan, sebab bersama Tuhan selalu ada jalan keluar dan Tuhan akan memberikan kekuatan didalam menghadapi setiap persoalan.

Karena itu, bergantunglah kepada-Nya dan jangan memakai kekuatan diri sendiri, sebab kemampuan kita sebagai manusia sangat terbatas, tetapi kuasa Tuhan tidak dibatasi apapun.

Card image
Quote Of The Day - 03 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-03 20:34:53


Orang yang tidak memilih, berarti dia memilih untuk tidak memilih, dan itu berarti ia akan terseret ke dalam kegelapan abadi.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 03 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-03 20:33:19


Kita harus jadi organisme rohani yang hidup, memiliki metabolisme rohani yang sehat.

Card image
LONGING FOR GOD - 03 Januari 2025 (English Version)
2025-01-03 20:31:32


One important thing to remember and understand is that one of the characteristics or indicators of a spiritually healthy person who has reached or is nearing the peak of spiritual maturity is a longing for God. This longing for God becomes the sole source of joy within them. It is a hallmark of a spiritually healthy life—a sign of a healthy spiritual metabolism—and at the same time, it demonstrates spiritual maturity. It can also represent the pinnacle of faith maturity. A person who truly longs for God is genuinely ready to meet Him or ready to leave this world. This longing for God is driven by a thirst for Him, a sense of need for God—not motivated by any other desires.

Many Christians, who are not yet mature—truthfully, some of us are still immature—seem to long for God or appear to need Him. But in reality, what they seek is not God Himself but something else, using God as a means to obtain that desired thing. In this sense, God becomes a tool, an instrument to achieve something or just a complement. We often hear, even in everyday conversations, the idea of God as a "support"; God is just a support. This is parallel or similar to the concept of religion being a support system. If someone has no religion, it is assumed they have no God—interpreting having God in a brief, simplistic, naive, and shallow sense, merely as a support.

Such individuals do not truly long for God. Instead, God becomes a kind of beautiful, comfortable disposal area. In this life, they enjoy whatever pleasures the world offers, striving to turn this world into paradise, and then hope to enter heaven after death. People like this are cunning and do not honor God properly. Thus, there are those who seemingly need God, but God is merely an instrument or means to achieve something, or just a support system. Economically, they may already be well-off, and health-wise, they may be in good condition, but they still need some kind of "support." Just in case challenges arise in life, God can serve as their refuge, protector, helper, and especially as a means to avoid hell and gain heaven after death.

Clearly, such individuals fail to fulfill what Scripture commands: "Love the Lord your God with all your heart, with all your soul, with all your mind, and with all your strength." God must be our joy and delight, leading us to continually long for Him. And it turns out that having a heart that truly longs for God, achieving a spiritual level where one possesses a genuine longing for Him, is not easy. However, God certainly tolerates those who are new to Christianity or still young, as they may not yet be able to reach the ideal longing for God due to a lack of experience. This is understandable. However, this does not mean that young people—whether in biological age or in the maturity of their journey with God—cannot long for Him. They can, and it is extraordinary when they do.

Christians who truly commit to repentance and following Jesus are granted by God what could be described as a "down payment" or "bonus," referred to in the Bible as "first love." Most of us have probably experienced this, except for those who have never truly repented or committed to following Jesus. First love for God, even for new Christians or those still young in biological or spiritual age, allows them to taste the longing for God when experiencing this first love. They may not be interested in watching movies or traveling, but instead desire to come to church, participate in Bible studies, read the Bible, and pray. This first love should be nurtured to bring us to spiritual maturity.

Thus, the longing for God and thirst for Him—in the form of a desire to read the Bible or attend worship services whenever possible—should become permanent and never fade. Therefore, we must cultivate this longing for God. Building it takes time. It is understandable for new Christians, but for those of us who are older, over 50 years old, we should already have a taste for God. We should become spiritually alive organisms with a healthy spiritual metabolism. God should be our necessity because we have a connection with His Person, akin to the bond between a parent and child—not because we need anything from the child, and likewise, the child with the parent. It's no longer about approaching mom because of needs, but because of the relational frequency between parent and child. Our relationship with God should also be like this.

A PERSON WHO TRULY LONGS FOR GOD IS SOMEONE WHO IS GENUINELY READY TO MEET HIM OR READY TO LEAVE THIS WORLD.

Card image
KERINDUAN AKAN TUHAN - 03 Januari 2025
2025-01-03 20:28:55


Satu hal yang penting untuk kita ingat dan ketahui bahwa ciri atau indikator orang yang sehat rohaninya, dan ada di puncak kedewasaan atau mendekati puncak kedewasaan, ditandai dengan kerinduan akan Allah. Kerinduan akan Allah merupakan satu-satunya kenikmatan di dalam dirinya. Ini ciri dari kehidupan rohani yang sehat atau metabolisme kehidupan rohani yang sehat, sekaligus menunjukkan kedewasaan rohani, dan bisa merupakan puncak dari kematangan iman. Dan orang yang sungguh-sungguh memiliki kerinduan akan Allah adalah orang yang benar-benar siap dipertemukan dengan Tuhan atau siap meninggal dunia. Tentu kerinduan akan Allah ini, didorong oleh rasa haus akan Tuhan, rasa butuh akan Tuhan, bukan karena kebutuhan lain.

Banyak orang Kristen yang belum dewasa—sejujurnya, sebagian kita belum dewasa—seakan-akan merindukan Tuhan, seakan-akan membutuhkan Tuhan, tapi sebenarnya yang dibutuhkan bukan Tuhan, melainkan sesuatu yang mana Tuhan dijadikan sebagai sarana untuk memperoleh sesuatu tersebut. Di sini, Tuhan dijadikan alat, sarana, dan diperdaya atau Tuhan sekadar menjadi pelengkap. Yang dalam percakapan umum kita pernah dengar atau sering dengar sebagai pegangan; Tuhan itu pegangan. Hal ini seiring atau paralel atau sama dengan agama sebagai pegangan. Kalau tidak punya agama berarti tidak bertuhan; bertuhan dalam pengertian pendek, singkat, naif, dangkal, hanya sebagai pegangan.

Belum tentu mereka sungguh-sungguh merindukan Tuhan. Tuhan hanya menjadi semacam tempat pembuangan yang indah, tempat pembuangan yang nyaman. Jadi, di dunia menikmati apa saja yang bisa dia nikmati, sebisa-bisanya menjadikan dunia ini Firdaus, lalu meninggal dunia masuk surga. Orang seperti ini licik dan tidak menghormati Tuhan secara pantas. Jadi, ada orang-orang yang seakan-akan membutuhkan Tuhan, tapi Tuhan hanya menjadi alat atau sarana untuk meraih sesuatu atau sekadar pegangan. Secara ekonomi dia sudah baik, aspek kesehatan dia sudah baik, tetapi perlu pegangan juga. Ya, kalau-kalau nanti dalam hidup ini ada persoalan, maka Tuhan bisa menjadi perlindungan, naungan, penolong, dan terutama kalau mati supaya tidak masuk neraka, tapi bisa masuk surga.

Dan tentu, orang-orang seperti ini belum bisa memenuhi yang dikatakan firman Tuhan, "Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan kekuatan." Tuhan harus menjadi kebahagiaan dan sukacita kita, sehingga kita selalu merindukan Dia. Dan ternyata, untuk memiliki hati yang merindukan Allah, untuk mencapai level atau tingkat rohani di mana seseorang memiliki kerinduan akan Allah yang benar, itu tidak mudah. Namun, Tuhan pasti menolerir orang-orang yang baru menjadi Kristen, juga orang-orang yang masih muda, di mana mereka belum bisa mencapai kerinduan akan Allah yang ideal, karena belum punya pengalaman. Jadi bisa dimaklumi. Namun demikian, bukan berarti orang-orang muda—baik usia biologis, umur, maupun belum dewasa dalam usia pengiringannya kepada Tuhan—tidak bisa merindukan akan Allah. Bisa, dan ini luar biasa.

Orang-orang Kristen yang benar-benar punya komitmen bertobat, ikut Tuhan Yesus, itu diberi Tuhan semacam uang muka atau semacam bonus, yaitu yang disebut Alkitab sebagai cinta mula-mula. Rasanya sebagian besar kita pernah mengalami ini, kecuali yang belum pernah bertobat dan punya komitmen mengikut Yesus. Cinta mula-mula kepada Tuhan, walaupun baru menjadi Kristen, walaupun masih muda usia biologis, usia rohaninya, tapi bisa mengecap kerinduan akan Allah pada waktu ia mengalami cinta mula-mula. Tidak tertarik dengan film, atau jalan-jalan ke mana-mana, tapi punya keinginan untuk datang ke gereja, ikut pendalaman Alkitab, baca Alkitab, berdoa. Seharusnya, cinta mula-mula itu dipelihara sampai menjadikan kita matang.

Sehingga kerinduan akan Allah, kehausan akan Allah dalam bentuk kerinduan untuk membaca Alkitab atau datang kebaktian setiap ada kebaktian itu menjadi permanen dan tidak pernah terhapuskan. Maka, kerinduan akan Allah itu harus kita miliki. Dan untuk membangunnya memang membutuhkan waktu. Maka, kalau orang Kristen yang masih baru bisa dimaklumi. Tapi mestinya kita yang sudah berusia lanjut, di atas 50 tahun, harus sudah memiliki selera akan Tuhan itu. Kita harus jadi organisme rohani yang hidup, memiliki metabolisme rohani yang sehat. Tuhan adalah kebutuhan kita, karena kita memiliki sambungan dengan Pribadi-Nya. Seperti ikatan hati orang tua terhadap anak. Bukan karena membutuhkan apa-apa dari sang anak, demikian pula anak terhadap orang tua. Bukan lagi menghampiri mama karena butuh sesuatu, tetapi karena ada frekuensi hubungan anak dan orang tua. Terhadap Allah mestinya kita juga begitu.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG SUNGGUH-SUNGGUH MEMILIKI KERINDUAN AKAN ALLAH ADALAH ORANG YANG BENAR-BENAR SIAP DIPERTEMUKAN DENGAN TUHAN ATAU SIAP MENINGGAL DUNIA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 Januari 2025
2025-01-03 20:26:22

Kejadian 8-11

Card image
Renungan Pagi - 02 Januari 2025
2025-01-02 21:57:33


Sudahkah mengerti, bahwa pada akhirnya setiap kita harus mempertanggung-jawabkan setiap talenta yang Tuhan percayakan kepada masing-masing dan penentuan dari Tuhan apakah kita adalah hamba yang baik dan setia, ataukah hamba yang malas, hamba yang jahat dan hamba yang tidak berguna?

Itulah sebabnya, mari disisa umur hidup kita, selama masih kuat, ini adalah kesempatan, untuk kita pakai memuliakan Tuhan, melayani, mengasihi sesama dan menjadi berkat bagi sesama, jangan sampai terlambat dan dijumpai malas, jahat dan tidak berguna.

Card image
Quote Of The Day - 02 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-02 21:55:55


Di dalam masa pemisahan yang sekarang terjadi, atau masa penampian, kita harus terus mencari wajah Tuhan, mendapat kekuatan baru dari firman, dan terus menjaga kekudusan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 02 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-02 21:50:49


Siapa yang mengistimewakan Tuhan dalam hidupnya, dia juga akan diistimewakan. Kalau kita mau hidup suci, menghormati Tuhan, menghargai Tuhan, maka Tuhan pun akan menghargai kita.

Card image
A CHANCE TO BE RESTORED - 02 Januari 2024 (English Version)
2025-01-02 21:48:39


We are chosen by God to be heirs of the Kingdom of Heaven. Therefore, we must firmly resolve: a resolve to live blamelessly, a resolve to make God the only thing of true value. Remember, when we made vows before a pastor to be a faithful spouse, we never thought we’d be unfaithful or break our promise. Yet, some of us may now feel disheartened because human promises often turn out to be empty words. Some have been betrayed by their partners and feel discarded, like trash. When we make promises to humans, they may break them, but when we make promises to God, He will never break His promises. His promises are with us always.

We must long for the day when God will welcome us into His Eternal Home. And when we witness His glory in the Kingdom of Heaven, all the fatigue and disappointment we have endured will vanish and no longer cross our minds. From our life experiences—many of which we share—and from observing the lives of those who walk with God, we should boldly say, “I guarantee, I am certain, God is faithful.” When we focus on God and not on the failures of life, we can confidently say, “Lord, I will follow You.” And when we place all our hope in God and resolve to live according to His will, bringing Him joy in everything we do, and serve Him in whatever capacity He entrusts to us, our lives will be transformed.

This is the only way to rise from despair. Simple words like, “Stay strong,” might not be enough because, in the end, we may still feel crushed and discarded. And we could die in our disappointment. This is exactly what the devil wants for us. But now, no matter who we are or what our circumstances may be, God can restore us. Perhaps we might protest, saying we are already old—how could we start a new life at this stage? As long as there is breath in our lungs, as long as our hearts beat and our pulses throb, we still have a chance to be restored. Whoever you are, hearing or reading this message from God, know that God is calling you to rise and look forward to a future full of hope.

Failures in studies, careers, family, or health, even being burdened with sickness, cannot prevent us from preparing for a better life in the Kingdom of Heaven. How immense is God’s love for us—indescribable and unimaginable. If we can feel love for those we cherish—like a parent for their children—God loves us even more than we can love those we hold dear. God wants to restore us. God wants to raise us up because we are precious in His sight. Perhaps we were neglected as children, our parents showing favoritism and unfairly distributing their love and attention. Then, as teenagers or young adults, we may have been bullied by friends, leading to feelings of inferiority, insignificance, and worthlessness. Now, we may feel rejected by our spouse or unappreciated by our children. But we must not see ourselves as worthless because we are deeply precious to God.

Even before our parents conceived us, God had already conceived us in His mind. How incredible is that! Who are we that God would think of us? And He designed us to become the people we are today. If we feel like failures because we have strayed from God’s plan, remember this: as long as our hearts beat, and we hear God’s voice calling, if we turn to Him and say, “Lord, save me!” He will value us. In fact, He values us more than we value ourselves. The wounds in our hearts and the pain in our souls that make us feel worthless must be healed and restored. Let us remember that we are exceedingly precious in His sight, especially when we boldly declare, “I promise to honor You.”

We will become extraordinary people when we dare to say, “I promise to honor You in all things, blamelessly.” That means living a holy life. Wow, we become special in God’s eyes. Whoever honors God in their life will also be honored by Him. If we choose to live purely, honor God, and value Him, He will value us in return. If we honor humans and they fail to reciprocate, it is not so with God. If we honor Him, He will glorify us. If we live a holy life—showing that we value God—He will elevate us. Today, let us not fear to make a vow to honor God. In the remaining time we have on earth, let us resolve to honor Him.

NO MATTER WHO WE ARE OR WHAT OUR CIRCUMSTANCES MAY BE, GOD CAN RESTORE US.

Card image
KESEMPATAN UNTUK DIPULIHKAN - 02 Januari 2024
2025-01-02 21:46:38


Kita adalah orang-orang yang dipilih Tuhan untuk menjadi pewaris Kerajaan Surga. Karenanya, kita harus bulatkan tekad kita; tekad untuk hidup tidak bercela, tekad untuk menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang berharga. Ingat, waktu kita berjanji di depan pendeta untuk menjadi istri atau suami yang setia, kita tidak pernah berpikir akan selingkuh atau tidak setia. Dan mungkin sekarang ada yang kecewa karena janji manusia omong kosong. Ada yang dikhianati oleh pasangannya dan merasa seperti sampah yang dicampakkan. Kalau kita berjanji kepada manusia, manusia bisa mengingkari janjinya; tapi kalau kita berjanji kepada Tuhan, Tuhan tidak akan pernah mengingkari. Janji-Nya akan beserta dengan kita.

Kita harus rindu bahwa suatu hari kita dijemput Tuhan, masuk Rumah Abadi-Nya. Dan ketika kita melihat kemuliaan Tuhan di Kerajaan Surga, maka semua kelelahan, kekecewaan akan lenyap dan tidak kita ingat lagi. Dari pengalaman hidup yang pasti sebagian kita alami, dan melihat kehidupan orang-orang yang berjalan dengan Tuhan, mestinya kita berani berkata, "Aku garansi, aku jamin, Tuhan setia." Pada saat kita memandang Tuhan dan tidak melihat kegagalan-kegagalan hidup, dan kita berani mengatakan, "Tuhan, aku mau mengikut Engkau." Juga kita menaruh pengharapan kita sepenuhnya kepada Tuhan, dan bertekad hidup untuk melakukan kehendak-Nya, menyenangkan Tuhan dalam segala hal yang kita lakukan, dan melayani Tuhan sesuai dengan tempat atau bidang yang Tuhan percayakan kepada kita, maka hidup kita akan berubah.

Hanya cara ini yang membuat kita bangkit dari keterpurukan. Rasanya tidak cukup kalimat, "Sabar ya..." Sebab pada akhirnya kita akan merasa terpuruk, terbuang. Dan kita bisa mati dalam kekecewaan. Dan setan mau kita berkeadaan seperti itu. Sekarang, apa pun dan bagaimanapun keadaan kita, Tuhan bisa pulihkan. Mungkin kita membantah dengan mengatakan bahwa kita sudah mulai tua; dengan umur seperti ini, bagaimana kita bisa memulai hidup baru? Selagi napas kita masih ada di paru-paru, selagi kita masih memiliki jantung yang berdetak, nadi yang berdenyut, maka kita masih punya kesempatan untuk dipulihkan. Siapa pun kita yang mendengar atau membaca pesan Tuhan ini, Tuhan memanggil untuk bangkit dan menatap kehidupan hari esok yang penuh harapan.

Kegagalan dalam studi, karir, rumah tangga, atau dalam kesehatan karena terpuruk dalam sakit penyakit, semua itu tidak menghalangi kita mempersiapkan kehidupan yang lebih baik di dalam Kerajaan Surga. Betapa Tuhan sayang kita, tak terbayangkan, tak tergambarkan kasih Tuhan kepada setiap kita. Kalau kita bisa merasakan kasih kita kepada orang yang kita kasihi—misalnya seorang ibu atau seorang bapak mengasihi anak-anaknya—maka Tuhan mengasihi kita lebih dari kita mengasihi orang yang kita kasihi. Tuhan ingin kita dipulihkan. Tuhan ingin kita dibangkitkan karena kita sangat berharga di mata Allah. Mungkin dari kecil, kita dicampakkan oleh orang tua, mereka pilih kasih, tidak adil membagi kasih dan perhatian. Kemudian, di hari remaja-pemuda kita dibuli oleh teman-teman, sehingga kita merasa minder, kecil hati, merasa bukan siapa-siapa. Sekarang, jadi dicampakkan oleh pasangan atau bahkan tidak dihargai oleh anak. Jangan kita merasa menjadi orang yang tidak bernilai. Sebab kita sangat berharga di mata Allah.

Sebelum orang tua melahirkan kita, Allah sudah melahirkan kita di dalam pikiran-Nya. Wah, luar biasa. Siapakah kita ini? Dan Allah merancang menjadi manusia apa kita ini. Kalau kita merasa gagal karena kita sudah meleset dari rencana Allah, namun kalau kita masih memiliki jantung yang berdetak dan mendengar suara Tuhan ini, lalu kita masih mau datang kepada Tuhan dan berkata, "Tuhan, selamatkan saya!" Tuhan menghargai kita. Bahkan Tuhan menghargai kita lebih dari kita menghargai diri sendiri. Luka hati, sakit jiwa kita di mana kita merasa tidak berharga, harus disembuhkan, harus dipulihkan kembali. Ingatlah bahwa kita sangat berharga di mata-Nya, apalagi kalau kita berani berkata, "Aku berjanji menghormati-Mu."

Kita akan menjadi orang yang luar biasa, kalau berani berkata, "Aku berjanji menghormati-Mu dalam segala perkara, tak bercela." Berarti hidup kudus. Wah, kita menjadi istimewa di mata Allah. Siapa yang mengistimewakan Tuhan dalam hidupnya, dia juga akan diistimewakan. Kalau kita mau hidup suci, menghormati Tuhan, menghargai Tuhan, maka Tuhan pun akan menghargai kita. Kalau manusia kita hargai, tapi tidak membalas, namun tidak demikian dengan Tuhan. Kalau kita menghormati Tuhan, maka kita akan dimuliakan. Kalau kita hidup suci, yang berarti kita menghargai Tuhan, maka kita akan ditinggikan. Hari ini, jangan takut untuk berjanji menghormati Tuhan. Di sisa waktu umur hidup kita, kita mau menghormati Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

APA PUN DAN BAGAIMANAPUN KEADAAN KITA, TUHAN BISA PULIHKAN.

Card image
Truth Kids 01 Januari 2025 - KOMPAS KEHIDUPAN
2025-01-01 20:47:09


Mazmur 32:8
”Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu.”

Belum lama, kita telah merayakan Natal. Ingatkah Sobat Kids dengan peristiwa tiga orang Majus yang datang kepada Yesus membawa persembahan emas, kemenyan, dan mur? Mereka datang dari negeri yang jauh mengikuti petunjuk dari bintang. Dari peristiwa ini, kita tahu bahwa Allah dapat memakai apa pun untuk menjadi petunjuk bagi umat-umat-Nya.

Zaman sekarang, mungkin kita tidak perlu lagi melihat tanda-tanda seperti bintang dan lainnya untuk menuju ke suatu tempat karena sudah ada perkembangan teknologi. Namun, bagaimana dengan tujuan hidup kita yang kekal? Apakah dengan menggunakan teknologi, kita bisa sampai di langit baru bumi baru?

Sama seperti orang Majus itu, hidup kita memiliki satu tujuan yaitu menuju ke langit baru dan bumi baru. Di mana itu? Kita tidak ada yang mengetahuinya, tetapi Tuhan berkata dalam Alkitab bahwa "Akulah jalan dan kebenaran dan kehidupan." Jadi, hanya dengan mendekat dan hidup taat pada tuntunan Tuhan, kita bisa sampai ke sana. Untuk itu, jaga hati kita tetap tulus, rendah hati, dan suci agar kita bisa mendengar arahan dan tuntunan dari Roh Kudus, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 01 Januari 2025 - TUHAN ADALAH PETUNJUK
2025-01-01 20:45:38


Mazmur 32:8
”Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu.”

Halo, Sobat Junior! Apa kabarnya di awal tahun ini? Tidak terasa, ya, kita sudah berganti tahun, nih! Kali ini, kita akan belajar dari kitab Mazmur 32:8 tentang Tuhan yang merupakan petunjuk untuk jalan kita. Di ayat ini, Tuhan berkata, “Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kau tempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu.” Wah, luar biasa, ya! Artinya, Tuhan seperti kompas atau peta yang selalu menunjukkan arah terbaik untuk kita. Dia tahu setiap jalan yang akan kita lalui dan selalu siap membimbing kita.

Coba bayangkan kalau kamu sedang berjalan di tempat baru tanpa tahu jalan, pasti bingung, bukan? Tapi, kalau ada yang menuntun kita, rasanya jadi lebih tenang. Nah, Tuhan juga begitu. Dia siap memimpin supaya kita tidak tersesat, asal kita mau mendengarkan-Nya. Selanjutnya, bagaimana cara kita tahu petunjuk Tuhan? Salah satu caranya adalah berdoa dan membaca firman Tuhan. Ketika kita berdoa, kita bisa meminta petunjuk dari Tuhan, dan saat kita membaca Alkitab, kita menemukan nasihat bijak yang bisa menolong kita mengambil keputusan.

Di awal tahun yang baru ini, yuk kita lebih dekat sama Tuhan, Sang Petunjuk Jalan. Percayalah bahwa Dia tahu apa yang terbaik untuk kita. Terus ikuti arahan dari Dia, ya. Kita akan sampai di tempat tujuan dengan aman dan bahagia!

Selamat memulai tahun ini dengan penuh semangat, Sobat Junior!

Card image
Truth Youth 01 Januari 2025 (English Version) - MOVE ON WITH GRACE
2025-01-01 20:40:38


“He says: Do not remember the former things, nor consider the things of old. Behold, I am doing a new thing; now it springs forth, do you not perceive it? I will make a way in the wilderness and rivers in the desert.” (Isaiah 43:18-19)

Friends, have you ever felt stuck because of a heavy past? Whether it's due to mistakes we regret or wounds caused by others, sometimes forgiving ourselves or others isn’t easy. However, if we keep carrying the burden of the past, we’ll find it hard to move forward and enjoy God’s beautiful plans for us.

God desires for us to live in His grace, not be trapped in guilt or regret. He wants us to believe that our past does not determine our future. In Isaiah 43:18-19, God declares, “Do not remember the former things, nor consider the things of old. Behold, I am doing a new thing; now it springs forth, do you not perceive it?”

This verse teaches us that God always has new and better plans for our lives. But to receive God’s new blessings, we must be willing to let go of our burdens and guilt. The first step is learning to forgive—ourselves and others. Forgiving doesn’t mean forgetting, but choosing not to be bound by the past anymore.

God gives us new opportunities every day, and His grace is always sufficient for us. Let’s open our hearts and trust that our future is bright. Life may not always be perfect, but in every step of the journey, we’ll be guided by God.

WHAT TO DO:
Our lives should not focus on the past.

BIBLE MARATHON:
▪ Revelation 20–22

Card image
Truth Youth 01 Januari 2025 - MOVE ON WITH GRACE
2025-01-01 20:48:50


”Firman-Nya: Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala! Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara.” (Yesaya 43:18-19)

Teman-teman, pernah enggak sih, kita merasa stuck gara-gara masa lalu yang berat? Entah karena kesalahan yang kita sesali atau luka dari orang lain. Kadang, memaafkan diri sendiri atau orang lain itu nggak mudah. Tapi, kalau kita terus membawa beban masa lalu, kita akan kesulitan melangkah maju dan menikmati rencana indah Tuhan.

Tuhan sebenarnya ingin kita hidup dalam kasih karunia-Nya, bukan terjebak dalam rasa bersalah atau penyesalan. Dia mau kita percaya bahwa masa lalu bukan penentu masa depan kita. Dalam Yesaya 43:18-19, Tuhan berfirman, “Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal dari zaman purbakala! Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya?”

Ayat ini mengajarkan bahwa Tuhan selalu punya rencana baru yang lebih baik untuk hidup kita. Tapi, untuk bisa menerima hal baru dari Tuhan, maka kita harus mau melepaskan beban dan rasa bersalah. Langkah pertama adalah belajar memaafkan—baik diri sendiri maupun orang lain. Memaafkan bukan berarti melupakan, tapi memilih untuk nggak agi terikat oleh masa lalu.

Tuhan memberi kita kesempatan baru setiap hari, dan kasih karunia-Nya selalu cukup untuk kita. Yuk, buka hati dan percaya bahwa masa depan kita cerah. Hidup memang nggak selalu sempurna, tapi di setiap prosesnya kita akan dituntun oleh Tuhan.

WHAT TO DO:
Hidup kita tidak berfokus kepada masa lalu

BIBLE MARATHON:
▪︎ Wahyu 20-22

Card image
Renungan Pagi - 01 Januari 2025
2025-01-01 20:48:19


Orang yang selalu merasa diri benar, orang yang menganggap bahwa dirinya memang sudah begitu dan tidak bisa dirubah lagi adalah orang yang tidak akan pernah bisa mengalami kemajuan dalam hidupnya. Tetapi jika selalu menyadari kesalahan dan mau memperbaikinya, maka siapapun kita, pasti akan melihat kemajuan dan perkara-perkara yang luar biasa dalam hidup ini.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 01 Januari 2025 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2025-01-01 19:35:45


Yang membuat kita dapat terbang tinggi adalah keterlepasan kita dengan ikatan dunia, sehingga kita sampai hadirat Allah.

Card image
IMMERSED IN HIS PRESENCE - 01 Januari 2025 (English Version)
2025-01-01 19:31:33


When we look at the history of the early church, we see that the lives of Christians were far from pleasant. Many were born into Christianity and spent their entire lives under persecution until their deaths, a period that lasted for hundreds of years. From the year 30, following Pentecost, to 380 AD, when Christianity became the state religion under Emperor Theodosius the Great, Christians endured about 3.5 centuries of suffering. We might feel pity for those who lived during the early church era, enduring hardship from birth to death. But believe it, those who are now in heaven would say, “Thankfully, I lived in the early church era.”

Why? Because they were directed to inherit the Kingdom of Heaven. They were people who had no ties to this world. They were stripped of worldly pleasures, had no wealth, peace, or comfort. Yet, remarkably, they inherited the Kingdom of Heaven. Today, we live in a world where it’s easy to enjoy and pursue earthly pleasures. Sadly, most Christians are swept into living like the world, far from the standards of a true Christian life. Our standard is Jesus Christ. When Jesus said, “Foxes have dens, birds have nests, but the Son of Man has no place to lay His head,” it highlighted His complete detachment from worldly possessions. Even in death, He hung half-naked on the cross. This doesn’t mean we should physically renounce all possessions, but it teaches us not to seek happiness in this world.

When Paul said, “If we have food and clothing, we will be content with that,” he emphasized that our lives here are only a passage. Unfortunately, such Christian living standards are far removed from the lives of many believers today. It’s disheartening. Perhaps this includes some of us before God transformed us into who we are today. Many of us lived like the world. As servants of God, we may have been dedicated to ministry, but with personal agendas mixed in. Thankfully, God has changed us. We now understand the meaning of living entirely for God. He is our sole priority.

So, if anyone among us feels like a failure—whether in studies, career, or family—do not despair. Perhaps we once dreamed of great things in our youth, only to find our education unused, a marriage betrayed, or nothing to show for our efforts as we age. Maybe our families are broken, and even our children show no respect. Let’s restart life with God. No matter who we are today, immerse ourselves in His presence. On the other hand, some may feel fortunate—with good education, a harmonious family, children and grandchildren who are well-behaved, and financial stability—but remember, this is not true success.

True success is becoming poured-out wine and broken bread for God’s work. We must be willing to leave behind the worldly way of living and focus on the new heaven and new earth. True failure is when someone misses their place in God’s presence. If we live in His presence, seek Him wholeheartedly, live in holiness, and serve Him earnestly, we will surely find a place in His presence. It’s challenging to explain to others how fleeting life is—so brief. Even a hundred years is less than a drop of water in the ocean. This should inspire us to focus on the new heaven and earth. So, don’t despair. Rise up!

Failures in marriage, career, or studies are not the real failures. True failure is being rejected by God. This message is especially for those who feel lost, hopeless, or as though life has slipped away. We have not lost everything; there is still hope. We must realize that true life is not today. Today is temporary, like a dream, while true life awaits in the new heaven and new earth.

NO MATTER WHO WE ARE TODAY, IMMERSE OURSELVES IN GOD’S PRESENCE.

Card image
TENGGELAM DALAM HADIRAT-NYA - 01 Januari 2025
2025-01-01 19:28:28


Kalau kita melihat sejarah gereja awal atau gereja perdana, kita melihat hidup orang Kristen tidak ada enaknya sama sekali. Banyak mereka yang terlahir sebagai orang Kristen di mana di sepanjang umur hidupnya sampai meninggal dunia, ada dalam masa penganiayaan, dan itu berlangsung selama ratusan tahun. Kalau dihitung dari tahun 30, sejak peristiwa Pentakosta, sampai tahun 380 Masehi, yaitu ketika kekristenan menjadi agama negara oleh dekrit atau keputusan Theodosius Agung, maka kira-kira penderitaan yang dialami oleh orang Kristen itu selama 3,5 abad. Mungkin kita merasa kasihan kepada mereka yang hidup di zaman gereja perdana atau gereja mula-mula di mana mereka harus menderita sejak lahir sampai mati. Tapi percayalah, justru mereka yang sekarang sudah meninggal dunia, sudah di surga, akan mengatakan, "Untung saya hidup di gereja perdana.”

Untung, karena mereka diarahkan untuk mewarisi Kerajaan Surga. Mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki dunia ini. Mereka dijauhkan dari kesenangan dunia. Mereka tidak memiliki harta, tidak memiliki ketenangan, tidak memiliki kenyamanan sama sekali. Tapi luar biasa, karena itulah mereka justru mewarisi Kerajaan Surga. Hari ini kita hidup di tengah-tengah kemungkinan kita bisa meraih dan menikmati dunia. Dan kenyataannya, hampir semua orang Kristen terbawa menikmati dunia dalam kewajaran hidup anak dunia, jauh dari standar hidup sebagai orang Kristen. Standar hidup kita adalah Tuhan Yesus. Kalau Tuhan Yesus berkata, "Serigala mempunyai liang, burung mempunyai sarang, Anak Manusia tidak punya tempat untuk meletakkan kepala-Nya," hal itu menunjukkan bahwa Yesus tidak punya apa-apa. Bahkan mati pun dengan keadaan tubuh setengah telanjang tergantung di kayu salib. Bukan berarti bahwa kita mencontoh secara fisik, tidak punya pakaian. Tapi artinya, kita tidak perlu mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini.

Kalau Paulus mengatakan, _"Asal ada makanan, pakaian cukup,"_ itu berarti memang kita hidup di dunia ini hanya untuk bisa melewatinya. Tapi sayang, standar hidup Kristen seperti ini jauh dari kehidupan banyak orang Kristen hari ini. Menyedihkan. Mungkin termasuk sebagian kita dulu sebelum kita diubahkan Tuhan seperti hari ini, sejujurnya, kita juga hidup dalam kewajaran anak dunia. Sebagai pelayan Tuhan, tentu kita peduli dengan pelayanan di daerah, kita serius melayani. Tetapi, masih ada agenda-agenda pribadi. Bersyukur, hari ini Tuhan telah mengubah kita. Kita mengerti apa artinya segenap hidup kita untuk Tuhan. Tuhan menjadi satu-satunya kepentingan kita.

Jadi, kalau sekarang ada di antara kita yang merasa gagal—entah gagal studi, karier, berumah tangga—jangan merasa gagal. Mungkin kita dulu punya banyak mimpi waktu masih remaja, pemuda. Setelah menikah, gelar kesarjanaannya tidak terpakai. Pasangan berkhianat, kita tidak memiliki apa-apa lagi. Umur sudah makin menua, tidak punya keluarga yang utuh. Mungkin anak-anak juga tidak menghormati. Kita bisa mulai merintis kehidupan, merintis kehidupan bersama dengan Tuhan. Siapa pun kita hari ini, tenggelamkan diri kita di dalam hadirat Tuhan. Sebaliknya, mungkin ada di antara kita yang termasuk beruntung—pendidikan tinggi, punya keluarga baik-baik, anak, menantu, cucu baik-baik, ekonomi juga baik, tidak kekurangan apa-apa—kita bisa menikmati dunia, tapi kita tidak memilih itu. Itu bukan keberhasilan yang sesungguhnya.

Menjadi keberhasilan hidup kalau kita menjadi anggur yang tercurah, roti yang terpecah untuk pekerjaan Tuhan. Kita harus berani meninggalkan kewajaran hidup anak dunia dan fokus ke langit baru bumi baru. Dan kegagalan yang sesungguhnya adalah ketika seseorang tidak mendapat tempat di hadirat Allah. Kalau seseorang hidup di dalam hadirat Tuhan, mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, hidup dalam kekudusan, melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh, maka dia pasti memiliki tempat di hadirat-Nya. Betapa sulitnya menjelaskan ke orang lain bahwa hidup kita itu singkat sekali, sangat singkat. Seratus tahun itu lebih sedikit daripada setitik air di lautan. Dan itu seharusnya memberikan inspirasi kepada kita untuk fokus ke langit baru bumi baru. Jadi, jangan merasa gagal. Ayo, kita bangkit! Jangan putus asa.

Belum kegagalan kalau hanya gagal rumah tangga, gagal karier, gagal studi. Sebab kegagalan yang sesungguhnya adalah kalau seorang ditolakAllah. Pesan ini khusus untuk banyak orang yang sekarang sedang tergeletak, yang kehilangan kehidupan, yang kehilangan masa depan, yang merasa telah kehilangan hidup dan nyawanya. Kita belum kehilangan. Kita masih punya kesempatan. Oleh karenanya, kita harus menyadari bahwa hidup yang sesungguhnya bukan hari ini. Hari ini adalah sementara, seperti mimpi, sebab hidup yang sesungguhnya itu nanti di langit baru, bumi baru.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SIAPA PUN KITA HARI INI, TENGGELAMKAN DIRI KITA DI DALAM HADIRAT TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 01 Januari 2025
2025-01-01 19:32:28

Kejadian 1-3

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 31 Desember 2024
2024-12-31 18:38:03

Wahyu 19-22

Card image
Truth Kids 31 Desember 2024 - TELADAN
2024-12-31 18:34:27


1 Timotius 4:12
”Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.”

Sobat Kids, akhirnya tibalah kita di hari terakhir tahun ini. Apa rencana kalian pada pergantian tahun nanti malam? Kalaupun kalian tidak ada kegiatan apa-apa, jangan sedih atau kesal. Ingat, kemarin kita sudah belajar untuk bersyukur dalam setiap keadaan. Itu artinya dalam suka maupun duka, tetap bersukacita.

Memasuki tahun yang baru, pasti usia kita akan bertambah juga. Tidak selamanya kalian akan menjadi anak kecil. Kalian akan bertambah besar dan menjadi dewasa. Tidak perlu menjadi dewasa untuk menjadi contoh baik bagi teman-teman. Sejak sekarang, walaupun masih kecil, kalian pasti bisa menjadi berkat bagi orang lain. Firman Tuhan dalam 1 Timotius 4:12 mengingatkan kita untuk menjadi teladan bagi orang lain. Teladan dalam perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan, dan dalam hidup suci di hadapan Tuhan.

Yuk, kita masuki tahun yang baru dengan tekad untuk menjadi lebih baik lagi, lebih menyenangkan Tuhan dalam setiap saat.

Card image
Truth Junior 31 Desember 2024 - TELADAN
2024-12-31 18:36:43


1 Timotius 4:12
”Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.”

Akhirnya kita memasuki hari terakhir di tahun ini, Sobat Junior. Seperti tahun yang bertambah, kita pun akan bertambah usia setiap tahunnya. Sejak lahir, kita bertumbuh menjadi tambah besar dan tambah dewasa. Namun, untuk menjadi teladan, kalian tidak perlu menunggu menjadi dewasa dulu, Sobat Junior. Sejak kecil, kalian dapat menjadi teladan bagi orang lain. Dengan penguasaan diri yang baik, kalian bisa menjadi contoh, baik bagi teman-teman di sekolah maupun di lingkungan rumah. Tuhan ingin kalian menjadi contoh bagi teman-teman dalam penguasaan diri. Dengan mengendalikan diri, kalian bisa memberi pengaruh positif, Sobat Junior.

Yuk, kita jelang tahun yang baru dengan tekad yang baru. Kita mau lebih membuat Tuhan happy! Dalam setiap perkataan, perbuatan, dan pikiran, kita mau menyenangkan hati Tuhan. Selamat Tahun Baru, Sobat Junior!

Card image
Truth Youth 31 Desember 2024 (English Version) - SINCERE LOVE
2024-12-31 18:29:11


"Dear children, let us not love with words or speech but with actions and in truth." (1 John 3:18)

Sincerity in our faith in God is not only reflected in our relationship with Him but also in the way we interact with those around us. The sincerity of heart that we have before God should flow into every aspect of our lives, including our relationships with others. 1 John 3:18 teaches us to love not just with words or empty phrases, but with genuine actions that are full of truth. This means we are called to have a heart that is honest in everything we do, offering true attention and loving without selfish motives.

When we have a sincere heart toward God, we will also be more sensitive to the needs and feelings of others. Sincerity in faith is not just about being diligent in prayer or worship, but also about how we treat others with respect and honesty. A sincere heart will always seek to understand others and will not be quick to judge. In contrast, pretense only leads us to give half-hearted love, often focused more on self-image than on true care.

Sincerity in our relationships with others requires the courage to be honest in our feelings and actions. We can start by listening more attentively, helping without expecting anything in return, and forgiving others sincerely. Relationships founded on sincerity will create stronger, peaceful, and more meaningful bonds. As children of God, we are called to demonstrate sincerity not only to God but also to our fellow human beings, as a reflection of the love we have received from Him. Let’s make sincerity the gift we offer not only to God but also to others, so that God’s love is made evident in every relationship we have.

WHAT TO DO:
- We are called by God to show love and sincerity to others and to God.
- Learn to listen to others.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Revelation 18-19

Card image
Truth Youth 31 Desember 2024 - KASIH YANG TULUS
2024-12-31 18:27:03


”Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.”(1 Yohanes 3:18)

Ketulusan dalam iman kepada Tuhan tidak hanya tercermin dalam hubungan kita dengan-Nya, tetapi juga dalam cara kita berinteraksi dengan orang-orang di sekitar kita. Ketulusan hati yang kita miliki di hadapan Tuhan seharusnya mengalir ke dalam setiap aspek hidup kita, termasuk hubungan dengan sesama. 1 Yohanes 3:18 mengajarkan kita untuk mengasihi bukan hanya dengan kata-kata atau basa-basi, tetapi dengan tindakan nyata yang tulus dan penuh kebenaran. Ini berarti kita dipanggil untuk memiliki hati yang jujur dalam setiap perbuatan kita, memberikan perhatian yang sungguh-sungguh, dan mengasihi tanpa pamrih.

Ketika kita memiliki hati yang tulus kepada Tuhan, kita juga akan lebih peka terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain. Ketulusan dalam iman bukan hanya soal rajin berdoa atau beribadah, tetapi juga bagaimana kita memperlakukan orang lain dengan hormat dan kejujuran. Hati yang tulus akan selalu berusaha memahami orang lain dan tidak mudah menghakimi. Sebaliknya, kepura-puraan hanya membuat kita memberi kasih yang setengah hati, sering kali lebih berfokus pada citra diri daripada kepedulian yang sejati.

Ketulusan dalam hubungan dengan orang lain memerlukan keberanian untuk menjadi jujur dalam perasaan dan tindakan kita. Kita bisa memulainya dengan mendengarkan lebih baik, membantu tanpa mengharapkan balasan, dan memaafkan kesalahan orang lain dengan ikhlas. Hubungan yang didasari oleh ketulusan hati akan menghasilkan ikatan yang lebih kuat, damai, dan penuh makna. Sebagai anak-anak Tuhan, kita dipanggil untuk menunjukkan ketulusan bukan hanya kepada Tuhan, tetapi juga kepada sesama kita, sebagai cerminan dari kasih yang telah kita terima dari-Nya. Mari kita jadikan ketulusan sebagai hadiah yang kita berikan tidak hanya kepada Tuhan, tetapi juga kepada orang lain, sehingga kasih Tuhan nyata dalam setiap hubungan yang kita miliki.

WHAT TO DO:
1.Kita dipanggil oleh Tuhan untuk menunjukkan kasih dan ketulusan kita bagi sesama dan Tuhan
2.Belajar untuk mendengarkan orang lain

BIBLE MARATHON:
▪︎ Wahyu 18-19

Card image
Renungan Pagi - 31 Desember 2024
2024-12-31 18:24:06


Ibadah adalah kekuatan, kehidupan dan dasar dari segala sesuatu dalam hidup kita, karena itu jangan berkecil hati dan kecewa jika ada orang yang sedang merancang hal yang jahat.

Tetaplah setia dan bertekun didalam ibadah, berserah dan percaya kepada kuasa Tuhan, itulah kunci kita melihat mukjizat dan meraih kemenangan.

Card image
Quote Of The Day - 31 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-31 15:39:22


Allah dapat dipuaskan atau disenangkan hati-Nya bukan hanya karena kita menjadi orang baik-baik yang bermoral dan melakukan hukum seperti kehidupan orang beragama pada umumnya, melainkan ketika kita dapat mencapai kesucian seperti Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 31 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-31 15:34:24


Pikiran bisa diisi dengan pengetahuan, tetapi perasaan tidak bisa diisi dengan pengetahuan kecuali pengalaman.

Card image
FINDING HIS FACE - 31 Desember 2024 (English Version)
2024-12-31 15:27:10


How can we feel the presence of the living and real God? It is not enough to rely on knowledge about God that we hear or the theology we study; it must come through experience. Even that doesn’t easily happen in someone’s life unless they are truly hungry and thirsty for truth and have emptied the vessel of their heart for anyone and anything except God. The Bible says, “Seek My face; I seek Your face.” God has no literal face—we know from the beginning that God is Spirit. But seeking God’s face means encountering Him, finding God in our lives. That’s why Scripture says, “Your face, Lord, I will seek.” What does this mean? It refers to encountering God Himself.

God must be found where we can meet Him “face to face.” This is where we realize how rebellious we used to be, yet God tolerated and accepted us. We dealt with God in the fantasies we created about Him—through prayers, praises, and worship. We engaged with an image of God formed in our minds. God tolerated this because He saw us as immature. But when the time comes for us to mature, we must experience God in a real way, meeting Him “face to face.” This is where we learn to find God—how He feels, what He thinks, and how He reacts to our actions, decisions, and choices. Only then can we understand what the Bible says in verses like Psalm 30:8, Psalm 27:9, and many others.

Now we understand deeply that when we stray from the right path, God “hides His face.” This doesn’t mean He abandons us completely but that it becomes challenging to find His face again. We return to prayer, fasting, and seeking God’s face, but our hearts must be clean, our motivations aligned with the truth, and our hearts emptied for God alone. Growing up in a Christian environment does not guarantee that someone knows God—not even if they are diligent in church, attend Bible school, or earn a Doctorate in Theology. If one pursues theology merely for livelihood or pleasure, they will never find God.

Those who find God truly find His face. Their reverence for God becomes evident in their attitude toward others. They are considerate, compassionate, and respectful, never treating others harshly or unfairly. They value everyone, for they see others as precious. Moreover, those who genuinely find God’s face live in holiness because their greatest fear is God hiding His face. Even before this happens, they already sense it. God grieves over our actions and behaviors that are contrary to His will.

Find God in your daily life. Seek Him in your private space. Create a place of prayer, sit at His feet, seek His Word to strengthen your faith, and associate with others who also seek Him. Perhaps the knowledge we have about God is accurate, but we don’t encounter Him because we don’t make time or prepare ourselves to truly meet Him. The Most Gracious God is not to be treated lightly. There is a price to pay for this encounter. While there is still time, pursue Him earnestly. Imagine meeting Him in the fullness of His glory yet realizing we have only encountered shadows and fantasies of Him.

The mind can be filled with knowledge, but feelings can only be filled through experience. Have we ever imagined how God dealt with Abraham, Moses, Daniel, Shadrach, Meshach, Abednego, and others? We can only understand this deeply when we face God directly—it is awe-inspiring and overwhelming. Once again, knowing God cannot come solely through reading the Bible but through meeting Him face to face in prayer. When this happens, we no longer speculate about life because we are confident.

THOSE WHO FIND GOD TRULY FIND HIS FACE.

Card image
MENEMUKAN WAJAH-NYA - 31 Desember 2024
2024-12-31 15:24:57


Jadi bagaimana Allah yang hidup, yang nyata, dapat kita rasakan? Tidak cukup dengan pengetahuan tentang Allah yang kita dengar atau teologi yang kita pelajari, tetapi melalui pengalaman. Itu pun tidak mudah terjadi atau berlangsung dalam hidup seseorang kecuali orang tersebut benar-benar haus dan lapar akan kebenaran, dan mengosongkan bejana hatinya untuk siapa pun dan apa pun selain hanya menyediakannya bagi Tuhan. Kalau Alkitab berkata, “Carilah wajah-Ku, kucari wajah-Mu.” Allah tidak memiliki wajah, dari dulu juga kita tahu Allah itu Roh. Tetapi maksud mencari wajah Tuhan adalah perjumpaan dengan sosok Allah, menemukan Allah di dalam hidup kita. Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan, “Maka wajah-Mu kucari, ya TUHAN.” Maksudnya apa? Perjumpaan dengan sosok Allah tersebut.

Allah harus ditemukan di mana kita bisa “muka dengan muka” dengan Dia. Jadi kita menyadari betapa kurang ajarnya kita dulu, tetapi Tuhan bertoleransi dan menerima kita. Kita berurusan dengan Allah di dalam fantasi kita tentang Dia, dalam doa, pujian, dan penyembahan. Kita berurusan dengan Allah yang tergambar di dalam pikiran kita. Dan Allah bertoleransi karena kita dipandang belum akil baligh. Tetapi kalau sudah saatnya kita akil baligh, maka kita harus mengalami Tuhan secara riil, kita bisa bertemu “muka dengan muka.” Di situ kita belajar untuk menemukan Allah. Bagaimana perasaan-Nya? Bagaimana pikiran-Nya? Bagaimana reaksi-reaksi Allah terhadap tindakan-tindakan, keputusan-keputusan, dan pilihan kita? Barulah kita juga bisa mengerti apa yang dikatakan Alkitab, misalnya di Mazmur 30:8, Mazmur 27:9 dan banyak lagi.

Sekarang kita merasa kita mengerti sekali ketika kita tidak berjalan di dalam track yang benar, maka Allah meninggalkan kita. Bukan meninggalkan dalam arti tidak akan bertemu lagi, tetapi ‘Allah menyembunyikan wajah-Nya’ dan betapa sulit untuk kembali menemukan wajah-Nya. Kita doa kembali, kita puasa kembali, kita cari wajah Tuhan karena hati kita harus bersih, motivasi hidup kita benar-benar lurus, bejana hati kita harus kita kosongkan terhadap siapa pun dan apa pun, kita buka hanya bagi Tuhan. Menjadi seorang Kristen dari kecil itu bukan jaminan kalau dia telah mengenal Allah; bahkan sekalipun dia rajin ke gereja, lalu sekolah Alkitab, jadi Doktor Teologi. Apalagi kalau sekolah teologi hanya karena mau mencari hidup atau sekadar kesenangan, maka dia pasti tidak pernah menemukan Allah.

Orang yang menemukan Allah itu menemukan wajah-Nya. Kegentarannya akan Allah itu nampak dan nyata dari sikapnya terhadap orang lain. Dia akan menjaga perasaan orang, tidak sewenang-wenang, berbelas kasih, tidak semena-mena, menghargai setiap orang karena setiap orang berharga di matanya. Tentu saja orang yang benar-benar menemukan wajah Allah bisa hidup di dalam kekudusan karena yang paling dia takuti adalah kalau Allah menyembunyikan wajah-Nya. Jadi sebelum Dia menyembunyikan wajah-Nya, kita sudah merasakannya. Allah berduka karena tindakan, kelakuan kita yang tidak tepat seperti yang Allah kehendaki.

Temukanlah Tuhan di dalam hidup keseharian kita, carilah Dia di ruang kamar kita. Sediakanlah ruang doa, duduk diam di kaki Tuhan, carilah firman Tuhan yang membangun iman, bergaullah dengan orang yang juga mencari Dia. Mungkin pengetahuan yang kita miliki tentang Allah itu benar, tetapi kita tidak langsung berjumpa dengan Dia karena kita tidak menyediakan waktu dan diri untuk betul-betul berjumpa dengan Tuhan. Dan Allah Yang Maha Murah ternyata tidak murahan. Kita harus membayar harganya untuk itu. Selagi masih ada kesempatan, kejarlah terus, cari Tuhan dengan sungguh-sungguh. Bayangkan nanti kalau kita sudah bertemu dengan Dia di dalam kedahsyatan kemuliaan-Nya, ternyata kita belum berjumpa dengan Dia, tapi kita hanya berjumpa dengan bayang-bayang dan fantasi.

Pikiran bisa diisi dengan pengetahuan, tetapi perasaan tidak bisa diisi dengan pengetahuan kecuali pengalaman. Pernahkah kita membayangkan bagaimana Allah dalam menghadapi Abraham, Musa, Daniel, Sadrakh, Mesakh, Abednego dan yang lainnya? Itu baru bisa kita mengerti dan matang waktu kita berhadapan langsung dengan Tuhan, dan itu menggetarkan, itu dahsyat. Sekali lagi, pengenalan akan Allah tidak bisa hanya dengan membaca Alkitab, tapi harus bertemu muka dengan muka dalam doa. Dan kalau sudah begitu, kita tidak spekulasi hidup, karena kita yakin.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG MENEMUKAN ALLAH ITU MENEMUKAN WAJAH-NYA.

Card image
TRANSFORMING BEHAVIOR - 30 Desember 2024 (English Version)
2024-12-31 05:01:00


The realization of God’s presence in our lives can occur in stages, progressively deeper, higher, and more varied. Knowledge about God can be grasped by our minds, reasoning, or intellect, and we can gain an abundance of knowledge about God in a short time in a workspace, classroom, or library. However, the experience of God’s presence can only be acquired through life experiences. Our Heavenly Father wants to be known not just intellectually or cognitively but through experiential understanding that cannot be gained merely by reasoning in a room.

If we open ourselves daily to this, akin to what the Bible describes as “thirsting for God,” He will lead us to real experiences where we can encounter the real God. The reality of God cannot be captured merely by reading books, attending discussions, seminars, or listening to sermons but must be attained through day-to-day, concrete, real-life experiences. However, this is only for those who sincerely open their hearts, the ears of their soul, and their minds and attentively observe what God wants to impart each day. It is not for those who are content with intellectual understanding but for those who long to experience God tangibly.

Do not let a single day pass without capturing and receiving what God wants to give us—not just to fill our minds but to enrich our souls, emotions, and entire lives with the experience of walking with Him. For this reason, we must have the courage to discard our attractions to this world—our fascination with wealth, status, titles, and achievements. All these can be possessed for God’s glory, not for personal pride or pleasure. But let us set our hearts to be captivated and enamored only by God—to seek how to experience Him and possess Him in our lives.

Having knowledge about God does not mean we possess God. However, through life experiences, when we understand what God desires in every event we face and obey His will, we come to truly possess Him, and He possesses us. The gap between knowledge gained in a library or a room through books and daily experiences with God is vast. Daily personal prayers, as well as 6y6 prayers, are part of our efforts to pursue God. Through such prayers, we gain experiences that bear testimony within us that God is alive. These experiences provide us with a rich understanding of God. It is only after being stimulated and moved by God’s presence through prayer that we can live our days in awareness of His presence in every experience we encounter, provided we genuinely thirst for Him.

Thirsting for God includes the desire to fill our minds with knowledge of Him, which is now widely available through social media. Yet, our longing to know God through life experiences-where His presence is deeply felt-has a greater influence on transforming our behavior. This cannot be obtained through social media but only through daily interactions and experiences. Every day, God provides His spiritual nourishment because His Word says, “Man shall not live by bread alone, but by every word (rhema) that proceeds from the mouth of God.” There is rhema that God imparts in and through every event in our lives.

As long as we hunger and thirst for Him, sincerely desiring to absorb spiritual blessings through experiences of His presence, God will pour out His eternal blessings. Knowledge of God through experiences will certainly transform behavior, and this transformed behavior is an eternal treasure that qualifies us to be part of the family of the Kingdom of God. Remember, knowledge may enter our minds and lead us to understanding. But it is our experiences that fill our hearts. While the knowledge entering our minds can influence our emotions to some degree, it is not as significant as what we gain through experiences.

KNOWLEDGE OF GOD THROUGH EXPERIENCES WILL CERTAINLY TRANSFORM BEHAVIOR, AND THIS TRANSFORMED BEHAVIOR IS AN ETERNAL TREASURE THAT QUALIFIES US TO BE PART OF THE FAMILY OF THE KINGDOM OF GOD.

Card image
MENGUBAH PERILAKU - 30 Desember 2024
2024-12-31 04:56:00



Penghayatan akan kehadiran Allah dalam hidup kita itu bisa bertahap, bertingkat, makin tinggi, makin mendalam, makin variatif. Pengetahuan tentang Allah bisa dikecap oleh pikiran kita, oleh rasio atau otak kita, dan pertambahan pengetahuan tentang Allah dapat kita peroleh sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat di ruang kerja, di ruang belajar, di perpustakaan, tetapi penghayatan kehadiran Allah itu hanya dapat kita peroleh melalui pengalaman hidup. *Allah Bapa kita mau diri-Nya dikenal, bukan hanya secara pikiran, secara nalar atau secara kognitif, namun Bapa di surga menghendaki diri-Nya dikenal di dalam dan melalui pengalaman dalam penghayatan yang tidak bisa diperoleh seseorang hanya dengan mengolah nalar di satu ruangan.*

Jika kita membuka diri setiap hari untuk hal tersebut, yang sama dengan apa yang Alkitab katakan “memiliki kehausan akan Allah,” maka Allah akan membawa kita kepada pengalaman-pengalaman riil untuk supaya bisa mengalami Allah yang riil juga. Realitas Allah tidak dapat ditangkap hanya melalui membaca buku, diskusi, seminar, mendengar khotbah, tetapi harus diperoleh melalui pengalaman dari hari ke hari secara konkret, secara nyata. Namun ini hanya untuk orang yang sungguh-sungguh membuka diri, membuka telinga jiwa, membuka pikiran, dan dengan teliti memperhatikan apa yang Allah mau berikan kepadanya hari ini, yang tidak puas dengan apa yang dipahami secara nalar, tetapi mengalami Tuhan secara riil.

Maka jangan sampai hari hidup kita sia-sia berlalu tanpa menangkap, memperoleh, apa yang Tuhan mau berikan kepada kita. Bukan hanya mengisi pikiran kita, melainkan mengisi jiwa kita, mengisi perasaan kita dan seluruh kehidupan kita diisi oleh pengalaman bersama dengan Dia. Itulah sebabnya kita harus berani membuang semua ketertarikan kita kepada dunia ini, keterpesonaan kita kepada kekayaan, kedudukan, pangkat, gelar, apa pun. Semua itu bisa kita miliki untuk kemuliaan Allah, bukan untuk kebanggaan dan kenikmatan kita. Tetapi kita menetapkan hati untuk membuat hati kita hanya terpesona, terpikat pada Allah; bagaimana bisa mengalami Dia dan memiliki Dia di dalam kehidupan.

Memiliki pengetahuan tentang Allah bukan berarti sudah memiliki Allah. Tetapi melalui pengalaman ketika kita mengerti apa yang Allah ingini dalam seluruh peristiwa kehidupan yang kita alami, lalu kita menuruti apa yang Allah kehendaki, di situlah Allah dapat memiliki kita dan kita memiliki Dia. Betapa jauh jarak kesenjangan antara pengetahuan yang diperoleh di perpustakaan, di dalam ruangan melalui buku, dengan pengalaman bersama Tuhan setiap hari. Doa pribadi setiap hari, dan juga doa bersama merupakan bagian dari usaha kita memburu Tuhan. Di dalam doa-doa tersebut kita akan pasti memiliki pengalaman-pengalaman yang di dalamnya kita memiliki kesaksian dalam batin bahwa Allah itu hidup. Dan itu memberikan kepada kita kekayaan penghayatan akan Allah. Setelah itu baru kita menjalani hari-hari hidup kita, setelah kita terstimulasi, terangsang, oleh kehadiran Tuhan, maka kita kemudian bisa menghayati kehadiran Tuhan melalui dan di dalam setiap pengalaman yang kita alami, tentu selama kita sungguh-sungguh memiliki kehausan akan Allah.

Kehausan akan Allah dalam bentuk keinginan memenuhi pikiran dengan pengetahuan tentang Allah yang sekarang banyak ada di media sosial, tapi kerinduan kita untuk memiliki pengetahuan akan Allah dari pengalaman hidup di mana terdapat penghayatan akan Allah yang lebih memberi pengaruh bagi perilaku kita. Itu tidak dapat kita peroleh melalui media sosial, tetapi melalui pergaulan hidup, pengalaman hidup setiap hari. Setiap hari Tuhan menyediakan makanan rohani-Nya, karena firman Tuhan mengatakan, _“Manusia hidup bukan hanya dari roti, tapi dari setiap firman (rhema) yang keluar dari mulut Allah." Ada rhema yang Tuhan berikan di dalam dan melalui setiap kejadian yang terjadi dalam hidup kita.

Selagi kita merasa haus dan lapar akan Dia, sungguh-sungguh mau menyerap berkat rohani melalui pengalaman, penghayatan akan kehadiran Allah, maka Allah akan mencurahkan berkat-Nya dan itu adalah berkat kekal. Pengetahuan akan Allah melalui pengalaman pasti mengubah perilaku, dan perilaku kita itu merupakan harta abadi yang melayakkan kita masuk menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Ingatlah, pengetahuan bisa memasuki pikiran kita dan kita bisa mengerti. Tetapi perasaan kita diisi melalui ‘pengalaman’—walaupun tentu saja pengetahuan yang masuk ke dalam pikiran kita itu tidak bisa tidak memiliki sentuhan terhadap perasaan kita, tetapi tidak signifikan—yang akan menyentuh kita.

Tuhan Yesus memberkati Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PENGETAHUAN TENTANG ALLAH MELALUI PENGALAMAN PASTI MENGUBAH PERILAKU, DAN PERILAKU KITA ITU MERUPAKAN HARTA ABADI YANG MELAYAKKAN KITA MASUK MENJADI ANGGOTA KELUARGA KERAJAAN ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 Desember 2024
2024-12-30 17:55:10

Wahyu 12-18

Card image
Quote Of The Day - 29 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-29 11:28:26


Pengertian yang benar mengenai keselamatan sangat berdampak terhadap kualitas hidup kekristenan orang percaya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 29 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-29 11:26:11


Kita harus punya komitmen, "Aku memilih takut akan Allah," dikembangkan dengan kehidupan yang tiap hari kita jaga.

Card image
THE SCALE OF HOLINESS - 29 Desember 2024 (English Version)
2024-12-29 11:23:57



If every day we absorb all the blessings God provides, we will grow well. That is why the manna God gave in the wilderness could not be stored, except on the Sabbath. There is a daily quota. Ensure that when we die, we are found pleasing before God. In business, we can determine whether we’ve profited or not by the end of the year because we review the balance daily. If we gain profit every day, we’ll certainly profit by the year’s end; the opposite is also true. Every day, we encounter experiences where we must choose: to live in holiness or to go against God’s will. From this, we can evaluate the scale of our holiness.

We still have weaknesses and shortcomings. What are our shortcomings? They must be acknowledged and resolved. We must dare to say to God, “Lord, is there still something wrong in my life? Please show me. If there is, I will confess, repent, and leave it behind. Are there worldly pleasures that bind my heart and I idolize, which become acts of unfaithfulness to You? Lord, I will abandon them. Lord, are there wrong motives in my life as I serve You?” God will teach us. The quota God gives will be effective because our weaknesses are gradually addressed through daily experiences. And if we can overcome them, it’s extraordinary.

God is the architect of our souls; He knows how to shape each individual. Reflect on this: why will God give us a new name later? Before we were born, we were already conceived in God’s mind. God designed what kind of person we should be. He forms us with His daily quotas so that when we die, we become the individuals God intended. Often, a name reflects the essence of a person. Thus, God assigns us a name as He plans for us, not only conceiving us in His mind but also envisioning the type of person we should become. He designs what name we deserve to have in the Kingdom of Heaven after we die.

If we fulfill our daily quotas, we will become individuals according to God’s design. Our old name will be replaced by the one God gives. Therefore, do not say, “I’m safe for now; I haven’t died yet,” and then live carelessly. Such behavior wastes the opportunity to grow. Do not fear committing to a holy life, or to living blamelessly. Why? To ensure we don’t give sin any space in our lives. There is only one thing we should fear in this life: God. This fear of God does not come instantly. It requires a commitment: “I choose to fear God,” which must be nurtured through daily vigilance.

As we develop the fear of God, our holiness grows, and our character changes. We can then become a blessing to others. Ultimately, God wants us to pass His test. The term “pass” in Greek can also mean “perfect” (teleios). We must pass, and the greatest battle is with ourselves. This is the most formidable and destructive enemy. If we conquer ourselves early in life, we will grow into perfection and remain steadfast. Whatever we do will be blessed. God is alive! So, let us not live recklessly. Embrace this sense of urgency, which compels us to live responsibly.

We must discipline ourselves because the world is harsh, poisoning and influencing us. Do not allow even a single sin to persist and cause God to turn away. We need daily time alone with God, simulating standing before Him and asking, “Is my life in order?” If we do this, the Holy Spirit will reveal what still needs correction. When we stand before God’s judgment throne, there will be no room to say, “I didn’t know, Lord.” God will surely make us aware. Often, theologians or pastors, who think they are already right, fail to examine themselves. We must humble ourselves.

God will not let us face trials beyond our strength. If such trials occur, it is often because we are not vigilant. We should be able to face any situation calmly by relying on God in personal encounters with Him. In those encounters, we develop an unexplainable yet strong confidence in God. This confidence brings peace that surpasses all understanding. If we remain vigilant, meeting with God daily, we can confidently say, “Lord, I don’t know what tomorrow holds, but I know You hold tomorrow.” God will never forsake us.

EVERY DAY, WE ENCOUNTER EXPERIENCES WHERE WE MUST CHOOSE: TO LIVE IN HOLINESS OR TO GO AGAINST GOD'S WILL. FROM THIS, WE CAN EVALUATE THE SCALE OF OUR HOLINESS.

Card image
NERACA KEKUDUSAN - 29 Desember 2024
2024-12-29 11:19:06


Seandainya setiap hari, semua berkat yang Tuhan sediakan kita serap semua, kita akan bertumbuh dengan baik. Itulah sebabnya manna yang TUHAN berikan di padang gurun tidak boleh disimpan kecuali pada hari Sabat. Ada kuota setiap hari. Pastikan, pada waktu kita meninggal dunia, kita berkeadaan berkenan di hadapan Tuhan. Dalam perdagangan, kita bisa memastikan akhir tahun untung atau tidak itu karena setiap hari kita melihat neraca. Kalau tiap hari kita untung, maka akhir tahun pasti untung; dan sebaliknya. Setiap hari, kita akan mendapatkan pengalaman-pengalaman di mana kita harus memilih: hidup suci atau melanggar kehendak Tuhan. Dari situ, kita bisa melihat neraca kekudusan kita.

Kita memang masih memiliki kekurangan atau kelemahan. Kekurangan kita apa? Ditanggulangi dan diakui. Kita harus berani berkata kepada Tuhan, "Tuhan, masih adakah salah yang kulakukan? Tolong tunjukkan. Kalau ada, aku mau akui, bertobat, dan meninggalkannya. Adakah kesenangan-kesenangan dunia yang mengikat hatiku dan kuberhalakan? Yang merupakan langkah ketidaksetiaanku kepada-Mu. Tuhan, aku mau tinggalkan. Tuhan, adakah motivasi yang salah dalam hidupku untuk melayani Engkau?" Kita akan dididik Tuhan. Kuota yang Tuhan berikan itu akan efektif karena kelemahan kita tidak sekaligus terkikis, namun melalui pengalaman-pengalaman yang terjadi setiap hari. Dan kalau kita bisa melewati semua ini, luar biasa.

Tuhan adalah arsitek jiwa kita, Ia tahu bagaimana membentuk setiap individu. Coba kita renungkan, mengapa Tuhan nanti memberi kita nama baru? Sebelum kita dilahirkan, sejatinya kita sudah dilahirkan oleh Allah di pikiran-Nya. Dan Allah menghendaki kita jadi manusia macam apa, yang bagaimana. Lalu Allah membentuk dengan kuota-kuota-Nya setiap hari supaya ketika kita meninggal dunia, kita menjadi manusia seperti yang Allah rancang. Dan biasanya, nama terkait dengan keadaan orang itu. Maka Tuhan memberi nama kepada kita ketika Dia merancang. Dia bukan hanya melahirkan kita di pikiran-Nya, namun juga merancang di pikiran-Nya manusia macam apa kita ini. Dan nama apa yang patut kita miliki ketika nanti kita mati dan ada di Kerajaan Surga.

Maka kalau kuota-kuota itu kita penuhi setiap hari, kita menjadi manusia sesuai dengan rancangan Allah. Nama kita yang lama diganti dengan nama yang Allah miliki. Jadi, jangan kita berkata, "Aman hari ini, masih aman, belum mati," lalu kita sembarangan menjalani hidup. Itu berarti kita menyia-nyiakan kesempatan untuk bertumbuh. Jangan takut berjanji untuk hidup suci, jangan takut berjanji hidup tidak bercacat, tidak bercela. Kenapa? Supaya kita tidak memberi ruangan dosa dalam hidup kita. Hanya satu yang kita takuti dalam hidup ini, Tuhan. Dan perasaan takut akan Allah itu tidak bisa kita miliki dalam sekejap. Kita harus punya komitmen, "Aku memilih takut akan Allah," dikembangkan dengan kehidupan yang tiap hari kita jaga.

Takut akan Allah akan berkembang, kesucian kita pun akan berkembang, maka karakter kita akan berubah. Kita bisa menjadi berkat bagi orang lain. Sebab pada akhirnya, Tuhan hanya mau kita lulus. Kata "lulus" dalam bahasa Yunani itu bisa berarti "sempurna" (τέλειός – teleios). Kita harus lulus, dan yang paling kita harus taklukkan adalah diri kita sendiri. Ini musuh paling mengerikan dan paling merusak. Kalau dari muda kita sudah taklukkan diri kita, maka dewasa nanti kita akan sempurna dan tidak bisa gagal. Apa pun yang kita lakukan, diberkati. Allah itu hidup! Jadi jangan kita sembarangan. Miliki krisis ini! Yang karenanya membuat kita hidup bertanggung jawab.

Kita harus memaksa diri sendiri, sebab dunia ini keras meracuni dan mempengaruhi kita. Jadi jangan biarkan satu dosa melekat yang membuat Tuhan tidak berkenan. Maka kita perlu waktu setiap hari berhadapan dengan Tuhan, lalu melakukan simulasi seakan-akan kita di hadapan Tuhan. Lalu Tuhan bertanya, "Sudah beres belum hidupmu?" Kalau kita membuat simulasi di hadapan Tuhan, maka Roh Kudus akan bicara memberitahukan bagian mana yang masih belum tepat. Sehingga tidak mungkin nanti pada saat di depan takhta pengadilan kita berkata, "Saya tidak tahu, Tuhan," Tuhan pasti beri tahu. Kadang-kadang justru teolog, pendeta, yang merasa sudah benar yang tidak periksa diri. Kita harus merendahkan diri.

Tuhan tidak memberikan kita pencobaan melampaui kekuatan kita. Kalau ada, itu biasanya karena kita tidak berjaga-jaga. Seharusnya, kita bisa menghadapi segala keadaan dengan teduh karena kita kuat, kita bergantung kepada Tuhan dalam perjumpaan pribadi. Dalam perjumpaan itulah kita memiliki keyakinan Allah yang kuat, yang tidak bisa dibahasakan. Tapi keyakinan yang kuat itu membuat damai sejahtera yang melampaui segala akal dan pastinya kalau kita berjaga-jaga setiap hari berhadapan dengan Tuhan, maka kita bisa berkata, "Tuhan, aku tidak tahu hari esok, tapi aku tahu Engkau yang pegang hari esok." Tuhan tidak akan meninggalkan kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SETIAP HARI KITA AKAN MENDAPATKAN PENGALAMAN-PENGALAMAN DI MANA KITA HARUS MEMILIH: HIDUP SUCI ATAU MELANGGAR KEHENDAK TUHAN. DARI SITU, KITA BISA MELIHAT NERACA KEKUDUSAN KITA. .

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 29 Desember 2024
2024-12-29 11:13:50

Wahyu 6-11

Card image
Truth Kids 28 Desember 2024 - PIKIR DULU
2024-12-28 18:02:06


Yakobus 3:2
”Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.”

Sobat Kids, biasanya menjelang pergantian tahun, orang-orang akan sibuk menyiapkan kegiatan yang mau dilakukan nantinya. Bahkan banyak juga yang berbelanja barang dan makanan untuk acara tutup tahun, kembang api salah satunya. Bagaimana dengan keluarga kalian, Sobat Kids? Apakah kalian juga menyiapkan kembang api dan makanan atau minuman untuk kegiatan tutup tahun nanti?

Mengadakan kegiatan di saat pergantian tahun nanti, boleh-boleh saja, Sobat Kids. Namun, diperlukan penguasaan diri agar kita tidak menjadi boros; membeli sesuatu yang tidak terlalu dibutuhkan. Selain itu, saat berkumpul dengan teman-teman lainnya, kuasailah diri kalian agar tidak asal bicara. Terkadang, kata-kata yang tidak dipikirkan bisa menyakitkan hati orang lain. Oleh sebab itu, pikirkanlah setiap kata yang ingin kita ucapkan. Pikir dulu, baru bicara, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 28 Desember 2024 - LIDAH TAK BERTULANG
2024-12-28 18:00:50


Yakobus 3:2
”Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.”

Kiasan “Lidah tak bertulang” berarti orang yang mudah membuat janji, tetapi sulit menepatinya. Walaupun secara biologi memang lidah tidak tidak memiliki tulang, lidah hanya memiliki otot-otot yang memampukan lidah bergerak.

Siapa di antara Sobat Junior yang suka mengucapkan janji, tetapi sulit untuk melakukannya? Itu bukan hal yang baik, ya, Sobat Junior. Setiap kali kita mengucapkan janji, kita harus menepatinya. Misalkan kita janji ke orang tua untuk belajar, artinya kita harus menyisihkan waktu untuk belajar. Jangan malah kita sibuk main games atau lihat-lihat sosial media. Nanti yang ada, malah kita menggunakan mulut ini untuk berkata yang bukan-bukan. Kata-kata yang kita ketik di akun sosial media atau di _Whatsapp_ juga merupakan perkataan kita, walau tidak diucapkan secara langsung.

Penguasaan diri diperlukan agar kita tidak asal berbicara. Kata-kata yang tidak dipikirkan, bisa menyakiti orang lain. Seperti contoh di atas, saat kita tidak menepati janji untuk belajar, pasti orang tua akan sedih. Kata-kata kasar yang diketik pun akan menyakiti orang yang membacanya. Oleh sebab itu, yuk kita kuasai diri untuk mengucapkan kata-kata yang sopan, enak didengar, dan memberkati orang lain.

Card image
Truth Youth 28 Desember 2024 - HATI YANG TULUS
2024-12-28 17:56:04


”Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Samuel: ‘Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” (1 Samuel 16:7)

Di zaman yang penuh dengan berbagai tekanan sosial dan ekspektasi, ketulusan menjadi sesuatu yang semakin sulit ditemukan. Banyak orang terbiasa menyembunyikan niat atau perasaan sejati mereka demi mendapatkan pengakuan atau menjaga citra di mata orang lain. Namun, di hadapan Tuhan, tidak ada yang tersembunyi. Tuhan melihat jauh ke dalam hati kita dan mengenal niat terdalam kita, melebihi apa yang bisa dipahami manusia. Ketika Tuhan memilih Daud sebagai raja, Dia tidak melihat perawakan atau kekuatan fisik, tetapi menilai hati Daud yang penuh ketulusan dan penyerahan diri. Inilah makna dari hati yang tulus di hadapan Tuhan.

Ketulusan dalam konteks spiritual adalah kejujuran hati yang datang tanpa kepentingan diri atau pamrih. Ketulusan ini tidak hanya terlihat dalam perbuatan, tetapi dalam motivasi kita yang terdalam saat melayani Tuhan. Tuhan ingin kita datang kepada-Nya dengan hati yang terbuka, tanpa menyembunyikan dosa atau keinginan tersembunyi.

Ketulusan seperti ini adalah dasar yang kokoh untuk membangun hubungan yang dalam dengan Tuhan karena Ia menghargai keterbukaan kita.

Memiliki hati yang tulus untuk Tuhan berarti kita siap untuk dikoreksi, mau mengakui kekurangan, dan mengandalkan Tuhan secara penuh. Hati yang tulus bukan tentang menjadi sempurna, melainkan tentang menjadi autentik dalam iman kita, dan berusaha selalu berkenan di hadapan-Nya. Ketika kita hidup dalam ketulusan, tindakan kita juga menjadi bentuk pujian kepada Tuhan yang tulus dan murni. Tuhan tidak mencari orang yang tanpa dosa, tetapi Dia mencari orang yang tulus di hadapan-Nya—yang berani datang dengan segala kejujuran, mengakui kesalahan, dan berharap hanya pada-Nya.

Dalam hidup kita sehari-hari, ketulusan adalah hadiah terbesar yang bisa kita berikan kepada Tuhan. Dengan hati yang tulus, kita mampu bertumbuh lebih dekat dengan-Nya, mengembangkan iman yang lebih mendalam, dan mengalami kasih-Nya secara lebih nyata. Mari kita renungkan, apakah kita sudah memiliki hati yang tulus kepada Tuhan? Semoga kita terus dibimbing untuk semakin jujur dalam iman, hidup tanpa kepura-puraan, dan memiliki hati yang murni di hadapan Tuhan setiap hari.

WHAT TO DO:
Belajar memiliki ketulusan dalam hati

BIBLE MARATHON:
▪︎ Wahyu 8-11

Card image
Renungan Pagi - 28 Desember 2024
2024-12-28 17:51:18


Ibadah adalah kekuatan, kehidupan dan dasar dari segala sesuatu dalam hidup kita, karena itu jangan berkecil hati dan kecewa jika ada orang yang sedang merancang hal yang jahat.

Tetaplah setia dan bertekun didalam ibadah, berserah dan percaya kepada kuasa Tuhan, itulah kunci kita melihat mukjizat dan meraih kemenangan.

Card image
Quote Of The Day - 28 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-28 17:50:00


Keselamatan tidak boleh hanya dikaitkan dengan terhindarnya manusia dari neraka dan diperkenan masuk surga; namun keselamatan harus dikaitkan dengan rencana Allah semula dalam menciptakan manusia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 28 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-28 17:48:56


Kita harus mempertimbangkan bahwa setiap keadaan bisa berubah setiap saat. Keadaan sulit, masalah berat yang melampaui kekuatan kita, di saat itulah kita harus bergantung kepada Tuhan.

Card image
POSITIVE CRISIS - 28 Desember 2024 (English Version)
2024-12-28 13:02:47


Essentially, every day we should have a sense of positive crisis amidst the many crises we may experience. There will always be things that make us feel in crisis, even if not daily, it could happen at certain moments. For instance, a relative might have an accident, be laid off, scammed, and so on. However, there are two crises that we must always have—these are positive crises, even holy crises. The first, is to ensure that we are not found displeasing to God. At the moment when we no longer have the opportunity to improve ourselves—because we don’t know when our final day to breathe will be—we must always remain vigilant. As stated in Matthew 25:13, “… watch therefore, for you know neither the day nor the hour.”

The second, pertains to a common crisis everyone faces, which is confronting problems we cannot overcome with our own strength. For example, earthquakes, tsunamis, wars, encountering evil people, contracting diseases that are difficult to treat medically, and so on. Circumstances can change at any time. You don’t need to be flying 40,000 feet above sea level and experience turbulence; something as simple as accidentally pricking your eye with a sharp object can lead to blindness. Or, while socializing or walking among people, you could easily contract a severe illness. We must consider that any situation can change at any moment. In difficult circumstances, problems that surpass our strength—that is when we must depend on God.

However, do not wait for severe problems before drawing near to God, clinging tightly to Him. Every day, we must cling tightly. Because anything could happen, but if we always hold tightly to Him, we have an assurance greater than any insurance. For cars, health, or life, we buy insurance. Why don’t we strive to have assurance far greater than what humans can provide? Embrace this truth, and believe that our lives will change. Because, by having a sense of positive crisis, we become humble before God, which in turn makes us humble before others. Those who lack this sense of positive crisis are essentially arrogant before God. And truthfully, they are saying, “I don’t need You, Lord. There are many things I need more than You.”

Let us learn this truth: we must build a sense of crisis that at any moment, we could stand before God’s judgment throne and be held accountable for everything we have done during our lives on earth. We don’t know when that will happen. Therefore, we must remain vigilant. The problem is, while we may have experienced being robbed, impoverished, or scammed, no one has ever experienced standing before God’s judgment throne. This can lead to carelessness—a false sense of “safety.” Over time, people may think they can settle matters with God closer to the end of their lives. This is exactly how Satan deceives many Christians.

If we read 2 Peter 3:4, it says, “Where is the promise of His coming?” This leads to carelessness. Such individuals mock God, not with words but through their deeds. Deep in their hearts, they might say, “I’ll stop sinning later,” not knowing when they will die. On the other hand, they also fail to understand that pleasing God is a gradual process. If someone constantly delays striving to please God, they may end up in a state where change is no longer possible according to God’s original plan. Especially for those who are older, it becomes increasingly difficult to change. They may not be barbaric or evil, but they fail to achieve a life that pleases God.

A life that pleases God has its standard in Jesus. Christians who truly believe in Jesus must strive to be like Him; otherwise, their faith is misplaced. Becoming like Jesus—achieving perfection—is a gradual process that must be pursued diligently because there is a daily quota from God to fulfill. In earning a living, we work hard, and that’s not wrong; it’s necessary. But remember, whatever we strive for through hard work, we will eventually leave behind—tragic. The blessings we receive every day are always new and cannot be repeated; only by God’s grace does He provide other opportunities.

BY HAVING A SENSE OF POSITIVE CRISIS, WE BECOME HUMBLE BEFORE GOD.

Card image
KRISIS YANG POSITIF - 28 Desember 2024
2024-12-28 12:56:55


Sejatinya, setiap hari kita harus memiliki perasaan krisis yang positif di tengah banyak krisis yang pasti kita alami. Pasti ada saja hal-hal yang membuat kita merasa krisis, walaupun tidak terjadi setiap hari, bisa saja di saat-saat tertentu. Misalnya, ada saudara yang mengalami kecelakaan, di-PHK dari pekerjaan, ditipu, dan lain sebagainya. Tetapi, ada dua krisis yang harus selalu kita miliki, dan ini krisis yang positif, bahkan krisis yang bisa dikatakan kudus. Yang pertama, jangan sampai kita dijumpai Tuhan tidak berkenan. Pada saat mana kita tidak memiliki kesempatan lagi untuk memperbaiki diri, karena kita tidak tahu kapan hari akhir kita menghembuskan napas, maka kita harus selalu berjaga-jaga. Seperti yang dikatakan di Matius 25:13, “… berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."

Yang kedua, ini terkait dengan krisis yang umum dimiliki oleh setiap orang, yaitu kita bisa diperhadapkan kepada masalah yang tidak dapat kita tanggulangi dengan kekuatan kita sendiri. Misalnya, gempa bumi, tsunami, perang, orang jahat, terpapar penyakit yang sulit ditemukan penanganan medisnya, dan lain sebagainya. Setiap saat keadaan itu bisa berubah. Tidak usah menunggu naik pesawat 40.000 kaki di atas permukaan laut, lalu terguncang dan jatuh, tidak sengaja tertusuk benda tajam di mata dan jadi buta, sangat bisa terjadi. Atau kita ada di tengah-tengah masyarakat, dalam pergaulan atau kita berjalan di tengah banyak orang dan tertularkan penyakit parah, itu pun mudah terjadi. Kita harus mempertimbangkan bahwa setiap keadaan bisa berubah setiap saat. Keadaan sulit, masalah berat yang melampaui kekuatan kita, di saat itulah kita harus bergantung kepada Tuhan.

Namun jangan menunggu ada masalah berat baru kita mendekat kepada Tuhan, melekat, dan berpegang erat. Setiap hari kita harus berpegang erat. Karena segala kemungkinan bisa terjadi, tetapi jika kita selalu berpegang erat kepada-Nya, maka kita memiliki jaminan yang pasti, lebih dari asuransi apa pun. Untuk mobil, kesehatan, jiwa juga kita asuransikan. Mengapa kita tidak berusaha memiliki jaminan yang lebih dari apa yang manusia bisa berikan? Pegang kebenaran ini, dan percayalah hidup kita akan berubah. Sebab, dengan memiliki perasaan krisis yang positif, kita menjadi rendah hati di hadapan Allah, yang nantinya pasti juga bisa rendah hati di hadapan manusia. Orang yang tidak memiliki perasaan krisis yang positif ini sebenarnya berkategori sombong, angkuh di hadapan Allah. Dan jujurnya, dia berkata, "Aku tidak membutuhkan Engkau, Tuhan. Banyak hal lebih kubutuhkan daripada Engkau."

Mari kita belajar kebenaran ini, yaitu kita harus membangun perasaan krisis bahwa setiap saat kita bisa berdiri di hadapan takhta pengadilan Allah dan mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang kita lakukan selama kita hidup di bumi. Kita tidak tahu kapan hal itu akan terjadi. Maka kita harus lebih waspada. Masalahnya, mungkin kita pernah mengalami dirampok, jatuh miskin, ditipu, dan lain-lain, tetapi hal berdiri di hadapan takhta pengadilan Allah, tidak seorang pun pernah, sehingga ini bisa membuat kita menjadi ceroboh; merasa “aman.” Lalu berkepanjangan seperti itu dan mulai berpikir, nanti kalau sudah kira-kira mendekati kematian baru sungguh-sungguh berurusan dengan Tuhan. Dengan cara inilah setan menipu banyak orang Kristen.

Kalau kita membaca di dalam 2 Petrus 3:4 tertulis, "Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu?" lalu mereka menjadi ceroboh. Orang-orang seperti ini mengejek Tuhan dengan ejekan-ejekan yang diekspresikan dengan hidup tidak sesuai dengan kehendak Allah; bukan dengan perkataan namun perbuatan. Tetapi di hati kecilnya, mungkin dia berkata, "Nanti saya berhenti berbuat dosa," sedangkan dia tidak tahu kapan dia meninggal dunia. Di sisi lain, mereka juga tidak mengerti bahwa mencapai berkenan kepada Tuhan itu melalui proses bertahap. Kalau seseorang selalu menunda untuk berkenan, maka ia bisa berada dalam keadaan tidak bisa berubah sesuai dengan rancangan Allah semula. Terutama bagi orang-orang yang sudah lewat umur, betapa susahnya diubah. Mereka tidak menjadi orang biadab, atau orang jahat, tapi tidak mencapai kehidupan yang berkenan kepada Allah.

Kehidupan yang berkenan kepada Allah itu standarnya Yesus. Orang Kristen yang sungguh-sungguh percaya Yesus itu harus seperti Yesus, kalau tidak, maka percayanya salah. Dan untuk menjadi seperti Yesus, untuk sempurna, prosesnya bertahap dan harus giat dilakukan sebab setiap hari ada kuotanya; kuota yang Tuhan berikan untuk dipenuhi. Dalam mencari nafkah, kita bekerja keras, tidak salah, memang harus begitu. Tapi ingat, apa pun yang kita upayakan dari kerja keras tersebut, akhirnya akan kita tinggalkan, tragis. Berkat yang kita terima setiap hari itu selalu baru dan tidak pernah bisa diulang, hanya oleh kemurahan Tuhan, Tuhan memberikan kemungkinan-kemungkinan lain.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DENGAN MEMILIKI PERASAAN KRISIS YANG POSITIF, KITA MENJADI RENDAH HATI DI HADAPAN ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 Desember 2024
2024-12-28 12:51:58

Wahyu 1-5

Card image
Truth Kids 27 Desember 2024 - 3S
2024-12-27 21:13:04


Kolose 4:6
”Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.”

Sobat Kids, penguasaan diri juga tercermin dalam kesopanan kita kepada orang lain. Ayat firman Tuhan hari ini mengajarkan kita untuk berkata-kata dengan penuh kasih. Itu artinya, kita harus berkata-kata dengan sopan, terutama kepada orang yang lebih tua dari kita. Setiap ada orang yang bertanya kepada kita, maka kita harus menjawabnya dengan sopan.

Bentuk kesopanan yang kita dapat lakukan adalah dengan 3S: Senyum - Salam - Sapa. Jika ada tamu yang datang ke rumah, kalian dapat memberikan senyum, bersalaman, dan menyapa tamu tersebut. Ucapkan: "Selamat pagi/sore/malam, Tante/Om. Silakan duduk." Tunjukkan bahwa kalian adalah anak yang sopan.

Saat berada di sekolah, kalian juga harus melakukan 3S kepada guru-guru. Begitu juga saat berada di Sekolah Minggu. Dengan berlaku sopan, kalian menunjukkan karakter yang baik. Ingat, ya, Sobat Kids, 3S: Senyum - Salam - Sapa.

Card image
Truth Junior 27 Desember 2024 - MENGASIHI MUSUH
2024-12-27 21:11:22


Matius 5:44
”Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”

Guru-guru di sekolah pasti mengajarkan tentang anti perundungan (no bullying). Semua murid harus mengikuti tata tertib yang sudah dibuat oleh sekolah. Murid kelas kecil hingga kelas besar saling akur, saling membantu satu dengan yang lain, sehingga tercipta suasana aman dan nyaman di sekolah. Sayangnya, Winsten, salah satu murid kelas 5, memiliki pemikiran yang berbeda. Ia berpendapat “kalau ada yang ganggu aku, langsung aku balas dengan lebih keras atau lebih sakit.”

“Winsten, mengapa kamu cakar Jojo?” tanya ibu guru. “Jojo duluan yang cakar aku, Bu. Ya sudah, aku balas saja lebih keras cakarnya,” jawab Winsten tanpa rasa bersalah. “Benar itu, Jo?” tanya ibu guru. “Hhmm… iya sih, tapi aku cakarnya pura-pura, Bu. Aku sedang cerita kalau kemarin kucingku cakar tanganku. Jadi, tadi aku contohin di tangan Winsten, cuma pelan-pelan saja. Eh, tiba-tiba Winsten langsung cakar benaran,” bela Jojo.

Sobat Junior, pemikiran Winsten untuk langsung membalas perbuatan temannya dengan lebih keras atau lebih sakit, itu adalah hal yang salah. Kita sebagai anak-anak Allah tidak boleh seperti itu. Tuhan mengajarkan kita hal berbeda dari yang dunia ajarkan. Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk mengasihi dan berdoa bagi mereka yang menyakiti kita. Itu memang bukan hal yang mudah. Diperlukan penguasaan diri untuk dapat mengasihi dan berdoa bagi mereka. Namun, bukan berarti hal itu mustahil. Tuhan akan memberi kita kekuatan agar mampu melakukan perintah-Nya. Yuk, kita belajar menguasai diri kita dan mengasihi serta berdoa bagi orang lain yang menyakiti kita. Selamat berjuang, Sobat Junior!

Card image
Truth Youth 27 Desember 2024 (English Version) - LOVE IN LITTLE THINGS
2024-12-27 21:07:48


"Therefore, as we have opportunity, let us do good to all people, especially to those who belong to the family of believers." (Galatians 6:10)

Giving and doing good for others, especially family, is one of the most important things in our lives. Sometimes, we get caught up in the daily grind, too busy with work, school, or other activities, and forget to appreciate those closest to us. This is often where we miss precious moments to show love and care for our family. Yet, sincere affection in the form of small actions can create stronger bonds within the family.

Galatians 6:10 reminds us, “Let us do good to all people, especially to those who belong to the family of believers.” But have we been practicing this in our daily lives, especially at home? Giving time to help our parents, assisting a sibling with school tasks, or simply sitting with them and sharing stories are real examples of material offerings we can make. We often consider these things small, but in reality, the attention we show can make a big difference.

We also need to remember to offer praise and positive words. In our daily lives, we often focus more on criticism than on acknowledgment. However, kind and supportive words can make our loved ones feel appreciated and loved. This is a form of spiritual offering that brings joy and a renewed sense of purpose to their lives. We may not realize that our small actions can be a source of happiness for others.

So, let’s start by giving our best at home, both materially and spiritually. In doing so, we not only become a blessing to our families, but we also strengthen our relationship with God and with others. Remember, by giving from the heart, we can transform the atmosphere at home into one that’s warmer and filled with love.

WHAT TO DO:
- Take time to be with your family; help your parents or siblings with household tasks.
- Try to perform at least one good deed every day, whether at home or in your community, to show you care.
- Frequently give praise and positive words to family members to boost their spirits and confidence.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Revelation 1-3

Card image
Truth Youth 27 Desember 2024 - LOVE IN LITTLE THINGS
2024-12-27 21:05:35



”Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.” (Galatia 6:10)

Memberi dan berbuat baik kepada orang lain, terutama kepada keluarga, adalah salah satu hal terpenting dalam hidup kita. Terkadang, kita terjebak dalam rutinitas sehari-hari, terlalu sibuk dengan pekerjaan, sekolah, atau aktivitas lain sehingga kita lupa untuk menghargai orang-orang terdekat. Di sinilah kita sering kali kehilangan momen berharga untuk menunjukkan kasih dan perhatian kita kepada keluarga. Padahal, kasih sayang yang tulus dalam bentuk tindakan kecil bisa menciptakan ikatan yang lebih kuat di dalam keluarga.

Galatia 6:10 mengingatkan kita, “Marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada mereka yang seiman.” Namun, apakah kita sudah menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, terutama di rumah? Memberi waktu untuk membantu orang tua, membantu adik dengan tugas sekolah, atau sekadar duduk bersama mereka sambil berbagi cerita adalah contoh nyata dari persembahan material yang bisa kita lakukan. Kita sering menganggap hal-hal ini sepele, tetapi kenyataannya, perhatian yang kita tunjukkan bisa memberikan dampak besar.

Kita juga perlu ingat untuk memberikan pujian dan kata-kata positif. Dalam keseharian, sering kali kita lebih fokus pada kritik daripada pengakuan. Padahal, ucapan yang baik dan mendukung bisa membuat orang-orang terdekat merasa dihargai dan dicintai. Ini adalah bentuk persembahan spiritual yang membawa kebahagiaan dan semangat baru dalam hidup mereka. Kita mungkin tidak menyadari bahwa tindakan kecil kita bisa menjadi sumber kebahagiaan bagi orang lain. Oleh karena itu, mari kita mulai memberikan yang terbaik di rumah, baik secara material maupun spiritual. Dengan begitu, kita tidak hanya menjadi berkat bagi keluarga kita, tetapi juga memperkuat hubungan kita dengan Tuhan dan sesama. Ingat, dengan memberi dari hati, kita dapat mengubah suasana di rumah menjadi lebih hangat dan penuh cinta.

WHAT TO DO:
1.Luangkan waktu untuk bersama keluarga; bantu orang tua atau adik dengan tugas-tugas rumah tangga.
2.Cobalah untuk melakukan setidaknya satu tindakan baik setiap hari, baik di rumah maupun di lingkungan sekitar, untuk menunjukkan kepedulianmu.
3.Sering-seringlah memberi pujian dan kata-kata positif kepada anggota keluarga untuk meningkatkan semangat dan kepercayaan diri mereka.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Wahyu 1-3

Card image
Renungan Pagi - 27 Desember 2024
2024-12-27 20:59:36


Harga diri dan hidup tidak ditentukan oleh apa yang kita miliki, tidak ditentukan oleh harta, kekayaan dan popularitas, tetapi harga dan hidup tergantung pada hubungan kita dengan Tuhan, kedekatan dengan Tuhan, itulah yang memberikan harga dan arti dalam kehidupan kita.

Allah mampu menjadikan hidup berharga dan bermakna, sehingga dapat memberi arti dimanapun berada, kita tidak menyusahkan orang lain, tetapi menjadi berkat bagi banyak orang, dapat menjadi perpanjangan tangan Tuhan selama kita hidup.

Card image
Quote Of The Day - 27 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-27 20:55:45


Adapun kualitas kehendak seseorang apakah menjadi baik atau buruk tergantung dari keadaan atau kualitas pikiran dan perasaannya

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-27 20:54:24


Sejatinya, Tuhan itu harus menjadi satu-satunya perburuan kita, satu-satunya pencarian kita.

Card image
MAKING GOD ALIVE - 27 Desember 2024 (English Version)
2024-12-27 20:52:32


Perhaps we have wondered in our hearts why it seems, and indeed the reality is, that God is not real in our lives, yet in the lives of others, He appears more tangible. Why does God seem absent or “dead” in some people’s lives but alive and evident in others? Have we ever questioned why this happens in our lives? What causes some individuals to experience God so vividly, as though He is alive in their lives, while He appears absent in ours? Truly, we must seriously address this matter. A servant of God must earnestly address this because a servant of God must truly manifest God in others’ lives, not only in their own life but in the lives of others.

Let this open our eyes to the fact that knowledge of the Bible or theology does not bring God to life in a believer’s life. We can even see cases where people who study theology intensely experience broken marriages. This raises the question, “God, what went wrong?” When we come before God, we must discard all concepts of theology or any other knowledge, as though we know nothing about Him. Often, life’s difficulties serve as steps toward making God alive in our lives. The God who identifies Himself as the God of Abraham, Isaac, and Jacob; the God of Israel who revealed Himself to Moses in Midian; the God who sent the ten plagues upon Egypt; the God who led Israel from Egypt to Canaan—His footprints are evident. Archaeological findings also confirm that the Israelites indeed journeyed from Egypt to Canaan for 40 years. These historical facts are undeniable, as they are evident. Moreover, the Bible records specific years that serve as indisputable witnesses, showcasing God’s signature in history. The question is: where is the God of Abraham, Isaac, and Jacob in our lives today? Why does He seem to disappear? Why does He seem to evaporate, even though we are eloquent in speaking about Him and writing about Him?

Something is wrong in our lives if we understand this. Essentially, having a relationship with God cannot be a side activity. The problem is that we treat God like a supplement if He were medicine or a snack if He were food. Most people treat God this way. Worse still, preachers sometimes make God a commodity. They preach and serve, but their motives are driven by money, pride, and prestige. In truth, God must be our sole pursuit, our only quest. Why does God allow His chosen people to often be placed in genuinely critical situations? Because He wants to reveal Himself. Abraham endured years without a child, his wife was almost taken by Pharaoh, Israel was led to the edge of the Red Sea or the Sea of Reeds, David faced Goliath, and Saul pursued his life—these were critical situations.

Ironically, when God leads us into such situations, instead of waiting for Him, we look for many solutions of our own. We don’t dare to rely on the invisible God and wait for Him. In truth, God seems to be saying to us, “My child, make Me alive in your life, but I must take you to the shores of the Red Sea, into the lions’ den, and into the fiery furnace.” God wants to live in our lives through the sting of heavy trials. Of course, we don’t hope for severe problems, but if God allows us to experience them, trust that they can be overcome. Without such crises, we cannot find God.

So, when we are in deep valleys, we learn the art of waiting on God. A person becomes great by being precise and waiting on God’s timing. Like the morning sun, God will surely rise. There is no other way to make God alive except to walk through the valley of darkness and wait for the sunrise. God is not a supplement or an addition; He is everything in our lives. God wants us to experience “finishing well.” Therefore, if we want to be blessed by God—and that blessing is God Himself—we should not pursue any matters we consider important apart from God’s matters.

Now we understand why God is alive and evident in some people’s lives but not in ours—it is because we have not made Him our only focus. We must experience the living God. Every event that God allows to happen in our lives becomes a means to experience Him. The God worshiped by Abraham, Isaac, and Jacob, who is so vividly portrayed in the Bible, must also be brought to life in our lives. But remember, we will never see the rainbow without the rain.

OFTEN, LIFE'S DIFFICULTIES SERVE AS STEPS TOWARD MAKING GOD ALIVE IN OUR LIVES.

Card image
MENGHIDUPKAN TUHAN - 27 Desember 2024
2024-12-27 19:08:33


Mungkin pernah di dalam hati kita bertanya-tanya, mengapa seakan-akan, dan memang kenyataannya, Tuhan tidak nyata di dalam hidup kita, tetapi dalam kehidupan orang lain atau orang-orang tertentu, Tuhan nampak lebih nyata? Mengapa Tuhan seakan-akan mati dalam kehidupan orang-orang tertentu, tetapi lebih hidup, lebih nyata dalam kehidupan orang lain? Pernahkah kita memperkarakan mengapa hal itu terjadi dalam hidup kita? Apa yang menyebabkan ada orang-orang tertentu yang mengalami Tuhan begitu nyata, seakan-akan Tuhan hidup dalam kehidupan mereka, tapi Tuhan tidak hadir dalam kehidupan kita atau yang lain? Sejatinya, kita harus sungguh-sungguh memperkarakan hal ini. Seorang hamba Tuhan harus sungguh-sungguh memperkarakan hal ini, sebab seorang hamba Tuhan harus benar-benar menghadirkan Tuhan dalam hidup orang lain, bukan hanya hidupnya sendiri, namun hidup orang lain.

Kiranya ini membuka mata kita bahwa pengetahuan tentang Alkitab atau teologi tidak menghidupkan Tuhan dalam hidup orang percaya. Dan kemudian sampai titik di mana orang-orang yang belajar teologi dengan begitu radikal mengalami perceraian. Itu suatu pukulan yang membuat kita mulai bertanya, "Tuhan, apa yang salah?" Kalau kita berhadapan dengan Tuhan, kita harus buang semua konsep tentang teologi, atau apa pun. Seakan-akan kita tidak punya ilmu tentang Tuhan. Sering kali, kesulitan hidup merupakan langkah untuk menghidupkan Tuhan dalam hidup kita. Allah yang mengaku sebagai Allah Abraham, Ishak, dan Yakub; Allah Israel yang menyatakan diri kepada Musa di padang Midian; Allah yang memberi 10 tulah kepada bangsa Mesir; Allah yang menuntun Israel dari Mesir ke Kanaan, jejak-Nya nyata sebab penemuan-penemuan artefak juga menunjukkan bahwa memang bangsa itu pernah menjalani perjalanan dari Mesir ke Kanaan selama 40 tahun. Fakta historis, fakta sejarah itu tidak bisa dibantah, sebab nyata. Apalagi, di dalam Alkitab ada tahun-tahun yang dicatat. Dan tahun-tahun itu menjadi saksi yang tak terbantahkan, menunjukkan tanda tangan Allah di dalam sejarah. Pertanyaannya, di manakah Allah Abraham, Ishak, dan Yakub dalam hidup kita hari ini? Mengapa seperti hilang? Mengapa seperti menguap? Padahal kita cakap berbicara tentang Dia, cakap menulis tentang Dia.

Ada yang salah dalam hidup kita jika kita tidak memahami hal ini. Jadi sebenarnya, bertuhan itu tidak bisa menjadi sambilan. Ini masalahnya, kita memperlakukan Allah ibarat obat itu suplemen, ibarat makanan itu camilan, dan rata-rata orang memperlakukan Allah itu demikian. Dan lebih jahat lagi, kalau pendeta menjadikan Tuhan itu komoditas, dia khotbah, dia melayani, tapi hanya mau cari uang, harga diri, prestise. Sejatinya, Tuhan itu harus menjadi satu-satunya perburuan kita, satu-satunya pencarian kita. Mengapa Tuhan mengizinkan umat pilihan sering berada dalam kondisi yang benar-benar kritis? Karena Tuhan mau menyatakan diri. Apa yang dialami oleh Abraham bertahun-tahun tidak memiliki anak, belum lagi ketika istrinya mau diambil Firaun dan lain-lain, bangsa Israel yang dibawa ke tepi Laut Merah atau Laut Kolsom, bagaimana Daud diperhadapkan kepada Goliat, dikejar-kejar nyawanya oleh Saul adalah kondisi-kondisi kritis.

Ironis, ketika kita digiring Tuhan ke situasi-situasi itu, kita bukannya menantikan Tuhan, malahan kita cari banyak jalan sendiri. Kita tidak berani bergantung kepada Tuhan yang tidak kelihatan dan menantikan Dia. Sejatinya, Tuhan mau bicara begini kepada kita, "Anak-Ku, hidupkan Aku dalam hidupmu, tapi kamu harus Kubawa ke Pantai Teberau, Laut Kolsom. Aku harus bawa kamu masuk gua singa, Aku harus bawa kamu ke dapur perapian.” Tuhan mau hidup di dalam hidup kita dengan sengatan masalah-masalah berat. Tentu kita tidak berharap punya masalah berat, tapi kalau kita diizinkan Tuhan mengalaminya, percayalah pasti bisa dilewati. Sebab tanpa krisis itu kita tidak bisa menemukan Tuhan.

Jadi, ketika kita ada dalam jurang yang dalam, kita belajar satu seni menanti-nantikan Tuhan. Seseorang menjadi besar itu harus presisi, menunggu waktu Tuhan. Dan seperti matahari pagi, Tuhan pasti terbit. Tidak ada cara lain untuk menghidupkan Tuhan kecuali kita ada di lembah kekelaman, dan kita menantikan matahari terbit. Tuhan bukan suplemen, bukan tambahan. Dia segalanya dalam hidup kita. Tuhan mau membuat kita mengalami yang namanya finishing well. Maka, kalau kita mau diberkati Tuhan dan berkat itu adalah Tuhan sendiri, jangan punya urusan yang kita anggap penting kecuali urusan Tuhan.

Jadi kita mengerti sekarang, mengapa dalam hidup seseorang Allah itu nyata, hidup. Sedangkan dalam hidup kita tidak. Hal itu karena kita tidak menjadikan Dia satu-satunya urusan kita. Kita harus mengalami Tuhan yang hidup. Setiap kejadian yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita menjadi sarana untuk mengalami Tuhan. Allah yang disembah Abraham, Ishak, dan Yakub, yang begitu nyata di Alkitab, harus kita hidupkan dalam hidup kita. Tapi ingat, kita tidak pernah melihat pelangi sebelum ada hujan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SERINGKALI, KESULITAN HIDUP MERUPAKAN LANGKAH UNTUK MENGHIDUPKAN TUHAN DALAM HIDUP KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 Desember 2024
2024-12-27 19:04:53

2 Yohanes 1
3 Yohanes 1

Card image
Truth Kids 26 Desember 2024 - SUDAH DEKAT
2024-12-26 19:29:47


Yakobus 5:8
”Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!”

Bagi sebagian besar Sobat Kids, makan sehari 3 kali merupakan hal yang normal. Namun, ada sebagian anak-anak lain yang masih merasa kesulitan untuk mendapatkan makanan. Bisa makan 3 kali sehari, merupakan hal yang mewah dan jarang bisa didapatkan. Mereka harus sabar menunggu orang tuanya mendapatkan uang untuk membeli makanan. Ada saatnya mereka harus menahan lapar dan hanya bisa minum air putih untuk menghilangkan rasa lapar mereka.

Mungkin Sobat Kids menghadapi kesulitan yang lain sekarang ini. Apa pun yang menjadi kesulitan kita, bersabarlah. Tetaplah percaya kepada Tuhan Yesus. Percayalah, bahwa bersama dengan Tuhan, maka semuanya dapat dilalui.

Sobat Kids, kesulitan yang kita alami sekarang selama di bumi ini akan berakhir. Itu sifatnya hanya sementara. Ingatlah, seperti yang dituliskan dalam ayat firman Tuhan hari ini, kedatangan Tuhan sudah dekat. Hidup kita di bumi ini hanya sementara, untuk persiapan di kekekalan nanti. Oleh sebab itu, kuasai diri kita masing-masing. Tetaplah bersabar, kedatangan Tuhan sudah dekat.

Card image
Truth Junior 26 Desember 2024 - SABAR
2024-12-26 19:27:29


Yakobus 5:8
”Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!”

“Mbak… sepatu baruku di mana? Aku mau pakai untuk perayaan Natal di sekolah. Mbak… baju pink aku kok belum disetrika? Kan sebentar lagi aku sudah harus berangkat ke sekolah. Ayo, dong… Mbak… kok lama amat, sih!” keluh Nina yang ingin segera berangkat. Karena tidak ada jawaban dari mbaknya, Nina kembali memanggil dengan suara yang lebih keras. Hal itu diulang-ulang terus, hingga akhirnya mama datang menghampirinya. “Nina, ada apa? Kok kamu teriak-teriak begitu? Sabar dulu. Mbak Darmi sedang sakit sejak kemarin. Jadi Mama minta dia untuk istirahat dulu, jangan mengerjakan pekerjaan di rumah. Kamu kan sudah besar, harusnya kamu sudah bisa menyiapkan sepatu sendiri. Coba cari sepatu barumu di rak sepatu. Mana baju yang mau kamu pakai? Sini, Mama bantu setrika. Lain kali sabar dulu, tidak perlu teriak seperti tadi. Kasihan mbak Darmi yang sedang istirahat.”

Sobat Junor, sabar adalah salah satu bentuk penguasaan diri yang penting. Kesabaran akan membantu kita menghadapi segala situasi dengan tenang. Bulan sebelumnya kita telah belajar juga tentang kesabaran. Coba Sobat Junior evaluasi kadar kesabaran kalian sejak belajar buah Roh kesabaran hingga saat ini. Apakah kesabaran kalian masih setipis tisu? Atau kesabaran kalian sudah bertambah panjang dan lebar? Semoga kalian sudah lebih mampu menguasai diri dalam kesabaran.

Card image
Truth Youth 26 Desember 2024 - HEARTFELT OFFERINGS
2024-12-26 19:20:36


”Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” (2 Korintus 9:7)

Pernah nggak kepikiran kenapa dalam hidup beriman kita diajari soal “persembahan”? Persembahan itu sebenarnya nggak cuma tentang barang atau uang, tapi juga soal hati. Ada persembahan material dan persembahan spiritual, dan dua-duanya penting banget buat kita, apalagi kalau kita ingat apa yang dibilang di 2 Korintus 9:7: “Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.”

Persembahan material itu segala yang kelihatan dan bisa kita sentuh, kayak uang atau barang. Misalnya, saat kita kasih donasi untuk yang butuh, ikut membantu di kegiatan sosial, atau memberi barang yang udah nggak kepake ke orang lain, itu semua termasuk persembahan material. Ini ngajarin kita untuk nggak nempel sama harta duniawi, tapi lebih peka sama kebutuhan orang lain. Yang penting, persembahan ini nggak soal seberapa besar, melainkan niat di baliknya. Ketika kita memberi dengan sukacita, itu membuat persembahan kita jadi lebih berarti. Terus, ada juga persembahan spiritual. ini nggak selalu kelihatan, tapi efeknya bisa dalem banget. Contohnya doa, pujian, atau ucapan syukur. Saat kita doain teman yang lagi susah, memaafkan tanpa pamrih, atau tulus menolong tanpa berharap imbalan, itu adalah persembahan dari hati. Allah mengasihi ketika kita melakukannya dengan sukacita, tanpa paksaan, karena itulah yang bikin persembahan spiritual makin berharga.

Jadi, kenapa dua-duanya penting? Karena keduanya saling melengkapi. Persembahan material menunjukkan kepedulian kita secara langsung, sedangkan persembahan spiritual bikin hati kita makin dekat sama Tuhan. Dengan hati yang tulus dan penuh sukacita, kita nggak cuma “memberi,” tapi juga jadi berkat buat diri sendiri dan orang lain. Yuk, latih diri kita untuk memberi dengan semangat dan cinta!

WHAT TO DO:
1.Ketika memberi, pastikan niatmu tulus dan datang dari hati. Pilih kegiatan amal atau sumbangan yang sesuai dengan minatmu.
2.Luangkan waktu untuk berdoa bagi teman atau keluarga yang sedang dalam kesulitan; tunjukkan perhatianmu melalui tindakan kecil yang tidak mengharapkan imbalan.
3.Buatlah daftar kegiatan sosial yang bisa kamu ikuti setiap bulan, sehingga memberi menjadi bagian dari rutinitas hidupmu.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Yohanes 1-3 ▪︎ 3 Yohanes 1 ▪︎ Yudas 1

Card image
Renungan Pagi - 26 Desember 2024
2024-12-26 19:12:12


Keangkuhan dan kesombongan adalah alat setan untuk membawa kita pada kehancuran hidup, mengapa orang bisa sombong dan angkuh? Karena ukuran hidupnya bukan pada Kristus, tetapi kepada uang dan harta.

Tidak sedikit orang punya prinsip: "Kalau seseorang makan dari meja saya, maka dia harus menghormati dan tunduk pada saya, ini yang disebut angkuh dan sombong, memandang rendah orang lain.

Padahal semua kekayaan dan kelimpahan yang kita miliki semata-mata hanya karena anugerah Tuhan, karenanya memandang rendah orang lain adalah perbuatan bodoh yang dibenci Allah.

Card image
Quote Of The Day - 26 Desember 2026 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-26 19:07:30


Seseorang tidak akan dewasa rohani kalau mentalnya tidak dewasa. Kedewasaan mental adalah landasan awal kematangan berpikir rohani.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 26 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-26 19:05:46


Karena kita adalah anak-anak Allah, maka apa yang kita lakukan pasti “mengganggu dan memengaruhi” perasaan Allah.

Card image
THE SECRET OF LIFE - 26 Desember 2024 (English Version)
2024-12-26 18:59:16


Matthew 6:33
“But seek first His kingdom and His righteousness, and all these things will be given to you as well.”

Make God happy while we are still alive. Be self-controlled, calm, serene, and patient. God will surely bless us. High education and wealth are meaningless if we do not live in a way that pleases God. This is about our personal relationship with God. Do not utter a single word that does not bless others. Every word we say must please God because we are His children. Even the smallest of our actions will provoke a reaction from God, for God is highly responsive. Because we are God’s children, everything we do will “affect and touch” His feelings. Unless we refuse to be His children, then God will say, “Depart from Me!”

Paul said, “I make it my goal to please Him, whether I am at home in the body or away from it.” The question for all of us is: Are we striving for that? If yes, the next question is: How strong and earnest is our effort? God says, “Love the Lord your God with all your heart, soul, mind, and strength.” Honestly, we are often more forceful in praying for our needs, crying and pleading. Yet, we do not exert the same force to become blameless and holy, to live a life that pleases God. Let’s change. When we please God, our fate will change, our families will change, our health and finances will improve, and God will restore us.

God desires us to have a good, blessed life. However, He cannot bless us if we do not please Him. God does not bless rebels. That is why the Bible teaches that obedience brings blessings, while disobedience brings curses. Therefore, we must push ourselves to love God. In the past, we might have loved Him but not wholeheartedly. We still indulged in worldly pleasures and behaved carelessly. Let us push ourselves to abandon worldly pleasures and live a holy life. Without forcing ourselves, it is impossible. God wants us to love Him with all our heart, soul, strength, and mind. Start young and seriously strive to please Him so that we may experience extraordinary joy in life.

The secret of life lies here: when someone truly pleases God, God will defend them. Do not be arrogant. This is the mystery of life: free will. We can choose to love God or to hate Him. We can obey or rebel. But if we choose obedience, it requires serious effort, a sincere struggle that we demonstrate. For example, waking up at 5:00 AM to pray. Even when we want to stay under the covers, we must get up, come before God, and worship Him. Worship must also be done reverently, focusing fully on God. We must pray for the Holy Spirit to guide us in worshiping God in a way that pleases Him.

When we worship wholeheartedly, even the angels join us. God assigns angels to each of us. However, angels do not participate in careless worship. But when we sincerely worship God, they join in. Daily, as we seek God, we must understand our position before Him—whether we please Him or not. Those who are not serious about their relationship with God, who disregard His feelings, will not hear from Him. Why should He speak to them? But if we earnestly seek to know whether we please Him, God will surely reveal it. If something displeases Him or makes Him uncomfortable with us, He will tell us so we can align ourselves with His heart.

God will not walk with those whose hearts are defiled. He will not dwell with those who grieve Him. We must address this seriously until a strong, burning passion ignites within us to please Him. This passion must grow stronger and stronger until we can say, “Whatever You command me to do, Lord, I will do! For what is the purpose of my life if not to please You?” We cannot be passive; we must be active. Every opportunity God gives us daily must be used wisely. If not, we will one day regret it when we stand before His glory and majesty.

However, if we strive to please God now, when we stand before Him and behold His glory, we will realize how worthy it was to live a life that pleased Him. Humanity may reject God, but we choose to love Him. People may rebel, but we choose to serve Him and bring Him joy. Then, the gates of blessings will open for us, and even our descendants will be remembered by God. Truly, God is amazing.

THE SECRET OF LIFE LIES HERE: WHEN SOMEONE TRULY PLEASES GOD, GOD WILL DEFEND THEM.

Card image
RAHASIA KEHIDUPAN - 26 Desember 2026
2024-12-26 18:54:56


Matius 6:33
“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”

Senangkan hati Tuhan mumpung kita masih hidup, kuasai diri, tenang, teduh, sabar. Tuhan pasti memberkati kita. Pendidikan tinggi, kekayaan kita percuma kalau kita tidak hidup menyenangkan Tuhan. Ini bicara soal hubungan kita dengan Tuhan secara pribadi. Jangan ucapkan satu kata pun yang tidak memberkati orang. Setiap kata yang kita ucapkan harus menyenangkan hati Tuhan, karena kita adalah anak-anak Allah. Tindakan kita sekecil apa pun menimbulkan reaksi Tuhan. Dan Tuhan itu reaktif sekali. Jadi karena kita adalah anak-anak Allah, maka apa yang kita lakukan pasti “mengganggu dan memengaruhi” perasaan Allah. Kecuali kita tidak mau jadi anak-anak Allah, maka Allah pun akan berkata, “Enyah kamu dari hadapan-Ku!”

Paulus berkata, “Aku berusaha, baik aku diam dalam tubuh ini, maupun di luarnya, supaya aku berkenan.” Pertanyaan bagi setiap kita, apakah kita sudah melakukan usaha itu? Kalau sudah, maka pertanyaan selanjutnya, seberapa kuat dan sungguh-sungguh usaha kita? Tuhan berkata, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan.” Sejujurnya, kita sadari bagaimana kita memaksa berdoa minta ini dan itu disertai dengan air mata dan tangisan. Tapi kita tidak memaksa untuk menjadi orang yang tak bercacat tak bercela, tidak memaksa untuk menjadi orang kudus Allah, tidak memaksa untuk memiliki kehidupan yang menyenangkan Allah. Ubahlah hidup kita. Ketika kita menyenangkan Tuhan, nasib kita pasti berubah, rumah tangga kita berubah, kesehatan dan ekonomi kita juga berubah, Tuhan akan pulihkan.

Tuhan menghendaki kita memiliki kehidupan yang baik-baik, yang diberkati. Tapi, Tuhan tidak bisa memberkati kalau kita tidak berkenan kepada-Nya. Tuhan tidak akan memberkati pemberontak. Itulah sebabnya kita membaca di dalam Alkitab, kalau kita taat, diberkati; taat mendapat berkat, tidak taat menerima laknat. Maka kita harus memaksa diri untuk mengasihi Tuhan. Dulu kita mengasihi, namun tidak sungguh-sungguh. Masih banyak kesenangan dan sembarangan berperilaku. Mari kita paksa diri untuk meninggalkan kesenangan dunia, untuk hidup suci. Kalau tidak memaksa, tentu tidak bisa. Karena Tuhan mau kita mengasihi-Nya dengan segenap hati, jiwa, kekuatan dan akal budi. Maka, mulailah sejak muda untuk punya usaha yang serius menyenangkan Tuhan. Sehingga kita punya kesukaan hidup jadi luar biasa.

Rahasia kehidupan sebenarnya di sini, yaitu ketika seseorang benar-benar menyenangkan hati Tuhan, maka kita akan dibela Tuhan. Jangan sombong. Ini adalah misteri kehidupan, yaitu kehendak bebas. Kita bisa mengasihi Tuhan, juga bisa membenci Dia. Kita bisa taat, tapi juga bisa memberontak. Tapi jika kita memilih taat, maka untuk pilihan ini harus ada usaha yang serius, usaha yang sungguh-sungguh dan kita menunjukkan usaha itu. Usaha itu antara lain bangun pagi pukul 05.00 untuk berdoa. Rasanya masih mau tarik selimut dan tidur, tapi kita harus bangun, menghadap, dan menyembah Tuhan. Menyembah pun tidak sembarangan. Harus fokus. Dan kita berdoa agar Roh Kudus menolong kita bagaimana menyenangkan hati Bapa dalam penyembahan ini. Sampai malaikat-malaikat pun ikut menyembah bersama kita.

Karena malaikat-malaikat pasti diberikan Tuhan kepada masing-masing kita. Malaikat-malaikat tidak ikut menyembah kalau kita sembarangan. Tapi kalau kita sungguh-sungguh menyembah Tuhan, malaikat-malaikat pun ikut menyembah bersama kita. Setiap hari kita terus mencari Tuhan, kita harus tahu bagaimana posisi kita di hadapan Allah, apakah kita menyenangkan Dia atau tidak. Kecuali, orang yang tidak serius berurusan dengan Tuhan, tidak peduli perasaan Tuhan, apakah dirinya menyenangkan Tuhan atau tidak. Tuhan juga tidak akan memberi tahu. Untuk apa diberi tahu? Tapi kalau kita sungguh-sungguh berurusan dengan Allah, mau tahu apakah kita menyenangkan Tuhan atau tidak, maka Tuhan pasti berbicara. Kalau ada hal-hal yang membuat Tuhan tidak senang, tidak nyaman bersama kita, Tuhan akan beri tahu, supaya kita bisa ada di hati Tuhan Yesus.

Tuhan tidak akan berjalan dengan orang yang hatinya kotor. Tuhan tidak akan berdampingan dengan orang yang mendukakan hati Allah Bapa. Kita harus mempersoalkannya, sampai ada gairah yang kuat yang menyala di hati untuk menyenangkan Dia. Dan gairah itu kuat, makin kuat, makin kuat, sampai kita berani berkata, "Apa pun yang Kau perintahkan kepadaku, Tuhan, kulakukan! Sebab untuk apa aku hidup kalau aku tidak menyenangkan Engkau?” Kita tidak bisa bersikap pasif, tapi kita harus aktif. Kesempatan demi kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita setiap hari, kita harus memanfaatkan. Kalau tidak, suatu saat nanti kita akan menyesal ketika kita ada di hadapan keagungan dan kemuliaan Allah.

Tapi kalau sekarang kita terus berusaha untuk menyenangkan Tuhan, ketika kita menghadap Tuhan suatu hari dan memandang kemuliaan-Nya, kita akan mengerti betapa patut dan pantasnya kita menyenangkan Dia. Manusia bisa membenci Allah, tapi kita memilih untuk mengasihi Allah. Manusia bisa memberontak, tapi kita memilih mengabdi kepada Allah dan menyenangkan Dia. Maka pintu berkat akan dicurahkan kepada kita, sampai anak cucu keturunan kita akan diingat Tuhan. Allah itu luar biasa.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

RAHASIA KEHIDUPAN SEBENARNYA DI SINI, YAITU KETIKA SESEORANG BENAR-BENAR MENYENANGKAN HATI TUHAN, MAKA KITA AKAN DIBELA TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 Desember 2024
2024-12-26 18:50:17

1 Yohanes 1-5

Card image
Truth Youth 25 Desember 2024 (English Version) - THE VISIBLE AND THE INVISIBLE
2024-12-25 16:27:29


"Do not store up for yourselves treasures on earth, where moths and vermin destroy, and where thieves break in and steal. But store up for yourselves treasures in heaven, where moths and vermin do not destroy, and where thieves do not break in and steal. For where your treasure is, there your heart will be also." (Matthew 6:19-21)

In Matthew 6:19-21, Jesus tells us, *“Do not store up for yourselves treasures on earth... but store up for yourselves treasures in heaven.”* Jesus invites us to focus on things that are eternal, not just on accumulating earthly “treasures.” In this world, material wealth is important, but it can also make us forget about what truly lasts.

When we think about material and spiritual offerings, material offerings are the tangible things—money or goods. For example, donating money, participating in social activities, or giving our belongings to those in need. These are clearly important because they directly help others.

But Jesus reminds us that physical wealth can be damaged or lost, so we need to balance it with spiritual offerings—things that are invisible but bring our hearts closer to God. Things like prayer, gratitude, or simple actions that make others feel welcomed and cared for. For example, praying for a stressed friend, listening to their story without judgment, or forgiving sincerely. Jesus said, *“For where your treasure is, there your heart will be also.”* This means that when we give with a sincere heart, we are "saving up" for heaven. So, whether we help others through material or spiritual offerings, we should do it from the heart—because that’s where the true treasure lies.

We’re reminded that what is eternal is not how much we accumulate, but how much love we share. Start giving sincerely and make that your eternal savings in heaven!

WHAT TO DO:
- Take time to help those in need, like donating or getting involved in social activities.
- Perform small acts with sincere intentions, such as listening to a friend or speaking positive words.
- Remind yourself not to be caught up in worldly wealth; look for opportunities to grow spiritually with God through prayer and gratitude.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 John 1-5

Card image
Truth Youth 25 Desember 2024 - THE VISIBLE AND THE INVISIBLE
2024-12-25 16:22:52


”Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di surga; di surga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” (Matius 6:19-21)

Guys, di Matius 6:19-21, Tuhan Yesus bilang, “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi... tetapi kumpulkanlah bagimu harta di surga.” Maksudnya, Tuhan Yesus mengajak kita untuk fokus pada hal-hal yang abadi, bukan cuma ngumpulin “harta” duniawi. Di dunia ini, harta materi memang penting, tapi juga bisa bikin kita lupa sama hal yang lebih kekal.

Kalau kita hubungkan dengan konsep persembahan material dan spiritual ini, persembahan material adalah segala sesuatu yang nyata, seperti uang atau barang. Misalnya, kita memberi donasi, ikut kegiatan sosial, atau menyumbangkan barang-barang kita buat mereka yang lebih membutuhkan. Ini jelas penting karena banyak yang terbantu secara langsung.

Tapi, Tuhan Yesus ingatkan bahwa harta fisik bisa rusak atau hilang, jadi kita butuh keseimbangan dengan persembahan spiritual—hal-hal yang nggak kelihatan tapi bikin hati kita dekat sama Tuhan. Misalnya, doa, ucapan syukur, atau sekadar tindakan kecil yang bikin orang lain merasa diterima dan diperhatikan. Contohnya? Mendoakan teman yang lagi stres, dengerin cerita mereka tanpa nge-judge, atau memaafkan dengan tulus. Tuhan Yesus bilang, “Di mana hartamu berada, di situ hatimu berada.” Artinya, kalau kita memberi dengan hati yang tulus, berarti kita lagi “nabung” untuk di surga. Jadi, ketika kita membantu orang, entah dengan persembahan materi atau spiritual, lakukanlah dari hati—karena di sanalah harta yang sesungguhnya.

Kita jadi ingat bahwa yang abadi bukanlah seberapa banyak yang kita kumpulkan, tapi seberapa besar cinta yang kita bagi. Mulailah memberi dengan tulus dan jadikan itu tabungan abadi kita di surga!

WHAT TO DO:
1.Luangkan waktu untuk memberi bantuan kepada mereka yang membutuhkan, seperti menyumbang atau terlibat dalam kegiatan sosial.
2.Lakukan tindakan kecil dengan niat yang tulus, seperti mendengarkan teman yang membutuhkan atau mengucapkan kata-kata positif.
3.Ingatkan diri untuk tidak terjebak pada harta duniawi; cari kesempatan untuk menumbuhkan hubungan spiritual dengan Tuhan melalui doa dan ucapan syukur.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Yohanes 1-5

Card image
Renungan Pagi - 25 Desember 2024
2024-12-25 16:17:51


Setia adalah satu kata dengan makna yang sangat dalam dan luar biasa, orang bisa punya harta yang banyak, punya jabatan yang tinggi, punya suami atau istri yang kaya, tetapi kalau tidak setia, maka hancurlah hidupnya.

Itulah sebabnya kesetiaan adalah jalan menuju hidup yang diberkati, Roh Kudus menuntun kita untuk bisa bertahan sampai kesudahannya, karena itu buka hati untuk setia dan Roh Kudus yang menolong kita untuk setia.

Card image
Quote Of The Day - 25 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-25 16:15:46


Diasingkan dari dunia bukan meninggalkan kesibukan hidup, melainkan belajar terus untuk tidak memiliki pola berpikir seperti anak-anak dunia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 25 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-25 16:14:36


Ketika kita belajar untuk menyenangkan hati Tuhan, berusaha untuk berkenan, maka kita akan melihat banyaknya cacat kita.

Card image
DESPISING GOD - 25 Desember 2024 (English Version)
2024-12-25 16:12:40


How can we be certain that one day we will be found pleasing and delightful to God? If every day we grieve God, we are filling the cup of His wrath. We live carelessly, as if everything is fine, and God seems unbothered. Look at how easily people sin and still feel secure. Notice how many have no fear of God in their hearts. Is that safe? Of course not—it’s dangerous. To live a life pleasing to God and ensure we are accepted into His eternal dwelling, we must examine the balance of our lives daily: Are we pleasing God or not? At the very least, before sleeping, we should reflect. Make it a habit. Over time, this will lead us to monitor every hour of our day, even down to every minute of our behavior. If we make a mistake, we should immediately repent. May God give us unrest and lack of peace when we sin. Don’t think everything is fine when it’s not.

Life is not free. God created us and gave us free will, but there’s accountability. Yet Satan makes people feel as though life is free and without responsibility. Many things are often considered urgent and important, but pleasing God is not seen as urgent or important. It’s deemed important but not pressing. However, treating it as non-urgent is the same as storing up God’s wrath because it leads us to live recklessly. Satan aims to make us complacent, and that is terrifying. We must achieve daily victories, and these should become our treasures. Don’t underestimate this. Kneel in prayer and plead, “Speak to me, Lord,” because we don’t know where or when our life’s finish line will be. Once we reach that line, there will be no time left to fix anything.

If someone can live happily without pleasing God, they are despising Him. Yet true joy, peace, and satisfaction are impossible without God. On the contrary, we can have nothing and still be content if we have God. If we can please God, we will experience peace, for God will never grant His peace to rebels; “Pearls are not for swine, nor are His holy things for dogs.” Often, we are deceived by temporary pleasures—wealth, praise, and other worldly things. These deceptions damage the taste of our soul, and we might never experience true peace. Such peace is pseudo, an illusion, not genuine happiness.

How can we please God? There are three ways—very challenging, but extraordinary if we do them. 1. Live a holy life—avoid sin. 2. Do not idolize earthly pleasures. We can have possessions but must not love them. We can enjoy things without idolizing them. Make God the sole delight of our lives. 3. Examine the motivation for our lives. What is the reason we live? Don’t be afraid to commit to living a holy life. Don’t be afraid to promise that God will be our sole joy. Don’t fear committing that the purpose of our lives is only God. Just as we make vows before a pastor during marriage, never intending to cheat or betray, why should we hesitate to commit to God?

When we strive to please God and live a life acceptable to Him, we will become more aware of our flaws. But each time God reveals our shortcomings, we repent and confess our sins, experiencing His grace daily. We must crucify our sinful nature step by step every day. Each mistake and sin must be confessed, mourned, and forgiven. This daily acknowledgment of God’s mercy allows us to grow in love for Him. Those who deeply love God are those who strive for holiness, confess their sins, and weep over them. They are blessed and guided by God. Look at examples like David, Joseph, and Daniel—all succeeded because they loved God. Why don’t we learn from those who genuinely love Him?

If we want to see our children and grandchildren blessed, we must live a life pleasing to God. We cannot watch over them 24/7; let God take care of them. If we love God, He will love us and those we love. Don’t play games with God. Don’t oppose Him or be arrogant. Don’t despair over an unclear future. We will remain in His heart if we live blamelessly and pleasing to Him.

IF EVERYDAY WE GRIEVE GOD, WE ARE FILLING THE CUP OF HIS WRATH.

Card image
MELECEHKAN TUHAN - 25 Desember 2024
2024-12-25 16:06:57


Bagaimana kita bisa punya kepastian bahwa suatu hari nanti kita didapati berkenan atau menyenangkan hati Allah? Kalau tiap hari kita mendukakan Tuhan, berarti kita mengumpulkan cawan murka Allah. Kita hidup sembarangan, seperti aman-aman saja, dan Tuhan seperti tidak terganggu. Lihat bagaimana mudahnya orang berbuat dosa, lalu merasa diri aman. Coba lihat, banyak orang tidak memiliki hati yang takut akan Allah. Apakah itu aman? Tentu saja itu bahaya. Untuk berkeadaan berkenan dan kepastian nanti kita diterima di kemah abadi, maka kita harus melihat neraca hidup kita tiap hari; apakah kita menyenangkan Tuhan atau tidak. Paling tidak sebelum kita tidur, kita memeriksa diri. Coba biasakan itu. Dari hal itu, nanti kita akan memperhatikan setiap jam hari kita, sampai memperhatikan per menit perilaku hidup kita. Kalau salah, kita langsung minta ampun. Kiranya Tuhan memberi hati yang tidak damai, kiranya Tuhan memberi hati yang tidak sejahtera kalau kita berbuat dosa. Jangan berpikir aman-aman saja.

Hidup ini tidak gratis. Allah menciptakan kita, memberi kita kehendak bebas, ada perhitungannya. Tapi setan membuat manusia merasa hidup ini gratis, tidak ada pertanggungan jawab. Banyak hal yang selalu dianggap penting dan darurat, atau penting dan mendesak. Tetapi berkenan di hadapan Allah, tidak dianggap penting dan mendesak. Penting, tapi tidak mendesak. Padahal ketika kita anggap hal itu tidak mendesak, artinya kita mengumpulkan murka Allah. Karena ini membuat hidup kita jadi ceroboh. Setan akan membuat kita tidak waspada. Mengerikan itu. Kita harus memiliki pencapaian-pencapaian setiap hari dan itu menjadi harta kita. Jangan anggap sepele hal ini. Berlututlah di ruang doa dan perkarakan, "Berbicaralah kepadaku, Tuhan,” karena kita tidak tahu garis akhir hidup kita di mana dan kapan. Sebab kalau sudah di garis akhir, kita tidak akan bisa punya waktu memperbaiki diri lagi.

Kalau sampai orang bisa hidup senang tanpa menyenangkan Tuhan, berarti dia melecehkan Tuhan. Padahal, tidak mungkin orang memiliki kesenangan, sukacita, damai sejahtera tanpa Tuhan. Sebaliknya, tanpa apa pun kita bisa senang asalkan kita memiliki Tuhan dalam hidup. Kalau kita bisa menyenangkan Tuhan, maka kita bisa merasakan damai sejahtera, karena Allah tidak mungkin memberi damai sejahtera-Nya kepada pemberontak; “Mutiara bukan untuk babi, dan barang kudus-Nya bukan untuk anjing.” Kita sering tertipu dengan kesenangan-kesenangan sementara, karena memiliki harta, pujian dan lain sebagainya. Kita ditipu sampai cita rasa jiwa kita rusak, dan mungkin sampai tidak pernah menikmati damai sejahtera yang sesungguhnya. Karena semua itu pseudo, semu, bukan kebahagiaan yang sejati.

Bagaimana bisa menyenangkan Tuhan? Ada tiga hal, dan ini sangat berat, tapi kalau kita lakukan, luar biasa. Pertama, hidup suci, jangan berbuat dosa. Kedua, jangan punya kesenangan yang kita berhalakan. Kita bisa punya harta, tapi tidak mencintainya. Kita bisa menikmati sesuatu tapi tidak memberhalakannya. Jadikanlah Tuhan sebagai kesenangan hidup satu-satunya. Ketiga, motivasi hidup. Apa alasan kita hidup? Jangan takut berjanji untuk hidup suci. Jangan takut untuk berjanji menjadikan Tuhan kebahagiaan satu-satunya. Jangan takut memiliki komitmen bahwa tujuan hidup kita hanya Tuhan. Seperti ketika kita berjanji di depan pendeta waktu menikah, tidak pernah terpikir mau selingkuh atau berkhianat. Kenapa untuk Tuhan kita tidak berani?

Ketika kita belajar untuk menyenangkan hati Tuhan, berusaha untuk berkenan, maka kita akan melihat banyaknya cacat kita. Tapi setiap kali Tuhan membukakan pengertian kita terhadap cacat kita, kita minta ampun, kita mengakui dosa kita, sehingga kita dapat merasakan kasih karunia anugerah itu setiap hari. Kita harus membunuh karakter dosa kita setiap hari, secara bertahap. Setiap kesalahan dan dosa diakui, diratapi, dan kita menghayati pengampunan itu. Jadi, kita bisa melihat orang-orang yang begitu mengasihi Tuhan dengan tulus karena dia berjuang untuk hidup suci. Dia mengakui dosa, dia meratapinya setiap hari, dia bisa mengasihi Tuhan. Kita bisa lihat orang-orang yang diberkati, disertai Tuhan, karena mengasihi Tuhan: Daud, Yusuf, Daniel, semua berhasil. Kenapa kita tidak belajar dari mereka yang mengasihi Tuhan?

Jadi kalau kita ingin lihat anak cucu kita diberkati, hiduplah berkenan di hadapan Allah. Kita tidak bisa menjaga mereka 24 jam, biarkanlah Tuhan yang menjaga. Kalau kita mengasihi Tuhan, maka Tuhan mengasihi kita dan mengasihi orang yang kita kasihi. Jangan main-main dengan Tuhan. Jangan melawan Tuhan, jangan sombong. Jangan kita lihat masa depan kita suram, lalu tidak jelas. Kita akan ada di hati-Nya kalau kita hidup tidak bercacat, kalau kita berkenan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU TIAP HARI KITA MENDUKAKAN TUHAN, BERARTI KITA MENGUMPULKAN CAWAN MURKA ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 Desember 2024
2024-12-25 16:02:31

2 Petrus 1-3
Yudas 1

Card image
Truth Youth 24 Desember 2024 - TAKE A BREATHER
2024-12-24 20:11:27


”Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah. (Amsal 15:1)

Teman-teman, siapa sih yang nggak pernah mengalami konflik? Di rumah, sama sahabat, atau bahkan di tempat kerja, pasti ada momen-momen nggak enak karena beda pendapat atau salah paham. Konflik itu memang membuat suasana jadi tegang, tapi nggak bisa kita hindari. Jadi, kuncinya adalah cara kita menyikapi konflik biar nggak jadi makin runyam atau merusak hubungan yang kita punya.

Misalnya, penting banget buat take a breather alias tarik napas dulu saat konflik muncul. Meledak-ledak waktu emosi malah bikin kita ngomong tanpa berpikir dan bikin suasana makin panas. Jadi, ambil waktu sebentar buat menenangkan diri, biar pikiran bisa jernih. Dengan kepala yang lebih dingin, kita jadi bisa lihat masalah dari sudut pandang yang lebih luas dan nggak egois. Kemudian, jangan ragu buat mendengarkan dengan hati. Ini bukan cuma soal dengerin aja, tapi coba pahami kenapa orang lain punya pandangan atau perasaan yang beda. Mendengarkan dengan tulus bisa bikin kita lebih paham akar masalahnya dan menunjukkan kalau kita menghargai pendapat mereka. Sering kali, saat kita benar-benar dengerin, konflik jadi lebih gampang buat diselesaikan. Selain itu, usahakan cari solusi bersama. Konflik sering bikin kita merasa “Aku benar, kamu salah,” padahal dengan berpikir win-win, kita bisa mencari jalan tengah yang bikin semua pihak merasa didengar dan dihargai. 

Yang paling penting, jangan takut buat minta maaf dan memaafkan. Kadang, ini yang paling susah, tapi sebenarnya paling penting. Minta maaf nggak bikin kita jadi lemah, malah bikin kita lebih dewasa. Memaafkan juga membebaskan kita dari perasaan negatif yang bisa jadi beban. Ingat, konflik adalah kesempatan buat belajar lebih bijaksana.

WHAT TO DO:
1.Ambil waktu sejenak untuk tenang saat konflik muncul dan tarik napas dalam-dalam agar bisa berpikir lebih jernih.
2.Dengarkan orang lain dengan baik dan cobalah untuk memahami perasaan serta pandangan mereka agar bisa mengerti masalahnya.
3.Ajak semua orang mencari solusi yang baik untuk semua dan jangan ragu untuk minta maaf jika perlu, karena itu menunjukkan bahwa kamu peduli.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Keluaran 28-30

Card image
Renungan Pagi - 24 Desember 2024
2024-12-24 20:08:52


Ada orang ketika sedang mengalami kesulitan, kesusahan, maka perilakunya sangat baik, ada orang ketika baru memulai karier, baru memulai pelayanan, sikapnya lemah lembut, tidak punya musuh dan kepada semua orang sikapnya sangat baik, tetapi ketika dia mulai diberkati, maka sikapnya berubah menjadi sombong.

Ingat! Orang yang diberi banyak akan dituntut banyak, karena itu kalau diberi banyak, janganlah kita sombong, kalau diberi banyak artinya harus sadar, bahwa kita perlu lebih banyak lagi berbuat sesuatu untuk pekerajaan sorga.

Card image
Quote Of The Day - 24 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-24 18:17:12


Ikut Tuhan itu berat sebab yang kita lawan adalah kuasa kegelapan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 24 Desember 2024 (English Version)
2024-12-24 18:16:09


Tidak ada keindahan hidup ini tanpa menjadi anak kesukaan Allah.

Card image
PdtTHE FOOLISH WAY - 24 Desember 2024 (English Version)
2024-12-24 18:15:10


God has many creations—perfect, beautiful, extraordinary. However, only human beings can please Him, creatures endowed with thoughts and feelings. With these thoughts and feelings, humans can love God or not love Him; they can glorify God or not glorify Him. It is truly remarkable and extraordinary that humans possess free will. They can bring themselves to eternal glory or eternal disgrace. They can bring joy to God or grieve Him. They can become God’s beloved children, but they can also become rebels. If we understand this, we can say, “I choose to please God,” as if we alone can bring joy to Him, as if.

Of course, God gives everyone the opportunity to please Him or not. However, it is as though we are the only ones, so we can say, “If not me, then who?” There’s no need to concern ourselves with others—whether or not they bring joy to God is their responsibility. What matters is that we can present ourselves before God and please Him. Afterward, of course, we help others to act, behave, and live as we do. There is no beauty in life without becoming God’s beloved child. There is no person more accomplished, no one more noble, sublime, or glorious than the person who can please God and bring joy to God the Father.

In Matthew 3:17, God the Father declares, “This is My Son, whom I love; with Him I am well pleased.” This was directed to Jesus Christ. If we claim to be Christians, followers of Christ, then we must not only be Christians but also follow His footsteps. Truly following Jesus means becoming like Him, as stated in Philippians 2:5-7. We can also say, as Paul said in Galatians 2:19-20, “It is no longer I who live, but Christ who lives in me.” To become someone recognized by God the Father, “This is My child whom I love; with them I am well pleased,” must be an absolute goal—more absolute than becoming a scholar, more absolute than having a life partner, more absolute than having children, more absolute than owning facilities, homes, cars, or worldly possessions.

Let us engrave this in our hearts until we can say, “The reason I live is to please Him. The reason I live is to bring Him joy,” reaching a life acknowledged by God because God feels it, and He is not hypocritical. When God says, “This is My child whom I love; with them I am well pleased,” it is an achievement we must attain. Do not feel like a failure just because you lack higher education. Certainly, we should maximize our potential to earn academic degrees to be more effective for God’s work. However, for those of us who, for one reason or another, do not have higher education or degrees, do not make it a problem. Perhaps we also do not have a life partner, children, or family, or maybe we had a family but experienced brokenness. Do not feel like a failure. We still have one opportunity to achieve success with eternal value—the recognition from God: “This is My child whom I love; with them I am well pleased.”

Surely, those acknowledged by God the Father as His pleasing children will enter His Kingdom and become members of His Kingdom family. And this is an absolute truth. The title or address of Jesus as Lord is not valid without following His footsteps, which means doing the Father’s will until we are acknowledged as pleasing to Him. This is why Paul, in 2 Corinthians 5:9-10, says, “So we make it our goal to please Him, whether we are at home in the body or away from it. For we must all appear before the judgment seat of Christ, so that each of us may receive what is due us for the things done while in the body, whether good or bad.” The measure is doing the Father’s will or being pleasing to Him.

But the power of darkness has deceived many people. What is not absolute becomes absolute, and what is absolute is not treated as absolute. Humans have become astray. There is only one absolute: to be pleasing before God and to bring Him joy, so that one day, when we stand before His judgment throne, we will be found pleasing. If we are asked today, “Will you be found pleasing to Him later?” What will our answer be? Most will respond, “I don’t know” or “Hopefully, I will be found pleasing.” This is a dangerous state. For something trivial in comparison to eternity, people seek certainty, such as insurance. Why, then, for being pleasing to God, do we not strive for certainty?Eternity must not be treated in a foolish manner, like those who are without understanding.

ETERNITY MUST NOT BE TREATED IN A FOOLISH MANNER, LIKE THOSE WHO ARE WITHOUT UNDERSTANDING.

Card image
CARA YANG BODOH - 24 Desember 2024
2024-12-24 07:36:08


Allah memiliki banyak ciptaan, sempurna, indah, luar biasa. Tetapi, hanya makhluk manusia yang dapat menyenangkan hati Dia, makhluk yang diberi pikiran dan perasaan. Dan dengan pikiran dan perasaan ini, manusia dapat mengasihi Tuhan atau tidak mengasihi Dia; manusia bisa memuliakan Tuhan atau tidak memuliakan Tuhan. Dan sebenarnya, ini suatu hal yang dahsyat atau luar biasa bahwa manusia memiliki kehendak. Selain membawa dirinya sendiri kepada kemuliaan kekal, juga bisa membawa dirinya kepada kehinaan kekal. Bisa menyenangkan, menyukakan hati Allah, tapi juga bisa mendukakan hati Allah. Bisa menjadi anak kesukaan Allah, tetapi juga bisa menjadi pemberontak. Kalau kita mengerti hal ini, kita bisa berkata, "Aku memilih untuk menyenangkan hati Tuhan," seakan-akan hanya diri kita yang bisa menyenangkan hati Allah, seakan-akan.

Tentu Tuhan memberi kesempatan kepada semua orang untuk menyenangkan hati Tuhan atau tidak. Tetapi, seakan-akan hanya kita sendiri, sehingga kita bisa berkata, "Kalau bukan aku, siapa?" Tidak perlu mempersoalkan orang lain; apakah orang lain menyukakan hati Tuhan atau tidak, itu urusan masing-masing. Yang penting, kita sendiri bisa memperhadapkan diri kita di hadapan Allah dan menyenangkan Dia. Yang kemudian, tentunya kita menolong sesama kita untuk bisa bertindak, berperilaku, dan bersikap seperti kita bersikap. Tidak ada keindahan hidup ini tanpa menjadi anak kesukaan Allah. Tidak ada orang yang lebih berprestasi, tidak ada orang yang lebih agung, luhur, dan mulia daripada orang yang bisa menyenangkan hati Tuhan, menyenangkan hati Allah Bapa.

Di dalam Injil Matius 3:17, Allah Bapa menyatakan satu pernyataan sekaligus satu deklarasi, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan.” Dan itu ditujukan kepada Tuhan Yesus. Jika kita mengaku Kristen, pengikut Kristus, tentu bukan saja kita menjadi orang Kristen, tetapi mengikut jejak-Nya. Mengikut jejak Yesus dengan sungguh-sungguh, sehingga kita menjadi serupa dengan Yesus, sesuai yang dikatakan dalam Filipi 2:5-7. Kita juga bisa berkata seperti Paulus berkata di Galatia 2:19-20, "Hidupku bukan aku lagi, tapi Kristus yang hidup di dalam aku." Menjadi seorang yang diakui oleh Allah Bapa, “Inilah anak-Ku yang Kukasihi, kepadanya Aku berkenan,” harus kita terima sebagai kemutlakan, lebih mutlak dari menjadi seorang sarjana, lebih mutlak dari memiliki teman hidup, lebih mutlak dari memiliki anak, lebih mutlak dari memiliki fasilitas, rumah, mobil, atau harta dunia ini.

Mari kita goreskan di dalam hati kita, sampai kita bisa berkata, "The reason I live is to please Him. Alasan aku hidup adalah menyenangkan Dia," mencapai kehidupan yang diakui oleh Allah, karena Allah merasakannya dan Dia tidak munafik. Tuhan berkata, “Ini anak-Ku yang Kukasihi, kepadanya Aku berkenan” adalah pencapaian yang harus kita miliki. Jangan merasa gagal hanya karena kita tidak berpendidikan tinggi. Tentu, kita harus memaksimalkan potensi untuk bisa memiliki gelar pendidikan supaya kita semakin efektif bagi pekerjaan Tuhan. Tapi bagi kita yang karena satu dan lain hal, tidak memiliki pendidikan tinggi, tidak memiliki gelar, jangan jadikan itu masalah. Mungkin kita juga tidak memiliki teman hidup, tidak memiliki anak, tidak memiliki keluarga, atau mungkin pernah berkeluarga tapi mengalami kegagalan berumah tangga, jangan merasa gagal. Kita masih memiliki satu kesempatan untuk mencapai keberhasilan yang bernilai abadi, yaitu pengakuan dari Allah: “Inilah anak-Ku yang Kukasihi, kepadanya Aku berkenan.”

Pasti orang-orang yang diakui oleh Allah Bapa sebagai anak yang berkenan kepada-Nya akan masuk ke dalam Kerajaan Allah, menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Dan ini satu kemutlakan. Sebutan atau panggilan kepada Yesus sebagai Tuhan tidaklah sah tanpa mengikuti jejak hidup-Nya, yaitu melakukan kehendak Bapa sampai diakui menyenangkan Dia, berkenan di hadapan Allah. Itulah sebabnya Paulus, di dalam 2 Korintus 5:9-10, mengatakan, "Baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya. Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.” Dan ukurannya adalah melakukan kehendak Bapa atau berkenan kepada-Nya.

Tapi kuasa kegelapan, telah menipu banyak orang. Apa yang tidak mutlak menjadi mutlak, yang mutlak tidak dimutlakkan. Manusia menjadi sesat. Yang mutlak itu satu hal saja: berkenan di hadapan Allah, menyenangkan hati-Nya. Supaya suatu hari ketika kita berdiri di hadapan takhta pengadilan Allah, kita dijumpai berkenan. Kalau hari ini kita ditanya, "Apakah nanti kita didapati berkenan atau tidak?" Apa jawab kita? Pada umumnya kita akan menjawab, “Tidak tahu” atau “Mudah-mudahan nanti berkenan." Ini keadaan yang berbahaya. Untuk sesuatu yang tidak berarti saja jika dibandingkan dengan masalah kekekalan, orang mau punya kepastian; misalnya asuransi. Mengapa untuk berkenan kepada Allah, kita tidak berusaha untuk memiliki kepastian? Kekekalan tidak boleh kita perlakukan dengan cara yang bodoh, seperti orang-orang yang tidak berakal.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEKEKALAN TIDAK BOLEH KITA PERLAKUKAN DENGAN CARA YANG BODOH, SEPERTI ORANG-ORANG YANG TIDAK BERAKAL.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 Desember 2024
2024-12-24 07:11:31

2 Timotius 1-4

Card image
Truth Youth 23 Desember 2024 (English Version) - THE LORD'S PRAYER: SUFFICIENCY
2024-12-23 17:49:59


"Give us today our daily bread." (Matthew 6:11)

"It’s easier to imagine the end of the world than the end of capitalism." This phrase honestly expresses the reality of today’s world, which is heavily capitalist and infiltrates even the smallest aspects of life. Capitalism and free markets condition people to constantly compete for personal gain, making the concept of sufficiency less relatable, even foreign, to many Christians. Unknowingly, many Christians today chase after Mammon, forgetting to be content.

In the Lord’s Prayer, Jesus teaches us to be content (Matthew 6:11). This meaning is often overlooked in our readings, so in practice, we rarely embrace sufficiency. The moral implication here suggests that Christians are called to live in sufficiency, not material abundance. This does not mean Christians must be poor. It's okay to be wealthy, but if we're not, that's also fine. As long as we have food and clothing, that is enough (1 Timothy 6:8). If God trusts us with Mammon or assets (both tangible and intangible), we are to use them for His work (Luke 16:9).

We must always remember that our whole life is an act of worship to God. Time and again, God’s Word explicitly teaches us to be content with what we have. In a more radical sense, having food and clothing is enough. 1 Timothy 6:9-10 implies that the desire to be rich, love of money, and the pursuit of wealth are the roots of all evil, causing harm, destruction, and even the downfall of humans. Learn to be content so that we are not attached to anything or anyone except God Himself.

WHAT TO DO:
- Learn to limit your desires.
- Work enough, but not excessively.
- Use Mammon to help others.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Peter 1-5 ▪︎ 2 Peter 1-3

Card image
Truth Youth 23 Desember 2024 - DOA BAPA KAMI: KECUKUPAN
2024-12-23 17:47:05


”Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” (Matius 6:11)

“Lebih mudah membayangkan akhir dunia daripada akhir kapitalisme.” Ungkapan ini merupakan ekspresi jujur terhadap realitas dunia hari ini yang sangat kapitalis, yang merasuk hingga ke sendi-sendi kehidupan yang paling kecil. Kapitalisme dan pasar bebas mengondisikan manusia untuk terus-menerus bersaing demi keuntungan pribadi sehingga kini rasa cukup menjadi frasa yang kurang relate, bahkan asing di telinga orang-orang Kristen. Tanpa disadari, banyak orang Kristen hari ini begitu mengejar Mamon sampai lupa mencukupkan diri.

Dalam Doa Bapa Kami, Tuhan Yesus mengajar kita untuk mencukupkan diri (Mat. 6:11). Pemaknaan ini sering kali luput dalam pembacaan sehingga pada praktiknya kita jarang sekali mencukupkan diri, padahal implikasi moralnya menyiratkan bahwa orang Kristen itu terpanggil untuk hidup dalam kecukupan dan bukan kelimpahan material. Bukan berarti orang Kristen itu harus miskin. Sebisa mungkin kaya, tetapi kalaupun tidak kaya juga tidak masalah. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah (1 Tim. 6:8). Kalaupun Tuhan memercayakan Mamon atau aset (baik yang berwujud maupun yang tak berwujud) kepada kita, itu pun harus digunakan untuk pekerjaan Tuhan (Luk. 16:9).

Kita harus senantiasa mengingat bahwa seluruh hidup kita adalah ibadah kita kepada Tuhan. Berulang kali Firman Tuhan menyatakan secara eksplisit untuk mencukupkan diri dengan apa yang ada pada kita, bahkan dalam tahapan yang lebih radikal, asal ada makanan dan pakaian, cukup. Dalam 1 Timotius 6:9-10 menyiratkan bahwa sikap hati yang ingin kaya, cinta uang, dan memburu uang merupakan akar dari segala kejahatan yang menyiksa, mencelakakan, bahkan membinasakan manusia. Belajarlah merasa cukup sehingga kita tidak memiliki kemelekatan dengan apa pun dan siapa pun, kecuali Tuhan sendiri. Selamat belajar kebenaran.

WHAT TO DO:
1.Belajar membatasi keinginan
2.Bekerja secukupnya
3.Gunakan Mamon untuk menolong orang lain

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Petrus 1-5 ▪︎ 2 Petrus 1-3

Card image
Renungan Pagi - 23 Desember 2024
2024-12-23 17:45:15


< Dunia kita hari-hari ini penuh dengan orang-orang yang mabuk, mabuk harta, mabuk kekayaan, mabuk kenikmatan dan mabuk segala kesenangan dunia, sehingga banyak orang melakukan kecurangan dan korupsi.

Tetapi kalau kita tetap mempertahankan kebenaran, maka akan melihat kemuliaan dan kuasa Tuhan yang dahsyat selalu dinyatakan dalam hidup kita.

Mari menjadi orang percaya yang sadar dan hidup dalam kebenaran dengan membuang segala kemabukan dan hidup kudus dalam firman Tuhan, sehingga kita dapat mengalami hal-hal yang baik dari Tuhan.

Card image
Quote Of The Day - 23 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-23 17:43:32


Hari-hari ini Iblis menipu kita dengan membuat kita menipu diri sendiri dengan merasa seakan-akan kita berguna, tapi ternyata kapasitas diri kita buruk sehingga kita malah berbuat dosa dalam pelayanan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 23 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-23 17:42:06


Jadikan Tuhan satu-satunya kesibukan, kesenangan, kepentingan, dan urusan kita. Kita hanya menumpang di bumi, maka tinggalkan dunia dengan segala kesenangannya. 

Card image
LIVING IN THE ARMOSPHERE IN GOD'S KINGDOM - 23 Desember 2024 (English Version)
2024-12-23 17:40:21


We must position ourselves correctly, aligning with God's will, and cease seeking happiness from this world. Consequently, we should not pursue worldly pleasures. Therefore, in all our endeavors—education, career, family life—we must act for the Lord, preparing ourselves for the heavenly Canaan. 1 Corinthians 10:6 and other scriptures warn that the Israelites who perished in the wilderness serve as examples for us, indicating the real possibility of failing to reach the promised land. As Scripture states, "Many are called, but few are chosen."

We must strive to conclude our lives well, courageously asking, "Is there any sin, no matter how small or subtle, that I still commit? I want to confess and repent." This is achievable if we genuinely abandon the pursuit of worldly happiness. While we may still enjoy good food, restful sleep, and family vacations, we must not be attached to this world. When purchasing items, it should not be for show or self-esteem but out of necessity. We must distinguish between desires and needs—needs that enable us to live in devotion to God. Our principle should be: "My sole occupation is the Lord; my sole concern is the Lord; my sole interest is the Lord; my sole purpose in life is the Lord; my sole happiness is the Lord; my sole world is the Lord."

Do we understand the significant cost of fulfilling this? God must become our sole interest. Thus, whether studying to become a doctor, a legal expert, or mastering information technology, it should all be for God, not ourselves. Even in relationships, we should seek partners according to God's will, marry in holiness, raise godly children, and establish families that truly glorify God. Everything we do should be for the Lord. For those of us who have earnestly immersed ourselves in God, we realize how challenging this journey is, often feeling as though we are not progressing. Yet, we must persist.

This is what Jesus meant by "Your kingdom come." But how do we live our lives in the atmosphere of God's Kingdom? Those who live in the atmosphere of God's Kingdom will enter it. Conversely, those who live in the atmosphere of the worldly kingdom cannot enter. Heaven and hell are realities we begin to build here on earth. If our pleasures are rooted in the world, its entertainment, spectacles, and branded goods, we are bound by worldly attachments and will not enter heaven. It's not wrong to use branded items if they are part of our provision, but finding happiness in them is misguided. We should not derive our self-worth or joy from such possessions.

Scripture asks, "What good is it for someone to gain the whole world, yet forfeit their soul?" The soul's value surpasses all worldly wealth combined. If a soul is so precious, then God is infinitely more valuable than all the riches of the universe. Therefore, possessing God and fellowship with Him should make us feel wealthier than anything else. Typically, such individuals are willing to do anything for God. Let's detach from the world! When the Bible says, "If we have food and clothing, we will be content with that," it's signaling us to leave worldly attachments behind. Let us pass through our days, for the Kingdom of Heaven is far more beautiful than anything on earth.

Some of us may not struggle economically and can enjoy life comfortably, but let's choose the Kingdom of Heaven and dedicate all we have to it without reservation. Make God our sole occupation, joy, interest, and concern. We are merely sojourners on earth; therefore, let us leave behind the world and its pleasures. We are the spiritual Israelites journeying from the Egypt of this world to the heavenly Canaan. In the coming days, we will experience God's visitation more profoundly. We are heading home to heaven. Let's prepare ourselves to return together!

THOSE WHO LIVE IN THE ATMOSPHERE OF GOD'S KINGDOM WILL ENTER IT.

Card image
HIDUP DALAM SUASANA KERAJAAN ALLAH
2024-12-23 17:38:05


Kita harus memiliki posisi, tempat, atau keberadaan yang tepat sesuai dengan yang Allah kehendaki. Maka, kita jangan mengharapkan lagi kebahagiaan dari dunia ini. Yang oleh karenanya, kita tidak akan mencari kebahagiaan dari dunia. Jadi, kalau kita melakukan segala sesuatu; sekolah, studi, kuliah, karier, kerja, berkeluarga, semua harus kita lakukan untuk Tuhan; artinya, kita melakukan semua itu sebagai persiapan kita untuk menuju Kanaan surgawi. Dalam 1 Korintus 10:6 dan ayat-ayat lain mengatakan, bahwa bangsa Israel yang sebagian besar tewas di padang gurun itu menjadi contoh bagi kita. Jadi, kemungkinan untuk tewas di padang gurun itu, ada. Dan kenyataan hari ini, seperti yang dikatakan firman Tuhan, “Banyak yang dipanggil, sedikit yang dipilih.”

Kita harus mengakhiri sisa umur hidup kita dengan baik. Kita harus berani berkata, "Masih adakah dosa yang kulakukan, sekecil apa pun, sehalus apa pun dosa itu? Aku mau akui dan aku mau bertobat." Dan semua itu bisa kita lakukan kalau kita sungguh-sungguh tidak mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini. Kita masih bisa makan enak, tidur nyenyak, wisata dengan keluarga, tapi sudah tidak akan terikat dengan dunia ini. Kalau membeli barang, bukan untuk pamer atau menaikkan harga diri, melainkan karena barang yang memang kita butuhkan. Kita bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan; yaitu kebutuhan untuk dapat menjalani hidup dalam pengabdian kepada Tuhan. Maka prinsip kita haruslah ini: “Satu-satunya kesibukanku adalah Tuhan; satu-satunya urusanku adalah Tuhan; satu-satunya kepentinganku adalah Tuhan; satu-satunya tujuan hidupku adalah Tuhan; satu-satunya kebahagiaanku hanyalah Tuhan; satu-satunya duniaku adalah Tuhan.”

Namun, mengertikah kita betapa mahal harga yang harus kita bayar untuk memenuhi ini? Tuhan haruslah menjadi satu-satunya kepentingan kita. Jadi, kalau kita studi, mau jadi dokter, mau jadi ahli hukum, mau kuasai teknologi informasi, dan lain sebagainya, itu semua untuk Tuhan, bukan untuk kita. Kalau pacaran, juga pacaran untuk Tuhan. Cari pacar yang sesuai kehendak Tuhan, dan menikahlah dalam kekudusan, melahirkan anak-anak yang perkasa di bumi, menjadi keluarga yang sungguh-sungguh memuliakan Allah. Segala sesuatu yang kita lakukan harus kita lakukan untuk Tuhan. Bagi kita yang sudah mati-matian untuk tenggelam di dalam Tuhan, mengerti betapa tidak mudahnya itu, rasanya tidak sampai-sampai. Tapi kita jalani terus.

Ternyata itulah yang dimaksud Tuhan Yesus dengan kalimat, "Datanglah Kerajaan-Mu." Tapi, bagaimana kita menyelenggarakan dan menggelar hidup ini dalam suasana Kerajaan Allah? Orang yang hidup dalam suasana Kerajaan Allah, akan masuk Kerajaan Allah. Orang yang hidup dalam suasana kerajaan dunia, tidak bisa masuk. Jadi, surga neraka sudah dibangun oleh kita sejak di bumi ini. Kalau kesenangan kita adalah dunia, hiburan dunia, tontonan dunia, barang-barang branded, maka kita pasti tidak akan masuk surga. Manusia semacam ini merupakan manusia yang diikat oleh percintaan dunia. Tidak salah kita pakai barang branded, kalau memang itu bagian kita. Tetapi kalau barang branded menjadi kebahagiaan, itu yang salah. Jangan merasa memiliki nilai diri dan dapat dibahagiakan dengan barang itu.

Firman Tuhan mengatakan, “Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia, kalau jiwanya binasa?” Jadi, jiwa itu lebih berharga dari seluruh harta di dunia ini jika dikumpulkan. Kalau harga jiwa sampai sedemikian, tentu Allah lebih tinggi dari nilai harta seluruh dunia bahkan seluruh jagat raya. Mestinya, kalau seseorang merasa memiliki Tuhan dan memiliki persekutuan dengan Tuhan, maka ia pasti merasa memiliki kekayaan lebih dari apa pun. Dan biasanya, pastinya bahkan, orang itu rela berbuat apa pun demi Tuhan. Mari kita tinggalkan dunia! Jadi, kalau Alkitab berkata, "Asal ada makanan, pakaian cukup," itu sebenarnya sinyal untuk kita meninggalkan dunia ini. Lewati saja hari kita, sebab Kerajaan Surga jauh lebih indah dari apa pun yang ada bumi.

Mungkin sebagian kita bukanlah orang yang gagal secara ekonomi, kita bisa menikmati hidup dengan keuangan yang cukup, tapi mari kita memilih Kerajaan Surga dan menyerahkan apa pun yang kita miliki untuk Kerajaan Surga tanpa batas. Jadikan Tuhan satu-satunya kesibukan, kesenangan, kepentingan, dan urusan kita. Kita hanya menumpang di bumi, maka tinggalkan dunia dengan segala kesenangannya. Kita menjadi barisan Israel rohani yang bergerak dari Mesir dunia sampai ke Kanaan surgawi. Dan kita buktikan hari-hari ke depan bagaimana lawatan Allah akan lebih kita rasakan. Kita pulang ke surga. Ayo, kita berkemas-kemas untuk pulang bersama!

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG HIDUP DALAM SUASANA KERAJAAN ALLAH, AKAN MASUK KERAJAAN ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 Desember 2024
2024-12-23 12:53:06

Ibrani 11-13

Card image
Truth Kids 22 Desember 2024 - KETAATAN YANG MEMBANGUN KARAKTER
2024-12-23 12:47:57


Roma 13:1
”Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.”

Hari ini, Dika merasa kesal karena banyak tugas yang harus dikerjakan. "Mengapa harus ada peraturan di sekolah?" keluhnya. Teman dekatnya, Rani, mencoba memberi semangat. "Dika, peraturan itu penting! Kita harus menaati semua peraturan yang ada, termasuk yang di sekolah," ujarnya. Dika mulai berpikir, "Benar juga, Rani."

Sobat Kids, seperti yang tertulis dalam Roma 13:1, "Setiap orang harus takluk kepada pemerintah yang tinggi, karena tidak ada pemerintah yang tidak datang dari Allah." Ketaatan kita terhadap peraturan, baik di sekolah maupun di rumah, mencerminkan penguasaan diri kita. Saat kita mematuhi aturan, kita menunjukkan rasa tanggung jawab dan disiplin. Ketika Dika akhirnya menyelesaikan tugasnya, ia merasakan kebanggaan yang mendalam.

Marilah kita berusaha untuk menaati peraturan, karena ketaatan bukan hanya tentang mengikuti aturan, tetapi juga tentang membangun karakter yang baik. Dengan menguasai diri, kita menjadi pribadi yang lebih baik dan siap menghadapi tantangan di masa depan. Ayo, jadikan ketaatan sebagai bagian dari hidup kita sehari-hari!

Card image
Truth Junior 22 Desember 2024 - TAAT PERATURAN
2024-12-23 12:46:18


Roma 13:1
”Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.”

Kita bersyukur, pemerintah negara Indonesia memberikan kebebasan bagi rakyatnya menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing. Indonesia juga baru saja memiliki presiden dan wakil presiden yang baru. Para menteri yang akan membantu presiden menjalankan pemerintahan di negara ini juga sudah dilantik. Kita sebagai rakyat bangsa Indonesia perlu taat kepada peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Sobat Junior, kita harus menguasai diri agar dapat menaati peraturan yang telah ditetapkan. Peraturan dibuat untuk ditaati. Pasti kalian ingin Indonesia menjadi negara yang maju, bukan? Tugas kita semua, setiap warga negara Indonesia, untuk menciptakan ketertiban di negara kita.

Ayat firman Tuhan hari ini juga mengingatkan kita untuk menaati peraturan. Peraturannya bisa di sekolah, di rumah, bahkan saat di jalan. Pasti sekolah Sobat Junior memiliki peraturan. Begitu juga di rumah, orang tua kalian pasti memiliki peraturan yang harus kalian taati. Bagaimana di jalan raya? Tentu saja kalian belum bisa mengendarai motor atau mobil di jalan raya, tetapi kalian bisa mengingatkan orang yang menyetir untuk menaati peraturan lalu lintas. Saat lampu merah, harus berhenti.

Sikap taat yang kita lakukan setiap saat menunjukkan penguasaan diri, sesuai dengan buah Roh yang kita pelajari hari ini. Yuk, Sobat Junior, kita menjadi teladan dalam menaati peraturan yang ada, di mana pun kita berada. Saat tidak ada orang yang memperhatikan pun, kita mau tetap taat. Kalian pasti bisa!

Card image
Truth Youth 22 Desember 2024 (English Version) - OVERCOMING YOURSELF?
2024-12-22 22:19:41


"We are hard pressed on every side, but not crushed; perplexed, but not in despair; persecuted, but not abandoned; struck down, but not destroyed." (1 Corinthians 4:8-9)

Persecution and suffering don’t always come from evil people with the intent to hurt us—it often depends on the context of the times. Did you know that today, persecution often comes from within ourselves, especially for Generation Z and Alpha, who have grown up in a world filled with technological advancement? The pressure from social media has a huge impact on a person’s mental state, often making them feel worthless.

The greatest challenge faced by today’s generation is self-inflicted persecution or intimidation, caused by the success of others displayed on social media, while they themselves have not achieved the same success. While social media can bring positive influences, it also brings negativity for those who have not succeeded financially, causing them to lose focus and forget that their future is in God’s hands.

Self-intimidation is caused by many factors, and one of them is social media, which becomes a tool for the powers of darkness to distract us from the power of God’s Word. Today’s youth are often fragile and overly emotional when faced with problems, especially when they feel they have failed to achieve what they desire. Failure leads to frustration, stress, and even depression, providing an opportunity for the enemy to bring us down and steal our hope in trusting God. The biggest problem is feeling worthless, which actually signals a lack of trust in God.

Paul, in facing persecution, endured challenges from external sources—people who imprisoned and beat him—but he remained steadfast and demonstrated strong trust in God.

Therefore, to overcome the persecution we place on ourselves, we need to strengthen our trust in God. How much have you built a relationship with God through prayer? Bible reading? Listening to sermons? These are crucial for drawing closer to Him and trusting the One we rely on—God. When we grow closer to Him correctly, we will feel valuable because we know He holds all control over our lives, and this is for those who persevere and obey His love.

WHAT TO DO:
- Learn to trust God as the holder of your future.
- Be patient and persistent in prayer.
- Remind yourself that you are valuable in God’s eyes.

BIBLE MARATHON:

Card image
Truth Youth 22 Desember 2024 - KALAHKAN DIRIMU?
2024-12-22 22:16:13


”Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa” (1 Korintus 4:8-9)

Aniaya dan penderitaan tidak selalu datang dari orang jahat yang punya niat untuk melukai, tergantung konteks zamannya. Tahukah kamu, bahwa zaman sekarang aniaya sering muncul dari dalam diri sendiri, terutama bagi generasi Z dan Alpha yang lahir di dunia yang dipenuhi kemajuan teknologi. Tekanan dari media sosial memberikan dampak yang sangat besar pada jiwa seseorang, sehingga ia merasa tidak berharga. Tantangan terbesar yang dihadapi oleh generasi sekarang adalah aniaya atau intimidasi dari diri sendiri yang diakibatkan karena melihat keberhasilan banyak orang yang muncul di media sosial, sementara ia masih belum berhasil. Pengaruh media sosial selain mendatangkan hal positif, juga mendatangkan hal negatif bagi mereka yang masih belum berhasil secara finansial, sehingga menghilangkan fokus mereka bahwa masa depan dipegang oleh Tuhan.

Intimidasi dari diri sendiri disebabkan oleh banyak hal, dan memang salah satunya adalah media sosial yang juga menjadi sarana kuasa kegelapan dalam mengalihkan perhatian kita dari kuasa firman Tuhan. Generasi muda sekarang sangat cepat rapuh dan selalu terbawa perasaan ketika menghadapi banyak masalah, terutama ketika merasa gagal meraih sesuatu yang didambakan. Kegagalan mendatangkan frustrasi, stres bahkan depresi yang juga menjadi kesempatan Iblis untuk terus mengupayakan kejatuhan sehingga tidak ada lagi semangat hidup memercayai Tuhan. Masalah terbesar yang terjadi sekarang ini adalah merasa tidak berharga, yang juga sebenarnya memberikan isyarat bahwa kepercayaan akan Tuhan yang sangat minim. Paulus dalam menghadapi penderitaan, walaupun konteks tantangannya datang dari luar dirinya yaitu orang-orang yang memenjarakan, memukul dan lain sebagainya, tetapi ia bertahan dan menunjukkan percayanya yang kuat pada Tuhan.

Oleh karena itu, hal yang perlu ditingkatkan dalam mengalahkan atau aniaya dari diri sendiri adalah berjuang meningkatkan rasa percaya kita kepada Tuhan. Seberapa banyak kamu membangun hubungan kepada Tuhan lewat doa? Baca Alkitab? Dengar khotbah? Semuanya itu mutlak untuk membuat kita dekat dan percaya sosok yang kita percayai yaitu Tuhan. Ketika kita dekat dengan Dia secara benar, maka kita akan merasa berharga karena kita tahu Dia yang memegang seluruh kendali atas hidup kita, yaitu hanya bagi mereka yang bertekun dan taat mengasihi Dia.

WHAT TO DO:
1.Belajar memercayai Tuhan sebagai pemegang masa depan
2.Sabar dan bertekun dalam doa
3.Katakan bahwa kamu berharga di mata Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Keluaran 17-20

Card image
Renungan Pagi - 22 Desember 2024
2024-12-22 22:06:43


Di manapun, kapanpun dan bersama siapapun, tetaplah menjadi yang terbaik; terbaik dalam melaksanakan tugas, terbaik dalam bersikap, dan terbaik dalam menanggapi persoalan.

Jika semua itu sudah dilakukan, bukan tidak mungkin kita juga akan mendapatkan hasil yang terbaik.

Card image
Quote Of The Day - 22 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-22 22:03:10


Adalah kehormatan kalau kita menjadi kawan sekerja Allah, karena hanya orang yang menjadi kawan sekerja Allah yang benar-benar menderita bersama Yesus, dan hanya orang yang benar-benar menderita bersama Yesus yang akan dimuliakan bersama Yesus.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 22 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-22 21:35:54


Adalah kehormatan kalau kita menjadi kawan sekerja Allah, karena hanya orang yang menjadi kawan sekerja Allah yang benar-benar menderita bersama Yesus, dan hanya orang yang benar-benar menderita bersama Yesus yang akan dimuliakan bersama Yesus.

Card image
EXTREME LIVING FOR GOD - 22 Desember 2024 (English Version)
2024-12-22 21:34:39


Baptism is a symbol of death. Therefore, those who are baptized must be willing to die to the world and live for God. Not only church members but even pastors often have not died to the world; they still live for the world, enjoying worldly pleasures and taking pride in worldly achievements. This is the result of long-standing misguided teaching from previous generations of Christians, who inherited a faith that had significantly declined. The Bible says, “Christ died for all so that those who live should no longer live for themselves but for Him who died and was raised for them.” Those who live for God and die to the world can no longer sin. And that is indeed extreme—being fanatical for Jesus Christ. Only then will our love burn brightly.

Ironically, many of us merely recite prayers without truly praying. We don’t sincerely plead with God but just utter words of supplication. Many do not genuinely worship God; they merely say words of worship because they still love their flesh and the world. Yet, the Father is pleased to give us the Kingdom, the palace of glory. True Christianity, genuine Christianity, does not merely make people religious. Christianity as a religion has darkened the truth and the purity of following Jesus Christ. Christianity has deceived people by emphasizing liturgical life and church activities. True Christianity does not simply teach people to go to church. True Christianity teaches people to put to death their flesh and old self. If Christianity only teaches rituals, worship, and church attendance without teaching death to the world, it deceives.

Many souls are lost—living in poverty in this world, struggling, and then dying without hope. Even for those of us who are already faithful, we often have not reached the peak of holiness or God’s utmost favor. We are not serious about attaining abundant spiritual blessings, becoming people considered holy in God’s eyes. Let us not end up like others who no longer desire heaven, especially after witnessing moral failures by pastors or financial improprieties in churches. Many feel justified in abandoning their pursuit of God and heaven. We must separate ourselves from the world. Change your routines. Separate yourself; focus only on work, family, and God—spiritual activities. Avoid anything else. If we still gather with people who do not fear God or maintain certain hobbies, we are destroying ourselves. Must we be that extreme? If something more extreme is required, we should do it because this concerns eternal destiny.

We must dare to leave the world and live an extreme life for God. We cannot be with God if we still love the world, for God desires our hearts to be wholly devoted to Him. If your heart is not fully devoted now, you must keep learning until it is. Especially as we grow older—what else are we searching for? Forget all worldly pleasures and pride. Prepare yourself to return to the new heavens and the new earth. What the Bible teaches, we must take seriously, and the Holy Spirit will help us become like Jesus. Remember, if we still honor possessions, enjoy praise, or seek status, it means we cannot honor God, and we cannot become a pure bride. A pure bride means a heart undivided by anyone or anything.

Even if we love our wife, children, and family, it should not be because they are our flesh and blood but because of God. So, when our family disappoints us, we will not be disheartened because we do not demand their love. Instead, we love, care for, and nurture them for God’s sake. Be thankful and prepare to welcome the new heavens and new earth, where we will have a perfect home—the Kingdom of our Lord Jesus Christ. Do not allow yourself to be influenced by friends, companions, or anything that hinders you from achieving God’s holiness. Do not fear losing friends, for God will surely provide good friends. Imagine yourself standing before God the Father. What would His attitude be toward us? We cannot suddenly love and honor Him without knowing Him or His character. Thus, even now on earth, we must worship, honor, and love God. We live in the midst of the world, but not as children of the world, not living by worldly standards.

THOSE WHO LIVE FOR GOD AND DIE TO THE WORLD CAN NO LONGER SIN. AND THAT IS INDEED EXTREME.

Card image
KEHIDUPAN EKSTREM UNTUK TUHAN - 22 Desember 2024
2024-12-22 21:32:32


Baptisan adalah lambang kematian. Jadi, orang yang dibaptis adalah orang yang harus berani mati terhadap dunia dan hidup untuk Allah. Jangankan jemaat, pendeta pun banyak yang belum mati terhadap dunia, masih hidup bagi dunia, masih punya kesenangan-kesenangan dunia dan kebanggaan-kebanggaan dunia. Itu merupakan hasil dari salah asuh yang panjang dari orang-orang Kristen pendahulu kita yang mewarisi kekristenan yang telah sangat merosot. Alkitab mengatakan, “Kristus telah mati untuk kita semua supaya kita yang hidup tidak lagi hidup untuk diri sendiri, tapi untuk Dia yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.” Orang yang hidup bagi Tuhan dan mati terhadap dunia, tidak bisa berbuat dosa lagi. Dan itu memang ekstrem. Fanatik kepada Tuhan Yesus. Nanti cinta kita akan menyala.

Ironis, banyak di antara kita hanya mengucapkan kalimat doa, tapi tidak berdoa. Kita tidak sungguh-sungguh memohon, tapi mengucapkan kalimat permohonan. Banyak orang yang tidak menyembah Tuhan, hanya mengucapkan kalimat penyembahan karena masih mencintai dagingnya, mencintai dunia. Padahal Bapa berkenan memberikan Kerajaan itu bagi kita, istana kemuliaan. Kristen yang sesungguhnya, Kristen yang sejati, itu tidak hanya membuat orang beragama. Agama Kristen telah menggelapkan kebenaran, menggelapkan kemurnian pengiringan kepada Tuhan Yesus. Agama Kristen telah menipu dengan mengajarkan kehidupan berliturgi, bergereja. Kekristenan yang sejati tidak hanya mengajarkan orang ke gereja. Kekristenan sejati mengajarkan orang mematikan seluruh kedagingannya dan manusia lamanya. Jika agama Kristen yang hanya mengajarkan berliturgi, kebaktian, ke gereja, tapi tidak mengajarkan kematian terhadap dunia, itu menipu.

Banyak jiwa terhilang. Sudah hidup dalam kemiskinan di dunia ini, susah hidup, lalu mati pun tidak punya pengharapan. Dan sebagian kita yang sudah setia seperti ini, masih belum sampai pada puncak kesucian, puncak keberkenanan di hadapan Allah. Kita tidak serius untuk meraih sebanyak-banyaknya berkat rohani, sehingga menjadi orang yang dikategorikan saleh di mata Tuhan, dikategorikan orang suci di hadapan Tuhan. Jangan sampai kita seperti yang lain, tidak tertarik lagi ada surga. Apalagi, kalau sudah melihat pelanggaran moral yang dilakukan pendeta atau ketidakpatutan gereja dalam soal uang dan lain-lain. Orang merasa punya pembenaran untuk tidak perlu mencari Tuhan dan surga. Kita harus meninggalkan dunia, harus memisahkan diri dari dunia. Buat rutinitas kita berubah. Pisahkan diri, urusan kita hanya pekerjaan, keluarga, dan Tuhan, kegiatan rohani. Jangan ada yang lain. Kalau masih kumpul-kumpul dengan orang yang tidak takut akan Tuhan, masih punya hobi-hobi tertentu, kita membinasakan diri sendiri. Apakah harus seekstrem itu? Kalau ada yang lebih ekstrem, kita lakukan, karena ini menyangkut nasib kekal.

Kita harus berani meninggalkan dunia dengan kehidupan yang ekstrem untuk Tuhan. Kita tidak bisa bersama Tuhan kalau kita masih mencintai dunia, sebab Tuhan mau hati kita bulat untuk Dia. Kalau sekarang belum bulat, maka kita harus belajar terus sampai bisa bulat. Apalagi kita yang sudah berumur, kita mau cari apa? Lupakan semua kesenangan, kebanggaan dunia dan lain-lain. Persiapkan diri kita pulang ke langit baru, bumi baru. Apa yang Alkitab ajarkan, kita harus mengenakannya dengan serius. Dan Roh Kudus akan menolong kita untuk menjadi seperti Yesus. Ingat, kalau kita masih menghormati harta benda, senang dipuji, kedudukan, berarti kita tidak bisa menghormati Tuhan, dan kita belum bisa menjadi perawan suci. Perawan suci artinya hati yang tidak terbagi oleh siapa pun dan apa pun.

Kalaupun kita mencintai istri, anak-anak, keluarga kita, bukan karena mereka darah daging kita, melainkan karena Tuhan. Sehingga ketika kita dikecewakan oleh keluarga, kita tidak akan kecewa, karena kau tidak menuntut mereka mencintai kita. Sebaliknya, kita mencintai dan memelihara, merawat mereka karena Tuhan. Kita bersyukur, dan kita menyongsong langit baru, bumi baru, di mana kita memiliki rumah yang sempurna, Kerajaan Tuhan kita, Yesus Kristus. Jangan memberi diri diisi oleh teman, sahabat, atau apa pun yang membuat kita tidak bisa mencapai kesucian Allah. Jangan takut kehilangan teman, karena Tuhan pasti akan memberi teman-teman yang baik. Coba kita membayangkan ada di hadapan Allah Bapa. Kira-kira, apa sikap Bapa terhadap kita? Kita tidak bisa tiba-tiba cinta dan hormat, karena kita tidak bisa mencintai dan menghormati orang mendadak tanpa kenal orang atau pribadinya. Maka, sejak di bumi, kita menyembah Allah, menghormati Dia, dan mencintai Dia. Kita hidup di tengah-tengah dunia, tapi tidak hidup seperti anak dunia, tidak hidup dalam kewajaran dunia.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG HIDUP BAGI TUHAN DAN MATI TERHADAP DUNIA, TIDAK BISA BERBUAT DOSA LAGI. DAN ITU MEMANG EKSTREM.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 Desember 2024
2024-12-22 10:30:12

Ibrani 7-10

Card image
Truth Kids 21 Desember 2024 - MEREDA AMARAH, MENYEBAR DAMAI
2024-12-21 23:03:02


Efesus 4:26
”Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.”

Sobat Kids, pernahkah kalian merasa kesal atau marah pada teman? Kadang, perasaan marah memang muncul, tapi Tuhan tidak ingin kita menyimpan amarah terlalu lama. Kalau kita terus menyimpan amarah di hati, bisa membuat kita jadi tidak bahagia dan susah mengasihi orang lain.

Tuhan mengajarkan kita untuk cepat meredakan amarah dan menguasai diri. Penguasaan diri adalah kemampuan menahan diri supaya tidak melakukan hal yang buruk saat kita marah. Kalau kita berdoa dan minta bantuan Tuhan, Dia akan membantu kita mengendalikan diri supaya kita bisa lebih sabar dan cepat memaafkan.

Ingat, Sobat Kids, Tuhan Yesus sendiri mengampuni orang-orang yang menyakiti-Nya. Jadi, kita juga harus belajar seperti Dia. Jangan biarkan amarah menguasai hati kita terlalu lama, ya! Lebih baik kita berdoa dan meminta hati yang penuh kasih, karena itu yang Tuhan mau. Dengan penguasaan diri, kita bisa hidup lebih damai dan dekat dengan Tuhan.

Card image
Truth Junior 21 Desember 2024 - MEREDA AMARAH
2024-12-21 18:16:13


Efesus 4:26
”Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu”

Suatu hari, Tika merasa sangat kesal ketika sahabatnya, Dina, tidak mengajaknya bermain. Tika ingin membalas dendam dan tidak mau bicara dengan Dina lagi. Tapi setelah mengingat kalau Tuhan menginginkan kita mengendalikan amarah, Tika mengambil nafas dalam-dalam, berdoa, dan memutuskan untuk mengajak Dina bicara baik-baik. Ternyata, Dina tidak sengaja melupakan Tika. Dan setelah mereka bicara, masalah selesai tanpa perlu bertengkar.

Sobat Junior, pernahkah kamu merasa sangat marah pada temanmu karena sesuatu yang mereka lakukan? Rasanya ingin terus marah, tapi tahukah kamu bahwa Tuhan tidak ingin kita menyimpan amarah terlalu lama? Tuhan mengingatkan kita, “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.” Itu artinya, Tuhan ingin kita cepat mengendalikan diri dan meredakan kemarahan sebelum menjadi lebih buruk.

Penguasaan diri adalah kunci untuk meredakan amarah sebelum hal-hal menjadi lebih buruk. Jika kita terus menyimpan amarah, itu bisa merusak hubungan kita dengan orang lain. Jadi, mari kita belajar untuk cepat mengampuni dan tidak membiarkan kemarahan menguasai hati kita.

Mulai hari ini, saat kamu merasa marah, ingatlah untuk berdoa dan minta kekuatan kepada Tuhan untuk mengendalikan dirimu. Bapa pasti senang melihat anak-anak-Nya memilih jalan damai. Yuk, Sobat Junior, kita belajar lebih cepat meredakan amarah dan hidup dengan hati yang penuh kasih!

Card image
Truth Youth 21 Desember 2024 (English Version) - TESTIMONY
2024-12-21 18:13:48


"Let your light shine before others, that they may see your good deeds and glorify your Father in heaven." (Matthew 5:16)

The goodness that we have received from God, allowing us to experience life up to this moment, is something we can never repay. Repaying God’s goodness is impossible because He has given us the priceless gift of life itself. God doesn’t demand that we repay His goodness, but through our grateful hearts, His goodness should be visible in our lives, especially to others. How do we testify to God’s goodness?

Being a witness to God’s goodness is our primary task as the light that should be seen and felt by everyone in need. Consider this illustration: a young person walking at night with a small lantern. The light from the lantern is not very bright, but it helps to light the way. When someone lost in the darkness of the night sees the lantern's light, they can follow it and find their way home safely. This illustrates how even a small act of kindness can bring salvation to someone.

For example, if a hungry street child or an elderly man begging for food is helped by you, and you give them something to eat, you help them overcome their hardship that day. You become an instrument of God’s care for His creation, helping the elderly man in his time of need.

In conclusion, the kindness we show to others is a true form of thanksgiving, as it demonstrates our care for God’s creation, which He continues to sustain. God preserves His creation, and we, having received His goodness, are the means by which He cares for others.

WHAT TO DO:
- Learn to be thankful by giving and being generous.
- Always remind yourself that you are the light that should shine.

BIBLE MARATHON:
▪︎ James 1-5

Card image
Truth Youth 21 Desember 2024 - KESAKSIAN
2024-12-21 18:11:07


”Demikian hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga. ” (Matius 5:16)

Kebaikan yang kita telah dapatkan dari Tuhan atas kehidupan yang masih bisa dirasakan sampai detik ini merupakan hal yang tidak dapat terbalaskan. Membalas kebaikan Tuhan merupakan satu hal yang mustahil untuk kita lakukan, karena dia memberikan hadiah yang tidak ternilai harganya yaitu kehidupan itu sendiri. Tuhan tidak menuntut kita untuk membalas kebaikan-Nya, tetapi secara otomatis lewat rasa ucapan syukur kita, kebaikan Tuhan harus bisa disaksikan dalam hidup kita, terutama kepada sesama makhluk yaitu manusia. Bagaimana memberi kesaksian atas kebaikan Tuhan?

Menjadi saksi atas kebaikan Tuhan tentu merupakan tugas utama kita sebagai terang yang bisa dilihat dan dirasakan oleh setiap orang yang membutuhkan. Ilustrasi, seorang pemuda yang berjalan pada malam hari sambil membawa sebuah lentera kecil. Cahaya lentera kecil tersebut tidak terlalu terang, tetapi itu sudah sangat membantunya untuk menerangi jalan, nah, saat ada seorang yang tersesat di tengah gelapnya malam melihat terang dari lentera tersebut, ia bisa melihat dan mengikuti terang tersebut dan pulang dengan selamat. Ilustrasi tersebut menggambarkan bahwa satu kebaikan kecil bisa mendatangkan keselamatan bagi seseorang. Seandainya ada satu anak jalanan kelaparan atau seorang kakek tua yang mengemis meminta pertolongan karena sudah tidak bisa menahan lapar, tetapi karena kamu dengan sigap memberi pertolongan dan memberi makan, kakek tersebut berhasil melewati masa kesusahannya hari itu juga dan kamu menjadi alat Tuhan untuk memelihara ciptaan-Nya yaitu seorang kakek yang kelaparan pada hari itu.

Sebagai penutup, kebaikan yang diberikan kepada sesama manusia lain merupakan tanda ucapan syukur yang benar, karena kita peduli terhadap ciptaan Tuhan yang juga Ia terus pelihara. Tuhan memelihara ciptaan-Nya yang lain tentu sarananya adalah kita yang telah menerima kebaikan dari-Nya juga.

WHAT TO DO:
1.Belajar mengucap syukur dengan memberi dan tidak pelit
2.Ingatkan selalu dirimu, bahwa kamu adalah terang yang harus bercahaya

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yakobus 1-5

Card image
Renungan Pagi - 21 Desember 2024
2024-12-21 18:03:54


Kristus adalah hadiah terindah, Dia adalah hadiah terbaik dan Dia adalah hadiah termahal, karenanya demi apapun kita harus rela tinggalkan agar mendapatkan Kristus, karena jika kita memiliki Kristus, berarti memiliki segala-galanya. Seperti yang dilakukan oleh para gembala setelah mendapatkan kabar dari malaikat Tuhan.

"Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita."

Kristus adalah hadiah terindah, terbaik dan termahal dari Bapa bagi anak-anak-Nya, karena itu tidak ada alasan untuk bersungut-sungut, tetapi setiap kita harus berkata terima kasih buat Betlehem, terima kasih untuk Immanuel, terima kasih karena Allah mau turun mencari kita. Dan kasih-Nya dinyatakan lewat kelahiran-Nya di dunia."
(Lukas 2:15)

Card image
Quote Of The Day - 21 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-21 17:43:45


Ada yang lebih besar dari uang karena uang seberapapun tetap bisa dihitung, tapi ada yang tidak bisa dihitung dan bisa unlimited, yaitu hati kita yang mencintai Tuhan sepenuhnya sampai kita tidak menghargai nyawa kita sendiri.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 21 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-21 17:42:24


Untuk melakukan kehendak Bapa, seseorang tidak bisa lagi melakukan kehendak diri sendiri. Sebab prinsipnya adalah: “Baik kamu makan, minum, atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah.”

Card image
ENDING THE PATH OF LIFE - 21 Desember 2024 (English Version)
2024-12-21 17:40:30


When we read the Gospel and what the Lord Jesus teaches, Christianity profoundly disrupts and threatens the normal course of human life. Yet this is true Christianity. Because when someone becomes a follower of Jesus, they end their former way of life. All life principles, philosophies, ambitions, pleasures, and desires must be crucified together with Jesus. As the Bible says, we die to the world and live for Christ. Notice, in the Gospel, Jesus did not baptize with water but with the Holy Spirit. Baptism symbolizes death. As stated in Romans 6:4, "We were therefore buried with Him through baptism into death in order that, just as Christ was raised from the dead through the glory of the Father, we too may live a new life."

Speaking of baptism, it is not inherently a Christian tradition. Before Jesus was born in Bethlehem and even during His time, there was a baptism called proselyte baptism. Gentiles or non-Jews who wished to become part of the Jewish community had to be baptized. Through this baptism, non-Jews had to adopt the Jewish way of life. And we know how unique the Jewish lifestyle is-they had to be circumcised, follow dietary laws, and even wear clothing made of materials considered clean. They were required to live according to the Law, tithe, and so on. Their lives underwent a 180-degree transformation, making them alien to their non-Jewish surroundings.

Then we learn about John's baptism. John was sent by God to baptize people so that they would live according to the law and the spirit of the law. John the Baptist’s baptism, as the son of Elizabeth, was a baptism of repentance, so that the Israelites would live morally upright lives, consistently adhering to the Law of Moses. This prepared them to hear the Gospel, which surpasses the Law in quality-the Gospel emphasizes the inner man. Thus, when it is said that John prepared the way for the Lord, it means that those who did not produce good fruits of repentance were urged to bear such fruits. That’s why those who came to John were challenged to produce the fruits of repentance.

However, the baptism of the Holy Spirit is different. A person must enter into a new life—a life as children of God, categorized as coming from above. Jesus gave us an example of how to live as children of God. That’s why the Word of God commands us to be conformed to Jesus. This is absolute; we must be like Jesus. In other words, we must do the will of the Father. For those who do not do the Father’s will shall not enter the Kingdom of Heaven. In Matthew 7:21–23, Jesus said, “Depart from Me, you evildoers. Not everyone who says to Me, ‘Lord, Lord,’ will enter the kingdom of heaven, but only the one who does the will of My Father.”

To do the will of the Father, one can no longer follow their own desires. The principle is: "Whether you eat or drink or whatever you do, do it all for the glory of God." Becoming a believer means surrendering 100% of one's life, as Jesus said in Matthew 6:24, "You cannot serve two masters." Yet Christianity has declined over the centuries, marked by conflicts among Christians, even to the point of killing one another and exclusion, things that Jesus never taught. Even today, we see the legacy of Christians possessed by demons, though outwardly they may appear righteous. They are educated in theology, hold doctorates, yet their words are not those of children of God. Their attitudes toward others are not godly but resemble those of murderers-killing reputations, destroying character, insulting, and belittling others.

However, the baptism of the Holy Spirit is different. A person must enter into a new life-a life as children of God, categorized as coming from above. Jesus gave us an example of how to live as children of God. That’s why the Word of God commands us to be conformed to Jesus. This is absolute; we must be like Jesus. In other words, we must do the will of the Father. For those who do not do the Father’s will shall not enter the Kingdom of Heaven. In Matthew 7:21–23, Jesus said, “Depart from Me, you evildoers. Not everyone who says to Me, ‘Lord, Lord,’ will enter the kingdom of heaven, but only the one who does the will of My Father.”

If we read the Gospel, all who were called to follow Jesus were people who had truly lost their own lives and fully followed Jesus. But Christianity became corrupted by compromises with normal human life. Israel was not meant to be our life model. While they worshiped the true God, Elohim Yahweh, their focus remained on fulfilling physical needs. Their projection was still on the earthly Canaan. In contrast, believers are called to live a new life as children of God, which can only happen if they are led by the Holy Spirit. That is why we are baptized, immersed in the Holy Spirit. Therefore, being baptized is not merely about reaching an age deemed appropriate for baptism, as if it is just a requirement for becoming a "safer" Christian.

When someone becomes a follower of Jesus, they end their former way of life. All life principles, philosophies, ambitions, pleasures, and desires must be crucified together with Jesus.

Card image
MENGAKHIRI JALAN HIDUP - 21 Desember 2024
2024-12-21 17:36:10


Kalau kita membaca Injil, apa yang diajarkan Tuhan Yesus, kekristenan itu sangat membahayakan dan mengancam kehidupan normal manusia. Tapi inilah kekristenan yang benar. Sebab ketika seorang menjadi pengikut Yesus, dia mengakhiri jalan hidupnya. Semua prinsip hidup, filosofi, cita-cita, kesenangan, keinginan itu harus disalibkan bersama-sama dengan Yesus. Yang Alkitab katakan bahwa kita mati bagi dunia dan hidup bagi Kristus. Perhatikan, di dalam Injil, Yesus tidak membaptis dengan air, tetapi membaptis dengan Roh Kudus. Baptisan itu lambang kematian. Seperti yang dikatakan di dalam Roma 6:4, "Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru."

Bicara mengenai baptisan, sejatinya itu bukan tradisi Kristen. Sebelum zaman Yesus lahir di Betlehem dan juga sejak zaman Yesus sudah lahir di Betlehem, ada baptisan yang disebut baptisan proselit. Orang yang bukan orang Yahudi, atau orang non-Yahudi, jika menjadi warga Yahudi, mereka harus dibaptis. Dengan baptisan itu, maka orang non-Yahudi tersebut harus hidup dengan cara hidup orang Yahudi. Dan kita tahu, betapa uniknya kehidupan orang Yahudi itu. Harus disunat, bukan hanya makanan, pakaiannya pun juga harus terbuat dari bahan-bahan yang dikategorikan halal. Mereka harus hidup menuruti Taurat, memberi perpuluhan, dan lain sebagainya. Hidupnya berubah 180 derajat, jadi asing di lingkungan orang-orang non-Yahudi.

Lalu, kita mengenal baptisan Yohanes. Yohanes diutus Tuhan untuk membaptis orang-orang supaya hidup menurut hukum, sesuai dengan jiwa hukum itu. Baptisan Yohanes, anak Elisabet, adalah baptisan pertobatan agar manusia atau orang Israel waktu itu bermoral baik, hidup sesuai dengan Hukum Taurat secara konsekuen dan konsisten. Dan itu sebagai persiapan untuk mendengar Injil yang memiliki kualitas lebih tinggi dari Hukum Taurat; Injil yang menekankan batiniah. Jadi, kalau dikatakan bahwa Yohanes mempersiapkan jalan bagi Tuhan, artinya manusia-manusia yang tidak menghasilkan buah-buah pertobatan yang baik harus menghasilkan buah-buah pertobatan yang baik. Itulah sebabnya, orang-orang yang datang, ditantang oleh Yohanes Pembaptis untuk menghasilkan buah pertobatan.

Tetapi, baptisan Roh Kudus, beda. Orang harus masuk dalam kehidupan baru, kehidupan sebagai anak-anak Allah, kehidupan orang-orang yang dikategorikan sebagai berasal dari atas. Dan Tuhan Yesus memberi teladan bagaimana hidup sebagai anak-anak Allah. Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan agar kita menjadi serupa dengan Yesus. Dan itu merupakan satu hal yang mutlak, harus serupa dengan Yesus. Dengan kalimat lain, harus melakukan kehendak Bapa. Sebab orang yang tidak melakukan kehendak Bapa, tidak akan masuk Kerajaan Surga. Dalam Matius 7:21-23 Yesus berkata, _“Enyahlah kamu daripada-Ku, kamu yang berbuat jahat, karena bukan orang yang berseru kepada-Ku, Tuhan, Tuhan, yang masuk surga, tapi orang yang melakukan kehendak Bapa.”_

Untuk melakukan kehendak Bapa, seseorang tidak bisa lagi melakukan kehendak diri sendiri, sebab prinsipnya adalah: “Baik kamu makan, minum, atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah.” Menjadi orang percaya itu menjadi orang yang hidupnya direnggut 100%, dan itu dikatakan Tuhan Yesus di Matius 6:24, "Kamu tak dapat mengabdi kepada dua tuan." Namun kekristenan telah mengalami kemerosotan selama berabad-abad, dan itu ditandai dengan pertikaian antar orang Kristen sampai pada bunuh-membunuh, kucil-mengucilkan, hal mana sama sekali tidak diajarkan oleh Yesus. Sampai sekarang kita melihat warisan dari orang-orang Kristen yang kerasukan setan, walaupun mereka orang baik-baik. Mereka sekolah teologi, bergelar doktor, tapi ucapan mereka bukan ucapan anak-anak Allah. Sikap mereka terhadap orang lain bukan sikap anak-anak Allah. Itu sikap pembunuh; membunuh nama baik, membunuh karakter orang, menghina, merendahkan orang, dan lain sebagainya.

Kalau kita membaca Injil, semua yang dipanggil untuk mengikut Yesus, itu orang yang benar-benar telah kehilangan hidup dan sepenuhnya mengikut Yesus. Tapi kekristenan menjadi rusak oleh kompromi-kompromi kehidupan wajar yang dimiliki manusia. Bangsa Israel itu bukan model hidup kita. Mereka memang menyembah Allah yang benar, Elohim Yahweh, tetapi fokus hidup mereka masih pada pemenuhan kebutuhan jasmani. Proyeksi mereka masih tanah Kanaan dunia ini. Sedangkan orang percaya harus hidup baru sebagai anak-anak Allah, yang mana itu bisa terjadi atau berlangsung kalau ia dipimpin Roh Kudus. Maka kita dibaptis, ditenggelamkan di dalam Roh Kudus. Jadi, kalau kita memberi diri dibaptis, itu bukan karena sekadar kita sudah punya umur cukup untuk dibaptis, seakan-akan syarat untuk menjadi Kristen yang lebih aman.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KETIKA SEORANG MENJADI PENGIKUT YESUS, DIA MENGAKHIRI JALAN HIDUPNYA. SEMUA PRINSIP HIDUP, FILOSOFI, CITA-CITA, KESENANGAN, KEINGINAN ITU HARUS DISALIBKAN BERSAMA-SAMA DENGAN YESUS.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 Desember 2024
2024-12-21 17:28:46

Ibrani 1-6

Card image
Renungan Pagi - 20 Desember 2024
2024-12-20 18:35:34


Yesus meninggalkan sorga untuk keselamatan kita, IA lakukan itu bukan karena kita baik, tetapi semata-mata karena kasih-Nya yang membuat IA rela datang ke dunia dan mengorbankan diri-Nya di atas kayu salib. Kelahiran-Nya kedunia ditandai dengan kehadiran malaikat Tuhan dipadang Efrata yang memberitakan kesukaan besar bagi seluruh bangsa, sebab telah lahir Juruselamat dunia.

Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus Tuhan, di kota Daud." Sebagai orang percaya tidak ada alasan untuk kita tidak bersukacita, sebab Allah telah menyatakan kesukaan besar yang tiada terukur di dalam Kristus.
(Lukas 2:10-11)

Card image
Quote Of The Day - 20 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-20 18:34:04


Kemenangan Yesus menjadi akses kita menemukan Bapa dan bisa mengalami kemenangan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 20 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-20 18:33:14


Jangan meragukan Tuhan, walaupun kondisi kita seperti berjalan di pinggir tebing jurang. Malaikat-malaikat-Nya pasti menjagai, kita tidak akan jatuh.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 Desember 2024
2024-12-20 18:30:56

1 Petrus 1-5

Card image
THE OPPORTUNITY TO POSSESS AND BE POSSESSED BY GOD - 20 Desember 2024 (English Version)
2024-12-20 18:24:49


We must be honest with ourselves; hidden pride, materialism, dishonesty, and everything unworthy should be brought before God. We ask God to shape and educate us. And we must never stop changing. Never stop learning. We want to walk with God, and God demands that we be very clean, very holy, and very sincere. When we were younger, still somewhat pure, God walked with us. We cast out demons, and the demons scrambled to fight us, even though we weren’t fully clean. But as we grow older, we must be truly pure, our hearts must be sincere, with no evil toward others, honesty, sincerity, loyalty to our spouse, and so on-things that cannot be expressed in words.

So, if we are still speaking ill of others behind their backs, we are far from holiness. We don’t need to be angry; we must be calm. God wants us to be perfect as He is perfect. The Israelites were taught by God to become a civilized nation, to follow the Law of Moses, but we are taught to be of one heart and mind with God, to dwell in Him, and He in us. This means our condition must be clean, perfect as the Father is perfect, and like Jesus. This is absolute. When we possess God, we possess everything. But we cannot possess God if we are not of the same mind and feeling as He is. Because God cannot have us either, if we are not of the same mind and feeling as He is. And each of us has the opportunity to possess God and be possessed by God. But we must be clean and not suspect God, no matter what happens.

If we are not truly willing to live a holy life, we do not truly trust God. We suspect Him. If we truly believe in God, we fully trust Him and are willing to give ourselves entirely. If someone still loves the world and thinks having this or that will make them happier, it means they have not fully trusted God, they do not believe in the new heaven and the new earth, which are more beautiful. If God makes our life difficult, it is so that we will not become attached to this world, and this is only for those whom God can trust. After being taught by God, we will no longer feel at home in this world; we will feel broken-hearted with the world. Then God will give many blessings, and those blessings will not be used for ourselves, but we will definitely use them for God's work.

Do not doubt God, even if our situation feels like walking on the edge of a cliff. His angels will certainly guard us, and we will not fall. Once we trust His person, we want to think and feel the same way as Him. We do not think of profit or loss. What we think of is how to please God. It is not just about not committing major moral sins, but also about avoiding small, subtle sins that only the Holy Spirit can reveal to us. Surely there are thorns in our flesh-whether in family, health, or physical life-but do not doubt God. Learn to trust His person, and then learn to live clean. Once we become pastors, especially doctors, it is so difficult to change. Especially when we have established doctrines, live comfortably, and have followers. The standard for Christians is with all our heart, soul, mind, and strength.

For this reason, Jesus said, "If you do not renounce all that you have, you cannot be My disciple. I cannot change you; your quality will remain low. And if your quality is low, I cannot write you in My heart.” Those whose names are written in God’s heart are those who live with high quality; not necessarily those who graduate from a theological school, pastors, skillful, or intelligent, but those whose hearts are not attached to the world. They no longer expect anything from the world, they have no worldly pleasures. If God is our only pleasure, then we can become God's eternal lovers. Therefore, what we must fear most, and what we must avoid, is perishing in the wilderness on the journey and not reaching the Heavenly Promised Land. For this reason, we must have the right position. We must be brave enough to genuinely seek God, truly prioritize God, sincerely live holy lives, and truly discard everything that does not please God. So, we must be brave enough to say, "Lord, if there is still any sin I commit, no matter how small or subtle, please let me know. I want to repent and change."

WHEN WE POSSESS GOD, WE POSSESS EVERYTHING. BUT WE CANNOT POSSESS GOD IF WE ARE NOT OF THE SAME MIND AND FEELING AS HE IS.

Card image
KESEMPATAN UNTUK MEMILIKI DAN DIMILIKI TUHAN - 20 Desember 2024
2024-12-20 18:22:13


Kita harus jujur dengan diri sendiri; kesombongan-kesombongan terselubung, materialisme, ketidakjujuran, dan segala sesuatu yang tidak patut harus kita bawa kepada Tuhan. Dan kita minta Tuhan membentuk dan mendidik kita. Dan jangan berhenti berubah. Jangan berhenti belajar. Kita mau berjalan dengan Tuhan dan Tuhan menuntut kita harus sangat bersih, sangat suci, sangat tulus. Dulu waktu kita masih muda, masih setengah-setengah suci, Tuhan masih berjalan dengan kita. Kita usir setan, setan kalang kabut lawan kita. Padahal, kita belum bersih total. Tapi menjelang tua, makin tua, kita harus sangat bersih, hati kita harus sangat tulus, tidak ada kejahatan terhadap orang, kejujuran, ketulusan, kesetiaan kepada pasangan hidup dan lain sebagainya yang tidak bisa dibahasakan dengan kata-kata.

Jadi, kalau kita masih membicarakan orang di belakang, itu jauh dari kekudusan. Kita tidak perlu marah, kita harus teduh. Tuhan mau kita sempurna seperti Dia sempurna. Kalau bangsa Israel dididik Tuhan untuk menjadi bangsa yang beradab, melakukan Hukum Taurat, tapi kita diajar untuk sehati sepikiran dengan Allah, tinggal di dalam Dia, Dia di dalam kita. Itu berarti keadaan kita harus bersih, sempurna seperti Bapa, serupa dengan Yesus. Itu mutlak. Ketika kita memiliki Tuhan, kita memiliki segala-galanya. Tapi kita tidak dapat memiliki Tuhan kalau kita tidak sepikiran dan seperasaan dengan Dia. Karena Tuhan juga tidak bisa memiliki kita, kalau kita tidak sepikiran dan seperasaan dengan Dia. Dan setiap kita punya kesempatan untuk memiliki Tuhan dan dimiliki Tuhan. Namun kita harus bersih dan jangan mencurigai Tuhan, apa pun yang terjadi.

Kalau kita tidak sungguh-sungguh mau hidup suci, sejatinya kita tidak percaya sepenuhnya kepada Tuhan. Kita mencurigai Tuhan. Kalau kita percaya Tuhan, sungguh-sungguh kita memercayai Dia, kita mau all out. Kalau orang masih mencintai dunia dan berpikir punya ini itu dia akan lebih bahagia, artinya dia belum percaya kepada Tuhan dengan sepenuh hati, dia belum percaya ada langit baru, bumi baru yang lebih indah. Kalau Tuhan membuat hidup kita susah, dibuat sulit, hal itu supaya kita tidak betah di bumi ini, dan sebenarnya ini hanya untuk orang-orang yang bisa dipercayai Tuhan. Setelah dia diajar Tuhan, tidak merasa betah di bumi, dia merasa broken heart dengan dunia. Baru Tuhan kasih banyak berkat, dan berkat itu tidak akan dipakai dia sendiri, dia pasti pakai untuk pekerjaan Tuhan.

Jangan meragukan Tuhan, walaupun kondisi kita seperti berjalan di pinggir tebing jurang. Malaikat-malaikat-Nya pasti menjagai, kita tidak akan jatuh. Setelah kita memercayai pribadi-Nya, kita mau sepikiran, seperasaan dengan Dia. Tidak pikir untung rugi. Yang kita pikir, bagaimana menyenangkan Tuhan. Bukan hanya tidak melakukan dosa moral yang besar, tapi dosa yang kecil-kecil, yang tipis-tipis, yang hanya Roh Kudus yang bisa beri tahu pun tidak kita lakukan. Pasti ada duri dalam daging kita; dalam keluarga, kesehatan, kehidupan jasmani. Tapi, jangan meragukan Tuhan. Belajar memercayai pribadi-Nya, lalu belajar, agar kita hidup bersih. Kalau sudah jadi pendeta, apalagi doktor, betapa sulitnya diubah. Apalagi kalau sudah memiliki pakem, doktrin, sudah nyaman hidup, sudah punya pengikut. Standar orang Kristen itu segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan.

Yang untuk itu, Yesus berkata, "Kalau kamu tidak melepaskan dirimu dari segala milikmu, kamu tak dapat jadi murid-Ku. Kamu tidak bisa Kuubah, kualitasmu tetap rendah. Dan kalau kualitasmu rendah, kamu tidak bisa Kutulis di hati-Ku.” Orang-orang yang namanya ditulis di hati Tuhan adalah mereka yang hidupnya berkualitas tinggi; bukan harus lulusan Sekolah Tinggi Teologi, pendeta, cakap, pintar, melainkan yang hatinya tidak tertaruh di dunia. Tidak ada yang diharapkan lagi di dunia, tidak punya kesenangan dunia. Jika Tuhan menjadi satu-satunya kesenangan, baru kita bisa menjadi kekasih abadi Tuhan. Maka yang harus paling kita takuti, dan kita harus hindari, jangan sampai kita tewas di padang gurun, di perjalanan, dan tidak sampai ke tanah Kanaan Surgawi. Karenanya, kita harus memiliki posisi yang tepat. Harus berani untuk sungguh-sungguh mencari Tuhan, sungguh-sungguh mengutamakan Tuhan, sungguh-sungguh hidup suci, sungguh-sungguh membuang semua yang Tuhan tidak berkenan. Jadi, kita harus berani berkata, "Tuhan, jika masih ada dosa yang kulakukan, sekecil apa pun dosa itu, sehalus apa pun dosa itu, beri tahu aku. Aku mau bertobat dan berubah."

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KETIKA KITA MEMILIKI TUHAN, KITA MEMILIKI SEGALA-GALANYA. TAPI KITA TIDAK DAPAT MEMILIKI TUHAN KALAU KITA TIDAK SEPIKIRAN DAN SEPERASAAN DENGAN DIA.

Card image
Truth Kids 19 Desember 2024 - IN GOD’S TIME
2024-12-19 19:01:26


Mazmur 27:14
”Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!”

"Hmm... kok doaku belum dijawab juga, ya?" pikir Nia sambil menatap langit-langit kamarnya. Sudah berminggu-minggu Nia berdoa minta diberikan teman baru di sekolah, tetapi sampai sekarang belum ada yang mendekatinya. "Mungkin Tuhan tidak dengar doa aku..." gumamnya pelan. Tapi Nia teringat kata-kata mama, "Tuhan selalu mendengar doa kita, Nak. Dia tahu kapan waktu yang tepat untuk menjawabnya." Nia menarik napas panjang dan berusaha bersabar. "Oke, aku percaya sama Tuhan. Ia pasti punya rencana terbaik."

Sobat Kids, pernahkah kalian merasa kesal atau sedih saat doa kalian belum dijawab? Rasanya menunggu itu berat sekali, ya? Tapi tahukah kalian, penguasaan diri sangat penting saat kita menunggu jawaban doa? Kadang, kita ingin segalanya cepat terjadi, tetapi Tuhan tahu apa yang kita butuhkan dan kapan waktu yang terbaik. Jadi, jangan menyerah, ya! Teruslah berdoa dan percayalah pada Tuhan. Ketika waktunya tiba, kalian akan melihat bahwa rencana Tuhan jauh lebih indah daripada yang kalian bayangkan. Sabar ya, Sobat Kids!

Card image
Truth Junior 19 Desember 2024 - MENUNGGU JAWABAN DOA
2024-12-19 18:59:12


Mazmur 27:14
”Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!”

Sobat Junior, pernah tidak, kalian merasa bingung saat menunggu sesuatu yang penting? Atau merasa gelisah saat menunggu sesuatu yang kalian doakan? Mungkin kalian berharap cepat-cepat mendapat jawaban, tapi kok rasanya lama, ya? Sebenarnya, menunggu bukan hal yang mudah, tapi ada rahasianya! Penguasaan diri diperlukan saat kita menunggu jawaban doa, karena Tuhan tahu waktu yang tepat untuk memberikan yang terbaik buat kita.

Bayangkan menjadi Hana, ibu dari Samuel. Hana berdoa dengan tekun selama bertahun-tahun meminta seorang anak. Meskipun orang-orang di sekitarnya mengejeknya, namun dia tidak pernah menyerah atau bertindak di luar kehendak Tuhan. Dalam 1 Samuel 1, Hana terus berdoa dengan sabar dan penuh penguasaan diri, sampai akhirnya Tuhan menjawab doanya dan memberikan Samuel sebagai anak yang ia nantikan. Walaupun penantiannya sangat lama, Hana berusaha tetap mengendalikan diri dalam menunggu waktu Tuhan.

Saat kalian menunggu jawaban atas doa, entah itu mengenai sesuatu yang kamu inginkan, teman, atau impian, belajarlah untuk sabar. Penguasaan diri sangat penting agar kita bisa terus berharap pada waktu Tuhan. Mungkin terasa lama, karena terkadang Tuhan tidak segera menjawab, tapi Tuhan pasti punya rencana indah untuk kita.

Coba deh, saat kamu merasa tidak sabar, ingat untuk tetap berdoa dan percaya bahwa Tuhan tahu yang terbaik. Tetaplah bersikap positif dan lakukan hal-hal baik sambil menunggu jawaban doa. Seperti Hana yang akhirnya mendapat kebahagiaan besar, kamu juga akan melihat hasil dari kesabaran dan penguasaan dirimu! Dalam situasi yang tidak pasti, tentunya kita akan merasa tidak tenang, gelisah, dan penuh curiga. Kalau kita ingat 4 tahun lalu, wabah Covid-19 yang menyebabkan situasi seluruh dunia berubah, menghadapi ketidakpastian karena virus. Semua negara melakukan lockdown, semua aktivitas kita dialihkan di rumah, dan kita semua begitu berjaga-jaga akan kesehatan kita supaya tidak tertular virus ini. Coba kita renungkan kembali, pada masa-masa itu, apa yang ada di dalam pikiran kita, bagaimana respons kita dulu. Apakah kita kesal, marah, karena tidak bisa main keluar bersama teman-teman kita semau kita. Atau sebaliknya, kita tahu dan percaya bahwa suatu hari, semua hal ini akan berlalu dan kita mampu melewatinya karena kita duduk diam di kaki Tuhan.

Sebuah ayat yang begitu menguatkan saat kita mengalami ketidakpastian, Roma 8:28 mencatat bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia. Kita perlu tahu dulu di dalam hati dan benak kita, bahwa dalam ketidakpastian, hanya ada satu hal yang pasti yaitu Allah dan pekerjaan tangan-Nya. Apa pun yang sedang kita alami, ingatlah bahwa Allah mengizinkan segala sesuatu terjadi untuk kebaikan kita. Kita pun harus memahami bahwa demi kebaikan kita bukan berarti supaya kehidupan kita baik-baik saja, tapi Allah yang lebih mengerti kalau kita akan menjadi lebih baik saat kita diterpa situasi seperti apa. Allah begitu peduli akan keselamatan kita nanti di Langit dan Bumi yang Baru bukan kehidupan baik di dunia saja. Oleh karena itu, apa pun yang sedang kita alami, perubahan hidup, ketidakpastian, tapi satu hal kita gak boleh mencurigai Tuhan, kita harus tetap percaya bahwa segala sesuatunya demi kebaikan kita kelak.

WHAT TO DO:
Belajar untuk tidak curiga kepada Tuhan, walaupun situasi hidup kita sedang bergejolak.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ibrani 5-8

Card image
Truth Youth 19 Desember 2024 (English Version) - SUSPICIOUS BUT TRUSTING
2024-12-19 18:57:11


"And we know that in all things God works for the good of those who love Him, who have been called according to His purpose." (Romans 8:28)

In uncertain situations, we often feel uneasy, anxious, and suspicious. If we think back to four years ago, the COVID-19 pandemic completely altered the world, as we faced uncertainty due to the virus. All countries went into lockdown, our activities moved indoors, and we all became very cautious about our health to avoid getting infected. Let’s reflect on those times—what were our thoughts and responses back then? Were we frustrated and angry about not being able to go out and hang out with friends as usual? Or did we trust and believe that one day this would all pass, and we would get through it because we sat quietly at the feet of God?

A verse that strengthens us in times of uncertainty is Romans 8:28, which reminds us that God works in all things for the good of those who love Him. We must first acknowledge in our hearts that in the midst of uncertainty, there is only one certainty: God and His work. Whatever we are experiencing, remember that God allows everything to happen for our good. It’s important to understand that God’s “good” doesn’t always mean life will be comfortable, but that He knows we will be better for having gone through difficult situations. God cares about our salvation, both in the heavenly and earthly realms, not just about comfort on this earth.

Therefore, no matter what we’re going through—life changes, uncertainty—one thing we should never do is doubt God. We must continue to trust that everything is happening for our ultimate good.

WHAT TO DO:
- Learn to trust God, even when our lives are in turmoil and uncertain.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hebrews 5-8

Card image
Truth Youth 19 Desember 2024 - CURIGA NAMUN PERCAYA
2024-12-19 18:55:20


”Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. ”_ (Roma 8:28)

Dalam situasi yang tidak pasti, tentunya kita akan merasa tidak tenang, gelisah, dan penuh curiga. Kalau kita ingat 4 tahun lalu, wabah Covid-19 yang menyebabkan situasi seluruh dunia berubah, menghadapi ketidakpastian karena virus. Semua negara melakukan lockdown, semua aktivitas kita dialihkan di rumah, dan kita semua begitu berjaga-jaga akan kesehatan kita supaya tidak tertular virus ini. Coba kita renungkan kembali, pada masa-masa itu, apa yang ada di dalam pikiran kita, bagaimana respons kita dulu. Apakah kita kesal, marah, karena tidak bisa main keluar bersama teman-teman kita semau kita. Atau sebaliknya, kita tahu dan percaya bahwa suatu hari, semua hal ini akan berlalu dan kita mampu melewatinya karena kita duduk diam di kaki Tuhan.

Sebuah ayat yang begitu menguatkan saat kita mengalami ketidakpastian, Roma 8:28 mencatat bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia. Kita perlu tahu dulu di dalam hati dan benak kita, bahwa dalam ketidakpastian, hanya ada satu hal yang pasti yaitu Allah dan pekerjaan tangan-Nya. Apa pun yang sedang kita alami, ingatlah bahwa Allah mengizinkan segala sesuatu terjadi untuk kebaikan kita. Kita pun harus memahami bahwa demi kebaikan kita bukan berarti supaya kehidupan kita baik-baik saja, tapi Allah yang lebih mengerti kalau kita akan menjadi lebih baik saat kita diterpa situasi seperti apa. Allah begitu peduli akan keselamatan kita nanti di Langit dan Bumi yang Baru bukan kehidupan baik di dunia saja. Oleh karena itu, apa pun yang sedang kita alami, perubahan hidup, ketidakpastian, tapi satu hal kita gak boleh mencurigai Tuhan, kita harus tetap percaya bahwa segala sesuatunya demi kebaikan kita kelak.

WHAT TO DO:
Belajar untuk tidak curiga kepada Tuhan, walaupun situasi hidup kita sedang bergejolak.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ibrani 5-8

Card image
Renungan Pagi - 19 Desember 2024
2024-12-19 18:50:31


Orang majus tidak pernah tahu seberapa jauh mereka harus berjalan untuk menjumpai Yesus, gembala-gembala di padang rela meninggalkan kawanan dombanya demi berjumpa dengan Yesus. Bagaimana dengan kita, orang percaya yang telah diselamatkan? Bukankah seharusnya lebih menghargai kasih karunia Allah.

"Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini."

Saat ini apakah persembahan terbaik kita buat Yesus di hari Natal? Tuhan Yesus tidak membutuhkan emas, kemenyan dan mur, tetapi Tuhan Yesus mau kita mengalami perjumpaan secara pribadi dengan DIA dan membangun hubungan intim dengan Yesus setiap hari.
(Titus 2:11-12)

Card image
Quote Of The Day - 19 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-19 18:48:05


Tidak mungkin seorang yang menikmati damai sejatera Tuhan tidak memiliki kerinduan untuk serupa dengan Tuhan Yesus.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 19 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-19 18:29:54


Memang Tuhan ingin keadaan kita baik-baik, tetapi Tuhan harus membuat keadaan kita kurang baik—bahkan tidak baik—demi berkat abadi yang Dia sediakan bagi kita.

Card image
HE WILL NEVER HURT ME - 19 Desember 2024 (English Version)
2024-12-19 18:26:36


For every person who is chosen by God and who sincerely seeks Him, their life will not always be smooth and good outwardly; meaning, God does not make their life free of problems. Indeed, God wants our circumstances to be good, but He must sometimes allow our situation to become less than ideal-even difficult-for the eternal blessings He provides for us. Pay attention to this and plant it deeply in your heart because it is a key to a successful life. We will often encounter confusing situations where God desires us to trust in His person by pleasing or satisfying His heart. So, when God makes a kind of "game," for example, when He allowed Joseph to fall into hardship, getting worse and worse, Joseph never abandoned his trust in God. And this is proven by his obedience and faithfulness to God, Elohim Yahweh. Though the reality of life experienced by Joseph contradicts the dream he got.

And what about Abraham? How God allowed him to wait 25 years before having descendants, after promising that his descendants would be as numerous as the stars in the sky and the sands on the shore. Abraham even changed his name from Abram to Abraham. Similarly, with David-imagine the feelings of David, anointed by Samuel in front of the children of Jesse, yet his life became more and more difficult. His life was hanging by a thread. He pretended to be insane, and even crossed over to the enemies of Israel, the Philistines, to whom he had once defeated their hero, Goliath. Not to mention, in Ziklag, where his entire family and possessions, along with those of his loyal men, disappeared without a trace.

This is very fun, but the price is expensive, forcing us to doubt God, potentially leading us to suspect Him. One thing we must say and believe: "He will never hurt me." If a doctor hurts a patient, it is for healing. The correct phrase is: "You will never hurt me. You will never betray me. You remain faithful to me, even though the circumstances around me suggest that You have forsaken me. But You will never forsake me. You will never harm me." This is what pleases God: when we trust in Him, even when it seems, in our understanding, that He has left us.

First, because circumstances are often unclear, this can lead someone to abandon God. Here, we learn to know His person, His desires, His will, and His preferences. Even though we often don’t understand why our situation turns out as it does, we must still seek God day and night. We must work diligently, carefully guard our families, maintain our health-all so we can know Him and understand His heart. This way, we can align our thoughts and feelings with God. Second, doubt. This is not abandoning God outright, but being uncertain-half-hearted, not fully committed. People in this group are like gamblers. If God shows up and feels real, they welcome Him. If not, they let it go. This is the largest group: those who do not abandon God but remain half-hearted. To walk with God, to live in fellowship with Him, and to align our thoughts and feelings with Him, our hearts and minds must be clean and pure. Third, not relying on God at all. These people are proud.

Jeremiah 17:9 says, "The heart is deceitful above all things." In fact, the object of our ministry is the heart. Because God heals the heart. A heart that is still jealous, greedy for self-respect, materialism, a womanizer, a money-lover, and hidden arrogance. God knows the deepest movements of the heart and its deceitfulness. Only those who are close to God, who walk with God, will find all the diseases in their souls. So, if a fake doctor or someone who counterfeits medicine is very evil. A pastor must have such thoroughness in his life, so that he can also help heal others. Because if someone's life is clean, he walks with God, he will definitely hear God's voice.

Physical illness is easy to detect, but the wounds of the soul-spiritual sickness that hasn’t been healed-are much harder to address. These are not easily resolved by God because they require our cooperation. However, there are people whose illnesses are chronic so they need to go back and forth to the doctor. If we are aware of the wounds in our hearts, we will go back to God repeatedly-every day, sitting at His feet. Life is made difficult, and there are problems we cannot solve. Why? So we realize that life isn’t easy, but the hardest task is to cultivate our own hearts.

ONLY PEOPLE WHO ARE CLOSE TO GOD, WHO WALK WITH GOD, WILL FIND ALL THE DISEASES IN THEIR SOULS.

Card image
TIDAK AKAN PERNAH MELUKAI - 19 Desember 2024
2024-12-19 07:20:46


  Bagi setiap orang yang menjadi umat pilihan, yang mau bersungguh hati dengan Tuhan, hidupnya tidak dibuat lancar dan baik-baik secara lahiriah; dalam arti tidak dibuat Tuhan tidak bermasalah. Memang Tuhan ingin keadaan kita baik-baik, tetapi Tuhan harus membuat keadaan kita kurang baik—bahkan tidak baik—demi berkat abadi yang Dia sediakan bagi kita. Perhatikan hal ini dan tanamkan erat dalam hati karena ini menjadi kunci penting sukses hidup. Maka kita akan sering menjumpai keadaan-keadaan yang membingungkan; yaitu * Tuhan menghendaki kita memercayai pribadi-Nya.* Dengan cara menyenangkan atau memuaskan hati Tuhan. Jadi, kalau Tuhan membuat semacam “permainan.” Misalnya, Ia membiarkan Yusuf terpuruk, makin terpuruk, dan semakin terpuruk. Tapi, Yusuf tidak meninggalkan percayanya kepada Allah. Dan itu terbukti dari ketaatan dan kesetiaannya kepada Allah, Elohim Yahweh. Padahal kenyataan hidup yang dialami Yusuf bertolak belakang dari mimpi yang dia peroleh.  

Apalagi Abraham; bagaimana Tuhan membiarkan ia selama 25 tahun baru memiliki keturunan, setelah dijanjikan bahwa keturunannya akan sebanyak bintang di langit dan sebanyak pasir di laut. Abraham pun telah mengganti namanya dari Abram menjadi Abraham. Demikian juga dengan Daud, coba kita bayangkan perasaan Daud yang diurapi oleh Samuel di depan anak-anak bapak Isai, tapi hidupnya makin terpuruk. Nyawanya seperti telur di ujung tanduk. Dia pura-pura menjadi gila, dia sampai menyeberang berpihak ke musuh Israel, yaitu kepada bangsa Filistin, yang mana dia pernah merobohkan Goliat, pahlawan mereka. Belum lagi di kota Ziklag, seluruh keluarga dan harta bendanya, termasuk juga keluarga dan harta benda dari semua hulubalang dan pengikutnya yang setia, tidak tahu ke mana rimbanya.  

Ini asyik sekali, namun harganya mahal, yang memaksa kita untuk meragukan Tuhan, berpotensi kita untuk mencurigai Tuhan. Satu kalimat yang kita harus katakan dan imani, "* Dia tidak akan pernah melukai aku.* " Kalau seorang dokter melukai pasien, itu untuk menyembuhkan. Kalimat yang tepat: "Engkau tidak akan pernah mencelakai aku. Engkau tidak akan berkhianat kepadaku. Engkau tetap setia kepadaku, walaupun keadaan di sekitarku berkesimpulan Engkau meninggalkan aku. Tapi, Engkau tidak akan meninggalkan aku. Engkau tidak akan mencelakai aku." Ini menjadi kesukaan Tuhan, yaitu ketika kita memercayai Dia sekalipun dalam keadaan yang secara akal Tuhan meninggalkan kita.  

_ Yang pertama, karena keadaan tidak nyata. Itu membuat seseorang bisa meninggalkan Tuhan. Di sini kita belajar untuk mengenal pribadi-Nya, keinginan-Nya, kehendak-Nya, selera-Nya. Walau kita sering tidak mengerti mengapa keadaan kita jadi begini. Tapi kita tetap mencari Tuhan siang dan malam. Kita harus bekerja dengan giat, rajin menjaga keluarga, menjaga kesehatan, hanya supaya kita bisa mengenal Dia dan mengerti isi hati-Nya, supaya kita bisa selalu sepikiran dan seperasaan dengan Tuhan. Yang kedua, ragu-ragu. Tidak meninggalkan Tuhan, tapi ragu-ragu. Atau kalimat lain, setengah-setengah, tidak sungguh-sungguh. Orang-orang seperti ini masih seperti untung-untungan. Kalau Tuhan hadir, Tuhan nyata, kusambut. Kalau tidak, ya sudah; seperti gambling. Dan ini merupakan kelompok terbanyak. Tidak meninggalkan Tuhan, tapi setengah-setengah. Untuk bisa seiring dengan Tuhan, berjalan dengan Tuhan, hidup dalam persekutuan dengan Tuhan atau sepikiran dan seperasaan dengan Tuhan, maka hati dan pikiran kita, harus bersih dan suci. Yang ketiga, tidak mengandalkan Tuhan sama sekali.* Mereka sombong.   Yeremia 17:9 mengatakan, "Betapa liciknya hati, lebih licik dari segala sesuatu." Padahal, yang menjadi objek dari pelayanan kita adalah hati. Sebab Tuhan menyembuhkan hati. Hati yang masih iri, gila hormat, materialisme, mata keranjang, mata duitan, kesombongan terselubung. Dia harus tahu gerak hati yang terdalam, liciknya hati. Hanya orang yang dekat dengan Tuhan, yang berjalan dengan Tuhan, yang akan menemukan segala penyakit di dalam jiwanya. Maka, kalau dokter palsu itu jahat sekali, atau orang yang memalsu obat itu jahat sekali. Pendeta harus memiliki ketelitian sebegitu rupa di dalam hidupnya, supaya dia juga bisa mengobati orang. Sebab kalau seorang hidupnya bersih, dia berjalan dengan Tuhan, pasti dia mendengar suara Tuhan.  

Kalau sakit fisik itu gampang dilihatnya, tapi kalau sakit batin, belum sembuh rohaninya, itu yang sulit. Itu yang Allah tidak mudah menyelesaikan karena melibatkan kita. Namun ada orang yang sakitnya sudah kronis sehingga perlu bolak-balik ke dokter. Kalau kita sadar sakit dalam batin kita, maka kita akan bolak-balik ke Tuhan, bahkan setiap hari ada di kaki Tuhan. Hidup kita dibuat sulit, ada hal yang tidak bisa dipecahkan, mengapa? Supaya kita sadar bahwa hidup ini tidak mudah, tetapi yang lebih sulit yaitu menggarap batin kita sendiri.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono  

HANYA ORANG YANG DEKAT DENGAN TUHAN, YANG BERJALAN DENGAN TUHAN, YANG AKAN MENEMUKAN SEGALA PENYAKIT DI DALAM JIWANYA.

Card image
Truth Kids 18 Desember 2024 - PILIH TEMAN, PILIH KEBAHAGIAAN
2024-12-18 18:12:39


1 Korintus 15:33
”Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”

Siapa di sini yang suka makan permen? Hmm, pasti enak, ya, manis dan bikin senang. Tapi, bayangkan kalau kita makan terlalu banyak permen. Apa yang akan terjadi? Gigi bisa sakit, bahkan bisa rusak kalau tidak dijaga. Nah, Sobat Kids, begitulah dengan teman-teman yang kita pilih. Ada teman yang seperti permen, manis dan seru saat bersama mereka. Tapi, tidak semua permen baik, loh! Ada permen yang bisa membuat gigi kita rusak, sama seperti ada teman yang bisa membawa pengaruh buruk dalam hidup kita.

Tuhan menginginkan kita memilih teman yang baik, yang bisa membawa kita makin dekat kepada-Nya. Teman yang baik akan menolong kita ketika kita berbuat salah, mengingatkan kita untuk berbuat benar, dan mendukung kita dalam melakukan hal-hal yang berkenan di hati Tuhan. Memilih teman yang baik itu juga bagian dari penguasaan diri, Sobat Kids. Kita perlu bijaksana dalam memutuskan siapa yang kita ajak dekat, agar hidup kita tetap dalam jalan yang benar.

Yuk, kita belajar memilih teman yang baik agar hidup kita menjadi berkat dan menyenangkan hati Tuhan!

Card image
Truth Junior 18 Desember 2024 - MEMILIH TEMAN
2024-12-18 18:09:23


1 Korintus 15:33
”Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”

Hai, Sobat Junior! Tahukah kamu bahwa teman-teman yang kita pilih sangat berpengaruh dalam hidup kita? Seperti ayat Alkitab kita hari ini di 1 Korintus 15:33, itu berarti kita harus berhati-hati dalam memilih teman yang bisa membawa kita ke jalan yang salah.

Ada contoh di Alkitab tentang pengaruh teman, yaitu kisah raja Salomo. Pada awalnya, Salomo sangat bijaksana dan dekat dengan Tuhan. Namun, ketika ia memilih istri dan teman-teman dari bangsa lain yang tidak mengenal Tuhan, perlahan-lahan mereka memengaruhi Salomo untuk menyembah berhala dan melupakan Tuhan. Akibatnya, Salomo kehilangan berkat Tuhan.

Dari kisah Salomo, kita belajar bahwa penting sekali memilih teman yang baik dan bisa membimbing kita menjadi lebih baik, bukan sebaliknya. Jika kita memiliki teman yang selalu membuat kita melakukan hal-hal yang tidak baik, seperti berkata kasar atau bertengkar, kita perlu memikirkan kembali pertemanan tersebut. Karena cepat atau lambat, kita akan ikut terpengaruh melakukan hal yang buruk.

Sobat Junior, penguasaan diri juga berarti kita berani memilih teman yang membawa kebaikan. Jadi, mulai sekarang, yuk kita pilih teman yang bisa membantu kita lebih dekat dengan Tuhan dan melakukan hal-hal baik. Dengan begitu, kita bisa menjadi anak-anak yang penuh kasih dan menjaga pergaulan kita tetap baik.

Card image
Truth Youth 18 Desember 2024 (English Version) - SHIFTING MINDSET
2024-12-18 17:56:35


"Consider it pure joy, my brothers and sisters, whenever you face trials of many kinds, because you know that the testing of your faith produces perseverance. Let perseverance finish its work so that you may be mature and complete, not lacking anything." (James 1:2-4)

Have you ever heard the term “strawberry generation”? It refers to a generation that becomes easily “soft” when faced with difficult situations. Sadly, this is increasingly common in today’s youth. Not all, of course, but compared to our parents' generation, many of us seem more spoiled. We struggle to handle pressure, often blaming the situation, others, or even God, and wanting to quickly escape discomfort.

Today, let’s look at things from a different perspective. One thing we need to understand is that, as long as we live, we will face trials; we will inevitably encounter unpleasant situations. We can’t change or control those circumstances, but what we can do is shift our mindset. We can change how we perceive these challenging moments. Instead of complaining, we can view them as opportunities for growth—small tests that God allows to shape us. Instead of wishing for escape, we can choose to be thankful, which allows us to maintain joy and peace despite our circumstances.

As James 1:2-4 reminds us, these small tests are tests of faith. When we successfully navigate them, our perseverance strengthens, and we grow spiritually. Let the world view our generation as spoiled or fragile, but we can change this stereotype by shifting our mindset. Instead of focusing on today’s problems, we persist in seeking what God wants to change in our lives through these trials.

WHAT TO DO:
- Don’t let the enemy steal your joy when faced with problems. Learn to see the bigger picture—that everything is for your good.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hebrews 1-4

Card image
Truth Youth 18 Desember 2024 - SHIFTING MINDSET
2024-12-18 17:54:56


”Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun. ” (Yakobus 1:2-4)

Teman-teman pernah tidak mendengar istilah generasi strawberry? Generasi yang mudah lembek saat diterpa situasi yang sulit. Dan mirisnya, generasi muda zaman sekarang semakin banyak yang seperti itu. Memang tidak semua, tapi jika dibandingkan dengan generasi orang tua kita, bisa dibilang generasi kita cenderung lebih manja. Tidak bisa bertahan di dalam sebuah tekanan, mungkin malah menyalahkan situasi, menyalahkan orang lain, bahkan menyalahkan Tuhan. Ingin cepat-cepat keluar dari situasi yang tidak nyaman.

Hari ini coba kita lihat dari sudut pandang yang berbeda. Satu hal kita perlu pahami, bahwa selama kita hidup selalu ada pencobaan, kita pasti akan mengalami situasi-situasi yang tidak menyenangkan. Kita gak bisa mengubah dan mengatur hal tersebut, tapi yang kita bisa lakukan adalah mengubah cara pikir kita. Mengubah pandangan kita saat kita diperhadapkan situasi yang tidak menyenangkan, kita bisa menarik garis ke belakang dan melihat gambaran besarnya adalah Tuhan ingin semakin membentuk kita dengan ujian-ujian kecil yang boleh kita alami. Daripada kita terus mengeluh, coba kita lebih bersyukur saat ada situasi-situasi seperti ini, sehingga sukacita kita tidak hilang, melainkan hati kita tetap bisa tenang dan bersukacita, apa pun situasi kehidupan kita, yang penting kita berjalan bersama Tuhan. Dan seperti yang Yakobus 1:2-4 catat, ujian-ujian kecil ini adalah ujian iman, dan pada saat kita berhasil melewatinya, ketekunan iman kita semakin matang, kita semakin dewasa secara rohani. Biarkan dunia menganggap generasi yang manja atau tidak tahan banting, tapi kita bisa mengubah stereotype ini saat kita melakukan shifting mindset yang benar. Kita tidak fokus kepada masalah kita hari ini, tapi kita bertekun untuk mengetahui apa yang Tuhan mau ubahkan atas hidup kita karena masalah hari ini.

WHAT TO DO:
Jangan biarkan Iblis merenggut sukacita kita saat kita diterpa masalah, tapi kita bisa belajar untuk terus melihat the bigger picture yaitu demi kebaikan kita

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ibrani 1-4

Card image
Renungan Pagi - 18 Desember 2024
2024-12-18 13:08:24


Tuhan pilih orang majus, gembala-gembala, Yusuf dan Maria, karena mereka semua adalah orang-orang yang sederhana dan rendah hati. Jadi Allah memilih orang-orang yang kadangkala menurut kita tidak pantas dan tidak layak untuk dipakai sebagai alat Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya. Ketahuilah, Tuhan tidak mencari orang yang hebat, sempurna dalam pandangan manusia untuk dipilih, tetapi Tuhan pilih orang biasa yang merespon dengan benar panggilan Allah untuk memakai mereka sebagai alat-Nya yang luar biasa.

"Dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah." Jadi orang-orang yang melayani tidak selalu harus orang yang hebat dan sempurna, tetapi orang-orang yang mencintai Tuhan Yesus, orang-orang yang mau disempurnakan, orang-orang yang mau terus belajar dan berjuang menjadi serupa dengan Yesus.
(1 Korintus 1:28-29)

Card image
Quote Of The Day - 18 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-18 13:06:37


Setiap hari membuka mata, kita harus berusaha mendandani manusia batiniah dan melakukan segala sesuatu bagi Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 18 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-18 13:05:40


Kehidupan bernilai kalau seseorang bisa berinteraksi dengan Allah secara benar dan proporsional.

Card image
LIFE EXPERIENCE - 18 Desember 2024 (English Version)
2024-12-18 12:39:18


When we are in an open place and can see the sky where stars scatter like grains of sand, it is truly astonishing. How great our God is, how magnificent the Creator of heaven and earth, how awe-inspiring. Especially when we reflect on the fact that He was not created, that He exists not because He was born, but that He has existed from eternity. And that awe-inspiring God, the God who is willing to engage with us, is an extraordinary grace, an invaluable opportunity. This is almost beyond belief when we contemplate the majesty of God. Life is valuable if someone can interact with God correctly and proportionally. The church and God's servants should guide God's people to understand how to interact with Him. Particularly, speakers must have already had personal experiences of dealing with or interacting with God. This is so that such experiences can be shared and imparted. Merely studying in theological schools is not enough.

For interacting with God requires life experiences over time. Perhaps it is difficult to grasp this now, "As long as there is enough food and clothing;" "Foxes have holes and birds have nests, but the Son of Man has nowhere to lay His head;" or, "… for to me, to live is Christ and to die is gain." And we almost never hear people teaching about this. So, does that mean we are not allowed to marry, to work, or to earn a living? Of course that's not what it means. Instead, we have to live responsibly by being doctors, housewives, students, etc. Only there can we live or carry out a life whose principle is: "Whether you eat, drink or do anything, do it for the glory of God."

Thus, we should have only one world, and that is God. A similar phrase would be: 24 hours in the presence of God; holiness movement. But the big question is, are there people who are willing to live with such principles? Even if there are those who are not willing, the question is: "How capable are you of managing your life? How capable are you of scripting your future and guaranteeing that everything will be fine?”. As it says in Psalm 73, "You put them in a slippery place and in an instant they perish," once they fall, they are shattered and destroyed-it is terrifying. Nowadays, if we have a dispute with each other and we treat them arbitrarily, that's terrible! We may be successful for a moment, but one day we will face the terrible God.

Essentially, we cannot fully understand why some people have no fear of God at all. We learn from the lives of those around us and make a conscious decision not to follow in their footsteps. Instead, we follow in the footsteps of the Lord Jesus. God knows what is in our hearts. Look at Luke 9, where the rich young man said, “Lord, I will follow You wherever You go.” The Lord didn’t respond with a simple “yes” or “no,” but rather, “Foxes have dens and birds have nests, but the Son of Man has no place to lay His head.” In other words, the Lord was saying, “My food is to do the will of Him who sent Me and to finish His work. If you want to follow Me, understand that My only concern is with the Father in heaven. I promise you no comfort” (John 4:34).

Today, however, we see many Christians falling far short of this standard-perhaps even ourselves. We betray the Lord because it is evident that we deviate from the path we are supposed to walk, which is the life of Jesus. When Jesus said, “As the Father has sent Me, I am sending you,” it means that the way of life, the lifestyle of Jesus, must become ours. We must learn to trust the unseen God and become people who can be trusted. This depends on our determination and commitment. But if we talk about how we must live according to God’s will and what He desires us to do, then let’s do it. What matters is fulfilling our duties day by day. While carrying out our activities, we maintain an undisturbed relationship with God.

Pleasing Him in everything we do doesn’t have to begin with grand gestures. It starts with the simple things we do-working well, being kind to our surroundings, forgiving when we are hurt, caring for our children, protecting our families with a life of holiness, and and we protect them with the example of our lives. Thus, when we deal with God, we shouldn’t have our own agendas. Everything should be for the Lord.

FOR INTERACTING WITH GOD REQUIRES LIFE EXPERIENCES OVER TIME.

Card image
PENGALAMAN HIDUP - 18 Desember 2024
2024-12-18 12:58:21


  Ketika kita berada di satu tempat terbuka dan bisa melihat langit di mana bintang-bintang seperti pasir bertaburan, hal itu sangat menakjubkan. Betapa besar Allah kita, betapa besar Pencipta langit dan bumi ini, betapa dahsyat. Apalagi kalau kita menghayati bahwa Dia tidak diciptakan, Dia ada bukan karena dilahirkan, Dia sudah ada dari kekekalan. Dan Allah yang dahsyat itu, Allah yang berkenan berurusan dengan kita. Ini adalah anugerah yang luar biasa, kesempatan yang tidak ternilai. Hal ini nyaris tidak dapat kita percayai ketika kita menghayati kedahsyatan Allah. Kehidupan bernilai kalau seseorang bisa berinteraksi dengan Allah secara benar dan proporsional. Mestinya, gereja dan hamba Tuhan membimbing umat Tuhan untuk dapat mengerti bagaimana berinteraksi dengan Allah. Khususnya, para pembicara harus sudah memiliki pengalaman berurusan dengan Allah atau berinteraksi dengan Allah. Ini supaya pengalaman tersebut dapat ditularkan, diimpartasikan. Tidak cukup belajar di Sekolah Tinggi Teologi.  

Sebab dalam berinteraksi dengan Allah harus melalui pengalaman hidup dari waktu ke waktu. Mungkin sekarang hal ini sukar dimengerti, "Asal ada makanan dan pakaian cukup;" "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya;" atau “…. bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Dan hampir-hampir kita tidak pernah mendengar orang mengajarkan hal itu. Lalu, apakah berarti kemudian kita tidak boleh menikah, tidak boleh bekerja, tidak boleh mencari nafkah? Tentu bukan begitu maksudnya. Justru kita harus hidup bertanggung jawab dengan menjadi dokter, ibu rumah tangga, pelajar, dll. Di situ baru kita bisa menyelenggarakan hidup atau menggelar hidup yang prinsipnya: “Baik kamu makan, minum, atau melakukan segala sesuatu, lakukanlah itu untuk kemuliaan Allah.”  

Jadi, kita mestinya hanya punya satu dunia, dan itu adalah Tuhan. Kalimat lain yang senada adalah: 24 jam di hadapan Tuhan; holiness movement (gerakan hidup suci). Namun menjadi pertanyaan besar, apakah ada orang yang bersedia hidup dengan prinsip seperti itu? Padahal kalau ada yang tidak bersedia, pertanyaannya: “Seberapa mampu kamu mengurus hidupmu? Seberapa mampu kamu menskenario hidupmu ke depan, dan menjamin semua baik-baik saja?” Seperti yang dikatakan di Mazmur 73, "Kau tempatkan mereka di tempat licin dan dalam sekejap binasa," sekali jatuh hancur dan binasa, mengerikan. Saat ini kalau kita berperkara dengan sesama dan kita perlakukan semena-mena, itu mengerikan! Kita boleh berjaya sesaat, tapi suatu hari kita akan berhadapan dengan Allah yang dahsyat itu.  

Sejatinya, kita juga tidak bisa mengerti mengapa mereka tidak takut sama sekali kepada Tuhan. Kita belajar dari situasi hidup manusia di sekitar kita, dan kita tidak mau mengikuti jejak mereka. Kita ikuti jejak Tuhan Yesus. Tuhan tahu apa yang ada di dalam hati kita. Lihat di Lukas 9 ketika orang muda kaya itu berkata, “Tuhan, aku akan ikut ke mana pun Tuhan pergi.” Tuhan tidak menjawab dengan jawaban boleh atau tidak, namun, "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang. Anak Manusia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya." Dengan kalimat lain, Tuhan mau katakan, "Makanan-Ku adalah melakukan kehendak Bapa yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Kamu mau ikut Aku, kalau kau ikut Aku, urusan-Ku hanya dengan Bapa di surga. Tidak ada kenyamanan yang Kujanjikan kepadamu." (Yoh. 4:34).  

Tapi hari ini, kita melihat banyak orang Kristen yang masih jauh dari standar itu, jangan-jangan termasuk kita. Kita berkhianat kepada Tuhan, sebab jelas kita menyimpang dari jalan yang mestinya kita jalani, yaitu hidup Yesus. Kalau Yesus berkata, "Seperti Bapa mengutus Aku, maka sekarang Aku mengutus kamu," itu berarti cara hidup, gaya hidup Yesus yang harus dikenakan. Kita mau belajar percaya kepada Tuhan yang tidak kelihatan. Dan menjadi orang yang bisa dipercayai. Itu tergantung tekad dan komitmen kita. Tapi kalau kita bicara bagaimana kita harus hidup seturut kehendak Allah, apa yang Allah kehendaki untuk kita lakukan, mari kita lakukan. Yang penting, jalani tugas kita hari demi hari dan sementara kita melakukan kegiatan kita, kita memiliki hubungan dengan Tuhan yang tidak terganggu.  

Menyenangkan Dia lewat segala sesuatu yang kita lakukan itu, tidak harus dimulai dari hal-hal besar. Namun dari hal sederhana yang kita lakukan, bekerja dengan baik, ramah terhadap lingkungan, mengalah kalau disakiti, mengurus anak, lindungi keluarga kita dengan kesucian hidup dan kita lindungi mereka dengan teladan hidup kita. Jadi, jika kita berurusan dengan Tuhan, jangan punya urusan sendiri. Semua untuk Tuhan.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono  

SEBAB DALAM BERINTERAKSI DENGAN ALLAH HARUS MELALUI PENGALAMAN HIDUP DARI WAKTU KE WAKTU.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 18 Desember 2024
2024-12-18 12:22:58

1 Timotius 1-6

Card image
Truth Kids 17 Desember 2024 - LIDAH BERKAT ATAU BENCANA?
2024-12-17 22:05:35


Amsal 26:20
”Bila kayu habis, padamlah api; bila pemfitnah tak ada, redalah pertengkaran.”

Suatu hari, Nia mendengar gosip tentang temannya, Sari, di sekolah. Katanya, Sari sering curang saat ujian. Nia kaget dan hampir saja menceritakan gosip itu kepada teman-teman lainnya. Namun, di Sekolah Minggu, kakak pembina bercerita tentang pentingnya mengendalikan diri, termasuk menahan diri untuk tidak menyebarkan gosip. Anak Allah harus menjaga lidahnya dari mengatakan hal yang tidak baik atau tidak benar. Nia mulai berpikir, apakah gosip yang ia dengar itu benar? Dan apa yang terjadi jika dia menyebarkannya? Ternyata, menyebarkan gosip bisa menyakiti hati orang lain, bahkan bisa merusak persahabatan.

Setelah mendengarkan cerita di Sekolah Minggu, Nia memutuskan untuk tidak membicarakan gosip itu lagi. Dia juga berdoa kepada Tuhan agar diberi hati yang bersih dan mampu mengendalikan diri. Nia menyadari bahwa Tuhan ingin kita menjaga perkataan dan menggunakan mulut untuk hal-hal yang baik. Sobat Kids, yuk, kita belajar untuk menahan diri dari menyebarkan atau mendengarkan gosip. Dengan begitu, kita akan semakin menjadi anak yang berkenan di hati Tuhan dan membawa damai di sekitar kita.

Card image
Truth Junior 17 Desember 2024 - LIDAH TAK BERTULANG
2024-12-17 22:03:19


Amsal 26:20

”Bila kayu habis, padamlah api; bila pemfitnah tak ada, redalah pertengkaran.”

Selain untuk menikmati makanan, lidah kita juga berfungsi untuk berbicara. Manusia tidak bisa berkata-kata jika tidak memiliki lidah. Makanya, kita harus selalu berhati-hati dalam menggunakan lidah, baik itu untuk bicara maupun dalam hal makan. Lidah sangat terkait dengan hawa nafsu, tidak hanya nafsu makan, Sobat Junior. Dalam berkata-kata pun, lidah bisa menjadi saluran dosa, loh. Contohnya ketika teman atau orang sekitar kita sedang menjelekkan atau menggosipkan seseorang. Kita bisa ikut terbawa suasana dan juga melakukan hal yang sama. Apakah ini diperbolehkan? Tentu saja tidak.

Jika orang lain menggunakan lidahnya untuk maksud jahat atau melakukan dosa, kita harus berusaha menjaga dan menguasai lidah kita supaya tidak sama seperti anak dunia lainnya. Kita anak Allah, harus punya wibawa surgawi dan memiliki kekudusan dalam semua hal, termasuk dalam berbicara. Hendaknya perkataan yang keluar dari mulut kita selalu baik, memberkati, dan tidak sembarangan. Jangan sampai dengan sengaja kita mengucapkan kata-kata yang melukai orang lain, apalagi orang yang kita kasihi. Kalaupun tidak sengaja, kita harus segera meminta maaf kepada orang yang kita sakiti dan juga pastinya kepada Tuhan. Pergunakan lidah kita bukan untuk membicarakan keburukan orang lain, apalagi kalau ternyata itu tidak benar. Kita jadi ikut memfitnah, dan dosa itu sama saja seperti membunuh, loh, Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 17 Desember 2024 (English Version) - ENJOYING PAIN
2024-12-17 21:00:48


"Consider it pure joy, my brothers and sisters, whenever you face trials of many kinds, because you know that the testing of your faith produces perseverance." (James 1:2-3)

Yesterday, we were encouraged to learn to be thankful and enjoy life. But today, many questions might be running through your mind, like: What if life always feels difficult? What if problems keep coming one after another? What if I can’t enjoy life because it’s not what I wanted? Or perhaps other similar questions.

These questions reveal that you might not trust that there are greater things happening in your life. You may not know how to move forward, which makes you question everything. This can make it really hard to find something to be thankful for or to enjoy life. So, what do we do when it feels this way? Let’s reflect on your life.

Because life isn’t just about you or God—it’s also about the people who love and care for you. So, are you thankful for them in every situation of your life? Someone who strives to always be there for you is like God’s presence with us.

However, we must believe in one thing: to be thankful for everything, no matter the situation. Even in the most difficult moments, be thankful—even for the wounds you might have caused yourself. It’s okay to feel angry at the situation; not everyone can handle pain and disappointment.

You may not always be able to give thanks for everything, but enjoy the process of the pain you are experiencing. Let it be a process where you learn to be thankful for a difficult situation, not a process that makes it impossible to enjoy or learn from it. So, keep going through the process to enjoy pain and be thankful for the wounds you experience.

WHAT TO DO:
- Learn to be thankful in every situation.
- Not everyone can immediately be thankful for pain.
- Enjoy the process of being thankful, even through the pain.

BIBLE MARATHON:
▪︎ John 7-8

Card image
Truth Youth 17 Desember 2024 - MENIKMATI LUKA
2024-12-17 20:56:08


”Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. ” (Yakobus 1:2-3)

Jika kita melihat di hari sebelumnya, kita diajak belajar untuk mensyukuri dan menikmati hidup. Tetapi, pasti ada banyak pertanyaan yang muncul di kepala kalian seperti ini, gimana jika hidup ini terasa selalu sulit? Bagaimana kalau masalah selalu saja silih berganti? Bagaimana kalau aku tidak bisa menikmati kehidupan ini karena tidak sesuai dengan keinginanku? Atau mungkin ada banyak pertanyaan lain yang sejenis seperti ini.

Dalam pertanyaan-pertanyaan ini sebenarnya menunjukkan kalau dirimu sama sekali tidak mempercayai ada banyak hal-hal besar yang terjadi dalam kehidupanmu, kamu tidak tahu bagaimana harus melangkah berikutnya sehingga mempertanyakan semuanya. Sehingga semuanya menjadi begitu sulit untuk bisa kamu syukuri dan nikmati. Lalu bagaimana kalau sudah jadinya seperti itu? Mari refleksikan hidupmu.

Karena hidupmu tidak hanya tentang dirimu saja atau Allahmu, tetapi tentang orang-orang yang menyayangimu juga. Lalu apakah kamu bersyukur dengan adanya mereka dalam setiap kondisi yang ada dalam kehidupanmu? Seseorang yang berusaha selalu ada bersamamu sama seperti Allah bersama kita.

Namun, kita harus percaya satu hal, mensyukuri segala sesuatunya dengan begitu baik dalam segala situasi apa pun. Bahkan di saat terjadi segala sesuatu yang paling sulit, tetap bersyukurlah meski ada luka yang begitu besar kamu perbuat. Lalu, tidak apa kalau dirimu pernah marah dengan segala situasi kondisi yang ada, karena banyak orang tidak selalu bisa mengatasi rasa sakit dan kecewa.

Kamu mungkin tidak bisa selalu mensyukuri segala sesuatu, tapi nikmatilah proses dari rasa sakit yang kamu alami. Sehingga itu menjadi proses untuk kamu mensyukuri sebuah situasi kondisi yang cukup sulit, bukanlah sebuah proses yang membuat seseorang tidak bisa menikmatinya dan mempelajarinya. Jadi, selamat berproses untuk bisa menikmati rasa sakit juga mensyukuri rasa luka yang ada.

WHAT TO DO:
1.Belajar untuk mensyukuri dalam segala situasi kondisi
2.Tidak semua orang bisa langsung mensyukuri rasa sakit
3.Nikmatilah proses mensyukuri segala sesuatu dalam rasa sakit itu

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yohanes 7-8

Card image
Renungan Pagi - 17 Desember 2024
2024-12-17 20:52:47


Berbicara tentang perjalanan, masih dalam suasana Natal, kita dibawa ke kisah Yusuf dan Maria. Misalnya, mereka melakukan perjalanan dari Nazaret ke Betlehem, perjalanan mereka tidak sesyahdu pujian Malam Kudus, kenyataannya berbeda. Yusuf dan Maria berangkat atas dasar perintah Kaisar Agustus dan mengalami situasi ketiadaan tempat untuk menginap, sebagaimana kita imani, perjalanan berjerih lelah ini sangat bermakna dalam kelahiran Yesus Sang Juru Selamat. "Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan." Bagaimanakah kita di hari-hari Natal ini? Bagaimana suasananya? Pergi ke mana saja? Apakah bisa sekaligus memaknai layaknya perjalanan Yusuf dan Maria?.

Siapkah bersyukur atas setiap suasana Natal yang kita alami jika kenyataan tidak sesuai harapan? Memang kenyataan hidup tidak selalu tenang, malah mungkin ada pergumulan dan ancaman. Namun, bukankah akan selalu ada kebaikan Tuhan dalam setiap peristiwa hidup yang kita alami? Seperti perjalanan Yusuf dan Maria melahirkan keselamatan, demikianlah perjalanan hidup kita melahirkan ucapan syukur atas kebaikan Tuhan.
(Lukas 2:6-7)

Card image
Quote Of The Day - 17 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-17 20:50:10


Ada orang-orang Kristen bisa mengusir roh-roh jahat, tetapi tidak bisa mengusir pikiran Iblis di dalam dirinya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 17 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-17 20:48:18


Tuhan tidak bisa mengubah kita kalau kita belum menyerahkan diri sepenuh.

Card image
INDEBTED TO LIFE - 17 Desember 2024 (English Version)
2024-12-17 20:38:46


The people of Israel were merely a people, not truly children, even though they were referred to as children. They were not like us, who genuinely become children of the Father. However, we will only be legitimate children if we possess the mind and heart of God-that is, if we partake in the divine nature (2 Peter 1:3-4). When God says that we are not our own, it does not mean He is greedy; rather, it means He cannot transform us unless we fully surrender ourselves. That is why Luke 14:33 states, “If you do not renounce all your possessions, you cannot be My disciple.” In other words, without such renunciation, we cannot be transformed. If we are not redeemed, we become children of Satan. There are only two fathers: Father Yahweh and Lucifer. Whoever we worship becomes our father. Jesus was once tempted to become a child of Lucifer when Satan showed Him the splendor of the world and said, “If You worship me, I will give You all of this.” Had Jesus desired this world, He would have become a child of Satan.

It is not wrong to own a house, a car, a company, money, or wealth. But we must not desire these things or make them our source of happiness. This is a deeply spiritual matter and difficult to explain, but the Holy Spirit will guide us all. We cannot serve two masters (Matthew 6:24). Our Father is Elohim Yahweh, whose Son is Jesus, who makes us children of the Father. Becoming children of the Father is not automatic. We are justified but not yet fully transformed. The real question is, after becoming children of the Father, are we serious about it? If we are serious, we must learn and be transformed, so that we partake in the divine nature, becoming like the Father-perfect as He is perfect. If we become children of Lucifer, children of Satan, we do not need to learn anything. There are no responsibilities or duties-just self-indulgence.

When Jesus teaches us to pray, “Our Father who art in heaven,” it signifies that God has a home and is not a wanderer. Jesus repeatedly emphasizes, “Your Father who is in heaven, Your Father who is in heaven,” so we understand that the Father has a throne and a dwelling place. This is why Jesus promises, “I will take you to My place. Where I am, there you will also be.” Can Satan promise a place? No. All he offers is enjoyment on this earth, make your heart happy here, but this earth will eventually become a lake of fire.

So we must always make time every day to pray, because there we are confronted with God personally. We can be in the library 24 hours or 8 hours every day, for 6 days, Monday to Saturday, but if we do not meet God, we will not be changed. Every day, we must encounter God, and in that moment, we will surely be faced with the reality that God is alive. Through this encounter, we can sense whether our lives have pleased Him or not. Perhaps we have a large house, a home theater, or a special makeup room, but if we do not have a prayer room, it is evidence that we lack respect or do not honor Him enough. How sly we can be-we often do not feel much need for Him unless we are in dire straits or facing problems beyond our ability to solve. Let us not live this way.

If one day we meet God after a lifetime of failing to honor Him properly, we will surely tremble. However, if every day we strive to bring joy to God’s heart and make Him smile, we will undoubtedly long for Him. Why don’t we long for God? Because we lack interest in Him. Our interest lies only in the world. Worshiping the devil does not necessarily mean performing ritualistic ceremonies dedicated to Satan, but when our hearts are attracted, tied to the world, we have been led astray. We are led to the wrong father. That is why, when Jesus rejected Satan’s temptation by refusing the world, He said, “You must worship the Lord your God,” assigning Him the highest value. Now, fill our time by seeking God, because we owe Him our lives.

We ought to live for God. Our lives should revolve around Him alone. Let us press forward to the new heaven and new earth. There is no other destination except the new heaven and new earth. What is there to boast about? We betray God when we indulge in the comforts of this world and are consumed by them. Life is tragic. No matter how many houses we own or how remarkable our careers may seem, it will all come to an end. But there is one thing that can resolve the tragedy of our lives: the new heaven and new earth. Don’t be afraid-there will be a way out eventually; just live it, just get through it. We continue to build a life that is pleasing to God.

IF EVERY DAY WE STRIVE TO BRING JOY TO GOD’S HEART AND MAKE HIM SMILE, WE WILL UNDOUBTEDLY LONG FOR HIM.

Card image
BERUTANG KEHIDUPAN - 17 Desember 2024
2024-12-17 20:27:37


  Umat Israel hanya menjadi umat, tapi belum menjadi anak, walaupun ada sebutan anak. Mereka tidak seperti kita yang benar-benar menjadi anak-anak Bapa. Namun kita akan menjadi sah jikalau kita memiliki pikiran dan perasaan Allah, yaitu jika kita berkodrat ilahi (2 Ptr. 1:3-4). Jadi kalau Tuhan berkata kita bukan milik kita sendiri, itu maksudnya bukan Tuhan serakah, melainkan Tuhan tidak bisa mengubah kita kalau kita belum menyerahkan diri sepenuh. Itulah sebabnya Lukas 14:33 dikatakan, Jika kamu tidak lepaskan dirimu dari segala milikmu, kamu tak dapat jadi murid-Ku,” artinya tak dapat diubah. Kalau kita tidak ditebus, kita jadi anak setan. Sebab hanya ada dua bapak, Bapa Yahweh dan Lusifer. Kepada siapa kita menyembah, dialah bapa kita. Yesus pernah dicobai agar menjadi anak Lusifer dengan menunjukkan keindahan dunia dan setan berkata, “Kalau Kamu menyembah aku, kuberikan dunia pada-Mu.” Kalau Yesus mengingini dunia ini, Dia menjadi anak setan.  

Adalah tidak salah kalau kita memiliki rumah, mobil, perusahaan, uang, harta banyak, dll. Tapi jangan mengingini dan menjadikan itu sebagai kebahagiaan kita. Ini memang masalah batin dan susah dijelaskan, tapi Roh Kudus akan menuntun kita semua. Dan kita tidak bisa mengabdi kepada dua tuan (Mat. 6:24). Bapa kita adalah Elohim Yahweh, yang Putra-Nya adalah Yesus, yang membuat kita menjadi anak-anak Bapa. Menjadi anak Bapa bukan otomatis. Kita hanya dibenarkan, tapi belum diubahkan benar. Masalahnya, setelah jadi anak-anak Bapa, serius tidak? Kalau serius, kita harus belajar. Diubahkan, agar berkodrat ilahi atau berkeberadaan seperti Bapa, atau sempurna seperti Bapa. Kalau menjadi anak Lusifer, anak setan, kita tidak perlu belajar apa-apa, tidak perlu. Senangkan hati sendiri, tidak ada tugas, tidak ada kewajiban.  

Maka kalau Yesus mengajarkan kita, “Bapa kami yang di surga,” ini berarti Allah memiliki rumah, bukan gelandangan. Berulang-ulang Yesus menyampaikan, “Bapamu yang di surga, Bapamu yang di surga,” supaya kita tahu bahwa Bapa itu memiliki takhta, punya rumah. Maka Yesus bisa menjanjikan, “Aku akan membawa kamu ke tempat-Ku. Di mana Aku ada, kamu berada.” Setan bisa menjanjikan tempat? Tidak. Nikmati di bumi ini, senangkan hati di sini, dan bumi ini akan jadi lautan api.  

Maka kita harus selalu memberi waktu tiap hari berdoa, karena di situ kita diperhadapkan kepada Tuhan secara pribadi. Kita boleh di perpustakaan 24 jam atau 8 jam setiap hari, selama 6 hari, Senin sampai Sabtu, tapi kalau kita tidak bertemu Tuhan, kita tidak akan diubahkan. Jadi, setiap hari kita harus bertemu Tuhan, dan di situ pasti kita akan diperhadapkan pada kenyataan bahwa Allah itu hidup. Dan kita bisa merasakan apakah hidup kita telah memuaskan Dia atau tidak. Mungkin kita punya rumah besar, punya home theater, memiliki ruangan khusus untuk make up, dan lain-lain, tapi kita tidak memberi ruang doa, itu adalah bukti bahwa kita tidak atau kurang menghormati Dia. Liciknya kita, kita tidak merasa terlalu perlu Dia, kecuali sudah dalam keadaan kepepet, ada masalah yang kita tidak bisa selesaikan dengan kemampuan kita. Jangan begitu.  

Kalau suatu hari kita bertemu Tuhan padahal selama hidup kita tidak menghormati Tuhan sepantasnya, kita pasti akan gemetar. Tapi kalau setiap hari kita berusaha untuk menyenangkan hati Tuhan, membuat senyum Tuhan, maka kita pasti merindukan Tuhan. Mengapa kita tidak merindukan Tuhan? Karena memang kita tidak memiliki interest; ketertarikan kepada Tuhan. Ketertarikan kita hanya pada dunia. Memang menyembah Iblis bukan berarti secara ritual-ritual seremonial melakukan seremonial ritual menyembah Iblis, tetapi ketika hati kita tertarik, terikat dengan dunia, kita telah disesatkan. Kita digiring kepada bapa yang salah. Itulah sebabnya ketika Yesus menolak menyembah Iblis dengan menolak dunia, Yesus berkata, “Kamu harus menyembah Tuhan Allahmu, memberi nilai tinggi.” Sekarang ini, isi waktu kita dengan mencari Tuhan, sebab kita berutang kehidupan.  

Kita mestinya hidup untuk Tuhan. Ruang hidup kita hanya Tuhan. Ayo, kita ke langit baru bumi baru. Tidak ada tempat lain kecuali langit baru bumi baru. Kita mau sombong apa? Kita berkhianat kepada Tuhan kalau kita menikmati kenyamanan dunia dan tenggelam di dalamnya. Hidup ini tragis. Kita punya rumah berapa banyak pun, mau punya karier sehebat apa pun, akhirnya akan selesai. Tapi hanya ada satu yang bisa menyelesaikan ketragisan kita: langit baru bumi baru. Jangan takut, pasti ada jalan keluarnya nanti, jalani saja, lewati saja. Kita terus membangun kehidupan yang berkenan di hadapan Allah.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono  

KALAU SETIAP HARI KITA BERUSAHA UNTUK MENYENANGKAN HATI TUHAN, MEMBUAT SENYUM TUHAN, MAKA KITA PASTI MERINDUKAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 Desember 2024
2024-12-17 20:23:14

Filipi 1-4

Card image
Truth Kids 16 Desember 2024 - MAKAN SECUKUPNYA DAN BERBAGI
2024-12-16 20:28:44


1 Korintus 9:27
”Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.”

Sepulang dari Sekolah Minggu, Samuel merasa sangat lapar. Di meja makan, ia melihat ada kue cokelat yang besar dan menggiurkan. Tanpa pikir panjang, Samuel langsung mengambil sepotong besar kue dan memakannya dengan cepat. Tak lama kemudian, ia mengambil potongan kedua. Mama yang sedang mencuci piring memperhatikan, "Samuel, ingat, kue itu untuk kita makan bersama. Jangan terlalu banyak, nanti kamu sakit perut dan yang lain tidak kebagian." Namun, Samuel tidak peduli dan terus memakan kue tersebut. Saat adik Samuel datang untuk mengambil kue, ternyata hanya tersisa satu potongan kecil. "Kak, aku mau juga," kata adik Samuel dengan wajah sedih. Samuel pun terdiam, menyadari bahwa ia sudah mengambil terlalu banyak.

Sobat Kids, Tuhan menginginkan kita menjaga tubuh kita dengan makan secukupnya dan berbagi dengan orang lain. Menahan diri bukan hanya soal makan, tetapi juga menunjukkan kasih kepada sesama. Yuk, kita belajar mengendalikan keinginan dan peduli pada orang lain!

Card image
Truth Junior 16 Desember 2024 - BERHENTI MAKAN SEBELUM KENYANG
2024-12-16 20:26:32


1 Korintus 9:27
”Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak."

Sobat Junior, pernahkah kalian mendengar slogan “berhentilah makan sebelum kenyang?” Biasanya slogan ini disuarakan untuk menganjurkan agar kita tidak terlalu banyak makan karena dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Ternyata, kalau kita makan banyak hingga rasanya perut terlalu penuh, pencernaan kita bisa terganggu, loh. Makanya ada baiknya kita mengikuti apa yang dikatakan slogan ini, yaitu kita berhenti makan sebelum kekenyangan. Tentu saja makanan yang kita konsumsi porsinya harus cukup dan terdiri dari jenis makanan yang menyehatkan, ya.

Slogan ini juga mencegah agar kita tidak rakus atau terlalu serakah dalam hal menikmati berkat jasmani yang terkait dengan lidah. Apalagi ketika kita menyantap makanan kesukaan kita, pasti sulit untuk hanya makan sedikit, bukan? Begitu juga ketika lidah kita merasakan suatu makanan yang lezat, pasti rasanya ingin makan makanan itu sebanyak-banyaknya. Dengan membiasakan diri berhenti makan sebelum kenyang, kita sebenarnya sedang belajar menguasai diri dari hawa nafsu kedagingan, Sobat Junior. Sebab kalau kita tidak sanggup mengatur selera makan kita, berarti kita sanggup mengendalikan diri kita. Ingat, terlalu banyak tidak bagus untuk kesehatan, tapi juga jangan terlalu sedikit supaya kita tidak gampang sakit. Segala sesuatu harus sesuai dengan porsinya.

Card image
Truth Youth 16 Desember 2024 (English Version) - ENJOYING LIFE
2024-12-16 19:30:13


"Do not be anxious about anything, but in every situation, by prayer and petition, with thanksgiving, present your requests to God. And the peace of God, which transcends all understanding, will guard your hearts and your minds in Christ Jesus." (Philippians 4:6-7)

Should life be enjoyed or simply lived? According to recent research, 16% of Indonesians have experienced anxiety in the past year, largely influenced by controversial political events, such as the national leadership elections. This number rose to 17.1% after the elections concluded, as reported by Kompas.

From this data, it’s clear that people often struggle to manage external pressures in life. Whether it’s an uncomfortable environment, lack of support from family, or friends who don’t understand what they’re going through, the stress can feel overwhelming.

Even seemingly small incidents, such as a hurtful remark, can have a significant impact on a person’s emotions and their relationships, despite being minor. How we treat others, even in the smallest interactions, matters deeply, as it affects both their well-being and our own.

However, sometimes, it’s necessary to adopt a detached attitude toward things we can’t control, especially when we’re not feeling our best. Not everything needs constant attention, and we don’t have to micromanage every task or emotion.

As Philippians 4:6-7 teaches, we must be thankful and not focus solely on the tasks we don’t fully understand or control. Life is about finding balance—enjoying it, being thankful, and not getting overly fixated on every emotion. We don’t always have to be happy or sad; instead, we should learn to manage what we feel, what we care about, and what’s to come in our lives.

WHAT TO DO:
- Understand that personal pressure can be overwhelming.
- Small actions can either hurt or uplift others.
- We need to be grateful and enjoy the life we have.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Timothy 1-4

Card image
Truth Youth 16 Desember 2024 - MENIKMATI KEHIDUPAN
2024-12-16 19:28:12


”Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:6-7)

Kehidupan harus dinikmati atau perlu dinikmati? Jika kita kembali melihat data riset yang telah dilakukan oleh para ahli dalam kurun waktu 1 tahun terakhir, 16% masyarakat Indonesia mengalami kecemasan. Hal ini mungkin cukup berdampak dari pemilihan pemimpin negara ini yang cukup banyak mengundang kontroversial, lalu setelah itu mengalami sebuah peningkatan hingga 17,1% setelah selesai pemilihan pemimpin negara. Sumber ini didapatkan melalui website Kompas.

Berdasar dari data tersebut, manusia secara personal tidak selalu bisa menangani tekanan yang berasal dari faktor-faktor eksternal kehidupannya. Misalnya, dari lingkungan yang memberikan sebuah hal yang tidak nyaman dan tidak menciptakan sebuah kenyamanan. Lalu juga keluarga yang tidak memberikan sebuah dukungan, serta teman-teman yang tidak mengerti tentang apa yang sedang dijalani.

Hal ini juga bisa terjadi kalau misalnya ada sebuah peristiwa yang mungkin terlihat sederhana berkaitan dengan respons seseorang yang tidak terlalu baik, sehingga menyakiti perasaannya meskipun tidak terlalu seberapa. Namun ini cukup berdampak dengan etika seseorang dalam memperlakukan lingkungannya juga orang-orang terdekatnya, meskipun menjadi hal yang paling sederhana.

Tapi tidak peduli atau bersikap acuh dalam segala sesuatu yang terjadi, mungkin terkadang perlu dilakukan di saat kita sedang tidak baik-baik saja. Karena tidak bisa semua hal terus menerus kita perhatikan, dan masing-masing manusia tidak perlu selalu diatur dalam pekerjaan yang dilakukan.

Karena seperti yang ada dalam Filipi 4:6-7, setiap orang perlu mensyukuri bukan harus selalu fokus dalam pekerjaan-pekerjaan yang bahkan dirinya tidak tahu tentang apa tujuannya? Maka, kita harus bisa menikmati dan mensyukuri hidup ini. Tidak perlu selalu merasa senang, tidak perlu selalu merasa sedih. Tetapi, pastinya kita harus bisa mengatur apa yang kita perlu rasakan, pedulikan, dan kita tahu tentang apa yang akan terjadi dalam kehidupan kita.

WHAT TO DO:
1.Manusia secara personal tidak bisa mengalami tekanan
2.Tindakan kecil seseorang bisa melukai atau menyenangkan orang lain
3.Kita perlu mensyukuri dan menikmati kehidupan yang dijalani

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Timotius 1-4

Card image
Renungan Pagi - 16 Desember 2024
2024-12-16 18:29:54


Salah satu indikasi jati diri seseorang yang buruk adalah ketika jati diri mereka hanya sebatas penampilan fisik dan apa kata orang, ini adalah orang yang tidak bisa menjadi diri sendiri, tidak jelas, menyangkal realita, berubah-ubah dan bahkan munafik, itu bukan yang diinginkan Tuhan.

Allah mengharapkan setiap orang percaya memiliki jati diri bukan berdasarkan kata orang, bukan dari keinginan diri sendiri, tetapi apa kata Tuhan, Alkitab berkata bahwa “Hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus."
(Filipi 1:27)

Card image
Quote Of The Day - 16 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-16 18:26:28


Orang yang menghayati bahwa dirinya adalah makhluk kekal akan berusaha meraih apa yang lebih dari kehidupan di bumi ini.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 16 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-16 18:24:46


Kalau setiap hari kita tidak berusaha menyenangkan hati Tuhan, tidak berusaha menyukakan hati Tuhan, yang sama dengan tidak sungguh-sungguh berambisi untuk menemukan senyum Tuhan, itu berarti kita tidak mengasihi Tuhan.

Card image
STOPPING THE JOURNEY OF TIME - 16 Desember 2024 (English Version)
2024-12-16 18:22:50


Have we ever imagined what it would be like when we meet God and stand before the presence of the Father’s throne? Will we feel joy, peace, or fear? Because in the end, we will all reach the final moments of our lives. There is no one and nothing that can stop the journey of time. With every beat of our hearts, with every passing second, we are carried by an unstoppable current. And one day, we will inevitably reach the end of our time. How many of us, when that moment comes, will see God’s smile? We must take this matter seriously. We must not consider this something simple or trivial. But in reality, we have never fought for whether at the end of our time, we will truly be found pleasing. If we use the term "God's smile," we are not ambitious to find God's smile.

If, each day, we do not strive to bring joy to God’s heart, do not try to please God, which is the same as not being truly ambitious to find God's smile, that means we do not love God. We also do not consider God valuable. That also means we do not respect God. And we certainly will not find God's smile. God is perfect in His integrity, cannot be bribed. It would be terrible if we were not serious about dealing with God in this matter. The number of congregations present, for a true servant of God, does not make him feel satisfied. In fact, worries can arise, burdens can arise. Because what is important is not that the congregation comes to church every week, but how their days of life every day please God. This does not mean that our work ethic, our enthusiasm for building careers, earning a living, or pursuing education should diminish.

Indeed, this world is so corrupt. Almost all human living standards are perverted. The right standard of living is a godly standard of living, which is expressed in the Bible: “Whether you eat or drink or do anything, do all for the glory of God” (1 Cor. 10:31). Honestly, looking at our lives today, it feels like we have not pleased Him. And that has been going on for years. Until God hits us repeatedly. And now we understand how we should live. The beautiful sentence we say to the Father in heaven is: “I owe You my life, Father. And I must pay with my life.” Not with offerings, money, it will not be enough. Or with being active in church, that is not enough. But if we offer our whole life, that is what can make the Father smile. And all of us should have the potential for this.

The Bible says, "Make Jesus your weapon. Wear Him like a garment." This is the only way to prevent the devil from penetrating or influencing our lives. It’s like selling a genuine product-even if it’s expensive and not many are interested, we choose to offer the real thing. Many opt for the counterfeit because it’s cheaper and seems safe enough. But we choose to follow Jesus at the true cost. We owe Him our lives. If we refuse, that is our choice-but one day, we will tremble before the Almighty God of the universe. It is terrifying to stand before the Most High God. So, the question for all of us is: "To what extent do we honor the Father?" For decades, we have lived by the world’s standards, adopting its rhythms, ways, and habits.

Yet, as believers, we should recognize that we have been bought with a price, fully paid, and we are no longer our own. To follow Jesus means relinquishing ownership of ourselves. If we are unwilling to do this, then we might as well remain our own masters. But if we follow Jesus, we must belong entirely to Him, redeemed by His precious blood and made His possession. In the Bible, it is written that "Yahweh is for the people of Israel," meaning that the people of Israel are a nation that belongs exclusively to God. How can we now belong to God, become His people and children? The atoning blood of Jesus. When Jesus declared, "I am the way," He was pointing to the ultimate goal-the Father. We were purchased with a fully paid price, justified (deemed righteous, even if we are not yet fully righteous), and brought to the Father. The Father then educates us by giving us the Holy Spirit. The Holy Spirit guides us into all truth and helps us become the children of God that the Father desires.

NO ONE AND NOTHING CAN STOP THE JOURNEY OF TIME.

Card image
MENGHENTIKAN PERJALANAN WAKTU - 16 Desember 2024
2024-12-16 18:20:55


  Pernahkah kita membayangkan, kalau nanti kita bertemu dengan Tuhan dan berhadapan dengan hadirat takhta Bapa, apakah kita merasa bahagia, tenang, atau ketakutan? Sebab pada akhirnya, pasti kita ada di ujung waktu hidup kita. Tidak ada seorang pun dan apa pun yang dapat menghentikan perjalanan waktu. Seiring dengan detak jantung kita, seiring dengan berjalannya detik demi detik, kita ada di dalam arus yang tidak dapat kita hentikan. Dan kita pasti nanti akhirnya ada di ujung waktu kita. Kira-kira berapa banyak di antara kita ini yang sampai ujung waktu, kita akan melihat senyum Tuhan? Kita harus menganggap hal ini serius. Kita tidak boleh anggap ini sesuatu yang sederhana atau remeh. Namun kenyataannya, memang kita tidak pernah memperjuangkan apakah di ujung waktu kita, benar-benar kita didapati berkenan. Kalau menggunakan istilah “senyum Tuhan,” memang kita tidak berambisi untuk menemukan senyum Tuhan.  

Kalau setiap hari kita tidak berusaha menyenangkan hati Tuhan, tidak berusaha menyukakan hati Tuhan, yang sama dengan tidak sungguh-sungguh berambisi untuk menemukan senyum Tuhan, itu berarti kita tidak mengasihi Tuhan. Kita juga tidak menganggap Tuhan itu berharga. Itu juga berarti kita tidak menghormati Tuhan. Dan kita pasti tidak akan menemukan senyum Tuhan. Tuhan itu sempurna integritas-Nya, tidak bisa disuap. Mengerikan sekali kalau kita tidak serius berurusan dengan Tuhan dalam hal ini. Banyaknya jemaat yang hadir, bagi hamba Tuhan yang benar, itu tidak membuat ia merasa puas. Malah bisa muncul kekhawatiran, muncul beban. Sebab yang penting bukan jemaat datang ke gereja setiap minggu, tetapi bagaimana hari-hari hidup mereka setiap hari itu menyenangkan Tuhan. Ini tidak akan mengurangi etos kerja kita. Ini tidak mengurangi aktif, giatnya kita berkarier, mencari nafkah, dan studi.  

Memang dunia ini sudah begitu rusak. Standar hidup manusia hampir semua sesat. Standar hidup yang benar adalah standar hidup bertuhan, yang dibahasakan oleh Alkitab: “Baik kamu makan atau minum atau melakukan segala sesuatu, lakukan semua untuk kemuliaan Tuhan” (1 Kor. 10:31). Sejujurnya, melihat hidup kita hari ini, rasanya kita belum menyenangkan hati-Nya. Dan itu berlangsung bertahun-tahun. Sampai Tuhan memukul kita berulang kali. Dan sekarang kita mengerti, bagaimana seharusnya hidup. Kalimat yang indah kita sampaikan kepada Bapa di surga adalah: “Saya berutang kehidupan kepada-Mu, Bapa. Dan saya harus membayar dengan kehidupan.” Bukan dengan persembahan, uang, tidak akan cukup. Atau dengan keaktifan di gereja, itu pun tidak cukup. Tapi kalau seluruh hidup kita persembahkan, itu yang bisa membuat Bapa tersenyum. Dan semua kita mestinya bisa berpotensi untuk ini.  

Alkitab berkata, “Jadikan Yesus senjata. Kenakan seperti baju.” Hanya ini yang bisa membuat Iblis tidak bisa menembus hidup kita, tidak bisa memengaruhi hidup kita. Kalau ibarat menjual barang, kita menjual barang asli walaupun harganya mahal dan peminatnya tidak banyak. Sebab banyak yang palsu dan harganya lebih murah, dan kelihatannya aman-aman saja. Tetapi kita mau menjual dengan harga yang sebenarnya dalam mengikut Tuhan Yesus. Kita berutang kehidupan. Kalau kita tidak mau, tidak apa-apa, tapi kita akan gemetar nanti di hadapan Allah semesta alam. Mengerikan pada saat kita berhadapan dengan Allah semesta alam yang Maha Agung. Maka pertanyaan untuk kita semua, “Seberapa kita menghormati Bapa?” Cara hidup atau gaya hidup dunia sudah kita kenakan selama puluhan tahun sehingga menjadi irama, keberadaan, atau habit.  

Padahal, mestinya sebagai orang percaya, kita adalah orang-orang yang telah dibeli dengan harga yang lunas dibayar, dan kita bukan milik kita sendiri. Jadi kalau mau percaya Tuhan Yesus, memang kita tidak berhak memiliki diri sendiri. Kalau tidak mau begitu, ya tidak usah. Milikilah diri kita sendiri. Sebab kalau ikut Tuhan Yesus, kita harus dimiliki Tuhan Yesus; ditebus dengan darah yang mahal dan kita menjadi milik Tuhan. Kalau di Alkitab, ada tertulis bahwa “Yahweh untuk umat Israel,” artinya memang umat Israel menjadi bangsa yang eksklusif milik Allah. Bagaimana sekarang kita bisa menjadi milik Allah, menjadi umat sekaligus anak-anak-Nya? Darah Yesus yang menebus. Kalimat Tuhan Yesus, _ “Akulah jalan,” tentu bukan tujuan. Tujuannya adalah Bapa. Kita dibeli dengan harga lunas dibayar. Kita dibenarkan, artinya dianggap benar walaupun belum berkeadaan benar, dibawa kepada Bapa. Lalu Bapa mendidik kita dengan memberikan Roh Kudus. Roh Kudus yang menuntun kita kepada segala kebenaran, Roh Kudus yang menolong kita agar kita bisa mencapai keberadaan sebagai anak-anak Allah seperti yang Bapa kehendaki.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono  

TIDAK ADA SEORANG PUN DAN APA PUN YANG DAPAT MENGHENTIKAN PERJALANAN WAKTU.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 Desember 2024
2024-12-16 18:17:34

Efesus 1-6

Card image
Truth Junior 15 Desember 2024 - ANESTESINYA TUHAN
2024-12-15 17:54:20


Amsal 14:30
”Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.”

Sobat Junior, apakah kalian tahu istilah ‘obat bius’ atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan ‘anestesi?’ Sederhananya, anestesi adalah obat penenang dan pereda rasa nyeri akibat luka yang parah. Biasanya, anestesi diberikan oleh dokter untuk pasien yang akan melakukan tindakan operasi, dengan tujuan agar pasien tersebut tidak merasa sakit selama proses pembedahan berlangsung. Orang yang diberikan obat bius atau anestesi akan lebih tenang karena tubuhnya tidak merasakan sakit walaupun terluka parah. Namun, anestesi ini punya kekurangan, yaitu tidak bertahan lama. Jadi dengan kata lain, kalau efek dari anestesi ini hilang, orang tersebut tetap merasakan sakit di tubuhnya.

Tapi tahukah Sobat Junior, ada jenis anestesi yang jangka waktunya unlimited? Anestesi ini asalnya dari Tuhan, loh, Sobat Junior. Kalau Sobat Junior mengonsumsi anestesi ini, maka kalian tidak hanya merasa tenang, tetapi juga damai sejahtera. Anestesi yang berasal dari Tuhan ini tidak memiliki efek samping apa pun, tetapi justru menyegarkan jiwa. Anestesi dari Tuhan ini adalah hati yang pemaaf dan penerima. Yaps, memaafkan semua kesalahan orang dan menerima situasi yang tidak mengenakan terjadi. Dengan memiliki hati pemaaf dan penerima, Sobat Junior telah memberikan anestesi bagi jiwa yang terluka dan menyembuhkan rasa sakit. Yuk, Sobat Junior, sama-sama kita mulai menyuntikkan anestesi Tuhan ini dalam jiwa kita.

Card image
Truth Kids 15 Desember 2024 - BERSYUKUR : KUNCI HATI YANG TENANG
2024-12-15 17:56:16


Amsal 14:30
”Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.”

Hari ini, Sinta merasa kesal saat melihat teman sekelasnya, Fanny. Fanny mendapat hadiah mainan baru dari orang tuanya. "Aku juga mau mainan seperti itu," pikir Sinta dengan cemberut. Namun, saat pulang ke rumah, Ibu menasihatinya, "Sinta, ingatlah bahwa Tuhan sudah memberikan banyak berkat untukmu. Coba lihat boneka kesayanganmu, rumah yang nyaman, dan teman-teman yang baik." Sinta terdiam dan mulai tersenyum. Ia sadar, ada begitu banyak hal yang bisa disyukurinya.

Sobat Kids, seperti yang tertulis dalam Amsal 14:30, "Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang." Iri hati muncul ketika kita tidak puas dengan apa yang kita miliki. Ketika kita iri, hati kita menjadi gelisah dan tidak tenang. Namun, dengan penguasaan diri, kita bisa belajar bersyukur dan menerima berkat-berkat yang Tuhan sudah berikan. Saat kita bersyukur, hati kita menjadi tenang dan sukacita mengisi hidup kita.

Mari kita belajar untuk menguasai diri dan menghindari iri hati, sehingga hati kita selalu penuh damai dan sukacita dari Tuhan!

Card image
Truth Youth 15 Desember 2024 (English Version) - THANKFUL VIBES: WHEN GRATITUDE BECOMES DAILY WORSHIP
2024-12-15 17:49:05


"Enter His gates with thanksgiving and His courts with praise; give thanks to Him and praise His name!" (Psalm 100:4)

Guys, have you ever thought that our gratitude can be a special form of worship to God? Sometimes, we focus so much on asking for things in our prayers, but forget to pause and say “thank you” for all that God has given us. In fact, gratitude is a form of worship that God sees and greatly values.

When we are grateful, we show that we recognize all the blessings God has given us—whether it’s family, friends, or even the small moments that make us smile. In Psalm 100:4, there’s an invitation that says, “Enter His gates with thanksgiving and His courts with praise.” This means that God wants us to draw near to Him with hearts full of gratitude.

Gratitude isn’t just about words or prayers; it can also be expressed through actions. For example, when we share with those in need or show love to those around us, we are also expressing our gratitude. In this way, we not only speak our thanks but also demonstrate that we appreciate God’s blessings by extending their impact to others.

So, let’s make it a habit to express gratitude as an act of worship. Not only does it bring peace to our hearts, but it also makes God happy! Keep being thankful, because every little thing in life is a blessing. Let’s live with a grateful heart and make it our daily worship!

WHAT TO DO:
- Dare to speak up and always express gratitude.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Timothy 1-6

Card image
Truth Youth 15 Desember 2024 - THANKFUL VIBES : KETIKA SYUKUR JADI IBADAH SEHARI-HARI
2024-12-15 17:57:28


”Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!” (Mazmur 100:4)

Guys, pernah nggak sih kita berpikir kalau rasa syukur kita bisa jadi bentuk ibadah yang spesial buat Tuhan? Kadang kita terlalu fokus minta ini itu dalam doa, tapi lupa untuk berhenti sejenak dan bilang “terima kasih” atas semua yang sudah Tuhan kasih. Padahal, rasa syukur itu adalah bentuk ibadah yang Tuhan lihat dan sangat hargai.

Saat kita bersyukur, kita menunjukkan bahwa kita menyadari semua berkat yang Tuhan berikan—entah itu keluarga, teman, atau bahkan momen kecil yang bikin kita senyum. Dalam Mazmur 100:4, ada ajakan yang bilang, “Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian.” Artinya, Tuhan ingin kita mendekat kepada-Nya dengan hati yang penuh syukur.

Bersyukur nggak cuma lewat kata-kata atau doa, tapi juga bisa lewat tindakan. Misalnya, saat kita berbagi sama orang yang kurang beruntung atau menunjukkan kasih ke orang sekitar, itu juga bentuk syukur kita. Dengan cara ini, kita bukan cuma mengucapkan rasa syukur tapi juga memperlihatkan bahwa kita menghargai berkat Tuhan dengan memperluas dampaknya buat orang lain.

Jadi, yuk mulai biasakan mengungkapkan rasa syukur sebagai bentuk ibadah. Bukan hanya bikin hati kita tenang, tapi juga bikin Tuhan senang! Teruslah bersyukur, karena setiap hal kecil dalam hidup ini adalah berkat. Let’s live with a grateful heart and make it our daily worship!

WHAT TO DO:
Memberanikan diri untuk speak up untuk selalu bersyukur.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Timotius 1-6

Card image
Renungan Pagi - 15 Desember 2024
2024-12-15 17:38:04


Hidup di zaman sulit seperti sekarang ini tak mudah menemukan orang yang punya kepedulian terhadap sesamanya, apalagi punya kemurahan hati, Alkitab nyatakan di masa-masa akhir, kebanyakan orang tak lagi punya kasih, lebih mementingkan diri sendiri, itu adalah gambaran tentang keadaan manusia pada masa akhir.

Namun bagi kita orang percaya apapun situasinya, kita diajar untuk memiliki kasih seperti Kristus! Memang tak mudah mempraktekkan kasih, karena kasih itu memberi, dalam hal ini bukan semata-mata berbicara tentang mempersembahkan yang berwujud uang atau materi, tapi juga memberi perhatian, waktu, tenaga, pikiran dan sebagainya.
(2 Timotius 3:1-4)

Card image
Quote Of The Day - 15 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-15 17:35:47


Banyak orang sibuk dengan rencana dan kesibukannya sendiri, sampai pada satu saat—di depan tahta pengadilan Kristus, ketika Ia menyingkapkan semua—pasti ada orang-orang yang sangat menyesal karena telah menyia-nyiakan kesempatan yang begitu berharga.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 15 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-15 17:34:15


Satu hal yang harus paling kita takuti, adalah berbuat dosa.

Card image
YANG HARUS PALING KITA TAKUTI - 15 Desember 2024
2024-12-15 17:31:11


  Efektivitas kekuatan kehadiran Allah itu tidak bisa dibayangkan, tidak bisa dijelaskan. Itu akan bisa kita rasakan ketika kita berada di dalam keadaan itu. Kalau kita membayar kekudusan, ketaatan kepada Tuhan, hati yang melekat kepada Allah dan tidak terikat dengan percintaan dunia, maka Allah menjadi begitu kuat menguasai kita, dan ini merupakan proses kehidupan yang harus terjadi atau berlangsung setiap hari. Jadi sejatinya, gereja Tuhan adalah tempat atau ruang pertemuan antara Allah dan umat. Kalau gereja menjadi ruang pertemuan antara umat dan Allah secara massal, maka tubuh kita menjadi ruang pertemuan antara Allah dan kita secara pribadi. Kita adalah bait Allah. Dan nanti ketika kita meninggal dunia, tubuh kita dikubur karena manusia lama kita bersama dengan tubuh daging yang tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Surga.  

Roh kita, yang memiliki nurani ilahi, sudah mengenakan kodrat ilahi, diberi tubuh kemuliaan. Jadi, roh manusia itu—dalam bahasa Ibrani bisa digunakan kata ruakh, tapi juga bisa diterjemahkan nishmat khayyim—sebenarnya memuat nurani. Jiwa kita itu antara roh dan tubuh. Apa yang masuk di tubuh, semua pengalaman yang masuk, dirasakan di jiwa, dimuat di jiwa. Yang paling banyak dimuat di jiwa itu, diserap oleh roh, menjadi nurani. Jadi, kalau yang diserap itu buruk, maka nuraninya membangun nilai-nilai yang buruk juga. Kalau dari kecil diajar mencuri, berkelahi, dan itu dianggap tidak apa-apa, maka itu masuk dalam nurani menjadi nilai hidupnya. Setelah nurani matang, atau nuraninya dewasa, maka dia akan menguasai jiwa lalu terekspresi dalam tindakan dan perbuatan. Hidupnya dikendalikan oleh nurani yang sudah rusak.  

Sampai pada titik tidak balik, tidak bisa diperbaiki nuraninya. Tapi kalau dari kecil mendengar firman atau waktu pemuda bertobat, maka nuraninya bagus. Ingat, nurani yang bagus ini adalah nurani standarnya Yesus, yang prinsip-Nya: “Makanan-Ku adalah melakukan kehendak Allah dan menyelesaikan pekerjaan-Nya_ .” Yang ketika ditawari dunia, maka dia akan menjawab, “_Kamu harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia saja kamu berbakti!_ " Nurani ini, dalam kesadaran ilahi, diberi tubuh kemuliaan. Dalam Alkitab ditulis, “ Iblis berbisik pada Yudas.” Jadi terjadi dialog dengan Iblis karena Yudas sudah begitu rusak. Pikirannya uang terus sampai dia membuka ruangan untuk dialog dengan Iblis. Jadi tubuhnya adalah bait Iblis.  

Kalau kita dipenuhi Roh Kudus dengan nurani yang bersih, maka kita juga jadi makhluk supranatural. Iblis tidak akan berkuasa atas kita. Allah kita, dahsyat. Kalau Dia mendiami kita, menjadi “jimat” kita, itu luar biasa. Bagi hamba Tuhan-hamba Tuhan harus punya jimat ini dan efektif. Waktu kita khotbah, berdoa, mengusir setan, jadi efektif. Jangan sampai dipermalukan, mengusir setan malah dipermalukan oleh setan. Makanya kita harus berdoa setiap saat. Tuhan akan menjaga kita. Kita salah sedikit saja, berasa sekali. Karena orang yang diurapi Tuhan, wajahnya bercahaya dan bisa menebar pesona. Bapa di surga menyertai, Dia tidak pernah meninggalkan kita, Dia mau diam di dalam diri kita, membangun bait suci-Nya, Tuhan akan pelihara tubuh kita, keluarga kita. Semua pasti dijaga Tuhan, tidak ada yang perlu ditakutkan.

  Masalahnya, bagaimana menghayati kehadiran Allah dan punya keberanian menghadapi hidup itu tidak bisa dijelaskan, tapi kita harus ada di dalam situasi itu. Gereja harus mengantar jemaat sampai menjadi bait Allah, kalau tidak pelayanan ini gagal. Maka kita harus berusaha bagaimana mengalami menjadi bait Allah itu. Sebagaimana Yesus adalah bait Allah dan bisa berkata, "Engkau tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau." Maka kita juga bisa berkata, "Engkau tinggal di dalam aku dan aku di dalam Engkau.” Yesus mengalami kepenuhan Allah, kita juga bisa mengalami kepenuhan Allah. Ayo, apa hebatnya jadi orang Kristen kalau kita tidak menjadi bait Allah di mana Allah hadir di dalam hidup kita? Itu jimat di atas segala jimat, kuasa di atas segala kuasa.  

Hanya Yahweh Yang Perkasa! Sampai kita merasa tidak ada takutnya menghadapi hari esok. Kalau kita tidak berani memercayai Alkitab itu fakta, celaka! Sebab faktanya Allah itu hebat. Maka satu hal yang harus paling kita takuti, adalah berbuat dosa. Jangan melanggar pantangan. Temui Tuhan Allah Elohim Yahweh, Allah yang benar yang kita bisa hampiri karena Yesus Kristus. Tidak mungkin kita tidak menghormati Tuhan Yesus Kristus, karena segala kuasa di surga di bumi diberikan kepada Tuhan Yesus. Dialah Tuhan dan Raja kita.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono  

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 Desember 2024
2024-12-15 17:22:58

Kolose 1-4
Filemon 1

Card image
Truth Kids 14 Desember 2024 - HIDUP SEDERHANA, HATI BAHAGIA
2024-12-14 23:35:55


1 Timotius 6:6
_”Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.”

Siapa di sini yang suka makan makanan favoritnya? Atau mungkin senang bermain game atau menonton acara kesukaan? Sobat Kids, apakah kita pernah merasa ingin makan atau bermain terus-menerus sampai lupa waktu? Padahal, Tuhan mengajarkan kita untuk tidak berlebihan dalam segala hal. Tuhan ingin kita bisa mengendalikan diri dan hidup sederhana.

Contohnya, ketika kita terlalu sering minta jajan atau minta dibelikan mainan terus-menerus, kita bisa lupa bahwa ada hal-hal lain yang lebih penting, seperti menabung atau membantu orang lain. Tuhan ingin kita belajar hidup sederhana, artinya kita tidak selalu mementingkan keinginan kita, tetapi juga memikirkan kebutuhan orang lain.

Sobat Kids, mengendalikan diri itu penting agar kita tidak terjebak dalam kebiasaan yang berlebihan. Kita bisa berdoa kepada Tuhan untuk meminta kekuatan sehingga bisa hidup lebih sederhana. Ketika kita bisa menguasai diri, kita akan lebih mudah merasa bersyukur. Hidup kita pun akan penuh damai sejahtera. Yuk, kita latih penguasaan diri kita dan hiduplah sesuai dengan kehendak Tuhan!

Card image
Truth Junior 14 Desember 2024 - TETAPLAH BERSYUKUR
2024-12-14 23:34:00


1 Timotius 6:6
”Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.”

Pernahkah kalian berada dalam situasi yang tidak menyenangkan, Sobat Junior? Misalkan untuk mendapatkan sesuatu, kalian harus sabar menunggu. Atau kalian disalahkan atas perbuatan yang tidak kalian lakukan, atau bahkan kalian diejek atas kekurangan kalian. Hmmm… rasanya sangat menyakitkan mengalami hal-hal seperti ini. Ada perasaan kuat untuk marah dan membela diri, tetapi kalian tidak berdaya. Seberapapun besar rasa sakit yang kalian alami, Tuhan tahu penderitaan kalian dan Tuhan peduli. Jika kalian mengalami hal yang tidak menyenangkan atau bahkan menyakitkan, tidak masalah jika kalian mengekspresikan perasaan tersebut dengan menangis, tetapi tetap kendalikan diri kalian agar tidak melukai orang di sekitar dengan emosi negatif, seperti marah yang berlebihan, mencaci, atau bahkan bersikap kasar.

Sobat Junior, tahu tidak, ada satu metode yang sangat ampuh untuk dapat mengatasi kesedihan atas penderitaan yang kita alami? Mau tahu metodenya? Metode ampuh yang bisa kalian lakukan ketika mengalami penderitaan adalah selalu bersyukur dalam semua kejadian yang kalian alami. Hah?! Kok, aneh? Mengalami kesusahan dan penderitaan, tapi malah bersyukur?

Iya, dengan bersyukur atas semua hal yang terjadi, entah itu senang ataupun susah, sebenarnya kita menaruh rasa percaya kepada Tuhan untuk mengatur kehidupan kita. Kita tidak mengharapkan sesuatu sesuai dengan keinginan sendiri. Dengan bersyukur, kita dapat mengobati semua perasaan negatif dan memercayakan pengaturan hidup kita kepada Tuhan.

Card image
Truth Youth 14 Desember 2024 (English Version) - A GRATEFUL HEART, A QUALITY LIFE!
2024-12-14 23:31:09


"Rejoice always, pray continually, give thanks in all circumstances; for this is God’s will for you in Christ Jesus." (1 Thessalonians 5:16-18)

Friends, have you ever paused and truly felt grateful for what you have? Sometimes, in the busyness of life, we tend to focus on what we don’t have or what isn’t going the way we want it. But in reality, gratitude is the key to making our lives more peaceful and happy.

Gratitude isn’t just about saying “thank you” to God; it’s about seeing every moment as a blessing. Even the small things, like the air we breathe or a smile from a loved one, are reasons to be grateful. When we view life with a grateful heart, our perspective becomes more positive, and we begin to appreciate what we have.

In 1 Thessalonians 5:18, it says, "Give thanks in all circumstances; for this is God’s will for you in Christ Jesus." This verse teaches us to be thankful, no matter the situation. Gratitude is like a spiritual exercise that draws us closer to God. When we are thankful, we learn to be more patient, more content, and less envious of others' lives.

Try making it a habit to find something to be thankful for every day, no matter how small. This not only brings peace to our lives but also helps us realize how great God’s love is for us. So, let’s live with a heart full of gratitude and experience the difference!

WHAT TO DO:
- View and live your life with gratitude toward God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Thessalonians 1-3

Card image
Truth Youth 14 Desember 2024 - A GRATEFUL HEART, A QUALITY LIFE!
2024-12-14 23:28:45


”Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1 Tesalonika 5:16-18)

Teman-teman, pernah nggak sih kita berhenti sejenak dan benar-benar merasakan rasa syukur atas apa yang kita punya? Kadang, di tengah sibuknya rutinitas, kita gampang banget fokus pada hal-hal yang belum kita miliki atau yang belum sesuai keinginan. Tapi sebenarnya, rasa syukur itu adalah kunci buat bikin hidup kita lebih tenang dan bahagia.

Rasa syukur bukan cuma soal mengucapkan “terima kasih” ke Tuhan, tapi juga soal melihat setiap momen sebagai berkat. Bahkan hal-hal kecil, misalnya udara yang kita hirup atau senyum dari orang-orang terdekat, adalah alasan buat kita bersyukur. Ketika kita bisa memandang hidup dengan hati yang bersyukur, maka perspektif kita jadi lebih positif, dan kita lebih menghargai apa yang ada.

Di dalam 1 Tesalonika 5:18, dikatakan, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” Ayat ini ngajarin kita buat bersyukur, nggak peduli dalam keadaan apa pun. Rasa syukur itu seperti latihan rohani yang bikin kita makin dekat dengan Tuhan. Ketika kita bersyukur, kita belajar buat lebih sabar, lebih puas, dan nggak gampang iri sama hidup orang lain.

Coba deh, mulai biasain buat menemukan hal-hal yang bisa disyukuri setiap hari, sekecil apa pun itu. Hal ini nggak cuma bikin hidup lebih damai, tapi juga bikin kita semakin sadar betapa besar kasih Tuhan buat kita. Jadi, yuk, hidup dengan hati yang bersyukur dan rasain bedanya!

WHAT TO DO:
Memandang dan menjalani hidup kita dengan penuh bersyukur kepada Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Tesalonika 1-3

Card image
Renungan Pagi - 14 Desember 2024
2024-12-14 15:36:24


Martin Niemoller, seorang Pendeta terkemuka asal Jerman, melewatkan hampir delapan tahun masa hidupnya di kamp-kamp konsentrasi Nazi karena ia menentang Hitler secara terang-terangan. Pada malam Natal tahun 1944, kepada sesama penghuni penjara di Dachau, Niemoller mengucapkan kata-kata yang penuh pengharapan berikut ini: “Teman-teman terkasih, pada Natal kali ini, marilah kita percaya, bahwa dalam diri Sang Bayi di Bethlehem itu, DIA, Yesus yang telah datang kepada kita didunia demi menanggung bersama segala sesuatu yang sangat membebani kita.

Allah sendiri telah menjembatani diri-NYA dengan manusia! Surya Pengharapan dari tempat yang tinggi telah melawat kita!” sesuai firman-NYA; "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."

Jadi dalam keadaan tanpa pengharapan, tidak tahu apa yang akan terjadi padanya esok atau nanti, tetapi Martin tahu dengan pasti, ada pengharapan abadi lewat kelahiran Kristus, yaitu bukti nyata kasih Allah yang besar akan dunia ini. Allah Bapa yang memberikan Putra Tunggalnya untuk menyelamatkan umat manusia didunia, bagi orang-orang yang mau percaya kepada-NYA.
(Yohanes 3:16)

Card image
Quote Of The Day - 14 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-14 15:35:07


Kalau semangat zaman semakin merasuk dalam diri seseorang maka pikirannya semakin tertutup terhadap kebenaran Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 14 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-14 15:33:46


Jangan sampai kesibukan kita untuk bertumbuh dikalahkan oleh kesibukan dalam pelayanan. Sebab kita harus diubahkan terus, supaya bukan hanya menjadi umat, melainkan menjadi anak.

Card image
THE EFFECTIVENESS OF GOD'S PRESENCE - 14 Desember 2024
2024-12-14 15:21:03


In the reality of life, there are people who have supernatural powers. However, their lives have taboos so that supernatural power can work optimally. In addition to taboos, there may also be victims-either animal sacrifices, even human sacrifices, or they must isolate themselves for a long time. This is parallel to if we make God our strength. We cannot make God our strength by living carelessly. God becomes ineffective, and in reality God seems powerless, not real in our lives when we fail to follow His commandments. If we look at the life of the Israelites, it is clear that as long as they lived in obedience to the law and worshiped only Elohim Yahweh, they became a very strong nation, invincible, never losing a war. Their kingdom prospered, respected by the nations around Israel.

But when they left the Torah, they did not worship God Yahweh, so they were conquered by enemies, dominated, colonized, their kingdom became weak. And history records how the nation was destroyed from 722 BC. Northern Israel was destroyed, in 586 BC, Judah was completely destroyed. The Bible says that God allowed His glory to fall because the life of the Israelites could not be separated from the glory and majesty of the God they worshiped. At one point, when Israel was disobedient, the Ark of the Covenant was captured and placed alongside the idols of the Philistines.

The Bible says we are not the chosen people, in fact we are not included in Israel. But by Jesus who died on the cross, we are justified, considered righteous, then we who were far away have become near, Paul wrote. We who were not Israel before have become Israel. We can call the God of the universe who created the heavens and the earth, who governs the universe, as Father, and we become His people. We become spiritual Israelites. That is why we are counted as descendants of Abraham; not of flesh and blood, but of faith. Each individual can become a child of God with a personal and intimate relationship with Him. That is great. In the Old Testament, only the high priest could approach God in the Holy of Holies, and even then, only once a year. Now, however, the temple of God has been transformed: our bodies have become His temple because the Holy Spirit dwells within us. Remembering this fills us with joy.

In 1 Peter 1:16 it is written, “Be holy, for I am holy. Come out from among them, and touch nothing unclean, and I will accept you as My sons and My daughters." Obviously, God will not forget us. When the Israelites obeyed, the Lord blessed every aspect of their lives. The problem is, when we become children of God, do we want to listen? When we were redeemed by the blood of Jesus to become children of God, we lost our whole life. We belong to God, belong to the Father, and the Father wants to change us into His children, not just in status but in existence. Our existence must be like the Father. That is why at the beginning of Jesus' ministry the sermon on the mount began with the sentence, "You must be perfect." So, how closer to perfection that we are determines the effectiveness of God the Father's presence within us.

So if we remember that our body is the temple of God, where there is a holy of holies inside us, and we can have dialogue at any time, that is amazing. But we see many Christians far from the standard because they do not dare to pay the price of being redeemed. Now we are the chosen people because of Jesus, so we must wear the life of Jesus. That is why we were bought at a price, that we are not our own. Unlike those who pursue supernatural power through ascetic practices-such as fasting, not drinking, meditating on mountains, or even dare to sleep in graveyards. We don't have to do that. But we must dare to put the flesh to death, wear the life of Jesus through process after process until we become children of God who are divine in nature, so that we can say, "It is no longer I who live, but Christ who lives in me."

Don't let our busyness in growing be defeated by our busyness in service. Because we must continue to be changed, so that we do not remain merely conggregation, but also become His children. And to be children, we must have the nature of God. If the Israelites kept the law only based on the Torah, their temple was a building, and they could not meet God individually because only the high priest and once a year. Now, the temple is no longer a building but our bodies. So how holy we must take care of our bodies. Not only maintaining health, that's for sure, but also purity of thought and action. Keep away from fornication, hatred, and all things that are not proper. God is present in our lives, and we can encounter Him personally. This becomes our strength.

HOW CLOSER TO PERFECTION THAT WE ARE DETERMINES OF GOD THE FATHER'S PRESENCE WITHIN US.

Card image
EFEKTIVITAS KEHADIRAN ALLAH - 14 Desember 2024
2024-12-14 15:17:55


Dalam kenyataan hidup, ada orang-orang yang memiliki kesaktian supranatural. Namun hidupnya punya pantangan agar kuasa supranatural bekerja maksimal. Selain pantangan, bisa juga harus ada korban—entah korban binatang, bahkan manusia atau dia harus menyepi sekian lama. Ini paralel dengan kalau kita menjadikan Tuhan itu kekuatan kita. Kita tidak bisa menjadikan Tuhan kekuatan kita dengan hidup sembarangan. Tuhan menjadi tidak efektif, dan dalam kenyataannya Tuhan seakan-akan tidak berkuasa, tidak nyata di dalam hidup kita karena kita tidak menuruti aturan. Kalau kita perhatikan kehidupan bangsa Israel, jelas sekali selama mereka hidup dalam ketaatan kepada hukum Taurat dan menyembah hanya kepada Elohim Yahweh, mereka menjadi bangsa yang sangat kuat, tidak terkalahkan, tidak pernah kalah perang. Kerajaan mereka menjadi makmur, disegani oleh bangsa-bangsa di sekitar Israel.  

Tetapi ketika mereka meninggalkan Taurat, mereka tidak menyembah Elohim Yahweh, maka mereka ditaklukkan oleh musuh, dikuasai, dijajah, kerajaan mereka menjadi lemah. Dan sejarah mencatat bagaimana bangsa itu hancur dari tahun 722 sebelum Masehi. Israel Utara hancur, tahun 586 sebelum Masehi, Yehuda hancur seluruhnya. Alkitab mengatakan Allah membiarkan kemuliaan-Nya jatuh karena kehidupan bangsa Israel itu tidak bisa dipisahkan dari kemuliaan dan keagungan Allah yang disembahnya. Sampai pada suatu waktu ketika bangsa Israel tidak dengar-dengaran, maka tabut perjanjian direbut lalu digabung dengan patung penyembahan bangsa Filistin.  

Alkitab mengatakan kita bukan umat pilihan, sebenarnya kita tidak tergolong sebagai Israel. Tetapi oleh Yesus yang mati di kayu salib, kita dibenarkan, dianggap benar, lalu kita yang jauh menjadi dekat, demikian Paulus menulis. Yang dulu kita bukan Israel, sekarang menjadi Israel. Kita bisa memanggil Allah semesta alam yang menciptakan langit dan bumi, yang mengatur alam semesta, sebagai Bapa, dan kita menjadi umat-Nya. Kita menjadi Israel-Israel rohani. Itulah sebabnya kita diperhitungkan sebagai keturunan Abraham; bukan dari darah daging, melainkan dari iman. Masing-masing individu bisa menjadi anak-anak Allah yang memiliki hubungan intim. Itu hebat sekali. Kalau di Perjanjian Lama yang boleh menjumpai Allah hanya imam besar setahun sekali, tapi sekarang bait Allah sudah berubah, yaitu tubuh kita menjadi bait Allah karena Roh Kudus yang dimeteraikan di dalam kita. Kalau kita ingat ini, kita bahagia.  

Di dalam 1 Petrus 1:16 tertulis, “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. Keluarlah kamu dari antara mereka, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu sebagai anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku Perempuan.” Jelas, Allah tidak akan melupakan kita. Kalau bangsa Israel dengar-dengaran, TUHAN berkati di segala aspeknya. Masalahnya, ketika kita menjadi anak-anak Allah, apakah mau dengar-dengaran? Ketika kita ditebus darah Yesus menjadi anak-anak Allah, kita kehilangan seluruh hidup kita. Kita dimiliki Tuhan, dimiliki Bapa, dan Bapa mau mengubah kita menjadi anak-anak-Nya, bukan hanya status namun keberadaan. Keberadaan kita harus keberadaan seperti Bapa. Itulah sebabnya di awal pelayanan Yesus dalam khotbah di bukit dimulai dengan kalimat, "Kamu harus sempurna." Jadi, seberapa kita sempurna itu menentukan efektivitas kehadiran Allah Bapa di dalam diri kita.  

Maka kalau kita ingat bahwa tubuh kita adalah bait Allah, di mana ada ruang maha suci di dalam diri kita, dan kita bisa dialog setiap saat, itu luar biasa. Tapi kita melihat banyak orang Kristen jauh dari standar karena tidak berani membayar harga menjadi anak tebusan. Sekarang kita menjadi umat pilihan karena Yesus, sehingga kehidupan Yesus harus kita kenakan. Itulah sebabnya kita dibeli dengan harga lunas dibayar, bahwa kita bukan milik kita sendiri. Di luar sana, orang yang mau jadi orang sakti harus bertapa dulu di gunung, tidak makan, tidak minum, sampai berani tidur di kuburan. Kita tidak harus begitu. Tapi kita harus berani mematikan daging, mengenakan hidup Yesus lewat proses demi proses sampai kita menjadi anak-anak Allah yang berkodrat ilahi, sehingga bisa berkata, "Hidupku bukan aku lagi tapi Kristus yang hidup di dalam aku."

  Jangan sampai kesibukan kita untuk bertumbuh dikalahkan oleh kesibukan dalam pelayanan. Sebab kita harus diubahkan terus, supaya bukan hanya menjadi umat, melainkan menjadi anak. Dan untuk menjadi anak, kita harus berkodrat Allah. Kalau bangsa Israel melakukan hukum hanya berdasarkan Taurat, bait Allah mereka berupa bangunan, dan mereka tidak bisa menjumpai Allah secara individu karena hanya imam besar dan setahun sekali. Sekarang bait Allah berubah dari gedung menjadi tubuh. Dan bait Allah itu adalah tubuh kita. Maka betapa kudusnya kita harus menjaga tubuh kita ini. Bukan hanya menjaga kesehatan, itu sudah pasti, melainkan juga kesucian berpikir dan bertindak. Jauhkan dari percabulan, kebencian, dan segala hal yang tidak patut. Allah hadir di dalam hidup kita, dan kita bisa mengadakan perjumpaan dengan Allah. Itu menjadi kekuatan kita.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono  

SEBERAPA KITA SEMPURNA ITU MENENTUKAN EFEKTIVITAS KEHADIRAN ALLAH BAPA DI DALAM DIRI KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 Desember 2024
2024-12-14 15:13:48

Kisah Para Rasul 27-28

Card image
Truth Kids 13 Desember 2024 - JADILAH RENDAH HATI
2024-12-13 21:23:40


Amsal 16:18
”Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.”

Di kelas, Roni mendapatkan nilai lebih tinggi dari temannya saat ulangan matematika. Ia mendapatkan nilai 100 karena hasil belajar yang sungguh-sungguh. Ia sangat senang sekali saat hasil ulangan dibagikan. Sayangnya, ia mengejek teman-temannya yang mendapatkan nilai lebih rendah.

Pada saat ulangan berikutnya, Roni merasa sudah bisa. Ia tidak belajar dengan sungguh-sungguh. Ketika hasil ulangan dibagikan, ia mendapatkan nilai lebih rendah dari teman-teman yang pernah ia ejek. Ia sangat menyesal dan minta maaf kepada teman-temannya.

Sobat Kids, terkadang tanpa kita sadari, kita menjadi sombong karena pencapaian yang kita peroleh. Hal tersebut membuat kita merendahkan orang lain dan tidak bisa menguasi diri. Tindakan tersebut dapat melukai perasaan orang di sekitar kita. Marilah kita tetap rendah hati saat kita memiliki sesuatu yang lebih dari orang lain.

Card image
Truth Junior 13 Desember 2024 - SSTTT KENDALIKAN HATI, YUK!
2024-12-13 21:22:17


Amsal 16:18
”Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.”

Dalam sebuah kawanan semut, menjadi anggota semut alate yang merupakan prajurit gagah pembela kawanan semut saat terjadi serangan adalah sebuah kebanggaan dan kehormatan tersendiri. Begitulah yang dirasakan oleh Royan, salah satu anggota semut alate yang terpandang hormat di antara kawanan semut. Bisa dikatakan, Royan adalah seekor semut sombong yang sering merendahkan semut-semut lain, terutama para semut pekerja. Banyak yang tidak menyukai Royan karena keangkuhan dan kesombongannya. Hingga suatu hari..

‘’Gawat!!!!! Gawat!!!! Sarang kita diserang oleh manusia !!!”” teriak salah seekor semut pekerja yang panik dan ketakutan. “Semua pasukan alate bersiap dalam posisi serangan masing-masing. Sekarang!!!!’’ perintah Argon yang merupakan komandan pasukan alate. Pada peristiwa itu, terjadi kerusakan parah dan banyak kawanan semut alate dan pekerja yang berguguran, salah satunya adalah Royan.

Sobat Junior, dari kisah Royan, si semut sombong, apa yang bisa kalian pelajari? Hmmm, ending yang tragis untuk Royan, ya. Perasaan sombong dan angkuh pasti membutakan nurani dan mengurangi kewaspadaan diri kita akan bahaya. Seperti kisah si Royan semut sombong, karena kesombongannya, ia bernasib tragis.

Begitupun juga dengan kita, Sobat Junior. Kalau kita menaruh perasaan sombong akan sesuatu yang kita miliki, hal ini dapat membutakan nurani dan membuat kita tidak waspada untuk menjaga hati. Akibatnya, kita tidak mampu mengendalikan perasaan, seperti mudah baperan, iri terhadap orang lain, mudah benci, dan sebagainya. Mulai dari sekarang, yuk, sama-sama belajar untuk menjaga dan merendahkan hati di hadapan Tuhan.

Card image
Truth Youth 13 Desember 2024 (English Version) -MUST BE TESTED
2024-12-13 21:19:30


"In all this you greatly rejoice, though now for a little while you may have had to suffer grief in all kinds of trials. These have come so that the proven genuineness of your faith—of greater worth than gold, which perishes even though refined by fire—may result in praise, glory, and honor when Jesus Christ is revealed." (1 Peter 1:6-7)

We all have faced the challenge of final exams, whether in school or college. Do you know that exams are given by schools or universities to assess how well students have grasped the material and competencies taught? As a result, some students pass, while others may fail. The purpose of an exam is to be an accurate tool for evaluating each student's abilities.

Similarly, in the life we are living today, challenges or life tests are inseparable from each individual's journey. Everyone faces various types of trials, from loss and failure to problems that seem endless. But as Christians, challenges like these are not obstacles; they are opportunities to prove our patience and faithfulness to God.

It is a pleasing offering to God when He sees us, His beloved, living life sincerely without complaining or giving up, even when facing various trials. As we read in today’s scripture, we are taught to rejoice in the face of trials, knowing that they will prove the purity of our faith. Are we faithful only when things are good, or are we still faithful when facing unpleasant situations?

Believe that each of us has the potential to face and overcome life's challenges in a way that pleases God. That is why a pure faith and steadfast heart are so important in difficult times. We can achieve this by sitting daily at the feet of God and reflecting on His Word.

Let’s learn to see and respond correctly to the lessons, discipline, and advice that God gives us day by day through the school of life. Or do we want to be the ones who "fail" the test simply because we are lazy and ignore God’s instruction? Therefore, we must view life’s challenges as a way to prove our faithfulness to God. No matter the challenge, pleasing God is the right choice.

WHAT TO DO:
- Always set aside time for prayer and Bible reading so we can be sensitive to God’s teachings every day.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Thessalonians 1-5

Card image
Truth Youth 13 Desember 2024 - HARUS TERUJI
2024-12-13 21:17:08


”Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu – yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api – sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.” (1 Petrus 1:6-7)

Kita semua pasti pernah melewati tahap menghadapi ulangan akhir atau ujian akhir saat di bangku sekolah maupun ketika kuliah. Tahukah teman-teman, ujian itu diberlakukan oleh pihak sekolah atau kampus dengan tujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan setiap peserta didik atau mahasiswanya dalam menyerap materi maupun kompetensi yang telah diberikan sebelumnya. Hal hasil, bagi sebagian peserta ada yang dinyatakan ‘lulus’ ataupun ‘tidak lulus’. Maka pentingnya sebuah ujian diselenggarakan untuk menjadi sarana yang tepat, untuk melihat setiap kemampuan setiap pribadi peserta didik ataupun mahasiswa.

Sama halnya dengan kehidupan yang sedang kita jalani hari ini, tantangan atau ujian hidup sudah menjadi hal yang tidak terpisahkan dari perjalanan setiap individu. Setiap orang mengalami berbagai macam ujian, mulai dari kehilangan, kegagalan, hingga masalah yang tampaknya tidak ada ujungnya. Tapi sebagai orang Kristen, tantangan atau ujian semacam ini bukanlah sebuah hambatan, melainkan peluang untuk membuktikan kesabaran dan kesetiaan kita kepada Tuhan.

Sebuah persembahan yang harum dan menyenangkan hati Tuhan, ketika Ia melihat setiap kita yang dikasihi-Nya menjalani kehidupan dengan tulus tanpa ngedumel apalagi sampai putus asa, saat menghadapi berbagai ujian yang sedang dialami. Seperti yang kita ketahui bersama dalam pembacaan ayat firman Tuhan hari ini, yang mengajarkan kepada kita untuk senantiasa bergembira saat menghadapi berbagai macam pencobaan, yang semuanya itu akan membuktikan kemurnian iman kita kepada Tuhan. Apakah hanya saat senang, kita setia kepada-Nya, atau kita tetap setia juga saat mengalami hal yang tidak menyenangkan.

Percayalah setiap kita memiliki potensi untuk menghadapi dan mengatasi tantangan hidup dengan cara yang berkenan kepada Tuhan. Itulah mengapa, pentingnya iman yang murni dan keteguhan hati saat berada dalam masa sulit. Semua itu akan kita dapatkan jika setiap hari kita duduk diam di kaki Tuhan dan merenungkan firman-Nya setiap hari.

Mari kita belajar melihat dan mereponi dengan benar setiap ajaran, didikan, serta nasihat yang Tuhan berikan hari demi hari melalui sekolah kehidupan yang kita jalani. Atau kita mau menjadi anak yang ‘tidak lulus’ ujian, hanya karena kita malas dan mengabaikan setiap didikan dari Tuhan. Oleh sebab itu, menghadapi ujian hidup harus kita pandang sebagai sarana untuk membuktikan kesetiaan kita mengiring TUHAN. Apa pun tantangannya, menyenangkan hati Tuhanlah pilihannya.

WHAT TO DO:
< Selalu miliki jam doa dan baca Alkitab, agar kita bisa peka akan setiap didikan yang Tuhan kasih setiap hari.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Tesalonika 1-5

Card image
Renungan Pagi - 13 Desember 2024
2024-12-13 21:15:09


Pada suatu bulan Desember, seorang kawan yang tak pernah ke gereja tiba-tiba dengan antusias mengajak saya datang ke perayaan Natal di sebuah gereja. “Ada makan gratis, lho. Musik dan dramanya juga bagus”, ucapnya. Saya lalu bertanya, ia pergi ke gereja untuk mencari makan gratis atau mencari Tuhan. “Ya cari makan gratis dan pertunjukan gratis, setahun sekali gitu, lho”, jawabnya.

Sepanjang bulan itu ia rajin datang ke beberapa gereja yang menyediakan makanan dan pertunjukan menarik untuk merayakan Natal. Berapa banyak dari kita yang masih melakukan hal ini?. Kita harus memahami bahwa dalam Ibadah -ibadah yang kita lakukan, harus mengalami perjumpaan dengan Tuhan, karena sesungguhnya Tuhan selalu hadir menyatakan Diri-NYA dalam setiap ibadah.

"Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: "Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan." Mari gunakan waktu menjelang Natal ini untuk memeriksa hati kita, datang ke gereja untuk mencari Tuhan, menyembah dan memuji Dia, belajar kebenaran Firman-Nya sehingga kita hidup dalam kebenaran-Nya dan mengalami Tuhan.
(1 Timotius 3:16)

Card image
Quote Of The Day - 13 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-13 20:25:05


Lebih dari kegiatan pelayanan, orang percaya dipanggil terlebih dahulu untuk mengasihi Tuhan dengan tidak menghargai dunia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 13 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-13 20:23:55


Buatlah orang yang melawan kita, melawan Tuhan; yaitu kalau kita tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, hidup benar, mengasihi sesama, mengasihi musuh.

Card image
THE HOLINESS OF GOD CONSUMES THE FLESH - 13 Desember 2024 (English Version)
2024-12-13 17:53:54


We must persevere in waiting for the Lord. Meet the Lord and hear His voice. People can talk about God, but they do not meet the Lord. People can also pray fluently, but they pray to the God they fantasize in their minds. So if we do not meet the Lord, we are not imparted with the nature or character of God, so we cannot possibly put to death the old man. If we only read what is written in the scriptures, then we only understand in our minds, but we do not meet the God spoken of in the scriptures, and it is impossible for us to change. Don't let us grow old, but we are never filled with the Holy Spirit. Every day we must be filled with the Holy Spirit. If we are filled with the Holy Spirit, then it is impossible for us to speak carelessly, it is impossible for us to sin, it is impossible for us to have worldly pleasures.

Don't just formulate about God from what is written in the Bible, but meet Him. Each of us can meet God. Once we die, we cannot meet Him if we have not met Him here on earth. Do not watch things that do not need to be watched, be immersed in the presence of God. Our old human cannot die without meeting God. If we only absorb the word, knowledge about God intellectually, our old man can never die. Because knowledge can be received through the mind, the mind can be filled, absorbed, condensed, but feelings cannot be condensed, it must go through a process. Encountering God fills our feelings. And God wants our feelings are connected to God's feelings. However, knowledge about God is devoid of feeling and therefore cannot transform our feeling. Thus, we must meet God.

Do not make God just a shadow, a fantasy, but meet Him yourself. First, an encounter with God, the holiness of God will consume our flesh. God is terrible; this is not terrible in a negative sense. God is awesome, His holiness is terrible. If we meet that terrible God every day, then will mortify our flesh. And there is a genuine fear, a holy fear of God. Come on, let's all change. Don't feel great because you have a bachelor's, master's, or doctorate in theology. Moreover, His word says, "You are not your own." How can that be applied? If it's just knowledge, it can't be. Without feelings touched by God, it cannot happen. Our feelings must be stung by God continuously. Encountering God makes us unable to sin because we are stung by the holiness of God.

And secondly, encountering God makes fading the beauty of the world. The taste of our souls change, where worldly cravings fade away. Why do we dare to walk without God? Why don't we always walk with Him? We must train ourselves to continue to live the presence of God. And that can happen if we have special time to meet God. Experiencing an encounter with God every day progressively stimulate us to walk with God more and more. We will regret it if we do not take advantage of this opportunity. So it is not surprising if we find great theologians, but their behavior is not honorable. The answer is because they do not meet God, so their old self cannot die.

Let us weep together, but we cannot weep together unless we first weep together before God. Come on, let us pack up and let us do the work of God the Father in the rest of our lives. Do not be afraid about money, costs, and so on. Those are matters that God will resolve. The important thing is that we fulfill our part. If we wake up in the morning to pray or in the middle of the night we pray, it is not just us kneeling and saying a few sentences, but we seek the face of God, until we find His presence. So, we understand why people like Abraham, David, Daniel, Joseph are great people. They did not have the Bible, did not have theology books, but they had the God written in our Bible. They met the God written in the Bible.

This is the opposite of humans today. Having a Bible, learning from the letters in the Bible, making conclusions, definitions and theological formats, but not meeting the God written in the Bible. Let us not concern ourselves with others but instead earnestly seek to become individuals who encounter God. So that our lives become a representation of God wherever we are. We represent the Lord Jesus, act as Jesus acted. With love, gentleness, holiness, purity, honesty, we become God's representatives every day wherever we are. Don't fight evil with evil, let's be silent, let God defend. And let the Holy Spirit speak to those who oppose us. Make those who are against us, against God; that is, if we do not repay evil for evil, live righteously, love others, love enemies. We leave our opponents to contend with God. When we resist the temptation to fight back, those who oppose us are ultimately opposing God. Return the matter to Him.

AN ENCOUNTER WITH GOD, GOD'S HOLINESS WILL CONSUME OUR FLESH.

Card image
KESUCIAN TUHAN MENGHANGUSKAN KEDAGINGAN - 13 Desember 2024
2024-12-13 12:46:32


  Kita harus tekun menantikan Tuhan. Temui Tuhan dan mendengar suara-Nya. Orang bisa cakap berbicara tentang Tuhan, tapi tidak bertemu Tuhan. Orang juga bisa lancar berdoa, tapi dia berdoa kepada Allah yang dia fantasikan dalam pikiran. Maka kalau kita tidak menemui Tuhan, kita tidak terimpartasi sifat atau karakter Allah, sehingga kita tidak mungkin bisa mematikan manusia lama. Kalau kita hanya membaca apa yang tersurat di kitab suci, maka kita hanya mengerti di pikiran, tapi kita tidak bertemu Tuhan yang dibicarakan dalam kitab suci, dan tidak mungkin kita berubah. Jangan sampai kita sudah keburu tua, tapi kita tidak pernah dipenuhi Roh Kudus. Tiap hari kita harus dipenuhi Roh Kudus. Jika kita dipenuhi Roh Kudus, maka tidak mungkin kita bicara yang sembarangan, tidak mungkin kita berbuat dosa, tidak mungkin kita punya kesenangan dunia.  

Jangan hanya merumuskan tentang Tuhan dari apa yang tertulis di Alkitab, tapi temui Dia. Masing-masing kita juga bisa menemui Tuhan. Nanti kalau sudah mati, kita tidak bisa bertemu Tuhan lagi kalau di bumi ini kita tidak menemui Tuhan. Jangan menonton apa yang tidak perlu ditonton, tenggelamlah di hadirat Tuhan. Manusia lama kita tidak bisa mati tanpa perjumpaan dengan Tuhan. Kalau hanya menyerap firman, ilmu tentang Tuhan di pikiran, manusia lama kita tidak akan pernah bisa mati. Karena pengetahuan bisa diterima lewat pikiran, pikiran bisa diisi, diserap, dipadatkan, tapi perasaan tidak bisa dipadatkan, harus lewat proses. Perjumpaan dengan Allah itu mengisi perasaan kita. Dan Allah mau perasaan kita terhubung dengan perasaan Tuhan. Tapi kalau ilmu tentang Tuhan, itu tidak berperasaan, tidak akan bisa mengubah perasaan kita. Maka, kita harus berjumpa dengan Tuhan.  

Jangan menjadikan Tuhan sekadar bayangan, fantasi, tapi temuilah Dia sendiri. Pertama, perjumpaan dengan Tuhan, kesucian Tuhan akan menghanguskan kedagingan kita. Tuhan itu mengerikan; ini bukan mengerikan dalam arti negatif. Allah itu dahsyat, kesucian-Nya itu mengerikan. Kalau tiap hari bertemu Tuhan yang mengerikan itu, maka kita tidak bisa tidak mematikan kedagingan kita. Dan ada ketakutan yang tulus, ketakutan yang kudus terhadap Allah. Ayo, semua kita berubah. Jangan merasa sudah hebat karena sudah bergelar sarjana, magister, atau doktor teologi. Belum lagi, firman-Nya mengatakan, "Kamu bukan milik kamu sendiri." Bagaimana itu bisa dikenakan? Kalau hanya ilmu, tidak bisa. Tanpa perasaan yang disentuh Tuhan, tidak bisa. Perasaan kita harus disengat Tuhan terus. Perjumpaan dengan Tuhan membuat kita tidak bisa berbuat dosa karena disengat oleh kekudusan Allah.  

Dan yang kedua, perjumpaan dengan Tuhan membuat dunia jadi pudar keindahannya. Selera jiwa kita berubah di mana keinginan terhadap dunia jadi pudar. Kenapa kita berani berjalan tanpa Tuhan? Kenapa kita tidak jalan selalu dengan Dia? Kita harus melatih terus menghayati kehadiran Allah. Dan itu bisa terjadi kalau kita punya waktu khusus bertemu dengan Tuhan. Mengalami perjumpaan dengan Tuhan setiap hari, membuat makin lama pertemuan itu akan makin merangsang kita berjalan dengan Tuhan. Kita akan sangat menyesal kalau tidak memanfaatkan kesempatan ini. Maka tidak heran kalau kita menjumpai ada teolog-teolog yang hebat, tapi kelakuannya tidak terhormat. Jawabnya adalah karena mereka tidak berjumpa dengan Tuhan, maka tidak bisa mati manusia lamanya.  

Mari kita menangis bersama. Tapi kita tidak akan bisa menangis bersama, kalau kita tidak bisa menangis bersama di hadapan Tuhan. Ayo, kita berkemas-kemas dan kita mengerjakan pekerjaan Allah Bapa di sisa umur hidup ini. Jangan takut soal uang, biaya, dan lain-lain. Itu urusan yang Tuhan akan selesaikan. Yang penting, kita penuhi bagian kita. Kalau pagi kita bangun berdoa atau tengah malam kita berdoa, itu bukan sekadar kita berlutut dan mengucapkan beberapa kalimat, melainkan kita mencari wajah Tuhan, sampai kita menemukan hadirat-Nya. Jadi, kita mengerti kenapa orang-orang seperti Abraham, Daud, Daniel, Yusuf adalah orang-orang hebat. Mereka tidak punya Alkitab, tidak punya buku teologi, tapi mereka punya Tuhan yang ditulis dalam Alkitab kita ini. Mereka bertemu dengan Allah yang ditulis dalam Alkitab.  

Ini kebalikan dengan manusia hari ini. Punya Alkitab, belajar dari huruf-huruf yang di Alkitab, membuat kesimpulan, definisi dan format-format teologi, tapi tidak bertemu dengan Tuhan yang ditulis di Alkitab. Jangan mengurusi orang lain, tapi mari kita mau sungguh-sungguh menjadi orang-orang yang bertemu dengan Tuhan. Agar hidup kita menjadi representasi Tuhan di mana pun kita berada. Kita ini mewakili Tuhan Yesus, bertindaklah seperti Yesus bertindak. Dengan kasih, lemah lembut, kekudusan, kesucian, kejujuran, kita menjadi wakil Tuhan setiap hari di mana pun kita berada. Jangan melawan kejahatan dengan kejahatan, kita diam, biar Tuhan yang membela. Dan biar Roh Kudus yang bicara kepada mereka yang menjahati kita. Buatlah orang yang melawan kita, melawan Tuhan; yaitu kalau kita tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, hidup benar, mengasihi sesama, mengasihi musuh. Dia melawan Tuhan; kembalikan ke Tuhan.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PERJUMPAAN DENGAN TUHAN, KESUCIAN TUHAN AKAN MENGHANGUSKAN KEDAGINGAN KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 Desember 2024
2024-12-13 12:42:14

Kisah Para Rasul 24-26

Card image
Truth Kids 12 Desember 2024 - TAAT ORANG TUA
2024-12-12 17:43:51


Keluaran 20:12
”Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.”

Suatu malam, Devan bermain handphone. Mamanya sudah mengingatkan supaya berhenti main handphone karena besok harus bangun pagi. Devan hanya bilang "iya" tetapi tidak melakukan. Ia tetap bermain handphone sampai larut malam. Akibatnya, pagi harinya ia bangun kesiangan. Maka, terlambatlah ia berangkat ke sekolah. Devan pun mendapat teguran dari gurunya.

Devan merasa menyesal karena tidak menuruti perkataan mamanya tadi malam. Ia sangat malu karena ditegur gurunya saat terlambat. Ia menyadari bahwa bermain handphone berlebihan telah memberi pengaruh buruk bagi dirinya. Suatu malam saat mamanya mengingatkan kembali supaya berhenti main handphone, Devan langsung menuruti perkataan mamanya.

Sobat Kids, orang tua adalah wakil Tuhan. Jika kita mengikuti nasihat orang tua, berarti kita taat kepada Tuhan. Mengikuti nasihat orang tua berarti menyenangkan hati orang tua, terlebih lagi hati Tuhan.

Card image
Truth Junior 12 Desember 2024 - KENDALIKAN AMARAH
2024-12-12 17:42:08


Keluaran 20:12
”Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.”

Siang hari selepas pulang sekolah, Riri terlihat marah. Riri mencoba mengekspresikan kemarahan tersebut dengan membanting tas. Hal itu membuat ibu heran. “Ri, kamu kenapa?” tanya ibu bingung. “Gimana, sih, Bu? Kenapa hari ini bekalku hanya telur dadar dan sosis saja? Kemarin kan aku minta dibuatkan sandwich?” keluh Riri dengan nada yang marah. “Loh, maaf, Ri. Tadi pagi Ibu bangun kesiangan karena mengurus pekerjaan Ibu semalaman. Jadi, Ibu hanya bisa buatkan kamu bekal telur dan sosis. Yang penting kamu bisa makan di sekolah.” “Ergh… tapi aku maunya bekal sandwich. Aku gak mau makan telur sosis!” ucap Riri dengan nada marah.

Sobat Junior, menurut kalian bagaimana sikap yang ditunjukkan oleh Riri? Wah, sudah pasti salah dan tidak dibenarkan, ya, Sobat Junior! Tapi… adakah di antara Sobat Junior ketika marah melakukan hal yang sama dengan Riri? Sobat Junior, tentu ini perbuatan yang salah dan tidak patut untuk diulangi. Kita tidak pantas bersikap kasar kepada orang tua. Yuk, mulai sekarang mulai kendalikan amarah kalian saat kesal. Ingatlah ayat yang kita baca hari ini. Kita harus menghormati ayah dan ibu kita, itu adalah firman Tuhan.

Card image
Truth Youth 12 Desember 2024 (English Version) - ALWAYS BE GRATEFUL
2024-12-12 16:00:41


"This is the day the Lord has made; let us rejoice and be glad in it." (Psalm 118:24)

This story of a wise person brings us a valuable lesson for life. The story goes like this: a person was always complaining about not having the best new shoes, until one day they met someone who didn’t have legs. Then, this person would also complain about the food they didn’t like at a restaurant, until they met someone digging through the trash because they were so hungry. They even once complained about their very small house until they met someone sleeping on the street in a busy area.

What lesson can we learn from this short story? Of course, it’s about being able to be thankful in all circumstances because our existence today is solely due to God’s grace, not by our own strength or greatness. The powerful message from this story should remind us not to complain easily when facing challenges or difficulties. Especially when we compare our lives and achievements with others.

Gratitude is a matter of the heart, shaping the way we view life. A person without a grateful heart will not live in peace, because they will be distracted by many of the world’s temptations. A heart that is always grateful should be seen as the "key" for those who want to experience true happiness. This is because the happiness of a believer does not lie in what is possessed materially, but in having and being had by the Father, the source of everything.

Therefore, living with gratitude in every circumstance becomes the most genuine and best form of offering our lives to God. This includes how we face the challenges and difficulties of life with hearts that are directed solely to God, as a journey of spiritual maturity. A heart that is always grateful becomes a characteristic of a true believer, as they live with the right attitude and always remember the goodness of God, who is their refuge and support.

WHAT TO DO:
- Be thankful for what we have, as everything comes from God.
- Never compare yourself with others, whether in life’s values or achievements, because God has a special plan for each of us.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Colossians 1-4

Card image
Truth Youth 12 Desember 2024 - SENANTIASA BERSYUKUR
2024-12-12 12:58:24


”Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!” (Mazmur 118:24)

Kisah pengalaman orang bijak ini akan membawa kita kepada pelajaran yang sangat berharga bagi kehidupan. Pengalaman itu bercerita tentang: ada seorang yang selalu mengeluh saat tidak memiliki sepatu baru yang terbaik, sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang yang tidak memiliki kaki. Lalu ia juga selalu mengeluh atas makanan yang tidak disukai saat makan di rumah makan, sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang yang sedang mengais makanan dari tempat sampah karena sangat kelaparan. Bahkan ia pernah mengeluh akan keadaan rumah yang sangat kecil baginya, sampai ia akhirnya bertemu dengan seorang yang sedang tidur terlelap di pinggir jalan yang ramai.

Pelajaran apa yang kalian dapatkan dari kisah singkat di atas? Ya, tentu saja tentang kesanggupan untuk senantiasa bersyukur dalam segala keadaan, sebab keberadaan kita hari ini semua karena kemurahan Tuhan semata, bukan karena kuat dan kehebatan diri kita. Pesan yang sangat kuat dari kisah yang sudah dipaparkan, seharusnya menyadarkan kita untuk tidak gampang mengeluh saat menghadapi rintangan dan kesulitan apa pun. Apalagi kita membandingkan diri kita dengan kisah hidup bahkan pencapaian dari orang lain.

Syukur adalah soal sikap hati yang akan membentuk cara pandang atas kehidupan ini. Orang yang tidak memiliki hati yang bersyukur, maka ia tidak akan bisa hidup tenang, sebab akan ter-distract oleh banyak tipuan dunia. Hati yang senantiasa bersyukur selayaknya sebuah ‘kunci’ bagi mereka yang ingin mengalami kebahagiaan. Hal ini dikarenakan kebahagiaan orang percaya bukan terletak pada apa yang ada dan dimiliki secara materi, melainkan karena memiliki dan dimiliki oleh Bapa yang adalah sumber segalanya.

Oleh sebab itu, hidup dengan rasa syukur dalam segala keadaan menjadi bentuk nyata dan terbaik dari persembahan hidup kita kepada Tuhan. Ini mencakup bagaimana kita menghadapi tantangan dan kesulitan hidup dengan hati yang terarah kepada Allah saja, sebagai bentuk perjalanan pendewasaan iman. Maka hati yang senantiasa bersyukur menjadi ciri seorang beriman sejati, oleh karena ia hidup dengan sikap yang benar dan selalu mengingat kebaikan Tuhan yang selalu menjadi andalan serta sandaran hidupnya.

WHAT TO DO:
1.Bersyukur dengan apa yang kita miliki, sebab semua berasal dari Tuhan.
2.Jangan pernah membandingkan diri dengan orang lain, baik nilai hidupnya maupun pencapaiannya. Sebab Tuhan punya rancangan khusus bagi setiap kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kolose 1-4

Card image
Quote Of The Day - 12 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-12 12:53:55


Dalam kenyataan hidup dapat dibuktikan bahwa kasih kepada Tuhan bertumbuh melalui peristiwa dan pengalaman hidup yang dialami seseorang.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 12 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-12 12:52:20


Kalau hanya pengetahuan tentang Tuhan, kita tidak mungkin bisa mengenakan Pribadi-Nya.

Card image
PUTTING ON HIS PERSON - 12 Desember 2024 (English Version)
2024-12-12 12:49:31


2 Corinthians 5:14 says, "For the love of Christ compels us; because we are convinced that one died for all, therefore all died." In Colossians 3:3, "For you have died, and your life is hidden with Christ in God." These two letters are pastoral letters written by the Apostle Paul, whose wisdom and knowledge and the inspiration of the Spirit that controlled his life, so that God entrusted His truths through this apostle. This verse is related to Galatians 2:19-20, "For through the law I died to the law, that I might live to God. I have been crucified with Christ; nevertheless I no longer live, but Christ lives in me. And the life which I now live in the flesh I live by faith in the Son of God, who loved me and gave himself for me."

In fact, to be a Christian you have to be truly willing to lose your life, the principles of life with the various philosophies that we inherited from our ancestors. Then, our eyes must be fixed on the Gospel to absorb what the Gospel teaches us, so that our old self is truly put off and we put on the new self. We truly experience death. Ephesians 4:22 says, “That you put off the old self concerning your former conduct, which is being corrupted according to the lusts of deceit, and be renewed in the spirit of your mind, and put on the new self, which was created according to God.” in true righteousness and holiness."

We should be willing to lose our lives, willing to not have life or life so that we can fully wear the model of life that God wants. And the model of life that we must wear is the model of life worn by Jesus. What is meant by this is, how to live in obedience to the will of God. The Holy Spirit will guide us, but we must first understand that we must die—our old self must be discarded. We must truly put on the new self, embracing the principles of truth taught by the Bible under the guidance of the Holy Spirit. In doing so, we become new people, putting on the new self, which has been created according to God’s will in true righteousness and holiness.

In revival meetings, it often ends with the song "I have changed, truly I have changed. What I used to love has vanished, the new one now I wear or possess." But that is just a fantasy. In reality, we do not pursue or hunt for the new human being that we must wear according to God's will. Especially, if the preacher or speaker has not personally undergone the process of dying to self, they will be unable to impart or transmit this truth to others. Moreover, theological schools often do not focus on the death of the old self or fail to take it seriously. Theological education has become largely academic, with standards adapted to secular academic frameworks. In fact, in theological schools there is a process of God cultivating each individual to experience a change in nature; so that the old human nature dies, then puts on a new nature, namely the divine nature.

If someone still hopes for happiness from this world, still feels worthy of praise or recognition, still feels worthy of being respected, served, it means he is not dead. So, we must be in a constant awareness that we are in the presence of God. And the characteristic is first, we are not afraid to face anything. Second, we definitely live in the holiness of God. Third, we definitely possess God’s thoughts and feelings; our attitude towards others are surely right. So if God is alive, we can attract His presence in our lives. Moreover, as a pastor who stands or is in front of this congregation, he must represent God. If he does not walk with God every day, it is impossible for him to represent God.

So in every conversation, there should be no words that we should not say. Our feelings towards others, our thoughts towards our fellow human beings, should not be off the mark. They must align with the mind and feelings of Christ. So, don't just because we have knowledge about God, then we feel that it is enough. If only knowledge of God, we cannot possibly wear His person. No matter how well we understand the contents of the Bible from science, but if we do not meet God directly, then it is impossible for us to be exposed, imparted, infected with the nature, thoughts, feelings of God. Not to mention the way the world thinks has already damaged the minds of many people since childhood, adolescence, and youth.

IF WE ONLY HAVE KNOWLEDGE ABOUT GOD, WE CAN NOT POSSIBLY WEAR HIS PERSON.

Card image
MENGENAKAN PRIBADI-NYA - 12 Desember 2024
2024-12-12 12:45:47


  2 Korintus 5:14 mengatakan, "Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati." Di dalam Kolose 3:3, "Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah." Kedua surat ini merupakan surat pastoral atau surat penggembalaan yang ditulis oleh Rasul Paulus, yang kita tidak ragukan hikmat dan marifatnya serta ilham roh yang menguasai hidupnya, sehingga Allah memercayakan kebenaran-kebenaran-Nya melalui rasul ini. Ayat ini terkait dengan Galatia 2:19-20, "Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku."  

Sebenarnya, menjadi orang Kristen itu harus sungguh-sungguh rela kehilangan hidup, prinsip-prinsip hidup dengan berbagai filosofi yang kita warisi dari nenek moyang. Lalu, mata kita harus tertuju kepada Injil untuk menyerap apa yang Injil ajarkan kepada kita, supaya manusia lama kita ini benar-benar ditanggalkan dan kita mengenakan manusia baru. Benar-benar kita mengalami kematian. Efesus 4:22 menuliskan, “Yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibarui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya."  

Kita seharusnya rela kehilangan hidup, rela tidak memiliki hidup atau kehidupan agar model hidup yang Allah kehendaki itu sepenuhnya kita kenakan. Dan model hidup atau model kehidupan yang harus kita kenakan itulah model kehidupan yang dikenakan oleh Yesus. Maksudnya, bagaimana hidup di dalam penurutan terhadap kehendak Allah. Roh Kudus akan menuntun kita. Tapi kita harus tahu dulu, bahwa kita harus mati. Manusia lama kita harus kita tanggalkan. Kita harus benar-benar mengenakan manusia baru dengan prinsip-prinsip kebenaran yang Alkitab ajarkan kepada kita, oleh pimpinan Roh Kudus tentunya, supaya kita menjadi manusia yang baru, mengenakan manusia baru yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.  

Kalau di kebaktian-kebaktian kebangunan rohani, sering diakhiri dengan nyanyian "Aku berubah, sungguh ‘ku berubah. Yang kukasihi dulu lenyap, yang baru sekarang aku kenakan atau aku miliki." Tetapi itu menjadi fantasi saja. Kenyataannya, kita tidak mengejar atau memburu bagaimana manusia baru yang harus kita kenakan menurut kehendak Allah itu. Apalagi, kalau pengkhotbah atau pembicara tidak mengalami proses kematian itu. Maka ia tidak akan bisa mengimpartasi, tidak akan bisa menularkan. Dan sekolah teologi tidak mematikan manusia lama atau kurang serius memperhatikan kematian manusia lama ini. Karena sudah menjadi pendidikan yang bersifat akademis. Yang standar akademisinya tentu disesuaikan dengan standar akademis ilmu sekuler. Padahal, di sekolah teologi itu ada proses penggarapan Allah atas masing-masing individu agar mengalami perubahan kodrat; supaya kodrat manusia lamanya itu mati, lalu mengenakan kodrat baru, yaitu kodrat ilahi.  

Kalau seseorang masih mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini, masih merasa layak mendapat pujian atau sanjungan, masih merasa pantas untuk dihormati, dilayani, berarti dia belum mati. Maka, kita harus dalam satu kesadaran terus-menerus bahwa kita ada di hadirat Allah. Dan cirinya adalah pertama, kita tidak takut menghadapi apa pun. Yang kedua, kita pasti hidup di dalam kesucian Allah. Yang ketiga, pasti kita punya pikiran perasaan Allah; sikap kita terhadap orang lain pasti tepat. Maka kalau Allah itu hidup, kita bisa menarik kehadiran-Nya di dalam hidup kita. Apalagi sebagai seorang pendeta yang berdiri atau di depan jemaat ini, dia harus mewakili Tuhan. Kalau setiap hari tidak berjalan dengan Tuhan, tidak mungkin dia mewakili Tuhan.  

Maka dalam setiap percakapan, tidak boleh ada kata yang tidak patut kita ucapkan. Perasaan kita terhadap orang lain, pikiran kita terhadap sesama kita, tidak boleh meleset. Harus pikiran perasaan Kristus.  Jadi, jangan hanya karena punya ilmu tentang Tuhan, maka kita merasa cukup. Kalau hanya pengetahuan tentang Tuhan, kita tidak mungkin bisa mengenakan pribadi-Nya. Secakap bagaimanapun kita mengerti isi Alkitab dari ilmu, tapi bila tidak bertemu langsung Tuhan, maka tidak mungkin kita terpapar, terimpartasi, tertular sifat, pikiran, perasaan Allah. Belum lagi cara berpikir dunia sudah terlanjur merusak pikiran banyak orang sejak kanak-kanak, remaja, dan pemuda.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU HANYA PENGETAHUAN TENTANG TUHAN, KITA TIDAK MUNGKIN BISA MENGENAKAN PRIBADI-NYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 12 Desember 2024
2024-12-12 12:39:47

Kisah Para Rasul 20-23

Card image
Truth Kids 11 Desember 2024 - PENGAMPUNAN MEMBAWA DAMAI DI HATI
2024-12-11 17:59:35


Matius 6:14
”Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.”

Chila dan Sintia adalah sahabat baik. Kebetulan, rumahnya mereka berdekatan. Oleh sebab itu, mereka sering bermain bersama. Mereka juga bersekolah di tempat yang sama, bahkan juga satu kelas. Chila dan Sintia selalu bermain dan belajar bersama. Mereka seperti saudara karena begitu akrabnya.

Suatu waktu pulang sekolah, ada segerombolan anak anak yang mengganggu Chila, tetapi Sintia tidak berbuat apa-apa. Sintia hanya diam, bahkan lari meninggalkan Chila. Untungnya ada bapak satpam yang menolong Chila. Dari situ, Chila sangat kecewa dengan sikap Sintia yang pergi meninggalkannya daripada menolongnya atau mencari bantuan.

Semenjak itu, hubungan mereka jadi renggang. Mereka tidak lagi bertegur sapa, tidak lagi bermain dan belajar bersama. Padahal, Sintia ingin sekali mendekati Chila untuk meminta maaf, tetapi Chila tidak menghiraukan Sintia. Dalam kekecewaan dan kekesalan, Chila merasa tidak nyaman. Tidak ada kedamaian dalam hatinya. Akhirnya, Chila memberi maaf kepada Sintia.

Sobat Kids, pengampunan akan membawa kedamaian di hati. Mungkin sulit untuk mengampuni apabila ada teman atau saudara melukai hati kita, tetapi lebih baik kita mengampuni daripada kita tidak diampuni oleh Bapa di surga. Kita juga akan kehilangan kedamaian di hati jika kita tidak mengampuni orang yang bersalah kepada kita.

Card image
Truth Junior 11 Desember 2024 - PRAY FOR OTHERS
2024-12-11 17:55:54


Matius 6:14
”Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.”

Kemarin Sobat Junior sudah belajar untuk menegur teman dengan sabar. Hari ini kita akan belajar mengenai mengampuni. Mengapa, ya, kita perlu mengampuni? Firman Tuhan mengingatkan kita untuk mengampuni sesama seperti Tuhan yang telah mengampuni kita. Saat ada teman yang bersalah, maka kita sebagai anak Allah, belajar untuk mengampuni. Mungkin awalnya bukan suatu hal yang mudah untuk mengampuni.

Tuhan telah berkata dalam firman-Nya untuk mengasihi musuh dan mendoakan mereka yang menyakiti kita. Ayo, Sobat Junior, kita mengikut teladan Tuhan untuk memaafkan sesama. Mulai dari mendoakan teman yang suka menggangu dan tetap menyapa mereka. Sesudah mengampuni mereka, artinya Sobat Junior berhasil dalam melakukan firman Tuhan. Oleh karena itu, jangan menyerah untuk selalu menyenangkan hati Tuhan lewat perkataan dan tingkah laku kita dengan sesama.

Mari kita saling merangkul dalam kasih Tuhan. Bukan saling membenci atau berjauhan, namun saling memafkan dan memeluk. Meski ada teman yang tetap tidak menyukai kita, doakanlah mereka. “Tuhan, aku mau memaafkan temanku yang membenciku. Terima kasih, Tuhan, amin..” Ketika Tuhan mendengar doa kita, Ia juga pasti mengampuni dan tidak memperhitungkan kesalahan kita.

Hal mengampuni juga merupakan bagian dalam penguasaan diri. Kita bisa rendah hati untuk memaafkan teman, bukan menyalahkan atau membenci teman kita. Ingat, ya, Sobat Junior tidak sendiri melewati proses mengampuni, pasti Tuhan beserta kalian semua.

Card image
Renungan Pagi - 11 Desember 2024
2024-12-11 12:50:31


Maria dan Yusuf adalah orang-orang yang setia dan berusaha untuk menghormati Allah dengan pergi ke perayaan Hari Raya Paskah di Yerusalem setiap tahun. Pada usia yang ke-12 tahun, anak laki-laki Yahudi akan menjadi "anak hukum Taurat" dan mulai mematuhi tuntutan-tuntutan hukum Taurat. Karena itu, pada usia yang ke-12 tahun, Yesus pergi ke Yerusalem bersama dengan orang tua-Nya

Yusuf dan Maria berpikir bahwa Yesus ada bersama dengan orang tua lain atau dengan teman-teman dan tetangga, mereka telah melakukan perjalanan satu hari penuh atau kira-kira 20 mil sebelum mereka menyadari bahwa Yesus hilang! "Karena mereka menyangka bahwa IA ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka."

Hal yang nyata terjadi pada masa kini adalah kehilangan Yesus di tengah keramaian, sama dengan kehilangan Yesus di tengah banyaknya keinginan dunia yang merasuki hidup kita. Sangat mudah untuk mendesak Yesus keluar dari hidup kita dan kehilangan kontak dengan Dia. Bahkan mungkin kita berpikir sedang berjalan bersama Dia, tetapi kenyataannya hal-hal lain telah menempati tempat yang seharusnya tempat Yesus didalam hidup kita. Berjagalah, jangan sampai kehilangan Yesus.
(Lukas 2 : 44).

Card image
Quote Of The Day - 11 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-11 12:48:49


Untuk dapat mengendalikan lidah dengan baik seseorang harus memiliki hati yang bijaksana.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 11 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-11 12:47:42


Kebangkitan dari antara orang mati tidak diperoleh oleh semua orang Kristen, hanya mereka yang ada dalam persekutuan dengan Kristus.

Card image
THE ENEMIES OF THE CROSS OF CHRIST - 11 Desember 2024 (English Version)
2024-12-11 12:45:38


Philippians 3:11, “So that I may attain to the resurrection from the dead.” Very few people question this and it is not simple. One will not attain the resurrection if one does not put on the life of Christ. Unfortunately, many Christians today feel that one day they are safe to enter heaven. A glorified body cannot be worn on a body that is still sinful, a soul that is still dirty or murky. And our bodies cannot be transformed if our minds and bodies are still focused on worldly things. Furthermore, in Philippians 3:17 it is written, “Brethren, follow my example, and consider those who walk as you have us as an example.” The Apostle Paul's life became a role model for the life of the Son of God. And this is the good news, there are people who live like Paul.

In Philippians 3:18, Paul writes, "For many live as enemies of the cross of Christ. I have often told you about them, and now I tell you even with tears." The term enemy implies opposition; to be an enemy of the cross of Christ means to live in a way that contradicts the purpose for which the cross was established by God the Father. Verses 19–21 "Their end is destruction, their God is their stomach, their glory is their disgrace, their thoughts are focused solely on worldly things. Because our citizenship is in heaven, and from there we also wait for the Lord Jesus Christ as Savior, who will change our lowly body, so that it will be like His glorious body, according to His power which is able to subdue all things to itself. Him." We have to choose, do we want to have a glorified body or not? So we have to barter, so that we can get the resurrection from the dead.

In 1 Peter 1:3 says, "Blessed be the God and Father of our Lord Jesus Christ, who according to His abundant mercy has caused us to be born again to a living hope through the resurrection of Jesus Christ from the dead." If there is no resurrection, then no hope. With Jesus resurrected, there is hope of resurrection from the dead. This is a life full of hope, which is so important, we must not forget. There is no other hope in our lives apart from the hope of resurrection and dwelling with the Lord in His heavenly kingdom. Let no other hope. This must be our only hope. A church that does not teach this and does not emphasize this is wrong, deceitful, and can be said to be evil.

Next in verses 4-5, “To an inheritance that is imperishable and undefiled and unfading, reserved in heaven for you, who are kept by God’s power through faith for a salvation ready to be revealed in the last time.” This is salvation viewed from the future dimension. Salvation viewed from the past, namely the death of Jesus on the cross, has been completed. Then salvation viewed from the present dimension, is us who are working out salvation. We must experience change to live in fellowship with Christ. Then, later we will see the fulfillment of that salvation.

Verses 6-7, “Rejoice in this, even though now you have to be saddened by various trials. The purpose of all this is to prove the purity of your faith, which is of far greater value than perishable gold, whose purity is tested by fire, so that you may obtain praise and glory and honor on the day that Jesus Christ reveals Himself." We will not be resurrected until we are tested. The person who has passed the test or the trial that appears like pure gold, is the one who will be resurrected; so it's not just anyone. So it's not easy, right? Verse 8, "Though you have not seen Him, yet you love Him, and believe to Him, though you do not now see Him, but rejoice with a joy that is full of glory and inexpressible, for you are receiving the goal of your faith, the salvation of your souls.” Yes, the salvation of our souls is achieved through tests like pure gold.

1 Peter 1:13, "Therefore, prepare your minds, be alert, and place your hope entirely in the grace given you at the revelation of Jesus Christ." Nothing will make us happier than the coming of Jesus. All our hope must be placed there. Otherwise, we are not worthy of being resurrected and going to heaven. Do not think that God is cheap. Verse 14, “Like obedient children, do not follow lusts which were yours in your ignorance, but as He who called you is holy, be holy yourselves also in all your conduct.” If one does not live a holy life, then he cannot have hope. “Holiness in all his conduct” means obeying what God wants, always thinking and feeling the same way as God. Surely people like this are not fascinated by the world. Certainly not! Because people like this will set their hearts on the Kingdom of Heaven.

ENEMIES MEANS OPPOSITION; ENEMIES OF THE CROSS OF CHRIST MEANS PEOPLE WHOSE LIVES ARE NOT IN ACCORDANCE WITH THE PURPOSE OF GOD THE FATHER HAS BEEN BROUGHT INTO.

Card image
SETERU SALIB KRISTUS - 11 Desember 2024
2024-12-11 12:43:33


  Filipi 3:11, “Supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.” Sedikit sekali orang yang mempersoalkan hal ini dan ini tidak sederhana. Seseorang tidak akan memperoleh kebangkitan kalau tidak mengenakan kehidupan Kristus. Kasihan, banyak orang Kristen yang sekarang merasa suatu hari aman-aman masuk surga. Tubuh kemuliaan tidak bisa dikenakan atas tubuh yang masih berdosa, jiwa yang masih kotor atau keruh. Dan tubuh kita tidak bisa diubahkan jika pikiran dan tubuh kita masih tertuju kepada perkara-perkara duniawi. Selanjutnya di Filipi 3:17 tertulis, “Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu.” Rasul Paulus hidupnya itu menjadi role model dari kehidupan Anak Allah. Dan ini berita baik, ada orang-orang yang hidup seperti Paulus.  

Filipi 3:18, “Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus.” Seteru artinya musuh; musuh salib Kristus artinya orang yang hidup tidak sesuai dengan maksud salib itu diadakan oleh Allah Bapa. Ayat 19-21, “Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi. Karena kewargaan kita adalah di dalam surga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat, yang akan mengubahkan tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya." Kita harus memilih, mau memiliki tubuh kemuliaan atau tidak? Maka kita harus barter, supaya kita beroleh kebangkitan dari antara orang mati.  

Dalam 1 Petrus 1:3 tertulis, "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati kepada suatu hidup yang penuh pengharapan." Kalau tidak ada kebangkitan, maka tidak ada pengharapan. Dengan Yesus dibangkitkan, maka ada pengharapan kebangkitan dari antara orang mati. Inilah hidup yang penuh pengharapan, yang begitu penting, tidak boleh kita lupakan. Tidak ada pengharapan lain dalam hidup kita selain kita memiliki kebangkitan dan kita akan tinggal bersama Tuhan di Kerajaan Surga. Jangan ada pengharapan lain. Ini harus menjadi satu-satunya pengharapan kita. Gereja yang tidak mengajarkan ini dan tidak menekankan hal ini, berarti  salah, menipu, dan bisa dikatakan jahat.  

Selanjutnya di ayat 4-5, “Untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di surga bagi kamu, yaitu kamu yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.” Ini keselamatan ditinjau dari dimensi yang akan datang. Keselamatan ditinjau dari masa lalu, yaitu kematian Yesus di kayu salib, sudah selesai. Lalu keselamatan ditinjau dari dimensi sekarang, adalah kita yang sedang mengerjakan keselamatan. Kita harus mengalami perubahan untuk hidup dalam persekutuan dengan Kristus. Lalu, nanti kita akan melihat pemenuhan keselamatan itu.  

Ayat 6-7, “Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api, sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.” Kita tidak akan dibangkitkan sebelum teruji. Orang yang telah melewati ujian atau pengujian yang tampil seperti emas murni, adalah yang akan dibangkitkan; jadi itu tidak sembarang orang. Jadi tidak mudah, bukan? Ayat 8, "Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia. Namun, kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan. Karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.” Ya, keselamatan jiwa kita capai lewat pengujian-pengujian seperti emas murni itu.  

1 Petrus 1:13, "Sebab itu, siapkanlah akal budimu, waspadalah, dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus." Tidak ada yang lebih membahagiakan kita selain kedatangan Yesus. Seluruh pengharapan kita harus tertaruh di situ. Jika tidak demikian, kita tidak layak dibangkitkan dan masuk surga. Jangan menganggap Allah itu murah. Ayat 14, “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu, sama seperti Dia yang kudus yang telah memanggil kamu.” Kalau tidak kudus hidupnya, maka dia tidak bisa menaruh pengharapan. “Kudus di dalam seluruh hidup” berarti menaati apa yang dikehendaki Allah, selalu sepikiran, seperasaan dengan Allah. Pasti orang-orang seperti ini tidak terpesona dengan dunia. Pasti tidak! Sebab orang-orang seperti ini akan menaruh hatinya di Kerajaan Surga.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SETERU ARTINYA MUSUH; MUSUH SALIB KRISTUS ARTINYA ORANG YANG HIDUP TIDAK SESUAI DENGAN MAKSUD SALIB ITU DIADAKAN OLEH ALLAH BAPA."

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 Desember 2024
2024-12-11 12:38:20

Roma 14-16

Card image
Truth Kids 10 Desember 2024 - BERUSAHA TENANG
2024-12-10 20:26:03


Yakobus 1:19
”Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah.”

Suatu hari, Beni sedang bermain mobil-mobilan kesayangannya di ruang tamu. Ia membuat trek balap dari buku-buku dan kotak bekas, lalu mendorong mobilnya maju mundur dengan seru. Tiba-tiba, adiknya, Dika, datang dan langsung mengambil mobil Beni tanpa izin. "Ini punyaku sekarang!" seru Dika sambil tertawa, lalu lari menjauh. Beni merasa kesal dan ingin merebut kembali mobilnya. "Dika! Itu mainanku!" teriak Beni dengan marah. Dalam hati, ia hampir memutuskan untuk menarik mobil itu dengan kasar atau berteriak lebih keras. Namun, Beni teringat kata-kata ibu, "Kalau marah, coba tarik nafas dulu. Tidak semua masalah harus diselesaikan dengan marah-marah."

Beni menutup mata dan menarik napas dalam-dalam. Ia lalu menghampiri adiknya dan tenang berkata, "Dik, itu mobil Kakak. Kalau mau main, kamu bisa pinjam, tapi bilang dulu, ya." Dika menatap Beni sejenak. Awalnya, ia pikir kakaknya akan marah besar. Namun, karena kakak bicara dengan tenang, Dika merasa tidak enak. Ia lalu mengulurkan mobil itu sambil berkata, "Maaf, Kak. Aku cuma mau main." Beni tersenyum, "Yuk, kita main bareng. Aku buat trek balap. Seru, loh!" Akhirnya, mereka bermain bersama dengan gembira.

Sobat Kids, Roh Kudus mengajarkan kita untuk mengendalikan diri. Dika belajar tentang pentingnya meminta izin, dan Beni merasa bangga karena bisa mengendalikan emosinya. Mengendalikan emosi dan memilih untuk bicara baik-baik, bisa membuat masalah cepat selesai dan hubungan dengan orang lain lebih baik. Mari kita berusaha tenang dalam segala keadaan.

Card image
Truth Junior 10 Desember 2024 - TAKE A DEEP BREATH
2024-12-10 20:22:37


Yakobus 1:19
”Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah.”

Tidak terasa, Sobat Junior, kita sudah sampai buah Roh yang terakhir yaitu penguasaan diri. Mengapa kita perlu menguasai diri? Dalam diri kita terdapat beberapa perasaan, di antaranya bahagia, sedih, marah, jijik, dan takut.

Hari ini kita akan bahas satu emosi yaitu marah atau anger. Ayat firman Tuhan yang telah kita baca, ada dua hal yang penting. Hal pertama adalah cepat untuk mendengar. Kalimat ini ingin menegur kita untuk lebih memahami. Misalnya, saat ada teman kita melakukan kesalahan dalam kelompok belajar, biasanya kita menjadi kesal dan marah. Ketika berada dalam posisi itu, sebaiknya kia mendengar teman kita dahulu. Cobalah untuk memahaminya. Daripada kita memarahi teman, lebih baik menegurnya dengan lembut. Kita dapat memberitahukan adanya tanggung jawab, dan akibatnya dari kelompok belajar seperti ini, maka nilai akan kurang bagus. Selain itu, kita bisa juga mengajari teman cara mengerjakan tugas kelompok.

Hal kedua adalah lambat untuk marah. Ini artinya ketika kita kesal dengan teman, sebaiknya kata-kata yang kita ucapkan tidak yang kasar, apalagi menghakimi teman kita. Oleh karena itu, sebelum kita berucap, harus dipikirkan dahulu. Tidak ada salahnya kita berdiam sebentar atau menarik nafas sambil menghitung 1, 2, 3 supaya kita bisa menguasai kata yang kita ucapkan kepada teman. Take a deep breath (tarik nafas dalam-dalam), Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 10 Desember 2024 (English Version) - MOUNTAIN CLIMBER'S WANTS
2024-12-10 20:19:32


"Put to death, therefore, whatever belongs to your earthly nature: sexual immorality, impurity, lust, evil desires and greed, which is idolatry." (Colossians 3:5)

Colossians 3:5 reminds us of the importance of letting go of worldly desires—such as ego, greed, and lust—in order to focus on a higher spiritual goal. In everyday life, we are often tempted by things that pull us away from God, such as the desire for more wealth, power, or recognition from others. However, this verse calls us to discard these things, because they can become idols that take the place of God in our lives.

Imagine a mountain climber who wants to reach the summit. Along the way, they carry a backpack full of items they deem important. But as they ascend, the weight of the backpack grows heavier. At a certain point, they must decide: will they continue to carry the weight that makes reaching the summit harder, or will they let go of unnecessary items in order to reach their goal? The wise climber chooses to release the unnecessary weight, knowing that their goal is greater than the things that slow them down.

Likewise, in our spiritual lives, ego, greed, and worldly desires are burdens that prevent us from drawing closer to God and achieving our spiritual goals. When we let go of these, we make room for God to work in our lives. Self-control and sacrifice become tangible acts of worship to Him. Every time we reject worldly temptations and choose the path that aligns with God’s will, we are offering our lives as living sacrifices. God does not ask us to live without desires, but He asks us to focus those desires on Him. When we practice self-control, subdue worldly desires, and choose to live with our hearts set on eternal things, we are aligning our hearts with a greater spiritual purpose. Let’s reflect on what still burdens us in life—whether it’s greed, ego, or lust—and, with God’s strength, release all those worldly desires. By doing so, we can walk more lightly toward the spiritual calling God has set for us, reaching the "summit" of our true life’s purpose in Him.

WHAT TO DO:
- Reflect on what worldly desires still bind you.
- Release and surrender all worldly desires with God’s strength.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ephesians 4-6

Card image
Truth Youth 10 Desember 2024 - MOUNTAIN CLIMBER'S WANTS
2024-12-10 20:10:19


”Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala.” (Kolose 3:5)

Kolose 3:5 mengingatkan kita tentang pentingnya melepaskan diri dari keinginan duniawi, seperti ego, keserakahan, dan hawa nafsu, untuk fokus pada tujuan spiritual yang lebih besar. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering tergoda oleh berbagai hal yang menjauhkan kita dari Tuhan, keinginan untuk memiliki lebih banyak harta, kekuasaan, atau pengakuan dari orang lain. Namun, ayat ini memanggil kita untuk membuang semua itu, karena hal-hal tersebut dapat menjadi berhala yang menggantikan posisi Tuhan dalam hidup kita. Seperti seorang pendaki gunung yang ingin mencapai puncak. Dalam perjalanannya, ia membawa ransel penuh dengan barang-barang yang ia anggap penting. Namun, semakin ia mendaki, semakin berat ranselnya terasa. Pada titik tertentu, ia harus memutuskan: apakah akan tetap membawa beban yang membuatnya sulit mencapai puncak, atau melepaskan barang-barang yang tidak penting agar bisa mencapai tujuannya? Pendaki yang bijaksana akan memilih untuk melepaskan beban yang tidak diperlukan, karena ia tahu bahwa tujuannya lebih besar daripada hal-hal yang membuatnya berat.

Demikian juga dengan kehidupan rohani kita. Ego, keserakahan, dan keinginan duniawi adalah beban yang menghalangi kita untuk mendekat kepada Tuhan dan mencapai tujuan spiritual kita. Ketika kita melepaskan semua itu, maka kita memberikan ruang bagi Tuhan untuk bekerja dalam hidup kita. Pengendalian diri dan pengorbanan menjadi bentuk nyata dari ibadah kita kepada-Nya. Setiap kali kita menolak godaan duniawi dan memilih jalan yang lebih sesuai dengan kehendak Tuhan, berarti kita sedang mempersembahkan hidup kita sebagai korban yang hidup. Tuhan tidak meminta kita untuk hidup tanpa keinginan, tetapi Dia meminta kita untuk memiliki keinginan yang terarah kepada-Nya. Ketika kita mengendalikan diri, mematikan keinginan duniawi, dan memilih untuk hidup dengan fokus pada hal-hal yang kekal, maka kita sedang mengarahkan hati kita kepada tujuan spiritual yang lebih besar. Mari kita renungkan apa saja yang masih menjadi beban dalam hidup kita, apakah itu keserakahan, ego, atau hawa nafsu. Dengan melepaskan semua itu, kita bisa berjalan lebih ringan menuju panggilan rohani yang Tuhan tetapkan bagi kita, mencapai "puncak" tujuan hidup yang sejati di dalam Dia.

WHAT TO DO:
1.Merenungkan apa yang menjadi ikatan keinginan duniawi kita.
2.Melepaskan, merelakan semua keinginan-keinginan duniawi kita dengan bantuan kekuatan dari Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Efesus 4-6

Card image
Renungan Pagi - 10 Desember 2024
2024-12-10 20:07:57


Keluarga adalah desain Tuhan untuk manusia hidup dan dibesarkan dalam kasih, didalam keluargalah anak bertumbuh dalam kasih dan belajar mengasihi. Inilah rencana Tuhan akan keluarga; itulah sebabnya dari semua ciptaan-Nya, hanya manusialah yang didesain untuk berkeluarga. Keluarga juga merupakan miniatur relasi Tuhan dengan manusia, Allah adalah Bapa dan kita adalah anak-anak-Nya.

Kita diciptakan Tuhan dan menerima nafas kehidupan juga dari Tuhan. Kita dikasihi Tuhan sebab Ia adalah kasih dan IA telah menetapkan kita untuk menjadi penerima kasih-Nya. Surga pun merupakan sebuah keluarga di mana Allah adalah Bapa dan Kristus adalah Putra Allah. Namun Allah Bapa rela melepaskan Putra-Nya untuk meninggalkan surga, turun ke dunia dan akhirnya mati untuk menggantikan kita, anak-anak Allah yang lainnya yang menerima anugerah oleh karena kematian Kristus.

"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga IA telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Jadi, Natal adalah pengorbanan terbesar seorang Bapa yang merelakan Putra-Nya mengorbankan Diri-Nya, demi menyelamatkan anak-anak-Nya yang lain. Natal adalah kisah kasih antara Bapa kepada anak-anak-Nya; Natal adalah bukti kasih Bapa kepada anak-anak-Nya.
(Yohanes 3:16)

Card image
Quote Of The Day - 10 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-10 18:56:55


Untuk bisa berucap bijak adalah memperlakukan lidah sebagai bagian hidup yang bisa sangat berbahaya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 10 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-10 18:44:17


Kebangkitan dari antara orang mati tidak diperoleh oleh semua orang Kristen, hanya mereka yang ada dalam persekutuan dengan Kristus.

Card image
BARTER - 10 Desember 2024 (English Version)
2024-12-10 17:52:42


In 1 Corinthians 15:51, it is written, "Listen, I tell you a mystery: We will not all sleep, but we will all be changed-in a flash, in the twinkling of an eye, at the last trumpet. For the trumpet will sound, the dead will be raised imperishable, and we will be changed." Those whose bodies are transformed are those who, at the time of the Lord's coming, have not yet passed away. If our bodies are changed in an instant, it means we will ascend as Jesus ascended. But those whose lives are not transformed will have no part in the Kingdom of Heaven. How tragic-it means they will be left behind on this earth. This earth will eventually become hell, known as Gehenna or the lake of fire. It is terrifying; there is no remedy for it.

May this reading of God's Word rekindle the fire of passion within our hearts-the passion to await the resurrection from the dead or the transformation of this mortal body into a glorious body. In 2 Peter 3, it is written, "Since everything will be destroyed in this way, what kind of people ought you to be? You ought to live holy and godly lives." Let us regain our full awareness so that the hope of the resurrection from the dead becomes a steadfast hope in our hearts, driving us to fill our days meaningfully. Philippians 3:11 says, "and so, somehow, attaining to the resurrection from the dead." Yes, this is the end; attaining the resurrection from the dead. There is a goal to be achieved. If our Christianity is not like this, we are lost. We are the ones who must pull ourselves out of the wrong quagmire. Like a chick that falls into a ditch of dirty water, then it must try to climb out of that ditch. And if it is beyond our ability, God will surely help us out.

Philippians 3:7-8, "But whatever were gains to me, those I have counted loss for the sake of Christ. Indeed, I count everything as loss for the surpassing worth of knowing Christ Jesus my Lord. For His sake I have suffered the loss of all things, and count them but rubbish, that I may gain Christ." Knowing Christ is wonderful. He gives us the hope of resurrection from the dead, a future full of hope in the new heavens, a new earth. And to have Him, we must give up everything. In other words, there must be a barter that must be made to have Christ. And by having Him, we have resurrection. We are not yet resurrected, but the resurrection is felt before our eyes, when we let go of everything. For there is nothing left to hope for from this world.

The resurrection from the dead is not obtained by all Christians, it is only for those who are in fellowship with Christ. Not in fellowship with Adam. Fellowship with Adam builds the pattern of human life in general, natural humans, whose focus is on fulfilling physical needs. How can one have fellowship with Christ? There must be a barter, for we will not be resurrected without abandoning or letting go of everything. We are grateful to hear this truth; later, many will regret not experiencing the resurrection.

Philippians 3:9 , “And be found in Him, not having my own righteousness which is derived from the law…” So, it is not righteousness based on keeping the law. This verse is twisted by Satan so that people feel that they no longer need to do good. Or they feel that it is not so important to do good, because we are saved by grace. In fact, the sentence is true, but the application must be correct. We are saved not because of good deeds, but because of Christ's sacrifice on the cross. But if we believe in Christ's sacrifice, then we must leave everything and consider it garbage, then follow Christ so that we may become like Him. Ironically, what has often been taught to us from a young age is that salvation is not by works, and then the teaching is left incomplete. That is evil, so that it creates Christian people who do not follow God's way.

Next, “… but with the righteousness that is through faith in Christ, the righteousness that God gives on the basis of faith.” If we believe in Christ, we let go of everything, and follow in His footsteps. A person cannot follow in the footsteps of the Lord Jesus if he does not let go of all his possessions (Luke 14:33). Philippians 3:10, “That I may know Him and the power of His resurrection and the fellowship of His sufferings, becoming like Him in His death.” We must die to the world and live for God. Knowing Jesus and the power of His resurrection is not merely intellectual knowledge about the resurrection but a tangible experience of His resurrection power, which is the work of the Holy Spirit.

THERE MUST BE A BARTER, FOR WE WILL NOT BE RESURRECTED WITHOUT ABANDONING OR LETTING GO OF EVERYTHING.

Card image
BARTER - 10 Desember 2024
2024-12-10 17:49:21


  Dalam 1 Korintus 15:51 tertulis, "Sesungguhnya, aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi, dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah." Orang yang tubuhnya diubah adalah mereka yang pada saat Tuhan datang, belum meninggal dunia. Jika tubuh kita diubah dalam sekejap, itu berarti kita akan naik seperti Yesus mengalami kenaikan. Tapi orang yang hidupnya tidak diubah, mereka tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Surga. Kasihan, mereka akan tertinggal di bumi ini. Bumi ini nanti akan menjadi neraka yang namanya gehena atau danau api. Mengerikan sekali; tidak ada obatnya.  

Kiranya di pembacaan firman Tuhan ini, dapat menyalakan kembali api gairah di dalam hati kita; gairah untuk menantikan kebangkitan dari antara orang mati atau perubahan dari tubuh fana ini ke tubuh kemuliaan. Dalam 2 Petrus 3 mengingatkan, _ “Kalau unsur-unsur di udara terbakar dalam nyala api, maka betapa salehnya kamu harus hidup.”_ Ayo, kita sadar kembali sebaik-baiknya agar pengharapan kebangkitan dari antara orang mati menjadi pengharapan yang kokoh di hati kita, yang menggerakkan kita mengisi hari-hari hidup ini. Filipi 3:11, "Supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati." Ya, ini akhirnya; beroleh kebangkitan dari antara orang mati. Ada tujuan yang mau dicapai. Jika kekristenan kita tidak seperti ini, sesat kita. Kita yang harus mengentaskan diri kita dari kubangan yang salah. Seperti seekor anak ayam yang jatuh ke parit yang berair kotor, maka dia harus berusaha naik dari parit itu. Dan kalau itu di luar kemampuan kita, Tuhan pasti akan menolong kita keluar.  

Filipi 3:7-8, "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah supaya aku memperoleh Kristus." Pengenalan akan Kristus itu luar biasa. Dia memberi pengharapan kebangkitan dari antara orang mati, masa depan yang penuh harapan di langit baru, bumi baru. Dan untuk memiliki Dia, kita harus melepaskan semuanya. Dengan kalimat lain, harus ada barter yang dilakukan untuk memiliki Kristus. Dan dengan memiliki Dia, kita memiliki kebangkitan. Kita memang belum dibangkitkan, tapi kebangkitan itu terasa di depan mata kita, ketika kita melepaskan segala sesuatu. Sebab tidak ada yang kita harapkan lagi dari dunia ini.   

Kebangkitan dari antara orang mati tidak diperoleh oleh semua orang Kristen, hanya mereka yang ada dalam persekutuan dengan Kristus. Bukan persekutuan dengan Adam. Persekutuan dengan Adam membangun pola hidup manusia pada umumnya, manusia wajar, yang fokusnya pemenuhan kebutuhan jasmani. Bagaimana memiliki persekutuan dengan Kristus? Harus ada barter, sebab kita tidak akan dibangkitkan tanpa meninggalkan atau melepaskan segala sesuatu. Kita bersyukur mendengar hal ini; nanti banyak orang akan menyesal, dan tidak mengalami kebangkitan.  

Filipi 3:9, “Dan berada dalam Dia, bukan dengan kebenaranku sendiri karena menaati hukum Taurat…” Jadi, bukan kebenaran berdasarkan melakukan hukum Taurat. Ayat ini dipelintir oleh Iblis sehingga orang merasa tidak perlu lagi berbuat baik. Atau mereka merasa tidak terlalu penting untuk berbuat baik, karena kita diselamatkan oleh anugerah. Sejatinya, kalimat itu benar, tapi pengenaannya harus benar. Kita diselamatkan bukan karena perbuatan baik, tapi karena kurban Kristus di kayu salib. Tapi kalau kita percaya kurban Kristus itu, maka kita harus meninggalkan semuanya dan menganggapnya sampah, lalu ikut Kristus supaya kita menjadi serupa dengan Dia. Ironis, yang diajarkan kepada kita sejak kecil adalah keselamatan bukan karena perbuatan baik, lalu digantung begitu rupa. Itu jahat, sehingga menciptakan manusia-manusia Kristen yang tidak mengikut jalan Tuhan.  

Selanjutnya, “… melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.” Kalau kita percaya kepada Kristus, kita melepaskan segala sesuatu, dan ikut jejak-Nya. Seseorang tidak bisa ikut jejak Tuhan Yesus kalau tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya. Filipi 3:10, “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya.” Kita harus mati terhadap dunia, hidup bagi Allah. Mengenal Yesus, kuasa kebangkitan-Nya bukan hanya ilmu pengetahuan di nalar mengenai kebangkitan, melainkan nyata kuasa kebangkitan-Nya, yaitu pekerjaan Roh Kudus.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono  

HARUS ADA BARTER, SEBAB KITA TIDAK AKAN DIBANGKITKAN TANPA MENINGGALKAN ATAU MELEPASKAN SEGALA SESUATU.

Card image
Truth Kids 09 Desember 2024 - TAHAN RASA MARAH
2024-12-09 21:27:03


Roma 12:17
”Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!”

Suatu sore, Aldi sedang bermain bola di halaman rumahnya. Ia sangat senang karena itu bola favoritnya, hadiah ulang tahun dari ayah. Namun, ketika ia sedang asyik menggiring bola, tiba-tiba bola itu ditendang keras oleh Dani, tetangganya. Bola Aldi melambung jauh dan masuk ke selokan. "Kenapa kamu lakukan itu?!" seru Aldi kesal. Dani hanya tertawa dan berkata, "Biar saja! Aku cuma iseng!"

Aldi merasa marah. Ia ingin membalas Dani. Tetapi, ia teringat nasihat ayahnya, "Tidak baik membalas kejahatan dengan kejahatan. Kalau kamu merasa disakiti, coba bicara baik-baik atau cari solusi." Aldi menarik napas panjang, menahan amarahnya. Ia lalu menghampiri Dani dan berkata dengan tegas, "Aku tidak suka kamu menendang bolaku begitu. Kalau kamu mau main, bilang saja baik-baik." Dani terkejut mendengar Aldi bicara seperti itu. Ia mengira Aldi akan memarahinya atau membalas perbuatannya. Aldi pun melanjutkan, "Ayo kita ambil bolanya di selokan. Kamu mau bantu?" Melihat sikap Aldi yang tetap tenang, Dani merasa malu. "Iya, maaf, Al. Ayo, kita ambil bolanya." Setelah itu, mereka bermain bola bersama. Dani belajar bahwa tidak perlu berbuat usil, sementara Aldi merasa senang karena ia bisa mengendalikan diri dan menyelesaikan masalah tanpa kekerasan.

Sobat Kids, membalas kejahatan dengan kebaikan membuat suasana menjadi lebih baik. Kita juga belajar mengendalikan diri. Saat Sobat Kids mengalami kesulitan, ingatlah nasihat-nasihat orang tua kita. Yuk, kita memilih untuk berbuat baik.

Card image
Truth Junior 09 Desember 2024 - NO REVENGE
2024-12-09 21:23:48


Roma 12:17
”Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!"

Rudy, anak kelas 6, sering sekali merasa diperlakukan beda oleh orang tuanya. Rudy merasa papa dan mamanya lebih perhatian dan sayang dengan Rere, adiknya. Rudy merasa kesepian, karena perhatian papa dan mamanya selalu kepada Rere. Rudy juga sering diminta untuk menjaga Rere.

Suatu ketika, Rere sedang bermain sepeda di halaman, dan tanpa sepengetahuan Rudy, Rere terjatuh dari sepedanya. Ada luka berdarah di kakinya. Karena kejadian itu, papa dan mama Rudy marah sekali kepadanya. Ia dianggap tidak benar menjaga adiknya yang berusia 5 tahun ini. Rudy sangat sedih.

Beberapa hari berlalu, papa dan mama Rudy kembali meminta Rudy menjaga Rere yang sedang bermain sepeda di halaman rumah. Lagi-lagi kejadian yang sama berulang. Rere terjatuh dari sepeda, dan kali ini luka-luka di kaki dan tangannya. Rudy terkejut dan langsung merasa sedih karena pasti dia akan dimarahi lagi. Muncul niat di hati Rudy untuk berlari meninggalkan adiknya yang kesakitan, tetapi Rudy ingat bahwa Allah Bapa sedih kalau anak-Nya membalas dendam. Rudy pun tidak jadi lari pergi. Rudy menghampiri adiknya, membersihkan luka-lukanya lalu mengobati.

Papa dan mama menghampiri Rudy dan berkata, “Terima kasih, ya, Nak. Kamu sudah bantu kami menjaga adik.” Rudy tersenyum dan memeluk papa dan mamanya sambil bertanya, “Papa dan Mama sayang kan sama Rudy?” Papa dan mamanya memeluk lebih erat, “Kami sayang sekali sama kamu, Rudy. Maaf, ya, kadang Papa dan Mama galak sama kamu. Papa dan Mama ingin kamu lebih mandiri dan bertanggung jawab sebagai kakak.” Rudy senang sekali mendengarnya. Ia pun berdoa dalam hati, “Terima kasih, Tuhan sudah mengingatkan saya untuk mengambil keputusan yang tepat.”

Sobat Junior juga ya, jangan suka balas dendam. Lawanlah kejahatan dengan kebaikan hatimu.

Card image
Truth Youth 09 Desember 2024 (English Version) - CHRISTLIKE PASSION
2024-12-09 21:17:39


"In all your ways submit to Him, and He will make your paths straight." (Proverbs 3:6)

Proverbs 3:6 teaches us to acknowledge God in all our actions, both big and small. This means that every aspect of our lives, from work to daily activities, can become an act of worship if done with the intention of pleasing God. Imagine a baker who wakes up early every morning to bake fresh bread. To others, this may seem like a simple, ordinary job. But for the baker, every kneaded dough and baked loaf is an expression of love for God and others. He understands that the bread he makes will feed many people, thereby serving their needs. With a heart full of gratitude, passion, and dedication, this everyday task becomes an act of worship. Moreover, if his customers know that this baker is a person of faith, they will see how he works not only for himself but also to glorify God through his work.

Similarly, our lives are filled with tasks and responsibilities that may seem ordinary—working, caring for family, socializing with friends. However, when done with the intention to please God, these activities become more than just routine. Raising children with patience, helping coworkers, or simply showing care to those around us can all be forms of service to God. God calls us to acknowledge Him in everything we do. When we realize that He is present in every moment of our lives, everything we do becomes more meaningful. When we work, we are not just earning a living; we are also extending God’s love in the world. When we interact with others, we are not just socializing; we reflect Christ’s love through our attitudes and actions. By making God the center of every activity, we are living out a deep spiritual calling. Everything we do, no matter how small, can be an act of worship if we do it with the purpose of pleasing Him.

WHAT TO DO:
- Work diligently and wholeheartedly to please God, while also being a blessing to others.
- Be mindful of your behavior and words in interactions, so that people can see the reflection of Christ in you.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ephesians 1-3

Card image
Truth Youth 09 Desember 2024 - CHRISTLIKE PASSION
2024-12-09 21:08:33


”Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” (Amsal 3:6)

Amsal 3:6 mengajarkan kita untuk mengakui Tuhan dalam segala tindakan kita, besar maupun kecil. Ini berarti bahwa setiap aspek kehidupan kita, dari pekerjaan hingga kegiatan sehari-hari, bisa menjadi bentuk ibadah jika dilakukan dengan niat untuk menyenangkan Tuhan. Bayangkan seorang tukang roti yang bangun pagi-pagi sekali untuk membuat roti yang segar. Mungkin bagi orang lain, pekerjaan itu tampak sederhana dan biasa saja. Namun, bagi tukang roti ini, setiap adonan yang diuleni dan setiap roti yang dipanggang adalah wujud cintanya kepada Tuhan dan sesama. Dia tahu bahwa roti yang dia buat akan memberi makan banyak orang dan, dengan itu, dia melayani kebutuhan mereka. Dengan hati yang penuh rasa syukur, passion dan dedikasi, pekerjaan sehari-hari ini menjadi sebuah ibadah. Apalagi jika para pelanggannya tahu bahwa si tukang roti adalah seseorang yang percaya kepada Tuhan, mereka akan melihat bagaimana si tukang roti tidak hanya bekerja untuk dirinya sendiri, tetapi untuk memuliakan Tuhan melalui hasil karyanya.

Demikian pula, hidup kita dipenuhi dengan tugas dan tanggung jawab yang tampaknya biasa saja, bekerja, merawat keluarga, bersosialisasi dengan teman. Namun, ketika kita melakukannya dengan niat untuk menyenangkan Tuhan, maka hal-hal tersebut menjadi lebih dari sekadar rutinitas. Mengasuh anak dengan sabar, membantu rekan kerja, atau sekadar memberikan perhatian kepada orang-orang di sekitar kita bisa menjadi bagian dari bentuk pelayanan kepada Tuhan. Tuhan memanggil kita untuk mengakui-Nya dalam setiap tindakan kita. Ketika kita menyadari bahwa Dia hadir dalam setiap momen hidup kita, artinya kita akan melakukan segala sesuatu dengan lebih bermakna. Saat bekerja, kita tidak hanya mencari penghasilan, tetapi juga menjadi perpanjangan tangan kasih Tuhan di dunia. Saat berinteraksi dengan orang lain, kita tidak hanya bersosialisasi, tetapi mencerminkan kasih Kristus melalui sikap dan tindakan kita. Dengan menjadikan Tuhan pusat dari setiap aktivitas kita, maka kita sedang menghidupi panggilan rohani yang mendalam. Segala sesuatu yang kita lakukan, sekecil apa pun, dapat menjadi bentuk ibadah jika kita melakukannya dengan tujuan untuk menyenangkan-Nya.

WHAT TO DO:
1.Bekerja dengan rajin dan totalitas demi menyenangkan hati Tuhan, selain dari menjadi berkat bagi orang lain.
2.Menjaga perilaku dan ucapan kita dalam berinteraksi agar orang-orang bisa melihat cerminan Kristus dalam kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Efesus 1-3

Card image
Renungan Pagi - 09 Desember 2024
2024-12-09 21:05:08


Ketika Yesus lahir, ada seorang raja yang cemburu memutuskan untuk membunuh anak-anak yang bisa menjadi ancaman bagi posisinya. Raja Herodes adalah seorang yang kejam, yang membunuh istrinya sendiri, demikian juga beberapa anak laki-laki dan sanak saudara lainnya. Dia merencanakan apa yang sekarang ini disebut "pembantaian anak-anak tak bersalah", karena semua anak laki-laki dari kawasan Betlehem yang berusia di bawah 2 tahun dibunuh.

Sungguh usaha yang luar biasa, membunuh anak-anak hanya karena ingin menghancurkan Yesus, yang datang untuk membebaskan umat-Nya. Beberapa perkataan kuat yang pernah diucapkan oleh Yesus adalah dalam konteks anak-anak, ketika anak-anak dibawa kepada-Nya, Yesus memberkati mereka dan mengatakan bahwa kerajaan Allah adalah milik orang-orang yang seperti mereka, tetapi penghukuman yang mengerikan akan dijatuhkan kepada orang-orang yang mencelakai anak-anak.

"lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga." Memperingati kelahiran Yesus harus juga mengingat bahwa anak-anak harus dididik hidup takut akan Tuhan dan mengenal Tuhan dengan benar sehingga karakter mereka patut menjadi keluarga Kerajaan Surga.
(Matius 18:3)

Card image
Quote Of The Day - 09 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-09 21:02:18


Kalau kita mau beruntung di kekekalan, bertobatlah, bertanyalah kepada Tuhan apa yang kita harus lakukan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 09 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-09 20:58:20


Kebangkitan dari antara orang mati haruslah menjadi pengharapan kita, yang memberi kita api atau gairah di dalam menjalani hidup.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 Desember 2024
2024-12-09 20:57:20

Roma 8-10

Card image
HIDUP DALAM PERSEKUTUAN DENGAN KRISTUS - 09 Desember 2024
2024-12-09 20:53:23


  Kelihatannya sederhana, tetapi sebenarnya tidak sederhana. Betapa besar anugerah yang Allah berikan kepada kita di dalam dan melalui Tuhan Yesus Kristus. Sebab, jikalau Yesus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kehidupan manusia; sia-sia hidup tanpa pengharapan, termasuk bangsa Israel. Seandainya kita memiliki usia 1.000 tahun, dan dalam 1.000 tahun tersebut akan berakhir dan tidak memiliki kebangkitan dari antara orang mati, betapa celakanya kehidupan ini. Tetapi kita bersyukur kepada Tuhan, karena kita memiliki pengharapan, kebangkitan dari antara orang mati. Ini bukan sesuatu yang boleh kita anggap sepele, sederhana dan murahan; ini luar biasa.  

1 Korintus 15:12-22 mengatakan, “Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan bahwa tidak ada kebangkitan orang mati? Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus - padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan. Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus. Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan kepada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang di antara manusia. Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.”  

Harus kita garis bawahi bahwa kebangkitan dari antara orang mati haruslah menjadi pengharapan kita, yang memberi kita api atau gairah di dalam menjalani hidup. Kalau hal kebangkitan dari antara orang mati tidak menjadi api yang menggerakkan kita menjalani hidup berarti ada yang salah di dalam hidup kita. Bisa dipastikan ada pengharapan lain di dalam hidup kita; pengharapan untuk memperoleh kebahagiaan. Mestinya, seluruh pengharapan kita itu tertaruh pada hal ini, seperti yang dikatakan dalam 1 Petrus 1:13-14, "Letakkanlah seluruh pengharapanmu pada penyataan kedatangan Tuhan Yesus." Tidak ada kebahagiaan yang kita nantikan dan harapkan selain kebangkitan dari antara orang mati atau perjumpaan dengan Tuhan Yesus. Kalau kita masih hidup dalam darah dan daging, kita masih hidup menekankan kepuasan duniawi, kita akan binasa. Tetapi kalau kita hidup dalam persekutuan dengan Kristus, memiliki gairah hidup seperti Kristus, maka kita akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.  

Orang yang hidup dalam persekutuan dengan Adam akan binasa atau mati di dalam dosanya. Tapi orang yang hidup dalam persekutuan dengan Kristus akan hidup. Kiranya Tuhan mencerahi pikiran kita dan mengarahkan kita kepada pengharapan ini: pengharapan kebangkitan dari antara orang mati. Namun ironis, sekarang pengharapan ini nyaris lenyap dari antara orang Kristen. Padahal kalau kita membaca kesaksian Paulus yang mengatakan, "Semua kulepaskan supaya aku memperoleh Kristus, dan akhirnya supaya aku beroleh kebangkitan dari antara orang mati" menyiratkan betapa seriusnya Paulus dalam pengharapan kebangkitan. Tapi hari ini, orang-orang Kristen, gereja-gereja, telah mengalami kemerosotan, dekadensi yang sangat jauh. Pengharapan yang begitu penting telah dilupakan.  

Dalam pengakuan iman rasuli, termuat hal ini: "Aku percaya akan kebangkitan dari antara orang mati." Kalau kita tidak memiliki pengharapan seperti ini, pengharapan apa yang menguasai pikiran dan hati kita? Orang-orang di luar kekristenan tidak pernah memikirkan pengharapan ini. Namun ternyata banyak orang Kristen, atau sebagian besar orang Kristen, juga telah tenggelam dan hanyut dengan cara pikir anak dunia; tidak memiliki pengharapan kebangkitan dari antara orang mati. Mereka dibelenggu dengan pengharapan-pengharapan kosong. Hidupnya digerakkan oleh api yang salah. Tidak mau hidup secara sederhana—sederhana di sini bukan berarti miskin, melainkan memiliki pengharapan yang hanya ditujukan kepada Tuhan—sehingga hidupnya menjadi kompleks, rumit.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA HIDUP DALAM PERSEKUTUAN DENGAN KRISTUS, MEMILIKI GAIRAH HIDUP SEPERTI KRISTUS, MAKA KITA AKAN DIHIDUPKAN KEMBALI DALAM PERSEKUTUAN DENGAN KRISTUS.  

Card image
Truth Kids 08 Desember 2024 - MENGENDALIKAN DIRI
2024-12-09 20:44:29


Amsal 25:28
”Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya.”

Pagi itu Andri dan ibunya pergi ke klinik untuk berobat. Andri demam sejak semalam. Saat tiba di sana, ruang tunggu sudah penuh dengan pasien yang lain. Ibu mengajak Andri untuk duduk dan menunggu. Ibu berkata, "Kita harus tunggu dulu, ya, Nak. Dokternya sedang memeriksa yang lain." Awalnya, Andri duduk diam. Tapi setelah 5 menit, ia mulai gelisah. "Bu, kenapa lama sekali? Aku bosan!" ucap Andri sambil menggoyang-goyangkan kakinya. Ibu pun menenangkannya.

Andri semakin tidak bisa menahan diri. Ia mulai berdiri dan berjalan-jalan di sekitar ruang tunggu. Saat ibunya memanggil, Andri duduk kembali. 15 menit berlalu, Andri malah berteriak, "Aku mau pulang sekarang!" Aku tidak suka menunggu!" Anak-anak lain mulai menatap mereka. Seorang bapak yang menunggu mulai terganggu, dan ada beberapa orang lain mulai kesal melihat Andri teriak-teriak.

Sobat Kids, memang menunggu itu bisa membuat kita merasa bosan dan kesal. Tetapi, kita harus belajar menguasai diri kita. Pikirkan juga perasaan orang lain yang berada di sekitar kita. Jangan sampai kita mengganggu orang lain. Yuk, kita belajar untuk menguasai diri kita.

Card image
Truth Junior 08 Desember 2024 - KUASAI DIRI
2024-12-09 20:42:13


Amsal 25:28
”Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya.”

“Andiiii….!!” teman-teman di kelas serentak memanggil namanya. Andy bertanya. “Ada apa, _sih_??” “Ituuuuuu lihat, Ndi. Ada anak baru di kelas sebelah,” ujar Tono, salah satu temannya. “Terus??” tanya Andi penasaran. “Cantik banget, Ndi,” ucap Tono. “Ah, masa???” tanya Andi semakin penasaran. “Beneran, Ndi! Namanya Vanessa. Kamu tidak mau lihat ke sana??” lanjut Tono. Andi berkata kepada teman-temannya, “Ah… ga, ah! Ayo, kita masuk kelas, siap-siap pelajaran.” Teman-teman Andi lemas mendengar Andi tidak mau sependapat. Dan ternyata, Vanessa, murid baru yang mereka bicarakan, masuk ke kelas bersama dengan guru kelas mereka. Mereka melihat dengan terkejut. Teman-teman Andi berbisik-bisik sehingga kelas menjadi gaduh. Andy bingung melihat teman-temannya. Ibu guru mulai memperkenalkan Vanessa kepada murid-murid, dan Vanessa diminta duduk di sebelah Andi, serentak teman-temannya berkata, “Cieeee… Andi!” Andi pun kebingungan dan malu.

Pada saat istirahat, Andi berkumpul dengan teman-temannya dan berkata kepada mereka, “Kalian jangan seperti itu, ah! Saya tidak ada apa-apa dengan Vanessa. Iya, dia memang cantik, tapi kita kan masih kelas 6. Tidak boleh berpikir ke hal-hal yang memang belum waktunya. Saya selalu ingat perkataan kakak Sekolah Minggu di gereja saya. Di usia kita ini, harus perbanyak pertemanan dan saling memberkati satu sama lain. Kita harus menguasai diri kita, walaupun kita kadang pengen juga berbuat nakal. Ingat kan di Alkitab tertulis: orang yang tak dapat mengendalikan diri seperti kota yang roboh temboknya? Bisa gawat kalau kita tidak dapat menguasai diri kita, Teman-teman. Setuju, kan?? Kita harus banyak-banyak berteman, tahan diri dari hal-hal yang belum waktunya.”

Sobat Junior harus mencontoh Andi, ya. Minta kekuatan Tuhan untuk selalu dapat menahan diri dari hal-hal yang membuat kita jatuh atau jauh dari Tuhan.

Card image
Truth Youth 08 Desember 2024 - ARCHITECT DESIGN
2024-12-09 20:40:02


"For we are God's handiwork, created in Christ Jesus to do good works, which God prepared in advance for us to do. He created us to live in them." (Ephesians 2:10)

In life, we often find ourselves wondering about our purpose—what does God truly want from us? Ephesians 2:10 reminds us that we are His creation, designed specifically to carry out the good works He has prepared for us. In other words, our lives have a divine purpose that goes beyond the daily routines. Imagine an architect designing a building with great attention to detail. Every part of the building, from the foundation to the roof, is created with a specific intention to ensure the structure is strong and functional. Once designed, the building is not left empty or abandoned. Instead, it is used according to its purpose—perhaps as a hospital to care for the sick or a school to educate children. Similarly, God has carefully designed our lives, preparing good works for us to do. We are not created without purpose; rather, we have a clear goal: to serve Him and others.

Our task is to discover what God’s calling is in our lives. This may mean serving in the church, caring for our families, or helping those around us who are in need. Our life’s purpose is not always about grand, spectacular achievements. Often, it lies in the small acts that make a positive impact on others, such as offering a smile, speaking words of encouragement, or lending a helping hand. Living in alignment with God’s will also means we continue to grow spiritually. Just as a building needs to be maintained and updated to stay strong, we need to nurture our spiritual lives through prayer, reading God’s Word, and striving to live according to Christ’s teachings. Living with purpose is a life full of meaning. We are created by God with a beautiful plan, and when we discover and pursue that calling, we will experience true joy. Let us continue to seek His will and serve with a sincere heart.

WHAT TO DO:
- Reflect and ask God what your purpose on Earth is.
- Seek His answer through prayer and reading His Word.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Galatians 4-6

Card image
Truth Youth 08 Desember 2024 - ARCHITECT DESIGN
2024-12-09 17:52:20


”Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” (Efesus 2:10)

Dalam hidup ini, sering kali kita bertanya-tanya tentang tujuan kita, apa yang sebenarnya Tuhan inginkan dari kita? Efesus 2:10 mengingatkan bahwa kita adalah ciptaan-Nya, dirancang secara khusus untuk melakukan pekerjaan baik yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh Allah. Dengan kata lain, hidup kita memiliki tujuan ilahi yang lebih besar dari sekadar rutinitas sehari-hari. Bayangkan seorang arsitek yang merancang sebuah gedung dengan detail yang sangat teliti. Setiap aspek bangunan itu, dari fondasi hingga atap, dibuat dengan maksud tertentu, agar bangunan tersebut kokoh dan fungsional. Setelah dirancang, bangunan tersebut tidak dibiarkan kosong atau terbengkalai. Sebaliknya, bangunan itu akan digunakan sesuai dengan fungsinya, misalnya sebagai rumah sakit untuk merawat orang sakit atau sekolah untuk mendidik anak-anak. Demikian pula, Allah merancang hidup kita dengan teliti, mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan baik yang harus kita jalani. Kita bukan diciptakan tanpa maksud, melainkan dengan tujuan yang jelas, untuk melayani-Nya dan sesama.

Tugas kita adalah menemukan apa yang menjadi panggilan Tuhan dalam hidup kita. Mungkin itu berarti mengabdi di gereja, melayani keluarga, atau membantu orang-orang di sekitar kita yang membutuhkan pertolongan. Tujuan hidup kita tidak selalu berarti hal-hal besar yang spektakuler, melainkan sering kali terletak dalam tindakan kecil yang membawa dampak positif bagi orang lain, seperti senyuman, kata-kata penghiburan, atau bantuan praktis. Menjalani hidup yang selaras dengan kehendak Tuhan juga berarti kita terus memperbaiki diri secara spiritual. Seperti gedung yang dirawat dan diperbarui agar tetap kokoh, kita perlu membangun kehidupan rohani kita melalui doa, membaca firman Tuhan, dan berusaha hidup sesuai dengan ajaran Kristus. Hidup dengan tujuan adalah hidup yang penuh makna. Kita diciptakan oleh Tuhan dengan rencana yang indah, dan ketika kita menemukan serta menjalani panggilan kita, maka kita akan merasakan sukacita sejati. Mari kita terus mencari kehendak-Nya dan melayani dengan hati yang tulus.

WHAT TO DO:
1.Merenungkan dan menanyakan kepada Tuhan, tujuan kita di Bumi.
2.Mencari jawabannya dengan berdoa dan membaca firman Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Galatia 4-6

Card image
Renungan Pagi - 08 Desember 2024
2024-12-09 17:50:36


Alkitab mencatat nama dua orang yang menunggu dengan sabar kedatangan Juru Selamat yang dijanjikan. Nama mereka adalah Simeon dan Hana. Keduanya dengan segera mengenali siapa Yesus dan mereka dipenuhi dengan pujian dan ucapan syukur. Simeon sangat dekat berhubungan dengan Roh Kudus dan mampu mendengar apa yang dikatakan-Nya.

Roh Kudus ada atas dia dan menunjukkan kepadanya bahwa dia tidak akan mati sebelum melihat Tuhan. Bahkan, perginya dia ke pelataran Bait Suci hari itu adalah karena tuntunan dari Roh Kudus dan oleh Roh Kudus, dia bernubuat tentang Yesus dan menyampaikan firman Allah kepada Maria.

Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam kehidupan Simeon dan Hana yang seharusnya menantang kita. Mereka menjalani kehidupan yang taat dan saleh dan selaras dengan Roh Kudus. Mereka menunggu dan berjaga-jaga untuk Tuhan yang akan datang. Usia tidak meredupkan visi atau kerinduan mereka. Sungguh menjadi teladan bagi kita supaya seperti mereka, dengan segenap hati mengikut Tuhan, selaras dengan Roh Kudus dan berjaga-jaga akan kedatangan-Nya yang kedua kali.
(Lukas 2:25 -38)

Card image
Quote Of The Day - 08 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-09 17:48:50


Hari ini kita boleh punya rumah bagus, pasangan sempurna, anak cucu sempurna, tapi kalau kita tidak buat apa-apa untuk Tuhan, kita miskin di hadapan-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 08 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-09 13:17:17


Yang berkhianat kepada Tuhan itu bukan hanya mereka yang meninggalkan gereja lalu pindah agama lain, melainkan ketika kita mencintai dunia, sehingga kita menjadikan diri kita sebagai musuh Allah.

Card image
THROUGH EXPERIENCE - 08 Desember 2024 (English Version)
2024-12-09 13:16:13


This world has become so corrupt. The standards that believers should hold have shifted. What is displayed by some spiritual leaders and pastors no longer represents the correct standard, leaving the congregation without the standards they ought to uphold. God’s Word reminds us in Hebrews 12:16: "See that no one is sexually immoral or is godless like Esau, who for a single meal sold his inheritance rights as the oldest son." That "single meal" could represent a spectacle, entertainment, rank, title, position, or anything that we think will make our lives happy, that gives us self-worth, that elevates our dignity, status, and rank. In fact, all we need is one thing: God. Without God, we have no value at all.

So, if we are in a dangerous condition now, realize it. Be upset about our situation, take it up with God and ask for help from God to resolve it and the Holy Spirit will surely help. Betraying God doesn’t only mean leaving the church or converting to another religion, but also when we love the world, so that we make ourselves enemies of God. As James 4:4 says, "Do you not know that friendship with the world is enmity with God? Whoever therefore wishes to be a friend of the world makes himself an enemy of God."

Today, if God entrusts us with positions, status, titles, money, and the possibilities for us to enjoy life, we should truly must be aware that the opportunity that God gives is short. So, we choose to please God. We must compel ourselves to choose God until finally choosing God is no longer a compulsion, but rather a joy and happiness. We must be able to fellowship with God and be true -truly experiencing that God is a Person we can enjoy, who makes us happy. Ironically, many of us have fallen behind. At our age, we should have been immersed in the presence of God, making God our only harbor and resting place. But as we grow older, we still dream of having this and that, going to places here and there, and feeling happy about it.

Perhaps without realizing it, for years we have heard pastors preach to share what they know with us, what they know from theological school, whose knowledge can be condensed in a few years. The mind is filled with knowledge and can be condensed, but feelings are filled with experience and cannot be condensed. So we need pastors who have a journey with God, who have feelings filled by encounters with God. Who when they say, "I love You, Lord," their hearts overflow with genuine emotion, not pretense. This sincerity will impart itself to us, be transmitted. Knowledge about God can be condensed in the mind, but feelings of loving and experiencing God must come through personal experience.

Don't lose this momentum. Every day there are packages of blessings that God provides, both through life events and direct encounters with God. Packages that we cannot postpone, because today's blessings are different from tomorrow's blessings. We cannot combine them, or condense them, we cannot. Every day if we make time and God sees that we are serious, there will definitely be blessings that God provides. If we associate ourselves with the world, our love is directed toward the world, we are already tied to the world, so that we become the bride of the world until we cannot be separated. However, if our hearts are attached to God, we love God, then we become His bride.

There may be some of us who feel that there are big walls that are hard to penetrate that prevent us from loving God. That is because the room in our hearts is filled with the world that prevents us from loving God. We need to let go of these attachments step by step, because loving God doesn’t happen in one night of prayer. At some point, however, we will find ourselves unable to withdraw our love for God. On the contrary, we will never be able to love the world again. Judas finally realized he was wrong. He went to the chief priests, returned the 30 pieces of silver, and said, “I have sinned by betraying innocent blood.”

But, he could not repent anymore. His heart was hardened, unable to love God. He had loved the world and he failed to love God. His disappointment led him to commit suicide. Peter, on the other hand, denied Jesus. He dishonored Him. But, the crowing of the rooster was enough to make him cry because he loved God. So be grateful if God allows problems in our lives, as they are meant to draw us closer to Him and teach us to love Him. Do not regret the challenges you face, for God is using them to invite and guide you to love Him. Don't say we have no one, because we have God. And in the end, only God is with us.

KNOWLEDGE ABOUT GOD CAN BE CONDENSED IN THE MIND, BUT THE FEELING OF LOVING AND EXPERIENCING GOD MUST COME THROUGH PERSONAL EXPERIENCE.

Card image
LEWAT PENGALAMAN - 08 Desember 2024
2024-12-08 22:36:38


  Dunia ini sudah begitu jahat. Standar yang mestinya dimiliki orang percaya telah bergeser. Apa yang ditampilkan oleh sebagian rohaniwan dan pendeta bukanlah standar yang benar, sehingga jemaat tidak memiliki standar yang seharusnya dimiliki. Firman Tuhan mengingatkan kita dalam Ibrani 12:16, “Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan.” Sepiring makanan itu bisa berupa tontonan, hiburan, pangkat, gelar, kedudukan, atau apa pun yang kita pandang akan membahagiakan hidup, yang memberi nilai diri, yang mengangkat harkat, martabat, derajat kita. Padahal, yang kita perlukan hanya satu: Tuhan. Tanpa Tuhan, kita tidak bernilai sama sekali.  

Jadi, kalau sekarang kita ada dalam kondisi yang membahayakan, sadari itu. Gusarlah atas keadaan diri kita, perkarakan dengan Tuhan dan minta tolong penyelesaian dari Tuhan dan Roh Kudus pasti akan menolong. Yang berkhianat kepada Tuhan itu bukan hanya mereka yang meninggalkan gereja lalu pindah agama lain, melainkan ketika kita mencintai dunia, sehingga kita menjadikan diri kita sebagai musuh Allah. Seperti yang dikatakan dalam Yakobus 4:4, "Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi, barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah."  

Hari ini, kalau Tuhan percayakan kepada kita jabatan, kedudukan, gelar, uang, dan kemungkinan-kemungkinan untuk kita menikmati hidup, sejatinya kita harus sadar bahwa kesempatan yang Tuhan berikan itu singkat. Maka, kita memilih untuk menyenangkan hati Tuhan. Kita harus memaksa diri kita untuk memilih Tuhan sampai akhirnya memilih Tuhan tidak lagi menjadi paksaan, melainkan menjadi kesukaan dan kebahagiaan. Kita harus bisa bersekutu dengan Tuhan dan benar-benar mengalami bahwa Tuhan adalah Pribadi yang bisa kita nikmati, yang membahagiakan kita. Ironis, kita banyak yang sudah ketinggalan. Mestinya dengan usia kita seperti ini, kita mesti sudah tenggelam di hadirat Allah, menjadikan Tuhan pelabuhan dan perhentian hidup kita satu-satunya. Tapi dengan usia yang sudah mulai senja, kita masih bermimpi memiliki ini itu, pergi ke tempat sana sini, lalu merasa bahagia dengan hal tersebut.  

Mungkin tanpa sadar, bertahun-tahun kita mendengar pendeta berkhotbah untuk membagikan apa yang dia tahu kepada kita, yang dia tahu dari sekolah teologi, yang ilmunya bisa dipadatkan dalam beberapa tahun. Pikiran diisi oleh pengetahuan dan bisa dipadatkan, tapi perasaan diisi dengan pengalaman dan tidak bisa dipadatkan. Maka kita perlu pendeta yang punya perjalanan dengan Tuhan, yang punya perasaan yang diisi oleh perjumpaan dengan Allah. Yang ketika mengatakan, "Aku mengasihi Engkau, Tuhan," hatinya mengalir pecah tanpa dibuat-buat, karena itu akan terimpartasi, tertular kepada kita. Pengetahuan tentang Tuhan bisa dipadatkan di pikiran, tapi perasaan mengasihi dan mengalami Allah, harus lewat pengalaman.  

Jangan kehilangan momentum ini. Setiap hari ada paket-paket berkat yang Allah sediakan, baik lewat peristiwa kehidupan maupun perjumpaan langsung dengan Tuhan. Paket-paket yang tidak bisa kita tunda, sebab berkat hari ini beda dengan berkat besok. Tidak bisa kita gabung, atau kita padatkan, tidak bisa. Setiap hari kalamk waktu dan Tuhan melihat kita serius, pasti ada berkat yang Tuhan sediakan. Kalau kita bergaul dengan dunia, maka cinta kita tertuju ke dunia, telanjur terikat dengan dunia, sehingga kita jadi mempelai dunia sampai tidak bisa dipisahkan. Namun kalau hati kita melekat kepada Tuhan, kita mencintai Tuhan, maka kita menjadi mempelai Tuhan.  

Mungkin tembok-tembok besar yang sukar tembus yang membuat kita tidak bisa mencintai Tuhan. Hal itu karena ruangan hati kita dipenuhi oleh dunia yang membuat kita tidak bisa mencintai Tuhan. Dan kita perlu melepaskan itu, tahap demi tahap, sebab tidak dalam satu malam kita berdoa, lalu bisa mencintai Tuhan. Dan sampai titik tertentu, kita tidak bisa menarik cinta kita kepada Tuhan. Sebaliknya, kita tidak akan pernah bisa mencintai dunia lagi. Yudas pada akhirnya sadar dia salah. Dia datang kepada imam-imam kepala dan menyerahkan 30 keping perak, dan dia mengatakan, "Aku telah menyerahkan darah orang yang tidak bersalah."  

Tapi, dia sudah tidak bisa bertobat. Hatinya sudah keras, tidak mampu mencintai Tuhan. Dia sudah mencintai dunia dan dia gagal mencintai Tuhan. Kekecewaannya diwujudkan dalam bentuk bunuh diri. Berbeda dengan Petrus. Dia menyangkal. Dia tidak menghormati Tuhan. Tapi, kokok ayam cukup membuat dia menangis karena dia mengasihi Tuhan. Maka bersyukur kalau Tuhan mengizinkan masalah ada di hidup kita, hal itu supaya kita mengasihi Tuhan. Jangan menyesal atas masalah yang kita hadapi, karena Tuhan mau mengajak dan mengajar kita mengasihi Dia. Jangan berkata tidak punya siapa-siapa, sebab kita punya Tuhan. Dan pada akhirnya, hanya Tuhan yang bersama kita.

  Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono  

PENGETAHUAN TENTANG TUHAN BISA DIPADATKAN DI PIKIRAN, TAPI PERASAAN MENGASIHI DAN MENGALAMI ALLAH, HARUS LEWAT PENGALAMAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 Desember 2024
2024-12-08 10:24:10

Roma 4-7

Card image
Truth Kids 07 Desember 2024 - TEKAD KUAT
2024-12-07 18:01:31


Galatia 5:16
”Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.”

Setiap pulang sekolah, Tania selalu bergegas sampai di rumah untuk bermain game kesukaannya. Orang tua Tania sering menegur, tetapi Tania merasa game adalah hiburannya.

Suatu pagi di sekolah, ada pengumuman tentang olimpiade matematika. Pemenangnya akan mengikuti lomba di luar negeri. Mendengar itu, Tania sangat tertarik. Tania bertekad ingin menunjukkan kepada orang tua dan teman-temannya bahwa ia bisa berprestasi di matematika.

Tania pun diuji. Saat sampai di rumah, rasa ingin bermain game seperti memanggil-manggil Tania. Tania menarik napas panjang dan berkata dalam hati, "Aku pasti bisa. Kalau di game aku bisa mengalahkan banyak musuh, kenapa aku tidak bisa mengalahkan rasa malas?" Awalnya memang sulit menghilangkan keinginan bermain. Setiap kali merasa bosan, rasa ingin bermain pun muncul. Namun, Tania mengatur jadwal belajar dan istirahatnya. Demikianlah yang dilakukan Tania, sampai hari olimpiade matematika tiba.

Sobat Kids, menguasai diri itu memang sulit. Banyak kesenangan-kesenangan yang harus kita ganti dengan rasa tanggung jawab. Tubuh fisik kita lemah, tapi ada Roh Kudus yang membantu kita melawan rasa malas. Dengan rajin berdoa dan membaca Alkitab, kita bisa kuat melawan rasa malas dan dapat menguasai diri.

Card image
Truth Junior 07 Desember 2024 - TAHAN DIRI
2024-12-07 18:00:13


Galatia 5:16
”Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.”

Pagi itu Vina dan teman-temannya sedang asyik mengobrol di taman. Mereka menghabiskan pagi hari dengan lari pagi bersama di taman komplek rumah mereka. Vina dan teman-temannya berencana akan menonton konser _boyband_ asal Korea yang terkenal. Mereka sedang merencanakan hal-hal seru yang akan dilakukan nanti. Setelah hari mulai terik, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat. Vina terlihat senang sekali dan tidak sabar menunggu hari konser dua minggu lagi.

Mama Vina melihat Vina sampai di rumah dan bertanya, “Vin, kamu terlihat senang sekali. Ada apa, nih?” Sambil berlari, Vina memeluk mamanya dan berkata, “Vina sudah tidak sabar, Ma, mau nonton konser dua minggu lagi.” Mamanya kaget dan bertanya, “Dua minggu nanti?? Kamu lupa, ya, Vin? Kita sudah ada janji mau ke rumah oma, menjenguk oma yang keadaannya kurang sehat.” Vina kaget sekali dan mulai merajuk ke mamanya, “Ma, Vina boleh tidak, melewatkan ikut ke Oma? Plissss,Ma….”

Mama Vina tidak mengizinkan Vina untuk datang ke konser karena sudah janji akan ikut menjenguk omanya. Vina kesal dan lari masuk ke kamar. Vina mencoba menenangkan diri dan teringatlah apa yang pernah ia dengar dari kakak Sekolah Minggunya bahwa kita sebagai anak-anak Allah harus bisa menguasai diri. Vina juga teringat ayat Alkitab di Roma 12:2, “Dan janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”

Vina berdoa juga supaya tenang dan dapat menguasai dirinya sehingga dapat memutuskan yang terbaik. Vina memutuskan membatalkan menonton konser dan ikut menjenguk omanya. Vina merasa yakin itu akan lebih menyenangkan hati Tuhan.

Sobat Junior, apakah pernah mengalami keadaan yang sama dengan Vina? Jangan sampai salah memutuskan ya, harus sesuai dengan apa yang Tuhan mau, bukan yang kita mau.

Card image
Truth Youth 07 Desember 2024 (English Version) - ATTENTION OF A CHILD
2024-12-07 17:57:33


"In the morning, Lord, you hear my voice; in the morning I lay my requests before you and wait expectantly." (Psalm 5:3)

In our busy modern lives, we often feel like the days pass by so quickly, filled with the demands of work, family, and other responsibilities. In the midst of this hustle and bustle, Psalm 5:3 offers a vital reminder: setting aside time for God every day is an invaluable offering. David, the psalmist, speaks about offering something to God in the morning—not material offerings, but offerings of time, heart, and attention. In our busy lives, finding time to pray, meditate, or reflect on God’s Word is not always easy. However, it is in these moments that we express our love and dependence on Him. Like a child who, in the midst of playing joyfully with friends, takes a moment to run to their parents, hug them, and say, "I love you."

Though simple, this attention and affection are deeply precious in the eyes of parents. Similarly, when we make time for God, it becomes a beautiful offering. God longs to speak with us, listen to the cries of our hearts, and grant us a peace that transcends all understanding. When we pray in the morning, we are offering our day to Him, inviting Him to lead each step. Like David, we wait expectantly for God's response, trusting that He is always with us. So, amidst the busyness of the world, let us give God our best time as an offering of our lives. This is not just a routine but an intimate moment where we deepen our relationship with the Creator, who is always ready to listen to every cry of our hearts.

WHAT TO DO:
- Set aside a special time each day to meet with God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Galatians 1-3

Card image
Truth Youth 07 Desember 2024 - ATTENTION OF A CHILD
2024-12-07 17:54:54


”Ya Tuhan, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku; pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu dan aku menunggu-nunggu.” (Mazmur 5:3)

Dalam kehidupan modern yang penuh kesibukan, kita sering kali merasa seolah-olah hari-hari berlalu begitu cepat, dengan berbagai tuntutan pekerjaan, keluarga, dan tanggung jawab lainnya. Di tengah hiruk-pikuk ini, Mazmur 5:3 memberikan kita pengingat yang sangat penting: menyediakan waktu bagi Tuhan setiap hari adalah bentuk persembahan yang tak ternilai. Daud, sang pemazmur, berbicara tentang mengatur persembahan kepada Tuhan di waktu pagi, bukan persembahan materi, tetapi persembahan waktu, hati, dan perhatian. Dalam kesibukan hidup kita, menyediakan waktu untuk berdoa, bermeditasi, atau merenungkan firman Tuhan bukanlah hal yang mudah. Namun, itulah saat di mana kita mengungkapkan kasih dan ketergantungan kita kepada-Nya. Seperti seorang anak kecil yang, di tengah kegembiraan bermain dengan teman-temannya, menyempatkan diri untuk mendekati orang tuanya, memeluk, dan berkata, “Aku sayang kalian.”

Meski sederhana, perhatian dan kasih sayang ini begitu berharga di mata orang tua. Demikian pula ketika kita meluangkan waktu untuk Tuhan, itu menjadi persembahan yang indah. Tuhan rindu berbicara dengan kita, mendengarkan seruan hati kita, dan memberikan damai sejahtera yang melampaui segala pengertian. Ketika kita berdoa di pagi hari, berarti kita sedang menyerahkan hari kita kepada-Nya, mengundang-Nya untuk memimpin setiap langkah. Seperti Daud, kita menunggu-nunggu jawaban Tuhan dengan penuh pengharapan, percaya bahwa Dia selalu menyertai. Jadi, di tengah kesibukan dunia, mari kita memberi Tuhan waktu terbaik kita, sebagai persembahan hidup kita. Ini bukan sekadar rutinitas, tetapi momen intim di mana kita memperdalam hubungan kita dengan Sang Pencipta, yang selalu siap mendengarkan setiap seruan kita.

WHAT TO DO:
Merencanakan waktu khusus dalam sehari untuk berjumpa dengan Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Galatia 1-3

Card image
Renungan Pagi - 07 Desember 2024
2024-12-07 13:51:50


Kita semua sangat ingin mendapatkan sesuatu yang lebih dalam hidup ini, misalnya harta yang berlebih, prestasi yang lebih, kecantikan yang lebih dan sebagainya, semua hanya untuk menunjukkan kebanggaan diri. Tanpa kita sadari sekeras apa pun usaha untuk tampil lebih dalam segala hal, lambat laun kita akan kehilangan sesuatu yang esensial: yaitu kasih dan kepedulian pada keluarga dan sesama, waktu dan momen yang berharga, atau kehidupan itu sendiri, kita menjalaninya tanpa dapat menikmatinya.

Perasaan terasing, kesepian dan ketakutan akan kematian menyadarkan bahwa kita perlu Juruselamat. Namun, di mana kita dapat menemukan Dia? Firman Tuhan yang pernah disampaikan malaikat kepada para gembala begitu sederhana dan tanpa basa-basi: "Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud; dan inilah tandanya bagimu, kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring dalam palungan."

Dan para gembala sungguh-sungguh pergi mencari Sang Juruselamat. Demikian juga berlaku untuk kita, jika sungguh-sungguh mencari Tuhan, Sang Juruselamat, maka kita akan menjumpai-Nya. Dalam ketulusan, dalam kesederhanaan, karena kita memang memerlukan Tuhan dalam seluruh kehidupan.
(Lukas 2:11-16)

Card image
Quote Of The Day - 07 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-07 13:50:37


Kalau seseorang sudah mencari penghormatan dan penilaian dari manusia untuk kehormatannya ia tidak akan mencari kehormatan dari Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 07 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-07 13:49:13


Kalau kita merasa terganggu dengan keadaan kita yang belum kudus, belum mencintai Tuhan sebagaimana seharusnya, maka Tuhan akan bicara kepada kita. Jangan lewatkan kesempatan ini.

Card image
KNOWING OURSELVES - 07 Desember 2024
2024-12-07 13:47:03


Why could Judas betray? After all, he had listened to many sermons from the King of Preachers Himself. No preacher could surpass Jesus; He was the King of Preachers. Judas also saw miracles, perhaps he himself also performed miracles. He could be one of the 70 disciples who were sent to many places and witnessed how the power of darkness was subdued and of course miracles occurred. But why was Judas so foolish to betray Jesus? Selling Jesus for 30 pieces of silver, a very small amount. Actually from the analysis, Judas did not intend to get the 30 pieces of silver. He wanted much more than that. Like the other disciples, Judas hoped Jesus would become a king according to their own expectations.

This is similar to what Peter did when Jesus expressed His intention to go to Jerusalem and declared that He would be crucified. Peter tried to prevent Jesus because it was outside their envisioned scenario. What they hoped was that Jesus would appear like David who overthrew Goliath with the might of God's name. They wanted Jesus to be a king like Caesar Augustus, like the emperors in Rome, at least like King Herod. And they were really looking forward to someone from David's lineage sitting on the throne as king. If Jesus became king, of course the people who all this time close to Jesus will become the commanders around Jesus. As if Jesus were inaugurated as king, the disciples would simply await His command to assume ministerial positions. And surely Judas would become the finance minister, because Judas was a treasurer. This position would give him even greater opportunities to amass wealth.

Why did Judas betray Jesus? The answer is simple: because he wanted the world's treasures more than the Kingdom of Heaven. From small portions to large portions, sooner or later people like this will betray Jesus. Because the challenge is: "You cannot serve two masters." Today, God still gives us opportunities. But at some point, God will let us be lost forever if we fail to truly choose Him. For years, Jesus allowed Judas the chance to make the right decision. Tragically, Judas chose the wrong one. At the last supper, it was Judas' critical time. If he had repented at that time, his life history would have been different. When Jesus said, "There is one of you who will betray me," it should have been like a sledgehammer hitting his heart. And immediately Judas should have knelt at Jesus' feet and said, "Lord, forgive me. I am the one." But Judas remained silent, steadfast in his resolve to choose the world over God.

If Jesus lived in our time, Jesus would say the same words, "There is one among you who betrays Me." How would we react? There are times when God allows us to choose and make decisions. Unfortunately, many people do not realize that they are on the verge of danger. Surprisingly, Peter was rebuked, but Judas was not. So Judas felt safe. There are those among us who are rebuked by God, because we are serious about following God. But those who are not serious, do not want rebuke or do not want God's rebuke. God also does not rebuke, because God works in all things for the good of those who love Him. Those among us who are arrogant, who feel "safe" are not rebuked, so they feel safe. But one day when they stand before the judgment seat of God, if God says, "Depart from me," then they will cry. But regret comes too late and there is nothing that can be done.

So we must know ourselves, are we potential traitors or not? Try to measure how much we love God and how much we have let go of our love for the world. Let us examine ourselves and seriously question this before God, "Lord, how much do I still love the world?" Especially if we are old, but we still have hopes that the world will make us happy, that is dangerous! Peter seriously loved God, so God also treated Peter seriously. Peter once said, “Lord, I am ready to go with You to prison and even to death.” His intention was genuine, even though he was weak.

Be careful, we are not animals who live today, then die, and there is no continuation. But we are humans who live today, die tomorrow, and there is still a continuation, which is eternity. If we believe that God is truly alive and real, we must have personal experiences with Him. Today, God may seem undisturbed by our condition, but that is only because we do not feel disturbed by it ourselves. In fact, God feels very bothered. On the other hand, if we feel bothered by our condition which is not yet holy, not loving God as we should, then God will speak to us. Don't miss this opportunity.

WE MUST KNOW OURSELVES, ARE WE CANDIDATES FOR TRAITORS OR NOT?

Card image
MENGENALI DIRI - 07 Desember 2024
2024-12-07 13:45:28


  Mengapa Yudas bisa berkhianat? Padahal, dia banyak mendengar khotbah dari Sang Raja Khotbah. Tidak ada pengkhotbah yang bisa mengungguli Yesus; Dia the King of Preacher, Dia Raja Pengkhotbah. Yudas juga melihat mukjizat, jangan-jangan ia sendiri juga melakukan mukjizat. Ia bisa menjadi satu di antara 70 orang murid yang diutus ke banyak tempat dan menyaksikan bagaimana kuasa kegelapan ditundukkan dan tentu mukjizat terjadi. Tetapi mengapa Yudas begitu bodoh mengkhianati Yesus? Menjual Yesus dengan 30 keping perak, jumlah yang sangat kecil. Sebenarnya dari analisis, Yudas tidak bermaksud untuk mendapatkan 30 keping perak itu. Dia mau mendapat lebih banyak dari itu. Seperti murid-murid yang lain, mereka mengharapkan Yesus menjadi raja versi mereka.   

Seperti yang dilakukan Petrus ketika Yesus bermaksud ke Yerusalem dan menyatakan bahwa diri-Nya akan disalib, Petrus mencegah Yesus karena itu di luar skenario pikiran mereka. Yang mereka harapkan Yesus akan tampil seperti Daud yang menggulingkan Goliat dengan keperkasaan nama Allah. Mereka mau Yesus menjadi raja seperti Kaisar Agustus, seperti kaisar-kaisar di Roma, paling tidak seperti Raja Herodes. Dan mereka memang sungguh-sungguh menantikan bahwa dari keturunan Daud akan duduk di takhta menjadi raja. Kalau Yesus menjadi raja, tentu orang-orang yang selama ini dekat dengan Yesus akan menjadi hulubalang-hulubalang di sekitar Yesus. Ibarat kalau Yesus ditahbiskan menjadi raja, maka murid-murid-Nya tinggal menunggu komando, mau duduk menjadi menteri apa. Dan pasti Yudas menjadi menteri keuangan, karena Yudas adalah seorang bendahara. Sehingga dia punya kesempatan lebih besar, lebih banyak memperoleh uang.  

Mengapa Yudas berkhianat kepada Yesus? Jawabannya sederhana: karena dia lebih menginginkan harta dunia daripada Kerajaan Surga. Dari porsi kecil sampai porsi besar, cepat atau lambat orang-orang seperti ini akan berkhianat kepada Yesus. Sebab tantangannya adalah: "Kamu tak dapat mengabdi kepada dua tuan.” Hari ini Tuhan masih memberi kita kesempatan. Tetapi, sampai pada titik tertentu, Tuhan akan membiarkan kita terhilang selamanya jika kita tidak sungguh-sungguh memilih Tuhan. Bertahun-tahun Yesus membiarkan Yudas untuk mengambil keputusan yang benar, ironis, Yudas memilih yang salah. Waktu di perjamuan terakhir, itu adalah masa kritisnya Yudas. Kalau dia bertobat saat itu, sejarah hidupnya akan berbeda. Ketika Yesus berkata, "Ada satu di antara kalian yang akan mengkhianati Aku," mestinya itu seperti palu godam yang memukul jantungnya. Dan seketika itu mestinya Yudas berlutut di kaki Yesus dan berkata, "Tuhan, ampunilah aku. Akulah orangnya." Tapi Yudas diam, dia tetap berkeras dengan tekadnya memilih dunia.  

Kalau Yesus hidup di zaman kita, Yesus akan ucapkan kalimat yang sama, "Ada di antara kalian yang mengkhianati Aku." Bagaimana reaksi kita? Ada masa Tuhan membiarkan kita untuk memilih dan mengambil keputusan. Celakanya, banyak orang tidak sadar bahwa mereka ada di ambang bahaya. Herannya, Petrus dihardik, tapi Yudas tidak. Sehingga Yudas merasa aman-aman saja. Ada di antara kita yang dihardik Tuhan, karena kita serius mau ikut Tuhan. Tapi yang tidak serius, memang tidak menghendaki teguran atau tidak menghendaki hardikan Tuhan. Tuhan juga tidak menghardik, karena Allah bekerja dalam segala sesuatu mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia. Di antara kita yang sombong, yang merasa dirinya “aman” maka ia tidak dihardik, sehingga ia merasa aman. Tapi suatu hari ketika ia berdiri di hadapan takhta pengadilan Tuhan, kalau sampai Tuhan berkata, "Enyah kamu dari hadapan-Ku," barulah ia menangis. Namun penyesalan datang terlambat dan tidak ada yang bisa dilakukan lagi.  

Maka kita harus mengenali diri kita, apakah kita calon pengkhianat atau tidak. Coba ukur, seberapa kita mengasihi Tuhan dan seberapa kita sudah melepaskan percintaan dengan dunia. Coba kita periksa diri dan serius memperkarakan ini di hadapan Tuhan, “Tuhan, seberapa aku masih mencintai dunia?” Apalagi kalau usia kita sudah lanjut, tapi kita masih memiliki harapan dunia membahagiakan, bahaya itu! Petrus serius mengasihi Tuhan, maka Tuhan pun memperlakukan Petrus juga dengan serius. Petrus pernah berkata, "Tuhan, jangankan penjara, mati pun aku rela." Niatnya ada, walaupun dia lemah.  

Hati-hati, kita bukan binatang yang hari ini hidup, lalu mati, dan tidak ada kelanjutan. Tapi kita adalah manusia yang hari ini hidup, besok mati, dan masih ada kelanjutan, yaitu kekekalan. Kalau kita percaya bahwa Tuhan benar-benar hidup dan nyata, maka kita harus punya pengalaman bersama Dia. Hari ini Tuhan seperti tidak terganggu dengan keadaan kita, karena kita juga tidak merasa terganggu dengan keadaan kita. Padahal, Tuhan merasa sangat terganggu. Sebaliknya, kalau kita merasa terganggu dengan keadaan kita yang belum kudus, belum mencintai Tuhan sebagaimana seharusnya, maka Tuhan akan bicara kepada kita. Jangan lewatkan kesempatan ini.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono  

KITA HARUS MENGENALI DIRI KITA, APAKAH KITA CALON PENGKHIANAT ATAU TIDAK?

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 Desember 2024
2024-12-07 13:42:26

Roma 1-3

Card image
Quote Of The Day - 06 Desember 2024
2024-12-06 23:30:42


Tidak ada sesuatu yang disebut sebagai kebutuhan, selain mengasihi Dia dengan segenap hidup.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 06 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-06 23:28:15


Kalau kita berani melangkah, maka Tuhan akan membawa kita ke kawasan rohani. 06 Desember 2024

Card image
WHOLE HEART FOR GOD - 06 Desember 2024 (English Version)
2024-12-06 22:29:07



????????????✝️???? ???????????????????? ???????????????????????????????????????????????????? ????s. ????????. ???????????????????????????? ???????????????????????????? Friday, 06 December 2024
When God says, "You shall have no other gods before Me," it means that in our work, marriage, parenting, and everything we do, we must do it for the Lord. However, many people hesitate-this shows a lack of trust. Do not be afraid to make decisions. Do not fear. Especially when we observe signs that the world is heading toward its end. Of course, we don’t know when, but the graphs of worldly prosperity, safety, and comfort are all declining. What are we waiting for in this life? Honestly, we don’t know what tomorrow holds. The world is becoming increasingly difficult to inhabit. But we believe in God’s promise: "Where I am, you will be also. I will come and take you to Myself” (John 14:1-3). However, the Lord will not come for all believers. God comes to Christians who hear His voice, who become holy virgins before God.

Let's ask ourselves, "Am I classified as a holy virgin before God? If I were to stand before God’s judgment throne, would I be confident?” If we still have doubts, why not take a bold step? If we dare to move forward, God will bring us into a spiritual realm. We will experience joy and peace in the Lord. God will surely bless us. This is the biblical formula for life, the standard taught in Scripture. Look at how great figures like Joseph, David, Daniel, Shadrach, Meshach, Abednego, and others were blessed by God. They loved the Lord with all their hearts. Why not choose this path for ourselves? Now is the time to continue kindling our love for the Lord.

Maybe we are not beautiful or handsome people, maybe we are weak economically, have low education, and and so on. It doesn't matter. In the eyes of humans we may not be valuable. But if we can love the Lord wholeheartedly, we are precious in His eyes. And when we treat God as special, He will treat us as special. Let us make the decision to love the Lord completely, giving no space in our hearts to anything or anyone else. If we are not militant, then we will be drawn to the world. The world is hard on us, so we must be hard on ourselves. So, while we are studying, pursuing a career, raising a family, we do it all for the glory of God. God will surely bless us and when the Lord comes, we are His bride.

Whoever is the most broken among us, the most hopeless, the most failed, but if he wants to love God with all his heart, put God in the right place in his life, then he will be special. God can change his life. But our hearts must love God. Our lives must be flawless, without blemish. Our happiness must be only God. If we believe there is a living God, Almighty God, for whom nothing is impossible, why don't we make Him everything in our lives? Let’s not repeat what we’ve done in the past-praising God in church, even serving in ministry, but our hearts are not full for God.

When we take a step to make a vow, "I want to love You with all my heart, Lord. I leave no room for anything or anyone," then the Holy Spirit will help us. And we will experience an unspeakable experience with God. Come on, experience it. Do not be naughty. Ask for forgiveness if we commit a sin no matter how small or subtle, ask for forgiveness. Don't enjoy something that God doesn't enjoy. We must walk with God. The blessings of God are prepared for those who live in wholehearted love for Him, giving Him their entire heart. Our lives are short, and life is tragic. There is nothing we hope for in this world. Even if we study, we have a career, we dedicate everything to the glory of God.

Indeed, we cannot be perfect all at once, but over time when the vessel of our heart is filled with God, then we can be wholeheartedly for Him. We can and may have as much wealth as we want, but we must not serve or worship them. We will definitely say, "I don’t worship them." In truth, if we do not honor God properly, do not give our whole heart to Him, it means we are worshiping another god. When we truly fill the vessel of our heart with God, then the space of our life becomes God's space.

IN TRUTH, IF WE DO NOT HONOR GOD PROPERLY, DO NOT GIVE OUR WHOLE HEART TO HIM, IT MEANS WE ARE WORSHIPING ANOTHER GOD.

Card image
SEPENUH HATI UNTUK TUHAN - 06 Desember 2024
2024-12-06 12:47:29


  Ketika Tuhan berfirman, "Jangan ada padamu Allah lain di hadapan-Ku," berarti kalau kita bekerja, menikah, punya anak, kita melakukan segala sesuatu, kita lakukan itu untuk Tuhan. Namun banyak orang tidak berani, artinya kurang percaya. Jangan takut mengambil keputusan, jangan takut. Apalagi kalau kita lihat gejala bahwa dunia akan berakhir. Tentu kita tidak tahu kapan, tapi grafik kemakmuran dunia, grafik keamanan dan kenyamanan makin merosot. Apa yang kita nantikan dalam hidup ini? Sejujurnya, kita tidak tahu hari esok terjadi apa. Dunia akan makin sulit dihuni. Tetapi kita percaya bahwa Tuhan berjanji, "Di mana Aku ada, kamu ada. Aku akan menjemput kamu,” Yohanes 14:1-3. Tapi, Tuhan tidak akan menjemput semua orang percaya. Tuhan menjemput orang Kristen yang mendengar suara-Nya, yang menjadi perawan suci di hadapan Allah.  

Coba kita bertanya kepada diri kita sendiri, “Apakah saya tergolong perawan suci di hadapan Tuhan? Kira-kira kalau saya berdiri di hadapan takhta pengadilan Tuhan, apakah saya berani?” Kalau kita masih ragu, lalu mengapa kita tidak nekat? Kalau kita berani melangkah, maka Tuhan akan membawa kita ke kawasan rohani. Kita akan punya pengalaman sukacita, damai sejahtera di dalam Tuhan. Tuhan pasti memberkati kita. Dan ini adalah formula hidup yang Alkitab ajarkan, itu yang standar. Lihat bagaimana tokoh-tokoh hebat seperti Yusuf, Daud, Daniel, Sadrakh, Mesakh, Abednego, dan lain-lain diberkati Tuhan. Mereka mencintai Tuhan sepenuhnya. Kenapa kita tidak memilih ini? Sekarang kita terus mengobarkan cinta kepada Tuhan.  

Mungkin kita bukanlah orang yang berparas cantik atau berpenampilan ganteng, mungkin juga ekonomi lemah, pendidikan rendah, dan lain sebagainya. Itu tidak masalah. Di mata manusia mungkin kita tidak berharga. Tapi kalau kita bisa mencintai Tuhan dengan bulat, maka kita berharga di mata Allah. Dan ketika kita memperlakukan Tuhan istimewa, maka kita pun diperlakukan Tuhan istimewa. Mari kita mengambil keputusan untuk mencintai Tuhan secara utuh, tidak memberi ruangan hati kita kepada apa pun dan siapa pun. Kalau kita tidak militan, maka kita akan ditarik dunia. Dunia itu menarik keras, maka kita pun harus keras terhadap diri kita sendiri. Jadi, sementara kita kuliah, berkarier, berkeluarga, kita lakukan semua untuk kemuliaan Allah. Tuhan pasti memberkati dan kalau Tuhan datang nanti, kita adalah mempelai-Nya.  

Siapa pun yang paling hancur di antara kita, yang paling tidak punya pengharapan, yang paling gagal, tapi kalau ia mau mencintai Tuhan dengan segenap hati, menempatkan Tuhan di tempat yang tepat dalam hidupnya, maka ia akan jadi istimewa. Tuhan bisa ubah hidupnya. Tapi hati kita harus mencintai Tuhan. Hidup kita harus tidak bercacat, tidak bercela. Kebahagiaan kita harus hanya Tuhan. Kalau kita percaya ada Allah yang hidup, Allah Yang Maha Kuasa, yang bagi-Nya tidak ada yang mustahil, mengapa kita tidak jadikan Dia segalanya dalam hidup kita? Jangan seperti kemarin-kemarin, kita bisa memuji Tuhan di gereja, kita bahkan melayani, tapi hati kita tidak penuh untuk Tuhan.  

Ketika kita melangkah untuk berjanji, "Aku mau mengasihi Engkau dengan sepenuh hati, Tuhan. Aku tidak memberi ruangan untuk apa pun dan siapa pun," maka Roh Kudus akan tolong kita. Dan kita akan mengalami suatu pengalaman bersama Tuhan yang tidak terkatakan. Ayo, alami itu. Jangan nakal. Minta ampun kalau kita berbuat dosa sekecil dan sehalus apa pun, minta ampun. Jangan menikmati sesuatu yang Tuhan tidak ikut menikmatinya. Kita harus berjalan dengan Tuhan. Berkat Tuhan sediakan untuk orang yang hidup di dalam cinta kasih kepada Tuhan, sebulat-bulatnya hati, sepenuh hati untuk Tuhan. Hidup kita singkat, dan hidup ini tragis. Tidak ada yang kita harapkan di dunia ini. Kalaupun  kita studi, kita karier, semua kita persembahkan untuk kemuliaan Allah.

  Memang tidak sekaligus kita bisa sempurna, tapi waktu demi waktu ketika bejana hati kita dipenuhi oleh Tuhan, maka kita bisa sepenuh hati untuk-Nya. Kita bisa dan boleh punya kekayaan sebanyak apa pun, tapi jangan mengabdi dan menyembah kepadanya. Kita pasti berkata, “Saya tidak menyembah.” Sejatinya, kalau kita tidak menghormati Allah sepatutnya, tidak memberi hati sepenuh untuk-Nya, berarti kita menyembah ilah lain. Ketika kita sungguh-sungguh mengisi bejana hati kita dengan Tuhan, maka ruang hidup kita menjadi ruang Tuhan.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono  

SEJATINYA, KALAU KITA TIDAK MENGHORMATI ALLAH SEPATUTNYA, TIDAK MEMBERI HATI SEPENUH UNTUK-NYA, BERARTI KITA MENYEMBAH ILAH LAIN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 Desember 2024
2024-12-06 12:44:12

2 Korintus 10-13

Card image
Truth Kids 05 Desember 2024 - TOLAK GODAAN SI IBLIS
2024-12-05 21:27:39


1 Korintus 10:13
”Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”

Sobat Kids, pernahkah kalian mengalami godaan? Misalnya tukang es krim lewat di depan rumah. Kalian sangat ingin memakan es krim, tetapi kalian sedang batuk. Atau pernahkah kalian tergoda untuk berbohong? Nah, pasti kalian pernah mengalami yang namanya godaan, walaupun bermacam-macam bentuknya. Terkadang kita kalah terhadap godaan dari sesuatu yang kita sukai atau inginkan.

Tetapi tahukah kalian, Tuhan Yesus ingin kita memiliki kekuatan untuk menolak godaan si Iblis? Ketika memilih untuk kalah pada godaan Iblis, artinya masuk ke dalam perangkap dosa. Tentu Tuhan tidak mau itu terjadi. Untuk itu, kita sebagai anak-anak Allah harus terus belajar kuat untuk menolak hal-hal yang tidak sesuai kehendak Tuhan. Bagaimana kita tahu kehendak Tuhan? Kita bisa tahu kehendak Tuhan dengan membangun hubungan yang erat dengan Tuhan melalui doa dan membaca Alkitab. Juga selalu dengarkan dan taati perkataan orang tua serta juga guru kalian.

Card image
Truth Junior 05 Desember 2024 - KUAT MELAWAN GODAAN
2024-12-05 21:25:32


1 Korintus 10:13
”Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”

Sobat Junior, setiap hari kita pasti menghadapi godaan. Godaan ini bisa datang dalam berbagai bentuk, loh, Sobat Junior, seperti keinginan untuk berbohong, malas mengerjakan tugas, atau marah kepada teman. Godaan ini terkadang terlihat tidak dosa sehingga kita merasa sulit menolaknya. Namun, Tuhan ingin kita kuat dan tidak jatuh dalam dosa. Ia tahu kita bisa tergoda, tetapi Tuhan juga memberi kita kekuatan untuk menolak. Saat kita merasa sulit untuk berkata “tidak” pada godaan, kita bisa berdoa kepada Tuhan. Ia akan memberikan kita kekuatan dan menunjukkan jalan keluar.

Bayangkan ada sebuah pilihan di depanmu: satu jalan mudah yang mengarah ke hal yang salah, dan satu lagi jalan yang lebih sulit tetapi benar. Manakah yang akan kamu pilih? Pastinya, Tuhan akan membantumu memilih jalan yang benar, meskipun itu tidak selalu mudah. Namun, percayalah dengan kekuatan dari Tuhan, kamu bisa melaluinya.

Ingat, Sobat Junior, tidak ada godaan terlalu besar untuk kamu atasi, karena Tuhan selalu bersamamu. Setiap kali kamu berhasil menolak godaan, kamu menjadi lebih kuat, dan Tuhan sangat senang melihatmu tetap setia kepada-Nya. Jadi, jangan takut menghadapi godaan, karena Tuhan akan selalu membantumu!

Card image
Truth Youth 05 Desember 2024 (English Version) - STANDING EQUAL, SITTING EQUAL
2024-12-05 21:20:44


"Humble yourselves before the Lord, and He will lift you up." (James 4:10)

“Standing equal, sitting equal.” This popular proverb reminds us that all humans share the same dignity and status. Within its context, it serves as a reminder not to be arrogant or belittle others, but to respect and treat everyone with humanity. A leadership role, such as a class president or a student council leader, is a position that deserves respect because they’ve been entrusted to lead—not because they are inherently superior or have the right to look down on others.

Each person has a responsibility to respect their fellow human beings. This reflects a pure and clean heart, as only those with such hearts can love others without prejudice. Our responsibility does not end with humbling ourselves before and respecting others but extends to humbling ourselves before and honoring God as well.

Christians are called to be sensitive to God’s heart. We need to understand His will for our lives, which, though brief, carry eternal significance. The most fundamental way to know God is through humility. We cannot truly know someone if we elevate ourselves above them. The same applies to our relationship with God. We can only approach Him with a humble heart and a willingness to love Him wholeheartedly. Opening our hearts fully to God not only allows us to know Him better but also ensures that He recognizes and acknowledges us.

Loving God is not easy, especially in a world that often distracts us. However, loving God becomes simpler when we see Him as the Most High, humble ourselves, and allow Him to guide and correct us.

WHAT TO DO:
- Train yourself in prayer and grow in a personal relationship with Him.
- Respect others and pray for them.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Corinthians 5-9

Card image
Truth Youth 05 Desember 2024 - BERDIRI SAMA TINGGI, DUDUK SAMA RENDAH
2024-12-05 20:52:40


”Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.” (Yakobus 4:10)

Berdiri sama tinggi, duduk sama rendah. Begitulah isi salah satu pepatah yang terkenal. Pernyataan ini memberi tahu kita bahwa setiap manusia memiliki derajat atau kedudukan yang sama dengan manusia lainnya. Tentu, pernyataan ini memiliki konteksnya, digunakan sebagai pengingat bahwa kita tidak boleh sombong dan merendahkan orang lain, kita harus saling memanusiakan sesama. Sebuah jabatan yang dimiliki, misalnya ketua kelas atau ketua OSIS, hanyalah jabatan yang perlu kita hormati karena orang tersebut telah dipercayakan untuk memimpin, bukan dalam arti kita lebih rendah dari orang tersebut dan bisa direndahkan semaunya.

Setiap manusia memiliki tanggung jawab untuk menghormati sesamanya. Ini adalah pertanda bahwa seseorang memiliki hati yang murni atau bersih. Sebab pada dasarnya, hanya orang yang berhati bersih yang akan mengasihi orang lain tanpa memandang latar belakang orang itu. Tanggung jawab kita sebagai manusia pun tidak hanya berhenti sampai kita merendahkan hati dan menghormati sesama, melainkan kita merendahkan hati dan menghormati Tuhan sebagaimana mestinya.

Orang Kristen harus memiliki kepekaan akan hati Tuhan. Kita harus mengerti apa yang Tuhan mau dalam hidup yang tidak singkat ini. Modal paling dasar untuk mengerti Dia adalah memiliki kerendahan hati. Kita tidak akan bisa mengenal seseorang jika kita meninggikan diri. Begitu pula dengan Tuhan, kita hanya bisa datang pada-Nya dengan hati yang rendah dan mau mengasihi-Nya sepenuh jiwa. Membuka hati selebar-lebarnya untuk mengenal Tuhan akan membuka peluang untuk kita juga dikenal oleh-Nya.

Di hidup yang singkat ini, mengasihi Tuhan bukanlah hal yang mudah. Namun, mengasihi Tuhan akan menjadi hal yang mudah jika kita menganggap Tuhan sebagai yang Maha Tinggi, merendahkan hati, dan memperbolehkan Dia untuk mengoreksi kita.

WHAT TO DO:
1.Melatih diri dalam berdoa dan mengenal-Nya secara pribadi.
2.Menghormati orang lain dan mendoakan mereka.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Korintus 5-9

Card image
Renungan Pagi - 05 Desember 2024
2024-12-05 20:50:44


Apakah kita mengasihi Tuhan? Apakah mencintai Tuhan lebih dari apa pun? Kasih dan cinta kita kepada Tuhan tidaklah cukup dengan berkata, "Aku mengasihi Tuhan" atau berseru dengan suara lantang, "Tuhan! Tuhan!"

Mengasihi Tuhan membutuhkan bukti nyata, firman Tuhan dengan jelas berkata, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga."
(Matius 7:21)

Card image
Quote Of The Day - 05 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-05 20:48:10


Walaupun seseorang mendengar firman Tuhan yang benar, tetapi kalau ia tidak bertekun, maka juga tidak akan dapat berbuah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 05 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-05 20:46:51


Melalui perjalanan hidup yang panjang, akhirnya kita mengerti, "Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, segenap kekuatan" itu berarti tidak ada ruangan dalam hati kita untuk siapa pun dan apa pun, tapi hanya untuk Tuhan.

Card image
BEING SPECIAL IN GOD’S EYES - 05 Desember 2024 (English Version)
2024-12-05 20:44:52


God's Word says that we are His bride, and He desires that we be found as pure virgins before Him (2 Corinthians 11:2-4). The term "pure virgin" refers to a heart untainted by love for the world-a heart wholly devoted to loving God. A heart that fulfills what the Word of God declares: "Whether you eat or drink, or whatever you do, do it all for the glory of God." Perhaps we think this sounds like mere decoration, something impossible to achieve. But now, through our experiences of living with God, we understand that it must be possible to do.

May our goal be to live blameless, undefiled, our lives always pleasing to Him, so that we become His favorite children. And later, when we stand before His judgment seat, we can stand before Him. All of us must have this goal, how we can reach the highest peak of holiness that we can achieve while we are still alive, the peak of approval before God. That is why if there are things that disturb God's feelings in our lives, we ask God to tell us, and we get rid of them. Hobbies, pleasures, and anything we watch on our gadgets that displeases God must be discarded.

All our pleasures , if God does not enjoy it, let's not do it. We want to walk with God. This is not grandiose, this is a privilege-a special right to walk with God. Come on, let's be as determined as possible. If in the past we studied, we want to get a high achievement index; if we work, we want to get a succession of positions. If we are in an agency, a security agency, then we want to have the highest rank. Then why for the sake of God do we not want to truly achieve the highest holiness and the highest favor before God? If we make Him special, we also become special in the eyes of God. We don't even need to ask for help, God will definitely help. If we please God in all things, God will also please us.

Why are we not serious? The Lord will come again. How many people really hear the voice of the Lord, then pack up? Open the door of their lives to become a blameless bride, a faithful bride and the Lord will find His bride. The Lord will dine with His bride, and the Lord will take us to where He is; namely the new heaven and the new earth. Do not delay any longer! None of us thinks about betraying God. We will remain Christians, continue to go to church, continue to serve. But, all of that is not enough. What God wants is a truly clean heart, a blameless life, whose ultimate pleasure is only God.

There are young people who give themselves to become suicide bombers, at a very young age. They are brave, and they believe that their death does not bring disaster but reward in heaven. If such young people can do it, why can't we go all out for the Lord Jesus? Surely we can. We won't be able to understand until we experience it. We must enter that struggle, then the Holy Spirit will guide us. When we give our whole heart to God, and we enjoy God as our happiness, then we understand that we can enjoy the peace of God that surpasses all understanding (John 14:27). It turns out that there is a region, there is a realm where we can enjoy God more than the enjoyment of various pleasures of life.

If we truly want to have the commitment and determination to enter this realm, only then can we experience that God is living and real. Joy and happiness in God are not fantasies. God does not only become knowledge, God does not only become the consumption of our brain's rational mind, but we experience God. We will deeply regret it when we close our eyes and see God's overwhelming glory if today we do not dare to invest our lives fully for Him.

One of the things that unknowingly damages Christian life is the normality of living. And many believers want to live normally like most people. They remain Christians, go to church every week, even become servants of God or pastors. And they feel that is enough. But in truth, their hearts are not filled with God. They still have personal agendas within. They cannot enjoy the peace of God. They do not give their wholehearted and complete love to God, so God cannot enjoy their love.

IF WE MAKE HIM SPECIAL, WE ALSO BECOME SPECIAL IN THE EYES OF GOD.

Card image
MENJADI ISTIMEWA DI MATA TUHAN - 05 Desember 2024
2024-12-05 20:42:27


Firman Tuhan mengatakan bahwa kita adalah mempelai-Nya, dan Ia mau agar kita didapati sebagai perawan suci di hadapan-Nya (2 Kor. 11:2-4). Maksud perawan suci adalah hati yang tidak ternodai oleh percintaan dunia, hati yang betul-betul bulat mencintai Tuhan. Hati yang bisa memenuhi yang dikatakan firman Tuhan, "Baik kamu makan atau minum atau melakukan suatu hal lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah." Mungkin kita berpikir hal itu rasanya hanya sebuah hiasan, rasanya tidak mungkin dilakukan. Tetapi sekarang, lewat pengalaman hidup bersama Tuhan, kita tahu hal itu harus bisa dilakukan.  

Kiranya target kita adalah hidup tidak bercacat, tidak bercela, hidup kita selalu menyenangkan Dia, sehingga kita menjadi anak kesukaan-Nya. Dan nanti, ketika kita ada di hadapan takhta pengadilan-Nya, kita tahan berdiri di hadapan-Nya. Semua kita harus memiliki target ini, bagaimana kita bisa mencapai puncak kesucian setinggi-tingginya yang bisa kita capai selagi kita masih hidup, puncak keberkenanan di hadapan Allah. Itulah sebabnya kalau ada hal-hal yang mengganggu perasaan Tuhan dalam hidup kita, kita minta Tuhan beri tahu, dan kita singkirkan. Hobi-hobi, kesenangan-kesenangan, apa-apa yang kita lihat di gadget yang Tuhan tidak suka kita saksikan harus kita buang.  

Semua kesenangan kita, jikalau Tuhan tidak ikut menikmatinya, jangan kita lakukan. Kita mau berjalan bersama Tuhan. Ini bukan muluk-muluk, ini adalah sebuah privilege, hak istimewa untuk bisa berjalan dengan Tuhan. Mari, kita nekat senekat-nekatnya. Kalau dulu kita studi, kita mau dapat indeks prestasi tinggi; kalau kita kerja, kita mau mendapat suksesi jabatan. Kalau kita di lingkungan sebuah instansi, sebuah lembaga keamanan, maka kita ingin punya pangkat setinggi-tingginya. Lalu mengapa untuk Tuhan kita tidak mau sungguh-sungguh mencapai kesucian setinggi-tingginya, keberkenanan di hadapan Allah setinggi-tingginya? Kalau kita menjadikan Dia istimewa, kita juga menjadi istimewa di mata Tuhan. Kita bahkan tidak perlu minta tolong, Tuhan pasti tolong. Kalau kita menyenangkan Tuhan dalam segala hal, Tuhan juga akan menyenangkan kita.  

Mengapa kita tidak serius? Tuhan akan datang kembali. Berapa banyak orang yang sungguh-sungguh mendengar suara Tuhan, lalu berkemas-kemas? Membukakan pintu hidupnya menjadi mempelai yang tidak bercacat, mempelai yang setia dan Tuhan akan mendapatkan mempelai-Nya. Tuhan akan makan bersama-sama dengan mempelai-Nya, dan Tuhan akan membawa kita ke tempat di mana Dia berada; yaitu langit baru dan bumi baru. Jangan menunda lagi! Tidak seorang pun di antara kita yang berpikir akan berkhianat kepada Tuhan. KIta akan tetap jadi Kristen, tetap ke gereja, tetap melayani. Tapi, itu semua tidak cukup. Yang dikehendaki Tuhan adalah hati yang benar-benar bersih, kehidupan yang tidak bercacat tidak bercela, yang akhirnya kesenangannya hanya Tuhan.  

Ada orang muda yang memberi diri menjadi teroris bunuh diri, usianya masih sangat muda. Ia berani, dan dia yakin bahwa kematiannya tidak membawa bencana, tetapi upah di surga. Kalau orang muda seperti itu bisa, mengapa kita tidak bisa all out untuk Tuhan Yesus? Pasti bisa. KIta tidak akan bisa mengerti sampai kita mengalaminya. Kita harus masuk pergumulan itu, lalu Roh Kudus baru tuntun kita. Ketika segenap hati kita, kita persembahkan bagi Tuhan, dan kita menikmati Tuhan sebagai kebahagiaan kita, baru kita mengerti bahwa kita bisa menikmati damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal (Yoh. 14:27). Ternyata ada wilayah, ada kawasan di mana kita bisa menikmati Tuhan lebih dari kenikmatan berbagai kesenangan hidup.

  Kalau kita mau sungguh-sungguh memiliki komitmen dan tekad untuk masuk ke wilayah ini, baru kita bisa mengalami bahwa Allah itu hidup dan nyata. Sukacita, kebahagiaan dalam Tuhan itu bukan fantasi. Allah bukan hanya menjadi pengetahuan, Allah bukan hanya menjadi konsumsi nalar otak pikiran rasio kita, namun Allah kita alami. Kita akan sangat menyesal ketika menutup mata, melihat kemuliaan Allah yang dahsyat kalau hari ini kita tidak berani menginvestasikan hidup kita sepenuhnya bagi Dia.  

Salah satu hal yang merusak kehidupan Kristen tanpa disadari adalah kewajaran hidup. Dan banyak orang percaya yang mau hidup wajar seperti orang pada umumnya. Tetap beragama Kristen, ke gereja setiap minggu, bahkan menjadi pelayan Tuhan atau pendeta. Dan mereka merasa cukup. Tapi sejatinya, hati mereka tidak dipenuhi oleh Allah. Mereka masih punya agenda-agenda pribadi di dalamnya. Mereka tidak bisa menikmati damai sejahtera Allah. Mereka tidak memberikan cinta yang bulat dan utuh untuk Tuhan sehingga Tuhan tidak bisa menikmati cintanya.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono  

KALAU KITA MENJADIKAN DIA ISTIMEWA, KITA JUGA MENJADI ISTIMEWA DI MATA TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 05 Desember 2024
2024-12-05 20:39:19

2 Korintus 5-9

Card image
Truth Kids 04 Desember 2024 - PILIH YANG BENAR & SESUAI KEHENDAK-NYA
2024-12-04 18:06:36


Roma 12:12
”Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!”

Sobat Kids, pernahkah kalian berada di situasi yang sulit untuk memilih? Misalnya jika memecahkan vas bunga kesayangan mama di rumah, kalian akan memilih untuk jujur walaupun kena marah, atau berbohong saja biar tidak kena marah? Atau ketika di sekolah, ada soal yang susah, apakah kamu memilih untuk berusaha menjawab sendiri, atau menyontek jawaban teman?

Biasanya ketika kita menghadapi situasi yang sulit, ada rasa takut, kuatir, dan panik. Hal ini yang normal terjadi. Namun, itu membuat kita tidak bisa berpikir dengan baik dan benar. Biasanya kita berpikir yang mudahnya saja. Akibatnya, kita memilih melakukan hal-hal yang buruk, yang akan kita sesali di kemudian hari. Untuk itu, ketika kita menghadapi kesulitan dan sedang bingung, jangan terburu-buru mengambil keputusan. Tenangkan hatimu dan berdoalah pada Tuhan, agar kamu dimampukan memilih dan melakukan hal yang benar di mata-Nya.

Card image
Truth Youth 04 Desember 2024 (English Version) - I'LL CHOOSE YOU
2024-12-04 12:51:56


"The Lord detests lying lips, but He delights in people who are trustworthy." (Proverbs 12:22)

What would we do if we found a 100,000-rupiah bill in the classroom? Would we take it? Or ask our classmates if someone lost their money? Or perhaps hand it over to the teacher to help find its owner? In moments like this, the temptation to keep the money for ourselves can be strong. After all, it was just lying there, right? No one owns it anymore—at least, that’s how we might rationalize it.

In life, we face countless choices. The simplest choices we encounter daily often pertain to our awareness of ethics and morality. We are constantly presented with the decision to choose between doing good or doing wrong. That’s how the world works. These moments test us, revealing our true character: are we good or bad people?

However, the Christian life is not solely about choosing between right and wrong. We are called to go beyond that—to strive for perfection. To achieve this, we must first live by fundamental moral values such as honesty, integrity, and fairness toward everyone. Every action we take can be offered to God as a beautiful gift to Him. Making God smile through our good behavior should be our daily pursuit. If not, what is the purpose of our lives on earth?

In the midst of so many choices, choose Him—choose His will. Start small, by speaking truthfully and living faithfully to Him.

WHAT TO DO:
Choose God in every decision of your life.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Corinthians 1-4

Card image
Truth Youth 04 Desember 2024 - I'LL CHOOSE YOU
2024-12-04 12:48:58


”Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang berlaku setia dikenan-Nya.” (Amsal 12:22)

Apa yang akan kita lakukan bila kita menemukan satu lembar uang bernilai seratus ribu di dalam kelas? Apakah kita akan mengambilnya? Atau bertanya kepada teman-teman, siapa yang kehilangan uangnya? Atau kita menyerahkan uang itu kepada guru yang akan membantu mencari siapa yang merasa uangnya hilang. Di saat-saat seperti ini, pasti ada godaan besar dalam diri untuk memilih menyimpan uang itu. Toh, uang itu jatuh, kan? Tidak ada lagi pemiliknya. Kira-kira, begitulah isi kepala kita.

Di dalam hidup ini, ada begitu banyak sekali pilihan yang diperhadapkan kepada kita. Pilihan paling sederhana yang kita temukan setiap hari adalah pilihan yang menyangkut kesadaran kita sebagai manusia yang beretika dan bermoral. Kita diperhadapkan pada pilihan apakah kita akan melakukan yang baik atau yang jahat. Begitulah dunia bekerja. Kita akan selalu diuji, dan di sinilah kebenaran akan terungkap, yaitu seperti apa diri kita sebenarnya? Apakah kita orang yang baik atau jahat?

Memang, kehidupan Kristen tidak hanya berputar pada pilihan menjadi jahat atau baik. Namun, kita diminta untuk menjadi lebih dari itu, yaitu menjadi sempurna. Untuk mencapai kesempurnaan ini, kita harus bisa menghidupi nilai-nilai moral dasar terlebih dahulu. Misalnya berkata dengan jujur, berintegritas, dan berlaku adil kepada siapa pun itu. Semua hal yang kita lakukan ini akan kita persembahkan kepada Tuhan, menjadi hadiah yang indah untuk-Nya. Membuat Tuhan tersenyum dengan perilaku kita yang baik harus menjadi hal yang kita perjuangkan setiap harinya. Kalau tidak, untuk apa lagi kita ada Tuhan, menjadi hadiah yang indah untuk-Nya. Membuat Tuhan tersenyum dengan perilaku kita yang baik harus menjadi hal yang kita perjuangkan setiap harinya. Kalau tidak, untuk apa lagi kita hidup di bumi ini? Oleh karena itu, di antara begitu banyak pilihan, pilihlah Dia, pilihlah perasaan-Nya. Mulailah dari hal kecil, yaitu mengucapkan kata-kata yang benar dan berlaku setia kepada-Nya.

WHAT TO DO:
Memilih Tuhan di setiap pilihan hidup kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Korintus 1-4

Card image
Renungan Pagi - 04 Desember 2024
2024-12-04 12:46:46


Kalau kita memiliki kesadaran penuh bahwa Tuhan sudah memanggil dan memilih, lalu kita telah menerima panggilan itu untuk menjadi anak-anak-Nya, maka seharusnya tidak akan bermain-main dengan panggilan dan pilihan tersebut, jangan menyia-nyiakan waktu, sebab waktunya sudah sangat singkat.

Perenungan menjelang kelahiran Yesus Kristus, pahamilah betapa "Allah Bapa begitu mengasihi dunia ini, sehingga mengaruniakan Putra Tunggalnya bagi kita, supaya setiap kita yang percaya tidak akan binasa, tetapi memperoleh hidup yang kekal."

Maka inilah saatnya kita merespon kasih Allah dengan benar, yaitu dengan cara hidup taat pada kehendak Bapa dan selalu menyenangkan Hati-Nya, sebab kita tidak akan pernah dapat membalas semua kebaikan Tuhan, kecuali hidup senantiasa mempermuliakan Nama-Nya.
(Yohanes 3:16)

Card image
Quote Of The Day - 04 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-04 12:44:12


Perdamaian dengan Allah ditandai hidup menuruti segala keinginan-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 04 Desember 2024 Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-04 12:41:45


Semua perjuangan kita untuk mengalami Allah, untuk bisa berhubungan, berinteraksi dengan Allah, pada akhirnya adalah agar kita layak masuk Kerajaan Surga.

Card image
THE HIGHEST LEVEL - 04 Desember 2024 (English Version)
2024-12-04 12:38:58


We must realize that the graphs of comfort, prosperity, and security in human life are declining day by day. In various aspects and areas of life, there are shocks and crises. What is happening today is actually a warning from God. It’s like a voice saying, "The Bridegroom is coming, prepare yourself. The Bridegroom is coming, prepare yourself." In Revelation 3:20, it is written: "Behold, I stand at the door and knock. If anyone hears My voice and opens the door, I will come in to him and dine with him, and he with Me." The "door" referred to here is not the door to the heart, but the door to the world. This verse is not addressed to those who have not yet accepted Jesus. It is for the church that already knows and has received Jesus; it is directed to the Church of Laodicea, the last church.

We are the last church. And God desires His church to be ready to welcome His coming. Many Christians do not realize this. Their hearts are opened to many pleasures, to many things that leave no room for God in their hearts. Remember the Word of God says, "You cannot serve two masters." The room in our hearts must be entirely reserved for God or not at all. 50% is not enough, 60% is not enough, 90% is not enough, not even 99%. Our whole heart, every part of it, must truly be filled with God. Through a long journey of life, we finally understand that "Love the Lord your God with all your heart, all your soul, all your mind, and all your strength" means there is no space in our hearts for anyone or anything else but God.

We might say, "How can that be? How is that even possible?" Start by having the commitment: "I want to, Lord." Then the Holy Spirit will guide us. During the revival meetings, we accepted Jesus, singing, "Come in, come in, come into my heart, Lord Jesus," and we felt we had received the Lord Jesus. After years of being Christians-or even becoming pastors-we might feel that we have positioned ourselves rightly before God and placed God correctly in our lives. But through the journey, God gives extraordinary spiritual revival; that is, repentance. We need continual repentance, even a pastor needs and must continually repent. And we begin to internalize and understand what God’s Word means when it says, "You cannot serve two masters."

It takes effort, and the Holy Spirit helps us understand the things in our lives that make God uncomfortable. There are things we must let go of and leave behind-even those we hold dearest, just as Abraham was willing to sacrifice his own son. The highest level of spiritual life or spirituality that pleases God is when we are willing to surrender the best we have. If we don’t wrestle with this, we will never know what in our lives makes God uncomfortable. We may feel like good Christians, especially if we are active in church ministries, participating in service activities, or even serving as pastors.

Let us begin to imagine standing before God. Then we will sense how awesome God is, how terrifying His holiness is. This realization compels us to open our hearts and say, "Lord, search me. Is there any sin I am still committing, or any pleasure in my life that You do not delight in, that displeases You?" And it turns out, there are always things we need to release. Let us consider: when the time comes for us to close our eyes for the final time, will we have truly finished well? Have we completed our journey faithfully? Will we hear God’s voice? Let us prepare to meet Him amid economic crises, security crises, political turmoil, unpredictable changes in the earth’s ecosystem, and the wars now raging in the Middle East and other places.

Are we listening to His voice and seriously getting ready? This readiness will not disrupt our work ethic or responsibilities to our family, job, studies, career, or other obligations. Instead, we must truly prepare ourselves so that when we meet God face-to-face, we can stand firm before Him. For if we still harbor sin, we will not be able to stand before Him. In eternity, God will dine with those who live in holiness. For His Word says, "Be holy, for I am holy."

THE HIGHEST LEVEL OF SPIRITUAL LIFE OR SPIRITUALITY THAT PLEASES GOD IS WHEN WE ARE WILLING TO SURRENDER THE BEST WE HAVE.

Card image
TINGKAT TERTINGGI - 04 Desember 2024
2024-12-04 12:32:35


Kita harus menyadari bahwa grafik kenyamanan, grafik kemakmuran, grafik keamanan hidup manusia makin hari makin turun. Dalam berbagai aspek dan bidang hidup terjadi guncangan dan krisis. Sebenarnya apa yang terjadi dewasa ini merupakan peringatan dari Tuhan. Seperti suara yang berkata, "Mempelai datang, persiapkan dirimu. Mempelai datang, persiapkan dirimu." Di dalam Wahyu 3:20 tertulis, "Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetuk. Jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku." Kata pintu yang dimaksud, bukanlah pintu hati, melainkan pintu dunia. Ayat ini tidak ditujukan untuk orang yang belum menerima Yesus. Ini untuk jemaat yang sudah mengenal dan menerima Yesus; ditujukan kepada Jemaat Laodikia, jemaat terakhir.  

Kita adalah jemaat terakhir. Dan Tuhan menghendaki agar jemaat Tuhan siap menyambut kedatangan-Nya. Banyak orang Kristen yang tidak menyadari hal ini. Hatinya dibuka untuk banyak kesenangan, untuk banyak hal yang membuat Tuhan tidak memiliki tempat dan ruangan di dalam hatinya. Ingat firman Tuhan mengatakan, "Kamu tak dapat mengabdi kepada dua tuan." Ruangan hati kita harus hanya disediakan untuk Tuhan atau tidak usah sama sekali. Tidak cukup 50%, tidak cukup 60%, tidak cukup 90%, bahkan 99% sekalipun. Segenap hati kita, seluruh ruangan hati kita, harus sungguh-sungguh dipenuhi oleh Allah. Melalui perjalanan hidup yang panjang, akhirnya kita mengerti, "Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, segenap kekuatan" itu berarti tidak ada ruangan dalam hati kita untuk siapa pun dan apa pun, tapi hanya untuk Tuhan.  

Mungkin kita berkata, "Mana bisa? Mana mungkin?" Miliki komitmen terlebih dahulu: “Aku mau, Tuhan.” Nanti Roh Kudus akan menuntun kita. Waktu KKR dulu, kita menerima Yesus, "Mari masuk, mari masuk, masuk hatiku, ya, Yesus," dan kita merasa sudah menerima Tuhan Yesus. Bertahun-tahun menjadi orang Kristen—atau bahkan menjadi pendeta—tentu kita merasa bahwa kita sudah menempatkan diri secara benar di hadapan Tuhan dan menempatkan Tuhan secara benar di dalam hidup kita. Tapi lewat proses perjalanan, Tuhan memberi kebangunan rohani yang luar biasa; yaitu pertobatan. Kita perlu bertobat terus, seorang pendeta juga perlu dan harus bertobat terus. Dan kita mulai menghayati, mulai mengerti apa maksud firman Tuhan, "Kamu tidak dapat mengabdi kepada dua tuan."  

Perlu perjuangan, dan Roh Kudus menolong kita untuk mengerti hal mana yang membuat hati Tuhan tidak nyaman di dalam hidup kita. Ada hal yang harus kita tanggalkan, dan tinggalkan; bahkan apa yang menurut kita paling kita sayangi, seperti Abraham yang bersedia menyembelih anaknya sendiri. Tingkat tertinggi dari kehidupan rohani atau spiritualitas orang yang berkenan di hadapan Allah adalah ketika yang terbaik yang dia miliki, dia lepaskan. Kalau kita tidak menggumuli hal ini, kita tidak akan pernah tahu hal apa dalam hidup kita yang membuat Tuhan tidak nyaman. Kita bisa merasa sudah jadi orang Kristen baik-baik, apalagi kalau kita adalah aktivis gereja, mengambil bagian dalam kegiatan pelayanan, apalagi seorang pendeta.  

Coba kita mulai membayangkan berhadapan dengan Tuhan. Maka akan terasa betapa dahsyatnya Tuhan itu, betapa mengerikan kekudusan-Nya. Itu yang membuat kita membuka hati dan berkata, "Tuhan, periksalah aku. Apakah ada dosa yang masih kulakukan atau masih ada kesenangan dalam hidupku yang Kau tidak ikut menikmatinya, yang Kau tidak berkenan?" Dan ternyata selalu saja ada hal-hal yang harus dilepaskan. Mari kita berpikir, ketika kita menutup mata nanti, apakah kita sudah bisa benar-benar finishing well, telah menyelesaikannya dengan baik? Apakah kita mendengar suara Tuhan? Songsonglah Dia melalui krisis ekonomi, krisis keamanan, krisis politik, ekosistem bumi yang tak terprediksi, juga perang yang sekarang membara di Timur Tengah dan disinyalir di beberapa tempat.

  Apakah kita mendengar suara-Nya dan serius berkemas-kemas? Ini tidak akan mengganggu etos kerja kita, tidak akan mengganggu tanggung jawab kita atas keluarga, pekerjaan, studi, karier, dan lain sebagainya. Kita benar-benar harus mempersiapkan diri sehingga jikalau kita bertemu dengan Tuhan muka dengan muka, maka kita bisa tahan berdiri di hadapan Tuhan. Sebab jikalau kita masih ada dosa, kita tidak akan tahan berdiri di hadapan-Nya. Di kekekalan nanti, Tuhan akan makan bersama-sama dengan mereka yang hidup di dalam kekudusan. Sebab firman Tuhan berkata, "Kuduslah kamu, sebab Aku Kudus."  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono  

TINGKAT TERTINGGI DARI KEHIDUPAN ATAU SPIRITUALITAS ORANG YANG BERKENAN DI HADAPAN ALLAH ADALAH KETIKA YANG TERBAIK YANG DIA MILIKI, DIA LEPASKAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 04 Desember 2024
2024-12-04 12:29:08

2 Korintus 1-4

Card image
Truth Kids 03 Desember 2024 - KALAHKAN MARAH DENGAN KELEMAHLEMBUTAN
2024-12-03 18:31:39


Amsal 15:1
”Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.”

Sobat Kids, pernahkah saat teman berbicara dengan nada marah, kalian pun ikut menjadi marah? Nah, itu adalah bukti bahwa perasaan dapat menular. Makanya, kita harus berhati-hati dengan pikirkan dan perkataan kita. Jangan sampai kita menularkan hal-hal yang negatif pada orang lain.

Tahukah kamu, kalau api tidak dapat dipadamkan dengan api juga? Api akan jauh lebih mudah dipadamkan dengan air. Begitu juga ketika orang sedang marah, jangan kita ikutan marah juga. Kendalikan diri dan hati agar kita tetap tenang. Berdoalah, minta Tuhan memberikan kekuatan sehingga kita mampu sabar dan mengucapkan kata-kata yang lemah lembut. Kata-kata yang kita ucapkan dapat meredakan kemarahan.

Ayo, siapa yang mau belajar berkata dengan lemah lembut? Yuk, kita praktikkan. Jika ada yang marah atau sedang kesal, ucapkan kata-kata yang baik dan lemah lembut, ya. Semangat, Sobat Kids!

Card image
Truth Junior 03 Desember 2024 - BERBICARA DENGAN LEMBUT
2024-12-03 18:27:41


Amsal 15:1
”Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.”

Sobat Junior, ayo belajar berbicara dengan lembut, terutama ketika kita kesal. Mau tahu caranya? Ayo, kita belajar! Dalam ayat firman Tuhan yang kita baca hari ini pada Amsal 15:1, mengajarkan kita untuk dapat bersikap lembut, loh.

Ketika seseorang membuat kita marah atau kesal, sering kali kita ingin membalas dengan kata-kata kasar. Namun, Tuhan mengajarkan kita untuk tidak melakukan itu. Sebaliknya, kita harus berbicara dengan lembut dan bijaksana. Mengapa? Karena kata-kata yang lembut bisa menenangkan hati yang marah dan menghindari pertengkaran. Bayangkan saja, saat temanmu marah dan kamu membalasnya dengan kata-kata kasar, apa yang akan terjadi? Pertengkaran antara kamu dan dia akan semakin besar. Namun, jika kamu menjawab dengan lembut, kemarahan temanmu bisa mereda dan kalian bisa menyelesaikan masalah dengan damai.

Tuhan ingin kita menjadi anak-anak yang membawa damai, bukan masalah atau pertengkaran. Saat kita merasa kesal atau marah, mari berhenti sejenak dan berdoa agar kita diberi kekuatan oleh Tuhan untuk berbicara dengan lembut. Kata-kata yang bijaksana dan lembut tidak hanya membuat orang lain merasa lebih baik, tetapi juga menunjukkan bahwa kita mengasihi mereka dan ingin menjaga hubungan yang baik.

Ingat, ya, Sobat Junior, setiap kata yang kita ucapkan bisa menjadi berkat atau masalah. Mari kita pilih untuk menjadi berkat dengan kata-kata lembut yang membawa damai. Selamat berjuang, dan semangat buat kita semua!

Card image
Truth Youth 03 Desember 2024 (English Version) - KEEP IT SIMPLE
2024-12-03 18:23:15


"And for their sakes I sanctify Myself, that they also may be sanctified by the truth." (John 17:19)

In the previous devotion, we learned about true worship. One expression of true worship is through simplicity and humility—two virtues often overlooked but deeply meaningful. Jesus set an extraordinary example in His life. He came not to gain fame or honor but to love and serve those around Him. His example reminds us that life is not about looking impressive or cool in the eyes of the world but about how we can be an example to those around us.

Simplicity teaches us not to rely on worldly things. The world often pressures us to pursue what it deems “valuable.” But when we learn to embrace simplicity, we free ourselves from the burden of worldly desires. Why should we strive to impress the world? It only complicates our lives. Keep it simple, and you will avoid being trapped in the endless rat race of worldly demands.

Humility, on the other hand, helps us see everything as a gift. Nothing we achieve or own is solely the result of our efforts; it all comes from God’s grace. Even the fact that we can breathe right now is due to His mercy, so why should we be proud? When we are humble, it becomes easier to accept others as they are and to value them without envy or superiority. In a world that often pushes us to prioritize ourselves, humility serves as a reminder that we are all precious in God’s eyes, without needing to prove our worth.

WHAT TO DO:
Let’s cultivate humility by realizing that we are nothing without God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Corinthians 14-16

Card image
Renungan Pagi - 03 Desember 2024
2024-12-03 18:15:18


Seperti yang selalu kita peringati pada setiap hari Natal adalah menerima kabar sukacita bahwa Allah, di dalam diri Yesus Kristus, telah diutus untuk datang ke dunia, menjadi sama dengan manusia untuk menjadi Juruselamat dunia. Dengan terang-Nya, DIA telah menembus kegelapan dunia yang membelenggu manusia, mengalahkan maut akibat dosa dan memperdamaikan manusia berdosa dengan Allah Bapa di Surga.

Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Yesus Kristus, Tuhan, di kota Daud." Jadi sambutlah sukacita Natal bukan dengan pesta pora, tetapi dengan rasa syukur dan sukacita atas anugerah Tuhan yang sungguh besar.
(Lukas 2:10-11)

Card image
Quote Of The Day - 03 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-03 18:12:36


Kalau Allah memberi pikiran dan perasaan, maka hal itu memungkinkan manusia untuk bertindak sesuai dengan pilihannya. Itulah sebabnya ada hukum tabur tuai, yang ditabur orang akan dituainya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 03 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-03 18:11:10


Perjumpaan dengan Allah dalam doa membangun percaya. Kalau orang tidak pernah berdoa, maka dia pasti tidak akan sanggup memercayai bahwa Allah itu ada, bahwa Allah itu hidup.

Card image
TRUST THAT INVOLVES RISK - 03 Desember 2024 (English Version
2024-12-03 18:09:49


Believing in God is not an easy thing. If belief is only in the mind, everyone born into a religious family automatically believes that God exists. Let us aim for true trust-a belief grounded in reality, in the entirety of our lives. True belief is trust that inevitably involves risk. When we believe in God, it means, first, truly obeying His will; truly living without violating His word, paying attention to His feelings so that we do not live carelessly. People who truly claim to believe in God must live right before God, guarding God's feelings, not being careless with what they do. People who truly believe in God truly surely live holy, surely live pious. It is impossible not to live holy, it is impossible to live ungodly.

Second, true faith surely pay attention to God's plan, so that he lives only to fulfill God's plan. This is of utmost importance. Someone who lives only for their own interests, ambitions, or desires is godless and does not have true faith. Those who genuinely believe will ask themselves: What is God’s purpose in creating me? What plan of God am I meant to fulfill? What work of God must I complete? That is true belief. A true believer will be involved in God's work. And in engaging with God’s work, he will be brought into difficult circumstances.

Do not think that serving God means everything will be smooth and easy. So, do not be surprised if at times it feels as if God does not care about His work. Many needs in ministry can make us feel that God is indifferent to His own work, but this is not the case. When we encounter difficulties in His work or face unmet or delayed needs, we should not doubt God. Do not worry-just keep believing. Do not rely on human help but depend on God alone. It is in such situations that God teaches us to trust Him.

The third aspect: risking trust by not depending on anyone for everything. Often we rely too much on human strength; for example, relying on help from rich people, relying on doctors and medicine. It's not that we don't respect doctors and medicine, but don't let our hearts feel that only doctors and medicine can cure us. In fact, God is 'The Healer,' the true Healer. We must not doubt the presence of God and His power. We must be truly -truly believe that God is a living God and we want to experience the living God in the adventure, in our short journey of life. Through various struggles and heavy problems, we depend on Him, we hope in Him. We risk our trust in this.

How can we build true trust in God? Of course we must experience an encounter through prayer that can build our trust that He is the living God. Our songs, praises, and worship, we do not show to empty objects, we do not direct them to empty air but to a living Person, the Almighty God, who is present, the God of Abraham, Isaac and Jacob, who declares Himself as the God of Israel whose name is 'Yahweh' the God and Father of our Lord Jesus Christ. There is an address, there is a clear purpose in our praising, worshiping God and also in praying where we bring various struggles, problems and needs of our lives.

Encounter with God in prayer builds trust. If a person never prays, then he will certainly not be able to believe that God exists, that God is alive. In addition to praying, we must also read the Bible. What is written in the Bible is not a fantasy, a fairy tale or a story made up by humans but is truly a reality of life, an empirical fact, the fact that the God we worship is a living and powerful God. Let us enjoy the presence of God. We learn to depend on God, deal, interact with God and prove that the God we worship is a real God, a living God.

All our struggles to experience God, to be able to relate, interact with God, are ultimately so that we are worthy to enter the Kingdom of Heaven. Only that. Not just to fulfill our needs in the world, but to cultivate a friendship and fellowship with God as preparation to enter the new heaven, the new earth. Remember, the word of God says, "Seek Me, while I may be found!"

TRUE BELIEF IS TRUST THAT INEVITABLY INVOLVES RISK.

Card image
PERCAYA YANG MEMUAT PERTARUHAN - 03 Desember 2024
2024-12-03 13:06:00


  Percaya kepada Allah bukan sesuatu yang mudah. Kalau hanya percaya di dalam pikiran, setiap orang yang lahir dari keluarga beragama otomatis dia percaya bahwa Allah itu ada. Mari kita memiliki percaya yang benar, percaya dalam kenyataan, percaya dalam kenyataan seluruh hidup kita. Percaya yang benar adalah percaya yang pasti memuat pertaruhan. Kalau kita percaya kepada Tuhan itu berarti, yang pertama, sungguh-sungguh menuruti kehendak-Nya; benar-benar kita hidup tidak melanggar firman-Nya, memperhatikan perasaan-Nya sehingga kita tidak sembarangan hidup. Orang yang sungguh-sungguh mengaku percaya kepada Tuhan mestinya hidup benar di hadapan Allah, menjaga perasaan Allah, tidak sembarangan dengan apa yang dilakukannya. Orang yang sungguh-sungguh percaya Tuhan dengan benar pasti hidup suci, pasti hidup saleh. Tidak mungkin tidak hidup suci, tidak mungkin hidup tidak saleh.   

Yang kedua, pasti memperhatikan rencana Allah, sehingga ia hidup hanya untuk memenuhi rencana Allah tersebut. Ini hal yang penting sekali. Orang yang hidup hanya untuk kepentingannya sendiri, cita-citanya, keinginannya sendiri, itu orang yang tidak bertuhan, orang yang tidak percaya dengan benar. Kalau orang percaya dengan benar, dia akan mempersoalkan apa maksud Allah menciptakan dirinya. Apa rencana Allah untuk dia penuhi? Apa pekerjaan Allah yang harus dia selesaikan? Itu percaya yang benar. Orang percaya yang benar akan terlibat di dalam pekerjaan Tuhan. Dan dalam keterlibatan dengan pekerjaan Tuhan itu, ia akan dibawa kepada keadaan-keadaan sulit.  

Jangan berpikir karena melayani Tuhan maka semua akan dibuat mulus, lancar. Jadi jangan heran kalau kadang-kadang terasa seakan-akan Tuhan tidak memedulikan pekerjaan-Nya. Banyak kebutuhan dalam pelayanan yang kadang-kadang membuat kita bisa merasa bahwa Tuhan tidak peduli dengan pekerjaan-Nya, padahal tidak demikian. Kalau kita dibawa kepada kesulitan-kesulitan dalam pekerjaan-Nya, kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi atau belum terpenuhi, tetap jangan ragukan Tuhan, jangan khawatir, tetap percaya saja, jangan mengandalkan manusia, tetap mengandalkan Tuhan, jangan mengandalkan manusia, tetaplah bergantung kepada Tuhan. Di situ Tuhan mengajar kita untuk memercayai Dia.  

Yang ketiga, mempertaruhkan kepercayaannya itu dengan tidak mengandalkan siapa pun dalam segala hal. Sering kita terlalu mengandalkan kekuatan manusia; misalnya, mengandalkan bantuan orang kaya, mengandalkan dokter dan obat. Bukan kita tidak menghargai dokter dan obat, tetapi jangan hati kita merasa tertuju bahwa hanya dokter dan obat yang bisa menyembuhkan kita. Padahal Allahlah sebagai ‘The Healer,’ Penyembuh yang benar. Kita tidak boleh meragukan kehadiran Tuhan dan kuasa-Nya. Kita harus sungguh-sungguh percaya bahwa Allah adalah Allah yang hidup dan kita mau mengalami Allah yang hidup dalam petualangan, di perjalanan hidup kita yang singkat ini. Melalui berbagai pergumulan dan persoalan yang berat, kita tergantung kepada Dia, kita berharap kepada Dia. Kita mempertaruhkan percaya kita ini.  

Untuk itu bagaimana kita bisa membangun percaya yang benar kepada Allah? Tentu kita harus mengalami perjumpaan lewat doa yang dapat membangun percaya kita bahwa Dia Allah yang hidup. Nyanyian, pujian, penyembahan kita, tidak kita tunjukkan kepada objek yang kosong, bukan kita tujukan ke udara kosong melainkan kepada Pribadi yang hidup, Allah Yang Maha Kuasa, yang hadir, Allah Abraham, Ishak dan Yakub, yang menyatakan Diri sebagai Allah Israel yang bernama ‘Yahweh’ Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus. Ada alamat, ada tujuan yang jelas dalam kita memuji, menyembah Tuhan dan juga dalam berdoa di mana kita membawa berbagai pergumulan, persoalan dan kebutuhan hidup kita.  

Perjumpaan dengan Allah dalam doa membangun percaya. Kalau orang tidak pernah berdoa, maka dia pasti tidak akan sanggup memercayai bahwa Allah itu ada, bahwa Allah itu hidup. Selain berdoa, kita juga harus membaca Alkitab. Apa yang ditulis Alkitab bukankah fantasi, dongeng atau cerita yang dikarang manusia melainkan sungguh-sungguh adalah realitas hidup, fakta empiris, kenyataan bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang hidup dan berkuasa. Ayo kita menikmati kehadiran Tuhan. Kita belajar untuk bergantung kepada Tuhan, berurusan, berinteraksi, dengan Allah dan membuktikan bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang nyata, Allah yang hidup.  

Semua perjuangan kita untuk mengalami Allah, untuk bisa berhubungan, berinteraksi dengan Allah, pada akhirnya adalah agar kita layak masuk Kerajaan Surga. Hanya itu. Bukan sekadar untuk pemenuhan kebutuhan kita di dalam dunia, melainkan persahabatan, persekutuan yang terbangun sebagai persiapan memasuki langit baru, bumi baru. Ingat, firman Tuhan mengatakan, “Carilah Aku, selama Aku berkenan ditemui!”

  Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PERCAYA YANG BENAR ADALAH PERCAYA YANG PASTI MEMUAT PERTARUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 Desember 2024
2024-12-03 12:58:37

1 Korintus 15-16

Card image
Truth Kids 02 Desember 2024 - HATI-HATI GUNAKAN MULUTMU
2024-12-02 18:12:08


Efesus 4:29
”Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.”

Rasti dan Citra sedang menunggu kedatangan Sheila. Mereka sudah janjian untuk belajar bersama di rumah Rasti. Sheila datang terlihat agak buru-buru. Walaupun begitu, tetap saja Sheila datang terlambat dari waktu yang sudah disepakati bersama. "Kamu ke mana saja, sih, Sheila? Kami menunggu kamu dari tadi," ucap Citra. Rasti pun menimpali, "Iya, lambat sekali kamu datangnya." Mendengar perkataan teman-temannya, Sheila menjadi sedih. Padahal, Sheila datang terlambat bukan karena sengaja, tetapi karena menunggu mama membuatkan kue favorit Rasti dan Citra untuk mereka makan bersama.

Sobat Kids, dari cerita tadi kita belajar bahwa menjadi anak-anak Allah, kita harus bisa belajar mengendalikan ucapan kita. Walaupun mungkin kita kecewa, sedih, atau kesal, jangan sampai apa yang kita ucapkan menyakiti hati orang lain, terutama sahabat kita. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa kita harus menjadi anak-anak Allah yang membawa berkat dan damai. Ayo, mulai dari sekarang kendalikan lidahmu.

Card image
Truth Junior 02 Desember 2024 - MENJADI PERKATAAN KITA
2024-12-02 18:10:40


Efesus 4:29
”Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.”

Sobat Junior, terkadang tanpa sadar, kita bisa mengatakan hal-hal yang menyakiti hati orang lain. Mungkin kita marah kepada teman dan berkata kasar kepadanya, atau kita kecewa dan mengeluh tanpa berpikir. Namun, Tuhan menginginkan kita untuk mengendalikan lidah agar apa yang keluar dari mulut kita adalah kata-kata yang membangun dan membawa damai. Ayat firman Tuhan yang kita baca hari ini mengajarkan kita untuk berhati-hati dengan ucapan kita.

Bayangkan, jika semua orang saling mengatakan hal-hal yang baik dan penuh kasih. Dunia ini pasti akan menjadi lebih menyenangkan! Saat kita mengucapkan kata-kata yang baik, kita sedang menabur benih cinta dan damai di hati orang lain. Penguasaan diri bukan hanya tentang tidak marah, tetapi juga tentang menjaga mulut. Saat kita ingin mengatakan sesuatu yang tidak baik, kita bisa berhenti sejenak dan berpikir, apakah ini akan membuat orang lain senang atau sedih? Jika tidak membangun, lebih baik kita diam dan berdoa kepada Tuhan agar bisa berkata-kata yang baik.

Untuk itu, mari kita bersama-sama melatih diri untuk berkata hal-hal yang baik, sehingga kita bisa menjadi anak-anak yang membawa sukacita dan damai bagi semua orang di sekitar kita. Semangat untuk Sobat Junior yang berusaha melatih diri. Jangan mudah menyerah!

Card image
Truth Youth 02 Desember 2024 (English Version) - DAILY SERMON
2024-12-02 18:07:58


"And whatever you do, whether in word or deed, do it all in the name of the Lord Jesus, giving thanks to God the Father through Him." (Colossians 3:17)

What comes to mind when we think of worship? Usually, we see it as Sunday services, prayer meetings, small groups, and ministry. While these are not wrong, true worship transcends time and place. This is what Jesus described as worshiping in Spirit and Truth. True worship happens when we recognize that every action, attitude, and decision we make is an offering to God. Through our attitudes and actions, which serve as examples to those around us, we become gifts to God.

Additionally, we must not forget to give thanks. Gratitude is an essential part of our worship. In every situation, whether joyful or challenging, we are called to be thankful. Gratitude allows us to receive blessings with joy and to find meaning in the trials and problems we face. Our thankful hearts become a beautiful gift to God, as they reflect our appreciation for and recognition of His goodness in our lives.

True worship requires perseverance and commitment. How can we commit to worshiping properly? We need to remember that everything we do must be done wholeheartedly for the Lord. When we center our lives on Him, He provides strength and wisdom to face our days with hope. Let’s continue to commit to living in true worship, becoming witnesses of God in this world. Remember, every day is an opportunity to present a precious gift to God through our lives.

WHAT TO DO:
- Remain faithful in attending worship, small groups, and spiritual activities while practicing daily worship in your life.
- Do not forget to give thanks for God's guidance and provision.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Corinthians 10-13

Card image
Truth Youth 02 Desember 2024 - DAILY SERMON
2024-12-02 18:05:40


”Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.” (Kolose 3:17)

Apa yang kita pikirkan tentang ibadah? Biasanya kita menganggap ibadah hanya sekadar pertemuan ibadah di setiap minggu, pertemuan doa, komsel, dan pelayanan. Hal tersebut tidaklah salah, namun sebenarnya ibadah yang sejati tidak mengenal waktu dan tempat. Inilah yang dikatakan Tuhan Yesus sebagai menyembah dalam Roh dan Kebenaran. Ibadah yang sejati adalah ketika kita sadar bahwa setiap tindakan, sikap hati dan keputusan kita adalah persembahan bagi Tuhan. Dengan sikap dan perbuatan kita yang dapat menjadi contoh kepada orang-orang di sekitar kita, maka kita menjadi hadiah bagi Tuhan.

Selain itu, kita tidak boleh lupa untuk bersyukur. Bersyukur merupakan bagian penting dari ibadah kita. Dalam setiap situasi, baik yang suka maupun duka, kita diajak untuk selalu bersyukur. Dengan bersyukur, kita tidak hanya menerima berkat dengan sukacita, tetapi juga menemukan makna dalam setiap tantangan dan permasalahan yang kita hadapi. Sikap bersyukur kita juga menjadi hadiah yang indah bagi Tuhan, karena kita menunjukkan bahwa kita menghargai dan mengakui kebaikan-Nya dalam hidup kita.

Ibadah yang sejati tentu membutuhkan ketekunan dan komitmen. Bagaimana kita berkomitmen untuk beribadah secara benar? Kita harus ingat bahwa segala sesuatu yang kita lakukan haruslah dilakukan dengan sepenuh hati untuk Tuhan. Pandanglah Tuhan sebagai pusat kehidupan kita, maka kita akan diberi kekuatan dan hikmat untuk menghadapi hari-hari kita dengan penuh pengharapan. Mari kita terus berkomitmen untuk hidup dalam ibadah yang sejati, yakni menjadi saksi-Nya Tuhan dalam dunia ini. Ingat, bahwa setiap hari adalah kesempatan untuk memberikan hadiah yang berharga bagi Tuhan melalui hidup kita.

WHAT TO DO:
1.Tetaplah setia untuk mengikuti ibadah, komsel, dan kegiatan rohani kita, sembari kita melakukan ibadah kita setiap hari.
2.Jangan lupa untuk bersyukur atas penyertaan Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Korintus 10-13

Card image
Renungan Pagi - 02 Desember 2024
2024-12-02 18:03:42


Dalam kegembiraan sukacita yang dirasakan orang-orang percaya ketika mempersiapkan perayaan Natal, haruslah kita sadari benar bahwa Yesus Kristuslah sukacita Natal itu. Pada malam yang gelap, ribuan tahun yang lalu ketika sukacita besar disampaikan oleh malaikat Tuhan pada para gembala waktu itu.

Dari kegemilangan yang mengelilingi para gembala, secercah sinar yang terang telah menembus kegelapan dunia. Peristiwa itu mengingatkan kita pada nubuat Nabi Yesaya, “Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar." Apa pun yang kita alami hari ini, Yesus Kristus telah menembus dunia kita yang kelam dengan sukacita dan terang-Nya!"
(Yesaya 9:1)

Card image
Quote Of The Day - 02 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-02 18:13:19


Tuhan diatur oleh tatanan yang ada pada diri-Nya sendiri, dan Tuhan konsekuen.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 02 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-02 17:59:05


Gol yang harus dicapai orang Kristen adalah sempurna seperti Bapa, serupa dengan Yesus; dengan kata lain, berkenan kepada Allah.

Card image
INTIMACY IN FEELING - 02 Desember 2024
2024-12-02 17:57:50


Through a life of prayer, we seek the face of God, and thus we can find God in our feelings. Many of us-particularly theologians and speakers-are familiar with God in our minds but not intimate with God in our feelings. Being familiar with God in the mind can be achieved in a few months or years through studies at a theological seminary, attending seminars, or participating in Bible Schools. However, being intimate with God in our feelings must go through long years, where in every minute and second, we always think about Him. That is why God’s Word says, “Meditate on the Word of God day and night.” Truly, this is not an exaggeration. Meditating on God’s Word is the same as meditating on God and His presence.

In addition to having dedicated time to meet with God, we also have to reflect on God's presence from minute to minute, so that our lives are surrounded by God's presence. That is where our intimacy with God in our feelings grows. That is where a person has true faith, which will be tested when one faces trials or temptations to sin. Sinning is not not limited to murder, theft, or adultery but also includes temptation during moments of honor or when invited into conflict or attacked by others. How does one respond in such situations? If someone is intimate with God in his feelings, their feelings, they will not act wrongly. If they are only familiar with God in their mind, the fruit of their life will reveal it.

While we may not kill, commit adultery, or steal, our cunningness toward others, pride, or reactions when attacked and retaliating-all masked by etiquette-are not wrapped in God’s presence to consider His feelings. People may argue to justify their behavior, but God’s feelings cannot be equated with human ethics. Intimacy with God in feelings is tested when someone faces danger or threats: how calm they are in confronting those threats or dangers. How peaceful a person is who is intimate with God in their feelings, understanding what it means to depend on Him, and knowing what it means for God to be their shield and protection. Theoretically, a person can say, “God is my shield and protection,” which may reflect familiarity in the mind, but they are not necessarily intimate with Him in their feelings.

Let us not be deceived by our own thoughts; feeling that we are already intimate with God, when in fact we are only familiar with Him in our minds. One indication of this is that when faced with danger, we feel afraid of the threat and danger. A person who is intimate with God in their feelings will be tested when they face death. Those who are intimate with God in their feelings look forward to meeting Him. The longing for God cannot be built through the mind-although the mind is important-but must be cultivated through daily encounters in our feelings. How can someone long for God without encountering Him? It is impossible if one is not intimate with God in their feelings.

The question is, how can we build that intimacy? Daily encounters with God and living in holiness are absolute. We cannot meet God or have fellowship with Him without holiness. Therefore, we must diligently say, “If there is still sin in me, Lord, if there is still love for the world in me, Lord, please reveal it to me.” Then, deal with it. Let there be no sin, no attachment to the world-this is difficult but achievable. Make God our only joy and happiness. Do not hope for the world to bring happiness anymore because only God can truly be our source of joy. We must go to such extremes. Let us cultivate this intimacy with God in our feelings.

It is ironic that many people pray to a God they know only in their minds-the God of their theology-but not the God they encounter. Therefore, if someone says, “I feel God,” do not easily believe them, nor should we easily believe ourselves when we say, “I feel God.” However, subjectivity, where feelings are involved, must absolutely occur in our lives. A person who is intimate with God in their feelings will demonstrate it in a distinct way when they preach-it feels different when they mention the name of God. Their respect for God is different. So, do not mention God's name carelessly. People who touch God and experience God in their feelings are different when they pray and mention God's name.

A PERSON WHO IS INTIMATE WITH GOD IN THEIR FEELINGS WILL BE TESTED WHEN THEY FACE DEATH.

Card image
AKRAB DALAM PERASAAN - 02 Desember 2024
2024-12-02 17:55:28


  Melalui kehidupan doa, kita mencari wajah Tuhan, maka kita bisa menemukan Tuhan di dalam perasaan kita. Banyak di antara kita—khususnya para teolog dan pembicara—yang akrab dengan Tuhan di pikiran, tetapi tidak akrab dengan Tuhan dalam perasaan. Akrab dengan Tuhan di dalam pikiran itu bisa dicapai dalam beberapa bulan, atau dalam beberapa tahun, melalui studi di Sekolah Tinggi Teologi, ikut seminar atau ikut Sekolah Alkitab. Tetapi akrab dengan Tuhan dalam perasaan harus melalui tahun-tahun panjang, di mana di setiap menit dan detiknya, kita selalu memikirkan Dia. Maka Firman Tuhan berkata, “Renungkanlah firman Tuhan siang dan malam,” sejatinya itu tidak berlebihan. Merenungkan firman Tuhan, sama dengan merenungkan Tuhan, kehadiran-Nya.

Selain kita harus punya waktu khusus berjumpa dengan Tuhan, kita juga harus merenungkan kehadiran Tuhan dari menit ke menit, sehingga hidup kita dilingkupi oleh kehadiran Allah. Di situ keakraban dengan Tuhan dalam perasaan kita bertumbuh. Sesungguhnya di situlah seseorang memiliki iman yang benar, yang akan teruji ketika ia menghadapi pencobaan, godaan berbuat dosa. Berbuat dosa bukan hanya membunuh, mencuri, berzina, melainkan godaan ketika seseorang memiliki kesempatan terhormat, atau ketika seseorang diajak bertikai atau diserang orang; bagaimana responsnya terhadap keadaan itu? Kalau seseorang akrab dengan Tuhan di dalam perasaan-Nya, maka dia tidak akan mengambil tindakan yang salah. Kalau hanya akrab di dalam pikiran, buah hidupnya akan nampak.

Memang kita tidak membunuh, tidak berzina, tidak mencuri, tetapi kelicikan kita terhadap orang lain, kesombongan, reaksi waktu diserang dan membalas menyerang orang yang semua dibungkus dengan etika, bukan dibungkus dengan kehadiran Tuhan untuk memperhatikan perasaan-Nya. Orang boleh berargumentasi apa pun membela kelakuannya, tetapi perasaan Tuhan tidak bisa dibandingkan dengan etika manusia. Keakraban dengan Tuhan dalam perasaan akan teruji ketika seseorang di dalam bahaya, ancaman, yaitu seberapa tenang ia menghadapi ancaman atau bahaya itu. Seberapa teduh seseorang yang akrab dengan Tuhan dalam perasaan, mengerti apa artinya bergantung kepada Tuhan, mengerti apa artinya Tuhan itu perisainya, perlindungannya. Secara teori orang bisa berkata, “Tuhan adalah perisai dan perlindungan,” yang mana terlihat akrab di dalam pikiran, tetapi sesungguhnya dia belum tentu akrab dalam perasaan.

Jangan sampai kita tertipu oleh pikiran kita sendiri; merasa sudah akrab dengan Tuhan, padahal hanya akrab di dalam pikiran. Salah satu cirinya adalah, ketika ada di dalam bahaya, kita akan merasa takut terhadap ancaman dan bahaya itu. Orang yang akrab dengan Tuhan di dalam perasaan akan teruji waktu dia menghadapi kematian. Orang yang akrab dengan Tuhan dalam perasaan, menantikan perjumpaan dengan Tuhan. Kerinduan akan Tuhan tidak bisa dibangun dari pikiran—walaupun pikiran itu penting—namun harus dibangun dari perjumpaan dalam perasaan setiap hari. Bagaimana orang bisa merindukan Tuhan tanpa perjumpaan? Tidak bisa kalau tidak akrab dengan Tuhan dalam perasaan.

Masalahnya, bagaimana kita bisa membangun itu? Perjumpaan dengan Tuhan setiap hari, hidup dalam kesucian, itu mutlak. Sebab kita tidak bisa menjumpai Tuhan, bergaul dengan Tuhan, tanpa kesucian. Maka kita harus rajin-rajin berkata, “Jika masih ada dosa dalam diriku, Tuhan. Jika masih ada percintaan dunia dalam diriku, Tuhan, beri tahu aku.” Lalu bereskan. Jangan ada dosa, jangan ada percintaan dan ini yang sulit, tetapi bisa kita lakukan. Jadikan Tuhan sebagai kesukaan dan kebahagiaan kita satu-satunya. Jangan harap lagi dunia membahagiakan, sebab hanya Tuhan yang bisa menjadi kebahagiaan kita. Harus seekstrem itu. Mari kita kembangkan ini, akrab dengan Tuhan dalam perasaan.

Ironis, banyak orang berdoa kepada Tuhan yang ada di dalam pikirannya, Tuhan dalam teologinya, tetapi bukan Tuhan yang dia jumpai. Maka kalau orang berkata, “Saya merasakan Tuhan,” jangan mudah percaya atau kalau kita pun berkata, “Aku merasakan Tuhan” terhadap diri sendiri pun juga jangan mudah mempercayai. Tetapi bagaimanapun, subjektivitas di mana perasaan terlibat itu mutlak harus terjadi dalam hidup kita. Orang yang akrab dengan Tuhan dalam perasaan, waktu berkhotbah itu beda, menyebut nama Tuhan itu beda. Hormatnya terhadap Tuhan itu beda. Jadi jangan menyebut nama Allah dengan sembarangan. Orang yang menyentuh Tuhan, mengalami Tuhan dalam perasaan, berbeda pada waktu dia berdoa dan menyebut nama Tuhan.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono  

ORANG YANG AKRAB DENGAN TUHAN DI DALAM PERASAAN AKAN TERUJI WAKTU DIA MENGHADAPI KEMATIAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 Desember 2024
2024-12-03 12:57:40

1 Korintus 12-14

Card image
Truth Kids 01 Desember 2024 - TAHAN DIRIMU SAAT MARAH
2024-12-02 17:51:07


Amsal 16:32
”Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.”

Reno sangat menantikan datangnya hari Sabtu karena mama dan papa berjanji akan mengajaknya pergi berenang. Namun, ketika hari Sabtu tiba, hujan turun sangat deras bahkan disertai petir yang saling menyambar. Terpaksa mama dan papa membatalkan rencana untuk pergi berenang bersama Reno. Saat itu, Reno sangat kesal dan marah. Kata-kata Reno sangat ketus. Dia juga melempar mainan-mainannya dalam kamar.

Papa yang mendengar suara berisik dari kamar Reno, membuka pintu dan melihat semua barang berantakan. Papa pun menegur Reno.

Sobat Kids, ketika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan keinginan, kita merasa kesal, sedih, dan kecewa. Namun, jika kita meresponsnya secara salah seperti yang dilakukan oleh Reno, itu hanya akan membuat keadaan lebih buruk. Lihat Reno, rencananya sudah batal, tapi ia juga kena teguran oleh papa. Belum lagi beberapa mainannya rusak karena dilempar. Tidak ada kebaikan yang bisa diperoleh oleh Reno.

Untuk itu, Sobat Kids, kita harus belajar sabar dan mengendalikan diri kita. Walaupun rencana kita gagal, kita masih bisa tenang dan memiliki sukacita di dalam hati. Ingatlah, jika rencana kita gagal, mungkin Tuhan sedang melindungi kita dari marabahaya. Jadi, kita harus selalu bersyukur.

Card image
Truth Junior 01 Desember 2024 - LEBIH BAIK TIDAK MUDAH MARAH
2024-12-02 12:42:17


Amsal 16:32
”Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.”

Halo, Sobat Junior! Ada ayat Alkitab yang mengajarkan betapa pentingnya memiliki kesabaran dan tidak cepat marah, loh. Ayatnya terdapat dalam Amsal 16:32, ayat yang kita baca hari ini. Mari kita bahas ayat tersebut bersama.

Terkadang kita jadi marah ketika sesuatu tidak berjalan seperti yang kita inginkan. Misalnya, ketika mainan kita rusak, ketika ada teman yang berbuat salah, atau saat kita tidak diperbolehkan melakukan sesuatu. Rasanya ingin sekali marah, bukan? Namun, marah hanya membuat hati kita semakin tidak tenang dan memperburuk keadaan.

Bayangkan jika seorang pahlawan yang hebat menang melawan musuh tetapi ia tidak bisa mengendalikan dirinya dan selalu marah, apakah dia benar-benar pahlawan? Tidak! Karena seorang pahlawan sejati adalah orang yang bisa sabar dan tidak mudah marah meskipun situasi sulit. Nah, begitu juga dengan kita. Tuhan menginginkan kita untuk belajar mengendalikan emosi kita. Saat kita merasa marah, kita bisa berhenti sejenak, tarik napas dalam-dalam, dan berdoa kepada Tuhan agar bisa diberi kesabaran. Dengan begitu, kita bisa membuat keputusan yang lebih baik dan menunjukkan kasih kepada orang lain, Sobat Junior.

Maka dari itu, mari kita belajar menjadi pahlawan dengan sabar dan menguasai diri. Tuhan senang terhadap hati yang tenang, penuh kasih, dan sabar. Ketika kita sabar, kita bisa membawa damai bagi diri sendiri dan orang di sekitar kita.

Card image
Truth Youth 01 Desember 2024 (English Version) - SPREAD THE LOVE
2024-12-02 12:40:05


"Do not forget to do good and to share with others, for with such sacrifices God is pleased." (Hebrews 13:16)

Hi, friends! In today's era, our lives are often filled with busyness—whether it's school, work, or simply scrolling through social media. But have we ever paused and asked ourselves, “How can I be a blessing to others?” Oftentimes, we forget that the kindness and love we extend to those around us are not just ordinary actions; they are beautiful offerings in God’s eyes.

Sometimes, we think offerings to God are only in the form of material gifts or time spent in church. However, simple acts such as helping a friend in need, showing small gestures of care, or even offering a smile to someone feeling down are also offerings. These actions are tangible expressions of love, and God values them deeply.

As written in Matthew 25:40, *"The King will reply, ‘Truly I tell you, whatever you did for one of the least of these brothers and sisters of mine, you did for me.’"* This verse reminds us that every act of kindness we do for others is, in essence, an act of service to God.

So, no matter how small your acts of kindness are—whether it’s listening to a friend’s concerns or helping someone in distress—they hold great meaning in God’s eyes. Let’s make love and empathy an integral part of our daily lives. By doing so, we can become channels of blessings, spreading joy to others and glorifying God.

WHAT TO DO:
1. Start Small: You don’t need to wait for big opportunities to do good. For example, help a friend study, pay attention to your parents, or share your lunch with a classmate. 2. Empathy Matters: Sometimes, what others need is not a solution but simply someone willing to listen and care.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Corinthians 5-9

Card image
Truth Youth 01 Desember 2024 - SPREAD THE LOVE
2024-12-02 12:38:17


”Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah.” (Ibrani 13:16)

Hai, teman-teman! Di era sekarang, hidup kita sering _banget_ dipenuhi dengan kesibukan—entah itu sekolah, pekerjaan, atau sekadar scrolling di media sosial. Tapi, pernah nggak sih, kita berhenti sejenak dan bertanya, “Gimana caranya aku bisa jadi berkat buat orang lain?” Sering kali, kita lupa bahwa kebaikan dan kasih sayang yang kita berikan kepada orang sekitar bukan cuma tindakan biasa, tapi juga persembahan yang indah di mata Tuhan.

Kadang, kita berpikir persembahan buat Tuhan itu cuma dalam bentuk materi atau waktu di gereja. Padahal, tindakan sederhana seperti membantu teman yang lagi butuh, memberi perhatian kecil, atau bahkan sekadar tersenyum kepada orang yang lagi sedih juga termasuk persembahan. Tindakan ini adalah bentuk kasih yang nyata dan Tuhan menghargainya.

Seperti yang tertulis dalam Matius 25:40, “Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” Ayat ini mengingatkan kita bahwa setiap kebaikan yang kita lakukan kepada orang lain, sebenarnya juga kita lakukan untuk Tuhan.

Jadi, sekecil apa pun aksi kebaikanmu— misalnya, mendengarkan curhat teman atau menolong orang yang kesulitan—itu sangat berarti di mata Tuhan. Yuk, jadikan kasih dan empati sebagai bagian dari hidup kita sehari-hari. Dengan begitu, kita bisa menjadi saluran berkat dan membawa sukacita bagi sesama dan juga Tuhan.

WHAT TO DO:
1.Mulai Dari Hal Kecil: Kamu enggak perlu menunggu kesempatan besar untuk berbuat baik. Misalnya, bantu temanmu belajar, beri perhatian ke orang tua, atau berbagi makanan dengan teman di sekolah.
2.Empati Itu Penting: Kadang, yang orang lain butuhkan bukan solusi, tapi hanya seseorang yang mau mendengarkan dan peduli.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Korintus 5-9

Card image
Renungan Pagi - 01 Desember 2024
2024-12-01 11:05:23


Memasuki hari pertama dibulan Desember adalah masa-masa menjelang kita merayakan kelahiran Kristus. Marilah sejenak renungkan sosok seorang Ibu yang mengandung bayi Yesus, yaitu Maria. Apakah yang paling istimewa darinya dan yang membuat dirinya layak dikagumi? satu yang pasti, yaitu penyerahan dirinya. Itu ditandai dengan kesediaannya menjawab "ya" pada panggilan Tuhan dan mengaminkan kehendak Allah bagi dirinya.

Dalam segala kesederhanaan dan kerendahan hati, Maria mengaminkan perkataan malaikat Gabriel. Ia mengaminkan perannya yang unik penuh misteri itu. Meskipun resiko cibiran dan kesalah pahaman lingkungan harus dipikulnya, dalam keberserahan Maria berkata "ya" kepada Tuhan. Itulah kekuatan terbesar di balik pribadi Maria, sosok yang mengubah sejarah. "Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu". Lalu malaikat itu meninggalkan dia."

Keluarga membutuhkan orang-orang yang dengan sungguh hati berkata "ya" terhadap komitmen dan perannya. Gereja memerlukan para murid Kristus yang dengan mantap berkata "ya" pada panggilan dan tugasnya. Begitu pun berlaku di mana-mana, entah dalam lingkup sempit maupun luas. Dunia ini membutuhkan sosok-sosok pengubah sejarah yang berani menjawab "ya" pada kehidupan karunia Tuhan ini-seperti Maria.
(Lukas 1:38)

Card image
Quote Of The Day - 01 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-01 11:02:31


Kalau hidup ini tidak bisa dipetakan oleh manusia—yang diberi Tuhan pikiran dan perasaan, yang karenanya manusia dapat mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan pilihannya—betapa buruk dan mengerikannya kehidupan ini.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 01 Desember 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-12-01 11:01:25


Ingat, bahwa keselamatan kita itu bukan hanya masuk surga, melainkan menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah.

Card image
THEOLOGY THROUGH LIFE EXPERIENCES - 01 Desember 2024. (English Version)
2024-12-01 10:54:54


Those of us who have children, of course we know who are the children who are loyal and love their parents. As superiors or leaders, we also know who are the subordinates who are loyal and love their parents. Likewise, God knows and feels who are His children who truly respect Him. God knows because God can feel who are His children who love Him sincerely, respect Him sincerely, who are truly loyal to Him. So, because God has feelings, why don't we try to touch God's feelings with our attitudes, with our positive steps? Why don't we measure whether our actions are felt by God as faithfulness, loyalty and sincere love for Him?

There is no life outside of God, there is no happiness outside of God; only in God is there happiness, only in God is there life. And He is not an object that has no feelings, He is a Person who has feelings. Why don't we try to have concrete steps, which we deliberately do to please God's heart? So that God knows that we are loyal to Him, we love Him and God enjoys our loyalty, enjoys our love for Him. Don't be a child with a rotten heart, who has no loyalty, who only wants to exploit, who only wants to take advantage of, who only wants to use and enslave God.

Let us be loyal children of God, who are loyal sincerely, serve in sincerity and purity of heart, serve and give life for God, not because we are blessed, but because we have been blessed, have become children of God and we are in God's perfect providence, God's perfect care. In Him there is a trustworthy and perfect guarantee. Therefore we cannot doubt God's love and care, we must not doubt in the slightest degree God's loyalty to us. We are the ones who have to doubt our own loyalty to God.

Do not doubt God's faithfulness to us, but instead, we should doubt and suspect ourselves; perhaps we are not sincere or have not yet been fully sincere toward God? Perhaps in our service activities we still have our own agenda. We have a company within a company, we have a kingdom within a kingdom. We have our own kingdom within the Kingdom of Heaven. And often unknowingly, we sacrifice the Kingdom of God, this is foolishness. But let us sincerely serve God without demanding anything, because we have received many things and we will be perfectly preserved. What we do is how we can please Him in all things, can delight God's heart in every matter.

For that, let us learn to treat God as a living Person, as a feeling Person, until we have the dynamics of life. We automatically have the rhythm of treating God as a living and feeling Person. Thus we will be gripped by a heart that fears Him, a heart that respects Him, a heart that does not want to hurt Him. It turns out that we need to practice it. So it is understandable that the theological knowledge that we study does not build a sense of fear of God proportionally. And if we also observe the lives of people who study theology, who are good at talking, who are good at speaking, also do not have the sense of fear as we should have a heart that fears God.

We agree that we must do theology and do it correctly. But more than theology, we must have experiences with God, practicing theology through life experiences. The mind is filled with knowledge, but the heart is filled with experience. That is through fellowship with God in prayer, meditation, contemplating God throughout life, experiencing the living God, building a sense of fear of God, a proper attitude of respect for God. Let's compete, how do we become people who are felt by God that we are loyal to Him, we are faithful to Him, we love Him and God enjoys our loyalty, enjoys our love and respect for Him.

It is a great joy to be like a fragrant flower or a beautiful symphony that pleases God. Remember, we only live once. And this one life is for eternity. Therefore, in this single lifetime meant for eternity, we are serious about becoming people who can truly be enjoyed by God. Pray for this-to become children whom God can be enjoyed by God.

MORE THAN THEOLOGY, WE MUST HAVE EXPERIENCES WITH GOD; PRACTICING THEOLOGY THROUGH LIFE EXPERIENCES. THE MIND IS FILLED WITH KNOWLEDGE, BUT THE HEART IS FILLED WITH EXPERIENCE.

Card image
BERTEOLOGI LEWAT PENGALAMAN HIDUP - 01 Desember 2024
2024-12-01 10:51:22


  Kita yang memiliki anak, tentu kita tahu siapa anak yang setia dan mengasihi orang tua. Sebagai atasan atau pimpinan kita juga tahu siapa anak buah yang loyal dengan tulus, setia kepada kita sebagai pimpinan, dan yang menghormati kita sebagai pemimpin. Demikian pula Tuhan, Ia tahu dan merasa siapa anak-anak-Nya yang sungguh-sungguh menghormati Dia. Allah tahu karena Allah dapat merasakan siapa anak-anak-Nya yang mengasihi Dia dengan tulus, menghormati diri-Nya dengan tulus, yang sungguh-sungguh loyal kepada-Nya. Maka, karena Allah memiliki perasaan, mengapa kita tidak berusaha menyentuh perasaan Allah dengan sikap, dengan langkah-langkah kita yang positif? Mengapa kita tidak mengukur, apakah tindakan kita dirasakan Allah sebagai kesetiaan, loyalitas dan kecintaan yang tulus kepada-Nya?

Tidak ada kehidupan di luar Tuhan, tidak ada kebahagiaan di luar Tuhan; hanya di dalam Tuhan ada kebahagiaan, hanya di dalam Tuhan ada kehidupan. Dan Dia bukan suatu benda yang tidak berperasaan, Dia adalah Pribadi yang berperasaan. Mengapa kita tidak berusaha untuk memiliki langkah-langkah yang konkret, yang sengaja kita lakukan untuk bisa menyukakan hati Allah? Sehingga Allah tahu bahwa kita ini loyal terhadap-Nya, kita ini mengasihi Dia dan Allah menikmati loyalitas, menikmati cinta kita kepada-Nya. Jangan menjadi anak yang berhati busuk, yang tidak memiliki loyalitas, yang hanya mau mengeksploitasi, yang hanya mau memanfaatkan, yang hanya mau memperalat dan memperbudak Allah.

Mari kita menjadi anak-anak Allah yang loyal, yang setia dengan tulus, mengabdi dalam ketulusan dan kemurnian hati, melayani dan memberi hidup bagi Tuhan, bukan karena supaya kita diberkati, melainkan karena kita sudah diberkati, sudah menjadi anak-anak Allah dan kita ada di dalam pemeliharaan Allah yang sempurna, penjagaan Allah yang sempurna. Di dalam Dia ada jaminan yang dapat dipercaya dan sempurna. Karenanya kita tidak meragukan kasih, pemeliharaan Allah, tidak boleh meragukan setitik pun kesetiaan Allah kepada kita. Kita yang harus meragukan kesetiaan kita sendiri terhadap Allah.

Jangan meragukan kesetiaan Allah kepada diri kita, tapi sebaliknya, kita yang harus meragukan dan mencurigai diri kita sendiri; jangan-jangan kita tidak tulus atau belum tulus kepada Tuhan. Jangan-jangan dalam kegiatan pelayanan kita masih memiliki agenda sendiri. Kita punya perusahaan di dalam perusahaan, kita punya kerajaan di dalam kerajaan. Kita punya kerajaan sendiri di dalam Kerajaan Surga. Dan sering tanpa sadar, kita mengorbankan Kerajaan Allah, ini adalah suatu kebodohan. Tetapi mari kita tulus mengabdi kepada Tuhan tanpa menuntut apa pun, karena kita telah menerima banyak hal dan kita akan terpelihara dengan sempurna. Yang kita lakukan adalah bagaimana kita bisa menyenangkan Dia dalam segala hal, bisa menyenangkan Tuhan dalam segala perkara.

Untuk itu, mari kita belajar memperlakukan Allah sebagai Pribadi yang hidup, sebagai Pribadi yang berperasaan, sampai kita punya dinamika hidup. Dengan sendirinya kita memiliki irama memperlakukan Allah sebagai Pribadi yang hidup dan berperasaan. Dengan demikian kita akan tercengkerami oleh hati yang takut akan Dia, hati yang menghormati Dia, hati yang tidak ingin melukai Dia. Ternyata itu perlu kita latih. Jadi bisa dimengerti bahwa ilmu teologi yang kita pelajari tidak membangun perasaan takut akan Allah secara proporsional. Dan kalau kita juga mengamati kehidupan orang-orang yang belajar teologi, yang pintar bicara, yang cakap bicara, juga tidak memiliki perasaan takut sebagaimana seharusnya memiliki hati yang takut akan Allah.

Kita setuju bahwa kita harus berteologi dan berteologi dengan benar. Tetapi lebih dari berteologi, kita harus punya pengalaman dengan Allah; berteologi lewat pengalaman hidup. Pikiran diisi dengan pengetahuan, tetapi perasaan diisi dengan pengalaman. Yaitu lewat persekutuan dengan Tuhan dalam doa, meditasi, merenungkan Tuhan di sepanjang waktu hidup, menghayati Allah yang hidup, membangun perasaan takut akan Allah, sikap hormat yang sepatutnya kepada Allah. Ayo kita berlomba, bagaimana kita menjadi orang yang dirasakan Tuhan bahwa kita loyal kepada-Nya, kita setia kepada-Nya, kita mencintai Dia dan Allah menikmati loyalitas, menikmati cinta dan hormat kita kepada-Nya.

Adalah kebahagiaan kalau kita menjadi seperti bunga yang harum, seperti simfoni yang indah yang didengar oleh Tuhan. Ingat, kita hidup hanya satu kali. Dan satu kali ini untuk kekekalan. Jadi selama kita hidup yang sekali untuk kekekalan ini, kita bersungguh-sungguh menjadi orang yang benar-benar dapat dinikmati oleh Allah. Berdoalah untuk itu agar kita menjadi anak yang dapat dinikmati Tuhan.

  Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

LEBIH DARI BERTEOLOGI, KITA HARUS PUNYA PENGALAMAN DENGAN ALLAH; BERTEOLOGI LEWAT PENGALAMAN HIDUP. PIKIRAN DIISI DENGAN PENGETAHUAN, TETAPI PERASAAN DIISI DENGAN PENGALAMAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 01 Desember 2024
2024-12-01 10:44:25

1 Korintus 9-11

Card image
Truth Kids 30 November 2024 - BUANG YANG KOTOR
2024-11-30 18:35:18


Yakobus 1:2
”Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu”

Sobat Kids, sudah sebulan ini kita belajar tentang buah Roh kelemahlembutan. Kita sudah belajar lemah lembut bukan hanya untuk perempuan, melainkan untuk laki-laki juga. Lemah lembut bukan berarti menjadi anak yang lemah; jika ada yang mem-bully, diam saja. Namun, bukan juga berarti langsung membalas jika ada yang menyenggol kamu karena bisa saja tidak sengaja. Jika ada bahaya atau ada orang yang hendak menyakiti, kalian harus menghindar. Jika ada yang mem-bully kalian, tentu saja kalian harus cerita ke orang tua kalian.

Kita harus sadar bahwa kita manusia yang sering berbuat dosa. Oleh sebab itu, kita perlu Tuhan. Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk membuang segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang ada dalam hati kita. Setelah itu, kita harus menerima firman dengan lemah lembut. Kuasa firman Tuhan akan memberikan kita kekuatan untuk berubah menjadi lebih baik. Sobat Kids, yuk, kita menjadi teladan dalam kelemahlembutan seperti Tuhan Yesus, agar orang lain bisa melihat kasih Tuhan melalui hidup kita. Semangat!

Card image
Truth Junior 30 November 2024 - TELADAN KELEMAHLEMBUTAN
2024-11-30 18:33:16


Titus 3:2
”Janganlah mereka memfitnah, janganlah mereka bertengkar, hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang.”

Sudah sebulan ini kita belajar tentang buah Roh kelemahlembutan. Ingat, ya, Sobat Junior, kelemahlembutan bukan berarti menjadi orang yang lemah ataupun laki-laki bersikap lembut seperti perempuan. Masing-masing pribadi, baik laki-laki dan perempuan, bisa mempraktikkan buah Roh kelemahlembutan sesuai dengan ciri khas pribadi masing-masing. Laki-laki tetap bersikap sebagai laki-laki sewajarnya.

Teladan yang patut kita tiru adalah Tuhan Yesus. Dalam ketegasan-Nya saat mengajar orang banyak, Tuhan Yesus tetap dapat bersikap lemah lembut kepada semua orang. Bahkan saat murid-murid-Nya mengusir anak-anak kecil yang mau datang ke Tuhan Yesus, Ia membiarkan anak-anak tersebut datang kepada-Nya. Tuhan Yesus tidak merasa terganggu dengan keberadaan anak-anak kecil.

Sobat Junior, jadilah teladan dalam kelemahlembutan seperti Tuhan Yesus, agar orang lain bisa melihat kasih Tuhan melalui hidup kita. Kalian pasti bisa. Sedikit demi sedikit kita mau ubah sifat kita yang keras, mau menang sendiri, menjadi lemah lembut. Orang yang bisa memberikan kasih kepada orang lain.

Card image
Truth Youth 30 November 2024 (English Version) - ACT WISELY
2024-11-30 18:37:39


"So in everything, do to others what you would have them do to you, for this sums up the Law and the Prophets." (Matthew 7:12)

The law of sowing and reaping is widely accepted by many. What you sow is what you will reap. If you sow good, you will reap good; conversely, if you sow evil, you will reap evil. The Bible also teaches us to do what is good. We want to be treated well by others; therefore, we should treat others well. It’s not easy to treat others as we would treat ourselves, especially those who have wronged us. However, the Word of God teaches us to maintain a good attitude.

This example was shown by the Lord Jesus during His time on earth. Many people during that era hurt and mocked Him, yet He still showed His love to them. This is one of the teachings that Jesus imparted to His followers.

Perhaps we have been in situations where we have done our best for others, but they repay us with unkindness. Should we stop showing love to them? Of course not! Even if we have done good and are met with unkind treatment, we must maintain that good attitude. Essentially, treating others well is not just for their benefit but also for God. Just as God has a heart that loves others, we must possess that same heart. However, to treat others rightly, we need to be sensitive to the voice of the Holy Spirit, as the right approach can vary for each individual.

For example, if a friend needs money for their mother’s medical treatment, we can provide financial assistance. In another situation, if a friend is in debt due to online loans and is being hounded by collectors, we need to be more cautious. We must discern whether lending money would truly help them or entrap them further. Here, sensitivity to the voice of the Holy Spirit is essential for us to have the right attitude in accordance with God’s will when dealing with others.

WHAT TO DO:
1. Spend time with God to gain sensitivity on how to treat the people we encounter.
2. Be cautious in making decisions and in our choice of words.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Corinthians 1-4

Card image
Truth Youth 30 November 2024 - ACT WISELY (BERTINDAK BIJAKSANA)
2024-11-30 18:27:32


”Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” (Matius 7:12)

Hukum tabur tuai secara umum dipercayai oleh banyak orang. Apa yang kamu tabur, maka itu yang akan kamu tuai. Kalau kamu menabur kebaikan maka kamu akan memperoleh kebaikan. Begitupun sebaliknya jikalau kamu menabur kejahatan maka kamu akan menuai kejahatan. Alkitab juga mengajarkan kita untuk melakukan apa yang baik. Kita ingin diperlakukan baik oleh orang lain, oleh sebab itu kita juga harus memperlakukan orang lain dengan baik. Tidak mudah memperlakukan orang lain seperti kita memperlakukan diri sendiri, apalagi kepada orang yang jahat kepada kita. Namun Firman Tuhan mengajarkan kita untuk tetap memiliki sikap yang baik.

Teladan ini sudah ditunjukkan oleh Tuhan Yesus selama hidup di bumi. Banyak orang pada zaman itu yang menyakiti, mengolok-olok Yesus, tapi tetap Dia menunjukkan kasih-Nya kepada mereka ini adalah salah satu ajaran yang Yesus ajarkan bagi kita pengikut-Nya.

Mungkin kita pernah ada di keadaan sudah melakukan yang terbaik bagi orang lain, namun orang itu justru membalas dengan perlakuan yang tidak baik. Apakah kita berhenti berbuat kasih kepadanya? Tentu saja tidak, sekalipun kita sudah berbuat baik, namun dibalas dengan perlakuan tidak baik, kita harus tetap mempertahankan sikap tersebut. Karena pada dasarnya memperlakukan orang lain dengan baik itu bukan semata-mata hanya untuk orang tersebut melainkan untuk Tuhan. Sebagaimana Tuhan memiliki hati yang mengasihi orang lain, maka kita pun harus memiliki hati itu. Namun, untuk memberi perlakuan yang benar kepada orang lain kita harus memiliki kepekaan akan suara Roh Kudus, karena bersikap benar kepada masing-masing orang itu memiliki cara yang berbeda-beda. Misalnya, ada teman kita yang butuh uang untuk biaya berobat ibunya, maka kita bisa memberikan bantuan berupa uang. Di situasi lain, ada teman yang butuh uang karena terkena pinjaman online, sudah ditagih-tagih oleh penagih, di situasi ini kita harus lebih berhati-hati, apakah memang dengan meminjamkan uang itu dia bisa berubah atau justru akan semakin terjerat. Di sini butuh kepekaan akan suara Roh Kudus agar kita memiliki sikap yang benar sesuai dengan kehendak Tuhan dalam memperlakukan orang lain.

WHAT TO DO:
1. Memiliki waktu untuk Tuhan agar diberi kepekaan bagaimana bersikap benar kepada orang yang kita jumpai
2. Berhati-hati dalam mengambil keputusan dan dalam menyampaikan kata-kata

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Korintus 1-4

Card image
Renungan Pagi - 30 November 2024
2024-11-30 18:25:26


Jadi diri sendiri itu lebih menyenangkan daripada harus mengikuti gaya hidup orang lain. Ketika kamu menjadi diri sendiri, kamu sudah menang tanpa harus mengikuti permainan yang diciptakan orang lain.

Jadi, jangan takut menjadi diri sendiri, karena yang menentukan jalan hidup kita adalah TUHAN, Sang Pencipta, bukan perkataan orang lain. Sampai satu saat nanti kita akan "pulang" sendiri dan menghadap Tahta Pengadilan Allah, kita bertanggungjawab atas diri sendiri.

"Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah."
(Roma 14:12).

Card image
Quote Of The Day - 30 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-30 18:23:25


Salah satu strategi Iblis adalah membuat asumsi bahwa musuh lemah, sehingga kita tidak berjaga-jaga.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 30 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-30 18:18:58


Penghayatan bahwa kita anak Allah harus kita tangkap dengan satu dimensi hidup yang telah kita mesti miliki. Dimensi hidup di mana kita sudah tidak lagi memiliki kesenangan apa pun.

Card image
INSTRUMENTS IN THE HANDS OF GOD - 30 November 2024 (English Version)
2024-11-30 18:17:44


God does not desire, nor does He plan, for any of us to fail. God has a purpose for each individual, for each of us. If only we could see, witness, and understand the plans God has for each of us, we would surely be amazed. We would be in awe of how beautiful and perfect those plans are, beyond anything we could imagine, calculate, or consider. For the Word of God says that He is able to do far more than we ask or think. Therefore, let none of us feel pessimistic about the future. Let no one think that they will never become successful, accomplished, or excellent. Never think of yourself as waste to be discarded.

God’s plan for each of us is that we may become instruments in His hands. Surely, this plan is not merely for us to succeed for our own sake but to succeed for the glory of God. This means that we will surely be useful for God’s work. For we are designed to be a blessing. Abraham was called to be a blessing, Joseph was chosen to be a blessing, David was called from his pasture to be a blessing. The same is true for Moses and other heroes of faith. One certainty is that God desires us to be excellent in His sight and to become instruments in God's hands. However, the issue lies with each of us. Are we worthy to become instruments for God? That depends on us.

Life is not about speculation or chance, for God has established an order. If we understand that order and truly adhere to it, we will surely become instruments in God’s hands, according to what He has planned. For God uses each of us based on the quality we possess-whether the quality of earth, wood, silver, or gold. So, how can we become individuals of quality? How can we become instruments in God’s hands? It depends on us. Why not have the ambition now to pursue the highest quality of life, so that we can be effective instruments in God’s hands? As the Word of God says, if we are gold, we will be used for noble purposes and for noble works.

If we truly have this holy ambition, we will surely seek the face of God. For if we want to be instruments in God’s hands, we will surely seek His face and strive to encounter God. We will endeavor to please His heart in our daily lives. This is not speculation or a matter of chance-it is a certainty. We ought to have the assurance of walking with God every day, knowing that He hears our prayers. If we daily walk with God, sincerely striving to do His will and to please His heart, we can be confident that God will surely be with us. We can trust that He will anoint us, for this is what God desires. However, if we do not please God daily, if we do not live a life that is pleasing in His sight, then God cannot anoint us.

Even though this is for His purposes, God cannot deny His own laws or order. He calls us to be holy as He is holy. If our personal quality is low, it is impossible for God to use us for noble purposes. If we are children of Yahweh, who owns the heavens and the earth and everything in them, then we lack nothing. He is enough; He is more than everything. There is nothing to fear-nothing at all. But, that also makes us to reverence and respect God. Do not commit any sin, no matter how small, no matter how subtle. The inheritance we receive is the Eternal Kingdom with Lord Jesus-truly extraordinary. The beauty of the world fades in our eyes. Therefore, we must do the work of Him who sent us while it is still day. For the night is coming, when no one can work.

So, as long as there is an opportunity to save souls and open the eyes of others, let us work while it is still day as children of God the Father in heaven. The awareness that we are children of God must be captured with one dimension of life that we must have. A dimension of life where we no longer have any pleasure. A life dimension where we strive, and are striving, to live as holy as possible so that the rest of our lives are only to be instruments in God’s hands. How are we useful for God's work? Do not worry about what we need or lack. If we truly are God’s children, doing His will, and and really want to finish His work, then He will not put us to shame. If we provide ourselves to be effective instruments for God-like utensils made of gold-we will surely be prepared for great works.

GOD'S PLAN FOR EACH OF US IS THAT WE MAY BECOME INSTRUMENTS IN HIS HANDS.

Card image
ALAT DALAM TANGAN TUHAN - 30 November 2024
2024-11-30 13:04:47


  Tuhan tidak menghendaki dan Tuhan tidak merencanakan satu pun dari kita menjadi gagal. Allah memiliki rancangan atas setiap individu, atas setiap kita. Seandainya kita dapat melihat, menyaksikan, dan tahu rancangan-rancangan apa yang ada pada Allah mengenai kita masing-masing, percayalah kita akan menjadi takjub. Kita akan terpesona betapa indahnya rancangan Allah tersebut dan betapa sempurnanya. Dan itu di luar perkiraan, perhitungan, dan pertimbangan kita. Karena firman Tuhan mengatakan Dia berkuasa melakukan lebih dari yang kita minta atau bayangkan. Jadi, jangan sampai ada di antara kita yang memiliki perasaan pesimis melihat masa depan. Jangan ada yang berpikir bahwa kita tidak akan pernah menjadi orang yang sukses, berhasil, dan unggul. Jangan pernah berpikir menjadi sampah yang dibuang.   

Rancangan Allah atas setiap kita adalah rancangan agar kita bisa menjadi alat di dalam tangan Tuhan. Pasti rancangan tersebut bukan sekadar membuat kita menjadi orang yang sukses untuk diri kita sendiri, namun kita sukses bagi kemuliaan Allah. Artinya, kita pasti berguna bagi pekerjaan Tuhan. Karena kita dirancang untuk menjadi berkat. Abraham dipanggil untuk menjadi berkat, Yusuf dipilih untuk menjadi berkat, Daud dari padang rumputnya dipanggil untuk menjadi berkat. Demikian pula Musa dan tokoh-tokoh iman yang lain. Satu kepastian bahwa Tuhan mau menjadikan kita ini unggul di mata Allah dan kita menjadi alat di dalam tangan Tuhan. Tetapi masalahnya memang terletak pada masing-masing kita. Apakah kita layak menjadi alat bagi Allah? Tergantung kita.  

Hidup ini bukan spekulasi atau untung-untungan, sebab Tuhan telah membuat tatanan. Maka kalau kita memahami tatanan tersebut dan kita sungguh-sungguh memenuhinya, pasti kita menjadi alat di dalam tangan Tuhan sesuai dengan apa yang Dia rancang. Sebab setiap kita dipakai Tuhan sesuai dengan kualitas yang kita miliki; apakah kualitas tanah, kayu, perak, atau emas. Lalu, bagaimana kita menjadi seorang yang berkualitas? Apa dan bagaimana kita bisa menjadi alat di dalam tangan Tuhan? Tergantung diri kita. Kenapa kita sekarang tidak berambisi untuk memiliki kualitas hidup setinggi-tingginya, sehingga kita menjadi alat di dalam tangan Tuhan yang efektif? Seperti yang firman Tuhan katakan, kalau kita ini adalah emas, maka kita dipakai untuk maksud-maksud yang mulia, untuk pekerjaan-pekerjaan yang mulia.

  Kalau kita sungguh-sungguh memiliki ambisi yang kudus seperti ini, pasti kita akan mencari wajah Tuhan. Sebab kalau kita mau menjadi alat di dalam tangan Tuhan, maka kita akan pasti mencari wajah Tuhan, berusaha menemui Tuhan. Kita akan berusaha bagaimana bisa menyenangkan hati-Nya dalam kehidupan kita setiap hari. Ini bukan spekulasi atau untung-untungan, ini pasti. Mestinya kita sudah punya kepastian setiap hari bergaul dengan Tuhan, dan setiap doa kita didengar. Kalau kita setiap hari berjalan dengan Tuhan, sungguh-sungguh berusaha untuk melakukan yang Dia kehendaki, menyenangkan hati-Nya, maka kita boleh yakin bahwa Tuhan pasti menyertai kita.  Yakin bahwa Tuhan pasti mengurapi, karena Allah memang menghendaki demikian. Tetapi, kalau kita tidak menyenangkan Tuhan setiap hari, tidak hidup dalam keberkenanan di hadapan Tuhan, maka Tuhan tidak bisa mengurapi kita.  

Walaupun ini untuk kepentingan Tuhan, tapi Tuhan tidak bisa menyangkali hukum atau tatanan-Nya. Ia menghendaki kita kudus seperti Dia kudus. Kalau kualitas diri kita rendah, tidak mungkin Tuhan mau memakainya untuk pekerjaan mulia. Kalau kita adalah anak-anak Yahweh yang memiliki langit dan bumi dengan segala isinya, maka tidak ada yang kita butuhkan lagi. Dia cukup, Dia lebih dari segalanya. Tidak ada yang kita takuti, tidak ada. Tapi, hal itu juga membuat kita menjadi takut dan hormat akan Allah. Jangan berbuat dosa sekecil apa pun, sehalus apa pun. Warisan yang kita peroleh adalah Kerajaan Kekal bersama Tuhan Yesus; luar biasa. Dunia menjadi pudar keindahannya di mata kita. Maka kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus kita selama masih siang. Sebab akan datang malam di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja.  

Jadi, selagi masih ada kesempatan untuk menyelamatkan jiwa, mencelikkan mata orang, mari kita bekerja selagi siang sebagai anak-anak dari Allah Bapa di surga. Jadi, penghayatan bahwa kita anak Allah harus kita tangkap dengan satu dimensi hidup yang telah kita mesti miliki. Dimensi hidup di mana kita sudah tidak lagi memiliki kesenangan apa pun. Dimensi hidup di mana kita berusaha, dan sedang berusaha, hidup sekudus-kudusnya sehingga sisa umur hidup kita ini hanya untuk menjadi alat di dalam tangan Tuhan. Bagaimana kita berguna bagi pekerjaan Tuhan? Jangan khawatir tentang apa yang kita perlu dan butuhkan. Kalau kita benar-benar anak-anak Allah, melakukan kehendak Allah, dan benar-benar mau menyelesaikan pekerjaan-Nya, maka Dia tidak mungkin mempermalukan kita. Kalau kita menyediakan diri menjadi alat yang efektif bagi Tuhan, yaitu seperti perkakas yang terbuat dari emas, pasti kita dipersiapkan untuk pekerjaan-pekerjaan besar.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

RANCANGAN ALLAH ATAS SETIAP KITA ADALAH RANCANGAN AGAR KITA BISA MENJADI ALAT DI DALAM TANGAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 November 2024
2024-11-30 13:01:37

1 Korintus 5-8

Card image
Truth Kids 29 November 2024 - PEMBAWA DAMAI
2024-11-29 18:10:00


Titus 3:2
”Janganlah mereka memfitnah, janganlah mereka bertengkar, hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang.”

Siapa di antara Sobat Kids yang suka bertengkar? Iih, jangan sampai mempunyai kebiasaan buruk itu, ya, Sobat Kids. Sebagai anak Allah, seharusnya kita menjadi pembawa damai yang penuh dengan kelemahlembutan. Lemah lembut itu bukan hanya untuk anak perempuan saja, ya, Sobat Kids. Anak laki-laki pun bisa bersikap lemah lembut.

Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang. Semua orang, maksudnya termasuk orang-orang yang suka nakal atau iseng kepada kita. Kalau kita hanya bersikap baik kepada orang baik saja, itu tidak ada bedanya dengan anak-anak yang belum mengenal kasih Tuhan Yesus. Semua orang juga bisa bersikap baik kepada orang yang baik kepadanya.

Tuhan Yesus mengajarkan kita juga berbuat baik kepada orang yang suka nakal. Kita harus berdoa untuk mereka agar mereka bisa berubah juga menjadi baik. Kita tetap bersikap baik, malah membawa damai; tidak bertengkar. Yuk, kita belajar menjadi pembawa damai dengan lemah lembut.

Card image
Truth Junior 29 November 2024 - TIDAK KERAS HATI
2024-11-29 18:08:38


Roma 12:18
”Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!”

Hana harus menunggu selama bertahun-tahun untuk mendapatkan keinginannya. Berkat hatinya yang lembut, sabar dalam kesesakan karena tidak bisa mempunyai anak, dan tekun dalam doa, akhirnya Tuhan memberikan seorang anak dalam kandungannya. Hingga akhirnya seorang bayi lahir dan diberi nama Samuel. Sesuai janjinya, Hana menyerahkan Samuel untuk mengabdi di Bait Allah. Sejak kecil, Samuel membantu nabi Eli melayani di Bait Allah.

Hana tentu menyayangi anaknya, Samuel. Namun, ia setia dan menepati janji yang ia telah ucapkan jika Tuhan memberikannya seorang anak. Hana tidak berkeras hati untuk melanggar janji yang telah diucapkannya untuk menyerahkan Samuel. Pasti rasanya berat bagi seorang ibu untuk menyerahkan anak yang ia nanti-nantikan selama bertahun-tahun. Walaupun berat, Hana tetap mau taat.

Jika Hana tidak memiliki kelemahlembutan dalam hatinya, pasti ia akan mengingkari janjinya. Kita tahu dari kisah Alkitab bahwa Samuel tumbuh menjadi salah satu nabi besar di zaman Perjanjian Lama. Berkat ketaatan dan kelemahanlembutan hati ibunya, Samuel bisa berada dan melayani Tuhan di Bait Allah. Sobat Junior, jadilah pribadi yang tetap mempraktikkan buah Roh kelemahlembutan di tengah-tengah dunia ini.

Card image
Truth Youth 29 November 2024 (English Version) - BE A BLESSING
2024-11-29 13:00:33


"If anyone says, ‘I love God,’ yet hates his brother or sister, he is a liar. For whoever does not love their brother and sister, whom they have seen, cannot love God, whom they have not seen." (1 John 4:20)

In these end times, there are fewer people who genuinely love one another. Many are too busy with themselves, pursuing their desires for personal pleasure and satisfaction, even to the extent of sacrificing others for their enjoyment (Matthew 24:12). There are few who care about the conditions of others. On one hand, some feel their lives are so unfortunate and tragic that they have no time to think about others. On the other hand, some refuse to be burdened by the problems of others even though they are capable of helping.

The Lord Jesus teaches us to be a blessing to others, not just to be self-centered but to be like poured-out wine and broken bread. That is the purpose for which Jesus redeemed us from sin. He teaches us to live for others, not just for ourselves. Being a blessing to others is not just about material things. Many of us may lack material wealth, but we still have ears and hearts to listen to the stories of others, offering comfort to those in need. Meanwhile, if God blesses us with sufficient material resources, we can take on the burden of sharing with those who are in need.

Learning to be sensitive to the situations of others is something that the Lord Jesus teaches us. While we are still young, let’s train ourselves to be sensitive and to care for others. Let’s not just focus on ourselves but learn to understand what others are facing. God will only use those who have a burden for others in His work.

WHAT TO DO:
1. Learn to love and care for others, starting with those closest to us, such as family, friends, and acquaintances.
2. Participate in ministries that help others, whether materially, by being a good listener for those needing counseling, or by praying for those in need.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Romans 15-16

Card image
Truth Youth 29 November 2024 - BE A BLESSING
2024-11-29 12:53:31


”Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak dilihatnya.” (1 Yohanes 4:20)

Di zaman akhir ini semakin sedikit orang yang memiliki kasih kepada sesama. Banyak orang hanya sibuk dengan dirinya sendiri. Meraih segala hal yang diinginkan untuk kesenangan dan kepuasan diri sendiri, bahkan ada yang sampai mengorbankan orang lain untuk kesenangan tersebut (Matius 24:12). Saat ini sangat sedikit orang yang mau peduli dengan keadaan orang lain. Di satu sisi ada yang merasa memiliki hidup yang malang dan tragis sehingga tidak sempat memikirkan hidup orang lain. Di sisi lain ada orang yang tidak mau repot dan terbeban dengan masalah orang lain padahal sebenarnya dia mampu untuk membantu.

Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk bisa menjadi berkat bagi orang lain, tidak hanya sibuk dengan diri sendiri, namun bisa menjadi anggur yang tercurah dan roti yang terpecah. Itulah maksud dan tujuan Yesus menebus dosa kita. Dia mengajarkan kita bagaimana hidup bagi orang lain, bukan hanya untuk diri sendiri. Menjadi berkat bagi orang lain tidak hanya berbicara tentang materi semata. Banyak di antara kita yang mungkin secara materi kekurangan, tapi kita masih punya telinga dan hati yang bisa mendengar cerita orang lain, memberi penghiburan kepada mereka yang membutuhkan. Sementara kalau kita diberi materi yang cukup oleh Tuhan, kita bisa mengambil beban untuk berbagi kepada mereka yang membutuhkan.

Belajar untuk peka dengan keadaan orang lain adalah hal yang Tuhan Yesus ajarkan kepada kita. Selagi kita masih muda, yuk kita asah diri kita agar peka dan memiliki beban kepada orang lain, jangan hanya fokus dengan diri sendiri tetapi belajar memahami dan mengerti apa yang orang lain hadapi. Karena Tuhan hanya akan memakai orang-orang yang memiliki beban bagi orang lain bagi pekerjaan-Nya.

WHAT TO DO:
1. Belajar mengasihi dan peduli dengan orang lain dimulai dari orang-orang terdekat kita, misalnya keluarga, sahabat, teman dll.
2. Ikut mengambil bagian dalam pelayanan yang menolong orang lain (baik secara materi, menjadi pendengar yang baik bagi mereka yang butuh konseling, mendoakan mereka yang membutuhkan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Roma 15-16

Card image
Renungan Pagi - 29 November 2024
2024-11-29 12:45:55


Salah satu ciri kedewasaan rohani seseorang, bukan karena usia kekristenannya sudah puluhan tahun, bukan juga karena seringnya beribadah atau terlibat dalam kegiatan agamawi. Tetapi ciri yang paling menonjol adalah, saat kamu melakukan kesalahan, maka kamu berani bertanggungjawab atas akibat kesalahanmu, bukan malah menyalahkan orang lain, menyalahkan keadaan, apalagi sampai menyalahkan Tuhan. Sebab itu tandanya kamu masih kanak-kanak rohani, karena anak-anak itu biasanya egois, maunya menang sendiri dan merasa paling benar sendiri.

Rasul Paulus menasihatkan anak rohaninya Timotius; "Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." Jadi kedewasaan rohani bukan ditentukan oleh usia, tetapi dari hidup kita yang dapat menjadi teladan bagi orang percaya.
(1 Timotius 4:12)

Card image
Quote Of The Day - 29 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-29 12:44:34


Kedaulatan atau kehendak bebas ada di tangan kita, maka kita harus menggunakannya untuk mengarahkan diri kita seturut kehendak dan rencana-Nya.   

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 29 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-29 12:43:18


Iblis menjauhkan pikiran dari perenungan muara hidup, supaya manusia tidak mempersiapkan diri untuk berhadapan dengan Allah.

Card image
A NEW NAME - 29 November 2024 (English Version)
2024-11-29 12:40:42


One of the most puzzling, truly absurd things is how someone can live life without hope. Yet, strangely, almost everyone lives this way. Our lives are like the Bengawan Solo River, eventually flowing into the sea. This is a line from a keroncong song composed by a Javanese musician named Gesang. Each of us is like that river, destined to reach the sea; none of us can escape this reality. We are carried along by the stream of time, continuously moving toward an endpoint. And no one knows where the end of our journey will be, or when we will arrive at the estuary of our life’s timeline.

Ironically, most people-or nearly all-do not think about the endpoint of their lives. As if the road stretches on forever. It’s only when a doctor announces a terminal cancer diagnosis that someone might begin to reflect on death. This is, in fact, the work of the powers of darkness. The devil keeps the mind away from contemplating the estuary of life, so that humans do not prepare themselves to face God. Yet, when someone closes their eyes for the last time, they must account for everything they did during their time on earth. Satan deceives many into believing life is free, with no accountability. People become lost, struggling from one problem to another, chasing one desire after another, indulging in one pleasure after another. But ultimately, each of us will stand before the judgment throne of God.

We ought to feel indebted to God, who gave us life-a debt we are obliged to repay. We must not say, “It’s His fault; why did He make me human? I didn’t ask for this.” Such statements are disrespectful and deny God’s sovereignty. Such an attitude must never be expressed. Instead, we should honor God and be grateful that we exist, for even before we were born to our mother and father, we were already conceived in God’s mind. God knew the moment of our conception and when we would be brought into this world, and He already gave us a name. This is why we will receive a new name in the New Heaven and New Earth.

To become children of God for eternity, we must take responsibility for living our lives according to God’s will. This is why we go to church. The church must teach us how to live as people in alignment with God’s purposes. We should be grateful for being conceived in God’s mind. It doesn’t matter which family, tribe, or economic condition we were born into, or whether we are male or female. What truly matters is this: Will we have a new name? Failing in studies, marriage, or business is not the ultimate failure. The real failure is when we fail to obtain a new name. We must not take this matter lightly.

Other things can be considered light and meaningless, but this one is very meaningful. Therefore, we should feel indebted for being conceived in God’s mind-not created as a stone, monkey, cat, dog, or cow, but to be a human being who has eternity. We must welcome it with the right attitude, one that is appropriate. So always remember that we are children of God. Let us return to the truth which sounds simple, but is a principle. In fact, the Bible,when read under the guidance of the Holy Spirit, provides enough understanding for us to know God, to connect with Him, and to have a relationship with Him.

1 Peter 1:24 writes, "All living things are like grass and all their glory is like the flower of the grass, the grass dries up, and the flower falls." So, life is simple if we understand it correctly. We don't need to regret ourselves, why we are women or men, why we were born into this family. Because we only live no more than 100 years. Meanwhile, real life, which God designed in His mind, is eternity.Honestly, how many of those reading this reflection can truly say they are happy with this world? Maybe not more than 10, or maybe even none, because there are always thorns in the flesh. God does not make our lives smooth, there are thorns in the flesh, things that make our lives incomplete and this is beautiful, because God does not want us to treat this world as paradise.

Look at how people live only in the hope that tomorrow they can solve one problem, then the next problem. In fact, these problems often shackle our lives, making us unhappy. But if we put God's Kingdom first, how to learn to live responsibly and prepare ourselves to become God's children worthy of becoming members of God's Kingdom family-everything else will be added to us. So, 1 Peter 1:13 says, "Place your hope in the revelation of the Lord's coming. Yes, all your hope in the grace given you at the appearance of Jesus Christ."

THE REAL FAILURE IS WHEN WE FAIL TO OBTAIN A NEW NAME.

Card image
NAMA BARU - 29 November 2024
2024-11-29 12:38:59


  Ada satu hal yang mestinya sangat membingungkan, benar-benar absurd (tidak masuk akal), yaitu ketika seseorang menjalani hidup tanpa pengharapan. Tetapi herannya hampir semua orang hidup dengan cara itu. Hidup kita ini seperti Bengawan Solo, akhirnya ke laut. Ini lagu keroncong yang digubah oleh seorang penggubah lagu keroncong dari Jawa yang bernama Gesang. Setiap kita adalah orang-orang yang akhirnya ke laut, tidak ada seorang pun kita yang dapat menghindarkan diri dari realitas ini. Kita ada di dalam aliran perjalanan waktu yang terus membawa kita sampai ke ujung. Dan tidak seorang pun yang tahu di mana ujung dari perjalanan waktu kita. Kita tidak tahu di mana muara, kapan kita sampai di muara waktu hidup kita.  

Ironis, banyak manusia atau hampir semua manusia, tidak memikirkan muara kehidupannya atau ujung dari akhir kehidupannya. Seakan-akan jalan ini tiada berujung. Kecuali waktu dokter berkata bahwa ia mengidap penyakit kanker stadium akhir, barulah ia memikirkan kematiannya. Dan sebenarnya, inilah yang dikerjakan oleh kuasa kegelapan. Iblis menjauhkan pikiran dari perenungan muara hidup, supaya manusia tidak mempersiapkan diri untuk berhadapan dengan Allah. Padahal, ketika seseorang menutup mata, ia harus mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya ketika hidup di bumi. Setan menipu banyak orang, seakan-akan hidup ini gratis, tidak ada pertanggungjawaban. Manusia menjadi sesat, bergumul dari satu persoalan ke persoalan lain, dari satu keinginan ke keinginan lain, dari satu kenikmatan ke kenikmatan lain. Padahal, pada akhirnya, setiap kita akan berdiri di hadapan takhta pengadilan Allah.  

Mestinya kita merasa berutang kepada Allah yang memberi hidup, yang kita harus membayar. Jangan berkata, “Ini salah-Nya sendiri, mengapa aku jadi manusia? Aku tidak minta.” Itu sikap kurang ajar dan tidak mengakui kedaulatan Allah. Pernyataan itu tidak boleh dikemukakan. Sebaliknya, kita menghormati Allah dan bersyukur kita diadakan, sebab sebelum kita dilahirkan oleh mama dan papa, kita sudah dilahirkan di pikiran Allah. Dan Allah tahu kapan kita diperanakkan, dihadirkan di bumi ini, dan Allah sudah memberi nama. Itu sebabnya mengapa kita nanti punya nama baru di Langit Baru Bumi Baru.  

Tetapi, untuk menjadi anak Allah di kekekalan, kita harus bertanggung jawab mengisi waktu hidup kita sesuai dengan apa yang Allah kehendaki. Itulah sebabnya kita ke gereja. Dan gereja harus mengajar bagaimana menjadi manusia sesuai dengan kehendak Allah ini. Kita bersyukur karena telah dilahirkan di pikiran Allah. Lahir dari keluarga siapa, suku apa dan bagaimana keadaan ekonominya, pria atau wanita itu, bukan masalah. Yang jadi masalah adalah apakah kita akan memiliki nama baru? Apakah kita gagal studi, gagal rumah tangga, gagal bisnis? Semua itu pun belum kegagalan. Kegagalan yang sesungguhnya adalah ketika kita gagal memiliki nama baru. Jangan tidak serius menanggapi hal ini.  

Hal yang lain bisa dianggap ringan dan tidak berarti, tapi yang satu ini sangat berarti. Jadi kita merasa berutang karena dilahirkan di pikiran Allah. Tidak menjadi batu, monyet, kucing, anjing, atau sapi, tapi jadi manusia yang memiliki kekekalan. Kita mesti menyambutnya dengan sikap yang tepat, sikap yang pantas. Jadi ingatlah selalu bahwa kita adalah anak-anak Allah. Mari kita kembali kepada kebenaran yang kedengarannya sederhana (simple), tapi prinsip. Sebenarnya Alkitab itu, kalau dibaca dengan pimpinan Roh Kudus, cukup membuat kita mengenal Allah, bisa bersentuhan dan berhubungan dengan Allah.  

1 Petrus 1:24 menuliskan, "Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur." Jadi, sederhana saja hidup ini kalau kita pahami dengan benar. Kita tidak perlu menyesali diri, kenapa jadi wanita atau pria, mengapa lahir dari keluarga ini. Sebab kita hanya menjalani tidak lebih dari 100 tahun. Sedangkan hidup yang sesungguhnya, yang dirancang Allah di pikiran-Nya, adalah kekekalan. Sejujurnya, dari semua yang membaca renungan ini, berapa yang berani mengatakan bahwa dirinya bahagia dengan dunia ini? Jangan-jangan tidak lebih dari 10, atau malah jangan-jangan tidak ada, karena selalu saja ada duri dalam daging. Tuhan tidak membuat hidup kita mulus, ada saja duri dalam daging, hal yang membuat kita tidak lengkap hidup dan itu indah, karena Tuhan menghendaki agar kita tidak menjadikan dunia ini Firdaus.  

Lihatlah bagaimana manusia hidup hanya berpengharapan besok bisa selesaikan masalah satu, lalu masalah berikutnya. Padahal masalah-masalah itu sering membelenggu hidup, membuat kita tidak bahagia. Tapi kalau kita mendahulukan Kerajaan Allah, bagaimana belajar hidup bertanggung jawab dan mempersiapkan diri menjadi anak-anak Allah yang layak masuk menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah, semua ditambahkan. Maka, 1 Petrus 1:13 mengatakan, "Letakkanlah pengharapanmu pada penyataan kedatangan Tuhan. Ya, seluruh pengharapanmu atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penampakan Yesus Kristus."  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEGAGALAN YANG SESUNGGUHNYA ADALAH KETIKA KITA GAGAL MEMILIKI NAMA BARU.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 November 2024
2024-11-29 08:02:40

Kisah Para Rasul 18-19

Card image
Truth Junior 27 November 2024 - JAWABAN LEMAH LEMBUT
2024-11-27 15:58:28


Amsal 15:1
”Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah”

Pagi ini matahari bersinar dengan terik. Udara terasa sangat panas sekali. Angin pun tidak terasa bertiup di sekitar lapangan olahraga sekolah Albert. Tapi, mau tidak mau, Albert dan teman-temannya harus ke lapangan olahraga karena pagi itu mereka ada pelajaran olahraga. Mereka pun mengikuti instruksi yang diberikan oleh guru olahraga. Buliran keringat pun mengalir dari setiap murid. Akhirnya pelajaran olahraga pun selesai.

Sebelum kembali ke kelas dan mengganti seragam, Albert duduk di bawah pohon sejenak. Ia ingin berteduh sebentar agar tidak terlalu berkeringat saat ganti seragam nanti. Belum lama ia berteduh, tiba-tiba datang Ken, murid kelas lainnya, dan berkata, “Eh… awas, sana minggir. Enak saja duduk di sini! Ini tempat istirahat aku!”

Bagaimana perasaan Sobat Junior di saat kondisi tubuh kalian sedang letih dan kepanasan, ada orang yang mengajak bicara dengan nada yang tinggi dan kasar? Hhmm… kalau tidak pandai-pandai jaga hati, pasti sudah ikutan emosi juga, bukan? Untunglah ayat firman hari ini mengingatkan Albert dan kita semua. Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah. Jadi jangan terpancing dengan orang yang berbicara dengan nada kasar, ya, Sobat Junior. Walaupun sulit, tetaplah jawab dengan kelemahlembutan agar kita dapat meredakan amarah orang lain. Semangat!

Card image
Truth Youth 27 November 2024 (English Version) - COMPASS OF TRUTH
2024-11-27 15:56:08


"Do not turn to the right or the left; keep your foot from evil." (Proverbs 4:27)

In the past, sailors used compasses while sailing through turbulent seas as a clear guide to reach their destination. This illustration depicts the state of the world today, filled with various disruptions such as misinformation and falsehoods. This is happening in our daily lives, including within Christianity itself. The church pulpit is used by irresponsible pastors who preach falsehoods and harmful teachings.

“Just believe, don’t use logic. Eating and drinking have nothing to do with salvation because the Kingdom of God is not about eating and drinking.” Nowadays, many pastors proclaim a devilish gospel like this. They never teach how to discern between truth and falsehood. In fact, the Word of God clearly teaches us to test all spirits—including the sermons we hear—because falsehood already exists in the world (1 John 4:1). The Word of God also advises that we experience the renewal of our minds so that we can discern the will of God, which is good, pleasing, and perfect. All of this guides us, children of truth, to receive the wisdom of the Spirit; so that we understand that we truly are children of the Most High God who knows the truth.

God desires for us to understand the truth so that truth is no longer just a rule but a reality, enabling us to live in truth and for truth to become our character. God wants us to be guided by the truth that has become our character. This truth, which has become our character, then serves as the compass of truth that guides and directs our entire life. Therefore, we must be intelligent young Christians who understand the will of God, can discern truth from falsehood, so that we can be light and salt for this lost world and become a compass of truth directing many people towards the true truth, so that many may come to know God, receive salvation, and become children of God.

WHAT TO DO:
1. Consider the consequences of all our words and actions.
2. Build a healthy lifestyle.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Romans 8-10

Card image
Truth Youth 27 November 2024 - KOMPAS KEBENARAN
2024-11-27 15:51:28


”Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan.” (Amsal 4:27)

Dahulu, para pelaut menggunakan kompas selagi berlayar di tengah lautan berombak sebagai penunjuk arah yang jelas agar mereka dapat berlayar sampai tujuan. Ilustrasi tersebut menggambarkan keadaan dunia hari ini yang penuh dengan berbagai disrupsi, seperti disinformasi dan kepalsuan. Hal ini benar-benar terjadi dalam keseharian kita, termasuk dalam kekristenan itu sendiri. Mimbar gereja digunakan oleh pendeta-pendeta yang tidak bertanggung jawab yang mengajarkan kepalsuan dan hal-hal yang mencelakakan.

“Percaya saja, jangan pakai logika. Makan dan minum tidak ada hubungannya dengan keselamatan sebab Kerajaan Allah bukan soal makan dan minum.” Hari-hari ini banyak pendeta mengabarkan injil setan seperti ini. Tidak pernah diajarkan bagaimana membedakan mana kebenaran, mana kepalsuan. Padahal, firman Tuhan dengan jelas mengajar kita untuk menguji segala roh—termasuk khotbah-khotbah yang kita dengar—sebab kepalsuan sudah ada di dalam dunia (1 Yoh. 4:1). Firman Tuhan juga menasihati agar kita mengalami perubahan akal budi sehingga kita mampu membedakan kehendak Allah, yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna. Semuanya ini mengarahkan kita, anak-anak kebenaran, supaya beroleh kecerdasan Roh; supaya kita mengerti bahwa kita sungguh-sungguh adalah anak-anak Allah yang Maha Tinggi, yang mengerti kebenaran.

Allah menghendaki kita mengerti kebenaran sehingga kebenaran bukan lagi menjadi syariat, melainkan menjadi hakikat sehingga kita senantiasa hidup dalam kebenaran dan kebenaran itu menjadi karakter kita. Allah menghendaki kita dituntun oleh kebenaran yang sudah menjadi karakter kita. Kebenaran yang sudah menjadi karakter itulah yang kemudian menjadi kompas kebenaran yang menuntun dan mengarahkan seluruh gerak kehidupan kita. Oleh sebab itu, kita harus menjadi orang-orang muda Kristen yang cerdas, mengerti kehendak Allah, mampu membedakan kebenaran dan kepalsuan, sehingga kita bisa menjadi terang dan garam bagi dunia yang sesat ini dan menjadi kompas kebenaran yang mengarahkan banyak orang pada kebenaran yang sejati sehingga banyak orang boleh mengenal Allah, beroleh keselamatan, dan menjadi anak-anak Allah.

WHAT TO DO:
1.Pikirkan konsekuensi dari seluruh ucapan dan tindakan kita
2.Membangun pola hidup yang sehat

BIBLE MARATHON:
▪︎ Roma 8-10

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 November 2024
2024-11-27 15:44:54


Kesetiaan adalah kualitas hidup seseorang dalam menjaga komitmen untuk suatu tujuan. Firman Tuhan menyatakan "Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?" Hal ini menunjukkan bahwa lebih mudah menjumpai orang-orang yang menyebut dirinya baik hati, tetapi orang yang setia sukar ditemukan. Ternyata banyak orang dapat berbuat baik, tapi tidak semua orang bisa setia. Itulah sebabnya kesetiaan menentukan kualitas diri kita yang sebenarnya.

Kesetiaan akan menghadapi berbagai tantangan dan pencobaan. Uang, jabatan, hawa nafsu, keinginan yang berlebihan dan lainnya akan menguji kesetiaan. Apakah kesetiaan terhadap pasangan hidup, setia pada tugas pelayanan, setia pada pekerjaan, terlebih setia kepada Tuhan. Seperti yang sudah dikatakan bahwa orang yang setia sukar ditemukan, apakah kita termasuk orang yang setia?. Mari bangun kualitas diri dengan kesetiaan kepada Tuhan yang akan menopang kesetiaan pada pasangan hidup, pada pekerjaan, pada pelayanan dan hal baik lainnya.
(Amsal 20:6)

Card image
Quote Of The Day - 27 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-27 11:06:05


Tanpa sadar, dunia membujuk dan menawarkan hiburan yang membuat cita rasa rohani kita rusak, tapi kita bisa melarikan diri.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-27 11:04:38


Sadarilah, kalau kita bisa mengenal Allah yang benar, itu adalah anugerah. Sebab tidak semua orang menjadi umat pilihan. Dan Allah yang benar itu hanya satu, Elohim Yahweh.

Card image
CANNOT HELP BUT LOVE GOD - 27 November 2024
2024-11-27 11:03:07


God does not show favoritism but sees deeds-specifically deeds that spring from the heart. God perceives not only what is visible but also what is unseen, including a person’s motivation for their actions. God desires that everything we do is rooted in a heart that loves and honors Him. It is not about how much money we give to the church, how active we are in ministry, or how many times we attend church services each week. Instead, the question is: Do we perform all our actions, from the moment we wake up to the time we lay down at night, with a heart that loves and honors Him?

So, if the Word of God says, “Whether you eat or drink or do anything else, do all for the glory of God.” This means that everything we do must be accompanied by an attitude of heart that considers, views, treats God as noble, valuable. Of course, what we hold as valuable and honorable, we will definitely love. It is impossible for someone to love something they do not see as valuable or meaningful. We must understand that loving God is an honor. Do not view loving God as a burden, but as an honor, and we must reach a level where loving God is our inner need, to the point that we cannot help but love God.

In 2 Corinthians 11:2, it is written that we are like a pure virgin or the bride of Christ. A pure virgin here refers to someone who is untainted, whose heart is undivided and wholly devoted, with no allegiance, direction, or access to anything but God. Truly, we have no other option but to strive to reach that level. Therefore, we must compel ourselves to pursue it, for the world has stolen much of our hearts and shaped desires within us. Erasing the love of the world and eradicating these ingrained desires is not easy. However, while it is challenging, it is not impossible. Achieving this depends on how determined, intense, active, serious, and persistent we are in directing ourselves toward God.

We have no more than 100 years to live, and when compared to eternity, it is insignificant. Yet, within these 100 years, we have the opportunity to build a relationship with God so that our hearts become bound to Him, and the desires of our souls are directed solely toward Him. We make God the lover of our soul, and, in return, God makes us His lovers. This is what brings joy to God's heart. Striving to achieve this is not always easy, but without effort, it is impossible. If a servant of God-a minister, speaker, or worship leader-does not reach the pinnacle of loving God, they cannot inspire others to develop a heart that loves Him. They cannot create an atmosphere where hearts are broken before God.

Realize that knowing the true God is a gift of grace. Because not everyone is the chosen people. Yet we have the privilege of knowing the true God-and there is only one true God, Elohim Yahweh, who reveals Himself as the God of Abraham, Isaac, and Jacob. Therefore, seek Him, encounter Him, experience Him, and break our hearts to love Him. Don't lose this tiny opportunity for our eternity. People who truly experience an encounter with God will inevitably have their hearts broken before Him, and it is impossible for their character to be bad. Conversely, someone with poor character cannot have fellowship with God.

So, we must be able to distinguish between matters that are genuinely complex, complicated, or challenging and those that are not. For example, fulfilling physical needs is relatively simple-not complex. But what is complex is how to become a great, noble human being. Satan makes many people to focus on issues that are not truly complex, but are considered complex, considered complicated. And without realizing it, God's servants involve God in these simple problems, which could be resolved through responsibility and adherence to His established laws. God works within His laws: “Whatever you sow, you will reap.” God’s intervention aligns with His laws and does not disrupt His established order.

DO NOT VIEW LOVING GOD AS A BURDEN, BUT AS AN HONOR, AND WE MUST REACH A LEVEL WHERE LOVING GOD IS OUR INNER NEED, TO THE POINT THAT WE CANNOT HELP BUT LOVE GOD.

Card image
TIDAK BISA TIDAK MENCINTAI TUHAN - 27 November 2024
2024-11-27 10:10:12


  Tuhan tidak memandang muka, tetapi Tuhan melihat perbuatan, dan tentu perbuatan yang lahir dari hati, karena Tuhan bukan hanya dapat menangkap apa yang kelihatan, melainkan juga yang tidak kelihatan, yaitu motivasi seseorang melakukan sesuatu. Tuhan menghendaki agar segala sesuatu yang kita lakukan didasarkan pada hati yang mengasihi dan menghormati Dia. Jadi bukan berapa banyak uang yang kita bisa berikan untuk gereja, bukan seberapa aktif kegiatan kita dalam pelayanan, bukan berapa kali kita bisa ke gereja dalam satu minggu, melainkan apakah segala sesuatu yang kita lakukan, sejak kita bangun tidur sampai kita kembali merebahkan tubuh kita di malam hari, kita melakukan segala sesuatu dengan hati yang mengasihi dan menghormati Dia?   

Jadi, kalau Firman Tuhan mengatakan, “Baik kamu makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan itu semua untuk kemuliaan Allah.” Artinya, segala sesuatu yang kita lakukan haruslah disertai dengan sikap hati yang menganggap, memandang, memperlakukan Tuhan itu mulia, berharga. Tentu sesuatu yang kita hargai, sesuatu yang kita pandang mulia, pasti kita cintai. Tidak mungkin seseorang mencintai sesuatu yang dia tidak pandang berharga, tidak mungkin seseorang mencintai sesuatu yang tidak dia pandang bernilai. Kita harus mengerti bahwa bisa mencintai Tuhan adalah suatu kehormatan. Jangan kita memandang hal mencintai Tuhan sebagai suatu beban, melainkan sebagai suatu kehormatan, dan mestinya kita sampai pada level di mana mencintai Tuhan itu merupakan kebutuhan batin kita, sampai kita tidak bisa tidak mencintai Tuhan.  

Dalam 2 Korintus 11:2 dikatakan bahwa kita adalah perawan suci atau mempelai Kristus. Perawan suci di sini menunjuk kepada orang yang tidak ternoda, yang hatinya tidak terbelah, hatinya tidak mendua, hatinya utuh, bulat, tidak ada jurusan, arah, akses ke mana pun kecuali Tuhan. Sejatinya, kita memang tidak memiliki pilihan lain, kita harus mencapai level itu. Jadi, kita harus memaksa diri kita, karena dunia telah banyak mencuri hati kita, menciptakan selera di dalam diri kita. Tidak mudah menghapus percintaan dunia, tidak mudah menghapus selera yang sudah melekat di dalam diri kita ini. Tidak mudah bukan berarti tidak bisa, tergantung seberapa kita nekat, intens, giat, serius, terus-menerus untuk mengarahkan diri kita kepada Tuhan.  

Kita hanya memiliki kesempatan tidak lebih dari 100 tahun. Dan jika dibandingkan dengan kekekalan, tidak ada artinya. Namun di 100 tahun umur hidup kita ini, kita bisa membangun sebuah relasi dengan Tuhan, sampai hati kita terikat kepada-Nya, selera jiwa kita tertuju hanya kepada Tuhan. Kita menjadikan Tuhan kekasih jiwa kita, dan tentu Tuhan menjadikan kita kekasih-Nya, dan itu yang membahagiakan hati Tuhan. Yang berjuang, belum tentu mudah mencapainya. Kalau tidak berjuang, tidak akan bisa mencapainya. Kalau seorang pelayan Tuhan, seorang hamba Tuhan, seorang pembicara, seorang worship leader tidak sampai puncak mencintai Tuhan, maka dia tidak bisa menularkan hati yang mencintai Tuhan. Ia tidak bisa membuat atmosfer hati yang pecah di hadapan Allah.  

Sadarilah, kalau kita bisa mengenal Allah yang benar, itu adalah anugerah. Sebab tidak semua orang menjadi umat pilihan. Namun kita boleh mengenal Allah yang benar, dan Allah yang benar itu hanya satu, Elohim Yahweh, yang menyatakan diri sebagai Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Maka, temukan Dia, temui Dia, alami Dia, dan pecahkan hati kita untuk mencintai Dia. Jangan kehilangan kesempatan yang setitik ini untuk kekekalan kita. Orang yang sungguh-sungguh mengalami perjumpaan dengan Tuhan, pasti hatinya pecah di hadapan Allah, dan tidak mungkin karakternya buruk. Sebaliknya, tidak mungkin seseorang bisa bersekutu dengan Tuhan kalau karakternya buruk.  

Maka, kita harus bisa membedakan hal yang kompleks, rumit, dan muskil dengan yang tidak rumit. Jangan hal yang tidak rumit kita jadikan rumit; dan hal yang mestinya kompleks atau rumit, kita tidak anggap itu kompleks. Hal pemenuhan kebutuhan jasmani itu relatif; tidak kompleks. Tapi yang kompleks adalah bagaimana menjadi manusia yang agung, yang luhur. Setan membuat banyak orang fokus kepada apa yang sebenarnya bukan kompleks, tapi dianggap kompleks, dianggap rumit. Dan tanpa disadari, para hamba Tuhan menarik Tuhan masuk ke dalam masalah yang tidak kompleks tersebut, yang mestinya tanpa campur tangan Tuhan pun—asal dia bertanggung jawab—dapat diselesaikan. Tuhan dengan hukum-Nya akan memenuhi, karena Tuhan punya hukum: "Yang kamu tabur, kamu tuai." Campur tangan Tuhan ada di dalam hukum-Nya, bukan campur tangan Tuhan yang merusak tatanan-Nya.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JANGAN KITA MEMANDANG HAL MENCINTAI TUHAN SEBAGAI SUATU BEBAN, MELAINKAN SEBAGAI SUATU KEHORMATAN, DAN MESTINYA KITA SAMPAI PADA LEVEL DI MANA MENCINTAI TUHAN ITU MERUPAKAN KEBUTUHAN BATIN KITA, SAMPAI KITA TIDAK BISA TIDAK MENCINTAI TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 November 2024
2024-11-27 10:06:56

2 Tesalonika 1-3

Card image
Truth Kids 26 November 2024 - TULUS MEMBANTU
2024-11-26 20:36:02


1 Yohanes 4 : 19
”Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.” "Oke, aku akan bantu kamu, tapi kamu harus kasih aku hadiah, ya!" ujar Tono kepada Budi. "Hhmm.. hadiah apa? Kan aku gak punya uang untuk beliin kamu hadiah," jawab Budi sambil tertunduk sedih. "Ya, apa saja, deh. masa minta bantuan gratis?" tegas Tono kepada Budi.

Sobat Kids, sedih sekali, ya, jika saat kita minta tolong kepada seseorang, malah kita harus memberikan hadiah sebagai balasannya. Namun, saat seseorang meminta bantuan kepada kita, jangan kita berbuat seperti itu, ya. Kita harus memberikan bantuan kepada orang lain tanpa syarat.

Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Allah mengasihi kita tanpa mengharapkan hadiah apa pun dari kita. Dengan kasih-Nya yang lembut, Allah mengasihi kita tanpa syarat. Membantu orang termasuk tindakan mengasihi, Sobat Kids. Kita mau belajar untuk mengasihi dengan tulus. Salah satu caranya adalah membantu tanpa minta balasan atau hadiah.

Card image
Truth Junior 26 November 2024 - DISKON 100%
2024-11-26 20:29:26


1 Yohanes 4:19
”Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.”

Sobat Junior, pernahkan kalian melihat poster diskon besar-besaran sebuah produk? Mungkin saat kalian sedang berjalan-jalan di mal, ada tawaran menarik, sebuah toko mainan memberikan diskon hingga 70%. Melihat hal itu, kalian langsung menarik tangan orang tua untuk masuk ke dalam toko tersebut. Karena merasa akan mendapatkan diskon besar, kalian minta dibelikan mainan yang harganya cukup mahal. Namun, setelah sampai di kasir, ternyata mainan yang kalian ingin beli hanya mendapat diskon 5%. Mengapa demikian? Ternyata, di bawah tulisan diskon hingga 70% ada tanda bintang yang menuliskan syarat yang berlaku. Tidak semua mainan mendapatkan diskon 70%, hanya beberapa mainan saja yang bekas pajangan di toko tersebut. Kondisi mainan tersebut pun sudah kurang bagus karena sudah dipegang atau dimainkan oleh pengunjung toko lainnya. Kalian pun akhirnya menjadi kecewa.

Tuhan memberikan kita diskon besar 100%, Sobat Junior. Saat Ia mengasihi kita dengan mati di kayu salib, Tuhan memberikannya secara gratis tanpa syarat apa pun. Tuhan rela mengasihi kita tanpa syarat. Sekalipun kita tidak atau belum mengasihi-Nya, Ia telah mengorbankan nyawa-Nya untuk semua manusia yang ada di dunia ini. Kasih sejati telah ditunjukkan Tuhan kepada kita semua. Dengan hati yang lembut, Tuhan mengasihi kita. Sudah sepatutnyalah kita juga mengasihi, karena Tuhan Allah lebih dahulu mengasihi kita.

Card image
Truth Youth 26 November 2024 (English Version) - SUPPORT THAT STRENGTHENS
2024-11-26 20:22:39


"Brothers and sisters, if someone is caught in a sin, you who live by the Spirit should restore that person gently. But watch yourselves, or you also may be tempted." (Galatians 6:1)

We’ve all been at a point where we find it difficult to change or let go of bad habits that harm ourselves or others. For instance, habits like gossiping, being easily offended, or frequently getting angry. Sometimes, we want to change, but it feels incredibly hard. This is where the support from friends, family, and those close to us becomes essential.

Galatians 6:1 reminds us, “Brothers and sisters, if someone is caught in a sin, you who live by the Spirit should restore that person gently. But watch yourselves, or you also may be tempted.” This verse teaches us that we are not alone on our faith journey. We need a community—people close to us who can help guide us back to the right path with love and gentleness.

At times, we need to open our hearts to accept advice or correction from others. Asking for support doesn’t mean we’re weak; instead, it shows that we are brave enough to be honest with ourselves and ready to change. If you feel there are behaviors you need to change, consider confiding in a trusted friend or family member. Ask them to continue supporting and reminding you. They may have experienced similar situations and possess valuable insights to help you.

By supporting one another, we can become stronger and grow together. Each time we are willing to be open, seek support, and strive to change together, it is a tangible act of worship. We give the best “present” to God through our willingness to improve, to love one another, and to live according to His will. So, don’t hesitate to seek support. Remember, we are not alone on this journey.

WHAT TO DO:
1. Accepting input and advice from others will help us become aware of our mistakes.
2. Don’t be ashamed to ask for support and prayer when we are down.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Romans 4-7

Card image
Truth Youth 26 November 2024 - DUKUNGAN YANG MENGUATKAN
2024-11-26 20:19:55


”Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.” (Galatia 6:1)

Kita semua pasti pernah ada di titik di mana kita merasa kesulitan untuk berubah atau melepaskan kebiasaan buruk yang merugikan diri sendiri atau orang lain. Misalnya, kebiasaan ngomongin orang di belakang, mudah tersinggung, atau suka marah-marah. Kadang, kita merasa pengen berubah, tapi kok susah banget ya? Di sinilah pentingnya dukungan dari sahabat, keluarga, dan orang-orang terdekat.

Galatia 6:1 mengingatkan kita, “Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.” Ayat ini ngajarin bahwa kita nggak sendirian dalam perjalanan iman kita. Kita butuh komunitas, orang-orang terdekat yang bisa bantu mengarahkan kita kembali ke jalan yang benar dengan penuh kasih dan kelembutan.

Kadang, kita perlu buka hati buat terima nasihat atau koreksi dari orang lain. Meminta dukungan nggak berarti kita lemah, tapi justru menunjukkan bahwa kita berani jujur sama diri sendiri dan siap berubah. Coba deh, kalau kamu ngerasa ada perilaku yang perlu diubah, curhat ke sahabat atau keluarga yang kamu percaya. Minta mereka buat terus mendukung dan mengingatkan kamu. Bisa jadi, mereka juga pernah ngalamin hal yang sama dan punya pengalaman berharga yang bisa membantu kamu.

Dengan saling mendukung, kita bisa jadi lebih kuat dan bertumbuh bersama. Setiap kali kita mau terbuka, minta dukungan, dan bersama-sama berusaha berubah, itu adalah bentuk ibadah yang nyata. Kita kasih “present” terbaik untuk Tuhan lewat kesediaan kita untuk jadi lebih baik, untuk mencintai sesama, dan untuk hidup sesuai kehendak-Nya. Jadi, jangan ragu buat cari dukungan. Ingat, kita nggak sendirian di jalan ini.

WHAT TO DO:
1.Menerima masukan dan nasihat dari orang lain akan membuat kita menyadari kesalahan kita
2.Tidak malu untuk minta dukungan dan doa di saat kita terpuruk.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Roma 4-7

Card image
Renungan Pagi - 26 November 2024
2024-11-26 19:10:11


Alkitab berkata, "Bukan tangan Tuhan kurang panjang untuk menolong kita, bukan telinga-Nya tidak sanggup mendengar seruan, tetapi yang menjadi jurang penghambat antara kita dengan Allah yaitu segala dosa dan kejahatan".

Seringkali doa kita tidak berkuasa, karena sementara berdoa, dosa masih tetap menguasai hidup kita, sementara berdoa tetapi dosa masih menjadi bagian dalam hidup kita. Doa orang benar, jika dengan yakin didoakan sangat besar kuasanya.
(Yesaya 59:1)

Card image
Quote Of The Day - 26 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-26 19:08:49


Kita yang harus menjauhi potensi situasi di mana kita bisa tercenderungi jatuh dalam dosa, memang kita tidak bisa mengkondisi lingkungan karena itu di luar kemampuan kita, tapi kita bisa mengkondisi diri kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 26 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-26 19:07:37


Persiapkan diri kita untuk menjadi bangsawan surgawi sejak di bumi, agar kita layak masuk ke dalam keluarga Kerajaan Surga.

Card image
A WORSHIPING PEOPLE - 26 November 2024 (English Version)
2024-11-26 19:06:06


How can we earnestly strive to please the Father in heaven, Elohim Yahweh? Through praise and worship, as we often do. Yes, but our praise and worship become meaningless if we do not live in holiness. It is in vain. Our lives must reflect Jesus or conform to Jesus. And that has never before existed in the history of humanity. Jesus became the firstborn who truly pleased the Father's heart: “This is My beloved Son, in whom I am well pleased.” He became the firstborn, which means that after Jesus, children of God who are also like Him were brought forth.

There has never been anyone in the history of humanity like Jesus, except Jesus of Nazareth, followed by believers. If we believe Jesus is not equal to God the Father, it does not belittling Jesus. Jesus indeed became fully human (Hebrews 2:14-17 For this reason he had to be made like them, fully human in every way, in order that he might become a merciful and faithful high priest in service to God, and that he might make atonement for the sins of the people), capable of sinning, but He did not sin. Jesus obeyed to the point of death, even death on a cross, and that was no pretense. Through Jesus' obedience, we-whether Manadonese, Ambonese, Javanese, Chinese, Bataknese, or any other ethnicity-can call God "Father." If Jesus had not died on the cross, we would never have become the chosen people. We would have no opportunity to draw near to God. So, because of Jesus, we become a people who can call God "Father," become a people who worship Him.

We are justified by Jesus, who became fully human and obeyed to the point of death so that He could serve as an example for us. And now, Jesus sits at the right hand of God the Father, meaning He has received all authority. Remember Joseph, who saved all of Egypt? Without Joseph, Egypt would not exist today. Everyone would have perished. Seven years without rain-everything died. The name Joseph holds a similar meaning, יָשַׁע (Yasa in Hebrew), Joshua, Savior. Pharaoh said, “I am Pharaoh, the supreme ruler, but no one may lift a hand or foot without Joseph’s knowledge.” Then Joseph was carried in Pharaoh’s chariot to be honored. No one in Egypt was allowed to act without Joseph's permission or knowledge.

Likewise, no one is greater than Jesus, and no one should hold authority except Him. Jesus will inherit the Kingdom of Heaven and will share this inheritance with us-if we suffer together with Him and become like Him (Romans 8:17 Now if we are children, then we are heirs-heirs of God and co-heirs with Christ, if indeed we share in his sufferings in order that we may also share in his glory). Therefore, our praise and worship will please God when those who sing strive to become more like Jesus. Though we are not perfect, we must pursue greater perfection. Let us strive to live holy lives, speaking no wrong words and committing no wrong actions. By truly living in holiness and purity, we glorify and honor God with our actions and behavior. The holier our lives, the more we glorify and appreciate God, and the more He is pleased.

The quality of our praise and worship will rise and be increasingly pleasing to God only if we become like Jesus-completely blameless and without fault, not harming or hurting anyone, full of kindness, generosity, and gentleness. Later the Holy Spirit will lead, because each of us has a different personality. Yet, we will certainly be beautiful in the eyes of God and be a blessing to those around us. Let us prepare ourselves to be heavenly nobles since on earth, so that we are worthy to enter the family of the Kingdom of Heaven. This is not a dream, fairy tale, or fantasy.

We must leave the "Egypt" of the world and journey toward the heavenly Canaan. Starting today, we have to show that attitude of packing up, until people will wonder in their hearts, “What has happened in your life? What's really going on?" In this way, we become a testimony to them. Leave sin behind; do not sin any longer. Let our greatest ambition be to become people who are worthy before God, to please the Father, to be the Father's favorite child. And our days are about doing God's will and fulfilling God's plan. These sentences are abstract, but once we truly embrace them, we can definitely definitely fulfill them. How glorious it is to be children of Yahweh who one day inherit the Kingdom of Heaven.

BECAUSE OF JESUS, WE BECOME A PEOPLE WHO CAN CALL GOD "FATHER," BECOME A PEOPLE WHO WORSHIP HIM.

Card image
UMAT YANG MENYEMBAH - 26 November 2024
2024-11-26 13:01:57


  Bagaimana kita berusaha sungguh-sungguh menyenangkan Bapa di surga atau Elohim Yahweh? Melalui pujian penyembahan seperti yang sering kita lakukan. Ya, tetapi pujian penyembahan kita menjadi tidak ada artinya kalau kita tidak hidup dalam kesucian. Percuma. Hidup kita harus menjadi seperti Yesus atau serupa dengan Yesus. Dan itu tidak pernah ada dalam sejarah kehidupan. Yesus menjadi yang sulung yang benar-benar menyenangkan hati Bapa; "Ini Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan." Dia menjadi yang sulung, artinya setelah Yesus juga kemudian dihadirkan anak-anak Allah yang juga seperti Dia.  

Tidak ada dalam sejarah kehidupan ada manusia seperti Yesus kecuali Yesus dari Nazaret, dan kemudian diikuti oleh orang percaya. Kalau kita meyakini Yesus tidak sejajar dengan Allah Bapa, itu bukan merendahkan Yesus. Yesus memang sepenuhnya menjadi manusia yang bisa berbuat salah, tapi Ia tidak berbuat salah. Yesus taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib, dan itu bukan sandiwara. Oleh ketaatan Yesus, kita ini—orang Manado, orang Ambon, orang Jawa, orang Tionghoa, orang Batak dan semua suku lainnya—boleh memanggil Allah dengan panggilan, Bapa. Kalau Yesus tidak mati di kayu salib, kita tidak pernah menjadi umat pilihan. Kita tidak mendapat kesempatan untuk menghampiri Allah. Jadi karena Yesus, maka kita menjadi umat yang bisa memanggil Allah itu Bapa, menjadi umat yang menyembah Dia.  

Kita dibenarkan oleh Yesus yang menjadi manusia sepenuhnya dan taat sampai mati agar bisa menjadi contoh teladan bagi kita. Dan sekarang Yesus duduk di sebelah kanan Allah Bapa, artinya menerima segala pemerintahan. Ingat, Yusuf yang menyelamatkan seluruh Mesir? Kalau tidak ada Yusuf, hari ini tidak ada Mesir. Semua punah. Tujuh tahun tidak ada hujan, mati semua. Yusuf artinya sama, יָשַׁע (Ibr. Yasa), Yosua, penyelamat. Firaun berkata, "Aku Firaun, kaisar tertinggi, tapi tidak boleh ada seorang pun yang bergerak di luar sepengetahuan Yusuf." Lalu Yusuf dinaikkan kereta Firaun untuk dimuliakan. Tidak ada seorang pun yang boleh bergerak di Mesir di luar izin dan sepengetahuan Yusuf.  

Sama, tidak ada yang lebih besar dari Yesus. Dan tidak boleh seorang pun bisa berkuasa selain Yesus. Yesus akan mewarisi Kerajaan Surga, mewarisi bersama-sama dengan kita, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia dan jika kita serupa dengan Yesus. Jadi, pujian penyembahan kita akan menyenangkan hati Allah kalau yang menyanyi makin serupa dengan Yesus. Ya, kita semua belum sempurna, tapi kita harus makin sempurna. Mari kita berjuang untuk hidup kudus; tidak ada perkataan yang salah, tidak ada tindakan yang keliru. Kita benar-benar hidup di dalam kekudusan dan kesucian. Semakin kita hidup kudus, semakin kita memuliakan dan menghargai Allah dengan seluruh tindakan dan perilaku kita, semakin Allah disenangkan.  

Dan kualitas pujian penyembahan kita makin tinggi, makin berkenan, hanya jika kita serupa dengan Yesus, benar-benar tak bercacat, tak bercela, tidak melukai orang, tidak menyakiti siapa pun, suka menolong, murah hati, lemah lembut. Nanti Roh Kudus akan pimpin, karena masing-masing kita punya _personality,_ kepribadian yang berbeda-beda. Tapi, kita pasti akan menjadi indah di mata Allah dan menjadi berkat bagi orang di sekitar kita. Kita persiapkan diri untuk menjadi bangsawan surga sejak di bumi, agar kita layak masuk ke dalam keluarga Kerajaan Surga. Itu bukan mimpi, bukan dongeng, bukan fantasi.

  Kita harus meninggalkan Mesir dunia, kita menuju Kanaan surgawi. Sejak hari ini, kita harus menunjukkan sikap berkemas-kemas itu, sampai orang dalam hati akan bertanya, "Apa yang terjadi dalam hidupmu? Ada apa sebenarnya?" Kita akan menjadi kesaksian bagi mereka. Tinggalkan dosa, jangan berbuat dosa lagi. Biarlah cita-cita kita hanya menjadi manusia yang layak di hadapan Allah, menyenangkan hati Bapa, menjadi anak kesukaan Bapa. Dan hari-hari kita adalah melakukan kehendak Allah dan memenuhi rencana Allah. Kalimat-kalimat ini abstrak, tapi kalau kita sudah menghayati, kita pasti bisa memenuhinya. Dan betapa hebatnya kehidupan menjadi anak-anak Yahweh yang suatu hari mewarisi Kerajaan Surga.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono  

KARENA YESUS, MAKA KITA MENJADI UMAT YANG BISA MEMANGGIL ALLAH ITU BAPA, MENJADI UMAT YANG MENYEMBAH DIA.  

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 November 2024
2024-11-26 12:43:00

1 Tesalonika 1-5

Card image
Truth Kids 25 November 2024 - HATI YANG BARU
2024-11-25 18:29:49


Yehezkiel 36:26
”Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.”

Tuhan memberikan kita panca indra, salah satunya adalah kulit untuk merasakan tekstur kasar atau halus. Saat menggunakan kulit untuk merasakan suatu benda, mana yang kalian suka? Apakah kalian lebih suka merasakan permukaan benda yang lembut atau kasar? Rasanya anak-anak lebih suka merasakan benda yang lembut. Contohnya lebih suka mengelus-ngelus boneka yang halus daripada mengelus batu bata yang kasar.

Begitu juga seharusnya dengan hidup kita, Sobat Kids. Seharusnya kita lebih suka jika perbuatan dan perkataan kita lemah lembut. Oleh karena itu, Isi hati kita dengan sikap lemah lembut. Begitu juga dengan perkataan kita, Sobat Kids. Jaga hati kita tetap lembut. Caranya dengan dengar-dengaran terhadap firman Tuhan dan nasihat orang tua. Tuhan akan membentuk hati kita menjadi lemah lembut jika kita mau taat kepada-Nya.

Card image
Truth Junior 25 November 2024 - LIVER
2024-11-25 18:28:30


Yehezkiel 36:26
”Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.”

Hati atau disebut juga liver merupakan organ terbesar yang dimiliki manusia. Hati terletak di bawah rusuk, di bagian kanan atas perut. Fungsi hati sangatlah penting bagi kelangsungan hidup manusia. Salah satu fungsinya adalah menetralisir racun dan melawan infeksi (kemasukan bibit penyakit). Hal unik tentang organ hati atau liver ini adalah tiga perempat bagian dari liver dapat diambil dan sisanya dapat tumbuh kembali ke ukuran dan bentuk normal dalam periode waktu tertentu. Wah… keren, ya, Tuhan kita! Ia menciptakan tubuh kita dengan ajaib.

Sobat Junior, hari ini kita diingatkan untuk menjauhkan diri dari hati yang keras; hati yang tidak mau dengar-dengaran dan taat kepada Tuhan. Saat kita tidak mau dengar-dengaran kepada firman Tuhan, itu sama saja kita sedang mengeraskan hati kita. Saat keras hati, kita tidak dapat melawan “infeksi dosa.”

Kita perlu menjaga hati kita tetap lembut sehingga kita dapat menyaring “racun dosa” yang masuk ke dalam hati. Akui setiap kesalahan kita, maka Tuhan akan memberikan hati dan roh yang baru dalam hidup kita sehingga kita memiliki hati yang taat kepada Tuhan. Yuk, kita jaga hati kita tetap lembut dan terbuka terhadap bimbingan Tuhan.

Card image
Truth Youth 25 November 2024 (English Version) - RECOGNIZE THE 'DANGER ALARMS' WITHIN YOURSELF
2024-11-25 18:26:56


"The heart is deceitful above all things, and desperately wicked; who can know it?" (Jeremiah 17:9)

Have you ever felt suddenly angry or upset with someone for no clear reason? Or maybe you find yourself doing something you know is wrong, yet it feels so hard to stop? It turns out, within us, there are many "danger alarms" that can trigger negative behavior. If we don’t recognize and become aware of these alarms, we might end up trapped in the same cycle of mistakes.

Jeremiah 17:9 reminds us, "The heart is deceitful above all things, and desperately wicked; who can know it?" This verse highlights that our own hearts can be our worst enemies. Without realizing it, our hearts can whisper many harmful things, such as jealousy, anger, or pride. Therefore, it is crucial to recognize what is inside us—what triggers us to do wrong or think negatively.

The first step is to be aware of the situations or conditions that might provoke us to do wrong. For example, perhaps we become easily emotional when we’re tired or sleep-deprived. Or we might feel envious when we see a friend’s success. By identifying these "danger alarms," we learn when to be vigilant and prepared to face them.

Each time we recognize and control our emotions or negative impulses, it is an act of worship to God. We submit our lives into His hands, asking Him to help us become better. We show that we love God not just in worship, but also in our daily lives.

So, let’s start to know ourselves better. Discover what often triggers our negative behaviors, and learn to control them. In doing so, we can give the best of our lives as a “present” to God. Show that we are ready to change and grow, reflecting His love and truth each day.

WHAT TO DO:
1. Be brave in analyzing your personality and how well you know yourself.
2. Change must start from the attitude of being willing to change.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Romans 1-3

Card image
Truth Youth 25 November 2024 - KENALI ‘ALARM BAHAYA’ DALAM DIRI SENDIRI
2024-11-25 18:24:41


”Betapa liciknya hati, lebih licik dari segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?” (Yeremia 17:9)

Pernah ngerasa nggak, tiba-tiba aja kita marah atau kesel sama seseorang tanpa alasan yang jelas? Atau mungkin kita jadi ngelakuin sesuatu yang kita tahu salah, tapi kok rasanya susah banget buat berhenti? Ternyata, di dalam diri kita ada banyak “alarm bahaya” yang bisa memicu perilaku negatif. Kalau kita nggak kenal dan sadari alarm-alarm ini, bisa-bisa kita terus terjebak dalam siklus kesalahan yang sama.

Yeremia 17:9 berkata, “Betapa liciknya hati, lebih licik dari segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?” Ayat ini mengingatkan kita bahwa hati kita sendiri bisa menjadi musuh dalam selimut. Tanpa kita sadari, hati kita bisa membisikkan banyak hal yang nggak baik, seperti rasa iri, marah, atau kesombongan. Makanya, penting banget untuk mengenali apa yang ada di dalam diri kita—apa yang memicu kita untuk berbuat salah atau berpikir negatif.

Langkah pertama adalah menyadari apa saja situasi atau kondisi yang bisa membuat kita terpancing melakukan hal yang nggak baik. Misalnya, mungkin kita jadi gampang emosi kalau lagi capek atau kurang tidur. Atau, kita jadi gampang iri saat melihat teman lebih sukses. Dengan mengenali “alarm bahaya” ini, kita jadi tahu kapan harus waspada dan siap untuk menghadapinya.

Setiap kali kita mengenali dan mengendalikan emosi atau dorongan negatif, itu adalah bentuk penyembahan kepada Tuhan. Kita menyerahkan hidup kita ke tangan-Nya, meminta Dia untuk menolong kita berubah menjadi lebih baik. Kita tunjukkan bahwa kita mengasihi Tuhan bukan hanya dalam ibadah, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari kita.

Jadi, yuk mulai mengenali diri sendiri lebih dalam. Cari tahu apa yang sering jadi pemicu perilaku negatif kita, dan belajar untuk mengendalikannya. Dengan begitu, kita bisa memberikan yang terbaik dari hidup kita sebagai “present” untuk Tuhan. Tunjukkan bahwa kita siap untuk berubah dan bertumbuh, menjadi pribadi yang lebih mencerminkan kasih dan kebenaran-Nya setiap hari.

WHAT TO DO:
1.Berani menganalisi kepribadian kita dan sejauh mana kita mengenal diri kita
2.Perubahan harus diambil dari sikap yang berani untuk berubah

BIBLE MARATHON:
▪︎ Roma 1-3

Card image
Renungan Pagi - 25 November 2024
2024-11-25 12:35:00


Menyerah dan putus asa adalah jalan orang bodoh, karena itu janganlah menyerah dan putus asa, selama masih punya semangat dan tetap percaya pada Tuhan, maka akan melihat kemenangan dan mukjizat terjadi dalam hidup kita, pada waktunya. "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka IA akan meluruskan jalanmu."

Jika kita sedang mengalami masalah, apapun itu, tetaplah bersemangat untuk mengubah keadaan, jangan ucapkan hal-hal yang negatif, stop berkata "percuma" kita harus biasakan berkata "Saya percaya", putus asa, kecewa dan menyerah itu adalah mental seorang budak, tetapi cara hidup anak-anak Tuhan adalah harus tetap bersemangat, tetap percaya, maka Tuhan akan meluruskan jalan sehingga selalu ada pertolongan tersedia bagi kita.
(Amsal 3:5-6)

Card image
Quote Of The Day - 25 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-25 12:33:34


Pengalaman hidup, kejadian demi kejadian, akan membuka mata pengertian kita untuk menemukan betapa berharganya Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 25 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-25 12:31:16


Ketika kita merasa layak di hadapan Allah dengan nilai-nilai lebih di mata manusia, sejatinya kita meremehkan Allah seakan-akan Allah bisa dibayar dengan kelebihan yang tak ada nilainya di mata-Nya.

Card image
UNDERSTANDING YOURSELF CORRECTLY - 25 November 2024 (English Version)
2024-11-25 12:29:39


Psalm 139:23-24
"Search me, O God, and know my heart; test me and know my thoughts. See if there is any offensive way in me, and lead me in the way everlasting."

The Bible shows us that we need enlightenment from God Himself to understand ourselves correctly. We will never know ourselves correctly if we do not ask for God's enlightenment. Only people who truly respect God, love God, and genuinely desire to please God's heart will seek to be clean in His eyes, ensuring nothing disturbs His feelings. When the Bible says in Romans 8:28, "God works in all things for the good of those who love Him," it means that God will open a person's mind to understand themselves if they honor Him, love Him, and seek to please His heart.

God will create life events that make us recognize the virus of evil and cunning that is within us. Those who love God will receive this gift. And if we truly love God, we will not offer Him only a portion of our lives, because the standard for receiving God's transformative work is total surrender. We must give ourselves completely so that God can work on us fully without interruption. If we do not surrender fully, the process may still occur, but it will not progress ideally. This is why in Luke 14:33, the Word of God states, "Anyone who does not give up everything they have cannot be My disciple." That is, it cannot be changed. The process of change uses life events. Like Abraham, Joseph and David certainly went through a process. However, our maturity must be perfect like the Father and similar to Jesus. How much higher the standard we will achieve than Abraham, Joseph, and David.

These individuals were beloved friends of God who lived solely to fulfill God's plan. Abraham had to pass the test as the "father of faith," so his life could serve as a model for believers in the future, including for us today. God wants to cultivate our hearts so that we have clean hearts, and this can only happen or take place in the school of the Holy Spirit. Therefore, we must not defile our bodies with fornication, with sin. Since our bodies are the temple of God, they must be clean so that God can dwell within us comfortably. Only the Holy Spirit can cleanse us. How does God cleanse us? By calling us to meet Him, love Him, and please Him. God will reveal our sins, but it is our responsibility to uproot them. This is where the process of self-denial takes place."

This cannot be done as a sideline. This must be a wholehearted activity. Because in fact, nothing in our life's activities is interesting except striving to become clean. We want to be as clean as possible, because we are the temple of God. Our conscience must be clean, and that process takes place every day. There is always God's voice behind every event in life. It is a shame if we are not serious about God. He is alive, He is real. Do not act as if He does not exist and is weak because we are not serious about dealing with Him. Make a new history in our lives, be serious with God. Cleanse yourself from all impurities, poor character, bad habits, and low mental attitudes so that we are worthy to be the temple of God.

We will prove in the days ahead that Yahweh, whom we worship-Elohim Yahweh-is real. There is no need for theological debates; simply prove that God is alive and true, that He is real. One day, when we stand before God's judgment, we will be allowed to enter the Father's house. Trust that we will be continually protected because we are the apple of His eye. Do not worry about anything, for the Lord is with us. Always remember what the Bible says: when David was in distress, he strengthened his trust in God. Let us not harbor suspicion toward Him but live a clean life. Let the room in our hearts be filled with God, leaving no space for sin or impurity. Indeed, there are times when God places us in situations where the doors seem closed and the path forward unclear. But God reminds us today of one thing: when He opens a door, no one can close it; and when He closes a door, no one can open it.

God desires our lives to be clean because He cannot deny Himself. If our lives are not clean, we cannot receive His blessings. How deep is God the Father's love for the nation of Israel, and yet He could not bless them when they were stubborn, hard-hearted, and disobedient. Live a clean life and experience the living, real God. Do not merely dwell in the fantasies of your mind, for God is not a fantasy. What is written in the Bible must be lived out in our daily lives. The drama of human lives walking with God, whose footprints are recorded in the Bible, must come alive in us.

WE WILL NEVER KNOW OURSELVES CORRECTLY IF WE DO NOT ASK FOR GOD'S ENLIGHTENMENT.

Card image
MENGENALI DIRI DENGAN BENAR - 25 November 2024
2024-11-25 12:27:18


  Mazmur 139:23-24 "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal."

Alkitab menunjukkan kepada kita bahwa kita membutuhkan pencerahan dari Allah sendiri agar kita dapat mengenali diri kita dengan benar. Kita tidak akan pernah mengenali diri kita secara benar kalau kita tidak minta pencerahan dari Allah. Hanya orang-orang yang sungguh-sungguh menghormati Allah, mengasihi Allah, dan sungguh-sungguh mau menyenangkan hati-Nya yang ingin berkeadaan bersih di mata Allah, agar tidak ada sesuatu yang mengganggu perasaan-Nya. Kalau Alkitab berkata di Roma 8:28, "Allah bekerja dalam segala hal mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia," artinya Tuhan akan membuka pikiran seseorang untuk mengenali dirinya sendiri, jika ia memang menghormati Allah, mengasihi Allah dan mau menyenangkan hati-Nya.  

Tuhan akan membuat peristiwa-peristiwa kehidupan yang membuat kita mengenali virus kejahatan dan kelicikan yang ada di dalam diri kita. Mereka yang mengasihi Allah akan mendapat anugerah ini. Dan kalau kita mengasihi Allah, kita tidak memberikan sebagian hidup kita, sebab standar untuk mendapat penggarapan Allah adalah kita harus menyerahkan diri sepenuhnya supaya Allah dapat menggarap kita sepenuhnya tanpa gangguan. Jadi, kalau tidak sepenuhnya, bisa saja proses itu terjadi, tetapi tidak akan berlangsung secara ideal. Itulah sebabnya di dalam Lukas 14:33, firman Tuhan mengatakan, "Barangsiapa tidak menyerahkan seluruh miliknya, ia tak dapat menjadi murid-Ku." Artinya, tidak bisa diubah. Proses perubahan tersebut menggunakan peristiwa-peristiwa hidup. Seperti Abraham, Yusuf dan juga Daud yang pasti mengalami proses. Tetapi, kematangan kita harus sempurna seperti Bapa dan serupa dengan Yesus. Betapa jauh standar yang kita akan capai lebih dari Abraham, Yusuf, dan Daud.  

Mereka adalah orang-orang yang menjadi kekasih atau sahabat Allah yang hidup hanya untuk memenuhi rencana Allah. Abraham harus lulus sebagai “bapa orang percaya,” supaya kehidupannya menjadi teladan orang percaya di kemudian hari, termasuk untuk kita hari ini. Tuhan mau mengolah batin kita agar kita punya hati yang bersih, dan itu hanya bisa terjadi atau berlangsung di sekolah Roh Kudus. Maka, jangan kotori tubuh kita dengan percabulan, dengan dosa. Sebab tubuh kita menjadi bait Allah supaya Allah nyaman di situ, harus bersih. Dan yang bisa membersihkan adalah Roh Kudus. Jadi, Tuhan mau membersihkan kita. Caranya? Kita harus bertemu Tuhan, mengasihi Dia, menyenangkan Tuhan. Tuhan akan tunjukkan dosa kita, tapi kita yang harus mencabut dosa itu. Maka, proses menyangkal diri berlangsung di situ.  

Ini tidak bisa dibuat sambilan. Ini harus menjadi aktivitas segenap hati. Sebab sesungguhnya, aktivitas hidup kita tidak ada yang menarik kecuali bagaimana kita bersih. Kita mau menjadi sebersih-bersihnya, karena menjadi bait Allah. Nurani kita harus bersih, dan proses itu berlangsung setiap hari. Selalu ada suara Tuhan di balik setiap peristiwa hidup. Sangat disayangkan kalau kita tidak serius dengan Allah. Dia hidup, Dia nyata. Jangan menjadi seakan-akan Dia tidak ada dan lemah karena kita yang tidak serius berurusan dengan Dia. Buatlah sejarah baru dalam hidup kita, serius dengan Tuhan. Bersihkan diri dari semua kenajisan, karakter, watak, mental yang buruk, yang rendah, agar kita layak menjadi bait Allah.

  Kita akan buktikan hari-hari ke depan bahwa Yahweh yang kita sembah, Elohim Yahweh adalah nyata. Kita tidak usah debat-debat teologis, buktikan Allah itu hidup dan benar, Dia nyata. Dan suatu hari kita ada di pengadilan Tuhan, kita diperkenan masuk rumah Bapa. Percayalah, kita akan dilindungi terus karena kita adalah biji mata Allah. Jangan khawatir atas apa pun, karena Tuhan menyertai kita. Selalu ingat apa yang ditulis Alkitab, ketika Daud dalam kesesakan, dia menguatkan percayanya kepada Allah. Jangan kita menaruh curiga terhadap-Nya, tetapi hiduplah dalam kehidupan yang bersih. Ruangan hati kita biar diisi oleh Allah, tidak ada dosa dan kenajisan di situ. Memang Tuhan sering membuat kita seperti ada di tempat di mana pintu tertutup dan tidak jelas ke depan. Tapi Tuhan ingatkan satu hal hari ini, kalau Dia membuka, maka tidak ada yang bisa menutup. Dan kalau Dia menutup, tidak ada yang bisa membuka.  

Tuhan mau hidup kita bersih, karena Tuhan tidak bisa menyangkali diri-Nya. Kalau hidup kita tidak bersih, maka kita tidak bisa diberkati. Betapa sayangnya Allah Bapa kepada bangsa Israel, tetapi Allah tidak bisa memberkati bangsa itu kalau mereka tegar tengkuk, keras kepala, dan tidak dengar-dengaran. Hiduplah bersih dan alami Allah yang hidup dan nyata. Jangan hanya di dalam fantasi pikiran, sebab Allah bukan fantasi. Apa yang Alkitab tulis harus dihidupkan di dalam hidup kita. Drama kehidupan anak-anak manusia yang berjalan dengan Allah, yang jejaknya ditulis dalam Alkitab, harus kita hidupkan dalam hidup kita.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono  

KITA TIDAK AKAN PERNAH MENGENALI DIRI KITA SECARA BENAR KALAU KITA TIDAK MINTA PENCERAHAN DARI ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 November 2024
2024-11-25 12:24:51

Kisah Para Rasul 17

Card image
Truth Junior 24 November 2024 - PERKATAAN YANG BAIK
2024-11-25 05:27:10


Efesus 4:29
”Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.”

Sejak adanya pandemi COVID-19, penggunaan smartphone meningkat, bahkan di kalangan anak-anak. Puji Tuhan, lockdown karena COVID-19 sudah ditiadakan. Kita sudah bebas keluar rumah tanpa menggunakan masker. Sayangnya, anak-anak masih banyak yang tergantung dengan smartphone. Bahkan sampai ada yang kecanduan games online. Setiap hari kalau belum bermain games online, rasanya ada yang kurang. Ada juga yang merasa ketinggalan informasi jika tidak membuka sosial media; serasa tidak tahu kejadian-kejadian yang sedang viral di sosmed.

Dengan adanya internet, kita bisa terhubung dengan berbagai orang dari berbagai bagian dunia ini. Sisi negatifnya adalah kebiasaan yang anak-anak dunia lakukan bisa mempengaruhi kita. Ayo… siapa di antara kalian yang mengikuti gaya bicara anak dunia? Misalnya merasa wajar-wajar saja memanggil teman dengan nama-nama binatang. Atau mengucapkan kata-kata kotor, kasar, dan tidak sopan, tetapi tidak merasa salah, justru merasa itu adalah hal yang cool untuk dilakukan. Wah... hati-hati dengan pemikiran yang seperti itu, ya, Sobat Junior. Standar hidup anak Tuhan berbeda dengan gaya hidup anak dunia.

Kalian seharusnya menjadi contoh dan teladan untuk bersikap sebagai anak-anak Allah. Tidak perlu mengikuti perbuatan atau perkataan anak-anak dunia. Sayangnya, ada yang merasa keren dan gaul jika menggunakan kata-kata yang kasar dan memanggil teman dengan julukan tertentu. Hari ini kita belajar untuk melakukan firman Tuhan yang tertulis dalam Efesus 4:29. Jangan sampai ada perkataan kotor yang kita ucapkan. Seharusnya, kita mengucapkan perkataan yang baik untuk membangun teman-teman kita.

Card image
Truth Youth 24 November 2024 (English Version) - E A LIGHT IN DARK PLACES
2024-11-25 05:22:56


"You are the light of the world. A city that is set on a hill cannot be hidden. Nor do they light a lamp and put it under a basket, but on a lampstand, and it gives light to all who are in the house. Let your light so shine before men, that they may see your good works and glorify your Father in heaven." (Matthew 5:14-16)

Imagine you're walking around a city at night when suddenly the power goes out completely. It's dark, you can't see anything, and you can only feel your way around to avoid bumping into things. But then, there’s one house with its lights on brightly. Instantly, that house becomes the center of attention, right? Everyone in the darkness will surely look for their way toward it. In this life, we can all be like that shining house—a light in the midst of darkness.

Matthew 5:14-16 teaches us that "You are the light of the world. A city that is set on a hill cannot be hidden." This verse reminds us that our lives should shine as a light, guiding others.

Building strong moral and ethical principles means having a clear standard of what is right and wrong, based on God's teachings. It's not just for ourselves, but also to be an example for others. For example, in school or at work, we can demonstrate integrity by not cheating, being honest, and doing good even when no one is watching. Or, in our friendships, we can show love and loyalty even when faced with gossip or unpleasant drama.

By being a light, we not only help ourselves stay on the right path, but we also inspire others to do the same. Every good deed we perform, every principle-based decision we make, is the best "present" we can offer to God. So, let’s be a light in dark places, build strong moral and ethical principles, and prove that we are children of God who dare to be different to glorify His name!

WHAT TO DO:

1. Build your life on the truth of God’s Word.
2. Be a light by guarding your words and behavior towards others.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Acts 27-28

Card image
Truth Youth 24 November 2024 - JADI CAHAYA DI TEMPAT YANG GELAP
2024-11-25 05:19:11


”Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga.” (Matius 5:14-16)

Bayangkan kamu lagi jalan-jalan malam di kota yang tiba-tiba listriknya padam total. Gelap, nggak ada yang bisa dilihat, dan kamu cuma bisa meraba-raba supaya nggak nabrak apa-apa. Tapi tiba-tiba, ada satu rumah dengan lampu menyala terang. Otomatis, rumah itu langsung jadi pusat perhatian, _kan_? Semua orang yang ada di kegelapan pasti akan mencari arah ke situ. Dalam kehidupan ini, kita semua bisa jadi seperti rumah yang bercahaya itu— terang di tengah kegelapan.

Matius 5:14-16 bilang, “Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga.” Ayat ini ngajarin kita kalau hidup kita harus jadi terang, jadi penunjuk jalan buat orang lain.

Membangun prinsip moral dan etika yang kuat berarti kita punya standar yang jelas tentang apa yang benar dan salah, berdasarkan ajaran Tuhan. Bukan cuma buat diri kita sendiri, tapi juga buat jadi contoh buat orang lain. Misalnya, di sekolah atau tempat kerja, kita bisa menunjukkan integritas dengan nggak mencontek, jujur, dan berbuat baik meski orang lain nggak lihat. Atau di lingkup pertemanan, kita tetap menunjukkan kasih dan kesetiaan meski terkadang ada gosip atau drama yang nggak menyenangkan.

Dengan jadi terang, kita nggak cuma bantu diri kita buat tetap berada di jalan yang benar, tapi juga menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Setiap tindakan baik yang kita lakukan, setiap keputusan berdasarkan prinsip yang kita buat, adalah “present” terbaik yang bisa kita persembahkan buat Tuhan. Yuk, jadilah terang di tempat yang gelap, bangun prinsip moral dan etika yang kuat, dan buktikan bahwa kita adalah anak-anak Tuhan yang berani beda untuk memuliakan nama-Nya!

WHAT TO DO:
1.Membangun hidup dengan kebenaran firman Tuhan
2.Menjadi terang dengan menjaga perkataan dan perilaku kita terhadap orang lain

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kisah Para Rasul 27-28

Card image
Renungan Pagi - 24 November 2024
2024-11-25 05:15:26


Melayani pekerjaan Tuhan sebenarnya suatu kehormatan yang diberikan Tuhan kepada kita, namun sayang banyak orang menolak untuk melayani Dia dengan berbagai alasan. Disisi lain banyak juga orang yang melayani pekerjaan Tuhan dengan motivasi tertentu, ada yang motivasinya ingin mendapat pujian, pengakuan dan ada juga yang ingin mendapatkan uang dan kekayaan.

Tidak sedikit juga hamba-hamba Tuhan yang terkenal, justru inginnya dilayani dengan segala fasilitas yang "Wah", mereka sepertinya sudah lupa bahwa dirinya seorang "Hamba" yang sudah seharusnya melayani, bukan dilayani. Tuhan Yesus sudah memberikan teladan itu, ketika DIA datang ke dunia bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani". "Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
(Markus 10:45)

Card image
Quote Of The Day - 24 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-25 05:12:36


Salah satu yang membuat kita tetap kokoh adalah jika kita hidup dalam doa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 24 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-25 05:11:26


Tuhan mau hidup kita bersih, karena Tuhan tidak bisa menyangkali diri-Nya. Kalau hidup kita tidak bersih, maka kita tidak bisa diberkati.

Card image
THE PERMANENT RHYTHM OF LIFE - 124 November 2024 (English Version)
2024-11-25 05:09:12


God helps us in our problems to introduce Himself that He is good, unless we are not aware that it is God's goodness. If it were not God who helped us, if it were not God who defended us, if it were not God who took care of us, our situation would not be like today. God introduces Himself that He loves us. But God's goodness does not stop until we can experience the fulfillment of physical needs and escape from the problems of fulfilling physical needs. God wants to bring us to a place where there is no war, no sorrow, no death, no crisis, no sickness, no suffering. Therefore, we must be the wheat that is harvested. And Jesus said, "Bring it into My barn." Unless we do not want to be harvested by God, then we will be harvested by the power of darkness and put into His barn; where His barn is eternal fire.

Let's seriously question, are we wheat or weeds? Can our lives be enjoyed by God? If it is wheat, it means that we can be enjoyed by God. And that every second, every minute, every hour we must pay attention to. Until we have a permanent dynamic rhythm of how to have a life that can be enjoyed by God. May we always have a longing to want to please His heart. Every word, attitude, deed and thought we please God. When we have to share our lives for others, then we crush our flesh, we break our ego, then we do what we don't really like because our ego is disturbed, but we choose to please God.

Choosing to please God must become a permanent dynamic rhythm of life. And it is not automatic, we must fight for it. Every second, minute, hour, habits of our lives that God does not approve of, do not do them. When God wants us to share our lives for others, even though it is not pleasant, then we must continue to do it until it becomes pleasant, then we can smell the fragrance of God. God is pleased with what we do. One day we will meet God, how proud God is to see us who live to do the will of the Father, so that He will say, “This is My beloved Son, in whom I am well pleased.”

Becoming wine poured out and broken bread will not make us poor, we will not be humiliated. Give in when people are hostile to us, be silent when we are hurt by people, repay evil with good; God enjoys that. Children, love your parents. Even if your parents are poor, can't fulfill your needs, not satisfying your life, love your parents, respect them even though they seem unworthy of respect because they are ignorant, poor, or constantly in the wrong, but you must respect them for the sake of God. The Holy Spirit will help you to respect your parents. Parents, be a role model for your children, so that you can inherit the fear of God and the presence of God in their lives. That is the provision. Each of us can be wheat. We change ourselves from weeds to wheat.

And each of us must realize that eternity is more valuable than anything we have in this world. Going through suffering while living on earth, it doesn't matter. Our disappointments will be replaced with eternal joy. Don't remember the betrayal of those who have betrayed our lives. Forget it. Now, consider seriously, ask the Holy Spirit for guidance, are we wheat or weeds. And not infrequently God allows such deep bitterness to change us into wheat. Because if we are still in pleasure, we will continue to be weeds. God wants to shift our lives from being weeds to wheat. Don't regret what happened. Be faithful! Come on, let's just seek God. God will restore our lives. Suffering can make us shift from being weeds to being wheat.

The Holy Spirit will help and guide our lives. If we are serious about this, it means that we are really serious about honoring God. And if we are really successful in questioning our own eternity, surely we will also question the eternity of others. People who do not care about the salvation of others, because they also do not care about their own salvation. If the Bible says, "Love your neighbor as you love yourself," then the way we love ourselves will be the same as we love others. Our standard in loving ourselves is the same standard we apply to loving others.

If our standard in loving ourselves is how we bring ourselves to eternity, then we will also question how others are brought to eternity. There are not many people who truly love and honor God. Yet in this world, God preserves a remnant of those who love and honor Him. We are part of that remnant. We are not just Sunday Christians, but Christians all the time, and that is our eternal provision.

CHOOSING TO PLEASE GOD MUST BECOME A PERMANENT DYNAMIC OF THE RHYTHM OF LIFE.

Card image
IRAMA HIDUP PERMANEN -24 November 2024
2024-11-25 05:06:25


Tuhan menolong kita dalam masalah-masalah kita untuk memperkenalkan diri-Nya bahwa Dia baik, kecuali kita tidak sadar bahwa itu adalah kebaikan Tuhan. Jikalau bukan Tuhan yang menolong kita, jikalau bukan Tuhan yang membela kita, jikalau bukan Tuhan yang memelihara kita, keadaan kita tidak seperti hari ini. Tuhan memperkenalkan diri-Nya bahwa Dia mengasihi kita. Tapi kebaikan Tuhan tidak berhenti sampai kita dapat mengalami pemenuhan kebutuhan jasmani dan lolos dari masalah-masalah pemenuhan kebutuhan jasmani. Allah ingin membawa kita ke tempat di mana tidak ada perang, tidak ada dukacita, tidak ada kematian, tidak ada krisis, tidak ada sakit-penyakit, tidak ada penderitaan. Karenanya, kita harus menjadi gandum yang dituai. Dan Yesus katakan, “Bawa masuk ke lumbung-Ku.” Kecuali kita tidak mau dituai oleh Tuhan, maka kita akan dituai oleh kuasa kegelapan dan dimasukkan ke dalam lumbungnya; di mana lumbungnya adalah api kekal.  

Mari dengan serius kita perkarakan, apakah kita ini gandum atau ilalang? Apakah hidup kita bisa dinikmati Tuhan? Kalau gandum berarti kita bisa dinikmati Tuhan. Dan itu setiap detiknya, setiap menitnya, setiap jamnya harus kita perhatikan. Sampai kita memiliki irama dinamika permanen bagaimana memiliki hidup yang bisa dinikmati oleh Tuhan. Kiranya kita selalu memiliki kerinduan untuk ingin menyenangkan hati-Nya. Setiap tutur kata, sikap, perbuatan dan pikiran kita menyenangkan Tuhan. Ketika kita harus membagi hidup untuk orang lain, maka kita meremukkan kedagingan kita, kita patahkan ego kita, lalu kita melakukan apa yang sebenarnya tidak kita sukai karena ego kita terganggu, tetapi kita memilih untuk menyenangkan Tuhan.

  Memilih menyenangkan Tuhan harus sampai menjadi dinamika irama hidup yang permanen. Dan itu tidak otomatis, kita harus berjuang untuk itu. Setiap detik, menit, jam, kebiasaan-kebiasaan hidup kita yang Tuhan tidak berkenan, jangan lakukan. Ketika Tuhan menghendaki kita membagi hidup untuk orang lain, walaupun itu tidak menyenangkan, maka kita harus tetap lakukan sampai menjadi menyenangkan, maka kita bisa mencium keharuman Tuhan. Tuhan senang dengan apa yang kita lakukan. Suatu hari kita akan bertemu Tuhan, betapa bangganya Tuhan melihat kita yang hidup melakukan kehendak Bapa, sehingga Ia akan berkata, “Inilah anak-Ku yang Kukasihi, kepadanya Aku berkenan.”  

Menjadi anggur yang tercurah dan roti yang terpecah, tidak akan membuat kita jadi miskin, kita tidak akan dipermalukan. Mengalahlah kalau orang memusuhi kita, diamlah kalau kita disakiti orang, balaslah kejahatan dengan kebaikan; Tuhan menikmati itu. Anak-anak, sayangi orang tuamu. Biar orang tuamu miskin, tidak bisa memenuhi kebutuhanmu, tidak memuaskan hidupmu, sayangi mama papamu, hormati mereka walaupun mereka seakan-akan tidak layak untuk dihormati karena bodoh, miskin, salah melulu, tapi kamu harus menghormati mereka demi Tuhan. Roh Kudus akan menolong kamu untuk menghormati orang tua. Orang tua, jadilah teladan untuk anak-anak, supaya bisa mewariskan takut akan Allah dan kehadiran Allah dalam hidup mereka. Itu bekal. Setiap kita bisa menjadi gandum. Kita ubah diri kita dari ilalang menjadi gandum.  

Dan setiap kita harus sadar bahwa kekekalan lebih berharga dari apa pun yang kita miliki di dunia ini. Melewati penderitaan waktu hidup di bumi, tidak masalah. Kekecewaan kita akan diganti dengan sukacita kekal. Jangan ingat pengkhianatan orang yang pernah mengkhianati hidup kita. Lupakan. Sekarang, pertimbangkan dengan serius, minta petunjuk Roh Kudus, kita ini gandum atau ilalang. Dan tidak jarang Tuhan mengizinkan kepahitan yang begitu dalam untuk mengubah kita jadi gandum. Sebab kalau kita masih dalam kenikmatan, kita jadi ilalang terus. Tuhan mau menggeser hidup kita dari kehidupan sebagai ilalang, menjadi gandum. Jangan menyesali yang terjadi. Setialah! Ayo, kita cari Tuhan saja. Tuhan akan membuat hidup kita dipulihkan. Penderitaan dapat membuat kita bisa bergeser dari keadaan ilalang menjadi gandum.  

Roh Kudus akan menolong dan menuntun hidup kita. Kalau kita serius mempersoalkan hal ini, berarti kita sungguh-sungguh serius menghormati Tuhan. Dan kalau kita sungguh-sungguh berhasil memperkarakan kekekalan kita sendiri, pasti kita juga akan memperkarakan kekekalan orang lain. Orang yang tidak peduli keselamatan orang lain, karena dia juga tidak peduli keselamatannya sendiri. Kalau Alkitab berkata, “Kasihilah sesama manusia seperti kau mengasihi dirimu sendiri,” maka cara kita mengasihi diri sendiri akan sama seperti kita mengasihi orang lain. Standar kita dalam mengasihi diri sendiri merupakan standar yang sama yang kita kenakan untuk mengasihi orang lain.  

Kalau standar kita dalam mengasihi diri sendiri adalah bagaimana kita membawa diri kita kepada kekekalan, maka kita juga akan mempersoalkan bagaimana orang lain dibawa kepada kekekalan. Tidak banyak orang yang sungguh-sungguh mencintai dan menghormati Tuhan. Tetapi di dunia ini, Tuhan menyisakan orang-orang yang mencintai dan menghormati Dia. Dan kita adalah orang yang disisakan itu. Kita bukan hanya menjadi orang Kristen hari Minggu, melainkan menjadi orang Kristen sepanjang waktu, dan itulah bekal kekal kita.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MEMILIH MENYENANGKAN TUHAN HARUS SAMPAI MENJADI DINAMIKA IRAMA HIDUP YANG PERMANEN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 November 2024
2024-11-25 05:03:08

Galatia 4-6

Card image
Truth Kids 23 November 2024 - CINTA DALAM EJEKAN
2024-11-23 19:24:48


Matius 5:44
”Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”

Setiap pagi, Daniel menyempatkan diri untuk berdoa dan membaca Alkitab sebelum berangkat ke sekolah. Ia selalu berusaha menjadi teman yang baik bagi semua orang. Suatu hari saat di sekolah, Daniel mendengar teman-temannya mengejek seorang murid baru karena penampilannya yang berbeda. Meski tidak terlibat, hati Daniel terasa sakit. Ia teringat ayat dalam Alkitab yang mengajarkan untuk mengasihi sesama.

Dengan kelembutan, Daniel mendekati murid baru itu dan mengajaknya berbicara. Ia berusaha membuatnya merasa diterima dan dihargai. Daniel juga berdoa agar Tuhan memberi kekuatan dan keberanian kepada murid tersebut. Tidak lama kemudian, Daniel melihat bahwa murid baru itu mulai tersenyum dan lebih percaya diri.

Sobat Kids, ketika kita dihadapkan pada ejekan dan cemoohan, ingatlah untuk bersikap lembut dan berdoa. Dengan kasih, kita bisa membawa perubahan di sekitar kita. Kelembutan hati akan menjadi kekuatan dalam menghadapi tantangan, dan doa akan menjadi penuntun kita dalam setiap langkah.

Card image
Truth Junior 23 November 2024 - PERUNDUNGAN
2024-11-23 19:19:06


Matius 5:44
”Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Banyak poster anti-bullying dipajang di sekolah. Sejak awal tahun ajaran pun, para guru telah mengingatkan seluruh murid untuk tidak melakukan tindakan bullying, baik secara verbal maupun fisik. Sayangnya, masih ada saja murid yang tidak taat terhadap peraturan yang ada di sekolah. Tidak sedikit kasus bullying yang terjadi di dalam sekolah. Semoga kalian tidak pernah mengalami perundungan, ya, Sobat Junior. Namun, jika sampai kalian pernah mengalaminya, kalian harus segera lapor kepada orang tua atau guru. Tidak perlu kalian takut jika kalian benar. Tindakan bullying harus dihentikan secepatnya.

Sobat Junior, biasanya orang yang melakukan perundungan adalah orang yang pernah mengalami kekerasan dari orang lain. Biasanya orang yang merasa lebih kuat akan melakukan tindakan kepada orang yang dianggap “lebih lemah.” Sebenarnya kita harus mengasihani mereka, Sobat Junior. Karena ada pelaku perundungan yang menganggap diri mereka sebagai jagoan karena bisa menyakiti orang lain. Sesungguhnya jiwa mereka itu sedang sakit, jika mereka berpikiran seperti itu. Kasihan, ya…

Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk mengasihi dan berdoa bagi mereka yang menganiaya kita. Memang tidak enak rasanya ketika kita di-bully. Selain melaporkan kejadian kalian kepada orang tua dan guru, kalian juga bisa berdoa bagi mereka sehingga mereka bisa sadar atas kesalahan yang telah diperbuat dan tidak mengulanginya lagi.

Card image
Truth Youth 23 November 2024 (English Version) - STAYING TRUE IN THE FACE OF TEMPTATION
2024-11-23 18:42:28


"Blessed is the man who endures temptation; for when he has been approved, he will receive the crown of life which the Lord has promised to those who love Him." (James 1:12)

Have you ever felt tempted to take the easier path, even though you know it's wrong? For instance, during an exam, you might be tempted to cheat a little for a better grade, or in a small conflict with friends, you might choose to gossip about another friend to protect yourself. The temptation to do wrong is always there, especially when it seems easier and "beneficial." But let's think it over. Is this really the best choice?

James 1:12 reminds us, "Blessed is the man who endures temptation; for when he has been approved, he will receive the crown of life which the Lord has promised to those who love Him." This verse reminds us that being faithful to the truth, even when tempted to do wrong, is very valuable in God's eyes. Temptations often come with sweet promises that are only temporary, but the truth always brings lasting and satisfying results.

When we choose to remain faithful to the truth, we are giving the best "present" or gift to God through our lives aligned with His will. We show God that we love Him, not just through words but through real actions. For example, staying honest even when tempted to cheat, or showing love even when hurt, all of these are concrete evidence of our worship to God through our lives.

So, let’s commit to staying faithful to the truth, even when it feels really heavy at times. Remember, every time we overcome temptation, we glorify God and demonstrate that our faith is greater than any temptation that comes our way. Stay faithful, stay strong, for the crown of life awaits!

WHAT TO DO:
1. Be brave to say no to sin and choose to live in obedience to God.
2. Our closeness to God is reflected in our faithfulness to Him.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Acts 24-26

Card image
Truth Youth 23 November 2024 - TETAP SETIA DI TENGAH GODAAN
2024-11-23 18:40:12


”Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.” (Yakobus 1:12)

Pernah nggak kalian merasa tergoda buat memilih jalan yang lebih mudah, meski tahu itu salah? Misalnya, lagi ujian dan ada kesempatan buat nyontek sedikit biar nilai lebih baik, atau pas ada konflik kecil di pertemanan, kita pilih gosipin teman lain buat melindungi diri. Godaan buat ngelakuin yang salah itu emang selalu ada, apalagi kalau kelihatan lebih gampang dan “menguntungkan.” Tapi, coba deh, kita pikir ulang. Apa benar ini pilihan terbaik?

Yakobus 1:12 bilang, “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.” Ayat ini ngingetin kita kalau setia dalam kebenaran, bahkan saat digoda untuk ngelakuin yang salah, itu sangat berharga di mata Tuhan. Godaan sering datang dengan janji-janji manis yang cuma sebentar, tapi kebenaran selalu membawa hasil yang langgeng dan memuaskan.

Waktu kita milih buat tetap setia pada kebenaran, kita lagi memberikan “present” atau hadiah terbaik buat Tuhan dalam bentuk hidup kita yang sesuai dengan kehendak-Nya. Kita tunjukkan ke Tuhan bahwa kita cinta sama Dia, bukan cuma lewat kata-kata, tapi juga lewat tindakan nyata. Misalnya, tetap jujur meski ada kesempatan buat curang, atau tetap kasih sayang meski disakiti, itu semua adalah bukti nyata kita menyembah Tuhan dengan hidup kita.

Jadi, yuk, kita komitmen untuk terus setia pada kebenaran, meski kadang rasanya berat banget. Ingat, setiap kali kita menang atas godaan, kita lagi memuliakan Tuhan dan menunjukkan bahwa iman kita lebih besar daripada godaan apa pun yang datang. Tetap setia, tetap teguh, karena ada mahkota kehidupan yang menanti!

WHAT TO DO:
1.Berani berkata tidak untuk melakukan dosa dan memilih untuk hidup taat kepada Tuhan
2.Kedekatan kita kepada Tuhan dilihat dari kesetiaan kita kepada Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kisah Para Rasul 24-26

Card image
Renungan Pagi - 23 November 2024
2024-11-23 18:24:31


Orang yang hidup berdasarkan firman Tuhan, maka langkahnya akan mantap karena dia tahu Tuhan yang menjadi pembela dan penolongnya. Seseorang yang hidup dalam kebenaran, guru yang paling menonjol adalah, cepat mengerti jika melakukan kesalahan dan akan segera diperbaiki, ketika bersalah, akan diakui dengan kesadaran, lalu bertobat dan bertanggungjawab membereskan akibat dari kesalahannya.

"Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." Orang yang bergaul dengan firman Tuhan dan menghidupi kebenaran, bukan berarti sudah sempurna, tetapi orang yang mau disempurnakan; mau ditegur, mau dinasehati dan diperingatkan jika dia bersalah, lalu bertobat.
(2 Timotius 3:16).

Card image
Quote Of The Day - 23 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-23 18:22:14


Tuhan tidak keberatan kita bahagia dengan keluarga dan usaha kita baik-baik, tapi Tuhan lebih ingin kita memiliki kehidupan di balik langit baru dan bumi baru.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 23 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-23 18:20:46


Setiap kita harus sadar bahwa kekekalan lebih berharga dari apa pun yang kita miliki di dunia ini.

Card image
WHEAT OR WEEDS - 23 November 2024 (English Version)
2024-11-23 18:19:37


Since childhood, what is shown by the world makes children not recognize the true Christian life. Without realizing it, they are sown by the power of darkness and will be reaped by Satan-not as wheat but as weeds among the wheat. And there may even be more weeds than wheat. In the parable of the wheat and the weeds in Matthew 13:29-30, Jesus said, "Don't, because the wheat might be uprooted when you pull up the weeds. Let both grow together until harvest time. At that time I will say to the reapers: First gather the weeds and bind them in bundles to burn them; then gather the grain into my barn."

Have we ever questioned whether we are wheat or weeds? Let us not speculate, let us not be calm and say, "Perhaps I’m wheat, perhaps I’m weeds." No! We must be certain whether we are wheat or weeds. This is the provision that God's Word speaks of. Whether we are wheat or weeds, does not depend on God, but on us. What we bring is what becomes our eternal provision. And whether we are wheat or weeds, depends on how we fill our days on this earth. Frankly, many of us are still speculating, whether we are wheat or weeds. And we hesitate to take concrete steps to become wheat. Even though this is about eternal provision.

It is said in the word of God that there are no people who have hatred, grudges, which means the same as murderers, idolaters, which represents materialistic people-“who will enter the Kingdom of Heaven.” Don’t take this lightly. More clearly in Revelation 21:8 it says, “But the cowardly, the unbelieving, the vile, the murderers, the sexually immoral, those who practice magic arts, the idolaters and all liars-they will be consigned to the fiery lake of burning sulfur. This is the second death."

We come to church with the intention of learning and understand what God desires. Thus, our purpose for attending church should focus on addressing the matter of our eternal life. Because if it only concerns physical life or material needs, the world can provide for those. Even people without God can meet their physical needs. But what people outside the church cannot provide is eternity-eternal provision. That is why the church must be concerned and troubled-in particular, pastors and God's servants-when they see that the congregation lacks certainty about their eternal provision. No longer, what is important is that the congregation comes, then we create entertaining programs.

Wheat can become bread, nourishment, and life-giving food. Weeds, however, cannot. So, the question we must ask ourselves today is: Can we be enjoyed by God? We desire to enjoy physical blessings, abundance, and seek God’s help in solving the challenges we face in life-and indeed, God blesses us. Now the question is this: having received God’s goodness, can we be enjoyed by God? When we reflect on the question, “Can I be enjoyed by God?” we ought to tremble. If we are honest, we may sense that God has not yet been fully satisfied with enjoying us. Our condition should be better, sweeter, more pleasing to be enjoyed by God the Father. Therefore, we must strive and continually work to change, so that our lives can be enjoyed by God. Our lives should be spent as a daily sacrifice of love to Him.

If in the past the Israelites slaughtered animals as offerings, now we slaughter our flesh and sinful desires. So that when we face God, we can say, “God, I love You, I dedicate my whole life to You.” Such a declaration would be sweet to God’s ears. But if we do not slaughter our flesh every day, we only satisfy our hearts, our flesh, we say, “I love You, God,” we are hypocritical, rotten. 1 Corinthians 16:22 warns, “If anyone does not love the Lord, let that person be cursed.” Horrible. How quickly we forget how God has saved us-how we narrowly avoided disaster: almost imprisoned, almost impoverished, almost bankrupt, almost dead from illness, almost shamed, but just ‘almost, almost, almost’. God saved us. We often forget to repay God’s kindness, so that we are not enjoyed by Him. In fact, the Father’s love for us is immeasurable. He doesn’t merely want to save our finances, health, families, households, or reputations; but He wants to save our eternal life. So have good eternal provisions, be a human being who can be enjoyed.

WHETHER WE ARE WHEAT OR WEEDS, DOES NOT DEPEND ON GOD, BUT ON US. WHAT WE BRING IS WHAT BECOMES OUR ETERNAL PROVISION. AND WHETHER WE ARE WHEAT OR WEEDS, DEPENDS ON HOW WE FILL OUR DAYS ON THIS EARTH.

Card image
GANDUM ATAU ILALANG - 23 November 2024
2024-11-23 12:31:27


Sejak kecil, apa yang dipertontonkan oleh dunia membuat anak-anak tidak mengenali kehidupan kekristenan yang benar. Tanpa disadari, mereka disemai oleh kuasa kegelapan dan akan dituai oleh Iblis. Tidak menjadi gandum-gandum, tapi lalang-lalang di antara gandum. Dan bisa jadi lebih banyak lalangnya daripada gandumnya. Yang di dalam perumpamaan gandum dan ilalang dalam Matius 13:29-30, Yesus katakan, “Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.”  

Pernahkah kita memperkarakan, apakah kita ini lalang atau gandum? Jangan kita berspekulasi, jangan juga kita tenang-tenang saja dengan berkata, “Mungkin gandum, mungkin juga ilalang,” jangan. Kita harus bisa memastikan apakah kita ini ilalang atau gandum. Itulah bekal yang dimaksud oleh firman Tuhan. Apakah kita gandum atau ilalang, bukan tergantung Tuhan, melainkan tergantung kita. Apa yang kita bawa adalah apa yang menjadi bekal kekal kita. Dan apakah kita gandum atau ilalang, tergantung bagaimana kita mengisi hari hidup kita di bumi ini. Terus terang, banyak di antara kita yang sekarang ini masih berspekulasi, apakah dirinya gandum atau ilalang. Dan kita tidak berani untuk mengambil langkah konkret menjadi gandum atau lalang. Padahal ini adalah bekal kekal.  

Dikatakan dalam firman Tuhan bahwa tidak ada orang-orang yang memiliki kebencian, dendam, yang sama artinya dengan pembunuh, penyembah berhala, yang artinya orang-orang materialistis—“yang akan masuk Kerajaan Surga.” Jangan anggap ringan hal ini. Lebih jelasnya dalam Wahyu 21:8 dikatakan, “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.”

  .Kita datang ke gereja bermaksud untuk belajar, untuk mengerti apa yang Allah kehendaki. Jadi kita datang ke gereja mestinya untuk mempersoalkan kehidupan kekal kita. Sebab kalau hanya menyangkut masalah kehidupan jasmani atau pemenuhan jasmani, dunia bisa menyediakan. Orang tidak bertuhan pun bisa terpenuhi kebutuhannya. Tapi yang tidak bisa diberikan oleh orang di luar gereja adalah kekekalan, bekal kekekalan. Itulah sebabnya gereja harus cemas, gereja harus galau—dalam hal ini khususnya para pendeta dan pelayan Tuhan—kalau melihat jemaat belum memiliki kepastian berbekal atau tidak. Bukan lagi, yang penting jemaat datang, lalu kita membuat acara-acara yang menarik.  

Gandum, bisa menjadi roti, menjadi makanan; gandum memberi kehidupan. Lalang, tidak. Maka pertanyaan yang kita harus persoalkan hari ini adalah apakah kita bisa dinikmati oleh Tuhan? Kita mau menikmati berkat jasmani, kelimpahan, dan melibatkan Tuhan untuk menolong dalam menyelesaikan persoalan-persoalan hidup yang kita alami. Dan Tuhan memberkati kita. Sekarang pertanyaannya, kita yang sudah menerima kebaikan Tuhan, apakah bisa dinikmati oleh Allah? Kalau sudah bicara “Apakah aku bisa dinikmati Tuhan? Kita harus gentar. Sebab sejujurnya, kita merasa Allah belum puas menikmati diri kita. Mestinya keadaan kita lebih baik, lebih manis, lebih lezat untuk bisa dinikmati oleh Allah Bapa. Karenanya, kita harus berjuang dan berusaha terus untuk berubah, agar hidup kita bisa dinikmati oleh Tuhan. Kita menghabiskan waktu hidup kita untuk memberikan persembahan cinta kepada Tuhan.  

Kalau dulu bangsa Israel menyembelih hewan sebagai persembahan, maka sekarang kita menyembelih kedagingan dan keinginan-keinginan dosa. Sehingga ketika kita menghadap Tuhan, kita bisa berkata, “Tuhan, aku cinta pada-Mu, kupersembahkan seluruh hidupku bagi-Mu.”  Dan itu bisa manis terdengar. Tapi kalau kita tidak menyembelih daging kita setiap hari, kita hanya memuaskan hati kita, daging kita, kita berkata, “Aku cinta pada-Mu, Tuhan,” kita munafik, busuk. 1 Korintus 16:22 berkata, “Terkutuklah orang yang tidak mencintai Tuhan.” Mengerikan. Kita lupa, kita hampir masuk penjara, hampir jadi miskin, bangkrut, hampir mati karena sakit, hampir dipermalukan, tapi ‘hampir, hampir, hampir’ saja. Tuhan menyelamatkan kita. Sering kita lupa membalas kebaikan Tuhan, sehingga kita tidak dinikmati oleh-Nya. Padahal Bapa sayang sekali kepada kita. Dia bukan hanya mau menyelamatkan ekonomi kita, kesehatan, keluarga, rumah tangga, atau nama baik kita, namun Dia ingin menyelamatkan hidup kekal kita. Maka milikilah bekal kekal yang baik, jadilah manusia yang bisa dinikmati.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono  

APAKAH KITA GANDUM ATAU ILALANG BUKAN TERGANTUNG TUHAN, MELAINKAN TERGANTUNG KITA. APA YANG KITA BAWA ADALAH APA YANG MENJADI BEKAL KEKAL KITA. DAN APAKAH KITA GANDUM ATAU ILALANG, TERGANTUNG BAGAIMANA KITA MENGISI HARI HIDUP KITA DI BUMI INI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 November 2024
2024-11-23 12:27:29

Galatia 1-4

Card image
Truth Kids 22 November 2024 - KEKUATAN KELEMAHLEMBUTAN
2024-11-22 20:03:58


Yakobus 3:17
”Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.”

Setiap hari adalah anugerah dari Tuhan. Kita sering kali dihadapkan pada berbagai situasi yang memungkinkan kita menunjukkan kelemahlembutan. Misalnya, saat kita melihat teman yang sedang kesulitan, kita punya pilihan untuk membantu atau justru mengabaikan. Ketika kita menunjukkan kelemahlembutan, kita mencerminkan kasih Allah dalam tindakan kita.

Kelemahlembutan bukanlah tanda kelemahan, tetapi sebuah kekuatan. Seperti lembutnya angin yang dapat menggerakkan daun-daun, begitu juga sikap lembut kita dapat memengaruhi orang lain dengan cara yang positif. Ketika kita berusaha untuk bersikap lembut, kita menanamkan benih kasih di hati orang-orang di sekitar kita. Ingatlah, setiap tindakan kecil bisa memberikan dampak besar. Ketika kita melatih kelemahlembutan, kita memperlihatkan bahwa kita adalah anak-anak Allah.

Ayo, Sobat Kids, gunakan setiap kesempatan untuk bersikap lembut, karena dengan demikian, kita tidak hanya menyenangkan hati Tuhan, tetapi juga membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik!

Card image
Truth Junior 22 November 2024 - REMEDIAL
2024-11-22 20:02:19


Yakobus 3:17
”Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.”

Sobat Junior, hidup kita di bumi ini adalah persiapan untuk kekekalan nantinya. Oleh sebab itu, kita harus berjuang untuk hidup berkenan di hadapan Tuhan. Setiap perkataan yang kita ucapkan, setiap pikiran yang ada dalam otak kita, dan setiap perbuatan kita, harus menyenangkan hati Tuhan. Apakah mudah untuk melakukannya? Tentu tidak…

Setiap hari adalah kesempatan untuk melatih kelemahlembutan dalam setiap tindakan kita. Saat kalian belum mengerti pelajaran di sekolah dan mendapatkan nilai yang kurang bagus, kalian akan diberikan remedial. Tujuannya agar kalian dapat lebih mengerti dengan pengulangan asesmen atau tugas lainnya. Begitu juga dengan kehidupan rohani kita, Sobat Junior. Setiap hari baru yang Tuhan berikan, kita gunakan untuk remedial kehidupan pribadi kita. Gunakan kesempatan yang ada untuk jadi lebih baik lagi, ya, Sobat Junior. Karena kesempatan itu bisa berakhir suatu saat nanti. Jadi sebelum terlambat dan menyesal, kita harus menggunakan setiap waktu yang ada untuk lebih baik lagi. Semangat, Sobat Junior!

Card image
Truth Youth 22 November 2024 (English Version) - HIS WORDS
2024-11-22 19:58:35


"A man has joy by the answer of his mouth, and a word spoken in due season, how good it is!" (Proverbs 15:23)

Our words can be very painful if not used wisely. There is a saying that the tongue has no bones, meaning that people can easily speak and even twist words. This tongue can either kill someone's spirit or, conversely, bring it to life. Having uplifting words that inspire others can be a great strength for our fellow human beings in this increasingly broken world. This brokenness is not just about the destruction of the world, but also the devastation of our friends' lives due to various trials they face.

Consider how Paul wisely used his words when confronted with the anger of the Jews. Instead of defending himself, he chose to testify about the work of God in his life and how he came to know the Lord. Paul demonstrated that even in life-threatening situations, words filled with love and hope can become powerful tools to build faith and uplift others.

The words we speak must be chosen carefully, as we do not know the condition of every person we will encounter or those in our surroundings. Through Paul, we learn that our words can either break someone down or lift them up, and the choice of which path to take lies in our hands as children of God. Therefore, having uplifting words becomes a serious responsibility for us, as we should speak words that come from God's heart. When we speak, we should not only express what we want but also what God desires. Ultimately, the goal is to please God and bless those around us.

WHAT TO DO:
1. Guard your words to be a blessing to others.
2. Follow the example of Jesus to become a wise individual.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Acts 22-23

Card image
Truth Youth 22 November 2024 - KATA-KATA-NYA
2024-11-22 19:56:12


”Seseorang bersukacita karena jawaban yang diberikannya, dan alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya!” (Amsal 15:23)

Kata-kata kita bisa menjadi hal yang sangat menyakitkan jika tidak digunakan dengan baik. Ada pepatah yang berkata bahwa lidah tidak bertulang, yang artinya manusia mudah sekali berkata-kata, bahkan memutarbalikkan kata. Lidah ini bisa membunuh mental seseorang, atau sebaliknya bisa membangkitkan. Memiliki perkataan yang membangun, serta membangkitkan orang lain bisa menjadi sebuah kekuatan bagi sesama kita di dunia yang semakin hancur ini. Bahkan dunia yang hancur bukan tentang rusaknya dunia, tapi hancurnya dunia sahabat kita dengan berbagai banyak pencobaan. Melihat bagaimana Paulus dengan bijaksana menggunakan perkataannya yang ketika sedang diperhadapakan dengan kemarahan orang Yahudi, tetapi ia tidak menggunakan kata-katanya untuk membela dirinya sendiri, tetapi Paulus lebih memilih untuk bersaksi bagaimana karya Tuhan dalam perjalanan hidupnya, bagaimana ia mengenal Tuhan. Paulus menunjukkan bahwa meskipun berada dalam situasi yang mengancam hidupnya, kata-kata yang penuh kasih dan pengharapan dapat menjadi alat yang kuat untuk membangun iman dan membangkitkan orang lain.

Perkataan yang dikeluarkan dari mulut kita harus dengan hati-hati karena kita tidak tahu bagaimana kondisi setiap manusia yang akan kita temui ataupun yang ada dalam lingkungan kita. Melalui Paulus kita bisa belajar bahwa dengan perkataan kita bisa mematahkan seseorang ataupun membangkitkan orang lain, kedua pilihan ini tergantung apa yang akan dipilih sebagai anak Tuhan. Oleh sebab itu memiliki perkataan yang membangun menjadi tanggung jawab yang serius bagi kita karena, melalui perkataan kita harus keluar kata-kata yang berasal dari hati Tuhan. Ketika kita berkata, kita tidak hanya berkata sesuatu yang kita inginkan, namun apa yang Tuhan inginkan. Tujuan akhirnya adalah menyenangkan Tuhan dan memberkati sesama kita.

WHAT TO DO:
1.Menjaga perkataan agar memberkati sesama
2.Mengikuti teladan Tuhan Yesus untuk menjadi pribadi yang bijaksana

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kisah Para Rasul 22-23

Card image
Renungan Pagi - 22 November 2024
2024-11-22 07:10:08


Kita harus menjadi orang percaya yang senantiasa meneladani Kristus dan harus memberi teladan di manapun berada, sehingga orang lain dapat melihat perbuatan kita yang baik dan memuliakan Bapa yang di sorga.

"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

Jangan menjadi batu sandungan, jangan sampai menjadi bahan tertawaan orang karena kita sering berbicara tentang Yesus, tapi dalam hidup penuh dengan kemunafikan.
(Matius 5:16)

Card image
Quote Of The Day - 22 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-22 07:03:53


Tidak mungkin orang yang masih menikmati sukacita dunia hidupnya suci.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 22 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-22 07:02:05


Datang ke gereja mestinya untuk mempersoalkan kehidupan kekal kita. Sebab kalau hanya menyangkut masalah kehidupan jasmani atau pemenuhan jasmani, dunia bisa menyediakan.

Card image
NOT AUTOMATICALLY HONORING GOD - 22 November 2024 (English Version)
2024-11-22 07:00:17


Basically, salvation wants to return humans to God, bring humans to God. Man's broken relationship with God is reconnected by the blood of the Lord Jesus Christ which justifies us. And after that, the Holy Spirit was given so that we can truly be in righteousness. If we have been connected to God, of course we should experience an encounter with Him; personal encounter between God the Father and us. And Jesus became the High Priest who served the great House of the Father. So in the book of Hebrews, to be our Intercessor. "I am the way," which means that through Jesus we reach the Father, the God worshiped by Abraham, Isaac, and Jacob, who declared himself the God of Israel, Elohim Yahweh.

Yahweh, it shouldn't be a name. Because the word Yahweh cannot represent the Almighty God. No name can contain the greatness of God. When the Creator of heaven and earth was asked, “What is Your name?” He did not say Yahweh but rather, “I am who I am.” Time and again, God declares, “There is no God besides Me; Yahweh.” When the Word of God says, “Do not misuse My Name,” the original translation does not use the word "misuse." The term for "misuse" in the original Hebrew is לָקַח (lakah). The verse also does not use the word 'call' or קָרָא (Hebrew. Qara), instead, it uses נָשָׂא (Heb. Nasa), meaning “to lift up” or “to carry.” This implies, "Do not lift up My Name carelessly." There is not a single verse in the Bible that forbids saying the name Yahweh; all that is written is: “Do not lift up His Name in vain.”

So, "Do not lift up the name of God carelessly", meaning treat God with respect. Indeed, since 586 BC, the Jews honored their God by not pronouncing the name. In that way, they wanted to honor God. But in the New Testament, Jesus said to the Jews who did not pronounce the name Yahweh and replaced it with terms like הַשֵּׁם (Hashem), meaning "the Name," אֲדוֹן (Greek Adonai), meaning "Lord," or הַקָּדוֹשׁ (Greek Haqadosh), meaning "the Holy One." However, in the New Testament, Jesus told the Jews who refrained from saying Yahweh’s Name and used these substitutes instead, that they still did not honor God the Father and His Son, Jesus. So it is clear that not mentioning or calling the name of Yahweh does not automatically show that they honored God. And God allows that. Why? Because Jesus will one day give that name to His disciples. In His prayer, Jesus said, "I have given them Your name." Of course, what is meant is not the name of Yahweh, but His existence.

And one of His great beings is the Father-He is the Father. In the word Yahweh is contained all the greatness and existence of God as protector, guardian, Father, hero who gives fertility, strength, victory, and so on. The pagan people or the Canaanite nations had many elohim or gods: the god of war, the god of fertility, the god of prosperity, such as Asherah, Ashtoreth, Milcom, Dagon, Baal, and others. In contrast, Elohim Yahweh is singular, not plural, but a "plural of Majesty." This is because the name Yahweh contains the entirety of His boundless being. When Jesus said, "I have given them Your Name," it meant, "I have introduced Your Name." That is why Jesus is called by various titles: the Everlasting Father, because when we see Jesus, we see the Father; the Wonderful Counselor; the Prince of Peace. The fullness of God's existence is embodied in Jesus, who has been given all authority in heaven and on earth. We awaken worship to Elohim Yahweh as the source of grace and blessings. We call on the name Yahweh with reverence because He alone is worthy of worship and praise. So we now understand that Yahweh is not just a name, but existence that contains the title of God's infinite existence. Therefore, he is called Elohim, because His existence is plural: He is the Father, He is the Protector, He is the Guardian, He is the War Hero, and a series of titles that are needed by humans. Even before we were born on earth, God had conceived of us in His mind-what kind of person He intended us to become.

Each of us is born original with God's great plans in us. If we follow God's ways, then we will become the human being He designed us to be. When we were brought together with the Father, the Father spoke like this: "I want you to become the human being I designed you to be from the beginning of creation." In other words, "I just want you to be like My Son, Jesus Christ.” Nothing more. If we are justified and reunited with God the Father, then we do not become human according to the original design, then Jesus' sacrifice on the cross is in vain. That is why we mourn every mistake we make, because it becomes a pebble that hurts Father's heart, which makes us not harmonious in fellowship with Him. So, our service is not just about making the congregation have good morals, but also having a new nature, a divine nature, and the Holy Spirit will help.

NOT MENTIONING OR CALLING THE NAME OF YAHWEH DOES NOT AUTOMATICALLY SHOW THAT ONE HONORS GOD.

Card image
TIDAK OTOMATIS MENGHORMATI ALLAH - 22 November 2024
2024-11-22 06:55:24


  Pada dasarnya, keselamatan hendak mengembalikan manusia kepada Allah, membawa manusia kepada Allah. Hubungan manusia yang terputus dengan Allah disambung oleh darah Tuhan Yesus Kristus yang membenarkan kita. Dan setelah itu, Roh Kudus diberikan agar kita sungguh-sungguh bisa berkeadaan benar. Jika kita telah terhubung dengan Allah, tentu kita mestinya mengalami perjumpaan dengan Dia; perjumpaan pribadi antara Allah Bapa dengan kita. Dan Yesus menjadi Imam Besar yang melayani Rumah Bapa yang besar. Begitu dalam kitab Ibrani, menjadi Juru Syafaat kita. “Akulah jalan,” yang artinya melalui Yesus kita sampai kepada Bapa, Allah yang disembah oleh Abraham, Ishak, dan Yakub, yang menyatakan diri sebagai Allah Israel, Elohim Yahweh.  

Yahweh, mestinya bukan nama. Sebab kata Yahweh tidak akan bisa mewakili Allah Yang Maha Besar. Tidak ada nama yang bisa memuat kebesaran Allah. Ketika Allah, Pencipta langit dan bumi ditanya, "Siapa nama-Mu?" Ia tidak menyebut Yahweh, tetapi “Aku adalah Aku.” Berkali-kali Allah menyatakan, "Tidak ada Allah selain Aku; Yahweh." Ketika firman Tuhan mengatakan, "Jangan menyebut Nama-Ku dengan sembarangan," sebenarnya terjemahan aslinya bukan ‘menyebut.’ Kalau kata ‘menyebut’ dalam bahasa aslinya לָקַח ( Ibr. lakah). Ayat itu juga tidak menggunakan kata ‘memanggil’ atau קָרָא (Ibr. Qara), tetapi "jangan mengangkat Nama-Ku," נָשָׂא (Ibr. Nasa). Artinya jangan menggunakan nama itu dengan sembarangan. Tidak ada satu pun ayat di Alkitab yang melarang menyebut nama Yahweh; yang ada hanyalah: "Jangan mengangkat nama-Nya secara sembarangan."  

Jadi, jangan mengangkat nama Allah dengan sembarangan, artinya perlakukan Allah dengan hormat. Memang, sejak tahun 586 sebelum Masehi, orang-orang Yahudi menghormati Allahnya dengan tidak melafalkan nama itu. Dengan cara itu, mereka mau menghormati Allah. Tapi di Perjanjian Baru, Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi yang tidak melafalkan nama Yahweh dan mengganti dengan nama הַשֵּׁם (Yun. Hashem), אֲדוֹן (Yun. Adonai), הַקָּדוֹשׁ (Yun. Haqados), artinya yang suci. Tuhan Yesus menyebut mereka tidak menghormati Allah Bapa dan Anak-Nya, Yesus. Jadi jelas, bahwa nama Yahweh yang tidak disebut atau tidak dipanggil bukan sesuatu yang otomatis menunjukkan bahwa mereka menghormati Allah. Dan Allah membiarkan itu. Kenapa? Karena Yesus suatu hari akan memberikan nama itu kepada murid-murid-Nya. Dalam doa-Nya, Yesus berkata, "Aku telah memberikan nama-Mu kepada mereka." Tentu maksudnya bukan nama Yahweh, melainkan keberadaan-Nya.  

Dan salah satu keberadaan-Nya yang hebat adalah Bapa, Dia Bapa. Di dalam kata Yahweh termuat segala kebesaran dan keberadaan Allah sebagai pelindung, penjaga, Bapa, pahlawan yang memberi kesuburan, kekuatan, kemenangan, dan lain-lain. Orang-orang kafir atau bangsa-bangsa Kanaan memiliki banyak Elohim atau dewa: dewa perang, dewa kesuburan, dewa kemakmuran, ada Asyera, Asytoret, Milkom, Dagon, Baal, dan lain-lain. Elohim Yahweh bersifat tunggal, bukan jamak, tapi plural of Majesty. Sebab di dalam nama Yahweh termuat seluruh keberadaan-Nya yang tidak terbatas. "Aku memberikan nama-Mu kepada mereka,"_ artinya, "Aku memperkenalkan nama-Mu." Itulah Yesus, disebut dengan berbagai gelar; Bapa yang kekal. Sebab melihat Yesus, kita melihat Bapa, Penasihat Ajaib, Raja Damai. Keberadaan Allah diberikan kepada Yesus yang menerima segala kuasa di surga dan di bumi.  

Kita membangkitkan penyembahan kepada Elohim Yahweh sebagai sumber berkat anugerah. Kita menyebut nama Yahweh dengan hormat, karena Dia yang layak disembah dan dipuji. Jadi kita sekarang mengerti bahwa Yahweh bukanlah sekadar nama, melainkan keberadaan yang memuat gelar dari keberadaan Allah yang tidak terbatas. Karenanya disebut Elohim, karena keberadaan-Nya plural: Dia Bapa, Dia Pelindung, Dia Penjaga, Dia Pahlawan Perang, dan sederetan sebutan yang dibutuhkan oleh manusia. Bahkan sebelum kita dilahirkan di bumi, Allah sudah melahirkan kita di dalam pikiran-Nya mau menjadi manusia macam apa kita ini.  

Setiap kita dilahirkan orisinal dengan rencana-rencana Allah yang agung di dalamnya. Kalau kita menurut jalan Tuhan, maka kita akan menjadi manusia seperti yang dirancang-Nya. Ketika kita sudah dipertemukan dengan Bapa, Bapa bicara begini: "Aku ingin kau menjadi manusia seperti yang Kurancang sejak penciptaan awal." Dengan kalimat lain, “Aku hanya ingin kau menjadi serupa dengan Putra-Ku, Yesus Kristus.” Tidak lebih. Kalau kita dibenarkan dan dipertemukan dengan Allah Bapa, lalu kita tidak menjadi manusia sesuai rancangan semula, maka sia-sia kurban Yesus di kayu salib. Itulah sebabnya setiap kesalahan yang kita lakukan, kita ratapi, karena menjadi kerikil yang melukai hati Bapa, yang membuat kita tidak harmoni bersekutu dengan Dia. Maka, pelayanan kita bukan sekadar membuat jemaat memiliki moral baik, melainkan memiliki kodrat baru, kodrat ilahi, dan Roh Kudus akan menolong.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono  

NAMA YAHWEH YANG TIDAK DISEBUT ATAU TIDAK DIPANGGIL BUKAN SESUATU YANG OTOMATIS MENUNJUKKAN BAHWA MEREKA MENGHORMATI ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 November 2024
2024-11-22 06:48:12

Kisah Para Rasul 15-16

Card image
Truth Kids 21 November 2024 - NILAI PERSAHABATAN
2024-11-21 18:07:11


Amsal 17:17
”Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.”

Coba Sobat Kids perhatikan, ya. Mana yang lebih menyenangkan: mendapatkan hadiah atau mendapatkan sahabat yang baik? Tentu saja, memiliki sahabat yang baik, jauh lebih berharga! Sahabat sejati selalu ada di saat kita senang maupun susah. Seperti yang tertulis dalam Amsal 17:17, "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran."

Persahabatan itu seperti taman yang harus kita rawat dengan kelemahlembutan. Ketika kita berbuat baik dan berbicara dengan lembut kepada teman, kita seperti menyiram tanaman agar tumbuh subur. Kita perlu melatih diri untuk bersikap lembut, terutama ketika ada konflik atau kesalahpahaman. Misalnya jika teman kita berbuat salah, daripada marah, kita bisa mengingatkan mereka dengan cara yang baik.

Ingat, Sobat Kids, setiap kali kita menjaga persahabatan dengan kelemahlembutan, kita sedang bersyukur atas berkat Tuhan yang ada dalam hidup kita. Mari kita berlatih mencintai dan menghargai teman-teman kita, agar persahabatan kita tumbuh semakin kuat!

Card image
Truth Junior 21 November 2024 - INDAHNYA PERSAHABATAN
2024-11-21 18:08:38


Amsal 17:17
”Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.”

Apakah Sobat Junior sadar bahwa teman-teman yang kita miliki adalah berkat dari Tuhan? Tuhan memberikan kita teman agar bisa saling membantu, berbagi kebahagiaan, dan mendukung satu sama lain, terutama saat ada masalah. Itulah sebabnya, kita harus menjaga persahabatan dengan baik, salah satunya dengan bersikap lembut dan penuh kasih.

Terkadang, mungkin ada teman yang membuat kita kesal atau tidak setuju dengan kita. Namun, seperti ayat di Amsal 17:17 mengajarkan, seorang sahabat yang baik selalu ada dan menunjukkan kasih, bahkan dalam situasi sulit. Dengan bersikap lembut, kita bisa menjaga hubungan baik dengan teman-teman kita dan memastikan persahabatan tetap kuat.

Salah satu contoh persahabatan yang indah dalam Alkitab adalah kisah Daud dan Yonatan. Meskipun ayah Yonatan, Raja Saul, tidak menyukai Daud, Yonatan tetap setia dan melindungi Daud. Mereka saling mendukung dan Yonatan menunjukkan kasihnya dengan kelemahlembutan. Yonatan bahkan membantu Daud melarikan diri saat ayahnya berusaha mencelakainya. Persahabatan mereka penuh dengan kasih dan kesetiaan, seperti yang Tuhan inginkan dari kita.

Dalam kehidupan sehari-hari, Sobat Junior juga bisa menjadi sahabat yang baik, misalnya ketika teman sedang sedih atau bermasalah, coba untuk mendengarkan keluh kesahnya dan berikan kata-kata yang menghibur. Begitu juga kalau ada teman berbuat salah, jangan langsung marah atau memutuskan hubungan pertemanan, berusaha bicara dengan lembut dan jelaskan perasaanmu. Apalagi ketika teman membutuhkan pertolongan, kita harus siap sedia membantu dengan tulus.

Dengan sikap lembut dan penuh kasih seperti ini, kita bisa menjaga persahabatan sehingga persahabatan kita bisa bertahan lama. Sobat Junior mau kan punya persahabatan yang baik?

Card image
Truth Youth 21 November 2024 (English Version) - BEING A ROLE MODEL IS A FORM OF LOVE
2024-11-21 12:53:16


"Beloved, let us love one another, for love is of God; and everyone who loves is born of God and knows God." (1 John 4:7)

Talking about love is not an easy thing. The phrase “to give an example” refers to how we become role models. If we look at the love that Paul demonstrated, it was not just words but through concrete actions. As mentioned at the beginning of this reflection, love is not easy; when we only talk about love without taking real action, as Paul has exemplified, it amounts to nothing more than empty words.

If we closely observe, Paul faced danger and persecution in Jerusalem, yet he steadfastly continued on his journey. This shows how willing Paul was to suffer for God and how deeply he loved his congregation. The love Paul displayed was not limited to mere sympathy for the congregation he served; it was a love that involved the sacrifice of his own life. Through Paul, we see how he humbly loved all his congregations from various places without distinction. This is particularly interesting for us because love is not just empty talk but a tangible act of sacrifice, and importantly, love strengthens unity regardless of each individual's background.

Being an example of love for everyone can begin in the small circles where we find ourselves. It is about seeing every individual through God’s loving perspective. Everyone we meet needs the embrace of Christ's love. Therefore, let us be God's little hands that can reach out with that love.

Through Paul, we see how he humbly loved all his congregations from different places without discrimination. This is appealing to us because love is not mere words but genuine actions, sacrifices, and importantly, a love that fosters unity without regard for each individual's background. Becoming a model of love for everyone can begin in the small circles we inhabit. We need to view every person through God's loving lens. Everyone who encounters us is in need of the embrace of Christ's love. Therefore, we are invited to be active agents of love, not just speakers of love. Let us show up with genuine love, not just on our lips but in our hearts and actions every day.

WHAT TO DO:
1. Learn to have love in the form of sacrifice.
2. Love must start from within ourselves to become a role model.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Acts 20-21

Card image
Truth Youth 21 November 2024 - TELADAN ADALAH BENTUK KASIH
2024-11-21 12:50:28


”Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah." (1 Yohanes 4:7)

Berbicara mengenai kasih bukanlah sebuah hal yang mudah. Kata “memberikan contoh” berarti bagaimana kita menjadi teladan, jika kita melihat kasih yang Paulus lakukan bukan sekadar kata-kata, tetapi melalui tindakan nyata. Seperti pada awal kalimat renungan ini, kasih bukanlah hal yang mudah, ketika kita hanya berbicara mengenai kasih tanpa melakukan tindakan nyata, seperti yang sudah diteladankan oleh Paulus, maka itu hanya sampai pada titik omong kosong. Jika diperhatikan dengan saksama, Paulus menghadapi bahaya dan penganiayaan di Yerusalem tetapi dengan teguh ia tetap pergi, ini menunjukkan betapa Paulus mau dan bersedia untuk menderita bagi Tuhan dan bagaimana ia begitu mengasihi jemaatnya. Kasih yang diperlihatkan oleh Paulus bukan hanya berhenti pada rasa simpati akan jemaat yang dilayaninya tetapi kasih yang menunjukkan pengorbanan hidupnya. Melalui Paulus kita melihat bagaimana ia dengan rendah hati mengasihi semua jemaatnya dari berbagai tempat tanpa membedakan, dalam hal ini sangat menarik bagi kita karena, hal mengasihi bukan hanya omongan kosong, tetapi tindakan nyata dalam pengorbanan dan yang penting adalah kasih yang mempererat persatuan tanpa memandang latar belakang setiap individu. Menjadi contoh kasih bagi semua orang, bisa kita mulai dari lingkaran kecil di mana kita berada. Bagaimana kita melihat setiap individu dengan cara pandang Tuhan yang penuh kasih. Setiap orang yang bertemu dengan kita adalah orang-orang yang butuh rangkulan kasih Kristus. Oleh sebab itu, jadilah tangan-tangan kecil Tuhan yang bisa merangkul dengan kasih itu.

Melalui Paulus, kita melihat bagaimana ia dengan rendah hati mengasihi semua jemaatnya dari berbagai tempat tanpa membedakan. Dalam hal ini, sangat menarik bagi kita karena kasih bukan hanya omongan kosong, tetapi tindakan nyata, pengorbanan, dan yang penting adalah kasih yang mempererat persatuan tanpa memandang latar belakang setiap individu. Menjadi contoh kasih bagi semua orang bisa kita mulai dari lingkaran kecil di mana kita berada. Bagaimana kita melihat setiap individu dengan cara pandang Tuhan yang penuh kasih. Setiap orang yang bertemu dengan kita adalah orang-orang yang butuh rangkulan kasih Kristus. Oleh sebab itu, jadilah tangan-tangan kecil Tuhan yang bisa merangkul dengan kasih itu. Kita diajak untuk menjadi pelaku kasih, bukan hanya pembicara kasih. Mari kita hadir dengan penuh cinta, bukan hanya di bibir, tapi di hati dan tindakan kita sehari-hari.

WHAT TO DO:
1.Belajar memiliki kasih dengan wujud pengorbanan
2.Kasih harus dimulai dari diri sendiri bisa menjadi teladan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kisah Para Rasul 20-21

Card image
Renungan Pagi - 21 November 2024
2024-11-21 12:45:59


Ada ungkapan yang berkata, jika yang kita makan adalah 'Sampah' maka yang keluar juga sampah. Sampah itu identik dengan "kotoran" dan barang-barang yang sudah tidak berguna lagi, akan dibuang di tempat sampah. Karena itu, jika kata-kata yang keluar dari mulut kita masih kotor, sia-sia, tidak berguna, coba perhatikan dengan baik, apakah kita terlalu banyak "makan sampah", artinya yang kita dengar adalah hal-hal yang jahat, masuk dalam hati dan pikiran kita, maka hal-hal jahat itu yang akan keluar lewat ucapan kita.

"Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu." "Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu."

Jadi, jika mau mendengarkan firman Tuhan dan membiarkannya tertanam dalam hati, maka kita pasti akan melakukan kebenaran itu dengan setia, dan seharusnya kita akan mengalami pembaharuan dari setiap tutur kata tidak ada lagi "Sampah" yang kita ucapkan! Percayalah, saat itu akan melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan atas hidup kita, sebab perkataan selalu mempermuliakan Nama-NYA.
(Kolose 3:8; Yakobus 1:21)

Card image
Quote Of The Day - 21 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-21 12:44:27


Kita harus menyadari betapa berharganya kesempatan untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan sebagai satu-satunya persiapan menghadapi keadaan terburuk sehingga menatap hari esok yang tidak tentu, yang berkabut, dan kita percaya Allah Yang Maha Kuasa menyertai kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 21 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-21 12:43:27


Kalau kita dibenarkan dan dipertemukan dengan Allah Bapa, lalu kita tidak menjadi manusia sesuai rancangan semula, maka sia-sia kurban Yesus di kayu salib.

Card image
HEAD TO HEAD - 21 November 2024 (English Version)
2024-11-21 12:41:44


In our journey of life interacting with God, we will experience from fantasy to reality. This is indeed difficult to explain, but we will know if the Holy Spirit opens our minds. We have not experienced head to head, face to face means we have not experienced God in real terms that He is a Person who, if we experience it, is awesome and terrifying. Our concept of God which is limited to knowledge, has not made us feel terrified before God, has not made us feel the awesomeness of God, although of course we also say "God is awesome", but in reality and contemplation of life, not yet.

If we continue to seek God in the days of our lives, truly maintain holiness in life and truly no longer desire this world, then we can know God 'head to head,' experience the existence of God who is truly terrifying, awesome because God is a living God. This is what makes us, when we pray or call out "Father in heaven, Elohim Yahweh," unable to hold back tears, because we can understand, experience, and encounter a real Person who grips our soul. We can feel the horror, the awesomeness of the 'Person'.

Many people talk about God, but in reality, they have not yet had a 'head to head' experience with God. What they speak of is just theory, merely knowledge in their minds, and of course, it's not 'wet' but 'dry.' Sermons can be good as if they are argumentative based on Bible verses, but it is dry-it doesn't change human nature, - it may change, they can change, but they do not significantly alter the way we think, or change our thoughts about God-because it is being delivered by someone who has not directly experienced God. Because when we reach a 'head-to-head' experience with God, we will undoubtedly feel His terror and awesomeness, so we will not easily sin.

Therefore, if we truly fear and honor God, we will also tremble and fear making even the smallest mistake. Hence, it is crucial that the holiness of our lives is based on holiness that is not forced, one that is done and driven by a heart that truly respects and loves God. To do this, we must continually seek God, live in holiness, and not desire this world-whatever it may be; we only desire God and His Kingdom. Then, God will be like the sun that rises and is real to our eyes, real before us, and we can be 'head to head' with Him just as we would with our parents, who give advice, or a close friend, who can accompany us; even more, God is so real in our lives.

That is why God allows us to face problems, challenges, pressures, and trials. Through these difficulties, God accompanies us; He is with us. The Word of God says, "Your walls are in My eyes," meaning that God is watching, guarding us so that if there are enemies, wild animals, evil people who want to ruin our lives, God will prevent them. Although in the reality of life, we face various problems, God will not make us always calm on earth. There are always problems. But our calmness is not determined by our environment. Do not think that we can only feel calm when there are no problems.

If Almighty Yahweh becomes our Father, who are we afraid of? For He is the Almighty God who controls and governs everything. It depends on how much we trust Him. Do not underestimate, do not belittle, do not insult God with our disbelief or doubts about His faithfulness. The personal problems we face are exercises in trusting God. Once we pass these tests, then God will entrust His great work. Where we return to face the reality of how difficult the struggle of life is in God's work, which sometimes God seems to be hiding. But God wants to train our faith in trusting Him.

So, while we still have the opportunity to reconcile with God and know God properly, we want to reconcile and know God properly. If someone does not have this experience, it is difficult for them to honor God properly and appropriately. Honoring God must be natural, flowing from our hearts, from an encounter with God who is so awesome. Experience His Person, where we can be ‘head to head’ facing God so that we have and feel awesome fear. If we have this experience, then praying is no longer an obligation, but a necessity. We are encouraged to find and have a dialogue with God.

WHEN WE REACH A "HEAD TO HEAD" EXPERIENCE WITH GOD, WE WILL UNDOUBTEDLY FEEL HIS TERROR AND AWESOMENESS, SO WE WILL NOT EASILY SIN.

Card image
HEAD TO HEAD - 21 November 2024
2024-11-21 12:38:59


Dalam perjalanan hidup kita berinteraksi dengan Tuhan, kita akan mengalami dari fantasi menjadi realitas. Hal ini memang sulit dijelaskan, tetapi kita akan tahu jika Roh Kudus membuka pikiran kita. Kita belum mengalami head to head, face to face berarti kita belum mengalami Tuhan secara nyata bahwa Dia adalah satu Pribadi yang jika kita mengalaminya, dahsyat dan mengerikan. Konsep kita tentang Tuhan yang sebatas pengetahuan, belumlah membuat kita merasa ngeri di hadapan Allah, belumlah membuat kita merasakan kedahsyatan Allah, walaupun tentu kita juga mengatakan “Allah itu dahsyat”, tetapi di dalam kenyataan dan perenungan hidup, belum.  

Kalau kita terus mencari Tuhan dalam hari-hari hidup kita, benar-benar menjaga kesucian dalam hidup dan sungguh-sungguh tidak lagi mengingini dunia ini, maka kita bisa mengenal Allah ‘head to head,’ menghayati keberadaan Allah yang benar-benar mengerikan, mendahsyatkan karena Allah adalah Allah yang hidup. Ini yang membuat ketika kita berdoa atau ketika kita memanggil “Bapa di surga, Elohim Yahweh,” tidak bisa tidak meneteskan air mata, sebab kita bisa mengerti, menghayati, menjumpai satu Sosok nyata yang mencengkeram jiwa kita. Kita bisa merasakan kengerian, kedahsyatan ‘Pribadi’ itu.  

Banyak orang bicara tentang Tuhan, padahal sejatinya dia tidak sampai pada pengalaman ‘head to head’ dengan Allah—belum. Yang dia bicarakan mengenai Tuhan hanya teori, sebatas pengetahuan di dalam pikiran dan tentu saja tidak ‘basah;’ tapi ‘kering.’ Khotbah bisa bagus seakan-akan argumentatif berdasarkan ayat-ayat Alkitab, tapi kering —tidak mengubah kodrat manusia, bisa mengubah, tapi tidak signifikan mengubah cara berpikir, mengubah isi pikiran kita tentang Allah—karena disampaikan oleh orang yang tidak mengalami Tuhan secara langsung. Sebab ketika kita sampai pengalaman ‘head to head’ dengan Allah, kita pasti merasakan kegentaran dan kedahsyatan-Nya, maka kita tidak mudah berbuat dosa.

  Jadi, apabila kita kita sungguh-sungguh gentar dan hormat akan Allah, pasti kita juga gentar dan takut untuk berbuat salah, sekecil apa pun kesalahan itu. Maka, sangat penting bila kesucian hidup kita didasarkan pada kesucian yang tidak dipaksakan, yang dilakukan dan didorong oleh hati yang sungguh-sungguh menghormati Allah dan mengasihi Dia. Untuk itu, kita harus mencari Tuhan terus, hidup dalam kekudusan, jangan mengingini dunia ini, apa pun; kita hanya mengingini Tuhan dan Kerajaan-Nya. Maka Tuhan seperti matahari yang terbit dan nyata di mata kita, nyata di depan kita dan kita bisa ‘head to head’ senyata orang tua kita yang dapat memberi nasihat, senyata sahabat, teman dekat, yang bisa mendampingi; lebih dari itu Allah begitu nyata di dalam hidup kita.  

Itulah sebabnya Tuhan memberi kita masalah, persoalan, tekanan, pencobaan. Di dalam masalah-masalah itu, Tuhan mendampingi kita, Dia menyertai kita. Firman Tuhan mengatakan, "Tembok-tembokmu di mata-Ku," artinya Tuhan memperhatikan, menjagai kita sehingga kalau ada musuh, binatang buas, ada orang jahat yang mau merusak hidup kita, Tuhan akan mencegah. Walaupun di dalam kenyataan hidup, kita menghadapi berbagai persoalan, Tuhan tidak akan membuat kita selalu tenang di bumi. Selalu saja ada masalah. Tapi ketenangan kita tidaklah ditentukan oleh lingkungan kita.  Jangan berpikir kalau tidak ada masalah, kita baru tenang.

  Kalau Yahweh Yang Maha Kuasa menjadi Bapa kita, siapa yang kita takuti? Sebab Dia adalah Allah Yang Maha Kuasa yang mengontrol, mengendalikan segala sesuatu. Ini tergantung seberapa kita mempercayai Dia. Jangan meremehkan, jangan merendahkan, jangan menghina Allah dengan ketidakyakinan atau keraguan kita atas kesetiaan-Nya. Masalah-masalah pribadi yang kita hadapi merupakan latihan kita memercayai Allah. Yang jika kita sudah lulus, maka Tuhan akan memercayakan pekerjaan-Nya yang besar. Yang di situ kita kembali menghadapi realitas betapa beratnya pergumulan hidup dalam pekerjaan Tuhan, yang kadang-kadang Tuhan seperti bersembunyi. Tapi Tuhan mau melatih iman kita dalam memercayai Dia.  

Maka, selagi kita masih memiliki kesempatan untuk berdamai dan mengenal Allah secara benar, kita mau berdamai dan mengenal Allah secara benar. Kalau seseorang tidak memiliki pengalaman ini, sulit ia menghormati Tuhan secara patut dan pantas. Penghormatan akan Allah harus natural yang mengalir dari hati kita, dari perjumpaan dengan Allah yang begitu dahsyat. Alamilah Pribadi-Nya, di mana kita bisa 'head to head’ berhadapan dengan Allah sehingga memiliki dan merasakan kegentaran yang dahsyat. Kalau kita memiliki pengalaman ini, maka berdoa sudah tidak lagi menjadi kewajiban, tapi kebutuhan. Kita didorong untuk menemukan dan berdialog dengan Allah.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KETIKA KITA SAMPAI PENGALAMAN ‘HEAD TO HEAD’ DENGAN ALLAH, KITA PASTI MERASAKAN KEGENTARAN DAN KEDAHSYATAN-NYA, MAKA KITA TIDAK MUDAH BERBUAT DOSA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 November 2024
2024-11-21 12:34:31

Yakobus 1-5

Card image
Truth Youth 20 November 2024 (English Version) - BECOMING A ROLE MODEL
2024-11-20 19:15:00


"Let no one despise your youth, but be an example to the believers in word, in conduct, in love, in spirit, in faith, and in purity." (1 Timothy 4:12)

Sometimes we think, “Oh, I’m still young, I don’t know much yet.” But in reality, age is not a barrier to being a role model for others. In fact, it is during our youth that we have a great opportunity to be a good example and make a positive impact. We can show that living in truth is possible and cool, even in a world full of temptations and challenges.

1 Timothy 4:12 reminds us, “Let no one despise your youth. Be an example to the believers in word, in conduct, in love, in spirit, in faith, and in purity.” This verse encourages us that as young people, we can be role models in all aspects—how we speak, act, and love others. We are called to be light and demonstrate Christ’s values in our daily lives.

Being a role model doesn’t mean we have to be perfect. Instead, through our weaknesses and struggles, we can show how God’s love and truth work in our lives. When we choose to be honest even when we have the chance to lie, when we continue to show love even when others are unkind, or when we boldly say no to things that are wrong, we demonstrate what it means to live in truth.

Living as a role model also means we dare to walk in faith, even when others doubt or mock us. Every time we choose to do what is right and live according to God’s Word, we are giving the best “present” as our worship to God. We show that we care more about what God thinks than about the opinions of others.

WHAT TO DO:
1. Starting today, avoid gossip, slander, or degrading words, and choose to spread kindness through your speech.
2. When a friend is in need or facing difficulties, show your care and love without expecting anything in return.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Acts 18-19

Card image
Truth Youth 20 November 2024 - MENJADI ROLE MODEL
2024-11-20 19:11:19


Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” (1 Timotius 4:12)

Kadang kita merasa, “Ah, aku kan masih muda, masih banyak yang belum aku tahu.” Tapi sebenarnya, usia bukanlah halangan untuk jadi role model bagi orang lain. Malah, justru di masa muda inilah kita punya kesempatan besar buat jadi contoh yang baik dan membawa dampak positif. Kita bisa menunjukkan bahwa hidup dalam kebenaran itu mungkin dan keren, bahkan di tengah dunia yang penuh godaan dan tantangan.

1 Timotius 4:12 berkata, “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” Ayat ini ngingetin kita bahwa sebagai pemuda, kita bisa jadi role model dalam segala hal—dari cara kita bicara, bertindak, sampai bagaimana kita mengasihi orang lain. Kita dipanggil buat jadi terang dan menunjukkan nilai-nilai Kristus dalam kehidupan sehari-hari.

Menjadi role model nggak harus berarti jadi sempurna. Justru lewat kelemahan dan perjuangan kita, kita bisa menunjukkan bagaimana kasih dan kebenaran Tuhan bekerja dalam hidup kita. Saat kita memilih untuk tetap berkata jujur meski ada kesempatan untuk berbohong, saat kita tetap menunjukkan kasih meski orang lain nggak baik sama kita, atau saat kita berani berkata tidak pada hal-hal yang salah, artinya kita sedang menunjukkan apa artinya hidup dalam kebenaran.

Hidup sebagai role model juga berarti kita berani berjalan dalam iman, bahkan ketika orang lain meragukan atau mengejek. Setiap kali kita memilih untuk melakukan yang benar dan hidup sesuai dengan firman Tuhan, kita sedang memberikan “present” terbaik sebagai penyembahan kita kepada Tuhan. Kita menunjukkan bahwa kita lebih peduli pada apa yang Tuhan pikirkan daripada pendapat orang lain.

WHAT TO DO:
1.Mulai hari ini, hindari gosip, umpatan, atau kata-kata yang merendahkan, dan pilih untuk menyebarkan kebaikan lewat ucapanmu.
2.Saat ada teman yang membutuhkan atau sedang mengalami kesulitan, tunjukkan kepedulian dan kasihmu tanpa mengharapkan balasan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kisah Para Rasul 18-19

Card image
Renungan Pagi - 20 November 2024
2024-11-20 17:47:09


Ibadah adalah bagian yang tidak boleh dipisahkan dari kehidupan iman kristen, karena iman kristen tanpa disertai ibadah kepada Tuhan adalah kemunafikan, begitu juga ibadah tanpa iman adalah kebodohan. "Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi."

Ibadah itu bukan hanya sekedar ritual agamawi, tetapi ibadah itu adalah komunikasi dua arah dengan Tuhan, ibadah adalah membangun hubungan pribadi dengan Tuhan, ibadah adalah saat dimana kita memuji dan menyembah dalam hadirat Tuhan, belajar mengenal kehendak-Nya untuk dilakukan, saat melakukan ibadah di gereja, maka kita bersekutu dengan orang-orang percaya lainnya juga, kemudian mempraktekkan ajaran Tuhan itu di tengah komunitas orang percaya.
(1 Timotius 6:11-12)

Card image
Quote Of The Day - 20 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-20 17:45:43


Jangan main-main dengan Tuhan! Persiapkan diri untuk situasi yang terburuk.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 20 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-20 17:44:29


Penghormatan akan Allah harus natural yang mengalir dari hati kita, dari perjumpaan dengan Allah yang begitu dahsyat.

Card image
THE COLORS OF LIFE - 20 November 2024 (English Version)
2024-11-20 17:43:10


We must constantly live with the awareness that we are walking with God, more than the candid camera that is always watching us. Therefore, be careful with your mouth, be careful with your eyes, be careful with your hands. Many believers live as if God does not exist, even though their bodies are the temple of God. Because they do not experience God's presence, they are careless with what they say, think and do; here they grieve the Spirit of God. If they continue to grieve the Spirit of God, then they will quench the Spirit. And if they have quenched the Spirit of God, then they enter the level of blaspheming the Spirit of God. And all of that is a maneuver of the power of darkness that they are not aware of. In fact, how much God loves them; also us.

The question is, are we willing to change? If yes, then do this: change our life routine. Because when we change our routine, we change our nature. Start the day early with prayer. Avoid looking at inappropriate things and refrain from building close relationships with people who do not fear God. Be cautious with your eyes, words, and ears, for life is as fleeting as vapor. The Bible says, like the grass flower that blooms in the morning, beautiful, but by the evening it has thrown into the trash. Don't disrespect God. God may seem silent, but in reality God is active; God responds to what we do. Just as parents react to the actions of their own children-though not as strongly to those of someone else’s child-when it is their own child, it deeply affects them.

And if we claim that God is our Father, then everything we do affects His feelings. Ironically, most believers are religious but not truly connected to God. Because they feel that they have believed in God by diligently going to church. Believing in God is a relationship that continues at all times. That is the ideal, and only then is the beautiful color that God desires built, where God enjoys it. There is no view more beautiful for God to see, no fragrance sweeter for God to smell, and no melody more pleasing to His ears than when we walk with Him every moment and in all things we please His heart.

We still have a chance. And realize how precious every second, minute, hour, day is. But a person's seconds, minutes, hours, days, years can be wasted if they are not filled properly, namely interaction with God, giving birth to a relationship that is enjoyed by God. Each of us is imperfect and not yet perfect, but we want to achieve it. So we always ask, "What should I do, Lord? Make me understand Your will for me to do, and make me understand Your plan for me to fulfill." The first is to be willing to live a holy life and leave behind all things that God does not approve of. The second is to be willing to have no desire other than to do His will. Let us not happen when we die, we do not have the color of life as God desires.

Honestly, we surely know what are the wrong things that if we do them, it grieves God. Unless we don't want to know because we don't care about God's feelings. If we bring these matters before Him, then God will definitely tell us. Create a beautiful life by walking with God. Because besides us prepared to enter eternity, we will also be blessed on this earth. God will not let us be put to shame because we must be witnesses with a life that is attached to God. Indeed, for a while, maybe when we are serious, the situation will actually get worse. Wait! We are being tested by God, to what extent our faithfulness is. But in time, God will lift us up. God knows what our needs and longings are. He knows who we love and protects them even without us asking. We will be able to feel the real presence of God.

Don't wait until we have a vision or physical touch before we say: "God really exists." Not that way. The Lord Jesus said to Thomas, "Blessed is the man who believes, even though he does not see." That means we have to believe first, and we express this belief with action; how we please God by getting rid of all sins. Besides being sensitive to what grieves God, we can also be sensitive to what pleases God. There our conscience becomes alive and matures. To that extent, the color of our life will please God, and we are worthy to be called God's children. The nature of God is within us when our conscience is matured through the process of everyday life, so that it becomes God's conscience.

CREATE A BEAUTIFUL LIFE BY WALKING WITH GOD.

Card image
WARNA KEHIDUPAN - 20 November 2024
2024-11-20 17:40:58


Kita harus selalu dalam penghayatan bahwa kita berjalan dengan Tuhan, lebih dari candid camera yang selalu mengawasi kita. Karena itu, hati-hati gunakan mulut, hati-hati gunakan mata, hati-hati gunakan tangan kita. Banyak orang percaya yang hidup seakan-akan Tuhan tidak ada, padahal tubuhnya adalah bait Allah. Karena mereka tidak menghayati kehadiran Allah, maka mereka sembarangan dengan apa yang mereka ucapkan, pikirkan dan lakukan; di sini mereka mendukakan Roh Allah. Kalau terus-menerus mendukakan Roh Allah, maka mereka akan memadamkan Roh itu. Dan kalau sudah memadamkan Roh Allah, lalu masuk ke tingkat menghujat Roh Allah. Dan itu semua adalah manuver dari kuasa kegelapan yang tidak mereka sadari. Padahal, betapa sayang Tuhan kepada mereka; juga kepada kita.

Pertanyaannya, maukah kita berubah? Jika ya, maka lakukan ini: ubahlah rutinitas hidup kita. Sebab ketika kita mengubah rutinitas, maka kita mengubah kodrat kita. Bangunlah pagi, berdoa. Jangan melihat apa yang tidak pantas, jangan bergaul akrab dengan orang yang tidak takut Tuhan. Hati-hati gunakan mata, mulut, telinga karena hidup kita singkat seperti uap. Kata Alkitab, seperti bunga rumput yang pada pagi hari mekar, indah, namun sore telah dibuang ke dalam sampah. Jangan tidak menghormati Tuhan. Memang Tuhan seakan-akan diam, tapi sebenarnya Tuhan aktif; Tuhan merespons apa yang kita lakukan. Sama seperti orang tua yang pasti merespons, bereaksi terhadap apa yang dilakukan anaknya. Kalau anak tetangga, tidak terlalu memengaruhi perasaan orang tua. Tapi kalau anak sendiri, pasti memengaruhi.

Dan kalau kita mengaku Allah adalah Bapa kita, maka segala sesuatu yang kita lakukan itu memengaruhi perasaan-Nya. Ironis, sebagian besar orang percaya beragama, tapi tidak bertuhan. Karena mereka merasa sudah bertuhan dengan rajin pergi ke gereja. Bertuhan adalah sebuah hubungan yang tiada henti setiap saat. Itu baru ideal, dan baru terbangun warna indah yang Allah kehendaki yang di situ Allah menikmatinya. Tidak ada pemandangan yang lebih indah yang dapat dilihat Tuhan dan tidak ada keharuman yang harum dicium oleh Allah, juga tidak ada melodi indah yang terdengar di telinga Allah, kecuali ketika kita setiap saat berjalan dengan Tuhan dan dalam segala hal kita menyenangkan hati-Nya.

Kita masih punya kesempatan. Dan sadarilah betapa berharganya setiap detik, menit, jam, hari kita. Tetapi detik, menit, jam, hari, tahun-tahun seseorang bisa menjadi sia-sia kalau tidak diisi dengan benar, yaitu interaksi dengan Allah, melahirkan sebuah hubungan yang dinikmati oleh Allah. Setiap kita tidak sempurna dan belum sempurna, tapi kita mau mencapainya. Maka selalu kita perkarakan, “Apa yang harus aku lakukan, Tuhan? Buat aku mengerti kehendak-Mu untuk kulakukan, dan buat aku mengerti rencana-Mu untuk kupenuhi.” Yang pertama, bersedia hidup suci dan meninggalkan semua hal yang Tuhan tidak berkenan. Yang kedua, bersedia tidak punya keinginan apa pun kecuali melakukan kehendak-Nya. Jadi jangan sampai nanti ketika kita meninggal dunia, kita tidak memiliki warna hidup seperti yang Allah kehendaki.

Sejujurnya, kita pasti tahu hal-hal apa yang salah yang kalau kita lakukan, itu mendukakan Tuhan. Kecuali kita tidak mau tahu karena kita tidak peduli perasaan Allah. Jika kita memperkarakannya dengan Tuhan, maka Tuhan pasti beri tahu. Ciptakan kehidupan yang indah berjalan dengan Tuhan. Sebab selain kita dipersiapkan masuk kekekalan, kita juga akan diberkati di bumi ini. Tuhan tidak akan permalukan kita. Sebab kita harus menjadi saksi dengan kehidupan yang melekat dengan Tuhan. Memang untuk sementara waktu, mungkin saja ketika kita sungguh-sungguh, keadaan justru makin terpuruk. Tunggu! Kita sedang diuji Tuhan, sampai di mana kesetiaan kita. Namun pada waktunya, Tuhan akan angkat kita. Tuhan tahu apa yang menjadi kebutuhan dan kerinduan kita. Tuhan mengenal siapa yang kita kasihi untuk dilindungi Tuhan, tanpa kita minta. Kita akan bisa merasakan keberadaan Allah yang nyata.

Jangan menunggu kita mendapat penglihatan atau sentuhan fisik, baru kita berkata: “Allah itu benar-benar ada.” Tidak dengan cara demikian. Tuhan Yesus berkata kepada Tomas, “_ Berbahagialah orang yang percaya, walau tidak melihat.” Itu berarti kita harus percaya dulu, dan percaya ini kita nyatakan dengan tindakan; bagaimana kita menyenangkan Tuhan dengan membuang semua dosa. Selain kita peka terhadap apa yang mendukakan hati Allah, kita juga bisa peka terhadap apa yang menyenangkan hati Allah. Di situ nurani kita menjadi hidup dan didewasakan. Sampai tingkat itu, warna hidup kita baru menyenangkan hati Allah, dan kita layak disebut sebagai anak-anak Allah. Sifat Allah ada dalam diri kita ketika nurani kita didewasakan lewat proses kehidupan setiap hari itu, sehingga menjadi nurani Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

CIPTAKAN KEHIDUPAN YANG INDAH BERJALAN DENGAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 November 2024
2024-11-20 17:38:01

Kisah Para Rasul 13-14

Card image
Truth Kids 19 November 2024 - PEDULI SESAMA
2024-11-19 21:33:17


Filipi 2:4
”dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.”

Di sebuah desa kecil, hiduplah si Kelinci Baik. Setiap pagi dia melompat-lompat dengan riang sambil berteriak, "Hari baru, kesempatan baru untuk membantu teman-teman!" Melihatnya, si Burung Cendrawasih bertanya, "Mengapa kamu selalu begitu bersemangat, Kelinci Baik?" "Karena setiap orang memiliki kebutuhan, dan aku ingin membantu hidup mereka! Meski kadang aku tidak tahu bagaimana caranya, aku percaya dengan kelemahlembutan, aku bisa membuat perbedaan," jawab Kelinci Baik dengan ceria.

Sobat Kids, seperti Kelinci Baik yang selalu siap membantu, kita pun dipanggil untuk peka terhadap kebutuhan orang lain. Ketika kita melihat teman yang kesulitan atau merasa sedih, marilah kita mendekat dan menawarkan bantuan dengan lembut. Tidak selalu kita harus memberikan sesuatu yang besar. Kadang, perhatian dan kata-kata baik sudah cukup untuk menghibur mereka. Ingatlah, dengan kelemahlembutan dalam hati, kita dapat menunjukkan kasih Tuhan kepada sesama. Mari kita berkomitmen untuk menjadi pembawa kebaikan, karena setiap tindakan kecil kita dapat memberi dampak yang besar!

Card image
Truth Junior 19 November 2024 - TANGAN PENOLONG
2024-11-19 21:31:29


Filipi 2:4
”dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.”

Pernahkah Sobat Junior melihat teman sedang menangis? Atau mungkin ada teman yang sedang sakit dan tidak bisa ikut bermain? Kita semua pernah mengalami perasaan seperti itu. Di dalam Alkitab, Tuhan mengajarkan kita untuk menjadi sahabat yang baik. Sahabat yang baik adalah orang yang peduli dengan teman-temannya. Dia akan berusaha untuk menghibur teman yang sedih, membantu teman yang sedang kesulitan, dan selalu ada untuk teman-temannya.

Dalam Lukas 10:25-37, ada kisah tentang seorang pria yang sedang melakukan perjalanan dan dirampok oleh para pencuri. Ia dipukuli dan ditinggalkan terluka di pinggir jalan. Beberapa orang melewati dia tanpa peduli, namun ada seorang Samaria yang baik hati. Orang Samaria ini melihat orang yang terluka, merasa kasihan, dan dengan kelemahlembutan merawatnya. Dia membalut lukanya, mengantarnya ke penginapan, dan membayarkan semua kebutuhannya. Inilah contoh yang Tuhan Yesus berikan kepada kita, yaitu menolong orang yang membutuhkan, meskipun kita tidak mengenalnya.

Tuhan menginginkan kita untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi juga melihat apa yang orang lain butuhkan. Kadang-kadang, teman atau orang di sekitar kita mungkin membutuhkan bantuan, dan Tuhan mengajar kita untuk membantu dengan kasih dan kelemahlembutan.

Ketika peka terhadap kebutuhan orang lain dan memberikan bantuan dengan kelemahlembutan, kita menunjukkan kasih Tuhan. Inilah sikap yang disukai Tuhan. Ingatlah, setiap perbuatan kecil yang kita lakukan dengan hati yang lembut bisa membuat orang lain merasakan cinta dan perhatian dari Tuhan.

Card image
Truth Youth 19 November 2024 (English Version) - BUILDING THE CHARACTER OF CHRIST
2024-11-19 21:29:31


"Let this mind be in you, which was also in Christ Jesus." (Philippians 2:5)

We all have role models, individuals we admire and aspire to emulate in our lives. They could be celebrities, athletes, or even friends we consider remarkable. But as believers, our best role model is actually Jesus Himself. He is not just an example, but also the goal we should strive to achieve in shaping our character every day.

Philippians 2:5 reminds us to have the same mindset and feelings as Christ Jesus. The character of Christ is not just about patience or humility; it’s also about how we love others, even when it’s difficult. It’s about forgiving, even when our hearts are hurt.

Building the character of Christ means we must be ready to let go of selfish traits, the desire to always win, or the need to be seen as the best by others. Instead, we learn to be humble, patient, and willing to love unconditionally. For example, when a friend wrongs us, rather than retaliating or shutting them out, we choose to forgive and continue to love them. Or, when we have the opportunity to stand out, we remain humble and avoid arrogance.

Every time we choose to exhibit the character of Christ, it is the best “present” we can give as worship to God. We show that our lives are no longer just about ourselves, but about Him who lives in us. It’s not always easy, but remember that the Holy Spirit is always there to help us become more like Christ every day.

WHAT TO DO:
1. Whenever you feel the urge to prove yourself or be the best, try to hold back and focus on how to help others instead.
2. Each day, look for opportunities to do good and love others, even in simple ways. In doing so, you are gradually building the character of Christ in your life.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Acts 16-17

Card image
Truth Youth 19 November 2024 - MEMBANGUN KARAKTER KRISTUS
2024-11-19 21:27:31


”Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” (Filipi 2:5)

Kita semua pasti punya role model, sosok yang kita kagumi dan ingin kita tiru dalam hidup. Mungkin itu artis, atlet, atau bahkan teman yang kita anggap hebat. Tapi sebagai orang percaya, role model terbaik kita sebenarnya adalah Yesus sendiri. Dia bukan hanya teladan, tapi juga tujuan yang harus kita capai dalam membentuk karakter kita setiap hari.

Filipi 2:5 berkata, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” Ayat ini mengingatkan kita untuk memiliki cara berpikir dan merasa yang sama seperti Yesus. Karakter Kristus nggak cuma soal sabar atau rendah hati, tapi juga tentang bagaimana kita mengasihi orang lain, bahkan ketika mereka sulit untuk dikasihi. Ini tentang bagaimana kita mengampuni, bahkan ketika hati kita terluka.

Membangun karakter Kristus berarti kita harus siap meninggalkan sifat egois, keinginan untuk selalu menang, atau keinginan untuk dilihat sebagai yang terbaik oleh orang lain. Sebaliknya, kita belajar untuk rendah hati, sabar, dan berani mengasihi tanpa syarat. Misalnya, saat ada teman yang berbuat salah sama kita, alih-alih membalas atau mendiamkan, kita memilih untuk mengampuni dan tetap mengasihi. Atau, saat kita punya kesempatan untuk menonjol, kita tetap rendah hati dan nggak sombong.

Setiap kali kita memilih untuk menampilkan karakter Kristus, itu adalah bentuk “present” terbaik yang bisa kita berikan sebagai penyembahan kepada Tuhan. Kita sedang menunjukkan bahwa hidup kita nggak lagi tentang kita sendiri, tapi tentang Dia yang hidup di dalam kita. Memang nggak selalu mudah, tapi ingatlah bahwa Roh Kudus selalu ada untuk membantu kita menjadi lebih seperti Kristus setiap hari.

WHAT TO DO:
1.Setiap kali kamu merasa ingin membuktikan diri atau menjadi yang terbaik, cobalah untuk menahan diri dan fokus pada cara membantu orang lain.
2.Setiap hari, cari kesempatan untuk berbuat baik dan mengasihi orang lain, bahkan dalam hal-hal sederhana. Dengan cara ini, kamu sedang membangun karakter Kristus sedikit demi sedikit dalam hidupmu.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kisah Para Rasul 16-17

Card image
Renungan Pagi - 19 November 2024
2024-11-19 21:25:04


Menyatakan kasih Allah bagi orang lain, bukan hanya ketika kita tersenyum kepada orang lain, bukan juga hanya ketika mengulurkan tangan bagi orang yang memerlukan dan bukan hanya ketika mengangkat mereka yang jatuh, dengan cara mendoakan, supaya mereka berbalik kepada Tuhan, Rasul Paulus mengingatkan kita.

"Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!"

Tetapi kasih Allah juga harus diwujudkan dalam memberitakan Injil, jangan merasa malu, takut dan minder untuk memberitakan Injil, sebab orang yang tidak memberitakan Injil adalah orang yang jahat di mata Tuhan, sebab itu berarti kita tidak menunaikan tugas pelayanan Amanat Agung Tuhan Yesus.
(2 Timotius 4:2,5)

Card image
Quote Of The Day - 19 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-19 21:23:13


Ketika kita mencari Tuhan, sejatinya kita sedang menggores sejarah kehidupan yang indah, berkenan kepada Allah, dan yang abadi.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 19 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-19 21:21:56


Kalau kita mengaku Allah adalah Bapa kita, maka segala sesuatu yang kita lakukan itu memengaruhi perasaan-Nya.

Card image
MERASA BERHARGA - 19 November 2024
2024-11-19 21:19:44


  Seseorang yang biasa dihargai orang, selalu mendapatkan respons dan sikap positif dari lingkungan, dapat membuat seseorang menjadi begitu percaya diri dengan keadaan yang mana membuatnya memiliki nilai lebih di mata manusia. Namun, jangan merasa karena hal itu maka kita merasa diri menarik di mata Allah. Jangan sombong. Justru ketika kita merasa layak di hadapan Allah dengan nilai-nilai lebih di mata manusia, sejatinya kita meremehkan Allah seakan-akan Allah bisa dibayar dengan kelebihan yang tak ada nilainya di mata-Nya. Setan mau membinasakan banyak orang dengan cara membuat manusia merasa dirinya tidak bernilai. Lalu bagaimana dia bisa menjadi bernilai? Dia akan berusaha untuk studi dan meraih gelar sebanyak-banyaknya. Bukan tidak boleh punya gelar; setiap kita harus memaksimalkan potensi. Di sisi lain, ia akan mengumpulkan kekayaan dan harta, supaya orang lain bisa menundukkan diri dan menghormatinya. Dan dengan cara ini, mereka merasa bernilai.  

Betapa sesatnya pikiran-pikiran semacam ini. Jangan merasa kita berharga di mata manusia lalu otomatis juga berharga di mata Allah. Dan sebaliknya, jangan kita merasa tidak berharga di mata Allah karena kita tidak berharga di mata manusia. Hari ini bangkitlah, pandanglah ke atas. Allah Bapa yang penuh belas kasihan justru mencari orang-orang yang terpuruk, yang jatuh, yang mengalami brokenness; kehancuran, karena Tuhan mengangkat orang-orang seperti ini; “Buluh yang terkulai tidak akan dipatahkan. Lampu yang pudar tidak akan dipadamkan.” Allah justru membelaskasihani orang-orang yang terbuang. Seperti Yesus ketika datang, Dia menghampiri pemungut cukai yang menjadi kelompok outcast di mata orang Yahudi, kelompok yang terbuang, kelompok orang yang dianggap berdosa, menjadi manusia-manusia yang di-_persona-non-grata-kan (artinya: Orang yang tidak disukai).  

Justru Tuhan menyentuh perempuan-perempuan berdosa dan menyelamatkan mereka, yang mana orang-orang moralis pada waktu itu mencela, mengkritisi Yesus seakan-akan Dia bukan nabi yang baik karena bergaul dengan orang berdosa. Tapi Yesus berkata, “Bukan orang sehat yang membutuhkan tabib. Orang sakit yang butuh tabib.” Bukan orang sehat yang perlu dokter, tapi orang sakit. Ironis, ada di antara orang percaya yang tidak terlalu merasa membutuhkan Tuhan, dan itu penipuan agama. Agama membuat orang menjadi baik, melakukan kegiatan agama untuk kepentingan agama itu sendiri. Apalagi kalau itu menyangkut kepentingan pemimpin agamanya, atau kelompoknya, sampai-sampai Tuhan dijual.  

Perhatikan, kalau kita tidak merasa membutuhkan Tuhan atau rasa butuh kita tidak memenuhi kuota di mata Allah, bertobatlah. Jangan sampai pada waktunya Tuhan berkata, “Aku tidak kenal kamu” karena kesombongan kita. Sebaliknya, kita yang terpuruk, yang merasa terbuang, ingatlah ucapan Tuhan Yesus, “Aku mencari kamu. Aku mencari kamu.” Tuhan mau menemukan kita, lalu bisa membangun sebuah fellowship Dalam fellowship itu ada warna yang istimewa, yang tidak pernah ada di muka bumi selain antara Allah dan kita, dan hanya Allah yang tahu, tapi kita pun bisa merasakannya. Dan itu yang harus ditemukan, karena itulah yang menjadi harta abadi kita.  

Jangan sampai ketika kita meninggal, Tuhan tidak menemukan warna itu. Sebab kita dilahirkan, dirancang sebagai manusia yang luar biasa dengan keunikannya. Dan Allah mau menemukan warna itu, yang Allah sendiri juga nikmati. Jangan kita merasa sudah bertuhan karena kita beragama, ke gereja, beribadah, memberi persembahan uang, lalu kita merasa sudah menyelesaikan tugas kita dan berkata, “Done.” Mengerikan. Masalahnya, banyak orang tidak berambisi untuk menemukan Tuhan dan memiliki hubungan yang personal itu. Waktu kita itu berharga sekali. Waktu adalah satu hal yang tidak bisa dibeli, tidak bisa ditukar. Alkitab katakan, “Sehasta saja kita tidak bisa menambahkan umur hidup kita” (Luk. 12:25). Maka betapa bernilainya waktu ketika kita berjalan dengan Tuhan setiap saat; bukan hanya setiap hari.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JANGAN KITA MERASA TIDAK BERHARGA DI MATA ALLAH KARENA KITA TIDAK BERHARGA DI MATA MANUSIA.  

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 19 November 2024
2024-11-19 21:15:26

Kisah Para Rasul 11-12

Card image
Truth Kids 18 November 2024 - TENANG DALAM MARAH
2024-11-19 21:11:21


Yakobus 1:19
”Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;”

Namaku Rian, dan aku sangat bersemangat saat pergi ke sekolah setiap hari. Setiap pagi, ibuku menyiapkan sarapan yang lezat agar aku punya energi untuk belajar. Ibu selalu mengingatkanku untuk bersikap baik kepada teman-teman, terutama saat mereka sedang marah.

Suatu hari saat di sekolah, aku melihat teman sekelasku, Dika, sedang berteriak marah. Teman-teman yang lain menjauh karena takut. Aku merasa perlu melakukan sesuatu. Dengan hati-hati, aku mendekatinya dan bertanya, "Dika, kenapa kamu marah? Apakah ada yang bisa aku bantu?" Dika berhenti sejenak dan menjawab, "Aku kehilangan buku pentingku, dan aku sangat kesal!" Aku mencoba bersikap lembut dan mengajaknya mencari buku tersebut bersama-sama. "Mari kita cari bersama, siapa tahu ada di sekitar sini," ucapku sambil tersenyum. Setelah beberapa menit, kami menemukan bukunya terjatuh di bawah meja. Dika terlihat lega dan berterima kasih padaku.

Sobat Kids, dari cerita ini, kita belajar bahwa menghadapi kemarahan dengan kelemahlembutan, dapat membawa ketenangan. Tuhan ingin kita menjadi penyejuk bagi orang-orang di sekitar kita.

Card image
Truth Junior 18 November 2024 - PEMBAWA DAMAI
2024-11-19 07:14:17


Yakobus 1:19
”Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;”

Sobat Junior, bagaimana reaksimu ketika melihat temanmu sedang marah yang wajahnya memerah, suaranya meninggi, atau bahkan dia menangis karena kesal? Terkadang kita pasti bingung dan mungkin ikut merasa sedih. Tapi, tahukah kamu, ada cara yang baik untuk menghadapi teman yang sedang marah?

Tuhan menginginkan kita untuk mendengarkan orang lain dengan baik, tidak cepat marah, dan tidak terburu-buru dalam berbicara. Dengan begitu, kita bisa menunjukkan kelemahlembutan dalam kehidupan kita. Misalnya, ketika teman sedang marah, kita harus sabar mendengarkan dahulu apa yang ingin dia katakan. Tenangkan hati, jangan sampai kita ikut marah. Marah hanya akan membuat keadaan semakin buruk.

Lalu, ucapkan kata-kata yang lembut untuk menenangkan hati mereka, seperti “Aku mengerti kamu sedang marah,” atau “Ayo, kita cari jalan keluarnya bersama.” Kita juga bisa memberikan pelukan, karena pelukan bisa membuat orang yang marah merasa lebih tenang. Selanjutnya, ajak bermain atau melakukan hal yang menyenangkan untuk mengalihkan perhatian, sehingga bisa membuat teman kita lupa akan kemarahannya.

Kita harus tetap bersikap lembut pada teman yang marah karena sikap lemah lembut bisa membuat amarah menjadi redup. Dengan mempraktikkan kelemahlembutan, kita akan menjadi anak-anak yang lebih sabar, penuh kasih, dan membawa kedamaian di sekitar kita.

Ingatlah, Tuhan Yesus selalu mengajarkan kita untuk menjadi lemah lembut dan rendah hati, karena itulah yang membawa sukacita dan kebaikan dalam hidup kita.

Yuk, Sobat Junior, kita belajar lebih sabar, lebih mendengarkan, dan tidak mudah marah, seperti yang Tuhan inginkan melalui firman-Nya di Yakobus 1:19.

Card image
Truth Youth 18 November 2024 (English Version) - THE DARK NIGHT OF THE SOUL
2024-11-19 07:12:14


"Therefore be careful how you walk, not as unwise men but as wise, making the most of your time, because the days are evil." (Ephesians 5:15-16)

In the spiritual journey of believers, there is a phase often referred to as “the dark night of the soul.” This phase is frequently characterized by the feeling that God has abandoned us, where prayers seem dry and unanswered, and the presence of God feels distant. Believers may feel spiritually empty and wonder why they are experiencing this darkness despite being faithful in their faith. However, this experience, although challenging, is part of the process of faith purification. During this phase, God often teaches believers to release their emotional dependence on spiritual feelings and to focus more on steadfast hope in Him. The dark night of the soul is an invitation to delve deeper into mature faith, which is not solely based on enjoyable emotional or spiritual experiences, but on unwavering trust in God's love, even amidst darkness. One outcome of enduring this phase is the emergence of pure intentions in serving God and others.

Serving God is not limited to activities in the church or merely spiritual practices; it encompasses all aspects of daily life, including work, family, social relationships, and how one conducts their life. In the Christian faith, a person's life as a whole is viewed as an act of worship and service to God. Those who have passed through this phase will realize that everything they have, including their calling to serve, is a gift from God. This is the art of building intentions to serve not driven by the need for recognition or personal satisfaction, but by a motivation that arises from gratitude and love for a faithful God. Thus, the intention to serve emerges as a response of love to God's love.

WHAT TO DO:
1. Change our perspective on life’s difficulties.
2. Make God's love our primary strength.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Acts 14-15

Card image
Truth Youth 18 November 2024 - THE DARK NIGHT OF THE SOUL
2024-11-18 18:33:37


”Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.” (Efesus 5:15-16)

Dalam perjalanan kehidupan rohani orang percaya, terdapat fase yang sering kali disebut sebagai “the dark night of the soul.” Fase ini sering kali ditandai oleh perasaan seolah-olah Tuhan telah meninggalkan kita, di mana doa terasa kering dan tiada jawaban, serta kehadiran Allah terasa jauh. Orang percaya mungkin merasa kosong secara rohani dan bertanya-tanya mengapa mereka mengalami kegelapan ini meskipun telah setia dalam iman. Namun, pengalaman ini, walaupun berat, adalah bagian dari proses pemurnian iman. Dalam fase ini, Tuhan sering kali sedang mengajar orang percaya untuk melepaskan diri dari ketergantungan emosional pada perasaan rohani dan lebih fokus pada pengharapan yang teguh kepada-Nya. The dark night of the soul adalah undangan untuk masuk lebih dalam ke dalam iman yang matang, yang tidak hanya didasarkan pada pengalaman emosional atau spiritual yang menyenangkan, tetapi pada kepercayaan yang penuh kepada kasih Tuhan, bahkan di tengah kegelapan. Salah satu hasil dari melewati fase ini adalah munculnya niat yang murni dalam melayani Tuhan dan sesama.

Melayani Tuhan tidak terbatas pada aktivitas di gereja atau kegiatan spiritual semata, tetapi meliputi semua aspek kehidupan sehari-hari, termasuk pekerjaan, keluarga, hubungan sosial, dan cara seseorang menjalani hidup. Dalam iman Kristen, hidup seseorang secara keseluruhan dipandang sebagai bentuk ibadah dan pelayanan kepada Tuhan. Orang yang telah melewati fase ini akan menyadari bahwa segala yang mereka miliki, termasuk panggilan untuk melayani, adalah karunia dari Tuhan. Ini adalah seni membangun niat untuk melayani tidak lagi didorong oleh kebutuhan akan pengakuan atau kepuasan pribadi, tetapi oleh dorongan yang lahir dari rasa syukur dan cinta kepada Tuhan yang telah setia. Dengan demikian, niat untuk melayani muncul dari respons kasih kepada kasih Tuhan.

WHAT TO DO:
1.Mengubah perspektif kita dalam melihat kesulitan hidup
2.Menjadikan cinta Tuhan sebagai kekuatan utama

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kisah Para Rasul 14-15

Card image
Renungan Pagi - 18 November 2024
2024-11-18 06:38:38


Kesetiaan itu tidak timbul dalam sehari, kesetiaan itu adalah sebuah jalan yang panjang, didalam kesetiaan; ada air mata, ada pergumulan, ada rasa tertekan, tetapi seorang yang setia akan selalu berkata, "Apapun yang terjadi aku akan tetap bertahan". Seperti Tuhan Yesus, DIA setia sampai mati di kayu salib dan Allah Bapa yang memanggil kita untuk hidup menjadi anak-anak-NYA, adalah Allah yang setia.

"Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia." Jadi setia itu bukan berarti tidak pernah susah dan menangis, tetapi setia adalah tetap berjalan bersama Tuhan, sekalipun sambil menangis, tetap setia dan tidak memberontak ketika dibentuk oleh Tuhan.

Setia juga bukan berarti tidak pernah menghadapi badai, tetapi orang yang setia tidak akan mudah kecewa, bersungut-sungut dan berputus-asa, tetap percaya bahwa Tuhan akan menuntun melewati badai. Belajarlah untuk tetap setia pada Tuhan apapun keadaannya, karena Tuhan Allah yang setia, tidak akan pernah mengecewakan kita.
(1 Korintus 1:9)

Card image
BELIEVING AND BEING TRUSTED - 18 November 2024 (English Version)
2024-11-18 05:10:26


In truth, there is still a lot of God's work that we must complete. The problem is, if one day we meet God, have we really completed the tasks assigned, entrusted to us? Honestly, there is trembling, there is a feeling of fear. That is why we must always ask, "What do You want me to do, Lord? What is Your work, Your plan in my life that I must fulfill?" Because, if we believe in Jesus as Lord and Savior, we cannot help but be entrusted by God to carry out His work. Our faith in God, therefore, has a reciprocal effect.

We believe in Him as Lord and Savior, for whom we submit ourselves and give ourselves to be processed, returned to God's original plan. And after that, we must do His work. So, we cannot say we believe in God without being trusted by God, it is impossible. Our belief is like a coin with two sides. The first side is our faith in God, directed from us toward Him. The other side is God's trust in us, directed from Him to us.

Jesus our Lord said, "As the Father sent me, now I send you." This applies to all Christians. This does not only apply to those who become church activists, church councillors, pastors, or those who attended Bible school and then became evangelists. This applies to all who profess belief in Jesus; not just for those studying theology specifically. That is why we should question what God wants in our lives that we are called to fulfill? What is God's plan, God's work entrusted to us, for us to carry out or complete?

As stated in John 4:34, the words of the Lord Jesus, "My food is to do the will of the Father and to finish His work. "While it is day, let us do God's will. The world can change beyond human predictions. We do not expect today's Israel-Hamas war to be prolonged. We also do not expect the Ukraine-Russia war to be prolonged. We do not want tensions in the South Sea ( tensions between Taiwan and China, North Korea, South Korea) are prolonged, we do not expect. But many things can happen beyond our thoughts and predictions.

If we are already so serious about working for God-according to our own assessment, we are already serious-even then there is still fear, there is trembling. So we must still learn to be more serious. We dedicate our lives, try not to have worldly desires like before, try to live holy. And every time we face Him, we question: "Is there still God's work that I have not done or have not finished?" Imagine, what about those who do not care about lost souls? They only care about themselves, their own families, their own ideals, their own desires that are not directed towards the joy of God's heart.

How terrifying it will be if one day such a person-someone indifferent to God's work and the salvation of lost souls-stands before Him. Could they possibly say, as Cain did, "Am I my brother's keeper?" In truth, yes, we must take care of our other brothers and sisters. There are many people who are truly weak, poor, uneducated, morally corrupt, and without hope for the future. If God wants to save them, who will be the means or instrument in God's hands to reach them?

Certainly, it is us, isn’t it? God wants to use us to express His love and presence in the lives of others through our lives. Therefore, we ask God to have a heart like His-a heart burdened for lost souls, to see lost souls as God sees them. Ask God for a heart of compassion like His. If we have a heart of compassion like God's heart, then we will serve others with love, ministering to souls with sincerity. We will not seek financial gain or livelihood from ministry; instead, we will offer our lives.

It is not wrong for a servant of God to live off their ministry or to earn a living through it, but that should not be the reason we serve. May God open our minds to have a heart that loves souls like the heart of the Lord Jesus Himself. In this way, we honor the Father in heaven, namely when we can satisfy His heart by loving souls like the Father, like the heart of the Lord Jesus Christ loves them.

IF WE BELIEVE IN JESUS AS LORD AND SAVIOR, WE CANNOT HELP BUT BE ENTRUSTED BY GOD TO CARRY OUT HIS WORK. OUR FAITH IN GOD, THEREFORE, HAS A RECIPROCAL EFFECT.

Card image
PERCAYA DAN DIPERCAYA - 18 November 2024
2024-11-18 05:07:26


  Sejatinya, masih banyak pekerjaan Tuhan yang harus kita selesaikan. Masalahnya, kalau suatu hari nanti kita bertemu Tuhan, apakah kita benar-benar telah menyelesaikan tugas yang dibebankan, yang dipercayakan kepada kita? Sejujurnya, ada kegentaran, ada perasaan takut. Itulah sebabnya kita harus selalu bertanya, "Apa yang Kau kehendaki untuk kulakukan, Tuhan? Apa pekerjaan-Mu, rencana-Mu dalam hidupku yang harus kutunaikan?" Sebab, kalau kita percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, maka tidak bisa tidak, kita juga dipercayai Tuhan untuk melakukan pekerjaan-Nya. Jadi, percaya kita kepada Tuhan itu ada timbal baliknya.  

Kita mempercayai Dia sebagai Tuhan dan Juru Selamat, yang karena-Nya kita menundukkan diri dan memberi diri untuk diproses, dikembalikan ke rancangan Allah semula. Dan setelah itu, kita harus melakukan pekerjaan-Nya. Jadi, *kita tidak bisa mengatakan percaya kepada Tuhan tanpa dipercayai Tuhan, tidak mungkin.* Percaya kita seperti sekeping mata uang dengan 2 muka, 2 wajah. Wajah yang pertama, percaya kepada Tuhan dari arah kita kepada-Nya, tetapi di sisi lain, ada arah dari Tuhan kepada kita.  

Yesus Tuhan kita berkata, "Seperti Bapa mengutus Aku, sekarang Aku mengutus kamu." Ini berlaku bagi semua orang Kristen. Ini bukan hanya berlaku bagi mereka yang menjadi aktivis gereja, majelis gereja, pendeta, atau mereka yang duduk di bangku Sekolah Alkitab lalu menjadi penginjil. Ini berlaku untuk semua orang yang mengaku percaya kepada Yesus; bukan hanya untuk mereka yang belajar teologi secara khusus. Itulah sebabnya kita patut memperkarakan apa yang Allah kehendaki dalam hidup kita, untuk kita penuhi? Apa rencana Allah, pekerjaan Allah yang dipercayakan kepada kita, untuk kita tunaikan atau kita selesaikan?  

Seperti yang dikatakan di dalam Yohanes 4:34, ucapan Tuhan Yesus, "Makanan-Ku melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya." Selagi hari siang, mari kita melakukan kehendak Tuhan. Dunia bisa berubah di luar prediksi manusia. Kita tidak mengharapkan perang Israel-Hamas hari ini akan berkepanjangan. Kita juga tidak mengharapkan perang Ukraina dan Rusia akan berkepanjangan. Kita tidak ingin ketegangan di Laut Selatan (ketegangan Taiwan dan Cina, Korea Utara, Korea Selatan) berkepanjangan, kita tidak mengharapkan. Tetapi banyak hal yang bisa terjadi di luar pemikiran dan prediksi kita.  

Kalau kita yang sudah begitu serius bekerja untuk Tuhan—menurut penilaian kita sendiri, sudah serius—ini pun masih ada ketakutan, ada kegentaran. Maka kita tetap harus belajar untuk lebih serius. Kita persembahkan hidup, berusaha tidak punya keinginan-keinginan dunia lagi seperti dulu, berusaha untuk hidup kudus. Dan setiap kita menghadap, kita perkarakan: "Apakah masih ada pekerjaan Tuhan yang belum kutunaikan atau belum kuselesaikan?" Bayangkan, bagaimana dengan mereka yang tidak peduli dengan jiwa-jiwa yang terhilang? Mereka hanya peduli dengan diri sendiri, keluarga sendiri, cita-cita, keinginan sendiri yang tidak diarahkan untuk kesukaan hati Allah.

  Betapa mengerikan kalau suatu hari seseorang yang tidak peduli pekerjaan Tuhan, seseorang yang tidak peduli jiwa-jiwa yang terhilang, menghadap Tuhan. Apakah dia bisa berkata seperti Kain berkata, "Apakah aku penjaga bagi adikku? Apakah aku penjaga bagi saudaraku?" Sejatinya iya, kita harus menjaga saudara kita yang lain. Ada banyak orang yang benar-benar lemah, miskin, tidak berpendidikan, rusak moralnya, dan masa depannya pun gelap. Kalau Tuhan mau menyelamatkan mereka, siapa yang menjadi sarana atau alat di dalam tangan Tuhan untuk menjangkau mereka?  

Ya, tentu saja kita, bukan? Tuhan mau memakai kita untuk menyatakan kasih-Nya, menyatakan hadir-Nya di dalam hidup orang lain melalui hidup kita. Karenanya, kita minta kepada Tuhan untuk memiliki hati seperti hati-Nya, terbeban terhadap jiwa-jiwa yang terhilang, memandang jiwa-jiwa yang terhilang seperti Tuhan memandang. Mintalah kepada Tuhan hati yang berbelaskasihan seperti hati-Nya. Kalau kita memiliki hati yang berbelaskasihan seperti hati Tuhan, maka kita akan melayani dengan kasih, melayani jiwa-jiwa dengan tulus. Kita tidak mencari uang, nafkah dalam pelayanan, tapi kita memberikan hidup kita.  

Tidak salah seorang hamba Tuhan hidup dari pelayanan, tidak salah hamba Tuhan mendapatkan nafkah dari pelayanan, tapi bukan karena nafkah itu kita melayani. Kiranya Tuhan membukakan pikiran kita untuk memiliki hati yang mengasihi jiwa-jiwa seperti hati Tuhan Yesus sendiri. Dengan demikian, kita menghormati Bapa di surga, yaitu ketika kita bisa memuaskan hati-Nya dengan kita mengasihi jiwa-jiwa seperti Bapa, seperti hati Tuhan Yesus Kristus mengasihi mereka.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono  

KALAU KITA PERCAYA KEPADA YESUS SEBAGAI TUHAN DAN JURU SELAMAT, MAKA TIDAK BISA TIDAK, KITA JUGA DIPERCAYAI TUHAN UNTUK MELAKUKAN PEKERJAAN-NYA. JADI, PERCAYA KITA KEPADA TUHAN ITU ADA TIMBAL BALIKNYA.

Card image
Renungan Pagi - 17 November 2024
2024-11-17 14:10:52


Utamakanlah kejujuran dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dipercayakan pada kita, dimanapun berada. Jangan meniru sikap banyak orang yang pada umumnya buruk dan penuh kebohongan, semua itu ada disekitar kehidupan orang percaya. Kita harus memiliki integritas seperti yang diajarkan Tuhan Yesus. "Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak, apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat."

Kejujuran adalah harga mati yang harus dilakukan bagi setiap kita, anak-anak Tuhan. Berjuanglah untuk hidup jujur setiap hari, jujur terhadap diri sendiri, terhadap pasangan hidupmu, terhadap kerabatmu, rekan kerjamu, rekan pelayananmu, terlebih lagi harus jujur terhadap Tuhan, sebab tidak ada yang tersembunyi dihadapan-NYA. Jika engkau hidup selalu tidak jujur, itu artinya engkau hidup dibawah pengaruh si jahat. Mari bertobat dan mulai jujur dalam setiap perkataanmu.
(Matius 5:37)

Card image
Quote Of The Day - 17 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-17 14:08:10


Keteduhan kita menghadapi segala situasi bertumbuh seiring dengan bertumbuhnya kedewasaan kita, pengertian kita tentang kehidupan, dan pemahaman kita mengenai kebenaran.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 17 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-17 14:06:04


Siapa yang menguasai pikiran kita, itulah yang menentukan masa depan kita.

Card image
BEING WHOLEHEARTED - 17 November 2024 (English Version
2024-11-17 14:03:58


2 Chronicles 16:9 "For the eyes of the LORD range throughout the earth to strengthen those whose hearts are fully committed to Him."

People whose hearts are serious about God are people who really want to deal with God. Many things keep us busy, so we don't give God the proper place. Of course God bestows His power not without purpose, but so that the person who receives God's power can carry out God's will, fulfill God's plan, carry out and complete the work that God has given him. Having a heart fully committed to God is not a gift from God; rather, it depends on each individual—whether or not we are willing to wholeheartedly commit to the Lord.

And this is good news, because no one can hinders us if we are willing to be wholeheartedly committed to the Lord. We have authority over ourselves, meaning that we can reject things that do not need to keep us busy so that we can give Him the proper place and time. We have power over ourselves also means that we must dare to make the decision that God is the only thing we are busy with, God is our only interest, God is our only goal in life, God is our only happiness so that there is no other pleasure in our lives except God. Thus, a wholehearted person makes God his only world.

Honestly, we have wasted a lot of time where we have many activities, interests, life goals, personal and worldly happiness. Often, God becomes just one of many priorities in our lives, and frequently, He is not even the first. Even prioritizing God first in a list of other priorities is a mistake. We make God the first order, which is wrong because God must be the only choice; so there is no order. God is our only interest, our busyness, our happiness, our purpose in life; He is the only one. Thus we can be included among those who are said by the word of God to be wholehearted towards God. And God can feel who is wholehearted towards Him and who is not. God sees, who are the people who truly make God their pleasure, their business, their interests, their affairs, their only world.

Nothing can stop us, if we want; nothing can forbid and hinder us. Satan cannot stop us, even God does not force us. Willingly, joyfully and consciously, we want to make God our only concern and our interest. Our lives are focused on this. In this way, we are actually separating ourselves from the world and we are prepared to enter the Kingdom of our Lord Jesus Christ. Let's run away from the world. Let's separate ourselves from this world. Let's leave all entertainment, pleasure, hobbies that prevent us from making God everything.

And how beautiful the life of someone who makes God everything. The horizons of our lives will change completely. The way we view life will change when we make God everything in this life; our only concern, interest, busyness, purpose of life, happiness is only Him. When we truly make God our only world, then we are taken by God to a higher area. Our longing is only to pray and read His word.

Of course this does not make us abandon responsibility; the responsibility of taking care of family, responsibility for taking care of work, business, earning a living. Of course we don't leave it, because that's where we serve God and devote ourselves to God. But in doing everything, we do it all for God. And this way of life, this dynamic of life, will continue later in eternity. Therefore people who make God their only world or people who are wholeheartedly towards Him are the ones who are worthy to enter the Kingdom of Heaven, especially the Palace of the Father or the Palace of the Lord Jesus Christ. While there is still a chance, let's commit ourselves wholeheartedly to Him.

NO ONE CAN HINDERS US IF WE ARE WILLING TO BE WHOLEHEARTEDLY COMMITTED TO GOD.

Card image
BERSUNGGUH HATI - 17 November 2024
2024-11-17 13:07:48


  2 Tawarikh 16:9
“Mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia.”  

Orang yang hatinya bersungguh terhadap Tuhan adalah orang yang sungguh-sungguh mau berurusan dengan Tuhan. Banyak hal yang membuat kita sibuk, sehingga kita tidak memberikan tempat yang sepatutnya bagi Allah. Tentu Tuhan melimpahkan kekuatan-Nya bukan tanpa maksud, melainkan agar orang yang menerima kekuatan Allah tersebut dapat melakukan kehendak Allah, memenuhi rencana Allah, mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan yang Allah berikan kepadanya. Memiliki hati yang bersungguh kepada Tuhan atau bersungguh hati terhadap Dia, bukanlah karunia dari Tuhan, namun tergantung masing-masing individu; apakah kita mau bersungguh hati terhadap Tuhan atau tidak?

  Dan ini menjadi kabar baik, karena tidak ada siapa pun yang dapat menghalangi kita kalau kita mau bersungguh hati terhadap Tuhan. Kita sendiri yang berkuasa atas diri kita, artinya kita yang bisa menolak apa yang tidak perlu membuat kita sibuk sehingga kita dapat memberikan tempat dan waktu yang pantas untuk Dia. Kita berkuasa atas diri kita sendiri juga kita harus berani mengambil keputusan bahwa Tuhanlah satu-satunya kesibukan kita, Tuhanlah satu-satunya kepentingan kita, Tuhanlah satu-satunya tujuan hidup kita, Tuhanlah satu-satunya kebahagiaan kita sehingga tidak ada keasyikan lain dalam hidup kita kecuali Tuhan. Demikianlah, orang yang bersungguh hati menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya dunianya.

  Sejujurnya, telah banyak waktu yang kita sia-siakan di mana kita memiliki banyak kesibukan, kepentingan, tujuan hidup, kebahagiaan diri dan dunia. Tuhan hanya menjadi salah satu dari kesibukan dan kepentingan kita dan sering tidak pada urutan yang pertama, padahal urutan itu pun salah. Kita menjadikan Tuhan urutan pertama itu pun keliru karena Tuhan harus menjadi satu-satunya pilihan; jadi tidak ada urutan. Tuhan satu-satunya kepentingan kita, urusan kita, kesibukan kita, kebahagiaan kita, tujuan hidup kita; Dia satu-satunya. Dengan demikian kita bisa termasuk orang yang dikatakan firman Tuhan sebagai orang bersungguh hati terhadap Tuhan. Dan Tuhan bisa merasakan siapa orang yang bersungguh hati terhadap Dia dan yang tidak. Tuhan melihat, siapa orang yang benar-benar menjadikan Tuhan sebagai kesenangannya, kesibukannya kepentingannya, urusannya, satu-satunya dunianya.  

Tidak ada yang bisa menghalangi kita, kalau kita mau; tidak ada yang bisa melarang dan menghalangi kita. Setan pun tidak bisa menghalangi kita, bahkan Tuhan juga tidak memaksa kita. Dengan rela, sukacita dan sadar, kita mau menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya urusan kita dan kepentingan kita. Hidup kita terfokus pada hal ini. Dengan demikian, sebenarnya kita sedang memisahkan diri dari dunia dan kita dipersiapkan masuk Kerajaan Tuhan kita Yesus Kristus. Ayo larikan diri kita dari dunia. Mari kita pisahkan diri kita dari dunia ini. Mari kita tinggalkan semua hiburan, kesenangan, hobi yang membuat kita tidak menjadikan Tuhan segalanya.  

Dan betapa indahnya kehidupan seseorang yang menjadikan Tuhan segalanya. Cakrawala hidup kita akan berubah total. Cara kita memandang hidup akan berubah ketika kita menjadikan Tuhan segalanya dalam hidup ini; satu-satunya urusan, kepentingan, kesibukan, tujuan hidup, kebahagiaan kita hanya Dia. Ketika kita sungguh-sungguh menjadikan Tuhan satu-satunya dunia kita, maka kita dibawa Tuhan ke kawasan yang lebih tinggi. Kerinduan kita hanya berdoa dan membaca firman-Nya.  

Tentu hal ini tidak membuat kita meninggalkan tanggung jawab; tanggung jawab mengurus keluarga, tanggung jawab mengurus pekerjaan, bisnis, cari nafkah. Tentu tidak kita tinggalkan, karena itulah tempat kita mengabdi kepada Tuhan, karena itulah tempat kita melayani Tuhan. Tapi dalam melakukan segala sesuatu, kita lakukan semua untuk Tuhan. Dan cara hidup seperti ini, dinamika hidup seperti ini, akan berlanjut nanti di kekekalan. Karenanya orang yang menjadikan Tuhan satu-satunya dunianya atau orang yang bersungguh hati terhadap Dia adalah orang-orang yang layak masuk Kerajaan Surga, khususnya Istana Bapa atau Istana Tuhan Yesus Kristus. Mumpung masih ada kesempatan, mari kita bersungguh hati.

  Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TIDAK ADA SIAPA PUN YANG DAPAT MENGHALANGI KITA KALAU KITA MAU BERSUNGGUH HATI TERHADAP TUHAN.  

Card image
Truth Kids 16 November 2024 - KEKUATAN MEMAAFKAN
2024-11-16 19:27:53


Matius 6:14
”Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.”

Brak!! "Aduh!" Clara tidak sengaja mendorong tas Sarah hingga jatuh saat bermain di Sekolah Minggu. Semua buku dan pensil Sarah berserakan di lantai. Clara hanya menatap sebentar dan langsung pergi. Sarah merasa kesal, tetapi dia mengingat pelajaran yang baru saja didengar, "Memaafkan orang lain." Dengan tenang, Sarah menghampiri Clara dan berkata, "Clara, hati-hati, ya, lain kali. Tas aku sampai jatuh tadi." Clara pun merasa bersalah dan meminta maaf.

Sobat Kids, memaafkan orang lain memang tidak selalu mudah, apalagi saat kita sedang merasa kesal. Namun, ingatlah bahwa Tuhan selalu siap memaafkan kesalahan kita, walaupun kita sering berbuat salah. Saat kita mau memaafkan orang lain, kita sedang menunjukkan hati yang lembut, seperti yang Tuhan inginkan. Jadi, kalau ada teman yang membuat kamu kesal, coba untuk memaafkan dia, ya. Dengan memaafkan, kita sedang mencontoh kasih Tuhan kepada kita semua. Tuhan memaafkan semua kesalahan kita, maka kita juga harus belajar memaafkan orang lain.

Card image
Truth Junior 16 November 2024 - HADIAH TAK TERLIHAT
2024-11-16 19:26:22


Matius 6:14
”Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.”

Kita pasti pernah berbuat salah kepada orang lain, baik kesalahan kecil, maupun kesalahan besar. Kepada orang tua, teman, guru, sahabat, atau lingkungan sekitar kita, pasti pernah ada kesalahan yang kita lakukan. Apakah Sobat Junior memiliki karakter yang mudah meminta maaf? Atau sebaliknya, malah sulit mengakui kesalahan dan malu atau enggan untuk meminta maaf kepada orang lain? Bagaimana dengan Sobat Junior sendiri, apakah saat orang lain melakukan kesalahan kepadamu, kalian mudah memaafkan mereka meskipun kesalahannya besar? Tentu jika kesalahannya besar, tidak mudah untuk memaafkan mereka begitu saja, ya. Tapi kita pasti bisa, asalkan kita mau. Lama-lama kita akan melupakan sakit hati atau kekecewaan atau kemarahan kita kepada mereka, jika kita bertekad untuk mengampuni.

Saat kalian yang berbuat salah lalu dengan malu meminta maaf, apa yang kalian harapkan? Tentu kalian berharap dimaafkan, bukan? Misalnya kalian tanpa sengaja merusak barang yang mahal di rumah milik orang tua kalian. Saat kalian minta maaf, kalian pasti berharap orang tua kalian memaafkan kalian. Ketika orang tua kalian memaafkan dan tidak mempermasalahkan kesalahan kalian, bagaimana rasanya? Pasti senang, lega, tenang, bersyukur, ya? Begitu juga saat orang lain kita maafkan, Sobat Junior. Jika kita dengan mudah memaafkan kesalahan orang lain, berarti kita memiliki kelembutan hati, seperti hati Tuhan Yesus, loh! Yuk, kita jadi seperti Tuhan Yesus yang selalu sedia mengampuni.

Card image
Truth Youth 16 November 2024 (English Version) - ART AS A LOVE LANGUAGE
2024-11-16 19:24:40


"For we are God’s handiwork, created in Christ Jesus to do good works, which God prepared in advance for us to do." (Ephesians 2:10)

Art is a mirror of our soul, a window that reveals the depths of our hearts and the beauty that is often difficult to express with words. In our daily lives, we express our love for God through prayer, worship, and acts of kindness. However, art can also be an important love language in our relationship with the Creator.

Imagine if every painting, piece of music, or poem we create is an expression of our heart to God. When an artist paints, they delve into their inner world and express what cannot be articulated in words. Likewise, as we create art, we can convey our gratitude, praise, and longing for God. Every brushstroke, every note played, and every word written is a unique and personal form of praise that can reach God’s heart in a deep and meaningful way.

Art has the extraordinary power to bring us closer to God. In the creative process, we can feel a connection with Him, much like spending time with a beloved friend. Through art, we not only talk about our faith but also bring it to life. Art teaches us to see beauty in everything, including in God’s creation and within ourselves. As young people, let’s make art a part of our love language to God. Let our works be expressions of praise and gratitude, reflecting our faith and hope. Thus, every piece of art we create not only becomes an expression of ourselves but also a profound, sincere, and meaningful act of devotion and love for God.

WHAT TO DO:
1. Use art as an expression of gratitude and praise to God through painting, music, or poetry that reflects the depth of our hearts and faith.
2. Create artworks that bring our faith to life, expressing our longing and closeness to God in every brushstroke, note, or word.
3. Make the process of creating art a special time to connect with God, and see the beauty in His creation and in ourselves as part of our spiritual journey.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Acts 10-11

Card image
Truth Youth 16 November 2024 - ART AS A LOVE LANGUAGE
2024-11-16 19:22:19


”Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” (Efesus 2:10)

Seni adalah cermin dari jiwa kita, jendela yang memperlihatkan kedalaman hati dan keindahan yang sering kali sulit diungkapkan dengan kata-kata. Dalam kehidupan sehari-hari, kita berbicara tentang cinta kita kepada Tuhan melalui doa, ibadah, dan tindakan kebaikan. Namun, seni bisa menjadi love language yang tak kalah penting dalam hubungan kita dengan Sang Pencipta.

Bayangkan jika setiap lukisan, musik, atau puisi yang kita ciptakan adalah ungkapan hati kita kepada Tuhan. Ketika seorang seniman melukis, ia menyelami dunia batinnya dan mengekspresikan apa yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Begitu pula saat kita mencipta karya seni, kita bisa menyampaikan rasa syukur, pujian, dan kerinduan kita kepada Tuhan. Setiap goresan kuas, setiap nada yang dimainkan, dan setiap kata yang ditulis adalah bentuk pujian yang unik dan pribadi, yang bisa menjangkau hati Tuhan dengan cara yang mendalam dan penuh makna.

Seni memiliki kekuatan luar biasa untuk membawa kita lebih dekat kepada Tuhan. Dalam proses mencipta, kita dapat merasakan kedekatan dengan- Nya, seperti saat kita menghabiskan waktu bersama sahabat yang kita cintai. Melalui seni, kita tidak hanya berbicara tentang iman kita, tetapi kita juga menghidupkannya. Seni mengajarkan kita untuk melihat keindahan dalam segala hal, termasuk dalam ciptaan Tuhan dan dalam diri kita sendiri. Sebagai anak muda, mari kita jadikan seni sebagai bagian dari love language kita kepada Tuhan. Biarkan karya-karya kita menjadi bentuk pujian dan ungkapan syukur, serta cerminan dari iman dan harapan kita. Dengan demikian, setiap karya seni yang kita ciptakan bukan hanya menjadi ekspresi diri, tetapi juga bentuk pengabdian dan cinta kita kepada Tuhan yang mendalam, tulus, dan penuh arti.

WHAT TO DO:
1.Gunakan seni sebagai ungkapan rasa syukur dan pujian kepada Tuhan melalui lukisan, musik, atau puisi yang mencerminkan kedalaman hati dan iman Kita.
2.Buatlah karya seni yang menghidupkan iman kita, dengan mengekspresikan kerinduan dan kedekatan kita dengan Tuhan dalam setiap goresan kuas, nada, atau kata-kata.
3.Jadikan proses mencipta seni sebagai waktu khusus untuk berhubungan dengan Tuhan, dan lihatlah keindahan dalam ciptaan- Nya serta dalam diri kita sendiri sebagai bagian dari perjalanan spiritual kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kisah Para Rasul 10-11

Card image
Renungan Pagi - 16 November 2024
2024-11-16 18:59:06


Memanfaatkan orang untuk kepentingan diri sendiri banyak terjadi disekitar kita, dalam keluarga, pertemanan, pekerjaan dan bahkan pelayanan. Memanfaatkan kebaikan orang lain demi mendapatkan apa yang diharapkan, membuat banyak orang bersikap seperti bunglon, atau ilalang dalam perumpamaan Alkitab. Namun bagi orang benar, yang sungguh-sungguh hidup dalam kebenaran, pasti tidak mau melakukan hal itu, tidak akan memanfaatkan orang lain.

Tetapi selalu berusaha maksimal sesuai kemampuan, selebihnya berserah dan percaya kepada Tuhan. "Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidak binasaan, tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman."

Orang yang hidupnya benar, pasti tidak akan mempergunakan apa yang namanya aji mumpung dan kesempatan dalam kesempitan, orang benar cenderung akan ber-empati ketika melihat penderitaan orang lain dan dia mau untuk menolong sejauh dia bisa menolong. Sebab orang benar itu tahu bahwa Tuhan yang akan memberi upah kepadanya, bukan manusia.
(Roma 2:6-8)

Card image
Quote Of The Day - 16 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-16 18:56:53


Selama kita masih menikmati dan mengandalkan sukacita dunia, kita tidak bisa menikmati damai sejahtera Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 16 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-16 18:55:47


Jadi kalau dunia melakukan segala sesuatu untuk dirinya sendiri, kita melakukan segala sesuatu untuk Allah.

Card image
MENGHAYATI KEDAHSYATAN ALLAH - 16 November 2024
2024-11-16 18:53:57


  Ada satu hal yang penting untuk disampaikan, yaitu: “Manusia hidup bukan hanya dari roti, tapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Kalau dikatakan keluar dari mulut Allah, pasti terkait dengan peristiwa yang berlangsung, ada kontekstual peristiwa yang berlangsung, dan dalam waktu yang bersamaan Tuhan bicara. Melalui siapa? Roh Kudus. Sebenarnya ketika Yesus berkata, "Aku menyertai kamu sampai kesudahan zaman," itu Roh Kudus yang menyertai, mewakili Bapa dan Tuhan Yesus. Maka, Yesus berkata—dan hebat sekali kalimat ini—"Setiap orang yang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi barangsiapa menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni”_ (Luk. 12:10) Mengapa? Karena Roh Kudus adalah representasi, satu-satunya wakil Bapa dan Anak yang menyertai orang percaya. Tidak ada roh lain, hanya Roh Allah, hanya Roh Kudus yang menyertai.  

Jadi kalau seseorang menolak pekerjaan Roh Allah artinya ia tidak bisa digarap. Maka, kalau Firman Tuhan mengatakan, “Firman yang keluar dari mulut Allah” itu adalah Roh Kudus, Jadi betapa aktifnya Roh Kudus itu menuntun kita. Dan kalau dikatakan, “Allah bekerja dalam segala hal, mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia.” Artinya yang bekerja sama untuk mendatangkan kebaikan adalah Roh Allah, yang mewakili Bapa dan Tuhan Yesus di tengah-tengah umat. Di ayat yang lain dikatakan bahwa kita harus selalu memperbarui budi. Bagaimana budi dibarui? Melalui peristiwa, lalu Roh Kudus berbicara, inilah yang namanya rhema, dari mulut Allah, maksudnya Roh Kudus yang berbicara, maka pasti ada peristiwa atau kejadian.  

Bagaimana kita bisa mengerti kehendak Dia? Ini prosesnya, ketika kita mengalami kepenuhan Allah, lewat peristiwa demi peristiwa, maka kita tahu apa yang baik, apa yang berkenan, dan yang sempurna. Berkenan ini bicara soal tahapannya, sempurna itu titik puncaknya. Jadi orang Kristen itu, secara hukum harus sudah baik dulu. Tidak sederhana, baru meningkat, step by step, pada tingkat berkenan, yang nanti puncaknya baru sempurna. Hidup kita selama 70-80 tahun itu hanya untuk proses ini. Roma 8:12-14 katakan, “Jadi, Saudara-saudara kita adalah orang berutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. Sebab jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup. Semua orang yang dipimpin Roh Allah adalah anak Allah.”  

Coba perhatikan, semua kita berutang, namun bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. Bangsa Israel berutang kepada Allah Elohim Yahweh, karena telah memerdekakan mereka dari perbudakan Mesir. Orang Kristen berutang kepada Tuhan, karena Tuhan telah membebaskan kita dari ikatan dosa. Maka, karena kita berutang, kita harus membayar utang karena utang adalah kewajiban. Ironis, banyak orang Kristen tidak mengerti, seakan-akan dia tidak punya utang, apalagi kalau bicara soal kasih karunia atau anugerah. Kasih karunia adalah pemberian cuma-cuma. Itu benar. Tapi masalahnya, dengan pengertian yang salah, hal itu membuat mereka merasa tidak punya tanggung jawab. Jadi kalau kita sama seperti dunia ini, hidup menurut daging, berarti kita hidup untuk daging untuk kepuasan daging kita. Tapi kalau kita mengerti kehendak Allah, menyerahkan tubuh sebagai korban yang hidup, kudus, dan yang berkenan kepada Allah, maka baik kita makan atau minum atau melakukan segala sesuatu, kita lakukan untuk kemuliaan Allah; itu namanya hidup menurut Roh.  

Kita menerima anugerah, tapi kita tidak berhenti di sini, harus jalan terus untuk menuju kedewasaan, dan sampai kepada LB3 nanti. Banyak orang Kristen merasa sudah punya anugerah di sini, padahal anugerah Tuhan tidak berhenti sampai di kayu salib di bukit Golgota, tapi harus dimuridkan sampai pada titik di mana seseorang benar-benar mengalami kedewasaan; “Pergilah, jadikan semua bangsa murid-Ku.” Sebab kalau masih hidup menurut daging, maka kita binasa. Jadi sekarang kita bisa menjawab, “Apa perbedaan kita dengan orang dunia?” Yaitu apa pun yang kita lakukan semuanya untuk Allah. Ini sama dengan hidup menurut Roh, dan semua orang yang dipimpin Roh, atau menurut Roh, adalah anak-anak Allah.  

Namun ada masalah pelik di sini. Banyak orang Kristen memanggil Allah itu “Abba, Ya Bapa,” dengan begitu mudahnya, ceroboh tanpa memiliki kelayakan sebagai anak-anak Allah. Sebab sejatinya mereka tidak menyadari, tidak menghayati keberadaan Allah yang sesungguhnya. Mereka tidak mengalami Tuhan. Mestinya seseorang menghayati kedahsyatan Allah, sebab dengan menghayati kedahsyatan Allah, maka seseorang menjadi takut, gentar, dan hormat akan Allah. Dia mengerti apa artinya kegentaran atau takut akan Allah, tapi itu terjadi setelah ia menuruti kehendak Allah, karena mengerti apa yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DENGAN MENGHAYATI KEDAHSYATAN ALLAH, MAKA SESEORANG MENJADI TAKUT, GENTAR, DAN HORMAT AKAN ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 November 2024
2024-11-16 18:50:39

Kisah Para Rasul 4-6

Card image
Truth Kids 15 November 2024 - KASIHI DIRI SENDIRI
2024-11-15 20:25:28


Mazmur 103:14
”Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.”

Bram duduk termenung di sudut kelas. Hari ini dia merasa kesal karena nilainya di ujian matematika tidak sesuai harapan. "Aduh, bagaimana aku ini," gumamnya pelan. Vina, sahabatnya, melihat wajah sedih Bram dan mendekat. "Bram, jangan terlalu keras sama diri sendiri, ya. Semua orang bisa salah, tapi kita bisa belajar dari kesalahan itu," kata Vina lembut. Bram tersenyum kecil. "Terima kasih, Vin. Mungkin aku harus lebih santai dan belajar lebih rajin lagi."

Sobat Kids, sering kali kita terlalu keras pada diri sendiri saat melakukan kesalahan. Kita jadi merasa tidak cukup baik dan terus menyalahkan diri. Padahal, Tuhan mengajarkan kita untuk bersikap lembut, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Saat kita menghadapi kegagalan atau kesalahan, jangan langsung menyerah atau memarahi diri sendiri. Ingatlah bahwa Tuhan mengasihi kita, dan kasih-Nya tak pernah bergantung pada keberhasilan atau kegagalan kita. Jadi, mari kita belajar untuk mengasihi diri sendiri dengan tidak terlalu keras, dan terus berusaha memperbaiki diri dengan penuh kasih dan kesabaran.

Card image
Truth Junior 15 November 2024 - I LOVE ME
2024-11-15 20:17:56


Mazmur 103:14 ”Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.”

“Kak, kenapa wajahmu murung? Bukankah baru saja menjadi pemenang di perlombaan lari tadi?” tanya Ibu kepada Kak Ami. “Ami tidak bahagia, Bu, walaupun juara. Soalnya Ami hanya meraih juara 2. Harusnya Ami bisa juara 1,” Kak Ami menjawab dengan sedih. “Bu, memangnya Kak Ami harus juara 1?” tanya Abi, adiknya. “Kata siapa harus juara 1? Tidak, tentu saja Ibu dan Bapak tidak mengharuskan Kak Ami juara 1,” Ibu menjelaskan kepada anak bungsunya, Abi. Ibu pun kemudian menghibur dan menguatkan Kak Ami. “Ami, kamu boleh merasa kurang puas terhadap prestasimu yang belum mencapai juara 1. Tapi bukan berarti usaha dan kerja kerasmu sia-sia hanya karena kamu juara 2. Semua keluarga dan teman-temanmu tahu bahwa kamu sudah berusaha dan memberikan yang terbaik. Kami semua bangga pada Ami, tanpa memandang tingkatan prestasi dalam perlombaanmu. Juara 2 atau juara 1, sama saja buat kami, karena kamu sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan optimal.”

Sobat Junior, terkadang kita lupa menghargai kerja keras kita sendiri atau usaha yang sudah kita lakukan. Meskipun orang lain melihat dan menghargai upaya kita, jangan lupa, kita juga harus bersyukur bahwa kita sudah melakukan yang terbaik yang kita bisa. Kak Ami terlalu keras pada dirinya sendiri, sehingga ia kehilangan sukacita. Dalam hal apa pun, kita bisa merasakan kebahagiaan jika kita menghargai usaha kita sendiri. Tentu saja usaha kita harus semaksimal mungkin, ya. Tuhan pantas mendapatkan yang terbaik dari kita. Dalam hal apa pun, do your best and love yourself (lakukan yang terbaik dan kasihilah dirimu sendiri)!

Card image
Truth Youth 15 November 2024 (English Version) - FROM GOD, FOR GOD
2024-11-15 20:12:50


"For it is just like a man going on a journey, who called his servants and entrusted his property to them. To one he gave five talents, to another two, to another one, to each according to his ability. Then he went away." (Matthew 25:14-30)

The talents and artistic abilities we possess are precious gifts from God. Every time we observe beauty in the form of art—whether through painting, singing, dancing, or acting—we are actually seeing a reflection of the Creator's work. These abilities, which we often consider a part of ourselves, are, in truth, gifts from God that require gratitude and responsibility.

Returning these talents to God through our artistic works means using them to glorify Him and bless others. In every brushstroke, note sung, or movement made, we have the opportunity to convey a deeper message—one of love, beauty, and truth that comes from God. The artworks we create not only reflect our creativity but also mirror God’s work in our lives.

Being an artist who glorifies God means we must commit to diligently honing our talents. Untapped talents are like seeds that remain unplanted—they will not grow or develop. Conversely, when we continually learn and practice, we honor God's gift and demonstrate our readiness to offer our best to Him. We must recognize that every practice and effort we make is an act of service and gratitude to God.

Moreover, the artworks we create can serve as powerful mediums to spread positive messages and inspire others. In each piece, we have the chance to display God's love and goodness to the world. Thus, we not only showcase our talents but also return all glory to God, the Giver of all talents. Through every artistic work we present, we contribute to God’s grand masterpiece and glorify His name.

WHAT TO DO:
1. Hone and develop our artistic talents by continually learning and practicing so that we can offer our best works to God.
2. Create works that glorify God by conveying messages of love, beauty, and truth through every piece of art we make.
3. Spread positive messages and inspiration through our art to bless others and give glory to God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Acts 8-9

Card image
Truth Youth 15 November 2024 - DARI ALLAH, UNTUK ALLAH
2024-11-15 20:10:55


”Sebab hal Kerajaan Surga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.” (Matius 25:14-30)

Talenta dan bakat seni yang kita miliki adalah anugerah yang sangat berharga dari Tuhan. Setiap kali kita mengamati keindahan dalam bentuk seni—entah itu dalam melukis, menyanyi, menari, atau berakting—kita sebenarnya melihat cerminan dari karya Sang Pencipta. Kemampuan ini, yang sering kali kita anggap sebagai bagian dari diri kita, sesungguhnya adalah pemberian Tuhan yang memerlukan rasa syukur dan tanggung jawab.

Mengembalikan talenta ini kepada Tuhan melalui karya seni berarti kita memanfaatkannya untuk memuliakan- Nya dan memberkati orang lain. Dalam setiap goresan kuas, nada yang dinyanyikan, atau gerakan yang dilakukan, kita memiliki kesempatan untuk menyampaikan pesan yang lebih dalam—pesan tentang cinta, keindahan, dan kebenaran yang berasal dari Tuhan. Karya seni yang kita ciptakan tidak hanya merefleksikan kreativitas kita, tetapi juga mencerminkan karya Tuhan dalam hidup kita.

Menjadi seniman yang memuliakan Tuhan berarti kita harus berkomitmen untuk mengasah bakat kita dengan tekun. Talenta yang tidak dikembangkan akan seperti bibit yang tidak ditanam— tidak akan tumbuh dan berkembang. Sebaliknya, ketika kita terus belajar dan berlatih, kita sedang menghargai karunia Tuhan dan menunjukkan bahwa kita siap untuk mempersembahkan yang terbaik bagi-Nya. Kita harus menyadari bahwa setiap latihan dan usaha yang kita lakukan adalah bentuk pelayanan dan rasa syukur kepada Tuhan.

Lebih dari itu, karya seni yang kita ciptakan bisa menjadi medium yang kuat untuk menyebarkan pesan-pesan positif dan memberikan inspirasi kepada orang lain. Dalam setiap karya, kita memiliki kesempatan untuk menunjukkan kasih dan kebaikan Tuhan kepada dunia. Dengan demikian, kita tidak hanya memperlihatkan bakat kita, tetapi juga mengembalikan segala kemuliaan kepada Tuhan, Sang Pemberi segala talenta. Dalam setiap karya seni yang kita persembahkan, kita berkontribusi pada karya agung Tuhan dan memuliakan nama-Nya.

WHAT TO DO:
1.Asah dan kembangkan bakat seni kita dengan terus belajar dan berlatih agar dapat mempersembahkan karya terbaik kepada Tuhan.
2.Ciptakan karya yang memuliakan Tuhan dengan menyampaikan pesan cinta, keindahan, dan kebenaran melalui setiap karya seni yang kita buat.
3.Sebarkan pesan positif dan inspirasi melalui karya seni kita untuk memberkati orang lain dan mengembalikan kemuliaan kepada Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kisah Para Rasul 8-9

Card image
Renungan Pagi - 15 November 2024
2024-11-15 20:08:51


Sudahkah kita mengerti, bahwa pada akhirnya setiap kita harus mempertanggung-jawabkan setiap talenta, potensi, berkat yang Tuhan percayakan kepada masing-masing dan kita akan menerima penentuan dari Tuhan apakah kita adalah hamba yang baik dan setia, ataukah hamba yang malas, jahat dan hamba yang tidak berguna?

Kepada setiap kita diberikan talenta, potensi dan berkat, semua adalah milik Tuhan, Majikan Agung kita, sebagai hamba-NYA, kita harus jadi pengelola yang baik. Itulah sebabnya, disisa umur hidup, selama masih ada kesempatan dan masih kuat, ini adalah waktunya buat kita pakai untuk memuliakan Tuhan, melayani, mengasihi sesama dan menjadi berkat bagi sesama, jangan sampai terlambat dan dijumpai malas, jahat dan tidak berguna.
(Matius 25:14-30)

Card image
Quote Of The Day - 15 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-15 20:06:59


Kita harus sampai pada pengalaman memiliki kehausan akan Allah di dalam jiwa kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 15 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-15 20:05:05


Tidak ada kata mudah-mudahan masuk surga. Kalau hari ini kita tidak ada di dalam lingkup Kerajaan Surga, maka kita tidak masuk. Jadi, mestinya kita selalu melihat keadaan kita ini benar-benar layak di hadapan Allah atau tidak.

Card image
A GUARANTEE ASSURED - 15 November 2024 (English Version)
2024-11-15 20:02:10


Those of us who have children or subordinates, surely know who the children or subordinates are who are loyal and love and respect and are faithful to us as their parents or leaders. Likewise, the Father, He knows and feels, who are His children who truly love and respect Him. The Father knows, because the Father feels it, who are His children who love Him sincerely, respect Him sincerely, who are truly faithful to Him. If God has feelings, why don't we try to touch God's feelings, with our attitudes, with our positive steps? Why don't we measure, whether our actions are felt by God as love, respect and sincere loyalty to Him?

There is no life outside of God; there is no happiness outside of God, because only in God is there life, and only in God is there happiness. God is not a lifeless object without feeling; He is a personal Being who feels. Why don’t we strive to take concrete steps intentionally to bring joy to God’s heart? So that God knows, "This child of Mine respects and is faithful to Me, this child loves Me." God delights in our loyalty, respect, and love for Him. Let us not be children with rotten hearts, who lack respect and loyalty, who merely want to exploit, manipulate, use, and enslave God.

Let us become God’s children who are respectful, sincerely faithful, serving with purity of heart. Let us serve and dedicate our lives to God not because we seek blessings, but because we have already been blessed—we are already His children and we live under His perfect care and protection. In Him, there is a guarantee that is assured, trustworthy, and perfect. Therefore, we must not doubt God’s love or care for us; we must not question even for a moment His faithfulness to us. Instead, we should question our own faithfulness to God. Let us be suspicious of ourselves; perhaps we are not yet sincere with God. Perhaps, in our acts of service, we still have personal agendas. We have a company within a company, a kingdom within a Kingdom. And often, without realizing it, we sacrifice the interests of God’s Kingdom, which is foolishness.

But let us serve God sincerely, without demanding anything, because we have already received so much and are perfectly preserved by Him. What we do is how we can please Him in all things, to bring joy to God in every matter. So, let us learn to treat God as a living Person, who has feelings, until we have the dynamics of life treating God as a living Person, who has feelings without forcing ourselves to live the living God, who has feeling. In this way, we will develop a rhythm of treating God as a living and feeling Person. Thus, we will be gripped by a heart that reveres Him, a heart that respects Him, a heart that does not wish to hurt Him. It turns out that we need to practice it.

Ironically, theology does not build a sense of fear and respect for God proportionally. We also observe the lives of people who study theology, who are good at talking, who are good at speaking, also do not have a sense of fear and respect for God as they should. Indeed, we must do theology and do theology correctly, but more than theology, we must have experience with God. Do theology through life experience. So that our minds should not only be filled with knowledge, but our feelings should also be filled with experience. Our feelings must be filled through fellowship with God in prayer, meditation, contemplating God throughout life, so that we live the living God, build a sense of fear for God, and a proper attitude of respect for God.

Let’s race to become those who make God feel our loyalty and respect toward Him, who love Him, so that God may enjoy in our loyalty, respect, and love. It is a true joy if we become like a fragrant flower smelled by God, or a beautiful symphony heard by Him. Remember, we live only once-once for eternity. So, while we live this one life for eternity, let’s sincerely strive to be people who can be enjoyed by God. Let us pray, “Help me to be a child You can delight in, Lord.”

IN HIM THERE IS A GUARANTEE THAT IS ASSURED, TRUSTWORTHY AND PERFECT.

Card image
JAMINAN YANG TERJAMIN - 15 November 2024
2024-11-15 19:59:19


  Kita yang memiliki anak atau bawahan, pasti tahu siapa anak atau bawahan yang setia dan mengasihi dan menghormati serta setia kepada kita sebagai orang tua atau pimpinannya. Demikian pula Bapa, Ia tahu dan merasa, siapa anak-anak-Nya yang sungguh-sungguh mengasihi dan menghormati Dia. Bapa tahu, karena Bapa merasakan itu, siapa anak-anak-Nya yang mengasihi Dia dengan tulus, menghormati diri-Nya dengan tulus, yang sungguh-sungguh setia kepada-Nya. Kalau Allah memiliki perasaan, mengapa kita tidak berusaha menyentuh perasaan Allah, dengan sikap, dengan langkah-langkah kita yang positif? Mengapa kita tidak mengukur, apakah tindakan kita dirasakan Allah sebagai kecintaan, penghormatan dan kesetiaan yang tulus kepada-Nya?  

Tidak ada kehidupan di luar Tuhan, tidak ada kebahagiaan di luar Tuhan sebab hanya di dalam Tuhan ada kehidupan, hanya di dalam Tuhan ada kebahagiaan. Tuhan bukanlah suatu benda yang tidak berperasaan, Dia adalah Pribadi yang berperasaan. Mengapa kita tidak berusaha untuk memiliki langkah-langkah yang konkret, yang sengaja kita lakukan untuk bisa menyukakan hati Allah? Sehingga Allah tahu, “Anak-Ku ini hormat dan setia terhadap-Ku, anak-Ku ini mengasihi Aku.” Allah menikmati kesetiaan dan hormat serta cinta kita kepada-Nya. Jangan menjadi anak yang berhati busuk, yang tidak memiliki hormat dan kesetiaan, yang hanya mau mengeksploitasi, memanfaatkan, memperalat, dan memperbudak Allah.  

Mari kita menjadi anak-anak Allah yang hormat, yang setia dengan tulus, mengabdi dalam ketulusan dan kemurnian hati, kita melayani dan memberi hidup bagi Tuhan, bukan karena supaya kita diberkati, melainkan karena kita sudah diberkati, sudah menjadi anak-anak Allah dan kita ada di dalam pemeliharaan Allah yang sempurna, penjagaan Allah yang sempurna. Di dalam Dia ada jaminan yang terjamin; dapat dipercaya dan sempurna. Karenanya kita tidak meragukan kasih, pemeliharaan Allah, tidak boleh meragukan setitik pun kesetiaan Allah atas kita. Kita yang harus meragukan kesetiaan kita sendiri terhadap Allah. Jangan meragukan kesetiaan Allah atas diri kita. Kita yang harus meragukan dan mencurigai diri kita sendiri; jangan-jangan kita tidak tulus atau belum tulus kepada Tuhan. Jangan-jangan dalam kegiatan pelayanan, kita masih memiliki agenda sendiri. Kita punya perusahaan di dalam perusahaan, kita punya kerajaan di dalam kerajaan. Dan sering tanpa sadar kita mengorbankan kepentingan Kerajaan Allah, ini adalah suatu kebodohan.  

Tetapi mari kita tulus mengabdi kepada Tuhan tanpa menuntut apa pun, karena kita telah menerima banyak hal dan kita terpelihara dengan sempurna. Yang kita lakukan adalah bagaimana kita bisa menyenangkan Dia dalam segala hal, bisa menyenangkan Tuhan dalam segala perkara. Maka, mari kita belajar memperlakukan Allah sebagai Pribadi yang hidup, yang berperasaan, sampai kita punya dinamika hidup memperlakukan Allah sebagai Pribadi yang hidup, yang berperasaan tanpa memaksa diri menghayati Allah yang hidup dan berperasaan. Dengan sendirinya kita memiliki irama memperlakukan Allah sebagai Pribadi yang hidup dan berperasaan. Dengan demikian, kita akan tercengkerami oleh hati yang takut akan Dia, hati yang menghormati Dia, hati yang tidak ingin melukai Dia. Ternyata itu perlu kita latih.  

Ironis, ilmu teologi ternyata tidak membangun perasaan takut dan hormat akan Allah secara proporsional. Kita juga mengamati kehidupan orang-orang yang belajar teologi, yang pintar bicara, yang cakap bicara, juga tidak memiliki perasaan takut dan hormat akan Allah sebagaimana seharusnya. Memang kita harus berteologi dan berteologi dengan benar, tetapi lebih dari berteologi, kita harus punya pengalaman dengan Allah. Berteologi lewat pengalaman hidup. Sehingga jangan pikiran kita hanya diisi dengan pengetahuan, tetapi perasaan kita diisi juga dengan pengalaman. Perasaan kita harus diisi melalui persekutuan dengan Tuhan dalam doa, meditasi, merenungkan Tuhan di sepanjang waktu hidup, supaya kita menghayati Allah yang hidup, membangun perasaan takut akan Allah, dan sikap hormat yang sepatutnya kepada Allah.  

Ayo kita berlomba, bagaimana kita menjadi orang yang dirasakan Tuhan bahwa kita setia dan hormat kepada-Nya, kita mencintai Dia dan Allah menikmati kesetiaan, hormat dan menikmati cinta kita kepada-Nya. Adalah kebahagiaan kalau kita menjadi seperti bunga yang harum dicium, seperti simfoni yang indah didengar oleh Tuhan. Ingat, kita hidup hanya satu kali. Satu kali untuk kekekalan. Jadi selama kita hidup yang sekali untuk kekekalan ini, mari kita bersungguh-sungguh menjadi orang yang benar-benar dapat dinikmati oleh Allah. Mari kita berdoa untuk itu, “Tolong aku menjadi anak yang dapat Kau nikmati, Tuhan.”  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DI DALAM DIA ADA JAMINAN YANG TERJAMIN, DAPAT DIPERCAYA DAN SEMPURNA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 November 2024
2024-11-15 18:33:37

Kisah Para Rasul 1-3

Card image
Quote Of The Day - 14 November 2024 - (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-14 18:38:53


Tuhan memberi duri dalam daging ini sebagai katup pengaman agar kita tidak sombong dan jatuh dalam dosa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 14 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-14 18:37:45


Taklukkan masa depan kita di bumi ini dengan kesucian.

Card image
A CHANGED LIFE - 14 November 2024 (English Version)
2024-11-14 18:35:19


The Word of God says, “Do not be conformed to this world, but be transformed by the renewal of your mind, so that you may discern what is the will of God-what is good, pleasing, and perfect” (Romans 12:2). This is a verse we’ve often heard, yet today God challenges and asks us, “Where is the difference between you and the world?” Let’s take a moment to reflect on this and think about it seriously. Are we, perhaps, still conformed to this world? It’s clear that we’re called to be different. This isn’t simple-it’s something complex and requires honesty with ourselves. Without such honesty, illuminated by the Holy Spirit, we’ll fail to find out what our true condition is.

“Do not be conformed to this world” means we must be distinct. But where exactly should this difference be evident? In what aspects? With people of different religions, the differences may be more obvious, as these involve different beliefs and doctrines. However, we’re faced with the world itself. Have we ever noticed the difference between ourselves and the world? What kind of difference does God desire? If we read the first verse of Romans 12, we can begin to see this difference: “Therefore, brothers and sisters, in view of God’s mercy, I urge you to present your bodies as a living sacrifice, holy and pleasing to God—this is your true worship.” The key phrase here is “in view of God’s mercy.” God has shown us love, saved us, and given us mercy-this is something the world does not know.

We are debtors because of God's mercy. Because God has been good to us, but the world does not know it. This is the same as the beginning of the 10 Commandments which begins with the sentence: "I am The Lord your God, who brought you out of slavery in Egypt." It's the same as "By the mercy of God," because we have received the mercy of God. So, we have one thing that the world doesn't have. Which if put in another sentence would be: “Whether you eat or drink or whatever you do, do it all for the glory of God." It means that because God has saved us, everything is for God. So if the world does everything for itself, we do everything for God. It means that we are in the jurisdiction or territory of God.

The question is, have we lived fully for the glory of God? Honestly, we aren’t fully living for God’s glory. But now, we want to be 100% committed to Him. Achieving this, however, isn’t easy. Why? Because our human nature, or our “old self,” prevents us from fully giving ourselves to God. If we delay in reaching this commitment, it becomes harder with time, even though God desires our whole lives to be dedicated to Him. Romans 12:2 states beautifully, “Do not be conformed to this world, but be transformed by the renewing of your mind.” Who initiates this renewal of our minds? It’s a collaboration between God’s work and our response, led by the Holy Spirit. Therefore, we must actively respond to the work of the Holy Spirit.

Becoming a Christian actually has only one goal, which is a changed life. And for this transformation, we must be willing to sacrifice or let go of anything that hinders it-a complete “metamorphosis.” And this must take place or happen in our lives from time to time. If it really happens, then we can distinguish between God's will or not God's will, what is good, pleasing to God, and perfect. So, while we are being processed, what must happen in our lives is the renewal of the mind. This renewal occurs through the Word (Greek: rhema), which reshapes our thinking. Each of us has a unique, specific journey, and as events unfold in our lives, God speaks to us and transforms our thoughts. Those who study the Word but do so without connecting it to life’s experiences remain their lives are unformed.

No amount of learning is enough if it’s disconnected from real-life events, where we learn to understand God’s will-what is good, pleasing, and perfect-through personal experiences. When someone is willing to deny themselves, they may say, “Alright, Lord,” even if it causes pain, though their response might not be perfect. Tomorrow, they may face a similar but even more challenging situation, and God will urge them again, “Be silent, don’t retaliate.” These experiences shape them into a man of God, filling their mind with His guidance. Who controls our mind, determines our future.

TO BE A CHRISTIAN IS FUNDAMENTALLY TO HAVE ONE PURPOSE: A LIFE THAT IS TRANSFORMED.

Card image
HIDUP YANG DIUBAH - 14 November 2024
2024-11-14 18:33:33


  Firman Tuhan mengatakan, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna" (Rm. 12:2). Ayat yang sudah sering kita dengar, tetapi hari ini Tuhan menantang dan bertanya kepada kita, _ “Di mana letak perbedaanmu dengan dunia?” Mari kita renungkan, kita pikirkan dengan serius. Jangan-jangan kita masih serupa dengan dunia ini. Padahal jelas kita harus berbeda. Ini tidak sederhana, bukan sesuatu yang simple, ini sesuatu yang kompleks. Dan untuk memahami hal ini, dibutuhkan kejujuran untuk melihat diri sendiri. Sebab kalau kita tidak jujur, kita akan gagal menemukan bagaimana keadaan kita yang sebenarnya; tentu kejujuran yang diterangi Roh Kudus.

“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,” artinya kita harus berbeda. Di mana letak perbedaan kita dengan dunia? Dari aspek mana sebenarnya? Kalau dengan orang-orang yang beragama lain, perbedaannya jelas. Ini menyangkut kepercayaan, keyakinan, yang di situ akan melibatkan hukum-hukum syariat berbeda. Namun, kita berhadapan head-to-head dengan dunia. Pernahkah kita melihat perbedaan dengan dunia? Perbedaan yang bagaimana yang Allah kehendaki? Kalau kita membaca ayat yang pertama, baru kita akan bisa menemukan perbedaan itu, _“Karena itu, Saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah, itu adalah ibadahmu yang sejati.” Kata yang membedakan adalah “demi kemurahan Allah.” Karena Tuhan sudah mengasihi kita, menyelamatkan kita, memberikan kemurahan kepada kita. Ini yang anak-anak dunia tidak mengenal.  

Kita adalah orang-orang yang berutang karena kemurahan Allah. Karena Allah sudah berbuat baik kepada kita, namun dunia tidak mengenalnya. Ini sama dengan permulaan 10 Hukum Taurat yang dimulai dengan kalimat: "Akulah Tuhan, Allahmu, yang membebaskan kamu dari perbudakan bangsa Mesir." Sama dengan “Demi kemurahan Allah,” karena kita telah menerima kemurahan Allah. Jadi, kita memiliki satu hal yang dunia tidak miliki. Yang kalau dibahasakan dengan kalimat lain berbunyi: "Baik kamu makan atau minum atau melakukan segala sesuatu, lakukanlah semua untuk kemuliaan Allah." Artinya karena Allah sudah menyelamatkan kita, maka semua untuk Tuhan. Jadi kalau dunia melakukan segala sesuatu untuk dirinya sendiri, kita melakukan segala sesuatu untuk Allah. Berarti kita ada di wilayah yuridiksi atau wilayah kekuasaan Allah.  

Pertanyaannya, apakah kita sudah hidup sepenuhnya untuk kemuliaan Allah? Sejujurnya, tidak sepenuhnya kita hidup untuk kemuliaan Allah. Tapi sekarang kita serius mau 100% untuk Tuhan. Tapi untuk mencapai ini tidak mudah. Kenapa? Karena keberadaan kita yang masih punya kedagingan, atau yang sama dengan manusia lama, membuat kita tidak bisa 100% untuk Tuhan. Kalau orang terlambat untuk mencapai ini, sulit. Padahal Tuhan menghendaki agar seluruh, segenap hidup kita dipersembahkan bagi Tuhan. Ayat berikutnya indah sekali, Roma 12:2, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu." Siapa yang mengubah pembaruan budi kita? Tentu kerjasama, kolaborasi antara pekerjaan Allah dengan kita yang dipimpin oleh Roh Kudus. Maka kita harus menanggapi pekerjaan Roh Kudus ini.  

Menjadi Kristen itu sebenarnya hanya memiliki satu tujuan, yaitu hidup yang diubah. Dan untuk ini, apa pun mesti kita korbankan, apa pun mesti kita lepaskan, demi perubahan itu (metamorfoste). Dan ini harus berlangsung atau terjadi dalam hidup kita dari waktu ke waktu. Jika itu benar-benar berlangsung, maka kita dapat membedakan antara kehendak Allah atau bukan kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna. Jadi, sementara kita diproses, yang harus terjadi dalam hidup kita adalah pembaruan pikiran. Pikiran inilah yang dibarui oleh firman (Yun. rhema). Dan setiap orang pasti punya keadaan yang unik, yang khusus, yang spesifik. Dan ketika kejadian itu berlangsung, Tuhan berbicara, pikiran diubah. Maka kita melihat, orang yang belajar firman, bukan dari atau bukan bersamaan dengan peristiwa-peristiwa hidup, hidupnya mentah.  

Mau belajar setinggi langit, tetapi kalau tidak melalui peristiwa hidup, tidak membangun pemikiran untuk mengerti kehendak Allah—apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna—maka itu tidak cukup, sebab harus melalui pengalaman-pengalaman hidup. Kalau seseorang mau menyangkal diri, dia berkata, “Baik, Tuhan.” Walau ia merasa sakit, tapi belum sempurna. Nilainya mungkin masih 6 atau 6 setengah. Besok, ia bertemu dengan pengalaman yang sama lagi, mungkin lebih menyakitkan, dan Tuhan bicara, "Diam, jangan membalas.” Inilah yang membentuk dia menjadi manusia Allah, dan suara inilah yang memenuhi pikirannya. Siapa yang menguasai pikiran kita, itulah yang menentukan masa depan kita.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono  

MENJADI KRISTEN ITU SEBENARNYA HANYA MEMILIKI SATU TUJUAN, YAITU HIDUP YANG DIUBAH.

Card image
Truth Kids 13 November 2024 - LEMAH LEMBUT
2024-11-14 13:18:54


Galatia 5:23
”kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.”

Saat pelajaran olahraga di lapangan, Anto bermain futsal dengan teman-temannya. Ia terjatuh karena ada pemain dari pihak lawan merebut bola yang sedang ia bawa. Ia terguling sehingga kaki dan tangannya lecet. Kemudian teman-temannya berteriak supaya Anto membalas perlakuan teman yang membuatnya terjatuh.

Anto tidak melakukan itu. Ia dibantu temannya keluar dari lapangan dan diberikan pertolongan pertama. Teman-temannya berkata bahwa siswa yang membuat Anto terjatuh harus diberi pelajaran.

Namun, Anto melarang temannya untuk melakukan semua itu. Ia dapat menahan emosinya dan tidak membalas apa yang dilakukan oleh temannya. Kemudian temannya datang dan meminta maaf kepadanya. Anto pun memaafkan dan mereka saling berjabat tangan.

Sobat Kids, orang yang memiliki sifat lemah lembut seperti yang Tuhan Yesus teladankan, mampu mengendalikan dirinya dalam segala keadaan. Tidak mudah emmengeluarkanosi, tidak gampang marah dan bahasa kasar atau caci maki terhadap orang lain, meskipun orang itu menyakiti kita. Tetap lemah lembut, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 13 November 2024 - TENGGANG RASA
2024-11-14 12:49:06


Galatia 5:23
”kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.

Apakah Sobat Junior tahu arti dari tenggang rasa? Tenggang rasa berarti menghargai atau menghormati perasaan orang lain. Tidak mudah, loh, untuk tenggang rasa. Sebagai contoh, saat kalian ada kerja kelompok. Guru kalian memberikan tugas untuk membuat sebuah proyek. Ada teman memberikan ide yang kalian tahu bahwa ide tersebut agak sulit diwujudkan karena keterbatasan kemampuan untuk anak seusia kalian. Sebagai teman yang baik, kalian harus tenggang rasa. Maksudnya tetap mendengarkan pendapat teman tanpa menghakimi bahwa idenya tidak bisa diwujudkan ke dalam proyek. Justru kalian berusaha untuk memberikan pendapat agar hasil yang terbaik bisa didapat.

Untuk bersikap tenggang rasa, dibutuhkan kelemahlembutan, Sobat Junior. Jika kita merasa selalu paling benar, itu namanya sombong. Kita tidak bisa menerima dan menghargai pendapat orang lain. Yuk, kita sama-sama belajar untuk memiliki kelemahlembutan dan menguasai diri kita, sehingga kita bisa tenggang rasa kepada orang lain.

Card image
Truth Youth 13 November 2024 (English Version) - WELCOME HOME!
2024-11-14 12:45:21


"And let us consider how we may spur one another on toward love and good deeds." (Hebrews 10:24)

Someone once said, “Our home is our most comfortable place, where we can be ourselves without having to pretend. Parents and siblings know and accept our flaws because that is what family is about.” Family is not only about biological ties but also about brotherly love, acceptance, support, and care. Unfortunately, many of us have recently felt that home is no longer a comfortable place because the function of family has started to fade, leading us to seek comfort elsewhere in our own ways.

A healthy family always seeks to provide love, support, and care for each member so that everyone can achieve their individual goals. Similarly, a Christian community should not only be a place for religious activities but also function as a family in Christ—a place where we are accepted, receive spiritual support, embrace our weaknesses, and feel the presence of Christ's love through each member, thus building our faith. However, if we find ourselves in an unhealthy community, our spiritual growth can also become unhealthy. Therefore, we must seek out the right community to lead us to the truth. We need to be brave enough to step away from environments that may hinder our positive growth. So, join a Christian community that not only supports us emotionally but also makes us feel like part of a family.

WHAT TO DO:
1. Seek the right community to build your faith.
2. Be courageous in stepping away from unhealthy communities if you feel you are in the wrong company.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Acts 4-5

Card image
Bacaan Alkitab Setahun -14 November 2024
2024-11-14 07:03:02

Lukas 24
Yohanes 20-21

Card image
Truth Youth 13 November 2024 - WELCOME HOME!
2024-11-13 20:37:23


”Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.” (Ibrani 10:24)

Seseorang pernah berkata, “Rumah kita adalah tempat ternyaman kita, tempat di mana kita menjadi diri kita sendiri tanpa perlu berpura-pura. Orang tua dan adik-beradik mengenal dan menerima kekurangan kita karena itulah disebut keluarga.” Keluarga bukan hanya tentang ikatan persaudaraan secara biologis, tapi keluarga juga bicara tentang kasih persaudaraan, tempat penerimaan, dukungan dan perhatian. Sayangnya, belakangan ini ramai di antara kita yang merasa rumah bukan lagi tempat yang nyaman karena fungsi keluarga itu sudah mulai pudar sehingga kita cenderung mencari kenyamanan di luar dengan cara kita sendiri.

Keluarga yang sehat selalu ingin memberikan kasih, dukungan dan perhatian kepada setiap anggota keluarganya supaya dapat mencapai tujuan setiap anggotanya. Sama halnya dengan komunitas Kristen, di mana sebuah komunitas Kristen tidak hanya menjadi tempat kita melakukan kegiatan agama tetapi lebih dari itu, komunitas Kristen berfungsi sebagai keluarga dalam Kristus; tempat di mana kita diterima, kita mendapatkan dukungan secara rohani, tempat merangkul kelemahan kita dan membuat kita merasakan kehadiran kasih Kristus dalam setiap anggotanya sehingga bisa membangun iman kita. Tapi, jika kita berada di komunitas yang tidak sehat, pertumbuhan rohani kita juga bisa tidak sehat. Oleh sebab itu, kita harus mencari komunitas yang benar untuk memimpin kita kepada kebenaran. Kita harus berani melangkah keluar dari lingkungan yang mungkin membuat kita tidak bertumbuh secara positif. Jadi bergabunglah dalam komunitas Kristen yang bukan hanya sekadar mendukung kita secara emosional, tetapi menjadikan kita bagian dari keluarga.

WHAT TO DO:
1.Carilah komunitas yang benar untuk membangun iman.
2.Berani keluar dari lingkungan komunitas yang tidak sehat, jika merasa berada dalam pergaulan yang salah.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kisah Para Rasul 4-5

Card image
Renungan Pagi - 13 November 2024
2024-11-13 20:30:25


Sebagai anak-anak Tuhan yang telah dipanggil dan dipilih, seharusnya membuat kita merasakan kasih Bapa yang besar. Penebusan dan keselamatan di dalam pengorbanan Putra-Nya, Tuhan Yesus Kristus adalah anugerah terindah dan terbesar yang pernah kita dapatkan.

Lalu bagaimana sikap hati kepada Bapa, adakah menyambut kasih dan anugerah-Nya dengan kerinduan untuk dapat menyenangkan hati-Nya? Atau bahkan masih belum menyadari betapa besarnya kasih dan anugerah Tuhan itu membuat kita santai, terlena dengan keindahan cinta akan dunia ini.

"Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu." Mari ekspresikan kasih kita kepada Allah dengan penuh kerinduan untuk senantiasa berjuang agar tidak lagi mencintai dunia ini dan apa yang ada di dalamnya, menjadikan Tuhan dan Kerajaan-Nya sebagai satu-satunya tujuan hidup kita.
(1 Yohanes 2:15-16)

Card image
Quote Of The Day - 13 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-13 20:27:58


Ketika kita dibawa kepada situasi di mana kita menjadi patah hati dengan dunia, sejatinya itulah keadaan yang menolong kita untuk membujuk diri kita sendiri agar melepaskan dunia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 13 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-13 20:26:43


Ketika kita mencari nilai diri di luar rumah, mencari kepuasan tanpa Bapa di samping kita, maka kita akan terus dalam pencarian yang tiada berakhir, yang nanti ujungnya adalah api kekal.

Card image
FAITH IN CERTAINTY - 13 November 2024 (English Version)
2024-11-13 12:32:23


Faith becomes a certainty when it is manifested in real actions or deeds. One of the most widespread deceptions throughout church history and across the world is equating faith in God with mere belief. Over time, doctrines have emerged based on pillars that actually stem from the forces of darkness, rather than from the Bible. This deception lies in equating faith with belief, as if merely holding a belief is the same as being faithful. James, in James 2:19, states, “You believe that there is one God. Good! Even the demons believe that-and shudder.” In the original text, the word used here is not "demons" but rather "evil spirits" (Greek: daimonia), while "Satan" (Greek: diabolos) refers to the ruler, the leader.

Therefore, faith is not just belief. But faith becomes a certainty when it is expressed in concrete actions or deeds. So, here it takes the effort of the whole life. If Christianity is only a part of life, we will never make faith a saving faith. Thus, we must understand that "faith" is not the same as mental belief. Faith is self-surrender. The question then becomes: to what extent have we surrendered ourselves to God? It must be 100% or completely, which is expressed in loving God with all our heart, mind and strength. Faith becomes certainty when it comes to a life of loving God with all our heart, mind and strength. If not, then it is not yet a saving faith. A saving faith is faith in certainty, where a person truly has a heart that loves God. Remember, that our salvation is not just entering heaven, but becoming a member of the Kingdom of God. That the goal that Christians must achieve is to be perfect like the Father, to be like Jesus-in other words, to be pleasing to God.

Therefore, we must examine whether we truly have a saving faith or not. Don't play around with God. Unfortunately, most people do not give God the rightful place in their lives. In fact, to build a faith that is true and certain, we must seriously consider a few things. First, are there any sins we still commit? Sins that break moral laws are easy to recognize, but there may be actions we are unaware of that hurt others. Do not mock God. Sin is abhorrent to Him.

Secondly, is there any pleasure in us other than pleasing God? As humans, we enjoy gathering with family, eating, traveling, and so on. There is nothing wrong with these pleasures since we are human and capable of enjoyment, but they must not bind our hearts. We can enjoy them without idolizing them. In other words, if we were to lose everything, we should still feel complete. Remember how Job was tested by God and “promoted” when all he had was taken away-his wealth, children, health, and wife-yet he did not lose his life. Why? Because he did not lose God. The Bible says that in all these things, Job did not sin. Though he had lost everyone and everything, he still had God. He had no earthly pleasures: no wealth, family, health, children, or even friends. We may have many things, but if we do not have true fellowship with God, it means we do not have life. Do not be arrogant! God is educating us, so that we can have a life without anything, without anyone, but we can live with God.

Thirdly, what is our motivation in life? Our motivation in life must be one, which is to serve God, to please God. One of the wrong motivations in life is not giving the best for God. This service must be the best. Our world is only to serve God. And this should not exhaust us. We must dare to question our lives: "What did I do wrong, God?" Not as a complaint, but with a heart seeking, “What wrong have I done that makes You uncomfortable or even hurt? What sin have I still committed?” If God has forgiven us, forgotten our sins, and covered our faults, let us not sin again. Let us conquer our future on earth with purity.

Thus, there is no “maybe” when it comes to entering heaven. If today we are not in the scope of the Kingdom of Heaven, then we are not going to enter. So, we should always see whether our condition is truly worthy before God or not. Because our condition is an eternal condition that will not change when we die. This is the final evaluation. So, while there is an opportunity, we improve ourselves.

FAITH BECOMES A CERTAINTY WHEN IT IS EXPRESSED IN REAL ACTIONS OR DEEDS.

Card image
IMAN DALAM KEPASTIAN - 13 November 2024
2024-11-13 12:30:37


Iman menjadi suatu kepastian ketika iman itu diwujudkan dalam tindakan atau perbuatan nyata. Salah satu penyesatan yang berhasil, yang masif meliputi seluruh dunia dan di sepanjang perjalanan sejarah gereja, dan kemudian dari hal itu tersusun doktrin-doktrin yang sebenarnya pilarnya adalah suara dari kuasa kegelapan, bukan dari Alkitab. Penyesatan itu adalah menyamakan iman kepada Allah dengan keyakinan. Dan kalau sudah meyakini, dianggap sebagai orang beriman. Yakobus mengatakan di dalam Yakobus 2:19, “Engkau percaya bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.” Sebenarnya, teks aslinya di sini bukan setan, melainkan roh-roh jahat (Yun. daimonia). Sedangkan setan (Yun. diabolos) adalah penghulu, pemimpin.

Jadi, iman itu bukan sekadar keyakinan. Tetapi iman menjadi suatu kepastian kalau dinyatakan dalam perbuatan atau tindakan konkret. Maka, di sini dibutuhkan usaha segenap hidup. Kalau kekristenan hanya menjadi bagian hidup, kita tidak akan pernah menjadikan iman itu iman yang menyelamatkan. Jadi kita harus memahami kata "iman" ini tidak sama dengan keyakinan di dalam pikiran. Iman adalah penyerahan diri. Pertanyaannya, berapa persen kita telah menyerahkan diri kepada Tuhan? Tentu harus 100% atau sepenuhnya, yang dinyatakan di dalam mengasihi Allah dengan segenap hati, akal budi dan kekuatan. Iman menjadi kepastian jika sampai pada kehidupan mengasihi Allah dengan segenap hati, akal budi dan kekuatan. Jika tidak, berarti belum menyelamatkan. Iman yang menyelamatkan adalah iman dalam kepastian di mana seseorang benar-benar memiliki hati yang mengasihi Allah. Ingat, bahwa keselamatan kita itu bukan hanya masuk surga, melainkan menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Bahwa gol yang harus dicapai orang Kristen adalah sempurna seperti Bapa, serupa dengan Yesus; dengan kata lain, berkenan kepada Allah.

Jadi, kita harus memperkarakan apakah sungguh-sungguh kita telah memiliki iman yang menyelamatkan atau belum. Jangan main-main dengan Tuhan. Tetapi, rata-rata orang memberikan porsi yang tidak patut bagi Allah. Padahal untuk membangun keyakinan yang benar menjadi iman dalam kepastian, kita harus sungguh-sungguh memperkarakan beberapa hal. Yang pertama, apakah masih ada dosa yang kita lakukan? Tentu dosa yang melanggar moral bisa kita pahami dengan cepat, tapi ada perbuatan kita yang belum kita sadari yang ternyata melukai orang. Jangan mengolok-olok Tuhan. Dosa itu kebencian bagi Allah.

Yang kedua, apakah masih ada kesenangan dalam diri kita selain menyenangkan Tuhan? Sebagai manusia, kita senang berkumpul bersama keluarga, makan, wisata dll. Tidak salah, karena kita manusia dan bisa menikmati, tetapi hal itu tidak boleh mengikat hati kita. Kita bisa menikmatinya, namun tanpa memberhalakan. Jadi, seandainya kita tidak memiliki sesuatu, kita tetap merasa lengkap. Ingat bagaimana Ayub dibuat Tuhan naik kelas, yaitu ketika seluruh miliknya diambil—harta, anak, kesehatan, dan istri—tapi dia tidak kehilangan hidup. Kenapa dia tidak kehilangan hidup? Karena dia tidak kehilangan Tuhan. Alkitab menuliskan bahwa dalam semuanya itu, Ayub tidak berbuat dosa. Dia tidak memiliki siapa-siapa, tetapi dia memiliki Tuhan. Dia tidak punya kesenangan. Apakah itu harta, keluarga, kesehatan, anak, bahkan sahabat. Kita boleh memiliki banyak hal, tapi kalau kita tidak bersekutu dengan Tuhan secara benar, berarti kita tidak memiliki hidup. Jangan sombong! Tuhan sedang mendidik kita, supaya kita bisa memiliki hidup tanpa apa-apa, tanpa siapa-siapa, tapi kita bisa hidup dengan Tuhan.

Yang ketiga, apa motivasi hidup kita? Motivasi hidup kita harus satu, yaitu melayani Tuhan, menyenangkan hati Allah. Salah satu motivasi yang tidak tepat dalam hidup adalah tidak memberi yang terbaik untuk Tuhan. Pelayanan ini harus yang terbaik. Dunia kita hanya untuk mengabdi ke Tuhan. Dan itu tidak membuat kita merasa capek. Kita harus berani memperkarakan hidup kita: "Apa salahku, Tuhan?" Bukan dalam rangka kita sedang mengeluh, “Apa salahku yang membuat Engkau tidak nyaman atau bahkan terlukai? Apa salahku, dosa apa yang masih kulakukan?” Kalau Tuhan sudah mengampuni kita, melupakan dosa kita dan menutupi kesalahan kita, jangan berbuat dosa lagi. Taklukkan masa depan kita di bumi ini dengan kesucian.

Jadi, tidak ada kata mudah-mudahan masuk surga. Kalau hari ini kita tidak ada di dalam lingkup Kerajaan Surga, maka kita tidak masuk. Jadi, mestinya kita selalu melihat keadaan kita ini benar-benar layak di hadapan Allah atau tidak. Karena keadaan kita inilah keadaan abadi yang pada waktu kita mati, tidak akan berubah. Ini merupakan nilai akhir. Maka, selagi ada kesempatan, kita bebenah diri.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

IMAN MENJADI SUATU KEPASTIAN KETIKA IMAN ITU DIWUJUDKAN DALAM TINDAKAN ATAU PERBUATAN NYATA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 November 2024
2024-11-13 12:26:52

Matius 28
Markus 16

Card image
Truth Kids 12 November 2024 - PERHATIAN
2024-11-12 19:12:51


Roma 15:1
”Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.”

Di dalam kelas, Rino melihat temannya yang sedang menangis. Ia menghampirinya dan menanyakan tentang keadaannya. "Kenapa kamu menangis, Joy?" tanya Rino. "Aku sedih karena papaku masuk rumah sakit dan harus dioperasi karena sakit jantung," jawab Joy. Kemudian Rino mengajak Joy ke kantin untuk makan bersama.

Rino memberikan penghiburan kepada Joy untuk tetap berharap kepada Tuhan. Rino mengingatkan bahwa Tuhan mengizinkan pencobaan itu terjadi, tidak melebihi kekuatan manusia. Kita tetap berdoa kepada Tuhan, sebab pasti Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk kita. Akhirnya Joy merasa sangat lega karena dapat menceritakan kesedihannya dan mendapatkan perhatian dari temannya, Rino.

Sobat Kids, mari kita saling memberikan perhatian dan penguatan kepada teman-teman atau saudara kita yang sedang dalam kelemahan. Karena, akan sangat baik jika kita yang kuat, menopang yang lemah dengan kasih dan kelemahlembutan.

Card image
Truth Junior 12 November 2024 - SALING MENOPANG
2024-11-12 19:11:29


Roma 15:1
”Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.”

Setiap anak diciptakan Tuhan dengan unik. Pasti setiap dari Sobat Junior berbeda. Tidak ada yang persis sama seperti kalian. Pola asuh atau cara orang tua mendidik kalian masing-masing juga pasti berbeda-beda sehingga di sekolah kalian akan menemui berbagai macam sifat teman-teman. Mungkin di kelas, ada teman yang senang bercerita; kerjanya cerita terus, bahkan saat guru menjelaskan pelajaran, masih saja sibuk berbicara. Ada juga teman yang sebaliknya, sukanya diam saja. Jika tidak ada orang yang mengajaknya bicara, ia akan diam saja sepanjang sekolah. Mungkin ada juga teman yang sukanya melucu, suka berbuat yang aneh-aneh supaya teman-teman yang lain di kelasnya bisa tertawa. Bagaimana dengan kelas kalian, Sobat Junior?

Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita, sebagai anak yang kuat, untuk menanggung atau membantu kelemahan orang yang tidak kuat. Jika ada teman di kelas kalian yang sukanya menyendiri, kalian harus berusaha untuk menemaninya, Sobat Junior. Alasan mereka mungkin berbagai macam, antara lain karena merasa tidak sekaya teman yang lain, tidak sepintar orang lain, tidak pandai bicara, ataupun alasan lainnya. Tugas kita adalah memberikan perhatian dan kelembutan kepada mereka. Jangan kita hanya memikirkan diri sendiri, tetapi kita harus memikirkan orang lain juga, Sobat Junior. Kita harus saling menopang sehingga kita akan menjadi sama-sama kuat bersama-sama. Yuk, bisa, yuk!

Card image
Truth Youth 12 November 2024 (English Version) - MY IDOL
2024-11-12 19:09:21


"And the things you have heard me say in the presence of many witnesses entrust to reliable people who will also be qualified to teach others." (2 Timothy 2:2)

We all have likely idolized someone or a famous figure at some point. Usually, we idolize someone because we see something appealing in their personality and achievements. Some may even idolize a figure as a way to motivate themselves to achieve success. When we idolize someone, we seek to learn about their background, their accomplishments, and often their life stories that can inspire us. We try to emulate what they have done so we, too, can attain success like they have. The same applies to our spiritual lives. Is it wrong to idolize a spiritual mentor? It's not wrong, but we must not rely solely on humans, as they can still make mistakes. Our true role model is the Lord Jesus.

Friends, while building our spirituality, we often need a mentor who can guide us to live in truth. We need a spiritual mentor who can set a good example for us. So, what are the characteristics of a spiritual mentor we can emulate? First, a love for God. Just because someone regularly attends church doesn't mean they love God. However, someone who does not love God will often make excuses to avoid church. Second, a spiritual mentor must be spiritually mature. This means that whatever decisions they make, they always prioritize God's will over their own desires. Third, they should exhibit the fruits of the Spirit (Galatians 5:22-23). How can we tell if a spiritual mentor possesses the fruits of the Spirit? Observe how they respond to problems and how they prioritize the needs of others over themselves. A spiritual mentor is responsible for guiding us on how to live like Christ.

WHAT TO DO:
1. Seek a spiritual mentor who can serve as a role model to build your faith.
2. Make the Lord Jesus your primary role model.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Acts 1-3

Card image
Truth Youth 12 November 2024 - MY IDOL
2024-11-12 19:06:15


”Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain.” (2 Timotius 2:2)

Semua kita tentu pernah mengidolakan seseorang atau tokoh yang terkenal. Biasanya kita mengidolakan seseorang karena kita melihat sesuatu yang menarik tentang kepribadian dan pencapaiannya. Ada juga yang mengidolakan seorang tokoh sebagai cara untuk memotivasi diri demi mencapai sebuah kesuksesan. Ketika kita mengidolakan seseorang, kita akan berusaha mencari tahu tentang latar belakang tokoh tersebut. Apa saja pencapaiannya, dan pasti ada kisah hidupnya yang bisa menginspirasi kita. Kita mencoba untuk meniru apa yang telah dilakukannya supaya kita juga bisa mencapai kesuksesan seperti yang dicapainya. Sama halnya dalam hal kerohanian. Apakah salah jika kita mengidolakan mentor rohani? Tidak salah, tetapi kita tidak boleh bergantung sepenuhnya pada manusia karena manusia masih bisa melakukan kesalahan. Role model kita yang sesungguhnya adalah Tuhan Yesus.

Teman-teman, memang dalam membangun kerohanian kita, kita juga pasti butuh seorang mentor yang bisa membimbing kita hidup dalam kebenaran. Kita membutuhkan mentor rohani yang bisa menjadi teladan bagi kita. Lalu, apa saja ciri-ciri mentor rohani yang bisa kita teladani? Pertama, cinta Tuhan. Teman-teman, orang yang rajin ke gereja tidak berarti sudah cinta Tuhan. Tetapi orang yang tidak cinta Tuhan, pasti malas atau suka beralasan untuk tidak ke gereja. Kedua, mentor rohani harus dewasa rohani. Artinya, apa pun keputusan yang diambil, pasti selalu mengutamakan kehendak Tuhan, bukan kehendak diri sendiri. Ketiga, memiliki buah-buah Roh (Gal 5:22-23). Bagaimana untuk mengetahui seorang mentor rohani memiliki buah Roh? Perhatikanlah bagaimana ia merespons sesuatu masalah. Bagaimana ia lebih mengutamakan kepentingan orang lain dibanding dirinya sendiri. Mentor rohani bertanggung jawab membimbing kita bagaimana hidup seperti Kristus.

WHAT TO DO:
1.Carilah mentor rohani yang bisa dijadikan teladan untuk membangun iman.
2.Jadikan Tuhan Yesus sebagai role model yang utama.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kisah Para Rasul 1-3

Card image
Renungan Pagi - 12 November 2024
2024-11-12 19:02:41


Ada yang tidak pernah dapat diulang kembali didunia ini, yaitu waktu. Waktu tidak akan pernah kembali ke masa lalu, tetapi akan terus berjalan maju ke depan dan waktu tidak menunggu, kitalah yang harus tetap mengikutinya melangkah ke depan melalui hari demi hari hidup di bumi ini. Waktu akan tetap berlalu dan setiap detik yang telah terlewat adalah masa lalu yang hanya bisa diingat dalam kenangan.

Demikianlah waktu dapat kita habiskan dalam kekuatiran, ketakutan, pekerjaan ataupun kesenangan dan kesia-siaan, hampir setiap kita belum menyadari bahwa waktu ini suatu saat akan berakhir. "Dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan."

Alkitab mengajarkan untuk menghargai waktu, sebab waktu ini sangat singkat. Hari-hari terakhir ini bahkan menjadi waktu-waktu yang jahat, sehingga kita harus benar-benar memperhatikan bagaimana menjalankan hidup, jangan menjadi bodoh, tetapi harus bijaksana, mengerti kehendak Allah, waktu hidup di bumi sekarang ini adalah masa persiapan agar layak menerima kemuliaan dalam Kerajaan Allah yang kekal.
(Efesus 5:16-17)

Card image
Quote Of The Day - 12 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-12 19:00:56


Kalau kita menganggap Tuhan itu penting, maka dalam setiap tindakan dan keputusan, kita akan selalu mempertimbangkan apakah yang kita lakukan menyenangkan Tuhan atau tidak.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 12 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-12 18:59:39


Hiduplah wajar di mata Allah, walau di mata dunia kita dinilai tidak wajar. Baik kita makan atau minum atau melakukan sesuatu, lakukan untuk kemuliaan Allah.

Card image
WE STILL HAVE GOD - 12 November 2024 (English Version)
2024-11-12 18:57:48


God will prepare everything so that we truly become people who are significant to Him. No matter our current state, God can make us a pleasing fragrance before Him. Therefore, make a case, deal with God. When we pray, we can hear God's voice. Especially when we set aside dedicated time in God’s presence, the Holy Spirit surely speaks and guides us on how to fill each second, minute, hour, day, week, month, and year of our lives. However, it’s challenging to explain this to modern people who are often trapped in selfishness, egocentrism, and self-centeredness. The standard many live by today is “life for oneself.” The standard of human life has deteriorated. Even within the church, among activists, and within the lives of pastors, this damage is evident.

In general, people feel they have the right to have desires. In fact, if they understand that they have been redeemed by the blood of Jesus and is completely owned by God, then living on Earth temporarily is only a preparation for the real life later. So in this world the standard is only “As long as there is food, clothing, enough.” This does not mean that we become poor, but so that we are not bound by any desires. We must be able to enjoy what God created, but not be bound by them. And later in eternity all this beauty will be there and we will enjoy it without the power of darkness dragging us into darkness. For now, enjoy what is available. "As long as there is food, clothing, that's enough." God will train us in this.

Each of us has a special quality that God enjoys with a special taste. When we grow into maturity according to God's will, we are tasted by God and God says, "I really enjoy this taste." Each of us has a unique flavor that is pleasing in God’s eyes. Remember, God wants our condition to be good, but do not be tied to the world, then God will make our condition good. We must walk with God. No matter how great this explanation is, No matter how clever the description of words and sentences are, it will never be perfect. Because we have to experience God and how God unfolds this truth and places this truth in our lives through minute-to-minute, hour-to-hour, day-to-day experiences, and it's amazing.

God will open our eyes that God is alive, God is real. It is a very confidential, private experience, but that is where the value of our lives and ourselves lies. Not because we have a title, wealth, appearance. Young people, don't say, "I love You, Lord," but you can't do anything for God. If you’re in school but performing poorly, in college, you fail; or working yet lazy and lacking finances. You're useless. If you say, "I love You, Lord," there must be something you can do for God that is useful for the Kingdom of Heaven. For mothers, maybe people don't see your work today. But when you shed tears every day for your children, you educate them seriously, then one day they will become people who are useful for the Kingdom of Heaven. You are making an eternal investment through your children. Don't feel small and insignificant.

The living God, the God who wants us to be special people for Him. And God is able to make us special; whether seen by humans or not. That is what is called believing in God properly. So, do not feel small if we have ever been rejected by our parents. Or when we were married we were betrayed by our life partner, so that our souls ached. Feelings of resentment, hatred, and despair may arise, and we can even blame God. Because our condition which is like a broken ship is actually a means for God to make us His lovers. When we have no one and nothing, remember, we still have God. And God wants to love, care for us, and give Himself for us. God is more than our parents, more than our life partner, our children, more than anyone else. Prove it and experience it.

However, when we look for self-worth outside the home, looking for satisfaction without the Father beside us, then we will continue in an endless search, the end of which will be eternal fire. We are deceived by Satan. There is no need to look anywhere, for God says, “Here I am.” God wants us to find Him. We have God, enough. And God will keep us from being put to shame. God lives and reigns. For those who are lost like the prodigal son, come back today; God is waiting for you, longing for you. You are precious in His eyes. When we worship God, it will heal our souls. Don't do it half-heartedly. God must be everything in our lives. Let nothing hold greater value than Him. If we do not make God everything in this life, in fact, we are lost.

WHEN WE HAVE NO ONE AND NOTHING, REMEMBER, WE STILL HAVE GOD.

Card image
KITA MASIH PUNYA TUHAN - 12 November 2024
2024-11-12 06:37:21


Allah akan mempersiapkan segala sesuatunya, sehingga kita benar-benar menjadi orang yang berarti bagi Allah. Apa pun dan bagaimanapun keadaan kita hari ini, Tuhan bisa membuat kita menjadi keharuman bagi Tuhan. Maka, berperkaralah, berurusanlah dengan Tuhan. Ketika kita berdoa, kita bisa mendengar suara Tuhan. Apalagi ketika kita menyiapkan waktu khusus di hadapan Allah, pasti Roh Kudus bicara dan menuntun bagaimana kita harus mengisi setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun hidup kita. Namun, betapa sulitnya menjelaskan ini kepada manusia modern hari ini yang sudah terjebak dalam egoisme, egosentris, akusentris. Karena standar yang dikenakan hampir semua orang adalah hidup untuk diri sendiri. Standar hidup manusia sudah rusak. Bahkan dalam kehidupan gereja, kehidupan aktivis, kehidupan pendeta pun ikut rusak.

Pada umumnya, orang merasa memiliki hak untuk punya keinginan. Padahal kalau dia mengerti bahwa dirinya telah ditebus oleh darah Yesus dan dimiliki Tuhan sepenuhnya, maka hidup di Bumi yang sementara hanyalah persiapan untuk kehidupan yang sesungguhnya nanti. Maka di dunia ini standarnya hanyalah “Asal ada makanan, pakaian, cukup.” Hal ini bukan berarti kita jadi miskin, tapi supaya kita jangan terbelenggu oleh keinginan apa pun. Kita harus bisa menikmati yang diciptakan Allah, tapi tidak terikat. Dan nanti di kekekalan semua keindahan ini ada dan kita akan menikmati tanpa ada kuasa kegelapan yang menyeret kita ke dalam kegelapan. Kalau sekarang, nikmati seadanya. “Asal ada makanan, pakaian, cukup.” Tuhan akan melatih kita.

Setiap kita punya keistimewaan yang dinikmati Tuhan dengan rasa khas. Yang kalau kita bertumbuh dalam kedewasaan sesuai kehendak Allah, kita dikecap oleh Allah dan Allah mengatakan “Aku nikmat sekali dengan rasa ini.” Setiap kita punya rasa yang berbeda, tapi nikmat di mata Tuhan. Ingat, Tuhan mau keadaan kita baik-baik, namun jangan terikat dengan dunia, maka Tuhan akan membuat keadaan kita baik-baik. Kita harus berjalan dengan Tuhan. Sehebat apa pun penjelasan ini, secerdas apa pun uraian kata dan kalimat, tidak akan bisa sempurna. Sebab kita harus mengalami Tuhan dan bagaimana Tuhan mengurai kebenaran ini dan meletakkan kebenaran ini di dalam hidup kita lewat pengalaman dari menit ke menit, jam ke jam, hari ke hari, dan itu luar biasa.

Tuhan akan membuat mata kita tercelik bahwa Allah itu hidup, Allah itu nyata. Itu pengalaman yang sangat confidential, private, tapi di situlah nilai hidup dan diri kita. Bukan karena kita punya gelar, kekayaan, penampilan. Anak-anak muda, jangan berkata, “Aku mengasihi Engkau, Tuhan,” tapi engkau tidak bisa buat apa-apa untuk Tuhan. Sekolah, kamu bodoh; kuliah, kamu gagal; kerja, kamu malas, kamu tidak punya uang. Kamu tidak berguna. Kalau engkau berkata, “Aku mengasihi Engkau, Tuhan,” harus ada sesuatu yang bisa engkau lakukan untuk Tuhan yang itu berguna untuk Kerajaan Surga. Bagi ibu-ibu, mungkin orang tidak melihat karyamu hari ini. Tapi ketika engkau meneteskan air mata setiap hari untuk anakmu, engkau mendidik dia dengan sungguh-sungguh, maka suatu hari mereka akan menjadi orang-orang yang berguna bagi Kerajaan Surga. Engkau menanam investasi saham kekal melalui anak-anakmu. Jangan merasa engkau kecil dan tidak berarti.

Allah yang hidup, Allah yang mau kita menjadi orang-orang istimewa bagi Dia. Dan Allah sanggup membuat kita istimewa; entah dilihat manusia atau tidak. Itu yang namanya bertuhan dengan benar. Jadi, jangan merasa kecil kalau kita pernah tertolak oleh orang tua kita. Atau ketika menikah pun kita dikhianati pasangan hidup, sehingga sakit jiwa kita. Yang ada hanya dendam, kebencian, putus asa, dan bisa-bisa menyalahkan Tuhan. Sebab keadaan kita yang seperti kapal pecah ini sebenarnya menjadi sarana Allah membuat kita menjadi kekasih-Nya. Ketika kita tidak punya siapa-siapa dan apa-apa, ingat, kita masih punya Tuhan. Dan Tuhan mau mencintai, mengasihi kita, dan memberikan diri-Nya untuk kita. Tuhan lebih dari orang tua kita, lebih dari pasangan hidup kita, anak kita, lebih dari siapa pun. Buktikan itu dan alami itu.

Namun ketika kita mencari nilai diri di luar rumah, mencari kepuasan tanpa Bapa di samping kita, maka kita akan terus dalam pencarian yang tiada berakhir, yang nanti ujungnya adalah api kekal. Kita ditipu setan. Tidak usah mencari ke mana-mana, sebab Tuhan berkata, “Aku di sini.” Tuhan mau kita menemukan Dia. Kita punya Tuhan, cukup. Dan Tuhan akan membuat kita tidak dipermalukan. Allah hidup dan berkuasa. Bagi yang terhilang seperti anak bungsu, pulanglah hari ini, engkau ditunggu Tuhan, engkau dinantikan. Engkau berharga di mata Dia. Ketika kita menyembah Tuhan, itu akan menyembuhkan jiwa kita. Jangan setengah-setengah. Tuhan harus menjadi segalanya dalam hidup kita. Jangan ada yang lebih berarti dari Tuhan. Kalau kita tidak menjadikan Tuhan segalanya dalam hidup ini, sejatinya, kita terhilang.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KETIKA KITA TIDAK PUNYA SIAPA-SIAPA DAN APA-APA, INGAT KITA MASIH PUNYA TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 12 November 2024
2024-11-12 06:26:28

Lukas 23
Yohanes 18-19

Card image
Truth Kids 11 November 2024 - TUNJUKKAN KASIHMU
2024-11-11 19:35:43


1 Petrus 3:8
”Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati.”

Sore itu, tanpa sengaja adik Doni memecahkan jam tangan kesukaan Doni. Mereka bermain terlalu semangat. Adiknya berlari kencang dan jatuh, terkena meja kecil yang ada di ruang tamu. Alhasil, jam Doni jatuh terlempar dan pecah bagian kacanya.

Namun, Doni tidak marah kepada adiknya, melainkan ia menasihati adiknya dengan lemah lembut. "Sudah, Dik, tidak apa-apa. Kan kamu tidak sengaja. Lain kali kita harus lebih hati-hati saat bermain supaya tidak merusak barang-barang yang ada di rumah. Nanti kita lapor ke mama papa, kalau jamnya pecah karena kita sedang bermain kejar-kejaran," ujar Doni menenangkan adiknya.

Malam harinya sebelum doa bersama, mereka menceritakan ke orang tuanya tentang kejadian tersebut. Dan kedua orang tua Doni juga tidak memarahi mereka. Papa dan mamanya memberikan nasihat supaya bermain lebih berhati-hati.

Sobat Kids, marilah kita belajar untuk bersikap lemah lembut. Kita bisa menegur atau menasihati dengan kasih yang Tuhan Yesus ajarkan.

Card image
Truth Junior 11 November 2024 - MENGALAH
2024-11-11 19:33:22


1 Petrus 3:8
”Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati.”

“Dek… jangan gitu, dong! Kamu jangan pegang-pegang mainan Kakak. Susah tahu buatnya! Nanti kalau sampai jatuh, memang kamu bisa benerinnya?” seru Anton kepada adiknya, Toni. “Kan, aku cuma mau lihat mainan yang sudah Kakak rakit sendiri. Aku mau belajar supaya bisa juga seperti Kakak. Masa begitu saja gak boleh, sih!” bela Toni.

Sobat Junior, apakah kalian pernah berada di situasi seperti yang Anton dan Toni alami di atas? Baik Anton maupun adiknya, Toni, bersikap kurang tepat. Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk mengasihi saudara-saudara kita. Kita harus sayang dan rendah hati. Memang terkadang ada saatnya kita tidak seia sekata dengan saudara, baik kakak atau pun adik. Namun, kita perlu belajar untuk tetap bersikap lemah lembut.

Bersikap lembut kepada anggota keluarga adalah cara menunjukkan kasih kita. Memang tidak mudah, oleh sebab itu kita harus belajar setiap hari, Sobat Junior. Terus berjuang sehingga kita mampu menurunkan rasa kesal kita hingga akhirnya kita bisa mengalah. Bertekadlah untuk mempraktikkan buah Roh kelemahlembutan dalam keluarga masing-masing. Kalian pasti bisa, Sobat Junior!

Card image
Truth Youth 11 November 2024 (English Version) - CHRISTIAN RHYTHM
2024-11-11 19:31:06


"Do not let this Book of the Law depart from your mouth; meditate on it day and night, so that you may be careful to do everything written in it. Then you will be prosperous and successful." (Joshua 1:8)

This verse provides important guidance for the life of a believer, emphasizing the significance of meditating on God's Word daily and praying. The life of prayer and Bible reading can be likened to the rhythm of music. In music, rhythm is the pattern that determines the beauty and balance of each note played. Without a regular rhythm, music sounds chaotic and loses its meaning. Likewise, our lives need a consistent "spiritual rhythm" through prayer and Bible reading. When we consistently pray and meditate on God's Word each day, we maintain a steady rhythm in our faith journey. Prayer is our form of communication with God, while reading the Bible is how we hear God’s voice speaking into our lives.

Just as a musician continually practices to play music harmoniously, we must also train our personalities to be sensitive to God by praying and meditating on His Word. Additionally, prayer and the Bible provide direction, peace, and strength in our daily lives. Just like the rhythm of music guides the tempo and flow of a song, prayer and the Word of God guide our steps in a world full of challenges and decisions. When the rhythm of prayer and Bible reading is maintained, our lives will align with God's will. Conversely, when we neglect prayer and God’s Word, our lives can lose direction, like music that goes out of rhythm.

Therefore, let us arrange our lives by establishing the habit of prayer and meditating on God’s Word daily, so that our lives have a harmonious and beautiful rhythm before Him. By following this pattern, God will lead us on the path of true success, in accordance with His promise in Joshua 1:8.

WHAT TO DO:
1. Regularly pray and read the Bible.
2. Take time amid our activities to meditate on and remember Gid's word.

BIBLE MARATHON :
John 20-21

Card image
Truth Youth 11 November 2024 - CHRISTIAN RHYTHM
2024-11-11 19:26:20


”Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.” (Yosua 1:8)

Ayat ini memberikan arahan penting bagi kehidupan orang percaya, yaitu tentang pentingnya merenungkan firman Tuhan setiap hari dan berdoa. Kehidupan doa dan membaca Alkitab dapat dianalogikan seperti ritme musik. Dalam sebuah musik, ritme adalah pola yang menentukan keindahan dan keseimbangan dari setiap nada yang dimainkan. Tanpa ritme yang teratur, musik akan terdengar kacau dan kehilangan maknanya. Demikian juga, kehidupan kita membutuhkan “ritme rohani” yang teratur melalui doa dan membaca Alkitab. Ketika kita konsisten berdoa dan merenungkan firman Tuhan setiap hari, kita menjaga ritme yang stabil dalam perjalanan iman kita. Doa adalah bentuk komunikasi kita dengan Tuhan, sedangkan membaca Alkitab adalah mendengar suara Tuhan yang berbicara dalam hidup kita.

Seperti seorang musisi yang terus-menerus melatih diri agar dapat memainkan musik dengan harmonis, kita juga harus terus melatih kepribadian kita untuk menjadi peka terhadap Tuhan dengan cara berdoa dan merenungkan firman-Nya. Selain itu, doa dan Alkitab memberikan arahan, ketenangan, dan kekuatan dalam kehidupan sehari-hari. Sama seperti ritme musik yang memandu tempo dan aliran lagu, doa dan firman Tuhan membimbing langkah kita di dunia yang penuh tantangan dan keputusan. Ketika ritme doa dan pembacaan firman terjaga, hidup kita pun akan selaras dengan kehendak Tuhan. Sebaliknya, ketika kita mengabaikan doa dan firman Tuhan, kehidupan kita dapat kehilangan arah, seperti musik yang keluar dari ritmenya. Oleh karena itu, mari kita menata kehidupan kita dengan membangun kebiasaan doa dan merenungkan firman Tuhan setiap hari, agar kehidupan kita memiliki ritme yang harmonis dan indah di hadapan-Nya. Dengan mengikuti pola ini, Tuhan akan memimpin kita pada jalan keberhasilan yang sejati, sesuai dengan janji-Nya dalam Yosua 1:8.

WHAT TO DO:
1.Rutin berdoa dan membaca Alkitab
2.Mengambil waktu di tengah-tengah aktivitas kita untuk merenungkan dan mengingat firman Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yohanes 20-21

Card image
Renungan Pagi - 11 November 2024
2024-11-11 19:23:26


Iri hati dapat membuat kekuatan seseorang merosot dan kehilangan sukacita. Bahkan seseorang yang tadinya tegar menghadapi masalah, sabar menghadapi tantangan, ketika iri hati mulai menguasai, maka mereka menjadi orang yang mudah emosi, mudah marah, tidak dapat mengendalikan diri dan bahkan kegeraman dalam hatinya membuahkan dendam, sehingga yang ada dipikirannya hanyalah bagaimana cara melampiaskan rasa iri hatinya, yang mengakibatkan sengketa dan pertengkaran.

"Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu."

Biasanya iri hati akan berkembang menjadi sakit hati dan kebencian, membuat gelisah, tidak tenang, sehingga akhirnya sulit untuk berdoa, dan bahkan jika pun dapat berdoa, tujuannya hanyalah untuk memuaskan hawa nafsu dan keinginannya. Jadi betapa berbahayanya rasa iri hati itu jika telah menguasai kita. Marilah sekarang belajar menguasai diri dan menjadi tenang, supaya dapat berdoa. Sebab kesudahan segala sesuatu sudah dekat."
(Yakobus 4:1-3, 1 Petrus 4:7)

Card image
Quote Of The Day - 11 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-11 19:07:35


Tuhan tidak mungkin membiarkan kita menjadi orang yang tidak berguna.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 11 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-11 18:14:54


Kalau kita tidak memancarkan keharuman di Bumi bagi kemuliaan Allah, maka kita tidak akan memancarkan keharuman di kekekalan. Bertobatlah, jangan hidup wajar seperti manusia lain.

Card image
ALWAYS IN RELATIONSHIP WITH GOD - 11 November 2024 (English Version)
2024-11-11 18:11:46


God, who is our Father, educates us, and Jesus, who is our Teacher, also teaches and guides us on how to rightly position ourselves before God and to treat God appropriately in our lives in all places and in all things. This is what it truly means to live a godly life. When God shapes our lives, only then can we truly live the scripture that says, “Whether you eat or drink or whatever you do, do it all for the glory of God.” And how wonderful it is to live in this way! Those who have not experienced such a life dynamic may wonder if such a lifestyle truly exists. But it does. Each of us ultimately has a unique, special way of interacting with God, different from others.

Just as a father with several children has a unique, distinct relationship with each child, he can take joy, pride, or happiness in each of them differently because each child has a unique character. Thus, each child becomes special to the father. We, too, are incredibly special. Even if we may have physical disabilities, or lack intellectual sharpness, every one of us possesses uniqueness that no one else has. As a housewife, you may feel buried in household duties and feel less significant compared to your husband, who may have a respected career, or compared to career women with professional accomplishments.

We are all special and have a place that can be enjoyed by God, as long as we treat God in the right place in our lives. Our interaction, relationship, and connection with God are not limited to the moments when we are in prayer with folded hands, on our knees, or in church following the liturgy, but in every moment and activity we engage in, we interact with God. And God interacts with us through our activities. There must be projects where we can do it for God, and He can smell our service offerings. Amid the busyness of managing the household, we might spend a few moments in conversation with a neighbor, giving encouragement, comfort. We become God’s representatives, tending to and comforting others’ hearts; and God can enjoy it.

Everything we do must always be in relationship with God. We must position ourselves rightly before God, being constantly aware that we are His creations, existing solely for the pleasure of our Creator. This idea may seem philosophical and abstract, but when it sinks into our hearts and we say, “I want to do it,” the Holy Spirit will clarify it. Not with sentences, but with life events. How we as creatures, do works to please the Creator. But ironically, a pastor, is not necessarily serving the Father's feelings. Because he only makes all service activities a means for self-actualization, self-pleasure, honor in the midst of congregational life and on social media. Such people do not please God.

Even if we are not pastors or church staff, we can be wholeheartedly devoted to God, making us full-time servants for Him. Whether eating, drinking, or doing anything else, we do it for God, so that we come to feel that our lives truly belong to Him. Our work becomes God’s work, as does our family and business. These are the true servants of God-not only those who hold the title of pastor but all who wholeheartedly give themselves to Him. In God's plans, we are enjoyed by God. We are owned by God, become God's representatives, and our lives become a fragrance before God.

If we live this way, God will be for us as well, and we will have an everlasting life that transcends all limits. This is extraordinary. It doesn’t require pretty face or handsomeness, but it does require that we live as fragrant roses planted by God on Earth, to one day be gathered by Him and replanted in His eternal garden. But if we fail to radiate this fragrance on Earth for God’s glory, we will not radiate fragrance in eternity. Repent and refuse to live by worldly standards. Live rightly before God, even if the world sees it as strange. Whether we eat, drink, or do anything else, let it all be done for the glory of God.

EVERYTHING WE DO MUST ALWAYS BE IN RELATIONSHIP WITH GOD.

Card image
SELALU DALAM HUBUNGAN DENGAN TUHAN - 11 November 2024
2024-11-11 18:08:56


Allah yang adalah Bapa mendidik kita, Yesus yang adalah Guru kita juga mendidik, mengajar kita, bagaimana kita menempatkan diri dengan benar di hadapan Allah, dan menempatkan Allah secara patut di dalam kehidupan kita di segala tempat dan dalam segala perkara. Itu baru namanya bertuhan. Setelah Tuhan memproses hidup kita, baru benar-benar kita bisa menghayati firman yang mengatakan, “Baik kamu makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah.” Dan betapa asyiknya hidup seperti ini. Orang yang tidak pernah masuk ke dalam kawasan hidup atau dinamika hidup seperti ini, mungkin curiga; apakah ada jenis gaya hidup seperti itu? Ada. Yang akhirnya, setiap kita memiliki kekhasan, keunikan dalam berinteraksi dengan Allah, yang tidak sama dengan yang lain.

Sama seperti seorang ayah yang punya beberapa anak, pasti ada hubungan khas dan unik antara sang ayah dengan masing-masing anak tersebut. Dan sang ayah bisa menikmati atau memiliki kebanggaan atau kebahagiaan atas setiap anak tersebut secara berbeda-beda karena masing-masing memiliki keberadaan yang berbeda-beda juga. Maka, setiap anak menjadi istimewa bagi sang ayah. Kita adalah orang-orang yang sungguh-sungguh sangat istimewa. Bahkan mungkin kita dalam keadaan cacat fisik, dalam kekurangan, tidak memiliki IQ yang cerdas, tetapi setiap kita pasti punya keistimewaan yang tidak dimiliki yang lain. Sebagai seorang ibu rumah tangga, jangan merasa sudah terkubur dalam kegiatan rumah tangga dan merasa kurang berarti dibanding suami yang memiliki karya-karya yang terhormat di mata manusia. Atau membandingkan dengan ibu-ibu karier yang memiliki karya-karya dalam kariernya.

Semua kita itu istimewa dan memiliki tempat yang bisa dinikmati oleh Tuhan, asal kita menempatkan Tuhan di tempat yang tepat. Interaksi, relasional, hubungan kita dengan Tuhan bukan hanya waktu kita ada di ruang doa melipat tangan, menekuk lutut, atau pada waktu di gereja mengikuti liturgi, namun dalam setiap keadaan dan kegiatan, kita berinteraksi dengan Allah. Dan Allah berinteraksi dengan kita melalui kegiatan kita itu. Pasti ada proyek-proyek di mana kita bisa melakukannya untuk Tuhan, dan Dia bisa mencium persembahan pelayanan kita. Di tengah-tengah kesibukan mengurus rumah tangga, kita punya beberapa waktu berdialog dengan ibu tetangga, memberi penguatan, penghiburan. Karena kita menjadi wakil Tuhan untuk merawat dan melawat perasaan; dan Tuhan bisa menikmati.

Apa pun yang kita lakukan harus selalu dalam hubungan dengan Tuhan. Maka kita harus menempatkan diri kita benar di hadapan Allah, artinya kita harus selalu dalam kesadaran bahwa kita adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah, yang dikehendaki untuk hadir hanya untuk kesukaan Sang Khalik. Kalimat ini sangat filosofis dan juga abstrak, tapi ketika masuk di dalam pikiran kita dan kita berkata, “Aku mau melakukannya,” maka Roh Kudus akan menjelaskan. Bukan dengan kalimat, namun dengan kejadian-kejadian hidup. Bagaimana kita sebagai ciptaan, melakukan karya-karya untuk menyenangkan Sang Pencipta. Namun ironis, seorang pendeta, belum tentu melayani perasaan Bapa. Sebab ia hanya menjadikan semua kegiatan pelayanan itu sarana untuk aktualisasi diri, kesenangan diri sendiri, kehormatan di tengah-tengah kehidupan jemaat dan di media sosial. Orang seperti itu tidak menyenangkan Tuhan.

Walau kita bukan pendeta, bukan fulltimer gereja, tapi wholehearted untuk Tuhan, artinya kita adalah fulltimer untuk Allah. Yaitu apabila, baik kita makan atau minum atau melakukan sesuatu, kita lakukan untuk Tuhan. Sehingga kita bisa merasakan bagaimana hidup kita ini dimiliki Tuhan. Kegiatan kita adalah pekerjaan Tuhan, bahkan hidup kita adalah pekerjaan Tuhan. Keluarga, bisnis kita pun pekerjaan Tuhan. Dan itulah hamba-hamba Allah yang sesungguhnya; bukan hanya mereka yang bergelar pendeta, tapi tidak sepenuh hati memberikan diri bagi Tuhan. Di dalam rencana-rencana Allah itu, kita dinikmati oleh Tuhan. Kita dimiliki oleh Tuhan, menjadi perwakilan Tuhan, dan hidup kita menjadi keharuman di hadapan Allah.

Dan jika demikian, maka Tuhan juga untuk kita, dan kita memiliki kehidupan dalam keabadian yang tidak terbatas. Itu luar biasa. Tidak dibutuhkan wajah cantik atau tampan, tapi kita harus menjadi bunga mawar harum yang ditanam Tuhan di Bumi ini, yang suatu hari akan dipetik Tuhan dan ditanam di taman abadi-Nya. Tapi kalau kita tidak memancarkan keharuman di Bumi bagi kemuliaan Allah, maka kita tidak akan memancarkan keharuman di kekekalan. Bertobatlah, jangan hidup wajar seperti manusia lain. Hiduplah wajar di mata Allah, walau di mata dunia kita dinilai tidak wajar. Baik kita makan atau minum atau melakukan sesuatu, lakukan untuk kemuliaan Allah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

APA PUN YANG KITA LAKUKAN HARUS SELALU DALAM HUBUNGAN DENGAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 November 2024
2024-11-11 11:48:14

Matius 27
Markus 15

Card image
Truth Kids 10 November 2024 - TULUS MENOLONG
2024-11-10 21:07:14


Galatia 6:1
”Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.”

"Tolong! Tolong! Tolong!" Terdengar suara minta tolong dari seorang ibu karena anaknya hampir tenggelam di pantai. Tiba-tiba seorang laki-laki berlari kencang menuju tepi pantai dan langsung berenang. Rupanya ia adalah penjaga pantai. Ia berenang dengan cepat dan meraih anak tersebut, lalu membawanya ke pinggir pantai. Anak itu pun selamat. Ibunya sangat bergembira dan menangis terharu.

Sobat Kids, seperti halnya penjaga pantai yang selalu berjaga-jaga untuk menolong orang yang hampir tenggelam, harusnya kita pun seperti itu. Kita sepatutnya memiliki hati yang mengasihi dan ikhlas dalam menolong seseorang. Kita dapat menolong sesuai dengan kemampuan kita, Sobat Kids. Walaupun kalian masih kecil, bukan berarti kalian tidak dapat membantu orang lain. Asalkan kalian memiliki hati yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, rasa ingin menolong dengan tulus akan muncul dari kehidupan Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 10 November 2024 - PAHLAWAN
2024-11-10 21:05:09


Amsal 16:32
”Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.”

Sobat Junior, hari ini diperingati sebagai hari pahlawan. Pada 10 November 1945, terjadi pertempuran antara pasukan Indonesia melawan pasukan Inggris di Surabaya. Pertempuran ini terjadi setelah bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Walaupun harus berkorban jiwa, para pahlawan Indonesia tidak takut, hingga akhirnya mereka bisa mengusir semua lawan dari tanah tercinta, Indonesia.

Tidak sembarangan orang dapat disebut sebagai pahlawan. Hanya orang-orang khusus yang perjuangannya diakui oleh negara dapat disebut sebagai pahlawan. Para pahlawan kita adalah orang-orang hebat yang mau “membayar harga” perjuangan. Mereka rela meninggalkan keluarganya demi berjuang mempertahankan kemerdekaan bangsa ini.

Yuk, kita belajar dari perjuangan para pahlawan, Sobat Junior. Memang sekarang kita tidak perlu berjuang mengusir penjajahan negara asing. Kita berjuang untuk menguasai diri sendiri; berjuang dari keinginan kita yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita mau berjuang untuk bisa tetap sabar dan lemah lembut dalam kehidupan sehari-hari kita.

Card image
Truth Youth 10 November 2024 - LIFE OF AN ARTISTIC CANDY
2024-11-10 21:03:48


"Do not conform to the pattern of this world, but be transformed by the renewing of your mind. Then you will be able to test and approve what God’s will is: His good, pleasing and perfect will." (Romans 12:2)

In our lives, change can often be challenging. Many people prefer to stay in their comfort zones and maintain the habits and character they've developed over the years. However, God's Word in Romans 12:2 advises us not to conform to this world but to be transformed by the renewing of our minds. This means that as believers, we are called to continually renew our thoughts, attitudes, and actions to align more closely with God’s will.

A good illustration for this is “artistic cotton candy,” often seen at markets or street art fairs. This cotton candy is not just a sweet treat; it is often crafted into beautiful works of art by its makers. Initially, cotton candy is merely a blob of liquid sugar without shape. However, in the hands of an artist, it begins to be shaped and transformed gradually into appealing forms like flowers, animals, or other artistic shapes. This shaping process requires skill, patience, and time. The artist must carefully pull, twist, and mold it to avoid ruining it.

Similarly, our lives are like “cotton candy” in the hands of God, the Creator. He desires to shape us into individuals who reflect His love and truth.

However, this process of shaping is not always easy. Sometimes, we may feel pulled in uncomfortable directions, or we might feel “burned” by challenges and difficulties. Yet, just like the cotton candy that eventually becomes a beautiful piece of art, God has a noble purpose for our lives. The continuous transformation of our character is not an instant process. We must continually be willing to be changed by the Holy Spirit, surrendering every aspect of our lives to Him. With renewed minds, we can understand what is good, pleasing to God, and perfect.

Like cotton candy that is ultimately enjoyed by those who see and eat it, our transformed lives will serve as a testimony enjoyed by many. They will witness God’s goodness through our character changes and, ultimately, glorify God. So let us continually open ourselves to be shaped by the Lord. Do not be afraid of change, for change led by the Holy Spirit always brings goodness. Just as cotton candy transforms from a simple blob of sugar into a beautiful work of art, our lives will also become something beautiful, enjoyed by God and others.

WHAT TO DO:
1. Ask God to guide you in transforming your life.
2. Be willing and patient during the transformation process.

BIBLE MARATHON:
▪︎ John 18-19

Card image
Renungan Pagi - 10 November 2024
2024-11-10 21:00:05


Mungkinkah ada diantara kita yang dalam hidupnya tidak mengalami damai, masih merasa di kejar-kejar oleh dosa dan kesalahan dimasa lalu yang membuat kita selalu merasa tidak layak dihadapan Tuhan. Setiap kita punya masa lalu yang kelam, telah melakukan dosa di masa-masa kebodohan, tetapi ketahuilah waktu kita mau mengakui dosa dan memohon pengampunan, maka Tuhan adalah setia dan adil.

DIA akan mengampuni dan menyucikan dari segala kejahatan. *"Jika kita berkata bahwa tidak berdosa, maka menipu diri sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika mengaku dosa, maka IA adalah setia dan adil, sehingga IA akan mengampuni segala dosa dan menyucikan kita dari segala kejahatan".* Tentunya dengan komitmen dari diri kita untuk berusaha tidak lagi jatuh dalam kesalahan dan dosa yang sama, memohon pengampunan, berarti kita menyatakan bersedia untuk diperbaiki dan dipulihkan, jangan lagi menoleh kebelakang untuk mengingat dosa-dosa itu, sebab Tuhan sudah mengampuni. Dan penebusan di dalam Darah Kristus telah melayakkan kita di hadapan-Nya.
(1 Yohanes 1:8-9)

Card image
Quote Of The Day - 10 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-10 20:57:24


Kita bisa menjadi orang besar Tuhan, yaitu jika kita melakukan kehendak Bapa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 10 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-10 19:59:40


Jangan hanya menjadi orang beragama yang ke gereja. Jadilah orang yang ber-Tuhan, yang sungguh-sungguh memberi ruangan seluas-luasnya untuk berkoneksi, berinteraksi, berelasi dengan Tuhan.

Card image
TO BE ENJOYED BY GOD - 10 November 2024 (English Version)
2024-11-10 19:57:32


Each of us has a unique personality, and in this vast universe, no two people are exactly alike-let alone three. Across the span of history, every individual is one of a kind, a unique creation without replica. God designed each of us; He willed our existence intentionally, not by accident. God created us even before the world was made. As stated in Ephesians 1:4-5, “For He chose us in Him before the creation of the world to be holy and blameless in His sight. In love, He predestined us for adoption to sonship through Jesus Christ, in accordance with His pleasure and will.”

Each of us is designed to exist, to take part in life. And God desires to enjoy each of us with our unique qualities and character. Because there is no one else exactly like us, our true worth lies in being able to be enjoyed by God. And if we can be enjoyed by God, it means we can also enjoy God. Scripture invites us to “The Word of God says, “Taste that the Lord is good.” Of course we taste God not because we have a private house, private car, wealth, education, title, rank, power, and various facilities. However, we can taste God because we are in touch with His Person. It is impossible for us to enjoy God unless God enjoys us.

Psalm 73, a lover of God is made by God to have nothing, even almost slipping. When seeing the wicked fat, healthy, happy forever on earth, many people flock to him like a flood. While he was lonely and plagued every morning. But then in the sanctuary, he sees the ultimate end of these people, understanding that in eternity, they will not be present, even if they seemed successful on Earth. “In an instant they are destroyed. You despise their faces. You cannot enjoy the life of these people because they enjoy something that is not God.”

Let us truly grow in a relationship that is increasingly intimate and exclusive with God, finding eternal love and romance in Him. This is uniquely special. Each of us is immensely valuable, desired by God to exist and take part in the history of the universe, to be a beloved enjoyed by God. For this reason, God has given us thoughts and feelings. With these, we are free to have will. We are free to produce will. And if we wish to be enjoyed by God, it means we want to produce, bear fruit, and produce intentions aligned with God’s will. And that is the life enjoyed by God.

So, do not feel like a failure if you lack a high level of education, are financially poor, have no children or are unable to have them, do not have a life partner, or experience setbacks in your career. Do not feel small. Our worth is not determined by the world. Our worth must be measured by how much God can enjoy us. And this is an extraordinary adventure, because we are in touch with the Great Person Who is Almighty, Most Great, Most Glorious, the Creator of the heavens and the earth who is eternal, who has existed from everlasting to everlasting. Our opportunity to live on this Earth becomes valuable when we are allowed to touch or experience an encounter with God and have the dynamic of interacting with God.

Many humans are lost, busy with many things that have no eternal value. It is not an exaggeration to say that people like this would rather never have been human than to be human, but do not place themselves rightly before God and do not treat God correctly in their lives. They only interact with the surrounding nature, with God’s creation, but not with the Creator Himself. They interact with other humans which is indeed unavoidable. But don't forget, humans are theios beings, creatures with a divine nature who must also "socialize, connect, relate, have relations, and fellowship" with the Creator, and that is the value.

Therefore, do not merely be religious people who go to church. Be people of faith, who truly gives the widest possible space to connect, interact, and relate to God. The entire space of our lives should be a space to meet God. Not only when we are in the prayer room folding our hands, bending our knees, or when we are in church following the liturgy. Even in our busy moments at work, in our careers, our studies, and our social lives, all of these should become our meeting room with God, where we present God in all of these activities.

IF WE CAN BE ENJOYED BY GOD, IT MEANS WE CAN ALSO ENJOY GOD.

Card image
BISA DINIKMATI ALLAH - 10 November 2024
2024-11-10 19:55:42


  Setiap kita memiliki personality atau kepribadian yang berbeda-beda. Dan di jagat raya ini tidak ada dua orang yang sama, apalagi tiga. Dalam rangkaian sejarah jagat raya ini, hanya ada satu orang yang unik, dan tidak ada yang sama. Allah merancang setiap kita. Dia menghendaki setiap kita ada, bukan kecelakaan. Allah yang mengadakannya, bahkan sebelum dunia dijadikan. Seperti yang tertulis dalam Efesus 1:4-5, “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.”  

Setiap kita dirancang untuk ada, dirancang untuk hadir dalam kehidupan. Dan Allah mau menikmati setiap kita dengan rasa khas, rasa khusus. Sebab, tidak ada pribadi yang sama. Jadi, mestinya kita memiliki kesadaran bahwa tidak ada yang membuat kita bernilai selain bisa dinikmati oleh Allah. Dan tentu saja kalau sampai kita bisa dinikmati oleh Allah, berarti kita juga bisa menikmati Allah. Firman Tuhan mengatakan, “Kecaplah betapa baik Tuhan.” Tentu kita mengecap Tuhan bukan karena kita memiliki rumah pribadi, mobil pribadi, harta, pendidikan, gelar, pangkat, kekuasaan, dan berbagai fasilitas. Namun, kita bisa mengecap Allah karena kita bersentuhan dengan Pribadi-Nya. Tidak mungkin orang bisa menikmati Allah kalau Allah tidak menikmati dirinya.  

Mazmur 73, seorang kekasih Tuhan dibuat Tuhan tidak memiliki apa-apa, bahkan nyaris tergelincir. Ketika melihat orang fasik gemuk, sehat, senang selamanya di bumi, banyak orang berbondong-bondong datang kepadanya seperti air bah. Sedangkan dia kesepian dan kena tulah setiap pagi. Tetapi kemudian dia melihat kesudahan dari orang-orang ini di tempat kudus. Artinya ketika ia melihat kekekalan, ia ada di kekekalan, ia tidak menemukan orang-orang yang ketika di Bumi sepertinya sukses. “Dalam sekejap mereka lenyap. Muka mereka Kau pandang hina. Muka mereka Kau pandang hina, tidak dapat Kau nikmati kehidupan orang-orang ini sebab mereka menikmati sesuatu yang bukan Tuhan.”  

Mari kita benar-benar bertumbuh mengalami hubungan yang makin intim, makin eksklusif dengan Tuhan, dan menemukan asmara abadi, asmara kekal dengan Tuhan. Dan ini istimewa sekali. Setiap kita itu sangat berharga, dikehendaki Allah untuk ada, eksis atau hadir dalam rangkaian sejarah jagat raya ini, supaya kita menjadi kekasih Tuhan yang dinikmati oleh Tuhan. Itulah sebabnya, kita diberi Tuhan pikiran dan perasaan. Dengan pikiran dan perasaan itu, kita bebas memiliki kehendak. Kita bebas memproduksi kehendak. Dan tentu kalau kalau kita mau menjadi orang yang dinikmati Tuhan, berarti kita mau memproduksi, membuahkan, menghasilkan, membuat kehendak yang sesuai dengan kehendak Allah. Dan itulah kehidupan yang dinikmati oleh Tuhan.  

Jadi, jangan merasa gagal karena kita tidak berpendidikan tinggi, miskin secara materi, tidak memiliki anak atau mandul, tidak memiliki teman hidup, atau gagal dalam karier. Jangan merasa kecil. Keberhargaan kita bukan diletakkan oleh dunia. Keberhargaan kita harus diukur dari seberapa Allah bisa menikmati kita. Dan ini adalah suatu petualangan yang luar biasa, karena kita bersentuhan dengan Pribadi Agung Yang Maha Kuasa, Maha Besar, Maha Mulia, Pencipta langit dan bumi yang maha kekal, yang sudah ada dari kekal sampai kekal. Kesempatan hidup kita di Bumi ini menjadi berharga ketika kita diperkenan untuk bersentuhan atau mengalami perjumpaan dengan Allah dan memiliki dinamika hidup berinteraksi dengan Allah.  

Banyak manusia sesat, sibuk dengan banyak hal yang tidak memiliki nilai abadi. Tidak berlebihan kalau kita katakan, orang-orang seperti ini lebih baik tidak pernah menjadi manusia daripada menjadi manusia, namun tidak menempatkan diri secara benar di hadapan Allah dan tidak menempatkan Allah secara benar di dalam hidupnya. Dia hanya berinteraksi dengan alam sekitar. Dia berinteraksi dengan ciptaan Allah, bukan dengan Sang Penciptanya. Dia berinteraksi dengan manusia lain yang memang tidak bisa dihindari. Tapi jangan lupa, manusia adalah makhluk theios, makhluk yang berkodrat ilahi yang mestinya juga harus “bersosialisasi, berkoneksi, berhubungan, berelasi, ber-fellowship” dengan Sang Khalik, dan itu nilainya.  

Maka, jangan hanya menjadi orang beragama yang ke gereja. Jadilah orang yang bertuhan, yang sungguh-sungguh memberi ruangan seluas-luasnya untuk berkoneksi, berinteraksi, berelasi dengan Tuhan. Mestinya seluruh ruangan hidup kita ini adalah ruangan perjumpaan dengan Allah. Bukan hanya ketika kita di ruang doa melipat tangan, menekuk lutut. Bukan hanya pada waktu kita di gereja, kita mengikuti liturgi. Tapi ketika kita ada di dalam kesibukan bekerja, dalam kegiatan berkarier, dalam aktivitas studi, dalam pergaulan, itu semua menjadi ruangan perjumpaan kita dengan Tuhan, di mana kita menghadirkan Tuhan di dalam seluruh kegiatan tersebut.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono  

KALAU SAMPAI KITA BISA DINIKMATI ALLAH, BERARTI KITA JUGA BISA MENIKMATI ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 November 2024
2024-11-10 13:02:39

Yohanes 14-17

Card image
Truth Kids 09 November 2024 - KESABARAN SEORANG PEMENANG
2024-11-09 18:02:29


1 Korintus 13:4
”Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.”

Melukis sudah menjadi hobi Iren sejak usia 4 tahun. Hingga saat ini, ia sudah menghasilkan banyak lukisan yang indah. Minggu depan Iren akan mengikuti lomba lukisan. Sebelumnya, ia sudah berlatih setiap hari. Iren sangat siap mengikuti perlombaan itu.

Hari yang dinanti pun tiba. Semua peserta berkonsentrasi menyelesaikan lukisan mereka, termasuk Iren. Mereka berkarya sebagus mungkin.

Iren berusaha menyesuaikan kecepatan tangannya karena waktu sudah hampir habis. Iren menggerakkan kuasnya dengan penuh kelemahlembutan dan kesabaran. Tak lama kemudian, panitia meniup peluit tanda waktu melukis sudah selesai. Para juri menilai setiap lukisan dan memutuskan pemenangnya. Tidak membutuhkan waktu lama, para juri sudah memutuskan pemenangnya adalah Iren. Iren merasa pengorbanan dan perjuangannya tidak sia-sia.

Iren berjuang untuk menang dan berusaha mengendalikan diri dengan penuh kelemahlembutan menyelesaikan lombanya. Sebagai anak Allah, kita pun harus berusaha memiliki sifat lemah lembut dalam perkataan dan sikap. Yuk, Sobat Kids, kita berjuang!

Card image
Truth Junior 09 November 2024 - HATI YANG BERSIH
2024-11-09 18:00:25


1 Korintus 13:4
”Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.”

Kakak di Sekolah Minggu pasti pernah bercerita kalau kita harus mengampuni musuh kita, seperti Tuhan telah menerima kita yang berdosa dan mengampuni kita juga. Kata kunci mengampuni adalah mempunyai “kasih.” Firman hari ini berkata “kasih itu sabar,” itu artinya ketika kita bertemu dengan teman yang suka mengganggu, maka caranya menegurnya adalah dengan sabar.

Kedua, “kasih itu murah hati,” berarti waktu kita melihat teman sedang menyapu kelas, maka kita mau menolong mengambil pengki sampahnya. Ketiga, “kasih itu tidak cemburu, ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong,” misalnya waktu teman kita sedang latihan bernyanyi atau menari untuk lomba, kita tidak mengejeknya karena merasa diri kita lebih baik.

Tuhan ingin kita memiliki kasih yang tulus dengan sesama. Namun, apakah hati kita sudah bersih? Bila ingin menolong teman atau orang tua, janganlah karena hanya ingin dipuji atau supaya dapat hadiah. Itu sama saja tidak murah hati. Bentuk kasih yang benar adalah “tanpa pamrih” atau tulus dan penuh perhatian dengan orang tua dan teman kita. Jaga hati kita tetap bersih, ya, Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 09 November 2024 - CITA-CITAKU : SERUPA DENGAN-NYA
2024-11-09 17:56:49


”Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus” (Efesus 4:13)

Dengan siapa kita sering bergaul, lama-kelamaan kebiasaan kita akan mirip dengan orang tersebut. Misalnya, kita dari kecil meneladani dan hidup bersama orang tua kita, pastilah semakin kita dewasa, akan ada nilai-nilai yang sama, kebiasaan, cara pandang hidup yang sama, karena kita terbiasa bergaul dengan orang tua kita. Bahkan sampai di titik, kita sudah memahami yang mana yang orang tua kita suka dan tidak. Dalam hal hubungan dengan Tuhan juga demikian.

Semakin sering kita bergaul intim dengan Tuhan, semakin dekat dan kita pun semakin memiliki cita rasa Tuhan, kita bisa seperasaan dan sepikiran dengan Tuhan. Kita akan semakin peka terhadap apa yang Tuhan senangi dan tidak.

Semakin hari kita mau bercita-cita untuk mencapai titik kedewasaan penuh di dalam Tuhan. Kita dulu kecil ingin cepat-cepat dewasa karena kita menganggap saat sudah dewasa banyak hal yang boleh dan bisa kita lakukan. Seharusnya kita pun demikian dalam hal kerohanian kita, kita harus berambisi untuk mencapai titik kedewasaan penuh hingga bisa mencerminkan dengan benar kepribadian yang seperti Kristus dalam lingkungan sekitar kita. Semakin hari kita pasti mau mengembangkan diri dan pribadi yang lebih baik lagi. Tapi kita sebagai anak Tuhan, gak hanya sekadar lebih baik, tapi juga harus mencerminkan kekudusan dan cara hidup Tuhan Yesus. Tentu bukan hal yang mudah dan bisa dilakukan dalam waktu singkat, tapi kalau sejak muda kita berani dan nekat untuk berkomitmen demikian, pasti kita akan bisa mencapai titik kedewasaan penuh dalam Kristus. Oleh karena itu, kita semakin hari mau semakin bergaul intim dengan Tuhan Yesus, supaya kita bisa semakin mengembangkan kepribadian kita dan semakin sepikiran dan seperasaan dengan Kristus.

WHAT TO DO:
Jangan ragu untuk memiliki ambisi untuk semakin intim lagi dengan Tuhan untuk mencapai titik kedewasaan penuh dalam Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yohanes 16-17

Card image
Renungan Pagi - 09 November 2024
2024-11-09 17:54:06


Orang-orang percaya yang sungguh-sungguh mempercayai Tuhan sebagai Pribadi yang patut dipercaya, tidak bimbang dan tidak ragu, apapun yang terjadi tetap beriman dan berpegang teguh pada janji Tuhan, maka dia tidak akan mungkin dipermalukan. "Karena Kitab Suci berkata: "Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan."

Selama tetap percaya kepada Tuhan, mengijinkan proses Tuhan membentuk pribadi kita seperti yang diinginkan-NYA, maka Tuhan akan mengangkat dan mempermuliakan kita. Tetaplah percaya dan tetap setia, maka Tuhan akan berlaku setia menggenapi janji-NYA.
(Roma 10:11)

Card image
Quote Of The Day - 09 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-11 19:06:13


Setiap hari kita meneliti diri kita, supaya makin hari kita makin bersih, makin berkenan di hadapan Tuhan dan makin menjadi orang besar di hadapan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 09 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-09 17:45:02


Jangan kita menginvestasikan diri kepada orang yang salah atau gereja yang salah.

Card image
SPIRITUAL MATURITY - 09 November 2024 (English Version)
2024-11-09 17:42:57


If we believe that God is alive, why don’t we strive to know Him through His word, delivered by true servants of God who open our minds and understanding to the truth? These are the people who open our eyes, enabling us to understand and experience God’s glory. Let’s not invest ourselves in the wrong people or the wrong church. If a woman marries the wrong man, she is investing herself in the wrong person. For women, don’t invest your life in the wrong man, and the same goes for men. Similarly, when it comes to church, don’t invest yourself in the wrong church or the wrong pastor.

Starting today, value God properly. Often, God grants someone the grace to value Him by giving him a problem that cannot be solved by his own strength, which urges and forces him to seek God, pray, and approach God. And when he approaches God, he finds His true worth. God can help us through that problem, but if we stop seeking Him after receiving help, it means we value our problems more than we value God. When God stimulates us to meet Him and appreciate Him through life’s problems, anchor ourselves in God and say, “Lord, now I no longer worry about my problems. Whether my problems are resolved or not, what matters is that I have You.”

The church should not only direct the congregation to deal with God for the sake of the temporal problems of this world, but should guide them to engage with God to position themselves correctly before Him and treat God properly in their lives. And there is no other way to treat God properly in our lives unless we achieve spiritual maturity. For if we are not spiritually mature, we cannot honor God as He deserves. Just as immature children fail to honor their parents properly, we cannot properly honor, respect, and value God if we lack spiritual maturity. Spiritual maturity comes when our character is truly transformed, and the standard of this character transformation is Jesus, for Jesus is the model of a perfect human being who honors God.

We still have a long way to go in life. We must seek God earnestly, must grow seriously. And that is our eternal treasure, our everlasting wealth. Spiritual maturity is what enables us to place ourselves rightly and appropriately before God. So, grow into maturity. Do not remain stagnant. Satan will keep us busy with many things and not thinking about whether or not we are growing spiritually. If we are not spiritually mature, then we cannot respect God properly. If we do not respect God properly, then we are not worthy to live in the presence of God. So actually being able to honor God is not in an instant, not in a moment we say, "I honor You, Lord" but through spiritual growth, where someone can treat God correctly in their life.

If the highest score is 100, and Jesus achieved the highest score in honoring God, where do we stand today? It depends on our spiritual maturity. The more spiritually mature we are, the more we honor God properly. For when a person is spiritually mature, then he can kill, deny, and put to death the desires of his flesh. When someone is spiritually mature, then he has no worldly happiness, but only God as his happiness. He can fulfill what the Bible says: "Taste the Lord." So if God is alive, we should have a supernatural experience. Even shamans can commune with demons, devils, or entities who serve them. Of course we can also supernaturally enjoy our supernatural God. But many of us are in the realm of the flesh, far from the supernatural atmosphere.

We can enter this dimension, but it cannot be easily reached. It must be someone who is truly attached to God, can hear God's voice, can mingle with God, be intimate with God. When the psalmist says, “As the deer pants for flowing streams, so my soul pants for You,” it was something that was felt, not a fantasy. Learn to ignite emotions and feelings to love God. God surely notice our faithfulness. God knows how earnestly we seek Him. We will not be put to shame. God makes surprises so that we seek Him, not to afflict, or to hurt us. God helps us so that we can love and appreciate God properly.

SPIRITUAL MATURITY IS WHAT ENABLES US TO PLACE OURSELVES RIGHTLY AND APPROPRIATELY BEFORE GOD.

Card image
KEDEWASAAN ROHANI - 09 November 2024
2024-11-09 17:41:12


  Kalau kita percaya Allah itu hidup, mengapa kita tidak berusaha untuk mengenal Dia lewat firman yang kita dengar dari hamba Tuhan yang benar, yang membuka pikiran dan pengertian kita terhadap kebenaran? Yang membuat mata kita tercelik, bisa mengerti dan merasakan kemuliaan Allah. Jangan kita menginvestasikan diri kepada orang yang salah atau gereja yang salah. Kalau seorang wanita menikah dengan pria yang salah, dia investasikan dirinya kepada pria yang salah itu. Bagi wanita, jangan investasikan hidupmu untuk pria yang salah, atau sebaliknya. Untuk konteks gereja, jangan investasikan dirimu kepada gereja yang salah atau pendeta yang salah.  

Mulai hari ini, hargailah Tuhan secara patut. Sering kali Tuhan memberi anugerah kepada seseorang untuk menghargai Dia dengan cara memberi persoalan yang tak terselesaikan dengan kekuatannya sendiri, yang mendesak dan memaksa orang itu mencari Tuhan, berdoa, dan menghampiri Tuhan. Dan ketika dia menghampiri Tuhan, dia menemukan keberhargaan Allah itu. Allah bisa menolong kita dalam masalah tersebut, tapi jangan setelah ditolong lalu kita tidak mencari Tuhan lagi. Itu berarti masalah kita lebih berharga daripada Tuhan. Ketika Tuhan menstimulasi kita untuk bertemu dengan Dia dan menghargai Dia lewat persoalan hidup, berlabuhlah pada Tuhan dan berkata, “Tuhan, sekarang aku sudah tidak lagi mempersoalkan masalahku. Masalahku selesai atau tidak, yang penting aku mendapatkan Engkau.”  

Gereja tidak boleh hanya mengarahkan jemaat untuk berurusan dengan Tuhan demi masalah-masalah fana dunia ini, tetapi harus mengajak jemaat berurusan dengan Allah dalam rangka bisa menempatkan diri secara benar di hadapan Allah dan menempatkan Allah secara patut di dalam hidupnya. Dan tidak ada cara lain untuk menempatkan Allah secara patut dalam hidup kecuali kita menjadi dewasa rohani. Sebab kalau kita tidak dewasa rohani, maka kita tidak bisa menempatkan Tuhan secara patut. Seperti anak-anak yang belum dewasa, dia tidak menempatkan orang tuanya secara patut. Jadi bagaimana kita bisa menempatkan Allah secara patut dan menghormati, menghargai Dia secara pantas? Kalau kita dewasa rohani; kalau karakter kita benar-benar diubah. Dan standar perubahan karakter adalah Yesus, karena Yesuslah model manusia sempurna yang menghormati Allah.  

Masih panjang perjalanan hidup kita. Kita harus mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, harus bertumbuh dengan sungguh-sungguh. Dan itu adalah harta kekal, harta abadi kita. Kedewasaan rohanilah yang bisa menempatkan diri kita secara patut dan benar di hadapan Allah. Jadi, bertumbuhlah dewasa. Jangan tidak bertumbuh. Setan akan membuat kita sibuk dengan banyak hal dan tidak memikirkan kita bertumbuh dewasa atau tidak. Kalau kita tidak dewasa rohani, maka kita tidak bisa menghargai Allah secara patut. Kalau kita tidak menghargai Allah secara patut, maka kita tidak layak hidup di hadirat Tuhan. Jadi sebenarnya bisa menghormati Allah itu tidak dalam sekejap, tidak dalam sesaat kita berkata, “Aku menghormati Engkau, Tuhan” tetapi lewat pertumbuhan rohani, di mana seseorang bisa menempatkan Allah secara benar.  

Kalau nilai tertinggi 100, dan Yesus mencapai nilai tertinggi untuk menghormati Allah, berapa nilai kita hari ini? Itu tergantung kedewasaan rohani kita. Semakin kita dewasa rohani, semakin kita menghormati Allah secara benar. Sebab ketika seseorang dewasa rohani, maka dia bisa mematikan, menyangkal, membunuh keinginan-keinginan dagingnya. Ketika seseorang dewasa rohani, maka dia tidak punya kebahagiaan dunia, tapi hanya Tuhan sebagai kebahagiaannya. Dia bisa memenuhi yang Alkitab katakan: “Kecaplah Tuhan.” Maka kalau Allah itu hidup, mestinya kita memiliki pengalaman adikodrati; pengalaman supranatural. Dukun saja bisa bercengkerama dengan setan, Iblis, genderuwo, atau yang melayani dia. Tentu kita juga bisa secara supranatural menikmati Allah yang supranatural itu. Tapi banyak di antara kita yang ada di kawasan kedagingan, jauh dari suasana supranatural itu.  

Kita bisa ada di dalam dimensi itu, namun tidak bisa dengan mudah dicapai. Itu harus orang yang sungguh-sungguh melekat dengan Tuhan, bisa mendengar suara Tuhan, bisa bercengkerama dengan Tuhan, bermesraan dengan Tuhan. Kalau pemazmur bisa berkata, “Seperti rusa merindukan sungai yang berair, demikian jiwaku merindukan Engkau,” sesuatu yang dirasa, bukan fantasi. Belajarlah membakar emosi dan perasaan untuk mengasihi Tuhan. Tuhan pasti memperhatikan kesetiaan kita. Tuhan tahu betapa kita mencari Dia. Kita tidak akan dipermalukan. Tuhan membuat kejutan supaya kita mencari Dia, bukan untuk menyengsarakan, menyakiti. Tuhan menolong kita untuk kita dapat mengasihi dan menghargai Tuhan dengan benar.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono  

KEDEWASAAN ROHANILAH YANG BISA MENEMPATKAN DIRI KITA SECARA PATUT DAN BENAR DI HADAPAN ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 November 2024
2024-11-09 17:38:15

Lukas 22
Yohanes 13

Card image
Truth Kids 08 November 2024 - ANAK-ANAK ALLAH
2024-11-08 18:56:29


Matius 5:9
”Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.”

Malam itu Doni sedang bermain bersama ibu di kamar. Ibu memiliki 2 kertas yang ditutup oleh tangannya. Doni diminta memilih tangan kiri atau kanan. "Ayo, Doni, kamu pilih yang mana; tangan kiri atau kanan?" tanya ibu. Doni memilih tangan kanan, dan saat dibuka, kertasnya bertuliskan "pembawa damai." "Apa arti pembawa damai itu, Bu?" tanya Doni. Ibu berkata, "Pembawa damai adalah seseorang yang menciptakan kedamaian. Orang yang tidak suka bertengkar."

Lalu Doni ingin melihat tulisan di sebelah kiri dan berkata, "Ibu, coba buka tangan kiri Ibu." Tulisannya "pembawa celaka." "Pembawa celaka artinya apa, Bu?" tanya Doni. "Pembawa celaka artinya seseorang yang membuat masalah terus, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain," jelas ibu. "Jika begitu, aku mau pilih pembawa damai, Bu. Itu pasti anak Bapa yang membuat Bapa senang," ucap Doni dengan yakin. "Benar, Nak. Di dalam Matius 5:9 tertulis: berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah," ujar ibu sambil mengelus kepala Doni.

Sobat Kids, seperti cerita Doni di atas, manakah yang kita pilih? Pembawa damai atau pembawa celaka? Pembawa damai membuat hari-hari Sobat Kids menjadi penuh kasih, kebaikan, dan disenangi banyak orang. Ayo, kita membawa damai di rumah, di sekolah, di tempat les, dan di mana pun kita berada, sehingga kita disebut anak-anak Allah

Card image
Truth Junior 08 November 2024 - PEMBAWA DAMAI
2024-11-08 18:54:20


Matius 5:9
”Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.”

Sobat Junior, bagaimana perasaan kalian jika kalian diangkat menjadi anak oleh salah satu konglomerat (orang yang kaya raya) di Indonesia atau bahkan di dunia? Wah… pasti rasanya senang sekali, bukan? Tidak bisa orang asing mengaku sebagai anaknya Elon Musk, salah satu konglomerat yang memiliki perusahaan Tesla. Kita pun tidak bisa meminta orang untuk menyebut kita sebagai anak-anaknya Elon Musk. Siapalah kita?

Namun, ada satu syarat supaya kita dapat disebut sebagai anak-anak Pemilik dunia ini. Apa syaratnya? Syaratnya adalah membawa damai. Dengan membawa damai, kita dapat disebut sebagai anak-anak dari Pencipta dunia ini, lebih hebat dari konglomerat manapun.

Apakah mudah menjadi pembawa damai? Hhmm… mudah-mudah sulit. Tergantung keadaan rasanya, ya… Kalau sekitar kita tenang-tenang saja dan tidak ada yang mengganggu kita, tentu mudah untuk membawa damai. Namun, kalau kita berada di tengah-tengah lingkungan yang sering marah, bicaranya teriak-teriak, sering berlaku kasar, tentu akan sulit untuk membawa damai ke lingkungan tersebut. Tetapi justru itulah kita harus berjuang, Sobat Junior. Kita harus dapat membawa damai dalam kondisi apa pun. Ini berarti kita harus menguasai diri kita terlebih dahulu, baru kita bisa membawa damai untuk orang lain. Yuk, kita jaga diri kita tetap lemah lembut.

Card image
Truth Youth 08 November 2024 - RETURN TO THE RIGHT PATH
2024-11-08 18:51:18


"If we confess our sins, He is faithful and just to forgive us our sins and to cleanse us from all unrighteousness." (1 John 1:9)

Have you ever used Google Maps, taken a wrong turn, and then had to find an alternative route or even turn back to get on the right path? Ultimately, you end up arriving late at your destination. The directions on Google Maps were correct, but sometimes we miss the turn or feel uncertain about which way to go. This is similar to our journey with God. We humans are not immune to sin, but those of us who have received salvation and recognize the voice of truth can choose not to sin.

God has provided us with a “manual,” the Bible, much like Google Maps provides directions. However, we often ignore it. Even though we may read the Bible daily and know its stories by heart, in practice, we often fail to follow it, understanding it only on a surface level. As a result, we still tend to take wrong turns and fall into sin. How often do we know better yet still choose to sin, repent, and then sin again, creating a vicious cycle?

As noted in 1 John 1:9, if we confess our sins, He will forgive and cleanse us. We must genuinely confess our sins before God, take responsibility for their consequences, and, most importantly, commit not to repeat them. It’s not about sinning again and again and then simply repenting. Instead, we must make a firm commitment to break the cycle and stop repeating the same sins. In doing so, our lives become increasingly holy, and we can create an environment of worship through our righteous living.

WHAT TO DO:
Learn to commit to not repeating the same sins.

BIBLE MARATHON:
▪︎ John 13-15

Card image
Truth Youth 08 November 2024 - KEMBALI KE JALAN YANG BENAR
2024-11-08 18:49:10


”Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yohanes 1:9)

Pernah gak kita saat buka google maps, lalu salah jalan, seharusnya kita belok di gang pertama, tapi kita salah belok, lalu kita akan mencari jalan alternatif atau bahkan harus putar balik lagi untuk menemukan jalan yang benar yang kita tuju, dan pada akhirnya kita akan telat sampai ke tujuan. Padahal arahan di google maps sudah benar, hanya saja kita kadang terlewat, atau kita ragu memilih jalan yang mana. Sama halnya seperti kita dengan Tuhan. Kita manusia memang tidak bisa luput dari namanya dosa, tetapi kita yang sudah menerima keselamatan dan mengenal suara kebenaran, kita akan bisa memilih untuk tidak melakukan dosa.

Tuhan sudah menuliskan manual book yaitu Alkitab, seperti google maps yang memberikan arahan tujuan. Namun sering kali, kita mengabaikan, walaupun kita membaca Alkitab setiap hari, mungkin bahkan sudah hafal kisah-kisah Alkitab, tapi dalam praktiknya, sering kali kita gak melakukannya, kita memahami Alkitab sebatas di nalar kita saja. Sehingga, masih sering kita berbelok ke arah yang salah dan jatuh ke dalam dosa. Seberapa sering kita sudah tahu, tapi kita tetap melakukan dosa, lalu bertobat tetapi berbuat dosa lagi, dan begitu terus seperti lingkaran setan. Seperti yang dicatat dalam 1 Yohanes 1:9, jika kita mengaku dosa, Ia akan mengampuni dan menyucikan kita. Kita harus mengaku dosa di hadapan Tuhan dengan sungguh-sungguh, bertanggung jawab atas konsekuensi dosa, dan yang paling penting adalah tidak mengulanginya lagi. Bukan dengan mudahnya berbuat salah lagi, lalu bertobat, lalu begitu terus. Tapi kita harus berkomitmen dan tegas untuk tidak mengulangi dosa yang sama. Sehingga kehidupan kita semakin kudus, dan kita pun bisa menciptakan lingkungan ibadah melalui cara hidup kita yang benar.

WHAT TO DO:
Belajar untuk komitmen tidak mengulangi dosa yang sama.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yohanes 13-15

Card image
Renungan Pagi - 08 November 2024
2024-11-08 18:46:06


Belajarlah untuk melewati hari-hari hidup dengan hati penuh ucapan syukur setiap waktu, sekalipun keadaan tidak baik-baik saja, tetapi selalu ada hal baik yang harus kita syukuri setiap hari. Jikalau hari ini ada kekuatiran, kekecewaan, kegelisahan dan ketakutan dalam hatimu, ingatlah bahwa Tuhan Yesus selalu setia menyertaimu, DIA tidak akan pernah terlelap, DIA menjagamu.

"Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel. TUHANlah Penjagamu, TUHANlah naunganmu di sebelah tangan kananmu."
(Mazmur 121:2-5)

Card image
Quote Of The Day - 08 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-08 18:44:54


Hidup ini menjadi asyik ketika kita bisa lewat dari kesalahan-kesalahan dan tidak melakukannya lagi.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 08 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-08 18:43:27


Pengalaman, kejadian demi kejadian, akan membuka mata pengertian kita untuk menemukan betapa berharganya Tuhan.

Card image
HOW MUCH DO WE VALUE GOD? - 08 November 2024 (English Version)
2024-11-08 18:40:29


Most believers acknowledge and are convinced that God exists. If we believe and recognize God’s existence, how much do we truly value Him? How precious is God in our eyes? And what is our response and attitude toward this reality of God’s existence? Certainly, for every person and even for objects around us, we assign value. While this value may not be measurable in monetary terms, our estimation of someone or something is shown through our attitudes. Consider a mother who wakes up at 3 a.m. to peel bananas and fry them to sell at the market. She values her children; she holds their education in high regard and works to make it possible. A person who loses a valued possession can become stressed and unhappy.

So, let us reflect on the value we place on God. Although it can’t be represented by a number, our attitude clearly reflects how much we value God in our lives. Scripture says, “What good will it be for someone to gain the whole world, yet forfeit their soul?” This means the soul is worth more than all the world’s wealth combined. If the soul is valued that highly, then surely God is of even greater worth than all the riches in the entire world, indeed the entire universe. It should be that if someone feels that they have God and have fellowship with God, they feel that they have more wealth than anything else. And of course, they are willing to do anything for God.

When the Bible says in Matthew 22:37-40, “Love the Lord your God with all your heart, with all your soul, with all your mind, and all your strength,” it essentially means, “Give Him more worth than anything you love, more than anyone and anything else. Value Him above all.” And when the Bible says, “You must worship the Lord your God, and serve Him only,” it is really instructing us to hold Him in the highest regard, above all else. In the context of Luke 4:5-8, Jesus was taken by the devil to a high place and shown the wealth and glory of the world. The devil then said, “If You worship me, I will give You all this.” Jesus faced a choice between the splendor of the world and God. Whom or what would Jesus choose? Jesus quoted Scripture, “It is written, ‘You must worship the Lord your God.’”

In the Garden of Gethsemane, Jesus faced a choice between His own will-which was undoubtedly precious to Him, as humans typically regard their own desires as primary, most important, and most valuable-and the will of the Father. Jesus once said, “If it is possible, let this cup pass from Me.” But at the end of the prayer, three times with the same words, Jesus always conquered the struggle by saying, "Let Your will be done." He valued the Father's will more than His personal will. Jesus passed the test. This is what is called humbling oneself before God. Humbling ourselves before God is not enough for us to sing, "I come to humble myself." Saying the sentence, "I come to humble myself before You" is easy to do, but to humble oneself with the attitude when someone denies one's own desires and obeys God's will, that is true self-humility.

We are tested when our emotions are about to explode, when we are offended and pushed aside. At that time we must choose our own will or God's will. Do we honor God more or honor ourselves? It turns out that it is not easy to give God a high value. First, we must know the truth of the Bible from God's servants who truly convey God's voice and messages from heaven. Second, we must face God personally, so that we can feel the greatness, the glory of God in a direct encounter with God. Third, through experience. Experience, through one incident after another, will open the eyes of our understanding to see how precious God is.

It's ironic, perhaps few of us have genuinely valued God as He deserves. If God were easily offended, all of us would have ended a long time ago. But God, with His patience and humility, still gives us opportunities to upgrade ourselves, to change, so that we appreciate Him properly. Only if at the end of life, we do not honor God, will we be thrown into eternal fire. Because God does not want people to respect Him suddenly. Once you die, you see the glory of God, you suddenly respect God. Only people who honor God willingly on earth are allowed to enter God's presence.

EXPERIENCE, THROUGH ONE INCIDENT AFTER ANOTHER, WILL OPEN THE EYES OF OUR UNDERSTANDING TO SEE HOW PRECIOUS GOD IS.

Card image
SEBERAPA KITA MENGHARGAI TUHAN - 08 November 2024
2024-11-08 18:38:36


  Paling tidak, sebagian besar orang percaya yakin dan mengakui bahwa Allah itu ada. Kalau kita percaya dan mengakui Allah itu ada, seberapa kita menghargai Allah? Seberapa harga Allah di mata kita? Dan apa respons dan sikap kita terhadap kenyataan mengenai keberadaan Allah tersebut? Tentu kepada setiap orang, juga kepada benda di sekitar kita, kita memberi harga. Walaupun tidak bisa digambarkan dengan nominal, tetapi penilaian kita terhadap sesuatu atau seseorang itu akan ditunjukkan dalam sikap. Perhatikan bagaimana seorang ibu yang bangun pukul 3 pagi mengupas pisang, lalu menggorengnya untuk dia jual di pasar. Dia menghargai, dia memberi nilai tinggi terhadap anak supaya anak bisa sekolah. Seseorang yang kehilangan barang yang dinilai berharga, bisa menjadi stres, tidak bahagia.  

Mari kita memperkarakan, berapa harga yang kita berikan untuk Tuhan. Memang tidak bisa dilihat dengan nominal angka, tapi sikap kita jelas-jelas menunjukkan seberapa kita menghargai Tuhan di dalam hidup kita. Firman Tuhan mengatakan, “Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia, kalau jiwanya binasa?” Jadi, jiwa itu lebih berharga dari seluruh harta di dunia ini jika dikumpulkan. Kalau harga jiwa sampai sedemikian, tentu Allah lebih tinggi dari nilai harta seluruh dunia bahkan seluruh jagat raya. Mestinya kalau seseorang merasa memiliki Tuhan dan memiliki persekutuan dengan Tuhan, ia merasa memiliki kekayaan lebih dari apa pun. Dan pastinya, ia rela berbuat apa pun demi Tuhan.  

Kalau firman Tuhan mengatakan di Injil Matius 22:37-40, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan kekuatan,” itu sebenarnya sama artinya “beri Dia nilai lebih dari apa pun yang kau kasihi, kau cintai. Kasihilah Dia lebih dari siapa pun dan apa pun. Beri Dia harga lebih dari siapa pun dan apa pun.” Dan ketika Alkitab berkata, “Kamu harus menyembah Tuhan Allahmu, dan hanya kepada Dia saja kamu berbakti,” sebenarnya maksud pernyataan itu adalah berilah nilai tinggi kepada-Nya lebih dari segala sesuatu. Konteksnya di Lukas 4:5-8, Tuhan Yesus dibawa oleh Iblis ke atas tempat yang tinggi, dan kepada Yesus ditunjukkan kekayaan dunia, kemuliaan dunia. Dan Iblis berkata, “Kalau Kamu menyembah aku, aku berikan dunia ini kepada-Mu.” Yesus diperhadapkan antara keindahan dunia dengan Allah. Siapa yang Dia pilih atau apa yang Yesus pilih? Yesus mengutip ayat Alkitab, “Sudah tertulis, kamu harus menyembah Tuhan Allahmu.”  

Ketika di taman Getsemani, Yesus diperhadapkan pada kehendak-Nya sendiri yang tentu itu berharga—sebab manusia pada umumnya menilai dirinya dan kehendaknya sebagai yang paling utama, paling penting, paling berharga—dan kehendak Bapa. Sempat Yesus berkata, “Jikalau boleh cawan ini lalu daripada-Ku.” Tetapi di akhir doa, tiga kali dengan perkataan yang sama, Yesus selalu menaklukkan pergumulan itu dengan mengatakan, “Biarlah kehendak-Mu yang jadi.” Dia lebih menghargai kehendak Bapa daripada kehendak diri Pribadi-Nya. Yesus lulus. Ini yang namanya merendahkan diri di hadapan Allah. Merendahkan diri di hadapan Allah tidak cukup kita menyanyi, “Ku datang rendahkan diri.” Mengucapkan kalimat, “Aku datang merendahkan diri di hadapan-Mu” mudah dilakukan, tetapi merendahkan diri dengan sikap ketika seseorang menyangkal keinginannya sendiri dan menuruti kehendak Allah, itu perendahan diri yang benar.

  Kita teruji pada waktu emosi kita mau meledak, ketika kita tersinggung dan merasa tersingkirkan. Pada waktu itulah kita harus memilih kehendak kita sendiri atau kehendak Allah. Kita lebih menghormati Tuhan atau menghormati diri kita sendiri? Ternyata tidak mudah untuk memberi nilai tinggi Allah. _ Pertama, kita harus mengenal kebenaran Alkitab dari hamba Tuhan yang benar-benar menyampaikan suara Allah dan pesan dari surga. Yang kedua, kita harus berhadapan dengan Tuhan secara pribadi, supaya kita bisa merasakan keagungan, kemuliaan Allah dalam perjumpaan langsung dengan Tuhan. Yang ketiga, melalui pengalaman. Pengalaman, kejadian demi kejadian, akan membuka mata pengertian kita untuk menemukan betapa berharganya Tuhan.

  Ironis, jangan-jangan sedikit di antara kita yang sudah menghargai Tuhan secara patut. Kalau Tuhan gampang tersinggung, semua kita sudah berakhir sejak dulu. Tetapi Tuhan dengan kesabaran dan kerendahan hati-Nya masih memberi kita peluang untuk meng-upgrade diri, untuk berubah, supaya kita menghargai Dia dengan patut. Hanya kalau sampai pada akhir hidup, kita tidak menghormati Tuhan, maka kita akan dibuang ke dalam api kekal. Sebab Tuhan tidak menghendaki orang menghormati Dia mendadak. Begitu mati, melihat kemuliaan Allah, baru mendadak menghormati Allah. Hanya orang yang menghormati Allah sejak di bumi dengan kerelaan yang diperkenan masuk di hadirat Allah.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PENGALAMAN, KEJADIAN DEMI KEJADIAN, AKAN MEMBUKA MATA PENGERTIAN KITA UNTUK MENEMUKAN BETAPA BERHARGANYA TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 November 2024
2024-11-08 18:33:53

Matius 26
Markus 14

Card image
Truth Youth 07 November 2024 - TENANG
2024-11-07 21:20:52


”Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.” (Yesaya 26:3)

Setiap manusia memiliki perjalanan hidup masing-masing yang unik bersama Tuhan. Perjalanan yang harus ditempuh pun berbeda satu sama lain, hampir semua tidak ada yang mengetahui ujung perjalanan hidupnya, kecuali Tuhan itu sendiri. Setiap kisah yang akan dialami dan dihadapi akan memberikan pelajaran berharga yang berguna untuk manusia itu sendiri. Tergantung bagaimana orang tersebut mereponi perjalanan hidup ini.

Perjalanan bersama Tuhan tidaklah selalu membahagiakan bagi jiwa kita, mengapa demikian? Hal ini karena jiwa kita sudah terkontaminasi dengan segala macam racun yang dunia berikan. Racun seperti kepahitan, kesombongan diri, keinginan daging, keinginan mata, dan segala bentuk kewajaran di mata dunia. Tanpa disadari semua ini sudah tercampur merata di dalam pikiran dan hati setiap orang, tak terkecuali orang percaya.

Semua bentuk ketidaktepatan di pandangan Allah inilah yang menjadi bentuk rintangan-rintangan dalam perjalanan hidup orang percaya. Tidak bisa dipungkiri rintangan ini tidaklah mudah, bahkan bagi sebagian orang rintangan ini seperti badai yang menghantam kapal kehidupannya atau seperti hujan lebat yang melanda wilayah kehidupannya. Tidak sedikit orang yang jika mengandalkan kekuatannya sendiri akan berakhir pada keputusasaan dan lebih ekstremnya memilih meninggalkan kepercayaan kepada Tuhan.

Itu sebabnya penting diketahui bersama yaitu kita sebagai orang percaya meyakini semua yang kita alami dan hadapi adalah bagian dari kedaulatan Tuhan. Tuhan turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan, hanya kepada mereka yang mengasihi-Nya, mengapa demikian? Karena hanya orang-orang yang mengasihi-Nya yang akan mampu melihat setiap badai yang datang dalam kehidupannya merupakan sarana pendewasaan dari Tuhan. Namun, akan jadi sebaliknya jika dilihat dari orang yang tidak mengasihi Dia.

Berkeadaan tenang menjadi solusi yang harus dilakukan orang percaya saat berjuang melewati segala bentuk persoalan yang ada. Tenang bukan karena yakin akan kemampuan diri sendiri, melainkan karena tahu ada Tuhan yang berjalan dan menuntun langkah kita untuk berani menjalaninya. Oleh sebab itu refleksi diri dengan melihat Tuhan yang selalu ada di segala musim kehidupan kita, akan membuat jiwa serta langkah yang kita tempuh penuh dengan harapan dan kepastian.

WHAT TO DO:
1.Sediakan waktu minimal 30 menit untuk bertemu dengan Tuhan dalam doa
2.Memikirkan apa yang masih harus diperbaiki dalam hidup serta minta tuntunan Roh Kudus dalam mengambil segala keputusan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yohanes 11-12

Card image
Renungan Pagi - 07 November 2024
2024-11-07 07:26:32


Keselamatan itu adalah anugerah, kekuatan untuk hidup dalam keselamatan adalah hasil perjuangan. Itu sebabnya Tuhan ingin kita berjuang dalam hidup, dengan senantiasa bergantung pada kekuatan Tuhan. Ketahuilah bahwa jika Tuhan izinkan badai terjadi dalam hidup, maka semua itu untuk melatih otot-otot iman, agar bertambah teguh dan kuat dalam Tuhan. Karena kita memiliki pengharapan yang kekal dan mulia didalam Tuhan, sehingga apapun yang kita hadapi didunia ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan kita terima nanti dalam kekekalan.

"Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya." Dengan berpegang pada pengharapan ini, maka hidup kita tidak akan mudah terpengaruh, tidak mudah digoncangkan, melainkan tetap berpegang teguh pada panggilan hidup sebagai anak-anak Allah.
(Efesus 1:18-19)

Card image
Quote Of The Day - 07 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-07 07:24:23


Jangan meminta banyak jika kita belum rela melepas banyak.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 07 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-07 07:23:14


Banyak orang tidak siap menghadapi keadaan terburuk, padahal keadaan terburuk bisa dialami kapan saja. Namun yang paling mengerikan adalah kematian bagi orang yang tidak bersiap-siap menghadap takhta pengadilan Allah.

Card image
DO NOT MOCK GOD - 07 November 2024 (English Version)
2024-11-07 07:21:09


A critical question for us, one that we must genuinely consider: are we truly convinced that the Bible is not a mere tale? Are we confident that the Bible is empirical fact? And the God presented there, the central Figure in the Bible, is a living God, one who has never died, a real God who created the heavens and the earth, who maintains His faithfulness forever? If this is true and we truly believe it, we should experience it firsthand. We should not merely interpret events in our lives as the hand and help of God but actually experience them in a way that becomes real and visible to those around us.

In Hebrews 11:6, the Word of God says, “Without faith, it is impossible to please God, because anyone who comes to Him must believe that He exists and that He rewards those who earnestly seek Him.” "God gives rewards," meaning that our pursuit of God is never in vain. It's not for the reward that we seek God, but if we genuinely seek Him, we will undoubtedly receive something of great value-something reserved only for those who truly seek Him. So, don’t be half-hearted, do not gamble or speculate. With God, we must have complete faith.

There is no fear in facing this life if we are completely for God. The same God written in the Bible, that is the God we worship. The God of the Bible must be real in our lives today. Real not only in miracles of healing-because Satan can do that too-but real in our noble behavior. However, many people are not or are not yet ready to face reality. Our lives are already full of realities that we never wanted to happen, or that we never expected at all. Have we ever imagined ourselves as passengers on the Titanic? In the midst of the joy, on a luxury cruise ship, it turned out that the hull was leaking. Even though the ship was declared and believed to be unsinkable, there were no lifeboats or life jackets provided for adequate rescue.

According to records, out of 2,220 passengers, 1,513 died of drowning and freezing in the heavy snow, and on the luxurious cruise ship were three American millionaires: John Jacob Astor, Benjamin Guggenheim and Isidor Straus. Titanic, a very luxurious British cruise ship, with a gross weight of 46,000 tons, but on April 14, 1912, the ship sank. This world is like the Titanic which has a leaky hull. Many things will happen on this earth. If we lived in the Ukraine or the Gaza Strip, we would never have thought about the terrible war and the chaos caused by the war. But this is the world, anything can happen. This is a general situation in a large capacity. There are situations in a personal capacity: a sudden layoff, company downsizing, a police summons due to alleged involvement in a crime or violation of law, a sudden illness, or the loss of a loved one. Many things can happen.

Many people are not prepared to face the worst, even though the worst can happen at any time. But the most terrible thing is death for those who are not prepared to face the judgment seat of God. Don't be arrogant! Don't be like the man who built the Titanic who made a statement that the Titanic would not sink. Don't play around with God! Prepare yourself for the worst situation. We humble ourselves at the feet of God and always pray, "Protect me, Lord. I surrender my life in Your hands, Lord. I cannot and do not dare to walk alone."

We must realize how valuable the opportunity is to humble ourselves before God as the only preparation to face the worst situation so that facing an uncertain tomorrow, which is foggy, we believe that Almighty God is with us. We know who is holding our hand. Keep faithfully seeking God, do not play around, do not fight God. Let us live holy, live blameless, spotless, leave all sinful habits and things that displease God. Do not mock God, for what a person sows, they will also reap.

DO NOT MOCK GOD, FOR WHAT A PERSON SOWS, THEY WILL ALSO REAP.

Card image
JANGAN MEMPERMAINKAN TUHAN - 07 November 2024
2024-11-07 06:58:10


  Pertanyaan penting bagi kita, yang harus benar-benar kita perkarakan: apakah kita sungguh-sungguh yakin bahwa Alkitab itu bukan dongeng? Apakah kita yakin bahwa Alkitab itu fakta empiris? Dan Allah yang dikemukakan, yang menjadi Tokoh utama di dalam Alkitab adalah Allah yang hidup, yang tidak pernah mati, Allah yang nyata, yang menciptakan langit dan bumi, yang memelihara kesetiaan-Nya sampai selama-lamanya? Jika itu benar dan kita yakini, mestinya kita mengalaminya. Kita bukan hanya memakainya atau mengartikan suatu kejadian dalam hidup kita sebagai perbuatan tangan Tuhan dan pertolongan Tuhan, melainkan benar-benar kita mengalaminya dan pengalaman itu bisa benar-benar nyata dilihat orang di sekitar kita.  

Di dalam kitab Ibrani 11:6 firman Tuhan mengatakan, “Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah, sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada dan bahwa Allah memberikan upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” “Allah memberi upah,” artinya tidak akan sia-sia apa yang kita lakukan dalam mencari Allah. Bukan karena upah itu sebenarnya kita mencari Allah. Tetapi kalau kita sungguh-sungguh mencari Allah, kita pasti memperoleh sesuatu yang sangat bernilai, yang hanya untuk orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. Jadi jangan setengah-setengah, jangan gambling atau spekulatif. Kepada Tuhan kita harus yakin sepenuhnya.  

Tidak ada takutnya dalam menghadapi hidup ini kalau kita sepenuhnya bagi Allah. Allah yang sama yang ditulis di Alkitab, itulah Allah yang kita sembah. Allah yang ada di Alkitab harus nyata dalam hidup kita hari ini. Nyata bukan hanya pada mukjizat kesembuhan—karena itu setan bisa buat juga—melainkan nyata dalam kelakuan kita yang agung. Namun, banyak orang yang sebenarnya tidak atau belum siap menghadapi realitas. Hidup kita ini sudah penuh dengan realitas yang tidak pernah kita ingini terjadi, atau yang tidak kita duga sama sekali. Pernahkah kita membayangkan ketika kita menjadi salah satu penumpang kapal Titanic? Di tengah-tengah suasana kegembiraan, ada di kapal pesiar yang mewah, ternyata lambungnya bocor. Padahal kapal itu dinyatakan dan diyakini tidak akan bisa tenggelam, sehingga tidak disediakan pelampung penyelamat atau pelampung untuk penyelamatan secara cukup.  

Menurut catatan, dari 2.220 penumpang terdapat 1.513 yang mati tenggelam dan kedinginan di udara bersalju hebat, dan di dalam kapal pesiar yang mewah itu ada tiga orang miliuner Amerika: John Jacob Astor, Benjamin Guggenheim dan Isidor Straus. Titanic, kapal pesiar Inggris yang sangat mewah, dengan bobot kotor 46.000 ton, namun pada 14 April 1912, kapal itu tenggelam. Dunia ini seperti kapal Titanic yang sudah bocor lambungnya. Banyak hal yang akan terjadi di bumi ini. Kalau seandainya kita hidup di daerah Ukraina atau di Jalur Gaza, pasti tidak pernah berpikir dahsyatnya perang dan porak-porandanya keadaan karena perang. Tetapi inilah dunia, segala sesuatu bisa terjadi. Ini adalah keadaan secara umum dalam kapasitas besar. Ada keadaan-keadaan yang dalam kapasitas pribadi: tiba-tiba perusahaan memberikan surat pemecatan, pengurangan pegawai, pemberhentian, tiba-tiba dipanggil polisi karena dianggap terlibat suatu perbuatan pidana misalnya, pelanggaran terhadap hukum atau tiba-tiba ada penyakit di tubuh kita atau orang yang kita kasihi meninggal dunia. Banyak hal yang bisa terjadi.  

Banyak orang tidak siap menghadapi keadaan terburuk, padahal keadaan terburuk bisa dialami kapan saja. Namun yang paling mengerikan adalah kematian bagi orang yang tidak bersiap-siap menghadap takhta pengadilan Allah. Jangan sombong! Jangan seperti orang yang membangun kapal Titanic yang memberikan pernyataan bahwa kapal Titanic tidak akan bisa tenggelam. Jangan main-main dengan Tuhan! Persiapkan diri untuk situasi yang terburuk. Kita merendahkan diri di kaki Tuhan dan selalu kita berdoa, “Lindungi aku Tuhan. Aku serahkan hidupku dalam tangan-Mu, Tuhan. Aku tak dapat dan tidak berani berjalan sendiri.”  

Kita harus menyadari betapa berharganya kesempatan untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan sebagai satu-satunya persiapan menghadapi keadaan terburuk sehingga menatap hari esok yang tidak tentu, yang berkabut, kita percaya Allah Yang Maha Kuasa menyertai kita. Kita tahu siapa yang menggenggam tangan kita. Tetaplah setia mencari Tuhan, jangan main-main, jangan melawan Tuhan. Mari kita hidup suci, hidup tak bercacat, tak bercela, tinggalkan semua kebiasaan dosa dan hal-hal yang Tuhan tidak berkenan. Jangan mempermainkan Tuhan karena apa yang ditabur orang, itu yang akan dituainya.

  Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono  

JANGAN MEMPERMAINKAN TUHAN KARENA APA YANG DITABUR ORANG, ITU YANG AKAN DITUAINYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 November 2024
2024-11-07 06:55:12

Matius 26

Card image
Renungan Pagi - 06 November 2024
2024-11-06 16:04:40


Ternyata cara kerja iblis di dunia ini selalu dimulai dari keinginan daging, lalu akan dilihat oleh mata kita, bahwa yang diinginkan itu mendatangkan kenikmatan, padahal itu sesuatu yang salah, lalu kemudian apa yang dilihat masuk dalam pikiran, tersimpan dalam hati, menjadi keinginan yang menuntut dipuaskan dan selanjutnya diwujudkan dalam perbuatan.

Iblis dan roh-roh jahat, serta penghulu dunia yang gelap selalu bekerja sama mencobai manusia mulai dari keinginan dagingnya sendiri sampai kemudian dilakukan dalam perbuatan. Sesuai dengan peringatan Firman Tuhan; "Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." Dunia dan keinginannya sedang menuju kebinasaan, jangan sampai kita hidup menuruti keinginan daging. Dan hati-hati dengan keinginan mata, bacaan yang kita baca, tontonan yang kita tonton dan semua hal-hal najis yang kita lihat dalam hidup setiap hari, harus kita kendalikan.

Sebab itu, jangan menuruti keinginan dagingmu, jangan melihat apa yang tidak perlu engkau lihat, supaya engkau tidak menyimpan dalam hatimu dan membuahkan dosa dalam perbuatanmu melawan kehendak Tuhan, hidup dengan jumawa, lakukanlah apa yang Tuhan kehendaki, supaya layak menerima kemuliaan bersama Tuhan dalam kekekalan.
(1 Yohanes 2:16-17)

Card image
Quote Of The Day - 06 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-06 16:02:37


Ketika kita bisa membuat Tuhan memercayai kita, berarti kita membuat Tuhan nyaman, maka ke ujung langit manapun kita aman.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 06 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-06 16:01:03


Melayani Tuhan, pada intinya adalah melayani perasaan Tuhan melalui segala sesuatu yang kita lakukan.

Card image
I D O L - 06 November 2024 (English Version)
2024-11-06 16:00:12


In John 17:20-21 it says, “I do not pray for these alone, but also for those who will believe in Me through their word; that they all may be one, as You, Father, are in Me, and I in You; that they also may be in Us, so that the world may believe that You sent Me.” If we desire the world, it means that we are not in the same chemistry with the Lord Jesus. When the Lord Jesus was offered to have the world, Jesus refused and said, “You must worship the Lord your God and serve Him only,” worship means giving high value to God; which is the same as we must consider and be able to live that He is important, that He is the main one. What captivates the heart will become an idol that we will worship and serve.

The question is, whom do we worship today? What we consider important, highly valuable, and to which we devote our lives is what Luke 4:8 refers to as worship. Let us not be like the rich man in Luke 16, who, upon dying, realized his thirst. He cried out to Lazarus in Abraham's bosom, “Father Abraham, send Lazarus to dip the tip of his finger in water to cool my tongue, for I am tormented in this flame.” This rich man did not realize the holy thirst he should have had, as he was always clothed in purple and fine linen and indulged daily in luxury. It is not wrong to have wealth, purple garments, and fine linen, but do not idolize them.

The world with all its entertainment has blinded our minds and damaged our our spiritual appetite. It happens to many believers, including us and pastors, where we are in that foolishness and error for years. And to get out of the bondage of this world, it is so difficult. But, we must keep trying to get out, we must struggle to the maximum. We must seek God earnestly. As Jesus said, "Strive to enter the narrow way, for many try and do not enter." The Lord Jesus' statement answers when people ask, "Are there only a few who go to heaven? (Luke 13:23,24). So every day we must look at God seriously.

The level of damage to our lives is high, aka severe. Therefore, every day we need improvement, need renewal with strong perseverance. It is ironic if we do not realize that one day everyone will stand before the judgment seat of God. We do not consider God important, and this is evident from the way we speak and behave. Remembering the words of the Lord Jesus, "Oh, if you would only know what would bring you peace." Jesus said this in relation to the destruction of Jerusalem, because 40 years after Jesus said this, Jerusalem collapsed so tragically.

Today, we may not be able to imagine how terrifying it would be to stand before the judgment seat of God if we are not truly in the state of being the bride of Christ. We are not like Jesus, but like the world. The elements of our being are worldly, not spiritual. And we do not know that fixing this damage requires daily perseverance. But if we love God and we strive, we can. The question is, why don't we truly repent? Why do we still fill our days with pleasures? What does it all mean? Do not be arrogant; do not be attached to the world-whether it be money, possessions, status, titles, or anything else.

Let us seek God, until we find that thirst. Only then will we know how important God is to our souls. Not because we have physical problems or needs. Our real problem is the thirst of the soul, the emptiness of our souls that can only be filled by God. God feels when we thirst for Him, and seriously says, “I need You, Lord, more than the breath and blood in my body. You are more valuable than my life.” God senses this and responds, “You are My beloved. Where I am, there you will be.”

Through long nights, through waking up every morning, we seek God to prove that He is real, He is not a fantasy. Don't let us die and never have this thirst. Then say, "It turns out, You are the one I need," too late! We must say that since we are on earth, today. If we truly have a thirst for God, and we are filled by God, then our interest is only one, which is to serve God. Serving God, in essence, is serving God's feelings through everything we do. In truth, serving God is not an invitation, but a natural rhythm that we automatically have when we feel the need for God to fill our souls.

WHAT CAPTIVATES THE HEART WILL BECOME AN IDOL THAT WE WILL WORSHIP AND SERVE.

Card image
BERHALA - 06 November 2024
2024-11-06 07:17:47


Dalam Yohanes 17:20-21 dikatakan, “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.”

Kalau kita mengingini dunia, berarti kita tidak satu chemistry dengan Tuhan Yesus. Ketika Tuhan Yesus ditawari untuk memiliki dunia, Yesus menolak dan berkata, “Kamu harus menyembah Tuhan Allahmu dan hanya kepada Dia saja kamu berbakti,” menyembah artinya memberi nilai tinggi Allah; yang sama dengan kita harus menganggap dan bisa menghayati bahwa Dia penting, bahwa Dia yang utama. Apa yang memikat hati akan menjadi berhala yang kepadanya kita akan menyembah dan mengabdi.

Pertanyaannya, kepada siapa kita hari ini menyembah? Yang kita anggap penting, bernilai tinggi, dan kita memberikan hidup kita kepadanya, yang dikatakan dalam Lukas 4:8 itu sebagai menyembah. Jangan sampai seperti orang kaya di Lukas 16, ketika mati baru menyadari kehausan itu. Dia berseru kepada Lazarus di pangkuan Abraham, “Bapa Abraham, suruh Lazarus untuk mencelupkan ujung jarinya guna mengisi kehausan yang ada padaku, untuk menyejukkan lidahku.” Orang kaya ini tidak menyadari kehausan kudus yang harus dia miliki karena ia selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Tidak salah punya uang banyak, punya jubah ungu dan kain halus, tapi jangan memberhalakan.

Dunia dengan segala hiburannya telah membutakan mata pikiran kita dan merusak selera rohani kita. Hal itu terjadi kepada banyak orang percaya, temasuk kita dan juga para pendeta, di mana kita ada dalam kebodohan dan kesalahan itu selama bertahun-tahun. Dan untuk keluar dari ikatan dunia ini, begitu sulit. Tapi, kita harus terus berusaha untuk keluar, kita harus berjuang secara maksimal. Kita harus mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh. Seperti yang dikatakan Yesus, “Berjuanglah memasuki jalan sempit, karena banyak orang berusaha, tapi tidak masuk.” Pernyataan Tuhan Yesus itu menjawab ketika orang bertanya, “Sedikit sajakah orang yang masuk surga?” Maka setiap hari kita harus serius memandang Tuhan.

Tingkat kerusakan hidup kita tinggi alias parah. Karenanya, setiap hari kita perlu perbaikan, perlu pembaruan dengan ketekunan yang kuat. Ironis, kalau kita tidak menyadari bahwa suatu saat nanti setiap orang akan berdiri di hadapan takhta pengadilan Allah. Kita tidak menganggap Tuhan penting, dan ini nampak dari cara bicara dan sikap kita. Teringat akan perkataan Tuhan Yesus, “Wahai, betapa baiknya kalau kamu mengerti apa yang mendatangkan damai sejahteramu.” Yesus mengatakan ini terkait dengan hancurnya Yerusalem, karena 40 tahun kemudian setelah Yesus mengucapkan ini, runtuhlah Yerusalem dengan begitu tragis.

Hari ini mungkin kita tidak dapat membayangkan betapa mengerikan ketika kita ada di hadapan takhta pengadilan Allah jika kita tidak benar-benar berkeadaan menjadi mempelai Kristus. Kita tidak serupa dengan Yesus, tapi serupa dengan dunia. Unsur diri kita adalah unsur dunia, bukan unsur rohani. Dan kita tidak tahu bahwa memperbaiki kerusakan ini memerlukan ketekunan setiap hari. Tapi kalau kita mengasihi Tuhan, kita berjuang, kita bisa. Pertanyaannya, mengapa kita tidak bertobat sungguh-sungguh? Mengapa kita masih mengisi hari dengan kesenangan-kesenangan? Apa artinya semua itu? Jangan sombong, jangan terikat dunia; apakah itu uang, harta, pangkat, gelar, atau apa pun.

Mari kita mencari Tuhan, sampai kita menemukan kehausan itu. Ketika itulah kita baru tahu betapa pentingnya Tuhan untuk jiwa kita. Bukan karena kita punya masalah atau kebutuhan jasmani. Masalah kita yang sesungguhnya adalah kehausan jiwa, kosongnya jiwa kita yang hanya bisa diisi oleh Tuhan. Tuhan merasakan ketika kita haus akan Dia, dan serius mengatakan, “Aku memerlukan Engkau, Tuhan, lebih dari napas dan darah di tubuhku. Engkau lebih berharga dari nyawaku.” Tuhan merasa, lalu Tuhan berkata, “Engkau kekasih-Ku. Di mana Aku ada, kamu ada.”

Melewati malam panjang, melewati bangun pagi setiap hari, kita mencari Tuhan untuk membuktikan Dia riil, Dia nyata, Dia bukan fantasi. Jangan sampai kita meninggal dan tidak pernah punya kehausan ini. Lalu baru berkata, “Ternyata, Engkau yang kubutuhkan,” terlambat! Kita mesti berkata itu sejak kita ada di bumi, hari ini. Jika kehausan akan Allah sungguh-sungguh kita miliki, dan kita diisi oleh Tuhan, maka kepentingan kita hanya satu, yaitu melayani Tuhan. Melayani Tuhan, pada intinya adalah melayani perasaan Tuhan melalui segala sesuatu yang kita lakukan. Sejatinya, melayani Tuhan itu bukan ajakan, melainkan sebuah irama natural yang otomatis kita miliki ketika kita merasakan kebutuhan akan Tuhan yang memenuhi jiwa kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

APA YANG MEMIKAT HATI AKAN MENJADI BERHALA YANG KEPADANYA KITA AKAN MENYEMBAH DAN MENGABDI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 November 2024
2024-11-06 07:09:12

Matius 24

Card image
Truth Kids 05 November 2024 - MENGALAH BUKAN BERARTI KALAH
2024-11-05 18:21:03


Roma 12:19
”Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.”

Sobat Kids, siapa yang kalau dinasihati oleh orang lain, malah jadi marah? Siapa yang pernah di rumah marah kepada mama atau papa karena ditegur? Padahal kalian tahu bahwa kalian membuat kesalahan.

Nah, kalau kalian tidak melakukan kesalahan tapi ada yang memarahi kalian, bagaimana? Apa tidak boleh ikutan marah?

Sobat Kids, pernahkah kalian menonton film saat Tuhan Yesus hendak disalibkan? Di sana kita bisa melihat banyak sekali orang mencaci maki bahkan meludahi Tuhan Yesus. Apakah Tuhan Yesus membalas? Apakah ketika disalib, Tuhan Yesus mengucapkan kutuk atas mereka? Tidak, Sobat Kids! Malah sebaliknya, di saat-saat terakhir, Tuhan Yesus berdoa agar Bapa di surga mengampuni dosa-dosa mereka. Luar biasa, ya, Sobat Kids? Dari situ, kita belajar bahwa hal negatif tidak bisa dilawan dengan hal negatif juga, tetapi harus dilawan dengan hal positif.

Jika ada yang marah dan yang lain ikut marah, itu tidak akan menyelesaikan masalah. Harus ada yang mau dengan lembut hati dan sabar mengalah, seperti Tuhan Yesus. Berkat kelembutan hati dan kesabaran serta kasih yang begitu besar dari Tuhan Yesus, kita boleh menerima pengampunan. Untuk itu, teladan yang sudah Tuhan Yesus tunjukkan harus kita teruskan, ya.

Card image
Truth Junior 05 November 2024 - PEMBALASAN
2024-11-05 18:17:39


Roma 12:19
”Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.”

“Kenapa kamu memukul Edo?” tanya ibu guru kepada Joko. “Habis, dia pukul aku duluan, Bu. Ya, sudah… aku langsung balas, aku pukul balik,” jawab Joko tanpa rasa bersalah. “Bukan begitu, Bu. Aku gak bermaksud untuk pukul Joko. Tadi waktu bermain saat istirahat, aku sedang main kejar-kejaran di lapangan dengan Budi. Waktu lari aku, sempat lihat ke belakang mau lihat Budi, apakah dia sudah hampir kejar aku atau masih jauh. _Nah_, jadi saat aku mengayunkan tanganku, tiba-tiba ada Joko juga yang sedang berlari. Jadi tanganku kena badannya Joko… Benar, Bu aku tidak berniat untuk memukul Joko. Itu ada Budi sebagai saksinya,” jelas Edo kepada gurunya dan Joko.

Sobat Junior, jangan kita langsung menghakimi orang lain tanpa tahu kebenarannya. Apalagi kita langsung membalas tanpa mencari tahu penyebabnya. Seperti cerita di atas, ternyata Joko sudah salah sangka. Ia langsung membalas tanpa mencari tahu alasan atau penyebabnya.

Roma 12:19 mengingatkan kita bahwa pembalasan adalah haknya Tuhan. Hadapilah kemarahan orang lain dengan hati yang lembut dan tidak membalas. Memang hal tersebut tidak semudah membaca tulisan ini. Namun, percayalah, Sobat Junior, jika kita mau, pasti Tuhan akan memberikan kita kesabaran dan kelemahlembutan. Kita akan dimampukan untuk mempraktikkan buah Roh kelemahlembutan.

Card image
Truth Youth 05 November 2024 (English Version) - CLEANSING THE SOUL
2024-11-05 18:13:48


"Search me, O God, and know my heart; test me and know my anxious thoughts. See if there is any offensive way in me, and lead me in the way everlasting." (Psalm 139:23-24)

As we discussed previously, it’s essential for people to learn self-reflection so that they can find peace and approach everything with the right mindset. Self-reflection is not just about calming our mind or identifying what’s wrong within ourselves; more than that, self-reflection helps us cleanse our soul in alignment with God’s standards.

A person’s soul often needs help, especially when they feel that life is not going well. When anger, sadness, and disappointment build up, we can feel that no one truly understands what’s happening in our lives. In such moments, we need deep self-reflection.

Therefore, it’s important to address any anger and disappointment that we may be experiencing. However, don’t act in haste—calm yourself first through your daily activities. Take time for yourself, perhaps through prayer or meditation.

Inner peace is a crucial key to examining ourselves and understanding what is truly happening in our lives. Without peace, everything can feel chaotic and uncontrollable. Trust that peace and self-reflection will lead you to a clearer understanding of what your soul truly needs. When your soul is at peace, you will be better prepared to face any challenges with a calm heart and clear mind.

WHAT TO DO:
Come before God to find peace and pray. Remember that only God is the answer to our needs.

BIBLE MARATHON:
▪︎ John 7-8

Card image
Truth Youth 05 November 2024 - MEMBERSIHKAN BATIN
2024-11-05 18:12:01


”Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” (Mazmur 139:23-24)

Setelah kita tahu di hari sebelumnya bahwa manusia perlu belajar untuk merefleksikan dirinya sendiri, agar mereka bisa tenang dan melakukan segala sesuatu dengan pikiran yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Refleksi diri tidak hanya bertujuan untuk menenangkan pikiran kita, atau sekadar mencari tahu apa yang salah dari diri kita. Lebih dari itu, refleksi diri membantu kita membersihkan batin sesuai dengan standar Tuhan.

Batin atau jiwa seseorang sering kali membutuhkan pertolongan, terutama ketika mereka lebih banyak berdiam diri, merasakan bahwa hidupnya sedang tidak baik-baik saja. Ketika semua kemarahan, kesedihan, dan kekecewaan menumpuk, kita sering merasa bahwa tidak ada yang bisa memahami apa yang sedang terjadi dalam kehidupan kita. Pada saat seperti ini, kita benar-benar membutuhkan refleksi diri yang mendalam.

Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk mengatasi segala kemarahan dan kekecewaan yang tengah melanda. Namun, jangan terburu-buru dalam bertindak, tapi tenangkan diri kita terlebih dahulu dalam aktivitas sehari-hari yang sedang dijalani. Luangkan waktu untuk diri kita sendiri—misalnya dengan berdoa atau bermeditasi.

Ketenangan batin adalah salah satu kunci penting dalam menyelidiki diri sendiri dan memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi dalam kehidupan kita. Tanpa ketenangan, segala sesuatu akan terasa kacau dan tidak terkendali. Percayalah bahwa ketenangan dan refleksi diri akan menuntunmu pada pemahaman yang lebih baik tentang apa yang dibutuhkan oleh jiwamu. Ketika jiwamu tenang, maka kamu akan lebih siap untuk menghadapi segala tantangan dengan hati yang damai dan pikiran yang jernih.

WHAT TO DO:
1.Membawa diri di hadapan Tuhan untuk tenang dan berdoa.
2.Ingatlah hanya Tuhan yang menjadi jawaban kebutuhan kita

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yohanes 7-8

Card image
Renungan Pagi - 05 November 2024
2024-11-05 18:08:38


Makin kita jauh dari Tuhan, makin mudah untuk jatuh dalam dosa, tetapi makin mendekatkan diri pada Tuhan dalam doa, saat teduh dan membaca serta merenungkan firman-NYA, melibatkan diri dalam pelayanan pekerjaan Tuhan, langsung mempraktekkan kasih Kristus dan menjadi saluran berkat bagi banyak orang.

Sebab orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan Tuhan pasti hidupnya membawa dampak yang baik dan benar bagi sesamanya. "Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan."

Hidup sendiri sudah menjadi korban persembahan yang harum dihadapan Tuhan, menyenangkan hati Tuhan, jika mengasihi Tuhan dan sesama. Kalau mengasihi Tuhan dan sesama dengan benar, maka kita pun pasti mempersembahkan apapun yang telah dipercayakan Tuhan dalam hidup kita, bagi kemuliaan-NYA.
(Markus 12:33)

Card image
Quote Of The Day - 05 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-05 18:04:01


Abraham dibenarkan bukan karena apa yang ia yakini, melainkan karena ia melakukan apa yang ia yakini.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 05 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-05 18:01:51


Rasa kebutuhan akan Allah ini bukan karena kita punya masalah atau kebutuhan akan pemenuhan jasmani, melainkan karena pribadi Tuhan itu sendiri.

Card image
HOW IMPORTANT? - 05 November 2024 (English Version)
2024-11-05 18:00:16


In this life, we inevitably interact with many people across various strata, positions, statuses, levels of education, social levels, ranks, and so on. We also interact with family-immediate family, extended family, friends, colleagues, and others. In our interactions or relationships with others, we are able to assess and weigh the importance of each individual. From not important, less important, somewhat important, important, very important, to extremely important. When dealing with someone we consider to be of extreme importance, we are willing to put everything aside and ignore everything else for their sake. Even when we are unwell, we may force ourselves to do what they ask or meet with them.

The question for each of us is: how important is God to us? Please do not let this be merely a topic of contemplation, but let it truly be a challenge, something we seriously consider and resolve today. How much do we consider God important? Because this determines our eternal destiny, which many people ignore due to the nihilistic atmosphere of the world. Even in a society that is religious, that upholds religion, and even has the first principle of "Belief in the One Supreme God," the nihilistic atmosphere is so strong. God is regarded as non-existent or unnecessary. The devil has successfully blinded the minds of many, making God seem non-existent or unnecessary. He is replaced with the philosophy of humanity, humanism, and others, which are considered as human values ​​that are no less important than believing in God.

Honestly, we see the lives of many whose actions suggest that God does not exist. It is even more terrifying when this is found among pastors or religious figures whose behavior conveys the message that God does not exist. Our society, which is practically nihilistic and atheistic-in theory, acknowledging God but in practice denying Him-pulls us toward a lack of conviction that God exists, resulting in very few who genuinely care about God's feelings. Very few truly honor God. Even among Christians who feel they already honor God, their reverence for Him is often inadequate or unworthy.

Let us reflect today on how important God is to us. For people who are cornered because they face problems without solutions, and the problems are beyond their capabilities, then they consider God important. But in reality, God is only a tool, a means to solve problems, and needs. Because for him what is important is that his problems are solved, his needs are met-not on God Himself. Here honesty is needed, how much do we really consider God important. If we consider God important, then in every action and decision, we will always consider whether what we do pleases God or not. We will seriously examine every step of our lives: whether what we do and decide is pleasing to God or not.

This is what is meant by maintaining God's feelings. People who consider God important, surely map out the hours of their lives to meet God, treating that meeting as prime time. Don't let it happen that when we knock on the door and say, "Lord, Lord, open the door," but from inside the answer is heard, "I don't know you." So We must make the effort to examine ourselves before God: are there still sins we commit? Are there still mistakes that we have made, Are there still worldly pleasures binding our lives? Because we ought to make God everything in this life. And if we can live (perceive) it, how extraordinary our life is. This sense of need for God is not because we have problems or a need for physical fulfillment, but because of the person of God Himself. We must come to the experience of having a thirst for God in our souls. But in general, the human soul is damaged. Its appetite is filled with worldly love, so it does not have a right thirst for God.

Let us not be like the rich man in Luke 12 who felt his soul was satisfied with material things by saying, “O my soul, you have many possessions. Be of good cheer and take your rest.” He made the riches of this world his pleasure and his harbor. Then the Bible says, “O Fool, today, tonight your life is taken. For whom will it be?” He is incapable of needing God, incapable of having a thirst for God. In truth, humans were created in a locked or hostage state that humans cannot live without their Creator. That is why there is thirst in our souls that cannot be satisfied by anyone and anything except God. But Satan has blinded the eyes of many people and dulled their feelings, blinded their spiritual minds so that people do not have that thirst. In fact, if we do not have a thirst for God, we cannot be side by side with Jesus and become a bride for Christ because we have a different chemistry.

IF WE CONSIDER GOD IMPORTANT, THEN IN EVERY ACTION AND DECISION, WE WILL ALWAYS CONSIDER WHETHER WHAT WE DO PLEASES GOD OR NOT.

Card image
SEBERAPA PENTING? - 05 November 2024
2024-11-05 17:45:21


Dalam hidup ini, kita pasti berinteraksi dengan banyak orang dalam berbagai strata, jabatan, status, tingkat pendidikan, tingkat sosial, tingkat pangkat, dan lain-lain. Kita berinteraksi juga dengan keluarga; keluarga inti, keluarga besar, sahabat, rekan, dan lain sebagainya. Dalam berinteraksi dengan sesama atau dalam hubungan dengan sesama, kita pasti bisa mempertimbangkan, menakar kepentingan kepada masing-masing individu. Dari yang tidak penting, kurang penting, agak penting, penting, sangat penting, dan sangat-sangat penting. Bila berurusan dengan orang yang kita anggap sebagai urusan yang sangat-sangat penting, maka apa pun kita kalahkan, apa pun kita abaikan demi orang tersebut. Sedang sakit pun kita juga bisa memaksa diri untuk melakukan apa yang dia perintahkan atau untuk bertemu beliau.

Pertanyaan untuk setiap kita adalah seberapa penting Tuhan bagi kita? Mohon jangan hanya menjadi bahan renungan, tetapi sungguh-sungguh menjadi tantangan, sungguh-sungguh kita perkarakan dan kita selesaikan hari ini. Seberapa kita menganggap Tuhan itu penting? Karena ini menentukan nasib kekal kita, yang banyak orang tidak peduli karena faktor suasana dunia yang nihilistis. Walaupun ada di masyarakat yang religius, masyarakat yang menjunjung tinggi agama, bahkan yang memiliki sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa,” tapi suasana nihilistis begitu kuat. Tuhan dianggap tidak ada atau tidak perlu ada. Setan sukses menutup mata pikiran banyak orang sehingga Tuhan dianggap tidak ada atau tidak perlu ada. Digantikan dengan filosofi kemanusiaan, humanisme, dan lain-lain, yang itu dianggap sebagai nilai kemanusiaan yang tidak kalah pentingnya dengan bertuhan.

Sejujurnya, kita melihat potret hidup banyak orang yang tindakannya menunjukkan seakan-akan Tuhan itu tidak ada. Lebih mengerikan lagi kalau itu ada di lingkungan pendeta, lingkungan rohaniwan dengan perilaku yang memancarkan pesan seakan-akan Tuhan tidak ada. Dan masyarakat kita yang nihilistis dan ateis praktis—secara teori bertuhan, secara praktik tidak bertuhan—menyeret kita untuk kurang yakin bahwa Allah itu ada, sehingga sedikit sekali kita yang sungguh-sungguh memperhatikan perasaan Tuhan. Sedikit sekali orang yang sungguh menghormati Tuhan. Kalaupun ada orang-orang Kristen yang merasa sudah menghormati Tuhan, penghormatannya kepada Tuhan sebenarnya belum patut atau belum pantas.

Ayo kita perkarakan hari ini, seberapa penting Tuhan untuk kita. Untuk orang-orang yang kepepet karena menghadapi masalah tanpa solusi, dan masalah itu berada di luar kemampuannya, barulah mereka menganggap Tuhan itu penting. Tapi sejatinya, Tuhan hanya menjadi alat, sarana untuk menyelesaikan masalah, dan kebutuhannya. Sebab baginya yang penting adalah masalahnya selesai, kebutuhannya terpenuhi, bukan Tuhan. Di sini dibutuhkan kejujuran, seberapa kita sungguh-sungguh menganggap Tuhan itu penting. Kalau kita menganggap Tuhan itu penting, maka dalam setiap tindakan dan keputusan, kita akan selalu mempertimbangkan apakah yang kita lakukan menyenangkan Tuhan atau tidak. Benar-benar kita serius memperkarakan setiap langkah hidup kita; apakah yang kita lakukan ini, kita putuskan, berkenan di hadapan Tuhan atau tidak.

Ini yang namanya menjaga perasaan Tuhan. Orang yang menganggap Tuhan itu penting, pasti memetakan jam-jam hidupnya untuk bertemu dengan Tuhan, dan pertemuan dengan Tuhan itu sebagai prime time. Jangan sampai nanti ketika kita mengetuk pintu dan berkata, “Tuhan, Tuhan, bukakan pintu,” namun dari dalam terdengar jawaban, “Aku tidak mengenal kamu.” Maka kita harus berusaha untuk memperkarakan diri di hadapan Tuhan, apakah masih ada dosa yang kita lakukan? Apakah masih ada kesalahan yang kita perbuat, apakah masih ada kesenangan-kesenangan dunia yang mengikat hidup kita? Sebab mestinya kita menjadikan Tuhan itu segalanya dalam hidup ini. Dan kalau kita bisa menghayatinya, betapa luar biasa kehidupan kita. Rasa kebutuhan akan Allah ini bukan karena kita punya masalah atau kebutuhan akan pemenuhan jasmani, melainkan karena pribadi Tuhan itu sendiri. Kita harus sampai pada pengalaman memiliki kehausan akan Allah di dalam jiwa kita. Namun pada umumnya, jiwa manusia sudah rusak. Seleranya diisi dengan percintaan dunia, sehingga tidak memiliki kehausan yang benar akan Allah.

Jangan kita menjadi seperti orang kaya di Lukas 12 yang merasa jiwanya dipuaskan oleh materi dengan mengatakan, “Hai, jiwaku, banyak harta. Bersenang-senanglah, beristirahatlah.” Dia menjadikan harta dunia ini sebagai kesenangan dan pelabuhannya. Lalu Alkitab berkata, “Hai, orang bodoh, hari ini, malam ini nyawamu diambil. Untuk siapa itu nanti?” Ia tidak mampu membutuhkan Tuhan, tidak mampu memiliki kehausan akan Allah. Sejatinya, manusia diciptakan dengan keadaan terkunci atau tersandera bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa Penciptanya. Itulah sebabnya ada kehausan dalam jiwa kita yang tidak bisa dipenuhi oleh siapa pun dan apa pun kecuali oleh Allah. Tetapi Iblis telah membutakan banyak mata orang dan membutakan perasaan, membutakan pikiran rohani sehingga orang tidak memiliki kehausan itu. Padahal kalau kita tidak memiliki kehausan akan Allah, kita tidak bisa bersanding dengan Yesus dan menjadi mempelai bagi Kristus karena kita memiliki chemistry yang berbeda.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA MENGANGGAP TUHAN ITU PENTING, MAKA DALAM SETIAP TINDAKAN DAN KEPUTUSAN, KITA AKAN SELALU MEMPERTIMBANGKAN APAKAH YANG KITA LAKUKAN MENYENANGKAN TUHAN ATAU TIDAK.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 05 November 2024
2024-11-05 17:42:35

Markus 13

Card image
Truth Kids 04 November 2024 - HATI KERAS ATAU LEMBUT ?
2024-11-04 19:50:06


Efesus 4:32
”Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.”

Sobat Kids, tahukah kalian bagaimana ciri hati yang keras? Jika seseorang memiliki hati yang keras, biasanya tidak mau mendengarkan nasihat orang lain. Mereka tidak mau mengaku salah ataupun meminta maaf. Begitu pula jika ada orang yang bersalah kepada mereka, sulit sekali bagi mereka untuk memaafkan. Ayo, adakah di antara kalian yang seperti ini? Semoga tidak, ya. Semoga semua sobat Kids bisa belajar memiliki hati yang lembut.

Teladan kita, Tuhan Yesus, memiliki kelembutan hati, mau memaafkan dan mengampuni seluruh dosa dan kesalahan. Kita harus belajar memiliki hati yang lembut dan penuh kasih untuk bisa dan mau memaafkan orang-orang yang melakukan kesalahan kepada kita. Kalau cuma bicara, terlihatnya mudah, ya. Tetapi melakukannya tidaklah mudah. Ketika kita merasa sakit hati, sedih, kecewa, bahkan marah, itu membuat kita sulit untuk memaafkan, Sobat Kids. Oleh karena itu, kita harus terus berdoa agar Tuhan menuntun dan menguatkan kita sehingga mampu melepaskan pengampunan kepada orang lain. Semangat, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 04 November 2024 - MENGAMPUNI DENGAN HATI YANG LEMBUT
2024-11-04 19:47:16


Efesus 4:32
”Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.”

Sobat Junior, siapa di sini yang pernah merasa kesal atau marah kepada teman? Kadang, teman kita mungkin berbuat salah dan rasanya sulit untuk memaafkan. Tapi tahukah kalian? Tuhan mengajarkan kita untuk belajar mengampuni, bahkan saat kita merasa sakit hati.

Di Efesus 4:32, Tuhan meminta kita untuk menjadi anak-anak yang penuh kasih, ramah, dan siap mengampuni. Mengampuni orang lain itu penting, karena Tuhan sendiri telah mengampuni semua kesalahan kita melalui Yesus. Bayangkan, jika Tuhan begitu besar kasih-Nya untuk memaafkan kita, maka kita juga harus belajar memaafkan orang lain dengan hati yang lembut.

Mengampuni berarti melepaskan rasa marah atau sakit hati, dan memilih untuk tetap mengasihi orang tersebut. Kadang itu sulit, tapi dengan bantuan Tuhan, kita bisa melakukannya. Saat kita memaafkan, hati kita akan terasa lebih ringan, dan Tuhan pun senang melihat kita mau saling mengampuni.

Jadi, ingat ya Sobat Junior, jika ada teman atau seseorang yang berbuat salah, jangan simpan marah dalam hati. Belajarlah untuk mengampuni dengan hati yang lembut, seperti Tuhan selalu mengampuni kita. Dengan begitu, kita bisa hidup penuh damai dan kasih!

Card image
Truth Youth 04 November 2024 (English Version) - MIRROR
2024-11-04 19:43:40


"Surely I have calmed and quieted my soul; like a weaned child with his mother, like a weaned child is my soul within me." (Psalm 131:2)

Everyone has looked in a mirror, right? Whether it's to check that we look neat and clean for meeting others or to ensure we’re doing well. A mirror reflects our outer self. But beyond appearances, a mirror should remind us to look deeper, to reflect on the state of our heart and soul. Self-reflection is an effort to understand what’s happening within and how to move forward, especially in difficult times or when we feel stuck.

In this process, encountering God becomes essential. When we take time to be still, pray, and meditate on His Word, it means we are “looking in the mirror” before God. We view ourselves from His perspective, allowing Him to calm our restless soul. Praying and worshiping are the best ways to experience His presence and gain renewed strength. As Psalm 131:2 says, in silence and closeness with God, our soul finds peace, like a weaned child resting in its mother’s arms.

The truest mirror is our inner one. When we look into it, we must ask, “Am I living in harmony with God’s will? Is my soul at peace before Him?” Let daily reflection and prayer be our spiritual mirror, a place where we can see ourselves as God does, and a place to find true peace in Him.

WHAT TO DO:
1. We need God’s Word to understand ourselves honestly.
2. Prayer is one of the most effective ways for self-reflection.

BIBLE MARATHON:
▪︎ John 5-6

Card image
Truth Youth 04 November 2024 - CERMIN
2024-11-04 19:41:33


”Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.” (Mazmur 131:2)

Semua orang pasti pernah bercermin, bukan? Hanya untuk sekadar melihat penampilan yang telah rapi dan bersih untuk bertemu dengan orang-orang sekitar, atau memastikan diri ini sedang baik-baik saja. Karena cermin adalah refleksi diri kita yang bisa kita lihat. Namun, lebih dari sekadar melihat penampilan luar, cermin seharusnya mengingatkan kita untuk melihat lebih dalam, untuk merefleksikan keadaan hati dan jiwa kita. Refleksi diri menjadi sebuah usaha kita untuk memahami apa yang sedang terjadi di dalam diri dan bagaimana kita melanjutkan kehidupan, terutama di masa-masa yang sulit atau saat kita merasa buntu.

Dalam proses ini, perjumpaan dengan Tuhan menjadi sangat penting. Ketika kita meluangkan waktu untuk berdiam diri, berdoa, dan merenungkan firman- Nya, artinya kita sedang bercermin di hadapan Tuhan. Kita melihat diri kita dari sudut pandang-Nya dan membiarkan-Nya menenangkan jiwa kita yang gelisah. Berdoa dan beribadah adalah cara terbaik untuk mengalami kehadiran-Nya dan mendapatkan kekuatan baru. Seperti yang dikatakan dalam Mazmur 131:2, dalam keheningan dan kedekatan dengan Tuhan, maka jiwa kita akan tenang dan damai, seperti anak yang disapih berada di pelukan ibunya.

Cermin yang sesungguhnya adalah cermin batin kita. Ketika kita melihatnya, kita harus bertanya, “Apakah aku telah hidup selaras dengan kehendak Tuhan? Apakah jiwa ini sudah tenang di hadapan-Nya?” Jadikanlah perenungan dan doa setiap hari menjadi cermin rohani kita, tempat di mana kita bisa melihat diri kita seperti Tuhan melihat, dan tempat di mana kita menemukan kedamaian sejati di dalam-Nya.

WHAT TO DO:
1.Manusia membutuhkan bantuan firman Tuhan untuk mengetahui dirinya dengan jujur.
2.Berdoa menjadi salah satu cara paling efektif untuk refleksi diri

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yohanes 5-6

Card image
Renungan Pagi - 04 November 2024
2024-11-04 18:56:32


Hubungan baik yang dibina dalam pertemanan bisa mendatangkan berkat dan banyak orang merasa senang jika punya banyak teman. Tetapi ingatlah jangan salah bergaul dengan teman-teman yang justru akan merusak pribadi dan membuat kita tidak lagi takut akan Tuhan.

Alkitab berkata; "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." Jadi punya banyak teman tidak salah, tetapi jagalah caramu bergaul, jangan sampai tersesat, jangan membiarkan diri terbawa arus yang akan merusak cara hidupmu hanya karena tidak mau dikatakan kuper - kurang pergaulan, atau takut kehilangan teman. Bergaullah akrab dengan teman yang dapat membawamu bergaul akrab dan dekat pada Tuhan.
(1 Korintus 15:33)

Card image
Quote Of The Day - 04 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-04 18:01:45


Semakin kita mengakui setiap kesalahan, semakin hati kita bersih.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 04 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-04 17:59:52


Kalau kita tidak sampai pada titik bercinta dengan Tuhan, maka kita tidak mungkin bisa memuja Tuhan dengan benar.

Card image
FOUL-SMELLING -04 November 2024 ( English Version)
2024-11-04 17:52:50


When a child is young, parents usually accept it if what they say doesn’t match reality or if they don’t understand what they’re saying. Parents often just smile and understand. But this can’t go on indefinitely. At some point, a child must begin to understand and fulfill what he says. Likewise in our relationship with God. Our praise and worship should ultimately encompass our entire lives. If not, there’s a disconnect between words and actions, or we may say things we don’t truly understand. This is understandable for new Christians since they’re just beginning, but for mature believers, they must be at a level of maturity.

When before God, we express our love for God, are ready to work for God, are willing to dedicate our lives to God, but our daily lives do not prove what we say, then we become a foul odor before God. Because our praise and worship encompasses all aspects of our lives. We cannot treat worship as merely a ceremonial liturgy of worship. What we do before God representsthe entire journey of our lives, from minute to minute, from hour to hour. And those who truly want to believe in God, truly want to enter the Kingdom of Heaven, truly want to be the chosen people, truly become children of God, must continue to try to synchronize what they declare before God with their daily lives.

So if someone has time to pray, time for dialogue with God, the more he sits still-if he prays with the right attitude-then the prayer it will affect his life. Maybe until now many people do not know-that for believers, prayer is breathing-even though they say the sentence. Just as people breathe, taking in oxygen and expelling CO2, so when we pray, God begins to teach us to knitting life. Is what we present before God in sync with our daily lives? If not, it is not only hypocritical, but disrespectful to God, trying to deceive God. This should create fear in our lives. Because if we say, "I worship You, Lord," that means we give high value. Does our life from minute to minute give high value to God?

The more we live holy-truly refraining from sin and finding no joy except in pleasing God-the more our lives are fragrant before God and our praises sound ever more beautiful in His ears. Let our eyes not be blind and our understanding darkened, carelessly saying we worship, praise God, glorify God, but our lives every day do not give God high value. That is deception. Do we think God is ignorant or has no feelings? Remember, God has feelings. The quality of our praise and worship is not only determined by the rhythm of the music or the beauty of our lyrics and vocals, but by how deeply our lives are immersed in His presence. It is time for us to truly live holy, not committing, not touching sin no matter how small, no matter how subtle. It is time for us to have no pleasure except to please God. It is time for us to have no longing other than to meet God and always be in fellowship with God.

Imagine a husband or wife enjoying togetherness only in bed, then going separate ways without care. What kind of quality does that couple have? Our enjoyment is not only when we pray, we worship, we explode emotions, feelings that are just fantasies, but in our daily lives we should also truly relate to God. Let’s learn to love God wholly and completely, as the Lord Jesus said in Mark 12:30, "Love the Lord your God with all your heart, and with all your soul, and with all your mind, and with all your strength." Until we find our love and we can say, "All I need is You, the only one," then our worship becomes a sweet fragrance to Him.

If we do not reach the point of loving God intimately, then we cannot possibly adore God properly. So how wonderful it would be if we had the opportunity to become God's lovers and our praise would be fragrant to Him. The world will pass away, but those who do God's will, those who are truly in fellowship with God, become His eternal lovers. This intimacy with God is incredible. So we can understand why Abraham did not hesitate to offer up his son Isaac, because he loved Yahweh, his God, so much. And we can also understand why the psalmist said, "You are all I want." Let our minds and hearts be opened, we must be willing to lose anything and anyone so that we can be attached to Yahweh, our Father God.

WHEN BEFORE GOD, WE EXPRESS OUR LOVE FOR GOD, ARE READY TO WORK FOR GOD, ARE WILLING TO DEDICATE OUR LIVES TO GOD, BUT OUR DAILY LIVES DO NOT PROVE WHAT WE SAY, THEN WE BECOME A FOUL ODOR BEFORE GOD.

Card image
BERBAU BUSUK - 04 November 2024
2024-11-04 17:47:35


Waktu seorang anak manusia masih kanak-kanak, apa yang diucapkan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, atau apa yang diucapkan tidak dia mengerti, orang tua biasanya menerima. Orang tua hanya tersenyum dan mengerti. Tetapi hal itu tidak boleh berlangsung terus atau selamanya. Suatu kali anak harus sudah mulai mengerti dan memenuhi apa yang diutarakannya. Demikian pula dalam hubungan kita dengan Tuhan. Pujian dan penyembahan kita itu akhirnya meliputi seluruh kehidupan kita. Jika tidak, maka tidak ada satunya kata dan perbuatan, atau mengucapkan kata-kata yang dia tidak mengerti. Kalau orang-orang Kristen baru, bisa dimengerti, karena memang orang Kristen baru. Tetapi kalau sudah dewasa, dia harus ada dalam tingkat kedewasaan.  

Ketika di hadapan Tuhan, kita menyatakan cinta kepada Tuhan, siap kerja untuk Tuhan, rela mempersembahkan hidup bagi Tuhan, tapi hidup keseharian kita tidak membuktikan apa yang kita katakan, maka kita berbau busuk di hadapan Tuhan. Sebab pujian dan penyembahan kita meliputi segenap aspek hidup kita. Kita tidak bisa menjadikan pujian penyembahan ini bagian dari seremonial liturgi kebaktian. Jadi, apa yang kita lakukan di hadapan Tuhan ini mewakili seluruh perjalanan hidup kita, dari menit ke menit, dari jam ke jam. Dan orang yang sungguh-sungguh mau bertuhan, sungguh-sungguh mau masuk Kerajaan Surga, sungguh-sungguh mau menjadi umat pilihan, sungguh-sungguh menjadi anak-anak Allah, harus terus berusaha menyinkronkan apa yang dia nyatakan di hadapan Tuhan dengan kehidupan setiap hari.  

Maka kalau seseorang memiliki waktu berdoa, waktu dialog dengan Tuhan, semakin dia banyak duduk diam—jika ia berdoa dengan sikap hati yang benar—maka doa itu akan memengaruhi hidupnya. Mungkin sampai sekarang juga banyak orang tidak tahu—bahwa bagi orang percaya, doa adalah napas—walaupun mereka mengucapkan kalimat itu. Seperti orang bernapas, menarik oksigen dan membuang CO2, maka pada waktu kita berdoa, Tuhan mulai mengajar kita untuk merajut kehidupan. Apakah yang kita kemukakan di hadapan Tuhan itu sinkron dengan kehidupan kita setiap hari? Kalau tidak, bukan hanya munafik, tetapi tidak menghormati Tuhan, mencoba menipu Tuhan. Seharusnya ini membuat kegentaran dalam hidup kita. Sebab kalau kita berkata, "Aku menyembah Engkau, Tuhan," itu berarti kita memberi nilai tinggi. Apakah kehidupan kita dari menit ke menit telah memberi nilai tinggi Tuhan?

  Semakin kita hidup kudus—benar-benar tidak menyentuh dosa dan tidak memiliki kesenangan kecuali hanya mau menyenangkan Tuhan—semakin hidup kita harum di hadapan Tuhan dan semakin pujian kita indah terdengar di telinga-Nya. Jangan mata kita menjadi buta dan pengertian kita menjadi gelap, sembarangan mengatakan menyembah, memuji Tuhan, memuliakan Tuhan, tapi hidup kita setiap hari tidak memberi nilai tinggi Tuhan. Itu penipuan. Apakah kita pikir Tuhan itu bodoh atau tidak punya perasaan? Ingatlah, Tuhan punya perasaan. Kualitas pujian penyembahan kita bukan hanya ditentukan oleh irama musik atau indahnya syair dan vokal kita, melainkan bagaimana kehidupan kita setiap hari ditenggelamkan di hadirat Allah. Sudah saatnya kita benar-benar hidup suci, tidak melakukan, tidak menyentuh dosa sekecil apa pun, sehalus apa pun. Sudah saatnya kita tidak memiliki kesenangan kecuali menyenangkan Tuhan. Sudah saatnya kita tidak memiliki kerinduan selain bertemu dengan Tuhan dan selalu bersekutu dengan Allah.  

Bayangkan kalau seorang suami atau istri menikmati kebersamaan hanya di ranjang, setelah itu tidak jelas ke mana suami pergi, ke mana istri pergi. Kualitas macam apa yang dimiliki pasangan itu? Kenikmatan kita bukan hanya pada waktu kita berdoa, kita menyembah, kita meledakkan emosi, perasaan yang hanya fantasi, tapi seharusnya di kehidupan setiap hari kita juga sungguh-sungguh berhubungan dengan Tuhan. Mari kita belajar untuk mencintai Tuhan secara bulat dan utuh, seperti yang dikatakan oleh Tuhan Yesus di Markus 12:30, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu, dan dengan segenap kekuatanmu.” Sampai kita menemukan cinta kita dan kita bisa berkata, "Yang aku perlu hanyalah diri-Mu, satu-satunya," maka penyembahan kita menjadi harum.  

Kalau kita tidak sampai pada titik bercinta dengan Tuhan, maka kita tidak mungkin bisa memuja Tuhan dengan benar. Maka betapa luar biasa kalau kita mendapat kesempatan menjadi kekasih Tuhan dan pujian kita harum bagi-Nya. Dunia akan lenyap, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah, orang yang benar-benar bersekutu dengan Tuhan, menjadi kekasih abadi-Nya. Percintaan dengan Tuhan itu luar biasa. Maka kita bisa mengerti kenapa Abraham tidak ragu-ragu mempersembahkan anaknya Ishak, karena dia begitu mencintai Yahweh, Allahnya. Dan kita juga bisa mengerti kenapa pemazmur berkata, _"Yang kuingini Engkau saja."_ Biarlah pikiran dan hati kita dibukakan, kita harus rela kehilangan apa pun dan siapa pun agar kita bisa melekat dengan Yahweh, Allah Bapa kita.  

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KETIKA DI HADAPAN TUHAN, KITA MENYATAKAN CINTA KEPADA TUHAN, SIAP KERJA UNTUK TUHAN, RELA MEMPERSEMBAHKAN HIDUP BAGI TUHAN, TAPI HIDUP KESEHARIAN KITA TIDAK MEMBUKTIKAN APA YANG KITA KATAKAN, MAKA KITA BERBAU BUSUK DI HADAPAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 04 November 2024
2024-11-04 17:43:28

Matius 23
Lukas 20-21

Card image
Truth Kids 03 November 2024 - HIDUPKU ADALAH SURAT TERBUKA
2024-11-03 10:37:52


Amsal 15:1
”Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.”

Sobat Kids, pernahkah kalian membaca kisah tentang Tuhan Yesus di Alkitab? Tentu sering, dong? Pernahkah kalian membaca kalau Tuhan Yesus bersikap kasar? Bahkan ketika Tuhan Yesus ada di antara orang-orang yang berdosa pun, Dia tetap memperlakukan mereka dengan kasih. Ia juga terus menyampaikan kebenaran akan keselamatan dan Kerajaan Surga. Beberapa kali Tuhan Yesus mengajar, dan banyak orang mengikuti Dia. Ketika ada anak-anak yang mendekat kepada-Nya, beberapa orang mengusir mereka karena dianggap mengganggu. Namun, Tuhan Yesus tidak marah, bahkan mengatakan bahwa orang-orang itu haruslah mencontoh anak-anak yang dengan semangat mau mendekat kepada Tuhan Yesus.

Nah, kita harus mencontoh sikap Tuhan Yesus. Hidup kita adalah surat yang terbuka yang bisa dilihat oleh banyak orang. Pikiran, perkataan, dan perbuatan kita haruslah sesuai dengan kebenaran firman dan kehendak Tuhan. Orang dapat melihat kelemahlembutan Tuhan melalui kehidupan kita sehari-hari, karena kita adalah surat yang terbuka.

Card image
Truth Junior 03 November 2024 - KATA-KATA LEMBUT MEMBAWA KEDAMAIAN
2024-11-03 10:36:11


Amsal 15:1
”Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.”

Hai Sobat Junior, bagaimana kabarnya? Semoga dalam keadaan yang baik, ya. Pernahkah kalian merasa marah atau kesal ketika ada yang berbicara kasar kepada kalian? Kata-kata yang keras bisa membuat hati kita terasa sakit dan membuat suasana menjadi buruk. Itulah mengapa Tuhan mengajarkan kita dalam Amsal 15:1 untuk selalu menggunakan kata-kata yang lembut.

Kata-kata lembut itu seperti air yang menyejukkan. Ketika kita berbicara dengan lembut dan penuh kasih, kita bisa meredakan kemarahan, memperbaiki keadaan, dan membawa kedamaian. Mungkin saat ada teman yang sedang bertengkar atau ada yang berbuat salah, kita harus tetap berbicara dengan baik agar masalah tidak menjadi lebih besar.

Tuhan ingin kita menyampaikan kebenaran dan kasih melalui perkataan yang lembut. Saat kita mengoreksi atau memberi nasihat, pastikan kita melakukannya dengan hati yang sabar dan rendah hati. Ingatlah, kata-kata kita memiliki kekuatan, apakah untuk membangun atau meruntuhkan.

Jadi, mari kita belajar untuk selalu menggunakan kata-kata lembut dalam setiap situasi. Dengan cara ini, kita dapat menunjukkan kasih Tuhan kepada orang lain dan membuat dunia di sekitar kita menjadi lebih damai dan penuh cinta. Tuhan senang ketika kita berbicara dengan kelembutan hati!

Card image
Truth Youth 03 November 2024 (English Version) - CONNECTED WITH GOD
2024-11-03 10:33:47


"I will meditate on Your precepts and consider Your ways." (Psalm 119:15)

An artist certainly has a unique way of diving deep into their chosen art form. A painter, for example, doesn’t merely practice brushstrokes or shading a design; they also seek inspiration and often have a hidden story behind each piece they create. In our Christian walk, we don’t love God merely out of duty; instead, life events continually guide us to know Him more deeply. The God we seek to know is One we can draw near to in any way, as long as we stay true to His Word.

Through art, we can become more connected to God and grow in love for His Word. Like an artist who delves deeply into their beloved craft, we too can combine both—knowing God in a more enjoyable and transformative way. Blending art with our journey to know God better helps us express our faith. For example, poetry allows us to recreate the Word of God that we read, which indirectly leads us to reflect on it. In poetry, we can freely add our feelings or opinions about what we’ve read or express our gratitude for belonging to God.

God created us as creative beings, distinct from all other creatures. In other words, God has placed within us the potential to be creative. The creative God made us in His image, and so we try to connect with Him creatively through art, such as writing poetry as a reflection on His Word. God can be approached in many ways, so don’t close yourself off; keep finding ways to connect with Him however you can.

WHAT TO DO:
Continue to open yourself to know God and His Word through the potential God has placed in your life.

BIBLE MARATHON:
▪︎ John 3-4

Card image
Truth Youth 03 November 2024 - CONNECTED WITH GOD
2024-11-03 10:31:04


”Aku hendak merenungkan titah-titah-Mu dan mengamat-amati jalan-jalan-Mu.” (Mazmur 119:15)

Seorang seniman pasti memiliki caranya sendiri dalam mendalami jenis seni yang ia sukai. Bagi seorang pelukis, ia tidak hanya berlatih menggores-gores kuas atau mengarsir sebuah rancangan lukisan, melainkan tentu ia akan mencari referensi dan memiliki kisah tersembunyi di balik lukisan yang ia buat. Di dalam kehidupan Kristen pun, kita tidak hanya mengasihi Tuhan karena itu adalah kewajiban, melainkan tentu ada peristiwa hidup yang semakin hari semakin menggiring kita untuk ingin lebih mengenal-Nya. Tuhan yang ingin kita kenal adalah Tuhan yang dapat kita dekati dengan cara apa pun, selagi kita tidak menyimpang dari ajaran firman-Nya.

Melalui karya seni, kita bisa loh semakin terhubung dengan Tuhan dan semakin mencintai firman-Nya. Seperti seorang seniman yang memiliki caranya sendiri dalam mendalami seni yang digemari, kita bisa menggabungkan keduanya, yaitu mengenal Tuhan dengan cara yang lebih asyik dan transformatif. Menggabungkan seni dan proses pengenalan atau keterhubungan dengan Tuhan membantu kita mengekspresikan iman kita. Contoh sederhana, seni dalam bentuk puisi membantu kita mereka ulang firman Tuhan yang kita baca, sehingga secara tidak langsung kita dibawa ke dalam proses perenungan akan firman Tuhan. Dalam puisi, kita pun bisa bebas menambah perasaan kita, atau opini kita terhadap apa yang telah kita baca atau betapa bersyukurnya kita menjadi milik Tuhan.

Allah menciptakan kita manusia sebagai makhluk yang kreatif, berbeda dari makhluk hidup lainnya. Dengan kata lain, Allah menaruh potensi dalam diri kita untuk menjadi kreatif. Allah yang kreatif menciptakan kita dengan kreatif pula, sehingga kita pun mencoba terhubung dengan Allah secara kreatif melalui seni, sebagai contoh sebuah puisi sebagai perenungan kita akan firman Tuhan. Allah dapat didekati dengan cara apa pun, jadi jangan menutup diri dan teruslah mencoba terhubung dengan-Nya dengan cara apa pun yang kita bisa.

WHAT TO DO:
Terus membuka diri untuk mengenal Tuhan dan firman- Nya melalui potensi yang Allah berikan dalam hidup kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yohanes 3-4

Card image
Renungan Pagi - 03 November 2024
2024-11-03 10:28:48


Kalau datang beribadah hanya sebagai seremonial atau hanya sebagai suatu rutinitas karena orang kristen, maka ibadah kita itu tidak akan ada artinya dihadapan Tuhan. Tidak membuat hidup dalam kebenaran dan mengenal Pribadi Tuhan yang benar. Kita tahu sebagaimana kehidupan orang-orang farisi dan ahli-ahli taurat, yang sangat taat melakukan tradisi dan adat istiadat nenek moyangnya melebihi ketaatan melakukan firman Tuhan.

Yesus pernah mengecam mereka sebagai orang-orang munafik; "Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia."

Perbaharuilah ibadahmu dihadapan Tuhan, jangan sampai melakukan ibadah secara rutinitas, lalu Tuhan menyatakan kita adalah orang-orang yang munafik. Ibadah itu haruslah dinyatakan dalam ketaatan melakukan kebenaran firman Tuhan, sehingga hidup kita menyenangkan hati-NYA.
(Markus 7:6-7)

Card image
Quote Of The Day - 03 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-03 10:22:20


Situasi yang membuat kita jatuh dalam dosa adalah ketika kita tidak menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan, sehingga Iblis bisa menaburkan benih-benih kejahatannya di dalam diri kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 03 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-03 10:20:09


Kekhawatiran menjadi bahasa yang menunjukkan ketidakpercayaan kita kepada Allah yang hidup.

Card image
LOOK UP - 03 November 2024 (English Version)
2024-11-03 10:16:07


We thank God for the new day He has given us. In this new day, God provides us with the blessings we need-both physical and spiritual. Let us also remember what God says in Luke 12:27-28, “Consider the lilies, how they grow; they neither toil nor spin, yet I tell you, even Solomon in all his glory was not arrayed like one of these. If that is how God clothes the grass of the field, which is here today and tomorrow is thrown into the fire, how much more will He clothe you-you of little faith!” This verse shows that the flowers of the field are adorned by God more beautifully than Solomon, and then adds that believers are adorned by God even more than the flowers, whose beauty surpasses even the clothing of Solomon.

This is not an exaggeration or hyperbole. God’s Word is very accurate: God cares for us more than He did for Solomon. Why is that? Because our bodies are the temple of the Holy Spirit. In Solomon’s time, the temple of God was a building, a house, or a structure. But in the New Testament, our bodies are the 'temple of God,' and even more, we are God’s children. Since our bodies are His temple, God surely adorns His temple with perfect care and provision. We must not doubt this at all, even though we are often led into difficult situations that make it seem as though God does not care for us; it may seem that way, but in truth, God cares for us and makes us more beautiful than the flowers of the field. We are cared for more than the flowers of the field, which are more splendid than Solomon's clothing.

If God cares for us so perfectly, there should be no worry within us—not even a trace of worry. Worry becomes a language that reveals our lack of trust in the living God. Worry is a language of 'doubt' in God’s presence, love, and care. When God leads us into difficult situations, where it seems like He does not care for us, we must still trust that He does care for us. The Bible says that even the hairs on our head are numbered. In the original text, according to Jewish tradition, the phrase ‘the hairs on our head are numbered’ means that each strand of hair is marked by God. This shows how important we are in God’s eyes, that even the hairs on our head are marked. This should make us all the more certain that God cares for and guards us perfectly.

In Isaiah 49:16, it says, “See, I have engraved you on the palms of My hands; your walls are ever before Me.” This means that God watches over us. Let us be grateful for our faithful God, Elohim Yahweh, who is faithful and cares for us. Let us honor and glorify Him with hearts that trust in Him. In difficult situations, in our critical and crisis conditions and circumstances, we look to God and always say, “I trust in You.” We can also learn from what David did in the city of Ziklag, when he lost his wealth, family, even his commanders were disloyal to David, but David still said, "I trust in You."

David strengthened his faith in God in a situation where no one stood with him. The men and warriors who had followed David were even ready to stone him. Yet David strengthened his faith. He didn’t know where his family and the families of his followers had been taken, they were really in a critical and crisis situation, a situation where there was not a single glimmer of light, it felt completely dark, but David strengthened his belief in God. And God guided David. Finally, David was able to take back all his property and family as well as the property and families of his followers.

Let us look to the Lord and truly trust Him, the living God who is with us. Maybe right now there are big problems, heavy problems that we face, where we don't see a single glimmer of light, it feels like everything is pitch black, but know that He is faithfully with us, and the Father will not disappoint us. When those on the left, right, front and back disappoint and leave us, look up, He will not disappoint and leave us. This is how we honor Him properly, namely by continuing to trust Him in any situation.

WHEN THOSE ON THE LEFT, RIGHT, FRONT AND BACK DISSAPOINT AND LEAVE US, LOOK UP, HE WILL NOT DISAPPOINT AND LEAVE US.

Card image
PANDANGLAH KE ATAS - 03 November 2024
2024-11-03 10:11:13


Kita berterima kasih kepada Tuhan untuk hari yang baru, yang Tuhan berikan kepada kita. Dan di dalam hari yang baru ini Tuhan menyediakan berkat yang kita perlukan; berkat jasmani maupun berkat rohani. Kiranya kita juga ingat apa yang Tuhan katakan dalam Lukas 12:27-28, “Perhatikanlah bunga bakung, yang tidak memintal dan tidak menenun, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi, jika rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api demikian didandani Allah, terlebih lagi kamu, hai orang yang kurang percaya!” Ayat ini menunjukkan bahwa bunga di padang didandani Tuhan lebih indah dari Salomo, tetapi kemudian firman Tuhan menambahkan bahwa orang percaya didandani Tuhan lebih dari bunga, yang keindahannya lebih dari pakaian yang dikenakan Salomo.

Tentu ini bukan hal yang berlebihan atau hiperbola atau dilebih-lebihkan. Firman Tuhan sangat akurat, bahwa Allah memelihara kita lebih dari Salomo. Kalau diperkarakan, apa alasannya? Alasannya, karena tubuh kita adalah bait Roh Kudus. Kalau pada zaman Salomo, bait Allah berbentuk bangunan, rumah atau gedung. Tapi di Perjanjian Baru, tubuh kita inilah ‘bait Allah’ dan terlebih lagi, kita adalah anak-anak Allah. Dengan tubuh kita menjadi bait Allah, Allah pasti mendandani bait-Nya ini dengan pemeliharaan yang sempurna, pendandanan yang sempurna. Kita tidak boleh meragukan sama sekali, walaupun sering kita dibawa kepada situasi yang sulit seakan-akan Tuhan tidak memedulikan kita; seakan-akan, tetapi sejatinya Allah memperhatikan kita, Allah membuat kita lebih indah dari bunga di padang. Kita dipelihara lebih dari bunga di padang yang mana bunga di padang lebih indah dari pakaian Salomo.

Kalau Tuhan memelihara kita begitu sempurna, mestinya tidak ada kekhawatiran di dalam diri kita, tidak boleh ada sekecil apa pun kekhawatiran. Kekhawatiran menjadi bahasa yang menunjukkan ketidakpercayaan kita kepada Allah yang hidup. Kekhawatiran adalah bahasa ‘meragukan’ kehadiran Allah, kasih dan pemeliharaan-Nya. Kalau Tuhan membawa kita kepada situasi-situasi yang sulit, seakan-akan Tuhan tidak peduli dengan kita, kita harus tetap percaya bahwa Dia peduli terhadap kita. Alkitab katakan bahwa rambut kepala kita pun terhitung. Dalam teks aslinya menurut tradisi Yahudi, kalimat ‘rambut kepala kita terhitung’ itu berarti setiap lembar rambut kita ditandai oleh Allah. Maka, begitu pentingnya diri kita di mata Allah, sampai rambut kepala kita pun ditandai. Hal ini makin membuat kita harus yakin bahwa kita dipelihara, dijaga Tuhan dengan sempurna.

Dalam Yesaya 49:16 dikatakan, “Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku.” Artinya Tuhan menjagai kita. Bersyukur kita memiliki Allah Elohim Yahweh yang setia dan memelihara kita. Mari kita memuliakan dan menghormati Dia dengan hati yang memercayai Dia. Dalam situasi-situasi yang sulit, dalam kondisi dan keadaan kita yang kritis dan krisis, kita memandang Tuhan dan selalu mengatakan, “Aku percaya kepada-Mu.” Kita juga bisa belajar dari apa yang dilakukan Daud di kota Ziklag, ketika dia kehilangan harta, keluarga, bahkan hulubalang-hulubalangnya pun bersikap tidak setia kepada Daud, tapi Daud tetap berkata, “Aku percaya kepada-Mu.”

Daud menguatkan percayanya kepada Allah di situasi di mana tidak ada seorang pun yang ada di pihak dirinya. Hulubalang-hulubalang dan orang-orang yang selama itu menyertai Daud, mau melempari Daud dengan batu. Tapi Daud menguatkan percayanya. Daud tidak tahu ke mana dibawa lari keluarganya, keluarga semua orang yang mengikut dia, benar-benar dalam situasi yang kritis dan krisis, situasi di mana tidak ada secercah cahaya pun, gelap gulita rasanya, tapi Daud menguatkan percayanya kepada Tuhan. Dan Tuhan menuntun Daud. Akhirnya Daud dapat mengambil kembali seluruh harta dan keluarganya serta harta dan keluarga para pengikutnya.

Mari kita memandang Tuhan dan benar-benar memercayai Dia, Allah yang hidup dan menyertai kita. Mungkin saat ini ada masalah-masalah besar, masalah-masalah berat yang kita hadapi, yang mana kita tidak melihat secercah cahaya pun, rasanya semua gelap gulita, namun ketahuilah bahwa Dia setia menyertai kita, dan Bapa tidak akan mengecewakan kita. Ketika di kiri kanan depan belakang mengecewakan dan meninggalkan kita, pandanglah ke atas, Dia tidak akan mengecewakan dan meninggalkan kita. Itulah cara kita menghormati Dia dengan benar, yaitu dengan tetap memercayai-Nya dalam keadaan bagaimanapun.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KETIKA DI KIRI KANAN DEPAN BELAKANG MENGECEWAKAN DAN MENINGGALKAN KITA, PANDANGLAH KE ATAS, DIA TIDAK AKAN MENGECEWAKAN DAN MENINGGALKAN KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 November 2024
2024-11-03 10:01:57

Matius 22
Markus 12

Card image
Truth Kids 02 November 2024 - KENDALIKAN DIRIMU SAAT MARAH
2024-11-02 18:08:22


Kolose 3:12
”Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.”

Ketika jam istirahat sekolah, Catherine makan di kantin. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh suatu kejadian. Ada adik kelas yang sedang bertengkar. Penyebabnya, karena saat sedang membeli makanan, antreannya diserobot oleh temannya. Ia menjadi sangat marah dan mulai memarahi temannya dengan nada tinggi. Mereka bahkan harus dipisahkan oleh om dan tante yang berjualan makanan di kantin itu. Akhirnya mereka berdua dibawa ke ruang guru dan mendapatkan hukuman.

Sobat Kids, kita tidak pernah tahu kapan kejadian seperti itu akan terjadi kepada kita. Bisa saja ketika mengantre, antrean kita juga diserobot orang lain. Atau ketika kita lelah, ada saja yang membuat kita marah. Namun, coba lihat kejadian tadi di atas. Jika kita tidak sabar dan tidak memperlakukan orang dengan lemah lembut serta penuh kasih, kejadiannya akan seperti tadi. Semuanya menjadi rugi, bisa terluka, bahkan kena hukuman juga.

Sobat Kids, mari kita belajar sabar dan melembutkan hati kita agar bisa memperlakukan orang lain di sekitar kita dengan penuh kasih.

Card image
Truth Junior 02 November 2024 - MENGHADAPI KESULITAN DENGAN SABAR
2024-11-02 17:59:46


Kolose 3:12
”Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.”

Sobat Junior, kita semua pasti pernah menghadapi kesulitan. Misalnya, saat ada PR yang sulit, bertengkar dengan teman, atau merasa kecewa karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Tapi, tahukah kalian? Di dalam situasi seperti itu, Tuhan mengingatkan kita untuk tetap bersabar dan lemah lembut.

Kolose 3:12 mengajarkan kita untuk memiliki hati yang penuh belas kasihan, rendah hati, lembut, dan sabar. Saat kita mengalami masalah, mudah sekali merasa marah atau tidak sabar. Namun, Tuhan ingin kita tetap tenang dan memilih bersikap baik, seperti Yesus yang selalu sabar dan mengasihi semua orang.

Jika suatu saat kalian merasa kesal karena ada yang tidak berjalan sesuai rencana, coba ingat bahwa Tuhan selalu bersama kita. Dia ingin kita belajar untuk menghadapi kesulitan dengan sabar dan tidak menyerah. Sikap lembut dan penuh kasih membuat kita bisa lebih tenang dan tetap bersyukur, meskipun keadaan sedang sulit.

Untuk itu, mari kita belajar menjadi anak-anak yang sabar dan lemah lembut dalam setiap keadaan. Ingatlah bahwa Tuhan selalu ada untuk membantu dan menguatkan kita.

Card image
Truth Youth 02 November 2024 (English Version) - FEEL THE ART, FEEL OUR GOD
2024-11-02 17:49:30


"Sing to Him a new song; play skillfully, and shout for joy!" (Psalm 33:3)

One of the essential components that living beings possess, which inanimate objects do not, is emotional expression. Both animals and humans have this component—they can feel sadness, joy, worry, fear, and so on. However, far beyond animals, humans can express themselves through captivating and beautiful art, as they have intellect surpassing other living beings. God created humans so perfectly that they can express themselves through various things around them, especially in art.

Through art, each person can express their feelings and reverence for God. Art is always tied to human expression—how a person conveys their emotions through what they do, their hobbies, and what makes them passionate. Therefore, art should be a medium where each person shares their feelings and shows reverence to God. Art, in its tangible forms, can be dance, musical accompaniment, or something as simple as writing or painting to express how valuable God is in their lives. These are all valid forms of worship; God is not selective in accepting the efforts of His children who want to feel His presence.

The presence of art in a Christian’s life is not only a means for expressing emotions but also a form of spiritual awareness, where each person feels more connected to God. Art, when expressed from the heart, ultimately becomes an individual’s spiritual expression or their deepest desire to know God personally. God does not restrict how He can be encountered, so express yourself freely through your artistic abilities. Let art be your expression of praise and worship to God, glorifying Him with everything you have.

WHAT TO DO:
1. Express yourself through art.
2. Feel God’s presence through self-reflection.

BIBLE MARATHON:
▪︎ John 1-2

Card image
Truth Youth 02 November 2024 - FEEL THE ART, FEEL OUR GOD
2024-11-02 17:46:08


”Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru; petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorai!” (Mazmur 33:3)

Salah satu komponen penting yang dimiliki oleh makhluk hidup dan tidak dimiliki oleh benda-benda di muka bumi ini adalah ekspresi emosional. Hewan dan manusia memiliki komponen ini, mereka bisa menjadi sedih, senang, khawatir, takut, dan sebagainya. Namun, jauh melampaui hewan, manusia dapat mengekspresikan dirinya melalui karya seni yang begitu memukau dan menarik, sebab manusia memiliki akal budi yang melampaui makhluk hidup lainnya. Sedemikian sempurnanya manusia diciptakan Allah, sehingga manusia bisa mengekspresikan dirinya melalui berbagai hal di sekitarnya misalnya dalam hal seni.

Melalui seni, setiap orang dimungkinkan untuk menyampaikan perasaan dan penghormatannya kepada Tuhan. Seni selalu berkaitan dengan ekspresi manusia, bagaimana manusia tersebut menyampaikan perasaannya melalui apa yang dikerjakannya, hobinya, dan apa yang membuat ia bersemangat. Dengan demikian, seni pun seharusnya menjadi sebuah sarana di mana setiap orang menyampaikan perasaannya dan bentuk penghormatannya kepada Tuhan. Seni sebagai hal konkret dapat berupa tarian, iringan musik, atau sesederhana seseorang menulis hingga melukis betapa berharganya Tuhan di dalam hidupnya. Semuanya adalah bentuk penyembahan yang valid, Allah tidak mungkin menjadi picky dalam menilai dan menyambut anak-anak yang ingin merasakan hadirat-Nya.

Keberadaan seni di dalam kehidupan orang Kristen tidak hanya sebagai sarana agar ekspresi emosionalnya terefleksikan, melainkan menjadi sebuah bentuk kesadaran spiritual, di mana setiap orang merasa semakin terhubung dengan Allah. Seni yang dikelola melalui perasaan, pada akhirnya menjadi bentuk ungkapan spiritual seseorang atau keinginan terdalamnya untuk mengenal pribadi Allah. Allah tidak akan membatasi diri-Nya untuk ditemui, maka berekspresilah sebebas mungkin melalui kemampuan kita dalam karya seni. Jadikanlah seni sebagai ekspresi kita dalam memuji dan menyembah Allah, muliakanlah Dia dengan segala yang kita miliki.

WHAT TO DO:
1.Mengekspresikan diri melalui seni.
2.Merasakan kehadiran Allah melalui refleksi diri.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yohanes 1-2

Card image
Renungan Pagi - 02 November 2024
2024-11-02 17:44:06


Rasul Paulus pernah menyatakan; "Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus."

Mari melangkah maju bersama Tuhan, DIA ada dihadapan kita. Tuhan telah menebus hidupmu dan mau memulihkannya, DIa tidak berurusan denganmu di masalah lalu, tetapi Tuhan berurusan dengan kita saat ini dan mau jadi apa ke depan, lupakan semua yang ada di belakangmu, masa lalumu.
(Filipi 3:13-14)

Card image
Quote Of The Day - 02 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-02 17:41:33


Hati kita seperti taman yang mana Tuhan mau menumbuhkan tanaman-Nya, yaitu kebenaran-kebenaran-Nya yang jika bertumbuh akan terekspresi dan terwujud dalam tindakan dan perbuatan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 02 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-02 17:40:15


Orang yang rendah hati adalah orang yang selalu merasa membutuhkan Tuhan dalam segala keadaan.

Card image
THIRST FOR GOD - 02 November 2024 (English Version)
2024-11-02 17:38:55


A humble person is one who always feels the need for God in all circumstances; whether he is comfortable, calm, peaceful, has no problems, or is in a state of turmoil, critical, crisis, and many problems. This is essential. On the contrary, a proud person does not feel the need for God. This statement may seem simple, but it is actually complex. Feeling a need for God is not easy because God is invisible, and He often tests His chosen people to see how much we trust Him and do not suspect Him-especially when He leads us into truly critical situations, times of crisis, and as if God does not exist.

Throughout the lives of those loved by God, we see this phenomenon. For example, Abraham waited nearly a quarter of a century for his child to be born. He also faced times of famine, where he was tested to see if he would return to Ur of the Chaldeans or continue as God commanded. Similarly, Joseph was thrown into a dark, dry well and then sold as a slave. As a slave, he was falsely accused of attempting to assault his master’s wife and was thrown into prison. His world seemed to collapse, even though God had promised through dreams that Joseph would become a ruler greater than his father, mother, and brothers. Not to mention Moses, David, and other figures of faith who were brought by God into situations often described as deserts.

Thus, it is not easy to have a heart that truly relies on God and feels a need for Him, especially when those around us ignore, disregard, or dismiss God. The way others live often implies: 'God doesn’t exist, and God isn’t necessary.' Not infrequently, God, in His mercy-so that we do not perish-gives us a blow that leaves us seeing no way out, no help, no one with mercy to aid us, except God. In the end, we are compelled and drawn to look to Him and seek Him. This, too, is a form of God’s mercy.

So, if God strikes us, bringing us to critical situations, crises, to the peak of difficulties-what people often call the lowest point-it is actually so that we look up to God. God actually does not need us, but His mercy is given to us so that we do not fall out of fellowship with Him, because falling out of fellowship with God means perishing. This is not just a matter of being sick, then getting well, going bankrupt, then having the economy restored, or failure followed by success. God is life, not just our temporary life on earth, but also life in eternity. There is no life outside of God, so that the human soul can feel the thirst for Him.

So, if we end up needing God, it’s not because we are single, facing financial issues, or seeking blessings for our careers. But the problem is, not many people reach the point of thirsting where they genuinely feel the need for God. Many people whose souls are lost, their thirst is for worldly things. The desires of their souls have been corrupted, led astray by Satan, so that when they need God, it is not because God is expected to satisfy their soul's thirst, but so that their problems are solved. They are people who are actually not faithful to God. But our God is great, our God is very patient, He continues to guide us.

If we reach the point where we have a sincere, pure, and complete thirst, then we will surely become God's lovers. Our thirst for God is enjoyed by God. So, if God beats us with blows, it is because God wants us to look to Him. But there is something terrifying: God does not always strike. There is a kind of order in the spiritual realm that God also has a portion to reprimand someone-the intensity of the discipline and the number of times. It’s not wild without rules. That’s why, if God warns us once, twice, three, four, or five times, there may come a time when He no longer warns us. Perhaps the storms of life we go through are truly heavy, but in the end, we find the purpose of that process.

We only have one life, we must not miss the mark. We must have a holy mellow feeling, not a mellow that is vulnerable to the soul, to be strong people facing the world no matter how heavy it is. People who can cry at the feet of God will certainly not cry facing the world. But people who cry facing the world, cannot possibly cry before God. And one of the characteristics of a person who can cry before God is a person who dares to face the world, dares to bear the burden of other people's suffering.

IF WE REACH THE POINT OF HAVING A GENUINE, PURE, AND COMPLETE THIRST FOR GOD, WE WILL SURELY BECOME GOD'S LOVERS.

Card image
KEHAUSAN AKAN TUHAN - 02 November 2024
2024-11-02 17:36:50


Orang yang rendah hati adalah orang yang selalu merasa membutuhkan Tuhan dalam segala keadaan; apakah ia dalam keadaan nyaman, tenang, teduh, tidak bermasalah, atau sedang dalam keadaan bergejolak, kritis, krisis, dan banyak masalah. Ini sangat prinsip. Jadi, sebaliknya, orang yang sombong adalah orang yang tidak merasa membutuhkan Tuhan. Kalimat ini sederhana, tetapi sebenarnya tidak sederhana. Ada kompleksitas, ada kerumitannya di dalam hal ini. Merasa membutuhkan Tuhan itu bukan sesuatu yang mudah karena Tuhan tidak kelihatan, dan Tuhan sering menguji kita sebagai umat pilihan, seberapa kita memercayai dan tidak mencurigai Dia; yaitu ketika Tuhan membawa kita ke dalam keadaan-keadaan yang benar-benar kritis, krisis, dan seakan-akan Tuhan tidak ada.

Dalam sejarah kehidupan orang-orang yang dikasihi Tuhan, kita melihat fenomena ini. Misalnya, Abraham yang hampir seperempat abad menunggu anaknya lahir. Abraham juga menghadapi masa kekeringan, di mana dia diuji apakah dia akan kembali ke Ur-Kasdim atau tetap melanjutkan sebagaimana yang Tuhan perintahkan. Demikian juga Yusuf, ia dimasukkan ke dalam sumur gelap, kering, lalu dijual menjadi budak. Sebagai budak, ia dituduh hendak memperkosa nyonyanya, sehingga ia masuk penjara. Rasanya langit hidupnya rubuh, padahal TUHAN menjanjikan melalui mimpi bahwa Yusuf akan menjadi penguasa yang lebih besar dari ayah, ibu, dan saudara-saudaranya. Belum lagi bicara soal Musa, Daud, tokoh-tokoh iman yang dibawa Tuhan ke satu keadaan yang sering digambarkan sebagai padang gurun.

Jadi tidak mudah untuk dapat memiliki hati yang mengandalkan Tuhan, merasa membutuhkan Tuhan. Apalagi kalau kita melihat orang di sekitar kita menganggap Tuhan sepi, meremehkan Tuhan, tidak memperhitungkan Tuhan. Kesaksian hidup manusia di sekitar kita berbunyi: Tuhan tidak ada dan Tuhan tidak perlu ada. Tidak jarang Tuhan membelaskasihani kita—supaya kita tidak binasa—dengan memberi pukulan di mana dalam pukulan tersebut kita tidak melihat jalan keluar, kita tidak melihat pertolongan, kita tidak melihat orang yang berbelaskasihan dan membantu kita, kecuali Tuhan. Yang akhirnya kita dipaksa, digiring untuk memandang Tuhan, dan mencari Tuhan. Itu bentuk belas kasihan Tuhan.

Jadi, kalau Tuhan memukul kita, membawa kita kepada keadaan kritis, krisis, puncak kesulitan, atau yang sering orang bahasakan dengan titik terendah, sejatinya itu supaya kita memandang Tuhan ke atas. Tuhan itu sebenarnya tidak membutuhkan kita, tapi belas kasihan-Nya diberikan kepada kita supaya kita tidak lepas dari persekutuan dengan Dia, sebab lepas persekutuan dari Tuhan itu binasa. Ini bukan sekadar masalah sakit, lalu sembuh, bangkrut, lalu dipulihkan ekonominya, atau terpuruk, lalu sukses. Tuhan adalah kehidupan, bukan hanya kehidupan sementara kita di bumi, melainkan kehidupan dalam kekekalan. Tidak ada kehidupan di luar Tuhan, supaya jiwa manusia bisa merasakan kehausan akan Dia.

Jadi, kalau akhirnya kita membutuhkan Tuhan, itu bukan karena kita belum menikah, dalam problem ekonomi, atau karena kita mau diberkati untuk karier kita. Namun masalahnya, tidak banyak orang yang sampai pada kehausan di mana ia merasa membutuhkan Tuhan. Banyak orang yang jiwanya sesat, kehausannya itu kepada perkara-perkara dunia. Cita rasa jiwanya telah dirusak, disesatkan oleh Iblis, sehingga ketika membutuhkan Tuhan pun bukan karena Tuhan yang diharapkan dapat memuaskan dahaga jiwanya, namun supaya masalahnya selesai. Mereka adalah orang-orang yang sebenarnya tidak setia kepada Tuhan. Tetapi hebat sekali Tuhan kita, sabar sekali Tuhan kita, Dia tuntun kita terus.

Kalau sampai kita bisa memiliki kehausan yang tulus, murni, dan utuh, maka kita pasti menjadi kekasih Tuhan. Kehausan kita akan Allah itu dinikmati oleh Tuhan. Jadi, kalau Tuhan hajar kita dengan pukulan, itu karena Tuhan mau kita berkiblat kepada-Nya. Namun, ada satu hal yang mengerikan, yaitu Dia tidak selalu memukul. Ada semacam tatanan dalam alam rohani bahwa Tuhan pun memiliki porsi untuk menegur seseorang, seberapa kuat pukulan itu, dan berapa kali itu. Bukan liar tanpa aturan. Makanya, kalau Tuhan peringatkan 1, 2, 3, 4, 5 kali, bisa kemudian, tidak diingatkan kembali. Mungkin badai hidup yang kita lalui benar-benar berat, tetapi akhirnya kita menemukan tujuan dari pada proses itu.

Kita punya hidup hanya sekali, jangan meleset. Kita harus memiliki perasaan mellow yang kudus, bukan mellow yang rentan jiwa, menjadi orang yang kuat menghadapi keadaan dunia seberat apa pun. Orang yang bisa menangis di kaki Tuhan pasti tidak akan menangis menghadapi dunia. Tapi orang yang menangis menghadapi dunia, tidak mungkin bisa menangis di hadapan Allah. Dan salah satu ciri orang yang bisa menangis di hadapan Allah adalah orang yang berani menghadapi dunia, berani memikul beban penderitaan orang lain.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU SAMPAI KITA BISA MEMILIKI KEHAUSAN YANG TULUS, MURNI, DAN UTUH, MAKA KITA PASTI MENJADI KEKASIH TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 November 2024
2024-11-02 17:31:46

Markus 11
Yohanes 12

Card image
Truth Kids 01 November 2024 - MENGASIHI DENGAN ADIL
2024-11-01 19:31:48


Efesus 4:2
”Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.”

Sobat Kids, pernahkah kalian bertemu dengan orang yang memiliki keterbatasan seperti tidak bisa melihat atau tidak bisa berjalan? Apa reaksi kalian ketika bertemu dengan mereka? Mungkin ada sebagian dari kita yang merasa kasihan, atau ada pula yang merasa takut. Sobat Kids, ketahuilah bahwa meskipun mereka memiliki keterbatasan dalam tubuh, tetapi Tuhan Yesus sangat mengasihi mereka. Apa buktinya? Kita bisa melihat di dalam Alkitab, banyak sekali cerita Tuhan Yesus ada bersama-sama dengan mereka yang memiliki keterbatasan fisik. Bahkan, Tuhan Yesus mau menyembuhkan mereka.

Terkadang ada yang memperlakukan mereka dengan cara yang tidak baik. Sayangnya, masih ada yang mengejek, berkata kasar, atau bahkan memperlakukan mereka secara tidak adil. Sebagai anak-anak Allah yang merasakan kasih-Nya, kita harus memperlakukan mereka seperti yang Tuhan Yesus telah contohkan. Kita mau ada bersama-sama mereka dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang memiliki keterbatasan. Bagaimanapun kondisi seseorang, ia tetap dikasihi oleh Tuhan. Tuhan mengajarkan kita untuk selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar.

Card image
Truth Junior 01 November 2024 - BELAJAR LEMBUT SEPERTI YESUS
2024-11-01 19:30:11


Efesus 4:2
”Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.”

Sobat Junior, tahu tidak bahwa setiap orang itu berharga di mata Tuhan? Tuhan menciptakan kita semua dengan penuh kasih dan perhatian. Itu sebabnya Tuhan ingin kita memperlakukan satu sama lain dengan sikap yang baik, rendah hati, dan lemah lembut.

Bayangkan jika kamu sedang bermain dengan teman-teman dan ada satu teman yang tiba-tiba kesal atau marah. Apa yang harus kita lakukan? Apakah kita harus marah juga? Tidak, Sobat Junior. Sebagai anak-anak Tuhan, kita harus belajar untuk sabar dan lembut. Mungkin temanmu sedang menghadapi masalah yang tidak kita tahu. Dan dengan bersikap lembut, kita bisa menunjukkan bahwa kita peduli.

Di dalam Efesus 4:2, Tuhan mengajarkan kita untuk selalu menunjukkan kasih, terutama ketika ada orang lain yang membutuhkan bantuan. Kasih itu bukan hanya kata-kata, melainkan juga tindakan. Misalnya, ketika kita membantu teman yang kesulitan, kita sedang menunjukkan kasih yang sejati.

Jadi, ingat ya, Sobat Junior, setiap kali kita sabar, rendah hati, dan lemah lembut, kita sedang mengikuti teladan Yesus. Tuhan ingin kita selalu mengasihi sesama dengan sikap yang baik, karena setiap orang itu berharga di mata-Nya. Tetaplah menjadi anak yang penuh kasih!

Card image
Truth Youth 01 November 2024 (English Version) - EXPERIENCING GOD
2024-11-01 19:27:16


"Praise Him with the sounding of the trumpet, praise Him with the harp and lyre, praise Him with timbrel and dancing, praise Him with the strings and pipe, praise Him with the clash of cymbals, praise Him with resounding cymbals!" (Psalm 150:3-5)

Each person has a unique way of expressing worship. For some, dancing is a form of worship. Others may express themselves through music or other forms of art. There is nothing wrong with this; whatever touches an individual's "expression" is objective to them. it is their way of perceiving something. People who try to express themselves through art in worship are attempting to experience or perceive God in their own way. It does not mean they are simply doing as they please; rather, it is their way of approaching God, the most comfortable way for them to feel close to Him. It is not wrong, as long as what is done aligns with His feelings and will.

Experiencing God through art as an expression of worship is very fascinating. It’s also worth emphasizing that art holds a different position from other forms of worship expression, like prayer and verbal praise, which we often do in church. Through art, some people may more easily feel God’s presence because art is something they truly enjoy. While dancing, playing the piano, guitar, or other instruments, they can fully express themselves in worship to God. Ultimately, all of this rises to the Lord as a form of praise and worship that brings joy to His heart.

As the psalmist says in Psalm 150:3-5, praising God can be done in many ways—not only through songs and prayers but also through the instruments we have, or even simply through dancing or clapping hands. Praising God is an encouragement to His people, a call for us to remember Him and continually worship Him. The most important point in praising God is to bring joy to His heart. God is surely pleased when each of His children can praise and worship Him according to their own unique abilities, especially through art as an expression of worship.

WHAT TO DO:
Be yourself and be brave in expressing praise and worship through art as a form of worship.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Luke 23-24

Card image
Truth Youth 01 November 2024 - MERASAKAN ALLAH
2024-11-01 18:38:57


”Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala, pujilah Dia dengan gambus dan kecapi! Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian, pujilah Dia dengan permainan kecapi dan seruling! Pujilah Dia dengan ceracap yang berdenting, pujilah Dia dengan ceracap yang berdentang!” (Mazmur 150:3-5)

Setiap orang memiliki ekspresi beribadah yang berbeda dari yang lainnya. Bagi sebagian orang, menari adalah sebuah ekspresi beribadah. Begitu pula dengan bermain musik, atau mengekspresikan dirinya di dalam karya seni lainnya. Tidak ada yang salah, sebab apa pun yang bersinggungan dengan “ekspresi” seseorang, itu adalah hal objektif bagi dirinya sendiri, itu adalah caranya menginderawi suatu hal. Orang-orang yang mencoba mengekspresikan dirinya melalui seni dalam sebuah ibadah, artinya mereka sedang mencoba untuk merasakan atau menginderawi Allah melalui cara mereka sendiri. Bukan berarti mereka suka-suka sendiri, tetapi itulah cara mereka mendekati Allah, cara ternyaman mereka menyentuh Pribadi Allah dalam arti menjadi semakin dekat dengan Dia. Tidak salah, selagi apa yang dilakukan sesuai dengan perasaan dan kehendak-Nya.

Merasakan Allah melalui seni sebagai ekspresi beribadah merupakan hal yang sangat menarik. Patut ditekankan juga bahwa seni memiliki posisi yang berbeda dari ekspresi ibadah lainnya seperti doa-doa dan pujian verbal yang sering kita lakukan di gereja. Melalui seni, beberapa orang dapat dengan mudah merasakan Allah, karena seni adalah hal yang disukai oleh mereka. Sambil menari, bermain piano, gitar, dan lainnya, seseorang mengekspresikan dirinya seutuhnya ke dalam penyembahan kepada Tuhan. Pada akhirnya, semuanya naik kepada Tuhan sebagai suatu bentuk pujian penyembahan yang menyenangkan hati-Nya.

Seperti kata pemazmur dalam Mazmur 150:3-5, memuji Tuhan dilakukan dengan begitu banyak cara, tidak hanya melalui nyanyian dan doa saja, tetapi melalui alat-alat yang kita punya atau sesederhana dengan diri kita sendiri melalui tarian atau tepukan tangan. Memuji Tuhan adalah sebuah imbauan kepada umat, agar kita mengingat Allah dan terus menyembah-Nya. Poin terpenting dari memuji Tuhan adalah kita menyenangkan hati-Nya. Allah pasti disenangkan apabila setiap anak-anak-Nya dapat memuji menyembah-Nya dengan kemampuan setiap individu, terlebih melalui seni sebagai ekspresi beribadah.

WHAT TO DO:
Menjadi diri sendiri dan berani mengekspresikan pujian penyembahan melalui seni sebagai ekspresi kita dalam beribadah.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Lukas 23-24

Card image
Renungan Pagi - 01 November 2024
2024-11-01 18:34:58


Ada banyak orang berpikir bahwa rumah Tuhan hanyalah gereja, karena itu gereja kita hormati, serius, sungguh-sungguh. Tetapi tahukah bahwa didalam keluarga Tuhan juga mau berdiam; betapa indahnya hubungan kasih dalam keluarga, jika kita mengijinkan Kristus tinggal dan berdiam didalam keluarga, bahkan jika dalam keluarga, suami, istri dan anak-anak membangun mezbah doa, sepakat berseru kepada Tuhan, maka apapun yang kita minta akan dikabulkan oleh Tuhan.

Tentu saja harus hidup didalam Tuhan, yang kita minta pasti tidak akan bertentangan dengan kehendak Tuhan. Karena Tuhan Yesus berkata; "Dan lagi Aku berkata kepadamu: jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."
(Matius 18:19-20)

Card image
Quote Of The Day - 01 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-01 18:33:08


Menjaga hati dengan segala kewaspadaan, kita mulai dengan hidup di hadirat Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 01 November 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-11-01 18:31:23


Ketika kita mencari Tuhan, sejatinya kita sedang menggores sejarah kehidupan yang indah, berkenan kepada Allah, dan yang abadi.

Card image
APPRECIATE HIS PRESENCE - 01 November 2024 (English Version)
2024-11-01 18:29:21



We must all continue to seek God's presence diligently until we find Him. It is not uncommon for us to sit quietly at God's feet for hours, but it seems as if God does not care. Physically, we do not feel His presence. Our prayer room is so quiet, as if God is not there. However, in this way, God wants to test our loyalty; how serious we want to deal with God. It is also intended so that we appreciate His presence, and not take His presence for granted.

Consider this question: did God not know that Abraham was serious about offering his son, Isaac? God is omniscient. God knows what has happened, is happening, and will happen. But there must be proof; that is the law and order that is in God. Doesn't God know that we will remain faithful and diligent in seeking Him, even though sometimes it seems as if God doesn't care, as if He doesn't exist? Doesn't God know that we will continue to sit quietly waiting for God's presence, seeking God's presence, waiting for Him? Of course God knows, but there must be proof. And we must prove in real and concrete terms that we are serious about dealing with God so that there is a recorded history of life, which is written down.

So, when we seek God, we are actually writing a history of life that is beautiful, pleasing to God, and eternal. We often say, "Even if I don’t go to church, God knows my heart." That's right, and God not only knows our hearts, He also knows what we want to become in the future. But we have to show, prove our loyalty to God. God knows whether we love God or not, but there must be real proof. God also knows that we are good, we will not take revenge even if we are hurt. But we must meet the person who hurts us as badly as possible, until it is proven that we can indeed love our enemies and forgive people; for proof. This proof becomes an eternal scratch and makes our existence permanent-permanently humble, permanently non-materialistic, permanently living a blameless, flawless life.

God will train us, and for that, He places us in situations where we can prove that our hearts are anchored in Him. We will face various tests. So, if we pray and it seems as though God is silent, continue praying, saying, "I’ll keep waiting, Lord." There may be a temptation in our hearts that says, "It doesn't matter if I pray or not; God knows my heart and that I love Him." But no. If we truly love Him, let us prove it. Don't delay, because we will continue to delay and in the end we will continue to be wrong. This proof is essential, and it is something that is counted. We must dialogue with Him. If we claim to live in His presence and walk with Him, we do not have a dialogue with Him, it means we are deceiving ourselves.

The problem is, we often close our ears to His voice because we are overwhelmed by all the other voices we hear, and we are busy with many things we think about. Therefore, we must learn to be still, give ourselves a moment of pause, then look to God, speak to Him, or listen as He speaks to us. Being friends with God must be real, having a dialogue with God must also be real. Then, when we face the brink of death or a critical situation where we need to understand God’s will, we don’t have to go searching for Him, because we are already close to Him. When we love someone, we show that love by giving gifts, attention, and whatever brings them joy. Why don’t we try to understand what pleases God and we satisfy Him? Let us become true Christians, true children of God. Let us prove our love for Him.

GOD WANTS TO TEST OUR LOYALTY; HOW SERIOUS WE WANT TO DEAL WITH GOD.

Card image
MENGHARGAI KEHADIRAN-NYA - 01 November 2024
2024-11-01 18:03:20


Kita semua harus terus mencari hadirat Tuhan dengan tekun sampai kita menemukan-Nya. Tidak jarang ketika kita berjam-jam duduk diam di kaki Tuhan, tetapi seakan-akan Tuhan tidak peduli. Secara fisik, kita tidak merasakan kehadiran-Nya. Ruang doa kita begitu sepi, seakan-akan Tuhan tidak ada. Tetapi, dengan cara demikian, Tuhan mau menguji kesetiaan kita; seberapa sungguh-sungguh kita mau berurusan dengan Tuhan. Hal itu juga dimaksudkan agar kita menghargai kehadiran-Nya, dan tidak menganggap remeh kehadiran-Nya.

Menjadi pertanyaan kita, apakah Allah tidak tahu kalau Abraham serius mau mempersembahkan anaknya, Ishak? Tuhan Maha Tahu. Tuhan tahu apa yang sudah terjadi, sedang terjadi, dan akan terjadi. Tetapi harus ada pembuktian; itu hukum dan tatanan yang ada di dalam diri Allah. Apakah Allah tidak tahu kalau kita akan tetap setia dan tekun mencari Dia, walau kadang-kadang seakan-akan Allah tidak peduli, seakan-akan Dia tidak ada? Apakah Allah tidak tahu bahwa kita akan tetap duduk diam menunggu hadirat Tuhan, mencari hadirat Allah, menanti-nantikan Dia? Tentu Allah tahu, tetapi harus ada pembuktian. Dan kita harus membuktikan secara nyata dan konkret bahwa kita serius berurusan dengan Tuhan supaya ada sejarah kehidupan yang tercatat, yang digoreskan.

Jadi, ketika kita mencari Tuhan, sejatinya kita sedang menggores sejarah kehidupan yang indah, berkenan kepada Allah, dan yang abadi. Sering kita berkata, "Biar saya tidak ke gereja, Tuhan tahu isi hati saya." Benar, dan Tuhan bukan hanya tahu hati kita, Dia juga tahu kelak kita mau jadi apa. Tapi kita harus menunjukkan, membuktikan kesetiaan kita kepada Tuhan. Tuhan tahu kalau kita mengasihi Tuhan atau tidak, tapi harus ada pembuktian yang nyata. Tuhan juga tahu kita itu baik, tidak akan balas dendam walau disakiti. Tapi kita mesti bertemu orang yang melukai, menyakiti sehebat-hebatnya, sampai terbukti bahwa kita memang bisa mengasihi musuh dan mengampuni orang; untuk pembuktian. Dan pembuktian itu menjadi goresan kekal dan membuat keberadaan kita permanen. Permanen rendah hati, permanen tidak materialistis, permanen hidup tidak bercacat, tidak bercela.

Tuhan akan melatih kita dan untuk itu Dia memberikan kita satu kondisi di mana kita bisa membuktikan bahwa kita melabuhkan hati kita kepada Tuhan. Jadi kita akan mendapatkan pengujian-pengujian. Maka kalau kita berdoa, namun Tuhan seakan tidak ada, tetaplah berdoa; “Aku tunggu terus, Tuhan.” Mungkin ada godaan dalam hati yang berkata, "Doa tidak doa sama saja, Tuhan tahu hatiku bahwa aku mengasihi Dia." Tidak. Kalau kita benar mengasihi Dia, berikan pembuktian. Jangan menunda, sebab kita akan menunda terus dan akhirnya kita akan salah terus. Jadi, pembuktian itu harus ada. Dan itu bukanlah sesuatu yang tidak diperhitungkan. Kita harus berdialog dengan Dia. Kalau kita mengaku bahwa kita hidup di hadirat-Nya, berjalan dengan Dia, tapi kita tidak berdialog dengan Dia, artinya kita bohong.

Masalahnya, kita sering menutup telinga terhadap suara-Nya karena begitu gaduhnya suara yang kita dengar, dan kita sibuk dengan banyak hal yang kita pikirkan. Maka kita harus belajar diam, beri waktu jeda, lalu kita memandang Tuhan, kita bicara kepada-Nya atau Dia bicara kepada kita. Bersahabat dengan Tuhan itu harus nyata, berdialog dengan Tuhan juga harus nyata. Nanti kalau kita di ujung maut atau dalam situasi tertentu di mana kita perlu mengerti kehendak Allah, kita tidak usah mencari-cari Tuhan karena memang kita sudah melekat dengan Dia. Kalau kita mencintai seseorang, maka kita berusaha untuk membuktikan cinta itu dengan memberi hadiah, perhatian, dan lain sebagainya. Apa yang menjadi kesenangan dia, kita berikan, kita berusaha menyenangkan hatinya. Mengapa kita tidak berusaha untuk mengerti apa yang disenangi Tuhan dan kita memuaskan-Nya? Ayo, kita menjadi Kristen sejati, anak-anak Allah sejati. Buktikanlah cinta kita kepada-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN MAU MENGUJI KESETIAAN KITA, SEBERAPA SUNGGUH-SUNGGUH KITA MAU BERURUSAN DENGAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 01 November 2024
2024-11-01 17:59:35

Lukas 19

Card image
Truth Youth 31 Oktober 2024 - PERFECT IN WORDS
2024-10-31 17:47:51


”Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” (Efesus 4:29)

Perkataan yang keluar dari mulut seseorang itu adalah cerminan dari hati dan pikirannya. Orang yang memiliki perkataan yang baik biasanya memiliki hati yang baik, walau hal ini tidak mutlak, karena kita masih sering menjumpai orang-orang yang berbicara lemah lembut seakan-akan baik, namun tindakannya jahat.

Jika ada orang berkata, “Mulutku memang jahat, tetapi hati saya tidak,” itu omong kosong. Kalau mulutnya busuk, hatinya pasti busuk, karena hati adalah sumber. Surat Yakobus mengatakan, “Siapa yang bisa mengendalikan lidah, maka dia bisa sempurna.” Orang yang bisa mengendalikan lidah adalah orang yang sempurna. Di dalam Efesus 4:17- 32 berbicara tentang manusia baru kita diingatkan untuk hidup menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan. Membuang segala dusta, perkataan kotor, dan memakai perkataan yang benar, jujur dan membangun supaya yang mendengar perkataan kita memperoleh kasih karunia. Orang yang memiliki kepahitan, kegeraman, amarah, suka pertikaian, gosip, dan fitnah pasti tidak akan bisa menjadi berkat bagi orang lain. Suasana hati yang seperti itu pasti hanya akan mentransferkan spirit kepahitan, kegeraman, amarah, pertikaian, gosip dan fitnah.

WHAT TO DO:
1. Selalu meminta tuntunan Roh Kudus ketika berbicara
2. Menghindari percakapan-percakapan yang tidak membangun seperti gossip dan lain-lain
3. Menyediakan waktu untuk dikoreksi oleh Tuhan lewat doa

BIBLE MARATHON:
▪︎ Lukas 21-22

Card image
Renungan Pagi - 31 Oktober 2024
2024-10-31 17:39:37


Seorang yang menyimpan dendam, sakit hati, kepahitan atau sering mengeluh, bersungut saat mengalami banyak masalah seringkali merasa sulit untuk mengontrol perkataannya, tetapi dari perkataanmu setiap hari sebenarnya akan melihat apa yang ada di hatimu. "Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang."

Itulah perkataan Tuhan Yesus, bahwa apa yang dari dalam itu akan terpancar keluar dan menajiskan hidupnya. Tuhan Yesus tentu dapat melihat isi hati kita, tetapi orang lain disekitar, akan melihat melalui perkataan yang keluar dari mulut kita. Perkataan itu ternyata sangat menentukan bagaimana hidup kekristenan kita.
(Matius 15:18)

Card image
Quote Of The Day - 31 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-31 17:38:14


Salah satu ciri anak-anak Allah adalah berbelas kasihan terhadap sesama.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 31 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-31 17:36:46


Kita yang harus mengondisi hidup kita untuk menjadi kudus dalam segala hal.

Card image
BINDING OURSELVES FOREVER - 31 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-31 17:35:31


The matter of holiness is not something that makes us strange, loses pleasure, nor does it mean that we cannot be happy. The natural desires of humans led by the Holy Spirit make our lives happy. Eating with family, traveling with family, enjoying food and drink together, are not forbidden by God. But we do all of this with a heart that is bound to God. In Exodus 21 there is a great clause. If a slave is ready to be freed, but he says, "I love my master, I do not want to be free," then he will remain with his master. He is pierced, then he belongs to his master forever. The question for us today is, who is the owner of our lives to whom we bind ourselves forever?

Do not let the world bind us until we are not worthy to enter wedding feast of the Lamb. But we must decide now, to whom we want to bind ourselves. Honestly, many Christians do not dare to be people who are bound to God, because they still want to be free. Especially if they are still quite young, not too old. So we are grateful that we have been chastened by God, because if God had not chastened us, we might not have reached this place. Our lives are very short and tragic. Where will we go after we die? While the world is getting more and more damaged, with wars and earthquakes everywhere. If we do not long for God, something is definitely wrong. How can God welcome those who do not long for Him?

We must live holy. What do we lose by living a holy life? The evil one is Satan, who says: “If you live holy, you will not be happy. You may, but not now. You have many affairs. If you are holy, your affairs won’t work out.” Redemption does not make us lose free will. Redemption does not automatically change our thinking system to God's thinking system or to think like God. It does not automatically change our sinful appetite. So, we must change, learn, change, learn, until flawless and blameless. For this, we must constantly look at the face of God. But have we truly looked upon His face? Honestly, we tend to look at other things in this world, which means we do not love Him. If we do not honor God, then who are we living for, and what is the purpose of our lives? What hope do we have if we do not honor God? So, beyond merely having thoughts, reasoning, or studying the Word, there must be an encounter with God.

And because we have been training every day since long ago, we have begun to learn to maintain holiness in all things. Come on, let's be truly holy. We must condition our lives to be holy in all things. We must be able to get through as Joseph did. Then God exalted him, and God used him. No one who fails is used by God. The church must be a way to transform the congregation. Don't be fake Christians. If we want to pretend to be holy or pretend to be righteous, it is too costly to wake up every morning to pray, and we often fast. We must truly strive to have the lifestyle of God’s children. If we call ourselves children of God but do not possess God’s nature, then we are lying.

Ephesians 1:4 says, “For God chose us in Him before the foundation of the world,” in Jesus we were chosen before the foundation of the world, “that we might be holy and blameless before Him.” So in the plan, in the mind of God the Father, there is our name. We were created by God. Why do I exist? I was created by God, designed to be children of God. Verse 5 says, “In love He predestined us to be adopted as His children through Jesus Christ, according to the good pleasure of His will.” Being His children is not just about having the status of a child, but having the existence of a child. That’s why we must go through a process. We must repent and change! Pity our children if we as parents do not repent; how can our children be saved? If parents cannot see the Kingdom of Heaven, then children in this broken world will not be able to see Heaven either. Let us prepare to go home, for the world is not our home.

WE MUST CONDITION OUR LIVES TO BE HOLY IN ALL THINGS.

Card image
MENGIKATKAN DIRI SELAMANYA - 31 Oktober 2024
2024-10-31 07:22:32


Hal kesucian bukanlah sesuatu yang membuat kita jadi orang aneh, kehilangan kesenangan, bukan juga berarti kita tidak bisa bahagia. Keinginan-keinginan wajar manusia yang dipimpin Roh Kudus itu membahagiakan hidup kita. Makan dengan keluarga, wisata dengan keluarga, menikmati makan minum bersama, itu tidak dilarang Tuhan. Tetapi semua kita lakukan dengan hati yang terikat kepada Tuhan. Di Keluaran 21 ada satu klausal yang hebat. Kalau seorang budak sudah waktunya dibebaskan merdeka, tapi dia berkata, “Aku mencintai tuanku, aku tidak mau jadi orang merdeka,” maka dia akan tetap tinggal bersama majikannya. Dia ditindik, lalu jadi milik tuannya sampai selamanya. Pertanyaan untuk kita hari ini, siapa pemilik hidup kita yang kepadanya kita mengikatkan diri selamanya?

Jangan sampai dunia mengikat kita sampai kita tidak layak masuk ke dalam pesta perjamuan Anak Domba. Namun kita harus putuskan sekarang, kepada siapa kita mau mengikatkan diri. Sejujurnya, banyak orang Kristen yang belum berani untuk menjadi orang yang terikat dengan Tuhan, karena masih mau merdeka. Apalagi jika secara umur masih lumayan muda, belum tua bangka. Maka kita bersyukur kalau selama ini kita dihajar Tuhan, sebab kalau Tuhan tidak menghajar kita, mungkin kita tidak sampai ke wilayah ini. Hidup kita sangat singkat dan tragis. Mau ke mana kita setelah meninggal nanti? Sementara dunia tambah rusak, perang dan gempa di sana sini. Kalau sampai kita tidak merindukan Tuhan, pasti ada yang salah. Bagaimana Tuhan mau menyambut orang yang tidak merindukan Dia?

Kita harus hidup suci. Apa ruginya hidup suci? Yang jahat itu setan, yang berkata: “Kalau kamu hidup suci, kamu tidak bahagia. Boleh, tapi jangan sekarang. Urusan kamu itu banyak. Kalau kamu suci, tidak beres urusanmu.” Penebusan tidak membuat kita kehilangan kehendak bebas. Penebusan tidak otomatis membuat sistem berpikir kita berubah menjadi sistem berpikir Allah atau berpikir seperti Tuhan. Tidak mengubah otomatis selera dosa kita. Maka, kita harus berubah, belajar, berubah, belajar, sampai tak bercacat tak bercela. Untuk itu kita harus terus memandang wajah Tuhan. Namun, apakah kita sudah memandang wajah Tuhan? Sejujurnya, lebih memandang yang lain waktu di dunia, yang berarti kita tidak mencintai Dia. Kalau tidak menghormati Tuhan, lalu hidup kita untuk siapa dan mau apa? Pengharapan apa yang kita miliki kalau kita tidak menghormati Tuhan? Maka lebih dari sekadar memiliki pikiran, nalar, belajar firman, harus ada perjumpaan dengan Tuhan.

Dan karena kita berlatih terus tiap hari sejak dulu, jadi kita mulai belajar menjaga kesucian dalam segala hal. Ayo, kita benar-benar suci. Kita yang harus mengondisi hidup kita untuk menjadi kudus dalam segala hal. Harus bisa dilewati, lulus seperti Yusuf. Maka Tuhan angkat dia, Tuhan pakai dia. Tidak ada orang yang tidak lulus yang dipakai Tuhan. Gereja harus jadi jalan untuk membuat jemaat berubah. Jangan menjadi Kristen palsu. Kalau kita mau pura-pura kudus, mau pura-pura benar, terlalu mahal tiap pagi harus bangun untuk doa, dan sering kita puasa. Kita harus sungguh-sungguh berusaha untuk memiliki gaya hidup anak-anak Allah. Kalau kita menyebut diri sebagai anak-anak Allah, tapi kita tidak punya kodrat Allah, berarti kita bohong.

Efesus 1:4 mengatakan, “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan,” di dalam Yesus kita dipilih sebelum dunia dijadikan, “Supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.” Jadi di dalam rencana, dalam pikiran Allah Bapa itu ada nama kita. Kita ini diadakan oleh Allah. Kenapa aku ada? Aku diadakan oleh Allah, dirancang untuk menjadi anak-anak Allah. Ayat yang ke-5, “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.” Menjadi anak-anak-Nya itu bukan sekadar kita berstatus anak, namun berkeberadaan sebagai anak. Makanya harus diproses. Kita harus bertobat dan berubah! Kasihan anak-anak kita sebagai orang tua tidak bertobat; bagaimana anak-anak kita selamat? Kalau orang tua tidak bisa melihat Kerajaan Surga, maka anak-anak di dunia yang rusak ini juga tidak bisa melihat surga. Ayo, kita bersiap-siap untuk pulang, sebab dunia bukan rumah kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA YANG HARUS MENGONDISI HIDUP KITA UNTUK MENJADI KUDUS DALAM SEGALA HAL.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 31 Oktober 2024
2024-10-31 07:19:41

Matius 20-21

Card image
Truth Kids 30 Oktober 2024 - TETAP PERCAYA DAN SETIA
2024-10-30 18:15:05


Yakobus 1:12
”Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.”

Siapa yang mau mendapatkan hadiah? Wah, pasti semua orang suka mendapatkan hadiah! Apalagi jika mendapatkan hadiah yang istimewa. Pasti senang, bahagia, bangga, semua perasaan bercampur jadi satu.

Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan jika kita bertahan dalam pencobaan dan tidak ikut-ikutan berbuat dosa, maka kita akan mendapatkan hadiah. Hadiahnya ini bukan hadiah sembarangan, Sobat Kids. Allah menjanjikan akan memberikan mahkota kehidupan kepada anak-anak-Nya yang mengasihi Dia. Ketika kita mengasihi Allah, pasti kita tidak mau membuat-Nya sedih. Oleh sebab itu, kita harus menjaga diri kita hidup kudus; tidak berbuat dosa. Jangan melakukan sesuatu hal yang akan membuat sedih. Kita harus berjuang untuk selalu membuat Allah happy.

Tetap percaya dan setia kepada Allah, ya, Sobat Kids. Walaupun ada kesulitan dalam hidup ini, tetaplah setia dan percaya bahwa Tuhan selalu ada bersama kita.

Card image
Truth Junior 30 Oktober 2024 - MAHKOTA KEHIDUPAN
2024-10-30 18:13:24


Yakobus 1:12
”Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.”

Sobat Junior, sepanjang bulan ini kita telah membahas tentang buah Roh kesetiaan. Memang tidak mudah untuk selalu melakukan perintah Tuhan dengan setia. Kadang-kadang ada saatnya kita mager (malas gerak) dari tempat tidur untuk bangun pagi dan berdoa. Terkadang godaan untuk main online games atau membuat konten sosmed lebih menarik daripada membuka Alkitab. Apakah Sobat Junior pernah merasakan hal seperti itu?

Itulah sebabnya kita mau berjuang untuk mempraktikkan buah Roh kesetiaan sejak sekarang ini. Percayalah Sobat Junior, jika kalian sudah mulai berjuang sejak usia kalian sekarang ini, kalian akan terus bertumbuh menjadi laskar-laskar Kristus yang tangguh. Kalian akan menjadi tahan uji terhadap segala pencobaan yang datang kepada kalian.

Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita mengenai reward yang akan didapatkan jika kita setia sampai akhirnya. Kalian pasti mau mendapatkan mahkota kehidupan, bukan? Yuk, kita sama-sama berjuang untuk tetap setia kepada Allah Bapa.

Card image
Truth Youth 30 Oktober 2024 (English Version) - REFLECTION OF FAITH
2024-10-30 18:09:04


"Now faith is confidence in what we hope for and assurance about what we do not see." (Hebrews 11:1)

Many people interpret faith as something that cannot be seen because it relates to the belief in God that varies from person to person. However, in reality, a person's faith in God can be observed through their life. Someone who leads an immoral life, hurts others, and commits sins is not a person of faith. Even if their mouth claims to believe in Jesus, that is not true faith. Faith is the submission to the Lord being worshiped, obeying and following what the Lord desires.

For Christians, the reflection of faith can be seen through thoughts and words. You might wonder how we can discern someone's thoughts to determine whether they are faithful or not. What about those whose words are gentle but whose hearts or actions are evil? These two questions may arise in our minds. A person's faith is evident in their thoughts, which we can see through their life and conversations. Someone whose mind is filled only with truth will certainly have conversations about that truth, and the fruit of their life will reflect that truth. Conversely, someone whose mind is filled with negativity will exhibit negative behavior.

Next, consider their words. Someone who claims to have faith in Jesus will surely have words guided by the Holy Spirit—words that will not harm others. Their words carry messages and advice, not empty and tasteless phrases. Words that can bring peace and uplift others. Someone who tends to talk excessively and cannot control their speech may show signs of inner turmoil. If their inner self is damaged, their behavior will inevitably be as well.

These two aspects are reflections of a person's faith, as stated in Hebrews 11:1: *“Now faith is confidence in what we hope for and assurance about what we do not see.”* Our faith in the unseen Elohim Yahweh can be proven through our thoughts, actions, and words.

WHAT TO DO:
1. Speak less; let your words be guided by the Holy Spirit.
2. Fill your mind with the truth of God's Word.
3. Be careful in your thoughts, actions, and speech.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Luke 19-20

Card image
Truth Youth 30 Oktober 2024 - REFLECTION OF FAITH (CERMINAN IMAN)
2024-10-30 18:03:21


”Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” (Ibrani 11:1)

Banyak orang mengartikan iman sesuatu hal yang tidak bisa dilihat karena ini berhubungan dengan kepercayaan kepada Tuhan yang dipercayai oleh masing-masing orang. Padahal sejatinya seseorang itu beriman kepada Tuhan dapat dilihat dari kehidupannya. Orang yang memiliki kehidupan yang tidak baik, menyakiti sesama, melakukan dosa pasti bukan orang yang beriman. Sekalipun mulutnya mengaku dia mempercayai Tuhan Yesus, namun itu bukanlah iman. Iman itu merupakan penundukan diri kepada Tuan yang disembah, menaati dan menuruti apa yang Tuannya kehendaki.

Bagi orang Kristen, cerminan iman itu dapat dilihat dari pikiran dan perkataannya. Mungkin kita berpikir bagaimana kita bisa mengetahui pikiran seseorang untuk melihat bahwa dia beriman atau tidak? Lalu bagaimana dengan orang-orang yang perkataan nya lemah lembut, tapi ternyata hatinya atau sikapnya jahat? Dua hal ini mungkin akan muncul di pikiran kita. Iman seseorang dapat terlihat dari pikirannya ketika kita melihat kehidupan seseorang tersebut, isi percakapannya. Seseorang yang pikirannya diisi hanya oleh kebenaran pasti percakapannya berisi tentang kebenaran, dan buah hidupnya pasti akan mencerminkan kebenaran. Sementara seseorang yang pikirannya diisi dengan hal-hal negatif pasti perilakunya akan negatif.

Selanjutnya, dalam perkataan. Seseorang yang mengaku beriman kepada Tuhan Yesus pasti memiliki kata-kata yang dituntun oleh Roh Kudus. Kata-kata yang pasti tidak akan menyakiti sesamanya. Kata-kata yang memiliki pesan dan nasihat, bukan kata-kata yang kosong dan hambar tanpa arti. Kata-kata yang bisa memberikan keteduhan, membangkitkan semangat bagi orang lain. Seseorang yang punya kecenderungan banyak bicara dan tidak bisa mengendalikan mulutnya, itu merupakan gejala bahwa batiniahnya sebenarnya rusak. Kalau batinnya rusak, kelakuannya tidak mungkin tidak rusak.

Kedua hal ini merupakan cerminan iman seseorang, seperti yang tertulis di Ibrani 11:1 “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Iman percaya kita kepada Elohim Yahweh yang tidak terlihat dapat dibuktikan lewat pikiran, perbuatan dan perkataan kita.

WHAT TO DO:
1. Jangan banyak bicara, bicaralah sesuai dengan tuntunan Roh Kudus
2. Mengisi pikiran dengan kebenaran firman Tuhan
3. Berhati-hati dalam berpikir, bertindak dan berbicara

BIBLE MARATHON:
▪︎ Lukas 19-20

Card image
Renungan Pagi - 30 Oktober 2024
2024-10-30 18:00:19


Alkitab berkata "Janganlah padamkan Roh, dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat, ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik, jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan." Jangan memadamkan Roh Kudus yang akan selalu mengingatkan akan setiap firman Tuhan yang harus kita taati, kalau sering mengabaikannya dan lebih menuruti hawa nafsu kedagingan, maka kita akan memadamkan Roh dan jangan anggap rendah nubuatan, itu adalah peringatan Tuhan bagi kita.

Tidak semua nubuat yang diserukan itu palsu, boleh mengujinya, tetapi jangan meremehkannya, setelah menguji nubuat itu, peganglah yang baik, sebab tidak ada yang tidak baik datang dari Tuhan, semua yang Tuhan buat, pasti baik. Kemudian tuntunan Roh Kudus dan nubuat yang telah diuji itu akan membuat kita sanggup menjauhkan diri dari segala kejahatan.
(1 Tesalonika 5:19- 22)

Card image
Quote Of The Day - 30 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-30 17:57:52


Kita jangan bermental blok sehingga tertipu oleh diri kita sendiri.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 30 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-30 17:56:58


Semua kita harus sungguh-sungguh serius hidup suci sampai kita berpikir lebih baik tidak pernah menjadi manusia, daripada menjadi manusia yang ditolak oleh Allah.

Card image
CHRISTIANITY WITHOUT STAKES - 30 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-30 17:55:02


Do we have fear when we imagine ourselves before the judgment seat of God? In the past, we were sure that when we died we would go to heaven. Or if we were not sure, we convinced ourselves. But now, after going through a long journey following Jesus, experiencing an encounter with God, we feel a much greater fear. When we meet God, will we be allowed to enter the feast of the Lamb of God? In truth, what we can imagine today is not necessarily 5% of the reality that we will see. The greatness of the feast of the Lamb, where there is a meeting between Jesus and faithful believers throughout the centuries, of course including the apostles, Paul, godly people throughout the ages until us and later.

This gathering is what is referred to as the banquet of the Lamb of God. Are we worthy to enter that banquet? For not everyone becomes part of the chosen people (Eph. 1:4-5). Those who are chosen must also be children of God, meaning have a nature like the Father. This is why Jesus said, “You must be perfect as the Father is, because you are His children. You must possess the attributes of the Father.” In 1 Peter 1:17, if we call God our Father, we must be careful with our lives. He shows no favoritism but judges according to deeds, examining whether what we do aligns with His thoughts and feelings, which means constantly pleasing Him. To be the chosen people means to be the bride, and as the bride, the standard must be spotless and without blemish.

As 1 Thessalonians 3:13 says, “May he strengthen your hearts to be blameless and holy before God.” Our God and Father at the coming of our Lord Jesus with all His saints.” The Lord comes with His saints to take the saints. In the remaining years of our lives now, we must truly become holy people, godly people in the eyes of God. Ironically, because very few people are willing to truly struggle to have holiness according to God's standards. But as God’s chosen people, we have no other choice-we must indeed become holy. And we must be optimistic that achieving holiness is a certainty. We speak of this not because we want to impress others or to cover up sin. Yes, we are all sinners. But going forward, starting today, we must truly live without blemish, without spot.

Don't be like the five foolish virgins who when they knocked at the door of the wedding banquet, they were not allowed to enter. Don't be like the parable of a nobleman who held a banquet, the invited guests came without wedding clothes, so they were thrown out. Let's think seriously about this. We can be like those people, who were not allowed to enter the banquet or thrown out of the banquet because they were not wearing wedding clothes, which refers to the sanctity of life, the worthiness of life. All of us must be truly serious, to the point that we think it is better to never have been human, than to be a human being rejected by God. We must be serious, not careless, because the world’s way of thinking has corrupted our minds.

Each of us must be repaired, must be redesigned. As stated in Romans 12:2 (Do not conform to the pattern of this world, but be transformed by the renewing of your mind. Then you will be able to test and approve what God’s will is-his good, pleasing and perfect will), the world system that damages our minds must be replaced with God's mind. We must undergo transformation; a change of mind so that we no longer conform to this world. This requires serious effort, serious work to be able to reach the standard that God desires for His chosen people. The congregation in Antioch was the first congregation to be called "Christians," a label given by others who saw how they lived, how they behaved like Jesus Christ and fought for His cause, how they were willing to lose anything. In those days, following the Lord Jesus meant risking everything; possessions, family, even life.

The condition of Christians at that time made them stop sinning, as Peter said, “Those who suffer in the body because of persecution cease from sin.” So, this was indeed necessary for new congregation, it was conditioned like that so that they could become godly people. Because the standard of heaven has remained unchanged from the beginning and will remain the same until the world to come: we must become godly people. If today we are asked by people, “What is your religion?” we identify ourselves, label ourselves, as Christians. But does this label carry the true meaning of "Christian?” Let us ask ourselves, “Does the label, the title, the status of ‘Christian’ that we hold have real substance?” Because many Christians today are Christians without stakes, making the term experience decay or decline. For anyone who claims to be a Christian must live like Christ (1 John 2:6 Whoever claims to live in him must live as Jesus did).

ANYONE WHO CLAIMS TO BE A CHRISTIAN MUST LIVE LIKE CHRIST.

Card image
KRISTEN TANPA PERTARUHAN - 30 Oktober 2024
2024-10-30 17:53:17


Apakah kita memiliki kegentaran ketika membayangkan diri ada di hadapan takhta pengadilan Tuhan? Dulu kita yakin-yakin saja nanti kalau meninggal dunia masuk surga. Atau kalau kurang yakin, meyakin-yakinkan diri. Tetapi sekarang, setelah melewati perjalanan panjang mengikut Yesus, mengalami perjumpaan dengan Tuhan, baru merasakan kegentaran yang jauh lebih besar. Apakah kalau bertemu dengan Tuhan, kita itu diperkenan masuk pesta perjamuan Anak Domba Allah? Sejatinya, apa yang bisa kita bayangkan hari ini, belum tentu 5% dari kenyataan yang kita akan lihat. Keagungan pesta perjamuan Anak Domba, di mana ada pertemuan antara Yesus dengan orang percaya yang setia di sepanjang abad, tentu termasuk para rasul, Paulus, orang-orang saleh di sepanjang zaman sampai kita dan nanti.

Perjumpaan inilah yang disebut sebagai pesta perjamuan Anak Domba Allah. Apakah kita layak masuk pesta perjamuan itu? Sebab tidak semua orang menjadi umat pilihan (Ef. 1:4-5). Yang menjadi umat pilihan juga harus menjadi anak-anak Allah, artinya berkeberadaan seperti Bapa. Jadi kita bisa mengerti mengapa Yesus berkata, “Kamu harus sempurna seperti Bapa, karena kamu anak. Kamu harus memiliki sifat-sifat Bapa.” Dalam 1 Petrus 1:17, kalau kita memanggil Allah itu Bapa, hati-hati dengan hidup kita. Dia tidak memandang muka, tapi memandang perbuatan, apakah yang kita lakukan sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah, artinya selalu menyenangkan Dia. Menjadi umat pilihan berarti menjadi mempelai. Dan menjadi mempelai, standarnya harus tak bercacat dan tak bernoda.

Seperti yang dikatakan dalam 1 Tesalonika 3:13, “Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya.” Tuhan datang dengan orang kudus-Nya menjemput orang kudus. Di sisa umur hidup kita sekarang ini, kita harus benar-benar menjadi orang kudus, orang saleh di mata Tuhan. Ironis, karena sedikit sekali orang yang mau benar-benar berjuang untuk memiliki kesucian sesuai standar Allah. Tetapi sebagai umat pilihan Allah, tidak ada pilihan lain, kita memang harus menjadi orang kudus. Dan kita harus optimis bahwa menjadi orang kudus itu suatu keniscayaan. Kita bicara ini bukan karena kita mau tebar pesona, atau mau menutupi dosa. Ya, semua kita orang berdosa. Tetapi ke depan, dimulai hari ini, kita harus benar-benar hidup tak bercacat, tak bercela.

Jangan seperti lima gadis bodoh yang ketika mengetuk pintu pesta perjamuan kawin, mereka tidak boleh masuk. Jangan kita seperti perumpamaan seorang bangsawan yang mengadakan pesta perjamuan, tamu yang diundang datang tidak memakai pakaian pesta, sehingga diusir. Mari kita serius memikirkan hal ini. Kita bisa berkeadaan seperti orang-orang itu, yang tidak diperkenan masuk pesta perjamuan atau diusir dari pesta perjamuan karena tidak memakai pakaian pesta, yang itu menunjuk pada kesucian hidup, kelayakan hidup. Semua kita harus sungguh-sungguh serius, sampai kita berpikir lebih baik tidak pernah menjadi manusia, daripada menjadi manusia yang ditolak oleh Allah. Kita harus serius, jangan tidak serius. Karena sistem pemikiran dunia ini sudah merusak pikiran kita.

Setiap kita harus diperbaiki, harus didesain ulang. Seperti yang dikatakan di dalam Roma 12:2, sistem dunia yang merusak pikiran kita harus digantikan dengan pikiran Tuhan. Harus mengalami transformasi; perubahan pikiran agar tidak serupa dengan dunia ini. Di sini menuntut usaha yang serius, kerja serius untuk bisa mencapai standar umat pilihan yang Allah kehendaki. Jemaat di Antiokhia merupakan jemaat pertama yang mendapat julukan sebagai orang Kristen. Dan itu diberikan oleh masyarakat setempat, dari orang lain yang melihat hidup mereka, yaitu bagaimana mereka berperilaku seperti Yesus Kristus dan memperjuangkan kepentingan Yesus Kristus, bagaimana mereka rela kehilangan apa pun. Pada zaman itu, berani percaya Tuhan Yesus itu pertaruhannya segenap hidup; harta, keluarga, nyawa.

Kondisi orang Kristen pada waktu itu, membuat mereka berhenti berbuat dosa. Sesuai dengan yang dikatakan oleh Petrus, “Orang-orang yang mengalami penderitaan badani karena aniaya, berhenti berbuat dosa.” Jadi memang untuk jemaat baru itu, dikondisi demikian supaya mereka bisa menjadi orang-orang saleh. Karena standar surga tidak bisa berubah dari awal sampai nanti dunia akan datang: harus jadi orang saleh. Kalau hari ini kita ditanya orang, “Apa agamamu?” Kita menyebut diri—memberi stempel, identitas—sebagai orang Kristen. Tapi apakah Kristen yang kita sebut itu memiliki isi sesuai dengan makna kata “Kristen?” Coba kita perkarakan, “Apakah label, stempel, sebutan, status Kristen yang kita miliki itu berisi?” Karena banyak orang Kristen sekarang merupakan Kristen tanpa pertaruhan, sehingga sebutan itu mengalami dekadensi atau kemerosotan. Sebab seseorang yang mengaku Kristen, maka hidupnya harus seperti Kristus.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SESEORANG YANG MENGAKU KRISTEN, MAKA HIDUPNYA HARUS SEPERTI KRISTUS.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 Oktober 2024
2024-10-30 17:49:47

Matius 19
Markus 10

Card image
Truth Kids 29 Oktober 2024 - GARIS AKHIR
2024-10-29 21:35:47


2 Timotius 4:7
”Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.”

Kita telah merayakan HUT Kemerdekaan Indonesia pada beberapa bulan lalu. Apakah Sobat Kids mengikuti lomba yang diadakan di lingkungan rumah kalian, atau mungkin di sekolah? Dari semua peserta, apakah semuanya bisa menjadi juara? Tentu tidak, bukan? Hanya yang menyelesaikan lomba paling cepat dan tepat, yang memiliki kemungkinan sebagai pemenang. Hanya ada satu juara pertama, satu juara kedua, dan satu juara ketiga. Jika banyak pesertanya, mungkin panita akan memberikan hadiah hingga juara harapan. Namun, tidak bisa semua peserta lomba mendapatkan hadiah, apa lagi tidak mengakhiri pertandingan dengan baik.

Kehidupan rohani kita juga seperti itu, Sobat Kids. Kita harus tetap setia mengikut Tuhan Yesus hingga kita mencapai garis akhir. Kita harus setia memelihara iman percaya kita kepada Tuhan Yesus. Sejak kecil, kalian harus terus belajar tentang Tuhan Yesus. Semakin besar, semakin dewasa, kalian akan semakin mengenal Tuhan. Hingga suatu saat nanti Tuhan Yesus datang yang kedua kalinya, itulah garis akhir kita. Kita tetap setia menjadi anak-anak Allah yang percaya hanya kepada-Nya.

Card image
Truth Junior 29 Oktober 2024 - MENDAPATKAN MEDALI
2024-10-29 21:39:52


2 Timotius 4:7
”Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.”

Pada bulan Agustus lalu, Olimpiade 2024 telah berakhir. Dari 206 negara yang mengikuti olimpiade ini, tidak semua negara berhasil mendapatkan medali. Banyak atlet yang harus kembali ke negara asalnya tanpa membawa medali juara. Namun, semua atlet telah berusaha untuk mengikuti dan mengakhiri setiap pertandingan dengan baik. Mereka adalah atlet-atlet terbaik dari setiap negara. Walaupun belum bisa meraih medali, mereka merupakan yang terbaik dari negara asalnya masing-masing.

Sebagai pengikut Kristus, kita pun berada dalam pertandingan iman, Sobat Junior. Kita harus mencapai garis akhir nanti, yaitu saat kita kembali ke rumah Bapa di surga, dengan memelihara iman percaya kita. Jangan sampai kita berhenti di tengah-tengah pertandingan iman ini. Kita harus tetap setia sampai garis akhir. Memang tidak mudah untuk menjaga iman kita, apalagi saat kesulitan datang. Atau saat terasa Tuhan diam terhadap seruan doa-doa kita. Namun, jangan menyerah, ya, Sobat Junior. Kita mau mempraktikkan buah Roh kesetiaan dalam hidup ini. Kita mau berjuang menjadi yang terbaik sehingga kita layak mendapatkan medali dari Tuhan.

Card image
Truth Youth 29 Oktober 2024 (English Version) - RIGHT THOUGHTS, RIGHT ACTION
2024-10-29 19:47:35


"We demolish arguments and every pretension that sets itself up against the knowledge of God, and we take captive every thought to make it obedient to Christ." (2 Corinthians 10:1-5)

Thoughts are human mental concepts formed from many influences. Everything that enters through our eyes and ears is stored in our minds. What we allow into our thoughts will be expressed in our daily lives. When our minds are filled with negative things, our actions will inevitably reflect that negativity. Conversely, a mind filled with positive things will yield positive actions.

The mind is often a battlefield where the devil lands his ideas to ensnare individuals to follow his will. The devil sees the mind as a soft base from which he can control someone's life. We often underestimate the things we see and hear every day, believing that they won't influence our actions. We think that merely seeing or watching something doesn't mean we'll act on it. Unbeknownst to us, what we observe is stored in our memory and can surface at certain moments (for example, during prayer, studying, or exercising), eventually taking root in our thoughts and manifesting as actions. For instance, if we spend hours watching Korean dramas (which mostly revolve around romantic plots), we see romantic scenes that make us wish to experience the same. Consequently, those of us who are single may feel sorry for ourselves because no one treats us romantically like in those films, while those in relationships might try to emulate their on-screen romances.

We must realize that there is a constant battle in our minds, where the devil works hard to fill our thoughts with things that stray from God's will through what we see and hear. Therefore, we need to strive to renew our minds through truth and personal encounters with God so that we can dismantle everything the devil attempts to bring us down with. A mind filled with truth will produce actions that align with that truth.

We cannot adopt a passive stance; we must be proactive in uprooting every thought the devil has planted in our minds. When we continuously fight to eliminate all thought patterns not from God, our minds will become calm, peaceful, and wise in navigating life. A person who can control their thoughts can control their entire life, ensuring that their actions align with God's will, rather than their own or the devil's.

WHAT TO DO:
1. Avoid watching or listening to negative things that do not pertain to our eternal lives.
2. Fill our days with truth by listening and reading the Bible.
3. Have a personal encounter with God through prayer.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Luke 16-18

Card image
Truth Youth 29 Oktober 2024 - RIGHT THOUGHTS, RIGHT ACTION
2024-10-29 19:44:20


”Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus” (2 Korintus 10:1-5)

Pikiran adalah gagasan mental manusia yang terbentuk dari banyak hal. Segala hal yang masuk melalui mata maupun telinga kita akan tersimpan di pikiran kita. Hal-hal yang masuk ke dalam pikiran kita itulah yang akan kita ekspresikan setiap hari dalam hidup. Ketika pikiran kita hanya diisi dengan hal-hal yang negatif, maka tindakan kita sehari-hari pun pasti akan negatif. Begitu pun sebaliknya, pikiran yang diisi dengan hal-hal positif akan menghasilkan tindakan yang positif.

Pikiran adalah medan yang sering digunakan Iblis untuk mendaratkan ide-idenya untuk menjerat seseorang agar mengikuti kemauannya. Iblis memandang bahwa pikiran itu merupakan pangkalan yang empuk di mana ia bisa menguasai hidup seseorang. Kita sering sekali menganggap remeh hal-hal yang kita lihat dan dengar setiap harinya, merasa hal tersebut tidak berpengaruh dengan apa yang akan kita lakukan. Kita berpikir bahwa itu hanya kita lihat/tonton saja tidak akan dilakukan. Tanpa sadar hal-hal yang kita lihat itu akan tersimpan di memori pikiran kita, pada saat-saat tertentu dia akan muncul di pikiran kita (contohnya : pada saat berdoa, belajar, olah raga) dan akhirnya akan bersarang di pikiran kita yang membuahkan tindakan. Misalnya kita mengisi hari-hari kita ber-jam-jam dengan menonton film korea (film yang kebanyakan isi ceritanya drama percintaan). Kita melihat adegan-adegan romantis yang membuat kita juga ingin merasakan hal tersebut. Akhirnya kita yang masih jomblo merasa kasihan dengan diri sendiri karena tidak ada yang memperlakukan kita dengan romantis seperti di film tersebut. Sementara yang sudah punya pacar akan berusaha mempraktikkan gaya pacarannya seperti apa yang ditonton.

Kita harus menyadari bahwa di dalam pikiran kita ini ada peperangan yang tidak akan pernah berhenti, di mana Iblis bekerja keras membangun isi pikiran kita dengan hal-hal yang meleset dari kehendak Allah lewat apa yang kita dengar dan lihat. Oleh sebab itu, kita harus berjuang untuk memperbarui pikiran kita lewat kebenaran dan perjumpaan pribadi dengan Allah agar kita bisa merobohkan segala hal yang Iblis upayakan untuk menjatuhkan kita. Pikiran yang diisi dengan kebenaran akan menghasilkan tindakan yang sesuai dengan kebenaran.

Kita tidak boleh bersikap bertahan saja, namun harus menyerang agar kita bisa mencabut setiap pikiran yang sudah dimasukkan Iblis ke dalam pikiran kita. Ketika kita selalu berjuang untuk mencabut semua pola pikiran yang bukan dari Allah maka akan membuahkan pikiran menjadi teduh, damai serta menjadi cerdas dalam menjalani hidup, karena orang yang mampu mengontrol pikirannya, orang yang mampu mengontrol segenap hidupnya, sehingga setiap apa yang dilakukan bisa sesuai dengan kehendak Tuhan bukan kehendak diri sendiri apalagi kehendak Iblis.

WHAT TO DO:
1. Jangan melihat/menonton/mendengar hal-hal yang negatif, yang tidak berhubungan dengan hidup kekal kita
2. Mengisi hari-hari dengan mendengar kebenaran dan membaca Alkitab
3. Memiliki perjumpaan pribadi dengan Tuhan lewat doa

BIBLE MARATHON:
▪︎ Lukas 16-18

Card image
Renungan Pagi - 29 Oktober 2024
2024-10-29 19:34:16


Orang yang sombong, biasanya memiliki kecenderungan egois, selalu berpusat pada kepentingannya sendiri. Hidupnya tidak pernah merasa puas dengan berkat yang Tuhan sudah berikan dalam hidupnya dan pasti tidak akan pernah merasa bahagia, karena yang ada dibenaknya hanya ingin menekan dan menyakiti hati orang lain, selama itu menguntungkan bagi dirinya sendiri, dia tidak ingin dikalahkan dan disaingi, tidak dapat menerima jika ada orang lain yang melebihi dia.

Tetapi sifat egois itu dapat kita taklukkan ketika berjumpa dengan kebenaran yang sejati, yaitu berjumpa dengan Kristus, itu pasti akan mengubah karakter sombong dan egois yang kita miliki. Sehingga dapat melakukan hukum Tuhan yang tercakup dalam "KASIH". "Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" Kasih Tuhan dalam diri kita akan membuat rasa kepedulian yang tinggi terhadap sesama.
(Galatia 5:14)

Card image
Quote Of The Day - 29 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-29 19:32:18


Kalau seseorang tidak sungguh-sungguh melakukan kehendak Allah, ia tidak bisa dikatakan mencari Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 29 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-29 19:31:00


Menyangkal diri adalah bagaimana membunuh semua kemanusiaan kita untuk bisa mengenakan kehendak Tuhan. Maka, kita berusaha mengerti pikiran perasaan Tuhan.

Card image
SURRENDERING ONESELF - 29 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-29 12:43:27


God wants us to grow in capacity. If we are truly seeking a deep relationship with God, striving to understand His will so that we can carry it out and fulfill His plans until we become people who truly bring Him joy, that is capacity. We reach the point where we can’t feel joy if we aren’t pleasing God. We surrender, giving up our right to pursue our own pleasures for the sake of His joy. This is what it means to have capacity. Each day, we seek God’s face, we pray and fast, longing to dive into His presence until we understand His thoughts and feelings. There is a place in God’s mind for us, and we want to know what He thinks of us, what He wills for us, and what He plans for us.

1 Corinthians 6:17 says, "But whoever joins himself to God, becomes one spirit with Him." This is an extraordinary fellowship. It means we can understand God’s thoughts and feelings. Therefore, we must learn to dwell in God’s presence, to approach Him, and to enter His mind and heart. Yet, few people have the optimism to believe they can truly be in God’s presence and understand His thoughts and feelings—grasping what He wants us to do and knowing what He has planned for us to fulfill. Here lies the essence of capacity, where a person can be trusted by God. Because indeed after we are redeemed to belong to God, all our lives and rights are taken. Even in Luke 16:12 (And if you have not been trustworthy with someone else’s property, who will give you property of your own?), it is said that our own possessions will be in the new heaven and new earth, not now. Everything we have today is not ours, but belongs to God.

If on earth we open our hearts to the pleasures injected by the world, we perish. So, when we are brought to a difficult situation, where joy seems absent, and every door to worldly pleasure is shut, it doesn’t matter-as long as we understand His will to be done and His plan for us to fulfill. In the complexities, struggles, and seeming indifference from God, there will surely be moments when we grasp His will for us to accomplish and uncover His plan for us to fulfill. Each of us has yet to reach perfection, but we continue moving toward this direction-until our lives are are completely taken over, so that everything is merely a reflection of all His desires.

Denying oneself is about killing all aspects of our humanity in order to wear God's will. Therefore, we strive to understand God’s thoughts and feelings. However, it is impossible for us to understand God's will and plan without being in God's presence for a long time. This life is not about ourselves, but about Him. In this way, we can save ourselves (1 Timothy 4:16 Watch your life and doctrine closely. Persevere in them, because if you do, you will save both yourself and your hearers). It is here that one begins to develop true capacity.

So actually, in our seemingly ordinary situations, God is at work within us. The main thing is that we understand what God wants us to do where we are and what His plan is for our lives. There’s no need to focus on grand plans right away; rather, in our respective places, let’s precisely do what God wants, that satisfies God's heart. No matter how significant or extraordinary the things God can do, what matters is that we have the capacity to understand God’s thoughts and feelings and to do His will. Let’s begin within our households, starting with the simple things in our lives. Discover and do them. Our ambition must be strong, namely how to be of one mind and one feeling with God.

This is where our lives are seized. We used to understand denying ourselves is too simple. It turns out that denying oneself means when our entire lives are claimed by God, taken in full. Because, in truth, we don’t belong to ourselves. This is not easy; it’s like an animal sacrifice that is slaughtered. We are “slaughtered,” so that Jesus lives in us. If our old selves do not die, then Jesus cannot live within us, because we cannot serve two masters. We must not wait until death, for what dies is a corpse. What God desires is a living sacrifice. Don’t be afraid to surrender ourselves to God. Don’t listen to the voice of Satan and the world, for our only salvation is when we surrender ourselves into God’s hands.

DON'T BE AFRAID TO SURRENDER OURSELVES TO GOD. DON'T LISTEN TO THE VOICE OF SATAN AND THE WORLD, FOR OUR ONLY SALVATION IS WHEN WE SURRENDER OURSELVES INTO GOD'S HANDS.

Card image
MENYERAHKAN DIRI - 29 Oktober 2024
2024-10-29 12:41:19


Tuhan mau kita berkapasitas. Kalau kita sekarang ini sungguh-sungguh berurusan dengan Tuhan dengan berusaha untuk mengerti kehendak Allah untuk kita lakukan dan rencana-Nya untuk kita penuhi sampai menjadi orang yang benar-benar menyenangkan Tuhan, itu kapasitas. Sampai kita tidak akan bahagia kalau tidak membahagiakan Tuhan. Kita tidak akan memiliki kesukaan kalau tidak menyukakan Tuhan. Dan kita melepaskan, menanggalkan hak memiliki kesenangan hidup demi kesenangan Tuhan. Itu yang dimaksud dengan kapasitas. Setiap hari kita mencari wajah Tuhan, kita doa puasa, kita mau menyelami hadirat Tuhan sampai kita masuk ke pikiran dan perasaan Tuhan. Ada bagian di dalam pikiran Tuhan mengenai kita, dan kita mau tahu apa yang Dia pikirkan mengenai kita, apa yang Dia kehendaki mengenai kita, dan apa yang Dia rencanakan mengenai kita.

1 Korintus 6:17, "Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia." Itu sebuah persekutuan yang luar biasa. Berarti kita bisa mengerti pikiran perasaan Tuhan. Maka, kita harus belajar ada di hadirat Tuhan, menghampiri Tuhan, lalu masuk ke pikiran dan perasaan-Nya. Namun, sedikit sekali orang yang punya optimisme bisa ada di hadirat Tuhan dan masuk ke pikiran dan perasaan-Nya. Menangkap apa yang Dia kehendaki untuk kita lakukan, mengetahui apa yang Dia rencanakan untuk kita penuhi. Di situ orang punya kapasitas dan bisa dipercaya Allah. Sebab memang setelah kita ditebus menjadi milik Tuhan, seluruh hidup dan hak kita diambil. Bahkan dalam Lukas 16:12 dikatakan bahwa harta kita sendiri itu nanti di langit baru bumi baru, bukan sekarang. Semua yang ada pada kita hari ini bukan milik kita, tapi milik Tuhan.

Kalau di bumi kita membuka hati untuk kesenangan yang disuntikkan dunia, binasa kita. Jadi, ketika kita dibawa kepada keadaan yang sulit yang tidak membahagiakan, bahkan semua pintu kesenangan tertutup, tidak apa-apa, yang penting kita mengerti kehendak-Nya untuk dilakukan dan rencana-Nya untuk kita penuhi. Di situasi hidup kita yang rumit, susah, dan seakan-akan Tuhan tidak peduli, tapi di situ pasti ada kesempatan di mana kita mengerti kehendak Allah untuk kita lakukan dan kita harus menemukan apa yang direncanakan Allah untuk kita penuhi. Setiap kita belum mencapai titik sempurna, tapi kita terus melangkah ke arah ini. Bagaimana hidup kita disita sepenuhnya, sehingga semua yang kita ingini itu adalah fotokopi dari semua keinginan-Nya.

Menyangkal diri adalah bagaimana membunuh semua kemanusiaan kita untuk bisa mengenakan kehendak Tuhan. Maka, kita berusaha mengerti pikiran perasaan Tuhan. Namun, tidak mungkin kita bisa mengerti kehendak dan rencana Tuhan tanpa berlama-lama ada di hadirat Tuhan. Hidup ini bukan tentang diri kita, namun tentang diri-Nya. Dengan cara ini, kita bisa menyelamatkan diri kita. Sampai di sini, orang baru berkapasitas.

Jadi sebenarnya, keadaan kita yang kelihatannya biasa-biasa saja, di situ Allah sedang menggarap kita. Satu hal saja, kita mengerti apa yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan di tempat kita berada, apa rencana Tuhan dalam hidup kita. Tidak perlu dulu bicara tentang rencana besar, namun di tempat kita masing-masing kita presisi melakukan yang Allah mau, itu memuaskan hati Tuhan. Sebesar apa pun, sedahsyat apa pun yang Tuhan bisa lakukan, yang penting kita punya kapasitas; mengerti pikiran perasaan Allah dan melakukan kehendak-Nya. Mulailah di rumah tangga kita, mulailah dari hal-hal sederhana di dalam hidup kita. Temukan dan lakukan itu. Ambisi kita harus kuat, yaitu bagaimana bisa sepikiran dan seperasaan dengan Allah.

Dari hal inilah hidup kita disita. Dulu kita memahami menyangkal diri itu terlalu sederhana. Ternyata menyangkal diri itu ketika seluruh hidup kita disita Tuhan, diambil seluruhnya. Dan karena memang kita bukan milik diri sendiri. Ini tidak mudah. Ini sama seperti binatang korban yang disembelih. Kita disembelih, supaya Yesus hidup di dalam diri kita. Kalau manusia lama kita tidak mati, maka Yesus tidak bisa hidup di dalam diri kita karena kita tidak bisa mengabdi kepada dua tuan. Jangan tunggu mati, karena yang mati bangkai, yang Tuhan mau adalah persembahan yang hidup. Jangan takut menyerahkan diri untuk Tuhan. Jangan dengar suara setan dan dunia, karena satu-satunya penyelamatan kita adalah ketika kita menyerahkan diri dalam tangan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JANGAN TAKUT MENYERAHKAN DIRI UNTUK TUHAN. JANGAN DENGAR SUARA SETAN DAN DUNIA, KARENA SATU-SATUNYA PENYELAMATAN KITA ADALAH KETIKA KITA MENYERAHKAN DIRI DALAM TANGAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 29 Oktober 2024
2024-10-29 12:38:19

Lukas 18

Card image
Truth Youth 28 Oktober 2024 - MENGISI PIKIRAN DENGAN HAL YANG BENAR
2024-10-28 18:08:04


”Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” (Filipi 4:8)

Pernahkah kamu merasa bahwa apa yang kita pikirkan bisa benar-benar ngatur perasaan dan tindakan kita? Misalnya, saat kita terus-menerus memikirkan hal negatif, nggak butuh waktu lama buat kita jadi stres atau cemas. Pikiran itu seperti benih yang kita tanam, yang pada akhirnya akan tumbuh jadi tindakan dan memengaruhi hidup kita. Apa yang kita pikirkan punya pengaruh besar dalam bagaimana kita menjalani hidup sehari-hari.

Filipi 4:8 mengingatkan kita, “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” Ayat ini ngajarin kita bahwa penting banget buat mengisi pikiran kita dengan hal-hal yang positif dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Ketika pikiran kita diisi dengan hal-hal yang benar, mulia, dan patut dipuji, maka ini akan mempengaruhi perasaan kita, cara kita bertindak, dan pada akhirnya hasil yang terbaik dalam hidup kita.

Sering kali, kita terlalu sibuk khawatir dengan apa yang orang lain pikirkan tentang kita. Hal ini bisa membuat kita merasa nggak cukup baik atau ragu dengan langkah yang kita ambil. Tapi, ayat ini mengajak kita untuk mengalihkan fokus dari pendapat orang ke hal-hal yang lebih penting—kebenaran, kasih, dan kebajikan. Saat kita memilih untuk mengisi pikiran kita dengan hal-hal positif dan benar di mata Tuhan, maka kita akan lebih damai, lebih percaya diri, dan lebih berani dalam bertindak.

Pikiran yang positif dan berdasarkan firman Tuhan akan mendorong kita untuk mengambil tindakan yang tepat, menghindarkan kita dari ketakutan akan opini orang lain, dan membawa hasil yang memuliakan Tuhan. Sebaliknya, kalau kita membiarkan pikiran negatif menguasai diri kita, maka itu akan mempengaruhi tindakan kita secara negatif dan merusak hasil dalam hidup kita.

Jadi, mulailah isi pikiran kita dengan hal-hal yang membangun. Saat pikiran kita terfokus pada kebenaran dan kasih Tuhan, maka kita akan lebih kuat menghadapi tekanan hidup dan lebih berani melangkah tanpa harus takut dengan pendapat orang lain. Ingat, hidup kita dipengaruhi oleh apa yang kita pikirkan—jadi pastikan pikiran kita selalu dipenuhi dengan hal-hal yang membawa damai dan pengharapan.

WHAT TO DO:
1.Melatih diri kita untuk memiliki pemikiran yang positif dalam menjalani hidup
2.Isi hidup kita dengan hal yang benar, sehingga kita memiliki pemikiran yang benar

BIBLE MARATHON:
▪︎ Lukas 13-15

Card image
Renungan Pagi - 28 Oktober 2024
2024-10-28 18:02:44


Hati adalah cerminan hidup kita, apa yang tersimpan dalam hati, jika itu hal-hal yang negatif dan jahat, maka pola hidup yang dihasilkan adalah kejahatan dan kenajisan. Seperti yang telah dikatakan oleh Tuhan Yesus kepada murid-murid-NYA; "Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat, itulah yang menajiskan orang."

Itulah sebabnya kita diminta untuk menjaga hati dengan segala kewaspadaan, artinya selalu berjaga, jangan sampai lalai dan menyerahkan hatimu pada kejahatan, harus waspada! Ingatlah bahwa dari hatimu yang dekat dengan Tuhan, hidup takut akan Tuhan, seharusnya memancarkan kehidupan.
(Matius 15:19-20A)

Card image
Quote Of The Day - 28 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-28 17:57:14


Kita harus mencintai Tuhan begitu rupa sampai kita bisa sungguh-sungguh mengangkat diri kita sampai di hadirat Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 28 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-28 17:54:51


Cinta akan kekayaan dapat mengarahkan kepada perbudakan dan menjadi bentuk penyembahan berhala.

Card image
SELF-CAPACITY - 28 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-28 17:53:03


When we truly trust God, seek Him wholeheartedly, live a holy life, and commit ourselves to genuinely serve Him, God often doesn’t make us appear extraordinary in the eyes of others. Whether materially or spiritually, God sometimes hides our distinctiveness, so only a few may realize our spiritual uniqueness. But most people around us do not see the beauty or depth of our Christian life and spirituality. In fact, sometimes our financial living conditions are lower, more difficult than those who do not seek God earnestly, who do not associate with God earnestly, who do not live holy, who are not committed to serving God.

In such circumstances, we must learn to keep trusting God, persevering without becoming weak. If we live in holiness and our finances quickly grow, blessings overflow, our health remains perfect, and life becomes comfortable and easy, then our motivation for holiness could become impure, and the quality of our devotion could diminish. But when we live in holiness, sincerely seek God, commit to serving Him, yet our situation remains the same as others, with no promotion at work, even facing the threat of layoffs or being marginalized by those who dislike us, and it feels as though God isn’t on our side—but we still trust Him—then that is truly beautiful.

On the other hand, when we start seeking God, regularly attend church, and join morning prayers, but there is no change or progress in our lives, doubts may begin to creep in, whispering, “Maybe God doesn’t exist. And if He does, maybe He doesn’t care.” We feel confused, overwhelmed, and unsure of the answer, and gradually, without realizing it, we become disappointed with God. We may not express this disappointment with words, but we begin to slacken, lose our persistence, and stop pressing into God. This is actually depicted in the lives of figures of faith such as Abraham, Joseph, Shadrach, Meshach, Abednego, and Daniel, where they maintain their holiness, but instead of being promoted, they are thrown into the lion's den and thrown into the furnace.

Especially the early church, it was truly amazing. They had just become Christians, they believed that Jesus was the King who sat at the right hand of God the Father and that He would come to take them to be with Him. And according to God's promise that God would come back and take them so that they would be Where God is, they are also. What is certain is that we will not be put to shame, even if we nearly experience shame. We will not fall flat, even if we almost stumble. And indeed, we will not fall into the abyss, even though we almost fall because we are walking on the edge of a cliff, but we will not fall. God will definitely accompany us, protect us, but do not expect things to be as good as we want or as we desire.

For one or two months, or even years, things may remain the same. A low-level employee may continue in that role, struggling to put their children through school. This can lead us to wonder, “What is the difference between me and someone who doesn’t earnestly seek God?” Here, we may feel a reason to grow weak. We might start to doubt God. This is actually related to our capacity. Conversely, there are those who are unprepared to receive financial blessings, honor, and praise. God refrains from granting these because they could be dangerous for us. If our days were made easy, it could become risky for us. Through the passage of time, God prepares us to be resilient individuals who can carry the trust He bestows.

In fact, God wants to use us in an extraordinary way and to the fullest. Because God is great, His work is great, we can also think big. God is great, but believers who become great are not many, in fact, it almost feels like none. Why? Because to become great must be accompanied by a great self-capacity. Because if we do not have a great self-capacity, then when God entrusts us with great things, God's work will be destroyed.

TO BECOME GREAT MUST BE ACCOMPANIED BY A GREAT SELF-CAPACITY. BECAUSE IF WE DO NOT HAVE A GREAT SELF-CAPACITY, THEN WHEN GOD ENTRUSTS US WITH GREAT THINGS, GOD'S WORK WILL BE DESTROYED.

Card image
KAPASITAS DIRI - 28 Oktober 2024
2024-10-28 17:50:57


Ketika kita sungguh-sungguh memercayai Allah, mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, hidup suci, berkomitmen untuk benar-benar hidup kudus dan melayani Dia, keadaan kita sering tidak dibuat Tuhan istimewa di mata orang. Baik secara materi, bahkan secara rohani kadang-kadang Tuhan juga menyembunyikan hal itu sehingga mungkin hanya beberapa orang yang tahu bahwa kita secara rohani istimewa. Tapi, sebagian besar orang di sekitar kita tidak melihat keelokan, keindahan hidup kekristenan dan kerohanian kita. Bahkan, kadang-kadang kondisi hidup secara finansial kita lebih rendah, lebih sulit dibanding mereka yang tidak mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, yang tidak bergaul dengan Tuhan dengan sungguh-sungguh, yang tidak hidup suci, yang tidak berkomitmen untuk melayani Tuhan.

Dalam keadaan seperti ini, kita harus belajar untuk tetap memercayai Allah dan tetap bertekun, jangan menjadi lemah. Ketika kita hidup suci, lalu ekonomi kita cepat bertambah maju, berkat-berkat finansial berlimpah, tubuh kita tidak pernah sakit, situasi hidup jadi menyenangkan, mudah dijalani, maka nanti motivasi untuk hidup di dalam kesucian bisa menjadi tidak murni dan bisa saja hal itu berarti kurang atau tidak berkualitas. Tetapi, ketika kita hidup suci, mencari Tuhan sungguh-sungguh, berkomitmen melayani Tuhan, namun keadaan kita sama dengan orang lain, tidak dipromosikan di pekerjaan, bahkan terancam untuk di-PHK, terancam digusur oleh orang-orang yang tidak menyukai kita, dan seakan-akan Tuhan tidak di pihak kita, tapi kita tetap percaya kepada Tuhan, itu indah sekali.

Di sisi lain, ketika kita sudah mulai mencari Tuhan, rajin ke gereja, doa pagi, tapi situasi hidup kita tidak ada perubahan, keadaan hidup kita tidak ada pergerakan, maka kita mulai meragukan dan mulai ada suara yang mengatakan, “Jangan-jangan Tuhan tidak ada. Kalaupun ada, jangan-jangan Tuhan tidak peduli.” Kita bingung, mumet, tidak tahu jawabnya apa, tapi kemudian tanpa kita sadari, kita menjadi kecewa terhadap Tuhan. Kita memang tidak menunjukkan kekecewaan dengan ucapan, tapi kita mulai kendur, mulai tidak tekun, tidak mendesak Allah. Hal ini sebenarnya tergambar dalam kehidupan tokoh-tokoh iman seperti Abraham, Yusuf, Sadrakh, Mesakh, Abednego, Daniel, di mana mereka menjaga kesucian, tapi bukannya dipromosikan, malah masuk gua singa, dibuang ke dapur perapian.

Apalagi gereja mula-mula, benar-benar menakjubkan. Mereka baru menjadi Kristen, mereka meyakini bahwa Yesus itu Raja yang duduk di sebelah kanan Allah Bapa dan akan turun menjemput mereka. Dan sesuai janji Tuhan bahwa Tuhan akan datang kembali dan membawa mereka supaya di mana Tuhan berada, mereka juga berada. Namun yang pasti kita tidak akan dipermalukan, walaupun kita nyaris dipermalukan. Dan yang pasti kita tidak akan jatuh tergeletak, walaupun nyaris tergelincir. Yang pasti juga, kita tidak akan jatuh ke jurang walaupun nyaris jatuh karena kita berjalan di pinggir jurang, tapi kita tidak akan jatuh. Tuhan pasti menyertai, memproteksi kita, tapi jangan berharap keadaan menjadi baik seperti yang kita ingini atau seperti yang kita mau.

Satu dua bulan, satu dua tahun, tiga tahun, empat tahun keadaan bisa biasa-biasa saja. Yang tadinya pegawai rendahan masih tetap menjadi pegawai rendahan, masih terseok-seok menyekolahkan anak. Sehingga kita bertanya-tanya, “Apa bedanya saya dengan orang yang tidak mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh?” Di sini seakan-akan kita memiliki alasan untuk menjadi lemah. Kita mulai mencurigai Tuhan. Sebenarnya, hal ini terkait dengan kapasitas diri kita. Sebaliknya, ada orang yang sebenarnya tidak siap untuk menerima berkat finansial, kehormatan, dan pujian. Tuhan tidak mau membuat kita mengalami ini, karena membahayakan untuk kita. Kalau kita dibuat mudah melewati hari, bahaya. Maka melalui perjalanan waktu, kita dipersiapkan Tuhan menjadi orang yang tangguh untuk memikul kepercayaan dari Tuhan.

Sebenarnya, Tuhan itu mau memakai kita secara luar biasa dan sebisa-bisanya maksimal. Sebab Allah itu besar, pekerjaan-Nya besar, kita pun juga boleh berpikir besar. Allah itu besar, tapi orang percaya yang jadi besar tidak banyak, bahkan hampir tidak ada rasanya. Kenapa? Karena untuk menjadi besar harus disertai dengan kapasitas diri yang besar pula. Sebab kalau kita tidak memiliki kapasitas diri yang besar, maka ketika Tuhan memercayakan perkara besar, pekerjaan Tuhan akan hancur.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

UNTUK MENJADI BESAR HARUS DISERTAI DENGAN KAPASITAS DIRI YANG BESAR PULA. SEBAB KALAU KITA TIDAK MEMILIKI KAPASITAS DIRI YANG BESAR, MAKA KETIKA TUHAN MEMERCAYAKAN PERKARA BESAR, PEKERJAAN TUHAN AKAN HANCUR.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 Oktober 2024
2024-10-28 17:47:02

Yohanes 11

Card image
Truth Kids 27 Oktober 2024 - MAGNET BUATAN
2024-10-27 21:10:10


Yohanes 15:4
”Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku”

Sobat Kids, kalian sudah pernah melihat magnet, bukan? Magnet mempunyai dua jenis kutub; kutub Utara dan kutub Selatan. Dua buah magnet akan saling tarik-menarik jika kutub Utara dan kutub Selatan dari magnet-magnet tersebut berdekatan. Namun, magnet akan saling tolak menolak jika kutub yang berdekatan adalah sejenis, baik itu utara dengan utara, ataupun selatan dengan selatan.

Tahukah kalian cara membuat magnet? Salah satu caranya adalah dengan menggosok-gosokkan batang besi dengan magnet permanen, bukan hanya satu kali saja melainkan harus berkali-kali, sehingga dari gesekan tersebut, batang besi itu akan menjadi magnet juga.

Sobat Kids, jika kita sering berkomunikasi dengan Tuhan, kita juga memiliki kesempatan untuk menjadi serupa seperti-Nya. Seperti ilustrasi di atas, besi yang berubah menjadi magnet. Kita mau setia untuk ikut Tuhan dan tinggal di dalam Tuhan; mengikuti semua perintah-Nya, sehingga kita bisa memiliki sifat-sifat sebagai anak Allah.

Card image
Truth Junior 27 Oktober 2024 - BERBUAH
2024-10-27 21:08:02


Yohanes 15:4
”Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku”

Dengan berkembangnya sains dan teknologi sekarang ini, para ilmuwan banyak melakukan percobaan untuk menghasilkan tanaman yang tahan terhadap serangan hama, cepat tumbuh, dan dapat menghasilkan banyak buah yang besar dan manis. Seberapa pun canggih teknologi yang dipakai para ilmuwan, semua ranting tanaman harus tetap menyatu dengan pohonnya agar dapat menghasilkan buah. Tidak ada ranting yang dapat sudah terlepas dari batang pohon dapat berbuah dari dirinya sendiri. Jika sebuah ranting sudah terlepas dari batang pohon, tentulah ranting itu akan layu dan mati.

Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk tinggal di dalam Tuhan setiap saat. Tuhan diumpamakan sebagai Pokok Anggur yang benar dan kita adalah ranting-rantingnya. Sama seperti ranting yang tidak dapat berbuah jika terlepas dari batang pohonnya, kita pun tidak dapat “berbuah” jika lepas dari Tuhan. Rohani kita tidak akan dapat hidup jika kita terlepas dari Tuhan.

Kita harus setia untuk berdoa dan membaca Alkitab. Kesetiaan kita kepada Yesus akan memperkuat hubungan kita dengan-Nya. Kita akan semakin mengerti kehendak Tuhan dalam hidup ini. Hingga suatu saat nanti, kita akan menghasilkan “buah-buah” yang manis yang menyenangkan hati Tuhan.

Card image
Truth Youth 27 Oktober 2024 (English Version) - CHANGING THE WAY WE VIEW CHALLENGES
2024-10-27 21:05:30


"Not only that, but we also glory in our sufferings, because we know that suffering produces perseverance; perseverance, character; and character, hope. And hope does not disappoint us, because God has poured out his love into our hearts by the Holy Spirit, whom he has given us." (Romans 5:3-5)

In a life full of challenges, we often find ourselves thinking, “Why do I have to go through this? What’s the point of all these problems?” When we face difficulties, it’s natural to feel despair or even fear, especially when there’s pressure from others that makes us doubt even more. But this is where our faith is tested and strengthened.

Romans 5:3-5 teaches us to see challenges from a different perspective—not as obstacles, but as opportunities to grow in faith. The verse says, “Not only that, but we also glory in our sufferings, because we know that suffering produces perseverance; perseverance, character; and character, hope. And hope does not disappoint us, because God has poured out his love into our hearts by the Holy Spirit, whom he has given us.”

Faith transforms the way we view problems. Instead of feeling afraid or hopeless due to external pressures, faith helps us see every difficulty as a character-building process. When we choose to persevere in faith, we learn to rely more on God than on the opinions of others. The perseverance we build through each challenge will yield greater hope, and that hope will not disappoint.

In a world filled with opinions and expectations, our faith becomes a strong foundation. Challenges are no longer enemies but friends that draw us closer to God. When we bravely face difficulties with steadfast faith, we show the world that our hope is not based on people’s opinions but on God’s enduring love for us.

So, whenever you face challenges, remember that the journey of faith changes the way we see everything. We are no longer fearful or dismayed, because we know that in every difficulty, God is shaping us into stronger, hopeful individuals. Keep walking in faith, and trust that hope in the Lord never disappoints!

WHAT TO DO:
1. Be bold in walking through life with God.
2. Maintain strong faith in facing challenges.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Luke 11-12

Card image
Truth Youth 27 Oktober 2024 - MENGUBAH CARA KITA MELIHAT TANTANGAN
2024-10-27 21:02:44


”Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” (Roma 5:3-5)

Di tengah hidup yang penuh tantangan, kadang kita sering berpikir, “Kenapa harus ngalamin ini? Apa gunanya semua masalah ini?” Ketika kita menghadapi kesulitan, wajar kalau kita merasa putus asa atau bahkan takut. Apalagi kalau ada tekanan dari pendapat orang lain yang membuat kita semakin ragu. Tapi, di sinilah iman kita diuji dan diperkuat.

Roma 5:3-5 berkata, “Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” Ayat ini ngajarin kita untuk melihat tantangan dari perspektif yang berbeda—bukan sebagai hambatan, tapi sebagai kesempatan buat bertumbuh dalam iman.

Perjalanan iman mengubah cara kita memandang masalah. Ketika sebelumnya kita mungkin merasa takut atau putus asa karena tekanan dari orang lain, tapi iman membantu kita melihat setiap kesulitan sebagai proses pembentukan karakter. Di saat kita memilih bertahan di dalam iman, kita belajar untuk lebih mengandalkan Tuhan daripada opini orang lain. Ketekunan yang kita bangun melalui setiap tantangan akan menghasilkan pengharapan yang lebih besar, dan pengharapan itu nggak akan mengecewakan.

Di dunia yang penuh opini dan ekspektasi, iman kita menjadi fondasi yang kokoh. Tantangan nggak lagi jadi musuh, tapi sahabat yang membantu kita semakin mendekat pada Tuhan. Ketika kita berani melalui kesulitan dengan iman yang teguh, artinya kita tunjukkan pada dunia bahwa pengharapan kita bukan terletak pada pendapat orang, tapi pada kasih Tuhan yang selalu ada buat kita.

Jadi, setiap kali kamu menghadapi tantangan, ingatlah bahwa perjalanan iman mengubah cara kita melihat segala hal. Kita nggak lagi takut atau gentar, karena tahu bahwa dalam setiap kesulitan, Tuhan sedang membentuk kita menjadi pribadi yang lebih kuat dan penuh harapan. Tetaplah berjalan dengan iman, dan percayalah bahwa pengharapan dalam Tuhan nggak pernah mengecewakan!

WHAT TO DO:
1.Berani untuk melangkah dalam kehidupan bersama dengan Tuhan
2.Memiliki iman yang kuat dalam menghadapi tantangan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Lukas 11-12

Card image
Renungan Pagi - 27 Oktober 2024
2024-10-27 20:59:14


Apakah berhutang itu dosa? Memang tidak ada ayat dalam Alkitab yang menyatakan bahwa berhutang itu dosa, kita berdosa kepada Tuhan apabila berhutang kepada orang lain dan tidak membayar (tidak mengembalikan) hutang tersebut, bahkan pemazmur menyebutnya sebagai orang fasik, Orang fasik meminjam dan tidak membayar kembali, karena itu "Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga."

Walaupun hutang bukanlah perbuatan dosa, akan tetapi sangat berbahaya dan hutang yang tidak dikembalikan akan menjadi dosa, dan menjadi batu sandungan bagi orang lain, bagi orang-orang yang belum percaya dan tidak sedikit orang kristen yang berlaku demikian: berhutang sana-sini tapi tidak mau melunasinya sehingga menjadi bahan omongan orang atau tetangga, karena itu buatlah perencanaan keuangan keluarga dengan baik dan pastikan setiap hutang yang ada pada kita terbayar dengan tepat waktu, jangan sampai mengingkarinya.
(Roma 13:8)

Card image
Quote Of The Day - 27 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-27 20:54:57


Hidup hanya satu kali, dan kita mau memilih Tuhan, tidak ada pilihan lain.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-27 20:50:23


Setiap masalah sebagai kesempatan untuk memperdalam keyakinan bahwa Allah selalu bersama kita.

Card image
THE DECISION TO LIVE Holy - 27 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-27 20:49:01


We must dare to make the decision to live holy. This is a very big decision. Each of us is not a person who always lives holy. We go through years of life that are also unclean. But when we direct our hearts to holiness and make up our minds, the Holy Spirit guides us. Do not think that holiness cannot be achieved on earth. The Lord who said, "Be holy," was certainly on Earth, not in another world. Do not think that holiness will make our lives less complete, less whole, less happy. Do not think that the holiness we have will make us excluded from the world. Even if we are excluded, it doesn't matter. And do not think that holiness is none of our business.

Our lives cannot remain unchanged, for holiness transforms our lives. God will protect us perfectly. We will witness extraordinary changes. As stated in 1 Peter 1:16-17, “Be holy, because I am holy. Since you call on a Father who judges each person’s work impartially, live out your time as foreigners here in reverent fear.” So, if we want to enter the realm of holiness, it is like wearing a white garment, and indeed, the blood of Jesus has sanctified us. We will be more careful, for any stain will be visible.

A holy life makes us more fearful. There is a sense of fear and trembling when doing wrong. It becomes difficult to indulge in sin, even if it feels pleasurable to the flesh. But when we are committed, sin brings incredible pain. It doesn’t have to be a big sin—even small slips are enough to disturb us. Don’t delay, for delay will lead to failure. Our determination to live a holy life reflects how serious we truly are about dealing with God. There is no other measure or parameter to show our seriousness in dealing with God besides holiness.

The story of our lives will change; so if our circumstances do not change, something is wrong. Let's start from this. When we are serious in dealing with God, then God will be serious in dealing with us. Issues of health, finances, family, and children become the object of God’s concern. And God will help us because we honor Him. So, first, how serious we are about dealing with God is measured by the holiness of our lives. However, up to now, we have not considered this earnestly. Now we can say, "Cursed am I if I do not live a holy life; cursed am I if I do not love God."

Holiness can feel abstract. In general, holiness under the law in monotheistic religions has clear measures—the written laws. For example, murder is defined as taking another’s life; adultery as having sexual relations outside of marriage. But if holiness is drawn from God’s feelings, who can grasp this except God Himself? Only the Holy Spirit and the individual person can perceive this—when we enter holiness according to God’s standards, then it ceases to be abstract and becomes clear. At that point, we begin to understand what it means to abide in God. As 1 Corinthians 6:17 says, "He who is joined to God becomes one spirit."

For religions where holiness is based on law, people are bound to that religion through the law. But for the children of God, holiness is based on God’s standards-His thoughts, feelings, preferences, and tastes. And God will surely let us know, “This is off; this is right.” For those who wish to follow Jesus, we must first be right by the law. After we are correct by law, we enter into the realm of precision. And for this precision, God is the measure. So, people who really want to pursue the holiness of God's standards will understand what it means to be bound in one spirit with God, and it’s remarkable.

We will be in touch with God, with His feelings, at all times. This is where a relationship with God forms, and it’s extraordinary. Only then do we understand what it means that we live in Him and He in us. It is not abstract. Holiness in Christianity cannot be written on a book no matter how many pages there are, because it can only be felt by God and the person. Thus, in the end, a person’s spiritual life is subjective. There is a relationship, and we did not know all this time that holiness with God's standards would condition us to be attached to God. And from this, only then can we feel that God is our only happiness. Only then can we feel what the psalmist said, "Apart from You there is nothing I desire on earth."

THERE IS NO OTHER MEASURE OR PARAMETER TO SHOW OUR SERIOUSNESS IN DEALING WITH GOD BESIDES HOLINESS.

Card image
KEPUTUSAN UNTUK HIDUP SUCI - 27 Oktober 2024
2024-10-27 09:18:45


Kita harus berani membuat keputusan untuk hidup suci. Ini adalah keputusan yang sangat besar. Setiap kita bukanlah manusia yang selalu hidup suci. Kita melewati tahun-tahun hidup yang juga tidak bersih. Tapi ketika kita mengarahkan hati kepada kesucian dan membulatkan tekad, maka Roh Kudus menuntun kita. Jangan berpikir kesucian itu tidak bisa dicapai di bumi. Tuhan yang berkata, "Kuduslah kamu," itu tentu di Bumi, bukan di dunia lain. Jangan berpikir bahwa kesucian membuat hidup kita akan menjadi kurang lengkap, kurang utuh, kurang bahagia. Jangan juga berpikir, bahwa kesucian yang kita miliki akan membuat kita tersingkir dari dunia. Kalaupun tersingkir, tidak masalah. Dan jangan berpikir, kesucian itu bukan urusan kita.

Hidup kita tidak mungkin tidak berubah, sebab kesucian membuat hidup kita berubah. Allah akan melindungi kita sempurna. Kita akan melihat perubahan yang luar biasa. Dalam 1 Petrus 1:16-17 dikatakan, “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia.” Jadi, kalau kita mau masuk wilayah kekudusan, kita seperti pakai baju putih, dan memang darah Yesus sudah menguduskan kita. Kita akan lebih hati-hati, sebab kalau ada noda akan tampak.

Kesucian hidup membuat kita lebih takut. Ada perasaan takut dan gentar kalau berbuat salah. Sulit kita menikmati dosa, walaupun dosa itu nikmat di daging. Tapi, ketika kita sudah punya komitmen, maka ketika kita punya dosa, luar biasa sakitnya. Tidak perlu dosa besar, kemelesetan-kemelesetan juga cukup membuat kita terganggu. Jangan ditunda, sebab penundaan akan menghasilkan atau membuahkan kegagalan. Tekad kita untuk memiliki kesucian merupakan ukuran seberapa kita sungguh-sungguh serius mau berurusan dengan Tuhan. Tidak ada ukuran atau parameter lain untuk menunjukkan keseriusan kita mau berurusan dengan Tuhan selain kesucian.

Sejarah hidup kita akan berubah, jadi kalau keadaan kita tidak berubah, ada yang salah. Ayo kita mulai dari hal ini. Ketika kita serius berurusan dengan Allah, maka Allah akan serius berurusan dengan kita. Masalah kesehatan, ekonomi, keluarga, anak-anak menjadi objek masalah Tuhan. Dan Tuhan akan tolong karena kita menghormati Dia. Jadi, yang _pertama,_ seberapa kita serius mau berurusan dengan Tuhan, diukur dari kesucian hidup kita. Namun, selama ini kita tidak memikirkan hal ini dengan sungguh-sungguh. Sekarang kita bisa berkata, "Terkutuklah aku kalau aku tidak hidup suci, terkutuklah aku kalau aku tidak mengasihi Tuhan."

Kesucian itu abstrak. Sebab, kalau kesucian menurut hukum dalam agama-agama samawi pada umumnya, ukurannya jelas, yaitu hukum tertulis. Misalnya, yang namanya membunuh adalah menghabisi nyawa orang; yang namanya berzina adalah melakukan hubungan seks di luar nikah. Tapi kalau kesucian itu berangkat dari perasaan Tuhan, siapa yang bisa membaca ini kecuali Tuhan sendiri? Juga Roh Kudus dan pribadi orang itu, yaitu ketika kita masuk ke dalam kesucian menurut standar Allah, baru hal itu tidak menjadi abstrak, jelas. Dan di situ, kita baru bisa mengerti apa artinya tinggal di dalam Tuhan. Seperti yang dikatakan 1 Korintus 6:17, "Barangsiapa mengikatkan diri dengan Allah menjadi satu roh."

Kalau agama yang kesuciannya didasarkan hukum, maka orang terikat dengan agama itu melalui sarana hukum. Tapi, kalau anak-anak Allah, kesuciannya didasarkan pada standar Allah: pikiran-Nya, perasaan-Nya, selera-Nya, cita rasa Allah. Dan Tuhan pasti memberi tahu, "Yang ini meleset, yang ini tepat." Sebab, kalau mau ikut Tuhan Yesus, maka secara hukum kita harus sudah benar dulu. Setelah secara hukum benar, baru masuk wilayah presisi atau ketepatan. Dan untuk ketepatan ini, ukurannya Tuhan. Jadi, orang yang benar-benar mau memburu kesucian standar Allah baru mengerti apa artinya ikatan satu roh dengan Allah, dan itu luar biasa.

Kita akan bersentuhan dengan Tuhan, dengan perasaan-Nya, setiap saat. Di situ ada jalinan hubungan dengan Tuhan, dan itu luar biasa. Baru kita mengerti apa artinya kita tinggal dalam Dia dan Dia di dalam kita. Tidak abstrak. Kesucian dalam Kristen tidak bisa ditulis di atas buku sebanyak apa pun lembar buku itu, karena ini hanya bisa dirasakan oleh Allah dan orang tersebut. Maka, pada akhirnya, kehidupan rohani seseorang itu subjektif. Ada jalinan hubungan, dan kita tidak tahu selama ini bahwa kesucian dengan standar Allah akan mengondisi kita melekat dengan Tuhan. Dan dari hal ini, baru kita bisa merasakan bahwa Tuhan satu-satunya kebahagiaan kita. Baru kita bisa merasakan apa yang dikatakan pemazmur itu merasakan, "Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. "

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TIDAK ADA UKURAN ATAU PARAMETER LAIN UNTUK MENUNJUKKAN KESERIUSAN KITA MAU BERURUSAN DENGAN TUHAN SELAIN KESUCIAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 Oktober 2024
2024-10-27 09:14:45

Lukas 16-17

Card image
Truth Kids 26 Oktober 2024 - MELAKUKAN JANJI
2024-10-26 18:02:13


Mazmur 15:4b
”tetapi memuliakan orang yang takut akan Tuhan; yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi;”

"Anak-anak, Miss mau minta tolong. Apakah kalian mau menolong Miss?" tanya Miss Jane kepada murid-muridnya di kelas 1. "Mau, Miss," jawab murid-murid kelas 1 dengan kompak. "Oke. Tolong kalian semua menjaga permen-permen ini. Kalian tidak boleh makan permen ini. Tunggu dulu sampai Miss kembali dari toilet. Setelah kembali dari toilet, Miss akan membagi-bagikan permen ini kepada kalian semua. Kalian harus janji untuk tidak mengambil permen ini," jelas Miss Jane. "Oke, Miss!" seru murid-murid.

Tak lama setelah Miss Jane keluar kelas, mulai ada murid yang mendekati kotak permen yang ditinggalkan oleh gurunya tersebut. Ia mulai mencoba mengambil satu dari banyak permen yang ada di kotak. "Nino! Jangan kamu ambil permennya! Kan tadi kita semua sudah janji untuk jaga permen ini. Tidak ada yang boleh ambil permennya," seru Nita yang menjadi ketua kelas. "Ah, Miss Jane tidak akan tahu. Permen di kotak ini ada banyak. Tidak akan ketahuan kalau aku cuma ambil satu," ujar Nino memberi alasan. "Tetap saja tidak boleh! Kalau kita sudah janji, harus ditepati. Sudah, kamu kembali lagi duduk di kursi kamu," nasihat Nita.

Sobat Kids, jika kita sudah membuat janji untuk mengerjakan suatu tugas, kita harus setia melakukannya. Kita harus menjalankan tugas itu hingga selesai. Seperti contoh di atas, seharusnya Nino tidak mencoba untuk mengambil permen yang ditinggalkan gurunya. Ketika sudah berjanji, kita harus melakukan janji kita. Yuk, kita setia melakukan janji yang telah kita ucapkan.

Card image
Truth Junior 26 Oktober 2024 - MISIONARIS
2024-10-26 17:57:34


Mazmur 15:4b
”tetapi memuliakan orang yang takut akan Tuhan; yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi;”

Sobat Junior apakah kalian pernah mendengar cerita tentang misionaris? Misionaris adalah orang yang melakukan penyebaran kabar tentang Injil kepada orang lain yang belum pernah mengenal Kristus. Biasanya misionaris berasal dari luar negeri. Indonesia termasuk negara yang pernah didatangi oleh para misionaris.

Para misionaris itu harus meninggalkan kenyamanan tinggal di negaranya untuk tinggal di negara asing. Mereka harus beradaptasi dengan banyak hal, antara lain bahasa, makanan, kebiasaan, dan tempat tinggal. Namun, para misionaris itu telah memiliki komitmen untuk memberitakan Injil kepada banyak orang. Apa pun rintangannya, mereka tetap setia kepada komitmen untuk memperkenalkan Yesus Kristus sehingga banyak orang dapat diselamatkan.

Para misionaris itu tidak memikirkan untung rugi untuk diri mereka sendiri. Dari cerita sejarah, kita dapat mengetahui para misionaris yang sungguh-sungguh cinta Tuhan rela mengorbankan nyawa mereka agar masyarakat yang mereka layani itu dapat percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat mereka satu-satunya. Kita bersyukur untuk para misionaris yang pernah melayani di Indonesia, sehingga sekarang kita sudah dapat mendengar firman Tuhan di mana-mana. Yuk, kita belajar juga dari kesetiaan para misionaris ini, Sobat Junior. Setia untuk melakukan komitmen atau janji kita kepada Tuhan.

Card image
Truth Youth 26 Oktober 2024 (English Version) - FULLY TRUSTING
2024-10-26 17:50:26


"Trust in the LORD with all your heart, and lean not on your own understanding; in all your ways acknowledge him, and he will make your paths straight." (Proverbs 3:5-6)

Have you ever felt confused or unsure of what to do? In moments like these, we often try hard to find answers on our own. We think, think, and keep thinking until our heads spin, but we still can’t find a solution. Proverbs 3:5-6 gives us a simple yet powerful instruction: “Trust in the LORD with all your heart, and lean not on your own understanding; in all your ways acknowledge him, and he will make your paths straight.”

What this means is that God wants us to entrust all our decisions, fears, and confusion to Him. He knows what is best for us, even when we ourselves don’t know. So, instead of getting caught up in all the possibilities that make us dizzy, why not just hand it over to God?

Trusting God doesn’t mean we become passive or lazy in our efforts. On the contrary, we still need to strive and do our best. The difference is that we do it with a heart that believes God will guide our steps.

When we begin to surrender everything to God, He promises to make our paths straight. This means He will guide us in the right and best direction. So, start trusting everything to God. We may not always know the answers, but God does, and that is enough.

WHAT TO DO:
1. Pray every day and hand over all your worries to God.
2. Read God’s Word to seek guidance and wisdom in your decisions.
3. Do your best in every task, but continue to trust that God is guiding the outcome.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Luke 9-10

Card image
Truth Youth 26 Oktober 2024 - PERCAYA PENUH
2024-10-26 17:47:35


”Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” (Amsal 3:5-6)

Pernah nggak sih, kamu merasa bingung atau nggak tahu harus ngapain? Di saat-saat seperti itu, sering kali kita berusaha keras mencari jawaban sendiri. Kita mikir, mikir, dan terus mikir sampai kepala pusing, tapi tetap nggak ketemu solusinya. Amsal 3:5-6 kasih kita petunjuk yang sederhana tapi powerful banget: “Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.”

Maksudnya, Tuhan ingin kita mempercayakan semua keputusan, ketakutan, dan kebingungan kita kepada-Nya. Dia tahu apa yang terbaik buat kita, bahkan ketika kita sendiri nggak tahu. Jadi, daripada sibuk memikirkan semua kemungkinan yang bikin pusing, kenapa nggak serahkan saja kepada Tuhan?

Percaya sama Tuhan itu bukan berarti kita jadi pasif atau malas usaha. Sebaliknya, kita tetap harus berusaha dan melakukan yang terbaik. Tapi, bedanya adalah kita melakukannya dengan hati yang percaya bahwa Tuhan yang akan menuntun langkah kita.

Kalau kita mulai menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan, Dia berjanji akan membuat jalan kita lurus. Artinya, Dia akan membimbing kita ke arah yang benar dan terbaik. Jadi, mulai percayakan segala sesuatu sama Tuhan. Mungkin kita nggak selalu tahu jawabannya, tapi Tuhan tahu, dan itu cukup.

WHAT TO DO:
1.Berdoa setiap hari dan serahkan segala kekhawatiranmu kepada Tuhan.
2.Baca firman Tuhan untuk mencari petunjuk dan hikmat dalam keputusanmu.
3.Lakukan yang terbaik dalam setiap tugasmu, tapi tetap percaya Tuhan yang menuntun hasilnya.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Lukas 9-10

Card image
Renungan Pagi - 26 Oktober 2024
2024-10-26 17:44:50


Dunia saat ini semakin memiliki kecenderungan untuk individualistis dan materialistis, banyak orang hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri dan tidak peduli kepentingan orang lain, tidak mau mengalah dan mereka berprinsip bahwa kalau mengalah dan memikirkan kepentingan orang lain, itu berarti lemah dan mudah dimanfaatkan orang lain, padahal sikap mementingkan diri sendiri adalah bentuk keegoisan dan kesombongan.

Sikap seperti ini sebenarnya banyak menimbulkan pertengkaran, kekacauan dan kegagalan, dalam pekerjaan, pelayanan juga dalam rumah tangga, jika kehidupan orang percaya tidak menampilkan hal yang berbeda dari gaya hidup dunia dalam hal individualistis dan materialistis yang membuat egois dan sombong, maka kita belum sungguh-sungguh mengenakan hidup Kristus, belum hidup dalam kebenaran.

Karena Tuhan Yesus tidak memberikan teladan seperti itu, justru sebaliknya, DIA ingin kita belajar dari cara hidupnya yaitu lemah lembut dan rendah hati, serta hidup dalam kasih, yang artinya peduli dan mengasihi sesamamu. "Pikullah kuk yang Ku-pasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati, jiwamu akan mendapat ketenangan." "Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu."
(Matius 11:28; Yohanes 15:9)

Card image
Quote Of The Day - 26 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono )
2024-10-26 17:42:02


Kita harus punya frekuensi yang tidak bisa disentuh dan tidak bisa diketahui, tidak bisa seirama dengan anak dunia karena berbeda.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 26 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-26 12:51:59


Cinta kepada Tuhan bukan hanya dengan kata-kata, melainkan dengan tindakan nyata.

Card image
URGENT AND IMPORTANT - 26 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-26 12:36:07


Holiness must become a need that we always feel is urgent and, of course, important, until the moment comes when we truly cannot live without holiness according to God's standard. For those of us who have followed the Lord Jesus for many years, having gone through heavy struggles, painful discipline, and correction to reach this feeling, holiness becomes a need that we constantly feel is both urgent and important. We always feel that the level of holiness we have attained is not yet what God desires, even though logically we might no longer find or almost never find fault in ourselves.

Sometimes, we still miss the mark, and we realize these shortcomings and confess them, asking for forgiveness. We feel that the level of holiness we have reached can be improved, can please God more, can bring greater joy to His heart. But we must have a strong ambition to apply this in our lives. In fact, we should consider nothing more important than holiness. Psalm 73 states, “Whom have I in heaven but You? And besides You, I desire nothing on earth. Though my flesh and my heart may fail, God is the strength of my heart and my portion forever.” There is a strong element of holiness implied here. We cannot make God a part of our lives without holiness according to His standard, and God has integrity in our lives.

If God desires our holiness to be like His holiness, that means we must reach a level of holiness that is acceptable to God-not by our own standards, but by God's standards. Of course, each person is different, and this may be part of the mystery of life for each individual. It is like parents who accept a 1-year-old child wetting the bed; it does not make them angry. But if at 20 years old they are still doing that, it’s different. Therefore, there must be a level of holiness that is acceptable to God, and this is a personal matter-something that others may not understand, and they don’t need to. This should be our sole need.

Until we can truly feel the beauty of living in holiness. Satan deceives us, first by telling us that holiness is unattainable, that holiness is impossible. He says holiness can only be achieved in heaven, where there is no more Satan. This is a lie. Secondly, the devil makes us believe that holiness doesn’t bring happiness, that holiness will bind us, causing us to lose freedom and liberty, making it seem like holiness is a threat. Thirdly, Satan convinces us that holiness is not meant for us, saying, “Others may achieve holiness, but you cannot.” Fourth, holiness makes us unable to socialize with others; as if it makes us alienated. We might even end up blaming ourselves, or others might blame us. In this case, we care more about other people's feelings than God's feelings.

In truth, holiness must be enjoyed and felt until we become "addicted" to it. That is where we can what is written in Matthew 5: “Blessed are those who hunger and thirst for righteousness, for they will be filled.” Here, it means to hunger for holiness, to long for it. If we want to awaken that within ourselves-even though we have not yet been able to feel holiness as a pleasure in life, but we can and if we want to direct it, then the Holy Spirit will lead us. We are not great people, but we are reckless people. We dare to vow to live a holy life, even though looking at our past, it feels like we have never achieved holiness.

However, we do not give even the smallest room for error. We know that we can make mistakes and we are aware that we are limited, we also know that we are not immune to sin, but we have no other choice in this life except to live in holiness. So we dare to promise, "I want to live a holy life, Lord. I want to live blamelessly, Lord." And when we have that commitment, we direct our hearts to holiness. We feel God's intervention helping us. Living in God’s standard of holiness may seem like stepping into a dark room, but when we gather the courage to enter it, it turns out that the room is not dark. God can lead us to holiness.

HOLINESS MUST BECOME A NEED THAT WE ALWAYS FEEL IS URGENT AND, OF COURSE, IMPORTANT, UNTIL THE MOMENT COMES WHEN WE TRULY CANNOT LIVE WITHOUT HOLINESS ACCORDING TO GOD'S STANDARD.

Card image
MENDESAK DAN PENTING - 26 Oktober 2024
2024-10-26 12:34:25


Kesucian harus menjadi kebutuhan yang kita rasakan selalu mendesak, tentu juga penting, sampai pada saatnya kita sungguh-sungguh tidak bisa hidup tanpa kesucian menurut standar Tuhan. Bagi kita yang telah mengikut Tuhan Yesus sekian puluh tahun, itu pun melalui pergumulan yang berat, melalui hajaran dan pukulan yang menyakitkan untuk sampai pada perasaan itu, kesucian sebagai kebutuhan yang kita rasa selalu mendesak tentu juga penting. Kita selalu merasa bahwa kesucian yang kita capai belumlah seperti yang Allah kehendaki, walau secara nalar pikiran kita kita sudah tidak menemukan kesalahan atau hampir tidak menemukan kesalahan.

Kadang-kadang kita masih meleset dan kita sadar ada kemelesetan itu dan kita mengakui kesalahan tersebut, lalu minta ampun. Dan kita merasa bahwa kesucian yang kita capai bisa ditingkatkan, bisa lebih memuaskan hati Tuhan, bisa lebih menyenangkan hati-Nya. Tapi kita harus berambisi kuat untuk bisa menerapkan itu di dalam hidup. Bahkan mestinya, tidak ada yang kita anggap penting selain kesucian. Mazmur 73 yang menuliskan, “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya” tersirat di situ ada unsur kesucian yang kuat. Kita tidak bisa menjadikan Tuhan sebagai bagian hidup kita tanpa kesucian standar Allah dan Allah berintegritas dalam hidup kita.

Kalau Allah menghendaki kekudusan kita seperti kekudusan-Nya, itu berarti kita harus mencapai tingkat kesucian yang bisa diterima oleh Allah, bukan ukuran standar kita, tapi ukuran standar Allah. Memang masing-masing orang berbeda dan ini bisa termasuk misteri kehidupan atas setiap individu. Seperti halnya orang tua yang menerima anak usia 1 tahun masih ngompol, belumlah membuat orang tua marah. Tapi kalau umur 20 tahun masih ngompol, beda. Jadi harus ada standar kesucian yang Allah terima dan ini urusan pribadi, urusan yang tidak bisa dimengerti orang lain dan memang tidak perlu orang lain tahu. Mestinya ini menjadi kebutuhan kita satu-satunya.

Sampai kita bisa merasakan indahnya hidup di dalam kekudusan itu. Setan menipu kita, yang pertama, kesucian tidak bisa kita capai, kekudusan itu mustahil. Kekudusan hanya bisa dicapai waktu di surga di mana tidak ada lagi Iblis. Ini penipuan. Yang kedua, kesucian itu tidak membuat kita bahagia. Kesucian akan membelenggu kita sehingga kita kehilangan kebebasan, kita kehilangan kemerdekaan, sehingga kesucian menjadi ancaman. Ketiga, kesucian itu bukan bagian kita. Setan menipu dengan kalimat, “Orang lain bisa suci kalau kamu tidak.” Yang keempat, kesucian membuat kita tidak akan bisa bersosialisasi dengan sesama; seakan-akan membuat kita akan terasing. Lalu orang bisa menyalahkan kita atau bahkan kita menyalahkan diri kita sendiri. Dalam hal ini, kita lebih menjaga perasaan orang daripada perasaan Tuhan.

*Sejatinya, kesucian harus bisa dinikmati dan dirasakan sampai kita bisa seperti orang kecanduan. Di situlah kita bisa memenuhi yang dikatakan di dalam firman Tuhan Matius 5, “Berbahagialah orang yang haus dan lapar akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.” Di sini maksudnya haus akan kesucian, rindu mencapai kesucian. Kalau kita mau membangkitkan itu di dalam diri kita—walaupun kita belum sampai bisa merasakan kesucian sebagai kenikmatan hidup atau sampai menjadi seperti candu—namun kita bisa dan kalau kita mau mengarahkannya, maka Roh Kudus akan pimpin kita. Kita bukan manusia hebat, tapi kita manusia nekat. Kita berani mengucapkan sumpah untuk hidup suci, walaupun kalau melihat jejak rekam hidup masa lalu, rasanya kita tidak pernah mencapai kesucian.

Tetapi kita tidak membuka ruangan sekecil apa pun untuk berbuat salah. Kita tahu kesalahan bisa kita lakukan dan kita sadar bahwa kita terbatas, kita juga tahu kalau kita tidak kebal terhadap dosa, tetapi kita tidak punya pilihan lain dalam hidup ini kecuali hidup dalam kesucian. Sehingga kita berani berjanji, "Aku mau hidup suci, Tuhan. Aku mau hidup tidak bercacat, tidak bercela, Tuhan." Dan ketika kita memiliki komitmen itu, kita mengarahkan hati kita kepada kesucian. Kita merasakan campur tangan Tuhan menolong kita. Hidup dalam kesucian standar Allah seperti ruangan gelap, tapi coba beranikan diri masuk ke situ, ternyata ruangan itu tidak gelap. Tuhan bisa menuntun kita kepada kesucian.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KESUCIAN HARUS MENJADI KEBUTUHAN YANG KITA RASAKAN SELALU MENDESAK, TENTU JUGA PENTING, SAMPAI PADA SAATNYA KITA SUNGGUH-SUNGGUH TIDAK BISA HIDUP TANPA KESUCIAN MENURUT STANDAR TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 Oktober 2024
2024-10-26 12:30:48

Lukas 14-15

Card image
Truth Kids 25 Oktober 2024 - DISIPLIN
2024-10-25 18:42:18


Efesus 5:16
”dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat”

Sobat Kids, apakah kalian masih ingat cerita yang kita baca dua hari yang lalu, cerita mengenai lalat capung? Apakah kalian masih ingat waktu hidup binatang tersebut? Mayfly atau lalat capung merupakan binatang yang memiliki masa hidup paling singkat di bumi ini; hanya 24 jam. Benar, hanya bisa hidup selama 1 hari saja. Setelah itu, lalat capung akan mati. Betapa singkat masa hidupnya, ya.

Masa hidup manusia tidak ada satu orang pun yang tahu. Ada manusia yang bisa hidup sampai ratusan tahun, ada juga yang hidup sampai puluhan tahun, atau bahkan ada bayi-bayi yang juga meninggal di usia beberapa hari. Alkitab mencatat Metusalah sebagai orang yang hidup paling lama di bumi ini, yaitu selama 969 tahun. Wow, lama sekali, bukan? Hampir 1 milenium.

Zaman sekarang, jarang sekali manusia yang bisa hidup di atas 100 tahun. Tidak ada yang tahu pasti berapa lama Tuhan izinkan kita hidup di bumi ini. Oleh sebab itu, kita harus pergunakan setiap waktu yang ada dengan baik. Kerjakan setiap tugas kalian. Jangan suka menunda-nunda, ya, Sobat Kids. Jika kalian ada tugas, langsung kerjakan. Kesetiaan kalian dalam mengerjakan tugas menunjukkan kalian anak yang disiplin.

Card image
Truth Junior 25 Oktober 2024 - SISA WAKTU
2024-10-25 18:39:43


Efesus 5:16
”dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat."

Belum lama ini dunia maya diramaikan dengan adanya potensi gempa megathrust. Biasanya jika terjadi gempa dalam skala besar di laut, maka dapat memicu tsunami. Berbagai reaksi ditunjukkan oleh orang. Ada yang mulai panik, ada yang biasa-biasa saja, bahkan ada juga yang hanya menganggap itu hanya mitos semata.

Sobat Junior, memang tidak ada yang pasti di dunia ini. Peristiwa alam yang terjadi kadang-kadang di luar pemikiran manusia. Jika dulu kalian belajar Indonesia terdiri dari dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau, pada bulan yang berakhiran “ber” seperti September, Oktober, November, dan Desember, biasanya sudah masuk dalam musim hujan. Namun, sekarang ini keadaan alam sudah berubah. Bumi ini tidak menjadi semakin baik, malahan menjadi semakin rusak. Belum lagi polusi di mana-mana. Langit terkadang tidak lagi berwarna biru, melainkan abu-abu karena tingginya tingkat polusi di daerah tersebut.

Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk mempergunakan setiap waktu yang ada dengan baik. Kita tidak tahu kapan bumi ini akan berakhir. Olehnya, kita harus mempergunakan setiap waktu yang ada dengan baik. Kesetiaan dalam menghargai waktu menunjukkan disiplin, Sobat Junior. Sebelum waktu kita di bumi ini berakhir, kita mau melakukan yang terbaik. Selesaikan semua tugas kalian tanpa menunda-nunda. Yuk,kalian pasti bisa!

Card image
Truth Youth 25 Oktober 2024 (English Version) - GOD IS WITH US IN TRIALS
2024-10-25 18:36:49


"The eyes of the LORD are on those who fear him, on those whose hope is in his unfailing love." (Psalm 33:18)

In the midst of the darkness of depression and anxiety, faith can be a light that guides us. When the world feels heavy and full of uncertainty, faith gives us a reason to hope. Faith is not just about believing in something unseen, but also about finding strength in the conviction that there is purpose and meaning behind every trial, no matter how difficult it may be.

Faith provides a broad perspective on life. When we feel overwhelmed, we often focus on the difficulties we face, losing sight of our entire journey. Faith helps us see beyond the current challenges and understand that every experience, even the most painful ones, can be part of a valuable process of learning and personal growth. With faith, we can find comfort in the belief that we are not alone. Even in silence and loneliness, faith reminds us that there is something greater than ourselves watching over and caring for us. It gives us the impetus to keep moving forward, even when each step feels heavy and full of obstacles.

Faith also offers a space for speaking and reflecting—a safe place to express our pain and anxiety without fear of judgment. Through prayer or reflection, we can release the burdens we carry and feel fully accepted in any condition. In this process, we learn to better accept ourselves. Faith builds strength in inner peace. When we shift our focus from our anxieties to the belief in something greater, we find tranquility amidst emotional turmoil. Faith is not a problem eraser, but a source of strength that helps us navigate and face everything with courage, renewed hope, and deep serenity.

WHAT TO DO:
1. Cultivate intimacy to build trust.
2. Do not doubt God’s presence.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Luke 7-8

Card image
Truth Youth 25 Oktober 2024TUHAN SERTAI DALAM PENCOBAAN
2024-10-25 18:32:48


”Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya.” (Mazmur 33:18)

Di tengah gelapnya depresi dan kecemasan, iman bisa menjadi cahaya yang membimbing kita. Saat dunia terasa berat dan penuh ketidakpastian, iman memberi kita alasan untuk berharap. Iman bukan hanya tentang percaya pada sesuatu yang tak terlihat, tetapi juga tentang menemukan kekuatan dalam keyakinan bahwa ada tujuan dan makna di balik setiap cobaan, tidak peduli seberapa beratnya.

Iman memberikan perspektif yang luas tentang kehidupan. Ketika kita merasa tertekan, sering kali kita fokus pada kesulitan yang kita hadapi, kehilangan pandangan pada keseluruhan perjalanan kita. Iman membantu kita melihat melampaui tantangan saat ini dan memahami bahwa setiap pengalaman, bahkan yang paling menyakitkan sekalipun, bisa menjadi bagian dari proses pembelajaran dan pertumbuhan pribadi yang berharga. Dengan iman, kita bisa menemukan penghiburan dalam keyakinan bahwa kita tidak sendirian. Bahkan dalam keheningan dan kesepian, iman mengingatkan kita bahwa ada sesuatu yang lebih besar dari diri kita yang memperhatikan dan peduli. Ini memberi kita dorongan untuk terus maju, meskipun langkah terasa berat dan penuh rintangan.

Iman juga menawarkan ruang untuk berbicara dan merenung, sebuah tempat yang aman untuk mengungkapkan rasa sakit dan kecemasan kita tanpa takut dihakimi. Melalui doa atau refleksi, kita bisa melepaskan beban yang kita pikul dan merasa diterima sepenuhnya dalam kondisi apa pun. Dalam proses ini, kita belajar untuk menerima diri sendiri dengan lebih baik. Iman membangun kekuatan dalam ketenangan batin. Saat kita mengalihkan perhatian dari kecemasan kita ke keyakinan akan sesuatu yang lebih besar, maka kita menemukan ketenangan di tengah gelombang emosional. Iman bukanlah penghapus masalah, tetapi peneguh yang membantu kita menavigasi dan menghadapi segala sesuatu dengan keberanian, harapan baru, dan ketenangan yang mendalam.

WHAT TO DO:
1.Memiliki keintiman agar dapat percaya
2.Tidak meragukan penyertaan Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Lukas 7-8

Card image
Renungan Pagi - 25 Oktober 2024
2024-10-25 18:26:34


Apakah yang dapat menjadi kebanggaan kita saat ini? Harta kekayaan, jabatan, kehormatan, kepandaian? Dapatkah semua itu meluputkan dari bencana, kematian dan ancaman peperangan? Ingatlah pengetahuan dan teknologi secanggih apapun tetap tidak dapat dijadikan tempat perlindungan dari bencana, kematian dan ancaman peperangan.

Cuaca mungkin dapat di prediksi dengan kecanggihan teknologi, tetapi jika bencana itu datang, dapatkah kekayaan menjamin keselamatan, dapatkah jabatan dan kehormatan melindungi? Berapa banyak sudah korban berjatuhan ketika gempa bumi, tanah longsor, banjir bandang dan berbagai bencana datang tiba-tiba tanpa peringatan sebelumnya.

Dengan semua kenyataan itu, kita mengerti bahwa hanya Tuhanlah tempat perlindungan yang paling aman. Manusia tidak berarti apapun jika hidup tanpa Tuhan. "Sesungguhnya, bangsa-bangsa adalah seperti setitik air dalam timba dan dianggap seperti sebutir debu pada neraca. Sesungguhnya, pulau-pulau tidak lebih dari abu halus beratnya." Betapa kecilnya kita dihadapan Tuhan, tetapi jika hidup melekat pada Tuhan, maka hidup akan memiliki arti yang besar, sebab kita berharga dimata Tuhan.

Jadi tidak ada yang akan membuat Tuhan terpesona pada diri kita, selain dari hati yang berpaut pada-Nya dan hidup yang melekat, bergantung penuh kepada-Nya. Jika memiliki harta kekayaan, jabatan, kehormatan dan pengetahuan, semua pun berasal dari Tuhan. Jangan melupakan Tuhan jika kita memiliki segalanya tersebut. Sebab hanya orang-orang yang melekat pada Tuhan yang dapat mengerti, betapa berharga hidupnya di tangan Tuhan.
(Yesaya 40:15)

Card image
Quote Of The Day - 25 Oktober 2024 - (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-25 18:24:56


Kehidupan seorang yang memberkati orang lain adalah kehidupan yang setiap hari menjaga mulut, mata, telinga, perbuatan, agar tidak mencemari diri dengan dosa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 25 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-25 18:23:16


Orang Kristen yang tidak memancarkan terang Kerajaan Surga, artinya kehidupan mereka tidak berbeda dengan manusia lain.

Card image
HEAVEN IS VISIBLE - 25 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-25 18:21:16


Our lives must truly make heaven visible-seen, of course, by those whose consciences can still be restored, by those who can still turn and repent, but it will not be visible to those whose consciences have darkened and whose thoughts are evil. If we truly want to follow Jesus, we should ask the Lord to help us follow in His footsteps. Then heaven will be revealed, and this is a characteristic or attribute of the children of God who follow Jesus, as stated in Matthew 5:14-15, “A city on a hill cannot be hidden,” meaning heaven will certainly be visible. Why, then, are there so many Christians who do not reveal heaven in their lives? It is because they do not radiate the light of the Kingdom of God. A Christian who does not shine the light the Kingdom of Heaven, meaning their lives are no different from other humans.

The Holy Spirit will help us if we sincerely want to follow Jesus and carry this attribute: “A city on a hill cannot be hidden,” meaning it is sure to be seen. A life separated from the world, although we live in it, should become increasingly distinct. People will start to ask, “What kind of person are you? Yes, you’re religious, but why so extreme? Christian, yes, but why like this?” Day by day we are becoming more different, and our lives will act as a dividing line-some will truly follow, while others will attack us. Somehow, people will have a desire to ruin our reputation, disrupt our peace, make us upset, angry, and frustrated. Without them realizing it, in fact, they are being used by the powers of darkness.

And “they” can be a life partner, close family members, church activists, or even a pastor-a pastor whose spiritual atmosphere is different. Don't be disappointed if almost no one follows us. They will try to find fault in us, but we must not be weak. That is precisely what makes us, without realizing it, have a stake. It may not be spoken, but we have a stake in the matter: who are truly the children of God, the followers of Jesus Christ, and who are not. Because many people follow Jesus Christ in their imagination and fantasy. We must not follow Jesus in our imagination, fantasy, and theological knowledge about Him stored in our minds. Instead, we must seek to meet Him face to face. We want to encounter God heart to heart, and when we do, we should approach Him as if we have no theology, no knowledge about Him at all.

But it is in this that we will gain an experience that can never be obtained from any book, school, or seminar. This challenge will push us to increasingly leave the world behind, live in holiness and purity, and willingly let go of desires, pride, any sense of status, dignity, or anything else. It's hard, but this is what will perfect us. If we still feel offended, angry, humiliated, or belittled, it means our flesh is not yet dead; we must put to death all negative feelings. We will become shining individuals. For those whose conscience can still be straightened, who can still repent, especially those who are humble, they will walk with us. But those who are arrogant, who feel smart, and capable, will surely think we are misguided.

We need to seek a way, ask for God's wisdom on how to become true Christians. We strive to find a new habitat, the habitat of the Kingdom of God. Even though we may have studied theology with the highest academic achievement, what we are now seeking is how to meet God heart to heart. The reality is, theology, Bible school, and church have not made the world see the new heaven and new earth, do not make people see the new Jerusalem, because many Christians are not even interested in returning to His House, do not have a longing to meet the Lord Jesus.

There are still many things people hope from this world to bring happiness and joy. We choose the path that truly leads us to the presence of God, the presence of the Kingdom of Heaven, the new habitat that is lost. We ask for help from the Father in heaven, ask for the companionship of the Lord Jesus and His Spirit to guide us. We want to experience God, to present God in our lives, which later the fruits of our lives will be evident; our burden for souls, our compassion for others, and not being preoccupied with our own affairs. And every person we touch through our ministry will, day by day, see the Kingdom of Heaven.

Day by day we will kill the old self, mortifying the flesh. We won’t become odd or eccentric, we will still live gracefully in society, but with the true colors of the members of the Kingdom of God-clearly placing our hope in the Kingdom of Heaven. And our life steps will clearly show that we are preparing to leave this world. We will not leave any part of our heart behind on this earth.

OUR LIVES MUST TRULY MAKE HEAVEN VISIBLE.

Card image
SURGA NAMPAK - 25 Oktober 2024
2024-10-25 18:19:20


Hidup kita harus sungguh-sungguh membuat surga menjadi Nampak, kelihatan, tentunya kelihatan bagi orang yang nuraninya masih bisa diperbaiki, bagi orang yang masih bisa berbalik dan bertobat, tetapi tidak akan terlihat oleh mereka yang nuraninya sudah gelap, yang pikirannya jahat. Jika kita sungguh-sungguh mau mengikut Yesus, kita mohon Tuhan menolong kita untuk mengikut jejak Yesus. Maka surga akan nampak, dan ini merupakan atribut atau ciri dari anak-anak Allah yang mengikut Yesus, seperti yang dikatakan di dalam Matius 5:14-15, "Kota yang terletak di atas bukit mustahil tersembunyi,” jadi pasti surga itu nampak. Mengapa selama ini banyak orang Kristen yang tidak membuat surga itu nampak? Karena mereka tidak memancarkan terang Kerajaan Allah. Orang Kristen yang tidak memancarkan terang Kerajaan Surga, artinya kehidupan mereka tidak berbeda dengan manusia lain.

Roh Kudus akan menolong jika kita sungguh-sungguh mau mengikut Yesus dan memiliki atribut atau ciri ini: “Kota yang terletak di atas bukit mustahil tersembunyi,” artinya pasti terlihat. Kehidupan yang dipisahkan dari dunia, walaupun kita ada di tengah-tengah dunia, tapi warna kita harus makin hari makin berbeda, sehingga orang akan berkata, "Manusia macam apa kamu ini? Beragama, ya, beragama, tapi jangan terlalu begini. Kristen, ya, Kristen, tapi kok kamu seperti ini?” Makin hari kita makin berbeda. Dan hidup kita akan menjadi alat pemisah; ada yang sungguh-sungguh akan ikut, tetapi di pihak lain kita akan diserang. Entah bagaimana, orang memiliki gairah mau membunuh nama baik, merusak damai sejahtera, membuat kita kesal, marah, frustasi. Tanpa disadari oleh mereka, sesungguhnya, mereka dipakai oleh kuasa kegelapan.

Dan “mereka” bisa pasangan hidup, keluarga dekat, atau aktivis di gereja, bahkan bisa saja itu pendeta; pendeta yang atmosfernya beda. Dan jangan kecewa kalau hampir-hampir tidak ada orang yang ikut kita. Kita akan dicari-cari salahnya, tapi kita tidak boleh menjadi lemah. Justru itu yang membuat kita, tanpa disadari, memiliki pertaruhan. Memang tidak diucapkan, tetapi kita memiliki pertaruhan. Siapa yang benar-benar anak-anak Allah, pengikut Yesus Kristus, dan yang bukan. Sebab banyak orang mengikut Yesus Kristus dalam bayangan dan fantasinya. Kita tidak boleh ikut Yesus dalam bayangan, fantasi, dan pengetahuan teologi mengenai Dia di otak kita, tapi kita mau berjumpa langsung. Kita mau bertemu dengan Tuhan heart to heart, dan kalau kita bertemu dengan Tuhan, tempatkan diri kita seakan-akan kita tidak punya teologi, tidak punya pengetahuan apa-apa tentang Dia.

Tapi di situlah kita akan punya pengalaman yang tidak pernah didapat dari buku mana pun, dari sekolah atau seminar mana pun. Pertaruhan ini akan mendesak kita untuk semakin meninggalkan dunia, hidup dalam kekudusan, kesucian, rela tidak punya keinginan, kebanggaan apa pun, rela tidak punya martabat, harga diri, atau apa pun. Berat, tapi inilah yang akan menyempurnakan kita. Kalau kita masih tersinggung, marah, merasa direndahkan, masih merasa dihina, berarti kedagingan kita belum mati; kita harus matikan semua perasaan negatif. Kita menjadi manusia cemerlang. Bagi orang yang nuraninya masih bisa diluruskan, yang masih bisa bertobat, terutama orang yang rendah hati, mereka bisa bersama kita, tapi orang yang sombong, merasa pintar, cakap, pasti menilai kita sesat.

Kita mau mencari jalan, minta hikmat Tuhan bagaimana kita menjadi orang-orang Kristen yang benar. Kita berjuang untuk menemukan habitat baru, habitat Kerajaan Allah. Sekalipun kita sudah belajar teologi dengan prestasi akademis summacumlaude, namun sekarang yang kita cari adalah bagaimana kita heart to heart ketemu Tuhan. Sebab kenyataannya, teologi, sekolah Alkitab, gereja, tidak membuat mata dunia melihat langit baru bumi baru, tidak membuat orang melihat Yerusalem baru, karena banyak orang Kristen pun tidak tertarik pulang ke Rumah-Nya, tidak memiliki kerinduan bertemu dengan Tuhan Yesus.

Masih banyak yang diharapkan dari dunia ini untuk bisa membahagiakan dan menyukakan hati. Kita memilih jalan yang benar-benar membawa kita kepada kehadiran Allah, kehadiran Kerajaan Surga, habitat baru yang hilang. Kita minta pertolongan Bapa di surga, mohon pendampingan Tuhan Yesus dan Roh-Nya yang menuntun kita. Kita mau mengalami Tuhan, menghadirkan Tuhan dalam hidup kita, yang nanti buah-buah hidup kita akan nyata; keterbebanan kita terhadap jiwa-jiwa, belas kasihan kita kepada orang lain, tidak sibuk dengan urusan sendiri. Dan setiap orang yang kita sentuh melalui pelayanan kita, hari demi hari akan melihat Kerajaan Surga.

Hari demi hari kita akan membunuh manusia lama, mematikan kedagingan. Kita tidak menjadi aneh, nyentrik, kita masih santun hidup di tengah-tengah masyarakat, tapi dengan warna anggota Kerajaan Allah yang benar-benar nampak pengharapannya tertaruh di Kerajaan Surga, dan langkah-langkah hidupnya yang benar-benar nampak berkemas-kemas. Kita tidak menyisakan, meninggalkan hati kita di bumi ini.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

HIDUP KITA HARUS SUNGGUH-SUNGGUH MEMBUAT SURGA MENJADI NAMPAK.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 Oktober 2024
2024-10-25 18:16:37

Lukas 12-13

Card image
Truth Kids 24 Oktober 2024 - SETIA MENGASIHI
2024-10-24 12:59:02


1 Korintus 13:7
”Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.”

Dalam Perjanjian Lama, kita dapat membaca kisah kesetiaan Rut, menantu ibu Naomi. Setelah suami Rut meninggal, seharusnya ia bisa kembali kepada orang tuanya. Namun, Rut memilih untuk tetap setia mengikuti Naomi, ibu suaminya yang meninggal. Walaupun berasal dari bangsa yang berbeda, Rut tetap setia kepada ibu Naomi. Ia tidak mau meninggalkan ibu Naomi yang hidup seorang diri. Bahkan, Rut rela bekerja untuk mendapatkan makanan bagi mereka berdua. Hingga akhirnya, Rut bertemu dengan Boas yang menjadi suaminya. Keturunan Boas dan Rut melahirkan raja Daud. Dan dari keturunan raja Daud, lahirlah Yesus. Dari kesetiaan Rut, keturunannya melahirkan Yesus, Sang Juru Selamat dunia.

Sobat Kids, kita mau belajar dari kesetiaan Rut mengasihi ibu Naomi. Kasih yang sejati tidak pernah berakhir. Kasih yang sabar menanggung segala sesuatu. Percayalah, jika kita setia, pasti Tuhan akan melihatnya. Tuhan akan merasa senang dengan kesetiaan yang kita lakukan.

Card image
Truth Junior 24 Oktober 2024 - SETIA MENGASIHI
2024-10-24 12:57:31


1 Korintus 13:7
”Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.”

Sobat Junior, yang dimaksud dengan kata “Ia” dari ayat firman Tuhan di atas adalah kasih. Kita dapat mengetahuinya dengan membaca ayat-ayat sebelum 1 Korintus 13:7. Dalam 1 Korintus 13:4 dituliskan: “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.” Banyak hal yang dapat kita lakukan jika memiliki kasih, termasuk yang dituliskan dalam 1 Korintus 13:7.

Tuhan mengajarkan kita untuk memiliki kasih yang tulus. Menurut KBBI _online_, tulus memiliki arti sungguh dan bersih hati; benar-benar keluar dari hati yang suci, jujur, tidak pura-pura. Jadi jika kita mengasihi orang, maka kita akan sungguh-sungguh mengasihi tanpa mengharapkan imbalan atau balasan kebaikan dari orang yang kita kasihi.

Kasih yang kita berikan pun hendaknya bukan hanya sekali-sekali, melainkan kita mau mengasihi dengan setia. Jangan sampai kita mengasihi karena mau sesuatu, ya, Sobat Junior. Seperti Tuhan yang setia mengasihi kita, kita pun mau berjuang untuk mengasihi dengan setia. Coba kalian renungkan, Allah Bapa memberikan Anak-Nya Yang Tunggal tanpa menunggu kita hidup benar, hidup suci di hadapan-Nya, Sobat Junior. Kita pun harus setia mengasihi orang lain seperti yang telah dicontohkan oleh Tuhan.

Card image
Truth Youth - 24 Oktober 2024 TRIALS
2024-10-24 12:54:53


"Consider it pure joy, my brothers and sisters, whenever you face trials of many kinds, because you know that the testing of your faith produces perseverance. Let perseverance finish its work so that you may be mature and complete, not lacking anything." (James 1:2-4)

Often in life, we face situations that make us feel weak and lose hope. These trials come without warning. Perhaps it’s family problems, friendship issues, or even pressure from school or college that makes us think, “Does God really care?” However, as Christian teenagers, we have a God who is always faithful and unchanging. There was a Roman officer who believed that Jesus could heal his servant with just a word. From this story, we learn that faith in God brings hope, even when we don’t always see the results immediately. Jesus also raised a young boy in the town of Nain, showing that God cares and is capable of doing the impossible. When situations feel heavy, we are reminded that God can restore circumstances that seem impossible to change.

In another story, a woman who had been bleeding for 12 years was healed simply by touching Jesus' cloak. At the same time, Jesus raised Jairus's daughter from the dead. These two events teach us that God never forgets us, even though we sometimes have to wait. He is always present at the right time. As teenagers, we may often feel weary from various problems, but these stories encourage us to never lose hope. God is our source of strength, and His promises are always faithful. We can rely on God in our helplessness, believing that He will always be there to help us.

WHAT TO DO:
1. God is greater than life’s trials.
2. Learn to understand trials.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Luke 5-6

Card image
Truth Youth 24 Oktober 2024 - PENCOBAAN
2024-10-24 12:53:09


”Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.” (Yakobus 1:2-4)

Sering kali, dalam hidup, kita menghadapi situasi yang membuat kita merasa lemah dan kehilangan harapan. Bahkan pencobaan-pencobaan tersebut datang tanpa bisa dihentikan. Mungkin masalah keluarga, persahabatan, atau bahkan tekanan dari sekolah atau kuliah yang membuat kita berpikir, “Apakah Tuhan benar-benar peduli?” Namun, sebagai remaja Kristen, kita punya Tuhan yang selalu setia dan tak pernah berubah. Ada seorang perwira Romawi yang sangat percaya bahwa Yesus dapat menyembuhkan hambanya hanya dengan berkata sepatah kata. Dari kisah ini, kita belajar bahwa iman kepada Tuhan memberikan pengharapan, meskipun kita tidak selalu melihat langsung hasilnya. Yesus juga membangkitkan seorang anak muda di kota Nain, menunjukkan bahwa Tuhan peduli dan sanggup melakukan hal-hal yang mustahil. Ketika situasi terasa berat, kita diingatkan bahwa Tuhan sanggup memulihkan keadaan yang tampaknya tak mungkin berubah.

Dalam kisah lain, perempuan yang sakit pendarahan selama 12 tahun sembuh hanya dengan menyentuh jubah Yesus. Di saat yang sama, Yesus membangkitkan anak Yairus yang sudah meninggal. Kedua peristiwa ini mengajarkan kita bahwa Tuhan tidak pernah melupakan kita, meskipun terkadang kita harus menunggu. Dia selalu hadir tepat pada waktu-Nya. Sebagai remaja, mungkin kita sering merasa lelah dengan berbagai masalah, tetapi dari kisah-kisah ini, kita diajak untuk tidak pernah kehilangan harapan. Tuhan adalah sumber kekuatan, dan janji-Nya selalu setia. Kita sangat bisa mengandalkan Tuhan dalam ketidakberdayaan kita, kita bisa percaya bahwa Tuhan akan selalu hadir dan memberikan pertolongan.

WHAT TO DO:
1.Tuhan lebih besar dari pencobaan hidup
2.Belajar memahami pencobaan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Lukas 5-6

Card image
Renungan Pagi - 24 Oktober 2024
2024-10-24 12:46:34


Alkitab mengatakan pada zaman Nuh, "Manusia telah rusak, tetapi Nuh hidup bergaul dengan Allah." Disini kita melihat bahwa orang yang bergaul dengan Allah akan nampak perbedaannya, orang yang rajin beribadah belum tentu berbeda, ada orang rajin beribadah tapi berbohong jalan terus, menipu jalan terus, iri hati dan bergosip jalan terus, hidup ngaco jalan terus, kuatir jalan terus, akan tetapi orang yang bergaul dengan Allah, pasti berbeda.

"Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang se-zamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah." Persoalannya ada orang yang rajin beribadah tetapi hidupnya tidak bergaul dengan Tuhan, karena itulah Alkitab berkata; "Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi."

Jika kita beribadah dengan benar dan hidup bergaul dengan Allah setiap hari, maka pasti akan memiliki hidup yang berbeda dengan orang dunia, sebab ketika bergaul dekat dengan Tuhan, maka kita mengenal Pribadi Tuhan. Pengenalan yang benar akan Tuhan menghasilkan perubahan hidup. Jikalau menemukan ada orang rajin ke gereja, tapi tidak mengalami perubahan, seperti misalnya istri rajin ke gereja, tetapi masih suka melawan suami, tetap cerewet dan suka memaki, tetap suka mengeluh dan tetap kuatir.

Suami yang rajin ke gereja perilakunya masih kasar, egois, suka selingkuh dan tidak peduli dengan keluarga, anak yang rajin ke gereja, perilakunya tetap melawan orangtua, tidak bisa dinasehati, tidak suka belajar, maka itu berarti mereka hanya beribadah, tapi tidak hidup bergaul dengan Allah, sebab orang yang hidup bergaul dengan Allah dan firman-Nya, hidupnya pasti berubah.
(Kejadian 6:9,12)

Card image
Quote Of The Day - 24 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-24 12:44:03


Menjadi kekasih abadi Tuhan dengan mencintai Tuhan secara benar, bukan karunia atau anugerah, melainkan pilihan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 24 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-24 12:42:52


Tuhan Maha Murah, tapi Tuhan tidak murahan. Tuhan hanya bisa dijumpai oleh orang yang benar-benar menghormati Dia.

Card image
ADDICTED TO GOD - 24 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-24 12:40:50


Today, let us not waste any opportunity; start your day by meeting God every morning. Perhaps we have prayed a lot, but can we feel that He hears our prayers and accepts our praise? When we say, “You are the one I love,” are we truly serious about loving Him? What is God’s feeling toward us? Could it be that God says, “I don’t feel that you love Me. Your mouth speaks of love for Me, but your heart does not. You have many other lovers.” So, if the Lord Jesus says, “I never knew you, you who do not do the will of the Father,” that will is tied to His thoughts and feelings-what He likes or what pleases Him-not just legal sentences. Religion deals with rules written in legal sentences.

Thus, we cannot make our relationship with God something secondary-it cannot be. It must be our entire life. The issue is that most of us have not yet encountered God. What’s the proof that we haven’t met God? We don’t long to meet Him. Because when someone meets God, love and longing for God will be kindled, until we become truly, deeply addicted to God. We haven’t become addicted to God because we are already addicted to many other things. Addiction isn’t just about drugs; it can be about many things. Addiction is something that, if we don’t indulge in it, we feel unhappy, unsatisfied, incomplete, and we want more-a bigger portion, a higher degree, a more intense stage.

What if, when God comes today, most of us will not be recognized by Him? Let’s be honest with ourselves. Because someone who has encountered God will surely exhibit extraordinary holiness. Their character will be majestic, their words likewise noble-they won’t speak carelessly. Someone who meets God it is very noble and great, certainly like God. So, it’s not an exaggeration when Jesus says, “You must be perfect, just as the Father is perfect.” We must be ambitious in seeking God-praying every day, meeting God, studying the Word, and growing. But Satan does not sit idle; he will divert our focus to many other things, and in the end, our time is wasted, and our character remains unchanged. We won’t even be good, let alone perfect. We’ll still be easily offended, dishonest, lustful, and attacking others.

Our life rhythm has long been wrong, so if we want to change, we must be truly determined. Break free from worldly addictions and move into addiction to God. And that takes time. The transition can be long. Love yourself because we are eternal beings who will one day face the judgment of God. Don’t remain unchanged. Don’t take this lightly. Each of us must repent while there is still an opportunity to repent. We are not seeking God earnestly, yet we feel safe-that’s wrong! We are not safe. Eternity is terrifying. But most people no longer fear eternity; they sneer.

Don’t be rebellious anymore. Momentary pleasures destroy us. Don’t treat God as secondary, for God is everything. Outside of Him, we are doomed. Even though we may seem fine now, without God we are in danger. Start each day with prayer-spend 30 minutes daily meeting with God, and we will surely encounter Him. Life is hard, but eternity is far more terrifying. Don’t go against God. Starting today, we must repent. Our repentance must be accompanied by concrete steps, mapping out each day what we will do. Remember, seeking God is harder than making money, more difficult than building a career, more complicated than finding a life partner. That’s why the Word of God says, “Seek first the Kingdom of God and His righteousness.”

So, how can we go one day without a personal encounter with God during a special time? Yes, we can pray and talk to God anywhere, but there must be special times when we truly meet Him. In the Bible, many figures trembled before God. In Israel, when God was present, all the priests fell down and could not stand. In real terms, God can be felt. Does God change? No, God does not change. Therefore, we must experience things like that. We must experience God as a living, real Person, with whom we are truly in touch. Inwardly we connect, but also physically we feel His presence.

God is Generous, but God is not cheap. God can only be encountered by those who truly honor Him. So, when Jesus says, “I am the way, the truth, and the life; no one comes to the Father except through Me,” there is a high price that we must pay. Through Jesus, in the sense of knowing Him, namely the truths that Jesus taught, and having a life like Jesus’ life so that we are worthy to meet the Father. If we can’t even understand Him, how can we meet Him? The price is high-it costs us our whole life; it cannot be done casually.

WHEN SOMEONE ENCOUNTERS GOD, LOVE AND LONGING FOR GOD WILL BE KINDLED, UNTIL WE BECOME TRULY, DEEPLY ADDICTED TO GOD.

Card image
KECANDUAN TUHAN - 24 Oktober 2024
2024-10-24 06:59:22


Sekarang ini, jangan kita menyia-nyiakan kesempatan, mulailah hari kita dengan bertemu Tuhan setiap pagi. Mungkin kita sudah banyak berdoa, tapi apakah kita bisa merasakan bahwa Dia mendengar doa dan menerima pujian kita? Ketika kita mengatakan, “Engkau yang kucinta,” apakah kita serius mencintai Dia? Apa perasaan Tuhan terhadap kita? Jangan-jangan Tuhan berkata, “Aku tidak merasa kau mencintai Aku. Mulutmu yang bersuara mencintai Aku, hatimu tidak. Kau banyak kekasih yang lain.” Jadi kalau Tuhan Yesus berkata, “Aku tidak kenal kamu, kamu yang tidak melakukan kehendak Bapa,” kehendak itu ada di pikiran dan perasaan, menyangkut apa yang dia sukai atau selera Tuhan, bukan di dalam kalimat-kalimat hukum. Kalau agama itu, peraturannya di kalimat hukum.

Maka, kita tidak bisa menjadikan bertuhan itu sambilan, tidak bisa. Itu harus seluruh hidup kita. Masalahnya, sebagian besar kita belum menjumpai Tuhan. Apa buktinya kalau kita belum menjumpai Tuhan? Kita tidak rindu bertemu Tuhan. Sebab kalau orang bertemu Tuhan, maka akan terbangun kecintaan, kerinduan akan Tuhan, sampai kita betul-betul menjadi kecanduan yang kuat. Kita belum sampai kecanduan dengan Tuhan karena kita telah kecanduan dengan banyak hal. Kecanduan itu tidak hanya narkoba, bisa banyak hal. Kecanduan adalah sesuatu yang jika kita tidak menikmatinya, maka kita merasa tidak bahagia, tidak puas, tidak lengkap, dan kita mau porsi yang lebih besar, kadar yang lebih besar, stadium yang lebih banyak.

Jangan-jangan, kalau Tuhan datang hari ini, sebagian besar kita bisa tidak dikenal Tuhan. Mari kita jujur melihat diri kita sendiri. Karena seseorang yang bertemu Tuhan, pasti kesuciannya luar biasa. Keagungan pribadinya, perkataannya juga agung, tidak sembarangan bicara. Orang yang bertemu Tuhan itu mulia dan agung sekali, pasti seperti Tuhan. Jadi tidak berlebihan kalau Yesus berkata, “Kamu harus sempurna seperti Bapa.” Kita harus berambisi mencari Tuhan. Tiap hari berdoa, bertemu Tuhan, belajar firman, bertumbuh. Tapi, setan tidak tinggal diam, dia akan mengalihkan fokus kita kepada banyak hal, yang akhirnya waktu kita terbuang sia-sia dan karakter kita tidak berubah. Jangankan sempurna, baik saja tidak. Masih tersinggung, tidak jujur, mata keranjang, menyerang orang.

Irama hidup kita sudah lama salah, maka kalau kita mau berubah harus betul-betul nekat. Lepaskan diri dari kecanduan dunia, lalu masuk kepada kecanduan Tuhan. Dan itu perlu waktu. Transisinya bisa panjang. Kasihi diri kita, karena kita adalah makhluk kekal di mana kita akan berhadapan dengan pengadilan Tuhan. Jangan tidak berubah. Jangan main-main. Setiap kita harus bertobat, mumpung masih ada kesempatan untuk bertobat. Kita tidak mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, lalu kita merasa cukup aman, salah itu! Kita tidak aman. Kekekalan itu mengerikan. Namun rata-rata orang sudah tidak takut kekekalan, mereka mencibir.

Jangan nakal lagi. Kesenangan sesaat membinasakan kita. Jangan jadikan Tuhan sebagai sambilan, sebab Tuhan itu segalanya. Di luar Dia, kita celaka. Walaupun sekarang kita kelihatan aman-aman, tapi kita celaka tanpa Tuhan. Mulailah hari kita dengan doa, setiap hari 30 menit bertemu Tuhan, dan kita pasti bertemu Tuhan. Hidup ini sulit, tapi kekekalan lebih mengerikan. Jangan melawan Tuhan. Jadi, mulai hari ini kita harus bertobat. Pertobatan yang harus kita sertai dengan langkah-langkah konkret, memetakan setiap hari apa yang akan kita lakukan. Ingatlah, mencari Tuhan lebih sulit daripada mencari uang, lebih berat dari berkarier, lebih rumit dari mendapatkan jodoh. Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan, "Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya.”

Maka, bagaimana mungkin satu hari tidak ada perjumpaan dengan Tuhan secara pribadi di waktu khusus? Memang di mana pun kita bisa berdialog dengan Tuhan, bisa berdoa, tapi mesti ada waktu khusus di mana kita menjumpai Tuhan. Dalam Alkitab banyak tokoh Alkitab yang gemetar di hadapan Allah. Di Israel pada waktu Allah hadir, imam-imam semua tertelungkup dan tidak sanggup berdiri. Secara nyata, Allah pun bisa dirasakan. Apakah Allah berubah? Tidak, Allah tidak berubah. Maka, kita harus mengalami hal-hal seperti itu. Kita harus mengalami Tuhan sebagai Pribadi yang hidup, yang nyata, yang dengan-Nya kita benar-benar bersentuhan. Secara batin kita nyambung, tapi juga fisik kita pun merasakan kehadiran-Nya.

Tuhan Maha Murah, tapi Tuhan tidak murahan. Tuhan hanya bisa dijumpai oleh orang yang benar-benar menghormati Dia. Jadi ketika Yesus berkata, “Akulah jalan kebenaran dan hidup, tidak seorang pun sampai kepada Bapa kecuali melalui Aku,” di situ ada harga mahal yang harus kita bayar. Melalui Yesus, dalam arti mengenal Dia, yaitu kebenaran-kebenaran yang Yesus ajarkan, dan memiliki kehidupan seperti kehidupan Yesus sehingga kita layak menjumpai Bapa. Tanpa kekudusan, tidak seorang pun dapat melihat, artinya memahami Tuhan. Memahami saja tidak, bagaimana bisa menjumpai Dia? Harganya mahal; seluruh hidup kita, tidak bisa sambilan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU ORANG BERTEMU TUHAN, MAKA AKAN TERBANGUN KECINTAAN, KERINDUAN AKAN TUHAN, SAMPAI KITA BETUL-BETUL MENJADI KECANDUAN YANG KUAT.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 Oktober 2024
2024-10-24 12:38:29

Lukas 10

Card image
Truth Kids 23 Oktober 2024 - BERSYUKUR
2024-10-23 18:10:43


1 Tesalonika 5:18
”Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”

"Aduh" aku bosseennn!" keluh Kiki, sang kupu-kupu. "Mau ngapain lagi, ya?" Mendengar keluh kesah kupu-kupu itu, Bibi sang burung hantu yang terkenal bijaksana mulai berkomentar, "Kenapa kamu mengeluh, Kiki? Bukankah kamu bisa terbang ke sana, ke mari? Kamu bisa pergi ke tempat yang kamu ingini dengan cepat. Binatang lain harus berusaha lebih lama karena mereka tidak memiliki sayap untuk terbang." "Iya, juga. Tapi aku harus ngapain lagi?" "Coba kamu perhatikan May-May, sang lalat capung. Ia tidak memiliki waktu untuk mengeluh karena ia hanya hidup selama 24 jam. Jadi, semua waktu yang ia miliki, digunakannya untuk bekerja sebaik mungkin," nasihat Bibi, sang burung hantu. "Hah?! hanya 24 jam? Itu sama saja seperti 1 hari, dong, kasihan sekali, baru hidup sebentar lalu mati," ucap Kiki sambil tertunduk malu. Seharusnya Kiki bisa mengucap syukur atas kehidupannya yang lebih enak. Ia seharusnya merasa lebih beruntung dari lalat capung itu.

Sobat Kids, sering kali kita merasa bosan terhadap sesuatu sehingga lupa untuk bersyukur. Hari ini kita belajar dari cerita di atas. Ketika kita merasa bosan atau merasa sulit, ternyata ada orang lain yang lebih menderita. Ada orang lain yang mengalami kesusahan lebih parah dari yang kita alami. Oleh sebab itu, apa pun keadaan kita hari ini, kita harus bersyukur. Tetaplah setia untuk bersyukur atas setiap hal kecil yang Tuhan berikan kepada kita.

Card image
TRUTH JUNIOR 23 Oktober 2024 - SETIA MENGUCAP SYUKUR
2024-10-23 18:02:12


1 Tesalonika 5:18b
”Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."

Kalau kita sedang senang atau memiliki semua hal yang kita perlukan, pasti mudah untuk bersukacita. Namun, bagaimana jika kondisi kita sedang tidak baik-baik saja? Bagaimana kalau kondisi hati kita sedang susah karena kesulitan yang sedang dialami? Apakah masih mudah untuk mengucap syukur? Tentunya tidak, bukan?

Ayat firman Tuhan hari mengingatkan kita untuk mengucap syukur, tetapi tidak hanya sampai di situ saja. Dikatakan kita perlu mengucap syukur dalam segala hal. Itu artinya mengucap syukur setiap saat; baik senang maupun susah, karena itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kita.

Memang tidak mudah untuk bersyukur dalam keadaan sulit atau sedih. Namun, hari ini kita mau belajar untuk melakukannya. Kita mau setia untuk mengucap syukur. Baik saat senang maupun sedih, tetap setia bersyukur. Jika kita berpikir kitalah yang paling sedih atau paling susah, itu mungkin karena kita belum bertemu dengan orang yang lebih sedih atau lebih susah dari kita. Masih banyak orang-orang yang tidak kita kenal, keadaan mereka sungguh benar-benar sangat menyedihkan dan sulit. Sobat Junior, tetaplah setia dalam mengucap syukur apa pun kondisi kita.

Card image
Truth Youth 23 Oktober 2024 (English Version) - LOVER CORE
2024-10-23 17:54:50


"For I know the plans I have for you," declares the Lord, "plans to prosper you and not to harm you, plans to give you hope and a future." (Jeremiah 29:11)

To love God, not just to be loved by Him, is a statement that embodies commitment. In spiritual life, a person's relationship with God is often likened to a romantic relationship. This metaphor beautifully illustrates how God’s love for humanity is not merely transactional but deep, personal, and full of commitment. When someone is in the “lover core” phase, it reflects a person who is fundamentally filled with love, commitment, and affection in relationships, whether with a partner, family, or God, when understood in a spiritual context. It means they have realized how deeply God loves them at the core of their being, transcending human flaws and weaknesses. This awareness transforms how a person commits to God, much like a lover who is willing to understand and fulfill their partner's wishes. Such love demands full dedication to understand, respond to, and live in God’s will.

A person who loves God from the depths of their soul will remain committed to understanding and doing His will, even when it is difficult. Just as a lover remains faithful in a relationship tested by time and hardship, believers will remain steadfast in doing God’s will because they know that God’s love is true love that will never abandon them. This awareness leads one to a strong commitment to understand and fulfill God’s will. In the context of a relationship with God, this action manifests as an effort to comprehend His will and a commitment to carry it out, regardless of the challenges and sacrifices that may arise. God's love is perfect love, and when we love God from the deepest core of our being, we will have the strength to live in His will.

WHAT TO DO:
1. Give God a special place in our lives.
2. Deepen our relationship with God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Luke 3-4

Card image
Truth Youth 23 Oktober 2024 - LOVER CORE
2024-10-23 17:51:29


”Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yeremia 29:11)

To love God, not just to be loved by Him. adalah pernyataan yang memuat komitmen di dalamnya. Dalam kehidupan rohani, hubungan seseorang dengan Tuhan sering kali diibaratkan sebagai sebuah romansa cinta. Perumpamaan ini memberikan gambaran yang indah tentang bagaimana kasih Tuhan terhadap manusia bukan hanya bersifat transaksional, tetapi dalam, pribadi, dan penuh komitmen. Ketika seseorang berada dalam fase “lover core” mencerminkan seseorang yang pada intinya adalah penuh cinta, komitmen, dan kasih sayang dalam hubungan, baik dengan pasangan, keluarga, maupun Tuhan, jika dipahami dalam konteks spiritual. Itu berarti mereka telah menyadari betapa Tuhan mencintai mereka dalam inti terdalam dari keberadaan mereka, melampaui kesalahan dan kelemahan manusia. Kesadaran ini mengubah cara seseorang berkomitmen kepada Tuhan, seperti seorang kekasih yang rela memahami dan memenuhi kehendak pasangannya. Kasih semacam ini menuntut dedikasi penuh untuk mengerti, merespons, dan hidup dalam kehendak Tuhan.

Orang yang mencintai Tuhan dari inti jiwanya akan tetap berkomitmen untuk memahami dan melakukan kehendak-Nya, bahkan ketika itu sulit. Seperti seorang kekasih yang rela tetap setia dalam hubungan yang diuji oleh waktu dan kesulitan, demikian pula orang percaya akan tetap setia dalam melakukan kehendak Tuhan, karena mereka tahu bahwa cinta Tuhan adalah cinta yang sejati, yang tidak pernah meninggalkan mereka. Kesadaran ini membawa seseorang pada komitmen yang kuat untuk mengerti dan melakukan kehendak Tuhan. Dalam konteks hubungan dengan Tuhan, tindakan itu terwujud dalam usaha untuk memahami kehendak-Nya dan berkomitmen untuk melakukannya, terlepas dari tantangan dan pengorbanan yang mungkin dihadapi. Cinta Tuhan adalah cinta yang sempurna, dan ketika kita mencintai Tuhan dari inti terdalam keberadaan kita, kita akan memiliki kekuatan untuk hidup dalam kehendak-Nya.

WHAT TO DO:
1.Memberikan Tuhan tempat istimewa dalam hidup kita
2.Memperdalam hubungan bersama Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Lukas 3-4

Card image
Renungan Pagi - 23 Oktober 2024
2024-10-23 17:48:02


Alkitab mengajarkan cara mengelola pikiran kita yaitu: apa yang benar, apa yang mulia, apa yang sedap didengar itulah yang harus kita pikirkan, karena itu hati tidak boleh iri, dengki, dendam, penuh kebencian dan pikiran tidak boleh selalu dipenuhi hal-hal yang negatif. "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."

Karena itulah, damai sejahtera Allah harus memelihara hati dan pikiran kita didalam Tuhan, supaya semua yang berasal dari Tuhan saja, hal-hal yang baik dan benar yang akan terbit dalam hati dan pikiran, sehingga pasti tidak akan ada yang negatif, kotor dan najis yang menguasai hati dan pikiran kita. "Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus."
(Filipi 4:7-8)

Card image
Quote Of The Day - 23 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-23 17:46:22


Memberkati orang lain adalah membuat orang menerima dan merasakan kebaikan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 23 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-23 17:45:13


Siapa pun kita yang hari ini tidak mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, dipastikan kita akan sangat menyesal. Penyesalan itu akan terekspresi dalam ratap tangis dan kertak gigi.

Card image
FACE TO FACE - 23 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-23 12:36:35


In certain important situations, we may ask staff to convey a message to someone, but sometimes we don't feel fully at peace until we've had direct contact with that person. For important matters, this needs to be done. But have we ever thought that we need to come face to face with God? Has our prayer truly been heard? Does God approve of our request, or is He displeased with it? Have we ever sincerely wanted to know God's assessment of us? For other matters, whether trivial or non-principal, they may not be fundamental or critical. However, this is different when it comes to God.

We should believe that all our needs are answered in Him, whatever they may be. Both our needs on this earth and, especially later, in eternity-needs that no one else can answer or fulfill. Each of us must truly not only have faith in God but also know Him. There should be no element of God., hoping for the best, or speculation when it comes to God. When it comes to matters of eternity, we must really have certainty. And that certainty can only be achieved if we truly come face to face with God, directly interacting with Him.

One characteristic of religiosity is the dominance of certain figures, the role of prominent individuals, as if these people determine our relationship, connection, or bond with God-dominantly and absolutely. However, in Christianity, we have only one Mediator who can bring us face to face with the Almighty God, the Creator of heaven and earth, and our Creator, and that is Jesus. In the book of Hebrews, it says that He became the High Priest who is the mediator of the New Covenant. In the Old Covenant, people could not interact directly with God, only through the priest. And even the priest could only meet God once a year. But we have a High Priest, who is Jesus, as Hebrews 4:14 says, "Who has ascended through the heavens, Jesus, the Son of God."

So, we can meet directly with God the Father. That is why in John 14:6, Jesus said, "I am the way, the truth, and the life. No one comes to the Father except through Me." Therefore, all of us can encounter God. However, we must not expect to meet God when the time to meet Him has already run out. God declares, "Seek Me while I may be found." Thus, there will come a time when God is no longer willing to be found. Even high-ranking officials, leaders, or respected people on this earth, when they no longer wish to be seen, no one can dictate their availability-how much more the Almighty God of the universe. In truth, God has provided us with abundant time, unlimited time. As long as our heart still beats, our pulse still throbs, and we still breathe, we can encounter God anytime, anywhere.

Give time every day at least 30 minutes to meet God. Eventually 30 minutes will feel less. However, many Christians have been blinded by teachings that only use reason, thought, and are systematic in dogmatics. Believe in Jesus, you are saved. That sentence may not be wrong. But, what is belief? How can we be said to believe without encountering the Person we believe in? How can that belief save, if it is something related to the feelings of the Subject, in this case the feelings of God? In Matthew 7:21-23, the Lord Jesus said, "It is useless for you to call Me ‘Lord, Lord.’ It is useless, it means nothing. But he who does the will of the Father." How can someone do the will of the Father without experiencing an encounter with Him?

Therefore, we must soar high until we touch the presence of God, until we penetrate His thoughts and feelings, especially those related to our lives. This cannot be fully expressed in words, but it can be felt. How we continuously behold God, enter His presence, and strive to understand His heart, thoughts, and feelings, saying, "Lord, give me understanding of Your will so that I may do it, and Your plan so that I may fulfill it." What are we relying on? Why are we not seeking certainty by experiencing a direct encounter with God? It is evident that many people study theology but do not encounter God. As a result, when they preach, they do not inspire others to seek an encounter with God, because they themselves have not encountered Him. Whoever we are today who does not seeking God earnestly, we will certainly regret it very much. That regret will be expressed through weeping and gnashing of teeth. Imagine being in a situation where we are no longer permitted to encounter God-how terrifying that would be.

WHEN IT COMES TO MATTERS OF ETERNITY, WE MUST REALLY HAVE CERTAINTY. AND THAT CERTAINTY CAN ONLY BE ACHIEVED IF WE TRULY COME FACE TO FACE WITH GOD, DIRECTLY INTERACTING WITH HIM.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 Oktober 2024
2024-10-23 12:34:19

Yohanes 9-10

Card image
BERHADAPAN LANGSUNG - 23 Oktober 2024
2024-10-23 12:33:15


Dalam beberapa peristiwa untuk urusan yang penting, kita meminta staf untuk menyampaikan pesan kepada seseorang, namun kadang kita merasa kurang sejahtera kalau belum berhubungan langsung dengan orang tersebut. Untuk hal penting, hal itu harus dilakukan. Namun pernahkah kita berpikir bahwa kita harus berhadapan langsung dengan Tuhan? Apakah doa kita benar-benar sudah didengar? Apakah Tuhan berkenan atas permintaan kita, atau Tuhan tidak berkenan atas permintaan itu? Pernahkah kita sungguh-sungguh mau mengetahui apa penilaian Tuhan terhadap kita? Kalau untuk hal lain, untuk masalah apa pun, bisa tidak prinsip, bisa dianggap bukan sesuatu yang fundamental, yang penting atau prinsip. Namun, beda dengan Tuhan. Mestinya kita percaya bahwa seluruh kebutuhan kita itu terjawab di dalam Dia, apa pun. Baik semua kebutuhan kita di bumi ini, dan nanti terutama di kekekalan yang tidak bisa dijawab atau tidak bisa dipenuhi oleh siapa pun. Setiap kita harus benar-benar, bukan saja yakin mengenai Tuhan, melainkan tahu mengenai Tuhan. Benar-benar tidak ada unsur untung-untungan, mudah-mudahan, kiranya, atau sebuah spekulasi. Kalau untuk urusan kekekalan kita harus sungguh-sungguh memiliki kepastian. Dan itu bisa kita peroleh kalau kita sungguh-sungguh berhadapan langsung dengan Tuhan, berinteraksi langsung dengan Tuhan.

Salah satu ciri keberagamaan adalah dominasi tokoh, peran tokoh, seakan-akan tokoh ini yang menentukan relasi, koneksi, hubungan kita dengan Allah; dominan dan mutlak. Padahal di dalam kekristenan, kita hanya punya satu Pengantara yang bisa membuat kita berhadapan langsung dengan Allah semesta alam yang menciptakan langit dan bumi dan yang menciptakan kita, yaitu Yesus. Dalam kitab Ibrani dikatakan bahwa Dia menjadi Imam Besar yang menjadi pengantara Perjanjian Baru. Kalau Perjanjian Lama, umat tidak bisa berinteraksi langsung dengan Allah, hanya melalui imam. Dan imam pun menjumpai Allah hanya satu tahun sekali. Tetapi kita memiliki Imam Besar, yaitu Yesus, yang dalam Ibrani 4:14 dikatakan, “Yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah.”

Jadi, kita bisa langsung bertemu dengan Allah Bapa. Itulah sebabnya dalam Yohanes 14:6, Yesus berkata: “Akulah jalan, kebenaran, dan hidup. Tidak seorang pun datang atau sampai kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Jadi, semua kita bisa menjumpai Allah. Namun, jangan berharap kita bisa menjumpai Tuhan ketika waktu untuk menjumpai Dia sudah habis. Tuhan berfirman, “Carilah Aku selama Aku berkenan ditemui.” Jadi, ada saat di mana Allah tidak berkenan ditemui. Pejabat tinggi, pimpinan, atasan, orang terhormat di bumi ini saja kadang kalau sudah tidak mau ditemui, tidak ada yang bisa mengatur dia. Apalagi Tuhan Allah semesta alam. Sejatinya, begitu banyak waktu yang Tuhan sediakan, tidak terbatas. Selama jantung kita masih berdetak, dan nadi kita masih berdenyut, masih ada napas, kita bisa menjumpai Tuhan kapan pun, di mana pun.

Berilah waktu setiap hari minimal 30 menit untuk bertemu dengan Tuhan. Nantinya 30 menit akan terasa kurang. Namun, banyak orang Kristen telah dibutakan oleh pengajaran yang semua hanya menggunakan nalar, pikiran, dan tersistematis dalam dogmatika. Percaya Yesus, selamat. Kalimat itu bisa tidak salah. Tapi, percaya itu apa? Bagaimana kita bisa dikatakan percaya tanpa perjumpaan dengan Pribadi yang kita percayai? Bagaimana keyakinan itu menyelamatkan, jika itu sesuatu yang bertalian dengan perasaan Subjek, dalam hal ini perasaan Allah? Di dalam Matius 7:21-23, Tuhan Yesus berkata, “Percuma kamu memanggil Aku ‘Tuhan-Tuhan. Percuma, tidak ada artinya. Tetapi yang melakukan kehendak Bapa.” Bagaimana orang bisa melakukan kehendak Bapa tanpa mengalami perjumpaan dengan Dia?

Maka kita harus terbang tinggi sampai menyentuh hadirat Allah, sampai kita masuk terus ke dalam pikiran dan perasaan-Nya, tentu yang terkait dengan hidup kita. Ini tidak bisa dikalimatkan, tapi bisa dirasakan. Bagaimana kita terus memandang Tuhan, masuk hadirat-Nya, dan berusaha mengerti hati, pikiran dan perasaan Tuhan, dan berkata: “Tuhan, beri aku mengerti kehendak-Mu untuk kulakukan, rencana-Mu untuk kupenuhi.” Apa yang kita andalkan? Kenapa kita tidak mencari kepastian dengan mengalami perjumpaan langsung dengan Tuhan? Terbukti, banyak orang yang belajar teologi namun tidak menjumpai Tuhan, maka ketika mereka berkhotbah, tidak membuat orang lain terdorong untuk menjumpai Tuhan, karena dia sendiri tidak menjumpai Tuhan. Siapa pun kita yang hari ini tidak mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, dipastikan kita akan sangat menyesal. Penyesalan itu akan terekspresi dalam ratap tangis dan kertak gigi. Coba bayangkan, kita ada di saat di mana kita tidak diperkenan menjumpai Allah, betapa mengerikan keadaan itu.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU UNTUK URUSAN KEKEKALAN KITA HARUS SUNGGUH-SUNGGUH MEMILIKI KEPASTIAN. DAN ITU BISA KITA PEROLEH KALAU KITA SUNGGUH-SUNGGUH BERHADAPAN LANGSUNG DENGAN TUHAN, BERINTERAKSI LANGSUNG DENGAN TUHAN.

Card image
Truth Youth 22 Oktober 2024 - BERANI TAMPIL BEDA
2024-10-22 18:15:05


”Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” (1 Petrus 1:15-16)

Di dunia yang sering kali menilai kita dari penampilan luar, pendapat, atau apa yang kita lakukan, berani tampil beda bukanlah hal yang mudah. Banyak dari kita takut nggak diterima, takut dikucilkan, atau bahkan takut dianggap “sok suci” ketika memilih untuk hidup dalam kebenaran. Tapi Tuhan memanggil kita untuk jadi lebih dari sekadar “ikut-ikutan.”

1 Petrus 1:15-16 bilang, “Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” Ayat ini mengajari kita bahwa hidup kita harus mencerminkan kekudusan Tuhan, dan itu berarti kita harus punya integritas, takut akan Tuhan, dan berani melawan dosa, bahkan ketika dunia di sekitar kita memilih jalan yang berbeda.

Memiliki integritas berarti kita konsisten memilih yang benar meskipun nggak ada yang lihat, tetap jujur meski orang lain berbohong, dan berani berkata tidak pada dosa meski tekanan begitu besar. Takut akan Tuhan berarti kita lebih peduli pada apa yang Tuhan pikirkan daripada apa yang orang lain katakan. Kita berani tampil beda karena kita tahu bahwa tujuan kita lebih tinggi dari sekadar menyenangkan manusia; tujuan kita adalah menyenangkan Tuhan.

Tentu saja, ini nggak selalu gampang. Mungkin kamu pernah ngalamin dilema ketika teman-teman ngajak kita buat melakukan hal yang jelas-jelas salah, atau saat kamu tahu harus jujur meski bisa merugikan diri sendiri. Jadi, mari berani berbeda. Jangan takut untuk melawan dosa dan berdiri teguh dalam iman, karena kita tahu kita dipanggil untuk sesuatu yang lebih besar. Kita bukan hidup untuk pendapat orang, tapi untuk kemuliaan Tuhan. Ingat, di mata Tuhan, keberanianmu untuk tetap setia pada-Nya lebih berharga daripada popularitas di mata manusia. Tetap kuat, tetap teguh, dan beranilah jadi terang di tengah kegelapan!

WHAT TO DO:
1.Berani untuk tampil beda dengan tidak mengikuti hal yang salah dalam pergaulan
2.Tidak mengikuti apa kata orang tentang diri kita
3.Ingat bahwa hidup kita berharga di mata Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Lukas 1-2

Card image
Renungan Pagi - 22 Oktober 2024
2024-10-22 18:11:02


Ketika kita membawa persembahan kepada Tuhan, belajarlah untuk memberi yang terbaik, bukan seperti memberi kepada tukang parkir, karena memberi bagi pekerjaan Tuhan, karena kita sudah diberkati, jadi kalau tidak memberi dengan rasa hormat dan rasa syukur, lebih baik jangan memberi. Sebab Tuhan tidak meminta kita memberi dengan terpaksa, kita memberi dari apa yang kita punya bukan dari apa yang tidak kita punya dan semua kepunyaan kita pun berasal dari Tuhan. Pdt. Dr. Erastus Sabdono "Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Sebab pelayanan kasih yang berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluan-keperluan orang-orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah."

Tuhan tidak akan menderita disorga kalau kita tidak memberi, Tuhan tidak membutuhkan kita, tetapi kitalah yang membutuhkan Tuhan. Sebab itu jika memberi bagi pekerjaan Tuhan, menolong orang-orang miskin, itu karena sudah diberkati oleh Tuhan dan semua berkat itu pun milik Tuhan yang dipercayakan pada kita untuk mengelolanya. Jika ingin memberi, maka berikanlah dengan sukacita, jangan dengan terpaksa.
(2 Korintus 9:7,12)

Card image
Quote Of The Day - 22 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-22 18:09:29


Tidak jarang, demi supaya kita punya ketahanan, Tuhan bisa merangsang dengan persoalan atau pergumulan, sehingga kita mencari Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 22 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-22 18:07:57


Dosa sering mengotori batin kita dan membuat kita terperangkap dalam ketidakjujuran.

Card image
ENTERING THE DIVINE DIMENSION - 22 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-22 18:00:50


We have been Christians for years, but we are still in the realm or dimension of humans in general; the dimension of worldliness, the dimension of normal life, the worldly dimension. Now we must free ourselves from this dimension, then enter the dimension of the life of the child of God. As we know that the 'Lord's Prayer' is actually not just a prayer formula, but a life formula. So if we say, "Give us this day our daily bread," it means we have to go to work. The next sentence, "And lead us not into temptation," means that we should avoid situations and conditions, where we will easily fall into sin.

So when we pray: "Thy kingdom come," we actually have to try to get out of the dimension of worldly life, the dimension of normal human life, into the dimension of the life of the citizens of the Kingdom of God or the dimension of the life of the family of the Kingdom of Heaven. We are not aware that we have been bound in the wrong dimension of life, or 'living in the habitat of the world.' So if Paul says, "You have died, your life is hidden with Christ in God," it means that there is a new habitat that we must have; Colossians 3:3, "For you died, and your life is now hidden with Christ in God."

If someone continues to be formed from a young age, then it will be easier for him to enter that dimension. But if he is already old, even if he is a pastor, it will be very difficult or even impossible. So when he realizes that he is living in a life that wrong, then he began to repent, even entered Bible school, it might all just be church activities. Such people are never elevated to enter the dimension of being children of God. Good people who serve "God's work," but if he still has the dimension of the life of a child of the world, surely one time he will hurt someone, or he will take advantage of the opportunity for personal interests and pleasure. Because there must be a personal agenda, no matter how small, and it interferes with God's work.

So very few people will truly enter the family of God's Kingdom, very few people will enter the habitat of God's children. So if we understand this, we will be half in despair when we see God's work in the hands of good people, but behind it there is cruelty because they have not yet been lifted. If you use the sentence that Jesus said, they are people who are still saving lives, have not lost their lives. People who enter a new habitat, the habitat of God's children, will definitely lose their lives. (Matthew 10:39 Whoever finds their life will lose it, and whoever loses their life for my sake will find it). Whether we realize it or not, inside us there is the 'old man.' When Jesus said to Peter, "Get behind me, Satan. You are a stumbling block to Me, because you think not what God thinks, but what men think” (Matt. 16:23), the "thoughts of Satan" in this context means something that hinders God's work.

Honestly, we are in certain situations-feeling offended, desiring this and that, craving honor, or indulging in the flesh-those are the thoughts of Satan, which are contrary to God's holiness. And we feel it is reasonable because we can silence or oppress or make him powerless, but in reality, we are still in the dimension of children of the world, awaiting a fall; and we certainly cannot achieve perfection. We must immediately leave this state. In the divine dimension, we will no longer be able to sin-not at all. Often, God disciplines us through hardships, bitterness, sorrow, and disappointment, which are actually meant to lift us into this higher dimension. And Satan will truly have no power over us once we enter the divine dimension.

Those who enter this dimension can represent God, meaning that we see people who have entered this dimension becoming like God in their gentleness, humility, care for others, and willingness to sacrifice. It is extraordinary because they manifest God's presence in their lives. So, if we still like to taste the sweetness of the world, it means we cannot enter this dimension. This is because statements like these will not manifest in our lives: "You have died, and your life is hidden with Christ" or "For to me, to live is Christ and to die is gain. And if we live, we live for Him."

We should indeed tremble and ask, "Do I still have time to fix myself?" Therefore, when we are before God, we must strive to recognize ourselves. God is priceless, heaven is priceless-it cannot be purchased cheaply; it requires our entire lives, without limits.

SATAN WILL TRULY HAVE NO POWER OVER US ONCE WE ENTER THE DIVINE DIMENSION.

Card image
MASUK DIMENSI ILAHI - 22 Oktober 2024
2024-10-22 17:59:09


Telah bertahun-tahun kita menjadi orang Kristen, tetapi masih berada di wilayah atau di dimensi manusia pada umumnya; dimensi keduniawian, dimensi hidup wajar, dimensi duniawi. Sekarang kita harus melepaskan diri dari dimensi ini, lalu masuk ke dimensi kehidupan anak Allah. Seperti yang kita tahu bahwa ‘Doa Bapa Kami’ itu sebenarnya bukan sekadar formula kalimat doa, melainkan formula kehidupan. Jadi kalau kita berkata, “Berilah kami makanan kami pada hari ini secukupnya,” itu berarti kita harus pergi bekerja. Kalimat selanjutnya, “Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan,” artinya agar kita tidak mendekatkan diri pada situasi, kondisi, di mana kita akan mudah jatuh ke dalam dosa.

Jadi ketika kita berdoa: “Datanglah Kerajaan-Mu,” sebenarnya kita harus berusaha keluar dari dimensi hidup duniawi, dimensi hidup manusia wajar, masuk ke dimensi kehidupan warga Kerajaan Allah atau dimensi hidup keluarga Kerajaan Surga. Kita tidak sadar bahwa kita telah terbelenggu dalam dimensi hidup yang salah, atau ‘hidup dalam habitat dunia.’ Jadi kalau Paulus mengatakan, “Kamu telah mati, hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah,” itu berarti ada habitat baru yang kita harus miliki; Kolose 3:3, “Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.”

Kalau seseorang terus dibentuk sejak muda, maka akan lebih mudah baginya untuk bisa masuk ke dimensi itu. Tapi kalau sudah telanjur tua, sekalipun pendeta, akan sangat sulit bahkan tidak bisa. Jadi ketika ia sadar bahwa ia hidup dalam kehidupan yang salah, lalu ia mulai bertobat, bahkan masuk sekolah Alkitab, bisa jadi semua hanya dalam aktivitas kegiatan gerejawi. Orang-orang seperti ini tidak pernah dientaskan untuk masuk ke dimensi kehidupan anak Allah. Orang-orang baik yang melayani “pekerjaan Tuhan,” tetapi jika dia masih punya dimensi hidup anak dunia, pasti suatu kali dia akan melukai orang, atau dia akan memanfaatkan kesempatan itu untuk kepentingan dan kesenangan pribadi. Karena pasti ada agenda pribadi, sekecil apa pun, dan itu mengganggu pekerjaan Tuhan.

Jadi sedikit sekali orang yang benar-benar akan masuk menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah, sedikit sekali orang yang masuk ke habitat anak Allah. Jadi kalau kita mengerti hal ini, kita jadi setengah putus asa melihat pekerjaan Tuhan di tangan orang baik, namun yang di belakangnya ada kebengisan-kebengisan karena memang belum dientaskan. Kalau menggunakan kalimat yang Yesus katakan, mereka adalah orang-orang yang masih menyelamatkan nyawa, belum kehilangan nyawa. Orang yang masuk habitat baru, habitat anak Allah, pasti kehilangan nyawa. Sadar atau tidak, di dalam diri kita itu ada ‘manusia lama.’ Pada waktu Yesus berkata kepada Petrus, “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia” (Mat. 16:23), ‘pikiran Iblis’ untuk konteks ini artinya sesuatu yang menghalangi pekerjaan Allah.

Sejujurnya, pada waktu kita dalam situasi tertentu—tersinggung, ingin barang ini dan itu, mau terhormat, kedagingan—itu adalah pikiran Iblis yang bertentangan dengan kesucian Allah. Dan kita merasa wajar karena kita bisa membungkam atau menindas atau membuatnya tidak berdaya, tetapi sejatinya kita masih berada di dimensi anak dunia, yang menunggu kejatuhannya; dan pasti tidak bisa sempurna. Kita harus segera keluar. Dalam dimensi ilahi nanti kita tidak bisa berbuat dosa, tidak bisa. Sering kali Tuhan menghajar kita dengan kesulitan-kesulitan, kepahitan, kepedihan, kekecewaan, yang sebenarnya mau membawa kita naik ke dimensi ini. Dan Iblis betul-betul tidak akan berkuasa kalau kita masuk dimensi ilahi.

Orang yang masuk ke dimensi ini bisa mewakili Tuhan, artinya kita melihat orang yang masuk ke dimensi ini menjadi seperti Tuhan dalam lemah lembutnya, rendah hatinya, kepeduliannya terhadap orang, kerelaannya berkorban. Pasti luar biasa, karena dia menghadirkan Tuhan dalam hidupnya. Jadi, kalau kita masih suka mengecap manisnya dunia, berarti kita tidak bisa masuk ke dimensi ini. Sebab pasti kalimat-kalimat ini tidak terjadi dalam hidup kita: “Kamu sudah mati, hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus” atau “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Dan kalau kita hidup, kita hidup untuk Dia.”

Sejatinya, kita harus gentar, “Masih ada waktukah untuk saya memperbaiki diri?” Maka ketika kita di hadapan Tuhan, kita harus berusaha untuk mengenali diri. Tuhan itu mahal, surga itu mahal, tidak bisa dibayar murah; tapi harus dengan segenap hidup kita tanpa batas.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

IBLIS BETUL-BETUL TIDAK AKAN BERKUASA KALAU KITA MASUK DIMENSI ILAHI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 Oktober 2024
2024-10-22 17:56:59

Yohanes 7-8

Card image
Truth Kids 21 Oktober 2024 - BERUBAH!
2024-10-21 18:27:08


Roma 12:2
”Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”

Sobat Kids, apakah kalian pernah melihat binatang bunglon? Bunglon adalah salah satu binatang jenis reptil yang dapat mengubah warna kulitnya. Itu sebenarnya salah satu cara bunglon untuk menyelamatkan diri. Jika bunglon merasa ada pemangsa yang mengancam hidupnya, ia akan mengubah warna kulitnya menjadi serupa dengan warna lingkungan sekitarnya. Wah, hebat, bukan?!

Tetapi yang boleh serupa dengan lingkungan sekitarnya cukup bunglon, ya, Sobat Kids. Kita sebagai anak-anak Allah, justru tidak boleh menjadi serupa dengan lingkungan atau dunia ini. Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk berubah sesuai kehendak Tuhan. Jangan biarkan diri kita terpengaruh hal-hal buruk yang ada di dunia ini. Kita harus setia berdoa kepada Tuhan dan membaca Alkitab agar kita bisa membedakan kehendak Allah. Kita mau hanya melakukan yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna. Kita mau membuat Allah tersenyum.

Card image
Truth Junior 21 Oktober 2024 - BERANI BEDA
2024-10-21 18:25:18


Roma 12:2
”Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”

Shalom, Sobat Junior! Yuk, pelan-pelan kita baca ulang ayat di atas. Apakah Sobat Junior dapat memahaminya? Ayat di atas mengajarkan kita untuk tidak terpengaruh oleh hal-hal negatif dan tetap setia pada hal-hal yang benar.

Mari kita lihat cerita tentang Tuhan Yesus. Setelah Tuhan Yesus dibaptis, Ia pergi ke padang gurun untuk berdoa dan berpuasa selama 40 hari. Pada akhir waktu Ia berpuasa, Iblis datang untuk mencoba menggoda-Nya. Iblis menawarkan berbagai hal menarik kepada Yesus jika Ia mau mengikuti keinginan Iblis, seperti membuat batu menjadi roti, menawarkan kekuasaan, dan menerima kekayaan duniawi.

Namun, Yesus tetap teguh pada firman Tuhan. Meskipun godaan Iblis sangat kuat dan menarik, Yesus menolak semua tawaran itu dengan tegas. Ia selalu memilih untuk taat kepada Bapa dan mengikuti jalan yang benar. Yesus mengingatkan bahwa kita harus tetap setia pada nilai-nilai baik dan tidak terpengaruh oleh hal-hal negatif yang mencoba mengalihkan perhatian kita dari kebenaran.

Kita harus belajar mengerti mana kehendak Bapa dan perlu melihat segala sesuatu sesuai dengan keinginan-Nya. Ia menginginkan kita menjadi anak yang baik seperti Tuhan Yesus, oleh sebab itu, penting untuk banyak belajar tentang kebenaran firman dan melatih diri untuk memancarkan buah Roh. Ayo, Sobat Junior, semangat membaca dan melakukan firman Tuhan, sehingga kita bisa terus berupaya mengambil keputusan yang tepat dan menyenangkan hati Bapa.

Card image
Truth Youth 21 Oktober 2024 (English Version) - LED BY GOD, NOT BY PEOPLE'S OPINIONS
2024-10-21 18:22:17


"For those who are led by the Spirit of God are the children of God." (Romans 8:14)

Have you ever felt confused about making a decision because of too many opinions from others? Friends say one thing, family says another, and social media has yet another perspective. Amid all this noise, we sometimes forget to pause and ask, “What does God want in my life?”

Romans 8:14 says, "For those who are led by the Spirit of God are the children of God." This verse reminds us that as children of God, we have the privilege of being led directly by the Holy Spirit. Yet often, we find ourselves more busy listening to what others say rather than hearing God's voice. Why? Because we fear being wrong, fear being seen as strange, or fear not meeting others' expectations. Allowing God to lead our lives means we must be brave enough to place our trust entirely in Him, even if it means going against the tide or appearing different in the eyes of others. God has a special plan for each of us, and His plans are always the best. When we try too hard to follow people's opinions, we risk losing sight of the direction and purpose that God has set for our lives.

So, how do we allow God to lead us? Start by prioritizing time with God every day. Read His Word, pray, and ask the Holy Spirit to guide our steps. Learn to listen to His voice more than the voices of those around us. It’s not always easy, but trust that God knows what’s best for us.

Let’s dare to place our lives in God’s hands, not in the hands of others’ opinions. Allow the Holy Spirit to guide every decision and step we take. This way, we’re not just living to please people, but also to please God, who knows exactly who we are and what is best for us. Remember, our lives are not about how much we are accepted by others, but about how close we are to God.

WHAT TO DO:
1. Make prayer a lifestyle, so that it is no longer boring or strange.
2. Learn to seek the face of God through listening to worship and reading the Bible.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mark 15-16

Card image
Truth Youth 21 Oktober 2024 - DIPIMPIN TUHAN, BUKAN OPINI ORANG*
2024-10-21 18:16:55


”Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.” (Roma 8:14)

Pernah nggak sih, kamu merasa bingung mau ambil keputusan karena terlalu banyak pendapat dari orang lain? Teman bilang begini, keluarga bilang begitu, dan media sosial punya pendapat yang beda lagi. Di tengah semua kebisingan ini, kadang kita lupa buat berhenti sejenak dan bertanya, “Apa yang Tuhan mau dalam hidupku?”

Roma 8:14 berkata, “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.” Ayat ini ngingetin kita kalau sebagai anak-anak Tuhan, kita punya privilege buat dipimpin langsung oleh Roh Kudus. Tapi sering kali, kita malah lebih sibuk dengar apa kata orang lain daripada mendengar suara Tuhan. Kenapa? Karena kita takut dibilang salah, takut dibilang aneh, atau takut nggak sesuai ekspektasi orang. Mengizinkan Tuhan memimpin hidup kita artinya kita harus berani menaruh kepercayaan kita kepada- Nya, itu berarti kita harus melawan arus atau terlihat berbeda di mata orang lain. Tuhan punya rencana khusus buat masing-masing kita, dan rencana-Nya selalu yang terbaik. Ketika kita terus berusaha mengikuti opini orang, kita bisa kehilangan arah dan tujuan yang sudah Tuhan tetapkan buat hidup kita.

Jadi, gimana caranya mengizinkan Tuhan memimpin? Mulailah dengan mengutamakan waktu bersama Tuhan setiap hari. Baca firman-Nya, berdoa, dan minta Roh Kudus untuk mengarahkan langkah-langkah kita. Belajar untuk lebih mendengarkan suara-Nya daripada suara orang di sekitar kita. Memang nggak selalu mudah, tapi percayalah, Tuhan tahu yang terbaik buat kita.

Yuk, berani taruh hidup kita di tangan Tuhan, bukan di tangan opini orang lain. Biarkan Roh Kudus memimpin setiap keputusan dan langkah kita. Dengan begitu, kita nggak cuma hidup buat menyenangkan manusia, tapi juga untuk menyenangkan Tuhan, yang tahu persis siapa kita dan apa yang terbaik buat kita. Ingat, hidup kita bukan tentang seberapa banyak kita diterima orang, tapi seberapa dekat kita dengan Tuhan.

WHAT TO DO:
1.Menjadikan doa sebagai gaya hidup, sehingga doa tidak lagi hal yang membosankan dan aneh
2.Belajar untuk mencari wajah Tuhan dari mendengarkan puji-pujian dan membaca Alkitab

BIBLE MARATHON:
▪︎ Markus 15-16

Card image
Renungan Pagi - 21 Oktober 2024
2024-10-21 18:02:42


Hendaknya kita hidup selalu mengasihi Tuhan, dengan tulus, dengan segenap hati. Sebab Tuhan selalu mengasihi dengan kasih-NYA yang abadi. Dalam segala situasi hidup kita, saat mengalami kegagalan ataupun keberhasilan, saat dalam kesesakan ataupun bersukacita, Tuhan tetap mengasihi. Karena itu kita harus tetap setia mengasihi Tuhan, karena Tuhan adalah kekuatan dan kesenangan kita.

Jika kita selalu hidup mengasihi Tuhan, maka akan mengerti bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup ini, Tuhan akan menyatakan kebaikan-NYA dan Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan, bagi orang-orang yang mengasihi Dia. "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
(Roma 8:28)

Card image
Quote Of The Day - 21 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-21 17:59:51


Tahun-tahun umur hidup kita adalah proses pendandanan manusia batiniah kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 21 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-21 17:56:21


Mestinya hidup orang-orang yang benar-benar menjadi bait Allah dicengkeram oleh kehadiran Tuhan.

Card image
DIVINE AWARENESS - 21 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-21 17:53:42


We must continually grow until we can truly feel and comprehend, from concrete experiences, what it means to live in the presence of God. A life always in awe but in peace, in the presence of God. Only then can we begin to understand what it means to live in the dimension of being God's children or in the dimension of being members of the Kingdom of God. Essentially, when the Lord Jesus taught us the Lord's Prayer: “Our Father who art in heaven, hallowed be Thy name, Thy kingdom come...,” He wanted to lead us into a dimension of life as children of God-a dimension of life that no one has ever possessed before, only experienced first by the Lord Jesus, the Son of God, who in all things was made like us (Hebrews 2:17 Therefore he had to be made like his brethren in every respect, so that he might become a merciful and faithful high priest in the service of God, to make expiation for the sins of the people), and we all who follow in His footsteps. The Lord Jesus became the firstborn, and then we follow.

That is why we must have a quality of life like that of our Lord Jesus Christ. This is where our struggle lies: to fulfill what the Word of God says, that we must be perfect as the Father is perfect, with Jesus Christ as the image of God who has reached perfection (Hebrews 5:7-9 In the days of his flesh, Jesus offered up prayers and supplications, with loud cries and tears, to him who was able to save him from death, and he was heard for his godly fear. 8 Although he was a Son, he learned obedience through what he suffered; 9 and being made perfect he became the source of eternal salvation to all who obey him), so that we too can become the temple of God. Jesus said, "Destroy this temple, and I will rebuild it in three days." This was not referring to a physical temple, but to Jesus' body itself, which became the temple of God; He was killed, but on the third day, He rose. Jesus is the living temple of God, the first. After that, we all become temples of God.

If we are the temple of God, then our entire lives belong to Him. The lives of those who truly become the temple of God should be gripped by the presence of the Lord. Just like the temple in Jerusalem, which had a Most Holy Place that signified the presence of God, the rooms of our lives must be fully surrendered so that no one else occupies the space in our hearts except God, who places His temple or His Most Holy Place within us. Therefore, it is not excessive to say that we must always be aware of God's presence at every moment. Every moment, not only when we are in church or during a prayer service or at a household service. Every moment, we must always live with the realization that we are in the presence of God.

Especially for pastors and servants of God who preach from the pulpit, or who pray for the sick, or cast out the forces of darkness, they must always remain in the presence of God so that wherever they are, the presence of God flows. Wherever a servant of God is present, they represent God. When they speak from the pulpit, it is not their own thoughts and feelings being spoken, but the thoughts and feelings of God and the Word from God's heart that they are delivering.

If we are constantly in the presence of God, we experience what is called being "drunk in the Holy Spirit." Just as a person gets drunk when drinking wine, we become filled with the Holy Spirit. Like being intoxicated, our fleshly consciousness becomes lower or even lost. So, if we are filled with the Holy Spirit, our carnal awareness is increasingly subdued, increasingly put to death, and divine awareness is increasingly awakened. For all of us, we must know how to place, act, speak, and even think correctly, depending on the situation we are in; this is wisdom.

If we are filled with the Holy Spirit, if we are in the presence of God, not only is it difficult to sin, but we cannot sin. It feels like we are incapable of hating, not just unwilling to hate, but unable to hate. Our hearts are filled with compassion for everyone, even for those who try to harm or bring us down. We feel compassion, and this cannot be faked, it cannot be forced, but it is naturally within us. This compassion will automatically flow when someone is filled with the Holy Spirit. We must think of God day and night. We must set our minds only on Jesus, only on God the Father. This way, we will live 24 hours a day in the presence of God, all the way into eternity. We can die at any moment, but if we are in God's presence, whenever we die, we are ready, and even death becomes a joyous moment.

IF WE ARE FILLED WITH THE HOLY SPIRIT, OUR CARNAL AWARENESS IS INCREASINGLY SUBDUED, INCREASINGLY PUT TO DEATH, AND DIVINE AWARENESS IS INCREASINGLY AWAKENED.

Card image
KESADARAN ILAHI - 21 Oktober 2024
2024-10-21 17:51:43


Kita harus bertumbuh terus sampai kita benar-benar bisa merasakan, menghayati, dari pengalaman konkret hidup di hadirat Allah. Hidup yang selalu dalam ketercekaman, tetapi dalam damai sejahtera di hadirat Allah. Di situ kita baru bisa mengerti apa artinya berada di dalam dimensi hidup anak Allah atau dimensi hidup anggota keluarga Kerajaan Allah. Sejatinya, ketika Tuhan Yesus mengajar kita Doa Bapa Kami: “Bapa kami yang di surga, dipermuliakanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu…,” Tuhan mau membawa kita ke suatu dimensi hidup anak Allah, dimensi hidup yang tidak pernah dimiliki oleh siapa pun dan kapan pun, hanya dialami yang pertama oleh Tuhan Yesus, Anak Allah, yang dalam segala hal disamakan dengan kita dan kita semua yang mengikuti jejak Tuhan Yesus. Tuhan Yesus menjadi yang sulung, lalu kita mengikuti.

Itulah sebabnya kita harus memiliki kualitas hidup seperti kualitas hidup Tuhan kita Yesus Kristus. Di sinilah perjuangan kita lakukan, memenuhi yang dikatakan oleh firman Tuhan bahwa kita harus sempurna seperti Bapa dan Tuhan Yesus menjadi gambar Allah yang mencapai kesempurnaan (Ibr. 5:7-9) sehingga kita bisa menjadi Bait Allah. Tuhan Yesus berkata, “Rubuhkan Bait Allah ini, Aku akan membangunnya dalam tiga hari.” Itu bukan bait Allah secara fisik, melainkan Tubuh Yesus sendiri yang menjadi Bait Allah; dibunuh, tapi pada hari ke-3 Dia bangkit. Yesus adalah bait Allah yang hidup, yang pertama. Setelah itu kita semua menjadi bait Allah-bait Allah.

Jika kita adalah bait Allah, maka seluruh hidup kita milik Tuhan. Mestinya hidup orang-orang yang benar-benar menjadi bait Allah dicengkeram oleh kehadiran Tuhan. Karena seperti bait Allah di Yerusalem, ada ruang maha kudus yang menunjukkan kehadiran Allah. Ruangan hidup kita harus kita serahkan semua sehingga tidak ada siapa pun yang memiliki ruangan dalam hati kita kecuali Tuhan yang memang menempatkan bait atau ruang maha suci-Nya di dalam diri kita. Maka tidak berlebihan kalau setiap saat kita harus bisa menghayati kehadiran Tuhan. Setiap saat, bukan hanya pada waktu kita di gereja atau pada waktu kebaktian doa atau di kebaktian rumah tangga. Setiap saat kita selalu dalam penghayatan bahwa kita ada di hadirat Allah.

Apalagi bagi para pendeta dan hamba Tuhan yang berkhotbah di mimbar, atau yang mendoakan orang sakit, yang mengusir kuasa kegelapan, harus tetap ada di hadirat Allah, supaya di mana mereka berada, di situ hadirat Allah mengalir. Di mana seorang hamba Tuhan hadir, di situ dia mewakili Allah. Ketika dia berbicara di mimbar, bukan ucapan pikiran dan perasaannya sendiri, melainkan pikiran dan perasaan Tuhan serta firman dari hati Tuhanlah yang disampaikannya.

Kalau setiap saat kita ada di hadirat Allah, kita mengalami apa yang disebut “drunk in the Holy Ghost.” Kalau orang minum anggur menjadi mabuk, tapi kita dipenuhi Roh Kudus. Seperti orang mabuk, kesadaran kita rendah bahkan bisa hilang. Maka jika kita dipenuhi oleh Roh Kudus, kesadaran kedagingan kita makin ditundukkan, makin dimatikan dan kesadaran ilahi makin dibangkitkan. Untuk kita semua, kita harus tahu bagaimana meletakkan, menempatkan dan bersikap, berkata bahkan berpikir tepat, dalam situasi yang tepat, di mana kita berada, dalam situasi yang bagaimana; itulah hikmat.

Kalau kita dipenuhi Roh Kudus, kalau kita ada di hadirat Allah, bukan saja sulit untuk berbuat dosa tetapi tidak bisa berbuat dosa. Rasanya mau membenci pun tidak mampu; bukan tidak mau membenci, tetapi tidak bisa membenci. Hati kita penuh belas kasihan kepada semua orang, bahkan kepada orang-orang yang berusaha menjahati dan menjatuhkan kita. Kita berbelas kasihan dan ini tidak bisa dibuat-buat, tidak bisa dipaksakan, tapi ada di dalam diri kita sendiri. Ini otomatis akan mengalir ketika seseorang dipenuhi Roh Kudus. Pikirkanlah Allah siang dan malam. Jadi kita setting pikiran kita hanya ada pada Yesus, hanya ada pada Allah Bapa. Jadi kita 24 jam ada di hadirat Allah, sampai di kekekalan. Kita bisa meninggal setiap saat tetapi kalau kita berada di hadirat Allah, kapan pun meninggal, kita siap, bahkan kematian menjadi saat yang menyenangkan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JIKA KITA DIPENUHI OLEH ROH KUDUS, KESADARAN KEDAGINGAN KITA MAKIN DITUNDUKKAN, MAKIN DIMATIKAN DAN KESADARAN ILAHI MAKIN DIBANGKITKAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 Oktober 2024
2024-10-21 17:49:23

Matius 18

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 Oktober 2024
2024-10-21 17:48:34

Matius 17
Markus 9

Card image
Truth Kids 20 Oktober 2024 - PINOKIO
2024-10-20 10:27:51


Efesus 4:25
”Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota.”

Ada seorang tukang kayu yang tinggal seorang diri. Karena merasa kesepian, ia pun membuat sebuah boneka laki-laki dari kayu. Setelah selesai, sang tukang kayu tertidur. Betapa kaget ketika ia bangun keesokkan paginya, boneka kayu yang ia buat telah berubah menjadi seorang anak laki-laki yang bisa bergerak. Namun, ada yang unik dari boneka kayu ini. Setiap kali ia berbohong, hidungnya menjadi bertambah panjang. Semakin banyak bohong, semakin hidungnya menjadi panjang. Hidungnya akan kembali menjadi normal jika ia mengakui kebohongannya.

Untunglah cerita di atas hanya sekadar dongeng, Sobat Kids. Namun, kita bisa belajar dari dongeng tersebut. Seperti ayat yang kita baca hari ini, kita diingatkan untuk membuang dusta. Maksudnya, kita harus berhenti untuk berkata dusta dan harus berkata benar setiap saat, tidak lagi berbohong. Kita harus setia, terus-menerus, berkata jujur, ya Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 20 Oktober 2024 - BERANI JUJUR?
2024-10-20 10:22:31


Efesus 4:25
”Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota.”

Hai, Sobat Junior! Semoga kalian masih terus semangat membaca dan merenungkan firman Tuhan. Hari ini kita akan kembali membahas mengenai kejujuran. Apa kalian masih ingat apa itu kejujuran? Menurut kalian, apakah berkata dan berlaku jujur adalah hal yang mudah?

Ada seorang anak yang rajin bernama Adriann. Dia siap menghadapi ujian Matematika hari itu, namun ketika guru keluar kelas, teman-teman Adrian mulai menyontek. Mereka meminta Adrian untuk menyontek juga. Adrian merasa bingung, dia tahu menyontek itu salah, tetapi dia takut nilainya rendah jika tidak ikut menyontek.

Akhirnya, Adrian ikut menyontek. Setelah ujian selesai, dia mendapatkan nilai yang cukup baik, tetapi dia merasa sedih dan kecewa. Adrian menyadari bahwa menyontek membuatnya tidak bahagia dan tidak jujur.

Sobat Junior, kejujuran tidak dapat muncul begitu saja di diri seseorang. Menjadi orang jujur itu tidak mudah, apalagi bila dihadapkan dengan situasi yang mendesak kita untuk berbohong, bahkan dalam kebohongan kecil sekalipun. Dalam Alkitab, kita diajarkan untuk selalu berkata yang benar. Seperti tertulis dalam Amsal 12:22, “Bibir yang tidak jujur adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang melakukan kebenaran adalah kesukaan-Nya.”

Ingatlah untuk selalu mengatakan yang benar dan lakukan yang benar, meskipun terasa sulit. Dengan kejujuran, kita menunjukkan kesetiaan pada kebenaran dan membuat diri kita merasa lebih baik. Jadi, mari kita berusaha untuk selalu jujur dan setia pada kebenaran dalam setiap tindakan kita.

Card image
Truth Youth 20 Oktober 2024 (English Version) - FACING DOUBTS IN THE DIGITAL ERA
2024-10-20 10:16:34


"Your word is a lamp for my feet, a light on my path." (Psalm 119:105)

In this increasingly advanced technological era, we often feel confused and uncertain. Information is scattered everywhere, and other people's opinions can easily influence us. From social media to online news, we are bombarded with various views, sometimes contradictory. It's not uncommon for this to make us start questioning our own faith. “Is what I believe true?” “Am I just following the crowd?” These questions can arise when we feel pushed by others' opinions.

Psalm 119:105 says, "Your word is a lamp for my feet, a light on my path." This verse reminds us that amidst confusion and doubt, God's Word is a reliable guide. God's Word is like a lamp illuminating our path in the dark of night. When we feel bewildered by the tide of opinions and the rapidly changing technology, God's truth is the only thing that remains steadfast and unshakable.

Technology certainly brings many positives, such as easier access to information and communication. However, if we are not careful, technology can also cause us to lose our direction. For instance, when we start looking for answers on social media or online forums instead of turning to God's Word, it can lead us further away from the truth. We need to hold firmly to God's Word as our main standard, not other people's opinions or current trends.

So, how can we face doubts and crises of faith amidst advancing technology? Start by strengthening our relationship with God through daily reading of His Word. Make God's Word the solid foundation for determining the course of your life, rather than just following others' opinions. And remember, we don’t need to fear other people's opinions. We have a clear guide—God's Word—that provides direction, clarity, and peace amidst all confusion.

Don't let doubts lead you astray. Keep holding on to God's Word as the light that guides your every step, for it is only in Him that we find truth and strength to face the challenges of this age.

WHAT TO DO:
1. The times may advance with technology, but God's children continue to walk in the truth of God's Word.
2. Make the Bible your guide as you navigate the challenges of the times.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mark 14

Card image
Truth Youth 20 Oktober 2024 - MENGHADAPI KERAGUAN DI ERA DIGITAL
2024-10-20 09:33:11


_ ”Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” (Mazmur 119:105)

Di era teknologi yang semakin canggih ini, kita sering merasa bingung dan ragu. Informasi bertebaran di mana-mana, dan pendapat orang lain bisa dengan mudah mempengaruhi kita. Dari media sosial sampai berita online, kita dihujani dengan berbagai pandangan yang kadang bertolak belakang. Nggak jarang, ini membuat kita mulai meragukan iman kita sendiri. “Benarkah yang aku percaya ini?” “Apakah aku hanya ikut-ikutan?” Pertanyaan-pertanyaan ini bisa muncul saat kita merasa terdorong oleh pendapat orang lain.

Mazmur 119:105 berkata, “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” Ayat ini mengingatkan kita bahwa di tengah kebingungan dan keraguan, firman Tuhan adalah panduan yang bisa kita andalkan. Firman Tuhan seperti pelita yang menerangi jalan kita di malam yang gelap. Saat kita merasa bingung oleh arus pendapat dan teknologi yang berubah begitu cepat, kebenaran Tuhan adalah satu-satunya yang tetap dan tak tergoyahkan.

Teknologi memang membawa banyak hal positif, seperti kemudahan akses informasi dan komunikasi. Namun, jika kita tidak berhati-hati, teknologi juga bisa membuat kita kehilangan arah. Misalnya, saat kita mulai mencari jawaban di media sosial atau forum-forum online, bukannya mendekat pada firman Tuhan. Ini bisa membuat kita semakin bingung dan semakin jauh dari kebenaran. Kita perlu tetap berpegang pada firman Tuhan sebagai standar utama, bukan pendapat orang lain atau tren yang sedang populer.

Jadi, bagaimana cara menghadapi keraguan dan krisis iman di tengah majunya teknologi? Mulailah dengan memperkuat hubungan kita dengan Tuhan melalui pembacaan firman-Nya setiap hari. Jadikan firman Tuhan sebagai fondasi yang kokoh dalam menentukan langkah hidup, bukan hanya mengikuti pendapat orang lain. Dan ingat, kita tidak perlu takut terhadap opini orang lain. Kita punya pedoman yang jelas—firman Tuhan—yang memberikan arahan, kejelasan, dan ketenangan di tengah segala kebingungan.

Jangan biarkan keraguan membuatmu kehilangan arah. Tetaplah berpegang pada firman Tuhan sebagai terang yang memandu setiap langkahmu, karena hanya di dalam Dia kita menemukan kebenaran dan kekuatan untuk menghadapi tantangan zaman ini.

WHAT TO DO:
1.Zaman boleh maju dengan Teknologi, tapi anak-anak Tuhan tetap berjalan dalam kebenaran Firman Tuhan
2.Menjadikan Alkitab sebagai pedoman untuk kita berjalan dalam tantangan zaman

BIBLE MARATHON:
▪︎ Markus 14

Card image
Renungan Pagi - 20 Oktober 2024
2024-10-20 09:19:50


Dengan siapa bergaul dan bersahabat itu penting, sebab pergaulan dalam lingkaran persahabatan akan mempengaruhi keputusan-keputusan yang kita ambil. Sebab biasanya jika seseorang yang memiliki sahabat dekat, yang dapat dipercaya, saat dia ingin membuat keputusan yang cukup penting, maka dia akan diskusi dengan sahabatnya, dengan harapan sahabatnya itu dapat memberikan masukan kepadanya.

Jadi penting memilih dengan siapa bergaul sebelum menjalin persahabatan. Sahabat juga akan mempengaruhi karakter dan suasana hati kita, karena itulah Rasul Paulus dengan tegas berkata kepada jemaat di Korintus; "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi! Ada di antara kamu yang tidak mengenal Allah. Hal ini kukatakan, supaya kamu merasa malu."

Hati-hatilah bergaul dan memilih sahabat, sebab didalam pergaulan ada orang-orang yang tidak mengenal Allah. Jika terus bergaul dengan mereka dan menjadikan mereka sahabat, maka kita bisa saja tersesat dan kembali berbuat dosa lagi.
(1 Korintus 15:33-34)

Card image
Quote Of The Day - 20 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-20 09:16:23


Tuhan mengajak kita untuk serius tanpa batas.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 20 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-20 09:15:14


Kebahagiaan kita itu hanya ketika meletakkan pengharapan kita sepenuhnya pada penyataan kedatangan Yesus.

Card image
FINAL WARNING - 20 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-20 09:12:44


We must have the paradigm of thinking as children of God. In 1 Peter 1, it is said that He has begotten us through the resurrection of Jesus. Why? Because through His resurrection, we have the hope of resurrection to receive an inheritance that cannot perish, cannot fade, and is reserved in heaven. If we don’t believe that, essentially, being a Christian is meaningless. What is the advantage of being a Christian? Without this dimension, Christianity has no advantage at all. But for the sake of this dimension, Paul gave up everything and considered it rubbish. So, in 1 Peter 1:13 it is said, “… "... put your hope entirely on the grace given to you at the revelation of Jesus Christ.” Thus, our happiness is only when we place our hope entirely on the revelation of Jesus’ coming.

How joyful it would be if Jesus comes to take us to a life where there is no death, no disasters, no sickness, no wars, no crises, no accidents, no invalidity, no imperfection. And indeed, the dimension of Christian life is broader and extraordinary because it is not possessed by humans in general. Therefore, we should think that there is an end to this life’s journey. This does not make us pessimistic about life. Be thankful if God brings us to a condition where we are cornered, pressured, and disciplined by Him until we receive the grace to be able to appreciate this. Otherwise, we might get trapped in the pleasures of life. We must be optimistic, but our optimism lies beyond the grave. For before the grave, there is nothing we can hope for. This world offers no promises. There is a country in Eastern Europe that was once the safest country in the world, but now it is one of the least safe countries.

With the dimension of eternal life, our behavior will surely change. By having the dimension of eternal life, our lifestyle should be different from those who do not have the dimension of eternal life. It must change; day by day, the change must become more evident, more distinct. That’s why the Lord Jesus said in Matthew 5:14-16, “You are the light of the world. A city set on a hill cannot be hidden. Neither do people light a lamp and put it under a bowl, but on a stand, and it gives light to everyone in the house. In the same way, let your light shine before others, that they may see your good deeds and glorify your Father in heaven.”

So, by looking at our lifestyle, they find heaven. Because they see our hope for life beyond the grave, where we have the lifestyle of people who will be resurrected, the lifestyle of preparation will be visible. It can be lived without a target, the important thing is that life can be lived, a holy life, pleasing God, and saving souls. Then the next verse says, “As obedient children, do not conform to the evil desires you had when you lived in ignorance. But just as He who called you is holy, so be holy in all you do; for it is written: ‘Be holy, because I am holy.’ Since you call on a Father who judges each person’s work impartially, live out your time as foreigners here in reverent fear.”

This isn’t about fearing disasters, being mocked by others, or being ostracized by others. It’s about fearing God, as related to the previous verse, "Be holy, because I am holy." The standard is holiness-actions that are always correct according to God’s will. So, every day when we wake up, we are faced with decisions and choices. Are we acting correctly or not? Because God wants us to be precise in our actions. And if we want to be precise, we must understand His thoughts and feelings. The Bible says that we can be one spirit so that we can understand what God wants us to do; 1 Corinthians 6:17, "But whoever is united with the Lord is one spirit."

God will surely open the door because He indeed wants us to understand His will and carry it out. Don’t be proud, don’t harden your heart. Perhaps this is the final warning for us.

WE SHOULD THINK THAT THERE IS AN END TO THIS LIFE'S JOURNEY.

Card image
PERINGATAN TERAKHIR - 20 Oktober 2024
2024-10-20 09:10:25


Kita harus memiliki paradigma cara berpikir anak-anak Allah. Di 1 Petrus 1 dikatakan bahwa Ia telah melahirkan kita oleh kebangkitan Yesus. Mengapa? Karena dengan kebangkitan-Nya, kita memiliki pengharapan kebangkitan untuk menerima suatu bagian yang tak dapat binasa, tak dapat layu yang tersimpan di surga. Kalau kita tidak percaya itu, sejatinya, percuma jadi Kristen. Apa lebihnya Kristen? Tanpa dimensi ini, kekristenan tidak punya kelebihan apa-apa. Tapi demi dimensi ini, Paulus melepaskan semuanya dan menganggapnya sampah. Maka di 1 Petrus 1:13 dikatakan, “… letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus.” Jadi, kebahagiaan kita itu hanya ketika meletakkan pengharapan kita sepenuhnya pada penyataan kedatangan Yesus.

Betapa bahagianya kalau Yesus datang membawa kita ke kehidupan yang tidak ada kematian, tidak ada bencana, tidak ada sakit penyakit, tidak ada perang, tidak ada krisis, tidak ada kecelakaan, tidak ada invalid, tidak ada ketidaksempurnaan. Dan kenyataannya memang dimensi hidup Kristen itu lebih luas, dan luar biasa sebab tidak dimiliki oleh manusia pada umumnya. Maka seharusnya kita memikirkan bahwa ada ujung perjalanan hidup ini. Ini tidak membuat kita menjadi pesimis hidup. Maka bersyukur kalau kita dibawa Tuhan dalam kondisi disudutkan, dipojokkan, dihajar Tuhan sampai kita mendapat anugerah bisa menghayati hal ini. Kalau tidak, kita bisa terjebak dalam kenikmatan hidup. Kita harus optimis, tapi optimis kita di balik kubur. Sebab sebelum kubur, tidak ada yang bisa kita harapkan. Dunia ini tidak menjanjikan. Ada salah satu negara di Eropa Timur yang dulu merupakan negara teraman di dunia, tapi sekarang malah termasuk negara yang paling tidak aman.

Dengan dimensi hidup kekekalan, maka pasti perilaku kita berubah. Dengan memiliki dimensi hidup kekekalan, mestinya gaya hidup kita menjadi berbeda dengan orang yang tidak berdimensi hidup kekekalan. Mesti berubah, makin hari mesti makin mencolok perubahan itu, makin beda. Maka, Tuhan Yesus berkata di Injil Matius 5:14-16, "Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga."

Jadi, dengan melihat gaya hidup kita, mereka menemukan surga. Karena mereka melihat pengharapan hidup kita di balik kubur, di mana kita memiliki gaya hidup orang yang akan dibangkitkan, gaya hidup berkemas-kemas itu akan kelihatan. Bisa dilewati tanpa target, yang penting hidup bisa dijalani, hidup kudus, menyenangkan hati Tuhan, bagaimana menyelamatkan jiwa-jiwa. Lalu kalimat berikutnya, “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.”

Ini bukan takut bencana, dihina orang, dikucilkan sesama, melainkan takut akan Allah terkait dengan ayat sebelumnya, “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” Standarnya adalah kesucian; yaitu tindakan yang selalu tepat seperti yang Allah kehendaki. Jadi, setiap hari kita bangun tidur, kita sudah diperhadapkan kepada keputusan dan pilihan. Apakah kita bertindak tepat atau tidak? Karena Tuhan mau kita punya tindakan harus presisi. Dan kalau kita mau presisi, maka kita harus mengerti pikiran dan perasaan-Nya. Dan Alkitab berkata, kita bisa satu roh agar kita bisa mengerti apa yang Allah kehendaki untuk kita lakukan; 1 Korintus 6:17, “Barangsiapa mengikatkan diri dengan Allah, menjadi satu roh.”

Tuhan pasti membuka pintu, karena memang Tuhan mau kita mengerti kehendak Allah dan melakukannya. Jangan sombong, jangan mengeraskan hati. Mungkin ini adalah peringatan terakhir bagi kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEHARUSNYA KITA MEMIKIRKAN BAHWA ADA UJUNG PERJALANAN HIDUP INI.

Card image
Truth Kids 19 Oktober 2024 - MAKAN BERSAMA
2024-10-19 20:28:04


Filipi 2:4
”dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.”

Di sebuah hutan yang mulai kering, para binatangnya mulai gelisah. Mereka harus lebih giat berusaha mencari makanan. Terkadang mereka harus rebutan demi mendapatkan makanan. Raja hutan merasa sedih melihat para binatang yang mulai kelaparan. Akhirnya, ia memutuskan berpetualang ke luar hutan. Ia berniat mencari tempat lain yang memiliki lebih banyak persediaan makanan. Pagi-pagi benar, saat matahari belum terbit, sang raja hutan melangkah menuju tempat baru yang belum pernah ia kunjungi. Rintangan demi rintangan ia lalui. Walaupun sukar, raja hutan bertekad tidak akan kembali ke hutannya jika belum menemukan tempat baru. Tak terasa, matahari mulai terbenam, langit sekitar pun gelap. Rasa lelah mulai dirasakan sang raja hutan. Ingin rasanya ia menyerah, tetapi ia teringat para binatang yang kelaparan. Demi mendahulukan kepentingan para binatang yang lain, sang raja hutan tetap melangkah. Kekuatan baru terasa dalam dirinya ketika ada hembusan angin dari pohon-pohon yang rindang. Akhirnya, ia menemukan tempat baru untuk para binatangnya. Setelah beristirahat, segera saat matahari mulai terbit, ia kembali ke hutan tempat ia tinggal. Ia mengajak semua penghuni hutan untuk pindah ke tempat yang baru agar mereka semua bisa makan dengan cukup.

Sobat Kids, kita mau belajar dari sang raja hutan yang memikirkan kepentingan orang lain. Jangan hanya mementingkan diri sendiri, kita harus belajar untuk setia memikirkan kepentingan orang lain juga, ya.

Card image
Truth Junior 19 Oktober 2024 - TEMAN SEJATI DAN SEHATI
2024-10-19 20:25:43


Filipi 2:4
”dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.”

Sahabat adalah orang yang mengenal kita dengan baik dan selalu berusaha ada untuk kita dalam keadaan suka maupun duka. Apakah Sobat Junior memiliki sahabat? Apa yang biasa kalian lakukan dengan sahabat? Tahukah kalian, di Alkitab ada kisah persahabatan yang dapat menggambarkan persahabatan yang sejati.

Persahabatan Daniel, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego yang tertulis di Kitab Daniel 1-3 mencerminkan komitmen dan kesetiaan mereka kepada Tuhan di tengah tantangan. Mereka adalah pemuda Yahudi yang dibawa ke Babel dan dilatih untuk melayani di istana raja. Meski berada di bawah pemerintahan asing yang menuntut mereka untuk mengikuti kebiasaan dan penyembahan dewa, mereka tetap berpegang pada keyakinan mereka.

Kisah persahabatan mereka bisa dilihat saat menolak untuk makan makanan yang dianggap najis dan melanggar hukum Tuhan. Mereka menunjukkan tekad untuk menjaga iman di tengah tekanan. Ketika Raja Nebukadnezar memerintahkan penyembahan patung emas, mereka menolak dan tetap setia kepada Tuhan. Akibatnya, mereka dilemparkan ke dalam perapian yang menyala, tetapi Tuhan melindungi mereka sehingga mereka tidak terbakar.

Dalam situasi sulit, mereka saling mendukung dan berdoa bersama. Kesetiaan mereka kepada Tuhan dan keberanian mereka memperkuat ikatan persahabatan mereka. Persahabatan mereka mencerminkan kekuatan iman dan solidaritas dalam menghadapi tantangan besar. Sobat Junior, Tuhan tidak hanya menyelamatkan mereka dari bahaya, tetapi juga menunjukkan betapa pentingnya iman dan persahabatan. Dari sini kita belajar bahwa manusia diciptakan bukan hanya untuk dirinya sendiri. Allah merancang manusia untuk saling menguatkan satu sama lain. Tetap setia bersama sahabat dalam keadaan susah maupun senang, ya!

Card image
Truth Youth 19 Oktober 2024 (English Version) - BRAVELY STEPPING FORWARD IN THE MIDST OF FEAR
2024-10-19 20:23:18


"Have I not commanded you? Be strong and courageous. Do not be afraid; do not be discouraged, for the LORD your God will be with you wherever you go." (Joshua 1:9)

Have you ever felt afraid to try something new because you were worried about failing? Or maybe you hesitated to make an important decision because you feared what others would think? Fear of failure is human, but if left unchecked, this fear can become a huge wall that blocks us from growing and moving forward.

Joshua 1:9 says, “Have I not commanded you, ‘Be strong and courageous? Do not be afraid or discouraged, for the LORD your God is with you wherever you go.’” This verse reminds us that God is always with us, even when we feel afraid or doubtful. Fear of failure often stops us from taking steps that are actually important for our growth. However, it is when we dare to take risks and move forward that we learn, grow, and move closer to God’s plan.

Sometimes, we focus too much on what other people think or are afraid of disappointing them, that we forget that what matters most is what God thinks of us. When we are too afraid of failure or criticism, we end up closing ourselves off from great opportunities that God may provide. Remember, failure is not the end of the world; it is simply part of the process of learning and growing.

Taking risks does not mean being reckless without thinking, but having faith and trust that God has a beautiful plan behind every step we take, even when that step is full of uncertainty. So, don't let the fear of failure or fear of other people's opinions prevent you from moving forward. Believe me, God is with you every step of the way, and He always works for our good. Stay strong, stay steadfast, and dare to step in the midst of fear, because that is where you will find the growth and blessings that God has provided.

WHAT TO DO:
1. Have faith and trust God with all your heart and with all your mind
2. Dare to take steps even in difficult and frightening circumstances
3. Failure does not mean the end of everything, get up and keep fighting in faith

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mark 12-13

Card image
Truth Youth 19 Oktober 2024 - BERANI MELANGKAH DI TENGAH RASA TAKUT
2024-10-19 20:20:54


”Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi.” (Yosua 1:9)

Kamu pernah nggak merasa takut untuk mencoba sesuatu yang baru karena khawatir akan gagal? Atau mungkin kamu ragu untuk ambil keputusan penting karena takut akan pendapat orang lain? Rasa takut gagal itu manusiawi, tapi kalau dibiarkan, rasa takut ini bisa jadi tembok besar yang menghalangi kita untuk berkembang dan melangkah maju.

Yosua 1:9 bilang, “Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: Kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi.” Ayat ini mengingatkan kita bahwa Tuhan selalu bersama kita, bahkan ketika kita merasa takut atau ragu. Ketakutan akan kegagalan sering membuat kita berhenti mengambil langkah yang sebenarnya penting untuk pertumbuhan kita. Padahal, justru di saat kita berani mengambil risiko dan melangkah maju, kita belajar, bertumbuh, dan semakin mendekat kepada rencana Tuhan.

Terkadang, kita terlalu fokus pada pendapat orang lain atau takut mengecewakan mereka, sehingga kita lupa bahwa yang paling penting adalah apa yang Tuhan pikirkan tentang kita. Ketika kita terlalu takut gagal atau takut dikritik, akhirnya kita menutup diri dari kesempatan-kesempatan besar yang mungkin Tuhan sediakan. Ingatlah, gagal bukanlah akhir dari segalanya; itu hanyalah bagian dari proses belajar dan bertumbuh.

Berani mengambil risiko bukan berarti nekat tanpa berpikir, tapi punya iman dan kepercayaan bahwa Tuhan punya rencana yang indah di balik setiap langkah yang kita ambil, bahkan ketika langkah itu penuh ketidakpastian. Jadi, jangan biarkan rasa takut gagal atau takut akan pendapat orang lain menghalangi kamu untuk melangkah. Percayalah, Tuhan menyertai setiap langkahmu, dan Dia selalu bekerja untuk kebaikan kita. Tetap kuat, tetap teguh, dan beranilah melangkah di tengah rasa takut, karena di situlah kamu akan menemukan pertumbuhan dan berkat yang Tuhan sudah sediakan.

WHAT TO DO:
1.Memiliki Iman dan mempercayai Tuhan dengan segenap hati dan dengan segenap akal budi
2.Berani melangkah meskipun dalam keadaan yang sulit dan menakutkan
3.Gagal bukan berarti akhir dari segalanya, bangkit dan terus berjuang dalam iman

BIBLE MARATHON:
▪︎ Markus 12-13

Card image
Renungan Pagi - 19 Oktober 2024
2024-10-19 20:18:07


Kebenaran selalu ada didalam orang-orang yang berkata jujur, karena itu Tuhan Yesus dengan tegas berkata: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta."

Mereka yang suka pada dusta, pastilah bukan anak Tuhan, tetapi anak iblis, sebab iblis bapa segala dusta dan kebenaran tidak ada dalam dirinya. Karena itulah jika kita hidup dalam kebenaran berarti tidak boleh hidup dalam dusta, tetapi selalu hidup dalam kejujuran, berkata benar dalam segala hal. Pilihan itu ada di tangan kita sekarang apakah ingin hidup dalam kebenaran atau dalam dusta, apakah anak-anak Bapa di surga atau anak-anak iblis? Berjuanglah untuk hidup dalam kebenaran dan berkata jujur.
(Yohanes 8:44)

Card image
Quote Of The Day - 19 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-19 20:15:29


Gelisahlah kalau kita belum menemukan rencana Allah bagi kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 19 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-19 20:13:45


Kita bisa memiliki berbagai fasilitas hidup dan menikmati hidup, tapi tidak perlu terikat dan jangan ingin memiliki. Yang penting bisa dilewati saja, tanpa target.

Card image
THE DIMENSION OF HUMAN LIFE - 19 Oktober 2024
2024-10-19 14:40:39


Humans must live within the dimension of being human. The dimension of human life is certainly different from that of other creatures, let alone inanimate objects—higher than other living beings, higher than plants, and even higher than the most intelligent animals. With their ability to think, humans can innovate and discover new things that can improve their lives, make their lives easier. Humans have been able to travel long distances in a short time, overcome ocean waves, overcome storms, even though there are storms that are difficult to overcome such as tornadoes, for example. The dimension of human life is truly astonishing and admirable, because humans are created in the image and likeness of God.

This means that humans have abilities God has given them that surpass other creatures, as they are created in His image. However, no matter how great the dimension of human life may be—because humans have fallen into sin—it is limited and will end. One tragic sentence uttered by the LORD in Genesis 2, which humanity has indeed experienced, is: "On the day you eat of it, you will surely die." So, no matter how great, humans will die. In 1 Peter, it is said that humans are like flowers of the grass that bloom beautifully in the morning but wither by evening, only to be discarded and burned.

Thus, no matter how remarkable a person may be, they will die. Human beauty, no matter how grand, will come to an end. As 1 Peter says, humans are like flowers of the grass, blooming beautifully in the morning but withering by evening, and then discarded and burned. Death is the most tragic of all tragedies, but God never fails. God has designed life beyond death, as revealed by the fact of resurrection mentioned in 1 Corinthians 15, where it is said that humans will be resurrected. That is why Paul says, "If there is no resurrection of the dead, then your faith is futile, our faith is futile, for we who believe in Jesus will eventually die as well if there is no resurrection."

Human life has hope through the resurrection. However, not everyone understands this; it is only understood by believers. This is why Paul says in Philippians 3:7-8, "But whatever were gains to me I now consider loss for the sake of Christ. What is more, I consider everything a loss because of the surpassing worth of knowing Christ Jesus my Lord, for whose sake I have lost all things. I consider them garbage, that I may gain Christ." In this context, Paul was a member of the Sanhedrin, the highest council in Israel, a very honorable position, but none of it mattered when he gained Christ.

Next in Philippians 3:1 Paul wrote, “I want to know Him and the power of His resurrection and the fellowship of His sufferings, becoming like Jesus in His death, so that I may attain to the resurrection from the dead.” Paul let go of everything because everything became meaningless in order for him to attain the resurrection. Ironically, Christians who understand the resurrection, the dimension of their lives is no different from non-Christians. They are no different from people who have no hope. The dimension of our lives must be the dimension of the lives of children of God who have the scope of resurrection, the scope of eternal life, the scope of eternity. The Bible says, “Do not be conformed to this world.” The church and its ministers are responsible for changing the dimension of the congregation’s lives. If the dimension of the congregation’s lives does not change, it means the church is deceiving. But if the church has already spoken this truth loudly, yet no change happens, then it is the congregation’s fault.

Don't be arrogant! Jesus died for us, but rose again, and the resurrection of Jesus is the hope of our resurrection. The Lord Jesus fought for the resurrection with a tremendous struggle. Why then do we not rejoice in that hope? Of course there is something wrong. In fact, there are quite a few pastors whose life dimensions are also the dimensions of human life in general, the only difference is that they are pastors, but they have not yet crossed the line. Why haven't they crossed the line? There are two reasons: First, they still enjoy sin, whether it’s big or small sin. A true Christian must be holy and increasingly perfect. Second, because there are still pleasures in this world. We can have various facilities in life and enjoy life, but not need to be bound and desire ownership. What’s important is simply to pass through life without having targets.

THE DIMENSION OF HUMAN LIFE IS TRULY ASTONISHING AND ADMIRABLE, BECAUSE HUMANS ARE CREATED IN THE IMAGE AND LIKENESS OF GOD.

Card image
DIMENSI HIDUP MANUSIA - 19 Oktober 2024
2024-10-19 13:02:20


Manusia harus hidup berdimensi sebagai manusia. Dimensi hidup manusia tentu berbeda dengan dimensi makhluk lain, apalagi dengan benda mati, lebih tinggi dari makhluk hidup yang lain, lebih tinggi dari tumbuh-tumbuhan, dan bahkan lebih tinggi dari hewan yang paling cerdas sekalipun. Manusia dengan kemampuannya berpikir, dapat melakukan inovasi, menemukan hal-hal yang baru yang dapat menyejahterakan hidupnya, mempermudah hidupnya. Manusia sudah dapat menempuh jarak jauh dalam waktu singkat, mengatasi gelombang laut, mengatasi angin badai, walaupun ada badai-badai yang sulit ditanggulangi seperti tornado, misalnya. Dimensi hidup manusia adalah dimensi hidup yang bisa sangat menakjubkan dan mengagumkan karena manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.

Artinya manusia memiliki kemampuan yang Allah berikan lebih dari makhluk lain karena manusia diciptakan menurut gambar-Nya. Tetapi dimensi hidup manusia sehebat apa pun—karena manusia sudah jatuh ke dalam dosa—terbatas dan akan berakhir. Satu kalimat tragis yang diucapkan TUHAN di Kejadian 2, yang ternyata itu dialami manusia: "Pada hari kamu makan buah itu, kamu akan mati." Jadi, sehebat apa pun, manusia akan mati. Jadi, keelokan manusia bagaimanapun akan berakhir. Dalam 1 Petrus dikatakan bahwa manusia itu seperti bunga rumput yang pagi mekar indah, cantik, tetapi sorenya sudah layu, maka dibuang, dibakar.

Kematian merupakan tragedi yang paling tragis, tetapi Tuhan tidak pernah gagal. Tuhan merancang kehidupan di balik kematian, yaitu adanya fakta kebangkitan yang dikatakan dalam 1 Korintus 15 bahwa manusia akan dibangkitkan. Itulah sebabnya Paulus mengatakan, "Jika manusia tidak dibangkitkan, sia-sialah iman kamu, sia-sialah iman kita, sebab kita yang percaya Yesus akhirnya akan mati juga jika manusia tidak dibangkitkan."

Hidup manusia beroleh pengharapan karena adanya kebangkitan. Tetapi pengertian ini tidak dimiliki oleh semua orang. Ini hanya dimiliki oleh orang-orang percaya. Yang oleh karenanya Paulus mengatakan di dalam Filipi 3:7-8, “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus.” Dalam hal ini Paulus adalah seorang anggota Sanhedrin, lembaga tertinggi di masyarakat Israel, suatu posisi yang sangat terhormat, tetapi semuanya itu tidak ada artinya ketika dia memperoleh Kristus.

Selanjutnya dalam Filipi 3:1 Paulus menulis, “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Yesus dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.” Semua Paulus lepaskan karena semua menjadi tidak berarti demi supaya dia memperoleh kebangkitan. Ironis, orang Kristen yang mengerti kebangkitan, dimensi hidupnya tidak beda dengan mereka yang non-Kristen. Mereka tidak beda dengan orang yang tidak memiliki pengharapan. Dimensi hidup kita haruslah dimensi hidup anak Allah yang memiliki jangkauan kebangkitan, jangkauan hidup kekal, jangkauan kekekalan. Alkitab berkata, “Jangan serupa dengan dunia ini.” Gereja dan para hamba Tuhan bertanggung jawab untuk mengubah dimensi hidup jemaat. Kalau dimensi hidup jemaat tidak berubah, artinya gereja menipu. Tapi kalau gereja sudah bersuara keras seperti ini, namun tidak berubah, maka jemaat yang salah.

Jangan sombong! Yesus telah mati bagi kita, tapi bangkit, dan kebangkitan Yesus menjadi pengharapan kebangkitan kita. Tuhan Yesus memperjuangkan kebangkitan itu dengan perjuangan yang hebat. Mengapa kita tidak punya kesukaan terhadap pengharapan tersebut? Tentu ada yang salah. Bahkan tidak sedikit pendeta yang dimensi hidupnya juga dimensi hidup manusia pada umumnya, hanya bedanya dia menjadi pendeta, tapi dia belum menembus batas. Kenapa belum menembus batas? Pasti dua penyebabnya: Pertama, karena dia masih suka berbuat dosa; entah dosa besar atau dosa kecil. Kristen yang benar itu harus suci dan makin sempurna. Kedua, karena masih ada kesukaan di dunia ini. Kita bisa memiliki berbagai fasilitas hidup dan menikmati hidup, tapi tidak perlu terikat dan jangan ingin memiliki. Yang penting bisa dilewati saja, tanpa target.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DIMENSI HIDUP MANUSIA ADALAH DIMENSI HIDUP YANG BISA SANGAT MENAKJUBKAN DAN MENGAGUMKAN KARENA MANUSIA DICIPTAKAN MENURUT GAMBAR DAN RUPA ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 19 Oktober 2024
2024-10-19 12:59:42

Matius 16
Markus 8

Card image
Truth Kids 18 Oktober 2024 - SETIA SAMPAI AKHIR
2024-10-18 18:34:40


Amsal 31:27
”Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya.”

Rani sedang membantu ayahnya mencuci mobil di halaman rumah. Mereka mencuci, menyabuni, dan membilas mobil bersama-sama. Tiba-tiba, Rani merasa lelah dan ingin berhenti. Tapi ayahnya berkata, "Kita harus menyelesaikan pekerjaan ini dengan baik dan setia, Rani. Setiap tugas yang kita lakukan dengan rajin menunjukkan bahwa kita adalah orang yang bertanggung jawab." Mendengar kata-kata ayahnya, Rani kembali semangat dan menyelesaikan tugas mencuci mobil itu hingga bersih mengkilap.

Sobat Kids, dalam hidup ini kita akan diberi banyak tugas, baik di rumah maupun di sekolah. Kesetiaan kita dalam menyelesaikan setiap tugas menunjukkan bahwa kita adalah anak yang bisa diandalkan. Tuhan menginginkan kita untuk setia dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan. Jadi, saat kamu merasa lelah atau ingin menyerah, ingatlah untuk tetap setia dan bertanggung jawab dalam setiap tugasmu.

Card image
Truth Junior 18 Oktober 2024 - AKU ANAK BERTANGGUNGJAWAB
2024-10-18 18:31:59


Amsal 31:27
”Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya.”

Sobat Junior, memulai sebuah pekerjaan adalah hal yang mudah, namun setia melakukan pekerjaan itu sangatlah sulit. Hari ini kita akan belajar dari kisah Ishak, anak Abraham, tentang pentingnya kesetiaan dan tanggung jawab dalam pekerjaan rumah.

Ishak adalah anak Abraham yang tinggal di tanah yang sangat luas. Meskipun Ishak memiliki harta yang banyak, ia masih terus membantu orang tua dengan bekerja keras di ladang. Dia menggembalakan domba, menanam tanaman, dan melakukan banyak pekerjaan penting. Sekalipun banyak tantangan dan masalah, Ishak tetap rajin bekerja. Dia tidak menyerah, dan terus melakukannya dengan penuh semangat. Berkat kerja keras dan ketekunannya, tanah yang mereka miliki menjadi subur dan menghasilkan banyak makanan.

Ishak mengajarkan kita betapa pentingnya bekerja keras dan tidak menyerah, bahkan ketika menghadapi kesulitan. Dia menunjukkan bahwa dengan setia menjalankan tanggung jawab, kita bisa mencapai hasil yang terbaik.

Ketika kita membantu orang tua, membereskan mainan, atau menyapu lantai dengan rajin, menunjukkan bahwa kita dapat dipercaya. Ini adalah cara kita menunjukkan tanggung jawab dan kesetiaan, seperti yang dilakukan Ishak.

Ingatlah, Tuhan tidak suka dengan orang yang malas. Ia adalah Allah yang menyelidiki seluruh kehidupan kita. Setiap pekerjaan rumah yang kita lakukan dengan hati yang baik adalah cara kita memuliakan Tuhan dan menunjukkan bahwa kita bisa diandalkan. Mari kita ikuti teladan Ishak dan lakukan tugas rumah kita dengan rajin dan setia, ya, Sobat Junior!

Card image
Truth Youth 18 Oktober 2024 (English Version) - CHILDREN OF TRUTH
2024-10-18 18:28:48


“Be very careful, then, how you live—not as unwise but as wise, making the most of every opportunity, because the days are evil.” (Ephesians 5:15-16)

Today's life conditions humans to be constantly connected to social media. Both young and old use social media alike. Over time, social media, which initially functioned solely as a networking platform, has evolved into a medium for information and entertainment. On one hand, this phenomenon has a positive impact as it opens up vast information, allowing people to unleash their best potential to the fullest without limits.

However, on the other hand, the lack of boundaries has a high potential to harm individuals. One of the consequences is the difficulty people have in limiting themselves and managing their time when engaging with social media.

The struggle of young people to exercise restraint in social media usage is also evident among Christian youth. Adding to this is FOPO (Fear of Other People’s Opinion), which drives them to be more active and intense on social media, leading many to fear boredom, falling behind trends, current information, and more. Thus, social media has become an escape for young people.

The Word of God tells believers to pay attention to their habits, ensuring that their lifestyle resembles that of the wise, making effective use of the time available. This message suggests that we should pay special attention to our overall lifestyle pattern, including how we eat and drink, maintain health, study, work, socialize, and entertain ourselves, including the time spent on social media.

Social media can be good, but we also need to be mindful in its usage. One way to do this is by establishing a priority scale, determining what needs to be done immediately and what can be postponed. Additionally, we should focus on fulfilling our responsibilities without procrastinating until deadlines are near. There are indeed times when we feel tired and bored, leading us to seek entertainment through social media, but we must not lose sight of our responsibilities in the process.

WHAT TO DO:
1. Establish a priority scale.
2. Do not procrastinate.
3. Practice physical discipline.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mark 10-11

Card image
Truth Youth 18 Oktober 2024 - ANAK KEBENARAN
2024-10-18 18:19:18


”Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.” (Efesus 5:15-16)

Kehidupan saat ini mengondisikan manusia untuk selalu terhubung dengan yang namanya media sosial. Baik orang muda maupun orang tua sama-sama menggunakan media sosial. Seiring berjalannya waktu, media sosial yang mulanya hanya berfungsi sebagai jejaring sosial mengalami perkembangan dan berubah menjadi media informasi sekaligus hiburan. Di satu sisi, fenomena ini berdampak positif sebab informasi terbuka luas sehingga manusia dapat mengeluarkan potensi terbaiknya secara maksimal, tanpa batas.

Namun, di sisi lain, fakta memperlihatkan bahwa ketiadaan batas ini berpotensi besar merusak manusia. Salah satunya ialah kesulitan manusia untuk membatasi diri dan mengatur waktu ketika bermedia sosial. Sulitnya orang-orang muda menahan diri ketika bermedia sosial ini juga terjadi di kalangan orang-orang muda Kristen. Ditambah lagi dengan FOPO (Fear of Other People’s Opinion) yang membuat mereka makin gencar dan intens bermedia sosial sehingga banyak orang muda kini begitu takut dengan kebosanan, ketinggalan tren, informasi terkini, dan lain-lain. Oleh sebab itu, media sosial menjadi pelarian bagi orang-orang muda.

Firman Tuhan berkata bahwa orang percaya harus memperhatikan caranya berkebiasaan sehingga kebiasaan hidupnya seperti orang arif yang mempergunakan waktu yang ada secara efektif. Pesan ini mengisyaratkan kepada kita untuk menaruh perhatian khusus pada keseluruhan pola hidup kita, bagaimana kita makan dan minum, menjaga kesehatan, belajar, bekerja, bergaul, termasuk bagaimana kita menghibur diri dengan menghabiskan waktu di media sosial.

Media sosi itu baik, tetapi kita juga harus mindful dalam menggunakannya. Salah satunya ialah dengan menyusun skala prioritas, mana yang harus dikerjakan segera dan mana yang bisa ditunda. Selain itu, kita juga harus fokus mengerjakan tanggung jawab kita dengan tidak menunda-nunda pekerjaan sampai dekat deadline. Memang, ada kalanya kita lelah dan bosan sehingga kita menghibur diri dengan media sosial, tetapi jangan sampai kita terlalu fokus dan bahagia dengan media sosial sampai-sampai kita lupa dengan tanggung jawab kita.

WHAT TO DO:
1.Menyusun skala prioritas
2.Jangan menunda-nunda pekerjaan
3.Disiplin latihan fisik

BIBLE MARATHON:
▪︎ Markus 10-11

Card image
Renungan Pagi - 18 Oktober 2024
2024-10-18 18:15:23


Rumah tangga yang bahagia bukanlah rumah tangga yang tanpa masalah, tetapi rumah tangga yang bahagia adalah rumah tangga yang dapat menyelesaikan setiap masalahnya dengan kasih. Karena rumah tangga yang dibangun oleh sepasang suami istri awalnya dimulai dengan kasih, karena saling mengasihi, maka pria dan wanita memutuskan menikah dan membangun rumah tangga. Perlu diingat selalu kasih Kristus yang mempersatukan rasa kasih yang ada dalam rumah tangga.

"Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya."

Kalau saat ini sedang menghadapi masalah dalam rumah tangga, kasih mulai menjadi tawar, jangan kecewa dan putus asa, tetapi ingatlah Kasih Kristus adalah dasar dalam rumah tangga kita dan percayalah saat melibatkan Tuhan dalam rumah tangga, maka Tuhan Yesus pasti akan menolong. Mintalah hikmat dari Tuhan, yang pasti akan diberikan, sehingga setiap kita dapat melihat jalan keluar dan menyelesaikan setiap masalah dengan baik.
(Efesus 5:28,33)

Card image
Quote Of The Day - 18 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-18 18:35:57


Tuhan tidak melarang kita punya kesenangan selama kesenangan itu tidak bertentangan dengan selera Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 18 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-18 12:49:42


Mencari Tuhan itu bukan kewajiban, tapi kebutuhan.

Card image
FINDING OUR TRUE SELVES - 18 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-18 12:47:26


How boundless is God, who created animals with such diverse species, plants in millions of varieties, and even more remarkably, human beings. Out of the billions of humans, none are the same. So ideally, every human being radiates the glory of God. One task that God entrusts to each of us is how we find ourselves. Do we realize whose product we are today? Does God truly want us to be in the state we are in now? Each of us must discover, "Who am I?" If we were a flower, are we a rose, but what kind of rose-red, white, or a particular variety?

In truth, it seems nearly impossible for us to find our true selves, but it is not impossible. It is absolutely possible because God will surely help us to discover who we are. A lost person is not only someone who cannot fellowship with God; a lost person is also someone who who do not find themselves. Every individual already holds, carries, and bears God’s design within them. And that is extraordinary. Even before we were born, God already had our names in His mind, knowing who we would become. Let us not leave this world without finding ourselves, for that would mean failure.

God desires to radiate His beauty through each of us in our unique way. God, the Great Architect, will shape us according to our own conditions. How extraordinary it is to be His chosen people, and this is not something to be treated lightly. We cannot be "part-time" Christians-Christianity must take up our entire lives. The question is: Have each of us found out who we truly are? Does God want us to be like this? And even more sharply: "At my current age, have I satisfied God with this condition?"

What is the sign that someone is in the condition God wants? They reflect the glory of God, so much so that people might say, "When I meet her, it's like I’m meeting God" or "When I talk to him, it feels like I’m talking to God." This is because we are full of compassion, eager to help, blameless, and faultless. If people feel threatened by us or hurt, then something is wrong-unless that person is wicked. Evil people will feel wounded even without being harmed because their own wickedness wounds them, stemming from hatred, resentment, envy of others’ progress, a judgmental attitude, and condemnation.

The sun has no light unless God gives it. And the moon has no light at all unless it reflects the light of the sun. The source of light is God Himself. When parents grow in their faith and radiate God's light, then their children will reflect the light of their parents. Until, their children will also become the sun that radiating their own light. A child cannot love God because they cannot see Him, but they see their parents loving God and discover God in their parents. When parents become a reflection of God, the child will become a reflection of their parents, and one day, they will find God and become a reflection of God.

Thus, every human can radiate God's glory. How boundless is the glory of God, and how infinite is God Himself. Now, the question is, can we find ourselves to reflect God's glory? Before we were born from our parents, we were already born in God's mind. Reflecting on this truth fills us with passion and enthusiasm for life. Our energy and zeal for life are not because we want to enjoy this world but because we can absorb God's presence. God continues to speak, nurture, and mature us into His children until we fully align with His design. People like this will surely be allowed to dwell in the Kingdom of Heaven. So, the one thing we must wrestle with today is how to find ourselves.

One thing we must fight for is to find our identity as God intends. So, let's pursue what we've missed before our time on earth ends. We must strive to become what God desires us to be in His eyes. For with God, nothing is impossible. From now on, let us say, 'Make me feel like I cannot live without You. Make me thirst only for You. Make me need You more than I need oxygen. Make me thirst for You, need You more than I need air.' Seeking God is not a duty, but a necessity.

A LOST PERSON IS NOT ONLY SOMEONE WHO CANNOT FELLOWSHIP WITH GOD; A LOST PERSON IS ALSO SOMEONE WHO DO NOT FIND THEMSELVES.

Card image
MENEMUKAN DIRI SENDIRI - 18 Oktober 2024
2024-10-18 12:45:46


Betapa tak terbatasnya Allah yang menciptakan hewan dengan berbagai variannya, tumbuh-tumbuhan dalam berjuta jenis, dan lebih hebat lagi manusia. Dari sekian miliar manusia, tidak ada yang sama. Maka idealnya, setiap insan itu memancarkan kemuliaan Allah. Ada satu tugas yang Allah percayakan kepada kita masing-masing, yaitu bagaimana kita menemukan diri kita. Apakah kita tahu, kita ada hari ini, produk siapa? Apakah Allah memang menghendaki kita berkeadaan seperti ini? Setiap kita harus menemukan "siapa aku." Kalau ibarat bunga, kita adalah mawar, tapi apakah kita mawar yang merah, putih atau mawar jenis tertentu.

Sejatinya, nyaris mustahil untuk kita bisa menemukan diri kita, tetapi bukan tidak mungkin. Pasti mungkin, sebab Allah pasti akan menolong kita bagaimana kita bisa menemukan diri kita. Manusia yang terhilang bukan hanya dalam arti manusia tidak bisa bersekutu dengan Allah, manusia yang terhilang juga berarti manusia yang tidak menemukan dirinya. Pasti setiap orang telah memiliki, menampung, memuat, memikul, menanggung rancangan Allah. Dan itu luar biasa. Bahkan sebelum kita lahir, Allah sudah memuat nama kita di dalam pikiran-Nya, dan kita akan menjadi siapa. Jangan sampai kita meninggal dunia namun kita tidak menemukan diri kita, berarti kita gagal.

Allah mau memancarkan keindahan-Nya dalam spesifikasi masing-masing yang indah itu. Jadi, Allah Sang Arsitek Agung, akan membentuk kita sesuai dengan keadaan kita masing-masing. Betapa luar biasa menjadi umat pilihan itu dan tidak bisa menjadi sambilan. Kita tidak bisa menjadi Kristen sambilan, kekristenan harus menyita seluruh hidup kita. Pertanyaannya, apakah kita masing-masing sudah menemukan siapa diri kita? Apakah Allah menghendaki kita yang seperti ini? Lebih tajam lagi, “Dengan usiaku sekian tahun, apakah aku sudah memuaskan Tuhan dengan keadaan seperti ini?”

Apa cirinya kalau seseorang berkeadaan seperti yang Allah kehendaki? Memancarkan kemuliaan Allah, sehingga orang bisa berkata, "Saya kalau ketemu Ibu, saya seperti ketemu Tuhan" atau "Saya kalau ngobrol dengan Bapak, saya ketemu Bapak, seperti ketemu Tuhan." Karena kita penuh belas kasihan, suka menolong, tidak bercacat tidak bercela. Kalau sampai orang merasa terancam dengan kita, terlukai, berarti ada yang tidak beres. Kecuali orang itu jahat. Orang jahat itu akan terlukai tanpa dilukai, karena kejahatannya melukai dirinya dari kebencian, dendam, ketidaksukaan orang lain lebih maju, sikap menghakimi, dan menghukum.

Matahari tidak punya cahaya kalau tidak Tuhan beri. Dan bulan sama sekali tidak punya cahaya kalau tidak memancarkan cahaya matahari. Sumber terang adalah Allah sendiri. Orang tua yang bertumbuh terus memancarkan terang, maka anaknya akan memancarkan terang orang tua. Sampai anaknya akan jadi matahari juga yang memancarkan terang. Anak tidak bisa mengasihi Tuhan karena dia tidak melihat Tuhan, tapi dia melihat orang tuanya yang mengasihi Tuhan dan bisa menemukan Tuhan dalam orang tuanya. Dan ketika orang tuanya menjadi cermin Allah, dia akan menjadi cermin orang tuanya, dan suatu hari dia akan menemukan Allah dan menjadi cermin Allah.

Jadi, setiap manusia bisa memancarkan kemuliaan Allah. Betapa tidak terbatasnya kemuliaan Allah, betapa tidak terbatasnya Allah itu. Sekarang masalahnya, temukan diri kita untuk memancarkan kemuliaan Allah. Sebab sebelum kita dilahirkan oleh orang tua, kita sudah dilahirkan Allah di dalam pikiran-Nya. Merenungkan kebenaran ini, kita jadi begitu bergairah, begitu bersemangat hidup. Semangat, gairah hidup kita bukan karena kita mau menikmati dunia ini, melainkan karena kita bisa menyerap Tuhan. Dan Tuhan mau berbicara terus menumbuhkan, mendewasakan kita untuk menjadi anak-anak-Nya, sampai kita menjadi seorang yang benar-benar seturut dengan apa yang Dia rancang. Dan tentu, orang-orang seperti ini akan diperkenankan tinggal di dalam Kerajaan Surga. Jadi, satu hal yang kita harus gumulkan hari ini adalah bagaimana kita menemukan diri kita.

One thing we must fight for is to find our identity as God wants us to be. Jadi, kejarlah ketinggalan kita sebelum selesai, sebelum kita meninggal dunia. Kita berjuang untuk memperoleh apa yang Allah kehendaki, harus menjadi apa kita di hadapan Allah. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil. Mulai sekarang, baiklah kita katakan: "Buat aku merasa tidak bisa hidup tanpa Engkau. Buat aku hanya kehausan akan Engkau. Buat aku membutuhkan Engkau lebih dari aku membutuhkan oksigen. Buat aku punya kehausan akan Engkau, kebutuhan akan Engkau lebih dari aku membutuhkan oksigen." Sebab mencari Tuhan itu bukan kewajiban, tapi kebutuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MANUSIA YANG TERHILANG BUKAN HANYA DALAM ARTI MANUSIA TIDAK BERSEKUTU DENGAN ALLAH, MANUSIA YANG TERHILANG JUGA BERARTI MANUSIA YANG TIDAK MENEMUKAN DIRINYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 18 Oktober 2024
2024-10-18 12:42:30

Matius 15
Markus 7

Card image
Truth Kids 17 Oktober 2024 - MENJAGA LIDAH
2024-10-17 18:16:44


Amsal 16:28
”Orang yang curang menimbulkan pertengkaran, dan seorang pemfitnah menceraikan sahabat yang karib.”

Sore itu, Sita sedang bermain bersama teman-temannya di taman. Mereka sedang asyik bercanda dan bermain permainan yang menyenangkan. Namun, tiba-tiba salah satu temannya mulai membicarakan tentang anak baru di sekolah mereka. Kata-kata yang diceritakan bukanlah hal yang baik, dan Sita merasa tidak nyaman. Meskipun teman-temannya tertawa dan tampak senang, Sita memilih untuk tidak ikut dalam pembicaraan tersebut. Ia mengingat pesan orang tuanya dan ajaran dari Alkitab untuk tidak ikut dalam gosip. Ketika Sita pulang ke rumah, ia merasa damai karena telah menjaga hatinya dan tidak terlibat dalam pembicaraan yang buruk. Mama Sita memperhatikan betapa tenangnya Sita dan memuji sikapnya yang bijaksana.

Sobat Kids, menjaga hati dan menjauhi gosip adalah bentuk kesetiaan kita kepada Tuhan. Meskipun mungkin sulit untuk menahan diri saat teman-teman kita terlibat dalam pembicaraan yang tidak baik, kita dapat menunjukkan kasih Tuhan dengan tetap menjaga sikap kita. Tuhan selalu membimbing dan memberkati kita ketika kita memilih melakukan yang benar. Tetaplah menjaga lidah dan hatimu, Sobat Kids! Tuhan selalu bersama kita.

Card image
Truth Junior 17 Oktober 2024 - SETIA MENJAGA HATI
2024-10-17 18:13:00


Amsal 16:28
”Orang yang curang menimbulkan pertengkaran, dan seorang pemfitnah menceraikan sahabat yang karib.”

Sobat Junior, pasti kalian sudah tahu cerita tentang Yusuf yang dijual oleh saudara-saudaranya, bukan? Dalam Alkitab, diceritakan bahwa Yusuf memiliki saudara-saudara yang merasa cemburu karena Yusuf lebih disayang oleh ayah mereka. Mereka berbicara buruk tentang Yusuf dan merencanakan sesuatu yang jahat.

“Saudara-saudaranya melihat Yusuf dari jauh, dan sebelum ia mendekat kepada mereka, mereka sudah berencana untuk membunuhnya.” (Kej. 37:18).

Saudara-saudara Yusuf sangat marah dan iri hati, sehingga mereka berencana untuk membuang Yusuf ke dalam sebuah sumur dan menjualnya sebagai budak. Mereka tidak berbicara dengan cara yang baik atau menyelesaikan masalah dengan cara yang benar. Padahal, Tuhan mau kita untuk berbicara dengan kasih dan menghindari pembicaraan negatif.

Saat kita menghadapi masalah atau merasa marah, kita harus memilih untuk menjaga hati kita tetap baik dan penuh kasih. Daripada terlibat dalam pembicaraan atau perencanaan sesuatu yang jahat, lebih baik kita berbicara dengan cara yang membangun dan mencari solusi untuk menyelesaikan masalah.

Hati kita sangat penting dalam menentukan bagaimana kita menghadapi berbagai situasi, karena hati adalah tempat di mana kita membuat keputusan. Tuhan memberikan kita mata dan telinga untuk melihat berbagai hal, tapi sikap hati kita yang menentukan bagaimana kita menilai dan merespons situasi tersebut.

Jadi Sobat Junior, mari kita berusaha untuk terus setia menjaga hati kita, berbicara dengan penuh kasih, dan menghindari pembicaraan yang merugikan, sesuai yang diajarkan Tuhan, ya!

Card image
Truth Youth 17 Oktober 2024 (English Version) - FATAL FOOLISHNESS OF “PROCRASTINATION
2024-10-17 18:10:41


“Go to the ant, you sluggard; consider its ways and be wise! It has no commander, no overseer or ruler, yet it stores its provisions in summer and gathers its food at harvest.” (Proverbs 6:6-8)

Before the rainy season or a time that brings hunger, ant colonies will gather their food without procrastinating or waiting for tomorrow, as that would be a fatal foolishness for ants. Ants are hard-working creatures that actively seek food to eat and store for emergencies. The principle of ants preparing for their day before the bad days comes is a wise action worth emulating, as they understand very well that tomorrow is an unpredictable day, and they must provide food before the desert (times of hardship).

Christian youth should think like ants, continually developing their potential without delaying work, because everything will be useful in the future, which cannot be known. Never feel that when you go outside, it won’t rain, so you don’t need to prepare an umbrella or raincoat. What if it rains? If you don’t bring an umbrella or rain gear, you’ll definitely get soaked. Similarly, procrastinating work means you are hindering your potential, while the world continues to evolve with various challenges, especially in the realm of ministry, where you will stumble and suffer.

Many Christian youth no longer sincerely seek God due to limited potential, which restricts their progress in their ministry field. Even more sadly, some leave God because they feel intimidated by their inability to bear the burdens of God’s work due to the frequent procrastination of tasks. Procrastination is akin to limiting ourselves from realizing our potential; therefore, failures in facing problems will keep coming.

WHAT TO DO:
1. Do not procrastinate tasks.
2. Utilize work opportunities to enhance your potential.
3. Serve God without procrastinating.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mark 8-9

Card image
Truth Youth 17 Oktober 2024 - KEBODOHAN FATAL “MENUNDA"
2024-10-17 18:06:53


”Hai pemalas, pergilah kepada semut perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen.” (Amsal 6:6-8) Sebelum musim hujan atau musim yang mendatangkan kelaparan, kelompok semut pasti akan mengumpulkan makanannya tanpa menunda dan menunggu hari esok karena itu adalah tindakan atau kebodohan fatal bagi semut. Semut tergolong makhluk pekerja keras dan aktif dalam mencari makanan untuk dimakan dan disimpan untuk berjaga-jaga. Prinsip kerja semut yang mempersiapkan harinya sebelum hari buruk merupakan tindakan kebijaksanaan yang patut untuk dicontoh, karena mereka sangat mengerti bahwa hari esok merupakan hari yang tidak dapat diprediksi sehingga harus menyediakan pangan sebelum padang gurun (masa kesusahan).

Pemuda Kristen harus menjadi seorang yang berpikir seperti semut, mengembangkan terus potensi tanpa menunda pekerjaan, karena semuanya akan berguna di hari yang akan datang yang tidak bisa diketahui. Jangan pernah merasa bahwa ketika kamu keluar rumah, hujan tidak akan turun sehingga kamu tidak menyediakan payung atau jas hujan. Bagaimana jika hujan? Kamu tidak membawa payung atau peralatan hujan, sudah pasti kamu akan basah kuyup. Begitu juga dengan menunda pekerjaan berarti kamu menghambat potensimu, padahal dunia semakin berkembang dengan berbagai tantangan zaman terutama di dalam dunia pelayanan, kamu akan tertatih dan menderita.

Banyak pemuda Kristen tidak sungguh-sungguh lagi mencari Tuhan karena keterbatasan potensi sehingga terbatas dalam memberi suatu kemajuan dalam ladang pelayanannya, bahkan lebih menyedihkan yaitu meninggalkan Tuhan karena merasa terintimidasi oleh diri sendiri atas ketidakmampuan memikul beban pekerjaan Tuhan karena keseringan menunda pekerjaan. Menunda pekerjaan sama halnya dengan membatasi diri kita untuk semakin berpotensi, oleh sebab itu kegagalan demi kegagalan dalam menghadapi suatu masalah akan terus berdatangan.

WHAT TO DO:
1.Jangan menunda pekerjaan
2.Manfaatkan dunia pekerjaan untuk meningkatkan potensi
3.Layanilah Tuhan tanpa suka menunda

BIBLE MARATHON:
▪︎ Markus 8-9

Card image
Renungan Pagi - 17 Oktober 2024
2024-10-17 18:02:35


Dari sejak zaman Nuh, ternyata kecenderungan hati manusia adalah membuahkan kejahatan semata-mata, yang membuat hati Tuhan berduka dan merasa menyesal telah menempatkan manusia di bumi.

"Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi dan hal itu memilukan hati-Nya."

Saat itu Tuhan akan menghukum dan memusnahkan bumi dengan air bah. Karena kasih-Nya, Tuhan tidak langsung menghukum, tetapi memberi peringatan lebih dahulu kepada manusia di bumi untuk memberi kesempatan mereka bertobat, supaya selamat dari penghukuman Tuhan.

Peringatan itu diberikan lewat Nuh, seorang yang mempertahankan hidup benar dan tidak bercela, karena bergaul dengan Allah. Namun kejahatan yang merajalela itu telah membutakan mata hati manusia, sehingga tidak ada satupun dari mereka mau memperhatikan peringatan yang diberikan, tetapi keluarga Nuh mendapat kasih karunia Tuhan dan diselamatkan.

Bagaimana dengan hidup kita sekarang? Ada Tahta Pengadilan Allah dan hukuman kekal menanti, juga Kemuliaan bersama Tuhan di kekekalan, manakah yang kita pilih? Hidup mendukakan hati Tuhan atau menyenangkan hati Tuhan? itulah pilihan yang harus kita tentukan dari sekarang.
(Kejadian 6:5-6)

Card image
Quote Of The Day - 17 Oktober 2024 ( Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-17 12:37:14


Pelayanan adalah perjuangan untuk mengubah kehidupan sesuai atau seturut dengan standar Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 17 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-17 12:36:02


Kalau seorang bergaul dengan Tuhan dan selalu mendengar suara Tuhan, itulah kehidupan yang dimaksud oleh Allah yang membuat manusia bertumbuh.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 Oktober 2024
2024-10-17 12:34:29

Yohanes 6

Card image
BECOMING GOD'S REFLECTION - 17 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-17 12:33:37


Humans were created in a locked state, held hostage in an order, law, and nature that humans must not and indeed cannot deny, namely that humans cannot live without fellowship with God. So if they deny it, then humans must be destroyed. However, humans can free themselves from that lock and humans can free themselves from being held hostage. Like a lamp, it is impossible to be separated from the source of electricity. In the Gospel of John chapter 4, in the dialogue between Jesus and the Samaritan woman at Jacob’s well, Jesus said, "If you drink this water"- referring to the water of the world - "you will thirst again. But if you drink the water that I give you, you will never thirst again. On the contrary, the water I give you will become a spring of water within you, continually welling up to eternal life."

Humans must be connected to God, and ultimately, they must become a reflection of God that reflects His nature and His essence. This reflection must shine forth from the lives of His created beings, namely humans. God created many creations, and through these creations, His intelligence and glory are evident. The beauty of God’s creation, which is so perfect, shows His intelligence and unparalleled aesthetic values. However, none can match the creation called "human," which can reflect the glory of God. Salvation in Jesus Christ must achieve this: where a person truly reflects the nature of God. If this hasn’t happened or isn’t happening, then we must mourn and continually allow ourselves to be transformed according to His image. God wants to create beings that can express His thoughts and feelings.

Who are these beings that can express God's thoughts and feelings? Of course, they are beings who have absorbed the attributes of God, though this happens through a process. This is why God commanded Adam, "Do not partake of the tree of the knowledge of good and evil, for if you partake of it, you will consume its knowledge and reflect the knowledge from this fruit." Humans should consume from the tree of life so that they can absorb God's thoughts and feelings, and reflect God’s glory through their behavior and deeds. This is why the Bible says in Matthew 4:4, "Man shall not live by bread alone, but by every word that proceeds from the mouth of God (rhema)." Therefore, we must drink the water of life, which is the Word or logos. When someone fellowships with God and constantly hears His voice, that is the life God intends for humanity, the life that enables people to grow.

Many Christians show no difference at all from non-Christians. Ironically, many Christians are even worse than non-Christians. Yet, how great is the value of Jesus' sacrifice! Through Jesus' sacrifice on the cross, we can be justified or considered righteous, even though we are not truly righteous yet. Then we can meet God and receive the seal of the Holy Spirit. The Holy Spirit is God's own Spirit, continually speaking to cultivate divine life within us, so that we can partake in the divine nature. This is the greatness of life as the children of God. The time that God gives us is a grace, for within time, we can encounter God, where He continually matures us to a certain point, at which we can be said to be born of God.

Yes, for a human child to be born takes nine months. But for a human to become a child of God, it may take 10, 30, 50, or 70 years, or even longer. When we pass away, we can then truly be considered worthy of being called children of God. So why does God want us to be conformed to His image and likeness? Because we are meant to become His mirror, reflecting His thoughts and feelings. And it turns out, this is what delights God, for in this way, God can fellowship with us. God can dialogue with us. Have we ever thought about how beautiful God’s communion with Adam and Eve in Eden must have been? But when Adam and Eve fell into sin, not fulfilling the qualities that deserve to have fellowship with God, what happened? They were expelled.

God chooses certain people to be His friends-like Abraham, Job, and Noah-those who have the capacity. It is truly remarkable if we become His chosen people, redeemed by the blood of Jesus Christ. Then we can become children of God who can dialogue with God, who can fellowship with Him. God created many things, and each thing certainly has its own uniqueness. Every creation reflects a different aspect of God’s intelligence. Have we ever thought about how many humans exist, and yet not a single one is identical? God desires that each person, with their unique existence, reflect His glory and become His reflection.

GOD DESIRES THAT EACH PERSON, WITH THEIR UNIQUE EXISTENCE, REFLECT HIS GLORY AND BECOME HIS REFLECTION.

Card image
MENJADI CERMIN ALLAH - 17 Oktober 2024
2024-10-17 12:31:40


Manusia diciptakan dengan keadaan terkunci, tersandera dalam tatanan, hukum, dan kodrat yang manusia tidak boleh dan memang tidak bisa sangkali, yaitu manusia tidak mungkin hidup tanpa persekutuan dengan Tuhan. Sehingga kalau dia sangkali, maka manusia harus dibinasakan. Tetapi, manusia bisa melepaskan diri dari kuncian itu dan manusia bisa membebaskan diri dari penyanderaan. Ibarat lampu, tidak mungkin bisa terpisah dari sumber tenaga listrik. Di dalam Injil Yohanes 4, dalam dialog Tuhan Yesus dengan wanita Samaria di perigi Yakub, Tuhan Yesus mengatakan, "Engkau minum air ini,” air dunia maksudnya, “Engkau akan haus lagi. Tetapi kalau kau minum air yang Kuberikan kepadamu, kamu tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya, air yang akan Kuberikan kepadamu akan menjadi mata air di dalam dirimu yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."

Manusia harus terhubung dengan Allah, yang akhirnya nanti manusia harus menjadi cermin Allah yang dapat dilihat karena memancarkan hakikat, sifat Allah. Memancar dari kehidupan makhluk ciptaan-Nya, yaitu manusia. Allah menciptakan banyak ciptaan, yang dari ciptaan-ciptaan tersebut nampak kecerdasan dan kemuliaan Allah. Keindahan ciptaan Allah yang begitu sempurna menunjukkan kecerdasan Allah dengan nilai-nilai estetika atau keindahan yang tiada tara, tetapi tidak bisa menandingi makhluk yang disebut manusia, yang bisa memancarkan kemuliaan Allah. Keselamatan dalam Yesus Kristus harus mencapai ini, di mana seseorang benar-benar memancarkan sifat Allah. Jika belum atau tidak, maka kita harus meratapi diri dan terus memberi diri kita diubahkan terus, diubahkan seturut gambar-Nya. Allah mau menciptakan makhluk yang dapat mengekspresikan pikiran dan perasaan-Nya.

Siapakah makhluk yang bisa mengekspresikan pikiran dan perasaan Allah ini? Tentu makhluk yang sudah menyerap sifat-sifat Allah, walau tentu lewat proses. Itulah sebabnya Tuhan berfirman kepada Adam, "Jangan kamu menyerap buah pengetahuan yang baik dan jahat, sebab kalau kamu menyerap buah pengetahuan yang baik dan jahat, engkau mengonsumsi buah ini, kamu memancarkan pengetahuan dari buah ini." Mestinya manusia mengonsumsi pohon kehidupan supaya bisa menyerap pikiran dan perasaan Allah, dan bisa memancarkan kemuliaan Allah dalam perilaku dan perbuatannya. Itulah sebabnya, Alkitab berkata di Injil Matius 4:4, "Manusia hidup bukan hanya dari roti, tapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (rhema)." Jadi, kita harus meneguk air kehidupan yaitu firman atau logos. Kalau seorang bergaul dengan Tuhan dan selalu mendengar suara Tuhan, itulah kehidupan yang dimaksud oleh Allah yang membuat manusia bertumbuh.

Banyak orang Kristen yang sama sekali tidak menunjukkan perbedaan dengan orang non-Kristen. Bahkan ironisnya, banyak orang Kristen yang lebih buruk dari orang non-Kristen. Padahal betapa hebat nilai kurban Tuhan Yesus. Dengan pengurbanan Yesus di kayu salib, maka kita bisa dibenarkan atau dianggap benar walau belum sungguh-sungguh benar. Lalu manusia bisa menjumpai Allah, menerima meterai Roh Kudus. Roh Kudus adalah roh Allah sendiri yang terus berbicara untuk menumbuhkan kehidupan ilahi di dalam diri orang itu, sehingga orang itu bisa berkodrat ilahi. Ini hebatnya kehidupan sebagai anak-anak Allah. Waktu yang Tuhan berikan adalah anugerah, sebab di dalam waktu ada perjumpaan dengan Tuhan, di mana Tuhan terus mendewasakan sampai titik tertentu, lalu bisa dikatakan kita lahir dari Allah.

Ya, untuk seorang anak manusia lahir perlu waktu 9 bulan. Tapi, kalau seorang anak manusia untuk menjadi anak-anak Allah perlu waktu 10, 30, 50, 70 tahun, atau bisa lebih. Yang ketika kita meninggal dunia, kita menjadi orang yang sungguh-sungguh telah layak disebut sebagai anak-anak Allah. Jadi, mengapa Allah menghendaki kita menjadi seorang yang segambar dan serupa dengan Allah? Karena kita dikehendaki untuk menjadi cermin-Nya yang memancarkan pikiran dan perasaan-Nya. Dan ternyata, itulah kesukaan Allah, karena dengan demikian Allah bisa bersekutu dengan kita. Allah bisa berdialog dengan kita. Pernahkah kita memikirkan betapa indahnya pergaulan Allah dengan Adam dan Hawa di Eden? Tetapi ketika Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, tidak memenuhi kualitas yang pantas bergaul dengan Allah, apa yang terjadi? Mereka diusir.

Allah memilih orang-orang tertentu untuk menjadi sahabat-Nya—seperti Abraham, Ayub, Nuh—yaitu mereka yang punya kapasitas. Jadi hebat sekali kalau kita menjadi umat pilihan yang ditebus oleh darah Yesus Kristus. Lalu, kita bisa menjadi anak-anak Allah yang bisa berdialog dengan Tuhan, bisa bersekutu dengan Tuhan. Allah menciptakan berbagai benda dan setiap benda pasti memiliki keunikan. Di setiap benda itu pasti memancarkan kecerdasan Allah yang berbeda satu dengan yang lain. Pernahkah kita berpikir, berapa jumlah manusia dan ternyata tidak ada satu pun yang sama? Allah menghendaki setiap insan dengan keberadaannya yang unik memancarkan kemuliaan-Nya, menjadi cermin-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ALLAH MENGHENDAKI SETIAP INSAN DENGAN KEBERADAANNYA YANG UNIK MEMANCARKAN KEMULIAAN-NYA, MENJADI CERMIN-NYA.

Card image
Truth Kids 16 Oktober 2024 - MENCUCI PIRING BERSAMA MAMA
2024-10-16 17:49:16


Kolose 3:18-20
”Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan.”

Ketika Adi sedang asyik bermain dengan mobil-mobilannya, tiba-tiba mama memanggil Adi untuk membantu mencuci piring di dapur. Awalnya, Adi merasa malas karena masih ingin bermain, tetapi ia ingat bahwa membantu keluarga adalah hal yang penting. Setelah berpikir sejenak, Adi memutuskan untuk membantu mama. Ketika mencuci piring, Adi menyadari bahwa pekerjaan rumah tidak seburuk yang ia bayangkan, apalagi jika dikerjakan bersama-sama. Setelah semuanya selesai, mama tersenyum dan berkata, "Terima kasih sudah membantu Mama, Adi. Keluarga kita akan selalu saling membantu, ya!" Adi merasa senang dan bangga karena bisa membuat mama bahagia.

Sobat Kids, membantu keluarga, meski dalam hal kecil, adalah salah satu cara kita menunjukkan kesetiaan dan kasih sayang. Tuhan sangat senang ketika kita setia dalam hal-hal kecil seperti ini. Mari kita selalu ingat untuk siap sedia membantu keluarga kita di rumah saat mereka membutuhkan.

Card image
Truth Junior 16 Oktober 2024 - BERAWAL DARI RUMAH
2024-10-16 17:47:32


Kolose 3:18-20
”Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan.”

Saat Yoya berlibur di rumah tantenya, banyak hal yang dikeluhkan oleh tante dan seisi rumahnya. Yoya sering membuang sampah sembarangan, jarang membereskan kotoran yang ia tumpahkan setelah makan, sering menolak ketika diajak membantu tantenya melakukan tugas rumah, bahkan Yoya tidak mau tidur teratur dan bangun semaunya. Hal ini dikarenakan Yoya sudah terbiasa hidup dengan gaya seperti itu di rumahnya sendiri. Jadi, saat menginap atau tinggal sementara di tempat lain, ia pun bersikap yang sama.

Sobat Junior, jangan mau menjadi anak seperti Yoya, ya. Yoya tidak menjadi saksi (terang dan garam) bagi keluarganya, malah menjadi batu sandungan karena kelakuannya. Kalian harus rajin dan menjadi anak yang selalu siaga ketika diminta bantuan oleh orang tua atau siapa pun yang serumah dengan kalian. Apa yang biasa kita lakukan di rumah, akan tercermin ketika kita di luar. Biasakan memperhatikan rumah kalian sendiri dengan merawatnya. Tanyalah pada orang tua atau keluargamu yang serumah, apa yang bisa kalian lakukan untuk membantu mereka. Pasti banyak hal yang dapat kalian lakukan setiap hari untuk merawat rumah maupun untuk menolong sesama anggota keluarga di rumah. Misalnya hari ini kalian membantu mencuci piring, besok kalian bisa membantu menyapu lantai rumah. Sedikit demi sedikit kalian bisa mempelajari hal-hal sederhana yang bisa dilakukan di usia kalian sekarang. Kelak kalian akan menjadi pribadi mandiri yang mahir dalam banyak hal, dan tentu saja hal itu akan membanggakan.

Card image
Truth Youth 16 Oktober 2024 (English Version) - BLESSINGS CREATE OPPORTUNITIES
2024-10-16 17:41:41


“Do you see someone skilled in their work? They will stand before kings; they will not stand before officials of low rank.” (Proverbs 22:29)

God cannot effectively use those who are unwilling to develop their talents and who are merely idling away their time for entertainment. Did you know that a dull axe won’t be used until it is sharpened? Similarly, a person without developed talents will remain in a place where their help is not needed. Many people squander opportunities to enhance the talents they already have, even though God has given each person a unique set of foundational talents. The question is, have these talents been sharpened?

Talents are our means to glorify God. As Christian youth, we are used more by God when we genuinely serve while honing the talents we possess, whether that be music, singing, dancing, crafting, and so on. Without these, God cannot place us in larger roles to serve Him. In the secular world, talents are highly valued; especially in the realm of serving the King of kings, talents are essential and should include a fear of the Lord.

Based on this, as you read all of this, take immediate action to utilize today and the days ahead to sharpen your talents. Talents create a beautiful painting on the exterior of our lives, making us usable, just like a beautiful painting that will surely be displayed because of its beauty. If you look at great people today, they are chosen and used because of their excellence. Thus, through your talents, you too will be esteemed in the eyes of God if you have developed your talents with a heart that fears Him.

WHAT TO DO:
1. Take advantage of opportunities to develop your talents.
2. Remember that your talents are solely for glorifying God, and God will effectively use those who are serious about developing their talents for His glory.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mark 6-7

Card image
Truth Youth 16 Oktober 2024 - BERKAT MENGHASILKAN KESEMPATAN
2024-10-16 17:38:38


”Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina” (Amsal 22:29)

Tuhan tidak pernah bisa efektif memakai orang yang tidak mau mengembangkan bakat dan hanya bermalas-malasan untuk mencari hiburan bagi dirinya. Tahukan kamu bahwa parang yang tumpul tidak akan dipakai selagi belum diasah, begitu juga dengan manusia tanpa bakat yang dikembangkan, ia akan tetap berada pada suatu tempat tanpa diharapkan bantuannya. Banyak orang yang menyia-nyiakan kesempatan untuk meningkatkan bakat yang sudah dimiliki, padahal Tuhan sudah memberikan setiap orang dengan dasar bakat yang unik masing-masing, masalahnya apakah sudah diasah?

Bakat adalah sarana kita untuk memuliakan Tuhan. Sebagai pemuda Kristen, kita dipakai lebih oleh Tuhan jika kita sungguh-sungguh melayani dengan mengasah bakat yang kita miliki; apakah itu musik, bernyanyi, tarian, kerajinan tangan dan lain-lain. Tanpa semuanya itu, Tuhan tidak dapat menempatkan kita pada pekerjaan yang lebih besar untuk melayani Dia. Dalam dunia sekuler atau umum, bakat sangat-sangat diandalkan, apalagi dalam dunia pelayanan yang melayani Raja segala raja, bakat sangat dibutuhkan yang tentu takut akan Tuhan harus termasuk di dalamnya.

Berdasarkan hal ini, ketika kamu membaca semuanya ini, segeralah manfaatkan hari ini dan seterusnya untuk mengasah bakat. Bakat membuat lukisan indah pada bagian luar hidup kita sehingga bisa dipakai, seperti lukisan yang bagus, sudah pasti akan dipajang karena keindahannya. Jika kamu melihat orang-orang besar sekarang, mereka terpilih dan terpakai karena keunggulannya. Maka, lewat bakat dan kamu pun akan menjadi orang besar di mata Tuhan jika kamu memiliki bakat yang sudah dikembangkan dengan sikap hati yang takut akan Dia.

WHAT TO DO:
1.Manfaatkan kesempatan untuk mengembangkan bakat
2.Ingatlah bahwa bakatmu hanya untuk memuliakan Tuhan dan Tuhan akan memakai dengan efektif orang yang serius mengembangkan bakat untuk kemuliaan-Nya

BIBLE MARATHON:
▪︎ Markus 6-7

Card image
Renungan Pagi - 16 Oktober 2024
2024-10-16 17:34:55


Jika menyadari bahwa Tuhan senantiasa mengarahkan pandangan-Nya pada kita orang-orang yang takut akan DIA, yang hidup dalam kebenaran-Nya, dan Tuhan juga sudah menyediakan berkat-Nya yang menjadi bagian kita, maka seharusnya jangan lagi kuatir tentang apapun juga. Sukacita dalam hidup jangan lagi tergantung situasi yang sedang kita hadapi, sebab dalam segala keadaan Tuhan menyertai dan DIA mengajar bersyukur dalam keadaan apapun.

"Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur."

Jadi jangan langsung mengeluh dan bersungut jika menghadapi situasi yang tidak menyenangkan, tetaplah bersukacita. Mintalah kuasa Roh Kudus mengalirkan sukacita-Nya dalam hati, lalu bersyukurlah dan nyatakan segala hal dihadapan Tuhan dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Percayalah, Tuhan akan lebih suka mendengarkan ucapan syukur mu daripada keluh kesahmu.
(Filipi 4:4,6)

Card image
Quote Of The Day - 16 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-16 14:07:10


Masing-masing kita punya tempat khusus untuk mengerjakan pekerjaan khusus yang Allah percayakan kepada kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 16 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-16 14:02:26


Kalau kita terus mencari suara Tuhan, maka kita menjadi seorang yang bersifat Allah. Kita akan punya hakikat Allah, punya kodrat ilahi.

Card image
NOISE - 16 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-16 14:00:57


John 10:10
“The thief comes only to steal, kill, and destroy. I have come that they may have life, and have it to the full.”

The arrival of a thief is certainly unknown to us and may not even be realized. If we use the diction ‘thief,’ it is related to cunning, and is attempted to be unnoticed by the host or owner of the goods. So clever, so cunning, and silent. They steal or take what is our portion, like the word that is sown and then there are birds that peck and take the word. We let the birds peck the word, because we allow them to enter the room of our hearts. Indeed, we cannot forbid birds from flying over our heads, but we can forbid them from nesting there. We cannot avoid gadgets and various influences around us, but we must not give room for them to settle within us. We must be strict.

And this depends on each of us, how much we want. We must be strict in loving ourselves. However, we should not love ourselves in the wrong way. Parents who want their children to succeed in careers, studies, or business may send them to the best schools, provide for all their needs, and prepare them for inheritance. Ultimately, all of this ends at the grave. After that, we send our children to hell forever because we have not passed on the eternal legacy. This is because we ourselves do not know how to love ourselves correctly. The standard for loving others is loving oneself correctly; “Love your neighbor as you love yourself.” We must realize that what we consume every day could be a poison that kills; not just killing the physical, but also killing our eternal souls.

If we take the wrong medication, we could end our life journey; what could have been 80 years might now be only 50 years. If a drug addict 'loves' himself by using drugs, is he giving drugs to his friends in the same way? He fails to love himself, so he cannot love others either. He harms himself and he harms others. Just like a pastor whose focus is on physical blessings, his sermons must be about physical prosperity, and he indoctrinates his congregation with physical prosperity and and not leading them to eternity. So now we must start to realize that there is something wrong in our lives. And we must flee from the influences of this world.

If we do not consume the voice and truth of God, we stop living (John 6:63 The Spirit gives life; the flesh counts for nothing. The words that I have spoken to you are spirit and life), and are cast into eternal fire. We cannot blame the devil. The devil is clearly evil; he is a thief. But whether we give ourselves to be stolen or not it depends on us. When God gives the command: “You may eat freely in this garden. All the fruits, including the fruit from the tree of life, which is the truth that must be consumed.” When it says “You may,” it actually means “You must eat.” If the physical fruit is for your body, then the tree of life is for your spiritual life. You must eat. But as for the tree of the knowledge of good and evil, you must not eat from it.

The question is, what have we been consuming for our souls all this time? The true Word is the Word spoken by God, uniting with our being, so that we are filled with God. Because the Word from God comes through the events of our lives and our inner being. It's not enough to just read the Bible, it's not enough to go to theological college, but we must hear the voice of God. If it's only cognitive knowledge, it can be stretched like rubber. But we must present the Holy Spirit who leads us. Every day God speaks. Make room in our hearts to hear God's voice. We must provide enough room. We ask for the guidance of the Holy Spirit, what we should consume and what we should not to know what we should and should not consume. If we continually seek God's voice-food for the soul-then we will become people who bear the nature of God. We will possess the essence of God, have a divine nature. These are the people who will be with God for eternity.

But remember, the devil also wants us to be with him, to become his bride. Therefore, the devil injects poison, making us crave honor, materialism, crazy about sex, crazy about positions. Even though we might not appear harsh because it's packaged so well-polite, ethical, wise, and civilized-the devil has designed us to become humans who are not men of God. Come, let’s change. God will speak to us through events, circumstances, incidents, and many other things. But if we open our ears to too many things, then we cannot hear God's voice because it's too noisy.

GOD WILL SPEAK TO US THROUGH EVENTS, CIRCUMTANCES, INCIDENTS, AND MANY OTHER THINGS. BUT IF WE OPEN OUR EARS TO TOO MANY THINGS, THEN WE CANNOT HEAR GOD'S VOICE BECAUSE IT'S TOO NOISY.

Card image
GADUH - 16 Oktober 2024
2024-10-16 13:49:49


Yohanes 10:10
“Pencuri itu datang untuk mencuri, membunuh, dan membinasakan. Tapi Aku datang untuk memberi hidup, supaya mereka memiliki hidup itu dalam segala kelimpahan.”

Kedatangan seorang pencuri pasti tidak kita ketahui dan bahkan bisa tidak kita sadari. Kalau menggunakan diksi ‘pencuri,’ berkaitan dengan kelicikan, dan diusahakan tidak disadari oleh si tuan rumah atau si pemilik barang. Begitu cerdik, begitu licik, dan senyap. Mereka mencuri atau mengambil apa yang menjadi bagian kita, seperti firman yang ditabur lalu ada burung yang mematuk dan mengambil firman itu. Kita membiarkan burung-burung mematuk firman, karena kita mengizinkan dia masuk di ruangan hati kita. Memang, kita tidak bisa melarang burung terbang di kepala kita, tapi kita bisa melarang dia untuk bersarang di sana. Kita tidak bisa menghindari gadget dan berbagai pengaruh di sekitar kita, tapi kita tidak boleh memberi ruangan untuk hal itu menetap di dalam diri kita. Tidak boleh, maka kita harus ketat.

Dan ini tergantung dari setiap kita, seberapa kita mau. Kita harus bersikap ketat dalam mengasihi diri sendiri. Namun, jangan mengasihi diri secara salah. Orang tua-orang tua yang ingin anaknya sukses dalam karier, studi, bisnis—maka anak-anak dikuliahkan di sekolah yang terbaik, dicukupi semua kebutuhannya, diberi usaha, disiapkan warisan. Sejatinya, semua itu hanya sampai di kubur. Setelah itu, kita buang anak-anak ke neraka selamanya, karena kita tidak mewariskan kekekalan. Karena kita sendiri juga tidak bisa mengasihi diri sendiri dengan benar. Standar mengasihi orang lain adalah mengasihi diri sendiri dengan benar; “Kasihilah sesamamu seperti kamu mengasihi dirimu sendiri.” Sadarlah bahwa apa yang kita konsumsi tiap hari bisa jadi adalah racun yang membunuh; bukan membunuh fisik semata, melainkan membunuh jiwa kekal kita.

Kalau kita salah minum obat, kita bisa menghentikan perjalanan hidup kita; yang mestinya bisa mencapai 80 tahun, sekarang hanya jadi 50 tahun. Kalau seorang pecandu narkoba mengasihi diri sendiri dengan mengonsumsi narkoba, apakah dengan cara yang sama dia memberikan narkoba kepada temannya? Dia gagal mengasihi dirinya sendiri, maka dia juga tidak bisa mengasihi orang lain. Dia mencelakai dirinya sendiri dan dia mencelakai orang lain. Sama seperti pendeta yang fokusnya berkat jasmani, maka khotbahnya pasti hal kemakmuran jasmani, dan dia mendoktrin jemaatnya dengan kemakmuran jasmani dan tidak membawa kepada kekekalan. Jadi sekarang kita harus mulai sadar bahwa ada yang salah dalam hidup kita. Dan kita harus melarikan diri dari pengaruh dunia ini.

Kalau kita tidak mengonsumsi suara dan kebenaran Tuhan, maka kita menghentikan kehidupan, kita dibuang ke dalam api kekal. Kita tidak bisa menyalahkan setan. Setan jelas jahat, dia pencuri. Tetapi apakah kita memberi diri tercuri atau tidak, tergantung kita. Karena setan sebenarnya tidak bisa paksa kita untuk berbuat jahat. Seperti juga Tuhan tidak paksa kita berbuat baik. Tergantung kita. Waktu Tuhan memberi perintah: “Kamu boleh makan puas di taman ini. Semua buah, termasuk buah dari pohon kehidupan yang adalah kebenaran yang harus dikonsumsi.” Dikatakan “Kamu boleh,” itu sebenarnya adalah “kamu harus makan.” Kalau buah fisik, itu untuk jasmanimu. Kalau pohon kehidupan, itu untuk kehidupan rohanimu. Kamu harus makan. Tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat , jangan dimakan.

Pertanyaannya, selama ini kita mengonsumsi apa untuk jiwa kita? Firman yang benar, adalah firman yang diucapkan Allah, menyatu dengan diri kita, supaya kita dipenuhi oleh Allah. Karena firman dari Allah, terjadi lewat peristiwa hidup dan batin kita. Itu tidak cukup dengan membaca Alkitab, tidak cukup dengan sekolah tinggi teologi, tapi harus mendengar suara Tuhan. Kalau hanya pengetahuan kognitif, itu bisa ditarik-tarik seperti karet. Tetapi kita harus menghadirkan Roh Kudus yang memimpin kita. Setiap hari Tuhan berbicara. Beri ruangan di hati kita untuk mendengar suara Tuhan. Kita harus memberi ruangan yang cukup. Kita minta pimpinan Roh Kudus, apa yang patut kita konsumsi dan yang tidak. Kalau kita terus mencari suara Tuhan—makanan untuk jiwa—maka kita menjadi seorang yang bersifat Allah. Kita akan punya hakikat Allah, punya kodrat ilahi. Orang-orang seperti ini yang akan bersama-sama dengan Allah di kekekalan.

Namun ingat, Iblis juga mau kita bersama dia, menjadi mempelai dia. Maka Iblis memasukkan racun itu, yang membuat kita jadi gila hormat, materialistis, gila seks, gila jabatan. Walaupun mungkin kita tidak kelihatan kasar karena dikemas begitu baik, santun, etis, arif, dan bijaksana atau beradab, tapi setan yang telah mendesain kita menjadi manusia yang bukan manusia Allah. Ayo, kita berubah. Tuhan akan bicara kepada kita lewat peristiwa, keadaan, kejadian, dan lewat banyak hal. Tapi kalau kita membuka telinga terhadap banyak hal, maka kita tidak bisa mendengar suara Tuhan karena gaduh.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN AKAN BICARA KEPADA KITA LEWAT PERISTIWA, KEADAAN, KEJADIAN, DAN LEWAT BANYAK HAL, MAKA KITA TIDAK BISA MENDENGAR SUARA TUHAN KARENA GADUH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 Oktober 2024
2024-10-16 13:00:34

Matius 14
Markus 6
Lukas 9

Card image
Truth Kids 15 Oktober 2024 - MAINAN DITO
2024-10-15 20:10:17


Amsal 25:13
”Seperti sejuk salju di musim panen, demikianlah pesuruh yang setia bagi orang-orang yang menyuruhnya. Ia menyegarkan hati tuan-tuannya.”

Pagi itu, Rina sedang bermain di taman bersama teman-temannya. Mereka berlari-larian sambil tertawa gembira, menikmati waktu bermain di bawah sinar matahari. Di tengah permainan, salah satu temannya, Dito, tiba-tiba berhenti bermain dan mendekati Rina. "Rina, aku boleh menitipkan mainanku padamu? Aku harus pulang sebentar untuk membantu ibu di rumah," kata Dito dengan suara penuh harap. Rina dengan senang hati mengangguk dan berjanji akan menjaga mainan Dito dengan baik. Setelah Dito pergi, Rina menjaga mainan itu dengan penuh tanggung jawab, memastikan tidak ada yang hilang atau rusak. Ketika Dito kembali, dia sangat senang melihat mainannya masih utuh dan terjaga dengan baik. Dito pun tersenyum lebar dan berterima kasih kepada Rina karena telah menepati janjinya.

Sobat Kids, menjadi orang yang dapat dipercaya adalah sesuatu yang sangat berharga. Ketika kita menjaga sesuatu yang dititipkan dan bertanggung jawab dengan baik, kita menunjukkan bahwa kita orang yang dapat diandalkan. Tuhan menginginkan kita menjadi anak-anak yang setia dan dapat dipercaya oleh teman-teman, keluarga, dan semua orang di sekitar kita.

Card image
Truth Junior 15 Oktober 2024 - DAPAT DIPERCAYA
2024-10-15 20:08:26


Amsal 25:13
”Seperti sejuk salju di musim panen, demikianlah pesuruh yang setia bagi orang-orang yang menyuruhnya. Ia menyegarkan hati tuan-tuannya.”

“Poppy, kamu sudah selesai belajar untuk ujian nanti siang?” Fini bertanya pada teman sebangkunya. “Sudah, Fin. Semalam aku memang sudah belajar, jadi tadi aku hanya mengulang sedikit. Sepertinya aku sudah siap menghadapi ujian nanti siang,” cerita Poppy. “Aku masih belum menguasai satu bahan, tapi aku lapar sekali. Bolehkah aku minta tolong belikan makanan di kantin, Pop? Mumpung jam istirahat masih panjang,” pinta Fini pada Poppy. “Boleh, Fin, sini aku belikan. Kamu mau makanan apa? Tapi hari ini aku tidak bawa uang jajan, soalnya aku punya bekal,” ujar Poppy mengingat sesuatu. “Ini, bawa saja dompetku. Nanti kamu juga bisa pakai uangnya kalau ingin membeli sesuatu, siapa tahu kamu mau jajan juga,” Fini menawarkan.

Sobat Junior, percakapan di atas menunjukkan sebuah kualitas karakter yang patut kita kagumi. Poppy dan Fini bisa saling menolong dan masing-masing dapat dipercaya atau diandalkan. Inilah yang Tuhan mau dari kita. Fini tidak takut Poppy mencuri uangnya atau mempergunakan uangnya dengan salah; Poppy juga percaya bahwa Fini tidak bermaksud memerintahnya dengan semena-mena, tetapi memang Fini membutuhkan bantuan.

Kepercayaan dapat terbentuk dari hubungan yang terjalin atas dasar ketulusan. Jika kita tidak punya maksud tersembunyi atau motivasi jahat terhadap teman kita maupun kepada siapa pun, ketulusan akan terpancar dan kita akan menjadi orang yang dapat dipercaya.

Card image
Truth Youth 15 Oktober 2024 (English Version) - PLACEBO EFFECTS
2024-10-15 20:06:12


“For God did not give us a spirit of fear, but of power, love, and self-discipline.” (2 Timothy 1:7)

“You are what you think.” Have you heard that phrase? You are what you think. God has blessed humanity by giving us the ability to think. Everyone is free to think whatever they want. Our minds are the freest place in the world. Often, our thoughts significantly influence how we live our lives. If we focus on negative, harmful, and useless thoughts, our lives will be affected accordingly. Conversely, if we consistently think positively, constructively, and have a growth mindset, we will also grow. While it’s not always the case, thoughts are one of the sources of our actions in life.

In the medical world, there is something called the placebo effect. The placebo effect occurs when someone experiences an improvement in their health condition after receiving treatment that has no active medical effect, such as a sugar pill or saline injection. This effect arises from the belief or hope that the treatment is effective, causing the brain to respond as if real medicine has been administered. The placebo effect demonstrates how powerful the mind can be in influencing the body, even without actual medical intervention. As Proverbs states, “A cheerful heart is good medicine.”

A growth mindset is the belief that our abilities can be developed through effort, learning, and perseverance. With this mindset, failure is seen not as the end but as an opportunity to learn and improve. Philippians 3:13-14 teaches a similar principle when Paul says, “But one thing I do: forgetting what is behind and straining toward what is ahead, I press on toward the goal to win the prize.” In this context, a growth mindset encourages us not to be trapped by past mistakes or failures but to move forward with a focus on the growth and achievements that God has set for us.

WHAT TO DO:
1. Train your mind to focus on positive and constructive things, as thoughts influence our actions and life outcomes.
2. Develop a growth mindset by viewing failures as opportunities to learn and grow.
3. Keep moving forward and focus on the goals God has set, as taught in Philippians 3:13-14, without being stuck in past mistakes.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mark 4-5

Card image
Truth Youth 15 Oktober 2024 - PLACEBO EFFECTS
2024-10-15 20:03:22


”Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” (2 Timotius 1:7)

“You are what you think”. Pernah dengar kalimat itu? Kamu adalah apa yang kamu pikirkan. Allah memberikan manusia anugerah dengan memberikan kita kemampuan untuk berpikir. Dan semua orang bebas untuk memikirkan apa pun yang dia inginkan. Pikiran kita adalah tempat paling bebas di seluruh dunia ini. Sering sekali pikiran yang kita punya ini mempengaruhi bagaimana kehidupan kita. Jika kita memikirkan hal-hal yang negatif, buruk, dan yang tidak berguna, maka hidup kita pun akan terpengaruh seperti yang kita pikirkan. Sebaliknya, jika kita senantiasa berpikir secara positif, membangun, pola pikir bertumbuh, maka kita juga akan bertumbuh. Walaupun tidak selalu, tapi pikiran adalah salah satu sumber dari tindakan dalam kehidupan kita.

Dalam dunia medis, ada yang disebut sebagai efek placebo. Efek placebo terjadi ketika seseorang mengalami perbaikan kondisi kesehatan setelah menerima perawatan yang sebenarnya tidak memiliki efek medis aktif, seperti pil gula atau suntikan saline. Efek ini muncul karena keyakinan atau harapan bahwa perawatan tersebut efektif, sehingga otak merespons seolah-olah pengobatan yang nyata telah diberikan. Placebo effect menunjukkan betapa kuatnya pikiran dalam mempengaruhi tubuh, meskipun tanpa intervensi medis yang sesungguhnya. Sama seperti yang Amsal katakan yaitu “Hati yang gembira adalah obat yang manjur”.

Pola pikir bertumbuh atau growth mindset adalah keyakinan bahwa kemampuan kita bisa dikembangkan melalui usaha, pembelajaran, dan ketekunan. Dengan pola pikir ini, kegagalan dilihat bukan sebagai akhir, melainkan sebagai kesempatan untuk belajar dan menjadi lebih baik. Filipi 3:13-14 mengajarkan prinsip serupa ketika Paulus berkata, “Tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah.” Dalam konteks ini, pola pikir bertumbuh menuntun kita untuk tidak terjebak pada kesalahan atau kegagalan masa lalu, melainkan terus maju dengan fokus pada pertumbuhan dan pencapaian yang Tuhan telah tetapkan bagi kita.

WHAT TO DO:
1.Latih pikiran untuk fokus pada hal-hal positif dan membangun, karena pikiran mempengaruhi tindakan dan hasil hidup kita.
2.Kembangkan pola pikir bertumbuh (growth mindset) dengan melihat kegagalan sebagai peluang untuk belajar dan berkembang.
3.Terus maju dan fokus pada tujuan yang Tuhan tetapkan, seperti yang diajarkan dalam Filipi 3:13-14, tanpa terjebak pada kesalahan masa lalu.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Markus 4-5

Card image
Renungan Pagi - 15 Oktober 2024
2024-10-15 19:58:42


Ketika Rasul Paulus menasihatkan sidang jemaat di kota Roma untuk hidup tidak serupa dengan dunia, pasti bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Dan Rasul Paulus pasti sudah menjadi teladan dalam kehidupannya, barulah dia dapat mengajarkan kepada mereka untuk hidup melawan arus, jangan terbawa arus dunia.

"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."

Seringkali kita sudah membuat komitmen, tidak mau lagi hidup sama seperti gaya hidup orang dunia, tetapi justru tantangan dan percobaan semakin gencar, tawaran kesenangan dunia yang menggiurkan dan terasa nikmat secara daging, membuat kita pada akhirnya jatuh, tidak mampu bertahan dan mulai kompromi. Selagi tidak ketahuan, kita menikmatinya, dan lama kelamaan terikat didalamnya, yang akhirnya membawa pada kebinasaan.

Untuk dapat bertahan dan tidak terbawa arus dunia, maka tidak ada jalan lain, kita harus mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan, lewat doa, pujian penyembahan dan hidup dalam firman kebenaran, sebab perjumpaan dengan Tuhan akan merubah pola pikir, pembaharuan budi kita untuk mengenal dan memahami kehendak Allah, lalu mentaatinya. Itulah yang akan mengubah kita menjadi pribadi yang baik, berkenan kepada Allah dan sempurna.
(Roma 12:2)

Card image
Quote Of The Day - 15 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-15 19:56:24


Keyakinan kita akan Allah yang hidup tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita yang harus menuruti kehendak Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 15 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-15 19:54:22


Kita harus punya ruangan yang cukup untuk mendengar Tuhan bicara. Dan untuk menstimulasi suara Tuhan, maka kita harus duduk diam menjumpai Tuhan setiap hari.

Card image
LOVING YOURSELF PROPERLY - 15 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-15 19:52:03


There is one thing that many people do not realize, and that is, in truth, they do not or have failed to love themselves rightly. Many people do not know how to love themselves. And if a person does not love themselves-fails to love themselves properly, does not know how to love themselves properly-they will not be able to love God properly. And if a person does not love God, then they do not love, and they cannot love their neighbor or God’s creation. This is the reality of the life that many people live. God teaches us to love ourselves properly-not a love that is born from sinful nature-so that we can understand how good God is, how magnificent God is who created us, and so that we can love God rightly as well. Then, surely, we can love others and His creation, this nature.

When God spoke in Genesis 2, telling Adam not to eat the fruit that would cause him to die, God said, "On the day you eat of this fruit, you will surely die." Behind that statement, God was implicitly saying, “Care for yourself, love yourself, do not destroy yourself, do not cause yourself to die.” Genesis 2:16 says, "ou may freely eat from every tree in the garden.” If God prohibited eating from the tree of the knowledge of good and evil but did not provide fruit to be consumed, certainly, of course God would be evil. However, the words "all trees" shows that there were plenty of choices of fruits from the trees, with no shortage to fulfill physical needs.

There was also the tree of life in the middle of the garden, which was not forbidden to eat from; in fact, it should have been eaten. So, actually, the phrase "You may freely eat from all the trees in the garden," is the same as saying, "All of the trees in the garden, you must eat. For if you do not eat, you will die." The first meaning refers to physical fruit-like rambutan, mango, banana, and so on. The second meaning refers to fruit for the soul, which is the tree of life. It must be eaten because if we do not eat from it, we will die. But when Adam chose the tree of the knowledge of good and evil, he died. He did not properly eat from the tree of life or the fruit of the tree of life. Instead, Adam consumed the fruit of the knowledge of good and evil. He did not care for himself.

If we read Genesis 3:23, it represents one of the most tragic stories: "So the LORD God banished him from the Garden of Eden. God drove the man out. And at the east of the Garden of Eden, He placed cherubim with a flaming sword flashing back and forth to guard the way to the tree of life." Now, the fruit from the tree of life has been made available, which is the Lord Jesus, who teaches the Word of God. That is the fruit of the tree of life. However, humans—including Christians—are more often focused on their gadgets, listening more to human voices, and taking in what does not come from God. Yet, God’s Word clearly says that man shall not live by bread alone. When it comes to physical food, we understand it well. But for the growth of the soul, what are we consuming? It should be the Word that comes from the mouth of God that we listen to every day. It's not just about reading the Bible, because consuming it without the Holy Spirit only makes someone a theologian and arrogant.

Will we continue our lives in the second life later? Or will we just end up in the grave, after that separated from God forever? It all depends on us; do we love ourselves or not? . We must not be deceived by the devil, who says, “Eat this fruit, and you will be happy, you will be like God. You will be fortunate, happier, and more complete.” That caused Adam to die. Likewise, today Satan gives us a lot of busyness and pleasures so that we do not deal with God, and as a result, we rarely hear God’s voice, or almost never, even though God speaks every day. If God works in all things for the good, it means that in every event, God is speaking. Therefore, we must create enough space to hear God speak. To stimulate God's voice, we must sit quietly meeting God every day.

AND IF A PERSON DOES NOT LOVE THEMSELVES-FAILS TO LOVE THEMSELVES PROPERLY, DOES NOT KNOW HOW TO LOVE THEMSELVES PROPERLY- THEY WILL NOT BE ABLE TO LOVE GOD PROPERLY.

Card image
MENGASIHI DIRI DENGAN BENAR - 15 Oktober 2024
2024-10-15 19:49:45


Ada satu hal yang tidak disadari oleh banyak orang, yaitu sejatinya mereka tidak atau gagal mencintai dirinya sendiri dengan benar. Banyak orang tidak tahu bagaimana mencintai dirinya sendiri. Dan kalau seseorang tidak mencintai dirinya sendiri—gagal mencintai dirinya sendiri dengan benar, tidak tahu mencintai dirinya sendiri dengan benar—maka ia tidak akan dapat mencintai Tuhan secara benar. Dan kalau seseorang tidak mencintai Tuhan, maka dia tidak mengasihi, tidak bisa mencintai sesamanya dan karya ciptaan Allah ini. Ini adalah realitas kehidupan yang dijalani banyak orang. Tuhan mengajar kita untuk mencintai diri kita sendiri secara benar—bukan cinta secara kodrat yang dilahirkan dari dosa—supaya kita bisa mengerti betapa baiknya Allah, betapa agung Allah yang menciptakan diri kita ini, sehingga kita bisa mencintai Tuhan juga secara benar. Dan kemudian, pasti kita bisa mencintai sesama dan karya ciptaan-Nya, alam ini.

Ketika Tuhan berfirman di Kejadian 2 agar Adam tidak makan buah yang dapat membuat dirinya mati, Tuhan berfirman, “Pada hari engkau makan buah ini, kamu akan mati.” Di balik kalimat itu, Tuhan secara implisit berkata, “Sayangi dirimu, cintai dirimu, jangan binasakan dirimu, jangan membuat kamu mati.” Kejadian 2:16, “Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas.” Kalau Tuhan melarang makan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat lalu Tuhan tidak memberi buah untuk dikonsumsi, tentu Tuhan jahat. Namun kata “semua pohon” menunjukkan banyak pilihan buah dari pohon-pohon tersebut, tidak kekurangan untuk pemenuhan kebutuhan jasmani.

Ada juga pohon kehidupan di tengah taman yang tidak dilarang untuk dimakan; malah mestinya harus dimakan. Jadi sebenarnya kalimat “Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas,” itu sama dengan “Semua pohon dalam taman ini, kamu harus makan. Sebab kalau kamu tidak makan, kamu mati.” Yang pertama, buah secara fisik; rambutan, mangga, pisang, dan lain sebagainya. Yang kedua, buah untuk jiwa yaitu pohon kehidupan. Harus dimakan, sebab kalau tidak kita makan, kita akan mati. Tetapi ketika Adam memilih pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat, matilah dia. Dia tidak makan secara benar pohon kehidupan atau buah dari pohon kehidupan. Adam malah mengonsumsi buah pengetahuan tentang yang baik dan jahat. Dia tidak kasihan dengan dirinya sendiri.

Kalau kita membaca Kejadian 3:23, itu merupakan kisah yang paling tragis, “Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden. Tuhan menghalau manusia itu. Dan di sebelah timur taman Eden, ditempatkan-Nyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.” Sekarang buah dari pohon kehidupan ini dihadirkan, yaitu Tuhan Yesus, yang mengajarkan firman Allah. Itulah buah pohon kehidupan. Tapi, manusia—termasuk orang Kristen—lebih banyak melihat gadgetnya, lebih banyak mendengar suara manusia, lebih banyak menginput apa yang bukan dari Allah. Padahal firman Tuhan jelas mengatakan bahwa manusia hidup bukan hanya dari roti. Kalau soal makanan jasmani, kita pasti mengerti dengan baik. Tetapi untuk pertumbuhan jiwa, apa yang kita konsumsi? Seharusnya, firman yang keluar dari mulut Allah yang harus kita dengar setiap hari. Bukan sekadar membaca Alkitab yang kalau dikonsumsi tanpa Roh Kudus, hanya membuat seseorang jadi teolog dan sombong.

Apakah kita akan meneruskan kehidupan di kehidupan jilid dua nanti? Atau kita hanya mengakhiri di kuburan, setelah itu terpisah dari Allah sampai selama-lamanya? Semua tergantung kita; apakah kita sayang diri sendiri atau tidak? Jangan sampai kita ditipu Iblis, “Makan buah ini, maka kamu akan senang, akan seperti Allah. Kamu akan beruntung, lebih bahagia, lebih lengkap.” Hal itu membuat Adam mati. Sama, hari ini setan memberi kita banyak kesibukan dan kesenangan agar kita tidak berurusan dengan Tuhan, sehingga jarang kita mendengar suara Tuhan atau hampir-hampir tidak pernah, padahal setiap hari Tuhan berbicara. Kalau Allah bekerja dalam segala hal mendatangkan kebaikan, artinya di setiap peristiwa Allah berbicara. Maka kita harus punya ruangan yang cukup untuk mendengar Tuhan bicara. Dan untuk menstimulasi suara Tuhan, maka kita harus duduk diam menjumpai Tuhan setiap hari.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DAN KALAU SESEORANG TIDAK MENCINTAI DIRINYA SENDIRI, GAGAL MENCINTAI DIRINYA SENDIRI DENGAN BENAR, TIDAK TAHU MENCINTAI DIRINYA SENDIRI DENGAN BENAR, MAKA IA TIDAK AKAN DAPAT MENCINTAI TUHAN SECARA BENAR.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 Oktober 2024
2024-10-16 17:50:24

Matius 10

Card image
Truth Kids 14 Oktober 2024 - BERGANTUNG KEPADA TUHAN
2024-10-15 19:41:49


1 Tesalonika 5:17-18
”Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu”

Sobat Kids, apakah kalian pernah mendengar kisah Nabi Daniel di dalam gua singa? Daniel adalah seorang yang sangat setia kepada Tuhan dan selalu berdoa, bahkan ketika ada peraturan yang melarang untuk berdoa kepada Allahnya. Karena kesetiaannya itu, Daniel dijebak oleh musuh-musuhnya dan dimasukkan ke dalam gua yang penuh dengan singa-singa lapar yang mengerikan. Bayangkan, betapa menakutkannya berada di sana! Namun, Daniel tidak merasa takut atau putus asa. Ia tetap setia berdoa kepada Tuhan, memohon perlindungan dan keselamatannya. Tuhan yang penuh kasih mendengar doa Daniel. Dengan kuasa-Nya, Tuhan mengirimkan malaikat-Nya untuk menutup mulut singa-singa itu, sehingga Daniel tidak terluka sedikit pun. Keesokan paginya, raja yang memasukkan Daniel ke gua singa sangat terkejut melihat Daniel masih hidup dan tanpa cedera.

Sobat Kids, dari kisah ini kita belajar bahwa kesetiaan dalam doa menunjukkan kebergantungan kita sepenuhnya kepada Tuhan. Jangan pernah berhenti berdoa, karena Tuhan selalu mendengarkan dan siap menolong kita dalam setiap situasi. Tuhan selalu ada untuk kita.

Card image
Truth Junior 14 Oktober 2024 - KUAT KARENA DOA
2024-10-15 19:40:07


1 Tesalonika 5:17 ”Tetaplah berdoa.”

Hmmm… Sobat Junior pernah lihat bangunan termegah dan tertinggi di dunia? Misalnya saja seperti Burj Khalifah yang tingginya sampai delapan ratus meter lebih, atau tembok raksasa cina yang panjangnya hingga ribuan kilometer lebih. Pernah tidak kepikiran, kok bisa bangunan-bangunan besar seperti itu bertahan dan tidak mudah rubuh dalam waktu yang lama? Hmm, ada yang tahu jawabannya?

Tahukah Sobat Junior, kunci utama dari kekokohan sebuah bangunan terletak dari pondasinya. Iya pondasi! Sobat Junior tidak salah dengar, kok! Pondasi yang dibangun dengan perhitungan yang tepat dan dirancang dengan benar sangat memengaruhi kekokohan suatu bangunan. Mau semegah, semewah, ataupun seluas apa pun bangunan, kalau pondasinya dibuat tidak tepat, sudah dapat dipastikan akan sangat mudah sekali roboh, Sobat Junior.

Hal ini sama dengan kalian, loh. Tahu tidak, apa yang membuat seseorang menjadi kuat dan tidak mudah baperan? Mau tahu jawabannya? Sobat Junior harus tahu kalau satu hal yang membuat Sobat Junior menjadi pribadi kuat dan kokoh ialah doa. Iya, doa itu diibaratkan pondasi dalam sebuah bangunan. Semakin Sobat Junior tekun berdoa, maka semakin kuat juga kalian dari sakit hati, baperan, marah, tersinggung. Sebaliknya, kalian mudah memaafkan, mengasihi orang lain, sabar, setia, dapat mengendalikan diri, dan masih banyak lagi. Yuk, mulai sekarang jangan bosan dan malas lagi untuk berdoa. Kita mau setia untuk berdoa.

Card image
Truth Youth 14 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-14 18:15:01


“For God did not give us a spirit of fear, but of power, love, and self-discipline.” (2 Timothy 1:7)

There isn’t a single person on this earth who doesn’t have fears about something. These fears can range from big things, like an uncertain future, a challenging career, and rejection, to smaller fears, such as being afraid of cockroaches, snakes, and mice. Even Superman, the character known as the "man of steel," has a fear of his weakness, kryptonite. Even Jesus experienced fear, especially when He was about to be crucified. So, fearing something is a very human trait.

While fear seems like a very normal part of being human, excessive fear isn’t good for our lives. When we allow fear to take over, it can hinder us from taking important actions and making decisions. Excessive fear can lead us to doubt ourselves, feel incapable, and ultimately make us hesitant to take steps forward. In fact, many dreams and life opportunities can only be achieved if we dare to move forward, even when we feel afraid.

If we don’t confront our fears, it’s like we are building walls around ourselves, brick by brick, which ultimately limits us from reaching our full potential. However, those walls of fear can actually be broken down. One of the key ways to do this is by realizing that fear doesn’t have to control us. Fear can only limit us if we allow it to grow and take over our thoughts and actions. As we often hear, “Courage isn’t the absence of fear, but the choice to act in spite of fear.” By taking small steps, we can learn to face our fears little by little.

WHAT TO DO:
1. Recognize that fear is human, but don’t let excessive fear dominate your life.
2. Take small steps to confront your fears, because only by taking action can we break down the walls of fear.
3. Remember that courage is not the absence of fear, but the ability to move forward despite feeling afraid.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mark 1-3

Card image
Truth Youth 14 Oktober 2024 - BRICK BY BRICK
2024-10-14 18:11:15


”Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” (2 Timotius 1:7)

_ Gak ada satu pun manusia yang ada di bumi ini yang gak punya ketakutan terhadap sesuatu. Bisa itu ketakutan terhadap hal yang besar seperti masa depan yang tidak pasti, karier yang berat, dan penolakan. Atau bisa juga ketakutan-ketakutan kecil seperti takut pada kecoa, ular, dan tikus. Kalau kita lihat Superman, tokoh yang dijuluki sebagai man of steel itu juga punya ketakutan terhadap kelemahannya dia, yaitu kryptonite. Atau bahkan Yesus. Dia pun sebagai manusia punya ketakutan seperti ketika Ia akan disalibkan. Jadi takut akan sesuatu itu adalah hal yang manusiawi. Takut terhadap sesuatulah yang membuat kita menjadi manusia

Walaupun ketakutan tampak seperti hal yang sangat wajar sebagai manusia, tapi ketakutan yang berlebihan itu gak baik buat hidup kita. Ketika kita membiarkan ketakutan menguasai diri, itu bisa menghambat kita untuk bertindak dan membuat keputusan yang penting. Ketakutan yang berlebihan bisa membuat kita ragu, merasa tidak mampu, dan akhirnya kita malah tidak berani mengambil langkah. Padahal, banyak impian dan kesempatan hidup yang hanya bisa diraih jika kita berani untuk melangkah meski dengan perasaan takut.

Dengan kita tidak mengatasi ketakutan yang kita punya, maka kita seperti sedang membangun tembok di sekeliling kita, bata demi bata, yang pada akhirnya membatasi kita untuk mencapai potensi penuh kita. Namun, tembok ketakutan itu sebenarnya bisa kita hancurkan. Salah satu kunci utamanya adalah dengan menyadari bahwa ketakutan itu tidak perlu mengendalikan kita. Ketakutan hanya bisa membatasi kita jika kita membiarkannya tumbuh dan mengambil alih pikiran serta tindakan kita. Seperti yang sering kita dengar, “Berani bukan berarti tidak punya rasa takut, tapi memilih untuk tetap bertindak meski ada rasa takut.” Dengan mengambil langkah kecil, kita bisa belajar untuk menghadapi ketakutan tersebut, sedikit demi sedikit.

WHAT TO DO:
1.Sadari bahwa ketakutan itu manusiawi, tapi jangan biarkan ketakutan berlebihan menguasai hidupmu.
2.Ambil langkah kecil untuk menghadapi ketakutan, karena hanya dengan bertindak kita bisa menghancurkan tembok ketakutan.
3.Ingat bahwa keberanian bukanlah ketiadaan rasa takut, tapi kemampuan untuk tetap melangkah meskipun merasa takut.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Markus 1-3

Card image
Renungan Pagi - 14 Oktober 2024
2024-10-14 18:08:10


Hari-hari ini adalah hari-hari yang jahat, yang harus membuat kita menyadari bahwa waktu semakin singkat untuk hidup di bumi ini. Banyak kabar yang kita dengar, bencana, deru perang dapat terjadi kapanpun, yang akan berdampak bagi siklus hidup manusia didunia, termasuk anak-anak Tuhan di dalamnya. Bagi kita yang telah diajar dan belajar kebenaran firman Tuhan, seharusnya sudah mengerti, tidak ada jalan lain selain harus lebih lagi berjaga-jaga dan memperhatikan cara hidup.

Apakah kita akan dianggap layak mendapat perkenanan Tuhan untuk menerima kemuliaan bersama Yesus dalam Kerajaan-Nya yang kekal atau akan dibuang dari Hadirat Tuhan selama-lamanya?, semua tergantung dari cara hidupmu sekarang. "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat."

Mari selidiki cara hidup kita, apakah lebih banyak kita habiskan untuk melakukan hal yang sia-sia, seperti orang bebal yang tidak dapat mengerti peringatan Tuhan, tetap nyaman dalam hidup lama yang membinasakan atau sudah menjadi orang yang arif, bijaksana, sungguh-sungguh memperhatikan firman Tuhan dan melakukannya. Perhatikanlah dengan seksama dan jujurlah pada dirimu sendiri, sebab tidak ada yang tersembunyi di mata Tuhan.
(Efesus 5:15-16)

Card image
Quote Of The Day - 14 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-14 18:05:59


Ketika kita tidak terganggu oleh masalah hidup, berarti kita memuliakan Tuhan, sebab di saat itulah kita memperlakukan Allah dengan benar bahwa Ia lebih besar dari masalah kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 14 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-14 18:04:26


Kita tidak bermaksud mengkhianati Tuhan, tapi sikap hidup kita yang masih menolerir dosa menunjukkan bahwa kita tidak serius.

Card image
REPENTANCE - 14 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-14 18:00:27


We must fill the days of our lives with repentance. Repentance is not a one-time event but something we do every day when we hear the Word, gain new enlightenment of truth, and then say, "Wow, it turns out I’ve been wrong all this time." That’s repentance. Christian repentance is not merely moving from murder to not murdering, from stealing to not stealing. Christians should have already moved past such moral violations. This is why John the Baptist prepared the way for the Lord. That is, to lead the people of Israel at that time to repentance, to follow the law in accordance with their hearts, so that they would produce the fruits of repentance. Only after that did the Lord Jesus give the Gospel that worked on the inner man.

When the Jews, especially the religious leaders, came to be baptized, John the Baptist said, "Produce fruit in keeping with repentance." And when the Roman soldiers came to be baptized, he said, "Be content with your wages, don’t extort money." So, on a basic moral level, we must first be right. Only then did the Lord Jesus teach with a deeper, more inward value. This is why in Matthew 5:17, Jesus said, "Do not think that I have come to abolish the Law or the Prophets; I have not come to abolish them but to fulfill them." And then, in verse 20, He says, "For I tell you that unless your righteousness surpasses that of the Pharisees and the teachers of the law, you will certainly not enter the kingdom of heaven."

God brings believers to a higher level. That is why repentance (metanoia) is an ongoing process that can eventually reach a level of 'paranoia,' meaning a positive deviation in thinking. We once thought like the world, but through repentance, our way of thinking is continually transformed until we possess the mindset of the children of God (Romans 12:2). It’s not enough to simply come forward at a revival service, confess our sins, be prayed for, and maybe shed some tears. There’s nothing wrong with that, but remember, the pull of the world is very strong. So even those who have repented may not change immediately. The world is already very evil. Therefore, metanoia must occur every day.

Have any of us ever faced the reality where either we or someone we love became ill during the night, causing us to wonder, 'Will I or my loved one still be alive by sunrise?' It’s a truly tragic situation. Therefore, starting now, we must persevere in seeking God. Let us not remain in a state of ambiguity—where we genuinely desire to follow God, yet in reality, we still hold on to sins and habits that God does not want. We may not intend to betray God, but our life’s attitude that continues to tolerate sin shows that we are not serious. We don’t intend to go to hell, but when we remain indifferent to truly understanding how God feels about our condition, it reveals that we aren’t truly serious about becoming followers of Jesus.

The change of mind is a process of transformation. And it must take place in our lives, we must experience it every day. So we must map out time because time is a gift. We must have a permanent travel map. Make every minute of our time valuable to build a spiritual life. In this way, we bring the atmosphere of the Kingdom of Heaven into our lives. Just think when the doctor says that a disease like this cannot make someone live long, at most 3 months, then how valuable those 3 months are. We should reflect on this, so that when we lie down at night before sleep, we imagine: if tomorrow I still wake up and have a new day, how valuable that day would be.

And when we wake up in the morning, we receive a new day, a bright morning. Then we start praying and worshiping God, and we begin to feel happiness and passion to embrace the day because we have the opportunity to walk with God. We must not be led by circumstances; instead, we must control the circumstances. We take control of the circumstances and offer them to God. We bring ourselves into an atmosphere of continuous repentance. When God teaches us the Lord's Prayer, '...and lead us not into temptation, but deliver us from evil,' it means that we should not allow ourselves to be put into situations where we might fall into sin."

While it’s possible that God will bring us into situations where we are tempted and may fall into sin, it is not us who should bring ourselves into such situations. Those are tests designed to improve the quality of our lives, but we should not deliberately place ourselves in temptation. Instead, we should bring ourselves into situations where we can experience spiritual revival and repentance. When God leads us into situations where we could sin, but we choose not to, we are victorious-just like Jesus, who was led by the Spirit into the wilderness.

WE MUST FILL THE DAYS OF OUR LIVES WITH REPENTANCE.

Card image
PERTOBATAN - 14 Oktober 2024
2024-10-14 17:56:31


Kita harus mengisi hari hidup kita dengan pertobatan. Bertobat itu bukan satu kali, melainkan setiap hari ketika kita mendengar firman dan kita mendapatkan pencerahan kebenaran, lalu kita berkata, "Wah, ternyata selama ini aku salah;" itu pertobatan. Sebab pertobatan Kristen itu bukan hanya dari membunuh menjadi tidak membunuh, dari mencuri menjadi tidak mencuri. Mestinya orang Kristen sudah lewat dari perbuatan pelanggaran moral seperti ini. Itulah sebabnya mengapa Yohanes Pembaptis mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Artinya, membuat umat Israel pada waktu itu supaya bertobat, melakukan hukum sesuai dengan jiwanya, supaya mereka menghasilkan buah-buah pertobatan. Baru setelahnya, Tuhan Yesus memberi Injil yang menggarap manusia batiniahnya.

Ketika orang-orang Yahudi, pemimpin-pemimpin agama datang mau dibaptis, Yohanes Pembaptis berkata, "Hasilkan buah pertobatanmu." Dan ketika prajurit-prajurit Roma mau dibaptis, dia berkata, "Cukupkan dirimu dengan gajimu, jangan memeras." Jadi, secara moral umum, kita harus benar dulu. Baru Tuhan Yesus memberikan ajaran yang nilai batiniahnya tinggi. Itulah sebabnya di dalam Matius 5:17, Tuhan Yesus berkata, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya." Kemudian ayat 20, “Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.”

Tuhan membawa orang percaya pada tingkat level yang lebih tinggi. Makanya pertobatan demi pertobatan (metanoia) itu nanti bisa sampai tingkat paranoia; artinya penyimpangan pikiran yang positif. Dulu kita itu punya pikiran yang sama dengan dunia lalu diubahkan oleh firman melalui pertobatan-pertobatan, sehingga cara berpikir kita diubah terus sampai kita memiliki cara berpikir anak-anak Allah (Rm. 12:2). Tidak cukup dengan KKR maju ke depan, mengaku dosa, didoakan, mungkin disertai dengan menangis. Tidak salah, namun ingat, warna dunia sangat kuat menarik kita. Sehingga orang yang telah bertobat pun, belum tentu langsung berubah. Dunia sudah jahat sekali. Maka harus ada metanoia setiap hari.

Apakah ada di antara kita yang pernah menghadapi kenyataan, di mana kita sendiri atau orang yang kita kasihi sakit pada malam hari, sehingga kita berpikir, “Apakah sampai matahari terbit, saya masih hidup atau orang yang kukasihi ini hidup?” Sungguh suatu keadaan yang tragis. Maka, sejak sekarang bertekunlah mencari Tuhan. Jangan sampai kita masih dalam keadaan ambigu; sungguh-sungguh mau, tapi kenyataannya kita masih menyimpan dosa dan kebiasaan yang Tuhan tidak kehendaki. Kita tidak bermaksud mengkhianati Tuhan, tapi sikap hidup kita yang masih menolerir dosa menunjukkan bahwa kita tidak serius. Kita tidak bermaksud mau masuk neraka, tetapi ketika kita masih belum serius untuk sungguh-sungguh mengetahui bagaimana perasaan Tuhan terhadap keadaan kita, sejatinya kita belum sungguh-sungguh mau menjadi pengikut Yesus.

Perubahan pikiran itu merupakan proses transformasi. Dan harus berlangsung di dalam hidup kita, harus kita alami setiap hari. Maka kita harus memetakan waktu karena waktu adalah anugerah. Kita harus punya peta perjalanan yang permanen. Jadikan setiap menit waktu kita menjadi berharga untuk membangun kehidupan rohani. Dengan cara demikian, kita menghadirkan atmosfer Kerajaan Surga di dalam hidup kita. Coba renungkan ketika dokter berkata bahwa penyakit seperti ini tidak bisa membuat seseorang hidup lama, paling lama 3 bulan, maka betapa berharganya 3 bulan itu. Mestinya kita menghayati hal ini sehingga ketika kita ada di pembaringan malam hari sebelum tidur, kita membayangkan: jika besok aku masih bangun dan memiliki satu hari yang baru, betapa berharganya hari itu.

Dan ketika kita bangun di pagi hari, kita menerima hari yang baru, pagi yang cerah, lalu kita mulai berdoa, menyembah Tuhan, maka kita akan merasakan kebahagiaan dan ada gairah mengisi hari itu. Karena kita punya kesempatan untuk berjalan bersama Tuhan. Jangan digiring oleh keadaan, sebaliknya, kita yang harus mengatur keadaan. Kita yang mengatur keadaan dan mempersembahkannya untuk Tuhan. Kita bawa diri kita kepada suasana pertobatan terus-menerus. Ketika Tuhan mengajar Doa Bapa Kami, “…dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat,” maksudnya adalah jangan kita membawa diri kepada situasi di mana kita bisa jatuh dalam dosa.

Walaupun tidak menutup kemungkinan Tuhan akan membawa kita ke situasi di mana kita dicobai dan bisa jatuh dalam dosa, tapi bukan kita yang membawa diri kepada situasi itu. Hal itu merupakan ujian yang meningkatkan kualitas hidup kita, tapi jangan kita yang membawa diri kita kepada pencobaan. Sebaliknya, bawalah diri kita kepada situasi di mana kita bisa mengalami kebangunan rohani, dan pertobatan. Ketika Tuhan membawa kita kepada situasi di mana kita bisa berbuat dosa, tapi kita tidak berbuat dosa, kita menang. Seperti Yesus yang dibawa oleh Roh ke padang gurun.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS MENGISI HARI HIDUP KITA DENGAN PERTOBATAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 Oktober 2024
2024-10-14 17:53:23

Markus 4-5

Card image
Truth Kids 13 Oktober 2024 - JANJI KEPADA TUHAN
2024-10-13 13:09:58


Pengkotbah 5:4-5
”Lebih baik engkau tidak bernazar dari pada bernazar tetapi tidak menepatinya. Janganlah mulutmu membawa engkau ke dalam dosa, dan janganlah berkata di hadapan utusan Allah bahwa engkau khilaf. Apakah perlu Allah menjadi murka atas ucapan-ucapanmu dan merusakkan pekerjaan tanganmu?”

"Pulang sekolah, David langsung pulang, ya... jangan main. Harus pulang dulu, baru nanti boleh main. Janji, ya, David," kata mama. "Baik, Ma. David janji," jawab David.

Siang itu, saat David perjalanan pulang dari sekolah, tiba-tiba ada teman yang memanggilnya dan mengajaknya main di rumah temannya. Tanpa pikir panjang, David langsung mengikuti temannya. Ia asyik main di rumah temannya sampai lupa pada janjinya kepada mamanya. Di rumah, mamanya sangat gelisah karena David belum kunjung pulang. Akhirnya mama David mencari anaknya ke rumah teman-temannya. Saat mama David menemukan David di salah satu rumah temannya, David langsung kaget. Ia baru teringat akan janjinya kepada mamanya. Melihat muka mama yang sedih dan khawatir, David merasa menyesal dan meminta maaf kepada mamanya karena telah ingkar janji.

Sobat Kids, saat David ingkar janji, hati mamanya sedih dan kecewa. Begitu juga saat kita ingkar janji kepada Tuhan. Pasti Tuhan juga akan sedih. Saat kita janji kepada Tuhan untuk tidak nakal, tidak suka berbohong, janji rajin baca Alkitab tetapi kita ingkari, berarti kita sudah tidak setia kepada Tuhan. Ingatlah untuk selalu menepati janji kita, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 13 Oktober 2024 - JANGAN SEMBARANGAN, YA!
2024-10-13 13:08:12


Pengkotbah 5:4-5

”Lebih baik engkau tidak bernazar dari pada bernazar tetapi tidak menepatinya. Janganlah mulutmu membawa engkau ke dalam dosa, dan janganlah berkata di hadapan utusan Allah bahwa engkau khilaf. Apakah perlu Allah menjadi murka atas ucapan-ucapanmu dan merusakkan pekerjaan tanganmu?”

Sobat Junior, kalau kalian membaca Alkitab dengan saksama, terdapat banyak sekali nasihat moral yang dapat kita pelajari. Salah satu nasihat yang selalu Alkitab ajarkan baik dalam bentuk perumpamaan atau kisah-kisah tokoh penting Alkitab adalah larangan untuk tidak sekali-kali bersaksi dusta di hadapan Allah. Perlu Sobat Junior ketahui, mengenai larangan bersaksi dusta ini secara khusus tercantum dengan sangat jelas dalam hukum Taurat yang kesembilan. Ada satu peristiwa yang Alkitab tulis tentang bagaimana kita harus bertanggung jawab dengan janji yang sudah kita ucapkan kepada Tuhan.

Kisah itu adalah mengenai Petrus yang menyangkal Tuhan Yesus pada detik-detik Tuhan akan disalib. Sebelum Tuhan Yesus ditangkap, Petrus dengan lantang akan membela Tuhan, apa pun yang terjadi. Tetapi Petrus justru melanggar janjinya tersebut. Petrus… Petrus… sedih sekali, ya, Sobat Junior. Hal baik yang dilakukan Petrus setelah itu adalah ia langsung meminta pengampunan Allah, dan sejak saat itu Petrus tidak pernah menyangkal atau berdusta kembali di hadapan Tuhan hingga akhir hidupnya. _Wow_… kita beri applause untuk kesungguhan hati Petrus yang mau memperbaiki kesalahannya di hadapan Tuhan.

Card image
Truth Youth 13 Oktober 2024 (English Version) - HEALING THE SOUL
2024-10-13 10:37:28


“The LORD is close to the brokenhearted and saves those who are crushed in spirit.” (Psalm 34:18)

Traumatic experiences can shake the foundation of our souls, affecting the way we see ourselves and the world around us. When we face trauma, we often feel as if a part of ourselves has shattered. Trauma can lead us to doubt our self-worth and experience a loss of identity that we previously thought was solid.

Trauma can come in various forms—from the loss of a loved one, major failures, to experiences that instill deep fear. When we go through these events, our deepest feelings and self-confidence often feel threatened. We may feel alienated from ourselves, as if we no longer recognize who we really are. This sense of losing our identity can be profoundly unsettling and can make us feel as though we are lost in waves of uncontrollable emotions.

However, Psalm 34:18 states, “The LORD is close to the brokenhearted; He saves those who are crushed in spirit.” This verse reminds us that even in our most shattered and suffering states, God remains close to us. He does not abandon us when we feel most lost and confused. God understands our sorrow and pain and offers comfort and healing. During times of trauma, it is important to seek support and talk about our feelings, as well as find ways to heal emotionally and spiritually. In His boundless love, God is always ready to heal and help us rediscover our identity, even when we feel as though everything is lost. With faith and the right support, we can move forward and rebuild ourselves even stronger.

WHAT TO DO:
1. Seek support by talking to friends, family, or professionals for emotional assistance.
2. Find spiritual strength through prayer and reflection, seeking comfort in faith as taught in Psalm 34:18.
3. Focus on recovery by caring for yourself physically and emotionally, and engaging in positive activities to rebuild your identity.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matthew 27-28

Card image
Truth Youth 13 Oktober 2024 - PEMULIHAN JIWA
2024-10-13 10:35:03


”TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya” (Mazmur 34:18)

Pengalaman traumatis adalah hal yang dapat mengguncang fondasi jiwa kita, mempengaruhi cara kita melihat diri sendiri dan dunia di sekitar kita. Ketika kita menghadapi trauma, sering kali kita merasa seperti bagian dari diri kita hancur. Trauma bisa membuat kita meragukan nilai diri kita dan merasakan kehilangan jati diri yang kita anggap sebelumnya kokoh.

Trauma bisa datang dalam berbagai bentuk—dari kehilangan orang yang kita cintai, kegagalan besar, hingga pengalaman yang menimbulkan rasa takut yang mendalam. Ketika kita mengalami kejadian-kejadian ini, sering kali perasaan kita yang paling dalam dan kepercayaan diri kita merasa terancam. Kita bisa merasa terasing dari diri kita sendiri, seolah-olah kita tidak lagi mengenali siapa kita sebenarnya. Rasa kehilangan jati diri ini bisa sangat mengganggu dan membuat kita merasa seolah-olah kita hilang dalam gelombang emosi yang tidak bisa kita kendalikan.

Namun, dalam Mazmur 34:18, tertulis, “TUHAN dekat dengan orang-orang yang patah hati; Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.” Ayat ini mengingatkan kita bahwa bahkan dalam keadaan yang paling hancur dan penuh penderitaan, Tuhan tetap dekat dengan kita. Dia tidak meninggalkan kita ketika kita merasa paling kehilangan dan bingung. Tuhan memahami kesedihan dan kepedihan kita dan menawarkan penghiburan serta pemulihan. Dalam masa-masa trauma, penting untuk mencari dukungan dan berbicara tentang perasaan kita, serta mencari cara untuk menyembuhkan diri secara emosional dan spiritual. Tuhan, dalam kasih-Nya yang tak terbatas, selalu siap untuk menyembuhkan dan membantu kita menemukan kembali jati diri kita, meskipun kita merasa seolah-olah semuanya hilang. Dengan iman dan dukungan yang tepat, kita dapat melangkah maju dan membangun kembali diri kita dengan lebih kuat.

WHAT TO DO:
1.Cari dukungan dengan berbicara kepada teman, keluarga, atau profesional untuk mendapatkan bantuan emosional.
2.Temukan kekuatan spiritual melalui doa dan refleksi, mencari penghiburan dalam iman seperti yang diajarkan dalam Mazmur 34:18.
3.Fokus pada pemulihan dengan merawat diri secara fisik dan emosional serta terlibat dalam aktivitas positif untuk membangun kembali jati diri kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matius 27-28

Card image
Renungan Pagi - 13 Oktober 2024
2024-10-13 10:32:21


Berkat Tuhan adalah sesuatu yang pasti disediakan Tuhan bagi kita orang-orang yang mengasihi DIA, jika sungguh-sungguh hidup dalam tuntunan Roh Kudus, melakukan kehendak Tuhan dengan taat dan setia, kerelaan hidup dalam tuntunan Roh Kudus menyatakan bahwa mengasihi Tuhan dan menempatkan kehendak Tuhan sebagai yang terutama dalam hidup kita, sebagaimana Tuhan Yesus telah memberi teladan yang benar dalam doa-Nya di taman Getsemani.

"Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Ku-kehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." Jika mempercayai Tuhan dengan segenap hidup, maka akan menyerahkan segala hal yang terjadi pada kita dalam kehendak-Nya, karena tahu pasti, apa yang Tuhan buat adalah yang terbaik bagi kita.
(Matius 26:39)

Card image
Quote Of The Day - 13 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-13 10:30:28


Adalah menjadi berharga dan bernilai kalau kalimat doa “pegang tanganku, Tuhan” dikaitkan dengan kekekalan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 13 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-13 10:29:07


Orang yang berpikir nanti suatu hari ia akan sungguh-sungguh mulai bertobat, mungkin ia tidak akan punya waktu yang cukup untuk mengejarnya.

Card image
RECONCILING WITH GOD - 13 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-13 10:24:02


Many people are arrogant, yet there comes a point when they will not be able to face reality without God. In such moments, our only hope is God. However, if we have not built a proper relationship with Him early on, we will never truly have Him. The Bible clearly states that God says, "I never knew you, depart from Me." That is why, while we still have the chance, reconcile with God. No one can accompany us except God. This is a reality that we will all face one day. We insure our cars, even though we may never have an accident, and we insure our homes, though they may never burn.

So why don’t we prepare well for the certainty that we will return alone, without anyone by our side? Psalm 73:25-26 says, "Whom have I in heaven but You? And there is nothing on earth that I desire besides You." King Saul was once chosen to be king, but he disobeyed. He offered burnt offerings-which were supposed to be done by a prophet or priest-but King Saul did it himself. By doing so, he took on the role of a priest or prophet, showing that he did not rely on God or wait patiently for Samuel's arrival. He did not honor God, and as a result, Samuel left him.

Once God has struck His gavel, nothing can overturn it. If someone reaches the point of blaspheming the Holy Spirit, no one can undo it. Are we aware that some of us are on the path toward blaspheming the Holy Spirit? Not yet-we may grieve the Holy Spirit, but if we continue to do so repeatedly, we will quench Him. If we quench the Holy Spirit, the next step we have blasphemed. When we grieve the Holy Spirit, the Holy Spirit still guides us because God is incredibly patient. However, if we do not turn back, then we will not be saved.

In the Old Testament, to turn back meant to repent (Hebrew: shuv). In this context, they could immediately turn back, as it primarily involved returning to the law and the correct object of worship, such as observing the Sabbath and returning to worship God at the temple. This kind of turning back was easier. However, in Christianity, repentance or turning back is not a one-time event. Repentance in Christianity is metanoia, which means a renewed mind, a change of mind that must continue, to the point that the Bible says one has full right to enter the Kingdom of Heaven, or salvation becomes a sure possession. (2 Peter 1:10-11 Therefore, my brothers and sisters, make every effort to confirm your calling and election. For if you do these things, you will never stumble, and you will receive a rich welcome into the eternal Kingdom of our Lord and Savior Jesus Christ). So, when someone grieves the Spirit and then turns back, it cannot immediately please the Spirit. It’s not easy because the Christian standard of living is doing the will of God.

In most religions, it's about following clear laws-what is allowed or forbidden, and the proof or verification is easy. But in Christianity, the law is God Himself: God’s thoughts and feelings. That’s why, in 2 Corinthians 5:9-10, Paul says, “I strive to live in a way that is pleasing to God.” The measure is whether or not God is pleased, based on His thoughts and feelings, which are synchronized, precise, and aligned with God’s will-not written laws or commandments. To do God's will requires a continuous transformation of our mindset. Thus, "if someone thinks that one day they will truly repent, they might not have enough time to pursue it".

If we are still grieving God now because we are not precisely doing His will, we cannot immediately please Him. This is about thoughts and feelings, not about simply ceasing to commit obvious sins like murder. But this ongoing change of mindset to make us able to have God's thoughts and feelings, so that everything we do is in accordance with God's thoughts and feelings. That’s why Philippians 2:5-7 tells us to have the mind and feelings of Christ. So, do not delay. There will come a time when we will no longer have the opportunity. It's just now or never. We must think that way. Pleasing God starts with small matters. Do those.

Reconcile and deal with the unseen, yet truly living and real, God. Therefore, in everything we do, we must always consider whether it pleases God or not. If we are earnest about it, the Holy Spirit will surely tell us. Don’t wait until the moment of death to realize we are not with God, because we never walked with Him. Don’t assume God is always kind and merciful-He is, but if we waste His grace, He may say, “I never knew you.” As the Word of God says, “If today you hear His voice, do not harden your hearts.”

WHILE WE STILL HAVE THE CHANCE, RECONCILE WITH GOD.

Card image
BERDAMAI DENGAN TUHAN - 13 Oktober 2024
2024-10-13 10:20:06


Banyak orang sombong padahal ada satu titik di mana dia tidak akan sanggup menghadapi realitas tanpa Tuhan. Saat-saat seperti itu, harapan kita hanya Tuhan. Tetapi kalau kita tidak jauh-jauh hari membangun hubungan dengan Tuhan secara benar, maka kita tidak akan pernah memiliki Dia. Di Alkitab jelas tertulis, Tuhan berkata, "Aku tidak kenal kamu, enyahlah kamu dari hadapan-Ku." Makanya sekarang ini, selama kita masih memiliki kesempatan, berdamailah dengan Tuhan. Tidak ada yang bisa menemani kita kecuali Tuhan. Ini adalah realitas yang suatu hari setiap kita pasti mengalaminya. Kalau kita asuransikan mobil, belum tentu kita tabrakan dan belum tentu kita menabrak, tapi kita asuransikan. Pabrik, rumah, yang belum tentu terbakar dan tidak diharapkan terbakar, kita tetap mengasuransikan.

Mengapa untuk hal yang pasti bahwa kita akan pulang sendiri tanpa siapa pun, kita tidak mempersiapkan diri dengan baik? Mazmur 73:25-26 mengatakan, "Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi." Raja Saul yang tadinya dipilih menjadi raja, tapi tidak dengar-dengaran, ia mengadakan korban bakaran—yang mestinya dilakukan oleh seorang nabi atau imam—tapi raja Saul melakukannya. Dengan melakukan atau mengadakan korban, dia mengambil alih kedudukan seorang imam atau nabi. Dia tidak bergantung kepada Allah dan menunggu dengan sabar kedatangan Samuel. Dia tidak menghormati Tuhan. Maka Samuel meninggalkannya.

Kalau Tuhan sudah mengetuk palu-Nya, maka tidak ada yang bisa membatalkan. Kalau orang sudah sampai tingkat menghujat Roh Kudus, tidak ada orang yang bisa memperbaiki. Sadarkah kita bahwa sebagian kita ini sebenarnya sedang menuju level menghujat Roh Kudus? Sekarang belum. Kita mendukakan Roh Kudus, tapi kalau mendukakan terus-menerus, maka kita memadamkan-Nya. Kalau kita memadamkan Roh Kudus, maka selanjutnya kita sudah menghujat. Ketika kita mendukakan Roh Kudus, Roh Kudus masih membimbing, karena begitu sabar-Nya Tuhan. Namun, kalau kita tidak berbalik, maka kita tidak akan bisa terselamatkan.

Dalam Perjanjian Lama, berbalik artinya bertobat (Ibr. _shuv_). Dalam hal ini, mereka bisa seketika berbalik, karena berbaliknya itu hanya menyangkut hukum dan objek penyembahan, termasuk melakukan Sabat dan lain-lain, kembali menyembah Allah di bait Allah. Berbaliknya itu lebih mudah. Tetapi dalam kekristenan, bertobat atau berbalik itu tidak satu kali, karena berbalik atau bertobat di dalam kekristenan adalah metanoia, artinya pikiran yang dibarui, perubahan pikiran yang harus berlangsung terus-menerus, sampai pada titik yang Alkitab katakan memiliki hak penuh masuk Kerajaan Surga, atau keselamatan menjadi milik yang pasti. Jadi ketika seseorang mendukakan Roh, lalu ia berbalik, namun itu tidak bisa seketika menyenangkan Roh. Tidak mudah, karena standar hidup orang Kristen itu melakukan kehendak Allah.

Kalau agama pada umumnya, melakukan hukum halal-haram, boleh-tidak boleh, yang pembuktiannya mudah atau verifikasinya mudah. Tetapi dalam kekristenan, hukumnya adalah Tuhan sendiri; pikiran dan perasaan Allah. Itulah sebabnya dalam 2 Korintus 5:9-10, Paulus mengatakan, "Aku berusaha untuk hidup berkenan kepada Allah." Ukurannya, Tuhan berkenan atau tidak, berangkat dari pikiran dan perasaan Allah. Dan itu sinkron, presisi, tepat dengan kehendak Allah, bukan tulisan verbal, atau hukum. Dan untuk bisa melakukan kehendak Allah, perlu perubahan pikiran terus-menerus. Jadi, orang yang berpikir nanti suatu hari ia akan sungguh-sungguh mulai bertobat, mungkin ia tidak akan punya waktu yang cukup untuk mengejarnya.

Jadi, kalau sekarang kita masih mendukakan Tuhan karena tidak presisi melakukan kehendak Allah, maka tidak seketika kita bisa menyenangkan Dia. Ini soal perasaan dan pikiran, bukan soal dulu membunuh, sekarang tidak membunuh. Tapi perubahan cara berpikir ini terus membuat kita mampu memiliki pikiran dan perasaan Allah, sehingga segala sesuatu yang kita lakukan sesuai dengan pikiran, perasaan Allah. Itulah sebabnya dalam Filipi 2:5-7 dikatakan agar kita memiliki pikiran dan perasaan Kristus. Jadi, jangan menunda. Suatu kali kita akan tidak punya kesempatan lagi. Just now or never. Sekarang atau tidak usah sama sekali. Kita harus berpikir begitu. Menyenangkan Tuhan itu dimulai dari perkara-perkara kecil. Lakukan itu.

Berdamailah dan berurusanlah dengan Pribadi yang tidak kelihatan, namun sejatinya, Ia hidup dan nyata. Maka, dalam segala hal yang kita lakukan, selalu kita pertimbangkan apakah yang kita lakukan ini berkenan di hadapan Tuhan atau tidak. Kalau kita memperkarakan dengan sungguh-sungguh, tidak mungkin Roh Kudus tidak memberi tahu. Jangan sampai di ujung maut baru nanti kita tidak disertai Allah, karena memang kita tidak menyertai Allah. Jangan berpikir Tuhan itu selalu baik dan murah hati—betul, Allah itu baik dan murah hati—tapi kalau kita menyia-nyiakan anugerah-Nya, Tuhan bisa berkata, "Aku tidak kenal kamu." Seperti firman Tuhan katakan, "Kalau hari ini engkau mendengar suara-Nya, jangan mengeraskan hatimu."

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SELAMA KITA MASIH MEMILIKI KESEMPATAN, BERDAMAILAH DENGAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 Oktober 2024
2024-10-13 10:15:16

Matius 13
Lukas 8

Card image
Truth Kids 12 Oktober 2024 - SETIA BERBUAT BAIK
2024-10-12 17:43:53


Galatia 6:10
”Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman”

"Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Inilah buah Roh Kudus mengalir dalam hidupku. Kumau hidup dipimpin Roh Kudus setiap hari..." Sobat Kids, apakah kalian pernah dengar lagu tentang sembilan buah Roh?

Bulan ini kita belajar mengenai buah Roh kesetiaan. Hari ini kita mau belajar setia dalam berbuat baik kepada orang lain. Mengapa kita harus setia berbuat baik? Dari ayat firman Tuhan hari ini, kita diingatkan berbuat baik selama masih ada kesempatan. Berarti akan ada waktu dimana kita tidak lagi memiliki kesempatan untuk berbuat baik.

Hidup kita di bumi ini hanya sementara, Sobat Kids. Tidak ada yang tahu berapa lama kita akan hidup di bumi ini. Oleh sebab itu, kita harus selalu berusaha untuk setia berbuat baik, selama kita masih memiliki kesempatan untuk hidup. Berbuat baiklah kepada semua orang, terutama yang membutuhkan. Kebaikan kita adalah pasti akan menjadi berkat untuk orang lain.

Card image
Truth Junior 12 Oktober 2024 - THANKFUL
2024-10-12 17:42:45


Galatia 6:10
"Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman”

Di tengah terik savana yang menyengat, seekor singa ringkih berjalan mencari sungai untuk minum. Singa tersebut selalu menjulurkan lidahnya yang menandakan bahwa ia sangat kehausan dan lapar. Di alam liar savana, hewan ringkih dan lemah adalah sasaran empuk para pemangsa. Dan benar saja, ketika singa tersebut memutuskan untuk beristirahat sejenak karena kelelahan, tiba-tiba datang segerombolan hyena yang ingin menyantapnya.

“Aku tidak pernah menduga akan bertemu raja agung hutan rimba,” ejek Tyran sang pemimpin kelompok hyena.

Yitron, sang singa ringkih, hanya bisa diam dan pasrah. Yitron tidak mampu melawan intimidasi dan ejekan para hyena itu karena ia sudah tua dan lemah. Tak ada kekuatan lagi yang dimilikinya walau hanya sekadar mengaum. Saat Yitron terlihat tak berdaya, Tyran segera mendekat dan hendak menerkamnya, namun tiba-tiba terdengar auman singa yang menggelegar. Para gerombolan hyena tersebut serentak kaget dan nyali mereka ciut saat melihat dari kejauhan ada tiga ekor singa jantan mendekati mereka. Hanya dengan auman ketiga singa jantan itu, berhasil mengusir gerombolan hyena sombong tersebut.

“Aku tidak menduga kalian mau menolong singa tua dan ringkih ini,” ucap Yitron. “Bagiku suatu kehormatan bisa menolong sesama singa,” ucap Scars sambil tersenyum yang diikuti anggukan oleh dua temannya. “Aku sangat berterima kasih kepada kalian. Dulu aku adalah penguasa hutan ini, sangat menyedihkan melihat kondisiku sekarang yang mengaum saja tak mampu. Maafkan aku yang dulu pernah mengasingkan kalian dari kelompok,” ucap Yitron. “Yahhh… tak ada yang abadi di dunia ini. Roda kehidupan selalu berputar, bukan?” ucap Scars.

Sobat Junior, ketiga singa jantan tadi bersikap setia kepada sesama kaumnya. Mereka tidak memandang kedudukan, kekuatan, atau balas jasa yang dapat mereka terima jika mereka menolong. Seperti itu pula kita harus bersikap; tulus dan setia kepada Tuhan.

Card image
Truth Youth 12 Oktober 2024 (English Version) - WHAT IS THERE OR WHAT'S IN IT FOR ME?
2024-10-12 17:40:06


"And the second commandment, which is like it, is this: 'Love your neighbor as yourself." (Matthew 22:39)

“What is there or what's in it for me?” is a brief phrase that prompts us to think about its true meaning. If we were to ask about our purpose in befriending someone, many would answer “for who they are.” However, many others befriend not for “who they are,” but for “what's in it for them.” For example, some might befriend us because they see potential for gain from us. Specifically, some befriend because they want to obtain something from us. Yet, there are also those who befriend us for “who we are.” This means they accept us not for our strengths or weaknesses but because they genuinely want to be friends. This is what we call a true friend.

Have we ever felt taken advantage of by others? Indeed, there are many who befriend us out of self-interest. It is rare to find a friend who sincerely cares for us. What should we do if we encounter someone who likes to take advantage of us? Should we keep our distance? The answer is no. Instead, we need to set boundaries while continuing to love them as friends. Sometimes, God allows people to take advantage of us so that we learn to give with sincerity. It could also be a lesson in loving others without expecting recognition or appreciation in return.

Here, God wants us to have genuine love, which is the love of Christ. We love others not because of “what's in it for us” or perhaps because they have something beneficial for us. Instead, we love others “for who they are,” just as Christ loved us for who we are.

WHAT TO DO:
1. Engage in self-reflection.
2. Learn to be sincere in doing good.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matthew 25-26

Card image
Truth Youth 12 Oktober 2024 - APA ADANYA ATAU ADA APANYA
2024-10-12 17:38:05


”Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22:39)

“Apa adanya atau ada apanya?” merupakan ayat yang singkat, tapi membuat kita sejenak berpikir untuk memahami maksud yang sebenarnya. Kalau ditanyakan kepada kita, tujuan kita berteman dengan seseorang, pasti ramai yang akan menjawab “apa adanya”. Tapi banyak juga yang berteman bukan karena “apa adanya”, tetapi karena “ada apanya”. Misalkan, ada yang berteman karena seseorang itu melihat kita memiliki potensi untuk memberikan keuntungan bagi seseorang itu. Tepatnya, seseorang itu berteman karena ingin mendapatkan sesuatu dari kita. Tetapi ada juga yang berteman dengan kita karena “apa adanya” kita. Artinya menerima diri kita bukan karena kelebihan dan kekurangan kita, tapi karena tujuannya memang untuk berteman dengan tulus. Nah, inilah yang disebut sahabat.

Pernahkah kita merasa dimanfaatkan oleh orang lain? Teman-teman, memang tidak sedikit orang yang berteman dengan kita karena ada kepentingan sendiri. Jarang untuk menemukan sahabat yang tulus berteman dengan kita. Bagaimana jika kita bertemu dengan teman yang suka memanfaatkan kita? Perlukah kita terus menjauhinya? Jawabnya adalah tidak. Tapi kita harus tetapkan batasan, dan tetaplah mengasihinya sebagai teman. Terkadang, Tuhan mengizinkan ada orang yang memanfaatkan kita, supaya kita belajar memberi dengan ketulusan. Bahkan bisa jadi supaya kita belajar mengasihi orang lain tanpa menuntut untuk dihargai. Jadi, di sini Tuhan mau kita memiliki kasih yang tulus yaitu kasih Kristus. Kita mengasihi sesama, bukan karena “ada apanya” atau mungkin dia punya sesuatu yang menguntungkan kita. Tapi kita mengasihi sesama “apa adanya” seperti Kristus lebih dulu mengasihi kita sebagaimana adanya kita.

WHAT TO DO:
1.Introspeksi diri.
2.Belajar menjadi tulus dalam melakukan kebaikan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matius 25-26

Card image
Renungan Pagi - 12 Oktober 2024
2024-10-12 17:36:14


Kehidupan orang percaya yang mengandalkan Tuhan dan menaruh harapan pada Tuhan saja akan membuat hidup berhasil dan diberkati. Jika keberhasilan dan berkat yang berkelimpahan itu kita dapatkan karena mengandalkan Tuhan, maka tidak akan membuat kita menjadi sombong, tetapi keadaan itu membuat kita mempermuliakan nama Tuhan dan menjadi berkat bagi keluarga serta orang-orang disekitar. Ada buah yang dihasilkan dari hidup kita, buah pertobatan, buah Roh dan buah pelayanan.

"Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah."

Hidup kita benar-benar jadi berkat dan dapat dinikmati, bukan saja oleh Bapa, Pemilik hidup, tetapi juga oleh sesama. Buah itu adalah hasil dari keintiman hubungan kita dengan Tuhan, ketaatan melakukan firman Tuhan dan kerinduan menyenangkan hati Tuhan.
(Yeremia 17:7-8)

Card image
Quote Of The Day - 12 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-12 17:34:35


Kita jangan terganggu oleh apa pun, tetapi kita harus terganggu oleh keadaan kita pribadi yang belum berkenan di hadapan Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 12 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-12 17:33:47


Kalau Allah bekerja dalam segala sesuatu, pasti kehadiran Allah di dalam peristiwa hidup itu ada berkatnya, sebab tidak ada sesuatu yang bisa dikatakan kebetulan.

Card image
THE DYNAMICS OF THE HOLY SPIRIT - 12 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-12 12:54:01


There is a dynamic that the Holy Spirit desires us to experience every day, or a rhythm that He wants us to walk in. Like a dance, there are movements that the Holy Spirit wants us to live through and experience. From the daily events of life, the Holy Spirit has a dynamic or rhythm, and we should understand the dynamic, rhythm, or movement that we must walk through and experience. If in one day there are five major events that occur, surely the events from one to the second have a sequence called chronos (in Greek), or we know it as chronology in Indonesian. In that chronology, God can design what is good and useful for us. Thus, God designs how each event blesses us so that by the end of the day, we have received the maximum blessings that God has provided.

It is not impossible that the first event, then the second event and so on have an absolutely perfect sequence. If from the morning we face God, we ask God for guidance, we ask God for sensitivity, then God will guide us from one event to the next, which has divine dynamics, the dynamics of the Holy Spirit. If we can get through the first event well, then the second event will complete it. If the second event completes the blessings we received in the first event, then the third event will complement it further. And if we follow that dynamic, then that day, we will have received the complete blessing that God has provided.

However, often we do not follow God's dynamic but instead follow our own. Perhaps we succeed in the first event, but fail in the second. Maybe not a total failure, but it is incomplete, so the blessing that we should have fully received becomes less than full. For the third event, it is possible that we will not receive a complete blessing, potentially. Yet, God may help us gain understanding, wisdom, and guidance, so we can still receive the full blessing. But because the second event has failed or is incomplete, the blessing we receive for the day becomes incomplete. Only the Holy Spirit can help us. So, how much we really need the guidance of the Holy Spirit, from the moment we wake up and seek God, from the first event we experience, we must begin to be alert.

The first event happens, we get through it, then comes the second event, and we also get through it. That is extraordinary because, with human understanding, we do not know what is ahead, but God, in His wisdom, works through all things for our good. God designs the events in our daily lives for our benefit, and that is what we call the dynamics of God, the dynamics of the Holy Spirit. There is no event without a blessing. If God is at work in everything, then His presence in life's events brings blessings, for nothing can be considered mere coincidence.When the Word of God says, "He will not let you be tempted beyond what you can bear," it means that God measures and weighs every event that happens. God has already set up a net, a screening of what we can endure, and what He does not allow us to experience. Surely, God has designed it all.

So, we must respond to each event with the right heart attitude, making the right decisions or choices. Only the Holy Spirit can lead us in this. The amazing thing is, in every event, there is the voice of God, unless we respond to the event according to our own will, or if we react to it without the Holy Spirit's guidance. In such cases, we lose the voice of God-the voice that surely carries counsel, direction, and guidance. So, eternal blessings are available in every event after event. The Word of God also says, "Man shall not live by bread alone, but by every word that proceeds from the mouth of God." This means that in every event, God gives rhema-a living word. God already knows what events will happen, and God prepares His voice, His advice. Unless we respond to these events with the right heart attitude, we will lose that voice, we will lose that blessing.

Even worse, if we harden our hearts, do not want to understand the process of God's formation, then we will not hear and see the glory of God. Life's events contain the glory of God, for God's voice and counsel are there, which are eternal blessings. So, God needs events or incidents to bless us, to create dynamics. And within that dynamic, God perfects us. Event after event is a series of gradual processes, and very perfect. And that is a gift that God does not give to others who are not the chosen people, but is given only to the chosen people who love God.

GOD NEEDS EVENTS OR INCIDENTS TO BLESS US, TO CREATE DYNAMICS. AND WITHIN THAT DYNAMIC, GOD PERFECTS US.

Card image
DINAMIKA ROH KUDUS - 12 Oktober 2024
2024-10-12 12:42:22


Ada dinamika yang Roh Kudus kehendaki kita alami setiap hari atau ada irama yang Roh Kudus kehendaki kita alami atau kita jalani. Ibarat sebuah tarian, ada gerakan yang Roh Kudus kehendaki kita alami dan kita jalani. Dari peristiwa-peristiwa hidup setiap hari, Roh Kudus memiliki dinamika atau irama dan mestinya kita mengerti dinamika, irama, atau gerak yang kita harus jalani dan alami. Kalau dalam satu hari ada lima peristiwa besar yang terjadi, pasti peristiwa yang satu ke peristiwa yang kedua itu memiliki urutan yang namanya kronos (di dalam bahasa Yunani), atau kita mengenalnya sebagai kronologi dalam bahasa Indonesia. Di dalam kronologi itu, Allah bisa merancang apa yang baik dan berguna untuk kita. Maka Allah merancang bagaimana peristiwa demi peristiwa itu memberkati kita. Yang kalau hari itu berlalu, kita sudah memperoleh maksimal berkat yang Tuhan sediakan.

Bukan tidak mungkin peristiwa yang pertama, lalu peristiwa yang kedua dan seterusnya memiliki urutan yang pasti sempurna. Jika sejak pagi kita sudah menghadap Tuhan, kita minta tuntunan Tuhan, kita minta kepekaan Tuhan, maka Tuhan akan menuntun kita dari satu peristiwa ke peristiwa yang berikut, yang berdinamika ilahi, berdinamika Roh Kudus. Kalau kita bisa melewati peristiwa yang pertama dengan baik, maka peristiwa yang kedua akan melengkapi. Kalau peristiwa kedua melengkapi berkat yang telah kita terima di peristiwa pertama, maka peristiwa ketiga atau kejadian ketiga melengkapi. Dan jika kita mengikuti dinamika tersebut, maka sehari itu berkat yang Tuhan sediakan lengkap utuh kita terima.

Namun, sering kali kita tidak mengikuti dinamika Tuhan, tapi kita mengikuti dinamika kita sendiri. Peristiwa pertama kita berhasil, peristiwa kedua kita gagal. Mungkin tidak gagal total, tapi tidak utuh, sehingga berkat yang kita terima mestinya penuh, menjadi tidak penuh. Peristiwa ketiga, kemungkinan kita juga tidak akan mendapatkan berkat yang utuh, kemungkinan. Tapi bisa saja Tuhan kemudian menolong kita untuk bisa memiliki pengertian, hikmat, tuntunan, sehingga kita bisa memiliki berkat yang utuh. Tapi karena yang kedua sudah gagal atau tidak utuh, sehingga berkat yang kita terima hari itu tidak atau kurang penuh. Hanya Roh Kudus yang bisa menolong kita. Jadi, betapa kita benar-benar membutuhkan pimpinan Roh Kudus, dari bangun tidur kita menghadap Tuhan, dari peristiwa atau kejadian pertama yang kita alami, kita mulai waspada.

Kejadian pertama kita lewati, muncul kejadian kedua, kita juga lewati. Itu luar biasa, sebab dengan pikiran manusia kita tidak tahu, tapi Tuhan dalam kecerdasan-Nya bekerja dalam segala hal, mendatangkan kebaikan bagi kita. Tuhan mendesain kejadian-kejadian dalam hidup keseharian untuk kebaikan kita, dan itulah yang dikatakan sebagai dinamika Allah, dinamika Roh Kudus. Tidak ada satu kejadian yang tidak ada berkatnya. Kalau Allah bekerja dalam segala sesuatu, pasti kehadiran Allah di dalam peristiwa hidup itu ada berkatnya, sebab tidak ada sesuatu yang bisa dikatakan kebetulan. Kalau firman Tuhan mengatakan, "Ia tidak membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu," itu berarti Tuhan mengukur, menakar setiap kejadian yang terjadi, Tuhan sudah membuat jaring, screening apa yang bisa kita alami, dan apa yang Allah tidak kehendaki kita alami. Pasti Tuhan sudah mendesain itu.

Maka kita harus merespons setiap kejadian demi kejadian dengan sikap hati yang benar, dengan keputusan atau pilihan yang benar. Hanya Roh Kudus yang bisa menuntun kita. Dan ajaibnya, di setiap peristiwa ada suara Tuhan, kecuali kalau kita merespons peristiwa itu sesuka kita, kecuali kita menanggapi peristiwa tidak dalam pimpinan Roh Kudus, maka kita kehilangan suara Tuhan; suara yang pasti mengandung nasihat, pengarahan, tuntunan. Jadi, berkat kekal tersedia di setiap peristiwa demi peristiwa. Firman Tuhan juga mengatakan, "Manusia hidup bukan hanya dari roti, tapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." Berarti di setiap kejadian, Allah memberikan rhema. Tuhan sudah tahu peristiwa-peristiwa apa yang akan terjadi, dan Tuhan menyiapkan suara-Nya, nasihat-Nya. Kecuali kita tidak menanggapi peristiwa dengan sikap hati yang benar, maka kita akan kehilangan suara itu, kehilangan berkat itu.

Apalagi kalau kita mengeraskan hati, tidak mau mengerti proses pembentukan Tuhan, maka kita jadi tidak mendengar dan tidak melihat kemuliaan Allah. Peristiwa-peristiwa hidup mengandung kemuliaan Allah, karena ada suara Tuhan, nasihat Tuhan di situ, yang adalah berkat kekal. Jadi, Allah membutuhkan peristiwa atau kejadian untuk memberkati kita, untuk membuat dinamika. Dan di dalam dinamika itulah Tuhan menyempurnakan kita. Peristiwa demi peristiwa merupakan rangkaian proses yang bertahap, dan sangat sempurna. Dan itulah anugerah yang tidak diberikan Tuhan kepada orang lain yang bukan umat pilihan, tetapi diberikan hanya kepada umat pilihan yang mengasihi Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ALLAH MEMBUTUHKAN PERISTIWA ATAU KEJADIAN UNTUK MEMBERKATI KITA, UNTUK MEMBUAT DINAMIKA. DAN DI DALAM DINAMIKA ITULAH TUHAN MENYEMPURNAKAN KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 12 Oktober 2024
2024-10-12 12:38:44

Lukas 11

Card image
Truth Kids 11 Oktober 2024 - TAAT ORANG TUA
2024-10-11 19:00:18


Efesus 6:1
”Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.”

Sobat Kids, kalian tahu tidak, mengapa kita harus taat kepada orang tua? Menaati orang tua adalah salah satu perintah Tuhan yang harus kita lakukan. Selain itu, Tuhan memerintahkan untuk kita taat kepada orang tua karena orang tua adalah wakil Tuhan di bumi ini. Tuhan menitipkan kita kepada orang tua kita di bumi ini. Orang tua bertugas untuk menjaga dan membimbing kita kepada jalan yang benar. Menaati dan menghormati orang tua berarti kita juga menghormati Tuhan. Saat Sobat Kids menyakiti hati orang tua, itu sama juga Sobat Kids juga menyakiti hati Tuhan.

Orang tua adalah perantara Tuhan untuk membimbing kita kepada arah yang benar di dalam Tuhan. Orang tua kita akan selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi kita. Dan tidak akan orang tua merencanakan yang buruk buat anak-anaknya. Jadi, Sobat Kids, yuk kita mau belajar untuk menaati, menghormati, dan menyayangi orang tua kita dengan sepenuh hati. Perbuatan yang kalian lakukan untuk orang tua, sama halnya Sobat Kids juga menghormati dan mengasihi Tuhan.

Card image
Truth Junior 11 Oktober 2024 - INFINITY
2024-10-11 18:57:46


Efesus 6:1
”Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.”

Sobat Junior, tahukah kalian dengan lambang ∞ ini? Apakah masih asing dan tidak tahu sama sekali arti dari lambang ini? Kalian tahu tidak, dalam dunia matematis sains ada istilah infinity yang diterjemahkan dengan istilah “tak terhingga?” Lambang ini mewakili makna suatu hal yang jumlah nilainya tak terhitung atau tak terbatas, tidak dapat diukur atau dibandingkan dengan apa pun. Hmm, coba kalian pikirkan hal apa yang kalian miliki dengan nilai tak terhingga yang tidak dapat diukur atau dibandingkan dengan apa pun!? Sudah menemukan jawabannya?

Setiap kita punya sesuatu yang nilainya tidak dapat diukur dan tak terbatas. Hayo, ada yang tahu? Yaps, nilai itu adalah kasih. Masing-masing dari kita diberikan kasih karunia yang tak terbatas oleh Tuhan. Bukti nyata dari kasih Tuhan yang dapat kita lihat dan rasakan adalah kasih orang tua. Di rumah, Sobat Junior memiliki mama-papa yang dengan sigap menjaga dan merawat kalian. Sedangkan di sekolah, kalian memiliki guru yang dengan tekun mendidik dan mengajar. Mengasihi orang tua itu mutlak, Sobat Junior. Bahkan Tuhan sendiri memerintahkan dalam hukum Taurat untuk patuh dan menghormati orang tua. Oleh sebab itu, mengasihi dan menghormati orang tua merupakan bentuk kasih yang tak ternilai.

Card image
Truth Youth 11 Oktober 2024 (English Version) - SPIRITUAL IDENTITY AND A COMPASS
2024-10-11 18:54:25


"Bear with each other and forgive one another if any of you has a grievance against someone. Forgive as the Lord forgave you." (Colossians 3:13)

In life, there are times when we feel lost, especially in our spiritual journey. In this journey, our faith can become like a compass tossed about by the storms of life, losing direction and purpose. However, the verse in Colossians 3:13 provides us with important guidance: patience and forgiveness. It reminds us that even if we may become spiritually lost, there is still a way back, and part of that path involves our relationships with others and our attitudes toward ourselves.

Imagine a compass that has been disrupted by a strong magnetic field. Its needle spins endlessly, losing the ability to point in the right direction. When we experience spiritual confusion, our sense of identity—who we are in Christ—can feel blurred. We may no longer be sure of where to step next or what our true purpose is. Just like a lost compass needle, our hearts can lose their grip on the spiritual center that should guide us.

In such situations, it’s easy to feel hopeless. We begin to question our life’s purpose, the meaning of our faith, and even our worth as human beings. This crisis is not only about direction but also about identity. When we no longer know where to step, we can also lose our sense of who we truly are.

However, just as a compass can function again when moved away from magnetic interference—representing the temptations of the world—our souls can also find the right direction again. Colossians 3:13 invites us to be patient and forgiving towards others, but also towards ourselves. We may have taken wrong steps or feel like failures in our spiritual lives, but God has never left us. He is always ready to offer forgiveness and guide us back to His path.

Forgiveness and patience are key to restoring our spiritual direction. When we learn to forgive ourselves for our weaknesses and failures, we open ourselves to God’s limitless love. Slowly, our identity as children of God is restored, and our spiritual compass begins to work again. We discover that our purpose has not been lost; it simply needs a little realignment. God calls us to forgive, just as He has forgiven us. If we are lost, He is ready to bring us back on the right track. And in that process, we will find our true identity in Christ—our real compass.

WHAT TO DO:
1. Avoid things that do not please God.

2. Follow the life of Jesus Christ in the way He lived among those around Him.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matthew 23-24

Card image
SPIRITUAL IDENTITY AND A COMPASS
2024-10-11 18:50:01


”Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh syak di hati terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.” (Kolose 3:13)

Dalam hidup ini, ada masa-masa ketika kita merasa seperti kehilangan arah, terutama dalam perjalanan spiritual kita. Dalam perjalanan ini, iman kita dapat menjadi seperti kompas yang terombang-ambing oleh badai kehidupan, kehilangan arah dan tujuan. Namun, ayat dalam Kolose 3:13 memberikan kita pedoman penting: kesabaran dan pengampunan. Hal ini mengingatkan kita bahwa meskipun kita bisa tersesat secara spiritual, masih ada jalan untuk kembali, dan bagian dari jalan itu melibatkan hubungan kita dengan sesama dan sikap kita terhadap diri sendiri. Bayangkan sebuah kompas yang dirusak oleh medan magnet yang kuat. Jarumnya berputar-putar tanpa henti, kehilangan kemampuannya untuk menunjukkan arah yang benar. Ketika kita mengalami kebingungan spiritual, rasa identitas kita, siapa kita dalam Kristus, bisa terasa kabur. Kita tidak lagi yakin ke mana kita harus melangkah atau apa tujuan kita sebenarnya. Seperti jarum kompas yang tersesat, hati kita juga bisa kehilangan pegangan pada pusat spiritual yang seharusnya membimbing kita. Dalam situasi seperti ini, sangat mudah untuk merasa putus asa. Kita mulai mempertanyakan tujuan hidup, makna iman kita, dan bahkan nilai diri kita sebagai manusia. Krisis ini bukan hanya persoalan arah, tetapi juga persoalan identitas. Ketika kita tidak lagi tahu ke mana kita akan melangkah, kita juga bisa kehilangan rasa siapa kita sebenarnya.

Namun, seperti halnya kompas yang dapat kembali berfungsi jika jauh dari gangguan magnetik, yang bisa kita artikan sebagai godaan-godaan dunia, jiwa kita juga dapat menemukan kembali arah yang benar. Kolose 3:13 mengajak kita untuk sabar dan memaafkan baik terhadap orang lain, tetapi juga terhadap diri kita sendiri. Mungkin kita telah salah langkah atau merasa gagal dalam hidup rohani, tetapi Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Dia selalu siap memberikan pengampunan dan membimbing kita kembali ke jalan-Nya. Pengampunan dan kesabaran adalah kunci untuk memulihkan arah spiritual kita. Ketika kita belajar untuk memaafkan diri sendiri atas kelemahan dan kegagalan kita, kita membuka diri terhadap kasih Tuhan yang tak terbatas. Perlahan-lahan, identitas kita sebagai anak-anak Allah dipulihkan, dan kompas spiritual kita mulai bekerja kembali. Kita menemukan bahwa tujuan kita tidak hilang hanya perlu sedikit penyelarasan ulang. Tuhan memanggil kita untuk mengampuni, sama seperti Dia telah mengampuni kita. Jika kita tersesat, Dia siap membawa kita kembali ke arah yang benar. Dan dalam proses itu, kita akan menemukan identitas sejati kita dalam Kristus, kompas kita yang sebenarnya.

WHAT TO DO:
1.Menjauhi hal-hal yang tidak menyenangkan hati Tuhan
2.Mencontoh kehidupan Tuhan Yesus Kristus, dalam cara Ia hidup bersama dengan orang di sekitarnya

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matius 23-24

Card image
Renungan Pagi - 11 Oktober 2024
2024-10-11 18:39:30


Orang-orang Farisi dan Ahli Taurat adalah orang-orang yang mengerti betul tentang hukum Taurat dan hukum-hukum Tuhan bagi orang Yahudi saat itu, mereka bahkan menjadi pengajar-pengajar di Bait Allah, tetapi mereka tidak pernah jadi pelaku dari hukum-hukum Tuhan yang mereka tahu dan mereka ajarkan itu.

Semua hanya sekedar pengetahuan untuk menunjukkan mereka pandai, sepertinya berhikmat dan menekan orang-orang Yahudi untuk melakukan semua hukum itu dalam hidup keagamaan mereka, yang lebih banyak bagi keuntungan para Imam, Ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu sendiri.

Itulah sebabnya Tuhan Yesus menegur mereka dengan keras dan menyatakan bahwa mereka seperti kuburan dan hidup dalam kemunafikan. "Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan."

Dan kalau mau jujur, sebagian besar kita pun masih hidup dalam kemunafikan, di gereja terlihat rohani, melayani terlihat sungguh-sungguh, tetapi dalam hatimu menyimpan dendam, iri hati, kepahitan dan masih banyak juga suami-istri yang hidup dalam kemunafikan, ada kebohongan, pengkhianatan.

Tidak mengasihi dan menerima pasangannya apa adanya, terlihat mesra diluar saja, didalamnya penuh luka dan sakit hati. Jangan sampai hidupmu sama dengan kuburan, dilabur putih, terlihat bersih dan rapih diluar, tetapi didalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai kotoran. Jangan munafik! Belajarlah hidup benar didalam Tuhan.
(Matius 23:27-28).

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 11 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-11 18:28:20


Jangan punya keinginan apa pun selain apa yang Tuhan kehendaki untuk kita ingini.

Card image
STRONG COMMITMENT - 11 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-11 18:17:03


If we read the story of Daniel, Shadrach, Meshach, and Abednego in Daniel chapter 1, we see how these young men from Judah had a kind of covenant with God, and they risked their lives for it. While others could freely enjoy food and drink, these young men from Judah did not defile themselves with unclean or impure food. They kept themselves pure. And it turned out that after some time, when their bodies were tested, they proved to be healthier. So, there was an 'X factor' that made them mighty people, both physically and in knowledge. King Nebuchadnezzar admitted it, and so did King Darius, recognizing that there was a spirit or god-according to their version-who empowered and gave them wisdom.

The God worshiped by Shadrach, Meshach, Abednego, the God of Daniel, is our God too, the God of Christians. But why don't we discover the superiority of this awesome God, the God worshiped by Shadrach, Meshach, Abednego and Daniel? Because we do not dare to make any kind of agreement or commitment. We measure ourselves by the standards of our own reason and thoughts, but we do not apply God's measure, or we do not question the standards of God in our lives. Even though there is an opportunity to demonstrate the mighty power of God because God is awesome. But there must be a commitment, our lives must be truly clean. If in our world today, we are not really extreme, then we will not be able to present God in our lives and go against the strong currents of the world.

How were Shadrach, Meshach, Abednego, and Daniel able to go against the flow? On paper, according to human logic, they would get sick, become weak, and be cast aside. But that was not the case. So, let us trust in the God of Abraham, Isaac, and Jacob, the same God worshipped by Daniel, Shadrach, Meshach, and Abednego. The same God we worship today. Therefore, we must dare to commit to manifesting Him in our lives. If Nebuchadnezzar had not built the statue in the Valley of Dura, there would never have been the story of the fiery furnace heated seven times over, yet not a single hair was burned. If there hadn’t been a decree prohibiting the worship of any god or deity other than the one chosen by the king, Daniel would never have entered the lions' den. So, the fiery furnace and the lions' den became arenas where God was present and revealed His glory.

When we have a commitment, a determination to be serious with God, then God will make a matter, where it is God's arena to reveal Himself and His glory. Indeed, only special people are permitted by God or given by God arenas like this. This is difficult. Just imagine, how the Israelites felt when before their eyes was the raging Red Sea, while Pharaoh and his army were chasing behind. If they had looked with their eyes, they would have been dead standing. But the word of God says, "Behold, help is coming from above."

If David had looked at Goliath with human eyes, he would have trembled and fled before even engaging in battle. But how did David see what others couldn’t, not even seen by Saul himself? David's faith was expressed in the sentence, "You come with swords and spears, I come in the name of the Lord." There must be a Goliath to show the might of the God of Israel, Elohim Yahweh, there must be someone who dares to make a commitment and is ready to face the things that God will allow. If we are not truly extreme, truly determined, then we will never see the glory of God. God is only a story in the Bible, in books, in the mouth and on the lips, God is only in the fantasies of pastors and theologians. But if we have a strong commitment, a strong determination, then God will be present in our life story.

If in a few decades or hundreds of years to come, the Lord has not yet returned, and our life story is written, God will be present in that story. Just as David's story revealed the power and glory of Elohim Yahweh by toppling Goliath, so will we. And even more amazingly, just as Jesus conquered His own desires and lived only according to the Father’s will, His story is written in golden ink in the Kingdom of Heaven, and our life story can be the same. But we will face many trials, temptations, challenges, and various evils or evil intentions that are inflicted on us. Yet it is in these moments that God’s glory is revealed. Let us think big as children of God. Let us build a commitment to live holy lives, having no desire except what God places in our hearts. Do not have any desire apart from what God wills for us to desire.

IF WE HAVE A STRONG COMMITMENT, A STRONG DETERMINATION, THEN GOD WILL BE PRESENT IN OUR LIFE STORY.

Card image
KOMITMEN YANG KUAT - 11 Oktober 2024
2024-10-11 18:11:17


Kalau kita membaca kisah Daniel, Sadrakh, Mesakh, Abednego di kitab Daniel 1, kita melihat bagaimana orang-orang muda dari Yehuda ini memiliki semacam ikatan perjanjian dengan Allah, dan mereka mempertaruhkan hidup mereka. Sementara orang-orang lain bisa menikmati makan minum sepuas-puasnya. Tetapi pemuda-pemuda Yehuda ini, tidak mencemarkan diri mereka dengan makanan yang tidak halal, makanan yang najis. Mereka tidak mencemarkan diri mereka. Dan ternyata, setelah beberapa waktu, diadakan pengujian tubuh, terbukti mereka lebih sehat. Jadi, ada faktor X yang membuat mereka menjadi orang-orang perkasa secara fisik maupun secara pengetahuan. Raja Nebukadnezar mengakuinya, Raja Darius juga mengakui bahwa ada roh atau dewa—menurut versi mereka—yang berkuasa dan berhikmat atas mereka.

Allah yang disembah oleh Sadrakh, Mesakh, Abednego, Allahnya Daniel, adalah Allah kita juga, Allahnya orang Kristen. Tapi mengapa kita tidak menemukan keunggulan dari Allah yang dahsyat, Allah yang disembah oleh Sadrakh, Mesakh, Abednego dan Daniel ini? Karena kita tidak berani membuat semacam perjanjian atau komitmen. Kita mengukur diri kita dengan ukuran nalar dan pikiran kita sendiri, tapi kita tidak membuat ukuran yang dari Allah, atau kita tidak memperkarakan ukuran dari Allah di dalam hidup kita. Padahal terbuka kesempatan kita bisa mendemonstrasikan kuasa Tuhan yang dahsyat, karena Allah itu dahsyat. Tapi harus ada komitmen, kehidupan kita yang benar-benar bersih. Kalau di dunia kita hari ini, kita tidak sungguh-sungguh ekstrem, maka kita tidak akan bisa menghadirkan Allah dalam hidup kita dan melawan arus dunia yang kuat.

Bagaimana Sadrakh, Mesakh, Abednego, Daniel mampu melawan arus? Di atas kertas, dalam perhitungan pikiran manusia, mereka akan sakit, lemah, tersingkir. Tapi ternyata tidak. Jadi, mari kita memercayai Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, Allah yang juga disembah oleh Daniel, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Allah yang sama yang kita sembah. Maka kita harus berani berkomitmen untuk menghadirkan Dia di dalam hidup kita. Kalau tidak dibangun patung di Lembah Dura oleh Nebukadnezar, maka tidak pernah ada kisah perapian yang dinyalakan tujuh kali lipat, namun tidak menghanguskan selembar rambut pun. Kalau tidak ada aturan bahwa dalam beberapa waktu tidak boleh menyembah allah lain atau dewa lain selain yang ditentukan oleh raja, maka Daniel tidak pernah masuk gua singa. Jadi, perapian yang menyala dan gua singa merupakan arena di mana Allah hadir dan menyatakan kemuliaan-Nya.

Ketika kita punya komitmen, tekad untuk serius dengan Tuhan, maka Tuhan akan membuat perkara, di mana itu adalah arena Tuhan untuk menyatakan diri dan kemuliaan-Nya. Memang hanya orang-orang khusus yang diperkenan Tuhan atau dianugerahi Tuhan arena-arena seperti ini. Ini berat. Coba bayangkan, bagaimana bangsa Israel ketika di depan mata mereka ada Laut Kolsom yang bergelora, sementara Firaun dan tentaranya mengejar di belakang. Kalau mereka melihat dengan mata, mereka mati berdiri. Tapi firman Tuhan mengatakan, "Lihatlah pertolongan yang datang dari atas."

Kalau Daud melihat Goliat dengan mata jasmani, dia pasti gemetar dan lari sebelum maju perang. Tapi bagaimana Daud melihat apa yang tidak dilihat oleh mata manusia, bahkan tidak dilihat oleh Saul sendiri? Iman Daud dikalimatkan dengan kalimat, "Kamu datang dengan pedang dan tombak, aku datang dalam nama Tuhan." Harus ada Goliat untuk menunjukkan keperkasaan Allah Israel Elohim Yahweh, harus ada orang yang berani membuat komitmen dan siap menyongsong perkara yang Allah akan perkenan adakan. Kalau kita tidak ekstrem sungguh-sungguh, nekat sungguh-sungguh, maka kita tidak akan pernah melihat kemuliaan Allah. Allah hanya cerita dalam Alkitab, dalam buku, di mulut dan di bibir, Allah hanya di fantasi para pendeta dan teolog. Tapi kalau kita punya komitmen yang kuat, tekad yang kuat, maka Allah akan ada dalam kisah hidup kita.

Seandainya beberapa puluh, beberapa ratus tahun yang akan datang, Tuhan belum datang, dan kisah hidup kita ditulis, maka di situ ada kehadiran Allah. Seperti kisah Daud yang menyatakan kekuatan kemuliaan Elohim Yahweh dengan menggulingkan Goliat, demikian pula kita. Dan lebih dahsyat lagi seperti Yesus menaklukkan keinginan diri-Nya dan hidup hanya menuruti kehendak Bapa, kisah yang ditulis dalam tinta emas di Kerajaan Surga, kisah hidup kita juga demikian. Tapi kita akan menghadapi banyak pencobaan, godaan, tantangan, dan berbagai kejahatan atau maksud jahat yang ditimpakan kepada kita. Namun, di situ kemuliaan Allah dinyatakan. Mari kita berpikir besar sebagai anak-anak Allah. Mari kita bangun komitmen untuk hidup suci, untuk tidak punya kesenangan kecuali apa yang Tuhan taruh di hati kita untuk kita ingini. Jangan punya keinginan apa pun selain apa yang Tuhan kehendaki untuk kita ingini.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA PUNYA KOMITMEN YANG KUAT, TEKAD YANG KUAT, MAKA ALLAH AKAN ADA DALAM KISAH HIDUP KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 Oktober 2024
2024-10-11 18:07:21

Matius 11

Card image
Truth Kids 10 Oktober 2024 - SETIA BERKATA JUJUR
2024-10-10 22:38:54


Kolose 3:9
”Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya.”

Setiap hari, Jeri membentak-bentak temannya di sekolah. Semua harus mengikuti perkataan Jeri. Kalau tidak, mereka akan dimusuhi Jeri. Jeri pun berani berbicara bohong. Suatu hari Jono melihat tingkah Jeri, dan berani melaporkannya kepada bapak guru.

Sobat Kids, lidah kita bisa membuahkan kebaikan atau keburukan, tergantung cara kita mengendalikannya. Sebagai anak Allah, kita harus memiliki sifat dan karakter Allah dengan berkata lemah lembut, jujur, dan tidak membentak-bentak teman. Saat Sobat Kids belajar berkata yang baik dengan menjaga mulut, kalian telah berbuat sesuai kehendak Tuhan. Dan kalian perlu lakukan itu setiap saat. Kesetiaan untuk berkata dengan jujur akan membuat Tuhan happy. Selamat berjuang, Sobat Kids!

Card image
Truth Junior 10 Oktober 2024 - BERBICARA JUJUR
2024-10-10 22:34:35


Kolose 3:9
”Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya.”

Sebelum berangkat sekolah, biasanya orang tua mengingatkan kita: “baik-baik, ya, sama teman.” Namun, sering kali ketika ada seorang teman yang senang membicarakan seseorang di belakang, kita juga ikut membicarakan, bahkan mengatakan hal yang tidak benar tentang seseorang itu. Firman Tuhan di atas telah menegur kita untuk tidak saling berdusta atau yang biasanya kita ketahui “tidak boleh berbohong.”

Tindakan berbohong adalah tindakan yang melukai hati Tuhan, misalnya saat kita memberikan “contekan” kepada teman waktu ujian, menyalin jawaban PR teman, dan terlebih lagi tidak jujur dengan guru kita. Oleh karena itu, Allah ingin sekali lagi mengajar kita menjadi anak-anak-Nya dan mempunyai sikap seperti Tuhan Yesus. Ia yang telah setia sampai akhir kepada Allah Bapa, dan menebus dosa-dosa kita.

Pentingnya juga kita memiliki waktu doa atau mendengar firman Tuhan, supaya kita semakin mengenal-Nya. Kita menjadi tahu bagaimana harus bersikap sesuai dengan kehendak-Nya. Misalkan saat kita diperhadapkan oleh teman yang ingin kita untuk berbohong kepada guru, kita memikirkan perasaan Tuhan sehingga kita berkata yang benar pada guru kita, tidak mengikuti teman yang menyuruh kita untuk berbohong. Ingat Sobat Junior, hidup kita hanya bagi kemuliaan Tuhan.

Card image
Truth Youth 10 Oktober 2024 (English Version) - CHRISTIAN CHECKPOINT
2024-10-10 22:23:41


"And have put on the new self, which is being renewed in knowledge in the image of its Creator." (Colossians 3:10)

Friends, you’ve probably played games before, or at least seen or heard about people playing them. In many games, especially Adventure RPGs (Role-Playing Games), there is a feature called Checkpoint Save. So, what is Checkpoint Save? When you play a game, you usually make progress in various ways, whether by leveling up your character to make them stronger or by moving through maps to get closer to the game’s end. However, sometimes while playing, you might encounter a tough enemy and get defeated or get lost along your journey. To avoid starting all over again, this is where the Checkpoint Save comes in. It allows the player to revert to the last saved progress instead of starting back at level 1 or from the initial location when lost.

Similarly, in life, we are all progressing towards a goal and striving to be better than before. As Christians, our goal is to become more like Christ, reflecting Him in our lives and embracing that identity. However, we sometimes stray from our efforts and become distracted, causing our identity to become blurred. Therefore, it’s essential for us Christians to persistently return to prayer and read the Bible as our Checkpoint. When we start to forget our true image, we can easily look back at what the Bible says about our Lord Jesus Christ. This way, we will have a solid foundation for our identity, making it harder for us to be swayed by our surroundings and lose sight of what we are meant to achieve.

WHAT TO DO:
1. Be diligent in prayer and Bible reading.
2. Emulate the lifestyle of Jesus as written in the Bible, so that Christ can become our identity.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matthew 21-22

Card image
Truth Youth 10 Oktober 2024 - CHRISTIAN CHECKPOINT
2024-10-10 22:21:26


”Dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya” (Kolose 3:10)

Teman-teman pasti kalian pernah bermain game kan? Kalau tidak pernah bermain pun setidaknya kalian pernah melihat atau mendengar orang bermain. Teman-teman, di dalam game, terutama yang sejenis Adventure RPG (Role Playing Game), ada sebuah fitur di mana pemain bisa melakukan Checkpoint Save. Apa itu Checkpoint Save? Jadi gini teman-teman, biasanya kalau bermain game, pasti teman-teman akan melakukan suatu bentuk progres perkembangan, baik itu progres perkembangan level karakter yang membuat karakter itu lebih kuat, atau progres perpindahan map atau tempat yang membuat kita lebih dekat lagi dengan akhir dari game yang kita mainkan. Tetapi teman-teman, terkadang saat kita bermain kita bisa saja bertemu dengan musuh yang kuat dan terkalahkan, atau tersesat dalam perjalanan kita dalam game itu. Maka, agar kita tidak perlu mengulang lagi progres kita dari awal, di situlah fungsi Checkpoint Save, yang tersebar di tengah-tengah perjalanan si pemain. Dengan Checkpoint, si pemain tidak perlu memulai lagi dari level 1 ketika ia terkalahkan, ia bisa kembali ke versi progres terbaiknya dan juga tidak perlu memulai lagi dari lokasi awal ketika ia tersesat dalam perjalanannya.

Begitu juga dalam kehidupan. Teman-teman dalam kehidupan pasti berprogres menuju suatu tujuan, dan berusaha untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sebagai orang Kristen, tujuan dan level yang harus kita capai adalah semakin serupa dengan Kristus. Menjadi pribadi yang mencerminkan Kristus dalam hidup, dan menjadi identitas mereka. Tetapi kadang, kita suka melenceng dalam usaha kita dan terlena, sehingga identitas kita kabur, dari tujuan awal. Maka dari itu, penting bagi kita orang Kristen untuk terus tekun mengingat dan kembali ke doa dan membaca Alkitab, sebagai Checkpoint kita. Agar ketika kita mulai lupa dari gambaran kita yang sejati, kita bisa dengan mudah melihat kembali apa yang tertulis dalam Alkitab tentang Tuhan kita Yesus Kristus. Dengan demikian, kita akan mempunyai pegangan yang kokoh terhadap identitas kita, dan kita tidak akan mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar dan lari jauh dari apa yang seharusnya kita capai.

WHAT TO DO:
1.Tekun berdoa dan membaca Alkitab
2.Meneladani cara hidup Tuhan Yesus yang tertulis dalam Alkitab, agar Kristus bisa menjadi identitas diri.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matius 21-22

Card image
Renungan Pagi - 10 Oktober 2024
2024-10-10 21:54:05


Semua orang berharap mendapatkan perlakuan yang baik dari orang lain: dihargai, dihormati, didengar, diperhatikan dan sebagainya, Firman Tuhan menyatakan, bahwa segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang lain perbuat kepadamu, perbuatlah juga kepada mereka.

Dengan kata lain, bila ingin dihargai orang lain belajarlah menghargai orang lain; bila ingin diperhatikan, belajarlah untuk memperhatikan; bila ingin mendapatkan perlakuan yang ramah dari orang lain, belajarlah berlaku ramah terhadap mereka; bila ingin orang lain tidak ingkar terhadap janjinya, maka kitapun harus belajar menepati janji.
(Matius 7:12)

Card image
Quote Of The Day - 10 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-10 21:52:30


Bahagianya hidup ini adalah karena kita berjalan bersama Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 10 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-10 21:50:27


Kegagalan studi, karier, rumah tangga, atau keberadaan kita yang tidak memiliki nilai lebih di mata manusia bukanlah kegagalan selama kita bisa menjangkau Tuhan, dan Tuhan masih mau berinteraksi dengan kita.

Card image
CHOOSING NOT TO BE FREE - 10 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-10 21:49:17


Exodus 21:5
"But if the servant says clearly, 'I love my master, my wife, and my children, and I do not want to be set free.'"

In those days, slaves were sometimes given the chance to leave their master's house and live as free people. However, a slave who loved his master could say, "I don’t want to leave. I choose to stay, even if it means I remain bound and tied." When we say, "I love You, Lord," are we also willing to say, "I don’t want to leave Your care, Lord. I want to stay bound to You, to serve You forever"? Normally, people want to be free. They want to speak freely, go where they want, buy what they desire, do whatever they wish, watch anything they like, and listen to whatever pleases them. But if we love God, we must choose a different path. Once, we were bound to the powers of darkness, living in the world’s way. Then God came and freed us, gave us our freedom. Now, though, we choose to be bound by God.

We make the decision not to seek worldly freedom but instead to stay tied to God because we love Him. God is waiting for us to reach the highest level of purity and humility. If we become His servants, He will bring us into His Kingdom. The next part of the passage says, "Then his master must take him before God. He will take him to the door or doorpost and pierce his ear with an awl, and he will be his servant for life." The pierced ear is a symbol that the person is no longer free. The act of piercing could hurt, cause pain. As believers in the New Testament, we are not marked by physical piercings like those slaves in ancient times, but our hearts are pierced instead. Our hearts break, experiencing brokenness. So, when we pray, our hearts shatter. It’s a different kind of brokenness, one caused by God and not just by emotions.

Faith and following God are very personal, deeply individual. It means not only that others don’t need to interfere, but also that each person must experience a genuine encounter with God, in a way that is special and unique to them. Every individual is one of a kind. There is no one else like them in the universe. No two people share the same DNA. So, the relationship between the Creator and each individual is also unique and personal. When this relationship is built, it is of infinite value.

God has a specific plan for each person, and He wants that plan to come to life. God desires a deeper, more special relationship with each of us than that of a master and servant. In this, we need to realize how precious each person is. We are not only eternal beings, but we also have a uniqueness that sets us apart. God, who is infinite, is able to understand and embrace the uniqueness of each person, no matter how many of us there are. We were each designed by God. Our uniqueness was crafted by God, and He knows exactly how to relate to us in our own individual way. That is amazing. We don’t just have eternal life, but we are each a unique creation, designed by God, and only God can design such uniqueness. God planned how to have intimacy and a special relationship with each one of us.

So, understand that our existence on Earth is not an accident. The devil tries to make us feel worthless through the struggles we face. The devil wants us to believe, "I’m not worth anything, I have no value." By thinking this way, we unintentionally undermine God. The devil sets up these feelings. Failures in education, career, marriage, or not feeling like we matter in the eyes of others are not true failures as long as we can still reach out to God, and He still desires to connect with us. No matter our situation today, we are still valuable as long as we are willing to say, "God, take my hand. I bind myself to You." Don’t look back anymore. We must keep seeking God’s presence with determination until we find Him. Be free from the world, but bound to God.

WE CHOOSE NOT TO BE FREE; WE CHOOSE TO BE BOUND TO GOD BECAUSE WE LOVE HIM.

Card image
TIDAK MAU MERDEKA - 10 Oktober 2024
2024-10-10 20:28:47


Keluaran 21:5
“Tetapi jika budak itu dengan sungguh-sungguh berkata: Aku cinta kepada tuanku, kepada istriku dan kepada anak-anakku, aku tidak mau keluar sebagai orang merdeka.”

Pada zaman itu, ada saatnya seorang budak diberi kesempatan untuk keluar dari rumah tuannya, mereka bisa jadi orang merdeka. Tapi budak yang mencintai tuannya akan berkata, “Aku tidak mau keluar, aku tetap mau jadi orang yang terbelenggu, menjadi orang yang terikat.” Apabila kita berkata, “Aku mengasihi-Mu, Tuhan,” apakah kita juga berani berkata, “Aku tidak mau keluar dari cengkeraman-Mu, Tuhan. Aku mau menjadi budak Tuhan, terikat dengan Tuhan, tidak merdeka.” Pada umumnya, setiap orang mau jadi orang merdeka; merasa bebas mau ngomong apa, mau pergi ke mana, mau beli apa, mau buat apa, mau lihat apa, mau dengar apa. Kalau kita mengasihi Tuhan, kita tidak boleh begitu. Dulu kita hidup dalam belenggu kuasa gelap yaitu dunia. Lalu kita dibebaskan, dimerdekakan oleh Tuhan, sehingga kita bebas, merdeka. Tapi sekarang kita masuk dalam belenggu Tuhan.

Kita memilih untuk tidak menjadi orang merdeka, kita memilih untuk menjadi orang yang terbelenggu oleh Tuhan, karena kita mencintai Tuhan. Tuhan sedang menunggu kita untuk punya kesucian puncak, untuk rendah hati. Kalau kita menjadi orang terbelenggunya Tuhan, maka Ia akan membawa kita di Kerajaan-Nya. Ayat selanjutnya mengatakan, “Maka haruslah tuannya itu membawanya menghadap Allah, lalu membawanya ke pintu atau ke tiang pintu, dan tuannya itu menusuk telinganya dengan penusuk, dan budak itu bekerja pada tuannya untuk seumur hidup." Ditindik sebagai tanda bahwa dia menjadi orang yang tidak merdeka. Dan ditindik itu dilukai, bahkan bisa sampai sakit. Sebagai umat Perjanjian Baru, kuping kita tidak ditindik seperti para budak di zaman itu, tetapi hati kita yang ditindik; hati yang remuk, brokenness. Jadi begitu kita berdoa, pecah hati kita, remuk. Hati pecah karena perasaan melankolis itu beda dengan hati pecah karena Tuhan.

Keberagamaan atau ber-Tuhan itu benar-benar sangat personal, sangat pribadi. Artinya, bukan hanya orang lain tidak boleh atau tidak perlu mencampuri, tetapi juga setiap individu harus sungguh-sungguh mengalami perjumpaan dengan Allah dalam interaksi yang benar-benar spesial, benar-benar khusus. Sesuai dengan keberadaan setiap individu itu unik, di jagat raya ini tidak ada dua orang yang sama persis, apalagi tiga. Setiap orang memiliki DNA yang tidak ada kesamaannya dengan DNA siapa pun di jagat raya ini, kapan pun dan di mana pun. Maka, hubungan antara Sang Khalik, Sang Pencipta dengan individu tersebut juga khusus. Dan itu jika benar-benar terbangun, sungguh tak ternilai.

Allah memiliki rancangan untuk setiap individu, dan Allah menghendaki rancangan itu terwujud, terealisir. Bagaimana Allah sebagai Bapa memiliki hubungan yang unik, yang istimewa dengan setiap individu itu. Lebih erat, lebih istimewa dari hubungan antara majikan dengan budak. Dalam hal ini, harus dihayati bahwa setiap individu itu sangat berharga. Bukan hanya memiliki kekekalan, namun setiap individu juga memiliki keunikan. Dan Allah yang tidak terbatas, bisa mengimbangi keunikan setiap individu, berapa pun jumlahnya. Setiap kita dirancang oleh Tuhan. Keunikan kita telah dirancang oleh Allah, dan Allah tahu bagaimana berinteraksi dengan manusia model kita yang unik, yang tidak ada duanya itu. Dan itu luar biasa. Kita bukan hanya memiliki kekekalan, melainkan kita juga memiliki keunikan yang luar biasa, yang hanya Allah yang dapat mendesain. Dan Allah merancang bagaimana menikmati sebuah intimasi, sebuah hubungan dengan kita masing-masing ini.

Jadi, kenali bahwa kita memang tidak kebetulan ada di Bumi. Setan membuat kita merasa tidak berharga dengan berbagai peristiwa. Setan membuat kita berkata kepada diri kita sendiri: “Aku tidak berharga, aku tidak bernilai.” Dan dengan cara ini, kita meremehkan Allah, tanpa kita sadari. Dan setan mendesain keadaan itu. Kegagalan studi, karier, rumah tangga, atau keberadaan kita yang tidak memiliki nilai lebih di mata manusia bukanlah kegagalan selama kita bisa menjangkau Tuhan, dan Tuhan masih mau berinteraksi dengan kita. Apa pun dan bagaimanapun keadaan kita hari ini, kita tetap berharga selama kita masih membuka diri untuk berkata, “Tuhan, pegang tanganku. Aku ikatkan diriku terbelenggu dengan-Mu.” Maka jangan menoleh ke belakang lagi. Kita semua harus terus mencari hadirat Tuhan dengan tekun sampai kita menemukan-Nya. Jadilah orang yang merdeka dari dunia, tapi terbelenggu oleh Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA MEMILIH UNTUK TIDAK MENJADI ORANG MERDEKA, KITA MEMILIH UNTUK MENJADI ORANG YANG TERBELENGGU OLEH TUHAN, KARENA KITA MENCINTAI TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 Oktober 2024
2024-10-10 20:22:23

Matius 9
Lukas 7

Card image
Truth Kids 09 Oktober 2024 - MAKANAN UNTUK JIWA
2024-10-09 21:23:26


Yosua 1:8
”Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.”

Sudah hampir dua jam Samuel bersama teman-temannya bermain sepak bola. Mereka sangat lelah, lalu memutuskan untuk istirahat. Keringat membasahi tubuh mereka. Baju mereka pun basah. Tiba-tiba hujan deras turun, mereka bergegas pulang ke rumah masing-masing.

"Aku pulang!" kata Samuel sambil membuka pintu rumah. "Wah! Wangi sekali, pasti Ibu sedang masak," tutur Samuel yang sedang lapar dan haus. Ia langsung berjalan menuju dapur menghampiri ibu yang sedang masak. "Sudah pulang, ya, Samuel. Ibu masak ayam kecap kesukaan kamu, nih. Itu ada es jeruk di kulkas. Mandilah dulu lalu kita makan bersama," kata Ibu. Dengan wajah penuh sukacita, Samuel mengambil handuk dan masuk kamar mandi.

Sobat Kids, pasti kalian sering mengalami haus dan lapar. Karena itu setiap hari kita harus makan dan minum. Makanan dan minuman adalah kebutuhan kita setiap hari. Tidak hanya tubuh, ternyata jiwa kita juga harus makan, loh. Jiwa kita sangat perlu memerlukan kebenaran firman Tuhan karena dengan begitu, jiwa kita akan dipuaskan. Dan firman Tuhan akan menuntun kita kepada kebenaran dan menjadi anak Allah yang beruntung.

Card image
Truth Junior 09 Oktober 2024 - DAY AND NIGHT
2024-10-09 21:16:51


Yosua 1:8
”Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.”

Pemazmur berkata, berbahagialah kita yang suka merenungkan Taurat atau Firman Tuhan siang dan malam. Kitab Yosua 1:8 mengingatkan kita untuk merenungkan firman Tuhan siang dan malam. Walaupun kita sudah menyediakan waktu untuk berdoa dan membaca Alkitab, hal terpenting adalah ayat firman itu tersimpan dalam pikiran kita.

Pasti ada satu ayat sudah melekat di pikiran kita, contohnya “Hotmatilah ayah dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu” (Kel. 20:12). Jadi kita renungkan, “Apakah aku sudah menghormati orang tua?” Jika kita menyadari bahwa yang kita lakukan malah sebaliknya, seperti melawan orang tua, maka kita harus bertobat.

Firman Tuhan yang telah kita baca menjadi pedoman dalam hidup untuk bertindak dan berkata-kata. Merenungkan firman-Nya juga menumbuhkan iman kita menjadi kuat dan teguh, karena tanpa firman-Nya, kita akan tersesat. Waktu yang dibutuhkan untuk merenungkan firman Tuhan tidak bisa hanya sesaat saja, Sobat Junior. Kita harus merenungkannya siang dan malam; day and night.

Card image
Truth Youth 09 Oktober 2024 (English Version) - I FOUND YOU
2024-10-09 21:12:51


"Therefore, if anyone is in Christ, the new creation has come: The old has gone, the new is here!" (2 Corinthians 5:17)

Have you ever lost something precious? Or misplaced one of your belongings? Most likely, you would try to recall where you last put it, trace your steps back, remembering where you went—maybe on the bus, in the car, or on the street. Then, you'd try to search those places again. Sometimes, you might find it, but other times it’s gone for good, like when it falls on the road. Losing such things can be frustrating, but we usually plan to buy or find something similar to replace it.

This is similar to how we may lose our identity, possibly due to significant trauma or a life event that shakes us. We may become lost, lose our way, and try to trace back the history of our lives to figure out how we lost ourselves. When it comes to material things, we can easily purchase a replacement, but when it comes to losing our sense of self, there’s nothing we can do but return to our Creator—God Himself. The only solution is to sit at God’s feet, seek His face, and experience His presence. As 2 Corinthians 5:17 reminds us, it is only in Christ that we become new creations—not physically, but in the quality of who we are. The closer we are to God, the better we will understand ourselves. When we truly find Jesus, we will also rediscover our lost identity, even in an upgraded version that is much better than before.

WHAT TO DO:
Learn to always have a heart that is open to being examined and corrected by God, so we can truly reflect our identity.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matthew 18-20

Card image
Truth Youth 09 Oktober 2024 - I FOUND YOU
2024-10-09 21:10:32


”Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Korintus 5:17)

Pernah gak kita kehilangan barang kesayangan? Atau kehilangan barang milik kita? Pasti kita akan mengingat-ingat kembali, di mana terakhir barang tersebut kita letakkan, kita akan trace back, di mana terakhir kita pergi, mungkin di bus, di mobil, atau di jalan. Lalu kita berusaha mencari ke titik-titik di mana kita berada sebelumnya. Kadang-kadang ya bisa saja ketemu, tapi kadang-kadang ya bisa saja sudah hilang dan tidak bisa ditemukan lagi, misalnya karena jatuh di jalan. Pasti kita menyayangkan barang yang hilang tersebut, namun kita pun pasti berencana untuk membeli atau mencari barang baru yang serupa.

Sama seperti kita yang kehilangan identitas mungkin karena trauma besar atau suatu peristiwa dalam hidup kita yang menggoyahkan kita. Kita menjadi tersesat, hilang arah, kita pun mungkin mencoba mengingat-ingat, dengan trace back sejarah kehidupan kita, bagaimana sampai bisa kehilangan identitas diri kita. Mungkin kalau hal kehilangan barang, kita bisa dengan mudah membeli lagi yang baru. Tapi kalau soal kehilangan identitas diri, kita gak bisa melakukan hal lain selain kembali kepada Sang Pencipta diri kita, yaitu Tuhan Allah sendiri. Satu-satunya cara adalah kembali duduk di kaki Tuhan dan mencari wajah-Nya, mencari kehadiran-Nya. Karena seperti yang 2 Korintus 5:17 catat, hanya di dalam Kristus kita menjadi ciptaan baru, baru bukan secara fisik tapi secara kualitas diri kita. Kita akan semakin memahami diri kita, kalau kita berada dekat Allah. Saat kita menemukan Tuhan Yesus dengan benar, kita pun akan bisa menemukan identitas diri kita yang hilang, bahkan dengan _upgraded version_ yang jauh lebih baik dari sebelumnya.

WHAT TO DO:
Belajar untuk terus memiliki hati yang mau diselidiki dan dikoreksi oleh Tuhan setiap waktu, supaya kita bisa mencerminkan identitas diri kita dengan benar

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matius 18-20

Card image
Renungan Pagi - 09 Oktober 2024
2024-10-09 17:49:05


Kalau hidup tunduk pada kedaulatan Tuhan dan taat melakukan firman Tuhan, maka kita tidak akan mau lagi melakukan dosa, sekalipun ada kesempatan untuk berbuat dosa. Sebab kita tahu iblis itu licik dan senang menempatkan kesempatan-kesempatan kepada kita untuk melakukan kejahatan dan serong, baik dalam usaha, pelayanan dan kehidupan keseharian kita.

"Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." Sebab memang iblis itu seperti singa yang berkeliling untuk mencari mangsa yang dapat diterkamnya.

"Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! "Oleh sebab itu kita harus tunduk pada Tuhan dan lawanlah iblis, maka ia akan lari daripadamu. Ketaatan kepada Tuhan akan membuat kita dapat melawan setan. Jangan menyambut jerat iblis dan menghampiri dosa. Kalahkanlah iblis dengan ketaatan kepada Tuhan.
(Yakobus 4:7; 1 Petrus 5:8)

Card image
Quote Of The Day - 09 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-09 17:45:20


Kita tidak mungkin bisa bertemu dengan Tuhan Yesus muka dengan muka, kalau kita tidak berwajah sama dengan Dia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 09 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-09 17:43:42


Harus ada proses perubahan dalam diri kita untuk mengimbangi kesucian dan kekudusan Allah, dan ini proses yang tidak akan pernah berhenti sampai kita meninggal dunia.

Card image
THE ONLY TRUE GUARANTEE - 09 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-09 17:39:45


One day, and this is inevitable, we will find ourselves in a situation where there is nothing we can hold onto, no one to rely on or lean on. It’s only then that people realize that God should have been everything in their lives. But many don't reach this point because we tend to trust only in what we can see, making it hard to trust in the invisible God. We are used to depending on the things and people we can physically see, believing they offer security. However, nothing in this world is certain—no possession, no person, nothing can provide true security or be our foundation. Only God can.

When we make God our everything, we finally find that true security and certainty. But many people struggle to trust Him completely. That's why they still turn to other things or people for support, thinking these can offer stability. This mindset shows a lack of humility, but God, in His patience, continues to give opportunities for people to realize the truth, repent, and return to Him. It's not easy to shape our hearts, minds, and souls to fully trust God, especially when He can sometimes feel distant, like a shadow that slips away when we try to grasp it.

But through these moments, God is teaching us to trust Him, not based on our feelings, which are temporary and influenced by our surroundings. True faith, the kind that comes from a heart fully open to God, is not easy to attain. Now we can understand why God sometimes allows us to go through very difficult circumstances—ones that are beyond our ability to handle. It's in these moments that we learn to trust in the God who can do anything. Making God our everything is a journey, not something that happens overnight. Our joy and happiness must be fully rooted in Him, so we can truly understand what the psalmist meant when he said, "Whom have I in heaven but You? And there is nothing on earth I desire besides You."

There are three key signs of a person who has made God their everything. First, they avoid sin—not just occasionally, but consistently—because they have undergone a deep transformation of their nature, becoming more like God in character. Second, they steer clear of anything that goes against God’s will, not just morally wrong things, but anything that doesn’t align with God's thoughts and feelings. Third, they stop living for themselves entirely. Their focus shifts to God’s purposes, and they become deeply concerned with the salvation of others. Their actions become purer as time goes on, truly aimed at serving God.

Sadly, some pastors or church workers still seek a little recognition or personal satisfaction from their work. This is a sign of spiritual immaturity because, while they are working for God, they are also concerned with their own feelings. It's hard to explain this to people until they develop a clearer conscience and understand fully. Many of us still struggle with this balance. We still live with a sense of self-preservation, even though, if we truly made God our everything, we wouldn't cling to anything for ourselves. God calls us to live differently from the world—not just as ordinary humans but as His children, set apart for higher purposes. Everything we do should be for God. And those who live this way are truly ready for whatever comes, even death.

It’s easy to say, "Everything belongs to God, and we live for His glory," but most people haven't truly reached that level, even though they think they have. Even in Christian service, some don’t fully understand because their hearts have become too clouded by other concerns. It's like a runway that has been shortened—they can’t fly because they no longer have the momentum. This is exactly what Satan wants, to distract believers into living a "normal" life. This is an unnoticed trap. When we finally face death, it will become clear that the only thing we ever really needed was God.

IN THIS WORLD, NOTHING IS CERTAIN—NOTHING CAN BE A GUARANTEE, NOTHING CAN BE OUR FOUNDATION, NOTHING CAN GIVE US TRUE SECURITY, EXCEPT GOD.

Card image
SATU-SATUNYA JAMINAN - 09 Oktober 2024
2024-10-09 17:36:13


Suatu saat nanti, dan ini pasti terjadi, ketika tidak ada sesuatu yang dapat kita genggam, ketika tidak ada seorang pun yang dapat kita gandeng atau menggandeng kita, barulah orang menyadari bahwa memang Tuhanlah yang harus menjadi segalanya dalam hidup kita. Tapi banyak orang tidak sampai level ini, karena manusia sudah biasa memercayai yang kelihatan sehingga tidak mampu memercayai Allah yang tidak kelihatan. Orang sudah terbiasa memandang yang kelihatan yang dapat menjadi jaminan, sedangkan yang tidak kelihatan tidak bisa menjadi jaminan. Padahal, di dunia ini tidak ada sesuatu yang pasti, tidak ada yang dapat menjadi jaminan, tidak ada yang dapat jadi pegangan, tidak ada yang dapat menjadi kepastian, kecuali Tuhan. Tuhanlah satu-satunya jaminan kita, Tuhan satu-satunya kepastian kita.

Kalau kita menjadikan Tuhan segalanya, barulah sesungguhnya kita memiliki jaminan dan kepastian itu. Tetapi banyak orang tidak mampu memercayai Dia. Itulah sebabnya orang masih memberi ruangan dan kesempatan kepada yang lain untuk menjadi pegangan, topangan, dan diharapkan bisa menjadi jaminan dan kepastian. Sebenarnya orang-orang seperti ini sombong, tetapi Tuhan dalam kesabaran-Nya masih memberi kesempatan agar mereka sadar, bertobat dan berbalik kepada-Nya. Betapa sulitnya untuk mengolah hati, batin, pikiran, dan membawanya di hadapan Tuhan, karena Tuhan sering seakan-akan seperti bayang-bayang yang ketika kita raih, berlalu bagaikan awan.

Tetapi di situ sebenarnya Tuhan mengajar kita untuk memercayai Dia, bukan dengan perasaan. Perasaan kita itu situasional, dan perasaan kita masih bisa dikontrol oleh pikiran dan dunia sekitar kita. Tetapi iman yang murni, dari mata hati yang terbuka, untuk bisa memercayai Allah, itu bukan sesuatu yang sederhana. Maka sekarang kita bisa mengerti mengapa Tuhan membawa kita kepada keadaan-keadaan yang benar-benar sulit, keadaan yang ada di luar kemampuan kita, sebab di situlah kita dilatih untuk memercayai Allah yang memiliki kesanggupan apa pun. Menjadikan Tuhan itu segalanya, tidak sederhana. Sebab kesukaan hati kita harus sepenuhnya kepada-Nya; kebahagiaan kita harus benar-benar tertaruh pada Tuhan, sehingga kita bisa mengerti yang dikatakan pemazmur, "Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau, tidak ada yang kuingini."

Ciri dari manusia seperti ini, _yang pertama, dia tidak bisa berbuat dosa. Dari tidak berbuat dosa sampai tidak bisa berbuat dosa, tentu membutuhkan perjuangan. Sebab tidak berbuat dosa itu merupakan satu keadaan di mana seseorang harus mengalami perubahan kodrat, sampai berkodrat ilahi; perubahan kodrat total. Yang kedua, orang yang menjadikan Tuhan segalanya akan terkondisi untuk tidak menyentuh apa yang salah; bukan sekadar tidak melanggar moral, melainkan tidak melanggar apa yang tidak sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Yang ketiga, orang yang menjadikan Tuhan segalanya pasti berhenti hidup untuk dirinya sendiri, sebab kiblatnya Tuhan, sepenuhnya untuk kepentingan Tuhan. Barulah ia bisa merasakan perasaan Tuhan yang dikalimatkan dalam 2 Petrus 3, “Ia tidak menghendaki seorang pun binasa.” Kepeduliannya terhadap keselamatan jiwa sesama, tulus. Pekerjaan Tuhan yang diembannya benar-benar makin hari makin murni, dan ditujukan untuk kepentingan Tuhan.

Ironis, tidak sedikit pendeta atau orang-orang yang aktif dalam pelayanan masih menikmati segelintir atau segenggam kehormatan atau keasyikan dalam pelayanan. Dan itu tidak bisa dijelaskan karena menyangkut kedewasaan rohani. Sebab dia selain memperjuangkan pekerjaan Tuhan, dia juga memperjuangkan perasaannya. Betapa sulitnya menjelaskan kepada orang-orang ini, sampai dia punya nurani nanti akan jernih dan tahu. Namun, rata-rata kita masih memiliki bagian. Padahal, kalau kita menjadikan Tuhan segalanya, maka kita tidak punya bagian apa pun. Dan pada umumnya kita masih wajar hidup sebagai manusia. Padahal Tuhan menargetkan kita untuk berbeda dengan dunia—atau dengan kata lain, sudah tidak wajar hidup— sebab justru inilah target yang harus kita capai sebagai anak-anak Allah, bangsawan surgawi. Semua dipertaruhkan untuk Tuhan, dan yang keempat, tentu orang seperti ini benar-benar siap meninggal dunia.

Orang mudah berkata, "Ini semua milik Tuhan. Kita hidup untuk kemuliaan Allah.” Namun sejatinya, ia tidak bisa mengerti, dia tidak atau belum sampai level itu, tapi merasa sudah sampai. Walaupun ada di lingkungan pelayanan, dia masih belum mengerti karena sudah terlalu rusak. Ibarat sebuah landasan pacu, landasan pacunya tinggal sepotong, ia tidak bisa terbang lagi karena sudah lama tidak punya kecepatan yang proporsional untuk terbang. Dan inilah yang Iblis usahakan, menggiring orang percaya untuk hidup dalam kewajaran; itu musuh yang tidak disadari. Ketika kita menutup mata, tidak ada yang bisa kita genggam, dan tak ada seorang pun yang menggandeng, maka kita baru tahu bahwa ternyata yang kita butuhkan hanya satu, Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DI DUNIA INI TIDAK ADA SESUATU YANG PASTI, TIDAK ADA YANG DAPAT MENJADI JAMINAN, TIDAK ADA YANG DAPAT JADI PEGANGAN, TIDAK ADA YANG DAPAT MENJADI KEPASTIAN, KECUALI TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 Oktober 2024
2024-10-09 17:32:06

Matius 5-7

Card image
Truth Kids 08 Oktober 2024 - SETIA PERKARA KECIL
2024-10-08 21:33:32


Lukas 16:10
”Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.”

Sobat Kids, salah satu bentuk kesetiaan adalah dengan ketaatan atau kepatuhan. Setia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, setia bangun pagi untuk sekolah, setia menyelesaikan tugas sekolah tepat waktu, dan lain sebagainya.

Pasti orang tua kalian dan guru di sekolah mengajarkan untuk tepat waktu dalam segala hal dan taat dalam hidup. Nah, jika kalian melakukannya, berarti kalian sedang menghidupi buah Roh kesetiaan.

Setia bisa disebut juga taat. Tidak membiarkan kamar kotor dan berantakan, tetapi merapikannya setelah habis main. Membersihkan sisa-sisa makanan setelah makan, merapikan barang-barang kalian dan menaruhnya di tempatnya, merupakan hal sehari-hari yang menunjukkan kesetiaan dalam perkara kecil. Menaruh sepatu di tempatnya, membuang sampah pada tempatnya adalah kebiasaan yang sangat baik untuk dilakukan. Juga saat kalian mau bermain gadget, menonton TV atau film, kalian terlebih dahulu harus menyelesaikan PR, baru bisa bermain gadget. Dan masih banyak contoh-contoh lainnya.

Jadi, kesetiaan itu bukan hal menakutkan, melelahkan, atau menyebalkan. Justru kesetiaan dalam perkara kecil akan membentuk karakter yang baik dalam diri kita. Ayo, kita menjadi anak Tuhan yang setia.

Card image
Truth Junior 08 Oktober 2024 - KECIL YANG BESAR
2024-10-08 21:25:48


Lukas 16:10
”Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.”

Shalom, Sobat Junior! Mari kita baca lagi ayat firman di atas, Lukas 16:10. Apa artinya, ya? Setia dalam perkara kecil, maka setia dalam perkara besar; tidak benar dalam perkara kecil, maka tidak benar juga dalam perkara besar. Artinya jika kalian dipercayakan melakukan hal-hal yang dianggap sepele atau kecil, misalnya membantu orang tua mencuci piring, selalu merapikan barang-barang atau mainan yang dipakai kembali ke tempatnya, mengerjakan tugas-tugas sekolah tepat waktu, atau pun hal lainnya dan kalian setia melalukannya, maka kalian akan menuai hasilnya. Kesetiaan kalian melakukan hal-hal tersebut akan mendapat kepercayaan lebih lagi untuk melakukan hal-hal yang lebih besar dari itu. Kalau kalian setia membantu orang tua, maka kalian akan diberkati, orang tua kalian pasti akan lebih percaya dengan apa yang kalian lakukan. Karakter kalian pun akan bertumbuh menjadi lebih baik; menjadi anak kesukaan di mata Tuhan dan manusia.

Ingat juga, ya, Sobat Junior, kalau kita tidak melakukan hal-hal yang benar di perkara yang kecil saja, maka akibatnya akan menjadi besar, contohnya berbohong. Kalau kita suka berbohong, maka tidak ada orang yang akan percaya dengan kita. Walaupun kita ingin memperbaiki diri, tetap tidak mudah bagi orang lain untuk langsung menjadi percaya. Kita akan sulit untuk diberikan kepercayaan yang lebih besar. Ingat!! Jika kita suka melakukan hal yang tidak benar, maka karakter kita juga menjadi tidak baik dan kita menjadi orang yang tidak menyenangkan. Jadi, pilihan di tangan kita masing-masing; yang mana yang mau kita lakukan? Jadilah anak-anak Allah yang memiliki karakter Kristus agar kita disebut orang yang berbahagia.

Card image
Truth Youth 08 Oktober 2024 (English Version) - LOSE MYSELF
2024-10-08 21:21:21


"Do not conform to the pattern of this world, but be transformed by the renewing of your mind. Then you will be able to test and approve what God’s will is—His good, pleasing, and perfect will." (Romans 12:2)

As teenagers grow into adults, we often find ourselves busy searching for our identity in this world. We explore many things—trends, lifestyles, ways of speaking—that reflect who we are. But what exactly is identity? According to Stella Ting-Toomey, a professor of intercultural communication, identity is a reflection of the self formed from family, gender, culture, ethnicity, and the process of socialization. Identity is shaped by how we see ourselves and how others perceive us. However, often the identity we project is one absorbed from the world—a place where everything is temporary and constantly changing. When we draw from such things, over time, we may lose our true identity.

Moreover, external factors like trauma or significant life changes through major events can also cause us to lose our sense of self.

But today, we are reminded that our true identity is as children of God. As stated in Romans 12:2, God does not want us to conform to this world. Instead, we should continually renew our minds in Christ so that we are not easily swayed or lose our identity but remain steadfast in understanding what is pleasing to God. If we look at today’s world, we see many grey areas where things seem to be justified. For example, casual relationships have existed for a long time, but in recent years, society has increasingly normalized this behavior. Many people nowadays think it's okay to engage in such things during youth. However, if we are rooted in the Spirit and truth, we will not be easily shaken. We will clearly know what is right according to God’s standards. With this kind of integrity, we will not lose our identity.

WHAT TO DO:
Learn to understand what is right and absolute according to the teachings of Jesus Christ, so that we don’t easily lose our identity, despite the many factors that could trigger it.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matthew 14-17

Card image
Truth Youth 08 Oktober 2024 - LOSE MYSELF
2024-10-08 21:18:58


”Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2)

Saat kita remaja beranjak dewasa, kita sibuk mencari jati diri atau identitas kita di muka bumi ini. Banyak hal yang kita explore, mulai dari tren, gaya hidup, cara berbicara, yang mencerminkan identitas kita. Apa sih sebenarnya identitas itu? Menurut Stella Ting-Toomey, seorang profesor komunikasi intracultural, menyatakan bahwa identitas adalah cerminan diri yang berasal dari keluarga, gender, budaya, etnis, dan proses sosialisasi. Identitas terbentuk dari cara kita memandang diri kita sendiri dan persepsi orang terhadap diri kita. Tapi sering kali yang kita cerminkan adalah identitas yang kita serap dari dunia, di mana semua hal di dalamnya adalah sesuatu yang fana dan berubah-ubah. Kalau kita menyerap dari sesuatu hal yang demikian, lambat laun kita akan kehilangan identitas kita. Tidak hanya itu, beberapa faktor eksternal seperti trauma, perubahan besar dalam hidup melalui peristiwa-peristiwa penting dalam hidup kita pun bisa membuat kita kehilangan identitas.

Tapi, hari ini kita mau belajar dan kembali diingatkan bahwa identitas diri kita yang sesungguhnya adalah sebagai anak Allah. Seperti yang dicatat dalam Roma 12:2, Tuhan tidak menghendaki kita untuk menjadi serupa dengan dunia, tapi kita harus terus mengalami pembaruan pikiran dalam Kristus, sehingga kita tidak gampang terombang-ambing kehilangan identitas, melainkan kita teguh dan kita semakin memahami, hal mana yang berkenan di hadapan Allah. Kalau kita lihat dunia kita hari ini, begitu banyak hal yang menjadi grey area, artinya, dunia seolah-olah membenarkan suatu hal tersebut. Misalnya, pergaulan bebas, memang dari zaman dulu masalah ini ada, tapi semakin ke sini, dunia seolah menormalisasikan hal tersebut. Kita bisa melihat respons orang-orang zaman sekarang beranggapan bahwa, masa muda ya tidak apa-apa untuk berbuat demikian. Tapi kalau kita yang tertanam dalam Roh dan kebenaran, kita tidak akan mudah tergoyahkan, kita tahu yang mana yang baik dan benar menurut Tuhan itu mutlak. Kalau kita memiliki integritas yang demikian, kita pun gak akan kehilangan identitas diri kita.

WHAT TO DO:
Belajar untuk memahami yang mana yang benar dan mutlak menurut ajaran Tuhan Yesus, sehingga kita gak mudah kehilangan identitas kita, walaupun begitu banyak faktor yang bisa memicu.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matius 14-17

Card image
Renungan Pagi - 08 Oktober 2024
2024-10-08 21:15:33


Seseorang dapat taat dan setia melakukan kehendak Tuhan dalam hidupnya, jika hatinya mengasihi Tuhan dengan sungguh. Kasih yang bukan hanya sekedar perkataan atau nyanyian dalam sebuah lagu "aku mengasihi Engkau Yesus, dengan segenap hatiku."

Tuhan Yesus berkata bahwa; barangsiapa mengasihi DIA, maka dia harus melakukan perintah-perintah-Nya. Jika tidak melakukan hal itu, tetapi berkata bahwa kita mengasihi Tuhan, maka itu adalah penipuan, sebab orang yang mengasihi Tuhan akan terlihat nyata lewat perbuatannya.

"Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya."
(Yohanes 14:15,21)

Card image
Quote Of The Day - 08 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-08 21:12:19


Membuat hidup kita berarti adalah dengan menjadikan hidup kita sebagai persiapan untuk memasuki kekekalan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 08 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-08 21:10:08


Kalau kita sudah mencium kekudusan Tuhan, maka kita baru bisa mengalami apa yang disebut lapar dan haus akan kebenaran.

Card image
HARMONIZING OUR RELATIONSHIP WITH GOD - 08 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-08 21:08:45


God the Almighty, God the Most High, His value is unattainable along with His greatness, glory and majesty which are also unfathomable and unlimited. So how much God is worth to us should also be unlimited. However, there is one mistake that many people make, namely when they view God as cheap, as if it is easy to reach God. The greatness of God's mercy upon us-by giving salvation for free or only by grace with the sacrifice of Jesus Christ-should not make us view God as cheap. After we are redeemed by the blood of Jesus, we are justified, and brought before God the Father. So we must undergo a continuous process of reconciliation, not just like one point, because this reconciliation must continue until it reaches the highest peak achievable by humans, or in other words, until we achieve the highest level of harmony in our relationship with Him.

By the greatness of His character, the holiness of His person, we, who are broken, are reconciled to Him. Therefore, there must be a process of transformation within us to match God's holiness and sanctity, and this is a process that will never stop until we die. Remember this, if we are reconciled with God, it does not mean that we no longer have responsibilities. For people who do not experience reconciliation with God, then they do not have the responsibility to build themselves in order to attain a harmonious relationship with God. But we do have the responsibility to cultivate and mature ourselves, so that we can align with God's majesty and achieve the highest level of harmony with Him.

In the past, we may have felt that we had reached the peak of harmony with God, and it seemed as if it could not be further developed, it was ideal. Now, we understand that paying the price of harmony with God is gradual. As time goes by, as our faith grows, as our love for God grows, as our respect for God grows, we also pay, lay down our lives, until we have nothing left. To enter the holy of holies of God, we must continue to grow. Because God is not cheap. If our bodies are the temple of the Holy Spirit, there must be a holy of holies there. How do we sanctify ourselves until we How do we sanctify ourselves until we have His holy of holies, and God is comfortable living in us? Because that is the true harmony in our relationship with God.

Looking back, it feels we have wasted so much time, and our character is actually still a mess. Moreover, many theologians whose eyes (understanding) increasingly become darker, because they format God, reasoning in their minds without a proper encounter with Him. Today, let us rise, provide as much time as possible to sit quietly at the feet of God. When we meet God, it is as if we have no concept or theology whatsoever about Him. We approach God, and there we can sense His holiness, and how we must achieve that holiness. If we have sensed the holiness of God, then we can experience what is called hunger and thirst for truth. Because if it is only in our heads, but we do not meet God until the holiness of God is opened, scattered, spread by God, then we will never understand what it means to thirst and hunger for truth.

Therefore, the breaking of one's heart before God cannot be achieved in a week, two weeks, a month, two months, a year, two years, but must be over a long period of time. People can create a momentary mellow feeling, but it is not a real breaking of the heart. He must learn from time to time. There must be a long encounter with God, until God can radiate the fragrance of His holiness, and we can feel it. Then, we feel thirsty and hungry to achieve that holiness, and this cannot be expressed. The problem is, many pastors and theology lecturers are messy, Satan has really succeeded in misleading. They are wicked in the eyes of God, but good and polite in the eyes of people. God is too high, too precious, too holy. Only when we are willing to lose anyhing, then we can "tune" with God. Remember, if we do not pray for at least 30 minutes every day, then we will not grow more like Jesus.

FOR PEOPLE WHO DO NOT EXPERIENCE RECONCILIATION WITH GOD, THEN THEY DO NOT HAVE THE RESPONSIBILITY TO BUILD THEMSELVES IN ORDER TO ATTAIN A HARMONIOUS RELATIONSHIP WITH GOD.

Card image
HARMONISASI HUBUNGAN DENGAN ALLAH - 08 Oktober 2024
2024-10-08 20:56:54


Allah Yang Maha Besar, Allah Yang Maha Tinggi, nilainya tidak terjangkau seiring dengan kebesaran, kemuliaan dan keagungan-Nya yang juga tidak terduga dan tidak terbatas. Maka berapa harga Allah bagi kita juga mestinya tidak terbatas. Namun ada satu kesalahan yang dilakukan banyak orang, yaitu ketika memandang Tuhan murahan, seakan-akan mudah mencapai Tuhan. Besarnya kemurahan Allah atas kita—dengan memberi keselamatan secara gratis atau hanya oleh anugerah dengan kurban Yesus Kristus—jangan membuat kita memandang Tuhan itu murahan. Setelah kita ditebus oleh darah Yesus, kita dibenarkan, dan dibawa ke hadapan Allah Bapa. Maka kita harus diperdamaikan dalam proses perdamaian terus-menerus, bukan hanya seperti satu titik, sebab perdamaian itu harus terus berlangsung sampai mencapai puncak setinggi-tingginya yang dimiliki manusia, atau dengan kalimat lain, mencapai harmonisasi hubungan setinggi-tingginya.

Dengan keagungan karakter-Nya, kesucian Pribadi-Nya, maka kita yang rusak, diperdamaikan. Maka harus ada proses perubahan dalam diri kita untuk mengimbangi kesucian dan kekudusan Allah, dan ini proses yang tidak akan pernah berhenti sampai kita meninggal dunia. Ingat hal ini, kalau kita diperdamaikan dengan Allah, bukan berarti kita sudah tidak punya tanggung jawab. Bagi orang yang tidak mengalami perdamaian dengan Allah, maka ia tidak memiliki tanggung jawab untuk membangun diri guna memiliki keadaan supaya bisa harmoni dengan Allah. Tapi kita punya tanggung jawab di mana kita harus mengembangkan diri, mendewasakan diri untuk bisa mengimbangi keagungan Tuhan, supaya bisa mencapai puncak harmonisasi setinggi-tingginya.

Dulu, mungkin kita merasa sudah sampai pada puncak harmoni dengan Tuhan, dan seakan-akan sudah tidak bisa lagi ditumbuhkan, sudah ideal. Sekarang, kita mengerti bahwa membayar harga harmonisasi dengan Allah itu bertahap. Seiring berjalannya waktu, seiring dengan pertumbuhan iman kita, seiring dengan bertumbuhnya cinta kita kepada Tuhan, seiring dengan bertumbuhnya hormat kita kepada Tuhan, seiring itu pula kita membayar, menaruh hidup kita, sampai tidak ada yang kita sisakan. Untuk masuk ruang Mahasuci Allah, kita harus terus bertumbuh. Sebab Allah itu tidak murahan. Kalau tubuh kita adalah bait Roh Kudus, mesti ada ruang Mahasuci di situ. Bagaimana kita menguduskan diri sampai kita memiliki ruang Mahakudus-Nya, dan Allah nyaman tinggal di dalam kita? Sebab itulah harmonisasi hubungan dengan Allah.

Menoleh ke belakang rasanya kita telah menyia-nyiakan begitu banyak waktu yang membuat karakter kita sebenarnya masih berantakan. Apalagi para teolog banyak yang matanya makin gelap, karena mereka memformat Tuhan, menalar di dalam pikirannya tanpa perjumpaan yang proporsional. Hari ini, mari kita bangkit, menyediakan waktu sebanyak-banyaknya untuk duduk diam di kaki Tuhan. Kalau kita menjumpai Allah, seakan-akan kita tidak punya konsep atau teologi apa-apa tentang Dia. Kita menghampiri Tuhan, di situ kita bisa mencium kekudusan Allah, dan bagaimana kita harus mencapai kekudusan itu. Kalau kita sudah mencium kekudusan Tuhan, maka kita baru bisa mengalami apa yang disebut lapar dan haus akan kebenaran. Sebab kalau hanya ada di kepala, tapi kita tidak menjumpai Allah sampai pada kesucian Allah yang dibukakan, dihamburkan, disebarkan oleh Tuhan, maka kita tidak pernah mengerti apa artinya haus dan lapar akan kebenaran.

Oleh sebab itu, pecahnya hati seseorang di hadapan Tuhan tidak bisa dicapai dalam seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan, setahun, dua tahun, tetapi harus lewat waktu panjang. Orang bisa menciptakan perasaan mellow sesaat, tapi bukanlah pecah hati yang sesungguhnya. Dia harus belajar dari waktu ke waktu. Harus ada perjumpaan dengan Allah dalam waktu lama, sampai Allah bisa memancarkan keharuman kesucian-Nya, dan kita bisa merasakannya. Kemudian, kita merasa haus dan lapar untuk mencapai kesucian itu, dan ini tidak bisa dibahasakan. Masalahnya, banyak pendeta berantakan, dosen teologi berantakan, benar-benar setan telah berhasil menyesatkan. Mereka jahat di mata Allah, tapi baik dan santun di mata manusia. Allah terlalu tinggi, terlalu mahal, terlalu kudus. Sampai kita bisa kehilangan apa pun, baru kita bisa “tune” dengan Tuhan. Ingat, kalau kita tidak 30 menit minimal tiap hari berdoa, maka kita tidak akan makin serupa dengan Yesus.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

BAGI ORANG YANG TIDAK MENGALAMI PERDAMAIAN DENGAN ALLAH, MAKA IA TIDAK MEMILIKI TANGGUNG JAWAB UNTUK MEMBANGUN DIRI GUNA MEMILIKI KEADAAN SUPAYA BISA HARMONI DENGAN ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 Oktober 2024
2024-10-08 20:47:56

Matius 12
Markus 3
Lukas 6

Card image
Truth Kids 07 Oktober 2024 - SETIA BERIBADAH
2024-10-07 22:56:01


Ibrani 10:25
”Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.”

Saat kita diberikan pilihan mau yang mana, pergi ke Sekolah Minggu atau pergi ke mal? Kira-kira mana pilihan yang sesuai dengan kehendak Tuhan Yesus, ya? Sebagai anak Allah, kita pasti memilih untuk pergi ke Sekolah Minggu. Banyak pilihan-pilihan yang kita harus tentukan. Dengan kesetiaan, Sobat Kids memilih Tuhan dari segalanya. Tetapi, ada si Iblis yang selalu berusaha menjatuhkan kita dalam dosa. Iblis selalu berusaha membuat kita tidak setia, melawan Tuhan dan melanggar perintah-perintah-Nya.

Sobat Kids, untuk itu kita harus giat mengisi pikiran dengan kehendak Tuhan. Kita harus memilih rajin datang ke Sekolah Minggu, membaca Alkitab dan Truth Kids, karena firman Tuhan akan menguatkan kita. Kita tidak bisa melawan Iblis dengan main games dan nonton TV. Iblis kalah oleh firman Tuhan. Kalau kita tidak pernah membaca Alkitab, bagaimana bisa melawan si Iblis? Hanya Tuhan yang bisa mengalahkan Iblis.

Yuk, kita berusaha untuk selalu taat sehingga kesetiaan itu menjadi kebiasaan dan gaya hidup kita di hadapan Tuhan.

Card image
Truth Junior 07 Oktober 2024 - RAJIN IBADAH
2024-10-07 22:54:07


Ibrani 10:25
”Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.”

Halo, apa kabar Sobat Junior? Semangat, ya, untuk selalu rajin membaca renungan, berdoa, memuji dan menyembah Tuhan. Bagaimana kalau ibadah Sekolah Minggu, apakah masih setia untuk datang ibadah? Harus, ya. Coba baca kembali ayat di atas: “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita…” Itu maksudnya kita jangan malas untuk datang beribadah, seperti cerita teman kita, Susi yang selalu rajin datang ibadah Sekolah Minggu. Susi setia untuk selalu mendekatkan diri dengan Tuhan.

Suatu waktu, Susi menghadapi masalah di sekolahnya. Ada satu soal dalam ujian yang sedang dikerjakan, tetapi Susi lupa jawabannya. Susi bingung dan mulai tergoda untuk bertanya kepada teman baiknya. Suasana sangat mendukung karena guru kelas sedang tidak melihat. Lalu Susi teringat cerita kakak Sekolah Minggu pada saat ibadah hari Minggu. Nasihat yang diberikan adalah jangan menyontek pada saat ulangan ataupun ujian. Akhirnya Susi dapat mempertahankan imannya untuk tidak mencontek dari temannya. Walapun Susi salah di soal yang tidak bisa dia jawab dan nilainya menjadi tidak sempurna, tetapi Susi tetap merasa senang karena dapat menang melewati cobaan untuk menyontek.

Dari cerita teman kita, Susi, kita bisa belajar pentingnya rajin datang ibadah setiap Minggu. Dengan rajin beribadah, maka menumbuhkan iman kita dalam Tuhan menjadi semakin kuat. Jika dari kecil kita sudah belajar memiliki kesetiaan untuk ibadah, pasti saat beranjak dewasa, iman kita semakin bertumbuh dan bertambah kuat.

Card image
Truth Youth 07 Oktober 2024 (English Version) - YOU WILL BE ALONE
2024-10-07 18:10:25


"For the LORD will be at your side and will keep your foot from being snared." (Proverbs 3:26)

Humans are social creatures. Being socialothers to meet their life needs, but it also means needing acknowledgment. While physical needs like exercising, working, eating, and drinking are important, or engaging in activities that bring peace, whether with others or alone, the need for recognition is equally significant.

Humans were not created to be alone. It’s natural for humans to seek acknowledgment because it makes them feel valued and appreciated for the work and tasks they have accomplished. It doesn’t have to be an elaborate recognition—simple expressions like “thank you,” “you’ve done your best,” or asking how someone is doing and encouraging them to keep going are forms of acknowledgment.

However, not everyone is taught to appreciate, value, and recognize the work of others, even though they have been educated. This is something very common, though it may seem harsh, and it can happen anywhere, even in the church. This can make people feel alone, leading to feelings of insecurity and disappointment.

But one thing to realize is that, in a sense, humans are alone. Yet, God will always be there to accompany and support us. We must trust that God always gives His best to His people, especially to us, His children. Therefore, trust in God first, and do what you can do.

WHAT TO DO:
1. Humans need acknowledgment from others.
2. Humans may feel alone, but God will be with and support them.
3. Trust in God first.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matthew 12-13

Card image
Truth Youth 07 Oktober 2024 - KAMU AKAN SENDIRI
2024-10-07 18:00:10


”Karena TUHANlah yang akan menjadi sandaranmu, dan akan menghindarkan kakimu dari jerat.” (Amsal 3:26)

Manusia adalah makhluk sosial. Makhluk sosial artinya bukan hanya ingin ditemani, disayangi ataupun membutuhkan manusia lain untuk hidup dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Tetapi, manusia juga perlu yang namanya pengakuan. Kebutuhan fisik manusia memang penting, seperti berolahraga, bekerja, dan makan serta minum. Atau kegiatan-kegiatan yang mereka sukai untuk bisa membuat diri mereka tenang, entah itu bersama orang lain ataupun sendiri.

Manusia memang tidak diciptakan sendiri. Tetapi, perlu diingat kalau pengakuan itu menjadi hal yang wajar dibutuhkan manusia karena pengakuan itu manusia merasa dihargai dan diapresiasi untuk setiap karya dan tugas yang telah ia lakukan. Mungkin, bukan sebuah pengakuan yang sampai perlu dirayakan, tetapi ucapan terima kasih dan usahamu terbaik adalah salah satu bentuk pengakuan sederhana, dan menanyakan kabar juga memberikan semangat untuk terus melakukan segala sesuatunya juga adalah pengakuan.

Tetapi, tidak semua orang terdidik untuk bisa mengapresiasi dan menghargai juga belajar untuk mengakui karya orang lain meskipun telah diajarkan. Hal ini menjadi hal yang paling wajar terjadi, meskipun terlihat kejam dan itu bisa terjadi di mana saja. Bahkan di dalam gereja. Sehingga ini membuat manusia menjadi sendiri, karena ada rasa tidak percaya diri dan juga rasa kecewa yang bersamaan.

Hanya perlu sesuatu hal yang disadari, kalau manusia memang sendiri. Tetapi, Tuhan akan mendampingi dan menemani. Ada satu hal yang perlu kita percayai, kalau Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi umat-Nya apalagi kita anak-anak- Nya. Untuk itu, percayalah Tuhan terlebih dahulu dan lakukanlah apa yang kamu bisa lakukan.

WHAT TO DO:
1.Manusia perlu pengakuan dari manusia lain
2.Manusia memang sendiri, tetapi Tuhan akan menemani dan mendampingi
3.Percayalah Tuhan terlebih dahulu

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matius 12-13

Card image
Renungan Pagi - 07 Oktober 2024
2024-10-07 17:54:59


Ada sebuah kata yang indah didengar, tapi seringkali sulit dipraktekkan, yaitu "Sabar" dalam keseharian hidup, seingkali kita mau dan rindu menjadi orang yang sabar, tapi dalam perjuangan untuk bersabar, justru tidak sabar. Satu hal yang harus diingat, kita memang harus terus belajar sabar dalam menghadapi segala perkara dalam hidup ini, sabar bukanlah memendam emosi, karena itu hanya akan menjadi beban.

"Kami juga menasihati kamu, saudara-saudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang." Ketika kita tidak sabar, akhirnya bersungut-sungut, dan seringkali juga tidak sabar dalam menantikan jawaban doa dari Tuhan, sehingga mudah kecewa. Kita harus mendisiplin diri sendiri untuk senantiasa bersyukur dalam kondisi apapun, sehingga kesabaran yang dari Tuhan akan mewarnai hidup kita.
(1 Tesalonika 5:14)

Card image
Quote Of The Day - 07 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-07 17:52:04


Bagaimana kita bisa mengasihi banyak kalau kita tidak menghayati pengampunan dan pengurbanan Tuhan yang begitu hebat?

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 07 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-07 17:51:04


Yang kita butuhkan hari ini adalah hati yang terarah kepada dan memercayai bahwa kebahagiaan hanya pada Tuhan.

Card image
DON'T ENTER THE WRONG WAREHOUSE - 07 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-07 17:47:23


There are two types of large warehouses, and we must choose which one to enter. Many people mistakenly enter the wrong warehouse. It's not that God doesn't prevent them, but He has already given a warning: don't make the wrong choice! God gives freedom or free will to each individual, just as God did not prevent when the first human picked the fruit that was forbidden by God. God warns, but God will not prevent if someone has the intention, interest, desire to make a decision based on their own desires. This world is a warehouse of the power of darkness, offering various exciting and enjoyable ornaments that appeal to the desires of our flesh and clouded souls. If this continues, we won’t be able to get out of that warehouse, because we’ve either become too comfortable in it or grown too "heavy" to leave.

So, we have to get out of that warehouse and enter another warehouse, which is also always open and provides unlimited blessings in the mercy of the Almighty God. When do we enter the warehouse? When we kneel before the Father, that is when we enter His warehouse. But when we are absorbed in watching bad films, or when we’re busy looking at things we want to buy that make us happy, in truth, we are entering the wrong warehouse. It is the desire of the eyes. Even though we don’t possess those things yet, just by intending to have them, our hearts already enjoy what we’re contemplating, and this makes us unable to enjoy God. If we believe that God is good, and everything He provides is good-of course has eternal value-then we flee to God.

Ironically, many people have little faith or do not believe. Instead, they still park their lives on this earth. Of course It’s not that they intend to betray God, but when we linger in the wrong warehouse, we betray God because we poison ourselves with the poisons of the world. We must leave that behind. We must dare to be extreme positive, namely how we love God with all our heart, soul, mind, and strength. We cannot let ourselves "leak." When our attention is focused on something else, our love cannot blossom, it cannot grow deep or high for God because of that poison. What we need today is a heart directed toward God, believing that true happiness is found only in Him. We should no longer hope for the pleasures of the world. We must aim our hearts toward God, enter His warehouse, and enjoy God.

We can get through each day, praise God, especially when we are entrusted with much. Enjoy all the facilities that God provides, but don't love them. That way, we won't turn those things into idols. Our hearts must be given to God so that we can possess without loving, and enjoy without idolizing. The Psalmist says that those who fear the Lord are surely cared for by Him. They do not fear hearing of disaster because they know God protects them. The most important thing is that day by day we please God, in every event and circumstance of life, we aim to please Him. So after we pray and go through the day, we start to see what God wants us to do to please Him. If we please God, He will not let anything harm us. He will protect us.

The Israelites slaughtered the lamb, burned it, the smoke would rise with a pleasing aroma to the Lord. God was pleased because the Israelites were not worshiping idols or other gods but were worshiping Elohim Yahweh, as expressed in the form of sacrifices cut into pieces and burned, the scent of fat rising up. In their primitive thinking, the Israelites believed this was enough to please God. However, the Bible says, "Even if you use all the wood in the forests of Lebanon and all its animals for sacrifice, it would not be enough for Me." But there is one offering that truly pleases God-it’s called love. So, when we say, "I love You, Lord," that is a burnt offering. When do we burn it? When we slaughter our fleshly desires, sin, and everything that displeases God. That is a fragrant aroma.

But if we do not crucify our flesh and yet say, "I love You,"it smells foul, because we are lying, being hypocritical, deceiving ourselves, and deceiving God. Slaughter our flesh, do not defile ourselves with sin. It is not the quality of music or vocals, but the slaughtering of the flesh every day that will foster fragrance when we pray, worship God. That pleases God. Do not live carelessly so that we can truly please God. Come on, let's start from zero, every day start from zero and say, "Make my life today better than yesterday, God." This brings joy to God, makes God happy because we are given the opportunity to be fixed, revised, restored; reset.

THIS WORLD IS A WAREHOUSE OF THE POWER OF DARKNESS, OFFERING VARIOUS EXCITING AND ENJOYABLE ORNAMENTS THAT APPEAL TO THE DESIRES OF OUR FLESH AND CLOUDED SOULS.

Card image
JANGAN SALAH MASUK GUDANG - 07 Oktober 2024
2024-10-07 17:45:05


Saudaraku....,

Ada dua jenis gudang besar, dan kita harus memilih untuk masuk gudang mana. Banyak orang salah masuk gudang. Tuhan bukan tidak mencegah, tapi Tuhan sudah memberi peringatan: jangan salah! Tuhan memberikan kebebasan atau kehendak bebas kepada masing-masing individu, seperti Tuhan tidak mencegah ketika manusia pertama memetik buah yang dilarang oleh Allah. Allah memperingatkan, tapi Allah tidak akan mencegah kalau memang seseorang berniat, berminat, berhasrat untuk mengambil keputusan berdasarkan keinginannya sendiri. Dunia ini adalah gudang kuasa kegelapan yang menyediakan berbagai ornamen yang mengasyikkan dan menyenangkan, yang cocok dengan selera daging dan jiwa keruh kita. Kalau itu terus-menerus dilakukan, kita tidak akan bisa keluar dari gudang itu, karena kita kegemukan atau sudah terlalu nyaman di dalamnya.

Maka, kita harus keluar dari gudang itu dan masuk gudang yang lain, yang juga selalu terbuka dan menyediakan berkat tiada batas dalam kemurahan Allah Yang Maha Baik. Kapan kita masuk gudang itu? Ketika kita berlutut menghadap Bapa, saat itulah kita masuk gudang-Nya. Namun ketika kita asyik nonton film yang tidak baik, atau ketika kita sibuk melihat barang-barang apa yang kita mau beli dan yang membuat kita senang, sejatinya kita masuk gudang yang salah. Itu adalah keinginan mata. Walau kita belum memilikinya, hanya berniat, tapi hati kita sudah menikmati apa yang kita niati itu, maka itu membuat kita tidak bisa menikmati Tuhan. Kalau kita memercayai Allah itu baik, dan semua yang Dia sediakan itu baik—tentu memiliki nilai kekal—maka kita melarikan diri kepada Tuhan.

Ironis, banyak orang kurang percaya atau tidak percaya. Sebaliknya, mereka masih memarkir hidupnya di bumi ini. Tentu mereka tidak bermaksud untuk berkhianat kepada Tuhan, tapi ketika kita berlama-lama ada di gudang yang salah, kita berkhianat kepada Tuhan karena kita meracuni diri dengan racun dunia. Kita harus meninggalkan itu. Kita harus berani ekstrem yang positif, yaitu bagaimana kita mencintai Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan. Jangan membiarkan kita mengalami kebocoran. Ketika perhatian kita tertuju kepada yang lain, maka cinta kita tidak bisa merekah, tidak bisa mendalam dan tinggi kepada Tuhan karena keracunan itu. Yang kita butuhkan hari ini adalah hati yang terarah kepada Tuhan dan memercayai bahwa kebahagiaan hanya pada Tuhan. Jangan berharap lagi dengan kesenangan dunia. Kita mau arahkan hati kita kepada Tuhan, masuk gudang-Nya dan menikmati Tuhan.

Kita bisa lewati hari demi hari, puji Tuhan, apalagi kalau kita dipercayai punya banyak. Nikmati segala fasilitas yang Tuhan berikan, tapi jangan mencintai. Sehingga kita tidak menjadikan hal tersebut berhala. Hati kita harus diberikan untuk Tuhan sehingga kita bisa memiliki tanpa mencintai, dan bisa menikmati tanpa memberhalakan. Pemazmur mengatakan bahwa orang yang takut akan Tuhan pasti dipelihara Tuhan. Dia tidak takut mendengar bencana, karena ia tahu Allah memelihara dia. Yang penting dari hari ke hari kita menyenangkan Tuhan, dari setiap kejadian dan peristiwa hidup menyenangkan Tuhan. Maka setelah kita doa melewati hari, kita mulai melihat apa yang Tuhan mau kita lakukan yang menyenangkan Dia. Kalau kita menyenangkan Tuhan, Ia tidak akan membiarkan sesuatu melukai kita. Dia akan melindungi kita.

Bangsa Israel menyembelih domba, dibakar, asapnya naik, baunya wangi. Tuhan senang karena bangsa Israel tidak menyembah berhala, tidak menyembah dewa-dewa, tapi menyembah Elohim Yahweh, dan dinyatakan dalam bentuk kurban yang dicacah-cacah dibakar, bau lemaknya ke atas. Orang Israel, dengan pola pikir primitifnya, menganggap itu sudah cukup menyenangkan Allah. Padahal di dalam Alkitab ditulis, “Walaupun semua kayu di hutan Libanon dan marga satwanya kau jadikan korban, tidak cukup bagi-Ku.” Tapi ada satu korban yang menyenangkan Tuhan, namanya cinta. Jadi, ketika kita berkata, “Aku mencintai Engkau, Tuhan,” itu korban bakaran. Kapan kita membakarnya? Ketika kita menyembelih kedagingan, menyembelih dosa, dan semua hal yang Tuhan tidak berkenan. Dan itu harum.

Tapi kalau kita tidak menyembelih kedagingan, namun berkata, “Aku mencintai Engkau,” hal itu berbau busuk, karena kita bohong, munafik, menipu diri sendiri, dan menipu Tuhan. Sembelih daging kita, jangan kotori diri dengan dosa. Bukan kualitas musik atau vokal, tapi penyembelihan daging setiap hari yang akan memupuk keharuman waktu kita berdoa, menyembah Tuhan. Itu menyenangkan Tuhan. Jangan hidup sembarangan supaya kita benar-benar bisa menyenangkan hati Tuhan. Ayo, kita mulai dari nol, setiap hari mulai dari nol dan katakan, “Buat hidupku hari ini lebih baik dari kemarin, Tuhan.” Dan itu menyenangkan, membahagiakan Tuhan karena kita diberi kesempatan untuk diperbaiki, direvisi, dipulihkan; direset.

Kiranya Tuhan Yesus Kristus memberkati dan merachmati hidup kita pada hari ini.. Amin

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 October 2024
2024-10-07 17:41:30

Yohanes 5

Card image
MENTAL CLUTTER - 06 Oktober 2024
2024-10-06 10:08:43


"Be strong and courageous. Do not be afraid or terrified because of them, for the LORD your God goes with you; He will never leave you nor forsake you." (Deuteronomy 31:6)

Thoughts encompass everything in the human mind and emotions. Thoughts are the starting point of what humans do and undertake. We are always taught and trained to control our thoughts, ensuring that they do not take over us. But why is this important?

One must train their mind so that the information we receive and process does not become cluttered and disrupt our activities. For example, when organizing clothes in a wardrobe, we naturally sort them according to our needs, right? The bottom section might be for socks, pants, or items we rarely wear, while the middle section is for frequently worn clothes. Everything has its place.

This kind of organization makes it easier and quicker for us to access what we need, just like how we should control our thoughts. Without this control, it becomes difficult to continue and manage our lives. In fact, the lack of mental organization can harm and inconvenience not only us but also those around us, whether we realize it or not. These disorganized thoughts become what we call "mental clutter."

So, what should we do if our thoughts are scattered? We need to tidy them up and reorganize our minds. God is also there to help us manage and organize our thoughts, as sometimes, we cannot do it alone. Certain thoughts accumulate and become mental clutter, and we may need someone to help us clean them up. Giving ourselves a break to engage in activities that calm our minds is also essential. So, are you ready to organize your thoughts?

WHAT TO DO:
1. Organizing your thoughts is crucial.
2. If your mind is cluttered, take the time to reorganize it.
3. Don’t forget to involve God in organizing your thoughts.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matthew 10-11

Card image
Truth Youth 06 Oktober 2024 - SAMPAH PIKIRAN
2024-10-06 09:49:04


”Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.” (Ulangan 31:6)

Pikiran adalah segala sesuatu yang ada dalam otak manusia dan perasaan manusia. Pikiran adalah awal dari apa yang dilakukan dan dikerjakan manusia. Kita selalu diajarkan dan dilatih untuk bisa mengontrol pikiran kita. Dan jangan sampai pikiran kita yang malah menguasai diri kita sendiri. Memangnya untuk apa? Dan kenapa?

Seseorang harus melatih pikirannya sendiri supaya setiap informasi yang masuk dalam pikiran kita dan kita pahami, tidak hanya masuk lalu berantakan dan mengganggu aktivitas kita. Contohnya, kita mengatur baju-baju yang kita pakai dalam lemari, kita tidak mungkin tidak membagi pakaian kita sesuai dengan kebutuhannya bukan? Bagian sebelah bawah untuk kaos kaki, celana, atau pakaian yang jarang kita pakai. Lalu bagian tengah untuk baju dan celana yang sering kita pakai, dan beberapa bagian lemari.

Hal ini akan memudahkan kita untuk mengambil dan mempersingkat waktu kita, dan seperti itulah pikiran harus dikontrol. Jika tidak begitu, maka akan menyulitkan kita dalam melanjutkan dan menjalankan sebuah kehidupan. Bahkan dampaknya bisa merugikan dan menyulitkan banyak orang di sekitar kita dalam hal yang kita ketahui atau tidak dan ini menjadi sampah pikiran.

Kalau misalnya pikiran kita berantakan, apa yang harus kita lakukan? Merapikannya kembali dan menata ulang pikiran kita. Di sini Tuhan juga ikut membantu seseorang mengatur dan merapikan pikirannya, karena terkadang manusia tidak bisa merapikan pikirannya sendirian dan ada beberapa pikiran yang bisa dibilang sebagai sampah pikiran karena pikiran tersebut selalu menumpuk di situ. Ia butuh seseorang untuk bisa membantunya merapikan pikiran tersebut, serta memberi jeda untuk dirinya agar bisa melakukan kegiatan yang bisa menenangkan pikirannya. Jadi, apakah kamu sudah siap untuk menata pikiranmu?

WHAT TO DO:
1.Menata pikiran adalah hal yang penting
2.Jika pikiran berantakan, maka harus kembali ditata ulang
3.Jangan lupa libatkan Tuhan dalam menata pikiran kita

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matius 10-11

Card image
Renungan Pagi - 06 Oktober 2024
2024-10-06 09:07:29


Orang beriman bukanlah orang yang dapat menghafal firman Tuhan seperti Ahli Taurat, melainkan orang orang yang mempraktekkan firman Tuhan dalam hidupnya setiap hari, taat melakukan kehendak Tuhan seperti Abraham.

Iman bukan diukur dari berapa banyak firman yang sudah kita baca, dengar dan hafal jika disuruh mengucapkan, iman bukan diukur dari berapa banyak waktu yang kita luangkan untuk kegiatan-kegiatan rohani yang kita anggap pelayanan, tetapi iman adalah soal bagaimana melekat dan menjalin hubungan pribadi yang intim dengan Tuhan dan ketaatan melakukan kehendak Tuhan.

"Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat." Jadi iman itu benar-benar memahami kehendak Tuhan dan melakukannya, sekalipun saat ini tidak melihat Tuhan secara fisik, tetapi tahu dan dapat merasakan bahwa Tuhan itu ada bersama kita.
(Ibrani 11:1,3)

Card image
Quote Of The Day - 06 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-06 09:00:56


Dan setiap orang percaya—khususnya bagi para pelayan Tuhan—hanya ada dua hal yang harus kita pikirkan, yaitu menyelamatkan diri sendiri—artinya harus hidup lebih suci—dan menyelamatkan orang lain.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 06 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-06 08:58:40


Dunia kita hari ini adalah dunia yang harus menghadirkan Allah, sebab kalau tidak, manusia tidak berubah.

Card image
RESETTING LIFE - 06 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-06 05:52:39


A question that is often overlooked but is actually very important, why are we not aware of the mistakes that we still make? Why are we not aware of habits that are not pleasing to God, and can even hinder God's work? Why don't we grow more brilliantly? Often we still fail to be humble, we enjoy being praised, enjoying our position because there is honor. We should enjoy our position because there is responsibility and devotion. Why don't we learn to reset our lives before God? We must give ourselves to be reset by God. So when we are before God, we really bring ourselves the 'zero point' (the lowest point). We must genuinely empty ourselves; not feeling like we have theological knowledge, not feeling like we have achievements in ministry, not feeling like we have goodness, but zero! Otherwise, without realizing it, we become prideful.

Meanwhile, those in the congregation who see themselves as small and not well-versed in theology often find it easier to reset themselves daily before God. On the other hand, it is the pastors who find this difficult. So we have to start from zero, starting from zero! Every day we reset our hearts. How can we say, “Search me, O God, and know my heart, test me and know my thoughts; See if there is any wicked way in me, and lead me in the way everlasting!” (Psalm 139:23-24). If we come and pray at the feet of God with a heart like stone, not broken, how can He examine and search us? How can we be changed? Do we realize that every day we can still find our mistakes if we are humble and reset them? But if we just say, "Forgive my sins," it is not clear which sins, instead there will be arrogance.

We can see this in people who were once humble and good, but when they became servants of God, they became corrupted because they no longer reset themselves, even though there are still many of their flesh that have not died completely. Don't be arrogant, keep resetting every day, so that God can redesign. People who do not reset themselves cannot possibly hear God's voice. But if there are such people around us, we hold them, and help them change. We have no interest other than representing the Lord Jesus who held Judas. It is hoped that Judas would become Paul, Judas would become Peter, so we take good care of them.

Our world today is a world that must present God, because if not, humans will not change. One of the characteristics of end-time humans is ungratefulness, betrayal (2 Tim. 3:1-5). Most of us must erase our old bad genes, our past experiences that shape us. We are not finished with ourselves. Because we are wounded people who have not healed, we tend to hurt others. But if we reset our lives every day, God will definitely fix it. But this is the mystery, if a person is not humble, God cannot change him. So don't feel like you have something, reset your life every day. Even those who do this can still fail-reset in the morning, then get offended by midday. How much more those who don't reset at all.

If we reflect back on our lives, that we are nobodies, have nothing, even if we remember who we used to be, perhaps we should be in prison today, or become illegal parking attendants, sleeping in front of people's houses, but it turns out we are not. Truly, we will be very grateful to God. We want to be reset, so that we are not arrogant. Remember, this life is short and tragic. So, let's seek eternity; live as holy as possible, as pure as possible, do not have desires that God does not approve of or hobbies that are only to please ourselves, but kill our flesh. And we live only for God's pleasure. We must be attached to God. Each of us is not perfect, but we want to be perfect. Do not live in pretense, just so that our sins are not known, but let's show that we are serious about wanting to live holy!

WE MUST GIVE OURSELVES TO BE RESET BY GOD.

Card image
MERESET HIDUP - 06 Oktober 2024
2024-10-06 05:49:13


Pertanyaan yang sering terabaikan namun sejatinya sangat penting, mengapa kita tidak sadar terhadap kesalahan yang masih kita lakukan? Mengapa kita tidak sadar terhadap kebiasaan-kebiasaan yang tidak berkenan di hadapan Tuhan, bahkan bisa menghambat pekerjaan Tuhan? Mengapa kita tidak bertumbuh semakin cemerlang? Sering kali kita masih gagal rendah hati, senang dipuji, menikmati kedudukan karena ada kehormatan. Mestinya kita menikmati kedudukan karena ada tanggung jawab dan pengabdian. Mengapa kita tidak belajar mereset hidup kita di hadapan Tuhan? Kita harus memberi diri untuk direset oleh Tuhan. Jadi ketika kita ada di hadapan Tuhan, kita benar-benar membawa diri kita pada ‘titik nol’ (titik nadir). Benar-benar kita mau mengosongkan diri; tidak merasa punya ilmu teologi, tidak merasa punya prestasi dalam pelayanan, tidak merasa punya kebaikan, tapi nol! Jika tidak, kita sombong tanpa kita sadari.

Sementara jemaat yang merasa diri kecil, tidak pandai berteologi, mereka lebih mudah mereset diri setiap hari di hadapan Tuhan. Sebaliknya, para pendetalah yang sulit. Maka kita harus mulai dari nol, starting from zero! Setiap hari kita mereset hati. Bagaimana kita bisa berkata, “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” (Mzm. 139:23-24). *Kalau kita datang dan berdoa di kaki Tuhan dengan hati yang seperti batu, tidak remuk, bagaimana Tuhan mau periksa dan selidiki kita? Bagaimana kita bisa diubah?* Tahukah bahwa setiap hari kita masih bisa menemukan kesalahan kita kalau kita rendah hati dan meresetnya? Tapi kalau kita hanya berkata, “Ampuni dosa-dosaku,” tidak jelas dosa yang mana, malah nanti kesombongan yang ada.

Maka kita bisa lihat, ada orang-orang yang dulunya rendah hati, orang baik, namun ketika ia jadi hamba Tuhan, malah jadi rusak karena dia sudah tidak mereset diri lagi, padahal masih banyak kedagingannya yang belum mati total. Jangan sombong, reset terus setiap hari, sehingga Tuhan bisa merancang ulang. Orang yang tidak mereset diri tidak mungkin bisa mendengar suara Tuhan. Namun kalau ada orang seperti itu di sekitar kita, kita genggam, kita ubah. Kita tidak punya kepentingan selain mewakili Tuhan Yesus yang menggenggam Yudas. Diharapkan Yudas jadi Paulus, Yudas jadi Petrus, maka kita rawat baik-baik.

Dunia kita hari ini adalah dunia yang harus menghadirkan Allah, sebab kalau tidak, manusia tidak berubah. Salah satu ciri manusia akhir zaman adalah tidak tahu berterima kasih, berkhianat (2 Tim. 3:1-5). Sebagian besar kita harus menghapus gen lama kita yang buruk, pengalaman masa lalu kita yang membentuk kita. Kita belum selesai dengan diri sendiri. Karena kita orang terluka yang belum sembuh, maka kita cenderung melukai orang lain. Namun kalau kita mereset hidup setiap hari, pasti Tuhan perbaiki. Tapi ini misterinya, kalau orang tidak rendah hati, tidak bisa diubah Tuhan. Maka jangan merasa punya sesuatu, reset hidup kita setiap hari. Yang melakukan ini saja masih bisa gagal; reset pagi hari, siangnya tersinggung, apalagi yang tidak.

Kalau kita merenung kembali hidup kita, bahwa kita ini bukan siapa-siapa, tidak punya apa-apa, bahkan kalau ingat siapa kita dulu, mestinya hari ini kita dipenjara atau jadi tukang parkir liar, tidur depan rumah orang, namun ternyata tidak. Sungguh, kita akan sangat berterima kasih kepada Tuhan. Kita mau direset, supaya tidak sombong. Ingat, hidup ini singkat dan tragis. Jadi, mari kita cari kekekalan; hidup sesuci-sucinya, sekudus-kudusnya, jangan punya keinginan yang Tuhan tidak berkenan atau hobi-hobi yang hanya untuk menyenangkan diri sendiri, tapi bunuhlah kedagingan kita. Dan kita hidup hanya untuk kesukaan Tuhan. Kita harus melekat dengan Tuhan. Setiap kita belum sempurna, tapi kita mau sempurna. Jangan hidup dalam kepura-puraan, hanya supaya tidak ketahuan dosanya, tapi mari kita tunjukkan bahwa kita serius mau hidup suci!

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS MEMBERI DIRI UNTUK DIRESET OLEH TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 Oktober 2024
2024-10-06 05:44:23

Matius 8
Markus 2

Card image
Truth Kids 05 Oktober 2024 - JANGAN BOCOR MULUT
2024-10-05 21:07:43


Amsal 11:13
”Siapa mengumpat, membuka rahasia, tetapi siapa yang setia, menutupi perkara.”

Sobat Kids, tahukah kalian istilah "bocor mulut?" Bocor mulut itu tidak sama seperti atap bocor atau ember yang bocor, ya, Sobat Kids. Bocor mulut itu istilah atau sebutan untuk orang yang tidak dapat menjaga rahasia. Nah, siapa di antara kalian yang memiliki rahasia? Bagaimana perasaan kalian jika rahasia kalian disebarkan oleh teman? Wah, pasti sedih, mungkin marah dan bisa juga malu, ya.

Pasti kita menjadi kesal dan tidak lagi memercayai orang itu. Seperti yang kita pelajari beberapa hari lalu, bahwa menjaga kepercayaan itu penting. Maka dari itu, selain kita harus menepati janji, kita juga harus menjaga perkataan kita, apalagi berhubungan tentang rahasia orang lain.

Jika kita sakit hati dan malu ketika rahasia kita disebarkan, maka jangan sakiti orang lain dengan cara yang sama. Kita sebagai anak-anak Allah harus belajar setia dalam menjaga kata-kata. Jangan sampai kata-kata kita menyakiti dan membuat orang lain dalam kesulitan. Bapa pasti senang jika melihat semua anak-anak-Nya setia dan hidup dalam kerukunan karena saling percaya.

Card image
Truth Youth 05 Oktober 2024 - PERSONAL BRANDING
2024-10-05 21:05:35


"Be careful not to practice your righteousness in front of others to be seen by them. If you do, you will have no reward from your Father in heaven." (Matthew 6:1)

When you stand in front of a mirror, what you see is a reflection of yourself. If you raise your hand, the reflection in the mirror will also raise its hand. Similarly, if you smile, the reflection will mimic your smile. Whatever you do in front of the mirror, that’s what the reflection will do. Unless you wear a mask, your smile will be hidden, and you won’t see it in the mirror’s reflection. So, if you want to look in the mirror and see how beautiful you truly are, don't wear a mask, so you can see yourself clearly.

Everyone has their own unique qualities, whether it’s in the way they speak, present themselves publicly, create, or do anything else. It’s important to be yourself, not manipulating yourself to become someone else or do things you’re not capable of. Social media is a prime example, where many people build a cool personal brand. However, some among them manipulate their identity. For instance, someone might post a snap story showing themselves in a library studying hard, but in reality, they are not reading any books, just scrolling through their feed until the library closes. These people seek validation from others and consciously manipulate themselves.

In the Christian life, this kind of behavior is also common. Some people try to become fixtures in the church, arriving earlier than even the church security staff. They attend services all week and post spiritual snap stories every morning and night. However, when they go home or meet people outside the church, their life is far worse than anyone could imagine. This behavior is harmful. We should not manipulate ourselves or be fake just to gain recognition from others.

WHAT TO DO:
1. Understand the importance of being yourself.
2. Avoid manipulating yourself or trying to be someone else.
3. Be genuine in loving and knowing God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matthew 7-9

Card image
Truth Youth 05 Oktober 2024 - PERSONAL BRANDING
2024-10-05 21:00:26


”Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di surga.” (Matius 6:1)

Jika kamu berdiri di depan cermin, pasti yang kamu lihat adalah refleksi dari dirimu sendiri. Kalau kamu mengangkat tangan, pasti refleksi di dalam cermin itu akan mengangkat tanganmu juga. Begitu pula jika kamu tersenyum, ia akan ikut menarik ujung mulutnya untuk tersenyum juga. Apa yang kamu lakukan di depan cermin, itu juga yang akan dilakukan sosok di dalam cermin itu. Kecuali kamu menggunakan topeng atau masker, maka senyummu pasti akan tertutup dan tidak terlihat dalam pantulan cermin itu. Maka sebaiknya, jika kamu mau bercermin dan melihat betapa indahnya dirimu di balik cermin itu, jangan gunakan topeng, agar kamu dapat melihat dirimu sendiri dengan jelas.

Setiap orang memiliki keunikannya sendiri, baik itu dalam ia bertutur kata, tampil di depan umum, berkarya, dan melakukan hal lain. Penting untuk menjadi diri sendiri, tidak memanipulasi diri untuk menjadi orang lain atau melakukan hal-hal yang kita tidak bisa lakukan. Sosial media contohnya, banyak orang membuat personal branding yang sedemikian kerennya. Akan tetapi, pasti ada segelintir di antaranya yang memanipulasi diri. Misalnya ia membuat snapgram sedang berada di perpustakaan dan belajar dengan giat, tetapi nyatanya ia tidak membaca buku, ia hanya scrolling FYP hingga perpustakaan tutup. Orang-orang tersebut mencari pengakuan diri dari orang lain dan dengan sadar memanipulasi dirinya sendiri.

Dalam kehidupan Kristen, hal seperti ini pun banyak ditemui. Ada yang mencoba menjadi penghuni gereja, bahkan datang lebih awal daripada security gereja. Ia selalu menghadiri ibadah sepanjang minggu dan membuat snapgram rohani setiap pagi dan malam hari. Nyatanya, ketika ia pulang ke rumah atau bertemu dengan orang-orang di luar gereja, kehidupannya lebih buruk dari yang dapat dibayangkan orang. Perilaku ini sangat merugikan. Janganlah kita memanipulasi diri dan menjadi palsu agar memperoleh pengakuan dari orang lain.

WHAT TO DO:
1.Memahami pentingnya menjadi diri sendiri.
2.Tidak memanipulasi diri dan mencoba menjadi orang lain.
3.Menjadi apa adanya dalam mengasihi dan mengenal Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matius 7-9

Card image
Truth Junior 05 Oktober 2024 - SSSTTTT.. RAHASIA, YA!
2024-10-05 21:02:55


Amsal 11:13
”Siapa mengumpat, membuka rahasia, tetapi siapa yang setia, menutupi perkara.”

Halo, Sobat Junior!!! Siapa di antara kalian yang pernah diberitahukan teman tentang sebuah rahasia?? Seru, ya, kalau teman berbicara dengan kita tentang sebuah rahasia. Rahasia itu terkesan sebuah informasi yang sangat menarik untuk diketahui semua orang atau rahasia itu juga bisa membuat kita sedih karena teman yang menyampaikan dalam keadaan susah atau tidak baik. Kita harus belajar memegang rahasia orang lain yang diceritakan kepada kita, bukan untuk diceritakan kembali kepada orang-orang lain. Ingat, ya! Tuhan Yesus selalu memberikan teladan kepada kita.

Tuhan Yesus pastinya banyak mendapat cerita-cerita dari banyak orang, tapi lihat Tuhan Yesus pada saat dahulu saat bersama dengan murid-murid-Nya, tidak pernah bergosip kepada orang-orang lain. Sobat Junior ingat tidak, salah satu cerita di Alkitab tentang perempuan yang berdosa lalu hendak dilempari batu (Yoh. 8)? Mukjizat-mukjizat yang dilakukan juga tidak diceritakan kepada orang-orang lain, cukup antara Tuhan dan orang yang bersangkutan.

Kita harus bisa menjaga kepercayaan teman pada saat dia bercerita rahasia dirinya hanya kepada kita. Kita harus menjadi teman yang setia untuk teman tersebut. Kalau kita menjadi teman yang dapat dipercaya, maka mereka juga senang berteman dengan kita. Seperti Tuhan Yesus yang menunjukkan kesetiaan-Nya kepada kita, kita harus menjadikan Tuhan Yesus teladan dalam hidup kita. Marilah kita menjadi teman yang setia bagi teman-teman kita.

Card image
Renungan Pagi - 05 Oktober 2024
2024-10-05 14:41:00


Apakah merasa hidup terlalu berat untuk dijalani? apakah ingin mencari kebahagiaan dalam hidup tanpa masalah? apakah masalah terlalu besar dan rasanya tidak pernah selesai? Mari datang pada Tuhan, tetapi jangan hanya minta supaya Tuhan membuat hidup jadi lebih mudah dan semua masalah segera diselesaikan oleh Tuhan.

Tetapi mintalah hikmat dari Tuhan dan dengan hikmat itu kita bertekun meneliti hukum yang sempurna, lewat semua peristiwa hidup yang dialami dan jalani dalam tuntunan hikmat Tuhan, maka akan menemukan kebahagiaan sejati yang menjadikan hidup berarti bagi Tuhan dan bagi sesama.

"Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah."
(Yakobus 1:2-3)

Card image
Quote Of The Day - 05 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-05 14:38:10


Kalau kita mau hidup di dalam pengurapan, maka kita tidak boleh membiarkan diri kita bergaul dengan orang-orang yang tidak takut Tuhan, yang akhirnya bisa menyeret kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 05 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-05 14:36:34


Cinta kita kepada sesama, beban kita untuk penderitaan orang, perjuangan kita untuk keselamatan orang, itu nampak bahwa kita sudah bertemu Tuhan.

Card image
ASSOCIATE WITH GOD - 05 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-05 12:51:32


Have we ever thought, would God be proud if we took a picture with him? If we take a picture with an official, we can display the picture, but the official may not-in fact, definitely will not-display our picture. But do we believe that if we take a picture with the Lord Jesus, He will display it? There are many places in the Father's House because we are valuable and He loves us. Now the question is how valuable is God to us? So if we associate with Him and become God's lovers, it will definitely have an impact. The problem is, many people-including God's servants-only experience God in terms of reason, but God is not experienced. They talk about God as if they are so familiar, but in reality, they don’t truly encounter Him. They might pray fluently to a God of their imagination, a God they have mentally pictured, and rely on visual aids in their minds about the God they believe in.

So if people are trapped in the dynamics of Christianity, the dynamics of religion, only reasoning about God, they are lost. Usually they look down on other younger theologians, especially if they are already professors, already have teaching experience from the Theological College. But God should not be merely rationalized; rather, He must be understood through our logic. Logic must be used to the maximum to think about God and explore the Bible with hermeneutical principles, principles of exegesis, interpreting it correctly, understanding the Bible’s background, its linguistics, its language, and so on. But more importantly, we must directly encounter God, and that is not the monopoly of those who study at the Theological College. Do not be deceived by Satan's whisper saying, "You don’t study theology, so you won’t be able to know God." That’s wrong.

This does not mean to belittle theology or the knowledge of God, but theology must not hold God hostage. Each of us has the opportunity to get to know Him personally in real direct interaction and have sufficient knowledge about Him until we become someone who is pleasing to God. A mother in a remote area, far from civilization and education, who seriously seeks God, goes to church, and prays, is already engaging in theology and that is enough for her to interact with God. Because we can encounter God, and God transcends empirical experience-anyone’s experience. God is transcendent, not immanent, and He surpasses all reason. He is limitless.

Don't be held hostage by the books in the library. It's not that we can't learn about God; we have to reason about God to the maximum, but the encounter with God is absolute. And that is an eternal record. Now, what eternal record do we have with God? If God gives us a portion of knowledge about Himself, have we absorbed it? Do people need to go through theological schools to receive the portion of understanding that God has prepared for each of us? Of course not. How broken is the dynamic of Christian life when it operates this way. The problem is, we’ve spent too much time associating with the world, so we don't give enough space to fellowship with God.

We have the opportunity to associate with God is extraordinary. Because the living God, the God who wants us to live in His will. Don't let us be thrown into the lake of fire as written in Revelation 20:15. But for those who walk with God, even their death is precious because their life was valuable; Revelation 14:13, "Blessed are the dead who die in the Lord from now on." "Truly," says the Spirit, "that they may rest, for their deeds accompany them." When we walk with God and experience God, then we are like addicts who expect a larger portion, we crave bigger portions, higher levels of interaction. We might start by praying for 20 minutes, then 30 minutes, then an hour, and eventually even more. Even later to the level of never being separated from God, always together, and that is what we ask for.

When we learn to walk with God, we must always want new things. So, each day we’re like starting from zero again. So, never stop seeking God. If God really exists, we must experience and prove that God exists in real terms in our lives. What is most important from our encounter with God, our journey with God is that we possess noble character and moral excellence. And this will be felt. Our love for others, our burden for the suffering of others, our struggle for the salvation of others, it is evident that we have met God. Disinterest in the beauty of the world and the willingness to sacrifice anything for God show that we have encountered Him. Make sure that each of us experiences this.

WE HAVE THE OPPORTUNITY TO ASSOCIATE WITH GOD IS EXTRAORDINARY.

Card image
BERGAUL DENGAN ALLAH - 05 Oktober 2024
2024-10-05 12:49:30


Pernahkah kita berpikir, apakah Tuhan bangga kalau berfoto dengan kita? Kalau kita berfoto dengan seorang pejabat, fotonya bisa kita pajang, tapi pejabat itu belum tentu—bahkan pasti tidak—memajang foto kita. Tapi percayakah kita bahwa kalau kita berfoto dengan Tuhan Yesus, Ia akan memajangnya? Ada banyak tempat di Rumah Bapa karena kita berharga dan Dia mengasihi kita. Sekarang yang menjadi persoalannya adalah seberapa berharganya Tuhan bagi kita? Maka kalau kita bergaul dengan Dia dan menjadi kekasih Tuhan, pasti berdampak. Masalahnya, banyak orang—termasuk para hamba Tuhan—hanya mengalami Tuhan sebatas nalar, tapi Tuhan tidak dialami. Mereka bicara tentang Tuhan seakan-akan begitu akrab dan kenal, padahal tidak bersentuhan dengan Tuhan. Mereka bisa berdoa begitu lancar kepada Tuhan di dalam fantasi, Tuhan yang sudah tergambar, dan punya bantuan visual di pikiran kita tentang Allah yang kita percaya.

Maka kalau orang sudah terjebak dalam dinamika kekristenan, dinamika beragama, hanya menalar Allah, dia sesat. Biasanya mereka memandang rendah teolog lain yang lebih muda, apalagi kalau dia sudah profesor, sudah punya pengalaman mengajar dari Sekolah Tinggi Teologi. Jadi, Tuhan tidak boleh hanya dinalar; namun Tuhan harus dinalar dengan logika kita. *Logika harus maksimal digunakan untuk memikirkan tentang Tuhan dan menggali Alkitab* dengan prinsip-prinsip hermeneutik, prinsip-prinsip eksegesis, menafsir dengan benar, melihat latar belakang Alkitab, linguistik, bahasanya, dan lain sebagainya. Tetapi yang lebih penting adalah menjumpai langsung Tuhan, dan itu bukan monopoli mereka yang sekolah di Sekolah Tinggi Teologi. Jadi jangan ditipu oleh setan dengan suara, "Kamu enggak belajar teologi, kamu tidak akan bisa mengenal Tuhan." Hal itu salah.

Tidak bermaksud meremehkan teologi atau ilmu tentang Tuhan, tetapi itu tidak boleh menyandera Tuhan. Setiap kita memiliki kesempatan untuk mengenal secara pribadi dalam interaksi langsung yang nyata dan memiliki pengetahuan tentang Dia yang cukup sampai kita menjadi seorang yang berkenan di hadapan Allah. Seorang ibu di pedalaman jauh dari peradaban dan jauh dari pendidikan, dia serius mencari Tuhan ke gereja, berdoa, maka sejatinya dia sudah berteologi, yang mana itu cukup untuk dia dalam berinteraksi dengan Tuhan. Sebab Tuhan bisa kita temui dan Tuhan itu transempiris, melampaui batas pengalaman, pengalaman siapa pun. Tuhan itu transenden, bukan imanen, melampaui segala akal. Dia tidak terbatas.

Jangan disandera oleh buku-buku di perpustakaan. Bukan tidak boleh belajar ilmu tentang Tuhan; kita harus menalar Allah secara maksimal, tapi perjumpaan dengan Tuhan itu mutlak. Dan itu merupakan catatan abadi. Sekarang, catatan abadi apa yang kita miliki dengan Tuhan? Kalau Tuhan memberi kita satu porsi pengenalan akan Dia, apakah porsi ini telah kita serap? Apakah orang menyerap porsi pengenalan yang Tuhan sediakan bagi masing-masing kita harus melalui sekolah teologi? Tentu tidak. Betapa rusaknya dinamika hidup kekristenan seperti ini. Masalahnya, kita sudah terlalu banyak bergaul dengan dunia. Sehingga kita tidak memberi ruangan yang cukup untuk bergaul dengan Allah.

Kita punya kesempatan bergaul dengan Allah itu luar biasa. Karena Tuhan yang hidup, Tuhan yang menghendaki kita hidup di dalam kehendak-Nya. Jangan sampai kita dilempar ke lautan api seperti yang yang ditulis di Wahyu 20:15. Tapi orang yang berjalan dengan Tuhan, itu kematiannya pun berharga karena kehidupannya berharga; Wahyu 14:13, "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka." Kalau kita berjalan dengan Tuhan dan mengalami Tuhan, maka kita seperti orang kecanduan yang mengharapkan porsi yang lebih banyak, mau yang lebih besar, stadium yang lebih tinggi. Kita bisa doa 20 menit, lalu 30 menit, nanti bisa 1 jam, dan bisa lebih. Bahkan nanti sampai pada level tidak ada saat kita terpisah dari Allah, selalu bersama, dan itu kita minta.

Ketika kita belajar untuk bisa berjalan dengan Tuhan, kita harus selalu mau hal-hal yang baru. Jadi, setiap hari kita seperti starting from zero (seperti dari 0 lagi). Maka, jangan tidak mencari Tuhan. Kalau Tuhan benar-benar ada, kita harus mengalami dan membuktikan Allah itu ada secara nyata dalam hidup kita. Yang penting dari pertemuan kita dengan Allah, perjalanan kita dengan Allah adalah kita memiliki keluhuran akhlak, keluhuran moral. Dan itu akan terasa. Cinta kita kepada sesama, beban kita untuk penderitaan orang, perjuangan kita untuk keselamatan orang, itu nampak bahwa kita sudah bertemu Tuhan. Ketidaktertarikan dengan keindahan dunia dan kerelaan berkorban apa pun untuk Tuhan menunjukkan bahwa kita sudah berjumpa dengan Dia. Pastikan bahwa setiap kita mengalami ini.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA PUNYA KESEMPATAN BERGAUL DENGAN ALLAH ITU LUAR BIASA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 05 Oktober 2024
2024-10-05 12:46:45

Yohanes 2-4

Card image
Truth Kids 04 Oktober 2024 - JANGAN MENYERAH
2024-10-04 21:28:10


Galatia 6:9
”Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.”

Sobat Kids, pernahkah kalian kehujanan lalu kedinginan setelahnya? Pasti rasanya sungguh tidak enak. Bahkan ada beberapa dari kita yang mungkin akan sakit setelah kehujanan. Jika kehujanan saja bisa membuat kita sakit, apa yang terjadi jika kita ada di luar pada saat musim bersalju? Semua terasa dingin dan membeku. Rasa dingin yang dirasa mungkin akan terasa seperti menusuk ke tulang. Nah, pernahkah kalian berpikir bagaimana kondisi hewan-hewan yang hidup di alam liar ketika musim dingin tiba? Sebagian hewan ada yang sudah mempersiapkan diri jauh-jauh hari untuk menimbun makanan, seperti tupai atau hewan pengerat lainnya.

Sungguh luar biasa perjuangan hidup mereka, ya, Sobat Kids. Mereka tetap berjuang dalam kesulitan. Jika hewan saja bisa seperti itu, maka kita harus lebih bersemangat untuk berjuang dalam kesulitan. Ingatlah, kita memiliki Tuhan Yesus yang pasti menyertai dan menolong. Jadi, jangan menyerah, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 04 Oktober 2024 - JANGAN MENYERAH, TERUSLAH BERUSAHA
2024-10-04 21:26:27


Galatia 6:9
”Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.”

Hai Sobat Junior, pernahkah kalian merasa ingin menyerah saat menghadapi sesuatu yang sulit? Mungkin saat belajar untuk ujian yang sulit atau saat mencoba melakukan sesuatu yang baru, tapi terasa sangat susah. Dalam Galatia 6:9 kita diajarkan untuk tidak menyerah dan terus berusaha, meskipun jalan terasa sulit.

Terkadang, ketika berusaha melakukan yang baik, kita bisa merasa lelah atau putus asa karena hasilnya belum terlihat. Tapi Tuhan mengingatkan kita untuk tetap bersemangat dan tidak menyerah. Tuhan melihat setiap usaha kita. Dia berjanji bahwa pada waktu-Nya, kita akan melihat hasil dari usaha yang kita lakukan, jika kita tetap tekun dan tidak menyerah.

Ingatlah, setiap usaha yang kalian lakukan tidak akan sia-sia. Ketika kalian berusaha keras dan tidak menyerah, kalian sedang menunjukkan iman dan kepercayaan kepada Tuhan. Tuhan akan memberi kalian kekuatan untuk terus maju, meskipun jalan yang kalian hadapi tidak mudah. Jadi, mari kita selalu berusaha meskipun ada kesulitan. Percayalah bahwa Tuhan akan menolong kita dan memberikan hasil yang baik pada waktu-Nya.

Card image
Truth Youth 04 Oktober 2024 (English Version) - LITTLE VERSION OF YOURSELF
2024-10-04 21:23:00


"And the second is this: 'Love your neighbor as yourself.' There is no commandment greater than these." (Mark 12:31)

Imagine if, at your current age, you were to meet a younger version of yourself, say, your five-year-old self. What would you do? How would you speak to them? How would you treat them? And how would you show love to them? Most likely, you would treat them gently, knowing they are just a child who doesn’t know much yet. Or perhaps, you would treat them with kindness because you know that such a young child may have already experienced pain or trauma from their environment. You would certainly be more tolerant of their mistakes, realizing that this is their first time navigating life. Whatever the case may be, as an adult, you would act wisely and lovingly if you were to meet a younger version of yourself.

Now imagine if everyone treated their present selves in this same way, seeing themselves as a child who needs love. Certainly, everyone would find it easier to make peace with themselves. Failures, mistakes, trauma, fears, and other life events would be seen as experiences to be overcome slowly but surely. You would find it easier to forgive yourself, right? Yet not everyone uses this perspective. Many have already viewed themselves with low regard, blaming circumstances and themselves for all the sadness they’ve experienced.

The benefit of accepting yourself is that it opens the door for others to get to know you better too. You can improve your relationships with others, building healthy relationships that please you and please God. Start by loving yourself, seeing yourself as a child, and loving that inner child sincerely. Forgive your heart—only you can heal your wounds. Remember, many people love you, and Jesus loves you more than anything in this world.

WHAT TO DO:
1. Forgive yourself and accept all your flaws.
2. Strengthen your heart and be resilient in every situation.
3. Love yourself as you would love a child within you.
4. Love others and love God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matthew 5-6

Card image
Truth Youth 04 Oktober 2024 - LITTLE VERSION OF YOURSELF
2024-10-04 21:19:03


”Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.” (Markus 12:31)

Coba bayangkan, bila di usiamu yang sekarang ini kamu dipertemukan dengan dirimu sendiri tetapi versi kecil, saat kamu berusia lima tahun. Kira-kira, apa yang akan kamu lakukan? Bagaimana nada bicaramu kepadanya? Seperti apa perlakuanmu kepadanya? Dan bagaimana caramu mengasihi dia? Sebisa mungkin, pasti kamu akan memperlakukannya dengan lembut, mengingat bahwa dia hanyalah anak kecil yang belum tahu apa-apa, atau mungkin kamu memperlakukannya dengan lembut karena kamu tahu bahwa anak sekecil itu telah mengalami sakit hati atau trauma oleh lingkungan sekitarnya. Pasti, kamu akan memberikan toleransi terhadap kesalahan-kesalahan yang ia lakukan, mengingat bahwa hidup ini adalah kehidupan pertama yang ia jalani. Apa pun itu, pasti kamu sebagai orang dewasa akan bertindak bijak dan penuh kasih sayang ketika kamu bertemu versi kecil dirimu sendiri.

Coba saja setiap orang memperlakukan dirinya versi saat ini dengan kacamata demikian, melihat diri sendiri sebagai anak kecil yang perlu disayang, pasti setiap orang akan mudah untuk berdamai dirinya sendiri. Melihat kegagalan, kesalahan, trauma, ketakutan, dan hal lain sebagai peristiwa hidup yang dapat dilalui pelan-pelan, tetapi pasti. Kamu akan dengan mudah mengampuni diri sendiri. Iya, bukan? Hanya saja, tidak semua orang menggunakan kacamata ini. Mereka terlanjur memandang diri mereka rendah dan terlanjur menyalahkan keadaan serta diri sendiri terhadap seluruh hal menyedihkan yang mereka alami.

Keuntungan menerima diri sendiri adalah kamu dapat membuka peluang orang lain mengenal dirimu dengan baik juga. Kamu dapat meningkatkan hubunganmu dengan sesama, tentunya hubungan sehat yang menyenangkanmu dan menyenangkan hati Tuhan. Mulailah mengasihi diri, lihatlah dirimu sebagai anak kecil dan sayangilah dia dengan begitu tulus. Ampuni hati kecilmu, hanya kamu yang bisa membalut lukamu sampai sembuh. Ingat, banyak orang mengasihimu, bahkan Tuhan Yesus mengasihimu lebih dari dunia ini.

WHAT TO DO:
1.Ampuni dirimu sendiri dan terimalah semua kekuranganmu.
2.Besarkan hatimu, tabahlah dalam segala keadaan.
3.Sayangi dirimu seperti kamu melihat anak kecil dalam diri sendiri.
4.Kasihilah sesama dan kasihilah Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matius 5-6

Card image
Renungan Pagi - 04 Oktober 2024
2024-10-04 21:14:18


Jika kita memilih hidup sebagai anak-anak Allah, maka harus memberi diri dipimpin oleh Roh Allah, sebab Roh Allah yang adalah Roh Kebenaran akan memimpin hidup kita pada seluruh kebenaran. "Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah."

"Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang."

Jadi, jika sudah memilih untuk hidup mengenakan manusia baru, kita juga harus rela hidup dalam pimpinan Roh Kudus yang akan mendorong kita untuk terus melakukan perubahan karakter menjadi semakin serupa dengan Allah, Bapa kita. Dan teladan hidup yang benar adalah Tuhan Yesus Kristus yang memilih untuk taat melakukan kehendak Bapa.
(Yohanes 16:13; Roma 8:14)

Card image
Quote Of The Day - 04 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-04 21:09:45


Tuhan punya waktu, dan Tuhan tidak pernah terlambat, tapi Tuhan juga tidak pernah tergesa-gesa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 04 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-04 21:08:36


Hidup ini menjadi luar biasa kalau kita berani mempertaruhkan diri kita untuk berinteraksi dengan Allah, di tengah dunia kita yang gelap dan rusak ini.

Card image
MORE THAN CONQUERORS - 04 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-04 21:01:26


Surely we have experienced where we seek activities. Usually, in addition to activities that bring money, there are also activities that bring pleasure. Everything is centered on "me." But if we become children of Abraham, then what we think about is what we must do to please God. So, being justified by faith is not just us believing in Jesus as Lord and Savior, but risking our whole life for it. The mistake of many people, they read the book of Romans without seeing the background, not seeing the context of the times. This is the church of Rome, whose life is like an egg on the edge of a horn, whose life is hunted by the rulers.

We’ve all experienced moments when we seek to stay busy. Usually, besides activities that bring in money, we also look for things that bring us pleasure. It’s all centered on “me.” But if we are children of Abraham, then our thoughts should be about what we can do to please God. Being justified by faith is not just about believing in Jesus as Lord and Savior, but about staking our whole lives on that belief. Many people misunderstand this because they read the book of Romans without considering its background or the historical context. These were the believers in Rome, whose lives were hanging by a thread, constantly hunted by those in power.

On one occasion, the city of Rome was burned by Nero. Actually, Emperor Nero intended to expand his palace, but it was used as an excuse to kill Christians, because he accused Christians of being the perpetrators. Even in church tradition, it is said that Peter himself fled from the city of Rome because he could not stand the severe persecution that raged in the city against Christians. And according to church documents, Peter met Jesus who was going to Rome. The incident is known by the term: "quo vadis domine?" which means "where are you going, Lord?" Then Jesus answered, “I am going to Rome to be with my people.” Peter was devastated, so he returned to Rome and was eventually crucified upside down.

So, believing in Jesus means giving everything "the complete package;”-it’s a total surrender of one’s life (his life ended). So when it says in Romans 8, “We are more than conquerors,” the word “we” refers to the Roman believers that Paul is saying that they are more than the Romans who conquered politically, materially, and in worldly power. What is the reason? Because even though they experienced oppression, hunger, nakedness, but they were not separated from the love of Christ. That is what it means to be victorious. Ironically, many Christians today have the principle that “we are more than conquerors” without understanding what that means. We are more than conquerors-not because of material wealth/even though we are lacking in material things, in position, in power-because nothing can separate us from the love of Christ.

Romans 8:17 (Now if we are children, then we are heirs—heirs of God and co-heirs with Christ, if indeed we share in his sufferings in order that we may also share in his glory) says that we will be glorified together with Christ in the Kingdom of Heaven in eternity. So, being justified by faith, means we are considered, judged to be righteous, because we are like Jesus. Having faith in Jesus means living as Jesus lived (1 John 2:6). Jesus said, "If I, your Lord and Teacher, have suffered, you will also suffer." So, our whole life must be surrendered. Only then do we meet God. Can't do it half-heartedly. However, many Christians give God an “economy package” or a “cheap package.” But Jesus already said in Luke 14:33, “Anyone who does not give up everything they have cannot be My disciple.”

So, we are justified not by faith-meaning not just believing in Jesus as Lord and Savior-but by our actions. What actions? Look at how Abraham sacrificed his son, Isaac. Romans 8 talks about suffering with God. And this package must be owned by all of us, making God everything. So, just as Abraham sacrificed his son, Isaac, showing his faith, we must also dare to offer anything for God. This life becomes extraordinary if we dare to risk ourselves to interact with God in the midst of our dark and corrupted world. How do we avoid being corrupted? We must dare to have a positioning, no matter the cost. Like fish, we must be living fish, which even though the water around us is salty, we remain fresh. But if we are dead fish, then we will absorb the salt of the sea, we will also be salty.

So how do we experience God? When we make Him everything. And God knows whether we truly make Him everything or not. We are not yet perfect today, but we must force ourselves. Ignite our love for Him. Fly as high as we can, so that the atmosphere of heaven can descend. But often, we fall short. How can we soar if we do not strive to fly each day? He must become everything in our lives, every day. That is the first secret. The second is to have no desires or pleasures other than Him. If there is still sin within us or certain pleasures that God disapproves of, ask Him to reveal them, and we must immediately let them go so that we can fly as high as possible. If we do this sincerely, the Holy Spirit will guide and lead us.

WE ARE NOT YET PERFECT TODAY, BUT WE MUST FORCE OURSELVES. IGNITE OUR LOVE FOR HIM.

Card image
LEBIH DARI PEMENANG - 04 Oktober 2024
2024-10-04 20:41:05


Pasti kita pernah mengalami di mana kita mencari kesibukan. Biasanya, selain kesibukan yang mendatangkan uang, juga kesibukan yang mendatangkan kesenangan. Semua berpusat pada “aku.” Tapi kalau kita menjadi anak-anak Abraham, maka yang kita pikirkan adalah apa yang harus kita lakukan untuk menyenangkan hati Allah. Jadi, dibenarkan karena iman itu bukan sekadar kita memercayai Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, melainkan mempertaruhkan seluruh hidup kita untuk itu. Salahnya banyak orang, mereka membaca kitab Roma tanpa melihat latar belakangnya, tidak melihat konteks zaman. Ini jemaat Roma, yang hidupnya seperti telur di ujung tanduk, yang nyawanya diburu oleh para penguasa.

Pada suatu kesempatan, kota Roma dibakar oleh Nero. Sebenarnya kaisar Nero bermaksud untuk memperluas istananya, tetapi hal itu dipakai sebagai alasan untuk membunuh orang Kristen, karena ia menuduh orang Kristen sebagai pelakunya. Bahkan di dalam tradisi gereja, dikisahkan bahwa Petrus sendiri sempat kabur dari kota Roma karena tidak tahan terhadap penganiayaan hebat yang berkecamuk di kota itu terhadap orang Kristen. Dan menurut dokumen gereja, Petrus bertemu dengan Yesus yang mau menuju kota Roma. Peristiwa itu terkenal dengan istilah: “quo vadis domine?” yang artinya “mau ke mana, Tuhan?” Lalu Yesus menjawab, “Aku mau ke kota Roma, mendampingi umat-Ku.” Petrus terpukul, maka dia balik lagi ke kota Roma dan mati disalib dengan kepala di bawah.

Jadi, percaya kepada Yesus itu “paket habis;” habis hidupnya. Maka kalau dikatakan di Roma 8, “Kita lebih dari orang-orang menang,” kata “kita” itu menunjuk jemaat Roma yang Paulus katakan bahwa mereka lebih dari orang-orang Roma yang menang secara politik, materi, kekuasaan secara duniawi. Apa alasannya? Mereka mengalami penindasan, kelaparan, ketelanjangan, tapi mereka tidak terlepas, tidak terpisah dari kasih Kristus. Itu menangnya. Ironis, banyak orang Kristen hari ini berprinsip bahwa “kita lebih dari pemenang” tanpa mengerti apa maksudnya. Kita lebih dari orang-orang menang—walaupun secara materi, kedudukan, kekuasaan kita kurang—karena tidak ada yang bisa memisahkan kita dari kasih Kristus.

Roma 8:17 mengatakan bahwa kita akan dimuliakan bersama-sama dengan Kristus di dalam Kerajaan Surga di kekekalan. Jadi kita dibenarkan karena iman itu, artinya kita dianggap, dinilai berkeadaan benar, karena kita berkeadaan seperti Yesus. Beriman kepada Yesus itu berarti hidup seperti Yesus hidup. Yesus berkata, “Kalau Aku Tuhan dan Gurumu, Aku mengalami penderitaan, kamu juga mengalaminya.” Maka, seluruh hidup kita harus diserahkan. Barulah di situ kita bertemu Tuhan. Tidak bisa setengah-setengah. Namun, banyak orang Kristen yang memberikan untuk Tuhan “paket hemat” atau “paket murah.” Padahal Yesus sudah berkata di Lukas 14:33, “Barangsiapa tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, ia tak dapat jadi murid-Ku.”

Jadi, kita dibenarkan bukan karena iman—artinya bukan sekadar meyakini Yesus Tuhan dan Juru Selamat—melainkan karena perbuatan. Apa perbuatannya? Lihat bagaimana Abraham mengorbankan anaknya, Ishak. Roma 8 bicara soal penderitaan bersama Tuhan. Dan paket ini harus dimiliki oleh semua kita, menjadikan Tuhan itu segalanya. Maka, seperti Abraham mempersembahkan anaknya, Ishak, menunjukkan iman percayanya itu, maka kita pun harus berani mempersembahkan apa pun untuk Tuhan. *Hidup ini menjadi luar biasa kalau kita berani mempertaruhkan diri kita untuk berinteraksi dengan Allah, di tengah dunia kita yang gelap dan rusak ini.* Bagaimana supaya kita tidak rusak? Kita harus berani memiliki positioning dengan segala harga yang harus kita bayar. Ibarat ikan, kita harus jadi ikan yang hidup, yang walaupun sekitar kita airnya asin, kita tetap tawar. Tapi kalau kita adalah ikan yang mati, maka kita akan ikut asin, digarami oleh air laut.

Jadi bagaimana kita bisa mengalami Tuhan? Ketika kita menjadikan Dia segalanya. Dan Tuhan pasti merasa kalau kita menjadikan Dia segalanya atau tidak. Kita hari ini belum sempurna, tapi kita harus memaksa diri. Kobarkan cinta kita kepada-Nya. Setinggi-tingginya kita terbang, supaya suasana surga turun. Tetapi, sering kita tidak sampai. Bagaimana kita bisa terbang kalau tiap hari kita tidak terbang? Dia harus menjadi segalanya dalam hidup kita setiap hari. Itu rahasia yang pertama. Yang kedua, jangan punya keinginan dan kesenangan apa pun. Kalau masih ada dosa dalam diri atau kesenangan tertentu yang Tuhan tidak berkenan, minta Tuhan beri tahu, dan segera harus kita tinggalkan supaya saya bisa terbang setinggi-tingginya. Kalau kita melakukannya dengan sungguh-sungguh, Roh Kudus akan pimpin, Roh Kudus akan tuntun kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARI INI BELUM SEMPURNA, TAPI KITA HARUS MEMAKSA DIRI. KOBARKAN CINTA KITA KEPADA-NYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 04 Oktober 2024
2024-10-04 20:33:42

Matius 4

Lukas 4-5

Card image
Truth Kids 03 Oktober 2024 - SAHABAT YANG SETIA
2024-10-03 19:45:55


Amsal 17:17
”Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.”

Sobat Kids, apakah kalian memiliki teman dekat yang kalian anggap sahabat? Teman yang sudah kita anggap sahabat pastilah orang yang selalu ada untuk kita. Ketika kita senang ataupun susah, dia tetap mau berteman dengan kita. Dia pastilah orang yang dapat kita percaya. Jika kita memiliki sahabat seperti itu, tentu saja kita senang, aman, dan nyaman berteman dengannya.

Namun, berbeda jika kita berteman dengan orang yang tidak setia. Dia hanya ada ketika ada maunya atau ketika kita senang saja. Di saat kita susah atau sedih, dia menghilang atau menjauhkan diri dari kita. Pasti sungguh sedih dan jengkel jika memiliki teman seperti itu.

Beruntungnya kita memiliki sahabat sejati yang sangat setia yaitu Tuhan Yesus. Ia mau menjadi sahabat kita yang ada bersama kita dalam kondisi apa pun. Jadi, kalau Sobat Kids merasa tidak memiliki atau belum menemukan sahabat yang baik dan takut akan Tuhan, jangan bersedih karena Tuhan sendiri mau menjadi sahabat kita. Untuk itu, jangan sia-siakan waktu doa kalian. Saat berdoa, kita bisa berada bersama dan berkomunikasi dengan Sahabat kita yang sejati yaitu Tuhan Yesus.

Card image
Truth Junior 03 Oktober 2024 - JADILAH TEMAN YANG SETIA
2024-10-03 19:44:22


Amsal 17:17
”Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.”

Sobat Junior, apakah kalian punya teman yang selalu ada untuk kalian, baik saat senang maupun sedih? Itulah yang disebut dengan sahabat sejati. Dalam Amsal 17:17, kita belajar bahwa sahabat sejati adalah mereka yang selalu setia dan menunjukkan kasih dalam segala keadaan.

Menjadi teman yang setia berarti kita tetap bersama teman kita, baik saat mereka sedang bahagia maupun saat mereka sedang mengalami kesulitan. Kadang-kadang, ketika teman kita sedang sedih atau mengalami masalah, mereka sangat membutuhkan dukungan kita. Inilah saatnya kita menunjukkan kesetiaan kita sebagai teman.

Kesetiaan dalam persahabatan juga berarti kita tidak meninggalkan teman kita karena ada orang lain yang lebih menarik untuk diajak bermain. Sebaliknya, kita tetap bersama teman kita, mendukung dan menghibur mereka, bahkan ketika itu sulit.

Tuhan ingin kita menjadi teman yang setia, seperti yang diajarkan dalam Alkitab. Ketika kita setia kepada teman-teman kita, kita menunjukkan kasih Tuhan kepada mereka. Persahabatan sejati membutuhkan kesetiaan, dan dengan kesetiaan, persahabatan kita akan menjadi kuat dan tahan lama.

Card image
Truth Youth 03 Oktober 2024 - GOD'S CELL PHONE : 911 (English Version)
2024-10-03 19:38:42


"I praise You because I am fearfully and wonderfully made; Your works are wonderful, I know that full well." (Psalm 139:14)

Once upon a time, in a beautiful, peaceful town, there was a kitten named Mumu. His mother was no longer around, but he still had two friends named Kiko and Kiro. Among the three of them, Mumu was the youngest, but they all loved each other deeply. Kiko and Kiro treated Mumu like their younger sibling. Mumu would always follow Kiko and Kiro wherever they went and whatever they did. Mumu lived entirely dependent on Kiko and Kiro, as if he had no strong stance or principles of his own. Then one day, Kiko and Kiro tragically died after being hit by a large truck, leaving Mumu to live alone, uncertain of his future.

In this short life, in the end, we only truly have ourselves. No matter how good the people around us are or how much we trust them, there will come a time when they cannot be present in our lives. In the ups and downs of life, the one person who will always be there at our lowest points is ourselves. Therefore, it’s crucial to know oneself well, building a strong foundation that makes us resilient in the face of life’s challenges. Additionally, we are fortunate to have God, who will always be there—even if sometimes we treat Him as our 911 button, only calling on Him in times of emergency.

It’s important for us to accept ourselves, develop life principles, and not depend on others. By accepting ourselves, we can improve our chaotic lives and truly get to know God, not just using Him as a lifeline in emergencies. Knowing God properly leads us to a whole life, where we have good control over ourselves.

WHAT TO DO:
1. Build strong life principles.
2. Trust yourself and trust God.
3. Make God your one and only help, not just your emergency call.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matthew 1-4

Card image
Truth Youth 03 Oktober 2024 - GOD’S CELL PHONE : 911
2024-10-03 19:36:18


”Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kau buat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.” (Mazmur 139:14)

Alkisah di sebuah kota yang begitu asri, ada seekor anak kucing bernama Mumu. Induknya sudah tidak ada, tetapi ia masih memiliki dua teman bernama Kiko dan Kiro. Di antara ketiganya, Mumu adalah yang paling muda, tetapi mereka semua saling menyayangi satu sama lain. Kiko dan Kiro memperlakukan Mumu sebagai adik kandung mereka. Mumu pun selalu mengikuti Kiko dan Kiro ke mana pun mereka berdua pergi dan apa pun yang mereka berdua lakukan. Mumu hidup dengan sangat bergantung kepada Kiko dan Kiro, seperti tidak memiliki pendirian dan prinsip yang kuat. Hingga suatu hari, Kiko dan Kiro meninggal dunia karena ditabrak sebuah truk besar. Alhasil, Mumu harus menjalani hidupnya sendiri dan kebingungan akan masa depannya.

Di hidup yang singkat ini, pada akhirnya kita hanya memiliki diri kita sendiri. Sebaik apa pun orang-orang di sekitar kita dan seberapa pun percaya kita kepada mereka, pasti akan ada suatu waktu di mana mereka tidak bisa hadir dalam hidup kita. Dalam jatuh bangun hidup ini, manusia yang akan selalu ada di titik rendah hidup kita hanyalah kita dan diri kita sendiri. Maka penting sekali mengenal diri sendiri sebagai fondasi kuat agar kita tahan banting menghadapi hidup ini. Selain itu, beruntungnya kita memiliki Tuhan yang akan selalu ada di sana, walau kadang Ia hanya menjadi tombol 911 kita, menghubungi Dia ketika kita berada di dalam keadaan darurat.

Penting sekali untuk kita menerima diri sendiri, memiliki prinsip hidup, dan tidak bergantung kepada orang lain. Dengan menerima diri, kita bisa memperbaiki kehidupan kita yang kacau balau ini, bahkan kita pun bisa mengenal Pribadi Tuhan dengan benar, tidak hanya menjadikan-Nya sebagai telepon darurat. Mengenal Tuhan dengan benar pun menggiring kita kepada kehidupan utuh di mana kita bisa memiliki kontrol yang baik atas diri kita sendiri.

WHAT TO DO:
1.Membangun prinsip hidup yang kuat.
2.Mempercayai diri sendiri dan mempercayai Tuhan.
3.Menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya pertolongan kita, bukan panggilan darurat.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matius 1-4

Card image
Renungan Pagi - 03 Oktober 2024
2024-10-03 19:32:57


Diperlukan keinginan yang kuat dalam diri kita untuk melakukan perubahan-perubahan dan motivasi yang kuat agar mencapai perubahan itu. Karena harus memiliki target, tujuan yang ingin dicapai dan target yang benar adalah supaya kita dapat mengerti kehendak Tuhan.

"Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."

Dengan pengertian yang benar dalam memahami kehendak Tuhan, maka pastilah akan mendorong kita memiliki kerelaan hati untuk berubah dan diubahkan oleh Tuhan. Kerelaan hati untuk mempersembahkan tubuh menjadi persembahan yang hidup, kudus dan berkenan sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan, Sang Majikan Agung.
(Roma 12:1-2)

Card image
Quote Of The Day - 03 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-03 19:31:19


Penyelesaian masalah bukanlah berkat yang utama, namun melalui masalah tersebut Tuhan memberkati kita dengan menjadikan kita sebagai anak-anak Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 03 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-03 19:30:15


Fokuskan hidup kita kepada Tuhan agar ketulusan hati tetap terjaga dan kita tidak terjebak dalam permainan dunia.

Card image
THE JUSTIFIED PERSON - 03 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-03 19:28:25


Religiousness is not merely a matter of liturgy or religious ceremonies, as commonly understood in many religions. Instead, within what we call liturgy, there is a space for a true encounter between people and the God who is worshipped. For us, Christians, true religiousness is about engaging with the Creator-God who made the heavens and the earth. And that is incredibly powerful. The problem is that few people dare to put their trust in the invisible God or invest their entire lives in the pursuit of interacting with Him. When we look at the world around us, it seems that almost no one fully trusts in this invisible God.

And the reality is, God does not reveal himself to many people. Very few people genuinely experience God's revelation in their lives. Because, people who experience the revelation of God, who can walk with God, are people who truly make God everything in this life. Who dares to make such a bet, making God everything in their life? Making God everything in life means that God becomes the only goal, the only happiness, the only treasure, and the sole object of devotion and worship.

However, it is important to note that God is not selfish. He does not take away our lives in such a way so that we do not have happiness or pleasure. We are human, not animals or other created beings. As humans, we need to socialize with others, who can enjoy art, who need rest, who need a life partner. After all, it is not good for man to be alone. Humans can have children and enjoy close relationships with family, and so on. Of course God knows that. But for those who make God everything, even if God does not give them all these things, they will not make demands.

Abraham made God everything in his life. It is not written in the Bible, but Abraham's actions, his behavior, the dynamics of his life show that Abraham made God everything. Then, we as children of Abraham by faith, we must have the same faith as Abraham. Thus, the meaning of the phrase "justified by faith" is not simple. So far it has been so simplified, "justified by faith" is not about good deeds getting people into heaven, but rather that by believing in Jesus as Lord and Savior, one is justified. A justified person is someone who makes God everything in his life, becoming a person of quality, who is worthy of entering the palace of God the Father.

Romans 3:28 notes, “For we maintain that a man is justified by faith apart from the works of the law.” Romans 4:2 adds, "If, in fact, Abraham was justified by works, he had something to boast about-but not before God." Of course, the meaning of ‘works’ here is works based on the Law. Abraham’s life was not based on the Law. Abraham’s lifestyle was a lifestyle that was unknown to the nation of Israel. Because, the nation of Israel was guided by the Law. And what the nation of Israel did based on the Law was an effort to be justified. But Paul wrote that being justified was not because of the works of the Law, but because of faith.

We certainly remember how Zacchaeus gave half of his wealth to the poor, and if anyone had been extorted by him, he promised to repay four times as much. By doing so, he could have become poor. But Jesus said, “Salvation has come to this house, because this man, too, is a son of Abraham.” Zacchaeus’ actions demonstrated that God was everything in his life. In the book of James, we find the statement, "Abraham was justified not by faith alone, but by his works." Honestly, this can be confusing if we don’t see the context. Abraham was justified not simply because he believed something, but because he acted on what he believed. Abraham's life was taken away, snatched away by his obedience and submission to God. Abraham had to leave Ur of the Chaldeans, to a land that God would show him-and Abraham went.

When there was a time of famine, Abraham did not return to Ur of the Chaldeans. He preferred to go to Egypt, where he had to risk his life and the life of his wife. But he was more obedient to God than to save his family. Abraham would have children, according to God's promise, as many as the stars in the sky and the sand on the seashore. But Abraham had to wait for a quarter of a century, and he did not doubt God. When Abraham had children, then God commanded him to slaughter his son as a burnt offering. The scriptures say, "Abraham believed that God had the power to raise the dead." In fact, as a burnt offering, his son had to be cut into pieces, meaning he could not possibly live again. Yet Abraham's faith was extraordinary-God was everything to Abraham. We must remember that Abraham’s faith is the kind of faith we are called to have. This means we must make God everything in our lives. Are we ready?

A justified person is someone who makes God everything in his life, becoming a person of quality, who is worthy of entering the palace of God the Father.

Card image
ORANG YANG DIBENARKAN - 03 Oktober 2024
2024-10-03 05:41:00


Keberagamaan itu sebenarnya bukan hanya masalah liturgi atau upacara agama seperti yang dikenal oleh agama-agama pada umumnya, melainkan ada ruangan perjumpaan antara umat dengan Allah yang disembah, di dalam yang namanya liturgi. Bagi kita, orang Kristen, keberagamaan yang benar adalah berurusan dengan Sang Khalik; Allah yang menciptakan langit dan bumi. Dan itu sangat dahsyat. Masalahnya, memang tidak banyak orang yang berani menaruh percaya kepada Allah yang tidak kelihatan, yang berani menginvestasikan seluruh hidupnya untuk urusan berinteraksi dengan Allah. Lagipula kalau kita melihat manusia di sekitar kita, hampir-hampir tidak ada orang yang benar-benar menaruh percaya kepada Allah yang tidak kelihatan ini.

Dan kenyataannya, memang Allah tidak menyatakan diri kepada banyak orang. Hampir-hampir tidak ada orang yang sungguh-sungguh mengalami penyataan Allah di dalam hidupnya. Sebab, orang yang mengalami penyataan Allah, yang bisa berjalan dengan Tuhan, adalah orang yang sungguh-sungguh menjadikan Tuhan itu segalanya dalam hidup ini. Siapa orang yang berani bertaruh demikian, yang menjadikan Tuhan segalanya dalam hidupnya? Menjadikan Tuhan segalanya dalam hidup, artinya Tuhan menjadi tujuan satu-satunya, kebahagiaan satu-satunya, harta kekayaan satu-satunya, objek pengabdian, penyembahan satu-satunya.

Tetapi harus diberi catatan, bahwa Tuhan itu tidak egois, Ia tidak merampas hidup kita sehingga kita tidak memiliki kebahagiaan atau kesenangan. Kita manusia, kita bukan hewan atau makhluk ciptaan yang lain. Kita manusia yang membutuhkan bersosialisasi dengan manusia lain, yang bisa menikmati seni, yang membutuhkan istirahat, yang membutuhkan teman hidup. Sebab, manusia tidak baik seorang diri. Manusia yang bisa memiliki keturunan dan memiliki hubungan mesra dengan keluarga, dan seterusnya. Tentu Tuhan tahu hal itu. Tetapi bagi orang yang menjadikan Tuhan segalanya, sekalipun Tuhan tidak memberikan semua itu kepadanya, dia tidak akan menuntut.

Abraham menjadikan Allah segalanya dalam hidup ini. Memang tidak tersurat di dalam Alkitab, tetapi tindakan Abraham, perilakunya, dinamika hidupnya menunjukkan bahwa Abraham menjadikan Tuhan segalanya. Yang kemudian, kita sebagai anak-anak Abraham secara iman, mesti memiliki iman seperti Abraham. Jadi pengertian kalimat “dibenarkan oleh iman” itu tidak sederhana. Selama ini begitu disederhanakan, “dibenarkan oleh iman” itu artinya bukan karena perbuatan baik, maka orang selamat masuk surga, melainkan karena percaya Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat, maka dibenarkan. Orang yang dibenarkan adalah orang yang menjadikan Tuhan segalanya dalam hidup, menjadi manusia yang berkualitas, yang layak masuk istana Allah Bapa.

Roma 3:28 mencatat, “Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena melakukan hukum Taurat.” Roma 4:2, “Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah.” Tentu pengertian ‘perbuatan’ di sini adalah perbuatan berdasarkan Taurat. Kehidupan Abraham tidak berdasarkan Taurat. Gaya hidup Abraham adalah gaya hidup yang tidak dikenal oleh bangsa Israel. Sebab, bangsa Israel dipandu oleh hukum Taurat. Dan apa yang dilakukan oleh bangsa Israel berdasarkan hukum Taurat itu merupakan usaha untuk dibenarkan. Lalu Paulus menulis bahwa dibenarkan itu bukan karena melakukan hukum Taurat, melainkan karena iman.

Kita tentu ingat bagaimana Zakheus memberi separuh hartanya kepada orang miskin dan sekiranya ada orang pernah dia peras, dia kembalikan empat kali lipat. Otomatis dia bisa menjadi miskin. Tetapi Yesus berkata, “Keselamatan terjadi atas rumah ini, karena dia juga adalah anak Abraham.” Tindakan Zakheus tersebut adalah tindakan yang menunjukkan bahwa Tuhan segalanya di dalam hidupnya. Dalam kitab Yakobus, kita menemukan lagi kalimat “Abraham dibenarkan bukan karena imannya, tapi karena perbuatan.” Sejujurnya, hal itu bisa mengacaukan pikiran kita kalau kita tidak melihat konteksnya. Abraham dibenarkan bukan karena sekadar meyakini sesuatu, namun karena melakukan sesuatu berdasarkan yang dia yakini. Hidup Abraham dirampas, direnggut oleh ketaatan dan kepatuhannya kepada Allah. Abraham harus keluar dari Ur-Kasdim, ke negeri yang Allah akan tunjukkan. Dan Abraham pergi.

Ketika ada masa paceklik, Abraham tidak pulang ke Ur-Kasdim. Dia lebih memilih ke Mesir, di mana dia harus mempertaruhkan nyawanya dan nyawa istrinya. Tapi dia lebih taat kepada Allah daripada menyelamatkan keluarganya. Abraham akan memiliki anak, menurut janji Allah, sebanyak bintang di langit dan pasir di laut. Tetapi Abraham harus menunggunya selama seperempat abad, dan ia tidak meragukan Allah. Ketika Abraham sudah punya anak, lalu Allah memerintahkan dia untuk menyembelih anaknya sebagai korban bakaran. Kitab suci berkata, “Abraham percaya bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang mati.” Padahal sebagai korban bakaran, anaknya harus dipotong-potong, berarti tidak mungkin hidup lagi. Tapi percayanya Abraham, luar biasa. Allah itu bagi Abraham segalanya. Ingat, iman Abraham harus kita miliki. Artinya, bahwa kita harus menjadikan Tuhan segalanya. Siapkah kita?

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

Orang yang dibenarkan adalah orang yang menjadikan Tuhan segalanya dalam hidup, menjadi manusia yang berkualitas, yang layak masuk istana Allah Bapa.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 Oktober 2024
2024-10-03 05:36:00

Matius 3
Markus 1
Lukas 3

Card image
Truth Kids 02 Oktober 2024 - JANJI HARUS DITEPATI
2024-10-02 19:59:25


Amsal 20:25
”Suatu jerat bagi manusia ialah kalau ia tanpa berpikir mengatakan "Kudus," dan baru menimbang-nimbang sesudah bernazar.”

Sobat Kids, kira-kira apa yang kalian rasa jika mama papa berjanji mengajak jalan-jalan tetapi tidak jadi? Wah, pasti rasanya sedih, kesal, kecewa, bahkan mungkin ada beberapa Sobat Kids yang menangis. Jika sebuah janji yang tidak ditepati bisa berdampak seperti itu, berarti janji itu adalah sesuatu yang penting, Sobat Kids. Kita tidak boleh membuat janji sembarangan. Dan jangan pula jika sudah membuat janji, kita seenaknya membatalkan atau tidak menepatinya. Bukan hanya akan menyakiti hati orang lain, tetapi juga membuat diri kita tidak bisa dipercaya.

Bagaimana rasanya jika kalian menjadi orang yang dianggap tukang bohong atau suka memberi janji palsu? Tentu tidak enak, bukan? Maka dari itu, kita harus sadar betul bahwa janji itu tidak main-main. Kita harus berusaha untuk menepati janji yang sudah kita ucapkan. Kenapa? Tentu kita mau menjadi pribadi yang dipercaya oleh orang lain. Ingat, ya, kalau berjanji harus ditepati.

Card image
Truth Junior 02 Oktober 2024 - SETIA MENEPATI JANJI
2024-10-02 19:56:21


Amsal 20:25
”Suatu jerat bagi manusia ialah kalau ia tanpa berpikir mengatakan "Kudus," dan baru menimbang-nimbang sesudah bernazar.”_

Hai, Sobat Junior! Pernahkah kalian membuat janji kepada seseorang? Mungkin kalian pernah berjanji membantu teman dengan pekerjaan rumahnya atau berjanji kepada orang tua untuk menyelesaikan tugas sebelum bermain. Apakah kalian selalu menepati janji itu?

Amsal 20:25 mengajarkan kita untuk berhati-hati dalam membuat janji. Jangan terburu-buru berjanji jika kita belum benar-benar memikirkannya. Ketika kita membuat janji, kita harus berusaha sebaik mungkin untuk menepatinya. Mengingkari janji bukan hanya membuat orang lain kecewa, tetapi juga menunjukkan bahwa kita kurang setia dan tidak bisa dipercaya.

Setia menepati janji adalah tanda bahwa kita memiliki integritas. Memiliki integritas berarti bisa dipercaya dan melakukan apa yang kita katakan. Tuhan sangat menghargai orang yang setia dan jujur. Ketika kita menepati janji kita, kita menunjukkan kepada orang lain bahwa kita adalah anak Allah yang dapat diandalkan.

Jadi, sebelum kalian membuat janji, pikirkanlah dengan baik. Pastikan bahwa kalian benar-benar bisa menepatinya. Jika kalian sudah berjanji, lakukanlah segala yang kalian bisa untuk memenuhi janji itu. Dengan menepati janji, kita bukan hanya membuat orang lain bahagia, tetapi juga menyenangkan hati Tuhan.

Card image
Truth Youth 02 Oktober 2024 (English version) - ESTEEM NEEDS
2024-10-02 18:44:56


"This is what the LORD says: 'Cursed is the one who trusts in man, who depends on flesh for his strength and whose heart turns away from the LORD.'" (Jeremiah 17:5)

Humans have several primary needs. According to the famous psychologist Abraham Maslow, there are five basic needs for humans: physiological needs, the need for safety, the need for love and belonging, the need for esteem, and the need for self-actualization. These represent a hierarchy of human needs, showing the levels a person must meet to achieve greater well-being.

Out of these five levels of needs, if just one is unmet, a person may feel lacking, which often results in difficulty discovering their identity. This struggle to find one’s identity is common among young people and can lead to stress and depression.

The big question today is: Why do some people find it so hard to discover their identity without first gaining recognition from others? What we must understand is that proper recognition can foster enthusiasm and self-confidence. However, while recognition is important, if it is given improperly or inappropriately, it will ultimately be in vain.

This is why Jesus Christ, throughout His life, gave us the perfect example. He did not seek recognition from people but continuously strived to be acknowledged and pleasing in the eyes of His Father in heaven. As it is written in Matthew 3:17, “This is my Son, whom I love; with Him, I am well pleased.” For Jesus, the recognition of His Father was far more precious than anything the world could offer, because the will of the Father is above all.

w Therefore, the example of Jesus must be our motivation as believers in living our lives. We should not focus on seeking validation from the world, but on receiving the favor of the Father, which is the recognition we should long for. If we gain the Father’s favor, our lives will have an impact and be a blessing to many people; but if we neglect this, we will become stumbling blocks to others, because we are too busy seeking worldly recognition.

WHAT TO DO:
1. Read the Bible regularly, for it is in the Bible that God’s acknowledgment of who we truly are can be found.
2. Avoid compromising with sin just to gain recognition or acceptance from the world. This is a fatal mistake.
3. Be rooted, grow, and bear fruit in a spiritual community so you can have fellow companions in seeking the favor and recognition of God in our lives.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Malachi 1-4

Card image
Truth Youth 02 Oktober 2024 - ESTEEM NEEDS
2024-10-02 18:41:13


”Beginilah firman TUHAN: “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!” (Yeremia 17:5)

Manusia memiliki beberapa hal yang menjadi kebutuhan utamanya. Menurut seorang ahli psikologi terkenal yakni Abraham Maslow, ada lima kebutuhan mendasar bagi manusia yakni: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Semua ini menggambarkan hierarki atau tingkatan kebutuhan manusia untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.

Dari kelima tingkatan kebutuhan pada manusia di atas, jika salah satu saja tidak terpenuhi maka cenderung manusia akan mengalami rasa kekurangan dalam dirinya, yang tidak jarang akhirnya mengakibatkan sulitnya menemukan jati diri pada manusia tersebut. Keadaan jati diri yang sulit ditemukan seperti demikian banyak terjadi di usia muda, yang tidak jarang membuat mereka stress dan depresi.

Menjadi pertanyaan besar saat ini, mengapa beberapa orang merasa sulit untuk menemukan jati diri tanpa mendapatkan dahulu pengakuan dari orang lain? Hal yang harus kita mengerti bersama yakni pemberian pengakuan secara tepat akan menumbuhkan semangat dan kepercayan diri. Akan tetapi, sekalipun pengakuan itu penting, tapi ketika tidak diberikan secara tepat atau tidak pada tempatnya, maka akan berujung sia-sia.

Itu sebabnya Tuhan Yesus dalam perjalanan hidup-Nya, memberikan contoh keteladanan yang sempurna. Ia memang tidak mencari pengakuan dari manusia, namun terus berjuang untuk diakui serta berkenan dipandangan Bapa di surga. Itu sebabnya ada tertulis, dalam Matius 3:17, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada- Nyalah Aku berkenan.” Bagi Tuhan Yesus, pengakuan dari Bapa-Nya jauh lebih mulia dari apa yang dunia tawarkan, karena kehendak Bapa di atas segalanya.

Maka keteladanan dari Tuhan Yesus harus menjadi motivasi kita sebagai orang percaya dalam menjalani kehidupan. Kita tidak berfokus pada validasi dari dunia, namun mendapat perkenanan Bapa dalam kehidupan ini itulah pengakuan yang kita harus rindukan. Sebab jika kita mendapat perkenanan Bapa, pasti hidup kita akan berdampak dan menjadi berkat bagi banyak orang; sementara jika kita mengabaikan hal ini, kita akan menjadi batu sandungan bagi orang lain, karena sibuk dengan mencari pengakuan.

WHAT TO DO:

1.Bacalah Alkitab senantiasa. Sebab di dalam Alkitablah pengakuan dari Tuhan atas siapa kita sebenarnya.
2.Hindari bersikap kompromi dengan dosa, hanya agar dapat diakui atau diterima oleh dunia. Ini sebuah kesalahan fatal.
3.Tertanam, bertumbuh dan berbuah di dalam komunitas rohani, agar memiliki teman seperjuangan untuk mendapat pekenanan serta pengakuan dari Tuhan bagi kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Maleakhi 1-4

Card image
Renungan Pagi - 02 Oktober 2024
2024-10-02 18:36:45


Seseorang yang mau mengalami pertumbuhan rohani, harus mau berubah dan belajar untuk melakukan kehendak Bapa, yang sama artinya dengan menanggalkan manusia lama yang akan menemui kebinasaan dengan nafsunya yang menyesatkan.

Kita tidak boleh lagi melihat ke belakang, sebab hal itu akan membuat langkah hidup kerohanian berhenti atau jalan ditempat, seperti istri Lot yang menjadi tiang garam, maju tidak bisa, mundur pun tidak bisa, hanya diam di tempat.

"Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya."

Marilah belajar menanggalkan manusia lama kita dan mengenakan manusia baru yang telah diciptakan menurut kehendak Allah didalam kebenaran.
(Efesus 4:21-24)

Card image
Quote Of The Day - 02 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-02 17:54:23


Abraham dibenarkan bukan karena apa yang dia yakini, melainkan karena dia melakukan apa yang dia yakini tersebut.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 02 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-02 17:52:30


Kalau karakter, watak, dinamika hidup kita masih dinamika hidup anak dunia, maka kita tidak bisa sefrekuensi dengan Tuhan, tidak bisa diperdamaikan.

Card image
TODAY, LATER, AND FOREVER - 02 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-02 17:49:59


Serving God's heart is more important than serving His works. Therefore, we must first sit quietly at the feet of the Lord before going out to organize events, preach, lead worship, lead prayer, and others. Servants of God, remember this: it is not about serving the church's works first, but serving His feelings. For that, let us come to God and ask, "Is there something in me that disturbs Your heart, Lord?" Perhaps hidden pride, impure motives, worldly desires, or pleasures that God Himself does not take joy in, are still present. This means we are not walking with God.

The Bible clearly says in 1 Corinthians 6:19-20, "You are not your own." Grace does not change our character, but it changes our status. It means that once we were not children, but now we are. Once we were unrighteous in the sight of God, but now we are justified. That is a change. But are we truly in a state of righteousness? That is another matter. So, when the Bible says, "Be reconciled to God," it is not just about becoming a Christian. For if our character, disposition, and life's dynamics are still those of the world, we cannot be on the same frequency as God, we cannot be reconciled.

We only live once and have been bought with a price that was fully paid, so we now belong to the Lord; everything we have belongs to Him. And God is serious about possessing us by sealing us with the Holy Spirit, who will guide us to all truth. So, we must not live carelessly anymore, but must walk according to the Spirit. In life, we are allowed to experience many trials, but in those trials, we must remain in harmony with the Holy Spirit. Achieving harmony with the Holy Spirit is not easy. God wants to teach us now, but we must dare to deny ourselves. For changing our life's dynamics takes time and seriousness.

Today, let us make the right decisions and choices.Don't be afraid to make a promise. Perhaps doubts exist in our hearts, but let us drown those doubts. We only live once, so why not choose Him? Why not trust Him completely? We want to live holy lives, making Him the only joy and happiness in our lives. We want to serve Him alone, becoming the Father's favorite child. For that, we must force and condition ourselves to truly please God. Surely, the Holy Spirit will help us. If we only give half-hearted efforts and hope to be spiritual and holy Christians, it won’t work. The Bible says, "Your enemy has 20,000, you only have 10,000. Do not fear. If you give Me your 10,000, I will make you win."

But if we do not offer the 10,000, how can we win? What are we afraid of? In this matter, we must be determined, because if we are not determined, we will never be able to. The monster of our self is wicked, even extremely wicked, and we must subdue and destroy it. As a servant of God, we must dare to say, "Lord, I offer myself as a sacrifice on Your altar so that I can present You in the midst of the congregation, because if I do not die, You cannot live in me." The true Christian, the standard is only Jesus. To to achieve that, we must give all our lives, all our hearts, and all our strength. Do not be afraid of anything, because our body is the temple of the Holy Spirit, and within us is the Holy of Holies (1 Corinthians 6:19-20, "Do you not know that your body is the temple of the Holy Spirit, and that you are not your own? The Holy Spirit who lives in you, you have from God, and you are not your own.")

A true Christian is a Christian whose body is the temple of God, and in it there is the most holy place. Today is a day of revival for those of us who want to repent. A true Christian is someone who can say, "Today, later, and forever, I am Yours." Being a lover of God is extraordinary, more than having the whole world's wealth, more than anything else. Living as a lover of God, that is enough for us. And God knows, when we love Him, God feels that love. Then we are certainly protected, and every name we love is also protected. If our circumstances today are in disarray, difficult in various aspects, be calm, because we remain under God's control. Moreover, if we are His lovers, we will certainly be perfectly cared for by God. Because God certainly distinguishes between those who are faithful and those who are unfaithful.

A TRUE CHRISTIAN IS SOMEONE WHO CAN SAY, "TODAY, LATER, AND FOREVER, I AM YOURS."

Card image
HARI INI, NANTI, DAN SELAMANYA - 02 Oktober 2024
2024-10-02 17:47:36


Melayani perasaan Tuhan itu lebih penting daripada melayani pekerjaan-Nya. Maka, kita harus duduk diam di kaki Tuhan, baru kita turun ke lapangan untuk mengatur organisasi, berkhotbah, memimpin puji-pujian, memimpin doa, dan lainnya. Para hamba Tuhan, ingat ini, bukan melayani pekerjaan gereja dulu, melainkan melayani perasaan-Nya. Untuk itu, mari kita datang kepada Tuhan dan bertanya, "Apakah ada sesuatu dalam diriku yang mengganggu hati-Mu, Tuhan?" Mungkin masih tersimpan kesombongan terselubung, motif yang tidak murni, keinginan dunia, kegemaran yang sebenarnya Tuhan tidak ikut menikmati kegemaran itu, yang mana hal itu berarti kita tidak berjalan bersama dengan Tuhan.

Jelas Alkitab berkata dalam 1 Korintus 6:19-20, "Kamu bukan milik kamu sendiri." Anugerah tidak mengubah karakter kita, tapi mengubah status kita, artinya dulu kita bukanlah anak, sekarang menjadi anak. Dulu orang yang tidak benar di mata Allah, sekarang kita dibenarkan. Itu perubahan. Tetapi apakah kita benar-benar berkeadaan benar? Itu hal yang lain. Jadi, kalau Alkitab berkata, "Beri dirimu diperdamaikan dengan Allah," bukan hanya menjadi orang Kristen. Sebab kalau karakter, watak, dinamika hidup kita masih dinamika hidup anak dunia, maka kita tidak bisa sefrekuensi dengan Tuhan, tidak bisa diperdamaikan.

Kita hidup hanya satu kali dan sudah dibeli dengan harga yang lunas dibayar, maka kita menjadi milik Tuhan; semua yang kita miliki adalah milik Tuhan. Dan Tuhan serius untuk memiliki kita dengan memeteraikan kita dengan Roh Kudus, yang akan menuntun kita kepada seluruh kebenaran. Maka, kita tidak boleh sembarangan hidup lagi, tapi harus berjalan menurut Roh. Dalam kehidupan, kita diizinkan mengalami banyak pencobaan, tetapi dalam pencobaan itu kita harus seirama dengan Roh Kudus. Dan untuk punya seirama dengan Roh Kudus itu tidak gampang. Sekarang Tuhan mau mengajari kita, tapi kita harus berani menyangkal diri. Sebab untuk mengubah dinamika hidup kita, perlu waktu dan keseriusan.

Hari ini kita akan mengambil keputusan dan pilihan yang benar. Jangan takut untuk berjanji. Mungkin dalam hati kita punya keraguan, tapi mari kita tenggelamkan keraguan itu. Hidup hanya satu kali, lalu kenapa kita tidak memilih Dia? Kenapa kita tidak memercayai Dia sepenuhnya? Kita mau hidup suci, menjadikan Dia sebagai satu-satunya kesukaan dan kebahagiaan hidup kita. Dan kita hanya mau melayani Dia, menjadi anak kesukaan Bapa. Untuk itu, kita harus memaksa dan mengondisi diri kita untuk bisa sungguh-sungguh menyenangkan Tuhan. Pasti Roh Kudus menolong kita. Kalau kita hanya setengah-setengah, lalu kita berharap jadi orang Kristen yang rohani dan suci, tidak bisa. Alkitab berkata, “Musuhmu 20.000, kamu cuma punya 10.000. Jangan takut 10.000 kasih kepada-Ku, maka Kubuat kau menang.”

Tapi kalau yang 10.000 tidak kita berikan, bagaimana kita bisa menang? Kenapa takut kita? Dalam hal ini, kita harus nekat, sebab kalau tidak nekat, kita tidak akan pernah bisa. Monster diri kita ini jahat, bahkan sangat jahat, maka kita harus taklukkan dan kita bunuh. Kalau bagi seorang hamba Tuhan, mesti berani berkata, "Tuhan, aku jadikan diriku sembelihan di mezbah-Mu, supaya aku bisa menghadirkan Engkau di tengah jemaat, karena kalau aku tidak mati, Engkau tidak bisa hidup di dalam diriku." Kristen sejati itu, standarnya hanya Yesus. Dan untuk mencapai itu, kita harus memberikan segenap hidup, segenap hati, dan segenap kekuatan kita. Jangan takut apa pun. Sebab tubuh kita adalah bait Roh Kudus, di dalam diri kita ada ruang maha suci (1 Kor. 6:19-20, "Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu bait Roh Kudus, bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Roh Kudus yang diam di dalam kamu, yang kamu peroleh dari Allah, dan kamu bukan milik kamu sendiri.”)

Orang Kristen sejati adalah orang Kristen yang tubuhnya menjadi bait Allah, dan di dalamnya ada ruang maha suci. Hari ini menjadi hari kebangunan rohani bagi kita yang mau bertobat. Orang Kristen sejati adalah orang yang bisa berkata, "Hari ini, nanti, dan selamanya, aku milik-Mu.” Menjadi kekasih Tuhan itu luar biasa, lebih dari memiliki harta seluruh dunia, lebih dari apa pun. Hidup menjadi kekasih Tuhan, itu cukup bagi kita. Dan Tuhan tahu, ketika kita mengasihi Dia, Tuhan merasakan cinta itu. Maka kita pasti dilindungi, dan setiap nama yang kita cintai juga dilindungi. Kalau keadaan kita hari ini porak-poranda, sulit dalam berbagai aspek, tenanglah, sebab kita tetap berada dalam kontrol Tuhan. Apalagi kalau kita adalah kekasih-Nya, kita pasti dipelihara Tuhan sempurna. Sebab Tuhan pasti membedakan orang yang setia dan yang tidak setia.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG KRISTEN SEJATI ADALAH ORANG YANG BISA BERKATA: “HARI INI, NANTI, DAN SELAMANYA, AKU MILIK-MU.”

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 Oktober 2024
2024-10-02 17:41:53

Matius 2

Card image
Truth Kids 01 Oktober 2024 - SETIA SEPERTI HACHIKO
2024-10-01 19:15:14


Mazmur 37:3
”Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia.”

Sobat Kids, apakah kamu pernah mendengar kisah seekor anjing bernama Hachiko? Hachiko adalah seekor anjing yang setia. Dia selalu menjemput tuannya pulang kerja di stasiun kereta pada sore hari. Suatu hari, tuannya sakit parah setelah bekerja hingga meninggal dunia. Hachiko yang tidak menemukan tuannya pulang, tetap setia menunggu di stasiun kereta. Bukan hanya sehari, dua hari dia menunggu di sana, melainkan selama bertahun-tahun sampai Hachiko tua dan meninggal di stasiun itu. Semua orang yang sering melihat Hachiko menunggu tuannya di stasiun itu menjadi saksi kesetiaan seekor anjing kepada tuannya.

Jika seekor anjing saja bisa setia seperti itu pada tuannya, apalagi kita, Sobat Kids. Kita memiliki keadaan yang lebih baik daripada seekor anjing. Kita juga memiliki Tuan yang tidak akan pernah meninggalkan kita, yaitu Tuhan Yesus. Jadi, mari kita belajar setia kepada Tuhan. Tetaplah berdoa dalam keadaan apa pun. Tetaplah percaya bahwa Tuhan ada dan hadir dalam kehidupan kita.

Card image
Truth Junior 01 Oktober 2024 - SELALU BERDOA DAN PERCAYA TUHAN
2024-10-01 19:14:10


Mazmur 37:3
”Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia.”

Sobat Junior, pernahkah kalian merasa khawatir atau takut tentang sesuatu? Mungkin kalian akan menghadapi ujian di sekolah atau merasa sedih ketika temanmu tidak mau bermain bersamamu. Tahukah kalian bahwa Tuhan selalu bersama dengan kita? Tuhan menginginkan kita untuk selalu berdoa dan percaya kepada-Nya dalam segala hal, loh, Sobat Junior.

Ketika kita berdoa, artinya kita sedang berbicara dengan Bapa. Bapa senang mendengar suara kita setiap hari. Dia adalah Bapa yang selalu siap mendengarkan dan membantu kita. Jika kita percaya kepada-Nya dan berdoa dengan sungguh-sungguh, maka Ia akan memberikan ketenangan dalam hati kita dan membantu kita menghadapi segala tantangan.

Selain berdoa, Allah Bapa juga menginginkan kita untuk selalu berbuat baik. Saat kita berbuat baik kepada orang lain, kita menunjukkan bahwa kita percaya kepada Tuhan. Tuhan melihat setiap perbuatan baik kita, dan Dia sangat senang ketika kita membantu orang lain dengan tulus.

Jadi, mari kita selalu berdoa setiap hari, percaya kepada Tuhan dalam segala hal, dan tetap setia melakukan yang baik, ya, Sobat Junior. Dengan begitu, kita akan merasakan damai dan sukacita dari Tuhan di dalam hati kita.

Card image
Truth Youth 01 Oktober 2024 (English Version) - CRUCIAL
2024-10-01 19:05:42


"So what now: am I seeking the approval of men or of God? Am I trying to please men? If I were still trying to please men, I would not be a servant of Christ." (Galatians 1:10)

The condition of teenagers and young people today is increasingly concerning. It cannot be denied that social environments have become less protective, ultimately affecting emotions, behavior, and increasing the inability to accept oneself. This is marked by many who feel uncomfortable with themselves, feel disrespected by others, and even experience mental disorders.

At this stage, teenagers and young people like us should be focusing on self-development that will be beneficial in the future, and on understanding ourselves as part of the need to be accepted in the social environment. We all know that this stage is very vulnerable due to its difficult and challenging transitional nature.

The ability to accept and love oneself is one crucial aspect for teenagers and young people, as it helps to direct life toward the calling God has prepared for each person. Some things that can be done to accept oneself include letting go of the past, forgiving oneself, appreciating one’s own abilities, and thinking in accordance with the truth of God's Word.

However, as Christians, our perspective on self-acceptance must be correct. Accepting oneself does not mean indulging in every desire or doing everything that leads to self-centeredness. The concept of self-acceptance is not something negative—in fact, God sees us as valuable and commands us to love others as we love ourselves.

Therefore, understanding the mindset of being able to accept oneself is not wrong, as long as it is not for selfish purposes, but instead is motivated by the good of many and for finding God's calling within ourselves. Thus, the lives of teenagers and young people in the Lord must be able to accept themselves as God accepts us as His beloved.

WHAT TO DO:
1. Change negative thoughts about yourself.
2. Embrace God's thoughts about us, which are that we are valuable and deeply loved by Him.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Zechariah 11-14

Card image
Truth Youth 01 Oktober 2024 - CRUCIAL
2024-10-01 19:03:37


”Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.” (Galatia 1:10)

Kondisi remaja dan pemuda saat ini semakin tidak baik-baik saja, sebab tidak bisa dipungkiri bahwa kian kemari lingkungan sosial makin minim protektif yang pada akhirnya mempengaruhi emosi dan perilaku serta peningkatan terhadap ketidakmampuan menerima diri sendiri. Hal ini ditandai banyak dari adanya beberapa orang tidak nyaman dengan dirinya sendiri, merasa tidak dihormati orang lain, dan sampai yang mengalami gangguan pada mental.

Pada fase ini seharusnya remaja dan pemuda seperti kita sedang fokus kepada pengembangan diri yang bermanfaat di masa yang akan datang dan masa seseorang mengenal dirinya sebagai kebutuhan untuk bisa diterima sebagai bagian dari lingkungan sosial. Kita tahu bersama bahwa fase ini menjadi sangat rentan karena dalam posisi transisi yang sulit dan tidak mudah.

Kemampuan untuk menerima dan mencintai diri sendiri adalah salah satu aspek yang krusial bagi remaja dan pemuda, sebab hal ini akan membantu hidup lebih terarah kepada panggilan yang Tuhan siapkan bagi setiap orang. Hal yang dapat dilakukan untuk bisa menerima diri sendiri yakni melupakan masa lalu, memaafkan diri sendiri, menghargai kemampuan diri, dan berpikir sesuai kebenaran firman Tuhan.

Namun, sebagai orang Kristen sudut pandang kita tentang menerima diri sendiri haruslah tepat. Menerima diri sendiri bukanlah berarti memenuhi diri dengan segala keinginan atau melakukan segala sesuatu yang mengakibatkan timbulnya egosentris. Konsep menerima diri sendiri memang bukanlah sesuatu yang negatif, bahkan Allah saja melihat diri kita berharga dan memerintahkan untuk mengasihi orang lain seperti mengasihi diri sendiri.

Oleh karena itu, memahami pemikiran untuk mampu menerima diri sendiri bukanlah sesuatu yang salah, asalkan bukan untuk kepentingan diri sendiri melainkan motivasinya dilakukan untuk kebaikan banyak orang serta untuk menemukan panggilan Tuhan dalam diri. Sehingga kehidupan remaja dan pemuda di dalam Tuhan harus mampu menerima diri sendiri sebagaimana Tuhan menerima diri kita sebagai manusia yang dikasihi-Nya.

WHAT TO DO:
1.Ubah pikiran negatif tentang diri sendiri
2.Kenakan pikiran Tuhan bagi diri kita, yakni kita berharga dan sangat dikasihi-Nya

BIBLE MARATHON:
▪︎ Zakharia 11-14

Card image
Renungan Pagi - 01 Oktober 2024
2024-10-01 18:57:42


Banyak orang percaya berpikir bahwa tidak akan mungkin sempurna seperti Bapa di Surga, tetapi Tuhan Yesus tentu tidak sembarang mengatakan sesuatu yang tidak dapat kita penuhi. Kalau DIA menyatakan itu, maka pasti bisa menjadi sempurna, Firman Tuhan berkata, untuk menjadi sempurna ternyata dimulai dari mengendalikan "perkataan" kita.

"Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya."

Jadi mulailah dengan memperbaiki perkataan, lidah harus menjadi sumber berkat, artinya perkataan lidah harus menjadi kesaksian bagi orang lain, membawa damai sejahtera, menyatakan kasih Kristus kepada banyak orang.
(Yakobus 3:2)

Card image
Quote Of The Day - 01 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-01 18:53:45


Kristen sejati cirinya cuma satu: menjadi serupa dengan Kristus.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 01 Oktober 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-10-01 18:52:26


Kristen sejati cirinya cuma satu: menjadi serupa dengan Kristus.

Card image
LIFE ONLY HAPPENS ONCE - 01 Oktober 2024 (English Version)
2024-10-01 18:50:37


The phrase, "Remember! Life only happens once," is something we have certainly heard before-even often. We must not make the wrong choice. The mistake of choosing a mate is fatal. The mistake of choosing an idol is even more fatal. So we must not take this one thing lightly. In prayer we repeatedly say the sentence, "I choose You, Lord. I want to truly believe in You and not doubt You at all. I choose to live without blemish, without flaw. I choose to be perfect like the Father. I choose to live only for Your pleasure. I choose to be Your favorite child. I choose to serve Your feelings. Not just serving church work, but serving Your feelings, second by second, minute by minute, hour by hour, day by day. Living only to please the Father in heaven. Like a fragrant flower, like a symphony that sounds melodious."

The sentence "Remember! You only live once" becomes not simple when we are faced with the choice: God or not. The powers of darkness maneuver, twist, and try to lead human lives with the principle "Anything But God" (ABG)-it could be ourselves, or anything else-but we have to choose. However, to have God and be owned by God, the price is our entire life. If we look at the life of the nation of Israel, they still lived with a focus on fulfilling physical needs as their life's orientation. While they enjoyed the world and all its facilities, they worshiped the God of Israel, or Elohim of Israel. As long as they lived in obedience, God granted them prosperity, abundant harvests, victory over enemies, health, and protection from all epidemics and pandemics; this is the standard life of religious people in general. They fought to maintain the land of Canaan, the land God promised to Abraham and his descendants.

But for believers, it's different. We are also descendants of Abraham in faith, whom the Bible refers to as spiritual Israel. The Kingdom of God is not about food and drink, but about righteousness, peace, and joy in the Holy Spirit. Our homeland, our promised land, is not on this Earth, but in the new heaven and new earth. Our holy city is not Jerusalem, but the New Jerusalem. For us, the principle applies: "As long as there is food and clothing, that is enough;" "For me, to live is Christ, not anything else, and to die is gain, because when we die, we cease from all labor, and death becomes the ladder to meet the One we love, the Lord Jesus Christ."

Christianity that many Christians adhere to today is a Christianity that has declined. It is a Christianity that has been devalued, not pure or original Christianity, but one that has been modified. Throughout history, many compromises and adjustments, or conformity with the world, have occurred-this is not true Christianity. True Christianity has only one characteristic: becoming like Christ. Anything less than that is fake. Genuine Christianity has a divine nature like the Father-it must be perfect, and anything less is not Christianity. Having a lot of theological knowledge is not the foundation for us to navigate the world as children of God. There is something lacking, and that is an adequate encounter with God. As we grow older, real encounters with God must happen more frequently.

In Matthew 6:24, the Lord said, "You cannot serve two masters." All for the Lord or nothing at all. In another verse, the Lord also said, "Love the Lord your God with all your heart, all your soul, all your mind, and all your strength." It is no longer about how much we give to the Lord, but whether there is still something left over that we hold on to. And for those who have already become too self-possessed, they will not be able to go through this, unless they are willing to cry out to the Lord to show them His way. At times like that, we realize how great and glorious God is, which we often consider cheap. Honestly, we often give crumbs, we do not see God's measure, but make our own measure; our eyes, we close to the word 'all,' because we have our own percentage. We do not honor God properly.

The problem is, we are used to having the dynamics of false Christianity, the dynamics of Christianity that are not actually the pure Christianity that God wants. So, we must dare to say, "What am I still lacking, Lord? Is there a part of my life that I’m still holding onto? Are there pleasures in my heart that make You jealous, and You consider me as unfaithful?" Don't let it be that later in front of God, God says, "I don't know you." God feels and He knows how serious we are with Him, how much we love Him.

THE SENTENCE "REMEMBER! YOU ONLY LIVE ONCE" BECOMES NOT SIMPLE WHEN WE ARE FACED WITH THE CHOICE OF GOD OR NOT.

Card image
HIDUP HANYA SATU KALI - 01 Oktober 2024
2024-10-01 18:48:56


Kalimat, "Ingat! Hidup ini hanya satu kali” tentu sudah pernah—bahkan sering—kita dengar. Kita tidak boleh salah memilih. Kesalahan memilih jodoh itu, fatal. Kesalahan memilih sembahan, lebih fatal lagi. Maka kita tidak boleh anggap remeh untuk satu hal ini. Dalam doa berulang-ulang kita mengucapkan kalimat, "Aku memilih Engkau, Tuhan. Aku mau sungguh-sungguh percaya kepada-Mu dan tidak meragukan Engkau sama sekali. Aku memilih hidup tidak bercacat, tidak bercela. Aku memilih menjadi sempurna seperti Bapa. Aku memilih hidup hanya untuk kesukaan-Mu. Aku memilih menjadi anak kesukaan-Mu. Aku memilih melayani perasaan-Mu. Bukan sekadar melayani pekerjaan gereja, melainkan melayani perasaan-Mu, detik per detik, menit ke menit, jam ke jam, hari ke hari. Hidup hanya menjadi kesukaan hati Bapa di surga. Bak bunga yang berbau harum, ibarat simfoni yang terdengar merdu.” HIDUP HANYA SATU KALI Kalimat "Ingat! Hidup hanya satu kali" menjadi tidak sederhana ketika kita diperhadapkan kepada pilihan: Tuhan atau bukan. Kuasa kegelapan bermanuver, terus menggeliat, bergerak membawa hidup manusia dengan prinsip ABT (Asal Bukan Tuhan)—bisa diri kita sendiri, bisa apa pun—padahal kita harus memilih. Namun, untuk memiliki Tuhan dan dimiliki Tuhan, harganya adalah seluruh hidup kita. Kalau kita melihat kehidupan bangsa Israel, mereka masih hidup dalam fokus pemenuhan kebutuhan jasmani sebagai orientasi hidupnya. Sementara mereka menikmati dunia dengan segala fasilitasnya, mereka beribadah kepada Allah Israel atau Elohim Israel. Dan selama mereka hidup di dalam ketaatan, Allah memberikan mereka kemakmuran, panen raya yang baik, menang atas musuh-musuh, kesehatan dan menghalau semua epidemi dan pandemi penyakit; itulah standar hidup pada umumnya orang beragama. Mereka mempertahankan Tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan Allah kepada Abraham untuk keturunannya.

Tetapi, bagi orang percaya, tidaklah demikian. Kita juga keturunan Abraham di dalam iman, yang Alkitab katakan sebagai Israel rohani. Kerajaan Allah bukan soal makan dan minum, melainkan kebenaran, damai sejahtera, sukacita oleh Roh Kudus. Tanah air kita, tanah perjanjian kita bukan di Bumi ini, tetapi di langit baru bumi baru. Kota suci kita bukan Yerusalem, melainkan Yerusalem baru. Bagi kita berlaku prinsip: “Asal ada makanan, pakaian cukup;” “Bagiku hidup adalah Kristus, bukan apa pun, dan mati adalah keuntungan, karena ketika mati, kita berhenti dari setiap kelelahan, dan kematian merupakan tangga untuk menjumpai yang kita kasihi, Tuhan Yesus Kristus.”

Kekristenan yang dianut banyak orang Kristen hari ini adalah kekristenan yang telah mengalami kemerosotan. Kristen yang mengalami devaluasi, bukan Kristen yang murni, yang orisinal, melainkan Kristen yang telah dimodifikasi. Dalam perjalanan sejarah, terjadi banyak kompromi dan penyesuaian atau konformisme dengan dunia, bukan kekristenan yang sejati. Sebab, Kristen sejati cirinya cuma satu: menjadi serupa dengan Kristus. Kurang dari itu, palsu. Kekristenan yang sejati itu berkodrat ilahi seperti Bapa, must be perfect, kurang dari itu, bukan Kristen. Banyaknya ilmu teologi, bukan menjadi modal atau landasan hidup dalam kita berselancar di dunia sebagai seorang anak Allah. Ada yang kurang, yaitu perjumpaan dengan Tuhan yang memadai. Semakin berumur, perjumpaan dengan Tuhan secara riil harus semakin berlangsung.

Dalam Matius 6:24, Tuhan berkata, "Kamu tak dapat mengabdi kepada dua tuan.” Segenapnya untuk Tuhan atau tidak usah sama sekali. Di ayat lain, Tuhan juga berkata, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan kekuatan.” Bukan lagi berbicara berapa banyak yang kita berikan untuk Tuhan, melainkan apakah masih ada sisa yang kita genggam. Dan bagi orang yang sudah telanjur jauh memiliki dirinya sendiri, ia tidak akan sanggup menjalani ini, kecuali ia mau meratap kepada Tuhan untuk menunjukkan jalan-Nya. Di saat seperti itu, baru kita sadar betapa agung dan mulianya Tuhan, yang sering kita anggap murahan. Sejujurnya, kita sering memberi remah-remah, kita tidak melihat ukuran Tuhan, tapi membuat ukuran sendiri; mata kita, kita tutup terhadap kata ‘segenap,’ karena kita punya persentase sendiri. Kita tidak menghormati Tuhan secara pantas.

Masalahnya, kita sudah biasa memiliki dinamika kekristenan palsu, dinamika kekristenan yang sebenarnya bukan kekristenan murni yang Tuhan inginkan. Maka, kita mesti berani berkata, "Kurang apa lagi, Tuhan? Apakah ada bagian hidupku yang masih kupertahankan? Apakah ada kesenangan-kesenangan dalam diriku yang membuat Engkau cemburu, dan Engkau memandang aku tidak setia?” Jangan sampai nanti di hadapan Tuhan, Tuhan berkata, "Aku tidak kenal kamu." Tuhan merasa dan Ia tahu seberapa kita serius dengan-Nya, seberapa kita mengasihi Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALIMAT "INGAT! HIDUP HANYA SATU KALI" MENJADI TIDAK SEDERHANA KETIKA KITA DIPERHADAPKAN KEPADA PILIHAN TUHAN ATAU BUKAN.

Card image
Truth Kids 30 September 2024 - DAFTAR KEBAIKAN
2024-09-30 18:41:36


Lukas 3:11

”Jawabnya: "Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian.”

Sudah sebulan ini kita membahas tentang buah Roh kebaikan. Kebaikan yang Tuhan mau kita lakukan tentu kebaikan yang sesuai dengan firman Tuhan, bukan hanya kebaikan menurut orang lain. Keinginan untuk berbuat baik timbul dari hati yang mengasihi Tuhan. Ketika melihat orang yang mengalami kesusahan, hati kita tergerak untuk membantu. Ketika ada teman yang merasa sedih, kita perlu menghibur dan mengajaknya berdoa.

Sobat Kids, kebaikan apa saja yang sudah kalian lakukan di bulan ini? Kalian bisa memulainya dengan hal-hal kecil yang bisa dilakukan di rumah. Membereskan mainan, merapikan tempat tidur sehabis bangun, membawakan minum untuk papa sepulang dari kantor, dan masih banyak lainnya.

Kalian bisa diskusi dengan orang tua. Buatlah daftar kebaikan yang ingin kalian lakukan selanjutnya. Bukan bermaksud untuk mendapatkan pujian atau menjadi sombong, tetapi kita tidak berhenti sampai hari ini saja saat membahas tentang buah Roh kebaikan. Kita mau terus mempraktikkan buah Roh kebaikan sampai Tuhan Yesus datang yang kedua kalinya. Semangat, Sobat Kids!

Card image
Truth Junior 30 September 2024 - CIRI KHAS
2024-09-30 18:39:48


Lukas 3:11
”Jawabnya: "Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian.”

Sobat Junior, kita sudah tiba di hari terakhir di bulan ini. Sebulan ini kita sudah belajar mengenai buah Roh kebaikan. Banyak hal yang telah kita pelajari dari hari pertama. Apakah kalian sudah mulai mempraktikkan buah Roh kebaikan dalam kehidupan sehari-hari kalian?

Ingatlah bahwa kebaikan yang dimaksud dalam buah Roh ini lebih dari sekadar tindakan baik secara umum. Standar kita adalah kebaikan yang telah dicontohkan oleh Tuhan Yesus sendiri. Kebaikan kita juga didasari oleh kasih yang berasal dari Tuhan Yesus. Sebagaimana Tuhan Yesus mengasihi kita, maka kita juga mau mengasihi orang lain.

Coba pikirkan kebaikan yang Sobat Junior dapat lakukan setiap harinya. Jangan karena bulan ini kita sudah selesai membahas buah Roh kebaikan, kalian langsung stop berbuat kebaikan. Kita mau menjadikan kebaikan sebagai ciri khas diri kita yang akan kita lakukan setiap hari, di mana pun kita berada. Selamat berjuang, Sobat Junior!

Card image
Truth Youth 30 September 2024 (English Version) - LIGHTHOUSE
2024-09-30 18:36:22


"You are the light of the world. A town built on a hill cannot be hidden." (Matthew 5:14)

Friends, do you know about lighthouses? Imagine a lighthouse standing tall on the edge of a coastline. This lighthouse emits a bright light, helping ships find their way through the dark night and fierce storms. The lighthouse serves as a guide and provides safety for sailors. Similarly, we are called to be a light that guides and gives hope to a world that is often dark and full of challenges. However, to shine brightly, we need to have a source of strength and peace within us. One of the best ways to gain strength and peace is through prayer. Prayer is a means given by God to calm ourselves, gain wisdom, and strengthen our relationship with Him. When we pray regularly, we open ourselves to be filled with God's love and peace, allowing us to be a lighthouse for others.

The importance of regular prayer cannot be understated. Prayer helps us stay focused on God amidst all the busyness and worries of life. Through consistent prayer, we can strengthen our faith, receive guidance in making decisions, and find peace in difficult times. Regular prayer also builds positive habits in our lives, making us more attuned to God's voice and better prepared to follow His calling. Just as a lighthouse stands firm amid storms, prayer provides stability and tranquility in our lives. When we pray, we connect with the true Source of light, which then shines through us, illuminating the world around us. So, let us pray regularly and maintain our relationship with God. Through prayer, we can gain a peace that surpasses all understanding and become a beacon of love and hope to the world. By being a lighthouse for others, we fulfill our calling as the light of the world, as God desires.

WHAT TO DO:
1. Be diligent in praying daily.
2. Be a light and source of peace for others.

BIBLE MARATHON:
- Zechariah 6-10

Card image
Truth Youth 30 September 2024 - LIGHTHOUSE
2024-09-30 18:02:23


”Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.” (Matius 5:14)

Teman-teman tahukah kalian tentang mercusuar? Bayangkan sebuah mercusuar yang berdiri tegak di tepi pantai. Mercusuar tersebut memancarkan cahaya yang terang, membantu kapal-kapal menemukan jalan mereka di tengah malam yang gelap dan badai yang ganas. Mercusuar ini berfungsi sebagai penunjuk arah dan memberikan rasa aman bagi para pelaut. Seperti mercusuar, kita juga dipanggil untuk menjadi cahaya yang menuntun dan memberikan harapan kepada dunia yang sering kali gelap dan penuh tantangan. Namun, untuk bisa memancarkan cahaya yang terang, maka kita perlu memiliki sumber kekuatan dan kedamaian dalam diri kita. Salah satu cara terbaik untuk memperoleh kekuatan dan kedamaian adalah melalui doa. Doa adalah sarana yang Tuhan berikan untuk menenangkan diri, mendapatkan hikmat, dan memperkuat hubungan kita dengan-Nya. Ketika kita rutin berdoa, berarti kita membuka diri kita untuk dipenuhi oleh kasih dan damai sejahtera dari Tuhan, sehingga kita bisa menjadi mercusuar bagi orang lain.

Pentingnya doa rutin tidak bisa diremehkan. Doa membantu kita menjaga fokus pada Tuhan di tengah segala kesibukan dan kekhawatiran hidup. Dengan doa yang konsisten, kita bisa memperkuat iman kita, mendapatkan panduan dalam membuat keputusan, dan menemukan ketenangan di saat-saat sulit. Doa rutin juga membangun kebiasaan positif dalam hidup kita, yang membuat kita lebih peka terhadap suara Tuhan dan lebih siap untuk menjalani panggilan-Nya. Seperti mercusuar yang berdiri kokoh di tengah badai, doa juga memberikan kestabilan dan ketenangan dalam hidup kita. Ketika kita berdoa, kita terhubung dengan Sumber Cahaya sejati, yaitu Tuhan sendiri. Cahaya ini yang kemudian memancar melalui kita, memberikan terang bagi dunia di sekitar kita. Jadi, mari kita rutin berdoa dan menjaga hubungan kita dengan Tuhan. Dengan doa, kita bisa memperoleh kedamaian yang melampaui segala akal, dan menjadi terang yang memancarkan kasih dan harapan kepada dunia. Dengan menjadi mercusuar bagi orang lain, maka kita menjalankan panggilan kita sebagai terang dunia, seperti yang Tuhan kehendaki.

WHAT TO DO:
1.Rajin berdoa setiap hari
2.Menjadi terang dan sumber kedamaian bagi orang-orang lain

BIBLE MARATHON:
▪︎ Zakharia 6-10

Card image
Renungan Pagi - 30 September 2024
2024-09-30 17:54:25


Orang malas selalu ingin mengambil jalan pintas, selalu ingin mendapatkan untung sebesar-besarnya tanpa berjuang, selalu ingin cepat menjadi kaya, tetapi tidak mau bekerja. Orang yang malas seperti itu tidak layak untuk dihormati dan dikasihani. Orang yang layak dihormati adalah orang yang mau bekerja keras dan berjuang, entah itu dalam keluarga, ditempat kerja atau dalam pelayanan.

"Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan, si pemalas dibunuh oleh keinginannya, karena tangannya enggan bekerja." Janganlah menjadi pemalas, karena hidup seorang pemalas penuh dengan kegagalan, tapi orang yang mau bekerja keras dan berjuang akan melihat kebaikan Tuhan dinyatakan dalam hidupnya.
(Amsal 13:4; Amsal 21:25)

Card image
Quote Of The Day - 30 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-30 17:52:45


Cari Tuhan sampai kita bisa melihat senyum-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 30 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-30 17:51:21


Waktu adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada setiap manusia, dan bagaimana kita menggunakannya sangat menentukan perjalanan rohani kita.

Card image
HOSTAGING ONESELF - 30 September 2024 (English Version)
2024-09-30 17:48:59


In fact, ministry is hard because it changes the structure of a person's life components. Not just holding meetings. The hard part is how to touch each person who attends so that they change. The structure of the components is continuously formed, until finally they are able to do the will of the Father. That is why Christian repentance is a change of mind. In the Old Testament and most religions, repentance means turning away from doing evil, breaking the law of the Torah, and changing to following the law; from worshiping foreign gods to returning to worshiping YAHWEH. But in Christianity, repentance is a change of mind, not a one-time act-there is a daily change of mind (metanoia).

A true Christian becomes increasingly paranoid, day by day more paranoid, experiencing shifts and deviations in thinking. We cannot think the same as the world, meaning we must think differently. Of course, this takes time until our direction is straight. Have we reached the level of paranoia? We must continually strive to reach this state because elements of paganism still exist within us. Therefore, every day we must feed on the true Word, because the Word of God says, “Man shall not live by bread alone, but by every word that proceeds from the mouth of God.” Don't think you're already good enough-remember, only the sick need a doctor.

The opportunity to change oneself is incredibly valuable. The chance to help others improve is equally remarkable. Many of our desires are misguided. The true standard for a correct component structure is Jesus. If we are not like Jesus, then something is wrong with our Christianity. We are not yet perfect, which is why every day we must bring ourselves before the Father: "Father, is there still something wrong in me? Which part is mistaken, Lord?"

The Bible says, "If you say you abide in Him, you ought to live just as He lives." We take ourselves hostage with our words and promises to God. Life only happens once, and it is short. Therefore, deal with God. God is alive and must be experienced. There is no other way to meet God except that we must make time every day to meet God to be in His presence. If not, we will not meet God. There must be time for that. It is not easy for us to meet the Governor, let alone the President. But we can meet the God of the universe at any time. We hold space and time to encounter Him. There’s no need for protocol, because Jesus already fulfilled that requirement on the cross.

So now let's try to change our way of thinking. We are not like animals, who live today and die tomorrow—that’s the end. We are eternal beings, designed not to die. We are eternal creatures, designed not to die. But because humans are damaged, of course humans with damaged component structures, cannot enjoy His creation to the fullest. So God created a new heaven and a new earth, and He restores humanity. That is why the first pillar of our church is holiness. This has the same meaning as the repaired component structure; then the second, a new heaven and a new earth. Don't make God a sideline, a supplement, but make God everything. And the third, responsibility.

We are the ones who must take responsibility for changing our own fate, do not wait for a good time, because a good time has been given. This is our responsibility. It is up to us to wriggle to change our way of thinking through reading the Bible, listening to sermons, coming to pray. We must map out the days of our lives, because time is a gift that cannot be bought. In a single day, what do we want to accomplish? We map it out, and every day as God gives us a new canvas of the day, God includes His blessings of formation to improve the structure of our thoughts and feelings components. Now it depends on how people respond.

Indeed, we have to work, do business, take care of the household, and so on. But first meet God. Then all the events that occur will be tools in God's hands to change the structure of our components. We must dare to change, and it is us who must change ourselves. Improved by us making a map of our life journey every day. Remember, God cannot have us because we still have ourselves. When the structure of our components does not match the structure of Jesus' components, it means that we definitely still possess ourselves. We are still wild.

So, Jesus is said to be the firstborn among many brothers. As parents, we must not increase the population of hell. Parents must inherit a good component structure that children can see. Because we have the Word, and we can bring God into our homes and be role models. That is an eternal legacy. There is no better legacy than this.

WE TAKE OURSELVES HOSTAGE WITH OUR WORDS AND PROMISES TO GOD.

Card image
SANDERA DIRI - 30 September 2024
2024-09-30 17:47:05


Sejatinya, pelayanan itu berat karena mengubah struktur komponen hidup seseorang. Bukan hanya menyelenggarakan pertemuan. Yang sulit adalah bagaimana menyentuh setiap orang yang hadir sehingga mereka berubah. Struktur komponennya dibentuk terus, sampai akhirnya mereka bisa melakukan kehendak Bapa. Itulah sebabnya pertobatan Kristen adalah perubahan pikiran. Kalau di Perjanjian Lama dan agama-agama pada umumnya, yang namanya bertobat itu berbalik dari berbuat jahat, melanggar hukum Taurat, berubah jadi melakukan hukum; dari menyembah dewa-dewa asing lalu kembali menyembah YAHWEH. Tapi dalam kekristenan, bertobat adalah perubahan pikiran, jadi tidak satu kali, setiap hari ada perubahan pikiran (metanoia).

Orang Kristen yang benar itu jadi paranoid, makin hari makin paranoid, perubahan, penyimpangan pikiran. Kita tidak boleh berpikir sama seperti dunia, artinya berpikir beda. Tentu perlu waktu, sampai jurusan kita lurus. Apakah kita sudah sampai tingkat paranoid? Kita harus berjuang terus untuk sampai paranoid karena unsur-unsur kafir itu masih ada di dalam diri kita ini. Maka, setiap hari harus makan firman yang benar karena firman Tuhan katakan, “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Jangan merasa sudah baik, ingat, hanya orang sakit yang butuh tabib.

Kesempatan mengubah diri itu mahal sekali. Kesempatan memperbaiki orang lain juga luar biasa. Selera kita banyak yang salah. Standar struktur komponen yang benar itu Yesus. Tidak seperti Yesus, berarti salah kekristenan kita. Kita memang belum sempurna, maka setiap hari terus membawa diri ke hadapan Bapa: "Bapa, masih ada yang salahkah aku? Bagian mana yang keliru, Tuhan?"

Alkitab berkata, "Kalau kamu berkata engkau tinggal dalam Dia, kamu wajib hidup sama seperti Dia hidup." Kita sandera diri kita dengan ucapan dan janji kita kepada Allah. Hidup cuma sekali dan singkat. Maka, berurusanlah dengan Tuhan. Tuhan itu hidup dan harus dialami. Tidak ada cara lain menjumpai Tuhan selain kita harus memberi waktu setiap hari menghadap Tuhan. Kalau tidak begitu, kita tidak akan bertemu Tuhan. Harus ada waktu untuk itu. Untuk kita dapat menjumpai Bapak Gubernur tidak mudah, apalagi Bapak Presiden. Tapi kita bisa menjumpai Allah semesta alam setiap saat. Kita menggelar ruang waktu untuk menjumpai Dia. Tidak perlu protokoler, sebab protokolernya telah diselesaikan Yesus di kayu salib.

Jadi sekarang coba kita ubah cara berpikir kita. Kita bukan binatang, sebab binatang hari ini hidup, besok mati, selesai. Kita adalah makhluk kekal, yang dirancang tidak mati. Tapi karena manusia rusak, tentu manusia dengan kerusakan struktur komponennya, maka tidak bisa menikmati maksimal ciptaan-Nya. Maka Allah menciptakan langit baru bumi baru, dan manusianya diperbaiki. Itulah sebabnya pilar gereja kita ini yang pertama, kesucian. Ini sama maksudnya dengan struktur komponen yang diperbaiki; lalu yang kedua, langit baru bumi baru. Jangan menjadikan Tuhan itu sambilan, suplemen, tapi jadikan Tuhan itu segalanya. Dan yang ketiga, tanggung jawab.

Kita yang harus mengubah nasib diri kita sendiri, jangan tunggu waktu yang baik, karena waktu yang baik sudah diberikan. Ini tanggung jawab kita. Tinggal bagaimana kita menggeliat mengubah cara berpikir kita lewat membaca Alkitab, mendengar khotbah, datang berdoa. Kita harus memetakan hari hidup kita, karena waktu adalah anugerah yang tidak bisa dibeli. Dalam satu hari, apa yang kita mau lakukan? Kita petakan, dan setiap hari begitu Tuhan memberikan kita satu lembar kanvas hari yang baru, Tuhan menyertakan berkat pembentukan-Nya untuk memperbaiki struktur komponen pikiran dan perasaan kita. Sekarang tergantung bagaimana orang merespons.

Memang kita harus kerja, bisnis, mengurus rumah tangga, dan lainnya. Tapi berjumpa dulu dengan Tuhan. Lalu semua peristiwa yang terjadi akan menjadi alat dalam tangan Tuhan mengubah struktur komponen kita. Kita harus berani untuk berubah, dan kita yang harus mengubah diri sendiri. Diperbaiki dengan kita membuat peta perjalanan hidup kita tiap hari. Ingat, Tuhan tidak bisa memiliki kita sebab kita masih memiliki diri sendiri. Ketika struktur komponen kita belum sesuai dengan struktur komponen Yesus, berarti kita pasti masih memiliki diri kita sendiri. Kita masih liar.

Maka, Yesus dikatakan yang sulung di antara banyak saudara. Sebagai orang tua, kita jangan menambah penduduk neraka. Orang tua harus mewariskan sebuah struktur komponen yang baik yang anak-anak bisa lihat. Karena kita punya firman, dan kita bisa menghadirkan Tuhan di rumah dan menjadi teladan. Itu warisan yang kekal. Tidak ada warisan yang lebih baik dari ini.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA SANDERA DIRI KITA DENGAN UCAPAN DAN JANJI KITA KEPADA ALLAH.

Card image
Truth Kids 29 September 2024 - MEMBERI DENGAN SUKACITA
2024-09-29 09:54:36


Matius 6:3-4
”Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”

Sobat Kids, dalam Alkitab dikisahkan tentang pemberian seorang ibu. Ia hanya memberikan dua keping uang sebagai persembahan. Sedangkan orang kaya lainnya memberikan persembahan dengan jumlah yang jauh lebih banyak daripada ibu tadi. Ternyata, Tuhan Yesus berkata pemberian dua keping dari seorang ibu ini jauh lebih banyak dari orang kaya. Tuhan tidak melihat dari jumlah persembahan yang diberikan. Tuhan melihat hati kita saat memberi, Sobat Kids. Secara jumlah uang, memang orang kaya tadi memberikan jumlah yang lebih banyak, tetapi ia juga menyisakan jumlah yang lebih banyak di rumahnya. Sedangkan ibu tadi memberikan seluruh harta yang ia miliki. Itulah sebabnya Tuhan berkata ibu itu memberikan lebih banyak daripada orang kaya.

Saat kita diberikan uang persembahan, kita harus memberikan semua uang yang sudah disiapkan papa mama. Ini mengajarkan kita untuk mengembalikan berkat yang kita terima dari Tuhan. Semua yang kita miliki berasal dari Tuhan. Jadi, sebenarnya Tuhanlah yang memiliki semua harta kita, Sobat Kids. Saat memberi, ingatlah untuk memberi dengan sukacita.

Card image
Truth Junior 29 September 2024 - PEMBERIAN TERBAIK
2024-09-29 09:52:59


Matius 6:3-4
”Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”

Siapa yang senang pelajaran matematika? Tidak perlu menjadi juara untuk mengetahui jumlah uang yang lebih banyak. Tentu semua Sobat Junior tahu bahwa satu juta rupiah jauh lebih banyak daripada seratus ribu rupiah. Namun, Tuhan Yesus mempunyai sudut pandang yang berbeda, Sobat Junior.

Saat seorang janda hanya memberikan dua keping uang sebagai persembahannya, Tuhan berkata ia memberikan lebih banyak daripada persembahan orang kaya. Orang-orang kaya yang juga datang ke Bait Allah memberikan persembahan. Mereka memberikan persembahan jauh lebih banyak dari dua keping uang. Mengapa demikian? Karena kekayaan yang dimiliki orang kaya itu sangat banyak. Walaupun orang kaya itu telah memberikan persembahan yang banyak, harta yang mereka sisakan untuk diri mereka masih banyak. Sedangkan, janda itu memberikan semua uang yang ia miliki.

Sobat Junior, saat kita memberikan persembahan, baik itu jumlahnya banyak ataupun sedikit, kita harus memberikannya dengan sukacita. Kita tidak perlu pamer jika memberikan banyak, dan tidak perlu malu jika sekarang ini hanya dapat memberikan sedikit. Tuhan melihat hati kita. Ketulusan dalam memberi menunjukkan kebaikan dan kemurahan hati kita. Berilah yang terbaik, Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 29 September 2024 (English Version) - KINTSUGI
2024-09-29 09:50:55


"Do not conform to the pattern of this world, but be transformed by the renewing of your mind. Then you will be able to test and approve what God’s will is—His good, pleasing, and perfect will." (Romans 12:2)

Friends, do you know about Kintsugi? Kintsugi is a Japanese art form where broken clay objects are repaired using gold. For example, if a clay bowl or vase breaks, an artist will collect the pieces, reassemble them into their original shape, and use melted gold to bond the cracks of the bowl or vase. The result is a bowl or vase with golden details surrounding it, creating a beauty that wasn’t there before. The art of Kintsugi carries its own philosophy. The philosophy behind Kintsugi reflects the view that cracks and repairs are part of an object’s history and should not be hidden. It’s a form of accepting imperfections and changes as part of life. Kintsugi teaches that broken objects still have value and can become more beautiful because of their damage and repair.

Friends, in our lives, we will inevitably face bitter and tragic moments. Even if those moments haven’t happened yet, sometimes the anticipation of them can weigh us down with fear and anxiety, ultimately shattering our spirits. Relationships with those around us can sometimes hurt us, leaving us traumatized and afraid to interact with others again. All of this can, and perhaps has, happened to you, breaking you down. But friends, no matter how devastating the tragedy that breaks you, remember that the same hands that gently formed us in our mother’s womb are stronger and more powerful. No matter how severe our destruction, in the hands of our Father God, we can be reshaped more beautifully than before. What hurts us and wounds us will not leave us broken, but instead will make us stronger and more beautiful, with Him as our Kintsugi artist, the one who reshapes us believers. Therefore, friends, we must be willing to allow God’s hands to reshape us so that we do not conform to this world, which is broken by sin. In the end, we will become a beautiful vessel, worthy of the Holy Spirit’s presence, and thus we will know the will of the Father and be perfect in His eyes.

WHAT TO DO:
Allow God to reshape our lives when we are broken.

BIBLE MARATHON:
- Zechariah 1-5

Card image
Truth Youth 29 September 2024 - KINTSUGI
2024-09-29 09:48:44


”Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2)

Teman-teman tahukah kalian tentang Kintsugi? Kintsugi adalah seni dari Jepang, di mana seseorang memperbaiki barang-barang dari tanah liat yang pecah, menggunakan emas. Misalnya ada mangkuk atau vas bunga yang terbuat dari tanah liat yang pecah, maka seorang seniman akan mengumpulkan pecahan-pecahan dari benda tersebut, menyusunnya kembali ke bentuknya yang awal, dan menggunakan emas lelehan untuk menjadi perekat yang menempelkan retakan-retakan dari mangkuk atau vas tersebut. Hasilnya adalah sebuah mangkuk atau vas yang memiliki detail emas yang mengelilinginya dan memberikan keindahan yang sebelumnya tidak ada. Seni dari _Kintsugi_ sendiri memiliki filosofinya. Filosofi di balik Kintsugi mencerminkan pandangan bahwa keretakan dan perbaikan adalah bagian dari sejarah suatu objek dan tidak boleh disembunyikan. Ini adalah bentuk dari penerimaan ketidaksempurnaan dan perubahan sebagai bagian dari kehidupan. _Kintsugi_ mengajarkan bahwa benda-benda yang rusak masih memiliki nilai dan bisa menjadi lebih indah karena kerusakan dan perbaikannya.

Teman-teman, dalam hidup kita, pastilah kita akan menemukan suatu momen yang pahit dan tragis. Jika momen itu belum terjadi pun, terkadang antisipasi akan momen itu membuat kita tertekan dengan rasa takut dan khawatir, yang pada akhirnya bisa meremukkan jiwa kita. Hubungan relasi dengan orang-orang di sekitar kita, kadang membuat kita tersakiti, dan membuat kita trauma untuk berinteraksi dengan sesama kita lagi. Semua ini bisa, dan mungkin saja sudah teman-teman alami, dan menghancurkan teman-teman. Tetapi teman-teman, seberapa hebatnya tragedi yang menghancurkan kalian, ingatlah tangan Tuhan yang dengan lembut membentuk kita saat kita berada dalam kandungan ibu, adalah tangan yang lebih kuat dan hebat. Separah apa pun kehancuran kita, di dalam tangan Allah Bapa kita, maka kita bisa dibentuk ulang lebih indah daripada sebelumnya. Apa yang menyakiti kita, apa yang melukai kita, tidak akan membuat kita tetap hancur, tapi justru akan membuat kita lebih kuat dan lebih indah lagi, bersama dengan-Nya, seniman Kintsugi kita orang percaya. Maka itu teman-teman, kita harus mau mengizinkan tangan Tuhan membentuk kita kembali, agar kita tidak sama dengan dunia yang hancur akan dosa ini. Pada akhirnya kita akan menjadi bejana yang indah, yang layak bagi Roh Kudus untuk hinggapi, dan dengan demikian kita menjadi tahu akan kehendak Bapa, dan menjadi sempurna di mata-Nya.

WHAT TO DO:
Izinkan Tuhan membentuk hidup kita, saat kita hancur.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Zakharia 1-5

Card image
Renungan Pagi - 29 September 2024
2024-09-29 09:40:04


Alkitab menyebutkan bahwa lawan kita, Iblis, seperti singa yang berjalan keliling sambil mengaum-aum mencari orang yang dapat ditelannya. "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya."

Dan orang percaya yang lengah, tidak berjaga-jaga akan menjadi "santapan empuk" yang akan ditelan oleh iblis. Itulah sebabnya, kita perlu sadar dan berjaga-jaga setiap waktu, jangan tertidur dan terlena, sehingga mudah ditelan oleh iblis yang selalu mencobai dengan berbagai tawaran kesenangan dan kemudahan untuk berbuat dosa.

Jika kita sudah merasa nyaman dengan dosa, tidak lagi merasa perlu bertobat, itu artinya sudah ditelan oleh iblis. Sebab senjata iblis adalah "tipu muslihat", jika tidak berjaga dan berdoa, kita tidak akan dapat mengenali tipu muslihatnya telah menelan kita.

"Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah"*. Jadi, masihkah kita waspada, sadar dan berjaga-jaga terhadap tipu daya Iblis dan terus berdoa atau malahan sudah ditelannya?

Ingatlah bahwa kehidupan orang percaya senantiasa berada dalam incaran tipu muslihat Iblis. Oleh karenanya, jangan pernah mengendorkan kewaspadaan dan tetap berdoa memohon perlindungan dan penjagaan Tuhan, yang memang sangat kita perlukan agar hidup sepenuhnya aman dan tidak menjadi "santapan" Iblis.
(Markus 14:38; 1 Petrus 5:8)

Card image
Quote Of The Day - 29 September 2024 - (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-29 09:37:30


Semakin kita menghayati kesucian Allah, kita makin menyadari betapa rusaknya kita dulu dan sekarang masih saja ada unsur-unsur kerusakan yang masih kita lakukan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran 29 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-29 09:36:06


Kita yang harus mengubah nasib diri kita sendiri, jangan tunggu waktu yang baik, karena waktu yang baik sudah diberikan.

Card image
STRUCTURE OF COMPONENTS - 29 September 2024 (English Version)
2024-09-29 09:18:33


Just like a vehicle, the structure of our components must be correct because it determines the direction we take. A faulty or broken structure in someone’s life will inevitably lead them in the wrong direction. But if our components are properly structured, they will guide us to the right path. The structure of our components is in our thoughts and feelings. This is what is referred to in the Bible as tselem. God has thoughts and feelings, and of course, God’s tselem is perfect so it is impossible for God to make mistakes because His tselem is perfect. Humans were created to have tselem like Him. That is why the word of the LORD says, "Let us sharpen." In the original text, to "sharpen" means dressing up (fashion) so that humans possess tselem and demuth.

.Demuth is the likeness of God. God was speaking to the heavenly hosts, specifically the seraphim and cherubim. Humans were designed to have the right structure of components so that they would be similar or like God in quality. When that is realized, they walk in alignment with God, and there, God finds delight or joy—having a being that is aligned with Him in thoughts and feelings. In every decision, they are always in sync with God. In essence, God wants to clone humans to have His thoughts and feelings, but this quality must be achieved through a process.

God said, "Do not eat from this tree, the tree of the knowledge of good and evil. If you eat from this tree, you will die. You are headed in the wrong direction." Therefore, understanding the tree of the knowledge of good and evil and the tree of life requires maturity. There are two types of trees: one with fruit consumed by the body, and the other with fruit consumed by the soul. Because the Israelites were a primitive people and slaves in Egypt for 430 years, they could not comprehend the deeper truths we know today. They only knew that obedience brought blessings, and disobedience brought curses. But when we look at it through the lens of New Testament truth, we must understand that these two trees represent two different inputs-one input that is not from God (the tree of the knowledge of good and evil) and the other input that is from God (the tree of life).

As the name implies-the tree of life-a person will live if they are in fellowship with God, because outside of God, there is no life. When they consume fruit not sourced from God, their minds are altered. But when the fruit comes from the tree of life, they will have life-not based on the standard of good or evil. In God’s design, the goal for humans is not to reach a standard of what is good or evil, no. The target is to have thoughts and feelings that are in line with God. So actually, the Ten Commandments would not have been necessary if humans had not fallen into sin. If humans had always been in alignment with God’s feelings, not only would they never break moral laws, but every action would be precise and accurate.

If the components are correct, then humans bear the glory of God, the morality of God's holiness. Now, we have been saved, which means we have the right structure of components-our thoughts and feelings have been repaired. That is why Paul says in 2 Corinthians 10:5, "We take captive every thought to make it obedient to Christ." God works in all things for good, and He also needs a medium, which is life events for those who love Him (Romans 8:28,29 And we know that in all things God works for the good of those who love him, who have been called according to his purpose. For those God foreknew he also predestined to be conformed to the image of his Son, that he might be the firstborn among many brothers and sisters). Not for everyone, but for those who love God. The church must present the presence of God, stinging, so the congregation can feel it and say, "I want to deal with God, I want to love God."

Therefore, this structure of components-our thoughts and feelings-must be renewed. As it says in Romans 12:2, we must experience a continuous renewal of the mind, because this is what sets us on the right path. Many people never seriously consider where their life is headed. They are just confident that when they die, they will go to heaven. The question is, how do we know if our component structure is damaged? Simple, pay attention to our tastes? Our taste in life shows the health of our component structure, because people who are constantly repairing their components will finally say, "You are the only one I want, Lord." (Whom have I in heaven but you? And earth has nothing I desire besides you - Psalm 73:5)

Many people do not understand, basically believe in Jesus, you are saved. In fact, the meaning of the word believe is to surrender oneself to the object of trust to be formed according to His will. To a certain extent we can feel that this world is not our home. It cannot be made up because it is our taste. In this way, we can truly love God, long to meet Him, and death will no longer be frightening.

THE STRUCTURE OF OUR COMPONENTS IS IN OUR THOUGHTS AND FEELINGS.

Card image
STRUKTUR KOMPONEN - 29 September 2024
2024-09-29 09:15:11


Ibarat kendaraan, struktur komponen kita itu harus benar sebab menentukan ke mana arah kita. Struktur komponen yang salah, yang rusak dalam kehidupan seseorang, pasti membawanya ke arah yang salah. Tetapi kalau struktur komponen kita benar, akan membawa kita ke arah yang benar. Struktur komponen kita ada di dalam pikiran dan perasaan kita. Itulah yang sebenarnya dikatakan di dalam Alkitab sebagai tselem. Allah memiliki pikiran dan perasaan. Tentu tselem-Nya Allah itu sempurna sehingga tidak mungkin Allah berbuat salah, tidak mungkin Allah berbuat salah karena tselem-Nya sempurna. Manusia diciptakan untuk memiliki tselem seperti Dia. Makanya firman TUHAN mengatakan, "Baiklah Kita mengasah." Dalam teks aslinya, mengasah artinya mendandani (fashion) agar manusia memiliki tselem dan demuth.  

Demuth adalah keserupaan dengan Allah. Allah berbicara kepada bala tentara, khususnya serafim dan kerubim. Manusia dirancang memiliki struktur komponen yang benar agar serupa atau berkualitas seperti Allah. Dan kalau itu terwujud, jalannya dengan Allah seiring, dan di situlah Allah memiliki kesukaan atau kebahagiaan, yaitu kalau memiliki makhluk yang seiring dengan Dia di dalam pikiran dan perasaan-Nya. Sehingga dalam semua keputusan selalu seiring dengan Allah. Manusia ini sebenarnya mau dikloning oleh Allah punya pikiran dan perasaan-Nya, tetapi kualitasnya harus lewat proses.

Tuhan berkata, "Jangan makan buah ini, buah pengetahuan tentang yang baik dan jahat. Kamu makan buah ini, mati kamu. Kamu ke jurusan yang salah." Karenanya dalam memahami pohon pengetahuan yang baik dan jahat dan pohon kehidupan, harus secara dewasa. Ada 2 jenis pohon, buah pohon yang dimakan oleh fisik dan buah pohon yang dimakan oleh jiwa. Karena bangsa Israel adalah bangsa primitif dan budak di Mesir selama 430 tahun, maka mereka tidak akan bisa memahami kebenaran yang mendalam seperti yang kita tahu sekarang. Mereka hanya tahu kalau taat berkat, tidak taat laknat. Tetapi kalau itu kita lihat dengan kacamata kebenaran umat Perjanjian Baru, kita harus memahami bahwa dua pohon tersebut menggambarkan satu input yang bukan dari Allah—yaitu pohon pengetahuan yang baik dan jahat—dan input yang dari Allah—yaitu pohon kehidupan.

Sebagaimana namanya—pohon kehidupan—maka seseorang akan hidup apabila ia ada dalam persekutuan dengan Allah, sebab di luar Allah tidak ada kehidupan. Mereka mengonsumsi buah yang bukan bersumber pada Allah, maka pikirannya berubah. Tapi kalau buah dari pohon kehidupan, mereka akan memiliki kehidupan, bukan standar baik atau jahat. Sebab dalam rancangan Allah, manusia bukan mencapai target apa yang baik atau yang jahat, tidak. Targetnya adalah sepikiran dan seperasaan dengan Allah. Maka sebenarnya 10 hukum yang diberikan itu tidak perlu kalau manusia tidak jatuh dalam dosa. Kalau manusia selalu seiring seperasaan dengan Allah, bukan saja tidak melanggar moral, melainkan setiap tindakannya presisi, tepat.

Jika komponennya benar, maka manusia punya kemuliaan Allah, moralitas kesucian Tuhan. Sekarang kita sudah diselamatkan, yang dalam hal ini artinya punya struktur komponen yang benar, pikiran perasaan yang sudah diperbaiki. Makanya Paulus dalam 2 Korintus 10:5 mengatakan, "Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus." Allah bekerja dalam segala hal mendatangkan kebaikan. Allah pun membutuhkan sarana, yaitu peristiwa hidup bagi orang yang mengasihi Dia. Tidak untuk semua orang, tapi bagi yang mengasihi Tuhan. Gereja harus menghadirkan hadirat Allah, menyengat, sehingga jemaat bisa merasakannya dan berkata, "Aku mau berurusan dengan Allah, aku mau mengasihi Allah."

Jadi struktur komponen ini, pikiran, perasaan kita harus dibarui. Karenanya di Roma 12:2 dikatakan bahwa kita harus mengalami pembaruan pikiran terus-menerus. Karena ini yang membuat arah kita benar. Banyak orang tidak pernah serius memikirkan ke mana arah hidupnya. Yakin saja kalau mati masuk surga. Pertanyaannya, bagaimana kita tahu kalau struktur komponen kita rusak? Sederhana, perhatikan apa selera kita? Selera hidup kita menunjukkan kesehatan struktur komponen kita, sebab orang yang diperbaiki terus komponennya akhirnya akan berkata, "Hanya Engkau yang kuingini, Tuhan."

Banyak orang tidak mengerti, pokoknya percaya Yesus, selamat. Padahal arti kata percaya adalah menyerahkan diri kepada objek yang dipercayai untuk dibentuk sesuai kehendak-Nya. Sampai tingkat tertentu kita bisa merasakan kalau dunia ini bukan rumah kita. Itu tidak bisa dibuat-buat karena itu adalah cita rasa kita. Dengan demikian kita bisa mencintai Tuhan, rindu bertemu dengan Tuhan, dan kematian pun jadi tidak menakutkan lagi.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

STRUKTUR KOMPONEN KITA ADA DI DALAM PIKIRAN DAN PERASAAN KITA.

Card image
Truth Kids 28 September 2024 - ACTION
2024-09-28 18:50:50


1 Yohanes 3:18
”Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.”

Ternyata ada kebaikan yang palsu, loh, Sobat Kids. Apakah maksudnya? Maksudnya kebaikan yang hanya sebatas kata-kata, tetapi tidak pernah dilakukan. Contohnya seseorang berkata akan membantu, tetapi ia tidak melakukannya. Hanya sebatas kata-kata saja.

Apakah kalian pernah seperti itu, Sobat Kids? Misalkan kalian berkata akan membereskan kamar sendiri, tetapi kalian tidak melakukannya. Hhmm, itu namanya bukan sebuah kebaikan ya, Sobat Kids.

Buah Roh kebaikan yang Tuhan ingin kita praktikkan adalah perbuatan kasih melalui tindakan nyata. Bukan hanya sekadar perkataan, melainkan benar-benar dilakukan dengan hati yang sukacita. Seperti ayat firman Tuhan yang kita baca hari ini, lakukan dengan perbuatan (action) dan dalam kebenaran. So, action!

Card image
Truth Junior 28 September 2024 - NATO
2024-09-28 18:45:27


1 Yohanes 3:18
”Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.”

NATO sebenarnya merupakan singkatan dari North Atlantic Treaty Organization. Sebuah organisasi militer dari 30 negara yang ada di benua Eropa dan Amerika Utara. Tujuan dari organisasi ini adalah menjaga keamanan dan kemerdekaan dari semua negara anggota di dalamnya. Namun, NATO yang ingin kita bahas hari ini berbeda, Sobat Junior.

NATO bisa juga dipelesetkan menjadi No Action Talk Only. Maksudnya hanya ngomong-ngomong saja, tetapi tidak ada tindakannya. Contohnya seseorang sering kali berbicara atau mengingatkan orang lain untuk belajar, tetapi ia sendiri tidak pernah belajar. Tidak ada action untuk belajar, hanya bicara saja (talk only). Bagaimana perasaan Sobat Junior jika menghadapi orang-orang yang seperti ini? Rasanya kesal, bukan? Lebih baik tidak perlu ngomong, tetapi langsung tunjukkan dalam tindakan.

Sobat Junior, ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk mengasihi dengan perbuatan bukan hanya dengan kata-kata. Kebaikan yang kita mau tunjukkan kepada orang lain bukan hanya kata-kata, tetapi aksi nyata, benar-benar ada action yang terlihat dan dapat dirasakan orang lain. So, Sobat Junior, jangan sampai kita NATO (no action talk only). Seharusnya kita sedikit bicara, tetapi perbuatan baik kita bisa dirasakan banyak orang.

Card image
Truth Youth 28 September 2024 (English Version) - EMOTIONAL SPEEDOMETER
2024-09-28 18:34:43


“The fear of the Lord is the beginning of wisdom, and knowledge of the Holy One is understanding.” (Proverbs 9:10)

Friends, have you ever seen a speedometer? A speedometer is a tool that measures the speed of a vehicle, like a car or a motorcycle. Its function is to measure the speed of the vehicle as it travels on the road. Why is it necessary to measure the speed of the vehicle? Because on every road where vehicles travel, there are speed limits that all vehicles must follow. Generally, these speed limits range from 30 km/h to 80 km/h, depending on whether the road is a residential area or a highway. Vehicles must not go faster than the speed limit to avoid collisions with other vehicles or objects ahead, and they also shouldn’t go too slowly, as they might be hit by vehicles behind them or disrupt the flow of traffic. Thus, the speedometer serves to inform the driver to maintain a stable speed, neither too fast nor too slow.

Friends, this illustration can be related to how we manage our emotions. Just like in the illustration, our emotions, if excessive or insufficient, can become something negative. If we’re too emotional, we won’t be able to respond to events or process interactions in a stable and correct manner. As a result, when we experience something, or someone does something to us that should be considered ordinary, we overreact. But if we lack emotion, we might be seen as cold, lacking empathy, and could end up being isolated by others. We need a speedometer that constantly reminds us and keeps us cautious as we navigate the roads of life. That speedometer is our God. Wherever we go, we need to invite and ensure that God is with us to remind us to maintain the stability of our emotions. Just like a driver who is cautious and watches the speedometer to avoid speeding or going too slow, so too the fear of the Lord is the beginning of wisdom in managing and understanding whether our emotions are good or not.

WHAT TO DO:
1. Seek and invite God to walk with us always.
2. Keep our emotions in balance, avoiding excess or deficiency.

BIBLE MARATHON:
- Haggai 1-2

Card image
Truth Youth 28 September 2024 - EMOTIONAL SPEEDOMETER
2024-09-28 18:30:47


”Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Maha Kudus adalah pengertian.” (Amsal 9:10)

Teman-teman pernahkah kalian melihat Speedometer? Speedometer adalah alat pengukur kecepatan yang terletak pada kendaraan seperti mobil dan motor. Fungsinya adalah untuk mengukur kecepatan kendaraan tersebut ketika mereka sedang melaju di jalan. Kenapa perlu kecepatan kendaraan tersebut diukur? Karena di setiap jalan di mana kendaraan melaju, pasti ada batasan kecepatan yang semua kendaraan di situ harus ikuti. Umumnya batas kecepatan itu adalah dari 30 Km/jam sampai 80 Km/jam, tergantung jenis jalannya apakah itu jalan perumahan, atau jalan tol. Kendaraan harus melaju tidak lebih cepat dari batas kecepatan agar tidak menabrak kendaraan atau benda-benda yang ada di depannya, dan kendaraan juga tidak boleh melaju lebih lambat dari batas kecepatan karena bisa saja ditabrak oleh kendaraan yang di belakangnya atau mengganggu laju jalannya barisan kendaraan di belakang. Maka dari itu, speedometer itu berfungsi untuk memberitahu pengendara agar menjaga kestabilan dari kecepatan suatu kendaraan agar kecepatannya tidak berlebih dan tidak kurang.

Teman-teman, ilustrasi ini bisa kita kaitkan dengan bagaimana kita mengelola emosi kita. Sama seperti ilustrasi tadi, emosi kita, jikalau berlebih atau kekurangan, bisa menjadi suatu hal yang negatif. Jika kita emosian, kita tidak akan bisa meresponi suatu kejadian atau memproses interaksi secara stabil dan benar. Sehingga, saat kita mengalami sesuatu, atau orang lain melakukan sesuatu kepada kita yang seharusnya dianggap biasa-biasa saja, kita justru bereaksi berlebihan. Tapi kalau kita kekurangan emosi, kita justru bisa dianggap orang dingin yang tidak memiliki empati dan justru dijauhi orang. Kita memerlukan speedometer yang selalu membuat kita was-was dan berhati-hati saat kita sedang melaju dalam jalan kehidupan kita. Speedometer itu adalah Tuhan kita. Ke mana pun kita melaju, kita harus mengundang dan memastikan bahwa Tuhan ada bersama kita untuk menjadi pengingat agar kita menjaga kestabilan emosi kita. Sama seperti seorang pengendara yang takut dan berhati-hati mengawasi speedometer nya agar ia tidak melaju kecepatan atau terlalu lambat, begitu pula takut akan Tuhan akan menjadi awal kita menerima kecerdasan dalam mengelola dan mengetahui apakah emosi kita adalah sesuatu yang baik atau tidak.

WHAT TO DO:
1.Mencari dan mengajak Tuhan berjalan bersama kita selalu
2.Menjaga emosi kita agar tidak berlebih atau kekurangan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hagai 1-2

Card image
Renungan Pagi - 28 September 2024
2024-09-28 18:19:37


Betapa baiknya menyadari bahwa kebutuhan terdalam kita adalah melekat kuat kepada Allah, Tuhan Sang Pemilik hidup. Dengan demikian kita akan mengejar Allah, mengiringi-Nya dekat-dekat, rindu untuk selalu bersama-Nya dan takut kehilangan Dia, serta merasa tidak berdaya tanpa Allah. Berupaya setia di dalam iman dengan senantiasa berharap kepada Tuhan sekalipun mengalami penderitaan, kesulitan, ancaman dan berbagai macam problematika kehidupan.

Bukan sekadar menginginkan berkat-Nya, namun karena kerinduan untuk selalu bersekutu dalam kasih dan kekudusan-Nya. "Apabila aku ingat kepada-Mu di tempat tidurku, merenungkan Engkau sepanjang kawal malam, —sungguh Engkau telah menjadi pertolonganku, dan dalam naungan sayap-Mu aku bersorak-sorai. Jiwaku melekat kepada-Mu, tangan kanan-Mu menopang aku."

Kita melekat pada Tuhan, bukan hanya sekedar melekat, sebab benalu pun melekat kuat pada batang-batang pohon yang ditempelinya, namun orang percaya melekat pada Bapa, bukan seperti benalu, kita melekat untuk bersekutu dengan Tuhan, sebagai bentuk kerinduan terdalam pada Tuhan dan mau memahami kehendak dan rencana-Nya, serta melakukan tepat sesuai apa yang diinginkan Tuhan, agar hati-Nya disenangkan.
(Mazmur 63:6-8)

Card image
Quote Of The Day - 28 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-28 18:17:25


Pelayanan sejati harus dimulai dari hidup pribadi yang menyenangkan hati Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 28 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-28 18:15:53


Tidak ada cara lain menjumpai Tuhan selain kita harus memberi waktu setiap hari menghadap Tuhan.

Card image
NOT HURTING - 28 September 2024 (English Version)
2024-09-28 18:05:22


If we are filled with God, then God's thoughts and feelings also fill us. Just as the Lord Jesus wept for souls, so too we today weep for souls. Church ministry is not just a religious activity to preserve a religion-in this case, Christianity-but must be an effort from people who have risked their lives. That is why service does not start from a certain amount of money, or from an organization and management system, but starts from a heart that is changed by God, a renewed heart that continues to process to become a man of God, so that he can live the beauty of fellowship with God, but can also understand how terrible it is to be separated from the presence of God.

So when Jesus said, "As the Father has sent me, I send you." it means that we can be trusted to be God's messengers. Which is not only capable of preaching, organizing, or having money for church ministry, but having a heart that loves souls like the Father in heaven, like the Lord Jesus. Here, we translate the feelings of our Lord into our own feelings. This is a choice; a choice that must start from the desire to be perfect like the Father or to become like Jesus. It does not begin with the desire to be a servant of God, or become a pastor, then we are happy to welcome people like that. Because ultimately, it creates individuals who only seek a living or who can earn a living without much hard work.

Especially for God's servants, begin with your longing, not serving God in the form of church activities, but serving God in the form of serving His feelings. Serve God's feelings through a life of holiness from minute to minute. Theological schools and Bible schools should focus on this. Otherwise, we will only produce scholars who seek to make a living, not to give life. People who are unwilling to sacrifice but live off of the sacrifices of others. So, how difficult it is to build a true theological school, which prepares people who can weep with the Lord Jesus. So, find the face of God and wear the face of God in your life, and only then can we weep for souls.

When we sacrifice-whether it is time, energy, thoughts, money-then we do not feel like we are sacrificing, but we feel like we are enjoying ourselves. This is like what Jesus did when He met the Samaritan woman at Jacob’s well near the city of Sychar in His weariness. When His disciples When His disciples said, "Lord, let us eat." Jesus replied, “I have food to eat that you know nothing about.” This unknown food is a soul that must be saved. Jesus was able to put aside His tiredness and hunger to meet that person. How wonderful it is to have such feelings. Don't we long to have a feeling like this? Ironically, many people are still far from it. They focus on careers, await high positions, and seek honor. They certainly cannot feel God's feelings. But when we grow to become men of God, having the mind and feelings of Christ, then we will certainly be burdened like Jesus, weeping for souls.

When we mature, then the Holy Spirit will definitely lead us to know what we should do for God's work without needing a challenge. We must have the awareness so that God’s work should not be built on a pastor’s request to gather money, but a sincere burden of loving God, so that our money shines like gold in the eyes of God. We pour out our blood and sweat for God’s work. Let’s start again, rise up from our mistakes. How honored we are to serve God. Remember, starting from our own salvation first, we must grow, must change, be able to live the beauty of fellowship with God and understand how terrible it is to be separated from God, so that we will fight to save souls. If we can save souls, how extraordinary, how priceless. But not many people have this burden.

What is the mark of someone who weeps for souls? If someone truly serves God, they certainly do not hurt anyone. If someone still likes to hurt others with words or attitudes, there must be something wrong. Even in ministry, there must be wrong motives in their life. So, if someone does not please God moment by moment, it is difficult for them to save souls. The knowledge of God, as experienced by each person, will transform his life similar to God, having God's thoughts and feelings, pleasing Him from moment to moment, until he brings souls before God. So, if all the wealth in the world were gathered, it would not exceed the value of a human soul. What is its value? Its value is the joy in God's heart.

Yet many people are swept away by the problems they face in life: complicated jobs, harsh bosses, inadequate salaries, and various other issues that cause them to overlook God’s feelings, or not care at all. That means we have gods, have idols: problems, work, ideals, ambitions, and various other pleasures. Why aren’t we swept away in God? Whatever our problems are, look to God. Ultimately we will surely become God's servants who save souls. And if we become God's servants who save souls, we become God's employees. And if we become God's employees, God will certainly care for us in a special way.

IF SOMEONE REALLY SERVES GOD, THEY SURELY DO NOT HURT ANYONE.

Card image
TIDAK MELUKAI - 28 September 2024
2024-09-28 18:02:57


Jika kita dipenuhi Allah, maka pikiran dan perasaan Allah juga memenuhi kita. Seperti Tuhan Yesus menangisi jiwa-jiwa, demikian pula kita hari ini menangisi jiwa-jiwa. Pelayanan gereja bukan sekadar kegiatan agamani yang melestarikan keagamaan—dalam hal ini agama Kristen—melainkan harus menjadi usaha dari orang-orang yang telah mempertaruhkan nyawanya. Itulah sebabnya pelayanan tidak dimulai dari sejumlah uang, atau dari organisasi dan sistem manajemen, tapi dimulai dari hati yang diubahkan Tuhan, hati yang dibarui yang terus berproses untuk menjadi manusia Allah, sehingga bisa menghayati indahnya persekutuan dengan Tuhan, tapi juga bisa mengerti betapa dahsyatnya jika terpisah dari hadirat Allah.

Sehingga ketika Yesus berkata, “Seperti Bapa mengutus Aku, Aku mengutus kamu.” berarti kita bisa dipercayai untuk menjadi utusan Tuhan. Yang bukan hanya cakap berkhotbah, berorganisasi, atau punya uang untuk pelayanan gereja, melainkan memiliki hati yang mengasihi jiwa-jiwa seperti Bapa di surga, seperti Tuhan Yesus. Di sini perasaan Tuhan kita terjemahkan di dalam perasaan kita. Ini adalah pilihan; pilihan yang harus dimulai dari kerinduan untuk menjadi sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Tidak dimulai dari keinginan menjadi hamba Tuhan alias menjadi pendeta, lalu kita senang menyambut orang-orang seperti itu. Sebab akhirnya dilahirkan orang-orang yang hanya mencari nafkah atau yang tanpa kerja keras bisa mendapatkan nafkah.

Khususnya untuk para hamba Tuhan, mulailah kerinduanmu, bukan melayani Tuhan dalam bentuk kegiatan gereja, melainkan layani Tuhan dalam bentuk melayani perasaan-Nya. Melayani perasaan Tuhan dengan kesucian hidup dari menit ke menit. Mestinya sekolah teologi, sekolah Alkitab harus terfokus pada hal ini. Jika tidak, kita hanya melahirkan sarjana-sarjana yang mencari hidup, bukan memberi hidup. Orang-orang yang tidak rela menjadi korban, tapi makan korban. Maka betapa sulitnya membangun sekolah teologi yang benar, yang mempersiapkan orang-orang yang bisa menangis bersama Tuhan Yesus. Maka, temukan wajah Tuhan dan kenakan wajah Tuhan dalam hidupmu, baru kita bisa menangisi jiwa-jiwa.

Ketika kita berkorban—apakah itu waktu, tenaga, pikiran, uang—maka kita tidak merasa berkorban, tapi kita merasa sebagai kesukaan. Seperti yang Yesus lakukan ketika bertemu dengan perempuan Samaria di perigi Yakub dekat kota Sikhar dalam keletihan. Ketika murid-murid-Nya berkata, “Tuhan, mari kita makan.” Yesus berkata, “Ada rezeki pada-Ku yang tidak kamu kenal.” Rezeki yang tidak dikenal adalah jiwa yang harus diselamatkan. Yesus bisa mengesampingkan letih lapar dan lelah-Nya untuk menjumpai orang itu. Betapa indahnya punya perasaan seperti ini. Tidakkah kita rindu memiliki perasaan seperti ini? Ironis, banyak orang yang frekuensinya masih jauh. Mereka memikirkan karier, menantikan jabatan tinggi, dan kehormatan. Mereka pasti tidak bisa merasakan perasaan Tuhan. Namun ketika kita bertumbuh menjadi manusia Allah, memiliki pikiran dan perasaan Kristus, maka kita pasti terbeban seperti Yesus menangisi jiwa-jiwa.

Kalau kita dewasa, maka Roh Kudus pasti memimpin kita harus buat apa untuk pekerjaan Tuhan, tidak perlu ditantang-tantang. Kita harus punya kesadaran supaya pekerjaan Tuhan tidak dibangun dari permintaan pendeta mengumpulkan uang, tapi beban yang tulus mencintai Tuhan, sehingga uang kita cemerlang seperti emas di mata Allah. Darah kita tumpahkan, keringat kita curahkan untuk pekerjaan Tuhan. Ayo, kita mulai lagi, kita bangkit dari kesalahan. Betapa terhormatnya kita melayani Tuhan. Ingat, dimulai dari keselamatan kita sendiri dulu, kita harus bertumbuh, harus berubah, bisa menghayati indahnya bersekutu dengan Allah dan mengerti betapa mengerikan terpisah dari Allah itu, sehingga kita akan berjuang untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Kalau sampai kita bisa menyelamatkan jiwa, betapa luar biasa, tak ternilai. Tapi tidak banyak orang yang punya beban ini.

Apa ciri orang yang meratapi jiwa-jiwa? Kalau seseorang sungguh-sungguh melayani Tuhan, maka pasti ia tidak melukai siapa pun. Kalau orang masih suka melukai orang dengan perkataan atau sikap, pasti ada yang tidak beres. Dalam pelayanan pun pasti ada motif-motif yang salah dalam hidupnya. Jadi kalau orang tidak menyenangkan Tuhan dari menit ke menit, sulit dia bisa menyelamatkan jiwa. Pengenalan akan Allah yang dialami setiap pribadi, akan mengubah hidupnya menjadi serupa dengan Allah, punya pikiran dan perasaan Tuhan, menyenangkan Tuhan dari menit ke menit, sampai ia membawa jiwa ke hadapan Tuhan. Jadi kalau harta seluruh dunia dikumpulkan, tidak lebih dari nilai jiwa manusia, nilainya berapa? Nilainya adalah kesukaan hati Allah.

Namun tidak sedikit yang hanyut dengan masalah-masalah hidup yang kita hadapi; pekerjaan yang rumit, atasan yang galak, gaji yang tidak memadai, dan berbagai masalah lain yang membuat kita tidak melirik perasaan Tuhan, bahkan tidak peduli. Berarti kita punya ilah, punya berhala: masalah, pekerjaan, cita-cita, ambisi, dan berbagai kesenangan lain. Mengapa kita tidak hanyut di dalam Tuhan? Apa pun masalah kita, pandanglah Tuhan. Yang akhirnya kita pasti menjadi hamba-hamba Tuhan yang menyelamatkan jiwa. Dan kalau kita menjadi hamba-hamba Tuhan yang menyelamatkan jiwa, kita menjadi pegawai Tuhan. Dan kalau kita menjadi pegawai Tuhan, Tuhan tidak mungkin tidak memedulikan kita secara khusus.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU SESEORANG SUNGGUH-SUNGGUH MELAYANI TUHAN, MAKA PASTI IA TIDAK MELUKAI SIAPA PUN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 September 2024
2024-09-28 17:56:49

Nehemia 11-13
Mazmur 126

Card image
Truth Kids 27 September 2024 - BERDOA BERSAMA
2024-09-27 18:25:04


Matius 18:20
”Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.”

"Temanku itu baik, dia suka berbagi makanan ke aku." "Dia baik, dia suka ajak aku main sama-sama." Aku punya teman yang baaiikkk sekali sama aku, dia suka jajanin aku di sekolah." Apakah Sobat Kids juga pernah memiliki perasaan seperti itu? Mungkin kalian juga memiliki teman yang suka melakukan kebaikan. Atau bahkan, kalianlah yang suka melakukan kebaikan kepada orang lain.

Hari ini kita mau belajar satu kebaikan lagi yang Tuhan mau kita lakukan. Hal itu adalah mengajak teman untuk berdoa bersama saat menghadapi masalah. Misalkan ada teman kalian yang sedang bersedih, kalian bisa bertanya dan mencari tahu alasannya. Jika karena ia sedang menghadapi masalah, berdoalah bersama dengannya.

Tidak perlu kalimat yang bagus dan panjang saat kita berdoa kepada Tuhan. Dengan kalimat yang sederhana, kalian dapat berkata-kata menyampaikan masalah teman-teman kepada Tuhan. Mintalah pertolongan dari Tuhan sehingga teman kalian tadi kembali merasa sukacita. Yuk, kita doakan teman-teman kita, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 27 September 2024 - KELOMPOK TUMBUH BERSAMA
2024-09-27 18:23:38


Matius 18:20
”Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.”

Masing-masing sekolah memiliki ciri khas masing-masing. Ada sekolah yang berdasarkan agama tertentu sehingga semua muridnya memiliki agama yang sama. Maka, pelajaran agamanya pun hanya ada satu macam, sesuai dengan agama yang diajarkan di sekolah tersebut. Ada pula sekolah yang umum, maksudnya tidak menganut satu agama tertentu. Biasanya sekolah tersebut menerima semua murid dengan berbagai jenis agama. Nanti saat pelajaran agama, murid-murid akan dikelompokkan sesuai dengan agama mereka masing-masing. Bagaimana dengan sekolah Sobat Junior?

Sobat Junior, jika kalian bersekolah di sekolah umum, kalian bisa mencari tahu siapa saja yang beragama Kristen. Kalian dapat mengadakan persekutuan dengan teman-teman yang juga percaya kepada Tuhan Yesus. Sebagai anak-anak Tuhan, kalian harus bisa saling mendukung satu dengan yang lainnya. Kalian bisa saling mendoakan dan sharing tentang kebenaran Firman Tuhan. Kalian pun seharusnya bisa menjadi contoh bagi teman-teman lain yang belum percaya kepada Tuhan Yesus. Mereka bisa melihat perbedaan kalian sebagai anak Allah. Pengajaran yang diajarkan oleh Tuhan Yesus seharusnya mengubah perilaku kita sehingga kita bisa menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari.

Coba kalian diskusikan dengan teman-teman untuk membuat Kelompok Tumbuh Bersama. Tentu saja tumbuh bersama Tuhan Yesus. Kalian bisa memakai renungan Truth Junior ini dan berdiskusi bersama teman-teman untuk berjuang menjadi murid-murid Tuhan Yesus.

Card image
Truth Youth 27 September 2024 (English Version) - STRENGTH FROM GOD
2024-09-27 18:17:27


“I can do all this through Him who gives me strength.” (Philippians 4:13)

Often, we face situations that feel so overwhelming that we think we can’t move forward anymore. It could be a difficult exam, seemingly unattainable dreams, or even peer pressure. In these moments, it’s easy to feel exhausted and want to give up. However, Philippians 4:13 reminds us that we have an extraordinary source of strength—God. This verse is not just a motivational quote but a real promise that in our weakness, God is our perfect strength. When we feel incapable, it is God who gives us the strength to keep moving forward.

This was written by the Apostle Paul when he was a prisoner in Rome. Paul wrote this letter expressing gratitude and resilience even in hardship. This verse teaches us that the strength we receive from Christ is not only to overcome difficulties but to do all things according to His will, even under pressure and trials. It emphasizes that this strength doesn’t come from our own abilities but from our dependence on God’s power.

Imagine if we truly believe that we can do all things because of the strength God gives us. Surely, our approach to and perspective on every challenge would change. We would no longer be held back by fear, doubt, or pessimism because we know there is a greater power supporting us. When you feel weak, remember that God is with you, and He gives you the strength you need. This doesn’t mean that problems will disappear instantly, but you will have the strength to face every situation with resilience and hope.

So, wherever you are and whatever you’re facing, trust that God is your source of strength. With His strength, nothing is too heavy to bear.

WHAT TO DO:
1. Continue to grow your trust in God with all your heart and all your mind.
2. Realize that we are limited in many ways, but we have an unlimited God.

BIBLE MARATHON:
- Zephaniah 1-3

Card image
Truth Youth 27 September 2024 - KEKUATAN DARI TUHAN
2024-09-27 18:15:00


”Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Filipi 4:13)

Sering kali kita menghadapi situasi yang terasa begitu berat sampai-sampai kita merasa tidak mampu lagi melangkah. Mungkin itu ujian yang terasa sulit, harapan yang tampaknya tak tercapai, atau bahkan tekanan dari teman-teman sebaya. Di saat-saat seperti ini, mudah bagi kita untuk merasa lelah dan ingin menyerah. Namun, Filipi 4:13 mengingatkan kita bahwa kita memiliki sumber kekuatan yang luar biasa, yaitu Tuhan. Ayat ini bukan hanya kata-kata motivasi semata, tapi janji yang nyata bahwa di tengah kelemahan kita, Tuhan adalah kekuatan yang sempurna. Ketika kita merasa tidak sanggup, Tuhanlah yang memberikan kekuatan kepada kita untuk terus bergerak maju.

Ditulis oleh Rasul Paulus ketika ia seorang tawanan di Roma. Paulus menulis surat yang menggambarkan rasa syukur dan ketabahannya meskipun dalam kesusahan. Ayat ini mengajarkan bahwa kekuatan yang kita peroleh dari Kristus bukanlah hanya untuk mengatasi kesulitan, tetapi untuk melakukan segala hal yang sesuai dengan kehendak-Nya, bahkan dalam tekanan dan ujian. Ini menegaskan bahwa kekuatan tersebut tidak berasal dari kemampuan kita sendiri, melainkan dari ketergantungan kita pada kekuatan Tuhan.

Bayangkan jika kita benar-benar percaya bahwa kita sanggup melakukan segala perkara karena kekuatan yang Tuhan berikan? Tentu, cara kita menghadapi dan menyikapi setiap tantangan akan berubah. Kita tidak lagi terhambat oleh rasa takut, keraguan atau pesimisme karena kita tahu bahwa ada kekuatan yang lebih besar yang mendukung kita. Ketika kamu merasa lemah, ingat bahwa Tuhan bersamamu dan Ia memberimu kekuatan yang kamu perlukan. Ini bukan berarti masalah akan hilang secara instan, tapi kamu akan memiliki kekuatan untuk menghadapi setiap situasi dengan ketabahan dan harapan.

Jadi, di mana pun kamu berada dan apa pun yang kamu hadapi, percayalah bahwa Tuhan adalah sumber kekuatanmu. Dengan kekuatan dari-Nya, tidak ada yang terlalu berat untuk dihadapi.

WHAT TO DO:
1.Terus menumbuhkan rasa percaya kepada Tuhan dengan seganap hati dan dengan segenap akal budi.
2.Kita harus menyadari bahwa diri kita terbatas dengan banyak hal, tapi kita memiliki Tuhan yang tidak terbatas

BIBLE MARATHON:
▪︎ Zefanya 1-3

Card image
Renungan Pagi - 27 September 2024
2024-09-27 18:10:13


Pengertian orang percaya tentang doa, masih banyak yang belum tepat, konsep doa bagi kebanyakan orang adalah sarana untuk mengadu, berseru menaikkan laporan kebutuhan hidup jasmaniah. Padahal doa sebenarnya adalah dialog, membangun hubungan yang intim dengan Tuhan dan menjadikan kebersamaan dengan Tuhan itu untuk mengalami perjumpaan pribadi dengan DIA.

Dan setiap orang yang berjumpa dengan Tuhan secara pribadi dalam doa, pasti hidupnya berubah, seperti Zakheus, perempuan Samaria, Saulus dan masih banyak yang lainnya. Saat mereka berjumpa secara pribadi dengan Tuhan, maka hidup mereka diubahkan, hidup mereka dimerdekakan dari perbudakan dosa. Dan pertobatan itu nyata terlihat lewat tutur kata dan perbuatan mereka setiap hari.

"Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar."

Memang cara Tuhan menjumpai setiap orang dalam kehidupan doanya pasti berbeda, tetapi dampak dari perjumpaan dengan Tuhan itu pasti sama, yaitu diubahkan menjadi serupa dengan gambar-Nya dan kemuliaan-Nya terpancar dalam hidup kita yang dapat dilihat serta dirasakan oleh sesama.
(2 Korintus 3:17-18)

Card image
Quote Of The Day - 27 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-27 18:07:19


Ketika kita tidak setiap hari mengingini senyum-Nya, maka tidak mungkin kita mendapatkan senyum-Nya di ujung waktu kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-27 18:05:21


Seseorang akan hidup apabila ia ada dalam persekutuan dengan Allah, sebab di luar Allah tidak ada kehidupan.

Card image
THE VALUE OF THE HUMAN SOUL - 27 September 2024 (English Version)
2024-09-27 17:55:34


We all know that the value of the human soul is very high. In Matthew 16:26 (What good will it be for someone to gain the whole world, yet forfeit their soul? Or what can anyone give in exchange for their soul?), Jesus stated that the value of all the world's wealth is not more than the value of one human soul. This means that the soul is very valuable. Therefore, the soul must go to heaven. No matter how much sacrifice must be made, we must do it. Therefore, for the sake of the salvation of one soul, we should dare to risk any price. Because no matter how much money we have, no matter how much wealth we risk for the salvation of one soul, it is worth nothing. With this reality-that the value of the human soul is more than all the wealth in the world-we should dare to risk everything we have to the maximum.

This was done by our Lord, Jesus Christ, who gave up His life, and which was preceded by great suffering, for the sake of the salvation of our souls. Then the Lord Jesus said in John 20:21, “As the Father has sent me, I am sending you.” This is actually the same as the sentence: “As I fight for the salvation of souls, so now you fight for their salvation. Now I am going up into heaven, You must continue this work of salvation to the ends of the earth.” We should understand this as an honor. Because if we truly fight for this, as the Lord Jesus did-dedicating our lives without limits to the service of God's work for the salvation of souls-then we will receive the glory that Jesus also received.

So if we want to be qualified like Jesus who suffered, then we must also do what Jesus did; "Foxes have dens and birds have nests, but the Son of Man has nowhere to lay his head.” How we long to apply this truth in our lives. The pattern, the lifestyle that Jesus wore is the pattern and lifestyle that we wear too. How beautiful a life like this would be. But we will not be able to enjoy the pleasure that the Lord Jesus has, nor will we be able to receive the glory that Jesus received, if we do not suffer together with Him. How many Christians think that following Jesus is easy and cheap. Jesus Himself would not have a crown without the cross. Because of His obedience to the point of death on the cross, He was given the name that is above every name, and every knee will bow and every tongue confess that Jesus is God for the glory of God. So, we must find the cross.

What did Jesus have? He had nothing, because everything He had was dedicated to the salvation of souls. We should see this as an honor, not as a burden and obligation. Perhaps there are still many people who are not able to fully understand this. Their spiritual frequency is still lagging behind, because they are too used to living in the dynamics of life for themselves. They do not have the dynamics of life as children of God whose orientation is eternity. So they do not understand how great the truth of God's word is. Most of us think this life is free, even though this life has a price. Because God gives us life, and even salvation, within which lies responsibility.

If we already have the salvation of our souls, which is the process of being returned to God's original design, then we can live how beautiful fellowship with God is. But on the other hand, how terrible it is to be separated from God's presence. Then we will definitely start to see the people around us and we will start to think about how to save them. But on the other hand, if we ourselves are not in the process of being returned to God's original design, then we will definitely not live how beautiful fellowship with God is, nor will we live the terror of being separated from God's presence, so we will not dare to risk our lives for the salvation of other people's souls. In this case, how terrible are theological schools that only educate their students to reason, to think logically about God, but do not live a life of salvation. Such schools end up producing church employees rather than true servants of God who are willing to risk their lives without limits for His work.

Whatever we do, we should do it for God's work, which is the salvation of souls through various fields of life where God places us to play a role there. But remember, what is important is how we undergo our own process first: growing into children of God who are pleasing to Him, who can feel the beauty of fellowship with God, but can also understand how terrible it is if someone is separated from the presence of God. Let us continue to learn to undergo the process to truly become a man of God-wearing the Word, filled with God.

THE VALUE OF THE HUMAN SOUL IS MORE THAN ALL THE WEALTH IN THE WORLD. WE DARE TO RISK EVERYTHING WE HAVE TO THE MAXIMUM.

Card image
NILAI JIWA MANUSIA - 27 September 2024
2024-09-27 17:51:11


Kita semua tahu bahwa nilai jiwa manusia itu sangat tinggi. Di dalam Matius 16:26, Yesus mengemukakan bahwa nilai harta seluruh dunia tidak lebih dari nilai satu jiwa manusia. Artinya, jiwa itu sangat berharga. Oleh sebab itu, jiwa harus masuk surga. Berapa pun nilai pengorbanan yang harus dilakukan, harus kita lakukan. Oleh sebab itu, demi keselamatan satu jiwa, mestinya kita berani mempertaruhkan berapa pun harganya. Karena seberapa banyak uang yang kita miliki, seberapa banyak harta yang kita pertaruhkan untuk keselamatan satu jiwa, tidak ada nilainya apa-apa. Mestinya dengan kenyataan ini—bahwa nilai jiwa manusia itu lebih dari seluruh kekayaan dunia—kita berani mempertaruhkan maksimal apa pun yang kita miliki.

Hal ini sudah dilakukan oleh Tuhan kita, Yesus Kristus yang menyerahkan nyawa-Nya, dan yang didahului dengan penderitaan yang begitu hebat, demi keselamatan jiwa kita. Kemudian Tuhan Yesus berkata di Yohanes 20:21, “Sama seperti Bapa mengutus Aku, Aku mengutus kamu.” Ini sebenarnya sama dengan kalimat: “Sebagaimana Aku memperjuangkan keselamatan jiwa-jiwa, maka sekarang kamu perjuangkan keselamatan mereka. Sekarang Aku naik ke surga, kamu yang harus meneruskan karya keselamatan ini sampai ke ujung bumi.” Mestinya kita memahami ini sebagai kehormatan. Sebab kalau kita sungguh-sungguh memperjuangkan hal ini, seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus—mempersembahkan hidup kita tanpa batas untuk pelayanan pekerjaan Tuhan demi keselamatan jiwa-jiwa—maka kita akan menerima kemuliaan yang juga diterima oleh Yesus.

Jadi kalau kita mau berkualifikasi seperti Yesus yang menderita, maka kita juga harus melakukan apa yang Yesus lakukan; “Serigala memiliki liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Betapa rindu kita bisa menerapkan kebenaran ini dalam hidup kita. Pola, gaya hidup yang dikenakan oleh Yesus adalah pola dan gaya hidup yang juga kita kenakan. Betapa indahnya kehidupan seperti ini. Tetapi kita tidak akan bisa menikmati kenikmatan yang dimiliki Tuhan Yesus, atau kita tidak bisa menerima kemuliaan yang diterima Yesus, kalau kita tidak menderita bersama-sama dengan Dia. Betapa banyak orang Kristen yang memandang mengikut Yesus itu gampang dan murahan. Yesus sendiri tidak akan memiliki mahkota tanpa salib. Karena ketaatan-Nya sampai mati di kayu salib, Ia diberi nama di atas segala nama, dan setiap lutut bertelut dan setiap lidah mengaku Yesus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah. Jadi, kita harus menemukan salib itu.

Apa yang Yesus miliki? Ia tidak memiliki apa-apa, sebab yang ada pada-Nya semua dipersembahkan untuk keselamatan jiwa. Mestinya ini kita pandang sebagai kehormatan, bukan sebagai beban dan kewajiban. Mungkin masih banyak orang yang belum mampu memahami hal ini dengan lengkap atau utuh. Frekuensi rohaninya masih tertinggal, karena mereka sudah terlalu biasa hidup dalam dinamika hidup untuk diri sendiri. Mereka tidak memiliki dinamika hidup sebagai anak-anak Allah yang orientasinya adalah kekekalan. Sehingga mereka tidak memahami betapa hebat kebenaran firman Tuhan. Sebagian besar kita menganggap hidup ini gratis, padahal hidup ini ada harganya. Sebab Tuhan memberi kita kehidupan, bahkan keselamatan yang di dalamnya ada tanggung jawab.

Kalau kita sudah memiliki keselamatan jiwa, yaitu proses dikembalikan ke rancangan Allah semula, maka kita bisa menghayati betapa indahnya persekutuan dengan Allah. Tetapi di lain pihak, betapa mengerikannya terpisah dari hadirat Allah. Maka kita pasti mulai melihat orang di sekitar dan kita mulai berpikir bagaimana menyelamatkan mereka. Namun sebaliknya, kalau kita sendiri tidak dalam proses dikembalikan ke rancangan Allah semula, maka kita pasti tidak menghayati betapa indahnya persekutuan dengan Tuhan, juga tidak menghayati betapa mengerikannya terpisah dari hadirat Allah, maka kita tidak berani mempertaruhkan hidup untuk keselamatan jiwa orang lain. Dalam hal ini, betapa mengerikannya sekolah-sekolah teologi yang hanya mendidik mahasiswanya bernalar, berlogika mengenai Tuhan, tapi tidak menghayati kehidupan keselamatan sehingga sekolah seperti itu hanya melahirkan karyawan-karyawan gereja, bukan hamba-hamba Tuhan yang mempertaruhkan hidup tanpa batas bagi pekerjaan-Nya.

Mestinya apa pun yang kita kerjakan, kita kerjakan untuk pekerjaan Tuhan, yaitu penyelamatan jiwa-jiwa lewat berbagai bidang hidup di mana Tuhan meletakkan kita berperan di situ. Tetapi ingat, yang penting bagaimana kita berproses dulu, bertumbuh menjadi anak-anak Allah yang berkenan, bisa merasakan indahnya persekutuan dengan Tuhan, tapi juga bisa mengerti betapa dahsyat, mengerikan jika seseorang terpisah dari hadirat Allah. Mari kita belajar terus berproses untuk benar-benar menjadi manusia Allah; man of God, mengenakan firman, dipenuhi Allah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

NILAI JIWA MANUSIA ITU LEBIH DARI SELURUH KEKAYAAN DUNIA. KITA BERANI MEMPERTARUHKAN MAKSIMAL APA PUN YANG KITA MILIKI.

Card image
Truth Kids 26 September 2024 - SEMUT
2024-09-26 18:55:28


Amsal 6:6-8
”Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen.”

Sobat Kids, apakah kalian pernah memperhatikan saat sekelompok semut berjalan? Saat sekelompok berjalan, mereka bisa membuat satu barisan dengan tertib. Walaupun tidak ada yang mengawasi mereka, semut-semut berjalan beriringan dan tidak saling mendahului. Mereka akan bekerja sama untuk membawa makanan yang besar. Para semut akan mengumpulkan persediaan makanan sehingga mereka tidak akan pernah kekurangan bahan makanan.

Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk belajar dari semut. Semut merupakan binatang yang rajin bekerja, Sobat Kids. Jadi, kita juga mau belajar untuk rajin bekerja, membantu orang tua di rumah. Bisa juga kalian membantu guru di sekolah. Setiap bantuan yang bisa kita lakukan, dapat menjadi besar dan berarti bagi orang yang kita tolong.

Yuk, kita praktikkan kebaikan kepada orang-orang yang ada di sekitar kita. Kebaikan apakah yang kalian ingin lakukan hari ini? Lakukan sekarang!

Card image
Truth Junior 26 September 2024 - ASISTEN RUMAH TANGGA
2024-09-26 18:53:54


Amsal 6:6-8
”Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen.”

Siapa di antara Sobat Junior yang di rumahnya memperkerjakan asisten rumah tangga? Mungkin ada sebagian di antara kalian, ya. Jika demikian, apakah kalian tetap membantu orang tua mengerjakan tugas rumah tangga, atau justru tidak sama sekali? Biasanya keberadaan pembantu atau asisten rumah tangga membuat kita beralasan untuk tidak membantu orang tua.

Bagi yang tidak punya asisten rumah tangga, mungkin kalian pernah disuruh atau dimintai tolong oleh orang tua mengerjakan pekerjaan rumah, misalnya menyapu, mengepel, mencuci piring, mencuci mobil, atau sekadar merapikan barang-barang. Apakah kalian melakukannya dengan sukacita, atau justru dengan mengeluh? Coba kalian renungkan.

Ada atau tidaknya asisten rumah tangga, kita sebagai anak berkewajiban membantu orang tua meskipun tidak disuruh, Sobat Junior. Selain itu sebagai bentuk penghargaan kita kepada orang yang lebih tua, juga bisa menjadi latihan agar saat kita bertumbuh besar, kita sudah tahu bagaimana mengerjakan hal-hal yang sepatutnya kita ketahui. Kita bisa masak nasi sendiri, bisa membersihkan rumah, bisa menata rumah sendiri karena kita sudah pernah berlatih melakukannya. Mari kita ringan tangan dalam rumah, agar kita menjadi kebanggaan keluarga dan Tuhan.

Card image
Truth Youth 26 September 2024 (English Version) - NOTHING TO FEAR, GOD IS WITH US
2024-09-26 18:49:14


“What, then, shall we say in response to these things? If God is for us, who can be against us?” (Romans 8:31)

Have you ever felt like you’re facing the world alone? When assignments pile up, family issues arise, or relationships with friends become strained. In moments like these, you might feel like there’s no one you can rely on. But trust me, we are never alone.

Romans 8:31 gives us a powerful reassurance: “If God is for us, who can be against us?” This verse is not just a comforting phrase but a truth that emphasizes that with God on our side, there’s nothing we need to fear. In the context of that time, the letter to the Romans was written by Paul in the midst of challenging conditions for early Christians. At that time, they faced threats, persecution, and social rejection from both Jews and the pagan society. Paul wrote this letter to strengthen this threatened community, reminding them that even though they were in situations where no one seemed to be on their side, they had an ally stronger than any obstacle: God Himself.

Indeed, sometimes the problems we face seem so big and frightening. But reflect on this verse and remember that the Almighty God, who created the heavens and the earth, who controls the universe, is the same God who walks with us every step of the way. When we realize and believe this, we will find the courage to face anything.

Starting today, let’s live each day with the confidence that we are supported by a force greater than any problem that may arise. We don’t need to feel anxious or afraid because we are not alone. God is with us, as our protector, guide, and helper in every situation.

WHAT TO DO:
1. Learn to trust God, knowing that in everything we go through in life, we are not alone.
2. Do not fear the future we are walking into.

BIBLE MARATHON:
- Habakkuk 1-3

Card image
Truth Youth 26 September 2024 - TAK ADA YANG PERLU DITAKUTI, ALLAH BERSAMA KITA
2024-09-26 18:44:09


”Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” (Roma 8:31)

Pernah gak sih, kamu merasa seperti menghadapi dunia ini sendirian? Saat tugas menumpuk, masalah keluarga, atau saat hubungan dengan teman-teman terasa renggang. Di momen-momen seperti itu, mungkin kamu merasa tidak ada yang bisa diandalkan. Tapi, percayalah, kita tidak pernah seorang diri.

Roma 8:31 memberikan kita sebuah penguatan: “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” Ayat ini bukan cuma sekadar kalimat penghibur, tapi sebuah kebenaran yang menegaskan bahwa dengan Allah di sisi kita, tidak ada yang perlu kita takuti. Dalam konteks zaman itu, surat Roma ditulis oleh Paulus di tengah kondisi yang penuh tantangan bagi orang Kristen awal. Di saat itu, mereka menghadapi ancaman, penganiayaan dan penolakan sosial dari orang Yahudi serta masyarakat pagan. Paulus menulis surat ini untuk menguatkan komunitas yang terancam ini, mengingatkan mereka bahwa walaupun mereka di tengah situasi di mana tidak ada yang memihak kepada mereka, mereka memiliki sekutu yang lebih kuat dari segala rintangan: Allah sendiri.

Memang, kadang kala, masalah yang kita hadapi tampak begitu besar dan menakutkan. Tapi, renungkan ayat ini dan ingat bahwa Allah yang Maha Kuasa, yang menciptakan langit dan bumi, yang mengendalikan alam semesta, adalah Allah yang sama yang mendampingi kita di setiap langkah. Ketika kita menyadari dan memercayai hal ini, maka kita akan menemukan keberanian untuk menghadapi apa pun.

Mulai hari ini, yuk kita jalani setiap hari dengan keyakinan bahwa kita didukung oleh kekuatan yang lebih besar dari segala masalah yang mungkin muncul. Kita tidak perlu merasa cemas atau takut, karena kita tidak sendirian. Allah bersama kita, sebagai pelindung, pemandu, dan penolong kita dalam setiap situasi.

WHAT TO DO:
1.Belajar memercayai Tuhan, bahwa apa yang kita jalani dalam kehidupan ini kita tidak sendirian.
2.Tidak menjadi takut akan masa depan yang kita jalani

BIBLE MARATHON:
▪︎ Habakuk 1-3

Card image
Renungan Pagi - 26 September 2024
2024-09-26 18:38:58


Banyak orang yang menyatakan diri sebagai orang percaya, orang kristen yang artinya pengikut Kristus, dan berkata bahwa mereka mengenal Allahnya dengan benar, tetapi semua yang dikatakan dan dilakukannya tidak menunjukkan hal itu, bahkan banyak orang menjadi kecewa dan menolak Kristus karena apa yang dikatakan dan dilakukannya.

"Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan; Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia. Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus."

Pengenalan akan Allah yang benar, membuat hidup kita berubah dan seharusnya terlihat nyata dari tutur kata dan perbuatan setiap hari yang menyatakan kasih dan kebenaran Injil yang murni. Tujuannya agar nama Tuhan dipermuliakan sehingga setiap orang yang melihat pola hidup kita setiap hari dapat melihat Pribadi Kristus nyata. Sebab itu jika benar kita mengenal Allah, nyatakanlah dalam kata dan perbuatanmu setiap hari.
(Efesus 4:17,20-21)

Card image
Quote Of The Day - 26 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-26 18:37:38


Kalau kita menyenangkan hati-Nya, maka Ia pasti akan menyenangkan dan mencukupkan kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 26 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-26 18:36:15


Mulailah kerinduanmu, bukan melayani Tuhan dalam bentuk kegiatan gereja, melainkan layani Tuhan dalam bentuk melayani perasaan-Nya.

Card image
HOLY CURIOSITY - 26 September 2024 (English Version)
2024-09-26 17:57:37


People who love traveling usually have specific destinations they want to visit. If they haven't been to those places, they feel curious and eager to go. So, what makes us curious? People who do not have a private home, their hearts are curious and thirsty to have a private home. Those who have a house, but the environment is unsafe or because of flooding, want to move. A person's life is driven by certain goals that he wants to achieve. If he does not achieve it, he feels thirsty, still feels in debt (feel restless, as if something is still missing). What makes us feel in debt? What fuels our passion for life? There are also people who do not have any goals because they no longer want anything; all they want is to be able to get through each day.

Some are curious and driven by curiosity, while others lack strong desires, leading them to live an ordinary. These two groups share something in common: they do not have the passion for a holy life and do not have the passion for eternal life. Many Christians lack a holy curiosity because their curiosity is still fixated on fulfilling physical needs. Or if they do not have a strong curiosity, their lives just go on and on without any strong passion. This is the type of person who lives reluctantly and does not want to die.

In fact, the book of our lives has two volumes; today's life, and the next life. That means there are two consciousnesses. The current consciousness will end in the grave, and after that there is the second eternal consciousness, in which there is actually no more death. However, if someone is not allowed to be in the Kingdom of Heaven, then he experiences the second death, as written in the book of Revelation. There is a second death. Physical death is actually still not a big problem because indeed everyone must die. After this first volume is finished, after the first death there is a chance to live again.

If a person does not live according to God's will, then he will enter or be thrown into the second death; Revelation 20:14, "Then death and Hades were thrown into the lake of fire. This is the second death, the lake of fire. And anyone whose name was not found written in the book of life was thrown into the lake of fire." The average person does not care whether his name is written in the book of life or not. Therefore, his curiosity is curiosity for worldly things, mortal things, or has no curiosity at all. So, his life is like that: living reluctantly, dying unwillingly, no passion. He does not think about the reality or reality of the life to come or the second life later. Today let us ask, are our names written in the book of life or not? We must be seriously curious and seriously question God, whether our names are written in the book of life or not.

But if we do not appreciate these words, everything will disappear from our minds. Moreover, there are many charms in this life and many things that pile up in our minds or take away the focus of our thoughts. Therefore, we must remember this one thing, let not one of us perish. This is our personal business with God, not anyone else's. Remember, if our names are not found in the book of life, then we will be thrown into the sea fire. Do not be curious about anything except this, because all our physical needs are relative. What makes them seem absolute is foolishness-turning what is relative into something absolute.

Eternity is absolute. But we see that humans have been fooled by the power of darkness. Physical needs are made to seem absolute. The beauty or handsomeness of a person is relative. And people can understand or realize this once they come to know the beauty, majesty, and glory of God. At that point, they will no longer dare to sin, and they won’t even be able to sin. So, nothing is eternal except what lies in eternity, for moth and rust can destroy it, and thieves can steal and break in.

So, what we should be curious about is whether our names are written in the Book of Life. This is what we must ask of God. Other matters are relative, but when it comes to the Book of Life, it is absolute. In Revelation 3:5, the word of God says, 'He who overcomes will be clothed in white garments, and I will not blot out his name from the Book of Life, but I will confess his name before My Father and before His angels.' This is important, and it should truly excite us. If we haven’t traveled to a certain place, or don’t own a private house, or if we already have a house but it floods when it rains—these things aren’t truly exciting. What’s truly exciting is whether our names remain in the Book of Life, or if, because we don't respect God, our names are erased.

WHAT SHOULD MAKE US CURIOUS IS WHETHER OUR NAMES ARE WRITTEN IN THE BOOK OF LIFE OR NOT.

Card image
PENASARAN YANG KUDUS - 26 September 2024
2024-09-26 17:55:41


Orang yang hobinya wisata biasanya memiliki target-target tertentu untuk dikunjungi. Kalau ia belum mengunjungi tempat-tempat tertentu sebagai targetnya, dia merasa penasaran. Lalu, apa yang membuat kita penasaran? Orang yang belum memiliki rumah pribadi, hatinya penasaran dan haus ingin memiliki rumah pribadi. Yang memiliki rumah, tapi lingkungannya tidak aman atau karena banjir, ingin pindah. Hidup seseorang digerakkan oleh tujuan-tujuan tertentu yang dia mau capai. Kalau ia tidak mencapainya, dia merasa haus, masih merasa berutang. Apa yang membuat kita merasa berutang? Apa yang membuat hidup kita bergairah? Ada juga orang-orang yang memang tidak memiliki tujuan apa-apa karena memang sudah tidak ingini apa-apa; yang dia ingini bisa melewati hari ke hari.

Jadi, ada yang dia ingini yang membuat ia penasaran, ada yang dia tidak ingini secara kuat sehingga hidupnya biasa-biasa saja. Dua kelompok orang ini adalah dua kelompok orang yang tidak memiliki gairah hidup yang kudus dan tidak memiliki gairah hidup kekekalan. Banyak orang Kristen tidak memiliki penasaran yang kudus, sebab penasarannya masih kepada pemenuhan kebutuhan jasmani. Atau kalau ia tidak memiliki penasaran yang kuat, hidupnya langsam berputar begitu saja tanpa ada gairah yang kuat. Ini adalah tipe orang yang hidup segan mati tak mau.

Sejatinya, buku hidup kita memiliki dua jilid; hidup hari ini (today), dan hidup yang akan datang (next life). Itu berarti ada dua kesadaran. Kesadaran sekarang ini yang akan berakhir di kuburan, dan setelah itu ada kesadaran kedua yang abadi, yang sebenarnya tidak ada lagi kematian. Tetapi, kalau seseorang tidak diperkenan ada di dalam Kerajaan Surga, maka dia mengalami kematian kedua, seperti yang ditulis dalam kitab Wahyu. Ada kematian kedua. Kematian fisik sebenarnya masih belum menjadi masalah besar karena memang semua orang harus mati. Setelah jilid pertama ini selesai, setelah kematian pertama ada kesempatan untuk hidup lagi.

Kalau orang hidup tidak sesuai kehendak Allah, maka dia akan masuk ke dalam atau dibuang ke dalam kematian yang kedua; Wahyu 20:14, “Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.” Rata-rata orang tidak peduli apakah namanya tertulis di dalam kitab kehidupan atau tidak. Oleh sebab itu, penasarannya adalah penasaran untuk hal-hal dunia, hal-hal fana, atau tidak memiliki penasaran apa pun. Jadi, hidupnya seperti itu: hidup segan mati tak mau, tidak ada gairah. Ia tidak memikirkan realitas atau kenyataan adanya kehidupan yang akan datang atau kehidupan jilid kedua nanti. Hari ini mari kita mempertanyakan, apakah nama kita sudah tertulis di kitab kehidupan atau belum? Kita harus serius penasaran dan serius mempertanyakan kepada Tuhan, apakah nama kita tertulis di kitab kehidupan atau tidak.

Tetapi kalau kita tidak menghargai firman ini, semua akan lenyap dari pikiran kita. Apalagi ada banyak pesona dalam hidup ini dan banyak hal yang menumpuk dalam pikiran atau menghilangkan fokus pikiran kita. Karenanya, yang satu ini harus kita ingat, jangan ada seorang pun di antara kita yang binasa. Ini urusan kita pribadi dengan Tuhan, bukan urusan dengan siapa pun. Ingat, *kalau nama kita tidak ditemukan di kitab kehidupan, maka kita akan dilemparkan ke dalam lautan api.* Jangan lagi penasaran untuk masalah apa pun kecuali masalah ini, sebab semua kebutuhan pemenuhan jasmani kita itu relatif. Yang membuat itu menjadi tidak relatif adalah kebodohan; memutlakkan apa yang tidak mutlak.

Kekekalan itu mutlak. Tapi kita melihat manusia telah dibodohi oleh kuasa gelap. Kebutuhan-kebutuhan jasmani dibuat mutlak. Kecantikan atau ketampanan seseorang itu relatif. Dan orang bisa mengerti atau menyadari ini setelah dia mengenal kecantikan Tuhan, keagungan Tuhan, dan kemuliaan Tuhan. Dia tidak berani berbuat dosa dan dia sampai tidak bisa berbuat dosa. Maka, tidak ada barang yang abadi kecuali di kekekalan nanti, sebab ngengat dan karat bisa merusak, pencuri bisa mencuri serta membongkarnya.

Jadi, yang harus membuat kita penasaran adalah apakah nama kita tertulis di dalam kitab kehidupan atau tidak. Ini yang harus kita pertanyakan kepada Tuhan. Yang lain itu relatif, tetapi kalau mengenai kitab kehidupan, itu mutlak. Di Wahyu 3:5, firman Tuhan mengatakan, "Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya.” Ini yang penting, dan hal ini harus benar-benar menegangkan untuk kita. Kalau hanya belum wisata ke tempat tertentu, belum punya rumah pribadi, sudah punya rumah, tapi kalau hujan banjir, itu belum menegangkan. Yang menegangkan adalah apakah nama kita masih tertulis dalam kitab kehidupan atau karena tidak menghormati Tuhan, maka nama kita dihapus.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

YANG HARUS MEMBUAT KITA PENASARAN ADALAH APAKAH NAMA KITA TERTULIS DI DALAM KITAB KEHIDUPAN ATAU TIDAK.

Card image
Truth Kids 25 September 2024 - MAIN BERSAMA
2024-09-25 18:13:56


Pengkotbah 4:9-10
”Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!”

Rian harus pindah sekolah karena papanya ditugaskan bekerja di kota Bandung. Berat rasanya bagi Rian untuk pindah ke sekolah di kota Bandung. Ia harus meninggalkan teman-teman bermainnya di kota Jakarta. Selama ini Rian sudah merasa nyaman tinggal dan bersekolah di Jakarta. Namun, Rian dan seluruh keluarganya harus ikut pindah ke Bandung.

Di sekolah yang baru, Rian tidak kenal siapa-siapa. Ibu guru memperkenalkan Rian kepada teman-teman di kelasnya. Saat bel istirahat, Rian berjalan keluar kelas dan duduk sendirian di pinggir lapangan sekolah. Ia hanya menonton anak-anak lain yang berlarian di lapangan. Tak lama kemudian ada suara dari belakangnya, "Hai, Rian. Aku Aldo. Kita main bola di lapangan, yuk! Ini juga ada Adi dan Budi," ajak Aldo. Rian pun mengangguk sambil tersenyum.

Sobat Kids, ajaklah teman yang sendirian untuk bermain bersama. Ini bisa membuat mereka merasa diterima dan tidak kesepian. Hal ini juga merupakan kebaikan yang kalian bisa perbuat kepada teman-teman. Pasti main bersama lebih seru daripada main sendirian.

Card image
Truth Junior 25 September 2024 - PRIBADI YANG HANGAT
2024-09-25 18:11:54


Pengkotbah 4:9-10
”Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!”

Suatu Minggu setelah ibadah Sekolah Minggu, Noni melihat ada seorang anak perempuan yang duduk sendirian dekat pintu gereja. Ia belum pernah melihat anak itu, jadi ia pikir pasti anak tersebut anggota baru. Ia menghampirinya dan mengajaknya berkenalan. Minggu depannya, anak tersebut ditemani Noni untuk ikut Sekolah Minggu. Noni pun memperkenalkan teman-temannya kepada anak ini. Mereka bermain dan beribadah bersama setiap minggunya.

Sobat Junior, saat kita melihat teman yang sendirian atau kesepian, hampirilah mereka dan ajak bermain bersama kita. Atau, kita juga bisa mengajaknya mengobrol, meminjamkan mainan kita, atau mengenalkannya pada teman-teman kita agar dia juga punya teman. Jangan kita diam saja dan bersikap cuek, karena itu bukanlah keinginan Tuhan Yesus. Kita harus ramah dan bersikap baik kepada semua teman, meskipun kita belum mengenalnya.

Noni adalah anak Allah yang patut kita teladani, Sobat Junior. Karena kebaikan Noni, anak perempuan tersebut jadi merasa diterima dan bisa bergaul. Tidak lagi merasa sendiri dan kesepian di tempat asing yang dia baru datangi. Kalau kalian melihat teman sebaya yang membutuhkan teman, jangan ragu untuk mengajaknya bersama-sama atau menemaninya, ya. Mari kita buat wajah Tuhan Yesus tersenyum dengan kebaikan kita.

Card image
Truth Youth 25 September 2024 (English Version) - I HAVE MY FAITH
2024-09-25 18:09:41


“Cast all your anxiety on Him because He cares for you.” (1 Peter 5:7)

In the midst of the darkness of depression and anxiety, faith can be the light that guides us. When the world feels heavy and full of uncertainty, faith gives us a reason to hope. Faith is not just about believing in something unseen, but also about finding strength in the belief that there is purpose and meaning behind every trial, no matter how difficult it may be.

Faith provides a broader perspective on life. When we feel overwhelmed, we often focus on the difficulties we face, losing sight of our overall journey. Faith helps us look beyond the present challenges and understand that every experience, even the most painful, can be part of a valuable process of learning and personal growth. With faith, we can find comfort in the belief that we are not alone. Even in silence and loneliness, faith reminds us that there is something greater than ourselves that watches over and cares for us. This gives us the encouragement to keep moving forward, even when the path feels heavy and full of obstacles.

Faith also offers a space for speaking and reflecting, a safe place to express our pain and anxiety without fear of judgment. Through prayer or reflection, we can release the burdens we carry and feel fully accepted in whatever condition we are in. In this process, we learn to accept ourselves better. Faith builds strength in inner peace. As we shift our focus from our anxieties to belief in something greater, we find calm amidst the emotional waves. Faith is not a problem eraser, but a strengthener that helps us navigate and face everything with courage, renewed hope, and deep tranquility.

WHAT TO DO:
1. Find strength in faith to give a reason to hope amid difficulties.
2. Use faith to see beyond challenges and understand experiences as part of personal growth.
3. Utilize prayer or reflection as a space to express pain and anxiety, and find inner peace.

BIBLE MARATHON:
- Nahum 1-3

Card image
Truth Youth 25 September 2024 - I HAVE MY FAITH
2024-09-25 18:07:15


”Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” (1 Petrus 5:7)

Di tengah gelapnya depresi dan kecemasan, iman bisa menjadi cahaya yang membimbing kita. Saat dunia terasa berat dan penuh ketidakpastian, iman memberi kita alasan untuk berharap. Iman bukan hanya tentang percaya pada sesuatu yang tak terlihat, tetapi juga tentang menemukan kekuatan dalam keyakinan bahwa ada tujuan dan makna di balik setiap cobaan, tidak peduli seberapa beratnya.

Iman memberikan perspektif yang luas tentang kehidupan. Ketika kita merasa tertekan, sering kali kita fokus pada kesulitan yang kita hadapi, kehilangan pandangan pada keseluruhan perjalanan kita. Iman membantu kita melihat melampaui tantangan saat ini dan memahami bahwa setiap pengalaman, bahkan yang paling menyakitkan sekalipun, bisa menjadi bagian dari proses pembelajaran dan pertumbuhan pribadi yang berharga. Dengan iman, kita bisa menemukan penghiburan dalam keyakinan bahwa kita tidak sendirian. Bahkan dalam keheningan dan kesepian, iman mengingatkan kita bahwa ada sesuatu yang lebih besar dari diri kita yang memperhatikan dan peduli. Ini memberi kita dorongan untuk terus maju, meskipun langkah terasa berat dan penuh rintangan.

Iman juga menawarkan ruang untuk berbicara dan merenung, sebuah tempat yang aman untuk mengungkapkan rasa sakit dan kecemasan kita tanpa takut dihakimi. Melalui doa atau refleksi, kita bisa melepaskan beban yang kita pikul dan merasa diterima sepenuhnya dalam kondisi apa pun. Dalam proses ini, kita belajar untuk menerima diri sendiri dengan lebih baik. Iman membangun kekuatan dalam ketenangan batin. Saat kita mengalihkan perhatian dari kecemasan kita ke keyakinan akan sesuatu yang lebih besar, maka kita menemukan ketenangan di tengah gelombang emosional. Iman bukanlah penghapus masalah, tetapi peneguh yang membantu kita menavigasi dan menghadapi segala sesuatu dengan keberanian, harapan baru, dan ketenangan yang mendalam.

WHAT TO DO:
1.Temukan kekuatan dalam iman untuk memberikan alasan berharap di tengah kesulitan.
2.Gunakan iman untuk melihat melampaui tantangan dan memahami pengalaman sebagai bagian dari pertumbuhan pribadi.
3.Manfaatkan doa atau refleksi sebagai ruang untuk mengungkapkan rasa sakit dan kecemasan, dan temukan ketenangan batin.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Nahum 1-3

Card image
Renungan Pagi - 25 September 2024
2024-09-25 18:04:31


Secara terus terang, kitab Amsal Salomo menyatakan bahwa orang yang hanya dipenuhi oleh keinginan tanpa mewujudkannya adalah pemalas, ia mungkin memiliki banyak sekali target, namun semua itu hanya sebatas angan-angan, jarang ia mampu mencapai targetnya sendiri.

Ada seribu hal yang ia jadikan alasan. Tentu saja orang yang rajin pun memiliki keinginan. Namun targetnya tidak muluk-muluk, sebab yang penting baginya adalah kesanggupan untuk mewujudkannya. "Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan."

Kita disebut rajin bila sesegera mungkin melaksanakan pekerjaan dengan giat, tanpa menundanya dengan berbagai alasan, rasa enggan harus ditaklukkan ketika berhadapan dengan tugas. Rintangan tidak kita jadikan alasan, melainkan diatasi, target penting, namun bukan yang utama. Tuntasnya tugas dan tanggung jawablah yang lebih utama, bila terwujud, hati kita pun terpuaskan.
(Amsal 13:4)

Card image
Quote Of The Day - 25 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-25 18:03:16


Kalau kita hanya mencari kesenangan diri sendiri, sejatinya kita sedang mencelakai diri.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 25 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-25 18:02:08


Mestinya apa pun yang kita kerjakan, kita kerjakan untuk pekerjaan Tuhan, yaitu penyelamatan jiwa-jiwa lewat berbagai bidang hidup di mana Tuhan meletakkan kita berperan di situ.

Card image
REMEMBERING GOD'S GOODNESS - 25 September 2024 (English Version)
2024-09-25 17:59:58


Exodus 33:15
Moses said to Elohim Yahweh, to God, “If You yourself do not guide us, do not send us up from here.”

This life should not be speculative, even though we never know what will happen in the future. Let alone 10 years from now, next year we also do not know what will happen. Let alone next year, next month we do not know what will happen. Even tomorrow, what will happen, we do not know. At any time the situation can change. If something happens, we must already be on guard and have someone supporting us. Considering that our life path is not always smooth, not always good, therefore we insure our health, company, car, house, education for our children, and so on. However, we know that insurance is not everything. No matter how much health insurance, it will not be able to cure disease and cannot prolong life.

We have to think realistically that life is fragile. Do not be arrogant. So we want to say as Moses said to God: “If You Yourself will not guide us, do not send us from here.” Try to think as if—and this can happen—there is a great danger before our eyes. Often, we are unaware that God has already led us past that danger. As it says in the word of God, "He provides bread while we sleep" (Psalm 127). So without our knowledge, God protects us. Then we forget to be thankful, forget to give thanks. We must remember that we exist as we are because of God.

Psalm 127 says, "Unless the Lord builds the house, the builders labor in vain. Unless the Lord watches over the city, the guards stand watch in vain." The builder of the house should not beat their chest and say, "This is my handiwork." If it were not for the Lord making the builder succeed, the builder could do nothing. It is truly God who builds the house. And “If it is not The Lord guards the city; in vain are the watchmen on guard.” Behind our security and peace, there is the invisible hand of God weaving life, guarding, and protecting us. People who acknowledge and realize this will be attached to God and God will surely bring peace to them.

Let us not be ignorant, because we we are what we are because of God's care and protection. Let's count God's blessings one by one. Remember how God rescued us from danger, from circumstances that embarrassed us, from circumstances that could have destroyed us. The living God, who sustains us. Say thank you, because it is God's hand that made us like this. In the future, we just trust in God. We are humble if we admit that we are as we are because of God. Don't be arrogant and say: "This is all the result of my hard work." Remember, even we can sweat because of God. So, let us remember God's goodness.

Psalm 27:4 says, “One thing I have asked of the Lord, that will I seek after: That I may dwell in the house of the Lord all the days of my life, that I may behold the beauty of the Lord, and inquire in His temple.” He provides bread for those He loves, those who long for God, who long to remain in the presence of God, in fellowship with God. “One thing I have asked,” not several things, but this one, that is to dwell in the house of the Lord, meaning to live under the shelter, the protection of God. Our humility is marked by the feeling that we cannot live without God. So we will start our day with prayer. We will continue to seek the face of God and say, “Hold my hand, Lord, protect me.” We are not crybabies. We are strong people because of God. Don’t wait until there is a problem, then we scream. Even, before there is a problem, we are already screaming and saying, “Protect me, Lord.”

Ultimately, God does not only help us with our worldly, temporary needs, but He will guide us to the new heaven and new earth. Indeed, there must be problems that God allows to happen and take place in our lives which are safety valves. Because if there were no problems, we would not seek God. In the end, we seek God not just for the solution to those problems, but for the eternal issue of salvation. Our protection in God is not just so that our temporal problems can be overcome, but also eternal problems. When people feel they can solve their problems because they have money, connections, officials, and so on, they will no longer think about eternity. Therefore, to those who are loved, God often gives problems that we are unable to solve. So that we look to God and ask for God's help. And when we look to God, God directs us to eternity. God is interested in helping us with all our problems, but God is more interested in saving our eternal lives.

REMEMBER, EVEN WE CAN SWEAT BECAUSE OF GOD. SO, LET US REMEMBER GOD'S GOODNESS.

Card image
MENGINGAT KEBAIKAN TUHAN - 25 September 2024
2024-09-25 17:57:58


Keluaran 33:15
Berkatalah Musa kepada Elohim Yahweh, kepada Allah: “Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini.”

Hidup ini tidak boleh spekulasi, walaupun memang kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di depan. Jangankan 10 tahun yang akan datang, tahun depan kita juga tidak tahu apa yang akan terjadi. Jangankan tahun depan, bulan depan pun kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Bahkan besok, apa yang akan terjadi, kita tidak tahu. Setiap saat keadaan bisa berubah. Kalau terjadi sesuatu, kita sudah harus berjaga-jaga, ada yang menopang. Dengan pertimbangan bahwa jalan hidup kita tidak selalu lancar, tidak selalu baik-baik, karenanya kita mengasuransikan kesehatan, perusahaan, mobil rumah, pendidikan untuk anak-anak, dan lain sebagainya. Tetapi, kita tahu bahwa asuransi tidak segalanya. Asuransi kesehatan sebesar apa pun tidak akan bisa menyembuhkan penyakit dan tidak bisa memperpanjang nyawa.

Kita harus berpikir secara realistis bahwa hidup ini rentan. Jangan sombong. Maka kita mau berkata seperti Musa berkata kepada Tuhan: “Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini.” Coba berpikirlah seakan-akan—dan ini bisa terjadi—di depan mata kita itu ada bahaya besar. Hanya, sering kita tidak tahu bahwa Tuhan telah melewatkan bahaya itu. Seperti yang dikatakan di dalam firman Tuhan, “Ia menyediakan roti pada waktu kita tidur” (Mzm. 127). Jadi di luar sepengetahuan kita, Tuhan melindungi kita. Lalu kita lupa bersyukur, lupa berterima kasih. Kita harus ingat bahwa kita ada sebagaimana adanya karena Tuhan.

Mazmur 127 mengatakan, “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya. Jikalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.” Tukang yang membangun rumah jangan tepuk dada dan berkata, “Ini hasil karyaku.” Jikalau bukan Tuhan yang membuat seorang tukang bangunan berhasil, tukang itu tidak bisa buat apa-apa. Tuhan sesungguhnya yang membangun rumah. Dan “Jikalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.” Di balik keamanan dan ketenteraman kita, ada tangan Tuhan yang tidak kelihatan yang merajut kehidupan, menjaga, melindungi kita. Orang yang mengakui dan menyadari hal ini akan melekat dengan Tuhan dan Tuhan pasti mendatangkan ketenteraman atas mereka.

Jangan kita tidak tahu diri, karena kita ada sebagaimana kita ini karena berkat pemeliharaan dan perlindungan Tuhan. Coba kita hitung berkat Tuhan satu per satu. Ingat bagaimana Tuhan meloloskan kita dari bahaya, dari keadaan yang mempermalukan kita, dari keadaan yang bisa membuat kita hancur. Allah yang hidup, yang menopang kita. Ucapkan syukur, karena tangan Tuhanlah yang membuat kita seperti ini. Ke depan, kita percaya saja kepada Tuhan. Kita rendah hati kalau mengakui bahwa kita ada sebagaimana kita ada karena Tuhan. Jangan sombong dan berkata: “Ini semua hasil keringatku.” Ingat, kita bisa keringatan pun karena Tuhan. Maka, mari kita mengingat kebaikan Tuhan.

Mazmur 27:4 mengatakan, “Satu hal telah kuminta kepada Tuhan, itulah yang kuingini. Diam di rumah Tuhan seumur hidupku, menyaksikan kemurahan Tuhan dan menikmati bait-Nya.” Dia menyediakan roti untuk mereka yang dicintai-Nya, yaitu orang-orang yang merindukan Tuhan, yang rindu untuk tetap dalam hadirat Tuhan, dalam persekutuan dengan Tuhan. “Satu hal telah kuminta,” bukan beberapa hal, melainkan satu ini, yaitu diam di rumah Tuhan, artinya hidup dalam naungan, perlindungan Tuhan. Kerendahan hati kita ditandai dengan perasaan bahwa kita tidak bisa hidup tanpa Tuhan. Maka kita akan mulai hari kita dengan doa. Kita akan terus mencari wajah Tuhan dan berkata, “Pegang tanganku, Tuhan, lindungi aku.” Kita bukan cengeng. Kita adalah orang-orang yang kuat karena Tuhan. Jangan menunggu ada masalah, baru kita berteriak-teriak. Sebelum ada masalah, kita sudah berteriak-teriak dan berkata, “Lindungi aku, Tuhan.”

Yang pada akhirnya, Tuhan bukan hanya menolong masalah-masalah kita yang menyangkut kebutuhan fana dunia, namun Ia akan menuntun kita ke langit baru bumi baru. Memang, pasti ada masalah-masalah yang Tuhan izinkan terjadi dan berlangsung dalam hidup kita yang itu merupakan katup pengaman. Sebab kalau tidak ada masalah itu, kita tidak mencari Tuhan. Dan pada akhirnya, kita mencari Tuhan bukan sekadar penyelesaian masalah itu, tapi masalah kekal. Keberlindungan kita kepada Tuhan bukan sekadar supaya masalah-masalah fana kita dapat ditanggulangi, melainkan masalah keabadian. Kalau orang sudah merasa bisa menyelesaikan masalah-masalah karena uang banyak, relasi, pejabat, dan lain-lain, nanti dia tidak akan memikirkan masalah kekekalan. Karenanya, kepada orang-orang yang dikasihi, Tuhan sering memberi masalah yang dia tidak sanggup selesaikan. Supaya dia memandang Tuhan dan meminta pertolongan Tuhan. Dan ketika dia memandang Tuhan, maka Tuhan mengarahkan dia kepada kekekalan. Tuhan tertarik untuk menolong semua masalah kita, tapi Tuhan lebih tertarik menyelamatkan hidup kekal kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

INGAT, KITA BISA KERINGATAN PUN KARENA TUHAN. MAKA, MARI KITA MENGINGAT KEBAIKAN TUHAN.

Card image
Truth Kids 24 September 2024 - PENGHIBUR
2024-09-24 17:57:01


2 Korintus 1:4
”yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.”

Rina merasa sangat sedih karena kehilangan papanya secara mendadak. Papanya meninggal dunia karena serangan jantung. Paginya, papanya masih melakukan aktivitas seperti biasanya. Namun, saat siang hari, tiba-tiba mendapat serangan jantung dan tidak tertolong lagi. Bapak kepala sekolah memanggil Rina ke kantor untuk memberitahu berita dukacita ini. Rina pun menangis saat ia mendengar berita yang disampaikan. Teman-teman di kelas Rina pun tertunduk sedih ketika ibu guru memberi tahu kabar tersebut.

Teman-teman Rina langsung memeluk Rina saat ia kembali ke kelas. Mereka mencoba menghibur Rina, memberikan semangat agar Rina tidak merasa sendirian. "Rina, walaupun papamu sudah tidak ada, kita punya Bapa di surga yang akan selalu ada bersama kita." "Iya, Rina, kalau kamu sedih, kita temani, ya. Kami sayang kamu. Kamu tidak sendirian, ada kami yang siap menemani kamu."

Sobat Kids, apakah ada teman kalian yang sedang merasa sedih? Cobalah hibur mereka. Berikan semangat dan kata-kata yang menghibur mereka. Kita bisa melakukan kebaikan kepada mereka yang sedang bersedih.

Card image
Truth Junior 24 September 2024 - OBAT LUKA TRANSPARAN
2024-09-24 17:55:15


2 Korintus 1:4
”yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.”

Sudah tiga hari Yoya muram karena hewan peliharaan kesayangannya mati. Lio juga turut sedih melihat Yoya selalu murung dan tidak bersemangat. Lio ingin sekali membantu Yoya, tetapi tidak tahu harus bagaimana. Ia akhirnya bertanya kepada kakaknya, “Kak, bagaimana cara kita menghibur teman yang sedang bersedih?” “Kamu pasti mengkhawatirkan Yoya, ya?” tanya kak Lia. “Iya, Kak. Dia masih sedih sampai sekarang,” jawab Lio. “Kamu bisa menemaninya dan mengajaknya bicara. Biarkan dia menceritakan perasaannya dan apa yang dia pikirkan. Biasanya dengan begitu, dia akan merasa lebih baik. Kamu dengarkan saja dia,” Kak Lia menjelaskan. “Tetapi dia diam saja, Kak, kalau ada aku. Dia tidak bicara apa-apa,” jawab Lio kebingunan. “Mungkin dia tidak bercerita karena kamu tidak bertanya, Lio. Cobalah tanya, apa yang bisa kamu bantu supaya dia merasa lebih baik. Kalau dia mau cerita, dengarkan baik-baik. Tetapi jangan suruh dia berhenti bersedih, ya. Kehilangan sesuatu yang berharga memang menyakitkan dan membutuhkan waktu untuk dilalui. Nanti juga dia akan kembali seperti semula lagi, ketika dukacitanya sudah berkurang,” Kak Lia menerangkan. “Siap, Kak. Aku izin ke rumah Yoya, ya,” ujar Lio.

Sobat Junior, walaupun sekadar kata-kata, tetapi bisa menjadi sesuatu yang menguatkan. Tidak selalu penghiburan lewat kata itu diucapkan dalam bentuk larangan seperti “jangan bersedih, jangan menangis,” tapi bisa juga dalam bentuk pertanyaan misalnya “Apa yang bisa aku bantu? Apa yang kamu rasakan atau pikirkan sekarang?” Juga bisa dalam bentuk pernyataan, “kalau ada yang bisa aku lakukan untuk membuatmu lebih baik, sampaikan, ya..” Mari kita senantiasa menjadi penghibur bagi orang yang membutuhkan kekuatan.

Card image
Truth Youth 24 September 2024 (English Version) - GOD AS THE SOURCE AND ORIGIN
2024-09-24 17:53:18


“You, dear children, are from God and have overcome them because the one who is in you is greater than the one who is in the world.” (1 John 4:4)

In this life, each of us has likely felt an overwhelming burden that seems unbearable. Depression and anxiety can haunt our minds and hearts, making us feel trapped in darkness with no way out. However, when we are at our lowest point, it’s important to remember that we are from God, the Creator, who has a beautiful plan for each of His creations.

Recognizing our origin from God is the first step toward healing. God created us with love and a noble purpose. When we feel worthless, remember that we were created with love and that there is immeasurable value within us. The Compassionate God never abandons His creations, even when we sometimes feel alone. In every moment of suffering, believe that God’s hand is always ready to embrace us.

Depression and anxiety often make us feel lost. However, by realizing that we come from God, we can rediscover the meaning and purpose of life. God has a plan for us, and every trial we face is part of the process to make us stronger and wiser. In the darkness, trust that God’s light is always there, guiding us on the right path. Facing depression and anxiety is not easy, but with the belief that we come from God, we can find extraordinary strength. Every small step we take toward recovery is proof that we are not alone. God is always with us, giving us hope and courage to continue living. Always remember our origin and trust that a beautiful plan awaits us ahead.

WHAT TO DO:
1. Recognize and remember that we are from God, who created us with love and a noble purpose.
2. Trust that God has a beautiful plan for us and that every trial is part of the process to make us stronger and wiser.
3. Take small steps toward recovery with the belief that God is always with us, providing hope and courage in every moment of suffering.

BIBLE MARATHON:
- Micah 5-7

Card image
Truth Youth 24 September 2024 - ALLAH SEBAGAI SUMBER DAN ASAL-USUL
2024-09-24 17:50:32


”Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia.” (1 Yohanes 4:4)

Dalam hidup ini, setiap dari kita pasti pernah merasakan beban berat yang seakan tak tertanggungkan. Depresi dan kecemasan bisa menghantui pikiran dan hati, membuat kita merasa terjebak dalam kegelapan tanpa jalan keluar. Namun, saat kita berada di titik terendah, penting untuk mengingat bahwa kita berasal dari Allah, Sang Pencipta, yang memiliki rencana indah bagi setiap makhluk-Nya.

Menyadari asal-usul kita dari Allah adalah langkah pertama menuju penyembuhan. Allah menciptakan kita dengan penuh kasih sayang dan tujuan yang mulia. Ketika kita merasa tidak berharga, ingatlah bahwa kita diciptakan dengan cinta dan ada nilai tak terhingga dalam diri kita. Allah yang Maha Pengasih tidak pernah meninggalkan ciptaan-Nya, meskipun terkadang kita merasa sendirian. Dalam setiap detik penderitaan, percayalah ada tangan Allah yang selalu siap untuk merangkul kita.

Depresi dan kecemasan sering kali membuat kita merasa kehilangan arah. Namun, dengan menyadari bahwa kita berasal dari Allah, kita dapat menemukan kembali makna dan tujuan hidup. Allah memiliki rencana bagi kita, dan setiap ujian yang kita hadapi adalah bagian dari proses untuk menjadikan kita lebih kuat dan lebih bijaksana. Dalam kegelapan, percayalah bahwa cahaya Allah selalu ada, membimbing kita menuju jalan yang benar. Menghadapi depresi dan kecemasan memang tidak mudah, tetapi dengan keyakinan bahwa kita berasal dari Allah, kita dapat menemukan kekuatan yang luar biasa. Setiap langkah kecil yang kita ambil menuju pemulihan adalah bukti bahwa kita tidak sendirian. Allah selalu bersama kita, memberi kita harapan dan keberanian untuk melanjutkan hidup. Ingatlah selalu asal-usul kita dan percayalah bahwa ada rencana indah yang menanti di depan.

WHAT TO DO:
1.Sadari dan ingatlah bahwa kita berasal dari Allah, yang menciptakan kita dengan penuh kasih dan tujuan mulia.
2.Percayalah bahwa Allah memiliki rencana indah bagi kita, dan setiap ujian adalah bagian dari proses untuk menjadikan kita lebih kuat dan bijaksana.
3.Ambil langkah kecil menuju pemulihan dengan keyakinan bahwa Allah selalu bersama kita, memberikan harapan dan keberanian di setiap detik penderitaan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mikha 5-7

Card image
Renungan Pagi - 24 September 2024
2024-09-24 17:47:40


"Sudah selesai" adalah kalimat penyataan bahwa segala harga yang seharusnya kita bayar, telah dilunasi Kristus di atas salib. Dalam hidup ini ada hutang yang harus kita bayar, yaitu hutang dosa.

Tetapi kita yang ada di dalam Kristus semua hutang sudah diselesaikan Kristus, sehingga kita dilayakkan kembali dalam persekutuan dengan Bapa.
(Yohanes 19:30)

Card image
Quote Of The Day - 24 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-24 17:45:57


Seseorang yang jiwanya sehat, pasti tidak melukai sesama.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 24 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-24 17:44:43


Kita tidak bisa menerima kemuliaan yang diterima Yesus, kalau kita tidak menderita bersama-sama dengan Dia.

Card image
VALUABLE LIFE - 24 September 2024 (English Version)
2024-09-24 17:42:08


The greatness of God, the glory of God, the majesty of God cannot be imagined because it is beyond our fantasy. No matter how great, how awesome we fantasize, we will not be able to surpass, match the awesomeness of God. The awesomeness, the greatness of God cannot be imagined, cannot be fantasized. If it could be, God would not be great, not noble. If other things, they can be fantasized, even someone's fantasy can surpass the reality of something that is fantasized. But God cannot. Too big, too awesome. But the greatness of God can be experienced within certain limits.

However, we should be able to experience the awesomeness of God, the glory of God, the majesty of God, the holiness of God, the nobility of God that will make us honor Him more, fear Him more, and of course love Him more. Our admiration increases day by day towards God. Our respect increases day by day, our fear of God is a holy fear, increasing every day. And our love also increases. Actually, there is a supernatural element here, a transcendent element. Because in this case, we are in touch with God who is transcendent, which means He is beyond reason.

In these encounters with the transcendent God, we can supernaturally experience His greatness, His awesomeness, and His glory. Therefore, how precious are the opportunities where we can sit quietly at His feet, whether in personal or communal prayer. It's extraordinary. We must truly believe that He is the living God, who can be encountered, with whom we can interact-and that is life itself. There is no life outside of God. There is nothing of quality in this life except God. Our life becomes valuable when we interact with God.

We read in the Bible about a man named Enoch, who walked with God. Such a life is incredibly beautiful. Joseph’s life, so that he had intelligence, not only interpreted Pharaoh's dream but also was able to save all of Egypt and even his family in Canaan, was the result of meeting God, continuous association with God. Daniel, Shadrach, Meshach, Abednego-people recorded in the history of human life-were individuals who walked closely with God. And we see a prototype of the perfect Man who lives in fellowship with the Father. The Father lives in Him and He in the Father, namely the Lord Jesus Christ. The model of the perfect Man that we must also wear. There is no excuse, no bargaining, because that kind of life is the life that God the Father wants. We must not compromise with the world. Compromising with the world means degrading and reducing the price that we must pay in this life as the chosen people, namely to imitate Jesus. Jesus walked closely with God the Father. Notice how He got up early to pray. Observe how Jesus looked for a quiet place to pray.

That is where there were encounters with God the Father. That is where Jesus received the impartation of the Spirit of God who prepared Him to enter the more difficult days ahead, up to the Via Dolorosa, even up to Golgotha. The Father who gave help and strength. Therefore Jesus said, "I cannot do it alone. The Father in Me is doing the work." However, although the Father was doing the work, that did not mean Jesus played no role. Jesus provides the vessel of His life to be filled by God, so the Bible says, "The fullness of God is upon Him." And that is what enabled Jesus to live His life, complete the task of salvation, and succeed in becoming the Savior who saves us all.

And if we also live this way, how extraordinary life would be- living life in fellowship with the Father. Because God is awesome beyond what we can imagine, but we can feel it through encounters, through personal encounters from time to time, from day to day. This is an extraordinary thing that we must really pay attention to. Don't let this opportunity pass us by and we no longer have the opportunity forever. This is part of the blessings we receive from God that cannot be exchanged for anything. Eternal blessings. Let us experience the awesome God. The One we cannot imagine, no matter how grand or magnificent our thoughts may be, but whose greatness, glory, holiness, majesty, and awe can be felt through our experience.

OUR LIVES BECOME VALUABLE WHEN WE INTERACT WITH GOD.

Card image
HIDUP YANG BERHARGA - 24 September 2024
2024-09-24 17:39:57


Kebesaran Tuhan, kemuliaan Tuhan, keagungan Tuhan tidak dapat kita bayangkan karena melampaui fantasi kita. Kita mau berfantasi sehebat apa pun, sedahsyat apa pun, tidak akan dapat melampaui, mengimbangi kedahsyatan Allah. Kedahsyatan, kebesaran Allah tidak bisa dibayangkan, tidak bisa difantasikan. Jika bisa, Allah menjadi tidak agung, tidak mulia. Kalau perkara-perkara lain, itu bisa difantasikan, bahkan fantasi seseorang bisa melampaui kenyataan dari sesuatu yang difantasikan tersebut. Tapi kalau Allah tidak bisa. Terlalu besar, terlalu dahsyat. Tetapi kebesaran Allah bisa dihayati dalam batas-batas tertentu.

Namun mestinya kita bisa menghayati kedahsyatan Allah, kemuliaan Allah, keagungan Allah, kesucian Allah, keluhuran Allah yang itu akan membuat kita lebih menghormati Dia, lebih takut akan Dia, dan tentu lebih mencintai Dia. Kekaguman kita bertambah dari hari ke hari terhadap Tuhan. Hormat kita bertambah dari hari ke hari, takut kita akan Allah adalah takut yang kudus, bertambah-tambah setiap hari. Dan kecintaan kita pun bertambah. Sebenarnya di sini ada unsur supranatural, unsur transenden. Sebab di dalam hal ini, kita bersentuhan dengan Allah yang transenden, artinya melampaui akal.

Dalam perjumpaan-perjumpaan dengan Allah yang transenden tersebut, secara supranatural kita bisa menghayati kebesaran, kedahsyatan, dan kemuliaan-Nya. Karenanya, betapa berharganya kesempatan-kesempatan di mana kita bisa duduk diam di kaki Tuhan, entah di dalam doa pribadi atau doa bersama. Luar biasa. Kita harus benar-benar memercayai Dia Allah yang hidup, yang bisa dijumpai, yang dengan-Nya kita bisa berinteraksi, dan itulah kehidupan. Tidak ada kehidupan di luar Tuhan. Tidak ada yang berkualitas dalam hidup ini kecuali Tuhan. Hidup kita menjadi berharga ketika kita berinteraksi dengan Tuhan.

Kita membaca dalam Alkitab, bagaimana seorang yang bernama Henokh berjalan dengan Allah. Kehidupan seperti ini indah sekali. Kehidupan Yusuf, sehingga ia memiliki kecerdasan, bukan hanya mengartikan mimpi Firaun melainkan juga dapat menyelamatkan seluruh Mesir bahkan keluarganya di Kanaan, itu akibat perjumpaan dengan Tuhan, pergaulan yang terus-menerus. Daniel, Sadrakh, Mesakh, Abednego, orang-orang yang dicatat di dalam sejarah kehidupan manusia adalah orang-orang yang bergaul dengan Tuhan.

Dan kita melihat satu prototipe dari Manusia sempurna yang hidup dalam persekutuan dengan Bapa. Bapa tinggal di dalam Dia dan Dia di dalam Bapa, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Model dari Manusia sempurna yang juga harus kita kenakan. Tidak ada ampun, tidak boleh ditawar, karena kehidupan seperti itulah kehidupan yang Allah Bapa kehendaki. Tidak boleh kita kompromi dengan dunia. Kompromi dengan dunia berarti merendahkan dan mereduksi harga yang harus kita bayar di dalam kehidupan ini sebagai umat pilihan, yaitu meneladani Yesus. Yesus bergaul dengan Allah Bapa. Perhatikan bagaimana Dia bangun pagi, berdoa. Perhatikan bagaimana Yesus mencari tempat sepi, berdoa.

Di situlah ada perjumpaan-perjumpaan dengan Allah Bapa. Di situlah Yesus mendapatkan impartasi dari Roh Allah yang mempersiapkan Dia untuk memasuki hari-hari ke depan yang lebih berat, sampai pada Via Dolorosa, bahkan naik ke bukit Golgota. Bapa yang memberikan pertolongan dan kekuatan. Karenanya Yesus berkata, “Aku tidak bisa melakukannya sendiri. Bapa di dalam Aku yang mengerjakan.” Namun walaupun Bapa yang mengerjakan, bukan berarti Yesus tidak berperan. Yesus menyediakan bejana hidup-Nya untuk dipenuhi oleh Allah, sehingga Alkitab mengatakan, “Kepenuhan Allah atas diri-Nya.” Dan itulah yang membuat Yesus dapat menjalani hidup, menyelesaikan tugas penyelamatan, dan sukses menjadi Juru Selamat yang menyelamatkan kita semua.

Dan jika kita menjalaninya juga, betapa luar biasa hidup ini; menjalani hidup dalam persekutuan dengan Bapa. Karena Allah dahsyat melampaui yang kita fantasikan, tapi bisa kita rasakan lewat perjumpaan, lewat pertemuan pribadi dari waktu ke waktu, dari hari ke hari. Ini satu hal yang luar biasa yang kita harus sungguh-sungguh perhatikan. Jangan sampai kesempatan ini berlalu dan kita tidak lagi memiliki kesempatan sampai selama-lamanya. Ini adalah bagian dari berkat yang kita terima dari Tuhan yang tidak bisa ditukar oleh apa pun. Berkat yang abadi. Mari kita mengalami Tuhan yang dahsyat. Yang tidak bisa kita fantasikan, mau seheboh, sedahsyat apa pun, tapi bisa kita rasakan keagungan-Nya, kemuliaan-Nya, kekudusan-Nya, kebesaran-Nya, dan kedahsyatan-Nya bisa kita alami.

Tuhan Yesusmemberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

HIDUP KITA MENJADI BERHARGA KETIKA KITA BERINTERAKSI DENGAN TUHAN.

Card image
Truth Kids 23 September 2024 - SANG RAJA HUTAN
2024-09-23 21:49:57


Filipi 2:3
”dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;”

Singa, sang raja hutan, mengaum dengan suara keras, "Aaauummmm" Semua binatang penghuni hutan tertunduk ketika sang raja hutan berjalan di tengah hutan. Dengan sombongnya, sang singa berjalan melintasi binatang-binatang lain. Setelah sang singa lewat, semua penghuni hutan merasa lega karena ia tidak memangsa salah satu dari mereka. Namun, tak lama kemudian terdengar suara kesakitan, "Tolong, tolong, siapa pun tolong!" teriak sang singa. Rupanya ia masuk perangkap yang dipasang pemburu.

Binatang lain yang mendengar teriakan minta tolong itu saling bertatapan. Mereka ragu menolong sang singa. Binatang lainnya pun mulai menjauh dan tidak mau menolong sang singa. Mereka merasa takut.

Sang tikus yang kecil, pelan-pelan menaiki tali perangkap yang menjerat sang singa. Dengan giginya yang kecil, tikus mulai menggigit tali tersebut. Akhirnya tali tersebut putus, dan sang singa berhasil lari. Ia meminta maaf karena telah berlaku sombong. Tak lupa, sang singa mengucapkan terima kasih kepada tikus.

Sobat Kids, jagalah hati kita agar tetap rendah hati; tidak sombong. Ketika kita rendah hari, kita menunjukkan bahwa kita juga membutuhkan kebaikan dari orang lain.

Card image
Truth Junior 23 September 2024 - TIDAK PAMER
2024-09-23 21:47:08


Filipi 2:3
”dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;”

“Pak, saya turun di sini saja seperti biasa, ya...” Marveil berbicara kepada pengendara mobilnya. “Terima kasih, Pak, hati-hati di jalan pulang, ya...” Seru Marveil sambil membuka pintu dan turun dari mobil. “Baik, Non. Non juga hati-hati, ya…” balas Pak Kardi, supirnya. Marveil adalah seorang anak yang berasal dari keluarga berkecukupan. Setiap hari, ia ke sekolah diantar supirnya dengan kendaraan yang mewah milik orang tuanya. Marveil sudah pernah membujuk orang tuanya untuk tidak menggunakan mobil itu jika mengantarnya sekolah, tetapi orang tuanya bersikeras karena merasa mobil yang mahal itu lebih aman untuk dikendarai Marveil.

Karena itu, setiap hari Marveil selalu meminta turun tidak di depan gerbang sekolah, melainkan beberapa meter sebelumnya. Ia akan berjalan kaki menuju sekolah agar tidak terlalu mencolok dilihat teman-temannya bahwa ia diantar dengan mobil mahal. Ia melakukan itu, agar tidak menonjolkan kesenjangan ekonomi dengan teman-temannya. Banyak di antara teman-temannya yang bahkan tidak mampu membayar uang sekolah, sehingga Marveil tidak mau terlihat berbeda dari mereka.

Sobat Junior, Marveil mempunyai kebaikan hati yang membuatnya tidak sombong dan rendah hati. Kalau Sobat Junior bagaimana? Ketika memiliki barang bagus, mahal, mewah, bermerk, apakah kalian diam saja dan tidak menunjukkannya? Atau malah sebaliknya, dengan sengaja dipamerkan agar teman-teman kalian mengagumi bahkan sampai iri hati? Itu kesombongan, namanya. Jangan seperti itu, ya. Hendaknya kita rendah hati seperti Marveil.

Card image
Truth Youth 23 September 2024 (English Version) - MENTAL AND SPIRITUAL ILLNESS
2024-09-23 20:55:40


“Therefore, if anyone is in Christ, the new creation has come: The old has gone, the new is here!” (2 Corinthians 5:17)

When we talk about mental health, topics related to mental illnesses such as anxiety disorders, depression, schizophrenia, post-traumatic stress disorder (PTSD), and others often come up. Why has the global community recently started to emphasize discussions about mental conditions? Of course, it's because this is an important topic to address and pay attention to. Essentially, humans are born with good mental health. In other words, the original design of a person's soul doesn't immediately include mental disorders. Therefore, it’s important to be aware of and understand how we can face these conditions within ourselves.

The above discussion belongs to the realm of psychology. But what about our spiritual condition? If we think about it, perhaps not all of us have mental health conditions or disorders. However, don't be mistaken—when it comes to our spiritual health, the truth is we are all sufferers of spiritual illness. Our spiritual condition has been damaged and ruined due to the influence of sin. We all now have spiritual illnesses such as the tendency to stray from God, commit sins, hurt others, and more. When our spiritual life is broken, it certainly cannot be healed by our own strength. We must replace and leave behind our old, sick lives in order to embrace a new life in Christ.

Both mentally and spiritually, we need Christ as our anchor to improve these conditions. By relying on Christ, we can find the strength to face and overcome the mental and spiritual challenges we experience. Christ gives us hope, love, and peace that surpasses all understanding, becoming the true source of healing for every wound and disorder we face. Therefore, in our efforts to achieve holistic mental and spiritual health, let us continually draw near to Christ, seek His help, and live according to His teachings and love. Only in this way can we experience true restoration and find peace in our souls.

WHAT TO DO:
1. Be aware of and understand your mental and spiritual condition, then face it wisely.
2. Replace your old, sinful life with a new life in Christ.
3. Draw near to Christ to gain strength, hope, and peace.

BIBLE MARATHON:
- Micah 1-4

Card image
Truth Youth 23 September 2024 - MENTAL AND SPIRITUAL ILLNESS
2024-09-23 20:53:07


”Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Korintus 5:17)

Kalau ngomongin tentang kesehatan mental, biasanya topik mengenai kondisi-kondisi yang berhubungan dengan penyakit mental atau mental illness seperti kecemasan berlebih, depresi, skizofrenia, gangguan stres pasca perang, dan lain-lainnya menjadi pembahasan yang sering dibahas. Kenapa akhir-akhir ini masyarakat dunia mulai menggencarkan pembahasan-pembahasan atau topik mengenai kondisi mental ini? Tentu karena hal ini merupakan hal yang penting untuk dibahas dan diperhatikan. Sejatinya, manusia terlahir dengan kondisi mental yang baik. Atau bisa dibilang rancangan awal jiwa seseorang tidak langsung memiliki kondisi gangguan mental. Maka menjadi penting untuk sadar dan memahami bagaimana kita bisa menghadapi kondisi tersebut di dalam diri kita.

Kita bisa melihat bahwa pembahasan di atas merupakan topik dalam ranah psikologis. Lalu bagaimana dengan kondisi kerohanian kita? Kalo dipikir-pikir, mungkin tidak kita semua memiliki kondisi atau gangguan pada kesehatan mental kita. Namun jangan salah, kalo kita ngomongin kesehatan rohani kita, sejatinya kita semua pengidap penyakit rohani atau spiritual illness. Kondisi kerohanian kita semua telah rusak dan hancur akibat dari pengaruh dosa. Kita semua sekarang memiliki penyakit rohani seperti kecenderungan untuk jauh dari Tuhan, berbuat dosa, menyakiti sesama, dan lain-lainnya. Ketika kerohanian dan hidup kita sudah rusak, tentu tidak bisa disembuhkan dengan kekuatan kita sendiri, maka kita harus mengganti dan meninggalkan hidup kita yang lama dan sakit ini agar kita dapat menggantinya dengan hidup yang baru di dalam Kristus.

Baik secara mental maupun secara kerohanian, keduanya sama-sama membutuhkan Kristus sebagai pegangan kita dalam memperbaiki kondisi-kondisi tersebut. Dengan bersandar pada Kristus, kita dapat menemukan kekuatan untuk menghadapi dan mengatasi tantangan mental dan rohani yang kita alami. Kristus memberikan kita pengharapan, kasih, dan kedamaian yang melampaui segala pengertian, yang menjadi sumber penyembuhan sejati bagi setiap luka dan gangguan yang kita hadapi. Oleh karena itu, dalam upaya kita untuk mencapai kesehatan mental dan kerohanian yang utuh, marilah kita senantiasa mendekatkan diri kepada Kristus, mencari pertolongan-Nya, dan menjalani hidup sesuai dengan ajaran dan kasih-Nya. Hanya dengan demikian, kita dapat mengalami pemulihan yang sejati dan menemukan kedamaian dalam jiwa kita.

WHAT TO DO:
1.Sadar dan pahami kondisi mental serta rohani kita, lalu hadapi dengan bijak.
2.Gantikan hidup yang lama dan penuh dosa dengan kehidupan baru dalam Kristus.
3.Dekatkan diri kepada Kristus untuk memperoleh kekuatan, pengharapan, dan kedamaian.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mikha 1-4

Card image
Renungan Pagi - 23 September 2024
2024-09-23 20:50:05


Dalam menjalani hidup ini banyak orang Kristen maunya yang enak-enak saja, layaknya melewati jalan tol yang bebas hambatan; diberkati, disembuhkan, dipulihkan, hidup yang terus naik dan sebagainya, tapi tidak mau melewati proses atau membayar harga.

Tuhan Yesus berkata; "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku", menyangkal diri dan memikul salib ini berbicara tentang ketaatan, tapi sayang jika ada hamba Tuhan yang begitu keras berkhotbah tentang ketaatan, banyak di antara kita yang merasa tersinggung, marah dan berusaha untuk menghindarinya, serasa 'alergi' mendengarnya. 

Kita lebih suka mendengar kotbah dari hamba Tuhan yang isinya ringan, lucu dan menghibur, inginnya hidup semau kita saja, menganggap bahwa ketaatan itu seperti raksasa yang menakutkan dan siap menerkam; seperti pagar besi yang membelenggu langkah gerak kita.

Bukankah ini seperti orang fasik atau orang bebal? Sebab "Berlaku cemar adalah kegemaran orang bebal", sebagaimana melakukan hikmat bagi orang yang pandai, tetapi bagi orang percaya, Alkitab menegaskan "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus."

Sebagai anak-anak Tuhan seharusnya bersyukur bila terus diingatkan untuk hidup dalam ketaatan, setiap teguran, ajaran dan peringatan hendaknya kita ambil sisi positifnya dan terima sebagai berkat rohani, Tuhan sangat mengasihi; Dia tidak ingin kita jauh dan makin tersesat, itulah sebabnya "Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."

Sebaliknya "jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang", ketaatan adalah juga pintu gerbang untuk mengalami berkat-berkat Tuhan, "Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu."
 (1 Petrus 1:14)

Card image
Quote Of The Day - 23 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-23 20:47:52


Kita harus memberi ruangan bagi kenyataan hidup bahwa hidup tidak lagi ideal.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 23 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-23 20:46:12


Tuhan tertarik untuk menolong semua masalah kita, tapi Tuhan lebih tertarik menyelamatkan hidup kekal kita.

Card image
THE POLE OF HOLINESS - 23 September 2024
2024-09-23 20:42:22


We must be aware that the sifting period is underway. The world in this condition is sifting, meaning that it conditions the separation of those who truly want to live holy and those who do not. The world will be shaken by various shocks, and is currently shaking in various aspects of life. The war in Europe that is still ongoing between Russia and Ukraine, is a signal for us that the world will definitely end. Not to mention the threat of nuclear war that has not subsided. If a nuclear war occurs once, the map of life on this earth will change completely. It is unimaginable. Economic aspects, political aspects, social aspects, moral aspects, all are in turmoil. Also the ecosystem of this earth. With the increasing number of earthquakes, there is an increasing shift in the earth's tectonic, causing tsunamis, global warming, and so on.

This is not meant to frighten, but to remind us that our world is being conditioned in such a way. From a moral aspect, we see human depravity. Human behavior that is arbitrary, without compassion for others. Also in the environment of Christians themselves, many fluently speak the word "love," but in practice, they are far from its true implementation. This is clear. The condition of our world today will lead people either to the pole of holiness or the pole of wickedness. It opens the opportunity for people to become as evil as they can be. Not only among non-religious people but also within the Christian community, we see the ruthlessness of people toward each other. We are being conditioned to be either at the pole of wickedness or the pole of holiness. And, of course, we want to be at the pole of holiness.

For that, we must fight hard, because our world today a world that is vulnerable to the life of Christian faith. From what is seen, heard, especially this gadget becomes a window to many things, whether people want to be poisoned by the world or want to sanctify themselves by the word. Given how corrupt the world is, the influence of the world is so evil, then we must fortify ourselves with more serious efforts. We redouble our prayers, our search for the truth of the word. We ask God to give us new revelations from the Bible that will produce teachings that we can use as the sword of the Spirit to confront the truly evil and powerful influences of the world.

It’s ironic that those who choose to be on the pole of holiness are so few; it’s not a popular choice. Yet, we choose to stand at the pole of holiness. One movement we are committed to, and will continue until the end of the world or until we pass away, is 24 hours in the presence of God. We must always embrace the awareness that we live in God's presence. While we work, we do all our activities, we are always aware that we are before God, and at the same time we maintain our holiness. We ask for the help of the Holy Spirit so that we can realize a life that is spotless and blameless. Double our efforts in seeking God. Come on, we must be more serious in seeking God.

Those of us who want to be at the pole of holiness certainly do not find it easy to live. We will face dark powers that continue to terrorize and intimidate. Dark powers that want to stimulate our old self to be resurrected, while the world will aggressively influence us so that the atmosphere of our souls is cloudy, so that we find pleasure in worldly things again, which would mean looking back. Terrifying. If we are at the pole of holiness, then the attacks of dark powers will be severe. If we are just ordinary Christians, Satan does not need to attack, does not need to press, or be sharply hostile. But if we are at the pole of holiness, they will use anything or anyone to make us weary, exhausted in seeking God, or even to drive us to despair.

Dark powers will use, not only non-believers, but even religious people to hinder the movement of holy living, the 24-hour movement before God. But we keep looking at God. As it is said in the Word of God, people who want to live a holy life must be persecuted. People who worship sincerely must experience persecution. Persecution is not always physical; it can also affect the soul and the heart. We take refuge in the Lord, the living God who never abandons us.

Therefore, we cannot avoid making a decision. If we decide not to make a decision, we will surely be swept away by the evil current of this world. And this decision must be renewed every day. Like manna, it had to be gathered for each day and consumed for that day, except on the Sabbath. We also want to update our commitment while we receive fresh words from God’s heart, truths revealed by God that are useful for our lives in this present age.

THE CONDITION OF OUR WORLD TODAY WILL LEAD PEOPLE EITHER TO THE POLE OF HOLINESS OR THE POLE OF WICKEDNESS.

Card image
KUTUB KEKUDUSAN - 23 September 2024
2024-09-23 20:37:46


Kita harus sadar bahwa masa penampian sedang berlangsung. Dunia dengan keadaan seperti ini menampi, artinya mengondisi terpisahnya mereka yang sungguh-sungguh mau hidup kudus dan yang tidak. Dunia akan diguncang dengan berbagai guncangan, dan sekarang sedang berguncang dari berbagai aspek kehidupan. Perang di Eropa yang sekarang masih berlangsung antara Rusia dan Ukraina, itu merupakan sinyal-sinyal bagi kita bahwa dunia pasti berakhir. Belum lagi ancaman perang nuklir yang belum reda. Kalau sampai satu kali perang nuklir terjadi, peta kehidupan di bumi ini berubah total. Tidak terbayangkan. Aspek ekonomi, aspek politik, aspek sosial, aspek moral, semua bergolak. Juga ekosistem bumi ini. Dengan makin banyaknya gempa bumi, makin banyaknya terjadi pergeseran lempengan tanah di bawah bumi, menimbulkan tsunami, global warming, dan lain sebagainya.

Bukan bermaksud untuk menakut-nakuti melainkan mengingatkan bahwa dunia kita ini dikondisi begitu rupa. Dari aspek moral, kita melihat kebejatan manusia. Perilaku manusia yang semena-mena, tidak berbelas kasihan terhadap orang lain. Juga di lingkungan orang-orang Kristen sendiri, yang fasih mengucapkan kata “kasih,” tetapi di dalam praktiknya jauh dari implementasinya. Ini jelas. Kondisi dunia kita hari ini akan membawa manusia ke kutub kekudusan atau kutub kejahatan. Membuka peluang orang bisa menjadi jahat, sejahat-jahatnya. Bukan hanya di kalangan orang di luar orang beragama, namun juga di lingkungan orang Kristen di mana yang beragama pun kita lihat kesewenang-wenangan orang terhadap sesamanya. Kita dikondisi untuk ada di kutub kejahatan atau kutub kesucian. Dan tentu saja kita mau ada di kutub kesucian.

Untuk itu, kita harus berjuang keras, sebab dunia kita hari ini dunia yang rawan terhadap kehidupan iman Kristen. Dari apa yang dilihat, didengar, apalagi gadget ini menjadi jendela bagi banyak hal, apakah orang mau diracuni oleh dunia atau mau menguduskan diri oleh firman. Oleh karena keadaan dunia begitu rupa, pengaruh dunia begitu jahat, maka kita harus membentengi diri dengan usaha yang lebih serius. Kita gandakan doa-doa kita, pencarian kita akan kebenaran firman. Kita minta Tuhan beri penyingkapan-penyingkapan baru dari Alkitab yang membuahkan ajaran yang bisa kita pakai sebagai pedang Roh dalam menghadapi pengaruh dunia yang benar-benar jahat dan kuat ini.

Ironis, yang memilih untuk berada di kutub kekudusan sangat sedikit; tidak populer. Tapi kita memilih di kutub kekudusan. Salah satu gerakan yang kita lakukan dan terus kita lakukan sampai dunia kiamat atau sampai kita meninggal adalah 24 hours in the presence of God (24 jam di hadapan Allah). Kita harus selalu menghayati bahwa kita hidup di hadirat Allah. Sementara kita bekerja, kita melakukan segala kesibukan, kita selalu dalam kesadaran kita ada di hadapan Allah, dan sekaligus di situ kita menjaga kekudusan. Dan kita minta pertolongan Roh Kudus agar kita bisa mewujudkan kehidupan yang tak bercacat tidak bercela. Gandakan usaha kita dalam mencari Tuhan. Ayo, kita harus makin serius mencari Tuhan.

Kita yang mau berada di kutub kekudusan tentu tidak mudah menjalaninya. Kita akan menghadapi kuasa gelap yang terus meneror, mengintimidasi. Kuasa gelap yang mau merangsang manusia lama kita dibangkitkan, sementara dunia akan gencar memengaruhi kita agar suasana jiwa kita keruh, sehingga kita bisa memiliki kesenangan-kesenangan dunia lagi; berarti menoleh ke belakang. Mengerikan. Kalau kita ada di kutub kekudusan, maka serangan kuasa gelap akan berlangsung hebat. Kalau kita menjadi orang Kristen biasa, setan tidak perlu menyerang, tidak perlu mendesak, memusuhi secara tajam. Tapi kalau di kutub kekudusan, mereka menggerakkan apa saja, siapa saja untuk membuat kita menjadi lelah, letih mencari Tuhan, bahkan bisa menjadi putus asa.

Kuasa gelap akan memakai, bukan hanya orang-orang yang tidak beragama, bahkan orang-orang beragama untuk menghalangi lajunya gerakan hidup suci, gerakan 24 jam di hadapan Allah. Tapi kita memandang Tuhan terus. Seperti yang dikatakan dalam firman Tuhan bahwa orang yang mau hidup suci harus memberi diri teraniaya. Orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh harus mengalami penganiayaan. Penganiayaan tidak selalu bersifat fisik. Penganiayaan juga bisa bersifat jiwa, batin. Kita berlindung kepada Tuhan, Allah yang hidup yang tidak pernah meninggalkan kita.

Jadi, kita tidak bisa tidak mengambil keputusan. Kalau kita mengambil keputusan untuk tidak mengambil keputusan, pasti kita terbawa oleh arus dunia yang jahat ini. Dan keputusan ini harus dibarui setiap hari. Seperti roti manna, harus diambil hari itu untuk selesai hari itu, kecuali hari Sabat. Kita juga mau meng-update komitmen kita, sementara kita menerima firman-firman yang baru dari hati Tuhan, kebenaran-kebenaran yang disingkapkan oleh Allah yang berguna untuk kehidupan kita di zaman sekarang ini.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KONDISI DUNIA KITA HARI INI AKAN MEMBAWA MANUSIA KE KUTUB KEKUDUSAN ATAU KUTUB KEJAHATAN.

Card image
Truth Kids 22 September 2024 - LEADER
2024-09-22 20:07:03


Titus 2:7
”dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu.”

Sobat Kids, tahukah kalian bahwa kalian semua adalah seorang pemimpin atau leader? Kalian tidak perlu menunggu dewasa untuk menjadi seorang pemimpin. Kalian bisa menjadi seorang pemimpin walaupun kalian masih kecil. Pemimpin bukan hanya milik orang dewasa saja.

Seorang pemimpin bukan hanya memberikan perintah kepada orang lain, melainkan juga memberikan teladan bagi yang lain. Misalkan Sobat Kids menjadi ketua kelas di sekolah kalian, itu artinya kalian harus menjadi teladan bagi teman-teman sekelas. Kalian harus datang tepat waktu, mengumpulkan tugas tepat waktu, dan taat terhadap semua peraturan di sekolah.

Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kalian untuk menjadi teladan dalam berbuat baik. Ingat, bulan ini kita belajar tentang buah Roh kebaikan. Jadi, lakukanlah hal-hal baik sehingga orang lain dapat meneladaninya. Perbuatan baik apakah yang akan kalian lakukan hari ini?

Card image
Truth Junior 22 September 2024 - POLISI CILIK
2024-09-22 20:05:35


Titus 2:7
”dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu.”

Sobat Junior, apakah kalian pernah mendengar program polisi cilik? Polisi cilik terdiri dari anak-anak yang dilatih seperti polisi. Mereka dilatih untuk mengetahui peraturan dan menaatinya. Walaupun masih kecil, polisi cilik ini menjadi contoh teladan bagi anak-anak yang lain.

Bukan hanya anak-anak di polisi cilik yang dapat menjadi teladan bagi anak-anak lainnya. Kalian juga dapat menjadi teladan bagi anak-anak yang lain, Sobat Junior. Tidak harus menunggu hingga dewasa untuk menjadi teladan bagi orang lain. Sejak sekarang ini, kalian bisa menjadi teladan. Asalkan kalian belajar sungguh-sungguh dan berlaku benar setiap saat, kalian pasti bisa.

Sobat Junior, lakukanlah hal-hal baik sesuai dengan kebenaran firman Tuhan sehingga kita dapat menjadi teladan bagi orang lain. Seperti ayat firman Tuhan yang kita baca hari ini, kita harus sungguh-sungguh jujur, hidup kudus di hadapan Tuhan. Berjuanglah agar kita hidup benar di hadapan Tuhan. Maka Tuhan akan disenangkan dengan perbuatan kita. Ini akan menjadi praktik buah Roh kebaikan yang membuat Tuhan happy.

Card image
Truth Youth 22 September 2024 (English Version) - LOVE: REALISTIC, NOT MYSTIC
2024-09-22 19:59:44


“If one of you says to them, ‘Go in peace; keep warm and well fed,’ but does nothing about their physical needs, what good is it?” (James 2:16)

In the context of Indonesia, discussions about religion are often intertwined with mysticism, and even in practice, they become very mystical. This religious habit eventually shapes a way of thinking or logic that is highly mystical. This is evident when people are faced with reality; they tend to quickly jump to mystical conclusions about situations that can actually be explained rationally.

One of the realities often treated mystically by institutions and religious leaders is the issue of mental health. Armed with scriptural references and religious doctrines, religious leaders easily offer mystical solutions to mental health issues without considering rational explanations from mental health experts. However, people with mental health issues need logical and realistic explanations from experts who are knowledgeable in the field.

This is not to belittle religion, but we must acknowledge that there are many issues that cannot be answered by or with religion. Let’s not practice our faith and then fall into dogmatism and fanaticism. The Bible clearly teaches that love must be realistic, and this truth is affirmed by Scripture. We cannot help a hungry person with just a prayer; we can only help them by giving them food, money, or a job, so they are no longer hungry.

The same applies to people with mental health issues. Give them attention because they need to be genuinely listened to without judgment. Build empathy and love, and be a friend to them. Accompany them with sincere love, as they need real support to overcome their situation.

Guys, love must be realistic and heal those who are wounded. Have empathy and love for them. Remember, don’t be overly religious, fanatical, or mystical. Be children of God who are wise, loving, spiritual, realistic, and restorative. Amen.

WHAT TO DO:
1. Don’t assume you know everything and take things lightly.
2. Be realistic and rational.
3. Be intelligent and loving.

BIBLE MARATHON:
- Jonah 1-4

Card image
Truth Youth 22 September 2024 - KASIH: REALISTIS, BUKAN MISTIS
2024-09-22 19:55:49


”Dan seorang dari antara kamu berkata: “Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!”, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?” (Yakobus 2:16)

Dalam konteks Indonesia, perbincangan tentang agama tidak pernah lepas dari segala sesuatu yang bersifat mistik, bahkan dalam penerapannya pun sangatlah mistis. Kebiasaan beragama seperti ini pada akhirnya membentuk cara berpikir atau berlogika yang sangat mistis. Hal ini tampak jelas ketika mereka diperhadapkan dengan realitas. Mereka terbiasa langsung mengambil kesimpulan mistis terthadap realitas yang sebenarnya dapat dijelaskan secara rasional.

Salah satu realitas yang sering diperlakukan secara mistik oleh institusi dan para pemuka agama adalah isu kesehatan mental. Bermodalkan dalil kitab suci dan doktrin agama, para pemuka agama dengan mudah memberikan solusi kesehatan mental secara mistik tanpa mempertimbangkan penjelasan-penjelasan rasional dari para pakar kesehatan mental. Padahal, orang-orang dengan gangguan mental membutuhkan penjelasan-penjelasan yang masuk akal dan realistis dari para pakar yang memang ahli di bidangnya.

Tidak bermaksud untuk merendahkan agama, tetapi kita harus mengakui bahwa ada banyak sekali hal dan isu yang tidak dapat dijawab oleh dan dengan agama. Jangan kita beragama dan kemudian terjebak dalam dogmatisme dan fanatisme. Bahwa kasih itu harus dan pasti realistis adalah Firman Tuhan yang ditegaskan oleh Alkitab. Bahwa kasih itu harus dan pasti realistis adalah ya dan amin. Kita tidak akan pernah bisa menolong orang yang kelaparan dengan doa. Kita hanya bisa menolong orang yang kelaparan dengan memberinya makanan, uang, dan pekerjaan, sehingga dia tidak kelaparan lagi.

Demikian juga orang-orang dengan gangguan mental. Berilah mereka perhatian sebab mereka butuh diperhatikan dan didengarkan dengan tulus tanpa penghakiman. Bangunlah empati dan kasih, dan jadilah sahabat bagi mereka. Dampingi mereka dengan kasih yang tulus sebab mereka membutuhkan pendampingan serta dukungan yang nyata untuk bisa melewati keadaan tersebut.

Guys, kasih itu pasti realistis dan memulihkan mereka yang terluka. Milikilah empati dan kasih terhadap mereka. Ingat, jangan agamawi, jangan fanatik, dan jangan mistis. Jadilah anak-anak Allah yang cerdas, penuh kasih, rohani, realistis, dan memulihkan. Amin.

WHAT TO DO:
1.Jangan merasa tahu dan menganggap enteng segala hal
2.Jadilah realistis dan rasional
3.Jadilah cerdas dan penuh kasih

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yunus 1-4

Card image
Renungan Pagi - 22 September 2024
2024-09-22 10:38:27


Seringkali banyak orang berkamuflase menghiasi hidupnya dengan berbagai bentuk kemunafikan, mereka sedemikian rupa menutup rapat-rapat  'kebusukan' hidupnya dengan penampilan luarnya; tutur kata halus, sikap ramah dan tindak tanduk yang tampak rohani.

Padahal kehidupan yang dijalani sesungguhnya adalah suatu kehidupan gelap yang penuh lika-liku, mereka menyembunyikan 'belang' nya di hadapan manusia dengan berbagai trik, namun mereka tak menyadari bahwa ada sepasang mata yang tak berkedip mengawasi setiap gerak-gerik hidupnya tanpa ada yang terlewatkan, "Mata TUHAN ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik".

Orang-orang seperti ini tak pernah menyesal atau merasa berdosa, bahkan mereka menganggap bahwa Tuhan tak melihat segala yang diperbuatnya, mereka tetap tenang seolah-olah tak terjadi apa-apa dan tak pernah berbuat dosa, apalah artinya nampak aktif ke gereja bila hidup tak berubah dan dosa tetap saja kita lakukan dengan sembunyi-sembunyi?

Itu sia-sia belaka, Alkitab menegaskan; "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku; Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Kerajaan Sorga hanya disediakan bagi orang-orang yang taat melakukan kehendak Tuhan, hendaknya kita berhati-hati dalam segala hal, sebab mata Tuhan ada di segala tempat.

Walaupun tidak ada pendeta, pemimpin rohani atau orang lain yang tahu, kita harus menjaga hidup agar tetap berkenan kepada Tuhan, jangan sampai kita memakai 'kedok' apa pun! Sadarlah dan ingatlah bahwa "tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.

Ada orang yang melakukan dosa, tapi begitu mendengar teguran mereka segera sadar dan minta ampun kepada Tuhan, tetapi tidak sedikit orang, yang sekalipun sudah mendengar kebenaran firman Tuhan, tetap saja melakukan dosa dengan sembunyi, "Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu.
 (Ibrani 10:26)

Card image
Quote Of The Day - 22 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-22 10:35:21


Tidak ada yang bisa menyelamatkan kita kecuali Tuhan, dan Tuhan tidak bisa menyelamatkan kalau kita tidak menyelamatkan diri kita sendiri dengan menjadi kekasih Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 22 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-22 10:33:47


Kompromi dengan dunia berarti merendahkan dan mereduksi harga yang harus kita bayar di dalam kehidupan ini sebagai umat pilihan, yaitu meneladani Yesus.

Card image
STRUGGLING TO ACHIEVE PERFECTION - 22 September 2024 (English Version)
2024-09-22 10:30:23


When we read the Bible, we see that no one experiences God in a short time. It always takes a long process before one can encounter the glory and greatness of God. This is something we must fully understand, accept, and realize: to experience God and His glory requires a long journey of time. From this, we learn that we must be persistent in seeking God. Surely we will reap in due time, because the word of God says that whatever a person sows, he will also reap. If we sow by earnestly seeking God every day, we will surely reap—provided we do not fall into sin.

If we look at the movements throughout church history, each has its peak and eventual decline. The Reformation waned, then came the Pentecostal movement. As it started to fade, the praise and worship movement emerged, only to begin declining as well. Now, we are in a new movement—one that calls us back to the true God we must worship, the God of Israel, Elohim Yahweh. The name Yahweh appears and is mentioned in the Bible, such as in the book of Psalms. There is no prohibition against calling on the name Yahweh; what existed was a Jewish tradition in which, feeling they had sinned against Yahweh, so the people lived in exile. From that point on, they stopped pronouncing the name Yahweh as an expression of reverence and politeness.

If we go back to the Bible, it means that everything we do must be based on the Bible. What is forbidden is if we pronounce the name of Yahweh in vain. And if Jesus could achieve God's approval, doing the will of the Father, we can also achieve God's approval, doing the will of the Father. Because only those who do the will of God are accepted by God in His Kingdom. Matthew 7:21-23, "Not those who call the Lord, Lord! who enters heaven, but only those who do the will of the Father.” And Jesus is the Son of God, the perfect man, the God-man who is our model. If Jesus were God himself, meaning Yahweh, then we could not learn and imitate Him.

This movement is a movement at the end of time that prepares us to truly become perfect. Now we are not perfect yet, but over time, we will experience God and experience God's glory. We honor Him, we worship God the Father as the source of all blessings and grace, and we worship Jesus as the King who is our way to the Father. This movement is a movement in which the truth of the Bible is declared, realized. Our worship must be directed to Elohim Yahweh, the One God. For apart from Him, apart from God Yahweh is falsehood, foolishness. Only Elohim Yahweh is the only One God, and Jesus Christ our Lord and King will be King in eternity. As David became king in Old Testament times, so in the new heavens, new earth, we will worship our King, the Lord Jesus Christ, and God the Father, Elohim Yahweh, above all.

We struggle to achieve perfection as Jesus has achieved. Jesus' life was a life dedicated to God completely. Living only to do the will of the Father, this is the lifestyle that we must wear. Through this movement, we can no longer live normally because the model of life that we must wear, the way of life that we must live, is the way of life of the Lord Jesus. So far we have missed the mark, we are conformist, we adjust to the world, we make compromises. And when we realize, how difficult it is to get out of the normal life that we have lived for dozens or even tens of years. Praise God, if in the remaining years of our lives, we are willing to seriously wear the life of Jesus (1 John 2:6 Whoever claims to live in him must live as Jesus did ; Romans 13:14). We still have a chance. It’s better late than never.

Jesus is God the Father's full-time servant, and since the life we must live is His life, we are all full-time workers for the Kingdom of Heaven. The principle is: 'Whether you eat or drink or do anything else, do it all for the glory of God.' We are all servants of God. So, if Jesus could achieve perfection, pleasing to God, then we can also achieve that. Jesus struggled wearing logos until He experienced the fullness of God. We can also strive to be filled with the logos and experience the fullness of God. So, if we have to face such heavy challenges from the world, it's okay-let's keep persevering.

WE STRUGGLE TO ACHIEVE PERFECTION AS JESUS HAS ACHIEVED.

Card image
BERGUMUL MENCAPAI KESEMPURNAAN - 22 September 2024
2024-09-22 10:26:48


Kalau kita membaca Alkitab, tidak ada seorang pun dapat mengalami Tuhan dalam waktu yang singkat. Selalu melalui proses waktu yang panjang barulah ia mengalami kemuliaan Tuhan, kedahsyatan Tuhan. Untuk ini harus kita sungguh-sungguh mengerti, kita pahami, dan kita terima bahwa untuk mengalami Tuhan, mengalami kemuliaan-Nya, memerlukan perjalanan waktu yang panjang. Dari hal ini kita belajar bahwa kita harus bertekun mencari Tuhan. Pasti kita akan menuai pada waktunya, karena firman Tuhan mengatakan bahwa apa yang ditabur orang itu juga akan dituainya. Kita menabur, yaitu mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh setiap hari, maka pasti kita akan menuai, asal kita jangan jatuh dalam dosa.

Kalau kita melihat gerakan-gerakan yang sudah pernah terjadi dalam sejarah gereja, itu ada titik nadirnya, titik turun. Reformasi surut, kemudian muncul gerakan Pentakosta. Lalu mulai surut, kemudian muncul gerakan yang berikut, praise and worship, untuk kemudian mulai surut pula. Sekarang, kita masuk gerakan ini, yaitu gerakan kembali kepada Allah yang benar yang harus kita sembah, yaitu Allah Israel, Elohim Yahweh. Nama Yahweh muncul dan disebut di dalam Alkitab; misalnya di kitab Mazmur. Dan tidak pernah ada larangan menyebut nama Yahweh. Yang ada adalah tradisi Yahudi yang merasa mereka telah berdosa kepada Yahweh, sehingga mereka hidup dalam pembuangan. Sejak itu mereka tidak menyebut nama Yahweh, dan itu dianggap sebagai tata krama, kesantunan.

Kalau kita kembali kepada Alkitab, berarti semua yang kita lakukan harus berdasarkan Alkitab. Yang dilarang adalah kalau kita menyebut nama Yahweh dengan sembarangan. Dan kalau Yesus bisa mencapai perkenanan Allah, melakukan kehendak Bapa, kita pun juga bisa mencapai perkenanan Allah, melakukan kehendak Bapa. Sebab hanya orang yang melakukan kehendak Allah yang diterima oleh Allah di dalam Kerajaan-Nya. Matius 7:21-23, “Bukan orang yang memanggil Tuhan, Tuhan! yang masuk surga, melainkan orang yang melakukan kehendak Bapa.” Dan Yesus adalah Anak Allah, manusia yang sempurna, manusia Allah yang menjadi model kita. Kalau Yesus Allah sendiri, Yahweh maksudnya, maka kita tidak bisa belajar dan meneladani Dia.

Gerakan ini menjadi gerakan akhir zaman yang mempersiapkan kita benar-benar menjadi sempurna. Sekarang kita belum sempurna, tetapi lewat perjalanan waktu, kita akan mengalami Tuhan dan mengalami kemuliaan Allah. Kita menghormati Dia, kita menyembah Allah Bapa sebagai sumber segala berkat dan anugerah, dan kita menyembah Yesus sebagai Raja yang menjadi jalan kita sampai kepada Bapa. Gerakan ini gerakan di mana kebenaran Alkitab dinyatakan, diwujudkan. Penyembahan kita harus ditujukan kepada Elohim Yahweh, Allah Yang Esa. Sebab di luar Dia, selain Elohim Yahweh adalah kepalsuan, kebodohan. Hanya Elohim Yahweh satu-satunya Allah Yang Esa, dan Yesus Kristus Tuhan dan Raja kita yang akan menjadi Raja di kekekalan. Seperti Daud menjadi raja di zaman Perjanjian Lama, demikian pula di langit baru, bumi baru nanti, kita akan menyembah Raja kita, Tuhan Yesus Kristus, dan Allah Bapa, Elohim Yahweh, di atas segalanya.

Kita bergumul untuk mencapai kesempurnaan seperti yang telah dicapai oleh Yesus. Kehidupan Yesus adalah kehidupan yang dipersembahkan kepada Allah sepenuhnya. Hidup hanya untuk melakukan kehendak Bapa, inilah gaya kehidupan yang harus kita kenakan. Melalui gerakan ini, kita tidak bisa lagi hidup wajar karena model hidup yang harus kita kenakan, cara hidup yang harus kita jalani, adalah cara hidup Tuhan Yesus. Selama ini kita telah meleset, kita konformistis, kita menyesuaikan diri dengan dunia, kita lakukan kompromi. Dan ketika kita sadar, betapa sulitnya keluar dari kehidupan wajar yang telah kita jalani selama belasan bahkan puluhan tahun. Puji Tuhan, kalau di sisa umur hidup kita ini, kita mau serius mengenakan kehidupan Yesus. Kita masih punya kesempatan. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.

Yesus itu full timer-Nya Allah Bapa karena model hidup yang harus kita kenakan adalah hidupnya Yesus, maka semua kita adalah full timer-nya Kerajaan Surga. Yang prinsipnya adalah: “Baik kau makan atau minum atau melakukan suatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah.” Semua kita adalah hamba-hamba Tuhan. Jadi kalau Yesus bisa mencapai kesempurnaan, keberkenanan di hadapan Allah, maka kita juga bisa mencapai hal itu. Yesus berjuang mengenakan logos sampai mengalami kepenuhan Allah. Kita juga bisa berjuang dipenuhi logos dan bisa mengalami kepenuhan Allah. Jadi kalau kita harus menghadapi tantangan yang begitu berat dari dunia, tidak apa-apa, mari kita tekun terus.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA BERGUMUL UNTUK MENCAPAI KESEMPURNAAN SEPERTI YANG TELAH DICAPAI OLEH YESUS.

Card image
Truth Kids 21 September 2024 - KEEP SECRET
2024-09-21 18:15:26


Amsal 11:13
”Siapa mengumpat, membuka rahasia, tetapi siapa yang setia, menutupi perkara.”

Rian baru saja mendapat kabar dari temannya, Lila, tentang masalah keluarganya yang sangat pribadi. Lila memercayakan rahasia itu hanya pada Rian, karena dia merasa Rian teman yang bisa dipercaya. Suatu hari, saat bermain bersama teman-teman lain, Budi bertanya, "Rian, kamu tahu nggak, kenapa Lila akhir-akhir ini terlihat sedih?" Rian terdiam sejenak. Dia teringat betapa sedihnya Lila saat bercerita, dan betapa pentingnya menjaga kepercayaan itu. Dengan tenang, Rian menjawab, "Maaf, Budi. Aku tidak bisa menceritakan hal pribadi tentang Lila. Itu adalah rahasianya, dan aku harus menghormati itu." Budi awalnya penasaran, namun kemudian mengangguk mengerti. "Iya, Rian. Kamu benar. Kita harus menghormati privasi teman kita. Lila pasti sangat menghargai sikapmu." Rian merasa lega karena telah melakukan hal yang benar. Ia tahu bahwa menjaga rahasia Lila adalah cara terbaik untuk menunjukkan ia benar-benar peduli dan menghormatinya.

Sobat Kids, menjaga rahasia teman adalah tanda bahwa kita menghargai dan menghormati mereka. Ketika teman kita memercayakan sesuatu yang pribadi, berarti mereka percaya pada kita. Jangan sia-siakan kepercayaan itu. Dengan menjaga rahasia, kita menunjukkan bahwa kita adalah teman yang setia dan dapat diandalkan. Yuk, kita selalu hormati kepercayaan teman-teman kita dengan menjaga rahasia mereka.

Card image
Truth Junior 21 September 2024 - MENJAGA RAHASIA
2024-09-21 18:13:08


Amsal 11:13
”Siapa mengumpat, membuka rahasia, tetapi siapa yang setia, menutupi perkara.”

Apakah ada di antara Sobat Junior yang ingin menjadi tentara? Tahukah kalian bahwa tentara Indonesia terkenal sampai ke luar negeri? Kopassus (Komondo Pasukan Khusus) merupakan pasukan elit di bawah TNI (Tentara Nasional Indonesia), khususnya Angkatan Darat. Kemampuan para Kopassus tidak kalah dengan kemampuan tentara negara lainnya. Para Kopassus terlatih untuk melakukan sebuah misi yang ditugaskan oleh negara. Mereka pun dilatih untuk menjaga rahasia negara. Tidak boleh membocorkan rahasia negara kepada negara lain. Segala upaya akan dilakukan agar Indonesia tetap menjadi negara merdeka, dan tidak ada yang mencelakai negara Indonesia.

Sobat Junior, kita sebagai anak-anak juga bisa melatih kepercayaan teman untuk menjaga rahasia mereka. Jika teman menceritakan sesuatu yang pribadi kepada kalian. Kalian harus dapat menjaga rahasia tersebut. Kalian tidak boleh menceritakan rahasia tersebut kepada orang lain. Namanya juga rahasia; seharusnya orang lain tidak ada yang tahu. Kecuali rahasia itu masalah hidup atau matinya seseorang, Sobat Junior. Jika rahasianya sudah berhubungan dengan keberlangsungan hidup seseorang, maka kalian harus beritahukan orang tua kalian, ya, Sobat Junior. Kita mau belajar untuk menghormati kepercayaan teman dengan menjaga rahasia mereka.

Card image
Truth Youth 21 September 2024 - ANTITHESIS OF FALSEHOOD
2024-09-21 18:11:40


“The path of the righteous is level; you, the Upright One, make the way of the righteous smooth.” (Isaiah 26:7)

For centuries, the intellectual journey of humanity has been intertwined with the question of truth. Philosophers, intellectual figures, and even theologians have strived to define and articulate truth. However, no universally accepted definition or formulation of truth has yet been agreed upon. Truth remains a subject of debate to this day.

One thing to understand about truth is that it implies the existence of falsehood. Truth exists because there is falsehood, and therefore, truth must stand in opposition to falsehood. Thus, truth can be defined as the antithesis of falsehood. The problem, however, is that many people still struggle, and even fail, to distinguish between truth and falsehood.

A similar issue occurs in many faith communities where deception and ignorance flourish, targeting naive youth. The inability of young people to differentiate between truth and falsehood can lead to serious damage. One might lose their sanity, becoming unable to think critically and rationally; they may become religiously orthodox, hypocritical, worship religious leaders, and believe blindly, to the extent of loving religion and its leaders more than loving God. They may claim to love God but do not love Him with all their mind. The Bible warns that cursed is anyone who does not love the Lord (1 Cor. 16:22).

God, our Father in heaven, is called the God of Truth (Heb.: El Emet). Therefore, we are children of truth, and children of truth are the antithesis of falsehood. Children of truth will live in truth, by truth, and will declare truth. They will not be swept away by falsehood because they have undergone a renewal of mind, enabling them to discern truth from falsehood. Do not be religiously orthodox or fanatical. Be a generation that is wise, critical, brave, and loves God with all your mind, so that many may be blessed, come to know the God of Truth, and become children of truth. Be true and live for God. Amen.

WHAT TO DO:
1. Commit to integrity and principles.
2. Maximize your reasoning for God.
3. Do not idolize anything or anyone.

BIBLE MARATHON:
- Obadiah 1

Card image
Truth Youth 21 September 2024 - ANTITESIS KEPALSUAN
2024-09-21 18:08:58


”Jejak orang benar adalah lurus, sebab Engkau yang merintis jalan lurus baginya.” (Yesaya 26:7)

Selama berabad-abad, sejarah perjalanan intelektual manusia tidak pernah lepas dari pertanyaan mengenai kebenaran. Para filsuf, tokoh-tokoh intelektual, bahkan para teolog berupaya keras untuk mendefinisikan dan merumuskan kebenaran. Akan tetapi, belum ada satu pun definisi maupun rumusan yang dimufakati bersama secara universal. Kebenaran masih menjadi perdebatan sampai hari ini.

Salah satu hal yang perlu dipahami tentang kebenaran ialah bahwa kata kebenaran itu mengisyaratkan adanya ketidakbenaran atau kepalsuan. Kebenaran itu ada karena ada kepalsuan dan karenanya kebenaran itu pasti bertentangan dengan kepalsuan. Dengan demikian, kebenaran dapat didefinisikan sebagai antitesis kepalsuan. Nah, masalahnya adalah masih banyak sekali orang yang kesulitan, bahkan tidak mampu untuk membedakan kebenaran dan kepalsuan.

Masalah serupa juga terjadi dalam banyak komunitas iman di mana penyesatan dan pembodohan tumbuh begitu subur dan membidik generasi muda yang naif. Ketidakmampuan generasi muda untuk membedakan kebenaran dan kepalsuan bisa mengakibatkan kerusakan fatal sebagai manusia. Seorang bisa kehilangan akal sehatnya sehingga tidak lagi mampu berpikir kritis dan rasional; ia menjadi agamawi, munafik, mengultuskan pemuka agama, dan beriman secara buta, sampai pada tahap mengasihi agama dan pemuka agamanya lebih dari mengasihi Tuhan. Ia tidak mengasihi Tuhan dengan segenap akal budi, tetapi merasa mengasihi Tuhan. Padahal, Alkitab menegaskan bahwa terkutuklah orang yang tidak mengasihi Tuhan (1 Kor. 16:22).

Allah, Bapa kita yang di surga, disebut Allah Kebenaran (Ibr.: El Emet). Oleh sebab itu, kita adalah anak-anak kebenaran dan anak-anak kebenaran adalah antitesis kepalsuan. Anak-anak kebenaran akan hidup dalam kebenaran, oleh kebenaran, dan menyatakan kebenaran. Mereka tidak akan hanyut terbawa arus kepalsuan sebab mereka adalah orang-orang yang telah mengalami pembaruan akal budi sehingga memiliki kepekaan untuk dapat membedakan kebenaran dan kepalsuan. Jangan agamawi, jangan fanatik. Jadilah generasi muda yang cerdas, kritis, berani, dan mengasihi Tuhan dengan segenap akal sehat sehingga banyak orang boleh diberkati, mengenal Allah Kebenaran, dan menjadi anak-anak kebenaran. Jadilah benar dan hiduplah untuk Tuhan. Amin.

WHAT TO DO:
< 1.Tetapkan diri untuk berintegritas dan berprinsip
2.Maksimalkan akal sehat untuk Tuhan
3.Jangan mengultuskan apa pun dan siapa pun

BIBLE MARATHON:
▪︎ Obaja 1

Card image
Renungan Pagi - 21 September 2024
2024-09-21 18:06:55


Semua orang pasti pernah menangis, tapi umumnya hanya ketika mengalami masalah yang berat atau memikirkan hal-hal yang menyakitkan, menyedihkan dan mengecewakan; menangis karena sakit yang diderita, menangis karena ditinggal pacar, menangis karena merasa diabaikan oleh suami atau orang yang dicintai dan sebagainya.

Tangisan yang demikian hanya akan mendatangkan kelemahan dan membuat seseorang kehilangan sukacita dan damai sejahtera, tangisan seseorang yang bermakna beda ketika ia menangis di bawah kaki Tuhan Yesus, karena tangisan jenis ini lahir ketika seseorang menyadari akan ketidakberdayaan dan keterbatasannya, yaitu tangisan yang lahir dari jiwa yang hancur, hati yang remuk menyesali segala kesalahan dan dosa yang telah diperbuatnya.

Inilah yang dirasakan oleh Daud setelah ia ditegur oleh nabi Natan, dengan jiwa hancur Daud datang kepada Tuhan dan memohon ampun atas dosa-dosanya,   "Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!

Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!" penyesalan dan jiwa yang hancur kini sudah jarang dirasakan oleh banyak orang Kristen, meski telah banyak melakukan kesalahan dan dosa kita tidak merasa apa-apa, tidak lagi peka, bahkan menganggapnya sebagai hal yang biasa. 

Ini terjadi karena kita merasa diri paling benar, paling baik dan paling sempurna dibandingkan dengan orang lain sehingga sulit sekali untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan, Alkitab menyatakan bahwa jiwa yang hancur dan kerendahan hati adalah berharga di mata Tuhan.

Orang-orang yang patah dan remuk hatinya karena merindukan Tuhan adalah modal yang baik bagi Tuhan untuk membentuk dan memakai seseorang untuk menjadi alat bagi kemuliaan-Nya, sebab "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."
(Yakobus 4:6)

Card image
Quote Of The Day - 21 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-21 18:03:01


Jangan khawatir sama sekali, karena kekhawatiran kita itu berarti meremehkan tanggung jawab Tuhan, meremehkan kebesaran dan keagungan pribadi-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 21 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-21 18:19:56


Kalau kita masih mengingini sesuatu, maka cinta kita tidak bisa bulat kepada Tuhan. Kalau kita masih takut terhadap sesuatu, maka kita tidak bisa takut secara utuh kepada Tuhan.

Card image
DO NOT HURT GOD’S HEART - 21 September 2024 (English Version)
2024-09-21 17:55:00


Psalm 139:23-24 “Search me, O God, and know my heart, test me and know my thoughts; see if my way is crooked, and lead me on the eternal path!”

So we must now question what God's feelings are towards us? How does He feel about us? Don't let us hear God say, "I don't know you." So now while we are still on earth, there are many opportunities to prove that we are choosing the true God. But on this earth, we are faced with many things that could be God's "rivals". Do we still choose God? Does God feel that we love Him? God knows whether we truly long for Him or not, whether we love Him sincerely or half-heartedly. Unlike some people who oppress others when feared, when we fear God, He will treat us with special care. So, we must examine ourselves: "Do I love God properly or not?"

Especially for young people, this is a costly lesson that is rather difficult to express, but you must understand. In our flesh flows lust or desire, consciously there is an impulse, there is a stimulus. We know there is an intention to do something—whether it is hatred, then we manifest it in action or sexual desire (libido). But we say, "I choose not to satisfy this, I choose not to do this." And we bring it to God, "God, I choose not to do what is wrong. I'm angry, God. I want to take revenge, I have that intention, but I choose not to act on it." Because we want to guard God’s feelings.

Don't let us hurt God's heart. We go through one struggle, then two, three, or four, then after a while the desire dies. That's how we put it to death. So, it doesn’t die automatically. There must be an impulse through which we turn it off, so that it dies. So, when Scripture says, "Put to death whatever is worldly in you," it doesn't mean it happens instantly; it’s not mystical, all through a process, through natural struggles, through life experiences. And we have to deny ourselves. So when the lust flows, and we feel it, we say, "No, I don't choose this. I choose to live a holy life. I choose to do what pleases God."

That may not happen just once, but twice, three times, and the temptation will be greater, stronger. If we want to win until death, then we must “castrate ourselves”. We ask God to search our hearts, if there is any crooked way in us, if there is any idols. Why? So that we don’t sin against Him.. Let us choose this. If you who are still young get used to doing this, then you will surely become God's beloved. And God is the answer to all our needs. Remember, if we can please God, then we become God's beloved and that is everything.

Sometimes we forget in the busyness of our daily lives. We forget that we must please Him, but we do not care about God's feelings. We care more about our own feelings, or if we care about other people's feelings, it’s usually for our own interests. Remember, God has given each individual the law of freedom or liberty. God does not force us to love Him, He does not force us to live a holy life, nor does He force us to long for Him. Remember when God allowed Adam and Eve to disobey by eating the forbidden fruit. Also, look at how God allowed David to sin and make such a fatal mistake. This is as very valuable lesson for us.

The freedom that God gives is a responsible freedom. And at the same time it is a privilege that we have. It starts with loving God, and then becomes a permanent dynamic within our souls, to the point where we cannot withdraw our love. Isn’t it true, as we see in the lives of those around us and as we’ve experienced ourselves, that when someone has fallen in love, at a certain point, they cannot take back that love? No matter how much wealth we have, it is limited, but if we give our hearts with complete love, that love is unlimited, and we make our hearts more whole in loving Him. If we still desire something else, our love for God cannot be whole. If we still fear something, we cannot fear God fully.

I CHOOSE TO DO WHAT PLEASES GOD.

Card image
JANGAN MELUKAI HATI TUHAN - 21 September 2024
2024-09-21 17:53:26


Mazmur 139:23-24 “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!”

Jadi kita harus sekarang memperkarakan apa perasaan Tuhan terhadap kita? Apa yang Dia rasakan mengenai kita? Jangan sampai kita mendengar Tuhan berkata, _“Aku tidak kenal kamu."_ Maka sekarang mumpung kita masih ada di bumi, banyak kesempatan untuk membuktikan kita memilih Tuhan yang benar. Tapi di bumi ini, kita dihadapkan dengan banyak hal yang bisa jadi “saingan” Tuhan. Apakah kita masih memilih Tuhan? Dan apakah Tuhan merasa bahwa kita mencintai Dia? Tuhan tahu kita merindukan Dia atau tidak, apakah kita sungguh-sungguh mencintai Dia atau setengah hati. Kalau di dunia ini ada orang-orang yang kalau ditakuti malah menindas, tapi jika Tuhan ditakuti, maka Tuhan akan memperlakukan kita istimewa. Jadi kita memeriksa diri kita, "Apakah aku mengasihi Tuhan dengan benar atau tidak?"

Khususnya bagi orang-orang muda, ini pelajaran mahal yang agak sukar diungkapkan, tetapi harus kalian mengerti. Di dalam daging kita ini mengalir nafsu atau keinginan, sadar ada impuls, ada rangsang. Kita tahu ada niat untuk berbuat sesuatu—apakah itu berupa kebencian, lalu kita wujudkan dalam tindakan atau itu berupa libido (gairah seks). Tapi kita berkata, "Aku memilih tidak memuaskan ini, aku memilih tidak melakukan ini." Dan kalau bisa kita bawa ke Tuhan, "Tuhan, aku memilih tidak melakukan apa yang salah. Aku marah, Tuhan. Aku mau membalas dendam, ada niat itu, tapi aku memilih tidak melakukan ini." Karena kita mau menjaga perasaan Tuhan.

Jangan sampai kita melukai hati Tuhan. Kita lewati satu pergumulan, dua, tiga, empat pergumulan, maka lama-lama keinginan itu mati. Itulah cara kita memadamkannya. Jadi tidak otomatis mati. Harus ada impuls di mana melalui itu kita mematikannya, untuk kemudian dia mati. Jadi bukan kalau kita berkata, "Matikanlah segala sesuatu yang duniawi dalam dirimu," itu otomatis mati; tidak mistis, semua lewat proses, lewat pergumulan secara natural, lewat pengalaman-pengalaman hidup. Dan kita harus menyangkal diri. Jadi ketika nafsu itu mengalir, dan kita rasa ada, kita berkata, "Tidak, aku tidak memilih ini. Aku memilih hidup suci. Aku memilih melakukan apa yang menyenangkan Tuhan."

Itu mungkin bukan sekali saja terjadi, melainkan dua, tiga kali, dan godaannya akan lebih besar, lebih kuat. Kalau kita mau menang sampai mati, maka kita harus “mengebiri diri”. Kita minta Tuhan untuk menyelidiki hati kita, kalau-kalau ada jalan kita yang serong, kalau-kalau ada berhala. Untuk apa? Supaya kita jangan berbuat salah kepada-Nya. Mari kita memilih ini. Kalau kalian yang masih muda membiasakan diri melakukan hal ini, maka kalian pasti menjadi kekasih Tuhan. Dan Tuhan itu jawaban seluruh kebutuhan kita. Ingat, kalau kita bisa menyenangkan Tuhan, maka kita menjadi kekasih Tuhan dan itu adalah segalanya.

Kadang-kadang kita lupa dalam kesibukan hari-hari hidup kita. Kita lupa bahwa kita harus menyenangkan Dia, tapi kita tidak peduli perasaan Tuhan. Kita lebih peduli dengan perasaan kita sendiri, atau kalau kita peduli terhadap perasaan orang karena ada kepentingan diri kita. Ingat, ada hukum kemerdekaan atau kebebasan yang Tuhan berikan kepada setiap individu. Tuhan tidak memaksa kita mengasihi Dia, Tuhan tidak memaksa kita hidup suci, tidak memaksa kita merindukan Dia. Ingat ketika TUHAN membiarkan Adam dan Hawa melanggar dengan makan buah yang dilarang. Lihat juga ketika TUHAN membiarkan Daud berbuat dosa dan melakukan kesalahan yang begitu fatal. Ini menjadi pelajaran yang sangat berharga untuk kita.

Kebebasan yang Tuhan berikan adalah kebebasan yang bertanggung jawab. Dan sekaligus merupakan hak istimewa yang kita miliki. Dimulai dari mengasihi Tuhan, lalu menjadi dinamika permanen di dalam jiwa kita, sampai kita tidak bisa menarik cinta kita itu. Bukankah di dalam kehidupan manusia di sekitar kita yang juga kita alami, kalau seseorang sudah menaruh hati, sudah jatuh cinta kepada seseorang, sampai tingkat tertentu dia tidak bisa menarik lagi cinta itu? Berapa pun harta yang kita miliki itu terbatas, tapi kalau hati kita yang kita berikan dengan cinta yang bulat itu tidak terbatas, dan kita membuat hati kita semakin utuh mengasihi Dia. Kalau kita masih mengingini sesuatu, maka cinta kita tidak bisa bulat kepada Tuhan. Kalau kita masih takut terhadap sesuatu, maka kita tidak bisa takut secara utuh kepada Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

AKU MEMILIH MELAKUKAN APA YANG MENYENANGKAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 September 2024
2024-09-21 17:50:36

Zakaria 10-14

Card image
Truth Junior 20 September 2024 - IKUT MERASAKAN
2024-09-20 18:51:50


1 Korintus 12:25-26
”supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan. Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita.”

Sobat Junior, apakah kalian pernah merasakan sakit gigi? Sering kali sakit gigi disebabkan karena gigi yang berlubang. Sebenarnya lubangnya hanya kecil, tetapi sakitnya bisa dari ujung kepala hingga seluruh badan merasa tidak enak. Makanan yang biasanya sangat enak, tiba-tiba menjadi tidak menarik untuk dimakan. Mau tidur salah, apalagi disuruh belajar. Rasanya tidak ada pelajaran yang masuk ke otak. Hanya rasa nyut-nyut-an yang ada di pikiran kita akibat sakit gigi itu.

Satu anggota tubuh kita sakit, bisa menyebabkan semua anggota tubuh yang lain turut menderita. Dalam kehidupan kita, di keluarga juga bisa seperti itu, Sobat Junior. Jika ada salah satu anggota keluarga kita sedang sakit, semua keluarga juga bisa merasakan sakitnya. Saling menjaga agar suasana di rumah tidak berisik, sehingga yang sakit bisa istirahat dengan tenang. Bahkan masakan pun biasanya disesuaikan dengan menu yang bisa dimakan oleh orang sakit. Misalnya bubur, padahal kita tidak terlalu suka makan bubur.

Ingatlah pesan yang disampaikan firman Tuhan hari ini, Sobat Junior. Sebagai anggota keluarga, kita mau saling memperhatikan. Kita mau ikut membantu jika ada yang sakit. Dan jika ada satu yang senang, semua juga bisa merasakan senang bersama-sama; turut bersukacita.

Card image
Truth Youth 20 September 2024 (English Version) - DEPRESSION: NOT A BIG ISSUE
2024-09-20 18:48:49


“No temptation has overtaken you except what is common to mankind. And God is faithful; he will not let you be tempted beyond what you can bear. But when you are tempted, he will also provide a way out so that you can endure it.” (1 Corinthians 10:13)

In the past five years, mental health has become a prominent social issue, especially among the younger generation. This issue gained popularity during the COVID-19 pandemic. Many cases of mental health disorders, including depression and anxiety, have been reported among young people, including within faith communities. It seems that faith communities also struggle to protect young people from mental health issues.

This sociological fact shows that people have a tendency to self-diagnose mental health issues and the buzzwords associated with them, especially depression, leading to young people casually saying, “I’m depressed,” without adequate knowledge. They are not experts in the field, which leads to various self-inflicted errors that shouldn’t occur. This is compounded by teachings about mental health that are not biblically sound and may even harm mental health.

The Word of God in 1 Corinthians 10:13 clearly states that no temptation we face exceeds human strength. This means that all the world’s problems are actually within human capacity to bear and overcome. This verse does not teach us to rely solely on human strength but rather to do our part to the fullest. This mentality is essential for children of God, rather than surrendering to God as if we are powerless and the problem exceeds human strength. Giving up before fully trying is an affront to God because, in reality, no problem exceeds human strength.

Similarly, with depression and mental disorders, these are not big issues. Both depression and other mental disorders are within human capacity to endure and do not exceed human strength. Therefore, don’t idolize them. Each of us can face and overcome them. Prove that we are resilient children of God, shining like gold when He tests those He loves. Amen.

WHAT TO DO:
1. Don’t give up and keep fighting.
2. Avoid listening to incorrect teachings.

BIBLE MARATHON:
- Amos 5-9

Card image
Truth Youth 20 September 2024 - DEPRESI: BUKAN MASALAH BESAR
2024-09-20 18:45:52


”Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” (1 Korintus 10:13)

Dalam lima tahun terakhir, isu kesehatan mental menjadi salah satu isu sosial yang ramai diperbincangkan dalam masyarakat, terutama oleh generasi muda. Isu ini sempat menjadi isu sosial yang populer pada masa pandemi COVID-19. Tercatat banyak sekali kasus gangguan mental pada generasi muda, di antaranya adalah depresi dan kecemasan, yang terjadi juga dalam komunitas iman. Tampaknya, komunitas iman juga tidak mampu mencegah generasi muda dari gangguan mental.

Fakta sosiologis tersebut memperlihatkan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk melakukan swadiagnosis terhadap isu kesehatan mental dan istilah-istilah yang sedang ramai diperbincangkan, terutama depresi, sehingga sering sekali kita mendengar generasi muda dengan mudah berkata, “Gue depresi nih,” tanpa pengetahuan yang memadai. Padahal, mereka juga bukan tenaga ahli dan profesional di bidang itu. Akibatnya, mereka terjerumus ke dalam berbagai kesalahan yang mereka buat sendiri, yang mestinya tidak terjadi. Ditambah dengan pengajaran-pengajaran tentang kesehatan mental yang tidak sesuai dengan Alkitab dan justru malah merusak mental.

Firman Tuhan dalam 1 Korintus 10:13 menyatakan dengan jelas bahwa tidak ada satu pun pencobaan yang kita alami itu melampaui kekuatan manusia. Itu berarti semua masalah dunia ini sebenarnya berada dalam kapasitas manusia untuk menanggung, bahkan mengatasinya. Firman ini tidak sedang mengajarkan kita untuk mengandalkan kekuatan manusia, melainkan sedang mendidik kita untuk melakukan bagian kita secara maksimal. Inilah mentalitas yang perlu ditanamkan sebagai anak-anak Allah yang Maha Tinggi, bukan malah menyerahkannya kepada Allah seolah-olah kita tidak berdaya dan masalah itu melampaui kekuatan manusia. Menyerah sebelum berjuang maksimal merupakan penghinaan kepada Allah sebab faktanya memang tidak ada satu pun masalah yang melampaui kekuatan manusia.

Demikian juga dengan depresi dan gangguan mental, guys. Depresi dan gangguan mental itu bukanlah masalah besar. Baik depresi maupun gangguan mental lainnya berada dalam kapasitas manusia untuk menanggungnya dan tidak melampaui kekuatan manusia. Oleh sebab itu, jangan memberhalakannya ya. Setiap kita pasti mampu menghadapi dan mengatasinya. Buktikan bahwa kita adalah anak-anak Allah yang tangguh, yang tampil bagai emas kala Ia menguji anak yang dikasihi. Amin.

WHAT TO DO:
1.Jangan menyerah dan teruslah berjuang
2.Jangan mendengarkan pengajaran-pengajaran yang salah

BIBLE MARATHON:
▪︎ Amos 5-9

Card image
Renungan Pagi - 20 September 2024
2024-09-20 18:39:13


Kesetiaan adalah salah satu karakter penting yang harus dimiliki semua orang, baik itu dalam hubungan dengan sesama, rumah tangga, bisnis, pekerjaan, terlebih-lebih dalam hubungan dengan Tuhan dan pelayanan, kesetiaan sangatlah diperlukan, semua orang percaya tahu bahwa kesetiaan adalah bagian dari buah Roh, tak mudah menjadi orang yang setia! Ketika berada dalam situasi baik, enak dan nyaman adalah hal yang gampang, namun bagaimana ketika 'perahu' hidup kita sedang dihantam oleh ombak, gelombang dan badai dahsyat?

Masihkah kita berlaku setia di hadapan Tuhan? Terkadang orang menyatakan komitmen untuk setia mengiring Kristus dan melayani Dia dengan sungguh-sungguh, namun dalam prakteknya tidak sesuai dengan apa yang diucapkan! Apalagi ketika terbentur dengan masalah, tantangan atau kesulitan, mereka mulai meragukan kasih dan kuasa Tuhan. 

Ternyata berlaku setia di segala situasi tak semudah membalikkan telapak tangan! Karena itu jarang sekali didapati orang yang benar-benar setia, "Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?" Pengertian 'setia' adalah berpegang teguh pada janji, pendirian kokoh, tidak tergoyahkan, patuh, taat, tidak berubah, konsisten, layak dipercaya.

Tuhan menginginkan anak-anak-Nya hidup setia di hadapan-Nya.  "Segala yang Ku-perintahkan kepadamu haruslah kamu lakukan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya. Dan janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri".  Tuhan menyediakan berkat-berkat-Nya bagi orang yang setia! "akan mengangkat engkau di atas segala bangsa yang telah dijadikan-Nya, untuk menjadi terpuji, ternama dan terhormat". Sekecil apa pun hal yang Tuhan percayakan, lakukan itu dengan setia! Ketika setia dalam perkara kecil, pada saatnya Tuhan pasti mempercayakan perkara besar kepada kita, tetapi Tuhan akan menyembunyikan wajah-Nya terhadap orang-orang yang tidak setia, oleh karena itu "Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan."
(Wahyu 2:10)

Card image
Quote Of The Day - 20 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-20 18:36:49


Sejatinya, kita tidak usah menunggu antikris, sebab hari ini ketika hati kita melekat pada dunia, berarti kita menyangkal Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 20 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-20 18:34:10


Tuhan tidak mungkin melukai orang yang mengasihi Dia, yang memuaskan hati-Nya.

Card image
UNDERSTANDING HIS FEELINGS - 20 September 2024 (English Version)
2024-09-20 12:40:09


One of the struggles of a true Christian who seriously deals with God is the struggle to know how God feels about them. As a staff member of an office, we receive a salary from our boss or employer. If we are comfortable working there, feel fortunate, or make a living from it, we will certainly strive to understand how our boss or employer feels about us because that is our livelihood. Especially if we are contract employees working for a year. We certainly don't want our contract not to be extended, as this would mean losing our income to sustain our lives.

So, we will surely make an effort to know what our superiors feel about us, what their evaluation of us is, and of course, we try to please our boss or employer. We are willing to do anything to make our boss happy. The question is, do we do the same before God or in our dealings with God, who is our life? What is God's assessment of us? How does God feel about us? Is God pleased? Is He satisfied with our condition, or is it the opposite? God is a Person, like our boss or leader, a human being who has feelings. God also has feelings.

If we believe that God exists and lives, then we should strive to know what He feels about us. However, many people lack belief, half-believe, or even doubt God's existence. Reflect on how the vast universe revolves so perfectly. It is impossible for this earth and the entire universe to exist without a Creator. Even a wristwatch we find on the street couldn't have come into being by itself, let alone a more complex universe. There must be a designer or a Creator. Remember, too, that the perfect metabolism of our bodies could not have formed automatically without the involvement of the All-Intelligent One. God exists, God is alive, and God determines everything based on His order.

So, let us strive to know God's feelings. How does God feel about us? What is God's assessment of us? It's imposible for God hurts those who love Him, those who satisfy His heart. We will be truly fortunate if we consider this matter, for if we struggle with this—seeking to know God's heart regarding us—it shows that we honor and love Him. In fact, this is the attitude of someone who genuinely worships God. We cannot worship God without considering His feelings every day. Worship is not just a moment when we say, "I worship You." Then we assume that we have pleased or satisfied God with those words. However, if we daily ask ourselves, "What does He feel about me? If there are things that grieve God, or if there are inappropriate attitudes, I must change."

In society, people believe in various gods or deities worshipped through various rituals, such as offering animals, dancing, singing, and so on. After the ritual, they go home, only to return on specific days, dates, or months. Our God cannot and should not be treated that way. Coming to church on Sunday, praising and worshiping God, then going home. Praying before meals, praying before sleep, but not constantly considering that God is present in our lives. Whereas, God reacts to every attitude, thought, feeling, word, and action we take.

If we truly love God, God knows He is loved. Even parents can feel it when their children love them. When we are loved by someone, given special attention, we feel it and enjoy it. So does God. Ironically, many people do not care about this, so it's no wonder that in certain situations, in critical conditions or crises, just then they shout, "God, God, where are You?" Suposedly, at every moment, we should live in the awareness that we are living in God's presence and that we must guard His feelings. This should become our habit until it becomes the permanent rhythm of our lives.

IF WE BELIEVE THAT GOD EXISTS AND LIVES, THEN WE SHOULD STRIVE TO KNOW WHAT HE FEELS ABOUT US.

Card image
MEMPERKARAKAN PERASAAN-NYA - 20 September 2024
2024-09-20 12:37:28


Satu hal yang menjadi pergumulan hidup orang Kristen yang benar, yang serius berurusan dengan Allah adalah pergumulan untuk tahu apa yang Tuhan rasakan mengenai dirinya. Sebagai seorang staf dari suatu kantor, kita mendapat gaji dari atasan atau majikan. Kalau kita betah bekerja di situ, merasa beruntung atau mendapatkan nafkah hidup, maka kita pasti berusaha untuk mengetahui apa yang dirasakan atasan atau majikan tersebut mengenai diri kita, karena itulah kehidupan atau nafkah kita. Apalagi jika kita adalah pegawai yang kerja kontrak setahun. Tentu kita tidak ingin kontraknya tidak diperpanjang, sebab kalau kontraknya tidak diperpanjang berarti kita tidak punya penghasilan untuk menyambung hidup.

Maka kita pasti akan berusaha untuk mengetahui apa yang pimpinan rasakan tentang diri kita, apa penilaian pimpinan, dan tentu kita berusaha untuk menyukakan hati sang pimpinan, atau majikan kita. Apa pun bisa dilakukan demi menyenangkan hati sang pimpinan. Pertanyaannya, apakah kita melakukan hal ini di hadapan Tuhan atau dalam urusan kita dengan Tuhan yang adalah kehidupan kita, apa penilaian Tuhan terhadap kita? Apa yang Tuhan rasakan mengenai kita? Senangkah Tuhan? Puaskah Tuhan terhadap keadaan kita, atau sebaliknya? Tuhan adalah Pribadi; seperti majikan atau pimpinan kita, manusia yang punya perasaan. Allah juga memiliki perasaan.

Kalau kita percaya bahwa Allah itu ada dan hidup, maka seharusnya kita berusaha untuk tahu apa yang Dia rasakan tentang kita. Namun banyak orang kurang percaya atau setengah percaya, mungkin juga meragukan keberadaan Allah. Coba renungkan bagaimana jagat raya yang begitu luas, bisa berputar begitu sempurna. Tidak mungkin bumi ini dan seluruh jagat raya (universe) ini ada tanpa tangan yang menciptakan. Jam tangan yang kita temukan di jalan saja tidak mungkin ada dengan sendirinya, apalagi alam semesta yang lebih kompleks. Pasti ada yang mendesain atau ada yang menciptakan. Ingat juga, metabolisme tubuh kita yang begitu sempurna tidak mungkin terjalin secara otomatis tanpa campur tangan Yang Maha Cerdas. Allah itu ada, Allah itu hidup, Allah menentukan segala sesuatu berdasarkan tatanan-Nya.

Jadi, mari kita berusaha untuk mengetahui perasaan Tuhan. Apa yang Tuhan rasakan mengenai kita? Apa penilaian Tuhan terhadap diri kita? Tuhan tidak mungkin melukai orang yang mengasihi Dia, yang memuaskan hati-Nya. Kita akan menjadi manusia yang benar-benar beruntung kalau mempersoalkan hal ini, sebab jika kita mempersoalkan hal ini dan memperjuangkannya—apa isi hati Tuhan mengenai diri kita—itu menunjukkan bahwa kita menghormati dan mencintai Dia. Sebenarnya itu adalah sikap hati orang yang sungguh-sungguh menyembah Allah. Kita tidak bisa menyembah Allah tanpa memperkarakan perasaan-Nya setiap hari. Sebab menyembah bukan hanya sesaat waktu kita berkata, "Aku menyembah Engkau." Lalu kita merasa bahwa kita telah menyenangkan atau memuaskan Tuhan dengan kalimat itu. Tapi kalau kita setiap hari memperkarakan, "Apa yang Dia rasakan mengenai aku atau terhadap diriku? Jika ada hal-hal yang mendukakan Tuhan, ada sikap yang kurang pantas, aku mesti berubah."

Dalam masyarakat umum dipercayai adanya ilah, dewa, atau allah yang disembah dengan berbagai tata cara ritualnya, apakah dalam bentuk mempersembahkan binatang, menari, menyanyi, dan lain-lain. Selesai ritual, mereka pulang. Nanti, pada hari, tanggal dan bulan tertentu, mereka datang lagi. Allah kita tidak boleh dan tidak bisa diperlakukan seperti itu. Hari Minggu datang ke gereja, memuji Tuhan, menyembah Tuhan. Setelah itu pulang. Mau makan, berdoa; mau tidur, berdoa, tapi tidak setiap saat mempertimbangkan bahwa Allah itu hadir dalam hidupnya. Padahal Allah bereaksi terhadap setiap sikap, pikiran, perasaan, ucapan, dan tindakan kita.

Kalau kita sungguh-sungguh mencintai Tuhan, Tuhan tahu Dia dicintai. Orang tua saja kalau dicintai anak merasakan itu. Ketika kita dicintai seseorang, diperhatikan, diberi perhatian khusus, kita merasakan itu dan menikmatinya. Tuhan juga. Ironis, lebih banyak orang yang tidak peduli hal itu, jadi tidak heran kalau dalam situasi tertentu, dalam kondisi kritis atau krisis, baru mereka berteriak, "Tuhan, Tuhan, Engkau di mana?" Mestinya, setiap saat kita ada di dalam kesadaran bahwa kita hidup di hadirat Tuhan dan kita harus menjaga perasaan Tuhan. Dan itu harus kita biasakan sampai menjadi irama hidup permanen.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA PERCAYA BAHWA ALLAH ITU ADA DAN HIDUP, MAKA SEHARUSNYA KITA BERUSAHA UNTUK TAHU APA YANG DIA RASAKAN TENTANG KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 September 2024
2024-09-20 12:33:20

Zakaria 5-9

Card image
Truth Kids 19 September 2024 - ALKITAB ITU ASIK
2024-09-19 18:47:25


Roma 10:17
”Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.”

"Rina, tahu tidak, kemarin aku cerita kisah Daud dan Goliat ke teman-teman di sekolah, mereka pada kaget dan suka banget sama ceritanya!" kata Beni dengan semangat saat pulang sekolah bersama. "Wah, keren banget Ben! Aku juga suka cerita Alkitab itu. Kamu bisa cerita apa lagi ke mereka?" tanya Rina dengan antusias. Beni tersenyum dan berkata, "Aku juga cerita tentang Musa yang membelah Laut Merah. Teman-teman jadi tertarik untuk tahu lebih banyak tentang kisah-kisah Alkitab lainnya. Aku pikir, kalau kita sering cerita kisah-kisah ini, iman mereka bisa jadi lebih kuat dan mereka juga bisa merasakan kasih Tuhan yang besar." Rina mengangguk setuju, "Benar banget, Ben. Kisah-kisah Alkitab itu nggak cuma seru didengar, tapi juga banyak pelajaran yang bisa kita ambil. Dan yang paling penting, kita jadi tahu betapa besar kasih Tuhan kepada kita." "Setuju, Rin. Yuk, kita ajak teman-teman untuk berkumpul di rumahku minggu depan. Kita bisa cerita kisah-kisah Alkitab dan berbagi pengalaman. Aku yakin mereka pasti senang," ajak Beni.

Sobat Kids, berbagi kisah-kisah Alkitab dengan teman-teman kita adalah cara yang hebat untuk memperkenalkan kasih Tuhan dan memperkuat iman mereka. Kisah-kisah ini tidak hanya mengajarkan kita tentang kuasa dan kasih Tuhan, tetapi juga memberikan kita teladan yang baik untuk diikuti. Yuk, kita rajin menceritakan kisah-kisah Alkitab kepada teman-teman kita agar mereka juga bisa merasakan keajaiban kasih Tuhan dalam hidup mereka.

Card image
Truth Junior 19 September 2024 - SALING BERCERITA
2024-09-19 18:42:47


Roma 10:17
”Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.”

Sobat Junior, ada sisi positif dan negatif bagi kalian yang lahir di zaman sekarang ini. Teknologi di zaman sekarang ini sudah maju dengan pesat. Media sosial sudah banyak bermunculan. Informasi yang diperlukan dapat diperoleh dengan mudah. Asalkan ada koneksi internet, kita bisa mendapatkan berbagai macam hiburan. Sayangnya, banyak anak-anak yang justru tidak dapat memanfaatkan teknologi tersebut secara benar. Banyak anak yang malah terjerumus kepada hal-hal yang negatif. Contohnya kecanduan games online, menonton tontonan yang tidak pantas dilihat, mengikuti kata-kata kotor dan kasar yang banyak ditampilkan di media sosial, dan lain sebagainya.

Kalian harus hati-hati dengan pengaruh teknologi yang ada di dunia sekarang ini, ya, Sobat Junior. Hal yang kalian dengar dan lihat dapat memengaruhi hati dan otak kalian. Oleh sebab itu, ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk mendengar kebenaran firman Tuhan. Iman timbul dari pendengaran. Tentu saja dari pendengaran tentang firman Tuhan.

Jangan kotori mata dan pikiran kita dengan tontonan yang dunia tawarkan. Kita harus mengisi hati dan pikiran kita dengan kebenaran firman Tuhan. Kisah-kisah yang ada di dalam Alkitab dapat memperkuat iman kita. Dengan mengetahui kebenaran firman Tuhan, kita pun dapat memperkenalkan kasih Tuhan kepada orang lain. Ayo, kita saling bercerita tentang kisah-kisah yang ada di dalam Alkitab.

Card image
Truth Youth 19 September 2024 (English Version) - COURAGE TO DENY YOURSELF AND SAY NO TO SIN
2024-09-19 18:39:39


“Then He said to them all: ‘Whoever wants to be my disciple must deny themselves and take up their cross daily and follow me.’” (Luke 9:23)

Have you ever been offered something that you know is not good, but the temptation is incredibly strong? For example, your friends invite you to skip school or college to watch a trending movie, or there’s an offer to cheat on an exam because ‘everyone is doing it’. Temptations are everywhere and can be a serious challenge for all of us.

Luke 9:23 invites us to a deeper reflection on what it means to ‘deny oneself’. Denying oneself is not just about rejecting offers from friends or avoiding clearly wrong things. More than that, it’s about having the courage to say no to anything that could lead us away from the path that God desires for us. Imagine, every day we face choices that can bring us closer to God or further away. And it’s not easy to always choose what’s right, especially if it means being different from others or facing serious consequences. But this is the essence of taking up our cross daily.

Denying oneself and taking up the cross each day is a practice that strengthens us to face temptations and pressures. And believe that every time we succeed in saying ‘no’ to sin, we are not only avoiding mistakes but also building a strong character and integrity. So, starting today, let’s be more vigilant and courageous in denying ourselves. This doesn’t mean we can’t enjoy life, but we choose to enjoy it in ways that bring goodness and blessings, not just for ourselves but for others as well.

WHAT TO DO:
1. Have the courage to deny yourself and avoid sinful desires.
2. Build a character like Christ.

BIBLE MARATHON:
- Amos 1-4

Card image
Truth Youth 19 September 2024 - BERANI MENYANGKAL DIRI SENDIRI DAN BERKATA TIDAK TERHADAP DOSA
2024-09-19 18:50:33


”Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Lukas 9:23)

Pernah enggak sih kamu ditawarin sesuatu yang sebenarnya kamu tahu itu nggak baik, tapi godaannya kuat banget? Misalnya, teman-temanmu ngajak bolos sekolah atau kuliah untuk nonton film baru yang lagi hit, atau ada tawaran untuk nyontek di ujian karena ‘semua orang juga melakukan itu’. Godaan itu ada di mana-mana dan bisa jadi tantangan serius buat kita semua.

Lukas 9:23 ngajak kita untuk refleksi yang lebih dalam tentang apa artinya ‘menyangkal diri’. Menyangkal diri bukan cuma tentang menolak tawaran teman-teman atau menghindari hal-hal yang jelas-jelas salah. Lebih dari itu, menyangkal diri adalah tentang berani berkata tidak terhadap segala sesuatu yang bisa menjauhkan kita dari jalan yang Tuhan inginkan untuk kita. Bayangin, setiap hari kita dihadapkan dengan pilihan yang bisa membawa kita lebih dekat kepada Tuhan atau sebaliknya. Dan nggak gampang lho untuk selalu memilih yang benar, terutama kalau pilihan itu berarti kita harus berbeda dari orang lain, atau mungkin kita harus menanggung konsekuensi yang berat. Tapi, inilah esensi dari memikul salib kita setiap hari.

Menyangkal diri dan memikul salib setiap hari itu menjadi latihan yang membuat kita semakin kuat menghadapi godaan dan tekanan. Dan percayalah, setiap kali kita berhasil mengatakan ‘tidak’ pada dosa, kita bukan cuma menghindari kesalahan, tapi kita juga membangun karakter dan integritas yang kokoh. Jadi, mulai hari ini, mari kita lebih waspada dan berani untuk menyangkal diri. Itu bukan berarti kita nggak bisa menikmati hidup, tapi kita memilih untuk menikmati hidup dengan cara yang membawa kebaikan dan berkat, bukan hanya untuk diri kita sendiri, tapi juga untuk orang lain.

WHAT TO DO:
1.Berani menyangkal diri dan menjauhi keinginan dosa.
2.Membangun karakter seperti Kristus.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Amos 1-4

Card image
Renungan Pagi - 19 September 2024
2024-09-19 18:31:02


"Selain sandang, pangan dan papan yang merupakan kebutuhan pokok bagi semua manusia ada kebutuhan lain yang tak kalah penting yaitu hubungan (relationship), Tuhan tidak pernah menciptakan manusia dengan tujuan supaya ia hidup sendirian dan terasing tanpa bersentuhan dengan orang lain.

Karena itu manusia membutuhkan kehadiran orang lain untuk saling berinteraksi dan bersekutu, kata persekutuan memiliki arti dipersatukan menjadi satu, dalam kebersamaan, sekutu atau kawan sekerja; kita bisa disebut sebagai bagian dari suatu persekutuan dan menjadi kawan sekerja apabila memiliki kebersamaan dan mengembangkan sikap seperti yang disampaikan oleh rasul Petrus; seia sekata, seperasaan, mengasihi, penyayang dan rendah hati. 

Intinya, kasih adalah landasan dasar terbentuknya sebuah persekutuan dan sebaliknya jika tiap-tiap orang hanya memikirkan kepentingannya sendiri, egois dan tidak punya 'hati' terhadap orang lain, akan merusak dan menghancurkan sebuah persekutuan, jadi dalam suatu persekutuan kita tidak lagi menonjolkan 'aku', melainkan 'kita' yang harus dikedepankan, Rasul Paulus memperingatkan.

"Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat, sebab kasih Tuhan dalam hidup ini sungguh tak terukur " betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus". Setiap kasih yang Tuhan nyatakan selalu ada pesan yang hendak Tuhan sampaikan yaitu supaya kita mengikuti teladan-Nya dengan menyatakan kasih kepada sesama, sebagai bukti bahwa mengasihi Tuhan melalui ketaatan melakukan perintah-Nya dalam hal mengasihi, adalah sangat berbahaya seseorang mengatakan diri sangat 'rohani'.

Dan memiliki persekutuan yang indah dengan Tuhan, jika ia sendiri memiliki banyak masalah dalam hal persekutuan dengan sesamanya, "Jikalau seorang berkata; 'Aku mengasihi Allah' dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya."
(1 Yohanes 4:20)

Card image
Quote Of The Day - 19 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-19 18:26:16


Sejatinya, orang Kristen yang benar pasti memancarkan wajah tidak betah di bumi.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 19 September 2024(Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-19 18:25:11


Tuhan pasti makin hari menambahkan ketebalan kehadiran-Nya, sampai kita tidak bisa berbuat dosa, sampai tidak ada ketakutan sama sekali, sampai cinta kita bulat terhadap Tuhan, sampai takut kita akan Allah utuh dan hormat kita setinggi-tingginya.

Card image
DON'T STOP SEEKING GOD - 19 September 2024 (English Version)
2024-09-19 18:22:20


If we truly honor God and make God everything, then we do everything for God. Even if we meet friends and others, it is also in the context of how we please God. Only then can we fulfill what God said: "Whether you eat or drink or do anything else, do all for the glory of God." So, if people look at our lives today as strange, it's because we see the critical state of this world's life. From the criticality of this world's life, we have a sense of crisis. Like a criminal being chased by the police, he will run as fast as possible, even going against the traffic. He'll do anything not to get caught. Why don't we run from the pursuit of sin and the world's influence?

Honestly, we might struggle like the psalmist who said, "Where are You, God? You seem so unreal, Lord." We are still not satisfied with God's presence in our lives. It should be more than it is now, to the point where we even ask, "How did David converse with You? Even before going to war, he asked if he should pursue his enemies or not." If God is alive, real, and present, we should experience it. The answer is that God wants us to seek Him with all our hearts and with patience. God tests our perseverance, just as He gave a child to Abraham who had to wait a quarter of a century. At some point, we must dare to reason with God.

Job faced severe troubles. He could be confused by God's actions toward him. He offered sacrifices every morning for his children, just in case they sinned. Yet God allowed all his children to die and his wealth to vanish. He himself suffered from a skin disease, sitting on ashes and using shards of pottery to scratch. His wife did not comfort him; instead, she said, "Curse your God and die." Job replied, "You speak like a mad woman." In his conversations with his friends, Job said, "I kept my eyes from young women, I kept my life from sin. I don't understand why You made me like this, Lord. I wish there was no night in which I was born."

Job cursed the day of his birth. But in the end Job said, "I take back my words." Let us not think that God is cheap or easy. So, we seek God to the point where we must dare to speak up, the first thing we ask is, " Is there anything I have done wrong?” Second, “I am willing to have no desires, hobbies, or anything else. I only want to please You.” Third, “What do I have that I have not given up? Tell me, I will give it up.” So how it is complicated to experience God. But God will surely increase the thickness of His presence day by day, until we cannot sin, until we have no fear at all, until our love for God is complete, until our fear of God is whole, and our respect is at its highest. It goes through a process.

Now each of us should ask, how thick is God's presence in our lives? If we do not need Him properly, then later when we meet such a great and glorious God, we will regret it because we did not fully respect Him. So we must be determined to seek God, stronger than our drowsiness; so that when we kneel, our drowsiness disappears. Honestly, we are not earnest enough because we prioritize many other things.

This does not mean we stop working or become lazy. When we meet God, we become complete human beings. A monkey does not learn to be a monkey because it has its habitat and permanent standards, but humans must learn to be human. How to be a proper human being? And a proper human being is a human being who is attached to his Creator. Therefore, what we truly need is only God. Do not be arrogant. Sooner or later, we will die. God is the answer to all our needs, so find Him. And God promises, "If you seek Me, you will find Me."

There are times when we meditate, and we enter an area where there is God's voice. We must train ourselves for that. Do not be satisfied with our Christianity today. If we have not yet heard God's voice, do not stop seeking God. If we haven't heard God's voice but we stop, whose voice do we hear?

WE MUST BE DETERMINED TO SEEK GOD, STRONGER THAN OUR DROWSINESS; SO THAT WHEN WE KNEEL, OUR DROWSINESS DISAPPEARS.

Card image
JANGAN BERHENTI MENCARI TUHAN - 19 September 2024
2024-09-19 18:17:24


Kalau kita benar-benar menghormati Tuhan dan menjadikan Tuhan itu segalanya, maka kita melakukan segala sesuatu pun demi Tuhan. Kalaupun kita bertemu teman dan lain-lain, itu juga dalam rangka bagaimana kita menyenangkan Tuhan. Sehingga barulah kita bisa memenuhi apa yang dikatakan Tuhan: “Baik kamu makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua itu untuk kemuliaan Allah.” Jadi, kalau orang melihat kehidupan kita hari ini yang aneh menurut mereka, itu karena kita melihat kritisnya kehidupan dunia ini. Dari kritisnya kehidupan itu, kita memiliki perasaan krisis. Seperti seorang penjahat yang dikejar polisi, dia akan lari sekencang mungkin bahkan masuk ke jalan yang melawan arus. Apa pun dia lakukan agar tidak tertangkap polisi. Kenapa kita tidak lari dari kejaran dosa dan kejaran pengaruh dunia?

Sejujurnya, kita mungkin punya pergumulan seperti pemazmur ini; "Di mana Engkau, ya Allah? Engkau seperti tidak nyata, Tuhan." Kita masih belum puas dengan kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Mestinya lebih dari sekarang, sampai kita pun bertanya, “Bagaimana Daud bisa berdialog dengan Engkau? Sebelum maju berperang pun ia bertanya, apakah ia harus mengejar musuhnya atau tidak.” Kalau Allah itu hidup, nyata, hadir, mestinya kita alami. Jawabannya adalah Tuhan mau kita mencari-Nya dengan segenap hati dan sabar. Tuhan menguji ketekunan kita, sebagaimana Tuhan memberi anak untuk Abraham yang harus menunggu seperempat abad. Sampai pada titik tertentu, kita harus berani beracara dengan Tuhan.

Ayub dilanda masalah yang begitu berat. Dia bisa bingung melihat tindakan Tuhan terhadap dia. Dia sudah menaikkan korban setiap pagi untuk anak-anaknya, kalau-kalau mereka berbuat dosa. Namun, Tuhan mengizinkan semua anaknya mati dan hartanya habis. Dia sendiri kena penyakit kulit, barah, sampai dia duduk di atas abu, memakai beling untuk menggaruk. Istrinya tidak mendampingi dia, paling tidak menjadi pelipur lara, malah berkata, "Kutukilah Allahmu dan setelah itu, matilah kau." Sampai Ayub mengucapkan, "Kamu bicara seperti perempuan gila." Di dalam percakapannya dengan para sahabatnya, Ayub berkata, "Kujaga mataku dari perempuan muda, aku jaga hidupku dari dosa. Aku tidak mengerti kenapa Engkau buat aku begini, Tuhan. Kiranya tidak ada malam di mana aku dilahirkan."

Ayub mengutuki hari lahirnya. Namun pada akhirnya Ayub berkata, "Kutarik semua perkataanku." Jangan kita anggap Tuhan itu murahan atau gampangan. Jadi, kita mencari Tuhan sampai satu titik di mana kita harus berani beracara, yang pertama kita pertanyakan, "Masih ada salahkah yang kulakukan?" Kedua, “Aku bersedia tidak punya keinginan, hobi, atau apa pun. Aku hanya ingin menyenangkan Engkau.” Yang ketiga, “Apa yang ada padaku yang belum kuserahkan? Beri tahu, aku serahkan." Jadi betapa rumit mengalami Tuhan itu. Tapi Tuhan pasti makin hari menambahkan ketebalan kehadiran-Nya, sampai kita tidak bisa berbuat dosa, sampai tidak ada ketakutan sama sekali, sampai cinta kita bulat terhadap Tuhan, sampai takut kita akan Allah utuh dan hormat kita setinggi-tingginya. Itu melalui proses.

..Sekarang masing-masing kita bertanya, seberapa ketebalan kehadiran Tuhan dalam hidup kita? Kalau kita tidak membutuhkan Dia secara benar, maka nanti ketika kita bertemu Tuhan yang begitu agung dan mulia, baru kita menyesal karena kita tidak sepenuhnya menghormati Dia. Maka kita harus nekat untuk mencari Tuhan, lebih kuat dari rasa kantuk kita; sampai ketika kita berlutut, rasa kantuk kita jadi hilang. Sejujurnya, kita kurang sungguh-sungguh karena kita lebih mementingkan banyak hal.

Hal ini tidak membuat kita jadi tidak bekerja atau jadi malas. Karena ketika kita bertemu Tuhan, maka kita menjadi manusia seutuhnya. Monyet tidak belajar jadi monyet karena monyet pasti punya habitat dan standar yang permanen, tapi manusia harus belajar jadi manusia. Bagaimana menjadi manusia yang sepatutnya? Dan manusia yang sepatutnya itu manusia yang melekat dengan Penciptanya. Jadi, sebenarnya yang kita butuhkan itu hanya Tuhan. Jangan sombong. Cepat atau lambat, kita pasti mati. Tuhan adalah jawaban semua kebutuhan kita, maka temui Dia. Dan Tuhan berjanji, “Kalau kau mencari Aku, kamu akan menemukan Aku.”

Maka, ada saat-saat di mana kita meditasi, kita masuk kawasan di mana ada suara Tuhan di situ. Dan itu kita latih. Jangan merasa puas dengan kekristenan kita hari ini. Kalau kita belum sampai mendengar suara Tuhan, jangan berhenti mencari Tuhan. Kalau kita belum dengar suara Tuhan namun kita berhenti, suara siapa yang kita dengar?

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS NEKAT UNTUK MENCARI TUHAN, LEBIH KUAT DARI RASA KANTUK KITA; SAMPAI KETIKA KITA BERLUTUT, RASA KANTUK KITA JADI HILANG.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 19 September 2024
2024-09-19 18:07:44

Zakaria 1-4

Card image
Truth Kids 18 September 2024 - MENERIMA ORANG BARU
2024-09-18 18:31:04


Ibrani 13:2
”Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat.”

Tania melihat seorang anak baru di kelasnya yang tampak kebingungan. Anak itu berdiri sendiri di sudut ruang kelas, memegang erat tasnya. "Dina, lihat itu. Ada anak baru di kelas kita. Kasihan sekali, dia kelihatan cemas dan tidak ada yang menyapanya," kata Tania kepada temannya, Dina. Dina menoleh dan melihat anak baru tersebut. "Ya, aku lihat, Tania. Bagaimana kalau kita menyapanya dan mengajaknya bermain?" usul Dina. Tania setuju dengan senang hati. Mereka berdua lalu mendekati anak baru itu dan dengan senyum lebar berkata, "Hai! Namaku Tania dan ini Dina. Yuk, ikut bermain bersama kami!" Anak baru itu tersenyum malu-malu dan memperkenalkan dirinya. "Halo, namaku Rina. Terima kasih, aku senang sekali bisa bertemu teman baru." Tania dan Dina kemudian mengajak Rina bermain dan mengenalkan dia kepada teman-teman lainnya. Tak butuh waktu lama, Rina mulai merasa nyaman dan bergabung dalam kegiatan kelas dengan gembira.

Sobat Kids, ketika kita bertemu dengan orang baru, sangat penting untuk menyambut mereka dengan keramahan. Sikap ramah kita bisa membuat mereka merasa diterima dan nyaman. Seperti yang dilakukan Tania dan Dina, mereka membuat Rina merasa tidak sendirian dan diterima di lingkungan baru. Yuk, kita selalu berusaha untuk bersikap ramah kepada setiap orang yang kita temui. Karena dengan begitu, kita bisa menyebarkan kasih Tuhan dan membuat orang lain merasa diterima.

Card image
Truth Junior 18 September 2024 - BERSIKAP RAMAH
2024-09-18 18:27:59


Ibrani 13:2
”Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat.”

Andi baru saja pindah rumah. Ia belum kenal siapa-siapa di tempat tinggalnya yang sekarang. Ayahnya baru saja pindah tempat kerja di kota yang baru. Suatu sore, ia ke lapangan di dekat rumahnya. Di sana banyak anak-anak yang sedang bermain bola. Andi hanya memandang mereka dari jauh, sambil tersenyum melihat keseruan permainan bola tersebut.

Tono memperhatikan ada anak baru yang ikut menonton permainan bola mereka. Karena tidak pernah melihat anak itu sebelumnya, Tono berinisiatif menghampiri anak tersebut. “Hai, aku Tono. Aku belum pernah lihat kamu sebelumnya. Kamu baru pindah, ya?” tanya Tono kepada Andi. “Eh… iya, aku baru pindah. Namaku Andi. Rumahku yang di ujung gang ini, yang pagar hijau,” jawab Andi malu-malu. “Kamu suka main bola, Andi? Kalau suka, yuk, kita main sama-sama. Nanti aku kenalkan kamu ke teman-teman yang lain,” sambut Tono kepada Andi. Dengan semangat, Andi menganggukkan kepala. Tak lama, mereka pun bermain bola bersama-sama.

Sobat Junior, sambutlah orang baru dengan ramah. Ketika kita bersikap ramah, kita membuat mereka merasa diterima dan nyaman. Jika ada teman yang sendirian, ajaklah ia untuk bermain bersama dengan teman-teman yang lain. Hal ini juga merupakan praktik buah Roh kebaikan yang bisa kita lakukan. Selamat mencoba!

Card image
Truth Youth 18 September 2024 (English Version) - BREAKING THE STIGMA MENTAL HEALTH AMONG BELIEVERS
2024-09-18 18:24:24


“Carry each other’s burdens, and in this way you will fulfill the law of Christ.” (Galatians 6:2)

Have any of you ever heard statements like, “It’s just sadness. Just pray more, and you’ll get better!”? Or maybe, “A true believer can’t be depressed”? Such statements are often heard and, without realizing it, we might have said or thought them ourselves. However, such approaches often increase the stigma around mental health among believers.

Galatians 6:2 teaches us to “carry each other’s burdens.” This verse is not only about physical or financial burdens but also emotional and psychological burdens. The stigma surrounding mental health disorders often makes those experiencing depression or anxiety feel ashamed and isolated, as if they are not strong enough in their faith. Breaking this stigma requires a deeper understanding of what mental health is. Depression, anxiety, and other mental health disorders are real health conditions, just like diabetes or asthma, which require understanding, support, and sometimes medical intervention. As a faith community, we need to be more open in discussing these issues and supporting those who are struggling, not by criticizing or labeling, but by offering compassionate and empathetic support.

Let’s start with those closest to us. Invite a friend who seems to be struggling to a casual chat. Ask how they are genuinely doing and listen attentively. Sometimes, what someone needs is just a good listener and a safe space to share their feelings. By understanding and supporting one another in this struggle, we not only break the stigma but also strengthen our community. Let’s show that in our faith, no one should have to struggle alone.

WHAT TO DO:
1. Show concern for friends or relatives dealing with mental health issues.
2. Learn to observe the situations happening around us.

BIBLE MARATHON:
- Joel 1-3

Card image
Truth Youth 18 September 2024 - MEMATAHKAN STIGMA KESEHATAN MENTAL DI KALANGAN ORANG BERIMAN
2024-09-18 18:20:26


”Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” (Galatia 6:2)

Adakah dari kalian yang pernah mendengar kalimat-kalimat seperti, “Itu cuma sedih aja, kok. Doa aja lebih banyak, pasti sembuh!?” Atau mungkin, “Orang beriman sejati nggak mungkin depresi?” Kalimat-kalimat seperti ini sering banget kita dengar dan tanpa sadar, bisa jadi kita pun pernah mengatakannya atau memikirkannya. Tapi, sebenarnya, pendekatan seperti itu sering kali meningkatkan stigma terhadap kesehatan mental di kalangan orang beriman.

Galatia 6:2 mengajarkan kita untuk ‘bertolong-tolongan menanggung beban’ satu sama lain. Ayat ini nggak cuma berbicara tentang beban fisik atau finansial, tapi juga beban emosional dan psikologis. Stigma terhadap gangguan kesehatan mental sering membuat orang yang mengalami depresi atau kecemasan merasa malu dan terisolasi, seolah-olah mereka nggak cukup kuat dalam iman mereka. Mematahkan stigma ini butuh pemahaman yang lebih dalam tentang apa itu kesehatan mental. Depresi, kecemasan, dan gangguan mental lainnya adalah kondisi kesehatan yang nyata, sama seperti diabetes atau asma, yang memerlukan pengertian, dukungan, dan kadang-kadang, intervensi medis. Sebagai komunitas beriman, kita perlu lebih terbuka dalam mendiskusikan isu-isu ini dan mendukung mereka yang berjuang, bukan dengan jalan mengkritik atau memberi label, tapi dengan menyediakan dukungan yang penuh kasih dan empati.

Yuk, kita mulai dari yang terdekat. Ajak teman yang kamu lihat tanda-tandanya sedang tidak baik untuk mengobrol santai. Tanyakan kabarnya dengan serius dan dengarkan dengan penuh perhatian. Kadang, yang dibutuhkan seseorang hanyalah pendengar yang baik dan rasa aman untuk berbagi perasaan mereka. Dengan memahami dan mendukung satu sama lain dalam perjuangan ini, kita tidak hanya mematahkan stigma, tetapi juga menguatkan komunitas kita. Mari kita tunjukkan bahwa dalam iman kita, tidak ada yang harus berjuang sendirian.

WHAT TO DO:
1.Membangun perhatian kepada teman atau kerabat yang terkena dengan kesehatan mental.
2.Belajar melihat situasi yang sedang terjadi di sekitar kita

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yoel 1-3

Card image
Renungan Pagi - 18 September 2024
2024-09-18 13:00:01


Pada umumnya manusia bermegah dengan apa yang dimiliki atau dicapai; uang, harta, popularitas, keberhasilan, kesuksesan, ketampanan, kecantikan, kedudukan (pangkat) dan sebagainya. Namun melandaskan kemegahan diri kepada perkara-perkara yang bersifat duniawi adalah kesia-siaan karena sifatnya hanya sementara dan semu, serta tak bisa menolong, menjamin dan memberikan harapan yang pasti.

Ketika dunia dilanda pandemi Covid-19 semua orang tanpa terkecuali dilanda ketakutan dan kekuatiran, karena virus ini dapat membahayakan nyawa siapa saja tanpa memandang bulu, bisakah kita terluput dengan mengandalkan perkara-perkara duniawi itu semata? Kemegahan dunia ini tak berarti apa-apa!

Karena itu firman Tuhan menasihati kita untuk tidak bermegah, selain hanya bermegah di dalam Tuhan, "Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN", segala yang didapat dari dunia ini seperti rumput di padang yang berbunga, tetapi tidak akan bertahan lama, "apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi."

Bila demikian, adakah yang bisa dibanggakan dari dunia? Rasul Paulus berkata; "aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia." Paulus tidak mau bermegah selain di dalam salib Kristus! Sebagai orang percaya salib Kristus adalah kemegahan dan kebanggaan kita. 

Untuk menunjukkan kemegahan dan kebanggaan tentang salib Kristus apakah kita harus mengenakan aksesoris salib agar dapat dilihat orang? Kemegahan atau kebanggaan salib tidak berkenaan dengan hal-hal lahiriah atau terlihat secara kasat mata, salib adalah kebanggaan orang percaya karena salib adalah kekuatan Tuhan dan bukti kemenangan atas dosa dan maut!

Salib menjadi kebanggaan kita, karena melalui karya Kristus di atas kayu salib, setiap yang percaya kepada-Nya diampuni dosanya dan diselamatkan, jadi tak perlu malu memberitakan salib Kristus, karena salib-Nyalah kita memiliki hidup.
(Yohanes 5:24)

Card image
Quote Of The Day - 18 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-18 12:57:40


Adalah hal yang indah jika kita bisa menikmati dunia tanpa terikat dengannya; namun adalah hal terindah jika hidup kita bisa dinikmati-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 18 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-18 12:55:36


Ketika kita sungguh-sungguh mencari Tuhan, haus akan Tuhan, bahkan merindukan bertemu dengan Tuhan, akan mengalami keadaan di mana seakan-akan Allah itu tidak nyata, seakan-akan Allah itu tidak ada.

Card image
TRUE FAITH - 18 September 2024 (English Version)
2024-09-18 12:52:11


Our world is increasingly wicked, meaning it no longer fears God nor cares about His feelings. The world is becoming increasingly atheistic, not believing that God exists. God is becoming faint, so faint that He becomes untouchable, invisible, and unreal. This kind of world tends to condition the heart to become weak and uncertain about God's true existence. Thankfully, there are still those willing to engage with God by coming to church, participating in fasting prayers, or reading spiritual books. There is a testimony from a theology student in England, who has since passed away. In his book, he recalls his admiration for his Hebrew professor, who once said, "Could it be that God truly exists?" This incident, he wrote, left a deep impression on his heart, one that he could never forget.

As we know, in the Western world, Christianity has become lethargic, even to the point where today it could be said to be bankrupt, as evidenced by the emptiness of churches. Almost no more services are being held in churches, which have instead become tourist attractions. This demonstrates the decline of Christianity in the Western world, despite its many prestigious Christian religious colleges or theological seminaries. The professors there often hold not only doctoral degrees but also professorships. In our depraved world, God feels so distant. Even people who are involved in the world of Theological Colleges do not necessarily have the right belief in the existence of God. This is a fact that we cannot deny, the reality that exists.

So, it is not without reason that the Lord Jesus said, "When the Son of Man comes, will He found faith on earth?" Because this world is so wicked, that it is almost impossible to find anyone who truly has true faith; which is marked by an encounter with God that makes the color of a person's life truly special. Now let's be honest, looking at ourselves, how thick is the presence of God in our lives, which we not only believe in but also experience? Let us not allow that ambiguity in our lives, then we must question it. How thick is our belief in the presence of God that is built from concrete experience, not just the thickness in our thoughts, fantasies, doctrinal teachings in our heads, in our cognitive minds?

Psalm 42:4, "My tears have been my food day and night." This verse refers to sorrow, trouble or hardship. Why? Because all day long people say, "Where is your God?" If we read the previous verses, it says, "As the deer pants for flowing streams, so my soul pants for you, O God. My soul thirsts for God, for the living God. When may I come and see God?” From the expression of the sentence it shows that the psalmist is convinced that God exists to the point of having a thirst and longing for God. But then in the following verse, " "My tears have been my food day and night, while people say to me all day long, 'Where is your God?" This indicates that the people around him demand proof of God's existence, questioning whether his God is real or not.

When we truly seek God, thirst for God, even long to meet God, we will experience a situation where it seems as if God is not real, as if God does not exist. But we must continue to struggle to find God. Until sometimes we cry out, "How difficult it is to find You, Lord. How difficult it is for You to become real. But I have already taken a step and I do not turn back. I must find You and experience You more. So if yesterday I experienced You a little, Your presence was thin, what I felt was thin is getting thicker day by day." But the process is almost invisible. It looks the same, but we must persevere. So in the next verse, "This is what I will remember, while my soul is troubled," Now the question is "How do I go forward in the crowd of people, ahead of them to the house of God."

So, we don't need to care about what people say about our faith, but we will prove that the God we believe in exists. We keep pursuing Him: 'I went before them to the house of God with shouts of joy and thanksgiving in the throng of people celebrating,' showing optimism that he would experience God, and that what he did was not in vain. The question for us is, how much intensity do we have in going before others to seek God? How much do we honor God by giving Him the proper portion?

WE DON'T NEED TO CARE ABOUT WHAT PEOPLE SAY ABOUT OUR FAITH, BUT WE WILL PROVE THAT THE GOD WE BELIEVE IN EXISTS.

Card image
IMAN YANG BENAR - 18 September 2024
2024-09-18 12:35:14


Dunia kita yang makin fasik, artinya tidak takut Tuhan dan tidak peduli perasaan-Nya. Dunia yang juga makin ateis, tidak memercayai bahwa Allah itu ada. Allah menjadi tipis, bahkan sangat tipis sampai tidak tersentuh, tidak terlihat, dan tidak nyata. Dunia seperti ini adalah dunia yang mencenderungkan hati untuk terkondisi lemah, tidak yakin bahwa Allah itu benar-benar ada. Syukur kalau kita masih mau berurusan dengan Tuhan dengan datang ke gereja, mengikuti doa puasa, atau membaca buku rohani. Ada satu kesaksian dari mahasiswa sekolah teologi di Inggris, tapi sekarang beliau sudah meninggal. Di dalam bukunya dia menyaksikan dosen bahasa Ibrani yang ia kagumi, berkata, "Jangan-jangan Allah itu benar-benar ada." Mahasiswa ini menulis bahwa peristiwa itu sangat menggores di dalam hatinya dan ia tidak bisa melupakannya.

Seperti yang kita tahu bahwa di dunia Barat, kekristenan menjadi lesu, bahkan hari ini bisa dikatakan bangkrut, yang bisa dibuktikan dengan sepinya gereja. Hampir-hampir tidak ada lagi kebaktian di gereja-gereja. Malahan gereja-gereja menjadi tempat wisata. Hal ini membuktikan betapa merosotnya kekristenan di dunia Barat, walaupun mereka memiliki perguruan tinggi keagamaan Kristen atau STT-STT, seminari-seminari yang sangat berkualitas. Dosen-dosennya pun banyak yang bukan saja bergelar doktor, namun juga profesor. Dunia kita yang fasik ini mengondisi, Tuhan terasa begitu tipis. Bahkan orang-orang yang berkecimpung dalam dunia Sekolah Tinggi Teologi pun belum tentu memiliki keyakinan yang benar tentang keberadaan Allah. Ini fakta yang tidak bisa kita bantah, kenyataan yang ada.

Jadi, bukan tanpa alasan kalau Tuhan Yesus berkata, "Jika Anak Manusia datang, apakah Ia mendapati iman di bumi?" Karena begitu fasiknya dunia ini, sehingga hampir-hampir tidak ditemukan orang yang sungguh-sungguh memiliki iman yang benar; yang ditandai dengan adanya perjumpaan dengan Allah yang membuat warna hidup seseorang benar-benar menjadi istimewa. Sekarang kita jujur melihat diri kita masing-masing, seberapa tebal kehadiran Allah di dalam hidup kita, yang bukan saja kita percayai melainkan juga kita alami? Jangan kita membiarkan ketidakjelasan itu di dalam hidup kita, maka kita harus memperkarakannya. Seberapa tebal keyakinan kita akan kehadiran Allah yang terbangun dari pengalaman konkret, bukan hanya ketebalan di dalam pikiran, fantasi, ajaran doktrin di dalam kepala kita, di pikiran kognitif kita?

Mazmur 42:4, "Air mataku menjadi makananku siang dan malam." Ayat ini menunjuk duka, kesulitan atau kesukaran. Mengapa? Karena sepanjang hari orang berkata, "Di mana Allahmu?" Kalau kita membaca ayat-ayat sebelumnya, dikatakan, “Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?” Dari ungkapan kalimat menunjukkan bahwa sang pemazmur ini yakin Allah itu ada sampai memiliki kehausan dan kerinduan akan Allah. Tetapi kemudian di ayat berikut, "Air mataku menjadi makananku siang dan malam karena sepanjang hari orang berkata kepadaku, "Di mana Allahmu?" menunjukkan bahwa manusia di lingkungannya, menuntutnya untuk membuktikan apakah Allah itu ada, apakah Allahmu itu nyata atau tidak?

Ketika kita sungguh-sungguh mencari Tuhan, haus akan Tuhan, bahkan merindukan bertemu dengan Tuhan, akan mengalami keadaan di mana seakan-akan Allah itu tidak nyata, seakan-akan Allah itu tidak ada. Tetapi kita harus berjuang terus untuk menemukan Allah. Sampai kadang kita berseru, "Betapa sulitnya Engkau ditemui, Tuhan. Betapa sulitnya Engkau menjadi nyata. Tetapi aku sudah melangkah dan aku tidak menarik langkahku ke belakang. Aku harus menemukan Engkau dan mengalami Engkau lebih banyak. Jadi kalau kemarin aku alami Engkau sedikit, kehadiran-Mu tipis, yang kurasakan tipis itu makin hari makin tebal.” Tapi prosesnya nyaris tidak kelihatan. Kelihatannya sama saja, tetapi kita harus bertekun. Maka di ayat berikutnya, “Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah gulana,” Sekarang persoalannya adalah “Bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka ke rumah Allah.”

Jadi, kita tidak perlu peduli apa kata orang mengenai iman kita, namun kita akan membuktikan bahwa Allah yang kita percayai itu ada. Kita tetap memburu Dia; “Aku mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan,”. sebuah optimisme bahwa dia akan mengalami Tuhan, dan apa yang dilakukannya itu tidak sia-sia. Pertanyaannya untuk kita adalah seberapa kita punya intensitas mendahului manusia lain mencari Allah? Seberapa kita menghargai Allah dengan memberikan porsi yang sepatutnya untuk Dia?

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA TIDAK PERLU PEDULI APA KATA ORANG MENGENAI IMAN KITA, NAMUN KITA AKAN MEMBUKTIKAN BAHWA ALLAH YANG KITA PERCAYAI ITU ADA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 18 September 2024
2024-09-18 12:31:21

Hagai 1-2

Card image
Truth Kids 17 September 2024 - TURUT BERSUKACITA
2024-09-17 18:34:50


Yakobus 3:16
”Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.”

"Sari, lihatlah si Anton itu. Dia juara kelas lagi. Aku iri sekali, kenapa aku nggak bisa seperti dia?" kata Lani dengan wajah murung ketika pulang sekolah. "Iya, Lani. Anton memang pintar, tetapi jangan iri. Kita harus tetap senang untuknya," sahut Sari dengan lembut. Sari lalu melanjutkan, "Tahu nggak, Lan? Waktu aku iri sama prestasi orang lain, Mamaku bilang kalau Tuhan punya rencana yang berbeda-beda buat setiap orang. Mungkin saat ini belum waktunya kita berprestasi seperti Anton. Namun, Tuhan pasti punya hal yang indah buat kita juga. Lagipula, iri hati hanya akan membuat hati kita nggak damai," Lani berpikir sejenak dan kemudian berkata, "Iya, ya. Mungkin lebih baik aku bersukacita atas keberhasilan Anton dan belajar lebih giat lagi. Kalau begitu, besok kita belajar bareng yuk, Sar. Biar kita bisa lebih baik juga."

Sobat Kids, sering kali kita merasa iri ketika melihat teman kita berhasil. Namun, ingatlah bahwa Tuhan punya rencana indah untuk setiap kita. Jangan biarkan iri hati merusak sukacita kita. Sebaliknya, mari kita bersukacita atas keberhasilan orang lain dan terus berusaha dengan tekun. Dengan begitu, kita akan merasakan damai dan kebahagiaan yang sesungguhnya. Yuk, kita dukung teman-teman kita dan tetap bersyukur atas berkat yang Tuhan berikan kepada kita."

Card image
Truth Junior 17 September 2024 - JUARA
2024-09-17 18:23:57


Yakobus 3:16
”Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.”

Bulan lalu telah dilaksanakan acara olimpiade dunia di kota Paris. Berbagai atlet dari seluruh dunia dan dari berbagai cabang olahraga datang ke Paris untuk berkompetisi. Semua atlet yang datang tentu ingin meraih juara pertama dan mendapatkan medali emas. Namun, seperti yang kita ketahui bersama, hanya juara pertama yang akan mendapatkan medali emas. Sedangkan juara kedua akan mendapatkan medali perak, dan juara ketiga akan mendapatkan medali perunggu.

Para atlet telah dilatih untuk menjadi sportif. Maksudnya mereka akan mengakui keunggulan lawan mereka dan tidak iri kepada keberhasilan para juara lainnya. Mereka telah berusaha sebaik yang mereka bisa lakukan. Para atlet akan terus berlatih dan berusaha sehingga pada kompetisi selanjutnya, mereka bisa menjadi juara.

Sobat Junior, kebaikan yang mau kita pelajari hari ini adalah tidak bersikap iri hati. Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita tentang kekacauan yang bisa timbul akibat iri hati dan mementingkan diri sendiri. Jika melihat orang lain lebih baik daripada kita, tetaplah untuk bersukacita, Sobat Junior. Kita harus berusaha lebih baik lagi, belajar lebih sungguh lagi sehingga kita bisa memenangkan sebuah lomba. Semangat, Sobat Junior!

Card image
Truth Youth 17 September 2024 (English Version) - FEARLESS AND DISCIPLINED
2024-09-17 18:22:29


“For God gave us a spirit not of fear but of power and love and self-control.” (2 Timothy 1:7)

In life, we often face various challenges that bring anxiety and fear, whether related to finances, health, or other matters. However, God calls us to live with confidence and peace, unaffected by the situations around us.

Fear often arises when we feel we have no control over our circumstances. While we can’t control everything, God reminds us that He gives us a spirit of power and love. This means we can face challenges with courage and confidence, not because of our own strength, but because we know that God is always with us. Fear has no place in a life led by faith and trust in God.

Living without fear does not mean we will never feel afraid, but it means we choose not to let fear dominate us. We need to learn to direct our fears to God and trust that He will give us a peace that surpasses all understanding. By relying on God in all things, we can experience true peace even in difficult situations.

In a fear-free life, we must also understand that God desires us to be disciplined. He wants us to be disciplined in our lives so that we can live each day more effectively and focus on what truly matters. In doing so, we give God room to work in every aspect of our lives.

Having a disciplined and fearless life is a continuous spiritual journey. It requires time, effort, and obedience to the Word of God. Let us strive to live in order and not let fear control us. Thus, we can experience a life filled with peace, love, and strength from God.

WHAT TO DO:
Let’s start being disciplined in our daily lives and surrender all our fears to God.

lBIBLE MARATHON:
- Hosea 10-14

Card image
Truth Youth 17 September 2024 - FEARLESS AND DISCIPLINE
2024-09-17 18:19:13



”Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” (2 Timotius 1:7)

Dalam hidup, kita sering kali menghadapi berbagai tantangan yang membawa kecemasan dan ketakutan, baik itu dalam hal ekonomi, kesehatan, dan lain-lain. Namun, Tuhan memanggil kita untuk hidup dengan keyakinan dan kedamaian, ga terguncang oleh situasi di sekitar kita.

Ketakutan sering kali muncul ketika kita merasa ga memiliki kontrol atas situasi kita. Memang, kita ga bisa sepenuhnya mengontrol situasi, namun Tuhan mengingatkan kita bahwa Dia memberikan roh kekuatan, dan kasih. Ini berarti kita dapat menghadapi tantangan dengan keberanian dan kepercayaan diri, bukan karena kekuatan kita, tetapi karena kita tahu bahwa Tuhan selalu bersama kita. Ketakutan ga memiliki tempat dalam hidup yang dipimpin oleh iman dan kepercayaan kepada Tuhan.

Hidup tanpa ketakutan bukan berarti kita ga pernah merasa takut, tetapi kita memilih untuk ga membiarkan ketakutan menguasai kita. Kita perlu belajar untuk mengarahkan ketakutan kita kepada Tuhan dan percaya bahwa Dia akan memberikan kita damai sejahtera yang melampaui segala akal. Dengan mengandalkan Tuhan dalam segala hal, kita dapat merasakan kedamaian yang sejati meskipun dalam situasi yang sulit.

Di dalam hidup tanpa ketakutan, kita perlu memahami bahwa Tuhan ingin mengajak kita agar disiplin. Tuhan ingin mengajak kita disiplin dalam hidup, supaya kita dapat menjalani hari-hari kita dengan lebih efektif dan fokus pada hal-hal yang benar-benar penting. Dengan demikian, kita memberikan ruang bagi Tuhan untuk bekerja dalam setiap aspek kehidupan kita.

Memiliki hidup yang disiplin dan bebas dari ketakutan adalah perjalanan spiritual yang terus-menerus. Ini membutuhkan waktu, usaha, dan ketaatan kepada firman Tuhan. Marilah kita terus berusaha untuk hidup dalam ketertiban dan ga membiarkan ketakutan menguasai kita. Dengan demikian, kita dapat mengalami hidup yang penuh dengan kedamaian, kasih, dan kekuatan yang berasal dari Tuhan.

WHAT TO DO:
Mari mulai disiplin dalam keseharian kita dan serahkan segala ketakutan kita kepada Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hosea 10-14

Card image
Renungan Pagi - 17 September 2024
2024-09-17 18:14:33


Bagi kita pasti tidak asing dengan ayat firman Tuhan yang mengatakan; "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima". Ayat ini serasa tidak masuk di akal; bagaimana pun juga yang namanya memberi pasti kehilangan sesuatu, atau apa yang dimiliki menjadi berkurang, bukankah lebih baik dan berbahagia bila kita menerima daripada memberi? Itulah prinsip dunia! Memberi berarti sebuah kerugian besar, karena itu orang-orang dunia lebih suka menerima daripada memberi.

Prinsip Alkitab adalah sebaliknya, orang yang berbahagia dan diberkati adalah yang banyak memberi; "Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga". Memberi adalah bukti nyata dari kasih! Artinya mengasihi harus diwujudkan dalam tindakan, bukan sebatas slogan. "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?"

Hati yang suka memberi adalah buah kehidupan yang bisa kita berikan kepada Tuhan dan pekerjaan-Nya, seperti jemaat Filipi yang selalu mendukung pelayanan rasul Paulus; "Karena di Tesalonika-pun kamu telah satu dua kali mengirimkan bantuan kepadaku. Tetapi yang kuutamakan bukanlah pemberian itu, melainkan buahnya, yang makin memperbesar keuntunganmu."

Memberi untuk mendukung pelayanan pekerjaan Tuhan membuat Injil semakin diberitakan dan banyak jiwa yang diselamatkan, selain itu kita juga harus membantu orang yang miskin, yatim piatu, para janda, korban bencana, dan sebagainya. Alkitab mengatakan; "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan.
(Amsal 11:24)

Card image
Quote Of The Day - 17 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-17 18:12:31


Orang yang menaruh seluruh hidupnya pada Tuhan, kualitas hidupnya pasti akan terlihat.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 17 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-17 18:11:13


Dibenarkan karena iman itu bukan sekadar kita memercayai Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, melainkan mempertaruhkan seluruh hidup kita untuk itu.

Card image
ECONOMY PACKAGE - 17 September 2024 (English Version)
2024-09-17 18:09:29


In the story of Abraham, one day God asked Abraham to count the stars and said, "Your descendants will be as numerous as this." Abraham believed. When he had a son, God commanded him to sacrifice his son as a burnt offering. But the Scriptures say, "Abraham believed that God had the power to raise the dead." Even though a burnt offering would be cut into pieces, making it impossible to live again, that was Abraham's extraordinary faith. For Abraham, God was everything. He loved God so much that he would rather hurt himself by sacrificing his son than hurt God.

We’ve probably experienced times when we seek activities to keep ourselves busy. Usually, we look for things that bring money or pleasure. It all centers around "me." But if we are children of Abraham, we should be thinking, "What can I do to please God?" Being justified by faith is not just about believing in Jesus as Lord and Savior; but risking our whole life for it. The mistake of many people is reading the book of Romans without seeing the background. Not seeing the context of the times. The Roman church were people whose lives were like eggs on the edge of a horn; their lives constantly hunted by the authorities. So when it says in Romans 8, “We are more than conquerors,” the word “we” refers to the believers in Rome.

For us today, what is the reason that we say that we are more than them? We are said to be more than conquerors—even though materially, physically we are less—but because no one can separates us from the love of Christ. And in Romans 8:17 it says that we are glorified together with Christ in the Kingdom of Heaven in eternity. So we are justified by faith, meaning we are considered, judged to be righteous, because we are like Jesus. To have faith in Jesus means to live as He lived. Jesus said, "If I, your Lord and Teacher, experience suffering, you will also experience it." We must surrender our whole life, because only then will we meet God. However, many Christians only give God an "economy package."

So, Jesus said in Luke 14:33, "Whoever does not renounce all that he has cannot be my disciple." We should give the whole package of life where we make God everything. So like Abraham sacrificed his son Isaac, we too must be brave enough to offer anything for the Lord. And we must do that while we are still alive. This life becomes extraordinary if we dare to risk ourselves to interact with God in the midst of this dark world. Therefore, we must be willing to take a stand, no matter the cost. It’s like being a fish: we must be living fish. If we are dead fish, we will absorb the saltiness of the seawater. But if we are alive, even though the water around us is salty, we remain fresh.

Don't let it be that when we close our eyes, we are still not categorized by God as making Him our everything. God certainly feel whether we make God everything or not. Today, we are not yet perfect, but we must force ourselves to make Him everything. So, let’s fan the flames of our love for God. We must soar as high as possible. How? First, God must become everything in our lives every day. Second, do not have any desires and any pleasures (Psalms 73:25 Whom have I in heaven but You? And earth has nothing I desire besides You). If there is still sin in us or certain pleasures that God does not approve of, let's leave them, so that we can soar as high as possible.

Every day make Him everything in our lives, then we are not afraid to die, not afraid to face anything. We will only fear one thing: committing sin. If we do it seriously, the Holy Spirit will guide us. Honestly, there are times when God is not the passion of our lives because there are opportunities to enjoy various pleasures. Let’s return to God. Don't feel great because we are pastors or doctors of theology, but let us remain humble. Do not seek God's protection only when we are in a pinch. Continue to cling to God as if there is a big disaster ahead. Always seek refuge in Him. This also triggers us to make God everything.

WE MUST SURRENDER OUR WHOLE LIFE, BECAUSE ONLY THEN WILL WE MEET GOD. HOWEVER, MANY CHRISTIANS ONLY GIVE GOD AN "ECONOMY PACKAGE".

Card image
PAKET HEMAT - 17 September 2024
2024-09-17 18:02:19


Dalam kisah Abraham, suatu hari Abraham disuruh menghitung bintang, lalu Allah berkata, “Nanti anakmu sebanyak ini,” maka percayalah Abraham. Ketika Abraham sudah punya anak, Allah memerintahkan dia untuk menyembelih anaknya sebagai korban bakaran. Tapi Kitab Suci berkata, “Abraham percaya bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang mati.” Padahal sebagai korban bakaran, pasti dipotong-potong, jadi tidak mungkin hidup lagi. Tapi itu percayanya Abraham, luar biasa. Allah itu bagi Abraham segalanya. Dia lebih mengasihi Allah, tidak mau menyakiti hati Allah. Dia lebih rela menyakiti dirinya sendiri dengan menyembelih anaknya.

Pasti kita pernah mengalami keadaan di mana kita mencari kesibukan. Biasanya yang kita cari adalah kesibukan yang mendatangkan uang atau kesibukan yang mendatangkan kesenangan. Semua berpusat pada “aku.” Tapi kalau kita menjadi anak-anak Abraham, maka yang kita pikirkan adalah, “Apa yang kulakukan untuk menyenangkan hati Allah?” Jadi, dibenarkan karena iman itu bukan sekadar kita memercayai Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, melainkan mempertaruhkan seluruh hidup kita untuk itu. Salahnya banyak orang, membaca kitab Roma tanpa melihat latar belakangnya. Tidak melihat konteks zaman. Jemaat Roma adalah orang yang hidupnya seperti telur di ujung tanduk; diburu-buru nyawanya oleh penguasa. Maka kalau dikatakan di Roma 8, “Kita lebih dari orang-orang menang,” kata “kita” itu menunjuk orang-orang percaya di Roma.

Untuk kita hari ini, apa alasannya sehingga kita berkata bahwa kita lebih dari mereka? Kita dikatakan lebih dari orang-orang menang—walaupun secara materi, secara jasmaniah kita kurang—karena tidak ada yang bisa memisahkan kita dari kasih Kristus. Dan di Roma 8:17 dikatakan bahwa kita dimuliakan bersama-sama dengan Kristus di dalam Kerajaan Surga di kekekalan. Jadi kita dibenarkan karena iman itu, artinya kita dianggap, dinilai berkeadaan benar, karena kita berkeadaan seperti Yesus. Beriman kepada Yesus itu berarti hidup seperti Yesus hidup. Yesus berkata, “Kalau Aku Tuhan dan Gurumu, Aku mengalami penderitaan, kamu juga mengalaminya.” Seluruh hidup harus kita serahkan, sebab barulah di situ kita bertemu Tuhan. Namun, banyak orang Kristen yang memberikan untuk Tuhan hanya “paket hemat.”

Maka, Yesus berkata di Lukas 14:33, “Barangsiapa tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, ia tak dapat jadi murid-Ku.” Seharusnya kita memberikan paket seluruh hidup di mana kita menjadikan Tuhan itu segalanya. Jadi seperti Abraham mempersembahkan anaknya Ishak, maka kita pun harus berani mempersembahkan apa pun untuk Tuhan. Dan hal itu harus kita lakukan waktu masih hidup. Hidup ini menjadi luar biasa kalau kita berani mempertaruhkan diri kita untuk berinteraksi dengan Allah di tengah dunia yang gelap ini. Maka kita harus berani mengambil posisi dengan segala harga yang harus kita bayar. Ibarat kita ikan, harus jadi ikan yang hidup. Kalau kita ikan yang mati, maka kita akan ikut asin, digarami oleh air laut. Tapi kalau kita hidup, walaupun sekitar kita airnya asin, kita tetap tawar.

Jangan sampai ketika kita menutup mata, kita masih belum dikategorikan Allah sebagai menjadikan Dia segalanya. Tuhan pasti merasa apakah kita menjadikan Tuhan segalanya atau tidak. Hari ini kita belum sempurna, tapi kita harus memaksa diri untuk menjadikan Dia segalanya. Maka, kobarkan cinta kita. Kita harus terbang setinggi-tingginya. Caranya? Pertama, Tuhan harus menjadi segalanya dalam hidup kita setiap hari. Yang kedua, tidak punya keinginan apa pun dan kesenangan apa pun. Kalau masih ada dosa dalam diri atau kesenangan tertentu yang Tuhan tidak berkenan, mari tinggalkan, supaya kita bisa terbang setinggi-tingginya.

Setiap hari jadikan Dia segalanya dalam hidup kita, maka kita tidak takut mati, tidak takut menghadapi apa pun. Yang kita takuti hanya satu: berbuat dosa. Kalau kita melakukannya dengan sungguh-sungguh, maka Roh Kudus akan pimpin kita. Sejujurnya, ada masa-masa di mana Tuhan tidak menjadi gairah hidup kita karena ada peluang menikmati berbagai kesenangan. Mari kita kembali ke Tuhan. Jangan merasa hebat karena kita pendeta atau doktor teologi, tapi biarlah kita tetap rendah hati. Jangan mencari perlindungan Tuhan hanya pada waktu kepepet. Teruslah melekat kepada Tuhan seakan-akan ada bencana besar di depan. Berlindunglah terus ke Tuhan. Ini juga memicu kita menjadikan Tuhan segalanya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SELURUH HIDUP HARUS KITA SERAHKAN, SEBAB BARULAH DI SITU KITA BERTEMU TUHAN. NAMUN, BANYAK ORANG KRISTEN YANG MEMBERIKAN UNTUK TUHAN HANYA “PAKET HEMAT.”

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 September 2024
2024-09-17 12:59:41

Ezra 4-6
Mazmur 137

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 September 2024
2024-09-17 13:00:13

Ezra 1-3

Card image
Truth Kids 16 September 2024 - MENJAGA KEBERSIHAN
2024-09-16 13:46:07


Kejadian 2:15
”TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.”

Hari ini Dave bersama teman-temannya ingin berjalan kaki menuju sekolah. Kebetulan letak rumah dan sekolah tidak terlalu jauh. Saat dalam perjalanan, tiba-tiba di depan mereka ada seorang yang melempar kulit pisang ke jalan. Hampir saja teman Dave menginjak kulit pisang itu dan tergelincir. Untung saja Dave sigap dan segera mengambil kulit pisang itu. Ia pun membuangnya ke tempat sampah.

Tidak bisa dibayangkan kalau Dave tidak membuang kulit pisang itu ke tempat sampah. Karena tak jauh di belakang mereka, ada kakek-kakek yang sedang joging. Bagaimana jadinya kalau kakek itu menginjak kulit pisang? Bisa-bisa kakek itu jatuh dan terluka.

Sobat Kids, kebaikan sekecil apa pun bisa berdampak besar untuk orang lain. Dave sigap dan mencintai kebersihan dengan membuang kulit pisang ke tempat sampah. Dengan bertindak seperti itu, Dave juga menyelamatkan kakek atau orang lain supaya tidak jatuh karena terpeleset akibat orang tidak bertanggung jawab yang membuang sampah sembarangan.

Card image
Truth Junior 16 September 2024 - MEMELIHARA BUMI
2024-09-16 13:39:43


Kejadian 2:15
”TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.”

Tugas pertama yang Tuhan berikan kepada manusia pertama adalah mengusahakan dan memelihara taman tempat manusia itu tinggal. Sayangnya, planet yang kita tempati saat ini tidak semakin baik. Banyak manusia tidak memelihara planet, tempat tinggal mereka sendiri. Mereka tidak peduli dengan keadaan bumi yang semakin rusak.

Salah satu cara yang bisa kita lakukan dalam mempraktikkan buah Roh kebaikan adalah memelihara lingkungan tempat tinggal kita. Salah satu hal mudah yang bisa kita lakukan adalah dengan membuang sampah pada tempatnya. Ketika kalian harus membuang sampah, pastikan sampahnya masuk dengan benar ke dalam tempat sampah, ya, Sobat Junior. Terkadang sampahnya hanya dilempar ke atas tutup tempat sampah sehingga orang yang kemudian ingin membuang sampah juga tidak bisa, karena ada sampah di atas tutup tempat sampah. Hal ini terlihat sederhana, tetapi jika semua orang yang ada di bumi ini melakukan hal sederhana ini, pastilah bumi ini akan lebih bersih. Udara di lingkungan kita juga akan menjadi lebih segar.

Ingatlah untuk terus menjaga kebersihan di lingkungan sekitar kita, ya, Sobat Junior. Baik di lingkungan sekitar tempat tinggal kita, maupun di lingkungan sekolah. Bahkan di lingkungan gereja, tempat kita beribadah. Kalian tentunya ingin beribadah, belajar dan tinggal di lingkungan yang bersih, bukan? Memelihara bumi ini adalah tugas kita bersama. Yuk, kita pelihara bumi ini.

Card image
Truth Youth 16 September 2024 - CHANGE OF THINKING
2024-09-16 13:37:02


“Be renewed in the spirit of your mind, and put on the new self, created to be like God in true righteousness and holiness.” (Ephesians 4:23-24)

A change of thinking is the process of transforming how a person understands, interprets, and responds to the world around them. The Word of God in Romans 12:2 teaches us to experience a change in our way of thinking so that we can live according to God’s will. There are a few things we can learn from this verse.

First, this verse emphasizes that we should not conform to the pattern of this world. The world often offers values and ways of living that are favored by the world. As believers, we are called to live differently from the world and not to follow worldly thinking. When we are trapped in worldly thinking, we tend to prioritize temporary things and neglect eternal things.

Second, we are invited to experience the renewal of our minds. Renewal of the mind means changing the way we think to align with God’s will. This requires effort and perseverance. We need to continuously renew our minds with the Word of God, pray, and meditate on the truths of Scripture. In doing so, we will become more sensitive to the voice of the Holy Spirit who guides us in all things.

Third, by experiencing a change in thinking, we will be able to distinguish between what is God’s will and what is not. A life led by God will lead us to decisions that align with His plan. We will be able to recognize what is good and, of course, what pleases God.

Experiencing a change in thinking not only has a positive impact on ourselves but also on those around us. When our minds are renewed, our actions and words will reflect the love and truth of God. People will see the difference in our lives, and we will witness to Christ through our testimony. Thus, we become the light and salt of the world, making an impact for the glory of God’s name.

WHAT TO DO:
Let’s start changing our mindset by reading the Word of God and praying every day.

BIBLE MARATHON:
- Hosea 5-9

Card image
Truth Youth 16 September 2024 - PERUBAHAN BERPIKIR
2024-09-16 13:16:05


”supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.” (Amsal 4:23-24)

Perubahan berpikir adalah proses transformasi cara seseorang memahami, menafsirkan, dan merespons dunia di sekitarnya. Firman Tuhan yang terdapat dalam Roma 12:2 mengajar kita untuk mengalami perubahan dalam cara berpikir kita agar kita dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah. Ada beberapa hal yang kita akan pelajari melalui ayat ini.

Pertama, melalui ayat ini ditekankan agar kita _ ga menjadi serupa dengan dunia ini. Dunia sering menawarkan nilai-nilai dan cara hidup yang disukai dunia. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup berbeda dari dunia, ga mengikuti pola pikir dunia. Ketika kita terjebak dalam pola pikir duniawi, maka kita cenderung mengutamakan hal-hal yang sementara dan mengabaikan hal-hal yang kekal.

Kedua, kita diajak untuk mengalami pembaruan budi. Pembaruan budi berarti mengubah cara kita berpikir agar selaras dengan kehendak Allah. Ini adalah sesuatu yang membutuhkan usaha dan ketekunan. Kita perlu terus-menerus memperbarui pikiran kita dengan firman Tuhan, berdoa, dan merenungkan kebenaran-kebenaran firman Tuhan. Dengan demikian, kita akan semakin peka terhadap suara Roh Kudus yang membimbing kita dalam segala hal.

Ketiga, dengan mengalami perubahan dalam berpikir, maka kita akan mampu membedakan mana yang merupakan kehendak Allah dan yang bukan. Kehidupan yang dipimpin oleh Tuhan akan membawa kita pada keputusan-keputusan yang sesuai dengan rencana-Nya. Kita akan mampu mengenali mana yang baik, dan tentunya yang berkenan kepada Allah.

Mengalami perubahan dalam berpikir bukan hanya membawa dampak positif bagi diri kita sendiri, tetapi juga bagi orang-orang di sekitar kita. Ketika pikiran kita diperbarui, tindakan, dan perkataan kita pun akan mencerminkan kasih dan kebenaran Allah. Orang-orang akan melihat perbedaan dalam hidup kita dan kita memberitakan Kristus melalui kesaksian hidup kita. Dengan demikian, kita menjadi terang dan garam dunia, yang membawa dampak bagi kemuliaan nama Tuhan.

WHAT TO DO:
Mari mulai perubahan pola pikir dengan membaca firman Tuhan dan berdoa setiap hari.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hosea 5-9

Card image
Renungan Pagi - 16 September 2024
2024-09-16 13:10:59


Rasul Paulus adalah salah seorang tokoh besar di dalam Alkitab, pelayanannya dalam memberitakan Injil sangat luar biasa, di tengah berbagai kesulitan, penderitaan, aniaya, dirajam dan ancaman penjara sekali pun tidak membuat ia lemah dan tawar hati.

Justru di tengah penderitaan dan berbagai tantangan yang dihadapi, Paulus memiliki kekuatan yang begitu besar sehingga ia mampu bertahan, bahkan kehidupannya menjadi berkat bagi banyak orang; ia memotivasi dan memberikan nasihat kepada jemaat yang dilayaninya seperti yang ia tunjukkan kepada jemaat di Efesus.

Paulus menyadari bahwa ia adalah orang yang paling hina dan merasa tidak layak menjadi seorang rasul jika dibandingkan dengan rasul lainnya. "aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah." Namun ia tidak rendah diri, sebaliknya justru berbangga karena ia dipilih dan dipercaya untuk mengalami seluruh kekayaan Kristus yang tidak terselami manusia.

Paulus bersyukur karena Tuhan berkenan memakai dirinya untuk mejalankan Amanat Agung, seorang yang sangat kecil dan begitu hina, namun beroleh kesempatan untuk menjadi orang pilihan Tuhan, semua karena anugerah Tuhan semata, bukan karena ia pandai dan begitu hebat, ini terlihat dari perubahan namanya; Saulus (yang besar dan kuat) berubah menjadi Paulus (si kecil dan lemah).

Begitu juga kita siapakah ini di hadapan Tuhan? Kita adalah orang berdosa dan sangat hina, namun oleh karena kasih-Nya kita diselamatkan seperti tertulis; “kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus. “Dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti.
(1 Korintus 1:28)

Card image
Quote Of The Day - 16 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-16 13:04:31


Kalau hati kita benar-benar mengasihi Tuhan, maka tidak mungkin kita membenci sesama. Sekalipun ada letupan api kemarahan atau kekecewaan, tapi tidak akan membakarnya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 16 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-16 13:02:38


Orang yang mengalami penyataan Allah, yang bisa berjalan dengan Tuhan adalah orang yang sungguh-sungguh menjadikan Tuhan itu segalanya dalam hidup ini.

Card image
QUALITY HUMAN BEINGS - 16 September 2024 (English Version)
2024-09-16 13:00:17


Religiousness is actually not just a matter of liturgy or religious ceremonies as known by religions in general. In truth, there must be a space for encounter between the people and the God who is worshipped, in what is called liturgy. For us, Christians, ceremonies are usually related to worship procedures and the procedure for praying. But true religiousness is dealing with the Creator; God who created the heavens and the earth. And that is very powerful. The problem is, there are not many people who dare to put their trust in the invisible God, dare to invest their entire lives in building a reciprocal relationship with God. Moreover, if we look at the people around us, almost no one truly puts their trust in this invisible God.

And in reality, God does not reveal Himself to many people; very few or to be honest, almost no one truly experiences the revelation of God in their lives. Because people who experience the revelation of God, who can walk with God, are people who truly make God everything in this life. Who dares to bet on making God everything in this life? Making God everything in life means that God becomes the only goal, the only happiness, the only wealth, the only object of devotion, and the only worship. But we must note that God is not selfish. God does not take away our lives so that we do not have happiness or pleasure. We are human beings, not animals or other created beings.

We are human beings who need to socialize with other human beings, who can enjoy art, who need rest, and who need a life partner. Of course God understands this. But for those who make God their everything, even if He does not grant them all these things, they will not demand them. Abraham made God everything in his life. It is not written in the Bible, but Abraham's actions, his behavior, the dynamics of his life show that he made God his everything. Then, we as children of Abraham, must have faith like Abraham. So the meaning of the sentence "justified by faith" is not simple. A justified person is a person who makes God everything in life, a person who becomes a quality human being, a person who is worthy to enter the palace of God the Father.

Romans 3:28 says, “For we hold that a person is justified by faith, apart from works of the law.” Romans 4:2, “For if Abraham was justified by works, he has something to boast about-but not before God." The term 'works' here refers to actions based on the Law. Abraham's life was not based on the Law. Abraham's lifestyle was a lifestyle that was unknown to the Israelites. Because, the Israelites were guided by the Torah. And what the Israelites did was based on the Torah is an effort to be justified. Then Paul wrote, “Not so,” being justified is not by keeping the law, but by faith. What does "by faith" mean? It can be interpreted simply, but that is shallow, naive, and it is bound to miss the point. We certainly remember how Zacchaeus gave half of his wealth to the poor and if there was anyone he had ever extorted, he would pay back four times as much. Automatically he could become poor.

But Jesus said, “Salvation has come to this house, because he too is a son of Abraham.” Zacchaeus’ action was an action that showed that God was everything in his life. Later in the book of James, we find again the sentence “Abraham was justified not by his faith, but by his works.” That can confuse our minds if we don’t see the context. Abraham was justified not because he simply believed in something, but because he did something based on what he believed. Abraham made God everything. His life was seized and consumed by his obedience and compliance to God. At that time, no one believed in Elohim Yahweh as a god. In the Canaanite community, there were religions that were practiced, including the Zoro Aster religion. Abraham could believe in Elohim Yahweh without religion, because there was no Judaism yet. What existed was the figure of God or a figure of worship called Yahweh.

Abraham had to come out of Ur of the Chaldeans, to the land that God would show him. Even though Abraham already had a country, the Sumerian Valley, especially the city of Ur where Abraham lived. It was not only a fertile valley, but it was a metropolis in its day, a very advanced cultural area. Abraham had to leave his family. And Abraham left. When there was a time of famine, a drought, Abraham did not return to Ur. He preferred to go to Egypt, where he had to risk his life and his wife's. He almost lost Sarah. However, he chose to obey God rather than prioritize his family's safety. Abraham would have children, according to God's promise, as many as the stars in the sky and the sand on the seashore. But Abraham had to wait for a quarter of a century and he did not doubt God.

A JUSTIFIED PERSON IS A PERSON WHO MAKES GOD EVERYTHING IN LIFE, A PERSON WHO BECOME A QUALITY HUMAN BEING, A PERSON WHO IS WORTHY TO ENTER THE PALACE OF GOD THE FATHER.

Card image
MANUSIA BERKUALITAS - 16 September 2024 ,
2024-09-16 12:57:33


Keberagamaan itu sebenarnya bukan hanya masalah liturgi atau upacara agama seperti yang dikenal oleh agama-agama pada umumnya. Sejatinya, harus ada ruang perjumpaan antara umat dan Allah yang disembah, di dalam yang namanya liturgi. Bagi kita, orang Kristen, seremonial bagi agama pada umumnya tata cara ibadah, tata cara sembahyang. Tetapi keberagamaan yang benar adalah berurusan dengan Sang Khalik; Allah yang menciptakan langit dan bumi. Dan itu sangat dahsyat. Masalahnya, memang tidak banyak orang yang berani menaruh percaya kepada Allah yang tidak kelihatan, berani menginvestasikan seluruh hidupnya untuk membangun hubungan timbal balik dengan Allah. Lagipula kalau kita melihat manusia di sekitar kita, hampir-hampir tidak ada orang yang benar-benar menaruh percaya kepada Allah yang tidak kelihatan ini.

Dan kenyataannya, memang Allah tidak menyatakan diri kepada banyak orang; sangat sedikit atau jujurnya hampir-hampir tidak ada orang yang sungguh-sungguh mengalami penyataan Allah di dalam hidupnya. Sebab orang yang mengalami penyataan Allah, yang bisa berjalan dengan Tuhan adalah orang yang sungguh-sungguh menjadikan Tuhan itu segalanya dalam hidup ini. Siapa orang yang berani bertaruh menjadikan Tuhan segalanya dalam hidup ini? Menjadikan Tuhan segalanya dalam hidup, artinya Tuhan menjadi tujuan satu-satunya, kebahagiaan satu-satunya, harta kekayaan satu-satunya, objek pengabdian, dan penyembahan satu-satunya. Tetapi kita harus beri catatan bahwa Tuhan itu bukan egois. Tuhan bukan merampas hidup kita lalu kita tidak memiliki kebahagiaan atau kesenangan. Kita manusia, kita bukan hewan atau makhluk ciptaan yang lain.

Kita adalah manusia yang membutuhkan bersosialisasi dengan manusia lain, yang bisa menikmati seni, yang membutuhkan istirahat, dan yang membutuhkan teman hidup. Tentu Tuhan tahu hal itu. Tetapi bagi orang yang menjadikan Tuhan segalanya, sekalipun Tuhan tidak memberikan semua itu kepadanya, dia tidak akan menuntut. Abraham menjadikan Allah segalanya dalam hidupnya. Memang tidak tersurat di dalam Alkitab, tetapi tindakan Abraham, perilakunya, dinamika hidupnya menunjukkan bahwa Abraham menjadikan Tuhan segalanya. Yang kemudian, kita sebagai anak-anak Abraham, mesti memiliki iman seperti Abraham. Jadi pengertian kalimat “dibenarkan oleh iman” itu tidak sederhana. Orang yang dibenarkan adalah orang yang menjadikan Tuhan segalanya dalam hidup, orang yang menjadi manusia yang berkualitas, orang yang layak masuk istana Allah Bapa.

Roma 3:28 mencatat, “Karena kami yakin bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena melakukan hukum Taurat.” Roma 4:2, “Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah.” Tentu pengertian ‘perbuatan’ di sini perbuatan berdasarkan Taurat. Kehidupan Abraham tidak berdasarkan Taurat. Gaya hidup Abraham adalah gaya hidup yang tidak dikenal oleh bangsa Israel. Sebab, bangsa Israel dipandu oleh hukum Taurat. Dan apa yang dilakukan oleh bangsa Israel berdasarkan hukum Taurat merupakan usaha untuk dibenarkan. Lalu Paulus menulis, “Bukan begitu, dibenarkan itu bukan karena melakukan hukum Taurat, melainkan karena iman. Apa itu karena iman? Bisa diartikan sederhana, tapi itu dangkal, naif, dan itu pasti meleset. Kita tentu ingat bagaimana Zakheus memberi separuh hartanya kepada orang miskin dan sekiranya ada orang yang pernah dia peras, dia kembalikan empat kali lipat. Otomatis dia bisa menjadi miskin.

Tetapi Yesus berkata, “Keselamatan terjadi atas rumah ini, karena dia juga adalah anak Abraham.” Tindakan Zakheus itu adalah tindakan yang menunjukkan bahwa Tuhan segalanya di dalam hidupnya. Nanti di kitab Yakobus, kita menemukan lagi kalimat “Abraham dibenarkan bukan karena imannya, tapi karena perbuatan.” Hal itu bisa mengacaukan pikiran kita kalau kita tidak melihat konteksnya. Abraham dibenarkan bukan karena sekadar meyakini sesuatu, melainkan karena melakukan sesuatu berdasarkan yang dia yakini. Abraham itu menjadikan Allah segalanya. Hidupnya dirampas, direnggut oleh ketaatan dan kepatuhannya kepada Allah. Pada masa itu, tidak ada yang percaya Elohim Yahweh sebagai sesembahan. Di sekitar masyarakat Kanaan, ada agama-agama yang dianut, di antaranya agama Zoro Aster. Abraham bisa memercayai Elohim Yahweh tanpa agama, karena belum ada agama Yahudi. Yang ada, sosok Allah atau sosok sembahan yang namanya Yahweh.

Abraham harus keluar dari Ur-Kasdim, ke negeri yang Allah akan tunjukkan. Padahal Abraham sudah punya negeri, Lembah Sumeria, khususnya kota Ur di mana Abraham berdomisili. Itu bukan saja lembah yang subur, melainkan daerah metropolis pada zamannya, daerah yang sangat maju budayanya. Abraham harus keluar dari sanak familinya. Dan Abraham pergi. Ketika ada masa paceklik, kekeringan, Abraham tidak pulang ke Ur. Dia lebih memilih ke Mesir, di mana dia harus mempertaruhkan nyawanya dan nyawa istrinya. Nyaris dia kehilangan Sara. Tapi dia lebih taat kepada Allah daripada menyelamatkan keluarganya. Abraham akan memiliki anak, menurut janji Allah, sebanyak bintang di langit dan pasir di laut. Tetapi Abraham harus menunggunya selama seperempat abad dan ia tidak meragukan Allah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG DIBENARKAN ADALAH ORANG YANG MENJADIKAN TUHAN SEGALANYA DALAM HIDUP, ORANG YANG MENJADI MANUSIA YANG BERKUALITAS, ORANG YANG LAYAK MASUK ISTANA BAPA.

Card image
Truth Kids 15 September 2024 - TAAT ORANG TUA
2024-09-15 20:35:05


Efesus 6:1
”Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.”

"Marcel, main handphone atau main games-nya hanya di hari libur saja, ya. Di hari sekolah, Mama simpan," kata mama. "Baik, Ma," jawab Marcel.

Marcel mengikuti dan taat perintah orang tuanya. Sepulang sekolah, tak sengaja Marcel melihat handphone-nya tergelak di meja makan. Rasanya tangan Marcel ingin sekali meraihnya dan main games. Tapi di hati kecilnya, dia ingat dan taat apa yang dikatakan papa mamanya. Marcel pun tidak jadi mengambil handphone itu karena memang hanya boleh main saat tidak bersekolah saja. Marcel taat kepada orang tuanya bukan karena dia takut, melainkan karena mengasihi orang tuanya. Marcel sangat percaya bahwa papa mamanya selalu memberi yang terbaik.

Sobat Kids, yang dilakukan Marcel adalah tindakan yang Tuhan suka. Menaati perintah orang tua adalah bentuk mengasihi orang tua. Dan mengasihi orang tua berarti kita mengasihi Tuhan.

Card image
Truth Junior 15 September 2024 - ORANG TUA
2024-09-15 20:31:48


Efesus 6:1 ”Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.”

Sobat Junior, bersyukurlan jika kalian masih memiliki kedua orang tua kalian dengan lengkap. Tidak semua anak memiliki orang tua yang lengkap. Bisa saja salah satu di antara orang tua mereka sudah meninggal. Bahkan tidak sedikit yang sudah kehilangan orang tua mereka sejak kecil. Bagi Sobat Junior yang sudah tidak memiliki orang tua dengan lengkap, jangan bersedih. Tuhan pasti memelihara kalian dengan baik.

Kita mau sadari bahwa tidak selamanya orang tua akan ada bersama-sama dengan anak-anaknya. Mungkin mereka harus bertugas di luar kota, di pulau yang berbeda, atau bahkan di luar negeri. Sehingga tidak memiliki kesempatan untuk bertemu secara langsung setiap harinya. Jadi, jika kita masih diberi kesempatan tinggal bersama dengan orang tua, gunakanlah waktu yang ada dengan baik.

Kita harus taat kepada orang tua, karena haruslah demikian. Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk menaati orang tua. Kita juga harus menghormati orang tua. Itu berari kita mau dengar-dengaran dan mengikuti nasihat mereka dengan hati yang tulus. Berterima kasihlah kepada Tuhan untuk orang tua yang diberikan kepada kita.

Card image
Truth Youth 15 September 2024 (English Version) - DON’T LIVE CARELESSLY
2024-09-15 20:18:19


“Whoever claims to live in Him must live as Jesus did.” (1 John 2:6)

There was a man who was in a relationship with a woman he deeply loved. He cherished her so much that he entrusted himself to her fully, without considering any other woman. His great love for her made him careful not to give his time to other women unless it was truly important. He safeguarded the feelings of the one he loved and lived according to her wishes.

In short, the woman he loved enjoyed going to church, was diligent, and disciplined, whereas he was not like that. The man didn’t like going to church, was somewhat lazy, and messy. But because his beloved became a positive role model for him, he soon began to change through the power of love. It all happened because he felt like he belonged to her.

This is a story about the relationship between a young man and the woman he loved. So, how about young Christians’ relationship with God? This illustration reflects our lives when we feel we belong to Christ or believe that He is the Lord we love, and we should live the way He lived. In reality, many young Christians claim to belong to Christ, but their behavior does not reflect Christ’s. When someone truly loves God and abides in Him, it will be reflected in their life, with an attitude that mirrors the life of Christ.

Based on this, a relationship we build rightly before God will shape us into individuals who follow His example, not just someone who acknowledges it with words, for that would be a lie from the devil to hinder us as young soldiers. Starting now, let’s learn to live the life of Christ, no longer living carelessly. The acknowledgment that we belong to Christ means we are ready to be governed by God, and we won’t give our time to things that God does not want.

WHAT TO DO:
1. Follow Christ’s example as proof that you love Him.
2. Don’t live carelessly because you belong to Christ.
3. Obey every command of God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hosea 1-4

Card image
Truth Youth 15 September 2024 - JANGAN SEMBARANGAN
2024-09-15 14:14:39


”Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.” (1 Yohanes 2:6)

Ada seorang pria yang sedang menjalin hubungan dengan seorang wanita dambaan hatinya. Wanita tersebut sangat ia cintai dan bahkan mempercayakan dirinya sepenuhnya tanpa memikirkan wanita lain. Besar cinta seorang pria ini membuatnya tidak sembarangan memberi waktunya kepada wanita lain jika itu tidak penting. Ia menjaga perasaan orang yang ia cintai dan hidup sesuai dengan keinginan kekasihnya.

Singkat cerita, wanita yang ia cintai adalah seseorang yang senang ke gereja, rajin dan disiplin, sedangkan ia sendiri tidak seperti itu. Pria tersebut tidak suka ke gereja, lumayan malas, dan berantakan, tetapi karena wanita dambaan hatinya itu menjadi model positif atau teladan bagi dia, maka dengan segera ia mulai berubah karena kekuatan cinta. Semuanya terjadi karena ia merasa sudah menjadi milik si wanita tersebut.

Hal di atas merupakan hubungan antara seorang pria muda dan wanita yang dicintai. Lalu bagaimana dengan pemuda Kristen terhadap Tuhan? Ilustrasi tersebut menunjukkan kehidupan kita ketika merasa milik Kristus atau percaya bahwa Dia Tuhan yang kita cintai harus hidup dengan cara hidup-Nya. Jika diperhatikan dari kenyataan, banyak pemuda Kristen merasa milik Kristus, tapi perilakunya bukan perilaku Kristus. Ketika seseorang benar-benar mencintai Tuhan dan tinggal di dalam Dia, maka itu akan tercermin dalam hidupnya yaitu sikap kehidupan seperti Kristus.

Berdasarkan hal ini, hubungan yang kita jalin dengan benar di hadapan Tuhan akan menjadikan kita sosok manusia yang mengikuti teladan-Nya, bukan sekadar mengakui di mulut karena itu adalah suatu kebohongan yang Iblis lakukan untuk mencegah kita sebagai laskar muda. Mulai sekarang belajar memperagakan kehidupan Kristus, tidak lagi sembarangan hidup. Pengakuan bahwa kita milik Kristus berarti kita siap diatur oleh Tuhan, dan tidak memberikan waktu kita pada hal yang Tuhan tidak kehendaki.

WHAT TO DO:
1.Ikuti teladan Kristus sebagai bukti kamu mengasihi dia
2.Jangan sembarangan hidup karena kamu milik Kristus
3.Taat setiap aturan Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hosea 1-4

Card image
Renungan Pagi - 15 September 2024
2024-09-15 11:08:31


Berbuat baik seperti orang menabur benih, pada saatnya ia akan menuai, tidak akan hilang, suatu saat ia akan mendapatkannya kembali asal tidak jemu-jemu melakukannya, setiap perbuatan baik yang kita lakukan kepada orang lain selalu ada upahnya, memang saat menabur tidak langsung menuai, semua ada waktunya, kalau tidak menuai semasa hidup, akan mendapatkannya nanti di sorga; ingat, keturunan kita pun juga akan menuai dari apa yang telah kita perbuat bagi sesama, karena itu selama masih hidup di dunia ini harus berbuat baik, "Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga."

Siapa yang perlu ditolong? Kita perlu menolong orang lain tanpa melihat warna kulit, keturunan, pendidikan, agama dan latar belakang hidupnya, tanpa juga melihat apakah orang yang kita tolong itu akan membalas balik perbuatan baik atau tidak, namun Alkitab dengan tegas menasihatkan bahwa yang perlu kita tolong terlebih dahulu adalah saudara seiman: "Karena itu, selama masih ada kesempatan, marilah berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan seiman." Terlebih utama lagi harus memperhatikan dan menolong mereka yang mengajar tentang firman Tuhan, yang telah membimbing dan menuntun kita kepada kebenaran: para hamba Tuhan, penginjil, pelayan Tuhan: "Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu."

Kita dapat menolong para hamba Tuhan itu bukan saja dalam bentuk uang atau materi, tetapi juga rasa hormat dan menjunjung mereka dalam kasih, karena itu kita harus berusaha mencukupkan kebutuhan para hamba Tuhan yang bekerja di ladang Tuhan seperti yang diperbuat oleh jemaat di Makedonia, ingat segala pengorbanan yang kita lakukan untuk mereka itu tidak akan pernah sia-sia! "Janganlah jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika tidak menjadi lemah."
(Galatia 6:9)

Card image
PRECISION IN AIMING - 15 September 2024 (English Version)
2024-09-15 11:05:38


How precious time is and how extraordinary life is because the One who created life is a mighty and intelligent God. We must not cheapen life with vain deeds or by filling our time poorly or unwisely. If life were like wings, how could we reach the targeted heights unless we constantly train to make our wings stronger and broader? When we pray, praise, and worship God, the height we achieve reflects the results of our life's journey, day by day-the fruit of our sowing, the process of life that we go through. The accuracy of a person in aiming at God when He worships must be learned from day to day. If we are not earnestly "flying" every day, seeking God's presence with longing, then we cannot penetrate His presence.

Filling our days by coming into God's presence-praying, worshiping, and praising-will elevate the quality of our worship. The precision of a servant of God speaking in the pulpit is determined by the days of his life. If his previous standard was merely his ability to preach, then when he feels dry and God's presence is thin, it must be addressed. And the answer is because he was out of His presence where there were minutes of carelessly talking about people, enjoying praise, releasing emotions or anger, then his sermon was ruined. So we begin to understand that if a person does not walk with God every day and then preaches, then he cannot maintain balance in the pulpit, he cannot maintain the presence of God. If our words every day are not the words of God, then in the pulpit they cannot be the words of God.

We can stimulate our presence in God's presence with prayer so that we are able to pray for a long time-but it does not feel long, because indeed that is the habitat of our life, in the presence of God-and meeting God through fasting. We want to reach the height of God's presence. This is not only for pastors, but also for each of us. We really have to be in the presence of God at all times. It is a process of growth spiritual maturity takes place normally, and what we sow will be reaped in eternity. It is difficult to explain, but we will be able to understand and experience how to live life in the presence of God.

We will be afraid to do things that are not right. We would not open our eyes to things that we are ashamed of if God were there. However, God gives us free will. Whatever we want to think, we can think; whatever we want to do, we can do. It’s up to each of us. For God has given us sovereignty, the freedom to organize how to fill our days. In the past, we lived carelessly and didn't feel guilty. God didn't force us to do anything. But now we must understand and ask, "What does God want me to do?"

Spiritual maturity must be achieved through a process so that our words are right, our behavior, and even our thoughts are right. If it’s like searching for pearls, we must have the endurance to dive deep without breathing. Learn to hold your breath. We must replace our breath of sin with the breath of God and dive into the depths of God's heart to find the pearls of His will, the secrets of God's truth. We will deeply regret it if we don't dare to invest as much time as possible for God. Don't waste our time for useless things. Do not think of something unclean, something wrong. Do not say corrupt words. Do not explode emotions that make us dishonor God.

A person who is used by God with a strong anointing certainly pays the price by spending long nights staying awake in God's presence. Preaching the Word with anointing, proclaiming God's Word from His heart, is the fruit of long hours, passing through long nights in God's presence. It cannot be achieved only for a few moments in the lecture hall for 4 years, after that living carelessly. Do not separate from God, but always stay with Him. Reach for the highest star, and the star we aim for is Jesus, the Star above all stars. Fly as high as possible, and the place we want to reach is the presence of the Father in heaven. Achieve the highest accomplishment, and that accomplishment is purity, holiness, and being pleasing before God. This is not something impossible because God Himself said, "Be holy, for I am holy." Keep living in God's presence, living in holiness and purity.

THE ACCURACY OF A PERSON IN AIMING AT GOD WHEN HE WORSHIPS MUST BE LEARNED FROM DAY TO DAY.

Card image
KETEPATAN MEMBIDIK - 15 September 2024
2024-09-15 10:52:20


Betapa berharganya waktu dan hidup ini dahsyat sekali, karena yang menciptakan hidup adalah Allah yang dahsyat, yang cerdas. Kita jangan membuat murahan hidup dengan perbuatan yang sia-sia, dengan mengisi waktu secara tidak baik, secara tidak bijaksana. Kalau ibarat sayap, bagaimana kita bisa mencapai ketinggian yang ditargetkan, maka kita harus berlatih terus membuat sayap kita ini kuat dan makin lebar. Waktu kita berdoa, memuji, menyembah Tuhan, ketinggian yang kita capai menunjukkan hasil dari sebuah perjalanan hidup kita hari demi hari, hasil dari taburan kita, proses hidup yang kita jalani. Ketepatan seseorang membidik Tuhan ketika ia menyembah harus dipelajari dari hari ke hari. Kalau kita tidak sungguh-sungguh setiap hari terbang, mencari hadirat Tuhan dengan kerinduan, maka kita tidak bisa menembus hadirat-Nya.

Mengisi hari hidup dengan datang ke hadirat Allah—berdoa, menyembah, memuji—akan meningkatkan ketinggian kualitas penyembahan kita. Ketepatan seorang hamba Tuhan berbicara di mimbar ditentukan oleh hari-hari hidupnya. Kalau dulu standarnya adalah dia bisa khotbah. Maka ketika dia merasa kering, hadirat-Nya tipis, harus diperkarakan. Dan jawabnya adalah karena dia keluar dari hadirat-Nya di mana ada menit-menit sembarangan membicarakan orang, menikmati pujian, melepaskan emosi atau kemarahan, maka rusak khotbahnya. Jadi kita mulai mengerti kalau orang tidak berjalan dengan Tuhan setiap hari lalu berkhotbah, maka dia tidak bisa menjaga keseimbangan di mimbar, dia tidak bisa menjaga hadirat Tuhan. Kalau perkataan kita di setiap hari bukan perkataan Tuhan, maka di mimbar tidak mungkin perkataan Tuhan.

Kita bisa menstimulasi, merangsang keberadaan kita di hadirat Allah dengan doa, sehingga kita sanggup berdoa dalam waktu lama—namun tidak merasa lama, karena memang itulah habitat hidup kita, di hadirat Allah—dan bertemu Tuhan dengan puasa. Kita mau mencapai ketinggian hadirat Allah. Ini bukan hanya untuk pendeta, tapi juga untuk setiap kita. Benar-benar kita harus ada di hadirat Tuhan setiap saat. Itu proses pertumbuhan kedewasaan rohani berlangsung dengan normal, dan apa yang kita tabur akan dituai di kekekalan. Sulit untuk menjelaskan, tetapi kita akan bisa mengerti dan mengalami bagaimana menghayati hidup di hadirat Allah.

Kita akan takut melakukan hal-hal yang tidak patut. Kita tidak akan membuka mata menyaksikan hal-hal yang kita malu kalau Tuhan hadir di situ. Namun, Tuhan memberi kita kehendak bebas. Apa yang kita mau pikirkan, pikirkan; apa yang mau kita lakukan, lakukan. Terserah kita masing-masing. Sebab Tuhan memberi kita kedaulatan, kebebasan mengatur mengisi hari hidup kita. Dulu kita sembarangan hidup dan tidak merasa bersalah. Tuhan tidak memaksa kita berbuat sesuatu. Tapi sekarang kita harus mengerti dan bertanya, "Apa yang Tuhan mau saya lakukan?”

Maka, kedewasaan rohani harus dicapai lewat proses, supaya ucapan kita benar, kelakuan bahkan pikiran kita benar. Kalau ibarat mencari mutiara, kita harus memiliki daya tahan untuk tidak bernapas masuk ke dalam kedalaman laut. Belajar tidak napas. Napas dosa kita harus kita ganti dengan napas Tuhan dan masuk ke kedalaman lautan hati Tuhan untuk menemukan mutiara kehendak-Nya, rahasia-rahasia kebenaran Tuhan. Kita akan sangat menyesal kalau tidak berani investasi waktu sebanyak-banyaknya bagi Tuhan. Jangan sia-siakan waktu kita untuk hal yang tidak berguna. Jangan pikirkan sesuatu yang najis, yang salah. Jangan ucapkan kata-kata yang rusak. Jangan ledakkan emosi yang membuat kita tidak menghormati Tuhan.

Seorang yang dipakai Tuhan dengan urapan yang kuat, tentu ia membayar harga dengan melewati malam panjang untuk tetap berjaga di hadirat Allah. Pemberitaan firman yang diurapi, pemberitaan firman dari hati Tuhan adalah buah dari jam-jam panjang, melewati malam-malam panjang di hadirat Tuhan. Hal itu tidak bisa hanya dicapai beberapa saat di bangku ruang kuliah 4 tahun, setelah itu hidup sembarangan. Jangan berpisah dengan Tuhan, tapi selalu bersama dengan Tuhan. Capailah bintang setinggi-tingginya, dan bintang yang kita capai adalah Tuhan Yesus, Bintang di atas segala bintang. Terbanglah setinggi-tingginya, dan tempat yang kita mau capai adalah hadirat Bapa di surga. Capailah prestasi setinggi-tingginya, dan prestasi itu adalah kesucian, kekudusan, keberkenanan di hadapan Allah, dan itu bukan sesuatu yang mustahil karena Allah sendiri berkata, "Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." Teruslah berada di hadirat Allah, hidup dalam kekudusan dan kesucian.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KETEPATAN SESEORANG MEMBIDIK TUHAN KETIKA IA MENYEMBAH HARUS DIPELAJARI DARI HARI KE HARI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 September 2024
2024-09-15 10:48:24

Daniel 10-12

Card image
Truth Kids 14 September 2024 - DOA UNTUK SESAMA
2024-09-14 18:08:36


Yakobus 5:16
”Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.”

Setiap malam di keluarga Maria selalu ada mezbah keluarga. Sebelum tidur, Maria dan semua keluarganya berkumpul untuk berdoa bersama. Biasanya keluarga Maria akan baca Alkitab secara bergiliran, kemudian mereka akan berdoa satu per satu. Hal ini sudah dilakukan sejak Maria kecil.

Malam ini Maria ditunjuk untuk berdoa bagi orang lain, seperti teman, saudara, keluarga besar, tetangga dan siapapun yang dikenal. Hal ini bukan pertama kalinya Maria mendoakan untuk orang lain. Saat Maria ditunjuk untuk berdoa, ia selalu menyebut nama kakek, nenek, saudara jauh, teman-temanya, guru, dan tetangga.

Setelah Maria berdoa untuk sesama, tiba-tiba Maria bertanya kepada papanya, "Pa, mengapa kita harus mendoakan orang lain, bahkan menyebut nama mereka satu per satu?" "Itu adalah salah satu bentuk kepedulian dan kasih sayang kita kepada mereka. Mungkin kita tidak bisa bertemu atau membantu secara tatap muka, tetapi kita bisa membantunya dengan membawa nama mereka dalam doa dan supaya dipelihara oleh Tuhan," jawab papa.

Sobat Kids, mendoakan orang lain, sesama, keluarga, saudara, teman bahkan musuh kita adalah bentuk kepedulian dan kasih sayang kita kepada mereka. Hanya dengan menyebut nama mereka satu per satu dalam doa, kita sudah membantu supaya mereka senantiasa dalam perlindungan Tuhan.

Card image
Truth Junior 14 September 2024 - BAU BUSUK
2024-09-14 18:04:45


Yakobus 5:16
”Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.”

Aldi baru tersadar ketika sampai di rumahnya, sepulang sekolah. Ia lupa membawa kotak makan siangnya. Tadi pagi mama sudah mengingatkan ia untuk selalu membawa pulang kotak makan siangnya. Sisa makanan yang ada akan menyebabkan bau busuk, jika tidak dibuang dan dicuci. Apalagi jika dibiarkan sampai beberapa hari. Bisa-bisa akan timbul jamur di dalam kotak makan itu.

Sobat Junior, dosa yang kita simpan dalam diri kita akan menjadi seperti sisa makanan tadi. Dosa yang kita simpan atau ditutup-tutupi akan membuat diri kita “bau busuk” di hadapan Tuhan. Mungkin manusia tidak mengetahui dosa yang kita perbuat. Namun, “bau busuk” itu lama-lama akan tercium juga. Orang lain atau orang tua kita akan mengetahui kesalahan yang kita perbuat.

Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk mengakui dosa. Kita bisa datang kepada Tuhan melalui doa untuk mengakui setiap ketidaktepatan yang telah kita lakukan. Bukan hanya sesuatu yang melanggar aturan, melainkan sesuatu yang kurang tepat menurut kehendak Tuhan. Akuilah setiap pelanggaran kita, maka Tuhan yang Maha Pengampun akan mengampuni setiap dosa kita.

Card image
Truth Youth 14 September 2024 (English Version) - STAY ALERT AND ALIVE
2024-09-14 18:03:06


“Therefore let us not sleep, as others do, but let us watch and be sober.” (1 Thessalonians 5:6)

Some professions around us require vigilance, resilience, and self-control. If these traits are lacking, it can jeopardize the role and pose dangers to oneself and others. One such profession is in security—like guards, police, and military personnel. For instance, soldiers are often stationed in conflict zones where they must remain vigilant to avoid being caught off guard by the enemy. They must also exercise self-control, following orders rather than acting on impulse, to effectively neutralize threats.

This example illustrates the importance of vigilance and self-control. For us, staying alert and aware means living intentionally, aligning with God’s will rather than our own desires. 1 Thessalonians 5:6 reminds us of the necessity of maintaining this awareness and control.

Staying alert doesn’t mean we should avoid sleep altogether, but it emphasizes maintaining a close relationship with God so we can discern His will. Vigilance also involves recognizing the deceit of the enemy and making wise choices. Without this awareness, we risk falling into temptation and making missteps. Additionally, mastering self-control helps us remain steadfast and resilient in challenging situations.

WHAT TO DO:
1. Develop a daily relationship with God to stay vigilant.
2. Join a supportive community that encourages mutual accountability and vigilance.
3. Practice self-control and maintain calm in all circumstances to make wise decisions.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Daniel 9-12

Card image
Truth Youth 14 September 2024 - STAY ALERT AND ALIVE
2024-09-14 18:18:44


"Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar.” (1 Tesalonika 5:6)

Ada satu profesi di sekitar kita yang membutuhkan kesigapan, ketahanan diri untuk berjaga-jaga serta penguasaan diri yang baik. Jika hal itu ga dilakukan, maka akan bisa berdampak pada berakhirnya profesi yang dijalankan dan memunculkan bahaya bagi orang lain serta diri sendiri. Profesi itu adalah petugas keamanan, seperti: sekuriti, satpam, polisi dan tentara. Kita akan mengambil satu contoh yaitu tentara. Biasanya tentara itu ditempatkan di medan perang dan mereka wajib berjaga-jaga agar ga kecolongan oleh musuh. Mengapa para tentara wajib berjaga-jaga? Ya supaya musuh ga dapat melumpuhkan pertahanan atau menyerang tentara. Demikian sebaliknya, saat tentara mau menangkap atau melumpuhkan musuh, mereka wajib menahan diri untuk bisa perlahan menyusup dan ga langsung menyerang mengikuti ego sendiri. Mereka harus mengikuti komando dari komandannya. Apa yang terjadi jika para tentara ini mengikuti ego atau kemauan masing-masing? Musuh akan mengetahui pergerakan mereka dan menjadi ga mudah untuk dilumpuhkan.

Hal tersebut dimaksudkan yaitu tentara perlu juga untuk menguasai diri. Kemampuan berjaga-jaga dan menguasai diri ini sebenarnya sangat menguntungkan para tentara untuk dapat mengatur strategi yang baik dan tepat sasaran. Demikian juga dengan hidup kita teman-teman. Sikap berjaga-jaga ini sangat perlu dilakukan agar kita senantiasa sadar untuk terus melakukan yang baik dan benar. Selain itu berjaga-jaga membuat kita menyadari bahwa hidup kita ini bukan untuk ego kita, melainkan memenuhi kehendak serta panggilan Allah. 1 Tesalonika 5:6 membantu kita menyadari betapa pentingnya sikap berjaga-jaga dan menguasai diri.

Berjaga-jaga di sini bukan maksudnya kita ga boleh tidur alias begadang terus, namun kita perlu menjalin relasi yang selalu dekat dengan Allah sehingga kita tahu apa yang menjadi kehendak-Nya. Berjaga-jaga juga berarti kita menjadi sadar mana yang tipuan Iblis maupun kehendak Allah sehingga kita ga salah dalam memilih. Ketika kita salah memilih, maka kita akan salah langkah dan terjatuh. Dampak jika kita ga berjaga-jaga, maka racun Iblis akan mudah kita terima. Selain itu kita menguasai diri untuk tetap tahan uji.

WHAT TO DO:
1.Bangun relasi dengan Tuhan setiap hari ini sebagai kunci kita berjaga-jaga
2.Ikut komunitas yang membangun sehingga kita bisa saling mengingatkan untuk berjaga-jaga
3.Kuasai dirimu dan jadilah tenang dalam segala kondisi supaya dapat berpikir bijaksana

BIBLE MARATHON:
▪︎ Daniel 9-12

Card image
Renungan Pagi - 14 September 2024
2024-09-14 17:48:34

Kebanyakan orang cenderung berani berdusta atau berkata tidak jujur karena mereka lebih memilih untuk takut kepada manusia, sekedar menyenangkan hati orang lain, daripada takut kepada Tuhan, mereka berpikir lebih mudah berdusta kepada Tuhan yang tak dilihatnya daripada berdusta di hadapan manusia yang terlihat secara kasat mata, kalau sampai ketahuan berdusta di hadapan manusia resiko yang langsung diterimanya adalah malu, dimarahi, didamprat atau mungkin dipecat.

Cepat atau lambat setiap ketidak jujuran atau kebohongan pasti akan terungkap, orang mungkin saja tidak tahu dan bisa dikelabui dengan kebohongan kita, tetapi Tuhan yang duduk di atas takhta-Nya adalah Mahatahu, bahkan "TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita."

Apapun yang kita pikirkan, rancangkan, cita-citakan, Tuhan tahu secara pasti, "Dan tidak ada suatu makhluk-pun yang tersembunyi dihadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di mata-Nya, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab."

Berhentilah berkata dusta, jadilah orang yang jujur, sebab "Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang berlaku setia dikenang-Nya." Di masa sekarang ini dunia penuh dosa dan kejahatan yang begitu merajalela sehingga semakin sulit hidup dalam kejujuran, haruskah orang percaya mengikuti arus dunia ini untuk hidup dalam ketidakjujuran?" Siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. 

Sebagai ciptaan baru di dalam Kristus kita harus meninggalkan tabiat lama, karakter lama harus dibuang dan hidup menurut pimpinan Roh Kudus, hidup menurut kehendak Tuhan berarti harus menjadi orang jujur, rugikah hidup jujur? Daud menulis: "orang-orang benar akan memuji nama-Mu, orang-orang yang jujur akan diam di hadapan-Mu, untuk berhenti dari kebiasaan berdusta tidak mudah, tetapi dengan pertolongan Roh Kudus kita pasti bisa terlepas dari dusta asal ada kemauan dan tekad yang kuat, "Menjauhi kejahatan itulah jalan orang jujur."
(Amsal 16:17)

Card image
Quote Of The Day - 14 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-14 05:40:51


Kalau lidah atau selera jiwa kita sudah terikat dengan selera keindahan dunia, pasti kita tidak memiliki kerinduan akan Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 14 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-14 05:39:44


Buah hidup orang yang meyakini bahwa Allah itu ada akan berbeda dengan orang yang tidak meyakini secara benar bahwa Allah itu ada.

Card image
FILLING THE DAYS OF LIFE - 14 September 2024 (English Version)
2024-09-14 05:37:47


In the Bible, we repeatedly see how God reveals that processes are part of the order of life, a divine order that applies not only to human works but also to God's works. Even when God created the heavens and the earth, He did so gradually; it did not all happen at once in a single moment. Spiritual growth and the maturing of faith experienced by biblical figures, both individually and by the community of Israel, also came through a process. Including what was experienced by the Lord Jesus Himself also went through a process. We can find how the process took place in the life of Jesus; Luke 2:40, "The child grew and became strong, filled with wisdom, and the grace of God was upon Him;" Luke 2:52, "And Jesus increased in wisdom and stature, and in favor with God and man." Also in Hebrews 5:7-9 it is written that Jesus learned to reach perfection.

In terms of accumulating treasures in heaven, Jesus also shows implicitly or impliedly, not that someone can suddenly have heavenly riches, but through a process of accumulating. In Romans 12:2, the change in the life of a believer also goes through a process, namely the process of metamorphosis. Here we see how valuable the time that God gives us is, so we must fill it with life activities that have eternal fruit or impact. Which indeed when we fill our days, fill our time, it feels like it will not have any impact or will not have much impact, but whatever a man sows he will reap. That is also the law. Galatians 6:7, "God cannot be mocked, for whatever a man sows he will also reap."

May the Holy Spirit open our minds to this truth, so that we not only hear and understand but also respond rightly to what we read today, because life is extraordinary, awesome. And the God who created the heavens and the earth is an extraordinary, awesome. So we should not take this life for granted. Let us not make our lifetime not valuable by filling it with things that are in vain and have no eternal impact. So, if we understand that life is short and that we will all be at the end of the journey of our time one day, where we must give account of all our deeds before God, so we must start to earnestly sow what is good.

We all certainly agree that we want to live close to God, live pleasingly before Him. But do we realize that we cannot achieve that in a moment? We want to live holy, blameless, flawless, truly serving God, pleasing His heart, but that must go through a process. How someone can live the living God, the God who truly exists, is also not easy. Since childhood, if in a religious environment, they are educated with religious teachings or lessons that God exists. However, living that God exists is not easy. This can be seen from the person's behavior, from the fruits of a person's life we can see whether he truly believes that God exists or not. The fruits of life of someone who believes that God exists will be different from people who do not truly believe that God exists.

Believing that God exists is not easy, because in reality many people are religious and claim that God exists, but their actions do not show that they believe that God exists. If God exists, it means that God's eyes are always upon us, then one would not engage in foolish actions as they do. To build the belief that God exists, to build a life that is blameless, flawless, a life in holiness, pleasing to God, to become a good servant of God, must go through struggle, through a process, through stages where we must fill our life time well, wisely, correctly, sowing good things.

We can observe older individuals who were not trained properly in their youth. Even though they are now pastors, servants of God, or leaders, they may not realize their true condition. Past experiences-especially negative ones-shape personalities that are difficult to change. If they have not gone through a healing process, their life will definitely be thorny. Because they are not finished with themselves, their attitude hurts people, but they are not aware of it. So, if we really want to experience the process of change, we must really meet God, and be worked on by God, and this also happens through a process.

LET US NOT MAKE OUR LIFETIME NOT VALUABLE BY FILLING IT WITH THINGS THAT ARE IN VAIN AND HAVE NO ETERNAL IMPACT.

Card image
MENGISI HARI HIDUP - 14 September 2024
2024-09-14 05:35:31


Di dalam Alkitab, kita menemukan berkali-kali Tuhan menunjukkan bahwa proses merupakan tatanan hidup, tatanan ilahi yang berlaku bukan hanya atas karya manusia, melainkan juga karya Tuhan. Tuhan menciptakan langit dan bumi pun secara bertahap, tidak seketika dalam satu saat semuanya terjadi. Pendewasaan rohani, pendewasaan iman yang dialami oleh tokoh-tokoh Alkitab secara individu dan umat Israel secara komunitas juga melalui proses. Termasuk yang dialami oleh Tuhan Yesus sendiri juga melalui proses. Kita dapat menemukan bagaimana proses itu berlangsung atas kehidupan Yesus; Lukas 2:40, "Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya;" Lukas 2:52, "Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia." Juga dalam Ibrani 5:7-9 tertulis bahwa Yesus belajar untuk mencapai kesempurnaan.

Dalam hal mengumpulkan harta di surga, Yesus pun menunjukkan secara implisit atau secara tersirat, bukan mendadak seseorang dapat memiliki kekayaan surgawi, melainkan melalui sebuah proses pengumpulan. Dalam Roma 12:2, perubahan kehidupan orang percaya juga melalui proses, yaitu proses metamorfosa. Di sini kita melihat betapa berharganya waktu yang Tuhan berikan, maka harus kita isi dengan kegiatan-kegiatan hidup yang memiliki buah atau dampak kekal. Yang memang pada saat kita mengisi hari, mengisi waktu kita, rasanya tidak akan berdampak apa-apa atau tidak berdampak banyak, tetapi apa yang ditabur seseorang itu akan dituainya. Itu juga hukum. Galatia 6:7, "Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan, karena apa yang ditabur orang itu juga akan dituainya."

Kiranya pikiran kita dibukakan oleh Roh Kudus terhadap kebenaran ini, sehingga kita bukan hanya mendengar dan mengerti, melainkan kita memberi respons yang benar terhadap apa yang kita baca hari ini, sebab hidup ini luar biasa, dahsyat. Dan Allah yang menciptakan langit dan bumi adalah Allah yang luar biasa, dahsyat. Maka kita tidak boleh menganggap remeh hidup ini. Jangan kita buat menjadi tidak bernilai dengan mengisi waktu hidup kita untuk hal yang sia-sia, yang tidak berdampak kekal. Jadi kalau kita mengerti bahwa hidup ini singkat, kita semua pasti akan ada di ujung perjalanan waktu, di mana kita harus mempertanggungjawabkan seluruh perbuatan kita di hadapan Allah. Maka kita harus mulai sungguh-sungguh menabur apa yang baik.

Semua kita pasti setuju bahwa kita mau hidup dekat dengan Tuhan, hidup berkenan di hadapan-Nya. Namun sadarkah kita bahwa hal itu tidak bisa kita capai dalam sesaat? Kita mau hidup suci, tak bercacat, tak bercela, sungguh-sungguh melayani Tuhan, menyenangkan hati-Nya, tapi hal itu harus melalui proses. Bagaimana seseorang bisa menghayati Allah yang hidup, Allah yang benar-benar ada, itu juga tidak mudah. Dari kecil, kalau di lingkungan orang beragama, mereka dididik dengan pengajaran atau pelajaran agama bahwa Allah itu ada. Tetapi, menghayati bahwa Allah itu ada ternyata tidak mudah. Hal itu nampak dari perilaku orang tersebut, dari buah-buah hidup seseorang kita dapat melihat apakah ia benar-benar meyakini Allah ada atau tidak. Buah hidup orang yang meyakini bahwa Allah itu ada akan berbeda dengan orang yang tidak meyakini secara benar bahwa Allah itu ada.

Meyakini bahwa Allah itu ada bukan sesuatu yang mudah, sebab kenyataannya banyak orang beragama dan mengaku Allah itu ada, tapi perbuatannya tidak menunjukkan bahwa dia yakin Allah itu ada. Kalau Allah itu ada berarti mata Tuhan melihat, maka dia tidak akan melakukan tindakan-tindakan bodoh seperti yang dia lakukan. Untuk membangun keyakinan bahwa Allah itu ada, untuk membangun kehidupan tak bercacat, tak bercela, kehidupan dalam kesucian, berkenan di hadapan Allah, menjadi hamba Tuhan yang baik, harus melalui perjuangan, melalui proses, melalui tahapan-tahapan di mana kita harus mengisi waktu hidup kita dengan baik, dengan bijaksana, dengan benar, menabur.

Kita bisa melihat orang-orang yang sudah telanjur berumur, tetapi tidak terdidik sejak muda. Walaupun sekarang dia menjadi pendeta, hamba Tuhan, pimpinan, tapi dia tidak menyadari keadaannya. Pengalaman masa lalu—terutama pengalaman masa lalu yang negatif—membentuk kepribadian yang tidak mudah diubah. Kalau ia tidak sempat mengalami proses kesembuhan, pasti hidupnya berduri. Karena ia belum selesai dengan dirinya, maka sikapnya melukai orang, tapi dia tidak sadar. Maka, kalau mau benar-benar mengalami proses perubahan, kita harus benar-benar bertemu dengan Tuhan, dan digarap oleh Tuhan. Itu pun melalui proses.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JANGAN KITA BUAT MENJADI TIDAK BERNILAI DENGAN MENGISI WAKTU HIDUP KITA UNTUK HAL YANG SIA-SIA, YANG TIDAK BERDAMPAK KEKAL.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 September 2024
2024-09-14 05:31:57

Daniel 7-9

Card image
Truth Junior 13 September 2024 - LAYAK PAKAI
2024-09-13 16:58:27


Filipi 2:4
”dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.”

Sobat Junior, apakah kalian masih ingat yang kita pelajari kemarin? Apakah kalian sudah memisahkan pakaian yang layak pakai untuk diberikan kepada anak-anak lain? Alasan kita mau memberikan sesuatu bukan karena pakaiannya sudah jelek, robek, atau bolong-bolong, jadi dikasih ke orang lain. Bukan seperti itu, ya, Sobat Junior.

Saat memberikan sesuatu kepada orang lain, kita harus memikirkan kepentingan orang lain juga. Misalkan kita mau memberikan pakaian, pilihkan pakaian yang masih layak pakai. Sehingga anak yang menerima pakaian tersebut akan merasa senang. Coba kalian bayangkan, jika kalian sendiri mendapatkan pakaian yang sudah jelek, robek, dan bolong-bolong. Bagaimana perasaan kalian? Tentu kalian akan merasa sedih, bukan? Begitu pula perasaan orang yang menerima pemberian kita.

Kebaikan yang perlu kita lakukan dalam mempraktikkan buah Roh kebaikan, perlu benar-benar diperhatikan dan dipikirkan. Jangan hanya sekadar perbuatan baik, contohnya memberikan baju; melainkan baju seperti apa yang akan kita berikan kepada anak-anak lainnya? Pakaian yang masih layak pakai, tentunya.

Card image
Truth Youth 13 September 2024 - FACING THE GIANTS
2024-09-13 16:56:22


”Nama Tuhan adalah menara yang kuat, ke sanalah orang benar berlari dan ia menjadi selamat.” (Amsal 18:10)

Kita masih melanjutkan kisah dari film Facing the Giants pada renungan sebelumnya. Grant Taylor ga hanya memiliki permasalahan dalam kariernya sebagai pelatih football di salah satu SMA, tapi ia juga memiliki permasalahan di dalam keluarganya. Rasanya ketika melihatnya di film itu, penonton pun ikut merasakan betapa beratnya beban yang dirasakan. Dia sangat terpuruk dan menjadi lemah hingga suatu saat ia bertemu dengan salah satu guru yang setiap pagi datang lebih awal untuk berkeliling mendoakan loker setiap siswa. Awalnya ia melihat itu sebagai sesuatu yang aneh untuk dilakukan. Namun, pada akhirnya dia terinspirasi dan mengikuti gaya guru tersebut. Perlahan Tuhan mulai memulihkan keadaannya, ia berhasil membawa tim football menang pertandingan dan satu per satu ia bisa melewati tantangan dalam hidupnya.

Teman-teman, telalu banyak raksasa-raksasa masalah dalam hidup kita. Ga jarang kita juga menjadi lemah dan ga berdaya, bahkan merasa diri ga berharga. Kemudian karena masalah-masalah yang ada, hidup kita jadi terbelenggu dengan pikiran-pikiran overthinking. Kita harus tetap kuat karena Firman Tuhan mengatakan bahwa pencobaan yang kita alami itu biasa dan ga akan melebihi batas kekuatan kita. Allah akan menyertai dan memberikan kekuatan kepada kita. Ia Allah yang setia dan ga akan mungkin meninggalkan kita (1 Korintus 10:13). Kenapa? Karena kita ciptaan-Nya yang paling berharga dan mulia.

Jika saat ini kamu membaca renungan ini, ayo kembali kepada-Nya. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri dan orang sekitar karena kegagalan atau masalahmu. Kita terlalu berharga untuk terpuruk atas segala permasalahan hidup ini. Setiap orang memiliki pergumulan sendiri, maka hadapi karena Tuhan pasti beserta kita. Giant-giant yang Tuhan izinkan ada di dalam hidup kita untuk membentuk karakter kita. Seperti firman Tuhan di atas, setiap masalah yang datang dalam hidup kita, Allah pasti memberikan jalan keluarnya serta kekuatan sehingga kita mampu menanggungnya. Semangat ya!

WHAT TO DO:
1.Stop menyalahkan diri sendiri atas segala permasalahan yang datang ke hidup kita
2.Kembali berdoa dan menjalin relasi dengan Tuhan
3.Bangkit dan ciptakan habit baru yang positif
4.Menangis dan marah silakan, tapi tetap positif ya
5.Jika kamu merasa ga kuat, cari pertolongan kepada teman yang kamu percaya atau konselor gerejamu

BIBLE MARATHON:
▪︎ Daniel 6-8

Card image
Renungan Pagi - 13 September 2024
2024-09-13 16:50:46


Orang yang mampu bersikap tenang akan dapat menghadapi segala persoalan, kita seringkali dikalahkan oleh masalah, bukan karena terlalu lemah atau masalahnya terlalu berat seperti Goliat, tetapi karena kita sendiri panik, gugup, cemas, kuatir dan takut, orang yang tidak bisa bersikap tenang cenderung selalu berpikiran negatif sehingga keputusan-keputusan yang diambil pun menjadi keliru.

Rasul Petrus menasihati; "Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa", orang yang tenang, dalam doanya bukan hanya menyampaikan apa yang ia mau kepada Tuhan, tetapi juga mendengar apa yang menjadi kehendak Tuhan, kunci untuk mengalami ketenangan adalah tinggal dekat Tuhan, karena Dialah sumber keselamatan bagi kita.
(Mazmur 62:2)

Card image
Quote Of The Day - 13 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-13 16:48:56


Kepada siapa dan apa hati kita terpikat, ke sana kita masuk dalam belenggu dan penjaranya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 13 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-13 16:46:37


Allah memberikan Anak-Nya yang istimewa ini, bukan hanya sekadar menebus dosa kita, melainkan juga untuk menjadi teladan kita.

Card image
THE BEAUTIFUL SYMPHONY OF LIFE - 13 September 2024 (English Version)
2024-09-13 16:44:28


John 3:16
"For God so loved the world that He gave His one and only Son, that whoever believes in Him shall not perish but have eternal life."

In this verse, the phrase "one and only Son" doesn’t merely mean "the only one." The term "monogenes" can also mean "the one who is special, unique, unlike any other." He is the model of the beloved Son of God. The word "believe" also doesn’t simply mean to acknowledge that He is Lord and Savior. If it only meant that, it would be naive and foolish. Just as when we trust someone, it’s not enough to simply recognize their status or existence; there has to be a relationship tied to that trust. It’s similar to a relationship between a boss and an employee, or between a buyer and a seller. There is a connection, there is an activity.

The phrase "everyone who believes in Him" means that if we believe in Jesus, we must follow what He says: "Follow Me." Throughout the Gospels, we hear this phrase: "Follow Me." This is also expressed by Paul in Philippians 2, “Have the mind of Christ.” So, believing in Him means that our lives must follow Him, and we must risk our whole lives to learn to wear His life. Because God gave His special Son , not only to atone for our sins, but also to be our example.

And He became the aithios, the source of our salvation who composes us. The song of our lives was once chaotic, and God in His greatness composed it into a beautiful symphony. How many songs can God create? As many as there are people. Everyone can be a beautiful symphony. No one is the same as another, no symphony is the same. All symphonies of life composed by the Holy Spirit through the Lord Jesus, are beautiful symphonies of life. Because Jesus himself has become a beautiful symphony.The phrase “so that everyone who believes in Him should not perish” means that the only way for someone not to perish is if he is in communion with the one who created life. And only Jesus can be the way, “I am the way, the truth, and the life.”

The Father cannot have fellowship with those whose lives are in disarray. Therefore, those who believe in Him will not perish but will gain fellowship with God. The phrase “having eternal life” does not only talk about the length of life because it refers to the word eternal, but eternal life talks about the quality of life. Because talking about eternity, separate from God; that is also eternal. But in this verse, eternal life is life in fellowship with God. And how wonderful it is if in knowing Jesus, we not only know in knowledge, but also wear His life for us to wear. And that is the only thing that makes God smile.

It is our duty to strive to make God smile. We often hear that salvation is a gift, free, until we forget that there is responsibility in salvation. Adam was given Eden, that was a gift. But Adam had to manage Eden. So, there is no right without responsibility, no gift without a calling to fulfill a responsibility. Salvation is a gift, but the price of the responsibility of salvation is to become like Jesus. Only then can we see God's smile at the end of our time.

It is not enough to be a good person, because we have to be perfect. Because that is the only thing that pleases Him. Respond to this reflection by making changes, changing our life routine so that we achieve a life that makes God smile. Practice every day, and strive to make God smile. If we fail, ask for forgiveness, try again, and always look to and deal with God every day. Don't take it lightly. Seek God. If we don't do this, in the end we won't see God's smile, and we will definitely regret it very much. How much of our time have we wasted? We must start now to change.

If we only please ourselves, we are actually harming ourselves. Whereas when we please God, He will please us, He will provide for our needs, and not embarrass us. We only have one chance to live, and this life is short. Let's use our lives to love God. What we have-all our achievements, possessions, riches-we will let go. Even our own lives we cannot maintain. Only when we love God with all our heart, soul, mind, and strength, do we have Him. And every tear we shed becomes a fragrance before God.

ALL SYMPHONIES OF LIFE COMPOSED BY THE HOLY SPIRIT THROUGH THE LORD JESUS, ARE BEAUTIFUL SYMPHONIES OF LIFE.

Card image
SIMFONI HIDUP YANG INDAH - 13 September 2024
2024-09-13 16:41:37


Yohanes 3:16
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Dalam hal ini, kata “Yang Tunggal” bukan berarti “satu-satunya.” Tunggal, monogenes, itu juga bisa berarti “satu-satunya yang istimewa, yang unik, yang tidak sama dengan yang lain.” Dialah yang menjadi model dari Anak Allah yang berkenan. Dan kata “percaya” juga bukan hanya yakin bahwa Dia adalah Tuhan dan Juru Selamat. Kalau hanya begitu, naif dan bodoh. Sebagaimana kalau kita percaya kepada seseorang, maka kita bukan hanya memercayai statusnya dan keberadaannya, melainkan harus ada urusan dengan dia yang di dalamnya harus diikat dengan kepercayaan itu. Seperti seorang atasan kepada bawahan, atau sebaliknya; seorang pembeli dengan penjual, misalnya. Ada kaitan, ada kegiatan.

Kalimat “setiap orang yang percaya kepada-Nya” berarti kalau kita percaya kepada Yesus, kita harus mengikuti yang Tuhan Yesus katakan: “Ikutlah Aku.”. Di sepanjang Injil, kita akan mendengar kalimat itu: “Ikut Aku.” Hal ini juga dibahasakan oleh Paulus di Filipi 2, “Memiliki pikiran, perasaan Kristus.” Jadi, kalau percaya kepada-Nya, artinya hidup kita harus mengikut Dia dan kita harus mempertaruhkan seluruh hidup kita untuk belajar mengenakan hidup-Nya. Sebab Allah memberikan Anak-Nya yang istimewa ini, bukan hanya sekadar menebus dosa kita, melainkan juga untuk menjadi teladan kita.

Dan Dia menjadi aithios, pokok keselamatan yang menggubah kita. Lagu hidup kita dahulu kacau, dan Tuhan dengan kehebatan-Nya menggubahnya menjadi simfoni yang indah. Berapa banyak lagu yang bisa diciptakan Tuhan? Sebanyak manusia. Setiap orang bisa menjadi simfoni yang indah. Tidak ada satu manusia yang sama dengan manusia lain, tidak ada simfoni yang sama. Semua simfoni hidup yang digubah oleh Roh Kudus melalui Tuhan Yesus adalah simfoni hidup yang indah. Karena Yesus sendiri telah menjadi simfoni yang indah. Kalimat “supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa” berarti hanya satu yang membuat orang tidak binasa, yaitu kalau ia bersekutu dengan yang menciptakan hidup. Dan hanya Yesus yang bisa menjadi jalan, “Akulah jalan, kebenaran, dan hidup.”

Bapa tidak bisa bersekutu dengan orang yang hidupnya berantakan. Maka, yang percaya itu tidak binasa; memperoleh persekutuan dengan Allah. Kalimat “memiliki hidup yang kekal” bukan hanya bicara panjangnya hidup karena tertuju pada kata kekal, namun hidup kekal bicara soal kualitas hidup. Sebab bicara kekekalan, terpisah dari Allah; itu juga kekal. Tapi dalam ayat ini, hidup kekal adalah hidup dalam persekutuan dengan Allah. Dan betapa luar biasa jika dalam mengenal Yesus, kita bukan hanya mengenal secara pengetahuan, melainkan mengenakan hidup-Nya untuk kita kenakan. Dan itu adalah satu-satunya yang membuat senyum Tuhan.

Menjadi tugas kita untuk berjuang agar membuat senyum Tuhan. Kita sering kali mendengar bahwa keselamatan itu anugerah, gratis, sampai kita lupa ada tanggung jawab di dalam keselamatan. Adam diberi Eden, itu anugerah. Tetapi Adam harus mengelola Eden. Jadi, tidak ada hak tanpa tanggung jawab, tidak ada anugerah tanpa panggilan untuk memenuhi suatu tanggung jawab. Keselamatan itu anugerah, tapi harga tanggung jawab keselamatan itu adalah menjadi seperti Yesus. Barulah kita bisa melihat senyum Tuhan di ujung waktu kita.

Tidak cukup menjadi orang baik, karena kita harus sempurna. Karena hanya itulah yang menyenangkan Dia. Responi renungan ini dengan melakukan perubahan, mengubah rutinitas hidup supaya kita mencapai kehidupan yang membuat senyum Tuhan. Setiap hari berlatih, berusaha untuk membuat senyum Tuhan. Kalau gagal, minta ampun, ulangi lagi, selalu lihat dan berurusanlah dengan Tuhan setiap hari. Jangan anggap ringan. Carilah Tuhan. Kalau kita tidak lakukan ini, di ujung waktu nanti kita tidak melihat senyum Tuhan, dan kita pasti akan amat sangat menyesal. Berapa banyak waktu kita yang telah kita sia-siakan? Kita harus mulai sekarang untuk berubah.

Kalau kita hanya menyenangkan diri sendiri, sejatinya kita mencelakai diri kita sendiri. Padahal ketika kita menyenangkan Tuhan, Dia akan menyenangkan kita, Dia akan mencukupi kebutuhan kita, dan tidak mempermalukan kita. Kita hanya punya satu kali kesempatan hidup, dan hidup ini singkat. Mari kita gunakan hidup kita untuk mengasihi Tuhan. Apa yang kita miliki—semua prestasi, harta, kekayaan—akan kita lepaskan. Bahkan nyawa kita sendiri tidak bisa kita pertahankan. * Hanya kalau kita mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan, maka kita memiliki Dia. Dan setiap air mata kita yang mengalir menjadi keharuman di hadapan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEMUA SIMFONI HIDUP YANG DIGUBAH OLEH ROH KUDUS MELALUI TUHAN YESUS ADALAH SIMFONI HIDUP YANG INDAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 September 2024
2024-09-13 06:24:14

Daniel 4-6

Card image
Truth Kids 12 September 2024 - MENJENGUK TEMAN
2024-09-12 18:45:51


Matius 25:36
”ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.”

Evan suka sekali makan coklat. Luis, teman Evan, sering memberitahu Evan untuk mengurangi makan coklat karena badan Evan yang mulai bertambah besar. Ibu pun meminta Evan untuk mengurangi makanan coklat karena jika berlebihan, akan tidak baik untuk kesehatan.

Suatu hari Evan mendapat bingkisan coklat dari temannya yang berulang tahun. Isinya 3 bungkus coklat. Evan pun langsung memakan 1 bungkus dan tidak sabar ingin memakan yang lainnya. Tiba-tiba Evan teringat dengan pesan ibunya untuk menjaga kesehatan dan membatasi makan coklat. Namun, karena coklatnya enak sekali, Evan langsung memakan semua karena ibu tidak tahu.

Esok harinya Evan pun sakit dan tidak masuk sekolah. Mendengar Evan tidak sekolah, Luis berpikir untuk menjenguknya sepulang sekolah. Luis dan teman sekolahnya pun menjenguk Evan di rumah. Evan sangat senang teman-teman menjenguknya. Luis pun menasihati Evan untuk tidak makan coklat terus-menerus.

Sobat Kids, menjenguk teman, saudara atau orang lain yang sakit adalah pelayanan. Kehadiran kita bisa membawa kebahagiaan dan semangat bagi mereka. Sehingga, yang sakit pun segera sembuh.

Card image
Truth Junior 12 September 2024 - KOLEKSI BAJU
2024-09-12 18:44:20


Matius 25:36
”ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.”

“Aduh… aku mesti pakai baju apa, ya? Minggu lalu aku sudah pakai baju yang pink. Masa minggu ini aku pakai baju yang sama untuk ke gereja? Gak ada baju, nih…” ujar Dinda berkeluh kesah sambil menatap isi lemari bajunya yang penuh dengan tumpukan baju-baju yang masih bagus. Bahkan ada sebagian baju yang tergantung dengan rapi.

Apakah ada di antara Sobat Junior yang pernah mengalami hal yang sama seperti Dinda? Bingung mau pakai baju yang mana untuk pergi ke sebuah tempat. Atau berkata tidak punya baju, padahal memiliki satu lemari untuk kalian sendiri yang berisikan berbagai jenis pakaian.

Seharusnya kalian bersyukur memiliki berbagai jenis pakaian. Tidak semua anak-anak memiliki koleksi baju yang banyak. Ada pula anak-anak yang hanya memiliki dua pasang baju. Satu dipakai di badan mereka, satu lagi harus dicuci. Hanya antara dua baju itu bergiliran dipakai. Sobat Junior, jika kalian memiliki banyak baju, pilihlah baju yang bisa disumbangkan kepada orang yang lebih membutuhkan. Daripada hanya memenuhi lemari kalian, tetapi jarang dipakai lagi, kalian bisa berikan baju-baju itu kepada anak-anak lain. Pasti kebaikan kalian itu bisa memberkati banyak anak lain.

Tuhan tidak melihat baju seperti apa yang kalian pakai saat datang ke gereja. Tentu saja pakaian yang sopan untuk datang ke rumah Tuhan. Namun, Tuhan lebih melihat hati kalian saat datang ke gereja. Jadi, siapkan hati yang terbaik untuk bertemu dengan Tuhan.

Card image
Truth Youth 12 September 2024 (English Version) - WRAP IT NICELY
2024-09-12 18:48:56


"Every athlete exercises self-control in all things. They do it to receive a perishable crown, but we an imperishable." (1 Corinthians 9:25)

I remember a college assignment where I had to analyze the film "Facing the Giants." Initially, I thought it would be just another sports movie, but it turned out to be a powerful lesson. The protagonist, Grant Taylor, struggles as a football coach trying to lead his team to success despite numerous challenges. He finds that the lack of unity and resilience among the team members weakens their performance. This mirrors our own lives, where we face various challenges and obstacles.

Life can be seen as a competitive arena where we must prepare ourselves diligently. We face numerous temptations and deceptions from the enemy that aim to weaken us. One key to overcoming these challenges is self-control. We must discern when to act and when to remain steadfast, relying on God's guidance through our trials.

1 Corinthians 9:25 reminds us that our goal is not worldly recognition but an eternal crown. The real challenge is not to seek honor or status in this life but to overcome the giants of pride, envy, and self-centeredness. Our focus should be on eternal rewards and living a life pleasing to God, rather than competing for earthly accolades.

WHAT TO DO:
1. Align your perspective: Understand that our efforts are not for worldly honor but for eternal reward.
2. Conquer personal giants such as envy, pride, and insecurity.
3. Use your time wisely: Set meaningful goals and develop positive strategies to achieve them.
4. Pursue righteous ambitions without undermining others in the process.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Daniel 4-5

Card image
Truth Youth 12 September 2024 - WRAP IT NICELY
2024-09-12 18:49:47


”Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi” (1 Korintus 9:25)

Saat saya kuliah dulu, saya teringat akan salah satu dosen yang meminta kami (para mahasiswanya) untuk membedah sebuah film yang berjudul “Facing the Giant”. Ketika saya mencari film itu dan menemukan cover-nya, jujur saja, saya merasa bahwa film ini ga menarik karena saya berpikir ini hanya sebuah film tentang pertandingan football saja. Dengan sangat terpaksa harus menontonnya karena sebagai salah satu tugas wajib, di situ saya menemukan banyak insight dari film yang diperankan oleh Grant Taylor. Dia mengalami sebuah tantangan dalam menjalankan tugasnya sebagai pelatih football yang gagal membawa timnya berprestasi. Dia merasa sulit sekali mengatur timnya dan kurangnya unity. Latihan demi latihan dilakukan, namun kurang daya tahan uji dari anggota tim menjadikan timnya lemah. Saat mengalami kegagalan, anggota timnya mudah goyah dan kurang bersemangat. Demikian dengan kita saat menjalani kehidupan ini dengan berbagai tantangannya.

Hidup kita ibarat ada di arena pertandingan yang harus kita persiapkan dengan sebaik-baiknya. Kita harus tahu bahwa arena pertandingan ini ga mudah. Ada banyak sekali tipuan Iblis untuk meracuni kita dan menjadikan kita lemah hingga terjatuh. Salah satu yang harus kita miliki yaitu “penguasaan diri” yang baik. Kita harus tahu kapan kita menyerang lawan dan kapan kita harus tetap kuat menghadapi kehidupan ini. Kita harus tahu strategi-strategi untuk menang yaitu berjalan bersama Tuhan dalam setiap kesulitan hidup.

Firman Tuhan dalam 1 Korintus 9:25 mengingatkan kita bahwa pertandingan yang kita jalani kuncinya yaitu menguasai diri untuk mencapai mahkota kehidupan yang abadi. Jadi pertandingan kita di dunia ini bukan untuk dianggap keren, pintar, bermartabat, kaya raya, terhormat, supaya diterima. Melainkan itu semua adalah giant-giant setiap kita. Kita harus mengikis keinginan untuk terpandang di dunia ini. Kita perlu mengajar kehormatan kita di kekekalan bersama Tuhan. Kuatkan hatimu dan kita berjuang bersama. God bless you!

WHAT TO DO:
1.Samakan persepsi bahwa pertandingan kita bukan untuk mendapat kehormatan di dunia, melainkan di kekekalan
2.Hempaskan giant-giant di hidup kita berupa: iri hati, sombong, rendah diri, merasa harus di atas, dan lainnya
3.Pergunakan waktu yang ada sebaik-baiknya, tentukan tujuan hidupmu dan strategi positif untuk mencapainya
4.Munculkan ambisi untuk meraih tujuan hidup yang benar dan berkenan kepada Allah tanpa harus “sikut sana sikut sini” orang yang ada di sekitarmu.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Daniel 4-5

Card image
Renungan Pagi - 12 September 2024
2024-09-12 18:24:25


Ada banyak perkara di dunia ini sedang berjalan menuju kehancuran dan sudah berada di penghujung zaman: konflik, pertikaian, perang, bencana alam, perekonomian sulit, wabah penyakit, tingkat kejahatan yang semakin hari semakin mengkhawatirkan dan kehidupan ke kristenan semakin hari semakin mengalami tekanan yang luar biasa, hal itu kian mempertegas bahwa tidak ada satu pun di dunia ini yang dapat memberikan jaminan bagi semua orang untuk hidup tenang, sekarang bagaimana sikap orang percaya menghadapi situasi ini?

Kita tak perlu terkejut dan kecut hati, karena Alkitab sudah menyatakan; Ingat! ketenangan bukanlah sebuah keadaan, tetapi sebuah keputusan, artinya walaupun situasi kelihatannya semakin sulit dan menakutkan, tetapi bisa membuat sebuah keputusan untuk tetap berlaku tenang, karena kita punya alasan kuat untuk tetap berlaku tenang terhadap apa pun situasinya.

Karena kita punya Tuhan yang tidak pernah mengecewakan, IA selalu siap menolong tepat pada waktunya, mengapa harus tetap bersikap tenang? Karena ketenangan dapat mendatangkan kekuatan, "dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.
 (Yesaya 30:15)

Card image
Quote Of The Day - 12 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-12 18:19:35


Jika orang tua tidak tekun mencari Tuhan, maka anak-anak akan menganggap Tuhan itu tidak penting.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 12 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-12 18:15:42


Kalau kita menjaga perasaan Tuhan, pasti kita berusaha untuk tidak melukai hati Tuhan.

Card image
YOUR SMILE AT THE END OF TIME - 12 September 2024 (English Version)
2024-09-12 13:59:18


Have we ever imagined how beautiful it will be when we meet the Lord Jesus, we face the Father, we see God's smile. How extraordinary that will be. And it is the most beautiful and priceless gift we will receive after the long journey of our life on this earth comes to an end. Believe that the glory of heaven and the beauty of the Kingdom of Heaven will not surpass the smile of God upon us. And He will definitely give it to the right person. It is impossible to be wrong, because God is All-Knowing. The opposite of His smile is His wrath. However, ironically, very few believers long for this gift. How can we know that we do not want God's smile at the end of our lives? It is when we do not desire to see His smile every day.

To be honest, we only want to enjoy our own smiles, laughter, and fun, but we don't really want to enjoy the feeling of God being pleased by our behavior and heart attitude. Many people only sing to please God, but don't really please God in their lives. And if we have a life like this, not really wanting to please God at all times, then we are truly doomed. We insult, belittle, and disrespect God. We are gripped by all the pleasures, the beauty of the world, the glitter of the world, and material things.

Let us examine our lives today, do we see God's smile? Maybe someone will ask back, "How can I can see God's smile? God is invisible.” That means he certainly did not meet God. If God said, “David walks before Me,” that means David knew when he grieved God and when he did not. If he grieved God, he repent. So, she can say in Psalm 139, “Search me, know me, if there is any wicked way in me,” meaning “Have I grieved You with my wrong way of life, O Lord?” A wife who loves her husband, surely she serves her husband, and adorns herself for her husband; so if we love God, we must dress up every day for God.

We will examine ourselves, if there is anything that grieves the heart of God. In such a dense and intense busyness, we must not forget to dress up before God. Because if not, it is a betrayal. In truth, all services must begin with pleasing God's heart before engaging in any activities. Let’s ask ourselves: Perhaps very few actually do, few who truly open their hearts to hear God's voice, who strive to understand how God feels toward us-whether there is God's smile upon us or not. From our faithfulness in examining ourselves to know whether there is God's smile or not, only thene can we find God's smile at the end of our lives.

If we are not faithful from the beginning, from time to time, do not expect to see God's smile at the end of our lives. There is no sudden smile from God. What exists is "I don't know you." If God sees our beautiful behavior every day and we are pleasing to Him, surely God will welcome us into His eternal home. Honestly, most of us do not deal seriously with God. And the scary thing is, it seems as though God is not disturbed by this. So by reading this reflection, be aware, repent, do not be arrogant. Do not let us be slaughtered by angels, and dragged into eternal fire because of our arrogance.

If we guard God's feelings, we will definitely try not to hurt God's heart. Don't feel like just because we don't miss church or because we are active in ministry, we are not going against God. In fact, what God pays attention to is the minute by minute of our lives, from our behavior, our habits. So don't be unchanging. Don't let us feel foreign to the face of God. Because everyone must have a special relationship, unique relationship, and must find God's face personally for themselves especially. Don't look at the face of God towards others, but the face of God towards ourselves.

Yes, we realize that we are not yet perfect, we also see many of our behaviors that do not make God smile. And we are certainly sad to imagine what the future will be like. Remember, if someone truly lives right before God, making God smile, then his life will surely salt others. But we still have a chance. Come on, change so that we can see His smile at the end of our lives later.

FROM OUR FAITHFULNESS IN EXAMINING OURSELVES TO KNOW WHETHER THERE IS GOD'S SMILE OR NOT, ONLY THEN CAN WE FIND GOD'S SMILE AT THE END OF OUR LIVES.

Card image
SENYUM-MU DI UJUNG WAKTU - 12 September 2024
2024-09-12 13:57:00


Pernahkah kita membayangkan, betapa indahnya kalau nanti kita bertemu dengan Tuhan Yesus, kita berhadapan dengan Bapa, kita melihat senyum Tuhan. Betapa luar biasa. Dan itu adalah hadiah terindah dan termahal yang kita terima setelah perjalanan panjang hidup kita di bumi ini berakhir. Percayalah bahwa kemuliaan surga dan keindahan Kerajaan Surga tidak akan melebihi senyum Tuhan terhadap kita. Dan Ia pasti memberikan kepada orang yang tepat. Tidak mungkin salah, karena Allah Maha Tahu. Kebalikan dari senyum-Nya adalah murka-Nya. Namun, ironis, sangat sedikit orang percaya yang merindukan hadiah ini. Bagaimana kita bisa mengetahui bahwa kita tidak menginginkan senyum Tuhan di ujung akhir hidup kita? Yaitu ketika kita setiap hari tidak menginginkan melihat senyum-Nya.

Sejujurnya, kita hanya mau menikmati senyum kita sendiri, gelak tawa, dan kesenangan kita, tapi kita tidak sungguh-sungguh mau menikmati perasaan Tuhan yang disukakan oleh perilaku dan sikap hati kita. Banyak orang yang hanya menyanyi mau menyenangkan Tuhan, tetapi tidak sungguh-sungguh menyenangkan Tuhan dalam kehidupannya. Dan kalau kita memiliki kehidupan seperti ini, tidak sungguh-sungguh mau menyenangkan hati Tuhan setiap saat, maka kita benar-benar celaka. Kita menghina, meremehkan, dan tidak menghormati Tuhan. Kita dicengkeram dengan segala kesenangan, keindahan dunia, gemerlap dunia, dan materi.

Mari kita perkarakan hidup kita hari ini, apakah kita melihat senyum Tuhan? Mungkin ada yang balik bertanya, “Bagaimana saya bisa melihat senyum Tuhan? Tuhan tidak kelihatan.” Itu berarti pasti ia tidak menemui Tuhan. Kalau Tuhan berkata, “Daud hidup di hadapan-Ku,” itu berarti Daud tahu kapan dia mendukakan Allah, kapan tidak. Jika dia mendukakan hati Allah, dia bertobat. Maka, dia bisa berkata di Mazmur 139, _“Selidiki aku, kenali aku, apakah jalanku serong,”_ artinya “apakah aku mendukakan Engkau dengan cara hidupku yang salah, Tuhan?” Istri yang mencintai suami, pasti ia melayani suami, dan berdandan untuk suaminya; maka kalau kita mencintai Tuhan, kita harus berdandan setiap hari untuk Tuhan.

Kita akan memeriksa diri kita, kalau-kalau ada hal yang mendukakan hati Tuhan. Dalam kesibukan yang begitu padat dan hebat, kita tidak boleh lupa berdandan di hadapan Allah. Sebab kalau tidak, itu pengkhianatan. Sejatinya, semua pelayanan harus dimulai dari menyenangkan hati Tuhan, baru melakukan semua kegiatan. Coba, apakah kita memperkarakan? Jangan-jangan, sedikit sekali yang memperkarakan, yang benar-benar membuka hatinya untuk mendengar suara Tuhan, yang berusaha untuk menangkap apa perasaan Tuhan terhadap diri kita sendiri, apakah ada senyum Tuhan terhadap diri kita atau tidak. Dari kesetiaan kita memeriksa diri untuk mengetahui ada senyum Tuhan atau tidak, maka kita baru bisa menemukan senyum Tuhan di ujung akhir hidup kita.

Kalau kita tidak setia dari sejak dini, dari waktu ke waktu, jangan harap kita dapat melihat senyum Tuhan di ujung waktu hidup kita nanti. Tidak ada dadakan senyum Tuhan. Yang ada adalah “Aku tidak kenal kamu.” Kalau Tuhan melihat perilaku kita yang indah setiap hari dan kita berkenan di hadapan-Nya, pasti Tuhan menyambut kita masuk rumah kekal-Nya. Sejujurnya, sebagian besar kita tidak berurusan secara serius dengan Tuhan. Dan mengerikannya, Tuhan seakan-akan tidak terganggu. Jadi dengan membaca renungan ini, sadarlah, bertobatlah, jangan sombong. Jangan sampai nanti kita dibantai malaikat, diseret ke dalam api kekal karena kesombongan kita.

Kalau kita menjaga perasaan Tuhan, pasti kita berusaha untuk tidak melukai hati Tuhan. Jangan kita merasa tidak melawan Tuhan hanya karena tidak absen ke gereja; atau aktif sebagai hamba Tuhan. Padahal yang Tuhan perhatikan adalah menit ke menit dari waktu hidup kita, dari perilaku, kebiasaan kita. Maka jangan tidak berubah. Jangan sampai kita merasa asing terhadap wajah Tuhan. Karena setiap orang pasti memiliki hubungan yang khusus, yang istimewa, dan harus menemukan wajah Tuhan bagi dirinya secara khusus. Jangan melihat wajah Tuhan terhadap orang lain, tapi wajah Tuhan terhadap diri kita sendiri.

Ya, kita sadar bahwa kita belum sempurna, kita juga melihat banyak perilaku kita yang tidak membuat Tuhan senyum. Dan kita tentu sedih membayangkan bagaimana ke depan nanti. Ingatlah, kalau seseorang benar-benar hidup benar di hadapan Allah, membuat senyum Tuhan, maka hidupnya pasti akan menggarami orang lain. Tapi kita masih punya kesempatan. Mari, berubahlah agar kita dapat melihat senyum-Nya di ujung waktu hidup kita nanti.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DARI KESETIAAN KITA MEMERIKSA DIRI UNTUK MENGETAHUI ADA SENYUM TUHAN ATAU TIDAK, MAKA KITA BARU BISA MENEMUKAN SENYUM TUHAN DI UJUNG AKHIR HIDUP KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 12 September 2024
2024-09-12 13:15:56

Daniel 1-3

Card image
Truth Kids 11 September 2024 - TIDAK MEMBALAS
2024-09-11 20:43:00


Roma 12:17
”Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!”

"Tuhan Yesus, tadi siang di sekolah hatiku rasa kesal sekali dan mau marah. Tadi Rodi dan kawan-kawan tidak mau bergantian main bola di lapangan sekolah. Rodi terus menguasai lapangan hingga bel istirahat selesai. Saat berjalan menuju kelas, aku dengar suara teriakan dari lapangan. Ternyata Rodi terjatuh. Aku langsung membantu dan membawanya ke UKS. Maafkan aku, Tuhan Yesus. Tadi aku sudah marah walau hanya dalam hati, tapi aku tahu itu salah." Mendengar suara doa Andi di kamar, ibu pun tersenyum.

Saat makan malam, ibu bertanya, "Bagaimana di sekolah tadi?" Andi menceritakan kejadian di sekolah saat jam istirahat. Ibu sangat bangga kepada Andi. Andi tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Walaupun hatinya sudah kesal, tetapi Andi tidak membenci atau menggurui Rodi.

Sobat Kids, setiap hari kita menemukan kesempatan untuk berbuat dosa. Setiap hari juga kita harus rela meninggalkan perbuatan yang berdosa, baik pikiran, perkataan, atau perbuatan kita. Tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, terus mengampuni saat orang lain jahat kepadamu, itulah ciri anak -anak Allah. Ketekunan dan bimbingan Roh Kudus akan benar-benar memerdekakan kita dari dosa.

Card image
Truth Junior 11 September 2024 - TETAP BAIK
2024-09-11 20:41:05


Roma 12:17
”Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!”

Dalam Perjanjian Lama ada tertulis ‘mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki.’ Itu adalah peraturan yang dulu berlaku bagi bangsa Israel yang hidup di zaman Perjanjian Lama. Namun, ketika Yesus hidup di bumi ini, Tuhan Yesus mengajarkan hal yang baru. Dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus mengajarkan standar yang lebih tinggi daripada hukum Taurat.

Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Bahkan Ia mengajarkan untuk melakukan kebaikan bagi semua orang. Memang pada praktiknya akan lebih sulit, Sobat Junior. Pasti akan lebih mudah bagi kita untuk membalas perbuatan buruk orang lain kepada kita, bukan? Tetapi, inilah perintah yang Tuhan berikan kepada kita. Walaupun tidak mudah dilakukan, bukan berarti tidak bisa dilakukan sama sekali, ya, Sobat Junior.

Kita mau sama-sama berjuang untuk menerapkan buah Roh kebaikan dalam hidup kita sehari-hari. Berbuat kebaikan bagi semua orang, sekalipun dia berbuat tidak baik, kita mau berjuang tetap berbuat baik kepadanya. Itulah yang akan menjadi pembeda kita dengan anak dunia, Sobat Junior. Kita adalah anak-anak Allah yang mau berjuang, taat melakukan perintah-Nya. Semangat!

Card image
Truth Youth 11 September 2024 (English Version) - RUINED CITY
2024-09-11 20:38:25


"He who has no rule over his own spirit is like a city that is broken down, without walls." (Proverbs 25:28)

A city is considered ruined when it is no longer inhabited, with buildings in disrepair and no government to oversee or maintain it. It becomes a place where no one cares to restore or even clean up the debris, turning it into a lost city.

In Proverbs 25:28, the lack of self-control is likened to a city with broken walls. This metaphor illustrates how a person without self-control is vulnerable and lacks stability. Gaining self-control is a daily struggle and requires effort. For those who have led teams or managed projects, it might seem easier to direct others than to control one's own impulses. Self-control extends beyond resisting temptations and involves managing our words, actions, and even our eating habits, reflecting our responsibility for the body and health entrusted to us by God.

Self-control is also important in managing our hobbies and expenditures, knowing our limits and practicing moderation. By doing so, we maintain control over our lives and avoid being swayed by sin and destructive desires. Each day should be an opportunity to draw closer to God, seeking His guidance to overcome the internal struggles we face. As we pray, "Lead us not into temptation," we ask for help in overcoming not just external temptations but also the internal battles within ourselves.

WHAT TO DO:
1. Reflect on areas in your life where self-control is lacking.
2. Seek God's help to gain control over these areas.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Daniel 1-3

Card image
Renungan Pagi - 11 September 2024
2024-09-11 20:26:16


Dalam hidup ini jangan sampai hanya puas sebagai pengikut Kristus (orang Kristen) saja, yang hanya menjadi simpatisan di gereja, tetapi harus melangkah ke tahap yang lebih lagi yaitu memiliki hati yang terbeban untuk pekerjaan Tuhan dengan melibatkan diri dalam pelayanan, yang harus kita lakukan dengan penuh semangat.

"Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." Orang yang memiliki semangat dalam melayani Tuhan tidak akan mudah lelah, tidak akan mudah putus asa, meskipun diterpa badai permasalahan, ia tidak akan berhenti dan mundur, tapi ia makin setia melayani dengan mata yang tertuju kepada panggilan Tuhan. (Roma 12:11)

Card image
Quote Of The Day - 11 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-11 20:24:34


Kita tidak mungkin merenungkan firman Tuhan tanpa memikirkan kehadiran Tuhan, Sang Pemilik firman.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 11 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-11 20:20:36


Tuhan menggarap seseorang untuk punya kepribadian yang unggul supaya ia bisa melakukan pekerjaan Allah.

Card image
A FAILED CHRISTIAN - 11 September 2024 {English Version)
2024-09-11 20:19:08


Let’s take a moment to reflect, examine, observe, and thoroughly review the years we've passed through, especially significant events or the moments we deem major in our lives, those we’ve experienced that usually drain our emotions, make us afraid, anxious, and even truly threatened. Do we realize that all of these events are God's way of building a person with beautiful character? And if we pay attention to each event, we will find which parts of our lives have been eroded by God. There are aspects of our lives—our shortcomings, weaknesses, and sinful nature—that must be removed.

Because if there is still an element of sin in our lives, we are unworthy to enter the Kingdom of Heaven, let alone become members of the family of God’s Kingdom. God addresses us through these events and occurrences. When we face problems and don’t yet understand God’s purpose in allowing these challenges, sometimes we grumble, find a scapegoat, blame others, and look for someone to hold accountable so we can vent our frustrations and anger. But now, after seeing how God is actually shaping us into noble individuals, we realize that we should not have been angry, grumbling, get annoyed, become bitter, and look for scapegoats or people we can blame.

From the lessons we've learned from past experiences, moving forward we want to be grateful, not angry, not grumbling, not searching for a scapegoat, or blaming others. In the future, we want to see God's wisdom and His perfect plan in allowing us to experience these events. It is extraordinary how God helps us by giving us various life experiences that turn out to be eternal blessings. That is why we need to pay attention to what has happened in the past. So, if there is a part of our life that God is working on, we must be willing to change. We should never let God repeat the process, or worse, God does not give us another chance to change.

Because if we constantly face difficulties, then we will not be effective for God's work, because we are still stuck in our own problems, working on ourselves. The Holy Spirit will help and speak to each of us to understand which part of our lives is being worked on. Therefore, we must truly change. If we don’t, we will continue to face the same problems. With those heavy burdens, we will grow weary. So, God works on someone to have a noble personality so that he can do God's work. If we are not finished with ourselves, God cannot entrust His work to us. Because God wants to shape us into people of noble character so that we are worthy of being children of God, worthy to become members of the family of the Kingdom of Heaven.

Moreover, we can become God's instruments, as God wants to present us to the world. He wants to show the way of life that people should follow. So, it’s not just talking about God; our lives should already speak of God and reflect the life of God, which every believer should emulate. We become models for others to shape and build themselves. So if there are people who are not finished with themselves, but already have a bachelor's, master's, or even doctoral degree, they will certainly not be effective for God's work. Even Satan uses these people as a means to destroy many people.

So, we must understand that God desires believers to have a superior personality and character so that they can be displayed, can be an example. And this is absolute, we all have to think about this, consider this, how to be a model. So that when they see our good life model, people will want to become Christians, people will want to go to church. Therefore, the problems that God allows to happen now should not make us angry or grumble. God's footsteps are perfect. He wants us to examine our lives, moment by moment, and discern which part of ourselves is being worked on by God.

If there are unfinished areas, we must address them immediately because God wants to make us models. God wants to make us His display. God protects and watches over us so that we can truly become people who please His heart. May this become our longing-to be God's model. A Christian who cannot be a model is a failed Christian. We must not fail.

A CHRISTIAN WHO CANNOT BE A MODEL IS A FAILED CHRISTIAN.

Card image
ORANG KRISTEN YANG GAGAL - 11 September 2024
2024-09-11 12:56:07


Coba kita memperhatikan, meneliti, mengamati, dan memeriksa dengan saksama tahun-tahun yang telah kita lalui, khususnya kejadian-kejadian besar atau kejadian-kejadian yang kita anggap besar yang melanda hidup kita, yang pernah kita alami, yang biasanya menguras emosi perasaan kita, membuat kita takut, gentar, bahkan benar-benar terancam. Sadarkah kita bahwa semua kejadian itu merupakan cara Allah untuk membangun satu pribadi yang berkarakter indah? Dan kalau kita memperhatikan setiap peristiwa itu, kita akan menemukan bagian mana dalam hidup kita yang dikikis oleh Allah. Ada bagian-bagian hidup kita yang merupakan kekurangan, kelemahan, dan kodrat dosa yang harus disingkirkan.

Sebab kalau masih ada unsur dosa di dalam hidup kita, maka kita tidak layak masuk Kerajaan Surga, apalagi menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Tuhan menanggulangi kita melalui peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian tersebut. Pada waktu kita menghadapi masalah-masalah dan belum tahu apa maksud Tuhan dengan memberikan masalah-masalah tersebut, terkadang kita bersungut-sungut, mencari kambing hitam, menyalahkan orang, mencari-cari siapa penyebab dari masalah ini supaya kita bisa melampiaskan kekesalan, kemarahan kita. Tetapi sekarang, setelah kita melihat bagaimana Tuhan ternyata sedang membentuk kita menjadi pribadi yang agung, mestinya waktu itu kita tidak marah-marah, tidak bersungut-sungut, tidak kesal, menjadi pahit, dan mencari kambing hitam atau orang yang bisa kita persalahkan.

Dari pelajaran masa lalu yang telah kita alami, ke depan kita mau bersyukur, tidak akan marah-marah lagi, bersungut-sungut, mencari kambing hitam, dan mempersalahkan orang. Ke depan, kita mau melihat kebijaksanaan Tuhan, hikmat Tuhan yang sempurna, yang mengizinkan kejadian-kejadian itu kita alami. Luar biasa bagaimana Tuhan menolong kita dengan memberikan kita berbagai pengalaman hidup yang ternyata itu merupakan berkat kekal atau berkat abadi. Itulah sebabnya kita perlu memperhatikan apa yang pernah terjadi di waktu yang lalu. Jadi, kalau ada bagian dalam hidup kita digarap oleh Allah, maka kita harus mau berubah. Jangan sampai Tuhan mengulangi penggarapan, atau lebih parahnya, Tuhan tidak memberi kesempatan lagi kita berubah.

Sebab kalau kita selalu terus-menerus menghadapi kesulitan, maka kita tidak menjadi efektif untuk pekerjaan Tuhan, karena kita masih berparkir pada masalah kita sendiri, penggarapan diri kita sendiri. Roh Kudus akan menolong, akan bicara kepada kita masing-masing untuk mengerti bagian mana yang sedang digarap. Maka kita harus benar-benar berubah. Sebab kalau tidak, nanti masalah yang sama akan kita hadapi. Dengan keadaan yang berat itu, kita akan lelah. Jadi, Tuhan menggarap seseorang untuk punya kepribadian yang unggul supaya ia bisa melakukan pekerjaan Allah. Kalau kita belum selesai dengan diri sendiri, maka Tuhan tidak bisa memercayakan pekerjaan-Nya kepada kita. Sebab Tuhan mau menjadikan kita memiliki kepribadian yang unggul supaya kita layak menjadi anak-anak Allah, layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga.

Dan selanjutnya, kita bisa menjadi alat Tuhan, Tuhan mau menampilkan kita. Dan Tuhan mau menunjukkan pola hidup yang harus dikenakan oleh manusia. Jadi bukan hanya kita bisa bicara tentang Tuhan, namun hidup kita sudah bicara tentang Tuhan, sudah memancarkan kehidupan Tuhan yang harus diteladani oleh setiap orang percaya; kita menjadi model dengan mana orang membentuk dan membangun dirinya. Jadi kalau ada orang-orang yang belum selesai dengan dirinya sendiri, namun sudah memiliki gelar sarjana, magister, atau bahkan doktor, pasti ia tidak akan efektif untuk pekerjaan Tuhan. Bahkan Iblis menjadikan orang-orang ini sebagai sarana untuk membinasakan banyak orang.

Jadi, kita harus mengerti bahwa orang percaya itu dikehendaki Allah untuk menjadi seorang yang berkepribadian dengan karakter yang unggul supaya bisa ditampilkan, bisa menjadi contoh. Dan ini mutlak, semua kita harus memikirkan ini, mempertimbangkan ini, bagaimana menjadi model. Sehingga ketika melihat model hidup kita yang baik, maka orang mau menjadi Kristen, orang mau ke gereja. Oleh sebab itu, masalah-masalah yang sekarang Tuhan izinkan terjadi jangan membuat kita marah, bersungut-sungut. Jejak Tuhan itu sempurna. Tuhan mau kita memeriksa hidup kita; kejadian demi kejadian yang kita alami, bagian apa dalam diri kita yang digarap Tuhan.

Kalau belum selesai, kita harus selesaikan segera, karena Tuhan mau menjadikan kita model. Tuhan mau menjadikan kita display-Nya. Tuhan melindungi kita, Tuhan menjaga kita agar kita benar-benar menjadi manusia yang memuaskan hati Tuhan. Kiranya ini menjadi kerinduan kita, yaitu kita menjadi model Tuhan. Orang Kristen yang tidak bisa menjadi model adalah orang Kristen yang gagal. Kita jangan gagal.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG KRISTEN YANG TIDAK BISA MENJADI MODEL ADALAH ORANG KRISTEN YANG GAGAL.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 September
2024-09-11 06:59:10

Yoel 1-3

Card image
Truth Kids 10 September 2024 - BERKATA-KATA SOPAN
2024-09-10 21:47:52


Kolose 3:15
”Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.”

"Wah, sopan sekali kamu, Nak! Mengucapkan salam kepada guru, selalu ingat untuk berterima kasih saat diberi sesuatu, dan membantu teman yang kesulitan saat membawa barang bawaan. Anak siapa, sih, ini?" tanya Tante Nani. Andi pun tersenyum bangga dan merasa senang dipuji oleh tantenya.

Sobat Kids, perbuatan dan sikap kita bisa membuat papa dan mama bangga atau sedih, loh. Jika kita menjadi anak yang baik dan sopan, suka menolong, dan dengar-dengaran, tentu papa mama dan orang lain akan memuji. Namun, bagaimana kalau sebaliknya? Apakah papa dan mama bangga jika kita menjadi anak yang malas, berkata kasar, dan tidak baik? Tentu tidak. Mereka akan sedih.

Janganlah kita mengikuti perbuatan jahat. Kalau ada teman atau saudara yang berkata galak atau kasar, jangan ikut-ikutan, ya. Kita harus ingat, masa anak Allah seperti itu? Tuhan Yesus mau kita berkata-kata dengan penuh kasih. Dalam hidup sehari-hari juga penuh dengan kebaikan dan damai sejahtera. Kalau adik kita lupa membereskan mainan, jangan dimarahi dengan kata-kata yang tidak baik. Kita bisa membujuknya,

Sobat Kids, ayo kita buat Tuhan Yesus bangga akan sikap dan perbuatan kita! Sampai akhirnya Bapa di surga merasa senang memiliki kita sebagai anak-anak-Nya.

Card image
Truth Junior 10 September 2024 - DENGAN SENANG HATI
2024-09-10 21:45:13


Kolose 3:15
”Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.”

Sejak kecil, kita pasti sering diajar oleh orang tua atau guru, jika ada orang yang memberikan hadiah atau mendapat nilai bagus dari guru, jangan lupa bilang “terima kasih.” Hari ini kita mau membaca sebuah cerita singkat. Ada seorang anak kecil yang sangat riang dengan seorang lelaki dewasa yang pendiam. Anak kecil yang riang itu suka membantu orang tua, mencuci piring, dan menyediakan makanan atau minuman di meja. Sedangkan, lelaki dewasa itu hanya diam saja. Ia hanya bermain dengan handphonenya.

Sore hari, saat anak kecil sedang bermain sepeda, ia bertemu dengan lelaki itu. Anak kecil ini menyapa, “Halo… Aku Riley.” Namun, lelaki itu hanya melihat dan menganggukkan kepalanya. Keesokan harinya, lelaki itu ingin membeli minuman teh. Sayangnya, teh sudah habis terjual. Akibatnya, ia mengeluh. Dalam perjalanan menuju rumah, ia tidak sengaja bertemu Riley. Riley menyapanya lagi, “Kenapa, ada yang bisa aku bantu?” Lelaki itu hanya menunjukkan plastik kosong dan catatan tidak tercentang. Riley berlari ke rumah. Ia mengambil 3 kantong teh celup untuk lelaki dewasa itu. Setelah itu, untuk pertama kalinya lelaki itu tersenyum berterima kasih. Riley pun menjawab, “Dengan senang hati, Kakak.”

Melalui cerita ini, kita diajar untuk selalu bersyukur dalam segala keadaan. Firman Tuhan yang kita baca hari ini mengingatkan kita untuk selalu mengucap syukur atau berterima kasih. Bukan dari mulut saja, melainkan juga tingkah laku kita. Kalian pasti bisa!

Card image
Truth Youth 10 September 2024 (English Version) -LEARN FROM MY MISTAKE
2024-09-10 21:43:32


"Shall I acquit someone with dishonest scales, with a bag of false weights?" (Micah 6:11)

Everyone encounters failure at some point. Whether it’s a poor grade or a significant setback like not passing a class, there’s no need to be ashamed or discouraged. We should rise from these experiences and use them as valuable lessons, ensuring we don’t repeat the same mistakes. Every failure or error is an opportunity to teach us to be more cautious. Romans 8:28 tells us that God works all things together for good for those who love Him. This means, despite how we might stumble, God remains in control as long as we love and follow Him.

Failure is an unavoidable part of life. We might need to experience many setbacks to learn and improve. Biblical figures also faced failures. For example, David sinned with Bathsheba but earnestly repented, prayed, and fasted to restore his relationship with God. From this, we learn that while we might fall into sin or face failure, we should not remain mired in guilt. Instead, we must genuinely repent and strive not to repeat the same mistakes, working diligently to live in a way that pleases God. Just as shaping a beautiful vessel takes many trials, so does our spiritual growth require patience and perseverance. Each failure is a step toward becoming the person God intends us to be.

WHAT TO DO:
1. Learn to rise from failure or sin and not be discouraged.
2. Use past mistakes as valuable lessons for future growth.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 47-48

Card image
Truth Youth 10 September 2024 - LEARN FROM MY MISTAKE
2024-09-10 21:55:45


”Masakan Aku membiarkan tidak dihukum orang yang membawa neraca palsu atau pundi-pundi berisi batu timbangan tipu?” (Mikha 6:11)

Kita pasti pernah mengalami kegagalan. Entah itu dapat nilai jelek atau kegagalan yang cukup besar seperti ga naik kelas. Apa pun kegagalan yang pernah kita alami, kita ga perlu malu dan merasa terpuruk, kita harus bangkit dan menjadikan kegagalan itu sebagai pelajaran terbesar dan ga mengulanginya lagi. Setiap kegagalan atau kesalahan yang kita buat, bertujuan untuk mengajarkan kita lebih hati-hati. Roma 8:28 mengatakan bahwa Allah mendatangkan segala sesuatu untuk mendatangaan kebaikan bagi kita yang mengasihi-Nya. Artinya, sejatuh apa pun kita, masih dalam kendali Tuhan, asal kita mau mengasihi dan menuruti perintah-Nya.

Salah satu hal yang kita ga bisa hindari dalam hidup adalah kegagalan. Kita perlu mengalami banyak kegagalan dan kesalahan mungkin supaya kita tahu dan semakin berhati-hati. Kalau kita perhatikan tokoh-tokoh Alkitab, banyak dari mereka pasti ada mengalami fase kegagalan atau salah langkah. Seperti Daud, ia pun sempat jatuh dalam dosa berzina dengan Batsyeba, namun setelah itu Ia sungguh-sungguh bertobat hingga berdoa berpuasa, supaya kehidupannya kembali berkenan di hadapan Tuhan. Kita bisa belajar bahwa setiap kita menghadapi kegagalan atau jatuh dalam dosa, kita ga perlu larut dalam rasa bersalah, tapi kita harus sungguh-sungguh bertobat dan bertekad ga mengulangi kesalahan yang sama, berjuang kembali sehingga hidup kita berkenan di hadapan Tuhan. Memang memerlukan trial and error untuk hidup kudus, tapi kita tetap sabar mau dibentuk Tuhan, sehingga kita menjadi bejana yang indah. Mengolah bejana yang indah saja ga terjadi dalam sehari semalam, butuh berapa ribu kali bejana itu dihancurkan lalu dibentuk lagi hingga menjadi bejana yang sesuai seperti yang diinginkan. Begitu pun dengan kehidupan kita, seberapa banyak kita jatuh, ga menjadikan hidup kita terpuruk, tapi yang terpenting kita jadikan pelajaran berharga dan ga untuk diulangi.

WHAT TO DO:
Belajar untuk bangkit dari kegagalan atau jatuh dalam dosa.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yehezkiel 47-48

Card image
Renungan Pagi - 10 September 2024
2024-09-10 21:37:20


Orang yang penuh dengan Roh Kudus adalah orang yang melayani pekerjaan Tuhan hanya untuk kepentingan Tuhan, tidak mencari pujian, tidak mencari keuntungan pribadi, tidak mencari hormat dan kepentingan bagi dirinya sendiri, melainkan selalu ingin mendatangkan pujian dan kemuliaan hanya bagi Allah.

"Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat." Jadi mereka yang melayani dalam pimpinan Roh Kudus, akan menerima karunia-karunia, bukan untuk kemuliaannya tetapi supaya nama Tuhan dipermuliakan.

Seorang yang penuh dengan Roh Kudus adalah seorang yang rela memikul salib, siap menyangkal diri, siap belajar mencukupkan diri dengan apa yang menjadi bagiannya di dalam Tuhan, tidak mengejar materi dan kekayaan dunia, kalaupun diberkati, dia pasti menjadi saluran berkat.
(Kisah Para Rasul 19:6)

Card image
Quote Of The Day - 10 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-10 18:13:14


Semakin banyak pengenalan akan Allah yang diteguk, maka interaksinya dengan Allah akan semakin harmoni.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 10 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-10 18:10:51


Jangan beri kesempatan sesuatu yang najis masuk dalam pikiran, apalagi sampai kita nikmati, karena itu akan membangun cita rasa jiwa kita dan menjadikan kita orang yang tidak saleh; larikan diri kita seekstrem-ekstremnya.

Card image
ESCAPING - 10 September 2024 (English Version)
2024-09-10 18:06:23


People can use all their abilities for what they consider valuable and fulfilling. No matter the energy, time, material, anything can be sacrificed. But for the piety of life, for the holiness of life, people do not use their whole life. In fact, the word of God clearly says, "Love the Lord your God with all your heart, soul, mind, and strength." That means very few people truly honor God. Someone who sings, praises God, worships, does not necessarily have a heart that worships. .

Because, the quality of a person’s worship is not determined by the moment when they speak words of worship, but by how they live each day in reverence to God, his earnestness to make God the only valuable thing in his life. And in truth, it is very difficult for people to find a thirst for God because our lives are damaged by the influence of the world. Rarely do people reach the level of "all I want is You." Be grateful if we pass heavy struggles, pressures, pains of life, then God enlightens us with the truths of the word, and we can choose God. And while we choose God, we grow.

There are many people whose soul appetites have been corrupted. The thirst in his spirit is covered by thirst for the needs of physical fulfillment, the beauty of this world. And that means someone is worshiping Satan. Because people who worship God are people who are thirsty for God and already understand that their only need is God. The wrong thirst makes people chase after worldly pleasures. And that is further from the piety of life, further from the holiness of life. We must realize that we are sick people, therefore we must come to God, ask for God's touch, and visitation. Only sick people need a healer.

But many people who do not pray for a day, two days, or even a week are sometimes even forced to go to church. They are spiritually sick but do not realize it. What they chase and pursue is not something that can heal them; instead, it draws them further away from the holiness of God and godliness. How many of us seek God every day, starting each morning before sunrise, saying, 'Lord, heal me if there are elements of idolatry or disbelief in me, elements of sin in my flesh'? As long as such elements remain, the world's temptations can still enter, connect with our minds, and eventually connect with our flesh.

But if we increasingly mortify the desires of the flesh, then when we see the offering of the world no longer ignites our flesh. People who still have feelings of hatred, revenge, then when they are hurt, their flesh will ignite. Someone who is still thirsty for praise, flattery, when praised, or at least asked to sit in the front row at a meeting, their flesh will immediately ignite. And they enjoy the praise. But when we learn to humble ourselves, we understand that we are no one, we exist as we are because of God's grace, then pride, arrogance does not ignite in our flesh.

So, if we want to be pious, we must close the eyes and ears of our souls to any input that can harm us. The elements of disbelief or idolatry must be removed and replaced with the word of God and His presence in our lives. When we go to church, we will be glad to hear the truth, and our souls will be ignited. We will be able to discern the voice of God from what is not His voice, because our foundation is not in the world but in God's thoughts and feelings.

It is said in God's word, "All who live godly lives will suffer persecution." The world surely persecutes us. And we definitely experience difficulties to achieve holiness. That's what many people avoid, because of the challenges involved. Not to mention if it seems as if God doesn't exist, as if God is not present, not to mention the challenges around us, because the devil is definitely writhing, will definitely maneuver to stop our progress in becoming godly people. It becomes a race between us and the powers of darkness; which one is more persevere, more persistent, more serious?

Do not give anything unclean the chance to enter our thoughts, much less enjoy it, because it will build up our souls' taste and make us ungodly; flee from it entirely. Every day, we must make space to meet with God. Avoid close associations with people who do not fear God. As the word of God says, 'Flee, keep yourselves away, do not touch anything unclean, and I will accept you as My sons and daughters.' Without holiness, the word of God says, no one will see God.

DO NOT GIVE ANYTHING UNCLEAN THE CHANCE TO ENTER OUR THOUGHTS, MUCH LESS ENJOY IT, BECAUSE IT WILL BUILD UP OUR SOULS' TASTE AND MAKE US UNGODLY; FLEE FROM IT ENTIRELY.

Card image
MELARIKAN DIRI - 10 September 2024
2024-09-10 18:04:18


Orang bisa mengerahkan seluruh kemampuannya untuk apa yang dia pandang bernilai dan membahagiakan. Tak peduli tenaga, waktu, materi, apa pun bisa dikorbankan. Tetapi untuk kesalehan hidup, untuk kesucian hidup, orang tidak mengerahkan segenap hidup. Padahal, jelas firman Tuhan mengatakan, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, segenap jiwa, akal budi, dan kekuatan.” Itu berarti sedikit sekali orang yang benar-benar sungguh-sungguh menghormati Tuhan. Seseorang yang menyanyi, memuji Tuhan, menyembah, belum tentu hatinya adalah hati yang menyembah.

Sebab, kualitas penyembahan seseorang tidak ditentukan oleh momen pada waktu dia mengucapkan kata-kata atau kalimat penyembahan, tetapi bagaimana kehidupan setiap hari dia bersikap terhadap Allah, kesungguhannya untuk menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang berharga dalam hidupnya. Dan sejatinya, sulit sekali orang menemukan kehausan akan Allah karena rusaknya kehidupan kita oleh pengaruh dunia. Jarang orang sampai tingkat “yang kuingini Engkau saja.” Bersyukur kalau kita melewati pergumulan berat, tekanan-tekanan, kepedihan-kepedihan hidup, lalu Tuhan menerangi kita dengan kebenaran-kebenaran firman, dan kita bisa memilih Tuhan. Dan sementara kita memilih Tuhan, kita bertumbuh.

Banyak orang yang selera jiwanya telah rusak. Kehausan di dalam rohnya tertutupi oleh kehausan terhadap kebutuhan pemenuhan jasmani, keindahan dunia ini. Dan itu berarti seseorang menyembah Iblis. Sebab orang yang menyembah Allah adalah orang yang haus akan Allah dan sudah mengerti bahwa kebutuhannya hanya Tuhan. Kehausan yang salah membuat orang memburu kesenangan dunia. Dan itu makin jauh dari kesalehan hidup, makin jauh dari kesucian hidup. Kita harus sadar bahwa kita adalah orang-orang sakit, yang oleh karenanya kita harus datang menghampiri Tuhan, meminta jamahan, dan lawatan Tuhan. Hanya orang sakit yang membutuhkan tabib.

Tapi banyak orang yang satu hari tidak berdoa, dua hari tidak berdoa, seminggu tidak berdoa, ke gereja pun terpaksa. Dia sakit, tapi tidak menyadari dirinya sakit. Yang dikejar, yang dia buru bukan sesuatu yang dapat menyembuhkan dirinya, melainkan malah membuat dirinya makin jauh dari kesucian dan kekudusan Allah, makin jauh dari kesalehan. Berapa banyak di antara kita yang setiap hari mencari Tuhan, yang mulai setiap harinya sebelum matahari terbit berkata, “Tuhan, sembuhkan aku jika ada unsur-unsur kekafiran di dalam diriku, unsur-unsur dosa dalam dagingku.” Sebab kalau masih ada unsur-unsur kekafiran, tawaran dunia masih bisa masuk, masih nyambung dengan pikiran kita, lalu bisa connect dengan daging kita.

Tapi kalau kita makin mematikan keinginan daging, maka ketika kita melihat tawaran dunia, hal itu tidak membuat kedagingan kita menyala. Orang yang masih memiliki perasaan benci, dendam, maka ketika ia dilukai, kedagingannya akan menyala. Seseorang yang masih haus pujian, sanjungan, ketika dipuji, atau setidaknya didaulat duduk paling depan di sebuah pertemuan, langsung menyala dagingnya. Dan ia menikmati pujian itu. Tapi ketika kita belajar merendahkan diri, kita memahami bahwa kita bukan siapa-siapa, kita ada sebagaimana kita ada karena anugerah Tuhan, maka kebanggaan, kesombongan tidak menyala di dalam daging kita.

Jadi, kalau kita mau menjadi orang saleh, kita harus menutup mata dan telinga jiwa kita dari semua input yang bisa merusak diri kita. Unsur kekafiran harus dihilangkan, harus diganti dengan firman, diganti dengan kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Jadi kalau kita ke gereja, kita senang mendengar kebenaran, jiwa kita menyala. Kita bisa membedakan suara Tuhan dan bukan suara Tuhan, karena kita tidak memiliki landasan dunia, tapi landasan pikiran, perasaan Allah.

Dikatakan dalam firman Tuhan, “Orang yang hidup saleh menderita aniaya.” Dunia pasti menganiaya kita. Dan kita pasti mengalami kesulitan untuk mencapai kesucian. Itulah yang sering tidak dilakukan oleh orang, karena kesulitan itu. Belum lagi kalau Tuhan seakan-akan tidak ada, seakan-akan Tuhan tidak hadir, belum lagi kalau tantangan di sekitar kita, karena Iblis pasti menggeliat, pasti bermanuver untuk menghentikan laju kita untuk menjadi orang saleh. Kita berkejar-kejaran dengan kuasa kegelapan; mana yang lebih tekun, mana yang lebih giat, mana yang lebih sungguh-sungguh.

Jangan beri kesempatan sesuatu yang najis masuk dalam pikiran, apalagi sampai kita nikmati, karena itu akan membangun cita rasa jiwa kita dan menjadikan kita orang yang tidak saleh; larikan diri kita seekstrem-ekstremnya. Setiap hari kita harus memberi ruangan untuk bertemu Tuhan. Tidak lagi bergaul karib dengan orang-orang yang tidak takut Tuhan. “Larikan dirimu, jauhkan dirimu, jangan menyentuh apa yang najis,” sesuai firman Tuhan, “maka Aku akan menerima kamu sebagai anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan.” Tanpa kesucian, firman Tuhan mengatakan bahwa tidak seorang pun melihat Allah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JANGAN BERI KESEMPATAN SESUATU YANG NAJIS MASUK DALAM PIKIRAN, APALAGI SAMPAI KITA NIKMATI, KARENA ITU AKAN MEMBANGUN CITA RASA JIWA KITA DAN MENJADIKAN KITA ORANG YANG TIDAK SALEH; LARIKAN DIRI KITA SEEKSTREM-EKSTREMNYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 September 2024
2024-09-10 17:59:31

Yehezkiel 46-48

Card image
Truth Kids 09 September 2024 - JANGAN RAGU
2024-09-09 18:39:11


Amsal 11:25
”Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum.”

Setiap pagi ada petugas kebersihan yang membersihkan lingkungan di kompleks rumah Silvy. Biasanya ada beberapa ibu yang sudah agak lanjut usia membersihkan daun-daun kering yang berguguran di depan rumahnya. Melihat ibu-ibu yang sudah lanjut usia tersebut keringatan dan kelelahan, Silvy merasa iba. Ia lari ke dalam rumahnya lalu mengambil botol minum dari dalam lemari es. Kemudian Silvy memberikan minuman dingin kepada ibu-ibu yang menyapu jalanan. Betapa senangnya ibu-ibu tersebut meneguk air dingin. Rasa lelah mereka terasa hilang untuk sesaat. Mereka pun berterima kasih kepada Silvy.

Sobat Kids, ketika kita berbuat kebaikan kepada orang lain, kita juga akan merasakan bahagia. Saat ini mungkin kita yang menolong orang lain. Tapi suatu saat nanti, bisa jadi kita yang akan menerima kebaikan dari orang lain. Setiap ada kesempatan untuk berbuat kebaikan, segeralah lakukan, Sobat Kids. Jangan ragu untuk melakukan kebaikan kepada orang lain.

Card image
Truth Junior 09 September 2024 - HADIAH TERBAIK
2024-09-09 18:37:44


Amsal 11:25
”Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum.”

Biasanya saat ada teman yang berulang tahun, kita ingin memberikan hadiah menarik atau yang sangat disukai teman kita. Ada yang membeli mainan, boneka, gelang, makanan, dan lain sebagainya. Kitab Amsal mengajari kita satu hal “memberi berkat” atau “bless others” artinya orang yang suka memberi atau menolong orang lain akan berkelimpahan. Hmm, apa berarti kita harus memberi uang atau hadiah termahal? Bukan, ya. Akan tetapi, hal yang penting adalah alasan atau tujuan memberikan hadiahnya. Misalnya memberikan sebuah pembatas buku dan alat tulis, karena kita ingin supaya pembatas buku bisa menjadi teguran atau reminder yang diselipkan dalam Alkitab.

Hadiah terbaik bukan dilihat dari harga, tetapi fungsi barang itu. Contohnya alat tulis dipakai untuk di sekolah, pensil warna untuk membuat suatu karya, dan puzzle untuk melatih otak kita. Sobat Junior, memberi berkat tidak selalu berupa uang, namun rasa sayang kepada sesama. Kita bisa mulai dengan hadiah kecil, namun bermakna dan sehat secara jasmani serta rohani bagi sesama. Jadi, simpan dalam hati ayat firman ini, karena suatu saat nanti Tuhan akan mempertemukan kita kepada seorang atau mungkin saudara yang sangat membutuhkan pertolongan. Dan kita bisa menjadi hadiah yang memberkati bagi mereka. Yuk, kita terus semangat untuk menumbuhkan kasih bagi sesama, seperti Tuhan telah mengasihi kita dan orang tua kita semua.

Card image
Truth Youth 09 September 2024 (English Version) THE POWER OF THE TONGUE
2024-09-09 18:35:37


"Death and life are in the power of the tongue, and those who love it will eat its fruit." (Proverbs 18:21)

Who hasn’t ever used their tongue to their advantage? Everyone has, whether they realize it or not, depending on when and how they choose to do so. What does it mean to "use one's tongue skillfully"?

To "use one's tongue skillfully" often means to be adept at lying or twisting the truth. For instance, claiming to be sick to avoid school while actually going on a trip. This demonstrates the ability to deceive or manipulate the truth.

Using the tongue in this way is harmful and wrong. It’s not only about sinning by lying but also about the eventual consequences that come from such actions. Proverbs 18:21 highlights that our lives are indeed governed by the power of the tongue.

So, the correct approach to handling situations in our lives is to avoid deception and lying. We must speak the truth honestly, without mixing it with personal interests, and use our words wisely.

Trust that when we communicate messages accurately and truthfully, we will receive positive outcomes from our honesty and gain something valuable.

WHAT TO DO:
1. Always speak the truth as it is.
2. Avoid mixing truth with personal agendas.
3. Expect positive results from sharing the truth.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 44-46

Card image
Truth Youth 09 September 2024 - BERSILAT LIDAH
2024-09-09 18:29:42


”Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.” (Amsal 18:21)

Siapa yang tidak pernah bersilat lidah? Percayalah, semua orang pernah bersilat lidah. Tinggal kapan mereka memilih mau melakukan itu dan bagaimana mereka memilih kepada siapa mereka akan bersilat lidah. Maksudnya bersilat lidah apa sih?

Bersilat lidah memiliki arti seseorang yang pandai atau pintar untuk berbohong, selain itu juga seseorang yang pandai untuk memutarbalikkan fakta. Seperti, izin tidak masuk sekolah karena sedang sakit. Padahal sebenarnya mereka sedang tidak sakit dan jalan-jalan ke luar kota atau luar negeri. Ini artinya mereka pandai bersilat lidah atau berbohong.

Bersilat lidah merupakan sebuah tindakan yang buruk dan tidak baik. Bukan hanya tentang seseorang berdosa karena mereka telah berbohong, tetapi tindakan tersebut juga merugikan dirinya suatu saat nanti. Akibat tersebut pun disampaikan dalam Amsal 18:21 mengenai seseorang yang sebenarnya hidup mereka dikuasai oleh lidah.

Jadi, tindakan yang benar untuk mengatasi atau menghadapi suatu peristiwa dalam kehidupan kita adalah dengan tidak bersilat lidah atau tidak berbohong. Kita harus bisa menyampaikan kebenaran dengan sebenar-benarnya, kita tidak boleh mencampurkan kebenaran yang kita dapatkan dengan kepentingan kita sendiri, dan kita harus bisa menggunakan mulut kita dengan baik.

Percayalah saat kita bisa menyampaikan semua pesan yang ada dengan baik dan benar sesuai dengan kebenaran yang ada, pasti kita akan mendapatkan hasil yang baik dari kebenaran dan memberikan kita sesuatu hal yang baik.

WHAT TO DO:
1.Kita harus menyampaikan kebenaran sebenar-benarnya
2.Tidak boleh mencampurkan kebenaran dengan kepentingan kita sendiri
3.Mendapatkan hasil yang baik dari kebenaran yang dibagikan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yehezkiel 44-46

Card image
Renungan Pagi - 09 September 2024
2024-09-09 18:24:19


Allah Bapa telah mengampuni dosa kita, dengan menjadikan Tuhan Yesus sebagai korban pendamaian bagi penebusan dosa, kini kita adalah milik Tuhan, artinya DIA membuat hidup menjadi berharga dimata-NYA. Karena itu tidak boleh lagi merasa rendah diri dan merasa hidup tidak berarti. Kita menjadi umat kepunyaan Allah, yang harus memberitakan perbuatan-perbuatan Tuhan yang besar, yaitu karya keselamatan bagi semua orang yang mau percaya kepada-Nya.

"Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib." Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus menjadi terang Tuhan yang nyata terlihat dalam tutur kata dan perilaku setiap hari dan harus terus bertumbuh dalam kebenaran firman Allah, dengan menghidupi kebenaran itu, supaya dapat meraih janji-janji Allah dan menggenapi rancangan-Nya yang indah dalam hidup kita.
(1 Petrus 2:9)

Card image
Quote Of The Day - 09 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-09 18:21:36


Jika kita memikirkan Tuhan siang dan malam, maka kita pasti tercengkerami oleh kehadiran-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 09 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-09 18:20:24


Orang saleh dengan kualitas hidup kesucian akan berlanjut nanti di kekekalan. Kalau orang tidak memiliki kesalehan hidup sejak di bumi, jangan berharap akan memiliki kelanjutan hidup di next life.

Card image
THE ABSOLUTENESS - 09 September 2024 (English Version)
2024-09-09 18:18:02


In 2 Timothy 3:12, it is written, “Indeed, all who desire to live a godly life in Christ Jesus will be persecuted.” The word "godly life" here is not simply the act of going to church. In Greek, there are several words that can be translated as worship; one of them is latreia, which in Indonesian is translated as serving or devoting oneself. We find this in Romans 12:1, "Therefore, brothers and sisters, in view of God’s mercy, I urge you to offer your bodies as a living sacrifice, holy and pleasing to God—this is your true and proper worship." The word "godliness" in 2 Timothy 3:12 in its original text is eusebos, which means a holy life, a pious life. Living a godly life is an absolute. Somehow, the term "godly life" has become foreign to the lives of many Christians.

A godly life is often assumed to be a way of life that is not meant for most people, but only for a select few—those who have been cast aside from human life in general, or only for religious leaders. However, everyone is meant to live a godly life. The godliness being referred to here is living in holiness of life according to God's standards. If the godliness of the people of Israel or other religious groups is determined by adherence to written laws, their godliness is judged by their obedience to those laws. If someone is found not guilty of breaking the law and faithfully performs religious ceremonies or worship, then they are considered godly.

Our godliness, however, is measured by God’s own standards. A godly person is someone who is not contaminated by the patterns and lifestyles of the people around them. This world has fallen, and the patterns and lifestyles of people are far from God’s standards of holiness. The Word of God says, "The world and its desires pass away, but whoever does the will of God, which is the same as a godly person, will live forever." Obtaining eternal life means to have life beyond the present, not just for a short time on earth but also in the next life-in eternity. A godly person, with a quality of holy living, will continue later in eternity. If a person does not have a pious life since on earth, do not expect to have a continuation of life in the next life.

This is the same as what is mentioned in Hebrews 12 as the race we are required to run in order to attain perfect faith, just like the life Jesus lived. Remember, we only live once, and each of us must realize that one day our life will come to an end—our journey has a conclusion. Don’t think that it will go on forever. Life is about choices. If someone does not make a decision, the world will make it for them. That is truly disastrous. Our life is only once and short, we don't know when it will end. We must choose how to live, and we must constantly motivate ourselves to choose a godly life, which means having a holiness of life like the holiness of God.

Why do we often feel distant from God, like there is a gap, as if God is far away? It is hard to answer because this is a personal matter. It can also be described as supernatural. When we feel this way, it is actually a signal that we are still far from the holiness that God desires. We have not yet achieved the godliness that God requires. Another indication is a feeling of fear in facing something; fear of facing danger, fear of facing death. Another indicator is that people who do not yet have the piety of God's standards do not have a longing to meet God. Even though they might sing, "As the deer pants for streams of water," there is no thirst. The thirst that he has is a thirst for worldly entertainment with all its pleasures.

So what must we do? Don’t delay. We must seek and pursue God with a thirst for Him. And we ourselves must awaken this thirst within us. Because this is a choice. Our soul's taste has been damaged by the influence of the world around us. We must change the taste of our soul, through a process of course, not in one day, not enough in one month, not even enough in a few years. It takes long years. When someone has piety according to God's standards, surely the beauty of the world will fade in his eyes; he is no longer interested in the beauty of the world. Therefore, choosing to be godly is the same as choosing to separate oneself from the world. And we must really use, mobilize all the potential within ourselves for that. Because becoming an adult it's a struggle. Being a pious person is a struggle. Being a holy person is a struggle.

LIVING A GODLY LIFE IS AN ABSOLUTE.

Card image
KEMUTLAKAN - 09 September 2024
2024-09-09 17:42:33


Di dalam 2 Timotius 3:12 tertulis, “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya.” Kata “beribadah” di sini tidaklah sama dengan pergi ke gereja semata-mata. Di dalam bahasa Yunani ada beberapa kata yang bisa diterjemahkan ibadah; latreia yang di dalam bahasa Indonesia diterjemahkan melayani atau mengabdi. Itu bisa kita temukan di dalam Roma 12:1, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu: persembahkanlah dirimu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah: Itu adalah ibadahmu yang sejati.” Kata “ibadah” di 2 Timotius 3:12 dalam teks aslinya adalah eusebos yang artinya hidup suci, hidup saleh. Hidup saleh adalah suatu kemutlakan. Entah bagaimana, kata “hidup saleh” menjadi asing dalam kehidupan banyak orang Kristen.

Hidup saleh sering diasumsikan sebagai hidup yang tidak dikenakan oleh banyak orang, tetapi hanya oleh orang-orang khusus; orang-orang yang sudah terbuang dari kehidupan manusia pada umumnya, atau pemimpin-pemimpin agama saja. Padahal, mestinya setiap orang itu hidup saleh. Tentu kesalehan yang dimaksud di sini adalah kesucian hidup sesuai dengan standar Allah. Kalau kesalehan bangsa Israel atau orang yang beragama samawi yang memiliki hukum-hukum yang tertulis, kesalehannya ditentukan oleh ketaatan kepada hukum. Kalau seseorang tidak didapati melakukan pelanggaran sesuai dengan hukum yang berlaku, lalu melakukan seremonial agamanya atau sembahyangan, begitu istilahnya, ke rumah ibadah, maka ia bisa dikategorikan sebagai orang saleh.

Kesalehan hidup kita berstandar Allah sendiri. Orang saleh adalah orang yang tidak tercemari oleh pola dan gaya hidup manusia di sekitarnya. Dunia ini sudah jatuh, pola dan gaya hidup manusia jauh dari standar kesucian Allah. Firman Tuhan berkata, “Dan dunia ini akan binasa dengan segala keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah, yang sama dengan orang saleh, beroleh hidup yang kekal. Beroleh hidup yang kekal artinya memiliki kelanjutan hidup, bukan hanya sementara di bumi tetapi juga next life; di kehidupan yang akan datang. Orang saleh dengan kualitas hidup kesucian akan berlanjut nanti di kekekalan. Kalau orang tidak memiliki kesalehan hidup sejak di bumi, jangan berharap akan memiliki kelanjutan hidup di next life.

Ini sama dengan yang dikatakan dalam Ibrani 12 sebagai perlombaan yang wajib untuk memiliki iman yang sempurna, seperti kehidupan yang dijalani oleh Yesus. Ingat, hidup kita hanya satu kali. Dan setiap kita harus menyadari bahwa waktu hidup kita ada saatnya nanti akan usai, artinya perjalanan hidup kita ada ujungnya. Jangan berpikir tidak ada ujungnya. Dan hidup ini memilih. Orang yang tidak memilih suatu keputusan, maka dunia akan memilihkannya untuk dia. Itu celaka sekali. Hidup kita hanya sekali dan singkat, kita tidak tahu kapan berakhir. Hidup harus memilih. Kita harus terus memotivasi hidup kita sendiri untuk memilih hidup saleh. Artinya, memiliki kesucian hidup seperti kesucian Tuhan.

Mengapa kita sering kali merasa dengan Tuhan tidak dekat, tidak lekat, seperti ada kesenjangan, lalu Tuhan seperti jauh? Sulit menjawabnya, sebab ini adalah hal yang bersifat pribadi. Ini juga bisa dikatakan supranatural atau adikodrati. Ketika kita merasa itu, sebenarnya sebuah sinyal bahwa kita masih jauh dari kesucian yang Tuhan kehendaki. Kita belum memiliki kesalehan seperti yang Allah kehendaki. Indikasi yang lain adalah adanya perasaan takut menghadapi sesuatu hal; takut menghadapi bahaya, takut menghadapi kematian. Indikator yang lain, orang yang belum memiliki kesalehan standar Allah, tidak memiliki kerinduan bertemu dengan Tuhan. Walaupun mulutnya menyanyi “seperti rusa merindukan sungai yang berair,” tapi belum ada klik, belum ada kehausan itu. Kehausan yang ada padanya adalah kehausan terhadap hiburan dunia dengan segala kesenangannya.

Jadi apa yang harus kita lakukan? Jangan menunda. * Kita harus mencari, memburu Tuhan dengan kehausan akan Allah. Dan kita sendiri yang harus membangkitkan kehausan itu di dalam diri kita. Karena ini pilihan. Cita rasa jiwa kita sudah rusak oleh pengaruh dunia sekitar kita. Kita harus merubah cita rasa jiwa kita, melalui proses tentunya, tidak dalam satu hari, tidak cukup satu bulan, bahkan tidak cukup beberapa tahun. Perlu waktu tahun-tahun yang panjang. Ketika seseorang memiliki kesalehan sesuai dengan standar Allah, pasti keindahan dunia menjadi pudar di matanya; ia tidak tertarik lagi dengan keindahan dunia. Oleh sebab itu, memilih untuk menjadi orang saleh, sama dengan memilih memisahkan diri dari dunia. Dan kita harus sungguh-sungguh menggunakan, mengerahkan semua potensi di dalam diri kita untuk itu. Karena menjadi dewasa itu perjuangan. Menjadi orang saleh itu perjuangan. Menjadi orang suci itu perjuangan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

HIDUP SALEH ADALAH SUATU KEMUTLAKAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 September 2024
2024-09-09 17:39:19

Yehezkiel 43-45

Card image
Truth Kids 08 September 2024 - TELADAN
2024-09-08 10:46:06


1 Tesalonika 5:11
”Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan.”

Sobat Kids, apakah kalian pernah mendengar peribahasa? Peribahasa adalah kalimat yang memberikan perumpamaan tentang sesuatu. Salah satu contoh peribahasa adalah "tong kosong nyaring bunyinya." Arti dari peribahasa tersebut adalah orang yang banyak berbicara, tetapi tidak melakukan hal yang ia bicarakan. Contohnya, seseorang sering berbicara atau mengingatkan orang lain untuk membuang sampah pada tempatnya, tapi ternyata dia sendiri buang sampah sembarangan.

Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk saling menasihatkan satu dengan yang lainnya. Tentunya bukan hanya sekadar bicara, karena di bagian ayat selanjutnya dikatakan "seperti yang memang kamu lakukan." Maksudnya, kita harus terlebih dahulu melakukan nasihat yang kita berikan kepada orang lain, baru memberikan nasihat tersebut kepada orang lain.

Misalkan Sobat Kids ingin mengingatkan teman untuk mengumpulkan PR tepat waktu. Sobat Kids harus terlebih dahulu mengumpulkan PR tepat waktu. Dengan demikian, Sobat Kids memberikan nasihat, seperti yang memang kalian lakukan. Yuk, jadi teladan untuk teman-teman.

Card image
Truth Junior 08 September 2024 - SEMANGAT BELAJAR
2024-09-08 10:41:00


1 Tesalonika 5:11
”Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan.”

Leoni tertunduk sedih melihat hasil ulangannya. Nilai yang dia dapat masih di bawah nilai minimum yang ditetapkan oleh sekolah. Ia merasa sudah belajar semampu yang dia bisa, tetapi hasilnya masih belum mendapatkan hasil yang bagus. Dari jauh, Nita melihat Leoni sedang sedih. Nita pun segera menghampiri Leoni. “Kamu kenapa, Oni? Apa yang buat kamu sedih?” tanya Nita penasaran. “Ini…” jawab Leoni sambil menunjukkan hasil kertas ulangannya. “Oh… ini. Ya sudah, kan sudah lewat ulangannya. Mending sekarang kita belajar lagi bagian yang kamu belum mengerti. Plus mulai belajar topik selanjutnya. Jadi saat ulangan, kamu sudah lebih siap dan mengerti. Kamu pasti bisa. Yuk, kita belajar sama-sama,” nasihat Nita kepada Leoni. Leoni pun tersenyum dan semangat untuk belajar lagi.

Sobat Junior, kebaikan yang bisa kita lakukan adalah memberikan dukungan kepada teman yang sedang bersedih. Kata-kata penyemangat dan dukungan kita bisa mengubah suasana hati mereka. Tuhan mengajarkan kita untuk saling menguatkan dalam kasih. Seperti ayat firman Tuhan yang kita baca hari ini, kita bisa saling menasihati dan saling memberikan semangat. Saat ada teman yang kesulitan dalam belajar, kita bisa melakukan kebaikan dengan belajar bersama. Kita tentu mau semua teman di kelas bisa mengerti pelajaran dan mendapatkan nilai bagus, bukan? Yuk, kita semangat belajar, Sobat Junior!

Card image
Truth Youth 08 September 2024 - TENANG, TENANG, TENANG
2024-09-08 10:31:15


”Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.” (Amsal 16:32)

Setiap manusia pasti punya perasaan. Entah apa yang paling mendominasi perasaan itu saat berada dalam situasi yang tidak nyaman, seperti kecemasan, keraguan, ketakutan, atau malah kebahagiaan karena ia berpikir ini adalah sebuah tantangan untuk melanjutkan atau melakukan segala sesuatunya sehingga bisa belajar lebih baik lagi.

Namun, satu hal yang penting. Apakah di antara semua perasaan itu ada yang bisa membuat seseorang bisa menguasai dirinya? Jika ya, yang mana? Perasaan yang seharusnya membuat seseorang menguasai dirinya, di mana dirinya sendiri menyadari kalau semua perasaan negatif itu tidak apa-apa dirasakan dan menjadi sebuah proses penguasaan diri. Mengapa begitu?

Terkadang seperti ini, banyak orang yang menolak perasaan cemas, ragu, takut, malas, dan segala perasaan yang buruk. Hal ini membuat seseorang tidak bisa memahami dan menghargai dirinya karena sudah terlalu cemas dengan segala banyak kemungkinan di kepalanya. Ini membuat dirinya tidak bisa menguasai dirinya, padahal itu proses seseorang menjadi seseorang belajar mengendalikan dirinya sendiri.

Lalu bagaimana jika seseorang tidak bisa mengendalikan diri mereka? Pertama, belajar untuk tenang. Ya, mencari tempat tenang, tidak terlalu berisik, dan mendengarkan lagu yang bisa membuat diri mereka tenang. Tidak memikirkan segala sesuatu yang mengundang kepanikan terjadi sehingga membuat diri mereka tidak terkendali. Kedua, belajar untuk sabar. Ya, tenang tidak bisa dilalui hanya begitu saja, hal ini memerlukan sebuah kesabaran yang cukup panjang dan memang memerlukan waktu.

Terakhir, menikmati proses untuk tenang dan belajar dari proses bersabar. Setiap manusia yang berhasil dari segala proses yang dilewatinya merupakan seseorang yang berhasil belajar untuk mengendalikan dirinya sendiri. Jadi, sudah siap?

WHAT TO DO:
1.Belajar untuk tenang adalah tidak memikirkan hal yang mengundang kepanikan
2.Sabar yang panjang dan memerlukan waktu untuk mengendalikan diri
3.Menikmati setiap proses agar dapat bisa mengendalikan diri

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yehezkiel 41-43

Card image
Truth Youth 08 September 2024 - CALM, CALM, CALM
2024-09-08 10:25:20


"Better a patient person than a warrior, one with self-control than one who takes a city." (Proverbs 16:32)

Every person has feelings. Whether it's anxiety, doubt, fear, or even excitement when faced with an uncomfortable situation, these emotions can dominate. Some may see challenges as opportunities to learn and grow, while others may struggle with the negative emotions that come up.

But here's the key question: Amid all these emotions, is there one that can help you master yourself? If so, which one is it? The feeling that should help someone master themselves is the awareness that it's okay to experience all these negative emotions—they are part of the process of self-control. Why is that?

Often, people resist feelings of anxiety, doubt, fear, laziness, and other negative emotions. This resistance can prevent someone from understanding and appreciating themselves because they are too preoccupied with all the possible outcomes racing through their mind. This lack of self-acceptance can lead to a loss of self-control, when in fact, experiencing these emotions is a crucial part of learning to manage oneself.

So, what happens if someone can't control themselves? First, they need to learn to be calm. This means finding a quiet place, away from noise, and perhaps listening to music that soothes them. It's about not dwelling on things that could induce panic or make them feel out of control. Second, they must learn patience. Calmness is not something that happens overnight; it requires a lot of patience and time.

Finally, it's important to enjoy the process of finding calm and learning patience. Anyone who successfully navigates these challenges is someone who has learned to control themselves. So, are you ready?

WHAT TO DO:
1. Learn to stay calm by avoiding thoughts that lead to panic.
2. Exercise patience, understanding that self-control takes time.
3. Embrace the process of gaining self-control.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 41-43

Card image
Renungan Pagi - 08 September 2024
2024-09-08 10:10:35


Terlalu mudah bagi kita berkata; "aku mengasihi Engkau, ya Yesus", ketika hidup penuh dengan berkat, tidak ada masalah, ketika doa dijawab sesuai apa yang kita harapkan. Namun bagaimana jika keadaan tidak sebaik yang kita harapkan, banyak kesulitan hidup, doa lama dijawab oleh Tuhan, apakah masih dengan mudah dapat berkata; "aku mengasihi Engkau, ya Tuhan Yesus."

"Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?" Kasih yang tulus justru terbukti ketika kita melalui pergumulan hidup dan lembah air mata, jawaban doa dari Tuhan tidak seperti yang kita harapkan, tetapi tetap dapat berkata; "Engkau tetap segalanya bagiku, Yesus, aku tetap mengasihi Engkau." (Roma 8:35)

Card image
Quote Of The Day - 08 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-08 10:05:43


Jangan kita diatur oleh keadaan, sebaliknya, kita yang harus mengatur keadaan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 08 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-08 10:04:42


Dunia membentuk kita serupa dengan dunia, tapi Roh Kudus membentuk kita serupa dengan Allah. Betapa luar biasa panggilan kita ini.

Card image
REMOVING THE ROOT OF SIN - 08 September 2024 (English Version)
2024-09-08 10:01:48


In Hebrews 2:17, it says, “In every way, He was made like His brethren.” But do not say that Jesus was an ordinary man. He was not an ordinary man; He was a man of God, a “Man of God.” The same term was applied by Paul to Timothy and to himself, meaning that believers are “men of God.” (1 Tim. 6:11). The world forms us in its likeness, but the Holy Spirit forms us in the likeness of God. How extraordinary our calling is! The position of being a mayor, governor, minister, or even president is nothing compared to being children of God, who are glorified with Jesus.

A school of life whose entrance fee could only be paid by Jesus with His blood. However, many Christians believe that entering heaven is unconditional because they are fixated on the word 'gift' or 'grace.' This is true, but it must be understood that gifts or grace come with responsibility. Eden was given to Adam for free, but there were conditions that had to be fulfilled, namely not to eat the fruit in the middle of the garden, but rather the fruit of life. Now we have the same struggle. Eat the fruit of life, not the fruit of this world. Be like God, not like the world. So, don't stop changing.

This does not mean that we want to be God who is equal to the Father. We become God in the sense of taking on God's attributes; not the superlative of His power, because the superlative of His power belongs only to God. Jesus also taught, "For Yours is the Kingdom, the power, and the glory." No one else has it, not even Jesus. But when He reached perfection, then all power in heaven and on earth was given to Him. And if we are like Jesus, the Bible says we will be glorified together with Him. So don't be surprised if in the book of Revelation it is said that there is a throne of the Lamb and the thrones of kings, namely those who are glorified together with Jesus.

Our life is only for volume two. Today we are living volume one, but we are living for the next life, not today's life. How extraordinary is the call to become children of God who must be like God. In John 10:34 it says, _"Jesus said to them, 'Is it not written in your Torah that I have said, "You are gods?" If we want to be children of God, then we must be like Jesus. Because we are not called to be ordinary people, but we are called to be men of God. So we must be curious, is our life pleasing to God or not? Have we become similar to God or not?

We must seriously take care of our inner being. Let us not be enticed by sin and remain indifferent. Indeed, we are human beings with weaknesses and shortcomings, but do we want to continue being weak until we die? Therefore, we must strip away anything within us that gives sin a foothold, so that Satan cannot touch us—because there is no more access, no connection. How do we do this? We must be renewed day by day, so that we have the thoughts and feelings of Christ. For this, we must diligently strive, transforming ourselves by the renewal of our minds and our way of thinking. We must study the word of God and experience an encounter Him daily. Every event that God allows to happen in our lives must be understood as a tool to root out any foothold of the power of darkness or sin that still exists within us.

For example, there may be a root of pride. So when we are praised or given the opportunity to be respected, pride emerges. God may break down that pride through a serious illness. However, even then, the pride may not necessarily disappear. But through that experience, a person may realize, 'It turns out, I am nobody.' The way God changes our circumstances is extraordinary. Frankly, it is a mystery and a secret, difficult to explain, and perhaps others don't need to know. But we understand that it is through these events that we truly perceive God's presence in our lives, as He transforms us so that no root of sin remains.

We must give ourselves, there must be cooperation between us and the Holy Spirit who works on us. That is why we must pray every day, meet God every day. We need His guidance. That is also why we must pray and fast, because we need to focus more on meeting God and giving ourselves to be formed. We are grateful, how patient God is in working on us. So as long as we still have a beating heart, it means that God is still giving us the opportunity to change. So, how valuable is the opportunity and time that God gives. Worldly wealth, honor, and all the pleasures of the world are temporary, which we must dare to let go of them so that we can obtain God's work and so that we can become men of God who can no longer be influenced by the world.

EVERY EVENT THAT GOD ALLOWS TO HAPPEN IN OUR LIVES MUST BE UNDERSTOOD AS A MEANS TO ROOT OUT ANY FOOTHOLD OF THE POWER OF DARKNESS OR SIN THAT STILL EXISTS WITHIN US.

Card image
MENCUNGKIL PANGKALAN DOSA - 08 September 2024
2024-09-08 09:55:45


Di dalam Ibrani 2:17 dikatakan, “Dalam segala hal, Ia disamakan dengan saudara-saudara-Nya.” Tapi jangan mengatakan bahwa Yesus adalah manusia biasa. Dia bukan manusia biasa, tapi Dia manusia Allah, "Man of God." Kata yang sama dikenakan Paulus kepada Timotius dan dikenakan pada dirinya sendiri, bahwa orang percaya adalah "man of God." Dunia membentuk kita serupa dengan dunia, tapi Roh Kudus membentuk kita serupa dengan Allah. Betapa luar biasa panggilan kita ini. Kedudukan menjadi seorang walikota, gubernur, menteri, bahkan presiden, tidak ada artinya dibanding menjadi anak-anak Allah yang dimuliakan bersama Yesus.

Sekolah kehidupan yang uang pangkalnya hanya bisa dibayar oleh Yesus dengan darah-Nya. Namun, banyak orang Kristen memahami bahwa masuk surga itu tanpa syarat, karena terpaku dengan kata "karunia" atau "anugerah." Hal itu benar, namun perlu dimengerti bahwa karunia atau anugerah itu diberikan dengan tanggung jawab. Eden diberikan kepada Adam secara gratis, tapi ada syarat yang harus dipenuhi, yaitu jangan makan buah di tengah taman, melainkan buah kehidupan. Sekarang kita punya pergumulan yang sama. Makanlah buah kehidupan, bukan buah dari dunia ini. Serupalah dengan Tuhan, bukan serupa dengan dunia. Maka, jangan berhenti berubah.

Hal ini bukan berarti kita mau menjadi Allah yang sejajar dengan Bapa. Kita menjadi Allah dalam arti mengenakan sifat-sifat Allah; bukan superlatif kuasa-Nya, sebab superlatif kuasa-Nya hanya dimiliki oleh Allah. Yesus pun mengajarkan, "Engkaulah yang empunya Kerajaan, kuasa, dan kemuliaan." Tidak ada yang punya, Yesus pun tidak punya. Tapi ketika Dia mencapai kesempurnaan, maka segala kuasa di surga dan di bumi diberikan kepada-Nya. Dan kalau kita serupa dengan Yesus, Alkitab katakan kita akan dimuliakan bersama dengan Dia. Jadi jangan heran kalau dalam kitab Wahyu dikatakan ada takhta Anak Domba dan takhta raja-raja, yaitu orang-orang yang dimuliakan bersama dengan Yesus.

Hidup kita itu hanya untuk jilid dua. Hari ini kita sedang menjalani jilid satu, namun kita hidup untuk next life, bukan hidup hari ini. Betapa luar biasa panggilan untuk menjadi anak-anak Allah yang harus serupa dengan Allah. Dalam Yohanes 10:34 dikatakan, "Kata Yesus kepada mereka: 'Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah?" Jika kita mau menjadi anak-anak Allah, maka kita harus seperti Yesus. Sebab kita tidak dipanggil menjadi manusia biasa, tapi kita dipanggil menjadi manusia Allah. Maka kita mesti penasaran, apakah hidup kita berkenan di hadapan Tuhan atau belum? Sudah serupa dengan Tuhan atau belum?

.Kita harus serius mengurusi manusia batiniah kita. Jangan sampai kita terangsang dosa dan merasa biasa saja. Kita memang manusia dengan kelemahan dan kekurangan, tapi apakah kita mau lemah terus sampai mati? Maka, tanggalkan diri kita sampai tidak ada lagi pangkalan dosa. Sehingga Iblis tidak bisa sentuh kita, karena sudah tidak ada akses, tidak ada frekuensi. Caranya bagaimana? Kita harus dibarui dari hari ke hari, supaya kita memiliki pikiran perasaan Kristus. Untuk itu, kita harus tekun berjuang. Berubahlah oleh pembaruan budi kita, cara berpikir kita. Kita harus belajar firman Tuhan dan mengalami perjumpaan dengan Tuhan setiap hari. Setiap peristiwa yang Tuhan izinkan terjadi di dalam hidup kita, harus dimengerti sebagai sarana untuk mencungkil pangkalan kuasa kegelapan atau dosa yang masih ada di dalam diri kita.

Misalnya ada pangkalan kesombongan. Jadi ketika kita dipuji atau mendapat kesempatan dihormati, ada kesombongan. Kesombongan tersebut Tuhan hancurkan lewat sakit parah. Namun, itu pun belum tentu kesombongan tersebut hilang. Tapi lewat kejadian itu baru ia sadar, “Ternyata aku bukan siapa-siapa.” Cara Tuhan merombak keadaan kita itu luar biasa. Terus terang, ini adalah misteri dan rahasia, sukar dijelaskan, dan mungkin tidak perlu orang lain tahu. Tapi kita tahu, di situlah kita mengerti kehadiran nyata Tuhan dalam hidup kita di mana lewat peristiwa demi peristiwa, Allah mengubah diri kita supaya tidak ada pangkalan dosa.

Kita harus memberi diri, harus ada kerja sama antara kita dengan Roh Kudus yang menggarap kita. Itu sebabnya mengapa kita harus berdoa setiap hari, bertemu Tuhan setiap hari. Kita membutuhkan bimbingan-Nya. Itu sebabnya juga mengapa kita harus doa puasa, karena kita perlu untuk lebih fokus bertemu Tuhan dan memberi diri dibentuk. Kita bersyukur, betapa sabarnya Tuhan menggarap kita. Maka selama masih memiliki jantung yang berdetak, artinya Tuhan masih beri kesempatan kita berubah. Jadi, betapa berharganya kesempatan dan waktu yang Tuhan berikan. Harta dunia, kehormatan, dan segala kesenangan dunia itu sementara, yang harus kita berani lepaskan demi supaya kita memperoleh penggarapan Tuhan dan agar kita bisa menjadi manusia Allah yang tidak bisa lagi dipengaruhi oleh dunia.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SETIAP PERISTIWA YANG TUHAN IZINKAN TERJADI DI DALAM HIDUP KITA, HARUS DIMENGERTI SEBAGAI SARANA UNTUK MENCUNGKIL PANGKALAN KUASA KEGELAPAN ATAU DOSA YANG MASIH ADA DI DALAM DIRI KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 September 2024
2024-09-08 09:44:39

Yehezkiel 40-42

Card image
Truth Kids 07 September 2024 - PENDENGAR YANG BAIK
2024-09-07 18:17:04


Yakobus 1:19
”Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah.”

Sobat Kids, Tuhan memberikan setiap manusia panca indra. Sesuai dengan artinya, "panca" berarti lima. Ada lima indra yang tubuh kita miliki. Apakah Sobat Kids bisa menyebutkan satu per satu panca indra kita? Ya, ada mata, telinga, hidung, kulit, dan lidah. Tuhan dengan luar biasa sudah menyiapkan panca indra kita dengan fungsinya masing-masing. Jumlahnya pun berbeda-beda. Ada yang satu, tetapi ada yang dua. Bahkan kulit ada menutupi seluruh tubuh kita.

Pasti ada maksud Tuhan memberikan dua telinga dan satu mulut. Mengapa jumlah telinga kita lebih banyak daripada mulut? Tuhan ingin kita lebih banyak mendengar daripada berbicara.

Seperti ayat firman Tuhan hari ini, kita diingatkan untuk lebih cepat mendengar daripada berkata-kata. Mendengarkan cerita teman dengan penuh perhatian dan sabar, juga bisa menjadi cara kita berbuat baik. Kita bisa mempraktikan buah Roh kebaikan dengan menjadi pendengar yang baik.

Yuk, kita dengerin teman-teman yang ingin bercerita kepada kita, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 07 September 2024 - PENDENGAR
2024-09-07 18:14:33


Yakobus 1:19
”Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah.”

Apakah Sobat Junior ingat tentang pelajaran panca indra? Sesuai dengan kata ‘panca’ yang berarti lima, Tuhan memberikan kita 5 indra untuk merasa. Masing-masing panca indra Tuhan ciptakan dengan jumlah yang sudah dipikirkan oleh-Nya. Manusia memiliki satu mulut dan dua telinga. Mengapa jumlah telinga lebih banyak daripada mulut? Coba kalian bayangkan jika jumlah mulut lebih banyak daripada jumlah telinga? Hihhh… tidak terbayang betapa ributnya dunia ini.

Tuhan menciptakan telingat lebih banyak daripada mulut, sehingga manusia bisa lebih banyak mendengar daripada berkata-kata. Seperti ayat firman Tuhan hari ini, cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata. Kita harus pikir terlebih dahulu kata-kata yang ingin kita ucapkan. Jangan mengucapkan kata yang sia-sia.

Kebaikan yang bisa kita lakukan dengan telinga adalah mendengarkan cerita teman kita. Terkadang teman hanya butuh didengarkan untuk merasa lebih baik. Dengarkan cerita mereka dengan penuh perhatian dan sabar. Mungkin kita tidak selalu bisa memberikan solusi atas setiap masalah yang teman kita hadapi. Namun, kita bisa berdoa untuk mereka. Tuhan yang juga seorang Pendengar yang baik, akan mendengar setiap doa kita dan menjawabnya sesuai dengan waktu-Nya.

Card image
Truth Youth 07 September 2024 (English Version) - BURDEN OF THE HUMAN SOUL
2024-09-07 18:08:42


"For you are not being burdened so that others may have relief while you are hard pressed, but that there might be equality. At the present time, your surplus will supply their need, so that in turn their surplus will supply your need. The goal is equality." (2 Corinthians 8:13-14)

Humans are social beings, where everyone's life depends on others, from fulfilling primary needs like food and drink to sustain energy, to tertiary needs like leisure activities or hobbies. However, each of these human needs carries its own burden.

Simply put, humans do not only engage in activities to fulfill their physical, visible needs, such as working or studying. They also need to meet the needs of their souls. Sometimes, physical activities like work and learning can exhaust the soul, imposing what we can call a burden on the soul.

This need for the soul can be challenging to fulfill because it is often invisible and easily overlooked, leading to a sense of an unfulfilled soul burden. This situation can make it difficult for people to organize their lives, as a life that seems physically perfect and well-provided for may not necessarily mean that the soul's needs are met or even acknowledged.

So, what are these soul needs? They encompass anything that can calm and bring joy to a person's soul, and fulfilling these needs often requires simple actions. For example, appreciating and being appreciated for various deeds, being respected and valued through words and actions, and listening to and being listened to by close ones.

These simple actions need to be communicated with kindness and politeness to ensure that the good intentions behind them are not misinterpreted. Additionally, efforts should be made to avoid harsh behavior. All these actions help balance the deficiencies and strengths people have. So, are you ready to start with the simple things?

WHAT TO DO:
1. Fulfill soul needs, even though it may be challenging, to achieve balance.
2. Appreciate and be appreciated within your surroundings.
3. Listen to and be listened to by those closest to you.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 39-40

Card image
Truth Youth 07 September 2024 - BEBAN JIWA MANUSIA
2024-09-07 17:59:15


”Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan. Maka, hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan.” (2 Korintus 8:13-14)

Manusia adalah makhluk sosial, di mana semua manusia hidupnya bergantung dari orang lain, mulai dari memenuhi kebutuhan primer, seperti makan dan minum untuk mengisi tenaga. Hingga kebutuhan tersier, seperti jalan-jalan atau melakukan hobi. Tetapi, setiap kebutuhan manusia ini memiliki bebannya masing-masing.

Secara sederhana seperti ini, manusia itu tidak hanya melakukan segala sesuatunya dan beraktivitas hanya untuk memenuhi kebutuhan primernya atau tersiernya secara fisik yang terlihat oleh mata kita. Namun, manusia juga perlu memenuhi kebutuhan mereka secara jiwa. Karena terkadang kegiatan aktivitas mereka secara fisik seperti bekerja, belajar, dan berbagai aktivitas lain bisa membuat mereka lelah secara jiwa, atau dengan kata lain memberikan beban jiwa.

Hal ini mungkin terbilang sulit untuk dipenuhi, karena kebutuhan jiwa terkadang tidak terlihat dan sering kali kita abaikan sehingga merasakan ada beban jiwa yang belum terpenuhi dengan baik. Ini cukup membuat semua manusia kesulitan untuk menata kehidupannya, karena terkadang kehidupan fisik yang terlihat sempurna dan terpenuhi dengan baik, belum tentu kehidupan jiwanya sudah tertata dengan baik atau bahkan sama sekali belum terpenuhi.

Jadi, apa saja kebutuhan jiwa kalau begitu? Kebutuhan jiwa adalah segala sesuatu yang bisa menenangkan dan menyenangkan jiwa seorang manusia, dan untuk memenuhi kebutuhan jiwa tersebut sebenarnya hanya dibutuhkan beberapa tindakan sederhana. Seperti, mengapresiasi ataupun diapresiasi segala bentuk tindakan yang ada, dihargai, dan dihormati melalui tutur kata dan tindakan, selain itu mendengarkan dan didengarkan oleh orang-orang terdekat.

Tindakan-tindakan sederhana ini perlu diisi dengan penyampaian yang baik dan sopan, agar tidak merusak maksud baik yang sebenarnya ingin kita sampaikan. Juga berusaha untuk tidak bertindak kasar. Semua tindakan ini akan menyeimbangkan antara kekurangan dan kelebihan yang mereka miliki. Jadi, apakah kamu siap bertindak dari hal-hal sederhana?

WHAT TO DO:
1.Kebutuhan jiwa perlu dipenuhi meskipun sulit untuk keseimbangan
2.Mengapresiasi dan apresiasi dalam lingkungan sekitar
3.Mendengarkan dan didengarkan oleh orang-orang terdekat

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yehezkiel 39-40

Card image
Renungan Pagi - 07 September 2024
2024-09-07 17:56:04


Kita harus punya tekad untuk selalu hidup dalam kasih, kasih kepada Tuhan dan kepada sesama, sebab kasih kepada Tuhan harus terlihat nyata dari kasih pada sesama. Kita tidak dapat berkata mengasihi Tuhan, namun membenci saudara atau sesama. Jika berlaku demikian, maka kita adalah "pendusta".

"Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah" dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya."

Dan kasih itu juga seharusnya terlihat dari perkataan kita, memang kasih bukan hanya bicara, kasih itu janganlah pura-pura. Jika kita suka memberi, suka menolong orang lain, tetapi apa artinya jika memberi dan menolong orang lain, kemudian perkataan kita melukai dan mematahkan semangat orang itu, dengan membangkit-bangkitkan pertolongan, menceritakan pada banyak orang kalau sudah menolong orang itu, hal itu pasti akan membuat orang yang ditolong merasa dihina dan direndahkan.

Jadi orang yang mengasihi bukan sekedar lemah lembut perkataannya, tetapi perkataan yang membangun, meneduhkan hati, memberi kedamaian serta menuntun orang pada kebenaran dan kasih Ilahi. Kiranya demikianlah kita hidup dalam kasih Tuhan dan mengasihi sesama.
(1 Yohanes 4:20)

Card image
Quote Of The Day - 07 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-07 17:54:05


Kalau kita menunda pertobatan, maka jiwa kita diisi kuasa gelap, sehingga irama hidup kita dan cita rasa jiwa kita rusak, dan kita tidak pernah menjadi rohani.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 07 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-07 17:52:03


Jadi kalau Yesus menjadi model atau teladan kita, maka kita pun harus mencapai yang Yesus capai.

Card image
THE IMPULSE OF SIN - 07 September 2024
2024-09-07 13:12:01


Generally, humans are moved, influenced, and controlled by their environment. What happens in people's lives, the conditions they live in, and their surroundings control, dominate, and influence a person's life. If this continues, the inner state of that person or their spiritual quality becomes colored by their environment. To some extent, a person loses their self-freedom. They become captive to their surroundings, and their inner condition mirrors their environment. In Romans 12:2, the Word of God says, "Do not conform to the pattern of this world, but be transformed by the renewing of your mind, so that you may test and approve what God's will is—his good, pleasing, and perfect will."

From childhood, the world has shaped and nurtured us. We must break free and be liberated from this condition. Now that we know the true God, and know the Lord Jesus Christ who is preparing us to enter His Kingdom, there must be a change within us. And this is not easy; it is a struggle that must be undertaken, not for one or two months, not for one or two years, but throughout our lives, so that the atmosphere of the Kingdom of Heaven fills our hearts. This is why we are being discipled, continuously shaped without end.

Many Christians think that entering heaven is unconditional, that what matters is believing in Jesus as Lord and Savior. By believing in Jesus as Lord and Savior, they think their sins are forgiven, settled on the cross. This is seen as a kind of ticket to enter heaven. This is the mindset of many, perhaps almost all, Christians. Moreover, with teachings that Christians are predestined for salvation, and once destined for salvation, they will surely be saved. However, when we read the Bible, the Word of God clearly says that only those who do the will of the Father will enter heaven; only those who separate themselves from the world and do not touch what is unclean are accepted by the Father.

The Lord Jesus gave a parable about a banquet hosted by a nobleman, concluding with the statement: "Many are called, but few are chosen." This parable illustrates or shows that people who are called to attend a banquet are not guaranteed that they will be allowed to attend the banquet. The invitation is given free of charge, but invited guests must wear party clothes. And the party clothes must be made by ourselves, not provided. May the Lord open our minds to see how broken our condition is, and how far we are from the standard of holiness that God desires.

The world can still tempt Christians with beauty or opportunities to sin. If we are still tempted, it means our hearts are not yet clean, and we are not yet worthy to enter the Kingdom of Heaven. If someone sees something and still desires it, feeling incomplete or unhappy without it, it means there is still a foothold for sin or worldliness within them. This foothold has been sown by the powers of darkness since childhood. For example, when tempted by adultery, they still commit it. When provoked to anger, hatred, or offense, they still give in. Our environment should not control us.

Supposedly, when faced with temptation or the impulse to sin, we should no longer be attracted. Not only should we refrain from sinning, but we should reach the point where we are incapable of sinning. There should be no desire to act, no desire to covet. This is the kind of heart that God desires. This is what the Bible refers to as putting on the divine nature (2 Peter 1:3-4). Jesus became the firstborn, meaning the first to succeed in embodying God's nature. In Him, there was no intention to sin, no desire for this world, yet He was tested to worship the devil. Jesus refused, stating that we must worship God alone.

So if Jesus is our role model, then we must also strive to achieve what He achieved. The attributes of God must be fully present in our lives as we put on the divine nature, no longer stirred by the sin around us, and no longer attracted by impulses, stimuli, or temptations. Jesus struggled to reach this. He learned obedience (Hebrews 5:7-9). In Luke 2, it says, 'He increased in wisdom and stature, and in favor with God and men.' This, too, was a process—not immediate, but in the end, Jesus achieved a life that was pleasing to God; however, it was not automatic."

THE WORLD CAN STILL TEMPT CHRISTIANS WITH BEAUTY OR OPPORTUNITIES TO SIN, AND IF WE ARE STILL TEMPTED, IT MEANS OUR HEARTS ARE NOT YET CLEAN, AND WE ARE NOT YET WORTHY TO ENTER THE KINGDOM OF HEAVEN.

Card image
IMPULS DOSA - 07 September 2024
2024-09-07 13:08:44


Pada umumnya manusia digerakkan, dipengaruhi, dikontrol oleh lingkungannya. Apa yang terjadi dalam kehidupan manusia di sekitar, kondisi hidup, lingkungan itulah yang mengontrol, mengendalikan, menguasai hidup seseorang. Dan jika hal itu berlangsung terus-menerus, maka keadaan batiniah orang tersebut atau kualitas hidup rohani orang tersebut terwarnai oleh lingkungannya. Sampai pada tingkat tertentu, manusia kehilangan kemerdekaan diri. Dia telah tersandera oleh lingkungannya dalam bentuk keadaan batiniahnya menjadi seperti warna lingkungannya. Di dalam Roma 12:2 firman Tuhan mengatakan, "Janganlah kamu serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah; apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna."

Dari sejak kanak-kanak, dunia telah membentuk dan mengasuh kita. Kita harus bebas, dimerdekakan dari keadaan ini. Sekarang, setelah kita mengenal Allah yang benar, mengenal Tuhan Yesus Kristus yang mempersiapkan kita untuk masuk Kerajaan-Nya, harus terjadi perubahan di dalam diri kita. Dan ini bukan sesuatu yang mudah; ini adalah sebuah perjuangan yang harus ditempuh, bukan satu dua bulan, tidak cukup satu dua tahun, tetapi sepanjang hidup kita, agar suasana Kerajaan Surga yang memenuhi hati kita. Itulah sebabnya kita dimuridkan, terus dibentuk tiada henti.

Banyak orang Kristen yang berpikir bahwa masuk surga itu tanpa syarat, yang penting percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Dengan percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, artinya dosa-dosanya diampuni, diselesaikan di kayu salib. Itu semacam tiket untuk masuk surga. Dan itu yang ada di dalam pikiran banyak orang Kristen, bisa-bisa hampir semua orang Kristen. Ditambah lagi dengan ajaran bahwa orang-orang Kristen sudah ditentukan untuk selamat, dan sekali ditentukan selamat, maka pasti selamat. Padahal, kalau kita membaca Alkitab, firman Tuhan jelas mengatakan hanya orang yang melakukan kehendak Bapa yang masuk surga; hanya orang yang memisahkan diri dari dunia dan tidak menjamah apa yang najis yang diterima oleh Allah Bapa.

Tuhan Yesus memberikan perumpamaan tentang pesta perjamuan yang diadakan oleh seorang bangsawan. Yang di dalam perumpamaan itu, Tuhan Yesus mengakhiri dengan kalimat: "Banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang terpilih."

Perumpamaan ini menggambarkan atau menunjukkan bahwa orang yang dipanggil untuk mengikuti pesta perjamuan tidak jaminan kalau ia boleh mengikuti pesta tersebut. Undangan diberikan gratis, tetapi tamu yang diundang harus mengenakan baju pesta. Dan baju pestanya harus diusahakan sendiri, bukan disiapkan. Kiranya Tuhan membuka pikiran kita untuk dapat melihat betapa rusaknya keadaan kita ini, betapa jauhnya keadaan kita dari standar kesucian yang Allah kehendaki.

Dunia masih bisa merangsang orang Kristen dengan keindahan atau kesempatan berbuat dosa dan kalau kita masih terangsang, itu berarti bejana hati kita belum bersih, sehingga kita belum layak masuk Kerajaan Surga. Kalau seseorang melihat sesuatu, lalu ia masih mengingini dan rasanya kalau tidak memiliki sesuatu itu dia merasa kurang lengkap atau kurang bahagia, itu berarti masih ada pangkalan dosa, pangkalan dunia di dalam dirinya. Dan itu diletakkan, disemai oleh kuasa kegelapan sejak kanak-kanak. Misalnya, ketika ada stimulus untuk berzina, ia masih berzina. Ada stimulus untuk marah, membenci, tersinggung, ia masih marah, membenci dan tersinggung. Mestinya lingkungan tidak boleh mengontrol kita.

Seharusnya, kalau ada stimulus, ada rangsang, ada impuls dosa, kita sudah tidak tertarik. Bukan hanya tidak berbuat dosa, melainkan sampai tidak bisa berbuat dosa. Sudah tidak ada gairah untuk melakukan, tidak ada gairah untuk mengingini. Hati seperti inilah yang Allah kehendaki. Di sinilah yang dimaksud Alkitab sebagai mengenakan kodrat ilahi (2 Ptr. 1:3-4). Yesus menjadi yang sulung, artinya menjadi yang pertama yang berhasil mengenakan sifat Allah, kodrat Allah. Di dalam Dia tidak ada niat berbuat dosa, di dalam Dia tidak ada niat mengingini dunia ini, tapi Dia diuji untuk mau menyembah Iblis. Yesus tidak mau dan Ia mengatakan bahwa kita harus menyembah Allah.

Jadi kalau Yesus menjadi model atau teladan kita, maka kita pun harus mencapai yang Yesus capai. Bagaimana sifat-sifat Allah dikenakan seutuhnya dalam hidup kita, di mana kita mengenakan kodrat ilahi yang tidak akan terangsang lagi oleh dosa yang ada di sekitar kita, tidak lagi tertarik oleh impuls, stimulus, rangsangan yang ada di sekitar kita. Yesus berjuang untuk mencapai itu. Dia belajar taat (Ibr. 5:7-9). Dalam Lukas 2 dikatakan, "Ia bertambah hikmat-Nya, makin berkenan di hadapan Allah dan manusia." Itu pun proses, tidak seketika berkenan, tapi pada akhirnya Yesus mencapai kehidupan yang berkenan di hadapan Allah; tapi bukan otomatis.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DUNIA MASIH BISA MERANGSANG ORANG KRISTEN DENGAN KEINDAHAN ATAU KESEMPATAN BERBUAT DOSA DAN KALAU KITA MASIH TERANGSANG, ITU BERARTI BEJANA HATI KITA BELUM BERSIH, SEHINGGA KITA BELUM LAYAK MASUK KERAJAAN SURGA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 September 2024
2024-09-07 13:04:52

Yehezkiel 37-39

Card image
Truth Kids 06 September 2024 - INISIATIF UNTUK MENOLONG
2024-09-06 18:22:32


Galatia 6:2
”Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.”

Andre melihat temannya jatuh ketika di toilet sekolah, sehingga celananya basah karena tersiram air. Dia malu untuk keluar karena takut diejek mengompol oleh teman teman yang lain. Di sana Adam tidak menertawakan atau mengejeknya, malah ia berinisiatif untuk menolong dengan berkata, "Kamu tunggu di sini saja. Biar aku yang keluar bertanya pada ibu guru, siapa tahu ada celana ganti, ya." Tak lama, Andre bersama seorang guru datang untuk membantu temannya berganti celana.

Nah, Sobat Kids, dari kisah Andre di atas, kita belajar satu hal lagi dalam memberi yang tak terlihat yaitu memberi pertolongan. Andre bisa saja memilih untuk mengejek temannya atau meninggalkannya begitu saja tanpa berbuat apa-apa, tetapi dia tidak melakukannya. Ia melakukan hal yang seharusnya dia lakukan sebagai anak Allah, yaitu menolong orang lain yang sedang kesulitan. Jadi kalau kita melihat orang lain sedang kesulitan, ayo mulai bergerak untuk memberikan pertolongan. Itulah yang diinginkan Tuhan. Kita bisa saling membantu satu sama lainnya.

Card image
Truth Youth 06 September 2024 (English Version) LOVE ALL THE LIVING THINGS
2024-09-06 18:15:26


"God blessed them and said to them, 'Be fruitful and multiply, and fill the earth and subdue it. Have dominion over the fish of the sea, and over the birds of the sky, and over every living thing that moves on the earth.'" (Genesis 1:28)

Humans must love everything that lives on this earth. This means that we should not only love our fellow humans but also all of God's creations. Genesis 1:28 contains the mandate given by God to humans, which is to fill the earth and have dominion over it. In this context, we are given the responsibility to care for and love one another, including all of creation. Exploiting nature is one of the worst actions humans can take against God’s creation, driven by selfishness and greed.

If humans are content with what they have, love all entities on earth, and are sensitive to everything happening in their environment, they should naturally care for the universe. The world we inhabit is indeed temporary, but it is the most comfortable place God has given us as our temporary home, which we must protect and preserve. By damaging nature, humans unconsciously destroy their own home, and in the end, they will suffer the consequences of their evil actions.

Loving God sincerely means we must also love and care for the environment in which we live now. This is a fundamental indicator of our love for God—being sensitive to everything that lives, loving it, and caring for it earnestly. Life is short, but in this short life, be someone who is kind and attentive to others and to nature. Make your life meaningful by taking care of God’s creation and contributing to the sustainability of the universe. If God has given us the mandate to care for the environment we live in, then do so wholeheartedly. Do everything with love, the same love we have for Him.

WHAT TO DO:
1. Take care of and nurture nature wholeheartedly.
2. Love all living things just as we love Him.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 36-38

Card image
Truth Youth 06 September 2024 - LOVE ALL THE LIVING THINGS
2024-09-06 18:12:00


”Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” (Kejadian 1:28)

Manusia harus mengasihi segala sesuatu yang hidup di muka bumi ini. Artinya, kita seharusnya ga hanya mengasihi sesama manusia saja, tetapi seluruh ciptaan yang telah diciptakan oleh Tuhan juga. Kejadian 1:28 memuat mandat yang diberikan Allah kepada manusia, yaitu memenuhi bumi dan berkuasa atasnya, yang dalam hal ini kita diberikan tanggung jawab untuk saling memelihara dan mengasihi. Mengeksploitasi alam adalah salah satu tindakan terburuk yang dilakukan manusia terhadap ciptaan Tuhan, karena dilatarbelakangi oleh keegoisan dan ketamakan manusia.

Jika manusia merasa cukup dengan apa yang ia punya, memiliki kasih kepada seluruh entitas di muka bumi, dan peka akan segala hal yang terjadi di lingkungannya, seharusnya ia pun akan memelihara alam semesta ini. Dunia yang kita huni memang sungguh sementara, tetapi inilah tempat ternyaman yang diberikan Allah sebagai rumah kita sementara yang harus kita jaga dan pelihara. Dengan merusak alam, manusia tanpa sadar merusak tempat tinggalnya sendiri, dan pada akhirnya ia sendiri yang akan merasakan ulah dari perbuatan jahatnya.

Mengasihi Dia dengan sungguh berarti kita harus mengasihi dan merawat alam di mana kita hidup sekarang. Hal ini adalah indikator mendasar bila kita mengasihi Allah, yaitu memiliki kepekaan atas segala sesuatu yang hidup, mengasihinya, dan menjaganya dengan sungguh. Hidup memang singkat, tetapi di hidup yang singkat ini jadilah orang yang baik dan penuh perhatian kepada sesama dan alam. Jadikanlah hidup kita bermakna dengan cara merawat ciptaan Tuhan dan memberikan yang terbaik bagi keberlangsungan hidup semesta. Jika Allah memberikan kita mandat untuk menjaga alam tempat kita tinggal, maka lakukanlah itu dengan sepenuh hati. Lakukanlah semuanya dengan kasih, tentu dengan kasih yang sama yang kita miliki terhadap-Nya.

WHAT TO DO:
1.Menjaga alam dan merawatnya sepenuh hati.
2.Mengasihi segala yang hidup, sama seperti kita mengasihi-Nya.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yehezkiel 36-38

Card image
Renungan Pagi - 06 September 2024
2024-09-06 18:08:06


Jika mau jujur sebagian besar perkataan sia-sia dan tak berguna kita ucapkan saat sedang marah. Sebab apa yang kita ucapkan tidak dipikirkan lebih dulu, semua keluar dari mulut tanpa kendali karena pikiran dikuasai emosi. "Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam."

Sela". Itu sebabnya mengapa Tuhan mengajarkan kepada pemazmur bahwa ketika sedang marah, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah berdiam diri. Waktu berdiam diri itu, renungkanlah apakah harus marah dan layak untuk marah? Sebab jika membiarkan kemarahan menguasai hati dan pikiran, hal itu tidak akan membuat kita mengerjakan hal-hal baik yang menyukakan hati Tuhan, bahkan kemarahan membuat kita menjadi orang bodoh yang tidak melakukan kebenaran.

Kemarahan dapat membawa kepada kejahatan. "Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan." Marilah sebagai anak-anak Tuhan, belajar menguasai diri sebagai tanda permulaan mau diubahkan oleh Tuhan dan menghasilkan buah roh dalam kehidupan kita, sebab "penguasaan diri" adalah kunci dari seluruh rangkaian buah roh yang harus kita hasilkan sebagai buah pertobatan.
(Mazmur 4:4; Mazmur 37:8)

Card image
Quote Of The Day - 06 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-06 18:05:51


Masalah keselamatan dan keberkenanan di hadapan Tuhan itu tidak relatif, tapi mutlak, dan kompleks.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 96 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-06 18:04:22


Puncak kemenangan Yesus adalah ketika Dia ada di kayu salib di bukit Kalvari, tapi pintu gerbang kemenangan-Nya adalah ketika di Taman Getsemani dan mengatakan, “Bukan kehendak-Ku, Bapa, tapi kehendak-Mu.”

Card image
OWING OUR LIFE - 06 September 2024 (English Version)
2024-09-06 18:01:51


Let us reflect: how can someone who has been redeemed still feel entitled? Who has been teaching us all this time? Something is wrong, something is mistaken. And that is our foolishness, our mistake. Therefore, we must change, we must repent. However, if we remain stubborn, God won’t force us. But if we say, "Take me, Lord, have me," then we are close to God. There will come a time when we no longer have the chance to release our rights, but instead we are forced to let them go, and we have nothing. If we understand that we owe our life, it means we must return our life to God.

Every person should actually be a full-timer. The measure of being a full-timer isn’t about not working in a secular job and only being active in the church environment. A full-timer or not is not measured by profession or working hours, but by the attitude of the heart. A full-timer is someone who is aware that their life is not their own. And the principle is: “Whether I eat or drink or do anything else, I do everything for the glory of God.” So, if we are not full-time for God, then we are rebels.

Our standard of living is our whole life for God. For example, in terms of tithing, it is not how much percentage of money we give, but how our attitude in seeing everything we have belongs to God. Because whatever we have, even the smallest particle, all belongs to God. As for how much we want to give, it is up to the Holy Spirit for what and how, let the Holy Spirit lead. The important thing is, we must not feel like we have any rights. We must be trusted by God, because God's great work is on our shoulders. This is not only about money, but also about feelings. Feelings are more difficult than money. People can let go of money, but they can't necessarily let go of their feelings.

Many people serve God but enjoy their entitlements in ministry; if not in money, then because of in honor or position. They enjoy their position because of the honor that comes with it. It is not wrong to enjoy a position, but there is responsibility and devotion, so what we should enjoy is the service, not the honor. If we want to be true Christians, look at how our Lord Jesus Christ released all His rights. Even in the midst of crisis when He struggled—whether to continue living in the Father's will or His own will, with great tension until His sweat dripped like drops of blood—He concluded with the words, "Not My will, but Yours be done." There, He gave up all His rights.

The pinnacle of Jesus' victory was when He was on the cross at Calvary, but the gateway to His victory was when He was in the Garden of Gethsemane and said, “Not My will, Father, but Yours.” God teaches us to have that same prayer, so that every day when we make decisions, we are brought to our own Gethsemane. The meaning of the name Gethsemane is "the place of crushing." Just as an olive seed, which is hard and useless before being crushed, releases oil with many uses, we too must be crushed until we surrender all our rights into God's hands, until we no longer have our own life, because we have given our life into His hands.

There should be no hobby or enjoyment in which God does not partake with us. Just as consuming unhealthy food can harm our bodies. Likewise, our minds can be distracted if unhealthy things enter our souls. Above all, we must keep our lives holy so that we are not conformed to this world. We have chosen the New Jerusalem, and we will not return to where we came from. We want to continue walking and soaring toward the new heaven and new earth. Like a soldier sent to the battlefield, he never thinks of returning home, because enemy bullets might tear through his chest and end his life, but he dedicates himself to his country or the king.

However, the king has never done anything for the soldier. So, what have we done for the Lord Jesus, who gave His life for us? What dedication have we made? Let us not lose the opportunity to serve the King of kings, for it is an honor. When we meet the Lord Jesus, who will reign in the Kingdom of God, we will be deeply grateful and feel fortunate that we surrendered our rights for the sake of our Great King. We will sit with the Lord in glory.

IF WE UNDERSTAND THAT WE OWE OUR LIFE, THEN WE MUST RETURN OUR LIFE TO GOD.

Card image
BERUTANG KEHIDUPAN - 06 September 2024
2024-09-06 17:57:57


Coba kita renungkan, bagaimana mungkin seorang yang ditebus masih merasa punya hak? Siapa yang mengajar kita selama ini? Ada yang salah, ada yang keliru. Dan itu adalah kebodohan kita, kesalahan kita. Maka kita harus berubah, kita harus bertobat. Namun kalau kita masih berkeras, Tuhan tidak paksa. Tapi kalau kita berkata, "Ambil, Tuhan, milikilah aku," maka kita berada di dekat Tuhan. Ada saat di mana kita tidak akan punya kesempatan melepaskan hak, tapi kita dipaksa untuk melepaskannya, dan kita tidak punya apa-apa. Maka kalau kita mengerti bahwa kita berutang kehidupan, berarti kita harus mengembalikan hidup kita untuk Tuhan.

Mestinya setiap orang itu menjadi full timer. Ukuran full timer itu bukan tidak bekerja di pekerjaan sekuler, lalu menjadi orang yang hanya aktif di lingkungan gereja. Full timer atau bukan, tidak diukur dari profesi, atau dari jam-jam kerja di mana dia bekerja, tapi dari sikap hati. Jadi, full timer adalah orang yang memiliki kesadaran bahwa dirinya bukan miliknya. Dan prinsipnya adalah: “Baik aku makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, aku lakukan semua untuk kemuliaan Tuhan.” Jadi kalau kita tidak full time untuk Tuhan, maka kita adalah pemberontak.

Standar hidup kita adalah segenap hidup untuk Tuhan. Misalnya dalam hal perpuluhan, bukan berapa persen jumlah uang yang kita berikan, melainkan bagaimana sikap hati kita dalam memandang semua yang ada pada kita adalah milik Tuhan. Sebab apa pun yang kita miliki, partikel paling kecil pun, semua milik Tuhan. Soal berapa yang kita mau berikan, terserah Roh Kudus untuk apa dan bagaimana, biar Roh Kudus pimpin. Yang penting, kita tidak boleh merasa memiliki hak apa pun. Kita harus bisa dipercayai Tuhan, karena pekerjaan Tuhan yang besar yang ada di pundak kita. Ini bukan hanya soal uang, tapi juga soal perasaan. Perasaan lebih sulit daripada uang. Orang bisa melepaskan uang, tapi belum tentu bisa melepaskan perasaannya.

Tidak sedikit orang yang melayani Tuhan, namun menikmati hak-haknya di pelayanan; kalaupun bukan uang, karena kehormatan atau kedudukan. Ia menikmati kedudukan karena ada kehormatan di situ. Tidak salah menikmati kedudukan, tapi ada tanggung jawab dan pengabdian sehingga yang kita nikmati adalah pengabdiannya, bukan kehormatannya. Kalau kita mau menjadi Kristen yang benar, lihat bagaimana Tuhan kita Yesus Kristus melepaskan semua hak-Nya. Bahkan di tengah-tengah krisis ketika Dia berjuang—apakah tetap hidup di dalam kehendak Bapa atau kehendak diri-Nya sendiri dengan ketegangan yang tinggi sampai peluh-Nya menetes seperti tetes darah—Dia mengakhiri dengan ucapan, "Bukan kehendak-Ku yang jadi, tapi kehendak-Mulah." Di situ Dia melepaskan seluruh hak-Nya.

Puncak kemenangan Yesus adalah ketika Dia ada di kayu salib di bukit Kalvari, tapi pintu gerbang kemenangan-Nya adalah ketika di Taman Getsemani dan mengatakan, “Bukan kehendak-Ku, Bapa, tapi kehendak-Mu.” Tuhan mengajar kita untuk punya doa seperti itu, setiap hari ketika kita hendak mengambil keputusan, kita dibawa ke Getsemani. Arti nama Getsemani adalah tempat peremukan. Sebagaimana biji zaitun yang keras—yang tidak berguna sebelum diremukkan—akan mengeluarkan minyak yang memiliki banyak kegunaan. Kita pun harus diremukkan sampai seluruh hak kita, kita serahkan dalam tangan Tuhan, sampai kita tidak memiliki kehidupan kita sendiri karena kehidupan kita telah kita serahkan di dalam tangan Tuhan.

Tidak boleh ada hobi atau kesenangan yang Tuhan tidak ikut menikmatinya. Seperti tubuh, jika masuk makanan sembarangan dapat membuat kita tidak sehat, demikian pula pikiran kita; jika ada sesuatu yang masuk yang tidak sehat untuk jiwa kita, maka dapat mendistrak kita. Lebih dari apa pun, kita harus lakukan untuk menjaga kesucian hidup agar kita tidak serupa dengan dunia ini. Yerusalem Baru telah kita pilih, dan kita tidak kembali ke tempat di mana kita berasal. Kita mau jalan dan terbang terus sampai ke langit baru bumi baru. Seperti seorang prajurit yang dikirim ke medan perang, ia tidak pernah berpikir akan pulang kembali, sebab mungkin peluru musuh akan merobek dada dan mengakhiri nyawanya, tapi dia mengabdikan dirinya untuk negaranya atau rajanya.

Padahal, sang raja yang tidak pernah buat apa-apa untuk sang prajurit. Lalu apa yang sudah kita lakukan selama ini untuk Tuhan Yesus yang telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita? Pengabdian apa yang sudah kita buat? Jangan sampai kita kehilangan kesempatan untuk melayani Raja di atas segala raja, sebab itu adalah suatu kehormatan. Ketika kita nanti bertemu dengan Tuhan Yesus yang menjadi Raja di Kerajaan Allah, kita akan sangat bersyukur dan beruntung karena kita telah menyerahkan hak kita untuk kepentingan Maha Raja kita. Kita akan duduk bersama dengan Tuhan dalam kemuliaan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA MENGERTI BAHWA KITA BERUTANG KEHIDUPAN, BERARTI KITA HARUS MENGEMBALIKAN HIDUP KITA UNTUK TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 September 2024
2024-09-06 17:54:00

Yehezkiel 34-36

Card image
Truth Kids 05 September 2024 - SENYUM ITU MUDAH DAN GRATIS
2024-09-05 18:23:52


Filipi 4:4
”Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”

Sobat Kids, kemarin kita sudah belajar untuk memberi maaf dan lemah lembut dalam berbicara serta menggunakan kata-kata yang baik. Hari ini kita belajar untuk memberi keramahan kepada orang lain. Bersikap ramah tidak mesti kita menyapa atau mengajak ngobrol semua orang yang kita temui, Sobat Kids. Kita bisa bersikap ramah kepada orang lain dengan tersenyum. Mudah, bukan? Pasti semua Sobat Kids bisa melakukannya. Dan, tersenyum itu gratis loh, jadi tidak ada ruginya.

Senyum yang kita berikan itu bisa menular, Sobat Kids. Kalau kita tersenyum, tandanya kita juga mengajak orang lain merasa senang. Jika tidak percaya, coba nanti kita lakukan bersama, ya. Saat bertemu teman di sekolah atau siapa pun, mulailah untuk menyapa dengan senyuman. Terkadang satu senyuman juga bisa membuat hati yang sedih merasa sedikit lebih baik, loh, Sobat Kids. Jadi, tunggu apalagi? Ayo, kita mulai belajar menjadi anak yang ramah dengan cara memberikan senyuman manis kepada siapa pun yang kita temui.

Card image
Truth Junior 05 September 2024 - STAY HAPPY
2024-09-05 18:21:42


Filipi 4:4
”Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”

“Gimana mau happy kalau dikasih banyak tugas terus setiap hari?! Belum lagi ada tugas kelompok, projek dari beberapa guru. Uuuhhh…! Satu tugas belum selesai, sudah dikasih tugas lainnya lagi!” keluh Dito saat tiba di rumah sepulang dari sekolah. Dia pun menjatuhkan dirinya ke atas sofa di ruang keluarga rumahnya. Mama yang mendengar keluhan Dito, segera menghampiri anaknya. Dengan lembut mama bertanya, “Anak Mama ini kenapa? Kok datang-datang langsung ngomel-ngomel? Coba kamu cerita sama mama.” “Ini, Ma. Tugas sekolahku banyak sekali. Coba, mana yang Dito mesti kerjain duluan? Heran, deh… apa gak bisa guru buat muridnya happy tanpa tugas?” ujar Dito menceritakan keluh kesahnya. “Dito, pasti guru-guru kamu mau lihat semua muridnya happy saat belajar di sekolah atau mengerjakan tugas di rumah. Justru guru memberikan tugas supaya kamu bisa mengerti pelajaran yang disampaikan guru. Lagian tahun depan kamu akan naik kelas 6. Kamu akan ada ujian untuk kelulusan. Jadi kamu harus bersiap sejak sekarang. Kamu juga harus mengerti, semakin tinggi kelas kamu, tugas dan pelajarannya akan semakin sulit. Namanya juga naik kelas, tingkat kesulitannya juga akan naik level. Jadi saat kamu kuliah nanti bahkan saat bekerja, kamu sudah terbiasa tekun bekerja dan menyelesaikan tugas tepat waktu. Sini, Mama bantu. Kita mulai kerjakan dari tugas yang akan dikumpul lebih awal, ya. Kamu mandi dan makan dulu. Setelah itu, Mama akan temani kamu belajar,” nasihat mama sambil membelai kepala Dito.

Sobat Junior, apakah kalian pernah merasakan hal yang sama seperti cerita Dito di atas? Ingatlah untuk tetap tekun mengerjakan tugas kalian. Kerjakan dengan hati yang bersukacita, karena hal itu akan membawa kebaikan untuk kalian. Mungkin saat ini kalian belum mengerti kebaikan dari tugas yang diberikan, namun kebiasaan untuk tekun belajar dan mengerjakan tugas hingga selesai tepat waktu akan berguna di masa depan. Dan kalian akan menjadi happy saat menyelesaikan semua tugas-tugas kalian.

Card image
Truth Youth 05 September 2024 - WHO IS GOD?
2024-09-05 18:27:01


”Jika busur itu ada di awan, maka Aku akan melihatnya, supaya Aku mengingat perjanjian yang kekal antara Allah dan segala makhluk yang hidup, segala makhluk yang ada di bumi.” (Kejadian 9:16)

Seluruh kehidupan sungguh berharga di mata Allah. Ga ada satu pun yang luput dari kasih-Nya. Allah sungguh memperhatikan seluruh umat-Nya, hal ini yang sering ga dimengerti oleh manusia. Bagi sebagian orang, Allah memberikan penderitaan dan masalah yang ga kunjung selesai. Bagi sebagian orang pula, Allah memberikan mereka berkat sehingga mereka terus hidup di dalam kelimpahan. Namun, bagi sebagian orang pula, Allah adalah Allah yang Maha Agung, yang apa pun keputusan-Nya, apa pun yang dilakukan-Nya di dalam hidup mereka, Ia tetaplah Allah yang baik dan selalu mengerti keadaan umat-Nya.

Kejadian 9:16 adalah sebuah bukti dari janji Allah yang begitu manis, di mana Allah berjanji bahwa Ia ga akan lagi menghancurkan bumi seperti apa yang telah Ia lakukan sebelumnya. Kata “pelangi” merupakan simbol visual dari janji Tuhan, bahwa Ia terus akan memelihara umat-Nya dan ga memberikan kehancuran yang hebat seperti air bah lagi. Hal ini merupakan tanda kasih setia Tuhan kepada umat-Nya, bahwa bagi-Nya manusia sangat berharga dan begitu bernilai.

Tuhan seperti apa yang muncul di dalam benak kita? Apakah Tuhan yang jahat yang selalu memberikan penderitaan? Apakah Tuhan yang selalu memberikan berkat? Atau Tuhan yang penuh kasih setia dan sungguh bijak? Sejatinya, Tuhan adalah Allah yang selalu berada di segala fase hidup manusia, kehadiran-Nya akan selalu memberikan kita kekuatan, pengharapan, dan damai yang abadi. Hanya, kita perlu menyadari dan membuka diri bahwa Dia memanglah Allah yang demikian, yang menganggap seluruh anak-Nya begitu berharga dan mulia. Taruhlah pengharapan kita hanya kepada-Nya saja. Pasti akan ada banyak hal yang ga bisa dicerna oleh logika kita, tetapi percayalah bahwa semua yang dilakukan-Nya memiliki alasan tertentu yaitu untuk kebaikan kita.

WHAT TO DO:
1.Memahami Allah dengan benar.
2.Mengasihi Dia seutuhnya dan menaruh percaya kepada- Nya.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yehezkiel 33-35

Card image
Renungan Pagi - 05 September 2024
2024-09-05 18:12:52


Mari menyelidiki secara jujur hidup kita, apakah benar saat ini dekat dengan Tuhan ataukah hidup sudah terlalu jauh dari Tuhan? Sebab banyak diantara kita ada digereja tapi sesungguhnya hati jauh dari Tuhan, hanya memenuhi ritual agamawi saja ketika hadir di gereja, memuji Tuhan didalam gereja, tetapi memaki dan menjelekkan orang lain saat keluar gereja, kita mendengar Firman Tuhan dan bahkan mungkin membaca Alkitab, tetapi acuh pada Firman Tuhan yang kita dengar dan melanggar apa yang Alkitab katakan.

"Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati."

Saat ini, mari berperkara secara pribadi dengan Tuhan, mintalah bimbingan Roh Kudus supaya kita sungguh-sungguh hidup dekat dan intim dengan Tuhan, miliki waktu untuk selalu bersekutu dengan Tuhan, bukan sekedar ritual agamawi atau liturgi, tetapi menjadikan hidup kita ibadah yang sejati yaitu dengan mempersembahkan tubuh bagi Tuhan, menjadi persembahan yang hidup, kudus dan berkenan.
(Roma 12:1)

Card image
Quote Of The Day - 05 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-05 18:10:52


Jangan ledakkan emosi sehingga kita melukai hati Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 05 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-05 18:09:45


Kita bisa berharap seseorang menjadi dewasa, melakukan apa yang baik dan tepat, tapi kita tidak boleh menuntut sehingga kalau orang itu tidak melakukan yang kita ingini, kita kecewa.

Card image
WILLING TO LOSE RIGHTS - 05 September 2024 (English Version)
2024-09-05 18:07:56


Paul said in 1 Corinthians 6:19, “Or do you not know that your body is a temple of the Holy Spirit who is in you, whom you have from God, and you are not your own? For you were bought with a price: therefore glorify God in your body!” That means that we have surrendered all our rights to life to God, because He bought us with a price that was fully paid. Of course, this verse is related to the culture of that time where slavery still existed. A slave, if bought by a master or by a lord, then the slave has lost all his rights.

That verse is confirmed in 2 Corinthians 5:14-15, “For the love of Christ compels us, because we are convinced that one died for all, therefore all died. And Christ died for all, that those who live should no longer live for themselves but for him who died for them and was raised again.” In truth, we have all died to ourselves, meaning that all our rights to live have ended—they are no longer ours. So, if we live, we live for Him who died for us. And indeed, how difficult it is for us to let go of our rights. People who still feel disadvantaged, hurt, offended, are people who still feel they have rights. This is something that still occurs or persists in our lives.

That's what makes our hearts hurt, disappointed, bitter, even can cause resentment, hatred, even resistance and injury. But if we accept, acknowledge, and internalize that our entire life has been bought by the Lord Jesus at a price that has been fully paid and our entire life belongs to God, including all our rights, then our life must be truly dedicated to the interests of God. As Paul put it in Philippians 1:21, “For me to live is Christ, and to die is gain.” This is the pinnacle of Christian maturity. And we should all reach this stage. Because, do we know that there will be a time-whether we like it or not-when all our rights will be taken away and we will have to let them go when our right to life is ended.

This is what causes our hearts to ache, to be disappointed, to grow bitter, and can even lead to resentment, hatred, or even resistance and harm. But if we accept, acknowledge, and deeply live that our entire lives have been bought by the Lord Jesus with a price fully paid, and that our whole lives, including all our rights, belong to God, then our lives must be truly dedicated to God's purposes. As Paul expresses in Philippians 1:21, "For to me, to live is Christ and to die is gain." This is the pinnacle of Christian maturity, and we all should strive to reach this stage. For, do we realize that there will come a time-whether we like it or not-when all our rights will be taken away, and we must relinquish them when our right to live is ended?

But if we have already given up our rights since we lived on earth and surrendered our lives to serve God, then when we die, there are no more rights that need to be taken from us. Because we have surrendered our rights to live to God, then we will receive rights, namely glory together with Christ in the Kingdom of Heaven. However, in all honesty, we do experience disappointment in our hearts, often accompanied by deep sadness. Not because of one factor, there are several factors. But there we begin to be taught by God, because we should not need to be disappointed. If we are still disappointed, it means we still have rights; the right to enjoy feelings. For some of us, this feels far away. But we must reach this level. And this will be our heart's joy later, we are free.

Indeed, it is not explicitly stated in the Bible, but we do not see any trace of disappointment in Jesus in all the circumstances He faced. When He was betrayed by Judas, Jesus simply said, "Judas, are you betraying the Son of Man with a kiss?" Incredible! Even on the cross, Jesus could say, "Father, forgive them, for they do not know what they are doing." A person who has relinquished their rights is someone who does not impose their own standards on others. They accept others with all their imperfections without demanding anything. We have no right to demand from others according to our wishes, for that is God's prerogative. We may hope for someone to mature, to do what is good and right, but we should not demand it, so that if they do not do as we wish, we will be disappointed.

If we are still bound by our feelings, it means we are still indulging in our feelings. We still own ourselves, even though the word of God says, "You are not your own." In truth, we have the right to choose, but our choice is only one: God. Whatever God decides, we follow. If we are serious about becoming God's redeemed children, then we must be willing to lose our rights. The life of a redeemed person is an unnatural life, because they are not allowed to have desires that are not aligned with the Master's desires. They even lose all their dignity, for true dignity lies in doing the will of the Master. And how happy it will be if one day we meet the Lord Jesus, to whom we have surrendered our dignity and we live only to do His will. How happy it will be!

THE LIFE OF A REDEEMED PERSON IS AN UNNATURAL LIFE, BECAUSE THEY ARE NOT ALLOWED TO HAVE DESIRES THAT ARE NOT ALIGNED WITH THE MASTER'S DESIRES.

Card image
RELA KEHILANGAN HAK - 05 September 2024
2024-09-05 18:06:03


Paulus mengatakan di dalam 1 Korintus 6:19, “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” Itu berarti seluruh hak hidup kita telah kita serahkan kepada Tuhan, sebab Dia telah membeli kita dengan harga yang lunas dibayar. Tentu ayat itu terkait dengan budaya zaman itu di mana masih ada perbudakan. Seorang budak, kalau dibeli oleh seorang majikan atau oleh seorang tuan, maka budak itu telah kehilangan seluruh haknya.

Ayat itu diteguhkan dalam 2 Korintus 5:14-15, “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.” Sejatinya, kita semua telah mati untuk diri kita sendiri, artinya seluruh hak hidup kita telah habis, sudah tidak ada. Jadi, kalau kita hidup, kita hidup untuk Dia yang sudah mati untuk kita. Dan memang, betapa sulitnya kita melepaskan hak kita. Orang yang masih merasa dirugikan, disakiti, tersinggung, adalah orang yang masih merasa memiliki hak. Dan itu yang masih terjadi atau berlangsung di dalam hidup kita.

Itu yang membuat hati kita sakit, kecewa, pahit, bahkan bisa menimbulkan dendam, kebencian, bahkan perlawanan dan percederaan. Tetapi kalau kita menerima, mengakui, dan menghayati bahwa seluruh hidup kita telah dibeli oleh Tuhan Yesus dengan harga yang lunas dibayar dan segenap hidup kita milik Tuhan, termasuk seluruh hak kita, maka hidup kita harus sungguh-sungguh dipersembahkan untuk kepentingan Tuhan. Yang dibahasakan oleh Paulus dalam Filipi 1:21, “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Inilah puncak kedewasaan orang Kristen. Dan kita semua mestinya sampai pada tahap ini. Sebab, tahukah kita bahwa ada suatu saat—suka atau tidak suka—seluruh hak kita direnggut dan harus kita lepaskan ketika hak hidup kita diakhiri.

Tetapi kalau kita sudah melepaskan hak sejak kita hidup di bumi dan menyerahkan hidup untuk melayani Tuhan, maka ketika kita meninggal dunia, tidak ada lagi hak yang perlu diambil dari kita. Sebab hak hidup kita telah kita serahkan kepada Tuhan, kemudian kita akan menerima hak, yaitu kemuliaan bersama dengan Kristus di dalam Kerajaan Surga. Namun sejujurnya, kita memiliki kekecewaan di dalam hati yang diikuti dengan kesedihan yang mendalam. Bukan karena satu faktor, ada beberapa faktor. Tapi di situ kita mulai diajar Tuhan, sebab mestinya kita tidak perlu kecewa. Kalau kita masih kecewa berarti kita masih punya hak; hak untuk menikmati perasaan. Bagi sebagian kita, hal ini rasanya jauh dicapai. Tetapi kita harus mencapai tingkat ini. Dan ini menjadi kesukaan hati kita nanti, kita merdeka.

Memang tidak tersurat di dalam Alkitab secara eksplisit, tetapi kita tidak melihat kekecewaan Tuhan Yesus dalam segala keadaan yang dialami. Ketika Ia dikhianati Yudas, Yesus hanya berkata, "Dengan ciumankah engkau menyerahkan Aku, Yudas?" Luar biasa! Di kayu salib pun Yesus bisa berkata, "Ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Orang yang telah melepaskan hak adalah orang yang tidak mengenakan ukuran badannya ke badan orang lain. Karena ia menerima orang dengan seluruh keberadaan sesama tanpa menuntut. Kita tidak berhak menuntut sesama sesuai maunya kita, karena itu hak Tuhan. Kita bisa berharap seseorang menjadi dewasa, melakukan apa yang baik dan tepat, tapi kita tidak boleh menuntut sehingga kalau orang itu tidak melakukan yang kita ingini, kita kecewa.

Kalau kita masih terbelenggu dengan perasaan kita, berarti kita masih memanjakan perasaan kita. Kita masih memiliki diri kita sendiri, padahal firman Tuhan berkata, "Kamu bukan milik kamu sendiri." Sejatinya, kita punya hak memilih, namun pilihan kita hanya satu: Tuhan. Terserah Tuhan mau putuskan apa, kita ikuti. Kalau kita serius menjadi anak tebusan Tuhan, maka kita harus rela kehilangan hak. Kehidupan orang yang ditebus adalah kehidupan tidak wajar, sebab dia tidak boleh memiliki keinginan yang tidak sesuai dengan keinginan Sang Majikan. Bahkan dia kehilangan seluruh martabatnya, sebab martabat yang sesungguhnya adalah melakukan kehendak Sang Majikan. Dan betapa berbahagianya kalau suatu hari kita bertemu dengan Tuhan Yesus, yang kepada-Nya kita telah menyerahkan martabat kita dan kita hidup hanya untuk melakukan kehendak-Nya. Betapa berbahagianya!

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEHIDUPAN ORANG YANG DITEBUS ADALAH KEHIDUPAN TIDAK WAJAR, SEBAB DIA TIDAK BOLEH MEMILIKI KEINGINAN YANG TIDAK SESUAI DENGAN KEINGINAN SANG MAJIKAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 05 September 2024
2024-09-05 18:02:05

Yehezkiel 31-33

Card image
BERBICARALAH DENGAN LEMBUT*
2024-09-04 14:17:01


Amsal 16:24
”Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang.”

Sobat Kids, kemarin kita berbicara tentang memberi yang tak terlihat, contohnya adalah memberi maaf. Hari ini kita mau belajar memberi perkataan yang baik. Tentu perkataan yang baik ini juga harus dikatakan dengan lembut, ya. Nah, siapa yang sehari-hari berbicara kepada orang lain dengan teriak atau membentak? Jika kita berbicara kasar dengan nada yang keras, itu bisa melukai perasaan orang lain, loh, Sobat Kids. Jika hal itu melukai mereka, Tuhan pun akan bersedih.

Seperti ayat hari ini di atas berkata bahwa perkataan yang menyenangkan itu seperti sarang madu yang manis dan obat bagi tulang, itu berarti walaupun perkataan kita sepertinya sepele, tetapi bisa berdampak besar bagi orang lain.

Siapa yang mau perkataan yang keluar dari mulutnya semua memberkati orang lain? Wah, pasti semua mau, ya... Ayo, kita belajar lembut dalam berbicara. Pikirkan dulu apakah perkataan kita ini sopan atau tidak jika diucapkan, sehingga kita akan terlatih memberi perkataan yang menyenangkan dan mendatangkan berkat bagi diri kita dan orang lain.

Card image
Truth Junior 04 September 2024 - SELALU BERBICARA LEMBUT DAN SOPAN
2024-09-04 14:09:28


Amsal 16:24
”Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang.”

Sobat Junior, hari ini kita akan merenungkan pentingnya berbicara dengan lembut dan sopan kepada orang lain. Tuhan mengajarkan kita melalui firman-Nya, bahwa perkataan yang baik dan menyenangkan adalah seperti madu yang manis dan menyembuhkan. Kata-kata yang baik bisa membuat orang lain merasa dihargai dan bahagia.

Ketika kita berbicara dengan lembut dan sopan, kita menunjukkan kasih dan kebaikan Tuhan kepada orang lain. Contohnya, ketika kita berbicara kepada orang tua, guru, atau teman, kita harus menggunakan kata-kata yang baik dan menghormati mereka. Dengan cara ini, kita menunjukkan bahwa kita peduli dan menghargai perasaan mereka. Perkataan yang baik juga bisa membuat hati seseorang menjadi lebih baik. Ketika kita memuji teman karena telah melakukan sesuatu yang baik, atau mengucapkan terima kasih atas bantuan mereka, kita membuat mereka merasa bahagia dan dihargai. Sebaliknya, perkataan-perkataan yang kasar atau tidak sopan bisa menyakiti perasaan orang lain dan merusak hubungan kita dengan mereka. Oleh sebab itu, kita harus berhati-hati dengan kata-kata yang kita ucapkan dan selalu berusaha untuk berbicara dengan penuh kasih dan kebaikan.

Tuhan ingin kita menunjukkan perkataan kita untuk memberkati dan membangun orang lain. Ketika kita berbicara dengan lembut dan sopan, kita menunjukkan bahwa kita mengikuti teladan kasih Tuhan. Oleh karena itu, kita harus selalu berusaha untuk menggunakan kata-kata yang baik dan menyenangkan, sehingga kita menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita. Ingatlah, perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang. Dengan berbicara dengan lembut dan sopan, kita bisa membuat orang lain merasa dihargai dan bahagia, serta menunjukkan kasih dan kebaikan Tuhan dalam hidup kita.

Card image
Truth Youth 04 September 2024 (English Version) - CHAIN OF SIN
2024-09-04 13:55:06


"Just as people are destined to die once, and after that to face judgment." (Hebrews 9:27)

There are some unavoidable realities of life: illness, life’s problems, and death. Wherever we go, these three things will always haunt us, and their arrival cannot be predicted. No matter how healthy a person’s lifestyle is, death will eventually come for them in due time. Similarly, life’s problems and illness will always be a part of human existence, for in truth, there is no perfect life on this earth.

Hebrews 9:27 reminds us of two unavoidable things: death and God's judgment. In God's judgment, every person will stand before the Holy God and account for all their deeds during their time on earth. This is a terrifying prospect, but it can be less frightening if one truly prepares for their life on earth by living without sin.

Everyone should be aware of the need to prepare themselves, knowing that at the end of life, they will face judgment. In other words, everything humans do on earth has consequences for their eternal life, and they must bear that responsibility. Therefore, let us live in the truth and love of Christ. Let no worldly pleasure bind us so tightly that we drift further from Him.

Sin is like a chain that can bind, shackle, and pull us deeper into increasingly severe problems. Without realizing it, we can become lost, finding it harder to hear His voice and know His will. Therefore, in this brief life, let us learn as much as we can from Him, love as much as we can, and strive to be His beloved children.

WHAT TO DO:
1. Reflect on the fleeting nature of life on earth.
2. Fight for eternal life while there is still time given by Him.
3. Learn from Him so that we do not lose our way and remain on His path.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 31-32

Card image
Truth Youth 04 September 2024 - CHAIN OF SIN
2024-09-04 06:47:56


”Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi.” (Ibrani 9:27)

Ada beberapa kenyataan hidup yang ga bisa dihindari manusia, yaitu penyakit, masalah hidup, dan kematian. Ke mana pun kita pergi, ketiga hal tersebut pasti akan selalu menghantui kita, bahkan kedatangannya ga bisa diprediksi. Sesehat apa pun seseorang menjaga pola hidupnya, pada akhirnya kematian akan menjemputnya pada waktunya. Begitu pula dengan masalah hidup dan sakit penyakit, keduanya pun akan selalu ada di dalam hidup manusia, karena sejatinya ga ada hidup yang sempurna di muka bumi ini.

Ibrani 9:27 mengingatkan kita dua hal penting yang ga dapat dihindari, yakni kematian dan penghakiman Tuhan. Di dalam penghakiman Tuhan, setiap orang akan menghadap Allah Yang Maha Suci dan mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya selama ia hidup di dunia. Ini adalah hal yang sangat mengerikan, tetapi dapat menjadi hal yang ga begitu mengerikan apabila seseorang benar-benar mempersiapkan kehidupannya di dunia dengan begitu baik tanpa melakukan dosa.

Setiap orang hendaknya memiliki kepekaan untuk mempersiapkan dirinya sendiri, bahwa suatu saat nanti akan ada penghakiman di ujung kehidupan yang harus ia hadapi. Dengan kata lain, semua hal yang dilakukan manusia di dunia memiliki konsekuensi pada kehidupan kekalnya dan ia harus menanggung itu. Oleh karenanya, mari kita hidup di dalam kebenaran dan kasih Kristus. Jangan ada satu pun kesenangan dunia yang berhasil membelenggu diri kita sehingga kita semakin jauh dari-Nya.

Dosa itu seperti rantai yang dapat mengikat, membelenggu, dan menarik kita terus ke dalam masalah yang semakin hari semakin besar. Hingga tanpa kita sadari, kita terhilang dan semakin sulit mendengar suara-Nya serta sulit mengetahui kehendak- Nya. Oleh karena itu, di hidup yang singkat ini, mari belajar dari-Nya sebanyak mungkin, mari mengasihi sebanyak mungkin, dan mari berusaha sebisa mungkin untuk menjadi anak kesayangan-Nya.

WHAT TO DO:
1.Menghayati betapa fananya kehidupan di dunia.
2.Memperjuangkan kehidupan kekal selagi masih diberikan waktu oleh-Nya.
3.Belajar dari-Nya agar kita ga hilang arah dan tetap berada di dalam jalan-Nya.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yehezkiel 31-32

Card image
Renungan Pagi - 04 September 2024
2024-09-04 06:44:30


Alkitab dengan jelas berkata; "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar." Artinya jika kita setia dalam melakukan hal-hal yang dianggap kecil, maka Tuhan akan mempercayakan perkara-perkara besar, dengan tanggung jawab yang lebih besar. Karena jika kita tidak benar dalam perkara kecil, maka Tuhan tidak akan mungkin mempercayakan perkara besar.

Jadi janganlah meremehkan hal-hal yang kecil, karena dari hal-hal kecil yang kita taati dan lakukan dengan setia, maka akan menghasilkan hal-hal yang besar dalam hidup kita. Demikian juga dalam melakukan kehendak Allah, belajarlah taat melakukan sedikit demi sedikit, sampai menggenapi seluruh kehendak Allah dalam hidup kita.
(Lukas 16:10)

Card image
Quote Of The Day - 04 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-04 06:43:13


Bagaimana perkataan kita menjadi perkataan Tuhan Ketika kita di mimbar, adalah Ketika perkataan Tuhan merupakan perkataan kita di setiap hari.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 04 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-04 06:41:24


Jangan memasukkan hal-hal yang tidak perlu ke dalam pikiran kita supaya suara Tuhan dapat lebih jelas kita dengar.

Card image
WINNING THE HEART FOR GOD - 04 September 2024 (English Version)
2024-09-04 06:38:50


We must always remember that our God, who is present with us in and through the Holy Spirit, is a gentle God who does not force us to do anything according to His will, command, or desire. God does not compel us, but we know that we must act and make decisions. There is one thing we must do that God will not do because He would violate His order if He did it. And God wants us to do it willingly, without coercion. That thing is winning our hearts for God. Whose heart must be won? Our own hearts. So, we must win our hearts for God.

Indeed, this is not an easy task because our hearts have been filled with many things from the world, so that our hearts are owned by the world without us realizing it. Because to whom or to what our hearts are attracted, he is the one who owns our hearts. The world can be seen with our eyes, touched, and sensed by our five senses, but God cannot. From a young age, without realizing it, the world gradually injects various desires and passions into our minds, making the world seem attractive, mesmerizing, and we desire it. Some have already obtained it, and some have not. Those who have obtained it will find it more difficult to enter heaven, but those who have not obtained it does not mean it is not difficult, it can be difficult if their hearts remain set on this world.

We must win our hearts for God, and God does not force us. A jealous God, as described in the Word of God, desires that we win our hearts and devote them to God. If this happens, then only God will captivate us, be the only one who attracts us, the only one who fascinates and binds our hearts. The problem is that the world has become something that attracts, captivates, and fascinates us, and in this, a taste is developed for possessing and enjoying the world. A Christian who is diligent in going to church, an activist, or even a pastor is not necessarily free from their attachment and desire for the world. Many people just because they didn't get a share or didn't succeed in achieving it, even though in reality they still have hope or desire to possess this world.

If the world still fascinates us-in the form of goods, position, or whatever-how dangerous it is, especially for God's servants. Because their sermons will surely not radiate a sincere and strong love for God. A person can say anything, but the spirit that flows from their words and attitude cannot deceive. Therefore, we must be the ones to strip away and release all those interests. If the mind of a servant of God is not filled with spiritual matters, what can they speak about from the pulpit? So, once someone becomes a speaker, their mind must be free from any unnecessary input. If there's something we need to hear or see, God will arrange a way for us to see or hear it, but we don't need to go looking for it. We must dare to empty the vessel of our hearts, because if not, there will surely be an agenda in our ministry.

Don't put unnecessary things into our minds so that God's voice can be heard more clearly. For if we still have desires and interests in the world, we cannot soar high. When we are before God, there are still stains of that stench. So we must dare to say, "I am willing, Lord, to have no one and nothing." And in the end, isn't that the case? Each of us will return with empty hands, without taking anyone or anything with us. This does not mean we cannot enjoy anything that God gives. Our senses can still enjoy, but they must not be bound or enslaved by anything we enjoy. It is a remarkable beauty when we can enjoy something without being controlled by it-except by God. For only God can we enjoy and who controls us.

Imagine if we died tomorrow afternoon, then today we would definitely not be busy with anything except God's matters. Why don't we think that maybe not tomorrow but tonight is our last night? What is it that still binds our hearts now? Maybe one situation and we hope that if this situation is over, then this difficulty is over; if this situation can be passed, then we are happy. In truth, even if our life's difficulties are not over, we must still be happy because we are with God. Even if He doesn't hear or answer our prayers, it doesn't matter. The important thing is that we are in His presence; we have Him, and He has us.

WE MUST WIN OUR HEARTS FOR GOD.

Card image
MEREBUT HATI UNTUK TUHAN - 04 September 2024
2024-09-04 06:31:22


Kita harus selalu ingat bahwa Allah kita yang hadir menyertai kita di dalam dan melalui Roh Kudus adalah Allah yang lemah lembut yang tidak memaksa kita berbuat sesuatu atas apa yang Dia kehendaki, perintahkan, atau yang Dia ingini. Allah tidak memaksa, tetapi tentu kita tahu bahwa kitalah yang harus bertindak, mengambil keputusan. Ada satu hal yang harus kita lakukan yang itu tidak dilakukan oleh Allah karena Allah melanggar tatanan-Nya jika melakukan hal itu. Dan Allah menghendaki kita melakukannya tanpa terpaksa, tanpa dipaksa. Hal itu adalah merebut hati untuk Tuhan. Hati siapa yang direbut? Hati kita sendiri. Jadi kita harus merebut hati kita sendiri untuk Tuhan.

Dan sesungguhnya itu bukan sesuatu yang mudah, karena hati kita telah diisi oleh banyak hal dari dunia, sehingga hati kita tanpa kita sadari telah dimiliki oleh dunia. Sebab kepada siapa atau kepada apa hati kita tertarik, maka dialah yang memiliki hati kita. Dunia dapat dilihat oleh mata, juga dapat disentuh, dan dapat dirasa oleh panca indra kita, tapi Allah tidak. Dari kecil, tanpa disadari, melalui proses bertahap, dunia menyuntikkan berbagai keinginan dan hasrat di dalam pikiran kita sehingga dunia menjadi menarik di mata kita, mempesona, dan kita mengingininya. Ada yang sudah memperoleh, ada yang belum. Yang sudah memperoleh akan lebih sukar masuk surga, namun yang belum memperoleh bukan berarti tidak sukar, bisa sukar jika hatinya tetap diarahkan kepada dunia ini.

Kita harus merebut hati kita untuk Tuhan dan Tuhan tidak memaksa. Allah yang cemburu, seperti yang dikatakan dalam firman Tuhan, adalah Allah yang menghendaki agar hati kita, kita rebut dan kita peruntukkan bagi Allah. Jika hal itu terjadi, maka barulah Tuhan menjadi satu-satunya yang mempesona kita, satu-satunya yang menarik, satu-satunya yang memikat, dan tentu mengikat hati kita. Masalahnya, dunia telah menjadi sesuatu yang menarik, memikat, mempesona, dan di dalam hal ini ada selera yang terbangun untuk memiliki dan menikmati dunia. Seorang Kristen yang rajin ke gereja, aktivis, bahkan pendeta belum tentu sudah lulus dalam arti melepaskan semua ketertarikan dan seleranya terhadap dunia. Banyak orang hanya karena tidak kebagian saja atau tidak berhasil meraih, padahal sejatinya masih memiliki harapan atau keinginan untuk memiliki dunia ini.

Kalau dunia masih mempesona—berupa barang, kedudukan, atau apa pun—betapa berbahayanya, terutama bagi para hamba Tuhan. Sebab khotbah-khotbahnya pasti tidak akan memancarkan kecintaan yang tulus dan kuat kepada Tuhan. *Seseorang bisa bicara apa saja, tapi spirit yang mengalir dari perkataan dan sikapnya tidak bisa menipu.* Jadi kita sendiri yang harus menanggalkan, melepaskan semua ketertarikan itu. Jika pikiran seorang hamba Tuhan tidak diisi dengan perkara rohani, mau bicara apa di mimbar? Jadi kalau sudah menjadi seorang pembicara, pikirannya harus bersih dari input apa pun. Kalau ada sesuatu yang perlu kita dengar atau perlu kita lihat, Tuhan akan atur caranya sampai kita bisa melihat atau mendengar, tapi kita tidak usah mencari-cari. Kita harus berani mengosongkan bejana hati kita, sebab kalau tidak, pasti akan ada agenda dalam pelayanan.

Jangan memasukkan hal-hal yang tidak perlu ke dalam pikiran kita supaya suara Tuhan dapat lebih jelas kita dengar. Sebab kalau kita masih punya keinginan-keinginan dan ketertarikan-ketertarikan terhadap dunia, maka kita tidak bisa terbang tinggi. Ketika kita di hadapan Tuhan, masih ada noda-noda bau busuk itu. Maka kita harus berani berkata, "Aku bersedia, Tuhan, tidak punya siapa-siapa dan tidak punya apa-apa." Dan akhirnya memang kita demikian, bukan? Setiap kita akan pulang dengan tangan kosong, tanpa membawa siapa-siapa dan apa-apa. Hal ini bukan berarti kita tidak bisa menikmati apa pun yang Tuhan berikan. Panca indra kita masih bisa menikmati, tapi tidak bisa dibelenggu, diperbudak oleh apa pun yang kita nikmati. Merupakan suatu keindahan yang luar biasa ketika kita dapat menikmati sesuatu tanpa dikuasai oleh sesuatu; kecuali terhadap Tuhan. Sebab hanya Tuhan yang dapat kita nikmati dan yang menguasai kita.

Coba seandainya besok siang kita meninggal dunia, maka hari ini kita pasti tidak akan sibuk dengan urusan apa pun kecuali urusan Tuhan. Kenapa kita tidak berpikir bahwa mungkin bukan besok melainkan malam ini adalah malam terakhir kita? Apa sekarang yang masih mengikat hati kita? Mungkin satu keadaan dan kita berharap kalau keadaan ini selesai, maka kesulitan ini selesai; jika keadaan ini bisa dilewati, maka kita bahagia. Sejatinya, kesulitan hidup kita tidak selesai pun, kita harus tetap bahagia karena kita bersama Tuhan. Sekalipun Dia tidak mendengar dan tidak menjawab doa kita, tidak masalah. Yang penting kita ada di hadirat-Nya; kita memiliki Dia dan Dia memiliki kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS MEREBUT HATI KITA SENDIRI UNTUK TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 04 September 2024
2024-09-04 06:28:28

Yehezkiel 28-30

Card image
Truth Kids 03 September 2024 - MEMBERI SESUATU YANG TAK TERLIHAT
2024-09-03 19:33:03


Lukas 6:36
”Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.”

Sobat Kids, jika kalian pikir berbuat baik dalam memberi itu harus selalu dalam bentuk barang atau uang, itu kurang tepat. Kita bisa memberikan sesuatu yang tak terlihat kepada orang lain. Loh, kok bisa begitu? Iya, bisa. Salah satu contoh hal yang bisa kita berikan adalah memberi maaf kepada orang yang berbuat salah pada kita. Nah, siapa yang kalau bertengkar dengan orang lain, susah sekali untuk memaafkan? Semoga tidak ada, ya.

Sobat Kids, sebenarnya memaafkan orang lain itu bermanfaat bagi diri kita sendiri, loh. Dengan memaafkan orang yang bersalah pada kita, kita belajar melepaskan beban yang ada di hati. Semua kesedihan, marah, kekecewaan itu kita lepaskan, sehingga Tuhan bisa mengisi hati kita dengan sukacita. Jadi, rugi loh, kalau kita memendam marah, sedih dan kecewa terlalu lama. Sakit hati juga bisa membuat tubuh kita sakit, Sobat Kids.

Ayo, mulai kita belajar untuk memaafkan, ya. Tuhan Yesus sudah mengajarkan terlebih dahulu cara mengampuni orang-orang yang jahat kepada-Nya.

Card image
Truth Junior 03 September 2024 - BELAJAR MEMAAFKAN
2024-09-03 19:29:08


Lukas 6:36
”Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.”

Kita ketemu lagi, Sobat Junior. Hari ini, kita mau belajar tentang saling memaafkan seperti Bapa di surga memaafkan kita. Tuhan mengajarkan kita untuk saling memaafkan, karena Tuhan juga melakukan hal yang sama. Kenapa kita harus saling memaafkan? Karena memaafkan adalah salah satu cara kita menunjukkan kasih dan kemurahan hati Tuhan yang diberikan kepada kita.

Terkadang, kita merasa sakit hati atau marah ketika teman melakukan kesalahan atau menyakiti hati kita. Namun, Tuhan mengajarkan kita untuk memaafkan dan tidak menyimpan dendam. Ketika kita memaafkan, kita melepaskan beban dari hati dan juga membantu teman kita merasa lebih baik. Memaafkan juga membuat hati kita damai dan penuh kasih. Contohnya, ketika teman kita mengambil mainan kita tanpa izin, dan hal itu membuat kita menjadi sedih, kita harus belajar untuk memaafkannya. Dengan memaafkan, kita menunjukkan bahwa kita peduli dan mengasihi teman kita, meskipun mereka berbuat salah. Bapa di surga suka melihat anak-anak-Nya saling mengasihi dan mengampuni satu sama lain.

Memaafkan tidak selalu mudah, tetapi ingatlah bahwa Tuhan selalu siap mengampuni kesalahan kita. Ketika kita mengingat betapa besar kasih dan pengampunan Tuhan kepada kita, kita akan lebih mudah untuk memaafkan orang lain. Memaafkan adalah tanda bahwa kita mengikuti teladan kasih Tuhan dalam hidup kita. Selain itu, ketika kita memaafkan, ini menunjukkan kepada teman kita bahwa kita menghargai hubungan persahabatan kita lebih dari kesalahan yang mereka lakukan.

Ayo, kita selalu berusaha untuk memaafkan teman-teman kita yang berbuat salah. Dengan memaafkan, kita menunjukkan kasih dan kemurahan hati yang Tuhan ajarkan kepada kita. Tuhan menginginkan kita untuk hidup dalam kasih dan pengampunan, dan kita bisa melakukannya dengan hati yang tulus dan penuh kasih.

Card image
Truth Youth 03 September 2024 - LIKE A TRASURE!
2024-09-03 19:26:10


”TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.” (Kejadian 2:7)

Jika di antara kita pernah memiliki hewan peliharaan, kita pasti sadar atau bahkan pernah mengalami bahwa suatu hari nanti mereka akan ga bernyawa lagi. Hal ini sangat menyedihkan, mengingat bahwa kita pasti meluangkan banyak waktu bersama mereka, bermain, hingga pernah melewati hari-hari sedih yang mana hanya merekalah yang selalu ada di sisi kita. Kondisi ini menjadi sebuah contoh nyata bila memang ga ada yang abadi di muka bumi, segala sesuatu punya waktu dan masanya. Oleh karena itu, cintailah apa yang masih ada dan hargailah apa yang masih menjadi milik kita.

Sejak awal, Tuhan Allah menjadikan manusia dari debu tanah menjadi sosok yang hidup dan berakal budi. Ga hanya itu, manusia pun diberikan umur yang panjang, menjadi makhluk abadi. Namun, dosa membuat manusia jatuh ke dalam masalah yang besar, manusia menerima berbagai konsekuensi dari tindakannya, salah satunya menjadi makhluk yang terbatas usianya. Yang awalnya dapat menikmati kehidupan yang begitu indah di dalam Taman Eden, kini manusia diusir dan harus mengalami kehidupan yang berbanding terbalik dari yang Tuhan telah rencanakan sebelumnya.

Apa yang akan kita lakukan selama kita hidup di dunia ini? Akan ada banyak sekali pilihan di depan mata, dan pilihan-pilihan tersebut haruslah pilihan yang berasal dari Tuhan, sehingga apa yang kita pilih dan lakukan adalah kehendak-Nya. Pada akhirnya, hidup ini hanyalah untuk menyenangkan hati-Nya dan melakukan kehendak-Nya. Itulah satu-satunya cara untuk kita kembali pada Dia dan bertemu dengan Dia Sang Kekasih hati. Oleh karena itu, seharusnya dalam kehidupan di dunia yang singkat ini, hati kita harus berlabuh pada-Nya saja, agar kita benar-benar memiliki kehidupan yang berharga dan bernilai melebihi apa pun.

WHAT TO DO:
1.Mengasihi dan menghargai segala sesuatu yang masih menjadi milik kita.
2.Melabuhkan hati hanya kepada Tuhan saja.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yehezkiel 28-30

Card image
Truth Youth 03 September 2024 (English Version) - LIKE A TRASURE!
2024-09-03 19:23:02


"The LORD God formed man from the dust of the ground and breathed into his nostrils the breath of life, and the man became a living being." (Genesis 2:7)

If any of us have ever owned a pet, we likely realize or have even experienced that one day they will no longer be with us. This is very sad, considering that we probably spent a lot of time with them, playing, and even going through sad days where they were the only ones by our side. This situation serves as a real example that nothing is permanent on this earth; everything has its time and season. Therefore, cherish what we still have and appreciate what is still ours. From the beginning, God formed man from the dust of the ground and made him a living and rational being. Not only that, but humans were also given a long life, becoming eternal beings. However, sin caused humanity to fall into great trouble, and humans had to face various consequences of their actions, one of which was becoming beings with a limited lifespan. Initially, humans could enjoy a beautiful life in the Garden of Eden, but now they were expelled and had to experience a life that was completely different from what God had originally planned.

What will we do during our time on this earth? There will be many choices before us, and those choices must be from God so that what we choose and do aligns with His will. Ultimately, life is only about pleasing Him and doing His will. That is the only way for us to return to Him and meet our Beloved. Therefore, in this short life on earth, our hearts should be anchored in Him alone, so that we truly have a life that is precious and more valuable than anything else.

WHAT TO DO:
1. Love and appreciate everything that still belongs to us.
2. Anchor your heart only in God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 28-30

Card image
Renungan Pagi - 03 September 2024
2024-09-03 19:18:40


Terlalu mudah bagi kita menyanyikan pujian aku mengasihi Engkau Yesus tanpa menyadari bahwa konsekwensi dari pernyataan yang terkandung dalam lagu pujian tersebut sangat sulit untuk dilakukan. Jika menyanyikan lagu tersebut hanya sekedar karena tahu dan hafal kata-katanya, tentu mudah saja untuk diucapkan. Tetapi jika kita menyanyikan perkataan dalam lagu itu dengan tulus dari dasar hati yang paling dalam, maka perbuatan haruslah menunjukkan bahwa memang benar kita mengasihi Tuhan Yesus dengan segenap hati.

"Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya."

Mengasihi Tuhan Yesus haruslah ditunjukkan dengan ketaatan melakukan perintah-Nya dalam hidup kita setiap hari, sesuai dengan Firman-Nya bahwa jika mengasihi Tuhan, maka akan menuruti segala perintah-Nya. Tentu saja orang-orang yang menuruti perintah Tuhan akan melakukannya dalam hidup setiap hari.
(Yohanes 14:15, 21)

Card image
Quote Of The Day - 03 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-03 19:15:42


Hidup ini luar biasa, maka jangan kita buat menjadi biasa karena mengisinya dengan hal-hal yang tidak menghasilkan buah abadi.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 03 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-03 19:14:06


Dunia bergolak makin jahat, namun kita berjuang menjadi orang yang disisakan untuk Tuhan.

Card image
SURRENDERING ONE'S LIFE - 03 September 2024 (English Version)
2024-09-03 17:50:02


How can we worship and be worthy before God? In the rituals of certain religions, tribal religions, primitive religions, there must be offerings; it could be a buffalo head, or certain animals, even a girl, or a baby that has just been born a few weeks, and that satisfies the heart of the god or deity or god that is worshiped. Do we know the offering that pleases God the most? Our lives, namely when we surrender our lives as a sacrifice before God. In this case, what is meant by surrendering one's life is, first, being determined not to have any desires other than to do His will.

Indeed, this is impossible for humans, something we can never do, but the standard we must have is the life of Jesus, whose sentence, "My food is to do the will of the Father and to finish His work." "Foxes have holes, birds have nests; the Son of Man has nowhere to lay His head." And our Lord, our Savior, Jesus Christ proved it by dying on the cross with a half-naked body, hanging between heaven and earth, He gave His life. In one of His statements it is said, "I came to finish the work of the Father." So when we surrender our life as a sacrifice it means we are determined to live only to do God's will.

Secondly, surrendering one's life means that we are determined to live blameless and spotless. How difficult it is to articulate this into words, but we want to be a people spared by God. While people live only to see their own interests, seeking their own satisfaction, we live to seek God's pleasure, seeking the satisfaction of God's heart. So, when we say "You are worthy, worthy to be praised and worshiped," we do not only say words of worship, but we must have a heart of worship. How did Shadrach, Meshach, and Abednego demonstrate their obedience by risking their lives? They preferred to die in a furnace heated seven times over than to worship the foreign god, the statue erected in the valley of Dura by Nebuchadnezzar.

Daniel preferred to enter the lion's den. Joseph preferred to go to prison rather than sin and said, "How can I sin so great as this before my God?" The peak is the Lord Jesus, He chose the cross rather than avoid the cross by ending His prayer sentence: "Thy will be done." Therefore Paul put it in the sentence, "For me to live is Christ and to die is gain." It sounds excessive, but this is the standard. We are willing to give up our lives, namely by being willing to live only to do God's will and live without blemish, without spot.

As humans, we are weak, but Yahweh is our strength. So wherever we are, we bring Him. God is our strength, we can experience and have it if we surrender our lives for Him, live only for the interests of God, for His Kingdom, for the joy of God's heart. Otherwise, we will merely exploit, manipulate, and take advantage of God's power. But if we live for God, for His Kingdom, for the joy of God's heart, then we are worthy of being protected, only then are we worthy of making God our strength. So, today we begin to learn to surrender our lives. In truth, many of us are still "wild," doing as we please, because for years—not just dozens, but even for decades—we have lived only for our own pleasure.

But now we must truly surrender our lives to God. We do this even though we are not yet perfect, and indeed we are not perfect. Therefore, we strive to surrender our lives. In that surrender, we are determined to have no other desire except to please God's heart. Is that possible? Can it be done? Absolutely. Because Jesus could do it, so can we. And our standard must

When we surrender our lives, we are determined to live without blemish, without fault, to live in holiness. Is that possible? It is not possible that God would command us to do something we cannot do. And this is the good news: when God says, "Be holy, for I am holy," it means that God will enable us to live in His standard of holiness. We begin now, as we pack up for the second coming of the Lord. The world is becoming increasingly wicked, but we strive to be the remnant who are set apart for God.

GOD IS OUR STRENGTH, WE CAN EXPERIENCE AND HAVE IT IF WE SURRENDER OUR LIVES FOR HIM, LIVING ONLY FOR THE INTERESTS OF GOD, FOR HIS KINGDOM, FOR THE JOY OF GOD'S HEART.

Card image
MENYERAHKAN NYAWA - 03 September 2024
2024-09-03 17:47:06


Bagaimana kita bisa menyembah dan kita layak di hadapan Tuhan? Kalau di dalam ritual agama-agama tertentu, agama-agama suku, agama-agama primitif pasti ada persembahan; bisa kepala kerbau, atau binatang-binatang tertentu, bahkan bisa anak gadis, atau bayi yang baru lahir beberapa minggu, dan itu memuaskan hati dewa atau ilah atau allah yang disembahnya. Tahukah kita persembahan yang paling menyenangkan hati Allah? Nyawa kita yaitu ketika kita menyerahkan nyawa kita sebagai korban di hadapan Allah. Dalam hal ini yang dimaksud dengan menyerahkan nyawa adalah, _pertama, bertekad untuk tidak memiliki keinginan apa pun selain melakukan kehendak-Nya.

Memang ini mustahil bagi manusia, hal yang tidak pernah bisa kita lakukan, tetapi standar yang harus kita miliki adalah kehidupan Yesus, yang kalimat-Nya, "Makanan-Ku adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” “Serigala mempunyai liang, burung mempunyai sarang, Anak Manusia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Dan Tuhan kita, Juruselamat kita, Yesus Kristus membuktikan dengan mati di kayu salib dengan tubuh setengah telanjang, tergantung antara langit dan bumi, Dia menyerahkan nyawa-Nya. Dalam salah satu pernyataan-Nya dikatakan, “Aku datang untuk menyelesaikan pekerjaan Bapa.” Jadi ketika kita menyerahkan nyawa kita sebagai korban berarti kita bertekad untuk hidup hanya melakukan kehendak Allah.

Yang kedua, menyerahkan nyawa berarti kita bertekad untuk hidup tidak bercacat tidak bercela. Betapa sulitnya membahasakan ini, tetapi kita mau menjadi umat yang disisakan Allah. Sementara orang hidup hanya untuk melihat kepentingannya sendiri, mencari kepuasan sendiri, kita hidup untuk mencari kesenangan Allah, mencari kepuasan hati Allah. Jadi, waktu kita berkata "Engkau layak, layak dipuji dan disembah,” kita tidak hanya mengucapkan kalimat penyembahan, tetapi kita harus punya hati yang menyembah. Bagaimana ketaatan Sadrakh, Mesakh, dan Abednego yang ditunjukkan dengan mempertaruhkan nyawa mereka? Mereka lebih rela mati dibakar di perapian yang dinyalakan tujuh kali lipat daripada menyembah dewa asing, patung yang didirikan di lembah Dura oleh Nebukadnezar.

Daniel lebih memilih masuk gua singa. Yusuf lebih memilih masuk penjara daripada berbuat dosa dan mengatakan, "Bagaimana aku akan melakukan dosa sebesar ini di hadapan Allahku?" Yang puncaknya adalah Tuhan Yesus, Dia memilih salib daripada terhindar dari salib dengan mengakhiri kalimat doa-Nya: "Kehendak-Mu yang jadi." Karenanya Paulus membahasakan dengan kalimat, "Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." Kedengarannya ini berlebihan, tetapi ini justru standar. Kita mau menyerahkan nyawa kita, yaitu dengan bersedia hidup hanya untuk melakukan kehendak Allah dan hidup tidak bercacat tidak bercela.

Secara manusia, kita lemah, tapi Yahweh adalah kekuatan kita. Sehingga di mana kita berada, kita membawa Dia. Tuhan adalah kekuatan kita, bisa kita alami dan miliki kalau kita menyerahkan nyawa kita untuk Dia, hidup hanya untuk kepentingan Tuhan, untuk Kerajaan-Nya, untuk kesukaan hati Allah. Jika tidak, maka kita hanya akan memanfaatkan, memanipulasi, mengeksploitasi kuasa Tuhan. Tetapi kalau kita hidup untuk Tuhan, untuk Kerajaan-Nya, untuk kesukaan hati Tuhan, barulah kita layak dilindungi, barulah kita layak menjadikan Tuhan kekuatan kita. Jadi, hari ini kita mulai belajar menyerahkan nyawa kita. Sejatinya, banyak di antara kita yang masih “liar,” suka-suka sendiri, karena bertahun-tahun—bukan saja belasan, melainkan mungkin puluhan tahun—hidup hanya untuk kesukaan sendiri.

Tapi sekarang kita harus sungguh-sungguh menyerahkan nyawa untuk Tuhan. Itu kita lakukan walaupun kita belum sempurna, dan memang belum sempurna. Maka, kita berjuang untuk menyerahkan nyawa. Di dalam penyerahan itu, kita bertekad tidak punya keinginan kecuali menyenangkan hati Allah. Apakah itu bisa? Apakah itu mungkin? Sangat bisa. Karena Yesus bisa melakukan, maka kita pun pasti bisa melakukan. Dan standar kita adalah harus serupa dengan Yesus.

Ketika kita menyerahkan nyawa kita, kita bertekad untuk hidup tak bercacat, tak bercela, hidup suci. Apakah itu bisa? Tidak mungkin Tuhan memerintahkan apa yang tidak bisa kita lakukan. Dan ini kabar baik, ketika Allah berkata, "Kuduslah kamu sebab Aku kudus." Itu berarti Allah akan memungkinkan kita hidup dalam kekudusan standar Allah. Kita mulai sekarang sambil berkemas-kemas menyambut kedatangan Tuhan yang kedua kali. Dunia bergolak makin jahat, namun kita berjuang menjadi orang yang disisakan untuk Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN ADALAH KEKUATAN KITA, BISA KITA ALAMI DAN MILIKI KALAU KITA MENYERAHKAN NYAWA KITA UNTUK DIA, HIDUP HANYA UNTUK KEPENTINGAN TUHAN, UNTUK KERAJAAN-NYA UNTUK KESUKAAN HATI ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 September 2024 ,
2024-09-03 06:33:38

Yehezkiel 25-27

Card image
Truth Youth 02 September 2024 (English Version) - LIFE IS A CHOICE
2024-09-02 20:09:20


"See, I set before you today life and prosperity, death and destruction." (Deuteronomy 30:15)

Life is a journey filled with choices. Every day, we are faced with various decisions that shape our life path and direct the course of our lives. From choosing what to eat today to more significant decisions such as career, relationships, future, and life purpose. This is why the saying "life is a choice" is well-known.

The critical issue for us is the content of these choices. Commonly, people understand choices as fields of study, jobs or professions, life partners, places to live, and many others. However, for us, the choice is only between two things: God or the world. Being a Christian does not automatically mean choosing God. Life is full of choices, and if we make the wrong one, the consequences can be fatal.

If we study the Bible, we find that several figures made wrong decisions with fatal consequences, one of which is Adam and Eve. Their choice eventually led them into sin. God was truly angry and disappointed because His creation did not follow His command. God's anger and disappointment resulted in the expulsion of humans from Eden. The story of Adam and Eve did not end there; it continued to this day, where all their descendants must work hard to earn a living and experience the pain of childbirth.

Throughout life, there will be many choices to make. Every choice we make will undoubtedly come with difficulties, obstacles, and challenges that we must face. Even choices in simple or small matters can have a significant impact. As humans, we often fail to choose what is best in this life, and time cannot be turned back. It is not our circumstances that determine the success or failure of our lives but our choices or decisions.

As children of the Father, we must be aware that our choices today determine our future, not only on earth but also in eternity. This applies to every aspect of our lives, both physical and spiritual. Therefore, each of us must make choices in response to God's call for our lives. Do not waste the opportunities that come your way. Choose God and His Kingdom, and you will never regret it.

WHAT TO DO:
1. Make God's word the standard for decision-making. Consider whether it aligns with His word or not.
2. Always think about whether the choices you make please God or, conversely, hurt Him.
3. Choose the right environment so that together you share the same struggle—to choose what is right according to God's will.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 25-27

Card image
Truth Youth 02 September 2024 - HIDUP ADALAH PILIHAN
2024-09-02 20:05:42


”Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan.” (Ulangan 30:15)

Hidup adalah sebuah perjalanan yang penuh dengan pilihan. Setiap hari kita diperhadapkan dengan berbagai pilihan yang akan membentuk jalan hidup dan mengarahkan arah langkah tujuan hidup kita. Mulai dari pilihan untuk mengambil keputusan mau makan apa hari ini, sampai pilihan yang lebih besar seperti karier, hubungan, masa depan, dan tujuan hidup. Maka terkenal istilah “hidup adalah pilihan”.

Menjadi persoalan penting bagi kita, yakni apa sebenarnya isi pilihan-pilihan tersebut. Tentu saja pilihan yang biasa dimengerti oleh orang adalah bidang studi, pekerjaan atau profesi, jodoh, tempat domisili, dan banyak lagi. Sedangkan bagi kita, pilihannya hanya dua, yaitu: Tuhan atau dunia. Menjadi pemeluk agama Kristen bukan berarti sudah memilih Tuhan. Hidup penuh dengan pilihan, maka konsekuesinya jika salah dalam memilih, maka risiko bisa fatal.

Jika kita pelajari dalam Alkitab, ada beberapa tokoh yang pernah salah mengambil keputusan atau menentukan pilihan dan berakibat fatal, salah satunya ialah Adam dan Hawa. Pilihan mereka pada akhirnya menjerumuskan Adam dan Hawa ke dalam dosa. Allah benar-benar murka dan kecewa karena ciptaan-Nya ga mengikuti perintah-Nya. Murka dan kecewa Allah berakibat pada diusirnya manusia dari Eden. Kelanjutan dari cerita Adam dan Hawa ga berakhir sampai di situ saja, tapi terus berlanjut hingga hari ini di mana seluruh keturunannya harus bekerja keras untuk mendapatkan nafkah hidup dan merasakan sakit bersalin.

Sepanjang kehidupan ini, akan ada begitu banyak pilihan hidup. Setiap pilihan yang kita ambil pasti memiliki kesulitan, rintangan, tantangan yang harus kita hadapi dan akan kita hadapi. Pilihan-pilihan dalam perkara sederhana atau kecil pun bisa berdampak besar. Sering kita sebagai manusia gagal untuk memilih mana yang terbaik dalam kehidupan ini, sementara waktu ga pernah bisa diputar kembali. Dan bukan keadaan yang menentukan keberhasilan atau kegagalan hidup kita, melainkan pilihan atau keputusan hidup kita.

Maka sebagai anak-anak Bapa harus memiliki kesadaran bahwa pilihan kita hari ini menentukan masa depan kita, bukan saja di bumi, tapi sampai di kekekalan. Ini berlaku dalam seluruh aspek kehidupan kita, baik kehidupan jasmani maupun rohani. Oleh karenanya, setiap kita harus memiliki pilihan dalam merespons panggilan Tuhan bagi hidup kita. Jangan sia-siakan kesempatan yang ada. Pilihlah Tuhan dan Kerajaan-Nya, maka kita pasti ga akan menyesal.

WHAT TO DO:
1.Jadikan kebenaran firman Tuhan tolak ukur dalam pengambilan keputusan. Apakah sesuai firman-Nya atau ga sesuai.
2.Pikirkan selalu apakah pilihan yang kita ambil menyenangkan hati Tuhan atau sebaliknya melukai hati Tuhan.
3.Pilihlah lingkungan yang benar, agar bersama memiliki perjuangan yang sama, yakni memilih yang tepat sesuai kehendak Allah.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yehezkiel 25-27

Card image
Renungan Pagi - 02 September 2024
2024-09-02 18:27:27


Tuntunan hikmat Tuhan yang kita perlukan adalah saat perjalanan keseharian hidup, sebab tuntunan hikmat Tuhan akan membuat kita mampu bertahan ditengah tantangan dan ujian kehidupan, sehingga menjadi orang percaya yang tidak mudah kecewa dan putus asa. Sebab itulah ketika dihadapkan pada banyak masalah, jangan meminta Tuhan angkat masalah itu, tetapi mintalah hikmat Tuhan.

"Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, — yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit —, maka hal itu akan diberikan kepadanya."

Karena hikmat Tuhan menuntun kita menjadi orang percaya yang bijaksana, sabar dan setia melakukan kehendak Allah, sekalipun seringkali tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan, tetapi pada akhirnya dapat merasakan kuasa-Nya yang nyata dan dapat mengerti bahwa apa yang Tuhan lakukan adalah baik bagi kita.
(Yakobus 1:2-5)

Card image
Quote Of The Day - 02 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-02 18:19:01


Orang waras akan memikirkan kebutuhan yang lebih dari segala kebutuhan pemenuhan jasmani; yaitu kebutuhan akan kekekalan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 02 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-02 18:17:21


Kita harus berani memilih Tuhan sebagai satu-satunya kebahagiaan, memilih Tuhan sebagai satu-satunya kesenangan.

Card image
RAISING THE BANNER OF CHRIST - 2 September 2024 (English Version)
2024-09-02 18:14:44


When we read the Bible, from the early church onward, Christians have always been unique—sometimes seen as awkward, strange, or even unnatural. This cannot be avoided. Jesus Himself was thought to be possessed by Beelzebul or considered insane. Paul was also thought to be out of his mind. However, if we follow in the footsteps of the Lord Jesus consequently and consistently, we will become different from the world. As stated in Romans 12:2, which begins with offering our lives as a living sacrifice, holy and acceptable, then being transformed by the renewal of our minds. The truth is, the Christianity we have today is often one that is acceptable to society because we can be conformist-meaning, we adjust-and worse, we compromise. This means we do not dare to display our true identity, leading to the loss of our original Christianity and betraying the Lord.

We must dare to choose God as the only happiness, choose God as the only pleasure. This will make us different from the world around us. However, this also causes us to be rejected by the world because we no longer share the same chemistry with the world. We must continually undergo transformation, a metamorphosis. We must dare to lose pleasure, where we have the principle that only God is our pleasure and happiness. Even if we study, have a career, earning a living, having a family, whatever we do, we do it all for the glory of God. So, we don't have any part in this life. This life must be entirely for the pleasure of God. So if we still have pleasures that God does not participate in enjoy it, surely we are not living for the glory of God. This requires continuous practice, and the Holy Spirit continues to guide us.

People may view us as excessive, hyperbolic, or over-the-top. But this is the true standard of Christianity. Paul says in Philippians 1:21, "For to me, to live is Christ and to die is gain." The psalmist teaches us in Psalm 73:25-26, "Whom have I in heaven but You? And there is nothing on earth that I desire besides You." We must keep refining ourselves. Always remind ourselves that life is short, life is tragic, so prepare your life for everlasting life. Let’s prepare our lives for eternity. No matter how great, how rich, how luxurious our lives may be, it will all come to an end, and we will all face the judgment throne of God. Then, what will we boast about? What do we rely on?

God must be our only happiness, our only pleasure. If so, we cannot boast because whatever we have cannot be a pleasure or a joy. Whatever, do not enjoy anything. Even if we enjoy something, it is because we enjoy it with God or because of God. If we have a family and we enjoy being with them, the family should not become our kingdom. If we have a position, we do not enjoy it, but because God placed us there to do His work. The Holy Spirit will help us how we position ourselves precisely or appropriately.

So the point is, do not have happiness other than God. Practice, implementation of all this, we will only understand when we step and enter into it. If we merely hear or read about it, it remains abstract. Because God can be enjoyed as a man enjoys a woman, or vice versa. As a wife can enjoy her husband, or vice versa. As parents can enjoy their children, or vice versa. We must live this with one thought, what is the purpose of our lives, what is the use of our breath and blood if we do not live in harmonious fellowship with Him? How can we have harmonious fellowship with God if we do not make Him our delight? God says, "You cannot serve two masters, it's either 100% for Me or not at all."

This is certainly not easy, but we must take steps and learn, with the Holy Spirit helping us. First, this is not just a fantasy. Second, along with God being our only happiness, we live holy. If God is our only happiness, then it is difficult for us to sin, to the point where we cannot sin. The fear of God is clear, but when we do something that hurts Him, it causes us deep pain-a kind of trauma that cannot be described. This is the inner experience, the experience of the heart, when God becomes our happiness, and we do something that wounds Him, it hurts us deeply. Let us build a Kingdom of Heaven society that is different from our surroundings and from other people. This is the original, true, and authentic Christian life. This movement will make us different from those around us, and it requires a challenging and difficult struggle. It starts with ourselves. We want to raise the banner of true Christianity, the banner of Christ, by putting on the life of Christ in our lives.

WE WANT TO RAISE THE BANNER OF TRUE CHRISTIANITY, THE BANNER OF CHRIST, BY PUTTING ON THE LIFE OF CHRIST IN OUR LIVES.

Card image
MENGIBARKAN BENDERA KRISTUS - 02 September 2024
2024-09-02 05:16:41


Kalau kita membaca Alkitab, sejak gereja mula-mula orang Kristen itu unik, dan mungkin juga dipandang awkward, aneh atau bisa dinilai tidak wajar. Dan itu tidak bisa dihindari. Yesus sendiri dipandang kerasukan Beelzebul, atau dianggap gila. Paulus sendiri juga dianggap gila. Bagaimanapun, kalau kita mengikuti jejak Tuhan Yesus secara konsekuen dan konsisten, kita menjadi tidak sama dengan dunia ini. Seperti yang dikatakan dalam Roma 12:2, yang dimulai dengan mempersembahkan hidup sebagai korban yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan, kemudian berubah oleh pembaruan budi. Sejatinya, kekristenan yang kita miliki adalah kekristenan yang bisa diterima oleh masyarakat sekitar kita, karena kita bisa konformistis—artinya menyesuaikan—dan lebih parah lagi, kemudian kita kompromi, artinya kita tidak berani menampilkan jati diri yang sesungguhnya sehingga kita kehilangan kekristenan yang orisinal dan kita berkhianat kepada Tuhan.

Kita harus berani memilih Tuhan sebagai satu-satunya kebahagiaan, memilih Tuhan sebagai satu-satunya kesenangan. Ini akan membuat kita berbeda dengan dunia sekitar. Namun, ini yang kemudian membuat kita tertolak oleh dunia karena kita tidak satu chemistry dengan dunia. Kita harus terus mengalami perubahan, metamorfosa. Kita harus berani kehilangan kesenangan, di mana kita berprinsip hanya Tuhan itu kesenangan dan kebahagiaan kita. Kalaupun kita studi, berkarier, mencari nafkah, berkeluarga, apa pun yang kita lakukan, kita lakukan semua untuk kemuliaan Allah. Jadi, kita tidak memiliki bagian apa pun dalam hidup ini. Hidup ini harus sepenuhnya untuk kesukaan Tuhan. Jadi kalau kita masih punya kesenangan-kesenangan yang Tuhan tidak ikut menikmatinya, pasti kita tidak hidup untuk kemuliaan Allah. Di sini dibutuhkan latihan terus, dan Roh Kudus menuntun kita terus.

Orang akan menilai kita _lebai,_ hiperbola, berlebihan. Sejatinya, inilah standar kekristenan. Paulus mengatakan dalam Filipi 1:21, "Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." Pemazmur mengajarkan kepada kita di dalam mazmurnya, Mazmur 73:25-26, "Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi." Jadi, kita harus terus membenahi diri. Selalu ingatkan pada diri kita sendiri bahwa life is short, life is tragic, so prepare your life for everlasting life. Ayo kita persiapkan hidup kita untuk kekekalan. Sehebat, sekaya, semewah bagaimanapun, semua akan berakhir, dan semua kita akan menghadap takhta pengadilan Allah. Lalu apa yang kita mau banggakan? Apa yang kita andalkan?

Tuhan harus menjadi satu-satunya kebahagiaan kita, satu-satunya kesenangan kita. Jika demikian, kita tidak bisa membanggakan diri karena apa pun yang kita miliki tidak bisa menjadi kesenangan atau kesukaan. Apa pun, jangan menikmati apa pun. Kalaupun kita menikmati sesuatu, karena kita menikmatinya bersama Tuhan atau karena Tuhan. Kalau kita punya keluarga dan kita menikmati keluarga, namun keluarga bukan menjadi kerajaan kita. Kalau kita memiliki kedudukan, bukan kita nikmati, melainkan karena kita ditaruh Tuhan di situ untuk melakukan pekerjaan-Nya. Roh Kudus akan menolong kita bagaimana kita menempatkan diri secara presisi atau tepat.

Jadi intinya, jangan punya kebahagiaan selain Tuhan. Praktik, implementasi dari semua ini, baru kita mengerti ketika kita melangkah dan masuk ke dalamnya. Kalau hanya mendengar atau membaca, ini abstrak. Sebab Allah itu bisa dinikmati sebagaimana seorang pria menikmati wanita, atau sebaliknya. Sebagaimana istri bisa menikmati suami, atau sebaliknya. Sebagaimana orang tua bisa menikmati anak-anak, atau sebaliknya. Kita harus menghayati hal ini dengan satu pemikiran, untuk apa kita hidup, untuk apa kita punya napas dan darah kalau kita tidak hidup dalam persekutuan yang harmoni dengan Dia? Bagaimana kita bisa memiliki persekutuan yang harmoni dengan Tuhan kalau tidak menjadikan Dia kesukaan kita? Tuhan berkata, "Kamu tak dapat mengabdi kepada dua tuan, 100% untuk-Ku atau tidak usah sama sekali."

Memang ini bukan hal yang mudah, tapi kita harus melangkah dan belajar, juga Roh Kudus akan menolong kita. Jadi, yang pertama, bukan hanya fantasi. Yang kedua, seiring dengan Tuhan menjadi satu-satunya kebahagiaan kita, kita hidup suci. Kalau Tuhan menjadi kebahagiaan kita satu-satunya, maka kita sulit berbuat dosa sampai tidak bisa berbuat dosa. Takut akan Allah jelas, tapi hal yang kita benar-benar menjadi trauma tak bisa digambarkan. Sebab itu adalah pengalaman batin, pengalaman hati ketika Tuhan menjadi kebahagiaan kita, lalu kita berbuat sesuatu yang melukai Dia, sakit sekali kita. Mari kita membangun masyarakat Kerajaan Surga yang berbeda dengan lingkungan dan manusia lain. Inilah kehidupan orang Kristen yang orisinal, yang sejati, yang asli. Gerakan ini akan membuat kita menjadi manusia yang berbeda dengan orang di sekitar kita. Dan ini membutuhkan perjuangan yang tidak mudah, perjuangan yang berat. Dimulai dari diri kita sendiri. Kita mau mengibarkan bendera kekristenan yang sejati, bendera Kristus, yaitu dengan cara mengenakan hidup Kristus dalam hidup kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA MAU MENGIBARKAN BENDERA KEKRISTENAN YANG SEJATI, BENDERA KRISTUS, YAITU DENGAN CARA MENGENAKAN HIDUP KRISTUS DALAM HIDUP KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 September 2024
2024-09-02 05:11:16

Yehezkiel 23-24

Card image
Truth Kids 01 September 2024 - MENJADI BERKAT BAGI YANG TERDEKAT
2024-09-01 20:59:16


Mazmur 145:9
”TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya.”

Siapa di antara kalian yang masih suka berebut mainan atau masih suka ada yang marah kalau barang miliknya dipinjam oleh saudara atau teman? Jujur saja, mungkin kita seringkali kesal karena berebut mainan dengan adik atau kakak. Namun, ingatkah kalian bahwa Tuhan Yesus mau kita menjadi teladan dan berkat untuk banyak orang, sehingga banyak orang bisa melihat kasih Kristus dari dalam hidup kita? Tentu ingat, dong? Sekarang bayangkan, bagaimana kita mau menjadi teladan dan berkat buat orang banyak kalau kita sendiri tidak menjadi teladan bagi keluarga kita? Bagaimana kita menjadi teladan kalau kita tidak berbuat baik kepada adik, kakak atau orang tua?

Nah, jika begitu, ingatlah! Segala sesuatu dimulai dari hal kecil, baru hal yang besar. Sebelum kita berbuat baik kepada orang yang jauh, perbuatlah dahulu kepada orang orang terdekat kita, ya, Sobat Kids. Biar berkat kebaikan dan cinta kasih Tuhan itu dirasakan oleh mereka melalui kita. Jadi... Ayo, kita mulai berbuat baik kepada adik, kakak, dan orang tua kita. Berbagi kebaikan itu tidak ada ruginya. Justru membuat hati Tuhan senang. Semangat, ya!

Card image
Truth Junior 01 September 2024 - SALING BERBAGI
2024-09-01 20:56:19


Mazmur 145:9
”TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya.”

Hallo… Sobat Junior, apa kabarnya? Hari ini kita akan belajar tentang saling berbagi. Tahu tidak, Sobat Junior, berbagi itu merupakan wujud kasih kita kepada sesama? Tuhan mengajarkan kita melalui firman-Nya bahwa Dia penuh kasih dan rahmat kepada semua ciptaan-Nya. Kasih dan rahmat ini juga bisa kita tunjukkan dalam kehidupan sehari-hari dengan berbagi kepada orang-orang di sekitar kita, contohnya kepada saudara-saudara kita.

Berbagi tidak hanya berarti memberikan sesuatu yang kita miliki, tetapi juga menunjukkan kasih dan kebaikan yang Tuhan ajarkan kepada kita. Misalnya, ketika kita memiliki mainan yang kita sukai, alangkah baiknya jika kita saling berbagi mainan tersebut dengan adik atau kakak kita. Dengan begitu, kita membuat mereka merasa senang, dan kita pun merasakan sukacita. Selain berbagi mainan, kita juga bisa berbagi makanan. Ketika kita mendapatkan camilan atau makanan kesukaan kita, kita bisa menawarkan sebagian kepada saudara kita. Dengan begitu, kita menunjukkan bahwa kita peduli dan sayang kepada mereka. Tuhan suka melihat anak-anak-Nya saling berbagi dan mengasihi satu sama lain. Tidak hanya berbagi benda, kita juga bisa berbagi waktu. Misalnya, ketika adik kita ingin bermain atau membutuhkan bantuan, kita bisa meluangkan waktu untuk menemani dan membantunya. Dengan begitu, kita menunjukkan bahwa kita siap untuk mendukung dan mengasihi mereka.

Berbagi adalah salah satu cara kita untuk meneladani kasih dan kebaikan Tuhan. Dengan berbagi, kita menunjukkan bahwa kita mengerti dan menghargai kasih Tuhan yang melimpah dalam hidup kita. Maka dari itu, ayo, kita berbagi dengan adik, kakak, saudara, atau teman kita. Dengan begitu, kita memperlihatkan kasih, kebaikan, dan kemurahan hati yang Tuhan ajarkan kepada kita. Selamat berbuat kebaikan, Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 01 September 2024 (English Version) - PEAK OF FREEDOM
2024-09-01 20:54:25


"He gives strength to the weary and increases the power of the weak." (Isaiah 40:29)

Each of us certainly has strengths and weaknesses; these can be in the form of achievements, physical condition, or personal abilities. All of these aspects are blessings that cannot be compared to one another, for God has created each of us uniquely and specially. Therefore, we should accept and be grateful for both the strengths and weaknesses we possess.

Generally, a weakness can be defined as something we dislike about ourselves or something that hinders us from achieving what we desire. However, did you know that weakness is something relative, depending on how we perceive it? For example, someone might feel that their nose isn't prominent enough, leading them to feel insecure when meeting others. But, others might not see a less prominent nose as a weakness. From this, we can learn that what we perceive as a weakness might not be seen as such by others, and vice versa.

Perhaps some of us still view our weaknesses as bothersome and have wondered, "Why do I have so many weaknesses?" There are two things we need to correct in our thinking: First, there are aspects of ourselves that are beyond our control—what God has given us. Second, what is considered a weakness can be transformed into something that can be improved.

By understanding that our current state is the best version of ourselves that God has created, we should only feel gratitude today for the life we have received. For the LORD God could not have made a mistake in creating us; everything has a purpose for His glory. As children of the Father, we must accept ourselves and not compare ourselves to others. Therefore, we must change our mindset in viewing our weaknesses by adopting God's perspective.

WHAT TO DO:
1. We must avoid negative self-talk, recognize our weaknesses, and change our perspective on ourselves.
2. Accompany this with constant gratitude for what God has given.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 23-24

Card image
Truth Youth 01 September 2024 - PUNCAK KEMERDEKAAN
2024-09-01 20:47:35


”Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.” (Yesaya 40:29)

Setiap dari kita pasti memiliki yang namanya kelebihan dan kekurangan, hal ini bisa berupa tingkat pencapaian, keadaan fisik, sampai kepada kemampuan diri yang kita miliki. Dari beberapa hal tersebut, itu semua merupakan suatu anugerah yang ga bisa dibandingkan satu dengan yang lain, sebab memang Allah menciptakan kita masing-masing unik dan spesial. Maka sudah sepatutnya, kita menerima serta mensyukuri apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan yang ada di diri kita.

Secara umum kelemahan diri dapat diartikan sebagai suatu hal yang ga kita sukai terkait keadaan diri sendiri. Selain itu dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang menghambat diri dalam mencapai hal yang diingin diraih. Namun tahukah teman-teman, jika kelemahan diri merupakan sesuatu yang relatif tergantung dari cara kita memandangnya. Contoh, mungkin ada yang merasa hidungnya kurang mancung, dan akhirnya membuat diri minder ketika bertemu banyak orang. Padahal, belum tentu orang lain berpikir hidung kurang mancung itu sebagai kelemahan. Nah, dari sini kita bisa belajar, apa yang kita anggap itu kelemahan diri, ternyata ga demikian bagi orang lain, demikian juga sebaliknya.

Mungkin di antara kita masih menggangap kekurangan sebagai sesuatu yang mengganggu, dan sempat terlintas berpikir, “Kenapa sih gue ada kekurangan di berbagai hal?” Ada dua hal yang harus kita perbaiki dalam berpikir, pertama, ada bagian dari keadaan kita yang di luar kendali kita, yaitu apa yang Tuhan telah berikan. Kedua, apa yang dianggap kelemahan bisa diubah menjadi sesuatu yang bisa ditingkatkan.

Dengan memahami bahwa keadaan diri kita merupakan versi yang terbaik dari Tuhan, sudah sepatutnya hanya ada rasa syukur dalam hari ini akan kehidupan yang telah kita terima. Sebab TUHAN Allah ga mungkin salah dalam menciptakan kita, semua ada maksud dan tujuan untuk kemuliaan nama-Nya. Kita sebagai anak-anak Bapa harus menerima diri sendiri dan ga membandingkan dengan orang lain. Oleh sebab itu, cara berpikir kita harus diubah dalam melihat kelemahan diri, dengan mengenakan cara berpikir Tuhan.

WHAT TO DO:
1.Kita harus hindari kalimat negatif terhadap diri sendiri, mampu mengetahui apa yang menjadi kekurangan diri, serta mengubah pandangan terhadap diri sendiri.
2.Lengkapi dengan selalu bersyukur kepada apa yang Tuhan berikan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yehezkiel 23-24

Card image
Renungan Pagi - 01 September 2024
2024-09-01 18:26:27


Ada banyak orang mengaku cinta Tuhan tetapi tidak sungguh-sungguh hidup takut akan Tuhan, dalam hidupnya masih tetap melakukan perbuatan yang najis, tidak berusaha berkenan pada Tuhan dan seringkali malah melukai hati Tuhan. Padahal takut akan Tuhan itu suci, jadi seharusnya hidup kita pun makin suci dihadapan Tuhan.

"Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya, lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah."

Jadi, sudah seharusnya orang yang menyatakan cinta akan Tuhan pasti hidup takut Tuhan, dalam pengertian menghormati dan menghargai Tuhan sebagai Pribadi yang dicintainya. Kita juga harus mencintai hukum-hukum-Nya yang benar dan adil, lebih indah dari emas dan bahkan lebih manis dari madu.

Artinya hidup takut Tuhan itu tidaklah sulit, tetapi indah dan manis, asalkan melakukannya karena kita mencintai Tuhan. Dan orang yang takut akan Tuhan, dalam hidupnya selalu punya prinsip aku tidak boleh lagi bermain-main dengan dosa, dan apa yang Tuhan kehendaki itulah yang aku lakukan. Supaya hati Tuhan disenangkan.
(Mazmur 19:9-10)

Card image
Quote Of The Day - 01 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-01 18:25:04


Kegelisahan yang kudus membuat kita lebih merapat kepada Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 01 September 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-09-01 18:24:18


Keadaan di mana kita puas dengan apa yang telah kita capai dan tidak ada perubahan namanya pasivitas rohani.

Card image
FEELING THE STING OF GOD - 01 September 2024
2024-09-01 18:22:36


One absolute thing that is definitely desired by God, namely that our future life page or the new life page that God gives must be more beautiful, must be better than the life page that we have ever lived. God does not want the same beauty that we have ever carved or have ever been able to paint. God wants new beauty, beauty that has a higher value, and of course is more pleasing to God.

Just as parents take joy in watching their child grow, they do not wish for the child to remain at one level. The child must continue to grow, become more mature, more intelligent, and stronger, so that the parents are pleased with the changes that occur step by step in the child's life. Likewise, our Heavenly Father desires that our life’s portrait becomes more beautiful with each passing day, that we grow to be more blameless, more flawless, more spiritually intelligent, and act with precision, so that we become complete human beings before God.

It's not easy. Often we fail or sometimes we fail, but we must know where our failure lies and we do not repeat it so that the new page of life that God gives is not colored, not depicted by the wrong steps we have taken in the past. Such a life is one that is continually renewed; that is the beautiful dynamic of life. We must focus on this and experience a process that does not stop, but a continuous process. Do not stop changing. Do not stop growing. Of course, this change should be more positive, more holy, more pleasing to God. Let us honestly look at our lives, there are times when we do not experience change and we are not vigilant, not alert to that situation. A situation where we are satisfied with what we have achieved and there is no change is called spiritual passivity.

People who experience spiritual passivity does not mean that he stops going to church. He can go to church, maybe even diligently, he does not stop being a church activist, does not stop being a pastor, but his spiritual life does not change as God wants. Satan makes our focus on many things, so that we do not pay attention to the beauty of our lives which should continuously progress. Be careful, for those of us who still go to church, are still active in ministry, are still pastors, and perform church duties, but inwardly do not experience a process of change. In 2 Corinthians 4:16, Paul says that his inner man is being renewed day by day.

Our age increases, some skills also increase, maybe the mentality also changes for the better because the environment makes the mentality change for the better, but the inner man does not. And that happens in the lives of many Christians, activists, even pastors. So even though we have been in the Theological College for 10 years, it is not certain that we can become a man of God. Satan is very cunning and we ourselves can also be deceived, where we feel satisfied with one spiritual level that we have achieved. Even though it turns out that we do not grow. So don't let us be parked and not experience change or like a plane on the runway that never takes off and experiences no change.

God wants us to experience change, and the conditions that we must experience are, first, we must be stung by the presence of God. We can get the presence of God when we pray. Second, we must be stung by the Word. However, many people do not experience or feel that sting because they do not give their hearts and attention to God. They pray, but without longing and thirst for God. This happens because they have certain pleasures, enjoy the world, enjoy praise which prevents them from receiving the sting of God. So, it is not surprising that they do not experience progress. Therefore, do not take pleasure in the position of honor that we receive, but rather in the responsibility and opportunity to serve that God gives through it.

When we simplify our lives-that is focusing solely on God, not having any desires and pleasures-then we can feel the sting of God. It is difficult to explain this to others, but the Holy Spirit will help to understand this: how simple life can be, but also how joyful our life is. So, no matter how big our problems are, we place them in God's hands. If our problem is solved, praise God. But if it is not, we trust in God's will. Do not think that resolving a problem will make us happier. Our happiness does not depend on the problem being solved, because our happiness is found in God alone. Remember, there is nothing more beautiful than pleasing God from minute to minute, from hour to hour, becoming increasingly sanctified and perfect. And when we close our eyes for the final time, we will be worthy to enter the family of the Kingdom of God.

WHEN WE SIMPLIFY OUR LIVES - THAT IS FOCUSING SOLELY ON GOD, NOT HAVING ANY DESIRES AND PLEASURES THEN WE CAN FEEL THE STING OF GOD.

Card image
MERASAKAN SENGATAN TUHAN - 01 September 2024
2024-09-01 18:20:09


Satu kemutlakan yang pasti dikehendaki oleh Allah, yaitu lembar hidup kita ke depan atau lembar hidup yang baru yang Tuhan berikan harus lebih indah, harus lebih baik dari lembar hidup yang pernah kita jalani. Tuhan tidak ingin keindahan yang sama yang kita pernah ukir atau pernah bisa kita lukis. Tuhan menghendaki keindahan yang baru, keindahan yang memiliki nilai lebih tinggi, dan tentu lebih menyenangkan hati Tuhan. Seperti orang tua yang melihat anaknya tumbuh, orang tua senang. Tetapi, orang tua tidak menghendaki anak itu bertumbuh hanya pada satu level. Dia harus terus mengalami proses pertumbuhan, makin dewasa, makin cerdas, makin kuat, sehingga orang tua disenangkan oleh perubahan yang terjadi tahap demi tahap yang dialami anak. Demikian pula Bapa di surga, Bapa menghendaki agar lukisan hidup kita makin hari makin indah, kita bertumbuh lebih tidak bercacat, lebih tidak bercela, lebih cerdas rohani, dalam bertindak memiliki ketepatan-ketepatan, sehingga kita menjadi manusia yang utuh di hadapan Allah.

Ini tidak mudah. Sering kita gagal atau kadang-kadang kita gagal, tetapi kita harus tahu di mana letak kegagalan kita dan kita tidak mengulanginya agar lembar hidup yang baru yang Tuhan berikan tidak terwarnai, tidak tergambar langkah salah yang pernah kita lakukan. Kehidupan seperti ini merupakan kehidupan yang terus-menerus dibarui; itu adalah dinamika hidup yang sungguh indah. Mesti kita memiliki fokus terhadap hal ini dan mengalami proses yang tidak berhenti, tapi proses yang berkesinambungan. Jangan berhenti berubah. Jangan berhenti bertumbuh. Tentu berubah makin positif, makin suci, makin berkenan di hadapan Tuhan. Coba kita jujur melihat hidup kita, ada saat-saat di mana kita tidak mengalami perubahan dan kita tidak waspada, tidak alert terhadap keadaan itu. Keadaan di mana kita puas dengan apa yang telah kita capai dan tidak ada perubahan namanya pasivitas rohani.

Orang yang mengalami pasivitas rohani bukan berarti ia berhenti ke gereja. Dia bisa ke gereja, bahkan mungkin rajin, ia tidak berhenti menjadi aktivis gereja, tidak berhenti menjadi pendeta, tetapi kehidupan rohaninya tidak berubah seperti yang Allah inginkan. Setan membuat fokus kita tertuju kepada banyak hal, sehingga kita tidak memperhatikan keindahan hidup kita yang harus terus mengalami progresivitas. Hati-hati, bagi kita yang masih ke gereja, masih aktif dalam pelayanan, masih menjadi pendeta, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan gereja, tetapi secara batiniah tidak mengalami proses perubahan. Dalam 2 Korintus 4:16, Paulus mengatakan bahwa manusia batiniahnya dibarui dari hari ke hari.

Umur kita bertambah, beberapa kecakapan pun bertambah, mungkin mentalnya juga berubah lebih baik karena lingkungan yang membuat mentalnya bisa berubah jadi lebih baik, tapi manusia batiniahnya tidak. Dan itu terjadi dalam kehidupan banyak orang Kristen, aktivis, bahkan pendeta. Sehingga walaupun sudah 10 tahun di Sekolah Tinggi Teologi belum tentu bisa menjadi manusia Allah. Setan itu sangat licik dan kita sendiri juga bisa tertipu, di mana kita merasa puas diri dengan satu level rohani yang kita capai. Walaupun ternyata kita tidak bertumbuh. Maka jangan sampai kita diparkir dan tidak mengalami perubahan atau kita ada di landasan pacu, tapi kita tidak pernah bisa terbang; tidak mengalami proses perubahan.

Tuhan mau kita mengalami perubahan, dan syarat yang harus kita alami adalah, pertama, kita harus disengat oleh kehadiran Tuhan. Kehadiran Tuhan dapat kita peroleh ketika kita berdoa. Yang kedua, kita harus disengat oleh firman. Tetapi banyak orang tidak mengalami sengatan itu atau tidak merasa sengatan itu karena mereka tidak memberikan hati dan perhatiannya kepada Tuhan. Mereka berdoa, namun tanpa kerinduan dan kehausan akan Allah. Hal ini terjadi karena mereka punya kesenangan tertentu, menikmati dunia, menikmati pujian sehingga tidak bisa menerima sengatan Tuhan. Jadi tidak heran, kalau mereka tidak mengalami progresivitas. Maka, jangan menikmati kedudukan dari kehormatan yang kita peroleh, tapi nikmati kedudukan itu dari tanggung jawab dan kesempatan berbakti yang Tuhan berikan di dalamnya.

Ketika kita membuat hidup kita simpel—yaitu fokus hanya kepada Tuhan, tidak memiliki keinginan-keinginan dan kenikmatan apa pun—barulah kita bisa merasakan sengatan Tuhan. Sulit menjelaskan hal ini kepada orang lain, tapi Roh Kudus akan menolong untuk mengerti hal ini: betapa sederhananya hidup, tapi juga begitu riangnya hidup kita. Jadi, sebesar apa pun masalah kita, kita serahkan dalam tangan Tuhan. Masalah kita selesai, puji Tuhan. Namun jika tidak selesai, ya, terserah Tuhan. Jangan berpikir kalau masalah ini selesai, kita akan lebih bahagia. Kebahagiaan kita bukan masalah itu selesai, sebab kebahagiaan kita hanya pada Tuhan. Ingat, tidak ada hal yang lebih indah kecuali kita menyenangkan Tuhan dari menit ke menit, dari jam ke jam, makin dikuduskan, makin sempurna. Dan ketika kita menutup mata, kita layak masuk ke dalam anggota keluarga Kerajaan Allah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KETIKA KITA MEMBUAT HIDUP KITA SIMPEL— YAITU FOKUS HANYA KEPADA TUHAN, TIDAK MEMILIKI KEINGINAN-KEINGINAN DAN KENIKMATAN APA PUN — BARULAH KITA BISA MERASAKAN SENGATAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 01 September 2024
2024-09-01 11:24:35

Yehezkiel 21-22

Card image
Truth Kids 31 Agustus 2024 - INGAT.. INGAT..
2024-08-31 21:49:43


Ibrani 13:16
”Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah.”

Sejak awal bulan ini, kita belajar buah Roh kemurahan. Murah hati adalah sifat yang ditunjukkan seseorang dengan berbagi kepada orang lain. Kita bisa memberikan waktu, tenaga, uang, kasih sayang, peduli, dan lain-lain. Murah hati tidak hanya memiliki sifat tidak pelit, melainkan juga memberikan pengampunan kepada orang lain yang melakukan kesalahan.

Kemurahan hati bisa dipelajari, Sobat Kids. Kita bisa memulainya dari hal-hal yang kecil. Misalnya saat hati kalian tergerak untuk sharing buku cerita, mainan, ataupun makanan kepada seseorang, lakukanlah. Kita berbagi kepada orang lain bukan karena ingin mendapatkan imbalan, melainkan sebagai bentuk syukur atas berkat Tuhan dalam hidup ini. Kita tidak perlu mengharapkan ucapan terima kasih, balasan, atau dipuji orang karena kita melakukannya untuk Tuhan. Selalu ingat untuk berbuat baik, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 31 Agustus 2024 - INGAT.. INGAT
2024-08-31 21:46:15


Ibrani 13:16
”Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah.”

Akhirnya kita sampai di penghujung bulan. Sudah selama satu bulan ini kita belajar buah Roh kemurahan. Setiap hari, kita belajar cara mempraktikkan buah Roh kemurahan dalam hidup ini. Mari kita evaluasi perbuatan kita selama satu bulan ini. Apakah kita sudah berbelas kasihan kepada orang lain? Apakah kita sudah rela menolong orang lain tanpa mengharapkan balasan atau pujian?

Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk berbuat baik dan memberi bantuan. Mungkin secara daging, kita masih agak sulit untuk tetap berbuat baik terhadap teman yang sering usil. Namun, justru disitulah kita mengorbankan keinganan daging kita. Jika kita tetap berbuat baik, itu akan menjadi “korban-korban” yang berkenan kepada Allah.

Satu keinginan yang perlu kita tanamkan sejak kecil, yaitu menyenangkan hati Tuhan saja. Jadi, tidak masalah jika daging kita harus berkorban, asalkan kita dapat menyenangkan hati Tuhan. Ingatlah untuk berbuat baik dan memberi bantuan setiap hari, ya, Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 31 Agustus 2024 - CERTAINTY
2024-08-31 21:34:42


“That is why it is said: ‘Wake up, O sleeper, rise from the dead, and Christ will shine on you.’” (Ephesians 5:14)

Today’s world teaches us to always seek certainty. Yet, behind this search lies a multitude of other uncertainties. In truth, nothing in life can be certain except Christ. Those who continuously seek certainty like the world do will eventually become ensnared by false assurances. It is no wonder that such people become bound, like being tied with ropes of certainty. Ephesians 5:14 says, “Wake up, O sleeper, rise from the dead, and Christ will shine on you.” This verse can also be understood as a warning to us, the children of God, who are supposed to be the light but instead are asleep among the dead. Fortunately, we who can still read or hear the Word of God are blessed.

Today’s world seeks peace through certainty but ends up in vain efforts. Remember, the only certainty in this world is Christ. Don’t let ourselves be deceived by the ever-changing world and its standards. Be transformed by the renewing of your mind, to God’s standard, so that true certainty comes from Christ alone. If we continue to follow the world, it will always be endless and uncertain. What is certain today may not be tomorrow. Everything changes except salvation in Christ Jesus, our Lord. Therefore, let’s start each day with the renewed awareness that certainty is found only in Christ, so that when we encounter less-than-ideal situations, they do not become major issues that steal our peace daily.

WHAT TO DO:
1. Don’t be easily disappointed.
2. Learn to be sincere.
3. Rely on God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 21-22

Card image
Truth Youth 31 Agustus 2024 - KEPASTIAN
2024-08-31 21:32:42


”Itulah sebabnya dikatakan: ‘Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu’.”(Efesus 5:14)

Dunia hari ini mengajarkan kita untuk selalu mencari kepastian. Padahal di balik pencarian ini banyak ketidakpastian lain yang muncul. Nyatanya memang, tidak boleh ada yang pasti dalam hidup ini selain Kristus saja. Mereka yang terus mencari kepastian seperti orang dunia, lambat laun akan terhilang dalam jeratan kepastian yang palsu. Tidak heran jika orang-orang seperti ini akan menjadi orang-orang yang tidak bebas, seperti diikat dalam tali kepastian. Efesus 5:14 mengatakan, “Bangunlah hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu.” Ayat ini dapat diartikan juga sebagai peringatan bagi kita anak-anak Allah yang seharusnya menjadi terang, malah terlelap dan tidur bersama orang mati. Beruntungnya kita yang hari ini masih bisa membaca atau mendengar Firman Tuhan.

Dunia hari ini berusaha mencari ketenangan melalui kepastian, namun terjebak dalam usaha yang sia-sia. Ingat teman-teman, yang pasti di dunia ini hanya satu, yaitu Kristus saja. Jangan sampai kita terlena dengan indahnya dunia yang selalu berubah dan mencoba bertahan dalam berbagai rintangan menurut standar mereka. Berubahlah oleh pembaruan budimu, budimu akan Allah, agar kepastian yang sejati datang dari Kristus saja. Karena jika kita terus mengikuti dunia, pasti tidak akan habisnya dan tidak ada pastinya. Hari ini pasti, besok belum tentu. Semua berubah, kecuali keselamatan dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Maka dari itu, yuk awali hari-hari kita dengan kesadaran yang baru bahwa kepastian itu hanya Kristus saja, jadi jika bertemu sesuatu yang tidak ideal, maka tidak jadi masalah besar yang merenggut damai sejahtera hati kita setiap harinya.

WHAT TO DO:
1. Jangan mudah kecewa
2. Belajar tulus
3. Mengandalkan Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yehezkiel 21-22

Card image
Renungan Pagi - 31 Agustus 2024
2024-08-31 21:05:25


Satu hal penting yang harus dijaga oleh setiap orang percaya adalah lidah atau perkataan, karena lidah dapat menciptakan teman, namun juga dapat menciptakan musuh. Lidah atau perkataan juga dapat membangun masa depan tetapi dapat juga menghancurkan masa depan. Ada banyak orang sebetulnya hari depannya hebat, tetapi karena lidahnya banyak menciptakan masalah, maka kesuksesan jauh dari hidupnya.

Firman Tuhan bahkan juga mengingatkan ada orang-orang yang manis tutur katanya, namun sebenarnya punya maksud jahat dan menyerang orang-orang yang hidup damai dengan mereka. Dengan kata lain perkataannya penuh tipu daya kemunafikan. "Orang itu mengacungkan tangannya kepada mereka yang hidup damai dengan dia, janjinya dilanggarnya; mulutnya lebih licin dari mentega, tetapi ia berniat menyerang; perkataannya lebih lembut dari minyak, tetapi semuanya adalah pedang terhunus."

Jadi hati-hati dengan lidahmu, perkataanmu! Lidah dapat menjadi saksi Tuhan tetapi juga dapat menjadi batu sandungan. Karena itu kuasailah lidah dengan benar, agar perkataan kita bukan melukai tetapi selalu menjadi berkat.
(Mazmur 55:20-21)

Card image
Quote Of The Day - 31 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-31 20:56:23


Beranilah untuk membuang semua kesenangan yang menghambat kerja kita bagi Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 31 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-31 20:54:18


Orang yang masih mencari kepuasan dunia, tidak akan pernah mengenali kepuasan rohani. Dia menggantikan naluri ilahi menjadi naluri duniawi.

Card image
TESTING - 31 Agustus 2024 (English Version)
2024-08-31 20:50:50


In a relationship with someone, there should be no suspicion or distrust. Or in other words, there should be no lies in between. Lies do not mean lying in this case, but pretense is also a lie. Likewise in our relationship with God, there should be no lies, no pretense, no distrust, no doubt. For that, God tests how much we truly have faith in the Person of God. Our life for 70-80 years on this earth is actually only to build a relationship with the Father in heaven, a relationship with the Lord Jesus Christ. With the Father as Father and us as children, we are the bride and Jesus the bridegroom, there should be no lies, meaning there should be no suspicion and doubt in God.

And for this reason, God conducts tests in our lives, just as Abraham was tested to sacrifice his son, Isaac; Shadrach, Meshach, and Abednego had to enter the fiery furnace; Daniel had to enter the lion's den. Don't be surprised if God brings us to a confusing situation, why God made the situation like this. Therefore, we must learn how to live in harmony with God, where there is no suspicion towards Him. Often, God gives us a problem. If it were a burden, God gives us a 5-kilogram burden-will we still trust and not complain? If we pass, God gives a 7-kilogram burden-will we still be thankful and not complain? Then, a 15-kilogram burden-will we still be thankful and not suspicious of God? Then a 50-kilogram burden, and so on. It is here that God conducts His testing.

It is a test of whether we still trust Him in the midst of such situations. It is as if we are in a room with five doors, five exits, and one by one, the exits are reduced: from five to four, then from four to three, from three to two, and finally to one. And even that one door is not guaranteed to be an exit. Then what happens? Even that one door is closed. We begin to doubt. In our life experiences, we may have reached a point where we say to God, "Lord, why are You making this ministry difficult? Why has my ministry become so challenging, O Lord? It seems as if You are not defending Your work. It feels like this situation is dragging on, I'm in trouble, and I could be humiliated by this situation."

We pray and fast, but we don't see any glimmer of hope, no signs of a way out. But it turns out, for people who are God's lovers or God's great people, they are brought into situations like Moses at the Red Sea. Chased by Egyptian executioners from behind, with mountains or hills on either side, and the roaring sea in front-there's no way out. So, if God brings us into such a situation, know that we are special people. If we pass through that situation, we become someone worthy of being God's lover, God's friend. Remember, after Abraham was tested and successfully offered his son, Isaac, the Bible records that 'he became a friend of God.' But becoming a friend of God is not easy; there are tests that God gives. On one occasion, Jesus said, '"I no longer call you servants because servants do not know what their masters do, but I call you friends". Incredible.

Often, God brings us into floods. The water covers us, it’s already past our mouths, and we can't shout. It’s already below our noses, about to rise, and we’re about to die, unable to breathe. But God will not allow the water to go above our noses and cause us to die foolishly. Such a person is actually special because God wants to build a relationship with that person-a special, intimate relationship without lies. When everything is going well, trusting God is not difficult. But when situations are tough, trusting God is not easy. Yet we must continue to believe that God never abandons us. So if God helped us in the past, believe that He will help us now and in the future. Let’s pay attention and reflect, to examine how we have lived our days, and see how God has been with us today because His help and care are evident, aren’t they?

But one thing we must know is that God works with a perfect schedule. So when our situation worsens, and it seems like God is making things even worse, it’s actually God testing how much trust and faith in God we have, and do not doubt God at all. So, the situation can get worse, but we must not doubt God at all. He is not in a rush, not in haste, but He is also never late. Just as surely as the morning dawns, so surely will God's help arrive.

BECOMING A FRIEND OF GOD IS NOT EASY; THERE ARE TESTS THAT GOD GIVES.

Card image
PENGUJIAN - 31 Agustus 2024
2024-08-31 20:48:51


Dalam hubungan dengan seseorang, tidak boleh ada kecurigaan atau ketidakpercayaan. Atau dengan kalimat lain, tidak boleh ada dusta di antaranya. Dusta bukan berarti bohong dalam hal ini, tetapi kepura-puraan itu juga termasuk dusta. Demikian pula dalam hubungan kita dengan Tuhan, tidak boleh ada dusta, tidak boleh ada kepura-puraan, tidak boleh ada ketidakpercayaan, tidak boleh ada keraguan. Untuk itu, Tuhan menguji seberapa kita benar-benar memiliki kepercayaan kepada Pribadi Allah. Hidup kita selama 70-80 tahun di bumi ini sebenarnya hanya untuk membangun relasi dengan Bapa di surga, relasi dengan Tuhan Yesus Kristus. Dengan Bapa sebagai Bapa dan kita sebagai anak, kita mempelai wanita dan Yesus mempelai pria, tidak boleh ada dusta, artinya tidak boleh ada kecurigaan dan keraguan kepada Tuhan.

Dan untuk itu ada pengujian-pengujian yang Tuhan lakukan dalam hidup kita, seperti Abraham diuji harus mempersembahkan anaknya, Ishak; Sadrakh, Mesakh, Abednego harus masuk dapur api; Daniel harus masuk gua singa. Jangan heran kalau Tuhan membawa kita kepada suatu keadaan yang membingungkan, mengapa Tuhan menjadikan situasi seperti ini. Untuk itu kita harus belajar bagaimana memiliki kehidupan yang harmoni dengan Tuhan, di mana tidak ada kecurigaan terhadap Allah. Sering Tuhan memberi kita satu masalah. Kalau ibarat beban, Tuhan beri beban 5 kilo, bagaimana, apakah kita masih menaruh percaya dan tidak bersungut-sungut? Lulus. Tuhan beri beban 7 kilo, apakah kita masih bersyukur, tidak bersungut-sungut? Tuhan beri beban 15 kilo, apakah kita masih bersyukur dan tidak mencurigai Tuhan? Tuhan beri beban 50 kilo, dan seterusnya. Dan di situ Tuhan mengadakan pengujian.

Merupakan suatu pengujian, apakah kita masih menaruh percaya kepada-Nya di tengah-tengah situasi seperti itu. Kalau ibarat kita ada di satu ruangan, masih ada lima pintu, lima jalan keluar, dibuat jadi empat. Dari empat, dibuat jadi tiga. Dari tiga, dibuat jadi dua pintu keluarnya, lalu tinggal satu. Satu pun bukan jaminan bisa menjadi pintu atau jalan keluar. Lalu yang terjadi, satu pintu ini pun ditutup. Kita mulai ragu-ragu. Dalam pengalaman hidup kita, mungkin kita pernah sampai di suatu kondisi sehingga kita berkata kepada Tuhan, “Tuhan, mengapa Engkau mempersulit pelayanan ini? Mengapa pelayananku menjadi susah, ya, Tuhan? Engkau seperti tidak membela pekerjaan-Mu. Engkau seperti membuat keadaan ini berlarut-larut, saya susah, dan saya bisa dipermalukan oleh keadaan ini.”

Kita doa dan puasa, tetapi kita tidak melihat titik terang, tidak melihat gejala-gejala adanya jalan keluar. Tetapi ternyata, untuk orang-orang yang menjadi kekasih Tuhan atau orang besarnya Tuhan, mereka dibawa ke situasi seperti Musa di pantai Teberau. Dari belakang dikejar algojo-algojo Mesir, kanan kiri gunung atau bukit, dan di depan laut bergelora. Tidak ada jalan. Jadi kalau sampai kita dibawa Tuhan kepada situasi seperti ini, ketahuilah bahwa kita adalah orang istimewa. Yang jika kita lulus melewati keadaan itu, kita menjadi seorang yang layak menjadi kekasih Tuhan, sahabat Tuhan. Ingat, setelah Abraham diuji dan lulus mempersembahkan anaknya, Ishak, Alkitab mencatat “ia menjadi sahabat Allah.” Tapi, menjadi sahabat Allah itu tidak mudah, ada pengujian-pengujian yang Allah berikan. Dalam satu kesempatan Yesus berkata, “Aku tidak menyebut lagi kamu hamba karena hamba tidak tahu apa yang dilakukan tuannya, tapi Aku menyebut kamu sahabat.” Luar biasa.

Sering Tuhan membawa kita masuk dalam banjir. Air menggenangi kita, sudah melewati mulut, tidak bisa berteriak. Sudah di bawah hidung, sebentar lagi naik, dan kita mati, tidak bisa bernapas. Tapi Tuhan tidak akan mengizinkan air melewati hidung dan kita menjadi mati konyol. Orang seperti ini sebenarnya istimewa, karena Tuhan mau membangun hubungan dengan orang tersebut dalam hubungan khusus, intim tanpa dusta. Kalau keadaan semua serba baik, memercayai Tuhan tidak sulit. Tetapi kalau keadaan berat, memercayai Tuhan itu tidak mudah. Tapi kita harus tetap percaya bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Jadi kalau Tuhan menolong kita di masa-masa lalu, percayalah Tuhan akan menolong kita sekarang dan di waktu mendatang. Coba kita perhatikan dan renungkan, kita periksa bagaimana kita melewati hari-hari hidup, dan Tuhan menyertai keadaan kita hari ini karena pertolongan dan pemeliharaan Tuhan nyata, bukan?

Tapi satu hal yang kita harus tahu bahwa Tuhan itu bekerja dengan jadwal yang sempurna. Jadi ketika keadaan kita memburuk, seakan-akan Tuhan membuat keadaan makin buruk, sebenarnya Tuhan mau menguji kita seberapa kita memiliki kepercayaan, keyakinan terhadap Allah, dan tidak meragukan Tuhan sama sekali. Jadi keadaan bisa memburuk, tapi kita jangan meragukan Tuhan. Dia tidak buru-buru, tidak gopoh-gopoh, tetapi Dia juga tidak pernah terlambat. Sepasti fajar pagi yang merekah, sepasti itu pertolongan Tuhan akan datang.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MENJADI SAHABAT ALLAH ITU TIDAK MUDAH, ADA PENGUJIAN-PENGUJIAN YANG ALLAH BERIKAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 31 Agustus 2024
2024-08-31 20:43:16

Yehezkiel 18-20

Card image
Truth Kids 30 Agustus 2024 - MENGUMPULKAN HARTA
2024-08-30 18:47:35


1 Timotius 6:18
”Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi.”

Siapa yang mau menjadi orang kaya? Wah, rasanya semua orang ingin menjadi kaya, memiliki banyak uang yang seakan-akan tidak akan pernah habis. Saat ingin membeli sesuatu, pasti gampang jika kaya, memiliki banyak uang. Namun, kaya yang dimaksud dalam ayat firman Tuhan hari ini berbeda, Sobat Kids.

Tuhan mengajarkan kita untuk menjadi kaya dalam berbuat kebaikan, seperti suka memberi dan berbagi dengan orang lain. Bukan menjadi kaya memiliki banyak uang, melainkan kaya dalam hal kemurahan; berbuat kebaikan.

Sobat Kids, hidup kita di dunia ini hanya sementara. Suatu saat nanti, kita akan kembali ke rumah Bapa kita di surga. Harta atau kekayaan yang kita kumpulkan seharusnya bukan harta di dunia ini, melainkan harta di surga. Sehingga kita pantas untuk masuk langit baru dan bumi yang baru. Selamat berjuang!

Card image
Truth Junior 30 Agustus 2024 - MENJADI KAYA
2024-08-30 18:42:16


1 Timotius 6:18
”Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi.”

Apakah Sobat Junior pernah mendengarkan lagu berikut di bawah ini? Apa yang dicari orang? Uang… Apa yang dicari orang? Uang… Apa yang dicari orang, siang malam pagi petang? Uang… uang… uang… Bukan Tuhan Yesus Siapa yang dicari Tuhan? Saya Siapa yang dicari Tuhan? Saya Siapa yang dicari Tuhan, siang malam pagi petang? Saya… saya… saya… Orang yang berdosa.

Melalui lagu itu, kita diingatkan bahwa dunia mengajarkan kita untuk mencari uang sebanyak-banyaknya. Memang tidak salah untuk mencari uang sebanyak-banyaknya dan menjadi kaya. Bukan karena kita cinta uang, melainkan karena kita mau mendukung pekerjaan Tuhan. Kita mau kerja keras dengan bertanggung jawab, sehingga kita berhasil dalam pekerjaan kita, apa pun bidangnya.

Firman Tuhan hari ini mengajarkan kita untuk menjadi kaya, bukan dalam hal uang melainkan dalam kebajikan, suka memberi dan suka berbagi. Yuk, kita terus mempraktikan kemurahan yang telah kita pelajari. Tetap semangat, Sobat Junior!

Card image
Truth Youth 30 Agustus 2024 (English Version) - ADDICTION TO GOD
2024-08-30 18:45:06


“Let this mind be in you which was also in Christ Jesus” (Philippians 2:5)

Each of us may have certain addictions—
However, more importantly, we need to understand that we should associate with those who make God feel comfortable, those who do not grieve His heart. If our friends do not love God, their advice is unlikely to be from God. Thus, it's natural that our community may end up causing conflict, disguised as being true to ourselves, but actually becoming what the world wants. We might forget God's feelings altogether. Rather than becoming addicted to God, we may not even remember Him. Therefore, let’s avoid associating with friends who do not love God and end up making us addicted to the world. Let’s examine what we are addicted to today. If we think we are not addicted to anything, we might be addicted to our own ego and self.

WHAT TO DO:
1. Identify what is preventing us from being addicted to God.
2. Learn to avoid communities that drive us away from God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 18-20

Card image
Truth Youth 30 Agustus 2024 - KECANDUAN TUHAN
2024-08-30 18:45:41


”Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus” (Filipi 2:5)

Setiap kita pasti memiliki kecanduan tertentu ada yang kecanduan game online, kecanduan sosial media, kecanduan rokok, dan mungkin kecanduan hal-hal yang negatif. Dalam hidup ini kita selalu diperhadapkan dengan dua hal kecanduan Tuhan atau kecanduan dunia. Di luar Tuhan, semua yang berlebihan, membuat kita tidak ingin bersama dengan Tuhan. Iblis hanya ingin kita tidak kecanduan Tuhan dan prosesnya tidak cepat. Perlahan-lahan semakin tidak ingin bersama Tuhan. Bahkan sampai di titik kita terbiasa hidup tanpa Tuhan seperti terbiasa tidak berdoa, tidak ke gereja, dan tidak baca Alkitab. Segala hal mengenai Tuhan seakan-akan tidak penting lagi. Hal ini bukan hanya terjadi karena diri kita, namun karena lingkungan. Kalau kita bergaul dengan teman-teman yang salah dan tidak mengasihi Tuhan, maka perlahan-lahan akan membuat kita kecanduan dengan hal yang buruk. Siapa teman kita hari ini adalah kaca hidup kita. Kita layaknya berkaca, apa yang mereka lakukan cepat atau lambat akan kita lakukan walaupun hal ini tidak pasti.

Namun, lebih dari itu kita harus mengerti bahwa bersahabatlah atau berkomunitaslah dengan orang yang membuat Tuhan nyaman, yang tidak mendukakan hati Tuhan. Kalau teman kita tidak mengasihi Tuhan, maka nasihat yang ia berikan tidak mungkin berasal dari Tuhan, makanya wajar kalau komunitas kita malah membuat kita berantem dengan embel-embel menjadi apa adanya, tapi sebenarnya menjadi apa yang dunia inginkan. Perasaan Tuhan kita lupakan. Boro-boro kecanduan Tuhan, ingat Tuhan saja tidak. Oleh sebab itu, jangan sampai kita bergaul dengan teman yang tidak mengasihi Tuhan dan akhirnya membuat kita kecanduan akan dunia. Yuk, kita cek, kecanduan apa kita hari ini. Kalau kita berpikir kita tidak kecanduan apa pun, mungkin kita tercandu dengan ego dan diri kita sendiri.

WHAT TO DO:
1. Apa hal yang membuat kita tidak kecanduan dengan Tuhan?
2. Belajar untuk menjauhi komunitas yang membuat kita jauh dari Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yehezkiel 18-20

Card image
Renungan Pagi - 30 Agustus 2024
2024-08-30 18:26:21


Iman yang benar adalah iman yang sungguh-sungguh mempercayai Pribadi Tuhan, yang memegang kendali hidup kita, sehingga tahu bahwa Tuhan pasti tidak akan pernah meninggalkan kita. Iman yang benar adalah iman yang bertumbuh karena kebenaran firman Kristus, sehingga iman yang benar adalah iman yang menjalani kehidupan dalam kebenaran. "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."

Untuk memiliki iman yang benar, kita harus membangun dasar yang kokoh yaitu memiliki pengharapan didalam Tuhan, bukan hanya ketika hidup di bumi ini, tetapi sampai pada kekekalan, meskipun belum melihat bentuk kehidupan itu, tetapi percaya, tujuan iman kita adalah berjumpa Tuhan dalam Kerajaan-Nya yang kekal. "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Marilah miliki iman yang benar dan teguh berpegang pada pengharapan didalam Tuhan.
(Roma 10:17; Ibrani 11:1)

Card image
Quote Of The Day - 30 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-30 18:23:27


Semakin kita sefrekuensi dengan Tuhan, semakin kita bisa merasakan kegentaran akan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 30 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-30 18:22:19


Tuhan akan memancing keluar keadaan cacat kita melalui berbagai impuls atau rangsang di sekitar kita.

Card image
RESPONDING CORRECTLY - 30 Agustus 2024 (English Version)
2024-08-30 18:16:07


We will be given the grace to feel the pain of God's heart when we are wrong, but also to feel God's joy when we live in holiness; when our decisions and choices are in accordance with God's thoughts and feelings. If we continue to learn, in every decision and choice according to God's will, then we will definitely not be embarrassed and God will definitely support us. By knowing ourselves and continuing the process of having a clean life, we will not be able to hurt people. There may be people with crooked hearts who attack us, but we cannot hurt people. Our sinful reflexes—reflexes of arrogance, enjoyment of power, and honor—will definitely hurt people. God wants us to have a servant's heart, a heart that serves.

Every one of us has failed. But we have to be aware that when there is stimulation and we do not respond well to that stimulus, there we realize that we are wrong and feel the pain of God's heart. Unless we are not serious about being a perfect person, we are still proud of our sins, happy to hurt people. We pray that God will open our minds to know ourselves honestly and sincerely, because the time that God gives us is short. The opportunity to cleanse ourselves, to improve ourselves is short. And God overcomes our shortcomings, our weaknesses with the various events of life that we go through.

But God's steps in overcoming our weaknesses, our shortcomings are in vain if we do not respond correctly. If we are not serious about having a clean heart, we do not want to know ourselves honestly, then what God does will not have an impact in our lives. When we strive to recognize ourselves as honestly as possible—so that we can identify even the smallest or most subtle mistakes-then major mistakes will have no place. But if we are not faithful in small matters, then we can commit big mistakes.

God's work that we do today or now, is amazing. We are raising people towards a new heaven on a new earth. We are leading and inviting as many people as possible out of the Egypt of this world to the heavenly Canaan. Like Moses, there were rebels around him who could destroy the work of God. In our midst there will also appear people like that who are unknowingly possessed by Satan, speaking and acting carelessly, and that can destroy the ministry.

Satan will try to destroy the work of God through people around us. Of course the first is through ourselves. The devil wants to bring us down. If we can't fall, he brings down people around us. We mourn, many people fall into sin and are led by Satan to eternal fire. Through our lives , may many people be touched by God. So, experience the reality of God by knowing ourselves as honestly as possible. Realize that we are still crazy about respect, seeking material gain, enjoying praise and power, and so on. And change.

Many people are heading towards eternal darkness, so we must have compassion. We bind their wounds, we heal them, although of course not all of them are saved, but we must try our best. Our path must be as fast as possible, let go of all burdens and sins so that we can run as fast as possible towards the heavenly Canaan. Don't be naughty anymore and stop sinning. If there is no seriousness, we will not be able to change. We are grateful, we have this word. There must be eternal blessings that God provides for us today. Also tomorrow, also the day after tomorrow.

And from now on, let us greet each day with gratitude for all the blessings that God gives on that day. We are grateful, and we ask for the guidance of the Holy Spirit so that we can manage every event, respond to every situation with the right attitude, so that the eternal blessings that God provides do not pass us by. When we are hurt, wronged by others, but we act and respond as the Lord Jesus did, saying, "Forgive them, for they do not know what they do." That glorifies God.

THE STEPS GOD TAKES TO ADDRESS OUR WEAKNESSES AND SHORTCOMINGS WILL BE IN VAIN IF WE DO NOT RESPOND CORRECTLY.

Card image
MERESPONS DENGAN BENAR - 30 Agustus 2024
2024-08-30 18:10:27


Kita akan diberi anugerah bagaimana merasakan sakit-Nya hati Tuhan waktu kita bersalah, tapi juga bisa merasakan sukacita-Nya Tuhan ketika kita hidup dalam kekudusan; ketika keputusan dan pilihan kita sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Kalau kita belajar terus, di setiap keputusan dan pilihan sesuai dengan kehendak Allah, maka pasti kita tidak akan dipermalukan dan Tuhan pasti menopang kita. Dengan kita mengenali diri sendiri dan terus berproses untuk memiliki kehidupan yang bersih, kita tidak akan bisa melukai orang. Memang bisa ada orang yang hatinya bengkok yang menyerang kita, tapi kita tidak mungkin melukai orang. Refleks dosa kita—refleks sombong, menikmati kekuasaan, dan kehormatan—pasti melukai orang. Tuhan mau kita memiliki hati hamba, hati yang melayani.

Setiap kita pasti pernah gagal. Tapi kita harus sadar ketika ada rangsang dan kita merespons rangsang itu tidak dengan baik, di situ kita sadar bahwa kita salah dan merasakan sakit-Nya hati Tuhan. Kecuali kita memang tidak serius mau menjadi orang sempurna, kita malah tetap bangga dengan dosa, senang bisa melukai orang. Kita berdoa agar Tuhan membuka pikiran kita untuk mengenali diri kita dengan jujur dan tulus, sebab waktu yang Tuhan berikan kepada kita ini singkat. Kesempatan untuk membersihkan diri, membenahi diri itu singkat. Dan Tuhan menanggulangi kekurangan, kelemahan kita dengan berbagai peristiwa hidup yang kita jalani.

Tetapi langkah-langkah Tuhan dalam menanggulangi kelemahan, kekurangan kita menjadi sia-sia kalau kita tidak merespons dengan benar. Kalau kita memang tidak serius mau memiliki hati yang bersih, kita tidak mau mengenali diri kita dengan jujur, maka apa yang dilakukan Tuhan tidak akan berdampak di dalam hidup kita. Ketika kita berusaha untuk mengenali diri kita sejujur-jujurnya—sehingga kesalahan sekecil atau sehalus apa pun bisa kita kenali—maka kesalahan besar tidak akan mendapat tempat. Tapi kalau kita tidak setia dari perkara-perkara kecil, maka kesalahan besar bisa kita lakukan.

hg Pekerjaan Tuhan yang kita lakukan hari ini atau sekarang ini, luar biasa. Kita sedang mengentaskan orang menuju langit baru bumi baru. Kita sedang menggiring dan mengajak sebanyak mungkin orang keluar dari Mesir dunia ini menuju Kanaan surgawi. Seperti Musa, di sekitarnya ada pemberontak-pemberontak yang bisa menghancurkan pekerjaan Tuhan. Di tengah-tengah kita pun akan muncul orang-orang seperti itu yang tanpa sadar dirasuki setan, bicara sembarangan, bertindak sembarangan, dan itu bisa menghancurkan pelayanan.

Setan akan berusaha menghancurkan pekerjaan Tuhan lewat orang di sekitar kita. Tentu yang pertama lewat kita sendiri. Iblis mau menjatuhkan. Kalau kita tidak bisa jatuh, dia menjatuhkan orang di sekitar kita. Kita menangis, banyak orang yang terjerumus dalam dosa dan dibimbing setan ke api kekal. Lewat hidup kita, kiranya banyak orang dijamah Tuhan. Jadi, alamilah realitas Tuhan dengan mengenali diri kita sendiri sejujur-jujurnya. Sadari kalau kita masih gila hormat, mencari keuntungan materi, menikmati pujian dan kekuasaan, dan lain sebagainya. Dan berubahlah.

Banyak orang yang sedang menuju kegelapan abadi, maka kita harus memiliki belas kasihan. Kita balut luka mereka, kita sembuhkan, walaupun tentu tidak semuanya terselamatkan, tapi kita harus berusaha semaksimal mungkin. Jalan kita harus secepat-cepatnya, lepaskan semua beban dan dosa supaya kita dapat lari sekencang-kencangnya menuju Kanaan surgawi. Jangan nakal lagi dan berhenti berbuat dosa. Kalau tidak ada keseriusan, kita tidak akan bisa berubah. Kita bersyukur, kita mendapatkan firman ini. Pasti ada berkat abadi, berkat kekal yang Tuhan sediakan bagi kita hari ini. Juga besok, juga lusa.

Dan mulai sekarang, mari kita sambut setiap hari dengan ucapan syukur untuk segala berkat yang Tuhan berikan pada hari itu. Kita berterima kasih, dan kita minta pimpinan Roh Kudus agar kita bisa mengelola setiap peristiwa, merespons setiap kejadian dengan sikap yang benar, supaya berkat abadi yang Tuhan sediakan tidak lewat atau berlalu begitu saja. Ketika kita dilukai, disakiti orang, tapi kita bersikap dan merespons seperti sikap dan respons Tuhan Yesus, "Ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Itu memuliakan Allah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

LANGKAH-LANGKAH TUHAN DALAM MENANGGULANGI KELEMAHAN, KEKURANGAN KITA MENJADI SIA-SIA KALAU KITA TIDAK MERESPONS DENGAN BENAR.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 Agustus 2024
2024-08-30 17:57:38

Yehezkiel 16-17

Card image
Truth Kids 29 Agustus 2024 - PANTI ASUHAN
2024-08-29 21:29:50


Yakobus 1:27
”Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.”

Sobat Kids, apakah kalian sudah pernah mengunjungi panti asuhan? Panti asuhan adalah rumah tempat merawat anak-anak yang tidak mempunyai orang tua. Biasanya orang tua anak-anak tersebut sudah meninggal dan tidak ada keluarga lainnya yang dapat merawat mereka. Panti asuhan adalah tempat yang sederhana. Anak-anak yang tinggal di sana harus hidup dengan sederhana pula. Mereka sudah bersyukur masih bisa makan setiap hari dan tidak kebasahan di saat hujan.

Kalian harus bersyukur saat kalian masih bisa tinggal dengan orang tua kandung kalian, Sobat Kids. Apa pun kondisi kalian saat ini, bersyukurlah. Kalian dapat mengajak orang tua untuk mengunjungi salah satu panti asuhan yang ada di dekat tempat tinggal kalian. Kalian bisa menjadi teman bagi anak-anak yang tinggal di sana.

Ayat firman Tuhan hari ini juga mengingatkan kita untuk mengunjungi yatim piatu, atau orang yang sudah tidak mempunyai orang tua. Yuk, kita berbagi dengan teman-teman yang ada di panti asuhan.

Card image
Truth Junior 29 Agustus 2024 - PANTI ASUHAN
2024-08-29 18:12:32


Yakobus 1:27
”Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.”

Kita memang tidak bisa memilih keluarga tempat kita dilahirkan. Kita tidak dapat memilih orang tua kandung kita. Semua itu kedaulatan Tuhan. Tuhan yang menentukannya untuk kita. Begitu pula dengan lamanya hidup kita di bumi ini. Manusia tidak dapat mengetahui waktu dia akan dipanggil Tuhan. Hidup kita dan orang-orang yang kita kasihi di bumi ini hanya sementara. Suatu saat, kita akan pulang ke rumah Bapa di surga.

Banyak anak-anak seusia kalian yang sudah tidak memiliki orang tua, mungkin salah satu atau bahkan kedua orang tuanya. Bersyukurlah jika kalian masih memiliki keluarga yang lengkap, Sobat Junior. Kalian dapat mengajak orang tua untuk mengunjungi anak-anak yang ada di panti asuhan. Banyak panti asuhan yang kondisinya menyedihkan karena tidak memiliki cukup uang untuk memberi makanan kepada anak-anak yang tinggal di sana. Terkadang mereka hanya menunggu donasi atau sumbangan dari orang lain.

Sobat Junior, jika kalian mampu, berbagi kasihlah kepada mereka. Mengunjungi yatim piatu dan janda-janda (istri yang telah kehilangan suami) dalam kesusahan mereka, dapat dianggap sebagai ibadah yang murni. Tentu hal itu akan menyenangkan hati Tuhan.

Card image
Truth Youth 29 Agustus 2024 (English Version) - SUPPORT PILLARS
2024-08-29 21:45:29


“Carry each other’s burdens, and in this way you will fulfill the law of Christ.” (Galatians 6:2)

Have you ever been in a building or house that has supporting pillars? These pillars are crucial for holding up the ceiling of a room, and they are usually placed strategically where, if they were not there, the ceiling above would collapse. The number of pillars is generally determined by the weight and size of the ceiling they support. The heavier and larger the ceiling, the more pillars are needed. If there is only one pillar and the ceiling is heavy, the pillar will crumble under the weight. If the ceiling is large and there is only one pillar, even if the ceiling is light, it will still collapse due to the imbalance.

This imagery can be applied to our struggles with addiction. The vulnerable ceiling represents worldly addictions that, if we are not careful, can overwhelm and bury us in an endless cycle of addiction, whether it be substance abuse, digital addictions like movies, games, or social media, or other types of dependencies. The pillars represent what prevents us from being consumed by these addictions.

While it is true that relying on God alone is sufficient to combat addiction—because God is the strongest pillar and cannot be broken by any weight— the Bible also says that it is good for us to help one another carry each other’s burdens. Even though God is the strongest pillar, if our addictions are extensive or diverse, the “ceiling” of our sins might become unstable from one side or another.

Thus, friends, family, and fellow believers who love and fear God can act as pillars to support, advise, and strengthen us, helping us stay free from the bonds of addiction. Likewise, we can be used by God to be pillars for others, and in doing so, we support one another and guard against the temptations of addiction.

WHAT TO DO:
1. Seek friends who fear the Lord.
2. Build strong relationships that help each other guard against addiction.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 16-17

Card image
Truth Youth 29 Agustus 2024 - SUPPORT PILLARS
2024-08-29 18:05:56


”Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” (Galatia 6:2)

Teman-teman pernahkah kalian ke sebuah bangunan atau rumah yang di dalamnya ada pilar-pilar penyangga? Pilar-pilar tersebut berfungsi untuk menahan langit-langit dari suatu ruangan, dan biasanya mereka diletakkan di posisi yang strategis yang besar kemungkinan jika pilar itu tidak berada di situ, langit di atas lokasi pilar itu akan runtuh. Biasanya jumlah pilar juga ditentukan oleh seberapa berat langit yang ditopangnya dan seberapa luas. Semakin berat dan semakin luas langit tersebut, semakin banyak juga pilar yang dibutuhkan. Jika langit itu berat dan pilarnya hanya satu, maka pilar itu akan remuk karena ditekan beban yang berat. Jika langit itu luas dan pilarnya hanya satu, walaupun langit itu ringan, langit itu tetap akan runtuh dikarenakan tidak seimbang.

Teman-teman, gambaran ini bisa kita gunakan dalam pergumulan melawan adiksi, atau bisa disebut juga kecanduan. Langit yang rentan runtuh tersebut adalah adiksi-adiksi duniawi yang jika kita tidak berhati-hati akan menimpa kita dan mengubur kita dalam adiksi yang tidak pernah berhenti. Baik itu adiksi zat-zat terlarang, adiksi digital seperti film, game, atau social media, dan adiksi lain-lainnya. Sedangkan pilar-pilar itu adalah apa yang mencegah kita untuk tidak terlahap kembali oleh adiksi. Pada umumnya orang Kristen berpikir bahwa dengan mengandalkan Tuhan saja, itu sudah cukup untuk melawan adiksi. Itu memang benar, karena Tuhan itu Maha Bisa dan Ia adalah pilar terkuat yang tidak akan bisa remuk oleh beban seberat apa pun. Tetapi teman-teman, Alkitab sendiri mengatakan baik juga untuk kita sesama manusia saling bertolong-tolong menanggung beban. Karena walaupun Tuhan adalah pilar terkuat, jikalau dosa adiksi kita luas atau beragam, bisa saja langit dosa itu timpang dari kanan atau kiri. Karena kita berdoa dan memosisikan Tuhan kita, untuk menangani dosa adiksi yang satu saja, yang kita sadari.

Tapi dengan teman-teman kita, keluarga kita, sesama kita yang cinta dan takut akan Tuhan. Tuhan bisa memakai orang-orang tersebut sebagai pilar penyangga untuk menjaga, menasihati, dan menguatkan kita supaya kita tetap terbebas dari ikatan adiksi. Begitu juga kita, bisa dipakai Tuhan untuk menjadi pilar bagi orang lain dan dengan demikian, kita saling menopang satu sama lain, menjaga dari godaan ikatan dosa adiksi.

WHAT TO DO:
1. Mencari teman yang takut akan Tuhan
2. Membangun relasi yang baik yang saling menjaga satu sama lain dari dosa adiksi

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yehezkiel 16-17

Card image
Renungan Pagi - 29 Agustus 2024
2024-08-29 18:02:50


Kita harus keluar dari kejahatan-kejahatan yang memisahkan kita dari Tuhan, kejahatan dalam perkataan, pikiran, hati dan keseharian hidup kita. Hati-hati dengan perkataan yang keluar dari mulut, itu dapat mendukakan Roh Kudus.

"Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan."

Ada banyak orang sudah ke gereja tetapi menipu jalan terus, perkataan dusta, caci maki, kata-kata kotor terus diucapkan dalam keseharian hidupnya dan pikirannya masih dipenuhi dengan kejahatan, hal-hal negatif, hatinya masih dipenuhi dengan kebencian dan iri hati, mencurigai setiap orang, dan akhirnya semua itu membuat Roh Kudus berduka, sebab tidak sungguh-sungguh berjuang memperbaiki karakter kita.

Kita harus keluar dari kejahatan ini, harus sadar bahwa anak-anak Allah, sudah seharusnya hidup dalam pimpinan Roh Allah, jangan lagi mendukakan Roh Allah, mulailah berubah, sehingga hidup kita menyenangkan hati Tuhan.
(Efesus 4:29-30)

Card image
Quote Of The Day - 29 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-29 17:57:59


Sejatinya, wajah orang Kristen yang merindukan Tuhan pasti memancarkan wajah tidak betah di bumi.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 29 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-29 17:56:29


Tidak ada satu hari pun tanpa pertumbuhan. Waktu adalah anugerah dan berkat Tuhan selalu baru.

Card image
KNOWING OURSELVES - 29 Agustus 2024 (English Version)
2024-08-29 17:54:51


How can we experience God as reality? There is one step that people rarely take seriously to experience the reality of God in this life. That is, there must be an effort to truly dissect oneself, to know oneself. Of course we ask for God's help for that. We must not fail to know ourselves completely, correctly, originally. Because God wants to cleanse our lives as clean as possible, then God wants to live in us. The Holy Spirit lives in our bodies which are used as His temples, which if one day this body must be buried, then those who have bodies that become God's temples will have new bodies, bodies of glory.

A person will never have a glorified body unless they become glorious; a person will never become glorious unless they are cleansed by God; and a person cannot be cleansed by God unless they truly know themselves. By striving to know ourselves correctly, fully, originally, then we will experience the reality of God. It is ironic that many people do not truly believe or experience God as a living reality. They may be religious, active in ministry, or even pastors; they may speak eloquently about God, but in reality, they do not experience God’s presence. Let us not stop to continue to dig into our own circumstances. We must never stop probing our own condition, peeling back the layers, and laying ourselves bare before God, and we truly struggle to be found clean in the eyes of God.

Don't think this is not important. Certainly, God is saddened when our finances are in disarray or our household falling apart. But God is even more saddened when He sees our lives harboring sin, so that we are not in the way God wants us to be. The problem is, many people are satisfied with their situation, including churchgoers, activists, and even pastors. Because of this, we must try to present ourselves before God and check ourselves every day to see if there are things in our lives that are still displeasing before Him. We should never be satisfied with our condition as if our lives are already in order. We must always check ourselves and always suspect ourselves, lest there are inappropriate things that we have and do, which are dynamic in our lives every day.

God will draw out our defective state through various impulses or stimuli around us. If we are serious about having a clean life, then the impulses or stimuli that occur in our lives will make us aware. Maybe we will never realize that we are easily offended, still looking for self-worth. So if there is no impulse or stimulus, namely someone who makes us offended, angry, belittled, then we do not understand. And when there is a stimulus, then there is a negative reaction from us, God is like shaking a bucket or a vessel, then the dirty garbage brought out. Thank God if we really want to know ourselves honestly, then sort it out before God.

When it comes to a life that is truly clean in the eyes of God, it is impossible without God's intervention. Because if we only have good character, have politeness in life, we wouldn’t need much of God’s touch. Even out there, people who don't have the Holy Spirit like us, can have a conscience to know what is evil and what is good. But we are called not just to discern between good and evil, but also to recognize imperfection. We become aware of every wrong word we speak and even the most hidden thoughts and feelings that are displeasing to God. We then strive to correct ourselves.

We will prove the reality of God when we try to find our own reality as honestly as possible. And this is our struggle from minute to minute, from hour to hour, from moment to moment. This is what the word in Matthew 5 means, thirsting and hungering for righteousness. And those who thirst and hunger for righteousness are satisfied by God. When we reach a higher level of holiness, there is spiritual satisfaction, divine satisfaction. But in general, people have worldly satisfactions. People who are still looking for worldly satisfaction will never recognize spiritual satisfaction. They replace divine instincts with worldly instincts. The spiritual appetite that they should have is replaced with worldly appetites. So it is not an exaggeration if the word of God says, “If we have food and clothing, we will be content with that.” Can this be experienced?Yes, if people have spiritual instincts and divine instincts, then there is satisfaction when we reach a higher level of holiness.

A PERSON WILL NEVER HAVE A GLORIFIED BODY UNLESS THEY BECOME GLORIOUS; A PERSON WILL NEVER BECOME GLORIOUS UNLESS THEY ARE CLEANSED BY GOD, AND A PERSON CANNOT BE CLEANSED BY GOD UNLESS THEY TRULY KNOW THEMSELVES.

Card image
MENGENALI DIRI - 29 Agustus 2024
2024-08-29 21:47:15


Bagaimana kita bisa mengalami Tuhan sebagai realitas? Ada satu langkah yang jarang orang lakukan dengan serius untuk mengalami realitas Allah di dalam hidup ini. Yaitu harus ada usaha untuk sungguh-sungguh membedah diri, mengenali diri. Tentu kita minta pertolongan Tuhan untuk itu. Jangan sampai kita tidak mengenal diri kita sendiri secara utuh, secara benar, secara orisinal. Sebab Tuhan mau membersihkan hidup kita sebersih-bersihnya, lalu Tuhan mau tinggal di dalam diri kita. Roh Kudus diam di dalam tubuh kita yang dijadikan sebagai bait-Nya, yang kalau suatu hari tubuh ini harus dikubur, maka orang-orang yang memiliki tubuh yang menjadi bait Allah akan memiliki tubuh baru, tubuh kemuliaan.

Seseorang tidak akan pernah memiliki tubuh kemuliaan kalau tidak menjadi mulia; seseorang tidak akan pernah menjadi mulia kalau tidak dibersihkan oleh Tuhan; dan seseorang tidak akan mungkin bisa dibersihkan oleh Tuhan kalau ia tidak mengenali dirinya sendiri. Dengan kita berusaha mengenali diri kita secara benar, secara utuh, secara orisinal, maka kita akan mengalami realitas Allah. Ironis, banyak orang sebenarnya belum sungguh-sungguh meyakini dan mengalami Allah itu hidup. Bisa saja beragama, menjadi aktivis bahkan pendeta, bisa juga ia pandai berbicara tentang Tuhan, tapi sebenarnya dia tidak mengalami realitas Allah. Jangan kita berhenti untuk terus menggali keadaan kita sendiri. Kupasan demi kupasan, menelanjangi diri kita di hadapan Allah, dan kita benar-benar berjuang untuk didapati bersih di mata Tuhan.

Jangan menganggap hal ini bukan hal penting. Tentu Tuhan sedih kalau melihat ekonomi kita berantakan atau rumah tangga kita berantakan. Tapi Tuhan lebih sedih kalau Ia melihat hidup kita menyimpan dosa, sehingga kita tidak berkeadaan seperti yang Allah kehendaki. Masalahnya, banyak orang puas dengan keadaan dirinya, termasuk orang yang rajin ke gereja, aktivis, bahkan pendeta. Karena hal itulah kita harus berusaha untuk membawa diri di hadapan Tuhan dan setiap hari memeriksa diri, kalau-kalau ada hal-hal dalam hidup kita yang masih tidak berkenan di hadapan-Nya. Jangan merasa puas dengan keadaan diri seakan-akan hidup kita sudah beres. Kita harus selalu memeriksa diri dan selalu mencurigai diri, jangan-jangan ada hal-hal yang tidak patut yang kita miliki dan lakukan, yang berdinamika dalam hidup kita setiap hari.

Tuhan akan memancing keluar keadaan cacat kita melalui berbagai impuls atau rangsang di sekitar kita. Kalau kita serius untuk memiliki kehidupan yang bersih, maka impuls atau rangsang yang terjadi dalam hidup kita akan menyadarkan kita. Mungkin kita tidak akan pernah sadar kalau kita ternyata gampang tersinggung, masih mencari nilai diri. Maka kalau tidak ada impuls atau rangsang, yaitu orang yang membuat kita tersinggung, marah, direndahkan, maka kita tidak mengerti. Dan ketika ada rangsang, lalu ada reaksi negatif dari kita, Tuhan seperti mengobok-obok sebuah ember atau sebuah bejana, lalu sampah kotoran dibawa ke luar. Syukur kalau kita benar-benar mau mengenali diri kita dengan jujur, lalu membereskannya di hadapan Tuhan.

Kalau sudah menyangkut kehidupan yang benar-benar bersih di mata Allah, tidak mungkin tanpa campur tangan Tuhan. Sebab kalau hanya berbudi pekerti baik, memiliki kesantunan hidup, kita tidak membutuhkan terlalu banyak jamahan, sentuhan Tuhan. Bahkan di luar sana, orang yang tidak memiliki Roh Kudus seperti kita, bisa memiliki nurani mengetahui apa yang jahat dan yang baik. Tetapi kita bukan hanya bisa memahami apa yang jahat dan baik, melainkan ketidaksempurnaan. Sampai setiap kata yang salah yang kita ucapkan pun, kita sadari. Sampai gerak pikiran, perasaan kita yang paling tersembunyi yang itu tidak berkenan di hadapan Allah, kita sadari. Dan kita berusaha untuk membenahi diri.

Kita akan membuktikan realitas Allah ketika kita berusaha untuk menemukan realitas diri kita sendiri dengan sejujur-jujurnya. Dan ini merupakan pergumulan kita dari menit ke menit, dari jam ke jam, dari waktu ke waktu. Di sinilah yang dimaksud firman di Matius 5, haus dan lapar akan kebenaran. Dan orang yang haus dan lapar akan kebenaran, dipuaskan Tuhan. Ketika kita mencapai tingkat kesucian yang lebih tinggi, ada kepuasan rohani, kepuasan ilahi. Tapi pada umumnya, orang punya kepuasan-kepuasan dunia. Orang yang masih mencari kepuasan dunia, tidak akan pernah mengenali kepuasan rohani. Dia menggantikan naluri ilahi menjadi naluri duniawi. Selera rohani yang dia mesti miliki digantikan dengan selera duniawi. Jadi tidak berlebihan kalau firman Tuhan mengatakan, “Asal ada makanan dan pakaian cukup.” Apakah bisa itu dialami? Bisa, jika orang punya naluri rohani, naluri ilahi, maka ada kepuasan ketika kita mencapai tingkat kesucian yang lebih tinggi.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SESEORANG TIDAK AKAN PERNAH MEMILIKI TUBUH KEMULIAAN KALAU TIDAK MENJADI MULIA; SESEORANG TIDAK AKAN PERNAH MENJADI MULIA KALAU TIDAK DIBERSIHKAN OLEH TUHAN, DAN SESEORANG TIDAK AKAN MUNGKIN BISA DIBERSIHKAN OLEH TUHAN KALAU IA TIDAK MENGENALI DIRINYA SENDIRI.

Card image
Truth Youth 28 Agustus 2024 (English Version) - SPIRITUAL DOPAMINE
2024-08-28 18:50:42


“But not everyone has this knowledge. Some people are still so accustomed to idols that when they eat such food they think of it as having been sacrificed to an idol, and since their conscience is weak, it is defiled.” (1 Corinthians 8:7)

Friends, have you ever heard of MOBA and FPS? MOBA stands for Mobile Arena, and FPS stands for First Person Shooter—two types of electronic games with a large number of players worldwide and many popular game brands such as Mobile Legends, Arena of Valor, and Counter-Strike. One reason these games are so popular is their fast-paced nature in each round, requiring high skill, and the intense competition between players. All of this creates a field rich in dopamine production, which provides a sensation of satisfaction or pleasure when a player successfully defeats their opponent with the skills they have developed through playing the game. However, this dopamine has the potential to become an addictive source if not managed properly. In fact, the latest WHO revision has specifically classified video game addiction as a disorder known as VGA (Video Game Addiction).

Addiction is harmful, especially when it comes to worldly and fleshly things. Ironically, the way for Christians to free themselves from worldly addictions is by obtaining a different form of dopamine that is spiritual and provides true satisfaction for our soul and God the Father. This spiritual dopamine can only be found by genuinely loving God and delighting in His Word. In doing so, we will experience pleasure and satisfaction when we live according to God's Word. And when we overcome our old selves and become better people, more aligned with the image of Christ that God desires, we will experience peace and joy that surpass any worldly dopamine or pleasure.

WHAT TO DO:
1. Love and delight in God and His Word.
2. Follow His Word and strive to become a better person.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 13-15

Card image
Truth Youth 28 Agustus 2024 - SPIRITUAL DOPAMINE
2024-08-28 18:48:46


”Tetapi bukan semua orang yang mempunyai pengetahuan itu. Ada orang, yang karena masih terus terikat pada berhala-berhala, makan daging itu sebagai daging persembahan berhala. Dan oleh karena hati nurani mereka lemah, hati nurani mereka itu dinodai olehnya.” (1 Korintus 8:7)

Teman-teman kalian pernahkah kalian mendengar istilah _MOBA_ dan _FPS? MOBA_ merupakan singkatan dari Mobile Arena dan FPS merupakan singkatan dari First Person Shooter, dua jenis game elektronik yang memiliki jumlah pemain yang cukup banyak secara worldwide dan juga memiliki banyak brand nama game itu sendiri, seperti Mobile Legend, Arena of Valor, dan Counter Strike. Salah satu alasan kenapa dua jenis game ini sangat populer adalah bagaimana permainan game ini bergerak sangat cepat di tiap ronde dan memerlukan skill yang tinggi, ditambah dengan bagaimana para pemain dihadapkan dengan satu sama lain, semua ini menciptakan suatu ladang kompetisi yang sangat kompetitif dan sangat kaya akan produksi dopamin yang menjadi sensasi kepuasan atau kesenangan, ketika seorang pemain berhasil mengalahkan lawannya dengan skill yang ia bangun sepanjang ia bermain game tersebut. Tetapi teman-teman, dopamin ini memiliki potensi untuk menjadi suatu sumber kecanduan yang cukup mengikat jika tidak dibatasi. Dan memang benar dalam revisi WHO ke-11, kecanduan game telah diberikan moniker-nya sendiri secara khusus dan diklasifikasikan secara official sebagai salah satu gangguan atau disorder yang disebut sebagai VGA (Video Game Addiction).

Kecanduan, adalah sesuatu yang buruk, apalagi dengan hal-hal yang bersifat duniawi dan daging. Tetapi teman-teman ironisnya, cara untuk orang Kristen bisa melepaskan diri mereka dari kecanduan hal-hal duniawi, adalah dengan mendapatkan suatu bentuk dopamin lain yang bersifat spiritual dan memberikan kesenangan dan kepuasan bagi roh kita dan Allah Bapa. Dopamin spiritual ini hanya bisa didapatkan dengan benar-benar mencintai Tuhan Allah Bapa kita dan menggemari firman-firman-Nya. Dengan demikian kita akan mengalami kesenangan dan kepuasan ketika kita menjalankan firman Allah Bapa dalam hidup kita. Dan ketika kita berhasil untuk mengalahkan manusia lama kita dan menjadi manusia yang lebih baik yang lebih dekat dengan gambaran Kristus yang Allah kehendaki, maka kita akan mengalami damai sejahtera, dan sukacita yang mengalahkan segala macam bentuk dopamin dan kenikmatan dunia.

WHAT TO DO:
1.Mencintai dan menggemari Allah dan firman-Nya.
2.Melakukan firman-Nya dan berusaha menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yehezkiel 13-15

Card image
Renungan Pagi - 28 Agustus 2024
2024-08-28 18:38:18


Gossip, berita hoax, sesuatu yang sensasional menjadi viral banyak disukai orang-orang di masa kini. Berita yang tidak jelas sumbernya, masih belum dapat dibuktikan kebenarannya, tetapi menjalar dengan cepat karena semua juga sangat cepat menyebarkannya melalui segala lini media sosial. Dan fenomena terus terjadi, banyak orang menyukai hal-hal seperti ini. Firman Tuhan berkata; Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus?

Seperti ada tertulis; "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!" Dimaksudkan bahwa ada orang-orang yang mau diutus untuk memberitakan kabar baik, yaitu Injil Kebenaran, berita keselamatan kepada mereka yang tertawan dan terbelenggu oleh dosa, supaya apa yang telah dilakukan oleh Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu mati untuk menyelamatkan manusia tidaklah sia-sia.

Marilah, jangan hanya rajin dan cepat memberitakan hal-hal yang belum tentu benar, lebih baik kita memberitakan kabar baik itu melalui renungan Firman Tuhan yang memberkati dan gerak hidup setiap hari yang berpadanan dengan Injil kebenaran itu.
(Roma 10:15)

Card image
Quote Of The Day - 28 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-28 18:36:11


Adalah hal indah apabila kita bisa menikmati dunia tanpa terikat dengannya, namun hal terindah adalah ketika kita bisa dinikmati Tuhan dan menikmati Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 28 Agustus 2024
2024-08-28 18:33:12


Dunia kita akan membuat kita punya banyak, tapi tidak pernah merasa cukup.

Card image
THE GROWTH OF FAITH - 28 Agustus 2024 (English Version)
2024-08-28 18:28:57


We are living organisms, animate entities with a soul. Not only is our physical body alive, but our spiritual life is also alive. The life of the Son of God must be developed until we are like Jesus and have a divine nature. Now it depends on us whether we really want to grow the man of God within ourselves, or remain in the flesh. “Put to death everything worldly,” says the Lord. Because Christianity cannot be a sideline, addition, or supplement. There is not a day without growth. Time is a gift and God's blessings are always new.

Honestly, we often do not appreciate God properly. Just as parents are happy to see their children grow up, become healthier, smarter, more capable, and successful. God is the same. It delights the Father in heaven to see us grow day by day to become more like His only Son, the Lord Jesus Christ. But let us reflect seriously, do we have the ambition to achieve the highest level of holiness, the highest favor before God, to reach the utmost perfection, which will become our eternal treasure? The problem is that we still carry many burdens and sins.

We tolerate pleasures that bind our hearts and sins that entangle our minds and flesh. Yet the Father's will, as stated in Hebrews 12:2, is for us to have perfect faith. Just as Jesus leads us to perfect faith, to true obedience, to unconditional obedience—even to the point of death on the cross. We will face tests in life, opportunities to sin, and to enjoy the world. It is at those moments that we are tested, whether we have unconditional obedience or not. Do not say, "Just this once, I’ll do wrong, just this once, I want to enjoy this pleasure," because we will become addicted to sin.

But, we must say, "I want to live a holy life." If we fall, we rise again, so that we become addicted to holiness, until we cannot live without holiness. As the Lord expressed His life principle, "My food is to do the will of the Father and to finish His work" (John 4:34), we must also have the same principle. All the movements of our lives are only to please the Father. This was expressed by Paul with the sentence: "For to me, to live is Christ and to die is gain." The Lord Jesus lived only for the Father in heaven and the Lord Jesus said, “I set an example for you.” So, our standard is Jesus. Less than that, our Christianity is fake. It cannot be reduced, devalued or degraded.

The enemy that many Christians today are unaware of is living in mediocrity; conformism, adjusting to the world. And many people lose, but in their naivety, they feel victorious. Take a look at some churches that proclaim victory as if they’ve already won. What concept of victory do they understand? They don’t even know what the standard of victory is. They view the devil as so weak, even though the devil is very strong and cunning. So without realizing it, many Christians are in the grip of the devil. Indeed, they are not possessed like people who are possessed to the extreme—glaring or screaming—but their souls and flesh are controlled by the devil. And people are not aware that they are in the possession of the power of darkness. So they are unable to achieve holiness, so they compromise.

We must grow in faith, in fellowship with God, until we can distinguish the voice of the spirit from the voice of the flesh. The boundary between the two is so thin that it’s almost indistinguishable, especially for those who do not grow into maturity. They assume that whatever comes to mind is their own good voice, when in fact, it is the voice of the old man that must be suppressed or put to death. Because the voice of the old man is given a place, the voice of the spirit is eliminated, thrown away. And if this situation continues for a long time, then people will not be able to see the standards or grades that must be achieved. What is terrible is when we face God and we are unable to be before God because God's holiness is so awesome. We do not have the holiness that can match God's holiness.

For those of us who are serious about facing God, we will feel our sinfulness. Because God gives enlightenment about sin, the mistakes that we still make, then God wants to clean us up. Our holiness must continue to increase. So that when we close our eyes, we face God, we will be able to stand before God. However, we cannot suddenly have that holiness. The fire of purification begins now, through prayer, the word, life experiences that usually painful, so that we are detoxified by God. So let us not let one day pass without any change from God.

NOT A SINGLE DAY WITHOUT GROWTH IN FAITH. TIME IS A GIFT, AND GOD'S BLESSINGS ARE ALWAYS NEW.

Card image
PERTUMBUHAN IMAN - 28 Agustus 2024
2024-08-28 18:25:56


Kita adalah organisme yang hidup, entitas yang bernyawa. Bukan hanya jasmani kita yang bernyawa, tapi rohani kita pun bernyawa. Nyawa Anak Allah yang harus ditumbuhkan, sampai kita serupa dengan Yesus, memiliki kodrat ilahi. Sekarang tergantung kita, apakah kita benar-benar mau menumbuhkan manusia Allah di dalam diri kita, atau masih tetap di dalam kedagingan. “Matikanlah segala sesuatu yang duniawi,” demikian firman Tuhan. Sebab kekristenan tidak bisa menjadi sambilan, tambahan, atau suplemen. Tidak ada satu hari pun tanpa pertumbuhan. Waktu adalah anugerah dan berkat Tuhan selalu baru.

Sejujurnya, kita sering tidak menghargai Tuhan secara patut. Seperti orang tua senang melihat anak makin besar, sehat, makin cerdas, cakap, dan berprestasi. Allah pun demikian. Melihat kita bertumbuh makin hari makin serupa dengan Putra Tunggal-Nya, Tuhan Yesus Kristus, itu menyukakan hati Bapa di surga. Tapi coba kita renungkan dengan sungguh-sungguh, apakah kita punya ambisi untuk mencapai kesucian setinggi-tingginya, keberkenanan di hadapan Allah setinggi-tingginya, kesempurnaan setinggi-tingginya, yang itu menjadi harta abadi kita? Masalahnya, kita masih membawa banyak beban dan dosa.

Kita menolerir kesenangan-kesenangan yang membelenggu hati dan dosa-dosa yang membelenggu pikiran dan daging. Padahal kehendak Bapa dalam Ibrani 12:2 adalah agar kita memiliki iman yang sempurna. Seperti Yesus yang membawa kita kepada iman yang sempurna, ketaatan yang benar, ketaatan tanpa syarat. Taat sampai mati di kayu salib. Kita akan mengalami pengujian-pengujian dalam hidup, kesempatan-kesempatan berbuat dosa, dan menikmati dunia. Dan pada waktu itulah kita teruji, apakah kita memiliki ketaatan tanpa syarat atau tidak. Jangan berkata, “Kali ini saja aku berbuat salah, kali ini saja aku mau menikmati kesenangan,” karena kita akan menjadi kecanduan dosa.

Tapi kita harus berkata, “Aku mau hidup suci.” Kalau jatuh, bangkit lagi, supaya kita menjadi kecanduan kesucian, sampai tidak bisa hidup tanpa kesucian. Sebagaimana Tuhan menyatakan prinsip hidup-Nya, “Makananku melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya,” (Yoh. 4:34) kita pun harus memiliki prinsip yang sama. Seluruh gerak hidup kita hanya untuk menyukakan Bapa. Itu dibahasakan oleh Paulus dengan kalimat: “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Tuhan Yesus hidup hanya untuk Bapa di surga dan Tuhan Yesus berkata, “Aku memberi teladan bagimu.” Jadi, standar kita adalah Yesus. Kurang dari itu, palsu kekristenan kita. Tidak bisa direduksi, didevaluasi atau dimerosotkan.

Musuh yang tidak disadari oleh banyak orang Kristen hari ini adalah hidup dalam kewajaran; konformisme, menyesuaikan diri dengan dunia. Dan banyak orang kalah, namun dalam kenaifan, mereka merasa menang. Coba lihat, beberapa gereja yang menyerukan kemenangan seakan-akan sudah menang. Apa konsep menang yang mereka pahami? Mereka bahkan tidak tahu ukuran menang itu di mana. Mereka memandang Iblis itu begitu lemahnya, padahal Iblis sangat kuat dan licik. Sehingga tanpa disadari, banyak orang Kristen ada di dalam cengkeraman setan. Memang tidak kerasukan seperti orang-orang yang kerasukan secara ekstrem—mendelik atau teriak-teriak--tetapi jiwanya dan dagingnya dikuasai setan. Dan orang tidak sadar bahwa dia ada dalam pemilikan kuasa kegelapan. Sehingga dia tidak mampu mencapai kesucian, lalu kompromi.

Kita harus bertumbuh di dalam iman, dalam persekutuan dengan Tuhan, sampai kita bisa membedakan suara roh dan suara daging. Tipis sekali batasnya, hampir tidak bisa dibedakan. Apalagi kalau orang tidak bertumbuh dewasa. Apa yang muncul di pikirannya, dianggap itu suaranya sendiri yang baik. Padahal itu adalah suara manusia lama yang harus dipadamkan atau dimatikan. Karena suara manusia lama diberi tempat, maka suara roh dieliminasi, dibuang. Dan kalau keadaan ini berlarut-larut berlangsung, maka orang tidak sanggup melihat standar atau grade yang harus dicapai. Yang mengerikan adalah ketika kita menghadap Tuhan dan kita tidak sanggup ada di hadapan Tuhan karena kesucian Tuhan begitu dahsyat. Kita tidak punya kesucian yang bisa mengimbangi kesucian Tuhan.

Bagi kita yang serius menghadap Tuhan, maka kita akan merasakan keadaan keberdosaan kita. Sebab Tuhan memberikan pencerahan terhadap dosa, kesalahan yang masih kita lakukan, lalu Tuhan mau membereskan kita. Kesucian kita harus meningkat terus. Sehingga waktu kita menutup mata, kita menghadap Tuhan, kita tahan berdiri di hadapan Tuhan. Namun, kesucian itu bukan mendadak bisa kita miliki. Api penyucian itu mulai sekarang, lewat doa, firman, pengalaman hidup yang biasanya menyakitkan, sehingga kita didetoksifikasi oleh Tuhan. Maka jangan kita membiarkan satu hari tanpa ada perubahan dari Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TIDAK ADA SATU HARI PUN TANPA PERTUMBUHAN IMAN. WAKTU ADALAH ANUGERAH DAN BERKAT TUHAN SELALU BARU.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 Agustus 2024
2024-08-28 18:21:50

Yehezkiel 9-12

Card image
Truth Kids 27 Agustus 2024 : BERBAHAGIA
2024-08-28 18:18:32


Amsal 14:21
”Siapa menghina sesamanya berbuat dosa, tetapi berbahagialah orang yang menaruh belas kasihan kepada orang yang menderita.”

"Pa, kasihan ya, anak itu. Dia masih kecil tetapi harus berjualan. Sepertinya keranjang yang dia bawa berat, deh. Bagaimana kalau makanan yang dia jual tidak laku, ya? Pasti dia tidak dapat uang dan bingung makanannya harus diapain," ujar Dedi sambil berpikir. "Boleh tidak kita beli beberapa makanan yang dia jual? Kasihan, Pa," tanya Dedi ke papanya. "Boleh. Ini uangnya. Kamu pilih saja makanan yang kamu mau. Kalau masih ada sisa, kamu kasih aja untuk dia," jawab papa dengan senyuman.

Sobat Kids, jangan menghina atau menjelek-jelekkan orang lain atau bahkan anak kecil yang sedang keliling berjualan. Kita tidak tahu keadaan mereka di rumah. Mungkin saja mereka hanya mampu makan satu kali sehari. Dengan keliling berjualan, mereka baru bisa mendapatkan uang tambahan.

Dengan merasakan iba atau kasihan kepada mereka, itu bisa menjadi titik awal bagi kalian untuk berbuat kebaikan. Percayalah, Sobat Kids, saat kita menolong orang lain, bukan hanya orang yang kita tolong merasakan bahagia, kita juga akan merasakan bahagia. Siapa yang mau kita tolong hari ini, ya?

Card image
Truth Junior 27 Agustus 2024 - BERBAHAGIA
2024-08-28 18:11:20


Amsal 14:21
”Siapa menghina sesamanya berbuat dosa, tetapi berbahagialah orang yang menaruh belas kasihan kepada orang yang menderita.”

Sobat Junior, di awal tahun ajaran sekolah, biasanya sekolah-sekolah akan mengadakan masa pengenalan lingkungan sekolah. Sekolah akan mengingatkan tata tertib dan peraturan yang berlaku di sekolah. Salah satu peraturan yang ada di sekolah kalian pasti “no bullying”, benar tidak? Kalau sampai ada sekolah yang mengizinkan bullying atau perundungan, maka sekolah itu bisa-bisa ditutup oleh dinas pendidikan nasional.

Sayangnya, walaupun sudah tidak diperbolehkan, masih saja terjadi kasus bullying. Dengan mudahnya seseorang menghina orang lain, baik secara bicara langsung ataupun melalui berkata-kata di media sosial.

Sobat Junior, kalian harus menjaga kata-kata yang kalian ucapkan. Saat kalian melihat orang yang menderita, jangan malah mencari-cari kesalahan orang tersebut. Seharusnya kita berbelas kasihan melihat orang yang menderita.

Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk menaruh belas kasihan kepada orang yang menderita. Hal tersebut merupakan salah satu cara untuk mempraktikan buah Roh kemurahan dalam hidup kita sehari-hari. Firman Tuhan katakan kita akan berbahagia ketika menaruh belas kasihan kepada orang yang menderita. Kalian mau happy, kan, Sobat Junior.

Card image
Truth 27 Agustus 2024 (English Version) - A PERSON FREE WALKING ACCORDING TO THE SPIRIT'S GUIDANCE
2024-08-28 18:07:58


“Since we live by the Spirit, let us keep in step with the Spirit.” (Galatians 5:25)

You might be facing difficult choices in your life. On one side, there are offers and temptations promising immediate pleasure. On the other side, there is a path that seems quieter but requires commitment and steadfastness. If you feel this way, you are not alone.

In Galatians 5:25, Paul tells us that if we choose to live by the Spirit, we must also be willing to walk according to the Spirit’s guidance. This is not just about making occasional good decisions, but about a daily lifestyle where every choice is guided by the Holy Spirit who dwells within us.

Walking by the Spirit means being able to see beyond what the eyes can see. We are not just focused on what is pleasurable now but on what is right and brings long-term good. It’s like choosing not to follow trends that might have negative impacts and instead focusing our efforts on things that build our character and spirituality.

True freedom lies in the ability to make decisions that free us from the chains of sin and selfishness. A person who is free in the Spirit will not be easily swayed because they know their identity and purpose are defined by something greater than themselves.

Let’s start today by practicing a life more attuned to the Spirit’s whispers. This can begin with small things, like choosing not to gossip or spending more time in prayer and understanding of God’s Word. Every decision we make with the Spirit’s guidance is a step towards true freedom.

WHAT TO DO:
1. Cultivate a prayerful attitude and always seek God’s face.
2. Ask for God’s wisdom in navigating our daily lives.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 9-12

Card image
ORANG YANG MERDEKA BERJALAN MENURUT TUNTUNAN ROH DALAM DIRINYA
2024-08-28 13:20:12


”Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh” (Galatia 5:25)

Mungkin kamu sedang dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit dalam hidupmu. Di satu sisi, ada tawaran dan godaan yang menjanjikan kesenangan segera. Di sisi lain, ada jalan yang tampak lebih tenang, tapi memerlukan komitmen dan keteguhan hati. Kalau kamu merasa begitu, kamu nggak sendirian.

Dalam Galatia 5:25, Paulus ngasih tahu kita bahwa jika kita memilih untuk hidup oleh Roh, maka kita juga harus berani berjalan menurut tuntunan Roh. Ini bukan cuma tentang membuat keputusan sesekali yang baik, tapi tentang gaya hidup sehari-hari yang konsisten, di mana setiap pilihan kita dipandu oleh Roh Kudus yang tinggal dalam diri kita.

Berjalan menurut Roh berarti kita mampu melihat lebih jauh dari yang bisa dilihat mata. Kita _nggak_ hanya fokus pada apa yang menyenangkan sekarang, tapi lebih kepada apa yang benar dan membawa kebaikan jangka panjang. Ini seperti memilih untuk tidak mengikuti tren yang bisa membawa dampak buruk, dan memilih untuk menaruh tenaga kita ke dalam hal-hal yang membangun karakter dan spiritual kita.

Kemerdekaan sejati terletak pada kemampuan untuk mengambil keputusan yang membebaskan kita dari belenggu dosa dan keegoisan. Orang yang merdeka dalam Roh nggak akan mudah goyah karena dia tahu identitas dan tujuannya ditentukan oleh sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri.

Yuk, mulai hari ini kita praktikkan hidup yang lebih mendengarkan bisikan Roh. Ini bisa dimulai dari hal-hal kecil, seperti memilih untuk tidak bergosip, atau memilih untuk menghabiskan waktu lebih banyak dalam doa dan pemahaman firman Tuhan. Setiap keputusan yang kita buat dengan bimbingan Roh adalah langkah menuju kemerdekaan yang sejati.

WHAT TO DO:
1.Membangun pribadi yang suka berdoa dan mau selalu mencari wajah Tuhan

2.Meminta hikmat Tuhan dalam menjalani hari-hari yang kita jalani

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yehezkiel 9-12

Card image
Renungan Pagi - 27 Agustus 2024
2024-08-27 16:33:12


Seringkali kita mengucap syukur dengan mudah ketika segala sesuatu berjalan baik, aman dan nyaman, tetapi begitu sulit mengucap syukur dalam keadaan yang tidak baik, musibah dan masalah yang kita anggap sangat berat. Dan mengucap syukur juga lebih sering dikaitkan kalau diberkati secara materi, punya rumah baru, mobil baru, buka toko baru dan lain-lain.

Firman Tuhan mengingatkan bahwa; "*hal yang paling penting untuk disyukuri adalah anugerah keselamatan yang sudah diberikan pada kita, sehingga dilayakkan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan bagi orang kudus dalam kerajaan terang. Anugerah-Nya juga telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kedalam Kerajaan-Nya yang kekal dan beroleh penebusan, yaitu pengampunan atas dosa kita."

Jangan pernah lupa mengucap syukur untuk hal yang penting ini, sehingga kita pasti akan selalu bersukacita dalam pengharapan, sekalipun menghadapi persoalan yang tidak mengerti, selalu ada alasan mengucap syukur karena anugerah-Nya.
(Kolose 1:12-14)

Card image
Quote Of The Day - 27 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-27 16:31:10


Sejujurnya, banyak orang yang tidak memiliki dunia bukan karena tidak mau namun karena tidak punya kesempatan dan kemampuan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-27 16:29:29


Sejujurnya, banyak orang yang tidak memiliki dunia bukan karena tidak mau namun karena tidak punya kesempatan dan kemampuan.

Card image
THE MUDDY ROAD - 27 Agustus 2024 (English Version)
2024-08-27 06:25:39


In the Bible, we find that the journey of spiritual maturity of believers can be parallel or symmetrical to the development of the human body. There is a time when a human child who is still a toddler cannot eat solid food; so he eats soft food, milk. But there is a time when the human child has become more mature and no longer eats soft food, but eats solid food. In fact, not all of God's congregations are mature. There is still a need for non-solid foods, which are intended for new Christians. But we must make room for Christians who must eat solid food. Especially considering the signs of the times. In the past, in Paul's time, because Christianity was just beginning, they still needed soft food like infants.

But Christianity is now 2,000 years old. Therefore, we cannot directly apply what was written in the Book of Hebrews to our current time, where the Gospel has been preached for nearly 2,000 years. We must deliver God’s word to the highest peak. We must not fear teaching the truth to its fullest extent. In the Gospel of Matthew 28:18-20, the Lord Jesus said, “Teach them to obey everything.” In the Bible, there is not a single verse that tolerates wrongdoing because of human weakness and shortcomings. Instead, in the letters of John, it is written that if we sin, we should ask for forgiveness. This does not mean we can continue to harbor or perpetuate sin. In fact, in John's letters, it is said that those who claim to live in the Lord Jesus are obligated to live as He lived (1 John 2:6)

Such compromises occur because people are afraid to lose their lives. Perhaps we have been Christians since childhood, and we have certainly experienced gradual conversion, especially through suffering and painful life experiences. But it is in those moments that God teaches us true Christianity. Not merely being a Christian who goes to church and lives morally, as long as we do not break the law. But what God teaches is to be perfect like the Father and to be like Jesus. So, what Jesus did, we must also do. Nothing less. There is no road that is not muddy; it is a narrow road. Jesus also went through the narrow road. Completing the work of salvation was not easy. Even at His lowest point, Jesus said, “If it is possible, may this cup be taken from Me.” And when He prayed, His sweat became drops of blood. It's depression or severe stress.

But Jesus could go through it, the very narrow road or the muddy road. We also have our own narrow and muddy roads. And surely, God designs how we walk the muddy road that we will walk until we close our eyes. There is never a time when we can say, “That’s it, I’ve reached a certain age, I’m retiring.” No, we must keep walking to finish the final race, just as Paul finished his final race.

So true Christianity is what Jesus did. Therefore, the church must have two things. First, true truth. Second, a model or example.

The absolute necessity of following Jesus is expressed in several sentences such as in Matthew 6:24, “You cannot serve two masters.” This means 100% devotion, or nothing at all. Luke 14:33, “If anyone does not forsake all that he has, he will be cannot be My disciples.” 1 Peter 1:16, “Be ye holy, for I am holy.” All these absolutes cannot be reduced. Ironically, whether we realize it or not, Christianity is taught with compromise, so that we do not live Christianity with all our hearts. Today, we see the reality of Christianity that has undergone devaluation; a Christianity that has declined. This is because there is compromise within it, or there is conformity; an adjustment to the world.

People who are not full time are not worthy of God. Because whoever owns our time owns our life. And many people give their time for money, wealth, honor, pleasure, and satisfaction. Not for God's pleasure. It does not mean to seize someone's life for the church, but about dedicating their life to God. Each of us must deal with God to understand how to surrender our lives. So, find God's plan and will in our respective lives. This is not easy, we must struggle with it. So, don't stop growing. We have one standard: Jesus. Of course, pastors, servants of God, must first struggle and achieve it, so that they can share the truth and be examples. And that is obtained from encountering God every day, and their lives truly radiates the thoughts and feelings of God, or the thoughts and feelings of Jesus. This is the school of life until we close our eyes.

GOD DESIGNS HOW WE WILL WALK THE MUDDY ROAD THAT WE WILL WALK UNTIL WE CLOSE OUR EYES.

Card image
JALAN YANG BERLUMPUR - 27 Agustus 2024
2024-08-27 06:22:40


Di dalam Alkitab, kita menemukan bahwa perjalanan kedewasaan rohani orang percaya bisa paralel atau simetris dengan perkembangan tubuh manusia. Ada saat di mana anak manusia yang masih balita belum bisa makan makanan keras; jadi makan makanan lunak, susu. Tetapi ada saat di mana anak manusia tersebut sudah makin dewasa dan tidak lagi makan makanan yang lunak, tetapi makan makanan yang keras. Sejatinya, tidak semua jemaat Tuhan itu dewasa. Masih dibutuhkan makanan-makanan yang tidak keras, yang diperuntukkan bagi orang-orang Kristen yang masih baru. Tetapi kita harus memberi ruangan bagi orang Kristen yang sudah harus makan makanan keras. Apalagi melihat tanda zaman ini. Kalau dulu di zaman Paulus, karena kekristenan baru awal, mereka masih butuh makanan yang lunak seperti bayi.

Tetapi kekristenan usianya sudah 2000 tahun. Jadi, kita tidak bisa secara yang tersurat memindahkan apa yang ditulis di dalam Kitab Ibrani untuk zaman kita hari ini, di mana Injil sudah diberitakan selama hampir 2000 tahun. Kita harus menyampaikan firman Tuhan sampai titik puncak. Kita tidak boleh takut untuk setinggi-tingginya mengajarkan kebenaran. Dalam Injil Matius 28:18-20 Tuhan Yesus berkata, “Ajarkan semua.” Dalam Alkitab tidak pernah ada satu ayat pun yang menolerir kesalahan karena manusia penuh kelemahan dan kekurangan. Yang ada, dalam surat Yohanes dikatakan, kalau kita salah, minta ampun. Bukan kemudian bisa atau terus melestarikan dosa. Bahkan dalam surat Yohanes dikatakan orang yang berkata hidup di dalam Tuhan Yesus, wajib hidup sama seperti Dia hidup.

Kompromi-kompromi seperti itu terjadi karena orang tidak berani kehilangan nyawa. Mungkin kita sudah menjadi Kristen sejak kecil, dan pasti kita mengalami pertobatan yang bertahap. Dan terutama melalui penderitaan, kehidupan yang pedih. Tapi di situ Tuhan mengajarkan kita kekristenan yang sejati. Bukan menjadi Kristen yang hanya ke gereja lalu bermoral baik, yang penting tidak melanggar hukum. Tetapi yang Tuhan ajarkan adalah sempurna seperti Bapa dan serupa dengan Yesus. Jadi apa yang Yesus lakukan, kita harus lakukan. Tidak boleh kurang. Tidak ada jalan yang tidak berlumpur; jalan sempit. Yesus pun melalui jalan sempit. Tidak mudah menyelesaikan karya keselamatan itu. Bahkan sampai titik terendah, Yesus sempat berkata, “Kalau boleh cawan ini lalu daripada-Ku.” Dan ketika Dia berdoa, tetesan keringat-Nya menjadi tetes darah. Itu depresi atau stres yang berat.

Tetapi Yesus bisa melewatinya, jalan sangat sempit atau jalan berlumpur itu. Kita juga punya jalan sempit dan jalan berlumpur. Dan pasti, Tuhan mendesain bagaimana kita menjalani jalan yang berlumpur yang akan kita jalani sampai kita menutup mata. Tidak ada satu waktu di mana kita seakan-akan bisa pensiun, “Sudah, cukup sampai di sini, umurku sekian. Aku pensiun.” Tidak ada. Kita harus terus berjalan untuk menyelesaikan pertandingan akhir, seperti Paulus menyelesaikan pertandingan akhir.

Jadi kekristenan yang sejati itu, yaitu apa yang Yesus lakukan. Maka gereja harus memiliki dua hal. Yang pertama, kebenaran yang sejati. Yang kedua, teladan atau contoh.

Kemutlakan mengikut Yesus dibahasakan dengan beberapa kalimat seperti dalam Matius 6:24, “Kamu tak dapat mengabdi kepada dua tuan.” Artinya 100% mengabdi, atau tidak usah sama sekali. Lukas 14:33, “Barangsiapa tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, ia tak dapat menjadi murid-Ku.” 1 Petrus 1:16, “Kuduslah kamu sebab Aku kudus,” Semua kemutlakan ini tidak bisa dikurangi. Ironis, kita sadar atau tidak, kekristenan diajarkan dengan kompromi, sehingga kita menjalani kekristenan tidak dengan segenap hati. Hari ini kita melihat realitas kekristenan yang telah mengalami devaluasi; kekristenan yang merosot. Karena ada kompromi di dalamnya, atau ada konformisme; penyesuaian dengan dunia.

Orang yang tidak sepenuh waktu, tidak layak bagi Tuhan. Karena siapa yang memiliki waktu kita, dialah yang memiliki hidup kita. Dan banyak orang menyerahkan waktunya untuk uang, harta, kehormatan, kesenangan, dan kepuasan. Bukan untuk kesenangan Tuhan. Tidak bermaksud merebut hidup seseorang untuk gereja, tapi kita merebut hidupnya untuk Tuhan. Setiap kita harus berurusan dengan Tuhan, agar kita mengerti bagaimana kita menyerahkan hidup kita. Maka, temukan rencana dan kehendak Tuhan dalam hidup kita masing-masing. Ini tidak mudah, kita harus menggumulinya. Maka, jangan berhenti bertumbuh. Kita punya satu ukuran: Yesus. Tentu pendeta, hamba Tuhan, harus lebih dulu bergumul dan mencapainya, supaya bisa membagikan kebenaran dan menjadi teladan. Dan itu didapat dari perjumpaan dengan Tuhan setiap hari, dan hidupnya benar-benar memancarkan perasaan pikiran Allah atau memancarkan pikiran perasaan Yesus. Yang itu merupakan sekolah kehidupan sampai kita menutup mata.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN MENDESAIN BAGAIMANA KITA MENJALANI JALAN YANG BERLUMPUR YANG AKAN KITA JALANI SAMPAI KITA MENUTUP MATA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 Agustus 2024
2024-08-27 06:19:03

Yehezkiel 5-8

Card image
Truth Kids 26 Agustus 2024 - JERITAN
2024-08-27 06:10:42


Amsal 21:13
”Siapa menutup telinganya bagi jeritan orang lemah, tidak akan menerima jawaban, kalau ia sendiri berseru-seru."

Siapa yang masih suka menjerit atau teriak saat minta sesuatu? Semoga Sobat Kids sudah tidak seperti itu lagi, ya. Bagaimana perasaan kalian jika mendengar ada anak menjerit-jerit saat keinginannya tidak diberikan? Tentu berisik, ya, rasanya.

Namun, jeritan yang dimaksud pada ayat firman Tuhan hari ini berbeda dengan jeritan seorang anak kecil yang tidak dikasih permintaannya. Jeritan orang lemah yang dimaksud pada ayat ini adalah orang yang tidak mampu dan meminta tolong.

Saat ada orang yang meminta tolong, sebisa mungkin kita bantu, ya, Sobat Kids. Kemampuan kalian saat ini mungkin belum cukup banyak karena usia kalian masih kecil. Saat kalian tahu ada orang yang membutuhkan bantuan, kalian dapat cerita ke orang tua kalian. Berdiskusilah dengan mereka. Pasti orang tua kalian akan memberikan solusi yang terbaik sehingga kalian dapat membantu orang lain. Semangat, Sobat Kids!

Card image
Truth Junior 26 Agustus 2024 - TIDAK EGOIS
2024-08-27 06:08:37


Amsal 21:13
”Siapa menutup telinganya bagi jeritan orang lemah, tidak akan menerima jawaban, kalau ia sendiri berseru-seru.”

Tiba-tiba ada pemadaman air di wilayah pemukiman warga dekat rumah Duta sehingga banyak orang mengalami kesulitan mencuci atau memasak. Karena pemadaman ini mendadak, banyak warga yang belum menyiapkan penampungan air, begitu juga dengan keluarga Duta. Mereka hanya punya 1 galon air yang isinya pun sudah tidak penuh lagi.

Sepulang kerja, ayah Duta masuk ke dalam rumah dengan tergesa-gesa, “Bu, apakah kita masih ada air? Kasihan, anak tetangga sebelah tidak bisa minum susu karena air masih padam,” ayah Duta menjelaskan. “Ada, sebentar Ibu siapkan,” jawab ibunya Duta.

Duta memperhatikan ibunya yang menuangkan air dari galon ke dalam botol besar. “Bu, airnya banyak sekali yang dituangkan? Nanti kalau air kita habis, bagaimana?” Duta merasa gusar melihat isi galon yang semakin berkurang. “Tidak apa, nanti kita cari cara. Yang penting mereka bisa bikin susu dengan tenang karena airnya cukup,” ibu Duta menenangkannya.

Duta pun berdoa dan meminta kepada Tuhan supaya air segera mengalir lagi. Tiba-tiba, tetangga sebelah datang ke rumah Duta dan mengabarkan bahwa ada mobil tangki air yang sedang membagikan air kepada warga. Mereka pun bergegas membawa wadah untuk diisi dengan air.

Sobat Junior, pertolongan Tuhan bisa datang dalam berbagai cara dan bentuk. Namun, satu hal yang pasti, saat kita tulus menolong dan sigap membantu orang lain tanpa bersikap egois, pasti doa kita didengar dan dijawab Tuhan. Jangan ragu untuk berbagi kepada siapa pun, kapan pun, dan di mana pun, ya!

Card image
Truth Youth 26 Agustus A PERSON FREE FROM IMPURITY
2024-08-27 05:58:59


“But just as he who called you is holy, so be holy in all you do; for it is written: ‘Be holy, because I am holy.’” (1 Peter 1:15-16)

Have you ever felt a flutter in your heart when you were about to do something wrong? That’s the awareness that reminds you of the boundary between right and wrong. For example, when you're tempted to send answers to a test to a friend via text message, or when you're urged to say something untrue about someone just because you're upset.

In 1 Peter 1:15-16, we are called to live holy lives because the God who called us is holy. Living holy doesn’t mean we have to be perfect or never make mistakes, but it’s about continually striving to avoid actions that could distance us from God, which is sin. Living holy also means guarding ourselves against the impurity around us. This world is full of temptations that can lead us astray if we're not careful, like when we spend hours scrolling through social media mindlessly or get caught up in gossip that harms others.

A person free from impurity will always be vigilant and fearful of sin, because they understand how precious holiness is in God's eyes. They don’t want to exchange that holiness for momentary pleasures that could ultimately lead to regret.

So, how can we keep our hearts sensitive and fearful of sin? Start by filling your mind with positive and uplifting things. Read the Word of God, pray, and associate with people who positively influence your life. Remember, being free from impurity isn’t just about avoiding sin, but about choosing to live in holiness every day.

WHAT TO DO:
1. Develop a positive and correct mindset.
2. Discipline yourself by reading the Word of God regularly.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 5-8

Card image
Truth Youth 26 Agustus 2024 - ORANG YANG MERDEKA DARI KETIDAKSUCIAN
2024-08-27 05:19:00


”Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” (1 Petrus 1:15-16)

Apakah kamu pernah merasa hatimu berdebar ketika hendak melakukan sesuatu yang salah? Itu adalah getaran kesadaran yang mengingatkanmu pada batas antara benar dan salah. Misalnya, ketika tiba-tiba kamu tergoda untuk mengirim jawaban ujian ke teman via pesan singkat. Atau mungkin, saat ada dorongan untuk mengatakan sesuatu yang tidak benar tentang seseorang hanya karena sedang kesal.

Dalam 1 Petrus 1:15-16, kita diajak untuk hidup kudus, karena Tuhan yang memanggil kita adalah Tuhan yang kudus. Hidup kudus itu bukan berarti kita harus sempurna atau nggak pernah buat kesalahan, tapi lebih ke arah bagaimana kita terus-menerus berusaha untuk menjauhi perbuatan yang bisa menjauhkan kita dari Tuhan, alias dosa. Hidup kudus juga tentang bagaimana kita menjaga diri dari ketidaksucian yang ada di sekitar kita. Dunia ini penuh dengan godaan yang bisa membuat kita tergelincir kalau kita nggak hati-hati. Seperti saat kita scrolling media sosial dan tanpa sadar menghabiskan waktu berjam-jam untuk hal yang nggak bermanfaat, atau malah terjebak dalam gosip yang merusak.

Orang yang merdeka dari ketidaksucian itu akan selalu waspada dan takut untuk berbuat dosa, karena mereka tahu betapa berharganya kekudusan itu di mata Tuhan. Mereka nggak mau tukar kekudusan itu dengan kesenangan sesaat yang pada akhirnya bisa membawa penyesalan.

Jadi, gimana caranya kita bisa menjaga hati kita agar tetap peka dan takut untuk berbuat dosa? Mulailah dengan mengisi pikiran kita dengan hal-hal yang positif dan membangun. Baca Firman Tuhan, berdoa, dan bergaul dengan orang-orang yang bisa membawa pengaruh baik dalam hidupmu. Ingat, merdeka dari ketidaksucian bukan hanya tentang menghindari dosa, tapi tentang memilih untuk hidup dalam kekudusan setiap hari.

WHAT TO DO:
1.Membangun pola pikir yang benar dan positif
2.Mendisiplinkan diri dengan membaca firman Tuhan secara rutin

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yehezkiel 5-8

Card image
Renungan Pagi - 27 Agustus 2024
2024-08-27 05:15:12


Orang percaya seringkali merasa bahwa kehidupan mereka menjadi terbatas karena harus melakukan kehendak Allah, menuruti perintah-perintah Tuhan dalam Firman-Nya yang kita anggap berat untuk dilakukan. Akhirnya perintah Tuhan dianggap sebagai beban yang membuat kita tertekan karena harus melakukannya.

Sesungguhnya jika menyadari betapa besarnya kasih Tuhan pada kita dengan memberikan teladan hidup yaitu ketaatan-Nya melakukan kehendak Bapa bahkan taat sampai mati di kayu salib demi keselamatan. Maka kita tidak akan menganggap berat untuk taat melakukan kehendak Bapa. Karena demikian besar kasih-Nya pada kita semua. "Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat."

Demikian juga jika benar-benar mengasihi Tuhan, maka kita tidak akan menganggap perintah Tuhan itu sebagai beban yang berat untuk dilakukan dan ketaatan melakukan kehendak Bapa bukanlah ikatan yang membelenggu, ketaatan adalah bukti bahwa kita mengasihi Tuhan.
(1 Yohanes 5:3)

Card image
Quote Of The Day - 27 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-27 05:12:17


Orang yang dipisahkan dari dunia, selain hidupnya kudus, juga hidupnya hanya dipersembahkan untuk Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-27 05:09:29


Pengalaman dengan Tuhan itu memiliki rentang waktu yang panjang, perjalanan yang tidak terbatas.

Card image
ETERNAL ACHIEVEMENT - 26 Agustus 2024 (English Version)
2024-08-26 22:09:09



Have no other choice but to be a lover of God. We already know the story of the lost younger son, but it turns out that the older son was also lost. The younger son felt dissatisfied at his father's house; he wanted to enjoy all the inheritance his father could give him, but without his father. Ironically, many Christians enjoy God's blessings without God. But they feel they are close to God because they still go to church. They give a very small portion to God. They feel that if they are serious with God, they will not reach maximum happiness because they are limited by God's law, God's commandments, especially when hearing the word "holiness," as if the word "holiness" threatens their happiness in life. In reality, it is sin that threatens our happiness.

Why are people afraid to live seriously with God? Afraid to live a holy life? Because they feel they will not be happy, or less happy if they live a holy life. If their relationship with God is serious, it will take away their worldly happiness. Because while they are still living in the world, they want to enjoy the world, taking advantage of their time on earth. This is the devil's thinking. That is why many people enjoy God's blessings without God. In other words, they enjoy God's blessings without holiness. As if this world cannot be enjoyed if one lives in holiness. In the end, they find false happiness.

Remember, the world will make us have a lot, but never feel enough. No matter how much, we can not feel enough, because we will be shackled by it. The world will enslave us. We should have the principle: "Without holiness there is no happiness." Because without holiness, we cannot be God's lovers. And never think that if you become a pastor, you will definitely be God's lovers. In fact, many pastors who are fooled by themselves. Once someone becomes a pastor, especially if they become famous, they become increasingly dishonest with themselves. They increasingly lose sight of who they really are. Academic achievement often does not make them know God well enough, instead they become arrogant.

When we are before God, it is as if we have no knowledge whatsoever, because we want to meet God face to face in the spirit. We want to encounter God and know Him from real experience. It does seem mystical. And theologians, people in the academic theology environment are usually resist such subjective experiences. Therefore, subjective experiences are always considered bad. There are indeed subjective experiences that are bad, dishonest, but we cannot avoid the experience of subjectivity. Because God is the Subject and we are also subjects, who can meet and have special experiences.

Feeling God's love is not a theory. The sentence, "He on the cross, He loves me. Oh, God, Your love is great," is still a fantasy. But how we deal with God can be from heart to heart, and we feel Him loves us from our hearts, it is a supernatural experience. And we must experience that He is alive. This is difficult, because many people do not dare to pay the price to find God, because God is like a needle falling in a haystack that is so difficult to find. Yes , He is hard to find, but He can be found. It is impossible that He cannot be found. So the question is why are we not seeking Him?

It is foolish if we do not achieve anything in the rest of this life; And we should aim to achieve something with eternal achievement. Feel the love of God. How He loves us; feel it in our spirit. Let us be like children before the Lord. Then we become people who are not afraid to face anything. He does not want our accidents, let alone eternal accidents. But if we still want to enjoy God’s blessings without God, that is a big problem in our lives. We must start the day by coming to God and saying, “Walk with me, God.” Do not be afraid, we can go through it together. God will place people who love us in our lives, and through their hands, they will strengthen us; we will not fall, we will be held/upheld continually. Don't feel alone. And don't regret our situation today. We still have a future.

IT IS FOOLISH IF WE DO NOT ACHIEVE ANYTHING IN THE REST OF THIS LIFE; AND WE SHOULD AIM TO ACHIEVE SOMETHING WITH ETERNAL ACHIEVEMENT.

Card image
PRESTASI KEKEKALAN - 26 Agustus 2024
2024-08-26 21:52:19


Jangan punya pilihan lain kecuali menjadi kekasih Tuhan. Kita sudah tahu kisah si Bungsu yang terhilang, tapi ternyata si Sulung juga terhilang. Si Bungsu merasa tidak puas di rumah bapaknya, dia mau menikmati segala warisan yang bapaknya bisa berikan padanya tanpa bapaknya. Ironis, banyak orang Kristen yang menikmati berkat Tuhan tanpa Tuhan. Tapi dia merasa ber-Tuhan karena masih ke gereja. Dia beri kuota yang sangat kecil untuk Tuhan. Dia merasa kalau sungguh-sungguh dalam Tuhan, dia tidak akan sampai pada kebahagiaan maksimal karena terbatasi oleh hukum Tuhan, perintah Tuhan, apalagi mendengar kata “kesucian,” seolah-olah kata “kesucian” itu mengancam kebahagiaan hidupnya. Padahal mestinya yang benar, dosa itu mengancam kebahagiaan kita.

Kenapa orang tidak berani hidup sungguh-sungguh dalam Tuhan? Tidak berani hidup suci? Karena dia merasa akan tidak bahagia, kurang bahagia jika hidup suci. Jika urusan dengan Tuhan sungguh-sungguh, itu akan menyita kebahagiaan duniawinya. Sebab sementara dia masih hidup di dalam dunia, dia mau menikmati dunia, mumpung hidup di dunia. Ini pikiran setan. Itulah sebabnya banyak orang menikmati berkat Tuhan tanpa Tuhan. Artinya, menikmati berkat Tuhan tanpa kesucian. Seakan-akan dunia ini tidak bisa kita nikmati kalau hidup dalam kesucian. Akhirnya kita menemukan kebahagiaan semu.

Ingat, dunia akan membuat kita punya banyak, tapi tidak pernah merasa cukup. Sebanyak apa pun, kita bisa tidak merasa cukup, karena kita akan dibelenggu olehnya. Dunia akan memperbudak kita. Mestinya kita berprinsip: “Tanpa kesucian tidak ada kebahagiaan.” Sebab tanpa kesucian, kita tidak bisa menjadi kekasih Tuhan. Dan jangan pernah berpikir kalau sudah jadi pendeta, pasti jadi kekasih Tuhan. Justru banyak pendeta yang dibodohi oleh dirinya sendiri. Sudah pendeta, apalagi jika sudah terkenal, dia makin tidak jujur dengan dirinya sendiri. Dia makin tidak mengenal dirinya sendiri. Prestasi akademik sering tidak membuat mereka cukup mengenal Allah, yang ada malah kesombongan.

Kalau sudah berhadapan dengan Tuhan, kita seakan-akan tidak punya ilmu apa-apa, karena kita mau berjumpa dengan Tuhan muka dengan muka di dalam spirit. Kita mau bertemu dengan Tuhan dan mengenal Dia dari pengalaman riil. Memang kesannya mistis. Dan orang-orang teolog, orang-orang di lingkungan akademisi teologi biasanya resisten terhadap pengalaman-pengalaman subjektif seperti ini. Oleh sebab itu, pengalaman subjektif dianggap selalu buruk. Memang ada pengalaman subjektif yang buruk, tidak jujur, tetapi kita tidak bisa menghindarkan diri dari pengalaman subjektivitas. Sebab Allah adalah Subjek dan kita juga subjek, yang bisa bertemu dan punya pengalaman khusus.

Merasakan kasih Tuhan bukan teori. Kalimat, “Dia sudah mati di kayu salib, Dia mengasihi aku. Oh, Tuhan, kasih-Mu besar,” itu masih fantasi. Tapi bagaimana kita berhadapan dengan Tuhan bisa dari hati ke hati, dan kita merasakan Dia mencintai kita dari hati kita, itu adalah pengalaman adikodrati, supranatural. Dan kita harus mengalami bahwa Dia hidup. Ini yang sulit, sebab banyak orang tidak berani membayar harganya untuk menemukan Tuhan, karena Tuhan itu seperti jarum jatuh di jerami yang begitu sulit ditemukan. Ya, Dia sulit ditemukan, tapi Dia bisa ditemukan. Tidak mungkin Dia tidak bisa ditemukan. Maka pertanyaannya adalah kenapa kita tidak mencari Dia?

Adalah bodoh kalau kita tidak berprestasi di sisa umur hidup ini; dan kita mau berprestasi dengan prestasi kekekalan. Rasakan kasih Tuhan itu. Sungguh Dia mengasihi kita; rasakan di dalam roh kita. Biarlah kita menjadi seperti kanak-kanak di hadapan Tuhan. Maka kita menjadi orang yang tidak takut menghadapi apa pun. Dia tidak menginginkan kecelakaan kita, apalagi kecelakaan kekal. Tetapi kalau kita masih mau menikmati berkat Tuhan tanpa Tuhan, itu masalah besar dalam hidup kita. Kita harus memulai hari dengan datang kepada Tuhan dan berkata, “Berjalanlah bersamaku, Tuhan.” Jangan takut, kita bisa lewati bersama. Tuhan akan taruh orang-orang yang mengasihi kita, dan lewat tangan orang yang akan meneguhkan kita, kita tidak akan jatuh, kita akan dipegang terus. Jangan merasa sendiri. Dan jangan menyesali keadaan kita hari ini. Kita masih punya masa depan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ADALAH BODOH KALAU KITA TIDAK BERPRESTASI DI SISA UMUR HIDUP INI; DAN KITA MAU BERPRESTASI DENGAN PRESTASI KEKEKALAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 Agustus 2024
2024-08-26 21:47:29

Yehezkiel 1-4

Card image
Truth Kids 25 Agustus 2024 - BERLIMPAH
2024-08-25 10:31:03


Lukas 6:38
”Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”

Sobat Kids, ayat firman Tuhan hari ini mengajarkan kita untuk memberi. Memang saat ini kalian masih kecil dan belum bisa menghasilkan uang sendiri. Namun, memberi tidak hanya dalam bentuk uang saja. Kita dapat memberi dalam bentuk yang lain. Kita dapat memberi tenaga untuk membantu orang tua membersihkan rumah. Kita juga dapat memberikan telinga saat guru menjelaskan pelajaran di kelas. Dan masih banyak hal lain yang dapat kita berikan untuk orang lain.

Saat memberi, hendaknya kita memiliki hati yang tulus. Memberi dengan tulus itu maksudnya benar-benar ingin memberi tanpa mengharapkan imbalan, hadiah, atau apa pun juga. Seharusnya saat kita memberi, kita tujukan untuk Tuhan. Percayalah, kita akan menerima reward dari Tuhan, saat kita melakukannya dengan tulus. Bahkan kita akan menerimanya dengan berlimpah.

Card image
Truth Junior 25 Agustus 2024 - PEMELIHARAAN TUHAN
2024-08-25 10:21:09


Lukas 6:38
”Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”

Masih ingat kisah Nia dan Zea dua hari lalu, Sobat Junior? Karena kemurahan hatinya, Nia disenangi banyak teman. Keluarga Nia tidak pernah merasakan hidup berkelimpahan harta, tapi mereka selalu merasa berlimpah. Kok bisa, ya? Iya, keluarga Nia merasakan berkat Tuhan selalu melimpah buat mereka, karena mereka mengucap syukur senantiasa. Pemeliharaan Tuhan tidak selalu dalam bentuk materi atau harta seperti punya rumah yang besar dan bagus, mobil yang mewah atau keren, pakaian yang mahal, bisa jalan-jalan atau wisata ke luar negeri. Kesehatan yang terjaga, damai sejahtera yang mereka rasakan, sudah lebih dari cukup bagi Nia dan keluarganya. Tentu saja mereka bisa tetap sehat karena mereka juga merawat dan mengasihi tubuh mereka.

Kemurahan hati keluarga Nia membuat mereka menjadi umat pilihan yang sangat diperhatikan dan dilindungi oleh Tuhan. Misalnya jika ada masalah atau ujian kehidupan, mereka merasa Tuhan selalu menunjukkan jalan keluarnya terutama saat mereka berserah dan mengandalkan Tuhan. Tentu saja hal ini tidak mudah dijelaskan, karena kita harus mengalami sendiri, Sobat Junior. Intinya, percayalah bahwa jika kita murah hati, maka Tuhan pun akan mencurahkan berkat-Nya bagi kita. Berkat tersebut jangan kita ukur dari segi materi, melainkan berkat rohani yang berdampak pada kekekalan kita.

Card image
Truth Youth 25 Agustus 2024 (English Version) - THE FIFTH GOSPEL
2024-08-25 10:16:09


"Through Jesus, therefore, let us continually offer to God a sacrifice of praise—the fruit of lips that openly profess his name.” (Hebrews 13:15)

As Christians who frequently read the Bible, we might think we only have four Gospels in the whole Scripture. And while we strive to share the Gospel of Christ with our friends, we often focus on the Gospels of Matthew, Mark, Luke, and John. However, we actually have a fifth Gospel, which is our own lives.

When we share the Gospel of Jesus Christ with the world, what they see and read is not the Bible or the Gospels. They don’t know who Jesus Christ is just from what we try to introduce. What they know is us. What they see and read is not the Gospel but our life and behavior. How can we share the Gospel if our own lives are not yet a reflection of it? How can our friends believe that every word of Jesus in the Gospel is good if we still use unkind or inappropriate language ourselves?

As young Christians, it’s important to understand that the power of life and death is in our tongues (Proverbs 18:21). We are called to be examples in our speech, not only in front of fellow Christians but also before the world. When we manage to restrain ourselves from using harmful or negative words, we honor God and show His love to others. In challenging or frustrating situations, refraining from destructive words is not a sign of weakness but the strength of the Holy Spirit working in our lives. In this way, we not only protect our relationships with others but also build a solid foundation to share Christ’s message with integrity and authority in accordance with His will.

WHAT TO DO:
1. Be a living example that reflects the teachings of Jesus Christ in all aspects of daily life.
2. Choose words wisely and show love in every interaction, both with fellow Christians and those who don’t yet know Christ.
3. Use the power of the Holy Spirit to control the tongue so that our words provide a positive testimony and glorify God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 1-4

Card image
Truth Youth 25 Agustus 2024 - THE FIFTH GOSPEL
2024-08-25 10:13:47


”Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.” (Ibrani 13:15)

Sebagai orang Kristen yang sering membaca Alkitab, mungkin kita berpikir bahwa kita hanya memiliki 4 Injil dalam seluruh Alkitab. Dan kita yang sering mendengar bahwa kita dipanggil untuk memberitakan kebenaran Kristus pada dunia berusaha untuk mengabarkan Injil pada teman-teman kita. Tapi sejatinya, kita gak cuma punya Injil Matius, Markus, Lukas, maupun Yohanes saja, melainkan kita punya Injil kelima yaitu hidup kita.

Ketika kita memberitakan tentang Injil Yesus Kristus kepada dunia ini, yang mereka lihat dan mereka baca bukanlah Alkitab atau Injil. Mereka tidak mengenal siapa itu Yesus Kristus yang berusaha kita kenalkan. Yang mereka kenal adalah diri kita sendiri. Yang mereka lihat dan baca bukanlah Injil melainkan kehidupan dan setiap tingkah laku kita. Bagaimana kita bisa memberitakan Injil jika hidup kita masih belum menjadi Injil bagi orang lain? Bagaimana teman-teman kita percaya bahwa setiap perkataan Yesus dalam Injil itu adalah perkataan yang baik jika kita sendiri masih menggunakan bahasa dan kata-kata yang tidak baik?

Sebagai anak muda Kristen, penting bagi kita untuk memahami bahwa kekuatan hidup dan mati terletak dalam lidah kita (Amsal 18:21). Kami dipanggil untuk menunjukkan teladan dalam perkataan, tidak hanya di hadapan sesama Kristen, tetapi juga di hadapan dunia. Ketika kita mampu menahan diri dari perkataan yang salah atau bernada negatif, maka kita memuliakan Tuhan dan menunjukkan cinta kasih-Nya kepada orang lain. Dalam situasi-situasi yang menantang atau penuh frustrasi, menahan diri dari kata-kata yang merusak bukanlah tanda kelemahan, tetapi kekuatan dari kuasa Roh Kudus yang bekerja dalam hidup kita. Dengan cara ini, kita tidak hanya melindungi hubungan kita dengan sesama, tetapi juga membangun fondasi yang kokoh untuk menyampaikan pesan Kristus dengan integritas dan otoritas yang sesuai dengan kehendak-Nya.

WHAT TO DO:
1.Menjadi teladan hidup yang mencerminkan ajaran Yesus Kristus dalam segala aspek kehidupan sehari-hari.
2.Memilih perkataan dengan bijaksana dan menunjukkan kasih dalam setiap interaksi, baik dengan sesama Kristen maupun dengan orang yang belum mengenal Kristus.
3.Menggunakan kekuatan Roh Kudus untuk mengendalikan lidah agar perkataan kita memberikan kesaksian yang positif dan memuliakan Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yehezkiel 1-4

Card image
Renungan Pagi - 25 Agustus 2024
2024-08-25 10:03:23


Setiap manusia diciptakan oleh Tuhan bukanlah suatu kebetulan, tetapi semua sudah direncanakan oleh Allah dengan sempurna. Bahwa manusia haruslah menjadi pengelola alam semesta dan semua mahluk ciptaan lainnya takluk dalam kuasa manusia.

Dosa telah membuat segala rencana Allah atas manusia, mahluk ciptaan-Nya rusak, manusia gagal hidup didalam rancangan Tuhan. Tetapi kasih Allah atas manusia demikian besar, sehingga saat manusia jatuh dalam dosa, Allah telah menyediakan keselamatan melalui pengorbanan Anak Domba Allah yaitu Tuhan Yesus yang turun kedunia menyerahkan Nyawa-Nya menjadi tebusan bagi manusia.

"Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat."

Jadi dapat kita mengerti sekarang bahwa keselamatan adalah mengembalikan manusia kepada rancangan semula yaitu menjadi serupa dan segambar dengan Allah, Sang Pencipta.
(1 Petrus 1:18-19)

Card image
Quote Of The Day - 25 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-25 09:59:11


Keluar dari ikatan dosa dan kedagingan merupakan sesuatu yang mutlak yang harus kita miliki dan alami, supaya kita menjadi kekasih Tuhan, sekutu Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 25 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-25 09:58:12


Kita dikunci untuk hidup bagi Allah sepenuhnya, mengarahkan diri ke Kerajaan Surga.

Card image
LIKE CHILDREN BEFORE GOD - 25 Agustus 2024 (English Version)
2024-08-25 09:49:22


In truth, each of us longs to live in the blessings of God—physical blessings, but especially spiritual blessings, where we grow more spiritually mature each day, becoming increasingly worthy of being members of the Kingdom of God. However, this will not be realized in our lives if we do not become lovers of God. Therefore, we must truly become allies of God, not enemies of God. Let us examine ourselves and see where we stand. No matter our situation today, we must not let it overwhelm us or disturb our emotions. What should truly focus our attention is whether we have become lovers of God or not. It should be that the older we get, the more we become like children before God.

On one hand, we become less afraid of facing life, and this cannot be faked; it is natural. When we see the harshness of life, the tragedies on this earth, and especially when we contemplate the dreadful terror of being separated from God, we become like children before Him. And we can sincerely say, "You are all I need. You are more than enough, Lord. Let me never feel lacking in anything except You. For everything else, I feel content because I have You. More than enough. Whatever my problems and needs, they will surely be met in You. Even the worst situation I experience is not truly bad if I am walking with You."

Many people are arrogant, but they are unaware of their arrogance. They may not say it aloud, but their attitude toward God is arrogant. Today they feel safe and comfortable. They can beat their chest and say, "I don't care about anyone, not even God." But one day, they will realize that they need nothing but God. In truth, we do not need to wait until we die to prove that God is all we need. From the moment we live on this earth, we should already be saying, "God is all I need." So, if we are not truly attached to God, our church attendance is in vain. No matter how powerful the pastor's prayers are, they are in vain. We must begin to learn that when we deal with God, it is as if we do not have any doctrine or theological concept, because we only want to meet God in a real way.

If He truly exists, we should seek to know Him through that encounter. Abraham never attended theology school, and the figures of faith never read theological books. Yet, they were able to encounter God and become God's lovers. The question is, how can we experience that? Believe that God is all we need. He is alive, and He is more than enough, no matter our circumstances today. If we are with God, we will not sink. Often, God brings us into situations where we truly feel there is no way out, but we look to Him and say: “I cannot walk this path alone. Lord, hold my hand, protect me. I have no goodness that makes me worthy of Your help, Your protection, but have mercy on me. Even if I am broken, let me be broken in Your hands.”

It is in these moments that we truly deal with God. But if we are not serious, we cannot. A double-minded person should not expect to receive anything. This is similar to the saying, "You cannot serve two masters." The church, the pastor, no one can help us, unless we ourselves sincerely seek God. The experience with God has a long time span, an unlimited journey. So now, let us truly strive to seek God, to find God, and to place ourselves rightly before God, and to place God appropriately in our lives, so that we become God's lovers.

To be honest, not all believers have become God's lovers. Many still tie their hearts to the world, still touch sin. In fact, God hates even the smallest sin, no matter how subtle it is. But if we examine the Bible, the standard for those who are pleasing to God is doing the will of the Father, like Jesus (Matt. 7:21-23 “Not everyone who says to me, ‘Lord, Lord,’ will enter the kingdom of heaven, but only the one who does the will of my Father who is in heaven. 22 Many will say to me on that day, ‘Lord, Lord, did we not prophesy in your name and in your name drive out demons and in your name perform many miracles?’ 23 Then I will tell them plainly, ‘I never knew you. Away from me, you evildoers!’ ; Matt. 3:17 And a voice from heaven said, “This is my Son, whom I love; with him I am well pleased”). Those who do not do the will of the Father are certainly not lovers of the Father. We should not be mentally blocked, thinking that only those with special gifts can do the will of the Father. All of us must be able to, and it is possible because the Spirit that is within us is the same Spirit that was in Jesus.

IT SHOULD BE THAT THE OLDER WE GET, THE MORE WE BECOME LIKE CHILDREN BEFORE GOD.

Card image
SEPERTI KANAK-KANAK DI HADAPAN ALLAH - 25 Agustus 2024
2024-08-25 09:44:37


Sejatinya, setiap kita merindukan hidup di dalam berkat Tuhan; berkat jasmani, tetapi terutama berkat rohani di mana kita semakin hari semakin dewasa rohani, semakin layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Tetapi hal itu tidak akan terwujud di dalam hidup kita kalau kita tidak menjadi kekasih Tuhan. Maka kita harus sungguh-sungguh menjadi sekutu Tuhan, bukan seteru Tuhan. Mari kita memeriksa diri sendiri, di mana posisi kita. Apa pun dan bagaimanapun keadaan kita hari ini ini, jangan sampai itu menenggelamkan hidup kita, mengharubirukan perasaan kita. Yang harus membuat kita benar-benar fokus adalah apakah kita sudah menjadi kekasih Tuhan atau belum. Seharusnya, semakin kita tua, semakin kita menjadi seperti kanak-kanak di hadapan Allah.

Di satu sisi, kita makin tidak takut menghadapi hidup. Dan itu tidak bisa dibuat-buat; natural. Ketika kita melihat ganasnya hidup, menemukan tragisnya hidup di bumi ini, dan terutama ketika kita menghayati betapa dahsyatnya kengerian terpisah dari Allah, maka kita menjadi seperti kanak-kanak di hadapan-Nya. Dan bisa mengatakan dengan tulus, “Hanya Engkau yang kubutuhkan. Engkau lebih dari cukup, Tuhan. Jangan sampai aku merasa kurang untuk suatu hal kecuali Engkau. Untuk yang lain, aku merasa cukup karena aku memiliki Engkau. Lebih dari cukup. Apa pun masalah dan kebutuhanku pasti terjawab di dalam Engkau. Bahkan keadaan yang paling buruk yang kualami, bukan menjadi keburukan kalau aku berjalan bersama-Mu.”

Banyak orang sombong, tapi mereka tidak menyadari kesombongannya. Memang tidak mengucapkan, tapi sikapnya terhadap Tuhan itu sombong. Hari ini mereka merasa aman dan nyaman. Mereka bisa menepuk dada dan berkata, “Aku tidak peduli siapa pun, juga Tuhan.” Tapi suatu hari mereka akan tahu bahwa tidak ada yang mereka butuhkan kecuali Tuhan. Sejatinya, kita tidak perlu menunggu meninggal dunia dan membuktikan bahwa yang kita butuhkan hanya Tuhan. Sejak kita hidup di bumi kita sudah harus berkata, “Yang kubutuhkan hanya Tuhan.” Jadi, kalau kita tidak sungguh-sungguh melekat dengan Tuhan, percuma kita ke gereja. Didoakan pendeta sehebat apa pun, percuma. Kita harus mulai belajar jika kita berurusan dengan Tuhan, seakan-akan kita tidak punya doktrin atau konsep teologi apa pun, sebab kita hanya mau bertemu dengan Tuhan secara nyata.

Kalau Dia sungguh-sungguh ada, kita mau mengenal-Nya dari perjumpaan itu. Abraham tidak pernah sekolah teologi. Tokoh-tokoh iman tidak pernah membaca buku teologi. Tapi mereka bisa berjumpa dengan Allah dan menjadi kekasih-kekasih Tuhan. Pertanyaannya, bagaimana kita bisa mengalami itu? Percayalah bahwa hanya Tuhan yang kita butuhkan. Dia hidup dan Dia lebih dari cukup, apa pun keadaan kita hari ini. Jika kita bersama dengan Tuhan, maka kita pasti tidak akan tenggelam. Sering Tuhan membawa kita pada keadaan-keadaan yang benar-benar kita merasa tidak ada jalan keluar, tetapi kita memandang Tuhan dan berkata: “Aku tak dapat jalan sendiri. Tuhan, pegang tanganku ini, lindungi aku. Aku tidak punya kebaikan yang membuat aku patut menerima pertolongan, perlindungan-Mu. Tapi belas kasihani aku. Kalaupun aku hancur, aku hancur di tangan-Mu.”

Di situlah kita benar-benar berurusan dengan Tuhan. Namun jika tidak sungguh-sungguh, tidak bisa. Orang yang mendua hati jangan berharap dapat sesuatu. Ini sama dengan kalimat yang mengatakan “Kamu tak dapat mengabdi kepada dua tuan.” Gereja, pendeta, siapa pun tidak bisa menolong, kecuali kita sendiri dengan sungguh-sungguh mencari Tuhan. Pengalaman dengan Tuhan itu memiliki rentang waktu yang panjang, perjalanan yang tidak terbatas. Jadi sekarang, mari kita benar-benar berjuang mencari Tuhan, menemukan Tuhan, dan menempatkan diri kita secara benar di hadapan Allah, dan menempatkan Allah secara patut dalam hidup kita, sehingga kita menjadi kekasih Tuhan.

Sejujurnya, belum semua orang percaya sudah menjadi kekasih Tuhan. Banyak yang masih mengikat hatinya dengan dunia, masih menyentuh dosa. Padahal Tuhan benci dengan dosa sekecil, sehalus apa pun dosa itu. Tetapi memang kalau kita memeriksa Alkitab, standar orang yang berkenan di hadapan Allah itu melakukan kehendak Bapa, seperti Yesus (Mat. 7:21-23, Mat. 3:17). Orang yang tidak melakukan kehendak Bapa, pasti tidak menjadi kekasih Bapa. Kita jangan bermental blok dan berpikir bahwa hanya orang yang memiliki karunia khusus yang bisa melakukan kehendak Bapa. Semua kita harus bisa dan dimungkinkan bisa, karena roh yang ada pada kita sama dengan roh yang ada pada Yesus.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEHARUSNYA, SEMAKIN KITA TUA, SEMAKIN KITA MENJADI SEPERTI KANAK-KANAK DI HADAPAN ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 Agustus 2024
2024-08-25 09:41:45

Ratapan 3-5

Card image
Truth Kids 24 Agustus 2024 - MENABUNG
2024-08-24 13:00:57


Lukas 12:33
”Juallah segala milikmu dan berikanlah sedekah! Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di sorga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan yang tidak dirusakkan ngengat.”

Sobat Kids, siapa di antara kalian yang suka menabung? Mungkin karena kalian masih kecil, kalian belum mendapatkan uang jajan sendiri. Namun, bisa jadi dari kembalian uang belanja ibu diberikan ke kalian untuk dimasukkan ke dalam celengan. Kalian memasukkan uang receh tersebut sedikit demi sedikit, hingga akhirnya celengan kalian menjadi penuh. Dan momen yang kalian tunggu-tunggu akhirnya tiba, waktunya untuk membuka celengan. Uang logam pun bergelindingan keluar dari celengan. Kalian pasti senang saat melihat uang-uang logam tersebut bertumpuk. Dari uang receh, uang yang nilainya kecil, akhirnya menjadi jumlah yang besar.

Kita perlu belajar menabung sejak kecil, Sobat Kids. Namun, bukan hanya menabung harta atau uang di bumi ini, melainkan juga di surga. Bagaimana caranya menabung di surga, sementara kita masih hidup ini bumi? Caranya adalah dengan melakukan kemurahan kepada orang lain. Berbagi makanan, meminjamkan mainan atau buku ke teman, menolong orang yang kesulitan, merupakan contoh praktik buah Roh kemurahan yang kalian bisa lakukan.

Card image
Truth Junior 24 Agustus 2024 - HARTA DI SURGA
2024-08-24 12:59:42


Lukas 12:33
”Juallah segala milikmu dan berikanlah sedekah! Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di sorga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan yang tidak dirusakkan ngengat.”

Suatu saat, terjadi kekeringan di sebuah hutan yang tadinya amat subur dan berlimpah sumber makanan. Karena kekeringan tersebut, banyak penghuni hutan yang menderita karena kelaparan dan kehausan. Dari kejauhan, tampak seekor beruang sedang mengais-ais tumpukan daun kering untuk mencari biji-bijian. Sekelompok burung yang sedang bertengger di atas pohon memperhatikan beruang tersebut dan saling berdiskusi. “Lihat, sekarang beruang saja mencari biji untuk dimakan karena ia tidak bisa makan ikan lagi,” ujar salah satu seekor burung. Lalu burung lainnya berkata, “Gawat, kalau begitu. Biji-bijian untuk kita bisa semakin berkurang jumlahnya!”

Kumpulan burung tersebut merasa resah, tapi kemudian mereka dikejutkan dengan apa yang dilakukan beruang. “Hai, burung-burung, kemarilah. Aku punya banyak biji untuk kalian makan,” teriak sang beruang memanggil mereka. Ternyata beruang tersebut bukan mencari makanan untuk dirinya, melainkan untuk berbagi dengan hewan lain.

Sobat Junior, seperti itulah saat kita memiliki kemurahan; kita tidak memikirkan diri sendiri, tetapi dengan senang hati berbagi apa yang kita punya, bahkan kita berusaha dengan daya kita untuk membantu orang lain. Orang yang murah hati sebenarnya sedang mengumpulkan harta di surga, loh.

Card image
Truth Youth 24 Agustus 2024 (English Version) - KEEP YOUR HEART CLEAN
2024-08-24 12:56:52


“For out of the heart come evil thoughts, murder, adultery, sexual immorality, theft, false testimony, slander.” (Matthew 15:19)

Matthew 15:19 says, “For out of the heart come evil thoughts, murder, adultery, sexual immorality, theft, false testimony, slander,” and so on. This verse teaches us the importance of keeping our hearts and minds clean. Undeniably, as young people today, we live in a world that often tempts us with all kinds of moral and spiritual impurities. External pressures, social media, peers, and our surroundings can influence how we think and act. However, it’s important to remember that what we choose to accept and cultivate within ourselves stems from the state of our own hearts and minds. If we want to live free from impurity, not only physically but also morally and spiritually, we need to keep our hearts clean. We must be mindful of what we choose to listen to, watch, and think about.

Evil or negative thoughts, if allowed to grow, can lead us to actions that are wrong in the eyes of God and people. Being free from impurity means taking full responsibility for our thoughts, words, and actions. We need to actively choose to focus on beneficial and positive things, such as reading God’s Word, worshipping, serving others, and building healthy relationships with God and others.

Have we allowed negative thoughts or evil impulses to control us? Or have we strived hard to maintain pure hearts and minds before God? Although it is not easy, with God’s help and power, we can live according to His will and be a light in this dark world.

WHAT TO DO:
1. Choose wisely what you consume, whether visual, auditory, or mental.
2. Practice spiritual disciplines such as reading the Word of God and worshipping regularly.
3. Be active in serving others and building positive relationships with God and others.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Lamentations 3-5

Card image
Truth Youth 24 Agustus 2024 - KEEP YOUR HEART CLEAN
2024-08-24 12:54:54


”Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.” (Matius 15:19)

Ayat Matius 15:19 mengatakan, “Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat” dan sebagainya. Ayat ini mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga kebersihan hati dan pikiran. Gak bisa dipungkiri, kita sebagai anak muda saat ini hidup di dalam dunia yang sering kali menggoda kita dengan segala macam kenajisan moral dan spiritual. Tekanan dari luar, media sosial, teman sebaya, dan lingkungan sekitar dapat memengaruhi cara kita berpikir dan bertindak. Namun, penting untuk diingat bahwa apa yang kita pilih untuk menerima dan budayakan dalam diri kita, berakar dari keadaan hati dan pikiran kita sendiri. Jika kita ingin hidup bebas dari kenajisan, tidak hanya secara fisik, tetapi juga dalam segi moral dan spiritual, maka perlu bagi kita untuk menjaga kebersihan hati kita. Kita harus memperhatikan apa yang kita pilih untuk didengar, ditonton, dan dipikirkan.

Sebab pikiran-pikiran yang jahat atau negatif, jika dibiarkan terus berkembang, dapat mengarahkan kita kepada tindakan-tindakan yang tidak benar di mata Tuhan dan dalam pandangan manusia. Menjadi bebas dari kenajisan berarti kita mengambil tanggung jawab penuh atas pikiran, perkataan, dan perbuatan kita. Kita harus aktif dalam memilih untuk fokus pada hal-hal yang bermanfaat dan positif, seperti membaca Firman Tuhan, beribadah, melayani sesama, dan membangun hubungan yang sehat dengan Tuhan dan orang lain.

Apakah kita telah membiarkan pikiran-pikiran negatif atau dorongan-dorongan jahat mengendalikan kita? Ataukah kita telah berusaha keras untuk memelihara hati dan pikiran yang suci di hadapan Tuhan? Meskipun bukanlah hal yang mudah, dengan bantuan dan kuasa Tuhan, kita dapat hidup sesuai dengan kehendak-Nya dan menjadi terang bagi dunia yang gelap ini.

WHAT TO DO:
1.Memilih dengan bijak dalam hal apa yang kita konsumsi baik secara visual, auditif, maupun pikiran.
2.Mempraktikkan disiplin spiritual seperti membaca Firman Tuhan dan beribadah secara teratur.
3.Aktif dalam melayani sesama dan membangun hubungan yang positif dengan Tuhan dan orang lain.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ratapan 3-5

Card image
Renungan Pagi - 24 Agustus 2024
2024-08-24 12:45:33


Hidup kristiani tanpa iman hanyalah kepalsuan, karena dasar hidup kristiani adalah iman; dengan iman percaya apa yang sudah dan akan Kristus kerjakan dalam hidup kita. Memang kita tidak menyaksikan sendiri Kristus memikul salib, menumpahkan darah-Nya, tapi dengan iman percaya bahwa IA sudah mati karena kita.

Segala yang tertulis dalam Alkitab mulai dari kejadian hingga kitab Wahyu memang tidak dan belum tentu kita lihat dengan mata sendiri, tapi kita percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah, yang menuntun kepada keselamatan.

"Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita." Dengan iman percaya, dengan iman juga kita akan melihat janji-janji Allah digenapi, termasuk janji kemenangan dibalik setiap persoalan, pergumulan, dan masalah hidup.
(1 Korintus 15:57)

Card image
Quote Of The Day - 24 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-24 12:43:19


Dengan kita berdoa, kita ada di dalam terang kesucian Allah, di hadapan Tuhan, maka tidak mungkin terang kesucian Tuhan tidak menelanjangi kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 24 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-24 12:41:49


Hidup dalam kekudusan adalah panggilan orang percaya yang harus dijalani setiap hari.

Card image
THE BOUNDARY LINE - 24 Agustus 2024 (English Version)
2024-08-24 12:39:35


One by one we must let go of worldly pleasures, because they are becoming our burdens. Like flying, we cannot have wings that carry us high to the glory of God. We must be done with ourselves, which means no longer being bound to worldly delights. Our only joy should be in God, our only happiness in God, with nothing else on this earth that we long for. And when we possess this, only then can we truly yearn to meet the Lord Jesus face to face. Let us examine our hearts—how deep is our longing to meet God? It’s not just the congregation, even activists and pastors might not have this longing to meet the Lord Jesus.

If we have started to lose our desire to meet the Lord Jesus, then something is definitely wrong within us, because this is a sign of betrayal, infidelity, or unfaithfulness to God. Don’t be like the five foolish virgins who ended up not having enough time to prepare their oil, as they squandered the grace and the time that God had given. Therefore, do not look back, do not seek happiness from this world. Do not look back. Because the law is that only when we let go of everything, then we have Christ. In this matter, we cannot be half-hearted. We must dare to enter unfamiliar territory, a realm very different from what we have been accustomed to.

As a result, we will naturally lose interest in the world—not because we force ourselves to, but because our tastes have changed. We draw a clear line, not living in a gray area; where we are not members of the world but we are members of the family of the Kingdom of God. We want to go home, for the world is not our home. And because the world is not our home, nothing in this world should bind us or give us hope and pleasure. Our happiness should not be supported or created by anything in this world. Our pleasure must be supported only by the presence of God. Only then will we become holy virgins.

We must have clear boundaries, not be ambiguous, because we are citizens of the Kingdom of Heaven. Paul reminds us that while we are still in the world, we must not live as the children of the world do. And remember, especially for pastors, if a pastor does not draw a boundary, he cannot be spiritual, cannot inspire the Kingdom of God to the congregation, he also cannot free the congregation from worldly life. We are not yet in heaven, but we must already live in the habitat of the Kingdom of God. That is why the Lord's Prayer says, "Your kingdom come, Your will be done, on earth as it is in heaven." This means we are already bringing the atmosphere of the Kingdom of God into our lives today.

It’s not just about having spiritual songs at home, but our joy and peace are not supported by worldly matters. We are locked to live for God completely, directing ourselves to the Kingdom of Heaven. Theological schools do not move habitats, all are directed to reasoning about God. Only when people sit still at the feet of God can they be moved. If we imagine that one day there are people entering the Kingdom of Heaven because of our service, how joyful that would be. Truly, it is priceless. Let us ourselves be the sacrifice, as if we were being slaughtered on the altar, but we become a blessing to many. We slaughter our flesh, desires, and all our worldly desires, so that we can become channels of God's wisdom and knowledge, bringing His presence whenever every time we are present.

However, many people prefer to go to churches that talk about blessings and promises of abundance because that is what they need. But when God leads us into the wilderness, we look to God and meet the Owner of Life. Our problems in this world are not great problems; they can certainly be overcome. The important thing is that we get through them without focusing on worldly targets. Because our target is to be pleasing before God. Christianity cannot just be a part of our lives; Christianity must be our whole life. How happy can we be with money, possessions, position? All of that will eventually end or we have to let go. So why don’t we direct ourselves toward the Kingdom of Heaven? We want to have a spiritual feast with the Lord.

God is alive, and the stories of the Bible are not fairy tales; His footprints are real. Why don’t we make Him everything in our lives? One day, each of us will stand before His judgment throne. So, if we take care of God's work now, then God takes care of our lives. We must pack up, truly become spiritual people, and focus our hearts must be focused on the Kingdom of God. We draw the boundary line, “I am a citizen of the Kingdom of Heaven. I am not a citizen of this world, for in this world, I am merely a sojourner. I must live blamelessly in what I think, say, and do.”

WE MUST HAVE CLEAR BOUNDARIES, NOT BE AMBIGUOUS, BECAUSE WE ARE CITIZENS OF THE KINGDOM OF HEAVEN.

Card image
GARIS BATAS - 24 Agustus 2024
2024-08-24 12:31:15


Satu per satu kesenangan dunia harus kita lepaskan, karena itu yang menjadi beban kita. Ibarat terbang, kita tidak bisa punya sayap yang membawa kita tinggi terbang menuju kemuliaan Allah. Kita harus selesai dengan diri sendiri, yaitu ketika kita tidak lagi terikat dengan kesenangan dunia. Kesenangan kita hanya Tuhan, kebahagiaan kita hanya Tuhan, tidak ada lagi yang kita nantikan di bumi ini. Dan jika itu kita miliki, baru kita bisa merindukan bertemu muka dengan muka dengan Tuhan Yesus. Coba selidiki hati kita, seberapa kita punya kerinduan bertemu Tuhan? Jangankan jemaat, aktivis dan pendeta pun belum tentu punya kerinduan bertemu dengan Tuhan Yesus.

Kalau kita sudah mulai tidak punya kerinduan bertemu dengan Tuhan Yesus, pasti ada yang salah dalam diri kita, sebab itu adalah gejala pengkhianatan, perselingkuhan, atau ketidaksetiaan kepada Tuhan. Jangan seperti lima gadis bodoh yang akhirnya tidak sempat punya waktu mempersiapkan minyak, sebab mereka menyia-nyiakan anugerah, waktu yang Tuhan berikan. Maka, jangan menoleh ke belakang, jangan mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini. Tak menoleh. Karena hukumnya adalah hanya kalau kita melepaskan segala sesuatu, maka kita memiliki Kristus. Dalam hal ini, kita tidak bisa setengah-setengah. Kita harus berani masuk ke wilayah asing, wilayah yang sangat berbeda dengan wilayah yang selama ini kita jalani. Sehingga dengan sendirinya kita tidak tertarik lagi dengan dunia; bukan kita bermaksud mau tidak tertarik, namun cita rasa kita berubah. Kita tarik garis yang jelas, jangan abu-abu di mana kita bukan anggota dunia melainkan kita adalah anggota keluarga Kerajaan Allah. Kita mau pulang, dunia bukan rumah kita. Dan karena dunia bukan rumah kita, maka apa pun yang ada di dunia ini tidak boleh mengikat dan memberi harapan dan kesenangan. Kebahagiaan kita tidak boleh ditopang, diciptakan oleh apa pun yang ada di dunia. Kesenangan kita harus ditopang oleh kehadiran Tuhan saja. Di situ baru kita menjadi perawan suci.

Kita harus punya garis batas, jangan abu-abu karena kita adalah warga Kerajaan Surga. Paulus mengingatkan, kita memang masih di dunia, tapi kita tidak boleh hidup dengan cara anak dunia. Dan ingat, khususnya bagi para pendeta, kalau pendeta tidak menarik garis batas, dia tidak mungkin rohani, tidak bisa menginspirasi Kerajaan Allah kepada jemaat, dia juga tidak bisa mengentaskan jemaat dari hidup keduniawian. Kita memang belum di surga, tapi kita harus sudah hidup dalam habitat Kerajaan Allah. Yang karenanya Doa Bapa Kami berkata, "Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga." Artinya, kita sudah menghadirkan suasana Kerajaan Allah di dalam hidup hari ini.

Bukan sekadar ada nyanyian rohani di rumah, namun sukacita dan damai sejahtera kita tidak ditopang oleh perkara dunia. Kita dikunci untuk hidup bagi Allah sepenuhnya, mengarahkan diri ke Kerajaan Surga.* Sekolah teologi tidak memindahkan habitat, semua diarahkan untuk menalar Tuhan. Hanya ketika orang duduk diam di kaki Tuhan, dia baru bisa dipindahkan. Kalau kita membayangkan suatu hari ada orang-orang masuk Kerajaan Surga karena hasil pelayanan kita, betapa itu membahagiakan. Sungguh, tidak ternilai harganya. Biar kita sendiri yang menjadi korban, seakan-akan kita disembelih di mezbah, tapi kita menjadi berkat bagi banyak orang. Kita sembelih daging, nafsu, dan semua keinginan duniawi kita, supaya kita bisa menjadi saluran hikmat dan marifat Tuhan, bisa membawa hadirat Tuhan setiap kali kita hadir.

Namun banyak orang lebih senang ke gereja yang bicara tentang berkat, janji kelimpahan, karena itu yang mereka butuhkan. Tapi ketika Tuhan membawa ke padang gurun, kita memandang Tuhan, dan mempertemukan kita dengan Sang Pemilik Kehidupan. Masalah kita di dunia ini bukan masalah besar, pasti bisa dilewati. Yang penting bisa dilewati tanpa target. Karena target kita itu berkenan di hadapan Tuhan. Kristen tidak bisa menjadi bagian hidup kita, Kristen harus seluruh hidup kita. Seberapa kita bisa senang dengan uang, harta, kedudukan? Semua itu nanti juga akan berakhir atau harus kita lepaskan. Maka, mengapa kita tidak mengarahkan diri untuk Kerajaan Surga? Kita mau berpesta rohani bersama Tuhan.

Tuhan itu hidup dan cerita Alkitab itu bukan dongeng, jejak-Nya nyata. Mengapa tidak kita jadikan Dia segalanya dalam hidup kita? Yang suatu hari, setiap kita akan berdiri di hadapan takhta pengadilan-Nya. Maka kalau sekarang kita mengurusi pekerjaan Tuhan, maka Tuhan mengurusi hidup kita. Kita harus berkemas-kemas, betul-betul jadi manusia rohani, hati kita harus terfokus ke Kerajaan Allah. Kita tarik garis batas, “Aku warga Kerajaan Surga. Aku bukan warga dunia, sebab di dunia aku hanya menumpang. Aku harus hidup tidak bercacat dari apa yang kupikirkan, kukatakan dan kulakukan.”

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS PUNYA GARIS BATAS, JANGAN ABU-ABU KARENA KITA ADALAH WARGA KERAJAAN SURGA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 Agustus 2024
2024-08-24 12:28:11

Ratapan 1-2

Card image
Renungan Pagi - 23 Agustus 2024
2024-08-23 05:14:03


Di-zaman yang segala sesuatunya serba canggih ini membuat manusia selalu menyukai hal-hal yang instan dan praktis. Semua yang cepat jadi, tidak perlu sabar menunggu, tidak perlu repot dan bersusah payah. Seperti kopi dan mie instan yang dapat langsung dinikmati dalam waktu singkat, demikianlah juga orang-orang percaya saat ini.

Jika menghadapi ujian kehidupan, segera berteriak kepada Tuhan, minta cepat selesai, tidak perlu berjuang lama-lama, segera mukjizat terjadi, selesai persoalan. Tidak perlu lagi perjuangan dan ketekunan mencari wajah Tuhan, menemukan dan mengalami Tuhan setiap waktu dan dengan sabar mengikuti gerak langkah Tuhan sampai kita dapat mengetahui dan memahami apa yang Tuhan inginkan, yang penting Tuhan harus tahu apa yang kita inginkan segera.

Padahal jika memahami dengan benar artinya kita beriman kepada Tuhan, perkara instan itu tidak dapat dibenarkan, sebab iman mengandung pengertian penurutan terhadap kehendak Allah. Dan menuruti kehendak Allah tidaklah otomatis terjadi, harus diperjuangkan. Iman harus diuji sehingga menghasilkan ketekunan, taat dan setia menanti pertolongan Tuhan sesuai kehendak dan waktu-Nya.

Ketekunan akan mengajarkan kepada kita menyerahkan diri sepenuhnya dalam pengaturan Tuhan. "Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun."
(Yakobus 1:3-4)

Card image
Quote Of The Day - 23 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-23 04:37:27


Kita harus berani diam, sebab percakapan yang sia-sia, membuat kita tidak kudus.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 23 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-23 04:35:52


Kita memang belum di surga, tapi kita harus sudah hidup dalam habitat Kerajaan Allah.

Card image
SPIRITUAL FEAST - 23 Agustus 2024 (English Version)
2024-08-23 04:32:27


It is undeniable, unavoidable, and inevitable that the escalation of a turbulent world will continue to increase. This is not a prediction from an economic, cultural, or any other perspective, but from the perspective of the Bible. Therefore, when the world becomes increasingly uncomfortable to inhabit, when economic crises affect not only developing countries but also superpowers, and when conflicts arise involving major nations, these are signs that what the Bible prophesied is being fulfilled. The world will not get better—it is impossible—because the Lord Jesus Himself prophesied this in Matthew 24. In the midst of a world that is increasingly uncertain, a world that offers no guarantees, we, as God's chosen people, must hold the greatest possible spiritual feast. This spiritual feast means fellowship with the Almighty God, the God who surpasses all problems, the God who is greater than any war, Elohim Yahweh, who is greater than any economic crisis.

We must draw a line and recognize that we are a people prepared to inherit the Kingdom of Heaven. The world is not our portion. As the world becomes more corrupt and more destroyed, we should increasingly prepare ourselves to inherit the Kingdom of Heaven. Not many people are truly prepared, because their worldly minds are locked, as if there is no next chapter. We have two chapters. The first chapter is life on this earth. The second chapter is life in the new heaven and new earth. But most people think they only have one chapter, as if this world is the only opportunity to live. Ironically, not all believers are convinced of this, because it is not enough to agree and understand this with the mind; it must be lived every day. It is not enough to live with reason, logic, because of hearing the explanation, but it must be accompanied by living the presence of God in life.

Without living God's presence, we cannot fully believe in the next chapter or the second chapter. If only logic catches on, because of one explanation, we will not be able to have real action in carrying out a packing attitude. But when we live God's presence, live His flowing joy and peace—and then we can understand that the joy in God surpasses the joy of pleasure in anything the world provides—and only then can we fully live the next chapter. Honestly, most of us still enjoy the world. And when we enjoy the world, we do not feel confident that there will be a better life later, as if today's life is the only life we can have and enjoy. We should not be tied to pleasure, entertainment, or whatever facilities this world provides.

We can use the things of the world without being attached to them; we can have whatever the world provides, but we use all of it for our devotion and service to God. However, this ideal Christian life is, frankly, far from the reality of many people's lives—only a few can truly live it. We must move out of the Egypt of this world. Not many Christians are truly moving out. In fact, such Christians are Christians who do not know direction of life. Paul says, "I am not like a boxer who just punches, I am not an athlete who just runs without knowing where the finish line is." Look at how many people are busy, but it is not clear where their life journey is headed.

When the Bible says, "Whether you eat or drink or do anything else, do all for the glory of God." There our lives are confiscated for the glory of God; meaning whatever we do is intended to make people see God as glorious and to please God. What pleases God? He does not want anyone to perish, and that begins with ourselves. We must get out of this world's Egypt to the heavenly Canaan. Let's move. In the midst of a world that is now increasingly uncertain, there is nothing we can expect from this world. This does not make us pessimistic about life, we are still enthusiastic about getting up in the morning, working, pursuing a career, studying, and so on, but we direct all of this to welcome the Kingdom of Heaven that is coming.

The world could experience total destruction, and that would not frighten us, for we look forward to a land that will be unshakable forever. Let us have a spiritual feast; that is, we live in togetherness with God. A spiritual feast does not require food and drink and physical or worldly facilities. What is needed is a heart that thirsts for God, a heart that longs for God, a heart that longs to truly be in His Kingdom. And we cannot live this just by understanding it in reason; but we must encounter God every day. And the encounter with God is our spiritual feast.

ENCOUNTER WITH GOD IS OUR SPIRITUAL FEAST.

Card image
PESTA ROHANI - 23 Agustus 2024
2024-08-23 04:28:38


Tidak bisa dibantah, tidak bisa ditolak, tidak bisa dihindari bahwa eskalasi dari dunia yang bergejolak akan semakin meningkat. Ini bukan ramalan dari perspektif ekonomi, budayawan, atau siapa pun, melainkan dari perspektif Alkitab. Jadi, ketika dunia makin tidak nyaman dihuni, krisis ekonomi berlangsung, bukan saja atas negara-negara yang sedang berkembang, tapi juga negara-negara adidaya. Lalu, konflik-konflik terjadi yang melibatkan negara-negara besar, maka ini sudah merupakan isyarat bahwa apa yang dinubuatkan Alkitab itu digenapi. Dunia tidak akan bertambah menjadi baik, tidak mungkin, karena Tuhan Yesus sendiri telah menubuatkan itu di Injil Matius 24. Di tengah-tengah dunia yang makin tidak menjanjikan, dunia yang makin tidak ada kepastian, kita sebagai umat pilihan harus mengadakan pesta rohani sebesar-besarnya. Pesta rohani di sini maksudnya kebersamaan dengan Allah Yang Maha Besar, Allah yang melampaui segala masalah, Allah yang lebih besar dari perang sebesar apa pun, Elohim Yahweh, lebih besar dari krisis ekonomi mana pun.

Kita harus menarik garis batas bahwa kita adalah umat yang dipersiapkan untuk mewarisi Kerajaan Surga. Dunia bukan bagian kita. Di mana dunia makin rusak, makin hancur, kita makin mempersiapkan diri mewarisi Kerajaan Surga. Tidak banyak orang yang sebenarnya siap, karena pikiran duniawi mereka telah mengunci, seakan-akan tidak ada bab berikut. Kita punya dua bab. Bab yang pertama, kehidupan bumi ini. Bab yang kedua, kehidupan di langit baru bumi baru. Tapi orang-orang pada umumnya berpikir bahwa hanya punya satu bab, seakan-akan dunia ini satu-satunya kesempatan menjalani kehidupan. Tetapi ironis, tidak semua orang percaya yakin, karena hal ini bukan saja cukup untuk disetujui dan dimengerti dengan pikiran, namun hal ini harus dihayati setiap hari. Tidak cukup menghayati dengan nalar, logika, karena mendengar penjelasan, tetapi harus disertai menghayati kehadiran Allah dalam hidup.
Tanpa menghayati kehadiran Tuhan, kita tidak bisa meyakini secara utuh bab selanjutnya atau bab kedua. Kalau hanya logika yang menangkap, oleh karena satu penjelasan, kita tidak akan bisa memiliki tindakan nyata dalam melakukan sikap berkemas-kemas. Tetapi ketika kita menghayati kehadiran Tuhan, menghayati sukacita dan damai sejahtera-Nya yang mengalir—yang kemudian kita bisa mengerti bahwa sukacita di dalam Tuhan melampaui sukacita kesenangan atas apa pun yang disediakan dunia—baru kita bisa menghayati bab selanjutnya. Sejujurnya, sebagian besar kita masih menikmati dunia. *Dan ketika kita menikmati dunia, kita tidak merasa yakin ada kehidupan yang lebih baik nanti, seakan-akan kehidupan hari ini adalah kehidupan satu-satunya yang kita bisa miliki dan nikmati. Mestinya kita tidak boleh terikat dengan kenikmatan, hiburan, atau fasilitas apa pun yang disediakan oleh dunia ini.

Kita bisa menggunakan barang-barang dunia tanpa terikat, kita bisa memiliki apa pun yang dunia sediakan, tapi semua kita gunakan untuk pengabdian dan pelayanan kita kepada Tuhan. Tapi kehidupan ideal secara kristiani seperti ini terus terang jauh dari kehidupan banyak orang, hanya segelintir orang yang sungguh-sungguh bisa menghayati. Kita harus bergerak keluar dari Mesir dunia. Tidak banyak orang Kristen yang sungguh-sungguh bergerak keluar. Sebenarnya orang-orang Kristen seperti ini adalah orang-orang Kristen yang tidak tahu arah hidup. Paulus mengatakan, "Aku bukan seperti petinju yang sembarangan memukul, aku bukan atlet yang hanya berlari tanpa tahu di mana garis akhir." Lihat, begitu banyak orang sibuk, tapi tidak jelas ke mana arah perjalanan hidup.

Ketika Alkitab berkata, "Baik engkau makan atau minum atau melakukan suatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah." Di situ hidup kita disita untuk kemuliaan Allah; artinya apa pun yang kita lakukan tujuannya adalah untuk membuat orang melihat Allah itu mulia dan untuk membuat Tuhan disenangkan. Apa yang membuat Tuhan disenangkan? Ia tidak mengingini seorang pun binasa, dan itu dimulai dari diri kita sendiri. Kita harus keluar dari Mesir dunia ini menuju Kanaan surgawi. Ayo kita bergerak. Di tengah dunia yang sekarang makin tidak pasti, maka tidak ada yang kita bisa diharapkan dari dunia ini. Ini tidak membuat kita pesimis hidup, kita masih semangat bangun pagi, bekerja, berkarier, studi, dan lain-lain, tetapi semua ini kita arahkan untuk menyambut Kerajaan Surga yang akan datang.

Dunia bisa mengalami kehancuran total, dan itu tidak menakutkan kita, karena kita menantikan negeri yang tidak tergoyahkan selama-lamanya. Mari kita berpesta rohani; yaitu kita hidup dalam kebersamaan dengan Tuhan. Pesta rohani tidak membutuhkan makan minum dan fasilitas lahiriah atau duniawi. Yang dibutuhkan adalah hati yang haus akan Allah, hati yang merindukan Tuhan, hati yang merindukan sungguh-sungguh akan ada di dalam Kerajaan-Nya. Dan ini tidak bisa kita hayati hanya sekadar mengerti di dalam nalar, tetapi kita harus berjumpa dengan Tuhan setiap hari. Dan perjumpaan dengan Tuhan itulah pesta rohani kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PERJUMPAAN DENGAN TUHAN ITULAH PESTA ROHANI KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 Agustus 2024
2024-08-23 04:24:53

Yeremia 51-52

Card image
Truth Kids 22 Agustus 2024 - CUMA-CUMA
2024-08-22 13:08:30


Matius 10:8
”Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.”

"Cora, apakah kamu sudah dengar kabar kalau Lita sedang sakit?" tanya Jane, teman sekelas Cora. "Wah, aku belum dengar kabar tentang Lita. Memangnya dia sakit apa?" tanya Cora penasaran. "Aku tahunya dia sakit demam berdarah dan harus dirawat di rumah sakit," lanjut Jane menjelaskan. "Kalau begitu, sepulang sekolah kita jenguk Lita di rumah sakit, yuk! Aku akan minta tolong mamaku untuk antar kita. Nanti biar mamaku infoin mamamu juga, Jane," ucap Cora dengan semangat.

Sesampainya di rumah sakit, Cora mengajak Lita untuk berdoa bersama. "Cora, Jane, terima kasih kalian sudah datang menjenguk aku. Mengapa kalian mau datang dan mendoakan aku? Aku jarang bermain dengan kalian," ujar Lita heran. "Aku juga pernah sakit, Lit. Saat aku berdoa, Tuhan Yesus memberikan kesembuhan untuk aku. Padahal aku cuma berdoa aja. Karena aku sudah menerima kesembuhan secara cuma-cuma dari Tuhan, sekarang aku juga mau kamu menerima kesembuhan dari Tuhan. Tidak masalah kita berteman baik atau tidak," jelas Cora kepada Lita.

Sobat Kids, kita telah menerima pertolongan dan kemurahan dari Tuhan secara cuma-cuma. Jadi, jika kita dapat memberikan pertolongan kepada orang lain, maka kita harus memberikannya secara cuma-cuma juga.

Card image
Truth Junior 22 Agustus 2024 - GRATIS
2024-08-22 13:06:45


Matius 10:8
”Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.”

“Kamu sudah dengar tentang orang yang bisa sembuhin penyakit, belum? Cara sembuhinnya ajaib, Ton. Dia hanya berdoa, lalu orang yang sakit sembuh. Nah, mereka yang didoakan, tinggal bayar deh, ke pendoa itu,” jelas Dito dengan semangat. “Loh, kok mesti bayar?” tanya Tono kebingungan. “Ya, orang sakit pasti mau sembung, dong, Ton. Enak, kan tinggal bayar, sudah langsung sembuh,” ujar Dito.

Sobat Junior, jika kalian mendengar hal yang mirip-mirip seperti ilustrasi di atas, hati-hati, ya. Ayat firman Tuhan hari ini menegaskan perkataan Tuhan Yesus saat mengutus murid-murid-Nya melayani orang lain. Mereka telah mendapat kuasa dari Tuhan Yesus dengan cuma-cuma, gratis.

Tuhan tidak meminta bayaran kepada murid-murid-Nya; semua diberikan secara gratis. Maka Tuhan berpesan kepada murid-murid-Nya untuk melakukan yang sama, memberikan secara cuma-cuma atau gratis.

Yuk, kita tanamkan dalam diri kita untuk menolong orang tanpa mengharapkan balasan. Ingat, Tuhan telah memberikan begitu banyak berkat kepada kita secara cuma-cuma. Kita pun memberikan kepada orang lain secara cuma-cuma.

Card image
Truth Youth 22 Agustus 2024 (English Version) - THE LIVING CHILD OF GOD
2024-08-22 12:55:28


“Whatever your hand finds to do, do it with all your might, for in the realm of the dead, where you are going, there is neither working nor planning nor knowledge nor wisdom.” (Ecclesiastes 9:10)

Every year, there are two days on which we can do nothing: yesterday and tomorrow. No one can change yesterday, and no one can change the future since it can easily change. Therefore, in this life, there is no certainty. The only certainty is change itself, which ultimately leads to death.

Unfortunately, the reality of death often causes people to live in fear and resignation rather than living a meaningful and enthusiastic life. Many people focus more on death than life, indirectly valuing death more than life. This is a mistake.

The Bible clearly states that while we are alive, we should give our all, putting all our effort into whatever we do because someday we will die. For some reason, Christians often value death more than life, even though the Bible clearly states that death is an inseparable part of the cycle of life (Ecclesiastes 3:2). If we understand that we will die someday, we should decide to live fully and to the best of our ability, and death will not be a problem to worry about. It’s not about how we die but how we live.

Therefore, each of us should live a meaningful life at all times. Love life and live enthusiastically every moment! Live and be happy because our God is a living God, and He is the God of the living! Live a meaningful life with enthusiasm so that when death comes, we can welcome it with joy. Be courageous in making decisions and choose to live fully! Amen.

WHAT TO DO:
1. Live with enthusiasm and give your all every moment.
2. Do everything to the best of your ability.
3. Make the decision to live fully and maximally.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 51-52

Card image
Truth Youth 22 Agustus 2024 - ANAK ALLAH YANG HIDUP
2024-08-22 12:53:04


Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi.” (Pengkotbah 9:10)

Di setiap tahun, akan selalu ada dua hari di mana kita tidak akan pernah bisa melakukan apa-apa, yakni hari kemarin dan hari esok. Tak seorang pun sanggup mengubah hari kemarin dan tak seorang pun sanggup mengubah masa depan sebab masa depan bisa berubah begitu mudah. Oleh sebab itulah dalam hidup ini tidak ada yang namanya kepastian. Satu-satunya kepastian ialah perubahan itu sendiri, yang berujung pada kematian.

Sayangnya, fakta kematian lebih banyak membuat orang menjalani hidup yang penuh dengan ketakutan dan kepasrahan daripada menjalani hidup yang penuh arti dengan penuh semangat. Banyak orang lebih fokus pada kematian daripada kehidupan sehingga secara tidak langsung mereka lebih menghargai kematian daripada kehidupan. Kehidupan itu kurang berarti, bahkan tidak berarti dibanding kematian. Salah besar.

Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa selama kita hidup kita harus all out, mengerahkan seluruh hidup kita untuk mengerjakan segala sesuatu yang dapat kita kerjakan dengan maksimal, sebab suatu saat kita akan mati. Entah mengapa orang Kristen lebih menghargai kematian daripada kehidupan, padahal Alkitab sudah menyatakan dengan jelas bahwa kematian itu merupakan bagian yang tak terpisahkan dari siklus kehidupan (Pkh. 3:2). Kalau kita mengerti bahwa suatu saat kita akan mati, justru kita akan berkeputusan untuk hidup seutuhnya dan menjalani kehidupan sebaik-baiknya dan kematian sama sekali tidak menjadi masalah yang perlu dipersoalkan. Bukan kematian yang menjadi masalah, melainkan kehidupan kita; bagaimana kita menjalani hidup setiap saat. Bukan bagaimana kita mati, melainkan bagaimana kita hidup.

Oleh sebab itu, hendaknya setiap kita menjalani hidup yang penuh arti setiap saat. Cintailah kehidupan dan hiduplah dengan semangat setiap saat! Hiduplah dan berbahagialah sebab Allah kita adalah Allah yang hidup dan Dia adalah Allah orang-orang hidup! Jalanilah hidup yang penuh arti dengan semangat sehingga ketika kematian itu datang menjemput, maka kita dapat menyambutnya dengan penuh kebahagiaan. Jadilah berani dalam mengambil keputusan setiap saat dan milikilah keputusan untuk hidup seutuhnya! Amin.

WHAT TO DO:
1.Hiduplah dengan semangat dan all out setiap saat
2.Kerjakan segala sesuatu dengan maksimal
3.Miliki keputusan untuk hidup seutuhnya secara maksimal

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yeremia 51-52

Card image
Renungan Pagi - 22 Agustus 2024
2024-08-22 12:49:51


Kasih adalah bahasa yang dimengerti oleh semua orang, kaya, miskin, tua, muda, semua mengerti bahasa kasih; sesungguhnya semua orang membutuhkan kasih.

Karena begitu pentingnya kasih itu, sampai-sampai Rasul Paulus berkata; "Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing."

Untuk apa berkotbah tentang Yesus yang penuh kasih, sedangkan kita sendiri tidak hidup dalam kasih? Hendaklah kasih mewarnai hidup kita, mewarnai pikiran, mewarnai perkataan dan perbuatan kita.
(1 Korintus 13:1)

Card image
Quote Of The Day - 22 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-22 12:47:24


Kehausan untuk selalu menyenangkan hati Bapa akan menghindarkan kita dari perbuatan dosa dan keterikatan dengan dunia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 22 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-22 12:45:30


Kalau seseorang memiliki percakapan atau dialog dengan Tuhan, tidak mungkin dia mengucapkan kata-kata yang tidak patut. Sebab kebenaran itu bukan untuk dipercakapkan saja, melainkan harus dikenakan.

Card image
A LIFE FULLY CONFISCATED - 22 Agustus 2024 (English Version)
2024-08-22 12:43:44


When the Lord spoke to the multitudes who flocked to follow the Lord Jesus, He showed that following Him was not an easy path. The Lord Jesus said in Luke 14:28, "For which of you, intending to build a tower, does not first sit down and count the cost, whether he has enough to complete it?" This was a large budget and the building of the tower was not for personal gain, but for the public interest. So the Lord said, "First count the cost." Likewise, if people knew the real price that must be paid to become a Christian, not many people would dare. Because the price of becoming a Christian is the life of Jesus.

If we are not willing to live as Jesus lived, we are not truly Christians. Someone can practice the Christian religion but not truly be a Christian; they can claim to be children of God but are not truly His children. That is why we are called Christians, meaning Christ-like. So, if people understood the true cost of being a Christian, which means being Christ-like, not many people would dare to follow. Ironically, the Christianity offered from century to century, from generation to generation, is a Christianity that has undergone devaluation, which has lost its value. And those who receive or hear or are taught this degenerate Christianity also become Christians whose value has been degenerate.

However, if people know the glory that will be obtained by those who follow Jesus, then the burden of following Christ will no longer be something that prevents them from taking a step towards following Christ. Romans 8:17 says, "And if we are sons, we are also heirs, that is, people who have the right to receive the promises of God, who will receive them together with Christ, that is, if we suffer together with Him , so that we too may be glorified together with Him.” People who follow in Jesus' footsteps surely suffer and surely have a cross. Now we are learning to continue to grow to find true Christianity at its normal price, not at a price that has been devalued.

We continue to grow where the eyes of our understanding will opened. This is not just cognitive knowledge, but rather a deep, lived experience with the whole life that must be started by a shepherd whom God has entrusted to shepherd His people. So that he can share, transfer, impart, and transmit His spirit to the congregation. However, to discover true Christianity, one must strive. In the end, what is born is a Christ-like life. The cloned people become like Christ. The church is the real Bible school, where every believer must learn the Bible correctly, learn to meet God, learn to experience encounters with God, and continue to experience the process of change.

We will understand the meaning of the cross and suffering when we come to understand that when we still have personal desires, it means that our love for God cannot be complete. Whereas God says, "Love the Lord your God with all your heart, soul, mind, and strength." We ask God to give us a heart that is truly willing to give our love only to God, our respect only to God, our fear only to God. So if we still have feelings of fear in something, it means that we are not yet fully afraid of God. So if we love our spouse, children, or anyone, we do it because of God, not because of them. Our respect must be only for God.

We care about someone's feelings, but we don't care about God's feelings. We are truly betraying, even in a small stage. If we continue like that, we will not be true servants of God. We have made mistakes in the past. In the future we must not do it again, we must depend on God. Let us not make mistakes. We still have a long journey with many temptations, and trials, many mines. Let us ask God to help us. We must continue to be brought to maturity. Until we can say, "Even if I fall apart, I fall into Your hands." That makes us strong.

Whatever happens, we must believe that God is alive, God exists. Therefore we must have time to meet God. There we develop our trust in God. So we understand why there are problems that are not solved by God, there are needs that are not answered and not fulfilled by God because God tests how much we put our trust in Him. Let us enter into the true truth, not the devalued Gospel, but the pure Gospel. When Jesus said, "My food is to finish His work," it means that Jesus' life was fully confiscated for the Father. If our lives have not been fully confiscated for the Father, we are not yet true Christians.

"MY FOOD IS TO FINISH HIS WORK" MEANS JESUS' LIFE WAS FULLY CONFISCATED FOR THE FATHER. IF OUR LIVES HAVE NOT BEEN FULLY CONFISCATED FOR THE FATHER, WE ARE NOT YET TRUE CHRISTIANS.

Card image
HIDUP YANG DISITA HABIS - 22 Agustus 2024
2024-08-22 12:41:07


Ketika Tuhan berbicara kepada orang banyak yang berbondong-bondong mengikut Tuhan Yesus, Ia menunjukkan bahwa mengikut Dia bukanlah jalan yang mudah. Tuhan Yesus berkata dalam Lukas 14:28, "Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?" Ini anggarannya besar dan pembangunan menara itu bukan untuk kepentingan pribadi, tetapi kepentingan umum. Maka Tuhan berkata, "Hitung dulu anggarannya." Demikian juga kalau orang tahu harga yang sesungguhnya yang harus dibayar menjadi orang Kristen, tidak banyak orang yang berani. Sebab harga menjadi orang Kristen itu adalah hidup-Nya Yesus.

Jika kita tidak berani hidup seperti Yesus hidup, sejatinya kita tidak menjadi Kristen. Seseorang bisa beragama Kristen, tapi tidak menjadi Kristen; ia bisa mengaku sebagai anak-anak Allah, tapi bukan anak-anak Allah. Itulah sebabnya kita disebut Kristen, artinya seperti Kristus, Christ-like. Jadi, kalau orang tahu sebenarnya harga yang harus dibayar menjadi orang Kristen, yang artinya Christ-like, maka tidak banyak orang yang berani mengikut. Ironis, kekristenan yang ditawarkan dari abad ke abad, dari generasi ke generasi adalah kekristenan yang telah mengalami devaluasi, yang merosot nilainya. Dan orang-orang yang menerima atau mendengar atau diajar kekristenan yang telah merosot ini, menjadi seorang Kristen yang juga merosot nilainya.

Tetapi, kalau orang tahu kemuliaan yang akan diperoleh oleh orang yang mengikut Yesus, maka beratnya mengikut Kristus tidak lagi menjadi sesuatu yang menghalangi dia melangkah mengikut Kristus. Roma 8:17 mengatakan, “Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.” Orang yang mengikut jejak Yesus pasti menderita, pasti punya salib. Sekarang kita sedang belajar terus bertumbuh untuk menemukan kekristenan yang sejati dengan harga normalnya, bukan harga yang telah didevaluasi.

Kita bertumbuh terus di mana mata pengertian kita akan dibuka. Ini bukan sekadar pengetahuan kognitif, melainkan penghayatan dengan seluruh kehidupan yang harus dimulai oleh seorang gembala yang Tuhan percayakan untuk menggembalakan umat-Nya. Sehingga ia bisa membagikan, mentransfer, mengimpartasi, menularkan spirit-Nya kepada jemaat. Tetapi, untuk menemukan kekristenan yang sejati, seseorang harus berjuang. Yang akhirnya, yang dilahirkan adalah kehidupan seperti Kristus. Orang-orang yang dikloning menjadi serupa dengan Kristus. Gereja inilah sekolah Alkitab yang sesungguhnya, di mana setiap umat harus belajar Alkitab dengan benar, belajar bertemu dengan Tuhan, belajar mengalami perjumpaan dengan Tuhan, dan terus mengalami proses perubahan.

Kita akan mengerti arti salib dan penderitaan ketika kita sampai kepada pengertian bahwa ketika kita masih punya keinginan, berarti cinta kita untuk Tuhan tidak bisa bulat. Padahal Tuhan berkata, "Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan." Kita mohon Tuhan memberikan kita hati yang sungguh-sungguh bersedia memberikan cinta kita hanya untuk Tuhan, hormat kita hanya untuk Tuhan, takut kita hanya untuk Tuhan. Jadi kalau kita masih ada perasaan takut dalam sesuatu, berarti kita belum takut sepenuhnya kepada Tuhan. Maka kalau kita mencintai pasangan hidup, anak, atau siapa pun, kita lakukan karena Tuhan, bukan karena dia. Hormat kita harus hanya untuk Tuhan.

Kita jaga perasaan seseorang, tapi kita tidak menjaga perasaan Tuhan. Benar-benar kita berkhianat, walaupun dalam stadium kecil. Kalau terus-menerus seperti itu, kita tidak akan menjadi hamba Tuhan yang benar. Kita telah melakukan kesalahan di waktu-waktu yang lalu. Ke depan tidak boleh lagi, kita harus bergantung kepada Tuhan. Jangan kita berbuat salah. Kita masih punya perjalanan panjang dengan banyak godaan, dan pencobaan, banyak ranjau. Mari kita minta Tuhan menolong kita. Kita harus terus dibawa kepada kedewasaan. Sampai kita bisa berkata, "Kalaupun hancur, kujatuh di tangan-Mu." Itu membuat kita kuat.

Apa pun yang terjadi, kita harus percaya bahwa Allah itu hidup, Allah itu ada. Karenanya kita harus memiliki waktu menjumpai Tuhan. Di situ kita mengembangkan percaya kita kepada Tuhan. Jadi kita mengerti mengapa ada persoalan-persoalan yang tidak diselesaikan oleh Tuhan, ada kebutuhan-kebutuhan yang tidak dijawab dan tidak dipenuhi oleh Tuhan karena Tuhan menguji seberapa kita menaruh percaya kepada-Nya. Ayo kita masuk kepada kebenaran sejati, bukan Injil yang didevaluasi, tapi Injil yang murni. Ketika Yesus berkata, "Makanan-Ku menyelesaikan pekerjaan-Nya" berarti hidup Yesus disita habis untuk Bapa. Kalau hidup kita belum disita habis untuk Bapa, kita belumlah Kristen sejati.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

“MAKANAN-KU MENYELESAIKAN PEKERJAAN-NYA” BERARTI HIDUP YESUS DISITA HABIS UNTUK BAPA. KALAU HIDUP KITA BELUM DISITA HABIS UNTUK BAPA, KITA BELUMLAH KRISTEN SEJATI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 Agustus 2024
2024-08-22 12:38:03

Yeremia 49-50

Card image
Truth Kids 21 Agustus 2024 - SUKACITA DALAM MEMBERI
2024-08-21 19:56:30


2 Korintus 9:7
”Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.”

Hari Minggu pagi, di gereja, ada seorang anak bernama Tika yang selalu senang memberikan persembahan. Setiap kali kolekte berkeliling, Tika selalu memberikan uangnya dengan senyuman. "Aku suka memberikan persembahan karena Tuhan sudah memberkati aku dan keluargaku," kata Tika dengan gembira.

Sobat Kids, Tuhan mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Ketika kita memberikan sesuatu, berikanlah dengan hati yang penuh sukacita dan tulus. Tuhan senang melihat anak-kita berbagi dengan gembira. Mari kita belajar untuk selalu memberi dengan sukacita, karena itulah yang Tuhan kehendaki.

Tika juga mengajak teman-temannya untuk ikut memberikan persembahan dengan sukacita. Mereka belajar bahwa memberi itu lebih baik daripada menerima. Dengan berbagi, kita tidak hanya membuat orang lain bahagia, tetapi juga membuat hati kita menjadi lebih bersyukur atas berkat yang telah Tuhan berikan kepada kita.

Card image
Truth Junior 21 Agustus 2024 - SUKACITA
2024-08-21 20:04:48


2 Korintus 9:7
”Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.”

“Kenapa, sih, Ma, aku harus ikut donasi yang ada di sekolah? Lagian kalau sekolah tidak ada dananya, mending gak usah ikutan proyek untuk membantu desa yang kesulitan air. Biar tunggu perusahaan besar atau pemerintah saja yang bantu. Kan uang jajanku jadi berkurang,” ucap Jono sambil menggerutu. “Loh… koq kamu jadi ngomel sendiri?” tanya mama dengan lembut, “apa yang diajarkan sekolah itu tidak salah. Kamu harus belajar untuk mengasihi orang lain dan memberi dengan sukacita. Kamu harusnya bersyukur, kita tidak mengalami kesulitan air seperti yang dialami orang yang tinggal di daerah tandus. Kamu tinggal buka kran, air akan mengalir dengan lancar. Sedangkan, ada banyak orang yang harus berjalan berkilo-kilo meter untuk mendapatkan air bersih. Jon, kita mau belajar memberi sebagai bentuk ucapan syukur karena kita mendapatkan berkat lebih baik daripada yang lain. Kalau kamu memberi dengan terpaksa, malah marah-marah, itu tidak akan menjadi berkat.”

Sobat Junior, saat kita membantu atau memberi sesuatu kepada orang lain, Tuhan melihat sikap hati kita. Justru sikap hati kita lebih penting daripada jumlah uang yang diberikan. Kalau kita memberi dengan jumlah yang banyak tetapi hati kita sombong atau terpaksa, Tuhan tidak senang. Walaupun kalian baru bisa memberi jumlah yang sedikir, tetapi kalian memberi dengan rela dan sukacita, maka Tuhan pun akan bersukacita dengan pemberian kita itu. Yuk, saat kita memberi, lakukanlah dengan sukacita.

Card image
Truth Youth 21 Agustus 2024 (English Version) - JESUS CHRIST: THE JUST MESSIAH
2024-08-21 20:02:57


“Woe to you, scribes and Pharisees, hypocrites! For you pay tithe of mint and anise and cumin, and have neglected the weightier matters of the law: justice and mercy and faith. These you ought to have done, without leaving the others undone.” (Matthew 23:23)

When discussing Christianity, the figure of Jesus Christ as Lord and Savior is central. However, Jesus is also referred to as the Messiah. What does Messiah mean?

The term Messiah comes from the Hebrew word mashiach, meaning “anointed one.” Literally, it refers to a savior or liberator of a nation. This messianic concept originates from Judaism and specifically refers to a Jewish leader or king who is physically and genealogically descended from David through King David and King Solomon.

Often in church sermons, the messianic narratives about Jesus are presented, leading to the belief that Jesus is the prophesied Messiah who would deliver humanity from sin. However, the problem arises when these narratives are presented without adequate explanation of Jesus' messianic role and the true meaning of sin. As a result, the church may fall into practices that perpetuate sin, such as injustice.

The Bible clearly shows that Jesus’ messianic role is not solely focused on spiritual matters but also on human issues related to His context. The Bible records Jesus’ outspoken opposition to injustice. Jesus is portrayed as sharply criticizing and condemning those who practice injustice. His messianic role is portrayed with grandeur and heroism as He represents humanity’s struggle against injustice before rulers and religious leaders.

Therefore, the figure of Jesus as the Messiah should be understood fully—not only as a divine being but also as one deeply involved in humanity's struggle against injustice. His messianic role extends beyond the cross and the grave to actively challenging injustice before tyrannical rulers and power-hungry religious leaders. Let the blood of the Just Messiah ignite our spirit to fight against injustice as He did until His last breath. Amen.

WHAT TO DO:
1. Learn to act justly.
2. Leave churches that practice injustice.
3. Oppose all forms of injustice wisely.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 50

Card image
Truth Youth 21 Agustus 2024 - YESUS KRISTUS : MESIAS MAHA ADIL
2024-08-21 19:41:25


”Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.” (Matius 23:23)

Perbincangan mengenai kekristenan tidak pernah lepas dari figur bernama Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Namun, Yesus juga disebut sebagai Mesias. Apa itu Mesias?

Kata Mesias berasal dari bahasa Ibrani masiakh yang berarti “yang diurapi”. Secara literal, Mesias merujuk pada sesosok juru selamat atau pembebas suatu bangsa. Konsep mesias ini berakar dari Yudaisme dan secara spesifik merujuk pada seorang pemimpin atau raja Yahudi yang secara fisik dan genealogi berasal dari garis keturunan paternal Davidik lewat Raja Daud dan Raja Salomo.

Berkali-kali disampaikan lewat mimbar gereja narasi-narasi mesianik Yesus sehingga pada akhirnya tertanam dalam benak khalayak anggapan bahwa Yesus ialah sosok Mesias yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama untuk membebaskan manusia dari dosa. Namun, di sinilah letak masalahnya. Narasi-narasi tersebut justru disampaikan tanpa penjelasan yang memadai tentang kemesiasan Yesus dan makna dosa yang sebenarnya. Akibatnya, gereja malah terjerumus dalam praktik pelanggengan manifestasi dosa yang salah satunya berupa ketidakadilan.

Alkitab memperlihatkan dengan jelas bahwa kemesiasan Yesus tidak hanya berorientasi atau berfokus pada perkara rohani, melainkan juga insani yang berkaitan erat dengan konteks hidup-Nya pada masa itu. Dengan kejujuran penuh, Alkitab mencatat Yesus yang secara terang-terangan bangkit melawan ketidakadilan. Alkitab bahkan mencatat narasi-narasi Yesus yang dengan tajam menentang, mengkritik, bahkan mengecam atau mengutuk dengan keras dan habis-habisan seluruh pihak yang mempraktikkan ketidakadilan. Kemesiasan Yesus bahkan ditampilkan dengan sangat agung dan heroik ketika Ia mewakili pergumulan hidup manusia melawan ketidakadilan di hadapan para penguasa dan pemuka agama.

Oleh sebab itu, sosok Yesus sebagai Mesias harus dimaknai secara utuh dan menyeluruh sebagai Mesias yang tidak hanya ilahi, melainkan juga insani, yang erat dengan pergumulan manusia melawan ketidakadilan, sehingga Immanuel itu benar-benar hadir secara nyata dalam kehidupan setiap insan yang percaya. Kemesiasan-Nya tidak hanya terpaku di kayu salib dan terkenang di dalam kubur, melainkan juga bangkit melawan ketidakadilan di hadapan penguasa lalim dan pemuka agama yang haus kuasa. Biarlah darah Mesias Maha Adil membakar semangat kita untuk bangkit melawan ketidakadilan sebagaimana Ia telah menuntaskannya sampai titik darah penghabisan. Amin.

WHAT TO DO:
1.Belajar berlaku adil
2.Tinggalkan gereja yang mempraktikkan ketidakadilan
3.Lawan segala bentuk ketidakadilan dengan bijaksana

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yeremia 50

Card image
Renungan Pagi - 21 Agustus 2024
2024-08-21 12:44:26


Kalimat yang sering didengar dalam pujian yang kita nyanyikan yaitu "kami bangga memiliki Allah seperti-Mu" haruslah dimengerti dengan benar, jadi bukan sekedar kebanggaan dalam kata nyanyian yang keluar dari bibir saja. Harus dipahami kebanggaan memiliki Allah yang tidak tinggal diam dan tenang di surga, tetapi rela turun ke dunia, menjelma menjadi manusia. Bahkan memberikan Nyawa-Nya menjadi tebusan bagi dosa manusia.

Kebanggaan karena melalui Darah-Nya kita diperdamaikan dengan Allah Bapa di surga, sehingga dilayakkan menjadi anak-anak Allah yang nantinya akan mewarisi Kerajaan Surga. Kebanggaan yang menjadikan kita berjuang untuk hidup benar, sehingga Bapa menjadi bangga memiliki kita sebagai anak-anak-Nya. "Sebab Allah mendamaikan dunia dengan Diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami."
(2 Korintus 5:19)

Card image
Quote Of The Day - 21 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-21 20:01:24


Berangkat dari mengenal dan mengasihi Allah, maka mengasihi sesama harus berasal dari pikiran dan perasaan Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 21 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-21 20:00:56


Pikiran kita harus bersih, jiwa kita harus bersih. Dan yang menentukan bersihnya tidaknya diri kita adalah diri kita sendiri; tergantung kita.

Card image
A LIFE THAT RADIATES GOD'S GLORY - 21 Agustus 2024 (English Version)
2024-08-21 12:29:29


We will deeply regret it when we have run out of time or opportunities. This is because we cannot rush or compress spiritual growth or cultivate closeness or intimacy with God in a short period. It's like the five foolish virgins whose lamps went out when the bridegroom arrived because they had no oil reserves. They did not have enough time to buy extra oil. So, our world should only be God. While we manage our households, work for a living, attend school, do business with 1001 activities and problems, everything must remain focused on God.

It is terrifying if we do not experience an encounter with God, especially when God is willing to make our bodies His temple, where we can have a dialogue with Him. If someone has a conversation or dialogue with God, it is impossible for them to utter inappropriate words. It is impossible for them to hurt others; it’s just not possible. It would be difficult for them to commit sin. Someone who encounters God will become like God. True Christianity is about putting on the life of Jesus; being perfect like the Father, radiating the glory of God.

We must honestly acknowledge that we are still flawed, still imperfect, and that there are things in our lives that need to be changed. We must recognize that we have not yet reached the level of being blameless and without spot. However, we must have an ambition of how our lives can radiate God's glory wherever we are. Representing the Lord Jesus, representing the Father in heaven wherever we are, because there, we become witnesses. No one should fail to be a witness. Everyone who has been redeemed by the blood of Jesus is a servant of God. Not just pastors or church activists. We were once slaves to sin; now we have become slaves to righteousness, which means submitting ourselves to the truth; becoming slaves to righteousness.

We have no right to put on anything else, but to put on the truth. Jesus is the truth; "I am the truth." So, we must put on that truth so that we can put on the life of Jesus. We must be honest that it turns out that we have not put on the life of Jesus. In the theological school environment, it has become a kind of standard or norm that being able to talk about God is enough. And this is misleading. Because the truth is not just something to be talked about, it must be worn. Servants of God, pastors, speakers must be aware that the voice of their lives every day is louder than their voice in the pulpit. And it is the voice of his life that will influence or salt others.

And if someone truly salts people in their daily lives, then their words on the pulpit will have power and will surely bring about change. Even if not perfect, they must have power. We must become models of God's children who will inherit the Kingdom of Heaven, glorified with Jesus. So our lives must be able to transcend boundaries, meaning we must live differently from most people. So that we can live the glory with God since we are on this earth. And if we can live this, then we will have a high passion to truly live blameless and flawless. If we are not serious about changing, we will certainly regret it deeply.

The world strongly influences us, especially for those who do not care about eternity. Even though they are not evil people, they are good people. But they do not seriously confront the influence of the world around them. And this is extremely dangerous. Because we can lose the golden opportunity to become people who are pleasing to God. Therefore, we must have a great ambition to be someone who is truly judged as pleasing before God. It is not only the wrong deeds that we do, that we ask for forgiveness, but also the attitude of our hearts and minds, our level of maturity that has not satisfied God's heart, we also ask for forgiveness. So that we can change.

So that our actions are always precise with the thoughts and feelings of God. That is noble, majestic, and precious. From every word we say, every movement of thought and feeling, every deed we do pleases God, that is extraordinary. That is priceless and eternal wealth. And we must be meticulous; if there is something wrong, we must ask for forgiveness. God will surely help. Not only will He point out our mistakes, but He will also reveal the potential sins that still exist within us. So that it is clean. So, heaven is not only a place for people who are sinless, but a place for people who do not have the potential to sin.

WE MUST HAVE AN AMBITION OF HOW OUR LIVES CAN RADIATE GOD'S GLORY WHEREVER WE ARE.

Card image
HIDUP YANG MEMANCARKAN KEMULIAAN ALLAH- 21 Agustus 2024
2024-08-21 06:58:02


Kita akan sangat menyesal, ketika telah kehabisan waktu atau kesempatan. Sebab kita tidak bisa merapel dalam waktu singkat untuk mencapai pertumbuhan rohani atau memiliki kedekatan atau keintiman dengan Allah. Seperti lima gadis bodoh yang ketika mempelai datang pelitanya padam karena tidak ada persediaan minyak. Mereka tidak punya cukup waktu untuk membeli cadangan minyak. Maka, dunia kita itu mestinya hanya Tuhan. Sementara kita mengurus rumah tangga, bekerja mencari nafkah, sekolah, bisnis dengan 1001 kesibukan dan masalah, semua tetap terfokus kepada Tuhan.

Adalah mengerikan kalau kita tidak mengalami perjumpaan dengan Tuhan, padahal Tuhan berkenan menjadikan tubuh kita ini sebagai bait Allah, di mana kita bisa berdialog dengan Tuhan. Kalau seseorang memiliki percakapan atau dialog dengan Tuhan, tidak mungkin dia mengucapkan kata-kata yang tidak patut. Tidak mungkin dia melukai sesama, tidak mungkin. Sulit baginya untuk berbuat dosa. Orang yang mengalami perjumpaan dengan Tuhan itu akan seperti Tuhan. Kekristenan yang sejati itu mengenakan hidup Yesus; sempurna seperti Bapa, memancarkan kemuliaan Allah.

Kita jujur menyadari kalau masih carut-marut, masih belum sempurna, ada hal-hal yang harus diubahkan dalam hidup kita. Kita menyadari bahwa kita belum sampai tingkat tidak bercacat tidak bercela. Tetapi kita harus memiliki ambisi bagaimana hidup kita dapat memancarkan kemuliaan Allah di mana pun kita berada. Mewakili Tuhan Yesus, mewakili Bapa di surga di mana pun kita berada, karena di situ kita menjadi saksi. Tidak boleh ada yang tidak menjadi saksi. Semua orang yang ditebus oleh darah Yesus adalah hamba Tuhan. Bukan hanya pendeta atau aktivis gereja. Dulu kita adalah hamba dosa, sekarang kita menjadi hamba kebenaran, artinya menundukkan diri terhadap kebenaran; menjadi budak kebenaran.

Kita tidak berhak mengenakan yang lain, tapi mengenakan kebenaran. Yesuslah kebenaran; “I am the truth.” Jadi kita harus mengenakan kebenaran itu, supaya kita bisa mengenakan kehidupan Yesus. Kita harus jujur bahwa ternyata kita belum mengenakan kehidupan Yesus. Kalau di lingkungan sekolah teologi, sudah menjadi semacam ukuran atau tatanan bahwa bisa bicara tentang Tuhan, itu cukup. Dan itu menyesatkan. Sebab kebenaran itu bukan untuk dipercakapkan saja, melainkan harus dikenakan. Hamba-hamba Tuhan, pendeta, pembicara harus sadar bahwa suara kehidupannya setiap hari itu lebih keras dari suaranya di mimbar. Dan suara kehidupannya itu yang akan memberi pengaruh atau menggarami orang lain.

Dan jika seseorang benar-benar menggarami orang di dalam hidupnya setiap hari, maka di mimbar ucapannya berkuasa dan pasti mengubah. Walaupun tidak sempurna, tetapi harus berkuasa. Kita harus menjadi model anak-anak Allah yang akan memiliki Kerajaan Surga, dimuliakan bersama Tuhan Yesus. Maka kehidupan kita harus bisa menembus batas, artinya bisa hidup tidak seperti orang kebanyakan. Sehingga kita sudah bisa menghayati kemuliaan bersama Tuhan sejak kita di bumi ini. Dan kalau kita bisa menghayati hal ini, maka kita akan memiliki gairah yang tinggi untuk benar-benar hidup tidak bercacat tidak bercela. Jika kita tidak serius berubah, kita pasti akan sangat menyesal.

Dunia kuat sekali memengaruhi kita, terutama bagi yang tidak peduli dengan kekekalan. Walaupun mereka bukan orang jahat, orang baik-baik. Tapi mereka tidak serius menghadapi pengaruh dunia sekitar. Dan ini membahayakan sekali. Sebab kita bisa kehilangan kesempatan emas untuk menjadi orang-orang yang berkenan di hadapan Tuhan. Maka kita harus berambisi besar untuk menjadi seorang yang benar-benar dinilai berkenan di hadapan Tuhan. Bukan hanya perbuatan salah yang kita lakukan, yang kita mohonkan ampun, melainkan sikap hati dan batin kita, tingkat kedewasaan kita yang belum memuaskan hati Allah, juga kita mintakan ampun. Supaya kita berubah.

Supaya tindakan kita selalu presisi dengan pikiran dan perasaan Allah. Itu mulia, agung, dan berharga. Dari setiap kata yang kita ucapkan, setiap gerak pikiran dan perasaan, setiap perbuatan kita menyenangkan hati Allah, itu sudah luar biasa. Itu kekayaan yang tiada ternilai, dan abadi. Dan kita harus teliti, kalau ada salah, kita minta ampun. Tuhan akan pasti menolong. Bukan hanya menunjukkan kesalahan, melainkan juga akan menunjukkan potensi dosa yang masih ada di dalam diri kita. Sehingga bersih. Jadi, surga itu bukan hanya tempat bagi orang yang tidak berdosa, namun tempat orang yang tidak berpotensi berbuat dosa.

Tuhan Yesus memberkati Pdt. Dr. Erastus Sabdono KITA HARUS MEMILIKI AMBISI BAGAIMANA HIDUP KITA DAPAT MEMANCARKAN KEMULIAAN ALLAH DI MANA PUN KITA BERADA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 Agustus 2024
2024-08-21 06:55:09

Yeremia 46-48

Card image
Truth Youth 20 Agustus 2024 - GREED: WORSHIPING YOURSELF
2024-08-20 18:14:00


“Therefore put to death your members which are on the earth: fornication, uncleanness, passion, evil desire, and covetousness, which is idolatry.” (Colossians 3:5)

In the Old Testament, the concept of idolatry referred to the worship, subjugation, and devotion to deities other than the God of Israel. This included worship of Canaanite gods and goddesses, human sacrifices to other gods, worship of foreign kings or rulers, and so on. The Ten Commandments also warned the Israelites against having other gods or idols before the God of Israel. This was the concept of idolatry in the Old Testament.

It appears that this concept of idolatry has shaped the perspective of many Christians today. Many still think of idolatry as merely worshiping other gods, but idolatry today can be far worse than in the past. It is worse because today’s idols are not visible, making them harder to detect. One such modern idol is greed, which Colossians 3:5 equates with idolatry. It can be difficult to determine if someone is greedy or not, and it’s not always obvious.

In psychology, there is a phenomenon called the Dunning-Kruger Effect, where individuals with limited competence overestimate their abilities or judge themselves far beyond their actual competence. Unknowingly, many Christians fall into this trap, feeling secure in their salvation while being far from it, simply because they find comfort in that belief. Many Christians prefer to be entertained rather than fed with the truth of the Word, even though Colossians 3:5 clearly states that greed is idolatry. Essentially, greed is a form of self-worship, where individuals consider their own satisfaction and interests as paramount, disregarding the needs of others.

To be like Christ, we must start with a heart and attitude free from greed. We need to love God in such a way that we do not misuse our possessions for our own satisfaction and make them an idol. Instead, we should use our resources to help those in need and form a closer bond with God. Be a faithful servant of God. Be faithful because your God is faithful.

WHAT TO DO:
1. Learn to be content.
2. Live simply.
3. Learn to help others.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 49

Card image
Truth Youth 20 Agustus 2024 - KESERAKAHAN : BERHALA DIRI SENDIRI
2024-08-20 18:11:25


”Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala.” (Kolose 3:5)

Dalam dunia Perjanjian Lama, konsep berhala merujuk pada penyembahan, ketertundukan, dan pengabdian kepada sesembahan lain selain dari pada Allah Israel. Misalnya, penyembahan kepada dewa/dewi Kanaan, human sacrifice kepada allah lain, menyembah raja atau penguasa asing, dan lain-lain. Kesepuluh Firman juga memperingatkan umat Israel untuk tidak memiliki allah atau idola lain di hadapan Allah Israel. Demikianlah konsep berhala dunia masa lampau di Perjanjian Lama.

Rupanya, konsep berhala tersebut membentuk paradigma orang-orang Kristen sampai hari ini. Banyak orang Kristen masih beranggapan bahwa berhala itu menyembah allah lain, padahal berhala hari ini jauh lebih buruk daripada berhala di masa lampau. Dikatakan lebih buruk sebab berhala hari ini tidak kasat mata sehingga sulit dideteksi apakah itu berhala atau tidak. Salah satunya adalah keserakahan, yang tercatat dalam Kolose 3:5 sebagai penyembahan berhala. Cukup sulit untuk mengetahui apakah seorang itu serakah atau tidak, berhala atau tidak.

Di dalam dunia psikologi, terdapat fenomena psikologis yang disebut dengan Dunning-Krugger Effect, yakni keadaan psikologis ketika seseorang dengan kompetensi terbatas melebih-lebihkan atau menilai dirinya jauh melampaui kompetensinya. Tanpa disadari, banyak orang Kristen seperti itu, merasa sudah selamat, padahal jauh dari kata selamat, sebab dengan merasa selamat ia terhibur. Banyak orang Kristen lebih senang dihibur daripada diberi makan Firman kebenaran, padahal Kolose 3:5 menegaskan bahwa keserakahan itu berhala. Sebenarnya dengan bersikap serakah, secara tidak langsung orang sedang menyembah dirinya sendiri, sebab ia merasa diri sendirinyalah yang penting. Oleh sebab itu, ia menjadi serakah demi kepuasan dan kepentingannya sendiri, tidak peduli sesama yang membutuhkan pertolongan.

Guys, menjadi seperti Kristus itu dimulai dari sikap hati dan pribadi yang merdeka dari keserakahan. Kita harus memiliki sikap hati yang mengasihi Tuhan sehingga kita tidak menyalahgunakan mamon yang ada pada kita untuk kepentingan serta kepuasan diri sendiri dan menjadikannya berhala, melainkan kita harus mengikat persahabatan dengan Tuhan mempergunakan mamon untuk menolong orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Jadilah abdi Tuhan yang setia. Jadilah setia sebab Tuhanmu setia.

WHAT TO DO:
1.Belajar merasa cukup
2.Hiduplah sederhana
3.Belajar menolong orang lain

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yeremia 49

Card image
Truth Kids 20 Agustus 2024 - TULUS MEMBANTU
2024-08-20 18:06:06


Kisah Para Rasul 20:35
”Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.”

"Jo, coba kamu tolong ambilkan palu yang ada di kotak alat Ayah. Hati-hati, ya, saat bawa palunya," ujar ayah meminta tolong. "Siap, Ayah!" jawab Jono dengan gembira. Setelah menemukan palu yang diminta ayah, Jono pun segera memberikan ke ayahnya. "Ayah mau ngapain, sih?" tanya Jono penasaran. "Ini, ayah mau memperbaiki kandang ayam Mbok Inah yang sudah mulai rusak. Kasihan, Mbok Inah sudah tua, tapi harus kejar-kejar ayam peliharaannya yang kabur dari kandang," jelas ayah kepada Jono. "Iya, ya, Yah. kalau kandangnya sudah benar, Mbok Inah tidak cape lagi ya,"ucap Jono sambil mengangguk-angguk. Dengan gembira, mereka pun memperbaiki kandang ayam Mbok Inah, tetangga mereka.

Sobat Kids, saat kita dapat membantu orang lain, seharusnya kita merasa senang. Jika kita benar-benar mau membantu orang, rasa capai saat bekerja akan digantikan dengan rasa bahagia melihat orang yang kita bantu itu bahagia juga. Yuk, Sobat Kids, kita bantu orang tanpa mengharapkan balasan apa pun. Itu tandanya kita membantu dengan tulus.

Card image
Truth 20 Agustus 2024 - MEMBANTU YANG LEMAH
2024-08-20 18:03:55


Kisah Para Rasul 20:35
”Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.”

Lina adalah anak yang rajin dan pandai di kelasnya. Suatu hari, ia melihat teman sekelasnya, Siti, kesulitan mengerjakan tugas matematika. Tanpa ragu, Lina mendekati Siti dan menawarkan bantuan. “Ayo, Siti, kita kerjakan bersama. Aku akan membantumu,” kata Lina dengan ramah. Dengan bimbingan Lina, Siti akhirnya bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik. Siti sangat berterima kasih kepada Lina atas bantuan dan kesabarannya.

Tidak hanya dalam pelajaran, Lina juga sering membantu teman-temannya dalam hal-hal lain. Misalnya, ketika ada teman yang lupa membawa bekal, Lina dengan senang hati berbagi makanannya. Selain itu, saat ada kegiatan gotong royong di sekolah, Lina selalu menjadi yang pertama menawarkan diri untuk membantu.

Sobat Junior, Tuhan mengajarkan kita untuk membantu orang yang lemah dan membutuhkan pertolongan. Mari kita tiru contoh baik seperti yang dilakukan Lina. Dengan membantu sesama, kita menunjukkan kasih Tuhan yang ada dalam hati kita. Kebaikan dan kepedulian kita terhadap orang lain akan membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik untuk semua.

Card image
Renungan Pagi - 20 Agustus 2024
2024-08-20 13:15:59


Berbicara mengenai kematian, hampir semua orang tidak menyukainya, dianggap tabu jika berkata akan mempersiapkan hari kematian. Sebagian besar orang pun takut mati, sehingga tidak mau mengingat tentang hal itu. Tetapi sebenarnya kematian adalah realitas yang paling dekat dengan hidup kita, karena semua manusia pasti akan mengalaminya, jadi kematian adalah bagian dari kehidupan manusia.

Sebagai orang yang percaya kepada kuasa kebangkitan Tuhan Yesus Kristus, harusnya tidak takut akan kematian. Sebab kematian adalah jalan untuk dapat bertemu dengan Tuhan dan masuk dalam Kerajaan-Nya yang kekal. "Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya."

Oleh sebab itulah saat masih diberi kesempatan hidup, kita harus mempersiapkan diri dengan benar agar layak menerima kemuliaan bersama Bapa dalam kekekalan. Mulailah menjalani hidup dengan takut akan Tuhan dan mengikuti jejak-Nya setiap hari, yaitu berjuang untuk melakukan kehendak Bapa, supaya didapati berkenan dihadapan-Nya. Sehingga kematian berharga dimata Tuhan, sebab kita adalah orang-orang yang dikasihi-Nya.
(Mazmur 116:15)

Card image
Quote Of The Day - 20 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-20 13:14:40


Tidak ada kebahagiaan di bumi, kecuali di dalam Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 20 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-20 13:13:43


Jadi karena tubuh kita adalah bait Allah, maka kita tidak boleh mencemarinya dengan kotoran sekecil apa pun.

Card image
SPIRITUAL CHANGE - 20 Agustus 2024 (English Version)
2024-08-20 13:11:31


In general, all of us or most people, expect changes; circumstances that change according to our desires or expectations. A farmer wants what he plants to grow and eventually bear fruit. A businessperson hopes that their business will develop for the better. A person in their career hopes to be successful and achieve more in their field. There are many other examples in life where we hope for things to change for the better or in a positive direction. At the end of each year, we expect the circumstances in the new year to be better.

The question is, do we pay attention to the changes in our spiritual life? Do we give proper attention to our relationship with God? Is our relationship more intimate with Him? Are our lives becoming more pleasing to God or not? Do we fear God more, respect Him more, sacrifice more, share the burden with God more, or not? Very few people seriously pay attention to this. Maybe, our fatigue, our busyness in the church liturgy, is in vain. This is just a religious game or a liturgical game. Or is it simply an activity that is part of life, from which we can gain benefits.

Let's be serious, because any change we experience is worthless except a change in our relationship with God. That is the only thing that is valuable and eternal. Don't take it lightly, don't take this for granted. The power of the world makes us drift away with all our activities. We must not be unbusy, we must be busy. But don't let that activity only produce something of mortal value. So, it is not without reason that the Bible says, "Whether you eat or drink or do anything else, do all for the glory of God." Many church activities do not make people experience spiritual change. People who are in a church environment may not necessarily experience changes related to their spiritual life—although not all and not absolutely—let alone people who are not in a church environment.

Satan is much more clever than we think. Satan is much smarter than we imagine. So, do not underestimate the maneuvers of this power of darkness, which is often labeled "already defeated, powerless, trampled underfoot." This figure is reckless, his mobility is very high. Reckless, meaning that he dares to rebel against God, the Greatest, the Most High. Do not feel that we are safe. Added to this is self-justification because we are already Christians, diligently go to church, do not commit moral violations, especially as pastors or activists, feeling that we already have a good condition and are pleasing to God, and are never serious about seeing his spiritual progress. Very dangerous.

If we're honest, it has to be said that almost everyone doesn't care about this. So it is not without reason that Jesus said, "Many people desire, but very few people enter heaven." It is not without reason that the Lord Jesus said, "If the Son of Man comes again, will He find faith on earth?" We can't take it easy, we can't. We must always be aware of our condition. When we face God, we ask, "What is God's assessment of me, is God satisfied?" Because God wants our lives to be fruitful. If it doesn't bear fruit, God will cut us off and throw us away.

The Bible says "Your body is the temple of the Holy Spirit." That means the Spirit of God is in us. If our bodies are the temple of God, then the problem is whether we open ourselves to God's presence in our lives? If we can truly grasp this, then we can certainly pray for a long time. We pray not as if we are throwing our voice into an empty room. Because His Spirit is in us. When we silently raise our hands but our hearts speak, we are in dialogue with God, and that dialogue must be developed until we can hear His voice in our hearts. It is not speculation. It is something certain, because God said in 1 Corinthians 6:17, "He who is united with the Spirit of God is one spirit."

So because our body is the temple of God, we must not defile it with even the slightest impurity. Our mind must be clean, our soul must be clean. And what determines whether we are clean or not is ourselves; it depends on us. What we put into the garden of our soul depends on us. We open the door as wide as possible, so that anything can enter. Or we close it as tightly as possible, so that nothing can enter, that is also possible. We must be selective, what can enter, what cannot.

ANY CHANGE WE EXPERIENCE IS WORTHLESS EXCEPT A CHANGE IN OUR RELATIONSHIP WITH GOD.

Card image
PERUBAHAN ROHANI - 20 Agustus 2024
2024-08-20 13:07:27


Pada umumnya, semua kita atau semua manusia atau hampir semua manusia, mengharapkan adanya perubahan; keadaan yang berubah sesuai dengan keinginan atau harapan. Petani ingin apa yang ditanamnya, bertumbuh, dan suatu hari menghasilkan buah. Pebisnis mengharapkan bisnisnya berkembang menjadi lebih baik. Orang yang berkarier mengharapkan kariernya sukses, dan bisa lebih berhasil dalam karier tersebut. Dan banyak lagi contoh di dalam kehidupan ini di mana kita mengharapkan keadaan berubah menjadi baik atau positif. Di setiap akhir tahun, kita mengharapkan keadaan di tahun yang baru menjadi lebih baik.

Pertanyaannya, apakah kita memperhatikan perubahan hidup rohani kita? Apakah kita memberikan perhatian yang sepatutnya dalam hubungan kita dengan Tuhan? Apakah hubungan kita semakin intim dengan-Nya? Apakah hidup kita semakin berkenan kepada Tuhan atau tidak? Apakah kita semakin takut akan Allah, semakin menghormati Dia, semakin berkorban, semakin sepenanggungan dengan Tuhan, atau tidak? Sedikit sekali orang yang serius memperhatikan hal ini. Jangan-jangan, kelelahan kita, kesibukan kita di dalam liturgi gereja, sia-sia. Ini hanya permainan agama atau permainan liturgi. Atau ini sekadar sebuah aktivitas yang menjadi bagian hidup, di mana dari dalamnya kita dapat memperoleh keuntungan.

Mari kita serius, sebab perubahan apa pun yang kita alami, itu tidak ada nilainya kecuali perubahan dalam relasi hubungan kita dengan Tuhan. Itu satu-satunya yang bernilai dan abadi. Jangan anggap sepi, jangan anggap sepele hal ini. Kuasa dunia membuat kita hanyut dengan segala kesibukan. Kita tidak boleh tidak sibuk, kita harus sibuk. Tetapi jangan sampai kesibukan itu hanya menghasilkan sesuatu yang bernilai fana. Jadi, bukan tanpa alasan kalau Kitab Suci berkata, “Baik kamu makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semua itu untuk kemuliaan Tuhan.” Banyak kesibukan gereja yang tidak membuat orang mengalami perubahan secara rohani. Orang yang ada di lingkungan gereja saja belum tentu mengalami perubahan terkait dengan kehidupan rohaninya—walaupun tidak semua dan tidak mutlak—apalagi orang yang tidak ada dalam lingkungan gereja.

Setan itu jauh lebih cerdik dari yang kita duga. Setan jauh lebih cerdas dari apa yang kita bayangkan. Jadi, jangan anggap remeh manuver dari kuasa kegelapan ini, yang sering dilabeli “sudah kalah, sudah tidak berdaya, diinjak di bawah kaki.” Oknum ini nekat, mobilitasnya tinggi sekali. Nekat, artinya kepada Allah Yang Maha Besar, Maha Tinggi saja berani memberontak. Jangan merasa diri kita sudah aman. Ditambah lagi dengan pembenaran diri karena sudah jadi Kristen, rajin ke gereja, tidak melakukan pelanggaran moral, apalagi sebagai pendeta atau aktivis, merasa diri kita ini sudah memiliki keadaan yang baik dan berkenan di hadapan Tuhan, dan tidak pernah serius untuk melihat progresivitas rohaninya. Bahaya sekali.

Kalau jujur, harus dikatakan hampir semua orang tidak peduli hal ini. Jadi bukan tanpa alasan kalau Yesus berkata, “Banyak orang yang mengingini, tetapi sedikit sekali orang yang masuk surga.” Bukan tanpa alasan kalau Tuhan Yesus berkata, “Jika Anak Manusia datang kembali, apakah Ia mendapati iman di bumi?” Kita tidak boleh tenang-tenang saja, tidak boleh. Kita harus selalu waspada terhadap keadaan diri kita. Kalau berhadapan dengan Tuhan, kita bertanya, “Apa penilaian Tuhan terhadap diriku, apakah Tuhan puas?” Sebab Tuhan menghendaki hidup kita berbuah. Jika tidak berbuah, Tuhan potong dan buang.

Alkitab berkata “Tubuhmu adalah bait Roh Kudus.” Itu berarti Roh Allah ada di dalam kita. Kalau tubuh kita adalah bait Allah, maka masalahnya adalah apakah kita membuka diri terhadap kehadiran Allah di dalam hidup kita? Kalau bisa menghayati hal ini, maka kita pasti bisa berdoa lama. Kita berdoa tidak seperti melempar suara ke ruangan kosong. Karena Roh-Nya ada di dalam diri kita. Waktu kita diam mengangkat tangan tapi hati kita berbicara, kita berdialog dengan Allah, dan dialog itu harus dikembangkan sampai kita bisa mendengar suara-Nya di dalam batin kita. Bukan spekulasi. Sesuatu yang pasti, karena Tuhan yang berfirman di dalam 1 Korintus 6:17, “Siapa yang mengikatkan dirinya dengan dengan Roh Allah, menjadi satu roh.”

Jadi karena tubuh kita adalah bait Allah, maka kita tidak boleh mencemarinya dengan kotoran sekecil apa pun. Pikiran kita harus bersih, jiwa kita harus bersih. Dan yang menentukan bersih tidaknya diri kita adalah diri kita sendiri; tergantung kita. Apa yang kita masukkan di dalam taman jiwa kita, tergantung kita. Kita buka pintu selebar-lebarnya, sehingga apa pun bisa masuk. Atau kita tutup serapat-rapatnya, sehingga tidak ada yang bisa masuk, juga bisa. Kita yang harus selektif, apa yang boleh masuk, apa yang tidak.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PERUBAHAN APA PUN YANG KITA ALAMI, ITU TIDAK ADA NILAINYA KECUALI PERUBAHAN DALAM RELASI HUBUNGAN KITA DENGAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 Agustus 2024
2024-08-20 13:03:36

Yeremia 41-45

Card image
Truth Kids 19 Agustus 2024 - SAYUR DAGANGAN TONO
2024-08-19 19:34:58


Amsal 19:17
”Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu.”

Di desa kecil, ada seorang anak bernama Tono. Setiap hari sepulang sekolah, Tono selalu membantu ibunya menjual sayur di pasar. Suatu hari, ia melihat seorang nenek tua yang tidak mampu membeli sayuran. Dengan rasa iba, Tono mendekati nenek tersebut dan memberikan beberapa sayuran tanpa meminta bayaran. "Nenek ambil saja sayurannya, semoga bisa membantu," kata Tono dengan senyum tulus. Nenek itu sangat terharu dan berterima kasih. Tono merasakan kebahagiaan yang luar biasa karena bisa membantu orang lain.

Sobat Kids, menolong orang adalah hal yang sangat Tuhan sukai. Ketika kita melihat orang yang kesulitan, mari kita bantu mereka dengan ikhlas. Tuhan senang melihat kita melakukan kebaikan kepada sesama, terutama kepada mereka yang membutuhkan. Selain membantu nenek tadi, Tono juga sering membantu tetangganya yang membutuhkan. Ia percaya bahwa setiap kebaikan yang dilakukan, sekecil apa pun, akan membawa kebahagiaan dalam hidupnya. Dengan saling membantu, kita bisa menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang dan kebersamaan.

Card image
Truth Junior 19 Agustus 2024 - MEMIUTANGI
2024-08-19 19:33:27


Amsal 19:17
”Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu.”

Sobat Junior, apakah kalian mengerti arti kata “memiutangi?” Memiutangi adalah memberi pinjaman uang kepada orang lain. Biasanya dalam sebuah usaha, ada kegiatan pinjam-meminjam, contohnya koperasi dan bank. Bank memberikan pinjaman uang kepada orang yang ingin berusaha, namun orang tersebut harus mengembalikan pinjaman uang yang diberikan bank. Biasanya jumlah yang dikembalikan kepada bank akan lebih banyak. Selisih nilainya itu disebut bunga pinjaman. Misalkan bank memberikan pinjaman atau piutang sebesar Rp.1.000.000., maka orang yang diberi pinjaman harus mengembalikan sebesar Rp.1.150.000. Itu sekadar contoh, tetapi jumlah yang dikembalikan pasti lebih besar dari yang dipinjamkan.

Ayat firman Tuhan hari ini mengatakan bahwa orang yang menaruh belas kasihan kepada orang lemah, sama saja seperti sedang memiutangi Tuhan. Seakan-akan kita memberi pinjaman kepada Tuhan. Memang, Tuhan tidak pernah berutang apa pun kepada kita, Sobat Junior. Ayat ini ingin mengajarkan kita bahwa Tuhan melihat setiap perbuatan baik kita. Walaupun tidak ada orang lain yang tahu atau memperhatikan perbuatan baik yang kita lakukan, Tuhan melihatnya. Tuhan akan membalas perbuatan baik kita tersebut, bahkan mungkin lebih banyak atau lebih baik dari perbuatan kita kepada orang yang kita bantu. Oleh sebab itu, saat menolong orang, kita mau menolong dengan tulus, tanpa mengharapkan balasan dari orang yang kita bantu. Tuhanlah yang akan memberikan reward kepada kita.

Card image
Truth Youth 19 Agustus 2024 (English Version) - FINDING FREEDOM IN FORGIVENESS
2024-08-19 13:27:44


“For if you forgive others their trespasses, your heavenly Father will also forgive you.” (Matthew 6:14)

Have you ever felt extremely frustrated with someone to the point where it’s hard to forget what they did? Or perhaps you’re the one who made a mistake and can’t stop feeling guilty, wanting to hide from that person? It feels like carrying a backpack full of stones—heavy and exhausting, right?

Matthew 6:14 invites us to forgive others because, in doing so, we also receive forgiveness from God. But it’s not just that; forgiveness is also the key to experiencing true freedom in our lives. When we choose to forgive, we’re not just giving freedom to the one who wronged us but also freeing ourselves from a heavy burden.

Imagine how relieved you would feel if you could let go of all the hatred and pain that’s been haunting you. More than that, forgiveness can also mend relationships that may have been fractured due to issues. If everyone could forgive more easily, perhaps the world would be a more peaceful place. Now think about it—are there people you need to forgive? Or maybe someone you need to apologize to? Don’t wait too long because living without forgiveness is like keeping a wound open, painful, and uncomfortable.

So, starting today, let’s practice forgiveness. Not just because it’s God’s command but because, by forgiving, we can experience true freedom. We free ourselves from pain and give others the opportunity to experience the same freedom. Ready to be free?

WHAT TO DO:
1. Forgiveness isn’t just about words; it must be carried out in actions.
2. Let go of what has happened and be brave enough to take steps toward forgiveness.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 47-48

Card image
Truth Youth 19 Agustus 2024 - MENEMUKAN KEBEBASAN DALAM PENGAMPUNAN
2024-08-19 13:25:25


"Matius 6:14
Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga."

Pernah gak kamu merasa kesal banget sama seseorang sampai-sampai susah buat lupa apa yang _udah_ dia lakukan? Atau malah kamu yang bikin kesalahan dan terus-terusan merasa bersalah, sampai-sampai bawaannya pengen sembunyi terus dari orang tersebut? Itu rasanya seperti bawa ransel penuh batu, berat dan melelahkan banget kan?

Dalam Matius 6:14, kita diajak untuk mengampuni kesalahan orang lain karena dengan begitu kita juga akan mendapat pengampunan dari Tuhan. Tapi bukan cuma itu, pengampunan itu juga kunci untuk merasakan kebebasan yang sebenarnya dalam hidup kita. Bisa dibilang, saat kita memilih untuk mengampuni, kita bukan cuma memberi kebebasan untuk orang yang bersalah, tapi juga membebaskan diri kita sendiri dari beban yang berat.

Bayangin deh, gimana leganya hati kamu kalau kamu bisa melepaskan semua kebencian dan rasa sakit yang selama ini menghantuimu. Lebih dari itu, pengampunan juga bisa memperbaiki hubungan yang mungkin sempat retak gara-gara masalah yang terjadi. Kalau semua orang bisa lebih mudah mengampuni, mungkin dunia ini bisa jadi tempat yang lebih damai. Sekarang coba pikirkan, ada nggak sih orang yang mungkin kamu perlu ampuni? Atau mungkin kamu perlu minta maaf ke seseorang? Jangan tunggu lama-lama, karena setiap hari tanpa pengampunan itu seperti membiarkan luka terus-menerus terbuka, sakit, dan nggak nyaman.

Yuk, mulai hari ini kita coba praktikkan pengampunan. Bukan cuma karena itu perintah Tuhan, tapi karena dengan mengampuni, kita bisa merasakan kemerdekaan sejati. Kita bebaskan diri kita dari rasa sakit, dan kita juga beri kesempatan untuk orang lain merasakan kebebasan yang sama. Jadi, siap untuk merdeka?

WHAT TO DO:
1.Pengampunan bukan saja dari ucapan, tetapi harus dilakukan dalam tindakan
2.Melupakan apa yang sudah terjadi dan berani mengambil langkah untuk mengampuni

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yeremia 47-48

Card image
Renungan Pagi - 19 Agustus 2024
2024-08-19 13:21:45


Semua orang sangat suka menerima kebaikan dari siapapun, apakah dari Tuhan atau dari manusia. Tetapi sangat sukar jika harus tetap berbuat kebaikan kepada orang yang melakukan kejahatan pada kita. Pepatah dunia mengatakan, jika engkau baik aku bisa lebih baik, tetapi jika kamu jahat, aku juga bisa lebih jahat.

Penekanan tentang hal berbuat kebaikan pada semua orang bahkan pada mereka yang berbuat jahat pada kita sekalipun, sudah diajarkan oleh Tuhan Yesus pada murid-murid-Nya dan orang banyak yang mengikuti dia saat itu. Tetapi nampaknya sukar melakukan apa yang Tuhan katakan, bahkan sampai saat ini, kita pun masih banyak dalih jika harus melakukan kebaikan pada mereka yang berbuat jahat. Kita tidak beda dengan pemungut cukai, jika berlaku demikian.

"Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik, menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?"

Pada akhirnya kembali pada diri sendiri. Sebagai pengikut Kristus yang harus mengikuti jejak hidup-Nya, maukah kita tidak sama dengan dunia dan melakukan apa yang Tuhan katakan? Jawabannya ada pada kita masing-masing.
(Matius 5:45-46)

Card image
Quote Of The Day - 19 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-19 13:19:28


Bersyukur kalau Tuhan menakar berkat karena itu adalah demi keselamatan kekal kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 19 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-19 13:18:28


Waktu kita diam mengangkat tangan tapi hati kita berbicara, kita berdialog dengan Allah, dan dialog itu harus dikembangkan sampai kita bisa mendengar suara-Nya di dalam batin kita.

Card image
VIEWING GOD AS PRECIOUS - 19 Agustus 2024 (English Version)
2024-08-19 12:43:56


Our perseverance must increase and continue to grow, and only the Holy Spirit can tell us if our spiritual growth rate is normal in God's eyes—not in the eyes of man. We should feel ‘afraid’ if we lack faith in God, doubt God, and, most terrifyingly, fear sinning. Therefore, we cry out for His protection so that we can live a holy life, so that we can trust Him even without guarantees. It's not a guarantee that just because someone is busy and active in church activities, they are spirit strong. A person can be active in church activities, yet their spirit may be dead or not growing. Some signs include not liking to pray, being unable to endure prayer, speaking carelessly, and usually becoming unintelligent. If this happens to a pastor, their sermons will become unintelligent.

For a high-class servant of God, they will be taken to the coast of the Red Sea, to the blazing furnace, and the lion's den, having to wait for a child for 25 years. Great servants of God will also be betrayed, just as David was betrayed by the people he had helped. He had to become like a madman or pretend to be mad in order to save his life. He was once brought to a state where those with him almost stoned him. . He became a king without a throne and crown. The great servant of God will enter the well, face severe trials, but refuse to sin, leading to imprisonment under false accusations.

We only live once, why don't we become great in the eyes of God? God has many ways to make us great and glorious as His children. Think big. Even if we are not highly educated or our socio-economic status is weak, God is not influenced by our situation because He is strong enough to transform us into great people for Him. Even if the world does not recognize us—and truly, we don't need to be recognized by the world—we want to be seen by God. Do not let our zeal weaken, do not let our growth rate slow down. Day by day, it must be faster. God will let us know if our speed is still inadequate, not yet right, not yet correct, or not yet good or is enough. So, we must continue to cling to and draw near to God.

Do not focus on our surroundings, because if we look at the situation around us, God seems unreal. Because the situation is getting worse. Besides, we are walking on a lonely path, meaning we choose a path that others do not choose. Very few people choose the path we choose. It’s okay to choose this path because we know it is the right path. God will become real in our lives. Beautiful experiences with God cannot be shared with others, and indeed should not be. Perhaps they shouldn't be because this is the secret of faith, but the fruits of our lives will appear to bloom. People do not know what happens in our lives in a quiet place, but people will see the light of our lives.

Why does a person's zeal weaken? Because they do not see God as precious. This is not a matter of theological knowledge. Many people can have high theological knowledge, but they never truly see God as precious. They do not experience God, which is why Bible schools must become places of encounter with God. Otherwise, we are just educating people to make money. If people have begun to not respect God, they will certainly not be diligent. When we consider something more valuable than God, it is impossible to respect God. It is impossible to see Him as precious. Respect God, see Him as more valuable than anything and anyone!

Do not feel unfortunate because of your economic situation, education, or anything else. Do not feel inferior, unfortunate, or poor. We have God; we have everything. He is more valuable than ourselves. Especially money, wealth, rank, titles, positions—they are nothing compared to God. No higher education is needed to understand this. All it takes is a sincere heart saying, "I want to honor You, God, You are more valuable than my life."

Why do people lose their zeal? Because they still enjoy the world. There must be something they enjoy and that makes them happy. As their growth rate slows down, their zeal weakens, and the world becomes more attractive. They take pride in what they possess. They enjoy the desires of the flesh. Satan gradually reduces our speed little by little. And unfortunately, when our speed is down to 10 km/h, we cannot suddenly accelerate to 100 km/h. We have to start again and need perseverance to reach 100 km/h, which is usually harder than before. Especially if our flesh is tied to sin and our soul's desires are already directed towards worldly matters.

But no matter our situation, God can heal and renew us. Just don’t miss the opportunity, because we may not get another chance. Life is lived only once.

WE HAVE GOD, WE HAVE EVERYTHING.

Card image
MEMANDANG TUHAN SEBAGAI BERHARGA - 19 Agustus 2024
2024-08-19 12:42:01


Ketekunan kita harus bertambah, dan semakin bertambah, dan Roh Kudus yang bisa memberi tahu apakah kecepatan pertumbuhan rohani kita itu sudah normal di mata Allah atau belum; bukan normal di mata manusia. Kita harusnya merasa ‘takut’ kalau kita kurang percaya kepada Tuhan, meragukan Tuhan, dan yang paling mengerikan kita takut kalau kita berbuat dosa. Maka kita berseru meminta perlindungan-Nya supaya kita bisa hidup suci, supaya kita bisa memercayai-Nya walaupun tanpa ada jaminan. Bukan suatu jaminan kalau seseorang sibuk dan aktif di lingkungan gereja berarti dia tidak kendor. Seseorang bisa saja aktif dalam kegiatan gereja, tapi rohaninya mati atau tidak bertumbuh. Cirinya antara lain adalah ia tidak suka berdoa, tidak tahan berdoa, sembarangan bicara, dan biasanya menjadi tidak cerdas. Kalau itu adalah pendeta, maka khotbahnya jadi tidak cerdas.

Maka, untuk hamba Tuhan yang berkelas, dia akan dibawa ke pantai Laut Kolsom, ke perapian yang menyala dan gua singa, harus menanti anak selama 25 tahun. Hamba Tuhan yang besar juga akan dikhianati, seperti Daud dikhianati oleh masyarakat yang pernah dia tolong. Dia harus menjadi seperti orang gila atau pura-pura gila demi menyelamatkan nyawanya. Dia pernah dibawa kepada keadaan di mana orang-orang yang beserta dia nyaris melemparinya dengan batu. Dia menjadi raja tanpa takhta dan mahkota. Hamba Tuhan yang besar akan masuk lubang sumur, pencobaan berat, tapi dia menolak berbuat dosa sehingga harus masuk ke dalam penjara dengan tuduhan palsu.

Hidup cuma sekali, kenapa kita tidak menjadi besar di pandang Allah? Allah memiliki banyak jalan untuk membuat kita menjadi agung dan mulia sebagai anak-anak Allah. Berpikirlah besar. Walau kita bukan orang berpendidikan !b kalau kita melihat keadaan sekitar, maka Tuhan seakan-akan tidak nyata. Karena keadaan makin memburuk. Lagi pula, kita sedang berjalan di jalan sepi; artinya, kita memilih jalan yang orang tidak pilih. Sedikit sekali orang yang memilih jalan yang kita pilih. Tidak apa-apa kita memilih jalan ini, sebab kita tahu ini jalan yang benar. Allah akan menjadi nyata dalam hidup kita. Pengalaman indah bersama Tuhan, tidak bisa kita ceritakan ke orang lain, dan memang tidak boleh. Bisa jadi tidak boleh karena ini rahasia iman, tetapi buah-buah hidup kita akan nampak merekah. Orang tidak tahu apa yang terjadi dalam hidup kita di tempat sepi, tapi orang akan melihat cahaya hidup kita.

Mengapa kerajinan orang menjadi kendor? Karena tidak memandang Tuhan itu sebagai berharga. Ini bukan soal ilmu teologi. Banyak orang bisa punya ilmu teologi yang tinggi, tapi dia tidak pernah bisa memandang Tuhan itu berharga. Ia tidak mengalami Tuhan, makanya sekolah Alkitab harus menjadi sekolah perjumpaan dengan Tuhan. Kalau tidak, kita hanya mendidik orang untuk cari uang. Kalau orang sudah mulai tidak menghargai Tuhan, ia pasti tidak akan tekun. Ketika kita menganggap sesuatu lebih berharga dari Tuhan, tidak mungkin kita menghormati Tuhan. Tidak mungkin kita memandang Dia berharga. Hormati Tuhan, pandang Dia lebih bernilai dari apa pun dan siapa pun!

Jangan merasa malang karena keadaan ekonomi, pendidikan, atau apa pun. Jangan merasa minder, malang, dan miskin. Kita punya Tuhan, kita punya segalanya. Dia lebih berharga dari diri kita sendiri. Apalagi uang, harta, pangkat, gelar, kedudukan tidak ada artinya dibanding Tuhan. Tidak dibutuhkan pendidikan tinggi untuk mengerti ini. Hanya hati yang tulus dan berkata, "Aku mau menghormati-Mu, Tuhan, Engkau lebih berharga dari nyawaku."

Mengapa orang kerajinannya kendor? Karena dia masih menikmati dunia. Pasti ada yang dinikmati dan membahagiakan dirinya. Ketika kecepatannya bertumbuh, mulai berkurang, dan dia kendor, seiring dengan itu dunia makin menarik. Dia bangga dengan apa yang dia miliki. Dia menyenangi keinginan daging. Setan membuat kecepatan kita berkurang sedikit demi sedikit. Dan malangnya, ketika kecepatan kita sudah 10 Km, kita tidak bisa langsung melaju di 100 Km. Kita harus mulai lagi dan membutuhkan ketekunan untuk mencapai 100 Km, dan biasanya lebih berat dari sebelumnya. Belum lagi kalau daging kita ada ikatan dosa, selera jiwa kita sudah terarah kepada perkara-perkara dunia.

Tapi apa pun keadaan kita, Tuhan bisa menyembuhkan, dan memperbarui kita. Hanya, jangan kita kehilangan kesempatan, karena kita mungkin tidak punya kesempatan lagi. Hidup hanya satu kali.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA PUNYA TUHAN, KITA PUNYA SEGALANYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 19 Agustus 2024
2024-08-19 12:38:48

Habakuk 1-3

Card image
Truth Kids 18 Agustus 2024 - MELAYANI
2024-08-18 12:49:28


1 Petrus 4:10
”Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.”

"Tono, kamu lap semua meja di kelas. Tini, kamu yang menyapu kelas. Joni, kamu ambil pel lalu bersihkan lantai ini, ya! Perhatikan saat kalian kerja. Semua harus kerja dengan rapi dan bersih!" perintah Jack dengan sombong. Dia ketua kelas, sehingga merasa berhak menyuruh teman-temannya untuk bekerja membersihkan kelas. Sedangkan ia sendiri tidak mengerjakan apa pun.

Sobat Kids, perbuatan yang dilakukan Jack adalah contoh yang tidak baik. Seorang ketua kelas yang baik seharusnya ikut bekerja bersama-sama dengan teman yang lain. Apakah kalian ingat saat Yesus mencuci kaki-kaki murid-murid-Nya? Yesus yang merupakan Tuhan, mau melayani murid-murid-Nya. Ia memberikan teladan yang baik kepada kita untuk melayani orang lain.

Kalian dapat melakukan sesuatu untuk melayani orang lain. Mulailah untuk orang yang ada di sekitarmu. Membawakan minuman saat ayah pulang kerja, memijat pundak ibu yang lelah setelah membersihkan rumah, atau mengajak adik bermain, merupakan contoh pelayanan yang dapat kalian lakukan di rumah. Kalian pasti bisa, Sobat Kids!

Card image
Truth Junior 18 Agustus 2024 - MELAYANI ORANG LAIN
2024-08-18 12:46:31


1 Petrus 4:10
”Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.”

“ Tony, lihatlah pengamen itu! Kasihan sekali, ya. Dia terlihat seperti belum makan. Aku ingin memberikan uang sakuku, tetapi aku tidak diberi uang saku oleh mamaku hari ini,” ujar Abel kepada temannya, Tony. “Aku juga, Bel. Uang sakuku habis hari ini,” ujar Tony. Setelah itu, Tony teringat bahwa dia dan Abel pernah belajar memasak dari ekstrakurikuler di sekolah. Merekapun memutuskan untuk memasak makanan di rumah Tony untuk pengamen itu. “Aku punya ide. Bagaimana jika kita ke rumahku dan kita memasak untuk pengamen itu?” ucap Tony dengan semangat. “Idemu sangat bagus, Tony. Kalau begitu, yuk, kita ke rumahmu,” sahut Abel. Akhirnya, setelah memasak, mereka berdua memberikan masakan mereka kepada pengamen tersebut. Pengamen tersebut merasa sangat bahagia.

Sobat Junior, kita sebagai anak-anak Allah harus saling membantu dan menolong ketika ada orang yang kesulitan. Dan tahukan kalian, bahwa kita tidak hanya bisa membantu orang lain melalui harta atau barang yang kita miliki. Kita juga bisa membantu dan melayani orang lain dengan karunia yang Tuhan telah berikan kepada kita, seperti yang dilakukan Tony dan Abel. Yuk, kita pergunakan karunia yang kita miliki untuk melayani lebih banyak lagi orang.

Card image
Truth Youth 18 Agustus 2024 (English Version) - FREE YOURSELF
2024-08-18 12:41:35


“Let each of you look not only to his own interests, but also to the interests of others.” (Philippians 2:4)

Have you ever felt really frustrated when you've been waiting in line for a long time, and someone cuts in without bothering to wait? It’s enough to ruin your mood, right? Imagine if that person considered your needs too, not just their own, and respected your right to be in line first. Philippians 2:4 encourages us not just to focus on our own needs. God wants us to be aware of others' needs as well. It might sound cliché, but seriously, if we all did this, the world would definitely be a better place.

Imagine if everyone at your school or college started thinking, “I should help my friend who’s struggling with their assignment,” instead of just focusing on their own deadlines. Or at home, for example, if you chose to help your parents in the kitchen instead of relaxing and watching TV. These simple actions are real examples of ‘freeing yourself.’ We ‘free’ ourselves from the comfort of selfishness that we may have been enjoying. We dare to prioritize the common good, and although it’s not easy, it definitely has a positive impact.

So, starting today, let’s be brave enough to step out of our comfort zones. Start paying attention to those around you, beginning with those closest to you. Not just because you’re told to, but because you realize that others' happiness can also be your happiness. Giving is more fulfilling than receiving, and trust me, it will bring genuine joy to your life.

WHAT TO DO:
1. Dare to do something outside your usual routine.
2. Build awareness and care for those around you.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 44-46

Card image
Truth Youth 18 Agustus 2024 - MERDEKA DIRI SENDIRI
2024-08-18 12:30:49


”Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.”_ (Filipi 2:4)

Kamu pernah nggak ngerasa kesel banget waktu sudah lama ngantri, eh ada aja yang menyelak nggak pakai antre? Pasti langsung mood-mu berubah, kan? Bayangkan saja kalau seandainya orang itu mikirin kamu juga, nggak cuma asal nyelak karena hormat sama hak kamu yang sudah antre duluan. Filipi 2:4 mengajak kita untuk nggak cuma ngelihat kebutuhan kita sendiri. Tuhan mau kita juga peka sama kebutuhan orang lain. Mungkin terdengar klise, tapi serius deh, kalau kita semua bisa begitu, dunia ini pasti bisa menjadi tempat yang jauh lebih baik.

Bayangkan aja, kalau semua orang di sekolah atau kampusmu mulai berpikir, “Aku harus bantu temanku yang lagi struggle sama tugasnya,” daripada cuma fokus sama deadline sendiri. Atau di rumah, misalnya, kamu memilih membantu orang tua di dapur meskipun sebenarnya bisa santai nonton TV. Tindakan-tindakan sederhana seperti ini adalah contoh nyata dari ‘memerdekakan diri sendiri’. Kita ‘merdeka’ dari sikap egois yang mungkin selama ini nyaman banget kita jalani. Kita berani mendahulukan kepentingan bersama, dan walaupun itu bukan hal yang mudah, tapi pasti berdampak positif.

Jadi, mulai hari ini, yuk kita berani keluar dari zona nyaman kita. Mulai perhatiin orang lain, mulai dari yang terdekat. Bukan cuma karena kita disuruh, tapi karena kita sadar, kebahagiaan orang lain juga bisa jadi kebahagiaan kita. Memberi itu lebih membahagiakan daripada mengambil dan percayalah, itu akan membawa kebahagiaan yang genuine ke hidupmu.

WHAT TO DO:
1.Berani melakukan di luar dari kebiasaan yang kita lakukan
2.Membangun perhatian dengan orang-orang sekitar kita

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yeremie 44-46

Card image
Renungan Pagi - 18 Agustus 2024
2024-08-18 12:27:24


Kelahiran baru bagi orang percaya lebih populer dengan istilah "lahir baru" dan hal ini menjadi satu tanda penting yang melekat dalam kehidupan orang kristen pada umumnya. Jika ingin melayani di gereja dalam bidang apapun, hal pertama yang biasa dijadikan syarat adalah sudah lahir baru, bahkan itu pun adalah sesuatu yang penting jika ingin menjadi pekerja dalam organisasi kristen.

"Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal." Perlu dipahami dulu bahwa kelahiran baru bukanlah suatu moment atau waktu dimana seseorang mengalami peristiwa yang mereka artikan sebagai dilahirkan kembali pada saat itu.

Kelahiran baru adalah suatu proses perubahan yang terus menerus terjadi ketika seseorang mendengar, merenungkan dan melakukan Firman Tuhan dalam hidupnya setiap hari, sampai pada satu titik dimana orang tersebut tidak mau lagi kembali berbuat dosa, dan proses kelahiran baru itu menjadi semakin nyata saat orang itu menjadi pribadi yang benar-benar baru seperti yang Tuhan inginkan.

Jadi setiap kita sedang menjalani proses dilahirkan kembali dari benih yang tidak fana itu oleh karena Firman Tuhan. Jadi, marilah terus menjalani proses kelahiran baru ini dan berjuang terus untuk sampai pada kesempurnaan yang Bapa inginkan.
(1 Petrus 1:23)

Card image
Quote Of The Day - 18 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-18 12:25:44


Dualisme yang kita miliki pasti sangat menghambat pencapaian hidup sempurna karena ada benih kodrat dosa yang masih ikut bertumbuh.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 18 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-18 07:16:59


Jangan merasa malang karena keadaan ekonomi, pendidikan, atau apa pun. Jangan merasa minder, malang, dan miskin. Kita punya Tuhan, kita punya segalanya. Dia lebih berharga dari diri kita sendiri

Card image
DO NOT GROW SLACK - 18 Agustus 2024 (English Version)
2024-08-18 07:15:08


There is one thing that we all must be aware of, which can penetrate our lives and will really be very detrimental, namely when someone stops diligently seeking God. Indeed, they have not changed religions, they can still come to church on Sundays. Maybe even in the middle of the week, but they do not have a burning fire, do not have a strong passion. This is what the Bible warns in Romans 12:11, "Do not let your zeal slacken, but let your spirit be fervent in serving the Lord." We must really examine ourselves and ask God to give us light and enlightenment whether the speed of our spiritual growth that we have is right and pleasing in the sight of God.

In fact, the speed of our spiritual growth must increase like people riding a vehicle. The higher the gear, the faster the speed. Likewise, the older we are, the more the world will end, our speed must be higher. But ironically, many people's speed does not increase, but decreases. And that not only happens to the congregation, but also to people in the ministry environment; activists, pastors, or crew. And that really happens. Even though they hear sermons every day because they are in the ministry environment, but ironically, they do not grow, their speed does not increase, even less. Usually people like this do not grow spiritually. How tragic.

Many Christians are not diligent in seeking God so they become slack because, first, they feel that God is not present in their lives, God seems to be absent. Second, seeing the reality of life that is truly seeking God as if it is the same as people who do not seek God. Third, their circumstances do not improve; in terms of economic material, health, family circumstances and other circumstances. These are situations we have all faced or are currently facing. But it turns out that God is testing us.

Let's look at an example in the Bible. Moses was taken to the coast of the Kolsom Sea, which is when Pharaoh's army was chasing, in front of them was waves of the sea, with the hills on either side—there was no way out except into the sea, which meant certain death. But then, the sea parted! So, God often takes us to "the last minute" situation. And it is there that we learn to trust God. We learn to put our trust in God, because ultimately God wants our relationship with Him to be one without any doubt at all. There should be no doubt at all about God.

We are in awe of Shadrach, Meshach, and Abednego, who refused to worship the statue erected by King Nebuchadnezzar in the Valley of Dura. They were committed to worshiping only Elohim YAHWEH, the Holy God of Israel, even when threatened with being burned alive. They boldly declared, "But even if He does not, we want you to know, O king, that we will not serve your gods or worship the image of gold you have set up." Isn't that extraordinary? This is what we call unconditional submission, unconditional surrender. Even though they saw no signs of God's presence, not even a shadow of it, and had no guarantee. But there is no need for guarantees because what we trust is a faithful God.

It is true that we can be disappointed with God, we can be angry in disguise, but we must control ourselves and have time to meet with God, because our meetings with God are what heal our souls; from our doubts about God to full trust even without guarantee. The persistence of the encounter heals our hearts, our disappointments towards God, anger towards God, doubts towards God are cured. Notice that those who never pray live carelessly, and one day they will be disgraced. Such people lack a spirit of prayer and will not enter heaven.

Therefore, let us not grow slack in our zeal, no matter what happens, even if God seems absent in our lives or if our situation appears no different from those who do not seek God, or even if it worsens. Do not doubt God. We all know that life happens only once, so why not dare to trust God fully and place our hope in Him? Our only wager is on God. Like Shadrach, Meshach, and Abednego, we should say, "Even if I must die in the flames, I am willing, as long as I remain faithful." Do not trust what is visible. Learn to see what we believe in. That’s why, when facing heavy problems, our tactic should be to close our eyes and sharpen our faith. There is a God who reigns on high place, the God of Moses who parted the Red Sea, the unchanging God.

WE MUST REALLY EXAMINE OURSELVES AND ASK GOD TO GIVE US LIGHT AND ENLIGHTENMENT WHETHER THE SPEED OF OUR SPIRITUAL GROWTH THAT WE HAVE IS RIGHT AND AND PLEASING IN THE SIGHT OF GOD.

Card image
JANGAN MENJADI KENDUR - 18 Agustus 2024
2024-08-18 07:03:04


Ada satu hal yang kita semua harus waspadai, yang itu bisa merasuk dalam hidup kita dan benar-benar akan sangat merugikan, yaitu ketika seseorang berhenti bertekun mencari Tuhan. Memang tidak pindah agama, bisa masih datang ke gereja hari Minggu. Mungkin juga di pertengahan minggu, tapi tidak memiliki api yang membara, tidak memiliki gairah yang kuat. Inilah yang Alkitab peringatkan dalam Roma 12:11, "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." Kita harus sungguh-sungguh memeriksa diri kita dan minta Tuhan memberi kepada kita penerangan dan pencerahan apakah kecepatan pertumbuhan rohani yang kita miliki itu benar dan berkenan di hadapan Tuhan.

1Sejatinya, kecepatan pertumbuhan rohani kita harus bertambah seperti orang naik kendaraan. Makin tinggi giginya, makin meningkat pula kecepatannya. Demikian pula, makin kita berusia, makin dunia akan berakhir, kecepatan kita harus makin tinggi. Namun ironis, banyak orang yang kecepatannya tidak bertambah, malah berkurang. Dan itu bukan saja terjadi atas jemaat, tapi juga orang-orang yang ada di lingkungan pelayanan; para aktivis, pendeta, atau kru. Dan itu benar-benar terjadi. Sekalipun setiap hari mendengar khotbah karena ada di lingkungan pelayanan, tetapi ironisnya, mereka tidak bertumbuh, kecepatannya tidak makin meningkat, bahkan kurang. Biasanya orang-orang seperti ini tidak bertambah menjadi rohani. Tragis sekali.

Banyak orang Kristen tidak tekun mencari Tuhan sehingga menjadi kendor karena, pertama, mereka merasakan Tuhan tidak kunjung hadir dalam hidupnya, Tuhan seperti tidak ada. Kedua, melihat kenyataan hidup yang sungguh-sungguh mencari Tuhan seakan-akan sama dengan orang yang tidak mencari Tuhan. Ketiga, keadaan mereka tidak bertambah baik; secara materi ekonomi, kesehatan, keadaan keluarga dan keadaan lainnya. Hal-hal seperti ini tentu juga setiap kita pernah atau sedang hadapi. Tapi ternyata Tuhan sedang menguji kita.

Baiklah kita melihat contoh di dalam Alkitab. Musa dibawa ke pantai Laut Kolsom, yaitu ketika tentara Firaun mengejar, di depan gelombang laut, kanan kirinya bukit. Tidak ada jalan kecuali masuk ke laut, dan mati. Namun ternyata, laut terbelah! Jadi, kita sering dibawa Tuhan kepada keadaan "the last minute" (menit terakhir). Dan di situlah kita belajar mempercayai Tuhan. Kita belajar menaruh percaya kepada Tuhan, sebab pada akhirnya Tuhan ingin hubungan kita dengan Dia itu hubungan tanpa ada keraguan sama sekali. Tidak boleh ada keraguan sama sekali terhadap Tuhan.

Dalam hal ini kita kagum terhadap Sadrakh, Mesakh, Abednego yang menolak menyembah patung yang didirikan oleh Raja Nebukadnezar di Lembah Dura. Karena mereka harus menyembah Elohim YAHWEH saja, Allah Israel Yang Maha Kudus. Walaupun mereka diancam akan dibakar hidup-hidup. Sadrakh, Mesakh, Abednego berkata, "… tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." Luar biasa, bukan? Kesetiaan yang tak bersyarat itu namanya unconditional submission, unconditional surrender (penyerahan tanpa syarat). Walaupun mereka tidak melihat gejala-gejala kehadiran Tuhan, tidak ada bayang-bayang sedikit pun kehadiran-Nya, tidak ada jaminan. Tetapi memang tidak perlu jaminan sebab yang kita percayai adalah Tuhan yang setia.

Adalah benar bahwa kita bisa kecewa terhadap Tuhan, bisa marah terselubung, tapi kita harus mengendalikan diri dan memiliki waktu berjumpa dengan Tuhan, karena perjumpaan-perjumpaan kita dengan Tuhan itulah yang menyembuhkan jiwa kita; dari keraguan kita terhadap Tuhan menjadi kepercayaan penuh sekalipun tanpa jaminan. Ketekunan perjumpaan itu menyembuhkan hati kita, kekecewaan kita terhadap Tuhan, kemarahan terhadap Tuhan, keraguan terhadap Tuhan terobati. Perhatikan, orang yang tidak pernah berdoa, hidupnya sembarangan. Suatu hari, dia akan dipermalukan. Ia tidak punya roh doa dan orang seperti ini tidak akan masuk surga.

Maka, jangan kerajinan kita kendor, apa pun yang terjadi, walaupun Tuhan sepertinya tidak nyata dalam hidup kita, atau keadaan kita seakan-akan sama dengan mereka yang tidak mencari Tuhan, sekalipun mungkin semakin memburuk. Jangan ragukan Tuhan. Kita semua tahu bahwa hidup ini hanya sekali, maka mengapa kita tidak berani memercayai sepenuhnya Allah, menaruh harapan kepada Dia? Pertaruhan kita hanya ada pada Tuhan. Seperti Sadrakh, Mesakh, Abednego itu, "Kalaupun harus mati terpanggang, aku bersedia, yang penting aku setia." Jangan memercayai apa yang kelihatan. Belajarlah melihat apa yang kita percayai. Makanya, kalau ada masalah-masalah berat, jurus kita adalah merem, mempertajam iman kita. Ada Allah yang bertakhta di tempat yang maha tinggi, Allahnya Musa yang membelah Laut Kolsom, Allah yang tidak berubah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS SUNGGUH-SUNGGUH MEMERIKSA DIRI KITA DAN MINTA TUHAN MEMBERI KEPADA KITA PENERANGAN DAN PENCERAHAN APAKAH KECEPATAN PERTUMBUHAN ROHANI YANG KITA MILIKI ITU BENAR DAN BERKENAN DI HADAPAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 18 Agustus 2024
2024-08-18 06:57:37

2 Raja-raja 24-25
2 Tawarikh 36

Card image
Truth Kids 17 Agustus 2024 - MUJUR
2024-08-17 07:58:37


Mazmur 112:5
”Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya.”

Seorang anak yang sedang berulang tahun ingin sekali membeli kue ulang tahun. Dia dan ibunya datang ke toko kue. Mereka melihat-lihat kue yang harganya murah. Sayangnya, harga kue yang termurahpun tidak sanggup mereka beli. Di saat yang bersamaan, ada seorang bapak yang membeli kue di toko yang sama. "Maaf, ya, Nak. Uang Ibu tidak cukup untuk membelikan kamu kue ulang tahun," ucap sang ibu dengan sedih. Sang anak pun tertunduk sedih.

Sang bapak yang ada di dalam toko itu membelikan kue ulang tahun untuk anak tersebut. Betapa girangnya anak itu. Ia pun berterima kasih kepada sang bapak yang membelikannya kue. Waktu pun berlalu, 20 tahun kemudian sang bapak menjadi sakit-sakitnya sehingga tidak dapat bekerja lagi. Dia tidak lagi memiliki cukup uang. Suatu hari saat sedang kelaparan, tiba-tiba ada orang yang membawakan dia makanan. Ternyata orang yang membawakan makanan itu adalah anak kecil yang dulu pernah menerima kue ulang tahun darinya.

Sobat Kids, kemurahan yang kita berikan kepada orang lain sebenarnya merupakan berkat untuk kita. Kita tidak akan menjadi kekurangan saat kita membantu orang lain. Kita akan menjadi mujur (beruntung atau mendapat kebaikan dan bahagia).

Card image
Truth Junior 17 Agustus 2024 - MURAH HATI
2024-08-17 07:57:11


Mazmur 112:5
”Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya.”

Suatu hari di sekolah, Dani melihat temannya, Riko, tidak membawa uang jajan. Riko tampak sedih dan duduk sendirian di sudut kelas. Tanpa ragu, Dani menghampiri Riko dan membagikan sebagian uang jajan yang dimilikinya. “Ini untuk kamu, Riko. Semoga bisa membeli sesuatu yang kamu suka,” kata Dani sambil tersenyum. Riko sangat berterima kasih, dan mereka pun makan bersama.

Sikap Dani menggambarkan kebaikan hati yang diajarkan Tuhan. Ketika melihat teman yang membutuhkan, mari berbagi dengan mereka, karena itu adalah hal yang adil dan benar seperti yang Tuhan inginkan. Dengan berbagi, kita tidak hanya memberikan bantuan materi, tetapi juga kebahagiaan dan kasih sayang.

Sobat Junior, mari kita belajar untuk selalu murah hati dan adil dalam setiap tindakan kita, seperti yang telah dicontohkan oleh Dani. Kebaikan yang ditunjukkan Dani adalah contoh cara kita bisa membuat perbedaan dalam kehidupan orang lain dengan tindakan sederhana.

Sobat Junior, jika kalian belum diberikan uang jajan oleh orang tua, jangan sedih. Kalian juga dapat berbuat baik dengan cara lain. Kalian dapat berbagi makanan yang kalian bawa. Walaupun kalian jadinya hanya mendapatkan porsi makan yang lebih sedikit, jika kalian melakukannya dengan tulus, kalian akan merasakan sukacita.

Card image
Truth Youth 17 Agustus 2024 (English Version) - DON’T BE CARELESS
2024-08-17 07:46:01


"Whoever claims to live in him must live as Jesus did." (1 John 2:6)

There was a man who was in a relationship with his dream woman. He loved her deeply and trusted her completely, without considering other women. His great love for her made him careful about how he spent his time, only giving it to others if it was important. He protected her feelings and lived according to her desires.

To cut a long story short, the woman he loved was someone who enjoyed going to church, was diligent, and disciplined, while he was not like that. He didn’t like going to church, was quite lazy, and disorganized. However, because his beloved became a positive role model for him, he began to change due to the power of love. This transformation happened because he felt that he belonged to her.

This example illustrates the relationship between a young man and the woman he loves. What about the relationship between Christian youths and God? The illustration shows how our lives should reflect that we belong to Christ and live according to His ways. Many Christian youths claim to belong to Christ, but their behavior does not reflect Christ’s behavior. When someone truly loves God and abides in Him, it will be evident in their life, reflecting the lifestyle of Christ.

Therefore, a genuine relationship with God will make us individuals who follow His example, not just acknowledge it verbally. This is a deception of the devil to prevent us from being faithful. From now on, we need to practice living like Christ, no longer living carelessly. Claiming that we belong to Christ means we are ready to be guided by Him and not spend our time on things He does not desire.

WHAT TO DO:
1. Follow Christ’s example as proof of your love for Him.
2. Don’t live carelessly because you belong to Christ.
3. Obey every rule of God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hosea 1-4

Card image
Truth Youth 17 Agustus 2024 - JANGAN SEMBARANGAN
2024-08-17 07:35:01


”Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.” (1 Yohanes 2:6)

Ada seorang pria yang sedang menjalin hubungan dengan seorang wanita dambaan hatinya. Wanita tersebut sangat ia cintai dan bahkan mempercayakan dirinya sepenuhnya tanpa memikirkan wanita lain. Besar cinta seorang pria ini membuatnya tidak sembarangan memberi waktunya kepada wanita lain jika itu tidak penting. Ia menjaga perasaan orang yang ia cintai dan hidup sesuai dengan keinginan kekasihnya.

Singkat cerita, wanita yang ia cintai adalah seseorang yang senang ke gereja, rajin, dan disiplin, sedangkan ia sendiri tidak seperti itu. Pria tersebut tidak suka ke gereja, lumayan malas, dan berantakan, tetapi karena wanita dambaan hatinya itu menjadi model positif atau teladan bagi dia, maka dengan segera ia mulai berubah karena kekuatan cinta. Semuanya terjadi karena ia merasa sudah menjadi milik si wanita tersebut.

Hal di atas merupakan hubungan antara seorang pria muda dan wanita yang dicintai, terus bagaimana dengan pemuda Kristen terhadap Tuhan? Ilustrasi tersebut menunjukkan kehidupan kita ketika merasa milik Kristus atau percaya bahwa Dia Tuhan yang kita cintai harus hidup dengan cara hidup-Nya. Jika diperhatikan dari kenyataan, banyak pemuda Kristen merasa milik Kristus, tapi perilakunya bukan perilaku Kristus. Ketika seseorang benar-benar mencintai Tuhan dan tinggal di dalam Dia, maka itu akan tercermin dalam hidupnya yaitu sikap kehidupan seperti Kristus.

Berdasarkan hal ini, hubungan yang kita jalin dengan benar di hadapan Tuhan akan menjadikan kita sosok manusia yang mengikuti teladan-Nya, bukan sekadar mengakui di mulut karena itu adalah suatu kebohongan yang Iblis lakukan untuk mencegah kita sebagai laskar muda. Mulai sekarang belajar memperagakan kehidupan Kristus, tidak lagi sembarangan hidup. Pengakuan bahwa kita milik Kristus berarti kita siap diatur oleh Tuhan, dan tidak memberikan waktu kita pada hal yang Tuhan tidak kehendaki.

WHAT TO DO:
1.Ikuti teladan Kristus sebagai bukti kamu mengasihi Dia
2.Jangan sembarangan hidup karena kamu milik Kristus
3.Taat setiap aturan Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hosea 1-4

Card image
Renungan Pagi - 17 Agustus 2024
2024-08-17 07:31:57


Seringkali kita sebagai manusia sangat mudah kecewa kepada Tuhan bila apa yang diinginkan tidak diberikan oleh Tuhan, kemudian menganggap Tuhan tidak adil, tidak mendengarkan doa kita, padahal merasa sudah beriman atas apa yang kita minta dari Tuhan.

Tanpa disadari banyak dari kita yang memiliki pengertian yang salah tentang iman, ketika membaca Alkitab bahwa iman membuat apa yang tidak ada menjadi ada, maka kita sangat percaya bahwa ketika meminta dengan iman apa yang kita inginkan, maka Tuhan dapat memberikannya dari yang tidak ada menjadi ada.

"Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat." Contoh iman yang benar seharusnya seperti Abraham, Bapa semua orang percaya yang imannya diperhitungkan Tuhan sebagai kebenaran karena selalu menuruti kehendak Tuhan dalam hidupnya.

Jadi iman yang benar adalah penurutan terhadap kehendak Allah, bukan Tuhan menuruti keinginan kita. Walaupun sebenarnya sangat mudah bagi Tuhan memberikan segala hal yang kita perlukan, tetapi Tuhan mau kita mendengar dan mengerti semua rencana dan rancangan-Nya untuk hidup kita. Berjuanglah agar dapat mengerti maksud dan tujuan Tuhan dalam diri kita. Dan ekspresikan iman dengan pengertian yang baru yaitu penurutan terhadap kehendak Allah.
(Ibrani 11:3)

Card image
Quote Of The Day - 17 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-17 07:24:05


Kita tidak akan bisa kita memperoleh capaian yang memuaskan hati Allah sebelum kita meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 17 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-17 07:22:05


Orang tidak tahu apa yang terjadi dalam hidup kita di tempat sepi, tapi orang akan melihat cahaya hidup kita.

Card image
NORMALITY - 17 Agustus 2024 (English Version)
2024-08-17 07:20:09


If we’re honest, we can see that very few people truly seek God. If someone is still seeking something else, he cannot be said to be seeking God properly. That something could be honor, praise, flattery, wealth, self-worth, or anything else—they cannot be said to be truly seeking God. The Word of God says, "Whether you eat or drink or whatever you do, do it all for the glory of God." If someone is not sincerely doing God's will, they cannot be said to be seeking God. When we wake up in the morning, we pray, and that’s good. But after praying, what do we do? Do we still direct all our life activities toward God or not? That is the issue.

The rhythm of our lives, which has been wrong for years, even decades, makes us trapped in a quagmire called normality. If we become a pastor, become a servant of God and use that service for the benefit of ourselves and our families, it is indeed not so bad. Indeed, a servant of God also deserves to live from service. But, do we have a heart attitude that is truly directed to God? Only God. We are grateful that God has punished us, processed us, until finally we say, "You alone are my desire." Those who already understand this, have committed to this, we can still miss the mark. How much more so for those who are not serious.

This is not meant to criticize anyone; let’s reflect on ourselves. Now we continue to learn not to live for our own pleasure. That, too, is not easy. We must truly be willing to direct ourselves to God and always consider whether what we do pleases Him or not. Consider, what does He want us to do? What does God want us to accomplish? What does He plan for us to fulfill? These are the struggles we continue to face. There is nothing great in our lives except God. Only God.

The problem of our life is how we please Him in everything. Even thinking about ourselves is already heavy. How can we remain focused on God, not deviating even the slightest bit, and live in holiness and purity? It's difficult. Then we also have to think about others. Indeed, it's challenging, but we are enthusiastic. Let's all have the same spirit and passion to please and bring joy to God's heart. In everything we do, always be pleasing in His sight. Don't talk too much, don't say unnecessary things. Sometimes we speak to certain people just to keep the peace, but it turns out that it's just a cunning, political, and diplomatic attitude that we do. We are deceived by ourselves.

If we fear God, we don't care whoever, whatever because what truly matters is that what we do is pleasing to God. It doesn't matter how others judge us. We prepare ourselves to stand before God's judgment, and it is at that moment that God will publicly acknowledge our true value, how much we are pleasing in His sight. God knows and we wait, anticipating God's judgment. Then we will truly know who each of us really is. Are we depraved or not depraved, what is our condition, hypocrisy or not; later we will see in the judgment of God. We think of the lost souls. We think seriously, how we can work for God. Right now, what is important is that we earnestly, really seek God.

THE RHYTHM OF OUR LIVES, WHICH HAS BEEN WRONG FOR YEARS, EVEN DECADES, MAKES US TRAPPED IN A QUAGMIRE CALLED NORMALITY.

Card image
KEWAJARAN - 17 Agustus 2024
2024-08-17 07:18:36


Kalau jujur, kita dapat menimbang, sedikit sekali orang yang mencari Tuhan. Sebab kalau seseorang masih mencari sesuatu, dia belum bisa dikatakan mencari Tuhan dengan benar. Sesuatu itu bisa kehormatan, pujian, sanjungan, harta, nilai diri, apa pun. Padahal firman Tuhan yang mengatakan, "Baik kamu makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah.” Kalau seseorang tidak sungguh-sungguh melakukan kehendak Allah, ia tidak bisa dikatakan mencari Tuhan. Kita pagi bangun, kita berdoa, bagus. Tetapi setelah berdoa, apa yang kita lakukan? Apakah kita masih menujukan seluruh kegiatan hidup kita ini kepada Tuhan atau tidak? Itu masalahnya.

Irama hidup kita yang sudah salah selama bertahun-tahun, belasan tahun, bahkan puluhan tahun membuat kita terjebak dalam satu kubangan yang namanya kewajaran. Kalau menjadi pendeta, menjadi pelayan Tuhan dan memanfaatkan pelayanan itu untuk kepentingan diri sendiri dan keluarga, memang tidak jahat sekali. Memang seorang pelayan Tuhan juga layak hidup dari pelayanan. Tetapi, apakah kita memiliki sikap hati yang benar-benar ditujukan kepada Tuhan? Tuhan saja. Bersyukur kita dihajar Tuhan, diproses, sampai akhirnya kita berkata, "Hanya Engkau yang kuingini." Yang sudah mengerti ini, sudah berkomitmen untuk ini, masih saja kita bisa meleset. Apalagi kalau orang tidak sungguh-sungguh.

Tidak bermaksud mencela siapa pun, mari kita berkaca kepada diri sendiri. Sekarang kita terus belajar untuk tidak memiliki kehidupan bagi kesenangan diri sendiri. Itu pun juga tidak mudah. Kita harus sungguh-sungguh mau mengarahkan diri kita kepada Tuhan, dan selalu mempertimbangkan apakah yang kita lakukan itu menyenangkan Tuhan atau tidak. Perkarakan, apa yang Dia ingini untuk kita lakukan? Apa yang Allah kehendaki untuk kita perbuat? Apa yang Dia rencanakan untuk kita penuhi? Itu yang terus menjadi pergumulan kita. Tidak ada hal besar dalam hidup kita kecuali Tuhan. Hanya Tuhan.

Persoalan hidup kita adalah bagaimana kita menyenangkan Dia dalam segala hal. Memikirkan diri sendiri juga sudah berat. Bagaimana kita bisa fokus terus kepada Tuhan, tidak menyimpang sekecil dan sehalus apa pun, fokus kepada Tuhan untuk hidup dalam kekudusan dan kesucian. Itu berat. Lalu kita harus memikirkan orang lain. Memang berat, tapi kita bersemangat. Mari kita bersama-sama memiliki spirit dan gairah yang sama untuk menyenangkan, menyukakan hati Tuhan. Dalam segala hal yang kita lakukan selalu berkenan di hadapan Tuhan. Jangan banyak bicara, jangan bicara yang tidak perlu. Kadang-kadang bicara kepada orang-orang tertentu supaya baik-baik, ternyata itu hanya sikap cerdik, politis, diplomatis yang kita lakukan. Kita tertipu oleh diri kita sendiri.

Kalau kita takut akan Allah, kita tidak peduli siapa pun, apa pun sebab yang penting adalah yang kita lakukan berkenan kepada Tuhan. Terserah orang mau menilai apa terhadap kita. Kita mempersiapkan diri ada di hadapan pengadilan Tuhan dan saat itulah baru Tuhan bisa memberikan kita satu pengakuan di depan umum, berapa nilai kita, seberapa kita berkenan di hadapan Tuhan. Tuhan yang tahu dan kita menunggu, menanti pengadilan Tuhan. Supaya tahu, siapa kita masing-masing nanti. Kita bejat atau tidak bejat, bagaimana keadaan kita munafik atau tidak; nanti kita akan lihat di pengadilan Tuhan. Kita pikirkan jiwa-jiwa yang terhilang. Kita pikirkan sungguh-sungguh, bagaimana kita bisa berkarya bagi Tuhan. Sekarang yang penting, kita mau sungguh-sungguh, benar-benar mencari Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

IRAMA HIDUP KITA YANG SUDAH SALAH SELAMA BERTAHUN-TAHUN, BELASAN TAHUN, BAHKAN PULUHAN TAHUN, MEMBUAT KITA TERJEBAK DALAM SATU KUBANGAN YANG NAMANYA KEWAJARAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 Agustus 2024
2024-08-17 07:16:43

Yeremia 38-40
Mazmur 74, 79

Card image
Truth Junior 15 Agustus 2024 - BERBAGI
2024-08-15 13:03:49


Amsal 22:9
”Orang yang baik hati akan diberkati, karena ia membagi rezekinya dengan si miskin.”

Putri, seorang anak kecil, hidup hanya bersama neneknya. Kedua orang tuanya sudah meninggal dunia, begitu pula dengan kakeknya. Putri harus berjualan kue sepulang sekolah untuk membantu neneknya mendapatkan uang. Neneknya pun harus bekerja di rumah tetangga, membersihkan beberapa rumah agar bisa mendapatkan tambahan uang. Memang sekarang ini mereka tidak mempunyai tabungan. Uang yang mereka dapatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari dan biaya sekolah Putri.

Suatu hari, di tengah jalan saat berjualan kue, Putri melihat ada seorang pemulung yang mencari-cari makanan sisa yang ada di bak penampungan sampah. Melihat itu, hatinya tergerak oleh belas kasihan. Maka ia pun menghampiri pemulung itu dan memberikan beberapa kue jualannya. Betapa senang hati pemulung itu menerima kue pemberian Putri. Ternyata bukan hanya pemulung itu yang merasa senang, Putri pun merasa senang karena ia masih bisa berbagi, walaupun tidak memiliki banyak uang.

Sobat Junior, ketika kita berbagi berkat dengan orang lain, kita pun mendapatkan berkat. Berkat yang kita dapatkan adalah perasaan sukacita karena kita masih mampu berbagi dengan yang lain. Kalian tidak perlu menunggu sampai memiliki uang untuk bisa berbagi dengan yang lain. Mulailah dari hal yang kecil. Berdiskusilah dengan orang tua mengenai hal yang dapat kalian bagikan kepada orang lain.

Card image
Truth Youth 15 Agustus 2024 (English Version) - CONSIDER THE CONSEQUENCES
2024-08-15 12:56:45


"For when we were in the realm of the flesh, the sinful passions aroused by the law were at work in us, so that we bore fruit for death." (Romans 7:5)

A teenager was arrested and put in prison for committing fatal physical violence against his mother. He acted out of frustration because his desire for a new phone was not fulfilled. A neighbor witnessed the incident and reported it to the authorities. For a year, the teenager lived in prison filled with regret, all because of an unfulfilled desire and the need to take responsibility for his actions. After his sentence, he was released on the condition that he would not repeat the same actions, driven by an obsession with having a new phone.

The teenager's freedom from incarceration was not just about exiting the small prison cell and seeing the outside world but also about apologizing to his parents, making them happy, and promising not to hurt anyone again. If he continued to act violently, he would have to face even harsher consequences.

Imagine this in relation to our desires as Christian youths. If we force our desires that are not pleasing to God without considering the consequences, what happens? The devil would be very pleased, as he subtly traps us in his eternal, terrifying prison. If we continue in the same sinful behavior, let's repent quickly and seek to please God. We must be fully aware of the deadly consequences of forcing wrong desires, remaining vigilant. We need to rely on God’s wisdom, consistently pray, listen to the Word, and learn from every experience, keeping our sensitivity to the Spirit alive in each of us.

WHAT TO DO:
1. Always be aware that the wages of sin is death.
2. Rely on God, pray, listen to the Word, and engage in positive, constructive activities.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 33-36

Card image
Truth Youth 15 Agustus 2024 - PIKIRKAN BUAHNYA
2024-08-15 12:53:44


”Sebab waktu kita masih hidup di dalam daging, hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh hukum Taurat, bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut.” (Roma 7:5)

Seorang remaja ditangkap dan dimasukkan dalam penjara karena melakukan tindakan kekerasan fisik yang fatal kepada ibunya. Tindakan tersebut berani ia lakukan lantaran keinginan untuk membeli handphone baru tidak dipenuhi. Salah seorang tetangga melihat peristiwa tersebut, lalu melaporkannya kepada pihak yang berwajib. Selama 1 tahun anak tersebut hidup di dalam penjara dengan penuh penyesalan hanya karena keinginan yang dipaksakan sebelum waktunya, dan tanpa daya ia harus bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan. Setelah selesai masa tahanan, anak itu dibebaskan dengan syarat tidak akan mengulangi perbuatan yang sama hanya karena terobsesi keinginan memiliki _handphone_ baru.

Kebebasan anak tersebut dari tahanan bukan hanya sekadar memiliki tujuan keluar dari ruangan sempit atau sel penjara dan bisa melihat dunia luar, tetapi termuat di dalamnya untuk meminta maaf kepada orang tuanya dan menyenangkan mereka serta berjanji tidak akan menyakiti lagi. Ketika anak ini tetap saja melakukan tindakan kekerasan, makna ia harus bersedia menerima hukuman yang lebih menyedihkan.

Bayangkan hal ini jika dikaitkan dengan keinginan kita sebagai pemuda atau remaja Kristen, jika memaksakan keinginan yang Tuhan tidak berkenan tanpa kita memikirkan buah dari keinginan tersebut. Bagaimana jadinya? Iblis akan sangat senang, karena tanpa disadari ia memasukkan kita dalam penjara kekalnya yang begitu mengerikan. Jika kita masih sering melakukan hal yang sama, ayo segera bertobat dan menyenangkan hati Tuhan. Kesadaran penuh terhadap buah yang mendatangkan maut harus kita miliki ketika kita memaksakan keinginan yang salah, tujuannya supaya kita tetap berjaga-jaga. Harus mengandalkan hikmat Tuhan dalam hal ini dengan konsisten berdoa, mendengar firman dan belajar dari setiap pengalaman yang ada, sampai kepekaan akan roh menyala terus dalam setiap pribadi kita.

WHAT TO DO:
1.Selalu sadar akan upah dosa adalah maut
2.Mengandalkan Tuhan, berdoa, mendengar firman, dan lakukan kegiatan positif yang membangun.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yeremia 33-36

Card image
Renungan Pagi - 15 Agustus 2024
2024-08-15 12:48:53


Kesetiaan Tuhan dalam hidup kita tidak akan pernah berubah, sebab Alkitab berkata bahwa Tuhan tidak dapat berlaku tidak setia karena DIA tidak dapat menyangkal Diri-Nya. "jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya."

Hal ini mengandung pengertian bahwa Tuhan tidak akan pernah menyangkal apa yang telah dikatakan-Nya, Firman Tuhan tidak akan berubah dan tidak akan gagal, semua pasti akan digenapi dalam hidup kita. Banyak kali kitalah yang menyangkali kebenaran Firman Tuhan karena tidak mau diubahkan, nyaman tinggal dalam dosa, terus menerus mengkhianati kasih setia Tuhan.

Tetapi Tuhan yang tidak dapat menyangkali Diri-Nya akan tetap setia, menunggu kita benar-benar berbalik kepada Dia yang mengasihi dan telah membayar harga setiap kita dengan Nyawa-Nya sendiri yang diserahkan untuk menebus dari perbudakan dosa.
(2 Timotius 2:13)

Card image
Quote Of The Day - 15 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-15 12:47:12


Banyak orang bisa melakukan pekerjaan pelayanan dengan baik, tapi tidak semua orang memiliki pikiran perasaan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 15 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-15 12:46:13


Tuhan menjadi harta kita ketika kita melibatkan Tuhan dalam kebersamaan dengan Dia pada waktu berdoa, bekerja, di perjalanan, dalam semua kegiatan.

Card image
BUILDING QUALITY - 15 Agustus 2024 (English Version)
2024-08-15 07:03:41


The pearl of life, or the most precious, invaluable blessing that someone can find, is their adventure of walking with God. Their adventure in encountering God; encounters at home and outside the home. Encounters with God are not only in moments of prayer but also in moments of work. Encounters with God in times of facing problems, or when we are hurt, when we feel disappointed; encounters with God when we are honored, praised, have a position, when we are in material abundance; also encounters with God or walking with God in times of poverty.

God never leaves us, not even for a second. God is always with us. And in every life experience we go through, there is surely an encounter. If we truly experience this, we have an invaluable wealth. The quality encounter between a husband and wife is not just in bed, at the dining table, or during vacations, but also in everything they go through together. And these are the values of life that can be sipped, possessed in the togetherness with a life partner. Ideally, if that togetherness is the right togetherness, the ideal togetherness according to God's word—love your wife as you love your body, and the wife respects the husband—then the quality of fellowship with the wife becomes increasingly higher, to the point where it becomes inseparable.

The same goes for our relationship with God. The continuous togetherness with God will build the quality of our relationship with Him. As Jesus said in John 17:20-21, "That they all may be one, as You, Father, are in Me and I in You, that they also may be one in Us, that the world may believe that You sent Me." Certainly, God has an existence that can be recognized by everyone. So, if we read the Bible from Genesis to Revelation, we will have a general knowledge of God. However, for each individual, God has a "special face." Thus, everyone can ask God, "How should I place myself before You, Father, in a way that is not the same as others? Not even the same as my life partner."

Because each of us has different life experiences. And along with those life experiences, God deals with and is recognized by each individual. Every person has not only different characteristics, traits, temperaments, and personalities but also different experiences. A husband who is a merchant encounters God in his business. A housewife walks with God in her role as a housewife, which her husband cannot recognize. How God appears to his wife as a housewife is something the wife does not know about how God appears to her husband, who works or earns a living as a merchant.

So, each person has different pearls. This is an extraordinary wealth because God wants to deal with each individual personally. Before we existed on this earth, God had already designed a man or woman with these specific DNA characteristics. We did not come into existence on our own; we were created by design, by planning. How extraordinary that is. Therefore, it becomes unimportant whether we are a man or a woman, what our talents are, or what our current situation is. What matters is whether we experience togetherness with God in the place where we are now. Whether we are alone or have a life partner; whether working as a merchant, legal practitioner, civil servant, educator, medical professional, or anything else—there, we walk with God and experience life with God in our individual life circumstances.

In every struggle or problem at work, in the family, or in service, God must be present. It is there that each person can discover God's beautiful plan for their personal life and their life for others. Because we are meant to be God's representatives, His agents, or His messengers to this world. We are set apart for God. However, the reality in many people's lives—including ours in the past—is that we give very limited space to God, a very narrow space. God is often left behind in the church room, so in essence, we are Christians by religion, but not truly living with God. Yet living with God is something we should do every moment.

So, when the Bible says in 1 Corinthians 10:31, "Whether you eat or drink or whatever you do, do it all for the glory of God," it means that in every aspect of life, we must walk with God and do everything for His purposes. How precious is the time that God gives us. Therefore, when God gives us time, He also includes His eternal blessing—His presence and His companionship. In that time, there is the dynamic of life that we go through, and God is present there, and we should be surfing through life with God. It is here that we can truly understand what it means for God to be our one and only world. Because the entire space of life—our soul and heart—is God's, a vessel of God that should not be filled with anything else.

THE CONTINUOUS TOGETHERNESS WITH GOD WILL BUILD THE QUALITY OF OUR RELATIONSHIP WITH HIM.

Card image
MEMBANGUN KUALITAS - 15 Agustus 2024
2024-08-15 07:01:45


Mutiara kehidupan atau berkat yang termulia, termahal, yang dapat ditemukan oleh seseorang adalah petualangannya berjalan dengan Tuhan. Petualangannya dalam perjumpaan dengan Tuhan; perjumpaan pada waktu di rumah dan di luar rumah. Perjumpaan Tuhan bukan hanya pada waktu berdoa, melainkan juga perjumpaan dengan Tuhan pada waktu bekerja. Perjumpaan dengan Tuhan pada waktu menghadapi persoalan-persoalan, atau saat kita dilukai, pada waktu kita merasa kecewa, perjumpaan dengan Tuhan pada waktu kita dihormati, dipuji, memiliki kedudukan, pada waktu kita ada di dalam kelimpahan materi, juga perjumpaan dengan Tuhan atau berjalan dengan Tuhan pada waktu ada di dalam kemiskinan.

Tuhan tidak pernah sedetik pun atau kurang dari sedetik meninggalkan kita, Tuhan selalu menyertai kita. Dan di setiap pengalaman hidup yang kita jalani, pasti ada perjumpaan. Jika kita sungguh-sungguh mengalami hal itu, kita memiliki kekayaan yang tidak ternilai. Perjumpaan yang berkualitas antara suami dengan istri bukan hanya pada waktu di ranjang, di meja makan, atau pada waktu wisata, melainkan juga dalam segala hal yang dialami. Dan itu adalah nilai-nilai kehidupan yang bisa diteguk, dimiliki dalam kebersamaan dengan pasangan hidup. Dan mestinya, jika kebersamaan itu adalah kebersamaan yang benar, kebersamaan yang ideal sesuai dengan firman Tuhan—kasihilah istrimu seperti kamu mengasihi tubuhmu, dan istri menghormati suami—maka nilai persekutuan dengan istri makin berkualitas tinggi, sampai tidak terpisahkan.

Demikian pula hubungan kita dengan Tuhan. Kebersamaan dengan Tuhan yang terjalin terus-menerus akan membangun kualitas hubungan kita dengan-Nya. Seperti yang dikemukakan Tuhan Yesus di Yohanes 17:20-21, "Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." Tentu, Allah memiliki eksistensi atau keberadaan yang bisa dikenal oleh semua orang. Jadi, kalau kita membaca kitab Kejadian sampai Wahyu, kita akan memiliki pengenalan akan Allah secara umum. Tetapi, untuk setiap individu, Allah memiliki “wajah khusus.” Sehingga setiap orang bisa bertanya kepada Allah, “Bagaimana aku harus menempatkan diri di hadapan-Mu, Bapa, yang tidak sama dengan orang lain? Bahkan, tidak sama dengan pasangan hidupku.”

Karena masing-masing kita memiliki pengalaman hidup yang tidak sama. Dan seiring dengan pengalaman hidup itu, Tuhan berurusan dengan setiap individu dan dikenali. Setiap orang memiliki bukan saja karakteristik, sifat-sifat, watak, kepribadian yang berbeda-beda, melainkan juga pengalaman yang berbeda-beda. Seorang suami yang berdagang, perjumpaan dengan Allah dialami pada waktu ia dagang. Seorang ibu rumah tangga berjalan dengan Tuhan dalam keberadaannya sebagai ibu rumah tangga, yang tidak akan dikenali oleh suami. Bagaimana wajah Tuhan untuk istrinya sebagai ibu rumah tangga, istri tidak tahu bagaimana wajah Tuhan bagi suaminya yang bekerja atau mencari nafkah sebagai pedagang.

Jadi, setiap orang memiliki mutiara yang tidak sama. Dan ini adalah kekayaan luar biasa, karena Tuhan mau berurusan dengan setiap individu. Sebelum kita ada di bumi ini, Tuhan sudah merancang ada pria atau wanita dengan karakteristik DNA ini. Kita bukan ada dengan sendirinya, namun kita diciptakan by design, by planning. Betapa luar biasa. Jadi, menjadi tidak penting apakah kita seorang pria atau wanita, bakatnya apa, apa pun keadaan kita sekarang. Sebab yang penting adalah apakah kita mengalami kebersamaan dengan Tuhan di tempat di mana kita berada sekarang. Apakah kita sendiri atau punya pasangan hidup? Apakah bekerja sebagai pedagang, praktisi hukum, aparat sipil negara, pendidik, tenaga medis, atau apa pun, di situ kita berjalan dengan Tuhan dan mengalami pengalaman dengan Tuhan dalam kasus hidup masing-masing.

Dalam setiap pergumulan atau masalah di tempat kerja, keluarga, atau pelayanan, Tuhan harus dihadirkan. Di situlah setiap orang bisa menemukan rancangan Allah yang indah untuk hidupnya pribadi dan hidupnya untuk orang lain. Karena kita mau dijadikan Tuhan sebagai representasi, wakil-Nya atau utusan-Nya bagi dunia ini. Kita dikhususkan bagi Tuhan. Namun, kenyataan dalam hidup banyak orang—termasuk kita dulu—kita memberikan ruangan yang sangat terbatas untuk Tuhan, yang sangat sempit. Tuhan sering ditinggalkan di ruang gereja, sehingga pada dasarnya kita beragama Kristen, tapi tidak ber-Tuhan. Padahal ber-Tuhan itu setiap saat.

Jadi, kalau Alkitab berkata di 1 Korintus 10:31, "Baik kamu makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah," itu artinya bahwa di dalam seluruh perjalanan hidup, kita harus berjalan dengan Tuhan dan melakukan segala sesuatu untuk kepentingan-Nya. Betapa berharganya waktu yang Tuhan berikan. Jadi, ketika Tuhan memberi kita waktu, Tuhan juga menyertakan berkat kekal-Nya, yaitu penyertaan-Nya dan kehadiran-Nya. Di dalam waktu itu ada dinamika hidup yang kita jalani dan Tuhan hadir di situ dan mestinya kita berselancar dengan Tuhan. Di sinilah kita baru bisa mengerti apa artinya Tuhan sebagai satu-satunya dunia kita. Karena seluruh ruangan hidup—jiwa dan hati kita adalah milik Tuhan, bejana Tuhan yang tidak boleh diisi yang lain.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEBERSAMAAN DENGAN TUHAN YANG TERJALIN TERUS MENERUS AKAN MEMBANGUN KUALITAS HUBUNGAN KITA DENGAN-NYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 Agustus 2024
2024-08-15 06:56:22

Yeremia 32-34

Card image
Truth Kids 14 Agustus 2024 - BERLAKU ADIL, SETIA DAN RENDAH HATI
2024-08-14 14:26:25


Mikha 6:8
”Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?”

Riko memiliki dua adik laki-laki kembar bernama Roni dan Rino. Mereka sering bermain bersama dan saling berbagi mainan satu dengan yang lain. Suatu hari, Roni dan Rino sedang bermain di belakang rumah, tiba-tiba ada suara tangis dari kedua adiknya. Mama sedang pergi. Riko memang ditugaskan mamanya untuk menjaga adiknya sebentar. Saat kedua adiknya menangis, Riko sangat kebingungan. Mana dulu yang dia bantu dan digendong? Riko mencoba untuk tenang, baru dia mencoba untuk menenangkan kedua adiknya dengan mengelus-ngelus rambut kedua adiknya. Riko juga berusaha untuk mengalihkan tangisan adiknya dengan memberikan mainan lain. Ia memberi pengertian dan kasih sayang kepada kedua adiknya. Ia tidak memilih-milih di antara kedua adiknya. Riko menyayangi kedua adiknya dengan kasih sayang yang sama.

Sobat Kids, sikap Riko terhadap kedua adiknya adalah sikap yang Tuhan ajarkan kepada kita. Kita harus bersikap adil terhadap sesama. Yuk, Sobat Kids, kita harus belajar untuk memiliki karakter seperti yang Tuhan ajarkan yaitu memiliki kasih dan bersikap adil.

Card image
Truth Junior 14 Agustus 2024 - ADIL
2024-08-14 13:18:27


Mikha 6:8

”Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?”

Raja Salomo terkenal akan kebijaksanaannya. Ia berdoa meminta hikmat kepada Tuhan, dan Tuhan mengabulkannya. Bahkan hikmat Salomo terkenal sampai ke negara-negara tetangga pada zamannya.

Dikisahkan, waktu dulu ada dua orang ibu yang datang kepadanya. Mereka sama-sama mengaku memiliki seorang bayi. Ibu pertama bersikeras bahwa bayi yang mereka bawa ke hadapan raja Salomo adalah anaknya. Begitu pula ibu kedua, ia pun mengakui bahwa bayi tersebut adalah anaknya. Raja Salomo tidak mengenal kedua orang ibu itu sehingga raja tidak mengetahui mana ibu aslinya. Akhirnya dengan hikmat dari Tuhan, raja Salomo memberikan usul untuk membagi bayi tersebut menjadi dua, sehingga kedua ibu mendapatkan bagian yang sama. Mendengar rencana tersebut, maka ibu yang asli merasa kasihan terhadap anaknya. Ia pun mengizinkan raja untuk memberikan bayinya kepada ibu yang satunya, agar bayinya itu tidak dibunuh raja. Sedangkan ibu yang palsu, setuju dengan rencana raja yang ingin membagi bayi tersebut menjadi dua. Mendengar jawaban ibu yang asli, akhirnya raja Salomo menyerahkan bayinya kepada ibu itu. Raja Salomo yakin ibu yang asli pasti akan menyayangi anaknya. Ketika seluruh orang Israel mendengar keputusan yang diberikan raja, maka takutlah mereka kepada raja, sebab mereka melihat bahwa hikmat dari Allah ada dalam hatinya untuk melakukan keadilan.

Sobat Junior, untuk menjadi adil, kita memerlukan hikmat dari Allah. Di saat kalian harus membuat keputusan, berdoalah agar kalian dapat memilih keputusan yang terbaik, yang sesuai dengan kehendak Tuhan.

Card image
Truth Youth 14 Agustus 2024 (English Version) - FREE FROM SIN AND IMPACTFUL
2024-08-14 13:15:11


"In the same way, count yourselves dead to sin but alive to God in Christ Jesus." (Romans 6:11)

Every August 17, the people of Indonesia commemorate Independence Day, remembering the struggles of the heroes who fought against colonialists in Indonesia. Indonesia’s independence, which has lasted for more than half a century, has shown remarkable progress in various aspects, such as education, technology, and more. These developments have also had a positive impact on its citizens.

Similarly, as Christians, we too have been liberated from sin.

The Lord Jesus Christ fought against all sin and curses for us. Sin bound us like colonialists in our lives. We have been set free through the redemption of Jesus's blood on the cross. This redemptive work should be responded to with a life fully dedicated to Christ. It is not the other way around, where people often think that if their sins have been redeemed, they are free to do whatever they want. Stop thinking this way. Instead, because we are redeemed, we need to live out this freedom from sin with actions that avoid sin and impact others positively.

Romans 6:11 reminds us that we are dead to sin but alive to God in Christ Jesus. Begin with the determination to live for God through actions that are pleasing to Him. Not only that, we can respond to our freedom from sin by making a positive impact on those around us. As redeemed children, do not keep this victory or freedom to yourself. Share it with others so that we can have a tangible impact in helping them also achieve freedom from sin in Christ Jesus.

WHAT TO DO:
1. Reflect on how much the Lord Jesus loves us, making us worthy to be redeemed from sin and death.
2. Since our lives are free from sin, do not commit sin again.
3. Make an impact on others through positive thoughts, feelings that are not easily offended, and good deeds.
4. Free yourself from contemporary bondage, which is the attachment to tempting sins. Slowly but surely.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 31-32

Card image
Truth Youth 14 Agustus 2024 - BEBAS DARI DOSA DAN BERDAMPAK
2024-08-14 13:12:19



”Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.” (Roma 6:11)

Setiap tanggal 17 Agustus rakyat Indonesia selalu memperingati Hari Kemerdekaan RI, sekaligus mengenang setiap perjuangan para pahlawan yang berhasil melawan penjajah di Indonesia. Kemerdekaan Indonesia yang sudah berjalan lebih dari separuh abad ini memperlihatkan kita pada perkembangan yang luar biasa dalam berbagai aspek, seperti pendidikan, teknologi, dan lainnya. Perkembangan-perkembangan ini juga memberikan dampak yang positif bagi warga negaranya.

Demikian pula kita sebagai umat Kristen yang juga telah merdeka dari dosa.

Tuhan Yesus Kristus telah melawan segala dosa dan kutuk bagi kita manusia. Di mana dosa tersebut membelenggu kita bagai penjajah dalam kehidupan kita. Kita sudah dimerdekakan oleh karena penebusan darah Yesus di kayu salib. Karya penebusan yang memerdekakan ini sudah selayaknya kita responi dengan kehidupan kita yang totalitas bagi Kristus. Bukan malah sebaliknya, di mana manusia sering kali berpikir bahwa jika sudah ditebus dosanya, maka kita bebas melakukan apa pun. Berhentilah berpikir demikian. Justru karena kita sudah menjadi umat tebusan, maka kita perlu menghidupi kemerdekaan dari dosa ini dengan perbuatan-perbuatan yang menjauhi dosa dan berdampak bagi orang lain.

Roma 6:11 menjadi pengingat kita bahwa kita telah mati bagi dosa, tetapi kita hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus. Mulailah bertekad untuk hidup bagi Allah melalui segala perbuatan kita yang berkenan. Tak hanya itu, kita bisa meresponi kemerdekaan kita dari dosa dengan hidup berdampak positif bagi orang lain di sekitar kita. Ketika kita sudah menjadi anak-anak tebusan, janganlah hanya bagi diri kita kemenangan atau kemerdekaan itu. Tapi bagikanlah kepada sesama sehingga kita berdampak secara nyata untuk membawa mereka juga mendapatkan kemerdekaan dari dosa di dalam Kristus Yesus.

WHAT TO DO:
< 1.Renungkanlah betapa Tuhan Yesus begitu mengasihi kita sehingga kita dilayakkan ditebus dari dosa dan maut
2.Hidup kita telah merdeka dari dosa, oleh karena itu jangan berbuat dosa lagi
3.Berdampaklah bagi sesama melalui pikiran, perasaan kita yang tidak mudah tersinggung, dan perbuatan-perbuatan baik kita bagi sesama
4.Lepaskanlah diri kita dari penjajahan masa kini yaitu keterikatan dengan berbagai dosa yang menggiurkan. Perlahan tapi pasti.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yeremia 31-32

Card image
Renungan Pagi - 14 Agustus 2024
2024-08-14 13:07:14


Orang yang menyukai Taurat Tuhan akan selalu melihat pertolongan Tuhan, itu bukan berarti kita tidak akan melihat masalah dan persoalan, tetapi akan selalu melihat pertolongan Tuhan.

"Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil."

Karena orang yang berpegang pada firman Tuhan tidak akan dikecewakannya, orang yang memegang firman Tuhan akan memiliki iman dan orang yang memiliki iman itu yang akan melihat mukjizat Tuhan dinyatakan.
(Mazmur 1:1-3)

Card image
Quote Of The Day - 15 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-14 13:03:40


Dosa tidak bisa selalu ditutupi, dosa harus diselesaikan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 14 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-14 13:01:51


Bagaimana memiliki Tuhan sebagai harta, yaitu ketika kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan dalam setiap peristiwa hidup.

Card image
HONORING GOD - 14 Agustus 2024 (English Version)
2024-08-14 12:59:58


The Word of God says, "Those who honor the Lord will be honored." God makes them honorable. Who are those who honor God? First, those who live blamelessly. When we sin, when we make mistakes, in truth, it is an act of dishonoring God. Therefore, in the contemplation of our hearts, and minds, there should be nothing that displeases God. To keep our hearts and minds clean, we must not watch, enjoy any shows, any entertainment that God does not want us to watch, Because it damages our minds and souls.

Sometimes we are tempted to look at things on our gadgets that can influence our thoughts and feelings, making them unclean. This is already an act of dishonoring God. The same goes for idle words and useless speech; these do not honor God. Even more so with actions. We must ask for forgiveness for all the sins we have committed and do not sin again. This is the attitude of honoring God. Without holiness, we cannot be regarded as people who honor God.

Therefore, those who do not live holy lives will not be worthy before the Lord. This is not an easy thing; it is also not a simple matter. But there is no other way because God the Father says, "Be holy, for I am holy." In the Old Testament, whenever God wanted to meet His people, He told His servants, "Sanctify My people." They could not and indeed should not approach God in an unholy state.

Second, those who do not expect human help. When we are in trouble, facing problems, or in need, we often think of someone and hope they will help us. In reality, we insult God as if God cannot be relied upon. Do not look to anyone when we are in trouble, but look to God. It is better for us to fall and be broken rather than hoping for human help. Because if we hope for human help, then what happens is that we do not honor God, we do not praise Him properly.

We cannot truly worship, adore, and honor God if we hope for human help. We must see that expecting help from humans is impurity. For the word of God says, "Cursed is everyone who trusts in man." So, when we are in a struggle, in a difficult problem, we must look to God. We learn to trust that He is the living God, the Almighty God and at the same time the God who faithful, the Most Good God. Do not open even the smallest crack to peek at humans.

When we are in a dark room where all the doors are closed, it is best to close our eyes and look only to God. Do not search for a crack or hole to peek through in hopes that there might be someone who can help us in that dark room. There is no need to look. The reality is, many of us are currently in such a dark room. Do not be afraid! Keep trusting in Him even though we do not see His help at this moment. God also led great people like Moses, Joseph, and David into dark rooms, where there was no hope, no help.

But in such situations, we must be patient, waiting for help from God. We must be patient in waiting for the Lord. Do not seek even the smallest crack or hole to find someone who might help. We must not do this. We will not be able to worship God, praise Him, adore Him, and properly honor Him if we rely on human help. God can close all the doors. However, God wants to teach us how to glorify and exalt Him, to trust in His Person and not suspecting God in the slightest.

Third, those who make God their only pleasure and happiness. Not one of many, but the only one! Do not consider anything else as a source of joy. Do not count anything as pleasure. Only God is our happiness. In this way, we will be directed toward the new heaven and new earth, directed to long for God, because He alone is our delight. He alone is our happiness. Thus, we can say, "I adore You, my Lord. I adore You, my beloved Father. I adore You."

WHEN WE SIN, WHEN WE MAKE MISTAKES, IN TRUTH, IT IS AN ACT OF DISHONORING GOD.

Card image
MENGHORMATI TUHAN - 14 Agustus 2924
2024-08-14 12:57:17


Firman Tuhan mengatakan, “Orang yang menghormati Tuhan akan dihormati.” Allah membuat dia terhormat. Siapakah mereka yang menghormati Tuhan? Yang pertama, orang yang hidup tak bercacat tak bercela. Ketika kita berbuat dosa, ketika kita melakukan kesalahan, sejatinya itu sikap tidak menghormati Allah. Karenanya di dalam renungan hati kita, di dalam pikiran kita, tidak boleh ada sesuatu yang Tuhan tidak berkenan. Supaya hati, pikiran kita bersih, kita tidak boleh menonton, menyaksikan, menikmati tayangan, tontonan apa pun yang Tuhan tidak menghendaki kita menyaksikannya. Karena hal itu merusak pikiran dan jiwa kita.

Kadang-kadang kita tergoda mau melihat dan itu di gadget kita yang bisa mempengaruhi pikiran dan perasaan kita menjadi tidak bersih. Itu sudah merupakan sikap tidak menghormati Allah. Demikian juga dengan perkataan yang sia-sia, ucapan yang sia-sia, itu tidak menghormati Allah. Apalagi dengan perbuatan, lebih lagi. Kita minta ampun atas semua dosa yang telah kita lakukan dan jangan berbuat dosa lagi. Itulah sikap menghormati Allah. Tanpa kesucian, kita tidak bisa dipandang sebagai orang yang menghormati Allah.

Maka orang yang tidak hidup suci, tidak akan layak di hadapan Tuhan. Ini bukan satu hal yang mudah, ini juga bukan satu hal yang sederhana. Tetapi tidak bisa tidak, karena Allah Bapa yang berkata, “Kuduslah kamu, sebab Aku Kudus.” Di Perjanjian Lama setiap kali Allah mau bertemu dengan umat-Nya, Allah berkata kepada hamba-hamba-Nya, “Kuduskan umat-Ku.” Mereka tidak bisa dan memang tidak boleh menghampiri Allah dengan keadaan yang tidak kudus.

Yang kedua, orang yang tidak berharap pertolongan manusia. Ketika kita di dalam persoalan, masalah, atau kebutuhan, kita memikirkan seseorang dan berharap orang itu menolong. Sejatinya, kita menghina Tuhan seakan-akan Tuhan tidak bisa diharapkan. Jangan melirik siapa pun ketika kita dalam kesulitan, tapi pandanglah Tuhan. Lebih baik kita jatuh hancur daripada kita berharap pertolongan manusia. Sebab kalau kita berharap pertolongan manusia, maka yang terjadi adalah kita tidak menghormati Tuhan, tidak memuji Dia dengan baik.

Kita tidak bisa memuja, menyembah dan menghormati Tuhan secara patut kalau kita berharap pertolongan manusia. Kita harus memandang, mengharapkan pertolongan kepada manusia itu kenajisan. Sebab firman Tuhan mengatakan, “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia.” Jadi, ketika kita ada di dalam pergumulan, di dalam persoalan berat, kita harus memandang Tuhan. Kita belajar memercayai bahwa Dia adalah Allah yang hidup, Allah Yang Maha Kuasa dan sekaligus Allah yang setia, Allah Yang Maha Baik. Jangan membuka celah sekecil apa pun untuk mengintip manusia.

Ketika kita ada dalam ruangan gelap di mana semua pintu tertutup, baiklah kita menutup mata dan memandang Tuhan saja. Jangan mencari celah atau lubang untuk mengintip kalau-kalau ada manusia atau siapa pun yang dapat menolong kita di ruang gelap itu. Tidak usah lihat. Kenyataannya, banyak di antara kita yang sekarang sedang berada di ruangan gelap seperti itu. Jangan takut! Tetap percaya kepada-Nya walau saat ini kita tidak melihat pertolongan-Nya. Tuhan juga membawa orang-orang besar seperti Musa, Yusuf, Daud masuk di ruang gelap. Ruangan yang di dalamnya tidak ada pengharapan, tidak ada pertolongan.

Tapi di situ kita harus bersabar menunggu pertolongan dari Tuhan. Harus bersabar menantikan Tuhan. Jangan mencari celah sekecil apa pun, mengintip cari lubang sekecil apa pun, untuk menangkap siapa-siapa yang bisa menolong. Tidak boleh. Kita tidak akan bisa memuja Tuhan, memuji Tuhan, menyembah Dia dan tidak akan bisa menghormati Tuhan secara patut kalau kita berharap pertolongan manusia. Tuhan bisa membuat semua pintu tertutup. Namun ternyata Tuhan mau mengajar kita bagaimana memuliakan dan meninggikan Tuhan. Memercayai Pribadi-Nya dan tidak mencurigai Tuhan sekecil apa pun.

Yang ketiga, orang yang menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kesenangan dan kebahagiaan. Bukan salah satu, melainkan satu-satunya! Jangan memperhitungkan apa pun sebagai kesenangan. Jangan memperhitungkan apa pun sebagai kesukaan. Hanya Tuhan kebahagiaan kita. Dengan demikian kita akan terarahkan ke langit baru bumi baru, terarahkan untuk merindukan Tuhan, karena hanya Dia kesukaan kita. Hanya Dia kebahagiaan kita. Dengan demikian kita bisa berkata, “I adore You, my Lord. I adore You my beloved Father. Aku memuja-Mu.”_

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KETIKA KITA BERBUAT DOSA, KETIKA KITA MELAKUKAN KESALAHAN, SEJATINYA ITU SIKAP TIDAK MENGHORMATI ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 Agustus 2024
2024-08-14 12:51:52

Yeremia 30-31

Card image
Truth Kids 13 Agustus 2024 - MENJADI TERANG
2024-08-13 15:19:40


Yesaya 58:10
”apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari.”

Perkenalkan, namaku Togar Simanjuntak. Hobiku bernyanyi. Di sekolah, aku memiliki banyak sekali teman. Andi yang berasal dari Solo, memiliki hobi bermain bola. Ada pula Ling-Ling yang sering membawakan kami mie goreng. Selain mereka, ada Rut yang jago menari.

Walaupun aku dan teman-temanku berbeda-beda, tetapi kami semua saling mengasihi satu sama lain. Terkadang kami pun sering mengalami kesulitan. Saat di sekolah ada pengambilan nilai praktik menari, Rut mau mengajari kami sehingga nilai kami bagus semua.

Tuhan mengajarkan kepada kita untuk saling mengasihi sesama. Siapakah sesama kita? Sesama kita itu bisa dimulai dari teman-teman yang berada di sekitar kita, di sekolah, di tempat les, di gereja, dan lain-lain. Kita harus belajar memancarkan terang Kristus dalam kehidupan sehari-hari, Sobat Kids. Biarlah Tuhan semakin senang dengan perbuatan kita.

Card image
Truth Junior 13 Agustus 2024 - BERSINAR TERANG
2024-08-13 15:10:29


Yesaya 58:10
”apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari.”

Siapa yang senang makan? Masing-masing kita memiliki makanan favoritnya. Mungkin kalian ada yang suka makan ayam, makan mi, makan makanan berkuah, dan lain-lain. Siapa yang suka menyisakan bagian terbaik dari makanan favorit kalian untuk dimakan paling akhir? Betapa senangnya jika kita bisa menikmati semua makanan kita sampai habis. Namun, bagaimana kalau tiba-tiba ada yang mengambil bagian terbaik dari makanan favorit kita? Hhmm… pasti kesal rasanya. Kita sengaja menyisakannya untuk dimakan paling akhir, eh… malah ada yang ambil.

Ayat firman Tuhan hari ini menegur kita untuk mau memberi sesuatu kepada orang lain. Bukan yang sisa-sisa, melainkan yang kita ingini untuk diri kita sendiri. Misalkan Sobat Junior suka makanan yang garing-garing, bagian yang terbaik untuk kalian itulah yang diberikan kepada orang lain jika ada yang menyukainya juga. Mungkin kalian akan berpikir, “Yah… kalau begitu aku tidak dapat bagian enaknya, dong?” Sobat Junior, jika kita berhasil mengalahkan keinginan diri kita sendiri demi membahagiakan orang lain, maka Tuhan akan disenangkan. Ayat firman Tuhan hari ini katakan kita akan bersinar terang. Kalian mau buat Tuhan Yesus menjadi happy, kan? Yuk, kita berikan yang terbaik dari yang bisa kita berikan.

Card image
Truth Youth 13 Agustus 2024 (English Version) - DO THE RIGHT THINGS !
2024-08-13 15:08:27


"He must turn from evil and do good; he must seek peace and pursue it." (1 Peter 3:11)

In life, making enemies is much easier than building positive relationships with those around us. Even in well-established relationships, we often end up talking about others, which is gossiping. As humans, we are easily contaminated or influenced to follow along in doing wrong. For example, when we see others more successful than ourselves, we often want to be like them and feel envious. This envy can lead to harmful behaviors that hurt others.

There are many real examples in the news lately. People easily commit criminal acts such as killing, burning, destroying, and more against others. This shows that people's love for their fellow humans is gradually fading. Many of our feelings, thoughts, and behaviors are far from pleasing to God.

1 Peter 3:11 reminds us that we must turn from evil and do good, seek peace, and pursue it. This Word of God asks us to strive for peace, not the other way around. As children of light, we should be the ones most committed to creating that peace. We must train ourselves to always do good. How? Start by having positive thoughts without suspicion towards others, and our behavior will follow.

WHAT TO DO:
1. Manage our thoughts to always be positive.
2. Guard our mouths, meaning watch our words.
3. Guard our hearts, meaning our feelings, so we are not easily sensitive to others' words.
4. Control our responses to others' behavior (not easily reactive).

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 28-30

Card image
Truth Youth 13 Agustus 2024 - DO THE RIGHT THINGS!
2024-08-13 13:10:30


”Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya.” (1 Petrus 3:11)

Dalam hidup ini, mencari musuh jauh lebih mudah daripada menjalin relasi yang positif dengan orang di sekitar kita. Di dalam relasi yang terjalin baik saja, masih sering kita membicarakan orang lain alias menggosip. Sebagai manusia, kita mudah sekali tercemar atau terpengaruh untuk ikut-ikutan melakukan yang tidak benar. Sebagai contohnya yaitu ketika kita melihat orang lain lebih sukses dari kita, maka tidak jarang kita menjadi ingin seperti dia dan timbul rasa iri di hati kita. Keirihatian itu dapat berujung pada perilaku yang jahat, yang melukai sesama.

Banyak sekali bukti nyata dalam pemberitaan di televisi akhir-akhir ini. Manusia mudah sekali melakukan tindakan-tindakan kriminal, seperti: membunuh, membakar, merusak, dan lainnya terhadap sesama lainnya. Hal itu menunjukkan bahwa kasih kebanyakan orang terhadap sesamanya mulai berangsur pudar. Ada banyak perasaan, pikiran, dan perilaku kita yang jauh dari kata berkenan kepada Tuhan.

1 Petrus 3:11 mengingatkan bahwa kita harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik dan berusaha untuk mencari perdamaian serta mendapatkannya. Firman Tuhan ini meminta kita untuk mengupayakan perdamaian itu, bukan sebaliknya. Justru kita sebagai anak-anak terang haruslah yang paling mengusahakan dalam menciptakan perdamaian tersebut. Kita wajib melatih diri kita untuk selalu melakukan yang baik. Bagaimana caranya? Mulailah dari memiliki pikiran yang positif tanpa curiga terhadap sesama terlebih dahulu, nanti perilaku kita akan mengikuti.

WHAT TO DO:
1.Kelola pikiran kita untuk selalu positif
2.Jaga mulut yaitu menjaga perkataan kita
3.Menjaga hati yaitu perasaan kita agar tidak mudah sensitif terhadap perkataan orang lain
4.Kendalikan diri kita terhadap respons kita terhadap perilaku orang lain (tidak mudah reaktif)

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yeremia 28-30

Card image
Renungan Pagi - 13 Agustus 2024
2024-08-13 13:04:09


Kesungguhan hati untuk hidup mengasihi Tuhan dan melakukan kehendak-NYA harus dinyatakan lewat pikiran, perkataan dan perbuatan setiap hari. Dengan kata lain, kita harus bertobat setiap hari dan menjalani hidup dengan berjuang sepenuh hati, agar tetap berpegang kepada firman Tuhan dan menyimpan janji-NYA, agar tidak berdosa pada Tuhan.

"Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu. Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau."

Mencintai firman Tuhan dengan segenap hati dan melakukan kehendak-kehendak-Nya dengan sungguh-sungguh dalam hidup ini akan membuat hidup benar-benar sejalan dan seirama dengan Tuhan dan semakin sedikit kemungkinan berbuat dosa.
(Mazmur 119: 10-11)

Card image
Quote Of The Day - 13 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-13 12:54:22



???????????????????? ???????? ???????????? ????????????: Hidup tidak melawan Tuhan berarti bukan hanya tidak melakukan apa yang salah, melainkan selalu melakukan apa yang dikehendaki-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 13 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-13 12:51:49


Ketika kita menanggalkan keinginan-keinginan duniawi, keinginan-keinginan dosa, baru kita bisa merindukan Tuhan Yesus, sehingga kita layak menjadi anak-anak Allah.

Card image
ALL OUT FOR GOD - 13 Agustus 2024 (English Version)
2024-08-13 12:49:58


Our faithfulness to God will be marked by a deep longing to meet face-to-face with the Lord Jesus. Very few people truly yearn to meet with God. Sometimes we ourselves lack, or even do not have, this longing to meet face-to-face with Jesus. Why? Because we have not yet gone all out for Him. How can we go all out for God, be done with ourselves, and thus long for Him? It is by putting on Christ in our lives. Here, we must truly put to death all elements of our old man and worldliness. The Holy Spirit will surely help us to the extent that we have truly put on Jesus in our lives. The Holy Spirit will help us if there are still parts of our lives that we hold onto, preserve, and leave behind, which prevent us from fully putting on His life.

In Colossians 3:4 says, "When Christ, who is your life, appears, then you also will appear with Him in glory." We are human beings with all the symptoms of our souls/with all the emotions we possess, and if we are honest, we must admit that often we have not fully put on Jesus in our lives, do not long to meet Him, and lacking of longing for Him. When we die, of course, we hope not to enter hell. We certainly want to go to heaven and meet God, but we do not long for God. If someone is faithful to the one they love and truly gives their love entirely to that person, they will surely long for a meeting with that person. Likewise, if we truly love God and have true faithfulness, we will surely long for God.

How can we long for God? What is the measure of our faithfulness and love for God? Surely it is if we are willing to go all out, to be done with ourselves. So if we still put on our old self, we cannot possibly long to meet God. But when we put off our worldly desires, our sinful desires, only then can we long for Lord Jesus, so that we are worthy of being called children of God. Those who are called children of God are those in whom the Spirit of God dwells. The Spirit of God dwells within us not only in the sense of the Person of the Spirit but also in His passion, His spirit, His thoughts, and His feelings.

And this is actually the initial process that God intended when He created humans in His image, which is to have the thoughts and feelings of God. Then, humans can be like God, in harmony and alignment, because they share the same spirit. This process is long and challenging—how can we synchronize with the Spirit of God? We have an extraordinary reflex for sin; reflexes of pride, insincerity, flirtation, emotionality, temperamentalism, etc. Now, the goal is to have holy reflexes to the point where we cannot sin. If we go all out, the Word that says, "It is no longer I who live, but Christ who lives in me" (Galatians 2:20a) will take effect.

In the past, people were anointed with oil; now we are anointed with the Holy Spirit. He baptizes with the Holy Spirit, not with oil. It’s not just a momentary experience with the Holy Spirit that makes us speak in tongues, but the Holy Spirit that leads us into all truth, enabling us to understand God's thoughts and feelings because the Holy Spirit is God's Spirit, not another personal spirit. So, what do we want now? What does it mean to "put on" the Lord? Putting on the Lord means not hurting others, showing compassion to fellow humans, and caring for others. Ask ourselves, what have we done?

Be faithful in loving God. What is the evidence? Put on His life. If we reach that point, what else is there to do? Let us live holy lives, blameless and spotless. We must always listen to the Word, pray, fast, and pray together, so that the living God dwells within us, and we become children of God. Our flesh is not yet dead. Total death will happen when we physically die. But we must reach the level where the flesh is powerless, even though we still wear the body of sin. It must be that way. Until we can say, "I want to put off this body and put on a new one" (2 Corinthians 5:1-7).

So now we can understand why Paul said, "I long to put off this old body." He did not sin, but he knew he was still in the body of sin. Therefore, we must be ready when one day God calls us. And not just ready, but longing for God. However, we will not long for God if we do not put on His life.

IF WE TRULY LOVE GOD AND HAVE TRUE FAITHFULNESS, WE WILL SURELY LONG FOR GOD.

Card image
HABIS-HABISAN UNTUK TUHAN - 13 Agustus 2024
2024-08-13 12:47:19


Kesetiaan kita kepada Tuhan akan ditandai dengan kerinduan bertemu muka dengan muka dengan Tuhan Yesus. Sedikit sekali orang yang sungguh-sungguh merindukan bertemu dengan Tuhan. Kadang-kadang kita sendiri juga kurang, bahkan tidak merindukan bertemu muka dengan muka dengan Tuhan Yesus. Mengapa? Karena kita belum habis-habisan untuk Dia. * Bagaimana kita bisa habis-habisan dengan Tuhan, bisa selesai dengan diri sendiri sehingga kita merindukan Tuhan? Yaitu kalau kita mengenakan Tuhan dalam hidup kita. Di sini kita harus benar-benar mematikan semua unsur manusia lama dan keduniawian kita. Pasti Roh Kudus menolong kita, seberapa kita telah benar-benar mengenakan Tuhan Yesus di dalam hidup kita ini. Roh Kudus pasti menolong kita kalau ada bagian di dalam hidup yang masih kita pegang, genggam, lestarikan, sisakan, sehingga kita tidak bisa mengenakan hidup-Nya.

Di dalam Kolose 3:4 dikatakan, _ “Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.” Kita adalah manusia dengan segala gejala jiwa yang kita miliki, dan kalau jujur harus kita akui bahwa sering kali kita kurang mengenakan Yesus dalam hidup kita, tidak merindukan bertemu Dia, dan kurang merindukan Dia. Kalau kita meninggal, tentu kita berharap tidak masuk neraka. Kita tentu ingin masuk surga dan bertemu Tuhan, tapi tidak merindukan Tuhan. Kalau seseorang setia kepada yang dicintai dan benar-benar cintanya sepenuh diberikan kepada sosok itu, pasti dia merindukan pertemuan dengan sosok tersebut. Demikian pula kalau kita benar-benar mencintai Tuhan dan memiliki kesetiaan yang benar, pasti kita merindukan Tuhan.

Bagaimana kita bisa merindukan Tuhan? Apa ukuran kesetiaan dan kecintaan kita kepada Tuhan? Tentu kalau kita mau habis-habisan, mau selesai dengan diri kita. Jadi kalau kita masih mengenakan diri kita sendiri, kita tidak mungkin rindu bertemu Tuhan. Tapi ketika kita menanggalkan keinginan-keinginan duniawi, keinginan-keinginan dosa, baru kita bisa merindukan Tuhan Yesus, sehingga kita layak menjadi anak-anak Allah. Yang disebut anak-anak Allah itu jika Roh Allah diam di dalam dirinya. Roh Allah diam dalam diri kita bukan hanya dalam arti Pribadi Roh, melainkan gairah-Nya, spirit-Nya, pikiran-Nya, dan perasaan-Nya.

Dan sebenarnya ini merupakan proses awal yang Allah kehendaki ketika Allah menciptakan manusia segambar dengan Dia, yaitu memiliki pikiran dan perasaan Allah. Lalu manusia bisa serupa dengan Allah, seirama, seiring, karena punya spirit yang sama. Dan itu prosesnya panjang dan berat, bagaimana kita bisa sinkron dengan Roh Allah. Kita punya refleks dosa luar biasa tingginya; refleks sombong, tidak tulus, genit, emosional, temperamental, dll. Sekarang menjadi refleks kudus sampai tidak bisa berbuat dosa. Kalau kita habis-habisan, baru berlaku firman yang mengatakan, "Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku" (Gal. 2:20a)

Kalau dulu orang diurapi dengan minyak, sekarang kita diurapi dengan Roh Kudus. Ia membaptis dengan Roh Kudus, bukan minyak. Bukan pula Roh Kudus sesaat yang membuat kita berbahasa roh, tapi Roh Kudus yang menuntun kepada seluruh kebenaran, yang membuat kita bisa mengerti pikiran dan perasaan Allah karena Roh Kudus itu adalah Roh-Nya Allah, bukan roh pribadi lain. Sekarang kita mau apa? Mengenakan Tuhan itu yang bagaimana? Mengenakan Tuhan itu tidak melukai orang, berbelas kasihan kepada sesama, memedulikan sesama. Tanya diri sendiri, kita sudah berbuat apa?

Setialah mencintai Tuhan. Apa buktinya? Kenakan hidup-Nya. Kalau sampai begitu, mau apa lagi? Mari kita hidup kudus, tak bercacat tak bercela. Kita harus selalu dengar firman, doa, puasa, doa bersama, sehingga Tuhan yang hidup dalam diri kita, dan kita menjadi anak-anak Allah. Daging kita belum mati. Mati total itu, waktu kita mati nanti. Tapi harus sampai tingkat di mana dia tidak berdaya lagi walaupun mengenakan tubuh dosa. Mesti begitu. Sampai kita berkata, "Aku mau tanggalkan tubuh ini dan mengenakan tubuh yang baru.” (2 Kor. 5:1-7)

Jadi sekarang kita bisa mengerti kenapa Paulus berkata, "Aku ingin segera menanggalkan tubuh yang lama ini." Dia tidak berdosa, tapi dia tahu dia masih ada di dalam tubuh dosa. Maka kita harus siap kalau suatu hari Tuhan panggil. Dan bukan hanya siap, tapi merindukan Tuhan. Tapi kita tidak akan merindukan Tuhan, kalau kita tidak mengenakan hidup-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
< Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA BENAR-BENAR MENCINTAI TUHAN DAN MEMILIKI KESETIAAN YANG BENAR, PASTI KITA MERINDUKAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 Agustus 2024
2024-08-13 06:53:56

Yeremia 26-29

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 12 Agustus 2024
2024-08-13 06:50:43

Yeremia 23-25

Card image
Truth Kids 12 Agustus 2024 - TANPA BALASAN
2024-08-12 20:12:06


Lukas 6:35
”Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat”

"Aku mau aja sih, kasih pinjam mainanku, asalkan dia juga mau kasih pinjam mainannya buatku." "Sekarang aku sharing makanan ke kamu, tetapi besok gentian, ya. Kamu harus sharing makanan ke aku juga." Apakah Sobat Kids pernah mendengar ucapan kalimat di atas? Atau kalian pernah mengucapkan kalimat-kalimat di atas?

Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk mengasihi musuh, berbuat baik kepada mereka, dan meminjamkan sesuatu tanpa mengharapkan balasan. Jika kita berbuat baik atau meminjamkan sesuatu tetapi masih mengharapkan balasan, itu artinya kita belum melaksanakan perintah Tuhan dengan baik, Sobat Kids.

Dengan memiliki buah Roh Kemurahan, kita mau membantu tanpa mengharapkan balasan. Walaupun kita sudah berbuat baik tetapi tidak mendapatkan ucapan terima kasih dari orang lain, tetaplah berbuat baik. Kita akan menjadi anak-anak Allah dengan mengikuti teladan yang telah diberikan kepada kita.

Card image
Truth Junior 12 Agustus 2024 - MENGASIHI MUSUH
2024-08-12 20:09:48


Lukas 6:35
”Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat”

Pak Guru memanggil Nesa dan bertanya, “Nesa, mengapa kamu mendorong Viki?” Nesa diam dan tidak menjawab. Dia ketakutan karena lutut Viki terluka saat dia dorong. Pak Guru bertanya lagi, “Ayolah, Nesa. Mengapa kamu sampai mendorong Vika? Bapak akan mendengar alasanmu, Nesa.” Nesa akhirnya bercerita.

Rupanya Nesa mendorong Viki karena disuruh oleh Gino. Gino itu adalah teman yang tubuhnya lebih besar dari teman-teman yang lain. Hampir semua teman di kelas takut pada Gino. Nesa pun berteman dengan Gino karena diancam, jika tidak mau berteman dengannya, maka Gino akan memusuhi Nesa.

Sobat Junior, apakah kalian pernah mengalami situasi seperti yang dialami oleh Nesa? Teman-teman di kelas baru kalian mungkin bermacam-macam. Jika ada perbuatan yang membahayakan, kalian dapat lapor ke guru. Namun, kita juga mau belajar untuk mengasihi orang yang suka usil. Mungkin mereka kurang mendapatkan kasih sayang di keluarga mereka. Kita mau belajar untuk memberikan kasih Tuhan kepada mereka. Berdoalah untuk mereka, sehingga perbuatan buruk mereka dapat berubah menjadi baik.

Card image
Truth Youth 12 Agustus 2024 (English Version) - DETERMINATION
2024-08-12 20:07:12


"The highway of the upright avoids evil; those who guard their ways preserve their lives." (Proverbs 16:17)

In the Indonesian Dictionary (KBBI), determination is defined as a firmness of heart, meaning something that is certain and full of conviction, and unshakeable. In living life, pursuing education, building a career, starting a family, whatever we do, we must be determined in our choices so that we do not easily give up and are not easily influenced. For example, if we have chosen to study medicine, even though people around us may say that it is difficult, takes a long time, and finding a job later will be tough, once we have made a firm determination, we will not be easily swayed by such comments.

As recorded in Proverbs 16:17, if we keep our way as honest people who avoid sin and evil, it means we also preserve our lives as children of God on this earth. This means that when we choose to follow Christ, we must be determined to live in truth and not follow sin. Determination means no compromise. Although every day there will be many voices around us, we must hold firmly to the truth, where our faith is tested. It's not easy, especially when we are surrounded by people who do not share the same determination. But that is our struggle to be free from sin. Because every day, the more we strive to avoid sin, the more opportunities tempt us to sin. Therefore, we must sharpen our knowledge of the truth, become more intimate with God, pay attention to the way we live, and continually examine even the smallest sins we commit, so that we become stronger in resisting potential sins.

WHAT TO DO:
Firmly determine to live righteously and resist potential sins.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 25-27

Card image
Truth Youth 12 Agustus 2024 - BERTEKAD
2024-08-12 20:04:05


”Menjauhi kejahatan itulah jalan orang jujur; siapa menjaga jalannya, memelihara nyawanya.” (Amsal 16:17)

Dalam KBBI, tekad adalah kebulatan hati, artinya sesuatu yang sudah pasti dan penuh keyakinan, dan tidak tergoyahkan. Dalam menjalani hidup, menuntut ilmu, berkarier, bekeluarga, apa pun yang kita kerjakan, kita harus bertekad pada pilihan kita, sehingga kita tidak mudah menyerah dan tidak mudah dipengaruhi. Misalnya, kita sudah memilih untuk mengambil jurusan kedokteran, walaupun kanan-kiri kita cuap-cuap dan berkata bahwa kuliahnya susah, prosesnya lama, nanti susah cari kerja, dsb, tapi saat kita sudah bertekad bulat, maka kita tidak akan gampang terpengaruh dengan omongan-omongan tersebut.

Seperti yang dicatat dalam Amsal 16:17, kalau kita menjaga jalan hidup kita sebagai orang jujur yang menjauhi dosa dan kejahatan, artinya kita pun memelihara kehidupan kita sebagai anak Tuhan di muka bumi ini. Artinya, saat kita memilih untuk mengikuti Kristus, kita harus bertekad untuk hidup dalam kebenaran dan tidak mengikuti dosa. Bertekad artinya tidak ada kompromi. Walaupun setiap hari akan ada banyak suara yang cuap-cuap di sekeliling kita, kita tetap harus berpegang teguh terhadap kebenaran, di situlah iman kita diuji. Memang tidak mudah, apalagi kalau kita bergaul di tengah orang-orang yang tidak memiliki tekad yang sama. Tapi di situlah perjuangan kita untuk bebas dari dosa. Karena setiap hari, semakin kita berjuang untuk menjauhi dosa, semakin banyak kesempatan yang menggoda kita untuk berbuat dosa. Oleh karena itu, kita harus semakin mempertajam pengetahuan kita akan kebenaran, semakin intim dengan Tuhan, memperhatikan cara kita hidup, dan terus memeriksa sekecil apa pun dosa yang kita buat, sehingga kita semakin kuat untuk melawan potensi-potensi dosa.

WHAT TO DO:
Membulatkan tekad untuk hidup benar dan melawan potensi dosa

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yeremia 25-27

Card image
Renungan Pagi - 12 Agustus 2024
2024-08-12 19:21:34


"Setiap orang tidak ingin punya masalah, berharap segala sesuatunya lancar, tanpa hambatan. Tetapi harus mengerti, apa yang kita anggap sebagai masalah yang mengganggu seringkali dipakai Tuhan untuk membuat semakin dewasa dalam iman dan bahkan melalui masalah juga hidup akan terus dimurnikan, sehingga semakin hari setiap kita akan semakin indah dihadapan-Nya. Meskipun ada masalah-masalah yang ada akibat kesalahan sendiri.

Namun, itu pun seharusnya membuat kita dapat belajar dari masalah, supaya tidak mengulangi kesalahan yang sama. Ayub mengatakan, "hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau", jadi melalui semua masalah yang terjadi dalam hidupnya itulah Ayub lebih mengenal dan memahami siapa Allah yang dia sembah. Demikianlah, belajar mengenal Tuhan lewat peristiwa hidup yang kita hadapi setiap hari".
(Ayub 42:5).

Card image
Quote Of The Day - 12 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-12 19:17:38


Rahasia hidup diberkati Tuhan adalah hidup dengan tidak melawan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 12 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-12 19:19:24


Kita menyebut Yesus, Tuhan, berarti kita harus serupa dengan Yesus, menaati Bapa, dan menderita bersama dengan Tuhan.

Card image
HIS BUSINESS - 12 Agustus 2024 (English Version)
2024-08-12 19:06:35


Let us examine again how much we really have true belief. Belief or faith has content; there is a business in it. We cannot say to someone we do not know and have no business with, "I believe in you." We also will not understand if someone says to us, "I believe in you," while we do not know that person and have no business with that person. If we say, "I believe in God," then there must be a business. The problem now is, what business is it that we say, "I believe in You, God." How poor and shallow are those who say they believe in God only because He is the One God and believe in the existence of the One God.

If in the life of a Christian, believing in Jesus as Savior and becoming Lord in life only in the form of belief in the mind, it is truly shallow and poor. For new Christians, it can still be understood and tolerated. Just like a child who is still 3-4 years old says, "I love mommy." In reality, every day he is fussy and bothers his parents. But parents do not feel disturbed, because they love their children. But if the child is 40 years old and says, "I love you, Mom," but hurts the parents' feelings by taking things, stealing things in the house, doing things that make them unhappy, that do not please the parents; that is an insult.

Similarly, with us towards God. If we believe in the living God, even though He is not visible to our physical eyes, we must strive and endeavor to do the Father's will; that's the business. Many Christians are only directed to ask for help, bringing their problems to be handled and solved by God. It's not wrong to ask for God's help. But we must understand the content of our dealings with God. When we are still immature, we ask God to take care of our affairs. But after we mature, it is God's business that we take care of. That is, what God wants us to do, what God desires us to perform, because we were indeed created only for Him.

Do not do anything that displeases God. We must be responsible for every word we say. Including what we fill in our gadgets and social media, be careful. We should not write anything if it will not be a blessing. There are many people who feel they are defending God, wanting to be a blessing to others, but in fact they write because they are driven by hatred, anger, jealousy, frustration in life, a broken household, or a broken economy. People who are truly possessed by dark powers, but do not feel possessed by dark powers, because what they express is about God. Dark powers are so clever at shackling people.

Do not do anything that hurts God. Even in daily life, even if we joke, we have to be careful because it can hurt others. Even if we have to be angry with someone because he made a mistake, for the good of that person, our anger must be constructive; do not linger on with inappropriate words, just because we have power over that person. Remember, that one of the characteristics of God's children is to be compassionate towards others. Our business with God is to please Him. Live only to please Him.

The only great issue, and this is our sole issue, is Him. It is not about ourselves, not about our problems, but Him. It is about how we can please Him, not committing any sin, no matter how small, no matter how subtle. If in the past we did not care whether what we did pleased God or hurt Him, but now that is our only concern. It is not a matter of physical poverty, or a matter of physical dangers because that is not the main thing. The main thing is to do the will of the Father. Our business is with the Lord Jesus, because He is the only Savior. There is no salvation outside the Lord Jesus.

Now how do we suffer for God, namely working so that many people know the Lord Jesus and are truly changed to be like Jesus or perfect like the Father. Not only does it make people become Christians, but they also want to do the will of the Father. That is why our Lord Jesus Christ said, "Not everyone who says to Me, 'Lord, Lord,' will enter the kingdom of heaven, but he who does the will of My Father who is in heaven" (Matt. 7:21). We call Jesus Lord, meaning we must be like Jesus, obey the Father, and suffer with God. That is His business.

WE CALL JESUS, LORD, MEANS WE MUST BE LIKE JESUS, OBEY THE FATHER, AND SUFFER WITH GOD. THAT IS HIS BUSINESS.

Card image
URUSAN-NYA - 12 Agustus 2024
2024-08-12 19:04:33


Mari kita kembali memeriksa seberapa kita benar-benar memiliki percaya yang benar. Kepercayaan atau keberimanan itu memiliki isi; ada urusan di dalamnya. Kita tidak bisa berkata kepada seseorang yang tidak kita kenal dan tidak ada urusan, "Aku percaya kepadamu." Kita juga tidak akan mengerti kalau ada orang berkata kepada kita, "Aku percaya padamu," sedangkan kita tidak kenal orang itu dan tidak ada urusan dengan orang tersebut. Kalau kita berkata, "Aku percaya kepada Tuhan," maka pasti ada urusannya. Masalahnya sekarang, urusan apa yang oleh karenanya kita berkata, "Aku percaya pada-Mu, Tuhan." Betapa miskin dan dangkalnya orang-orang yang mengatakan percaya kepada Tuhan hanya karena Dia adalah Allah Yang Esa dan meyakini keberadaan Allah Yang Esa.

Kalau dalam kehidupan orang Kristen, memercayai Yesus sebagai Juru Selamat dan menjadi Tuhan dalam kehidupan hanya dalam bentuk keyakinan di dalam pikiran, benar-benar itu dangkal dan miskin. Kalau bagi orang Kristen baru, masih bisa dimengerti dan ditolerir. Sama seperti anak yang masih umur 3-4 tahun berkata, "Aku sayang mama." Kenyataannya, setiap harinya rewel dan merepotkan orang tua. Tapi orang tua tidak merasa terganggu, karena sayang anak. Tapi kalau anak itu sudah usia 40 tahun lalu berkata, "Aku sayang mama," tetapi menyakiti hati orang tua dengan mengambil barang, mencuri barang di rumah, melakukan hal-hal yang tidak membahagiakan, tidak menyenangkan orang tua; itu penghinaan.

Demikian pula kita kepada Tuhan. Kalau kita percaya kepada Allah yang hidup, walau tidak kelihatan oleh mata jasmani, maka kita harus berjuang dan berusaha melakukan kehendak Bapa; itu urusannya. Banyak orang Kristen hanya diarahkan untuk minta tolong, membawa persoalannya untuk digarap dan diselesaikan oleh Tuhan. Tidak salah, kita minta tolong Tuhan. Tetapi kita harus mengerti isi dari urusan kita dengan Allah. Waktu masih belum dewasa, urusan kita, kita minta Allah yang urus. Tapi setelah kita dewasa, urusan Tuhan yang kita urus. Maksudnya, apa yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan, apa yang Tuhan ingini untuk kita perbuat, karena memang kita ini diciptakan hanya untuk Dia.

Jangan lakukan apa pun yang Tuhan tidak berkenan. Setiap kata yang kita ucapkan, harus kita pertanggungjawabkan. Termasuk apa yang kita isi di dalam gadget dan media sosial, hati-hati. Sebaiknya kita tidak menulis apa pun, jika hal itu tidak menjadi berkat. Tidak sedikit orang yang merasa membela Tuhan, mau menjadi berkat bagi orang lain, tetapi sebenarnya mereka menulis karena didorong oleh kebencian, kemarahan, kecemburuan, frustrasi hidup, rumah tangga yang berantakan, atau ekonomi yang berantakan. Orang-orang yang benar-benar dirasuki kuasa gelap, tapi tidak merasa dirasuki kuasa gelap, sebab yang diutarakan itu hal-hal mengenai Tuhan. Begitu cerdiknya kuasa gelap membelenggu orang.

Jangan buat apa pun yang melukai Tuhan. Bahkan dalam hidup sehari-hari, kalaupun kita bercanda, harus hati-hati karena dapat menyakiti sesama. Kalaupun kita harus marah terhadap orang karena ia berbuat kesalahan, demi kebaikan orang itu, kemarahan kita harus konstruktif membangun; jangan berkepanjangan dengan perkataan-perkataan yang tidak patut, hanya karena kita berkuasa atas orang itu. Ingat, bahwa salah satu ciri anak-anak Allah adalah berbelas kasihan terhadap orang lain. Urusan kita dengan Tuhan adalah untuk menyenangkan Dia* . Hidup hanya untuk menyenangkan Dia.

Masalah besar satu-satunya, dan ini satu-satunya masalah kita adalah Diri-Nya. Bukan diri kita, bukan masalah kita, namun Diri-Nya. Yaitu bagaimana kita bisa menyenangkan Dia, tidak berbuat dosa sekecil apa pun, sehalus apa pun. Kalau dulu kita tidak peduli apakah yang kita lakukan menyenangkan Tuhan atau menyakiti Dia, sekarang kita hanya memedulikan itu. Ini bukan masalah kemiskinan jasmani, atau masalah bahaya-bahaya fisik sebab itu bukan hal utama. Yang utama adalah melakukan kehendak Bapa. Urusan kita dengan Tuhan Yesus, sebab Dialah satu-satunya Juru Selamat. Tidak ada keselamatan di luar Tuhan Yesus.

Sekarang bagaimana kita menderita untuk Tuhan, yaitu bekerja agar banyak orang mengenal Tuhan Yesus dan benar-benar diubahkan untuk serupa dengan Yesus atau sempurna seperti Bapa. Bukan hanya membuat orang menjadi Kristen, melainkan juga mau melakukan kehendak Bapa. Itulah sebabnya Tuhan kita Yesus Kristus berkata, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: ‘Tuhan, Tuhan’ akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga" (Mat. 7:21). Kita menyebut Yesus, Tuhan, berarti kita harus serupa dengan Yesus, menaati Bapa, dan menderita bersama dengan Tuhan. Itulah urusan-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Erastus Sabdono

KITA MENYEBUT YESUS, TUHAN, BERARTI KITA HARUS SERUPA DENGAN YESUS, MENAATI BAPA, DAN MENDERITA BERSAMA DENGAN TUHAN. ITULAH URUSAN-NYA.

Card image
Truth Kids 11 Agustus 2024 - SEPERTI UNTUK TUHAN
2024-08-12 19:01:13


Kolose 3:23
”Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”

Debora memiliki teman yang bernama Lisa. Lisa adalah murid yang rajin dan pintar. Nilai ulangannya selalu bagus. Tidak hanya itu, Lisa pun anak yang ramah dan suka tersenyum sehingga banyak teman yang senang bermain dengannya. Suatu hari Debora bertanya kepada Lisa, "Lisa, kenapa kamu bisa punya banyak teman? Sedangkan aku sudah traktir teman- teman saat istirahat dan berbagi uang jajan, tetap saja mereka lebih suka sama kamu." "Debora, Tuhan ingin kita mengasihi satu dengan yang lain, sama seperti Tuhan mengasihi kita. Semua yang kita perbuat, baik itu menolong teman, menraktir, atau pun menyapa teman, perbuatlah itu dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan. Jika kita mengasihi dengan tulus, pasti banyak teman akan merasakan kasih yang kita berikan"

Sobat Kids, dari cerita di atas, kita mau bertanya kepada diri sendiri. Apakah kita sudah memiliki kasih Tuhan? Coba lihat sikap kita sehari-hari. Apakah sikap kita sudah ramah dan berkata sopan? Apakah perbuatan kita tulus kepada orang di sekitar? Tuhan ingin kita menunjukkan kasih melalui perbuatan baik, pikiran, perasaan, dan tindakan yang membuat hati Tuhan senang.

Card image
Truth Junior 11 Agustus 2024 - UNTUK TUHAN
2024-08-12 18:59:38


Kolose 3:23
”Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”

Sobat Junior, ketika kalian mau mendapatkan hadiah sepatu branded, kalian pasti berharap mendapatkan sepatu yang ori atau asli, kan? Saat kalian makan di restoran, pasti kalian mengharapkan petugas di restoran tersebut memasak pesanan kalian dengan enak dan membawakannya dengan sopan, bukan? Rasanya kita akan kesal kalau sampai ada pelayan membawakan makanan pesanan kita, lalu melemparnya ke atas meja. Semua konsumen ingin dilayani dengan baik oleh penjual atau pemiliki sebuah usaha.

Saat kita berteman pun, pasti kita ingin teman-teman berbuat baik kepada kita. Tidak suka menjahili atau iseng kepada kita. Oleh sebab itu, kita harus berbuat hal yang sama kepada mereka. Ayat firman Tuhan yang kita baca hari ini mengingatkan kita untuk berbuat segala sesuatu seperti untuk Tuhan. Jadi saat kita berbagi kepada teman, bagilah mereka yang terbaik. Jangan kasih yang paling jelek atau sisa-sisa.

Memang kita tidak dapat melihat Tuhan secara fisik mata kita. Namun, kita tetap melakukannya terbaik yang bisa lakukan, seperti untuk Tuhan. Yuk, Sobat Junior, kita buat bangga Tuhan Yesus dengan selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam setiap perbuatan kita. Kalian pasti bisa!

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 Agustus 2024
2024-08-13 06:48:40

Yeremia 18-22

Card image
Truth Youth 11 Agustus 2024 (English Version) - NO COMPROMISE
2024-08-11 19:36:17


"And he said to the human race, 'The fear of the Lord—that is wisdom, and to shun evil is understanding.'" (Job 28:28)

Have you ever tried a weight loss or gain program? There are several things we must control to achieve our goals, whether to lose 5 kg or gain 5 kg. These include eating patterns, routines, sleep patterns, lifestyle, exercise, stress levels, vitamin intake, etc. If you’ve ever googled, there are so many ways to diet. The key is just one: consistency. However, we often have "cheat days" or make compromises with excuses like, "Ah, it's okay to skip exercise once in a while," or "It's fine to eat fried foods occasionally." As a result, we keep spinning in the diet process and haven't achieved the desired results.

This also often happens in our spiritual life. As discussed earlier, true freedom can only be found in Christ, from our thoughts, soul, and body being like Christ. In other words, we are free from sin because sin separates us from God. Throughout our lives and as far as we understand the truth to this day, one thing we always strive for is to be free from the bondage of sin. Every day, we encounter opportunities to sin. Just like a diet program, we want to run a program of holy living free from sin every day, every time. Therefore, we must be consistent and firm, no longer compromising with sin, no matter how small. We long to see Jesus smile when He sees us rejecting the opportunity to sin and choosing not to sin instead. Every day we ask for God's guidance to examine our hearts, to identify things in our lives that are still crooked. We want to straighten our lives as much as possible and learn not to compromise with sin, no matter its form or size.

WHAT TO DO:
Learn to recognize what is still crooked within us.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 22-24

Card image
Truth Youth 11 Agustus 2024 - NO COMPROMISE
2024-08-11 19:33:59


”Tetapi kepada manusia Ia berfirman: Sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi.” (Ayub 28:28)

Kalian pernah gak melakukan program penurunan atau menaikkan berat badan? Ada beberapa hal yang harus kita kontrol supaya mencapai goals kita, entah mau turun 5 Kg atau naik 5 Kg. Mulai dari pola makan, rutinitas, pola tidur, pola hidup, olahraga, tingkat stres, asupan vitamin, dsb. Dan kalau kalian pernah _googling_, ada begitu banyak cara diet. Kuncinya hanya satu, konsisten. Namun, sering kali kita melakukan “cheat day” atau kompromi dengan alasan “Ah, sekali-kali gak olahraga gak apa-apa, sekali-kali makan gorengan." Alhasil, kita terus berputar dalam proses diet dan belum mencapai hasil yang kita inginkan.

Hal ini juga sering terjadi dalam kehidupan kerohanian kita. Seperti yang sudah di bahas sebelumnya, kebebasan sejati hanya kita dapat dalam Kristus, mulai dari pikiran, jiwa, dan raga yang serupa seperti Kristus. Dengan kata lain, kita bebas dari dosa. Karena, dosa membuat kita terpisah dengan Allah. Sepanjang kita hidup dan sejauh kita memahami kebenaran sampai hari ini, satu hal yang selalu kita perjuangkan adalah terbebas dari keterikatan akan dosa. Setiap hari kita selalu menemukan kesempatan untuk berbuat dosa. Sama seperti program diet, kita mau menjalankan program hidup suci bebas dari dosa setiap hari setiap waktu. Oleh karena itu, kita harus konsisten dan tegas, tidak lagi kompromi dengan dosa sekecil apa pun itu. Kita rindu untuk melihat Tuhan Yesus tersenyum saat melihat kita menolak berbuat dosa walaupun ada kesempatan, tapi kita memilih untuk tidak berbuat dosa. Setiap hari kita meminta tuntunan Tuhan untuk menyelidiki hati kita, hal-hal apakah dalam hidup kita yang masing serong. Kita mau meluruskan hidup kita selurus-lurusnya dan belajar untuk tidak kompromi dengan dosa apa pun bentuknya dan sekecil apa pun itu.

WHAT TO DO:
Belajar untuk mengenali hal-hal apa yang masih serong dalam diri kita

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yeremia 22-24

Card image
Renungan Pagi - 11 Agustus 2024
2024-08-11 10:45:07


Dunia saat ini sudah dipenuhi dengan orang-orang yang tidak sabar, penuh dengan orang yang bersikap emosional, sehingga ada masalah sedikit langsung emosi dan marah sampai menjadi-jadi. Sehingga banyak masalah besar mulai dari perkelahian hanya karena masalah sepele, hingga terjadi pembunuhan hanya karena mereka tidak dapat mengendalikan emosinya. "Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, tetapi orang yang bijaksana, bersabar."

Padahal, kalau mau belajar sabar dan dapat mengendalikan emosi, maka akan banyak persoalan yang dapat diselesaikan. Dan kalau saja kita mau belajar sabar, maka hidup ini akan jauh lebih indah, dan penuh damai. Karena itu mari belajar untuk sabar, sebab; "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota".
(Amsal 14:17; Amsal 16:32)

Card image
Quote Of The Day - 11 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-11 10:43:18


Kita harus bekerja keras untuk membuat goresan hidup yang berkenan di dalam hati kita sendiri sehingga dapat kita tularkan kepada anak-cucu dan sesama.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 11 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-11 10:41:32


Kalau kita bisa mengendalikan lidah kita, maka kita akan lebih berhati-hati dalam tindakan-tindakan yang lain.

Card image
ENCOUNTER WITH GOD - 11 Agustus 2024 (English Version)
2024-08-11 10:40:15


Job experienced disappointment, so in his confession Job said in Job 3, "Let the day of my birth disappear..." In Job 1 and 2, when Job lost all his possessions, children, etc., he did not sin with his words. But in the course of his life, when he received accusations from his friends, Job defended himself, until he seemed to curse the night on which he was born. But praise God, in Job 42:5-6, Job said, "I only heard about You from people's words, but now my own eyes see You. Therefore I withdraw my words and regretfully I sit in dust and ashes." Job's confession is extraordinary.

Why don't we question our problems to God until we find the answer? And Job's testimony in Job 23:10 says, "For He knows the way that I take; when He has tested me, I will come forth as gold." There was a purpose of God that Job later realized. Because there is nothing coincidental, there is no accident. Like a machine, each of us has a special machine. Our inner human machine is special. Only the Great Architect can fix it. Why don't we let ourselves be fixed through the problems He allows to make us perfect?

God is not only capable but very capable. God is not only intelligent but very intelligent. If He allows something to happen in our lives, He surely has a target. And what He targets, we must know. We must find out where the error or damage component is within our inner being so it can be fixed together with God. So that one day when we are perfect, it is not only the work of the Holy Spirit but also a response from us. And we deserve a reward from God. Imagine how extraordinary it is, God allows special things that we experience, can be temporary, incidental, but can also be long, and there must be an answer here. Ironically, many people are not diligent.

God is the answer to all our needs. And all we need is one, God. God is very precise in forming us, so we have to sit quietly and discuss it. If God hasn't answered, don't stop looking for Him and making a case for it. Because people do not think, do not believe that God is the only answer to all our needs, so they do not seek Him earnestly. God allows this to happen so that we seek Him, because the answer is only with God. Only He knows the answer. We can go to a counselor, a counselor can advise. We can go to a pastor, a pastor can counsel, but in the end we have to meet God face to face, encounter with God.

God wants to explore, tinker with our inner man if we open ourselves to it. And the way God explores the inner man is by giving problems. So we must bring these issues to Him to find out which part is dug up by God, which is touched by Him. Seriously, God wants to have a dialogue with us. We often hear testimonies of people who have a dialogue with God, and we are amazed. We are foolish; we must experience the conversation with God personally. Reflect on this, who are we that the Almighty, Most Glorious, Most Great God of the Universe would want to talk to us.

We want to be people who are dedicated to God. But there must be a price, namely: holiness and not having any desires except the will of God. When we pray and really concentrate, we want to be taken by God to "supernatural" areas. Paul experienced it, Peter also experienced it, and the Bible acknowledges the supernatural realm. How Jacob met the army of angels, that is supernatural. How Elisha and his servant saw the army of God. Why are we not sure that there is that dimension? When we pray, we can really be taken into the presence of God. And each of us has the same right to enter that realm. And if we have started to enter that realm, we will not easily sin, we we will surely afraid of hurting His heart.

Don't play around with God. Once we approach God, we must live in holiness. If we still have desires, it means that our love for God is not complete. If we still have fear of something, it means that our fear of God is not complete. If we are afraid of the future, we underestimate God. God is great. Meet God, He will definitely speak, He can be trusted. So, if God allows certain situations, do not remain silent. Don't! Bring it to Him, question it, and discuss it. Let God reveal the part of us He is working on, and His work will not stop until we close our eyes and are perfect.

GOD IS THE ANSWER TO ALL OUR NEEDS. AND ALL WE NEED IS ONE, GOD.

Card image
ENCOUNTER WITH GOD - 11 Agustus 2024
2024-08-11 10:19:21


Ayub sempat mengalami kekecewaan, sehingga di dalam pengakuannya Ayub berkata dalam Ayub 3, "Biarlah hilang lenyap hari kelahiranku…." Dalam Ayub 1 dan 2, ketika Ayub kehilangan semua harta, anak, dan lain-lain, dia tidak berbuat dosa dengan perkataannya. Tetapi dalam perjalanan hidupnya, ketika dia mendapat dakwaan dari teman-temannya, Ayub membela diri, sampai dia seperti mengutuki malam di mana dia dilahirkan. Tetapi puji Tuhan, di Ayub 42:5-6, Ayub mengatakan, "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu." Luar biasa pengakuan Ayub ini.

Mengapa kita tidak mempersoalkan masalah kita kepada Tuhan sampai kita menemukan jawabannya? Dan kesaksian Ayub dalam Ayub 23:10 mengatakan, “Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.” Ada maksud Tuhan yang Ayub kemudian sadari. Sebab tidak ada sesuatu yang kebetulan, tidak ada kecelakaan. Ibarat mesin, setiap kita itu punya mesin yang khusus. Mesin manusia batiniah kita itu khusus. Hanya Arsitek Agung yang bisa memperbaikinya. Mengapa kita tidak memberi diri diperbaiki melalui berbagai masalah yang Dia izinkan terjadi untuk membuat kita sempurna?

Tuhan bukan hanya cakap, namun sangat cakap. Tuhan bukan hanya cerdas, melainkan sangat cerdas. Kalau Dia mengizinkan sesuatu terjadi dalam hidup kita, pasti ada yang dibidik-Nya. Dan apa yang dibidik-Nya, kita harus tahu. Kita harus menemukan di mana letak kesalahan atau kerusakan komponen di dalam manusia batiniah kita, supaya bisa diperbaiki bersama-sama dengan Tuhan. Supaya suatu hari ketika kita sempurna, itu bukan hanya karya Roh Kudus, namun juga respons karena kita. Dan kita pantas mendapat reward dari Allah. Coba betapa luar biasanya, Tuhan mengizinkan ada hal-hal istimewa, khusus yang kita alami, bisa temporal, insidental, tapi juga bisa panjang, dan pasti ada jawabnya di sini. Ironis, banyak orang tidak tekun.

Tuhan adalah jawaban semua kebutuhan kita. Dan yang kita butuhkan hanya satu, Tuhan. Allah sangat presisi dalam membentuk kita, maka kita harus duduk diam memperkarakannya. Kalau Allah belum menjawab, jangan berhenti mencari Dia dan memperkarakannya. Karena orang tidak berpikir, tidak percaya bahwa Allah itu satu-satunya jawaban dalam seluruh kebutuhan kita, sehingga tidak mencari Dia dengan sungguh-sungguh. Tuhan mengizinkan hal itu terjadi supaya kita mencari Dia, sebab jawabannya hanya pada Tuhan. Hanya Dia yang tahu jawabnya. Kita boleh datang ke konselor, konselor bisa menasihati. Kita bisa datang kepada seorang pendeta, pendeta bisa mengonseling, tapi pada akhirnya kita harus bertatap muka dengan Tuhan, encounter with God.

Tuhan mau mengulik, mengotak-atik manusia batiniah kita kalau kita membuka diri untuk itu. Dan cara Tuhan mengulik manusia batiniah adalah dengan memberi masalah. Maka kita harus memperkarakan itu untuk menemukan bagian mana yang dikulik oleh Tuhan, yang disentuh oleh Dia. Serius, Tuhan mau berdialog dengan kita. Kita sering mendengar kesaksian orang yang berdialog dengan Tuhan, dan kita terkagum-kagum. Kita bodoh, percakapan dengan Tuhan itu mesti kita alami secara pribadi. Renungkan, kita ini siapa sehingga Allah semesta alam Yang Maha Mulia, Maha Agung mau berbicara dengan kita.

Kita mau menjadi orang yang dikhususkan bagi Tuhan. Tapi pasti ada harganya, yaitu: kesucian dan jangan punya keinginan apa pun kecuali kehendak Tuhan. Ketika kita berdoa dan benar-benar kita konsentrasi, kita mau dibawa Tuhan ke kawasan-kawasan yang “supranatural.” Paulus mengalami itu, Petrus juga mengalami, di Alkitab itu harus diakui ada alam supranatural. Bagaimana Yakub bertemu dengan pasukan malaikat, itu supranatural. Bagaimana Elisa dengan hambanya melihat bala tentara Allah. Kenapa kita tidak yakin ada dimensi itu? Waktu kita berdoa benar-benar kita bisa dibawa ke hadirat Allah. Dan setiap kita memiliki hak yang sama untuk memasuki kawasan itu. Dan kalau kita sudah mulai memasuki kawasan itu, kita tidak mudah berbuat dosa, kita pasti takut melukai hati-Nya.

Jangan main-main dengan Tuhan. Begitu kita menghampiri Tuhan, kita harus hidup dalam kekudusan. Kalau kita masih punya keinginan, berarti cinta kita tidak bisa bulat untuk Tuhan. Kalau kita masih punya rasa takut terhadap sesuatu, berarti takut kita kepada Tuhan belum bulat. Kalau kita takut akan masa depan, kita meremehkan Tuhan. Tuhan itu hebat. Temui Tuhan, Dia pasti bicara, Dia bisa dipercayai. Jadi, kalau Tuhan mengizinkan keadaan tertentu, jangan kita diam. Jangan! Perkarakan, persoalkan, dan pertanyakan. Biar Tuhan memberi tahu ada bagian dalam diri kita yang sedang digarap dan penggarapan Tuhan tidak akan berhenti sampai kita menutup mata dan sempurna.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN ADALAH JAWABAN SEMUA KEBUTUHAN KITA. DAN YANG KITA BUTUHKAN HANYA SATU, TUHAN.

Card image
Truth Kids 10 Agustus 2024 - KASIH
2024-08-10 15:12:29


Yakobus 2:13
”Sebab penghakiman yang tak berbelas kasihan akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan. Tetapi belas kasihan akan menang atas penghakiman.”

Sobat Kids, bulan ini kita akan sama-sama belajar buah Roh tentang murah hati. Murah hati maksudnya kita memiliki kasih kepada orang lain. Sikap murah hati dapat kita tunjukkan kepada orang lain melalui perbuatan baik.

Saat kita mengasihi teman, kita berbicara menggunakan kata yang sopan dan tidak menjelek-jelekkan. Contoh sikap murah hati ditunjukkan oleh Angel saat meminjamkan pensil kepada Arnol. Angel memiliki 2 pensil. Karena tahu Arnol tidak membawa pensil, ia meminjamkan 1 pensilnya kepada Arnol. Ini adalah bukti kalian memiliki sikap murah hati. Membantu atau menghibur teman yang sedang sedih juga merupakan perbuatan murah hati, Sobat Kids.

Baca terus renungan Truth Kids setiap hari sehingga Sobat Kids memiliki sifat murah hati yang dimiliki Tuhan Yesus.

Card image
Truth Junior 10 Agustus 2024 - MERCY
2024-08-10 15:09:59


Yakobus 2:13
”Sebab penghakiman yang tak berbelas kasihan akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan. Tetapi belas kasihan akan menang atas penghakiman.”

Sejak kecil, ibu selalu memarahi atau menegur kita, ketika bermusuhan dengan adik atau kakak. Ketika adik ingin meminjam mainan, namun kita juga ingin bermain, pasti sering kali ibu meminta kakak harus mengalah dengan adik.

Hari ini kita belajar tentang berbelas kasih. Sobat Junior, apakah kalian pernah mendengar kata “mercy”? Nah, apakah ada yang tahu artinya? Mercy dapat diartikan sebagai belas kasihan atau murah hati.

Melalui firman di atas, kita diingatkan bahwa bukti saling mengasihi bukan sekadar dari perkataan, melainkan harus ada perbuatannya. Sama seperti iman tanpa perbuatan adalah kosong. Ada peribahasa “tong kosong nyaring bunyinya,” artinya hanya banyak bicara dan tidak ada perbuatan. Misalnya kita mengatakan sudah memaafkan teman, tetapi saat bertemu, ternyata dalam hati kita masih berkata, “Iihh… kok dia lagi. Males deh, ada dia.”

Oleh karena itu, kita harus minta Tuhan memeriksa hati kita. Apakah ada hal yang masih melukai hati-Nya? So, Sobat Junior, yuk kita semakin mengenal Tuhan melalui firman-Nya dan mempratikkan belas kasihan “mercy” di sekeliling kita.

Card image
Truth Youth 10 Agustus 2024 (English Version) - THE RIGHT RESPONSE
2024-08-10 15:06:11


"Through love and faithfulness sin is atoned for; through the fear of the LORD evil is avoided." (Proverbs 16:6)

James was a young man well-known in his church community for his active participation in church service activities. James was very friendly and honest in his speech. Often, James received praise from his fellow service members and the pastor who noticed James's friendliness. He earned significant trust from his pastor and was appointed as the church treasurer. However, there came a time when God tested James's heart's motivation in serving Him by allowing James to be falsely accused by his friend. James was accused of committing evil acts and being dishonest in church finances.

Although James did not commit the crimes he was accused of, he felt angry and intended to retaliate against his friend by secretly planning to remove him. James responded to evil with evil. One night, as James was reflecting on his fate, God rebuked James's wrong attitude and response. James regretted his actions and asked for God's forgiveness.

Friends, James's story is one of how we often tend to react wrongly to certain events. God often warns us not to repay evil with evil. There are indeed times when we are tempted to sin. However, we must be firm with ourselves and brave enough to resist the desires of our flesh to avoid sinning.

WHAT TO DO:
1. Learn to control our emotions and reactions to events that can trigger anger.
2. Always self-reflect.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 18-21

Card image
Truth Youth 10 Agustus 2024 - RESPONS YANG BENAR
2024-08-10 15:04:17


”Dengan kasih dan kesetiaan, kesalahan diampuni, karena takut akan TUHAN orang menjauhi kejahatan.” (Amsal 16:6)

James merupakan seorang pemuda yang sangat dikenal dalam lingkungan gereja karena keaktifannya mengikuti kegiatan pelayanan di gereja. James sangat ramah dan seorang yang jujur dalam perkataannya. Bahkan, tidak jarang James mendapat pujian dari teman-teman sepelayanannya dan juga gembala yang melihat keramahan James. James mendapat kepercayaan yang besar dari gembalanya di mana dia dilantik menjadi bendahara gereja. Namun, suatu ketika, Tuhan menguji motivasi hati James melayani Tuhan dengan cara mengizinkan James difitnah oleh sahabatnya. James difitnah melakukan perbuatan jahat dan dikatakan tidak jujur dalam hal keuangan gereja.

Walaupun sebenarnya James tidak melakukan kejahatan seperti yang dituduhkan kepadanya. Akibat difitnah, James merasa marah dan berniat untuk membalas kejahatan temannya itu dengan secara diam-diam hendak menyingkirkan temannya. James membalas kejahatan dengan kejahatan. Suatu malam, ketika James sedang duduk merenung nasibnya, Tuhan menegur sikap dan respons James yang salah itu. James menyesali perbuatannya dan meminta ampun kepada Tuhan.

Teman-teman, kisah James adalah salah satu dari sikap dan perbuatan kita yang cenderung lebih cepat bereaksi salah terhadap suatu peristiwa. Sedangkan, Tuhan sering memperingatkan kita untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Memang sering kali ada godaan untuk melakukan dosa. Namun, kita harus tegas terhadap diri sendiri dan berani melawan keinginan daging kita untuk tidak berbuat dosa.

WHAT TO DO:
1.Belajar untuk mengontrol emosi dan reaksi kita terhadap suatu peristiwa yang bisa memicu kemarahan.
2.Selalu introspeksi diri.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yeremia 18-21

Card image
Renungan Pagi - 10 Agustus 2024
2024-08-10 15:02:32


Hidup sebagai orang percaya, sudah seharusnya teguh berpegang pada firman Tuhan dan melakukan prinsip-prinsip kebenaran dalam kehidupan setiap hari. Sungguh-sungguh teguhkanlah hati untuk menyatakan komitmen dengan Tuhan untuk hidup dalam kebenaran, hidup dalam kejujuran, hidup dalam kasih dan komitmen itu harus dilakukan. Supaya kita tidak terombang ambing dalam berbagai angin pengajaran yang berasal dari kelicikan manusia.

"Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala."

Sebab pikiran dan perasaan manusia mudah berubah, tergantung kepentingan mereka masing-masing. Tetapi jika teguh berpegang pada kebenaran didalam kasih Tuhan, maka kita akan bertumbuh dalam segala hal ke arah Kristus dan komitmen tidak akan pernah berubah, itulah sebabnya orang yang teguh dalam prinsip kebenaran tidak akan pernah digoyahkan oleh apapun.
(Efesus 4:13-15)

Card image
Quote Of The Day - 10 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-10 14:59:10


Refleks dosa kita harus menjadi refleks kekudusan seperti perasaan Kristus.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 10 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-10 14:58:00


Orang-orang yang manusia batiniahnya dibarui dari sehari ke sehari, merekalah yang akan memperoleh kemuliaan kekal.

Card image
ALLOWED BY GOD TO HAPPEN - 10 Agustus 2024
2024-08-10 14:56:20


In the reality of life, surely each of us has special or unique problems at certain times, in certain periods, or during specific phases. Often, these special or unique problems can become long-term issues, extending beyond a single period, moment, or phase, lasting for an extended duration. There are temporal, incidental problems, but there are also long-term ones. If described as special or unique, they are certainly distinct because others do not experience them. Such problems are categorized as severe and can disturb or even consume one's peace, comfort, and can make a person feel unhappy because of the problem.

Often, God does not give an answer, or God allows our problems to continue without us knowing why God allows it to happen. As Paul experienced in his testimony in 2 Corinthians 12:7, "To keep me from becoming conceited because of these surpassingly great revelations, there was given me a thorn in my flesh, a messenger of Satan, to torment me." To torment means to strike repeatedly. This is something that is actually difficult to understand. Similarly, if we lived in the time of Job, we might become like Job's friends, who were almost punished by God. With his religious knowledge, Job could not defend himself. Job was said to be righteous and feared God, but why did he experience disaster? Clearly, Job avoided evil. No one was more righteous than Job, but the calamity he experienced was so terrifying.

All his children died, his wealth was taken away, it was very tragic. Job was afflicted with boils, so he sat on the dust, truly becoming destitute; from a conglomerate to being poor. Job did not know that all this happened with God's permission, there was permission given by God to Satan. One unseen but surely Satan's work was his wife who said, "Job, are you still faithful like this? Curse your God and die." Then Job said, “You speak like a mad woman.” Who is mad here, Job or his wife? From a general perspective, Job is the crazy one. Job had experienced such a terrible storm of calamities, yet he still remained faithful to God. And the Bible says, "In all this Job did not sin with his lips."

Job was steadfast. Imagine, if Job had considered his wife's words, his bedmate who had borne him 10 children, he would not have come forth as gold. But Job had a firm stance. Similarly, Abraham was promised by God to have the promised land. But until he died, Abraham did not find that land. Indeed, in the New Testament, in Hebrews 11, it is written that it is a land designed and built by God Himself, which is the new heaven and new earth, the heavenly Canaan; not the earthly Canaan. But if we read the book of Genesis, Elohim Yahweh did not inform that it is a land beyond this life. And we never read in Genesis that Abraham questioned, "Where is that land?" But Abraham believed in God and his faith did not waver.

These special problems, whether incidental, periodic, or possibly long-term, are actually allowed by God to happen so that: firstly, we can question them with God. So, there are things that God gives so that we address them personally. Paul, in 2 Corinthians 12:8-9, wrote that he pleaded with the Lord three times. He brought his issue to God, and God answered. But God's answer was, "My grace is sufficient for you, for my power is made perfect in weakness." So, in his weakness due to the thorn in his flesh, Paul became humble and did not become proud because of the great gifts that God had given Paul.

Thus, it served as a safety valve for Paul. Paul's difficulties were not only the thorn in the flesh but also the suffering he experienced because of the Gospel, the wounds on his body, his physical weaknesses, and throughout his life, how his life was threatened. But that situation conditioned Paul to become an eschatomaniac. And God did not tell Paul that His return would not be during Paul's lifetime.

Secondly, so that we long for the world to come. If we do not long for the coming of the Lord, it means there is an element of betrayal or unfaithfulness to God. Now let us examine ourselves. What thorn in the flesh are we currently facing? What discomforts do we have in life? Know that all of this is allowed by God or desired by God.

OFTEN, GOD DOES NOT GIVE AN ANSWER OR GOD ALLOWS OUR PROBLEMS TO CONTINUE WITHOUT US KNOWING WHY GOD ALLOWS IT TO HAPPEN.

Card image
DIIZINKAN TUHAN TERJADI - 10 Agustus 2024
2024-08-10 14:50:58


Dalam kenyataan hidup, pasti setiap kita memiliki masalah-masalah yang khusus atau istimewa, pada waktu tertentu, pada masa tertentu, pada periode tertentu. Tidak jarang, masalah-masalah khusus atau istimewa itu bisa menjadi masalah panjang yang bukan hanya pada satu periode, bukan hanya pada satu saat atau bukan hanya pada satu masa, melainkan memiliki durasi yang panjang. Ada masalah-masalah yang temporal, insidental, tapi ada juga yang panjang. Kalau dikatakan khusus atau istimewa, tentu saja unik karena tidak dialami oleh orang lain. Masalah-masalah seperti itu adalah masalah-masalah yang berkategori berat dan bisa mengganggu bahkan bisa sampai menyita ketenangan hidup, kenyamanan hidup, dan bisa membuat orang tidak merasa bahagia karena masalah tersebut.

Tidak jarang Tuhan tidak memberi jawaban atau Tuhan membiarkan persoalan kita berlangsung tanpa kita tahu mengapa hal itu diizinkan Tuhan terjadi. Seperti yang dialami oleh Paulus dalam kesaksiannya di 2 Korintus 12:7, “Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.” Menggocoh artinya memukul berulang-ulang. Ini hal yang sebenarnya sulit dimengerti. Demikian juga kalau kita hidup pada zaman Ayub, mungkin kita bisa menjadi seperti sahabat-sahabat Ayub yang nyaris mau dihukum Tuhan. Dengan ilmu agamanya, Ayub tidak bisa membela diri. Katanya Ayub saleh, takut akan Allah, tetapi mengapa dia mengalami bencana? Jelas Ayub menjauhi kejahatan. Tidak ada orang lebih saleh dari Ayub, tetapi bencana yang dialaminya begitu mengerikan.

Seluruh anaknya mati, hartanya semua diambil, sangat tragis. Ayub pun kena penyakit barah, sehingga dia duduk di atas debu, benar-benar jadi gembel; dari seorang konglomerat jadi melarat. Ayub tidak tahu bahwa semua itu terjadi atas izin Tuhan, ada izin yang diberikan Tuhan kepada Iblis. Yang satu yang tidak nampak, tapi itu pasti pekerjaan Iblis, adalah istrinya yang berkata, "Ayub, kamu masih dalam kesetiaanmu seperti ini? Kutukilah Allahmu dan matilah kamu." Lalu Ayub berkata, “Kamu bicara seperti perempuan gila." Yang gila ini Ayub atau istrinya? Kalau dari kacamata umum, yang gila adalah Ayub. Ayub sudah mengalami badai musibah begitu hebat, namun masih saja bersikap setia kepada Allah. Dan Alkitab katakan, “Ayub tidak bersalah dengan bibirnya.”

Ayub kokoh. Coba bayangkan, seandainya Ayub mempertimbangkan perkataan istrinya, teman seranjang yang sudah melahirkan 10 anak, maka ia tidak akan keluar seperti emas. Tapi Ayub memiliki pendirian yang teguh. Demikian juga Abraham yang dijanjikan Allah untuk memiliki tanah perjanjian. Tapi sampai mati, Abraham tidak menemukan negeri itu. Memang di Perjanjian Baru di Ibrani 11, ditulis bahwa itu adalah negeri yang direncanakan dan dibangun oleh Allah sendiri, yaitu di langit baru bumi baru, Kanaan surgawi; bukan Kanaan duniawi. Tetapi kalau kita membaca kitab Kejadian, Elohim Yahweh tidak memberitahukan bahwa itu adalah negeri yang ada di balik kehidupan ini. Dan tidak pernah kita baca di kitab Kejadian, Abraham bertanya-tanya, "Kok tidak ada negeri itu?" Tapi Abraham percaya kepada Allah dan tidak luntur percayanya.

Masalah-masalah khusus tadi yang mungkin insidental, periodik, atau bisa ada juga yang panjang, sebenarnya Tuhan izinkan terjadi supaya: yang pertama, agar kita mempersoalkannya dengan Tuhan. Jadi ada hal yang Tuhan berikan supaya kita memperkarakan secara pribadi. Kalau Paulus dalam 2 Korintus 12:8-9 menulis bahwa ia sudah tiga kali berseru kepada Tuhan. Jadi, dia memperkarakannya dan Tuhan menjawab. Tapi jawaban Tuhan, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Jadi dalam keadaan lemah karena duri dalam daging itu, Paulus menjadi rendah hati dan tidak menjadi sombong karena begitu hebat karunia yang Allah berikan kepada Paulus.

Jadi itu termasuk katup pengaman bagi Paulus. Kesulitan Paulus bukan hanya duri dalam daging, melainkan juga penderitaan yang Paulus alami karena Injil, luka-luka di tubuhnya, kelemahan fisiknya, dan sepanjang perjalanan hidupnya, bagaimana nyawanya terancam. Tetapi keadaan itu mengondisi Paulus menjadi seorang yang eskatomaniak. Dan Tuhan juga tidak memberitahu Paulus bahwa kedatangan-Nya bukan pada saat Paulus masih hidup.

Yang kedua, supaya kita merindukan dunia yang akan datang. Kalau kita tidak merindukan kedatangan Tuhan, berarti ada unsur pengkhianatan atau ketidaksetiaan kepada Tuhan. Sekarang mari kita memeriksa diri kita sendiri. Duri dalam daging apakah yang sekarang sedang kita hadapi? Ketidaknyamanan hidup apakah yang kita miliki? Ketahuilah bahwa semua itu diizinkan Tuhan atau dikehendaki oleh Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TIDAK JARANG TUHAN TIDAK MEMBERI JAWABAN ATAU TUHAN MEMBIARKAN PERSOALAN KITA BERLANGSUNG TANPA KITA TAHU MENGAPA HAL ITU DIIZINKAN TUHAN TERJADI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 Agustus 2024
2024-08-10 08:28:22

Yeremia 14-17

Card image
Truth Kids 09 Agustus 2024 - TANIA DAN HANA
2024-08-09 15:03:28


1 Yohanes 3:17
”Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?”

Sobat Kids, bagaimana kalau kita seharian tidak makan? Pasti akan kelaparan. Apalagi kalau kita tidak makan berhari-hari. Wah, bisa-bisa sakit dan harus dirawat di rumah sakit.

Ada seorang anak kecil bernama Hana. Ia selalu menemani neneknya bekerja. Hana tinggal berdua bersama nenek. Sepulang sekolah, Hana selalu ikut dengan nenek untuk bekerja menjaga warung kecil di sebuah desa.

Di sekolah, Hana memiliki sahabat yang bernama Tania. Hana selalu bercerita tentang ikut nenek bekerja. Saat nenek Hana sakit, ia tidak bisa sekolah selama berhari-hari. Hal ini membuat Tania khawatir. Tania sangat menyayangi Hana, bahkan sering mengajak Hana untuk mengerjakan tugas sekolah di rumah. Tania pun bercerita kepada papa dan mamanya untuk datang melihat keadaan Hana. Tania melihat Hana baik-baik saja, tetapi nenek Hana terbaring sakit. Lalu merekapun membawa nenek ke rumah sakit. Hana sangat berterima kasih karena keluarga Tania membantunya. Saat Tania membantu Hana, ia teringat seorang tokoh di Alkitab yaitu orang Samaria yang murah hati. Sebagai anak Allah, Tania mau membantu nenek Hana yang sedang sakit. Bukan hanya Tania yang mengasihi mereka, papa dan mama Tania juga mengasihi Hana dan neneknya.

Jadi, Sobat Kids, ayo kita belajar untuk mengasihi dan membantu sesama.

Card image
Truth Junior 09 Agustus 2024 - DON’T CLOSE YOUR HEART
2024-08-09 15:01:27


1 Yohanes 3:17
”Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?”

Dalam Alkitab, Tuhan mengajarkan kita untuk mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri sendiri. Kita juga belajar dari Doa Bapa Kami yang berkata, “Ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” Namun, pernahkah kita merasa tidak senang mengasihi teman yang sering mengganggu kita? Hhmm… pasti rasanya ingin membalas saja, kan?

Sobat Junior, waktu kita memilih mengasihi teman yang baik kepada kita itu adalah hal mudah. Namun, Tuhan ingin mengajarkan kita mempunyai kasih kepada orang yang mungkin tidak memiliki teman atau bahkan sering dijauhi satu kelas.

Tuhan Yesus memberikan ilustrasi tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin di Lukas 16:19-31. Melalui kisah orang kaya dan Lazarus yang miskin, diceritakan bahwa orang kaya itu hanya memikirkan dirinya sendiri. Lazarus diceritakan sebagai orang yang tetap rendah hati dan selalu dekat dengan Tuhan. Jadi, Sobat Junior, kita harus menumbuhkan belas kasihan dalam hati kita.

Saat ada teman yang dijauhi karena cara berpakaiannya yang sederhana atau tidak pandai dalam sekolah, maka tugas kita adalah mengajarinya. Kalian juga dapat mengajak makan di kantin sekolah bersama. Saling menghargai teman dalam keadaan suka walaupun duka. Kasihilah teman kita yang terpojok, seperti Tuhan yang tidak pernah meninggalkan kita sendiri. Ia selalu ada menyertai kita dalam hangat pelukan-Nya.

Card image
Truth Youth 09 Agustus 2024 (English Version) - WANTS OR NEEDS ?
2024-08-09 14:41:06


"So I say, walk by the Spirit, and you will not gratify the desires of the flesh." (Galatians 5:16)

Each of us tends to desire something that may not be essential for us to have, but we feel we want it. As a result, we may feel restless or dissatisfied if we do not get that item. For example, when we see our friend buying a new phone, we might also feel the urge to have a new, expensive phone. Even though we can still use our old phone for our needs, we are willing to spend a lot of money just to get that item to look cool.

There are also times when we pressure our parents to buy us something that is not necessarily a must-have. Friends, is it wrong or sinful to desire something? Not always. However, it becomes a sin if we force it to the point of making those close to us uncomfortable. We must distinguish between needs and wants. If we cannot control our desires, how can we fulfill God's will? Self-control is part of God's will. God's will is not about self-interest but the interests of others as well. Therefore, let us learn not to be selfish.

WHAT TO DO:
1. Realize that what we have comes from God. We must be responsible for managing what God has entrusted to us correctly.
2. Learn to always be grateful for the small things.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 15-17

Card image
Truth Youth 09 Agustus 2024 - KEINGINAN ATAU KEBUTUHAN?
2024-08-09 14:32:24


”Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.” (Galatia 5:16)

Setiap kita pasti memiliki kecenderungan menginginkan sesuatu yang mungkin sebenarnya tidak terlalu penting untuk kita memilikinya, tapi kita merasa menginginkannya. Sehingga kita merasa gelisah atau tidak puas hati jika tidak mendapatkan barang tersebut. Misalkan, kita melihat teman kita membeli handphone baru, kita melihat hal tersebut dan juga merasa ingin mempunyai handphone baru yang mahal. Padahal, kita masih bisa menggunakan handphone yang lama untuk kegunaan sesuai kebutuhan kita. Tapi karena ingin terlihat keren, maka kita sanggup membelanjakan banyak uang hanya untuk mendapatkan barang tersebut.

Ada juga memaksakan orang tua untuk membelikan sesuatu yang sebenarnya bukan menjadi sesuatu yang wajib untuk dimiliki. Teman-teman, apakah salah atau dosa jika kita menginginkan sesuatu? Tentu tidak selalu salah atau dosa. Tetapi hal tersebut akan menjadi dosa jika kita memaksakan sehingga membuat orang-orang dekat kita tidak nyaman. Kita harus bisa membedakan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan. Jika keinginan kita tidak dapat kita kendalikan, bagaimana kita bisa mau melakukan kehendak Tuhan? Penguasaan diri adalah bagian dari kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan bukan terkait dengan kepentingan diri sendiri melainkan kepentingan orang lain juga. Oleh sebab itu, mari kita belajar untuk tidak bersikap mementingkan diri sendiri.

WHAT TO DO:
1.Sadari bahwa apa yang kita miliki sumbernya daripada Tuhan. Jadi kita harus bertanggung jawab untuk mengelola apa yang Tuhan percayakan dengan benar.
2.Belajar untuk selalu mengucap syukur dari hal-hal kecil.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yeremia 15-17

Card image
Renungan Pagi - 09 Agustus 2024
2024-08-09 14:29:09


Kita harus selalu tulus dan tidak munafik dalam memberikan kesaksian-kesaksian, tentang pertolongan Tuhan dan tentang kebesaran Kuasa Tuhan. Ketika bersaksi, tujuannya bukan untuk membuktikan bahwa kita lebih hebat dari orang lain dan ingin mencari pujian dari manusia, tetapi tujuannya supaya orang lain juga beroleh keselamatan, sehingga hanya nama Tuhan saja yang dimuliakan.

"Hidup itu telah dinyatakan dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami."

Jangan munafik dalam setiap kesaksian hidup yang hanya karena ingin membesarkan peristiwa-peristiwa ajaib itu supaya orang dapat menganggap betapa hebatnya kita, padahal semua itu adalah perbuatan Tuhan. Kalau mau menjadi saksi, maka bersaksilah dalam ketulusan dan ucapan syukur, karena kita mau memuliakan Tuhan, dan menyatakan betapa hebat dan dahsyatnya Tuhan. Seperti Yesus juga selalu mempermuliakan Bapa-Nya dalam setiap perbuatanNya.
(1 Yohanes 1:2)

Card image
Quote Of The Day - 09 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-09 13:03:25


Tempat paling aman adalah dalam penyerahan total kepada Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 09 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-09 13:01:36


Penyembahan yang tulus, dengan kesucian hidup, dan tidak terikat dengan kesenangan dunia, membuat kita bisa terbang setinggi-tingginya sampai ke takhta Allah.

Card image
NATURAL DESIRE - 09 Agustus 2024 (English Version)
2024-08-09 12:59:00


We have come a long way and possess many solid truths, strong and steadfast, and we feel that we already have the truth. But let us rise to a higher level, which is encountering God. In reality, not many people have truly experienced an encounter with God. For to experience an encounter with God and to walk with God, the price is our entire life. We cannot walk with God and experience an encounter with God if we still have natural desires. This is difficult to share with others, but we want to enter this realm—how we can end our life journey and anchor before God, live in holiness that meets God's standards, and not have desires that are displeasing to God, and that is not easy.

But this is the dignity above all dignities, the glory, the greatness, the highest value that humans can have, and that God can give and do in our lives. Each of us is not a perfect human being or a human being who has a superior existence since birth. However, we have gone through a long life journey full of twists and turns that by the grace and mercy of God, we are brought to this truth. The step is to achieve holiness like God's holiness. We must pay attention to our steps, not from hour to hour, but from minute to minute, the extreme from second to second. The crucifixion of the flesh must be done continuously, until it really becomes powerless, helpless. And a leader must be able to be like a lamb slaughtered on the altar where it brings fragrance and God sends down blessings or power. That's why a shepherd of the congregation must dare to die.

How do we achieve the highest holiness, and have no desire except for God who puts that desire in our hearts, so that we only do God's will. Don't play around, we are dealing with the Almighty, Most Holy, Most Glorious God. We must stake our entire lives. Moreover, this world will end. Ministry is God's work whose focus is to transform humans into His image. Therefore, we must be perfect. The Voice of Truth is a Bible school, and within that Bible school is the curriculum; that is, an encounter with God. So, we want to live holy, truly holy. Do not speak a word if it does not please God; remember, "Gasak," One Word Movement. We must consider whether this word is permissible to say or write on social media.

If we can control our tongue, we will be more cautious in other actions. The movement of living 24 hours, 24 hours before God. Holy living movement, holiness movement. We decide to go home, to pack up, not just in words, but in deeds. This is where we can truly understand what the Word of God says in Colossians 3:3-4, "For you have died, and your life is hidden with Christ in God. When Christ, who is your life, appears, then you also will appear with Him in glory." We must 'die,' for our life is already dead and hidden with Christ in God. Are we willing?

We cannot remain the same as we were yesterday. We become new people, and we must start this from our steps, and the Holy Spirit will surely help. Therefore, one thing that is unavoidable is that we must meet God every day. We must provide an altar of gratitude, an altar of prayer, an altar of worship, and the Holy Spirit will help us have proper conduct before God. Only then can we understand having courtesy before the Lord. It is very costly for us to be in the presence of God. In the busyness of God's government, everything can be directed toward us in the midst of our silence worshiping God, with the angels who are with us also worshiping.

God is alive, until we are allowed to ask great things from God. The big thing is the holiness of life like the holiness of God. And when we are educated by God to wear His holiness, God will bring us experiences in the spiritual realm that we cannot always tell other people about, because it can be arrogance. An encounter with God is a personal intimacy, and God does not want us to reveal our experiences when we kneel before God. In the silence, His voice became clearer.

WE CANNOT WALK WITH GOD, AND EXPERIENCE AN ENCOUNTER WITH GOD IF WE STILL HAVE NATURAL DESIRE.

Card image
KEINGINAN YANG NATURAL - 09 Agustus 2024
2024-08-09 12:55:15


Kita sudah berjalan jauh dan memiliki banyak kebenaran yang kokoh, kuat, dan kita merasa sudah memiliki kebenaran. Tetapi baiklah kita naik lagi ke level yang lebih tinggi, yaitu perjumpaan dengan Allah. Sejatinya, tidak banyak orang yang benar-benar telah mengalami perjumpaan dengan Allah. Sebab untuk mengalami perjumpaan dengan Allah dan berjalan bersama Allah, harganya adalah seluruh kehidupan kita. Kita tidak bisa berjalan dengan Allah, dan mengalami perjumpaan dengan Allah kalau kita masih memiliki natural desire, keinginan yang natural. Ini sulit dibagikan kepada orang, tetapi kita mau masuk ke wilayah ini, bagaimana kita bisa mengakhiri perjalanan hidup dan berlabuh di hadapan Tuhan, hidup dalam kesucian yang berstandar Allah, dan tidak memiliki keinginan yang tidak berkenan di hadapan Tuhan, dan itu tidak mudah.

Tetapi inilah martabat di atas segala martabat, kemuliaan, keagungan, nilai tertinggi yang manusia bisa miliki, dan yang Allah bisa berikan dan lakukan dalam hidup kita. Setiap kita bukan manusia sempurna atau manusia yang memiliki keberadaan unggul sejak lahir. Namun, kita telah melewati perjalanan hidup panjang yang penuh liku-liku yang oleh anugerah dan belas kasihan Tuhan, kita dibawa kepada kebenaran ini. Langkah itu adalah mencapai kesucian seperti kesucian Allah. Kita harus memperhatikan langkah kita, bukan dari jam ke jam, tapi dari menit ke menit, ekstremnya dari detik ke detik. Penyaliban daging harus dilakukan terus-menerus, sampai benar-benar menjadi powerless, tak berdaya, tak berkuasa. Dan seorang pemimpin harus bisa menjadi seperti domba yang disembelih di atas mezbah di mana mendatangkan wewangian dan Allah menurunkan berkat atau kuasa. Makanya seorang gembala jemaat harus berani mati.

Bagaimana kita mencapai kesucian setinggi-tingginya, dan tidak memiliki keinginan apa pun kecuali Allah yang menaruh keinginan itu di hati kita, sehingga kita hanya melakukan kehendak Allah. Jangan main-main, kita berurusan dengan Allah yang Maha Besar, Maha Kudus, Maha Agung, Maha Mulia. Kita harus mempertaruhkan seluruh hidup kita. Dan juga, dunia ini akan berakhir. Pelayanan adalah pekerjaan Allah yag fokusnya adalah mengubah manusia menjadi segambar dengan Dia. Maka, kita harus sempurna. Suara Kebenaran adalah sekolah Alkitab, dan di dalam sekolah Alkitab itu ada kurikulum; yaitu encounter with God, perjumpaan dengan Allah. Jadi, kita mau hidup suci, benar-benar suci. Jangan ucapkan satu kata kalau itu Tuhan tidak berkenan; ingat, “Gasak,” Gerakan Satu Kata. Kita pertimbangkan apakah kata ini boleh diucapkan atau apakah kata ini boleh saya tulis di media sosial?

Kalau kita bisa mengendalikan lidah kita, maka kita akan lebih berhati-hati dalam tindakan-tindakan yang lain. Gerakan hidup 24 hours, 24 jam di hadapan Tuhan. Gerakan hidup suci, holiness movement. Kita memutuskan pulang, berkemas-kemas, bukan hanya kata-kata, melainkan perbuatan. Di situlah kita baru bisa menghayati yang dikatakan oleh firman Tuhan di Kolose 3:3-4, “Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.” Kita harus ‘mati,’ karena hidup kita sudah mati dan tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Apakah kita bersedia?

Kita tidak bisa sama lagi seperti kemarin. Kita jadi manusia yang baru, dan itu harus kita mulai dari langkah kita, dan Roh Kudus pasti menolong. Oleh sebab itu, satu hal yang tidak bisa dihindari adalah kita harus bertemu Tuhan setiap hari. Kita harus menyediakan mezbah syukur, mezbah doa, mezbah penyembahan, dan Roh Kudus akan menolong kita bagaimana memiliki tata krama di hadapan Allah. Kita baru bisa mengerti memiliki kesantunan di hadapan Tuhan. Adalah mahal sekali untuk kita bisa ada di hadirat Tuhan. Di kesibukan pemerintahan Allah, semua bisa tertuju kepada kita di tengah keheningan kita menyembah Allah, malaikat-malaikat yang bersama kita ikut menyembah.

Allah itu hidup, sampai kita diperkenan untuk meminta perkara besar dari Allah. Perkara besar itu adalah kesucian hidup seperti kesucian Allah. Dan ketika kita dididik Tuhan untuk mengenakan kesucian-Nya, maka Allah akan membawa kita kepada pengalaman-pengalaman alam roh yang tidak selalu bisa kita ceritakan kepada orang lain, karena itu bisa menjadi kesombongan. Perjumpaan dengan Allah itu intimacy yang pribadi sifatnya, dan Allah tidak ingin kita mengumbar pengalaman waktu kita berlutut di hadapan Tuhan. Di keheningan, suara-Nya menjadi lebih jelas.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA TIDAK BISA BERJALAN DENGAN ALLAH, DAN MENGALAMI PERJUMPAAN DENGAN ALLAH KALAU KITA MASIH MEMILIKI NATURAL DESIRE, KEINGINAN YANG NATURAL.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 Agustus 2024
2024-08-09 12:48:55

Yeremia 10-13

Card image
Truth Kids 08 Agustus 2024 - AKU MAU MENGASIHI TUHAN
2024-08-08 18:16:58


Titus 3:5
”pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus,”

Sobat Kids, kalian tahu tidak, kenapa Tuhan Yesus menyelamatkan kita dari dosa? Bahkan Tuhan Yesus harus disiksa dan mati di kayu salib, loh! Nah, Tuhan Yesus menyelamatkan kita karena Dia mengasihi kita semua. Kasih Tuhan Yesus begitu besar kepada kita, sehingga kita selamat dari dosa.

Namun, bagaimana caranya untuk bisa mengasihi Tuhan Yesus sama seperti Tuhan Yesus mengasihi kita? Apa iya kita harus disalibkan juga? Bukan begitu, Sobat Kids. Caranya adalah dengan hidup seperti teladan yang Tuhan Yesus sudah berikan selama Ia ada di bumi ini. Salah satunya adalah mengasihi orang lain. Contohnya, kita bisa mengasihi semua teman-teman tanpa harus pilih-pilih. Mengajak semua teman bermain bersama. Misalnya ada teman yang usil, kita memilih untuk memaafkan dan tetap mau mengasihi dia.

Nah, ada contoh lagi, nih. Saat papa menyuruh kita untuk mengerjakan PR, tetapi kita memilih untuk melanjutkan menonton film. Ini contoh yang salah, ya, Sobat Kids. Seharusnya kita menjadi anak yang dengar-dengaran. Taat adalah salah satu cara kita mengasihi Tuhan Yesus, loh.

Jadi, Sobat Kids, ayo mulai sekarang kita belajar mengasihi Tuhan karena kasih-Nya menyelamatkan kita dari dosa. Tuhan Yesus memberikan Roh Kudus dalam diri kita, supaya kita bisa terus berkomunikasi dengan Tuhan.

Card image
Truth Junior 08 Agustus 2024 - KASIH TUHAN
2024-08-08 18:14:26


Titus 3:5
”pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus,”

Beberapa hari ini, kita sedang merenungkan tentang sikap hati yang murah hati, baik hati, dan memberkati terhadap sesama kita. Hukum terutama di dalam Alkitab ada tercantum di dalam Matius 22:37-40. “Jawab Yesus kepadanya: ‘Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri;” mengasihi Allah dengan segenap hidup kita, dan mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri kita sendiri.” Jika kita tidak mau disakiti, jangan kita menyakiti orang lain. Kalau kita tidak mau dimusuhi, jangan kita memusuhi orang lain.

Teladan Agung yang kita miliki adalah Tuhan Yesus. Adakah kasih yang lebih besar dari kasih-Nya kepada kita? Dia rela menderita sengsara, padahal kita semua yang berbuat dosa, seperti ayat firman Tuhan dalam Yohanes 3:16 – “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.” Tidak ada kasih yang lebih besar dari kasih Tuhan bagi kita.

Mari sejenak kita renungkan pengorbanan Tuhan Yesus di atas kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita, manusia. Tuhan Yesus rela dipaku, dipakaikan mahkota duri, darah-Nya mengalir dan tercurah bagi kita. Ratapan 3:22-23, “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!”

Memang tiada pernah habis kasih Tuhan bagi kita. Mari kita membalas segala kebaikan dan kasih-Nya dengan hidup benar di hadapan Tuhan. Memberikan segenap hidup bagi Tuhan, tidak dipusingkan dengan hal-hal duniawi. Fokus kita hanya kepada langit baru bumi yang baru.

Card image
Truth Youth 08 Agustus 2024 (English Version) - BROKEN PATH
2024-08-08 12:53:15


"But your iniquities have separated you from your God; your sins have hidden His face from you, so that He will not hear." (Isaiah 59:2)

Sin is a form of evil committed by humans because of disobedience to God's commands. But what exactly is considered sin in the eyes of God? Sin is anything that violates the law of love or the laws established by God. One form of sin is insulting and bringing down our fellow human beings.

When our friend needs help, we should strive to assist our friend who is truly in difficulty. By doing so, we do not violate God's commands and make our friends happy, showing that we obey God's laws or commands.

However, if we see our friend in need of help but remain silent and do not assist, then we bring down our friend, which separates us from God. It's like there is a broken path between us and God. This needs careful attention because sometimes we do not help someone because we are not in a good condition ourselves. If that happens, it is quite reasonable because it's better to resolve our own issues first and then help others.

Additionally, we need to pay attention to the good deeds we perform because sometimes the good or happiness we experience or do might unknowingly bring others down. For example, if a close friend is sad because their parent or sibling is sick, we need to sympathize and even do something for them if necessary. Merely knowing about their situation and then leaving without care is a mistake and even a sin we commit.

Therefore, we need to pay attention to every step we take and experience in our lives. Think about the risks we take and their impact on ourselves and those around us to avoid hurting or harming others. This becomes a way to reconnect the path that was previously broken between us and God.

WHAT TO DO:
1. Resolve your own issues before helping others
2. Do not be indifferent; be more concerned with your surroundings
3. Pay attention to every step you take

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 12-14

Card image
Truth Youth 08 Agustus 2024 - JALAN TERPUTUS
2024-08-08 12:46:39



”Tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.” (Yesaya 59:2)

Dosa merupakan salah satu bentuk kejahatan yang dilakukan oleh manusia karena tidak menaati perintah Allah. Tetapi, sebenarnya apa saja yang dinilai sebagai bentuk dosa di mata Allah? Bentuk dosa adalah segala sesuatu yang melanggar perintah hukum cinta kasih atau hukum yang telah Allah tentukan, salah satu bentuk dosanya adalah menghina dan menjatuhkan sesama kita.

Di saat teman kita membutuhkan bantuan, kita harus berusaha untuk membantu teman kita yang memang berada dalam titik kesulitan. Karena dengan begitu artinya kita tidak melanggar perintah (hukum) Allah dan membuat teman-teman kita senang, hal ini menunjukkan kalau kita menaati hukum atau perintah Allah.

Namun, jika kita melihat teman kita membutuhkan bantuan, tetapi malah kita diam tidak membantu, lalu menjatuhkan teman kita itu membuat kita terpisah dengan Allah. Seperti, adanya jalan yang terputus antara kita dengan Allah. Hal ini perlu diperhatikan lebih baik, terkadang saat kita tidak membantu seseorang karena posisi kita tidak sedang berada dalam kondisi tidak baik-baik saja. Jika hal itu terjadi menjadi hal yang wajar sekali, karena lebih baik menyelesaikan apa yang ada dalam diri kita terlebih dahulu, kemudian baru membantu orang lain.

Selain itu kita perlu memperhatikan sikap-sikap baik yang kita lakukan, karena terkadang kebaikan atau kebahagiaan yang kita miliki atau lakukan sebenarnya menjatuhkan sesama kita tanpa disadari. Misalnya, salah satu teman dekat kita sedang sedih karena orang tua atau saudaranya jatuh sakit, kita harus bisa bersimpati bahkan jika perlu kita melakukan sesuatu untuk dirinya. Bukan hanya tahu tentang apa yang terjadi, lalu kemudian pergi meninggalkan tidak peduli, ini menjadi sebuah kesalahan bahkan dosa yang kita lakukan.

Maka dari itu, perlu memperhatikan setiap langkah yang kita ambil dan alami dalam kehidupan kita. Memikirkan tentang risiko yang kita ambil, serta dampaknya untuk diri kita sendiri juga sekitar kita, agar tidak menyakiti atau melukai sesama kita. Hal ini menjadi salah satu bentuk proses menyambung jalan kita yang terpisah dengan Allah sebelumnya.

WHAT TO DO:
1.Selesai dengan diri kita sendiri sebelum membantu orang lain
2.Tidak acuh dan lebih peduli dengan lingkungan sekitar
3.Memperhatikan setiap langkah yang kita ambil

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yeremia 12-14

Card image
Renungan Pagi - 08 Agustus 2024
2024-08-08 07:13:39


Ada yang menarik ketika Alkitab menuliskan; "Janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang melakukan kejahatan dan dalam memberikan kesaksian mengenai sesuatu perkara janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang membelokkan hukum. Juga janganlah memihak kepada orang miskin dalam perkaranya."

Kebenaran firman ini menegaskan bahwa keadilan berlaku bagi semua orang. Orang yang kekurangan secara ekonomi bukan berarti diijinkan melakukan kesalahan dan melanggar hukum karena alasan kemiskinannya. Jika kita harus memihak, berpihaklah pada orang yang melakukan kebenaran.

Setiap orang harus belajar mentaati hukum yang berlaku, juga bersikap adil terhadap orang yang bersalah. Tindakan disiplin dan memberi sangsi bukanlah karena kita tidak mengasihi, tetapi justru itulah wujud kasih sejati, karena menuntun orang untuk melakukan kebenaran adalah tindakan mengasihi dengan benar. Jadi kita harus belajar menyatakan kasih dengan tepat, terutama saat ada saudara kita yang melakukan kesalahan.
(Keluaran 23:2-3)

Card image
Quote Of The Day - 08 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-08 07:11:22


Ketika seseorang berteologi tanpa perjumpaan dengan Tuhan, dia semena-mena dengan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 08 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-08 07:10:12


Keadaan sulit yang bertubi-tubi merupakan cara Tuhan melindungi kita untuk tidak berbuat salah, untuk terus bergerak ke level yang lebih tinggi.

Card image
BELIEVING IN THE UNSEEN - 08 Agustus 2024 (English Version)
2024-08-08 05:49:53


We must earnestly train ourselves to pay attention to what is unseen so that the unseen becomes alive and real in our lives. As stated in 2 Corinthians 4:18, “So we fix our eyes not on what is seen, but on what is unseen, since what is seen is temporary, but what is unseen is eternal.” What does the Apostle Paul mean by the unseen? If we look at the preceding and following verses, the context is about the eternal glory that surpasses everything, which will be received by faithful believers. In other words, this 'heavenly treasure' is synonymous with 'eternal inheritance.'

We are children of God who are given the opportunity to gather treasures in heaven and who will be glorified together with the Lord Jesus Christ. Certainly, not all Christians will receive this; the eternal inheritance, being glorified with the Lord Jesus, the eternal glory that surpasses everything. Those whose inner beings are renewed day by day will eternal glory. In 2 Corinthians 4:16, Paul talks about the outer self wasting away, but the inner self being renewed day by day. So, this 'eternal glory that surpasses everything' is not given to all Christians, but only to those who continuously strive to renew their inner selves. And this, of course, is the struggle described in 2 Corinthians 4:17 as 'suffering.'

Certainly, when Paul wrote this letter, he was in the midst of suffering and persecution for doing God's work, which is preaching the Gospel. Paul faced so much suffering. But it was precisely through this suffering that Paul experienced growth in his inner being. And this is the eternal treasure possessed by every true believer who wants to be shaped by God. And those who have a beautiful inner being will receive eternal glory. Remember, life is not only on earth today until the grave. This life is tragic, truly tragic. If we have not experienced it ourselves, look at the suffering of others. Many people live truly miserable lives.

In addition to being tragic, life is also short, and we do not know when our individual lives will end. Therefore, we must look forward to the life to come — it is a reality, not a dream, fantasy, falsehood, or nonsense. Being glorified with the Lord Jesus and receiving eternal glory that surpasses all things must continue to be alive in our minds and souls. Meanwhile, we strive to continually grow, possessing a radiant inner self, which will be evidenced or manifested in daily life.

A person who truly has a good inner self will first not hurt anyone, will not be thorny, although certainly those with crooked hearts will dislike and usually attack the righteous, those who fear God, whose inner beings are continually renewed, and who are led by the Holy Spirit. Good children of God will surely face attacks from those controlled by evil spirits. So if we are attacked by people, let us leave it in God's hands. If they are on the right side, surely God will bless them. But if we are on the right side, we are blessed. Let each be responsible to God.

Secondly, they will surely love to help others, be burdened for the salvation of souls, and dare to risk their lives, strength, wealth, energy, all for the Kingdom of Heaven. This was demonstrated and shown by the life of Paul, whose inner man was renewed. His principle was, “For to me, to live is Christ and to die is gain;” and “If I live, I live only to bear fruit.” All these are the life principles of a person whose inner man is renewed day by day.

Let's think, let's reflect, let's sharpen our minds to believe what is unseen. Think of eternal things, namely glory together with the Lord Jesus. We all still have the opportunity to be worthy of being glorified together with the Lord Jesus. Therefore we must strive to live holy, strive to do the Lord's work, whatever God commands us to do for His work, we do. Let alone our money or possessions, even our lives, we are willing to risk.

WE MUST EARNESTLY TRAIN OURSELVES TO PAY ATTENTION TO WHAT IS UNSEEN SO THAT THE UNSEEN BECOMES ALIVE AND REAL IN OUR LIVES.

Card image
MEMERCAYAI APA YANG TIDAK KELIHATAN - 08 Agustus 2024
2024-08-08 05:44:16


Kita harus sungguh-sungguh melatih, memperhatikan apa yang tidak kelihatan, sehingga yang tidak kelihatan itu menjadi hidup dan riil di dalam hidup kita. Seperti yang dikatakan di dalam 2 Korintus 4:18, “Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.” Apa yang dimaksud oleh Rasul Paulus dengan yang tidak kelihatan ini? Kalau kita melihat ayat sebelumnya dan juga ayat sesudahnya, konteksnya mengenai kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, yang akan diperoleh oleh orang percaya yang setia. Atau dengan kalimat lain, yaitu mengenai ‘harta surgawi’ ini sama dengan ‘warisan kekal.’

Kita adalah anak-anak Allah yang diberi kesempatan mengumpulkan harta di surga dan kita adalah anak-anak Allah yang akan dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus Kristus. Tentu tidak semua orang Kristen akan menerima hal ini; warisan kekal, dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus, kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya. Orang-orang yang manusia batiniahnya dibarui dari sehari ke sehari, merekalah yang akan memperoleh kemuliaan kekal. Kalau kita melihat 2 Korintus 4:16, Paulus berbicara mengenai manusia lahiriah yang semakin merosot, tetapi manusia batiniah yang dibarui dari sehari ke sehari. Jadi tidak kepada semua orang Kristen ‘kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya’ itu diberikan, tetapi hanya kepada mereka yang terus berjuang untuk memperbarui manusia batiniahnya. Dan ini tentu adalah perjuangan yang dikatakan di dalam 2 Korintus 4:17 itu sebagai ‘penderitaan.’

Tentu ketika Paulus menulis surat ini, ia ada di dalam penderitaan dan aniaya karena melakukan pekerjaan Allah, yaitu menjadi pemberita Injil. Paulus menghadapi penderitaan yang begitu banyak. Tetapi justru penderitaan yang dialami Paulus, membuat Paulus mengalami pertumbuhan manusia batiniahnya. Dan inilah harta kekal yang dimiliki setiap orang percaya yang benar-benar mau dibentuk oleh Allah. Dan orang-orang yang memiliki manusia batiniah yang indah inilah yang akan menerima kemuliaan kekal. Ingat, hidup itu bukan hanya di bumi hari ini sampai kubur. Hidup ini tragis, benar-benar tragis. Kalau kita belum mengalami, lihatlah penderitaan orang lain. Banyak orang yang hidupnya benar-benar menyedihkan.

Selain tragis, hidup ini juga singkat, dan kita tidak tahu kapan berakhir hidup kita masing-masing. Oleh karenanya, kita harus memandang ke depan, kehidupan yang akan datang —itu adalah realitas, bukan impian, fantasi, bohong-bohongan, omong kosong. Dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus, menerima kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya harus terus kita hidupkan di dalam pikiran kita, terus kita hidupkan di dalam jiwa kita. Sementara itu kita berjuang untuk terus bertumbuh memiliki manusia batiniah yang cemerlang, yang akan dibuktikan atau bisa dinyatakan atau dimanifestasikan dalam kehidupan setiap hari.

Di mana seorang yang benar-benar memiliki manusia batiniah yang baik pasti, pertama, ia tidak akan melukai siapa pun, tidak akan berduri, walaupun tentu orang yang hatinya bengkok akan tidak suka dan biasanya menyerang orang yang benar, yang takut akan Allah, yang manusia batiniahnya terus dibarui, yang dipimpin Roh Kudus. Anak-anak Allah yang baik pasti mendapat serangan dari orang-orang yang dikuasai roh jahat. Jadi kalau kita diserang orang, serahkan saja ke tangan Tuhan. Kalau memang dia di pihak yang benar, pasti Tuhan berkati mereka. Tapi kalau kita di pihak yang benar, kita diberkati. Biar masing-masing bertanggung jawab kepada Tuhan.

Kedua, pasti suka menolong orang lain, terbeban untuk keselamatan jiwa-jiwa dan berani mempertaruhkan hidupnya, kekuatannya, kekayaannya, tenaganya, semua untuk Kerajaan Surga. Hal ini didemonstrasikan, ditunjukkan oleh kehidupan Paulus, yang manusia batiniahnya dibarui. Prinsipnya adalah “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan;” dan “Kalau aku hidup, aku hidup hanya untuk memberi buah.” Semua ini adalah prinsip hidup manusia yang batiniahnya dibarui dari sehari ke sehari.

Ayo kita pikirkan, kita renungkan, kita pertajam pikiran kita untuk memercayai apa yang tidak kelihatan. Pikirkan perkara-perkara yang kekal, yaitu kemuliaan bersama dengan Tuhan Yesus. Kita semua masih punya kesempatan untuk layak dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Karenanya kita harus berjuang untuk hidup suci, berjuang untuk melakukan pekerjaan Tuhan, apa pun yang Allah perintahkan untuk kita lakukan bagi pekerjaan-Nya, kita lakukan. Jangankan uang atau harta kita, nyawa kita pun, kita rela pertaruhkan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS SUNGGUH-SUNGGUH MELATIH, MEMPERHATIKAN APA YANG TIDAK KELIHATAN, SEHINGGA YANG TIDAK KELIHATAN ITU MENJADI HIDUP DAN RIIL DI DALAM HIDUP KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 Agustus 2024
2024-08-08 05:35:19

Yeremia 7-9

Card image
Truth Kids 07 Agustus 2024 - BONA MAU BERBAGI
2024-08-07 16:34:42


Lukas 10:37
Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian"

Namaku Bona, aku punya teman di sekolah. Aku suka bermain dan belajar bersama-sama temanku di sekolah. Setiap jam istirahat, aku dan temanku makan bersama-sama. Aku senang sekali rasanya bisa bertemu dengan mereka setiap sekolah. Di sekolahku ada yang bernama Jono. Aku sering melihat Jono tidak ikut makan bersama karena tidak membawa bekal. Karena aku sedih melihat Jono yang tidak bawa bekal, akhirnya sepulang sekolah aku cerita ke mama. Jawab mama, "Wah! Kasihan, ya teman Bona tidak makan seperti kamu dan teman-teman." "Apakah boleh aku berbagi makananku dengan Jono?" tanya Bona. Mama pun menjawab, "Tentu saja boleh, Nak. Besok mama akan tambahkan bekalnya supaya kamu bisa berbagi dengan Jono." "Terima kasih banyak, Ma," seru Bona kegirangan. Keesokan harinya di sekolah, Bona mengajak Jono untuk makan bersama-sama. Bona membagi bekalnya kepada Jono. Jono pun terharu dan berkata, "Terima kasih banyak, Bona. Kamu sudah membagikan bekal kamu. Aku senang sekali dan bersyukur memiliki teman sepertimu."

Sobat Kids, Ayo kita belajar mengasihi teman-teman kita dengan berbagi apa saja yang kita punya, sama seperti Bona yang mau berbagi kepada Jono. Yuk, Sobat Kids, jangan pernah berhenti untuk mengasihi sesama.

Card image
Truth Junior 07 Agustus 2024 - MURAH HATI*
2024-08-07 16:32:44


Lukas 10:37
Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”

Hai, Sobat Junior! Apa kabar kalian hari ini? Semoga semua dalam keadaan baik dan tetap setia membaca renungan Truth Junior, membaca Alkitab dan berdoa. Hari ini ada pertanyaan untuk Sobat Junior. Apakah Sobat Junior pernah bertengkar dengan teman atau musuhan dengan teman? Mungkin kalian bertengkar karena rebutan sesuatu. Mungkin juga musuhan karena perkataan teman yang membuat kalian sedih atau bahkan membuat marah. Apakah sikap hati yang seperti itu benar di hadapan Tuhan?

Tuhan ingin setiap kita memiliki sikap yang murah hati, walaupun kita mengalami hal-hal yang tidak enak. Seperti ayat di dalam Roma 12:9 “Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik,” Milikilah hati yang suka berbuat baik, sehingga Sobat Junior disukai oleh sesama. Seperti cerita dalam Alkitab tentang orang Samaria, “Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.” Sobat Junior dapat membaca kisah lengkapnya di Lukas 10:30-37, di zaman itu orang Samaria tidak disukai oleh orang Yahudi. Dan sebelum orang Samaria lewat, terdapat Lewi dan imam yang melintasi jalan tersebut. Lewi dan imam adalah petugas-petugas ibadat, tetapi mereka tidak menaruh kasih kepada orang yang celaka akibat dirampok dan yang ditinggal setengah mati itu. Mereka tetap lanjut berjalan dan mengabaikan orang tersebut. Namun, orang Samaria mempunyai sikap yang murah hati dengan menolong orang Yahudi. Orang Samaria tersebut memberikan teladan yang baik kepada kita.

Mari kita belajar untuk selalu menjadi pribadi yang murah hati, mengasihi sesama dan membantu jika teman sedang mengalami masalah. Tumbuh menjadi anak-anak yang baik hati, supaya hidup kita menjadi berkat bagi orang lain dan pastinya Tuhan Yesus disenangkan.

Card image
Truth Youth 07 Agustus 2024 (English Version) - ROOTED IN SIN
2024-08-07 16:17:41


“You have been set free from sin and have become slaves to righteousness.” (Romans 6:18)

Every human being has the nature of sin, which is inherited from the first humans (Adam and Eve) who committed sin. This means that every descendant of the first humans has sin, even if we have never personally committed a sin, made a mistake, or acted in a way that caused us to sin. Humanity is inherently sinful due to the deeply rooted nature of sin within us.

This nature of sin also influences everything we do. Even when we act or behave well, the nature of sin still haunts every person. For example, maintaining purity in our lives today and experiencing difficulty in communicating directly with God can make it hard for us to understand or know what God wants in our lives and how we can help others.

So, how can we be free from the nature of sin? It’s not about being ‘free’ from sin in a literal sense, where everyone is without sin and does not sin at all, eventually becoming perfect and meeting God after death. Instead, it is about not being influenced by the nature of sin, which means keeping our thoughts away from sinful things and not being greedy for everything.

A person can have the attitude of guarding their thoughts, feeling grateful for what they have, and being content with their possessions. This is a form of freedom from the nature of sin, allowing them to share with others, not covet what others have, and strive to improve their attitudes.

Thus, we conclude that freedom from the nature of sin is not about immediate perfection but rather a long process involving many aspects of life. So, are you ready to be free from the influence of the nature of sin?

WHAT TO DO:
1. The nature of sin affects people to become better.
2. Guard your thoughts from everything related to the nature of sin.
3. Being content and grateful in life is a form of freedom.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 9-11

Card image
Truth Youth 07 Agustus 2024 - KEKANG-AN YANG MENGAKAR
2024-08-07 16:14:25


"Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran." (Roma 6:18)

Setiap manusia memiliki kodrat dosa, yaitu kodrat keturunan karena manusia pertama (Adam dan Hawa) melakukan perbuatan dosa. Hal ini membuat setiap keturunan dari manusia pertama pasti memiliki dosa, meskipun kita sama sekali belum pernah melakukan dosa, melakukan kesalahan, atau tindakan yang mengakibatkan kita berdosa. Manusia sudah pasti berdosa, karena adanya kodrat dosa yang telah mengakar dalam diri kita.

Kodrat dosa juga memengaruhi kita melakukan segala sesuatunya. Meskipun, kita sudah berbuat atau bersikap baik, tapi penilaian terhadap kodrat dosa masih saja terus menghantui setiap manusia. Contohnya, menjaga kesucian kita dalam kehidupan sekarang dan mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan Tuhan secara langsung. Dengan begitu, membuat kita tidak bisa memahami atau mengetahui apa yang Tuhan inginkan dalam hidup kita dan juga apa yang bisa kita lakukan untuk sesama kita.

Lalu bagaimana caranya kita bebas dari kodrat dosa? Sebenarnya, bukan istilah ‘bebas’ dari kodrat dosa secara harfiah yaitu ketika setiap orang tidak memiliki dosa dan tidak melakukan dosa sama sekali, setelah itu menjadi pribadi yang sempurna dan bisa bertemu dengan Tuhan pada saat mengalami kematian. Namun, lebih kepada bagaimana kita tidak menggunakan kodrat dosa atau tidak terpengaruh dengan kodrat dosa, yaitu menjaga pikiran kita dari hal-hal yang berkaitan dengan dosa dan tidak serakah untuk memiliki segala sesuatunya.

Manusia bisa memiliki sikap menjaga pikirannya, kemudian merasakan hidupnya bersyukur dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki oleh dirinya. Itulah bentuk dari kebebasan seseorang terlepas dari kodrat dosa, dan mereka bisa berbagi dengan sesamanya, tidak menginginkan milik orang lain, dan berusaha terus menjadi lebih baik atas sikap yang mereka miliki.

Sehingga kita sampai pada sebuah kesimpulan bahwa setiap manusia itu bisa bebas dari kodrat dosa bukan dituntut dengan kesempurnaan secara langsung, tetapi proses yang lumayan panjang dan melewati banyak hal dalam kehidupannya. Maka, sudahkah kalian siap untuk bebas dari pengaruh kodrat dosa?

WHAT TO DO:
1. Kodrat dosa memengaruhi manusia menjadi lebih baik
2. Menjaga pikiran kita dari segala sesuatu yang berkaitan dengan kodrat dosa
3. Merasa cukup dan bersyukur dalam kehidupan yang mereka miliki bentuk dari kebebasan

BIBLE MARATHON:
▪︎Yeremia 9—11

Card image
Renungan Pagi - 07 Agustus 2024
2024-08-07 16:08:58


Tidak bisa kita pungkiri bahwa hari-hari yang paling sulit dalam menjalani kehidupan ini adalah ketika selalu merasa tidak cukup, karena memang dunia ini tidak akan pernah merasa cukup. Padahal seharusnya tahu bahwa kekurangan itu selalu ada dalam hidup kita, dan iblis ahlinya untuk membuat selalu merasa tidak puas dalam hidup ini.

"Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan."
Oleh sebab itu, jauhilah diri dari perasaan tidak pernah puas, yang membuat kita tidak bersyukur atas berkat Tuhan dan mendekatlah terus pada Tuhan, fokus kepada Tuhan, maka segala yang cukup, segala yang seimbang, Tuhan sediakan bagi hidup kita.
(2 Korintus 9:8)

Card image
Quote Of The Day - 07 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-07 16:04:47


Orang yang teosentris, pasti tidak membahayakan bagi sesama.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 07 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-07 15:59:55


Masalah hidup sejatinya adalah berkat, tergantung bagaimana kita memaknainya; secara tepat atau tidak.

Card image
SUPERIOR PACKAGE - 07 Agustus 2024 ( English Version)
2024-08-07 07:13:44


We should make a decision to choose the best package, the superior package, the foremost package, the most package that God has provided for us. In the free will that God gives to each of us, we are given the freedom to choose how many blessings we want to achieve. God opens His storehouse of riches every day. The blood of Jesus makes it possible for us to approach God and at the same time His grace opens the door to God's storehouse of riches, where we can achieve as many blessings as possible that God provides for us each day. Although there are limits.

Our spiritual maturity, the spiritual wealth that we have, is ultimately the accumulation of gathering spiritual blessings that we gain every day. That is why the word of God says in Matthew 6:19-21, “Store up treasures in heaven." However, Satan deceives many people by teaching that delaying is not a danger. Delaying is not rebellion. Delaying what we should do is not a loss. And that is what almost everyone does. Many people are accustomed to thinking that spiritual matters can be postponed. While for self-pleasure, fleshly pleasure, satisfaction should not be missed.

While still young, while still able to enjoy this and that, while still alive, the philosophy is like animals: let us eat and drink, for tomorrow we die. This rhythm still clings to many people. Perhaps it is also within us. Let us reflect and live how precious God is, how noble God is, and how valuable and glorious the blessings He provides are. Spiritual intelligence, holiness, the characteristics of God that He wants to impart to us. And the opportunity to save souls, which is also part of spiritual and eternal blessings. Because when we return to heaven, we will not return to meet God empty-handed, but we bring souls.

Not only people we make Christians, but people who are transformed to be worthy of entering into the family of God's Kingdom, just as we are worthy of becoming members of the family of God's Kingdom. And to be worthy of becoming members of the family of God's Kingdom is not something easy, which can we achieve in a few days, a few weeks, a few months, not even enough with a few years. Not dozens, but decades until we close our eyes. And to achieve the worthiness of being members of the family of the Kingdom of God who has a noble mentality and the dignity of the children of God is a process of accumulating and gathering treasures in heaven as meant in Matthew 6:19-21 “Do not store up for yourselves treasures on earth, where moths and vermin destroy, and where thieves break in and steal. 20 But store up for yourselves treasures in heaven, where moths and vermin do not destroy, and where thieves do not break in and steal. 21 For where your treasure is, there your heart will be also.

That's why in verse 21, the Word of God says, "For where your treasure is, there your heart will be also." As soon as we open our eyes in the morning, we must place our hearts in the Kingdom of Heaven. So whatever we do that day, we do for the Lord. This means that we are gathering treasures in heaven. Satan can shift and divert our focus to problems, issues, needs, bitterness, heartache, disappointment, sickness, and various other things. Also pleasures and even sins that satisfy our flesh and dirty souls, leading them toward eternal darkness. But we have made the decision that we are gathering treasures in heaven. Therefore, we must realize how precious the time that God gives us is.

Within that time, there is an opportunity to gather treasures in heaven. Even one minute should not be used to look at anything inappropriate that does not build the atmosphere of the Kingdom of God. We can create a climate of spiritual blessings rain every day, so there is no drought in our lives. We constantly bring the clouds of God's glory that bring the rain of blessings. Especially for speakers, if we do not present the cloud of glory, it means we are presenting a false sun. We present the light of the world that brings drought, leading the congregation and ourselves away from blessings. Therefore, we always want to choose the best package, the superior package, the package of blessings, the most abundant package. However, superior package that brings the clouds of glory it certainly is not cheap; that is we must devote our whole lives to God.

We will deeply regret it if we do not take advantage of this opportunity. Do not just agree with what we read today, but take steps. Have the right rhythm, have the dynamic life of God's children who continue to seek the face of God, seek the presence God, keep seeking stability, releasing burdens and sins. Ironically, it is very rare for people to really risk themselves without limits to collect treasures in heaven, to always choose the superior package. Remember, time is short.

THE SUPERIOR PACKAGE THAT BRINGS THE CLOUDS OF GLORY IT CERTAINLY IS NOT CHEAP; THAT IS, WE MUST DEVOTE OUR WHOLE LIVES TO GOD.

Card image
PAKET UNGGULAN - 07 Agustus 2024
2024-08-07 07:11:37


Mestinya kita mengambil keputusan untuk memilih paket yang terbaik, paket unggulan, paket terutama, paket terbanyak yang Allah sediakan bagi kita. Di dalam kehendak bebas yang Allah berikan kepada kita masing-masing, kita diberi kebebasan untuk memilih seberapa banyak berkat yang kita mau raih. Allah membuka gudang kekayaan-Nya setiap hari. Darah Yesus melayakkan kita untuk menghampiri Allah dan sekaligus anugerah-Nya membuka pintu gudang kekayaan Allah, di mana kita bisa meraih sebanyak-banyaknya berkat yang Allah sediakan bagi kita setiap hari. Walau memang ada batasnya.

Kedewasaan rohani kita, kekayaan rohani yang kita miliki, pada akhirnya adalah akumulasi dari pengumpulan hasil berkat-berkat rohani yang kita raih setiap hari. Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan di dalam Matius 6:19-21, “Kumpulkan harta di surga.” Namun, Iblis menipu banyak orang dengan mengajarkan bahwa menunda itu bukan suatu bahaya. Menunda itu bukan suatu pemberontakan. Menunda apa yang seharusnya kita lakukan itu bukan kerugian. Dan itulah yang dilakukan oleh hampir semua orang. Banyak orang yang terbiasa berpikir bahwa masalah rohani, bisa ditunda. Sedangkan untuk kesenangan diri, kesenangan daging, kepuasan tidak boleh terlewatkan.

Mumpung masih muda, mumpung masih dapat menikmati ini itu, mumpung masih hidup, filosofinya seperti hewan: mari kita makan dan minum sebab besok kita mati. Irama itu masih melekat di dalam diri banyak orang. Mungkin juga dalam diri kita. Mari kita merenungkan, menghayati betapa berharganya Allah, betapa mulianya Allah, dan betapa berharga dan mulia berkat-berkat yang Dia sediakan. Kecerdasan rohani, kesucian, sifat-sifat karakter Allah yang mau Dia impartasikan kepada kita. Dan kesempatan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang juga bagian dari berkat rohani, berkat kekal. Sebab kalau nanti kita pulang ke surga, kita tidak pulang menghadap Allah dengan tangan kosong, tapi kita membawa jiwa-jiwa.

Bukan hanya orang-orang yang kita jadikan Kristen, melainkan orang-orang yang diubahkan untuk layak masuk menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah, sebagaimana kita juga layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Dan untuk layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah bukan sesuatu yang mudah, yang dapat kita raih dalam beberapa hari, beberapa minggu, beberapa bulan, bahkan tidak cukup dengan beberapa tahun. Bukan belasan, tapi puluhan tahun sampai kita menutup mata. Dan untuk mencapai kelayakan menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah yang bermental bangsawan, bermartabat anak-anak Allah, merupakan proses mengakumulasi, mengumpulkan kekayaan di surga yang dimaksud di Matius 6:19-21.

Itulah sebabnya di ayat 21 firman Tuhan mengatakan, “Di mana ada hartamu, di situ hatimu berada.” Begitu mata kita terbuka di pagi hari, kita harus sudah taruh hati kita di Kerajaan Surga. Sehingga apa pun yang kita lakukan hari itu, kita lakukan untuk Tuhan. Artinya dalam rangka kita mengumpulkan harta di surga. Setan bisa memindahkan, mengalihkan fokus kita kepada problem, persoalan, kebutuhan, kepahitan, sakit hati, kekecewaan, sakit penyakit, dan berbagai hal. Juga kesenangan-kesenangan bahkan dosa-dosa yang memuaskan daging dan jiwa kotor kita dan menggiringnya menuju kegelapan abadi. Tapi kita sudah mengambil keputusan bahwa kita mengumpulkan harta di surga. Maka kita harus menyadari betapa berharganya waktu yang Tuhan berikan.

Di dalam waktu itu ada kesempatan untuk mengumpulkan harta di surga. Bahkan mestinya 1 menit pun tidak boleh kita gunakan untuk melihat apa yang tidak patut yang tidak membangun atmosfer Kerajaan Allah. Kita bisa menciptakan iklim hujan berkat rohani setiap hari, sehingga tidak ada kemarau di dalam hidup kita. Kita selalu menghadirkan awan kemuliaan Allah yang mendatangkan hujan berkat. Khususnya bagi para pembicara, kalau kita tidak menghadirkan awan kemuliaan, berarti kita menghadirkan matahari palsu. Kita menghadirkan cahaya dunia yang mendatangkan kemarau yang membawa jemaat dan diri sendiri jauh dari berkat. Karenanya, kita mau selalu pilih paket terbaik, paket unggulan, paket berkat, paket yang terbanyak. Tetapi paket unggulan yang mendatangkan awan kemuliaan itu tentu harganya tidak murah; yaitu seluruh hidup kita harus kita persembahkan bagi Tuhan.

Kita akan sangat menyesal kalau kita tidak memanfaatkan kesempatan ini. Jangan hanya setuju dengan apa yang kita baca hari ini, tetapi melangkahlah. Miliki irama yang tepat, miliki dinamika hidup anak-anak Allah yang terus mencari wajah Tuhan, mencari hadirat Tuhan, terus mencari kestabilan, melepaskan beban dan dosa. Ironis, sudah jarang sekali orang yang sungguh-sungguh mau mempertaruhkan dirinya tanpa batas untuk mengumpulkan harta di surga, untuk selalu memilih paket unggulan. Ingat, waktunya sudah singkat.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PAKET UNGGULAN YANG MENDATANGKAN AWAN KEMULIAAN ITU TENTU HARGANYA TIDAK MURAH; YAITU SELURUH HIDUP KITA HARUS KITA PERSEMBAHKAN BAGI TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 Agustus 2024
2024-08-07 07:07:48

Yeremia 4-6

Card image
Truth Kids 06 Agustus 2024 - SELAMAT KARENA KASIH
2024-08-06 14:58:25


Matius 5:7
”Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.”

Sobat Kids, kalau kemarin kita belajar dari kisah seorang janda dari Sarfat, hari ini kita belajar dari seorang wanita bernama Rahab. Rahab adalah wanita dari kota Yerikho. Ia membantu menyembunyikan mata-mata Israel agar tidak ditangkap oleh orang Yerikho. Rahab tahu orang-orang di kota Yerikho itu berbuat jahat. Walaupun Rahab bukan bagian dari bangsa Israel, tetapi dia menunjukkan kasihnya kepada orang Israel. Ia tahu tindakan yang ia lakukan adalah hal yang benar. Akhirnya karena kebaikannya itu, ketika Israel mengalahkan bangsa Yerikho, bukan hanya Rahab, tetapi seiisi keluarga Rahab diselamatkan oleh bangsa Israel.

Sobat Kids, dari kisah ini kita belajar bahwa kasih yang kita berikan kepada orang lain tidak akan sia-sia. Tuhan juga mengasihi orang-orang yang mengasihi sesamanya. Lihat kondisi Rahab. Walaupun hanya dia yang menolong, tetapi semua keluarganya ditolong Tuhan agar selamat. Luar biasa, ya, Sobat Kids. Ayo, jangan jemu-jemu mengasihi sesama kita. Tuhan senang kalau kita saling mengasihi.

Card image
Truth Junior 06 Agustus 2024 - BAIK HATI
2024-08-06 14:57:07


Matius 5:7
”Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.”

Apakah Sobat Junior masih semangat membaca renungan? Mari kita baca cerita dalam Lukas 5:17-26, kisah tentang orang lumpuh yang ditolong teman-temannya supaya dapat bertemu dengan Tuhan Yesus. Teman-temannya percaya bahwa Tuhan Yesus dapat menyembuhkan temannya yang lumpuh. Tertulis dalam ayat ke-19: “Karena mereka tidak dapat membawanya masuk berhubung dengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus.” Belajar dari kebaikan hati teman-teman dari orang yang lumpuh, mereka sungguh-sungguh memikirkan bagaimana caranya supaya temannya dapat bertemu Tuhan Yesus, supaya Tuhan Yesus menyembuhkannya. Cara yang unik pun mereka lakukan: menurunkan temannya dari atap rumah. Berkatalah Yesus kepada orang lumpuh itu: “Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan seketika itu juga bangunlah ia di depan mereka, lalu mengangkat tempat tidurnya dan pulang ke rumahnya sambil memuliakan Allah.

Dengan kebaikan hati teman-temannya, maka orang yang lumpuh dapat bertemu Tuhan Yesus, menerima kesembuhan, dan dapat berjalan lagi. Sungguh luar biasa dampak dari kebaikan hati yang dilakukan teman-temannya. Mari kita sama-sama mempraktikkan perbuatan baik kepada sesama dalam keseharian kita. Tuhan Yesus juga mengajarkan kepada kita untuk selalu berbuat baik.

Card image
Truth Youth 06 Agustus 2024 (English Version) - FREEDOM OF SPEECH
2024-08-06 14:55:34


“But take care that this right of yours does not somehow become a stumbling block to the weak.” (1 Corinthians 8:9)

Let us reflect a bit on a historical event that happened in Indonesia, one of which is the G30S PKI, where there were many mass killings and arrests of people if they were more supportive of the communism that was developing at that time. This actually shows that there were different factions or parties, and we know that during that time there was no freedom of speech that could be appreciated, and people had to support the government, which possibly was not yet right.

So, who was right was not necessarily safe. While those who were wrong and in power, and could hold power, were the ones who could save themselves. Disregarding a person's right to speak freely led to the formation of human rights or HAM (Hak Asasi Manusia), where everyone has the right to do anything and also the freedom to express their opinions.

However, freedom of speech still has its limitations. Because, if we look at 1 Corinthians 8:9, where Paul was teaching in Corinth at that time, he shows that his freedom to express anything should not become a stumbling block. This still remains a dilemma for many people's understanding. The concept of a stumbling block means something bad that cannot build someone up but rather brings them down. That is the understanding of a stumbling block.

Freedom of speech must be understandable and reasonable, which is why freedom of speech is a major concern. Thus, it is highly regarded by everyone and emphasized consistently. Therefore, it is necessary to be very careful and detailed when conveying anything to others and to the public.

Additionally, it requires attitude in delivering everything. Because even the truth needs to be conveyed with a good attitude, so it can be well received.

WHAT TO DO:
1. Pay attention to the freedom of speech.
2. Freedom of speech must be understandable and reasonable.
3. Conveying the truth needs to be done well, so it can be well received.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 6-8

Card image
Truth Youth 06 Agustus 2024 - KEBEBASAN BERBICARA
2024-08-06 14:53:16


”Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah.” (1 Korintus 8:9)

Mari kita sedikit bercermin dengan kisah peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia, salah satunya G30S PKI, di mana ada banyak terjadi pembunuhan dan penangkapan beberapa orang secara massal jika mereka lebih mendukung komunisme yang sedang berkembang pada saat itu. Ini sebenarnya menunjukkan ada perbedaan kubu atau partai yang kita tahu pada masa itu tidak ada kebebasan berpendapat yang bisa dihargai, dan harus mendukung pemerintahan yang bahkan kemungkinan belum benar.

Jadi, siapa yang benar belum tentu dia selamat. Sedangkan yang salah dan berkuasa serta bisa memiliki kekuasaan, dia yang bisa menyelamatkan dirinya. Tidak mempedulikan hak kebebasan seseorang dalam berbicara, maka terbentuklah HAM atau Hak Asasi Manusia. Di mana seseorang memiliki hak mereka untuk melakukan segala sesuatunya, dan juga memiliki kebebasan untuk berpendapat.

Tetapi, kebebasan berpendapat itu tetap memiliki batasan. Karena jika melihat dalam 1 Korintus 8:9, di mana Paulus sedang mengajar di Korintus pada masa itu menunjukkan kalau kebebasannya untuk menyampaikan segala sesuatu tidak boleh menjadi batu sandungan. Ini sebenarnya masih menjadi dilematis pengertian banyak orang, pemahaman soal batu sandungan, yaitu sesuatu hal yang buruk dan sama sekali tidak bisa membangun seseorang malah menjatuhkan. Itulah yang baru bisa dipahami batu sandungan.

Kebebasan berpendapat harus bisa dipahami dan masuk akal, itulah kenapa kebebasan berbicara menjadi hal yang paling concern. Sehingga sangat diperhatikan oleh semua orang, ini menjadi penekanan yang selalu dilakukan semua orang. Untuk itu, perlu sangat berhati-hati dan mencari tahu secara detail dalam menyampaikan segala sesuatu kepada orang lain dan masyarakat.

Selain itu, juga memerlukan attitude atau sikap dalam menyampaikan segala sesuatunya. Karena kebenaran pun perlu disampaikan dengan attitude yang baik, sehingga bisa diterima dengan baik.

WHAT TO DO:
1.Memperhatikan kebebasan berpendapat
2.Kebebasan berpendapat harus bisa dipahami dan masuk akal
3.Menyampaikan kebenaran perlu disampaikan dengan baik, kemudian diterima dengan baik

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yeremia 6-8

Card image
Renungan Pagi - 06 Agustus 2024
2024-08-06 14:43:12


Orang yang mengasihi dunia bisa saja kaya, bisa saja sukses, bisa saja dihormati bahkan dipuja, tapi akan dilenyapkan, Yesus mengatakan; "Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku; Tuhan, Tuhan, bukankan kami bernubuat demi nama-Mu dan mengusir setan demi nama-Mu dan mengadakan banyak mukjizat demi nama-Mu juga?"

"Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata; Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" Artinya, kita bisa saja rajin ke gereja, bisa saja melayani Tuhan, bahkan memiliki karunia-karunia, tetapi jikalau hidup masih terus mengasihi dunia dan tidak bertobat, suatu saat kita akan dilenyapkan. Jadi teruslah berjaga dan hidup dalam kebenaran, supaya didapati berkenan di hadapan Tuhan.
(Matius 7:22-23)

Card image
Quote Of The Day - 06 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-06 14:40:34


Pada umumnya, godaan terbesar dalam kehidupan kita adalah berpusat pada diri sendiri, tanpa kita sadari.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 06 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-06 14:38:54


Apabila kita menggenapi firman yang mengatakan, ‘baik kau makan dan minum dan melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah,’ barulah pencapaian kita untuk menjadi serupa dengan Yesus dapat terwujud.

Card image
EARLY RETIREMENT - 06 Agustus 2024 (English Version)
2024-08-06 12:50:04


Ideally, the older we get, the greater our thirst for God, and the portion of our thirst should increase even more. Just like a person addicted to drugs or narcotics desires a higher dose, so should we. Over time, we should increasingly long for and need a higher dose of longing for God. Ironically, many people do not yet understand what it means to have 'God as the only need.' Many only reach the level of physical needs: eating, drinking, sex (which is the same as the desires of the flesh), worldly possessions (which are the desires of the eyes), and self-esteem (the pride of life). These habits have been ingrained since childhood, and many things can fill the soul with various worldly materials.

On the other hand, many people have not reached the level of making God their only need. It should be, the older we get, the more our eyes become blurry and until we become blind towards worldly goods. If we desire worldly goods or something, it is because we need it for God's work, not for pleasure and pride. The problem is, the disease in our sinful nature can automatically be reflected in various attitudes, actions and deeds. This is the legacy of Lucifer, who later poisoned Adam and Eve, when he wanted to be equal to God. So, the older we get, the more we should long for God. We should come to a feeling that is not feigned; “Apart from You, there is nothing on earth that I desire.”

We have to struggle to create that appetite and have that desire, have that sense of ‘need’ — and this cannot be faked. This can be formed if we truly continue to look at God and arouse our passion for God. Logically we can calculate that we must and will leave everything and that there is nothing we can have except God. Our logic should also calculate like this; "Whom have I in heaven but You? And there is none upon earth that I desire besides You" (Psalm 73:25). Our logic must play healthily.

Ironically, many people's logic is like animals; let's eat and drink because tomorrow we die. Animals don't use reason. But we humans must be rational, moral and wise. There are many verses that should make us think logically. So with that logic that we continue to arouse passion, longing for God. Like forcing ourselves, until finally we can feel that taste that what we need, what we want, is only God. Until we can break through the limits, enter the area where we feel that only God is what we need.

The things we like, start to be stamped ‘goodbye.’ Remember, what binds our hearts must be released. So that we will fly faster and certainly higher because we are not tied, held back, burdened by various things; the desires of the flesh, the desires of the eyes, the pride of life. The Holy Spirit will help, if we truly have the intention, desire, and determination for it. So that as time goes by, we will have more thirst for God, more longing for God, until finally we become ‘holy virgins.’ Our lightness will certainly be accompanied by joy and gladness.

Especially for young people, you all need to take 'early retirement.' Don't wait until you are old to retire, but retire from a young age. So if you meet old friends who invite you to inappropriate places or to do improper things, you reply, "I have retired." All of us should be like that. If we do not take early retirement, we will surely steal; steal God's time, steal God's glory. So remember, today we all want to seriously take 'early retirement.' Let's practice such a life. We must truly retire from the desires of the flesh, the desires of the eyes, the pride of life. Do not talk much. If someone still talks a lot, it means they have not retired. For those who still easily react, it means they have not retired. Also, those who still want to enjoy praise, flattery, respect, it means they have not retired.

WE MUST TRULY RETIRE FROM THE DESIRES OF THE FLESH, THE DESIRES OF THE EYES, THE PRIDE OF LIFE.

Card image
PENSIUN DINI - 06 Agustus 2024
2024-08-06 12:47:14


Sejatinya, semakin kita tua, semakin tinggi kehausan kita akan Allah, porsi kehausan kita harus semakin besar. Seperti orang kecanduan obat atau narkoba, ia menghendaki dosis atau kadar yang lebih besar; demikian pula kita. Seiring berjalannya waktu, seharusnya kita semakin mengharapkan dan membutuhkan dosis yang lebih tinggi dalam merindukan Tuhan. Ironis, banyak orang yang belum mengerti apa artinya ‘Tuhan sebagai satu-satunya kebutuhan.’ Sebab banyak orang hanya sampai pada level kebutuhan jasmani; makan, minum, seks (yang sama dengan keinginan daging), barang-barang dunia (yaitu keinginan mata) serta harga diri (keangkuhan hidup). Dan itu sudah terlatih sejak kecil. Dan banyak hal yang bisa membuat jiwa terisi oleh berbagai materi dunia.

Sebaliknya, banyak orang yang belum sampai pada tingkat menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kebutuhan. Mestinya, semakin tua, mata kita semakin kabur dan sampai buta terhadap barang-barang dunia. Kalau kita mengingini barang dunia atau sesuatu, karena kita membutuhkan hal itu untuk pekerjaan Tuhan, bukan menjadi kesenangan dan kebanggaan. Masalahnya, penyakit dalam kodrat dosa kita otomatis bisa terefleksi dalam berbagai sikap, tindakan dan perbuatan. Ini warisan dari Lusifer, yang kemudian meracuni Adam dan Hawa, ketika ia mau menyamai Allah. Jadi, semakin tua, kita harus semakin merindukan Allah. Kita harus sampai pada satu perasaan yang tidak dibuat-buat; “Selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi.”

Kita yang harus berjuang untuk menciptakan selera itu dan memiliki hasrat tersebut, memiliki rasa ‘butuh’ tersebut — dan ini tidak bisa dibuat-buat. Hal ini dapat terbentuk kalau kita sungguh-sungguh terus memandang Tuhan dan membangkitkan gairah kita terhadap Tuhan. Secara logika kita sudah bisa berhitung bahwa segala sesuatu harus dan akan kita tinggalkan dan tidak ada yang dapat kita miliki selain Tuhan. Logika kita pun mestinya sudah berhitung begitu; “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau. Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi” (Mzm. 73:25). Logika kita harus bermain dengan sehat.

Ironis, banyak orang yang logikanya seperti hewan; mari kita makan dan minum sebab besok kita mati. Hewan itu tidak pakai akal. Tetapi kita manusia yang mesti berakal budi, berakhlak dan bijaksana. Banyak ayat yang mestinya membuat kita berlogika dengan baik. Jadi dengan logika itu kita terus membangkitkan gairah, kerinduan akan Tuhan. Seperti memaksa diri kita, sampai akhirnya kita bisa merasakan selera itu bahwa yang kita butuhkan, kita ingini, hanya Tuhan. Sampai kita bisa menembus batas, masuk kawasan di mana kita merasakan bahwa hanya Tuhan yang kita butuhkan.

Barang-barang yang kita sukai, mulai distempel ‘selamat tinggal.’ Ingat, apa yang mengikat hati kita harus kita lepaskan. Supaya kita akan terbang lebih cepat dan pasti lebih tinggi karena tidak diikat, ditahan, dibebani oleh berbagai hal tersebut; keinginan daging, keinginan mata, keangkuhan hidup. Roh Kudus akan menolong, kalau kita sungguh-sungguh punya niat, hasrat, dan tekad untuk itu. Sehingga seiring berjalannya waktu, kita makin memiliki kehausan akan Allah, makin memiliki kerinduan akan Allah, sampai akhirnya kita menjadi ‘perawan suci.’ Keringanan kita akan pasti disertai dengan keriangan dan sukacita.

Khususnya bagi anak-anak muda, kalian semua harus melakukan ‘pensiun dini.’ Tidak usah tunggu tua untuk kalian pensiun, tapi sejak muda ‘pensiun.’ Jadi kalau kalian bertemu teman lama, lalu mengajak ke tempat-tempat tertentu yang tidak patut atau mengajak melakukan hal-hal yang tidak pantas, kalian jawab, “Saya sudah pensiun.” Bagi kita semua juga harus seperti itu. Kalau tidak pensiun dini, pasti kita mencuri; mencuri waktu Tuhan, mencuri kemuliaan Tuhan. Jadi ingat, hari ini kita semua mau serius ‘pensiun dini’. Ayo kita praktikkan kehidupan seperti ini. Kita harus sungguh-sungguh pensiun dari keinginan daging, keinginan mata, keangkuhan hidup. Jangan banyak bicara. Kalau yang masih banyak bicara, berarti belum pensiun. Bagi yang masih gampang bereaksi, berarti belum pensiun. Juga yang masih mau menikmati pujian, sanjungan, hormat, artinya ia belum pensiun.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS SUNGGUH-SUNGGUH PENSIUN DARI KEINGINAN DAGING, KEINGINAN MATA, KEANGKUHAN HIDUP.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 Agustus 2024
2024-08-06 12:14:39

Yeremia 1-3

Card image
Truth Kids 05 Agustus 2024 - TETAP MURAH HATI WALAU KEKURANGAN
2024-08-05 18:30:51


Amsal 11:25
"Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum."

Sobat Kids, apakah kalian pernah mendengar kisah seorang janda dari Safrat yang memberi makan nabi Elia? Di Alkitab dikatakan bahwa kondisi janda dan anaknya itu berkekurangan, bahkan sisa makanannya hanya untuk mereka makan di hari itu saja. Besok harinya, mereka tidak tahu bisa makan atau tidak. Namun, pada saat janda itu melihat nabi Elia kelaparan, dia memilih untuk membagikan makanan terakhir mereka. Karena kemurahan hati janda itu, nabi Elia berkata bahwa Allah Israel akan memberi mereka makan. Kata-kata itu bukan omong kosong, Sobat Kids. Allah benar-benar memelihara mereka. Tepung dan minyak tidak pernah habis di rumah mereka sampai Tuhan menurunkan hujan ke tempat tinggal mereka.

Dari cerita Alkitab di atas, kita tahu bahwa setiap orang yang bermurah hati akan menolong orang lain. Bahkan ketika kita dalam kekuranganpun jangan pernah lelah untuk bermurah hati pada sesama kita. Sama seperti janda dari Safrat tadi, Allah yang sama akan memberkati dan mencukupi kebutuhan kita. Yakin dan percayalah Tuhan tidak tidur. Ia selalu mengetahui semua isi hati dan perbuatan tangan anak-anak-Nya.

Card image
Truth Junior 05 Agustus 2024 - DIBERKATI UNTUK MEMBERKATI
2024-08-05 18:29:40


Amsal 11:25
“Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum.”

Shalom, Sobat Junior! Coba baca kembali ayat di atas dengan bersuara. Apakah Sobat Junior paham dengan ayat di atas? Ayat di atas mengajarkan kita untuk selalu menjadi berkat bagi orang lain. Tuhan Yesus sudah memberi teladan bagi kita. Tuhan selalu ingin hidup-Nya menjadi berkat bagi banyak orang.

Ada seorang bapak tua yang dikenal karena sifatnya yang suka memberi. Bapak ini bukan orang yang kaya melainkan orang yang hidupnya sederhana. Namun, bapak ini selalu menjadi inspirasi karena sifatnya yang murah hati, senang memberkati orang lain. Bapak tua ini tidak segan-segan untuk membantu orang lain yang sedang dalam kesusahan. Di gereja tempat bapak tua ini beribadah, dia sangat suka ikut dalam kegiatan aksi sosial, contohnya pembangunan rumah ibadah di daerah-daerah terpencil, sekolah-sekolah untuk anak-anak yang kurang mampu, juga suka memberi bantuan kepada teman-temannya yang sangat membutuhkan. Kemurahan hatinya sangat memberkati banyak orang. Bapak tua ini percaya kalau hidupnya sudah menerima berkat dari Tuhan, maka dari itu dia rindu memberkati orang-orang lain juga. Apakah Sobat Junior suka juga memberkati orang lain?

Mari mulai dari sekarang belajar memberi dari hal-hal yang kecil, membangun sikap murah hati dalam hidup kita sehari-hari. Berkat yang kita berikan tidak selalu harus dalam bentuk uang. Berkat yang kita berikan dapat dalam bentuk makanan, pakaian, buku-buku, dan lainnya.

Mari kita terus belajar dari teladan Tuhan Yesus, dan percaya bahwa ketika kita memberkati orang lain, maka berkat juga akan mengalir untuk kita. Dalam Tuhan, kita tidak akan kekurangan. Tuhan selalu memelihara anak-anak-Nya yang melakukan perintah-Nya. Biarlah kita selalu menjadi pribadi yang diberkati untuk memberkati.

Card image
Truth Youth 05 Agustus 2024 (English Version) - I AM FREE!
2024-08-05 18:27:51


“He has redeemed my soul from going down to the pit, and my life shall see the light.” (Job 33:28)

Today, we live in a world full of temptations and bonds that can lead us away from the true purpose of life in Christ. Many things will certainly be offered to us by the world, and all of them look attractive, such as wealth, power, pleasure, and recognition. However, all these will only bind us more tightly with the chains of sin, making it difficult for us to find true freedom in Christ.

Indeed, the Lord Jesus Christ came into this world to give us freedom that we will never find anywhere else. This freedom is not just physical freedom from physical and social oppression, but freedom from sin and the bonds of the world that ultimately damage our relationship with God. Sin, with its chains, is a great shackle that can bind us. With the presence of sin in the world, we can be separated from God, affecting our spiritual lives with spiritual death. However, Jesus Christ came to bring us new freedom and new life.

In a world full of worries and fears, it is very easy for our hearts and minds to be bound. But if we fully trust in the Lord Jesus Christ, we will slowly learn and understand that He will release all of it, care for us, and give us peace that we will never find anywhere else. Therefore, let us learn to trust Him and rely on Him in all circumstances. Under the shadow of suffering, remember that He is the source of salvation and the source of eternal freedom. Thus, the life we live on this earth will be a life full of joy because He is sovereign and always frees us.

WHAT TO DO:
1. Trust in the Lord and always rely on Him at all times.
2. Learn to place hope in the Lord.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 4-5

Card image
Truth Youth 05 Agustus 2024 - I AM FREE!
2024-08-05 18:25:21


"Ia telah membebaskan nyawaku dari liang kubur, dan hidupku akan menikmati terang." (Ayub 33:28)

Saat ini, kita hidup di dalam dunia yang penuh dengan godaan dan juga ikatan yang dapat menjauhkan kita dari tujuan hidup yang sejati dalam Kristus. Banyak hal yang tentu saja akan ditawarkan oleh dunia kepada kita dan semuanya terlihat menarik, seperti kekayaan, kekuasaan, kesenangan, dan pengakuan. Akan tetapi, semuanya ini hanya akan membuat kita semakin terikat dengan rantai dosa dan akan sulit bagi kita untuk menemukan kebebasan yang sejati di dalam Kristus.

Tentu, Tuhan Yesus Kristus datang ke dalam dunia ini untuk memberikan kita kebebasan yang tidak akan pernah kita temui di mana pun. Kebebasan ini bukan hanya kebebasan fisik, yaitu penindasan secara fisik dan sosial, melainkan kebebasan dari dosa dan ikatan dunia yang pada akhirnya malah merusak hubungan kita dengan Allah. Dosa dengan ikatannya adalah sebuah rantai yang begitu besar yang dapat membelenggu kita. Dengan adanya dosa dunia, kita dapat terpisah dari Allah dan berdampak pada rohani kita, yaitu kematian rohani. Namun, Yesus Kristus datang dan membawakan kita kebebasan yang baru dan kehidupan yang baru.

Dunia yang penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan, akan sangat mudah mengikat hati dan pikiran kita. Namun, jika kita sepenuhnya memercayai Tuhan Yesus Kristus, maka kita akan pelan-pelan belajar dan memahami bahwa Ia akan melepaskan semuanya itu, memelihara kita, dan memberikan damai sejahtera yang tidak akan pernah kita temui di mana pun. Oleh karena itu, marilah belajar untuk memercayai-Nya dan mengandalkan-Nya di dalam segala keadaan. Di bawah bayang-bayang penderitaan, ingatlah bahwa Ia adalah sumber keselamatan dan sumber kemerdekaan yang kekal. Dengan demikian, hidup yang kita jalani di bumi ini akan menjadi hidup yang penuh dengan sukacita karena Ia berkuasa dan selalu memerdekakan kita.

WHAT TO DO :
1. Percaya kepada Tuhan dan selalu mengandalkan-Nya setiap waktu.
2. Belajar untuk menaruh harap kepada Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yeremia 4-5

Card image
Renungan Pagi - 05 Agustus 2024
2024-08-05 18:23:05


Kesombongan memang tidak akan membuat berhasil dan memperoleh kemurahan hati Tuhan. Kita ingat kisah Naaman, saat dia merasa terhina karena keangkuhannya dan hendak mengabaikan apa yang dikatakan Elisa melalui orang suruhannya. Kesombongan Naaman membuat dia gusar dan panas hati.

"Tetapi pegawai-pegawainya datang mendekat serta berkata kepadanya; "Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu; Mandilah dan engkau akan menjadi tahir". Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir."

Namun bersyukur, para pegawainya mengingatkan Naaman, dan Naaman pun mau merendahkan hati mendengarkan teguran para pegawainya, sehingga dia menjadi sadar dan membuat keputusan yang tepat. Kesadaran diri dari kesombongannya menghasilkan kesembuhan. Jadi jika ada orang-orang terdekat mengingatkan, marilah dengan rendah hati kita mau memeriksa diri agar tidak melakukan kesalahan dan dapat mengambil keputusan yang tepat.
(2 Raja-raja 5:13-14)

Card image
Quote Of The Day - 05 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-05 18:20:39


Ketika kita sampai dalam keadaan titik nadir tidak punya siapa-siapa dan tidak punya apa-apa, di situ sebenarnya kita baru bisa merasakan bahwa memiliki Tuhan adalah segalanya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 05 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-05 18:19:01


Kita tidak akan bisa memperoleh pencapaian yang memuaskan hati Allah sebelum kita meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti-Nya.

Card image
THE PROCESS OF CHANGE - 05 Agustus 2024 (English Version)
2024-08-05 13:18:42


We want to be part of the tornado, the great wave, the end-time movement, and it can happen if each of us takes part in it. We take part in one absolute thing that we must do, which is holiness of life. We really start moving our lives in holiness. And for those who have lived in holiness, they are used to experiencing shocks, because the transition from an unclean life to a clean life is not easy. Moving from a blemished life to a blameless life, it is not easy. There are shocks, but we have to go through those shocks. So if we experience feeling more and more wrong, many blemishes that are increasingly visible, that is truly a transition and a symptom where we are entering a phase of self-purification. Because holiness is not pretended, it’s not appearing holy while actually not being so.

Then everything that is not holy, everything that is impure within us will be exposed. We will face sin stimuli where we have the opportunity to sin a lot. Some may fall, but we rise again. We may become weak, desperate, why this happened, but it is a time of change. And when we face situations that seems impossible to achieve, it is a sign that we are in the process of change. And when we face situations that seems impossible to achieve, it is a sign that we are in the process of change. Don't stop, keep climbing the very high mountain, the narrow road, which is difficult to pass. And we chose this path. People will judge us as excessive, arrogant, with other accusations, know that this is not our business with others, but our business with God. We are part of the end-time movement, the holy life movement, the holiness movement.

Do not consider what people say, but pay attention to what God says in each of our lives. So let us not become weak and desperate, because in our struggle against sin, we have not yet shed blood. The change of life that is meant is: first, to put aside all the sins that we usually do. Second, to put aside all pleasures, so that God becomes our delight and pleasure. In this way, we can truly please God, and this will certainly affect the world around us; starting from our immediate family, extended family, workplace, school, our neighborhood, and others.

Our lives must be on fire. God will open people's eyes. We don't need to make it up. Let God open people's eyes to see that our lives are different from theirs. If God gives us grace, let us fulfill God's plan in the end time; namely what is lacking that must be fulfilled by God's congregation, what is lacking that must be fulfilled by believers in the end time. And this is the movement of holy living, the highest movement, the final movement before the church is glorified. Before the church is raptured, the church must truly become a holy virgin before God, starting from ourselves. While we ask God to guard our hearts so that we do not become arrogant. The movement of holy living, of course, is accompanied by the movement of living in the presence of God 24 hours.

Let our minds be filled only with the presence of God, until we are sensitive to hearing God's voice. Do not be afraid, God will definitely hold our hands and guide us. Make a decision first, then the atmosphere of our lives will change. Indeed, when we make a decision to live a holy life, there are more challenges, but there we learn to build integrity. If we love God, we awaken our hearts to keep our attention on God, to live in holiness. This is a very big job, very extraordinary, because it will change many people with significant, radical changes: honesty, sincerity, generosity towards others, care for others, an attitude of giving in, an attitude of silence, holiness in the eyes, in the ears, in the mind, in the heart, in our bodies. A great revolution.

We are not only able to talk about God, about the main teachings in the Bible, but we demonstrate the mind and feelings of God. And this is what we must do from this minute. We ask for God's help, and then, people are won into this movement. Because basically, winning souls is not just making people Christian or becoming church members, but rather freeing them from the same life as the world, then changing them into people who live with the mindset of God's children. If they have not changed into children of God who live in holiness and purity, then they cannot be enjoyed by God. But how can we fish for souls to be enjoyed by God, if we ourselves have not been fished well?

AND WHEN WE FACE SITUATIONS THAT SEEMS IMPOSSIBLE TO ACHIEVE, IT IS A SIGN THAT WE ARE IN THE PROCESS OF CHANGE.

Card image
PROSES PERUBAHAN - 05 Agustus 2024
2024-08-05 13:13:40


Kita mau menjadi bagian dari angin tornado, gelombang besar, gerakan akhir zaman, dan itu bisa terjadi kalau kita masing-masing mengambil bagian di dalamnya. Kita mengambil bagian dari satu hal mutlak yang harus kita lakukan, yaitu kesucian hidup. Kita benar-benar mulai menggerakkan hidup kita dalam kekudusan. Dan bagi yang sudah menjalani hidup di dalam kekudusan, sudah terbiasa mengalami guncangan, sebab transisi dari kehidupan yang tidak bersih masuk kepada kehidupan yang bersih, itu tidak mudah. Dari kehidupan yang bercela masuk kepada kehidupan yang tidak bercela, itu tidak mudah. Ada guncangan, tetapi kita harus melewati guncangan itu. Jadi kalau kita mengalami semakin merasa banyak salah, banyak cela yang makin kelihatan, itu sungguh merupakan transisi dan sebuah gejala atau simtom di mana kita sedang memasuki pembersihan diri. Sebab kesucian itu tidak pura-pura, bukan nampak suci padahal tidak.

Maka semua yang tidak kudus, semua yang tidak suci dalam diri kita akan dibongkar. Kita akan menghadapi rangsang-rangsang dosa di mana kita memiliki kesempatan banyak berbuat dosa. Mungkin juga ada yang jatuh, tetapi kita bangkit kembali. Bisa saja kita menjadi lemah, putus asa, mengapa hal ini terjadi, tetapi itu merupakan masa perubahan. Dan ketika kita menghadapi keadaan seakan-akan mustahil untuk dicapai, justru itu gejala kita sedang ada dalam proses perubahan. Jangan berhenti, teruslah mendaki gunung yang sangat tinggi, jalan yang sesak, yang sukar dilewati. Dan kita memilih jalan ini. Orang akan menilai kita berlebihan, sombong, dengan tuduhan-tuduhan lain, ketahuilah bahwa ini bukan urusan kita dengan sesama, melainkan urusan kita dengan Tuhan. Kita menjadi bagian dari gerakan akhir zaman, gerakan hidup suci, holiness movement.

Jangan mempertimbangkan apa kata orang, tapi perhatikan apa kata Tuhan dalam hidup kita masing-masing. Jadi jangan kita menjadi lemah dan putus asa, sebab dalam pergumulan kita melawan dosa, kita belum sampai mencucurkan darah. Perubahan hidup yang dimaksud adalah: yang pertama, menanggalkan semua dosa yang biasa kita lakukan. Yang kedua, menanggalkan semua kesenangan, agar Tuhan yang menjadi kesukaan dan kesenangan kita. Dengan cara ini, kita benar-benar dapat menyenangkan hati Tuhan, dan yang pasti ini akan mempengaruhi dunia sekitar kita; dimulai dari keluarga inti, keluarga besar, tempat kerja, tempat sekolah, lingkungan tempat tinggal kita dan lainnya.

Hidup kita harus menyala. Tuhan akan membuat mata orang terbuka. Tidak usah kita buat-buat. Biar Tuhan yang akan mencelikkan mata orang untuk melihat bahwa hidup kita berbeda dengan mereka. Jika Tuhan memberikan kita anugerah, biar kita menggenapi rencana Allah di akhir zaman ini; yaitu apa yang kurang yang harus digenapi oleh jemaat Tuhan, apa yang kurang yang harus dipenuhi oleh orang percaya di akhir zaman ini. Dan inilah gerakan hidup suci, gerakan yang tertinggi, gerakan akhir sebelum gereja dimuliakan. Sebelum gereja diangkat, gereja harus sungguh-sungguh menjadi perawan suci di hadapan Allah, dimulai dari diri kita. Sementara kita minta agar Tuhan menjagai hati kita agar tidak menjadi sombong. Gerakan hidup suci, tentu disertai dengan gerakan hidup di hadirat Allah 24 jam.

Biar pikiran kita hanya diisi oleh kehadiran Tuhan, sampai kita peka mendengar suara Tuhan. Jangan takut, Tuhan pasti memegang tangan kita dan menuntun. Ambil keputusan dulu, nanti suasana hidup kita akan berubah. Memang ketika kita mengambil keputusan hidup suci, tantangan lebih banyak, tapi di situ kita belajar membangun integritas. Kalau kita mengasihi Tuhan, kita bangunkan hati kita untuk tetap memancangkan perhatian kita kepada Tuhan, untuk hidup di dalam kekudusan. Ini pekerjaan yang besar sekali, sangat luar biasa, karena akan mengubah banyak orang dengan perubahan yang signifikan, yang radikal: kejujuran, ketulusan hati, kemurahan terhadap sesama, perhatian terhadap sesama, sikap mengalah, sikap diam, kesucian di mata, di telinga, di pikiran, di hati, di tubuh kita. Sebuah revolusi besar.

Kita bukan hanya cakap berbicara tentang Tuhan, tentang pokok-pokok pengajaran di dalam Alkitab, namun kita memperagakan pikiran dan perasaan Allah. Dan ini yang harus kita lakukan sejak menit sekarang ini. Kita minta pertolongan Tuhan, dan selanjutnya, orang dimenangkan masuk dalam gerakan ini. Sebab pada dasarnya, memenangkan jiwa itu bukan sekadar membuat orang beragama Kristen atau menjadi anggota gereja, melainkan mengentaskan mereka dari kehidupan yang sama dengan dunia, lalu berubah menjadi orang yang hidup dengan pola berpikir anak-anak Allah. Kalau belum berubah menjadi anak-anak Allah yang hidup di dalam kekudusan dan kesucian, maka belum bisa dinikmati Tuhan. Tapi bagaimana kita bisa menjala jiwa untuk bisa dinikmati Tuhan, kalau kita sendiri belum terjala dengan baik?

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DAN KETIKA KITA MENGHADAPI KEADAAN SEAKAN-AKAN MUSTAHIL UNTUK DICAPAI, JUSTRU ITU GEJALA KITA SEDANG ADA DALAM PROSES PERUBAHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 05 Agustus 2024
2024-08-05 12:52:32

Zefanya 1-3

Card image
Truth Kids 04 Agustus 2024 - TANGGUNG JAWAB ORANG PILIHAN
2024-08-04 09:03:42


Kolose 3:12
"Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran."

Sobat Kids, sebagai anak-anak Tuhan, tentu Tuhan mengasihi, memberkati, melindungi, dan menuntun kita. Namun, sebagai anak-anak Tuhan, juga kita memiliki tugas yang harus kita lakukan. Kita harus menjaga kekudusan hidup. Hidup dalam kebenaran, seperti ayat yang tertulis di atas. Kita harus memiliki belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran pada hati kita.

Untuk memiliki hal-hal tersebut dalam hati kita bukanlah hal yang mudah, Sobat Kids. Dunia ini sudah semakin jahat. Pasti setiap hari ada pengaruh tidak baik yang kita temui dalam hidup ini. Kita bisa saja lengah, melakukan kesalahan, dan jatuh dalam dosa. Untuk itu, kita harus selalu mengingatkan diri kita sendiri untuk waspada dan jeli. Hal itu akan membuat kita selalu berhati-hati dalam menjalani kehidupan kita. Kita mau berjuang untuk selalu berkenan dan menyenangkan hati Tuhan. Sobat Kids, mari kita lakukan bagian kita sebagai anak-anak Allah. Jangan hanya meminta berkat perlindungan dan penyertaan dari Tuhan saja. Semangat, ya!

Card image
Truth Junior 04 Agustus 2024 - MENJADI ANAK PENUH KASIH
2024-08-04 09:02:12


Kolose 3:12
“Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.”

Ayat firman Tuhan dalam Kolose 3:12 mengajarkan kita untuk menjadi anak yang penuh kasih. Seperti apa contohnya? Tuhan telah memilih dan mengasihi kita dengan sangat luar biasa. Karena itu, Dia menginginkan kita untuk menunjukkan kasih-Nya kepada orang lain melalui sikap dan tindakan kita setiap hari. Caranya adalah menerapkan 5K, yaitu kasih, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran. Ayo, kita bahas tentang 5K ini.

Pertama, kasih. Kasih berarti kita peduli kepada orang lain. Misalnya, kalau kamu melihat temanmu kesakitan, kamu bisa mendekatinya dan bertanya apakah dia baik-baik saja atau apakah ada yang bisa kita lakukan untuk membuatnya merasa lebih baik.

Kedua, kemurahan. Kemurahan berarti suka memberi dan menolong. Kamu bisa berbagi makanan kepada teman temanmu. Tuhan suka melihat kita berbagi kepada orang lain, karena itu menunjukkan bahwa kita peduli. Ketiga, kerendahan hati. Kerendahan hati artinya tidak sombong dan mau menghargai orang lain. Misalnya, kalau kamu pandai dalam suatu pelajaran, kamu tidak menyombongkan diri, tetapi malah membantu teman-temanmu yang kesulitan dengan sikap tulus dan tidak meminta imbalan. Keempat, kelemahlembutan. Kelemahlembutan berarti sikap lembut dan tidak kasar. Misalnya, ketika kita berbicara dengan teman atau guru, kita harus berbicara dengan baik dan sopan, tidak berteriak atau marah-marah kepada mereka. Terakhir, kesabaran. Kesabaran artinya tidak mudah marah dan bisa menunggu dengan tenang. Misalnya, kalau ada sesuatu yang membuat kamu kesal, cobalah untuk tidak langsung marah.

Sobat Junior, ayo, kita berusaha melakukan hal-hal baik ini dalam kehidupan kita setiap hari. Dengan begitu, kita menunjukkan bahwa kita adalah anak-anak pilihan yang dikasihi-Nya. Tuhan senang melihat kita bersikap baik dan kita akan merasa nyaman melakukan tindakan baik itu. Semoga, dengan renungan ini, Sobat Junior menjadi anak-anak yang penuh kasih, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran, ya. Tuhan memberkati! Amin.

Card image
Truth Youth 04 Agustus 2024 (English Version) - IN GOD'S HAND
2024-08-04 09:00:00


“Into your hands I commit my spirit; deliver me, Lord, my faithful God.” (Psalm 31:5)

In our lives, there are many events that can make us feel afraid, anxious, and even despair. Psalm 31:5 is an expression of trust and total surrender to God. The psalmist who wrote this verse fully convinced himself that only God could free and protect him. When we face various challenges in life, what the psalmist expressed gives us a reminder to always surrender ourselves into God's hands. We believe in the Lord, who is a faithful God in guarding and protecting us.

Surrendering our lives into God's hands means opening ourselves to trust Him completely, believing that He will care for us in every situation. God is our rock, a strong place of refuge, and in Him, there will always be peace. If we surrender ourselves completely into God's hands, we will also fully experience the freedom that comes from Him. Learning from the psalmist, placing hope and trust in God includes all the difficult situations that we feel we cannot overcome. Believe that the faithful Lord is always with us, guiding us, and freeing us from all fears and anxieties.

One practical way to surrender ourselves to God is through daily prayer. Just as the psalmist acknowledged, “Into your hands I commit my spirit.” This means that our entire lives belong to Him, and whatever we do is only to please Him. By giving ourselves entirely to God, we also gain complete freedom. Of course, the freedom we receive from Him is not limited to this earth but extends to heaven.

WHAT TO DO:
1. Surrender yourself completely to God through consistent prayer.
2. Trust in God and do His will.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 1-3

Card image
Truth Youth 04 Agustus 2024 - IN GOD'S HAND
2024-08-04 08:57:03


"Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku; Engkau membebaskan aku, ya TUHAN, Allah yang setia." (Mzm. 31:5)

Di dalam hidup kita, pasti ada begitu banyak kejadian yang membuat kita merasa takut, cemas, hingga putus asa. Mazmur 31:5 merupakan ungkapan kepercayaan dan penyerahan diri total kepada Tuhan, pemazmur yang menulis ayat ini meyakinkan dirinya sepenuhnya bahwa hanya Tuhanlah yang mampu membebaskan dirinya dan melindunginya. Saat kita menghadapi berbagai tantangan dalam hidup ini, apa yang diungkapkan oleh pemazmur memberikan kita sebuah peringatan untuk kita selalu menyerahkan diri kita ke dalam tangan Tuhan. Dia yang kita yakini sebagai Tuhan, adalah Allah yang setia dalam menjaga dan melindungi kita.

Menyerahkan hidup kita ke dalam tangan Tuhan berarti kita membuka diri untuk percaya kepada-Nya seutuhnya, bahwa Ia yang akan memelihara kita di segala situasi. Tuhan adalah gunung batu kita, tempat perlindungan yang teguh, dan di dalam-Nya akan selalu ada kedamaian. Jika kita menyerahkan diri seutuhnya ke dalam tangan Tuhan, maka kita pun seutuhnya merasakan kemerdekaan yang utuh oleh karena Dia. Belajar dari pemazmur, menaruh harapan dan percaya kepada Tuhan, termasuk dalam segala situasi sulit yang kita rasa tidak bisa kita lewati. Percaya, Tuhan yang setia selalu bersama kita, membimbing kita, dan membebaskan kita dari segala ketakutan dan kecemasan.

Salah satu praktek nyata melakukan penyerahan diri kepada Tuhan adalah melalui doa setiap hari. Persis seperti yang diakui oleh pemazmur “Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku”. Artinya, seluruh hidup kita pun adalah milik-Nya, dan apa pun yang kita lakukan hanyalah untuk menyenangkan Dia. Dengan memberi diri kepada Tuhan seutuhnya, kemerdekaan seutuhnya pun kita peroleh. Tentu, kemerdekaan yang akan kita peroleh dari-Nya bukanlah kemerdekaan yang terbatas di bumi saja, melainkan hingga di surga nanti.

WHAT TO DO :
1. Menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui doa yang konsisten.
2. Percaya kepada Tuhan dan melakukan kehendak-Nya.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yeremia 1-3

Card image
Renungan Pagi - 04 Agustus 2024
2024-08-04 08:50:03


Rahasia kekuatan kita di dalam Kristus adalah ketika tahu bersyukur dan memuji-muji Tuhan, janganlah hanya bersyukur ketika segalanya menyenangkan; senangilah semua pekerjaan yang kita lakukan, maka akan bersyukur dalam segala perkara. Jangan bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, sehingga hilang damai sejahtera dan sukacita.

"Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia."

Memuji Tuhan itu perlu, bersyukur itu indah, karena dengan memuji dan bersyukur, kita akan senantiasa merasakan kasih-Nya yang selalu hangat; dan semua orang akan melihat kita sebagai pribadi yang penuh sukacita, bersinar seperti bintang, tetapi ketika bersungut-sungut, maka semua terasa tidak menyenangkan dan tidak terpuaskan, segalanya terasa kurang, tidak cukup untuk membuat kita bersyukur. Jadi bersukacita memuji Tuhan dan bersyukur, lalu bersinarlah memancarkan terang Tuhan.
(Filipi 2:14-15)

Card image
Quote Of The Day - 04 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-04 08:47:32


Orang yang lemah lembut adalah pribadi yang menerima nasihat, teguran, peringatan dan pukulan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 04 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-04 08:46:16


Kita harus bekerja keras untuk membuat goresan hidup yang berkenan di dalam hati kita sendiri sehingga dapat kita tularkan kepada anak-cucu dan sesama.

Card image
RELIEF - 04 Agustus 2024 (English Version)
2024-08-04 08:43:18


In the Gospel of Matthew 11:28, the Lord says, "Come to Me all who are weary and heavy laden, and I will give you rest." The term "rest" here actually means relief. In the original language, "anapauso", is the same as the word "sabaton" (Sabbath), meaning rest. The Lord gives us rest, which means we achieve a sense of sufficiency; we no longer search for something we think will complete our lives. So, relief means a stop that makes us feel enough and complete. However, many people search for something and hope that by obtaining it, their lives will feel complete, whole, happy, safe, and secure, and that they will find a quality life and peace. But on the contrary, it is this pursuit that makes one tired, weary, and heavy-laden.

So, weariness here is not because one is unmarried, hasn't found a partner, hasn't had children, doesn't own a house, or doesn't have a car, and so on. Generally, humans continuously strive to complete their lives with something they believe will make them happy, whole, and able to say "enough." However, humans never feel satisfied. They will continue wandering from one desire to another, from one pleasure to the next. Life compels a person to pursue what they think can make them whole, secure, safe, happy, and finally able to say "enough."

Typically, when the major things have not been achieved, people look for minor things; like going out, shopping, which can lead to "hungry eyes." Hunger is not always for something that appears to violate moral values, but it can consume thoughts and hearts. And this becomes a bond that makes our lives unholy because of those things. Humans have been gripped by the power of the world without realizing it, and its characteristic is “hungry eyes.” So, we should not nurture and keep this within us; we must discard it and learn from Jesus. As Jesus said to the Samaritan woman at the well near Sychar, "You drink this water and you are thirsty again. But if you drink the water I give you, living water will spring up from within you” (John 4:13-14).

The Lord reminds us on this occasion, do not stop at a false harbor. There, we are offered the notion that having a soulmate will make us feel sufficient, happy, and complete. Yet after obtaining a soulmate, other desires will arise. Humans will never be satisfied because of our sinful nature; we all have this drive, inherited from our ancestors. But now, we want to come to Jesus, who says, "Come to Me, all you who are weary and burdened, and I will give you rest. Take My yoke upon you and learn from Me, for I am gentle and humble in heart, and you will find rest for your souls."

Let’s learn. Although, of course, it’s not yet 100% there, meaning there are still remnants of our old self that need to be completely eradicated. So, we must have the courage to make God our only source of happiness. We must dare to say that there is no rest in this life other than God. Therefore, whatever our current situation, do not dream of anything other than how to experience God and live in fellowship with Him. Let's learn day and night to think about God. For only God is our happiness. Do not think, if your husband comes home, you will be happy; whether your husband comes home or not, you remain happy.

No matter what happens, Jesus is enough for me, God the Father is enough for me. And that is what makes us able to truly adore or worship Him. And it depends on us, so take a step. With such a step, we will experience God, feel peace in God, happiness in God, and this cannot be explained in words, but must be experienced. Unfortunately, many Christians only fantasize about God, but do not experience Him. They are good at talking about God, but their words, their sermons do not change. The congregation does not get guidance. Now God's voice is for us, whatever our circumstances, we can have shelter, rest.

Therefore, there is no other way except to think about God day and night, to meet God at certain times, to believe that God is present in the midst of our circumstances, even when God seems silent, seems absent, we still believe, God is alive. Discuss this with God, only then can we understand what it means to make God the only resting place. Do not feel unhappy even though our circumstances are truly difficult, perhaps our reputation is tarnished, perhaps we are insulted by people, looked down upon, trampled on by people. Do not be troubled by that, do not idolize the problem. We can remove that distress from our hearts and replace it with our hope to enjoy God.

RELIEF MEANS A STOP THAT MAKES US FEEL ENOUGH AND COMPLETE.

Card image
KELEGAAN - 04 Agustus 2024
2024-08-04 08:40:51


Dalam Injil Matius 11:28, Tuhan berfirman, "Datanglah kepada-Ku yang letih lesu dan berbeban berat, Aku beri kelegaan." Kelegaan di situ sebenarnya berarti perhentian. Dalam bahasa aslinya, "anapauso," sama dengan kata "sabaton" (Sabat), perhentian. Tuhan memberikan kita perhentian, artinya kita mendapatkan perasaan cukup, kita tidak lagi mencari-cari sesuatu yang kita merasa itu membuat hidup kita lengkap. Jadi, kelegaan artinya perhentian yang membuat kita merasa cukup dan lengkap. Namun, banyak orang yang mencari-cari sesuatu dan berharap dengan memperoleh sesuatu itu, dianggapnya dapat membuat hidupnya lengkap, utuh, bahagia, aman, terjamin, dan ia akan menemukan hidup yang berkualitas, damai sejahtera. Tapi justru sebaliknya, itulah yang membuat seseorang menjadi letih, lesu, dan berbeban berat.

Jadi, letih lesu di sini bukan karena belum menikah, belum dapat jodoh, atau belum punya anak, belum memiliki rumah, belum memiliki kendaraan roda empat, dan seterusnya. Manusia pada umumnya terus bergerak untuk melengkapi hidupnya dengan sesuatu yang dia pandang akan membahagiakan dirinya, membuat dirinya lengkap, utuh, dan membuat dia bisa berkata “cukup.” Padahal manusia tidak pernah merasa cukup. Manusia akan terus mengembara dari satu keinginan ke keinginan berikut, dari satu kesenangan ke kesenangan berikut. Hidup ini membuat seseorang bergerak untuk meraih apa yang dia pikir dapat membuat dirinya lengkap, utuh, terjamin, aman, bahagia, lalu sampai bisa berkata “cukup.”

Pada umumnya, ketika hal besar belum tercapai, maka dicari hal-hal kecil; seperti jalan-jalan, shopping yang bisa membuat “mata lapar.” Lapar tidak selalu terhadap sesuatu yang kelihatan melanggar moral, tapi bisa sangat menyita pikiran dan hati. Dan itu menjadi ikatan yang membuat hidup kita menjadi tidak kudus karena hal-hal itu. Manusia telah tercengkeram oleh kuasa dunia tanpa disadari dan cirinya adalah “mata lapar.” Maka kita tidak boleh pelihara dan tetap melekat di dalam diri kita, harus kita buang, kita belajar dari Tuhan Yesus. Seperti yang dikatakan Tuhan Yesus kepada perempuan Samaria di perigi dekat Kota Sikhar, “Kau minum air ini, kamu haus lagi, tapi kalau kau minum air yang Kuberikan, maka dari dalammu akan memancar air kehidupan” (Yoh. 4:13-14).

Tuhan mengingatkan kita pada kesempatan ini, jangan berhenti di pelabuhan palsu. Di sana kita ditawarkan, kalau punya jodoh nanti cukup, bahagia, lengkap. Padahal setelah punya jodoh, pasti ingin yang lain. Manusia tidak akan pernah puas, dan hal itu karena manusia memiliki kodrat dosa, semua kita punya gairah itu, yang kita warisi dari nenek moyang, tetapi sekarang kita mau datang kepada Tuhan Yesus yang berkata, "Datanglah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan. Belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati, maka jiwamu mendapat ketenangan."

Mari, kita belajar. Walaupun tentu sekarang belum keluar 100%, artinya masih saja ada sisa-sisa manusia lama yang harus total dihabiskan. Jadi, kita harus berani menjadikan Tuhan kebahagiaan kita satu-satunya. Kita harus berani berkata bahwa tidak ada tempat perhentian dalam hidup ini selain Tuhan. Jadi, apa pun keadaan kita saat ini, jangan memimpikan apa pun selain bagaimana bisa mengalami Tuhan dan hidup di dalam persekutuan dengan Dia. Mari belajar siang malam memikirkan Tuhan. Sebab hanya Tuhan kebahagiaan kita. Jangan berpikir, kalau suami pulang ke rumah, kita akan bahagia; suami pulang atau tidak, kita tetap bahagia.

Apa pun yang terjadi, Yesus cukup bagiku, Allah Bapa cukup bagiku. Dan itu yang membuat kita bisa benar-benar adore atau memuja Dia. Dan itu tergantung dari kita, maka melangkahlah. Dengan langkah seperti ini, kita akan mengalami Tuhan, bisa merasakan ketenangan di dalam Tuhan, kebahagiaan di dalam Tuhan, dan ini tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, tapi harus dialami. Sayangnya, banyak orang Kristen yang hanya berfantasi tentang Tuhan, tapi tidak mengalami-Nya. Mereka pintar bicara tentang Tuhan, tetapi perkataannya, khotbahnya tidak mengubah. Jemaat tidak mendapatkan tuntunan. Sekarang suara Tuhan untuk kita, apa pun keadaan kita, kita bisa memiliki perteduhan, perhentian.

Oleh sebab itu, tidak ada cara lain kecuali memikirkan Tuhan siang dan malam, menjumpai Tuhan pada waktu jam-jam tertentu, meyakini Allah hadir di tengah-tengah keadaan kita, di mana Tuhan seakan-akan diam, seakan-akan tidak ada, kita tetap percaya, Allah yang hidup. Perkarakan ini, bicarakan ini dengan Tuhan, baru kita bisa mengerti apa artinya menjadikan Tuhan satu-satunya perhentian. Jangan kita merasa tidak bahagia walaupun keadaan kita benar-benar sulit, mungkin nama baik kita dirusak, mungkin kita dihina orang, direndahkan, diinjak-injak orang. Jangan menjadi susah karena hal itu, jangan memberhalakan masalah. Kita bisa membuang kesusahan hati tersebut, dan menggantikan dengan pengharapan kita untuk menikmati Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KELEGAAN ARTINYA PERHENTIAN YANG MEMBUAT KITA MERASA CUKUP DAN LENGKAP.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 04 Agustus 2024
2024-08-04 08:36:59

2 Raja-raja 22-23
2 Tawarikh 34-35

Card image
Truth Kids 03 Agustus 2024 - AKU MAU MENGAMPUNI
2024-08-03 18:22:15


Efesus 4:32
"Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu."

Bella merasa aneh melihat sahabatnya, Vera, dengan mudahnya memaafkan Robby yang biasanya selalu jahil dan mengganggu Vera dan teman-teman yang lain. Setelah Robby selesai meminta maaf dan pergi, Bella mendekati Vera dan bertanya, "Kamu kok mau aja sih, maafin dia? Kan dia nakal sekali. Dia suka mengganggu kamu, Ver." Lalu Vera menjawab dengan senyum, "Nggak apa-apa, Bel. Kan, sebagai anak-anak Tuhan kita harus bermurah hati. Memaafkan orang yang bersalah kepada kita." Lalu Bella menjawab, "Iya, tapi kan perbuatan dia ke kamu itu sudah keterlaluan, Ver." Lalu Vera berkata lagi, "Itu tidak seberapa, Bel. Tuhan Yesus saja mau memaafkan orang-orang yang menghina, menyiksa dan menyalibkan Dia. Maka kita juga harus memiliki sikap yang sama seperti Tuhan Yesus."

Sobat Kids, memaafkan kesalahan kecil mungkin mudah, tetapi memaafkan orang yang melakukan kesalahan yang besar terhadap kita, itu tidak mudah. Namun, kita bisa ingat kata-kata Vera. Tuhan Yesus saja bisa memaafkan orang yang jahat dan kejam terhadap-Nya, maka kita harus meneladani sikap Tuhan Yesus ini juga, ya. Nah, siapa mau belajar mengampuni seperti Tuhan Yesus?

Card image
Truth Junior 03 Agustus 2024 - Belajar Ramah dan Penuh Kasih
2024-08-03 18:21:05


Efesus 4:32
“Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.”

Hai, Sobat Junior! Apa sih, artinya ramah? Ramah itu berarti bersikap baik, sopan, dan selalu tersenyum kepada orang lain. Tuhan mengajarkan kita untuk selalu bersikap ramah, karena dengan begitu, kita bisa membuat orang lain merasa senang dan dihargai. Coba bayangkan kalau semua orang di sekitar kita bersikap ramah, pasti dunia akan terasa lebih menyenangkan, bukan? Selain ramah, Tuhan juga mengajarkan kita untuk penuh kasih sayang, seperti yang tertulis di Efesus 4:32. Ini berarti kita harus saling menyayangi dan peduli kepada orang lain, sama seperti kita menyayangi keluarga dan teman-teman kita. Misalnya, kalau ada teman yang kesulitan belajar, kita bisa membantu untuk mengajarinya. Atau kalau ada yang sedang merasa sedih, kita bisa menghiburnya dan membuatnya tidak sedih lagi.

Yang tidak kalah penting adalah saling mengampuni. Kadang-kadang, teman kita mungkin membuat kesalahan atau menyakiti perasaan kita. Namun, Tuhan mengajarkan kita untuk memaafkan mereka, sama seperti Tuhan selalu memaafkan kesalahan kita. Memaafkan itu membuat hari-hari kita menjadi lebih damai dan menyenangkan. Ingat, ya, Sobat Junior, Tuhan di dalam Kristus telah mengampuni kita. Itu contoh kasih yang sangat besar. Jadi, mari kita meniru kasih Tuhan dengan menjadi anak-anak yang ramah, penuh kasih, dan mudah memaafkan. Dengan begitu, kita sedang mengikuti ajaran Tuhan dan menyebarkan kasih-Nya kepada orang lain.

Card image
Truth Youth 03 Agustus 2024 (English Version) - GOD THE LIBERATOR
2024-08-03 18:19:26


“He himself will redeem Israel from all their sins.” (Psalm 130:8)

The psalmist expresses his deep despair through Psalm 130 in the form of a lament. The psalmist pleads for God’s mercy, and verse 8, as the closing part of this Psalm, brings a message of hope and liberation. This psalmist directly understands that he and his nation truly need God's mercy; from all the events they experienced, he hopes for the restoration that will be found from God, especially the liberation that he and his nation have longed for.

In our lives, it is not uncommon for us to be trapped in sins and mistakes that make us feel far from God. However, Psalm 130:8 wants to remind us that God is the Liberator. From God's point of view, He does not only see our mistakes, but He also provides a way out accompanied by restoration. He will liberate us from all our sins, where not only our spirits are free or liberated, but also our bodies and souls.

Try to remember and deeply contemplate how great God's love and forgiveness have been throughout the years we have lived in this world. No matter how deeply we have fallen, God is always ready to lift us back up. One thing we need to pay attention to is our willingness to come to Him sincerely, the desire to repent, the struggle to change, and trusting Him that He will liberate us. With this forgiveness, we are restored and filled with new hope. Always remember that God is our Liberator; He is the Redeemer of our sins. Therefore, let us live in the assurance of His love and liberating power. Build confidence within ourselves that He will set us free from everything that binds us. For He is God the Liberator.

WHAT TO DO:
1. Believe that God is the Liberator who brings peace.
2. Build confidence within ourselves that God brings complete freedom in our lives.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Isaiah 64-66

Card image
Truth Youth 03 Agustus 2024 - ALLAH SANG PEMBEBAS
2024-08-03 18:17:41


"Dialah yang akan membebaskan Israel dari segala kesalahannya." (Mzm. 130:8)

Pemazmur mengungkapkan keputusasaannya yang begitu mendalam melalui Mazmur 130 dalam bentuk nyanyian ratapan. Pemazmur memohon belas kasihan dari Allah, ayat 8 sebagai bagian penutup Mazmur ini membawa pesan pengharapan dan pembebasan. Pemazmur ini secara langsung memahami bahwa dia dan bangsanya betul-betul membutuhkan belas kasihan Allah, dari segala kejadian yang mereka alami, dia berharap ada pemulihan yang akan didapati dari Allah, terkhususnya pembebasan yang sejak dahulu diharapkan oleh dia dan bangsanya.

Di dalam hidup kita, tidak jarang kita terjebak di dalam dosa dan kesalahan yang membuat kita merasa jauh dari Allah. Namun, Mazmur 130:8 ingin mengingatkan kita bahwa Allah adalah Sang Pembebas. Dalam point of view Allah, Dia tidak hanya melihat kesalahan kita saja, tetapi ada jalan keluar yang Dia sediakan disertai dengan pemulihan. Dia akan membebaskan kita dari segala dosa kita, di mana tidak hanya rohani kita saja yang bebas atau merdeka, tetapi juga tubuh dan jiwa kita.

Coba kita ingat dan resapi dalam-dalam, seberapa besar kasih dan pengampunan Allah selama bertahun-tahun kita hidup di dunia ini? Tidak peduli seberapa dalam kita telah jatuh, Allah akan selalu siap mengangkat kita kembali. Satu hal yang perlu kita perhatikan hanyalah kesediaan hati kita untuk datang kepada-Nya dengan tulus, keinginan untuk bertobat, perjuangan untuk berubah, dan mempercayai Dia bahwa Dia akan membebaskan kita. Dengan pengampunan ini, kita dipulihkan dan dipenuhi dengan pengharapan baru.

Ingatlah selalu bahwa Allah adalah Pembebas kita, Dia adalah Sang Pembebas dosa-dosa kita. Oleh karena itu, marilah kita hidup di dalam keyakinan akan kasih dan kuasa pembebasan-Nya. Bangunlah keyakinan dalam diri, bahwa Dia akan memerdekakan kita dari segala hal yang membelenggu kita. Sebab Dia, adalah Allah Sang Pembebas.

WHAT TO DO :
1. Meyakini bahwa Allah adalah Sang Pembebas yang membawa damai sejahtera.
2. Membangun keyakinan dalam diri bahwa Allah membawa kemerdekaan yang utuh dalam hidup kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yesaya 64-66

Card image
Renungan Pagi - 03 Agustus 2024
2024-08-03 18:03:46


Pemazmur berkata; "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia."

Orang yang layak menghadap Tuhan adalah mereka yang bersih tangannya, artinya tidak melakukan kejahatan dalam perbuatan tangannya, tidak melakukan kenajisan dan kecurangan dalam hidupnya, hatinya murni, tidak ada niat jahat dan prasangka buruk dan tidak berdusta, tidak menipu, dan segala perbuatan yang tidak menyenangkan hati Tuhan, jangan dilakukan. Maka kita layak naik ke gunung kudus Tuhan dan dapat berdiri ditempat Kudus-NYA. Dan Tuhan pasti akan memberkati hidup kita.
(Mazmur 24:3-5)

Card image
Quote Of The Day - 03 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono?
2024-08-03 17:57:06


Penolakan terhadap teguran dan firman Tuhan berangkat dari hati yang tidak lemah lembut.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 03 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-03 17:55:50


Penolakan terhadap firman Tuhan berangkat dari hati yang tidak lemah lembut, terutama bagi yang merasa pintar, bijaksana, kaya, terhormat, memiliki kelebihan. Orang yang menolak firman Tuhan ini adalah orang-orang sombong.

Card image
RESPECT FOR GOD - 03 Agustus 2024 (English Version) q
2024-08-03 17:54:07


One very important thing is how to make God honored in our eyes, which will also make Him honored in the eyes of those around us, by fully trusting His person. Trusting the Person of God completely, without doubt. Our respect for God is when we trust Him completely, without any doubt or suspicion at all. It is from this point that one can follow God's will and His plans. For this, there is one thing we must achieve, which is a deep encounter with God, a real or concrete conversation with God. We may feel that we have prayed, but it does not necessarily mean we have reached the ideal encounter that God desires; it does not necessarily mean we have achieved a conversation or interaction with God.

Pray continuously until we can pray. Pray continuously until we find what prayer is. Seek God until we find Him. So, there are levels we must reach. And this will become our joy in praying, how we can truly reach the presence of God, crossing all the heavens, all the stars, and our voice reaching His throne. It may sound mystical or mystic, but the Bible teaches it. As the Bible says, "Abel's blood reached God's ears." Likewise, our worship, prayer, and cries reach God's throne. Sincere worship, with the holiness of life, and not bound by worldly pleasures, makes us able to fly as high as possible to God's throne. And we can have prayer experiences that cannot be explained to others because those experiences become feelings within our souls.

The spiritual experiences that cannot be shared with others, that cannot be expressed in words. However, those who reach the levels of fellowship, encounters, dialogue, and interaction with God will be evident in their lives. It will be felt when they sing, pray, preach, in their decisions, and their policies. Achieve that, which is an encounter with God. Be assured that He is alive and real. Those who can be trusted by God because they trust God will become people who can carry the burden of God's plans to be fulfilled in this world. God does not use animals or other creatures, not even His angels, to fulfill His plans.

Angels serve the righteous, the saved children of God, and of course also those who do the Father's work. However, the main perpetrator is still us. Encounter with God, true interaction allows us to find God and trust His Person. People like this will be trusted by God to do God's work. The most concrete example is Abraham in the Old Testament. How God entrusted His plan, namely the salvation of this world, to Abraham. In the life journey of those entrusted by God with His work, there can be challenges or difficulties. God promised Abraham many children, but Abraham had to wait for his child for a quarter of a century. It seemed nearly impossible as Sarah had passed menopause, and Abraham was also old. Yet, we can see how God perfected Abraham by trusting Him completely without suspicion. This is extraordinary. And until the final test, Abraham offered up his son, Isaac. Abraham did not hesitate to do so.

So, if we continue to experience encounters with God and begin to trust His person, then God will entrust His work to us. God wants His beloved ones to trust Him completely. During His journey, wearing his full humanity, Jesus once faced a crisis. He said to His disciples, "My soul is overwhelmed with sorrow to the point of death." He almost fled from His responsibility when He said, "If it is possible, may this cup be taken from me." But Jesus overcame His personal desire and triumphed by saying, "Yet not as I will, but as You will, Father." The culmination was when He was on the cross, where the Father abandoned Him. Yet, He still did not suspect the Father and said, "Into Your hands, I commit My spirit."

We see a red thread from Abraham to the life of Jesus. Our lives are similar. When we begin to find God, experience encounters with Him, He entrusts us with His work. But God does not make our path smooth. In such situations, God teaches us to trust His Person. Ultimately, one day, it will not only be our ministry achievements but also our inner selves that trust God without doubt; faith without guarantees. It's not just the souls that we bring into the Kingdom of Heaven, or transforming the ignorant into the wise, the poor into the sufficient, or the immoral into the moral, guiding them all to the new heaven and earth, but we ourselves become whole beings who trust God without suspicion.

OUR RESPECT FOR GOD IS WHEN WE TRUST HIM COMPLETELY WITHOUT ANY DOUBT OR SUSPICION AT ALL.

Card image
PENGHARGAAN KEPADA ALLAH - 03 Agustus 2024
2024-08-03 17:49:15


Satu hal yang penting sekali, bagaimana membuat Tuhan itu terhormat di mata kita, yang juga akan menjadi terhormat di mata orang di sekitar kita, yaitu memercayai pribadi-Nya sepenuhnya. Memercayai Pribadi Allah dengan lengkap, tanpa keraguan. Penghargaan kita kepada Allah adalah ketika kita memercayai-Nya sepenuhnya tanpa keraguan atau kecurigaan sama sekali. Dari situlah seseorang bisa menuruti kehendak Allah dan rencana-Nya. Untuk itu, ada satu hal yang harus kita capai, yaitu perjumpaan dengan Allah secara mendalam, percakapan dengan Allah secara nyata atau konkret. Kita merasa sudah berdoa, tapi belum tentu telah mencapai perjumpaan yang ideal yang Allah kehendaki; belum tentu kita mencapai sebuah percakapan atau interaksi dengan Allah.

Berdoalah terus sampai kita bisa berdoa. Berdoalah terus sampai kita menemukan apa itu doa. Carilah Tuhan sampai kita menemukan Dia. Jadi, ada semacam tingkat-tingkat yang kita harus capai. Dan ini akan menjadi satu kesukaan kita dalam berdoa, bagaimana kita bisa benar-benar sampai ke hadirat Allah, melintasi semua langit, semua bintang, dan suara kita sampai ke takhta-Nya. Mungkin kedengarannya mistik atau mistis, tetapi Alkitab mengajarkannya. Seperti yang dikatakan Alkitab, “Darah Habel sampai ke telinga Tuhan.” Demikian pula penyembahan, doa, seruan kita sampai ke takhta Allah. Penyembahan yang tulus, dengan kesucian hidup, dan tidak terikat dengan kesenangan dunia, membuat kita bisa terbang setinggi-tingginya sampai ke takhta Allah. Dan kita bisa memiliki pengalaman-pengalaman doa yang tidak akan bisa dijelaskan kepada orang lain karena pengalaman itu menjadi rasa dalam batin kita.

Pengalaman roh yang tidak bisa dibagikan kepada orang lain, yang tidak bisa dibahasakan kepada orang lain. Tetapi, orang yang mencapai tingkat-tingkat persekutuan, pertemuan, dialog, interaksi dengan Allah akan nampak dalam kehidupannya. Akan terasa waktu dia menyanyi, berdoa, berkhotbah, dalam keputusan-keputusan, dan kebijakan-kebijakannya. Capailah itu, yaitu perjumpaan dengan Allah. Yakinlah Dia hidup dan nyata. Orang yang bisa dipercayai Allah karena memercayai Allah, akan menjadi orang yang dapat memikul beban rencana Allah untuk dipenuhi dalam dunia ini. Allah tidak memakai hewan atau makhluk lain, bahkan Allah tidak memakai malaikat-malaikat-Nya untuk memenuhi rencana-rencana-Nya.

Malaikat-malaikat melayani orang-orang saleh, anak-anak Allah yang diselamatkan, dan tentu juga yang melakukan pekerjaan Bapa. Tetapi pelaku utamanya tetap kita. Perjumpaan dengan Allah, interaksi yang benar membuat kita bisa menemukan Tuhan dan memercayai pribadi-Nya. Orang-orang seperti ini akan dipercayai Tuhan untuk melakukan pekerjaan Tuhan. Contoh yang paling konkret adalah Abraham di Perjanjian Lama. Bagaimana Allah memercayakan rencana-Nya, yaitu keselamatan atas dunia ini, kepada Abraham. Dalam perjalanan hidup orang yang dipercayai Tuhan untuk mengemban pekerjaan-Nya, terkadang seperti mendapat kesusahan atau kesulitan. Tuhan menjanjikan Abraham memiliki banyak anak, tetapi Abraham harus menunggu anaknya selama seperempat abad. Nyaris rasanya sudah tidak ada peluang lagi karena Sara sudah mati haid, Abraham pun mati pucuk. Tetapi kita bisa melihat bagaimana Tuhan menyempurnakan Abraham dengan memercayai Allah sepenuhnya tanpa kecurigaan. Ini luar biasa. Dan sampai pada tingkat ujian terakhir, Abraham mempersembahkan anaknya, Ishak. Abraham pun tanpa ragu melakukannya.

Jadi, kalau kita terus mengalami perjumpaan dengan Tuhan dan mulai memercayai pribadi-Nya, maka Tuhan akan memercayakan pekerjaan-Nya kepada kita. Tuhan mau agar kekasih-kekasih-Nya memercayai Ia sepenuhnya. Dalam perjalanan-Nya, dengan mengenakan kemanusiaan seutuhnya, Yesus sempat dalam kondisi krisis. Ia berkata kepada murid-murid-Nya, "Sedih hati-Ku, mau mati rasanya." Sampai nyaris Yesus lari dari tanggung jawab ketika Ia berkata, "Jika boleh cawan ini lalu dari pada-Ku." Tetapi Tuhan Yesus mengalahkan niat pribadi-Nya dan memenangkan dengan mengatakan, "Kehendak-Mu yang jadi, Bapa." Dan puncaknya adalah ketika Ia ada di atas kayu salib, di mana Bapa meninggalkan Dia. Tetapi Dia tetap tidak mencurigai Bapa dan mengatakan, "Ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku."

Kita melihat benang merah dari Abraham, sampai kehidupan Yesus. Kehidupan kita juga begitu. Ketika kita mulai menemukan Allah, mengalami perjumpaan dengan Allah, maka Allah memercayakan pekerjaan-Nya. Tetapi Allah tidak membuat jalan pelayanan kita itu lancar. Tetapi dalam situasi seperti ini, Tuhan mengajar kita untuk memercayai Pribadi-Nya. Akhirnya, suatu hari nanti bukan hanya prestasi pelayanan yang kita capai, melainkan batin yang utuh memercayai Allah tanpa keraguan; percaya tanpa jaminan. Bukan hanya jiwa-jiwa yang kita bawa dalam Kerajaan Surga, bukan hanya orang bodoh yang kita entaskan menjadi orang cerdas, atau orang miskin yang menjadi orang yang berkecukupan, atau orang yang tidak bermoral menjadi orang yang bermoral dan semua kita giring ke langit baru bumi baru, melainkan kita sendiri menjadi manusia yang utuh, yang memercayai Allah tanpa kecurigaan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PENGHARGAAN KITA KEPADA ALLAH ADALAH KETIKA KITA MEMERCAYAI-NYA SEPENUHNYA TANPA KERAGUAN ATAU KECURIGAAN SAMA SEKALI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 Agustus 2024
2024-08-03 17:45:33

Nahum 1-3

Card image
Truth Kids 02 Agustus 2024 - JANGAN RAGU MENOLONG
2024-08-02 12:59:09


Lukas 6:36
"Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."

Suatu hari Lala melihat beberapa anak melempari anjing kecil dengan kerikil. Lala berteriak lalu menegur mereka. Akibatnya, mereka lari. Saat Lala mendekati anjing kecil itu, ternyata anjing kecil itu kotor dan memiliki penyakit kulit. Lala merasa kasihan, lalu ia berlari ke rumah dan bilang pada ibunya dan mereka kembali menemui anjing kecil itu. Ibunya Lala membawa kain untuk membungkus anjing itu. Mereka pun membawanya ke klinik hewan terdekat. Setelah anjing itu diperiksa dan diobati dokter, mereka membawa anjing itu pulang. Lala membersihkan dan merawatnya dengan kasih sampai anjing itu sembuh dan tumbuh besar.

Sobat Kids, dari kisah Lala, kita dapat belajar bahwa kita harus memiliki kemurahan hati dan belas kasihan kepada siapa saja tanpa membeda-bedakan atau melihat kondisi yang perlu ditolong. Lala tidak ragu menolong seekor anjing walaupun kondisinya tidak lucu, kotor, dan sakit. Tuhan pun menginginkan kita memiliki sikap murah hati. Jadi, Sobat Kids jangan ragu untuk menolong jika hati kalian tergerak untuk membantu orang atau hewan lain yang kesusahan. Mintalah bantuan dari orang yang lebih tua juga seperti yang dilakukan Lala, agar kita tidak salah dalam memberikan bantuan atau pertolongan.

Card image
Truth Junior 02 Agustus 2024 - MENJADI ANAK YANG MURAH HATI
2024-08-02 12:57:30


Lukas 6:36

“Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.”

Sobat Junior, ayo belajar menjadi anak yang murah hati supaya Tuhan senang melihat kita. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan menolong orang lain. Tahu nggak, murah hati itu artinya baik hati dan suka menolong orang lain. Tuhan kita yang sangat baik dan selalu membantu kita, juga ingin kita mencontoh apa yang dilakukan-Nya. Bayangkan, kalau ada temanmu yang sedih karena mainannya rusak, apa yang kamu lakukan ketika melihat itu? Kamu bisa menghiburnya dan meminjamkan mainanmu, atau membantunya memperbaiki mainannya. Itulah salah satu cara kita bisa menunjukkan sikap murah hati.

Atau, pernahkah kamu melihat temanmu kesulitan membawa tas yang berat? Kamu bisa menawarkan bantuan untuk membawakan tas itu. Ketika kamu membantu orang lain dengan tulus dan tidak meminta imbalan apa pun, maka kita sedang mencontoh kebaikan hati Tuhan dan kita bisa membuat Tuhan senang. Menjadi murah hati juga berarti harus mau memaafkan. Misalnya, kalau ada teman yang tidak sengaja membuat kita marah atau kesal, kita harus belajar memaafkannya. Tuhan selalu memaafkan kesalahan kita, jadi kita juga harus belajar memaafkan orang lain. Karena setiap kali kamu melakukan hal-hal baik, seperti menolong temanmu, memaafkan temanmu, dan mengasihi temanmu, artinya kamu membuat Tuhan senang. Allah ingin melihat anak-anak-Nya saling membantu dan penuh kasih sayang.

Ayo, kita berusaha setiap hari untuk menjadi anak yang murah hati, sama seperti Tuhan yang murah hati kepada kita. Ingat, ya, Sobat Junior, menjadi murah hati tidaklah sulit. Mulailah dari hal-hal kecil setiap hari. Ucapkan kata-kata yang baik, berikan senyuman kepada orang lain, dan bantu teman-temanmu. Dengan begitu, kamu sudah menunjukkan kasih Tuhan kepada orang-orang di sekitarmu.

Card image
Truth Youth 02 Agustus 2024 (English Version) - FREEDOM IN THINKING
2024-08-02 12:56:10


“And you will know the truth, and the truth will set you free.” (John 8:32)

The forms of colonization on this earth are diverse. Some popular forms that people know about include forced cultivation, forced labor, low wages, slavery, war, and other forms. All forms of colonization can certainly be said to have destructive effects, both on individuals and on the general public. Obviously, colonization is not God’s will; all of it comes from the evil one.

Recently, we can still see oppression and wars in some countries, and there are indications that the situation in the world will worsen in the future. Perhaps most of us do not directly feel the impact of these things, because we still live in areas that position themselves neutrally regarding the current world situation. But do you know, friends, that we might still be colonized?

Colonized not with violence or war, but colonized in our freedom of thought. Many people, including young Christians, are still unconsciously colonized by the thinking patterns of the evil one, who has captured our minds to follow the desires of the world and increasingly hate the truth.

How many young Christians still enjoy reading the Bible? How many young Christians still have time to sit quietly and pray before the Lord? How many young Christians still have a desire to grow in church communities? Inevitably, our way of thinking is captured by the world; the beauty of the world is more appealing, so many of us are attracted to it. Unknowingly, we have become prisoners of sin.

A mind held hostage by sin results in our inability to understand God's will in this life. Ultimately, this only produces a generation that does not believe in God, is afraid to act righteously, is easily manipulated by the world, and has dulled potential to become perfect individuals like the Father. Therefore, it is not an exaggeration to say that our minds have not yet been freed in the Lord.

Only by consuming the truth through the Bible and having a sensitive heart to hear God's voice will our minds be freed. The truth we need to know is that Jesus loves us; He wants us to change and not make mistakes anymore. Think about that and do what is good, right, and pleasing to God in daily life. All of this is proof that we have freedom in thinking.

WHAT TO DO:
1. Freedom in thinking can only be obtained by consuming the truth of God's word, as it will color our minds and hearts.
2. Do not be tempted by the world's way of thinking, which looks good but is actually contrary to the Bible.
3. Do not swallow whole the wise words from social media that do not necessarily contain truths aligned with Christianity.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Isaiah 60-63

Card image
Truth Youth 02 Agustus 2024 - MERDEKA DALAM BERPIKIR
2024-08-02 12:50:18


"Dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (Yohanes 8:32)

Bentuk penjajahan di bumi ini beraneka ragam, beberapa bentuk populer yang orang tahu ialah seperti tanam paksa, kerja rodi, upah rendah, perbudakan, peperangan, dan bentuk lainnya. Semua bentuk penjajahan sudah dapat dipastikan membawa dampak yang merusak, baik merusak individu maupun khalayak banyak orang. Tentunya penjajahan bukanlah kehendak Tuhan, semua itu datang dan berasal dari si jahat.

Belakangan ini, kita masih bisa melihat di beberapa negara masih terdapat penindasan dan peperangan, dan ada indikasi di kemudian hari akan semakin buruk keadaan dunia ini. Mungkin sebagian besar kita tidak merasakan langsung dampak dari hal itu, karena kita masih tinggal di wilayah yang memosisikan diri untuk netral akan situasi dunia saat ini. Namun tahukah teman-teman ternyata kita pun saat ini mungkin masih terjajah?

Terjajah bukan dengan kekerasan atau peperangan, namun terjajah dalam kemerdekaan berpikir. Tidak disadari oleh banyak orang termasuk anak-anak muda Kristen, ternyata masih dijajah oleh cara berpikir si jahat, yang telah menawan pikiran untuk mengikuti keinginan dunia dan semakin membenci kebenaran.

Berapa banyak anak-anak muda Kristen yang masih suka membaca Alkitab? Berapa banyak anak-anak muda Kristen yang masih mempunyai waktu untuk duduk diam berdoa di hadapan Tuhan? Berapa banyak anak-anak muda Kristen yang masih memiliki kerinduan untuk bertumbuh di komunitas gereja? Tidak bisa dihindari cara berpikir kita tertawan oleh dunia, keindahan dunia lebih menarik hati sehingga banyak dari kita terpikat olehnya. Tanpa disadari, kita sudah menjadi tawanan dosa.

Pikiran yang disandera oleh dosa mengakibatkan ketidakmampuan kita untuk mengerti apa yang menjadi kehendak Allah dalam kehidupan ini. Pada akhirnya hanya melahirkan generasi yang tidak percaya kepada Tuhan, takut dalam bersikap benar, mudah dimanipulasi dunia, dan tumpul potensi untuk menjadi pribadi sempurna seperti Bapa. Maka tidak berlebihan jika pikiran kita belum merdeka di dalam Tuhan.

Hanya dengan mengasup kebenaran melalui Alkitab dan kepekaan hati untuk mendengar suara Tuhan, pikiran kita akan dimerdekakan. Kebenaran yang harus kita ketahui ialah Tuhan Yesus sayang kepada kita, Ia mau kita berubah dan tidak melakukan kesalahan lagi. Pikirkan hal itu, serta lakukan apa yang baik, benar, dan yang berkenan kepada Allah, dalam kehidupan sehari-hari. Itu semua bukti kita telah merdeka dalam berpikir.

WHAT TO DO :
1. Merdeka berpikir hanya dapat diperoleh dengan asupan kebenaran firman Tuhan, karena itu akan mewarnai pikiran dan hati kita.
2. Jangan tergiur oleh cara berpikir dunia, yang kelihatan baik, namun ternyata bertentangan dengan Alkitab.
3. Jangan telan mentah-mentah kata-kata bijak dari social media yang belum tentu semua memuat kebenaran sesuai kekristenan

BIBLE MARATHON:
▪︎Yesaya 60-63

Card image
Renungan Pagi - 02 Agustus 2024
2024-08-02 12:48:02


Masihkah bersemangat menjalani hari-hari kita?  Akhir-akhir ini banyak orang kristen kehilangan semangat dan gairah hidup, karena terbukti mereka melakukan segala sesuatu dengan berat hati, asal-asalan, penuh keterpaksaan dan tidak sukarela, karena pikirannya hanya terfokus kepada kegagalan, masalah, kekecewaan dan luka-luka hati lainnya. 

Apa pun yang menjadi tugas kita, entah itu tugas keseharian di kantor, rumah tangga, sekolah, kampus, terlebih-lebih tugas pelayanan, sudah selayaknya dilakukan dengan sukarela, tidak setengah hati, hitung-hitungan, apalagi terpaksa disertai persungutan. Firman Tuhan menasihatkan kita; "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."
(Kolose 3:23)

Card image
Quote Of The Day - 02 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-02 12:45:06


Ketika kita berpusat pada proses pendewasaan diri mencapai kesempurnaan, maka objek pelayanan kita pasti manusia, bukan benda.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 02 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-02 12:34:39


Ketika kita sampai dalam keadaan titik nadir tidak punya siapa-siapa dan tidak punya apa-apa, di situ sebenarnya kita baru bisa merasakan bahwa memiliki Tuhan adalah segalanya.

Card image
PERSEVERANCE - 02 Agustus 2024 (English Version)
2024-08-02 12:33:29


In Luke 17, the Lord Jesus speaks about His coming when people will be eating, drinking, marrying, selling, buying, planting, and building; busy. Many people do not want to deal with God because they consider it pointless. Whether dealing with God or not, it seems the same to them. Therefore, our target must be to go beyond the limit until God says, "You are faithful. Your perseverance is sufficient," even though we will continue to grow. Notice what the Lord says in Luke 18:8, "I tell you, He will see that they get justice, and quickly. However, when the Son of Man comes, will He find faith on the earth?"

So, even though it may seem as if there are times when those who earnestly seek God are no different from those who do not, eventually, God will justify us. However, does God delay? No. He will come at His perfect time. There are many Christians on earth, but do they possess the quality of perseverance that God desires? Therefore, we should not be satisfied with the Christianity we have lived. We must increase our prayer hours, holiness, earnestness, willingness to sacrifice, and so on. Do not stop at one level, but keep growing every day. God will bring change to those who want to change.

However, we must persevere in improving our spiritual lives, our approval before God. Do not weaken when we have been earnest and God seems not to appreciate our earnestness. Even when God still leads us into difficulties, some of our prayers are unanswered, and there are issues that God has left "hanging." It may seem as if God is not there, as if our perseverance has no value. This is the dynamic of interacting with God because His characteristics are like that.

Do not be intimidated by voices saying, "You are not special in God's eyes. Look at how God treats you, just ordinarily. You are not considered. It's different with that pastor, different with that person who has a testimony. You are nobody. God does not see you. Who do you think you are?" Especially when we face difficulties and heavy problems, we may reach a point where we feel that God is hurting and wounding us, even to the point where we think, "God is cruel." We might not say it out loud, but there is doubt in our hearts.

In fact, the difficult situations we experience are God's way of maturing us. We cannot be blessed by God if we do not have sufficient capacity. Because God has a grand design for each of us. So we just go with the flow; through each event, we are matured. Continuous difficult situations are God's way of protecting us from making mistakes, to keep moving to a higher level. So don't think that God does not value us. God pays very detailed attention to each of us.

In Psalm 73, when the psalmist sees the wicked who are healthy, fat, without pain, without trouble, and not plagued like others, while he who keeps purity is punished, beaten, or plagued all day long, he says, "Surely in vain have I kept my heart pure and washed my hands in innocence." This psalmist is disappointed. People turn to them and follow them, saying, "How does God know? Is there knowledge in the Most High?"

It seems like God is blind. But God cares deeply for us. God continues to count and test our perseverance. Dealing with God is very beautiful, and God wants us to deal with Him in the quiet place, in the prayer room, where no eyes see us. Therefore, we must maintain purity, keep our heart's attitude; from small matters, we examine ourselves. We deal with God like fog blown by the wind, and the presence of God in our lives is unclear. How can we believe in a new heaven and new earth? There are no signs of a new heaven and a new earth; we just believe.

If it seems like He is not present, we must question it until we truly break through, evaluated by God as persevering, and God can trust His presence in our lives. Whether God becomes alive or not depends on how we react to serving His presence. Our world is getting darker and more evil, so we must train ourselves to keep connecting with God. Do not leave any gaps. Our world is only God.

When we have experienced that, it is very beautiful. We have many problems, but don't control God. Just go with the flow, let God manage and show what He wants us to do. God provides unlimited spiritual blessings, depending on how big the "bowl of our heart" is to be poured with blessings. And if the situation has not changed, continue to seek God, for God is All-Wise.

GOD CONTINUES TO COUNT AND TEST OUR PERSEVERANCE.

Card image
KETEKUNAN - 02 Agustus 2024
2024-08-02 05:52:15


Dalam Lukas 17, Tuhan Yesus bicara mengenai kedatangan-Nya di mana orang makan, minum, kawin dikawinkan, menjual, membeli, menanam, membangun; sibuk. Banyak orang tidak mau berurusan dengan Tuhan. Karena menganggap bahwa berurusan dengan Tuhan itu percuma. Berurusan dengan Tuhan dan tidak berurusan dengan Tuhan, sama saja. Maka target kita harus sampai melewati batas, sampai Tuhan mengatakan, "Kamu setia. Ketekunanmu sudah cukup," walaupun kita terus akan bertumbuh. Coba perhatikan apa yang dikatakan Tuhan di Lukas 18:8, "Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?"

Jadi, walaupun seakan-akan ada saat di mana kita yang sungguh-sungguh mencari Tuhan sama saja dengan mereka yang tidak mencari Tuhan, tetapi suatu saat Tuhan akan membenarkan kita. Namun, apakah Tuhan mengulur-ulur waktu? Tidak. Dia akan tepat pada waktu-Nya. Di bumi ini banyak orang Kristen, tetapi apakah mereka dipandang Tuhan telah memiliki ketekunan yang berkualitas seperti yang Allah kehendaki? Karenanya, kita jangan puas dengan kekristenan yang telah kita jalani. Kita harus makin meningkatkan jam doa, kesucian, kesungguhan, kerelaan kita berkorban, dan lain-lain. Jangan berhenti di satu level, tapi terus bertumbuh setiap hari. Tuhan akan memberikan perubahan bagi yang mau berubah.

Namun, kita harus bertekun untuk meningkatkan kehidupan rohani kita, keberkenanan kita di hadapan Tuhan. Jangan lemah ketika kita sudah sungguh-sungguh dan Tuhan seakan-akan tidak menghargai kesungguhan kita. Bahkan Tuhan masih membawa kita pada kesulitan-kesulitan, ada doa-doa kita yang tidak terjawab, ada persoalan-persoalan yang dibuat Tuhan masih “menggantung.” Seakan-akan Tuhan tidak ada, seakan-akan ketekunan kita tidak ada nilainya. Itu dinamika dalam berinteraksi dengan Tuhan, karena karakteristik Tuhan itu demikian.

Jangan terintimidasi oleh suara yang mengatakan seperti ini, "Kamu tidak istimewa di mata Tuhan. Lihat bagaimana Tuhan memperlakukan kamu, biasa-biasa saja. Kamu tidak dianggap. Beda dengan pendeta itu, beda dengan orang yang punya kesaksian itu. Kamu bukan siapa-siapa. Tuhan tidak melihat kamu. Memang kamu siapa?" Apalagi ketika kita menghadapi kesulitan-kesulitan, dan masalah itu berat, maka kita akan sampai pada titik di mana kita merasa Tuhan melukai dan menyakiti kita, bahkan sampai kita berpikir, "Tuhan jahat." Mungkin kita tidak mengucapkan, tetapi ada keraguan dalam hati kita.

Padahal, keadaan sulit yang kita alami adalah cara Tuhan mendewasakan kita. Kita tidak bisa diberkati Tuhan kalau kita tidak punya kapasitas yang cukup. Sebab Tuhan punya rancangan besar untuk setiap kita. Jadi kita mengalir saja; melalui setiap peristiwa, kita didewasakan. Keadaan sulit yang bertubi-tubi merupakan cara Tuhan melindungi kita untuk tidak berbuat salah, untuk terus bergerak ke level yang lebih tinggi. Jadi jangan berpikir Tuhan tidak menghargai kita. Tuhan sangat detail memperhatikan kita masing-masing.

Dalam Mazmur 73, ketika pemazmur melihat orang fasik yang sehat, gemuk, tidak ada kesakitan, tidak mengalami kesusahan, tidak kena tulah seperti orang lain, sementara dia yang menjaga kesucian, sepanjang hari kena hukuman, pukulan, atau tulah. Sehingga ia berkata, “Sia-sia aku mempertahankan hati yang bersih dan membasuh tanganku tanda tak bersalah." Pemazmur ini sedang kecewa. Orang-orang berbalik kepada mereka dan ikut mereka, dan mereka berkata: "Bagaimana Allah tahu hal itu, adakah pengetahuan pada Yang Maha Tinggi?"

TUHAN seperti buta. Padahal Allah sangat mempedulikan kita. Tuhan terus menghitung dan menguji batin seberapa kita bertekun. Berurusan dengan Tuhan itu indah sekali dan Tuhan mau kita berurusan dengan Dia di tempat senyap, di ruang doa, ketika tidak ada mata melihat kita. Maka kita harus menjaga kesucian, menjaga sikap hati kita; dari perkara kecil, kita periksa diri kita. Kita berurusan dengan Tuhan seperti kabut yang ditiup angin dan tidak jelas kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Bagaimana kita bisa memercayai langit baru bumi baru? Tidak ada tanda-tanda adanya langit baru bumi baru, yang ada hanya percaya saja.

Kalau seakan-akan Dia tidak hadir, kita harus memperkarakannya sampai kita benar-benar menembus batas, dinilai Tuhan bertekun, dan Tuhan bisa memercayakan kehadiran-Nya dalam hidup kita.Apakah Allah menjadi hidup atau tidak tergantung bagaimana reaksi kita melayani kehadiran-Nya. Dunia kita sudah semakin gelap dan jahat, maka kita harus melatih diri untuk terus berhubungan dengan Tuhan. Jangan buka celah. Dunia kita hanya Tuhan. Kalau sudah menghayati itu, indah sekali. Masalah kita banyak, namun jangan mengatur Tuhan. Mengalir saja, biar Tuhan nanti yang akan mengatur dan menunjukkan apa yang Dia mau untuk kita lakukan. Tuhan menyediakan berkat-berkat rohani yang tak terbatas, tergantung seberapa besar "mangkuk hati” kita untuk dicurahi berkat. Dan kalau keadaan belum berubah, tetaplah terus mencari Tuhan, sebab Tuhan Maha Bijaksana.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN TERUS MENGHITUNG DAN MENGUJI BATIN SEBERAPA KITA BERTEKUN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 Agustus 2024
2024-08-02 05:47:07

2 Tawarikh 32-33

Card image
Truth Kids 01 Agustus 2024 - BERKAT TUHAN DI TARIKAN NAFASKU
2024-08-01 17:49:36



Mazmur 145:9
”TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya.”

Sobat Kids, tahukah kamu betapa baiknya Tuhan? Pernahkah kalian memikirkan contoh nyata berkat kebaikan Tuhan kepada hidup kita? Coba tariklah nafas dan hembuskan. Apakah kalian merasakan udara yang masuk lalu keluar di hidung kalian? Nah, kita manusia pasti bernafas setiap hari, bukan? Jika kita tidak mendapatkan udara yang cukup atau bersih, kita bisa sakit bahkan meninggal dunia, loh.

Kita sering lupa kalau udara yang kita hirup ini adalah berkat Tuhan, karena udara tidak terlihat dan gratis. Tahukah kalian bahwa ada juga oksigen yang dijual? 1 tabung oksigen berisi 10 liter, harganya sekitar Rp.900.000 untuk 8 jam. Berapa uang yang harus kita keluarkan untuk bisa bernafas selama 1 hari? Pasti mahal sekali!

Tuhan memberikan udara gratis bagi orang baik dan juga orang yang jahat. Mengapa? Karena Ia mengasihi semua orang dan tidak ingin satu orang pun binasa. Tuhan memberikan berkat juga kepada orang jahat dengan harapan mereka akan sadar dan bertobat kembali kepada jalan kebenaran. Ayo, kita hargai berkat kebaikan Tuhan mulai dari hal-hal yang kecil, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 01 Agustus 2024 - KASIH TUHAN UNTUK SEMUA
2024-08-01 17:47:03


Mazmur 145:9
”TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya.”

Sobat Junior, hari ini kita akan merenungkan kasih Tuhan yang luar biasa melalui ayat dari Mazmur 145:9. Ayat ini mengingatkan kita betapa Tuhan sangat baik dan penuh kasih sayang kepada semua ciptaan-Nya, termasuk kepada kita. Bayangkan, saat kamu berjalan di taman dan melihat bunga-bunga yang indah, burung-burung yang bernyanyi, dan pohon-pohon yang rindang. Semua itu adalah ciptaan Tuhan yang dibuat dengan penuh kasih. Sama seperti Tuhan menjaga dan merawat bunga-bunga dan burung-burung, Dia juga menjaga dan merawat kita setiap hari.

Tuhan tidak hanya baik kepada sebagian orang, tetapi kepada semua orang, tanpa terkecuali. Tidak peduli siapa kita, dari mana kita berasal, atau apa yang telah kita lakukan, kasih Tuhan akan selalu ada untuk kita. Bahkan, saat kita merasa sedih atau sendirian, kita bisa mengingat bahwa Tuhan selalu ada di samping kita, memberikan kasih dan rahmat-Nya. Salah satu contoh nyata dari kasih Tuhan adalah sebagaimana Dia memberikan keluarga dan teman-teman yang menyayangi kita. Setiap kali kamu merasa disayang oleh orang-orang di sekitarmu, maka setiap kali itu juga Tuhan menunjukkan kasih-Nya kepada kita semua.

Jadi, Sobat Junior, kita harus selalu bersyukur atas kasih dan rahmat yang Tuhan berikan kepada kita dengan tiada habisnya. Setiap pagi, saat kita bangun dari tidur, kita bisa mengucapkan terima kasih kepada Tuhan untuk segala kebaikan-Nya. Setiap bangun pagi, artinya Tuhan memberikan kesempatan juga untuk kita dapat menyayangi orang-orang di sekitar kita. Ingatlah untuk menyayangi orang lain, seperti Tuhan telah menyayangi kita.

Card image
Truth Youth 01 Agustus 2024 (English Version) - THE PEAK OF INDEPENDENCE
2024-08-01 17:44:59


“So if the Son sets you free, you will be free indeed.” (John 8:36)

As we enter the month of August, none of us will ever forget the festive and nationalistic spirit, as this month always commemorates Indonesia's independence from colonial rule. Did you know, friends, that the proclamation of independence was the peak of this nation's struggle and became a turning point for a better civilization in Indonesia?

August 17, 1945, has a very significant meaning and importance for the life of the Indonesian nation. Because with the Proclamation of Independence, the long journey of the Indonesian nation to free itself from the shackles of colonialism reached its peak. The struggle to seize, establish, and defend independence gave birth to the values of personality and national identity, reflected in the attitudes and exemplary characteristics of our fighters, namely their willingness to sacrifice and their unyielding spirit.

This spirit of independence is also present in Christianity. The sacrifice of Jesus Christ, who died on the cross, is the peak of human independence from the bondage of sin. Sin separates man from God the Father, resulting in man – if without independence from the Lord – heading towards eternal fire, the place where the Father's wrath is executed.

Because of Jesus Christ's death on the cross, the human journey has the opportunity to be pleasing before the Father. Jesus Christ’s struggle to redeem us from death, uphold the truth, and give us the opportunity to return to the Father's original plan also gave birth to the noble values reflected by His exemplary life on earth in obedience to the Father’s will.

Therefore, the peak of independence is seen in the work of Christ's cross, which brings man to a point of change due to His sacrifice. It requires a proper human response to the work of the cross, which will bring man to be pleasing before the Father by following and embodying all the examples that Jesus Christ has demonstrated.

WHAT TO DO:
1. First realize that Jesus Christ's sacrifice on the cross is proof that we have been set free.
2. Follow up on the independence we have received from Jesus Christ with attitudes and behaviors daily as people who are free from all sin; do not sin anymore, in any form.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Isaiah 57-59

Card image
Truth Youth 01 Agustus 2024 - PUNCAK KEMERDEKAAN
2024-08-01 07:04:34


”Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka.” (Yohanes 8:36)

Memasuki bulan Agustus ini, setiap kita tentu tidak akan pernah lupa dengan semarak dan semangat nasionalisme, di mana bulan ini selalu setiap tahun memperingati hari kemerdekaan Indonesia dari penjajahan. Tahukah teman-teman, bahwa proklamasi kemerdekaan merupakan puncak perjuangan bangsa ini dan menjadi titik balik dari peradaban Indonesia yang lebih baik.

Tanggal 17 Agustus 1945, mempunyai arti dan makna yang sangat penting bagi kehidupan bangsa Indonesia. Karena dengan Proklamasi Kemerdekaan itulah, perjalanan panjang bangsa Indonesia melepaskan diri dari belenggu penjajah telah sampai pada puncaknya. Perjuangan untuk merebut, menegakkan, dan mempertahankan kemerdekaan itu, melahirkan nilai-nilai kepribadian dan jati diri bangsa, yang tercermin pada sikap dan sifat keteladanan para pejuang kita yaitu rela berkorban dan pantang menyerah.

Semangat kemerdekaan ini juga ada di dalam kekristenan. Pengorbanan Tuhan Yesus untuk berkorban mati di kayu salib menjadi puncak kemerdekaan bagi manusia dari belenggu dosa. Dosa yang membuat manusia terpisah dari Allah Bapa, sehingga mengakibatkan manusia – jika tanpa kemerdekaan dari Tuhan – akan meluncur ke dalam api kekal, tempat di mana hukuman murka Bapa terlaksana.

Karena kematian Tuhan Yesus di atas kayu saliblah, maka perjalanan hidup manusia memperoleh kesempatan untuk berkenan di hadapan Bapa. Perjuangan Tuhan Yesus untuk merebut kita dari maut, menegakkan kebenaran dan memberikan kesempatan kepada kita agar dikembalikan kepada rancangan semula Bapa yang melahirkan juga nilai-nilai keagungan yang tercermin oleh keteladanan-Nya selama hidup di bumi dalam penurutan kepada kehendak Bapa.

Oleh sebab itu puncak kemerdekaan terlihat dari karya salib Kristus yang membawa manusia kepada titik perubahan oleh karena pengorbanan-Nya. Maka diperlukan respons manusia yang tepat akan karya salib itu, sehingga akan membawa manusia kepada keberkenanan di hadapan Bapa. Dengan melakukan dan mengenakan seluruh keteladanan diri yang Tuhan Yesus telah peragakan.

WHAT TO DO:
1.Sadari terlebih dahulu jika Tuhan Yesus melalui pengorbanan-Nya di atas kayu salib merupakan bukti kita telah dimerdekaan.
2.Tindak lanjuti kemerdekaan yang telah kita terima dari Tuhan Yesus dengan sikap dan perilaku sehari-hari seperti manusia yang merdeka dari segala dosa, jangan berbuat dosa lagi, apa pun bentuknya.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yesaya 57-59

Card image
Renungan Pagi - 01 Agustus 2024
2024-08-01 07:02:26


Dunia ini sudah penuh dengan kepalsuan, panggung sandiwara dan penuh kebohongan, Pemazmur menulis; "Aku ini berkata dalam kebingunganku". Yang salah jadi benar dan yang benar jadi salah.

Sebagai orang percaya kita harus hidup dalam kebenaran Allah, menjadi harga mati yang tidak dapat ditawar dan dikompromikan, harus menjunjung tinggi kebenaran Allah, hidup didalam kebenaran dan menjadi pelaku kebenaran itu dalam semua area kehidupan.
(Mazmur 116:11).

Card image
Quote Of The Day - 01 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-01 06:32:15


Lewati kegembiraan hidup bersama dengan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 01 Agustus 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-08-01 06:31:06


Kepercayaan yang Tuhan berikan merupakan kepercayaan yang harus dimanfaatkan untuk kepentingan Kerajaan Allah. Bukan untuk menimbun, atau membangun harga diri, nilai diri, kehormatan.

Card image
BELIEVE WITHOUT GUARANTEE - 01 Agustus 2024 (English Version)
2024-08-01 06:29:28


It seems we have often heard the word "persevere." It turns out that true perseverance is needed in relation to how God behaves toward us, in the dynamics of reciprocal relationships or our interaction with God. This is very important. We must have this understanding and equip our lives with it from today. The God we worship, the God of Abraham, Isaac, and Jacob, the God of Israel named YAHWEH, the God and Father of our Lord Jesus Christ, often acts as if He does not appreciate our faithfulness to Him, does not appreciate our sacrifices to Him, does not appreciate our earnestness in seeking God. It means that we see, witness, and experience as if God treats us the same as those who do not seek Him.

So, if we are honest, there are questions or statements in our hearts: “What difference does it make—since I have earnestly sought God, want to live a holy life, even has lived a holy life, yet I am treated by God the same as those who do not earnestly seek God?” Then, we also see people who go to church every Sunday, activists, and maybe even pastors, where we do not find the beauty or elegance in their lives. On the contrary, we see people outside the church living more beautifully, more attractively. This, in fact, makes us less persistent. If we have 100% ability, we do not use the full 100% to earnestly deal with God. We only use 40, 50, 60% because we feel we are not treated specially, as if the same as those who do not earnestly seek God. Unconsciously, we have begun to doubt God.

This is the characteristic or nature of God; God is Most Gracious, but not cheap. Only those who dare to believe without guarantees or conditions in Him are those who will one day definitely experience God and witness the difference between those who seek God and those who do not. Therefore, do not become weak seeing the phenomena of life today because God is testing our faithfulness. Because God is worthy of our trust. God deserves our trust, even though there are no signs. He can be trusted, even without guarantees, but He is worthy of trust. Remember the statement of the Lord Jesus, "Blessed are those who believe without seeing."

Looking back at the life story of Abraham, the father of believers, it deeply touches our hearts. He was a remarkable man. He believed in God, Elohim YAHWEH, without guarantees or conditions. He simply believed in His Person, when he was told to leave Ur of the Chaldeans to a land that the LORD would show him. Who knows how many people tried to prevent Abraham from leaving his country. Because outside the fertile, prosperous, and advanced Sumerian valley at that time, there was no other land except Egypt. But Abraham listened more to the voice of Elohim YAHWEH, the God of the universe. Even though he did not know where that land was.

Abraham left Ur of the Chaldeans and never intended to return to his country, even though he faced times of famine and drought. He chose to go to Egypt, where his wife was almost taken by Pharaoh. He never returned. And it is not impossible, the older he got, the less he saw the possibility of finding that land, but Abraham still believed (Hebrews 11). Not to mention he had to wait 25 years for the promised child. Extraordinary perseverance. And at its peak, when he had to sacrifice his son Isaac, he did it without hesitation.

The Lord Jesus says in Luke 18:1 about a judge who did not fear God and did not care about anyone. But he "gave in" to a widow who asked for her rights to be vindicated, for her case to be won. This widow was truly desperate. In Luke 18, the judge even thinks: "She is troubling me, lest she eventually attacks me." This becomes an illustration for us to have perseverance like that widow. Thus, the Lord Jesus asks in Luke 18:8, "When the Son of Man comes, will He find faith on the earth?" Then the Lord advises us to persevere in prayer. To persevere in prayer does not mean just kneeling, folding hands, and being in the prayer room, but maintaining continuous fellowship. Prayer is a dialogue, a continuous conversation with God.

It is already difficult to find people who keep their lives in God's presence, but God teaches us to do so, and we want to make the decision to always be in God's presence. If we are serious with God, then we cannot be the same as those who are not serious, because God will surely treat us differently. If now it seems there is no difference, it means the time has not yet come.

ONLY THOSE WHO DARE TO TRUST WITHOUT GUARANTEES OR CONDITIONS IN HIM ARE THOSE WHO WILL SURELY EXPERIENCE GOD AND SEE THE DIFFERENCE BETWEEN THOSE WHO SEEK GOD AND THOSE WHO DO NOT.

Card image
PERCAYA TANPA JAMINAN - 01 Agustus 2024
2024-08-01 06:27:01


Rasanya kita sudah sering mendengar kata "bertekun." Ternyata, dibutuhkan ketekunan yang sungguh-sungguh terkait dengan cara Tuhan bersikap terhadap kita, dalam dinamika hubungan timbal balik, atau hubungan interaksi kita dengan Allah. Ini penting sekali. Pengertian ini harus kita miliki dan membekali hidup kita sejak hari ini. Allah yang kita sembah, Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, Allah Israel yang bernama YAHWEH, Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus sering bersikap seakan-akan Ia tidak menghargai kesetiaan kita kepada-Nya, tidak menghargai pengorbanan kita kepada-Nya, tidak menghargai kesungguhan kita di dalam mencari Tuhan. Artinya, kita melihat, menyaksikan, dan mengalami seakan-akan Tuhan memperlakukan sama antara kita dengan mereka yang tidak mencari-Nya.

Sehingga, kalau jujur, ada pertanyaan atau pernyataan di dalam hati kita: “Apa bedanya aku—yang sudah sungguh-sungguh mencari Tuhan, mau hidup suci, bahkan sudah hidup suci, namun diperlakukan Tuhan sama dengan mereka yang tidak sungguh-sungguh mencari Tuhan?” Lalu, kita juga melihat orang-orang yang ke gereja setiap Minggu, aktivis bahkan mungkin juga pendeta di mana kita tidak menemukan keelokan atau keindahan hidup mereka. Sebaliknya, kita melihat orang-orang di luar gereja lebih elok hidupnya, lebih mempesona. Sejatinya, inilah yang membuat kita mulai kurang bertekun. Kalau kita punya kemampuan 100%, kita tidak gunakan penuh 100% untuk sungguh-sungguh berurusan dengan Tuhan. Kita hanya menggunakan 40, 50, 60% saja. Sebab kita merasa tidak diperlakukan istimewa, seakan-akan sama saja dengan orang yang tidak sungguh-sungguh mencari Tuhan. Sejatinya, tanpa kita sadari, kita sudah meragukan Tuhan.

Inilah yang menjadi karakteristik atau sifat Tuhan; Tuhan itu Maha Murah, tapi tidak murahan. Hanya orang yang berani menaruh percaya tanpa jaminan atau syarat kepada Dia adalah orang yang suatu saat pasti mengalami Tuhan, dan mengalami perbedaan antara orang yang mencari Tuhan dan yang tidak mencari Tuhan. Maka, jangan menjadi lemah melihat fenomena hidup hari ini, karena Tuhan menguji kesetiaan kita. Sebab Allah layak kita percayai. Allah pantas kita percayai, walaupun tidak ada tanda-tanda. Dia bisa dipercayai, walaupun tidak ada jaminan, tetapi Dia layak dipercayai. Ingat pernyataan Tuhan Yesus, "Berbahagialah orang yang percaya walau tidak melihat."

Menengok kisah hidup Abraham, Bapak orang percaya, sangat menggores di hati kita. Ia adalah seorang pria yang hebat. Dia percaya kepada Allah, Elohim YAHWEH, tanpa jaminan atau syarat. Dia percaya saja kepada Pribadi-Nya, ketika disuruh keluar dari Ur-Kasdim ke negeri yang TUHAN akan tunjukkan. Entah berapa banyak orang yang sudah mencegah Abraham untuk tidak keluar dari negerinya. Sebab di luar lembah Sumeria yang subur, makmur, dan maju pada waktu itu, tidak ada negeri lain kecuali Mesir. Tetapi Abraham lebih mendengarkan suara Elohim YAHWEH, Allah semesta alam. Sekalipun dia tidak tahu negeri itu di mana.

Abraham keluar dari Ur-Kasdim dan tidak pernah punya niat kembali ke negerinya, walaupun menghadapi masa paceklik, masa kekeringan. Dia lebih memilih ke Mesir, di mana nyaris istrinya diambil oleh Firaun. Dia tidak pernah kembali. Dan bukan tidak mungkin, semakin tua dia semakin tidak melihat kemungkinan menemukan negeri itu, tapi Abraham tetap percaya (Ibr. 11). Belum lagi dia harus menunggu anak yang dijanjikan selama 25 tahun. Ketekunan yang luar biasa. Dan puncaknya ketika dia harus mengorbankan anaknya Ishak, dia lakukan tanpa ragu-ragu. Tuhan Yesus mengatakan di Lukas 18:1 mengenai hakim yang tidak takut Tuhan dan tidak peduli siapa pun. Tapi dia “menyerah” dengan seorang janda yang minta supaya haknya dibenarkan, perkaranya dimenangkan. Janda ini benar-benar nekat. Dalam Lukas 18 sampai hakim ini berpikir: “Dia menyusahkan aku, jangan-jangan nanti dia menyerang aku.” Hal ini menjadi satu gambaran agar kita punya ketekunan seperti janda itu. Sehingga Tuhan Yesus bertanya di Lukas 18:8, "Jika Anak Manusia datang, apakah Dia mendapati iman di bumi?" Lalu Tuhan memberikan nasihat agar kita bertekun dalam doa. Maksudnya bertekun dalam doa bukan berlutut, lipat tangan, dan di ruang doa saja, melainkan persekutuan yang terus dijaga. Doa adalah dialog, percakapan terus-menerus dengan Allah.

Sudah susah menemukan orang yang menjaga hidupnya tetap di hadirat Tuhan, tapi Tuhan mengajar kita untuk itu, dan kita mau mengambil keputusan untuk selalu ada di hadirat Tuhan. Kalau kita serius dengan Tuhan, maka kita tidak mungkin sama dengan orang yang tidak serius, sebab pasti Tuhan memperlakukan kita berbeda. Kalau sekarang kelihatan tidak ada bedanya, berarti belum waktunya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

HANYA ORANG YANG BERANI MENARUH PERCAYA TANPA JAMINAN ATAU SYARAT KEPADA DIA ADALAH ORANG YANG SUATU SAAT PASTI MENGALAMI TUHAN, DAN MENGALAMI PERBEDAAN ANTARA ORANG YANG MENCARI TUHAN DAN YANG TIDAK MENCARI TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 01 Agustus 2024
2024-08-01 06:23:45

2 Raja-raja 20-21

Card image
Truth Kids 31 Juli 2024 - INGAT.. INGAT..
2024-07-31 15:43:59


2 Petrus 3:9
”Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.”

Tibalah kita di hari terakhir bulan ini. Semoga kalian sudah bertambah sabar, ya, Sobat Kids. Anak-anak Tuhan harus memiliki karakter Tuhan. Salah satunya adalah kesabaran, yang sudah kita pelajari selama bulan ini. Kita telah berusaha untuk menjadi lebih sabar terhadap semua kesulitan dan orang lain yang membuat kita kesal.

Hari ini kita mau belajar memandang dari sudut pandang Tuhan. Kira-kira sudah berapa banyak, ya, kita membuat Tuhan sedih atas perbuatan, perkataan, dan pikiran kita? Untung saja Tuhan itu panjang sabar. Walaupun kita sering kali berbuat dosa dan membuat Tuhan sedih, Ia tidak pernah putus asa terhadap kita. Tuhan tetap memberi kesempatan bagi kita untuk berubah.

Jadi kalau suatu ketika Sobat Kids merasa kesabaran kalian sepertinya sudah mau habis, ingatlah kesabaran yang Tuhan sudah berikan kepada kita. Ia tetap sabar terhadap kita karena Tuhan tidak mau kita binasa. Tuhan ingin semua orang bertobat, meninggalkan sifat jelek, dan berubah menjadi baik. Ingat, sabar, ya, Sobat Kids!

Card image
Truth Junior 31 Juli 2024 - BERSUKACITA BERSAMA
2024-07-31 15:41:58


Filipi 3:1
”Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”

Sobat Junior, kita tahu bahwa sukacita adalah perasaan yang membuat hati kita senang dan penuh kebahagiaan. Ketika kita merasa bahagia, sukacita itu bisa menular kepada orang lain di sekitar kita. Contohnya, saat kita tersenyum pada orang yang sedang sedih, senyuman kita bisa membuat mereka merasa lebih baik dan ikut tersenyum juga!

Terkadang, kita bisa memberikan sukacita kepada orang lain dengan memberikan bantuan atau melakukan hal-hal kecil yang membuat mereka senang. Misalnya, membantu teman yang kesulitan memahami pelajaran di sekolah atau memberikan semangat kepada sahabat yang sedang sedih. Dengan memberikan sukacita kepada orang lain, kita juga akan merasa bahagia dan puas dalam hati.

Jadi, mari kita selalu ingat untuk bersukacita dalam Tuhan dan membagikan sukacita kepada orang-orang di sekitar kita. Dengan begitu, kita tidak hanya akan bahagia sendiri, tetapi juga membuat orang lain ikut bahagia. Yuk, jadikan sukacita sebagai bagian dari kehidupan kita sehari-hari!

Card image
Truth Youth 31 Juli 2024 (English Version) - OVERCOMING LONELINESS
2024-07-31 15:40:36


"I can do all this through him who gives me strength." (Philippians 4:13)

The teenage and youth years are a phase of self-discovery, where individuals delve deeper into the intricacies of themselves—seeking meaning and purpose in life, understanding their identity, character, passions, emotions, and more. Among the myriad feelings experienced by teens and young adults, loneliness stands out as both confusing and a focal point for mental health advocates, including psychologists and neurologists, who collectively discuss and study these emotions scientifically.

From a scientific perspective, feelings of loneliness, social isolation, and alienation are entirely normal experiences, especially among teenagers and young adults. These emotions signal to the brain that there may be anxiety, a need for rest, and other factors, thus they are not mental disorders or abnormal psychological conditions. It is quite normal for young people to feel restless and anxious with these emotions, as they may be experiencing them for the first time. Naturally, they may feel unsure about how to manage these feelings.

The truths from the Bible provide many insights for teenagers and young adults to navigate these emotions. Prayer, social interaction, community involvement, and dedicating ourselves to our work all help in overcoming these feelings. By doing so, we redirect our focus towards constructive and positive activities, rather than dwelling on these emotions. Socializing and being part of a community are particularly effective in combating loneliness because through interaction, we engage in meaningful conversations and surround ourselves with others. Additionally, exercising and reading various literature are excellent activities to help understand and manage feelings of loneliness. Above all, we must embrace loneliness with love and understand it in accordance with the truth of God's Word. Amen.

WHAT TO DO:
1. Diligently study the Word of God.
2. Foster healthy relationships.
3. Engage in learning and physical exercise.

BIBLE MARATHON:
- Isaiah 53-56

Card image
Truth Youth hari 31 Juli 2024 - OVERCOMING LONELINESS
2024-07-31 13:29:22


”Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Filipi 4:13)

Usia remaja dan pemuda adalah fase pencarian jati diri, yakni ketika manusia menjelajahi lebih dalam seluk-beluk tentang dirinya, seperti makna dan tujuan hidupnya, siapa dia, seperti apa karakternya, apa gairah hidupnya, perasaan yang dialaminya, dan lain-lain. Dari banyak perasaan yang dialami remaja dan pemuda, kesepian menjadi perasaan yang membingungkan sekaligus menarik perhatian para pegiat kesehatan mental, termasuk para psikolog dan neurolog. Mereka bersama-sama mendiskusikan dan meneliti perasaan-perasaan tersebut secara keilmuan.

Dari sudut pandang keilmuan, sebenarnya kesepian, isolasi sosial, dan keterasingan itu sangatlah wajar dialami, khususnya pada remaja dan pemuda. Perasaan-perasaan tersebut merupakan sinyal dari otak kepada tubuh bahwa otak merasa cemas, membutuhkan istirahat, dan lain-lain, sehingga perasaan-perasaan tersebut bukanlah suatu gangguan mental atau keadaan psikis yang tidak normal. Justru sangat wajar apabila remaja dan pemuda merasa resah dan gelisah dengan perasaan-perasaan tersebut, sebab ini kali pertama mereka merasakannya. Tentu mereka bingung bagaimana mengatasi perasaan-perasaan tersebut.

Kebenaran-kebenaran Alkitab sebenarnya memberikan banyak petunjuk kepada para remaja dan pemuda untuk mengatasi perasaan-perasaan tersebut. Berdoa, bergaul, berkomunitas, dan menekuni bidang pekerjaan kita, sangat membantu mengatasi perasaan-perasaan itu. Sebab dengan demikian, kita mengarahkan dan memfokuskan perhatian kita pada hal-hal positif yang membangun, sehingga kita tidak terfokus pada perasaan-perasaan itu. Bergaul dan berkomunitas juga sangat membantu mengatasi kesepian, sebab dengan bergaul, kita terpapar dengan berbagai perbincangan atau obrolan yang menarik dan dikelilingi banyak orang. Selain itu, berolahraga dan membaca berbagai macam literatur juga menjadi kegiatan yang sangat baik, guna memahami perasaan kesepian yang sedang kita alami. Tentu kita tidak lupa untuk senantiasa merengkuh kesepian dengan cinta dan memahaminya sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Amin.

WHAT TO DO:
1.Tekun mempelajari firman Tuhan
2.Miliki pergaulan yang sehat
3.Banyak belajar dan berolahraga

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yesaya 53-56

Card image
Renungan Pagi - 31 Juli 2024
2024-07-31 13:03:53


Hari-hari ini fitnah sudah menjadi hal yang biasa, bahkan yang lebih parah, fitnah dijadikan strategi untuk kemajuan, ada orang karena ingin maju, rela memfitnah orang lain, bagi kita jangan sampai memfitnah siapapun, sebab memfitnah adalah kejahatan di hadapan Tuhan dan pemfitnah tidak ada tempat dalam kerajaan sorga.

Pemfitnah adalah pelaku kejahatan yang dipakai setan untuk mendatangkan perpecahan, kita boleh saja aktif dalam pelayanan, tetapi kalau dalam hidup keseharian melakukan fitnah, maka kita dipakai setan untuk mendatangkan perpecahan bagi banyak orang, bahkan menjadi pembuat masalah bukan pemberi solusi dari setiap masalah yang ada.

"Saudara-saudaraku, janganlah kamu saling memfitnah! Barangsiapa memfitnah saudaranya atau menghakiminya, ia mencela hukum dan menghakiminya; dan jika engkau menghakimi hukum, maka engkau bukanlah penurut hukum, tetapi hakimnya."

Biarlah sebagai orang percaya, di mulut kita tidak ada fitnah, harus menjadi orang percaya yang berani berkata ya diatas ya dan tidak diatas tidak, karena prinsip hidup seperti inilah yang akan membawa kita berjalan dalam kehendak Allah. Dan Allah adalah Hakim yang Adil, bukan kita hakimnya, jadi jangan menghakimi sesamamu dengan selalu menyebarkan fitnah dan penghakiman.
(Yakobus 4:11)

Card image
Quote Of The Day - 31 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-31 13:01:37


Ketika kita tidak melakukan apa yang dikehendaki-Nya, berarti kita adalah pemberontak.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 31 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-31 12:59:11


Sebagai manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, kita dipanggil untuk merefleksikan sifat-sifat-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari.

Card image
WHOLE HEART - 31 Juli 2024 (English Version)
2024-07-31 12:38:06


We will be very sorry if one day we meet the Father in heaven and find out that we have not given our whole life to Him. It is the same as not loving God with all our heart, all our soul, all our mind, and all our strength. We will be very sorry. Only then will we realize how unworthy we are before God. Because those who are worthy before God are those who love Him with all their heart, all their soul, all their mind, and all their strength. At that moment, we will truly understand what the Bible means by "able to stand in the presence of God." If we haven't given our whole lives, it means we are still doing things without considering whether they are pleasing to God or not. We are still doing things based on our own pleasures, desires, wants, and ambitions.

Therefore, let us start today by learning not to do anything that is not in accordance with God's will. So everything we do and say must always align with God's will, starting with one word we utter. This is a very important practice. James writes in his letter, "He who can control his tongue is perfect" (James 3:2). Our words certainly come from our thoughts and feelings. Do not think thoughts that God does not desire. Do not indulge in feelings that God does not desire, such as revenge, hatred, and envy. Dirty thoughts and dirty feelings are not what God wants. Especially, dirty actions that do not align with God's will. Therefore, we must always control our thoughts and feelings.

Surrendering our whole lives to God should not be understood as becoming a full-time church worker. Many people deceive themselves and can be deceived by dark powers. Someone who has not truly surrendered their whole life to God—in the true sense, which means not controlling their tongue, thoughts, feelings, and actions—but has already become a full-time church worker can cause a lot of harm. This includes those who have attended theological school and have degrees but do not control their lives. Those with malicious tongues, cruel thoughts, and actions that hurt others still seek attention on social media, filling it with empty words that essentially only satisfy themselves.

Let us not follow such examples. Let us always question whether what we do aligns with God's thoughts and feelings. Do not read social media posts born from worldly thoughts. Often, these posts originate from dark powers, even if they cite Bible verses. Remember, in Matthew 4, Satan also used Bible verses to tempt and ensnare Jesus. Praise the name of God the Father in heaven, Jesus did not fall. So, be careful, do not listen to such things! Just as Eve was deceived by the serpent through words and conversation, resulting in a dialogue, do not open the door to dialogue. This includes responding to social media posts; just stay silent. Let us be dignified human beings.

We have gone through years where our lives were only for our own pleasure and self-gratification. But now, we live solely for God's pleasure, truly becoming whole-hearted for God. Such a person is surely full-time. Someone who is full-time in church work is not necessarily whole-hearted. Church full-timers, remember this: if you do not serve properly, do not bless and transform people for the glory of God, but only adventure to find easy living, then you will get the most terrible place later in hell. However, if someone whole-heartedly loves God with all his heart, soul, mind, and strength, he must be full timer.

Let us learn, because we must have a sense of fear. We might not have another chance. We might not have time left. So, if God gives us time today, how precious our time is to prove our love for God through our life journey where we must make decisions and life choices. We prove our love for God through the trials we experience, the opportunities to sin, the chances to satisfy the flesh that we encounter, but we choose God and please God. That is truly beautiful. Let us be determined to achieve the highest holiness, to the peak of holiness that we can achieve according to our respective portions, and get a satisfactory assessment certificate. Not just good, not just very good, but satisfactory and superior.

IF SOMEONE WHOLE-HEARTEDLY LOVES GOD WITH ALL THEIR HEART, SOUL, MIND, AND STRENGTH, THEY CERTAINLY ARE FULL TIMER.

Card image
WHOLE HEART - 31 Juli 2024
2024-07-31 12:36:18


Kita akan sangat menyesal kalau suatu hari bertemu dengan Bapa di surga dan ternyata belum mempersembahkan segenap hidup kita untuk Dia. Sama dengan belum mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan kekuatan. Kita akan sangat menyesal. Kemudian baru kita menyadari betapa tidak layaknya kita di hadapan Allah. Sebab yang layak di hadapan Allah adalah orang-orang yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan kekuatan. Di saat itu, baru kita bisa seperti yang dikatakan Alkitab, “Tahan berdiri di hadapan Allah.” Belum menyerahkan segenap hidup, artinya kita masih melakukan hal-hal yang tidak kita perkarakan dengan Tuhan; apakah hal itu berkenan atau tidak. Masih melakukan hal-hal yang menurut kesenangan, keinginan, kemauan, dan ambisi kita sendiri.

Karenanya, mari mulai hari ini kita belajar tidak melakukan apa pun yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Jadi segala sesuatu yang kita lakukan, segala sesuatu yang kita perbuat, harus selalu sesuai dengan kehendak Allah, dimulai dari satu kata yang kita ucapkan. Ini latihan yang sangat penting. Yakobus dalam suratnya menulis, "Siapa yang dapat mengendalikan lidah, ia sempurna" (Yak. 3:2). Perkataan kita tentu berasal dari pikiran dan perasaan. Jangan pikirkan sesuatu yang Tuhan tidak kehendaki. Jangan menikmati perasaan yang Tuhan tidak kehendaki, seperti dendam, kebencian, dan iri hati. Pikiran-pikiran kotor, perasaan-perasaan kotor, itu Tuhan tidak kehendaki. Apalagi perbuatan-perbuatan kotor yang tidak sesuai kehendak Allah. Maka, pikiran dan perasaan harus selalu kita kontrol.

Menyerahkan segenap hidup untuk Tuhan, jangan kita pahami dengan menjadi full timer gereja. Banyak orang tertipu oleh dirinya sendiri dan bisa tertipu oleh kuasa gelap. Seseorang yang belum menyerahkan segenap hidup untuk Tuhan—dalam arti yang benar, yaitu belum mengendalikan lidah, pikiran, perasaan dan perbuatannya—tapi sudah jadi full timer gereja, akan bisa memakan banyak korban. Termasuk mereka yang sekolah teologi, sudah punya gelar, tetapi tidak mengendalikan hidupnya. Yang mulutnya jahat, pikirannya kejam, bengis, tindakan-tindakannya melukai orang, masih mau mencari panggung di media sosial, panjat sosial, mengisi media sosial dengan perkataan-perkataan kosong yang pada dasarnya hanya untuk pemuasan dirinya.

Jangan kita ikut-ikutan. Baiklah kita selalu memperkarakan, apakah yang kita lakukan sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah? Jangan membaca tulisan-tulisan di media sosial yang lahir dari pikiran dunia. Dan tidak jarang yang lahir dari pikiran kuasa gelap, walaupun ada ayat Alkitab yang disebut-sebut. Ingat, di Injil Matius 4, setan juga menggunakan ayat-ayat Alkitab untuk menjerat dan menjatuhkan Yesus. Puji nama Allah Bapa di surga, Yesus tidak jatuh. Jadi, hati-hati, jangan dengar yang seperti itu! Seperti Hawa dipermainkan oleh ular dengan perkataan dan percakapan, terjadi dialog. Jangan buka pintu dialog. Termasuk menanggapi tulisan di media sosial, tidak usah, diam saja. Mari kita menjadi manusia yang bermartabat.

Kita telah pernah melewati tahun-tahun di mana hidup kita hanya untuk kesenangan sendiri, untuk pemuasan diri sendiri. Tapi sekarang kita hidup hanya untuk kesenangan Tuhan. Benar-benar menjadi whole heart untuk Tuhan dan orang seperti itu pasti full time. Orang yang full time dalam pekerjaan gerejani, belum tentu whole heart. Para full timer gereja, ingat ini, kalau kalian tidak mengabdi secara benar, tidak memberkati, dan mengubah orang untuk kemuliaan Allah, namun hanya bertualang mencari nafkah dengan mudah, maka kalian akan mendapat tempat yang paling mengerikan nanti di neraka. Tetapi kalau orang whole heart mencintai Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan, pasti full timer.

Mari kita belajar, karena kita harus memiliki perasaan gentar. Mungkin kita tidak punya kesempatan lagi. Mungkin kita tidak ada waktu lagi. Jadi, kalau Tuhan beri kita waktu hari ini, betapa berharganya waktu kita untuk membuktikan cinta kita kepada Tuhan melalui perjalanan hidup di mana kita harus mengambil keputusan, dan pilihan-pilihan hidup. Kita membuktikan cinta kita kepada Tuhan melalui pencobaan-pencobaan yang kita alami, kesempatan-kesempatan berdosa, kesempatan memuaskan daging yang kita temukan, tetapi kita memilih Tuhan dan menyenangkan Tuhan. Itu indah sekali. Mari kita bertekad untuk mencapai kesucian setinggi-tingginya, sampai puncak kekudusan yang bisa kita capai sesuai dengan porsi kita masing-masing, dan mendapatkan sertifikat penilaian memuaskan. Bukan hanya baik, bukan hanya baik sekali, tapi memuaskan dan unggul.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TETAPI KALAU ORANG WHOLE HEART MENCINTAI TUHAN DENGAN SEGENAP HATI, JIWA, AKAL BUDI, DAN KEKUATAN, PASTI FULL TIMER.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 31 Juli 2024
2024-07-31 12:32:09

Yesaya 64-66

Card image
Truth Kids 30 Juli 2024 - HADIAH UNTUKKU
2024-07-30 14:43:34


Ibrani 6:12
”agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah.”

Julita sangat senang belajar. Setiap hari ia rajin mengerjakan tugas dari guru di sekolahnya. Julita senang belajar karena ia percaya hasil belajarnya akan sangat bagus dan mencapai nilai yang tinggi. Memang benar, Julita sudah beberapa kali mendapatkan piala penghargaan di sekolah. Julita senang belajar walaupun masih sekolah di taman kanak-kanak (TK). Julita senang mengikuti kontes dan lomba yang dapat membuatnya semakin pintar dan cerdas.

Sobat Kids, dari contoh di atas, Julita mendapatkan banyak prestasi karena ia rajin belajar. Dalam kehidupan rohani, kita juga akan mendapatkan banyak prestasi. Namun, prestasinya bukan mendapatkan nilai yang bagus atau piala, Sobat Kids. Jika kita banyak belajar untuk menjadi sabar, maka kita akan mendapatkan sukacita dan damai sejahtera dari Allah Bapa di surga. Dengan sabar dan percaya, kita akan menerima janji-janji Tuhan. Jadi ketika sabar dan percaya, kitalah yang akan mendapatkan hadiahnya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 30 Juli 2024 - MENANTI DENGAN SABAR
2024-07-30 14:42:21


Ibrani 6:12
”agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah.”

Apakah Sobat Junior tahu cara menanam padi? Mungkin Sobat Junior yang tinggal di pedesaan sudah tahu, bahkan kalian turut membantu orang tua bekerja di sawah. Namun, bagi Sobat Junior yang tinggal di perkotaan, sawah adalah pemandangan yang langka.

Sobat Junior, untuk menanam benih padi hingga memanennya, butuh kesabaran tingkat tinggi. Kalau para petani hanya memiliki ‘kasabaran setipis tisu,’ bisa-bisa beras jadi barang langka. Petani harus bekerja keras setiap harinya selama berbulan-bulan, sebelum akhirnya padi dapat dipanen. Mereka harus sabar supaya bisa mendapatkan hasil panen yang banyak. Masyarakat yang ada di kota pun terberkati dengan kerja keras dan kesabaran petani. Kita bisa menikmati beras yang menjadi nasi untuk kita makan sehari-hari.

Dalam menunggu hasil kerja keras, kita pun harus sabar, Sobat Junior. Tugas kalian sebagai pelajar juga membutuhkan kesabaran. Tingkat Sekolah Dasar harus dilalui selama 6 tahun. Itu bukan waktu yang sebentar, loh, karena harus berusaha keras agar mengerti semua pelajaran. Hingga akhirnya nanti setelah melewati kelas 6, kalian bisa lulus. Setelah lulus, bukan berarti kalian berhenti belajar, bukan? Masih ada tingkatan sekolah berikutnya yang harus dilalui. Belajar itu proses yang perlu kita lakukan selama kita hidup, Sobat Junior. Sabar dan berusahalah dengan rajin, jangan menjadi lamban, sehingga kalian dapat merasakan hasil usaha yang kalian lakukan.

Card image
Truth Youth 30 Juli 2024 (English Version) - THE PRIDE
2024-07-30 14:40:54


"A friend loves at all times, and a brother is born for a time of adversity." (Proverbs 17:17)

Lions are wild animals that live communally or in groups. Despite their physical strength, lions live communally and have a group known as a pride. Lions are also known to be highly protective and have strong bonds with their pride members.

Did you know that in social interactions, it is not uncommon, and indeed very possible, for someone to still feel socially isolated, even when they are socially exposed? Physically, they may be in the midst of social gatherings, but psychologically, they may not feel part of it. This fact shows us that someone can still feel lonely and alienated, despite being in the company of close people.

It's important to understand that loneliness, social isolation, or feeling disconnected in social circles can occur because we fail to form bonds with the people around us. We may be present in social gatherings without truly engaging with others, whereas social interactions should be opportunities to build bonds and solidarity with those who may eventually become our closest friends or companions. Building bonds requires certain approaches and boundaries.

In 1 Corinthians 15:33, it advises that bad company corrupts good character, morals, or behavior. If bad company alone is said to mislead and corrupt good character, imagine the impact of forming bonds within it. This underscores the importance of choosing companions with sincerity and proper motives. This includes showing mutual care, support, encouragement, building up, and helping one another. These form the basis of ethical and social etiquette. Furthermore, use social interactions to cultivate genuine friendships without losing sight of its essence, which is for mutual good.

WHAT TO DO:
1. Forge friendships sincerely and genuinely.
2. Strengthen bonds with close people in a healthy manner.

BIBLE MARATHON:
- Isaiah 50-52

Card image
Truth Youth 30 Juli 2024 - THE PRIDE
2024-07-30 14:37:59


”Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” (Amsal 17:17)

Singa merupakan hewan liar yang hidup secara komunal atau berkelompok. Meski secara fisik sangat kuat, singa tetap hidup secara komunal dan memiliki kawanan yang disebut pride. Singa juga terkenal sangat protektif dan memiliki bond atau ikatan yang sangat kuat dengan kawanannya.

Tahukah kalian bahwa dalam pergaulan, tidak jarang bahkan sangat mungkin bagi seseorang untuk tetap bisa merasakan isolasi sosial, sekalipun ia berkeadaan terpapar secara sosial. Secara fisik, ia memang berada dalam pergaulan. Tetapi secara psikis, ia tidak berada dalam pergaulan itu. Fakta tersebut memperlihatkan kepada kita bahwa seseorang masih tetap bisa merasa kesepian dan terasing, meski berada dalam pergaulan bersama dengan orang-orang terdekat.

Perlu kita ketahui bahwa sebenarnya kesepian dan isolasi sosial bahkan keterasingan dalam pergaulan, bisa terjadi karena kita tidak menjalin ikatan dengan orang-orang di dalamnya. Kita hanya berada dalam pergaulan tanpa menjadi bagian dalam pergaulan itu, padahal pergaulan mestinya menjadi tempat kita menjalin ikatan dan membangun solidaritas dengan orang-orang di dalamnya yang mungkin di kemudian hari menjadi orang-orang terdekat atau sahabat kita. Tentu menjalin ikatan pun ada cara dan batasannya.

Dalam 1 Korintus 15:33 tertulis nasihat bahwa pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik, atau yang dalam teks aslinya diterjemahkan sebagai moral, perilaku, atau karakter. Pergaulan yang buruk saja dikatakan sesat dan merusak karakter yang baik, apalagi menjalin ikatan di dalamnya. Tentulah hal ini menjadi amat sangat penting. Kita harus menjalin ikatan dengan mereka yang mungkin akan menjadi orang-orang terdekat kita dengan ketulusan dan motif yang benar. Hal ini mencakup sikap saling memperhatikan, saling menjaga, saling menguatkan, saling membangun, dan saling menolong. Ini menjadi dasar etika dan adab pergaulan. Selanjutnya, pergunakan mamon untuk menjalin ikatan persahabatan tanpa mengabaikan esensi pergaulan itu sendiri, yakni untuk kebaikan bersama.

WHAT TO DO:
1.Jalin persahabatan dengan tulus dan benar
2.Perkuat ikatan dengan orang-orang terdekat secara sehat

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yesaya 50-52

Card image
Renungan Pagi - 30 Juli 2024
2024-07-30 14:27:41


Jika ada orang kristen yang sudah melayani tetapi masih bersikap sombong, angkuh, maka ini namanya belum mengalami pengajaran Tuhan, dan tidak sungguh-sungguh mau belajar dari karakter Tuhan Yesus. Sebab Tuhan Yesus sendiri yang mengatakan bahwa kita harus belajar kepada-NYA, karena DIA lemah lembut dan rendah hati.

Mereka yang memiliki karakter lemah lembut dan rendah hati akan memiliki ketenangan jiwa. "Pikullah kuk yang Ku-pasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan." Kelemah lembutan dan kerendahan hati adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Ada banyak orang bertahun-tahun menjadi kristen, melayani Tuhan, bahkan menjadi hamba Tuhan, tetapi perkataannya sangat kasar, arogan, sangat tidak menyenangkan, melukai, merasa diri paling hebat dan paling benar. Kalau kita masih seperti itu, bertobatlah! Dan marilah kita belajar dari Tuhan Yesus untuk menjadi lemah lembut dan rendah hati.

(Matius 11:29)

Card image
Quote Of The Day - 30 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-30 14:24:27


Tubuh kita adalah Bait Roh Kudus yang harus kita jaga dalam segala aspeknya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 30 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-30 14:22:48


Menyerahkan segenap hidup untuk Tuhan, jangan kita pahami dengan menjadi full timer gereja.

Card image
REALIZING MISTAKES - 30 Juli 2024 (English Version)
2024-07-30 14:21:51


People often focus only on earthly matters, the life before the grave. Our focus should be beyond the grave. The Word of God reminds us that man does not live by bread alone. Ironically, many people are unaware and do not care that they will die and face eternity. Today, many people do not want to go to church. Even if they do go, they attend just to fulfill religious obligations or to receive help and blessings. The problem is that many churches only direct their congregation toward material blessings. Meanwhile, the church also collects offerings, builds large buildings, or secretly has "fat bank accounts."

Our earth will eventually become a lake of fire. Therefore, we must only anticipate the new heaven and new earth. We are just waiting for time; whether it's the time of our death or the end of this earth. But often, we run out of words to explain this to people who do not care about eternity; congregation members, activists, even pastors. What is the proof that they do not care? The proof is that they still do evil; hurting people, judging, committing adultery, and more. Some of us may have reached the highest level of education, but when viewed from the spiritual school, the school of life, have we reached a level that satisfies God's heart? Therefore, all education and honor mean nothing if our lives do not express God's feelings. So do not be arrogant with our titles, credibility, or popularity.

Now is the time for us to examine our spirituality in relation to expressing God's feelings. How far have we come? Let's strive. Pray, listen to sermons, do it diligently, and we will receive the impartation of God's attributes. Sometimes, the higher someone's academic stratum, the less they pray. I don't know why it becomes that way. In the past, when they were still in the region, they liked to pray, when they were still congregation members, they diligently attended services, sat down, and took notes on the sermons. But after becoming a theologian, they are no longer diligent in praying and taking notes on the Word. Satan can do that.

So, don't be surprised if in the Middle Ages there were conflicts and doctrinal debates. Those considered heretical could be burned alive, excommunicated, or killed. Therefore, if we look at social media, they do not physically kill, but they cruelly kill character. The problem is, if we sin, live in sin, God sometimes stays silent. We act arbitrarily with people, we attack people and nothing happens. Our conscience must be aware of that. We must realize and if wrong, we repent and ask for forgiveness. Our words that hurt people, habits that harm people, we do it as if nothing is wrong, as if God is not disturbed: because we do not want to meet God.

We will be very happy when we realized that we were wrong or missed the mark. For that, we ask for forgiveness and improve ourselves. God's forgiveness is extraordinary. He provides both forgiveness and restoration at the same time. Our 70-80 year lifespan must be a valuable moment. And remember, 70-80 years of our life is meaningless compared to eternity. So, if we use our time to meet God, it is immensely valuable. Therefore, we must always be aware that we are in the presence of God 24 hours a day. We should always be alert as if there's a candid camera, God's camera, that never stops recording. He is always watching us.

So, be careful with every word we say and every sentence we type on our gadgets; don't say anything unless it is meant to bless. Parents should be cautious with their words towards their children; they should never curse recklessly. We see that life is so harsh and cruel. But we want to seriously learn. None of us are without fault. We are all sinners. But God is good; He forgives and forgets our sins, and He is with us. We must keep moving forward despite our struggles and falls. Do not become weak or mentally blocked. Do not think that we cannot live a holy life just because the world around us is so corrupt, see ourselves keep making mistakes. Do not despair.

We all have shortcomings and weaknesses, we all live in flesh that is inherently sinful, but we decide not to follow the desires of the flesh or the desires of sin. We only want to follow God's will. And we strive for that. Let our hearts be set on the Kingdom of Heaven, always remembering that we are on a journey towards heaven. The world is not our home. We are always packing up and heading towards the Kingdom of Heaven, which is the House of God the Father. Do not betray God by not longing for the Kingdom of Heaven and not longing for a face-to-face meeting with the Lord Jesus later.

WE WILL BE VERY HAPPY WHEN WE REALIZED THAT WE WERE WRONG OR MISSED THE MARK. FOR THAT, WE ASK FOR FORGIVENESS AND IMPROVE OURSELVES.

Card image
SADAR SALAH - 30 Juli 2024
2024-07-30 12:01:36


Manusia itu sering kali hanya fokus kepada hal-hal yang di bumi ini, kehidupan sebelum kubur. Mestinya fokus kita ada di balik kubur. Firman Tuhan mengingatkan bahwa manusia hidup bukan hanya dari roti. Ironis, banyak orang tidak sadar dan tidak mau peduli bahwa dirinya akan mati dan menghadapi kekekalan. Hari ini, banyak orang tidak mau ke gereja. Kalaupun ke gereja, mereka pergi hanya karena menjalani agama atau untuk mendapat pertolongan dan berkat. Masalahnya, banyak gereja yang hanya mengarahkan jemaat kepada berkat- berkat jasmani. Sambil gereja juga menarik uang kolekte, membangun gedung-gedung besar, atau secara terselubung memiliki “rekening gendut.”

Bumi kita ini nanti akan jadi danau api. Maka, kita mesti hanya menantikan langit baru bumi baru. Kita hanya menunggu waktu; apakah waktu kematian kita atau berakhirnya bumi ini. Tapi sering kita kehabisan kata untuk menjelaskan hal ini kepada orang-orang yang tidak peduli kekekalan; jemaat, aktivis, bahkan pendeta. Apa buktinya kalau mereka tidak peduli? Buktinya, mereka masih berbuat jahat; menyakiti orang, menghakimi, berzina, dan lainnya. Mungkin di antara kita sudah mencapai tingkat pendidikan tertinggi, tetapi kalau ditinjau dari sekolah rohani, sekolah kehidupan, apakah kita sudah sampai pada tingkat memuaskan hati Allah? Jadi tidak ada artinya segala pendidikan dan kehormatan apabila hidup kita tidak mengekspresikan perasaan Allah. Jadi jangan sombong dengan gelar, kredibilitas, atau popularitas kita.

Sekarang waktunya kita perkarakan, tingkat kerohanian kita terkait dengan mengekspresikan perasaan Allah, sampai di mana? Ayo, kita berjuang. Berdoa, mendengarkan khotbah, kita lakukan dengan tekun, maka kita akan mendapatkan impartasi penularan dari sifat-sifat Allah. Kadang-kadang, orang makin tinggi stratumnya secara akademis, makin tidak berdoa. Tidak tahu mengapa jadi begitu. Dulu waktu masih di daerah suka berdoa, waktu masih jadi jemaat rajin datang kebaktian, duduk, mencatat khotbah. Tapi setelah jadi teolog, dia tidak tekun lagi berdoa dan mencatat firman. Setan itu bisa buat begitu.

Jadi, jangan heran kalau di abad-abad pertengahan terjadi konflik dan perdebatan doktrin. Yang dianggap sesat itu bisa dibakar hidup-hidup, dikucilkan, atau dibunuh. Maka, kalau kita lihat di media sosial, mereka memang tidak membunuh secara fisik, tetapi dengan tega membunuh secara karakter. Masalahnya, kalau kita berdosa, hidup dalam dosa, Tuhan kadang-kadang diam. Kita sewenang-wenang dengan orang, kita menyerang orang lalu aman- aman saja. Nurani kita yang harus menyadari itu. Harus sadar dan kalau salah, kita bertobat dan minta ampun. Ucapan kita yang menyakiti orang, kebiasaan-kebiasaan yang melukai orang kita lakukan, seakan-akan aman-aman saja, seakan-akan Tuhan tidak terganggu: karena kita tidak mau bertemu Tuhan.

Kita akan sangat berbahagia ketika kita sadar bahwa kita salah atau meleset. Dan untuk itu, kita minta ampun dan memperbaiki diri. Pengampunan Tuhan itu luar biasa. Dia akan menyediakan pengampunan dan pemulihan, sekaligus. Hidup kita yang 70-80 tahun ini harus menjadi momentum yang berharga. Dan ingat, 70-80 tahun umur hidup kita bila dibanding kekekalan itu tidak ada artinya. Jadi, kalau kita manfaatkan waktu kita untuk bertemu Tuhan, nilainya tinggi sekali. Maka kita harus selalu menghayati bahwa kita ada di hadirat Allah 24 jam. Supaya kita itu selalu alert (waspada) ada candid camera, ada kamera Tuhan yang tidak pernah mati. Dia selalu melihat kita.

Maka, berhati-hatilah atas setiap kata yang kita ucapkan, setiap kalimat di gadget kita; jangan lakukan kecuali memang mau memberkati. Orang tua terhadap anak, jaga mulut, tidak boleh sembarangan mengutuk. Kita lihat, hidup ini begitu ganas, bengis. Tapi kita mau serius belajar. Kita semua tidak ada yang tidak punya salah. Jadi, kita semua orang berdosa. Tapi Tuhan baik, Tuhan mengampuni, Tuhan melupakan dosa-dosa kita dan Tuhan menyertai kita. Kita harus terus melangkah walaupun jatuh bangun. Jangan menjadi lemah dan bermental blok. Jangan berpikir kita tidak bisa hidup suci karena melihat dunia sekitar begitu rusak, melihat diri sendiri jatuh bangun, salah terus. Kita jangan putus asa.

Kita sama-sama punya kekurangan dan kelemahan, sama-sama hidup dalam daging yang berkodrat dosa, tetapi kita memutuskan untuk tidak menuruti keinginan daging, tidak menuruti keinginan dosa. Kita hanya mau turuti kehendak Allah. Dan kita berjuang untuk itu. Biar kiranya hati kita tertaruh di Kerajaan Surga dan selalu ingat bahwa kita sedang ada dalam perjalanan menuju surga. Dunia bukan rumah kita. Kita selalu sedang berkemas-kemas dan menuju Kerajaan Surga yaitu Rumah Allah Bapa. Jangan mengkhianati Tuhan dengan tidak merindukan Kerajaan Surga dan tidak merindukan perjumpaan dengan Tuhan Yesus, muka dengan muka nanti.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA AKAN SANGAT BERBAHAGIA KETIKA KITA SADAR BAHWA KITA SALAH ATAU MELESET. DAN UNTUK ITU, KITA MINTA AMPUN DAN MEMPERBAIKI DIRI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 Juli 2024
2024-07-30 10:45:12

Yesaya 59-63

Card image
Truth Kids 29 Juli 2024 - MELATIH KESABARAN
2024-07-29 15:51:32


Galatia 6:10
”Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.”

"Aduhhh, Mama, tolong! Tolongin Adek.... Aduh! Huhuhuuuuhuhuhuuu," teriak Anes. Mama langsung bergegas keluar dari dalam rumah sembari bertanya, "Kenapa, Anes? Mama kaget, tahu!" Anes dengan nada kesal bercerita ke mamanya bahwa temannya, Mauren, memukulnya. Mauren yang merasa ketakutan tertunduk sambil menahan tangis dan dengan pelan berkata, "Maaf, ya, Anes. Aku tidak sengaja memukul lenganmu. Aku hanya ingin bermain sambil memutar badanku, ternyata tanganku mengenai lenganmu."

Anes dengan marah dan kesal berkata, "Nggak, aku gak mau. Kamu pasti sengaja, kan?" Mama pun berusaha menenangkan Anes yang marah sambil berkata, "Anes, Mauren tidak sengaja, Sayang. Jangan marah, ya? Anes dan Mauren sudah lama berteman, jadi harus saling memaafkan. Tidak baik jika kita marah dan kesal terhadap orang lain. Kita harus lebih sabar dan mau memahami kejadiannya."

Sobat Kids, jika ada hal yang mengganggu, adalah wajar jika kita kesal. Namun, kita harus tetap mau memahami keadaan yang terjadi sehingga kita bisa belajar sabar. Salah satu contohnya adalah dengan kita memaafkan kesalahan orang lain. Hal tersebut adalah salah satu perbuatan baik yang membuat hati Bapa di surga senang.

Card image
Truth Junior 29 Juli 2024 - MENGAJARKAN KESABARAN
2024-07-29 15:49:12


Galatia 6:10
”Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.”

“Dilan, yuk, kita pergi mancing! Aku tahu empang yang banyak ikannya. Pasti kita bisa dapat banyak ikan di sana,” ajak Jono kepada sahabatnya. “Ah… buat apa kita capek-capek dan berpanas-panasan untuk mendapatkan ikan?” tanya Dilan yang belum pernah memancing. “Sudah, ikut saja dulu. Nanti kamu bisa ketagihan mancing deh,” bujuk Jono. “Oke, deh kalau begitu,” jawab Dilan.

Mereka pun pergi menuju lokasi empang yang masih dikelilingi pohon-pohon. Keadaan alam di sekitar empang itu masih asri; sejuk dan teduh karena banyak pepohonan. Jono pun mulai mengajarkan cara memancing ke Dilan. Untuk pertama kalinya, Dilan memasang umpan di ujung kail dan melemparkan tali pancingnya ke arah empang. Satu menit… dua menit… telah berlalu, tetapi tidak ada satu ikan pun yang menyambar umpan Dilan. Ia sudah mulai gelisah dan tidak sabar, “Jon, aku berhenti saja, deh. Mana sih, ikannya? Kok tidak ada yang mau makan umpanku?” “Sabar, tenang dulu. Jangan berisik, nanti ikannya malah kabur semua,” bujuk Jono. Tak lama kemudian, akhirnya ada ikan yang memakan umpan Dilan. Begitu ia merasa tali pancingnya tertarik, Dilan teriak kegirangan, “Eh… aku dapat! Aku dapat ikan, nih!” Di akhir kegiatan mancing mereka, Dilan menyadari sesuatu, “Terima kasih, ya, Jon. Kamu sudah mengajak aku mancing. Aku jadi belajar untuk sabar dan menghargai kerja keras orang lain. Ternyata tidak mudah mendapatkan lauk untuk kita makan. Aku akan lebih sabar. Dan pastinya mau ikut mancing lagi lain kali.”

Sobat Junior, kita bisa mengajarkan cara bersabar kepada teman-teman tanpa terkesan menggurui mereka. Dengan mencari kegiatan yang menarik, kita bisa mencoba agar teman kita menjadi lebih sabar. Contohnya seperti cerita Dilan dan Jono tadi. Dengan demikian, kalian sudah membuktikan perbuatan baik dan contoh dalam kesabaran. Coba kalian pikirkan ide untuk membuat teman kalian menjadi sabar, ya!

Card image
Truth Youth 29 Juli 2024 (English Version) - WORD OF THE YOUNG HERMIT
2024-07-29 13:57:24


"I can do all this through him who gives me strength." (Philippians 4:13)

In a certain kingdom, there was a young man who was extremely wealthy and prosperous among his peers. He was very generous and loved his friends dearly, often sharing his wealth and hosting them with the finest food and drinks in the land. Then one day, one of his friends betrayed him, causing him to be banished from the kingdom. All his wealth and prosperity vanished in an instant.

Years passed, and no one knew where the young man had gone. Until one of his friends saw him sitting in meditation on a rock in the middle of a river. After a long absence, his friend approached him and conversed with him. He was amazed at how his friend now lived so peacefully as a young hermit. "Aren't you lonely?" his friend asked. The young hermit replied, "No, I am not lonely. In solitude, I have found the meaning of peace. Solitude gives you space to contemplate, to think, and to clearly understand the meaning of life, free from attachments to the transient. In solitude, I understand that all I have is temporary. As I came naked, so I will return naked, without carrying anything. Do not cling, my friend. Be a good and noble person."

The wise young hermit's story aims to invite young people to see solitude from a more positive and clearer perspective. Solitude is not always a negative condition associated with mental disturbances like anxiety and social isolation. Instead, in the midst of the world's chaos today, solitude invites us to reflect, contemplate, and find the meaning of our lives. Moreover, we also need balance in life. Therefore, it is natural and normal to feel lonely and sometimes seek solitude or withdraw. There are times when we interact with others and our environment, but there are also times when we rest from these things by seeking peace, separating ourselves from the world's turmoil for our well-being. Embrace solitude with love and broad insight.

WHAT TO DO:
1. Have broad and open-minded insight.
2. Respond appropriately to solitude.
3. Avoid attachments or clinginess.

BIBLE MARATHON:
- Isaiah 47-49

Card image
WORD OF THE YOUNG HERMIT*
2024-07-29 13:54:14



???????????????????? ???????????????????? July 29, 2024 * "I can do all this through him who gives me strength." (Philippians 4:13) In a certain kingdom, there was a young man who was extremely wealthy and prosperous among his peers. He was very generous and loved his friends dearly, often sharing his wealth and hosting them with the finest food and drinks in the land. Then one day, one of his friends betrayed him, causing him to be banished from the kingdom. All his wealth and prosperity vanished in an instant. Years passed, and no one knew where the young man had gone. Until one of his friends saw him sitting in meditation on a rock in the middle of a river. After a long absence, his friend approached him and conversed with him. He was amazed at how his friend now lived so peacefully as a young hermit. "Aren't you lonely?" his friend asked. The young hermit replied, "No, I am not lonely. In solitude, I have found the meaning of peace. Solitude gives you space to contemplate, to think, and to clearly understand the meaning of life, free from attachments to the transient. In solitude, I understand that all I have is temporary. As I came naked, so I will return naked, without carrying anything. Do not cling, my friend. Be a good and noble person." The wise young hermit's story aims to invite young people to see solitude from a more positive and clearer perspective. Solitude is not always a negative condition associated with mental disturbances like anxiety and social isolation. Instead, in the midst of the world's chaos today, solitude invites us to reflect, contemplate, and find the meaning of our lives. Moreover, we also need balance in life. Therefore, it is natural and normal to feel lonely and sometimes seek solitude or withdraw. There are times when we interact with others and our environment, but there are also times when we rest from these things by seeking peace, separating ourselves from the world's turmoil for our well-being. Embrace solitude with love and broad insight. WHAT TO DO: 1. Have broad and open-minded insight. 2. Respond appropriately to solitude. 3. Avoid attachments or clinginess. BIBLE MARATHON: - Isaiah 47-49

Card image
Truth Youth 29 Juli 2024 - SABDA PETAPA MUDA
2024-07-29 13:50:12


”Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Filipi 4:13)

Alkisah di negeri tengah adalah seorang pemuda yang sangat amat kaya dan makmur di antara para pemuda seusianya. Ia sangat dermawan dan sangat mengasihi sahabat-sahabatnya, bahkan tak jarang ia membagikan kekayaannya dan menjamu sahabat-sahabatnya dengan makanan dan minuman terbaik di negeri itu. Sampai pada satu saat, salah seorang dari sahabat-sahabatnya mengkhianati dia sehingga ia terusir dari negeri itu. Seluruh kekayaan dan kemakmurannya lenyap dalam sekejap.

Tahun-tahun berlalu, tak seorang pun mengetahui ke mana pemuda itu pergi. Sampai seorang dari sahabat melihatnya sedang duduk bertapa di atas batu di tengah sungai. Lama tak bersua, sahabatnya menghampiri dia dan bercakap-cakap dengan dia. Ia terheran-heran mengapa sahabatnya kini bisa hidup begitu tenteram sebagai seorang petapa muda. “Tidakkah kau kesepian?” tanya sahabatnya. Petapa muda itu menjawab, “Tidak, aku tidak kesepian. Justru dalam sepilah kutemukan makna sepi. Sepi memberimu ruang untuk merenungkan, memikirkan, dan menemukan makna hidup ini dengan jelas, tanpa pikiran yang melekat pada kefanaan. Dalam sepilah aku mengerti bahwa segala yang kumiliki hanya sementara. Sebagaimana aku datang telanjang, demikianlah aku pulang dengan telanjang tanpa membawa apa-apa. Jangan melekat, kawan. Jadilah manusia yang baik dan mulia.”

Ilustrasi petapa muda yang bijaksana tersebut hendak mengajak para pemuda untuk melihat kesepian dari perspektif lain yang lebih positif dan lebih jelas. Kesepian tidak selalu menjadi suatu keadaan negatif yang identik dengan gangguan mental, seperti kecemasan dan isolasi sosial. Justru di tengah huru-hara dunia saat ini, kesepian mengajak kita untuk merenungkan, memikirkan, dan menemukan makna hidup kita masing-masing. Selain itu, kita juga membutuhkan keseimbangan dalam hidup. Oleh sebab itu, sangatlah wajar dan normal apabila kita merasa kesepian dan terkadang mencari kesepian atau menyepikan diri. Ada kalanya kita berinteraksi dengan sesama dan lingkungan, tetapi ada kalanya juga kita beristirahat dari hal-hal tersebut dengan menyepikan diri dan mencari ketenangan, memisahkan diri dari huru-hara dunia demi kesehatan kita. Rengkuhlah kesepian dengan cinta dan wawasan yang luas.

WHAT TO DO:
1.Miliki wawasan yang luas dan terbuka
2.Miliki respons yang benar terhadap kesepian
3.Jangan memiliki kelekatan atau keterikatan

BIBLE MARATHON: ▪︎ Yesaya 47-49

Card image
Renungan Pagi - 29 Juli 2024
2024-07-29 12:48:57


Orang yang harus kita hindari dalam hidup ini adalah orang yang suka memanas-manasi, karena perkataannya cenderung tidak benar atau suka memutar balikkan fakta, ketika ia berbicara maka pasti ada tujuannya, itulah sebabnya perkataannya selalu disesuaikan dengan situasi, tujuannya juga hanya untuk mencari keuntungan pribadi didalam amarah seseorang.

Sangat berbahaya kalau didekat kita ada orang-orang yang suka memanas-manasi, sebab niatnya sudah jelas jahat, ketika dia hadir, maka yang dia ciptakan adalah kebencian dan ketika sudah terjadi keributan, barulah orang yang memanas-manasi itu puas.

Tuhan menghendaki kita anak-anak-Nya menjadi pembawa damai dimanapun berada, Alkitab berkata; "Berbahagialah orang-orang yang membawa damai karena mereka akan disebut sebagai anak-anak Allah." Berarti sebelum bisa menjadi seorang pembawa damai, maka kita belum disebut sebagai anak-anak Allah, tetapi ketika bisa menebarkan damai dimanapun berada, maka kita disebut sebagai anak-anak Allah.
(Matius 5:9)

Card image
Quote Of The Day - 29 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-29 12:47:29


Jangan berpikir bahwa dosa bukan masalah karena sudah diselesaikan di atas kayu salib. Apalagi mengulangi dosa yang sama, hal itu merupakan masalah besar.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 29 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-29 12:46:17


Kita akan sangat menyesal kalau suatu hari bertemu dengan Bapa di surga dan ternyata belum mempersembahkan segenap hidup kita untuk Dia.

Card image
EXPRESSING THE FATHER'S FEELINGS - 29 July 2024 ( English Version)
2024-07-29 12:29:13


Following the Lord Jesus, in the end, the most fundamental principle we must all achieve is expressing God's feelings, expressing the Father's feelings. This is the purpose of God creating us. If Adam had not fallen into sin, life would continue as it is now. Humans organize life, manage this universe, create technology, enjoy and build art, and so on. But all of this would be carried out according to God's attributes. Human relationships serve as the medium through which God's feelings are expressed, and this pleases the heart of God, who created humanity. There would be no human actions that conflict with God's nature. How beautiful such a life would be. There would be no one hurting each other. Instead, people would help, comfort, strengthen, and bring happiness to one another.

In truth, humans were created to express God's feelings in all events and circumstances. However, Romans 3:23 says, "For all have sinned and fall short of the glory of God." The word "fall short" here, in the original language, is "hustereo," which means "lacking." Humans who fall into sin do not always become savage like animals. Humans can do good. Humans can act with decency to a certain extent. Therefore, God gave the Ten Commandments. Although no human can perfectly fulfill them, the Ten Commandments or the Decalogue imply that humans are still capable of doing good. Yet, humans cannot perform them perfectly. However, humans can ask for forgiveness from God.

The coming of the Lord Jesus was not only to erase human sins in the legal realm but also to restore the human condition. So that humans can become the kind of beings God intended when He created them; that is, beings whose entire actions are in accordance with God's attributes, allowing humans to express God's feelings. And Jesus is the second Adam or the last Adam who successfully achieved such a life. Therefore, in God's word, we read that Jesus is the image of the invisible God. So, if we want to see God's attributes, they are in Jesus.

He is above all creation; meaning, He surpasses all humans who have ever lived. The first Adam failed, and all his descendants lacked glory, not achieving a life that aligns with God's attributes. Whereas God's intention in creating humans was for them not only to bear His image (having thoughts and feelings like those in God) but also to possess qualities similar to God. Humans were meant to have not only thoughts, feelings, will, and freedom to act as found in God but also the quality in those actions. Jesus, the second Adam or the last Adam, was able to display God's attributes.

The term "firstborn" is very important. It is fundamental in Christianity because "firstborn" means He is the first and implies there are others. In Romans 8, it is also said, "He is the firstborn among many brothers." This is truly good news. The good news is that humans can be restored to be in accordance with God's original design. Hence, there is ministry and the church. The main purpose is to save humans. Salvation is not just about entering heaven or avoiding hell after death. But since on earth experiencing a process of change, so that later when we die, we enter the Father's House.

Salvation of the soul is not only about heaven and hell but also about the process of transforming humans from those who lack God's glory to a human being according to God's original design.those who align with God's original design. Therefore, the definition of salvation is God's effort to restore humans to His original plan. However, many people do not understand or refuse to understand this. Not just congregants, but even activists and some pastors refuse to understand. Consequently, their behavior becomes evil. It is extremely difficult and challenging to become a person with God's attributes or divine nature. Even those who strive for it still experience miss the mark, let alone those who do not strive. If we die without having the experience of expressing God's feelings, then the Father does not know us. For if we claim to be God's children, our nature must be like God's. So, this opportunity to live is very expensive.

In the span of 70-80 years of human life, events occur. God uses these life events as a means to shape us. Each event is called a moment. God works on each person perfectly. Every person is designed by God with a different curriculum; no two are the same. However, the various problems that arise can make people lose focus; instead of looking to God, they become immersed in their life problems. The devil causes many people to lose focus. In truth, God wants to show us that we are eternal beings. Therefore, if we live only for bread, it is disastrous. As stated in Luke 12, even though he was rich in material things, in truth, he is poor. Because he does not want to have the word, advice, voice, and education of God. Therefore, let us not be poor in eternity and become eternal trash. Because God wants us to express His feelings.

IF WE DIE WITHOUT HAVING THE EXPERIENCE OF EXPRESSING GOD'S FEELINGS, THEN THE FATHER DOESN'T KNOW US.

Card image
MENGEKSPRESIKAN PERASAAN BAPA - 29 July 2024
2024-07-29 12:27:07


Mengikut Tuhan Yesus pada akhirnya yang paling prinsip, yang harus semua kita capai, adalah mengekspresikan perasaan Allah, mengekspresikan perasaan Bapa. Inilah maksud dari Allah menciptakan kita. Seandainya, Adam tidak jatuh dalam dosa, kehidupan tetap bergulir seperti ini. Manusia menyelenggarakan hidup, mengelola alam semesta ini, menciptakan teknologi, menikmati dan membangun seni, dan lain sebagainya. Tetapi semua terselenggara sesuai dengan sifat-sifat Allah. Hubungan antar manusia itu media, di mana perasaan Allah diekspresikan, dan tentu hal ini menyenangkan hati Allah yang menciptakan manusia. Tidak ada perbuatan manusia yang konflik dengan sifat Allah. Betapa indahnya kehidupan seperti itu. Tidak ada orang yang menyakiti sesamanya. Yang ada adalah saling menolong, menghibur, menguatkan, dan membahagiakan.

Sejatinya, manusia diciptakan untuk mengekspresikan perasaan Allah dalam segala peristiwa dan keadaan. Namun Roma 3:23 firman Allah mengatakan, “Semua manusia telah kehilangan kemuliaan Allah.” Sebenarnya kata kehilangan di situ dalam bahasa aslinya hustereo, artinya, kurang (lack of). Manusia yang jatuh dalam dosa itu tidak selalu menjadi biadab seperti binatang. Manusia bisa berbuat baik. Manusia bisa melakukan hal-hal yang santun dalam ukuran tertentu. Karenanya, Allah memberikan 10 hukum. Walaupun tentu tidak ada manusia yang bisa melakukan dengan sempurna, tetapi dengan 10 hukum Allah atau Dasa Titah atau Dekalog diisyaratkan bahwa manusia masih mampu melakukan kebaikan. Dan ternyata, manusia tidak bisa melakukan dengan sempurna. Namun, manusia bisa minta ampun kepada Tuhan.

Kedatangan Tuhan Yesus bukan hanya menghapus dosa manusia dalam tataran hukum, melainkan juga mau memulihkan keadaan manusia. Supaya manusia dapat menjadi manusia sesuai dengan maksud Allah menciptakan manusia itu; yaitu menjadi manusia yang dalam seluruh perbuatannya sesuai dengan sifat-sifat Allah, sehingga manusia bisa mengekspresikan perasaan Allah. Dan Yesuslah Adam kedua atau Adam terakhir yang berhasil mencapai kehidupan seperti itu. Maka, di dalam firman Tuhan kita membaca, bahwa Yesus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan. Jadi kalau kita mau melihat sifat-sifat Allah, ada dalam diri Yesus.

Dia lebih utama dari segala yang diciptakan; maksudnya, lebih dari semua manusia yang pernah hidup. Adam pertama gagal, seluruh keturunannya kurang kemuliaan, tidak mencapai kehidupan yang sesuai sifat-sifat Allah. Padahal maksud Allah menciptakan manusia itu, agar manusia bukan hanya segambar (memiliki pikiran dan perasaan seperti yang terdapat dalam diri Allah), melainkan juga memiliki kualitas serupa dengan Allah. Manusia bukan hanya memiliki pikiran, perasaan, kehendak, dan kebebasan bertindak seperti yang terdapat dalam diri Allah, namun juga memiliki kualitas dalam bertindak tersebut. Yesus, Adam kedua atau Adam terakhir yang bisa menampilkan sifat Allah.

Kata “yang sulung” ini penting sekali. Ini sangat fundamental di dalam kekristenan karena “yang sulung,” artinya Dia memulai dan mengisyaratkan ada yang lain. Di Roma 8 juga dikatakan, “Dia menjadi yang sulung di antara banyak saudara.” Dan ini sebenarnya berita yang indah, kabar baik. Baiknya adalah manusia dapat dikembalikan menjadi manusia sesuai dengan rancangan Allah semula. Maka, ada pelayanan, ada gereja. Yang tujuan utamanya adalah menyelamatkan manusia. Menyelamatkan itu bukan hanya nanti kalau mati, masuk surga atau terhindar dari neraka. Melainkan sejak di bumi mengalami proses perubahan, supaya nanti kalau meninggal masuk Rumah Bapa.

Keselamatan jiwa bukan hanya menyangkut surga-neraka saja, melainkan menyangkut proses peningkatan dari manusia yang kurang kemuliaan Allah menjadi manusia sesuai rancangan Allah semula. Maka definisi keselamatan adalah usaha Allah mengembalikan manusia ke rancangan Allah semula. Namun, banyak orang tidak mengerti atau tidak mau mengerti. Jangankan jemaat, aktivis, bahkan pendeta pun ada yang tidak mau mengerti. Maka kelakuannya jadi jahat. Betapa sulit dan betapa berat menjadi orang yang punya sifat-sifat Allah atau berkodrat ilahi. Yang berjuang saja masih saja mengalami kemelesetan, apalagi yang tidak berjuang. Jika kita mati tanpa punya pengalaman mengekspresikan perasaan Allah, maka Bapa tidak kenal kita. Sebab jika kita mengaku sebagai anak-anak Allah berarti sifat kita harus seperti Allah. Maka, kesempatan hidup ini mahal sekali.

Dalam rentang waktu 70-80 tahun umur manusia, ada peristiwa-peristiwa yang terjadi. Dan Allah menggunakan sarana peristiwa hidup sebab Allah membutuhkan peristiwa-peristiwa untuk mengasah kita. Setiap peristiwa itu disebut momentum. Dan Tuhan menggarap setiap orang dengan sempurna. Setiap orang didesain Tuhan dengan desain kurikulum yang berbeda, tidak ada yang sama. Namun dengan segala masalah yang timbul, bisa membuat orang hilang fokus; tidak memandang Tuhan, tapi tenggelam dengan masalah hidupnya. Iblis membuat banyak orang gagal fokus. Sejatinya, Tuhan mau beri tahu bahwa kita adalah makhluk yang memiliki kekekalan. Maka, kalau kita hidup hanya karena roti, celaka. Seperti yang dikatakan dalam Lukas 12, walaupun dia kaya raya secara materi, sejatinya, dia miskin. Karena dia tidak mau memiliki firman, nasihat, suara, dan didikan Tuhan. Jadi, jangan sampai kita miskin di kekekalan dan menjadi sampah abadi. Karena Tuhan mau kita mengekspresikan perasaan-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JIKA KITA MATI TANPA PUNYA PENGALAMAN MENGEKSPRESIKAN PERASAAN ALLAH, MAKA BAPA TIDAK KENAL KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 29 Juli 2024
2024-07-29 12:22:50

Yesaya 54-58

Card image
Truth Kids 28 Juli 2024 - TETAP RENDAH HATI
2024-07-28 06:03:51


Amsal 14:30
”Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.”

Raja Saul memiliki seorang anak laki-laki yang bernama Yonatan. Yonatan begitu disayang oleh raja. Tapi selain memiliki seorang anak, raja Saul juga memiliki banyak tentara dan para pekerja di istana. Raja memiliki seorang pekerja yang bernama Daud. Sebelum menjadi raja, Daud bekerja untuk Saul, raja pertama di Israel. Semakin hari, semakin raja terkesan kepada Daud yang memiliki banyak kemampuan. Begitupun Yonatan, hingga pada akhirnya anak raja dan pekerja yang bernama Daud menjadi sahabat.

Yonatan tidak merasa iri hati terhadap Daud yang dapat mengalahkan musuh lebih banyak dari dia dan ayahnya. Daud pun tetap rendah hati, walaupun ia dapat mengalahkan lebih banyak musuh.

Sobat Kids, gelisah atau iri hati saat melihat orang lain lebih berhasil dari kita adalah sikap yang tidak baik. Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan bahwa hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati akan membuat tubuh kita sakit. Saat kita menang atau dalam kondisi lebih baik dari teman-teman yang lain, kita juga tidak boleh sombong. Kita pun harus tetap tenang, tidak boleh pamer prestasi. Tetap rendah hati, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 28 Juli 2024 - IRI HATI
2024-07-28 05:57:38


Amsal 14:30
”Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.”

“Aduh… yang like postingan aku hanya sedikit. Views-nya juga cuma sedikit, lagi,” keluh Nanda dalam hatinya, “bagaimana caranya untuk nambahin views dan likes, ya?”

Sobat Junior, dengan begitu banyaknya sosial media sekarang ini, banyak orang berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatian banyak orang. Tidak sedikit anak yang merasa insecure karena followers akun mereka hanya sedikit. Bahkan banyak anak-anak yang membuat konten tidak sopan dan berbahaya demi mendapatkan views yang banyak. Kalian tidak perlu meniru perbuatan seperti ini, ya, Sobat Junior. Salah satu alasan yang menyebabkan perilaku tidak wajar adalah iri hati.

Iri hati karena melihat orang lain memiliki lebih banyak followers, lebih banyak view, dan setiap konten yang dibuat menjadi viral. Kita tidak butuh pengakuan dari dunia ini, Sobat Junior. Kalian tidak perlu khawatir terhadap sesuatu hal yang tidak ada hubungannya dengan kekekalan kita. Kita hanya butuh pengakuan dari Tuhan, bahwa kita layak menjadi anak-anak Allah. Jika ada teman-teman kalian yang suka pamer akun sosial media mereka, tenanglah. Hati yang tenang menyegarkan tubuh. Kalian tidak perlu merasa iri hati. Sabar saja…

Card image
Truth Youth 28 Juli 2024 (English Version) - TAKE A DEEP BREATH!
2024-07-28 05:53:05


"Do not be lacking in zeal, but keep your spiritual fervor, serving the Lord." (Romans 12:11)

Have you ever been in an environment or perhaps a friendship that wasn't conducive for your spiritual growth? Maybe you felt the environment was so toxic that you were uncomfortable being there. Perhaps you felt bullied or unaccepted in that place, leading to feelings of isolation or alienation. Dealing with such situations is never easy, especially when we feel we have no other choice but to face them. Being in an unsupportive environment tends to make us feel down, lacking in enthusiasm, unfocused, or even joyless, making us want to leave that circle without careful consideration.

Friends, a supportive environment greatly enhances our spiritual growth. We become more enthusiastic, focused, joyful, and enjoy being in such a supportive atmosphere. However, challenging environments also contribute to our maturity. Don't lose heart too quickly. Take a deep breath and consider making that environment a place where we are called to be a blessing. If we encounter dishonesty or insincerity, let us demonstrate honesty and sincerity amidst that environment. It's not by chance that we find ourselves in uncomfortable environments. God always has a purpose for us. Therefore, let us be salt and light to those around us, for this is our calling.

WHAT TO DO:
1. Learn to always think positively.
2. Seek advice and guidance from spiritual mentors when in unsupportive environments.
3. Spend more time in prayer and reading God's Word.

BIBLE MARATHON:
- Isaiah 44-46

Card image
Truth Youth 28 Juli 2024 - TAKE A DEEP BREATH!
2024-07-28 05:47:51


”Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” (Roma 12:11)

Pernahkah kita berada di satu lingkungan atau mungkin pertemanan yang kurang efektif bagi kita untuk bertumbuh secara rohani? Atau mungkin menurut kita, lingkungannya begitu toxic sehingga kita merasa tidak nyaman berada dalam lingkungan tersebut. Mungkin kita merasa di-bully atau tidak diterima di suatu tempat tersebut sehingga kita merasa terisolasi atau terasing dalam lingkungan itu. Tentu hal tersebut bukanlah hal yang mudah untuk kita hadapi. Apalagi kalau kita tidak punya pilihan lain, selain menghadapinya. Berada dalam lingkungan yang kurang mendukung cenderung membuat kita merasa down, tidak semangat, hilang fokus, atau sampai kehilangan sukacita sehingga ingin segera meninggalkan circle itu tanpa pertimbangan dengan baik.

Teman-teman, tentunya lingkungan yang baik akan sangat mendukung pertumbuhan spiritual kita dengan baik. Kita akan menjadi lebih bersemangat, lebih fokus, lebih bersukacita dan feel enjoy dengan lingkungan yang mendukung. Tapi teman-teman, lingkungan yang kurang nyaman juga membuat kita lebih dewasa. Jangan cepat berputus asa. Take a deep breath, jadikan lingkungan tersebut sebagai tempat kita dipanggil untuk menjadi berkat. Jika kita melihat sebuah ketidakjujuran atau ketidaktulusan, kita yang harus menunjukkan kejujuran dan ketulusan di tengah-tengah lingkungan itu. Tidak ada yang kebetulan jika kita hadir di satu lingkungan yang kurang nyaman. Tuhan selalu punya maksud yang baik buat kita. Oleh sebab itu, jadilah garam dan terang bagi orang-orang di sekitar kita, sebab untuk itulah kita dipanggil.

WHAT TO DO:
1.Belajar untuk selalu berpikir positif.
2.Minta nasihat dan saran dari mentor rohani ketika berada dalam lingkungan yang kurang mendukung.
3.Belajar untuk lebih banyak waktu berdoa dan membaca firman Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yesaya 44-46

Card image
Renungan Pagi - 28 Juli 2024
2024-07-28 05:28:09



Kejujuran dan ketulusan, hari-hari ini telah menjadi sesuatu yang langka, sebab dunia hari-hari ini dipenuhi dengan berbagai kecurangan dan pengkhianatan yang meliputi berbagai segi kehidupan manusia, termasuk dalam keluarga, terjadi perselingkuhan, perzinahan, pengkhianatan, lalu dalam bisnis, terjadi kecurangan, korupsi, persaingan tidak sehat, bahkan hal-hal itu pun terjadi dalam pelayanan, saling menjatuhkan, gila hormat dan memecah belah persaudaraan diantara sesama pelayan Tuhan.

Semua demi memuaskan kepentingan pribadi, tidak ada lagi kejujuran dan ketulusan didalam melakukan segala sesuatu. Mari kita mengingat perkataan firman Tuhan tentang ketulusan dan kejujuran. "Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya." "Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya."

Itulah sebabnya kita harus berhenti dalam setiap kecurangan dan pengkhianatan, karena itu berarti kita tidak jujur dan tidak tulus, harus kembali pada kejujuran dan ketulusan, karena orang jujur dan tulus selalu dibela Tuhan dan orang yang curang dan berkhianat suatu waktu pasti dipermalukan Tuhan.
(Amsal 2:7; Amsal 11:3)

Card image
Quote Of The Day - 28 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-28 05:24:25


Orang yang lemah lembut adalah pribadi yang menerima keberadaan orang lain sebagaimana adanya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 28 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-28 05:22:43


Percayalah bahwa Allah itu hidup, Allah itu nyata. Tidak mungkin jagat raya yang sempurna ini, siklus alam yang sempurna, metabolisme tubuh kita yang menakjubkan, ada dengan sendirinya. Pasti ada Pencipta Yang Maha Cerdas.

Card image
LIVING IN FRIENDSHIP WITH GOD - 28 Juli 2024 (English Version)
2024-07-28 05:20:09


If we remember that we are in the presence of God, we will surely fear committing sin. Because sinning hurts God’s heart. When we read the Bible, we find that those who are God's lover who listen to Him—those whom the Bible says live in the presence of God—and they will not be put to shame. Therefore, do not oppose God. When we are strong, we feel we can do anything. But one day, we will fall, unable to rise. And at such a time is a time when there is no chance for us to repent. It is terrible.

We all have not perfect yet. But if we diligently attend church, listen to the Word, and are willing to change, we will be preserved and we will not be put to shame. Remember, from minute to minute, hour to hour, guard our words, actions, deeds, and hearts. Do not let our spiritual eyes become dark, preventing us from recognizing our true selves. In the Bible, Jesus prophesied about the tragic fate that would befall the inhabitants of Jerusalem. The last sentence says, “Because you did not recognize the time of God’s coming to you.”

Our lives are meant to please God. What is the meaning of breath and blood in our bodies if God is not present in our lives? Therefore, do not be arrogant. Don't let us not know when God visits us. Every day there is surely a visitation from God. Look to God and receive His visitation through personal prayer and worship. Without God, we can do nothing. Let us earnestly prepare ourselves every day to be visited by God. By dealing with God daily, He will reveal to us what is necessary for our peace. Then, consider how we spend every minute and hour of our lives. Do not repay evil with evil. Show compassion to those whom God has placed in our lives to receive our compassion.

God will not put us to shame. Honestly, most of us are not yet living righteously, but we are still helped by God. Because we still look to God, go to church, and praise Him, He continues to help us. However, we must not remain in this state. If we want to live holy lives, we must live as holy as possible. Do not oppose God. When do we oppose God? It is when we do something that grieves His heart. If our condition does not satisfy God, it grieves and opposes Him. What we should strive for and be our ambition is how we can become children of God. The Father who pleases the Father.

So, when we face problems, how we respond to them determines whether we make God happy or not. When we have the opportunity to sin, how we refrain from that act. It pleases God. So, to please the Father, it depends on each of our determinations. If we are truly determined to please the Father, He will give us various life events where we must react in ways that either please or grieve Him. But if we lack determination or intent, any opportunity given by God is in vain because we will not value it. Remember, pearls are not for pigs, and sacred things are not for dogs.

It's simple yet difficult and complex. What is simple? Being a lover of God, not opposing God, thus receiving the blessings of His care, protection, and special treatment. The complexity lies in controlling emotions, kill lusts, how to be patient. But if we want to safeguard our lives for eternity and protect our loved ones, we must live in friendship with God. Life has an order. If this life is like gambling or speculation, it means that the one who created life is not intelligent. Blessings or curses depend on the doer of life; this is certain. If life were determined by fate, it would mean the Creator is not of high quality. Life has an order, also not speculation; it can be profitable, it can be unprofitable.

Remember this: do not oppose God! Be honest in your words, be honest with your life. Do not let ourselves be put to shame. Because if we become lovers of God, friends with God, we will not be put to shame. Believe that God is alive, God is real. It is impossible for this perfect universe, the perfect natural cycles, and our astonishing body metabolism to exist by themselves. There must be an All-Intelligent Creator. Do not let our spiritual eyes become darkened, preventing us from recognizing who we truly are.

IF WE WANT TO PROTECT OUR LIVES UNTIL ETERNITY, IF WE WANT TO PROTECT THE ONES WE LOVE, LIVE AS FRIENDS WITH GOD.

Card image
HIDUP BERSAHABAT DENGAN ALLAH - 28 Juli 2024
2024-07-28 05:16:42


Kalau kita mengingat bahwa kita di hadirat Tuhan, kita pasti takut berbuat dosa. Karena berbuat dosa itu menyakiti hati Tuhan. Kalau kita membaca Alkitab, kita dapati bahwa orang- orang yang menjadi kekasih Tuhan adalah mereka yang dengar-dengaran kepada Tuhan— yang Alkitab katakan orang yang hidup di hadirat Allah—dan mereka tidak akan dipermalukan. Maka, jangan lawan Tuhan. Ketika kita kuat, kita bisa berbuat apa saja. Suatu hari, kita akan tergeletak, tidak akan bisa bangun. Dan saat seperti itu adalah saat yang sudah tidak ada kesempatan bagi kita untuk bertobat. Mengerikan.

Semua kita belum sempurna. Tapi kalau kita tekun ke gereja, mendengarkan firman, mau berubah, kita terpelihara, tidak akan dipermalukan. Ingat, dari menit ke menit, dari jam ke jam, jaga perkataan, perbuatan, tindakan, dan jaga hati kita. Jangan sampai mata hati kita gelap dan kita tidak mengenal diri kita dengan benar. Di dalam pembacaan kita, Tuhan Yesus menubuatkan tentang keadaan tragis yang akan dialami oleh penduduk Yerusalem. Lalu kalimat terakhir, “Karena engkau tidak mengetahui saat bilamana Allah melawat engkau.”

Hidup kita hanya untuk kesukaan hati Tuhan. Apa artinya nafas dan darah dalam tubuh ini kalau Tuhan tidak hadir di dalam hidup kita? Maka, jangan sombong. Jangan sampai kita tidak tahu saat bilamana Allah melawat kita. Setiap hari pasti ada lawatan Tuhan. Pandanglah Tuhan dan terimalah lawatan-Nya, lewat doa pribadi, lewat penyembahan. Tanpa Tuhan, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Ayo, kita sungguh-sungguh menyediakan diri setiap hari untuk dilawat Tuhan. Dengan kita berurusan dengan Tuhan setiap hari, di situ kita dibukakan Tuhan untuk mengerti apa yang perlu untuk damai sejahtera kita. Lalu perkarakan bagaimana kita

mengisi menit ke menit, jam ke jam hari hidup kita. Tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Berbelaskasihan kepada orang-orang yang Tuhan taruh untuk kita belas kasihani.

Tuhan tidak akan permalukan kita. Bahkan sejujurnya, sebagian besar kita ini belum hidup benar, tapi tetap ditolong Tuhan. Karena kita masih memandang Tuhan, masih ke gereja, masih memuji Tuhan, maka Tuhan masih tolong. Tapi jangan terus berkeadaan seperti ini. Kalau kita mau hidup suci, hiduplah sesuci-sucinya. Jangan melawan Tuhan. Bilamana kita melawan Tuhan? Yaitu ketika kita berbuat sesuatu yang mendukakan hati Tuhan. Jika keadaan kita tidak memuaskan hati Allah, itu mendukakan Tuhan dan melawan Tuhan. Yang mestinya kita usahakan dan menjadi ambisi kita adalah bagaimana kita bisa menjadi anak- anak Bapa yang menyenangkan hati Bapa.

Jadi kalau kita menghadapi persoalan, bagaimana respons kita terhadap persoalan itu, apakah membahagiakan Tuhan atau tidak. Ketika kita mendapatkan kesempatan berbuat dosa, bagaimana kita tidak melakukan perbuatan itu. Itu menyenangkan hati Allah. Jadi, untuk menyenangkan hati Bapa, tergantung tekad masing-masing kita. Kalau kita punya tekad sungguh-sungguh mau menyenangkan hati Bapa, maka Bapa akan memberi berbagai peristiwa, kejadian hidup di mana kita harus bereaksi menyenangkan hati Allah atau mendukakan. Tapi kalau kita memang tidak memiliki tekad atau niat, percuma juga Tuhan memberikan peluang. Karena pada akhirnya kita tidak menghargainya. Ingat, mutiara bukan untuk babi, dan barang yang kudus bukan untuk anjing.

Simpel, tapi sulit dan kompleks. Apa simpelnya? Menjadi kekasih Tuhan, tidak melawan Tuhan, maka berkat pemeliharaan, perlindungan, dan perlakuan istimewa Tuhan berikan kepada kita. Kompleksnya adalah bagaimana mengendalikan emosi, mematikan nafsu-nafsu, bagaimana bersabar. Tapi kalau kita mau menjaga hidup kita sampai kekekalan, kalau kita mau menjagai orang-orang yang kita kasihi, hiduplah bersahabat dengan Allah. Hidup itu punya tatanan. Kalau hidup ini seperti gambling atau spekulasi, berarti yang menciptakan hidup tidak cerdas. Berkat atau kutuk, tergantung pelaku kehidupan; dan itu kepastian. Kalau hidup ditentukan oleh takdir, berarti yang menciptakan kehidupan tidak berkualitas. Hidup itu punya tatanan, juga bukan spekulasi; bisa untung, bisa buntung.

Ingat ini: jangan melawan Tuhan! Jujurlah dalam perkataan, jujurlah dengan hidup kita. Jangan kita memberi diri dipermalukan. Sebab kalau kita menjadi kekasih Tuhan, bersahabat dengan Tuhan, kita tidak akan dipermalukan. Percayalah bahwa Allah itu hidup, Allah itu nyata. Tidak mungkin jagat raya yang sempurna ini, siklus alam yang sempurna, metabolisme tubuh kita yang menakjubkan, ada dengan sendirinya. Pasti ada Pencipta Yang Maha Cerdas. Jangan sampai mata hati kita menjadi gelap dan kita tidak kenal siapa diri kita sendiri.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA MAU MENJAGA HIDUP KITA SAMPAI KEKEKALAN, KALAU KITA MAU MENJAGAI ORANG-ORANG YANG KITA KASIHI, HIDUPLAH BERSAHABAT DENGAN ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 Juli 2024
2024-07-28 05:04:14

Yesaya 49-53

Card image
Truth Kids 27 Juli 2024 -KEKUATAN UNTUK SABAR
2024-07-27 14:25:45


Mazmur 27:14
”Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!”

Simson terkenal dengan kekuatannya yang luar biasa. Sayangnya, ia terbujuk oleh rayuan seorang perempuan bernama Delila. Rambut Simson yang tidak pernah kena pisau cukur, menjadi sumber kekuatannya. Dan karena ia memberitahukan rahasia kekuatannya, Delila menyampaikan hal itu kepada para prajurit Filistin dan mereka pun mencukur rambut Simson. Maka, hilanglah kekuatan yang dimiliki Simson. Orang Filistin menangkap Simson, bahkan mencungkil kedua matanya. Simson dibelenggu dengan dua rantai tembaga. Pekerjaan yang harus ia lakukan di penjara ialah menggiling.

Simson harus menerima akibat dari kesalahan yang ia perbuat. Ia harus bekerja di penjara dan diolok-olok karena tidak lagi memiliki kekuatan, tetapi rambutnya mulai tumbuh pula sesudah dicukur. Hingga suatu saat, berkumpullah raja-raja kota orang Filistin untuk perayaan kepada Dagon, allah mereka. Hati mereka girang karena merasa telah mengalahkan Simson. Simson dipanggil untuk melawak bagi mereka. Saat keluar dari penjara, Simson berseru kepada Tuhan untuk memberikan kekuatan sekali ini saja kepadanya. Kemudian Simson merangkul kedua tiang penyangga rumah itu sehingga rumah itu rubuh. Semua raja-raja kota dan orang banyak yang ada di dalamnya meninggal, termasuk ia sendiri.

Sobat Junior, kita harus berhati-hati saat membuat keputusan. Jangan sampai salah seperti Simson yang memberitahu rahasia kekuatannya kepada Delila. Saat harus menanggung akibat dari kesalahan yang kita perbuat, belajarlah untuk sabar. Kita mau menantikan Tuhan. Tuhan tidak akan meninggalkan kita, asalkan kita mau bertobat dari kesalahan yang kita perbuat. Memiliki keyakinan yang kuat pada janji Tuhan adalah bentuk dari kesabaran yang sejati.

Card image
Truth Junior 27 Juli 2024 - KEKUATAN UNTUK SABAR
2024-07-27 14:23:46


Mazmur 27:14
”Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!”

Simson terkenal dengan kekuatannya yang luar biasa. Sayangnya, ia terbujuk oleh rayuan seorang perempuan bernama Delila. Rambut Simson yang tidak pernah kena pisau cukur, menjadi sumber kekuatannya. Dan karena ia memberitahukan rahasia kekuatannya, Delila menyampaikan hal itu kepada para prajurit Filistin dan mereka pun mencukur rambut Simson. Maka, hilanglah kekuatan yang dimiliki Simson. Orang Filistin menangkap Simson, bahkan mencungkil kedua matanya. Simson dibelenggu dengan dua rantai tembaga. Pekerjaan yang harus ia lakukan di penjara ialah menggiling.

Simson harus menerima akibat dari kesalahan yang ia perbuat. Ia harus bekerja di penjara dan diolok-olok karena tidak lagi memiliki kekuatan, tetapi rambutnya mulai tumbuh pula sesudah dicukur. Hingga suatu saat, berkumpullah raja-raja kota orang Filistin untuk perayaan kepada Dagon, allah mereka. Hati mereka girang karena merasa telah mengalahkan Simson. Simson dipanggil untuk melawak bagi mereka. Saat keluar dari penjara, Simson berseru kepada Tuhan untuk memberikan kekuatan sekali ini saja kepadanya. Kemudian Simson merangkul kedua tiang penyangga rumah itu sehingga rumah itu rubuh. Semua raja-raja kota dan orang banyak yang ada di dalamnya meninggal, termasuk ia sendiri.

Sobat Junior, kita harus berhati-hati saat membuat keputusan. Jangan sampai salah seperti Simson yang memberitahu rahasia kekuatannya kepada Delila. Saat harus menanggung akibat dari kesalahan yang kita perbuat, belajarlah untuk sabar. Kita mau menantikan Tuhan. Tuhan tidak akan meninggalkan kita, asalkan kita mau bertobat dari kesalahan yang kita perbuat. Memiliki keyakinan yang kuat pada janji Tuhan adalah bentuk dari kesabaran yang sejati.

Card image
Truth Youth 27 Juli 2024 - CUT OFF TUHAN
2024-07-27 14:22:38


”Pelindung dan pembelaku, aku percaya kepada-Nya. Ia menolong dan menggirangkan hatiku, aku memuji Dia dengan lagu syukur.” (Mazmur 28:7)

Setiap kita pasti pernah, atau mungkin saat ini memiliki seorang sahabat yang sangat kita percayai. Bahkan, Alkitab juga mengatakan bahwa ada hubungan persahabatan yang karib melebihi seorang saudara (Ams. 18:24b). Sahabat dan teman memiliki pengertian yang hampir sama, tetapi mempunyai peran yang jauh berbeda. Kita bisa punya banyak teman, tapi belum tentu punya banyak sahabat. Biasanya, sahabat adalah orang yang memiliki hubungan emosional yang kuat dengan kita. Orang yang kita percayai, yang bisa menerima kekurangan dan kelebihan kita. Begitu juga sebaliknya, kita menerima dia apa adanya. Teman dan sahabat kedua-duanya memengaruhi attitude kita. Bedanya, sahabat memberikan pengaruh yang lebih besar karena ia mengetahui kepribadian kita. Tempat di mana kita berani mencurahkan isi hati karena kita menaruh kepercayaan kepadanya.

Teman-teman, dalam sebuah hubungan, pasti konflik termasuk dalam hubungan persahabatan. Kalau dalam hubungan saudara kandung saja kita bisa mengalami konflik, apalagi dalam hubungan persahabatan. Mungkin kita pernah dikhianati oleh sahabat kita sehingga bukan sesuatu yang mustahil jika itu menjadi konflik yang menggoyahkan rasa percaya yang telah lama kita bangun dengannya. Ada rasa ingin “cut off” persahabatan tersebut. Tetapi jika kita memilih merespons dengan benar, konflik tersebut justru adalah cara Tuhan untuk membentuk karakter dan membuat hubungan persahabatan kita menjadi lebih berkualitas. Dengan itu, ketulusan kita sebagai seorang sahabat akan teruji. Maukah kita memaafkannya? Maukah kita mempertahankannya? Jika persahabatan itu didasari kasih Kristus, kita pasti mampu untuk menerima dan merangkul kelemahan sahabat kita, bahkan mau saling membangun. Dari situlah kita mengenal serta belajar arti sebuah persahabatan yang sejati.

WHAT TO DO:
1.Fokus pada membangun diri sendiri dengan mengevaluasi setiap respons hidup kita sepanjang hari.
2.Berani mengakui kesalahan dan mau belajar memperbaikinya.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yesaya 41-43

Card image
Renungan Pagi - 27 Juli 2024
2024-07-27 13:47:18


Alkitab menyatakan bahwa orang yang bertahan sampai kesudahannya, dialah yang layak menerima mahkota kehidupan yang telah disediakan oleh Tuhan. Dan orang-orang yang bertahan sampai kesudahan dalam percobaan dan ujian adalah orang-orang yang setia mengasihi Tuhan.

"Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia."

Hidup setia mengasihi Tuhan memang tidak mudah, seringkali justru harus merasakan penderitaan, ujian dan pencobaan, tetapi hasil dari kesetiaan adalah damai sejahtera dan sukacita didalam Tuhan serta mahkota abadi yang tidak dapat diambil oleh siapapun dalam kekekalan.
(Yakobus 1:12)

Card image
Quote Of The Day - 27 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-27 13:16:01


Kita harus hidup suci, tak bercacat dan tak bercela, tetapi jangan menjadi moralis yang sok suci dan membuang orang-orang berdosa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-27 13:14:37


Jangan melawan Tuhan! Jujurlah dalam perkataan, jujurlah dengan hidup kita.

Card image
SPIRITUAL BLINDNESS - 27 Juli 2024 (English Version)
2024-07-27 13:13:09


Luke 19:41 states, "As he approached Jerusalem and saw the city, he wept over it and said, 'If you, even you, had only known on this day what would bring you peace—but now it is hidden from your eyes. For the day will come when your enemies will surround you with ramparts and surround you and crush you on all sides, and they will destroy you and your inhabitants, and in your walls they will not leave one stone left on top of another, for you do not know the moment when Allah will visit you."

This utterance of the Lord was made 40 years before Jerusalem was destroyed by General Titus of Rome. The Gospels say that there has never been suffering in Jerusalem as tragic as that. History records how old people, young people, children lay dead in the streets. This was done by the Roman Empire because some Jews wanted to incite a rebellion against Rome. The Temple, which had been previously damaged and rebuilt around 16 BC, was also destroyed. According to myth, there was gold beneath the Temple. Therefore, they not only demolished the Holy Temple, which was the center of unity of the Israelite people, they destroyed it so that the Israelites would have no national symbols or ties of nationalism, but they also dug up the foundations in the hope of finding gold.

Forty years before this event, with the divine gift of the Spirit from the Father, Jesus foresaw it and wept over it. It is rare to find a verse like this. Jesus wept over it. Then Jesus said, "If you, even you, had only known on this day what would bring you peace—but now it is hidden from your eyes." If the nation of Israel had understood what was necessary for their peace at that time and in the future, this disaster would never have occurred. "But now it is hidden from your eyes"—here, "eyes" does not refer to physical eyes, but rather to the eyes of the heart or understanding. How important eyes are. We who have normal eyes never imagine how tragic it is for those who do not have eyes or have eye problems; as if threatened with blindness.

But more important than physical eyes are the eyes of the heart. People without physical eyes have a difficult life, but it can be managed. If they still have ears or other senses. But if the eyes of the heart are dark, even if their physical eyes can “see,” their ears can hear, their senses are perfect, it is in vain. That is why Jesus said, “The eye is the lamp of the body. So if your eyes become dark, how dark will that darkness be!”. If someone is physically blind, he needs a cane and a dog to lead the way. And he is certainly aware of the physical blindness. But if the eyes of the heart, the spiritual eyes are dark, it is often not realized. That is the problem. Hence, the word of God says, "How cunning the heart is, more cunning than all things. His heart has turned to stone, who can tell?”

So, the phrase “If you, even you, had only known on this day what would bring you peace,” highlights that the inhabitants of Jerusalem did not understand what was needed for their peace. The Lord then emphasized, “But now it is hidden from your eyes.” Physical blindness can happen to sick people through a gradual process, from being able to see, to becoming blurry, very blurry, semi-dark, and finally, dark. It turns out that the eyes of our heart can also become like that if we do not take care of them. It does not become dark all at once; it is a process. Human evil is also like that. The same applies to holiness. Some people become more and more holy until they do not just refuse to sin but cannot sin, reaching the point of no return. Therefore, no one can make the excuse, “I didn’t understand, Lord, that it was wrong,” because it is they themselves who made themselves not understand; dark and blind.

Therefore, be careful. Do not be like the inhabitants of Jerusalem who did not understand what was needed for their peace. The eyes of their hearts were dark, to the point where they cried out: “Crucify Him! Crucify Him!” At that moment they were already at the point of no return. Do not let this happen in our lives. It is terrifying. So, do not go against God. We might say, “I do not go against God. I go to church. I go against evil people.” That may be true. But try to ask, are our daily steps from hour to hour, day to day, pleasing before God? So, we must learn how to be in the presence of God at all times.

WHAT IS MORE IMPORTANT THAN PHYSICAL EYES ARE THE EYES OF THE HEART.

Card image
BUTA ROHANI - 27 Juli 2024
2024-07-27 13:02:06


Lukas 19:41 menuliskan, “Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya: ‘Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau.“

Perkataan Tuhan ini diucapkan 40 tahun sebelum Yerusalem dihancurkan Jenderal Titus dari Roma. Yang di dalam Injil dikatakan bahwa tidak pernah ada penderitaan yang terjadi di Yerusalem setragis itu. Sejarah mencatat bagaimana orang tua, orang muda, anak-anak, mayatnya tergeletak di jalan-jalan. Hal itu dilakukan oleh kekaisaran Roma karena ada orang- orang Yahudi yang mau menyulut pemberontakan terhadap Roma. Bait Allah yang sudah pernah rusak, dan dibangun kembali sejak sekitar tahun 16 sebelum Masehi, ikut dirusak. Dan menurut mitos, di bawah bait Allah itu terdapat emas. Maka, mereka berusaha untuk bukan saja merubuhkan Bait Suci yang menjadi pusat persatuan bangsa Israel, mereka hancurkan supaya bangsa Israel tidak memiliki simbol kebangsaan atau ikatan nasionalisme, namun mereka juga menggali fondasi dengan harapan akan memperoleh emas.

40 tahun sebelum peristiwa itu, tentu dengan marifat karunia Roh dari Bapa, Yesus melihat peristiwa tersebut dan menangisinya. Jarang kita menemukan ayat seperti ini. Yesus menangisinya. Lalu Yesus berkata, “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.” Seandainya bangsa Israel mengerti apa yang perlu untuk damai sejahtera hidup mereka saat itu dan saat-saat yang akan datang, maka bencana itu tidak akan pernah terjadi. “Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu,” maksud kata “mata” di sini bukan mata jasmani, melainkan mata hati atau pengertian. Betapa pentingnya mata. Kita yang memiliki mata normal, tidak pernah membayangkan betapa tragisnya orang yang tidak punya mata atau yang bermasalah dengan matanya; seperti terancam buta.

Tetapi, yang lebih penting dari mata jasmani adalah mata hati. Orang tidak punya mata jasmani, sulit hidup, tapi bisa ditanggulangi. Kalau masih punya telinga atau punya indra lain. Tapi kalau mata hati gelap, biarpun mata jasmaninya “melek,” telinganya bisa mendengar, indranya sempurna, percuma. Itulah sebabnya Yesus berkata, “Mata adalah pelita tubuh. Jadi kalau matamu menjadi gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.” Kalau mata seseorang buta, dia perlu tongkat dan anjing untuk memimpin jalannya. Dan dia tentu menyadari kebutaan mata jasmaninya. Tapi kalau mata hati, mata rohani gelap, sering tidak disadari. Itu masalahnya. Makanya firman Tuhan mengatakan, “Betapa liciknya hati, lebih licik dari segala sesuatu. Hatinya sudah membatu, siapa yang bisa memberitahu?”

Jadi kalimat “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu,” tetapi penduduk Yerusalem sudah tidak mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteranya. Dan Tuhan kemudian menegaskan, “Sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.” Kebutaan mata jasmani bisa terjadi atas orang-orang sakit yang prosesnya bertahap. Dari bisa melihat, mulai buram, sangat buram, setengah gelap, sampai gelap. Ternyata mata hati kita juga bisa begitu, kalau kita tidak menjaganya. Jadi, tidak sekaligus jadi gelap; lewat proses. Kejahatan manusia itu juga begitu. Sama dengan kesucian. Ada orang yang makin suci, makin suci, makin suci, sampai bukan tidak mau berbuat dosa; tapi tidak bisa berbuat dosa. Sampai yang namanya point of no return; titik tidak balik. Jadi tidak ada orang bisa beralasan, “Saya tidak mengerti, Tuhan, kalau itu salah” sebab dirinya sendiri yang membuat dirinya tidak mengerti; gelap dan buta.

Oleh sebab itu, hati-hatilah. Jangan seperti penduduk Yerusalem yang tidak mengerti apa yang perlu untuk damai sejahtera mereka. Mata hati mereka gelap, yang sampai titik tertentu mereka berseru: “Salibkan Dia! Salibkan Dia!” Saat itu mereka sudah ada di titik tidak balik. Jangan sampai hal ini terjadi atas hidup kita. Mengerikan. Maka, jangan melawan Tuhan. Mungkin kita berkata, “Saya tidak melawan Tuhan. Saya ke gereja. Saya melawan orang jahat.” Tentu bisa saja. Tapi coba tanyakan, apakah langkah hidup kita dari jam ke jam, hari ke hari, berkenan di hadapan Tuhan? Maka, kita harus belajar untuk bagaimana ada di hadirat Tuhan setiap saat.

Tuhan Yesus memberkati

Pdt. Dr. Erastus Sabdono

YANG LEBIH PENTING DARI MATA JASMANI ADALAH MATA HATI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 Juli 2024
2024-07-27 08:14:03

2 Raja-raja 19
Mazmur 46, 80, 135

Card image
Truth Kids 26 Juli 2024 - BERPEGANG PADA KEBENARAN
2024-07-26 20:32:13


2 Timotius 1:13
”Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus.”

John sedang menonton atraksi berbahaya, seorang profesional (orang yang terlatih) melintasi dua gedung tinggi. Cara melintasi dua gedung itu sangat unik, bukan dengan berjalan kaki di atas jembatan melainkan dengan berpegangan pada seutas kawat besi yang menghubungkan dua gedung tersebut. Atlet tersebut berusaha tetap berpegangan erat ke kawat besi tersebut. Terkadang ia merasa lelah dan hampir melepaskan pegangannya, tetapi ia harus terus berusaha untuk berpegangan erat supaya tidak terjatuh. Hingga akhirnya, ia tiba di sisi gedung dan semua penonton bertepuk tangan.

Sobat Kids, berpegang pada kebenaran menunjukkan kesetiaan kita kepada Tuhan, dan itu membutuhkan kesabaran. Kadang-kadang, kita mungkin merasa sulit untuk tetap setia pada kebenaran, terutama saat menghadapi godaan atau tekanan dari teman-teman. Namun, dengan bersabar dan terus percaya pada Tuhan, kita menunjukkan bahwa kita setia kepada-Nya. Jadi, setiap kali kamu merasa tergoda untuk menyerah, ingatlah untuk tetap berpegang pada kebenaran dan berdoa agar Tuhan memberikan kesabaran. Tuhan selalu mendampingi kita, Sobat Kids! Tetaplah setia dan sabar dalam setiap langkahmu.

Card image
Truth Junior 26 Juli 2024 - KASIH DAN SABAR
2024-07-26 20:29:49


2 Timotius 1:13
”Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus.”

Dua hal ini, tidak bisa dipisahkan, Sobat Junior: kasih dan sabar. Pernahkah kalian melihat orang tua yang dengan tetap tenang mengasuh dan merawat anak bayi yang sedang marah-marah, menangis di tengah jalan, memukul-mukul, berteriak, membuat kekacauan? Mungkin adik kalian juga pernah seperti itu, ya? Orang tua tetap dengan kasih dan sabar menanggapi dan menenangkan anak bayinya yang bersikap heboh sampai menarik perhatian. Kesabaran itu datangnya dari kasih, Sobat Junior.

Sama halnya kalau kita mau mengasihi Tuhan, maka kita juga harus belajar sabar. Misalnya saat ada teman yang mengajak kita bertengkar, kita harus tetap tenang dan sabar, tidak terpancing emosi sehingga salah bertindak. Landasan kita bersikap sabar adalah karena kita mengasihi Tuhan dan orang tua kita, supaya kita tidak terjerat masalah yang dapat merepotkan mereka. Kalau kita gagal dalam bersabar sehingga kita melakukan sesuatu yang menimbulkan masalah, tidak hanya kita yang sedih dan menyesal, tapi orang tua kita juga akan berdukacita. Terlebih lagi, hati Tuhan. Buktikan cinta kasih kita kepada orang yang kita kasihi, terutama untuk Tuhan, dengan selalu belajar bersabar dalam apa pun.

Card image
Truth Youth 26 Juli 2024 (English Version) - SHELTER IN GOD’S FAITHFULNESS
2024-07-26 20:27:32


"My mouth is filled with your praise, declaring your splendor all day long." (Psalm 71:8)

Psalm 71:8 teaches us to fill our mouths with praise to the Lord all day long. This is not just about uttering words, but about a heart attitude of gratitude and hopefulness. When we praise the Lord, we acknowledge His continuous glory that is present in our lives, whether through words, actions, or even thoughts. In every circumstance, whether joyful or sad, we can find shelter in the glory of the Lord. When we feel weak, God is our strength; when we are confused, He is our guide; when we are sorrowful, He is our comfort. The glory of the Lord gives us certainty and peace amidst the uncertainties of this world.

Choosing to fill our mouths with praise to the Lord allows us to experience His presence in our lives. Through this, we can find true joy that is not dependent on our circumstances. When we face difficulties or confusion, praising the Lord can be our strength. Praise is not just an expression of gratitude but also an expression of our trust in a God who is always present and faithful. When we encounter hardships, remembering the glory of the Lord can change our perspective and bring true joy. Remember, giving thanks in difficult times is also a form of praise. Let us continue to praise the Lord in all situations, for He deserves all honor and glory.

WHAT TO DO:
1. Give thanks.
2. Learn sincerity.
3. Depend on God.

BIBLE MARATHON:
- Isaiah 38-40

Card image
Truth Youth 26 Juli 2024 - SHELTER IN GOD’S FAITHFULNESS
2024-07-26 20:22:24


”Mulutku penuh dengan puji-pujian kepada-Mu, dengan penghormatan kepada-Mu sepanjang hari.” (Mazmur 71:8)

Mazmur 71:8 mengajarkan kita untuk mengisi mulut kita dengan pujian kepada Tuhan sepanjang hari. Ini bukan hanya tentang mengucapkan kata-kata, melainkan tentang sikap hati yang bersyukur dan penuh pengharapan. Ketika kita memuji Tuhan, kita mengakui kemuliaan-Nya yang terus-menerus hadir dalam hidup kita, baik itu melalui perkataan, tindakan, bahkan pikiran sekalipun. Dalam keadaan apa pun, baik senang maupun sedih, kita bisa mencari perlindungan dalam kemuliaan Tuhan. Saat kita merasa lemah, Tuhan adalah kekuatan kita; saat kita bingung, Dia adalah petunjuk kita; saat kita sedih, Dia adalah penghiburan kita. Kemuliaan Tuhan memberi kita kepastian dan ketenangan di tengah-tengah ketidakpastian dunia ini.

Ketika kita memilih untuk mengisi mulut kita dengan pujian kepada Tuhan, maka kita meresapi kehadiran-Nya dalam hidup kita. Dengan begitu, kita dapat menemukan sukacita yang sejati, tidak bergantung pada situasi atau kondisi kita. Ketika kita mengalami kesulitan atau kebingungan, mengucap pujian kepada Tuhan bisa menjadi kekuatan kita. Pujian bukan hanya ekspresi terima kasih, tapi juga ungkapan kepercayaan kita pada Tuhan yang senantiasa hadir dan setia. Saat kita mengalami kesulitan, mengingat kemuliaan Tuhan dapat mengubah perspektif kita dan membawa sukacita yang sejati. Jangan lupa kalau bersyukur pada saat sulit adalah bentuk puji-pujian juga. Mari terus memuji Tuhan dalam segala situasi, karena Dia layak menerima segala hormat dan kemuliaan.

WHAT TO DO:
1.Mengucap syukur
2.Belajar tulus
3.Mengandalkan Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yesaya 38-40

Card image
Renungan Pagi - 26 Juli 2024
2024-07-26 20:19:38


Menjadi saksi Kristus adalah bagian dari tugas kita sebagai orang percaya dalam hidup sehari-hari. Apakah kita telah disembuhkan dari sakit, dilepaskan dari ikatan dosa dan kuasa gelap, diberi jalan keluar dari masalah yang menghimpit, seharusnya pengalaman bersama Tuhan itu menjadi kesaksian hidup. Jangan pernah ragu menceritakan kasih, kuasa dan kebaikan Tuhan yang telah dialami, bukan untuk kesombongan, tetapi supaya mereka tertarik untuk mengenal Tuhan dan mengalami hal yang luar biasa juga bersama Tuhan.

Banyak orang percaya menghindar menjadi saksi bagi keluarga terdekat, teman-teman kantor, tetangga dan banyak orang disekitar karena takut, merasa tidak hafal ayat Alkitab, atau setelah hidup menjadi anak Tuhan, hidupnya sendiri tidak berubah. Itu sebabnya, pengalaman bersama Tuhan seharusnya mengubah hidup kita lebih dulu, baru kemudian dapat menjadi saksi Tuhan yang hidup.

Firman Tuhan mengingatkan; "kamu inilah saksi-saksi-Ku", demikianlah firman TUHAN, "dan hamba-Ku yang telah Ku-pilih, supaya kamu tahu dan percaya kepada-Ku dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia. Sebelum Aku tidak ada yang lain dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi." Kita semua adalah saksi-saksi Tuhan yang harus memperkenalkan nama Allah yang hidup itu.
(Yesaya 43:10)

Card image
Quote Of The Day - 26 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-26 19:14:10


Orang yang bisa memberi tanpa menuntut adalah orang yang bertumbuh dalam kedewasaan rohani.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 26 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-26 19:12:13


Mengubah manusia berarti mengubah karakter orang itu untuk sebisa mungkin presisi dengan rancangan yang Tuhan berikan.

Card image
THE BIGGEST TEMPTATION - 26 Juli 2024 (English Version)
2024-07-26 19:10:13


Generally, the biggest temptation in our lives is to center on self without we realize it. We must remember that the process of maturation or perfection lasts until we die. The process of maturation, the process of perfection is the process of becoming in the image and likeness of God, the process of taking on the divine nature, the process of sharing in God's holiness, the process of being perfect like the Father or like Jesus. This process must not stop. The devil deceives the children of God with worldly dreams. Those who have not graduated from seminary already dream of becoming a shepherd. So when they become a worker, they dream of being a shepherd. Happy to get a small mission post, develop it into a church, and then become a shepherd. If not eventually appointed as a shepherd at the mission post, they leave the main pastorate to quickly become a shepherd.

Without realizing it, we forget that the first thing we should build is ourselves. How do we truly become men of God, filled with God, becoming people according to God's purpose in creating us. That should be our goal, nothing else. This becomes a camouflage, how to satisfy the desires of the flesh, the desires of the eyes, and the pride of life. These carnal desires include culinary and sex. Sex, especially. This, of course, has great social sanctions. So, it can be avoided. The desires of the eyes is to covet possessions or things that others have. As for the pride of life, it talks about position, self-esteem. Once a position is achieved, it brings facilities that can satisfy the desire of the eyes. If the desire of the eyes is satisfied, one has power and can satisfy the desires of the flesh.

And what is terrifying is that God is silent. It seems that God is not disturbed when we live not as God desires. So what we now have to struggle with is how we develop to become men of God, truly become people who are blameless, spotless, truly becoming holy in our entire lives. Every word, thought, feeling, and action must be precise; must be exactly as God wants. That is holiness. Holiness is not just a state of being innocent or in a state of innocence. In other religions, because they do not commit violations, they are considered holy. But in Christianity, holiness is action. God brings us through one issue after another, one struggle after another, which makes us act, make decisions, and do something. And what we do must be precise, exactly as God wants.

When we are oppressed, poor, weak, at our lowest point, how do we respond? The first response is in our thoughts and feelings. Complaining, anger, disappointment, can be expressed in actions. If not expressed in the near future, it will appear at some point. Maybe right now, no one sees it. Just watching and smiling is already an act. It has become behavior in the eyes of God.

We cannot expect our environment to be in good condition. We must strive to be in good standing in the eyes of God. The environment will not be good. Therefore, we now need to be more theocentric. In the past, we were anthropocentric and egocentric. When we focus on the process of self-maturation, oriented towards self-development to achieve perfection, we will then make humans the object of our service, not things. Not activities with their derivatives, positions with their derivatives, or church facilities with their derivatives. We should have only one thought: how to become a beloved child of God, how to please His heart through precise actions. God is not pleased merely because we are without fault. Because for believers, the standard is to be perfect like the Father (Matthew 5:48), and pleasing to God (2 Corinthians 5:9-10).

How can we please God's heart? Of course, it must be in the dynamics of life; making decisions, taking action. Our actions must be precise; exactly as God wants. When insulted by people, how do we respond? Conversely, when we are honored, how do we respond? When we have a lot of money, when we have nothing. When at the dining table, when chatting at the table, in a cafe, drinking coffee, meeting friends, every word we say, every action, is it precise? When we see people in need, how do we react? So now, the important thing is, we must correct our feelings, thoughts, words, actions, speech to always be precise. Christians must not miss, must be exact. And we must struggle with this seriously, and this struggle lasts our entire lives.

GENERALLY, THE BIGGEST TEMPTATION IN OUR LIVES IS TO TO CENTER ON SELF WITHOUT WE REALIZE IT.

Card image
GODAAN TERBESAR - 26 Juli 2024
2024-07-26 19:07:38


Pada umumnya, godaan terbesar dalam kehidupan kita adalah berpusat pada diri sendiri tanpa kita sadari. Kita harus ingat bahwa proses pendewasaan atau proses kesempurnaan itu berlangsung sampai kita meninggal dunia. Proses pendewasaan, proses penyempurnaan atau kesempurnaan adalah proses menjadi segambar dan serupa dengan Allah, proses mengenakan kodrat ilahi, proses mengambil bagian dalam kekudusan Allah, proses sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Jangan sampai proses ini berhenti. Setan menipu anak-anak Allah dengan mimpi duniawi. Yang belum lulus STT, mimpinya sudah jadi gembala. Jadi pada waktu ia menjadi pengerja, mimpi jadi gembala. Senang untuk mendapat pos PI walaupun kecil, dikembangkan jadi gereja, lalu jadi gembala. Kalau tidak kunjung diangkat jadi gembala di pos PI, keluar dari gembala induk supaya cepat menjadi gembala.

Tanpa disadari, kita lupa bahwa mestinya yang pertama kita bangun adalah diri kita sendiri. Bagaimana kita benar-benar menjadi manusia Allah, dipenuhi oleh Allah, menjadi manusia yang sesuai dengan maksud Allah menciptakan manusia ini. Yang harus menjadi tujuan kita, jangan yang lain. Ini menjadi kamuflase, bagaimana memuaskan keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup. Keinginan daging ini meliputi kuliner dan seks. Seks, terutama. Ini tentu akan memiliki sanksi sosial yang besar. Maka dihindari, bisa. Keinginan mata itu mengingini milik atau barang yang orang lain punya. Sedangkan keangkuhan hidup, ini bicara posisi, harga diri. Kalau posisi sudah didapat, di dalamnya memperoleh fasilitas, baru bisa memuaskan keinginan mata. Kalau keinginan mata bisa dipuaskan, dia berkuasa, dia bisa memuaskan keinginan daging.

Dan yang mengerikan adalah Allah diam. Seakan-akan Allah tidak terganggu pada waktu kita hidup tidak tepat seperti yang Allah inginkan. Jadi yang sekarang kita harus gumuli adalah bagaimana kita memiliki perkembangan untuk menjadi manusia Allah, benar-benar menjadi orang yang tidak bercacat, tidak bercela, benar-benar menjadi kudus di dalam seluruh hidup kita. Setiap perkataan, gerak pikiran, perasaan, dan perbuatan kita harus presisi; harus tepat seperti yang Allah kehendaki. Itulah kesucian. Kesucian bukan hanya keadaan tidak bersalah atau keadaan dalam ketidakbersalahan. Kalau di agama-agama, begitu; karena tidak melakukan pelanggaran, maka suci. Tetapi di dalam kekristenan, kesucian itu tindakan. Tuhan membawa kita kepada persoalan demi persoalan, pergumulan demi pergumulan yang membuat kita harus bertindak, harus mengambil keputusan, harus melakukan sesuatu. Dan yang kita lakukan itu harus presisi, harus tepat seperti yang Allah kehendaki.

Pada waktu kita dalam keadaan tertindas, miskin, lemah, di titik terendah, bagaimana kita merespons? Respons pertama ada di pikiran dan perasaan kita. Mengeluh, marah, kecewa, dan akan bisa terekspresi dalam perbuatan. Kalau tidak terekspresi dalam waktu dekat, itu dalam waktu tertentu akan muncul. Mungkin saat ini tidak ada orang yang lihat. Dia hanya melihat saja lalu senyum, sudah bermain. Sudah jadi perilaku di mata Allah.

Kita tidak bisa mengharapkan keadaan lingkungan kita baik-baik. Kita yang berusaha keadaan kita baik-baik di mata Allah. Lingkungan tidak akan baik. Jadi, kita sekarang harus lebih ke teosentris. Kalau dulu kita antroposentris, egosentris. Ketika kita berpusat pada proses pendewasaan diri, berorientasi pada pembinaan diri bagaimana mencapai kesempurnaan, maka nanti kita akan menjadikan objek pelayanan kita itu manusia, bukan benda. Bukan aktivitas dengan turunannya, posisi dengan turunannya, sarana gereja dengan turunannya. Mestinya kita punya pikiran hanya satu saja: bagaimana menjadi anak kesukaan Allah, bagaimana menyenangkan hati-Nya melalui tindakan-tindakan yang presisi. Allah tidak disukakan, tidak digirangkan hanya dengan keadaan kita tidak bersalah. Karena untuk orang percaya itu standarnya sempurna seperti Bapa (Mat. 5:48), dan berkenan kepada Allah (2 Kor. 5:9-10).

Bagaimana kita bisa menyenangkan hati Allah? Tentu harus ada dalam dinamika hidup; mengambil keputusan, harus bertindak. Tindakan-tindakan kita itu presisi; tepat seperti yang Allah kehendaki. Waktu dihina orang, bagaimana respons kita? Sebaliknya, waktu kita dihormati, bagaimana respons kita? Waktu banyak uang, waktu tidak punya apa-apa. Pada waktu ada di meja makan, pada waktu mengobrol di meja, di kafe, minum kopi, ketemu teman-teman, setiap kata yang kita ucapkan, setiap tindakan presisi, tidak? Ketika kita melihat orang yang berkekurangan, bagaimana reaksi kita?Jadi sekarang yang penting, kita harus membenahi perasaan, pikiran, perkataan, tindakan, ucapan agar selalu presisi. Orang Kristen itu tidak boleh meleset, harus tepat. Dan ini harus kita gumuli dengan serius, dan pergumulan ini sepanjang umur hidup kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PADA UMUMNYA, GODAAN TERBESAR DALAM KEHIDUPAN KITA ADALAH BERPUSAT PADA DIRI SENDIRI TANPA KITA SADARI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 Juli 2024
2024-07-26 19:04:18

Yesaya 44-48

Card image
Truth Kids 25 Juli 2024 - SABAR DAN TAHAN UJI
2024-07-25 12:59:20


1 Petrus 1:15
”tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,”

Sobat Kids, ketika sedang menghadapi kesulitan tetapi kita menunjukkan sikap sabar dan tahan uji, itu adalah bukti kasih kita kepada Allah. Saat kita sabar, kita menunjukkan bahwa kita percaya dan bergantung pada Tuhan dalam segala situasi. Kesabaran adalah salah satu karakter penting yang harus kita miliki. Sejak awal bulan ini, kita belajar tentang buah Roh kesabaran. Menurut kalian, bagaimana level kesabaran kalian sekarang ini? Apakah kalian sudah menjadi lebih sabar?

Ujian dalam hidup ini tidak akan berakhir. Selama kita hidup, kita akan mengalami ujian atau tes. Mengapa? Karena Tuhan mau kita terus naik level; tidak puas dengan kondisi baik-baik saja, tetapi harus berusaha untuk lebih baik lagi setiap harinya. Sama seperti kalian di sekolah ataupun main games, pasti ada naik level atau naik kelas, kita pun mau naik level dalam kehidupan rohani. Kita harus tahan uji terhadap ujian yang bisa datang kapan saja dalam hidup ini. Kita mau terus berjuang untuk hidup kudus di hadapan Tuhan.

Jadi, setiap kali kamu merasa kesulitan atau sedang diuji, ingatlah untuk tetap sabar. Dengan begitu, kita menunjukkan bahwa kita adalah anak-anak Allah yang setia dan penuh kasih. Tuhan selalu ada membantu kita melewati setiap tantangan. Tetap sabar dan semangat, Sobat Kids!

Card image
Truth Junior 25 Juli 2024 - KOKOH
2024-07-25 12:56:58


1 Petrus 1:15
”tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,”

Sobat Junior, tahukah kalian bagaimana proses pembuatan sebuah pedang? Pedang terbuat dari besi yang harus mengalami penempaan; pukulan terus-menerus dari alat yang keras seperti palu. Tentu saja, tidak enak saat proses pemukulan itu dilakukan. Tapi karena besi berhasil bertahan, tidak seperti kayu yang kalau dipukul terus-menerus bisa hancur, jadilah ia sebuah pedang yang berguna dan dipandang barang berharga.

Segala sesuatu yang tahan uji, tahan ketika diproses, akan menjadi sesuatu yang bernilai. Begitu juga dengan hidup kita yang penuh dengan tantangan, ujian, cobaan, masalah, Sobat Junior. Walaupun kalian masih kecil, tapi pasti kalian pernah mengalami yang namanya masalah. Misalnya dimusuhi atau dijauhi teman, dimarahi orang tua atau guru, dikecewakan sahabat kalian, dsb. Semua peristiwa dalam hidup kita mengandung maksud baik dan mulia dari Tuhan. Kalau kita berusaha tetap bersabar dan tahan uji, pasti kita akan mendapatkan kemuliaan yang tiada taranya. Perjuangan kita tidak akan sia-sia. Percayalah, Sobat Junior, kalau kita belajar sabar, pasti ada mahkota indah menanti di akhir hidup kita.

Card image
Truth Youth 25 Juli 2024 (English Version) - OVERCOMING OBSTACLES
2024-07-25 12:54:46


"And you will call upon me and come and pray to me, and I will hear you." (Jeremiah 29:12)

When the nation of Israel was exiled to Babylon, far from their homeland and faced with various obstacles, through the prophet Jeremiah, God conveyed His extraordinary promise: "For I know the plans I have for you" and "to give you a future and a hope." This serves as a reminder that behind every obstacle, there is a plan of God filled with peace and prosperity for us. Often, we encounter obstacles in our personal growth that feel daunting and discouraging. However, through today's reflection, we are invited to adopt a different perspective.

Firstly, believe that God has a good plan for us. His plan is not to harm us but to bring goodness and a future filled with hope. Even if we fall, we will not be cast down (Psalm 37:24). Secondly, we need to seek God earnestly. Prayer to God is the key to unlocking His perfect plan. Thirdly, we must act in faith. Our faith in God is not just intellectual acceptance but also empowers us to move forward, despite facing various obstacles. Fourthly, we should always be thankful to God in all situations. Thanking God helps us to maintain joy and hope, even in difficult times.

Therefore, let us open our hearts together and accept God's plan of peace and prosperity for our lives. By trusting in God, seeking Him earnestly, acting in faith, and always being thankful, we can overcome the obstacles that hinder us. Through these actions, our character is also invited to grow in pleasing Him continually. Remember, God is always with us, and He has the power to transform us, if only we are willing to be continually guided by Him.

WHAT TO DO:
Learn to surrender everything to God and place your hope in Him in the midst of situations that may seem difficult.

BIBLE MARATHON:
- Isaiah 35-37

Card image
Truth Youth 25 Juli 2024 - MENGATASI RINTANGAN
2024-07-25 12:29:57


”Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu” (Yeremia 29:12)

Ketika bangsa Israel diasingkan ke Babel, jauh dari tanah air mereka dan mengalami berbagai rintangan, melalui nabi Yeremia, Tuhan menyampaikan janji-Nya yang luar biasa, yakni “mengetahui rancangan-rancangan mengenai kamu” dan “memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” Ini dapat menjadi pengingat bahwa di balik setiap rintangan yang ada, terdapat rencana Allah yang penuh damai sejahtera bagi kita. Sering kali kita menghadapi rintangan dalam pertumbuhan pribadi, dan terasa menghambat serta membuat kita putus asa. Namun, melalui renungan hari ini, kita diajak untuk memiliki perspektif yang berbeda.

Pertama, percayalah bahwa Allah memiliki rencana yang baik bagi kita. Rencana-Nya bukan untuk menjatuhkan kita, melainkan untuk mendatangkan kebaikan dan masa depan yang penuh harapan. Kalaupun kita jatuh, tidak akan sampai tergeletak (Mzm. 37:24). Kedua, kita perlu mencari Allah dengan sungguh-sungguh. Berdoa kepada Allah merupakan kunci untuk membukakan rencana-Nya yang sempurna. Ketiga, kita harus bertindak dengan iman. Iman kita kepada Allah bukan sekadar penerimaan akal, melainkan juga memampukan kita melangkah maju, meskipun dihadapkan dengan berbagai rintangan. Keempat, kita harus selalu bersyukur kepada Allah dalam segala situasi. Bersyukur kepada Allah membantu kita untuk tetap memiliki sukacita dan pengharapan, bahkan di saat-saat yang sulit.

Untuk itu, marilah kita bersama-sama membuka hati dan menerima rencana damai sejahtera Allah bagi hidup kita. Dengan percaya kepada Allah, mencari Dia dengan sungguh-sungguh, bertindak dengan iman, dan selalu bersyukur, kita dapat mengatasi rintangan yang menghalangi kita. Melalui hal tersebut juga, pribadi kita diajak bertumbuh untuk selalu berkenan di hadapan-Nya. Ingatlah, Allah selalu bersama kita, dan Dia memiliki kuasa untuk mengubah kita, asal kita mau dituntun terus oleh-Nya.

WHAT TO DO:
Belajar untuk menyerahkan segala sesuatu kepada Allah dan menaruh pengharapan kepada Allah di tengah situasi yang mungkin menurut kita sulit.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yesaya 35-37

Card image
Renungan Pagi - 25 Juli 2024
2024-07-25 12:27:07


Jika beribadah dengan hati yang bersyukur, maka akan memberikan keuntungan yang besar, sebab kita belajar mencukupkan diri dalam segala berkat Tuhan, jadi bukan hanya bersyukur atas apa saja yang Tuhan berikan tetapi juga mendapatkan pelajaran dan tuntunan untuk hidup berkenan kepada Tuhan. Berbeda dengan orang-orang yang menjadikan ibadah sebagai keuntungan bagi dirinya, mereka bukanlah orang-orang yang diberkati Tuhan, tetapi menjadi sumber masalah didalam rumah ibadah dan pekerjaan Tuhan.

Ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga, percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan. Seperti inilah karakter orang-orang yang menjadikan ibadah itu sumber keuntungan bagi dirinya sendiri.

"Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar." Jadi ibadah itu akan mendatangkan berkat, keuntungan besar dalam hidup kita, ketika sudah merasa cukup, bersyukur atas segala berkat yang sudah Tuhan berikan.

Karena ibadah seperti ini akan mempengaruhi pribadi seseorang, orang-orang yang beribadah bukanlah orang-orang yang mengasihani diri, tawar hati, kecewa dan menghalalkan segala cara untuk menyenangkan dirinya sendiri, tetapi menjadi pribadi yang menyenangkan, membawa damai, ramah, penuh kasih dan pasti menjadi berkat.
(1 Timotius 6:4-6)

Card image
Quote Of The Day - 25 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-25 12:24:56


Seorang pemburu Tuhan yang memiliki kepekaan akan mengerti kehadiran Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 25 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-25 12:23:52


Ketika kita punya perasaan krisis, maka pelayanan kita akan fokus taktis dan betul-betul memiliki proyeksi yang jelas, yaitu mengubah manusia.

Card image
BOREDOM - 25 Juli 2024 (English Version)
2024-07-25 07:20:00


We must acknowledge that there are times when we experience boredom in ministry, but we do not realize it; whether as a synod leader, pastor, activist, or any other position. We go through everything because it has become our duty, a position we have already taken on. Eventually, our journey as believers, as children of God, or as servants of the Lord becomes sluggish. And it certainly slows down. The Word of God says, “Never be lacking in zeal.” There is a word "spido" which means speed. We must not get trapped in a state of lethargy due to unnoticed boredom. This can go on for a long time and become the rhythm of life, the rhythm of ministry, without us realizing it.

The danger of becoming sluggish is this: first, he will definitely seek worldly pleasures. There is always an opportunity and means for this; in any form. Even within the church, worldly pleasure can take place. Ministry becomes a worldly pleasure, worldly pride. Second, sin. It may not be moral sin. It could be hidden pride, insincerity, an impure heart, and so on. Essentially, the character of Christ does not grow. As a result, many churches continue their ministries with all their activities, but they do not direct the ministry towards the right goal. Their pride blinds their understanding.

People like this do not experience an encounter with God. They encounter theology and can be engrossed in it. So the God they understand is real, like a hologram; real but in fantasy. They can formulate it so meticulously, explain it so detailed. They can argue so firmly. But it is a hologram, not meeting the Lord directly. No matter how great a theologian one becomes, no matter how many congregants a pastor has, if the fruit of their life is not the fruit of the Holy Spirit, they have surely not met the Lord. But ultimately, if we learn the truth of the Word, we will find the pinnacle of spiritual maturity, which is unity with Christ. So we reach the level: "I desire You alone." Our life's fruit will be evident as someone who truly does not love the world, does not seek self-worth. Inevitably.

However, do not be surprised if there are people who slander, bully, or threaten us. In this matter, only God can help us. Without God, we cannot be whole as we are today. But such conditions bring us to a hidden competition, disguised competition: who finds the true God. If the God worshiped by Abraham, Isaac, and Jacob is the living God, let us find Him. From this, we seek the Lord. Therefore, so we do not become sluggish from boredom, this is what we have to look for.

First, an encounter with the Lord. Second, change. Our ministry urges people to experience an encounter with the Lord. The congregation must be guided to experience an encounter with the Lord. However, the spirit to experience an encounter with the Lord will not be transferred if we as pastors do not experience an encounter with the Lord. In fact, when someone does not experience an encounter with the Lord, what exists is pride. Teaching can make people smart, but not necessarily humble. The theory of humility can be taught, but it cannot be borne without an encounter with the Lord.

At the brink of death, without a head pastor, without a minister, without a companion, every member of the congregation can meet the Lord. This is what is important. We cannot share the longing to meet the Lord if we ourselves do not meet Him. There is a kind of frequency we can emit, which cannot be expressed in words, nor analyzed by the mind, which is the frequency of longing or thirst to find God in a personal encounter. For God cannot be limited; God cannot be bound by any knowledge or reason. This does not diminish theology, but one must have an encounter with the Lord.

An encounter with the Lord keeps us from becoming weary; on the contrary, we will be enthusiastic. But this enthusiasm will not be recognized by someone who has not experienced an encounter with the Lord. No matter how smart or great a person is, he will not be able to understand. This is a frequency that cannot be read by knowledge, nor analyzed. Ultimately, what is needed is not the head pastor or anyone else, but rather to meet the Lord personally.

DO NOT LET US GET TRAPPED IN A STATE OF LETHARGY DUE TO UNNOTICED BOREDOM.

Card image
KEJENUHAN - 25 Juli 2024
2024-07-25 07:17:36


Harus diakui, ada masa atau saat kita mengalami kejenuhan dalam pelayanan, tetapi itu tidak kita sadari; baik sebagai ketua sinode, gembala sidang, aktivis atau jabatan apa pun. Semua kita jalani karena memang tugas yang sudah terlanjur kita sandang, jabatan yang terlanjur kita pikul. Akhirnya perjalanan hidup kita sebagai orang percaya, sebagai anak-anak Allah atau sebagai pelayan Tuhan, menjadi lesu. Dan pasti kecepatannya melambat. Firman Tuhan mengatakan, “Janganlah kerajinanmu kendor.” Ada kata spido yang berarti kecepatan. Jangan sampai kita terjebak dalam keadaan kelesuan karena jenuh yang tidak disadari. Dan itu bisa berkepanjangan sampai menjadi irama hidup, irama pelayanan, tanpa disadari. Ini adalah bahayanya kalau orang sudah lesu, yaitu: yang pertama, dia pasti mencari kesenangan dunia. Dan selalu saja ada kesempatan dan sarana untuk itu; apa pun bentuknya. Sampai pada kesenangan dunia di dalam gereja. Pelayanan menjadi kesenangan duniawi, kebanggaan duniawi. Yang kedua, dosa. Mungkin bukan dosa moral. Bisa juga kesombongan yang terselubung, ketidaktulusan, hati yang tidak murni, dan lain sebagainya. Intinya, karakter Kristus tidak bertumbuh. Akhirnya, tidak sedikit gereja yang tetap menggulirkan pelayanannya dengan segala aktivitas, tetapi sebenarnya dia tidak menjuruskan pelayanan itu pada tujuan yang benar. Kesombongannya membutakan mata pengertiannya.

Orang seperti ini tidak mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Dia mengalami perjumpaan dengan teologi, dan dia bisa asyik di situ. Jadi Tuhan yang dia pahami itu nyata, secara hologram; nyata tapi secara fantasi. Karena dia bisa merumuskan begitu teliti, bisa menjelaskan begitu detail. Dia bisa berargumentasi begitu kokoh. Tapi hologram, tidak bertemu Tuhan secara langsung. Menjadi seorang teolog hebat bagaimanapun, seorang pendeta dengan jumlah jemaat seberapa banyak pun, kalau buah hidupnya bukan buah Roh Kudus, pasti ia belum bertemu Tuhan. Tapi pada akhirnya kalau kita belajar kebenaran firman, maka kita akan menemukan puncak kedewasaan rohani, yaitu kebersatuan dengan Kristus. Sehingga kita sampai pada level: “yang kuingini Engkau saja.” Buah hidup kita akan nampak sebagai orang yang benar-benar tidak mencintai dunia, tidak mencari nilai diri. Tidak bisa tidak.

Namun jangan heran kalau akan ada orang yang memfitnah, mem-bully, mengancam kita. Dalam hal ini, hanya Tuhan yang bisa menolong kita. Kalau bukan Tuhan, kita tidak bisa utuh seperti hari ini. Tetapi kondisi seperti itu justru membawa kita kepada kompetisi tersembunyi, kompetisi terselubung: siapa yang menemukan Tuhan yang benar. Kalau Allah yang disembah Abraham, Ishak, dan Yakub, Allah yang hidup, baiklah kita temukan Dia. Dari hal ini, kita mencari Tuhan. Maka, supaya kita tidak menjadi lesu dari kejenuhan, ini yang harus kita cari.

Yang pertama, perjumpaan dengan Tuhan. Yang kedua, perubahan. Pelayanan kita mendesak orang untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Jemaat harus diarahkan untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Tetapi spirit untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan tidak akan tertransfer kalau kita sebagai pendeta tidak mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Faktanya, ketika seseorang tidak mengalami perjumpaan dengan Tuhan, maka yang ada adalah kesombongan. Pengajaran bisa membuat orang cerdas, tapi belum tentu rendah hati. Teori kerendahan hati diberikan, tapi tidak sanggup dipikul tanpa perjumpaan dengan Tuhan.

Ketika di ujung maut, tanpa gembala sidang, tanpa pendeta, tanpa pendamping, setiap jemaat bisa berjumpa dengan Tuhan. Ini yang penting. Kita tidak bisa membagi kerinduan berjumpa dengan Tuhan, kalau kita sendiri tidak berjumpa. Jadi ada semacam frekuensi yang bisa kita pancarkan, tanpa bisa dibahasakan, tanpa bisa dianalisa oleh pikiran, yaitu frekuensi kerinduan atau kehausan menemukan Tuhan dalam perjumpaan pribadi. Sebab Tuhan tidak bisa dibatasi, Tuhan tidak bisa diikat di dalam yang namanya ilmu apa pun, nalar. Tidak mengecilkan teologi, tapi seseorang harus mengalami perjumpaan dengan Tuhan.

Perjumpaan dengan Tuhan membuat kita tidak bisa lesu, sebaliknya, kita akan bergairah. Tapi gairah ini tidak akan bisa dikenali orang yang tidak mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Sepintar, sehebat apa pun orang itu, dia tidak akan bisa mengerti. Ini frekuensi yang tidak bisa dibaca dengan ilmu, tidak bisa dianalisa. Sebab pada akhirnya, yang dibutuhkan bukan gembala sidang atau siapa pun, melainkan bertemu Tuhan secara pribadi.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JANGAN SAMPAI KITA TERJEBAK DALAM KEADAAN KELESUAN KARENA JENUH YANG TIDAK DISADARI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 Juli 2024
2024-07-25 07:13:43

Yesaya 40-43

Card image
Truth Kids 24 Juli 2024 - TETAP BERSABAR DAN PERCAYA
2024-07-24 15:58:45


Roma 5:3
”Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan,”

Sobat Kids, meskipun kita mengalami kesulitan atau penderitaan, kita tetap bisa merasa bahagia. Mengapa? Karena dari kesulitan itu, kita belajar menjadi lebih sabar dan kuat. Untuk dapat dilakukan, itu memang tidak mudah; butuh perjuangan untuk menjadi lebih sabar dan kuat. Kalian mau berjuang untuk lebih sabar dan kuat, kan, Sobat Kids?

Coba kalian bayangkan saat kita menghadapi masalah di sekolah atau di rumah. Jika kita tetap bersabar dan percaya bahwa Tuhan sedang bekerja dalam hidup kita, kita akan menemukan kebahagiaan di tengah-tengah kesulitan itu. Tuhan memberikan kita kekuatan dan kesabaran untuk melewati setiap tantangan.

Jadi, setiap kali kamu merasa sedang sedih, ingatlah bahwa itu adalah kesempatan untuk menunjukkan kesabaran dan merasakan kebahagiaan dari Tuhan. Tetap semangat dan percaya, Sobat Kids! Tuhan selalu ada bersama kita.

Card image
Truth Junior 24 Juli 2024 - BUAH SABAR
2024-07-24 15:57:03


Roma 5:3
”Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan,”

Jika kita berhasil memiliki kesabaran, apa hasilnya? Hasilnya adalah kita bisa merasakan sukacita di tengah penderitaan. Tidak percaya? Coba Sobat Junior praktikkan. Saat kalian sedang mengalami perlakuan tidak adil tapi kalian bertahan dalam ketenangan dan tidak membalas perbuatan jahat orang lain, Tuhan pasti memberikan berkat kepada kita, dan kita bisa mensyukuri serta bersukacita karena berkat tersebut.

Kesabaran itu memang berharga dan tidak mudah untuk dilakukan, Sobat Junior. Oleh sebab itu, setiap usaha kita untuk menjadi sabar pasti akan dihargai oleh Tuhan. Kita contoh sikap Tuhan Yesus yang selalu bersabar terhadap segala hal yang Ia hadapi dan alami. Bahkan saat tergantung di kayu salib sekalipun, Ia tetap sabar sampai bisa memanjatkan doa supaya Allah Bapa mengampuni orang-orang yang menyalibkan-Nya. Ini membuktikan bahwa kesabaran membuahkan kebijaksanaan dan kasih yang tak bersyarat. Siapa yang mau sabar seperti Tuhan Yesus? Ayo, kita selalu berusaha untuk menjadi anak yang sabar.

Card image
Truth Youth 24 Juli 2024 (English Version) - MAINTAINING RELATIONSHIPS
2024-07-24 14:34:28


"God is spirit, and those who worship him must worship in spirit and truth." (John 4:24)

To maintain healthy relationships, we need effort and commitment. Jesus emphasized the importance of worshiping God in spirit and truth. We need to understand that worshiping in spirit and truth means building a relationship with God, not just following rituals or mere liturgy. Therefore, this principle can be applied in the context of our relationships with others. There are two main aspects in our efforts to maintain relationships: compromise and understanding.

Firstly, compromise is crucial in a healthy relationship. Differences of opinion are common among us. In the process of compromise, both parties must respect each other and be open to accepting different perspectives. Just as in our relationship with God; if God has compromised by redeeming our sins on the cross, likewise, we should obey His commandments.

Secondly, understanding forms the foundation for building harmonious relationships. Being able to understand the feelings, needs, and motivations of others is key to establishing effective communication. This can be achieved by actively listening, showing curiosity, and trying to see things from the perspective of others. Similarly, if God understands our lives, we should understand His purpose and plan for our lives.

In addition to these two aspects, we must also understand that love is a fundamental element in healthy relationships. Genuine, selfless, and unconditional love is the force that unites and strengthens relationships. This love compels us to love, support, and strengthen each other, even in times of difficulty. God teaches us love. Therefore, we can share this love with others.

WHAT TO DO:
Learn to respect others' opinions and have empathy for them. This is how we can maintain our relationships with others.

BIBLE MARATHON:
- Isaiah 32-34

Card image
Truth Youth 24 Juli 2024 - MEMELIHARA HUBUNGAN
2024-07-24 12:53:21


”Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran” (Yohanes 4:24)

Untuk memelihara hubungan yang sehat, kita membutuhkan upaya dan komitmen. Tuhan Yesus menekankan pentingnya menyembah Tuhan dalam roh dan kebenaran. Kita sebelumnya harus paham bahwa menyembah dalam roh dan kebenaran berarti kita membangun sebuah hubungan dengan Tuhan, bukan sekadar ritual atau liturgi belaka. Dengan demikian, prinsip ini dapat diterapkan dalam konteks hubungan antar sesama. Ada dua aspek utama dalam upaya kita memelihara hubungan, yakni kompromi dan pemahaman.

Pertama, kompromi merupakan hal penting dalam hubungan yang sehat. Perbedaan pendapat adalah hal biasa yang terjadi di antara kita. Dalam proses kompromi, kedua pihak harus saling menghormati dan terbuka untuk menerima sudut pandang yang berbeda. Sama dengan hubungan kita dengan Tuhan; kalau Tuhan telah berkompromi dengan menebus dosa kita di atas kayu salib, maka sebaliknya, kita harus melakukan perintah-Nya.

Kedua, pemahaman merupakan fondasi untuk membangun hubungan yang harmonis. Mampu memahami perasaan, kebutuhan, dan motivasi orang lain merupakan kunci untuk membangun komunikasi yang efektif. Hal ini dapat dicapai dengan mendengarkan secara aktif, menunjukkan rasa ingin tahu, dan berusaha melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Demikian pula kalau Tuhan sudah memahami hidup kita, sepatutnya kita harus memahami maksud dan rencana-Nya dalam hidup kita.

Selain kedua aspek tersebut, kita juga harus memahami bahwa kasih merupakan elemen fundamental dalam hubungan yang sehat. Kasih yang tulus, tanpa pamrih, dan tanpa syarat merupakan kekuatan yang mempersatukan dan memperkuat hubungan. Kasih ini mendorong kita untuk saling mengasihi, mendukung, dan menguatkan, bahkan saat menghadapi kesulitan. Tuhan mengajarkan kita kasih. Untuk itu, kita bisa membagikan kasih bagi sesama kita.

WHAT TO DO:
Belajar untuk menghormati pendapat orang lain, serta memiliki empati terhadap orang lain. Dengan itulah kita bisa memelihara hubungan kita dengan sesama.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yesaya 32-34

Card image
Renungan Pagi - 24 Juli 2024
2024-07-24 12:51:28


Hidup dalam iman merupakan bukti bahwa kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, orang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, tidak akan mungkin menjauhkan diri dari kebenaran firman Tuhan.

Sebaliknya orang yang mengasihi Tuhan adalah mereka yang melakukan perintah-perintah-NYA, yaitu menghidupi kebenaran firman Tuhan, dimulai dari kesukaan membaca Alkitab, yang berisi perintah-perintah Tuhan dan janji-janji-Nya, serta Pribadi Tuhan yang perlu kita teladani. Jangan pernah berkata cinta Tuhan tetapi malas membaca Alkitab, malas Saat Teduh, malas mendengarkan firman Tuhan.

Sikap hidup seperti ini tidak benar sebab kalau seseorang cinta Tuhan maka ia pasti semakin ingin membaca Alkitab, sebab semakin ingin mengenal Tuhan lebih dalam lagi. Kemudian pengenalan akan Tuhan akan membuat seseorang makin mengasihi Tuhan dan hidup melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya.

Sesuai dengan perkataan Tuhan Yesus; "Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya."
(Yohanes 14:21)

Card image
Quote Of The Day - 24 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-24 12:47:13


Jadikan pelayanan sebagai sebuah dedikasi, bukan profesi.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 24 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-24 12:45:54


Yang layak di hadapan Allah adalah orang-orang yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan kekuatan.

Card image
RETURNING TO HIS DESIGN - 24 Juli 2024 (English Version)
2024-07-24 12:44:25


The older someone gets, the less flexible or supple they become. So it becomes increasingly difficult to be shaped. Until they don't know that they don't know. Until they don't understand that they don't understand. And to become flexible, there is actually no other way except to humble oneself before God every day, experiencing encounters with God, experiencing His touch, and having a contrite heart. That's why if we don't have a contrite heart, it's a sign that we are becoming less supple individuals. We must have integrity, true. Firmness in principle is a must. But firmness in principle doesn't mean we lack suppleness. It's not suppleness following humans, but suppleness following the Holy Spirit because it is the Holy Spirit who leads us.

Our character has been shaped by the world to become a bride of the world. We can see elderly pastors who still get easily offended, are still materialistic, still enjoy looking at beautiful women, still flirtatious. We are not good people. We all were once wrong and were damaged, but when we realize that we must finish well in the remaining years of our lives, then we must truly strive. So if now we face many collisions, know that it is God's miraculous way to return us to His original design. If we have no problems, abundant money, everything is fine, it is very likely we are not humble. Essentially, all those are signals.

Maybe we are hated by people, betrayed, slandered, yet those are actually signs for us not to keep moving forward. And we must be able to catch such signals. So let's withdraw from various unnecessary busy activities. Let's try to humble ourselves a lot. Because the heaviest burden is our own issues. We see "demons" or satanic voices, satanic desires or monsters or whatever they are called, that are still attached within us. Wanting honor, not wanting to be humbled, or the potential to sin which we haven't done yet but could do in the future. Therefore, we must lament before God. Let's try to fix ourselves, referring to the design that we may have never paid attention to until now.

Maybe we never ask, “What is the design that I must know, that I must I grasp, must guard?” There's no need to be grandiose about being a great pastor. There's no need to be grandiose about wanting to be the head shepherd of a large church or the chairman of a synod or a synod official or owning a school. It's not wrong to build as many schools as possible, to prepare the younger generation to become spreaders of the truth, but above all, we need to seriously question, “Is my condition before You right now satisfying You?” Don't feel great just because we have become pastors or shepherds or have any achievements.

If we seriously question our plans, then God will direct us to His original design, which means He will guide us to His holiness. Holiness is our potential to always act according to God's thoughts and feelings. Ironically, even at our old age, we often still miss the mark. Missing the mark doesn't mean killing, stealing, or committing adultery. Of course, we are far from those practices. But inaccuracies in our speech, or decisions we shouldn't make, and so on. So, holiness is our willingness to truly not enjoy what has been our satisfaction and pleasure. We only look at God's heart and what pleases Him for us to do in everything.

When we begin to question our life plans, our service becomes purer. And what we will experience and feel is a sense of crisis, so we can also feel a crisis about people's conditions. A person's crisis condition is not because they are seriously ill or facing family or economic problems-that's not a principal issue-but when that person is not worthy to be a member of God's Kingdom family. When we have a sense of crisis, our service will be tactically focused and truly have a clear projection, which is to transform people. Transforming people means changing that person's character to be as precise as possible with the design that God has given.

IF WE ARE NOW FACING MANY COLLISIONS, KNOW THAT IT IS GOD'S MIRACULOUS WAY TO RETURN US TO HIS ORIGINAL DESIGN.

Card image
KEMBALI KE RANCANGAN-NYA - 24 Juli 2024
2024-07-24 12:49:19


Semakin berumur seseorang, fleksibilitasnya atau kelenturannya semakin berkurang. Jadi makin sulit dibentuk. Sampai tidak tahu kalau dia tidak tahu. Sampai dia tidak mengerti kalau dia tidak mengerti. Dan untuk menjadi lentur, sebenarnya tidak ada cara lain kecuali merendahkan diri di hadapan Tuhan setiap hari, mengalami perjumpaan dengan Tuhan, mengalami sentuhan, dan memiliki hati yang remuk. Makanya kalau sampai kita tidak punya hati yang remuk, itu merupakan isyarat kita menjadi manusia yang kurang lentur. Kita harus punya integritas, benar. Kekokohan dalam prinsip, itu harus. Tetapi kekokohan dalam prinsip itu bukan berarti kita tidak punya kelenturan. Bukan kelenturan ikut manusia, tapi kelenturan ikut Roh Kudus, karena Roh Kudus yang memimpin kita.

Karakter kita telah dibentuk oleh dunia untuk menjadi mempelai dunia. Kita bisa melihat pendeta-pendeta yang sudah berumur, namun masih gampang tersinggung, masih materialistis, masih senang lihat wanita cantik, masih ada genitnya. Kita bukan orang baik-baik. Kita semua juga dulu salah dan rusak, tapi ketika kita menyadari bahwa kita harus finishing well di sisa umur hidup ini, maka kita harus betul-betul berjuang. Jadi kalau sekarang kita menghadapi banyak benturan, ketahuilah bahwa itu adalah cara Tuhan yang ajaib untuk mengembalikan kita ke rancangan-Nya yang asli. Kalau tidak punya masalah, uang berlimpah, semua baik-baik, besar kemungkinan kita tidak rendah hati. Sejatinya, itu semua merupakan sinyal.

Mungkin kita dimusuhi orang, dikhianati, difitnah, padahal itu sebenarnya adalah petunjuk untuk kita tidak melangkah terus. Dan kita harus bisa menangkap sinyal-sinyal semacam itu. Jadi mari kita menarik diri dulu dari berbagai kesibukan yang tidak perlu. Coba kita banyak merendahkan diri. Karena beban yang paling berat adalah masalah diri kita sendiri. Kita melihat ada “setan-setan” atau suara setan, hasrat setan atau monster atau apa pun namanya, yang masih melekat di dalam diri kita. Mau terhormat, tidak mau direndahkan, atau potensi untuk berbuat dosa yang sekarang belum kita lakukan, tapi ke depan, bisa kita lakukan. Maka kita harus meratap di hadapan Tuhan. Coba kita benahi diri kita, mengacu pada rancangan yang mungkin sampai sekarang tidak pernah kita perhatikan.

Mungkin kita tidak pernah bertanya, “Apa rancangan yang saya harus tahu, yang saya harus genggam, harus jagai?” Tidak usah muluk-muluk jadi pendeta besar. Tidak usah muluk-muluk mau jadi gembala sidang gereja besar atau ketua sinode atau pengurus sinode atau punya sekolah. Tidak salah kita membangun sekolah sebanyak-banyaknya, untuk mempersiapkan generasi muda guna dipersiapkan untuk menjadi penyebar-penyebar kebenaran, tetapi terlebih dari itu semua, kita mau memperkarakan ini dengan serius, “Apakah keadaanku di hadapan-Mu saat ini sudah memuaskan Engkau?” Jangan merasa hebat kalau kita sudah jadi pendeta atau menjadi gembala atau punya prestasi apa pun.

Kalau kita serius memperkarakan rancangan kita, maka Tuhan akan mengarahkan kita ke rancangan-Nya yang asli, yang mana itu sama dengan Tuhan mengarahkan kita kepada kesucian-Nya. Kesucian itu potensi kita untuk bertindak selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Ironisnya, kita sudah tua begini masih saja sering meleset. Melesetnya bukan membunuh, mencuri, atau berzina. Tentu, kita sudah jauh dari praktik-praktik itu. Tapi ketidaktepatan ucapan, atau keputusan kita yang tidak patut kita lakukan dan lainnya. Jadi, kesucian adalah kesediaan kita untuk benar-benar tidak menikmati apa yang selama ini menjadi kepuasan dan kesenangan kita. Kita hanya melihat hati Tuhan dan apa yang menyenangkan Tuhan untuk kita lakukan dalam segala hal.

Ketika kita mulai mempersoalkan rancangan hidup kita, maka pelayanan kita makin murni. Dan yang kita akan alami dan rasakan adalah perasaan krisis, sehingga kita akan bisa juga merasakan krisis terhadap keadaan orang. Keadaan krisis seseorang itu bukan karena dia sedang sakit parah atau sedang menghadapi masalah keluarga atau ekonomi—itu bukan masalah prinsip—melainkan ketika orang itu tidak layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Ketika kita punya perasaan krisis, maka pelayanan kita akan fokus taktis dan betul-betul memiliki proyeksi yang jelas, yaitu mengubah manusia. Mengubah manusia berarti mengubah karakter orang itu untuk sebisa mungkin presisi dengan rancangan yang Tuhan berikan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU SEKARANG KITA MENGHADAPI BANYAK BENTURAN, KETAHUILAH BAHWA ITU ADALAH CARA TUHAN YANG AJAIB UNTUK MENGEMBALIKAN KITA KE RANCANGAN-NYA YANG ASLI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 Juli 2024
2024-07-24 11:53:56

Yesaya 37-39
Mazmur 76

Card image
Truth Kids 23 Juli 2024 - MENAHAN DIRI
2024-07-23 12:59:31


Amsal 29:11
”Orang bebal melampiaskan seluruh amarahnya, tetapi orang bijak akhirnya meredakannya.”

Dari ayat di Amsal 29:11 yang kita baca hari ini, terdapat kata "bebal." Bebal artinya orang yang sulit mengerti; biasanya sudah dinasihati yang benar, tetapi orang tersebut tidak mau mendengar dan menuruti. Berlawanan dengan orang bebal adalah orang bijak. Orang bijak adalah orang yang memiliki kepandaian dan mengerti tentang kebenaran; kebenaran Firman Tuhan. Dalam ayat yang kita baca hari ini, dikatakan orang bebal sukanya marah-marah. Mungkin karena kurang mengerti. Tetapi orang bijak meredakan orang yang sedang marah-marah.

Sobat Kids, menahan diri dari marah adalah tanda kebijaksanaan dan kesabaran. Ketika kamu merasa sangat marah, cobalah untuk berhenti sejenak, tarik napas dalam-dalam, dan pikirkan apa yang akan kamu katakan atau lakukan. Dengan begitu, kamu menunjukkan bahwa kamu adalah anak yang bijaksana dan sabar. Ingatlah, Sobat Kids, Tuhan senang melihat kita bisa mengendalikan diri dan menunjukkan kebijaksanaan dalam setiap tindakan kita. Ayo, kita berusaha untuk selalu sabar dan bijaksana!

Card image
Truth Junior 23 Juli 2024 - APA ARTI SABAR?
2024-07-23 12:57:51


Amsal 29:11
”Orang bebal melampiaskan seluruh amarahnya, tetapi orang bijak akhirnya meredakannya.”

Sobat Junior, biasanya pengertian “sabar” yang kita miliki adalah tidak marah, tidak kesal, bersikap tenang dan biasa saja. Tetapi, sebenarnya kesabaran memiliki makna lebih dari itu. Kalau ada orang yang menyakiti kita, apakah salah kalau kita marah? Tidak salah. Apakah kalau kita diperlakukan tidak adil, kita tidak boleh marah? Tidak juga. Emosi atau rasa marah, adalah hal wajar dan manusiawi yang dirasakan oleh manusia. Namun, rasa marah itu kita apakan? Itu yang jadi persoalan.

Kalau kemarahan itu kita wujudkan dalam bentuk sikap yang menyakiti orang lain, melukai perasaan mereka dengan sengaja, atau dengan sengaja juga merugikan mereka, kita malah jadi dosa, Sobat Junior. Kemarahan itu tidak boleh dikeluarkan dalam sikap dan perkataan yang buruk.

Kita boleh marah, tetapi tidak ada rencana balas dendam atau keinginan untuk membalas. Kita juga lebih baik diam saat merasa marah agar tidak menyakiti orang lain, sekalipun orang itu telah menjahati kita. Jadi, kesabaran yang sesungguhnya adalah kerelaan kita untuk menanggung rasa kecewa, sakit, sedih, marah yang kita rasakan tanpa menunjukkan emosi kita dalam bentuk tindakan atau ucapan yang merugikan dan menyakiti orang lain. Siap melatih kesabaran yang sesungguhnya?

Card image
Truth Youth 23 Juli 2024 (English Version) - THE KEY TO HAPPINESS
2024-07-23 12:44:34


"The lip of truth endures forever, but a lying tongue is but for a moment." (Proverbs 12:19)

As believers, God desires us to live in gratitude, acknowledging and appreciating every blessing He has bestowed upon us. In a world often filled with temptations to be dissatisfied or complain, gratitude is the key to unlocking true happiness and peace.

There are several lessons we can learn from gratitude. First, gratitude teaches us to see goodness in every situation. Despite life's challenges and trials, we can choose to focus on the blessings God has given us. Through gratitude, we can see His goodness in all things, even amidst difficulties.

Second, a grateful attitude teaches us humility. When we realize that everything we have is a gift from God, we will not feel prideful or arrogant. Instead, we will live humbly, acknowledging that we can do nothing without His help and blessings.

Third, gratitude strengthens our relationship with God and others. When we live with gratitude, we remember the blessings we have received and are more willing to share them with others. This generosity extends not just materially but also through our actions that can be a blessing to others. Gratitude also prompts us to have a generous and loving attitude, creating strong bonds among fellow believers.

Lastly, gratitude brings us to an awareness of truth and integrity. When we acknowledge every blessing God has poured out on us, we also recognize the importance of living in truth. Therefore, let us be thankful every day, acknowledging and appreciating every blessing God has bestowed upon us. Through gratitude, we will find true happiness and honor His name in all things.

WHAT TO DO:
Always give thanks for things that may seem trivial, such as breathing.

BIBLE MARATHON:
- Isaiah 29-31

Card image
Truth Youth 23 Juli 2024 - KUNCI KEBAHAGIAAN
2024-07-23 12:19:32


”Bibir yang mengatakan kebenaran tetap untuk selama-lamanya, tetapi lidah dusta hanya untuk sekejap mata.” (Amsal 12:19)

Sebagai orang percaya, Allah menginginkan agar kita hidup dalam ucapan syukur, mengakui, dan menghargai setiap berkat yang telah Dia curahkan kepada kita. Dalam dunia yang sering kali dipenuhi dengan godaan untuk tidak puas atau mengeluh, bersyukur adalah kunci untuk membuka pintu kebahagiaan dan kedamaian yang sejati.

Ada beberapa hal yang kita bisa pelajari dari bersyukur. Pertama, bersyukur mengajarkan kita untuk melihat kebaikan dalam segala situasi. Meskipun hidup penuh dengan tantangan dan cobaan, kita dapat memilih untuk fokus pada berkat-berkat yang telah diberikan Allah kepada kita. Dengan bersyukur, kita dapat melihat kebaikan-Nya dalam segala hal, bahkan di tengah-tengah kesulitan.

Kedua, sikap bersyukur mengajarkan kita untuk tetap rendah hati. Ketika kita menyadari bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah anugerah dari Allah, kita tidak akan merasa bangga atau sombong. Sebaliknya, kita akan hidup dengan sikap rendah hati, mengakui bahwa kita tidak bisa melakukan apa pun tanpa pertolongan dan berkat-Nya.

_ Ketiga, bersyukur mempererat hubungan kita dengan Allah dan sesama. Ketika kita hidup dengan bersyukur, kita akan mengingat berkat-berkat yang kita terima, dan lebih bersedia untuk membaginya dengan orang lain. Tentu, bukan sekadar materi, tetapi juga melalui perilaku kita yang bisa menjadi berkat. Sikap bersyukur juga memicu kita untuk memiliki sikap murah hati dan kasih sayang, menciptakan ikatan yang kuat di antara saudara-saudara seiman.

Terakhir, bersyukur membawa kita kepada kesadaran akan kebenaran dan integritas. Ketika kita mengakui setiap berkat yang telah Allah curahkan kepada kita, kita juga menyadari pentingnya hidup dalam kebenaran. Untuk itu, mari kita bersyukur setiap hari, mengakui dan menghargai setiap berkat yang telah Allah curahkan kepada kita. Dengan bersyukur, kita akan menemukan kebahagiaan yang sejati dan memuliakan nama-Nya dalam segala hal.

WHAT TO DO:
Selalu mengucap syukur dari hal-hal yang mungkin kelihatannya sepele, misalnya bernapas.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yesaya 29-31

Card image
Renungan Pagi - 23 Juli 2024
2024-07-23 07:01:06


Belajar memahami makna kata berbesar hati, mungkin tanpa kita sadari seolah mengerti artinya, padahal tidak benar-benar paham pengertian yang terkandung di dalamnya, sampai kita mempraktekkannya dalam hidup setiap hari.

Yohanes pembaptis adalah contoh nyata seorang yang memiliki kebesaran hati, dia tidak mencari hormat bagi dirinya sendiri, melainkan mengarahkan orang-orang untuk memandang Yesus sebagai Mesias, Anak Domba Allah yang menanggung dosa dunia. Dia juga yang berkata bahwa Yesus harus semakin besar dan ia semakin kecil.

"Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata; "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Dialah yang kumaksud ketika kukatakan; kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku." "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil."

Marilah kita memahami arti kebesaran hati dengan mulai mempraktekkannya dalam hidup ini. Lakukanlah segala sesuatu dengan memaksimalkan potensi yang Tuhan berikan, tanpa harus menuntut sebuah pengakuan. Fokuslah pada bagian kita untuk melakukan kehendak-Nya, dan tujuannya bukanlah penghargaan didunia ini, tetapi percayalah ada upah yang menanti kita dalam kekekalan.
(YOHANES 1:29-31; 3:30)

Card image
Quote Of The Day - 23 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-23 06:58:08


Tuhan tidak dapat kita raih jika kita hanya mencari-Nya ketika di ujung maut.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - July 23, 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-23 06:56:35


Kita akan sangat berbahagia ketika kita sadar bahwa kita salah atau meleset. Dan untuk itu, kita minta ampun dan memperbaiki diri.

Card image
HUMAN ORIGINALITY - 23 Juli 2024 (English Version)
2024-07-23 06:50:16


Let us reflect once again on something we often hear and say: how short our days are. Especially for those of us over 50, our lives are shorter than those who still have many years ahead. In this brief lifespan, we must seriously consider what we must do for God, what we can achieve and offer to the Lord who has saved us, our Lord Jesus Christ. Offering to our God the Father who is the source of blessings, the source of grace, the Initiator of salvation. The God of the universe, who before the world was created, determined our names to be present on this earth with our specific conditions, our conditions which are truly unique, and at the same time, for each of us, God surely has a plan.

Each of us has, contains or carries God’s plan, which is definitely extraordinary. Not hyperbole, not exaggerated, certainly extraordinary because God’s plan for each of our lives is unique, unlike anyone else in any era. Consider that in the reality of life on earth and in eternity, there is only one name with a unique condition, which is second to none anywhere and at any time and will never exist again. It's actually thrilling. There has never been a human being in another era with the same condition. God designed it before the foundation of the world (Eph. 1:4-5). This means each of us is truly valuable in God’s eyes, truly special. Therefore, God has a blueprint; a design of what kind of human beings we are to become. Because at birth, we are in a raw state but original. And this blueprint is what God desires to be realized and built.

If a human child lives under God’s guidance and this blueprint is truly realized, then the originality of that person will continue to develop until death, and then it will certainly be preserved, allowed to exist in the Kingdom of Heaven. But if the blueprint does not materialize because there is an evil enemy who also has a counterfeit blueprint to corrupt the human being, then he dies in an imitative state. The originality is determined by its blueprint. Therefore, we must feel uneasy and bring this matter to God: ‘Has the blueprint that God has designed since our birth been realized in our lives today?’ If it is not 100% realized, at least 80%-90%, hopefully 95%, and that pleases or satisfies God's heart.

After we have gone through life's journey, the fact is that if we honestly look at our life’s track record, we have not yet become people who truly please God's heart. Even if we are honest, often our circumstances are not exactly what God wants. But our minds are so smart that we can create a blueprint that we think is the best, but actually it is not in sync with God's blueprint. This may sound simple or might be considered naive, but it is very important. This is very fundamental. Whoever we are, whatever our understanding of life, ministry, doctrine, teachings, whatever our tastes and circumstances, more than all that, we must take issue with our lives. And we can't ask about this in the library even though there are a million books there. We cannot ask this to any great pastor, or the most capable theologian, because this must be asked directly to God. Thus, there must be a space where we truly meet with God.

Before we were born, even before the world existed, our names were already there, with a specific DNA (Deoxyribonucleic acid). However, humans have free will, whether they will fulfill, create the building of humans as God intended or not. The evil one—whom our Lord Jesus Christ called the thief—comes only to kill and steal. He tries to take our rights; the right to become human according to God's blueprint, so that he can insert his own blueprint. So, if Romans 12:2 says, "Do not conform to the pattern of this world," it is the same as saying do not have a blueprint like the world’s. "Be transformed by the renewing of your mind," so that we become humans according to God's blueprint. Not just good, not just pleasing, but also perfect.

IF A HUMAN CHILD LIVES UNDER GOD'S GUIDANCE; GOD'S BLUEPRINT IS REALLY MANIFESTED, THEN THE ORIGINALITY OF THAT HUMAN WILL CONTINUE TO DEVELOP UNTIL DEATH, AND THEN WILL DEFINITELY BE PRESERVED, ALLOWED TO EXIST IN THE KINGDOM OF HEAVEN.

Card image
ORISINALITAS MANUSIA - 23 Juli 2024
2024-07-23 06:47:56


Mari kita merenungkan kembali hal yang biasa kita dengar dan kita juga ucapkan: betapa singkatnya hari hidup kita. Terutama bagi kita yang sudah berumur di atas 50 tahun, hidup kita lebih singkat dari mereka yang masih bisa memiliki tahun-tahun yang panjang. Di singkatnya umur hidup ini, kita harus sungguh-sungguh memperkarakan apa yang kita harus lakukan bagi Tuhan, apa yang dapat kita capai dan kita persembahkan bagi Tuhan yang telah menyelamatkan kita, Tuhan kita Yesus Kristus. Mempersembahkan bagi Allah Bapa kita yang adalah sumber berkat, sumber anugerah, Inisiator dari keselamatan. Allah semesta alam, yang sebelum dunia dijadikan telah menentukan nama-nama kita hadir di bumi ini dengan keadaan kita yang tentu khusus, keadaan kita yang benar-benar unik, dan sekaligus atas setiap kita, Tuhan pasti memiliki rencana.

Setiap kita memiliki, memuat atau memikul rencana Allah yang pasti luar biasa. Tidak hiperbola, tidak dilebih-lebihkan, pasti luar biasa karena rencana Allah atas hidup kita masing-masing ini unik, tidak sama dengan siapa pun dan di zaman mana pun. Pikirkan bahwa dalam realitas kehidupan di bumi dan di kekekalan, hanya ada satu nama dengan keadaan unik, yang tidak ada duanya di mana pun dan kapan pun dan tidak pernah akan ada. Sebenarnya itu menggetarkan. Tidak pernah ada manusia di zaman lain dengan keadaan yang sama. Allah merancang itu sebelum dunia dijadikan (Ef. 1:4-5). Itu berarti setiap individu kita itu benar- benar berharga di mata Allah, benar-benar istimewa. Yang karenanya Allah memiliki blueprint; rancangan menjadi manusia macam apa kita. Sebab pada waktu kita dilahirkan dalam keadaan mentah, tapi orisinal. Dan blueprint tersebut Allah kehendaki untuk terwujud, terbangun.

Kalau seorang anak manusia hidup di dalam tuntunan Tuhan, blueprint tersebut benar- benar terwujud, maka orisinalitas dari manusia itu akan terus terbangun sampai mati, dan kemudian pasti akan dilestarikan, diperkenan eksis di dalam Kerajaan Surga. Tetapi kalau blueprint itu tidak terwujud karena ada musuh jahat yang juga memiliki blueprint palsu untuk membuat makhluk manusia itu rusak, maka ia mati dalam keadaan imitasi. Orisinalitasnya itu ditentukan oleh blueprint-nya. Oleh karena itu, kita harus merasa gusar dan memperkarakan kepada Tuhan: ‘Apakah blueprint yang Tuhan telah rancang sejak kelahiran kita telah terwujud di dalam hidup kita hari ini?’ Kalau tidak terwujud 100%, bisa paling tidak 80%-90%, mudah-mudahan 95%, dan itu menyenangkan atau memuaskan hati Tuhan.

Setelah kita mengarungi perjalanan hidup, faktanya kalau kita jujur melihat jejak rekam hidup kita, kita belum menjadi manusia yang benar-benar menyenangkan hati Tuhan. Bahkan kalau kita jujur, sering keadaan kita itu belum tepat seperti yang Allah kehendaki. Tapi saking pintarnya pikiran kita, kita sudah bisa membuat blueprint yang kita pikir terbaik, tapi sebenarnya tidak sinkron dengan blueprint-Nya Tuhan. Kedengarannya ini sederhana atau mungkin dianggap sebagai naif, tapi ini penting sekali. Ini sangat fundamental. Siapa pun kita, apa pun pemahaman kita tentang hidup, pelayanan, doktrin, ajaran, apa pun selera, dan keadaan kita, lebih dari semua itu kita harus memperkarakan hidup kita. Dan ini tidak bisa kita tanyakan di perpustakaan walaupun ada sejuta buku di situ. Ini tidak bisa kita tanyakan ke pendeta sehebat apa pun, teolog secakap apa pun, karena ini harus dipertanyakan langsung kepada Tuhan. Maka, di sini harus ada ruangan di mana kita benar-benar berjumpa dengan Tuhan.

Sebelum kita lahir, bahkan sebelum dunia ada, nama kita sudah ada. Dengan DNA (Deoxyribonucleic acid) yang khusus. Namun manusia punya kehendak bebas, apakah dia akan menggenapi, mewujudkan bangunan manusia seperti yang Allah kehendaki itu, atau tidak. Si jahat—yang dikatakan oleh Yang Mulia Tuhan kita, Yesus Kristus, sebagai pencuri— datang hanya untuk membunuh dan mencuri. Ia berusaha untuk mengambil hak-hak kita; hak untuk menjadi manusia sesuai dengan cetak biru atau blueprint Tuhan itu, supaya dia bisa memasukkan blueprint-nya. Jadi kalau Roma 12:2 mengatakan, “Janganlah kamu serupa dengan dunia ini,” itu sama dengan kita jangan punya blueprint sama seperti dunia. “Berubahlah oleh pembaruan budimu,” supaya kita menjadi manusia yang sesuai dengan blueprint Tuhan. Bukan saja baik, bukan saja berkenan, namun juga sempurna.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr Erastus Sabdono

KALAU SEORANG ANAK MANUSIA HIDUP DI DALAM TUNTUNAN TUHAN; BLUEPRINT TUHAN BENAR-BENAR TERWUJUD, MAKA ORISINALITAS DARI MANUSIA ITU AKAN TERUS TERBANGUN SAMPAI MATI, DAN KEMUDIAN PASTI AKAN DILESTARIKAN, DIPERKENAN EKSIS DI DALAM KERAJAAN SURGA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 Juli 2024
2024-07-23 06:42:05

Yesaya 35-36

Card image
Truth Kids 22 Juli 2024 - KESABARAN DAN DAMAI SEJAHTERA
2024-07-22 13:01:52


Yohanes 14:27
”Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”

Halo, Sobat Kids! Hari ini kita akan merenungkan sebuah ayat dari Yohanes 14:27. Dalam ayat ini, Tuhan Yesus mengingatkan kita bahwa Dia memberikan kita damai sejahtera yang sejati. Ini adalah damai yang membuat hati kita tenang, meskipun kita sedang menghadapi masalah atau tantangan. Damai yang diberikan Tuhan berbeda dari damai yang dunia berikan. Kita dapat merasakan damai, karena tahu bahwa Tuhan akan selalu menyertai jika kita mau dengar-dengaran kepada-Nya.

Sobat Kids, kesabaran adalah salah satu cara kita menerima dan merasakan damai sejahtera dari Tuhan. Ketika kita sabar, kita percaya bahwa Tuhan selalu bersama, dan akan menolong kita di saat yang tepat. Jadi, setiap kali kamu merasa gelisah atau tidak sabar, ingatlah bahwa Yesus sudah memberikan damai sejahtera-Nya untuk menenangkan hati kita. Mari kita belajar untuk selalu bersabar dan merasakan damai sejahtera yang Tuhan berikan. Tuhan selalu sayang dan menjaga kita, Sobat Kids!

Card image
Truth Junior 22 Juli 2024 - KESABARAN MEMBAWA KETENANGAN
2024-07-22 12:59:57


Yohanes 14:27
”Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”

Sobat Junior, tahu tidak, kenapa kita selalu diajarkan tentang kedamaian yang diberikan oleh Kristus kepada kita? Karena terkadang kita ingin segalanya segera terjadi sesuai keinginan kita, padahal Tuhan mengajarkan kita untuk bersabar. Sobat Junior bayangkan, jika kalian sedang menunggu giliran untuk bermain di luar tetapi teman-temanmu ingin bermain game lain terlebih dahulu. Kesabaran berarti menunggu dengan sabar, tanpa mengeluh atau marah. Ketika kita bersabar, kita menunjukkan kasih kepada orang lain dan percaya kepada Tuhan bahwa Dia tahu yang terbaik untuk kita.

Ketika kamu merasa tidak sabar, ingatlah bahwa Tuhan selalu ada bersamamu. Dia memberimu kekuatan untuk mengatasi setiap tantangan. Kesabaran membantu kita tidak hanya dalam hal-hal kecil seperti menunggu giliran, tetapi juga dalam situasi-situasi besar dalam hidup kita. Seperti Yesus yang sabar saat menjalani penderitaan-Nya di atas kayu salib, kita juga dipanggil untuk bersabar dalam menjalani kehidupan kita. Dalam kesabaran, kita menemukan kedamaian yang melebihi pemahaman kita. Teruslah percaya kepada Tuhan, dan biarkan kesabaran membawamu kepada ketenangan yang hanya diberikan oleh Kristus.

Card image
Truth Youth 22 Juli 2024 (English Version) - THE LORD IS MY STRENGTH
2024-07-22 12:52:47


"In the multitude of words sin is not lacking, but he who restrains his lips is wise." (Proverbs 10:19)

The Bible notes that bad company corrupts good character, and this is a fact or reality in social life. A life without self-control will result in damage to every individual. It requires thoughtful maturity before delving into social life. When a person enters a toxic environment without self-restraint, they will soon become toxic themselves. As an illustration witnessed by the author, when a hen incubates eggs and one of them is a duck egg. Upon hatching, the chicks and the duckling naturally search for food together. The duckling, mixed with the chicks, loses its natural habits such as swimming and walking in a line. The duckling mixed with chicks no longer walks in a line and rarely swims because it is in a chick environment. Humans are like this; environment determines their habits.

Therefore, it is crucial to recognize the environment. We should recognize the environment from the impact it gives, whether it harms others, disrupts the atmosphere, whether in the family or society. When faced with a negative environment, as humans, we tend to depend on the situation if it can be enjoyable. One way to survive in such situations is to remain silent more often and avoid overreacting. Overreacting will only draw us further into that atmosphere. In this regard, what should be a negative influence within us can be replaced by a positive influence, which is learning self-control, limiting ourselves to avoid being easily influenced. Negative effects will always be accepted by those who follow habits in a toxic environment, but positive effects will be accepted by those who learn to control themselves in any situation.

WHAT TO DO:
1. Speak less in a toxic environment.
2. Respond appropriately or as necessary.

BIBLE MARATHON:
- Isaiah 25-28

Card image
Truth Youth 22 Juli 2024 - TUHANLAH KEKUATANKU
2024-07-22 12:46:46


”Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi.” (Amsal 10:19)

Alkitab mencatat bahwa pergaulan yang buruk, merusak kebiasaan baik, dan itu adalah fakta atau realitas kehidupan dalam bersosial. Kehidupan tanpa kendali dalam diri sendiri akan mengakibatkan kerusakan pada setiap individu. Dibutuhkan kedewasaan berpikir sebelum menyelami kehidupan sosial. Ketika orang masuk dalam lingkungan toxic tanpa ada pembatasan dalam dirinya, ia akan segera terlahir sebagai orang toxic juga. Sebagai ilustrasi yang pernah penulis lihat, yaitu ketika induk ayam mengerami telur dan salah satu telur yang dierami adalah telur bebek. Ketika menetas, otomatis anak ayam dan bebek bersama-sama untuk mencari makan. Anak bebek yang sudah bercampur dengan anak ayam lainnya membuat dia kehilangan kebiasaan sebagai seorang bebek yaitu berenang, jalan berbaris, dan lain-lain. Bebek yang bercampur dengan anak ayam tidak lagi jalan berbaris dan jarang berenang karena berada dalam lingkungan anak ayam. Itulah manusia, lingkungan menentukan kebiasaannya.

Karena hal itu, sangatlah penting untuk mengenali lingkungan. Lingkungan harus kita kenali dari dampak yang diberikan, apakah merugikan orang lain, merusak suasana, baik dalam keluarga dan masyarakat atau tidak. Ketika kita diperhadapkan dengan lingkungan yang negatif, sebagai manusia, kita cenderung akan bergantung pada situasi jika itu bisa menyenangkan. Salah satunya cara dalam bertahan dalam keadaan seperti itu adalah perbanyak diam, dan jangan sampai merespons berlebihan. Merespons secara berlebihan akan membuat kita semakin tertarik dengan suasana tersebut. Dalam hal ini, yang seharusnya menjadi pengaruh negatif dalam diri, kita bisa menggantinya sebagai pengaruh positif yaitu belajar mengendalikan diri, membatasi diri agar tidak mudah terpengaruh. Dampak negatif akan selalu diterima oleh orang-orang yang mengikuti kebiasaan dalam lingkungan toxic, tetapi dampak positif akan diterima oleh orang-orang yang belajar mengendalikan diri dalam situasi apa pun.

WHAT TO DO:
1.Jangan banyak bicara ketika di lingkungan toxic
2.Berikan respons yang secukupnya atau hal-hal yang perlu

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yesaya 25-28

Card image
Renungan Pagi - 22 Juli 2024
2024-07-22 12:41:57


Saat menghantar seseorang menuju peristirahatan terakhir dibumi, di tanah pemakaman. Saat itulah kita menyadari bahwa hidup ini sungguh tak berarti apa-apa. Tanah yang hari ini kita pijak, suatu hari nanti akan menjadi atap yang menutupi tubuh yang terbujur kaku dalam peti mati. Perkataan Tuhan Yesus, mengingatkan bahwa kehidupan yang berarti adalah; "Kata Yesus kepada mereka; "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya." Oleh sebab itu bersyukurlah jika masih diberi kesempatan hidup hingga saat ini dan berjuang dengan mempertaruhkan segenap hidup supaya didapati berkenan di hadapan Tuhan.

Sebab arti hidup di dunia sesungguhnya adalah perjuangan untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Waktu kita masih hidup di dunia ini adalah persiapan memasuki kehidupan bersama Tuhan dalam keabadian.
(Yohanes 4:34)

Card image
Quote Of The Day - 22 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-22 12:30:32


Orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri pasti membawa keteduhan bagi sesama.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 22 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-22 12:29:24


Kedatangan Tuhan Yesus bukan hanya menghapus dosa manusia dalam tataran hukum, melainkan juga mau memulihkan keadaan manusia.

Card image
QUESTIONING FOR ETERNITY - 22 Juli 2024 (English Version)
2024-07-22 12:28:26


Our measure of loving God cannot use human standards, but God's standards, which are what God feels. In essence, what God feels must acknowledge: "I feel that you love Me." Or conversely, God can say, "I do not feel that you love Me. You only give a part of your heart." Because God desires our whole heart. This is a matter of our eternal fate. This is not just about survival on earth. It does not matter if we are men or women, poor or rich, disabled or whole. It does not matter, whatever our circumstances on earth. But when it comes to eternity, it is absolute. Do not mess around.

For those who live carelessly, maybe today they feel safe. Will they be safe forever? Wait for the time they are humiliated. If not on earth, they will be humiliated in eternity. There are people who, when they die, it is only then revealed that they had a mistress and already had children. Many people take it lightly and the devil deceives by saying, "There is still a chance later." We should think that there will be no chance. Not to mention tomorrow, even this afternoon and evening, we might end.

So, we do not need to be afraid to say: "I will not sin again." This is what will keep us from a life that hurts God. Do not take it lightly. This is not to frighten or intimidate us. But may this be a warning of a terrible reality. How beautiful it is if we have already built a relationship with God, because we fear the reality of eternity. That is why in Luke 16:9-10 it is said, "Make friends using mammon." Mammon is only a tool. We must make friends with God, not with mammon. We use mammon to be friends with God. But humans usually use anything for their own interests.

Each of us must have problems, and maybe very heavy ones. But if we respect God, there are two things we must do. First, do not sin. Second, do not suspect God. Because the same God who was worshiped by Daniel is the God we worship. Therefore, we must not be afraid at all, as long as we live in holiness. If we believe in the living God, we honor Him, we also prepare ourselves for eternity. The problem is, we do not seek His presence. A person may be rich in knowledge, skills, money, position, or titles, but if he is not rich in encounters with God, he is poorer than the poor.

So, enrich ourselves with encounters with God. Then, when we are at the brink of death, we will know how meaningful it is to meet God. For when we are not accustomed to meeting God, at the brink of death we will grasp and grope but will never find His hand. It cannot be done suddenly. But if we are used to seeking God, we will not need to grope, because God's hand is holding ours. Question it with God; He has feelings, He knows whether we love Him or not. God is Most Great, the Most Powerful, the Most Glorious. Who are we? We are just a lump of clay; how can we be arrogant?

But if we question for eternity, God promises that everything will be added to us. For those who are already old, do not waste our old age because it will soon be dim, and we will not be able to seek God because we have been separated from God for too long. While there is still time, seek God. We will not regret it. He is not one of the important ones, but He is the only one who is important. He is not a priority, because there is no other. Only God do we seek. So, before this opportunity passes, we must repent. Remember our calling in life. Do not lose it. While there is still a chance, do not delay. What we have today, is all for God, not for ourselves. And God will add to it.

So, repent, seek God earnestly before our time passes and we never have the chance to repeat it. If we seek God earnestly, according to His promise, then our children and grandchildren will be cared for by God. We cannot watch over them 24 hours a day. God is alive, real. Proven in history, we see God's movement, God's signature. Change and seek Him!

HOW BEAUTIFUL IT IS IF WE HAVE ALREADY BUILT A RELATIONSHIP WITH GOD, BECAUSE WE FEAR THE REALITY OF ETERNITY.

Card image
MEMPERKARAKAN KEKEKALAN - 22 Juli 2024
2024-07-22 06:55:43


Ukuran kita mengasihi Tuhan tidak bisa menggunakan standar manusia, tapi standar Tuhan, yaitu apa yang dirasa Tuhan. Sejatinya, apa yang dirasa Tuhan harus sampai mengakui: “Aku rasakan engkau mengasihi Aku.” Atau sebaliknya, Tuhan bisa berkata, “Aku tidak merasa engkau mengasihi Aku. Engkau hanya memberi sebagian dari hatimu.” Sebab Tuhan menghendaki seutuhnya hati kita. Ini masalah nasib kekal kita. Ini bukan sekadar kelangsungan hidup di bumi. Tidak masalah kita pria atau wanita, miskin atau kaya, cacat atau utuh. Tidak masalah, apa pun keadaan kita di bumi. Tapi kalau bicara soal kekekalan, itu mutlak. Jangan main-main.

Bagi mereka yang hidup ceroboh, mungkin hari ini mereka merasa aman-aman saja. Apakah mereka akan aman selamanya? Tunggu waktunya mereka dipermalukan. Kalau tidak di bumi, akan dipermalukan di kekekalan. Ada orang yang ketika meninggal, baru ketahuan ternyata dia punya wanita simpanan dan sudah punya anak. Banyak orang menganggap remeh dan setan menipu dengan berkata, “Masih ada kesempatan nanti.” Kita mestinya berpikir bahwa tidak akan ada kesempatan. Jangankan besok, siang dan sore ini pun mungkin kita akan diakhiri.

Jadi, kita tidak perlu takut berkata: “Aku tidak akan berbuat dosa lagi.” Ini yang akan menghindarkan kita dari kehidupan yang melukai Tuhan. Jangan anggap remeh. Ini bukan menakut-nakuti atau mengintimidasi kita. Tapi kiranya ini menjadi peringatan akan realitas yang mengerikan. Betapa indahnya kalau kita sudah membangun hubungan dengan Tuhan, karena kita gentar terhadap realitas kekekalan. Itulah sebabnya di Lukas 16:9-10 dikatakan, “Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan mamon.” Mamon hanya menjadi alat. Kita harus mengikat persahabatan dengan Tuhan, bukan dengan mamon. Mamon kita pakai untuk bersahabat dengan Tuhan. Tapi manusia biasanya pakai apa saja untuk kepentingan sendiri.

Setiap kita pasti punya masalah, dan mungkin sangat berat. Tapi kalau kita menghormati Tuhan, ada dua hal yang kita harus lakukan. Pertama, jangan berbuat dosa. Kedua, jangan mencurigai Tuhan. Sebab Allah yang sama yang disembah Daniel, adalah Allah yang kita sembah. Maka kita tidak boleh takut sama sekali, selama kita hidup dalam kesucian. Kalau kita meyakini Allah yang hidup, kita menghormati Dia, kita juga mempersiapkan diri terhadap kekekalan. Masalahnya, kita tidak mencari hadirat-Nya. Seseorang boleh kaya dengan pengetahuan, keahlian, uang, kedudukan, atau gelar, tapi kalau ia tidak kaya dalam perjumpaan dengan Tuhan, ia lebih miskin dari orang miskin. Jadi, perkayalah diri kita dengan perjumpaan dengan Tuhan. Maka, ketika kita berada di ujung maut, kita baru tahu betapa berartinya menjumpai Allah. Sebab ketika kita tidak terbiasa menjumpai Allah, maka di ujung maut kita akan meraih-raih, meraba-raba, dan tidak akan pernah menemukan tangan-Nya. Tidak bisa dadakan begitu. Tapi kalau kita sudah terbiasa mencari Tuhan, maka kita tidak perlu meraba, karena tangan Tuhan menggenggam tangan kita. Persoalkan dengan Tuhan, Dia punya perasaan, Dia tahu kita mengasihi Dia atau tidak. Allah itu Maha Besar, Maha Dahsyat, Maha Mulia. Siapa kita? Kita hanyalah seonggok tanah liat, bagaimana kita bisa sombong?

Tapi kalau kita memperkarakan kekekalan, Allah berjanji semua ditambahkan kepada kita. Bagi yang sudah senja, hari tua kita jangan disia-siakan karena sebentar lagi redup di mana kita tidak mampu mencari Tuhan karena sudah terlalu lama terpisah dari Tuhan. Mumpung masih ada waktu, cari Tuhan. Kita tidak akan menyesal. Dia bukan salah satu yang penting, namun Dia satu-satunya yang terpenting. Dia bukan prioritas, karena tidak ada yang lain. Hanya Tuhan yang kita cari. Maka, sebelum kesempatan ini berlalu, kita harus bertobat. Ingat panggilan hidup kita. Jangan hilang. Selagi masih punya kesempatan, jangan menunda. Apa yang kita miliki hari ini, semua untuk Tuhan, bukan untuk diri kita. Dan Tuhan akan menambahkannya.

Maka, bertobatlah, carilah Tuhan dengan sungguh-sungguh sebelum waktu kita berlalu dan kita tidak pernah punya kesempatan mengulang. Kalau kita mencari Tuhan dengan sungguh- sungguh, sesuai dengan janji-Nya, maka anak cucu kita akan dipelihara Tuhan. Kita tidak bisa menjagai mereka 24 jam sehari. Allah itu hidup, nyata. Terbukti dalam sejarah, kita melihat gerak Tuhan, tanda tangan Tuhan. Berubahlah dan carilah Dia!

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

BETAPA INDAHNYA KALAU KITA SUDAH MEMBANGUN HUBUNGAN DENGAN TUHAN, KARENA KITA GENTAR TERHADAP REALITAS KEKEKALAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 Juli 2024
2024-07-22 06:47:09

Yesaya 31-34

Card image
Truth Kids 21 Juli 2024 - BERHENTI SEBENTAR DAN TARIK NAFAS
2024-07-21 10:21:24


Yakobus 1:19
”Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah.”

Sobat Kids, kalian pernah merasa kesulitan saat belajar matematika atau saat bermain permainan yang sulit? Rasanya pasti ingin cepat menyerah, ya? Tapi, tahu nggak, menjaga diri dengan sabar itu, seperti ketika kamu belajar mengerjakan teka-teki yang sulit. Saat kamu bertahan dan nggak menyerah, akhirnya kamu bisa menyelesaikannya, kan?

Nah, dalam kehidupan sehari-hari, kita juga butuh kesabaran yang sama. Misalnya, saat kita sedang kesal atau marah, kita bisa belajar menahan diri dengan sabar. Contohnya, seperti waktu kamu ingin marah karena temanmu mengambil mainanmu tanpa izin. Kamu bisa berhenti sejenak, bernafas dalam-dalam, dan berpikir tenang. Dengan begitu, kamu bisa menahan diri untuk tidak marah-marah.

Jadi, menjaga diri dengan sabar itu penting, loh, karena dengan kesabaran, kita bisa menghadapi kesulitan dengan lebih baik dan kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik juga. Yuk, kita belajar bersama-sama untuk menjadi lebih sabar setiap harinya!

Card image
Truth Junior 21 Juli 2024 - KESABARAN BUKANLAH KELEMAHAN
2024-07-21 10:14:41


1 Tesalonika 5:14
”Kami juga menasihati kamu, saudara-saudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang.”

Renungan hari ini terdapat dalam 1 Tesalonika 5:14 yang mengajarkan kita untuk bersabar terhadap semua orang. Kesabaran bukanlah hanya menunggu sesuatu terjadi, melainkan juga bagaimana kita meresponsnya dengan tenang dan penuh kasih. Sebagai anak-anak Allah, kita diajari untuk bersikap sabar terhadap yang lemah, mendukung yang lemah semangatnya, dan bertindak lemah lembut. Ketika kita bersabar, kita menunjukkan kasih Kristus kepada orang lain. Ingatlah bahwa kesabaran adalah buah Roh yang tumbuh dalam diri kita ketika kita tetap terhubung dengan Tuhan. Caranya melalui berdoa dan membaca firman-Nya. Ketika kita mengalami tantangan atau kesulitan, kita dapat meminta bantuan dan kekuatan dari Allah untuk membantu kita bertahan dan tetap sabar.

Ketika Sobat Junior bersabar, tandanya kalian membangun hubungan yang kuat dengan Allah dan orang lain. Kesabaran membantu kita menghargai waktu yang dibutuhkan untuk memahami dan memaafkan. Saat kita bersabar, kita belajar untuk tidak mudah marah atau kecewa, serta melihat setiap situasi dengan hati yang terbuka dan pikiran yang bijaksana. Ingatlah bahwa kesabaran bukanlah tanda kelemahan, melainkan kekuatan. Ketika kita bersabar, kita menunjukkan karakter Kristus dalam hidup kita. Mari kita terus berdoa agar Roh Kudus membantu kita tumbuh dalam kesabaran, sehingga kita dapat menjadi saksi yang setia atas kasih dan kebaikan Allah kepada dunia ini.

Card image
Truth Youth 21 Juli 2024 - YOUNG AND POSITIVE
2024-07-21 10:53:50


Let no one despise you for your youth, but set the believers an example in speech, in conduct, in love, in faith, in purity. (1 Timothy 4:12)

In 1 Timothy 4:12, Paul advises Timothy to be a good example to others, especially young people like us. We can start with small everyday things! For example, pay attention to how we speak. Always try to use words that are kind and uplifting. Avoid empty talk or gossiping about unimportant things, as it only creates a negative atmosphere. If we can speak well, the environment around us will surely become more pleasant and comfortable.

But it's not just that; we can also show positive spirit through actions. For instance, helping a friend in need, smiling, or simply listening attentively when a friend confides in us. With these small gestures, the atmosphere around us can become more cheerful and inspiring for others. We can also lead by example through our way of life. We can demonstrate goodness by avoiding harmful things and staying consistent with positive values. By doing so, we can inspire our friends to do good as well. Our social environment will become a place full of positivity and support, where we build each other up. In this way, we can create a community that is positive and loving, which will certainly make ourselves and those around us happier and more motivated. Let's start now!

WHAT TO DO:
1. Start by paying attention to how we speak. Use words that are kind and uplifting and avoid empty talk or gossip about others.
2. Show positive spirit through actions, such as helping friends in need, smiling, or listening attentively when friends confide in us.
3. Lead by example through our lifestyle by avoiding harmful behaviors and staying consistent with positive values.

BIBLE MARATHON:
- Isaiah 20-24

Card image
Truth Youth 21 Juli 2024 - YANG MUDA, YANG POSITIF
2024-07-21 10:03:17


”Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” (1 Timotius 4:12)

Di dalam 1 Timotius 4:12, Paulus berkata ke Timotius untuk jadi contoh yang bagus bagi orang lain, terutama anak muda seperti kita. Kita bisa mulai dari hal-hal kecil sehari-hari, lho! Misalnya, coba perhatikan cara bicara kita. Usahakan selalu pakai kata-kata yang baik dan membangun. Hindari omong kosong atau ngobrolin orang yang nggak penting, soalnya itu cuma membuat suasana jadi negatif. Kalau kita bisa bicara dengan baik, lingkungan sekitar kita pasti jadi lebih asyik dan nyaman.

Tetapi tidak cuma itu, kita juga bisa tunjukkan semangat positif lewat tindakan. Misalnya, bantu teman yang lagi kesusahan, tersenyum, atau bahkan cukup dengarkan saja dengan serius kalau teman lagi curhat. Dengan hal-hal kecil seperti itu, suasana sekitar kita bisa jadi lebih ceria dan membuat orang terinspirasi. Kita juga bisa jadi contoh lewat cara kita hidup. Kita bisa tunjukkan kebaikan dengan menjauhi hal-hal yang _nggak_ baik, dan tetap konsisten dengan nilai-nilai positif. Dengan begitu, kita bisa jadi inspirasi untuk teman-teman kita untuk ikut berbuat baik. Lingkungan sosial kita bakal jadi tempat yang penuh semangat dan positif, di mana kita saling support dan membangun. Dengan cara ini, kita bisa membentuk komunitas yang positif dan penuh kasih, yang pasti akan membuat diri kita dan orang lain di sekitar kita jadi lebih bahagia dan termotivasi. Yuk, mulai dari sekarang!

WHAT TO DO:
1.Mulailah dengan memperhatikan cara berbicara kita. Gunakan kata-kata yang baik dan membangun, serta hindari omong kosong atau menggosip tentang orang lain.
2.Tunjukkan semangat positif melalui tindakan, seperti membantu teman yang sedang mengalami kesulitan, tersenyum, atau mendengarkan dengan serius ketika teman curhat.
3.Jadi contoh melalui gaya hidup kita dengan menjauhi hal-hal yang tidak baik, dan tetap konsisten dengan nilai-nilai positif.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yesaya 20-24

Card image
Renungan Pagi - 21 Juli 2024
2024-07-21 09:55:08


Hari yang indah akan kita alami, jika setiap kali memulai hari, tidak pernah melupakan untuk menjalin hubungan pribadi yang intim dengan Tuhan, sebab mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan pasti akan mengubah cara berpikir dan gaya hidup. Membuat kita memahami bahwa dalam setiap peristiwa hidup, Allah sedang berbicara.

Kalau hal itu kita pahami, maka tidak ada alasan untuk mengeluh dan bersungut sekalipun ada saja hal-hal tidak mengenakkan yang kita hadapi. Memahami arti kehadiran Tuhan dalam hidup, memampukan kita menghadapi semuanya dengan senyum dan hati yang bersyukur dengan tulus serta penuh sukacita.

Bukankah pengertian ini membuat kita merasakan dan mengalami indahnya setiap hari berjalan bersama Tuhan? Sehingga dapatlah berkata seperti Yeremia "tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tiada habisnya Rahmat-Nya, selalu baru setiap pagi, besar setia-Mu," sekalipun saat itu keadaan di sekelilingnya bukanlah keaadan yang nyaman, ia tetap bersyukur dan percaya bahwa Tuhan ada bersamanya.
(Ratapan 3:22)

Card image
UNDERESTIMATE ETERNITY - 21 Juli 2024 (English Version)
2024-07-21 09:46:32


Many Christians have responsible personalities; not careless or careless. Usually the person in charge is not careless and does not like careless people. Do we know who is the most careless person in life? The most careless person in this life is the person who thinks that eternity is not the main thing. The person who is careless or the most careless and most endangers his own life is the one who understimates eternity. The average humans underestimate eternity, and this is actually a fatal foolishness. But the philosophy of life that humans in general or almost all humans have is "let us eat and drink because tomorrow we will die," as stated by Paul in his letter.

It has been imprinted in the mind and lived in the heart that it is as if the opportunity to live is only once on this earth. And this has been instilled since childhood. Therefore, whatever can make them happy and pleased is what they pursue, seek to possess, and hope to enjoy life as much as possible. Because there is no other life besides living today. As children, their favorite things are toy cars; for girls, dolls. As they grow a bit older, girls like playing market, and boys like mini bikes. As teenagers, their interest turns to motorbikes. Then approaching adulthood, if the family can afford it, they start owning cars while adding accessories. And so on. It is not that these things are forbidden, but we shouldn't follow the focus of human life which is generally on mortal matters.

People who do not appreciate eternity, those who underestimate eternity, cannot possibly honor God. It is impossible. Even if they go to church, praise, and worship God, they do not give proportional respect to God. It is impossible for them to seek God, His presence, or His face in their daily lives. For them, God's presence and God's face are foreign concepts, and they never recognize what God's presence is. All they know is the liturgical atmosphere. Essentially, such people do not need God but need His help when in trouble and His blessings for their endeavors and business. Ironically, the church legalizes or justifies this truth. So, many Christians live in ignorance. God is bribed with praise and worship.

The Bible indeed says that God is enthroned on praises, but we must ask: whose praises? God enjoys the praises of those who love and honor Him, not just anyone who can sing. Sometimes, they can’t even sing. They don’t understand worship either but being in the church room makes them feel they have contributed something to God. Alarmingly, God remains silent, as if He is not disturbed by their behavior. Ironically, the pastor is also not disturbed. The question for each of us is: are we truly afraid of eternity? Honestly, perhaps not, because the world has distracted and corrupted us too much.

This is actually a critical condition. If we let it be, soon we will be engulfed in darkness, quenching the Spirit. If it reaches that level, we cannot be saved; we are not worthy to enter the Father’s palace in heaven. We never think that behind death lies eternity. The life of those who do not appreciate eternity is tragic. The disturbance of God's feelings is given to true servants of God, so that they have a sense of crisis towards souls, and so that they live righteously; not thinking about money or seeking positions, but being serious about saving souls. And before they save others, they must save themselves. They must be right first; they must also be afraid of eternity first.

So, be aware and investigate whether we truly have a fear of eternity. Do not take it lightly. Because if we do not sincerely seek God’s face, it's impossible for us to honor God. If we do not change, it is only a matter of time before we tremble before God. If we are afraid of eternity, we will strive to be as close friends with God and as intimately as possible. And those who want to be friends with God as closely as possible, as intimately as possible will surely strive to live holy lives, live blamelessly, strive not to hurt others, and be honest in all things.

So if God comes today or the world ends—whether due to war or disaster—are we confident that we will surely enter the Father’s House? Have we honored God properly all this time? Remember, the Word of God says, “Cursed is anyone who does not love the Lord.”

THE PERSON WHO IS CARELESS OR THE MOST CARELESS AND MOST ENDANGERS HIS OWN LIFE IS THE ONE WHO UNDERSTIMATES ETERNITY.

Card image
MEREMEHKAN KEKEKALAN - 21 Juli 2024
2024-07-21 10:58:45


Banyak orang Kristen yang memiliki kepribadian yang bertanggung jawab; tidak ceroboh atau tidak sembarangan. Biasanya orang yang bertanggung jawab itu tidak ceroboh dan tidak suka dengan orang ceroboh. Tahukah kita siapa orang yang paling ceroboh dalam hidup ini? Orang yang paling ceroboh dalam hidup ini adalah orang yang menganggap kekekalan bukan hal utama. Orang yang ceroboh atau paling ceroboh dan paling membahayakan hidupnya sendiri adalah orang yang menganggap remeh kekekalan. Rata-rata manusia menganggap remeh kekekalan, dan ini sebenarnya suatu kebodohan fatal. Tetapi filosofi hidup yang dimiliki manusia pada umumnya atau hampir semua manusia adalah “mari kita makan dan minum sebab besok kita mati,” seperti yang dikemukakan oleh Paulus di dalam suratnya.

Sudah terpatri di dalam pikiran dan dihayati di dalam hati bahwa seakan-akan kesempatan hidup itu hanya sekali di bumi ini. Dan itu dijiwai sejak kecil. Karenanya, apa yang dapat membahagiakan dan menyenangkan hatinya, itu yang diburu, dicari untuk dimiliki, dan berharap ia dapat menikmati hidup semaksimal mungkin. Sebab, tidak ada lagi kehidupan lain selain hidup hari ini. Waktu kecil, kesukaannya mobil-mobilan; bagi perempuan, boneka. Kemudian besar sedikit, kalau perempuan, pasar-pasaran; bagi laki-laki, sepeda mini. Meningkat waktu remaja, kesukaannya motor. Lalu menjelang pemuda, kalau ada dalam keluarga yang mampu, mulai memiliki mobil sambil menambah aksesorisnya. Dan seterusnya. Bukan tidak boleh, tetapi jangan kita mengikuti fokus hidup manusia yang umumnya pada perkara-perkara fana.

Orang yang tidak menghargai kekekalan, orang yang menganggap remeh kekekalan tidak mungkin menghormati Tuhan. Tidak mungkin. Kalaupun dia ke gereja, dia memuji, menyembah Tuhan, dia tidak memberikan penghormatan yang proporsional kepada Allah. Tidak mungkin hari-harinya mencari Tuhan, mencari hadirat Tuhan atau wajah Tuhan. Baginya, hadirat Tuhan dan wajah Tuhan itu asing, sampai tidak pernah mengenali apa itu hadirat Tuhan. Yang dia tahu hanya suasana liturgi. Pada dasarnya, orang-orang seperti ini tidak membutuhkan Tuhan, tetapi membutuhkan pertolongan-Nya jika dalam kesulitan, dan berkat-Nya untuk usaha dan bisnis. Dan ironisnya, gereja melegalisir kebenaran itu atau membenarkan. Sehingga, banyak orang Kristen hidup dalam kebodohan. Tuhan disuap dengan pujian dan penyembahan.

Dan memang Alkitab berkata bahwa Tuhan bertakhta di atas pujian, tapi kita harus perkarakan: pujian siapa? Tuhan menikmati pujian dari orang yang mengasihi dan menghormati-Nya, bukan orang sembarangan, yang hanya bisa menyanyi. Kadang-kadang menyanyi saja juga tidak bisa. Menyembah juga tidak mengerti, tapi ada di dalam ruangan gereja, sehingga dia merasa bahwa dia sudah memberikan semacam partisipasi untuk Tuhan. Dan yang mengerikan, Tuhan diam, seakan-akan tidak terganggu dengan perilaku mereka. Ironisnya, pendeta juga tidak terganggu. Pertanyaan untuk setiap kita: apakah kita benar- benar gentar terhadap kekekalan? Sejujurnya, jangan-jangan tidak, karena dunia sudah terlalu mendistraksi, merusak kita.

Sebenarnya, ini kondisi kritis. Jika kita biarkan, maka sebentar lagi kita terbenam dalam gelap gulita, dan memadamkan Roh. Dan jika sampai tingkat itu, kita tidak bisa selamat; tidak layak masuk ke dalam istana Bapa di surga. Kita tidak pernah memikirkan bahwa di balik kematian, ada kekekalan. Tragis, hidup orang yang tidak menghargai kekekalan ini. Ketergangguan perasaan Tuhan diberikan ke hamba-hamba Tuhan yang benar, supaya mereka memiliki sense of crisis terhadap jiwa-jiwa, dan supaya mereka hidup benar; tidak memikirkan uang atau cari kedudukan, tapi punya keseriusan untuk menyelamatkan jiwa. Dan sebelum dia menyelamatkan jiwa, dia harus menyelamatkan dirinya sendiri. Dia harus benar dulu, dia juga harus gentar dulu terhadap kekekalan.

Jadi, sadarlah, selidiki apakah kita benar-benar memiliki kegentaran terhadap kekekalan. Jangan kita anggap remeh. Sebab jika kita tidak sungguh-sungguh mencari wajah Tuhan, tidak mungkin kita menghormati Tuhan. Kalau kita tidak berubah, tinggal tunggu waktu, maka kita akan gemetar di hadapan Tuhan. Kalau kita gentar terhadap kekekalan, maka kita akan berusaha bersahabat dengan Tuhan seakrab-akrabnya, seintim-intimnya. Dan orang yang mau bersahabat dengan Tuhan seakrab-akrabnya, seintim-intimnya pasti akan berusaha hidup kudus, berusaha hidup tidak bercela, berusaha tidak melukai orang, berusaha jujur dalam segala hal.

Jadi kalau Tuhan hari ini datang atau dunia ini kiamat—entah karena perang atau bencana— apakah kita yakin bahwa kita pasti masuk Rumah Bapa? Apakah selama ini kita sudah menghormati Tuhan dengan sepantasnya? Ingat, firman Tuhan mengatakan, “Terkutuklah orang yang tidak mengasihi Tuhan.”

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr Erastus Sabdono

ORANG YANG CEROBOH ATAU PALING CEROBOH DAN PALING MEMBAHAYAKAN HIDUPNYA SENDIRI ADALAH ORANG YANG MENGANGGAP REMEH KEKEKALAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 Juli 2024
2024-07-21 09:26:18

Yesaya 28-30

Card image
Truth Kids 20 Juli 2024 - MENGASIHI DENGAN KESABARAN
2024-07-20 13:54:08


1 Korintus 16:14
”Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!”

Di suatu sekolah, ada seorang siswa bernama Olive yang selalu membantu teman-temannya yang sedang kesulitan dalam pelajaran. Suatu hari, temannya yang bernama Rani kesulitan memahami pelajaran matematika. Tanpa ragu, Olive dengan sabar menjelaskan satu per satu langkah-langkah yang sulit itu kepada Rani. Olive juga selalu menunjukkan kasih kepada teman-temannya. Ketika ada temannya yang sedang sedih karena diolok oleh teman lain, Olive selalu memberikan dukungan dan menghibur temannya.

Kisah Olive mengajarkan kita tentang pentingnya kesabaran dan kasih. Ketika kita sabar, kita bisa membantu orang lain dengan lebih baik, seperti Olive yang sabar membantu Rani memahami pelajaran. Dan ketika kita mengasihi, kita bisa membuat orang lain merasa lebih baik dan berharga, seperti Olive yang mengasihi temannya yang sedang sedih.

Jadi, Sobat Kids, mari kita belajar dari Olive. Kita harus menunjukkan kesabaran dan kasih dalam setiap tindakan kita agar kita bisa menjadi lebih baik lagi.

Card image
Truth Junior 20 Juli 2024 - KUNCI KESABARAN
2024-07-20 13:52:47


1 Korintus 16:14
”Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!”

Dari ayat yang kita baca hari ini, kita dapat mengetahui bahwa Paulus pernah memerintahkan jemaat di Korintus untuk melakukan pekerjaan atau pelayanan mereka dengan kasih. Kalau Sobat Junior melakukan pelayanan dalam kasih, berarti kalian bisa memberi hasil yang lebih baik dan memuaskan. Coba Sobat Junior evaluasi diri sendiri. Apakah sudah melakukan pelayanan dalam kasih, atau memiliki motivasi yang lain? Atau melakukan pelayanan dengan terpaksa atau bersungut-sungut? Atau karena hanya menunaikan tugas saja tanpa tujuan apa-apa?

Sobat junior perlu tahu, kalau kita melakukan segala hal dengan kasih, baik dalam pelayanan, lingkungan keluarga, sekolah, dan pertemanan, maka kita bisa menjalaninya dengan penuh kesabaran. Walaupun sering mengalami masalah, misalnya bertemu teman-teman yang menjengkelkan, Sobat Junior bisa tetap sabar menjalaninya karena kalian memiliki kasih. Dengan kasih, kalian dapat melewati semuanya. Seperti Yesus yang selalu sabar mengajar murid-murid-Nya, begitu juga Sobat Junior harus sabar yang penuh kasih.

Card image
Truth Youth 20 Juli 2024 (English Version) - GOD'S ANGLE MIRROR
2024-07-20 13:40:39


"Let no corrupting talk come out of your mouths, but only such as is good for building up, as fits the occasion, that it may give grace to those who hear." (Ephesians 4:29)

Do you know, friends, that as Christians, we were never created to focus solely on ourselves? It's true that we can be called the image of God, where our character qualities should mirror God's attributes such as love, justice, and others that are relational. But we are also created to be like God, like a side-view mirror or an angled mirror reflecting God's character to the world and others, such as order, peace, or other positive aspects that are now not just about God and me, but about God, me, and the world.

With this understanding, we can see how important our role is in spreading positive energy and spirit around us. As mirrors of God's character, we have a responsibility to reflect love, peace, and goodness to others. This can start with simple actions like smiling, giving compliments, or even just listening attentively when a friend speaks. By doing so, we not only create a pleasant and inspirational atmosphere but also become channels of blessing to others.

As young people, we also have the power to shape a positive and constructive social environment. Encourage friends to engage in activities that strengthen brotherly bonds and foster cooperation. By supporting and inspiring each other, we can create an environment that encourages positive growth for every individual. Remember, the positive energy we spread today will be a blessing to others and to ourselves in the future.

WHAT TO DO:
1. Reflect God's character to the world and others by showing love, peace, and goodness.
2. Spread positive energy and spirit around by simple actions like smiling, giving compliments, and listening attentively.
3. Shape a positive and constructive social environment by encouraging friends to engage in activities that strengthen brotherhood and cooperation.

BIBLE MARATHON:
- Isaiah 15-19

Card image
Truth Youth 20 Juli 2024 - GOD’S ANGLE MIRROR
2024-07-20 13:38:19


”Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” (Efesus 4:29)

Tahukah teman-teman, kalau kita sebagai orang Kristen gak pernah sekalipun diciptakan untuk hanya fokus terhadap diri kita sendiri? Memang benar kita bisa disebut sebagai gambar Allah, di mana kualitas karakter kita hendaknya segambar dengan Allah seperti kasih, keadilan, dan sebagainya, yang sifatnya dua arah. Tapi kita juga diciptakan segambar dan serupa dengan Allah, seperti kaca spion atau cermin bersudut yang memantulkan karakter Allah kepada dunia dan orang lain, seperti keteraturan, kedamaian, atau hal-hal positif lainnya yang sifatnya sekarang bukan hanya Allah dan aku, tetapi Allah, aku, dan dunia.

Dengan pemahaman ini, kita bisa melihat betapa pentingnya peran kita dalam menyebarkan energi positif dan semangat di sekitar kita. Sebagai cermin dari karakter Allah, kita memiliki tanggung jawab untuk memantulkan kasih, kedamaian, dan kebaikan kepada orang lain. Hal ini dapat dimulai dengan tindakan sederhana seperti tersenyum, memberikan pujian, atau bahkan sekadar mendengarkan dengan penuh perhatian saat teman berbicara. Dengan begitu, kita tidak hanya menciptakan suasana yang menyenangkan dan inspiratif, tetapi juga menjadikan diri kita sebagai saluran berkat bagi orang lain.

Sebagai anak muda, kita juga memiliki kekuatan untuk membentuk lingkungan sosial yang positif dan membangun. Ajak teman-teman untuk terlibat dalam kegiatan yang memperkuat ikatan persaudaraan dan memupuk semangat kerja sama. Dengan saling mendukung dan menginspirasi, kita bisa menciptakan lingkungan yang memacu pertumbuhan positif bagi setiap individu. Ingatlah, energi positif yang kita sebarkan hari ini akan menjadi berkat bagi orang lain, dan juga untuk diri kita sendiri di masa depan.

WHAT TO DO:
1.Memantulkan karakter Allah kepada dunia dan orang lain dengan memberikan kasih, kedamaian, dan kebaikan.
2.Menyebarkan energi positif dan semangat di sekitar dengan tindakan sederhana seperti tersenyum, memberikan pujian, dan mendengarkan penuh perhatian.
3.Membentuk lingkungan sosial yang positif dan membangun dengan mengajak teman-teman terlibat dalam kegiatan yang memperkuat ikatan persaudaraan dan semangat kerja sama.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yesaya 15-19

Card image
Renungan Pagi - 20 Juli 2024
2024-07-20 13:33:46


Hidup kristen tidak dapat dipisahkan dari sukacita sebab kita telah ditebus dari segala dosa dan segalanya telah diselesaikan oleh Kristus di atas kayu salib, karena itu tidak ada alasan untuk bersungut-sungut, takut, kuatir dan cemas. "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan; Bersukacitalah!"

Jadi kita harus bersukacita bukan karena tidak ada masalah, tetapi di tengah masalah tetap bersukacita, karena kita tahu lewat masalah itu Tuhan mendewasakan, sehingga menjadi anak-anak Tuhan yang kuat. Kita bersukacita karena dosa sudah diampuni Tuhan, karena janji-janji Tuhan pasti digenapi, harus bersukacita karena Tuhanlah kesukaan dalam hidup kita.
(Filipi 4:4)

Card image
Quote Of The Day - 20 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-20 13:24:16


Orang yang lemah lembut adalah orang yang tidak mendendam atau menyimpan kesalahan orang lain.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 20 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-20 13:23:23


Ketika kita mulai mempersoalkan rancangan hidup kita, maka pelayanan kita makin murni.

Card image
CHANGING ONESELF - 20 Juli 2024 (English Version)
2024-07-20 13:07:27


For people who really want to live righteously, live holy, live a life pleasing to God, it is not easy to achieve and live it. So if we are not serious, we will never live in holiness, purity, or pleasing God; will never. The Word of God says that only those who hunger and thirst for righteousness will be satisfied. "Hunger and thirst for righteousness" means great need, because it determines life. We deeply need to live in God's favor. We must consider that nothing is absolute—having worldly goods, positions, ranks, getting married, having children, and so on.

Because there is only one absolute thing, namely how we can become God's creation, become God's children who truly serve Him; serving God's feelings, pleasing God's heart, truly pleasing before God the Father. This "thirst" must be continually ignited, not only when we are praying and saying promises, sweet words before God, but the seconds, minutes, hours, days of our lives continue to be filled with the longing to be able to please God. Let's ignite this, then we can truly become men of God who are in the image and likeness of God, in accordance with God's original design.

Come on, let's add to the number of people who truly please God, and that person: us! We always think that we are the last people awaited to become God's children who truly please Him. Truly pleasing to God. After that we will invite other people—who are the same as fishing for souls, saving souls—so that they too can become children of God who please God. Not just being a church member, or just being a Christian, but actually being a created being who does what God wants as the Creator. This is the work for God.

After we change ourselves and experience change, then we also become instruments in God's hands to change others. This is real service. Not just holding a service, attending church, or preaching. The goal must be clear, namely changing humans. And this is possible only because of the work of the Holy Spirit. Powerful, amazing gifts are not the main thing. Gifts of the Spirit are needed to build the congregation's faith, but we need more 'fruits of the Spirit' and we truly demonstrate them.

So, while we still have a chance, we must strive for this: how to become God's beloved children, pleasing His heart. And we should always view this as an absolute and essential need. Thus, we can understand why God's word teaches us: "Even if my flesh and my heart may fail, but God is the strength of my heart and my portion forever" (Psalm 73:26). We realize how damaged, how out of proportion our condition is. How corrupt we truly are, with all the cunning that is in our hearts, with the bonds of lust that are in our flesh.

Therefore, we continue to seek God's face, pray, humble ourselves so that we do not fall into sin and do not hurt God's heart. But instead, we always please God and find His work that we must complete, find spiritual projects, Kingdom of God projects that we must undertake and complete. And of course those projects boil down to changing people. Not just carrying out church activities or church service activities, but how we can change people.

Let's fight to accelerate our change. We ask for the acceleration of our change and the acceleration of souls being saved, souls being won. This work is great, and it depends on us, how high we want to achieve a life of holiness, purity, and favor before God. It depends on each of us, how wide the scope of our ministry is, and how many souls we can bring into God's presence. It depends on us, how earnestly we want to truly achieve a life that pleases God's heart. If today God still gives us a new day, let's fight with new enthusiasm.

AFTER WE CHANGE OURSELVES AND EXPERIENCE CHANGE, THEN WE ALSO BECOME AN INSTRUMENT IN GOD'S HANDS TO CHANGE OTHERS.

Card image
MENGUBAH DIRI - 20 Juli 2024
2024-07-20 13:21:28


Bagi orang yang sungguh-sungguh mau hidup benar, hidup suci, hidup menyukakan hati Allah adalah tidak mudah untuk mencapai dan menjalaninya. Jadi kalau kita tidak sungguh-sungguh, maka kita tidak akan pernah hidup di dalam kekudusan, kesucian, menyenangkan hati Allah; tidak akan pernah. Firman Tuhan mengatakan bahwa hanya orang yang haus dan lapar akan kebenaran yang dipuaskan. “Haus dan lapar akan kebenaran” artinya sangat membutuhkan, karena hal itu menentukan kehidupan. Sangat membutuhkan hidup dalam perkenanan Tuhan. Kita harus menganggap tidak ada sesuatu yang mutlak, tidak ada sesuatu yang absolut— memiliki barang-barang dunia, jabatan, kedudukan, pangkat, menikah, punya anak, dan lain sebagainya.

Sebab yang mutlak itu hanya satu, yaitu bagaimana kita dapat menjadi ciptaan Allah, menjadi anak-anak Allah yang benar-benar melayani Dia; melayani perasaan Allah, menyenangkan hati Allah, benar-benar berkenan di hadapan Allah Bapa. ‘Kehausan’ itu harus terus kita nyalakan, bukan hanya pada waktu kita sedang berdoa dan mengucapkan janji-janji, ucapan-ucapan manis di hadapan Allah, melainkan detik, menit, jam, hari hidup kita terus dipenuhi dengan kerinduan untuk bisa menyenangkan hati Allah. Mari kita nyalakan itu, maka barulah kita sungguh-sungguh dapat menjadi man of God (manusia Allah) yang berkeadaan segambar dan serupa dengan Allah, sesuai dengan maksud rancangan Allah semula.

Ayo, kita tambahkan jumlah orang yang menyenangkan hati Allah secara benar, dan orang itu: kita! Selalu kita berpikir bahwa kita adalah orang terakhir yang ditunggu menjadi anak- anak Allah yang sungguh-sungguh menyenangkan hati-Nya. Sungguh-sungguh menyenangkan hati Allah. Setelah itu kita akan mengajak orang lain—yang sama dengan menjala jiwa, menyelamatkan jiwa—agar mereka juga bisa menjadi anak-anak Allah yang menyenangkan hati Allah. Bukan hanya menjadi anggota gereja, atau hanya menjadi orang Kristen, melainkan benar-benar menjadi makhluk ciptaan yang melakukan apa yang dikehendaki oleh Allah sebagai Sang Khalik atau Sang Pencipta. Inilah kerja buat Tuhan.

Setelah kita mengubah diri dan mengalami perubahan, maka kita juga menjadi alat di dalam tangan Tuhan untuk mengubah orang lain. Inilah pelayanan yang sesungguhnya. Bukan hanya mengadakan kebaktian, lalu datang ke satu gereja, atau berkhotbah. Harus jelas tujuannya, yaitu mengubah manusia. Dan ini bisa terjadi hanya karena pekerjaan Roh Kudus. Karunia-karunia yang dahsyat, yang menakjubkan, bukan hal utama. Karunia Roh, dibutuhkan bagi membangun iman jemaat, tapi ‘buah roh’ lebih kita butuhkan dan benar-benar kita peragakan.

Maka, selagi masih ada kesempatan kita harus berjuang untuk ini, bagaimana menjadi anak kesukaan Allah, menyenangkan hati-Nya. Dan kita selalu memandang ini sebagai kebutuhan mutlak dan absolut. Jadi kita bisa mengerti, mengapa firman Tuhan mengajarkan kita: “Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya” (Mzm. 73:26). Kita menyadari betapa rusaknya, betapa sudah tidak pada proporsinya keadaan diri kita ini. Betapa rusaknya sebenarnya, dengan segala kelicikan yang ada di hati kita, dengan ikatan-ikatan nafsu yang ada dalam daging kita.

Karenanya kita terus mau mencari wajah Tuhan, berdoa, merendahkan diri agar kita tidak jatuh dalam dosa, dan tidak melukai hati Tuhan. Tetapi sebaliknya, kita selalu menyenangkan hati Allah dan menemukan pekerjaan-Nya yang harus kita selesaikan, menemukan proyek-proyek rohani, proyek-proyek Kerajaan Allah yang harus kita tunaikan dan selesaikan. Dan tentu proyek-proyek itu bermuara pada mengubah manusia. Bukan sekadar melakukan kegiatan gereja atau kegiatan pelayanan gereja, melainkan bagaimana kita dapat mengubah manusia.

Mari kita berjuang untuk percepatan perubahan kita. Kita minta percepatan perubahan kita dan percepatan jiwa-jiwa yang diselamatkan, jiwa-jiwa yang dimenangkan. Pekerjaan ini besar, dan ini tergantung kita, mau seberapa tinggi mencapai kehidupan dalam kekudusan, kesucian, dan keberkenanan di hadapan Allah. Tergantung kita masing-masing, seberapa luas jelajah pelayanan kita, dan seberapa banyak jiwa yang dapat kita bawa ke hadirat Allah. Tergantung kita, seberapa kita sungguh-sungguh mau benar-benar mencapai kehidupan yang menyenangkan hati Allah. Kalau hari ini Tuhan masih memberi kita hari yang baru, mari kita berjuang dengan semangat baru.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SETELAH KITA MENGUBAH DIRI DAN MENGALAMI PERUBAHAN, MAKA KITA JUGA MENJADI ALAT DI DALAM TANGAN TUHAN UNTUK MENGUBAH ORANG LAIN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 Juli 2024
2024-07-20 13:20:21

Hosea 8-14

Card image
Truth Kids 19 Juli 2024 - BOLA YANG HILANG
2024-07-19 13:24:13


2 Tawarikh 20:20b
”Percayalah kepada TUHAN, Allahmu, dan kamu akan tetap teguh! Percayalah kepada nabi-nabi-Nya, dan kamu akan berhasil!”

Di suatu desa, ada seorang anak kecil yang bernama Dani. Dani sangat suka bermain bola di lapangan rumput dekat rumahnya setiap sore. Suatu hari, ketika sedang bermain, bola Dani terbang ke semak-semak yang lebat. Dani mencoba mencari bola tersebut, tetapi tidak berhasil menemukannya. Dia pun pulang dengan sedih. Namun, ibunya mengatakan kepadanya, "Dani, kita perlu bersabar dan percaya bahwa kita akan menemukan bola itu kembali."

Dengan penuh keyakinan, Dani kembali ke lapangan setiap hari untuk mencari bola itu. Meskipun terkadang dia merasa frustasi karena belum juga menemukan bola tersebut, dia tetap bersikap sabar dan terus mencoba. Akhirnya setelah beberapa hari, Dani menemukan bola itu di balik semak-semak. Dia sangat bahagia dan bersyukur karena telah bersabar dan tidak menyerah.

Sobat Kids, cerita Dani mengajarkan kita bahwa kita perlu percaya pada Tuhan dengan penuh keteguhan hati dan bersikap sabar dalam menghadapi masalah atau tantangan. Jangan pernah menyerah, karena Tuhan selalu ada untuk menuntun dan menolong kita melalui setiap kesulitan. Ayo, jadilah seperti Dani, anak yang percaya dan sabar dalam menjalani hidup!

Card image
Truth Junior 19 Juli 2024 - SABAR SEPERTI ABRAHAM
2024-07-19 13:22:21


2 Tawarikh 20:20b
”Percayalah kepada TUHAN, Allahmu, dan kamu akan tetap teguh! Percayalah kepada nabi-nabi-Nya, dan kamu akan berhasil!”

Abraham adalah seorang tokoh dalam Alkitab yang Tuhan janjikan untuk memiliki banyak keturunan seperti bintang di langit. Tetapi, Abraham dan istrinya, Sara, sudah sangat tua dan belum punya anak. Meski begitu, Abraham tetap percaya pada Tuhan dan menunggu dengan sabar.

Setelah bertahun-tahun, ketika Abraham berusia 100 tahun, Tuhan menggenapi janji-Nya. Sara melahirkan seorang anak laki-laki yang mereka beri nama Ishak. Abraham sangat bersukacita karena Tuhan menepati janji-Nya. Tapi tidak lama setelah Ishak lahir, Tuhan meminta agar Ishak dipersembahkan sebagai kurban bakaran, padahal Abraham sudah sangat lama menanti anaknya.

Sobat Junior, bagaimana perasaan Sobat Junior jika berada di posisi Abraham? Bayangkan, sabarnya Abraham menunggu anaknya, Ishak, lahir dan tak lama setelah itu, Abraham tidak ragu untuk mempersembahkan anak satu-satunya itu kepada Tuhan. Abraham percaya bahwa Tuhan tidak akan mengingkari janji-Nya. Sobat Junior juga harus bisa meneladani kesabaran Abraham. Jika Sobat Junior tidak penuh keteguhan hati dan bersikap sabar saat mengingini sesuatu, bisa saja kalian salah mengambil keputusan. Tuhan sudah merancangkan yang terbaik bagi kita. Kalau Sobat Junior sabar menunggu waktu yang tepat dari Tuhan, Tuhan akan berikan kepada kita lebih dari yang kita harapkan.

Card image
Truth Youth 19 Juli 2024 (English Version) - POSITIVE VIBES
2024-07-19 13:20:09


"For the lips of a priest should guard knowledge, and people should seek instruction from his mouth, for he is the messenger of the Lord of hosts." (Malachi 2:7)

Every day we meet many people, from family to friends to colleagues. In every interaction, it's crucial to display positive traits like honesty, responsibility, and compassion. One way to develop positive character is by always striving to be honest. Honesty can be tough at times, especially when we fear the consequences. But by being brave and honest, we can build trust and respect from those around us. Honesty forms the foundation of healthy and harmonious relationships.

In addition to honesty, responsibility is also essential. Responsibility means being reliable and keeping promises. For example, if we promise to help a friend with their tasks, we must ensure to fulfill that promise. Being responsible helps others see us as trustworthy and dependable. This opens up more opportunities for collaboration and building strong, positive relationships with others.

Lastly, compassion for others is equally important. Showing compassion can start with small gestures, like listening to a friend who has problems or helping a neighbor in need. Compassion shows that we care and respect others, ultimately making us feel more connected and valued. By demonstrating these positive traits in our daily lives, we not only build better relationships with others but also develop ourselves into better and wiser individuals.

WHAT TO DO:
1. Strive to always be honest in every interaction with others, even when it's difficult.
2. Maintain a sense of responsibility by always keeping promises and being someone others can rely on.
3. Show compassion for others by taking tangible actions, such as listening to a friend's problems or assisting a neighbor in need.

BIBLE MARATHON:
- Isaiah 12-14

Card image
Truth Youth 19 Juli 2024 - POSITIVE VIBES
2024-07-19 13:17:58


”Sebab bibir seorang imam memelihara pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan Tuhan semesta alam.” (Maleakhi 2:7)

Setiap hari kita ketemu banyak orang, dari keluarga, teman, sampai rekan kerja. Dalam setiap interaksi itu, penting banget untuk nunjukkin karakter positif seperti kejujuran, tanggung jawab, dan kepedulian. Salah satu cara untuk mengembangkan karakter positif adalah dengan selalu berusaha jujur. Jujur kadang memang susah, apalagi kalau kita takut sama akibatnya. Tapi dengan berani jujur, kita bisa membangun kepercayaan dan rasa hormat dari orang-orang di sekitar kita. Kejujuran adalah dasar dari hubungan yang sehat dan harmonis.

Selain jujur, tanggung jawab juga penting banget. Tanggung jawab berarti kita bisa diandalkan dan selalu menepati janji. Misalnya, kalau kita janji bantu teman dengan tugasnya, kita harus memastikan untuk memenuhi janji itu. Dengan bertanggung jawab, orang lain akan melihat kita sebagai sosok yang bisa dipercaya dan diandalkan. Ini akan membuka lebih banyak kesempatan untuk kerjasama dan membangun hubungan kuat dan positif dengan orang lain.

Terakhir, kepedulian terhadap sesama juga nggak kalah penting. Menunjukkan kepedulian bisa dimulai dari hal-hal kecil, seperti mendengarkan teman yang lagi punya masalah atau membantu tetangga yang butuh bantuan. Kepedulian menunjukkan kalau kita memperhatikan dan menghargai orang lain, yang pada akhirnya akan membuat kita merasa lebih terhubung dan dihargai. Dengan menunjukkan karakter-karakter positif ini dalam kehidupan sehari-hari, kita nggak cuma membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain, tapi juga mengembangkan diri kita jadi pribadi yang lebih baik dan bijaksana.

WHAT TO DO:
1.Berusaha untuk selalu jujur dalam setiap interaksi dengan orang lain, meskipun terkadang sulit.
2.Memiliki sikap tanggung jawab dengan selalu menepati janji dan menjadi orang yang diandalkan.
3.Menunjukkan kepedulian terhadap sesama dengan melakukan tindakan nyata, seperti mendengarkan masalah teman atau membantu tetangga yang membutuhkan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yesaya 12-14

Card image
Renungan Pagi - 19 Juli 2024
2024-07-19 13:13:53


Ada sebagian orang Kristen saat ini yang merasa sudah tidak membutuhkan komunitas rohani untuk bertumbuh. Alasannya karena perkembangan fasilitas dan teknologi telah memungkinkannya mengakses dan memperoleh segala materi yang diperlukannya. Ada pula yang enggan berkomunitas karena tidak ingin berkonflik dengan sesamanya. Belajar dari konflik dalam jemaat yang sering terjadi, daripada menghindarinya, kita justru diajak untuk mawas diri.

Keberadaan masing-masing pribadi dalam komunitas rohani seharusnya memberi dampak kepada keseluruhan komunitas. Oleh sebab itu, tanggung jawab setiap anggota komunitas adalah hidup jujur, transparan dan menjalin relasi tanpa intrik untuk kepentingan diri sendiri. Bersama dengan saudara seiman, kita membangun iman dan menghidupi relasi dengan Allah melalui pujian, penyembahan, doa dan belajar Firman Tuhan.

"Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat."

Komunitas rohani yang benar adalah komunitas yang peduli dan melayani, menjangkau orang-orang yang tersesat, ada upaya memperbaiki kesalahan-kesalahan seperti sikap memihak, ketamakan dan iri hati, tempat bagi orang percaya menjalankan praktek hidup mengasihi dan mengampuni. Karena itu marilah kita bertumbuh dalam komunitas rohani yang benar didalam Tuhan.
(Ibrani 10:25)

Card image
Quote Of The Day - 19 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-19 13:06:46


Jangan kita dibutakan oleh nilai lebih yang kita miliki, sehingga kita merasa sudah tidak perlu mendandani manusia batiniah kita lagi.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 19 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-19 13:04:24


Perkayalah diri kita dengan perjumpaan dengan Tuhan. Maka, ketika kita berada di ujung maut, kita baru tahu betapa berartinya menjumpai Allah.

Card image
SUSPECTING OURSELVES - 19 Juli 2024 (English Version)
2024-07-19 13:00:51


We must seriously consider this one thing: what does God the Father feel about us? Let us not guess or assume. Let us not be deceived by ourselves, as if we have already pleased God and are acceptable in His sight, when that may not be the case. In the past, we did not care about what God felt about us. We were more concerned with what we felt about this world, its pleasures, and entertainments. We also asked God to grant our requests. At that time, we were not mature; we were still children, we were egocentric, not theocentric.

But now, at the end of times before the world is ended by God, we want to seriously consider God's feelings: what does He feel related to us or about us? Each of us must have experienced being upset, angry with someone, especially those we love, who are in danger or angry because these loved ones act recklessly. So, let us also consider what God feels about us. Is God annoyed by our behavior patterns? Is He angry?

On the other hand, we certainly also experience being pleased by certain people, we make certain people proud. For those who have become parents, they certainly understand how they are made happy by their children and make them proud. Likewise, God towards us. Can we make God proud of us? Can we please His heart, make Him happy, make God smile? We want to seriously consider this matter. And if we seriously consider this matter, surely the Holy Spirit will help us. The Holy Spirit will tidy up our lives.

Our messy lives will be tidied up by the Holy Spirit if we have the intention, passion, determination to become God's favorite children. We really peek, we see, what and how God feels about us. What the psalmist says, “Search me, Lord, whether my way is crooked. Guide me on the right path.” This sentence could mean: "Search me, Father, know me, tell me, do I please You or not? Do I make You proud or not? Help me, Father."

Let's be serious. Even those who are serious may not easily recognize how God feels about us, let alone if we are not serious. We want to earnestly become someone who always pleases God's heart. And that is truly the success of life, more than obtaining higher education, titles, wealth, money, a spouse, descendants, or anything else. It is very precious, noble, and valuable if we are in God's heart because we please Him. We ask God to enlighten our hearts. If there is hidden pride, hatred, resentment, anger towards other people, or if there are efforts within us to damage someone's reputation, we ask for forgiveness, we repent, and we do not do it again.

God will bring us into certain situations that have the potential for us to commit transgressions or do something that is not pleasing to God. In such situations, God tests how serious we are in dealing with Him, respecting Him, honoring Him, or worshiping Him. True worship is our behavior every day, every moment, in all things. Because worship means giving high value. We give high value to God not only with our mouths or words but with our actions, our behavior. And that is what pleases God.

We can say, "Hallelujah, Hallelujah, I worship You, Lord," but if our daily behavior, every moment, does not please God, it is useless. Because what matters is how in all things at all times we do "exactly" as God wills. Thus, we can please Him. Therefore, we must always suspect ourselves, in case there are things we do that do not please God's heart. And if we do, then we increasingly recognize ourselves correctly with the help of the Holy Spirit, and surely the Holy Spirit will guide us, giving us sensitivity to know how God feels about us.

WE MUST ALWAYS SUSPECT OURSELVES, IN CASE THERE ARE THINGS WE DO THAT DO NOT PLEASE GOD'S HEART.

Card image
MENCURIGAI DIRI SENDIRI - 19 Juli 2024
2024-07-19 12:58:31


Kita harus sungguh-sungguh memperkarakan mengenai satu hal ini, yaitu apa yang Allah Bapa rasakan mengenai kita? Jangan kita mengira-ngira, menduga-duga. Jangan kita disesatkan oleh diri kita sendiri, seakan-akan kita sudah menyenangkan hati Allah, sudah berkenan di hadapan-Nya, padahal belum tentu demikian. Dulu kita tidak peduli apa yang Allah rasakan tentang kita. Kita lebih memperkarakan apa yang kita rasakan mengenai dunia ini, kesenangan atau terkait dengan dunia ini dengan segala kesenangan dan hiburannya. Kita juga minta agar Tuhan mengabulkan permintaan kita. Waktu itu kita belum dewasa, kita masih kanak-kanak, kita egosentris tidak teosentris.

Tapi sekarang, di ujung akhir zaman sebelum dunia diakhiri oleh Tuhan, kita mau serius memperhatikan perasaan Tuhan: apa yang Dia rasakan terkait dengan kita atau mengenai kita? Setiap kita pasti pernah mengalami bagaimana punya perasaan kesal, marah terhadap seseorang, terutama orang yang kita kasihi, yang ada dalam bahaya atau gusar karena orang- orang yang kita kasihi ini bertindak, berperilaku semena-mena. Maka, mari kita juga mempertimbangkan, memikirkan apa yang Allah rasakan tentang kita. Kesalkah Allah melihat pola tingkah kita? Marahkah?

Di sisi lain, tentu kita juga mengalami bagaimana kita disenangkan oleh orang-orang tertentu, kita membanggakan orang-orang tertentu. Bagi yang sudah menjadi orang tua, tentu mengerti bagaimana dibahagiakan oleh anak dan dapat membanggakan anak. Demikian pula Allah terhadap kita. Bisakah kita dibanggakan oleh Dia? Bisakah kita menyenangkan hati-Nya, menyukakan hati-nya, membahagiakan hati Allah, membuat senyum Tuhan? Kita mau sungguh-sungguh memperkarakan hal ini. Dan kalau kita sungguh-sungguh memperkarakan hal ini, pasti Roh Kudus menolong kita. Roh Kudus merapikan hidup kita.

Hidup kita yang berantakan akan dirapikan oleh Roh Kudus jika kita memiliki niat, gairah, tekad, untuk menjadi anak-anak kesukaan Allah. Sungguh-sungguh kita mengintip, kita melihat, apa dan bagaimana perasaan Allah terhadap kita. Yang dibahasakan oleh pemazmur, “Selidiki aku Tuhan, apakah jalanku serong. Tuntunlah aku di jalan yang benar.” Kalimat ini bisa berarti: “selidiki aku Bapa, kenali aku, beri tahu aku, apakah aku menyenangkan Engkau atau tidak? Apakah aku membanggakan di mata-Mu atau tidak? Tolonglah aku ya Bapa.”

Mari kita serius. Yang serius saja belum tentu dengan mudah dapat mengenali bagaimana perasaan Allah terhadap kita, apalagi kalau kita tidak serius. Kita mau sungguh-sungguh menjadi seseorang yang selalu menyenangkan hati Tuhan. Dan itu sesungguhnya keberhasilan atau sukses hidup, lebih dari mendapatkan pendidikan tinggi, gelar, harta, uang, jodoh, keturunan, atau apa pun. Adalah hal sangat berharga, mulia, bernilai, kalau kita ada di hati Tuhan, karena kita menyenangkan Dia. Kita minta kepada Tuhan menerangi hati kita. Kalau ada kesombongan-kesombongan terselubung, kebencian-kebencian, dendam, kesal terhadap manusia lain, atau ada upaya dalam diri kita untuk merusak nama baik orang; kita minta ampun, kita bertobat dan kita tidak melakukannya lagi.

Tuhan akan membawa kita pada keadaan-keadaan tertentu yang berpotensi kita melakukan pelanggaran atau melakukan sesuatu yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Di dalam situasi seperti itu Tuhan menguji seberapa kita serius berurusan dengan Allah, menghargai Dia, menghormati Dia atau menyembah Dia. Justru penyembahan yang benar adalah perilaku kita setiap hari, setiap saat, dalam segala hal. Karena menyembah itu artinya memberi nilai tinggi. Kita memberi nilai tinggi Tuhan bukan hanya dengan mulut atau perkataan, melainkan dengan perbuatan, perilaku kita. Dan itu yang mnyenangkan Tuhan.

Kita bisa berkata “Haleluya, Haleluya, aku menyembah-Mu Tuhan,” tetapi kalau perilaku kita setiap hari, setiap saat, tidak menyukakan hati Tuhan, percuma. Sebab yang penting adalah bagaimana dalam segala perkara setiap waktu yang kita lakukan ‘tepat’ seperti yang Allah kehendaki. Dengan demikian kita bisa menyenangkan Dia. Maka kita harus selalu mencurigai diri kita sendiri, kalau-kalau ada hal-hal yang kita lakukan yang tidak menyenangkan hati Tuhan. Dan jika kita melakukannya, maka kita makin mengenali diri kita dengan benar oleh pertolongan Roh Kudus, dan pasti Roh Kudus menuntun kita, memberi kita kepekaan untuk mengetahui bagaimana perasaan Allah terhadap kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS SELALU MENCURIGAI DIRI KITA SENDIRI, KALAU-KALAU ADA HAL-HAL YANG KITA LAKUKAN YANG TIDAK MENYENANGKAN HATI TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 19 Juli 2024
2024-07-19 12:32:33

Hosea 1-7

Card image
Truth Kids 18 Juli 2024 -PESAWAT KERTAS TUHAN
2024-07-18 14:33:55


Kolose 4:5
”Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada.”

Hari itu, Ali dan Budi berencana untuk membuat pesawat kertas yang besar di taman. Mereka sudah siap membentangkan kertas warna-warni yang sudah disiapkan. Namun, tiba-tiba hujan deras turun dan membuat kertas basah. Ali dan Budi tidak putus asa meskipun rencana mereka terganggu. Mereka mencoba menyusun kertas yang basah dengan sabar meskipun agak sulit.

Ali berkata, "Kita harus sabar, Budi. Mungkin ini adalah ujian kesabaran kita." Mereka pun berdua bekerja sama membersihkan kertas dan mencoba lagi. Akhirnya, pesawat kertas mereka jadi juga, meskipun tidak sebesar yang mereka rencanakan.

Sobat Kids, kesabaran Ali dan Budi dalam membuat pesawat kertas menunjukkan kebijaksanaan mereka. Mereka tidak marah atau putus asa ketika rencana mereka berubah. Mereka tetap tenang dan mencari solusi. Sama seperti kita dalam melayani Tuhan, terkadang rencana kita tidak sesuai dengan rencana-Nya. Tapi jika kita sabar dan percaya, kita akan menemukan jalan keluar, seperti Ali dan Budi. Jadi, jangan pernah kehilangan kesabaran dalam melayani Tuhan, ya, Sobat Kids!

Card image
Truth Junior 18 Juli 2024 - KORUPSI WAKTU
2024-07-18 14:32:31


Kolose 4:5
”Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada.”

Kemarin kita sudah belajar tentang koruptor. Sebenarnya korupsi itu tidak hanya dalam hal uang, Sobat Junior. Orang juga dapat melakukan korupsi waktu. Contohnya adalah menggunakan waktu belajar di sekolah untuk bermain atau asyik sendiri. Misalkan saat waktu pelajaran matematika di kelas, guru sedang menjelaskan rumus dan contoh menyelesaikan sebuah soal. Bukannya menyimak penjelasan guru, Anto malah asyik menggambar anime. Anto memang jago menggambar, dia hobi sekali menggambar. Namun, ia menggunakan waktu pelajaran matematika untuk menggambar. Kasus ini juga dapat dianggap sebagai korupsi waktu, Sobat Junior. Seharusnya Anto tidak menggambar saat pelajaran matematika. Ia bisa menggambar saat istirahat.

Bukan menggambarnya yang salah, melainkan menggunakan waktu pelajaran lain untuk kepentingan diri sendiri, itu yang salah. Sobat Junior, kalian harus memaksimalkan potensi yang kalian miliki sebanyak-banyaknya, tetapi kalian harus memperhatikan waktunya. Kita harus hidup dengan penuh hikmat. Berdoalah agar kalian dapat membagi waktu dengan baik, termasuk waktu untuk beristirahat. Jangan sampai kita salah dalam membagi waktu. Semua orang memiliki 24 jam sehari untuk melakukan aktivitasnya. Sabarlah untuk melakukan hobi kita. Selesaikan tugas kita terlebih dahulu, baru kita gunakan waktu yang tersisa untuk melakukan hobi kita.

Card image
Truth Youth 18 Juli 2024 (English Version) -
2024-07-18 13:15:00


"Consecrate yourselves and be holy, because I am the LORD your God." (Leviticus 20:7)

Friends, have you heard of the game Tamaire? Tamaire is a traditional Japanese game where two teams compete, and participants try to throw small balls into a high basket. This game requires teamwork, concentration, and team support to achieve the goal. Each team member supports one another and strives their best to score as many balls into the basket as possible to win. In the context of living a holy life, we can see our supportive family as the team helping us to throw "balls," which represent goodness and positive things, into the "basket" of our Christian life.

A supportive family can help us manage and reduce the impact of negative influences from the outside world, which we can liken to the opposing team in the game. Similar to Tamaire, where each team member plays a crucial role in achieving the goal, each family member also plays an important role in helping us live a holy life. They provide encouragement, guidance, and support needed to remain faithful to the values and principles taught by God. Family support can come in various forms, such as parents setting a good example, siblings who are always ready to listen and give advice, or a loving and understanding home environment.

All of this provides a strong foundation for us to face pressures and negative influences from the outside. When we know that we have a supportive family, we feel stronger and more confident to resist temptations and invitations that are contrary to God's will. God calls us to live holy lives because He Himself is holy. Certainly, supportive families help us respond to this call. They provide a safe place for us to learn, grow, and live faithfully for the Lord. Therefore, it's important to maintain strong and harmonious relationships with our families.

WHAT TO DO:
1. Maintain good relationships with family members.
2. Live a holy life.

BIBLE MARATHON:
▪ Isaiah 9-11

Card image
Truth Youth 18 Juli 2024 - TAMAIRE
2024-07-18 13:11:23


”Jagalah diri kalian tetap suci, sebab Akulah TUHAN, Allahmu.” (Imamat 20:7)

Teman-teman, tahukah kalian permainan Tamaire? Tamaire adalah permainan tradisional Jepang di mana ada dua tim yang berkompetisi, dan pesertanya berusaha memasukkan bola-bola kecil ke dalam keranjang yang tinggi. Permainan ini memerlukan kerjasama, konsentrasi, dan dukungan tim untuk mencapai tujuan. Setiap anggota tim saling mendukung dan berusaha sebaik mungkin untuk memasukkan sebanyak-banyaknya bola ke dalam keranjang untuk mencapai kemenangan. Dalam konteks hidup kudus, kita bisa melihat dukungan keluarga sebagai tim yang membantu kita memasukkan “bola-bola,” yang merupakan kebaikan-kebaikan dan hal-hal positif ke dalam “keranjang” kehidupan kekristenan kita.

Keluarga yang mendukung dapat membantu kita mengelola dan mengurangi dampak pengaruh negatif dari lingkungan luar, yang bisa kita ilustrasikan sebagai tim lawan. Seperti dalam permainan Tamaire di mana setiap anggota tim berperan penting dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga juga memiliki peran penting dalam membantu kita menjalani hidup kudus. Mereka memberikan dorongan, bimbingan, dan dukungan yang kita butuhkan untuk tetap setia pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Tuhan. Dukungan keluarga bisa berupa berbagai hal, misalnya orang tua yang memberikan teladan hidup yang baik, saudara yang selalu siap mendengarkan dan memberi nasihat, atau lingkungan rumah yang penuh kasih dan pengertian.

Semua ini memberikan fondasi yang kuat bagi kita untuk menghadapi tekanan dan pengaruh negatif dari luar. Ketika kita tahu bahwa ada keluarga yang selalu mendukung kita, kita akan merasa lebih kuat dan percaya diri untuk menolak godaan dan ajakan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Tuhan memanggil kita untuk hidup kudus karena Dia sendiri adalah kudus. Tentu keluarga yang mendukung, membantu kita menjawab panggilan ini. Mereka memberikan tempat yang aman untuk kita belajar, bertumbuh, dan menjalani hidup yang setia kepada Tuhan. Maka dari itu, hendaknya kita menjaga relasi dengan keluarga agar tetap erat dan harmonis.

WHAT TO DO:
1.Menjaga relasi baik dengan keluarga.
2.Menjaga hidup kudus

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yesaya 9-11

Card image
Renungan Pagi - 18 Juli 2024
2024-07-18 13:00:27


Ada hal yang menarik dari contoh para murid Tuhan yang diutus untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah agar banyak orang bertobat, yaitu mereka diajar untuk tidak mengandalkan kekayaan dan harta dunia. Mereka tidak membawa perhiasan apa pun, tidak membawa bekal dalam perjalanan, tidak membawa baju rangkap, serta tidak membawa kasut dan tongkat, mereka hanya berbekal karunia kuasa dari Allah.

Hal yang sama juga berlaku bagi para pengikut Kristus masa kini untuk mempraktekkan hidup sederhana, hidup apa adanya, jangan mengandalkan harta kekayaan dunia, juga tidak mengandalkan kekuatan sendiri tetapi hanya mengandalkan kekuatan kuasa dari Allah. "Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu, janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya."

Demikianlah gereja diingatkan agar tidak memegahkan diri, juga tidak boleh melupakan tugasnya untuk menyebarkan berita tentang Kerajaan Allah dengan mengandalkan penyertaan Tuhan dan karunia kuasa Allah. Sehingga dapat menyelamatkan mereka yang terhilang, percayalah kita akan selalu disertai Allah dengan kuasa-Nya yang luar biasa dan pemeliharaan-Nya sempurna. Mari memohon agar Allah memampukan kita mewartakan Kerajaan-Nya di mana pun berada.
(Matius 10:9-10)

Card image
Quote Of The Day - 18 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-18 12:58:49


Dengan kita melepaskan pengampunan, melepaskan dendam, kesembuhan jiwa kita akan berlangsung.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 18 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-18 12:57:56


Seseorang boleh kaya dengan pengetahuan, keahlian, uang, kedudukan, atau gelar, tapi kalau ia tidak kaya dalam perjumpaan dengan Tuhan, ia lebih miskin dari orang miskin.

Card image
PERVERSION OF THOUGHT - 18 Juli 2024 (English Version)
2024-07-18 07:09:57


Our world is truly becoming more corrupt and wicked, as stated in the Book of Daniel, where the evil of humanity will become increasingly evident. The wicked continue to act wickedly. Even among the chosen people, their lives are far from the standard God desires. The standard that God desires is the life of Jesus Himself. Anything less than that is not true Christianity. That is why we bear the title or status of being Christians. Therefore, it is crucial to understand the concept of monotheism, which brings us to the realization that we can all achieve perfection like the Father, to be like Jesus.

Jesus is the Firstborn, who took on the life of the Son of God, or the first to be called the "Man of God", which no one has ever achieved. Jesus was able to act always according to God's thoughts and feelings, according to God's will. And this is the human model that should be awakened in individual lives according to God's original design, creating humans in the image and likeness of Him. But unfortunately, many people do not understand and fail to understand this, thinking that the standard of living as God desires is a standard that cannot be achieved, impossible to achieve. Even though that's not how it should be.

Because people view the life of Jesus as impossible to attain, they lack the proper enthusiasm and effort to achieve the life that God desires. Jesus' life was an extraordinary life, but it also cannot be understood by ordinary people or people who live normally. Even in ancient times, Jesus' life was rejected by His environment and the lives of Jesus' disciples were also rejected by their environment. Just as Jesus was considered insane, Paul was also considered insane. If today we truly strive to be like Jesus, it is not impossible that we too would be considered insane. But when people think we are insane, that is when we are normal in the eyes of God, if our lives truly align with God's will.

Let's, in the remaining years of our lives, strive earnestly to achieve true, normal Christianity in God's eyes. The more we embody true Christianity, the more we will be seen as having schizophrenia (a severe mental disorder that typically affects a person's behavior, emotions, and communication with others or social interactions). In the field of psychology, individuals with schizophrenia are viewed as having hallucinations, delusions, or disorganized thinking, which certainly affects their behavior and leads to changes in behavior. A person's repentance will lead them to have a perversion of thought.

In Christianity, the word for repentance is most commonly "metanoia," which means a change in thought patterns. Repentance in other religions—such as in Judaism—uses the Hebrew word "Shub," which means turning away from not following the Torah to following the Torah, from not being devoted to Elohim Yahweh to being devoted to Elohim Yahweh. This is religious repentance, Jewish repentance, as we can read in the Old Testament. The city of Nineveh repented in one day, and it was done. But in Christianity, this change of mind does not happen at one specific moment, it is not marked by a single point, but rather linear like a long line (Romans 12:2 Do not conform to the pattern of this world, but be transformed by the renewing of your mind. Then you will be able to test and approve what God’s will is—his good, pleasing and perfect will).

Listening to the Word every day makes someone to experience repentances, changes of mind. It is said that man does not live by bread alone, but by every rhema, the word that comes from the mouth of God that gives life. From this metanoia comes paranoia, paranoid, perversion of the mind; like a person with schizophrenia, a severe mental disorder that can affect behavior. Therefore, it is no wonder that if we seek God earnestly, putting God's Kingdom first, we are seen by those who love the world as having schizophrenia. They cannot understand why we are like this. Because repentance after repentance will certainly affect our behavior. And our behavioral changes must become increasingly contrasting day by day. It can no longer be united, because the more they are contradictory, the more they collide with the way of thinking of the world's children.

Our behavior is noble, and the world cannot understand it. Where once we were quick to explode in anger, now we are calm, able to control and master ourselves. Because indeed, if we adopt the thoughts and feelings of Christ, we can discern when to be angry and when not to be. If we do get angry, it should be a holy, constructive anger that builds up. It's not that we can't get angry; we must be able to get angry, but our anger must be in accordance with God's will. This is what is called precise, accurate action. If we should be angry but we are not, that is wrong. If we do get angry, how we express our anger is the first issue. The second is, what is the temperature degree of our anger? So, if our behavior is still the same as the world's, then something is not right .

LISTENING TO THE WORD EVERY DAY MAKES SOMEONE TO EXPERIENCE REPENTANCES, CHANGES OF MIND.

Card image
PENYIMPANGAN PIKIRAN - 18 Juli 2024
2024-07-18 07:07:41


Dunia kita ini benar-benar semakin rusak dan semakin jahat, seperti yang dikatakan dalam Kitab Daniel bahwa kejahatan manusia akan makin nyata. Orang fasik berlaku fasik. Juga di dalam kehidupan umat pilihan, sebenarnya jauh sekali dari standar yang Allah kehendaki. Standar yang Allah kehendaki adalah kehidupan Yesus sendiri. Kurang dari itu, maka bukanlah Kristen yang benar. Itulah sebabnya kita menyandang julukan atau status Kristen. Karenanya, penting sekali memahami pengertian ajaran monoteisme yang membawa kita kepada kesadaran bahwa kita semua bisa mencapai sempurna seperti Bapa, serupa dengan Yesus.

Yesus adalah Yang Sulung, yang mengenakan kehidupan Anak Allah, atau yang pertama yang disebut "Man of God" (Manusia Allah), yang belum pernah diraih oleh siapa pun. Yesus mampu bertindak selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah, sesuai dengan kehendak Allah. Dan inilah model manusia yang mestinya terbangun dalam hidup individu sesuai rancangan Allah semula, menciptakan manusia yang segambar dan serupa dengan Dia. Namun sayang sekali, banyak orang yang tidak mengerti dan gagal memahami hal itu, menganggap bahwa kehidupan standar seperti yang Allah kehendaki adalah standar yang tidak bisa dicapai, mustahil dikenakan. Padahal tidak demikian seharusnya.

Karena orang memandang bahwa kehidupan seperti Yesus mustahil dicapai, maka orang tidak memiliki gairah dan usaha yang sepatutnya untuk mencapai kehidupan seperti yang Allah kehendaki. Kehidupan Yesus adalah kehidupan yang luar biasa, tapi juga tidak bisa dimengerti orang umum atau orang yang hidup wajar. Zaman dulu saja kehidupan Yesus ditolak oleh lingkungan-Nya dan kehidupan murid-murid Yesus juga tertolak oleh lingkungannya. Seperti Yesus dianggap gila, Paulus pun juga dianggap gila. Jika kehidupan kita hari ini benar-benar mau serupa dengan Yesus, bukan tidak mungkin kita juga dianggap tidak waras. Tetapi ketika orang menganggap kita tidak waras, di situlah kita wajar di hadapan Allah, jika kehidupan kita benar-benar seturut dengan kehendak Allah.

Ayo, di sisa umur hidup ini, kita berjuang sungguh-sungguh untuk mencapai kehidupan kekristenan yang benar, yang normal, yang wajar di mata Allah. Semakin kita mengenakan kehidupan kekristenan yang benar, kita akan dipandang seperti orang sakit skizofrenia (gangguan mental berat yang biasanya memengaruhi tingkah laku dan emosi seseorang, dan komunikasi dengan orang lain atau dalam interaksi sosial). Dalam dunia psikologi, penderita skizofrenia ini dipandang memiliki halusinasi, delusi, atau kekacauan berpikir, dan tentu ini akan memengaruhi perilakunya; terjadi perubahan perilaku. Pertobatan seseorang akan menjadikan ia memiliki penyimpangan berpikir.

Dalam kekristenan, kata bertobat menggunakan kata yang paling sering "metanoia," yaitu perubahan pola berpikir. Kalau pertobatan dalam agama-agama pada umumnya—juga dalam agama Yahudi—dalam bahasa Ibraninya menggunakan kata "Syub" atau berbalik dari tidak melakukan hukum Taurat lalu melakukan hukum Taurat, dari tidak berdevosi, tidak berbakti kepada Elohim Yahweh, kembali berbakti kepada Elohim Yahweh. Ini pertobatan agamani, pertobatan agama Yahudi. Seperti yang dapat kita baca dalam Perjanjian Lama. Kota Niniwe bertobat dalam satu hari bertobat, selesai. Tetapi dalam kekristenan, perubahan pikiran ini bukan terjadi dalam satu ketika saja, tidak ditandai dengan satu titik, melainkan linear seperti garis panjang (Rm 12:2).

Mendengarkan firman setiap hari membuat seseorang mengalami pertobatan-pertobatan, perubahan pikiran. Maka dikatakan bahwa manusia hidup bukan hanya dari roti, melainkan dari setiap rhema, firman yang keluar dari mulut Allah yang menghidupkan. Dari metanoia ini, jadi paranoia, paranoid, penyimpangan pikiran; seperti orang terkena skizofrenia, gangguan mental berat yang dapat memengaruhi perilaku. Maka tidak heran kalau kita mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, mendahulukan Kerajaan Allah, kita dipandang oleh manusia yang mencintai dunia, sebagai pengidap skizofrenia. Mereka tidak bisa mengerti mengapa kita begitu. Sebab pertobatan demi pertobatan pasti mempengaruhi tingkah laku kita. Dan perubahan tingkah laku kita semakin hari harus semakin kontras. Tidak bisa dipersekutukan lagi, sebab makin bertentangan, makin bertabrakan dengan cara berpikir anak-anak dunia.

Tingkah laku kita adalah tingkah laku yang agung, dan dunia tidak bisa mengerti. Yang tadinya gampang meledak, marah, sekarang teduh, bisa mengendalikan dan menguasai diri. Karena memang kalau kita mengenakan pikiran perasaan Kristus, kita bisa menempatkan kapan marah, kapan tidak. Kalau marah pun, marah yang kudus, marah yang konstruktif, yang membangun. Bukan tidak bisa marah, harus bisa marah, tetapi marahnya harus sesuai dengan kehendak Allah. Inilah yang dikatakan sebagai tindakan yang presisi, yang tepat. Kalau kita seharusnya marah, tapi kita tidak marah, itu malah salah. Kalau kita marah, bagaimana kita mengekspresikan marah kita, itu yang pertama. Yang kedua, seberapa temperatur derajat marah kita? Jadi, kalau tingkah laku kita masih sama dengan dunia, berarti ada yang belum beres.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MENDENGARKAN FIRMAN SETIAP HARI MEMBUAT SESEORANG MENGALAMI PERTOBATAN-PERTOBATAN, PERUBAHAN PIKIRAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 18 Juli 2024
2024-07-18 07:03:39

2 Raja-raja 18
2 Tawarikh 29-31
Mazmur 48

Card image
Truth Kids 17 Juli 2024 - KESABARAN AYAM BETINA
2024-07-17 17:20:11


Amsal 28:20
”Orang yang dapat dipercaya mendapat banyak berkat, tetapi orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman.”

Sobat Kids, bayangkan kalian sedang menunggu giliran untuk naik ayunan di taman bermain. Kalian sudah sangat ingin sekali menaiki ayunan tinggi, tetapi tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Awalnya mungkin kalian merasa kecewa karena rencana bermain terpaksa batal. Namun, bagaimana jika kita lihat dari sisi lain? Kita bisa belajar dari kesetiaan dan kesabaran ayam betina yang sedang mengerami telurnya.

Ayam betina tidak pernah meninggalkan telurnya meski cuaca buruk atau panas terik. Mereka tetap setia dan sabar menunggu hingga telur-telur itu menetas menjadi anak ayam yang lucu.

Ketika kita setia dan sabar menunggu, seperti ayam betina, kita akan merasakan kebahagiaan. Meskipun hujan menghalangi rencana kita bermain di taman, tapi kita masih bisa berbahagia dengan bermain di rumah bersama keluarga atau melakukan aktivitas lain yang menyenangkan.

Jadi, Sobat Kids, mari kita belajar dari kesetiaan dan kesabaran ayam betina. Saat kita bersabar dan setia, kebahagiaan akan datang bagi kita meski rencana awal terganggu. Selalu ada kebahagiaan di setiap kesetiaan dan kesabaran kita!

Card image
Truth Junior 17 Juli 2024 - KORUPTOR
2024-07-17 15:10:02


Amsal 28:20
”Orang yang dapat dipercaya mendapat banyak berkat, tetapi orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman.”

Apakah Sobat Junior pernah mendengar istilah koruptor? Koruptor adalah orang yang melakukan tindakan korupsi. Korupsi merupakan tindakan penyalahgunaan uang negara atau sebuah perusahaan untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Tentu saja korupsi merupakan sebuah kesalahan. Namun sayangnya, tidak sedikit orang yang melakukan tindakan korupsi. Jika kasus korupsinya sudah terbukti bersalah, maka koruptor yang melakukannya akan mendapat hukuman.

Mengapa, ya, orang bisa menjadi koruptor? Salah satu alasannya adalah ingin cepat menjadi kaya. Tidak salah untuk ingin menjadi kaya, Sobat Junior, sehingga kita bisa membantu pekerjaan Tuhan yang membutuhkan banyak dana. Namun, cinta terhadap uanglah yang membuat manusia terjerumus dalam dosa. Mereka tidak sabar dalam proses kehidupan ini. Mereka ingin cepat kaya dan memakai segala kesempatan yang ada untuk memperkaya diri sendiri.

Walaupun kalian masih kecil, Sobat Junior, kalian perlu menanamkan dalam diri kalian untuk menjadi orang yang dapat dipercaya. Orang yang jujur bukan hanya dalam hal penggunaan uang, melainkan dalam segala hal. Kita mau belajar setia dalam hal-hal kecil. Hal ini membutuhkan kesabaran. Namun, kalau kalian sabar, setia, dan dapat dipercaya, maka kalian sendiri yang akan merasakan kebahagiaan dari Tuhan.

Card image
Truth Youth 17 Juli 2024 (English Version) - CHLORINE
2024-07-17 15:08:03


"For it is written: 'Be holy, because I am holy.'" (1 Peter 1:16)

Have you ever wondered why swimming pools remain clean and clear despite many people swimming in them? It's because of chlorine, which kills germs and bacteria. Without chlorine, the pool water would quickly become cloudy and unhealthy. Similarly, living a holy life is like chlorine that keeps the pool of our lives spiritually clean. We must strive to remain pure spiritually by living according to God's principles, which helps us avoid sin and negative influences. However, living a holy life isn't always easy, especially when pressured by friends to engage in negative behaviors or compromise our values. This is where it's crucial to stand firm on our principles. Understanding and believing in the reasons behind our values makes us more resolute in rejecting what is contrary to them.

Sometimes, saying 'no' can be very difficult, especially if we fear losing friends or being seen as strange. Yet, saying 'no' to things that contradict our values is a testament to courage and integrity. Therefore, it's beneficial to seek friends who support and understand our values. Good friends will respect our principles and help us stay steadfast. Additionally, praying and seeking guidance from God or spiritually mature individuals can provide the guidance and support we need. Regular self-reflection is also important to ensure our actions and decisions align with the values of God's word.

However, there's another option that, although more challenging, is still worth trying. We've learned that chlorine is used to clean water from germs and bacteria. Similarly, we can emulate chlorine's behavior in our struggle to deal with friends who influence us negatively. By being present among friends who engage in negative behaviors, we "purify" them by setting a positive example and boldly pointing out when they are wrong. No matter how bad their behavior, they too are souls worth risking to save, just as our Heavenly Father strives to save sinful humanity.

WHAT TO DO:
1. Maintain integrity by courageously saying "no" to invitations to engage in negative behaviors.
2. Always seek God's guidance through prayer.
3. Be an example to our friends and courageously correct them.

BIBLE MARATHON:
▪ Isaiah 4-8

Card image
Truth Youth 17 Juli 2024 - CHLORINE
2024-07-17 07:22:35


”Sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” (1 Petrus 1:16)

Teman-teman pasti pernah berenang di kolam renang, kan? Pernahkah teman-teman penasaran, kenapa air kolam renang bisa tetap bersih jernih walaupun banyak orang berenang di dalamnya? Air kolam bisa tetap bersih dan aman digunakan karena ada chlorine yang membunuh kuman dan bakteri. Tanpa chlorine, air kolam akan cepat keruh dan tidak sehat. Nah, hidup kudus itu seperti chlorine yang menjaga air kolam tetap bersih. Kita harus menjaga agar kita tetap murni secara rohani. Hidup sesuai prinsip Tuhan membuat kita terhindar dari dosa dan pengaruh negatif. Namun, hidup kudus tidak selalu mudah, terutama jika ada tekanan dari teman-teman yang mengajak berbuat negatif atau melanggar nilai-nilai kita. Di sini pentingnya kita tetap teguh pada prinsip kita. Mengerti dan yakin dengan alasan di balik nilai-nilai, membuat kita lebih tegas menolak hal-hal yang tidak sesuai.

Kadang, mengatakan ‘tidak’ itu sangat sulit, terutama jika kita takut kehilangan teman atau dianggap aneh. Namun, mengatakan ‘tidak’ pada hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai kita adalah bukti keberanian dan integritas. Maka itu, ada baiknya kita mencari teman-teman yang mendukung dan memahami nilai-nilai kita. Teman yang baik akan menghargai prinsip kita dan membantu kita tetap teguh. Selain itu, berdoa dan mencari bimbingan dari Tuhan atau orang yang lebih dewasa dalam rohani kekristenan bisa memberikan kita panduan dan dukungan yang kita butuhkan. Refleksi diri secara rutin juga penting untuk memastikan tindakan dan keputusan kita tetap sesuai dengan nilai-nilai firman Tuhan.

Tapi teman-teman ada pilihan lain yang walaupun lebih rumit, tetap layak kita coba. Tadi kita sudah tahu bahwa chlorine biasa dipakai untuk membersihkan air dari kuman dan bakteri. Jika begitu, kita juga bisa meniru perilaku chlorine dalam pergumulan kita dalam mengatasi teman-teman yang ingin memengaruhi kita dengan perilaku negatif. Dengan kehadiran kita di tengah-tengah teman kita yang berperilaku buruk, kita “memurnikan” mereka dengan memberikan contoh hidup atau teladan, dan memberitahukan dengan berani jika apa yang mereka lakukan salah. Karena seburuk apa pun perilaku teman-teman kita, mereka juga adalah jiwa-jiwa yang pantas dipertaruhkan untuk diselamatkan. Sama seperti bagaimana Bapa di surga berusaha menyelamatkan manusia yang berdosa.

WHAT TO DO:
1.Menjaga integritas dengan berani mengatakan “tidak” pada ajakan teman yang buruk
2.Selalu mencari bimbingan Tuhan dengan berdoa
3.Menjadi teladan bagi teman-teman kita, dan berani menegur

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yesaya 4-8

Card image
Renungan Pagi - 17 Juli 2024
2024-07-17 05:54:06


Ada sebuah ungkapan iman yang indah; "Tuhan tidak menjamin bahwa kapal layar kehidupan akan berlayar lancar tanpa gelombang dan badai, tetapi DIA menjamin bahwa kita akan sampai di pelabuhan dengan selamat". Dan Tuhan Yesus pun telah mengatakan, bahwa kita ditempatkan seperti domba ditengah serigala. Yang diperlukan adalah menjadi cerdik tetapi tetap tulus. "Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati."

Jadi dalam hal menghidupi panggilan pelayanan sebagai orang percaya, mari sadari konsekuensi yang akan kita hadapi dalam pelayanan. Akan ada banyak ancaman, tantangan dan ujian yang harus dilewati. Oleh sebab itu, kita diminta konsisten dan teguh melayani Tuhan dan pekerjaan-Nya dengan keyakinan iman bahwa dalam semuanya itu Tuhan menyertai dan menolong kita.
(Matius 10:16)

Card image
Quote Of The Day - 17 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-17 05:45:10


Ketika kita mengalami perlakuan yang tidak adil, pada waktu itulah kita menemukan kesempatan untuk bersaksi memancarkan kasih Kristus.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 17 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-17 05:40:08


Orang yang tidak menghargai kekekalan, orang yang menganggap remeh kekekalan tidak mungkin menghormati Tuhan.

Card image
PEMBENTUKAN MORALITAS - 17 Juli 2024
2024-07-17 05:48:18


Hidup keseharian kita menjadi media di mana kita diproses Tuhan untuk menjadi manusia sesuai dengan kehendak Allah. Sebagai hamba Tuhan, keberhasilan kita adalah ketika kita bisa mengentaskan jemaat dari manusia berkeadaan rusak menjadi manusia yang diperbaiki. Jadi bukan masalah mereka memberi sumbangan atau tidak. Mereka bahkan tidak kita tanya, apakah anggota yang terdaftar atau tidak. Karena yang penting adalah mereka menjadi manusia yang dilahirkan baru, sehingga nama mereka tertulis di dalam Kitab Kehidupan Anak Domba.

Firman Tuhan mengatakan, “Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi.” Jadi kalau bicara soal kodrat ilahi juga jangan mistik. Ini tidak ditujukan atau tidak dikaitkan dengan supranatural-Nya Allah. Kita tidak akan menyentuh, karena itu bagian Bapa. Tetapi bicara soal kodrat, ini bicara soal moralitas Allah yang bisa kita kenakan. Jadi kalau kita berkodrat ilahi, bukan berarti kita memiliki unsur-unsur supranatural yang terkait dengan hal-hal mistik atau kekuatan di luar kemampuan manusia, melainkan terkait dengan moralitas Allah. Dan moralitas bisa dibentuk lewat perjalanan hidup; bukan diberikan secara mistis, melainkan proses. Itu hebat sekali.

Kita digilas, kita tidak membalas. Sifat ‘kebinatangan’ kita yang mau mencakar, tidak ada lagi. Itu berarti kodrat ilahi bertumbuh. Jadi yang masuk menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah adalah mereka yang berkodrat ilahi. Maka, ini bukan sebuah hal yang untung-untungan atau spekulasi, namun suatu hal yang pasti. Banyak orang dalam kesibukan hidupnya, lupa bahwa suatu hari dia akan menutup mata. Dan Tuhan menuntut harga yang harus dibayar. Apa? Menjadi manusia. Kita diadakan jadi manusia supaya kita jadi manusia. Tubuh kita adalah manusia, tapi bagaimana dengan bagian dalam? Mestinya tubuh luar kita manusia, dalamnya karakter Tuhan, kodrat ilahi.

Ironis, sangat sedikit orang yang memperkarakan hal ini. Bahkan mungkin orang yang rajin ke gereja, aktivis, bahkan pendeta, belum tentu serius mengurus dirinya dengan baik. Yang penting, jadi sarjana. Setelah sarjana, yang penting jadi magister. Setelah magister, menjadi doktor. Setelah doktor, mau jadi pimpinan. Bayangkan kalau manusia berpendidikan, manusia akademisi dengan posisi yang sentral, yang baik, yang bisa mengendalikan orang lain, tetapi belum jadi manusia Allah, belum berkodrat ilahi. Betapa ironisnya!

Tuhan akan membedakan gandum dan ilalang; domba dan kambing. Yang berkenan, akan bersama dengan Tuhan. Yang tidak berkenan di hadapan Allah akan dibuang. Dan jangan kita anggap remeh hal ini. Coba kita bayangkan hari-hari terakhir hidup kita; kalau kita menutup mata dan ternyata kita tidak membayar harga hidup untuk menjadi manusia, betapa kita ingin kembali hidup dan berjuang. Tapi waktu sudah tidak ada lagi. Seperti lima gadis bodoh yang tidak mendapat kesempatan masuk dalam pesta perjamuan. Jangan sombong! Jangan kita sibuk hanya untuk mencari nafkah. Mencari nafkah harus, mesti. Mengurus rumah tangga, harus, mesti. Tapi mengurus diri, lebih dari itu.

Karena kalau kita tidak mengurus diri kita, maka kita tidak menjadi manusia sesuai standar Allah. Maka, tidak mungkin hidup rumah tangga kita berhasil. Kalaupun kita berhasil membesarkan anak-anak menjadi sarjana, dapat pekerjaan, dapat pasangan hidup dan lain-lain, namun kita tidak akan berhasil menggarami mereka masuk surga. Untuk apa? Tragis. Anak-anak yang cakap, punya keahlian, punya gelar, pulang dari luar negeri, tapi tidak mengenal Allah karena orang tuanya tidak pernah mewariskan kebenaran, yang suatu hari ketika dunia berakhir, dia pulang ke alam kekal dengan tangan kosong. Dan Tuhan berkata, “Enyah, kamu dari hadapan-Ku karena kamu tidak melakukan kehendak Bapa.”

Hidup ini singkat. Mau seberapa orang sukses? Akan berakhir juga. Sukses hidup manusia adalah ketika dia menjadi manusia sesuai dengan standar Allah. Ini menyangkut nasib kekal kita. Jangan anggap sepele kekekalan. Mata hati kita kiranya dibuka untuk melihat hidup dari sudut pandang kekekalan. Karenanya, kita harus selalu merasa seperti orang sakit. Kita harus selalu merasa kita belum sempurna. Sebab bukan seberapa banyak ilmu tentang Tuhan di pikiran kita, tetapi temui Tuhan, dengar suara-Nya, rasakan respons Tuhan atas diri kita; sudah seberapa kita menjadi manusia yang berkenan di hadapan Tuhan.

Dan Tuhan pasti berbicara. Jangan dengar bisikan Iblis yang mengatakan, “Tuhan tidak bicara. Tuhan tidak beri tahu. Kamu selamanya tidak akan mengerti kamu sudah berkenan atau tidak.” Tidak mungkin Tuhan tidak berbicara, kalau kita mencari Tuhan dan mempertanyakan keadaan kita di hadapan Allah. Karenanya, dari menit ke menit kita mesti memeriksa diri. Jangan membiarkan sekecil apa pun kesalahan yang kita lakukan tanpa pemberesan. Kalau kita menjadi manusia dengan standar seperti yang Allah kehendaki, pasti kita bisa menjadi saluran berkat bagi sesama.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DAN MORALITAS BISA DIBENTUK LEWAT PERJALANAN HIDUP; BUKAN DIBERIKAN SECARA MISTIS, MELAINKAN PROSES.

Card image
Truth Kids 16 Juli 2024 - MENJAGA LIDAH
2024-07-17 04:50:42


Efesus 4:29
”Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.”

Bruk!! "Aduh!" Steve menabrak Dave yang berlari saat bel istirahat berbunyi. Namun, Steve tidak menghiraukan, bahkan meninggalkannya. Dave hanya terdiam. Ia menghampiri Steve dan berkata, "Steve, lain kali kalau lari, lihat-lihat, ya. Tadi aku sampai tertabrak kamu, loh." Sikap Dave menunjukkan kesabaran dengan tidak mengeluarkan makian.

Sobat Kids, saat kita memiliki hati yang sabar, kita bisa mengendalikan lidah dan ucapan kita. Kita tidak perlu mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan orang lain. Lewat ucapan kita yang baik, kita sudah menjadi berkat.

Seperti ayat firman Tuhan yang kita baca hari ini, janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulut kita. Gunakanlah kata-kata yang baik dan sopan saat berbicara kepada orang lain. Jaga lidah kita, ya!

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 Juli 2024
2024-07-17 04:38:06

Yesaya 23-27

Card image
Truth Youth 16 Juli 2024 - FORTRESS WALL
2024-07-16 13:50:26


"Rather, as servants of God we commend ourselves in every way: in great endurance; in troubles, hardships and distresses; in beatings, imprisonments and riots; in hard work, sleepless nights and hunger; in purity, understanding, patience and kindness; in the Holy Spirit and in sincere love." (2 Corinthians 6:4-6)

Have you ever seen a fortress wall, whether in person or in European medieval-themed movies with knights in armor? Even if historical European films aren't your cup of tea, chances are you've encountered a large wall built to protect something in comics, games, or other literary works, such as the famous anime "Attack on Titan" or the renowned historical site, the Great Wall of China. The primary purpose of a fortress wall is generally to protect what lies within. Typically, it shelters a community or a group of people with an authentic lifestyle, perhaps because of some danger or potential threat outside the wall, such as attacks from other communities or countries.

You might wonder, "Doesn't that mean fortress walls have no openings for entry?" In reality, they do have entrances and exits, because otherwise, how would people inside get supplies? However, what enters through these openings is usually filtered first to ensure it doesn't pose a threat to the inhabitants, maintaining the security of the community.

Similarly, as Christians, we should apply the same principle in our lives. We are called to go out into the dark world and strive to save as many souls as possible, despite the world's potential to infiltrate and contaminate our lives with negative influences. Therefore, we need to establish personal boundaries, like the entrances of a fortress wall, to filter what enters our lives and ensure we are not compromised. We must clearly demonstrate that we are not of the world; that there are things we accept and things we do not. We belong to a different but inclusive community—the heavenly kingdom. Thus, we should exhibit the characteristics mentioned in 2 Corinthians 6:4-6, characteristics of a servant of the King who protects us with His mighty fortress: our Father God, Elohim Yahweh.

WHAT TO DO:
1. Establish personal boundaries.
2. Clearly demonstrate our identity by embodying 2 Corinthians 6:4-6.

BIBLE MARATHON:
▪ Isaiah 1-3

Card image
Truth Youth 16 Juli 2024 - FORTRESS WALL
2024-07-16 13:47:33


”Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran, dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga-jaga dan berpuasa; dalam kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran, dan kemurahan hati; dalam Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik.” (2 Korintus 6:4-6)

Pernahkah kalian melihat tembok benteng baik secara langsung, maupun ketika menonton film-film Eropa dengan latar abad pertengahan abad di mana ada raja-raja dan ksatria berbaju besi ditampilkan? Walaupun kalian tidak suka film genre sejarah Eropa, pastinya kalian pernah melihat suatu tembok besar yang didirikan untuk melindungi sesuatu, baik itu dalam comic, game, atau karya sastra lainnya, seperti dari anime yang sangat terkenal Attack on Titan atau situs sejarah yang terkenal The Great Wall of China. Seperti yang tadi dijelaskan, tujuan tembok benteng secara umum adalah untuk melindungi apa yang di dalamnya. Dan umumnya, apa yang dilindungi adalah suatu komunitas atau kumpulan orang tertentu dengan gaya hidup yang otentik. Mungkin karena ada suatu bahaya atau potensi bahaya di luar tembok itu, maka orang-orang itu hidup di belakang tembok benteng. Seperti bahaya serangan dari orang-orang dari komunitas lain atau serangan negara lain.

Mungkin kalian pikir, “Kalau begitu, berarti tembok benteng tidak mempunyai celah untuk masuk?” Kenyataannya tidak juga, karena tembok benteng tetap memiliki jalan masuk atau keluar, sebab kalau tidak ada, bagaimana caranya orang-orang yang di dalam bisa mencari makan? Tetapi biasanya, apa yang masuk ke dalam tembok itu selalu disaring dulu, apakah yang masuk adalah sesuatu yang berbahaya bagi penduduk atau tidak, sehingga keamanan komunitas tersebut tidak terkompromi.

Seperti tembok tersebut, prinsip yang sama harus kita terapkan dalam kehidupan Kristen kita. Sebagai orang Kristen, kita harus keluar ke dunia yang gelap dan berusaha menyelamatkan sebanyak mungkin jiwa, meskipun potensi dunia menjajah dan mencemari kehidupan kita dengan pengaruh negatif. Maka itu, kita perlu menetapkan batasan-batasan pribadi, sama seperti jalur masuk tembok tersebut, agar kita bisa menyaring apa yang masuk ke dalam hidup kita dan memastikan kita sendiri tidak dalam bahaya. Kita perlu menunjukkan dengan jelas bahwa kita tidak sama dengan dunia; bahwa ada hal-hal yang bisa kita terima dan ada hal-hal yang tidak. Bahwa kita berasal dari suatu komunitas berbeda tetapi tidak eksklusif, yaitu suatu komunitas surgawi. Maka dari itu, kita harus menunjukkan karakteristik-karakteristik tersebut, yang sama seperti dalam 2 Korintus 6:4-6. Karakteristik seorang pelayan dari Raja yang melindungi kita dengan temboknya yang kuat: Allah Bapa kita, Elohim Yahweh.

WHAT TO DO:
1.Menetapkan batasan-batasan pribadi
2.Menunjukan dengan jelas jati diri kita dengan menerapkan 2 Korintus 6:4-6

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yesaya 1-3

Card image
Renungan Pagi - 16 Juli 2024
2024-07-16 13:26:59


Siapa saja yang memilih mengikut Yesus harus bersedia menanggung segala konsekuensi atau risiko yang akan dihadapi dalam perjalanan mengikut Tuhan Yesus. Ia harus berani kehilangan segala kesenangan hidup atau kesukaan duniawi bila ia bersedia mengikut Kristus. Hal itu berarti, mengikut Kristus harus total segenap hidup atau sepenuh hati hidup sebagai ciptaan baru, yang lama benar-benar sudah berlalu; sekali lagi, tidak bisa mengikut Tuhan, tetapi tidak mau sungguh-sungguh menyerahkan hidup di bawah kedaulatan-Nya.

"Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru; yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." Siapapun yang tidak bersungguh-sungguh dalam mengikut Kristus, ia tidak layak bagi Kerajaan-Nya. Mengapa tidak layak? Karena Tuhan Yesus sudah mengerjakan bagian-Nya yaitu menyerahkan Nyawa-Nya, supaya kita memiliki kehidupan sebagai ciptaan baru sepenuhnya.
(2 Korintus 5:17)

Card image
Quote Of The Day - 16 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-16 13:24:23


Taburan kasih yang tulus akan menghasilkan tuaian yang luar biasa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 16 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-16 13:22:23


Jangan kita mengikuti fokus hidup manusia yang umumnya pada perkara-perkara fana.

Card image
GOD'S STANDARD HUMAN - 16 Juli 2024 (English Version)
2024-07-16 13:05:25


We all believe that we are already human. Therefore, many people feel angry or offended when they are addressed with words that are inappropriate or demeaning to their humanity. But have we ever thought, are we truly human according to the Creator's standards? Surely, God has a Standard Operating Procedure (SOP) for the conduct and administration of life. Because our lives are like a company with all its activities. For this reason, the church must provide counseling, guidance, and mentoring so that the congregation understands how to become human according to the Creator's standards.

Salvation in Jesus Christ means exactly this. That's why Jesus became human and in all things was made like us, so we can emulate the model of a human being according to His standards. God is a Great Artist and humans also have artistic or aesthetic elements according to their field. There is painting, carving, music and others. Not only do others admire their work, but they themselves often feel satisfied. Isn't God like that too? When Job was praised by God in Job 1:7-8, “The Lord said to Satan, ‘Where have you come from?’ Satan answered the Lord, ‘From roaming throughout the earth, going back and forth on it.’ Then the Lord said to Satan, ‘Have you considered my servant Job? There is no one on earth like him; he is blameless and upright, a man who fears God and shuns evil.’” God was proud of Job.

In Matthew 3:17, God boasts about His Son, “This is my Son, whom I love; with him I am well pleased.” God wants us to become human beings according to the purpose for which God created us, according to God's standards, so that God is pleased. Surely, the Father in heaven doesn't only want to praise someone named Jesus, but the Father also wants to find people who make His heart proud, and the Father can also say: "This is My beloved son. He pleases Me.” And we must always remember that we do not live for free. God created us with the intention and purpose and aim to please Him. We are not accidentally to be human, but because God wills it.

And God does not demand what we cannot fulfill. It would be evil if God demanded what we couldn't fulfill and then, when we fail to meet God's demands, He throws us into hell. Therefore, realize that we are not creatures created without purpose. There is a reason, there is a purpose, a divine purpose; there is a divine intent. Whether man or woman, from any tribe, in any condition, born poor or rich, highly educated or lowly educated, whatever and however our circumstances are, God can make us human beings who please Him. So what we need to ask is, “Have I become a human being according to God's will?”.

If we get slightly offended, become angry, and then try to destroy the person who hurt us, we have not yet become true humans. Honestly, we still possess those characteristics. When we realize this, we recognize that we are still spiritually sick and need to seek a church that can transform our lives and elevate our human qualifications. Therefore, we must now be aware that those who enter heaven are humans according to God's standards. Even before we die, while we are still in this world, we must exhibit the signs of those who are worthy of entering heaven, which means fulfilling God's Standard Operating Procedure (SOP).

Thus, Jesus said, "Not everyone who says to me, ‘Lord, Lord,’ will enter the kingdom of heaven, but only the one who does the will of my Father who is in heaven." Doing God's will is not just about not breaking the law; it means that every step of our lives should please God, minute by minute, hour by hour. This is what is called holiness. Holiness is not something abstract, mystical, but very technical and natural. So, we must live holy. And what changes us is the life media we enter or the life dynamics we experience. Because of the experiences that God provides, they humanize us.

While we are crushed, our character is formed. God is extraordinary; He is the Great Architect who knows how to shape us. If we obey, we will continue to be molded into the kind of human that God desires and who pleases His heart. So, let's examine ourselves. Our treatment of others shows whether we are truly human. What others feel from our behavior can prove whether we are human or not. A person who has become human according to God's standards will definitely humanize others. He will be compassionate towards others.

A PERSON WHO HAS BECOME HUMAN ACCORDING TO GOD'S STANDARDS WILL DEFINITELY HUMANIZE OTHERS.

Card image
MANUSIA STANDAR ALLAH - 16 Juli 2024
2024-07-16 13:02:46


Pasti semua kita merasa sudah menjadi manusia. Maka, tidak sedikit orang yang marah atau tersinggung kalau ada kata-kata yang tidak patut ditujukan kepada dirinya, yang itu berindikasi atau bermaksud merendahkan martabat kemanusiaannya. Tetapi pernahkah kita berpikir, apakah kita benar-benar sudah jadi manusia sesuai standar Sang Pencipta? Tuhan pasti punya Standard Operation Procedure (SOP) untuk pelaksanaan, penyelenggaraan hidup. Sebab hidup kita masing-masing ini seperti sebuah company dengan segala kegiatannya. Untuk itu gereja harus memberikan penyuluhan, pembinaan, mentoring supaya jemaat mengerti bagaimana menjadi manusia sesuai dengan standar Sang Pencipta.

Keselamatan dalam Yesus Kristus bermaksud demikian. Itulah sebabnya Yesus menjadi manusia yang dalam segala hal disamakan dengan kita, supaya kita dapat mencontoh bagaimana model manusia dengan standar-Nya. Tuhan adalah Seniman Agung dan manusia juga memiliki unsur-unsur seni atau estetik sesuai dengan bidangnya. Ada seni lukis, ukir, musik, dan lainnya. Bukan hanya orang lain yang mengagumi karyanya, namun dirinya sendiri juga sering merasa puas. Bukankah Allah juga begitu? Ketika Ayub disanjung oleh Allah di dalam Ayub 1:7-8, “Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Dari mana engkau?" Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi." Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.” Allah membanggakan Ayub.

Di Matius 3:17, Allah membanggakan Anak-Nya, “Ini Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan.” Tuhan mau kita menjadi manusia sesuai dengan maksud Allah menciptakan manusia itu, dengan standar Allah, sehingga Allah disukakan. Pasti Bapa di surga tidak hanya ingin memuji seorang yang bernama Yesus, tetapi Bapa juga ingin menemukan orang-orang yang membanggakan hati-Nya, dan Bapa juga bisa berkata: “Ini anak-Ku yang Kukasihi. Dia menyenangkan Aku.” Dan kita harus selalu ingat bahwa kita ini bukan hidup gratis. Tuhan menciptakan kita dengan maksud dan tujuan supaya kita menyenangkan Dia. Kita tidak kebetulan jadi manusia, tapi karena Allah yang menghendaki.

Dan Allah tidak menuntut apa yang tidak bisa kita penuhi. Jahat kalau Allah menuntut apa yang tidak kita bisa penuhi. Lalu setelah kita tidak bisa memenuhi apa yang Allah kehendaki, Allah membuang kita ke neraka. Maka, sadarilah bahwa kita bukanlah makhluk yang diciptakan tanpa tujuan. Ada reason, ada purpose, ada divine purpose; ada maksud ilahi. Entah pria atau wanita, dari suku apa saja, apa pun keadaan kita, terlahir dalam kondisi miskin atau kaya, berpendidikan tinggi atau rendah, apa pun dan bagaimanapun keadaan kita, Tuhan bisa menjadikan kita manusia yang menyenangkan Dia. Maka yang harus kita persoalkan, “Apakah saya sudah menjadi manusia sesuai dengan kehendak Allah?”

Kalau sedikit tersinggung, kita marah, sakit hati, lalu berusaha menghancurkan orang tersebut. Ini belum jadi manusia. Dan jujur, kita masih punya karakteristik itu. Kalau kita sadar itu, kita merasa sebagai orang sakit, maka kita datang dan mencari gereja yang bisa mengubah hidup kita, meningkatkan kualifikasi kemanusiaan kita. Jadi kita sekarang harus sadar bahwa yang masuk surga itu manusia dengan standar Allah. Dan sebelum meninggal dunia, sejak di dunia ini pun kita mesti sudah punya gejala dari orang-orang yang memang layak masuk surga; yaitu memenuhi SOP.

Maka Tuhan Yesus berkata, “Bukan orang yang berseru kepadaku ‘Tuhan, Tuhan’ yang masuk surga, tapi orang yang melakukan kehendak Allah.” Melakukan kehendak Allah itu bukan hanya tidak melanggar hukum, tetapi setiap langkah hidup kita itu menyenangkan Tuhan, dari menit ke menit, dari jam ke jam. Dan itu yang disebut kesucian. Kesucian itu bukan sesuatu yang abstrak, yang mistis, namun sangat teknis dan natural. Jadi, kita harus hidup suci. Dan yang mengubah kita itu media hidup yang kita masuki atau dinamika hidup yang kita alami. Karena pengalaman yang Allah sediakan, itu memanusiakan kita.

Sementara kita digilas, karakter kita dibentuk. Dan Tuhan itu luar biasa, Ia adalah Arsitek Agung yang tahu bagaimana membentuk kita. Kalau kita menurut, maka kita akan terus dibentuk menjadi manusia seperti yang Allah kehendaki dan menyenangkan hati-Nya. Jadi, mari kita periksa diri kita. Perlakuan kita terhadap orang lain menunjukkan apakah kita manusia atau bukan. Apa yang orang lain rasakan dari perilaku kita bisa membuktikan kita manusia atau tidak. Orang yang sudah menjadi manusia sesuai standar Allah, pasti memanusiakan orang lain. Ia akan berbelas kasihan terhadap orang lain.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG SUDAH MENJADI MANUSIA SESUAI STANDAR ALLAH, PASTI MEMANUSIAKAN ORANG LAIN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 Juli 2024
2024-07-16 12:58:12

Yesaya 18-22

Card image
Truth Kids 15 Juli 2924 - TIDAK TERGESA-GESA
2024-07-15 14:01:48


Amsal 14:29
”Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan.”

Tika merengek kepada orang tuanya agar dibelikan handphone di toko online, "Mama, handphone teman-temanku model terbaru. Aku ingin seperti mereka." "Sabar, Dek. Nanti Papa belikan," jawab mamanya. "Harus hari Jumat, Ma, karena Tika mau ada acara tamasya. Aku pesan online ya, nanti bisa dibayar di rumah," kata Tika sambil merengek.

Akhirnyahandphone yang Tika inginkan sudah dikirim ke rumah. Ia sangat senang sekali. Ia segera membuka paket itu, namun pada saat ia periksa barangnya, ternyata bukan original melainkan produk tiruan. "Pantas saja harganya lebih murah, ternyata barangnya tidak bagus." Ia menyesal karena terburu-buru mengambil keputusan dan tidak mendengarkan mamanya.

Sobat Kids, kita harus belajar untuk tidak sembrono dalam mengambil keputusan. Kita harus belajar untuk tidak terburu-buru dalam membuat keputusan. Tuhan akan memberikan kita hikmat sehingga kita dapat mengambil keputusan yang seturut kehendak-Nya.

Card image
Truth Junior 15 Juli 2024 - BELAJAR
2024-07-15 13:41:52


Amsal 14:29
”Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan.”

Hari ini kita mau melanjutkan kisah mengenai Albert Einstein. Walaupun masa kecilnya dilalui dengan ejekan dari teman sekolah, Einstein tetap belajar untuk sabar. Ia tetap rajin belajar untuk menambah pengertiannya terhadap hal-hal yang menarik perhatiannya. Misalnya tentang kompas, cahaya, dan geometri (cabang matematika yang menerangkan sifat-sifat garis, sudut, bidang, dan ruang).

Sobat Junior, apakah di kelas atau sekolah kalian ada yang suka mem-bully kalian? Apakah karena nilai rapor kalian pada saat terakhir belum bagus? Jangan menyerah dan berkecil hati. Di tahun ajaran yang baru ini, tunjukkan bahwa kalian bisa menjadi lebih baik lagi. Di kelas yang baru, dengan teman-teman dan wali kelas yang mungkin baru juga, mulailah dengan komitmen untuk menjadi lebih baik.

Kita mau belajar lebih sabar lagi dan belajar lebih giat lagi sehingga nilai kita di sekolah menjadi lebih baik. Milikilah pengertian dari pelajaran yang disampaikan bapak atau ibu guru di sekolah, sehingga kita menjadi saksi sebagai anak Allah. Semangat!

Card image
Truth Youth 15 Juli 2024 (English Version) - THE LAMP OF THE BODY
2024-07-15 13:02:55


"Your eye is the lamp of your body. When your eyes are healthy, your whole body also is full of light. But when they are unhealthy, your body also is full of darkness. See to it, then, that the light within you is not darkness." (Luke 11:34-35)

Negative environments often make us feel cool, noticed, famous, acknowledged, and authoritative. However, we cannot immerse ourselves in such environments forever. Over time, we will become negative individuals, spreading negative impacts to those around us, especially those who are still innocent and unaware. On the contrary, we should aim to be positive individuals who spread goodness and love to everyone. Our goal as Christians is to let those around us feel the gentle, sweet, and warm love of God.

One of the human senses that plays a crucial role in determining whether we become positive or negative individuals is the eye. Luke 11:34-35 clearly states that our eyes are the lamp of the body; if our eyes are healthy, our whole body is full of light, and vice versa. Therefore, we must be vigilant. We must ensure that the light within us does not become darkness. We need to guard what we see because the eyes are the lamp of the body. Everything we see affects our soul and spirit. If we consume unclean things with our eyes, our entire lives will become negative.

The Bible also teaches that having good friends will lead to a good life. We must not associate with those who have a negative impact, as we will eventually become like them, often without realizing it. We should set boundaries and not be tempted by worldly pleasures that are only temporary. Seek support from positive individuals, such as mentors in the church, pastors, or anyone we consider mature and wise, to walk alongside us in Jesus Christ.

WHAT TO DO:
1. Be wise in choosing friends.
2. Guard all external influences consumed by our senses (eyes and ears).
3. Actively listen to and apply God's Word.
4. Seek reliable friends or mentors to grow with.

BIBLE MARATHON:
▪ Song of Solomon 5-8

Card image
Truth Youth 15 Juli 2024 - PELITA TUBUH
2024-07-15 13:00:59


”Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu. Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan.” (Lukas 11:34-35)

Pada dasarnya, lingkungan yang negatif memang cenderung membuat kita merasa keren, dipandang, terkenal, diakui, dan memiliki otoritas. Namun, kita tidak bisa selamanya menyeburkan diri di dalam lingkungan yang seperti ini. Sebab lambat laun, kita pun akan menjadi orang yang negatif dan memberikan dampak buruk bagi orang-orang di sekitar kita, yang bisa saja mereka masih polos dan tidak tahu apa-apa. Sebaliknya, kita seharusnya justru menjadi orang yang positif, yang menebar kebaikan dan kasih sayang kepada semua orang. Goals kita sebagai orang Kristen adalah membuat orang-orang di sekitar kita merasakan kasih Allah yang lembut, manis, dan hangat.

Salah satu indra manusia yang paling berperan penting untuk menentukan apakah kita akan menjadi orang yang positif atau negatif adalah mata. Lukas 11:34-35 menyatakan dengan jelas bahwa mata kita adalah pelita tubuh; jika mata kita baik, maka teranglah seluruh tubuh kita, dan begitu sebaliknya. Maka, kita harus mawas diri. Jangan sampai terang yang ada pada kita justru menjadi kegelapan. Kita harus menjaga apa yang kita lihat, karena mata adalah pelita tubuh. Semua yang kita lihat akan memengaruhi jiwa dan roh kita. Jangan sampai karena kita mengonsumsi hal-hal najis yang kita saksikan dengan mata kita sendiri, akhirnya seluruh hidup kita menjadi negatif.

Alkitab juga mengajarkan bahwa dengan memiliki teman-teman yang baik, maka hidup kita akan baik pula. Jangan sampai kita berteman dengan mereka yang memberi dampak buruk, karena lambat laun kita pasti menjadi seperti mereka, tanpa disadari. Batasilah diri, jangan tergoda dengan hal-hal duniawi yang hanya kesenangan sementara. Carilah dukungan dari orang-orang yang positif, misalnya mentor di gereja, pendeta, atau siapa pun yang kita anggap cukup dewasa dan bijak sebagai teman seperjuangan kita di dalam Yesus Kristus.

WHAT TO DO:
1.Bijak dalam memilih teman.
2.Menjaga segala hal eksternal yang dikonsumsi oleh indra kita (mata dan telinga).
3.Aktif mendengarkan firman Tuhan dan melakukannya.
4.Mencari teman atau mentor yang dapat diandalkan untuk bertumbuh bersama.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kidung Agung 5-8

Card image
Renungan Pagi - 15 Juli 2024
2024-07-15 12:58:14


Kita sering mengalami keraguan tatkala permintaan doa tidak dijawab Tuhan. Kita dapat belajar dari pengalaman Yohanes Pembaptis dan para muridnya, yang pada awalnya meragukan kemampuan Tuhan untuk menolongnya dari kematian, karena pada akhirnya dia dipenjara dan dipenggal kepalanya.

"Yesus menjawab mereka; "Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat; orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku."

Tentu saja Yohanes pembaptis mengharapkan Tuhan Yesus membebaskannya. Tetapi Tuhan Yesus hanya menyatakan apa yang telah diperbuat-Nya selama pelayanan-Nya. Tuhan ingin kita mengerti, bahwa DIA punya rencana indah untuk kita, tetapi tidak harus sesuai dengan apa yang dipikirkan dan harapkan. Kita belajar menempatkan kehendak kita di bawah kehendak Tuhan. Kiranya Tuhan mengampuni kebodohan dan mengajar kita untuk bertindak sesuai kehendak-Nya." (Matius 11:2-6)

Card image
Quote Of The Day - 15 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-15 12:56:37


Sebelum kita lahir, Yesus sudah mati untuk kita. Dan sekarang, setelah kita lahir, kita harus mati untuk Dia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 15 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-15 12:55:08


Kita memberi nilai tinggi Tuhan bukan hanya dengan mulut atau perkataan, melainkan dengan perbuatan, perilaku kita.

Card image
CHARACTER STABILITY - 15 Juli 2024 (English Version)
2024-07-15 12:53:17


Character stability, a cornerstone of our spiritual journey, is marked by several aspects. Firstly, it’s about making a serious effort to change ourselves. Secondly, it’s about the willingness to offer whatever we possess to God. However, even after surrendering everything to God, many still feel that God hasn’t utilized them to their fullest potential. Why is this? The answer lies in character stability. Today, we might be pure, without moral violations, but in the future, we might fall into moral sins. So, be thankful if God restrains His gifts of the Spirit, restraining explosions of ministry because He wants us to prepare ourselves.

We mustn’t become old with excellent ministry achievements and magnificent church buildings yet be driven by money, falling into moral sins. It’s better not to, and this is a grace, a gift. In reality, many servants of God reach old age successfully, with smooth paths, wealth, and respect; however, they do not lead people to heaven. The quality of their congregation isn’t the quality of children of God, the standard of the Kingdom of Heaven. Thus, we must have character stability that cannot fall anymore, which takes time.

Especially for young people, it’s of utmost importance to start the spiritual journey with a humble, gentle heart, loving God because this is the foundation for God’s trust in us. Honesty alone is not enough. You can be honest but still hinder others, crave respect, and dislike others progressing more, which also does not make you trustworthy to God. Therefore, you must strive to be like Jesus. And this is something we should genuinely be concerned about, “When the Son of Man comes, will he find faith on the earth?” Our world today is corrupt. Look at our young generation today; it is corrupt. Even in ethics, they show their arrogance. How can they become members of the family of the Kingdom of God with such manners?

If we can still change, let us change. Let our lives be an example. Look at today: how many people truly love God and are willing to give their lives limitlessly? Everything is calculated, while the human soul is precious. Even if all the world’s wealth were gathered, buying one soul would not be enough. Why don’t we strive earnestly? Why do we still seek profit in ministry? Why do we not sacrifice earnestly? We are looking for people who can weep together for the salvation of souls.

We should be in a crisis, seeing the world drift into eternal darkness. Let us first improve ourselves. Come, let us pray because we face a dark world. Using logic and calculators won’t work. God must be present with His power, and we must be thorough vessels for God to work through our lives. Our lives must be clean, our motives straight. Being an expert in Theology cannot be used as a capital. It could be suitable for preaching and self-actualization, and with social media, we can preach as much as possible and read as many books as possible. Then people will be interested, so we can get many subscribers or viewers, which makes us happy, and Satan works that way. Yet, that’s not our focus.

We indeed have the excellence that God can use to save souls, and this is not an organizational matter or for the church to advance, but a matter of soul salvation. Let us ask God, “What should I do, Lord? Where is my place?” So, we must continue to improve ourselves and build ourselves, not just process, but progress. And we indeed have virtues or unique qualities that others do not. Let us build ourselves up. God is looking for warriors who can join in earnestly with those God uses to change others truly.

If only we could create a commotion in worship, many churches would have that ability. But we want to become a movement that genuinely changes lives. When we grow in character, in closeness with God, become more like Jesus, and have character stability, God can entrust His feelings to us. God will not entrust His feelings to someone who is not worthy to be touched by His feelings. We become His vessel entirely, meaning to let our heart’s room be filled with His heart and His feelings so we can feel what God feels. Like Jesus weeping over Jerusalem, we want to have a heart like that, which can weep for souls. Not just talk, but a heart that genuinely loves souls, and this is not just about service activities but souls that must be rescued from darkness.

WE MUST HAVE CHARACTER STABILITY THAT CANNOT FALL ANYMORE, WHICH TAKES TIME.

Card image
STABILITAS KARAKTER - 15 Juli 2024
2024-07-15 14:19:20


Menghayati nilai jiwa manusia akan ditandai dengan: yang pertama, adanya usaha serius mengubah diri. Yang kedua, kesediaan mempersembahkan apa pun yang kita miliki untuk Tuhan. Namun sejujurnya, kita yang sudah menyerahkan segalanya untuk Tuhan, masih merasa Tuhan belum memakai kita dengan maksimal. Mengapa? Jawabnya adalah: stabilitas karakter. Hari ini kita suci, tidak punya pelanggaran moral. Ke depan belum tentu kita tidak punya pelanggaran moral. Jadi bersyukur kalau Tuhan menahan karunia-karunia Roh-Nya, ledakan-ledakan pelayanan, seakan-akan Tuhan seperti menghambat ledakan-ledakan itu, karena Tuhan mau kita mempersiapkan diri.

Jangan sampai kita sudah jadi tua, prestasi pelayanan bagus, gedung gereja megah, tapi mata duitan, jatuh dalam dosa moral. Lebih baik jangan. Dan ini adalah karunia, anugerah. Sebab kenyataan berbicara, tidak sedikit hamba Tuhan yang sampai hari tuanya sukses, jalannya lancar, kaya, terhormat, namun dia tidak membawa orang ke surga. Kualitas jemaatnya bukan kualitas anak-anak Allah, standar Kerajaan Surga. Maka kita harus punya stabilitas karakter yang tidak bisa jatuh lagi dan itu perlu waktu.

Khususnya anak-anak muda, kalau tidak mulai sekarang punya hati yang rendah, lemah lembut, dan mengasihi Tuhan, maka Tuhan tidak akan percayai kalian. Jujur saja tidak cukup. Kalian bisa jujur, tapi masih bisa menjegal orang, gila hormat, tidak senang orang lain lebih maju, sehingga itu juga tidak membuat kalian dipercayai Tuhan. Jadi, harus setinggi-tingginya serupa dengan Yesus. Dan ini yang seharusnya sangat kita khawatirkan, “Kalau Anak Manusia datang, apakah Dia mendapati iman di bumi?” Dunia kita hari ini sudah rusak. Lihat generasi muda kita hari ini, rusak. Dari etika saja menunjukkan kesombongannya. Bagaimana bisa menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah dengan manner seperti itu?

Kalau kita masih bisa berubah, berubahlah. Hidup kita jangan tidak menjadi teladan. Coba lihat hari ini, berapa banyak orang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dan rela memberikan hidupnya tanpa batas? Semua serba menghitung, padahal jiwa manusia itu mahal. Seandainya seluruh harta dunia ini dikumpulkan, belum cukup membeli satu jiwa. Mengapa kita tidak berjuang sungguh-sungguh? Mengapa kita masih cari keuntungan di dalam pelayanan? Mengapa kita tidak berkorban dengan sungguh-sungguh? Kita mencari orang-orang yang bisa menangis bersama untuk keselamatan jiwa-jiwa.

Kita semestinya ada dalam perasaan krisis melihat dunia sedang hanyut menuju kegelapan abadi. Benahi diri kita dulu. Ayo, kita berdoa, sebab yang kita hadapi adalah dunia yang gelap. Pakai perhitungan logika, kalkulator, tidak bisa. Harus Tuhan yang hadir dengan kuasa-Nya dan kita harus menjadi media, bejana seutuhnya untuk Allah bekerja di dalam dan melalui hidup kita. Hidup kita harus bersih, motivasi kita harus lurus. Doktor teologi tidak bisa dijadikan modal. Kalau untuk khotbah bisa bagus, untuk aktualisasi diri juga bisa. Apalagi dengan media sosial, kita bisa khotbah sebanyak-banyaknya, baca buku sebanyak-banyaknya juga, lalu orang-orang akan tertarik sehingga kita dapat banyak subscriber atau viewer, dan hal itu membuat kita senang. Setan bekerja dengan cara itu. Padahal bukan itu fokus kita.

Percayalah, kita pasti punya kelebihan yang bisa dipakai Tuhan untuk menyelamatkan jiwa. Ini bukan urusan organisasi, atau supaya gereja maju, namun ini urusan keselamatan jiwa. Coba masing-masing kita bertanya kepada Tuhan, "Apa yang harus kulakukan, Tuhan? Di mana tempatku?" Maka kita harus terus membenahi diri, terus membangun diri. Bukan hanya proses, namun juga progres. Dan setiap kita pasti memiliki keutamaan atau keistimewaan yang tidak dimiliki orang lain. Ayo bangun diri kita. Tuhan mencari laskar yang bisa tergabung menjadi orang-orang yang dipakai Tuhan dengan sungguh-sungguh untuk mengubah orang lain.

Kalau hanya membuat hiruk-pikuk kebaktian, banyak gereja punya kemampuan itu. Tapi kita mau menjadi gerakan yang benar-benar mengubah. Ketika kita bertumbuh dalam karakter, dalam kedekatan dengan Tuhan, menjadi orang yang semakin serupa dengan Yesus, dan punya kestabilan karakter, maka Tuhan bisa memercayakan perasaan-Nya kepada kita. Tuhan tidak akan memercayakan perasaan-Nya kepada orang yang tidak layak ditulari perasaan-Nya. Kita menjadi bejana-Nya seutuhnya, artinya biar ruangan hati kita dipenuhi oleh hati-Nya, dipenuhi oleh perasaan-Nya, supaya kita merasakan yang Tuhan rasakan. Seperti Yesus menangisi Yerusalem, kita ingin punya hati seperti itu, yang bisa menangisi jiwa- jiwa. Bukan basa-basi, tapi hati yang sungguh mengasihi jiwa-jiwa. Ini bukan soal aktivitas pelayanan semata, melainkan jiwa-jiwa yang harus diungsikan dari kegelapan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS PUNYA STABILITAS KARAKTER YANG TIDAK BISA JATUH LAGI DAN ITU PERLU WAKTU.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 Juli 2024
2024-07-15 12:38:19

Yesaya 13-17

Card image
Truth Kids 14 Juli 2024 - BUAH KESABARAN
2024-07-14 18:11:51


2 Tesalonika 2:15
”Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.”

Doni menginginkan sepeda baru. Saat ia menyampaikan keinginannya ke papanya, papanya hanya bilang, "Iya, berdoa dulu, ya." Doni hanya menganggukkan kepalanya. Setiap malam ia berdoa supaya mendapatkan sepeda baru. Seminggu, sebulan, dua bulan, tiga bulan berlalu seolah-olah doa Doni tidak ada jawaban karena tidak ada tanda-tanda papanya membelikan sepeda baru.

Doni tidak marah dan mengeluh, tetapi ia tetap sabar dan tetap tekun berdoa. Suatu hari, datanglah kakek dan neneknya dari Bandung. Tanpa disangka-sangka, saat keluar dari mobil, mereka membawa sebuah sepeda. Sepeda itu untuk Doni. Ia pun merasa sangat bahagia.

Sobat Kids, kita dapat belajar dari Doni yang memiliki kesabaran untuk menantikan keinginannya. Ia tidak memaksakan keinginannya, tetapi ia belajar untuk sabar. Walaupun kita tidak langsung mendapatkan keinginan kita, jangan sedih, ya, Sobat Kids. Memang terkadang keinginan kita tidak selalu dipenuhi. Yang penting kita tetap berpegang pada ajaran-ajaran yang telah kita terima, sesuai firman Tuhan. Jika kita tetap bertingkah laku sesuai firman Tuhan, maka kita akan mendapatkan hasil dari kesabaran kita.

Card image
Truth Junior 14 Juli 2024 - ALBERT EINSTEIN
2024-07-14 18:09:45


2 Tesalonika 2:15
”Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.”

Apakah Sobat Junior pernah mendengar nama Albert Einstein? Albert Einstein adalah ilmuwan jenius yang banyak berkontribusi dalam bidang fisika. Memang saat di Sekolah Dasar, kalian belum belajar tentang fisika. Tetapi nanti saat SMP, kalian akan mempelajari pelajaran fisika. Albert Einstein menemukan teori-teori yang belum pernah dipikirkan ilmuwan lainnya di masa itu. Sayangnya, dia memiliki masa kecil yang menyedihkan.

Hingga berusia 4 tahun, Albert Einstein belum dapat berbicara. Namun, kesabaran sang ibu mendidik Einstein kecil, membuahkan hasil hingga menjadi ilmuwan terkenal di seluruh dunia. Sang ibu dengan sabar melatih Einstein mengucapkan kata demi kata. Bukan hanya kesulitan berbicara, saat di sekolah pun Einstein memiliki nilai yang kurang bagus. Pada masa-masa sulit seperti itu, sang ibu selalu memberikan semangat. Ibunya percaya Einstein memiliki sesuatu yang hebat dan akan menjadi orang yang hebat. Contoh kesabaran ibunya membuat Einstein menjadi orang yang juga sabar ketika di-bully teman sekolahnya.

Sobat Junior, jika kita berpegang pada ajaran-ajaran yang telah diajarkan orang tua dan Tuhan melalui firman-Nya, kita dapat berdiri teguh walaupun orang menghina kita. Kita tidak usah membalas; sabar saja. Kita tunjukkan dengan bukti dari kerja keras kita. Berdoalah minta penyertaan Roh Kudus sehingga kita menjadi anak Allah yang memiliki kesabaran dan kepandaian.

Card image
Truth Youth 14 Juli 2024 - A GLASS OF BLACK COFFEE
2024-07-14 18:08:19


"How can a young person stay on the path of purity? By living according to Your word." (Psalm 119:9)

How can one transform a glass of black coffee into clear, pure water without discarding the coffee and refilling it with fresh water? One of the most effective methods is to pour a substantial amount of clean water into the glass of coffee until the coffee's color fades, effectively replacing the coffee with clean water. The amount of clean water needed to achieve this must be significantly greater than the amount of coffee, approximately a ratio of one to ten. Thus, a glass of coffee is eventually replaced with a glass of pure water.

From the above illustration, we learn that to eliminate something negative, a tremendous effort or greater positive actions are required. Negative elements have a significant impact and must be countered with something much stronger. In the context of maintaining a life of holiness free from impurity such as sin, one must work diligently to truly preserve their purity. Sin inherently causes individuals to behave in ways that harm others and themselves through destructive actions.

We must recognize the signs around us and identify individuals who have the potential to damage our lives and who live detrimentally towards others. Simultaneously, we must strive to maintain our own sanctity, ensuring we do not become sources of harm to others. One effective way to sustain a holy life is by becoming familiar with God's Word. This practice enables us to be attuned to God's voice rather than the voices of others or our own thoughts. Understanding God's Word illuminates truth, as His Word is a light in the darkness.

WHAT TO DO:
1. Read the Bible as an initial step towards understanding God's will.
2. Be sensitive to His voice to comprehend the true essence of truth.

BIBLE MARATHON:
▪ Song of Solomon 1-4

Card image
Truth Youth 14 Juli 2024 - SEGELAS KOPI HITAM
2024-07-14 19:56:50


”Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.” (Mazmur 119:9)

Bagaimana caranya mengubah segelas kopi hitam menjadi air yang putih bersih tanpa air tersebut dibuang dan diisi dengan air bersih yang baru? Salah satu cara terampuh adalah dengan menuang begitu banyak air putih bersih ke dalam segelas kopi itu, hingga warna kopi tersebut memudar alias dengan sendirinya segelas kopi digantikan dengan segelas air putih. Jumlah air putih yang perlu dituang ke dalam segelas kopi harus jauh lebih banyak daripada segelas kopi tersebut, kurang lebih satu banding sepuluh. Dengan demikian, segelas kopi kini tergantikan dengan segelas air putih yang bersih.

Dari ilustrasi di atas, kita belajar bahwa untuk menghilangkan sesuatu yang buruk, diperlukan kerja keras atau usaha yang lebih besar dalam melakukan hal-hal yang baik. Sebab, segala sesuatu yang buruk, tentu sebelumnya telah berdampak besar sehingga harus dihilangkan oleh sesuatu yang jauh lebih besar. Dalam konteks menjaga kekudusan hidup dari segala hal najis seperti dosa, manusia memerlukan kerja keras yang sungguh untuk dapat benar-benar mempertahankan kekudusan hidupnya. Di dalam dosa, secara tidak langsung manusia berperilaku merugikan orang lain, yaitu perilaku-perilaku destruktif yang merusak orang lain, bahkan dirinya sendiri.

Kita harus mengenali tanda-tanda di sekitar kita, siapa saja orang-orang yang berpotensi merusak hidup kita yang hidupnya merugikan orang lain. Namun, kita juga harus berusaha untuk tetap menjaga kekudusan hidup. Jangan sampai justru kita yang menjadi perusak hidup orang lain. Tentunya, salah satu cara menjaga hidup dalam kekudusan adalah dengan mengenali firman Tuhan. Hal ini dilakukan agar kita dapat peka dengan suara Tuhan, bukan dengan suara orang lain atau pikiran kita sendiri. Mengenal firman Tuhan membuat kita mengerti kebenaran, sebab firman-Nya adalah pelita di dalam kegelapan.

WHAT TO DO:
1.Membaca Alkitab sebagai langkah awal mengenal kehendak Tuhan.
2.Peka dengan suara- Nya, agar kita mengerti kebenaran yang sejati.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kidung Agung 1-4

Card image
Renungan Pagi - 14 Juli 2024
2024-07-14 18:02:30


Sebagai manusia, buatan tangan Allah, kita diciptakan bukan asal diciptakan tetapi diciptakan dengan maksud dan tujuan yang mulia. "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalam-Nya." Karena itu, janganlah memperlakukan tubuh dengan sembarangan dan suka-suka kita.

Karena setiap bagian dalam tubuh adalah berharga dan menjadi alat Tuhan untuk memuliakan nama-Nya. Kita diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan perbuatan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya dan DIA ingin kita hidup di dalamnya.
(Efesus 2:10)

Card image
SOUL FISHER - 14Juli 2024 (English Version)
2024-07-14 17:03:28


In the Gospel of Matthew 16:26, the word of God says, "What good will it be for someone to gain the whole world, yet forfeit their soul?" This means, what is the use of having wealth, position, honor, or anything in the highest amount or quantity one can achieve, but being lost forever. And this is very logical. Even if someone possesses everything the world can offer, if it's only for 70, 80, or 100 years, it means nothing. Especially if after that, they are cast into eternal fire. So, the soul, which is the same as life, is more valuable than all the wealth on this earth.

When the word of God says, "Your loving kindness is better than life," it means the salvation that God gives is more valuable than the life that humans have on this earth. In this regard, there is something important that we must understand: the human soul is very precious. That is why Luke 15:7, 10 says, "I tell you that in the same way there will be more rejoicing in heaven over one sinner who repents than over ninety-nine righteous persons who do not need to repent." Certainly, the angels in heaven would not rejoice if the owner of heaven, God, did not rejoice. This verse shows or indicates that what happens on this earth—regarding the salvation of a person—can move and affect the feelings of God. Because one soul is precious.

So how noble is God's work that results in the salvation of souls. Certainly, salvation here is not just making a person a Christian, but truly becoming someone who is changed, from someone with a human nature to someone with a divine nature. From someone who cannot be enjoyed by God to someone who can be enjoyed by God. From someone who grieves the heart of God to someone who pleases the heart of God. Merely becoming a church member and filling the church does not make the angels in heaven rejoice. But to repent here, metanoia, means experiencing change, becoming worthy to be children of God, in the state of being children of God, and worthy of being members of the family of the Kingdom of Heaven.

Who are the people who can become fishers of souls? Certainly, those who have settled their own salvation. They must be able to understand the value of the soul. They must have reached the fear of being separated from God. And that fear must begin here on earth. When our relationship with God is not close, not intimate, not loving, then we should genuinely feel disturbed, troubled. However, many people do not consider this. They do not seriously address their relationship with God, whether it is proper or not. Or we consider it, but measure it with the wrong standards. We do not see it from God’s perspective. The depth and height must be according to what God desires.

Is our relationship with God satisfying His heart? We will not be able to become fishers of souls without properly discussing the quality of our relationship with God. When we meet with God, the light of God’s holiness opens our minds to recognize our true condition according to God, not according to ourselves. When we do not maintain God’s feelings, where this can happen in our lives, surely we do not have the proper reverence, not fearing God correctly. Our minds are only preoccupied with many things. We should be concerned with this, "Whatever happens, Lord, as long as my relationship with You is good and right. If it is not right, forgive me. Show me where I am wrong, Lord. Anything can happen, but don't let me fail to place myself appropriately and correctly in Your eyes.”

Separation from God should be felt from now. Therefore, do not be content just being a Christian who goes to church. Ironically, those who are most damaged are sometimes the activists and pastors, worship leaders, singers, musicians, and those active in ministry because they feel they are already in the church, though that does not guarantee closeness to God. Hence, we must already see hell before we die, the horror of being separated from God. But also see heaven, the beauty of glory with God. After we question our condition so that we continue to be in fellowship with God, then we want other people to also enter into this fellowship as well.

WE WILL NOT BE ABLE TO BECOME FISHERS OF SOULS WITHOUT PROPERLY DISCUSSING THE QUALITY OF OUR RELATIONSHIP WITH GOD.

Card image
PENJALA JIWA - 14 Juli 2024
2024-07-14 17:07:17


Di Injil Matius 16:26, firman Tuhan mengatakan, "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?" Maksudnya adalah, apa gunanya orang memiliki kekayaan, kedudukan, kehormatan, atau apa pun dalam jumlah tertinggi atau jumlah paling banyak yang bisa diraih, tetapi terhilang selama-lamanya. Dan ini sangat logis. Walaupun seseorang memiliki semua yang dunia bisa berikan, tetapi kalau hanya 70, 80, atau 100 tahun, tidak ada artinya. Apalagi kalau setelah itu terbuang ke dalam api kekal. Jadi, nyawa yang sama dengan jiwa atau kehidupan, itu lebih dari seluruh kekayaan di bumi ini.

Ketika firman Tuhan mengatakan, "Kemurahan-Mu lebih dari hidup," berarti keselamatan yang Tuhan berikan lebih dari kehidupan yang dimiliki manusia di bumi ini. Dalam hal ini, ada satu yang penting yang harus kita hayati bahwa jiwa manusia itu sangat berharga. Itulah sebabnya di Lukas 15:7,10 dikatakan, "Kalau ada satu orang bertobat, malaikat di surga pun bersukacita." Tentu, malaikat-malaikat tidak mungkin bersukacita kalau Allah pemilik surga tidak bersukacita. Ayat itu menunjukkan atau mengindikasikan bahwa apa yang terjadi di bumi ini—terkait dengan keselamatan seseorang—bisa menggerakkan dan memengaruhi perasaan Allah. Karena satu jiwa itu berharga.

Jadi betapa mulianya pekerjaan Tuhan yang menghasilkan keselamatan jiwa. Tentu keselamatan di sini bukan hanya membuat orang beragama Kristen, melainkan benar-benar menjadi seorang yang diubahkan, dari seorang yang berkodrat manusia menjadi seorang yang berkodrat ilahi. Dari seorang yang tidak bisa dinikmati oleh Allah menjadi seorang yang bisa dinikmati oleh Allah. Dari seorang yang mendukakan hati Allah menjadi seorang yang menyukakan hati Allah. Kalau hanya menjadi anggota gereja dan memenuhi gereja, belumlah membuat malaikat di surga bersorak-sorai. Tapi bertobat di sini, metanoia, artinya mengalami perubahan, layak menjadi anak-anak Allah, berkeadaan sebagai anak-anak Allah, layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga.

Siapakah orang-orang yang bisa menjadi penjala-penjala jiwa ini? Tentu orang yang sudah memperkarakan keselamatannya sendiri. Dia harus bisa mengerti nilai jiwa. Dia harus sudah sampai pada kegentaran terpisah dari Allah. Dan kegentaran itu harus dimulai sejak di bumi. Ketika hubungan kita dengan Tuhan tidak akrab, tidak intim, tidak mesra, maka sejatinya kita terganggu, susah. Namun, banyak orang tidak memperkarakan itu. Dia tidak sungguh-sungguh membawa persoalan hubungannya dengan Tuhan, apakah sudah proper atau tidak. Atau kita memperkarakannya, namun kita mengukur dengan ukuran yang salah. Kita tidak melihat ukuran Tuhan. Kedalaman dan ketinggiannya harus sesuai dengan yang Allah kehendaki.

Apakah hubungan kita dengan Tuhan sudah memuaskan hati-Nya? Kita tidak akan bisa menjadi penjala jiwa tanpa memperkarakan hal kualitas hubungan kita dengan Tuhan secara benar. Ketika kita berjumpa dengan Tuhan, terang kesucian Allah itu membuka pikiran kita untuk bisa mengenali keadaan kita yang sebenarnya menurut Tuhan, bukan menurut kita. Saat kita tidak menjaga perasaan Tuhan, di mana hal ini bisa terjadi dalam hidup kita, pasti kita tidak punya kegentaran yang patut, tidak takut akan Allah secara benar. Pikiran kita hanya disibukkan dengan banyak hal. Mestinya kita mempersoalkan ini, “Apa pun yang terjadi, Tuhan, asal hubunganku dengan Engkau baik dan benar. Jika kurang benar, ampunilah aku. Beri tahu di mana salahku, Tuhan. Apa pun bisa terjadi, tapi jangan sampai aku tidak menempatkan diriku secara tepat dan benar di mata-Mu.”

Keterpisahan dengan Allah itu mestinya bisa dirasakan sejak kita sekarang ini. Maka, jangan puas hanya menjadi orang Kristen yang datang ke gereja. Ironis, yang paling rusak kadang-kadang justru aktivis dan pendeta, worship leader, singer, pemain musik, dan yang aktif dalam pelayanan karena mereka merasa sudah ada di dalam gereja, padahal itu tidak menjamin kedekatan dengan Tuhan. Maka kita harus sudah melihat neraka sebelum kita mati, mengerikannya terpisah dari Allah. Tapi juga melihat surga, indahnya kemuliaan bersama Tuhan. Setelah kita mempersoalkan keadaan diri kita supaya kita terus ada di dalam persekutuan dengan Allah, barulah kita mau orang lain juga masuk ke dalam persekutuan ini.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA TIDAK AKAN BISA MENJADI PENJALA JIWA TANPA MEMPERKARAKAN HAL KUALITAS HUBUNGAN KITA DENGAN TUHAN SECARA BENAR.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 Juli 2024
2024-07-14 10:16:13

2 Tawarikh 28
2 Raja-raja 16-17

Card image
Truth Kids 13 Juli 2024 - MEMPERTAHANKAN KEBENARAN
2024-07-13 18:01:02


2 Timotius 1:13
”Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus.”

Di antara kita, pasti ada yang memiliki banyak teman. Teman-teman kita tentunya berbeda- beda. Bisa jadi, ada teman kita yang memiliki sifat tidak baik. Seperti Edward yang memiliki teman Teo. Mereka sering bermain berdua. Namun, Teo berubah menjadi anak yang sulit diatur. Dia jadi suka berkata-kata kasar kepada teman-temannya.

Suatu hari, Teo melihat Ana membawa nasi goreng dan ayam goreng. Ana meletakkan makanannya di meja dan pergi sebentar untuk mencuci tangan. "Hmmm, aku jadi ingin nasi goreng dan ayam goreng Ana," gumam Teo dalam hati. Teo mengajak Edward untuk mengambil makanan Ana. "Ayo, Edward! Kita ambil saja makanannya Ana." Namun, Edward menjawab, "Aku tidak mau, ah. Itu dosa, Teo. Kita tidak boleh mengambil milik teman."

Teo kecewa dan berkata, "Ya, sudahlah kalau kamu tidak mau mengambil makanan Ana. Mulai sekarang kita tidak usah berteman lagi, Edward!" Saat itu Edward bingung dan sedih. Dia masih ingin berteman dengan Teo, tetapi tidak mau mengambil milik Ana.

Sobat Kids, terkadang ada teman yang mengajak kita berbuat dan berkata tidak baik. Walaupun kita menyayangi teman kita, namun ketika teman kita melakukan hal yang tidak baik, jangan ikut mereka, ya! Kita juga harus tetap menjaga perbuatan kita supaya menyenangkan hati Tuhan.

Card image
Truth Junior 13 Juli 2024 - BERSABARLAH DALAM KEBENARAN
2024-07-13 17:55:25


2 Timotius 1:13
”Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus.”

Sobat Junior, tahu tidak, bahwa kadang kebenaran belum tentu dipercaya dengan cepat oleh orang lain? Terkadang manusia melihat orang yang mengatakan suatu pernyataan tersebut. Contohnya Budi yang difitnah, padahal Budi tidak melakukan kesalahan. Namun, karena banyak orang yang menuduh Budi melakukan kesalahan, maka Budi dianggap bersalah. Banyak orang menjadi tidak percaya kepada Budi.

Hal ini yang terjadi terhadap Yusuf. Yusuf pernah difitnah dan dituduh oleh istri Potifar bahwa ia mengganggunya. Padahal, istri Potifarlah yang menggoda Yusuf. Karena Yusuf tidak mau, maka istri Potifar berkata bohong tentang Yusuf. Potifar pun lebih mendengar perkataan istrinya daripada Yusuf. Akhirnya, Yusuf pun diberikan hukuman. Namun, apakah Yusuf marah dengan Potifar? Tidak, Yusuf tidak marah, meskipun ia harus dimasukkan dalam penjara. Yusuf memiliki hati yang sabar dan takut akan Tuhan. Tuhan pun menyertai Yusuf saat di dalam penjara. Tuhan pun melimpahkan kasih setia-Nya kepada Yusuf sehingga Yusuf menjadi kesayangan kepala penjara. Kepala penjara memercayakan semua tahanan yang ada dalam penjara kepada Yusuf.

Dari kisah Yusuf ini, kita belajar bahwa kadang kebenaran akan kalah dengan hal yang tidak benar. Maka dari itu, kita harus tetap bersabar dan menaruh semua hal yang terjadi kepada Tuhan, sebab hanya Tuhan yang dapat menolong dengan cara-Nya yang tidak pernah kita tahu. Jadi, yuk, belajar terus sabar!

Card image
Truth Youth 13 Juli 2024 (English Version) - GOOD SUPPORT SYSTEM
2024-07-13 17:51:03


"A new command I give you: Love one another. As I have loved you, so you must love one another." (John 13:34)

Many large, successful companies that endure over time do so not merely due to the efforts of one individual, nor solely because of the brilliance of their owner. What is the key? It lies in the company's structured workflow and its robust support system comprising the team and staff. Similarly, in our lives, we can conquer various aspects because we walk with God, who also sends us a good support system such as family and close friends to guard and comfort us according to our needs.

The foremost and frequently heard command of the Lord is about love. The concept of love is vast, yet often challenging to apply in every aspect of our lives. Jesus teaches us extensively about loving ourselves, loving others, and even loving our enemies, exemplified by His own love for us. This extends to our relationships within our circle of friends. Particularly in the context of spiritual friends, our faith should be sharpened day by day, guiding us closer to God regardless of the situations we face.

When we have a good support system, our lives feel lighter because we do not feel alone in our journey. When we stray, friends help us find our way back; when we are troubled, friends continue to love and provide us with comfort and encouragement to rise again, rather than abandoning us. Thus, when we have spiritually healthy friendships, our spiritual growth is nurtured.

WHAT TO DO:
Choose and discern who can be part of your support system.

BIBLE MARATHON:
▪ Ecclesiastes 9-12

Card image
Truth Youth 13 Juli 2024 - GOOD SUPPORT SYSTEM
2024-07-13 17:49:02


”Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.” (Yohanes 13:34)

Banyak perusahaan besar yang sukses dan bisa bertahan lama, bukan karena hasil kerja satu orang saja, juga bukan karena seberapa hebat pemilik perusahaannya. Tapi apa? Karena sistem kerja perusahaan yang teratur dan support system perusahaan tersebut yaitu tim dan para stafnya. Begitu pun dengan kehidupan kita. Kita bisa menaklukkan segala aspek kehidupan kita karena kita berjalan bersama Tuhan, dan karena Tuhan juga mengirimkan kita support system yang baik seperti keluarga dan teman dekat untuk menjadi pagar dan menghibur sesuai kondisi kita.

Perintah Tuhan yang pertama dan terutama dan yang sering kali kita dengar adalah tentang kasih. Hal mengasihi ini begitu luas, namun terkadang susah juga untuk dipraktikkan dalam segala aspek kehidupan kita. Tuhan Yesus banyak mengajarkan kita tentang mengasihi diri sendiri, mengasihi sesama, bahkan mengasihi musuh kita, seperti teladan Yesus yang terdahulu mengasihi kita. Begitu pun dengan hubungan kita dalam lingkungan pertemanan kita. Apalagi dalam konteks teman rohani, seharusnya semakin hari kita semakin menajamkan iman, semakin hari semakin mengarahkan kita untuk dekat dengan Tuhan, apa pun situasi yang sedang kita alami.

Saat kita memiliki good support system, hidup kita serasa lebih ringan karena kita merasa tidak sendirian dalam menjalani hidup. Saat jalan kita serong, ada teman-teman yang membantu meluruskan jalan kita kembali; saat kita berkesusahan, ada teman-teman yang tetap mengasihi dan memberikan kita penghiburan serta semangat untuk bangkit kembali, bukan malah meninggalkan kita. Oleh karena itu, saat kita memiliki pertemanan yang sehat secara kerohanian, kita bisa semakin bertumbuh dalam kerohanian kita.

WHAT TO DO:
Memilih dan memilah siapa saja yang bisa menjadi support system kita

BIBLE MARATHON:
▪︎ Pengkotbah 9-12

Card image
Renungan Pagi - 13 Juli 1024
2024-07-13 13:36:15


Panggilan dan tugas masing-masing memang berbeda, sesuai dengan kemampuan yang kita maksimalkan untuk melayani Tuhan. Namun dimanapun ditempatkan Tuhan, kita harus mempermuliakan nama Tuhan Yesus Kristus, harus menjadi berkat bagi sesama.

"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia, Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

Kita harus menjadi garam dan terang, membawa damai sejahtera, melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya, serta menghadirkan suasana sorga sehingga dimanapun berada, orang dapat merasakan kasih karunia Kristus.
(Matius 5:13-14,16)

Card image
Quote Of The Day - 13 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-13 13:34:36


Orang yang lemah lembut adalah orang yang rela diperlakukan tidak adil atau orang yang rela dilukai.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 13 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-13 13:33:30


Karena orang memandang bahwa kehidupan seperti Yesus mustahil dicapai, maka orang tidak memiliki gairah dan usaha yang sepatutnya untuk mencapai kehidupan seperti yang Allah kehendaki.

Card image
LIVING BECOMES A WITNESS - 13 Juli 2024 (English Version)
2024-07-13 13:25:37


A phrase we have surely heard—that the sermon delivered from the church pulpit with words is not as powerful as the sermon delivered through deeds in the pulpit of life—is a reminder that there is a pulpit of life that we surely navigate every day. Our words, actions, and decisions, in fact speak volumes. That is, people see and capture messages from events and occurrences in our lives, which inevitably have an impact or consequence. When Jesus said in the Gospel of Matthew 5 that we are the light of the world, it means we surely shine, shining light on people. And from our lives shining light on others will definitely have an impact. Light exposes sin, reveals mistakes, and teaches truth and holiness, which is what we must do.

That is what we must live out, as stated in Acts 1:8, where Jesus said, "But you will receive power when the Holy Spirit comes on you; and you will be my witnesses in Jerusalem, and in all Judea and Samaria, and to the ends of the earth." This means that our lives prove that Jesus Christ is truly Lord and Savior. It is not just about speaking words or sentences in the form of sermons, seminars, or debates, but our actions prove the truth of the Gospel. This is the responsibility of each of us. Our lives are the Gospel proclaimed in and through our actions. With such a life, we change people, starting with changing our families.

People often ask for prayers for their spouses or children. How can we pray for someone and expect them to change quickly, when they have been influenced by their environment for many years? Of course, we believe in God's power to restore, but let's not forget our responsibility. Husbands and wives must raise their children in the fear of God. If parents have hearts that fear God, this attitude will be imparted to their children. But parents who neglect their children's spiritual lives, or who constantly fight and argue, should not be surprised if their children seek out places where they can find what they perceive as happiness.

Without much talking, parents' actions are a powerful sermon that changes their children's character. Ideally, the father, the head of the household, often referred to as the priest, should exemplify a good life for his children and wife. This will transform family life. If parents, especially fathers, truly embody the life of Jesus, then as followers of Jesus, we already witness God's glory here on earth. This is what we must do. It does not require a high level of education, wealth, or appearances valued by society, but rather how our lives serve as witnesses by reflecting the life of Jesus. Jesus' life was without blemish, did not hurt anyone, was generous, and willing to help. Such a life radiates God's glory.

Let us change so that we can radiate God's glory. Jesus is the image of God radiating God's glory. But since Jesus has ascended to heaven, so now we are the ones who radiate God's glory. And this is not just temporary, but forever, just as Jesus becomes God's faithful witness forever. Therefore, we cannot help but truly become great and noble human beings. Becoming a preacher is not difficult, although it is not easy either. But preaching through our actions is extraordinarily difficult. Preaching correctly, which changes people, requires constant practice, in every second of our lives, along with our personal transformation. As our behavior changes becomes more perfect and holy, our ability to change others grows stronger. That's extraordinary, our impact on changing people is even greater.

So, let us become believers who change, so that our impact will be stronger in changing people. We must truly understand that we have a responsibility to save those around us. For parents, must save their families, especially their children, and extending to the family environment. If someone is a servant of God or a pastor, they must save their congregation. We cannot expect the congregation to enter heaven through transformed lives if the pastor himself has not experienced significant change. Remember, the devil will try to stop the pace of our life's journey so that it doesn't become a blessing by all means to bring us down. But we must remain strong in the Lord, we must be steadfast. Whatever happens, we must continue to live in prayer, for only in this way can we be protected.

OUR LIVES ARE THE GOSPEL PROCLAIMED IN AND THROUGH OUR ACTIONS.

Card image
HIDUP MENJADI SAKSI - 13 Juli 2024
2024-07-15 14:24:21


Kalimat yang pasti pernah kita dengar—bahwa khotbah yang disampaikan lewat mimbar gereja dengan suara tidak lebih kuat dari khotbah yang disampaikan melalui perbuatan di mimbar kehidupan—merupakan suatu peringatan ada mimbar kehidupan yang pasti kita arungi setiap hari. Perkataan, perbuatan, dan keputusan dari pilihan-pilihan kita, ternyata itu bersuara. Artinya, orang melihat dan menangkap pesan dari kejadian, peristiwa yang berlangsung melalui dan di dalam hidup kita. Dan itu pasti memiliki dampak atau akibat. Kalau Tuhan Yesus berkata di Injil Matius 5 bahwa kita adalah terang dunia, artinya pasti kita bercahaya, menyinari orang. Dan dari kehidupan kita yang menerangi orang tersebut pasti membawa dampak. Terang membuat dosa tersingkap, kesalahan terbuka, dan terang mengajarkan kebenaran dan kesucian, dan itulah yang harus kita lakukan.

Itu yang harus kita jalani, sebab seperti yang dikatakan dalam Kisah Rasul 1:8, Yesus yang berkata, "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." Artinya kehidupan kita membuktikan bahwa Yesus Kristus benar Tuhan dan Juruselamat. Jadi bukan hanya mengucapkan kata-kata atau kalimat dalam bentuk khotbah, seminar, atau perdebatan-perdebatan, melainkan perbuatan kita membuktikan kebenaran Injil. Dan ini menjadi tanggung jawab dari setiap kita. Hidup kita merupakan Injil yang diberitakan di dalam dan melalui perbuatan kita. Dengan kehidupan seperti ini kita mengubah orang, dimulai dari mengubah keluarga kita.

Sering orang minta untuk mendoakan pasangannya atau anak-anaknya. Bagaimana bisa mendoakan orang dan mengharapkan orang itu berubah dalam waktu singkat, sementara orang tersebut sudah dirusak oleh lingkungan selama belasan sampai puluhan tahun? Tentu kita percaya ada kuasa Tuhan yang bisa memulihkan, tapi jangan lupa tanggung jawab kita. Suami istri harus membesarkan anak dalam takut akan Allah. Kalau orang tua memiliki hati yang takut akan Allah, maka sifat dan sikap orang tua ini akan tertular ke anak. Tapi orang tua yang tidak memperhatikan kehidupan rohani anak-anaknya, bahkan orang tua saling cakar- mencakar atau ribut, maka tidak heran jika anak-anak keluar rumah mencari tempat di mana dia dapat menemukan kehidupan yang menurut dirinya bahagia.

Tanpa banyak bicara, perbuatan orang tua merupakan khotbah yang kuat yang mengubah karakter anak-anak. Mestinya, idealnya laki-laki, bapak rumah tangga yang orang sebut sebagai imam, yang harus menunjukkan teladan hidup yang baik; bagi anak-anak dan bagi istri. Dan itu akan mengubah kehidupan rumah tangga. Kalau memang sungguh-sungguh orang tua, dalam hal ini ayah atau bapak, bisa menampilkan kehidupan Yesus, maka sebagai pengikut-pengikut Yesus, sejak di bumi kita sudah menyaksikan kemuliaan Allah. Ini yang harus kita lakukan. Tidak harus memiliki pendidikan tinggi, memiliki uang, atau memiliki penampilan yang nilainya lebih di mata manusia tapi bagaimana kehidupan kita menjadi saksi, yaitu ketika kita menampilkan kehidupan Yesus. Kehidupan Yesus adalah kehidupan yang tidak bercacat tidak bercela, tidak melukai siapa pun, murah hati, suka menolong. Kehidupan seperti inilah yang memancarkan kemuliaan Allah.

Mari kita berubah agar kita bisa memancarkan kemuliaan Allah. Yesus merupakan gambar Allah yang memancarkan kemuliaan Allah. Tapi Yesus sudah naik ke surga, maka sekarang kita yang memancarkan kemuliaan Allah. Dan itu bukan hanya sementara, namun selamanya, seperti Yesus menjadi saksi setia Allah selamanya. Oleh sebab itu, tidak bisa tidak, kita harus benar-benar menjadi manusia yang agung dan mulia. Menjadi pengkhotbah itu tidak sulit, walaupun juga tidak mudah. Tetapi khotbah yang kita lakukan di dalam dan melalui perbuatan itu tidak mudah, luar biasa sulitnya. Sebab berkhotbah yang benar, yang mengubah orang, latihannya per detik, seiring dengan perubahan hidup kita. Ketika perilaku kita berubah menjadi makin sempurna, makin kudus, maka kekuatan kita mengubah orang makin besar. Itu luar biasa, dampak kita mengubah orang makin besar.

Jadi, mari kita menjadi orang percaya yang berubah, agar dampak kita makin kuat mengubah orang. Sekarang kita harus benar-benar mengerti bahwa kita memiliki tanggung jawab untuk menyelamatkan orang di sekitar kita. Bagi orang tua, harus menyelamatkan keluarganya, pasti anak-anaknya, lalu keluar sampai lingkungan keluarga besar. Kalau seorang hamba Tuhan atau pendeta harus menyelamatkan jemaat. Jangan berharap jemaat masuk surga melalui kehidupan yang diubah kalau pendetanya sendiri belum mengalami perubahan yang signifikan. Tapi ingat, Iblis akan berusaha menghentikan laju perjalanan hidup kita supaya tidak menjadi berkat dengan segala cara untuk menjatuhkan kita. Tetapi kita harus terus kuat di dalam Tuhan, harus teguh. Apa pun yang terjadi, kita harus terus hidup dalam doa, sebab hanya dengan demikian kita bisa terlindungi.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

HIDUP KITA MERUPAKAN INJIL YANG DIBERITAKAN DI DALAM DAN MELALUI PERBUATAN KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 Juli 2024
2024-07-13 07:18:40

Mikha 1-7

Card image
Truth Kids 12 Juli 2024 - TETAP BERSABAR
2024-07-12 12:48:58


Roma 12:12
”Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!”

Sepulang dari sekolah, Audi menemui mama dan bertanya, "Mama, tadi Ibu Guru bercerita tentang kebaikan dan kesabaran. Kita harus menjadi anak yang baik dan selalu melakukan perbuatan yang baik serta bersabar dalam keadaan. Kenapa sih, kita harus baik dan sabar? Kadang Audi sudah berbuat baik, tetapi tidak dihiraukan teman, bahkan dibalas dengan kejahatan. Capek tahu, Ma. Joko tidak pernah berbuat baik dan selalu saja jail sama teman, tetapi masih banyak teman, kok. Apa bedanya berbuat baik sama dengan berbuat jahat, Ma?"

Mama menjawab dengan lembut, "Audi, kita berbuat baik dan bersabar bukan untuk dilihat dan dirasakan orang. Kita berbuat baik dan memiliki sifat sabar karena kita tahu yang benar, yang harus kita lakukan. Berbuat baik itu bukan juga untuk mencari teman."

"Lalu kenapa kita harus bersabar, padahal ada teman yang memang sangat jail?" lanjut Audi bertanya. "Perbuatan baik dan bersabar itu dikehendaki oleh Tuhan. Tuhan sudah mengajari kita terlebih dahulu. Tuhan adalah teladan kita. Kita berbuat baik karena kita mengasihi Tuhan, dan itu menyenangkan hati Tuhan," jelas Mama kepada Audi.

Sobat Kids, saat melakukan kehendak Tuhan, hati kita pun menjadi sukacita karena itu yang dikehendaki Tuhan. Teruslah menjadi anak yang baik dan bertekun dalam doa.

Card image
Truth Junior 12 Juli 2024 - HADAPI MASALAH DENGAN SABAR
2024-07-12 12:46:59


Roma 12:12
”Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!”

Siapa kalau ada masalah, sering marah-marah atau lempar-lempar barang? Tentu hal itu sebaiknya kita hindari, ya, Sobat Junior. Hal itu tidak baik! Contohnya, ketika di sekolah kamu ada masalah dengan teman, apa yang akan kamu lakukan? Apakah berantem atau bicara dengan baik-baik? Tentu harus dibicarakan dengan baik-baik. Karena Firman Tuhan berkata dalam Roma 12:12, bahwa sabarlah dalam kesesakan, artinya apa pun masalah yang dihadapi, kita harus tetap bersabar dan berdoa. Perlu diingat, Sobat Junior, kita berdoa bukan hanya ketika ada masalah saja, melainkan juga harus berdoa setelah masalah kita selesai sebagai ucapan syukur kita.

Kalian ingat tidak, ketika Sadrakh, Mesakh, dan Abednego yang ditangkap karena tidak mengikuti perintah untuk menyembah raja? Mereka tetap sabar dan tidak marah-marah. Masalah yang mereka hadapi itu sangat besar karena berhubungan dengan nyawa. Mereka akan dimasukkan ke dalam dapur api! Namun, mereka tetap percaya kepada Tuhan sekalipun mereka tidak dibebaskan dari hukuman dapur api. Kita tahu bahwa akhirnya mereka selamat. Mereka tetap sabar dan tetap ingat sama Tuhan. Sebab mereka tahu bahwa Tuhan selalu menolong. Begitupun kita dalam menghadapi masalah, kita harus selalu bersabar. Yuk, belajar selalu bersabar.

Card image
Truth Youth 12 Juli 2024 (English Version) - BIRDS OF FEATHER FLOCK TOGETHER
2024-07-12 12:42:51


"If you love Me, keep My commands." (John 14:15)

Friendship is akin to birds flocking together and flying in unison. Birds of the same kind will flock together as a strategy to outwit predators. Similarly, this applies to us and our friendships. Let us examine the extent of the similarities between ourselves and our close friends. Typically, the traits and values of our close friends are not vastly different from our own. Before we assess whether we are in the right social circle, let us first examine ourselves.

From a young age and perhaps during fellowship meetings, we are often reminded to be cautious in choosing friends, as bad company corrupts good habits. Initially, we might not use coarse language, but if our environment frequently does so, we may eventually be influenced. Therefore, it is crucial to build our integrity as children of God, ensuring that we are the ones influencing our friends positively, rather than being influenced negatively. Once we understand our integrity as God's children, which involves obeying His commands, we will act in accordance with God's will. We will not bear to hurt God's heart. Consequently, our friendships will naturally be filtered. We will increasingly connect with friends who share our frequency in the Lord, rather than those who share worldly pleasures.

As we correct ourselves according to the principles of truth, we will discern which friends are beneficial and which ones lead us astray. It is essential to have a proper support system to help us during difficult times, challenges, and moments of happiness. A good friend will rejoice with us when we are happy, mourn with us when we are sad, and lovingly correct us when we err.

WHAT TO DO:
1. Learn to correct your values and integrity as children of God.
2. Learn to filter your friendships.

BIBLE MARATHON:
▪ Ecclesiastes 5-8

Card image
Truth Youth 12 Juli 2024 - BIRDS OF FEATHER FLOCK TOGETHER
2024-07-12 12:40:50


”Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” (Yohanes 14:15)

Lingkungan pertemanan seperti burung yang berkumpul, terbang bersama. Jenis burung yang sama akan terbang berkelompok sebagai strategi mengelabui musuh. Sama halnya dengan kita dan pertemanan kita. Coba kita cek, ada berapa banyak kesamaan antara kita dengan teman dekat kita? Biasanya tipe-tipe orang yang menjadi teman dekat kita, sifat dan value-nya tidak jauh berbeda dari kita. Sebelum kita menilai apakah kita sudah berada di lingkungan pertemanan yang benar, coba kita cek kembali diri kita sendiri.

Kita tahu bahwa sedari kecil dan mungkin di pertemuan komsel, kita sering diingatkan untuk hati-hati dalam memilih teman dan bergaul karena pergaulan yang buruk akan merusak kebiasaan yang baik. Yang tadinya kita tidak biasa berkata kasar, karena lingkungan kita sangat terbiasa berkata kasar, lambat laun kita bisa terpengaruh. Oleh karena itu, penting sekali untuk membangun integritas kita sebagai anak Allah, sehingga kitalah yang menggarami teman-teman kita, bukan digarami. Saat kita sudah tahu integritas kita sebagai anak Allah yaitu menaati perintah Allah, maka kita akan melakukan hal-hal yang sesuai dengan perintah Allah. Kita gak akan tega melukai hati Allah. Dengan sendirinya, pertemanan kita semakin terfilter. Kita semakin bisa connect dengan teman-teman sefrekuensi dalam Tuhan, bukan sefrekuensi dalam kesenangan dunia.

Saat kita sudah membenahi diri dengan benar sesuai dengan prinsip kebenaran, kita akan tahu teman mana yang baik dan mana yang menjerumuskan. Karena, adalah penting memiliki support system yang tepat untuk saling mendukung saat kita susah, saat menghadapi tantangan hidup, maupun saat sedang bahagia. Teman yang baik akan ikut bahagia saat kita bahagia, akan turut bersedih saat kita susah, dan akan menegur kita dengan kasih saat kita melakukan kesalahan dan dosa.

WHAT TO DO:
1.Belajar untuk membenahi value dan integritas diri sebagai anak Allah
2.Belajar memfilter pertemanan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Pengkotbah 5-8

Card image
Renungan Pagi - 12 Juli 2024
2024-07-12 12:38:50


Kebanggaan kita dalam hidup ini, bahwa Tuhan bukan hanya Allah yang bertahta di sorga sebagai penguasa sorga di tempat Maha Tinggi, namun Dia juga Allah yang hidup, yang ada di tengah-tengah kita, Jehovah Shammah-Tuhan yang hadir dalam kehidupan kita, Imanuel-Tuhan yang tinggal bersama-sama dan menyertai kita.

Dia hadir memberi damai sejahtera-Nya untuk memelihara hati dan pikiran. "Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." Dia ada dalam pribadi Roh Kudus yang menghibur, membela dan menuntun kita pada seluruh kebenaran. Dia hadir untuk membentuk dan memproses hidup menjadi indah di mata-Nya.
(Filipi 4:7)

Card image
Quote Of The Day - 12 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-12 12:37:02


Ketika kita mendapatkan perlakuan-perlakuan tidak adil, Tuhan mau kita membuat sejarah hidup yang indah, kisah hidup yang bisa diarsipkan di kekekalan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 12 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-12 12:32:10


Jangan membiarkan sekecil apa pun kesalahan yang kita lakukan tanpa pemberesan.

Card image
THE COMPLEXITY OF HUMAN CHARACTER (2) - 12 Juli 2024 (English Version)
2024-07-12 12:28:01


Next, secondly, we begin to realize the complexity of human nature and character when we are in the presence of God, under the light of His holiness that penetrates the heart. It is here that we understand our true selves and see how our condition is like filthy rags. This helps us comprehend why the psalmist says in Psalm 19:13, “Who can know error? Deliver me from what I am unaware of.” The word 'didn't realize' in the original text is satar, which means closed, hidden, or sealed. So it is closed, and opens when we really want to achieve pure purity.

Jeremiah 17:9 says, “How the heart is deceitful, more deceitful than all things, its heart is hardened or turned to stone. Who can know?” People are getting smarter, more cunning. If a person is not enlightened by the Holy Spirit in the light of God's holiness, then he does not know himself. So, first, we must be ambitious to have the desire to achieve perfect holiness. We must apply the slogan "I will never sin again", even though in reality we can still make mistakes, and every time we make a mistake it will hurt a lot. We have to go through a process. In the future, we will face trials according to our abilities. So that we will definitely be able to endure it, no matter how heavy the persecution, we will definitely be able to so that we can still live holy lives.

Second, always be in God's presence. The more we pray, the more we see our own corrupted state. Psalm 139:23-24 writes, “Search me, O God, and know my heart, test me and know my thoughts; see, whether my way is crooked, and lead me on the eternal path!" In the original text in Hebrew, "Is there an idol?" It turns out that we ourselves can become idols, because we want to enjoy what we think is pleasant, not what we think God is fun. Why do we talk like this? Why do we do this and that? Why do we do certain things? Because we enjoy doing them.

A person molded by God— in character, attitude, manners, and disposition—will not become a 'threat' to others. We may have authority and command respect, but not instill fear. Such individuals will surely be blessed by God. So, if we resolve our own complexity, then we become people who will not hurt people or will not easily hurt people. But evil people will be hurt by our kindness and purity of heart. But it's not our fault. So, humble our hearts, and recognize that we are bad with all our cunning. God tests us, as stated in Revelation 2:23, "I am he who searches hearts and minds, and I will repay each of you according to your deeds."

Let's start now trying to become as pious as we can be, as holy as we can be. How to truly please God, bring joy to His heart. If we grasp this concept and work on improving ourselves from a young age, we will become great individuals. It is more challenging to change if one is already old, though it is possible with a lot of effort. For example, when we see someone who has hurt us, we don't question that matter, we just keep quiet. However, honestly, do we still harbor hatred and anger in our hearts? Who can read these emotions? This is one of the complexities of human nature.

If we are not humble, then we will never become whole individuals. Frankly, speaking like Jesus is abstract because it cannot be explained in sentences. The Holy Spirit guides us to all truth, including this complexity. John 2:24 says, “But Jesus Himself did not entrust Himself to them, for He knew them all.” We should be 'terrified' to read this verse. What if God doesn't entrust something to us because He knows us as individuals who are not worthy of trust? Terrifying.

So, if we don't fix the complexity of our character, then we will never be a blessing to others. No matter how we try to elevate ourselves, we will never have a broad impact. We will never produce superior humans if we do not excel. God often allows certain things to happen so that we can see whether the water in the bucket of our lives is murky or not. If the water is not stirred, it won't look cloudy or not. But when there is a problem, where we are touched, offended, then it becomes visible. Or God gives us the opportunity to be great, famous, praised by people; Do we remain humble or become arrogant?

WE BEGIN TO REALIZE THE COMPLEXITY OF HUMAN NATURE AND CHARACTER WHEN WE ARE IN THE PRESENCE OF GOD, UNDER THE LIGHT OF HIS HOLINESS THAT PENETRATES THE HEART.

Card image
KOMPLEKSITAS KARAKTER MANUSIA- BAG.2 - 12 Juli 2024
2024-07-12 10:54:49


Selanjutnya, yang kedua, kita mulai menyadari kompleksitas sifat, karakter manusia ketika kita ada di hadirat Allah, di dalam terang kesucian Allah yang menembus hati. Sebab di situ kita baru menyadari siapa kita yang sebenarnya, betapa keadaan kita benar-benar seperti kain kotor. Jadi kita bisa mengerti kenapa pemazmur berkata di Mazmur 19:13, “Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari.” Kata ‘tidak kusadari’ dalam teks aslinya adalah satar, yang artinya tertutup, tersembunyi, atau termeterai. Jadi tertutup, dan terbuka waktu kita betul-betul mau mencapai kesucian yang sebersih-bersihnya.

Yeremia 17:9 mengatakan, “Betapa liciknya hati, lebih licik dari segala sesuatu, hatinya sudah mengeras atau membatu. Siapakah yang dapat mengetahuinya?” Orang semakin pintar, semakin licik. Kalau seseorang tidak diterangi oleh Roh Kudus di dalam terang kekudusan Allah, maka ia tidak mengenali dirinya. Jadi, yang pertama, kita harus ambisius untuk memiliki keinginan mencapai kesucian yang sempurna. Slogan “Aku tidak akan pernah berbuat dosa lagi” harus kita terapkan, walaupun kenyataannya masih bisa salah, dan setiap salah kita akan rasa sakit sekali. Kita harus melalui proses. Ke depan, kita akan menghadapi cobaan sesuai dengan kemampuan kita. Sehingga kita pasti bisa memikulnya, bahkan aniaya seberat apa pun, pasti kita mampu sehingga kita tetap bisa hidup kudus.

Yang kedua, selalu ada di hadirat Tuhan. Semakin banyak kita berdoa, semakin kita dapat melihat keadaan diri kita yang rusak. Mazmur 139:23-24 menuliskan, “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!" Dalam teks aslinya dalam bahasa Ibrani, "Apakah ada berhala?" Ternyata diri kita ini bisa menjadi berhala, karena kita mau menikmati apa yang menurut kita menyenangkan, bukan apa yang menurut Tuhan menyenangkan. Mengapa kita bicara begini? Mengapa kita buat ini dan itu? Karena kita senang melakukan itu.

Seseorang yang digarap Tuhan—karakter, sikap, attitude, manner, watak—tidak akan menjadi ‘ancaman’ bagi sesama. Kita punya wibawa dan orang bisa segan dan takut, tapi tidak merasa terancam. Dan orang-orang seperti ini pasti akan diberkati Tuhan. Jadi, kalau kita menyelesaikan kompleksitas diri kita, maka kita menjadi orang yang tidak akan melukai orang atau tidak akan mudah melukai orang. Tetapi orang-orang jahat akan terluka oleh kebaikan dan kemurnian hati kita. Tapi itu bukan salah kita. Maka, rendahkan hati kita, dan kenali bahwa diri kita itu buruk dengan segala kelicikannya. Dan Tuhan menguji, Wahyu 2:23, "Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya."

Mari kita mulai sekarang berusaha untuk menjadi orang saleh sesaleh-salehnya, orang suci sesuci-sucinya. Bagaimana sungguh-sungguh berkenan kepada Tuhan, menyenangkan hati Tuhan. Kalau sejak muda sudah mengerti hal ini dan berusaha membenahi diri, maka ia akan jadi manusia yang agung sekali. Kalau sudah telanjur menjadi tua, susah diubah. Bisa, namun perlu kerja sangat keras. Misalnya, ketika kita melihat orang yang pernah melukai, kita tidak persoalkan, kita diam saja. Tapi sejujurnya, di hati kita bagaimana? Masihkah kita menyimpan kebencian dan kemarahan? Siapa yang bisa membaca itu? Itulah salah satu kompleksitas manusia.

Kalau kita tidak rendah hati, maka kita tidak akan pernah jadi manusia utuh. Dan jujur saja, kalau kita bicara seperti Yesus, itu abstrak. Karena hal ini memang tidak bisa dibahasakan dengan kalimat. Roh Kudus menuntun kita kepada seluruh kebenaran, termasuk kompleksitas ini. Yohanes 2:24 mengatakan, “Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua.” Seharusnya kita ‘gentar’ membaca ayat ini. Bagaimana kalau Tuhan tidak mempercayakan sesuatu kepada kita karena Dia mengenal kita sebagai pribadi yang tidak patut dipercayai? Mengerikan.

Jadi, kalau kita tidak membenahi kompleksitas karakter kita, maka kita tidak akan pernah menjadi berkat. Kita mau mengangkat-angkat diri bagaimana caranya pun, kita tidak akan pernah berdampak luas. Kita tidak akan pernah mencetak manusia yang unggul kalau kita tidak unggul. Tuhan sering mengizinkan hal-hal tertentu terjadi supaya kita bisa melihat apakah air di ember hidup kita itu keruh atau tidak. Jadi, kalau air itu tidak diobok-obok, maka tidak kelihatan keruh atau tidaknya. Tapi ketika ada masalah, di mana kita tersentuh, tersinggung, barulah terlihat. Atau Tuhan beri kesempatan kita menjadi hebat, terkenal, dipuji orang; apakah kita tetap rendah hati atau menjadi sombong?

Tuhan Yesus memberkati
????????????. ????????. ???????????????????????????? ????????????????????????????

KITA MULAI MENYADARI KOMPLEKSITAS SIFAT, KARAKTER MANUSIA KETIKA KITA ADA DI HADIRAT ALLAH, DI DALAM TERANG KESUCIAN ALLAH YANG MENEMBUS HATI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 12 Juli 2024
2024-07-12 05:58:49

2 Tawarikh 27
Yesaya 9-12

Card image
Truth Kids 11 Juli 2024 - KESABARAN MENANTI
2024-07-11 14:56:55


2 Tesalonika 3:5
”Kiranya Tuhan tetap menujukan hatimu kepada kasih Allah dan kepada ketabahan Kristus.”

Sobat Kids, bagaimana kalian bisa mengenali berbagai macam jenis pohon? Yang paling mudah adalah melihat buahnya. Buah pohon mangga akan berbeda dengan buah pohon apel; buah pohon jambu akan berbeda dengan buah pohon kelapa. Mudah sekali, hanya dengan melihat buahnya, kita bisa tahu nama pohon itu.

Nah, kalau kita sebagai pohon, kira-kira apa buah yang kita hasilkan? Itu tergantung dari benih yang kita tanam. Kalau kita rajin menanam benih firman Tuhan, merawat iman kita dengan berdoa, membaca Alkitab, membaca Truth Kids, rajin ke Sekolah Minggu, bertekun dan sabar dalam segala hal, pasti kita bisa berbuah lebat di taman Tuhan.

Namun, jika benih yang kita tanam adalah rasa marah, menangis meraung-raung, emosi yang menyakiti diri sendiri dan orang lain, buah apa yang kita hasilkan? Ya, buah yang buruk, dan pastinya bukan di taman Tuhan.

Sobat Kids, tanamlah pohon yang baik, bersabar untuk melihat buahnya, dan bersabar juga untuk melihat proses bertumbuh dari pohon yang ditanam di taman Tuhan.

Card image
Truth Junior 11 Juli 2024 - KESABARAN MENGHADAPI ORANG LAIN
2024-07-11 14:54:38


2 Tesalonika 3:5
”Kiranya Tuhan tetap menujukan hatimu kepada kasih Allah dan kepada ketabahan Kristus.”

Sobat Junior tahu kan kalau setiap orang memiliki batas kesabaran yang berbeda-beda? Contohnya ada yang ketika ditegur, ia langsung emosi dan marah-marah karena tidak suka ditegur. Lalu ada orang yang sabar ketika ditegur, karena ia mengerti bahwa teguran tersebut adalah hal yang baik untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukan. Kalau kalian bagaimana? Apakah termasuk orang yang sabar atau tidak?

Hari ini kita mau belajar, ternyata kesabaran itu dapat membantu orang lain bertumbuh dalam iman mereka. Bagaimana caranya, ya? Kita mau belajar melalui kisah setelah Yesus berdoa di Getsemani. Setelah selesai berdoa, datanglah Yudas Iskariot beserta tentara Roma yang hendak menangkap Yesus. Saat itu Tuhan Yesus tidak marah kepada Yudas dan tentara Roma, tetapi Petrus tidak sabar menghadapi orang yang akan menangkap Tuhan Yesus sehingga ia memotong telinga salah satu tentara Roma karena mau melindungi Tuhan. Tuhan Yesus pun menyembuhkan telinga tentara Roma tersebut. Meskipun mereka akan menangkap-Nya, Tuhan Yesus tetap memberikan pertolongan bagi mereka. Itulah bentuk kesabaran Tuhan. Tindakan yang dilakukan Tuhan Yesus membuat tentara tersebut percaya bahwa Dia adalah Tuhan.

Dari hal tersebut, kita belajar bahwa kesabaran yang kita tunjukkan dapat membuat iman orang lain bertumbuh. Hal itu memang tidak mudah. Karena itu, marilah kita belajar lebih sabar dalam berteman, sebab hal ini dapat membantu orang lain memiliki iman.

Card image
Truth Youth 11 Juli 2024 (English Version) - PERSONAL BOUNDARIES
2024-07-11 14:00:48


"Love the LORD your God with all your heart and with all your soul and with all your strength." (Deuteronomy 6:5)

Observing the world today, it increasingly aligns with the Biblical assertion that the days grow ever more wicked. Information disseminated through social media or news broadcasts presents events that defy human comprehension. Such corruption pervades social environments, friendships, and even families. Undoubtedly, many of us have felt its impact. This underscores the importance of maintaining distance from those who exert a negative influence and striving to live closely with God alone.

A detrimental social environment is often termed toxic. Toxic describes individuals, relationships, or environments that negatively affect others. Some victims may be unaware of this toxicity, as toxic individuals can appear positive and supportive, thereby masking their harmful behavior. More alarmingly, toxic individuals can be encountered anywhere, possibly even among those closest to us.

Various factors can contribute to toxic behavior in social circles, ranging from low self-esteem, unresolved trauma, and mental disorders to personality disorders, such as narcissism. Although mental disorders may underpin this behavior, it does not justify or excuse toxicity. Such behavior must be eliminated or avoided, as it can affect the physical and mental well-being of all involved.

To navigate a toxic environment, we must exercise self-control and recognize that the behavior of those around us has distanced us from positivity and from God. Practical steps include establishing firm personal boundaries, courageously rejecting negative influences, not justifying any wrongdoing, and always considering the feelings of God, whom we must honor.

Therefore, as children of God, if we detect signs of toxic friendships, we must boldly distance ourselves from those who exert negative influences. We should equip ourselves with the truth of God's Word, which leads us to spiritual maturity, seek friendships that uphold God's presence, and strive to become righteous in His sight.

WHAT TO DO:
1. Courageously reject and avoid negative influences from friends.
2. Equip yourself with true values from the Bible.
3. Habitually engage in positive activities and involve God in all decisions.

BIBLE MARATHON:
▪ Ecclesiastes 1-4

Card image
Truth Youth 11 Juli 2024 - PERSONAL BOUNDARIES
2024-07-11 13:57:35


”Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” (Ulangan 6:5)

Jika kita perhatikan dunia saat ini, semakin sesuai apa yang Alkitab catat bahwa hari-hari semakin jahat. Informasi yang muncul dalam media sosial atau tayangan berita, disajikan dengan bermacam kejadian yang di luar nalar manusia. Keadaan rusak demikian terjadi di lingkungan sosial, pertemanan, bahkan di dalam keluarga. Tidak terkecuali setiap kita pun mungkin ikut merasakannya, bukan? Inilah alasan pentingnya hidup harus menjaga jarak dengan mereka yang membawa dampak negatif, dan berjuang hidup dekat dengan Tuhan saja.

Lingkungan sosial yang buruk dikenal dengan istilah toxic. Toxic adalah istilah untuk menggambarkan individu, hubungan, atau lingkungan yang memberikan dampak negatif kepada orang lain. Beberapa korbannya mungkin tidak menyadari adanya sifat toxic ini, karena orang yang toxic bisa terlihat positif dan suportif sehingga perilaku buruknya tertutupi. Lebih mirisnya lagi, orang yang toxic bisa saja ditemui di mana pun, bahkan mungkin orang terdekat kita sendiri.

Penyebab lingkungan pertemanan bersikap toxic ada banyak, mulai dari perasaan rendah diri, trauma atau luka batin yang masih dipendam, gangguan mental, hingga gangguan kepribadian, misalnya kepribadian narsistik. Walau gangguan mental bisa mendasari perilaku ini, bukan berarti perilaku toxic dapat dibenarkan atau dimaklumi. Bahkan perilaku demikian perlu dihilangkan atau dijauhi, karena bisa memengaruhi kondisi fisik dan mental setiap orang yang terlibat.

Cara menghadapi lingkungan yang toxic, kita perlu mengendalikan diri dan sadari bahwa perilaku orang-orang yang ada di sekitar telah menjauhkan kita dari banyak hal positif, bahkan dari Tuhan. Hal yang bisa dilakukan adalah tetapkan batasan (personal boundaries) yang tegas di antara mereka, berani menolak hal negatif, jangan membenarkan sebuah kesalahan sekecil apa pun, dan selalu pikirkan perasaan Tuhan yang harus kita jaga.

Oleh sebab itu, kita sebagai anak-anak Allah, jika sudah melihat gelagat pertemanan yang beracun, kita harus berani mengambil sikap menjaga jarak dari mereka yang membawa pengaruh negatif. Dan memperlengkapi diri dengan kebenaran firman Tuhan yang akan membawa kita kepada kedewasaan rohani, lalu carilah pertemanan yang menjunjung hadirat Allah, serta ingin berjuang berubah menjadi manusia yang benar di mata Allah.

WHAT TO DO:
1.Berani untuk menolak dan tidak ikut-ikutan tawaran negatif dari teman.
2.Perlengkapi diri dengan nilai-nilai kehidupan yang benar melalui Alkitab.
3.Biasakan melalukan hal positif dalam hidup, serta libatkan Tuhan dalam segala keputusan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Pengkotbah 1-4

Card image
Renungan Pagi - 11 Juli 2024
2024-07-11 12:40:16


Dendam dan sakit hati berkepanjangan sebenarnya itu merugikan diri sendiri, mungkin ada orang yang menyakiti hati kita, lalu sangat marah, cobalah selesaikan dan berdamai, baik dengan orang yang menyakiti kita, juga berdamai dengan diri sendiri. Jangan simpan sakit hati dan ingin balas dendam, ingat bahwa dendam bukanlah jalan keluar yang baik, karena dendam tidak akan pernah menjadi solusi dari sakit hati yang berkepanjangan.

"Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah lembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian."

Demikianlah firman Tuhan mengingatkan hal ini dan harus kita lakukan. Sebab jika hanya menuruti hawa nafsu dengan selalu mendendam, maka makin rusak hidup kita, rusak hubungan dengan Tuhan dan sesama, makin sakit hati makin hancur masa depan kita, makin hilang damai sejahtera, oleh karena itu jangan simpan dendam, dan belajarlah untuk melepaskan pengampunan. Sebab Tuhan pun telah mengampuni.
(Kolose 3:12-13)

Card image
Quote Of The Day - 11 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-11 12:37:51


Tuhan membelaskasihani kita dengan memberikan keadaan sulit, yang tujuannya adalah supaya kita memandang ke atas.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 11 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-11 12:36:37


Sejatinya, makin hari makin menghayati kesucian Allah, kita makin menyadari betapa rusaknya kita dulu dan sekarang masih saja ada unsur-unsur kerusakan yang masih kita lakukan.

Card image
THE COMPLEXITY OF HUMAN CHARACTER - 11 Juli 2024 (English Version)
2024-07-11 12:29:00


Many people do not realize how complex their condition is: character, nature, manner, attitude, way of life. Many people consider it simple, and this is what makes many people fail to become individuals who are pleasing to God. This is what causes many people to fail to be a blessing to others.

At the Theological College, this also does not come to the surface. This is because the difficulty of studying is understood as the difficulty of carrying out lecture assignments, writing scientific papers, scientific journals, and so on. In service, difficulties are directed at or emphasized financial issues, organizational, and so on. But it does not direct the congregation to the complicated problem of changing character, nature, attitudes, which are very complex and complicated. But it is not seen as complex.

In fact, this is what makes someone fail to become a servant of God who blesses people. This is what makes someone fail to become an excellent human being. But ironically, many people outside of Christianity are aware of this, so they try to create or improve their manners, character, and attitude. There are local philosophies or cultures, or local wisdom that emphasize this, and they can shape or build excellent or good humans. For example, Javanese mysticism has an emphasis on inner formation, dealing with the complexity or intricacies of character, nature, attitudes.

We rarely find individuals whose words are so calm, there is no element of self-aggrandizement, no element of hurting people, does not take advantage of other people, is not materialistic, full of compassion, accepts people as they are, does not demand that people be who they want them to be. The Lord Jesus said this, "What do you like people to do to you, do it." I know this verse, but I rarely preach it, because I think the complexity of a person's existence is not something that needs attention. When we see a bad person, we think, "That person is so bad, how can someone be that bad?" But then if we see a person who should not be evil because they are surrounded by good people, we become even more confused, "How can he be evil? How can he be heartless in an environment that should condition him to be good?"

It's even more confusing when we meet or live with someone we know as a genuinely good person but then turns evil. Of course, their evilness is not like that of generally evil people; but they become cunning, ruthless to others, even to those close to them, arrogant, sacrificing others. Or, someone who used to appear so devoted turns out to be materialistic, doing everything based on profit and loss. We become confused and restless seeing such life conditions, such complexity. Why is that? When we honestly look at ourselves and strive for a holy life, only then can we recognize how complex our character, nature, and attitude are. Appearing polite but actually impolite, seeming gentle but actually cunning. Not to mention other sins and we usually play them from young to old.

Of course, we strive to be people who are pleasing before God. And Jesus also teaches us, "You must be perfect as the Father." So when we strive to truly live in a way that pleases God, not making mistakes from small to big things, we then realize how complex we are, full of hypocrisy. Actually, God has given us signals, hints about the complexity of our lives when He says, "You have heard it said not to murder, but I say to you: Everyone who hates his brother is a murderer."

That is a complex issue. Do we understand the meaning of loving others? Understand how to hate? We may not say, "I hate you," but our hearts hold grudges. Another verse says, "You look at the opposite sex with lust, you commit adultery." This is an issue related to the flesh, but also in thoughts, desires; it's complex. How can we recognize our state like that? And we often don't seriously address this matter. Hating is murder, but we don't address whether we have loved or hated our enemies.

If you love those who love you or who you love, what is the difference from worldly people? That's complex. Because the reality is that we cannot love those who do not love us, right? If we remember someone who betrayed us, we don't say, "Cursed that person!" But our hearts may dislike them. Or we don't say, "I hate you." But we can hate without realizing it. So, first, when we begin to address perfect holiness, that's when we start to realize the complexity of human character.

WHEN WE HONESTLY LOOK AT OURSELVES AND STRIVE FOR A HOLY LIFE, ONLY THEN CAN WE RECOGNIZE HOW COMPLEX OUR CHARACTER, NATURE, AND ATTITUDE ARE.

Card image
KOMPLEKSITAS KARAKTER MANUSIA - 11 Juli 2024
2024-07-11 12:26:50


Banyak orang tidak menyadari betapa kompleksnya keadaan dirinya: karakter, watak, manner, attitude, sikap hidup. Banyak orang menganggap sederhana, dan inilah yang membuat banyak orang gagal menjadi manusia yang berkenan kepada Tuhan. Ini yang menjadi penyebab mengapa banyak orang gagal menjadi berkat bagi orang lain.

Di Sekolah Tinggi Teologi, hal ini juga tidak muncul ke permukaan. Sebab, sulitnya studi dipahami pada sulitnya mengerjakan tugas-tugas perkuliahan, membuat karya ilmiah, jurnal ilmiah, dan lain sebagainya. Dalam pelayanan, kesulitan diarahkan pada atau ditekankan pada masalah keuangan, organisasi, dan lain sebagainya. Tapi tidak mengarahkan jemaat pada masalah rumitnya mengubah karakter, watak, attitude, sikap, yang padahal sangat kompleks, rumit. Tetapi tidak dipandang rumit.

Sejatinya, ini yang membuat seseorang gagal menjadi hamba Tuhan yang memberkati orang. Ini yang membuat seseorang gagal menjadi manusia yang unggul atau excellent. Tetapi ironisnya, banyak orang di luar Kristen yang menyadari hal ini, sehingga mereka berusaha untuk membuat atau membenahi manner, karakter, attitude. Ada filsafat-filsafat atau budaya-budaya lokal, atau kearifan lokal yang memberi tekanan pada hal ini, dan mereka bisa membentuk atau membangun manusia yang unggul atau yang baik. Misalnya, kebatinan Jawa yang memiliki tekanan pada pembentukan batin, menanggulangi kompleksitas atau kerumitan karakter, watak, sikap.

Kita jarang menemukan individu yang ucapannya begitu teduh, tidak ada unsur membanggakan diri, tidak ada unsur melukai orang, tidak memanfaatkan orang lain, tidak materialistis, penuh belas kasihan, menerima orang sebagaimana adanya, tidak menuntut orang menjadi seperti yang dia ingini. Yang itu dibahasakan oleh Tuhan Yesus dengan, “Apa yang kamu suka orang perbuat kepadamu, buatlah.” Tahu ayat itu, tapi jarang dikhotbahkan, karena menganggap kompleksitas keberadaan diri seseorang itu bukan hal yang perlu diperhatikan. Kalau kita melihat orang jahat, kita berpikir, “Jahat sekali orang itu, kok bisa ya orang sejahat itu?” Tapi kemudian kalau kita melihat orang yang mestinya tidak jahat karena berada di lingkungan orang-orang baik, kita semakin bingung, “Kok bisa ya dia jahat? Dia tega di tengah-tengah lingkungan yang mestinya mengondisi dia jadi baik.”

Lebih bingung lagi kalau kita bertemu dengan orang atau hidup bersama dengan orang yang kita kenal sebagai orang yang benar-benar baik, tapi kemudian menjadi jahat. Tentu jahatnya tidak seperti orang jahat pada umumnya; tapi dia jadi licik, tega terhadap orang bahkan kepada orang dekatnya, sombong, mengorbankan orang lain. Atau, orang yang dulu kelihatannya begitu penuh pengabdian ternyata materialistis, melakukan segala sesuatu dengan ukuran untung rugi. Kita bingung dan gundah melihat keadaan hidup seperti ini, kompleksitas seperti ini. Mengapa begitu? Ketika kita dengan jujur melihat diri sendiri dan berusaha untuk mencapai kesucian hidup, baru kita bisa mengenali betapa kompleksnya karakter, watak, attitude kita. Kelihatannya sopan tapi tidak sopan, kelihatannya lemah lembut padahal itu licik. Belum dosa-dosa yang lain dan itu biasa kita mainkan sejak muda sampai tua.

Tentu kita berusaha menjadi orang yang berkenan di hadapan Tuhan. Dan Yesus juga mengajar kita, “Kamu harus sempurna seperti Bapa.” Jadi ketika kita berusaha untuk hidup benar-benar menyenangkan hati Tuhan, tidak berbuat salah dari hal kecil sampai hal besar, kita baru sadar betapa kompleksnya diri kita, penuh dengan kemunafikan. Sebenarnya Tuhan sudah memberikan kita sinyal, isyarat betapa kompleksnya hidup kita ketika Ia mengatakan, “Kamu mendengar firman jangan membunuh, tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang membenci saudaranya, dia seorang pembunuh.”

Itu masalah kompleks. Apakah kita mengerti arti mengasihi sesama? Mengerti bagaimana membenci? Kita memang tidak mengatakan, “Aku benci kamu,” tapi hati kita menaruh dendam. Ayat lain mengatakan, “Engkau melihat lawan jenismu, engkau mengingininya, kamu berzina.” Masalah yang terkait dengan daging ini, tapi juga dalam pikiran, keinginan, itu kompleks. Bagaimana bisa mengenali keadaan kita seperti itu? Dan kita sering tidak serius memperkarakan hal ini. Membenci itu membunuh, tapi kita tidak memperkarakan apakah kita sudah mengasihi atau membenci musuh-musuh kita?

Kalau kamu mengasihi orang yang kamu kasihi atau yang mengasihi kamu, apa bedanya dengan orang dunia? Itu kompleks. Sebab kenyataannya memang kita tidak bisa mengasihi orang yang tidak mengasihi kita, bukan? Kalau kita ingat-ingat orang yang pernah mengkhianati, kita tidak berkata “Terkutuk orang itu!”. Tapi hati kita bisa tidak suka. Atau kita tidak mengatakan, “Aku benci kamu.” Tetapi kita bisa benci tanpa kita sadari. Jadi, yang pertama, ketika kita mulai memperkarakan kesucian yang sempurna, di situlah kita mulai menyadari kompleksitas karakter manusia.

Tuhan Yesus memberkati
????????????. ????????. ???????????????????????????? ????????????????????????????

KETIKA KITA DENGAN JUJUR MELIHAT DIRI SENDIRI DAN BERUSAHA UNTUK MENCAPAI KESUCIAN HIDUP, BARU KITA BISA MENGENALI BETAPA KOMPLEKSNYA KARAKTER, WATAK, ATTITUDE KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 Juli 2024
2024-07-11 12:23:02

Amsal 6-9

Card image
Truth Kids 10 Juli 2024 - BELAJAR DENGAN SABAR
2024-07-10 18:28:58


Amsal 14:17
”Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, tetapi orang yang bijaksana, bersabar.”

Randy dan Rico adalah kakak beradik yang saling menyayangi. Setiap Minggu, mereka mengikuti Sekolah Minggu di gereja. Randy mendengarkan cerita firman Tuhan dari kakak Sekolah Minggu dengan sungguh-sungguh, tetapi Rico tampak bosan dan tidak peduli. Setelah ibadah selesai, mereka langsung pulang ke rumah.

Malam harinya, Rico menangis dan marah karena PR dari sekolah sangat sulit. Rico menyalahkan pelajaran yang sulit. Randy berlari dan menenangkan Rico, "Rico, kamu kan punya superhero yang paling hebat dari semua superhero yang ada?!" Mendengar itu, Rico pun terdiam dan memperhatikan kakaknya. "Iya, Dia superhero favorit Kakak. Namanya Tuhan Yesus. Tadi kamu tidak mendengarkan cerita Sekolah Minggu, sih.." lanjut Randy, "saat kita dalam kesulitan dan kesusahan, seperti mengerjakan PR, ada Tuhan Yesus yang menolong kita. Saat kita berharap kepada Tuhan, kita akan menjadi percaya diri dan memiliki kekuatan dalam menghadapi segala tantangan. Tentu saja kita juga tetap belajar rajin agar mengerti semua pelajaran. Kamu jangan sedih lagi, ya. Sini, Kakak lihat PR-nya."

Sobat Kids, semua orang diberikan kepandaian oleh Tuhan. Namun, kalian harus tetap belajar dan mengerjakan tugas-tugas dengan baik. Saat kalian belum mengerti tentang pelajaran tertentu, jangan malah kesal. Belajarlah dengan sabar.

Card image
Truth Junior 10 Juli 2024 - HARAPAN DAN KESABARAN
2024-07-10 18:24:18


Amsal 14:17
”Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, tetapi orang yang bijaksana, bersabar.”

Sobat Junior, pasti kalian masih ingat kisah seseorang yang dimasukkan ke dalam gua singa, bukan? Kisah Daniel tersebut sangat populer, karena mukjizat yang ia alami. Kisah Daniel dimasukkan ke dalam gua singa mengingatkan kita bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan orang yang selalu berharap kepada-Nya. Ia mengajarkan kita sabar dalam setiap pengharapan.

Roma 8:25 mengatakan bahwa jika mengharapkan sesuatu yang tidak kita lihat, kita menantinya dengan tekun. Tuhan ingin memberitahu, saat kita tekun dan percaya kepada-Nya, kita tidak akan menyesal karena Ia setia pada janji-Nya. Pertanyaannya, maukah kita sabar dan bertekun, selalu berdoa kepada Tuhan? Selain bertekun berdoa, kita juga tekun belajar walaupun tidak ada PR. Kita mau selalu bertumbuh dalam iman.

Yuk, kita belajar dari kisah Daniel, Sobat Junior. Saat ia dalam kesulitan, Daniel memiliki pengharapan kepada Tuhan. Daniel tidak melihat bantuan yang Tuhan akan kirimkan saat para prajurit istana memasukkan tubuhnya ke gua singa. Namun, ia tetap percaya. Dan kita tahu bersama bahwa Daniel diselamatkan dalam pengharapan kepada Tuhan yang hidup. Harapan akan keselamatan mengajarkan kita untuk bersabar.

Card image
Truth Youth 10 Juli 2024 (English Version) - FILTER
2024-07-10 18:21:26


"For out of the heart come evil thoughts—murder, adultery, sexual immorality, theft, false testimony, slander. These are what defile a person; but eating with unwashed hands does not defile them." (Matthew 15:19-20)

As human beings, we cannot choose to be born into ideal conditions, such as a prosperous family, a favorable environment, or even perfect physical circumstances. Each of us has our strengths and weaknesses, which are beyond our control. What is certain is that God has a special and best plan for each of our lives, for God does not make mistakes nor does He err.

However, as we age, we are increasingly confronted with the realities of life, wherein we have the free will to determine our own path. The positive or negative social environment we currently inhabit will have a significant influence on our lives. Therefore, ensuring that we can choose the right social environment for growth is of utmost importance for every child of God.

Being in a negative social environment can lead us towards undesirable outcomes, hindering our personal growth and, in extreme cases, causing us to lose reverence for God. Conversely, a positive social environment can have beneficial effects, such as reducing stress, alleviating excessive anxiety, enhancing emotional well-being, and, importantly, fostering spiritual growth.

Choosing the right social environment or friendships is a crucial aspect of every child's journey with God. Those with whom we associate will instill values in our lives. God Himself desires that we have a filter for everything that can influence us, starting with our social environment and the information we receive.

Thus, selecting a positive social environment or friendships is essential for living in accordance with God's will. If there are friends or social situations that lead us to wrongdoing or sin, these are what we must avoid and reject. Cultivate friendships with those who share the desire to please God.

WHAT TO DO:
1. Begin to courageously reject friendships that do not fear God.
2. Fill your daily interactions with friends who have a vision of living to please God.
3. Strive to become an individual who continually loves God.

BIBLE MARATHON:
▪ Proverbs 30-31

Card image
Truth Youth 10 Juli 2024 - FILTER
2024-07-10 18:30:18


”Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang.” (Matius 15:19-20)

Sebagai manusia, kita memang tidak bisa memilih untuk dilahirkan dalam kondisi yang ideal, misalnya di keluarga yang berkelimpahan, lingkungan yang baik, bahkan keadaan fisik yang sempurna. Pasti setiap kita semua memiliki kelebihan dan kekurangan, di mana semua itu tidak bisa kita yang menentukan. Yang pasti, Tuhan memiliki rencana khusus dan terbaik dalam setiap kehidupan kita. Sebab Tuhan tidak mungkin salah dan tidak mungkin berbuat kesalahan.

Namun seiring bertambahnya usia, kita semakin diperhadapkan dengan kenyataan hidup, di mana kita punya kehendak bebas untuk menentukan sendiri hidup kita. Lingkungan sosial positif atau negatif yang kita tempati saat ini akan memberikan pengaruh besar dalam hidup kita. Itu sebabnya, memastikan kita mampu memilih lingkungan sosial yang benar untuk bertumbuh menjadi sangat penting bagi setiap anak-anak Allah.

Berada di lingkungan sosial yang negatif, akan membawa kita kepada hal buruk, sehingga tidak menjadi pribadi yang bertumbuh. Ekstremnya, dapat membuat orang tidak menghormati Tuhan lagi. Sedangkan lingkungan sosial yang positif akan memberikan dampak yang baik, seperti mengurangi stres, mengurangi kecemasan berlebihan, meningkatkan kesejahteraan emosional, dan tentunya pertumbuhan spiritual.

Memilih lingkungan sosial atau pertemanan menjadi poin penting dalam proses perjalanan kehidupan setiap anak-anak Allah. Dengan siapa kita bergaul, merekalah yang akan menanamkan nilai-nilai dalam kehidupan kita. Tuhan sendiri berkehendak kita memiliki filter kepada semua yang dapat memengaruhi kita, mulai dari lingkungan sosial maupun informasi yang kita dapatkan.

Maka, memilih lingkungan pertemanan atau sosial yang positif harus dilakukan oleh kita dalam rangka mengisi kehidupan dengan kehendak Tuhan. Jadi jika ada teman atau situasi sosial yang mengajak kita berbuat kesalahan atau dosa, itulah yang harus kita jauhi dan tolak. Bangunlah pertemanan dengan mereka yang memiliki kerinduan menyenangkan Tuhan juga.

WHAT TO DO:
1.Mulai berani untuk menolak pertemanan yang tidak takut akan Tuhan.
2.Isi keseharian bergaul dengan teman-teman yang memiliki visi hidup mau menyenangkan hati Tuhan.
3.Berjuang juga menjadi pribadi yang terus mengasihi Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Amsal 30-31

Card image
Renungan Pagi - 10 Juli 2024
2024-07-10 18:12:54


Dalam kehidupan sehari-hari, saat orangtua memberikan motivasi kepada anak-anaknya, orangtua akan mengucapkan kata “Yang semangat ya anakku atau kamu harus tetap bersemangat dan jangan mudah putus asa”. Atau saat kita sedang menghadapi ujian atau tes masuk salah satu perusahaan, maka orangtua akan menyemangati dengan kata-kata motivasi. Orangtua selalu berusaha agar semangat anak-anaknya terus menyala-nyala.

Kalimat untuk memberikan semangat atau motivasi agar kita bersemangat dalam menjalani hidup selalu diungkapkan oleh orang-orang terdekat dan orang-orang yang sayang kepada kita, karenanya dalam melaksanakan segala aktivitas harus bersemangat agar apa yang kita kerjakan bisa selesai tepat waktu dan memberikan hasil yang memuaskan, Alkitab juga mengatakan, "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?"
(Amsal 18:14)

Card image
Quote Of The Day - 10 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-10 18:10:56


Tuhan meremukkan kita agar kita dapat dibentuk-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 10 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-10 18:02:39


Ingat, kalau kita masih jahat, kita akan dipermalukan, dan yang mengerikan, dibuang ke dalam lautan api.

Card image
SELF-IMPROVEMENT - 10 Juli 2024 (English Version)
2024-07-10 18:31:50


The more we are attached to God, living in communion with God, the more we live God's holiness and we truly desire to live in God's holiness. On the other hand, we increasingly see how damaged this world is. Also how damaged we were before experiencing restoration, renewal, a process like this. This world is very evil, not only outside the church, but also those inside the church—including activists and even pastors. How terrible. Many people have no mercy towards each other, they are cruel to each other. It's so easy to betray other people, be evil, arrogant, pride but not realize that he is like that.

By conveying this, we may realize that we can also make these mistakes without realizing it. In fact, the more we live God's holiness, the more we realize how damaged we were in the past and how there are still elements of damage that we still do. But ironically, we can live in error; without us realizing we are in error. How damaged this world is, how damaged humans are. But through the pure truth that we read and hear, we strive earnestly to become blameless and spotless individuals. Seeing the state of the world like this, we must work hard to save our generation.

So, in the remaining years of our lives, we must work as much as possible, as hard as possible to save souls, and this starts with children. For urban children, from the moment they wake up, they are already holding gadgets, at mealtimes they are given gadgets so they don't fuss, so they don't make noise, they don't disturb their parents, they are given gadgets and lots of shows that don't build faith. Here Satan lays the foundation that will make the child one day never able to accept God, unable to understand the Kingdom of God. Satan has made a seedbed. He seeds human children from childhood, so that they are ready to be reaped by Satan in their old age. The problem is, how many of us really want to mourn this situation?

The more we pray, the more we sit quietly at God's feet, the more we will realize how damaged we are. Romans 3:23 says, “Man has fallen short of the glory of God.” It's really real. But not many people understand and live this. Losing the glory of God is terrible, fatal. Because humans were designed to have greatness like the Father, like God himself, the Creator. This is extraordinary. But very few people are truly aware of this situation, because not many people have actually experienced an encounter with God or come into contact with God.

If people experience an encounter with God, come into contact with God, then they will realize how damaged their condition is before God. We will realize, how we often have very subtle cunnings, which not only others are not aware of, but we ourselves can also be unaware of our cunning, our insincerity. In accordance with God's words which say, "The human heart is cunning, more cunning than all things." Very few people have faith in accordance with God's will. Let's improve ourselves first, in case there are any inappropriate things we are still committing before God. We fix ourselves first, then we fix other people.

So if people do not recognize the damaged conditions that exist in their lives, this happens because they do not have the desire, a truly strong and sincere longing to live in the holiness and sanctity of God. There are many needs in our life. We have many problems and struggles, but whatever our problems are, they are not or are not yet big problems. Our big problem is if we have not achieved what God wants or desires. Therefore we earnestly ask the Father to open our hearts and minds to recognize our true condition in the eyes of God. And of course next we ask God to help us so that we become God's children who live only for God's pleasure, so that our lives can truly please Him. What is the purpose of living on earth if we do not please our Heavenly Father? Because we were indeed made by God, created by God, presented by God on this earth for the pleasure of God the Father.

LET'S IMPROVE OURSELVES FIRST, IN CASE THERE ARE ANY INAPPROPRIATE THINGS WE ARE STILL COMMITTING BEFORE GOD.

Card image
MEMBENAHI DIRI - 10 Juli 2024
2024-07-10 17:57:10


Semakin kita melekat dengan Tuhan, hidup dalam persekutuan dengan Tuhan, semakin kita menghayati kesucian Allah dan kita sungguh-sungguh mau hidup di dalam kekudusan Allah. Di sisi lain, kita makin melihat betapa rusaknya dunia ini. Juga betapa rusaknya kita dulu sebelum mengalami pemulihan, pembaruan, proses seperti ini. Dunia ini sangat jahat, bukan hanya di luar gereja, melainkan juga yang ada di dalam gereja—aktivis bahkan pendeta. Sungguh mengerikan. Banyak orang yang tidak memiliki belas kasihan terhadap sesamanya, semena-mena terhadap sesamanya. Begitu mudah berkhianat terhadap orang lain, jahat, sombong, angkuh tapi tidak sadar bahwa dirinya seperti itu.

Dengan menyampaikan hal ini kiranya kita sadar bahwa kita juga bisa melakukan kesalahan- kesalahan itu tanpa kita sadari. Sejatinya, makin hari makin menghayati kesucian Allah, kita makin menyadari betapa rusaknya kita dulu dan sekarang masih saja ada unsur-unsur kerusakan yang masih kita lakukan. Namun ironis, kita bisa hidup di dalam kesalahan; tanpa kita sadari kita ada di dalam kesalahan. Betapa rusaknya dunia ini, betapa rusaknya manusia. Tetapi melalui kebenaran murni yang kita baca dan dengar, kita berjuang sungguh-sungguh untuk menjadi orang yang tidak bercacat dan tidak bercela. Melihat keadaan dunia seperti ini, kita harus bekerja keras untuk menyelamatkan generasi kita.

Maka, di sisa umur hidup ini, kita harus bekerja sebanyak-banyaknya, sekeras-kerasnya untuk bagaimana menyelamatkan jiwa, dan dimulai hal ini dari anak-anak. Kalau anak-anak kota, dari melek mata sudah pegang gadget, waktu makan supaya tidak rewel dikasih gadget, supaya tidak ribut, tidak mengganggu orang tua diberi gadget dan banyak tontonan yang tidak membangun iman. Di sini Iblis meletakkan landasan yang membuat anak suatu hari tidak akan pernah bisa menerima Tuhan, tidak bisa mengerti Kerajaan Allah. Setan sudah membuat persemaian. Ia menyemai anak manusia dari sejak kanak-kanak, untuk siap dituai oleh Iblis di hari tuanya. Masalahnya, berapa banyak kita yang benar-benar mau meratapi keadaan ini?

Semakin kita banyak berdoa, semakin kita banyak duduk diam di kaki Tuhan, maka kita akan semakin menyadari betapa rusaknya kita ini. Roma 3:23 mengatakan, “Manusia telah kehilangan kemuliaan Allah.” Itu benar-benar nyata. Tetapi tidak banyak orang yang mengerti dan menghayati hal ini. Kehilangan kemuliaan Allah itu dahsyat sekali, fatal. Sebab manusia dirancang untuk memiliki keagungan seperti Bapa, seperti Allah sendiri, Sang Pencipta atau Sang Khalik. Itu luar biasa. Tetapi sedikit sekali orang yang benar-benar menyadari keadaan ini, sebab tidak banyak orang yang benar-benar mengalami perjumpaan dengan Tuhan atau bersentuhan dengan Tuhan.

Kalau orang mengalami perjumpaan dengan Tuhan, bersentuhan dengan Tuhan, maka ia akan menyadari betapa rusaknya keadaan dirinya di hadapan Allah. Kita akan menyadari, betapa kita sering memiliki kelicikan-kelicikan yang sangat halus, sangat tipis, yang tidak disadari bukan hanya oleh orang lain, tetapi kita sendiri juga bisa tidak menyadari kelicikan, ketidaktulusan kita. Sesuai dengan firman Tuhan yang mengatakan, “Hati manusia itu licik, lebih licik dari segala sesuatu.” Sedikit sekali orang yang punya iman sesuai dengan kehendak Allah. Mari kita membenahi diri kita masing-masing dulu, kalau-kalau ada ketidakpantasan yang masih kita lakukan di hadapan Allah. Kita benahi diri kita masing-masing dulu, baru kita membenahi orang lain.

Jadi kalau orang tidak mengenali keadaan rusak yang ada di dalam hidupnya, hal itu terjadi karena ia tidak memiliki keinginan, kerinduan yang benar-benar kuat dan tulus untuk hidup di dalam kesucian dan kekudusan Allah. Banyak kebutuhan hidup kita. Banyak persoalan dan pergumulan kita, tetapi apa pun masalah kita, bukan atau belum masalah besar. Masalah besar kita adalah jika kita belum mencapai apa yang Allah inginkan atau kehendaki. Yang oleh karenanya kita sungguh-sungguh mohon agar Bapa membuka hati dan pikiran kita untuk mengenali keadaan kita yang sesungguhnya di mata Allah. Dan tentu selanjutnya kita mohon Tuhan menolong kita agar kita menjadi anak-anak Allah yang hidup hanya untuk kesukaan Allah, agar hidup kita dapat benar-benar menyenangkan hati-Nya. Untuk apa kita hidup di bumi jika kita tidak menyenangkan hati Allah Bapa kita? Karena kita memang diadakan oleh Allah, diciptakan oleh Allah, dihadirkan oleh Allah di bumi ini untuk kesukaan Allah Bapa.

Tuhan Yesus memberkati
????????????. ????????. ???????????????????????????? ????????????????????????????

MARI KITA MEMBENAHI DIRI KITA MASING-MASING DULU, KALAU-KALAU ADA KETIDAKPANTASAN YANG MASIH KITA LAKUKAN DI HADAPAN ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 Juli 2024
2024-07-10 17:53:55

Amsal 1-5

Card image
Truth Kids 09 Juli 2024 - TEKUN
2024-07-09 14:00:28


Ibrani 10:36
”Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.”

Sobat Kids, kita hidup di dunia ini membutuhkan Tuhan Yesus. Tapi bagaimana caranya agar Tuhan Yesus selalu ada di dalam hidup kita?

Caranya memang tidak mudah, Sobat Kids. Kita tahu saat Tuhan Yesus hidup di dunia ini, Ia melakukan semua yang Bapa inginkan. Kita seharusnya bisa hidup seperti yang Tuhan Yesus ajarkan. Contohnya, seperti Hana ketika diganggu oleh temannya. Sebenarnya Hana ingin marah kepada temannya, tetapi ia berusaha memaafkan dan belajar sabar. Nah bukan hanya itu. Untuk bisa memaafkan temannya, Hana tetap tekun berdoa kepada Tuhan Yesus agar bisa menjadi anak yang sabar. Hana selalu meluangkan waktu untuk bertemu dengan Tuhan. Hana selalu berusaha untuk melakukan apa yang Tuhan mau. Padahal kalau Hana marah kepada temannya, bisa saja. Tetapi Hana tidak mau Tuhan sedih melihatnya. Hana hanya mau membuat Tuhan senang.

Ayo, Sobat Kids, jangan mau kalah dengan Hana. Kita juga bisa membuat Tuhan senang dengan melakukan perintah Tuhan. Yuk, kita tekun belajar selalu dekat dengan Tuhan Yesus.

Card image
Truth Junior 09 Juli 2024 - KETEKUNAN DALAM IMAN
2024-07-09 12:45:07


Ibrani 10:36
”Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.”

Annyeong… Sobat Junior. Siapa yang suka dapat hadiah? Misalnya ayah atau ibu kita menjanjikan jika berhasil mendapat nilai ujian akhir di atas 80, maka akan mendapat hadiah yang kita impikan. Tentu pastinya kita akan merelakan waktu bermain diganti dengan belajar hingga malam tiada berhenti. Kalian akan terus-menerus atau tekun belajar.

Firman di atas mengingatkan, jika kita bertekun kepada Allah maka akan memperoleh apa yang Ia janjikan. Sobat Junior, kita telah belajar melalui kisah Yesus yang menjalani puasa selama 40 hari. Walau lapar, Yesus tetap tekun dan bersabar. Jadi, bertekun dalam iman dibutuhkan juga kesabaran. Sering kali kita merasa bingung atau bahkan bertanya, “Tuhan, Engkau di mana? Mengapa begitu sulit mengikut-Mu?”

Ada 3 cara untuk selalu bertekun. Pertama, jangan pernah menunda untuk berdoa saat bangun di pagi hari dan tidur malam hari. Kedua, selalu menyemangati diri kita dengan menulis dalam catatan kegiatan yang membuat roh semakin bertumbuh (membaca Alkitab, mendengar renungan, atau mengembangkan bakat kita).

Hal terakhir yang paling penting, dalam bertekun, kita tidak sendirian. Mari ajak teman-teman kita juga untuk saling mendoakan atau bercerita. Sobat Junior, pengharapan kita hanya dalam Tuhan. Mari kita bertekun dalam iman karena rindu berjumpa bersama Bapa di atas langit biru.

Card image
Truth Youth 09 Juli 2024 (English Version) - IN HARMONY
2024-07-09 12:32:52


"Consider therefore the kindness and sternness of God: sternness to those who fell, but kindness to you, provided that you continue in His kindness. Otherwise, you also will be cut off." (Romans 11:22)

In truth, our very selves reflect the environment in which we live and interact. To glimpse the nature of our daily surroundings, we need only observe our attitudes and decisions. This is quite simple; it is evident in the foundations of our thinking, every word we utter, and the choices we make each day.

Therefore, it is exceedingly important to carefully select and evaluate with whom we choose to associate. This is not to advocate for enmity, but rather to safeguard ourselves from errant steps. Our future is shaped by every decision we make today. The company we keep determines our values and principles in life.

In modern parlance, there is a term known as "in harmony." A harmonious friend is someone with whom we share many similarities, thus fostering a mutually supportive friendship. Generally, harmonious friends have much in common, such as interests, ways of thinking, tastes, and even life goals. These friends often feel like family. Naturally, everyone aspires to have harmonious friends.

Ensure that every person who becomes your friend shares the same values and life principles, namely the fear of God and the pursuit of doing the Father's will in heaven as their life goal. There should no longer be any influence from worldly values or principles akin to those who do not fear God. Having friends who hold these shared values and principles is crucial for our personal and spiritual growth.

God does not wish for us to be tainted by this wicked world; rather, He desires for us to grow increasingly towards the maturity found in righteousness. Hence, it is only by embracing the values and principles that align with God's desires—being perfect as the Father is perfect—that we fulfill our deepest thirst. Therefore, surround yourself with harmonious friends who love and honor God.

WHAT TO DO:
1. Befriend those who strive to live like Jesus Christ.
2. Reduce and limit interactions with those who encourage negative or toxic behavior.

BIBLE MARATHON:
▪ Proverbs 27-29

Card image
Truth Youth 09 Juli 2024 - SEFREKUENSI
2024-07-09 12:31:02


”Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-nya; jika tidak, kamu pun akan dipotong juga.” (Roma 11:22)

Sejatinya, diri kita mencerminkan lingkungan di mana kita hidup dan bergaul. Untuk melihat bagaimana gambaran lingkungan keseharian diri kita, cukup terwakilkan dengan sikap dan keputusan kita. Hal ini sangat sederhana, terlihat mulai dari landasan diri kita berpikir, setiap perkataan yang kita sampaikan, dan pilihan-pilihan yang kita ambil sehari-hari.

Itu sebabnya penting sekali untuk memilih serta memilah dengan siapa kita berteman. Ini bukan sedang mengajarkan untuk memiliki musuh, namun hal ini dilakukan untuk menjaga diri kita dari kesalahan dalam melangkah. Sebab, masa depan kita ditentukan oleh setiap keputusan kita hari ini. Dengan siapa kita berteman, menentukan nilai diri dan prinsip dalam kehidupan kita.

Masa kini terkenal sebuah istilah “sefrekuensi.” Teman sefrekuensi artinya seseorang yang memiliki banyak kesamaan, sehingga tercipta pertemanan yang saling mendukung. Pada umumnya, teman sefrekuensi mempunyai banyak kecocokan, seperti dari segi kesukaan, pola pikir, selera, hingga tujuan hidup. Bahkan, teman sefrekuensi juga terasa seperti keluarga sendiri. Pada umumnya, setiap orang mengharapkan ingin memiliki teman sefrekuensi.

Pastikan setiap orang yang menjadi teman kita memiliki nilai dan prinsip hidup yang sama, yakni takut akan Tuhan dan melakukan kehendak Bapa di surga sebagai tujuan hidup. Tidak boleh ada lagi pengaruh nilai-nilai dunia serta prinsip hidup seperti orang yang tidak takut akan Tuhan. Memiliki teman yang mempunyai nilai dan prinsip yang sama seperti ini, sangat menentukan pertumbuhan pribadi dan spiritual kita.

Tuhan tidak ingin kita diwarnai oleh dunia yang jahat ini, namun Ia rindu kita semakin bertumbuh ke arah kebenaran yang mendewasakan. Maka hanya dengan memiliki nilai-nilai serta prinsip yang seperti Tuhan inginkan, yakni sempurna seperti Bapa, itu yang menjadi kehausan kita semua. Oleh sebab itu, kelilingilah diri kita dengan teman sefrekuensi yang mengasihi serta menghormati Tuhan.

WHAT TO DO:
1.Bertemanlah dengan mereka yang mau berjuang untuk hidup seperti Tuhan Yesus.
2.Kurangi dan batasi pergaulan dengan mereka yang mengajak berbuat negatif/toxic.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Amsal 27-29

Card image
Renungan Pagi - 09 Juli 2024
2024-07-09 12:28:40


Pandangan tentang masa depan akan mempengaruhi sikap kita dalam menjalani hari ini; ketika berpikir negatif tentang masa depan, maka kita tidak memiliki harapan dalam hidup hari ini dan seolah menyerah pada nasib tanpa berjuang dan berserah pada rancangan Tuhan.

Tetapi ketika mengerti bahwa rancangan Tuhan untuk hidup kita adalah hari depan yang penuh harapan, maka kita akan berserah dan mempercayai segala yang Tuhan rancangkan, itulah yang terbaik. Kita akan berjuang hidup melakukan kehendak Bapa dengan sepenuh hati dan sukacita, karena kita tahu bahwa ketika hidup di dalam Kristus, melakukan kehendak Bapa, maka masa depan akan penuh dengan kepastian, kemenangan dan kemuliaan.

"Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."
(Yeremia 29:11)

Card image
Quote Of The Day - 09 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-09 11:58:43


Orang yang takut akan Allah, pasti takut ditinggalkan oleh Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 09 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-09 11:49:07


Gereja adalah tempat kita mendapatkan briefing. Setelah mendapat penjelasan singkat di gereja, kita praktik dalam keseharian hidup.

Card image
QUALITY OF LIFE - 09 Juli 2024 (English Version)
2024-07-09 11:38:24


We must continue to remember that real life is not now on this earth. Because life on this earth is short and temporary, and is a failed, damaged product. An intelligent God could not have intended to create flawed life; where there is disease, poverty, disaster, war and ultimately death. Life on this earth is a truly tragic life, because success will somehow end, and that is tragic. Indeed, when we have no problems, are healthy, have lots of money, and have lots of fun, we don't think about the tragedy of life. But imagine if we are at a funeral home, witnessing someone lying still in a coffin, it is tragic.

Anyone can end up in a coffin: children, teenagers, young adults, elderly people. Don't think that the coffin is only for the elderly; young people can also die. So, let us always remember that real life is later. Don't forget, because if we forget, first, we become careless. Life does not care about everything we do, even though everything we sow, we reap. The Bible says that each of us must stand before the judgment seat of Christ. And each person will receive what they deserve (Romans 14:12 So then every one of us shall give account of himself to God). So nothing is free. If someone acts or behaves badly towards others, they will surely reap the consequences someday.

Even though today it seems fine. But let us not be blind of conscience; not caring that what we do has consequences, it is not free. Hurting or harming others comes with a price. Maybe the person we hurt cannot fight back. So we feel safe, there is no evidence. Surely, no matter how clever we are at avoiding the consequences of our evil actions, in God's court, we cannot escape. Don't follow the wicked. It is better to suffer a loss than to gain but be evil. If we suffer a loss, and we are the weak who cannot demand justice, we stay silent. God will repay. Believe that God is a Just Judge. Conversely, if we are merciful to others, then we will also receive mercy, God will also be merciful to us. God will help.

Secondly, we do not learn in this world. In fact, in this world, we enter the school of life. Some pass, some do not. Those who pass will enter the Kingdom of Heaven. Those who do not pass are not allowed to enter the Kingdom of Heaven. Those who pass are those who do the will of the Father (Matthew 7:21 “Not everyone who says to me, ‘Lord, Lord,’ will enter the kingdom of heaven, but only the one who does the will of my Father who is in heaven). In everything we do, we do not hurt or harm others. And in every decision we make, it must be exactly what God wants. Matthew 6:19 says, "Store up treasures in heaven, not on earth. Where your treasure is, there your heart will be also." Therefore, we must strive to live righteously, become more righteous every day, and fill our lives with good deeds. For this, we go to school. The church is where we get our briefing; a short explanation. After receiving a brief explanation at church, we practice it in our daily lives.

Remember, if we are still wicked, we will be humiliated, and terrifyingly, thrown into the lake of fire. If we are trampled upon, it is okay, because we want to learn to be spiritually mature. If treated unjustly, we remain silent. If we have a life partner, do not cheat, do not date others. Even thinking impure thoughts or looking at the opposite sex in the wrong way is not allowed. We want, one day when we close our eyes, for God to be satisfied with our state. Therefore, as we get older, we must tidy up our lives; finishing well; the project of packing up. If we understand eternity, then we will not be preoccupied with other things. In fact, other activities are directed towards eternity, with a focus on eternity. Ironically, many people are blind of conscience towards eternity. Yet, each of us can die at any moment.

Thirdly, we do not serve God. In fact, those who serve God on earth will serve God in heaven. Serving God is the effort to make others saved. It is important. Salvation is not just going to church or becoming a Christian. Being saved means changing to become perfect like the Father and similar to Jesus. Do not listen to the slander that says we cannot be perfect. That is slander against God. From small matters, we train to be perfect, we can. If we do not serve God on earth, we will not serve God forever. And if we continue to grow, we can have the heart of God.

Do not let the church become like an entertainment venue; where the congregation comes to church once a week, sings, listens to sermons, goes home, but there is no change. Or like a hospital that does not provide healing. An encounter with God, it's life changing. The quality of our lives is not because we are highly educated or in a college academic environment. Rather, our quality of life is built day by day when we keep ourselves from wrong actions, learning to be better each day through life experiences.

THE QUALITY OF OUR LIVES IS BUILT DAY BY DAY WHEN WE KEEP OURSELVES FROM WRONG ACTIONS, LEARNING TO BE BETTER EACH DAY THROUGH LIFE EXPERIENCES.

Card image
KUALITAS HIDUP - 09 Juli 2024
2024-07-09 11:32:18


Kita harus ingat terus bahwa kehidupan yang sesungguhnya bukanlah sekarang di bumi ini. Sebab kehidupan di bumi ini adalah kehidupan yang singkat dan sementara, serta merupakan produk yang gagal, rusak. Allah yang cerdas tidak mungkin bermaksud menciptakan kehidupan yang bercacat; di mana ada penyakit, kemiskinan, bencana, perang dan puncaknya ada kematian. Kehidupan di bumi ini adalah kehidupan yang benar-benar tragis, sebab sukses bagaimanapun semua akan berakhir, dan itu tragis. Memang, pada waktu kita sedang dalam keadaan tidak bermasalah, sehat, banyak uang, ada banyak kesenangan, kita tidak memikirkan tragisnya hidup. Tapi coba kalau kita ada di rumah duka, lalu kita menyaksikan seseorang yang terbujur kaku di peti mati, tragis.

Siapa saja bisa masuk ke dalam peti mati: anak-anak, remaja, pemuda, orang tua. Jangan berpikir peti mati hanya untuk orang tua, orang muda pun juga bisa mati. Jadi, mari kita ingat terus bahwa hidup yang sesungguhnya itu, nanti. Jangan sampai kita lupa, sebab kalau kita lupa, _yang pertama, kita jadi ceroboh. Hidup tidak peduli terhadap segala sesuatu yang kita lakukan, padahal segala sesuatu yang kita tabur, kita tuai. Alkitab mengatakan bahwa setiap kita harus menghadap takhta pengadilan Kristus. Dan setiap orang akan memperoleh apa yang patut diterimanya (Rm. 14:12). Jadi tidak ada yang gratis. Kalau seseorang berlaku atau bertindak jahat terhadap orang lain, dia pasti akan menuai suatu hari.

Walau hari ini kelihatannya aman-aman saja. Tapi, jangan kita menjadi buta nurani; tidak peduli bahwa apa yang dia lakukan itu ada akibatnya, tidak gratis. Kita melukai atau menyakiti orang, ada harganya. Mungkin orang yang kita lukai tidak bisa melawan kita. Sehingga kita merasa aman, tidak ada bukti apa-apa. Pasti, secerdik apa pun kita menghindarkan diri dari akibat kejahatan, kalau di pengadilan Tuhan kita tidak bisa menghindar. Jangan ikut-ikutan jahat. Lebih baik kita dirugikan daripada kita untung, tapi kita jahat. Kalau kita dirugikan, dan kita di pihak lemah tidak bisa menuntut, kita diam. Tuhan akan kembalikan. Percayalah, Tuhan itu Hakim Yang Adil. Dan sebaliknya, kalau kita berbelaskasihan kepada sesama, maka kita juga akan mendapat belas kasihan, Tuhan juga berbelaskasihan kepada kita. Tuhan akan tolong.

Yang kedua, kita tidak belajar di dunia ini. Padahal di dunia ini kita masuk ke dalam sekolah kehidupan. Ada yang lulus, ada yang tidak lulus. Yang lulus itu akan masuk Kerajaan Surga. Yang tidak lulus tidak diperkenan masuk Kerajaan Surga. Yang lulus adalah mereka yang melakukan kehendak Bapa (Mat. 7:21). Dalam segala hal yang kita lakukan, kita tidak menyakiti atau melukai orang. Dan di setiap keputusan yang kita ambil, tepat seperti yang Allah inginkan. Matius 6:19 mengatakan, "Kumpulkan harta di surga, bukan di bumi. Di mana ada hartamu, di situ hatimu berada." Jadi kita harus berusaha untuk hidup benar, makin hari makin benar, dan mengisi hidup kita dengan perbuatan-perbuatan yang baik. Untuk itu, kita sekolah. Gereja adalah tempat kita mendapatkan briefing; penjelasan singkat. Setelah mendapat penjelasan singkat di gereja, kita praktik dalam keseharian hidup.

Ingat, kalau kita masih jahat, kita akan dipermalukan, dan yang mengerikan, dibuang ke dalam lautan api. Kita diinjak, tidak apa, karena kita mau belajar dewasa rohani. Diperlakukan tidak adil, diam. Kalau sudah punya pasangan hidup, jangan selingkuh, jangan pacaran lagi. Bahkan berpikir kotor atau melihat lawan jenis dengan cara yang salah pun tidak boleh. Kita mau, suatu hari ketika kita menutup mata, Tuhan puas dengan keadaan kita. Jadi, kalau sekarang umur kita makin tua, kita harus makin beberes; finishing well; proyek koper artinya proyek berkemas-kemas. Kalau kita mengerti kekekalan, maka kita tidak akan sibuk dengan yang lain. Bahkan, kesibukan yang lain itu hanya diarahkan untuk kekekalan, fokusnya kekekalan. Ironis, banyak orang itu buta nuraninya terhadap kekekalan. Padahal, setiap kita ini bisa setiap saat mati.

Yang ketiga, kita tidak melayani Tuhan. Padahal, orang yang melayani Tuhan di bumi ini akan melayani Tuhan di surga. Melayani Tuhan adalah usaha membuat orang lain selamat. Itu penting. Selamat itu bukan hanya ke gereja atau jadi Kristen. Selamat itu artinya berubah menjadi sempurna seperti Bapa dan serupa dengan Yesus. Jangan kita mendengar fitnah yang mengatakan bahwa kita tidak bisa sempurna. Itu fitnah terhadap Tuhan. Dari perkara kecil, kita latih untuk sempurna, bisa. Kalau kita tidak melayani Tuhan di bumi, kita tidak akan melayani Tuhan selama-lamanya. Dan kalau kita bertumbuh terus, kita bisa memiliki hati Tuhan.

Jangan sampai gereja menjadi seperti tempat hiburan; di mana jemaat seminggu sekali datang ke gereja, nyanyi-nyanyi, dengar khotbah, pulang, tapi tidak ada perubahan. Atau seperti rumah sakit yang tidak memberi kesembuhan. Pertemuan dengan Tuhan, itu mengubah hidup. Kualitas hidup kita itu bukan karena kita berpendidikan tinggi, atau ada di lingkungan akademis perguruan tinggi. Tetapi, kualitas hidup kita dibangun dari hari ke hari ketika kita menjaga diri dari perbuatan yang salah, dari hari ke hari belajar untuk lebih baik lewat pengalaman hidup.

Tuhan Yesus memberkati
????????????. ????????. ???????????????????????????? ????????????????????????????

KUALITAS HIDUP KITA DIBANGUN DARI HARI KE HARI KETIKA KITA MENJAGA DIRI DARI PERBUATAN YANG SALAH, DARI HARI KE HARI BELAJAR UNTUK LEBIH BAIK LEWAT PENGALAMAN HIDUP.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 Juli 2024
2024-07-09 11:28:02

Yesaya 5-8

Card image
Truth Kids 08 Juli 2024 - SI KEMBAR JOHAN DAN JIHAN
2024-07-08 13:04:56


Yakobus 5:9
”Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum. Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu.”

Namaku Johan, dan adikku, Jihan. Kami adalah anak kembar; muka kami mirip dan terkadang orang lain salah memanggil nama kami berdua. Kami saling menyayangi dan menjaga. Kami bermain bersama dan selalu rajin untuk ikut ibadah Sekolah Minggu. Kami selalu senang saat mendengar firman Tuhan di Sekolah Minggu. Apa pun yang kami lakukan, selalu bersama.

Pada suatu saat, Jihan sedang bermain lego. Dia mengeluarkan semuanya sampai berantakan di lantai. Saat itu aku masih mengerjakan tugas sekolah. Aku kaget karena Jihan membuat mainan menjadi sangat berantakan. Dan bukan hanya lego saja, ada juga mobil-mobilan yang dia keluarkan, dan semuanya belum dirapikan oleh Jihan. Tiba-tiba mama datang dan berkata, "Waduh, Jihan kenapa ruangan ini berantakan sekali? Sekarang kamu rapikan, kita mau pergi ke gereja." Jihan menjawab dengan nada tinggi, "Ini banyak sekali. Aku gak bisa rapikan sendiri!" Mendengar hal itu, aku datang ke ruang bermain, "Jihan, kok kamu menjawab Mama dengan nada tinggi? Kan kamu yang keluarkan semua mainan. Kamu tidak sopan menjawab Mama seperti itu. Ayo, aku bantu kamu merapikan ini."

Sobat Kids, ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk tidak bersungut-sungut atau marah-marah, apalagi saat harus bertanggung jawab atas sesuatu yang kita perbuat. Yuk, kita belajar tetap bersabar dan tidak mengeluh saat melakukan suatu pekerjaan.

Card image
Truth Junior 08 Juli 2024 - JANGAN MENGELUH
2024-07-08 13:01:58


Yakobus 5:9
”Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum. Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu.”

Ina duduk di kelas 6 SD, ia sedang sedih karena papa dan mamanya sering sekali bertengkar di rumah. Hampir setiap hari papa dan mamanya saling marah. Ina bingung apa yang harus dia lakukan, sampai-sampai Ina kehilangan sukacita jika berada di rumah.

Suatu malam, Ina teringat apa yang pernah kakak Sekolah Minggunya ajarkan di gereja. Kalau sedang mengalami kesulitan, datanglah kepada Tuhan, berdoa sungguh-sungguh kepada Tuhan, dan jadikan Tuhan teman curhat. Jangan mencari manusia, tetapi cari Tuhan karena Tuhan akan memberikan damai sejahtera dalam hati kita. Janganlah mengeluh dan bersungut-sungut karena kesulitan yang kita hadapi. Jalani dengan ucapan syukur dan tetap bersabar. Andalkan Tuhan dalam segala hal.

Ketika Ina teringat semua itu, ia langsung mengambil waktu untuk berdoa kepada Tuhan. Ina ceritakan kepada Tuhan hal yang membuat hatinya sedih. Ina tetap bersyukur masih memiliki papa dan mama. Setelah hari itu, Ina selalu membawa papa dan mamanya dalam doa dan terus bersabar menunggu jawaban Tuhan.

Sampai suatu ketika, Ina melihat kondisi yang jarang terjadi. Papa dan mamanya tidak lagi bertengkar, tetapi mulai berbicara baik-baik. Papa dan mamanya juga memanggil Ina dan meminta maaf kepada Ina kalau beberapa hari belakangan, papa dan mamanya selalu bertengkar dan membuat Ina menjadi sedih. Ina memaafkan papa dan mamanya, dan Ina memeluk mereka. Ina merasa senang sekali karena Tuhan menjawab doa-doanya.

Apakah Sobat Junior sedang mengalami kesulitan seperti Ina? Tetap bersabar dan jangan mengeluh, ya. Tetap bersyukur dan selalu libatkan Tuhan dalam permasalahan yang kita hadapi. Tuhan akan memberi kelegaan dan jawaban kepada kita.

Card image
Truth Youth 08 Juli 2024 - WHAT A FRIEND YOU HAVE BEEN
2024-07-08 13:00:08


”Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.” (Yohanes 3:17)

In reality, we as human being merupakan makhluk sosial yang membutuhkan dukungan emosional dari orang lain, dan ini bisa didapatkan dari kehadiran keluarga, sahabat, dan pasangan. Namun, dari ketiga hal tersebut, teman adalah komunitas yang pasti dimiliki semua orang, bahkan tanpa berusaha. Tuhan pun memperhatikan hal itu. Ia menaruh orang-orang tertentu dalam hidup kita dengan tujuan tertentu pula. Seorang teman dalam keadaan tertentu dapat menjadi seorang sahabat. Walaupun tidak ada satu jawaban pasti untuk semua orang karena kebutuhan persahabatan bisa bervariasi tergantung kepribadian dan keadaan masing-masing individu, pada umumnya memiliki sahabat atau hubungan sosial yang kuat sangatlah penting bagi kesejahteraan manusia secara keseluruhan. Tanpa hubungan sosial yang baik, seseorang mungkin merasa kesepian, terisolasi, dan mengalami masalah kesehatan mental dan fisik. Oleh karena itu, mencari dan menjaga persahabatan adalah aspek penting dalam menjalani kehidupan yang sehat dan bahagia.

Namun tahukah kamu bahwa keadaan manusia yang sudah tidak utuh (sempurna) karena kehadiran dosa membuat persahabatan dalam dunia pun tidak sepenuhnya membahagiakan? Namun, ada satu Pribadi yang hadir menjadi sosok sahabat bagi kita, yaitu Tuhan Yesus. Yesus membawa arti persahabatan ke level yang begitu dalam. He’s not just working all things for our goodness, but He even gave His life for us. Yesus mati agar kita memiliki hidup. Dari kebenaran ini, tidakkah kita patut bersyukur dengan menjalani hidup yang berharga ini dengan menjadi sahabat bagi sesama kita? Tuhan mau kita juga memberikan hidup bagi orang lain, membuat mereka merasakan rasa syukur yang sama, sehingga mereka bergerak menjadi sahabat bagi orang lain. Marilah kita hidup sebagaimana Yesus Kristus telah hidup, what a friend He has been, and that’s how we should be.

WHAT TO DO:
1.Menghayati peran Yesus sebagai Sahabat yang sejati
2.Memperagakan kehidupan-Nya dalam hidup kita

BIBLE MARATHON:
▪︎ Amsal 24-26

Card image
Renungan Pagi - 08 Juli 2024
2024-07-08 12:57:24


Dendam dan sakit hati berkepanjangan sebenarnya itu merugikan diri sendiri, mungkin ada orang yang menyakiti hati kita, lalu sangat marah, cobalah selesaikan dan berdamai, baik dengan orang yang menyakiti kita, juga berdamai dengan diri sendiri. Jangan simpan sakit hati dan ingin balas dendam, ingat bahwa dendam bukanlah jalan keluar yang baik, karena dendam tidak akan pernah menjadi solusi dari sakit hati yang berkepanjangan.

"Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah lembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian."

Demikianlah firman Tuhan mengingatkan hal ini dan harus kita lakukan. Sebab jika hanya menuruti hawa nafsu dengan selalu mendendam, maka makin rusak hidup kita, rusak hubungan dengan Tuhan dan sesama, makin sakit hati makin hancur masa depan kita, makin hilang damai sejahtera, oleh karena itu jangan simpan dendam, dan belajarlah untuk melepaskan pengampunan. Sebab Tuhan pun telah mengampuni.
(Kolose 3:12-13)

Card image
Quote Of The Day - 08 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-08 12:55:25


Tidak mungkin orang lain tidak mengagumi kita apabila kita mengenakan karakter Kristus. Namun kita tidak boleh mengejarnya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 08 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-08 12:54:17


Setan membuat hal kesucian menjadi begitu sakralnya, seakan-akan hanya bisa dijangkau oleh orang-orang tertentu.

Card image
CHANGING THE ATMOSPHERE OF LIFE - 08 Juli 2024 (English Version)
2024-07-08 12:52:04


One characteristic of successful people is that they do not like to procrastinate in many aspects. This parallels with spiritual life. Therefore, do not procrastinate. If God still gives us the opportunity, let's take it seriously. Jewish historian Josephus Cicero, in his writings, shows how tragic Jerusalem was when General Titus destroyed it. Corpses lay in the streets, the magnificent Temple was destroyed, even though the Temple was a symbol of the unity of the Jewish people. Tragic. But this is nothing compared to the tragedy of being separated from God's presence forever. This is not to intimidate or scare, but the Bible says that the unclean will not enter the New Jerusalem. Therefore, we must not only be good Christians; we must be holy.

Do not be afraid of the word "holy," because that is our habitat, our nature. It is necessary for our peace. And God wants to visit us so that we can reach the holiness that God desires. Do not think there is a double standard; one for pastors and another for laypeople, congregants. Our standard is the same: perfect like the Father. For we are servants of God, from servants of sin to servants of God. We are all priests, warriors of the Kingdom of Heaven, princesses of the Kingdom of Heaven who must live as children of God. Satan makes holiness seem so sacred, as if it can only be reached by certain people.

However, God says in 1 Peter 2:9, "You are a holy nation, you are holy people." We are sanctified and must become truly holy. Satan deceives by pointing to only certain people as worthy to be called servants of God, while others are not. If we are not servants of God, whose servants are we? We must take God's warnings seriously and not play around. This is important, do not procrastinate. Our lives must be colored by living as children of God. We must bring the atmosphere of the Kingdom of Heaven into our lives. We create that atmosphere because we must open the door or window to let the atmosphere of God's Kingdom enter our life’s home, filling the garden of our life.

Why do some people seem spiritual, so close to God, while others do not? This is not a privilege for certain people, excluding others. This is the right of each of us. We must create that atmosphere. Fill the bedroom, living room with praise and worship. Fill the space of our hearts with praise and worship, with the presence of God in our lives. "Seek Me," says the Lord, "While God is willing to be found." This means there will be times when God cannot be found. When people knock on the door, there will be a voice from inside, "Depart from Me! I do not know who you are." Terrifying. What are we seeking in this life?

We eat today, and 12-14 hours wasted. We have things, they can be damaged, they can have accidents, they can become worn out. We have money today, but it can disappear in an instant. However, heavenly wealth—living in fellowship with God, living in an intimate relationship with the Lord—is a treasure that no one can take away. An eternal treasure. We must be so enthusiastic about life because we see the dynamics of life walking with God. And we must dare to step forward. Do not wait for the perfect time. We don't need to wait for that time because it is already in our lives. The question now is, how do we make our life time real? By bringing God into our lives.

Wake up in the morning, pray. Do not look at unnecessary things on gadgets. Have a special time before God, listen to the word of God. While there is still a chance to seek God, seek God. Ask God for something new that changes us. It takes courage to change the atmosphere of our lives because it is not easy to get out of our wrong habits and ways of living. It is not easy to change the atmosphere of our spiritual life. But we can change it if we want to. We can live holy lives, and nothing can hinder us, because God helps us. And that is good news. No fate can change our lives, except ourselves.

Why is our relationship with God not harmonious? While we are more in harmony with this world. We are deceived by the world, bound by the world, and we feel that this is normal life because almost everyone lives that way. That is the way of life of people who are prepared to enter eternal fire. Realize that we are valuable because we have eternity, and God does not want our souls to perish. Meanwhile, the power of darkness tries to pull us out of fellowship with God. We are now contested by these two powers. Whether we want to be saved or perish depends on us. However, to be able to walk with God, we cannot help but have to live in holiness.

IT TAKES COURAGE TO CHANGE THE ATMOSPHERE OF OUR LIVES BECAUSE IT IS NOT EASY TO GET OUT OF OUR WRONG HABITS AND WAYS OF LIVING.

Card image
MENGUBAH ATMOSFER HIDUP - 08 Juli 2024
2024-07-08 12:49:58


Salah satu ciri orang sukses adalah tidak suka menunda dalam banyak aspek. Dan ini paralel dengan hidup rohani. Maka, jangan menunda. Jadi kalau Tuhan masih memberi kesempatan, ayo kita mau sungguh-sungguh. Sejarawan Yahudi, Josephus Cicero, di dalam tulisannya menunjukkan betapa tragisnya Yerusalem ketika dihancurkan Jenderal Titus. Mayat bergelimpangan di jalan-jalan, bait Allah yang megah dihancurkan, padahal bait Allah merupakan lambang persatuan bangsa Yahudi. Tragis. Tapi ini belum seberapa dibandingkan tragisnya ketika seseorang terpisah dari hadirat Allah selama-lamanya. Bukan mengintimidasi dan menakut-nakuti, tapi Alkitab berkata bahwa orang yang najis tidak masuk Yerusalem Baru. Maka kita tidak boleh hanya menjadi orang Kristen baik-baik; kita harus suci.

Jangan takut mendengar kata “suci,” karena itu adalah habitat kita, kodrat kita. Itu yang perlu untuk damai sejahtera kita. Dan Tuhan mau melawat kita agar kita mencapai kesucian seperti yang Allah inginkan. Jangan berpikir ada standar ganda; standar pendeta dengan awam, jemaat. Standar kita sama: sempurna seperti Bapa. Sebab kita ini adalah hamba-hamba Tuhan, dari hamba dosa menjadi hamba Tuhan. Semua kita adalah imam, hulubalang Kerajaan Surga, putri Kerajaan Surga yang harus berkeadaan sebagai anak-anak Allah. Setan membuat hal kesucian menjadi begitu sakralnya, seakan-akan hanya bisa dijangkau oleh orang-orang tertentu.

Padahal Tuhan berkata di 1 Petrus 2:9, “Kamu bangsa yang kudus, kamu orang suci.” Kita dikuduskan dan harus menjadi benar-benar kudus. Setan menipu dengan menunjuk orang-orang tertentu saja yang layak menyandang sebagai hamba Tuhan, yang lain tidak. Kalau kita bukan hamba Tuhan, hamba siapa? Peringatan Tuhan harus kita perhatikan dengan serius dan jangan main-main. Ini penting, jangan kita menunda. Hidup kita harus kita warnai dengan kehidupan sebagai anak-anak Allah. Atmosfer Kerajaan Surga harus kita hadirkan dalam hidup kita. Kita yang menciptakan atmosfer itu, karena kita yang harus membuka pintu atau jendela, supaya atmosfer Kerajaan Allah masuk dalam rumah hidup kita, mengisi taman hidup kita.

Mengapa ada orang nampak rohani, begitu melekat dengan Tuhan, yang lain tidak? Ini bukan hak istimewa orang tertentu, dan yang lain tidak. Ini hak setiap kita. Kita yang harus menciptakan atmosfer itu. Isi ruang kamar tidur, ruang tamu dengan pujian dan penyembahan. Isi ruangan hati kita dengan pujian dan penyembahan, dengan kehadiran Allah di dalam hidup kita. “Carilah Aku,” kata Tuhan, “Selama Allah berkenan ditemui.” Itu artinya ada saat di mana Tuhan tidak bisa ditemui. Ketika orang mengetuk pintu, lalu ada suara dari dalam, “Enyahlah kamu dari hadapan-Ku! Aku tidak kenal siapa kamu.” Mengerikan. Apa yang kita cari dalam hidup ini?

Kita makan hari ini, 12-14 jam terbuang. Kita punya barang, bisa rusak, bisa kecelakaan, bisa haus, usang. Kita punya uang hari ini, dalam sekejap juga bisa lenyap. Tetapi kekayaan surgawi—yaitu kehidupan yang bersekutu dengan Allah, kehidupan yang menjalin hubungan intim dengan Tuhan—adalah harta yang tidak bisa diambil oleh siapa pun. Harta abadi. Kita harus jadi begitu bersemangat hidup, karena kita melihat dinamika hidup berjalan dengan Tuhan. Dan kita harus berani melangkah. Jangan menunggu waktu yang sempurna. Waktu itu tidak perlu kita tunggu, karena sudah ada di hidup kita. Sekarang masalahnya, bagaimana kita mengubah waktu hidup kita menjadi nyata, yaitu dengan menghadirkan Allah di dalam hidup kita.

Bangunlah pagi, berdoa. Jangan melihat apa yang tidak perlu di gadget. Miliki waktu khusus menghadap Allah, dengarkan firman Tuhan. Selagi masih ada kesempatan untuk mencari Tuhan, carilah Tuhan. Mintalah kepada Tuhan sesuatu yang baru, yang mengubah kita. Dibutuhkan keberanian untuk mengubah atmosfer hidup kita, sebab tidak mudah untuk keluar dari kebiasaan dan cara hidup kita yang salah. Tidak mudah untuk mengubah atmosfer kehidupan rohani kita. Tapi bisa kita ubah, kalau kita mau. Kita bisa hidup suci, dan tidak ada yang bisa menghalangi, karena Allah menolong. Dan itu kabar baik. Tidak ada takdir yang bisa mengubah hidup kita, kecuali kita sendiri.

Mengapa hubungan kita dengan Tuhan tidak harmoni? Sementara kita lebih harmoni berhubungan dengan dunia ini. Kita ditipu oleh dunia, diikat oleh dunia, dan kita merasa itu kehidupan wajar karena hampir semua orang memiliki cara hidup seperti itu. Itu adalah cara hidup orang-orang yang dipersiapkan masuk api kekal. Sadari bahwa kita berharga karena kita memiliki kekekalan dan Tuhan tidak inginkan jiwa kita binasa. Sementara kuasa kegelapan berusaha menarik kita keluar dari persekutuan dengan Allah. Sekarang kita diperebutkan oleh dua kuasa ini. Kita mau menjadi orang yang selamat atau binasa, tergantung kita. Namun untuk bisa berjalan dengan Tuhan, tidak bisa tidak, kita harus hidup dalam kekudusan.

Tuhan Yesus memberkati
????????????. ????????. ???????????????????????????? ????????????????????????????

DIBUTUHKAN KEBERANIAN UNTUK MENGUBAH ATMOSFER HIDUP KITA, SEBAB TIDAK MUDAH UNTUK KELUAR DARI KEBIASAAN DAN CARA HIDUP KITA YANG SALAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 Juli 2024
2024-07-08 12:37:40

Yesaya 1-4

Card image
Truth Kids 07 Juli 2024 - AYO, BELAJAR SABAR
2024-07-07 09:42:22


Kolose 3:12
”Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.”

Nina adalah seorang anak yang suka sekali sekolah. Ia selalu semangat kalau masuk sekolah karena bisa bertemu dengan teman-temannya. Di sekolah, Nina memiliki teman yang berbeda-beda. Ada yang kulitnya putih dan coklat; rambut keriting dan rambut lurus; ada yang tinggi dan pendek; itulah yang membuat Nina senang.

Salah seorang anak laki-laki di sekolahnya bernama Hobal. Teman-teman Hobal sering memanggilnya "Hobal si pemarah." Mereka takut dengan Hobal karena selalu marah sehingga tidak ada yang mau berteman dengannya.

Lola mengajak Hobal untuk bermain lego, "Hobal, ayo kita main lego." "Iihhh, aku ga mau main lego. Sudah, pergi kamu ke sana, main sama teman yang lain. Aku gak suka main lego." Hobal menjawab dengan nada marah. Saat itu, Lola menangis karena Hobal menjawab dengan marah-marah.

Karena Nina tahu, ia datang kepada Hobal, "Hobal, kenapa kamu jawabnya marah-marah? Tadi Lola mengajak kamu baik-baik, loh. Kamu harusnya belajar sabar. Kita ini anak Allah. Kalau kita mau membuat Tuhan senang, harus bisa bersabar supaya teman-teman juga tidak takut kepada kita, dan kita jadi bisa berteman dengan siapa aja, Hobal." "Ooohh, mereka takut karena aku sering marah? Kalau begitu aku minta maaf kepada mereka, dan mau belajar sabar seperti yang Tuhan mau," ujar Hobal menyesal.

Card image
Truth Junior 07 Juli 2024 - HATI YANG BENAR
2024-07-07 09:40:01


Kolose 3:12
”Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.”

Kemarin dan dua hari yang lalu kita belajar dari teman kita, Anto dan Selly. Mereka belajar untuk selalu sabar walaupun mengalami hal-hal yang tidak enak ataupun kurang enak. Apakah Sobat Junior mempunyai teman-teman yang suka mengganggu di sekolah? Pasti suka merasa kesal jika melihat sikap mereka suka mengganggu karena membuat suasana menjadi tidak nyaman. Apa yang Sobat Junior lakukan kepada teman-teman yang mempunyai sikap seperti ini? Apakah Sobat Junior mendoakan mereka supaya mereka berubah perilakunya?

Sebagai anak-anak Allah, kita harus melakukan apa yang Tuhan katakan dalam firman-Nya. Walaupun tidak mudah dalam praktiknya, tetapi sebagai anak Allah, pasti Ia akan memberikan kemampuan bagi kita. Minta belas kasihan Tuhan kepada kita, supaya kita dapat melakukan yang Tuhan kehendaki. Jangan lelah untuk terus berdoa bagi teman-teman yang sering mengganggu dan memiliki sikap yang tidak baik. Miliki hati yang selalu rendah hati supaya lama-kelamaan teman-teman dapat melihat kalau kita, berbeda karena ada kasih Tuhan yang diam di dalam kita.

Kita juga harus bersabar menghadapi teman-teman yang seperti ini. Ada waktunya dengan kesabaran kita, akan membuahkan hasil yang baik. Tuhan mendengar doa dari hati yang tulus. Dengan sikap hati yang benar, Tuhan pasti melihat dan akan menjawab doa-doa yang sungguh-sungguh dipanjatkan kepada-Nya.

Mari, Sobat Junior, selidiki hati kita masing-masing. Apakah kita tetap memiliki sikap hati yang benar ketika menghadapi hubungan yang tidak baik dengan teman? Tetap berdoa kepada Tuhan dan minta pengertian kepada Tuhan, sehingga kita diubahkan menjadi lebih baik setiap harinya.

Card image
Truth Youth 07 Juli 2024 (English Version) - CATHARSIS
2024-07-07 09:37:08


"Iron sharpens iron, so one person sharpens another." (Proverbs 27:17)

Catharsis fundamentally refers to the process of releasing strong emotions through a particular activity or experience. In simple terms, it describes the conveyance of emotions through a specific activity or experience. Indeed, the book of Proverbs embodies catharsis. The Book of Proverbs is filled with verses and poems imbued with emotion. Most of these writings are reflections of the authors' experiences with God. Did you know that King David is one of the authors of the Book of Proverbs? Interestingly, in many of his writings, we observe that these works stem from personal experiences, possessing a heartbeat that moves us towards the hidden messages within. King David is closely associated with the phrase "God is with me," yet the reality is that God is also with every believer. So, what distinguishes David's life from ours?

Here is the truth of this day: God was with David because David was with Him, meaning David walked in fellowship with God, willingly making room for God to walk with him. In line with Proverbs 27:17, your companion is your fellow man. If we reflect on our recent lives, who are those who accompany us? Surely, they are the ones we permit to have a place in our daily lives, ultimately shaping our existence. From the above reflection, let us move towards a shared awareness of being cautious in allowing others (our fellows) into our lives, which we live but once. Like David, who did not merely linger around God but walked with Him, let us also begin from the same standard, allowing God to hold a special place so that with His help, we can avoid and be free from the negative influences of those we allow into our lives.

WHAT TO DO:
1. Make a special place for God to walk with us.
2. Always be vigilant in living our lives by continually walking with God.

BIBLE MARATHON:
▪ Proverbs 21-23

Card image
Truth Youth 07 Juli 2024 - CATHARSIS
2024-07-07 09:33:44


”Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.” (Amsal 27:17)

Catharsis basically is the process of releasing strong emotions through a particular activity or experience. Secara sederhana, menggambarkan proses penyampaian emosi melalui suatu aktivitas atau pengalaman tertentu. In fact, the book of Proverbs were so catharsis. Kitab Amsal dipenuhi dengan sajak-sajak, puisi-puisi yang memiliki nyawa (emosi) di dalamnya. Sebagian besar tulisan-tulisan tersebut merupakan refleksi dari pengalaman-pengalaman penulis bersama Tuhan. Tahukah kamu bahwa Raja Daud merupakan salah satu penulis Kitab Amsal? Menariknya, dalam banyak tulisannya, kita akan melihat bahwa tulisan ini datang dari sebuah pengalaman, sehingga terdapat detak di dalamnya yang menggerakkan hati kita menuju pesan yang tersembunyi di dalamnya. Raja Daud erat dengan frasa “Allah besertaku,” namun kenyataannya Allah juga beserta dengan setiap orang percaya. Lalu, apakah yang membuat kehidupan Daud berbeda dengan kita?

Here’s the truth of this day: Allah menyertai Daud karena Daud beserta dengan-Nya, artinya Daud bergaul dengan Allah; rela menyediakan tempat bagi Allah untuk berjalan besertanya. Sejalan dengan Amsal 27:17, maka siapa yang beserta denganmu ialah sesamamu. If we want to take a look back into our recent life, siapakah mereka yang beserta dengan kita? Tentunya mereka yang kita izinkan memiliki tempat dalam hidup kita sehari-hari, yang akhirnya membentuk pahatan-pahatan dalam hidup kita. Dari perenungan di atas, mari kita bergerak pada satu kesadaran yang sama yaitu berhati-hati dalam memberi ruang bagi orang lain (sesamamu) dalam hidup yang hanya satu kali ini. Like David who is not just being around God but being with Him, biarlah kita juga memulai dari standar yang sama, yaitu membiarkan Allah memiliki tempat khusus sehingga dengan pertolongan-Nya, kita bisa menghindari dan terlepas dari pahatan-pahatan buruk dari orang-orang yang kita ada dalam hidup kita.

WHAT TO DO:
1.Memberikan ruang khusus untuk Tuhan berjalan bersama kita
2.Selalu berjaga-jaga dalam menjalani kehidupan dengan terus berjalan bersama Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Amsal 21-23

Card image
Renungan Pagi - 07 Juli 2024 ,
2024-07-07 09:30:05


Orang yang mementingkan dirinya sendiri biasanya punya sifat selalu ingin dihormati, ingin didengar, ingin dituruti kemauannya dan ingin semakin berkuasa pada orang lain.

Akibat dari mementingkan diri sendiri, adalah tidak mau mengasihi sesama, hal ini sudah melanggar dari hukum Kasih yang sudah diajarkan oleh Tuhan Yesus.

Tuhan memanggil kita, untuk menjadi berkat dan kesaksian bagi orang lain, bukan hidup untuk diri sendiri atau mementingkan diri sendiri (egois).
(Filipi 2:1-5)

Card image
Quote Of The Day - 07 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-07 09:27:54


Inilah misteri kehidupan yang diungkapkan oleh Alkitab bahwa Allah semesta alam, Allah Bapa kita yang menyimpan dan memuat berjuta misteri, berkenan menyatakan Diri dan ada bagian-bagian dalam diri-Nya yang bisa atau boleh kita kenali.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 07 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-07 09:26:22


Jangan sampai kita berada pada kegentaran ketika kita tidak lagi memiliki kesempatan untuk bertobat. Karenanya kita harus berusaha untuk memeriksa diri setiap hari, memperhadapkan diri setiap hari di hadapan Tuhan.

Card image
GOD'S FEELINGS MATTER - 07 Juli 2024 (English Version)
2024-07-07 09:22:39


True ministry must earnestly pull someone from the eternal fire. In reality, each of us should be aware that we are in a very dangerous situation. On one occasion, the Lord Jesus reminded the inhabitants of Jerusalem, "Oh, if only you knew what would bring you peace! But now it is hidden from your eyes." Forty years before Jerusalem was destroyed by General Titus in the year 70, Jesus had already prophesied this. Jesus also said, "How often I have longed to gather your children together, as a hen gathers her chicks under her wings, but you were not willing" (Matthew 23:37).

Terror and fear will strike when we stand before the judgment seat of God where we begin to realize that we are not worthy to be with a holy God; just then we will regret it. But the King firmly said, "Depart from Me, you who practice lawlessness." This might not refer to general moral evil but to not respecting the Lord properly, not considering whether our attitudes today are appropriate or worthy before Him. May the Holy Spirit touch us and give us a reverent fear of God while we still have the opportunity to repent.

Do not let us be in terror when we no longer have the chance to repent. Therefore, we must strive to examine ourselves daily, to face ourselves every day. Paul reminds us in Romans 8:12-13 that we are not debtors to live according to the flesh, but according to the spirit. We are indebted to cast off everything that God does not want. Our law is not a written law, "this is forbidden, that is permitted; this is allowed, that is not allowed," which can be covered and verified with verbal statements and sanctions. But our law is God Himself. Are we pleasing before God or not? The measure of our law is God's thoughts and feelings. That is why in 2 Corinthians 5:9-10, the Word of God says, "We make it our goal to please Him. For we must all appear before the judgment seat of Christ, so that each of us may receive what is due us for the things done while in the body, whether good or bad."

We have to take this matter seriously. Do not be satisfied with just being a good person who will not go to prison because there is no evidence of committing criminal or civil offenses, but we must see it from God's perspective, from His point of view; how He feels about us. Not many people truly question this. If we do not question it, it is dangerous. Our situation is terrifying. Because without realizing it, we are in the realm of the power of darkness that continually leads us into eternal darkness, meaning separation from God's presence forever. This is not meant to scare us or take away our peace. Honestly, the peace we have is fake when we do not consider God's feelings towards us.

Our peace is true, if we consider God's feelings; whether we please His heart or not. Only if we please His heart, we will have that peace. If this is not the measure, then we will become numb, lacking sensitivity to understand God's will. And if it continues, we will never be able to discern God's will. Praise the Lord! Today is the time. There might not be a second chance. We must think: now or never. Do not get used to delaying and feeling at peace with that delay, because it is a deception of the power of darkness. We must be serious. In the end, this is not a matter between us and the servant of God or the church. This is a matter between us and God.

This might be the last warning. So why are we not afraid of God? Why are we used to being careless as if living in a neutral no man's land, as if we exist by ourselves without anyone designing our presence? On the other hand, why do we give thanks every morning? So that we know ourselves, know how to be grateful. So that we realize there is a hand that sustains us. So that we know how to honor Him who weaves all the blessings we need. So that we remember, if it were not God who takes care of us, we would not be as we are today. No matter how difficult our situation is, remember that we are under God's control and monitoring. He is very good.

We must always be grateful. Not just adorning our lips and filling our prayers, but realizing that our existence is because of the goodness of the living hand of God. Only then do we say, "With what shall I repay Your kindness?" Do not forget ourselves. But even if we forget ourselves, go ahead. But we will bear the responsibility, reap what we sow. Everything has its reckoning. Therefore, do not delay. When we get used to delaying, in the end, we cancel it.

OUR PEACE IS TRUE, IF WE CONSIDER GOD'S FEELINGS; WHETHER WE PLEASE HIS HEART OR NOT.

Card image
MEMPERKARAKAN PERASAAN ALLAH - 07 Juli 2024
2024-07-07 09:20:59


Pelayanan yang benar harus serius menarik seseorang dari api kekal. Sejatinya, setiap kita mestinya sadar bahwa kita ada di dalam situasi yang sungguh sangat membahayakan. Pada suatu kesempatan, Tuhan Yesus mengingatkan penduduk Yerusalem, “Wahai, seandainya kamu tahu apa yang baik untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal ini tersembunyi di matamu.” 40 tahun sebelum Yerusalem dihancurkan Jenderal Titus pada tahun 70, Yesus sudah menubuatkan itu. Yesus pun berkata, “Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau” (Mat. 23:37).

Kegentaran dan ketakutan akan melanda ketika kita ada di hadapan takhta pengadilan Allah di mana kita mulai menyadari bahwa kita tidak layak bersama-sama dengan Allah yang kudus, di saat itu kita baru akan menyesal. Tetapi Raja itu tegas berkata, “Enyahlah dari hadapan-Ku, kamu yang melakukan kejahatan.” Maksudnya mungkin bukan kejahatan secara moral umum, tetapi kita tidak menghormati Tuhan secara pantas, tidak mempersoalkan apakah sikap hidup kita hari ini patut atau pantas di hadapan Tuhan atau tidak. Kiranya Roh Kudus menjamah kita, dan memberi kita kegentaran akan Allah; kegentaran di saat kita masih memiliki kesempatan untuk bertobat.

Jangan sampai kita berada pada kegentaran ketika kita tidak lagi memiliki kesempatan untuk bertobat. Karenanya kita harus berusaha untuk memeriksa diri setiap hari. Memperhadapkan diri setiap hari. Paulus mengingatkan kita dalam Roma 8:12-13 bahwa kita berutang bukan untuk hidup menurut daging, tapi menurut roh. Berutang untuk menanggalkan segala hal yang Tuhan tidak kehendaki. Hukum kita bukan hukum yang tertulis, “yang ini haram, yang ini halal; yang ini boleh, yang ini tidak boleh,” yang bisa di-cover dan diverifikasi dengan kalimat verbal dengan sanksi-sanksinya. Tapi, hukum kita itu Tuhan sendiri. Berkenan di hadapan Tuhan atau tidak? Hukum kita ukurannya adalah pikiran dan perasaan Allah. Itulah sebabnya di dalam 2 Korintus 5:9-10 firman Tuhan mengatakan, “Aku berusaha untuk berkenan di hadapan Allah. Karena setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik atau jahat.”

Kita harus serius memperkarakan ini. Jangan merasa puas hanya menjadi orang baik yang tidak akan masuk penjara karena tidak terbukti melakukan tindakan pidana atau hukum perdata, tetapi kita harus melihatnya dari perspektif Allah, dari kacamata Allah; apa yang Dia rasakan tentang kita. Tidak banyak orang yang sungguh-sungguh mempersoalkan hal ini. Jika kita tidak mempersoalkannya, bahaya. Mengerikan keadaan kita. Sebab tanpa kita sadari, kita ada di dalam lingkup kuasa kegelapan yang terus menggiring ke dalam kegelapan abadi, artinya terpisah dari hadirat Allah selama-lamanya. Hal ini bukan bermaksud menakut-nakuti, menghilangkan atau mengambil damai sejahtera kita. Sejujurnya, sejahtera yang kita miliki itu palsu, ketika kita tidak memperkarakan perasaan Allah terhadap diri kita.

Damai sejahtera kita benar, kalau kita memperkarakan perasaan Allah; apakah kita menyenangkan hati-Nya atau tidak. Hanya kalau kita menyenangkan hati-Nya, damai sejahtera itu kita miliki. Jika bukan ukuran tersebut, maka kita akan dibuat menjadi bebal, tidak memiliki kepekaan untuk mengerti kehendak Allah. Dan kalau berlarut-larut, selamanya kita tidak akan bisa membaca kehendak Tuhan. Puji Tuhan! Hari ini saatnya. Mungkin tidak akan ada kesempatan kedua. Kita harus berpikir: sekarang atau tidak usah sama sekali. Jangan biasakan menunda dan merasa damai sejahtera dengan penundaan itu, karena itu adalah tipuan kuasa kegelapan. Kita harus serius. Sebab pada akhirnya, ini bukan urusan kita dengan hamba Tuhan atau gereja. Ini urusan kita dengan Tuhan.

Ini mungkin tinggal satu sisa peringatan. Lalu mengapa kita tidak gentar akan Tuhan? Mengapa kita terbiasa dengan kecerobohan seakan-akan hidup di daerah netral tak bertuan, seakan-akan kita ada dengan sendirinya tanpa ada yang mendesain kehadiran kita? Di sisi lain, mengapa setiap pagi kita mengucap syukur? Supaya kita tahu diri, tahu berterima kasih. Supaya kita sadar ada tangan yang memelihara kita. Supaya kita tahu menghormati Dia yang merajut segala berkat yang kita butuhkan. Supaya kita ingat, jika bukan Tuhan yang memelihara kita, kita tidak seperti hari ini. Sesulit apa pun keadaan kita, sesukar apa pun keadaan kita, ingatlah kita ada dalam kontrol dan monitor Tuhan. Dia sangat baik.

Kita harus selalu bersyukur. Bukan menghiasi bibir dan memenuhi kalimat doa, melainkan kita menyadari bahwa keberadaan kita ini karena kebaikan tangan Allah yang hidup. Baru kemudian kita berkata, “Dengan apa kubalas kebaikan-Mu?” Jangan lupa diri. Tapi kalaupun kita lupa diri, silakan. Tapi kita akan memikul tanggung jawab, menuai apa yang kita tabur. Semua ada perhitungannya. Maka, jangan menunda. Ketika kita membiasakan diri menunda, maka pada akhirnya kita membatalkan.

Tuhan Yesus memberkati
????????????. ????????. ???????????????????????????? ????????????????????????????

DAMAI SEJAHTERA KITA BENAR, KALAU KITA MEMPERKARAKAN PERASAAN ALLAH; APAKAH KITA MENYENANGKAN HATI-NYA ATAU TIDAK.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 Juli 2024
2024-07-07 09:17:43

2 Raja-raja 15
2 Tawarikh 26

Card image
Truth Youth 06 Juli 2024 - NOT FOREVER
2024-07-06 11:21:16


”Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib daripada saudara.” (Amsal 18:24)

Amsal 18:24 ini menjelaskan mengenai dua sisi pertemanan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, teman yang bisa mendatangkan kecelakaan. Artinya, seseorang yang sebenarnya terlihat mendukung, tetapi tidak memberikan peringatan dalam melakukan segala sesuatu. Tidak memikirkan bagaimana dan apa yang harus kita lewati, atau mungkin memang sengaja membiarkan kesulitan terjadi. Hal ini biasanya terjadi karena ada ketidaksukaan dan ketidaknyamanan seseorang kepada kita, tanpa ada alasan yang jelas. Mungkin ini terjadi karena seseorang yang tidak menyukai kita dan menginginkan posisi kita. Itu bukan teman yang baik.

Kedua, sahabat yang lebih karib daripada saudara. Sebelum itu, kita harus menyadari satu hal bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Pasti semua orang pernah mengecewakan kita. Itulah kenapa jangan pernah berharap pada manusia, dan jangan pernah menuntut kesempurnaan dalam sebuah pertemanan.

Tetapi seseorang yang selalu ada untuk kita, berusaha melakukan dan memberikan yang terbaik meskipun hanya menemani kita, itu sudah cukup karena bukan tugas mereka untuk membuat kita bangkit dari masalah. Tugas mereka hanya memberikan saran dan menyemangati serta menemani kita dalam menghadapi segala sesuatu.

WHAT TO DO:
1.Tugas seorang teman adalah menyemangati. Tugas kita untuk bisa bangkit menghadapi segala sesuatu.
2.Tidak ada manusia yang sempurna, jadi jangan menuntut kesempurnaan.
3.Seseorang yang selalu ada dan menyemangati kita adalah teman yang baik

BIBLE MARATHON:
▪︎ Amsal 18-20

Card image
Renungan Pagi - 06 Juli 2024
2024-07-06 11:18:46


Orang yang selalu rindu untuk menjadi saksi Tuhan, di manapun dia berada, maka hidupnya pasti dipimpin oleh Roh Kudus. Sebab ketika Roh Kudus tinggal dalam hati, maka kita diberi kemampuan untuk menjadi saksi Kristus di manapun dia berada. "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."

Doanya pasti selalu: Tuhan jadikan aku saksi-Mu dimanapun saya berada, jadikan saya orang yang berani untuk menyampaikan firman Tuhan, jadikan saya orang yang berani menyatakan kehendak Tuhan dalam kehidupan setiap orang, sehingga kita akan terus berjalan semakin hari semakin punya hati yang takut akan Tuhan, semakin hari semakin menjadi saksi Tuhan yang luar biasa. Dan kesaksian yang hidup dan berkuasa ditunjukkan lewat perkataan dan perbuatan setiap hari.
(Kisah Para Rasul 1:8)

Card image
Quote Of The Day - 06 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-06 11:15:56


Kesetiaan yang sejati kepada Yesus dibuktikan ketika kita tidak merasa tidak memiliki apa-apa atau siapa-siapa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 06 Juli 2024 ((Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-06 11:14:38


Kalau kita bisa mengusir setan, mendoakan orang sakit, sembuh, jangan sombong. Sebab itu belumlah puncak kedewasaan. Tetapi ketika kita hidup suci, baru kita dapat berdiri kokoh; kita didewasakan.

Card image
CRUSHED TO BE FORMED - 06 Juli 2024 (English Version)
2024-07-06 11:12:56


We cannot dwell in God's presence, humble ourselves, and worship God if we have not truly been crushed and broken. Often we think we have been crushed, we think we have been broken, but we have not. As long as we still enjoy praise, feel that we have a position, which makes us respected, it means we have not been broken, we have not been shattered. And that is still pride in God's eyes. Remember, the Word of God says, "What is highly esteemed among men is detestable in God's sight." Indeed, we cannot prevent people from admiring us. But ideally, those who should first admire us are our close family, because they are the most honest in seeing our condition.

If our family members do not admire us, then something is wrong. It must be our family, and that is the hardest struggle. Because it is impossible for people not to admire us if we wear the character of the Father, the character of the Lord Jesus. But we do not seek that admiration, nor do we enjoy that admiration. Our happiness is when people admire us, and then glorify the Father in heaven or are directed to the Father in heaven. And that can happen in our lives if we are crushed and broken.

So if we truly have the Spirit of God, the character of God, Satan does not like us being admired by people which brings glory to God. Satan will try to destroy us in every possible way and through whatever loopholes he can use. But that is part of the 'crushing.' In the past, we were criticized because we were indeed blameworthy. In the past, we were belittled because we were still lowly, full of mistakes. But after we stop living in mistakes and live in holiness, it does not mean the criticism stops. Honestly, we strive to be good because we do not want to be criticized, because we want to be valued, and we make many efforts to be honorable, if possible to be admired by people and enjoying admiration or praise, that was in the past.

Now, the more we strive to live a holy life without blemish or without spot, the more we are attacked and assaulted. But this is actually an indicator that we are on the right side. So stay calm, because we are being crushed. If we have not been crushed yet, we are being beaten, then rubbed, ground, and heated; sometimes, because it is hard to crush us, we are heated first, then we are crushed. Just like an olive seed, which is hard. If it is not crushed, it is useless or of little use. It must be crushed to become medicine or multifunctional oil. Jesus was crushed on the Mount of Olives. However, Jesus' victory was indeed on the cross.

Honestly, most of us have not been crushed yet. If we still get offended, are unwilling to see others stronger or more honored, dislike not being respected or appreciated, it means we are not yet broken. So in living in society, we must be sensitive and intelligent. Therefore, we ask God to enlighten us, because if we are not yet broken, we cannot be in God's presence. This means we are still proud, and God opposes the proud. However, God the Father, in His greatness, accepts us when we are not yet mature; God tolerates us.

But if we are old and still hard-hearted, we might reach a point where we cannot be crushed anymore. So while we can still be crushed, let us ask God to crush us. Only if we are crushed can we be formed by God according to what He desires. Some of us have been crushed but are not fully broken. It's not that we haven't been crushed; we have been crushed, but we are not fully broken yet. The problem is, if we still remain uncrushed, we might be crushed by our own actions. For example, when someone embezzles money and gets caught—he is crushed. When he is proven to have committed adultery—that is being crushed.

So if we can cast out demons, pray for the sick and they are healed, we should not be proud. Because that is not the peak of maturity. But when we live a holy life, just then we can stand firm; we are matured. This is an expensive lesson. But we should not fall. In the remaining years of our lives, we should continue to be lifted up, bringing admiration and praise to God. So remember, we must be willing to be crushed by God and willing to be formed through that crushing.

ONLY IF WE ARE CRUSHED CAN WE BE FORMED BY GOD ACCORDING TO WHAT HE DESIRES.

Card image
DIREMUKKAN UNTUK DIBENTUK - 06 Juli 2024
2024-07-06 11:11:04


Saudaraku,.....
Kita tidak bisa tinggal di hadirat Allah, merendahkan diri, dan menyembah Allah jika kita belum benar-benar remuk, hancur. Sering kita merasa sudah remuk, kita merasa sudah hancur, padahal belum. Selama kita masih menikmati pujian merasa bahwa punya satu posisi, yang oleh karenanya kita menjadi terpandang berarti kita belum remuk, kita belum hancur. Dan itu di mata Tuhan masih merupakan kesombongan. Ingat firman Tuhan mengatakan, “Yang dikagumi manusia, itu dibenci Allah.” Memang, kita tidak bisa menolak orang mengagumi kita. Tapi mestinya yang pertama yang mengagumi kita haruslah keluarga dekat, sebab mereka paling jujur melihat keadaan kita.

Kalau sampai anggota keluarga kita tidak mengagumi kita berarti ada yang salah. Harus keluarga kita dan itu perjuangan paling berat. Sebab tidak mungkin orang tidak mengagumi kita kalau kita mengenakan karakter Bapa, sifat karakter Tuhan Yesus. Tapi kita tidak mencari kekaguman tersebut, dan tidak menikmati kekaguman tersebut. Kebahagiaan kita adalah ketika orang mengagumi kita, lalu memuliakan Bapa di surga atau diarahkan kepada Bapa di surga. Dan itu bisa terjadi dalam hidup kita kalau kita remuk, hancur.

Jadi kalau benar-benar kita memiliki Roh Allah, sifat karakter Allah, setan tidak suka kita dikagumi oleh manusia yang mendatangkan kemuliaan bagi Allah. Setan akan berusaha merusak kita dengan segala cara dan celah apa pun yang bisa dipakainya. Tapi itu bagian dari ‘peremukan.’ Dulu kita dicela karena memang kita tercela. Dulu kita direndahkan karena memang kita masih rendah, banyak kesalahan. Tetapi setelah kita tidak hidup dalam kesalahan, kita hidup dalam kesucian, bukan lalu berhenti dicela. Jujur saja kita berusaha jadi baik karena kita tidak mau dicela, karena kita mau berharga dan banyak upaya kita lakukan, supaya kita itu terhormat, kalau bisa dikagumi orang dan menikmati kekaguman atau pujian, itu dulu.

Sekarang semakin kita mau hidup kudus tak bercacat, tak bercela, kita malah diserang, diserbu. Tapi itu justru merupakan indikator bahwa kita berada di pihak yang benar. Jadi tenang saja, karena kita sedang diremukkan. Jadi kalau belum remuk, dipukuli lalu digosok-gosok, digerus, dipanasi kadang-kadang karena susah remuk dipanasi dulu lalu digilas. Sebagaimana biji zaitun itu keras. Kalau tidak diremukkan, tidak ada gunanya atau sedikit gunanya. Ia harus diremukkan sehingga bisa jadi obat, atau minyak yang multi guna. Yesus diremukkan di Bukit Zaitun. Tetapi, kemenangan Yesus itu memang di kayu salib.

Sejujurnya, rata-rata kita belum remuk. Kalau kita masih tersinggung, tidak rela orang lain lebih kuat atau lebih terhomat, tidak suka tidak dihormati atau tidak dihargai, itu berarti kita belum remuk. Maka dalam hidup di masyarakat, kita harus peka dan cerdas. Oleh sebab itu, kita mohon Tuhan memberi penerangan kepada kita, jika kita belum remuk, kita tidak bisa di hadirat Allah, Sebab berarti kita masih sombong dan Allah menentang orang sombong. Namun, Allah Bapa dalam kebesaran-Nya menerima kita ketika kita belum dewasa; Allah toleransi.

Tapi kalau sudah tua lalu masih keras, jangan-jangan kita sampai tidak bisa diremukkan lagi. Jadi mumpung masih bisa diremukkan, kita minta agar Tuhan remukkan. Hanya kalau kita diremukkan, kita baru bisa dibentuk oleh Tuhan sesuai dengan apa yang Allah ingini. Sebagian kita sudah diremukkan, tapi tidak remuk-remuk. Bukan belum diremukkan, sudah diremukkan, namun belum remuk-remuk. Masalahnya, kalau tetap tidak remuk, kita bisa diremukkan oleh perbuatan kita sendiri. Misalnya, ketika seseorang menggelapkan uang lalu ketahuan — remuk dia. Waktu dia terbukti berzina, itu diremukkan.

Jadi kalau kita bisa mengusir setan, mendoakan orang sakit, sembuh, jangan sombong. Sebab itu belumlah puncak kedewasaan. Tapi ketika kita hidup suci, baru kita dapat berdiri kokoh; kita didewasakan. Ini merupakan pembelajaran yang mahal. Tapi seharusnya kita tidak jatuh. Di sisa umur hidup kita, kita terus diangkat, mendatangkan kekaguman dan pujian bagi Allah. Jadi ingat, kita harus bersedia diremukkan Allah dan mau dibentuk melalui peremukan tersebut.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 Juli 2024
2024-07-06 11:08:59

Yunus 1-4

Card image
Truth Kids 05 Juli 2024 - BERSABAR DENGAN PENUH KETEKUNAN
2024-07-05 16:00:55


Kisah Para Rasul 26:3
”terutama karena engkau tahu benar-benar adat istiadat dan persoalan orang Yahudi. Sebab itu aku minta kepadamu, supaya engkau mendengarkan aku dengan sabar.”

Sobat Kids, pernahkah kamu tidak mengerti ketika belajar firman Tuhan? Tenang, kamu tidak sendirian, banyak juga orang-orang yang belum mengerti maksud Tuhan ketika belajar firman-Nya. Jangan kecil hati, ya. Yang kita perlu lakukan adalah tetap tekun belajar firman Tuhan dengan sabar. Roh Kudus pasti akan menuntun kita untuk mengerti.

Ketika kita sudah mengerti tentang firman Tuhan, kita dapat mengajarkannya kepada orang lain. Tentu saja kita harus sabar saat mengajarkan firman Tuhan kepada orang lain. Ingat, bahwa Tuhan mengajar kita melalui Roh Kudus, tidak dengan paksaan dan tuntutan. Tuhan mengajar dan menuntun kita dengan penuh kesabaran dan kasih sehingga kita pun harus berlaku demikian juga terhadap orang lain.

Saat kita menemukan halangan ketika mengajarkan firman Tuhan kepada orang lain, ingat juga bahwa kita tidak bisa hanya dengan sekali belajar firman. Kita harus dengan tekun, berulang-ulang dalam mempelajari firman Tuhan sampai kita mengerti maksud Tuhan dalam firman tersebut.

Card image
Truth Junior 05 Juli 2024 - SABAR, SABAR, SABAR
2024-07-05 15:59:35


Kisah Para Rasul 26:3
”terutama karena engkau tahu benar-benar adat istiadat dan persoalan orang Yahudi. Sebab itu aku minta kepadamu, supaya engkau mendengarkan aku dengan sabar.”

Shalom, Sobat Junior! Siapa hayooo yang kurang sabar? Kita harus belajar sabar, ya, Sobat Junior, seperti teladan kita, Tuhan Yesus, yang selalu sabar menghadapi kita. Mari kita belajar dari teman kita Anto yang duduk di kelas 5 SD.

Anto kadang kesulitan dalam belajar matematika. Akibatnya, Anto sering mendapat nilai yang kurang bagus. Tetapi, Anto tetap berusaha agar dapat mengerti dan lebih sering membuat latihan di rumah.

Ada kalanya Anto merasa putus asa. Sudah capek belajar, tetapi nilainya masih kurang bagus. Anto tidak lupa juga untuk selalu berdoa kepada Tuhan supaya Tuhan menolong Anto dapat lebih memahami pelajaran matematika di sekolah. Anto tidak hanya berdoa, tapi Anto juga tetap berusaha belajar, tidak banyak bermain.

Suatu ketika saatnya tes matematika kembali diadakan, Anto merasa kuatir dan takut mendapat hasil yang kurang baik, tetapi Anto tetap sabar dan tenang pada saat mengerjakan soal-soal yang diberikan. Sebelum mengerjakan soal-soal, Anto selalu berdoa terlebih dahulu minta hikmat dari Tuhan supaya dapat mengerjakan dengan teliti, dan sabar dalam mengerjakan, tidak terburu-buru, serta dapat dikumpulkan tepat waktu.

Setelah beberapa hari berlalu, ibu guru memberikan hasil dari tes matematika yang telah dikerjakan. Anto kembali merasakan dadanya berdegup kencang. “Apakah saya akan mendapat hasil yang baik?” Anto bertanya-tanya dalam hatinya sambil tetap berdoa. Dan ternyata, setelah ibu guru memberikan hasilnya, Anto mendapat nilai yang bagus. Anto sangat senang sekali. Ia merasakan buah dari kesabarannya pada saat belajar sehari-hari untuk pelajaran matematika. Anto juga bersyukur kalau Tuhan menyertai dan memberkati usahanya dalam belajar. Sobat Junior juga harus belajar seperti Anto, ya, sabar dalam belajar. Pasti kesabaran kita menghasilkan sesuatu yang baik.

Card image
Truth Youth 05 Juli 2024 (English Version) - STUDY, WORK, PRAY, REPEAT
2024-07-05 15:57:17


"Walk with the wise and become wise, for a companion of fools suffers harm." (Proverbs 13:20)

Environment is a key factor in personal development. As discussed two days ago, we should not be foolish or too innocent. The following day, we learned not to beg for things in that environment. So, what should we actually do in such an environment?

In the book of Proverbs written by Solomon, it is said that when a person truly lives under God's guidance, they are still human and capable of mistakes. They themselves learn to choose an environment that supports them, as in Proverbs 13:20.

This verse shows that the environment greatly impacts a person. If they are in an environment that encourages positive personal activities, it will shape a good character. Conversely, if someone is in an environment of activities that harm them physically, mentally, and spiritually, they will not grow. Consequently, this will shape an unhealthy or even damaged character.

If a person is dominated by a damaged character and refuses to let go of these normalized behaviors in their environment, it will eventually shape individuals who are not beneficial to themselves or society around them.

WHAT TO DO:
1. A good environment creates a good character.
2. Someone with a good character can positively impact those around them.
3. Avoid being too innocent and never begging—these are signs of a good environment.

BIBLE MARATHON
- Proverbs 15-17

Card image
Truth Youth 05 Juli 2024 - STUDY, WORK, PRAY, REPEAT
2024-07-05 15:55:17


”Siapa yang bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa yang berteman dengan orang bebal menjadi malang.” (Amsal 13:20)

Lingkungan menjadi poin utama seseorang mengalami perkembangan dalam peningkatan diri. Seperti dua hari yang lalu dibahas tentang hendaknya kita jangan bodoh atau terlalu polos. Kemudian hari berikutnya, tidak memohon untuk melakukan sesuatu dalam lingkungan tersebut. Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan dalam lingkungan itu?

Di dalam kitab Amsal yang ditulis oleh Salomo, bisa dikatakan kalau seseorang benar-benar hidup dalam tuntunan Tuhan, ia juga tetap manusia yang masih bisa melakukan kesalahan. Ia sendiri belajar menentukan lingkungan yang bisa mendukung dirinya, seperti dalam Amsal 13:20.

Ayat ini sebenarnya menunjukkan bahwa lingkungan akan memiliki dampak yang besar untuk pribadi seseorang. Jika ia berada di lingkungan yang bisa membuat dirinya dalam lingkaran kegiatan yang baik secara personal, ini akan membentuk sebuah pribadi yang baik. Begitu juga sebaliknya, seseorang yang hanya berada dalam lingkaran kegiatan aktivitas yang merusak fisik, psikis, dan roh, tidak bertumbuh. Maka, secara otomatis hal ini akan membentuk pribadi yang tidak baik atau bahkan rusak.

Bila lebih didominasi pribadi yang rusak dan kebebalan hati tidak ingin dibentuk kemudian “menormalisasi” hal tersebut dalam lingkungan sekitarnya, akhirnya akan membentuk manusia-manusia yang tidak bisa bermanfaat baik untuk dirinya sendiri, maupun masyarakat di sekitarnya.

WHAT TO DO:
1.Lingkungan yang baik menciptakan pribadi yang baik
2.Seseorang yang pribadinya baik, bisa berdampak untuk sekitarnya.
3.Tidak terlalu polos dan tidak pernah memohon, ciri lingkungan yang baik

BIBLE MARATHON:
▪︎ Amsal 15-17

Card image
Renungan Pagi - 05 Juli 2024
2024-07-05 12:52:20


Apapun yang kita kerjakan haruslah dengan rela hati, bukan dengan sungut-sungut, bukan berbantah-bantahan, melainkan dengan rela hati. Orang yang hatinya penuh dengan kerelaan, hidupnya penuh dengan ucapan syukur, penuh dengan sukacita dan akan melihat penyertaan Tuhan dalam hidupnya.

"Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan." Untuk itu mari kita mau mengerjakan tugas dan tanggung jawab dengan hati yang mengasihi Tuhan, sehingga kita tidak akan bersungut-sungut.
(Filipi 2:14).

Card image
Quote Of The Day - 05 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-05 12:50:39


Dia tidak bisa dibahagiakan atau disukakan oleh apa pun kecuali oleh satu ini, yaitu menciptakan makhluk yang disebut manusia di mana manusia dengan rela dari kehendak bebasnya melakukan segala sesuatu sesuai dengan pikiran dan perasaan-Nya, untuk menyenangkan Dia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 05 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-05 12:49:14


Semua harus sadar bahwa kita adalah orang-orang yang masuk masa penampian. Ada guncangan, sehingga kalau kita teguh berdiri, kita akan bertahan.

Card image
GOD'S ASSESSMENT - 05 Juli 2024 (English Version)
2024-07-05 12:44:26


We must earnestly strive to be part of the remnant, which means being found by God in these last days as children of God who are pleasing to Him. In Luke 18:8, Jesus says, "When the Son of Man comes, will He find faith on the earth?" This implies that the steps to become a person who is pleasing to God are almost non-existent. At the same time, this statement is a warning containing a threat about how vulnerable the world of the end times is to the Christian faith. It’s like walking in mud; the mud gets thicker. It’s like walking in a storm; the storm blows harder. So, very few people will remain steadfast until the end.

From the past, we have heard that we, as Christians, are brought to a time of harvest. That is true; there is a time of harvest where, like wheat, we are harvested, but the time of harvest will stop. The time of harvest will not continue; the harvest period will be replaced by a winnowing period. And now, we are entering the time of sifting. Therefore, one cannot just want to be lukewarm; they must choose: to be hot or cold. Viewed from one aspect, it means that you want to be serious, be serious. If not, then do not, because we cannot serve two masters. We all must realize that we are entering the winnowing period. There are shocks, so if we stand firm, we will endure. We are not only chosen people, but we also become people who are faithful and victorious.

Especially for the servants of God, the shaking is getting stronger and will become even stronger. Especially for those servants of God who are committed to living a holy life, serving earnestly, because that means a threat to the powers of darkness. We will be monitored, followed, our shortcomings and weaknesses seen, and shaken. Even Jesus’ disciples were shaken. Judas was shaken and fell, Peter was also shaken. Jesus said, "Peter, Satan is ready to winnow you. And when you have turned back, have overcome, then strengthen your brothers." So, don't feel like we are not in this winnowing period.

Beyond our natural knowledge and thoughts, we may not understand how the powers of darkness are moving to draw us through many things. The powers of darkness are trying to draw us all. Look at those who are now living lukewarm lives, feeling comfortable, even though the signs of the times are clear. How tragic this life is and will be followed by many things that serve as warnings. It’s as if there’s a voice saying, "The Bridegroom is coming! The Bridegroom is coming! Meet Him!" Let us not be like the five foolish virgins who did not have oil supplies. Fulfill our duties as parents to our children. Fulfill our duties as children to our parents. Fulfill our duties as part of this nation’s society. But above all, prepare ourselves to become the bride, referred to as a pure virgin in 2 Corinthians 11:2-3 I am jealous for you with a godly jealousy. I promised you to one husband, to Christ, so that I might present you as a pure virgin to him. But I am afraid that just as Eve was deceived by the serpent’s cunning, your minds may somehow be led astray from your sincere and pure devotion to Christ.

A pure virgin means someone who is untainted by worldly love and sin. And we can question God, "Lord, I have tried to live a holy life, what is still wrong? Lord, I have tried to let go of all worldly pleasures and ties. Is there anything still binding my heart that makes You uncomfortable?" Take matters with God because we want to be serious. God is pleased with children of God who are serious about dealing with Him. Do not stay silent, do not just go with the flow, and then we lack seriousness with God so that when we are shaken, we will be thrown away. Tell God that we do not want to commit the slightest sin, no matter how subtle it is. Because we do not want to hurt and wound God's heart.

Do not feel great because we are church leaders, leaders of Christian organizations, or school leaders. We must bring ourselves before God and really hear what God feels about us, understanding God's assessment of us before our time is up. This does not mean we forget our responsibilities as fathers, husbands, wives, parents, children. Fulfill responsibilities, then seek God earnestly. We must chase, pursue God to find His heart and feelings. We must continue to pursue God until we enter the depths of God's heart and feelings. We understand what His assessment of us is. What does God feel about us, until we really feel trepidation towards God.

In essence, we want to be perfect, found blameless, without fault. Meet God, experience God, and let God touch our lives. More than enjoying being active in church, preaching, being a church leader, and so on, let’s have fellowship with God, walking with God is very beautiful, it builds holiness. Let’s truly live only for God, “Whether you eat or drink or whatever you do, do it all for the glory of God.”

WE MUST BRING OURSELVES BEFORE GOD AND REALLY HEAR WHAT GOD FEELS ABOUT US, UNDERSTANDING GOD'S ASSESSMENT OF US BEFORE OUR TIME IS UP.

Card image
PENILAIAN TUHAN - 05 Juli 2024
2024-07-05 12:36:18


Kita harus sungguh-sungguh memperjuangkan agar kita menjadi bagian dari umat yang disisakan, artinya umat yang di akhir zaman ini dijumpai oleh Allah, ditemukan oleh Bapa sebagai anak-anak Allah yang berkenan kepada-Nya. Dalam Lukas 18:8, Yesus berkata, "Jika Anak Manusia datang di bumi, apakah Ia mendapati iman di bumi?" Ini berarti, langkah orang menjadi manusia yang berkenan di hadapan Allah merupakan langkah yang hampir-hampir tidak ada. Sekaligus ucapan ini merupakan peringatan yang memuat ancaman bahwa betapa rawannya dunia akhir zaman ini terhadap iman Kristen. Ibarat orang berjalan di lumpur, lumpurnya makin pekat. Ibarat berjalan dalam badai, tiupan badainya lebih keras. Jadi, sedikit sekali orang yang akan tetap bertahan sampai akhir.

Dari dulu kita mendengar bahwa kita, orang Kristen, dibawa pada masa penuaian. Itu benar, ada masa penuaian di mana seperti gandum dituai, tetapi masa penuaian akan berhenti. Masa penuaian tidak akan berlanjut; masa penuaian akan diganti dengan masa penampian. Dan kita sekarang sedang memasuki masa penampian. Maka, orang tidak bisa hanya mau hangat, dia harus memilih: mau panas atau dingin. Dilihat dari satu aspek, artinya mau sungguh- sungguh, sungguh-sungguhlah. Kalau tidak, silakan tidak, karena kita tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Kita semua harus sadar bahwa kita adalah orang-orang yang masuk masa penampian. Ada guncangan, sehingga kalau kita teguh berdiri, kita akan bertahan. Kita termasuk bukan hanya sebagai orang yang terpilih, tapi kita juga menjadi orang yang setia dan yang menang.

Khususnya bagi para hamba Tuhan, guncangan semakin keras dan akan bertambah keras. Apalagi hamba Tuhan yang punya komitmen untuk hidup suci, melayani dengan sungguh-sungguh, sebab itu berarti ancaman bagi kuasa kegelapan. Kita akan dimonitor, diikuti, dilihat kekurangan dan kelemahan kita, dan diguncang. Murid-murid Yesus pun diguncang. Yudas diguncang dan jatuh, Petrus juga diguncang. Yesus berkata, "Petrus, Iblis siap menampi kamu. Kalau kamu sudah kuat, sudah menang, maka kuatkan saudara-saudaramu." Jadi, jangan merasa kita tidak ada dalam masa penampian ini.

Di luar pengetahuan dan pikiran kita yang wajar, kita bisa tidak menangkap bagaimana gerakan kuasa kegelapan menarik kita melalui banyak hal. Kuasa kegelapan berusaha menarik kita semua. Lihat orang-orang yang sekarang hidupnya suam-suam, merasa nyaman, padahal tanda-tanda zaman sudah jelas. Betapa tragisnya hidup ini dan akan disusul dengan banyak hal yang merupakan peringatan. Seakan-akan ada suara, "Mempelai datang! Mempelai datang! Songsonglah!" Jangan kita seperti lima gadis bodoh yang tidak memiliki persediaan minyak. Penuhi kewajiban kita sebagai orang tua terhadap anak-anak. Penuhi kewajiban kita sebagai anak-anak kepada orang tua. Penuhi kewajiban kita sebagai bagian dari masyarakat bangsa ini. Tapi di atas semuanya, persiapkan diri kita menjadi mempelai yang di dalam 2 Korintus 11:2-3 diistilahkan sebagai perawan suci.

Perawan suci artinya orang yang tidak ternoda oleh percintaan dunia dan dosa. Dan kita bisa berperkara dengan Tuhan, "Tuhan, aku sudah berusaha untuk hidup suci, apa yang masih salah? Tuhan, aku sudah berusaha untuk melepaskan semua kesenangan dunia dan ikatan dunia. Masih adakah yang membelenggu hatiku yang membuat Engkau tidak nyaman?" Perkarakan dengan Tuhan karena kita mau serius. Tuhan senang dengan anak-anak Allah yang serius berurusan dengan Dia. Jangan diam, jangan mengalir saja, lalu kita tidak memiliki keseriusan dengan Tuhan sehingga ketika kita diguncang, kita akan terlempar. Katakan kepada Tuhan bahwa kita tidak mau berbuat dosa sekecil apa pun, sehalus apa pun dosa itu. Karena kita tidak mau menyakiti, melukai hati Tuhan.

Jangan merasa sudah hebat karena kita adalah seorang pemimpin gereja, pemimpin organisasi Kristen, pemimpin sekolah. Kita harus membawa diri di hadapan Tuhan dan sungguh-sungguh mendengar apa yang Tuhan rasakan tentang diri kita, menangkap apa penilaian Allah terhadap kita sebelum waktu kita usai. Ini bukan berarti kita melupakan tanggung jawab sebagai ayah, suami, istri, orang tua, anak. Penuhi tanggung jawab, lalu carilah Tuhan dengan sungguh-sungguh. Kita harus memburu, mengejar Tuhan untuk menemukan hati dan perasaan-Nya. Kita harus terus memburu Tuhan sampai kita masuk kedalaman hati dan perasaan Tuhan. Kita mengerti apa penilaian-Nya terhadap kita. Apa yang dirasakan Tuhan terhadap kita, sampai kita benar-benar merasakan kegentaran terhadap Allah.

Pokoknya kita mau sempurna, didapati tak bercacat, tak bercela. Temui Tuhan, alami Tuhan, dan biar Tuhan menjamah hidup kita. Lebih dari kesukaan aktif di gereja, berkhotbah, menjadi pemimpin gereja, dan lain-lain, mari kita bersekutu dengan Tuhan, berjalan dengan Tuhan itu indah sekali, membangun kesucian. Ayo kita sungguh-sungguh hidup hanya untuk Tuhan, “Baik kamu makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah.”

Tuhan Yesus memberkati
????????????. ????????. ???????????????????????????? ????????????????????????????

KITA HARUS MEMBAWA DIRI DI HADAPAN TUHAN DAN SUNGGUH-SUNGGUH MENDENGAR APA YANG TUHAN RASAKAN TENTANG DIRI KITA, MENANGKAP APA PENILAIAN ALLAH TERHADAP KITA SEBELUM WAKTU KITA USAI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 05 Juli 2024
2024-07-05 12:33:53

2 Raja-raja 14
2 Tawarikh 25

Card image
Truth Kids 04 Juli 2024 - SABAR DENGAN HATI YANG GEMBIRA
2024-07-04 18:29:52


Amsal 10:28
”Harapan orang benar akan menjadi sukacita, tetapi harapan orang fasik menjadi sia-sia.”

Sobat Kids, pernahkah kalian lama menunggu dijemput saat pulang sekolah? Jika pernah, bisakah kalian membayangkan apa bedanya jika kalian menunggu dengan hati yang kesal, dan menunggu dengan hati yang gembira? Jika kita menunggu dengan kesal, pasti yang keluar dari mulut kita adalah sungut-sungut, keluh kesah, dan waktu seperti lama sekali berlalu. Namun, jika kita menunggu dengan hati yang gembira, pasti hati kita damai, ada senyuman di wajah kita, dan waktu menunggu tidak akan terasa begitu lama.

Walau sepertinya sikap hati kita sepele, tetapi ternyata sangat penting, ya, Sobat Kids. Suasana hati kita dapat memengaruhi banyak hal. Untuk itu, selain belajar untuk sabar, kita harus memperhatikan sikap hati kita, ya, Sobat Kids. Jangan sampai mengaku kita sabar, tapi hati kita bersungut-sungut dan mengeluh. Hal ini akan membuat kesabaran kita menjadi sia-sia. Karena Tuhan juga melihat dan menilai hati kita, apakah kita benar-benar sabar menunggu Allah dengan hati yang penuh dengan sukacita.

Card image
Truth Junior 04 Juli 2024 - ORANG BAIK ADALAH ORANG YANG SABAR
2024-07-04 18:23:54


Amsal 10:28
”Harapan orang benar akan menjadi sukacita, tetapi harapan orang fasik menjadi sia-sia.”

Sobat Junior, Alkitab mengajarkan kita bahwa orang baik akan merasa sangat bahagia karena harapan akan terkabulkan, tetapi harapan orang yang tidak baik menjadi sia-sia. Orang yang baik adalah orang yang meniru perbuatan Tuhan Yesus dengan cara bersabar menunggu jawaban doa. Misalnya, ketika kita berdoa dan berharap mendapatkan nilai yang bagus di ujian. Tentu saja kita juga harus belajar dengan giat sehingga nilai yang kita harapkan bisa sempurna. Tiba saatnya ujian, kita tidak lagi takut karena kita sudah belajar dan bisa mengerjakan ujian itu. Saat menunggu nilai keluar, kita harus tetap berdoa dan jangan putus asa.

Sobat Junior, orang yang sabar juga orang yang baik, loh. Karena saat kita menunggu keinginan kita dikabulkan oleh Tuhan, menunjukkan bahwa kita orang yang sabar. Contoh lainnya ketika kita ulang tahun, kita berharap mendapatkan hadiah yang menarik. Tetapi, selama menunggu hadiah, kita tetap harus berbuat baik dan bersabar. Orang yang baik akan selalu tahu bahwa Tuhan punya rencana yang terbaik untuknya.

Jadi, Sobat Junior, ayo kita menjadi orang yang baik kepada orang lain dan selalu bersabar. Ayo, berdoa dan berharap dengan penuh keyakinan kepada Tuhan. Tetap bersabar, ya, dan tetap bersukacita saat menunggu jawaban dari Tuhan. Percayalah, harapan yang kita doakan akan membawa kita kepada kebahagiaan seperti yang Tuhan janjikan. Tetap berbuat baik, ya, dan selalu percaya kepada Tuhan.

Card image
Truth Youth 04 Juli 2024 (English Version) - DO NOT BEG
2024-07-04 18:18:53


"Obey them not only to win their favor when their eye is on you, but as slaves of Christ, doing the will of God from your heart." (Ephesians 6:6)

Accepted or rejected; thrown away or kept; kicked or embraced, all are human actions that can be chosen and determined. So, what should we do? It's better not to beg and leave everything.

In what situations should we avoid begging? Don't beg someone to stay in our lives; don't beg for a job that isn't meant for us; don't beg to fulfill our desires, because these things take time and understanding.

If we are rejected, let it be, and reflect on what we have done. Sometimes we are rejected by someone or excluded from the community or society we live in, not because of our faults, but because God intends for us to grow and become stronger. It's okay to be sad, but don't dwell on it. Learn to improve yourself.

Believe me, solitude is not something terrifying. We can create happiness that will impact those around us, preparing us to enter new environments. It's not our job to make everyone happy, but to do what God wants and bring a smile to His face.

WHAT TO DO:
1. Never beg to please others.
2. Rejection means reflecting on our actions.
3. It's not our obligation to make everyone happy.

BIBLE MARATHON:
- Proverbs 12-14

Card image
Truth Youth 04 Juli 2024 - JANGAN MEMOHON
2024-07-04 18:16:17


”Jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah.” (Efesus 6:6)
Diterima atau ditolak; dibuang atau disimpan; ditendang atau dipeluk, semua itu adalah tindakan manusia yang dapat dipilih dan ditentukan. Lalu, apa yang perlu kita lakukan? Lebih baik tidak memohon dan meninggalkan semuanya.

Dalam hal apa kita sebaiknya tidak memohon? Jangan memohon kepada seseorang untuk tetap ada di dalam hidup kita; jangan memohon untuk meminta sebuah pekerjaan yang memang tidak diberikan kepada kita; jangan memohon untuk mendapatkan keinginan kita, karena semua itu perlu waktu dan pengertian.

Kalau kita ditolak, biarkan, belajar refleksi diri atas apa yang telah kita lakukan. Karena, terkadang kita ditolak oleh seseorang, ditendang dari lingkungan atau masyarakat di mana kita hidup, bukan karena kesalahan kita, tetapi ada maksud Tuhan yang menginginkan kita untuk bertumbuh dan bertambah kuat. Sedih boleh, tetapi jangan berlarut-larut. Belajarlah untuk bisa meningkatkan diri.

Percayalah, kesendirian bukan sesuatu yang menyeramkan. Kita bisa menciptakan sebuah kebahagiaan yang nantinya berdampak bagi orang-orang sekitar kita, juga ini dapat menyiapkan kita masuk ke dalam lingkungan yang baru. Bukan tugas kita untuk membahagiakan semua orang, melainkan melakukan sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan dan membuat Ia tersenyum.

WHAT TO DO:
1.Jangan pernah memohon untuk menyenangkan hati orang lain
2.Penolakan artinya belajar merefleksi diri atas tindakan yang kita lakukan

3.Bukan kepentingan kita untuk membahagiakan semua orang

BIBLE MARATHON:
▪︎ Amsal 12-14

Card image
Renungan Pagi - 04 Juli 2024
2024-07-04 18:11:18


Dalam kehidupan sebagai orang percaya di dunia ini kita boleh saja pandai bicara tentang Tuhan, bersaksi tentang mukjizat Tuhan yang kita alami. Tetapi kalau tidak hidup jujur, maka suatu saat justru nama Yesus yang akan dipermalukan oleh karena kebohongan dan kemunafikan. Bahkan firman Tuhan menyamakan orang yang tidak jujur itu dengan orang yang sesat; "karena orang yang sesat adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat."

"Siapa berjalan dengan jujur, takut akan TUHAN, tetapi orang yang sesat jalannya, menghina Dia." Itulah sebabnya, kita harus berhati-hati terhadap hal kebohongan dan kemunafikan karena jika itu nanti menjadi satu kebiasaan, maka kita tidak lagi hidup bergaul erat dengan Tuhan, sebab Tuhan hanya mau bergaul erat dengan orang yang jujur.

Suatu saat jika orang tahu kita hidup dalam kebohongan dan kemunafikan, maka akan diremehkan, direndahkan dan dilecehkan orang dan nama Tuhan dipermalukan. Tetapi kalau hidup dengan kejujuran, maka hidup kita pasti akan menjadi kesaksian bagi banyak orang dan nama Tuhan dipermuliakan.
(Amsal 3:32; Amsal 14:2)

Card image
Quote Of The Day - 04 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-04 18:08:21


Temukan tujuan dari proses yang Tuhan gelar untuk kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 04 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-04 18:05:00


Allah menghendaki dan mendesain kita untuk menjadi orang-orang yang berguna bagi sesama, mengasihi dan menopang sesama, menjadi berkat bagi orang lain, menjadi saluran berkat Tuhan.

Card image
FIGHT PROBLEMS WITH HOLINESS - 04 Juli 2024
2024-07-04 18:03:11


God surely tests every person to see who is truly serious about dealing with Him or how serious we are in dealing with Him. Those who are serious about dealing with God will not be put to shame, will not always live under pressure, oppressed by problems, and become useless to others, let alone becoming a burden to others. God does not design us to be trash. God does not want and design us to be useless people. However, God wants and designs us to be useful to others, to love and support others, to be a blessing to others, to be channels of God's blessing.

Indeed, for a while, sometimes or even often, God brings us to a point where we are at our lowest, oppressed by various problems, unable to do anything for others — but this will not last forever. If we are in such a condition, we are actually being educated and trained by God to become humble people, to seriously think about others, even when we are still in a down state. In our low state, we continue to learn to pay attention to others. And surely God will give us the opportunity to do something for others, even when we are in a really low state. This is extraordinary.

Many people do not realize that they are cruel, selfish, and self-centered. When they have a lot of money and material abundance, what happens is; they actually seek self-satisfaction, they will oppress others with the power they have, the power of money, the power of relationships with officials — they become arrogant, proud, and troublesome to others. God prevents people He loves from falling into such circumstances or sins, so God brings people like this to the lowest state.

So if in a low state, someone does not want to change, does not seek God earnestly, God can let them remain in a prolonged low state. Or if someday they are not in a low state due to economic strength, with a lot of money — then they will be lost and unable to return to God. Therefore, for those of you who are currently struggling in difficult conditions let's earnestly seek God. As you often hear; confront your problems with purity, confront your problems with holiness. Be serious about dealing with God by being careful with every word we speak, every decision, choice, and action we take, and consider whether it pleases God or not. Think about whether what we decide and choose pleases God or not.

If we do this, God sees that we are serious about Him, then God will teach us to become gentle, humble, caring, and helpful people. If we are blessed materially and have connections with officials, we will not become arrogant, we will not oppress others, we will not trouble others. God trains us not to seek honor, God teaches us not to enjoy praise, let alone seek admiration from humans. God teaches us to have the mind and feelings of God. When we are in a low state, God teaches us to have the mind and feelings of God so that one day when we become strong, we can support others because we have experienced those low states.

Therefore, for those of us who are currently in a low state, this is the time when we receive God's discipline. Do not be angry, do not complain, but instead, we must earnestly seek God. God is everything in our lives. Learn to live in holiness and purity. Fight our life's problems with holiness and purity, and surely we will be able to get through it all. God is Almighty, Great, Glorious, Majestic, and all power is in God's hands — do not doubt God. One sentence we must hold onto today: be serious about dealing with God by living in holiness. And holiness means every action must be precise, exact, as God desires.

FIGHT OUR LIFE'S PROBLEMS WITH HOLINESS AND PURITY, AND SURELY WE WILL BE ABLE TO GET THROUGH IT ALL.

Card image
MELAWAN MASALAH DENGAN KESUCIAN - 04 Juli 2024
2024-07-04 17:57:40


Allah pasti menguji setiap insan, siapa yang benar-benar serius berurusan dengan Dia atau seberapa serius kita berurusan dengan Dia. Orang yang serius berurusan dengan Allah, tidak mungkin dipermalukan, tidak mungkin hidupnya terus ada di bawah, ditindas, ditekan oleh masalah, sampai menjadi orang yang tidak berguna bagi orang lain, apalagi menjadi orang yang menyusahkan orang lain. Allah tidak mendesain kita menjadi sampah. Allah tidak menghendaki dan mendesain kita menjadi orang yang tidak berguna. Namun, Allah menghendaki dan mendesain kita untuk menjadi orang-orang yang berguna bagi sesama, mengasihi dan menopang sesama, menjadi berkat bagi orang lain, menjadi saluran berkat Tuhan.

Memang untuk sementara waktu, kadang-kadang atau bahkan sering, Tuhan membawa kita kepada keadaan di mana kita ada di titik terendah, kita ditindas oleh berbagai masalah, kita tidak bisa berbuat apa-apa bagi orang lain — tetapi itu tidak akan berkepanjangan terus menerus. Kalau kita berkeadaan seperti itu, sebenarnya kita sedang dididik, dilatih oleh Allah untuk menjadi orang yang rendah hati, yang serius memikirkan orang lain, walaupun kita masih dalam keadaan terpuruk. Dalam keadaan terpuruk, kita tetap belajar bisa memperhatikan orang lain. Tuhan pasti akan memberi kita kesempatan berbuat sesuatu bagi orang lain, walaupun kita dalam keadaan yang benar-benar terpuruk. Ini luar biasa.

Tuhan mau kita belajar memperhatikan orang lain. Supaya suatu saat ketika keadaan kita baik, kita lebih banyak berbuat bagi orang lain. Banyak orang tidak tahu kalau dirinya itu kejam, egois, atau mau menang sendiri. Kalau ia punya uang banyak, materi berlimpah, maka yang terjadi adalah dia mencari kepuasan sendiri, dia akan menekan orang lain dengan kekuatan yang dia miliki—kekuatan uang, relasi dengan pejabat—dia menjadi sombong, angkuh dan menyusahkan orang. Tuhan menghindarkan orang yang dikasihi-Nya jatuh dalam keadaan seperti itu atau dosa seperti itu, maka Tuhan membawa orang-orang seperti ini dalam keadaan terpuruk.

Jadi kalau dalam keadaan terpuruk, seseorang tidak mau berubah, tidak mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, Tuhan bisa membiarkan berkepanjangan terpuruk. Atau seandainya suatu hari dia tidak terpuruk dengan kekuatan ekonomi, dengan uang banyak, maka dia terhilang dan tidak bisa kembali kepada Tuhan. Jadi bagi kita yang sekarang ini terpuruk, dalam kondisi yang sulit, mari kita mencari Tuhan sungguh-sungguh. Jadikan ini prinsip hidup kita: lawan masalah hidup dengan kesucian, lawan masalahmu dengan kekudusan. Seriuslah berurusan dengan Tuhan, dengan cara berhati-hati di setiap kata yang kita ucapkan, setiap keputusan, pilihan, dan tindakan kita. Perhatikan, apakah hal itu menyenangkan hati Tuhan atau tidak; apakah yang kita putuskan, yang kita pilih itu menyenangkan hati Tuhan atau tidak.

Kalau kita melakukan ini, Tuhan melihat kita serius dengan Dia, maka Tuhan akan mendidik kita menjadi orang-orang yang lemah lembut, yang rendah hati, peduli sesama, helpful (suka menolong). Kalau kita diberkati secara materi, punya relasi pejabat, maka kita tidak menjadi sombong, kita tidak akan menekan orang lain, tidak akan menyusahkan orang lain. Tuhan melatih kita untuk tidak gila hormat, Tuhan mengajar kita tidak menikmati pujian, apalagi mencari kekaguman dari manusia. Tuhan mengajar kita memiliki pikiran dan perasaan Tuhan. Ketika kita dalam keadaan terpuruk, Tuhan mengajari kita untuk memiliki pikiran dan perasaan Tuhan, agar suatu saat ketika kita menjadi kuat, kita bisa menopang orang lain, karena kita pernah mengalami keadaan-keadaan terpuruk tersebut.

Jadi, bagi kita yang sekarang dalam keadaan terpuruk, ini adalah saat di mana kita menerima didikan Tuhan. Jangan marah, jangan bersungut-sungut, tetapi sebaliknya, kita harus sungguh-sungguh mencari Tuhan. Tuhanlah segalanya dalam hidup kita. Belajarlah hidup dalam kekudusan dan kesucian. Lawanlah masalah hidup kita dengan kekudusan dan kesucian, maka pasti kita akan bisa melewati semuanya. Allah itu Maha Kuat, Maha Besar, Maha Mulia, Maha Agung, segala kuasa di tangan Tuhan — jangan ragukan Tuhan. Satu kalimat yang kita harus pegang pada hari ini: seriuslah berurusan dengan Tuhan melalui hidup dalam kesucian. Dan kesucian adalah setiap tindakan harus presisi, tepat, seperti yang Allah kehendaki.

Tuhan Yesus memberkati
????????????. ????????. ???????????????????????????? ????????????????????????????

LAWANLAH MASALAH HIDUP KITA DENGAN KEKUDUSAN DAN KESUCIAN, MAKA PASTI KITA AKAN BISA MELEWATI SEMUANYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 04 Juli 2024
2024-07-04 12:37:02

1 Raja-raja 12-13
2 Tawarikh 24

Card image
Truth Kids 03 Juli 2024 - SABAR, TANDA MENGASIHI
2024-07-03 22:08:54


1 Yohanes 4:7
”Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah.”

Sobat Kids, tahukah kalian bahwa sabar itu adalah salah satu tindakan atau bukti bahwa kita mengasihi? Apa hubungannya sabar dengan mengasihi? Mari kita lihat buktinya.

Kita tahu setiap hari manusia bisa saja sengaja atau tidak sengaja melakukan dosa. Sobat Kids sadar betul kan, bahwa Tuhan sangat membenci dosa? Tetapi apakah semua orang yang melakukan dosa langsung Tuhan masukkan ke dalam neraka? Jika Tuhan seperti itu, kita tidak akan ada di sini saat ini. Namun, karena kasih dan kesabaran dari Tuhan, Tuhan menunggu dan membimbing kita untuk bertobat sehingga bisa terhindar dari api kekal.

Sebagai anak-anak Allah, kita harus meneladani sifat Allah yang sabar karena mengasihi kita. Kita pun harus sabar menghadapi orang-orang yang membuat kita kecewa atau kesal. Jika kita berhasil sabar, berarti kita sudah hidup dengan meneladani salah satu sifat Allah yaitu penyabar karena Ia mengasihi semua orang tanpa terkecuali. Jadi tunggu apalagi, Sobat Kids? Ayo kita belajar sabar, karena itu salah satu bukti bahwa kita mengasihi sesama kita.

Card image
Truth Junior 03 Juli 2024 - MENGASIHI SESAMA
2024-07-03 22:06:52


1 Yohanes 4:7
”Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah.”

Sobat Junior, ada sebuah pesan penting yang disampaikan Tuhan Yesus kepada kita semua, yaitu tentang kasih sayang. Tuhan mengajarkan kepada kita untuk saling mengasihi, karena kalau kita mau menjadi anak-anak Allah, maka kita harus meniru sifat Tuhan Yesus. Salah satu cara menunjukkan kasih kepada orang lain adalah dengan bersabar. Ketika kita sabar, artinya kita menunjukkan bahwa kita peduli dan menghargai orang lain. Misalnya, ketika ada teman yang sedang belajar sesuatu yang sulit dan dia membuat kesalahan, kita bisa sabar untuk membantunya menghadapi kesulitan itu. Kita bisa menunjukkan cara kerja yang benar ketika mengerjakan sesuatu yang sulit itu. Atau Sobat Junior diganggu saat bermain, kalian bisa bersabar dan mengajak teman tersebut untuk main bersama.

Bersabar berarti tidak marah atau kesal dengan cepat. Ketika kita mempunyai rasa sayang kepada orang lain dan mengajarkan orang lain dengan lembut dan penuh perhatian, maka artinya kita meniru Tuhan Yesus yang panjang sabar. Tuhan Yesus ketika mengajarkan murid-murid-Nya, sangat sabar, loh. Tuhan Yesus memang pernah marah, tetapi karena Tuhan Yesus sayang kepada murid-murid-Nya.

Jadi, Sobat Junior, ayo kita berusaha untuk selalu bersabar dengan orang lain, ya. Dengan begitu, kita menunjukkan bahwa kita mengenal Tuhan dan bisa mengasihi orang lain seperti kita mengasihi diri kita sendiri.

Card image
Truth Youth 03 Juli 2024 (English Version) - TOO INNOCENT
2024-07-03 17:12:48


"But God chose the foolish things of the world to shame the wise; God chose the weak things of the world to shame the strong." (1 Corinthians 1:27)

Humans cannot live alone as social beings. They need assistance and support from others, so they will do anything to gain attention, even when helping others.

Take someone with many skills. Perhaps not extremely skilled, but willing to do or work on it so that in the end, their ability and expertise are utilized to work on all parts available. This is not an action aimed at trying to dominate, but it drains the existing ability and energy.

Isn't that a good thing? So, people will know a lot and be able to master many things, right? Actually, this is overly innocent thinking. It's not a good action because they are being deceived by their environment. Then, after they are no longer useful, what happens? Like trash, they will be discarded by their environment.

Having many abilities is a good thing, but we must learn to focus on one thing to become an expert in that field. Unfortunately, many people lack confidence in this, so they tend to be more confident in doing everything randomly. Unconsciously, if such people are in a toxic environment, they are likely to be exploited by those around them.

Innocence is closely related to foolishness. Therefore, learn to focus on one thing. Develop and dare to say "no" to something you do not want to do because it is not your duty or responsibility. Unless this is in the realm of God's work and can bless others.

WHAT TO DO:
1. Don't be too innocent, as it can tend towards foolishness.
2. Learn to focus on one thing.
3. Dare to say "no" to those who want to exploit you.

BIBLE MARATHON:
- Proverbs 8-11

Card image
Truth Youth 03 Juli 2024 - TERLALU POLOS
2024-07-03 17:11:00


”Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat.” (1 Korintus 1:27)

Seorang manusia tidak bisa hidup sendiri sebagai makhluk sosial. Mereka memerlukan bantuan dan dukungan dari orang lain, sehingga apa saja akan dilakukan untuk mendapatkan perhatian, bahkan ketika membantu orang lain.

Seperti seseorang yang punya banyak keahlian. Mungkin memang tidak terlalu ahli, tetapi ia mau melakukan atau mengerjakannya sehingga pada akhirnya kemampuan keahliannya dimanfaatkan untuk mengerjakan semua bagian yang ada. Ini bukan sebagai tindakan ingin berusaha untuk berkuasa, melainkan menguras kemampuan dan tenaga yang ada.

Bukannya hal seperti itu bagus? Kalau begitu, orang bakal tahu banyak hal dan bisa menguasai banyak hal, bukan? Sebenarnya, ini pemikiran yang terlalu polos. Bukan sebuah tindakan yang baik, karena sama saja orang tersebut ditipu oleh lingkungannya. Kemudian, setelah dirinya telah tidak berguna, bagaimana? Layaknya sampah, akan dibuang oleh lingkungannya.

Kemampuan yang banyak merupakan hal yang baik, tetapi kita harus belajar terfokus pada satu hal yang ada agar bisa menjadi ahli di bidang yang kita kuasai tersebut. Sayangnya, banyak orang tidak terlalu percaya diri untuk itu, sehingga mereka mereka lebih percaya diri dalam melakukan segala sesuatu secara acak. Tanpa sadar, jika orang seperti ini ada di lingkungan yang toksik, ia cenderung akan dimanfaatkan oleh sekitarnya.

Kepolosan itu beda tipis dengan kebodohan. Untuk itu, belajarlah untuk fokus dalam satu hal. Kembangkan, dan beranilah untuk berkata “tidak” kepada sesuatu yang dirimu tidak ingin lakukan karena bukan tugas dan kewajibanmu. Kecuali hal ini dalam ranah pekerjaan Tuhan dan dapat memberkati orang lain.

WHAT TO DO:
1.Jangan terlalu polos, karena dapat cenderung seperti kebodohan
2.Belajar fokus kepada satu hal
3.Berani berkata “tidak” kepada orang yang ingin memanfaatkanmu

BIBLE MARATHON:
▪︎ Amsal 8-11

Card image
Renungan Pagi - 03 Juli 2024
2024-07-03 13:04:42


Tuhan Yesus dengan tegas mengatakan, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam kerajaan sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." Terlalu banyak orang yang mudah menyebut nama Tuhan dan mengaku mengerjakan segala sesuatunya dalam nama Tuhan, tetapi kualitas hidupnya berbeda dengan apa yang mereka ucapkan. Apa yang dikatakan dan dilakukan tidaklah mencerminkan bahwa ada Tuhan dalam hidupnya.

Untuk apa mengaku diri umat kristiani, kalau hidup sendiri tidak mencerminkan Kristus? Ajaran yang utama dari Tuhan Yesus adalah KASIH, itu melingkupi segalanya, tetapi berapa banyak mereka yang mengaku kristen, beribadah setiap Minggu, tetapi hidup menurut hawa nafsunya sendiri, mengabaikan kasih Tuhan, tetapi sudah merasa paling benar dan seolah pasti masuk surga.

Ingatlah perkataan Tuhan Yesus ini, dan periksalah diri masing-masing. Sudahkah kehidupan kita mencerminkan kristus, yang selalu taat melakukan kehendak Bapa, dan menjadi saksi Kristus lewat ucapan maupun perbuatan, di manapun Tuhan menempatkan kita.
(Matius 7:21)

Card image
Quote Of The Day - 03 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-03 12:49:31


Semakin dinamika hidup kita tepat, semakin kita intim dengan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 03 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-03 12:38:13


Orang yang tidak sungguh-sungguh memperhatikan keadaan karakternya adalah orang yang sebenarnya tidak menghormati Tuhan.

Card image
NOT CARING ABOUT GOD'S FEELINGS - 03 Juli 2024 (English Version)
2024-07-03 06:57:59


Those who do not earnestly pay attention to their character are those who do not truly honor God. Those who feel they have entertained God with praise and worship, feel they have done good deeds, given tithes, and think God is pleased, are actually belittling and insulting God. It is as if God enjoys being praised without looking at the attitude of our hearts, like a narrow-minded, low person who likes to be praised without seeing the motive of the one praising him. If a person of quality is praised by someone, he does not easily accept the praise. He will even ask, “Why are you praising me? What is your motive for praising me?”

As a Father, He wants us to be healed, and for that, Jesus came and by His stripes, we are healed. But this is not about physical healing; it is about healing related to character. 1 Peter 2:24 has nothing to do with physical healing; it speaks of character. By His stripes, by His sacrifice, by the facility of salvation, we can be transformed. What God desires is for us to be perfect like the Father. Being perfect like the Father means everything we do is within God's standards. This is what is meant in Hebrews 12:9-10, namely, sharing in God's holiness for which He disciplines us so that we may become sons, princes, legitimate children, not illegitimate ones.

Whether or not we are legitimate children of God depends on us. God provides salvation that makes each of us able to become children of God. But for those who do not want to learn, do not want to be disciplined, one day Jesus will say, “I do not know you.” If we honor God as the Father and love the Lord Jesus who died to redeem our sins, then we are willing to do whatever He desires, and what He desires is to have holiness according to God's standards. To have holiness according to God's standards, our character must be shaped. Those who are not aware that they are easily offended, seek honor, still want to please themselves, and do not care about others' feelings are those who do not care about God's feelings.

The Word of God says, "Even if you give away all your possessions and burn your bodies, if you don't have love, it will be in vain." The problem is, let alone having sensitivity to God, we do not even have good character. Not only towards others, but sometimes even to our spouse or children, we are stingy. Stingy people will not enter heaven because stingy people are certainly selfish. God teaches us to be poured-out wine and broken bread. Stingy people cannot become children of God. Many non-Christians are not stingy, are good, and generous. We must be realistic. The problem is, what about us who consider ourselves children of God who should have sensitivity?

This is the target that must be achieved. If this target does not become an obsession, an aspiration, a longing, a desire, then it cannot be achieved. Therefore, we must be aware that we are not yet what God desires us to be; we are still sick. The great temptation for pastors is to feel that there is no need for further therapy or healing processes. Many people feel that because they can talk about God, they are more healed than those who cannot talk about God. This is a misguidance in our thinking. No wonder there are theologians, theology school lecturers, pastors, and theology school graduates whose morals are no better than others. Some are even worse because they feel that having theological knowledge makes them more healed. In fact, it does not determine anything; there must be determination, attitude, and habits.

So many people do not respect God and do not love Him because they focus on fulfilling physical needs, life’s pleasures, and feeling entitled to their desires. They do not care about God's feelings or the feelings of others. Let’s improve ourselves. Each of us is still imperfect and therefore we continue to learn not to make any mistakes because we have made many mistakes in the past, and we do not want to make mistakes again. We want to please God with the right attitude. And this is a choice.

So, we are undergoing a process of healing our inner selves, our spirituality, our character so that we put on the life of Jesus in our lives. If people meet us and still see the old human characteristics in our lives, it means we are not growing. People from afar can only see from a distance, judge from a distance. But the people around us inevitably see whether we are truly like Jesus. Therefore, we must force ourselves to be righteous. Because if we do not force ourselves, it is difficult to change. We torment ourselves so that we do not torment God’s feelings.

People who do not care about their character flaws actually value and honor themselves more than God, and they consider the world more valuable than God. We must overcome character flaws by letting go of our love for the world. Therefore, God says in Luke 14:33, “If you do not give up everything you have, you cannot be my disciple.” It means you cannot be transformed by Me. So do not let us go to church, singing and praising God, but we are careless towards other people and do many things that hurt others, and feel strong because others are powerless. We must repent and at this moment let us decide to change.

PEOPLE WHO ARE NOT AWARE THAT THEY ARE EASILY OFFENDED, SEEKING HONOR, STILL WANT TO PLEASE THEMSELVES, AND DO NOT CARE ABOUT THE FEELINGS OF OTHERS ARE PEOPLE WHO DO NOT CARE ABOUT THE FEELINGS OF GOD.

Card image
TIDAK PEDULI PERASAAN TUHAN - 03 Juli 2024
2024-07-03 06:52:05


Orang yang tidak sungguh-sungguh memperhatikan keadaan karakternya adalah orang yang sebenarnya tidak menghormati Tuhan. Orang yang merasa sudah menjamu Tuhan dengan pujian dan penyembahan, merasa sudah melakukan perbuatan baik, sudah memberi perpuluhan, dan berpikir Tuhan senang, sebenarnya ia meremehkan dan menghina Tuhan. Seakan-akan Tuhan senang dipuji-puji tanpa melihat sikap hati kita, seperti orang yang bermental picik, rendah, yang suka dipuji tanpa melihat motif orang memuji dirinya. Kalau orang yang berkualitas, ketika ia dipuji seseorang, ia tidak mudah menerima pujian tersebut. Bahkan dia akan bertanya, “Kenapa kamu memujiku? Apa motif kamu memujiku?”

Sebagai Bapa, Dia ingin kita sembuh dan untuk itu Yesus datang di mana bilur-bilur-Nya menyembuhkan kita. Tetapi bukan untuk kesembuhan fisik, melainkan kesembuhan yang berkaitan dengan karakter. 1 Petrus 2:24, tidak ada kaitannya dengan kesembuhan fisik, itu berbicara soal karakter. Oleh bilur-Nya, oleh kurban-Nya, oleh fasilitas keselamatan, kita bisa diubah. Hal yang Tuhan kehendaki adalah kita sempurna seperti Bapa. Sempurna seperti Bapa artinya segala sesuatu yang kita lakukan di dalam standar Allah. Ini yang dimaksud dalam Ibrani 12:9-10, yaitu mengambil bagian dalam kekudusan Allah yang oleh karenanya Dia mendidik kita supaya kita menjadi putra, pangeran, anak yang sah; bukan menjadi anak yang tidak sah.

Sah atau tidaknya keadaan kita sebagai anak-anak Allah tergantung kita sendiri. Allah menyediakan keselamatan yang membuat setiap kita bisa menjadi anak-anak Allah. Tetapi bagi yang tidak mau belajar, tidak mau dididik, suatu hari Yesus akan berkata, “Aku tidak mengenal kamu.” Kalau kita menghormati Allah sebagai Bapa dan mengasihi Tuhan Yesus yang telah mati menebus dosa-dosa kita, maka kita bersedia melakukan apa pun yang Dia kehendaki dan apa yang Dia kehendaki yaitu memiliki kekudusan standar Allah. Untuk memiliki kekudusan standar Allah adalah karakter kita yang harus dibentuk. Orang yang tidak sadar kalau dia mudah tersinggung, mencari hormat, masih mau menyenangkan perasaannya sendiri, tidak peduli perasaan orang adalah orang yang tidak peduli perasaan Tuhan.

Firman Tuhan mengatakan, “Sekalipun kamu memberikan seluruh hartamu, memberikan tubuhmu dibakar, tapi apabila tanpa kasih, maka sia-sia.” Masalahnya, jangankan memiliki kepekaan akan Allah, berkarakter baik pun belum. Bukan hanya kepada orang lain, kadang-kadang kepada pasangan atau anak pun dia pelit. Orang pelit itu tidak akan masuk surga karena orang pelit pasti egois. Tuhan mengajarkan kita menjadi anggur yang tercurah dan roti yang terpecah. Orang yang pelit tidak bisa menjadi anak-anak Allah. Banyak orang di luar Kristen yang tidak pelit, yang baik, yang berkemurahan. Kita harus realistis. Masalahnya, bagaimana dengan kita yang merasa sebagai anak-anak Allah yang seharusnya mempunyai kepekaan?

Ini target yang harus dicapai. Kalau target ini tidak menjadi obsesi, cita-cita, kerinduan, keinginan, maka tidak bisa. Jadi kita harus sadar kalau kita belum seperti yang Tuhan kehendaki; kita masih sakit. Godaan besar untuk pendeta adalah merasa tidak perlu ada proses terapi atau kesembuhan lagi. Banyak orang yang merasa karena ia sudah bisa berbicara tentang Tuhan maka ia merasa sudah lebih sembuh daripada orang yang tidak bisa bicara tentang Tuhan. Ini penyesatan berpikir kita. Maka tidak heran ada teolog, dosen sekolah teologi, juga pendeta dan lulusan-lulusan sekolah teologi moralnya tidak lebih baik dari orang lain. Bahkan ada yang lebih buruk karena merasa memiliki pengetahuan teologi, sehingga merasa semakin lebih sembuh. Padahal, itu tidak menentukan, harus ada tekad, sikap, dan kebiasaan.

Jadi banyak orang yang tidak menghormati Tuhan dan tidak mengasihi Dia karena fokus kepada pemenuhan kebutuhan jasmani, kesenangan-kesenangan hidup, dan merasa berhak memiliki keinginan-keinginan. Dia tidak memedulikan perasaan Allah, juga perasaan sesama. Ayo kita benahi diri. Setiap kita masih termasuk orang yang belum sempurna dan karenanya kita masih terus belajar untuk tidak melakukan satu kesalahan pun karena sudah banyak melakukan kesalahan di masa-masa lalu, maka kita tidak mau melakukan kesalahan lagi. Kita mau menyenangkan Tuhan dengan sikap yang benar. Dan ini adalah pilihan.

Jadi, kita itu mengalami proses penyembuhan batin, rohani, karakter kita supaya kita mengenakan hidup Yesus di dalam hidup kita. Kalau orang bertemu kita lalu masih melihat karakter-karakter manusia lama di dalam hidup kita, berarti kita tidak bertumbuh. Kalau orang jauh hanya bisa melihat dari jauh, menilai dari jauh. Tetapi orang di sekitar kita mau tidak mau melihat apakah benar-benar kita seperti Yesus. Maka, kita harus paksa diri untuk benar. Sebab kalau tidak memaksa diri, susah berubah. Kita aniaya diri kita sendiri supaya kita tidak menganiaya perasaan Tuhan.

Orang yang tidak peduli dengan cacat karakternya sebenarnya lebih menghargai dan menghormati diri sendiri daripada Tuhan, juga menilai dunia lebih berharga daripada Tuhan. Cacat karakter itu harus kita tanggulangi dengan melepaskan percintaan dunia. Maka Tuhan mengatakan dalam Lukas 14:33, “Kalau kamu tidak melepaskan dirimu dari segala milikmu, kamu tidak dapat menjadi murid-Ku.“ Artinya kamu tidak dapat Kuubah. Jadi jangan sampai kita ke gereja bernyanyi dan memuji Tuhan, tetapi kita sembarangan terhadap manusia lain dan melakukan banyak hal yang melukai sesama, serta merasa kuat karena orang tidak berdaya. Kita harus bertobat dan saat ini mari kita ambil keputusan untuk berubah.

Tuhan Yesus memberkati
????????????. ????????. ???????????????????????????? ????????????????????????????

ORANG YANG TIDAK SADAR KALAU DIA MUDAH TERSINGGUNG, MENCARI HORMAT, MASIH MAU MENYENANGKAN PERASAANNYA SENDIRI, TIDAK PEDULI PERASAAN ORANG ADALAH ORANG YANG TIDAK PEDULI PERASAAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 Juli 2024
2024-07-03 06:45:21

2 Raja-raja 9-11

Card image
Truth Kids 02 Juli 2024 - KESABARAN YUSUF
2024-07-02 16:01:56


Yakobus 1:2-4
”Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.”

Sobat Kids, kemarin kita sudah belajar tentang Abraham dan Sara. Hari ini kita akan belajar dari tokoh Alkitab lain yaitu Yusuf. Kita tahu Yusuf adalah seorang anak yang sangat dikasihi oleh orang tuanya. Namun, karena kecemburuan saudara-saudaranya, Yusuf dijual sebagai budak ke Mesir. Tidak sampai di situ kesusahan yang dialami Yusuf. Sementara menjadi budak, Yusuf juga dituduh berbuat jahat sehingga dimasukkan ke dalam penjara. Keadaannya saat itu sangat berbeda jauh dari mimpi yang dia dapatkan dulu. Walaupun demikian, Yusuf tetap menunggu dengan sabar dan tetap percaya pada Allah.

Sampai suatu hari, ia mendapat kesempatan untuk mengartikan mimpi Firaun. Akibatnya, bangsa Mesir dapat terhindar dari masa kelaparan, dan Yusuf akhirnya diangkat menjadi orang kepercayaan Firaun pada saat itu. Melalui cerita Yusuf, kita dapat belajar bahwa walau kita mengalami kesusahan demi kesusahan, tetaplah sabar dan percaya pada Tuhan. Jangan malah meninggalkan Tuhan, karena segala sesuatu akan indah pada waktu-Nya. Tuhan tidak akan merancangkan yang jahat untuk kita.

Card image
Truth Junior 02 Juli 2024 - KETEKUNAN MEMBUAHKAN HASIL
2024-07-02 16:00:49


Yakobus 1:2-4
”Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.”

Sobat Junior, coba bayangkan kalau saat ini kalian merasa senang saat menghadapi berbagai tantangan. Rasanya menarik untuk menerima tantangan itu, karena kamu tahu tantangan itu bisa membuat kamu lebih kuat dan sabar. Misalnya, ketika kamu harus mengerjakan PR yang sulit atau saat memainkan permainan yang menantang. Tantangan itu memang kadang membuat kamu merasa kesal atau sedih, tetapi sebenarnya setiap tantangan dalam mengerjakan PR atau bermain, membuat kamu jadi lebih kuat dan lebih sabar.

Saat kita menghadapi masalah atau cobaan, kita sedang berlatih untuk menjadi lebih baik. Seperti ketika kita belajar naik sepeda. Awalnya, kita mungkin sering jatuh dan merasa sakit. Tetapi setiap kali kita bangun dan mencoba lagi, kita jadi semakin jago naik sepedanya. Akhirnya, kita bisa naik sepeda dengan lancar tanpa takut jatuh lagi.

Begitu juga dengan tantangan yang kita terima dalam hidup ini. Karena setiap kali kita menghadapi tantangan dan berusaha mengatasinya, kita sedang dilatih untuk sabar dan tekun, Sobat Junior.

Jadi, saat menghadapi tantangan, jangan mudah menyerah, ya. Tetap semangat dan ingat bahwa setiap tantangan adalah kesempatan untuk kita dapat belajar dan menjadi lebih baik. Dengan begitu, kita bisa menjadi anak-anak yang bisa meraih mimpi-mimpi kita. Tetap berusaha, ya, Sobat Junior. Beranilah saat menghadapi tantangan!

Card image
Truth Youth 02 Juli 2024 - KUASAI DIRI DALAM PERGAULANMU!
2024-07-02 15:54:48


”Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” (1 Korintus 15:33)

Sungguh tragis! Pemberitaan di banyak media sosial akhir-akhir ini banyak sekali menceritakan tindakan kriminal yang dilakukan anak-anak muda. Hal tersebut membuat kita merasa khawatir dengan kondisi dunia yang semakin tidak baik-baik saja. Menurut kamu, apa yang membuat hal tersebut bisa terjadi (teman-teman boleh menjawab secara pribadi)? Ada banyak sekali faktor yang melatarbelakangi hal tersebut, antara lain: pola asuh yang keliru, pengaruh tayangan di sosial media, dan tidak luput dari pergaulan antara teman. Pergaulan antar teman ini menjadi satu faktor penting dalam pembentukan perilaku kita.

1 Korintus 15:33 menyampaikan bahwa janganlah kita menjadi sesat, karena pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Firman Tuhan mengajarkan kita juga untuk berhati-hati terhadap pergaulan yang kita pilih. Kita perlu belajar peka dalam menjalin suatu relasi dengan orang lain. Apakah pergaulan kita dengan teman-teman membawa kepada pertumbuhan perilaku dan rohani yang positif? Pergaulan yang tidak sehat atau toxic dapat menjadi benalu yang merusak perilaku kita dan meruntuhkan kebiasaan-kebiasaan yang sudah baik.

Lalu bagaimana caranya? Kita perlu belajar untuk peka dalam berteman, memperhatikan perkataan, pola pikir dan perbuatan yang ada di dalam lingkungan pertemanan kita. Jika ternyata tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, maka kita perlu memilah kembali apakah hal tersebut perlu dilanjutkan atau tidak. Pilihlah lingkaran pertemanan yang membawa kita kepada pertumbuhan-pertumbuhan yang positif dari segala aspek. Kalau kita berkutat hanya di relasi yang kita sudah tahu membawa kepada sesuatu yang beracun, maka kita menyia-nyiakan hidup kita. Ujilah pertemanan kita dengan kebenaran-kebenaran firman Tuhan yang telah kita dengar. Oleh karena itu, dengarkanlah firman Tuhan dan renungkan, serta terapkan dalam kehidupan kita agar kita lebih peka lagi mendengar suara atau kehendak Tuhan.

WHAT TO DO:
1.Perhatikan lingkaran pertemanan kita, bagaimana perkataan, pola pikir, dan perilakunya.
2.Belajar mendengarkan suara Tuhan melalui perenungan firman Tuhan supaya kita peka dalam memilih teman yang positif
3.Ingat bahwa pertemanan yang tidak sehat membuat kebiasaan baik kita menjadi buruk.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Amsal 4-7

Card image
Renungan Pagi - 02 Juli 2024
2024-07-02 13:10:09


Tuhan Yesus menyatakan Diri-Nya adalah Pokok Anggur yang benar, dan kita adalah ranting-rantingnya, dan dengan jelas pula Tuhan Yesus mengatakan bahwa hanya dengan melekat pada Pokok Anggur dan rela dikerat, dibersihkan, barulah ranting dapat menghasilkan buah. "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Ku lah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah."

Jika ingin banyak menghasilkan buah bagi Tuhan, yaitu buah pertobatan, buah pelayanan dan buah Roh (karakter Kristus), maka kita harus rela *dibersihkan* dari kekotoran dosa, kenajisan hawa nafsu kedagingan dan banyak hal yang tidak berkenan dihadapan Tuhan. Jika tidak bersedia dibersihkan, maka tidak akan pernah berbuah, dan pada akhirnya kita akan dipotong dan menjadi ranting kering yang dilempar kedalam api. Relakanlah hidupmu dibersihkan oleh Tuhan supaya dapat menghasilkan buah bagi kemuliaan nama-Nya.
(Yohanes 15:1-2)

Card image
Quote Of The Day - 02 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-02 13:07:49


Orang yang mau menemukan dan menghidupkan Tuhan adalah orang yang tidak menghidupkan apa pun dan siapapun, termasuk dirinya sendiri.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 02 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-02 13:06:30


Orientasi berpikir kita harus tertuju pada kehidupan yang akan datang.

Card image
UNDERESTIMATE KAKOS - 02 Juli 2024 ( English Version)
2024-07-02 12:48:55


Many churches are not driven by the fire of God, but are driven by the fire of hell which parks humans in this world in the orientation of thinking about fulfilling physical needs. As we often see, fake goods must be designed to be as similar as possible to the original goods. Likewise, deceptions are packaged to appear spiritual, but in fact they are not the truth of the Gospel that Jesus taught because their focus is not on the actual ailment, leaving the character flaws and soul's defects unaddressed and certainly not healed. There are physical illnesses that can be cured in a short time. But there are also physical illnesses that cannot be cured in a short time, but through a long therapeutic process accompanied by abstinence from certain foods and activities.

Mental, emotional, and spiritual illnesses cannot be easily and quickly treated. We have inherited a sinful nature and absorbed all the ways of thinking from the people around us over a long period. Therefore, the recovery and healing process also requires a long and truly serious effort. And inner healing, spiritual healing, character healing, is not just about abstaining from certain things but about leaving the world with all its pleasures. The problem is, we often feel that we are good enough people. At least we feel that we are not sinners, so we do not feel the need for improvement. If a person thinks that way, believing there is no "kakos" (evil or defect) in their soul, then their focus begins to focus on fulfilling physical needs.

The devil is not only able to coil around the tree in the middle of the Garden of Eden but can also coil around the church pulpit, not teaching pure truth, resulting in the character flaws of people or congregations remaining unhealed over time. Even into old age, they make excuses, remain materialistic, flirtatious, bound to unnecessary spectacles and must not be seen. It is a flaw in our character that must be addressed seriously. God desires for us to always hunger and thirst for righteousness, meaning we should feel we have not yet become the people God wants us to be. Our thinking orientation must be focused on the life to come. This must be the main message for today's generation: a generation of materialism, a secular generation, a generation bound to material things, and a nihilistic world. Nihilistic means not acknowledging the existence of God, or if they believe God exists, their behavior does not show that God exists.

Many Christians feel that they are already religious people who meet the criteria of being good, so they do not feel the need to grow or strive to reach the targets desired by God. On the one hand, the church also does not show the right targets. The targets offered are healing, career success, wealth, and being the head, not the tail. However, those verses are addressed to the nation of Israel, not Christians. They quote Old Testament verses without looking at the historical context. This is foolishness, so that many congregants become foolish and remain worldly. But God, in His patience, still gives Christians the opportunity to devote, praise, and worship God because they do not understand.

But the world is getting worse. So we must discard teachings that are not in accordance with the Bible because the essence of Christianity is changing one's life to become like Jesus or perfect like the Father. Paul himself said that as long as there is food and clothing, that is enough. This means that even if we have a lot, everything we have belongs to God. The real riches will be in the new heaven and new earth, as stated in Luke 16:12 (And if you have not been trustworthy with someone else’s property, who will give you property of your own?). Remember, we will die and we cannot take anything with us. We must accumulate treasures in heaven, which means overcoming our kakos. Thus, when Jesus ascended to heaven, He gave an important message: to make disciples of all nations and teaching them to do everything He commanded. It means everything that He put on and that all Christians should put on too.

Thus, since someone becomes a Christian, there is no interest other than learning from the Lord Jesus to become like Him. The mistake of many Christians in general is that they accept Christianity as just a religion, then park themselves in ignorance, and live in a normal life. Even though the normalcy of life is a hidden enemy; which makes someone feel that it is enough to be a Christian, to go to church, praise God, carry out spiritual activities, even though the main thing is changing life every day to overcome kakos. People who underestimate the condition of their character, underestimate their kakos, means that they do not love God because God came to solve that problem;* it is not about physical illness, not physical problems.

PEOPLE WHO UNDERESTIMATE THE CONDITION OF THEIR CHARACTER, UNDERESTIMATE THEIR KAKOS, MEANS THAT THEY DO NOT LOVE GOD BECAUSE GOD CAME TO SOLVE THAT PROBLEM.

Card image
MEREMEHKAN KAKOS - 02 Juli 2024
2024-07-02 12:45:26


Banyak gereja yang tidak digerakkan oleh api Tuhan, tetapi digerakkan oleh api neraka yang memarkir manusia di dunia ini dalam orientasi berpikir pemenuhan kebutuhan jasmani. Seperti yang sering kita lihat, barang palsu itu harus didesain semirip mungkin dengan barang asli. Demikian pula dengan penyesatan-penyesatan itu dikemas agar kelihatan rohani, tetapi sebenarnya bukan kebenaran Injil yang diajarkan Yesus karena fokusnya tidak tertuju pada sakit yang sesungguhnya, sehingga karakter dan cacat jiwanya tidak tertanggulangi dan pasti tidak tersembuhkan. Ada penyakit-penyakit fisik yang bisa disembuhkan dalam waktu singkat. Tetapi ada juga penyakit-penyakit fisik yang tidak bisa disembuhkan secara singkat, namun melalui sebuah proses terapi panjang disertai pantang makan ini dan itu, pantang melakukan ini dan itu.

Sakit jiwa, sakit batin, sakit rohani manusia tidak bisa diterapi dengan mudah dan dalam waktu singkat. Karena kita telah mewarisi kodrat dosa dan menyerap semua cara berpikir manusia di sekitar kita dalam waktu panjang. Maka pemulihannya, kesembuhannya juga butuh waktu panjang dan benar-benar serius. Dan *kesembuhan batin, kesembuhan rohani, kesembuhan watak, bukan hanya soal pantang ini dan itu, melainkan meninggalkan dunia dengan segala kesenangannya.* Masalahnya, sering kali kita merasa bahwa kita adalah orang yang cukup baik. Paling tidak kita merasa bukan orang yang berdosa sehingga kita tidak merasa perlu untuk diperbaiki lagi. Kalau orang sudah berpikir begitu, sehingga ia tidak merasa ada kakos dalam jiwanya, maka fokusnya mulai tertuju pada pemenuhan kebutuhan jasmani.

Iblis itu bukan hanya bisa melingkar di pohon di tengah Taman Eden, melainkan juga bisa melingkar di mimbar gereja dan tidak mengajarkan kebenaran yang murni sehingga dalam kurun waktu tertentu sakit karakter orang atau jemaat tidak bisa diobati lagi. Sampai tua masih beralasan, materialistis, genit, terikat dengan tontonan-tontonan yang tidak perlu dan tidak boleh dilihat. Itu adalah cacat karakter kita yang harus ditanggulangi dengan serius. Tuhan menghendaki agar kita selalu haus dan lapar akan kebenaran. Maksudnya bahwa kita belum merasa menjadi manusia seperti yang Allah kehendaki. *Orientasi berpikir kita harus tertuju pada kehidupan yang akan datang.* Ini harus menjadi berita utama bagi generasi hari ini, generasi materialisme, generasi sekuler, generasi yang sudah terikat dengan materi, dan dunia yang nihilistis. Nihilistis artinya tidak mengakui Tuhan itu ada, kalaupun percaya Tuhan itu ada, perilakunya tidak menunjukkan bahwa Allah itu ada.

Banyak orang Kristen yang merasa sudah menjadi orang beragama yang memenuhi syarat sebagai orang baik sehingga dia tidak merasa perlu bertumbuh, tidak berusaha untuk mencapai target yang dikehendaki Allah. Di satu sisi, gereja juga tidak menunjukkan target yang benar. Target yang ditawarkan adalah hal kesembuhan, sukses dalam karier, kekayaan, menjadi kepala bukan ekor. Padahal ayat-ayat itu ditujukan kepada bangsa Israel, bukan orang Kristen. Mereka mengutip ayat-ayat Perjanjian Lama tanpa melihat konteks sejarah. Ini adalah sebuah kebodohan sehingga banyak jemaat menjadi bodoh dan tetap duniawi. Tetapi Tuhan dalam kesabaran-Nya masih memberi kesempatan kepada orang Kristen untuk berbakti, memuji, dan menyembah Tuhan karena belum mengerti.

Tetapi dunia ini semakin rusak. Maka kita harus membuang ajaran yang tidak sesuai dengan Alkitab sebab *inti kekristenan adalah perubahan hidup untuk menjadi serupa dengan Yesus atau sempurna seperti Bapa.* Paulus sendiri mengatakan asal ada makanan dan pakaian sudah cukup. Artinya kalaupun kita punya banyak, semua yang kita miliki itu adalah milik Tuhan. Kekayaan yang sesungguhnya itu nanti di langit baru bumi baru sebagaimana dikatakan dalam Lukas 16:12. Ingat, kita akan mati dan tidak ada satu pun yang akan kita bawa. Kita harus mengumpulkan harta di surga, yaitu menanggulangi kakos kita ini. Maka saat Yesus naik ke surga, Ia memberikan pesan penting, yaitu menjadikan semua bangsa menjadi murid-Nya, dan mengajarkan mereka melakukan segala sesuatu yang Dia perintahkan. Artinya segala sesuatu yang Dia kenakan dan yang harus semua orang Kristen mengenakannya.

Dengan demikian, sejak seseorang menjadi orang Kristen, maka tidak ada kepentingan apa pun selain belajar dari Tuhan Yesus untuk menjadi seperti Dia. Kesalahan banyak orang Kristen pada umumnya adalah mereka menerima kekristenan sekadar agama, lalu terparkir dalam kebodohan, dan hidup dalam kewajaran hidup. Padahal kewajaran hidup merupakan musuh terselubung; di mana membuat seseorang merasa sudah cukup menjadi orang Kristen, ke gereja, memuji Tuhan, menjalankan kegiatan rohani, padahal yang utama adalah perubahan hidup setiap hari untuk menanggulangi kakos. Orang yang meremehkan keadaan karakternya, meremehkan kakos-nya berarti tidak mengasihi Tuhan karena Tuhan datang untuk menyelesaikan hal itu; bukan soal sakit fisik, bukan masalah jasmani.

Tuhan Yesus memberkati
????????????. ????????. ???????????????????????????? ????????????????????????????

ORANG YANG MEREMEHKAN KEADAAN KARAKTERNYA, MEREMEHKAN KAKOSNYA BERARTI TIDAK MENGASIHI TUHAN KARENA TUHAN DATANG UNTUK MENYELESAIKAN HAL ITU.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 2 Juli 2024
2024-07-02 12:41:47

2 Raja-raja 5-8

Card image
Truth Kids 01 Juli 2024 - SABAR MENANTI
2024-07-01 12:52:45


Yesaya 40:31
”tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”

Sobat Kids, kalian pasti pernah mendengar kisah tentang Abraham dan istrinya, Sara. Mereka dikaruniai seorang anak yang diberi nama siapa, ayo? Ada yang ingat?? Yaa, betul sekali! Nama anak Abraham dan Sara adalah Ishak. Ishak adalah anak yang dijanjikan Allah kepada Abraham pada masa tuanya, Sobat Kids. Tapi kok kenapa ditulis "masa tua Abraham?" Nah, Allah menjanjikan bahwa Abraham akan memiliki anak ketika Abraham berumur 75 tahun, loh, Sobat Kids. Dan apakah kalian tahu kapan Ishak lahir? Ishak lahir ketika Abraham berumur 100 tahun. Wooww, luar biasa, ya, Sobat Kids. Itu berarti Abraham dan Sara menantikan janji Allah selama 25 tahun.

25 tahun itu bukan waktu yang sebentar, loh, Sobat Kids. Kesabaran Abraham dan Sara dalam menantikan janji Tuhan dapat menjadi teladan agar kita bisa belajar sabar. Walaupun Abraham menanti janji Tuhan dengan waktu yang lama sekali, tetapi saat janji itu Tuhan genapi, Tuhan benar-benar memberkati, tidak hanya Abraham, Sara, dan Ishak, tetapi keturunannya pun diberkati menjadi bangsa yang besar. Jadi jangan pernah menyerah untuk bersabar, ya, Sobat Kids. Karena pasti ada berkat Tuhan sebagai hadiah dari kesabaran kita.

Card image
Truth Junior 01 Junior 2024 - KEKUATAN DARI TUHAN
2024-07-01 12:50:13


Yesaya 40:31
”tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”

Sobat Junior, apakah kalian tahu burung rajawali? Burung rajawali adalah burung yang sangat kuat di antara semua burung. Burung ini bisa menembus badai dengan kepakan sayapnya, bahkan sayapnya bisa membentang dua kali lebih besar daripada tubuhnya. Wah, luar biasa, ya, Sobat Junior? Makanya, di Alkitab kita sering membaca kekuatan burung rajawali, karena dia memang sekuat itu, Sobat Junior.

Coba bayangkan kalau kalian menjadi burung rajawali yang kuat. Menyenangkan, bukan? Sebenarnya, kita bisa menjadi burung rajawali yang kuat. Mau tahu tidak, caranya bagaimana? Caranya adalah dengan berdoa kepada Tuhan. Contohnya, kamu sedang latihan berbaris di lapangan, merasa sudah lelah dan sudah sangat haus. Di satu sisi, kalian ingin menyerah, tetapi tiba-tiba papa atau mamamu memberikan kamu minuman sehingga kamu jadi lebih bersemangat lagi.

Begitu juga dengan Tuhan, ketika kamu berdoa kepada Tuhan, maka Tuhan akan menolong kamu, Sobat Junior. Jadi, setiap kali kamu merasa capek atau sedih, ingatlah untuk berdoa dan menunggu pertolongan dari Tuhan. Percayalah bahwa Tuhan akan memberikan kamu kekuatan baru, sehingga kamu bisa terus berjuang dan tidak mudah menyerah. Tuhan itu selalu ada untuk kita. Dia memberikan kekuatan agar kita bisa terbang lebih tinggi seperti rajawali, berlari tanpa lelah, dan berjalan tanpa lesu. Tetap semangat, ya, Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 01 Juli 2024 (English Version) - BROTHER'S IN TRUTH
2024-07-01 12:47:54


"Carry each other’s burdens, and in this way you will fulfill the law of Christ." (Galatians 6:2)

When we were in elementary school, we often heard lessons about living harmoniously with others. In those lessons, we were always reminded of various ways to create a sense of security, comfort, and harmony with those around us. This is very good because it shapes our moral values as individuals within our environment. However, lately, there have been many incidents showing a lack of empathy, leading to a decline in the spirit of helping one another. Nowadays, most people seem indifferent to the feelings and conditions of others.

The Word of God in Galatians 6:2 constantly reminds us to help carry each other’s burdens. Thus, we fulfill the law of Christ, which is to love our fellow human beings. When we reflect on this verse, we should strive to live our lives in a way that allows us to help others. In terms of helping or assisting others, we also need the help of the Holy Spirit to give us wisdom. Perhaps the help we can offer is not always material; simply taking the time to be a good listener when others want to talk can already be a great help.

When we help others, let our hearts not be bound by the expectation that someday those same individuals will help us when we are in need. Let our hearts be able to genuinely help others. Let us start from ourselves to spread kindness and assistance so that we can create an atmosphere of tolerance and positive harmony. By starting to do good things for others, we are reducing the stress experienced by others. Every person needs positive support from others. We need to create a positive, empathetic, and supportive environment so that through these actions, the character of Christ can also be seen in our lives. May the Lord Jesus bless us all.

WHAT TO DO:
1. Be a positive influence on those around you and create positivity starting with our words towards others.
2. Instill in our mindset that helping others is not only about material things.
3. Seek the Holy Spirit’s guidance in His wisdom.
4. Start today to help others, at the very least by taking the time to be a good listener.

BIBLE MARATHON:
- Proverbs 1-3

Card image
Truth Youth 01 Juli 2024 - SAUDARA DALAM KEBENARAN
2024-07-01 12:44:03


”Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” (Galatia 6:2)

Saat kita duduk di bangku sekolah dasar, sering kali kita mendengar pembelajaran mengenai hidup rukun bersama orang lain. Di dalam pelajaran itu, kita selalu diingatkan berbagai cara untuk menciptakan rasa aman, nyaman, rukun bersama orang-orang yang ada di sekitar kita. Hal tersebut sangat baik, karena membentuk nilai moralitas kita sebagai individu di tengah-tengah lingkungan. Namun, akhir-akhir ini banyak sekali kejadian yang memperlihatkan kurangnya rasa empati individu, sehingga menurunnya sikap tolong-menolong terhadap sesama. Mayoritas manusia akhir-akhir ini, tidak lagi peduli terhadap perasaan dan kondisi orang lain.

Firman Tuhan dalam Galatia 6:2 senantiasa mengingatkan kita untuk bertolong-tolongan menanggung beban. Dengan demikian, kita memenuhi hukum Kristus yaitu kasihilah sesamamu manusia. Kalau kita berkaca pada ayat tersebut, hendaknya kita dapat mengupayakan hidup ini untuk dapat membantu sesama. Dalam hal membantu atau menolong ini juga, kita memerlukan pertolongan Roh Kudus memberikan hikmat kepada kita. Mungkin pertolongan yang dapat kita berikan tidak selalu materi, namun dengan meluangkan waktu menjadi pendengar yang baik saat orang lain ingin bercerita, itu juga sudah membantunya.

Saat kita menolong orang lain, biarlah hati kita juga tidak terpatok bahwa suatu saat orang tersebut akan menolong kita juga saat kita kesulitan. Biarlah hati kita dapat menolong orang lain dengan ketulusan. Mulailah dari kita untuk bisa menebar kebaikan dan pertolongan, sehingga kita dapat menciptakan suasana toleransi dan kerukunan yang positif. Dengan kita memulai melakukan hal-hal baik bagi sesama, maka kita sedang mengurangi rasa stres yang dialami orang lain. Setiap manusia memerlukan dukungan positif dari orang lain. Kita perlu menciptakan lingkungan yang positif, berempati dan suportif, supaya dari hal-hal itu karakter Kristus juga tampak melalui kehidupan kita. Tuhan Yesus memberkati kita semua.

WHAT TO DO:
1.Berperanlah positif terhadap orang di sekitar dan ciptakan hal-hal positif dimulai dari perkataan kita terhadap sesama
2.Tanamkan dalam mindset kita bahwa menolong orang lain tidak hanya secara materi
3.Minta pertolongan Roh Kudus memimpin kita dalam hikmat-Nya
4.Mulai dari hari ini untuk menolong orang lain, minimal dengan meluangkan waktu menjadi pendengar yang baik

BIBLE MARATHON:
▪︎ Amsal 1-3

Card image
Renungan Pagi - 01 Juli 2024
2024-07-01 12:40:41


Allah merancangkan sesuatu yang besar dalam hidup setiap kita, tapi jika tidak menangkap dengan benar rancangan besar Tuhan bagi kita dan hidup bermalas-malasan, tidak bertanggung jawab, maka kita juga tidak akan melihat rancangan Tuhan digenapi dan tidak dapat menikmati berkat yang telah disediakan Tuhan.

"Si pemalas dibunuh oleh keinginannya, karena tangannya enggan bekerja." Tuhan tetap mau kita mengerjakan tanggung jawab dalam ketaatan dan ketekunan, maka kita pasti akan melihat bagaimana tangan Tuhan menggenapi rancangan-Nya dan kita dapat menikmati berkat-berkat-Nya.
(Amsal 21:25)

Card image
Quote Of The Day - 01 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-01 12:37:41


Jangan menolak untuk menjadi prajurit Kerajaan Surga.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 01 Juli 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-07-01 12:27:53


Banyak orang Kristen merasa tidak memilih neraka, tetapi masih hidup dalam percintaan dunia, masih berharap dunialah yang membuat dirinya merasa lengkap, utuh, bahagia, dan memiliki kehormatan.

Card image
CHARACTER FLAWS - 01 Juli 2024 (English Version)
2024-07-01 12:26:09


Generally, human life is focused on fulfilling physical needs, for which people are willing to invest time, energy, thoughts, and everything else for their careers. A career provides not only a means for survival but also happiness and self-esteem. However, humans are eternal beings. This is truly unbalanced and foolish. In this respect, humans lack or have no wisdom. If animals live by the philosophy "let us eat and drink, for tomorrow we die," humans should not. Ironically, almost all humans adopt such a lifestyle, "let us eat and drink, let us enjoy life because we will die and not live again."

Death is not the end of the journey of self-awareness. Death is merely a transition from a mortal body to an immortal body, from mortal life to eternal life, from consciousness in this mortal body to eternal consciousness with an eternal body. With an eternal body, one can enter a glorious and happy place but can also enter a despicable place of destruction, torment, or what is called eternal fire. How foolish are those who make something "everything," where people can risk anything for the sake of something that turns out after being achieved, is only temporary or temporal. Meanwhile, humans are eternal beings.

Therefore, we must continually remember how precious this life opportunity is. Our life opportunity determines eternal wealth or a glorious, valuable, and happy life in eternity. We must not become numb, thinking we understand because we have heard, while our lives are not truly gripped by this reality of truth. Thus, we must always remember that our temporary life on earth is only for the life to come as children of God; as those who receive the grace to become children of God, we are given the power or ability to truly exist, live a quality life as children of God with the standard or model of Jesus' life.

We must truly use this opportunity because becoming children of God requires a struggle and the stake of our whole lives. Many people are unaware of this. Many people prefer to have the world rather than the Kingdom of God. Many Christians feel they are not choosing hell but still divide their hearts for the world. Yet the Word of God says we cannot serve two masters; we must choose one. Many Christians feel they are not choosing hell but still live in love with the world, still hoping the world will make them feel complete, whole, happy, and honored. Therefore for a career, for fulfilling physical needs, they dare to risk their whole life.

We must not waste precious time collecting treasures in heaven. The treasures in heaven here refer to qualities of self like the life worn by Jesus. So we can be blameless before God. *One of the causes of the non-growth of spiritual maturity does in our lives so that we are still like other humans in general is because we do not realize that we still have many character flaws* . This happens because we do not really manage the life God has given us seriously. We neglect the maturation process that we should go through properly.

These character flaws are the same as what Jesus referred to as a sick person. We are negligent; we do not seriously use our time to focus on self-improvement to have a quality of life like the quality of life lived by Jesus, who is the standard of life for the children of God. Healthy people do not need a healer or doctor, but the sick do. In Matthew 9:12 (On hearing this, Jesus said, “It is not the healthy who need a doctor, but the sick), Mark 2:17 ( On hearing this, Jesus said to them, “It is not the healthy who need a doctor, but the sick. I have not come to call the righteous, but sinners”), Luke 5:31(Jesus answered them, “It is not the healthy who need a doctor, but the sick), and other similar verses, Jesus used the word "kakos," which means evil or badness. The opposite of kakos is kalos, agathos. Jesus chose this word because it relates psychological, soul, mental, not physical sickness.

For physical sickness, the words used are asthenia or malakia. Physical sickness causes physical death. But inner sickness, spiritual sickness, character flaws, cause eternal death. In Revelation 20, it says, "Then death and Hades were thrown into the lake of fire. The lake of fire is the second death. Anyone whose name was not found written in the book of life was thrown into the lake of fire." However, ironically, many Christians are no longer afraid of the words "second death," "hell," or "eternal fire." Their hearts have become numb to the pure truth. As the Word of God says, people like things that please their ears.

Remember, only the sick need a doctor. Since many Christians do not feel sick, they do not deal with God properly. Even when dealing with God, the only reason is the issue or problem of fulfilling physical needs. The reality is that many churches offer solutions to problems of physical needs, physical ailments, or issues concerning self-esteem. These are actually temporal life issues in this world that do not lead the congregation to mourn, weep, or realize their character flaws.

ONE OF THE CAUSES OF THE NON-GROWTH OF SPIRITUAL MATURITY IN OUR LIVES SO THAT WE ARE STILL LIKE OTHER HUMANS IN GENERAL IS BECAUSE WE DO NOT REALIZE THAT WE STILL HAVE MANY CHARACTER FLAWS.

Card image
CACAT KARAKTER - 01 Juli 2024
2024-07-01 12:03:23


Pada umumnya, hidup manusia difokuskan untuk pemenuhan kebutuhan jasmani, yang oleh karenanya orang mempertaruhkan waktu, tenaga, pikiran, dan apa pun untuk karier. Sebab karier menghasilkan sesuatu yang bukan saja dapat memberi kelangsungan hidup, melainkan juga kebahagiaan dan harga diri. Padahal manusia adalah makhluk kekal. Ini benar-benar tidak seimbang dan suatu kebodohan. Dalam hal ini manusia kurang atau tidak berakal. Kalau hewan filosofinya adalah mari kita makan dan minum sebab besok kita mati, tetapi manusia seharusnya tidak demikian. Ironisnya, hampir semua manusia memiliki pola hidup seperti itu, mari kita makan dan minum, mari kita menikmati hidup sebab kita akan mati dan tidak hidup lagi.

Kematian bukanlah akhir perjalanan kesadaran diri. Kematian hanyalah transisi dari tubuh fana ke tubuh abadi. Dari kehidupan fana ke kehidupan kekal, dari kesadaran dengan tubuh fana ini kepada kesadaran kekal dengan tubuh kekal. Dengan tubuh kekal, seseorang dapat masuk ke tempat mulia dan bahagia. Tetapi juga bisa masuk ke tempat hina atau kebinasaan atau siksaan atau yang disebut sebagai api kekal. Jadi betapa bodohnya orang yang menjadikan sesuatu sebagai “segalanya,” di mana orang bisa mempertaruhkan apa pun demi sesuatu itu yang ternyata setelah diraih, hanya bersifat sementara atau temporal. Sementara di lain pihak, manusia adalah makhluk kekal.

Oleh sebab itu, tidak putus-putusnya kita harus selalu ingat, betapa berharganya kesempatan hidup ini. Sebab kesempatan hidup kita ini menentukan kekayaan abadi atau kehidupan mulia, kehidupan berharga dan bahagia di kekekalan. Jangan sampai kita menjadi kebal, merasa mengerti karena sudah dengar, padahal hidupnya tidak benar-benar dicengkeram oleh realitas kebenaran ini. Jadi, kita harus selalu ingat bahwa hidup sementara di bumi ini hanya untuk kehidupan yang akan datang sebagai anak-anak Allah; artinya sebagai yang menerima anugerah untuk menjadi anak-anak Allah, di mana kita diberi kuasa atau kemampuan untuk benar-benar berkeberadaan, berkualitas hidup sebagai anak-anak Allah dengan standar atau model kehidupan Yesus.

Kita harus sungguh-sungguh menggunakan kesempatan ini, karena untuk menjadi anak- anak Allah harus ada perjuangan dan pertaruhan segenap hidup kita. Banyak orang tidak menyadari hal ini. Banyak orang lebih memilih untuk memiliki dunia, daripada Kerajaan Allah. Banyak orang Kristen merasa tidak memilih neraka, tetapi masih membagi hatinya untuk dunia. Padahal firman Tuhan mengatakan, kita tidak bisa mengabdi kepada dua tuan, kita harus memilih salah satu. Banyak orang Kristen merasa tidak memilih neraka, tetapi masih hidup dalam percintaan dunia, masih berharap dunialah yang membuat dirinya merasa lengkap, utuh, bahagia, dan memiliki kehormatan. Oleh karenanya untuk karier, untuk pemenuhan kebutuhan jasmani, mereka berani mempertaruhkan segenap hidup.

Jangan sampai kita menyia-nyiakan waktu yang berharga untuk mengumpulkan harta di surga. Harta surga di sini maksudnya adalah kualitas diri seperti kehidupan yang dikenakan oleh Yesus. Sehingga kita dapat berkeadaan tidak bercacat di hadapan Allah. Salah satu penyebab tidak bertumbuhnya kedewasaan rohani dalam hidup kita sehingga kita masih seperti manusia lain pada umumnya adalah karena kita tidak menyadari masih banyak cacat karakter kita. Hal ini terjadi karena kita tidak sungguh-sungguh mengelola hidup yang Tuhan berikan. Kita abai terhadap proses pendewasaan yang semestinya kita jalani dengan baik.

Cacat karakter tersebut sama dengan yang dikemukakan oleh Yesus sebagai orang sakit. Kita lalai, kita tidak sungguh-sungguh menggunakan waktu untuk fokus pada pembenahan diri agar memiliki kualitas hidup seperti kualitas hidup yang dijalani oleh Yesus yang adalah standar kehidupan anak-anak Allah. Orang sehat tidak membutuhkan tabib atau dokter, tetapi orang yang sakit membutuhkan dokter atau tabib. Dalam Matius 9:12, Markus 2:17, Lukas 5:31, dan ayat-ayat lain yang berbicara senada, Tuhan Yesus menggunakan kata ‘kakos’ yang berarti keburukan. Lawan kata kakos adalah kalos, agatos. Yesus memilih kata ini karena bertalian dengan sakit secara psikis, jiwa, batin, bukan fisik.

Kalau sakit yang terkait dengan fisik, menggunakan kata astenia, malakia. Sakit fisik menyebabkan kematian fisik. Tetapi sakit batin, sakit rohani, cacat karakter menyebabkan kematian kekal. Dalam Wahyu 20 dikatakan, “Maut dan kerajaan maut itu dilemparkan ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam Kitab Kehidupan itu, dia dilemparkan ke dalam lautan api.” Namun ironis, banyak orang Kristen yang sudah tidak gentar lagi terhadap kata kematian kedua, neraka, atau api kekal. Hatinya sudah kebal terhadap kebenaran yang murni. Seperti yang dikatakan oleh firman Tuhan, yaitu orang-orang menyukai perkara yang menyenangkan telinga.

Ingat, hanya orang sakit yang memerlukan dokter, maka karena tidak merasa sakit, banyak orang Kristen tidak berurusan dengan Tuhan secara benar. Kalaupun berurusan dengan Tuhan, yang menjadi alasan adalah hanya persoalan atau masalah pemenuhan kebutuhan jasmani. Dan kenyataannya, tidak sedikit gereja menawarkan solusi dari masalah pemenuhan kebutuhan jasmani, penyakit jasmani, atau masalah yang menyangkut harga diri. Sebenarnya itu adalah kehidupan fana di dunia yang tidak mengarahkan jemaat untuk meratapi, menangisi, menyadari cacat karakternya.

Tuhan Yesus memberkati
????????????. ????????. ???????????????????????????? ????????????????????????????

SALAH SATU PENYEBAB TIDAK BERTUMBUHNYA KEDEWASAAN ROHANI DALAM HIDUP KITA SEHINGGA KITA MASIH SEPERTI MANUSIA LAIN PADA UMUMNYA ADALAH KARENA KITA TIDAK MENYADARI MASIH BANYAK CACAT KARAKTER KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 01 Juli 2024
2024-07-01 11:33:07

2 Raja-raja 1-4

Card image
Truth Kids 30 Juni 2024 - INDAH RENCANA MANUSIA, LEBIH INDAH RENCANA TUHAN
2024-06-30 12:02:24


Yeremia 29:11
"Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."

Momo dan Nana ingin pergi bermain ke kolam renang. Namun, ternyata hujan turun sepanjang hari dan tidak kunjung reda. Momo dan Nana merasa sedih karena tidak bisa bermain di kolam renang. Mereka terlihat murung sekali. Mama dan papa yang melihat itu memiliki ide untuk membuat mereka kembali ceria. Mama dan papa pun mengajak mereka mengendarai mobil saat hujan turun. Saat sudah sampai di tempat tujuan, mama dan papa mengajak mereka turun. Ternyata mereka sedang berada di taman bermain. Di sana ada banyak permainan dan teman-teman baru. Yang paling membuat mereka gembira adalah ternyata di sana ada tempat untuk mandi bola seperti di kolam renang.

Mereka sangat gembira dan bersemangat untuk bermain. Walaupun mereka tidak jadi pergi bermain ke kolam renang, mama dan papa membuat mereka senang dengan cara yang lebih hebat.

Sobat Kids, mungkin kita sering mengalami hal yang tidak kita sukai dalam hidup ini. Namun, ingatlah bahwa Tuhan mengetahui rencana manusia. Bahkan rencana Tuhan pasti lebih indah daripada rencana manusia. Seperti ayat firman Tuhan hari ini; Tuhan memiliki rancangan atau rencana damai sejahtera untuk hidup kita semua.

Card image
Truth Junior 30 Juni 2024 - RANCANGAN TUHAN
2024-06-30 12:00:48


Yeremia 29:11
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”

Sudah sebulan ini kita belajar tentang buah Roh, damai sejahtera. Apakah kalian merasakan damai sejahtera, Sobat Junior? Dengan kita berdoa, berserah, dan memahami firman Tuhan, kita dapat mengalami damai sejahtera. Damai sejahtera adalah kehendak Allah untuk kita semua. Ayat firman Tuhan yang kita baca hari ini menyatakan bahwa Tuhan merancangkan damai sejahtera untuk kita semua. Tuhan tidak pernah merancangkan sesuatu yang buruk bagi kehidupan kita. Tuhan ingin kita memiliki masa depan yang penuh harapan.

Damai sejahtera yang Tuhan rancangkan bagi kita tentu bukan damai versi diri kita sendiri, ya, Sobat Junior. Bukanlah merasa damai karena memiliki apa yang kita mau. Bukan juga merasa damai karena segala keadaan dalam hidup kita baik-baik saja, tanpa masalah. Damai sejahtera dari Tuhan dapat kita rasakan karena percaya Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita, anak-anak-Nya, sendirian. Jika kita mau berserah dan mengikuti-Nya, Tuhan pasti menyertai kita.

Yuk, Sobat Junior, kita terus berjuang untuk menyenangkan dan melakukan perintah-Nya hingga kita sampai di langit baru bumi yang baru!

Card image
Truth Youth 30 Juni 2024 (English Version) - TRUTH NATURE: INTEGRITY
2024-06-30 11:56:18


"Do not envy the wicked, do not desire their company; for their hearts plot violence, and their lips talk about making trouble." (Proverbs 24:1-2)

There are many aspects to the nature of truth. Among these, one crucial aspect for recognizing truth is integrity. Without integrity, one cannot recognize truth, thus leading to a misguided life. Those who do not acknowledge truth cannot live according to it.

Young people are the most vulnerable generation when it comes to matters of truth. The issue of truth presents a dilemma that confuses young people because it places them in a situation to choose between truth and falsehood, as the world is full of falsehood and misguidance, even within the church. Many pastors who should be teaching truth end up teaching falsehood, even heresy. One such teaching is to associate only with good people and avoid those who are less good for the sake of personal holiness. This teaching may sound spiritual and correct, but in reality, it is only partially true or a half-truth.

Guys, a half-truth is the same as a non-truth or false teaching because truth is always complete. The impact of this teaching is actually very negative or pragmatically negative because we are taught to prioritize our own holiness and salvation without concern for the salvation of others in our interactions (toxic spirituality). The Bible must be understood in its entirety to obtain the bigger picture, which is the salvation for all people.

The teachings of the Bible regarding social interactions must be understood correctly. Associating with bad company ruins good character does not mean we should be exclusive, only associating with good friends and avoiding those who are less good in social interactions, but rather we should fortify ourselves with truth and limit the intensity of our interactions. There is no perfect companionship without flaws or faults. Therefore, we must be wise in our social interactions. Don't be selective with friends, but be children of God who are friendly. Befriend and associate as widely as possible with as many people as possible in accordance with the integrity of truth and the love of God.

WHAT TO DO:
1. Test every teaching.
2. Do not listen to and accept any form of falsehood.
3. Be children of God who are friendly.

BIBLE MARATHON:
- Psalms 141-150

Card image
Truth Youth 30 Juni 2024 - NATUR KEBENARAN: UTUH
2024-06-30 11:50:34


Jangan iri kepada orang jahat, jangan ingin bergaul dengan mereka. Karena hati mereka memikirkan penindasan dan bibir mereka membicarakan bencana. (Ams. 24:1-2)

Natur kebenaran itu ada banyak. Dari banyak natur kebenaran, terdapat natur yang sangat penting untuk mengenali kebenaran, yakni keutuhan. Tanpa keutuhan, seseorang tidak dapat mengenali kebenaran sehingga hidupnya salah. Orang yang tidak mengenal kebenaran tidak dapat hidup sesuai dengan kebenaran.

Para pemuda merupakan generasi yang paling rentan ketika diperhadapkan dengan perkara kebenaran. Persoalan mengenai kebenaran menjadi persoalan dilematis yang membingungkan bagi para pemuda sebab persoalan ini menempatkan mereka pada suatu keadaan untuk memilih kebenaran atau kepalsuan sebab dunia ini penuh dengan kepalsuan dan kesesatan, termasuk di dalam gereja. Banyak pendeta yang mestinya mengajarkan kebenaran malah mengajarkan kepalsuan, bahkan kesesatan. Salah satunya adalah ajaran untuk bergaul dengan orang baik saja dan jauhi orang yang kurang baik demi kekudusan diri. Seolah-olah ajaran ini terdengar rohani dan benar, padahal ajaran ini hanya separuh saja benar atau half-truth (kebenaran sebagian).

Guys, half-truth itu sama dengan non-truth (bukan kebenaran) atau ajaran yang salah, kepalsuan (false teaching), sebab kebenaran itu pasti utuh. Dampak dari ajaran ini sebenarnya sangat tidak baik atau pragmatis-negatif sebab kita diajar untuk mementingkan kekudusan dan keselamatan diri sendiri tanpa beban atas keselamatan sesama dalam pergaulan (toxic spirituality). Alkitab harus dipahami secara utuh guna memperoleh gambar besarnya, yakni keselamatan bagi semua orang.

Ajaran Alkitab perihal pergaulan harus dipahami dengan benar. Pergaulan yang buruk merusak karakter yang baik bukan berarti kita menjadi eksklusif, hanya bergaul dengan teman-teman yang baik dan menjauhi teman-teman yang kurang baik dalam pergaulan, melainkan kita harus membentengi diri dengan kebenaran dan membatasi intensitas pergaulan. Tidak ada pergaulan yang sempurna, tanpa cacat dan cela, tidak ada. Oleh sebab itu, kita harus berhikmat dalam bergaul. Jangan pilih-pilih teman, tetapi jadilah anak Allah yang bersahabat. Berteman dan bergaullah seluas-luasnya dengan sebanyak mungkin orang sesuai dengan integritas kebenaran dan kasih Allah.

WHAT TO DO:
1. Uji setiap ajaran
2. Jangan mendengarkan dan menerima segala bentuk kepalsuan
3. Jadilah anak Allah yang bersahabat

BIBLE MARATHON:
▪︎Mazmur 141-150

Card image
Renungan Pagi - 30 Juni 2024
2024-06-30 11:48:09


Dalam hidup ini tanpa disadari seringkali kita memiliki hati dan pikiran yang jahat, penuh prasangka dan kecurigaan, sehingga sedikit ditekan dan ditindas, kita akan langsung berpikir ingin membalas dengan hal yang sifatnya menindas dan menekan juga. Tidak puas jika belum membalas dendam, kebencian berakar dalam hati yang pada akhirnya menumbuhkan akar pahit.

"Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang." Berhati-hatilah dengan hati dan pikiran, jika sudah tumbuh akar pahit, maka itu berarti kita sedang menjauhkan diri dari kasih karunia Allah dan menimbulkan kerusuhan yang mencemarkan banyak orang. Betapa mengerikan dampak dari akar pahit itu. Jangan sampai ada di dalam kepahitan, kiranya kasih karunia Tuhan melingkupi kita semua.
(Ibrani 12:15)

Card image
Quote Of The Day - 30 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-30 09:26:02


Seharusnya, kita serakah untuk hal lain, yaitu bagaimana kita bisa mencapai puncak setinggi-tingginya dalam hal berkenan kepada Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 30 Juni 2024 Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-30 09:20:37


Seharusnya, kita serakah untuk hal lain, yaitu bagaimana kita bisa mencapai puncak setinggi-tingginya dalam hal berkenan kepada Tuhan.

Card image
PERSEVERANCE - 30 Juni 2024 (English Version)
2024-06-30 09:16:09


There is one thing that many people do not know: in our journey with Lord Jesus, in our search for God, we will face several challenges. First, we encounter difficulties. How challenging it is to find and experience God. Second, we see the reality that those who earnestly seek God and those who do not seem to be no different. Sometimes, we even see that people who do not seek God appear more prosperous, less troubled, and live more comfortably. For us who remain faithful and persistent in such circumstances, we will be tested. Seeking God, experiencing God is not an easy task, and our situation seems similar to those who do not earnestly seek God. In fact, it is not uncommon for those who do not seek God to appear better physically.

If we understand that we must persevere and be diligent, then we must be truly determined, like the widow mentioned in Luke 18. In facing difficult situations beyond her capabilities, she was determined to subdue a judge who neither feared God nor cared for anyone. Luke 18 teaches us to be persistent. It begins with the statement, "We ought always to pray and not lose heart…" Prayer is fellowship with God—not just folding hands, bending knees, and uttering prayer words—which we must strive for, even though it is tough and challenging. For us, it becomes a test of perseverance that will produce divine character and prove our faithfulness to God.

But on the other hand, this can harden the hearts of many people. Those who do not earnestly seek God will say, "Where is your God? Where is the proof? What is the difference between you and us?" They harden their hearts. The seeming absence of God makes those who do not earnestly seek Him say, "God is nonsense. In fact, your situation is the same as us, we are even better, where is your God? We do not see the proof of God's presence in your life." Remember, how was Pharaoh's heart hardened? Even when the ten plagues were sent, Pharaoh found another way to handle the situation. He repeatedly deceived Moses by promising liberation for the Israelites; "Moses, tell your God to stop this plague. If the plague is stopped, I will give you the opportunity to worship your God in Sinai."

However, after the plague was lifted, Pharaoh did not give the Israelites a chance to leave Egypt. This happened over and over again, in this way Pharaoh thought that God could be deceived. Pharaoh could no longer think rationally, all he had was hatred and resentment towards Moses, the Israelites, and Elohim Yahweh. Eventually, he allowed the Israelites to leave. But he still had one plan: to pursue the Israelites and kill them on their way. God did not meddle with Pharaoh's feelings. Do not think that God tampers with someone's feelings and then makes them hard-hearted or soft-hearted. Life events make a person’s heart hard or soft.

For us, the situation where we feel and experience how difficult it is to experience God, and the reality that our condition in seeking God seems the same as those who do not seek God, can produce perseverance until we have unconditional faith. Because we are able to see what human eyes cannot see, believe what humans cannot believe. We have perseverance and unconditional obedience to God, obeying regardless of the circumstances. Therefore, we should not take advantage of God. We must understand that the Lord of the universe, whose face and presence we seek, is the God who created the heavens and the earth. His greatness is beyond our understanding. He is an extraordinary God, not a cheap God.

We must seriously invest our time, thoughts, and energy in Him. Our holiness must be maximal. We must have the courage to determine not to hurt God, no matter how small or subtle the mistake. We must dare to say, "Make me perfect like the Father." This means that everything we do must always align with God's thoughts and feelings. Argue with God. Only then can we experience God, and many things will we experience later. And the fruits of our lives will be visible, the holiness of life and the willingness to sacrifice for God. There is no pleasure except God and His Kingdom. That is the result of our encounter with God.

Be serious with ourselves. If there are wrong habits, sins we still commit, scold ourselves. In another context, we can say, "God, what have I not given to You? What do You want me to do that I have not done? If Abraham could give Isaac, I can also give my Isaac." Life is short and tragic. What are we waiting for? So if seeking God feels so difficult, in reality, what price are we willing to pay? Therefore, we must run as fast as we can in pursuing God.

FOR US, THE SITUATION WHERE WE FEEL AND EXPERIENCE HOW DIFFICULT IT IS TO EXPERIENCE GOD, AND THE REALITY THAT OUR CONDITION IN SEEKING GOD SEEMS THE SAME AS THOSE WHO DO NOT SEEK GOD, CAN PRODUCE PERSEVERANCE UNTIL WE HAVE UNCONDITIONAL FAITH.

Card image
BERTEKUN - 30 Juni 2024
2024-06-30 09:11:50


Ada satu hal yang tidak diketahui oleh banyak orang bahwa dalam pengiringan kita kepada Tuhan Yesus, dalam pencarian kita akan Tuhan, kita akan menghadapi beberapa hal, yaitu: Yang pertama, kita menemui kesulitan. Betapa tidak mudahnya Allah itu ditemui dan dialami. Yang kedua, kita melihat kenyataan antara yang sungguh-sungguh mencari Tuhan dengan mereka yang tidak sungguh-sungguh mencari Tuhan seakan-akan tidak berbeda. Bahkan kadang-kadang kita melihat kenyataan, orang-orang yang tidak mencari Tuhan kelihatan lebih makmur, lebih tidak dilanda masalah, hidupnya lebih nyaman. Bagi kita yang tetap setia dan tekun di tengah-tengah keadaan seperti ini, akan teruji. Mencari Tuhan, mengalami Tuhan bukan satu hal yang mudah, dan keadaan kita seakan-akan sama dengan mereka yang tidak sungguh-sungguh mencari Tuhan. Bahkan tidak jarang, seakan-akan mereka yang tidak mencari Tuhan keadaannya bisa nampak lebih baik secara jasmani.

Kalau kita mengerti bahwa kita harus bertekun dan giat, maka kita harus betul-betul nekat, seperti janda yang dikemukakan di Lukas 18. Dalam menghadapi keadaan sulit, di luar kemampuannya, dia nekat sampai bisa menaklukkan hakim yang tidak takut akan Allah dan yang tidak peduli siapa pun. Lukas 18 mengajarkan agar kita tekun. Dimulai dengan kalimat, “Hendaknya kita berdoa tiada berkeputusan…” Doa adalah persekutuan dengan Allah—bukan hanya melipat tangan, menekuk lutut, dan mengucapkan kalimat doa—yang harus kita perjuangkan, walaupun itu berat dan sukar. Bagi kita, itu menjadi ujian ketekunan yang akan membuahkan karakter ilahi, dan yang akan membuktikan kesetiaan kita kepada Allah.

Tapi di pihak lain, hal itu bisa membuat hati banyak orang dikeraskan. Orang yang tidak sungguh-sungguh mencari Tuhan akan berkata, “Di mana Allahmu? Mana buktinya? Apa bedanya kamu dengan kami?” Mereka mengeraskan hatinya. Kenyataan seakan-akan Allah tidak nyata, membuat orang yang tidak sungguh-sungguh mencari Tuhan akan berkata, “Tuhan itu omong kosong. Kenyataannya, keadaanmu sama saja seperti kami, bahkan kami lebih baik, mana Allahmu? Kami tidak melihat bukti kenyataan hadir-Nya Tuhan dalam hidupmu.” Ingat, bagaimana Firaun dikeraskan? Sampai pada saat 10 tulah diturunkan, Firaun memakai cara lain untuk menanggulangi keadaan itu. Dia menipu Musa berulang-ulang dengan menjanjikan pembebasan bagi bangsa Israel; “Musa, katakan kepada Allahmu supaya menghentikan tulah ini. Kalau tulah ini dihentikan, aku beri kamu kesempatan untuk berbuat bakti kepada Allahmu di Sinai."

Namun setelah tulah diangkat, Firaun tidak memberi kesempatan bangsa Israel keluar dari Mesir. Berulang-ulang itu terjadi, dengan cara demikian Firaun berpikir Allah bisa ditipu. Firaun sudah tidak bisa lagi memiliki pikiran sehat, yang ada hanyalah kebencian dan dendam terhadap Musa, bangsa Israel, dan Elohim Yahweh. Akhirnya, ia membiarkan orang Israel keluar. Tapi dia masih punya satu rencana: memburu bangsa Israel dan membunuhnya di perjalanan. Allah tidak mengkutak-kutik perasaan Firaun. Jangan kita berpikir Allah mengkutak-kutik perasaan seseorang lalu membuatnya menjadi keras hati atau sebaliknya menjadi lembut hati. Peristiwa-peristiwa hidup yang membuat keras atau lembutnya hati seseorang.

Bagi kita, keadaan di mana kita merasakan dan mengalami betapa sulitnya Allah dialami, dan kenyataan seakan-akan keadaan kita yang mencari Tuhan sama dengan mereka yang tidak mencari Tuhan bisa membuahkan ketekunan, sampai kita memiliki iman yang tak bersyarat. Karena kita mampu melihat apa yang tidak dilihat oleh mata manusia, meyakini apa yang tidak bisa diyakini manusia. Kita memiliki ketekunan dan memiliki ketaatan kepada Tuhan tanpa syarat, taat walau apa pun keadaannya. Maka, kita jangan memanfaatkan Tuhan. Kita harus mengerti, Allah semesta alam yang wajah dan hadirat-Nya kita cari adalah Allah yang menciptakan langit dan bumi. Kebesaran-Nya itu tak mampu kita pahami. Dia adalah Allah yang luar biasa, bukan Allah yang murahan.

Kita harus sungguh-sungguh menginvestasikan waktu, pikiran, dan tenaga kita kepada-Nya. Kesucian kita harus kesucian maksimal. Kita harus berani bertekad, tidak melukai Tuhan, sekecil apa pun, sehalus apa pun kesalahan itu. Kita harus berani berkata, "Buat aku sempurna seperti Bapa." Artinya, segala hal yang kita lakukan selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Berperkaralah dengan Tuhan. Baru kita bisa mengalami Tuhan, dan banyak hal yang akan kita alami nanti. Dan buah hidup kita akan nampak, kesucian hidup dan kerelaan berkorban untuk Tuhan. Tidak ada kesenangan apa pun kecuali Tuhan dan Kerajaan-Nya. Itulah hasil perjumpaan kita dengan Tuhan.

Seriuslah dengan diri kita sendiri. Kalau ada kebiasaan-kebiasaan yang salah, ada dosa-dosa yang masih kita lakukan, marahi diri kita sendiri. Nanti di dalam konteks yang lain, kita bisa berkata, “Tuhan, apa yang aku belum berikan pada-Mu? Apa yang Engkau kehendaki untuk kulakukan, namun tidak kulakukan? Kalau Abraham bisa memberikan Ishak, aku juga bisa memberikan Ishakku." Hidup ini singkat dan tragis. Apa yang kita nantikan? Jadi kalau dalam mencari Tuhan terasa begitu sulitnya, sejatinya, berapa harga yang kita berani bayar? Jadi kita harus lari sekencang-kencangnya dalam memburu Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
????????????. ????????. ???????????????????????????? ????????????????????????????

BAGI KITA, KEADAAN DI MANA KITA MERASAKAN DAN MENGALAMI BETAPA SULITNYA ALLAH DIALAMI, DAN KENYATAAN SEAKAN-AKAN KEADAAN KITA YANG MENCARI TUHAN SAMA DENGAN MEREKA YANG TIDAK MENCARI TUHAN BISA MEMBUAHKAN KETEKUNAN, SAMPAI KITA MEMILIKI IMAN YANG TAK BERSYARAT.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 Juni 2024
2024-06-30 09:08:09

Obaja 1
Mazmur 82-83

Card image
Truth Kids 29 Juni 2024 - PERKATAAN YANG MEMBAWA DAMAI
2024-06-29 14:48:52


1 Tesalonika 5:18
”Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”

Suatu ketika, guru di sekolah Riko dan Kiko meminta anak-anak di kelas untuk menggambar cita-cita mereka di masa depan. Riko dan teman-teman sangat bersukacita, tetapi beda dengan Kiko. Dia terlihat sangat lesu, Sobat Kids. Ternyata, Kiko tidak memiliki pensil warna dan buku untuk menggambar. Oleh sebab itu, Kiko terlihat sangat murung. Riko pun menoleh ke Kiko. Sadar temannya tidak memiliki buku gambar dan pensil warna, Riko berbagi pensil warna dan kertas gambar. Ia tidak mengejek Kiko sama sekali, tetapi ia malah berbagi kepada teman yang kekurangan. Kiko pun merasa sangat gembira. Ia memiliki teman yang sangat baik. Kiko semakin banyak belajar untuk bersyukur.

Selalu bersyukur atas kehidupan kita juga membawa kedamaian, Sobat Kids. Walaupun saat ini kita mengalami kesulitan atau kekurangan, tetaplah bersyukur. Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk mengucap syukur dalam segala hal. Percayalah keadaan kita saat ini, yang masih bisa hidup dan menghirup oksigen dengan bebas adalah anugerah. Mengucap syukurlah sehingga kita merasakan damai dalam hati.

Card image
Truth Junior 29 Juni 2024 - DALAM SEGALA HAL
2024-06-29 13:12:38


1 Tesalonika 5:18
”Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”

Manakah yang lebih mudah diikuti: bersenang-senang atau bersedih? Rasanya hampir semua lebih memilih untuk ikut di acara yang buat senang dari pada ikut acara yang buat sedih atau kedukaan. Manakah yang lebih mudah kita lakukan: mengucap syukur saat senang atau saat sedih? Tentu saja lebih mudah mengucap syukur saat senang, kan?

Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk mengucap syukur dalam segala hal. Di ayatnya bukan tertulis mengucap syukur saat keadaan baik atau senang, melainkan mengucap syukur dalam segala hal. Itu artinya dalam keadaan baik maupun sulit; saat senang maupun saat sedih; saat kesal maupun saat bahagia. Itulah yang Allah ingin kita lakukan.

Pada praktiknya, tentu tidak mudah, Sobat Junior. Itulah sebabnya kita harus berjuang untuk melakukan kehendak Bapa di surga. Coba deh, saat kamu sedang sedih dan galau, pikirkan kebaikan yang telah kalian terima dalam hidup ini. Hitung berkat Tuhan satu per satu. Pujian dan syukur dapat membawa damai sejahtera dalam hidup kita.

Card image
Truth Youth 29 Juni 2024 (English Version) - TRUTH NATURE: LOVE
2024-06-29 13:03:49


"Love is patient, love is kind. It does not envy, it does not boast, it is not proud. It does not dishonor others, it is not self-seeking, it is not easily angered, it keeps no record of wrongs. Love does not delight in evil but rejoices with the truth." (1 Corinthians 13:4-6)

When we discuss the nature of truth, it's important to recognize that truth has practical attributes that can be applied in everyday life, including in our interactions. Truth is not just about knowledge but also about actions that align with right moral principles.

In the Bible, we are given clear guidance on how love should be manifested in our lives. 1 Corinthians 13:4-6 paints a beautiful picture of the heavenly attributes of love. Love is patient and kind, not envious, boastful, or self-seeking. Love does not behave rudely or keep a record of wrongs, and most importantly, love does not rejoice in injustice but rejoices with the truth.

In our daily interactions, we are often confronted with various situations that trigger different emotions and reactions. However, we are called to live a life of love, both in words and deeds. Love is the identity of God's children, and every act of love we perform is a reflection of the love of God we have received.

In every interaction with others, let us apply the attributes of love listed in 1 Corinthians 13:4-6. By doing this, we can build healthy and meaningful relationships with others and become channels of blessings to them. Let us make love the foundation of every interaction we have so that we can reflect the character of Christ in our daily lives.

WHAT TO DO:
1. Apply the attributes of love in daily life and interactions.
2. Share God's love with others through our words and actions.
3. Show genuine care to those around us.

BIBLE MARATHON:
- Psalms 134-140

Card image
Truth Youth 29 Juni 2024 - NATUR KEBENARAN : KASIH
2024-06-29 12:58:50


”Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi ia bersukacita karena kebenaran.” (1 Korintus 13:4-6)

Salah satu hal yang perlu kita ketahui tentang natur kebenaran adalah bahwa natur kebenaran itu pada dasarnya bersifat pragmatis dan aplikatif. Natur kebenaran itu pasti berdampak dan dapat diterapkan dalam segala hal, termasuk dalam pergaulan. Tentu natur kebenaran itu berdampak positif sebab kepalsuan pun berdampak.

Kita tahu bahwa tidak semua pergaulan itu baik adanya. Alkitab memperingatkan bahwa pergaulan yang buruk merusak kebiasaan atau karakter yang baik (1 Kor. 15:33), bahkan ditekankan bahwa pergaulan yang buruk itu merupakan suatu bentuk kesesatan. Memang dalam kehidupan ini kita perlu bergaul meskipun tidak ada pergaulan yang ideal. Dalam pergaulan mana pun, akan selalu ada orang-orang yang kasar, ucapan maupun tindakannya cenderung melukai, dan lain-lain. Akan tetapi, hal ini tidak boleh menjadi alasan kita kompromi kebenaran dengan tidak menerapkan kasih di dalam pergaulan.

Kita harus menyadari bahwa setiap kita adalah anak Allah dan identitas anak Allah itu dikenali dari naturnya. Selain integritas, natur anak Allah itu ialah kasih. Anak Allah itu penuh kasih. Barangsiapa tidak memiliki kasih, dia bukan anak Allah!

Dalam 1 Korintus 13:4—6, rasul Paulus menyatakan kepada kita ciri kasih yang datang dari surga, sehingga orang yang memiliki dan mengenakan kasih itu pastilah ia sabar, murah hati, tidak iri hati ataupun dengki; ia tidak egosentris, tidak pemarah, tidak menyimpan dendam; dan ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, melainkan ia bersukacita karena kebenaran. Kita lihat, bahwa kasih itu nyata, membumi, dan dapat dirasakan oleh semua orang. Kasih itu sangat aplikatif dan pragmatis sehingga bisa diterapkan oleh siapa pun, kapan pun, dan di mana pun, dalam segala perkara, termasuk dalam pergaulan. Oleh sebab itu, terapkanlah kasih dalam pergaulan tanpa memandang muka. Jadikanlah pergaulan sebagai sarana kita memberkati banyak orang dengan membagikan kasih Allah.

WHAT TO DO:
1. Terapkan ciri kasih dalam kehidupan pribadi dan dalam pergaulan
2. Bagikan kasih Allah kepada sesama dalam pergaulan
3. Tunjukkan kepedulian kita dengan tulus

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mazmur 134-140

Card image
Renungan Pagi - 29 Juni 2024
2024-06-29 12:35:22


Kesombongan adalah awal dari kehancuran, lagipula tidak ada gunanya sombong, karena sebenarnya tidak ada yang dapat kita sombongkan atau banggakan, segala yang kita miliki adalah kepunyaan Allah. Bahkan nyawa pun milik Tuhan, jika Tuhan ingin mengambilnya, apakah kesombongan dapat mencegahnya? tentu saja tidak.

Firman Tuhan jelas menyatakan; "Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman, kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan."

Orang-orang yang sombong adalah kekejian bagi Tuhan dan akan dihukum, kesombongan juga menjadi awal dari kehancuran dan kejatuhan, tetapi orang-orang yang rendah hati akan mendapat belas kasihan dan pembelaan Tuhan, serta akan dimuliakan nantinya.
(Amsal 16:5,18)

Card image
Quote Of The Day - 29 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-29 12:32:14


Perjuangan untuk berkenan kepada Allah menjadi sempurna seperti Bapa, serupa dengan Yesus haruslah hal utama, apa pun yang terjadi dalam hidup kita tidak boleh menjadi persoalan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 29 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-29 12:30:34


Kita sering mencari kebahagiaan di tempat-tempat lain seperti harta, kesuksesan, atau hubungan manusiawi, namun kebahagiaan yang sejati dan abadi hanya bisa ditemukan dalam hadirat-Nya.

Card image
GOD'S TOLERANCE - 29 Juni 2024 (English Version)
2024-06-29 12:28:13


In the process of achieving what God desires, with His patience, God guides us. But God's tolerance is not everlasting; it has an endpoint, a limit. Ironically, many people do not understand this and do not reflect on it, so they do not dare to aim for the highest targets to avoid disaster. It's like a school child who wants to achieve the highest ranking to get a scholarship for the next level. For a trader, he wants to make as much profit as possible. In a competition for a position, one wants to reach the highest rank.

Why don’t we have the ambition to achieve the highest level of holiness for God, the highest level of sanctity? So that when we stand before God, we are found to be without blemish and flawless. The Word of God says, "So that you may be found without blemish and without fault at the coming of the Lord." But hearing the words "without blemish and without fault," many people are already afraid, and there is a voice in their heart, "Impossible, that's not achievable."

May God open our minds so that we take this seriously. On the one hand, there is tolerance from God. But within that tolerance, we must understand the target that must be achieved, that is the holiness of life. As the Word of God says, "Without holiness, no one will see the Lord." In the book of Revelation, it is said that only holy people will enter the city of Jerusalem. Nothing impure will enter the city of Jerusalem. However, God is very tolerant, patiently guiding us. In the Gospel of Matthew 11:28-29, God says, "I am gentle, learn from Me," meaning we must become like Him, and the standards we have are His standards.

But most people do not heed the standard they should achieve, especially when they are directed towards other objects; wanting the biggest house, the most luxurious car, the most money, the most beautiful appearance, to be the most respected person. So today we are reminded that when we stand before the judgment throne of God, God will be very firm. So, while it's daylight, while God still gives us the opportunity, do not waste it. We must earnestly continue to strive to reach the peak of holiness, the peak of acceptance before God, to be attached to God, as closely as possible. Do not take this lightly. Be grateful if, in the process of our maturation, God gives us the blows that awaken us.

So, how patient God is in guiding us. We fall and rise, fall and rise, yet God continues to bear us, to carry us—it's extraordinary. But God’s tolerance does not continue forever; there is a point where, if it continues, the Holy Spirit is grieved, quenched, and blasphemed, and then there is no more opportunity for that person to change—this is terrifying. Note that those who blaspheme the Holy Spirit do not necessarily become depraved and leave the church. On the contrary, they may still be in the church; they can be diligent members, activists, even become pastors, but they blaspheme the Spirit by not doing the will of God. Therefore, be careful; if everything is formatted in the mind without contact with the Holy Spirit, it is dangerous. One must experience an encounter with God, so that God is not only reasoned with, but God is also encountered. Holiness is not a verbal theory that becomes mere sentences; rather, holiness is felt by the body, soul, and spirit, not just in the mind.

If we hear God's voice, don't delay, because that means we don't give ourselves a chance by postponing what we have to achieve now. So, if we want to be pleasing to God, we should not think “later.” Start now, always now, not later. Even though we have to strive for it. Therefore, we ask God to give us another opportunity, because all this time we have been using the opportunity wrongly. There, we imprison ourselves because we have wasted so much time that God gave us. And we must redeem that mistake. So, we must not give ourselves the opportunity or time to delay.

So, if there is an intention of something bad arising, or something that could lead us to err, do not do it. We must be that daring. Even though the potential for sin is not gone, we must condition ourselves to be forced to be righteous. We must boldly have the principle of “one word action” (gasak), because we are determined. Though it is not easy. But because we are determined, we must not even utter one word if it is not pleasing before God. So, we must not waste God's patience today. If we love God, immediately make the decision to live holy and blameless, always pleasing Him, honoring Him. If not, then what? Do not wait for God’s firmness before His judgment throne. In God's great tolerance, patience, and understanding, we can use it for the process of maturation.

ON THE ONE HAND, THERE IS TOLERANCE FROM GOD. BUT WITHIN THAT TOLERANCE, WE MUST UNDERSTAND THE TARGET THAT MUST BE ACHIEVED, THAT IS THE HOLINESS OF LIFE.

Card image
TOLERANSI TUHAN - 29 Juni 2024
2024-06-29 12:26:24


Dalam proses mencapai apa yang Tuhan kehendaki, dengan sabar-Nya Tuhan menuntun kita. Tapi toleransi Tuhan itu tidak selamanya, ada titik akhir, ada ujungnya. Ironis, banyak orang tidak mengerti hal ini, dan tidak merenungkan hal ini, sehingga mereka tidak berani mencapai target setinggi-tingginya untuk menghindarkan malapetaka. Ibarat seorang anak sekolah, ia mau mencapai ranking setinggi-tingginya, agar bisa mendapatkan beasiswa untuk jenjang berikutnya. Bagi seorang pedagang, ia mau mendapat untung sebanyak-banyaknya. Kalau dalam kompetisi di satu kedudukan, ia mau mencapai kedudukan setinggi-tingginya.

Mengapa untuk Tuhan kita tidak berambisi untuk mencapai kesucian setinggi-tingginya, kekudusan setinggi-tingginya? Sehingga ketika di hadapan Tuhan benar-benar kita didapati tidak bercacat tidak bercela. Firman Tuhan mengatakan, “Supaya kamu didapati tidak bercacat tidak bercela pada waktu kedatangan Tuhan.” Tapi mendengar kata tidak bercacat tidak bercela, banyak orang sudah takut, dan ada suara di dalam hati, “Tidak mungkin, itu mustahil.”

Kiranya Tuhan membuka pikiran kita, supaya kita serius. Di satu pihak, ada toleransi dari Tuhan. Tapi di dalam toleransi itu, kita harus mengerti target yang harus dicapai, yaitu kesucian hidup. Sebagaimana firman Tuhan katakan, “Tanpa kesucian, tidak seorang pun melihat Allah.” Di kitab Wahyu dikatakan, hanya orang-orang suci yang masuk kota Yerusalem. Tidak ada yang najis yang masuk kota Yerusalem. Namun Tuhan toleransi sekali, sabar menuntun kita. Di dalam Injil Matius 11:28-29, Tuhan berkata, “Aku lemah lembut, belajar pada-Ku,” artinya kita harus menjadi seperti Dia dan standar yang kita miliki adalah standar-Nya.

Tapi sebagian besar orang tidak memedulikan standar yang harus dia capai, apalagi kalau sudah diarahkan untuk objek yang lain; mau punya rumah sebesar-besarnya, mobil semewah-mewahnya, uang sebanyak-banyaknya, berpenampilan secantik-cantiknya, jadi orang terhormat setinggi-tingginya. Jadi hari ini kita diingatkan bahwa ketika kita ada di hadapan takhta pengadilan Tuhan, Tuhan akan tegas sekali. Maka, selagi hari siang, selagi Tuhan masih beri kesempatan, jangan disia-siakan. Kita harus sungguh-sungguh terus bergerak untuk mencapai puncak kesucian, puncak keberkenanan di hadapan Tuhan, melekat dengan Tuhan, selekat-lekatnya. Jangan menganggap sepele. Bersyukur kalau dalam proses pendewasaan yang kita alami, Tuhan memberikan pukulan-pukulan yang menyadarkan kita.

Jadi, betapa Tuhan sabar menuntun kita. Jatuh bangun, jatuh bangun, Tuhan tetap pikul kita, Tuhan tetap menanggung kita, luar biasa. Tapi toleransi Tuhan tidak berlanjut terus, ada titik di mana kalau terus-menerus, Roh Kudus didukakan, dipadamkan, dihujat, jadi sudah tidak ada lagi kesempatan orang itu berubah, itu mengerikan. Perhatikan, orang yang menghujat Roh Kudus itu bukan berarti lalu jadi bejat, meninggalkan gereja. Sebaliknya, ia masih ada di gereja, dia bisa jadi jemaat yang rajin, aktivis bahkan jadi pendeta, tapi ia menghujat Roh, dia tidak melakukan kehendak Allah. Makanya, hati-hati, kalau semua diformatkan di dalam nalar, tanpa bersentuhan dengan Roh Kudus, bahaya. Seseorang harus mengalami perjumpaan dengan Tuhan, sehingga Tuhan bukan hanya dinalar, melainkan Tuhan juga dijumpai. Kesucian bukan teori verbal yang menjadi kalimat-kalimat, namun kesucian itu dirasakan oleh tubuh, jiwa, dan rohnya, bukan di nalarnya semata-mata.

Kalau kita mendengar suara Tuhan, jangan menunda, sebab berarti kita tidak memberi kesempatan dengan cara menunda apa yang kita harus capai sekarang. Jadi, kalau kita mau menjadi orang yang berkenan, itu tidak boleh kita berpikir nanti. Mulai saat ini, selalu saat ini, bukan nanti. Walaupun kemudian kita harus berjuang untuk itu. Maka, kita minta Tuhan memberi kita kesempatan lagi, karena selama ini kita sudah menggunakan kesempatan dengan salah. Di situ kita memenjara diri kita, sebab waktu yang Tuhan berikan kepada kita begitu panjang telah kita sia-siakan. Dan kita harus menebus kesalahan itu. Jadi, kita tidak boleh memberi kesempatan atau waktu untuk kita bisa menunda.

Jadi, kalau ada niat sesuatu yang buruk muncul, atau sesuatu yang bisa membuat kita salah, jangan lakukan. Harus senekat itu. Walaupun potensi dosa belum lenyap, kita harus mengondisi diri kita untuk dipaksa benar. Kita berani punya prinsip: “gerakan satu kata” (gasak), karena kita nekat. Padahal tidak mudah. Tapi karena kita memang mau nekat, satu kata pun jangan sampai kita ucapkan kalau itu tidak berkenan di hadapan Tuhan. Jadi, kesabaran Tuhan hari ini, jangan kita sia-siakan. Kalau kita mengasihi Tuhan, segera ambil keputusan untuk hidup kudus tak bercela, selalu menyenangkan hati-Nya, menghormati-Nya. Kalau tidak begitu, mau apa kita? Jangan menunggu ketegasan Allah di hadapan takhta pengadilan-Nya. Dalam toleransi Tuhan yang begitu besar, kesabaran, dan pengertian-Nya, kita manfaatkan untuk proses pendewasaan.

Tuhan Yesus memberkati
????????????. ????????. ???????????????????????????? ????????????????????????????

DI SATU PIHAK, ADA TOLERANSI DARI TUHAN. TAPI DI DALAM TOLERANSI ITU, KITA HARUS MENGERTI TARGET YANG HARUS DICAPAI, YAITU KESUCIAN HIDUP.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 29 Juni 2024
2024-06-29 12:22:40

2 Tawarikh 19-23

Card image
Truth Kids 28 Juni 2024 - DAMAI SAAT SEDIH
2024-06-28 18:13:32


Mazmur 147:3
”Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka;”

Sobat Kids, apakah kita bisa merasakan damai saat sedih? Hhmm, rasanya sulit. Coba kita bayangkan perasaan ibu Hana, ibunya Samuel yang ada di dalam Alkitab. Ibu Hana tidak memiliki anak. Ibu Hana sangat sedih hatinya, sampai menangis. Namun, ibu Hana tidak mau menyerah. Ibu Hana pergi berdoa ke Bait Allah untuk memohon kepada Tuhan. Ibu Hana ingin memiliki seorang anak. Ibu Hana selalu menangis ketika berdoa ke rumah Tuhan. Hingga suatu hari, Tuhan akhirnya mendengar doa ibu Hana.

Ibu Hana memiliki seorang anak yang diberi nama Samuel. Ibu Hana berjanji membawa Samuel, anaknya, kepada Tuhan untuk melayani di Bait Allah. Baru saja merasa senang karena mendapat anak, ibu Hana harus berpisah dengan anaknya. Tentu saja hati seorang ibu akan sedih karena ibu Hana tidak bisa lagi tinggal dengan Samuel. Namun, di saat sedih, ibu Hana merasakan damai karena ia tahu anaknya akan melayani Tuhan.

Adakah di antara Sobat Kids yang merasa sedih saat ini? Berdoalah kepada Bapa di surga. Ia akan memberikan damai sejahtera kepada kalian. Bapa tidak akan pernah meninggalkan kita, anak-anak-Nya.

Card image
Truth Junior 28 Juni 2024 - TERLUKA
2024-06-28 18:12:02


Mazmur 147:3
”Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka;”

Sobat Junior, apakah kalian pernah mendengarkan kisah perjuangan para pahlawan yang harus berperang untuk merebut kemerdekaan bagi bangsa Indonesia? Pada zaman dahulu, para pahlawan harus berjuang dengan alat seadanya. Senjata yang dimiliki para pahlawan tidak secanggih senjata lawan. Bahkan banyak pahlawan kita yang hanya bersenjatakan bambu runcing; batang bambu yang ujungnya dipotong miring sehingga menjadi runcing dan tajam. Dalam peperangan pasti banyak yang terluka. Saat dahulu, pengobatan yang diberikanpun sekadarnya. Luka-luka para pejuang dibalut agar tidak terlalu banyak darah yang tercurah.

Kita bersyukur untuk pengorbanan para pejuang. Sejak 1945 bangsa Indonesia sudah merdeka. Tugas kita, sebagai penerus bangsa adalah mengisi kemerdekaan ini dengan baik. Sebagai pelajar, berarti cara mengisi kemerdekaan ini adalah dengan belajar sungguh-sungguh. Kita tidak harus berdarah-darah untuk mengisi kemerdekaan ini.

Sebagai anak-anak Allah, kita pun harus berjuang untuk menyenangkan hati Allah Bapa. Mungkin di perjuangan iman, kita akan mengalami luka dan patah hati. Jangan khawatir, Sobat Junior, Allah akan menyembuhkan dan membalut luka-luka dalam diri kita. Allah menyembuhkan dan memberikan damai dalam perjuangan kita untuk menyenangkan hati-Nya. Teruslah berjuang untuk menyenangkan hati Bapa di surga. Damai sejahtera dari Bapa akan selalu menyertai kita.

Card image
Truth Youth 28 Juni 2024 (English Version) - TRUTH NATURE: INTEGRITY
2024-06-28 18:06:36


"Little children, let no one deceive you. Whoever practices righteousness is righteous, just as He is righteous." (1 John 3:7)

Throughout history, debates about truth have never ceased. For centuries, philosophers and theologians have sought to formulate the concept of truth. There are many definitions and formulations about truth, but its distinctive nature allows us to recognize it. One natural aspect of truth is integrity, which demonstrates the alignment between principles and actions.

Someone without principles may feel unhappy, and someone without actions may feel miserable, but true happiness comes to those who have both. James 4:17 clearly states that if we know what is right but fail to do it, it is sin. A person who knows what is right and how to act but fails to do so loses integrity.

Cases like this often occur in everyday life when we are faced with the choice between remaining faithful to the truth or sacrificing it for temporary pleasure or social acceptance. However, as children of God, we are tested to maintain our identity as children of truth. God is Truth, and His Spirit of Truth is within us, enabling us to live with integrity.

Speaking and acting in accordance with truth is a characteristic of God's children. More than just being brave, children of God live with integrity, practicing what they believe. They not only speak the truth but also live according to it, demonstrating the integrity of truth in their actions. This is our identity as children of truth, as children of God who have integrity.

WHAT TO DO:
1. Do not lie.
2. Avoid using harsh language.
3. Be cautious with words that can hurt others.

BIBLE MARATHON:
- Psalms 120-133

Card image
Truth Youth 28 Juni 2024 - TERLUKA
2024-06-28 18:03:08


Mazmur 147:3
”Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka;”

Sobat Junior, apakah kalian pernah mendengarkan kisah perjuangan para pahlawan yang harus berperang untuk merebut kemerdekaan bagi bangsa Indonesia? Pada zaman dahulu, para pahlawan harus berjuang dengan alat seadanya. Senjata yang dimiliki para pahlawan tidak secanggih senjata lawan. Bahkan banyak pahlawan kita yang hanya bersenjatakan bambu runcing; batang bambu yang ujungnya dipotong miring sehingga menjadi runcing dan tajam. Dalam peperangan pasti banyak yang terluka. Saat dahulu, pengobatan yang diberikanpun sekadarnya. Luka-luka para pejuang dibalut agar tidak terlalu banyak darah yang tercurah.

Kita bersyukur untuk pengorbanan para pejuang. Sejak 1945 bangsa Indonesia sudah merdeka. Tugas kita, sebagai penerus bangsa adalah mengisi kemerdekaan ini dengan baik. Sebagai pelajar, berarti cara mengisi kemerdekaan ini adalah dengan belajar sungguh-sungguh. Kita tidak harus berdarah-darah untuk mengisi kemerdekaan ini.

Sebagai anak-anak Allah, kita pun harus berjuang untuk menyenangkan hati Allah Bapa. Mungkin di perjuangan iman, kita akan mengalami luka dan patah hati. Jangan khawatir, Sobat Junior, Allah akan menyembuhkan dan membalut luka-luka dalam diri kita. Allah menyembuhkan dan memberikan damai dalam perjuangan kita untuk menyenangkan hati-Nya. Teruslah berjuang untuk menyenangkan hati Bapa di surga. Damai sejahtera dari Bapa akan selalu menyertai kita.

Card image
Renungan Pagi - 28 Juni 2024
2024-06-28 07:50:28


Jika kita memikirkan bahwa segalanya dapat diselesaikan dengan uang, berarti tidak mempercayai kebesaran kuasa Tuhan diatas segalanya, dan tidak mengandalkan Tuhan dalam menjalani kehidupan ini, melainkan mengandalkan uang, sehingga lama kelamaan kita akan menjadi hamba uang.

"Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman; "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."

Hidup ini adalah tantangan dan perjuangan, memang yang harus kita hadapi adalah situasi-situasi yang sulit, tetapi harus tahu bahwa ada Tuhan yang memegang kendali hidup kita, DIA pembela, Allah yang tidak pernah mengecewakan dan meninggalkan. Apapun keadaan kita, jangan pernah berpikir hanya dengan uang segalanya bisa selesai, tetapi berpikirlah, selama ada Tuhan dalam hidupku, semua akan selesai pada waktunya.
(Ibrani 13 : 5)

Card image
Quote Of The Day - 28 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-28 07:49:02


Semakin kita tidak serupa dengan dunia, di situlah terjadi pertaruhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 28 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-28 07:48:04


Kebahagiaan sejati kita sebagai manusia hanya dapat ditemukan dalam hubungan dekat dengan Tuhan.

Card image
GOD'S FIRMNESS - 28 Juni 2024 (English Version)
2024-06-28 07:46:59


There is one thing that we must really understand, namely that when we are in the process of maturation, God is very tolerant. Sometimes God seems so flexible, so understanding, so patient. God's Word says, "Even though we are unfaithful, God remains faithful." But, on the other hand, there is no tolerance, God is firm, does not compromise at all. That is when someone must stand before the judgment throne of God. If someone is found displeased, God will firmly say, “I do not know you, depart from Me.”

In the parable of the nobleman who held a banquet, the nobleman was very tolerant, inviting everyone without condition. At the street corners, it was proclaimed for people to come to the banquet. But when at the banquet, if someone was not wearing wedding clothes, the nobleman sternly said, “How can you be here? Kill him before my eyes.” This means that he does not respect the host who is throwing the party, because as a sign of respect for the host who invites the party, we must wear wedding clothes.

The misguided thinking in the lives of many Christians is that the tolerance God gives now will also continue later when people stand before the judgment throne of God. As a result, many people do not truly take advantage of the grace—the opportunity that God gives, where God in His tolerance, understanding, and great patience—yet they do not seriously pay attention to the growth of their faith, the development of their spiritual maturity, as if God’s tolerance of their current state will continue into eternity or continue when they are before God’s judgment throne. Most people underestimate God's firmness.

However, it is clearly stated in Matthew 7:21-23, “On that day, I will declare to them, ‘I never knew you; depart from Me, you who practice lawlessness/you who do not do the will of the Father, or you who do evil".) Because God’s standard is absolute, non-negotiable. As stated in Matthew 6:24, the Word of God says, “No one can serve two masters,” there God’s firmness or integrity is evident. We must be completely devoted to God, or not at all. God’s firmness is also evident in 2 Corinthians 6:17-18, “Therefore, come out from among them and be separate, says the Lord. Do not touch what is unclean, and I will receive you. I will be a Father to you, and you shall be My sons and daughters, says the Lord Almighty.”

So, while we are in the process of maturing, in the process of God’s formation, God is very tolerant. But later, when we are before God's judgment, there will be no tolerance, no compromise. If impurity is still found, God will not accept it. If one does not do the will of the Father, they will be rejected. Satan deceives many people by spreading the message that God’s patience is unlimited. While the Bible says, “The Lord is slow to anger,” if it is said to be slow, no matter how long, it is just slow, not unlimited. Slow means it has an end, a limit.

Let us open our minds. Do not take God lightly, do not disrespect Him. So, when God says, “You cannot serve two masters,” it means God is showing His integrity that we cannot mess with God. Not touching what is impure means we must be found by God to be spotless and blameless. In Hebrews 12:17 it says, “For you know that afterward, when he, Esau, wanted to inherit the blessing, he was rejected, for he found no place for repentance, though he sought it diligently with tears.” The previous verse says, “Lest there be any fornicator or profane person like Esau.” Fornication here is not sexual fornication but unfaithfulness to God, this low lust is not just a general moral problem.

We must train ourselves and force ourselves to seriously consider this. The psalmist has shown us, in Psalm 73, “Whom have I in heaven but You? And there is none upon earth that I desire besides You.” This is the standard, and God is very tolerant in guiding us, but if the time limit runs out and we do not reach it, God will say, “I do not know you.” This is not a threat, but may we receive this word as a warning for those of us who still need and require a warning, unless we love God, then this word is a blessing for us to be restored, renewed by God. Therefore, we must pay attention to these firm warnings.

GOD SHOWS HIS INTEGRITY THAT WE CANNOT MESS WITH GOD.

Card image
KETEGASAN ALLAH - 28 Juni 2024
2024-06-28 07:44:52


Ada satu hal yang kita harus benar-benar mengerti, yaitu ketika kita dalam proses pendewasaan, Tuhan sangat bertoleransi. Kadang Tuhan nampak begitu fleksibel, begitu berpengertian, begitu sabar. Firman Tuhan mengatakan, “Walaupun kita tidak setia, Tuhan tetap setia.” Tetapi, di pihak lain, tidak ada toleransi, Tuhan tegas, tidak kompromi sama sekali. Yaitu, ketika seseorang harus berdiri di hadapan takhta pengadilan Allah. Jikalau seseorang didapati tidak berkenan, maka dengan tegas Tuhan akan berkata, “Aku tidak kenal kamu, enyah kamu dari hadapan-Ku.”

Dalam perumpamaan mengenai bangsawan yang mengadakan pesta, sang bangsawan begitu toleransi, mengundang orang, siapa pun tanpa syarat. Di perempatan-perempatan jalan diserukan untuk datang ke pesta perjamuan. Tetapi ketika ada di pesta perjamuan, jika seseorang tidak mengenakan pakaian pesta, bangsawan itu tegas berkata, “Bagaimana kamu bisa ada di sini? Bunuh dia di depan mataku.” Artinya, dia tidak menghormati tuan rumah yang mengadakan pesta, sebab sebagai tanda penghormatan kepada tuan yang mengundang pesta, kita harus memakai pakaian pesta.

Pikiran sesat di dalam kehidupan banyak orang Kristen adalah toleransi yang Allah berikan seakan-akan juga akan berlanjut nanti ketika orang ada di hadapan takhta pengadilan Tuhan. Sehingga yang terjadi, banyak orang tidak sungguh-sungguh memanfaatkan anugerah—yaitu kesempatan yang Tuhan berikan, di mana Tuhan dalam toleransi-Nya, pengertian-Nya, dan kesabaran-Nya yang tinggi—namun mereka tidak sungguh-sungguh memperhatikan pertumbuhan imannya, perkembangan kedewasaan rohaninya, seakan-akan toleransi Tuhan terhadap keadaannya sekarang ini akan terus berlanjut sampai nanti di kekekalan atau berlanjut nanti di hadapan takhta pengadilan Allah. Sebagian besar orang menganggap remeh ketegasan Allah itu.

Padahal jelas dalam Matius 7:21-23 dikatakan, “Pada hari itu, Aku akan berterus terang, Aku tidak kenal kamu, enyahlah kamu dari hadapan-Ku, kamu yang tidak melakukan kehendak Bapa, atau kamu yang berbuat jahat, atau kamu pembuat kejahatan.” Sebab standar Tuhan itu mutlak, tidak bisa ditawar. Kalau di Matius 6:24, firman Tuhan mengatakan, “Kamu tidak dapat mengabdi kepada dua tuan,” di situ nampak ketegasan atau integritas Tuhan. Kita harus sepenuhnya untuk Tuhan, atau tidak usah sama sekali. Ketegasan Allah juga nampak di 2 Korintus 6:17-18, “Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka,” firman Tuhan, “Dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki, dan anak-anak-Ku perempuan. Demikianlah Firman Tuhan yang Maha Kuasa.”

Jadi, sementara kita dalam proses pendewasaan, dalam proses pembentukan Tuhan, Tuhan begitu toleransi. Tetapi nanti kalau sudah ada di hadapan pengadilan Tuhan, tidak ada toleransi, tidak ada kompromi. Kalau didapati masih ada kenajisan, Tuhan tidak akan menerima. Kalau tidak melakukan kehendak Bapa, ditolak. Setan menipu banyak orang dengan menyebarkan berita bahwa kesabaran Tuhan itu tidak terbatas. Sementara Alkitab mengatakan, “Tuhan itu panjang sabar.” Kalau dikatakan panjang, sepanjang apa pun, hanya panjang, bukan tidak terbatas. Panjang itu ada ujungnya, akhirnya, batasnya.

Mari buka pikiran kita. Jangan menganggap remeh Tuhan, jangan tidak menghormati Dia. Jadi, kalau Tuhan mengatakan, “Kamu tak dapat mengabdi kepada dua tuan,” artinya Tuhan menunjukkan integritas-Nya bahwa kita tidak bisa main-main dengan Tuhan. Jangan menyentuh apa yang najis berarti kita harus sungguh-sungguh didapati Tuhan tidak bercacat tidak bercela. Di dalam Ibrani 12:17 dikatakan, “Sebab kamu tahu bahwa kemudian, ketika ia, Esau, hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.” Ayat sebelumnya, “Janganlah ada orang yang menjadi cabul, atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau.” Cabul di sini bukan cabul seks, melainkan ketidaksetiaan kepada Tuhan, nafsu yang rendah ini bukan hanya masalah moral secara umum.

Kita harus melatih diri dan memaksa diri untuk serius memperhatikan hal ini. Pemazmur sudah menunjukkan kepada kita, di Mazmur 73, “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.” Ini standarnya, dan Tuhan toleransi sekali membimbing kita, tapi kalau sampai batas waktu habis, kita tidak mencapainya, Tuhan berkata, “Aku tidak kenal kamu.” Ini bukan mengancam, tapi firman ini kiranya kita terima sebagai ancaman bagi kita yang masih butuh dan perlu diancam, kecuali kita mengasihi Tuhan, maka firman ini berkat untuk kita bisa dipulihkan, dibarui oleh Tuhan. Jadi, ketegasan-ketegasan ini harus kita bisa memperhatikannya.

Tuhan Yesus memberkati
????????????. ????????. ???????????????????????????? ????????????????????????????

TUHAN MENUNJUKKAN INTEGRITAS-NYA BAHWA KITA TIDAK BISA MAIN-MAIN DENGAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 Juni 2024
2024-06-28 07:40:56

1 Raja-raja 22
2 Tawarikh 18

Card image
Truth Kids 27 Juni 2024 - MEMBICARAKAN ORANG LAIN
2024-06-27 07:15:43


Amsal 16:28
”Orang yang curang menimbulkan pertengkaran, dan seorang pemfitnah menceraikan sahabat yang karib.”

Ali suka bermain dengan teman-temannya, tapi suatu hari, ada seorang anak yang mulai membicarakan hal-hal negatif orang lain (gosip). Ali merasa bingung dan sedih melihat persahabatan mereka terganggu oleh gosip. Ali teringat pesan yang disampaikan kakak Sekolah Minggu di gereja; membicarakan hal negatif orang lain itu tidak baik untuk dilakukan. Maka ia pun mengingatkan temannya untuk tidak menyebarkan gosip kepada orang lain.

Sobat Kids, dengan menghindari gosip, kita akan terhindar dari permusuhan antar teman. Seharusnya kita memelihara damai dengan teman-teman kita. Setiap kita memiliki kekurangan atau perbuatan jelek, masing-masing orang pasti berbeda-beda kekurangannya. Dan pastinya kita pernah melakukan kesalahan. Jadi, tidak sopan membicarakan kejelekan orang lain. Apalagi membicarakan hal-hal yang kita belum pasti benar atau tidak benar. Mari kita bersama-sama berusaha untuk menjadi teman yang baik. Teman yang memelihara damai dan memperkatakan hal-hal positif tentang orang lain.

Card image
Truth Junior 27 Juni 2024 - CURANG
2024-06-27 07:14:20


Amsal 16:28
”Orang yang curang menimbulkan pertengkaran, dan seorang pemfitnah menceraikan sahabat yang karib.”

Joni ingin sekali memenangkan lomba menulis cerpen (cerita pendek) dalam kompetisi yang diadakan oleh sekolahnya. Ia pun membaca banyak cerita untuk menambah referensi saat menulis nanti. Jaka, sahabat Joni, juga senang menulis. Jaka pun berniat untuk mengikuti lomba menulis cerpen. Selain membaca banyak referensi, Jaka sudah mulai berlatih membuat kerangka cerita. Ia berusaha mengembangkan ide pokok dari setiap paragraf. Saat bermain di rumah Jaka, Joni melihat sahabatnya itu sedang berlatih membuat cerita. “Ka, aku lihat kerangka ceritamu, dong,” izin Joni kepada Jaka. “Boleh… tapi itu masih draft. Aku masih mau mengembangkan ceritanya lagi,” ujar Jaka.

Tak terasa, hari perlombaan pun tiba. Joni dan Jaka memulai kompetisi menulis cerpen bersama dengan para peserta lainnya. Namun, tiba-tiba pikiran Joni seperti kosong. Dia tidak bisa memikirkan cerita apa yang hendak ia tulis. Ia hanya ingat kerangka karangan yang dibuat oleh Jaka. Ia pun mulai menulis ceritanya. Saat pengumuman hasil lomba, Joni menjadi salah satu pemenang. Sayangnya Jaka tidak masuk sebagai pemenang. Saat hasil tulisan Joni dipajang di mading sekolah, Jaka mengenali ide ceritanya. Ide cerita yang Joni tulis adalah hasil pikiran Jaka. Maka Jaka melaporkan kecurangan yang dilakukan oleh Joni.

Sobat Junior, orang yang curang pasti akan menimbulkan pertengkaran. Persahabatan karib yang telah ada bisa menjadi pudar karena kecurangan yang dilakukan. Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk memelihara damai sejahtera antara teman-teman dengan tidak berlaku curang satu dengan yang lainnya. Dengan menghindari kecurangan, itu artinya kita memelihara damai sejahtera.

Card image
Truth Youth 27 Juni 2024 (English Version) - BE DIFFERENT
2024-06-27 05:43:42


"Therefore I say this and testify in the Lord, that you should no longer walk as the Gentiles also walk, in the futility of their minds." (Ephesians 4:17)

Ephesians 4:17 teaches us, young people, to have a lifestyle that is different from others. In an age where social media and trends can easily influence us, it's important for us to ensure that our lives not only follow the world's flow but also reflect the values of God found in His Word.

To do this, it's worthwhile to diligently read the Bible and reflect on it. That way, we will have a clear direction in life. Additionally, having fellow believers who can support each other is important. We can remind and motivate one another to live according to God's teachings. We should also be able to control ourselves in facing temptations and pressures from the outside. This requires courage and steadfastness to stick to the principles we believe in. By having a different lifestyle, we can be the light and salt in this world, exerting a positive influence on those around us.

Therefore, let's make our lives an opportunity to continue growing and being a blessing to others. We can do this by continuously enriching our faith and understanding of God's Word and by involving ourselves in church communities that support our spiritual growth. We can also set an example for other young generations, showing that having a different lifestyle doesn't mean being outdated or uninformed. On the contrary, it can make us more sensitive to the needs of this world and better able to provide solutions in line with God's Word. In this way, we can build a strong foundation in our lives, not relying on trends or worldly opinions but on the truth and love of God. And through this lifestyle, we can become agents of change, bringing positive impact to this world.

WHAT TO DO:
1. Diligently read the Bible and reflect on it to have a clear direction in life.
2. Have fellow believers who support and remind each other to live according to God's teachings.
3. Exercise self-control in facing temptations and pressures from the outside, with courage and steadfastness to stick to the principles we believe in.

BIBLE MARATHON:
- Psalm 119

Card image
Truth Youth 27 Juni 2024 - BE DIFFERENT
2024-06-27 05:38:51


”Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia” (Efesus 4:17)

Efesus 4:17 mengajarkan kita, anak muda, untuk memiliki gaya hidup yang berbeda dari yang lain. Di zaman di mana media sosial dan tren dapat dengan mudah mempengaruhi, penting bagi kita untuk menjaga agar hidup kita tidak hanya mengikuti arus dunia, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai Tuhan yang terdapat dalam Firman-Nya.

Untuk melakukan ini, tidak ada salahnya untuk rajin membaca Alkitab dan merenungkannya. Dengan begitu, kita akan memiliki arah yang jelas dalam hidup. Selain itu, memiliki teman seiman yang dapat saling mendukung juga penting. Kita dapat saling mengingatkan dan memotivasi untuk terus hidup sesuai dengan ajaran Tuhan. kita juga harus dapat mengontrol diri dalam menghadapi godaan dan tekanan dari luar. Hal ini membutuhkan keberanian dan keteguhan hati untuk tetap pada prinsip-prinsip yang kita yakini. Dengan memiliki gaya hidup yang berbeda, kita dapat menjadi terang dan garam di dunia ini, memberikan pengaruh positif bagi orang-orang di sekitar kita.

Maka dari itu, mari kita jadikan hidup ini sebagai kesempatan untuk terus berkembang dan menjadi berkat bagi orang lain. Kita dapat melakukan hal ini dengan terus memperkaya iman dan pengertian kita akan Firman Tuhan, serta melibatkan diri dalam komunitas gereja yang mendukung pertumbuhan rohani kita. Kita juga dapat menjadi teladan bagi generasi muda lainnya, menunjukkan bahwa memiliki gaya hidup yang berbeda tidak berarti ketinggalan zaman atau ketinggalan informasi. Sebaliknya, hal ini dapat membuat kita lebih peka terhadap kebutuhan dunia ini dan lebih mampu memberikan solusi yang sesuai dengan Firman Tuhan. Dengan begitu, kita dapat membangun fondasi yang kuat dalam hidup kita, yang tidak bergantung pada tren atau opini dunia, tetapi pada kebenaran dan kasih Tuhan. Dan melalui gaya hidup ini, kita dapat menjadi agen perubahan yang membawa dampak positif bagi dunia ini.

WHAT TO DO:
1.Rajin membaca Alkitab dan merenungkannya untuk memiliki arah hidup yang jelas.
2.Memiliki teman seiman yang saling mendukung dan mengingatkan untuk hidup sesuai dengan ajaran Tuhan.
3.Mengontrol diri dalam menghadapi godaan dan tekanan dari luar, dengan keberanian dan keteguhan hati untuk tetap pada prinsip-prinsip yang kita yakini.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mazmur 119

Card image
Renungan Pagi - 27 Juni 2024
2024-06-27 05:32:17


Banyak firman Tuhan dan hal-hal baik yang sudah kita dengar dan ketahui, banyak pengalaman-pengalaman indah yang sudah kita alami bersama Tuhan, pengalaman-pengalaman yang menyenangkan maupun pengalaman yang menyedihkan, tetapi jangan berhenti dan puas sampai di situ, lalu tidak lagi berjuang untuk hidup melakukan Kebenaran firman Tuhan, menjadi pelaku firman yang akan membawa kita terus bertumbuh semakin berkenan kepada Allah.

"Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri." Kita harus benar-benar memahami tujuan hidup yang sesungguhnya yaitu hidup bersama Tuhan dalam Kerajaan-Nya yang kekal. Itu sebabnya satu-satunya cara hidup yang kita lakukan untuk mencapai tujuan adalah ketaatan untuk melakukan setiap kehendak Bapa didalam firman-Nya. Jadilah pelaku firman Tuhan, bukan hanya pendengar saja.
(Yakobus 1:22)

Card image
Quote Of The Day - 27 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-27 05:23:24


Orang yang menghargai dirinya secara benar, pasti akan hidup dalam kebenaran.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-27 05:21:13


Dari pekerjaan kita di tempat kerja hingga interaksi dengan orang lain di sekitar kita, semuanya dapat menjadi kesempatan untuk memancarkan cahaya kasih dan kebaikan Kristus.

Card image
FEAR - 27 Juni 2024 (English Version)
2024-06-27 05:18:45


God must be reasoned with. But if we only reason about God without encountering God, our emotions will not be touched, and if our emotions are not touched, our character will not be formed. If character is not formed, then we cannot absorb God because God wants to impart His feelings. We cannot possibly cry for souls. God does not want anyone to perish, but we cannot feel how burdensome it is. In the end, we will "demand" a normal life like humans in general; must have a house, a soul mate, children, and so on.

In fact, if someone encounters God, it will definitely be visible from the dynamics of their life. God wants to bring us into the right interaction relationship with Him. So, experience an encounter with Him personally. We can understand God's feelings, that there should be no lies between us and Him. This means that we must not suspect God, no matter how small. Consider how Daniel was brought to the lion's den, how Shadrach, Meshach, and Abednego faced the fiery furnace, how Moses stood at the edge of the Red Sea. How David, who was anointed, became like a madman, pretending to be insane. Joseph, who had a dream that he would become a great man, had to enter a well, became a slave, and was imprisoned. The disciples of Jesus whom the Lord had brought crossed Galilee, but in the middle of the lake there were waves until they said, "Lord, we are going to perish." All these experiences are extraordinary.

So, there should be no suspicion about achieving such a relationship with God, and God views us as His friends. And it takes a long time, but it starts from daily encounters. After that, God will entrust us with big things for His plan. And of course at that level we are truly trusted by God. We don't think about personal comfort at all, but about how we can present ourselves pleasing before God, delight His heart, and bring as many people as possible to do the same.

Life has become so simple, but not as simple as it seems, because it is complex in its implications or application. Many people lack the courage to put their lives for God. They are afraid of being poor or afraid of not being happy. Even though they are mistaken. When we fortify ourselves with all our efforts so that the economy, household and family are good, things will still not be good because we are God's children who will be continuously shaken by God so that we are perfect. Unless we think about how to become human beings who are pleasing to God and truly direct ourselves to the new heavens and new earth, everything else will be taken care of by God.

We must be done with ourselves and the world, but not yet done with God. This should be our collective challenge.

If we encounter God, we will 'melt' because His presence will flow through us. If we fellowship with God in the areas of communion with Him, even Satan will fear meeting us. So we must have the courage to commit: "It is better for me to die than to not please God; it is better for me to have never lived if I do not serve His feelings." We should not be afraid to say, "Cursed am I if I do not love God." (1 Cor. 16:22 If anyone does not love the Lord, let that person be cursed! Come, Lord!) We must dare to promise to live a holy life, because without holiness, no one will see God (Hebrews 12:14). Very few people really want to deal with God, but if we want to make the decision to do so, one of the things we must do is to act as if we were standing before the judgment throne of God, until we have fear.

And if there are still sins, mistakes, or attitudes that are not pleasing before God, how terrible it is. So, we urge to approach God and say, "What is still wrong in my life, Lord?" This is one of the things we have to do, that the Bible says, “Be on your guard;” it means as if we no longer have time to improve ourselves. We bring ourselves to God, and it is as if we are before God's court. God will work on us extraordinarily.

Up to that detail, God will sort out our lives. So, if there is even the slightest sin, God will reveal it. And we will continue to insist on dealing with God, because the standard of our holiness is God's feelings and thoughts. God's domain is limitless, God's holiness is extraordinary. Don't be satisfied in one stage, we must continue to grow. As we continue to experience encounters with God, He will flow His thoughts and feelings through us, and we will think about lost souls. Let's change; God's work is vast, and we must win souls for the Kingdom of Heaven.

ONE OF THE THINGS WE MUST DO IS AS IF WE WERE STANDING BEFORE THE JUDGMENT THRONE OF GOD, UNTIL WE HAVE FEAR.

Card image
KEGENTARAN - 27 Juni 2024
2024-06-27 05:16:08


Allah harus dinalar. Tetapi kalau kita hanya menalar Allah tanpa perjumpaan dengan Tuhan, emosi kita tidak akan tersentuh, dan kalau emosi tidak tersentuh, karakter kita tidak akan terbentuk. Kalau karakter tidak terbentuk, maka kita tidak bisa menyerap Tuhan karena Tuhan mau mengimpartasi perasaan-Nya. Kita tidak mungkin bisa menangisi jiwa-jiwa. Allah tidak menghendaki seorang pun binasa, tapi kita tidak bisa merasa bagaimana beban itu. Pada akhirnya, kita akan “menuntut” hidup wajar seperti manusia pada umumnya; mesti punya rumah, jodoh, anak, dan lainnya.

Padahal, kalau seseorang berjumpa dengan Tuhan, itu pasti akan nampak dari dinamika hidupnya. Tuhan mau membawa kita pada hubungan interaksi yang benar dengan Dia. Maka, alami perjumpaan dengan-Nya secara pribadi. Kita jadi bisa mengerti perasaan Tuhan, bahwa tidak boleh ada dusta di antara kita dengan-Nya. Artinya, kita tidak boleh mencurigai Tuhan, sekecil apa pun. Lihat bagaimana Daniel dibawa ke gua singa, Sadrakh, Mesakh, Abednego mengalami perapian, Musa ada di tepi laut Kolsom itu. Bagaimana Daud yang diurapi jadi seperti orang gila, pura-pura gila. Yusuf yang mendapat mimpi akan jadi orang besar harus masuk sumur, jadi budak, masuk penjara. Murid-murid Yesus yang dibawa Tuhan menyeberang Galilea, tapi di tengah danau ada ombak, sampai mereka berkata, "Tuhan, kita akan binasa." Semua itu luar biasa.

Jadi, tidak boleh ada kecurigaan untuk mencapai hubungan yang begitu rupa dengan Allah, dan Allah memandang kita sebagai sahabat-Nya. Dan itu perlu waktu panjang, tapi dimulai dari perjumpaan setiap hari. Setelah itu, baru Tuhan akan memercayakan perkara besar untuk rencana-Nya. Dan tentu di level itu kita sudah sangat dipercayai Tuhan. Sama sekali tidak terpikir untuk kenyamanan pribadi, tapi bagaimana kita bisa membawa diri kita berkenan di hadapan Allah, menyenangkan hati-Nya, dan bagaimana kita menggandeng sebanyak mungkin orang untuk menjadi berkenan dan menyenangkan hati-Nya.

Hidup menjadi begitu simpel, tapi tidak sesimpel kelihatannya, sebab kompleks dalam implikasi atau penerapannya. Banyak orang kurang berani menaruh hidup untuk Tuhan. Mereka takut miskin atau takut kurang bahagia. Padahal mereka keliru. Ketika kita membentengi diri dengan segala usaha supaya ekonomi, rumah tangga, keluarga baik-baik, namun semua tidak akan baik karena kita adalah anak-anak Allah yang akan digoncang Tuhan terus agar kita sempurna. Kecuali kita memikirkan bagaimana menjadi manusia yang berkenan kepada Allah dan betul-betul menjuruskan diri ke langit baru bumi baru, yang lain Tuhan akan selesaikan.

Kita harus selesai dengan diri sendiri dan dunia, tapi belum selesai dalam berurusan dengan Tuhan. Ini harus menjadi tantangan kita semua.

Kalau kita berjumpa dengan Tuhan kita akan ‘meleleh,’ karena kehadiran Tuhan itu akan mengalir. Kalau kita bergaul dengan Tuhan di wilayah-wilayah persekutuan dengan Tuhan, maka setan pun takut bertemu kita. Maka kita harus berani punya komitmen, “Lebih baik aku mati daripada aku tidak menyenangkan Tuhan, lebih baik aku tidak pernah hidup kalau aku tidak melayani perasaan-Nya.” Jadi, kita pun tidak takut berkata, "Terkutuklah aku kalau aku tidak mencintai Tuhan." Kita harus berani berjanji untuk hidup suci, karena tanpa kesucian tidak seorang pun melihat Allah. Sangat sedikit orang yang sungguh-sungguh mau berurusan dengan Tuhan, tapi kita mau mengambil keputusan berurusan dengan Tuhan, salah satu yang kita harus lakukan adalah seakan-akan kita sedang berdiri di hadapan takhta pengadilan Tuhan, sampai kita punya kegentaran.

Dan jika masih ada dosa, kesalahan, atau sikap hati yang tidak berkenan di hadapan Tuhan, betapa mengerikannya. Maka, kita mendesak untuk menghampiri Tuhan dan berkata, “Apa yang masih salah dalam hidupku, Tuhan?” Ini salah satu hal yang kita harus lakukan, yang Alkitab katakan, “Berjaga-jagalah kamu;” maksudnya seakan-akan kita sudah tidak punya waktu lagi untuk membenahi diri. Kita membawa diri kita kepada Tuhan, dan seakan-akan kita sedang berada di hadapan pengadilan Tuhan. Tuhan akan menggarap kita luar biasa.

Sampai sedetail itu Tuhan akan membereskan hidup kita. Jadi, kalau ada dosa sekecil apa pun, Tuhan bangkitkan. Dan kita akan terus mendesak berurusan dengan Tuhan, karena standar kesucian kita adalah perasaan dan pikiran Tuhan. Wilayah Tuhan itu tidak terbatas, kesucian Tuhan itu luar biasa. Jangan merasa puas dalam satu stadium, kita harus bertumbuh terus. Sementara kita terus mengalami perjumpaan dengan Tuhan, Tuhan mengalirkan pikiran dan perasaan-Nya, kita memikirkan jiwa-jiwa yang terhilang. Ayo, kita berubah, pekerjaan Tuhan luas sekali, kita harus memenangkan jiwa-jiwa untuk Kerajaan Surga.

Tuhan Yesus memberkati
????????????. ????????. ???????????????????????????? ????????????????????????????

SALAH SATU YANG KITA HARUS LAKUKAN ADALAH SEAKAN-AKAN KITA SEDANG BERDIRI DI HADAPAN TAKHTA PENGADILAN TUHAN, SAMPAI KITA PUNYA KEGENTARAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 Juni 2024
2024-06-27 05:12:25

1 Raja-raja 20-21

Card image
Truth Kids 26 Juni 2024 - MENGASIHI MUSUH
2024-06-26 16:07:32


Matius 5:44
”Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”

Sandi adalah seorang anak yang selalu ceria dan suka menolong teman-temannya. Suatu hari, Sandi diperlakukan tidak adil oleh seorang teman sekolahnya. Sandi merasa sedih dan kesal. Tapi kemudian, ibunya mengingatkan Sandi akan sebuah ajaran yang penting yaitu tentang mengasihi musuh.

Cerita tentang Sandi sungguh mengharukan. Ketika kita mengasihi musuh, kita mewujudkan damai yang ajaib, yang hanya mungkin melalui kuasa Tuhan. Sobat Kids, terkadang sulit untuk mengasihi orang yang menyakiti kita atau menyebalkan, tetapi Tuhan mengajarkan kita untuk melakukan itu. Ketika kita melakukan itu, kita membawa damai yang indah dan ajaib dalam hidup kita dan orang lain.

Sobat Kids, betapa besar kasih Tuhan kepada kita sehingga Dia mengajarkan kita untuk mengasihi musuh. Jadi, mari kita bersama-sama belajar untuk mengasihi seperti yang diajarkan oleh Yesus dan mewujudkan damai yang ajaib dalam hidup kita.

Card image
Truth Junior 26 Juni 2024 - AKU MUSUH, KAMU TEMAN
2024-06-26 16:04:52


Matius 5:44
”Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”

Apakah Sobat Junior pernah mengalami perlakuan tidak adil dari orang sekitarmu? Misalnya kalian dijauhi, dijahati, dikucilkan, dianiaya oleh teman, tetangga, bahkan keluarga sendiri. Kalau itu memang karena kesalahan kita, kita harus minta ampun kepada Tuhan dan bertobat. Kita anggap itu sebagai pembelajaran, agar kita tidak mengulanginya. Namun, kalau itu terjadi padahal kita tidak salah, berarti kita sedang memikul salib, Sobat Junior.

Keadaan ini bisa dialami siapa saja dan kapan saja. Sepanjang hidup Sobat Junior, pasti akan mengalami hal ini lebih dari satu kali. Apalagi kalau Sobat Junior berjuang hidup kudus. Pasti ada orang-orang yang tidak suka dengan Sobat Junior. Namun, yang paling penting kita tidak membalas perbuatan dan kejahatan mereka. Meskipun mereka memusuhi kita, tetap kita anggap mereka sebagai teman bahkan kalau itu saudara atau keluarga, tetap mereka kita anggap sebagai orang yang kita kasihi. Itulah yang Tuhan inginkan.

Artinya, kita harus siap menolong kapan saja mereka membutuhkan, tanpa mengingat perbuatan mereka yang melukai kita. Membenci seseorang itu tidak enak, Sobat Junior. Apalagi menyimpan kesalahan, marah, kekesalan pada mereka. Saat melihat orang itu, pasti jiwa kita tidak tenang. Dada sesak, jantung berdebar, tubuh kita menunjukkan gejala-gejala yang tidak menyenangkan.

Tapi kalau kita mengampuni semua orang yang menyakiti kita, jantung kita tidak berdebar kencang, napas kita tetap teratur, dada kita dengan lega bernapas, dan jiwa kita tidak terganggu. Itu semua karena kasih mendatangkan kedamaian. Siapa yang hidupnya mau dalam damai sejahtera Tuhan? Mari kita mengasihi tanpa syarat kepada semua orang.

Card image
Truth Youth 26 Juni 2024 (English Version) - GET TO KNOW GOD BETTER
2024-06-26 16:01:58


"My goal is to know him and the power of his resurrection and the fellowship of his sufferings, being conformed to his death." (Philippians 3:10)

Hi, friends! Have you ever felt that life is full of challenges that sometimes make us feel troubled? Actually, there's one thing that can make us more calm and strong to face it all: building a personal relationship with God. In Philippians 3:10, Paul says that what he desires is to know God and experience the power of His resurrection. It means, we're invited to truly know God personally, not just knowing about Him.

The first step we can take is to pray regularly and read the Bible. Prayer is like talking to our best friend, where we can share anything. From small things to big problems. Then, reading the Bible is very important because that's where God speaks to us. Try to make time every day to read a few verses. It doesn't have to be long, what matters is consistency. Also, ponder on what God wants to convey to us through His word. It's like getting a special message from a friend who always cares about us.

Besides prayer and reading the Bible, when we face problems, it's also an opportunity for us to get closer to God. Don't be afraid or sad when facing challenges, but see it as an opportunity to grow in faith. God never promised that our lives would always be smooth, but He promised that He will always be there for us. So, let's face every obstacle with confidence. Remember, every difficulty will make us stronger and know God better. With that, we can see how God works in our lives and feel His extraordinary love. So, keep the spirit up, friends! God always has a beautiful plan for us.

WHAT TO DO:
1. Be diligent in prayer and reading the Bible to build a strong personal relationship with God.
2. Use every problem as an opportunity to grow in faith and draw closer to God.
3. See every difficulty as part of God's beautiful plan for our lives, and believe that He is always there for us.

BIBLE MARATHON:
- Psalms 112-118

Card image
Truth Youth 26 Juni 2024 - KENAL TUHAN LEBIH DEKAT
2024-06-26 15:56:28


”Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya.” (Filipi 3:10)

Hai teman-teman, pernah nggak sih kalian merasa hidup ini penuh tantangan dan kadang bikin galau? Sebenarnya ada satu hal yang bisa bikin kita lebih tenang dan kuat menghadapi semuanya: membangun pengalaman pribadi dengan Tuhan. Dalam Filipi 3:10, Paulus bilang bahwa yang dia inginkan adalah mengenal Tuhan dan merasakan kuasa kebangkitan-Nya. Artinya, kita diajak buat benar-benar kenal Tuhan secara pribadi, bukan cuma sekadar tahu tentang-Nya.

Langkah pertama yang bisa kita ambil adalah rajin berdoa dan membaca Alkitab. Doa itu kayak mengobrol sama sahabat terbaik kita, tempat kita bisa curhat tentang apa saja. Mulai dari hal-hal kecil sampai masalah besar. Terus, baca Alkitab itu penting banget, karena di situ Tuhan bicara sama kita. Coba _deh,_ luangkan waktu tiap hari buat baca beberapa ayat. Nggak perlu lama-lama, yang penting konsisten. Renungkan juga apa yang Tuhan mau sampaikan lewat firman-Nya. Ini kayak dapat pesan spesial dari sahabat yang selalu peduli sama kita.

Selain doa dan baca Alkitab, waktu kita menghadapi masalah, itu juga kesempatan buat makin dekat sama Tuhan. Jangan takut atau sedih saat ada tantangan, tapi lihat itu sebagai peluang buat tumbuh dalam iman. Tuhan nggak pernah janji hidup kita bakal selalu mulus, tapi Dia janji bakal selalu ada buat kita. Jadi, yuk hadapi setiap rintangan dengan percaya diri. Ingat, setiap kesulitan itu membuat kita makin kuat dan makin kenal sama Tuhan. Dengan begitu, kita bisa melihat bagaimana Tuhan bekerja dalam hidup kita dan merasakan kasih-Nya yang luar biasa. Jadi, tetap semangat ya teman-teman! Tuhan selalu punya rencana indah buat kita.

WHAT TO DO:
1.Rajinlah berdoa dan membaca Alkitab agar bisa membangun hubungan pribadi yang kuat dengan Tuhan.
2.Gunakan setiap masalah sebagai kesempatan untuk tumbuh dalam iman dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
3.Lihatlah setiap kesulitan sebagai bagian dari rencana Tuhan yang indah untuk hidup kita, dan percayalah bahwa Dia selalu ada untuk kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mazmur 112-118

Card image
Renungan Pagi - 26 Juni 2024
2024-06-26 15:53:15


Orang yang tinggi hati akan kehilangan kebaikannya, artinya dia mungkin saja melakukan segala hal yang baik, tetapi kalau dasarnya adalah kesombongan, berarti motivasinya bukan untuk kasih dan bukan untuk menyenangkan hati Tuhan. Motivasinya adalah hanya untuk kepentingan diri sendiri, ingin dipuji serta ingin dihormati.

Itulah sebabnya tinggi hati adalah dosa yang terburuk, karena kesombongan akan menghapuskan dan menghilangkan segala yang baik. Dan orang yang sombong, akan berhadapan langsung dengan Tuhan, seperti Firman-Nya berkata; "Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan."

"Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." Karena itu jika engkau berbuat kebaikan, jangan memuji diri dan merasa berjasa lalu menjadi sombong karena perbuatan baikmu. Lakukanlah perbuatan baikmu atas dasar kasih karunia Tuhan dan kerendahan hati.
(Yakobus 4:6)

Card image
Quote Of The Day - 26 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-26 14:24:51


Orang yang menghargai Tuhan dan menjadikan Dia sebagai yang paling berharga, akan dihargai Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 26 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-26 14:22:55


Ketika kita memahami bahwa setiap tindakan kita dapat menjadi cara untuk memuliakan dan melayani Tuhan, maka hidup ini menjadi penuh makna.

Card image
BEING A FRIEND OF GOD - 26 Juni 2024 (English
2024-06-26 12:37:00


Not many people truly experience God, even if they are involved in ministry. For if someone genuinely experiences God, they will possess a reverent fear that truly colors their life. If God only becomes a subject of reflection, thought, knowledge, or theology, or even a fantasy, the quality of that person's life will be low. However, because few people genuinely experience God, these individuals with low-quality spiritual lives often go unrecognized. This is because the standard held by many Christians is the standard of religious people in general, where God becomes knowledge and is 'played with' in liturgy.

Our confession and declaration to God often do not align with our daily lives. We consider this normal because liturgy is like that. We sing the song 'Soldiers of Christ,' but in our daily lives, we become soldiers of Satan; it is not in sync. Indeed, some say this is a willingness, even if not yet fulfilled, but there is a love to fulfill it. The problem is that some sing without feelings, without commitment, without determination, and this is actually an attitude of playing with God. But they will not be able to be serious because their everyday life is never serious.

The songs we sing and the statements we make should compel and condition us to deal with God correctly. Even though we have not fully fulfilled it, there should be resolve, longing, and willingness. The problem is if people do not have resolve, willingness, and commitment, it means playing with God in church liturgy. For this reason, we must experience God. So, we should be grateful that God brings us to situations where we are forced to seek Him. Situations where no one can help. And God is also angry if we depend on humans. Slightly considering that people can help, God is offended because it is harassing God.

It is an extraordinary condition to be able to experience God. Even for us at a certain level, when facing difficult situations, we should not be troubled, let alone despair. If we are troubled, it means we are harassing or underestimating God, as if God is powerless, unfaithful, or breaking His promise to be with us. Indeed, this is the most challenging and difficult level, but we must reach that level. When we are in a difficult situation, God does not like to see us grumbling. God teaches this by reminding us of Mark 4:35-41. Because great people in God's eyes are those whom God has brought to the shores of the Red Sea, the fiery furnace, and the lion's den; into difficult situations where it seems impossible to find a way out.

For David, it was Ziklag. When the entire families of his soldiers and his own family were captured by the Amalekites. They wept until they could weep no more because their voices were gone. It was very bitter. David's soldiers turned against him and wanted to rebel. David had no one, a king without a throne, territory, soldiers, officers, wealth, or family. For Joseph, he was not only thrown into a deep pit but also imprisoned. These situations made them experience God. Abraham waited a quarter of a century for his son to be born. However, then God commanded him to sacrifice his son. Abraham dealt with God not in fantasy, but in the reality of life. All of us must experience that.

Because being religious does not necessarily mean having God. But Christianity worships God in spirit and truth. Therefore, we must have interaction with God, especially in Christianity, where God Himself is the law—we must understand God's thoughts and feelings, be in touch with God's thoughts and feelings. This cannot be represented by books or doctrines. Therefore, Christianity cannot be a sideline but must take over our whole life. Our daily focus should be on how we experience God in the struggles we face because our life struggles are the medium. According to our respective life activities, this is the medium where we have fellowship with God. How the light of God's Kingdom illuminates our lives in our areas, professions, and life activities, making them valuable and surely should be creating a lasting record.

We must understand and accept that living as children of God is extraordinary. The excellence lies in the opportunity to interact with God, to experience encounters with Him. The Holy Spirit will guide us into conditions where we must interact with God. God invites us to think as He thinks, to live the word that says, "I no longer call you servants, because servants do not know what their masters do. Instead, I have called you friends."

WE MUST UNDERSTAND AND ACCEPT THAT LIVING AS CHILDREN OF GOD IS EXTRAORDINARY.

Card image
MENJADI SAHABAT TUHAN - 26 Juni 2024
2024-06-26 12:33:47


Tidak banyak orang yang sungguh-sungguh mengalami Tuhan, walaupun mereka ada di lingkungan pelayanan. Sebab kalau seseorang benar-benar mengalami Tuhan, ia pasti memiliki kegentaran yang benar-benar mewarnai hidup orang tersebut. Kalau Tuhan hanya menjadi bahan renungan, pemikiran, pengetahuan, atau teologi, bahkan menjadi fantasi, pasti kualitas hidup orang itu rendah. Tetapi berhubung sedikit orang yang benar-benar mengalami Tuhan, maka orang-orang yang kualitas hidup bertuhannya rendah ini bisa tidak dikenali. Sebab standar yang dimiliki oleh banyak orang Kristen adalah standar orang beragama pada umumnya, yang mana Tuhan menjadi pengetahuan, dan Tuhan ‘dipermainkan’ dalam liturgi. 

Pengakuan dan pernyataan kita kepada Tuhan sering tidak sinkron dengan hidup kita setiap hari. Dan kita menganggap itu sebagai hal biasa, karena memang liturgi begitu. Kita menyanyi lagu ‘Laskar Kristus,’ tapi dalam keseharian hidup, kita menjadi laskar setan; tidak sinkron. Memang, ada yang menyatakan ini sebagai satu kesediaan, walaupun belum memenuhinya, tapi ada kecintaan untuk memenuhinya. Masalahnya, ada yang menyanyi tanpa perasaan, tanpa komitmen, tanpa tekad, dan itu sebenarnya sikap mempermainkan Tuhan. Tetapi dia tidak akan sanggup serius, karena memang hari-hari hidupnya tidak pernah serius.

Lagu yang kita nyanyikan, pernyataan yang kita sampaikan seharusnya mendesak dan mengondisi kita untuk berurusan dengan Tuhan secara benar. Walau kita belum memenuhinya secara penuh, tetapi ada tekad, kerinduan, dan kesediaan. Masalahnya, kalau orang tidak punya tekad, kesediaan, dan komitmen, itu artinya mempermainkan Tuhan di dalam liturgi gereja. Untuk itu, kita harus mengalami Tuhan. Jadi kita bersyukur Tuhan membawa kita di kondisi-kondisi di mana kita dipaksa untuk mencari Tuhan. Kondisi di mana tidak ada orang yang bisa menolong. Dan Tuhan juga marah kalau kita bergantung kepada manusia. Sedikit memperhitungkan manusia dapat menolong, Tuhan tersinggung, karena itu melecehkan Tuhan.

Itu kondisi yang luar biasa untuk bisa mengalami Tuhan. Bahkan bagi kita pada level tertentu, ketika menghadapi situasi sulit, kita tidak boleh susah apalagi putus asa. Jika kita susah berarti kita melecehkan atau meremehkan Tuhan, seakan-akan Tuhan tidak berdaya, tidak setia, mengingkari janji bahwa Dia akan menyertai. Memang ini tingkat yang paling berat dan sulit, tetapi kita harus sampai tingkat itu. Ketika kita ada di satu keadaan yang sulit, Tuhan tidak suka wajah kita bersungut-sungut. Hal ini Tuhan ajarkan dengan mengingat Markus 4:35-41. Sebab orang besar di mata Tuhan adalah mereka yang dibawa Tuhan ke pantai Laut Kolsom, perapian yang menyala, gua singa; dibawa ke situasi sulit yang rasanya tidak mungkin ada jalan keluar.

  Bagi Daud, Ziklag. Ketika seluruh keluarga hulubalang dan keluarganya sendiri ditawan bangsa Amalek. Mereka menangis, dan tidak bisa menangis lagi karena suaranya habis. Itu pahit sekali. Dan para tentara Daud berbalik mau memberontak kepada Daud. Daud tidak punya siapa-siapa, raja tanpa takhta, wilayah, hulubalang, perwira-perwira, harta, juga tanpa keluarga. Bagi Yusuf, dia dibawa bukan hanya di lubang sumur yang dalam, tapi sampai penjara. Situasi itu membuat mereka mengalami Tuhan. Abraham, seperempat abad menunggu anaknya lahir. Namun, kemudian Allah perintahkan untuk disembelih. Abraham berurusan dengan Tuhan bukan dalam fantasi, alam maya, namun dalam fakta kehidupan. Semua kita harus mengalami itu.

Sebab orang beragama belum tentu bertuhan. Tetapi kekristenan menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Sehingga kita harus memiliki interaksi dengan Tuhan, apalagi di dalam kekristenan itu hukumnya Tuhan sendiri—harus mengerti pikiran dan perasaan Tuhan, bersentuhan dengan pikiran dan perasaan Tuhan. Tidak bisa diwakili oleh buku, doktrin. Oleh sebab itu, kekristenan tidak bisa menjadi sambilan, tapi harus menyita seluruh hidup kita. Maka fokus kita setiap hari adalah bagaimana kita mengalami Tuhan di dalam pergumulan hidup yang kita hadapi, karena pergumulan hidup kita merupakan medianya. Sesuai dengan aktivitas hidup kita masing-masing, itu merupakan media di mana kita bergaul dengan Allah di situ. Bagaimana terang Kerajaan Tuhan menerangi hidup kita di dalam area, profesi, dan aktivitas hidup kita. Itulah yang membuat aktivitas kita menjadi bernilai, dan mestinya menjadi catatan abadi.

Kita harus mengerti dan menerima bahwa hidup sebagai anak-anak Allah itu sangat luar biasa. Keunggulannya terletak pada kesempatan bisa berinteraksi dengan Allah, mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Roh Kudus akan menuntun kita pada kondisi-kondisi di mana kita harus berinteraksi dengan Allah. Tuhan ajak kita berpikir seperti Dia berpikir, berlaku firman yang mengatakan, "Kamu tidak Kusebut lagi hamba, karena hamba tidak tahu apa yang dilakukan tuannya. Kamu Kusebut sahabat."

Tuhan Yesus memberkati
????????????. ????????. ???????????????????????????? ????????????????????????????

KITA HARUS MENGERTI DAN MENERIMA BAHWA HIDUP SEBAGAI ANAK-ANAK ALLAH ITU SANGAT LUAR BIASA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 Juni 2024
2024-06-26 12:22:30

1 Raja-raja 17-19

Card image
Truth Kids 25 Juni 2024 - HIDUP SEDERHANA
2024-06-25 16:46:30


1 Timotius 6:8
”Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.”

Tito adalah anak yang senang sekali bermain di sawah sambil menyaksikan burung-burung terbang di langit. Suatu hari, Tito bertemu dengan seorang kakek bijaksana yang sedang duduk di bawah pohon mangga. Kakek itu tersenyum ramah pada Tito dan berkata, "Hidup yang sederhana adalah kekayaan sejati."

Sobat Kids, hidup yang sederhana membawa damai sejahtera dalam hidup kita. Terkadang kita terlalu sibuk mencari kekayaan duniawi seperti uang dan barang-barang mahal, padahal kekayaan sejati ada dalam kesederhanaan. Ketika kita belajar bersyukur dengan apa yang kita miliki, kita akan merasakan damai dalam hati. "Oh, Tuhan, berikanlah kami kebijaksanaan untuk hidup dengan sederhana dan bersyukur atas segala berkat-Mu."

Sobat Kids, betapa indahnya hidup yang penuh dengan kedamaian dan kebahagiaan yang sederhana. Jadi, mari kita belajar dari Tito dan kakek bijaksana untuk hidup dengan sederhana dan merasakan damai sejahtera dalam hidup kita.

Card image
Truth Junior 25 Juni 2024 - SEDERHANA
2024-06-25 16:43:52


1 Timotius 6:8
”Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.”

Ada tiga ekor hewan yang memiliki kehidupan berbeda. Seekor kambing, selalu merasa resah karena takut rumput-rumput di kebunnya habis dimakan binatang lain, sehingga ia tidak mau berbagi. Seekor tikus, selalu mengeluh karena tidak punya makanan dan tempat tinggal, sehingga ia harus menyelinap masuk ke saluran air untuk mencari makan dan tidur di situ. Ada juga seekor domba yang dipelihara oleh seorang gembala. Setiap hari ia diberi jatah makan, dan berteduh di kandang yang menyerupai gubuk.

Kambing memiliki banyak dan berkelimpahan; rumput selalu tersedia setiap hari, namun ia tetap hidup dalam kekhawatiran. Ia tidak mau suatu saat rumput makanannya habis dan ia menjadi kelaparan. Begitu juga dengan tikus, tidak ada yang mau memeliharanya, karena ia makhluk yang kotor dan suka mencuri. Namun, walaupun makanan domba dibatasi dan tinggal di tempat yang tidak indah, ia hidup nyaman dan tenang.

Sobat Junior, dari cerita di atas kita belajar bahwa berkelimpahan bukan berarti kita akan bebas dari rasa takut serta khawatir. Juga jangan sampai kita memiliki karakter buruk seperti tikus yang senang dengan kotoran dan mencuri makanan. Hendaknya kita selalu bersyukur seperti domba, karena Tuhan pasti memelihara kita. Meskipun tempat tinggal kita dan makanan kita tidak mewah atau tidak selalu sesuai keinginan kita, tetapi itu semua merupakan berkat yang Tuhan sediakan. Dengan kesederhanaan itu, kita bisa merasakan damai sejahtera Allah karena hati kita tidak terikat dengan kesenangan dunia.

Card image
Truth Youth 25 Juni 2024 (English Version) - LIVING LIKE PLAYING
2024-06-25 16:42:32


"Do not be anxious about anything, but in every situation, by prayer and petition, with thanksgiving, present your requests to God. And the peace of God, which transcends all understanding, will guard your hearts and your minds in Christ Jesus." (Philippians 4:6-7)

As young people living in a world heavily influenced by technology, most of us have probably played video games at some point. There are many reasons why we enjoy playing games. It could be for the challenge, for relaxation, to make friends, and so on. However, without realizing it, the main element that makes video games interesting is uncertainty. If we were to play a video game knowing that we would always win or always lose, it would lose its appeal. But with uncertainty, it pushes us to keep trying to achieve the best outcome. We enjoy this uncertainty because we believe that the unpredictable outcome, challenges, or difficulties designed by the game developers are not meant to defeat us, but rather to motivate us to overcome them.

Did you know, friends, that life itself carries the same element of uncertainty as video games? Often, we feel anxious about the uncertainties in life. But we must realize that the uncertainties we experience are not designed by God to defeat us. Instead, God allows us to live with many uncertainties because He wants us to continue to grow and enjoy the plan He has prepared for us. That's why Paul says that we should not be anxious about anything, including the uncertainties of life.

The uncertainties of life can be opportunities for us to grow, learn, and become stronger. So, instead of feeling afraid or anxious, let's face uncertainty with the conviction that everything that happens is part of God's grand plan for us.

WHAT TO DO:
1. Face uncertainty with the conviction that every challenge is part of God's grand plan.
2. Use uncertainty as an opportunity to grow, learn, and become stronger.
3. Don't worry about anything, including the uncertainties of life, and believe that God allows us to grow for the better.

BIBLE MARATHON:
- Psalms 107-111

Card image
Truth Youth 25 Juni 2024 - HIDUP YANG BERMAIN
2024-06-25 12:37:43


”Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:6-7)

Sebagai anak muda yang hidup dalam dunia yang lekat dengan teknologi, pasti hampir semua dari kita pernah bermain video game. Tentu banyak alasan kenapa kita suka bermain game. Mulai dari mencari tantangan, healing, mencari teman, dan lain-lain. Namun tanpa disadari, unsur utama yang membuat video game menjadi menarik adalah ketidakpastian. Jika kita bermain video game dan mengetahui bahwa kita sudah pasti selalu menang atau pasti selalu kalah, kita akan kehilangan kesenangan atau daya tariknya. Tapi dengan adanya unsur ketidakpastian ini, justru tidak membuat kita menjadi kehilangan keinginan untuk bermain karena kita tidak tahu hasil akhir dari video game yang ada. Dengan adanya ketidakpastian ini, malahan membuat kita terdorong untuk terus berusaha agar dapat mencapai hasil terbaik. Kita dapat menikmati ketidakpastian ini karena kita percaya bahwa hasil akhir yang tidak pasti, tantangan, ataupun kesulitan yang dirancang oleh pembuat game tersebut bukan untuk menjatuhkan kita, melainkan untuk membuat kita lebih termotivasi untuk menyelesaikannya.

Tahu gak sih teman-teman, sebenarnya dalam hidup ini juga membawa unsur ketidakpastian yang sama seperti dalam video game. Tentu kita sering kali merasa cemas akan ketidakpastian dalam hidup ini. Tapi kita harus sadar bahwa ketidakpastian yang kita alami ini bukan dirancang Tuhan untuk menjatuhkan kita. Justru Tuhan mengizinkan kita hidup dalam banyak ketidakpastian karena Tuhan ingin kita terus berkembang menjadi lebih baik lagi dan dapat menikmati rancangan yang Allah sudah sediakan. Makanya Paulus berkata agar kita jangan khawatir tentang apa pun juga. Termasuk agar kita tidak khawatir terhadap kehidupan ini yang penuh dengan ketidakpastian.

Ketidakpastian hidup bisa menjadi kesempatan bagi kita untuk bertumbuh, belajar, dan menjadi lebih kuat. Jadi, alih-alih merasa takut atau cemas, mari kita hadapi ketidakpastian dengan keyakinan bahwa setiap hal yang terjadi adalah bagian dari rencana besar yang Tuhan miliki untuk kita.

WHAT TO DO:
1.Hadapi ketidakpastian dengan keyakinan bahwa setiap tantangan adalah bagian dari rencana besar Tuhan.

2.Gunakan ketidakpastian sebagai kesempatan untuk bertumbuh, belajar, dan menjadi lebih kuat. 3.Jangan khawatir tentang apa pun, termasuk ketidakpastian hidup, dan percayalah bahwa Tuhan mengizinkan kita untuk berkembang menjadi lebih baik.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mazmur 107-111

Card image
Renungan Pagi - 25 Juni 2024
2024-06-25 12:33:59


Orang dunia menggunakan senjata yang bernama uang, koneksi dan kekerasan, tetapi senjata bagi anak-anak Allah adalah kebenaran yaitu kesabaran dan tetap berlaku baik pada mereka yang berbuat jahat pada kita. Tentu saja sebagai manusia biasa, kita tidak sanggup melakukannya, itu sebabnya diperlukan penyerahan diri kepada Tuhan dan mempercayai pembela kita adalah Roh Kudus.

Tuhan bahkan mengharapkan kita dapat mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. "Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!"

Kita harus mau belajar sabar dan berserah, biarkan Roh Kudus yang menjadi pembela, tidak perlu membela diri sendiri, sampai kita memperoleh kemenangan dengan cara Tuhan dan sesuai kehendak-Nya, maka orang yang merencanakan kejahatan, memfitnah dan membuat tuduhan palsu pasti akan dipermalukan Tuhan. Jadi belajarlah untuk tetap bersabar dan berserah pada Tuhan.
(Roma 12:17,21)

Card image
Quote Of The Day - 25 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-25 12:32:28


Ketergantungan kepada Tuhan secara terus menerus membentuk selera jiwa haus dan lapar akan Dia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 25 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-25 12:30:28


Dengan mengikuti panggilan hidup dalam kesucian, kita tidak hanya memuliakan Tuhan, tetapi juga membawa dampak positif bagi orang-orang di sekitar kita. Mereka dapat melihat dan merasakan kasih Tuhan melalui hidup kita yang suci.

Card image
ADDICTION - 25 Juni 2024 (English Version)
2024-06-25 12:27:14


We must intentionally and consciously make ourselves addicted to the Person of God, even though He is invisible. We keep groping, seeking His face, seeking His presence, until we find. But don't take it lightly, this is not simple. If there is a longing for something greater than our longing for God, that is a symptom of betrayal, infidelity, those are steps of disloyalty. We must dare to force ourselves to be addicted to Him, to only be able to enjoy God. Otherwise, we can't, because we are already too damaged; the world has corrupted the taste of our souls.

Love can be built. Therefore, if someone does not strive to see the quality of their relationship with God, they will surely not strive to care for the relationship, they do not truly feel the need for God, and they do not love God. In fact, cursed is the person who does not love God. We can give anything visible as well as thoughts and energy, but everything is limited. However, there is one thing that can be limitless, which is our heart, our love. And God wants our hearts to be offered.

We will regret and lament if we don't do it. Do not be arrogant. God is all we need, so we must force ourselves. Indeed, we definitely feel a loss if we let go of something—whatever it is. But life has to choose and we choose God. Renew that choice now. Like a satellite dish, direct the dish of our hearts to God. God will surely help us so that we can love Him. In our prayer, we say, "Make me able to honor You as I should honor You. Make me love You as I should love You."

How hard this is, but if we can do it, it is unimaginable the wealth, majesty, glory we will have, when we can become God's beloved. We have to care for this relationship. And in caring for this relationship, we must know that this relationship must improve, not statically, but progressively. In 2 Corinthians 5:20, God's words say, "Be reconciled to God." The question is, are we not reconciled yet? We must understand that peace with God is a progressive process. We are reconciled by the blood of Jesus, we who are sinners are considered sinless (justificatio or justification), we are considered righteous, even though we are not yet righteous. Since then, we must grow to synchronize ourselves with God.

Like a child when he was young who couldn't do much, or couldn't do anything. Parents who adapt to children. As the child grows older, he must mature and he must begin to adapt himself. That's why when the Bible says, "Walk in the spirit," it means walking in harmony. We must adapt ourselves to God. Caring for our relationship with God is our responsibility to grow spiritual maturity. We must grow to have the qualities of God so that we can walk together. Caring for a relationship with God is not something simple, because God is Holy. 1 Peter 1:16 says, “Be holy, for I am Holy.”

Why does God connect His holiness to us? Because we must wear holiness according to His standards. There is no religion like Christianity, which is not regulated by written laws, but is regulated by the Holy Spirit so that everything we do is in sync with God. Our bad character, easily offended, angry, stingy, selfish, and still having unclean thoughts, certainly cannot go hand in hand with God. God is training us to have faith that is not based on feelings. God wants to train us to break through boundaries and trust God who exists in the invisible realm.

So, caring for a relationship with God means building a life so that we can synchronize ourselves with God. But there comes a time when we start to get bored, fed up. So, there we have to learn to fight. So that our holiness continues to increase. We must have a desire to have our name that is in God's heart. So when we die, we are welcomed into the Father's House to become His beloved. So, day by day our relationship must become more harmonious. From a beloved child to a favorite child.

When Jesus emerged from the waters of baptism, God declared, “This is My beloved Son, in whom I am well pleased.” The Lord Jesus received this certificate not just because He was baptized, but rather as a result of His life journey from 0-30 years. As wrote in Luke 2:40 and 52 says, "And the child grew and became strong; he was filled with wisdom, and the grace of God was on him. ; And Jesus grew in wisdom and stature, and in favor with God and man." This is what made Jesus come to the confirmation, "This is My beloved Son, in whom I am well pleased."

WE MUST INTENTIONALLY AND CONSCIOUSLY MAKE OURSELVES ADDICTED TO THE PERSON OF GOD, EVEN THOUGH HE IS INVISIBLE.

Card image
KECANDUAN - 25 Juni 2024
2024-06-25 10:31:36


Kita harus sengaja dan sadar membuat diri kita kecanduan terhadap Pribadi Tuhan, walau Dia tidak kelihatan. Kita terus meraba-raba, mencari wajah-Nya, mencari hadirat-Nya, sampai kita menemukan. Namun jangan anggap remeh, hal ini tidak sederhana. Kalau ada kerinduan terhadap sesuatu lebih besar dari kerinduan kita terhadap Tuhan, itu gejala pengkhianatan, perselingkuhan, itu langkah-langkah ketidaksetiaan. Kita harus berani memaksa diri kita untuk kecanduan dengan-Nya, untuk hanya bisa menikmati Tuhan. Kalau tidak, tidak bisa, karena kita sudah terlalu rusak, dunia telah merusak cita rasa jiwa kita.

Cinta itu bisa dibangun. Makanya kalau orang tidak berusaha melihat kualitas relasi dengan Tuhan, dia pasti juga tidak berusaha merawat hubungan, dia tidak sungguh-sungguh merasa membutuhkan Tuhan, dan dia tidak mencintai Tuhan. Padahal, terkutuklah orang yang tidak mencintai Tuhan. Kita bisa memberi apa pun yang kelihatan dan juga pikiran dan tenaga, tapi semua terbatas. Namun ada satu yang bisa tidak terbatas, yaitu hati kita, cinta kita. Dan Tuhan mau hati kita yang dipersembahkan.

Kita akan menyesal dan meratap kalau kita tidak melakukannya. Jangan sombong. Hanya Tuhan yang kita butuhkan, maka kita harus memaksa diri kita. Memang, kita pasti merasa kehilangan kalau kita melepaskan sesuatu—apa pun itu. Tapi hidup harus memilih dan kita memilih Tuhan. Perbarui pilihan itu sekarang. Jadi ibarat parabola, arahkan parabola hati kita ke Tuhan. Tuhan pasti menolong kita untuk kita bisa mencintai Dia. Dalam doa kita berkata, "Buatlah aku bisa menghormati Engkau sebagaimana seharusnya aku menghormati-Mu. Buatlah aku mengasihi Engkau, sebagaimana seharusnya aku mengasihi-Mu."

Betapa beratnya hal ini, tapi kalau kita bisa melakukannya, tidak terbayangkan kekayaan, keagungan, kemuliaan yang kita miliki, ketika kita bisa menjadi kekasih Tuhan. Kita harus merawat hubungan ini. Dan di dalam merawat hubungan ini, kita harus tahu bahwa hubungan ini harus meningkat, tidak statis, tapi progresif. Dalam 2 Korintus 5:20, firman Tuhan mengatakan, "Berilah dirimu diperdamaikan dengan Allah." Pertanyaannya, apakah kita belum didamaikan? Kita harus mengerti bahwa perdamaian dengan Allah adalah sebuah proses yang progresif. Kita diperdamaikan oleh darah Yesus, kita yang berdosa dianggap tidak berdosa (justificatio atau justification), dianggap benar, walaupun kita belum benar. Sejak itu, kita harus bertumbuh untuk menyinkronkan diri kita dengan Tuhan.

Seperti seorang anak pada waktu masih kecil yang belum bisa berbuat banyak, atau belum bisa berbuat apa-apa. Orang tua yang menyesuaikan diri terhadap anak. Seiring bertambahnya usia, sang anak harus dewasa dan ia harus mulai menyesuaikan diri. Makanya kalau Alkitab berkata, “Berjalanlah dalam roh,” artinya berjalan seirama. Kita yang harus menyesuaikan diri dengan Tuhan. Merawat hubungan dengan Allah merupakan tanggung jawab kita untuk menumbuhkan kedewasaan rohani. Kita harus bertumbuh memiliki sifat-sifat Allah agar kita bisa berjalan seiring. Merawat hubungan dengan Allah itu bukan sesuatu yang sederhana, karena Allah Kudus. 1 Petrus 1:16 mengatakan, “Kuduslah kamu, sebab Aku Kudus.”

Mengapa Allah menghubungkan kesucian-Nya dengan kita? Karena kita harus mengenakan kesucian sesuai standar Dia. Tidak ada agama seperti kekristenan ini, yang tidak diatur oleh hukum yang tertulis, tapi diatur oleh Roh Kudus agar dalam segala hal yang kita lakukan sinkron dengan Tuhan. Karakter kita yang buruk, mudah tersinggung, marah, pelit, egois, masih ada pikiran najis, tentu tidak bisa berjalan seiring dengan Tuhan. Tuhan sedang melatih kita untuk memiliki iman yang tidak berdasarkan perasaan. Tuhan mau melatih kita untuk menembus batas dan memercayai Allah yang ada di alam yang tidak kelihatan; invisible realm.

Jadi, merawat hubungan dengan Tuhan itu artinya membangun kehidupan untuk bisa menyinkronkan diri kita dengan Allah. Tapi ada saat di mana kita mulai bosan, jenuh. Maka, di situ kita harus belajar melawan. Sehingga kesucian kita terus meningkat. Kita harus punya satu kerinduan memiliki nama yang ada di dalam hati Tuhan. Maka pada waktu kita meninggal dunia, kita disambut di Rumah Bapa menjadi kekasih-Nya. Maka, makin hari hubungan kita harus semakin harmoni. Dari anak kesayangan menjadi anak kesukaan.

Ketika Yesus keluar dari air baptisan, Allah menyatakan, “Ini Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan.” Tuhan Yesus mendapatkan sertifikat itu bukan karena sekadar Ia dibaptis, melainkan hasil dari perjalanan hidup-Nya dari sejak 0-30 tahun. Seperti berita dalam Lukas 2:40 dan 52 yang mengatakan, “Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.” Inilah yang membuat Yesus sampai pada pengesahan, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan.”

Tuhan Yesus memberkati
????????????. ????????. ???????????????????????????? ????????????????????????????

KITA HARUS SENGAJA DAN SADAR MEMBUAT DIRI KITA KECANDUAN TERHADAP PRIBADI TUHAN, WALAU DIA TIDAK KELIHATAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 Juni 2024
2024-06-25 10:28:17

1 Raja-raja 16
2 Tawarikh 17

Card image
Truth Kids 24 Juni 2024 - MENJADI PAHLAWAN KECIL
2024-06-24 12:55:51


Roma 10:15

Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!"

Rini adalah seorang gadis ceria yang selalu menyenangkan teman-temannya di TK dengan cerita-cerita yang menarik. Suatu hari, ketika sedang bermain di taman, Rini mendengar tentang seorang pahlawan yang selalu membawa kabar baik kepada semua orang. Wah, pikir Rini, pahlawan seperti itu pasti luar biasa!

Sobat Kids, bagaimana kabar kalian hari ini? Tadi Rini mendengar tentang pahlawan yang selalu membawa kabar baik. Wah, sungguh menakjubkan! Tapi tahukah Sobat Kids, kita juga bisa menjadi pahlawan seperti itu. Kita bisa memberitakan kabar baik kepada teman-teman kita, seperti cerita yang selalu Rini bagikan di sekolahnya. Ketika kita memberitakan kabar baik kepada orang lain, kita membawa damai sejahtera kepada yang percaya. Betapa pentingnya menjadi sumber kegembiraan dan harapan bagi orang lain. Jadi, mari kita bersama-sama menjadi pahlawan kecil yang membawa kabar baik kepada semua orang di sekitar kita. Betapa indahnya hidup ketika kita saling berbagi sukacita dan kasih!

Card image
Truth Junior 24 Juni 2024 - TOA INJIL
2024-06-24 12:53:52


Roma 10:15

Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!”

Sobat Junior, pernahkah kalian melihat dan mendengar suara yang kencang dari alat pengeras suara yang biasa disebut “toa?” Sebenarnya “toa” adalah sebuah merk alat pengeras suara, tapi merk itu seolah-olah menjadi nama barang tersebut. Toa digunakan ketika orang yang berbicara perlu memperdengarkan suaranya dengan lebih kencang supaya jelas terdengar, terutama bila sedang berada di outdoor atau luar ruangan. Toa juga membantu orang yang berbicara agar tidak perlu berteriak-teriak saat menyampaikan sesuatu untuk didengar orang banyak.

Hidup kita hendaknya menjadi seperti toa, Sobat Junior. Banyak orang yang membutuhkan Kabar Baik atau Injil keselamatan. Jika kita tidak menggunakan “pengeras suara,” maka tidak banyak orang yang dapat mendengarnya. Selain membawa keselamatan, Injil juga pasti mendatangkan damai sejahtera. Karenanya, jika kita memberitakan Injil, banyak orang yang akan mengenal kedamaian sejati dari Tuhan.

Lalu, bagaimana caranya kita memperdengarkan Injil tersebut kepada orang banyak? Bukan dengan berteriak di tengah jalan menyampaikan firman Tuhan atau ayat Alkitab atau khotbah, bukan juga menggunakan pengeras suara dalam berbicara tentang Injil, melainkan menjadikan kehidupan kita seperti “pengeras suara.” Caranya, tunjukkan kelakuan anak Allah yang benar, yang dapat menjadi kesaksian bagi semua orang dan menunjukkan bahwa Allah kita satu-satunya Allah yang benar.

Card image
Truth Youth 24 Juni 2024 (English Version) - LEAP OF FAITH
2024-06-24 12:52:03


"Do not let anyone look down on you because you are young, but set an example for the believers in speech, in conduct, in love, in faith and in purity." (1 Timothy 4:12)

There's an epic moment in the popular game Assassin’s Creed, where the main character performs a "Leap of Faith" from a terrifying height. It's a moment where the character believes in the plan and his own ability to jump without hesitation, despite the risks he may face. In this illustration, we can find a connection with the moral message of "Trusting God's Plan" found in this verse. When the Assassin’s Creed character performs the "Leap of Faith", he believes that what he's doing is part of a larger plan. He trusts in his ability to overcome obstacles and face the consequences of his actions. Similarly, when we trust in God's plan, we must have the same confidence that He has a greater vision for our lives. In the game, the "Leap of Faith" is a symbol of courage, trust, and sacrifice. It's an action that requires strong determination and unwavering faith. Likewise, in our lives, trusting God's plan often requires us to take seemingly bold steps and face uncertainty with courage.

There are moments when we are called to undertake a great task even though we are in a position where we shouldn't accept that task, and automatically underestimated. Such as being called to set an example in speech, conduct, love, faith, and purity even though we are young, where we should be taking example. Perhaps it's a major decision that requires courage to trust that God will lead us through that journey. Or maybe it's a simple act of love towards others, which requires faith that God will use it to do His work. Whatever it is, we need not worry when we step forward in faith. The moral message of this verse is that when we trust in God's plan, we can live with courage and confidence that He will guide our steps. Like the character in Assassin’s Creed who performs the "Leap of Faith", we are also called to jump into God's plan with strong determination and unwavering faith. Thus, we will become examples to those around us, showing that trust in God brings remarkable influence in our lives and in the world.

WHAT TO DO:
1. Surrender to God's plan.
2. Demonstrate exemplary Christian behavior.

BIBLE MARATHON:
- Psalms 104-106

Card image
Truth Youth 24 Juni 2024 - LEAP OF FAITH
2024-06-24 12:49:20


"Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Timotius 4:12)

Ada sebuah momen epik dari permainan populer, Assassin’s Creed, di mana karakter utama melakukan “Leap of Faith” dari ketinggian yang mengerikan. Ini adalah momen di mana sang karakter percaya pada rencana dan kemampuannya sendiri untuk melompat tanpa ragu-ragu, meskipun ada risiko yang mungkin dia hadapi. Dalam ilustrasi ini, kita dapat menemukan keterkaitan dengan pesan moral “Mempercayai rencana Tuhan” yang terdapat dalam ayat ini. Saat karakter Assassin’s Creed melakukan “Leap of Faith”, dia mempercayai bahwa apa yang dia lakukan adalah bagian dari rencana yang lebih besar. Dia percaya pada kemampuannya untuk mengatasi rintangan dan menghadapi konsekuensi dari tindakannya. Demikian pula, ketika kita mempercayai rencana Tuhan, kita harus memiliki keyakinan yang sama bahwa Dia memiliki visi yang lebih besar untuk hidup kita. Dalam permainan tersebut, “Leap of Faith” adalah simbol keberanian, kepercayaan, dan pengorbanan. Ini adalah tindakan yang memerlukan tekad yang kuat dan keyakinan yang tak tergoyahkan. Demikian juga, dalam hidup kita, mempercayai rencana Tuhan sering kali mengharuskan kita untuk melakukan langkah-langkah yang tampaknya berani dan menghadapi ketidakpastian dengan keberanian.

Ada momen-momen di mana kita dipanggil untuk melakukan suatu tugas yang besar walaupun kita berada dalam posisi di mana seharusnya kita tidak menerima tugas itu, dan secara otomatis diremehkan. Seperti dipanggil untuk menjadi teladan dalam perkataan, tingkah laku, kasih, iman, dan kesucian walaupun kita masih muda, di mana kita seharusnya menerima teladan. Mungkin itu adalah keputusan besar yang membutuhkan keberanian untuk mempercayai bahwa Tuhan akan memimpin kita melalui perjalanan itu. Atau mungkin itu adalah tindakan sederhana kasih kepada sesama, yang membutuhkan kepercayaan bahwa Tuhan akan mempergunakan itu untuk melakukan pekerjaan-Nya. Apa pun itu kita tidak perlu khawatir, saat kita melangkah maju dalam iman. Pesan moral dari ayat ini adalah bahwa ketika kita mempercayai rencana Tuhan, kita dapat hidup dengan keberanian dan keyakinan bahwa Dia akan membimbing langkah-langkah kita. Seperti karakter dalam Assassin’s Creed yang melakukan “Leap of Faith,” kita juga dipanggil untuk melompat ke dalam rencana Tuhan dengan tekad yang kuat dan keyakinan yang tak tergoyahkan. Dengan demikian, kita akan menjadi teladan bagi orang-orang di sekitar kita, memperlihatkan bahwa kepercayaan pada Tuhan membawa pengaruh yang luar biasa dalam hidup kita dan dalam dunia ini.

WHAT TO DO:
1. Berserah kepada rencana Allah
2. Tunjukan perilaku kristiani yang teladan

BIBLE MARATHON:
▪︎Mazmur 104-106

Card image
Renungan Pagi - 24 Juni 2024
2024-06-24 12:44:48


Ada banyak orang tidak mengerti kenapa dia hidup, sehingga hidup sembarangan, tanpa tujuan dan tanpa persiapan untuk memasuki kekekalan setelah kematian. Sebagai orang pilihan, anak-anak Tuhan, sudah seharusnya mengerti benar untuk apa kita hidup dan apa tujuan Tuhan menciptakan. Kita ada dan hidup di dunia ini, hanya karena Tuhan yang menghidupkan, Tuhan yang telah menghembuskan nafas hidup dan memberikan Roh-Nya kepada kita, sebab itulah manusia adalah mahluk kekal, bagian dari Allah yang kekal ada dalam hidup kita.

"Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup." Hidup kita tidak berakhir setelah kematian, ada alam kekekalan menanti, sebab itu persiapkan dengan benar dalam waktu hidup yang Tuhan berikan saat ini, supaya jika waktu kematian menjemput, maka yang kita jumpai di alam kekal adalah Tuhan, Pemilik hidup itu.
(Kejadian 2:7)

Card image
Quote Of The Day - 24 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-24 12:40:31


Kalau kita sungguh-sungguh memburu hari ini, maka kita akan melihat hari esok, Allah hadir dalam hidup kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 24 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-24 12:39:06


Tuhan memanggil kita untuk hidup dalam kesucian karena Dia sendiri adalah suci. "Kuduslah kamu, sebab Aku kudus", demikian firman Tuhan.

Card image
CARING FOR RELATIONSHIPS - 24 Juni 224 (English Version)
2024-06-24 12:37:35


More than anything else we must care for, caring for our relationship with God must be everything to us. This means we should sacrifice anything for our relationship with God the Father, our relationship with the Lord Jesus. However, very few people seriously consider their relationship with God. Many people don't care whether their relationship with God is good or not, harmonious or not. And this attitude actually shows that, first, they do not truly need God, they do not truly feel the need for God. Second, they do not love God. In fact, if a person does not truly feel the need for God, that person is arrogant. Arrogance is rooted and stems from the attitude of not feeling the need for God. So, whether their relationship with God is harmonious or not, they don't care.

Usually, people like this, if they are in a church environment, are cunning. When they are in serious trouble, only then do they seek God. Actually, these people are not seeking God, but they are seeking God's blessings, God's power, and God's help, not God Himself. Cunning here means manipulative and opportunistic. Being manipulative and opportunistic towards humans is not appropriate, let alone towards God. But strangely, many people are truly opportunistic, manipulative, exploiting God, seeking benefits without considering the interests of others. It is truly terrifying to have such an attitude towards God. Because God is the source of our life. Ideally, we live for Him. A mature Christian is one who will not deceive God, but is willing to be empowered by God.

But we can understand if they are still opportunistic because they certainly do not understand the purpose and meaning of their life. We need God because indeed God is our life. Only people who reach this level are very rare. Psalm 73 represents the psalmist's struggle to this level, "Whom have I in heaven but You, and there is none upon earth that I desire besides You." So, we need God not because we glance at His wallet of power, or His blessings, but because of God Himself. It has become a general standard for religious people that towards their gods and deities they act manipulatively in order to be protected, guarded, benefited and helped.

Unlike us, God who created the heavens and the earth is our Father, we must not doubt His help in the slightest when we are in trouble. He provides bread for those He loves at bedtime, meaning that beyond our knowledge God provides the blessings we need. When God's word says, "... the nations who do not know God seek it," it means we don't need to worry about it, thinking about it, but that doesn't mean we are irresponsible. We must work, truly maximize our potential—what we sow, we reap—without worry, without fear.

In essence, talking about this is easy, but practicing it is difficult, especially when we are in a critical condition, crisis, and it seems as if God is not present. But believe, the issue of blessings does not need to be questioned—as long as we live responsibly—because He will fulfill His part. We need God because God Himself is our life. So our lives for 70-80 years, if we can reach 100 years, is just a journey to find the Eternal Lover. Therefore, we must let go of all fleshly ties and sinful pleasures that were built by parents, environment, traditions, culture and the influence of the world around us. And we are used to being poisoned by various pleasures.

But after we know God, we must begin to build our spirit. Now, if we realize that God is our life, we must seek God; pursue God. That's why the psalmist says in Psalm 73:25-26, "Whom have I in heaven but You? And there is none upon earth that I desire besides You." So that God engraves our name in His heart, we are given a place in His heart, not only in His presence but in His heart forever. And that can happen if we release all our beloved ties. This is extraordinary if we can become God's beloved. The Most High, Most Glorious God of the universe, keeps our name in His heart. Of course, the price is our entire life.

MORE THAN ANYTHING ELSE WE MUST CARE FOR, CARING FOR OUR RELATIONSHIP WITH GOD MUST BE EVERYTHING TO US.

Card image
MERAWAT HUBUNGAN - 24 Juni 2024
2024-06-24 12:35:11


Lebih dari semua yang kita harus rawat, merawat hubungan dengan Tuhan itu harus menjadi segalanya bagi kita. Artinya, apa pun kita korbankan demi hubungan kita dengan Allah Bapa, hubungan kita dengan Tuhan Yesus. Namun, sangat sedikit orang yang serius memperkarakan hubungannya dengan Tuhan. Banyak orang tidak peduli apakah hubungan dirinya dengan Tuhan itu baik-baik atau tidak, harmoni atau tidak. Dan sikap seperti ini sebenarnya menunjukkan bahwa, yang pertama, ia tidak sungguh-sungguh membutuhkan Tuhan, tidak sungguh-sungguh merasa memerlukan Tuhan. Yang kedua, ia tidak mengasihi Tuhan. Padahal, kalau orang tidak merasa sungguh-sungguh membutuhkan Tuhan, itu adalah orang sombong. Kesombongan itu berakar dan berangkat dari sikap tidak merasa membutuhkan Tuhan. Jadi, apakah hubungannya dengan Tuhan itu harmoni atau tidak, dia tidak peduli.

Biasanya orang-orang seperti ini, kalau di lingkungan gereja, licik. Kalau sedang ada dalam masalah berat, baru ia mencari Tuhan. Sebenarnya, orang-orang ini tidak mencari Tuhan, tapi ia mencari berkat Tuhan, kuasa Tuhan dan pertolongan Tuhan, bukan Tuhan sendiri. Licik di situ artinya manipulatif dan oportunis. Sikap manipulatif, oportunis terhadap manusia saja tidak patut, apalagi terhadap Tuhan. Tapi herannya, banyak orang yang benar-benar oportunis, manipulatif, memanfaatkan Tuhan, mencari keuntungan tanpa melihat kepentingan orang lain. Sungguh hal yang mengerikan bersikap demikian terhadap Tuhan. Sebab Tuhan adalah pokok kehidupan kita. Mestinya, kita hidup bagi Dia. Seorang Kristen yang dewasa adalah seorang yang tidak akan memperdaya Tuhan, melainkan rela diberdayakan oleh Tuhan.

Tetapi kita bisa mengerti kalau mereka masih oportunis karena mereka pasti tidak memahami apa tujuan dan arti hidupnya. Kita membutuhkan Tuhan, karena memang Tuhan itulah kehidupan kita. Hanya orang sampai tingkat ini, jarang sekali. Mazmur 73, merupakan pergumulan pemazmur sampai tingkat ini, “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau, selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.” Jadi, kita membutuhkan Tuhan bukan karena kita melirik dompet kuasa-Nya, atau berkat-berkat-Nya, tapi karena pribadi Tuhan sendiri. Sudah menjadi standar umum orang beragama bahwa terhadap dewa dan ilahnya mereka bersikap manipulatif agar dilindungi, dijaga, diuntungkan, dan ditolong.

Berbeda dengan kita, Allah yang menciptakan langit dan bumi yang menjadi Bapa kita, tidak boleh sedikit pun kita meragukan pertolongan-Nya pada waktu kita dalam kesulitan. Dia menyediakan roti bagi orang yang dikasihi-Nya pada waktu tidur, artinya di luar sepengetahuan kita Allah menyediakan berkat yang kita butuhkan. Ketika firman Tuhan mengatakan, "… itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah," artinya kita tidak perlu memusingkan, memikirkan hal itu, namun bukan berarti lalu kita tidak bertanggung jawab. Kita harus bekerja, sungguh-sungguh memaksimalkan potensi—apa yang kita tabur, kita tuai—tanpa kekhawatiran, tanpa takut.

Sejatinya, bicara ini mudah, namun praktiknya sulit, apalagi pada waktu kita ada dalam kondisi kritis, krisis, dan Tuhan seakan-akan tidak tampak kehadiran-Nya. Tapi percayalah, masalah berkat sudah tidak perlu dipersoalkan—asalkan kita hidup bertanggung jawab—sebab Dia akan memenuhi bagian-Nya. Kita membutuhkan Tuhan karena Tuhan sendiri yang menjadi kehidupan kita. Jadi hidup kita selama 70-80 tahun, kalau bisa sampai 100 tahun, itu hanya pengembaraan untuk menemukan Kekasih Abadi. Karenanya, kita harus melepaskan semua ikatan kedagingan dan kesenangan dosa yang memang dibangun oleh orang tua, lingkungan, tradisi, budaya, dan pengaruh dunia sekitar. Dan kita sudah terbiasa diracuni dengan berbagai kesenangan itu.

Tapi setelah kita mengenal Tuhan, kita harus mulai membangun roh kita. Sekarang kalau kita sadar bahwa Tuhanlah kehidupan kita, kita harus mencari Tuhan; memburu Tuhan. Makanya pemazmur berkata di Mazmur 73:25-26, “Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.” Sehingga Tuhan menaruh nama kita dalam hati-Nya, kita diberi tempat di hati-nya, bukan hanya di hadirat-Nya, tapi di hati-Nya selama-lamanya. Dan itu bisa terjadi, kalau kita melepaskan semua kekasih hati. Ini luar biasa, kalau sampai kita bisa menjadi kekasih Tuhan. Allah semesta alam yang Maha Agung, Maha Mulia, menyimpan nama kita di hati-Nya. Tentu harganya adalah seluruh kehidupan kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

LEBIH DARI SEMUA YANG KITA HARUS RAWAT, MERAWAT HUBUNGAN DENGAN TUHAN ITU HARUS MENJADI SEGALANYA BAGI KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 Juni 2024
2024-06-24 12:31:55

1 Raja-raja 15
2 Tawarikh 13-16

Card image
Truth Kids 23 Juni 2024 - BERSYUKUR ATAS KASIH TUHAN
2024-06-23 10:05:26


Yesaya 54:10
”Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, firman TUHAN, yang mengasihani engkau.”

Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang anak yang penuh semangat bernama Rama. Setiap hari, ia selalu bersemangat mengeksplorasi keajaiban alam di sekitarnya. Suatu hari, saat Rama sedang bermain di kebun belakang rumahnya, ia mendapati sebuah sarang burung yang terjatuh dari pohon. "Wah, sarangnya indah sekali!" serunya kagum. Tanpa pikir panjang, Rama langsung mengambil sarang itu dan membawanya pulang.

Sobat Kids, seperti Rama yang terpesona oleh keindahan sarang burung, begitu juga kita terpesona oleh kasih setia Allah. Dalam Yesaya 54:10, Tuhan berjanji bahwa kasih setia-Nya takkan pernah beranjak dari kita. Setiap hari, Tuhan menganugerahkan kebaikan-Nya kepada kita, seperti seorang ayah yang menyayangi anak-anaknya. Melalui kebenaran dan kasih setia-Nya, Tuhan membawa damai sejahtera yang abadi bagi kita semua. Meskipun terkadang kita merasa sendiri atau sedih, ingatlah bahwa Tuhan selalu bersama kita. Marilah kita bersyukur atas kasih-Nya yang tak pernah berubah, dan percayalah bahwa dengan Tuhan, kita akan selalu merasa aman dan bahagia. Betapa besar dan ajaibnya kasih setia Tuhan kepada kita!

Card image
Truth Junior 23 Juni 2024 - ANTI GEMPA
2024-06-23 10:02:58


Yesaya 54:10
”Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, firman TUHAN, yang mengasihani engkau.”

Salah satu negara yang paling sering mengalami gempa bumi adalah Jepang. Di Jepang, para warganya sudah ‘terbiasa’ menghadapi dan mengatasi gempa bumi, sehingga mereka pun memikirkan cara untuk menanggulangi akibat gempa agar tidak terlalu parah. Salah satunya adalah dengan cara membangun fondasi khusus pada bangunan-bangunan atau sarana umum, misalnya rumah dan jembatan. Dengan kepintaran dan kecanggihan teknologi, mereka mampu membangun jembatan dan rumah yang tidak mudah rubuh walaupun gempa menyerang dengan kekuatan besar. Sungguh mengagumkan, ya, Sobat Junior. Jembatan dan rumah yang memiliki fondasi khusus tersebut tetap goyang, tetapi tidak sampai hancur rata dengan tanah, bahkan tidak retak atau ambruk.

Hendaknya demikian juga dengan kehidupan kita, Sobat Junior. Badai pasti menerpa, masalah silih berganti menghampiri dan terjadi, namun damai sejahtera Tuhan harus menjadi fondasi khusus dalam hidup kita, supaya meskipun kita ‘bergoyang’ karena kesulitan dan hal-hal buruk menimpa kita, tetap kita bisa tegak berdiri di dalam iman dan kesetiaan kepada Tuhan. Walaupun sekitar kita bergoncang dan hancur, kita tetap teguh dalam kasih dan damai sejahtera-Nya karena kita hidup hanya untuk melakukan kehendak Tuhan saja.

Card image
Truth Youth 23 Juni 2024 (English Version) - BRAVE SOLDIER
2024-06-23 10:00:57


"Blessed are you when people insult you, persecute you and falsely say all kinds of evil against you because of me." (1 Peter 4:14)

Imagine a fearless soldier, ready for battle to protect his country and loved ones. He is willing to face danger, even risking his life. For him, his duty is a top priority, and courage is crucial. When we think of this image, we can see similarities with our calling as Christians to bravely endure suffering. Like a soldier, we may face physical and emotional suffering because of our faith. But certainly, courage is required in such situations.

When a soldier bravely sacrifices, he knows that his actions can have a significant impact, more than just for himself. Similarly, when a Christian bravely suffers, their experience can be a light for others. They show the world that their faith cannot be extinguished by violence or oppression. Think of a soldier who, despite being wounded and tired, does not retreat from the front lines. They demonstrate resilience to the enemy. Similarly, Christians who bravely endure suffering show steadfastness and courage in the face of trials and persecution. They declare that their faith cannot be weakened by the harshness of the world.

Brave soldiers who sacrifice often become examples for their comrades. They can boost morale and inspire courage among their peers, so they do not give up when faced with difficulties. Likewise, Christians who bravely suffer can be a source of strength and support for their community. They demonstrate that even when the world opposes, God remains faithful and strong in every situation. The moral message of this verse encourages us, believers, to adopt the same attitude as brave soldiers who sacrifice. As Christians, we must be prepared to face opposition and persecution because of our faith. But we do not need to fear because our great support is our God the Father, who is always with us in times of trial and difficulty. Therefore, we must rely fully on our God the Father, as He will provide us with support. Equipping ourselves with His word and nourishing ourselves with the MRE (Meal, Ready-to-Eat) of the Holy Spirit. With courage and steadfastness, we can be strong witnesses of Christ's love and truth, even in the most challenging situations.

WHAT TO DO:
1. Rely on our great support, God the Father, always.
2. Be an example of courage and faith for our other friends.

BIBLE MARATHON:
- Psalms 95-103

Card image
Truth Youth 23 Juni 2024 - BRAVE SOLDIER
2024-06-23 09:58:30


”Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu.”(1 Petrus 4:14)

Bayangin seorang prajurit yang gak gentar, siap tempur demi melindungi negaranya dan orang-orang yang dia sayang. Dia rela ngadepin bahaya, sampai-sampai nyawa bisa kena taruh di ujung tanduk. Bagi dia, tugasnya itu prioritas banget, dan keberanian itu penting banget. Saat kita pikirin gambaran ini, bisa dilihat persamaannya sama panggilan kita sebagai orang Kristen buat berani menanggung penderitaan. Kayak prajurit, kita juga bisa kena penderitaan fisik dan emosional karena iman kita. Tapi, yang jelas, di situ, keberanian itu mesti ada.

Ketika seorang tentara berani berkorban, dia tahu apa yang dia lakukan bisa berpengaruh banget, lebih dari cuma buat dirinya sendiri. Begitu juga, saat seorang Kristen berani menderita, pengalaman dia bisa jadi terang buat orang lain. Mereka nunjukin dunia, kalau iman mereka gak bisa dimatiin sama kekerasan atau penindasan. Pikirin saja seorang tentara yang meskipun udah luka-luka dan capek, tetap nggak mundur dari garis depan. Mereka nunjukin ke musuh kalau mereka tetap tegar. Itu sama dengan orang Kristen yang berani menderita, mereka nunjukin keteguhan hati dan keberanian di hadapan cobaan dan penindasan. Mereka bilang kalau iman mereka gak bisa diperlemah sama kejamnya dunia.

Tentara yang berani berkorban biasanya jadi contoh buat teman-teman mereka. Mereka bisa menaikan semangat moral dan keberanian tumbuh di tengah-tengah teman-temannya, biar mereka nggak nyerah saat dihadapkan sama kesulitan. Nah, orang Kristen yang berani menderita juga bisa jadi sumber kekuatan dan dukungan buat komunitas mereka. Mereka nunjukin meskipun dunia melawan, Allah tetap setia dan kuat dalam segala situasi. Pesan moral dari ayat ini mengajak kita, orang percaya, buat ambil sikap yang sama kayak tentara yang berani berkorban. Sebagai orang Kristen, kita harus siap menghadapi perlawanan dan penindasan gara-gara iman kita. Tapi, kita gak perlu takut, soalnya Allah kita itu Allah yang setia, yang selalu nemenin kita pas kita lagi diuji dan susah. Maka dari itu juga kita harus bergantung dengan penuh kepada Allah Bapa kita, karena Ialah yang akan memberi kita support. Mempersenjatai kita dengan firman- Nya, dan mengenyangkan kita dengan M.R.E Militer (Meal, Ready-to-Eat) Roh Kudus. Dengan berani dan tegar, kita bisa jadi saksi yang kuat dalam kasih dan kebenaran Kristus, bahkan saat lagi di situasi yang paling susah.

WHAT TO DO:
1.Bergantung pada support agung kita Allah Bapa selalu

2.Menjadi contoh dalam keberanian dan iman, bagi teman-teman kita yang lain

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mazmur 95-103

Card image
Renungan Pagi - 23 Juni 2024
2024-06-23 09:27:08


Setiap orang yang memiliki pengetahuan yang benar akan firman Tuhan, maka siang dan malam ia merenungkan firman Tuhan, ia bergaul dengan firman Tuhan, yang artinya firman Tuhan itu dilakukan dalam hidupnya setiap hari, sebab firman Tuhan adalah hidupnya dan menjadi sumber yang menguduskan hidupnya, bahkan berani berkata tanpa firman Tuhan dia tidak bisa hidup.

Seperti apa yang dikatakan Tuhan Yesus kepada iblis yang mencobai DIA; "Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." Dan perkataan Tuhan Yesus kepada Bapa dalam doa-Nya bagi kita murid-murid-Nya; "Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran."

Itulah sebabnya sangat penting bagi kita untuk tekun dalam membaca dan merenungkan firman Tuhan, dan melakukannya dalam hidup setiap hari, sehingga kita dihidupkan dan dikuduskan oleh firman Tuhan.
(Matius4:4; Yohanes 17:17)

Card image
Quote Of The Day - 23 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-23 09:24:56


Atmosfer yang melingkupi hidup kita sekarang itulah yang menjadi atmosfer kekekalan kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 23 Juni 2024 Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-23 09:23:00


Kerajaan Surga adalah tempat bagi mereka yang setia, yang melayani dengan sepenuh hati, dan yang ikut merasakan penderitaan Kristus.

Card image
THERE'S STILL SOMETHING MISSING - 23 Juni 2024 (English Version)
2024-06-23 09:14:08


God, the Almighty, deserves the best, the most, and our entire lives. This is how we properly honor God. We must always think that there is still something missing that we have not yet offered to Him. So we feel that there is still something lacking that we haven't given to Him. It's not thinking that God has given us less, that He still needs to give us more to satisfy our desires and wishes. Instead, it is the opposite: we still lack in offering our lives to God. We believe that God, the All-Wise and Good, knows what we need. Even if we do not ask, God fulfills it. As stated in the Word in Matthew 6:32-34, "Your Father in heaven knows that you need all these things." So we do not doubt that God is wise in meeting our needs.

Now, from our side, we must always feel that there is something missing that we need to offer to God. There is still something missing that we msut do to please God's heart. And if we have this attitude, what will happen? This is what happens when we say, “Lord, what is still missing?What should I offer You? What am I still holding back for myself?”

First, God will show us our shortcomings and weaknesses. The things we still do that are not pleasing to God, God will reveal and uncover so that we stop doing those things. So we can say, “Lord, do not let me sin against You, no matter how small or subtle the mistake. Oh Lord, help me not to make mistakes anymore.”

Second, God will surely show us the "Isaacs" we love, the ones that bind our hearts more than to God. Just as Abraham had to let go of his beloved Isaac, so too will God teach us to let go of our beloved ones, which can disrupt our harmonious relationship with God. Remarkably, God will open our understanding, our minds. For God desires an increasingly exclusive relationship each day, and for that, we must let go of our beloved ones or anything that has the potential to become our idol.

Third, God will reveal to us His plans for us to carry out. This is a trust from God to us. The more seriously we deal with God, the more the plans that God has for us will be revealed, so that our lives will be directed towards fulfilling God's plans. Don't let it happen that when we die, we never know what plans God has for us to fulfill. Because along with our birth on earth, God prepared His big plans for each of us. What we can be before God and what we must do for God.

Fourth, God will begin to reveal the secrets of His Person, the secrets of His wondrous existence, and our knowledge of God will increase. This means that with the knowledge of God that is revealed to us, our attitude towards God will be more appropriate. We will be able to place ourselves correctly before God. There we will find the right place before God and place God properly in our lives. All of this is preparation for eternity. Only those who have the right and proper place before God will enter the Kingdom of Heaven. If people do not place God correctly in their life, it is impossible for them to be worthy of entering the Kingdom of Heaven.

So let us always feel that there is still something missing that we have to offer to God. We must feel that there is still something lacking that we must return to God. For this reason, pursue Him while there is still a chance!

WE MUST ALWAYS THINK THAT THERE IS STILL SOMETHING MISSING THAT WE HAVE NOT YET OFFERED TO HIM.

Card image
MASIH ADA YANG KURANG - 23 Juni 2024
2024-06-23 09:11:09


Allah yang Maha Besar layak mendapatkan yang terbaik, terbanyak, segenap hidup kita. Itulah cara kita menghormati Allah secara patut. Kita harus selalu berpikir bahwa masih ada yang kurang yang belum kita persembahkan kepada-Nya. Jadi kita merasa masih ada sesuatu yang kurang yang belum kita persembahkan kepada-Nya. Jadi bukan berpikir, masih kurang yang Allah berikan untuk kita, masih harus lebih banyak yang Allah berikan kepada kita untuk memenuhi selera, keinginan kita. Tetapi sebaliknya, yaitu masih kurang dari pihak kita untuk mempersembahkan hidup ini kepada Tuhan. Kita percaya Allah yang Maha Bijaksana, Allah yang baik tahu apa yang menjadi kebutuhan kita. Seandainya kita tidak minta pun, Allah mencukupinya. Sesuai dengan firman yang dikatakan di dalam Matius 6:32-34, “Bapamu yang di surga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.” Jadi kita tidak meragukan Allah yang pasti bijaksana memenuhi kebutuhan kita.

Sekarang dari pihak kita, kita harus merasa selalu ada yang kurang yang kita harus persembahkan bagi Allah. Masih ada yang kurang yang harus kita lakukan untuk menyenangkan hati Allah. Dan jika kita bersikap demikian, apa yang terjadi? Ini yang terjadi ketika kita berkata, “Tuhan, kurang apa lagi? Apa yang harus aku persembahkan kepada-Mu? Apa yang masih aku sisakan untuk diriku sendiri?”

Yang pertama, Tuhan akan menunjukkan kepada kita kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan kita. Hal-hal yang masih kita lakukan yang tidak berkenan di hadapan Tuhan, Tuhan bukakan, Tuhan singkapkan, agar kita berhenti melakukan hal itu. Sehingga kita bisa berkata, “Tuhan, jangan sampai aku berbuat dosa kepada-Mu, sekecil atau sehalus apa pun kesalahan itu. Ya Tuhan, tolonglah aku agar tidak berbuat salah lagi.”

Yang kedua, Tuhan pasti akan tunjukkan kepada kita “Ishak-Ishak” yang kita cintai, yang mengikat hati kita lebih dari Tuhan. Seperti Abraham yang harus melepaskan Ishak kesayangannya, demikian pula Tuhan akan mengajar kita melepaskan kesayangan-kesayangan kita, yang itu dapat mengganggu hubungan harmonisasi kita dengan Allah. Luar biasa, Tuhan akan membukakan pengertian kita, pikiran kita. Sebab Tuhan menghendaki sebuah hubungan yang makin hari makin eksklusif dan untuk itu kita harus melepaskan kesayangan kita atau yang masih bisa berpotensi menjadi berhala kita.

Yang ketiga, Tuhan akan memberitahukan kepada kita rencana-rencana-Nya supaya kita lakukan. Dan ini merupakan kepercayaan dari Allah bagi kita. Semakin kita serius berurusan dengan Tuhan, rencana-rencana yang Allah sediakan bagi kita semakin dibukakan, sehingga hidup kita diarahkan untuk menggenapi rencana Allah itu. Jangan sampai ketika kita meninggal dunia, kita tidak pernah tahu rencana apa yang Allah sediakan bagi kita untuk kita penuhi. Sebab seiring dengan kelahiran kita di bumi, Allah mempersiapkan rencana-rencana besar-Nya untuk kita masing-masing. Kita bisa menjadi apa di hadapan Allah dan apa yang harus kita kerjakan bagi Tuhan.

Yang keempat, Tuhan mulai membukakan rahasia Pribadi-Nya, rahasia keberadaan Allah yang ajaib, pengetahuan kita akan Allah ditambahkan. Maksudnya, dengan pengetahuan mengenai Allah yang dibukakan tersebut, maka sikap kita kepada Tuhan makin tepat. Kita makin bisa menempatkan diri di hadapan Allah. Di situlah kita bisa menemukan tempat yang tepat di hadapan Tuhan dan menempatkan Allah secara benar di dalam hidup kita. Semua ini merupakan persiapan kekekalan. Sebab hanya orang yang memiliki tempat yang tepat dan benar di hadapan Allah yang akan masuk Kerajaan Surga. Kalau orang tidak menempatkan Allah secara tepat di dalam hidupnya, tidak mungkin dia layak masuk Kerajaan Surga.

Jadi mari kita selalu merasa masih ada yang kurang yang harus kita persembahkan kepada Tuhan. Kita harus merasa masih ada sesuatu yang kurang yang harus kita kembalikan kepada Tuhan. Untuk itu, burulah Dia selagi masih ada kesempatan!

Tuhan Yesus memberkati
????????????. ????????. ???????????????????????????? ????????????????????????????

KITA HARUS SELALU BERPIKIR BAHWA MASIH ADA YANG KURANG YANG BELUM KITA PERSEMBAHKAN KEPADA-NYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 Juni 2024
2024-06-23 08:14:29

2 Tawarikh 10-12

Card image
Truth Kids 22 Juni 2024 - MELAYANI DENGAN KASIH
2024-06-22 12:52:36


Galatia 5:13
”Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.”

Di sebuah taman berbunga, tinggallah seorang anak kecil yang riang bernama Maya. Maya selalu memberikan senyum manisnya kepada siapa pun yang dia temui. Suatu hari, ketika teman-temannya bertengkar karena mainan, Maya datang dengan pelukan hangatnya, "Hei, kenapa harus bertengkar? Mari berbagi mainan!"

Sobat Kids, wow, melihat Maya seperti itu, sungguh menginspirasi! Dia mengajarkan kepada kita pentingnya melayani dengan kasih dalam kehidupan sehari-hari. Wah, ketika Maya memberikan pelukan hangatnya, dia tidak hanya memperbaiki pertengkaran, tetapi juga membawa damai dan sukacita dalam komunitasnya.

Sobat Kids, begitu indahnya bila kita juga belajar untuk melayani satu sama lain dengan kasih seperti Maya. Jika melayani dengan kasih, kita dapat menciptakan damai sejahtera bagi teman-teman kita. Mari kita bersama-sama meneladani sikap kasih Maya agar hidup ini menjadi lebih indah.

Card image
Truth Junior 22 Juni 2024 - KEMERDEKAAN DALAM KASIH
2024-06-22 12:50:28


Galatia 5:13
”Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.”

Sobat Junior, hari ini kita akan belajar tentang sesuatu yang sangat spesial, yaitu tentang “kemerdekaan.” Tapi tunggu dulu, kemerdekaan yang seperti apa yang akan kita bahas? Yuk, kita cari tahu bersama!

Sobat Junior, kita semua memiliki kemerdekaan yang diberikan oleh Tuhan. Kemerdekaan ini bukanlah untuk kita gunakan semena-mena, melainkan sebagai kesempatan untuk menunjukkan kasih kepada sesama. Kemerdekaan sering kali kita artikan sebagai kebebasan untuk melakukan apa saja yang kita inginkan. Namun, Paulus mengingatkan kita bahwa kemerdekaan sejati adalah ketika kita menggunakan kebebasan tersebut untuk melayani orang lain dengan kasih. Kasih yang dimaksud di sini adalah kasih yang tanpa pamrih, yang selalu mengutamakan kepentingan orang lain daripada diri sendiri.

Bayangkan, kamu baru saja pulang sekolah dan kamu bebas memilih mau melakukan apa. Kamu bisa memilih untuk langsung main game, atau kamu bisa memilih untuk membantu mama membersihkan meja makan. Nah, kalau kamu memilih untuk membantu mama, itu artinya kamu sudah menggunakan kemerdekaanmu untuk menunjukkan kasih. Atau di sekolah saat istirahat, kamu melihat ada teman yang sedih karena jatuh dan luka. Kamu bisa saja memilih untuk tetap bermain dengan teman-teman lain. Tetapi kalau kamu memilih untuk mendekati dan menghibur temanmu itu, kamu sudah berbagi kasih dengan menggunakan kemerdekaanmu. Jadi, Sobat Junior, setiap hari kita punya banyak pilihan. Kita bisa memilih untuk hanya memikirkan diri sendiri, atau kita bisa memilih untuk menggunakan kemerdekaan kita untuk kasih. Ingat, kasih itu tidak harus besar; kasih itu bisa sederhana, seperti senyum atau sapa yang bisa Sobat Junior berikan.

Card image
Truth Youth 22 Juni 2024 - PILLARS & BRIDGES
2024-06-22 12:47:22


”Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.” (1 Petrus 2:24)

Bayangkan sebuah jembatan yang megah, menghubungkan dua sisi yang terpisah oleh lembah yang dalam. Di dalam gambaran ini, tiang-tiang penopang jembatan mewakili peran Kristus dalam kehidupan kita. Tanpa Kristus, jembatan hidup kita akan runtuh dan terputus. Tiang-tiang penopang jembatan adalah fondasi yang memastikan keselamatan setiap orang yang melintasi jembatan itu. Kristus, dengan pengorbanan-Nya di kayu salib, adalah tiang penopang bagi hidup kita. Dia bukan hanya memberikan kekuatan, tetapi juga kehidupan yang bermakna dan berlandaskan pada kebenaran-Nya. Ketika kita hidup dalam kudus dan berkenan kepada Allah, kita seperti jembatan yang kokoh dibangun di atas tiang-tiang Kristus. Hidup kita memiliki kestabilan dan kekuatan yang berasal dari-Nya. Setiap langkah kita didasarkan pada kebenaran-Nya yang dinyatakan dalam firman-Nya. Pesan moral dari ayat ini adalah bahwa hidup kudus dan berkenan kepada Allah membawa kita pada pemahaman yang lebih dalam tentang kebenaran-Nya. Ketika kita hidup dalam hubungan yang dekat dengan Kristus, kita dapat melakukan dan menyatakan kebenaran dalam segala aspek kehidupan kita. Hidup kita menjadi cermin dari karakter Kristus, dan kita menjadi saksi hidup bagi kasih-Nya.

Seperti tiang-tiang penopang yang menyangga sebuah jembatan, kehidupan kita yang diperkuat oleh Kristus memberikan stabilitas dan keamanan bagi mereka di sekitar kita. Kita menjadi teladan bagi orang lain tentang bagaimana hidup yang dipersembahkan kepada Tuhan membawa berkat dan kebaikan kepada mereka yang kita layani. Kristus, dengan luka-luka-Nya yang menyembuhkan, tidak hanya memberikan penyembuhan bagi tubuh kita, tetapi juga bagi jiwa kita. Melalui pengorbanan-Nya, kita dibebaskan dari dosa dan diberikan kehidupan yang baru dalam Dia. Ini adalah anugerah yang luar biasa yang harus kita syukuri dan kita saksikan dalam hidup kita sehari-hari. Dengan demikian, mari kita hidup dalam kudus dan berkenan kepada Allah, membangun hidup kita di atas fondasi Kristus yang kokoh. Ketika kita melakukan itu, kita akan menjadi tiang-tiang penopang bagi kebenaran dalam dunia ini, memancarkan cahaya-Nya kepada mereka yang berada dalam kegelapan. Sebagai orang percaya, mari kita terus berusaha untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya, sehingga kita dapat menjadi saksi yang setia bagi kasih dan kebenaran Kristus.

WHAT TO DO:
1.Mencontoh dan menjalani hidup kudus seperti Yesus Kristus
2.Menyatakan perilaku kristiani yang benar, supaya orang bisa ikut menjalaninya

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mazmur 89-94

Card image
Renungan Pagi - 22 Juni 2024
2024-06-22 12:45:22


Seberat apapun pergumulan hidup kita, janganlah mudah menyerah, harus tetap punya tekad untuk terus maju dan tidak berhenti berjuang serta taat pada perintah Allah; Allah pasti akan menggenapi janji-Nya, sebab DIA adalah Tuhan yang tidak pernah mengingkari janji-Nya, kita harus memiliki kesabaran dan kesetiaan dalam menantikan pertolongan Tuhan.

"Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak; "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."

Jadi melewati berbagai pengalaman, bahkan pengalaman yang paling buruk sekalipun, sebenarnya Tuhan sedang melatih dan membentuk hidup kita untuk menjadi serupa dengan DIA, karena Tuhan mengasihi kita. Pada prinsipnya, Tuhan selalu memberikan sesuatu yang berguna buat orang-orang yang dikasihi-Nya, termasuk melalui pergumulan dan kesulitan. Karena lewat semua didikan itu, Bapa menjadikan kita anak-anak-Nya.
(Ibrani 12:5-6)

Card image
Quote Of The Day - 22 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-22 12:43:15


Kalau kita menghormati Tuhan, kita mau melakukan apa pun yang Tuhan kehendaki.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 22 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-22 12:42:21


Orang yang tidak mau melayani Tuhan Yesus dan tidak mau bersama-sama dengan-Nya dalam penderitaan, kehilangan berkat dan janji-Nya. Mereka tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Surga.

Card image
LIFE'S CERTAINTY - 22 Juni 2024 (English Version)
2024-06-22 12:34:28


Life is understood by many people as having no certainty. And indeed, circumstances can change at any time. But we are grateful that we know God who is not only good, but God who is Almighty. If He were only good but not strong, it's useless. But if He were Almighty but not good, it would be dangerous! Our God is not only good, but also Almighty. And He is that certainty. This is the secret of life. Of course there will be a thousand questions, what will happen if the economic situation declines, what will happen if I get sick, what will happen if there is a war, what will happen if I die, because all of these are uncertainties.

However, there is certainty in God. This means that as long as we truly have a right and good relationship with God, there is no problem. Whether there will be economic problems, sickness, war, or death; it doesn't matter. Because He is not only good, but also Almighty. Why do people worry? Because they have no anchor. Even though they say that God is their anchor, their reliance, in reality, they do not fully trust God. Trusting God is actually not something easy. God is invisible, while our problems are before our eyes. And often God's actions are beyond our scenarios, hopes and desires.

We must learn to trust His Person that He is wise, intelligent, precise in everything He does. God often trains us to trust His Person. When? When we have problems and God does not immediately help, when He takes us into a flash flood and we have nothing to hold on to except God. And we can think, “How long can this rope support or hold me back from this flash flood? When will this flood recede?" These are unanswered questions. Especially when we face problems, we are adrift in the problem and God does not immediately help.

Then we say, “Lord, if You help me, my soul will be at rest. If things are like this, I won't be calm. I'm in a really critical and crisis situation. If You give me a way out, Lord, I will be calmer, I will be calm in serving, I will be calm in living my life." Then God answered, "Your peace should not be because the problem is over. But your belief in Me; I am good, I am Almighty, I am intelligent and everything I do is precise.” We want to deal with God. And not many people enter this kind of school of life. We are brought to a 'flash flood' so that we learn to trust God.

Because in the end, there will be a meeting between our hearts and God's heart, and there will be no lies; there is no doubt about God. If we have a lot of money, then when we face economic problems, we don't worry, because we can get answers. But for people who have money, God gives other trials, such as illness, which even money cannot answer. Here we learn to depend on God. One day we will face serious problems, but if we have learned to get along with God, learned to walk with God, and we believe that in God there is certainty, then we will be calm. God surely control the situation. There is no doubt at all. God surely leads.

Guard our hearts, words and behavior every day. If we live in holiness every day, we know what we have to do. So that we can become God's vessels. There is certainty, because the Holy Spirit guides us throughout our life journey. Do not be arrogant! We must always say, “I need You, Lord. Hold my hand." We must humble ourselves before God. So facing tomorrow, whatever we experience, we must be strong. So, if there is a serious problem that we cannot handle, one secret word: “close your eyes.” So that we do not trust what we see, but we see what we believe.

So we must walk with God every day, live in holiness, have a relationship and there are no lies between us and God, no doubt at all. Believe, God will help. And if we want to have this certainty, we will be motivated to live a holy life. Don't dare to sin. Until holiness becomes a necessity, not an obligation. We can enjoy holiness. We must become God's representatives, the gates of heaven, the gates of God's presence; shekinah glory. If there is the glory of God in our lives, then our ministry brings glory, our household brings glory, our interactions bring glory.

ONE DAY WE WILL FACE SERIOUS PROBLEMS, BUT IF WE HAVE WALKED WITH GOD AND WE ARE CONVINCED THAT THERE IS CERTAINTY IN GOD, THEN WE WILL BE CALM.

Card image
KEPASTIAN HIDUP - 22 Juni 2024
2024-06-22 12:32:44


Hidup ini dipahami oleh banyak orang sebagai tidak ada kepastian. Dan memang, keadaan bisa berubah setiap saat. Tetapi kita bersyukur kita mengenal Allah yang bukan saja baik, tapi Allah yang Maha Kuat. Kalau hanya baik, tapi tidak kuat, percuma. Tapi kalau Maha Kuat, tapi tidak baik, bahaya! Allah kita bukan hanya baik, tapi juga Maha Kuasa. Dan Dialah kepastian itu. Ini adalah rahasia hidup. Tentu akan ada seribu pertanyaan, bagaimana nanti kalau keadaan ekonomi merosot, bagaimana nanti kalau aku sakit, bagaimana nanti kalau dunia perang, bagaimana nanti kalau saya meninggal dunia, karena itu semua adalah ketidakpastian.

Namun, ada kepastian di dalam Tuhan. Artinya, selama kita benar-benar memiliki hubungan yang benar dan baik dengan Tuhan, tidak ada masalah. Mau nanti ada masalah ekonomi, sakit, perang, meninggal dunia; tidak masalah. Karena Dia bukan saja baik, tapi Maha Kuasa. Kenapa orang bisa khawatir? Karena dia tidak punya pegangan. Walau dia berkata bahwa Tuhan menjadi pegangannya, menjadi andalannya, tapi sejatinya, dia tidak memercayai Tuhan sepenuhnya. Memercayai Tuhan itu sesungguhnya bukan sesuatu yang mudah. Tuhan tidak kelihatan, sedangkan masalah kita di depan mata. Dan sering tindakan-tindakan Tuhan itu di luar skenario, harapan, dan keinginan kita.

Kita harus belajar memercayai Pribadi-Nya bahwa Dia bijaksana, cerdas, tepat dalam segala hal yang Dia lakukan. Tuhan sering melatih kita untuk memercayai Pribadi-Nya. Kapan? Ketika kita punya masalah dan Tuhan tidak kunjung menolong, ketika Dia bawa kita ke banjir bandang dan kita tidak punya pegangan kecuali Tuhan. Dan kita bisa berpikir, “Sampai kapan tali ini bisa menopang atau menahanku dari banjir bandang ini? Sampai kapan banjir ini surut?” Pertanyaan yang tidak terjawab. Apalagi pada waktu kita menghadapi masalah, kita terkatung-katung dalam masalah dan Tuhan tidak kunjung menolong.

Lalu kita berkata, “Tuhan, kalau Engkau menolong aku, jiwaku tenang. Kalau keadaan seperti ini aku tidak tenang. Aku di tempat yang benar-benar kritis dan krisis. Kalau Engkau memberi aku jalan keluar, Tuhan, aku lebih tenang, aku tenang melayani, aku tenang menjalani hidup.” Lalu Tuhan menjawab, “Mestinya ketenanganmu bukan karena masalah itu selesai. Tapi keyakinanmu terhadap Diri-Ku; Aku baik, Aku Maha Kuasa, Aku cerdas dan setiap hal yang Aku lakukan presisi.” Kita mau berurusan dengan Allah. Dan tidak banyak orang yang masuk sekolah kehidupan seperti ini. Kita dibawa kepada ‘banjir bandang’ supaya kita belajar memercayai Allah.

Sebab pada akhirnya, akan ada pertemuan antara hati kita dan hati Tuhan, dan tidak ada dusta; tidak ada keraguan terhadap Tuhan. Kalau kita banyak uang, maka ketika kita menghadapi masalah ekonomi, kita tidak cemas, sebab kita bisa mendapat jawaban. Tapi bagi orang yang punya uang, Tuhan kasih pencobaan lain, penyakit misalnya, yang mana uang pun tidak bisa menjawab. Di sini kita belajar bergantung kepada Tuhan. Suatu hari kita akan menghadapi persoalan berat, namun kalau kita sudah belajar bergaul dengan Tuhan, belajar berjalan dengan Tuhan, dan kita yakin bahwa di dalam Tuhan ada kepastian, maka kita akan tenang. Tuhan pasti mengontrol keadaan. Tidak ada keraguan sama sekali. Tuhan pasti memimpin.

Jagalah hati, perkataan, dan kelakuan kita setiap hari. Kalau setiap hari kita hidup di dalam kekudusan, kita tahu apa yang harus kita lakukan. Sehingga kita bisa jadi bejana Tuhan. Ada kepastian, karena Roh Kudus memimpin kita di sepanjang perjalanan hidup kita. Jangan sombong! Kita harus selalu berkata, “Kuperlu Engkau, Tuhan. Pegang tanganku.” Kita harus merendahkan diri di hadapan Tuhan. Jadi menghadapi hari esok, apa pun yang kita alami, harus kuat. Jadi, kalau ada masalah berat tidak tertanggulangi, satu kata rahasianya: “merem.” Supaya kita tidak memercayai apa yang kita lihat, tetapi kita melihat apa yang kita percayai.

Maka kita harus berjalan dengan Tuhan setiap hari, hidup dalam kekudusan, punya hubungan dan tidak ada dusta di antara kita dengan Allah, tidak ada keraguan sama sekali. Percaya, Tuhan akan tolong. Dan kalau kita mau memiliki kepastian ini, kita akan terpacu hidup suci. Tidak berani berbuat dosa. Sampai kesucian itu menjadi sebuah kebutuhan, bukan kewajiban. Kita bisa menikmati kesucian. Kita harus menjadi perwakilan Tuhan, pintu gerbang surga, pintu gerbang hadirat Allah; shekinah glory. Kalau ada kemuliaan Allah dalam hidup kita, maka pelayanan kita membawa kemuliaan, rumah tangga kita membawa kemuliaan, di tengah-tengah pergaulan kita membawa kemuliaan.

Tuhan Yesus memberkati
????????????. ????????. ???????????????????????????? ????????????????????????????

SUATU HARI KITA AKAN MENGHADAPI PERSOALAN BERAT, NAMUN KALAU KITA SUDAH BERGAUL DENGAN TUHAN, DAN KITA YAKIN BAHWA DI DALAM TUHAN ADA KEPASTIAN, MAKA KITA AKAN TENANG.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 Juni 2024
2024-06-22 12:29:53

1 Raja-raja 12-14

Card image
Truth Kids 21 Juni 2024 - SEMUA UNIK DAN ISTIMEWA
2024-06-21 15:07:23


Roma 14:19
”Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun.”

Sobat Kids, hari ini kita akan belajar tentang pentingnya menerima sesama dengan kasih agar kita bisa hidup damai sejahtera dalam persekutuan. Bayangkan jika di dalam kelas ada anak yang baru saja pindah dan merasa kesepian karena belum memiliki teman. Kita bisa mendekatinya dengan senyum dan sapaan hangat, membantu dia merasa diterima dan dicintai.

Menerima sesama dengan kasih juga berarti tidak membedakan orang lain berdasarkan penampilan, suku, atau kekurangan mereka. Contohnya, jika ada teman kita yang berbeda suku, kita tetap bisa berteman dengannya dengan baik, karena Tuhan menciptakan kita semua dengan unik dan istimewa.

Jika kita bisa menerima sesama dengan kasih, maka persekutuan kita akan penuh damai dan kebahagiaan. Sebagai contoh, jika kita semua saling membantu dan mengasihi satu sama lain, maka tidak akan ada pertengkaran di antara kita. Marilah kita berusaha untuk selalu menerima dan mengasihi sesama, sehingga kita bisa hidup dalam damai sejahtera dalam persekutuan!

Card image
Truth Junior 21 Juni 2024 - MENGEJAR KEDAMAIAN
2024-06-21 15:05:36


Roma 14:19
”Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun.”

Pernahkah Sobat Junior berjalan-jalan di taman yang penuh dengan bunga-bunga? Ada bunga mawar merah, bunga matahari kuning cerah, bunga lavender ungu, dan banyak lagi. Semua bunga itu berbeda, tapi bersama-sama mereka membuat taman itu menjadi tempat yang indah dan damai. Kita semua seperti bunga-bunga di taman Tuhan. Kita mungkin berbeda-beda, tapi Tuhan ingin kita semua hidup bersama dengan damai dan saling membantu. Bayangkan kamu adalah bunga di taman Tuhan. Kamu punya banyak teman bunga lain yang berbeda warna dan bentuk. Kalian semua berbeda, tapi ketika kalian tumbuh bersama, kalian membuat taman itu menjadi tempat yang sangat spesial.

Sobat Junior, kita hidup di dunia yang penuh dengan perbedaan. Ada saat-saat kita tidak setuju dengan orang lain, dan ada kalanya kita merasa tidak nyaman dengan perbedaan tersebut. Namun, Tuhan mengajarkan kita melalui ayat firman Tuhan hari ini untuk mengejar damai sejahtera. Damai sejahtera bukan hanya tentang tidak adanya konflik, tetapi juga tentang menerima perbedaan yang ada. Itulah sebabnya kita harus belajar untuk menerima perbedaan, mendengarkan pendapat orang lain dengan hati yang terbuka, dan berbicara dengan kata-kata yang membangun. Ingatlah, Sobat Junior, bahwa kita semua adalah bagian dari tubuh Kristus. Setiap kita penting, dan kita memiliki peran dalam membawa damai sejahtera. Jadi, mari kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun, seperti yang Tuhan kehendaki.

Card image
Truth Youth 21 Juni 2024 (English Version) - UNTIL FINISH
2024-06-21 14:47:23


"Let us come into his presence with thanksgiving; let us make a joyful noise to him with songs of praise! For the LORD is a great God, and a great King above all gods. In his hand are the depths of the earth; the heights of the mountains are his also. The sea is his, for he made it, and his hands formed the dry land. Oh come, let us worship and bow down; let us kneel before the LORD, our Maker! For he is our God, and we are the people of his pasture, and the sheep of his hand. Today, if you hear his voice, do not harden your hearts, as at Meribah, as on the day at Massah in the wilderness, when your fathers put me to the test and put me to the proof, though they had seen my work. For forty years I loathed that generation and said, 'They are a people who go astray in their heart, and they have not known my ways.' Therefore I swore in my wrath, 'They shall not enter my rest.'" (Psalms 95:1-11)

Throughout life's journey, we are often faced with seemingly endless obstacles and difficulties. Psalms 95:1-11 invites us to see beyond mere challenges, but as an invitation to build a closer relationship with God. This reflection reminds us that within every whisper of the wind, every ripple of water, or every heavy footstep, there is a voice of God calling us not just to hear but to understand. "Do not harden your hearts" is a message from this passage, not just a warning but also an invitation to open our hearts in facing challenges.

Imagine a situation where you are hiking up a mountain. Initially, you may feel enthusiastic, but as the slope increases and the burden becomes heavier, you start to feel tired and want to give up. This is where we are tested. Will we harden our hearts and give up, or will we open our hearts, regulate our breathing, and find a new rhythm in every step, realizing that every challenge is part of the learning and growth process that God has planned for us?

Difficulties are not meant to drag us down but to sharpen, mature, and bring us closer to Him. In every difficulty, there is strength gained and lessons learned, all of which draw us closer to the true essence of life in God's will.

WHAT TO DO:
1. Daily Reflection
2. Seek Mentoring
3. Gratitude

BIBLE MARATHON:
- Psalms 81-88

Card image
Truth Youth 21 Juni 2024 - UNTIL FINISH
2024-06-21 14:44:51


”Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita. Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur. Sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah. Bagian-bagian bumi yang paling dalam ada di tangan-Nya, puncak gunung-gunung pun kepunyaan-Nya. Kepunyaan-Nya laut, Dialah yang menjadikannya, dan darat, tangan-Nyalah yang membentuknya. Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya! Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku. Empat puluh tahun Aku jemu kepada angkatan itu, maka kata-Ku: “Mereka suatu bangsa yang sesat hati, dan mereka itu tidak mengenal jalan-Ku.” Sebab itu Aku bersumpah dalam murka-Ku: “Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku.” (Mazmur 95:1-11)

Di tengah perjalanan hidup, sering kali kita dihadapkan pada rintangan dan kesulitan yang tampaknya tak ada habisnya. Mazmur 95:1-11 mengajak kita untuk melihat lebih dari sekadar tantangan yang ada, melainkan sebagai ajakan untuk membangun hubungan yang lebih dekat dengan Tuhan. Renungan ini mengingatkan kita bahwa dalam setiap suara desau angin, gemericik air, atau hentakan langkah kaki yang berat, ada suara Tuhan yang berbisik, mengajak kita untuk tidak hanya mendengar, tetapi juga mengerti. “Janganlah keraskan hatimu” sebuah pesan dari ayat ini, tidak sekadar peringatan tetapi juga undangan untuk membuka hati kita dalam menghadapi tantangan.

Bayangkan sebuah situasi di mana kita sedang mendaki gunung. Awalnya, mungkin kita merasa semangat, tetapi seiring dengan meningkatnya kemiringan dan beratnya beban, kita mulai merasa lelah dan ingin menyerah. Di sinilah kita diuji. Apakah kita akan mengeraskan hati dan berputus asa, atau kita akan membuka hati, mengatur napas, dan menemukan ritme baru dalam setiap langkah, menyadari bahwa setiap tantangan adalah bagian dari proses pembelajaran dan pertumbuhan yang Tuhan rencanakan untuk kita?

Kesulitan bukan untuk membuat kita terpuruk, tetapi untuk mengasah, mematangkan, dan membawa kita lebih dekat kepada-Nya. Dalam setiap kesulitan, ada kekuatan yang diperoleh dan pelajaran yang dipelajari, yang mana semua ini mendekatkan kita pada esensi hidup yang sesungguhnya dalam kehendak Tuhan.

WHAT TO DO:
1.Refleksi Harian
2.Mencari Pendampingan (Mentor)
3.Bersyukur

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mazmur 81-88

Card image
Renungan Pagi - 21 Juni 2024
2024-06-21 14:41:57


Firman Tuhan harus menjadi petunjuk jalan hidup, jangan kita berjalan jauh dari firman Tuhan, karena firman Tuhan jelas berkata selama kita hidup tidak menyimpang dari jalan-jalan-Nya maka diberkatilah langkah-langkahnya.

Karena itu, janganlah melanglah kalau jalan itu bukan jalan Tuhan, karena itu mari kita mau jadikan firman Tuhan sebagai peta, petunjuk arah, penuntun dan hikmat dalam langkah-langkah keseharian kita.
(Mazmur 37:23-25)

Card image
Quote Of The Day - 21 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-21 14:36:45


Tuhan bisa “melukai” kita demi keselamatan kekal kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 21 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-21 14:31:19


Setiap hari, kita harus memutuskan untuk hidup dalam kekudusan dan kebenaran, menolak setiap bentuk godaan yang datang.

Card image
THE DYNAMICS OF LIFE SEEKING GOD - 21 Juni 2024 (English Version)
2024-06-21 14:30:06


One thing we all must remember is that God is serious; His eyes roam the earth, and God seeks those who earnestly seek Him. God roams this earth and seeks those who earnestly seek Him. Until there is a meeting between God and the person who earnestly seeks Him. Of course, God welcomes these people to become part of His life, to become part of the Father's House, or to become part of the Kingdom of God. Therefore, while we fulfill our duties and responsibilities—as heads of households, housewives, parents, or members of society—we seek God earnestly. This is a priority, even the sole priority, to continuously seek God.

Some people say, "If someone is still seeking God, it means they have not yet found God." The word 'seek' here should not be interpreted generally. Seeking God means striving, endeavoring to have an increasingly harmonious relationship with God. Seeking God is the same as seeking or wanting to know God's will and His plans for us to carry out, fulfill, and complete. Seeking God must be the primary focus, more than just a priority, but the only thing in this life. Meanwhile, we continue to live our lives until we close our eyes.

So while we are doing our work, our focus is actually not on the work itself. All our work is done for the sake of building a relationship with God, to be more pleasing before God, to make His heart happy. Of course, for that we must increasingly to put on the divine nature, the nature of God. And this is what will lead us to true holiness of life, to perfection like the Father as stated by Jesus, "You must be perfect as the Father" (Matt. 5:48). This means that everything we do must be precise, exact, as God wills. And this is not easy; it is a complicated matter with high complexity, confusing, and truly exhausting.

Sometimes we are also confused by how difficult it is to understand God's will, to comprehend His plans for us to fulfill. But over time, we will come to understand, and this is truly a beautiful life. The dynamics of life in seeking God must become a permanent dynamic in our lives. Waking up before 5 a.m., getting ready to pray. Thus, we do not have to force ourselves to seek God. The act of seeking God should be a permanent rhythm, a consistent rhythm for us. We will never regret it, and one day we will realize how fortunate we are to live in this pursuit, this search for God. The Word of God says, "Seek Me while I may be found." And we respond by saying, 'Yes, Lord'.

Remember this! God's eyes roam the earth seeking those who earnestly seek Him, who strive to have a harmonious relationship with God. Of course, by striving to live in holiness and purity, striving to understand God's will to be done and His plans to be completed. This is not a simple matter; in fact, it is more demanding than seeking money, building a career, finding a spouse, and so on. This is heavier, this is more difficult. Therefore, the Word of God says, "Seek first." This means that other things must be considered less or unimportant. Ironically, many people invest their time, thoughts, energy, and potential in many things but do not direct themselves to seek God.

Now, let's look up to God and say, “I am here, Lord. I am seeking You. I truly want to have a harmonious relationship with You. I want to understand Your will, Father, to understand Your plans, Father, for me to do, for me to carry them out, to fulfill them, to complete them.” And this is a choice, a permanent choice. There is no other choice, more than just a priority. This is the only one so that God becomes everything to us. There is nothing greater. Let us continue to pursue God for the rest of our lives, achieving the highest holiness and favor in the eyes of God, doing God's work as much as possible, and winning as many souls as possible. We have the opportunity for that. For where there is a desire to seek God, God surely provides many ways and help. One day we will see how fortunate we are who truly seek God.

THE DYNAMICS OF LIFE IN SEEKING GOD MUST BECOME A PERMANENT DYNAMIC IN OUR LIVES.

Card image
DINAMIKA HIDUP MENCARI TUHAN - 21 Juni 2024
2024-06-21 11:10:57


Satu hal yang semua kita harus ingat bahwa Tuhan itu serius, mata-Nya menjelajah bumi ini dan Tuhan mencari orang-orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. Tuhan menjelajah bumi ini dan mencari orang-orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. Sampai ada pertemuan antara Allah dengan orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. Tentu saja Tuhan menyambut orang-orang ini menjadi bagian dari kehidupan-Nya, yang sama menjadi bagian di dalam Rumah Bapa, atau menjadi bagian di dalam Kerajaan Allah. Oleh sebab itu, sementara kita memenuhi tugas dan tanggung jawab kita—sebagai bapak rumah tangga, ibu rumah tangga, orang tua, atau anggota masyarakat—kita mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh. Ini merupakan hal prioritas bahkan satu-satunya, terus mencari Tuhan.

Ada orang yang berkata, “Kalau orang masih mencari Tuhan berarti belum menemukan Tuhan.” Kata ‘mencari’ di sini jangan diartikan secara umum. Mencari Tuhan artinya berjuang, berusaha untuk memiliki hubungan dengan Tuhan yang semakin harmonis. Mencari Tuhan sama dengan mencari atau mau tahu kehendak Allah dan rencana-rencana-Nya untuk kita lakukan, kita tunaikan dan kita akhiri atau kita selesaikan. Mencari Tuhan haruslah menjadi hal utama, lebih dari sekadar prioritas, tetapi satu-satunya di dalam hidup ini. Sementara itu, kita terus menjalani hidup sampai kita menutup mata.

Jadi sementara kita melakukan pekerjaan kita, fokus kita sebenarnya bukan pada pekerjaan itu. Semua pekerjaan kita lakukan demi kepentingan membangun hubungan dengan Allah, makin berkenan di hadapan Allah, makin menyenangkan hati-Nya. Tentu untuk itu kita harus semakin mengenakan kodrat ilahi, sifat Allah. Dan inilah yang akan membawa kita kepada kesucian hidup yang benar, kesempurnaan seperti Bapa sebagaimana yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, "Kamu harus sempurna seperti Bapa” (Mat. 5:48). Yang artinya, segala sesuatu yang kita lakukan itu presisi, tepat, seperti yang Allah kehendaki. Dan ini bukan hal yang mudah, ini merupakan hal yang rumit dan memiliki kompleksitas yang tinggi, membingungkan, dan betul-betul melelahkan.

Kadang-kadang kita juga bingung, betapa sulitnya mengerti kehendak Allah, mengerti rencana-Nya untuk kita tunaikan. Tetapi seiring berjalannya waktu, kita akan dapat mengerti dan ini suatu kehidupan yang benar-benar indah sekali. Dinamika hidup mencari Allah haruslah menjadi dinamika hidup permanen di dalam hidup kita. Bangun sebelum pukul 5 pagi bersiap untuk berdoa. Sehingga kita tidak usah memaksa diri untuk mencari Tuhan. Hal mencari Tuhan adalah irama permanen, irama tetap kita. Kita tidak akan pernah menyesal sehingga nanti suatu hari kita akan tahu betapa beruntungnya kita hidup dalam pemburuan, pencarian, akan Tuhan ini. Firman Tuhan mengatakan, "Carilah Aku selama Aku berkenan ditemui." Dan kita meresponinya dengan mengatakan, 'Ya, Tuhan'.

Ingat ini! Mata Tuhan menjelajahi bumi mencari orang-orang yang sungguh-sungguh mencari Dia, yang berusaha untuk memiliki hubungan yang harmonis dengan Allah. Tentu dengan berusaha hidup dalam kekudusan dan kesucian, berusaha mengerti kehendak Allah untuk dilakukan dan rencana-Nya untuk diselesaikan. Ini bukan hal sederhana, sebenarnya ini lebih berat dari mencari uang, berkarier, mencari jodoh, dan lain-lain. Ini lebih berat, ini lebih sukar. Karenanya firman Tuhan mengatakan, "Cari dahulu." Berarti, yang lain harus dipandang kurang atau tidak penting. Ironis, banyak orang yang menginvestasikan waktu, pikiran, tenaga, dan potensinya untuk banyak hal, tapi tidak mengarahkan diri mencari Allah.

Sekarang, mari kita menengadah kepada Tuhan dan berkata, “Aku ada di sini, Tuhan. Aku mencari Engkau. Aku sungguh-sungguh mau memiliki hubungan yang harmonis dengan Engkau. Aku mau mengerti kehendak-Mu Bapa, memahami rencana-Mu, Bapa, untuk kulakukan, untuk kutunaikan untuk kuselesaikan.” Dan ini merupakan pilihan, pilihan permanen. Tidak ada pilihan lain, lebih dari sekadar prioritas. Ini adalah satu-satunya sehingga Tuhan bagi kita menjadi segalanya. Tidak ada hal lain yang lebih besar. Mari kita terus memburu Tuhan di sisa umur hidup kita, mencapai kesucian setinggi-tingginya keberkenanan di hadapan Allah, melakukan pekerjaan Tuhan sebesar-besarnya, dan memenangkan jiwa-jiwa sebanyak-banyaknya. Kita punya kesempatan untuk itu. Sebab di mana ada kemauan untuk mencari Tuhan, pasti Tuhan memberi banyak jalan dan pertolongan. Suatu hari kita akan melihat betapa beruntungnya kita yang sungguh-sungguh mencari Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
????????????. ????????. ???????????????????????????? ????????????????????????????

DINAMIKA HIDUP MENCARI ALLAH HARUSLAH MENJADI DINAMIKA HIDUP PERMANEN DI DALAM HIDUP KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 Juni 2024
2024-06-21 11:08:33

Amsal 30-31

Card image
Truth Kids 20 Juni 2024 - TULUS MENGAMPUNI
2024-06-20 14:47:25


Matius 18:21-22
”Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”

Di sebuah kota kecil, tinggallah dua sahabat karib, Aji dan Budi. Suatu hari, ketika mereka sedang bermain di taman, terjadi perselisihan kecil yang membuat hati mereka terluka. Aji merasa sangat marah karena Budi tidak memperhatikannya, sementara Budi merasa tersinggung karena Aji tidak mau mendengarkan penjelasannya.

Namun, meskipun hatinya terluka, Aji memilih untuk mengampuni Budi. Dengan langkah hati-hati, dia mendekati Budi dan berkata, "Budi, aku marah padamu, tapi aku memilih untuk mengampunimu. Kita masih bisa menjadi sahabat yang baik seperti dulu." Mendengar kata-kata itu, Budi merasa haru dan berkata, "Terima kasih, Aji. Aku minta maaf atas kesalahanku. Aku juga ingin belajar mengampuni seperti yang telah engkau lakukan padaku."

Melalui keberanian Aji mengampuni dan kesungguhan Budi meminta maaf, kedamaian kembali hadir di antara mereka. Mereka belajar bahwa mengampuni dengan tulus membawa kebaikan dan kedamaian dalam persahabatan. Dari kisah mereka, kita bisa belajar bahwa dengan mengampuni sesama dengan tulus, hubungan kita akan menjadi lebih baik dan penuh damai.

Card image
Truth Junior 20 Juni 2024 - MEMBAWA DAMAI
2024-06-20 13:20:12


Matius 18:21-22
”Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”

Setiap orang pasti pernah tersakiti karena tindakan orang lain? Benar, bukan? Ketika orang merasa tersakiti, sepertinya hal yang biasanya terjadi adalah marah dan dendam karena perbuatan orang lain tersebut. Namun, itu bukanlah hal yang dibenarkan, Sobat Junior. Sebagai orang Kristen, justru kita diajarkan untuk mengampuni secara tulus, bukan karena paksaan. Walaupun pada kenyataannya, mengampuni sesama secara tulus bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Terkadang, hati Sobat Junior merasa berat dan sulit untuk memaafkan. Justru, mengampuni adalah salah satu cara terbaik untuk membawa damai sejahtera dalam hubungan kita dengan sesama.

Ketika Sobat Junior memaafkan, otomatis bukan hanya melepaskan beban dari hati kita sendiri, tetapi juga membuka peluang untuk memperbaiki hubungan dengan orang lain. Mengampuni adalah cara Tuhan mengajarkan kita untuk menyelesaikan masalah, membangun hubungan yang sehat, dan membawa damai di sekitar kita. Perlu Sobat Junior ketahui bahwa ketika kita mengampuni, kita juga meniru contoh kasih dan kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Tuhan selalu siap untuk mengampuni setiap kali kita melakukan kesalahan atau berbuat salah. Tuhan tidak pernah membalas kita dengan marah atau dendam, melainkan selalu membuka peluang bagi kita untuk bertobat dan kembali kepada-Nya.

Tentu saja mengampuni sesama tidak berarti kita harus melupakan atau mengabaikan perasaan kita sendiri. Kita boleh merasa kesal, marah, atau sedih. Namun, Sobat Junior harus belajar untuk mengelola dan mengekspresikan perasaan dengan cara yang sehat, dan bukan dengan membalas dendam atau menyimpan dendam dalam hati. Sabar ya....

Card image
Truth Youth 20 Juni 2024 (English Version) - CRAVING
2024-06-20 12:47:35


"For the mind that is set on the flesh is hostile to God, for it does not submit to God's law; indeed, it cannot." (Romans 8:7)

Naturally, all living creatures have an instinct to survive. This feeling can be fulfilled through eating, drinking, and having a place to live. Once these basic needs are met, the next step is figuring out how to ensure they are fulfilled the next day, and so on until one's life ends. However, unlike other living beings, humans have a consciousness that leads them to pursue fulfillment beyond basic needs, commonly referred to as secondary needs. The desire to have more than what is necessary is a reflection of our world today. Thus, we often see phrases like, "the rich get richer, the poor get poorer."

The purpose of this reflection is not to say that we shouldn't strive to be wealthy, my friends. Instead, it's about whether the desire for wealth can help us fulfill God's work in our lives or if it leads us to forget about that work altogether. If becoming wealthy or desiring more leads us to forget about God's work in our lives, then it's not from God but from our own desires.

As stated in the book of Romans, the desire of the flesh is hostile to God. Therefore, we need to reflect on whether "What I desire is solely from my own desires or for the sake of God's work?" If not, then our lives will be filled with selfish ambition that only seeks to satisfy ourselves. We become insincere individuals, and this will inevitably lead us to ruin. Therefore, we should not indulge these "cravings." Having aspirations is fine, achieving success is commendable, but the most important thing in life is that whatever we do should be a pleasing offering to God.

WHAT TO DO:
Keep a daily journal to write down any desires that come to mind and reflect on them. If they are solely your desires, learn to change them.

BIBLE MARATHON:
- Psalms 78-80

Card image
Truth Youth 20 Juni 2024 - CRAVING
2024-06-20 13:40:31


”Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya.” (Roma 8:7)

Secara alami, seluruh makhluk hidup memiliki naluri untuk bertahan hidup. Perasaan ini dapat dipenuhi lewat makan, minum, dan memiliki tempat untuk ditinggali. Jika rasa tersebut telah terpenuhi, maka selanjutnya yang dilakukan adalah bagaimana caranya agar rasa tersebut dapat dipenuhi keesokan harinya. Begitu hingga nanti selesai hidupnya. Namun, berbeda dengan makhluk hidup lain, manusia memiliki kesadaran yang membawa mereka pada pemenuhan hal di luar kebutuhan utama atau biasa yang disebut kebutuhan primer. Perasaan ingin memiliki lebih dari yang dibutuhkan adalah gambaran dunia kita hari ini. Maka, _gak_ jarang kita melihat kata-kata seperti, “yang kaya makin kaya, yang miskin tambah miskin”.

Maksud dari renungan ini bukan berarti kita _gak_ boleh jadi orang kaya ya teman-teman, akan tetapi apakah keinginan menjadi kaya itu dapat membantu kita untuk menyelesaikan pekerjaan Tuhan dalam hidup kita atau malah membuat kita lupa akan pekerjaan tersebut? Kalau ternyata menjadi kaya atau keinginan memiliki sesuatu yang lebih membuat kita lupa atas pekerjaan Tuhan dalam hidup kita, berarti hal tersebut memang bukan datang dari Tuhan, tapi dari daging kita sendiri.

Seperti yang dikatakan dalam surat Roma, keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah. Dengan demikian kita perlu merenungi, “Apakah yang aku inginkan itu dari keinginanku semata atau untuk kepentingan pekerjaan Tuhan?” Jika tidak, pasti setiap hari hidup kita akan diisi dengan ambisi semata yang hanya ingin memuaskan diri kita saja. Kita menjadi orang yang tidak tulus dan tentunya hal ini akan membawa kita pada kebinasaan. Oleh karenanya, rasa “lapar” tersebut janganlah kita beri makan. Memiliki cita-cita boleh, menjadi orang sukses boleh, tapi yang terpenting dalam hidup adalah apa pun yang kita perbuat harus dapat menjadi persembahan yang harum bagi Tuhan.

WHAT TO DO:
Buatlah catatan harian untuk menulis apa saja keinginan-keinginan hari ini yang terlintas di pikiranmu dan renungkan hal tersebut. Jika itu keinginanmu semata, belajarlah untuk mengubahnya.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mazmur 78-80

Card image
Renungan Pagi - 20 Juni 2024
2024-06-20 12:43:44


Sehebat apapun kita melayani pekerjaan Tuhan, mahir berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahkan bahasa malaikat, mempunyai berbagai karunia dan sebagainya, namun jika tidak memiliki kasih, semua itu tidak berguna dan tidak ada faedahnya. Semua itu membuktikan bahwa kasih memegang peranan sangat penting dalam kehidupan sebagai orang percaya.

Apa yang kita terima dari Tuhan Yesus adalah kasih karunia dan perintah baru yang diberikan Tuhan Yesus adalah kasih, sesuai firman Tuhan. "Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." Hiduplah di dalam kasih kepada Allah dan saling mengasihi sesama manusia.
(1 Yohanes 4:7-8)

Card image
Quote Of The Day - 20 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-20 12:41:57


Tidak mungkin seseorang mengandalkan Tuhan dengan benar kalau tidak mengaitkan dengan kekekalan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 20 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-20 12:40:55


Pertobatan bukanlah proses yang instan, melainkan perjalanan seumur hidup.

Card image
FAILING TO RECOGNIZE OURSELVES - 20 Juni 2024 (English Version)
2024-06-20 12:36:59


How serious are we truly about pleasing God? God can sense it. Many people do not consider how genuinely serious they are about having a relationship with God. More often, people are serious about many other things and only involve God when faced with heavy problems. In reality, they involve God not because they want to honor Him, make Him the center of worship and praise, but merely to use Him, to exploit Him. Such people do not serve God but make God serve them. May we be kept away from such disrespectful attitudes.

Let us consider how serious we are in dealing with God. It is not enough to be marked by our active involvement in ministry. For pastors, this includes actively preparing sermons, lectures, Bible studies, and shepherding, all wrapped and packaged under the term 'ministry,' but behind or within it, there may be personal ambitions. Many people are not honest with themselves, especially when they feel capable, smart, and great, causing them to fail to recognize themselves.

We are also people who have gone through years of being poor servants of God, less than good, perhaps even disgraceful in God's eyes. But we are grateful that God continues to process us until we reach the point where we decide to live only for God's pleasure. How our lives are truly dedicated to pleasing God, genuinely understanding God's heart, what makes Him happy and pleased in all that we think, contemplate, say, and do. This is an indicator of how serious we are with God.

Our seriousness with God is marked by our longing and desire to truly make God smile. However, we often only talk about this or, if we try, we do not give our best effort. No matter our current situation, we should not idolize our problems to the point of losing inner peace. Each of us undoubtedly has problems. The burdens we carry might even exceed our strength. But this is the joy of serving God. As long as the burden is not due to our personal needs—but rather because of God's work—let us not become restless or disturbed by the problems and burdens we face. We must remain calm and serene. The important thing is how we focus and strive to truly understand what pleases God, what He wants us to do, and what God's plans are for us to fulfill. We must carry out and complete these plans.

This is important so that one day when we stand before God, we will be pleasing to Him. There will be no obstacles in God's heart because we did not do His will. There will be no obstacles in God's heart because there are plans He had for our lives that were not fulfilled. And this should be our concern, not our personal problems. Whatever happens, if things fall apart, let them fall apart. If things get messy, let them be messy. No matter what happens in our lives, the important thing is that we understand what God the Father wants us to do; His plans and work for us to fulfill and complete.

Enter into this area of life so that we do not live for ourselves or for anyone else, but live for God. This may sound lofty, but it is the standard. One day, we will all stand before the judgment throne of God, where we will be laid bare, and who we truly are will be revealed. This is what we truly anticipate and hope for, when we are before God's judgment throne. We should tremble and fear when we talk about God's judgment, where everything will be opened and nothing will be hidden.

Blessed are those who continuously cleanse themselves and live in God's holiness, truly striving to understand what God wants them to do and fulfill His plans. Blessed are those who genuinely love and honor God appropriately and have a continual longing to please the Father, living only to bring joy to the Father, becoming children who are pleasing to and bring joy to God the Father. Remember, we only have one chance to live, and this one chance should be used to truly position ourselves rightly in God's eyes. To fulfill what is said in 1 Corinthians 10:31, "So whether you eat or drink or whatever you do, do it all for the glory of God."

MANY PEOPLE ARE NOT HONEST WITH THEMSELVES, ESPECIALLY WHEN THEY FEEL CAPABLE, SMART, AND GREAT, CAUSING THEM TO FAIL TO RECOGNIZE THEMSELVES.

Card image
GAGAL MENGENALI DIRI - 20 Juni 2024
2024-06-20 07:18:11


Seberapa kita sungguh-sungguh memiliki keseriusan untuk menyenangkan hati Tuhan, Allah bisa merasakannya. Banyak orang tidak menimbang seberapa dia benar-benar serius mau berhubungan dengan Allah. Lebih banyak orang serius berhubungan dengan banyak hal dan ketika ada dalam masalah-masalah berat, baru melibatkan Tuhan. Sebenarnya Tuhan dilibatkan bukan karena mau dihormati, menjadi pusat pemujaan pujian dan penyembahan, melainkan hanya karena mau dimanfaatkan, dieksploitasi. Orang-orang seperti ini tidak mengabdi kepada Tuhan, tapi membuat Tuhan supaya mengabdi kepadanya. Kiranya kita dijauhkan dari sikap kurang ajar seperti itu.

Mari kita menimbang seberapa kita serius berurusan dengan Tuhan. Itu tidak cukup ditandai dengan keaktifan kita dalam pelayanan. Kalau bagi pendeta keaktifan mempersiapkan khotbah, ceramah, pendalaman Alkitab dan penggembalaan yang semua itu dibalut, dibungkus dengan kata pelayanan, tetapi di belakangnya atau di dalamnya ada ambisi-ambisi pribadi. Banyak orang tidak jujur dengan dirinya sendiri, apalagi kalau sudah merasa cakap, pintar, dan hebat, sehingga ia gagal mengenali dirinya.

Kita juga adalah orang yang melewati tahun-tahun ketika kita menjadi hamba Tuhan yang tidak baik, kurang baik, mungkin juga brengsek di mata Tuhan. Tapi kita bersyukur di mana Tuhan terus memproses sampai pada titik kita mau mengambil keputusan hidup hanya untuk kesukaan Tuhan saja. Bagaimana hidup kita benar-benar hanya untuk menyenangkan Tuhan, benar-benar mengerti isi hati Tuhan, apa yang membahagiakan dan menyenangkan Dia dalam segala hal yang kita pikirkan, renungkan, ucapkan, dan lakukan. Hal itu merupakan indikator seberapa kita serius dengan Tuhan.

Keseriusan kita dengan Tuhan ditandai dengan kerinduan, keinginan kita untuk benar-benar mau membuat Tuhan tersenyum. Namun kita sebenarnya hanya ngomong saja ataupun kalau kita berusaha, tidak maksimal. Bagaimanapun keadaan kita saat ini, jangan memberhalakan masalah sampai kita kehilangan ketenangan hati. Setiap kita pasti punya masalah. Bahkan mungkin beban yang kita pikul itu melampaui kekuatan kita. Tetapi inilah asyiknya melayani Tuhan. Asal beban itu bukan beban karena kebutuhan kita pribadi—melainkan beban karena pekerjaan Tuhan—maka jangan kita menjadi gusar, jangan menjadi tidak teduh karena masalah-masalah yang kita hadapi, beban-beban yang kita pikul. Kita harus tenang, teduh. Yang penting bagaimana kita fokus dan berusaha untuk benar-benar berjuang mengerti apa yang menyenangkan hati Allah, apa yang Dia kehendaki untuk kita lakukan, apa rencana Allah yang harus kita penuhi. Kita tunaikan, kita selesaikan.

Ini yang penting, supaya suatu hari ketika kita berhadapan dengan Tuhan, benar-benar kita berkenan. Tidak ada ganjalan di hati Tuhan karena kita tidak melakukan kehendak-Nya. Tidak ada ganjalan di hati Tuhan karena ada rencana-Nya dalam hidup kita tidak terpenuhi. Dan ini yang mestinya menjadi kegusaran kita. Bukan masalah kita pribadi. Apa pun yang terjadi, mau hancur, hancurlah, mau berantakan, berantakanlah. Terserah apa yang akan terjadi dalam hidup kita, tapi yang penting kita bisa mengerti apa yang Allah Bapa kehendaki untuk kita lakukan; rencana-Nya, pekerjaan-Nya untuk kita penuhi dan selesaikan.

Masukilah area hidup seperti ini sehingga kita tidak menujukan hidup kita untuk diri kita sendiri atau untuk siapa pun, tapi kita menujukannya untuk Tuhan. Kedengarannya ini muluk-muluk, tetapi ini standar. Suatu hari semua kita akan menghadap takhta pengadilan Tuhan, di mana semua kita akan ditelanjangi, siapa kita sesungguhnya, akan ketahuan. Itu yang sungguh-sungguh kita nantikan dan harapkan, ketika kita ada di pengadilan takhta Tuhan. Maka mestinya kita gentar dan takut, jika kita sudah berbicara mengenai pengadilan Tuhan saat semua akan dibuka dan tidak ada yang tertutup.

Berbahagialah orang yang terus membersihkan diri hidup di dalam kekudusan Tuhan, benar-benar berusaha mengerti apa yang dikehendaki Allah untuk dilakukan dan rencana-Nya untuk dipenuhi. Berbahagialah orang yang sungguh-sungguh mengasihi dan menghormati Tuhan secara pantas dan berkerinduan terus-menerus untuk menyenangkan hati Bapa, hidup hanya untuk menjadi kesukaan Bapa, menjadi anak yang berkenan dan menjadi kesukaan Allah Bapa. Ingat, kita hanya punya satu kali kesempatan hidup, satu-satunya kesempatan ini kita akan gunakan untuk benar-benar menempatkan diri kita benar di mata Allah. Memenuhi yang dikatakan firman Tuhan dalam 1 Korintus 10:31, "Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah."

Tuhan Yesus memberkati
????????????. ????????. ???????????????????????????? ????????????????????????????

BANYAK ORANG TIDAK JUJUR DENGAN DIRINYA SENDIRI, APALAGI KALAU SUDAH MERASA CAKAP, PINTAR, DAN HEBAT, SEHINGGA IA GAGAL MENGENALI DIRINYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 Juni 2024
2024-06-20 07:14:34

1 Raja-raja 10-11
2 Tawarikh 9

Card image
Truth Kids 19 Juni 2024 - TAMAN HATI
2024-06-19 15:20:26


Kolose 4:6
”Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.”

Hai, Sobat Kids! Mari kita bayangkan hati kita seperti tanah yang subur. Ketika hati kita dipenuhi oleh Roh Kudus, seperti air dan sinar matahari yang membuat tanah menjadi subur, maka kata-kata yang keluar dari mulut kita akan seperti buah-buah yang indah. Buah-buah ini bukan buah biasa loh, melainkan buah kasih dan damai yang bisa membuat hati orang lain menjadi bahagia.

Coba kita bayangkan, jika hati kita penuh dengan kesabaran, kebaikan, dan kasih sayang, kata-kata yang keluar dari mulut kita akan seperti bunga-bunga yang harum dan indah. Misalnya, ketika teman kita sedih, kita bisa mengatakan kata-kata yang lembut dan penuh pengertian, seperti, "Jangan khawatir, aku selalu ada untukmu," atau "Kita akan melewati ini bersama-sama."

Namun, jika hati kita dipenuhi oleh hal-hal yang buruk, seperti kemarahan, iri hati, atau kebencian, maka kata-kata yang keluar dari mulut kita seperti duri-duri yang tajam dan menyakitkan. Karena itu, mari kita selalu berusaha agar hati kita selalu dipenuhi oleh Roh Kudus, sehingga buah yang kita hasilkan adalah buah kasih dan damai bagi semua orang di sekitar kita.

Card image
Truth Junior 19 Juni 2024 - ADA KUASA DALAM KATA
2024-06-19 15:18:25


Kolose 4:6
”Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.”

Sobat Junior, perlu untuk diingat bahwa setiap kata yang keluar dari mulut kita memiliki kekuatan besar sekali. Sebab setiap kata-kata dari Sobat Junior, bisa membuat orang sekitar merasa senang, sedih, marah, kecewa, ataupun bahagia. Tahukah Sobat Junior bahwa kata-kata kita bisa mengubah suasana hati seseorang, bisa menyemangati, atau bahkan bisa menyakitkan hati orang lain? Namun, Sobat Junior juga perlu berpikir sejenak dari mana datangnya kata-kata yang kita ucapkan? Apakah langsung dari mulut Sobat Junior yang terkadang cerewet? Ataukah bersumber dari hati kita yang penuh dengan kasih dan damai?

Sobat Junior, setiap kata yang keluar dengan penuh kasih merupakan cerminan dari hati yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Roh Kudus adalah hadiah yang Allah berikan kepada kita semua untuk membantu kita menjadi lebih seperti Yesus Kristus, untuk membantu kita hidup dengan cara yang baik dan benar di hadapan Allah Bapa dan juga sesama. Ketika hati Sobat Junior dipenuhi oleh Roh Kudus, maka kata-kata yang keluar dari mulut kita akan menjadi seperti air yang segar dan manis, yang bisa menyirami dan menyegarkan jiwa orang lain. Kata-kata seperti itu bisa menjadi obat bagi jiwa yang terluka, bisa menjadi sinar bagi mereka yang berada dalam kegelapan, dan bisa menjadi harapan bagi mereka yang merasa putus asa.

Sayangnya, kata-kata yang tidak dipenuhi dengan Roh Kudus justru mampu menjadi duri bagi orang lain, bisa menyakiti orang lain, dan bahkan bisa meninggalkan luka yang dalam bagi orang yang tersakiti dengan kata-kata kita. Untuk itu, Sobat Junior mestinya bijak dalam berkata dengan cara meminta pimpinan Roh Kudus waktu berdoa. Sobat Junior mau jadi berkat, kan? Lakukanlah lewat hal kecil. Seperti apa contohnya? Dengan cara berkata baik, jujur, dan tidak menyakiti sesama.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 19 Juni 2024
2024-06-19 05:15:25

Pengkhotbah 7-12

Card image
Truth Youth 18 Juni 2024 - KEPASTIAN HANYA DALAM TUHAN
2024-06-18 13:02:58


”Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan” (Yesaya 41:10)

Jika kita memperhatikan kehidupan sekitar, tampak manusia sering kali mudah cemas, gusar, kecewa, dan bimbang hatinya dalam menjalani hidup. Terlebih lagi saat kita menemukan masalah yang datang secara terus-menerus. Kita pasti merasakan suatu kesesakan dan putus asa dalam menjalaninya, apalagi jika kita merasa seolah berjalan sendiri tanpa bantuan. Sering kali kita melupakan siapa yang pegang kendali hidup ini. Hal tersebut sangat manusawi dialami oleh setiap kita karena saat menghadapi masalah, kondisi kita secara psikologis seperti benang kusut. Akan tetapi hendaknya kita tidak hilang pengharapan kepada Tuhan. Renungan hari ini kembali mengingatkan kita akan kuasa dan kesetiaan Tuhan dalam hidup kita.

Yesaya 41:10 mengajak kita agar jangan takut dan bimbang karena Dia akan menyertai, menolong dan memegang tangan kita menuju kemenangan. Firman ini memberikan sebuah janji kepastian kepada kita. Di firman tersebut kita juga diingatkan akan kebesaran kuasa Tuhan dan Dialah satu-satunya pemegang kendali hidup kita. Rancangan Tuhan bukan rancangan kecelakaan melainkan damai sejahtera. Namun, kacamata atau mindset kita juga perlu diperbarui, di mana kemenangan atau damai sejahtera yang dimaksud yaitu menurut kacamata dan kehendak Allah. Kemenangan atau damai sejahtera tersebut sering kali memang tidak sesuai dengan keinginan kita, namun tetap ada kebaikan yang diubahkan di dalam hidup kita melalui setiap tantangan yang kita hadapi.

Berdasarkan itu semua, kita perlu senantiasa berpegang pada kendali Tuhan dan berserah kepadanya. Berserah ini bukan artinya kita tidak melakukan apa pun, kita tetap perlu melakukan bagian kita juga dengan melibatkan Tuhan. Namun hasilnya kita serahkan kepada kehendak Tuhan. Dia pencipta kita, pastilah Dia senantiasa menjaga kita dan tidak akan membiarkan kita jatuh kepada rancangan yang jahat. Terpujilah nama Tuhan.

WHAT TO DO:
1.Ubahlah mindset kita dalam menghadapi masalah bahwa melalui masalah akan mendewasakan kita
2.Saat menghadapi masalah, selalu ingat melibatkan Tuhan. Sekalipun lelah,tidak berdaya, tapi harus tetap memaksakan diri berdoa
3.Carilah komunitas atau rekan sekerja Allah sebagai tempat sharing/diskusi
4.Berserah tetap lakukan bagian kita, tapi hasilnya kita serahkan kepada Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mazmur 69-72

Card image
Renungan Pagi - 18 Juni 2024
2024-06-18 12:57:04


Dunia sekarang ini penuh dengan orang-orang egois, yang hanya terfokus pada diri sendiri dan tidak punya kepekaan atau rasa empati terhadap orang lain, itulah keadaan manusia pada akhir zaman seperti yang dikatakan firman Tuhan.

"Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama."

Sebagai orang percaya seharusnya kita tidak serupa dengan cara hidup orang-orang dunia di akhir zaman ini, itu sebabnya Rasul Paulus memperingatkan bahwa semua orang percaya bukanlah orang-orangnya yang mementingkan diri sendiri, sebab kita adalah bagian dari satu tubuh Kristus "Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota."

Jika satu bagian dari anggota tubuh itu sakit dan menderita, maka anggota tubuh lainnya juga turut merasakannya, jadi cara hidup orang percaya sebagai anggota-anggota tubuh Kristus itu saling memperhatikan. Tidak hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri, tidak egois seperti keadaan manusia akhir zaman pada umumnya.
(2 Timotius 3:1-2; 1 Korintus 12:14)

Card image
Quote Of The Day - 18 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-18 12:55:33


Buah kehidupan kita menunjukkan kualitas manusia batiniah kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 18 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-18 12:54:38


Kita menjadi agen kasih Allah di dunia ini, menunjukkan belas kasihan dan pengampunan yang sama yang telah kita terima dari Allah.

Card image
ENJOYING LIFE - 18 Juni 2024 (English Version)
2024-06-18 12:50:58


Let us enjoy life in a way that the children of the world do not. And this is what we have to get used to in order to become our habitat, namely living in God's will. From minute to minute we pay attention to every movement of our thoughts and feelings, also every word we say, every behavior, action, deed. Don't let anything go against God's will. If we get used to this all the time, then the rhythm of our life of doing God's will will become a permanent rhythm, a fixed rhythm, which we don't need to try forcefully because it automatically becomes the rhythm of our lives.

Therefore, let nothing enter our minds, our souls—through our eyes and ears—things that are inappropriate. If there is something we don't need to see, let's not see it. If there is something we don't need to hear, let's not hear it. If we have to hear it, we must discard it. We can intentionally discard it until we have the art or skill of throwing away every inappropriate thing. If God's word says, "Guard your heart with all vigilance," it means that God gives us the ability to get rid of everything that is inappropriate that enters our mind, soul and heart. We cannot prevent birds from flying over our heads, but we can shoo them away if they try to perch and nest on our heads. We cannot forbid people from talking and doing certain things that are inappropriate, but we can ensure that these things do not nest in our heads and hearts.

We see how corrupt humans are when they have seen spectacles since childhood that have built ungodly, pagan, defiant and defiant thinking buildings against God. And all of us have been living life in this wrong way since childhood. Apart from the influence of parents, the environment, education, and social interactions, we absorb inappropriate things from each interaction. Added to this is the bad genetic influence from our parents, creating worldly humans who oppose or resist God.

We are grateful to know the Lord Jesus, our Savior who redeems our sins and brings us before God by justifying us. However, our condition is not yet truly righteous. That is why we must be discipled. To be discipled means we must learn. So, starting today, we begin to enjoy life by enjoying living according to the will of God, regardless of our current circumstances. Many problems and urgent needs press upon us, but none of these become obstacles for us to do God's will. However, the dynamics of life do not stop us from doing God's will. In fact, all the circumstances that occur become a means for us to carry out God's will. Only the Holy Spirit can help us do this.

That's why it's important that when we wake up, we start by coming to God. Without much request, we worship Him. We ask how we can fear God correctly, love and respect God correctly. The Holy Spirit will definitely help us. How beautiful is a life that from minute to minute does God's will; which is the same as from minute to minute delighting the heart of God. In reality, not many people truly live to please God. But let's think as if we are the ones who are awaited by the Father and the heavenly host to become humans who make the Father in heaven smile. The inhabitants of heaven will also feel joy when the Father is pleased. We make our Father in heaven smile.

Because God's word says in Luke 15, "If one person repents, the angels in heaven will rejoice." Why do the angels in heaven cheer? Because the Father in heaven is pleased, pleased, happy, by the event of one person repenting. We continue to experience repentance every day, becoming more and more pleasing to God every day. This means that we create a heavenly atmosphere in our life on earth, even into eternity. So, let's not get tired. Let's work hard. We are grateful to be able to have this awareness and commit to truly living a holy life.

LET US BEGIN TODAY TO ENJOY LIFE; ENJOYING LIFE BY DOING THE WILL OF GOD, REGARDLESS OF OUR CURRENT CIRCUMSTANCES.

Card image
MENIKMATI HIDUP - 18 Juni 2024
2024-06-18 12:49:09


Mari kita menikmati hidup dengan cara yang tidak dimiliki oleh anak dunia. Dan ini yang harus kita biasakan untuk menjadi habitat kita, yaitu hidup di dalam kehendak Allah. Dari menit ke menit kita memperhatikan setiap gerak pikiran dan perasaan kita, juga setiap kata yang kita ucapkan, setiap perilaku, tindakan, perbuatan kita. Jangan sampai ada yang bertentangan dengan kehendak Allah. Kalau kita membiasakan hal itu setiap saat, maka irama hidup melakukan kehendak Allah itu menjadi irama permanen, irama tetap, yang tidak perlu kita usahakan dengan paksa karena otomatis menjadi irama hidup kita.

Oleh sebab itu, jangan ada hal yang masuk dalam pikiran kita, jiwa kita—melalui mata dan telinga—hal-hal yang tidak patut. Jika ada hal yang tidak perlu kita lihat, jangan kita lihat. Bila ada hal yang tidak perlu kita dengar, jangan kita dengar. Kalau kita harus mendengar, kita harus membuangnya. Kita bisa membuangnya dengan sengaja, sampai kita punya seni atau keahlian membuang setiap hal yang tidak patut. Kalau firman Tuhan mengatakan, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan,” itu berarti Tuhan memberi kita kemampuan untuk membuang semua yang tidak patut yang masuk di dalam pikiran, jiwa, dan hati kita. Kita tidak bisa melarang burung terbang di atas kepala kita, tapi kita bisa menghalau kalau ia mau bertengger dan bersarang di kepala kita. Kita tidak bisa melarang orang bicara dan melakukan hal-hal tertentu yang tidak patut, tapi kita bisa menghalau jangan sampai itu bersarang di kepala dan hati kita.

Kita melihat betapa rusaknya manusia di mana sejak kanak-kanak melihat tontonan yang telah membangun bangunan berpikir yang fasik, kafir, melawan, dan menentang Tuhan. Dan semua kita telah menjalani hidup dengan cara yang salah ini sejak kecil. Selain pengaruh orang tua, lingkungan, pendidikan, juga pergaulan, di mana masing-masing kita bergaul dan menyerap hal-hal yang tidak patut. Ditambah lagi dengan gen orang tua kita yang buruk yang menciptakan manusia duniawi yang melawan atau menentang Allah.

Bersyukur kita mengenal Tuhan Yesus, Juru Selamat yang menebus dosa kita, membawa kita ke hadapan Allah dengan membenarkan kita. Tapi keadaan kita belum sungguh-sungguh benar. Itulah sebabnya kita harus dimuridkan. Dimuridkan artinya kita harus belajar. Jadi, kita mulai hari ini menikmati hidup; yaitu menikmati hidup melakukan kehendak Allah, apa pun keadaan yang sedang kita jalani. Banyak masalah dan kebutuhan mendesak yang menekan kita, namun semua itu tidak menjadi halangan bagi kita untuk melakukan kehendak Allah. Dinamika hidup yang bagaimanapun tidak membuat kita berhenti melakukan kehendak Allah. Justru semua keadaan yang berlangsung menjadi sarana kita melakukan kehendak Allah. Hanya Roh Kudus yang bisa menolong kita melakukan hal ini.

Itulah sebabnya betapa pentingnya ketika kita bangun tidur, kita mulai dengan datang kepada Tuhan. Tanpa banyak permintaan, kita menyembah-Nya. Kita mohon bagaimana kita bisa takut akan Allah dengan benar, mengasihi dan menghormati Allah secara benar. Roh Kudus pasti menolong kita. Betapa indahnya kehidupan yang dari menit ke menit melakukan kehendak Allah; yang sama dengan dari menit ke menit menyukakan hati Tuhan. Kenyataannya, tidak banyak orang yang sungguh-sungguh hidup menyenangkan hati Allah. Tapi mari kita berpikir seakan-akan kita yang ditunggu oleh Bapa dan dinantikan oleh penghuni surga untuk menjadi manusia yang membuat senyum Bapa di surga. Penghuni surga pun akan ikut merasakan ketika Bapa disenangkan. Kita membuat senyum Allah Bapa kita.

Karena firman Tuhan mengatakan di Lukas 15, “Jika ada satu orang bertobat, malaikat di surga bersorak-sorai.” Mengapa malaikat di surga bersorak-sorai? Karena Bapa di surga disenangkan, disukakan, dibahagiakan, oleh kejadian adanya satu orang bertobat. Kita mengalami pertobatan terus setiap hari, semakin hari semakin menyenangkan hati Allah. Berarti kita membuat dan menciptakan suasana surga di dalam kehidupan kita di bumi bahkan sampai di kekekalan. Jadi, jangan kita menjadi lelah. Mari kita bekerja keras. Kita bersyukur bisa memiliki kesadaran ini dan berkomitmen untuk sungguh-sungguh hidup suci.

Tuhan Yesus memberkati
????????????. ????????. ???????????????????????????? ????????????????????????????

KITA MULAI HARI INI MENIKMATI HIDUP; YAITU MENIKMATI HIDUP MELAKUKAN KEHENDAK ALLAH, APA PUN KEADAAN YANG SEDANG KITA JALANI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 18 Juni 2024
2024-06-18 12:46:19

Pengkhotbah 1-6

Card image
Truth Kids 17 Juni 2024 - KRISTUS SUMBER PERDAMAIAN
2024-06-17 10:39:20


Efesus 2:14
”Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan,”

Di sebuah desa, ada sekelompok anak yang senang bermain bersama. Mereka sering bermain bola di lapangan dekat gereja. Suatu hari, terjadi perselisihan kecil antara dua teman mereka, Dika dan Rani, tentang siapa yang harus menjadi kapten tim. Mereka mulai berdebat dan suasana menjadi tidak nyaman.

Tiba-tiba, Maya, seorang teman mereka yang selalu tenang, datang dan berkata, "Kenapa kita tidak meminta bantuan Kristus? Dia adalah sumber perdamaian. Mari kita berdoa agar kita bisa menyelesaikan masalah ini dengan damai." Semua anak setuju dan mereka duduk bersama untuk berdoa. Setelah berdoa, mereka dengan cepat menemukan solusi yang adil, dan pertemanan mereka kembali seperti semula.

Sobat Kids, cerita ini mengajarkan bahwa Kristus adalah sumber perdamaian. Ketika kita memiliki masalah atau perselisihan, kita dapat meminta bantuan-Nya untuk membawa damai sejahtera di antara kita. Ingatlah selalu bahwa dengan Kristus, kita dapat menyelesaikan masalah dengan damai dan menjaga persaudaraan tetap kuat.

Card image
Truth Junior 17 Juni 2024 - TULUS
2024-06-17 10:36:55


Efesus 2:14
”Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan,”

“Pokoknya, aku enggak akan mau lagi bantuin Tino! Bukannya terima kasih sudah dibantuin, eh… dia malah nyalahin orang lain karena dapat nilai jelek. Memangnya dia pikir, dia itu siapa? Enak saja marahin orang yang sudah bantuin dia belajar. Coba dia pikir, mana ada teman lain yang mau ajarin dia matematika? Teman-teman yang lain saja sudah malas main sama dia karena sikapnya sombong. Harusnya aku juga gak usah bantuin dia belajar. Niat baik malah dibalas omelan,” keluh Bima dalam hatinya.

Apakah Sobat Junior pernah mengalami hal yang sama seperti yang dialami oleh Bima? Niat baik kalian untuk membantu, malah mendapatkan hal yang tidak enak. Sobat Junior, memang rasanya tidak enak jika niat baik kita dibalas dengan marah-marah oleh orang yang kita bantu. Oleh sebab itu, saat kita mau membantu orang lain, sebaiknya bantuan itu seolah-olah ditujukan kepada Tuhan. Kita mau membantu dengan tulus tanpa mengharapkan sesuatu dari orang lain.

Tuhanlah yang menjadi sumber damai sejahtera kita. Jika ada perseteruan atau perselisihan di antara kita dengan orang lain, maka kasih Tuhan yang akan “merubuhkan tembok pemisah” tersebut. Yuk, kita belajar membantu dengan tulus agar kita dapat terus merasakan damai sejahtera yang dari Tuhan.

Card image
Truth Youth 17 Juni 2024 (English Version) - THE EYES ARE THE LAMP OF THE BODY
2024-06-17 10:32:58


"But I tell you that anyone who looks at a woman lustfully has already committed adultery with her in his heart." (Matthew 5:28)

During our childhood days in Sunday School, there was a song that went, "Be careful how you use your eyes, God the Father in heaven sees below, be careful how you use your eyes." The lyrics of that song surely had a purpose and intention, because the eyes are the lamp of the body. Everything we see can greatly influence our lives. What the eyes capture enters the heart and arouses desires, prompting us to act accordingly. If what the eyes see is all that is good or positive, then our lives are also good.

However, conversely, if what our eyes see is negative, then our lives will also be adversely affected. These days are increasingly evil. The devil's deception does not come directly in the form of deadly poison, but through things that indulge our eyes, leading us astray. There are several examples such as movies containing pornographic elements, inappropriate relationships, various images unsuitable for us to see, and even various nightclubs offering "false beauty."

The Word of God in Matthew 5:28 states that if any of us looks at a woman lustfully, we have already committed adultery in our hearts. This shows how important the function of our eyes is in our bodies. What we see can lead us to the sin of adultery. When we frequently watch pornographic or inappropriate content, it affects our thoughts. We need to be cautious and vigilant in using our eyes.

The eyes are the lamp of our bodies, "Your eye is the lamp of your body. When your eyes are healthy, your whole body also is full of light. But when they are unhealthy, your body also is full of darkness." (Luke 11:34). The choice is in our hands. What kind of body do we want, one filled with light or darkness? Avoid inappropriate shows, images, and readings. It's indeed difficult for us to restrain ourselves if we are accustomed to seeing inappropriate things. It becomes a bad habit. Therefore, starting from now, we need to make a decision to remove all of that from our sight so that we can create good habits. Let's fight together. May the Lord bless us all.

WHAT TO DO:
1. Reflect on whether we have used our eyes properly so far? If not, then we must make a commitment and set targets to remove the bad from our sight.
2. Start deleting all applications that can harm our eyes.
3. When the desire to see negative things arises frequently, think about and engage in other enjoyable and positive activities.
4. Pray and ask the Holy Spirit to guide us in letting go of all these things.

BIBLE MARATHON:
- Psalms 62-68

Card image
Truth Youth 17 Juni 2024 - MATA ADALAH PELITA TUBUH
2024-06-17 10:29:01


”Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzina dengan dia di dalam hatinya” (Matius 5:28)

Di waktu kecil saat kita mengikuti Sekolah Minggu, ada sebuah lagu “Hati-hati gunakan matamu, Allah Bapa di surga melihat ke bawah, hati-hati gunakan matamu.” Lirik lagu itu dibuat pasti ada maksud dan tujuannya yaitu karena mata merupakan pelita tubuh. Segala hal yang kita lihat akan sangat bisa mempengaruhi isi hidup kita. Apa yang tertangkap oleh mata, masuk ke dalam hati dan muncul keinginan-keinginan sehingga kita melakukan hal tersebut. Jika yang ditangkap mata adalah segala sesuatu yang baik atau positif, maka hidup kita juga baik.

Namun sebaliknya, jika yang ditangkap mata kita sesuatu yang negatif, maka hidup kita juga akan terpengaruh tidak baik. Hari-hari terakhir ini semakin jahat. Tipu muslihat Iblis tidak secara terang-terangan langsung dalam bentuk racun yang mematikan, namun dengan hal-hal yang memanjakan mata kita sehingga kita terjerumus ke dalamnya. Ada beberapa contoh yaitu film yang isinya ada selipan pornografi, relasi yang tidak wajar, berbagai gambar yang tidak pantas untuk kita lihat, bahkan berbagai tempat klub malam yang menawarkan “keindahan” semu.

Firman Tuhan dalam Matius 5:28 mengatakan bahwa jika ada di antara kita yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzina di dalam hatinya. Hal ini menunjukkan bahwa sangat pentingnya fungsi mata dalam organ tubuh kita. Dari apa yang kita lihat dapat membawa kita kepada dosa perzinaan. Saat kita terlalu sering melihat tontonan yang pornografi atau tidak pantas lainnya, maka hal itu akan membuat pikiran kita pun terbawa. Kita sangat perlu kehati-hatian, kewaspadaan dalam memakai mata kita.

Mata adalah pelita tubuh kita, “Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu” (Lukas 11:34). Pilihan ada di tangan kita masing-masing. Tubuh yang seperti apa yang kita inginkan, terang atau gelap? Hindarilah tontonan, gambar, dan bacaan yang tidak pantas. Memang sulit bagi kita menahan diri jika kita masih terbiasa melihat hal-hal yang tidak pantas. Hal itu akan menjadi kebiasaan yang buruk. Oleh karena itu, mulai saat ini kita perlu membuat keputusan untuk melepaskan hal itu semua dari pandangan mata kita sehingga kita mampu menciptakan kebiasaan yang baik. Selamat berjuang bersama. Tuhan Yesus memberkati kita semua.

WHAT TO DO:
1.Refleksikan apakah mata kita sudah digunakan dengan baik selama ini? Jika belum, maka kita harus membuat komitmen dan target untuk melepaskan yang buruk dari pandangan mata kita 2.Mulai hapus segala aplikasi yang dapat merusak mata kita
3.Ketika keinginan untuk melihat hal-hal yang negatif itu sering muncul, pikirkan dan lakukan aktivitas lain yang menyenangkan dan positif.
4.Berdoa dan minta Roh Kudus memimpin kita untuk melepaskan ini semua.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mazmur 62-68

Card image
Renungan Pagi - 17 Juni 2024
2024-06-17 10:24:24


Menyatakan diri hidup dalam kebenaran bukanlah hanya sekedar rajin beribadah setiap Minggu, rajin mendengar kotbah setiap waktu, melayani pekerjaan Tuhan tanpa lelah, pandai berkotbah dan hafal isi Alkitab. Hidup dalam kebenaran berarti hidup didalam pimpinan Roh Kudus yang menuntun pada seluruh kebenaran Allah yang memampukan kita menjadi pelaku firman Tuhan.

"Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya."

Kebenaran itu adalah firman Tuhan yang dihidupi, dilakukan setiap hari, sehingga hidup dimerdekakan dari dosa dan dikuduskan, "Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran." serta perbuatan dalam kebenaran akan membuat kita berbahagia.
(Yohanes 17:17; Yakobus 1:22,25)

Card image
Quote Of The Day - 17 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-17 10:01:49


Kita harus terus mencari Tuhan, ada wilayah yang tidak terbatas yang harus kita arungi.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 17 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-17 09:59:35


Kasih Kristus memampukan kita untuk melayani dengan sepenuh hati, memberikan waktu, tenaga, dan sumber daya kita untuk menjangkau mereka yang terhilang.

Card image
THINKING WHAT GOD THINKS - 17 Juni 2024 (English Version)
2024-06-17 08:07:26


God is a God who does not force us to do anything. In the order that God has established since creation, humans have indeed been given sovereignty by God. Of course, this is limited sovereignty, meaning that humans can only determine their own fate, but cannot determine the fate of others. They can influence, but not determine. But the important thing to realize here is that God does not force humans to do anything. Even if something is good and brings life and prosperity to humans, God does not force it. This is actually an honor and good news. It means our lives are not determined by an unclear fate because there is an order in this world. But the other terrifying aspect is that if someone does not choose what is right or allows their free rights to be controlled by other individuals; humans perish.

So in fact, humans in their sovereignty can choose and determine what is best or they can surrender that sovereignty to the powers of darkness which will determine their condition or fate. This is a scary aspect. But we don't see this aspect because we don't choose it. What we choose is that in our sovereignty, we choose what is best for us. What is best for us? God. Because in the end humans only choose one of two options; God or Satan, the Kingdom of Heaven or the kingdom of the world. We have to choose. In reality, many people do not choose God. But they feel they have chosen God, even though they haven't.

If people choose God, there are stakes or consequences, a price we pay. And the price we have to pay is our entire life. It was not sounded and was not in the Old Testament. The Old Testament people could not meet God personally. They were merely a people, while the one who could meet God was the high priest, and that was once a year. Praise God, the curtain of the Temple was torn, signifying that humans could enter His Most Holy Place. Amazing, we should understand this. In the New Testament we are no longer like a people, as in the Old Testament. But in the New Testament we become a royal priesthood. Justification by the blood of Jesus for us gives us access to meet God. But the consequence is, God is Most Holy, so the price we have to pay is holiness. And that holiness involves our whole life without limits.

When we make the decision to live a holy life, the transition is that all our weaknesses, shortcomings are exposed, and God lifts them up. We will experience situations where sin is easier to commit. The opportunities for sin are greater, more numerous. There we have to choose; God or ourselves? Matthew 16 says, "Get behind me, Satan! For you do not think what God thinks, but what men think.” The sentence is not like this, "Because you are not thinking what God thinks, but what the devil thinks," no. But what humans think. So what humans think, or what is not what God thinks; is Satan. But so far we have not dared to label it that way.

God desires that our thoughts should align with His thoughts. If not, we will not have God, and God cannot have us. Therefore, we must not hold the misconception that we are merely part of a congregation with a priest, where our role is solely to participate. This mistaken belief has unknowingly poisoned the minds of many Christians. Supposedly, we are all part of a royal priesthood.

Let us fill our souls with God's thoughts. All that is oriented toward this world and its comforts comes from Satan. As we continue to grow, saying 'choosing God' and God teaches us this truth, we start cleansing our minds from the voice of the world. Meanwhile, Satan has flooded the minds of Christians with many inputs, like what we see on gadgets, so much content that makes us unspiritual. We really want to cleanse our minds from worldly elements. In our struggle to surrender in order to have God and be owned by God, we will know what pleases God and what does not. Because the Holy Spirit surely speaks.

But if a person no longer has the determination, the intention to possess and be possessed by God, then he continues to run away, remain confused. Until old age, he will say, “I am a human being full of weaknesses and shortcomings. Hopefully later I will change." Until the end, it will not change. So we have to change as soon as possible. Why do we delay if we can do it now? Why don't we seek what God has planned? Because in the end, as chosen people, we have to choose: God or the world, the Kingdom of Heaven or the kingdom of the world, what God thinks or what humans think. We choose what God thinks.

GOD DESIRES THAT OUR THOUGHTS SHOULD ALIGN WITH HIS THOUGHTS.

Card image
MEMIKIRKAN APA YANG DIPIKIRKAN ALLAH - 17 Juni 2024
2024-06-17 08:02:15



Jadi sebenarnya manusia di dalam kedaulatannya bisa memilih dan menentukan apa yang terbaik atau bisa menyerahkan kedaulatan itu kepada kuasa kegelapan yang mana akan menentukan keadaannya atau nasibnya. Ini aspek yang mengerikan. Tetapi kita tidak melihat aspek ini karena kita tidak memilihnya. Yang kita pilih adalah bahwa dalam kedaulatan kita, kita memilih apa yang terbaik bagi kita. Apa yang terbaik bagi kita? Tuhan. Sebab pada akhirnya manusia hanya memilih satu dari dua pilihan; Tuhan atau setan, Kerajaan Surga atau kerajaan dunia. Kita harus memilih. Kenyataannya, banyak orang tidak memilih Tuhan. Namun mereka merasa sudah memilih Tuhan, padahal tidak.

Kalau orang memilih Tuhan, ada pertaruhan atau konsekuensi, ada harga yang harus dibayarnya. Dan harga yang kita bayar adalah seluruh hidup kita. Itu tidak dibunyikan dan tidak ada di Perjanjian Lama. Umat Perjanjian Lama tidak bisa menemui Tuhan secara pribadi. Mereka hanya menjadi umat, sedangkan yang dapat menjumpai Tuhan adalah imam besar, itu pun setahun sekali. Puji Tuhan, tirai Bait Allah terbelah, yang merupakan tanda bahwa manusia bisa masuk ruang maha suci-Nya. Luar biasa, ini mestinya kita pahami. Di Perjanjian Baru kita tidak lagi menjadi seperti umat, seperti yang ada di Perjanjian Lama. Tapi di Perjanjian Baru kita menjadi imamat-imamat yang rajani. Pembenaran oleh darah Yesus atas kita memberikan kita akses untuk menjumpai Allah. Tapi konsekuensinya, Allah itu Maha Kudus, maka harga yang harus kita bayar adalah kesucian. Dan kesucian itu melibatkan seluruh hidup kita tanpa batas.

Ketika kita mengambil keputusan untuk hidup suci, transisinya adalah semua kelemahan, kekurangan kita dibongkar, diangkat Tuhan. Kita akan mengalami situasi di mana dosa lebih mudah dilakukan. Kesempatan dosa lebih besar, lebih banyak. Di situ kita harus memilih; Tuhan atau diri kita? Matius 16 mengatakan, “Enyahlah Iblis! Sebab kamu bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, tetapi apa yang dipikirkan manusia.” Kalimatnya tidak begini, “Sebab kamu bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, tapi yang dipikirkan Iblis,” tidak. Tapi yang dipikirkan manusia. Jadi apa yang dipikirkan manusia, atau apa yang bukan dipikirkan Allah; adalah Iblis. Tapi kita selama ini tidak berani memberi label itu.

Tuhan menghendaki supaya apa yang kita pikirkan harus seperti apa yang Allah pikirkan. Jika tidak demikian, maka kita tidak akan memiliki Tuhan dan Tuhan tidak dapat memiliki kita. Jadi kita tidak boleh memiliki konsep bayangan bahwa kita ini hanya umat, ada imam, dan sebagai jemaat kita hanya bisa ikut. Ini yang tanpa sadar telah meracuni pikiran banyak orang Kristen, mestinya semua kita adalah imamat-imamat.

Mari kita memenuhi jiwa kita dengan pikiran Allah. Semua yang berorientasi pada dunia ini dan segala kenyamanannya berasal dari setan. Setelah kita terus bertumbuh, kita mengatakan ‘memilih Tuhan’ dan Tuhan ajarkan kebenaran ini, kita mulai membersihkan pikiran kita dari suara dunia. Sementara ini setan telah membanjiri pikiran orang Kristen dengan banyak isian, seperti yang kita lihat di gadget, begitu banyak konten yang membuat kita tidak rohani. Benar-benar kita mau membersihkan pikiran kita dari unsur-unsur dunia. Di dalam perjuangan kita untuk menyerahkan segenap hidup guna memiliki Tuhan dan dimiliki Tuhan, kita akan mengetahui apa-apa yang Tuhan tidak berkenan dan apa-apa yang Tuhan berkenan. Karena Roh Kudus pasti bicara.

Tapi kalau orang sudah tidak memiliki tekad, niat untuk dimiliki dan memiliki Tuhan, maka dia kabur terus, kacau terus. Sampai tua akan berkata, “Saya manusia penuh kelemahan dan kekurangan. Mudah-mudahan nanti saya berubah.” Sampai akhirnya, ia tidak akan berubah. Maka kita harus berubah secepatnya. Mengapa kita tunda kalau itu bisa kita kerjakan sekarang? Mengapa kita tidak mencari apa yang Allah rencanakan? Sebab pada akhirnya sebagai umat pilihan kita harus memilih: Tuhan atau dunia, Kerajaan Surga atau kerajaan dunia, yang dipikirkan Allah atau yang dipikirkan manusia. Kita memilih apa yang dipikirkan Allah.

Tuhan Yesus memberkati
????????????. ????????. ???????????????????????????? ????????????????????????????

TUHAN MENGHENDAKI SUPAYA APA YANG KITA PIKIRKAN HARUS SEPERTI APA YANG ALLAH PIKIRKAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 Juni 2024
2024-06-17 07:56:58

Amsal 27-29

Card image
Truth Kids 16 Juni 2024 - BUAH KEBENARAN
2024-06-16 11:11:29


Ibrani 12:11
”Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.”

Tiro adalah seorang anak yang suka bermain futsal. Saat bermain futsal dengan teman-teman di sekolah, ia selalu marah-marah kepada timnya. Sering kali ia menganggap kalau timnya tidak bisa bermain sebagus dia. Ia diingatkan oleh Dodi, temannya, supaya tidak kasar dan merasa sok jagoan saat bermain futsal. Namun, Tiro justru memusuhi Dodi dan tidak mau berteman dengannya.

Suatu ketika pada saat Tiro bermain di lapangan sekolah, ia bermain dengan sangat kasar sehingga membuat temannya terjatuh dan tulang tangan temannya patah, kemudian dibawa ke rumah sakit. Sejak peristiwa itu, Tiro sadar bahwa selama ini ia tidak baik kepada teman-temannya. Ia meminta maaf kepada Dodi karena tidak mendengarkan nasihatnya.

Sobat Kids, kadang kita dimusuhi oleh teman kita karena memberitakan kebenaran, tetapi janganlah bosan untuk melakukannya. Tuhan akan memberikan penyertaan atas segala pengorbanan yang kita lakukan. Damai sejahtera Tuhan akan kita rasakan saat kita tetap melakukan perintah-Nya.

Card image
Truth Junior 16 Juni 2024 - TEGURAN
2024-06-16 11:09:21


Ibrani 12:11
”Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.”

“Aaahhh… masa adik minta boneka kesayanganku, sih! Ini kan boneka yang sudah aku sayang sejak bayi. Enak saja, adik mau mainin terus-terusan. Sudah dibilangin kita sharing saja, tetap dia gak mau. Malah mau dibawa tidur juga. Lalu aku tidur ditemenin siapa?” keluh Nanda dalam hatinya. Nanda merasa kesal karena baru saja ia ditegur oleh mamanya karena tidak mau memberikan boneka kesayangannya kepada adiknya. Adiknya baru saja belajar untuk tidur malam di kamar tidur sendiri. Jadi ia minta ditemanin boneka kesayangan Nanda.

Nanda merasa sedih karena harus kehilangan boneka kesayangannya dan ditegur oleh mamanya. Namun, Nanda juga tidak bisa tidur dengan nyenyak di malam hari, bukan karena tidak ada boneka kesayangannya, melainkan ia jadi kepikiran kondisi adiknya yang sedang belajar tidur sendirian tanpa ditemani papa, mama, ataupun dirinya. Pasti adiknya merasa kesepian dan mungkin saja takut. Mungkin itu alasan adik minta boneka kesayangannya. Akhirnya Nanda merasa damai karena ia mau memberikan boneka kesayangannya untuk adiknya. Ia berharap adiknya bisa tidur dengan nyenyak walau hanya sendirian.

Sobat Junior, teguran yang kita terima memang mendatangkan rasa sedih. Namun, jika teguran itu untuk kebaikan kita, maka kita akan belajar kebenaran. Buah kebenaran yang dihasilkan memberikan kedamaian bagi kita. Yuk, latih diri kita untuk berusaha lebih baik lagi dari setiap teguran yang kita terima.

Card image
Truth Youth 16 Juni 2024 (English Version) - GROWING THROUGH CHALLENGES
2024-06-16 10:59:09


"For our light and momentary troubles are achieving for us an eternal glory that far outweighs them all." (2 Corinthians 4:17)

If there were no challenges in life, then life would be incredibly dull. We would easily grow weary of various activities, burnout would be common, and we would feel our lives are mundane. There would be nothing interesting in it other than rigid routines. Instead, with challenges, humans explore many things and grow through these challenges. In truth, humans develop more rapidly when they are required to do something or when they have to catch up on various setbacks so they can achieve success and their dreams. However, only certain people can grow through challenges. Some may even give up and choose a flat and unremarkable life. There's nothing wrong with that, but people like this will only have average strength, unlike those who continue to grow through challenges, who will become stronger every day.

As Christians, we know that the suffering in this world is not just there to make us weaker. The suffering we experience in this world actually leads to an eternal glory that surpasses everything. Certainly, following Jesus is not an easy path. There will be so many challenges that we must overcome. However, in this process, we are invited to grow more, so that one day we will reap eternal glory with the Father in heaven. Do not see suffering in this world as the end of everything, but see it as an opportunity for us to improve ourselves and perfect our lives, which still require many changes. Trust in the process, that every day we are being refined to become like Christ and to reach that glorious eternal life.

WHAT TO DO:
< Learn to process the suffering we experience. That in the end, we will obtain eternal glory with Jesus Christ in heaven.

BIBLE MARATHON:
- Psalms 56-61

Card image
Truth Youth 16 Juni 2024 - BERTUMBUH MELALUI TANTANGAN
2024-06-16 10:57:05


”Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.” (2 Korintus 4:17)

Kalau di hidup ini tidak ada tantangan, maka hidup ini akan begitu membosankan. Kita akan mudah jenuh dalam melakukan berbagai hal, kita akan mudah burnout, dan kita akan merasa hidup kita begitu-begitu saja. Tidak ada yang menarik di dalamnya selain rutinitas-rutinitas yang kaku. Justru, dengan adanya tantangan, manusia mengeksplorasi banyak hal dan bertumbuh melalui tantangan-tantangan ini. Sejatinya, manusia akan lebih cepat berkembang apabila ia dituntut untuk melakukan sesuatu atau ia harus mengejar berbagai ketertinggalan sehingga ia dapat mencapai kesuksesan dan mimpi-mimpinya. Namun, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa bertumbuh melalui tantangan. Beberapa di antaranya malah menyerah dan memilih kehidupan yang datar dan begitu-begitu saja. Tidak ada salahnya memang, tetapi orang-orang seperti ini hanya akan memiliki kekuatan yang standar saja, berbeda dengan mereka yang terus bertumbuh melalui tantangan, mereka justru akan semakin kuat setiap harinya.

Sebagai orang Kristen, kita tahu bahwa penderitaan di dunia ini bukanlah penderitaan yang hanya hadir untuk membuat kita semakin lemah. Penderitaan yang kita alami di dunia ini justru adalah penderitaan yang darinya kita mendapatkan kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya. Tentunya, mengikut Yesus bukanlah jalan hidup yang mudah. Akan ada begitu banyak tantangan di dalamnya yang harus kita lewati. Namun, di dalam proses ini kita diajak untuk semakin bertumbuh, sehingga suatu saat nanti kita akan menuai kemuliaan kekal bersama Bapa di surga. Jangan memandang penderitaan di dunia sebagai akhir dari segalanya, melainkan pandanglah penderitaan di dunia sebagai ajang kita untuk semakin memperbaiki diri dan menyempurnakan hidup kita yang masih membutuhkan banyak perubahan. Percayalah pada proses, bahwa setiap harinya kita semakin diasah untuk menjadi seperti Kristus dan menggapai kehidupan kekal yang begitu mulia itu.

WHAT TO DO:
< Belajar berproses dari penderitaan yang kita alami. Bahwa pada akhirnya, kita akan memperoleh kemuliaan kekal bersama Yesus Kristus di surga.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mazmur 56-61

Card image
Renungan Pagi - 16 Juni 2024
2024-06-16 10:53:34


Orang yang memiliki sikap hati memberikan hidupnya bagi Tuhan, akan selalu menjadikan Tuhan segala-galanya dalam hidupnya, dia tidak akan hitung-hitungan dengan Tuhan, karena baginya kalau dia dapat berbuat sesuatu bagi kepentingan Tuhan, itulah kebanggaan dan sukacitanya.

"Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya." Sehingga tujuan hidupnya hanyalah menyukakan hati Tuhan. Seperti firman Tuhan mengajarkan, jika kita mau mengorbankan segalanya bagi Kristus, termasuk menyerahkan nyawa, maka kita justru akan memperolehnya.
(Matius 10:39)

Card image
Quote Of The Day - 16 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-16 10:50:37


Tidak bermaksud mengecilkan teologi, tapi kita tidak boleh menutup mata terhadap kenyataan bahwa setiap individu harus bersentuhan dengan Allah dan membangun subjektivitas yang mendekati objektivitas.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 16 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-16 10:48:30


Belas kasihan yang kita miliki adalah cerminan dari kasih Kristus di dalam kita.

Card image
GOD'S ALLIES - 16 Juni 2024 (English Version)
2024-06-16 10:46:28


There is a word that is rarely used, but this word can be used appropriately, namely the word ally; we are allies of God. Where we are on one side with God, everything we do is in the same interest as God. If so, then we will become created creatures according to His design. This is not an exaggeration, not something hyperbolic, because in reality, "My business is only You, Lord." This aligns with the awareness that we need God more than we need breath and blood. It is better for us to have never lived than to live without fellowship with God or without being His ally. We were created to be God's allies.

Ironically, we grew up in a damaged environment. Our rhythm of life has been out of whack for years, we are not God's allies. Because as God's allies, we must have the same interests as God. We were created for God; He is our Master (Adonai) and Lord (Kurios), and His interests must become our interests. And amazingly, if God's interests are our interests, then our own interests will definitely be taken care of by God. He will not betray us; He cannot be unjust. If for a while we feel like God is treating us unfairly—unresolved economic issues, lingering health problems—God only teaches us not to suspect Him.

Up to a point, we can say, "Lord, the important thing is that I have You. Whether I'm sick or healthy, whether I'm rich or poor, whether I'm honorable or oppressed, what matters is that I have You, living in communion with You." So we must continue to grow, until we can feel God as the water of life; "without Him, I do not live."

We must have heard, read the news, seen directly, or experienced when someone we love leaves us, with whom we hope to find happiness. Some even commit suicide because they were abandoned or rejected by their love. 'That person' is more valuable than their own life, more important than their breath and blood. If we can feel this way about a human, why can't we fall in love with God to that extent? So, more than various religious activities and services, we yearn to have a true thirst for God.

Such thirst is also actually a progressive process. Initially, we might not feel it, but as time goes by, the truth builds up in our minds, and the events we experience make us increasingly aware of the tragic nature of life, and many other things that God teaches us, especially the supernatural encounters with God, then we begin to feel it. We came into this world not alone—but with God—because God has a plan for our lives, so we must return together with God, who is our eternal Lover. We must take time to sit quietly at the feet of God, waiting for and experiencing Him until we feel, "You are all I need." God leads us to His shore. We are like ships being carried by the current with no clear direction. God throws stones at us, which create waves, small waves turning into larger ones to bring us to the shore. Economic issues, illnesses, household problems can be the stones God throws to bring us closer to His shore.

If something disturbs our soul and destroys our peace and tranquility in God, it signals an idol. Do not idolize problems. The only one we should idolize and worship is God. Before we close our eyes, we must reach that level. We can make our hearts burn with love for God. Then we can become so calm in facing life's problems. And we can understand why Abraham was so confident that Elohim Yahweh would not betray him. We can also understand why Moses was so brave to lead more than 2 million Israelites without financial reserves, without food storage, because he believed the God he worshipped was a living God.

Even if we are confused about why God allows this situation to drag on, then we can simply say, "Even if I fall apart, I will fall in Your hands." And He doesn't make us destroyed. There are many things that can happen that are beyond our abilities. God can do miraculous things beyond our expectations. Do not be troubled by a situation, because if we feel troubled and bound by that trouble, it means we consider God to be less valuable than that problem. And when we become God's lovers, God will say, "I know what you need. I have arranged this for your good, beyond your understanding. Just as I have proven how you made it through days with the help of people you never thought of, in the future, I can move stronger hands to support you, for those are My hands.

WE WERE CREATED TO BE GOD'S ALLIES.

Card image
SEKUTU ALLAH - 16 Juni 2024
2024-06-16 10:43:37


Ada kata yang jarang digunakan, namun kata ini bisa tepat digunakan, yaitu kata sekutu; kita adalah sekutu Allah. Di mana kita sepihak dengan Allah, segala sesuatu yang kita lakukan berada dalam satu kepentingan dengan Allah. Jika demikian, kita barulah menjadi makhluk ciptaan sesuai dengan rancangan-Nya. Ini tidak berlebihan, bukan sesuatu yang hiperbola, sebab sejatinya, “Urusanku hanya Engkau, Tuhan.” Ini seiring dengan kesadaran bahwa Tuhan kita butuhkan lebih dari nafas dan darah kita. Lebih baik kita tidak pernah hidup daripada hidup tanpa persekutuan dengan Allah atau tanpa menjadi sekutu Tuhan. Kita diciptakan memang untuk menjadi sekutu Allah.

Ironis, kita dibesarkan dalam lingkungan yang sudah rusak. Irama hidup kita sudah rusak selama bertahun-tahun, kita bukan sekutu Tuhan. Sebab sebagai sekutu Tuhan, kita harus punya satu kepentingan dengan Allah. Kita diciptakan bagi Allah; Allah adalah Majikan (Adonai) dan Tuan (Kurios) kita, kepentingan-Nya harus menjadi kepentingan kita. Dan luar biasa, kalau kepentingan Allah menjadi kepentingan kita, maka kepentingan kita sendiri pasti diurus oleh Allah. Dia tidak akan berkhianat, Dia tidak mungkin berlaku tidak adil. Kalau sementara waktu kita seperti diperlakukan Allah tidak adil—masalah ekonomi yang tidak kunjung selesai, masalah sakit penyakit yang tidak segera kunjung sembuh—Allah hanya mengajar agar kita tidak mencurigai Dia.

Sampai pada satu titik, kita bisa berkata, "Tuhan, yang penting aku memiliki Engkau. Entah aku sakit atau sehat, entah aku kaya atau miskin, entah aku terhormat atau tertindas, yang penting aku memiliki Engkau, hidup dalam persekutuan dengan Engkau.” Maka kita harus bertumbuh terus, sampai kita bisa merasakan Tuhan sebagai air kehidupan; “tanpa Dia, aku tidak hidup.”

Kita pasti sudah mendengar, membaca berita, melihat langsung, atau mengalami, ketika orang yang kita cintai meninggalkan kita, yang kepadanya kita berharap memperoleh kebahagiaan. Bahkan ada yang bunuh diri karena ditinggal atau ditolak cintanya. ‘Si dia’ lebih berharga dari nyawanya sendiri, lebih penting dari nafas dan darahnya. Kalau untuk manusia kita bisa begitu, kenapa kita tidak jatuh cinta kepada Tuhan sampai tingkat itu? Jadi, lebih dari berbagai kegiatan keberagamaan dan pelayanan, kita rindu memiliki kehausan akan Allah yang benar.

Kehausan seperti itu juga sebenarnya merupakan proses yang progresif. Dulu kita tidak sampai merasakan hal itu, namun dengan berjalannya waktu, terbangun kebenaran di dalam pikiran kita, dan peristiwa demi peristiwa yang kita alami membuat kita semakin menghayati tragisnya hidup, dan banyak hal lain lagi yang Tuhan ajarkan, dan terutama perjumpaan-perjumpaan dengan Tuhan yang secara adikodrati, maka kita mulai merasakan itu.

* Kita datang ke dunia ini tidak sendiri—namun bersama Tuhan—karena Tuhan memiliki rancangan atas hidup kita, maka kita harus pulang pun bersama dengan Tuhan yang menjadi Kekasih abadi kita. Kita harus memberi waktu untuk duduk diam di kaki Tuhan, menantikan dan mengalami Tuhan, sampai kita merasa, "Hanya Engkau yang kubutuhkan." Tuhan menggiring kita ke pantai-Nya. Kita seperti kapal yang sedang dibawa arus dan tidak jelas ke mana arahnya. Tuhan melempari kita dengan batu-batu, lalu batu-batu itu membuat ombak, ombak-ombak kecil jadi ombak-ombak lebih besar untuk membawa kita ke pantai. Persoalan ekonomi, sakit penyakit, masalah rumah tangga bisa merupakan batu-batu yang dilempar Tuhan, supaya kita merapat ke pantai-Nya.

Kalau ada sesuatu yang mengganggu jiwa kita sehingga merusak ketenangan, keteduhan jiwa kita di dalam Tuhan, itu isyarat berhala. Jangan memberhalakan masalah. Yang harus kita ‘berhalakan, kita puja’ hanyalah Tuhan. Sebelum kita menutup mata, kita sudah harus sampai taraf itu. Dan kita bisa membuat hati kita membara mencintai Tuhan. Sehingga kita bisa menjadi begitu teduh menghadapi persoalan-persoalan hidup. Dan kita bisa mengerti kenapa Abraham begitu yakin bahwa Elohim Yahweh tidak akan mengkhianati dia. Kita juga bisa mengerti mengapa Musa begitu berani menuntun 2 juta lebih bangsa Israel tanpa cadangan dana, tanpa gudang makanan, karena ia percaya Allah yang dia sembah adalah Allah yang hidup.

Kalaupun kita bingung, mengapa Tuhan mengizinkan keadaan ini berlarut-larut, maka kita cukup mengatakan, "Kalaupun aku jatuh hancur, aku jatuh di tangan-Mu.” Dan Dia tidak membuat kita hancur. Ada banyak hal yang bisa terjadi di luar kemampuan kita. Tuhan bisa buat hal-hal yang ajaib, di luar perkiraan. Jangan merasa susah oleh suatu keadaan yang terjadi, sebab kalau kita merasa susah dan terikat dengan kesusahan itu, berarti kita menganggap Tuhan tidak lebih berharga dari masalah itu. Dan ketika kita jadi kekasih Tuhan, Tuhan akan berkata, "Aku tahu apa yang kau butuhkan. Aku mengadakan ini untuk kebaikanmu, di luar pengertianmu. Seperti Aku membuktikan bagaimana engkau melewati hari-hari lewat tangan-tangan orang yang tidak pernah kau pikirkan, dan di hari depan, Aku bisa menggerakkan tangan yang lebih kuat untuk menopang kamu, karena itu adalah tangan-Ku.”

Tuhan Yesus memberkati
????????????. ????????. ???????????????????????????? ????????????????????????????

KITA DICIPTAKAN MEMANG UNTUK MENJADI SEKUTU ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 Juni 2024
2024-06-16 10:39:22

Amsal 25-26

Card image
Truth Kids 15 Juni 2024 - BUAH DARI HIKMAT TUHAN
2024-06-15 19:29:26


Amsal 2:10
”Karena hikmat akan masuk ke dalam hatimu dan pengetahuan akan menyenangkan jiwamu;”

Setiap malam Jesica rajin membaca Alkitab, Truth Kids, dan berdoa. Ia juga rajin ke Sekolah Minggu. Ia sering bertanya kepada orang tuanya jika ia kurang mengerti tentang firman Tuhan yang ia baca.

Pada suatu sore, Jesica diajak kakaknya ke kedai kuliner. saat ia membeli minuman, uangnya Rp.20.000, sedangkan harga minuman Rp.15.000. Harusnya kembaliannya Rp. 5.000, tetapi Jesica mendapatkan kembalian Rp. 10.000. Saat Jesica menyadari kembaliannya salah, ia langsung mengembalikan ke penjual minuman.

Jesica lebih merasakan damai sejahtera dengan mengembalikan uang itu, dibandingkan menerima kelebihannya. Ia paham akan firman Tuhan, bahwa Tuhan menyukai anak yang jujur. Sobat Kids, pemahaman terhadap firman Tuhan akan membuahkan ketaatan yang akan mendatangkan damai sejahtera di hati.

Card image
Truth Junior 15 Juni 2024 - PEMAHAMAN YANG TEPAT
2024-06-15 19:26:37


Amsal 2:10
”Karena hikmat akan masuk ke dalam hatimu dan pengetahuan akan menyenangkan jiwamu;”

Dalam sebuah ilustrasi digambarkan suatu hari, sekelompok orang tuna netra diajak ke kandang gajah. Mereka dipersilakan untuk memegang gajah dengan tangan mereka sendiri. “Oh… aku mengerti sekarang gajah itu binatang yang kurus sekali,” ujar orang pertama sambil memegang ekor gajah. _“Ah,_ salah kau! Gajah itu agak gemuk dan pendek,” ujar orang kedua yang memegang kaki gajah. “Mana bisa kita bilang gajah itu gemuk? Gajah itu agak kurus dan suka bergerak-gerak,” kata orang ketiga yang memegang belalai gajah.

Sobat Junior, ilustrasi tersebut ingin menjelaskan bahwa jika kita tidak memiliki pemahaman yang benar secara utuh, maka kita bisa salah. Demikian juga halnya dengan pemahaman kita tentang kebenaran firman Tuhan. Jika kita hanya memahami sepotong-sepotong, maka besar kemungkinan kita akan salah mengerti. Oleh sebab itu, kita perlu memahami kebenaran firman Tuhan dengan benar, Sobat Junior. Banyak hal yang mungkin kalian belum bisa pahami saat ini. Kalian dapat bertanya kepada orang tua, kakak Sekolah Minggu, atau pendeta di gereja kalian. Jangan sampai salah bertanya atau mencari jawaban sendiri di internet. Banyak orang menyampaikan informasi atau penjelasan yang kurang tepat.

Penting sekali untuk kita terus belajar kebenaran firman Tuhan dari sumber yang tepat. Pemahaman yang benar tentang firman Tuhan akan membawa damai sejahtera dalam hidup kita. Baca terus renungan Truth Junior dan Alkitab kalian, ya. Berdoalah sebelum kalian membacanya agar kalian memiliki pemahaman yang tepat tentang kebenaran firman Tuhan.

Card image
Truth Youth 15 Juni 2024 (English Version) - CREATING PROBLEMS FOR ONESELF
2024-06-15 19:21:25


"When tempted, no one should say, “God is tempting me.” For God cannot be tempted by evil, nor does he tempt anyone; but each person is tempted when they are dragged away by their own evil desire and enticed." (James 1:13-14)

In a small town surrounded by lush green mountains and a swift-flowing river, lived a young man named Alex. Alex was a dreamer and always sought adventure wherever he went. However, his enthusiasm often led him into unnecessary troubles. One day, Alex grew bored with his routine in the small town. He gazed at the towering mountains in the distance and decided to go on a hike. Without adequate preparation, he embarked on a journey to the breathtaking mountain peak. Along the way, Alex encountered various obstacles such as steep and landslide-prone paths. However, that didn't stop him. He became more determined to reach the summit and disregarded the advice from experienced locals.

After several days of hiking, Alex arrived at a spectacular peak. There, he witnessed a stunning view from the height. However, as the sun began to set, he realized that he wasn't prepared to camp there alone. The next morning, Alex decided to descend. However, the path became increasingly challenging. He began to run out of food and water. Several times he almost slipped or got trapped in steep crevices. Then he asked in his heart, "God, why are You so cruel to me? Why do You let me be on this mountain without any food? Do You want me to die miserably here?"

Alex's story illustrates how some people blame God for all the events in their lives, believing that God is the mastermind behind all their suffering. However, it's the person themselves who create problems, who lead themselves into temptation. People should realize that God wants to provide the best, and it's actually their own desires that tempt them. Start changing the mindset that God is the one who plans peace and prosperity for every believer.

WHAT TO DO:
1. Do not blame God for all the suffering we experience.
2. Change the mindset that God actually plans peace and prosperity for each of His children.

BIBLE MARATHON:
- Psalms 50-55

Card image
Truth Youth 15 Juni 2024 - MENCARI MASALAH SENDIRI
2024-06-15 19:24:04


”Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: “Pencobaan ini datang dari Allah!” Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun. Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.” (Yakobus 1:13-14)

Di sebuah kota kecil yang dikelilingi oleh pegunungan yang hijau dan sungai yang mengalir deras, hiduplah seorang pemuda bernama Alex. Alex adalah seorang pemimpi dan selalu mencari petualangan di mana pun dia berada. Namun, kegembiraannya sering kali membuatnya terjebak dalam masalah yang sebenarnya tidak perlu. Suatu hari, Alex merasa bosan dengan rutinitasnya di kota kecil itu. Dia memandang pegunungan yang menjulang tinggi di kejauhan dan memutuskan untuk melakukan pendakian. Tanpa persiapan yang memadai, dia memulai perjalanan ke puncak gunung yang menawan. Selama perjalanan, Alex bertemu dengan berbagai rintangan seperti jalan yang terjal dan rawan longsor. Namun, itu tidak menghentikannya. Dia semakin bersemangat untuk mencapai puncak dan mengabaikan nasihat dari penduduk setempat yang berpengalaman.

Setelah beberapa hari mendaki, Alex tiba di sebuah puncak yang spektakuler. Di sana, dia melihat pemandangan yang menakjubkan dari ketinggian. Namun, ketika matahari mulai terbenam, dia menyadari bahwa dia tidak siap untuk bermalam di sana sendirian. Keesokan paginya, Alex memutuskan untuk turun kembali. Namun, jalur yang dilaluinya semakin sulit. Dia mulai kehabisan persediaan makanan dan air. Beberapa kali dia hampir tergelincir atau terjebak di celah-celah curam. Lalu ia bertanya dalam hatinya, “Tuhan, mengapa Engkau begitu jahat sekali kepadaku? Mengapa Engkau membiarkan aku berada di gunung ini tanpa sedikit pun makanan? Apakah Engkau ingin membuat aku mati mengenaskan di tempat ini?”

Kisah Alex menggambarkan segelintir manusia yang menyalahkan Allah di atas segala kejadian hidupnya, bahwa Allah adalah dalang dari semua penderitaan. Padahal, manusia itu sendiri yang mencari masalah, ia sendiri yang menggiring dirinya ke dalam pencobaan. Harusnya, manusia menyadari bahwa Allah ingin memberikan yang terbaik, dan manusia justru dicobai oleh keinginannya sendiri. Mulailah mengubah mindset bahwa Allah adalah Ia yang memberikan rancangan damai sejahtera untuk kita orang percaya.

WHAT TO DO:
1.Tidak menyalahkan Allah atas seluruh penderitaan yang kita alami.
2.Mengubah mindset bahwa Allah justru memberikan rancangan damai sejahtera bagi setiap anak-Nya.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mazmur 50-55

Card image
Renungan Pagi - 15 Juni 2024
2024-06-15 14:30:44


Hidup benar bukan ditentukan oleh apa yang kita gunakan, hidup benar bukan ditentukan oleh harta dan kedudukan, hidup benar bukan ditentukan oleh status-status yang kita share melalui media sosial.

Hidup benar ditentukan oleh buah roh yang kita hasilkan dalam kehidupan keseharian sesuai dengan perkataan firman Tuhan; "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." Mulailah hasilkan buah Roh dalam kehidupan setiap hari.
(Galatia 5:22-23)

Card image
Quote Of The Day - 15 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-15 14:28:26


Hanya orang nekat yang bisa menemui Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 15 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-15 14:27:26


Ketika kita mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, Dia akan memberikan kelegaan yang tidak dapat ditemukan di tempat lain.

Card image
NEEDING HIM - 15 Juni 2024 (English Version)
2024-06-15 13:35:54


How much we love and respect God is parallel to how much we truly need Him. It is understandable for new Christians to deal with God and have matters with Him for various reasons. However, it has become a cultural norm for religious people everywhere to feel the need for God because they are influenced by their religious environment or the environment of other religious people. In other words, if someone is in a religious environment—whether of the same or different religion—God becomes a complement because 'one must be religious,' 'one must have God;' it is a completeness of life.

If the first one before, feels the need for God for various reasons, this can be integrated with the philosophy that religion is the completeness of life, God is the completeness of life. In common terms, this is often expressed as: "having a life's anchor." Having God means having an anchor. But how much someone truly needs God can vary. There are religious people who view God as a completeness of life but do not genuinely need Him. When life problems arise—especially those beyond their capabilities—only then do they seek God's strength, which they see as surpassing human strength.

As long as they can 'handle ' life's problems on their own, they do not feel a significant need for God. Especially if they have a business or a high income, have influential relationships with officials that have proven effective, they almost never feel the need for God. But when they face legal problems, business issues related to regulations, or if their influential contacts lose power, perhaps die, or get involved in legal issues themselves, leaving them feeling without support, only then do they seek God.

They are cunning people; they need God not because they genuinely need Him, but because they want to exploit, manipulate, and take advantage of Him. Here, there is an attempt to reverse the hierarchy. God should be above, dominating and ruling us, but now humans are trying to manipulate God. This is common in many religions. The deities worshipped are expected to contribute to human life on earth. Then, transactional practices occur, buying and selling, performing ceremonial rituals to influence the deities. What was previously stiff, becomes flexible, what was silent starts to move, and where the tap was previously closed, with open ceremonial rituals, blessing taps, protection taps opens with ceremonial rituals and offerings. We must never think this way. But the problem is, the influence of such religions can unconsciously be absorbed into the minds of Christians, causing us to treat God this way. We praise God, and God is enthroned on our praises, which is true. But we should not then become transactional, expecting that the sick will be healed, those with financial problems will find solutions, or we fast so that God will bless us with material blessings, solve problems, give children to the barren, or find spouses for the unmarried. These are the ways of worldly religions.

As true believers we must be able to feel that God is the water of life. We need that water of life. We must reach a state, a level where we need God more than we need breath and blood in our bodies. As the deer pants for streams of water, so our souls long for God (Ps. 42). Our souls thirst for the living God, as the Word of God says, not a dead God, but the living God, who has consciousness, thoughts, and feelings with whom we can interact and have a reciprocal relationship. And certainly, God is Almighty, All-Knowing; He knows if someone wants to deceive or take advantage of Him. And that's a disrespectful act, an impolite act.

It is better for a person never to have become human, than to be a human without having true fellowship with God. In other words, it would be better if we never became human without having a thirst for God. Because without a thirst for God, a person will never become God's lover. Without being God's beloved, God cannot enjoy that person, and that person cannot enjoy God. Why did God create humans? Because God wants to enjoy it. With thoughts and feelings that can produce will, God wants humans to have a will that is always in accordance with God's will (likeness to God, Hebrew. demuth). If we only have His image; having thoughts and feelings like God’s, but not producing the fruit of life that God enjoys, it's useless.

HOW MUCH WE LOVE AND RESPECT GOD IS PARALLEL TO HOW MUCH WE TRULY NEED HIM.

Card image
MEMBUTUHKAN DIA - 15 Juni 2024
2024-06-15 13:34:01


Seberapa kita mencintai dan menghormati Tuhan, paralel dengan seberapa jauh kita benar-benar membutuhkan Dia. Bisa dimengerti bagi orang-orang Kristen yang baru, mereka berurusan dengan Tuhan, berperkara dengan Tuhan karena berbagai alasan. Tetapi menjadi budaya orang beragama di mana pun bahwa orang merasa membutuhkan Tuhan karena terbawa oleh lingkungan orang-orang beragama, lingkungan orang-orang beragama lain. Artinya, kalau seseorang ada di lingkungan orang-orang beragama—bisa satu agama atau beda agama—Tuhan menjadi pelengkap karena ‘harus beragama,’ ‘harus ber-Tuhan;’ itu kelengkapan hidup.

Kalau yang pertama tadi merasa membutuhkan Tuhan karena berbagai alasan, ini bisa menyatu dengan filosofi bahwa agama itu kelengkapan hidup, Tuhan menjadi kelengkapan hidup. Yang dalam bahasa umum diistilahkan: “punya pegangan hidup.” Sudah punya Tuhan berarti punya pegangan. Tetapi seberapa seseorang benar-benar membutuhkan Tuhan, itu hal yang bisa lain, bisa berbeda. Ada orang-orang beragama yang memandang Tuhan sebagai kelengkapan hidup, tetapi tidak sungguh-sungguh membutuhkan Tuhan. Jika kemudian ada masalah-masalah hidup yang dihadapi—khususnya masalah-masalah hidup di luar kemampuannya—maka barulah ia mencari kekuatan Tuhan yang dipandang melampaui kekuatan manusia.

Selama masih bisa ‘menanggulangi’ masalah-masalah hidup yang dihadapi, maka ia tidak merasa terlalu membutuhkan Tuhan. Apalagi kalau ia sudah punya usaha atau penghasilannya yang banyak, memiliki relasi pejabat yang telah membuktikan kemampuan dari kekuatan pejabat tersebut, maka hampir-hampir ia tidak pernah merasa membutuhkan Tuhan. Tapi kalau kemudian ia ada dalam masalah hukum, masalah bisnis yang terkait dengan undang-undang, lalu relasi pejabatnya sudah tidak berkuasa lagi, mungkin malah meninggal dunia, mungkin juga terlibat masalah hukum sendiri, sehingga ia merasa tidak punya pegangan, barulah ia mencari Tuhan.

Mereka adalah orang-orang licik; membutuhkan Tuhan bukan karena Tuhan sebagai kebutuhannya, namun karena ia mau memperalat, memanipulasi, mengeksploitasi Tuhan. Di sini sebenarnya ada usaha membalik hierarki. Seharusnya, Tuhan berada di atas, yang mendominasi, menguasai kita, tapi sekarang manusia memperalat Tuhan. Kalau di dalam agama-agama pada umumnya, itu sudah biasa. Dewa yang disembah, allah yang disembah akan memberikan kontribusi untuk kehidupan manusia di muka bumi. Lalu terjadi praktik transaksional, jual-beli, mengadakan ritual seremonial; usaha untuk mengatur yang disembah. Yang tadinya kaku, jadi lentur, yang tadinya diam, mulai bergerak, yang tadinya kerannya tertutup, dengan ritual seremonial terbuka, keran berkat, keran perlindungan, plus sesajen-sesajen. Jangan sekali-kali kita berpikir seperti itu. Tapi masalahnya, pengaruh agama-agama yang tanpa sadar terserap di dalam pikiran orang Kristen, bisa membuat kita memperlakukan Allah seperti itu. Kita memuji Tuhan, dan Allah bertakhta di atas pujian, itu benar. Tetapi jangan kemudian membuat transaksional, supaya yang sakit sembuh, yang mengalami persoalan ekonomi mendapat jalan keluar, atau kita puasa, supaya Tuhan memberkati kita dengan berkat-berkat jasmani, masalah-masalah dapat diselesaikan, yang mandul punya anak, yang belum menikah dapat jodoh. Ini cara-cara agama-agama dunia.

Sebagai orang percaya yang benar kita harus bisa merasakan bahwa Tuhan adalah air kehidupan. Kita membutuhkan air kehidupan itu. Kita harus sampai pada satu state, satu level di mana kita membutuhkan Tuhan lebih dari kita membutuhkan nafas dan darah di dalam tubuh kita. Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikian jiwa kita merindukan Allah (Mzm. 42). Jiwa kita ada kehausan kepada Allah yang hidup, begitu dikatakan dalam Firman Tuhan, bukan Allah yang mati, Allah yang hidup, Allah yang punya kesadaran, memiliki pikiran dan perasaan di mana kita bisa berinteraksi, memiliki hubungan timbal balik. Dan tentu Allah yang Maha Kuasa, Allah yang Maha Tahu, Dia tahu kalau seseorang mau memperdaya atau memanfaatkan Allah. Dan itu tindakan tidak sopan, tindakan tidak santun.

Lebih baik seseorang tidak pernah menjadi manusia, daripada menjadi manusia tanpa memiliki persekutuan dengan Allah secara benar. Dengan kalimat lain, lebih baik kita tidak pernah menjadi manusia tanpa memiliki kehausan akan Allah. Sebab tanpa kehausan akan Allah, seseorang tidak akan pernah menjadi kekasih Allah. Tanpa menjadi kekasih Allah, Allah tidak bisa menikmati orang itu, dan orang itu tidak bisa menikmati Tuhan. Mengapa Allah menciptakan manusia? Karena Allah mau menikmatinya. Dengan pikiran dan perasaan yang bisa membuahkan kehendak, Allah menghendaki agar manusia memiliki kehendak yang selalu sesuai dengan kehendak Allah (keserupaan dengan Allah, Ibr. demuth). Kalau hanya segambaran, memiliki pikiran perasaan seperti yang juga Allah miliki, tapi tidak membuahkan buah-buah hidup yang dinikmati oleh Allah, percuma.

Tuhan Yesus memberkati,
????????????. ????????. ???????????????????????????? ????????????????????????????

SEBERAPA KITA MENCINTAI DAN MENGHORMATI TUHAN, PARALEL DENGAN SEBERAPA JAUH KITA BENAR-BENAR MEMBUTUHKAN DIA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 Juni 2024
2024-06-15 13:28:38

1 Raja-raja 9
2 Tawarikh 8

Card image
Truth Kids 14 Juni 2024 - BUAH KETAATAN
2024-06-14 12:54:56


Yesaya 48:18
”Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti,”

"Deven, kamu harus belajar dengan rajin supaya nilainya bagus," nasihat papa kepada Deven. "Siap, Pa," jawab Deven. Deven pun sungguh-sungguh belajar. Ia taat pada orang tuanya dengan belajar sungguh-sungguh. Ia tidak bermain HP selama persiapan ujian. Karena ketaatan dan ketekunan Deven, hasil ujiannya sangat memuaskan. Papa Deven sangat bangga padanya.

Sebagai penghargaan atas usahanya, Deven diajak liburan dan dibelikan sepatu baru oleh papa. Bahkan tidak hanya itu, mamanya juga memberikan hadiah mainan padanya. Buah dari ketaatannya, ia mendapatkan lebih dari apa yang ia harapkan.

Seperti Deven yang taat pada perintah papanya, Sobat Kids juga harus taat akan perintah Tuhan. Karena buah dari ketaatan adalah damai sejahtera yang berlimpah-limpah, seperti yang Tuhan janjikan pada kita. Seperti ayat firman Tuhan yang kita baca hari ini.

Card image
Truth Junior 14 Juni 2024 - KETAATAN MENDATANGKAN DAMAI SEJAHTERA
2024-06-14 12:52:55


Yesaya 48:18
”Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti,”

Sobat Junior tahu kan, kalau di sekolah pasti ada peraturan, di jalan raya juga ada peraturan, saat kita pergi ke tempat wisata ada peraturan, di rumah juga ada peraturan dan di mana-mana tentu ada peraturan yang harus kita patuhi!? Apakah peraturan yang dibuat itu untuk tidak diikuti atau harus diikuti? Tentu peraturan yang ada harus kita lakukan dan ikuti. Apabila kita melanggar peraturan yang ada, ada sanksi atau hukuman yang kita terima. Contoh di sekolah, ada peraturan tidak boleh terlambat masuk sekolah. Kalau kita selalu terlambat, apakah kita merasa senang karena sudah melanggar peraturan? Tentu tidak, ya, Sobat Junior. Apakah kalian pernah merasakan ketika kalian mencoba tidak mematuhi peraturan, hati kalian gelisah atau tidak damai?

Seharusnya kita akan merasakan tidak damai ketika kita melakukan pelanggaran. Maka pada renungan hari ini, kita diingatkan bahwa ketika orang tidak taat terhadap perintah, ia tidak akan merasakan damai sejahtera. Sobat Junior pilih yang mana, mau merasakan selalu damai sejahtera atau tidak damai sejahtera? Tentu semua mau merasakan damai sejahtera setiap hari.

Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita, apabila kita memperhatikan atau melakukan perintah-perintah Tuhan, tentu damai sejahtera itu akan selalu ada seperti aliran sungai yang tidak pernah kering. Sobat Junior, kita sama-sama mau belajar untuk selalu taat, baik kepada perintah Tuhan, maupun peraturan-peraturan yang ada di sekitar kita. Tentu damai sejahtera akan selalu kita rasakan setiap saat.

Card image
Truth Youth 14 Juni 2024 (English Version) - HARBOR OF REFUGE
2024-06-14 12:41:49


"Cast your cares on the LORD and he will sustain you; he will never let the righteous be shaken." (Psalm 55:22)

A newborn kitten entering the world undoubtedly needs its mother for nourishment, milk, warmth, and more. In the growth process of this kitten, its mother will also teach it how to hunt for food, meow, jump, and even climb to high places. If the kitten makes a mistake, its mother will automatically reprimand it, whether by scratching or meowing louder. The growth process of the kitten is not determined by its mother, but by the kitten's response. Will it hide in fear or will it face its mother's anger and then try again?

If not to the Lord, to whom else should we turn for help? God who brought humans into the world is the only one we can turn to for His assistance. This is the correct response, that in all the pressures of human life, one will choose God as their harbor. It's like God is the ultimate harbor in every person's life. It's not a problem if someone responds to pressure by seeking worldly pleasures or seeking friends around them to listen to their complaints and offer other assistance. However, this is only a temporary escape, because ultimately, humans need God.

Psalm 55:22 invites us to cast all our anxieties on the Lord because He is the one who sustains us. What the psalmist says is indeed true, that the best and most effective response to pressure is to seek God, His will, and follow His plan. Always remember that God's plans are not accidental, and He will not lead His children into temptation. Therefore, seek Him in all things, for He understands our lives the most.

WHAT TO DO:
1. Always make God the harbor in all circumstances.
2. Surrender yourself to Him, for He sustains us.
3. Follow His will and plan even if we don't understand the purpose behind it.

BIBLE MARATHON:
- Psalms 43-49

Card image
Truth Youth 14 Juni 2024 - TEMPAT BERLABUH
2024-06-14 12:39:29


”Serahkanlah khawatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.” (Mazmur 55:22)

Seekor kucing yang baru saja lahir ke dunia pasti membutuhkan ibunya untuk memberikan dia makanan, susu, memberikan kehangatan, dan sebagainya. Di dalam tumbuh kembang anak kucing ini, ibunya pasti turut serta mengajarkan ia bagaimana cara mencari makanan, mengeong, melompat, hingga memanjat ke tempat yang tinggi. Jika anak kucing ini melakukan kesalahan, otomatis ibunya akan menegurnya, entah dengan mencakar atau mengeong lebih keras lagi. Proses pertumbuhan anak kucing tidak ditentukan oleh ibunya, tetapi dari respons anak kucing itu. Apakah setelah itu ia malah bersembunyi ketakutan atau justru menghadapi amarah ibunya dan kemudian mencoba lagi.

Kalau bukan kepada Tuhan, kepada siapa lagi kita meminta pertolongan? Allah yang menciptakan manusia ke dunia, maka hanya kepada Allah juga kita dapat meminta pertolongan-Nya. Inilah respons yang benar, bahwa di segala tekanan kehidupan manusia, ia akan memilih Allah sebagai tempat berlabuhnya. Ibaratnya, Allah adalah dermaga akhir di kehidupan setiap manusia. Bukan masalah bila seorang manusia merespon tekanan dengan mencari kesenangan dunia atau mencari teman-teman di sekitarnya untuk mendengarkan keluhannya dan memberikan bantuan lainnya. Namun, hal ini hanyalah pelarian sementara saja, karena pada ujungnya manusia membutuhkan Allah.

Mazmur 55:22 mengajak kita untuk menyerahkan segala kekhawatiran kepada Tuhan sebab Ialah yang memelihara kita. Apa yang dikatakan oleh pemazmur memang benar adanya, bahwa respons terhadap tekanan yang paling baik dan manjur adalah mencari Tuhan, kehendak-Nya, dan mengikuti rencana-Nya. Ingat selalu bahwa rancangan Tuhan bukanlah rancangan kecelakaan dan Tuhan tidak akan menjerumuskan anak-anak-Nya ke dalam pencobaan. Oleh sebab itu, carilah Ia dalam segala hal, sebab Ia yang paling mengerti kehidupan kita.

WHAT TO DO:
1.Selalu menjadikan Allah sebagai tempat berlabuh dalam segala keadaan
2.Menyerahkan diri kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kita.
3.Mengikuti kehendak dan rancangan-Nya walau kita tidak mengerti maksud di baliknya.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mazmur 43-49

Card image
Renungan Pagi - 14 Juni 2024
2024-06-14 12:37:15


Kehidupan sebagai anak-anak Tuhan dalam hubungan dengan sesama, jangan hanya mencari untung, hanya mau memanfaatkan, bahkan merugikan orang lain, itu namanya benalu yang berbahaya.

Kebenaran yang harus kita lakukan adalah menjadi berkat bagi sesama, menjadi saksi dan menjadi terang Tuhan dengan cara hidup yang menyatakan kemuliaan Tuhan dalam setiap pikiran, perkataan dan perilaku setiap hari.

"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." Kita melakukan hal baik bukan supaya dikenal sebagai orang baik, tetapi supaya Bapa di surga dipermuliakan.
(Matius 5:16)

Card image
Quote Of The Day - 14 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-14 12:35:33


Kehadiran kita harus menjadi perwakilan kehadiran Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 14 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-14 12:34:10


Merendahkan diri bukan berarti kita menjadi lemah atau tak berdaya, tetapi justru menunjukkan kekuatan dan keberanian untuk berserah sepenuhnya kepada kehendak-Nya.

Card image
HAVING SPECIAL CHEMISTRY - 14 Juni 2024 (English Version)
2024-06-14 06:51:33


The devil can disguise himself as an angel of light. He shapes diligent churchgoers into Christians who miss the pattern God desires. He also produces church activists who are active in ministry activities but miss the portrait of Christianity they should live. The devil can also transform initially good pastors into people who miss the mark. No pastor aspires to deceive, embezzle church money, conflict with others in the church, or commit moral violations, but the devil directs them. Whether through associations, entertainment, social media, and so on. Not to mention the genes inherited from their parents.

Therefore, be careful; we have an enemy that goes beyond what we think. His intelligence exceeds what we imagine. Only if we walk with God under the guidance of the Holy Spirit (John 16:13, leading us to all truth) just then can we defeat him.

The problem is, first, how seriously do we engage with the Holy Spirit? How seriously do we genuinely ask for His guidance? Because many people are deceived by the devil and feel their condition is safe and fine, while without realizing it they are being directed to a situation that is not in accordance with God's will. How terrifying it will be when they are at the judgment throne of God, and it turns out their condition is not as God desired. The true Christianity that we must put on can only be taught by the Holy Spirit. This happens when we encounter the Holy Spirit every day, fellowship with God every day. The true Christianity that we can find, we cannot receive in one day. Holiness is not obtained by accident.

Our holiness must be built every day. True Christianity must be built every day, through a gradual process. It's ironic, there are people who think that in a short time, they'll want to get raped. Can't. Purity cannot be achieved in 1 day, 1 month, 1 year. After a long journey. Ultimately, true Christianity is perfect like the Father, similar to Jesus. Jesus is the image of the invisible God who radiates the glory of God. The Old Testament of the history of the Israelites proves who the true God is. The New Testament shows what the true God is like. The Bible says women radiate the glory of men and men radiate the glory of God. So we, believers, must all radiate the glory of God. Jesus is filled with logos; the same thing is fulfilled by God because the logos is God himself. Only then did He radiate the glory of God.

We are the ones who bear witness to how true God is. It's not just who the true God is, but how the true God is. And because Jesus was the firstborn, inevitably, we must be like Jesus. So, a true Christian is like Jesus; which is the same as radiating the glory of God; which is the same as showing how true God is. So, it is not to be taken lightly when Jesus said, "You must be perfect, just as your Father is perfect" (Matt. 5:48). It is not just a pleasantry. That verse is not just to adorn the pages of the Bible. Also, in 1 Peter 1:16, "Be holy, because I am holy," is not just a sentence that adorns the pages of the Bible. This is truly a reality that we must experience.

Second, to achieve true Christianity, we must strive through the passage of time in strict stages. The process is very strict, but it must take place. How our purity, holiness, and love for God grow, and how our spiritual intelligence grows. God desires this to happen every day. Not in terms of months or days, not even in terms of hours, but at every moment. We are not an organization, but an organism; something that is alive. We want and must change while we still have the opportunity to improve ourselves. Going to church, becoming an activist, even becoming a pastor is futile, if it turns out that the color of our life or the rhythm of our life is not what the Lord Jesus desires.

We have different characteristics, but the Holy Spirit can guide us to have Christianity as God desires. And how God does not want any of us to perish. Christianity is a life that satisfies God's heart, when we have the life He desires. And it is very private, confidential, personal, personal secret, therefore we have to question, litigate this personally before God, while we still have the opportunity. Don't get out of God's plan. When God deals with someone, there is God's chemistry with that person. And ultimately, the true Christianity that each individual possesses has that special chemistry. And this is an extraordinarily beautiful Christianity, which God can enjoy. Only then can God say, “You are precious in My eyes.” Let's not waste this opportunity. Be God-chasers.

CHRISTIANITY IS A LIFE THAT SATISFIES GOD'S HEART WHEN WE HAVE THE LIFE HE DESIRES.

Card image
MEMILIKI CHEMISTRY KHUSUS - 14 Juni 2024
2024-06-14 06:49:37


Iblis bisa menyamar sebagai malaikat terang. Ia mencetak orang-orang Kristen yang rajin ke gereja, tetapi meleset dari pola yang Allah kehendaki. Ia juga menelurkan aktivis-aktivis gereja yang aktif dalam kegiatan pelayanan, tapi meleset dari potret kekristenan yang harus dijalani. Iblis juga bisa mengubah pendeta-pendeta yang baik pada mulanya, menjadi orang-orang yang meleset. Tidak ada pendeta yang bercita-cita mau menipu, menggelapkan uang gereja, konflik dengan yang lain di dalam gereja atau melakukan pelanggaran moral, tapi Iblis mengarahkan mereka. Entah karena pergaulan, tontonan, media sosial, dan lain-lain. Belum lagi gen yang diwarisinya dari orang tua.

Jadi, hati-hati, kita punya musuh yang melampaui apa yang kita pikirkan. Kecerdasannya melampaui yang kita duga. Hanya kalau kita berjalan dengan Tuhan di dalam pimpinan Roh Kudus (Yoh. 16:13, memimpin kita kepada seluruh kebenaran) barulah kita dapat mengalahkannya.

Masalahnya, yang pertama, seberapa serius kita bersentuhan dengan Roh Kudus? Seberapa serius kita benar-benar minta pimpinan-Nya? Sebab banyak orang ditipu Iblis dan merasa keadaannya aman dan baik-baik saja, padahal tanpa dia sadari dia sedang diarahkan kepada keadaan yang tidak sesuai kehendak Allah. Betapa mengerikan ketika ia ada di takhta pengadilan Tuhan, dan ternyata keadaannya tidak seperti yang Allah kehendaki. Kekristenan sejati yang harus kita kenakan hanya bisa diajarkan oleh Roh Kudus. Yaitu ketika kita berhadapan dengan Roh Kudus setiap hari, bersekutu dengan Tuhan setiap hari. Kekristenan sejati yang kita bisa temukan, tidak bisa kita terima dalam satu hari. Kesucian itu tidak kita dapatkan melalui kecelakaan.

Kesucian kita harus dibangun setiap hari. Kekristenan yang sejati harus dibangun setiap hari, lewat sebuah proses bertahap. Ironis, ada orang berpikir nanti dalam waktu singkat, dia mau rapel. Tidak bisa. Kesucian tidak bisa dicapai dalam 1 hari, 1 bulan, 1 tahun. Lewat perjalanan yang panjang. Yang pada akhirnya, kekristenan sejati itu adalah sempurna seperti Bapa, serupa dengan Yesus. Yesus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan yang memancarkan kemuliaan Allah. Perjanjian Lama dari sejarah bangsa Israel membuktikan siapa Allah yang benar. Perjanjian Baru menunjukkan bagaimana Allah yang benar. Alkitab mengatakan wanita memancarkan kemuliaan laki-laki dan laki-laki memancarkan kemuliaan Allah. Jadi kita, orang percaya, semua harus memancarkan kemuliaan Allah. Yesus dipenuhi logos; yang sama dipenuhi Allah karena logos itu Allah sendiri. Baru Dia memancarkan kemuliaan Allah.

Kita adalah orang-orang yang menjadi saksi bagaimana Allah yang benar. Bukan sekadar siapa Allah yang benar, melainkan bagaimana Allah yang benar. Dan karena Yesus menjadi yang sulung, mau tidak mau kita menjadi serupa dengan Yesus. Jadi, Kristen yang sejati adalah serupa dengan Yesus; yang sama dengan memancarkan kemuliaan Allah; yang sama dengan menunjukkan bagaimana Allah yang benar. Jadi, tidak main-main ketika Yesus berkata, “Kamu harus sempurna seperti Bapa” (Mat. 5:48). Itu bukan basa-basi. Itu ayat bukan sekadar menghiasi lembar Alkitab. Juga dalam 1 Petrus 1:16, “Kuduslah kamu sebab Aku kudus,” bukan sekadar kalimat yang menghiasi lembar Alkitab. Ini adalah benar-benar satu realitas yang harus kita alami.

Yang kedua, untuk mencapai kekristenan yang sejati, kita harus berjuang melalui perjalanan waktu dalam tahapan-tahapan ketat. Proses itu sangat ketat, tapi harus berlangsung. Bagaimana kesucian, kekudusan, dan kecintaan kita kepada Tuhan bertumbuh, bagaimana kecerdasan rohani kita bertumbuh. Dan Tuhan menginginkan itu berlangsung setiap hari. Bukan dalam hitungan bulan atau hari, bahkan bukan dalam hitungan per jam, namun di setiap saat. Kita bukan organisasi, melainkan organism; sesuatu yang hidup. Kita mau dan harus berubah selagi kita masih punya kesempatan untuk memperbaiki diri. Kita ke gereja, jadi aktivis, jadi pendeta pun percuma, kalau ternyata warna hidup atau irama hidup kita tidak seperti yang Tuhan Yesus kehendaki.

Kita punya karakteristik yang berbeda-beda, tapi Roh Kudus bisa menuntun kita untuk memiliki kekristenan seperti yang Allah kehendaki. Dan betapa Tuhan tidak menghendaki seorang pun di antara kita binasa. Kekristenan adalah kehidupan yang memuaskan hati Tuhan, ketika kita memiliki kehidupan seperti yang Dia inginkan. Dan itu sangat private, confidential, pribadi, rahasia pribadi, karena itu kita harus mempersoalkan, memperkarakan ini secara pribadi di hadapan Tuhan, selagi masih ada kesempatan. Jangan keluar dari rencana Allah. Ketika Tuhan berurusan dengan seseorang, ada chemistry Tuhan dengan orang itu. Dan pada akhirnya, kekristenan yang benar yang dimiliki setiap individu memiliki chemistry khusus itu. Dan inilah kekristenan yang luar biasa indah, yang Tuhan bisa menikmatinya. Baru Tuhan bisa berkata, “Engkau berharga di mata-Ku.” Kita jangan sia-siakan kesempatan ini. Jadilah pemburu Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
????????????. ????????. ???????????????????????????? ????????????????????????????

KEKRISTENAN ADALAH KEHIDUPAN YANG MEMUASKAN HATI TUHAN, KETIKA KITA MEMILIKI KEHIDUPAN SEPERTI YANG DIA INGINKAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 Juni 2024
2024-06-14 06:45:56

Mazmur 134, 146-150

Card image
Truth Kids 13 Juni 2024 - HORMAT
2024-06-13 18:02:46


Efesus 6:2-3
”Hormatilah ayahmu dan ibumu - ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.”

"Ma, kenapa kita harus menghormati orang tua?" tanya Kaira kepada mamanya. Mama Kaira hanya tersenyum dan menjawab, "Karena itu perintah dari Tuhan." "Jadi kita harus mengikuti perintah Tuhan, Ma?" tanya Kaira lagi. "Benar sekali, Kaira. Harus! Karena itu yang diinginkan Tuhan Yesus," ujar mama.

"Kalau begitu, Kaira akan menghormati mama papa dan menjadi anak yang taat supaya Tuhan Yesus, Kaira, mama, dan papa senang," ucap Kaira gembira. Mama Kaira pun tersenyum senang.

Sobat Kids, apakah kalian mau meniru sikap Kaira yang memilih untuk menghormati orang tua? Sama seperti yang Yesus ajarkan dan yang harus kita ikuti. Sebagai anak-anak-Nya, Allah mau kita mengikuti teladan-Nya.

Menghormati orang tua berarti menaati setiap perintah dan meneladani orang tua. Saat mama kita menolong orang yang kesulitan, saat papa bekerja keras demi kita, itulah teladan yang Sobat Kids harus tiru. Saat mama tiap pagi berdoa pagi dan papa memimpin doa, itulah teladan hidup kita. Buatlah Tuhan senang dan itu menjadi kebiasaan yang baik serta menjadi karakter anak-anak Allah.

Card image
Truth Junior 13 Juni 2024 - KELUARGA YANG BAHAGIA
2024-06-13 18:00:24


Efesus 6:2-3
”Hormatilah ayahmu dan ibumu - ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.”

Di sebuah pedesaan yang sangat nyaman dan tenteram, tinggal sebuah keluarga yang sangat kaya. Keluarga ini memiliki rumah yang besar, mobil, sawah, dan lainnya. Meskipun keluarga ini memiliki segalanya, mereka sangat rendah hati, sehingga apabila ada tetangga yang sedang kesusahan, mereka bantu. Bukan hanya itu, keluarga ini sangat rajin, setiap Minggu mereka berangkat bersama-sama untuk ke gereja. Meskipun keluarga ini memiliki segalanya, mereka tetap takut akan Tuhan. Anak-anaknya sangat menghormati dan menyayangi orang tuanya.

Kalau Sobat Junior, memiliki keluarga seperti mereka, senang atau tidak senang? Tentu senang, ya! Begitu juga Tuhan tentu senang melihat keluarga seperti itu. Keluarga yang takut akan Tuhan, tentu dalam rumahnya akan ada damai sejahtera yang dirasakan. Anak-anak mereka menghormati orang tuanya. Tentu Sobat Junior, menghormati mama dan papa, _ kan?

Menghormati mama dan papa adalah perintah Tuhan kepada kita. Seperti ayat firman Tuhan hari ini, perintah yang penting adalah menghormati orang tua. Bagaimana jadinya kalau kita tidak menghormati orang tua? Apakah Tuhan akan senang? Apakah di rumah kita akan merasakan damai sejahtera? Tentu hal itu tidak akan mendatangkan damai sejahtera. Bagaimana bisa damai kalau kita marah-marah atau tidak menghormati orang tua? Itu bukanlah perintah yang Tuhan ingin kita lakukan. Perintah Tuhan adalah kita menghormati orang tua. Tentu Tuhan akan memberikan damai di tengah-tengah keluarga kita. Jadi, yuk, tetap menghormati orang tua, sebab itu akan mendatangkan damai sejahtera dari Tuhan.

Card image
Truth Youth 13 Juni 2024 (English Version) - ROTTING
2024-06-13 17:57:45


"Do not make friends with a hot-tempered person, do not associate with one easily angered, or you may learn their ways and get yourself ensnared." (Proverbs 22:24-25)

If we pour water into a container, the water will take on the shape of the container. If the container is cylindrical, then the water will appear to be cylindrical. If we have a cavity in our tooth and do not fix it promptly, the cavity will spread to the surrounding teeth, causing them to decay as well. If a tree trunk begins to rot, it must be pruned immediately. If left unattended, the rotting trunk will affect other parts of the tree, causing the entire tree to rot.

In this world, we need to choose friends who should help us grow, not ones who make us decay further. As stated in 1 Corinthians 15:33, bad company corrupts good character. No matter how hard we try to keep ourselves in check, our associations can still influence us. Therefore, each of us is expected to choose good friends for spiritual growth and the journey of life in this relatively short world.

Proverbs 22:24-25 reminds us to be wise in choosing our friends. It's not wrong to have many friends, but have a close circle that lives in holiness. Do not befriend those who are quick-tempered and easily angered, so that we do not become accustomed to their behavior, so that we are not corrupted by them, and so that we do not set traps for ourselves. Good friends should be those who support us to grow into better individuals every day, with whom we can strive together for a life perfect like Christ's. Friends with bad character will only make us decay day by day, not grow. Therefore, let's be wiser in choosing friends!

WHAT TO DO:
1. Choose friends who can provide us with constructive support.
2. Choose friends who can struggle together with us.
3. Grow every day, making sure we don't decay ourselves.

BIBLE MARATHON:
- Psalms 38-42

Card image
Truth Youth 13 Juni 2024 - MEMBUSUK
2024-06-13 17:55:59


"Jangan berteman dengan orang yang lekas gusar, jangan bergaul dengan seorang pemarah, supaya engkau jangan menjadi biasa dengan tingkah lakunya dan memasang jerat bagi dirimu sendiri.” (Amsal 22:24-25)

Jika kita menaruh air di dalam sebuah wadah, air itu akan mengikuti bentuk wadahnya. Kalau wadah itu berbentuk tabung, maka air pun akan seolah berbentuk tabung. Jika kita memiliki gigi berlubang, kalau tidak segera diperbaiki maka gigi yang berlubang itu akan menyebar ke gigi-gigi di sekitarnya sehingga ikut menjadi rusak. Jika sebuah batang pohon mulai membusuk, batang pohon tersebut harus segera dipangkas. Jika terlambat dipangkas, maka batang pohon yang membusuk itu akan memengaruhi batang pohon yang lain hingga keseluruhan pohon akan membusuk.

Di dalam dunia ini, kita perlu memilih teman-teman yang seharusnya membantu kita semakin bertumbuh, bukan malah membuat kita semakin rusak. Seperti apa yang dikatakan dalam 1 Korintus 15:33, bahwa pergaulan yang buruk dapat merusak kebiasaan yang baik. Usaha sebaik apa pun yang kita lakukan dalam menjaga diri, pada akhirnya pergaulan pun tetap dapat memengaruhi kita. Oleh karena itu, setiap kita diharapkan untuk memilih teman yang baik bagi pertumbuhan iman dan perjalanan kehidupan di dunia yang cukup singkat ini.

Amsal 22:24-25 mengingatkan kita untuk pandai dalam memilih teman. Tidak ada salahnya memiliki banyak teman, tetapi milikilah _circle_ terdekat yang hidup kudus. Jangan berteman dengan mereka yang lekas gusar dan pemarah, tujuannya agar kita pun tidak terbiasa dengan tingkah lakunya, agar kita tidak dirusak olehnya, dan agar kita tidak memasang jerat untuk diri kita sendiri. Teman yang baik seharusnya adalah ia yang memberikan dukungan agar kita bertumbuh menjadi pribadi yang baik setiap harinya, yang dengannya kita dapat sama-sama memperjuangkan kehidupan yang sempurna seperti Kristus. Teman dengan karakter yang buruk hanya akan membuat kita semakin hari semakin membusuk, bukan semakin hari semakin bertumbuh. Oleh karena itu, yuk lebih bijak lagi dalam memilih teman!

WHAT TO DO:
1.Memilih teman yang bisa memberikan kita dukungan yang membangun.
2.Memilih teman yang dapat berjuang bersama-sama dengan kita.
3.Bertumbuh setiap hari, jangan sampai kita merusak diri kita sendiri.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mazmur 38-42

Card image
Renungan Pagi - 13 Juni 2024
2024-06-13 14:45:57


Dalam masa-masa sekarang ini ada banyak orang merasa ketakutan, cemas dan putus asa. Pandemi yang berkepanjangan mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan, kehilangan kerabat, saudara, keluarga, pekerjaan dan membuat banyak orang kehilangan harapan.

Namun bagi yang mengerti kebenaran, justru semakin kita menyadari bahwa dunia bukanlah tempat yang nyaman, dunia tidak dapat diandalkan, dan kita memiliki satu pengharapan yang membahagiakan yaitu berjumpa dengan Tuhan dalam Kerajaan-Nya yang kekal.

Jadi yang harus kita lakukan saat ini adalah, "bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah dalam doa" sampai kita melewati semuanya ini dalam kasih dan pemeliharaan Tuhan.
(Roma 12:12)

Card image
Quote Of The Day - 13 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-13 14:43:24


Jangan malu meratap di hadapan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 13 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-13 14:17:54


Penting bagi kita untuk percaya bahwa Tuhan memiliki rencana yang sempurna untuk kita. Kita harus bersedia merespons panggilan Tuhan dengan kepercayaan dan ketaatan, meskipun itu melebihi batasan yang kita lihat dalam diri kita sendiri.

Card image
THE ORIGINAL CHRISTIANITY - 13 Juni 2024 (English Version)
2024-06-13 12:31:34


If we asked God whether the Christianity that we have been living is the Christianity that God intended, what would God's answer be? Are we sure that the Christianity we live is really the Christianity that God wants us to live? Or another related question, what does the Lord Jesus expect from us by becoming people who believe in Jesus as Savior and Lord? What does Jesus expect from us? Honestly, very few people ever raise this issue. Maybe almost none, because the Christianity that almost everyone lives by is the Christianity inherited from our predecessors.

We do not meet Jesus directly, nor do we even meet directly with Jesus' disciples who were the primary sources. Of course logically, the passage of time, the course of history can change the original color, the original version of Christianity. God did not promise to be with only certain people, not just the disciples of Jesus, but Jesus promised to be with believers throughout the ages, in all places, and in all circumstances. So, today we are the believers who have the right to receive God's promise, that God will be with believers until the end of time. And the presence of Jesus, the presence of God the Father is represented by the Holy Spirit.

That is why Jesus said in John 16:7, “But I say this to you truly: It would be more profitable for you if I went away. For if I do not go, the Comforter will not come to you, but if I go, I will send Him to you.” Further in verse 13, “But when He, the Spirit of truth, comes, He will guide you into all truth; for He will not speak on His own behalf, but whatever He hears He will speak, and He will declare to you things to come.

So, we should be able to question this now—in our time, our generation, in our place, in the context of our circumstances and era—is the Christianity that we live really the Christianity that God wants us to live? And the Christianity that almost all Christians live by is the Christianity inherited from our predecessors. However, through the passage of time and history, it is not impossible that changes, shifts, devaluation or decline have occurred. Luke 18:8 hints that perhaps the Christianity that many Christians live by is an unoriginal Christianity, "If the Son of Man comes, will He find faith on earth?" Faith speaks of the true Christian life.

So, if Jesus comes, will He find the original Christianity as the Lord Jesus taught, as the Lord Jesus wanted believers to wear, and as expected by Jesus? This verse also indirectly gives us a threat or tells us that there is a threat, that very few or almost no people have the Christian life as desired by God. Let's examine our Christianity and ask God. Don't let all our busyness drown us to the point where we don't question our eternal destiny. Because our eternal destiny, our eternal condition, is more important than household matters, business, career, studies, more than anything else.

We don't want to disappoint God who sacrificed Himself on the cross to atone for our sins. The dynamics of life that we live personally can change us; either positively or negatively. The dynamics of life can change a person. From a child who could sing spiritual songs and pray, to a woman who firmly said to her parents, "I am an atheist." Each of us has dynamics in life, which without us realizing it, are directed by Satan to deviate, to miss the mark; not hitting the target. This is terrifying. In Genesis 3:1, it is said that the serpent is the most cunning (arum (עָר֔וּם)) of all the wild animals. This does not refer to creation in general but to a spiritual being, an entity. He can talk.

No animal can talk. The one talking is the Devil, he is clever. Satan is smarter than humans. If man were not led by the Holy Spirit, he would not be able to discover the evil power of darkness. They will not find his cunning that led humans to deviate from God's will. How terrible. And many people are not vigilant. They think Satan is not cunning. In fact, he goes beyond what we think. So cleverly, he diverts us, directing humans to have a version or pattern of life that misses God's will. There is no other way to defeat Satan other than to pursue God and cling to Him.

TODAY, WE ARE THE BELIEVERS WHO HAVE THE RIGHT TO RECEIVE GOD'S PROMISE, THAT GOD WILL BE WITH BELIEVERS UNTIL THE END OF TIME. AND THE PRESENCE OF JESUS, THE PRESENCE OF GOD THE FATHER, IS REPRESENTED BY THE HOLY SPIRIT.

Card image
KEKRISTENAN ORISINAL - 13 Juni 2924
2024-06-13 05:06:27


Seandainya kita bertanya kepada Tuhan, apakah kekristenan yang telah kita jalani adalah kekristenan yang memang Tuhan kehendaki, kira-kira apa jawaban Tuhan? Apakah kita yakin bahwa kekristenan yang kita jalani ini benar-benar kekristenan yang Tuhan kehendaki untuk kita jalani? Atau pertanyaan lain yang terkait, apa kira-kira yang Tuhan Yesus harapkan dari kita dengan menjadi orang yang memercayai Yesus sebagai Juru Selamat, sebagai Tuhan? Apa kira-kira yang diharapkan oleh Yesus dari kita? Sejujurnya, jarang sekali orang memperkarakan hal ini. Mungkin hampir-hampir tidak ada, sebab kekristenan yang dijalani hampir semua orang adalah kekristenan yang diwariskan oleh para pendahulu kita.

Kita tidak berjumpa langsung dengan Yesus, bahkan kita juga tidak berjumpa langsung dengan murid-murid Yesus yang merupakan narasumber pertama. Tentu secara logika, perjalanan waktu, perjalanan sejarah bisa mengubah warna asli, versi orisinal dari kekristenan itu. Tuhan tidak berjanji menyertai hanya untuk orang-orang tertentu, bukan hanya untuk murid-murid Yesus, tetapi Yesus berjanji menyertai orang percaya di sepanjang zaman di segala tempat dan dalam segala keadaan. Jadi, hari ini kita adalah orang-orang percaya yang berhak menerima janji Tuhan, bahwa Tuhan akan menyertai orang percaya sampai kesudahan zaman. Dan penyertaan Yesus, kehadiran Allah Bapa diwakili oleh Roh Kudus.

Itulah sebabnya Yesus berkata dalam Yohanes 16:7, “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.” Selanjutnya dalam ayat 13, “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.”

Jadi, mestinya kita bisa memperkarakan hal ini sekarang—di zaman kita, generasi kita, di tempat kita, dalam konteks keadaan dan zaman kita—apakah kekristenan yang kita jalani benar-benar kekristenan yang dikehendaki Tuhan untuk kita jalani? Dan kekristenan yang dijalani oleh hampir semua orang Kristen adalah kekristenan yang diwarisi dari para pendahulu. Padahal melalui perjalanan waktu, perjalanan sejarah, bukan tidak mungkin ternyata telah terjadi perubahan, pergeseran, devaluasi atau kemerosotan. Lukas 18:8 memberikan isyarat bahwa kemungkinan kekristenan yang dijalani banyak orang Kristen adalah kekristenan yang tidak orisinal, “Jika Anak Manusia datang, apakah Dia mendapati iman di bumi?” Iman bicara tentang hidup kekristenan yang benar.

Jadi kalau Yesus datang, apakah Dia menemukan kekristenan yang orisinal seperti yang Tuhan Yesus ajarkan, seperti yang Tuhan Yesus kehendaki untuk dikenakan orang percaya, dan yang itu diharapkan oleh Yesus? Ayat ini juga sekaligus secara tidak langsung memberi kita ancaman atau memberitahukan kita adanya ancaman, bahwa sangat sedikit atau hampir-hampir tidak ada orang yang memiliki kehidupan kekristenan seperti yang dikehendaki oleh Tuhan. Mari kita memeriksa kekristenan kita dan tanyakan kepada Tuhan. Jangan tenggelam dengan segala kesibukan, sampai kita tidak memperkarakan nasib kekal kita. Sebab nasib abadi, keadaan kekal kita lebih dari rumah tangga, bisnis, karier, studi, lebih dari apa pun.

Kita tidak ingin mengecewakan Tuhan yang sudah mengurbankan diri di kayu salib, menebus dosa-dosa kita. Dinamika hidup yang kita jalani secara pribadi, bisa mengubah kita; mengubah menjadi positif atau mengubah menjadi negatif. Dinamika hidup bimnnnsa mengubah seseorang. Dari seorang anak yang bisa menyanyi lagu rohani dan berdoa, menjadi wanita yang tegas berkata kepada orang tuanya, “Saya ateis.” Setiap kita punya dinamika hidup, yang tanpa kita sadari, diarahkan setan untuk meleset, luncas; tidak kena sasaran. Ini mengerikan sekali. Di dalam Kejadian 3:1, dikatakan bahwa ular adalah binatang yang paling cerdik (arum (עָר֔וּם)). Ini tidak menunjuk ciptaan secara umum, tetapi ciptaan rohaniah, menunjuk oknum. Dia bisa bicara.

Tidak ada binatang bisa bicara. Yang bicara ini Iblis, dia cerdik. Setan itu lebih cerdik dari manusia. Jika manusia tidak dipimpin Roh Kudus, dia tidak akan bisa mendapati kejahatan kuasa kegelapan ini. Dia tidak bisa mendapati kelicikannya yang menggiring manusia untuk meleset dari kehendak Allah. Mengerikan sekali. Dan banyak orang tidak waspada. Dia pikir setan itu tidak cerdik. Padahal, dia melampaui yang kita pikirkan. Dengan begitu cerdiknya, dia membelokkan kita, mengarahkan manusia untuk memiliki satu versi atau pola hidup yang meleset dari kehendak Allah. Tidak ada cara lain untuk mengalahkan Iblis selain kita memburu Tuhan dan melekat pada-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

HARI INI KITA ADALAH ORANG-ORANG PERCAYA YANG BERHAK MENERIMA JANJI TUHAN, BAHWA TUHAN AKAN MENYERTAI ORANG PERCAYA SAMPAI KESUDAHAN ZAMAN. DAN PENYERTAAN YESUS, KEHADIRAN ALLAH BAPA DIWAKILI OLEH ROH KUDUS.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 Juni 2024
2024-06-13 04:57:50

2 Tawarikh 6-7
Mazmur 136

Card image
Truth Kids 12 Juni 2024 - MENOLONG ORANG LAIN
2024-06-12 15:50:18


Filipi 4:7
”Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”

Yuli adalah anak pedagang bakso pinggir jalan. Setiap hari sepulang sekolah, ia membantu ayahnya berjualan bakso dekat lapangan sepak bola. Ia membantu membereskan mangkuk-mangkuk bakso yang kotor dan mencucinya. Kehidupan keluarga Yuli sangat pas-pasan. Saat sore hari, Yuli akan belajar dan mengerjakan tugas sekolah dari guru-gurunya. Setelah itu, Yuli membantu orang tuanya membuat bakso. Yuli nampak bersukacita di tengah kesederhanaan.

Suatu sore, Yuli tidak sengaja mendengar percakapan ayahnya dengan pak Rudi. "Pak Amin, tolong pinjamkan saya uang untuk biaya pengobatan anak saya, Rani," kata pak Rudi kepada ayah Yuli. Pak Amin masuk ke dalam kamar dan berdiskusi dengan istrinya. Tidak berapa lama kemudian, mereka keluar dan memberikan uang di dalam amplop kepada pak Rudi sambil berkata, "Bapak pakai saja uangnya, tidak usah dikembalikan."

Yuli sangat kagum kepada ayahnya yang murah hati. Meskipun keluarga Yuli sederhana, mereka memiliki damai sejahtera yang juga dirasakan oleh orang di sekitarnya. Sobat Kids, teruslah ciptakan kebaikan bagi orang terdekat seperti papa, mama, kakak, adik, dan teman-teman, maka damai sejahtera Allah melingkupi kalian.

Card image
Truth Junior 12 Juni 2024 - TIDAK PERNAH TERPIKIRKAN
2024-06-12 15:48:48


Filipi 4:7
”Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”

Sobat Junior, kalian ingat tidak, kisahnya Daniel yang dimasukkan ke dalam gua singa? Pasti ingat, kan?! Seandainya Sobat Junior ada di posisi Daniel yang berada dalam gua singa, apakah kalian akan merasakan damai? Pasti ada perasaan takut, menangis, dan kesal karena tidak salah tapi dihukum. Alkitab tidak mencatat Daniel melawan atau memberontak saat para pengawal istana ingin melemparkannya ke dalam gua singa, maupun perasaan yang Daniel miliki saat itu.Tetapi kita bisa tahu bahwa Daniel tetap berserah dan percaya kepada Tuhan. Ia percaya bahwa Tuhan akan menyelamatkannya.

Lalu apa yang terjadi? Kita tahu bersama bahwa singa-singa itu tidak memakan Daniel, dan tentu Daniel merasakan damai sejahtera karena Tuhan sudah menolongnya. Karena damai sejahtera yang Tuhan pikirkan itu tidak sesuai dengan apa yang kita pikirkan, bahkan tidak pernah terpikirkan oleh kita.

Kita mau belajar dari Daniel, bahwa damai sejahtera Tuhan bisa kita rasakan ketika kita mau berserah kepada Tuhan dan berdoa dengan sungguh-sungguh. Contohnya dalam hal kecil, kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan kita, apakah akan terjadi hal buruk atau hal baik. Kita tidak tahu, tetapi kadang kala kita berpikir bahwa akan terjadi hal buruk dan itu membuat kita tidak damai. Maka supaya damai Tuhan selalu ada dalam diri kita, apa yang terjadi di depan kita nanti, kita harus serahkan kepada Tuhan dan berdoalah selalu. Tuhan akan menolong dan tentu damai itu akan selalu kita rasakan. Jadi, Sobat Junior, tetaplah berserah kepada Tuhan dan berdoa, karena damai sejahtera yang Tuhan berikan tidak seperti yang kita pikirkan.

Card image
Truth Youth 12 Juni 2024 ( English Version) - CHOOSING, SENSING, DECIDING
2024-06-12 15:46:36


"A man of many companions may come to ruin, but there is a friend who sticks closer than a brother." (Proverbs 18:24)

Friendship or any relationship goes through several stages: choosing, sensing, and deciding. These three stages form a process where one can discern whether the relationship they're building is with a good or bad friend.

Let's discuss each stage. First, choosing. Every individual makes choices in their lives every day, especially regarding friendships. How do we choose friends? It starts within our environment; we must blend in, learn, and understand our surroundings. People will come to us when we're open and offer help to those around us.

Second, sensing. Look around; observe how people respond when you experience discomfort or perhaps an unpleasant event that requires assistance. Who genuinely helps you overcome these problems? Are they truly willing to help, or are they trying to take advantage of you afterward?

Third, deciding. True friends aren't always by your side, but they're the ones who are there in all situations, helping you rise without taking advantage of you. Proverbs 18:24 depicts the influence of having friends.

There's both good and bad influence. Good influence comes from those who provide you with encouragement and help in difficult times, maybe not in terms of money or material gifts, but those who are willing to listen to you. On the other hand, bad influence comes from those who lead you to do wrong and abandon you in times of trouble.

So, in essence, in friendships, we must be able to choose, sense, and decide what can have a positive impact on our lives and the lives of others.

WHAT TO DO:
1. Choose to be open and help others.
2. Sense when you're in uncomfortable situations.
3. Decide who can have a positive or negative influence.

BIBLE MARATHON:
- Psalms 34-47

Card image
Truth Youth 12 Juni 2024 - MEMILIH, MERASAKAN, MENENTUKAN
2024-06-12 15:44:12


”Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib daripada seorang saudara.” (Amsal 18:24)

Sebuah pertemanan atau hubungan pertemanan dapat bisa terbangun akan melewati beberapa tahapan, yaitu memilih, menentukan, dan merasakan. Ketiga tahapan ini menjadi sebuah proses di mana seseorang bisa mengetahui apakah yang mereka bangun merupakan seorang teman yang baik atau buruk.

Untuk itu, mari kita bahas satu per satu. Yang pertama, memilih. Setiap manusia melakukan sebuah pilihan dalam hidup mereka setiap hari, terkhusus pada pertemanan. Bagaimana caranya memilih teman? Diawali dalam sebuah lingkungan, kita harus bisa untuk berbaur dan mempelajari serta memahami lingkungan kita. Orang-orang akan datang kepada kita saat kita mau membuka diri dan memberikan bantuan kepada sekitar kita.

Kedua, merasakan. Lihatlah di sekeliling, bagaimana respons orang-orang yang ada di sekitarmu pada saat kamu mengalami sebuah hal yang tidak nyaman atau mungkin peristiwa yang kurang nyaman dan membutuhkan bantuan. Siapa yang benar-benar membantumu dalam mengatasi masalah tersebut? Apakah benar dia memang ingin membantu atau mencoba untuk memanfaatkanmu setelahnya?

Ketiga, menentukan. Mereka yang benar-benar ingin menjadi temanmu, bukan berusaha selalu ada di sampingmu. Tetapi, mereka yang ada dalam segala situasi kondisi kehidupanmu dan membantumu untuk bangkit, juga tidak memanfaatkanmu sama sekali. Salah satunya kita bisa lihat dalam Amsal 18:24, ayat ini menggambarkan kalau memiliki teman pasti ada pengaruhnya.

Pengaruh yang baik dan buruk. Pengaruh baik, mereka akan memberikan kamu semangat dan membantu di kala sulit, mungkin bukan berupa uang atau memberikan sebuah hadiah. Tetapi, mereka yang mau mendengarkanmu. Lalu pengaruh buruk, mereka yang mengajakmu untuk melakukan hal yang salah dan meninggalkanmu di kala kamu kesulitan.

Jadi, pada intinya dalam hubungan pertemanan, kita harus bisa memilih, merasakan, dan menentukan apa yang bisa memberikan pengaruh atau dampak baik bagi kehidupan kita dan sesama.

WHAT TO DO:
1.Memilih saat kita bisa membuka diri kita dan membantu orang lain.
2.Merasakan saat kita berada dalam situasi kondisi yang tidak nyaman.
3.Menentukan siapa yang bisa memberikan pengaruh baik atau buruk.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mazmur 34-47

Card image
Renungan Pagi - 12 Juni 2024
2024-06-12 15:40:13


Semangat merupakan dasar untuk membangun sesuatu kekuatan dalam diri kita. Namun semangat yang benar adalah jika memiliki sukacita oleh Roh Kudus yang menghadirkan sukacita di hati, apapun keadaan yang kita hadapi.

"Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan; Bersukacitalah Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur."

Dan kekuatan sukacita itu membuat kita tetap bersemangat serta siap mengatasi setiap masalah, dan bawalah semua kesulitan dan beban hidup itu didalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Jadi dengan bersyukur atas apapun yang terjadi, ada kekuatan sukacita yang dahsyat, yang dikerjakan oleh Roh Kudus.
(Filipi 4:4,6)

Card image
Quote Of The Day - 12 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-12 15:37:55


Ketika kita datang kepada Tuhan, maka hal pertama yang digarap adalah karakter kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 12 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-12 15:37:06


Dengan kekuatan Roh Kudus, kita dimampukan untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Dalam setiap tindakan, perkataan, dan keputusan kita, kita harus berusaha mencerminkan karakter Kristus.

Card image
FORCING ONESELF - 12 Juni 2024 (English Version)
2024-06-12 14:58:04


In general, when we want to buy an item, we will calculate the amount of money we have. Or sometimes, even though we have enough money to be able to buy the best, most expensive thing, we don't buy it because we want to be frugal or save money. Do we realize that in treating God, we face options or choices like that. How much we can experience God is up to us. God gives options. God does not provide a limited portion, but God provides an unlimited portion, as much as we can achieve. Of course, we cannot achieve the unlimited God completely, but according to the capacity of each individual. The question is what do we do if God gives us options or choices?

Have we ever imagined that if God offered us the option of becoming a high-ranking officer or an ordinary soldier, what would we choose? Becoming a high-ranking officer, which of course comes with all the costs and sacrifices that must be made, or is it enough to just be a soldier? How can we have maximum intimacy with God, become a true lover of God who is in harmony, with at all the costs we have to pay. The best we can achieve, The best we can achieve, the price of which we surely cannot afford, we will not be able to. But if we are serious, God will help us pay for it. God will give us abilities, like the parable in Luke 14 that God taught us. We count the cost and we know we can't finish it, but we rely on God who gives the ability for us to be able to complete it.

But the 10,000 must be given first, whatever we have is handed over first. If it’s not enough, God will fulfill it. But many people are cunning, meaning that for the 10,000 we have, we only send 2,000. So now God still gives us a choice. While we still have a heart that beats, a pulse that throbs, breath that expands in our lungs, God gives us a choice. How much of a portion do we want to choose? Let’s choose as large a portion as possible, as big a portion as possible, whatever the cost we pay while we still have the opportunity, and we are sure that God will help us pay it. We will deeply regret it if we close our eyes and we do not dare to stake our lives without limits for it.

This really requires crazy steps, reckless steps, bold steps. In the midst of a world that doesn't care about God, where it seems like there's no benefit in seeking God, as if it is the same whether one seeks God earnestly or not, but we choose to seek God earnestly. We close our physical eyes so that our spiritual eyes open and see God. As the word of God says in 2 Corinthians 5:7, "We live by faith, not by sight." Until what we believe becomes real in our eyes, until we cannot explain to others, and people will not be able to understand why we choose what is invisible.

Ironically, not all Christians choose God. Many Christians choose the world, their eyes are unable to see the invisible God. Many church activists do not choose God, they may come to church, be active in church activities, but their eyes cannot penetrate the invisible realm, even pastors. If a believer truly knows God, finds God, and sees what is invisible to the eye, he will definitely not hold on to anything he has, he will surrender everything to God. And what is most important is that all his desires, passions, desires and ideals are crucified.

We cease from all desire, whatever. That's what God teaches, until we say, "Lord, I want my name to be written in Your heart, and You to abide in me.” If we do not start earnestly now, we will not be able to. It is like a heart or something with many holes, many leaks; we cannot love God wholly because our heart’s components are too damaged. So, before that damage occurs in our life, before it gets worse and cannot be repaired at all, we have to take it to God. We must force ourselves to love God, focus on God, and make God everything in our lives.

How extraordinary it would be if we have a heart that is broken for God. We really are no longer interested in the world. We only want to deal with God, while waiting for orders on what God wants us to do. This is spiritual warfare; this is a matter of the Kingdom of Heaven that is greater than any nation's issue. This is an eternal matter involving angels, the inhabitants of heaven, and God Himself. Therefore, let us not waste this extraordinary opportunity; let us seek God's favor.

WE MUST FORCE OURSELVES TO LOVE GOD, FOCUS ON GOD, AND MAKE GOD EVERYTHING IN OUR LIVES.

Card image
MEMAKSA DIRI - 12 Juni 2024
2024-06-12 14:41:24


Pada umumnya, ketika kita hendak membeli suatu barang, maka kita akan memperhitungkan jumlah uang yang kita miliki. Atau kadang, sekalipun uang cukup untuk bisa membeli yang terbaik, termahal, tapi kita tidak membelinya karena mau irit atau hemat. Sadarkah kita bahwa dalam memperlakukan Allah, kita menghadapi opsi atau pilihan seperti itu. Seberapa banyak kita bisa mengalami Tuhan, tergantung kita. Tuhan memberikan opsi. Tuhan tidak memberikan porsi yang terbatas, tapi Tuhan menyediakan porsi yang tidak terbatas, sebanyak-banyaknya yang bisa kita raih. Tentu, Allah yang tidak terbatas tidak bisa kita raih seluruhnya, tapi sesuai dengan kadar yang dimiliki masing-masing individu. Pertanyaannya apa yang kita lakukan kalau Tuhan memberikan opsi atau pilihan?

Pernahkah kita membayangkan kalau Tuhan menawarkan opsi untuk kita menjadi perwira tinggi atau tentara biasa, apa yang akan kita pilih? Menjadi perwira tinggi, yang tentu dengan segala harga dan pengorbanan yang harus diberikan atau cukup sekadar menjadi tentara? Bagaimana kita bisa memiliki keintiman dengan Allah yang maksimal, menjadi kekasih Tuhan yang benar-benar harmoni, dengan segala harga yang harus kita bayar. Yang terbaik yang bisa kita raih, pasti harganya tidak bisa kita bayar, kita tidak akan mampu. Tapi kalau kita serius, Tuhan akan menolong kita membayarnya. Tuhan akan memberi kita kemampuan, seperti perumpamaan di Lukas 14 yang Tuhan ajarkan kepada kita. Kita menghitung anggarannya dan kita tahu kita tidak bisa menyelesaikannya, tapi kita bergantung kepada Tuhan yang memberi kemampuan untuk kita bisa menyelesaikan. Tapi yang 10.000 harus diberikan dulu, apa pun yang ada pada kita diserahkan dulu. Jika kurang, Tuhan yang akan memenuhinya. Tapi banyak orang licik, artinya 10.000 yang kita miliki hanya kita kirim 2.000. Jadi sekarang Tuhan masih memberikan kepada kita pilihan. *Selagi kita masih memiliki jantung yang berdetak, nadi yang berdenyut, nafas yang mengembang di paru-paru kita, Tuhan memberikan kita pilihan.* Seberapa banyak porsi yang kita mau pilih? Mari kita memilih porsi sebanyak-banyaknya, porsi sebesar-besarnya, berapa pun harganya kita bayar selagi kita masih punya kesempatan, dan kita yakin Tuhan akan menolong kita membayarnya. Kita akan sangat menyesal kalau kita menutup mata dan kita tidak berani mempertaruhkan hidup kita tanpa batas untuk itu. Ini benar-benar membutuhkan langkah yang gila-gilaan, langkah yang nekat, langkah yang berani. Di tengah-tengah dunia yang tidak peduli Tuhan, di mana seakan-akan tidak ada untungnya mencari Tuhan, seakan-akan sama saja mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh dan yang tidak, namun kita memilih mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh. Kita merem, menutup mata jasmani supaya mata roh kita terbuka dan melihat Tuhan. Sebagaimana firman Tuhan katakan dalam 2 Korintus 5:7, “Hidup kita bukan hidup karena melihat, tapi karena percaya.” Sampai apa yang kita percayai itu menjadi nyata di mata kita, sampai kita tidak akan bisa menjelaskan kepada orang lain, dan orang tidak akan bisa mengerti mengapa kita memilih yang tidak kelihatan. Ironis, tidak semua orang Kristen memilih Tuhan. Banyak orang Kristen memilih dunia, mata mereka tidak mampu melihat Allah yang tidak kelihatan. Banyak aktivis gereja yang tidak memilih Tuhan, mereka boleh dan bisa datang ke gereja, aktif dalam kegiatan gereja, namun mata mereka tidak mampu menembus yang tidak kelihatan, invisible realm, kawasan yang tidak kelihatan, bahkan pendeta. *Kalau seorang percaya benar-benar mengenal Allah, menemukan Allah, dan melihat apa yang tidak terlihat oleh mata, dia pasti tidak akan mempertahankan apa pun yang dia miliki, dia akan menyerahkan semua untuk Tuhan.* Dan yang terutama adalah semua keinginannya, nafsu, hasrat, dan cita-cita disalibkan. Kita berhenti dari segala keinginan, apa pun. Itu yang Tuhan ajarkan, sampai kita berkata, "Tuhan, aku mau namaku tertulis di dalam hati-Mu, dan Engkau tinggal di dalamku.” Kalau kita tidak mulai sekarang sungguh-sungguh, kita tidak akan sanggup. Ibarat hati atau sesuatu sudah banyak lubangnya, banyak bocornya, kita tidak sanggup mencintai Tuhan dengan utuh karena sudah terlalu rusak komponen hati kita. Maka, sebelum kerusakan itu terjadi dalam hidup kita, sebelum parah dan tidak bisa diperbaiki sama sekali, kita harus membawanya kepada Tuhan. *Kita harus memaksa diri untuk mencintai Tuhan, fokus kepada Tuhan, dan menjadikan Tuhan segalanya dalam hidup kita.* Betapa luar biasa kalau kita punya hati sampai pecah untuk Tuhan. Benar-benar kita tidak tertarik lagi dengan dunia. Kita hanya mau berurusan dengan Tuhan, sambil menanti komando apa yang Allah kehendaki untuk kita lakukan. Ini adalah peperangan rohani, ini adalah masalah Kerajaan Surga yang lebih besar dari masalah negara mana pun. Ini adalah masalah kekekalan di mana melibatkan malaikat-malaikat, penghuni surga, dan Allah sendiri. Maka, kesempatan yang luar biasa ini, jangan kita sia-siakan; mari kita memburu perkenanan Tuhan. Tuhan Yesus memberkati ????????????. ????????. ???????????????????????????? ???????????????????????????? KITA HARUS MEMAKSA DIRI UNTUK MENCINTAI TUHAN, FOKUS KEPADA TUHAN, DAN MENJADIKAN TUHAN SEGALANYA DALAM HIDUP KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 12 Juni 2024
2024-06-12 14:39:36

1 Raja-raja 8
2 Tawarikh 5

Card image
Truth Kids 11 Juni 2024 - HIDUP TERTIB
2024-06-11 12:54:10


1 Korintus 14:33 ”Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera.”

Dita adalah anak yang teratur. Saat malam hari, Dita menyusun buku pelajaran dan dirapikan di dalam tas sekolah. Saat di sekolah, "Dita, aku lupa bawa PR bahasa. Padahal nanti ada pelajarannya. Aduh, bagaimana, ya? Apa aku bilang ke bu guru kalau bukunya hilang, jadi aku pakai buku yang baru?" tanya Ani yang mulai panik. "Ani, tidak baik berbohong untuk menutupi kesalahan. Lebih baik kamu jujur saja. Kalau bu guru telepon ke rumah dan kamu jadi ketahuan, malah tambah masalah," nasihat Dita kepada Ani.

Sobat Kids, di atas adalah contoh cerita yang bisa terjadi di sekolah. Tentu saja kita semua berharap bisa seperti Dita yang taat kepada perintah Tuhan Yesus di mana pun kita berada. Baik di rumah, sekolah, tempat les, di mana pun. Saat Sobat Kids memilih untuk hidup teratur, bangun pagi, berdoa, melakukan kegiatan di sekolah, belajar di rumah, membaca Alkitab maka damai sejahtera Tuhan dilimpahkan kepada kalian. Dengan memiliki kehidupan yang tertib dan teratur, kalian akan terhindar dari kekacauan dan akan memiliki damai sejahtera.

Card image
Truth Junior 11 Juni 2024 - KEKACAUAN TIDAK MEMBAWA DAMAI
2024-06-11 12:51:11


1 Korintus 14:33
”Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera.”

Sobat Junior, ketika kalian belanja ke supermarket dan mau bayar ke kasir tapi kalian melihat kalau orang-orang tersebut tidak mengantri, teriak-teriak berkata, “Saya duluan, Saya duluan,” kalian damai tidak, melihat hal itu? Tentu itu membuat kalian kesal dan tidak damai sejahtera. Semua orang pasti mau di mana pun kita berada, harus tertib supaya teratur dan tidak ada kekacauan. Contohnya kalau orang yang sedang nonton konser, mereka tidak tertib. Apa yang akan terjadi? Tentu akan terjadi keributan, pertengkaran, dan sebagainya. Tentu hal tersebut tidak diinginkan oleh manusia. Apakah hanya manusia saja yang tidak ingin terjadinya kekacauan?

Tentu Tuhan juga tidak ingin adanya kekacauan. Tuhan mau kita semua merasakan damai sejahtera. Dalam ayat renungan hari ini, sudah dikatakan bahwa Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera. Jadi perlu diingat, ya, Sobat Junior bahwa Tuhan mau kita semua merasakan damai. Caranya, di mana pun kita berada, kita harus melakukan pekerjaan dengan tertib supaya tidak ada terjadi kekacauan. Contohnya di kelas, kalau guru lagi menjelaskan, kita tidak boleh ngobrol dengan teman. Itu akan membuat kelas ribut dan kita tidak menghormati guru yang sedang mengajar. Karena, kondisi yang tertib akan membawa damai dan tidak ada pertengkaran. Itulah yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan.

Card image
Truth Youth 11 Juni 2024 (English Version) - INGENUITY IN SINCERITY
2024-06-11 12:48:58


"Look, I am sending you out like sheep among wolves. Therefore be as shrewd as snakes and as innocent as doves." (Matthew 10:16)

Sometimes, a person, or even ourselves, finds themselves in an environment that doesn't have a positive impact on our well-being, whether physically or spiritually. Why is that? It's because we are in a bad or unhealthy environment.

For instance, if we're surrounded by heavy drinkers, we might automatically be influenced to become one ourselves. This is something we need to avoid. We need to be wise in handling everything if we find ourselves in an environment that has a negative influence.

We must remain sincere in our friendships but also wise in our relationships. Being wise doesn't mean being deceitful; rather, it means being able to discern who genuinely wants to be friends with us. Being wise doesn't equate to being dishonest. We need wisdom to see someone's sincerity, and we need sincerity to socialize with others.

Being wise doesn't mean taking advantage of a situation to harm our friends, but it means positioning ourselves and treating our friends well according to the situation. It requires reasoning, not just emotions. This is similar to what Jesus told his disciples when He sent them out.

WHAT TO DO:
1. Be wise in handling everything.
2. Remain sincere in friendships but require wisdom within them.
3. Be wise in positioning ourselves.

BIBLE MARATHON:
- Psalms 28-33

Card image
Truth Youth 11 Juni 2024 - KECERDIKAN DALAM KETULUSAN
2024-06-11 12:47:07


”Lihatlah Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” (Matius 10:16)

Terkadang seorang manusia atau kita sendiri sebagai manusia berada dalam lingkungan yang tidak bisa memberikan sebuah efek atau dampak yang baik bagi kesehatan tubuh kita. Entah, hal itu dalam hal jasmani atau rohani. Mengapa begitu? Hal ini disebabkan karena kita berada dalam lingkungan yang tidak baik atau buruk.

Misal, kita berada dalam lingkungan para pemabuk. Mungkin, secara otomatis kita akan terpengaruh untuk menjadi pemabuk. Hal ini yang perlu kita hindari. Hal ini yang perlu kita cerdik dalam mengatasi segala sesuatunya jika kita berada dalam lingkungan yang memberikan pengaruh buruk.

Kita harus tetap tulus dalam berteman, tetapi harus cerdik dalam hubungannya. Bukan artinya dengan kita cerdik, kita menjadi curang. Tetapi, dengan kita cerdik, kita bisa melihat siapa yang benar tulus untuk berteman dengan kita. Menjadi seseorang cerdik, bukan menjadi seseorang yang curang. Kita perlu cerdik untuk bisa melihat ketulusan seseorang, serta kita perlu tulus untuk bisa bersosialisasi dengan sesama kita.

Cerdik bukan artinya kita bisa mengambil sebuah kesempatan dalam kesempitan lalu merugikan teman-teman kita, tetapi cerdik yaitu kita bisa memosisikan diri kita dan memperlakukan teman kita dengan baik sesuai dengan situasi tersebut. Di sini membutuhkan hal yang masuk akal, bukan hanya tentang perasaan yang paling utama. Hal ini sama seperti yang disampaikan oleh Yesus kepada para muridnya pada saat mereka diutus.

WHAT TO DO:
1.Perlu kecerdikan dalam mengatasi segala sesuatunya.
2.Harus tetap tulus dalam berteman, tetapi memerlukan kecerdikan di dalamnya.
3.Cerdik saat kita bisa memosisikan diri kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mazmur 28-33

Card image
Renungan Pagi - 11 Juni 2024
2024-06-11 12:43:55


Kita bersyukur bukan sekedar karena berkat dan Tuhan menjawab doa-doa kita, tetapi bersyukur karena Tuhan hadir dalam hidup dan langkah kita. Mata jasmani tidak bisa melihat kehadiran Tuhan, tetapi roh yang peka akan merasakan kehadiran Tuhan.

"Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram." Sehingga di tengah masalah bagaimanapun kita tahu Allah berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah, dia menyelamatkan aku dan memberikan pembelaan kepadaku.
(Mazmur 16:8-9)

Card image
Quote Of The Day - 11 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-11 12:41:41


Orang yang mau menemukan dan menghidupkan Tuhan adalah orang yang tidak menghidupkan apa pun dan siapapun, termasuk dirinya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 11 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-11 12:40:44


Ketika kita mengenakan hidup Yesus, kita menjadi saksi hidup bagi dunia, menunjukkan kasih dan kebenaran-Nya.

Card image
THE MIND OF GOD - 11 Juni 2024
2024-06-11 12:38:22


In the order that God has established since creation, humans are given sovereignty. Of course, limited sovereignty means that humans can only determine their own fate, but cannot determine the fate of other people. But what is important here is that we must realize that God does not force humans to do anything. Even though something is good, it brings life, it brings prosperity to humans. This is actually an aspect that we view as honor and good news. Honor, meaning that our lives are not determined by an unclear destiny. The good news is that there is order in the world. But another terrible aspect is if someone does not choose what is right or allows their free rights to be controlled by other individuals; humans perish. So, in fact, humans, in their sovereignty, can choose and determine what is best or they can hand over their sovereignty to the powers of darkness who will determine their condition or fate. But we don't see this aspect because we don't choose it. What we choose is that in our sovereignty, we choose what is best for us. What is best for us? God. Because in the end humans only choose one of two options; God or Satan, the Kingdom of Heaven or the kingdom of the world.

But in reality, many people do not choose God. They feel they have chosen God, even though they haven't. If people choose God, there are stakes or consequences, a price we pay. And the price we have to pay is our entire life. It was not sounded and was not in the Old Testament. The Old Testament people could not meet God personally. They were merely a people, while the one who could meet God was the high priest, and that was once a year. Praise God, the curtain of the Temple was torn, signifying that humans could enter His Most Holy Place.

So in the New Testament we are no longer like the people in the Old Testament, but we become a royal priesthood. Justification by the blood of Jesus grants us access to meet God. But the consequence or price we have to pay is holiness. And that holiness involves our whole life without limits; including our thoughts. In Matthew 16 it says, "Get behind me, Satan! You do not have in mind the concerns of God, but merely human concerns." So what is in human minds, or what is not thought by God, is Satan. So far we have not dared to label it as such.

But God desires that what we think must be the same as what God thinks. If this were not the case, we would not obtain God. We will not have God and God cannot have us. So we must not have the concept that we are just congregation or lay people. Without realizing it, this idea has poisoned the minds of many Christians, creating a caste system of priests and laypeople. Suposedly, we are all a royal priesthood. Let us fill our souls with the thoughts of God. Because if it's not God's thoughts, then it's the devil's thoughts. Everything that is oriented towards this world and all its comforts is the mind of Satan. We used to be afraid to speak like this. We still want to live "normally." But the Bible firmly says so. Meanwhile, Satan also floods the minds of Christians with many contents that pollute the mind.

We cannot have God without perfect holiness. People cannot possess and be possessed by God if there are still worldly ties. We must be clean. The question is, who dares to enter this area? We answer, "I do," "we do." In our struggle to surrender our entire lives to possess and be possessed by God, we will surely know what pleases God and what does not. The Holy Spirit will certainly speak. But if a person no longer has the determination and intention to be possessed by and to possess God, he will constantly waver, continue to be chaotic. Until old age, they will say, "We are humans full of weaknesses and shortcomings. Hopefully, we will change later." In fact, he will not change.

We must change immediately. Why do we delay when we can do it now? Why don't we find out what God's plans have not been fulfilled in this world by believers? This is the movement of holiness; a movement to leave the world with all its pleasures. This is the highest movement, the ultimate movement. There is no movement more pinnacle than this; the holiness of life and our release from the bonds of worldly love. We have to do it seriously. For ultimately, as God's chosen people, we must choose: what God thinks or what humans think. And we choose what God thinks. So this movement involves all of us. This is not a problem with others, this is our problem with God, which ultimately will have an impact on others. Do not be afraid of losing your life, because Jesus said, "Whoever loses their life for My sake will find it." Actually, this is the same as a suicide movement; killing our flesh.

SO WHAT IS IN HUMAN MINDS, OR WHAT IS NOT THOUGHT BY GOD, IS SATAN.

Card image
PIKIRAN ALLAH - 11 Juni 2024
2024-06-11 12:30:29


Di dalam tatanan yang Tuhan telah tetapkan sejak penciptaan, manusia diberi kedaulatan. Tentu kedaulatan yang terbatas, artinya manusia hanya bisa menentukan nasibnya sendiri, tapi tidak bisa menentukan nasib orang lain. Bisa mempengaruhi, tapi tidak bisa menentukan. Tapi yang penting di sini yang kita harus sadari adalah Tuhan tidak memaksa manusia untuk melakukan sesuatu. Walaupun sesuatu itu baik, mendatangkan kehidupan, mendatangkan kemakmuran bagi manusia. Ini sebenarnya merupakan satu aspek yang kita pandang sebagai kehormatan dan kabar baik. Kehormatan, artinya hidup kita tidak ditentukan oleh takdir yang tidak jelas. Kabar baiknya adalah bahwa dunia ini ada tatanan.

Tetapi aspek lain yang mengerikan adalah kalau seseorang tidak memilih apa yang tepat atau membiarkan hak bebasnya dikuasai oleh oknum lain; manusia binasa. Jadi sebenarnya manusia di dalam kedaulatannya bisa memilih dan menentukan apa yang terbaik atau bisa menyerahkan kedaulatan itu kepada kuasa kegelapan yang nantinya menentukan keadaannya atau nasibnya. Tetapi kita tidak melihat aspek ini karena kita tidak memilih itu. Yang kita pilih adalah bahwa dalam kedaulatan kita, kita memilih apa yang terbaik bagi kita. Apa yang terbaik bagi kita? Tuhan. Sebab pada akhirnya manusia hanya memilih satu dari dua pilihan; Tuhan atau setan, Kerajaan Surga atau kerajaan dunia.

Namun kenyataannya, banyak orang tidak memilih Tuhan. Mereka merasa sudah memilih Tuhan, padahal tidak. Kalau orang memilih Tuhan, ada pertaruhan atau konsekuensi, harga yang kita bayar. Dan harga yang harus kita bayar adalah seluruh hidup kita. Itu tidak dibunyikan dan tidak ada di Perjanjian Lama. Umat Perjanjian Lama tidak bisa menemui Tuhan secara pribadi. Mereka hanya menjadi umat, sedangkan yang dapat menjumpai Tuhan adalah imam besar, itu pun setahun sekali. Puji Tuhan, tirai Bait Allah terbelah, yang merupakan tanda bahwa manusia bisa masuk ruang Maha Suci-Nya.

Maka di Perjanjian Baru kita tidak lagi menjadi seperti umat yang ada di Perjanjian Lama, tapi kita menjadi imamat-imamat yang rajani. Pembenaran oleh darah Yesus atas kita memberikan kita akses untuk menjumpai Allah. Tapi konsekuensinya atau harga yang harus kita bayar adalah kesucian. Dan kesucian itu melibatkan seluruh hidup kita tanpa batas; termasuk pikiran kita. Dalam Matius 16 dikatakan, “Enyahlah Iblis! Sebab kamu bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, tetapi apa yang dipikirkan manusia.” * Jadi apa yang dipikirkan manusia, atau yang bukan dipikirkan Allah, adalah Iblis. Selama ini kita tidak berani memberi label itu.

Tetapi Tuhan menghendaki supaya apa yang kita pikirkan, harus sama dengan apa yang Allah pikirkan. Jika tidak demikian, kita tidak akan memperoleh Tuhan. Kita tidak akan memiliki Tuhan dan Tuhan tidak dapat memiliki kita. Jadi kita tidak boleh memiliki konsep bahwa kita ini hanya umat atau awam. Tanpa sadar, hal ini telah meracuni pikiran banyak orang Kristen, sehingga ada kasta imam dan awam. Mestinya semua kita adalah imamat yang rajani. Mari kita memenuhi jiwa kita dengan pikiran Allah. Sebab jika bukan pikiran Allah, berarti itu pikiran Iblis. Semua yang berorientasi pada dunia ini dan segala kenyamanannya adalah pikiran setan. Kita dulu tidak berani bicara begini. Kita masih mau hidup “wajar.” Tapi Alkitab tegas berkata begitu. Sementara itu, setan juga membanjiri pikiran orang Kristen dengan banyak isian yang mencemari pikiran.

* Kita tidak bisa memiliki Tuhan tanpa kesucian yang sempurna. Tidak bisa orang memiliki dan dimiliki Tuhan jika masih ada ikatan-ikatan dunia. Harus bersih. Pertanyaannya, siapa yang berani masuk ke wilayah ini? Kita jawab, “saya”, “kita”. Di dalam perjuangan kita untuk menyerahkan segenap hidup, guna memiliki Tuhan dan dimiliki Tuhan, kita pasti akan tahu apa yang Tuhan tidak berkenan dan apa yang Tuhan berkenan. Roh Kudus pasti bicara. Tapi kalau orang sudah tidak memiliki tekad dan niat untuk dimiliki dan memiliki Tuhan, dia kabur terus, kacau terus. Sampai tua akan berkata, “Kita ini manusia yang penuh kelemahan dan kekurangan. Mudah-mudahan nanti kita berubah.” Sejatinya, dia tidak akan berubah.

Kita harus berubah secepatnya. Kenapa kita tunda kalau itu bisa kita kerjakan sekarang? Kenapa kita tidak mencari tahu apa rencana Allah yang belum digenapi di dunia ini oleh orang percaya? Inilah gerakan kesucian; gerakan meninggalkan dunia dengan segala kesenangannya. Ini gerakan tertinggi, gerakan puncak. * Tidak ada gerakan yang lebih puncak dari ini; kesucian hidup dan terlepasnya kita dari ikatan percintaan dunia. Harus kita kerjakan dengan serius. Sebab pada akhirnya sebagai umat pilihan kita harus memilih: apa yang dipikirkan Allah atau yang dipikirkan manusia. Dan kita memilih apa yang dipikirkan Allah. Jadi gerakan ini melibatkan kita semua. Ini bukan masalah dengan sesama, ini masalah kita dengan Tuhan, yang akhirnya memang akan berdampak terhadap sesama. Jangan takut kehilangan hidup, karena Yesus berkata, “Barangsiapa kehilangan nyawa karena Aku, ia akan memperoleh nyawa.” Sebenarnya ini sama dengan gerakan bunuh diri; membunuh kedagingan kita.

Tuhan Yesus memberkati
????????????. ????????. ???????????????????????????? ????????????????????????????

JADI APA YANG DIPIKIRKAN MANUSIA, ATAU YANG BUKAN DIPIKIRKAN ALLAH ADALAH IBLIS.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 Juni 2024
2024-06-11 05:32:06

1 Raja-raja 7

2 Tawarikh 4

Card image
Truth Kids 10 Juni 2024 - MENJAGA PERASAAN
2024-06-10 12:49:14


1 Kor. 12:25-26
"supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan. Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita."

Edo, ayahnya, dan penonton terkagum-kagum dan bertepuk tangan melihat gerakan sebuah robot cerdas di sebuah pameran robotik. Robot tersebut bisa melakukan gerakan menari dan bernyanyi, mirip sekali yang dilakukan manusia. Usai acara, Edo berkenalan dengan pencipta robot tersebut. Rupanya robot itu bisa melakukan semua atraksi tadi karena dikendalikan oleh penciptanya. Sebagai karya cipta, robot tidak memiliki kasih dan rasa peduli. Robot tidak bisa melakukan sesuatu secara langsung karena ia tidak memiliki perasaan.

Berbeda dengan robot, manusia memiliki perasaan, keinginan, kasih, kecerdasan, karena manusia diciptakan segambar dengan Allah. Saat Sobat Kids memiliki belas kasih melihat teman yang lupa membawa bekal dan berbagi roti, membantu mama menyelesaikan pekerjaan rumah, atau membantu adik yang kesulitan, itu adalah kepedulian yang dimiliki anak-anak Allah. Yuk, latih pikiran, perasaan, dan kemauan yang Allah berikan pada kita, sehingga kita dapat menjaga kesatuan dalam keluarga kita. Dan dengan demikian, kita akan merasakan damai sejahtera dalam keluarga kita.

Card image
Truth Junior 10 Juni 2024 - SATU HATI
2024-06-10 12:47:24


1 Kor. 12:25-26
“supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan. Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita.”

Kemarin kita sudah belajar menjadi anak-anak yang membawa damai sejahtera. Sekarang Tuhan juga ingin kita ikut merangkul dan menolong sesama dalam suka maupun duka. Sebelum kita lanjut lebih dalam tentang firman hari ini, siapa yang masih ingat lirik lagu berikut ini; “Bergandengan tangan dalam kasih dalam satu ......” Ayo, coba isi titik-titiknya apa, ya? Iya, jawabannya “hati;” dalam satu hati.

Melalui firman-Nya dalam 1 Korintus 12:25-26, kita diingatkan untuk saling memperhatikan, turut menderita, dan turut bersukacita. Hal tersebut kita dapat lakukan dalam keluarga kita di rumah, dalam keluarga seiman kita di gereja, bahkan dalam anggota sesama teman di kelas. Misalkan kita melihat adik sedang galau karena mendapat nilai jelek pada ulangan agama, maka sebagai kakak, apakah yang harus dilakukan?

“Dalam satu hati” artinya sebagai kakak, harus menyemangati adik untuk belajar lebih giat. Bisa juga ditambah membaca firman Tuhan, tanya jawab tokoh Alkitab dan saling bercerita atau sharing bersama.

Alkitab juga berkata “turut menderita,” bukan hanya kita ikut sedih dengan sesama, melainkan juga memiliki satu perjuangan yang sama. Kita belajar untuk mengasihi dan peduli terhadap sesama. Jika ada teman yang sedang mengalami kesulitan, kita dapat menawarkan bantuan yang mampu kita berikan. Dengan demikian, kita dapat membawa damai sejahtera bagi orang-orang di sekitar kita.

Card image
Truth Youth 10 Juni 2024 (English Version) - JUDAS'S KISS
2024-06-10 12:43:42


"Wounds from a friend can be trusted, but an enemy multiplies kisses." (Proverbs 27:6)

We often hear the story of Judas Iscariot, the disciple who betrayed Jesus. And if we take the time to reflect, we often encounter "Judases" in our lives and surroundings. They appear to be good in front of us, but behind our backs, they do otherwise. We may feel the impact more when we are in the workplace or in organizations. Usually, those who are willing to do anything to climb the ladder may act sweet in front of us but badmouth us in front of our superiors, for example.

We often hear the story of Judas Iscariot, the disciple who betrayed Jesus. And if we take the time to reflect, we often encounter "Judases" in our lives and surroundings. They appear to be good in front of us, but behind our backs, they do otherwise. We may feel the impact more when we are in the workplace or in organizations. Usually, those who are willing to do anything to climb the ladder may act sweet in front of us but badmouth us in front of our superiors, for example. They may be good with words, but we are the type of people who are straightforward, honest, and uphold the values of truth. Thus, we can gently and lovingly correct our friends when they make mistakes. We should also be open to correction from our friends without getting offended or angry. Instead, we should be grateful to have friends who are honest and genuinely care for us. In today's world, which is increasingly wicked, it's hard to find good people. If we have a good inner circle, we must maintain our friendships well and continue to grow together.

WHAT TO DO:
Be brave enough to correct friends when they make mistakes.

BIBLE MARATHON:
- Psalms 22-27

Card image
Truth Youth 10 Juni 2024 - JUDAS'S KISS
2024-06-10 12:42:01


"Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah." (Amsal 27:6)

Kita pasti sering mendengar kisah Yudas Iskariot, murid Yesus yang mengkhianati Yesus. Dan kalau kita ambil waktu dan renungkan, kita pasti sering menemukan “Yudas-Yudas” dalam kehidupan dan lingkungan kita. Di depan kita seolah-olah baik, tapi di belakang kita berbuat hal yang lain. Mungkin kita akan lebih merasakan dampaknya saat kita sudah berada di lingkungan kerja dan keorganisasian. Biasanya mereka yang berani menghalalkan segala cara untuk mendapatkan pangkat, mereka bisa saja seolah-olah manis di depan kita, tapi menjelekkan kita di depan pimpinan kita, misalnya.

Kalau sebelumnya, kita sudah belajar untuk cermat dan berhikmat dalam memilih pertemanan, lalu kita pun belajar menjadi 'wadah' yang tenang dan teduh bagi sahabat kita, di sini kita pun belajar untuk tidak menjadi orang yang bermuka dua. Kalau kita betul menyayangi sahabat kita, kita gak hanya mendukung saat mereka mau dipromosikan oleh atasannya, tapi kita juga harus berani menegur saat mereka -misalnya- mau melakukan korupsi. Di situlah perbedaan kita dengan teman-teman yang lain. Di situlah teman kita bisa melihat pancaran Kristus dalam kehidupan kita. Mungkin kita tidak pandai berkata-kata manis, tapi kita tipe orang yang apa adanya, yang jujur, yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran. Sehingga kita pun bisa dengan santun dan dengan kasih saat ingin menegur teman kita yang berbuat salah. Saling mengingatkan, begitu pun sebaliknya, saat kita berbuat salah dan ditegur oleh teman kita, kita gak boleh tersinggung ataupun marah, kita malah seharusnya bersyukur memiliki teman-teman yang jujur dan yang sayang, tulus kepada kita. Dunia kita hari ini semakin jahat, semakin sulit untuk menemukan orang baik, kalau kita memiliki inner circle yang baik, kita harus menjaga pertemanan kita dengan baik dan semakin bertumbuh bersama.

WHAT TO DO:
Berani menegur teman yang berbuat salah.

BIBLE MARATHON:
▪︎Mazmur 22-27

Card image
Renungan Pagi - 10 Juni 2024
2024-06-10 12:38:29


Seorang kristen yang mempunyai hubungan yang baik dengan Tuhan akan diwujudnyatakan dengan manisnya hubungan dengan saudara-saudaranya yang ada, karena hubungan tersebut merupakan cerminan kasih kepada Tuhan.

Rasul Yohanes mengatakan; "Jikalau seorang berkata; "Aku mengasihi Allah", dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya." Melalui hubungan yang baik dengan sesama saudara, sebenarnya orang percaya sedang menampilkan sinar kasih Kristus.
(1 Yohanes 4:20)

Card image
Quote Of The Day - 10 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-10 12:32:59


Kalau kita tidak mendengar suara Roh Kudus, bagaimana kita bisa berkenan, sebab kehendak-Nya tidak diwakili oleh hukum tetapi oleh suara-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 10 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-10 12:23:15


Marilah kita berkomitmen untuk tidak berbuat dosa lagi, dan hidup dalam terang kasih Tuhan yang abadi. Biarlah hidup kita menjadi kesaksian yang hidup bagi dunia, menunjukkan bahwa dengan Tuhan, segala sesuatu adalah mungkin.

Card image
HONORING, BEING HONORED - 10 Juni 2024 (English Version)
2024-06-10 11:58:42


The Word of God says, "Those who honor God will be honored." God makes them honorable. Who are those who honor God? First, those who live blamelessly and without spot. When we sin, it means we do not honor God. Because when we do wrong, it is essentially an act of disrespect towards God. Therefore, in our heart's meditation, in our thoughts, there should be nothing that displeases God. To keep our hearts and minds clean, we must avoid watching or enjoying any shows or content that God does not want us to see. Such things corrupt our minds and souls.

Sometimes we are tempted to see this and that, but we have to remember that we can be influenced or carried away so that our thoughts become unclean, our feelings become unclean. That is disrespectful to God. This also includes vain words, vain speech, which does not honor God. Especially with actions, even more so. Let's ask forgiveness for all the sins we have committed and sin no more. That is an attitude of honoring God. Without holiness, we cannot be seen as people who honor God.

So people who do not live holy lives will not be worthy before God. This is not an easy thing, nor is it a simple thing. But it can't be helped, because God the Father said, "You shall be holy, for I am holy." In the Old Testament, every time God wanted to meet with His people, God said to His servants, "Sanctify My people." They could not, and indeed were not allowed to approach God in an unholy state.

Second, don't expect human help. When we are in trouble, in need, we think about someone and hope that person will help, meaning we insult God. It's as if God can't be expected. Don't glance at anyone when we are in trouble; look at God. It is better for us to fall apart than to hope for human help. Because if we hope for human help, what happens is that we do not honor God. We do not praise Him well. We cannot adore and worship God.

We cannot honor God properly if we hope for human help. We view and expect help from humans as an impurity. For the word of God says, "Cursed is the one who trusts in man." When we are in struggle, in heavy problems, we look to God. We learn to trust Him, knowing that He is the living God, the powerful God, and at the same time, the faithful God. The God who is supremely good. This is an extraordinary lesson God teaches us.

So don't open even the slightest gap to peek at humans. When we are in a dark room, all the doors are closed, close your eyes and look to God. Do not search for a gap, a hole, to peek through to see if there are humans or anyone who can help us in that dark room. The reality is that many of us are in such a dark room. Trust that the same God who brought great men like Moses, Joseph, and David in a dark room—a room where there is no hope, a room where there is no help—will do the same for us.

In such a place, we must patiently wait for God's help. We must wait patiently for God. Do not seek even the smallest gap, do not peek through even the smallest hole to find anyone who can help. We will not be able to adore God, praise God, worship Him, and we will not be able to honor God properly, if we hope for human help. Sometimes God wants to teach us to glorify and honor Him correctly by closing all doors. So, trust His Person and don't suspect God in the slightest.

Third, when we make God the only happiness; not one of them, but the only one! As the psalmist says, "Though my flesh and my heart may fail, God is the strength of my heart and my portion forever." Do not count anything as joy. Do not count anything as delight. Only God is our happiness. Thus, we will be directed to the new heaven and new earth, directed to longing for God, because He is our only joy. He is our only happiness. This way, we can say, "I adore You, my Lord. I adore You, my beloved Father. I worship You."

WITHOUT HOLINESS WE CANNOT BE SEEN AS PEOPLE WHO HONOR GOD.

Card image
MENGHORMATI, DIHORMATI - 10 Juni 2024
2024-06-10 11:56:16


Firman Tuhan mengatakan, “Orang yang menghormati Tuhan akan dihormati.” Allah membuat dia terhormat. Siapakah mereka yang menghormati Tuhan itu? Yang pertama, orang yang hidup tak bercacat, tak bercela. Ketika kita berbuat dosa, berarti kita tidak menghormati Allah. Sebab ketika kita melakukan kesalahan, sejatinya itu adalah sikap tidak menghormati Allah. Karenanya di dalam renungan hati kita, di dalam pikiran kita, tidak boleh ada sesuatu yang Tuhan tidak berkenan. Supaya hati, pikiran kita bersih, maka kita tidak boleh menonton, menyaksikan, menikmati tayangan atau tontonan apa pun yang Tuhan tidak menghendaki kita menyaksikan. Sebab hal itu merusak pikiran dan jiwa kita.

Kadang-kadang kita tergoda mau melihat ini dan itu, tapi kita harus ingat bahwa kita bisa terpengaruh atau terbawa sehingga pikiran menjadi tidak bersih, perasaan menjadi tidak bersih. Itu sudah merupakan sikap tidak menghormati Allah. Termasuk juga dengan perkataan yang sia-sia, ucapan yang sia-sia, itu tidak menghormati Allah. Apalagi dengan perbuatan, lebih lagi. Mari kita minta ampun atas semua dosa yang telah kita lakukan dan jangan berbuat dosa lagi. Itu sikap menghormati Allah. Tanpa kesucian kita tidak bisa dipandang sebagai orang yang menghormati Allah.

Maka orang yang tidak hidup suci, tidak akan layak di hadapan Tuhan. Ini bukan satu hal yang mudah, juga bukan satu hal yang sederhana. Tetapi tidak bisa tidak, karena Allah Bapa yang berkata, “Kuduslah kamu, sebab Aku Kudus.” Di Perjanjian Lama, setiap kali Allah mau bertemu dengan umat-Nya, Allah berkata kepada hamba-hamba-Nya, “Kuduskan umat-Ku.” Mereka tidak bisa dan memang tidak boleh menghampiri Allah dengan keadaan yang tidak kudus

Yang kedua, tidak berharap pertolongan manusia. Ketika kita di dalam persoalan, dalam masalah, dalam kebutuhan, kita memikirkan seseorang dan berharap orang itu menolong, berarti kita menghina Tuhan. Seakan-akan Tuhan tidak bisa diharapkan. Jangan melirik siapa pun ketika kita dalam kesulitan; pandang Tuhan. Lebih baik kita jatuh hancur daripada kita berharap pertolongan manusia. Sebab kalau kita berharap pertolongan manusia, maka yang terjadi adalah kita tidak menghormati Tuhan. Kita tidak memuji Dia dengan baik. Kita tidak bisa memuja dan menyembah Allah.

Kita tidak bisa menghormati Tuhan secara patut kalau kita berharap pertolongan manusia. Kita memandang dan mengharapkan pertolongan kepada manusia itu suatu kenajisan. Sebab firman Tuhan mengatakan, “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia.” Ketika kita ada di dalam pergumulan, di dalam persoalan berat, kita memandang Tuhan. Kita belajar mempercayai Dia, bahwa Allah yang hidup, Allah yang berkuasa dan sekaligus Allah yang setia. Allah yang Maha Baik. Pelajaran ini luar biasa Tuhan ajarkan kepada kita.

Maka jangan membuka celah sekecil apa pun untuk mengintip manusia. Ketika kita ada dalam ruangan gelap, semua pintu tertutup, tutup mata saja dan pandang Tuhan. Jangan mencari celah, lubang, untuk mengintip kalau-kalau ada manusia atau siapa pun yang menolong kita di ruang gelap itu. Kenyataannya banyak di antara kita yang sedang berada di ruangan gelap seperti ini. Percayalah, Tuhan yang telah membawa orang-orang besar seperti Musa, Yusuf, Daud di ruang gelap—ruangan di mana tidak ada pengharapan, ruangan di mana tidak ada pertolongan—demikian juga kita.

Di situ kita harus sabar menunggu pertolongan dari Tuhan. Harus sabar menantikan Tuhan. Jangan mencari celah sekecil apa pun, mengintip cari lubang sekecil apa pun untuk menangkap siapa-siapa yang bisa menolong. Kita tidak akan bisa memuja Tuhan, memuji Tuhan, menyembah Dia, dan tidak akan bisa menghormati Tuhan secara patut, kalau kita berharap pertolongan manusia. Kadang Tuhan mau mengajar kita untuk dapat memuliakan dan menghormati Dia dengan benar dengan membuat semua pintu tertutup. Maka, percayalah Pribadi-Nya dan jangan mencurigai Tuhan sekecil apa pun.

Yang ketiga, ketika kita menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kebahagiaan; bukan salah satunya, melainkan satu-satunya! Sebagaimana pemazmur katakan, “Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.” Jangan memperhitungkan apa pun sebagai kesenangan. Jangan memperhitungkan apa pun sebagai kesukaan. Hanya Tuhan kebahagiaan kita. Dengan demikian kita akan terarahkan ke langit baru bumi baru, terarahkan untuk merindukan Tuhan, karena hanya Dia kesukaan kita. Hanya Dia kebahagiaan kita. Dengan demikian kita bisa berkata, “I adore You, my Lord. I adore You my beloved Father. Aku memuja-Mu.”

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TANPA KESUCIAN KITA TIDAK BISA DIPANDANG SEBAGAI ORANG YANG MENGHORMATI ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 Juni 2024
2024-06-10 11:48:30

1 Raja-raja 5-6
2 Tawarikh 2-3

Card image
Truth Kids 09 Juni 2024 - TACA PEMBAWA DAMAI
2024-06-09 09:35:24


Matius 5:9
”Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.”

Namaku Taca, aku senang sekali setiap hari bisa masuk sekolah bersama teman-temanku. Setiap aku sekolah, mama pasti menyiapkan bekal makanan untuk aku makan di sekolah. Terkadang mama juga memberikan aku lebih banyak makanan agar bisa berbagi kepada temanku. Dan mamaku mengingatkan aku untuk tidak berantem dengan teman-temanku.

Suatu hari di sekolah, temanku, Hana, menangis sendirian di pojok kelas. Tidak ada teman yang menghibur dan menenangkan Hana. Aku mendatangi Hana lalu bertanya kenapa ia menangis. Jawabnya, "Aku menangis karena pensilku hilang. Itu pensil diberikan oleh mamaku sebagai hadiah ulang tahun." "Bagaimana kalau kita cari bersama-sama di kelas? Siapa tahu jatuh di dalam kelas," ucapku berusaha menenangkan Hana. Lalu kami mencari pensil itu bersama-sama. Hana tidak menangis lagi karena aku mau mendengarkan ceritanya. "Apakah ini pensilmu?" tanyaku sambil mengangkat sebuah pensil. "Iyaaa! Itu pensil aku, Taca! Wahhh, terima kasih banyak. Aku senang sekali bisa mendapatkan kembali pensilku," ujar Hana yang kembali ceria.

Sobat Kids, dari cerita Taca dan Hana, kita dapat belajar kalau Taca dapat menenangkan dan membuat Hana sukacita. Kita harus juga bisa membawa damai untuk orang-orang di sekitar kita. Tuhan akan senang saat kita membawa damai bagi orang lain.

Card image
Truth Junior 09 Juni 2024 - ANAK-ANAK ALLAH
2024-06-09 09:33:31


Matius 5:9
”Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.”

Siapa di antara Sobat Junior yang ingin disebut sebagai anak-anak Allah? Tentu kita semua ingin disebut sebagai anak-anak Allah, bukan? Tidak hanya kita merasa bangga memiliki Allah Bapa di surga, melainkan seharusnya Allah Bapa juga bangga memiliki kita sebagai anak-anak-Nya. Bagaimana caranya agar kita dapat disebut sebagai anak-anak Allah?

Firman Tuhan hari ini mengajarkan salah satu cara untuk disebut sebagai anak-anak Allah. Caranya adalah dengan menjadi orang yang membawa damai. Saat ada teman kita yang berselisih paham, janganlah kita menjadi orang yang menambah amarah di antara mereka berdua. Seharusnya kita berusaha mendamaikan teman-teman tersebut. Cari tahu apa yang menjadi penyebab perselisihan mereka. Coba bicarakan kepada mereka dengan baik-baik sehingga mereka dapat berdamai kembali.

_So_… Sobat Junior, untuk menjadi berkat atau sang pendamai bukan harus ikut pelayanan dulu dalam gereja. Kalian bisa lakukan ini sehari-hari di mana pun dan kapan pun. Sejak usia kalian sekarang ini, kalian dapat menjadi anak-anak Allah yang membuat Ia bangga. Selamat melayani perasaan Tuhan Allah, Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 09 Juni 2024 - SAFE SPACE
2024-06-09 09:29:37


”Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” (Amsal 17:17)

Apa yang menjadi safe space kita? Mungkin bisa tempat tidur kita, rumah kita, keluarga kita, pasangan kita, atau sahabat kita. Sebuah wadah atau seseorang yang kita bisa merasa nyaman dan aman jika kita berada di dekatnya. Kita bisa menjadi diri kita sendiri, tanpa jaga image tanpa berbasa-basi, tanpa banyak itu ini. Saat kita sedih kita bisa nyaman bercerita, saat kita melakukan kesalahan kita pun tidak enggan untuk bercerita. Pasti kita memiliki safe space secara fisik yang kita bisa lihat dan rasakan dalam kehidupan kita masing-masing.

Kita pun harus bisa menjadi safe space atau wadah yang meneduhkan dan menenangkan bagi orang sekitar kita. Memberikan waktu kita untuk mendengar keluh kesah sahabat atau keluarga kita. Di situlah bentuk pelayanan kita terhadap sesama, membawa damai dan membawa kebenaran di lingkungan kita. Mungkin kita bukan orang yang ikut pelayanan gereja, aktif berorganisasi dalam gereja, tapi kita tetap bisa kok melakukan pelayanan di lingkungan kita. Tuhan gak memandang pelayanan, sebatas pelayanan di gereja saja, bahkan di lingkungan kita bisa lebih efektif untuk melayani sesama kita. Tentu lebih kompleks, lebih banyak tantangan, tapi saat kita mau memberi diri, menyediakan waktu kita untuk melayani sesama, kita pun akan semakin bertumbuh dalam Tuhan. Kita bisa tahu, teman-teman mana saja yang betul-betul tulus dengan kita. Bagaimana cara tahunya? Perhatikan saja, saat kita kesusahan atau bersedih, teman mana yang tetap dekat kita dan mau merangkul kita, mereka bisa kita katakan safe space kita, sahabat sejati. Bukan teman yang ada pada saat kita happy-happy saja. Karena kita bisa menemukan itu di mana pun, semua orang suka saat situasi hidup di atas. Tapi gak semua orang mau ikut merasakan kesusahan bersama kita. Tapi ingat walaupun kita memiliki dan menjadi safe space bagi sesama, kita harus tetap mengutamakan satu-satunya safe space kita yaitu di hadirat Tuhan.

WHAT TO DO:
Memberi dan membiasakan diri menjadi tempat yang tenang dan teduh bagi sahabat.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mazmue 18-21

Card image
Renungan Pagi - 09 Juni 2024
2024-06-09 09:25:28


Orang malas pada akhirnya akan mengalami kekecewaan bahkan ujung dari kekecewaan itu menjadi kekecewaan pada Tuhan. "Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? "Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring" — maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata."

Kemalasan akan mendatangkan kemiskinan. Jadi jika hidupmu tidak berubah, tetap tinggal dalam kemiskinan, meskipun engkau hidup didalam Tuhan, periksalah dirimu, mungkin engkau adalah pemalas yang hanya menunggu berkat Tuhan dari belas kasihan orang, tidak mau bekerja dan tidak bertanggung jawab atas hidupmu. Jangan kita menjadi orang yang malas karena hanya akan memiskinkan diri sendiri dan kehidupan orang malas pasti akan menjauh dari Tuhan.
(Amsal 6:9-11)

Card image
Quote Of The Day - 09 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-09 09:23:17


Supaya kita melihat peluang-peluang besar untuk menyatu dengan Tuhan, menjadi kekasih Tuhan, maka kita akan dibawa ke gelombang-gelombang yang lebih tinggi, yang lebih radikal.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 09 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-09 09:21:34


Setiap kali kita memilih untuk tidak berbuat dosa, kita sedang mengatakan kepada Tuhan bahwa kita mengasihi-Nya lebih dari apa pun di dunia ini.

Card image
REGISTERING ONESELF - 09 Juni 2024 (English Version)
2024-06-09 09:19:31


Ezekiel 22:21-26 says, “I will gather you and blow on you with the fire of my wrath, and you shall be melted in its midst. As silver is melted in a furnace, so you shall be melted in its midst, and you shall know that I, the Lord, have poured out my wrath upon you.” Then the word of the Lord came to me: “Son of man, say to the land: You are a land that is not cleansed or rained upon in the day of indignation. Its princes in its midst are like roaring lions tearing the prey; they have devoured human lives; they have taken treasure and precious things; they have made many widows in its midst. Her priests have done violence to my law and have profaned my holy things. They have made no distinction between the holy and the common, neither have they taught the difference between the unclean and the clean, and they have disregarded my Sabbaths, so that I am profaned among them.”

These sentences are addressed to the chosen people, especially the city of Jerusalem which is the center of worship, the city which is a symbol of the unity of the Jewish people or a symbol of the unity of the chosen people in which there is also the temple of God which is a symbol of God's presence. If we read from verses 1-2, it is even more terrifying: “The word of the Lord came to me: 'O you, son of man, will you judge her? Will you judge this city of bloodshed? Then confront her with all her detestable practices.” This verse talks about the sin of idolatry, which is an abominable act, so God brought punishment by making Jerusalem or the chosen people a scorn for the nations and a mockery for all lands.

When we read these verses, we may think, what does it mean? Because it feels like we do not have sins that could bring about such wrath from God. We are indeed not perfect, but we do not commit offenses that deserve such wrath. But then, when we trace down to verse 30, it is written, “I looked for someone among them who would build up the wall or stand before me in the gap on behalf of the land so I would not have to destroy it, but I found no one.” God was looking for someone who could build the wall or stand in the gap before Him on behalf of the land. And as we know, later on, after 70 years, when Israel was in exile, there was a man named Nehemiah who risked his life for his nation, so Jerusalem could be rebuilt. Nehemiah stood before the king with a grim face that could have earned him the death penalty. But finally, by God's mercy, Nehemiah was able to return to Jerusalem and rebuild Jerusalem.

As we already know, and we have heard several times that a true Christian is a Christian who has God's standards, not human standards; because God's plan from the beginning was to prepare, design humans to be in His image and likeness. If the Lord Jesus saves mankind, it means that humans must be returned to God's original design. It must not be deviated; it must be returned to God's original plan, and God's original design is the perfect human face worn by Jesus.

Jesus is a perfect human, a man of God, He is not an ordinary human, He is the Man of God, He is a man who succeeded in achieving God's original design, namely in the image and likeness of God. That is why He is called the Firstborn among many brothers. And Jesus laid the foundation, namely that we must be perfect like the Father. That is the standard, because anything less than that, our Christianity is false. The true Christian is perfect like the Father. Now, we see how Christians today, we have never heard emphatically that they must be perfect like the Father, must be holy, blameless and spotless. Then there are compromises, leading Christians to conform to the world, whereas the Bible clearly states, "Do not be conformed to this world."

God is looking for who can build the wall and save the city, the wall of Christianity. So, why don't we really make our place a place where God ignites the biggest fire, visible to people to the ends of the earth? Let’s make the fire of God burn as bigger as possible, God's fire is present. However, we must not become arrogant. We wait on God. God is present with His wisdom, with His power, with His presence, with His miracles. If God is present, then wisdom, wisdom and miracles will definitely be presented by God.

Let us register ourselves to be the people God is looking for. Even if we cannot do anything, are nobodies, have nothing, let us still register ourselves, and God will surely enable us. We will not be able to look back if we reach this level. We do not worry about our own lives. We have many problems, but let us not be swept away by them. Let us say, “I register, Lord,” then God will make us extraordinary.

LET US REGISTER OURSELVES TO BE THE PEOPLE GOD IS LOOKING FOR. EVEN IF WE CANNOT DO ANYTHING, ARE NOBODIES, HAVE NOTHING, LET US STILL REGISTER OURSELVES, AND GOD WILL SURELY ENABLE US.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 Juni 2024
2024-06-09 09:16:05

Amsal 22-24

Card image
MENDAFTARKAN DIRI - 09 Juni 2024
2024-06-09 09:12:33


Yehezkiel 22:21-26 mengatakan, “Aku akan mengumpulkan kamu dan menyemburkan api kemurkaan-Ku kepadamu, sehingga kamu dilebur di dalamnya. Seperti perak dilebur dalam peleburan, begitulah kamu dilebur di dalamnya. Dan kamu akan mengetahui, bahwa Aku, Tuhan, yang mencurahkan amarah-Ku atasmu. Kemudian datanglah Firman Tuhan kepadaku: Hai anak manusia, katakanlah kepadanya: Engkau adalah tanah yang tidak menerima hujan, tidak mendapat air pada masa kegeraman yang pemimpin-pemimpinnya di tengah-tengahnya seperti singa yang mengaum, yang menerkam mangsanya; manusia ditelan, harta benda dan barang-barang yang berharga dirampas, janda-janda dibuat bertambah-tambah di tengah-tengahnya. Imam-imamnya memperkosa hukum Taurat-Ku dan menajiskan hal-hal yang kudus bagi-Ku, mereka tidak membedakan antara yang kudus dengan yang tidak kudus, tidak mengajarkan perbedaan yang najis dengan yang tahir, mereka menutup mata terhadap hari-hari Sabat-Ku. Demikianlah Aku dinajiskan di tengah-tengah mereka.”

Kalimat-kalimat ini ditujukan kepada umat pilihan, khususnya kota Yerusalem yang merupakan pusat ibadah, kota yang menjadi lambang persatuan bangsa Yahudi atau lambang persatuan umat pilihan yang di dalamnya juga ada bait Allah yang menjadi lambang kehadiran Allah. Kalau kita membaca dari ayat 1-2, lebih mengerikan: “Datanglah firman TUHAN kepadaku: "Hai engkau, anak manusia, maukah engkau menjatuhkan, ya, menjatuhkan hukuman atas kota yang penuh utang darah? Beritahukanlah kepadanya segala perbuatannya yang keji, …” Ayat ini bicara soal dosa berhala, yang merupakan perbuatan yang keji, sehingga Tuhan mendatangkan hukuman dengan menjadikan Yerusalem atau umat pilihan cercaan bagi bangsa-bangsa dan ejekan bagi semua negeri.

Ketika kita membaca ayat-ayat ini, kita mungkin berpikir, apa maksudnya? Karena rasanya kita tidak punya dosa yang sampai bisa mendatangkan murka Allah sedemikian ini. Kita memang tidak sempurna, tapi kita tidak melakukan kesalahan yang pantas menerima murka seperti ini. Tapi kemudian, ketika kita menelusuri sampai di ayat 30, tertulis, “Aku mencari di tengah-tengah mereka seorang yang hendak mendirikan tembok atau yang mempertahankan negeri itu di hadapan-Ku, supaya jangan Kumusnahkan, tetapi Aku tidak menemuinya.” Tuhan mencari orang yang bisa mendirikan tembok atau mempertahankan negeri itu. Dan sebagaimana kita ketahui, kemudian hari, setelah 70 tahun, bangsa Israel dibuang, ada seorang yang bernama Nehemia yang mempertaruhkan nyawa demi bangsanya, supaya Yerusalem dapat dibangun. Nehemia berdiri di hadapan raja dengan muka muram, yang bisa membuat dia dihukum mati. Namun akhirnya, oleh kemurahan Tuhan, Nehemia bisa kembali ke Yerusalem dan membangun Yerusalem.

Seperti yang telah kita ketahui, dan sudah beberapa kali kita mendengar bahwa Kristen yang sejati adalah Kristen yang berstandar Allah, bukan berstandar manusia; karena rancangan Allah sejak semula memang mempersiapkan, mendesain manusia untuk segambar dan serupa dengan Allah. Jika Tuhan Yesus menyelamatkan manusia, artinya memang manusia harus dikembalikan ke rancangan Allah semula. Jangan diselewengkan, harus dikembalikan ke rancangan Allah semula, dan rancangan Allah semula itu adalah wajah manusia sempurna yang dikenakan oleh Yesus.

Yesus adalah manusia sempurna, manusia Allah, Dia bukan manusia biasa, Dia manusia Allah, Man of God, Dialah manusia yang berhasil mencapai rancangan Allah semula, yaitu segambar dan serupa dengan Allah. Itulah sebabnya Dia dikatakan sebagai Yang Sulung di antara banyak saudara. Dan Yesus meletakkan landasannya, yaitu kita harus sempurna seperti Bapa. Itu standar, sebab kurang dari itu, palsu kekristenan kita. Kristen yang benar itu sempurna seperti Bapa. Sekarang, kita melihat bagaimana orang-orang Kristen hari ini, tidak pernah kita dengar dengan tegas bahwa harus sempurna seperti Bapa, harus kudus, tak bercacat tak bercela. Lalu ada kompromi-kompromi sehingga orang-orang Kristen melakukan konformisme; penyesuaian dengan dunia. Padahal Alkitab jelas berkata, "Jangan menjadi serupa dengan dunia ini."

Tuhan mencari siapa yang dapat membangun tembok dan menyelamatkan kota, tembok kekristenan. Maka, mengapa kita tidak sungguh-sungguh menjadikan tempat kita menjadi tempat di mana Tuhan menyalakan api sebesar-besarnya, yang bisa dilihat manusia sampai ke ujung bumi? Kita bakar sebesar-besarnya, api Tuhan hadir. Namun, jangan sampai kita sombong. Kita menantikan Tuhan. Tuhan hadir dengan hikmat-Nya, dengan kuasa-Nya, dengan kehadiran-Nya, dengan mukjizat-Nya. Kalau Allah hadir, maka hikmat, marifat, mukjizat akan pasti dihadirkan Tuhan.

Mari kita mendaftarkan diri untuk menjadi orang seperti yang Tuhan cari. Walau kita tidak bisa berbuat apa-apa, bukan siapa-siapa, tidak punya apa-apa, tapi kita mendaftarkan diri, dan Tuhan pasti akan sanggupkan kita. Kita tidak akan bisa menoleh ke belakang kalau sampai tingkat ini. Kita tidak memusingkan diri kita dengan kehidupan kita. Kita punya banyak masalah, namun jangan hanyut dengan masalah itu. Mari kita katakan, “Aku daftar, Tuhan,” maka Tuhan akan menjadikan kita luar biasa.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

WALAU KITA TIDAK BISA BERBUAT APA-APA, BUKAN SIAPA-SIAPA, TIDAK PUNYA APA-APA, TAPI KITA MENDAFTARKAN DIRI, DAN TUHAN PASTI AKAN SANGGUPKAN KITA.

Card image
Truth Kids 08 Juni 2024 - PENGHARAPAN KEPADA TUHAN
2024-06-08 15:11:44


Roma 15:13
"Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan."

Suatu ketika, Paulus dan Barnabas mengadakan perjalanan ke kota Listra. Mereka berkhotbah pada orang-orang Listra, seperti yang mereka lakukan di tempat lain. Suatu hari, ketika Paulus sedang berkhotbah, Tuhan memperlihatkan sesuatu. Seorang yang lumpuh kakinya sedang mendengarkan Paulus. Orang itu lumpuh sejak lahir. Paulus menyadari bahwa orang itu percaya Tuhan dapat menyembuhkannya. "Berdirilah tegak di atas kakimu!" kata Paulus dengan suara keras. Orang itu melakukan apa yang dikatakan Paulus. Dia melompat berdiri, lalu berjalan ke sana, ke mari. Betapa senangnya dia. Orang banyak melihat apa yang terjadi pada orang lumpuh itu. Mereka belum pernah melihat hal seperti itu. Mereka memutuskan bahwa Paulus dan Barnabas itu dewa. Mereka mulai menyembah Paulus dan Barnabas. Dengan cepat, Paulus dan Barnabas mengatakan kepada banyak orang, "Apa yang kalian lakukan? Kami ini bukan dewa. Kami manusia biasa seperti kalian. Kami ingin menceritakan kepada kalian tentang Tuhan yang benar. Tuhanlah yang menyembuhkan orang itu. Tuhan adalah sumber pengharapan bagi kita semua umat manusia."

Sobat Kids, berharaplah kepada Tuhan, sama seperti Paulus yang berharap kepada Tuhan. Dengan hanya berharap kepada Tuhan, kita akan menemukan damai sejahtera. Tuhan yang akan menjawab kebutuhan kita sesuai dengan waktu-Nya

Card image
Truth Junior 08 Juni 2024 - ALLAH PENGHARAPAN SATU-SATUNYA
2024-06-08 15:10:26


Roma 15:13
“Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan.”

Sobat Junior, renungan hari ini mengajarkan kepada kita semua untuk selalu berpengharapan kepada Tuhan saja, bukan kepada manusia. Dalam kitab Yeremia 17:5 tertulis, “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!”

Sobat Junior harus selalu ingat ayat firman Tuhan ini. Jangan seperti Budi yang menaruh harapannya kepada temannya. Budi selalu mendengarkan apa kata teman-temannya. Teman-temannya tahu kalau Budi memiliki sifat yang seperti itu. Mereka tidak segan-segan menipu Budi. Budi merasa dunianya hancur berantakan, seperti orang yang tidak memiliki arah tujuan yang jelas, padahal Budi memiliki banyak teman. Tapi mengapa Budi merasa hancur dalam hidupnya?? Karena Budi lupa, ia menaruh harapannya kepada manusia, bukan kepada Tuhan.

Suatu saat Budi teringat ayat firman Tuhan dari Yeremia 17:5. Budi bertobat dan datang kepada Tuhan. Ia pun menjadi rajin berdoa setiap pagi dan meminta pengertian kepada Tuhan supaya dapat memahami dan mengerti firman Tuhan yang dituliskan dalam Alkitab. Apakah Sobat Junior sudah melakukannya? Dengan kita selalu rajin doa pagi, bercakap-cakap dengan Tuhan, maka kita akan merasakan damai sejahtera dari Tuhan mengalir memenuhi hati kita. Walaupun Sobat Junior masih muda usianya, tetapi jangan menunda untuk membangun hubungan dengan Tuhan. Tuhan adalah pengharapan kita satu-satunya, karena memang hanya Tuhan yang dapat memberikan kelegaan, damai sejahtera, dan sukacita.

Card image
Truth Youth 08 Juni 2024 (English Version) - SHOW ME YOUR FRIENDS, AND I'LL SHOW YOU YOUR FUTURE
2024-06-08 14:58:34


"There are 'friends' who destroy each other, but a real friend sticks closer than a brother." (Proverbs 18:24)

Ever heard that who we hang out with will determine our future? Our surroundings, our inner circle, greatly influence our lives. A significant percentage of our character and habits are inevitably shaped by our environment and family. Just imagine, if every day we socialize and interact with people who like to break the rules, gradually we will normalize rule-breaking. What used to be unusual for us, like being late, eventually, because we're accustomed to friends who are often late, we'll say, "Ah, it's okay, just 30 minutes late." Whereas before, we highly valued time. This is just a small matter; imagine if we were influenced by bigger things.

We can be friends with anyone, but we must choose who our friends are, people we can trust, exchange thoughts with, people who are reliable. As Proverbs 18:24 says, there are friends who have a positive influence, and there are those who lead us astray. So how do we choose and discern? First and foremost, we must equip ourselves and fill our lives with the truth of God. Continuously filling our lives with truth, emulating the lifestyle of Jesus. So we know and gradually get used to living like Jesus. Thus, we know what is right and what is wrong, what we should do or not, and we develop sensitivity towards which friends are for us and which are not. Getting accustomed to what is right, namely God and His Kingdom. Therefore, we not only pay close attention to how we live but also to whom we associate with.

WHAT TO DO:

Be careful with whom we confide and exchange thoughts, filtering properly which friends can be trusted to become more like Christ.

BIBLE MARATHON:
- Psalms 9-17

Card image
Truth Youth 08 Juni 2024 - SHOW ME YOUR FRIENDS, AND I'LL SHOW YOU YOUR FUTURE
2024-06-08 14:54:17


”Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara.” (Amsal 18:24)

Pernah mendengar gak, dengan siapa kita berteman, akan menentukan masa depan kita. Lingkungan sekitar kita, inner circle kita akan sangat memengaruhi kehidupan kita. Berapa persen karakter dan kebiasaan kita pasti terpengaruh dari lingkungan dan keluarga. Bayangkan saja, jika setiap hari kita bergaul dan berinteraksi dengan orang yang suka melanggar aturan, lambat laun kita akan menormalisasi melanggar aturan. Yang dulunya kita gak biasa telat, lama-kelamaan karena terbiasa dengan teman yang suka telat, kita akan berkata,” Ah, gak apa-apa cuma telat 30 menit”. Padahal dulu, kita begitu menghargai waktu. Ini hanya perkara kecil, bayangkan jika kita terpengaruh hal-hal yang lebih besar.

Berteman boleh dengan siapa saja, tapi kita harus memilih siapa sahabat kita yang kita bisa percaya bisa bertukar pikiran, bisa dipercaya. Seperti yang Amsal 18:24 katakan, ada teman yang memberi pengaruh baik ada yang menjerumuskan. Lalu bagaimana kita bisa memilih dan memilah? Tentunya yang paling pertama, kita harus memperlengkapi diri kita dan memenuhi kehidupan kita dengan kebenaran Tuhan. Terus mengisi kehidupan kita dengan kebenaran, meneladani cara hidup Tuhan Yesus. Sehingga kita tahu dan lama-lama terbiasa mengenakan cara hidup Yesus. Sehingga kita tahu, yang mana yang benar dan yang mana yang salah, yang mana yang harus kita lakukan atau yang mana tidak, dan kita pun memiliki kepekaan terhadap sahabat mana yang untuk kita dan yang mana yang tidak. Membiasakan diri terhadap hal-hal yang benar, yaitu Tuhan dan Kerajaan-Nya. Oleh karena itu, kita gak hanya memerhatikan betul cara kita hidup, tapi kita juga harus memerhatikan betul dengan siapa kita bergaul.

WHAT TO DO:
Jangan sembarangan curhat dan bertukar pikiran, memfilter dengan betul teman mana yang bisa dipercaya untuk semakin serupa dengan Kristus.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mazmur 9-17

Card image
Renungan Pagi - 08 Juni 2024
2024-06-08 12:58:46


Iman dan ketangguhan adalah dua hal yang harus seimbang, kita harus memiliki iman yang teguh tetapi jiwa juga harus tangguh, ada banyak orang memiliki iman tetapi tetap menyerah pada dosa, memiliki iman tetapi tetap kecewa pada proses Tuhan, sehingga tidak pernah menang atas dosa dan pencobaan.
"Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran."

Orang yang lemah, tidak tangguh, sekalipun beriman, akan mudah menyerah pada dosa karena kecewa dan tubuhnya lemah. Sebab itu serahkan tubuh ini kepada Tuhan agar menjadi senjata untuk melakukan kebenaran, itulah sebabnya iman dan ketangguhan harus berjalan seiring bersama kekuatan Roh Kudus sehingga melihat kemenangan-kemenangan yang dahsyat, yang dikerjakan oleh Kuasa Tuhan melalui hidup kita. Jadi seharusnya kita memiliki iman dan ketangguhan untuk berjuang mengalahkan dosa dan pencobaan, juga tidak mudah menyerah, karena kita percaya adanya kepastian pembelaan Tuhan.
(Roma 6:13)

Card image
Quote Of The Day - 08 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-08 12:56:54


Adalah wajar kalau kita masih punya keinginan, tapi jangan turuti! Dan di situlah kita membuktikan siapa pilihan hidup kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 08 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-08 12:55:32


Ingatlah bahwa setiap dosa yang kita lakukan bukan hanya menyakiti diri kita sendiri, tetapi juga menyakiti hati Tuhan.

Card image
THERE ARE NO LIES - 08 Juni 2024 (English Version)
2024-06-08 12:54:14


The reality we face, the problems we encounter come one after another, as if God does not protect us, as if God does not provide a safety net, and we find ourselves in chaos, continuously in difficult circumstances. But it is in these moments that perseverance is needed. A situation where we are in a pinch, difficult, feel like we will be embarrassed, as if God really doesn't exist and isn't present, there we have to keep looking at God, without suspecting Him. As Abraham deserves to be called the father of believers, that is, when he had to offer up his son Isaac, there was no argument, no delay. God spoke, Abraham acted, without any suspicion at all, even though he had to cut up his son's body and burn it. That is why it is said in the book of James, "he became a friend of God," there is no suspicion at all.

The purpose of perseverance is not just to solve our problems in this life—whether it be problems of illness, economics, family, career, etc.— but in the end, perseverance builds friendship with God. There is no lie between us, no doubt between us and God, and that leads us to our eternal home. Our perseverance not only produces miracles, not only produces miraculous things in solving the world's mortal problems, but also establishes a harmonious alliance and relationship with God.

There are no lies, but there is sincerity, complete trust in God. There is no doubt, but there is a wholehearted and complete love. There is proper respect for God. There is true fear of fear of God, and that is preparation for entering the eternal home. The psalmist wrote, "My flesh and my heart may fail, but God is the strength of my heart and my portion forever. Whom have I in heaven but You? And earth has nothing I desire besides You."

In the midst of the chaos of this world, we want to separate from the world and draw closer to God. We may be like silly people, like failures in the eyes of the world, we run away to things that are worthless in the eyes of humans. We pass through narrow, lonely roads that people barely pass, but we do. Fewer and fewer people enter this road, but we choose this road. In the midst of the world of politics, in the midst of worldly things that are so turmoil, we separate ourselves to seek God, we direct ourselves into the Kingdom of Heaven. Meanwhile, God works on us with the complicated problems of life, which sometimes seems like God doesn't care about our problems, God doesn't give us a way out, there is no sign that He will open a way, but we still believe.

The issue is not merely that God resolves our temporary and mortal problems, but God wants to solve our inner problems, so that there are no lies in our hearts towards God. There are no lies, no doubts, but there is unanimous love, proper honor, and proper fear of God. We must view our problems as meaningless. Even if it seems like God is not helping, we can say, "Even if I have to fall, I fall into Your hands, I am broken in Your hands."

Even if we become unknown people, people who may be considered worthless, we draw close to the God of the universe. Our lives have value when we become friends of God. So, we must diligently seek God, and God works on us so that our inner selves are smells sweet to God, and God says, "This one is Mine, and is with Me in eternity." If our name is in the heart of the Father in heaven, it will be extraordinary. Consider this. It takes perseverance for that so that we reach God's presence.

We must dare to hold the principle that there is no place more noble, comfortable, safe, and happy than in the presence of God. Here, we understand why it is hard for rich people to enter heaven. Because they feel at home with wealth, with worldly glory and all its entertainment. While, it’s not about the amount of money, not the luxury of a house or vehicle or anything else, but only God who will be unmatched and indeed cannot be matched. It's not that being rich is forbidden, but it's difficult; it means one must strive harder to achieve what God desires.

A SITUATION WHERE WE ARE IN A PINCH, DIFFICULT, FEEL LIKE WE WILL BE EMBARRASSED, AS IF GOD REALLY DOESN'T EXIST AND ISN'T PRESENT, THERE WE HAVE TO KEEP LOOKING AT GOD, WITHOUT SUSPECTING HIM.

Card image
TIDAK ADA DUSTA - 08 Juni 2024
2024-06-08 12:52:10


Kenyataan yang kita hadapi, persoalan hidup yang kita hadapi silih berganti datang, seakan-akan Tuhan tidak memproteksi, seakan-akan Tuhan tidak memberi jaring pengaman, dan keadaan kita kalang-kabut, kita terus dalam keadaan sulit, tetapi di situ dibutuhkan ketekunan. Keadaan di mana kita terjepit, susah, rasanya akan dipermalukan, seakan Tuhan benar-benar tidak ada dan tidak hadir, di situ kita harus tetap memandang Tuhan, tanpa mencurigai-Nya. Seperti Abraham layak disebut sebagai bapak orang percaya, yaitu ketika dia harus mempersembahkan anaknya Ishak, tidak ada perbantahan, tidak ada penundaan. Allah bicara, Abraham bertindak, tanpa ada kecurigaan sama sekali, walaupun dia harus memotong-motong habis tubuh anaknya dan membakarnya. Itulah sebabnya dalam kitab Yakobus dikatakan, “ia menjadi sahabat Allah,” tidak ada kecurigaan sama sekali.

Tujuan ketekunan itu bukan sekadar agar masalah-masalah kita diselesaikan di dalam kehidupan ini—apakah itu masalah sakit-penyakit, ekonomi, keluarga, karier, dan lain-lain—melainkan pada akhirnya, ketekunan itu membangun persahabatan dengan Allah. Tidak ada dusta di antara kita, tidak ada keraguan antara kita dengan Allah, dan itu mengantar kita ke rumah abadi. Ketekunan kita bukan hanya menghasilkan mukjizat, bukan hanya menghasilkan perkara-perkara ajaib dalam menyelesaikan masalah-masalah fana dunia, melainkan menjalin persekutuan dan hubungan yang harmoni dengan Tuhan.

Tidak ada dusta, tapi ada ketulusan, kepercayaan sepenuh kepada Allah. Tidak ada keraguan, tapi ada cinta yang bulat dan utuh. Ada penghormatan yang sepantasnya kepada Allah. Ada takut yang benar kepada Allah, dan itu persiapan untuk masuk rumah abadi. Pemazmur telah menuliskannya, “Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batu dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya, sebab siapa ada padaku di surga selain Engkau? Hanya Engkau yang ada, karenanya Engkau yang kuingini.”

Di tengah-tengah kekacauan dunia ini, kita mau memisahkan dari dunia dan merapat kepada Allah. Kita mungkin seperti orang konyol, seperti orang gagal di mata dunia, kita melarikan diri kepada hal-hal yang tidak berharga di mata manusia. Kita melewati jalan sempit dan sepi yang orang nyaris tidak melaluinya, tapi kita melaluinya. Makin sedikit orang masuk jalan ini, tapi kita memilih jalan ini. Di tengah dunia politik, di tengah-tengah perkara-perkara dunia yang begitu gaduh, kita memisahkan diri untuk mencari Tuhan, kita mengarahkan diri kita ke dalam Kerajaan Surga. Dan sementara itu, Tuhan menggarap kita dengan persoalan-persoalan hidup yang rumit, yang kadang seakan Tuhan tidak peduli masalah kita, Tuhan tidak memberi jalan keluar, tak ada isyarat Dia akan buka jalan, tapi kita tetap percaya.

Masalahnya bukan sekadar Tuhan menyelesaikan problem-problem sementara, problem-problem fana kita, namun Tuhan mau menyelesaikan masalah batin kita, supaya tidak ada dusta di hati kita terhadap Tuhan. Tak ada dusta, tidak ada keraguan, namun yang ada adalah cinta yang bulat, kehormatan yang pantas, dan takut akan Allah yang pantas. Masalah-masalah kita harus kita pandang tidak ada artinya. Kalaupun seakan-akan Tuhan tidak menolong, kita bisa berkata, "Kalaupun aku harus jatuh, aku hancur di tangan-Mu, jatuh di tangan-Mu, dan hancur di tangan-Mu."

Sekalipun kita menjadi orang yang tidak dikenal, orang yang mungkin dianggap tidak bernilai, tapi kita merapat kepada Allah semesta alam. Hidup kita bernilai ketika kita menjadi sahabat Allah. Maka, kita harus tekun mencari Tuhan, dan Tuhan menggarap kita agar kita punya batin yang dicium Tuhan harum, dan Tuhan berkata, "Yang ini milik-Ku, dan bersama-Ku di kekekalan." Kalau sampai nama kita di hati Bapa di surga, luar biasa. Perkarakan ini. Butuh ketekunan untuk itu sehingga kita sampai hadirat Tuhan.

Kita harus berani berprinsip bahwa tidak ada tempat yang mulia, nyaman, aman, dan bahagia selain di hadirat Tuhan. Di sini, kita mengerti mengapa orang kaya sukar masuk surga. Sebab mereka betah dengan kekayaan, dengan kemuliaan dunia dan segala hiburannya. Padahal bukan banyaknya uang, bukan kemewahan rumah atau kendaraan atau apa pun, tapi hanya pada Tuhan yang tidak akan tertandingi, dan memang tidak akan bisa tertandingi. Bukan tidak boleh jadi orang kaya, namun sukar; artinya harus berjuang lebih keras untuk bisa mencapai apa yang Allah kehendaki.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEADAAN DI MANA KITA TERJEPIT, SUSAH, RASANYA AKAN DIPERMALUKAN, SEAKAN TUHAN BENAR-BENAR TIDAK ADA DAN TIDAK HADIR, DI SITU KITA HARUS TETAP MEMANDANG TUHAN, TANPA MENCURIGAINYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 Juni 2024
2024-06-08 12:33:27

Amsal 19-21

Card image
Truth Kids 07 Juni 2024 - JOJO DARI SEKOLAH PELANGI
2024-06-07 18:34:47


1 Petrus 3:9
"dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat."

Di Sekolah Pelangi, ada seorang anak bernama Jojo. Jojo memiliki banyak teman. Ia berteman dengan siapa saja. Jojo suka membagikan camilan yang dia miliki kepada teman-temannya. Pada suatu hari, Jojo bermain kejar-kejaran di lapangan. Suna tak sengaja menabrak Luna dari arah belakang, hingga kaki Luna terluka dan menangis keras. Saat itu Suna mengatakan, "Lunaaa...., bukan aku yang menabrakkamu, tetapi Jojo." Luna pun marah kepada Jojo, "Jojo, kenapa kamu menabrak aku? Kakiku jadi sakit karena jatuh!" Jojo menangis karena bukan dia yang menabrak Luna. Jojo tahu bahwa ia tidak salah. Tapi karena Jojo tidak mau bertengkar dengan temannya, Jojo memaafkan Suna yang berbohong. Beberapa hari kemudian, Suna mencari Jojo untuk meminta maaf karena tidak mengatakan yang sebenarnya, dan Jojo memaafkannya.

Sobat Kids, kita belajar dari Jojo ketika dia disakiti oleh temannya, dia tidak menyakiti balik temannya, bahkan Jojo memaafkan kesalahan temannya. Jadi Sobat Kids, saat kita disakiti oleh orang lain, kita tidak boleh membalasnya. Tuhan akan senang jika kita tidak membalas kejahatan orang lain.

Card image
Truth Junior 07 Juni 2024 - SABAR
2024-06-07 18:31:00


1 Petrus 3:9
“dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat.”

Di sebuah sekolah, ada seorang murid yang kesukaannya marah-marah dan tidak sabaran. Karena temperamennya tidak baik, maka teman-temannya segan bermain dengan dia. Mereka menjauhi anak ini, karena tidak nyaman kalau dia marah-marah dan tidak sabaran.

Jangan menunggu diri kita seperti anak itu, yang dijauhi oleh teman-temannya karena karakternya yang tidak baik. Tuhan Yesus berkata dalam kitab Kolose 3:13, “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.” Mari kita bersama-sama melakukannya dalam kehidupan sehari-hari, untuk selalu sabar dan jangan menyimpan dendam kepada teman-teman atau siapapun yang membuat hati kita kesal.

Apakah Sobat Junior sedang merasakan hal itu hari-hari ini: merasa kesal dalam hati kepada teman-teman atau saudara atau bahkan dengan orang tua Sobat Junior?

Mari datang kepada Tuhan dalam doa pribadi setiap hari, supaya Tuhan memberikan kekuatan kepada kita, dan hati kita dipenuhi oleh kasih Kristus. Dalam hadirat Tuhan ada damai sejahtera, kekuatan, kasih, sukacita, dan kesabaran untuk anak-anak-Nya. Kita harus lepaskan pengampunan dan sabar menjalaninya. Tuhan Yesus akan memberikan damai sejahtera-Nya ke dalam hati kita. Kita akan memiliki kekuatan untuk dapat melaluinya. Jangan mengandalkan kekuatan kita sendiri, tetapi andalkan Tuhan dalam segala hal. Mari Sobat Junior semangat ikut Tuhan, sampai orang lain dapat melihat Tuhan Yesus ada di dalam kita.

Card image
Truth Youth 07 Juni 2024 (English Version) - WATCH OUT OF YOUR LIFE!
2024-06-07 13:05:39


"Therefore, be very careful how you live—not as unwise but as wise, making the most of every opportunity because the days are evil." (Ephesians 5:15-16)

The first time I went to another country and visited a very crowded area frequented by foreign tourists, I was startled by a loud voice shouting, "WATCH OUT!" At that moment, I paused in front of a store and looked around, wondering, "What's going on?" A shopkeeper tried to explain to me, perhaps seeing my confusion. He said that along this busy street, pickpocketing or phone snatching by criminals often occurs. Therefore, there's always someone shouting occasionally when the situation is extremely crowded to alert people to be vigilant of their surroundings. As a result of that incident, every time I'm in a crowded place, I always learn to be self-aware and alert to my surroundings.

Similarly, in our Christian walk, we should also be very careful. We need to be alert to things that may affect us. Is our life pleasing to God? Ephesians 5:15-16 says that we need to pay attention to how we live, not as unwise but as wise. This word of God jolts us to continually learn to live a life pleasing to God. It means not repeating the same sin when we have committed to repent. When we keep committing the same sin, then we are like fools.

What should we do to remain wise? Accept input, criticism, and advice about ourselves. Often, we do not realize that our behavior and words hurt many people. Not only should we accept criticism and advice, but we should also be willing to learn to change for the better every day. The mark of a wise person is also considering before acting or thinking first before acting, tending not to be impulsive. Learning to be wise does not necessarily require waiting for old age to come but can be started as early as possible. Let our lives continue to be matured by the truth of God's word, which is like a double-edged sword, so that we may be wiser in navigating our daily lives. May the Lord Jesus help us all.

WHAT TO DO:
1. Start the day by thinking before acting.
2. Learn to live like a wise person, considering our words and actions towards others.
3. Learn to accept input, advice, and criticism from others and change what is not good.
4. Pray and build a relationship with God through reading His word so that we become more sensitive to God's will in our lives.

BIBLE MARATHON:
- Psalms 1-8

Card image
Truth Youth 07 Juni 2024 - WATCH OUT OF YOUR LIFE!
2024-06-07 13:03:10


"Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif." (Efesus 5:15-16)

Ketika pertama kalinya saya pergi ke negara lain dan saya ke suatu daerah yang sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan mancanegara, saya dikejutkan oleh sebuah suara yang sangat besar “WATCH OUT!” Saat itu, saya berhenti sejenak di depan sebuah toko dan menatap ke sekeliling sambil bertanya di dalam hati “Ada apa ini ya?” Seorang pemilik toko mencoba menjelaskan kepada saya karena mungkin dia melihat saya bingung. Dia berkata bahwa di sepanjang jalan yang ramai ini sering terjadi pencopetan dompet atau handphone oleh pelaku kriminal. Oleh karena itu, biasanya ada saja orang yang selalu berteriak sesekali ketika situasi sangat amat ramai agar orang waspada dengan sekitarnya. Akibat kejadian itu, setiap kali berada di keramaian saya selalu belajar mawas diri dan waspada akan sekitar saya.

Demikian dengan hidup kita di dalam menjalani kekristenan, sudah seharusnya kita juga memperhatikan secara seksama. Kita perlu untuk waspada terhadap hal-hal yang mungkin bersinggungan dengan kita. Apakah hidup kita sudah berkenan kepada Allah? Efesus 5:15-16 mengatakan bahwa kita perlu memperhatikan bagaimana kita hidup, jangan seperti orang bebal melainkan seperti orang arif. Firman Tuhan tersebut menyentak kita bahwa kita harus terus belajar mengasah diri hidup berkenan kepada Allah. Tidak mengulangi dosa yang sama ketika kita sudah berkomitmen untuk bertobat. Ketika kita masih melakukan dosa yang sama, maka kita sama seperti orang bebal.

Apa yang perlu dilakukan agar tetap seperti orang arif Terimalah input, kritik, saran tentang diri kita. Sering kali kita tidak menyadari bahwa perilaku dan perkataan kita menyakiti banyak orang. tidak hanya kita menerima kritik dan saran, tapi kita juga mau belajar untuk berubah lebih baik lagi hari demi hari. Ciri orang arif juga selalu menimbang-nimbang sebelum bertindak atau berpikir dulu sebelum bertindak, cenderung tidak gegabah. Belajar menjadi orang arif tidak perlu menunggu usia yang semakin bertambah senja, tapi bisa kita mulai dari sedini mungkin. Biarlah hidup kita terus dimatangkan oleh kebenaran Firman Tuhan yang seperti pedang bermata dua sehingga kita lebih bijaksana dalam menjalani hari-hari kehidupan kita. Tuhan Yesus akan menolong kita semua.

WHAT TO DO:
1. Memulai hari dengan berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak
2. Belajar untuk hidup seperti orang arif yaitu menimbang-nimbang perkataan dan perbuatan kita kepada orang lain
3. Belajar menerima input, saran, kritik dari orang lain serta mengubah yang belum baik.
4. Berdoa dan jalin relasi dengan Tuhan melalui pembacaan firman Tuhan agar kita menjadi lebih peka akan kehendak Tuhan dalam hidup kita.

BIBLE MARATHON:
Mazmur 1 -8

Card image
Renungan Pagi - 07 Juni 2024
2024-06-07 13:00:20


Sadar atau tidak, kesalahan yang telah diperbuat akan membantu melihat dengan jelas, apa saja kelebihan dan kekurangan, kesalahan membuat kita mengetahui kelemahan dan sifat buruk yang harus diperbaiki. Dari kesalahan juga bisa menemukan potensi dan sisi lain dari diri sendiri, yang selama ini tak pernah kita sadari. Firman Tuhan-lah yang menjadi dasar ukuran untuk memperbaiki kesalahan dan hidup dalam kebenaran.

"Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik."

Belajar Kebenaran firman Tuhan dan menghidupinya, akan membuat kita semakin peka dengan kesalahan diri sendiri, jangan hanya menilai dan menghakimi orang lain saja. Firman Tuhan membuat kita bisa memahami seperti apa diri kita yang sebenarnya, dan akan semakin tahu apa pekerjaan baik menurut kehendak Tuhan, yang harus kita lakukan.
(2 Timotius 3:16-17)

Card image
Quote Of The Day - 07 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-07 12:56:49


Kalau kita serius berurusan dengan Allah, maka kita akan memiliki pengalaman-pengalaman baru yang tidak mungkin menjenuhkan karena Allah tidak terbatas.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 07 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-07 12:54:16


Tuhan melihat hati kita, dan Dia menghargai ketulusan lebih dari apa pun. Ketika kita datang ke hadapan-Nya dengan hati yang bersih, penyembahan kita akan menjadi aroma yang harum di hadapan-Nya.

Card image
MAXIMUM PERSEVERANCE - 07 Juni 2024 (English Version)
2024-06-07 12:50:58


One word we must embody is "perseverance, perseverance, and perseverance." To experience God and feel His presence in our lives requires maximum perseverance. We must have, or at least some of us understand, what perseverance means. When we desire something, we persevere. Whether in the world of education, where we not only want to graduate but strive to achieve the highest or best grades—especially in a competitive environment, competing with others, we are truly diligent, maximizing all abilities to achieve what we desire. Or if we are sick, we persevere in seeking treatment, are willing to change our lifestyle and eating habits, and persevere in doing whatever it takes for recovery, and so on.

For God, one's perseverance should be the highest, maximum perseverance. If we read the Bible, God does not easily reveal Himself to those He loves or His beloved. How long did it take Joseph to reach the highest level of being a friend of God who saved Egypt and his family in Canaan? How long did Moses have to be processed to become a trusted leader to bring the Israelites from Egypt to Canaan? Forty years in the wilderness of Midian.

Before David overthrew, and defeated Goliath, how long was he in the pasture interacting with the sheep, practicing to protect his flock at the risk of his life? Even that was not enough. After defeating Goliath, David had to enter the more painful wilderness school. Were Shadrach, Meshach, Abednego, and Daniel easily promoted? No, they had to go through years where they had to show their way of life as Jews that was different from other nations, from the way of life, the way of eating, and there were stakes there.

Like eagles, we must fly and not grow weary. We ask God to strengthen our spiritual wings and spread our spiritual wings to fly until we reach God's presence. We must continue to strive for holiness until we can fellowship with God, and the Father in heaven is pleased to place our names in His heart. There is no cheap price to be able to experience God. The Bible clearly shows this. So, do not feel that what we are doing is enough to experience God, it is not. If we have invested, risked our energy, thoughts, and time for God through prayer, fasting, and so on, but we feel that we have not yet experienced God to the fullest, don't be discouraged.

Honestly, many of us are still uncertain and doubtful; we are unsure whether God exists in our lives, or we think that we are not special people before God who can experience God in a powerful way in a powerful way like pastors or certain people. We might become discouraged and disheartened, thinking, "Indeed, my portion cannot be much." That is, we are deceived by our inner voice which is not from God. God wants to be experienced, as much as possible. But the person who can experience God as much as possible is the person who has the greatest self-capacity.

It is dangerous if a person does not have the capacity to experience God and then experiences Him, becoming arrogant. Even more terrifying is if they become manipulative, taking advantage of God, at the very least for personal pride. So we must persevere in seeking God. While we pray, we fast, we study God's word, God continues to work on our inner man, helping us to fully and wholeheartedly love Him. How can we develop an attitude of heart where we do not feel we own anything except God, reaching a level where our honor and glory are not found in anything or anyone, not in ourselves, but in God alone.

Honestly, this is not easy. It requires perseverance, studying the Word, praying, meeting God. There are many things that God works in and through our lives. Do not stop. We will continue to soar, we ask God to spread our wings, and we will keep flying. Don't get bored. There are certain times when we can feel an extraordinary visit from God, but there are certain times as if God is not present. God intentionally does this to test how earnestly we dare to wait for Him.

TO EXPERIENCE GOD, TO FEEL HIS PRESENCE IN OUR LIVES, REQUIRES MAXIMUM PERSEVERANCE.

Card image
KETEKUNAN MAKSIMAL - 07 Juni 2024
2024-06-07 12:48:52


  Satu kata ini harus kita miliki, yaitu "tekun, tekun, dan tekun.” Untuk mengalami Tuhan, merasakan kehadiran-Nya di dalam hidup kita, dibutuhkan ketekunan maksimal. Kita pasti pernah, atau paling tidak sebagian kita mengerti apa artinya tekun, ketika kita mengingini sesuatu, kita tekun. Apakah itu dalam dunia pendidikan, di mana kita bukan saja ingin lulus, melainkan ingin mencapai indeks prestasi yang tertinggi atau terbaik—apalagi kalau dalam suasana kompetisi, suasana bersaing dengan orang lain, kita betul-betul tekun, memaksimalkan semua kemampuan untuk mencapai apa yang kita ingini. Atau kalau kita sakit, maka kita tekun mencari pengobatan, bersedia mengubah pola hidup, pola makan, kita tekun melakukan apa pun demi kesembuhan dan lain sebagainya.

Harusnya untuk Tuhan, ketekunan seseorang haruslah ketekunan yang tertinggi, ketekunan yang maksimal. Kalau kita membaca Alkitab, Allah tidak mudah menyatakan diri kepada orang-orang yang dikasihi atau kekasih-kekasih Tuhan. Berapa lama Yusuf untuk bisa mencapai tingkat tertinggi menjadi sahabat Allah yang menyelamatkan Mesir dan keluarganya di Kanaan? Berapa lama Musa harus diproses untuk menjadi seorang pemimpin yang dipercayai membawa bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan? Empat puluh tahun di padang Midian.

Sebelum Daud menggulingkan, merobohkan Goliat, berapa lama ia ada di padang rumput bergaul dengan domba-domba, dan dia berlatih untuk bisa melindungi domba-domba peliharaan dengan mempertaruhkan nyawanya? Itu pun belum cukup. Ketika Goliat bisa ditumbangkan, Daud harus masuk sekolah padang gurun yang lebih menyakitkan. Apakah Sadrakh, Mesakh, Abednego, Daniel begitu mudah diangkat? Tidak, mereka harus melewati tahun-tahun di mana mereka harus menunjukkan cara hidup sebagai umat Yahudi yang berbeda dengan umat bangsa lain, dari cara hidup, cara makan, dan di situ ada pertaruhan.

Ibarat rajawali, kita harus terbang, dan jangan lelah. Kita minta Tuhan kuatkan sayap rohani kita dan memperlebar sayap rohani kita untuk terbang sampai kita mencapai hadirat Tuhan. Kita harus berjuang terus untuk memiliki kesucian, sampai kita bisa bersekutu dengan Tuhan dan Bapa di surga berkenan menaruh nama kita di hati-Nya. Tidak ada harga murah untuk bisa mengalami Tuhan. Alkitab jelas menunjukkan demikian. Jadi, jangan merasa bahwa apa yang kita lakukan ini sudah cukup untuk mengalami Tuhan, belum. Kalau kita sudah menginvestasikan, mempertaruhkan tenaga, pikiran, waktu untuk Tuhan dengan doa, puasa, dan lain-lain, tapi rasanya kita belum mengalami Tuhan secara maksimal, jangan kita menjadi tawar hati.

Jujur saja, masih banyak di antara kita yang masih gamang, belum menentu, belum tetap; Allah itu antara ada dan tidak ada di dalam hidup kita, atau kita menganggap bahwa kita bukan orang istimewa di hadapan Allah yang bisa mengalami Tuhan secara dahsyat seperti pendeta atau orang-orang tertentu. Kita mungkin menjadi kecut dan kecil hati, dan berpikir, "Memang bagianku tidak bisa banyak." Itu kita ditipu oleh suara hati kita yang bukan dari Tuhan. Tuhan mau dialami, Tuhan berkenan dialami sebanyak-banyaknya. Tetapi orang yang bisa mengalami Tuhan sebanyak-banyaknya adalah orang yang memiliki kapasitas diri sebesar-besarnya.

Bahaya kalau orang tidak punya kapasitas mengalami Tuhan, lalu dia mengalami Tuhan, dia menjadi sombong. Dan lebih mengerikan, kalau ia manipulatif, memanfaatkan Tuhan, paling tidak untuk kesombongan diri. Jadi kita harus tekun mencari Tuhan. Sementara kita berdoa, kita puasa, kita belajar firman Tuhan. Tuhan terus menggarap manusia batiniah kita, bagaimana kita bisa membulatkan hati mencintai Tuhan, hati yang utuh dan bulat mencintai Dia. Bagaimana kita bisa memiliki sikap hati di mana kita tidak merasa memiliki apa-apa kecuali Tuhan, di mana kita sampai pada level bahwa kehormatan dan kemuliaan kita tidak ada pada apa pun dan siapa pun, bukan pada diri kita sendiri, tetapi pada Tuhan saja.

Sejujurnya, itu tidak mudah. Dibutuhkan ketekunan, belajar firman, berdoa, bertemu Tuhan. Banyak hal yang Tuhan kerjakan di dalam dan melalui hidup kita. Jangan berhenti. Kita terus akan terbang, kita minta Tuhan kembangkan sayap kita, terus kita akan terbang. Jangan jenuh. Ada saat-saat tertentu di mana kita bisa merasakan lawatan Tuhan yang luar biasa, tapi ada saat-saat tertentu seakan-akan Tuhan tidak hadir. Tuhan sengaja membuat itu untuk menguji seberapa kita sungguh-sungguh berani menanti-nantikan Dia.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

UNTUK MENGALAMI TUHAN, MERASAKAN KEHADIRAN-NYA DI DALAM HIDUP KITA, DIBUTUHKAN KETEKUNAN MAKSIMAL.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 Juni 2024
2024-06-07 05:46:21

Amsal 16-18

Card image
Truth Kids 06 Juni 2024 - KITA SEMUA BERSAUDARA
2024-06-06 12:51:18


Roma 12:18
"Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!"

Sobat Kids, pernahkah kalian membayangkan bagaimana jadinya jika kalian hidup bermusuhan dengan tetangga-tetangga kalian? Wah, mungkin itu tidak menyenangkan, ya. Kita tidak bisa bermain bersama. Jika mengalami kesulitan, tidak ada orang dekat yang membantu. Jika bertemu pun mungkin tidak ada sapaan hangat atau senyum manis, bisa-bisa kita kena omelan walau kita tidak melakukan kesalahan. Ihh, menakutkan, bukan?

Sobat Kids, untuk itulah Tuhan mengajarkan kita untuk mengasihi sesama, bukan hanya sesama manusia dalam keluarga kita, melainkan juga orang lain yang tidak ada hubungan keluarga dengan kita. Tuhan ingin kita hidup damai dengan semua orang. Tuhan itu kasih, dan Tuhan mengasihi semua orang walaupun orang itu belum mengenal Tuhan Yesus. Untuk itu, kita sebagai anak-anak Allah harus mengasihi orang-orang lain yang ada di sekitar kita juga sehingga mereka dapat melihat kasih Tuhan lewat hidup kita dan mengenal Tuhan. Sobat Kids, ayo berjuang bersama untuk membagikan kasih Tuhan lewat teladan dari ucapan dan tindakan kita kepada orang lain, terutama yang belum mengenal Tuhan Yesus.

Card image
Truth Junior 06 Juni 2024 - HIDUP DAMAI
2024-06-06 12:50:02


Roma 12:18
“Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!”

Coba Sobat Junior jawab pertanyaan hari ini dalam hati masing-masing. Apakah Sobat Junior punya musuh? Hmmm… mungkin kalian sebenarnya tidak ingin punya musuh, tetapi ada saja teman di sekolah yang membuat kesal.

Dalam Alkitab, tertulis bahwa kita harus hidup dalam perdamaian dengan semua orang. Kita tidak boleh menganggap teman atau saudara kita itu sebagai musuh karena Tuhan Yesus mengajarkan kasih. Dan pastinya, kalau kita tidak mempunyai musuh, maka hidup kita akan merasakan damai sejahtera yang diberikan oleh Tuhan.

Sobat Junior masih ingat peristiwa Tuhan Yesus disalib, kan? Tuhan Yesus yang telah disiksa, dipukul, dicambuk, dan dipaku di atas kayu salib demi menebus dosa kita semua. Tuhan Yesus diperlakukan sangat kasar. Ia merasakan sakit yang begitu luar biasa, padahal Tuhan Yesus tidak melakukan dosa sama sekali. Sebenarnya Tuhan Yesus bisa saja berdoa kepada Allah Bapa untuk menghukum semua orang-orang yang telah berbuat jahat kepada diri-Nya. Namun, Tuhan Yesus tidak melakukan itu, tetapi Ia malah berseru kepada Bapa di sorga, “Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang telah mereka lakukan.” Sungguh teladan luar biasa yang harus kita contoh. Tuhan Yesus mengampuni orang-orang yang berbuat jahat kepada-Nya.

Kita harus belajar mengampuni dan ingat apa yang selalu Tuhan Yesus ajarkan yaitu kasih. Kasih yang selalu mendatangkan damai sejahtera dalam hidup kita. Kita harus selalu mengundang Tuhan Yesus dalam kehidupan kita, supaya ketika kita ingin marah atau kesal, Roh Kudus akan selalu mengingatkan kita untuk selalu berdamai dengan orang lain. Hidup kita harus menularkan damai sejahtera bagi orang lain, melalui kasih Yesus yang selalu ada di dalam kita.

Card image
Truth Youth 06 Juni 2024 (English Version) - SHARPER THEN DOUBLE-EDGED SWORD!
2024-06-06 12:47:19


"For the word of God is alive and active. Sharper than any double-edged sword, it penetrates even to dividing soul and spirit, joints and marrow; it judges the thoughts and attitudes of the heart." (Hebrews 4:12)

As I went to worship and listened to the word of God that day, I often found myself startled by the message brought by His servant. When I confirmed with my other friend, he also felt that the word "touched" his heart. It's not uncommon for many speakers, even in preparing the word of God, to say that they too were rebuked by the message they conveyed. I believe those reading this reflection have experienced something similar. The more we read and listen to the word of God, the more our hearts and minds are sensitized to discern truth. Indeed, the true word of God will provide understanding to us and will "pierce" the depths of our hearts for further purification.

As in Hebrews 4:12, where it is explained that the word of God is alive and powerful, sharper than any double-edged sword, capable of penetrating to divide soul and spirit, joints, and marrow, and able to judge the thoughts and attitudes of our hearts. The word of God always strengthens us and serves as a reminder for us to act carefully. It also purifies our conscience to discern what is pleasing and displeasing to God.

Not only should we read or hear it, but we must also live out the truth of God's word in our daily lives. We need to keep sharpening ourselves to discern what is right and wrong so that the word of God becomes a lamp for our paths. The word becomes sharp to make us more aligned with the will of God, not to make us stumble. Let's continue the process together and let's start the habit of reading the word of God every day.

WHAT TO DO:
1. Continuously absorb the truth of God's word so that we become more sensitive.
2. Whenever hearing or reading the word of God, take time to reflect.
3. Renew your nature and character when you feel "startled" by the word you hear or read because God loves us to change.

BIBLE MARATHON:
- Job 39-42

Card image
Truth Youth 06 Juni 2024 - SHARPER THEN DOUBLE-EDGED SWORD!
2024-06-06 12:27:56


”Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” (Ibrani 4:12)

Saat saya pergi beribadah dan mendengarkan firman Tuhan pada hari itu, tidak jarang saya tersentak dengan isi firman yang dibawakan oleh hamba-Nya. Ketika saya mengonfirmasi kepada teman saya yang lain, ia juga merasa firmannya “menyinggung” hatinya. Bahkan tidak jarang banyak pembicara pun dalam menyiapkan firman Tuhan mengatakan bahwa dia juga banyak ditegur melalui firman yang dibawakan. Saya meyakini teman-teman yang sedang membaca renungan ini pun pernah mengalami hal serupa. Semakin banyak kita membaca dan mendengarkan firman Tuhan, maka pastilah hati serta pikiran kita diberikan kepekaan untuk memilah sebuah kebenaran. Begitulah firman Tuhan yang benar akan memberikan pengertian kepada kita dan juga seperti “menusuk” kedalaman hati kita untuk terus dimurnikan.

Seperti dalam kitab Ibrani 4:12, di mana kita dijelaskan bahwa firman Allah itu hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata dua sehingga mampu menusuk dalam memisahkan jiwa dan roh, sendi, sumsum dan bahkan sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran kita. Firman Allah senantiasa meneguhkan kita bahkan menjadi pengingat agar kita dapat bertindak hati-hati. Firman itu juga semakin memurnikan nurani kita dalam membedakan mana hal yang berkenan dan tidak kepada Allah.

Tidak hanya sekadar dibaca atau didengar, lebih dari itu kita harus menjalankan kebenaran firman Tuhan dalam keseharian kita. Kita perlu terus diasah agar terus tajam dalam membedakan hal yang benar dan tidak sehingga firman Tuhan itu menjadi pelita bagi jalan-jalan kita. Firman itu menjadi tajam untuk membuat kita menjadi semakin serupa dengan kehendak Allah bukan untuk menjadikan kita jatuh. Selamat berproses bersama dan mari kita mulai kebiasaan untuk membaca firman Tuhan setiap hari.

WHAT TO DO:
1.Senantiasa menyerap kebenaran firman Tuhan sehingga kita menjadi lebih peka
2.Setiap kali mendengar atau membaca firman Tuhan, maka luangkan waktu untuk merenungkan
3.Perbarui sifat dan karakter ketika kita merasa “tersentak” oleh firman yang kita dengarkan atau baca karena Tuhan mengasihi kita untuk kita berubah.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ayub 39-42

Card image
Renungan Pagi - 06 Juni 2024
2024-06-06 12:25:52


Firman Tuhan telah menegaskan bahwa pencobaan-pencobaan yang kita alami adalah pencobaan biasa yang tidak melebihi kemampuan, namun seringkali pencobaan itu terjadi karena kita tidak jaga diri, karena punya ambisi-ambisi dan lebih mementingkan kesenangan diri sendiri yang akhirnya membuat kita semakin jauh dengan Tuhan.

"Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya."

Oleh karena itu, Tuhan menginginkan agar supaya kita sadar, supaya waspada dan menjaga diri dari berbagai godaan iblis yang senang mencobai kehidupan kita, karenanya hendaklah semakin hari semakin dekat dengan Tuhan, agar semakin hari semakin kuat.
(1 Korintus 10:13)

Card image
Quote Of The Day - 06 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-06 05:38:32


Banyak orang hanya membicarakan bahkan memikirkan Allah, tapi ia masih merasakan manisnya dunia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 06 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-06 05:36:26


Sebagai orang percaya, kita harus menyadari bahwa penyembahan sejati bukan hanya tentang tindakan fisik, tetapi juga tentang kondisi hati kita.

Card image
AS SOON AS POSSIBLE - 06 Juni 2024 (English Version)
2024-06-06 05:35:02


As ethical people, if we have debt, we want us to be able to pay that debt immediately. It feels like if we can't pay our debts or if we haven't returned the items we borrowed, we are not or are not calm. This is talking about debt or borrowing goods. When talking about certain goals or desires, people usually want what they aspire to to be achieved immediately, their desires to be achieved immediately, so that everything else becomes unimportant. So, what they see as valuable to themselves—whether it is a goal or a desire—they want to obtain it immediately. They strive not to delay it, as soon as possible.

Why don't we act like that to be God's favorite child? As soon as possible and it feels like our souls won't be at peace before we achieve or obtain it. For our truly serious reflection, when will we truly become God's children who are pleasing to Him? When? Are we still delaying? What should we achieve as soon as possible? Because facing God's judgment throne cannot be postponed, our hearts can stop beating at any time and we must face Him. So, why do we delay it? Why does it have to be later?

If there is sin, if there is a mistake, isn't Jesus' blood that washes it away? If we sin, we confess it, we ask for forgiveness and God surely forgives. Why don't we settle it immediately? Of course, after asking for forgiveness, we must truly leave the sin or anything that can hurt God's heart. Whoever we are, we can miss the mark. There are so many problems we face, so many needs that must be met, many heavy issues that often tempt us to focus on those needs or issues. We struggle, how can this need be met quickly? How can the problem we face be solved as soon as possible?

But we are not truly ambitious to achieve a life that is truly pleasing to God the Father as soon as possible, as quickly as possible. Praise God, today we are reminded. So now we want to make a decision, whatever happens, let it happen. Even if we have to fall, we fall into God's hands. But the important thing is how we can please Him. Falling here does not mean falling into sin, but falling into various problems and difficulties. So let it be, whatever happens; however, it does not mean we are irresponsible or careless. No matter what, what is clear is that we are in God's hands, because there is certainty there.

Therefore, the important thing is how we can become children of God who are pleasing to Him as soon as possible. Like a debt that must be paid. Indeed, God's word says in Romans 8, "We are debtors, not to live according to the flesh, but according to the Spirit." As pursuers of God, let's not delay this. Other things can be postponed or even canceled, it doesn't matter. But becoming children who are pleasing to God must not be delayed. Becoming children who are pleasing to God is absolute, more absolute than work, soul mate, children, offspring, house, car and all facilities. Being God’s beloved children is absolute, more absolute than anything, because, for us, God is everything. Serving God the Father and the Lord Jesus Christ is the only absolute.

How extraordinary it is if we become His favorite children, where our names are in God's heart. Ask God and make a case. The problem is, how can we have our names in God's heart? If we want our names to be in God's heart, then we must cast away all our life’s lovers. Honestly, sometimes we don't realize that we still have lovers, prides, pleasures, or hopes. As servants of God, we hope to have our own church building, a theological seminary, and so on, which turns out to be our ‘heart’s lovers.’ God doesn't want us to have any other longings. Our only longing should be for God.

Come on, let's strive to have our names in God's heart. If our names are in God's heart, then the names of the people we love will be carried there. This is amazing. And if we have a name in God's heart, it's like we have access to His heart, so we can understand what He plans for our lives. There's nothing we're worried about. We want to truly pursue God so that our names will be in God's heart. So, first, remember all lovers; let nothing and anyone be our lover. Second, don't feel like you have anything other than God. Honestly, we often feel like we still have something. In fact, when we feel like we don't own anything, in reality, we are free.

BEING GOD'S BELOVED CHILDREN IS ABSOLUTE, MORE ABSOLUTE THAN ANYTHING, BECAUSE FOR US, GOD IS EVERYTHING.

Card image
SESEGERA MUNGKIN - 06 Juni 2024
2024-06-06 05:23:50


Sebagai orang yang beretika, kalau kita punya utang, kita mau agar kita dapat segera membayar utang itu. Rasanya kalau belum bisa membayar utang atau kalau kita belum mengembalikan barang yang kita pinjam, kita tidak atau belum tenang. Ini bicara soal utang atau pinjam barang. Kalau bicara mengenai cita-cita atau keinginan tertentu, biasanya orang ingin apa yang dicita-citakan segera tercapai, keinginannya segera didapatkan, sehingga yang lain menjadi tidak penting. Jadi, apa yang dia pandang bernilai bagi dirinya—apakah itu cita-cita atau suatu keinginan—maka ia ingin segera diperoleh. Diusahakan tidak ditunda, segera.

Mengapa untuk menjadi anak kesukaan Allah kita tidak bersikap seperti itu? Sesegera mungkin dan rasanya jiwa kita tidak tenang sebelum kita capai atau kita peroleh. Menjadi renungan kita yang benar-benar serius, kapan kita sungguh-sungguh menjadi anak-anak Allah yang berkenan di hadapan-Nya? Kapan? Apakah kita masih menunda? Apa yang mestinya kita harus capai sesegera mungkin? Sebab menghadap tahkta pengadilan Allah itu tidak bisa ditunda, bisa setiap saat jantung kita berhenti berdetak dan kita harus menghadap. Jadi, mengapa kita tunda? Mengapa harus nanti?

Jika ada dosa, jika ada kesalahan, bukankah darah Yesus membasuh? Kalau kita berbuat dosa, kita mengakui dosa itu, kita minta ampun dan Tuhan pasti mengampuni. Mengapa tidak segera kita selesaikan? Tentu setelah kita minta ampun, kita harus benar-benar meninggalkan dosa tersebut atau hal yang dapat melukai hati Tuhan. Siapa pun kita, bisa meleset. Begitu banyak masalah yang kita hadapi, begitu banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, banyak persoalan berat di mana hal ini sering membuat kita tergoda untuk fokus terhadap kebutuhan atau persoalan-tersebut. Kita bergumul, bagaimana kebutuhan ini bisa selesai dalam waktu cepat? Bagaimana persoalan yang kita hadapi bisa selesai sesegera mungkin?

Tapi kita tidak sungguh-sungguh berambisi untuk mencapai kehidupan yang benar-benar berkenan kepada Allah Bapa sesegera mungkin, secepat-cepatnya. Puji Tuhan, hari ini kita diingatkan. Maka sekarang kita mau mengambil keputusan, apa pun yang terjadi, terjadilah. Kalaupun kita harus jatuh, kita jatuh di tangan Tuhan. Tetapi yang penting bagaimana kita berkenan kepada-Nya. Jatuh di sini bukan jatuh dalam dosa, melainkan jatuh dalam berbagai masalah dan kesulitan. Jadi mau jadi, jadilah; namun bukan berarti kita tidak bertanggung jawab dan asal-asalan. Entah bagaimana, tetapi yang jelas kita ada di tangan Tuhan, karena di situ ada kepastian.

Jadi, artinya yang penting bagaimana sesegera mungkin kita menjadi anak-anak Allah yang berkenan di hadapan Tuhan. Seperti utang yang harus kita bayar. Dan memang, firman Tuhan mengatakan dalam Roma 8, “Kita adalah orang-orang berutang, bukan untuk hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.” Kita sebagai pemburu Tuhan, ayo jangan tunda hal ini. Yang lain bisa ditunda, bahkan dibatalkan, terserah. Tapi kalau menjadi anak kesukaan Allah, jangan ditunda. Menjadi anak kesukaan Allah itu mutlak, lebih mutlak dari pekerjaan, jodoh, anak, keturunan, rumah, mobil, dan semua fasilitas. Menjadi anak kesukaan Allah mutlak, lebih mutlak dari apa pun, karena bagi kita Allah adalah segalanya. Melayani Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus merupakan kemutlakan satu-satunya.

Betapa luar biasa kalau kita menjadi anak kesukaan-Nya, di mana nama kita ada di hati Tuhan. Mintalah kepada Tuhan dan berperkaralah. Masalahnya, bagaimana kita bisa memiliki nama di hati Tuhan? Kalau kita mau nama kita ada di hati Tuhan, maka kita harus membuang semua kekasih hidup kita. Sejujurnya, kadang kita tidak sadar, kalau kita masih punya kekasih, kebanggaan, kesenangan, atau harapan-harapan. Sebagai seorang hamba Tuhan, kita berharap nanti punya gedung gereja sendiri, punya sekolah tinggi teologi, dan lain sebagainya, yang ternyata itu pun jadi ‘kekasih hati’ kita. Tuhan tidak ingin kita punya dambaan lain. Dambaan kita hanya Tuhan.

Mari, kita berjuang agar nama kita ada di hati Tuhan. Kalau nama kita ada di hati Tuhan, maka nama-nama orang yang kita kasihi akan ikut terbawa di situ. Ini luar biasa. Dan kalau kita punya nama di hati Tuhan, kita seperti punya akses masuk ke dalam hati-Nya, sehingga kita boleh mengerti apa yang Dia rencanakan dalam hidup kita. Tidak ada sesuatu yang kita khawatirkan. Kita mau sungguh-sungguh memburu Tuhan agar nama kita ada di hati Tuhan. Maka, yang pertama, tinggalkan semua kekasih; jangan ada apa pun dan siapa pun yang menjadi kekasih kita. Yang kedua, jangan merasa memiliki apa pun selain Tuhan. Sejujurnya, kita sering merasa masih memiliki sesuatu. Padahal ketika kita merasa tidak memiliki sesuatu, sejatinya, kita merdeka.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MENJADI ANAK KESUKAAN ALLAH MUTLAK, LEBIH MUTLAK DARI APA PUN, KARENA BAGI KITA ALLAH ADALAH SEGALANYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 Juni 2024
2024-06-06 05:19:23

Amsal 13-15

Card image
Truth Kids 05 Juni 2024 - AKUR DENGAN SAUDARA
2024-06-05 15:26:52


1 Petrus 3:8-9
"Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat."

Robert dan Rico adalah kakak beradik yang sering bertengkar. Apa pun bisa membuat mereka ribut. Bahkan mainan baru yang papa belikan sudah rusak, padahal belum seminggu dimainkan. Akibatnya, papa tidak mau lagi membelikan mainan untuk mereka.

Sobat Kids, kalau saja Rico dan Robert mau berbagi, mengalah dan mengasihi satu sama lain, semua akan merasa senang. Mama dan papa tidak perlu marah karena pusing melihat Robert dan Rico bertengkar. Dan mereka pun dapat bermain dengan mainan yang bagus, tidak rusak seperti sekarang. Yang terpenting, Tuhan akan sangat senang ketika kita bisa hidup rukun, akur, saling mengasihi dengan saudara kita. Akan ada berkat Allah; ada damai sejahtera dan sukacita dari surga untuk kita.

Makanya, siapa yang sampai sekarang masih suka bertengkar dengan saudaranya? Ayo, kita belajar mengalah, mengasihi, dan juga mengampuni saudara kita, ya. Dengan hidup rukun, kita akan menyenangkan hati Tuhan.

Card image
Truth Junior 05 Juni 2024 - SALING MENGASIHI
2024-06-05 15:21:20


1 Petrus 3:8-9
“Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat.”

Silvy adalah seorang murid kelas 5 SD. Silvy seorang anak yang cinta Tuhan, rajin Sekolah Minggu dan membaca Alkitab, serta memiliki waktu untuk merenungkan firman Tuhan setiap hari. Karena Silvy cinta Tuhan, maka Silvy mempunyai banyak teman di sekolah. Tetapi ada anak lain yang tidak suka kalau Silvy disenangi banyak teman-temannya. Lalu, dia merancangkan yang tidak baik kepada Silvy. Anak ini menyebarkan berita yang tidak benar tentang Silvy kepada teman-temannya. Silvy difitnah, dengan cerita kalau Silvy menyontek pada saat ulangan, padahal Silvy tidak pernah melakukan itu. Cerita yang tidak benar itu membuat teman-teman Silvy terkejut. Ada yang mulai berpikir kalau Silvy benar menyontek karena nilai tesnya selalu bagus.

Silvy sangat sedih dan marah karena temannya menyebarkan berita kebohongan. Dalam kekesalannya, Silvy teringat oleh apa yang pernah dia dengar di Sekolah Minggu dan dari Alkitab yang dia baca. Silvy ingat kalau sebagai anak Allah tidak boleh menyimpan dendam dan harus memaafkan. Ketika Silvy bertekad melakukan kebenaran firman Tuhan, hatinya dipenuhi oleh damai sejahtera. Silvy sudah tahu siapa teman yang menyebarkan berita bohong itu. Silvy menghampiri temannya dan mengajaknya bicara baik-baik.

Ketika Silvy bertemu dengan teman yang menyebarkan berita bohong, Silvy yang pertama meminta maaf kepada temannya itu. Temannya kebingungan mengapa Silvy yang meminta maaf, karena seharusnya dirinya yang minta maaf kepada Silvy atas cerita bohong yang dia sebarkan. Hati temannya tersentuh oleh kebaikan Silvy. Temannya turut merasakan damai sejahtera.

Keesokan harinya temannya itu melakukan klarifikasi dan meminta maaf kepada teman-teman yang lain karena sudah menyebarkan berita yang tidak benar. Silvy senang karena dirinya bisa melawan kejahatan dengan kebaikan, dan damai sejahtera selalu menyertai. Sobat Junior juga harus seperti itu, ya, selalu menghadirkan damai sejahtera di mana pun berada.

Card image
Truth Youth 05 Juni 2024 (English Version) - THE ONLY GOD
2024-06-05 15:16:12


"Jesus replied: 'Love the Lord your God with all your heart and with all your soul and with all your mind.'" (Matthew 22:37)

In the relationship between a father and his child, the child tends to expect love and affection from their father. Often overlooked is the fact that the child should also love their father in return. However, as time goes by, a good child will realize that as a child, they also need to love their parents as a form of reciprocal relationship. Similarly, in our relationship with God, we often demand that love is only one-way from God to us. Yet, we should also love God who has given His life for us. When God loves us and we also love Him, a healthy and intimate relationship is established on both sides.

In Matthew 22:37, we are reminded and invited to love the Lord God with all our heart, soul, and mind. The essence of this verse is to love God without limits, without negotiation, and without calculation. We are asked to love God with our entire lives because our lives belong to Him. There is no reason for us not to love Him. In times of falling, weakness, difficulty, and when we are truly down, we must still love Him with all our hearts because we belong to Him completely.

In our joys and sorrows, God always loves us faithfully. Therefore, we need to learn to love Him completely because in every season of our lives, He always shows His faithfulness and accompanies us. We are never abandoned by Him; instead, we are the ones who easily become disappointed and leave God. So how do we love God? Let's start with our daily activities, learning not to hurt others, living honestly, communicating with God in our prayers, relying on Him in all aspects of our lives, forgiving easily, acknowledging our mistakes, and correcting them. It's never too late; let's start turning around and loving Him with our whole lives. God bless you.

WHAT TO DO:
1. Reflect on our hearts until now, whether we have distanced ourselves from God or remained close.
2. Start learning to love God by practicing it towards others.
3. Begin building a positive relationship with God through prayer and communion with Him.
4. Let's learn to rely on God in every season of our lives.

BIBLE MARATHON:
- Job 35-38

Card image
Truth Youth 05 Juni 2024 - SATU-SATUNYA ALLAH
2024-06-05 15:14:07


Jawab Yesus kepadanya: ”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.” (Matius 22:37)

Dalam relasi antara ayah dengan anaknya, si anak cenderung mengharapkan kasih sayang dari ayahnya. Tanpa memikirkan sebaliknya, di mana anak juga sepatutnya mengasihi ayahnya. Namun seiring berjalannya waktu, si anak yang baik akan menyadari bahwa sebagai anak juga perlu mengasihi orang tua sebagai bentuk timbal balik relasi. Demikian juga di dalam relasi kita dengan Allah, sering kali kita menuntut bahwa kasih itu hanya satu arah dari Allah saja kepada kita. Padahal seharusnya kita juga perlu mengasihi Allah yang telah memberikan hidup-Nya bagi kita. Ketika Allah mengasihi kita dan kita juga mengasihi-Nya maka terjalin relasi yang sehat serta intim di kedua pihak.

Dalam Matius 22:37, kita diingatkan dan diajak untuk mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi. Inti dari ayat itu adalah mengasihi Tuhan tanpa batasan, tanpa negosiasi dan tanpa perhitungan. Kita diminta mengasihi Tuhan dengan keseluruhan hidup kita karena memang hidup kita ini adalah milik-Nya. Tidak ada alasan untuk kita tidak mengasihi Dia. Di saat kita jatuh, lemah, sulit dan benar-benar terpuruk kita harus tetap mengasihi Dia dengan sepenuh hati kita karena memang kita ini milik-Nya seutuhnya.

Di saat suka dan dukanya kita, Allah senantiasa setia mengasihi kita. Oleh karena itu, kita perlu belajar untuk mengasihi Dia seutuhnya karena di segala musim hidup kita, Dia selalu menyatakan kesetiaan dan penyertaan-Nya kepada kita. Tidak pernah kita ditinggalkan, sebaliknya kitalah yang mudah kecewa dan meninggalkan Allah. Lalu bagaimana caranya kita mengasihi Allah? Mulailah dari kegiatan kita sehari-hari, belajar untuk tidak menyakiti orang lain, hidup jujur, berkomunikasi dengan Allah dalam doa kita, mengandalkan Dia dalam segala perkara hidup kita, mudah mengampuni dan juga berani mengakui kesalahan kita serta memperbaikinya. Belum ada kata terlambat, ayo kita mulai berbalik dan mengasihi Dia sepenuh hidup kita. Tuhan Yesus memberkati.

WHAT TO DO:
1. Renungkanlah bagaimana hati kita selama ini, apakah menjauhi Allah atau tetap lekat?
2. Mulai belajar untuk mengasihi Allah dengan mempraktikkan kepada sesama
3. Mulai bangun relasi yang positif dengan Allah melalui berdoa dan bersekutu dengan Allah
4. Mari belajar mengandalkan Allah dalam segala musim hidup kita

BIBLE MARATHON:
▪︎Ayub 35-38

Card image
Renungan Pagi - 05 Juni 2024
2024-06-05 15:07:24


Seberat apapun pergumulan, kita harus punya tekad untuk terus maju dan tidak berhenti berjuang serta taat pada perintah Allah; Allah pasti akan menggenapi janji-Nya, karenanya kita harus memiliki kesabaran dan kesetiaan. Lewat berbagai pengalaman, bahkan pengalaman yang paling buruk sekalipun, sebenarnya Tuhan sedang melatih dan membentuk hidup kita untuk menjadi serupa dengan Dia.

"Ia mendidik kita supaya meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus." Pada prinsipnya, Tuhan selalu memberikan sesuatu yang bermanfaat buat orang-orang yang dikasihi-Nya, termasuk melalui pergumulan dan kekurangan.
(Titus 2:12-13)

Card image
Quote Of The Day - 05 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-05 15:02:59


Orang yang hidupnya gelap, tidak mungkin bisa jadi terang.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 05 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-05 13:37:38


Ketika kita merasa tak layak, di situlah kasih karunia Tuhan bekerja paling kuat. Dalam hadirat-Nya, kita menemukan pengampunan dan kasih yang menyembuhkan.

Card image
THE CUSTODIAN OF TRUTH - 05 Juni 2024 (English Version)
2024-06-05 12:38:08


In English, there is a word, "custodian," which means guardian. The custodian of truth. A custodian of truth is not just someone who preserves a teaching or doctrine and defends it at all costs. The custodian of truth guards the truth taught by the Lord Jesus, so that it is preserved forever and lived out in life. What the Lord Jesus taught is what the Lord Jesus put on when He lived on earth. What Jesus taught was also demonstrated by Jesus. So, there is unity in word and deed. Of course, measuring this is not easy, but clearly, the Gospel that Jesus taught will transform humans into great humans, noble humans. Unity of word, teaching, and deed.

In Luke 18:8, Jesus says, "When the Son of Man comes, will He find faith on the earth?" This verse shows how rare, almost non-existent, it is for believers to remain faithful. There is a kind of doubt there, uncertainty, and this is a warning to us that it is increasingly difficult for people to live in true faith, according to God's standards and measures. It is also a warning to us about the threats that cause many believers to fail to believe correctly. But God will definitely leave a remnant, the custodian of truth, those who guard and maintain the truth, marked by the unity of deeds and teachings, marked by the unity of deeds and teachings.

People can say anything about doctrine, they can argue anything about doctrine, but is the doctrine being taught demonstrated, translated into actions, expressed in behavior? So, actually, from one word from a person, we can already read whether this person is dignified or not. But this world is so dark, the standards of truth and holiness are increasingly unclear, making it truly chaotic. But we want to be still before God. We want to always be before God who will operate on us, dishonesty, insincerity, dirty conscience, operated on by God in His presence, when we have an encounter with Him. And that's where we will increasingly recognize the truth.

The Lord Jesus said, "If you are from God, you know whether My teaching comes from God or from the world." In these last days, there are false apostles, false prophets, false workers, no wonder because Satan can also disguise himself as an angel of light. Satan is the king of imitation. He studies church history, observes the dynamics of Christian life, follows doctrines and teachings, and tries to enter the midst of Christian fellowship communities, like a snake coiling in the middle of the Garden of Eden. Satan can also circle around church pulpits without realizing it. He is adept at creating the image of a pastor who is considered to have a good standard. He can create imitations of sincerity, humility, and firmness towards sin. So, without God, we cannot fight Satan.

But he cannot see what will happen; only God, who is transempirical, can. God guides us in His ways so that we do not sin, so that we do not make mistakes, so that we can be victorious. Therefore, we must truly find the true faith, understanding how to live as someone who preserves the truth—in other words, preserving the life of Jesus. The life of Jesus is a true portrait, but today it is falsified with various forgeries, only if we draw near to God, we meet God, we encounter the Holy Spirit, and we are guided by the Holy Spirit, then we can know the true nature, character, portrait of the inner face of Jesus correctly.

So, the guardian of truth does not defend one doctrine or one teaching, with various arguments, writings, books, etc., but rather the truth that is demonstrated; the unity of actions and words, the unity of actions and teachings, the unity of actions and doctrines. True teachings and true doctrine, must be able to be embodied, translated, expressed, manifested in behavior. This cannot be denied. We do not judge, but we discern spirits, we weigh them.We want to be the custodian of truth, the guardian of truth. We do not dare to claim that we are the most righteous, but we are serious about maintaining the truth, translating the truth in our lives, preserving the life of Jesus, what He taught and put on.

That's why we have to sit quietly at God's feet to hunt God or seek God. The search for God will not be in vain. Every time we seek God and find God, we are reflecting in a mirror where our soul and spirit with all consciousness are illuminated by the Holy Spirit. In looking in the mirror we will find whether we have a life that is in harmony or in accordance with God's will or not. Don't have another space, our spce is only God's space. Until the time comes when we can say, "God, my only business is You. I only want to take care of You, Lord, take care of Your feelings, take care of Your service. I have no other business apart from You. And whatever I do must be related to my business with You."

PEOPLE CAN SAY ANYTHING ABOUT DOCTRINE, THEY CAN ARGUE ANYTHING ABOUT DOCTRINE, BUT IS THE DOCTRINE BEING TAUGHT DEMONSTRATED, TRANSLATED INTO ACTIONS, EXPRESSED IN BEHAVIOR?

Card image
PENJAGA KEBENARAN - 05 Juni 2024
2024-06-05 12:35:47


Dalam bahasa Inggris, ada satu kata, "custodian" yang artinya penjaga. The custodian of truth, penjaga kebenaran. Penjaga kebenaran bukan sekadar melestarikan suatu ajaran atau doktrin serta membelanya mati-matian. The custodian of truth menjaga kebenaran yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, supaya dilestarikan sampai selamanya, dan dihidupi di dalam kehidupan. Apa yang diajarkan Tuhan Yesus adalah apa yang dikenakan oleh Tuhan Yesus ketika Ia hidup di bumi. Apa yang diajarkan Yesus itu juga diperagakan oleh Yesus. Jadi, ada satu kata dan perbuatan. Tentu, mengukur ini tidak mudah, tapi yang jelas adalah Injil yang Yesus ajarkan itu akan mengubah manusia menjadi manusia yang agung, manusia yang mulia. Satunya kata, ajaran, dan perbuatan.

Di dalam Lukas 18:8, Yesus berkata, “Kalau anak manusia datang ke bumi, apakah Ia menjumpai iman di bumi?" Ayat itu menunjukkan betapa langkanya, bahkan hampir-hampir tidak ada orang percaya yang tetap setia. Ada semacam keraguan di situ, ketidakpastian, dan ini merupakan peringatan bagi kita bahwa makin sulit orang hidup dalam iman yang benar, sesuai dengan standar dan ukuran Tuhan. Sekaligus peringatan kepada kita adanya ancaman-ancaman yang membuat banyak orang percaya gagal beriman dengan benar. Tetapi Tuhan pasti menyisakan the custodian of truth, menyisakan orang-orang yang menjaga, memelihara kebenaran, yang ditandai dengan satunya perbuatan dan ajaran.

Orang bisa bicara apa pun tentang doktrin, orang bisa berargumentasi apa pun tentang doktrin, tetapi apakah doktrin yang diajarkan itu diperagakan, diterjemahkan dalam perbuatan, dibunyikan dalam perilaku? Jadi, sebenarnya dari satu perkataan orang, kita sudah bisa membaca apakah orang ini bermartabat atau tidak. Tapi saking gelapnya dunia ini, makin tidak jelasnya standar kebenaran dan kesucian, membuatnya benar-benar kacau. Tetapi kita mau teduh di hadapan Tuhan. Kita mau selalu ada di hadapan Tuhan yang akan mengoperasi diri kita, ketidakjujuran, ketidaktulusan, nurani yang kotor, dioperasi oleh Tuhan di dalam kehadiran-Nya, pada waktu kita memiliki perjumpaan dengan Dia. Dan di situlah kita akan makin mengenali kebenaran.

Tuhan Yesus berkata, "Kalau kamu dari Allah, kamu tahu, apakah ajaran-Ku datang dari Allah atau dari dunia?" Di akhir zaman ini, ada rasul-rasul palsu, nabi-nabi palsu, pekerja-pekerja palsu, tidak heran karena Iblis juga bisa menyamar sebagai malaikat terang. Iblis itu raja imitasi. Dia belajar sejarah gereja, dia lihat dinamika hidup orang Kristen, dia ikuti doktrin-doktrin dan ajaran-ajaran, dan dia mencoba untuk masuk di tengah-tengah komunitas persekutuan orang Kristen, seperti ular melingkar di tengah Taman Eden. Iblis pun juga bisa melingkar di mimbar-mimbar gereja tanpa disadari. Dia cakap membuat sosok pendeta yang dianggap berstandar baik. Dia bisa membuat imitasi ketulusan, kerendahan hati, ketegasan terhadap dosa. Jadi, kalau tidak dengan Tuhan, kita tidak bisa melawan Iblis.

Tapi dia tidak mampu melihat apa yang akan terjadi, yang bisa itu hanya Tuhan yang transempiris, dan Tuhan menuntun kita di jalan-jalan-Nya, agar kita tidak berbuat dosa, agar kita tidak berbuat salah, agar kita bisa menang. Jadi, kita harus sungguh-sungguh menemukan iman yang benar, bagaimana kehidupan sebagai seorang yang melestarikan kebenaran—dengan kalimat lain, melestarikan kehidupan Yesus. Kehidupan Yesus adalah potret yang benar, namun hari ini dipalsukan dengan berbagai pemalsuan, hanya kalau kita mendekat kepada Tuhan, kita bertemu Tuhan, kita bertemu Roh Kudus, kita dituntun Roh Kudus, baru kita bisa tahu bagaimana sosok, figur, potret dari wajah batiniah Yesus yang benar.

Jadi, penjaga kebenaran bukan membela satu doktrin atau satu ajaran, dengan berbagai argumentasi, tulisan, buku, dan lain-lain, melainkan kebenaran yang diperagakan; satunya perbuatan dan perkataan, satunya perbuatan dan ajaran, satunya perbuatan dan doktrin. Ajaran yang benar, doktrin yang benar, harus bisa diejawantahkan, diterjemahkan, diekspresikan, dibunyikan dalam perilaku. Ini tidak bisa dibantah. Kita tidak menghakimi, tapi kita membedakan roh, kita menimbang. Kita mau menjadi the custodian of truth, menjadi penjaga kebenaran. Kita tidak berani mengklaim diri kita paling benar, tapi kita serius mau menjaga kebenaran, menerjemahkan kebenaran dalam hidup kita, melestarikan kehidupan Yesus, apa yang diajarkan dan dikenakan.

Makanya kita harus banyak duduk diam di kaki Tuhan untuk memburu Tuhan atau mencari Tuhan. Pencarian akan Tuhan, tidak akan sia-sia. Setiap kali kita mencari Tuhan dan menemukan Tuhan, kita sedang bercermin di mana jiwa roh kita dengan seluruh kesadaran diterangi Roh Kudus. Dalam bercermin tersebut kita akan menemukan, apakah kita memiliki kehidupan yang selaras atau sesuai dengan kehendak Tuhan atau tidak. Jangan punya ruangan lain, ruangan kita hanya ruangan Tuhan. Yang sampai pada saatnya kita bisa berkata, "Tuhan, urusanku hanya Engkau. Aku hanya mau mengurus Engkau, Tuhan, mengurus perasaan-Mu, mengurus pelayanan-Mu. Aku tidak punya urusan lain selain Engkau. Dan apa pun yang kukerjakan harus terkait dengan urusan dengan Engkau."

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG BISA BICARA APA PUN TENTANG DOKTRIN, ORANG BISA BERARGUMENTASI APA PUN TENTANG DOKTRIN, TETAPI APAKAH DOKTRIN YANG DIAJARKAN ITU DIPERAGAKAN, DITERJEMAHKAN DALAM PERBUATAN, DIBUNYIKAN DALAM PERILAKU?

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 05 Juni 2024
2024-06-05 12:29:30

Amsal 10-12

Card image
Truth Kids 04 Juni 2024 - TETAP TAAT DAN TEKUN
2024-06-04 14:41:59


Yesaya 26:3
”Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.”

Saat menonton berita malam bersama papa, Felix melihat bahwa banyak orang di berbagai negara mengalami kesulitan keuangan. Karena merasa cemas, Felix bertanya pada papa, "Jika hal itu benar terjadi, bagaimana dengan keluarga kita, Pa?" Papa menjawab, "Kita harus tetap tekun. Papa dan mama akan tekun bekerja dan kamu tekunlah belajar. Yang penting, kita harus tetap taat pada Tuhan. Kita harus semakin dekat dengan Tuhan karena hanya dalam Tuhan ada berkat, damai sejahtera, dan perlindungan. Jadi, kita lakukan saja bagian kita. Sisanya, kita percayakan sepenuhnya pada Tuhan. Papa percaya, Tuhan pasti menyertai. Burung saja Tuhan pelihara, apalagi kita, anak-anak Allah."

Sobat Kids, kesulitan apa yang membuat kalian cemas dan takut saat ini? Ingat apa yang dikatakan oleh papanya Felix tadi. Walau ada ancaman kesulitan di depan, kita harus tetap tekun melakukan tugas kita. Kita juga harus terus berserah dan mendekat kepada Tuhan. Percayalah, Tuhan akan menolong kita di masa-masa sulit. Hewan-hewan dan tumbuhan liar saja dipelihara Tuhan, apalagi kita. Luar biasa, ya, Tuhan kita, Sobat Kids.

Card image
Truth Youth 04 Juni 2023 - SUMBER DAMAI
2024-06-04 14:33:42


Yesaya 26:3
”Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.”

Ada seorang anak bernama Ana yang memiliki sahabat kucing. Suatu hari, ketika sedang bermain di taman, Ana merasa sedih karena kucing kesayangannya, Whiskers, telah hilang. Ana mencoba mencari Whiskers di sekitar taman, tetapi tidak ketemu. Ana menjadi takut dan bingung, tidak tahu harus berbuat apa.

Tetapi Ana ingat cerita tentang Daud di Alkitab. Saat Daud akan menghadapi Goliat yang besar, tapi Daud tidak takut. Daud tahu bahwa Tuhan akan menjagainya, sehingga hatinya damai. Karena teringat cerita itu, Ana mau belajar percaya juga kepada Tuhan. Akhirnya Ana berdoa kepada Tuhan supaya ia tidak takut dan bingung. Supaya Tuhan menolong dan menjagai Ana, juga kucingnya.

Beberapa saat kemudian, ketika Ana masih berdoa, tiba-tiba dia mendengar suara kucing yang mengeong. Ana terkejut melihat Whiskers, kucingnya, muncul dari balik semak-semak. Whiskers sehat dan selamat! Ana merasa sangat senang dan berterima kasih kepada Tuhan karena telah menjawab doanya dan mengembalikan Whiskers kepadanya.

Dari pengalaman itu, Ana belajar kalau kita percaya kepada Tuhan, maka Tuhan akan menolong kita. Walaupun dalam keadaan yang susah, takut, dan bingung, kita bisa merasa tenang dan nyaman karena kita tahu Tuhan selalu bersama kita.

Ana kemudian menceritakan pengalamannya kepada teman-temannya di Sekolah Minggu, dan bersama-sama, mereka belajar untuk selalu mengandalkan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Dari hari itu, Ana menjadi lebih yakin bahwa Tuhan adalah sumber damai dan pertolongan.

Card image
Truth Youth 04 Juni 2024 (English Version) - UNTIL THE VERY END
2024-06-04 14:30:34


"I can do all this through him who gives me strength." (Philippians 4:13)

Indonesian society has been in a frenzy and football fever for the past few months. The qualification for the World Cup and the Asian Cup has been the main focus. Every eye is on the matches played by Indonesia. Each match played by our beloved national team makes the heart race and creates tension for those watching the game. Many in society don't have high hopes for the Garuda team in every match played by Indonesia.

In matches played by the Indonesian national team, they are often seen as underdogs and underestimated in every match. However, the effort put forth by the Indonesian national team in the Asian Cup must be acknowledged. Although it ended in the semifinals, the end of Indonesia's national team journey doesn't stop there; the players' struggle and spirit should serve as an example for all. From being underdogs, they showed courage and fought until the end. The Asian Cup became a benchmark and arena for uplifting the morale of every Indonesian player.

The struggle of the national team in this Asian Cup is not just about the results on paper but about the spirit, dedication, and resilience they showed on the field. Every player gave their best, inspiring the younger generation of Indonesia to never give up and keep fighting, no matter the obstacles. Although they didn't bring home the trophy, they won the hearts of millions of supporters nationwide. May this spirit continue to thrive and bring glory to the Indonesian national team in the future.

This struggle is similar to us as children of God. We must not stop and surrender to circumstances, and we should not care about what others say about us. Focus and perseverance are the keys for us to not stop and fight until the end. We should direct our lives not towards worldly things but towards eternity and live to please the heart of God.

WHAT TO DO:
1. Start thinking about what pleases God and not just ourselves.
2. Don't stop and surrender to the circumstances we experience.

BIBLE MARATHON:
- Job 31-34

Card image
Truth Youth 04 Juni 2024 - SAMPAI TITIK TERAKHIR
2024-06-04 14:28:00


”Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4:13)

Masyarakat Indonesia dalam beberapa bulan ini berada dalam euforia dan demam timnas sepakbola Indonesia. Kualifikasi Piala Dunia dan Piala Asia menjadi sorotan utama. Setiap mata tertuju pada pertandingan yang dimainkan oleh Indonesia. Pertandingan demi pertandingan yang dimainkan oleh timnas kesayangan kita membuat hati berdebar-debar dan menimbulkan ketegangan bagi yang menonton pertandingan tersebut. Banyak dari masyarakat tidak menaruh harapan yang banyak terhadap tim Garuda dalam setiap pertandingan yang dimainkan oleh Indonesia.

Dalam pertandingan yang dimainkan oleh timnas Indonesia, mereka sering dianggap sebagai tim yang tidak diunggulkan dan diremehkan di setiap laganya. Namun, perjuangan yang dilakukan oleh timnas Indonesia di Piala Asia harus diakui. Meskipun harus berakhir di babak semifinal, akhir dari perjalanan timnas Indonesia bukan saja berhenti di sana, tetapi perjuangan dan semangat pemain harus menjadi contoh bagi semua. Dari tim yang tidak diunggulkan, mereka menunjukkan keberanian dan berjuang sampai akhir. Piala Asia menjadi tolak ukur dan arena untuk membangkitkan mental dari setiap pemain Indonesia.

Perjuangan timnas di Piala Asia ini bukan hanya tentang hasil di atas kertas, tetapi tentang semangat, dedikasi, dan ketangguhan yang mereka tunjukkan di lapangan. Setiap pemain memberikan yang terbaik, menginspirasi generasi muda Indonesia untuk tidak pernah menyerah dan terus berjuang, apa pun rintangannya. Meskipun mereka tidak membawa pulang trofi, mereka telah memenangkan hati jutaan pendukung di seluruh negeri. Semoga semangat ini terus hidup dan membawa kejayaan bagi timnas Indonesia di masa depan.

Perjuangan ini sama dengan kita sebagai anak-anak Allah. Kita tidak boleh berhenti dan menyerah dengan keadaan dan kita tidak memikirkan apa yang orang lain katakan mengenai diri kita. Fokus dan terus berlari merupakan kunci untuk kita tidak berhenti dan berjuang sampai akhir. Kita harus arahkan hidup kita bukan kepada hal duniawi, tapi arahkan kepada kekekalan dan hidup untuk menyenangkan hati Tuhan.

WHAT TO DO:
1.Mulai memikirkan apa yang menjadi kesenangan Tuhan dan bukan kesenangan kita.
2.Jangan berhenti dan menyerah dengan keadaan yang kita alami

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ayub 31-34

Card image
Renungan Pagi - 04 Juni 2024
2024-06-04 14:20:58


Orang yang tinggi hati merasa dirinya yang paling hebat, merasa dirinya yang paling mampu dan paling sanggup, padahal sebenarnya orang yang tinggi hati menyebalkan orang, sebab orang yang tinggi hati, sifat dan karakternya serta perkataannya tidak menjadi berkat, justru menjengkelkan hati orang.

"Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman. Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan." Orang yang tinggi hati sebenarnya tidak sadar bahwa dia sebetulnya sudah sangat menyebalkan, karena itu jangan menjadi orang percaya yang sombong atau tinggi hati, karena itu adalah kekejian di mata Tuhan dan ujungnya adalah kehancuran.
(Amsal 16: 5,18)

Card image
Quote Of The Day - 04 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-04 14:19:03


Orang yang berkarakter buruk, tidak mungkin bisa menjadikan Tuhan sebagai kebahagiannya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 04 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-04 14:17:57


Kita harus berani berbeda dari dunia, mempertahankan integritas kita, dan menunjukkan kasih kepada sesama tanpa pamrih.

Card image
NOT A SIMPLE THING - 04 Juni 2024 (English Version)
2024-06-04 14:16:42


It is not a simple thing—meaning it is difficult, heavy, complex, and with a very high price—to bring God to life within our lives, to make God real in our lives. God belongs to all of us, and we belong to God. We must have optimism, the belief that we can experience God like God's lovers, the figures of faith in the Old Testament. Bringing God to life within our lives is not something simple; it is something heavy, complicated, and complex. It is certainly more complex than the struggles of earning a living, studying, building a career, finding a partner, starting a family, or anything else. If there is something more complex or complicated than seeking God, it means that God is less valuable compared to that thing.

Let us observe; there are times when a businessman is not seeking money, but money chases him, his income is so abundant. He just travels from one city to another. Making money is not complex for him, so in the end, money also becomes worthless to him. He can buy anything easily, and what he buys may not even be enjoyed by him. Unlike God. His complexity surpasses all complexities. People can pursue a career or earn a living half-heartedly, and they might still succeed by chance. But it is not the same with those who seek God. Those who seek God to find Him truly living in their lives must give up their entire lives for His sake.

Because those who want to find God and bring God to life are those who do not live for anyone or anything, not even themselves. People can think of something but not feel what they think. But God becomes the only object we truly encounter and feel. And if we seriously deal with God, we gain new experiences that we never thought of before. However, the experience with God is something real. We understand it when we go through that state or experience God and feel Him. And it continues step by step. We will never be bored or tired, and interestingly, it is always complex. From one complexity to the next, because God is limitless. When we say complexity, it does not mean it becomes so complicated that we cannot reach it.

So, when we diligently pray and have personal prayers, we are like entering a new territory or area that we have never thought of before. Therefore, how absurd it is if we only rationalize God and confine what we understand about God within the cage of books, scientific works, or journals. But that is what happens in many Theological Seminaries, which is a legacy passed down from generation to generation. The search for God in direct fellowship with Him must go hand in hand. If not, people do not feel God; they only think about God but feel the world. They are good at talking about God, and can do so extensively, but their hearts love the world, their hearts delight in praise.

Such people will surely not long for the New Jerusalem, will not long to meet God, because they only think about God but do not feel God. Because to feel God, we must experience Him. We learn the truth, feel that there are extraordinary things that make us feel like we have such profound knowledge, and then we feel that our salvation is of higher quality, even without daily encounters with God. We are grateful that God chastises us, for we are ashamed if we look back and realize how foolish we have been. But God, with His extraordinary patience, waits for us until we understand.

We learn the truth, but we can still have hobbies, still open up opportunities to enjoy the world. But today, we not only learn the truth, but we also pursue God, seek God, put to death all worldly desires, until finally, we declare the war drum. We want to enter the depths of God's ocean to obtain pearls that have never been revealed before, but we also want to bring God to life in our world today, where God is dead in the lives of many people, dead in churches.

IF THERE IS SOMETHING MORE COMPLEX OR COMPLICATED THAN SEEKING GOD, IT MEANS THAT GOD IS LESS VALUABLE COMPARED TO THAT THING.

Card image
BUKAN HAL YANG SEDERHANA - 04 Juni 2024
2024-06-04 12:41:25


Bukan hal yang sederhana—berarti hal yang sulit, yang berat, yang kompleks, dengan harga yang sangat mahal—untuk bisa menghidupkan Allah di dalam hidup kita, bagaimana Allah itu nyata di dalam hidup kita. Allah itu milik kita semua dan kita dimiliki oleh Allah. Kita harus memiliki optimisme, keyakinan bahwa kita bisa mengalami Allah seperti kekasih-kekasih Tuhan, tokoh-tokoh iman di Perjanjian Lama. Menghidupkan Allah di dalam hidup kita bukanlah sesuatu yang sederhana, ini sesuatu yang berat, yang rumit, yang kompleks. Pasti lebih kompleks dari pergumulan mencari nafkah, studi, karier, jodoh, berumah tangga, atau apa pun. Kalau sampai ada hal yang lebih kompleks atau lebih rumit dari hal mencari Tuhan, berarti Tuhan kurang berharga dibanding sesuatu tersebut.

Coba kita perhatikan, ada saat di mana seorang pengusaha bukan mencari uang, melainkan ia dikejar uang, penghasilannya begitu banyak. Dia hanya jalan-jalan dari satu kota ke kota yang lain. Hal mencari uang merupakan hal yang tidak kompleks baginya, sehingga akhirnya uang juga menjadi tidak berharga bagi dia. Dia bisa beli apa saja dengan mudah, dan barang yang dibeli belum tentu dia nikmati. Berbeda dengan Tuhan. Kompleksitasnya itu melampaui segala kompleksitas. Orang bisa berkarier atau mencari nafkah dengan setengah hati, namun masih untung-untungan dia berhasil. Tapi tidak demikian halnya dengan orang yang mencari Tuhan. Orang yang mencari Tuhan untuk menemukan Tuhan benar-benar hidup di dalam hidupnya, harus melepaskan seluruh kehidupannya demi Dia.

Sebab orang yang mau menemukan Tuhan dan menghidupkan Tuhan adalah orang yang tidak menghidupkan siapa pun dan apa pun, bahkan dirinya sendiri. Orang bisa memikirkan sesuatu, tapi tidak merasakan apa yang dia pikirkan. Tapi Tuhan menjadi satu-satunya objek yang sungguh-sungguh kita jumpai dan kita rasakan. Dan kalau kita serius berurusan dengan Tuhan, ada pengalaman-pengalaman baru yang kita peroleh yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. Namun, pengalaman dengan Tuhan ini, sesuatu yang nyata. Yang kita pahami ketika kita mengalami keadaan itu atau mengalami Tuhan dan merasakannya. Dan itu bertahap terus. Kita tidak akan pernah jenuh atau bosan, dan herannya, selalu kompleks. Dari satu kompleksitas ke kompleksitas berikut, karena Allah yang tidak terbatas. Kalau dikatakan kompleksitas, bukan berarti menjadi rumit sehingga kita tidak bisa menjangkaunya.

Jadi, ketika kita rajin berdoa dan punya doa pribadi,  kita seperti memasuki wilayah baru atau kawasan baru yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. Jadi, betapa konyolnya kalau kita hanya menalar Allah dan apa yang kita pahami tentang Allah itu kita kurung dalam sangkar yang namanya buku, karya ilmiah, atau jurnal. Tetapi itulah yang terjadi di banyak Sekolah Tinggi Teologi, yang merupakan warisan dari generasi ke generasi. Pencarian Tuhan dalam persekutuan langsung dengan Allah mesti jalan bersama. Kalau tidak, orang tidak merasakan Allah, dia hanya memikirkan Allah, tapi merasakan dunia. Dia pandai berbicara mengenai Allah, dan bisa selebar-lebarnya, tapi hatinya mencintai dunia, hatinya senang dipuji.

Orang-orang seperti ini pasti tidak akan rindu Yerusalem Baru, tidak akan rindu bertemu dengan Tuhan, karena dia hanya memikirkan Tuhan, tapi tidak merasakan Tuhan. Sebab untuk merasakan Tuhan, kita harus mengalami Tuhan. Kita belajar kebenaran, merasa ada hal-hal yang luar biasa yang membuat kita sudah merasa punya pengetahuan begitu rupa, lalu kita pun merasa bahwa keselamatan kita lebih berkualitas, walau tanpa diiringi dengan perjumpaan dengan Allah setiap hari. Bersyukur kita dihajar Tuhan, sebab kita malu kalau kita menoleh ke belakang dan menyadari betapa bodohnya kita. Tapi Tuhan dalam kesabaran yang luar biasa, menunggu kita sampai kita mengerti.

Kita belajar kebenaran, tapi kita masih bisa punya hobi-hobi, masih membuka peluang untuk menikmati dunia. Tapi hari ini, kita bukan hanya belajar kebenaran, melainkan kita memburu Tuhan, mencari Tuhan, mematikan semua keinginan dunia, sampai puncaknya kita memekikkan genderang perang. Kita mau masuk ke kedalaman lautan Tuhan untuk memperoleh mutiara-mutiara yang selama ini belum pernah disingkapkan, tapi kita juga mau menghidupkan Tuhan di dunia kita hari ini, yang mana Tuhan mati dalam kehidupan banyak orang, mati dalam gereja-gereja.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU SAMPAI ADA HAL YANG LEBIH KOMPLEKS ATAU LEBIH RUMIT DARI HAL MENCARI TUHAN, BERARTI TUHAN KURANG BERHARGA DIBANDING SESUATU TERSEBUT.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 04 Juni 2024
2024-06-04 07:12:47

Amsal 7-9

Card image
Truth Kids 03 Juni 2024 - KALAU BENAR KENAPA TAKUT
2024-06-03 12:35:46


Yesaya 32:17
"Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya."

Calista kehilangan dompet setelah pelajaran olahraga. Dan saat itu ada yang melihat Danny di dalam kelas sendirian. Dia lebih dulu selesai berganti pakaian. Beberapa teman mencurigai Danny yang mengambil dompet Calista. Danny pun dipanggil ke ruang guru. Teman sebangku Danny, keheranan melihat Danny yang tenang saja. "Dan, kamu gak takut? Kamu dipanggil Ibu guru, dan teman-teman mencurigai kamu yang mengambil dompet Calista." Lalu Danny menjawab, "Aku tidak mengambil dompet Calista. Itu kebenarannya. Jadi kalau aku benar, kenapa aku harus takut?" Akhirnya setelah Danny dipanggil dan diperiksa oleh guru, Danny tidak terbukti mengambil dompet Calista. Tiba-tiba sebelum pulang sekolah, bapak petugas UKS datang ke kelas mengembalikan dompet Calista yang terjatuh di dekat ruang UKS.

Lihat, Sobat Kids! Sikap Danny yang tenang, ada damai sejahtera dan tidak takut, itu karena dia percaya bahwa dia tidak melakukan kesalahan. Jadi jika kita mau hidup dalam ketenangan, damai sejahtera, maka lakukanlah hal-hal yang benar di mata sesama kita dan di mata Tuhan, ya. Semangatttt!

Card image
Truth Junior 03 Juni 2024 - KEBENARAN DAN KEADILAN
2024-06-03 12:33:56


Yesaya 32:17
“Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya.”

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh hamparan hijau perbukitan, tinggallah seorang anak laki-laki yang bernama Tim. Setiap hari, dia bersama teman-temannya menjelajahi desa dengan penuh semangat.

Suatu hari, ketika sedang bermain di tepi sungai yang mengalir jernih di belakang rumah, Tim menemukan sebuah petunjuk misterius. Itu adalah sebuah peta kuno yang tampaknya memimpin ke sebuah tempat rahasia di dalam hutan. Tanpa ragu, Tim memutuskan untuk mengajak teman-temannya menjelajahi petualangan baru ini.

Dengan semangat, Tim dan teman-temannya memasuki hutan. Mereka melewati jalan sempit yang terbentang di antara pepohonan yang tinggi, mengikuti petunjuk-petunjuk di peta. Namun, perjalanan mereka tidaklah mudah. Mereka dihadang oleh rintangan-rintangan seperti sungai yang mengalir deras, jembatan yang rapuh, dan rerumputan yang tinggi.

Meskipun demikian, Tim dan teman-temannya tetap bersatu dan saling membantu satu sama lain. Mereka belajar bahwa untuk mencapai keberhasilan, mereka harus hidup dalam kebenaran dan keadilan. Mereka menemukan bahwa ketika mereka jujur satu sama lain, saling membantu, dan bertindak dengan adil, damai sejahtera hadir dalam hidup mereka. Akhirnya, setelah melewati berbagai rintangan dan tantangan, mereka tiba di tempat yang mereka cari. Itu adalah sebuah tempat yang indah, di mana burung-burung berkicau riang dan bunga-bunga berwarna-warni bermekaran di sekitar.

Dengan senang, Tim dan teman-temannya berbagi kisah petualangan mereka kepada orang-orang di desa. Mereka belajar bahwa damai sejahtera bukanlah hanya tentang ketenangan di hati, tetapi juga tentang hidup dalam kebenaran, keadilan, dan persatuan. Dengan begitu, mereka menginspirasi semua orang di desa untuk hidup dalam damai sejahtera.

Card image
Truth Youth 03 Juni 2024 (English Version) - FOCUS ON GOD
2024-06-03 12:31:54


"Search me, O God, and know my heart; test me and know my anxious thoughts. See if there is any offensive way in me, and lead me in the way everlasting!" (Psalm 139:23-24)

The state of the world today is leading many people into darkness. Although on the surface everything may not seem frightening or as if nothing is wrong, the devil's deception has succeeded by offering a world full of beauty, glamour, and comfort. Even among those who have fallen into it, there are Christians.

The cunning of the devil has succeeded in making Christians lose focus on God and instead be diverted to the world with all its allure. Some things we need to understand together: Satan does not prohibit us from going to church, being involved in church ministries, or even from becoming activists or pastors in the church, but what Satan does not want us to achieve is to become like Jesus.

To become like Jesus, not in His calling as the Messiah or Savior of humanity, but to become like Jesus means that our lives have feelings and thoughts like His, always pleasing the heart of the Father in heaven. Wherein our behavior, decision-making, and life are always in line with what the Father desires. So, to become what the Father in heaven desires, we must have the right focus, which is to focus on God.

If someone truly believes that the Bible is the truth of God—the only truth—and believes that Jesus Christ is the Lord and Savior, surely they have the right direction in life. Everything they do is surely for the glory of God. As true believers, we should think about, reflect on, and live out the reality of the existence of a living God who places His Spirit within us. Now, what we need to question is what is the content of our belief in God? For believers like this, God promises His presence.

However, God does not guarantee happiness on earth, but the peace that He leaves behind can be enjoyed until eternity. We are accompanied by God so that we can please Him, and ultimately we can reach the Father's House. Because, God's presence prepares us to enter eternity. Therefore, it is important to focus only on God, and not to be tempted by the beauty of the world with all its evil deceit.

WHAT TO DO:
1. Start eliminating anything that hinders our relationship with God; immediately distance ourselves from all of that.
2. Occupy ourselves with things that increase our love for God, starting with prayer, reading the Bible, and growing in a true community.

BIBLE MARATHON:
- Job 25-30

Card image
Truth Youth 03 Juni 2024 - FOKUS KEPADA TUHAN
2024-06-03 12:18:27


"Selidiki aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!" (Mazmur 139:23-24)

Keadaan dunia hari-hari ini makin membuat banyak orang terjerumus kepada kegelapan. Walau secara kasat mata semua itu tidak menakutkan atau seakan tidak ada yang salah, namun tipu muslihat Iblis sudah berhasil, yakni dengan menawarkan dunia yang penuh keindahan, kegemerlapan, dan kenyamanan yang diberikannya. Bahkan di antara orang-orang yang terjerumus ke dalamnya, terdapat juga orang-orang Kristen di sana.

Kelicikan Iblis berhasil membuat orang Kristen tidak lagi memiliki fokus kepada Tuhan, namun teralihkan kepada dunia dengan segala keindahannya. Beberapa hal yang harus kita ketahui bersama, Iblis tidak melarang kita untuk pergi ke gereja, terlibat pelayanan gereja, bahkan tidak melarang kita menjadi aktivis ataupun pendeta di gereja, namun yang Iblis tidak mau kita raih adalah menjadi seperti Tuhan Yesus.

Menjadi seperti Tuhan Yesus, bukan dalam panggilannya sebagai Mesias atau Juru Selamat manusia, namun menjadi seperti Tuhan Yesus artinya hidup kita memiliki perasaan dan pikiran seperti diri-Nya yang selalu menyenangkan hati Bapa di surga. Yang di mana kita dalam berperilaku, mengambil keputusan, dan menjalani kehidupan selalu selaras dengan apa yang Bapa kehendaki. Maka untuk menjadi seperti yang diinginkan Bapa di surga, kita harus memiliki fokus yang benar, yaitu fokus kepada Tuhan.

Kalau seseorang benar-benar memercayai bahwa Alkitab adalah kebenaran Allah -satu-satunya kebenaran- dan percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat, pasti ia memiliki arah tujuan hidup yang benar. Segala sesuatu yang dilakukannya pasti untuk kemuliaan Allah. Sebagai orang percaya yang benar, mestinya kita memikirkan, merenungkan, dan menghayati kenyataan keberadaan atau adanya Allah yang hidup, yang menaruh roh-Nya dalam diri kita. Sekarang, yang harus kita persoalkan adalah apa isi percaya kita kepada Tuhan? Untuk orang percaya seperti inilah Tuhan menjanjikan penyertaan-Nya.

Namun Tuhan tidak memberikan jaminan kebahagiaan di bumi, tapi damai sejahtera yang ditinggalkan-Nya dapat kita nikmati sampai kekekalan. Kita disertai Tuhan supaya kita bisa menyukakan hati-Nya, yang akhirnya kita bisa sampai Rumah Bapa. Sebab, penyertaan Tuhan mempersiapkan kita memasuki kekekalan. Oleh sebab itu, pentingnya memiliki fokus kepada Tuhan saja, dan tidak tergiur oleh indahnya dunia dengan segala tipu jahatnya.

WHAT TO DO:
1. Mulai singkirkan apa yang menghambat hubungan kita dengan Tuhan, segera semua itu dijauhi.
2. Sibukkan diri dengan hal-hal yang menambah kecintaan kepada Tuhan, mulai dengan berdoa, membaca Alkitab serta bertumbuh dalam komunitas yang benar.

BIBLE MARATHON:
▪︎Ayub 25-30

Card image
Renungan Pagi - 03 Juni 2024
2024-06-03 13:01:08


Jika kita mudah marah, mudah kecewa dan mudah tersinggung, itu artinya memberi kesempatan kepada iblis, karena kalau mudah marah, mudah kecewa, mudah tersinggung dan tidak mudah memaafkan serta melepaskan pengampunan, itu berarti hati kita mudah disusupi oleh iblis. "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa; janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis."

Karena itu, jangan mudah marah, kecewa dan mudah tersinggung, itu berarti kita belum menjadi manusia baru di dalam Kristus. Memang hidup ini keras, tidak mudah, harus menghadapi proses Tuhan. Oleh sebab itu jangan menjadi orang kristen yang lembek, lemah, mengasihani diri dan tidak kuat mental. Ada masalah sedikit tersinggung, kecewa, lalu marah, itu namanya memberi kesempatan kepada iblis, mari apapun masalah yang dihadapi, belajarlah bersyukur, sebab Tuhan pasti punya rencana yang indah bagi hidup kita.
(Efesus 4:26-27)

Card image
Quote Of The Day - 03 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-03 06:57:03


Moralitas hidup yang telah kita capai, bukan tidak mungkin adalah moralitas kita sudah tinggi dibanding orang lain, tetapi yang kita mau capai bukanlah moralitas, namun bagaimana kita bisa menjangkau perasaan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 03 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-03 06:54:41


Serius ber-Tuhan berarti kita bersedia untuk menyangkal diri, memikul salib kita setiap hari, dan mengikuti jejak Kristus tanpa kompromi.

Card image
WAITED BY GOD - 03 Juni 2024 (English Version)
2024-06-03 05:20:14


Logically or in reality, if someone is serious about one thing, then regarding that thing he will really focus and he will definitely provide himself as much as possible. Like a person suffering from an illness, he will try to find a good hospital, a good doctor, who can cure his illness.If we are serious about God, serious about eternal salvation, serious about life beyond death, then we must also be serious in choosing a church, choosing a pastor. This cannot be avoided. However, many Christians are not serious about their eternal salvation, not serious about the quality of life or their state of life before God. They do not care about their eternal life, which is related to the quality of their current life.

Meanwhile, we want to be the best in God's eyes. Regarding how other people are, we don't need to compare. So, don't be surprised if we continue to pray, fast and seek God. Because, in every era, God must have a plan, a message. And we want, we long for our church to be a vehicle, where God conveys His messages. The problem is, are we serious? If we go to church just because we have to, we are definitely not taking life seriously. People who take life seriously are people who must have the perspective of eternity. We are not animals that live today, die tomorrow, that's it. We are also not the same as the principle of human life in general, "Let us eat, drink, for tomorrow we die."

For us believers, that's not the case. We have values, values contained in the Bible that must be translated into language that is appropriate for our time today, and demonstrated in real terms. In reality, we find many churches whose values are still confined to temporal matters, where the emphasis is still on physical blessings. This not only makes people foolish but also leads the congregation to be parked in the world, which is the same as being parked in eternal fire. But we want to seriously think about the new heavens and the new earth, even though most of us have not been able to break through the limits or have not been able to overcome them, because the world's way of thinking has already shackled us. Out there, people do not think about eternity at all. Ridiculously, the church does not campaign for this proportionally either.

Let's imagine, when someone dies, it turns out there is eternity, there is an endless road, while he has no preparation at all, how terrible! Many Christians die in poverty.He did nothing for God. The question is, what should you do? Serve God! What does it mean to serve God? It means that every word, thought, feeling, action, and deed is in accordance with His heart—that is how we serve God. It means that every word, thought, feeling, action, and deed is in accordance with His heart—that is how we serve God. This sermon or reflection is only a briefing, an introduction. What is important is the way we live each day, how we hear the voice of the Holy Spirit. When we encounter problems, the Word changes us. The Word says, “Love your enemies.” It is logos. When we are hated or wronged by others, that Word becomes Rhema. And if this process continues, we become children of God because God's thoughts enter into us.

However, we will experience this if we are sensitive to hearing God's voice. And to hear God's voice, we have to meet God, there is no other way. But if we don't meet God every day, we won't have sensitivity. We don't see God, while the world is incredibly atheistic. Even though people say, "Lord, Lord," their behavior does not show that they are godly. This is called practical atheism. And its influence is enormous. Films and songs unconsciously eliminate, discard, and separate God. There is no presence of God in them. So, how do we bring God's presence? We must meet God every day. God is waiting for us, but often we do not realize that God is waiting for us.

We will not make any progress without an encounter with God. Like learning the violin, it must be practiced. But if we just come and sit, without practicing, we certainly will not be able to play. The problem is, most of us are poor in our knowledge of God. God's Word says, "Seek Me while I can be found." Then God's Word also says, "Seek Me, and I will make you find Me." These are all God's words. Therefore, let us pursue God, not just come to church but never meet God. Schedule a day and time to meet God. We can prepare time for many things, so why not prepare time to meet God? How can we know God without meeting Him personally? Each of us can hear God's voice, certainly.

GOD IS WAITING FOR US, BUT OFTEN WE DO NOT KNOW THAT WE ARE BEING WAITED ON BY GOD.

Card image
DITUNGGU TUHAN - 03 Juni 2024
2024-06-03 05:22:53


Logikanya atau realitasnya, kalau seseorang serius untuk satu hal, maka mengenai hal tersebut dia akan benar-benar fokus dan ia pasti akan menyediakan diri semaksimal mungkin. Seperti seorang yang mengidap penyakit, ia akan berusaha mencari rumah sakit yang baik, dokter yang baik, yang dapat menyembuhkan sakitnya. Kalau kita serius dengan Tuhan, serius dengan keselamatan kekal, serius dengan kehidupan di balik kematian, maka kita pasti serius pula dalam memilih gereja, memilih pendeta. Itu tidak bisa dihindari. Namun banyak orang Kristen yang tidak serius memperkarakan keselamatan kekalnya, tidak serius memperkarakan kualitas hidup atau keadaan hidupnya di hadapan Tuhan. Mereka tidak peduli kehidupan kekalnya yang terkait dengan kualitas hidupnya saat ini.

Sementara, kita mau menjadi yang terbaik di mata Tuhan. Soal bagaimana orang lain, kita tidak perlu membandingkan. Jadi, jangan heran kalau kita terus doa, puasa dan mencari Tuhan. Sebab, di setiap zaman Allah pasti punya rencana, punya pesan. Dan kita mau, kita rindu gereja kita menjadi kendaraan, di mana Tuhan menyampaikan pesan-pesan-Nya. Masalahnya, apakah kita serius? Kalau kita ke gereja hanya karena suatu keharusan, pasti kita tidak serius menjalani hidup. Orang yang serius menjalani hidup adalah orang yang harus memiliki jangkauan pandang kekekalan. Kita bukan hewan yang hari ini hidup, besok mati, selesai semua. Kita juga tidak sama dengan prinsip hidup manusia pada umumnya, “Mari kita makan, minum, sebab besok kita mati.” 

Bagi kita orang percaya, bukan begitu. Kita punya value, nilai yang ada di Alkitab yang harus diterjemahkan dalam bahasa yang tepat pada zaman kita hari ini, dan diperagakan secara nyata. Pada kenyataannya, kita menemukan banyak gereja yang value atau nilai-nilainya masih dikungkung dengan perkara-perkara fana, yang penekanannya masih berkat-berkat jasmani. Itu bukan hanya memperbodoh, tapi juga menggiring umat terparkir di dunia, sama dengan terparkir di api kekal. Tapi kita mau serius memikirkan langit baru bumi baru, walau sebagian besar kita belum mampu menembus batas atau belum mampu untuk dientaskan, karena cara berpikir dunia sudah telanjur membelenggu. Di luar sana itu, tidak berpikir tentang kekekalan sama sekali. Konyolnya, gereja pun tidak mengampanyekan hal ini secara proporsional. 

Coba kita bayangkan, ketika seseorang meninggal dunia, ternyata ada kekekalan, ada jalan yang tiada ujung, sedangkan dia tidak memiliki persiapan sama sekali, betapa mengerikannya! Banyak orang Kristen mati dalam kemiskinan. Ia tidak buat apa-apa untuk Tuhan. Pertanyaannya, harus buat apa? Layani Tuhan! Apa artinya melayani Tuhan? Dari setiap ucapan, gerak pikiran dan perasaan, tindakan dan perbuatan kita sesuai dengan hati-Nya, itulah cara kita melayani Tuhan. Khotbah atau renungan ini hanya briefing, pengantar. Yang penting adalah cara hidup kita di tiap hari, bagaimana kita mendengar suara Roh Kudus. Ketika kita menjumpai masalah, firman yang mengubah kita. Firman mengatakan, “Kasihi musuhmu.” Itu merupakan logos. Ketika kita dimusuhi, dijahati orang, firman itu menjadi rhema. Dan kalau terus-menerus proses itu berlangsung, kita anak-anak Allah, karena pikiran Allah masuk di dalam diri kita.

Tetapi, itu akan kita alami kalau kita peka mendengar suara Tuhan. Dan untuk mendengar suara Tuhan, kita harus bertemu Tuhan, tidak bisa tidak. Tapi kalau kita tidak tiap hari bertemu Tuhan, kita tidak akan punya kepekaan. Kita tidak melihat Tuhan, sementara dunia ini luar biasa ateisnya. Walaupun orang berkata, “Tuhan, Tuhan,” namun kelakuannya tidak menunjukkan sebagai orang yang bertuhan. Itu namanya ateis praktis. Dan pengaruhnya besar sekali. Film, lagu tanpa disadari mengeliminir, membuang, memisahkan Tuhan. Tidak ada suasana Tuhan di situ. Sekarang bagaimana menghadirkan suasana Tuhan? Kita harus bertemu Tuhan setiap hari. Tuhan menunggu kita, tapi sering kali kita tidak tahu bahwa kita ditunggu Tuhan.

Kita tidak akan mendapat kemajuan apa-apa tanpa perjumpaan dengan Tuhan. Seperti belajar biola, harus dilatih. Tapi kalau hanya datang dan duduk, tapi kita tidak praktik, pasti kita tidak akan bisa. Masalahnya, rata-rata kita itu miskin dalam pengenalan akan Tuhan. Firman Tuhan mengatakan, “Carilah Aku selagi Aku bisa ditemui.” Lalu firman Tuhan juga mengatakan, “Cari Aku, maka Aku akan membuat kamu menemukan Aku.” Ini semua firman Tuhan. Karenanya, mari kita memburu Tuhan, bukan hanya datang ke gereja namun tidak pernah bertemu Tuhan. Petakan hari dan jam berapa kita bertemu Tuhan. Kita bisa mempersiapkan waktu untuk banyak hal, lalu mengapa untuk bertemu Tuhan tidak? Bagaimana kita bisa mengenal Tuhan tanpa bertemu Tuhan secara pribadi? Setiap kita bisa mendengar suara Tuhan, pasti.

Tuhan memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN MENUNGGU KITA, TAPI SERING KALI KITA TIDAK TAHU BAHWA KITA DITUNGGU TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 Juni 2024
2024-06-03 04:58:58

Amsal 4-6

Card image
Truth Kids 02 Juni 2024 - AYO BELAJAR MEMAAFKAN
2024-06-02 10:11:49


Kolose 3:13
"Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian."

Zee pulang sekolah berjalan kaki bersama adiknya, Zian. Rumah mereka tidak jauh dari sekolah. Ketika dalam perjalanan, Zee memperhatikan kalau Zian cemberut dan diam saja. "Kamu kenapa, kok mukanya cemberut seperti itu?" tanya Zee pada adiknya. "Aku sebal! Devon menyerobot pinjam komik barunya Dito, padahal aku sudah pinjam lebih dulu," jawab Zian dengan ketus. "Maafkan saja, kan kamu juga bisa pinjam besok kalau Devon sudah selesai bacanya." Zee memberi saran pada adiknya, tetapi Zian tetap marah dan menendang tong sampah di pinggir jalan. Dan ternyata, tong itu berat sehingga Zian kesakitan. "Nahhh, Kakak bilang apa? Percuma kamu tetap marah karena kamu yang akan rugi sendiri. Lihat, sekarang kakimu yang sakit jadinya."

Sobat Kids, perkataan Kak Zee betul. Jika kita menyimpan marah, itu akan berbahaya bagi diri kita sendiri. Jika kita marah, kita bisa melakukan hal-hal spontan yang bisa saja menyakiti diri sendiri atau bahkan orang lain. Untuk itu, Tuhan mengajarkan kita untuk mengampuni orang yang bersalah pada kita. Tujuannya agar ada damai sejahtera dalam hati kita. Dan kita pun terhindar dari bahaya. Tuhan juga mengingatkan barangsiapa tidak mengampuni kesalahan orang lain, maka kesalahan dirinya juga tidak akan diampuni oleh Tuhan. Ayo, kita belajar mengampuni.

Card image
Truth Junior 02 Juni 2024 - MEMAAFKAN SUSAH?
2024-06-02 10:06:22


Kolose 3:13
“Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.”

Di hari Minggu yang cerah, Paul pergi ke gereja untuk Sekolah Minggu. Paul sangat senang pergi ke Sekolah Minggu karena bisa bertemu dengan teman dan bernyanyi bersama. Paul juga senang mendengarkan cerita Alkitab yang disampaikan oleh kakak Sekolah Minggu.

Hari itu kakak Sekolah Minggu bercerita tentang Tuhan Yesus yang suka memaafkan orang lain. Walaupun Tuhan Yesus dijahati, tidak disukai, tapi Tuhan Yesus tetap memaafkan dan tidak mau membalas. Mendengar cerita di Sekolah Minggu, Paul sangat ingin mengikuti Tuhan Yesus.

Beberapa hari kemudian, Paul bertengkar dengan temannya, Riko. Awalnya, Paul merasa marah dan dia tidak ingin memaafkan Riko. Tetapi kemudian, Paul teringat dengan cerita Tuhan Yesus yang diajarkan kakak Sekolah Minggu. Walaupun susah dan terpaksa, akhirnya Paul mendekati Riko dan meminta maaf. Riko dengan cepat memaafkannya, dan mereka berpelukan dalam merasa sangat happy. Paul pun senang karena bisa belajar memaafkan, walaupun awalnya susah dan terpaksa.

Sobat Junior, memaafkan adalah tindakan yang benar dan baik. Paul menyadari bahwa ketika kita memaafkan sesama, kita membawa damai dan sukacita. Untuk siapa? Pertama untuk diri kita sendiri, tetapi kemudian damai dan sukacita itu akan menyebar ke orang lain yang ada di sekitar kita. Yuk, kita berkomitmen untuk selalu mengikuti Tuhan Yesus, belajar mengampuni walaupun awalnya susah.

Card image
Truth Youth 02 Juni 2024 (English Version) - SIMPLE THINKING
2024-06-02 09:59:32


"For by the grace given me I say to every one of you: Do not think of yourself more highly than you ought, but rather think of yourself with sober judgment, in accordance with the faith God has distributed to each of you." (Romans 12:3)

Life is so complex that it triggers the adrenaline in our brains and muscles. The unpredictability of life's journey leads many people to seek solutions based solely on their own thoughts, often resulting in irrationality. Instead of controlling our thoughts, it is the excessive thoughts that dictate the choices in this life.

Overthinking tends to have negative consequences on life, it can disturb mental health, hinder focus on a particular issue, and even lead many to despair. If we carefully observe life with a longing for God, we will see how much God cares about every aspect of our lives.

In today's Scripture, Apostle Paul reminds us not to think about things we shouldn't be thinking about. This message cautions us to be careful not to overestimate or give excessively high value to our abilities, personalities, or work results. We must not boast, so that we don't puff ourselves up as if all the wisdom or success we achieve is solely due to our greatness.

We must understand that the Heavenly Father controls everything to protect us. So what we need to do is not fear anything, but simply think about life with simplicity. Here, simplicity of thought means that nothing in life matters except pleasing God. Furthermore, we must humble ourselves, acknowledge our abilities, realizing that all of it is not because of our greatness but only granted by God in our limitations.

Therefore, let us not boast about what we can accomplish in this life. Instead, we must realize that our ultimate achievement is simply to please God, whatever we do for the glory of God alone. We as Christians should be centered on God (theocentric), not on ourselves.

WHAT TO DO:
1. Simplicity of thought begins with the awareness that we are creations of God and must devote our lives to God alone.
2. If we do anything, it should be remembered that it is all because of the grace we still receive from God (the breath of life, health, and personal skills).

BIBLE MARATHON:
- Job 21-24

Card image
Truth Youth 02 Juni 2024 - BERPIKIR SEDERHANA
2024-06-02 09:52:47


"Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing." (Roma 12:3)

Kehidupan ini begitu kompleks sehingga memicu adrenalin otak dan otot kita. Perjalanan hidup yang tidak bisa untuk diprediksi, mengakibatkan banyak orang mencari-cari jalan keluar dengan pemikirannya sendiri, sampai tidak jarang yang tidak masuk akal. Yang mana seharusnya kita mampu mengendalikan pikiran, namun yang terjadi sebaliknya, pikiran-pikiran berlebihanlah yang mengarahkan pilihan hidup ini.

Berpikir berlebihan cenderung berakibat negatif bagi kehidupan ini, bisa mengakibatkan kesehatan mental terganggu, tidak bisa fokus pada suatu persoalan, bahkan tidak sedikit yang berujung kepada keputusasaan. Seharusnya jika kita melihat dengan teliti kehidupan ini, dengan didasari kerinduan hati kepada Tuhan, maka kita akan melihat betapa Tuhan sangat memperhatikan seluruh aspek hidup kita.

Dalam ayat firman Tuhan hari ini, Rasul Paulus mengingatkan kita untuk tidak memikirkan apa yang bukan seharusnya kita pikirkan. Hal ini memberikan pesan untuk kita harus berhati-hati dalam memandang diri sendiri jangan sampai berlebihan atau memberi nilai yang terlampau tinggi atas kemampuan kita, pribadi kita, dan hasil kerja kita. Kita tidak boleh menyombongkan diri, sehingga kita tidak membusungkan dada seakan semua kebijaksanaan atau keberhasilan yang kita peroleh semua karena kehebatan diri.

Kita harus memahami bahwa Bapa di surga mengendalikan segala sesuatu untuk melindungi kita. Jadi yang harus kita lakukan adalah jangan takut akan apa pun, namun harus berpikiran sederhana saja akan hidup ini. Berpikir sederhana di sini bermakna tidak ada yang mau kita capai dalam hidup ini kecuali kita menyenangkan hati Tuhan. Di samping itu, kita juga harus merendahkan pandangan atas diri kita, kemampuan kita, sadari semua itu bukan karena hebat kita namun hanya karena dianugerahkan dari Allah dalam keterbatasan kita.

Oleh sebab itu, jangan kita memegahkan diri karena apa yang bisa kita perbuat dalam hidup ini. Sebaliknya, kita harus sadari bahwa pencapaian utama kita hanyalah menyenangkan hati Tuhan saja, apa pun yang kita lakukan untuk kemuliaan Tuhan semata. Kita sebagai orang Kristen haruslah berpusat kepada Allah (teosentris), bukan kepada diri sendiri.

WHAT TO DO:
1. Kesederhanaan berpikir dimulai dari kesadaran diri kita ini ciptaan Allah, dan harus mengabdikan hidup kepada Allah saja.
2. Jika kita melakukan sesuatu, harus diingat itu semua karena kemurahan yang masih kita peroleh dari Tuhan (nafas hidup, kesehatan, dan keahlian diri).

BIBLE MARATHON:
▪︎Ayub 21-24

Card image
Renungan Pagi - 02 Juni 2024
2024-06-02 09:50:17


Hidup ini bukan sekedar bagaimana supaya diberkati, bagaimana supaya melihat banyak mukjizat, bagaimana supaya pelayanan penuh dengan kemenangan, tetapi bagaimana punya hati yang mengasihi jiwa-jiwa, yaitu rindu agar hidup kita menjadi berkat. Memberitakan Injil keselamatan bagi kepentingan Kerajaan Tuhan adalah tugas kita, orang-orang percaya, pengikut Kristus. Beritakan Injil lewat perkataan dan perbuatan.

"Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil." Kalau kita punya hati seperti ini, maka otomatis akan bekerja keras untuk Tuhan, tidak akan hitung-hitungan dengan Tuhan, bahkan berjuang sungguh-sungguh untuk membawa kebenaran, membawa kasih, membawa berita sukacita kepada orang yang belum menerimanya.
(1 Korintus 9:16)

Card image
Quote Of The Day - 02 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-02 09:45:05


Kita harus menghayati bahwa kita adalah organisme yang hidup, maka kita harus mengalami progresivitas; harus bertumbuh terus di dalam iman.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 02 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-02 09:39:40


Tuhan tahu kita busuk dan rusak, tetapi Dia mau peluk, Dia hanya ingin kita datang dan memperkarakan keadaan kita.

Card image
GOD HUNTERS - 02 Juni 2024 (English Version)
2024-06-02 09:25:39


Many people can stay in a library from morning until evening, 7 days a week, but they struggle to pray for 30 minutes. It is indeed difficult, but we must break through that weariness, break through that boredom until we meet God and say, “This is my place.” Great people in the Bible are those who walked with God. A person who walks with God brings God to life in their own life. Jesus prayed all night long. The Bible records, “Very early in the morning, He went to a solitary place to pray.” If we love to pray, we can hear someone's prayer; whether it’s dry or wet. Especially as a preacher, we must represent God’s heart. How do we do that? It requires every second of living a holy life. Therefore, we must guard our hearts.

It is not easy to maintain stability so that we remain in God's presence. For those who do not have the truth of the Word, it is very difficult. Especially if they also do not have an encounter with God, it will be incredibly difficult. But today, we want to change. God loves us, God wants to be enjoyed by us, and God can also enjoy us. There is an interactive relationship with God, and we can experience Him in a real way. The Israelites, as individuals, did not experience encounters with God, but they had the dynamics of religious life; the dynamics of an ethical, civilized, and lawful society, they could achieve. However, they did not have the life of Christians who not only uphold the law but also embody the nature and character of God within themselves.

So, it is clear that we must have the Voice of Truth (the pure word) must be ours. Because the truth guides our minds. But without an encounter with God, it will not become life. So there must be an encounter with God. Therefore, we cannot avoid meeting God every day. God will teach us. So that we will not easily say to someone, “Pray for me.” Yes, we indeed must pray for each other. But we must meet God ourselves. We must ask God ourselves why this or that happens. Surely God has a purpose. When God speaks, it is always clear. God will not use a language we do not understand.

If God has spoken loudly and clearly, yet we still do not hear, it means our ears are hearing too much noise in this world. So we must sit quietly at God's feet. Whatever the cost, we must pay it, because it is a treasure more valuable than anything. Let us seek God; let us become seekers of God. We may not be great people, but we are reckless and frustrated to see the world so dark and so evil. We seek God. We increase our prayer time until we truly experience God. We can enter God's presence and have extraordinary experiences.

Let us become God hunters. Let our homes be filled with the mist of God’s glory; the shekinah glory. Satan, curses, and spells cannot penetrate our lives. God will treat us specially if we treat God specially. Do not have pornographic films or conflicts in our homes. Be God's representative for our family. Do not be unstable. We surely know the moments when we start to become unstable, start to get carried away. At those times, we must sit quietly at God’s feet. We want to bring the shekinah glory into each of our homes. No matter how many Bible verses we read, no matter how many sermons we hear, no matter how high our theology is, without an encounter with God, it is empty!

We must be a light among them. God commands us to represent Him, to bring them out of this world into the Kingdom of Heaven. An encounter with God is incredibly beautiful. And an encounter with God gives us wisdom. Let us open the altar of prayer. There may be fatigue or boredom, but if we keep pushing through, God will help. Our homes will become a valley of praise, because angels join in worship. God is amazing.

LET US BECOME GOD HUNTERS LET OUR HOMES BE FILLED WITH THE MIST OF GOD’S GLORY, THE SHEKINAH GLORY.

Card image
PEMBURU TUHAN - 02 Juni 2024
2024-06-02 09:20:31


Banyak orang bisa di perpustakaan dari pagi sampai sore, 7 hari seminggu, tapi untuk berdoa 30 menit, ia tidak sanggup. Memang sulit, tapi kita harus menembus kejenuhan itu, menembus kebosanan itu. Sampai kita bertemu Tuhan dan berkata, “Di sini tempatku.” Orang-orang hebat di Alkitab adalah mereka yang bergaul dengan Allah. Orang yang bergaul dengan Tuhan, ia menghidupkan Tuhan dalam hidupnya. Tuhan Yesus berdoa semalam-malaman. Alkitab mencatat, “Pagi-pagi buta, Dia sudah pergi ke tempat sepi, berdoa.” Kalau kita suka berdoa, maka kita bisa mendengar doa seseorang; kering atau basah. Apalagi sebagai seorang pengkhotbah, kita harus mewakili isi hati Tuhan. Caranya bagaimana? Harganya per detik hidup suci. Maka kita harus menjaga hati kita.

Tidak mudah membuat stabilitas supaya kita tetap ada di dalam hadirat Tuhan. Bagi orang yang tidak memiliki kebenaran firman, sangat sulit. Apalagi jika ditambah tidak memiliki perjumpaan dengan Tuhan, tentu akan sulit sekali. Tapi hari ini kita mau berubah. Tuhan mengasihi kita, Tuhan mau dinikmati oleh kita, dan Tuhan juga bisa menikmati kita. Ada hubungan interaksi dengan Allah, dan kita bisa mengalami Dia secara riil. Kalau bangsa Israel, umat secara individu, tidak mengalami perjumpaan dengan Allah, tapi dinamika hidup beragama, mereka miliki; dinamika hidup masyarakat yang beretika, dinamika hidup masyarakat yang beradab, berhukum, mereka bisa wujudkan. Namun mereka tidak memiliki kehidupan orang Kristen yang bukan hanya menghidupkan hukum semata, namun menghidupkan sifat, karakter Allah dalam dirinya.

Maka, jelas, Suara Kebenaran (firman yang murni) harus kita miliki. Karena kebenaran memandu pikiran kita. Tapi tanpa perjumpaan dengan Tuhan, tidak akan menjadi kehidupan. Jadi harus ada encounter with God, perjumpaan dengan Allah. Karenanya, kita tidak bisa menghindari untuk setiap hari berjumpa dengan Tuhan. Tuhan akan mengajar kita. Sehingga kita tidak akan mudah berkata kepada seseorang, “Doakan saya.” Bisa, kita memang harus saling mendoakan. Tapi kita harus bertemu Tuhan sendiri. Kita harus bertanya sendiri kepada Tuhan, kenapa begini dan begitu. Pasti Tuhan punya maksud. Tuhan kalau bicara, itu pasti jelas. Tuhan tidak mungkin pakai bahasa yang kita tidak mengerti.

Jika Tuhan sudah bicara dengan keras dan jelas, namun kalau kita tetap tidak mendengar, itu berarti kuping kita mendengar banyak kegaduhan di dunia ini. Maka kita harus duduk diam di kaki Tuhan. Berapa pun harganya, kita bayar, karena itu adalah harta yang lebih dari apa pun. Mari kita mencari Tuhan; kita menjadi pemburu Tuhan. Kita memang bukan orang hebat, namun kita adalah orang nekat dan frustrasi melihat dunia begitu gelap dan kejahatan begitu rupa. Kita mencari Tuhan. Kita perbanyak jam doa sampai kita sungguh-sungguh mengalami Tuhan. Kita bisa masuk hadirat Tuhan dan punya pengalaman yang luar biasa.

Mari kita menjadi pemburu Tuhan. Biar rumah kita dipenuhi asap kabut kemuliaan Allah; shekinah glory. Setan, teluh, tenung tidak bisa menembus hidup kita. Tuhan akan memperlakukan kita istimewa, kalau kita memperlakukan Allah istimewa. Jangan ada film porno, jangan ada pertikaian di rumah kita. Jadilah wakil Tuhan untuk keluarga kita. Jangan tidak stabil. Kita pasti tahu saat-saat di mana kita mulai tidak stabil, mulai terbawa. Saat itu kita harus duduk diam di kaki Tuhan. Kita mau menghadirkan shekinah glory di rumah kita masing-masing. Sebanyak apa pun ayat Alkitab yang kita baca, sebanyak apa pun khotbah yang kita dengar, setinggi apa pun teologi yang kita miliki, tanpa perjumpaan dengan Tuhan, kosong!

Kita harus menjadi terang di antara mereka. Tuhan perintahkan kita untuk mewakili Tuhan, membawa mereka keluar dari dunia ini untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga. Perjumpaan dengan Tuhan itu indah sekali. Dan perjumpaan dengan Allah membuat kita punya marifat. Mari kita membuka mezbah doa. Mungkin akan ada lelah atau jenuh, tapi kalau kita paksa terus, Tuhan akan menolong. Rumah kita akan menjadi tempat lembah pujian, karena malaikat-malaikat ikut menyembah. Tuhan itu luar biasa.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MARI KITA MENJADI PEMBURU TUHAN. BIAR RUMAH KITA DIPENUHI ASAP KABUT KEMULIAAN ALLAH, SHEKINAH GLORY.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 Juni 2024
2024-06-02 09:14:23

Amsal 1-3

Card image
Truth Kids 01 Juni 2024 - BERSYUKUR SELALU
2024-06-01 09:59:40


Mazmur 23:4
"Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku."

Ketika jam istirahat sekolah, Caca makan bekal yang sudah disiapkan oleh mamanya pagi tadi. Ia makan bersama beberapa temannya di sekolah. Saat mereka membuka kotak bekal, Caca bertanya pada temannya Rani, "Ran, hari ini bekalmu hanya telur goreng?" Rani dengan senyuman menjawab, "Iya, Ca. Keluargaku sedang berhemat karena kata mamaku, papa sedang ada masalah keuangan." Caca agak sedih mendengarnya. "Oh, begitu, tapi kok kamu bisa sih, masih terlihat bahagia seperti itu?" tanya Caca lagi. Lalu Rani menjawab, "Walaupun keluargaku sedang dalam kesusahan, tetapi aku percaya Tuhan selalu menyertai. Bekalku saat ini, walaupun hanya berisi nasi dan telur goreng, ini juga berkat dari Tuhan dan bukti bahwa Tuhan tetap memberkatiku. Jadi aku selalu bersyukur kepada Tuhan. Dan kata mamaku, dalam ucapan syukur, ada damai sejahtera. Nah, itulah yang membuat aku masih bisa terlihat bahagia walau dalam kesusahan."

Wah, luar biasa ya, apa yang dikatakan oleh Rani. Sobat Kids, dari kisah Rani, kita bisa belajar untuk terus mengucap syukur atas segala berkat dari Tuhan. Walaupun kita sedang dalam kesulitan, tetap ada damai sejahtera dalam hati kita. Jangan lupakan kata Rani tadi, ya, Tuhan tidak meninggalkan kita sendirian. Ia selalu menyertai apa pun kondisi kita.

Card image
Truth Junior 01 Juni 2024 - BERDOA KEPADA TUHAN
2024-06-01 09:57:44


Mazmur 23:4
“Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.”

Zee adalah anak yang ceria dan penuh semangat. Setiap pulang sekolah, Zee senang bermain di taman dekat rumahnya. Suatu hari, Zee dan temannya ingin bermain di taman yang lain karena di sana banyak permainannya. Akhirnya mereka sampai di taman itu. Zee dan temannya senang bermain di sana, tapi tiba-tiba, langit mulai gelap dan angin kencang mulai bertiup. Zee dan temannya merasa takut. Mereka pun berusaha mencari tempat berlindung dan mau pulang.

Namun, saat keadaan seperti itu, Zee ingat perkataan kakak Sekolah Minggu bahwa kita bisa minta tolong kepada Tuhan. Akhirnya Zee berdoa kepada Tuhan “Tuhan, tolong lindungi Zee dan temanku, ya. Terima kasih, Tuhan.”

Boom! Anginnya tambah kencang, bahkan hujan mulai turun dengan derasnya. Zee dan temannya segera mencari tempat berteduh di warung. Mereka duduk di sana, merinding kedinginan dan merasa takut. Tapi karena Zee sudah berdoa, ia merasa tenang di hatinya. Walaupun ada rasa takut, tapi Zee tahu kalau Tuhan akan selalu bersama dan menjaganya. Akhirnya sambil menunggu hujan reda, Zee memeluk temannya supaya tidak takut dan kedinginan.

Setelah beberapa saat, hujan mulai reda dan langit kembali cerah. Mereka pun memilih untuk pulang dan istirahat. Tapi hari itu sangat berkesan untuk Zee, karena Tuhan sudah menolongnya. Zee jadi sadar kalau Tuhan selalu bersamanya, walaupun dalam keadaan takut. Karena, Tuhan selalu memberikan ketenangan untuk Zee.

Card image
Truth Youth 01 Juni 2024 (English Version) - WISE AND UNDERSTANDING
2024-06-01 09:55:47


"Who among you is wise and understanding? Let them show it by their good life, by deeds done in the humility that comes from wisdom." (James 3:13)

Throughout our lives, we are constantly faced with various problems. When problems arise, it's not uncommon for us to feel angry, frustrated, disappointed, or even hopeless. One problem is solved, only for another to emerge. However, what we need to understand is that no matter what problems we face, they should not cloud our judgment or lead us to despair, but rather, we should face them with wisdom. Many people think that wisdom and sensible behavior are traits possessed only by experienced adults. This is not entirely wrong, but as young people, we too should cultivate wisdom and clear-mindedness from an early age, so that we don't navigate through our youth recklessly or thoughtlessly. Wisdom, in general, is the ability of a person to adapt and position themselves accordingly. How one acts when solving their problems is when their true character is revealed. While sensible behavior refers to having a healthy mind that is capable of discerning what is good and bad. That's why as Christians, we should also have wisdom and a healthy mindset. When facing every problem and when expressing our attitudes towards others, every action of ours should be in line with what Jesus has exemplified or in harmony with the will of the Father in heaven. In this way, as Christians, we will be able to distinguish what is the will of God, what is good, pleasing, and perfect. Therefore, wisdom and a healthy mindset can only be obtained by obeying God and incorporating the thoughts and feelings of Jesus in making decisions in life. While we are still young, in our productive years and still able to learn many things about life, let us seize this opportunity to learn from the perfect person, Jesus, who practiced the life desired by God.

WHAT TO DO:
1. Fill our minds and hearts with the life of Jesus, which we find in the Bible.
2. Learn from the mistakes of others, so that we do not repeat the same mistakes. Thus, we behave more wisely.
3. Train our minds by feeding them with good and true information.

BIBLE MARATHON:
- Job 17-20

Card image
Truth Youth 01 Juni 2024 - WISE AND UNDERSTANDING
2024-06-01 09:45:00


"Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat dari kelemahlembutan." (Yakobus 3:13)

Selama kita hidup akan selalu dihadapkan dengan berbagai masalah. Saat masalah muncul, tidak jarang kita merasa marah, kesal, kecewa, bahkan putus asa. Selesai satu masalah, lalu muncul masalah yang baru. Namun yang perlu kita ketahui ialah apa pun masalah yang dihadapi tidak boleh membuat kita tidak berpikir jernih apalagi sampai berputus asa, melainkan hadapilah dengan bijaksana.

Banyak orang berpikir kalau sikap bijaksana dan perilaku yang berakal budi hanya dimiliki oleh orang tua yang sudah memiliki banyak pengalaman. Hal ini tidak sepenuhnya salah, namun sebagai anak-anak muda kita pun harus sejak dini memiliki kebijaksanaan dan akal budi yang bersih, agar perjalanan hidup masa muda ini tidak kita jalani dengan sembarangan atau sembrono.

Pengertian dari bijaksana pada umumnya adalah kemampuan seseorang dalam menyesuaikan dan menempatkan diri sendiri sesuai porsinya. Bagaimana ia bertindak ketika menyelesaikan masalahnya, pada situasi itulah seseorang akan terlihat sesungguhnya. Sedangkan berakal budi memiliki arti sebagai pikiran yang sehat sehingga mampu melihat serta menimbang sesuai yang baik dan buruk.

Itu sebabnya sebagai orang Kristen, kita pun harus memiliki kebijaksanaan dan berakal budi yang sehat. Saat menghadapi setiap persoalan serta ketika mengeluarkan sikap kepada sesama. Setiap tindakan kita haruslah sesuai dengan apa yang Tuhan Yesus telah teladankan atau selaras dengan kehendak Bapa di surga. Dengan cara demikianlah, kita sebagai orang Kristen akan mampu membedakan mana yang kehendak Allah, apa yang baik, berkenan dan yang sempurna.

Oleh sebab itu kebijaksanaan dan berbudi yang sehat hanya bisa diperoleh dengan kita taat kepada Allah dan mengenakan pikiran serta perasaan Tuhan Yesus dalam mengambil sikap dalam kehidupan. Selagi masih usia muda, usia yang produktif dan masih bisa belajar banyak hal mengenai kehidupan, mari kita gunakan kesempatan ini untuk belajar kepada Pribadi Tuhan Yesus yang sempurna mempraktikkan hidup yang dikehendaki Allah.

WHAT TO DO:
1. Isi pikiran dan perasaan dengan kehidupan Tuhan Yesus, yang kita dapatkan di dalam Alkitab.
2. Belajar dari kesalahan orang lain, untuk kita tidak mengulangi kesalahan yang sama. Sehingga kita bersikap lebih bijaksana.
3. Latih akal budi dengan memberi asupan kepada pikiran hal-hal informasi yang baik dan benar

BIBLE MARATHON:
▪︎Ayub 17-20

Card image
Renungan Pagi - 01 Juni 2024
2024-06-01 09:41:08


Ada banyak motivasi orang percaya memberikan persembahan. Ada yang diberkati lebih memberikan persembahan agar dikenal sebagai orang dermawan, tidak dianggap sebagai orang kaya yang kikir, dan banyak juga yang memberi persembahan agar dapat mengatur para hamba Tuhan dan organisasi gerejanya.

Orang-orang seperti itu sudah mendapatkan upah dari pemberiannya, seperti perkataan Tuhan Yesus; "Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu; Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya." Saat ini mari melihat kembali kedalam diri kita, motivasi apakah yang mendorong kita memberikan persembahan kepada Tuhan. Persembahan bagi pekerjaan Tuhan ditakar bukan berdasarkan jumlah saja, tetapi juga dari ketulusan yang menyertai pemberian itu.
(Matius 6:2)

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 01 Juni 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-06-01 09:33:21


Untuk bisa menghindarkan diri dari pengaruh dunia yang jahat ini, tidak bisa tidak, orang percaya harus sungguh-sungguh mengenal Tuhan dengan benar, peka terhadap kehendak Tuhan dan berlatih untuk dapat melakukannya.

Card image
THE DEMONSTRATED TRUTH - 01 Juni 2024 (English Version)
2024-06-01 09:28:27


If we fill our minds with knowledge alone, even if it is pure truth, it is not enough to transform us. The truth we understand cannot become flesh if God is not present in our lives. If it can, it means that the truth or knowledge of the truth can change a person without the presence of God in that person's life, then God can be ignored, and would be less honored or not honored at all. The truth of the word will live in our lives if we experience an encounter with God. For Christianity is not a religion of law. Our measures of good and bad, ethical and unethical, holy and unholy are not based on legalistic sentences, not represented by verbal sentences. But Christianity is a way of life; God's way of life; God's thoughts and feelings. So, it is not a religion of law, but a religion of truth where the truth is God himself, “I am the truth.”

If a person studies law, the law enters him, his life is regulated by the law; legal dynamics are demonstrated in that person's life. Christianity is not a religion but a way of life; the way of life, and the way of Christ; the way of life of the Son of God who has a dynamic life that displays God's thoughts and feelings. So if religion is the way of the law, just the law is enough. The Israelites used to obey the law, but only the high priest met God. Other societies did not encounter God, and they could become a religious society fanatical about Judaism. But Christianity is the way of life; it is God's way of life.

Truth must be accompanied by an encounter with God; the presence of God in that person's life, because he must use God's thoughts and feelings. No matter how smart the teachings are, no matter how skilled the teachings are, without God being present in one's life, it will not become flesh and cannot be demonstrated. Those who have the truth do not necessarily have the truth integrated into their lives, especially those who do not understand the truth. If people want to apply the law, then the dynamics of the law will be demonstrated in that person's life, even without meeting God. For example, the Israelites, they could carry out the law without encountering God.

But if we want to put on the truth which is God Himself, we must meet God, for it is God who is demonstrated. If you only understand the truth, no matter how sharp the truth is, without an encounter with God, it will not penetrate the flesh and be demonstrated. From the beginning God taught us to pray. Consider, what was Abraham's religion? But he had an encounter with God. Remember, God lives in those who bring God to life, and God seems dead to those who do not bring Him to life.

Why are we so poor in experiencing God's presence and life? Because we do not live Him. We don't dare say, "God doesn't exist" because we are religious. We only hear testimonies and say, "God is alive, according to him. That's true, that pastor experienced it." However, we ourselves do not experience it, and we feel just fine. This means that God has not yet become our way of life. Surely we will not becoming true children of God. Ironically, as Christians, we neither follow the way of life nor the way of the law. If non-Christian religions are very strict with the Shari'a and their religion, they maintain the integrity of their lives based on those laws.

As Christians, who should embody the life of Jesus, we should be able to say, "My life is no longer mine, but Christ lives in me," because we must bring God to life within us. If we do not bring God to life, we will surely regret it forever. He lives for those who honor and seek Him. And that comes at a high cost. Our entire life must be staked on bringing Him to life within us. But if we do not earnestly seek Him, God is dead to us. And if God is dead to us, it means we have no life.

Ironically, we feel safe. So the question is, do we want to be serious about becoming Christians? Because many people learn the truth, but do not experience an encounter with God, they can be extraordinarily cruel, unbelievably ruthless, no less wicked than those who have not heard the truth. The problem is not with the truth, because the proof is that there are people whose lives have changed. Therefore, an encounter with God cannot be replaced by anything else. No matter how great a pastor is, without meeting God, it is nonsense. It is impossible for their life to be clean.

THE TRUTH WE UNDERSTAND CANNOT BECOME FLESH IF GOD IS NOT PRESENT IN OUR LIVES.

Card image
KEBENARAN YANG TERPERAGAKAN - 01 Junior 2024
2024-06-01 09:25:48


Kalau kita hanya mengisi pikiran kita dengan pengetahuan, walaupun itu adalah kebenaran murni, tidak cukup mengubah. Karena kebenaran yang kita pahami tidak bisa terperagakan menjadi daging kalau tidak dihadiri Allah di dalam hidup kita. Kalau sampai bisa, artinya kebenaran atau pengetahuan tentang kebenaran bisa mengubah orang tanpa kehadiran Tuhan dalam hidup orang tersebut, maka Tuhan bisa dibelakangi, Tuhan kurang atau tidak dihormati. Kebenaran firman akan hidup di dalam hidup kita, kalau kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Sebab, kekristenan bukan agama hukum. Baik dan buruk, etis dan tidak etis, suci dan tidak suci kita tidak diukur oleh kalimat-kalimat hukum, tidak diwakili oleh verbal kalimat. Tetapi kekristenan itu jalan hidup; jalan hidup-Nya Tuhan; pikiran dan perasaan Allah. Jadi, bukan agama hukum, melainkan agama kebenaran di mana kebenaran itu adalah Tuhan sendiri, “Akulah kebenaran; I am the truth.”

Kalau seseorang belajar hukum, hukum itu masuk di dalam dirinya, hidupnya diatur oleh hukum; dinamika hukum terperagakan dalam hidup orang itu. Christianity is not religion but the way of life; jalan hidup, dan jalan Kristus; jalan kehidupan Anak Allah yang memiliki dinamika hidup yang memperagakan pikiran dan perasaan Allah. Jadi kalau agama yang adalah jalan hukum, cukup dengan hukum. Bangsa Israel dulu taat kepada hukum, tetapi yang menjumpai Tuhan hanya imam besar. Masyarakat lain tidak menjumpai Tuhan, dan mereka bisa menjadi masyarakat beragama yang fanatik dengan agama Yudaisme. Tetapi kekristenan adalah jalan hidup; jalan hidup-Nya Tuhan.

Kebenaran harus disertai dengan perjumpaan dengan Tuhan; kehadiran Tuhan dalam hidup orang itu, karena dia harus memakai pikiran dan perasaan Allah. Secerdas apa pun ajaran, secakap apa pun ajaran, tanpa Allah hadir dalam hidupnya, tidak akan menjadi daging dan terperagakan. Yang punya kebenaran saja belum tentu kebenaran itu menyatu dalam hidupnya, apalagi yang tidak mengerti kebenaran. Kalau orang mau mengenakan hukum, maka dinamika hukum terperagakan dalam hidup orang tersebut, tanpa ketemu Tuhan pun bisa. Contohnya bangsa Israel, mereka bisa melakukan hukum tanpa bertemu Tuhan.

Tapi kalau mau mengenakan kebenaran yang adalah Tuhan sendiri, kita harus bertemu Tuhan, karena Tuhan yang diperagakan. Kalau hanya mengerti kebenaran, setajam apa pun kebenaran itu, tanpa perjumpaan dengan Allah, tidak akan merasuk dalam daging dan terperagakan. Dari dulu Tuhan mengajarkan berdoa. Coba, agama Abraham apa? Tapi dia mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Ingat, Tuhan hidup atas orang yang menghidupkan Tuhan, dan Tuhan seakan-akan mati bagi orang yang tidak menghidupkan Tuhan.

Mengapa kita begitu miskin dalam mengalami kehadiran dan hidup-Nya Tuhan? Karena kita tidak menghidupkan Dia. Kita tidak berani berkata, “Tuhan tidak ada” karena kita beragama. Kita hanya mendengar kesaksian dan berkata, “Tuhan itu hidup, kata dia. Itu benar, pendeta itu mengalami.” Namun kita sendiri tidak mengalami, dan merasa tenang-tenang saja. Itu berarti Tuhan belum menjadi jalan hidup kita. Pasti kita tidak menjadi anak-anak Allah yang benar. Ironisnya, sebagai orang Kristen, jalan hidup tidak, jalan hukum juga tidak. Kalau agama non-Kristen yang begitu ketat dengan syariat dan agamanya, mereka mempertahankan integritas hidup mereka di atas dasar hukum.

Mestinya kita yang adalah orang Kristen, yang harus mengenakan hidup-Nya Yesus, harus bisa berkata, “Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup dalam aku,” karena kita harus menghidupkan Tuhan dalam hidup kita. Kalau kita tidak menghidupkan Tuhan, kita pasti akan menyesal selama-lamanya. Dia hidup bagi orang yang menghormati, yang mencari Dia. Dan itu mahal harganya. Karena seluruh hidup kita harus dipertaruhkan untuk menghidupkan Dia dalam hidup kita. Tapi kalau kita tidak mencari sungguh-sungguh, tidak mencari Tuhan sungguh-sungguh, Tuhan mati bagi kita. Dan kalau Tuhan mati bagi kita, berarti kita tidak punya kehidupan.

Ironisnya, kita merasa aman. Maka pertanyaannya, apakah kita mau serius menjadi orang Kristen? Sebab banyak orang yang belajar kebenaran, namun ia tidak mengalami perjumpaan Tuhan, maka kejamnya luar biasa, bengisnya luar biasa, tidak kalah jahatnya dengan orang yang tidak mendengar kebenaran. Yang salah bukan kebenarannya, sebab buktinya ada orang-orang yang hidupnya berubah. Oleh sebab itu, perjumpaan dengan Tuhan itu tidak bisa digantikan dengan yang lain. Pendeta sehebat apa pun, tanpa bertemu Tuhan, omong kosong. Tidak mungkin hidupnya bersih.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEBENARAN YANG KITA PAHAMI TIDAK BISA TERPERAGAKAN MENJADI DAGING KALAU TIDAK DIHADIRI ALLAH DI DALAM HIDUP KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 01 Juni 2024
2024-06-01 09:21:13

Kidung Agung 1-8

Card image
Truth Kids 31 Mei 2024 - Bola Salju Sukacita
2024-05-31 13:42:58


Filipi 4:4
"Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!"

Hari ini, mari kita coba merenungkan tentang sukacita. Sukacita itu seperti bola salju yang bisa menyebar ke orang lain di sekitar kita. Ketika kita bahagia, kita juga bisa membuat orang lain merasa bahagia. Contohnya, ketika kita berbagi mainan dengan teman yang sedang sedih, atau memberikan senyuman kepada seseorang yang kesepian. Dengan begitu, kita telah menyebarluaskan sukacita kepada sesama.

Selain itu, setiap perbuatan kecil yang kita lakukan juga bisa membawa kegembiraan bagi orang lain. Saat kita bersukacita dalam Tuhan, kita juga memberkati orang lain dengan sukacita itu. Jadi, marilah kita menjadi seperti bintang kecil yang menerangi malam gelap dengan sukacita dan cinta. Kita bisa menjadi sumber sukacita bagi orang di sekitar kita. Bersama-sama, kita bisa hiasi dunia ini dengan warna-warni sukacita dari Tuhan!

Jadi, mari kita coba untuk selalu membawa sukacita kepada orang lain, baik dengan senyuman, tindakan kebaikan, atau kata-kata yang baik. Semoga sukacita kita menjadi berkat bagi banyak orang dan membawa terang dalam kegelapan.

Card image
Truth Junior 31 Mei 2024 - BERSUKACITA BERSAMA
2024-05-31 13:41:45


Filipi 4:4
“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”

Sobat Junior, kita tahu bahwa sukacita adalah perasaan yang membuat hati kita senang dan penuh kebahagiaan. Ketika kita merasa bahagia, sukacita itu bisa menular kepada orang lain di sekitar kita. Contohnya, saat kita tersenyum pada orang yang sedang sedih, senyuman kita bisa membuat mereka merasa lebih baik dan ikut tersenyum juga!

Terkadang, kita bisa memberikan sukacita kepada orang lain dengan memberikan bantuan atau melakukan hal-hal kecil yang membuat mereka senang. Misalnya, membantu teman yang kesulitan memahami pelajaran di sekolah atau memberikan semangat kepada sahabat yang sedang sedih. Dengan memberikan sukacita kepada orang lain, kita juga akan merasa bahagia dan puas dalam hati.

Jadi, mari kita selalu ingat untuk bersukacita dalam Tuhan dan membagikan sukacita kepada orang-orang di sekitar kita. Dengan begitu, kita tidak hanya akan bahagia sendiri, tetapi juga membuat orang lain ikut bahagia. Yuk, jadikan sukacita sebagai bagian dari kehidupan kita sehari-hari!

Card image
Truth Youth 31 Mei 2024 (English Version) - HE WHO OVERCOMES
2024-05-31 13:40:16


"He who overcomes shall inherit all things, and I will be his God and he shall be My son." (Revelation 21:7)

The inner struggle of the young man continued to churn in his mind as he recalled the last portion of the Bible, the Book of Revelation, and pondered it along his journey. "Throughout the Book of Revelation, one of the most frequently recurring phrases is 'he who overcomes,' which implies the message that the faithful Christian congregation who believe in Christ have not yet overcome, so they must strive to achieve victory." Once again, he felt a prick of doubt. "I can't understand how a preacher can feel victorious just because he's a Christian, and therefore disregards the message of striving for victory in Christ?"

We see that recklessness in interpreting the Bible results in our inability to understand the Word of truth, leading to failure in achieving victory in Christ. One who does not properly understand the Word of truth cannot have power and overcome sin. The Bible clearly affirms that the Gospel is the power of God unto salvation. Therefore, the Gospel must be understood correctly because only the Gospel, when understood correctly, can save and lead someone to victory in Christ. Indeed, it requires struggle and process to experience that victory.

Thanks be to God that by His grace, He has bestowed wisdom upon us that leads us to victory in Christ and experience it at all times. Firstly, firm faith in Jesus Christ as the only Lord and Savior of mankind. As the pioneer of the path to victory, Jesus has given hope and solid assurance of victory to those who believe in Him and obey all His commandments. Secondly, the Holy Spirit and the Word of truth enable us to overcome all sin, temptation, weaknesses, and challenges of life. The Holy Spirit or the Spirit of the Most High God within each of us constantly accompanies and educates us at all times. It is the Spirit of Truth that comforts us; He leads us into all truth, educates us, and brings our faith to perfection, and especially His power that always accompanies us at all times, wherever, in all things. Amen.

WHAT TO DO:
1. Study the Bible diligently and carefully.
2. Cease from sinning.
3. Be courageous in facing all things.

BIBLE MARATHON:
- Job 13-16

Card image
Truth Youth 31 Mei 2024 - BARANGSIAPA MENANG
2024-05-31 13:05:26


"Barangsiapa menang, ia akan memperoleh semuanya ini, dan Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku." (Why. 21:7)

Pergulatan batin sang pemuda pun masih berlanjut dalam benaknya ketika ia mengingat bagian terakhir Alkitab, yakni Kitab Wahyu, dan merenungkannya di sepanjang perjalanan. “Dalam seluruh Kitab Wahyu, salah satu frasa yang paling sering muncul adalah ‘barangsiapa menang’, yang apabila dicermati mengisyaratkan pesan bahwa jemaat Kristen yang beriman kepada Kristus belum menang sehingga mereka harus berjuang untuk memperoleh kemenangan.” Lagi-lagi ia tergelitik. “Tak habis pikir aku, bagaimana mungkin seorang pengkhotbah merasa sudah menang hanya karena ia seorang Kristen, dan karenanya mengabaikan pesan perjuangan guna meraih kemenangan di dalam Kristus?”

Kita lihat, bahwa kecerobohan dalam memaknai Alkitab mengakibatkan kita tidak dapat mengerti Firman kebenaran dan akhirnya gagal meraih kemenangan di dalam Kristus. Seorang yang tidak mengerti Firman kebenaran dengan benar tidak dapat berkuasa dan menang atas dosa. Alkitab menegaskan dengan jelas bahwa Injil itu kekuatan Allah yang menyelamatkan. Itulah sebabnya, Injil harus dimengerti dengan benar karena hanya Injil yang dimengerti dengan benarlah yang dapat menyelamatkan dan membawa seseorang pada kemenangan di dalam Kristus. Memang dibutuhkan perjuangan dan proses guna mengalami kemenangan itu.

Syukur kepada Tuhan bahwa oleh kasih karunia-Nya Ia telah menganugerahkan hikmat yang membawa kita pada kemenangan di dalam Kristus dan mengalami kemenangan itu setiap saat. Pertama, iman yang teguh kepada Yesus Kristus sebagai satu-satunya Tuhan dan Juru Selamat manusia. Sebagai perintis jalan kemenangan, Yesus telah memberikan harapan dan jaminan kemenangan yang teguh kepada mereka yang percaya kepada-Nya dan melakukan seluruh perintah-Nya. Kedua, Roh Kudus dan Firman kebenaran yang memampukan kita untuk menang atas segala dosa, godaan, kelemahan diri, dan tantangan-tantangan kehidupan. Roh Kudus atau Roh Allah yang Maha Tinggi yang ada dalam diri setiap kita senantiasa mendampingi dan mendidik kita setiap saat. Roh Kebenaran itu yang menghibur kita; Ia membawa kita pada seluruh kebenaran, mendidik, dan membawa iman kita pada kesempurnaan, dan terutama kuasa-Nya yang senantiasa menyertai kita setiap saat, di mana pun, dalam segala perkara. Amin.

WHAT TO DO:
1. Pelajari Alkitab dengan tekun dan cermat
2. Berhenti berbuat dosa
3. Jadilah berani dalam menghadapi segala sesuatu

BIBLE MARATHON:
▪︎Ayub 13-16

Card image
Renungan Pagi - 31 Mei 2024
2024-05-31 13:02:44


Sebagai anak-anak Tuhan yang mau hidup mempermuliakan nama Tuhan, maka kita harus memancarkan keharuman "pengenalan akan Allah" di manapun kita berada. Seperti perkataan Rasul Paulus pada sidang jemaat di Korintus; "Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya.

Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana." Jadi Tuhan memakai kita semua, gereja-Nya, anak-anak-Nya untuk menyebarkan keharuman pengenalan akan Allah dimana-mana, agar setiap orang dapat melihat bahwa benar Kristus hidup di dalam kita.
(2 Korintus 2:14)

Card image
Quote Of The Day - 31 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-31 12:59:30


Banyak orang mengaku percaya adanya kehidupan di balik kematian, tetapi gaya hidupnya menunjukkan ia tidak memercayainya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 31 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-31 12:57:50


Setiap kita mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, tetapi setiap kita dapat menjadi lagu yang merdu dan indah di telinga Tuhan.

Card image
CHOOSING - 31 Mei 2024 (English Version)
2024-05-31 12:56:40


The time of the world's harvest will certainly continue into a time of sifting. When the scripture says, "The wicked will become more wicked, the evildoers will continue to act wickedly, but the holy will become holier or increasingly sanctified," it is actually talking about the sifting process. Daniel 12:10 states, "Many will be purified, made spotless and refined, but the wicked will continue to be wicked. None of the wicked will understand, but those who are wise will understand." In other words, there is a process of maturation or perfection where the holy become holier, the holy becomes increasingly purified and tested, matured, purified in its holiness. But on the other hand, evil is also ripened,, reaching its peak.

Which pole should we choose, East or West? We can't be in the middle. If it's in the middle, it means we are definitely at the wrong pole or being dragged to the wrong pole. A conditioned world in which one cannot be neutral; have to take a stand. Of course, no one wants to be corrupted and go to hell, no one has the conscious intention of becoming evil, unless they have already become evil and their habitat is like that, then they will become evil. No one intends or means to be destroyed. But if we don't choose, we will be destroyed, damaged, dragged at the wrong pole, dragged to the wrong side or in the wrong direction. So, we must take a stand.

Determining an attitude towards holy living or living righteously towards God is not easy. Those who intend or aim to live a holy life, obey God's word, please God, go home to heaven, pack up their things, it is not easy for them to be in the right pole. There is a force that attracts righteous people not to live righteously. There are pulls on people who intend to be on God's side, so that even in the right direction, they are not going in the right direction. That's where the struggle occurs. If you are serious, want to be reckless, fanatical and extreme for God, can definitely still be attracted or remain on the right pole.

So, this life is a struggle and a really tough struggle. The hard struggle is not in making money or business activities, nor in maintaining health, or various other activities. The difficulty lies in how we maintain the integrity of choosing God as our only choice, worshiping God, walking with God, living in His presence in holiness and purity, living in God's will and plan; this is the hardest.

But, let's choose God while we still have breath and opportunity. We must maintain this consistency, which will ultimately become our rhythm for living in devotion and service to God. However, we will not be understood by those who are not at this pole. They see us as extreme, fanatical, excessive, victims of church indoctrination, intimidation from pastors, and so on. Of course, we do not need to retaliate against their intimidation or bullying. We must continue to examine ourselves to see whether we are truly pleasing to God.

We deal and question ourselves so that we truly have sincerity and purity in loving and serving God, as well as in honoringand worshiping God. For everything is naked and exposed before the Almighty God. We say to others, we also say to ourselves, "Come on, seek God!" In a world that is conditioned to mature either in wickedness or holiness, we must still choose to be on the right pole.

Social media has also become a means of testing whether someone wants to mature in holiness or in wickedness. Social media is wide open. People can express their hearts, minds, feelings, say sarcastic words, and so on, and there we learn to control ourselves. Keep our mouths and fingers from writing anything inappropriate. The Holy Spirit who must guide us.

In social interactions, we are also conditioned, whether we choose holiness or whether we choose evil. We see in social interactions, in the workplace, on social media, and even in church environments, many people are conditioned to be hypocritical. But we choose to be sincere. We have gone through days or years where we were less holy, but now we want to be holy. Let's not look back. Let’s look ahead towards the new heaven and new earth. Let’s not fuss over non-principled matters, but instead focus on the essential matters, namely holiness, purity, eternity, and the new heaven and new earth. This is God's will.

IN A WORLD CONDITIONED TO MATURE EITHER IN WICKEDNESS OR HOLINESS, WE MUST STILL CHOOSE TO BE ON THE RIGHT POLE.

Card image
MEMILIH - 31 Mei 2024
2024-05-31 12:51:58


Masa penuaian dunia ini sudah pasti akan berlanjut pada masa penampian. Kalau firman berkata, "Yang jahat bertambah jahat, yang fasik berlaku fasik, tetapi yang kudus makin kudus atau makin disucikan,” sebenarnya ayat itu berbicara mengenai penampian. Daniel 12:10, "Banyak orang akan disucikan dan dimurnikan dan diuji. Tetapi orang-orang fasik akan berlaku fasik, tidak seorang pun dari orang fasik itu akan memahaminya. Tetapi orang-orang bijaksana akan memahaminya." Dengan kalimat lain, ada proses pematangan atau penyempurnaan di mana yang kudus bertambah kudus, yang suci semakin dimurnikan dan diuji, dimatangkan, didewasakan, dimurnikan kesuciannya. Tetapi di lain pihak, kejahatan juga dimatangkan, semakin memuncak.

Kita harus memilih di kutub mana, Timur atau Barat? Kita tidak bisa ada di tengah. Kalau di tengah, berarti kita pasti di kutub yang salah atau terseret di kutub yang salah. Dunia terkondisi di mana seseorang tidak bisa bersikap netral; harus menentukan sikap. Tentu tidak ada orang yang mau rusak dan masuk neraka, tidak ada orang yang berniat secara sadar mau jadi jahat, kecuali kalau memang sudah menjadi jahat dan habitatnya demikian, maka dia akan menjadi jahat. Tidak ada orang yang berniat atau bermaksud mau hancur. Tetapi kalau kita tidak memilih, kita akan hancur, rusak, terseret di kutub yang salah, terseret di pihak yang salah atau arah yang salah. Jadi, kita harus menentukan sikap.

Yang menentukan sikap hidup suci atau hidup benar ke arah Tuhan pun tidak mudah. Yang bermaksud atau berniat hidup suci, menaati firman Tuhan, menyenangkan Tuhan, pulang ke surga, berkemas-kemas, itu pun tidak dengan mudahnya dia ada di kutub yang benar. Ada kekuatan yang menarik orang-orang benar untuk tidak hidup benar. Ada tarikan-tarikan terhadap orang yang berniat ada di pihak Tuhan, sehingga di arah yang benar pun, ia tidak menuju ke arah yang benar. Di situlah terjadi perjuangan. Kalau yang sungguh-sungguh, mau nekat, fanatik, dan ekstrem bagi Tuhan, pasti masih bisa tertarik atau bertahan di kutub yang benar.

Jadi, hidup ini adalah pergumulan dan perjuangan yang benar-benar berat. Perjuangan berat bukanlah dalam mencari uang atau aktivitas bisnis, bukan pula pada menjaga kesehatan, atau berbagai kegiatan lain. Kesulitannya terletak pada bagaimana kita tetap mempertahankan integritas memilih Tuhan sebagai pilihan kita satu-satunya, menyembah Tuhan, berjalan dengan Tuhan, hidup di hadirat-Nya dalam kekudusan dan kesucian, hidup di dalam kehendak dan rencana Allah; ini yang tersulit.

Tetapi, mari kita memilih Tuhan selagi kita masih memiliki napas dan kesempatan. Hal ini harus tetap kita pertahankan konsistensinya, yang akhirnya akan menjadi irama kita untuk hidup dalam pengabdian dan pelayanan kepada Tuhan. Namun, kita tidak akan dimengerti oleh mereka yang tidak ada di kutub ini. Mereka memandang kita sebagai ekstrem, fanatik, berlebihan, korban indoktrinasi gereja, intimidasi pendeta, dan lain sebagainya. Tentu kita tidak perlu membalas intimidasi atau _ bullying_ dari mereka. Kita harus terus memeriksa diri, apakah kita benar-benar berkeadaan berkenan di hadapan Allah.

Kita berurusan dan berperkara dengan diri kita sendiri agar kita benar-benar memiliki ketulusan dan kemurnian di dalam mencintai dan mengabdi kepada Tuhan, serta dalam menghormati dan menyembah kepada Tuhan. Karena semua telanjang dan terbuka di hadapan Allah semesta alam. Kita suarakan kepada orang lain, kita suarakan juga kepada diri kita sendiri, "Ayo, mencari Tuhan!" Di dunia yang terkondisi mematangkan kejahatan atau kekudusan, kita harus tetap memilih berada di kutub yang benar.

Media sosial juga menjadi salah satu sarana untuk pengujian, apakah seseorang mau dimatangkan dalam kekudusan atau dimatangkan dalam kejahatan. Media sosial terbuka selebar-lebarnya. Orang bisa mengemukakan hati, pikiran, perasaan, mengucapkan kata-kata sindiran dan lain sebagainya, dan di situ kita belajar menguasai diri. Jaga mulut dan jari-jari kita agar tidak menulis sesuatu yang tidak patut. Roh Kudus yang harus pimpin kita.

Di pergaulan juga dikondisi, apakah kita memilih kekudusan atau kita memilih kejahatan. Kita melihat di pergaulan, di lingkungan kantor, di media sosial, bahkan di lingkungan gereja, banyak orang dikondisi untuk munafik. Tapi kita memilih untuk tulus. Kita pernah melewati hari-hari atau tahun-tahun di mana kita kurang kudus, tapi sekarang kita mau kudus. Ayo, kita tidak menoleh ke belakang. Kita menatap ke depan, menuju langit baru bumi baru. Jangan kita ribut untuk hal-hal yang tidak prinsip, tapi kita mau memperkarakan hal-hal yang prinsip, yaitu kekudusan, kesucian, kekekalan, langit baru dan bumi baru. Demikianlah kehendak Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DI DUNIA YANG TERKONDISI MEMATANGKAN KEJAHATAN ATAU KEKUDUSAN, KITA HARUS TETAP MEMILIH BERADA DI KUTUB YANG BENAR.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 31 Mei 2024
2024-05-31 12:34:50

2 Tawarikh 1
Mazmur 72

Card image
Truth Kids 30 Mei 2024 - SUKACITA VS DUKACITA
2024-05-30 14:39:02


Filipi 3:1a
"Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah dalam Tuhan."

Sobat Kids, sudah hampir sebulan ini kita belajar bersama-sama tentang buah roh sukacita. Sumber sukacita kita adalah Tuhan saja. Dia satu-satunya yang menjadi alasan kita bersukacita. Jika kita melakukan sesuatu dan itu membuat Tuhan happy, maka kita akan merasakan sukacita juga. Namun, jika kita melakukan sesuatu yang kita anggap baik, tetapi ternyata itu tidak membuat Tuhan happy, maka kita akan merasakan dukacita atau sedih.

Dunia ini menawarkan begitu banyak godaan untuk merasa happy. Namun, jika kita mengikutinya, pasti ada hal-hal yang membuat Tuhan berdukacita. Contohnya, banyak sekali film yang bisa kita lihat, banyak games yang dapat kita mainkan dan membuat kita menjadi gembira, tetapi jika kita menjadi lupa waktu, itu akan membuat Tuhan berdukacita.

Jadi, jangan sampai salah pilih, ya, Sobat Kids. Seperti yang dituliskan dalam ayat firman Tuhan hari ini, "Bersukacitalah dalam Tuhan." Jangan sampai kita cinta dan bersukacita dengan hal-hal yang ditawarkan oleh dunia.

Card image
Truth Junior 30Mei 2024 - SUMBER SUKACITA
2024-05-30 13:48:40


Filipi 3:1a
“Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah dalam Tuhan.”

Sudah sebulan ini kita belajar buah roh yang kedua, yaitu sukacita. Apakah hari-hari kalian selalu penuh dengan sukacita, Sobat Junior? Hhmm… mungkin ada kalanya kalian tidak merasakan sukacita. Kalian merasa sedih, kesal, marah, atau bingung, campur aduk rasanya. Ingatlah, Sobat Junior, Tuhan tidak berjanji hidup kita akan selalu merasakan sukacita, semua baik-baik saja, melainkan Tuhan berjanji akan selalu menyertai kita senantiasa. Apa pun keadaan yang kita hadapi saat ini, kita dapat memilih untuk bersukacita dalam Tuhan.

Saat merasa sedih, kesal, marah, atau kebingungan sekalipun, datanglah kepada Tuhan. Kita bisa curhat kepada-Nya. Biasanya setelah kita curhat, mengeluarkan keluh kesah, kita akan merasa lebih baik. Tuhan akan memulihkan perasaan negatif kita, sehingga kita dapat bersukacita.

Seperti yang tertulis di ayat hari ini, bersukacitalah dalam Tuhan, Sobat Junior. Jadilah anak yang membawa sukacita, bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan juga untuk orang lain. Sehingga orang-orang yang ada di dekat kalian akan merasakan sukacita yang dari Tuhan.

Card image
Truth Youth 30 Mei 2024 (English Version) - POWER TO BECOME CHILDREN OF GOD
2024-05-30 13:42:38


"But to all who did receive him, who believed in his name, he gave the right to become children of God, who were born, not of blood nor of the will of the flesh nor of the will of man, but of God. And the Word became flesh and dwelt among us, and we have seen his glory, glory as of the only Son from the Father, full of grace and truth." (John 1:12-14)
Friends, do we know that we are more than conquerors? "Just as Christ has triumphed over sin, so have we who are in Christ triumphed over sin!" proclaimed a preacher on Easter Sunday a few weeks ago. His sermon stirred the souls of his listeners, except for one thin bespectacled young man who felt a prick of doubt. "Is it really that easy to overcome sin? Just become a Christian and you've won?" he pondered silently. He was certain that wasn't what the Bible taught.

Guys, understanding the Bible isn't enough if we merely read it and interpret it according to our own understanding. We must delve into the boundless richness of the Bible comprehensively so that we can acquire a deeper meaning in accordance with its teachings. The Bible indeed shows that Christ has triumphed. But what about us? Does the Bible show that we have triumphed? The fact is, we have not triumphed yet. It's our ongoing struggle against sin that shows we haven't triumphed over sin.

However, the Gospel brings the heavenly message that whoever receives Christ, the Word who became flesh and dwelt among us, full of grace and truth, and believes that Jesus Christ is the only Son of the Most High God, the Lord and Savior of mankind, will be given the power to become children of God Most High. Whoever believes in Jesus Christ as the only begotten Son of God will receive redemption from sin, the seal of the Holy Spirit, the Word of Truth, and sanctification at all times, leading to perfection and victory in Christ, which will have a real impact in their lives. One who has experienced victory will certainly be wise, understand the Word of truth, and live by it at all times; they will surely be healthy and strong, leading others to the Lord by guiding them to understand the Word of truth and live in the Word of truth. Amen.

WHAT TO DO:
1. Do not listen to incorrect sermons that do not align with the Bible.
2. Do not interpret the Bible arbitrarily or engage in eisegesis.
3. Study the Bible diligently and carefully.

BIBLE MARATHON:
- Job 9-12

Card image
Truth Youth 30 Mei 2024 - KUASA MENJADI ANAK-ANAK ALLAH
2024-05-30 13:40:42


"Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran." (Yoh. 1:12—14)

Teman-teman, tahukah kita bahwa kita adalah orang-orang yang melebihi para pemenang? “Sebagaimana Kristus telah menang atas dosa, begitu pun kita yang berada di dalam Kristus telah menang atas dosa!”, tegas seorang pengkhotbah di Minggu Paskah beberapa minggu yang lalu. Khotbah yang menggetarkan jiwa para pendengarnya, kecuali seorang pemuda kurus berkacamata yang tengah tergelitik mendengarnya. “Betapa mudahnya menang atas dosa, cukup menjadi Kristen dan engkau telah menang,” renungnya dalam batin. Dia begitu yakin bahwa bukan itu yang diajarkan Alkitab.

Guys, memahami Alkitab tidak cukup apabila kita hanya membaca dan kemudian mengartikannya sendiri sesuai dengan pengertian kita, melainkan kita harus menggali kekayaan nirbatas Alkitab secara lengkap dan menyeluruh sehingga kita dapat memperoleh makna yang lebih dalam sesuai dengan ajaran Alkitab itu sendiri. Alkitab memang memperlihatkan bahwa Kristus telah menang. Namun, bagaimana dengan kita? Apakah Alkitab memperlihatkan bahwa kita telah menang? Faktanya, kita belum menang. Justru keadaan kita yang senantiasa dalam pergumulan melawan dosa memperlihatkan fakta bahwa kita belum menang melawan dosa.

Akan tetapi, Injil membawa pesan sukacita surgawi bahwa barangsiapa yang menerima Kristus, Firman yang telah menjadi manusia dan diam di antara kita itu, serta yang penuh kasih karunia dan kebenaran, akan diberi-Nya kuasa untuk menjadi anak-anak Allah yang Maha Tinggi. Barangsiapa percaya bahwa Yesus Kristus ialah Anak Tunggal Allah yang Maha Tinggi, Tuhan dan Juru Selamat manusia satu-satunya, akan menerima penebusan dosa, meterai Roh Kudus, Firman Kebenaran, dan pengudusan setiap saat yang akan membawanya pada kesempurnaan dan kemenangan di dalam Kristus yang pasti berdampak nyata dalam kehidupannya. Seorang yang telah mengalami kemenangan pasti cerdas, mengerti Firman kebenaran dan melakukannya setiap saat; ia pasti sehat dan kuat, serta membawa sesamanya kepada Tuhan dengan menuntunnya mengerti Firman kebenaran dan hidup di dalam Firman kebenaran. Amin.

WHAT TO DO:
1. Jangan mendengarkan khotbah yang salah dan tidak sesuai dengan Alkitab
2. Jangan menafsirkan Alkitab suka-suka sendiri atau eisegesis
3. Pelajari Alkitab dengan tekun dan cermat

BIBLE MARATHON:
▪︎Ayub 9—12

Card image
Renungan Pagi - 30 Mei 2024
2024-05-30 13:12:49


Manusia pada umumnya cenderung pandai menilai dan mengurusi hidup orang lain, tetapi menjadi bodoh dalam menilai dan mengurusi hidup sendiri. Bahkan jika ada yang menegur dan mengingatkan dirinya, maka reaksi pertama adalah tersinggung, marah dan tidak suka. Firman Tuhan mengingatkan kita untuk lebih banyak menyelidiki diri sendiri dibandingkan hanya menilai orang lain.

"Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji." Menyelidiki diri sendiri sangat penting dalam pertumbuhan rohani. Sebab seseorang yang berani menyelidiki diri sendiri, berarti ia berani melihat kondisi hidupnya apa adanya.

Dengan menyadari kelemahan diri sendiri, orang dapat bercermin dan terbuka kepada Allah yang menyelidiki hati kita, lalu harus mengambil langkah, bertindak untuk memperbaiki diri, maka hasilnya akan lebih tahan uji dibanding mereka yang selalu menilai dan mengurusi hidup orang lain. Marilah kita selidiki batin dan keadaan hidup didalam Tuhan, sehingga akan menjadi pribadi yang tahan uji dan tidak selalu menilai hidup orang lain.
(2 Korintus 13:5)

Card image
Quote Of The Day - 30 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono
2024-05-30 12:53:36


Perjumpaan dengan Tuhan tidak bisa dibeli dengan uang; ini adalah anugerah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 30 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-30 12:52:13


Orang yang tersinggung ketika dicela adalah orang yang masih mencari hormat bagi diri sendiri.

Card image
PAYING DEBTS - 30 Mei 2024 (English Version)
2024-05-30 12:51:06


How cunning the devil is, he directs Christians to 'practice Christianity,' where religion is used as a means to contribute, to help make life easier, to get out of trouble, to achieve material prosperity, and so on. That's actually miss the mark. The devil makes Christians busy with many problems—relationship issues, children, business, etc.—which makes Christians miss the opportunity and forget to take part in the required race. People only realize it when they look at eternity. They will know that everything they pursued all this time was meaningless.

God is pleased when divine life or divine nature develops within us, and God observes us every day. So that later when we die, the nature of God is fully present within us, and that brings joy. One thing that often misleads our minds is considering God cheap. If God says, "Be holy as I am holy," that's very clear. Then we live carelessly, as if everything is fine, and God doesn't do anything. That's very scary. In truth, God often hits us with various events, but we don't pay attention; we are deaf. God will not 'hit' us in ways that are not according to His order.

So, to pay that debt, God will make processes, event after event. Whatever our weaknesses are, God handles them, one by one God works on them with every event. So, our focus must be there. We live for only 100 years at most, then eternity. So our lives now are only for preparing for eternity, not for anything else. So, married or unmarried, it doesn't matter; whether you have children or not doesn't matter; Poor or rich doesn't really matter. But if we live out God within us, then we cannot be ashamed. The Bible proves that God's beloved ones can fall - Joseph, David, Daniel—but in the end they cannot be put to shame.

So, don't resist God. Pleased God with the flesh we slaughter every day. We don't immediately become pious people in 1 year. It takes 80 years—a lifetime—to become a perfect righteous person. But it starts from one day, and one day starts from one hour, and one hour starts from the first minute, as soon as we wake up, the first minute begins the process. We cannot live out God if we don't die. Because the two cannot live together. So, the word of God says, "You cannot serve two masters." We have to choose, which one do we live out, our flesh or the Holy Spirit. If we choose to live out the Holy Spirit, then our flesh must be put to death.

What we have to think about is how we kill our flesh every day, so that we are perfect like the Father, similar to Jesus. But Satan will divert us by reminding us of the problems we are facing—children's school fees, house contracts, health or whatever. Don't listen to him, just do it, work diligently, God will make a way. So, there must be no old human elements in us. If we can put to death the old self, then Jesus lives within us.

The problem is, how can we differentiate between God's will and what is not? First, God's will certainly does not conflict with God's word. For example, it is impossible for God to whisper to us, "My son, take your neighbor's wife." Second, it will provide peace. But if that peace is because of worldly pleasures, of course it cannot be a measure, that is misguided. Third, if we obey God's voice, it will be a blessing for other people. But maybe we don't know at that time. However, if a person sits quietly at God's feet, dialogues with God, puts to death the flesh every day, then he will definitely know whether this is God's will or not.

So, if someone is still living according to the flesh, not led by the Holy Spirit, it means they are not a child of God. And this is what must disturb our souls. We must worry about our situation, and must question it before God. Believe me, God will definitely respond. So, if we come to God in prayer, we don't just bring up the world's mortal problems, but we bring up principle problems in life that concern God's feelings.

OUR LIVES NOW ARE ONLY FOR PREPARING FOR ETERNITY, NOT FOR ANYTHING ELSE.

Card image
MEMBAYAR UTANG - 30 Mei 2024
2024-05-30 11:51:11


Begitu liciknya setan, ia mengarahkan orang Kristen untuk ‘beragama Kristen,’ di mana agama dijadikan sarana untuk memberi kontribusi, membantu bagaimana hidup bisa dijalani dengan mudah, menolong keluar dari masalah, mendapat kemakmuran jasmani, dan lain sebagainya. Itu sebenarnya meleset. Setan membuat orang Kristen pun sibuk dengan banyak masalah—masalah jodoh, anak, bisnis, dll— yang membuat orang Kristen kehilangan kesempatan dan lupa untuk ikut dalam perlombaan yang diwajibkan. Orang baru menyadarinya ketika ia melihat kekekalan. Ia akan tahu bahwa semua yang ia kejar selama ini, tidak ada artinya.

Tuhan dibahagiakan ketika kehidupan ilahi atau kodrat ilahi, berkembang dalam diri kita, dan Tuhan mengamati kita setiap hari. Supaya nanti ketika kita meninggal, sifat Allah sudah penuh ada dalam diri kita, dan itu membahagiakan. Satu hal yang juga sering menyesatkan pikiran kita adalah menganggap Tuhan murahan. Kalau Tuhan berkata, "Kuduslah kamu sebab Aku kudus” itu tegas sekali. Lalu kita hidup sembarangan, seakan-akan aman-aman saja, dan Tuhan tidak buat sesuatu. Itu mengerikan sekali. Sejatinya, Tuhan sering memukul kita dengan berbagai kejadian, tapi kita tidak memperhatikan; kita budek. Tuhan tidak akan ‘memukul’ kita dengan cara-cara yang tidak sesuai tatanan-Nya.

Jadi, untuk membayar utang itu, Tuhan akan membuat proses, kejadian demi kejadian. Kelemahan kita apa, itu ditanggulangi Tuhan, satu per satu Tuhan garap dengan segala peristiwa. Maka, fokus kita harus di situ. Kita hidup hanya 100 tahun paling lama, setelah itu kekekalan. Maka hidup kita sekarang hanya untuk persiapan kekekalan, tidak untuk yang lain. Jadi, menikah, tidak menikah, tidak masalah; punya anak atau tidak pun tidak masalah; miskin atau kaya tidak masalah sebenarnya. Tapi kalau kita menghidupkan Allah dalam diri kita, maka kita tidak mungkin dipermalukan. Alkitab membuktikan, kekasih-kekasih Tuhan bisa terpuruk—Yusuf, Daud, Daniel—namun pada akhirnya tidak mungkin dipermalukan.

Maka, jangan melawan Tuhan. Senangkan Tuhan dengan kedagingan yang kita sembelih tiap hari. Kita tidak langsung jadi orang saleh dalam 1 tahun. Butuh waktu 80 tahun—seumur hidup—untuk menjadi orang saleh yang sempurna. Tapi dimulai dari satu hari, dan satu hari dimulai dari satu jam, dan satu jam dimulai dari menit pertama, begitu kita bangun, menit pertama mulai proses. Kita tidak akan menghidupkan Tuhan, kalau kita tidak mati. Karena keduanya tidak bisa hidup bersama. Maka, firman Tuhan mengatakan, “Kamu tidak bisa mengabdi kepada dua tuan.” Kita harus memilih, mana yang kita hidupkan, daging kita atau Roh Kudus. Kalau kita memilih Roh Kudus yang kita hidupkan, maka daging kita harus dimatikan.

Yang kita harus pikirkan adalah bagaimana kita membunuh daging kita setiap hari, supaya kita sempurna seperti Bapa, serupa dengan Yesus. Tapi setan akan mengalihkan dengan mengingatkan masalah-masalah yang sedang kita hadapi—uang sekolah anak, kontrak rumah, kesehatan atau apa pun. Jangan dengarkan dia, jalani saja, kita kerja baik-baik, Tuhan akan beri jalan. Jadi, tidak boleh ada unsur-unsur manusia lama dalam diri kita. Kalau kita bisa mematikan manusia lama, maka Yesus hidup di dalam diri kita.

Masalahnya, bagaimana kita bisa membedakan kehendak Allah dan bukan? Pertama, kehendak Allah pasti tidak bertentangan dengan firman Tuhan. Misalnya, tidak mungkin Tuhan berbisik kepada kita, "Hai anak-Ku, ambil istri tetanggamu." Kedua, akan memberi damai sejahtera. Tetapi kalau damai sejahtera itu karena kesenangan dunia, tentu tidak bisa menjadi ukuran, itu sesat. Ketiga, jika suara Tuhan kita turuti, maka akan menjadi berkat bagi orang lain. Tapi mungkin kita tidak tahu saat itu. Tetapi, kalau orang duduk diam di kaki Tuhan, berdialog dengan Tuhan, mematikan daging setiap hari, maka dia pasti tahu, apakah ini kehendak Tuhan atau bukan.

Jadi, kalau orang masih hidup menurut daging, tidak dipimpin Roh Kudus, berarti ia bukan anak Allah. Dan ini yang mesti membuat jiwa kita terganggu. Kita harus cemas dengan keadaan diri kita ini, dan harus mempersoalkannya di hadapan Tuhan. Percayalah, Tuhan pasti menanggapi. Jadi, kalau kita datang kepada Tuhan dalam doa, bukan hanya membawa masalah-masalah fana dunia, tetapi membawa masalah-masalah prinsip di dalam kehidupan yang menyangkut perasaan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

HIDUP KITA SEKARANG HANYA UNTUK PERSIAPAN KEKEKALAN, TIDAK UNTUK YANG LAIN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 Mei 2024
2024-05-30 11:47:16

1 Raja-raja 3-4

Card image
Truth Kids 29 Mei 2024 - DAPAT DIPERCAYA
2024-05-29 13:44:20


Matius 25:21
"Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu."

"Sa..tu.. du..a.. ti..ga.." ucap Ade yang sedang belajar berhitung. Ade baru berumur 20 bulan. Jadi dia belum bisa berhitung banyak-banyak. Beda halnya dengan kalian, Sobat Kids. Jika umur kalian lebih banyak dari pada Ade, tentu saja kalian sudah mampu berhitung hingga seratus, ribuan, atau mungkin sampai jutaan. Bahkan kalian mungkin sudah mampu mengerjakan soal penambahan, pengurangan, perkalian, atau pun pembagian. Namun, sebelum kalian mengerjakan soal matematika yang sulit, tentu kalian harus belajar berhitung dulu mulai dari satu, bukan? Jika kalian rajin belajar, sedikit demi sedikit, tentu saja kepandaian kalian akan bertambah. Dan akhirnya kalian mampu mengerjakan soal yang lebih sulit.

Dalam kehidupan kita bersama Tuhan juga seperti belajar, Sobat Kids. Jika kita setia belajar melakukan perintah Tuhan, mulai dari yang kecil, maka kita akan dipercayakan untuk melakukan hal-hal yang lebih besar lagi. Contohnya, kalian setia untuk belajar sendiri, tanpa disuruh orang tua, hingga kalian menjadi juara kelas. Kemudian ibu guru memberi kepercayaan kepada kalian untuk mengikuti lomba antarsekolah. Kalian dipercayakan tanggung jawab yang lebih besar lagi. Wah, pasti orang tua, Tuhan, dan bahkan kalian sendiri akan merasa sukacita karena kalian dapat diberi tanggung jawab lebih besar. Itu artinya kalian bertumbuh, bertambah dewasa serta dapat dipercaya.

Card image
Truth Junior 29 Mei 2024 - HAL KECIL
2024-05-29 13:42:00


Matius 25:21
“Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.”

Apakah Sobat Junior tahu peribahasa yang berbunyi “sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit?” Kalian tahu, kan, arti dari peribahasa tersebut? Peribahasa tersebut berarti sesuatu usaha kecil yang kalau dilakukan secara terus-menerus, pasti akan memberikan hasil.

Ayat firman Tuhan hari ini juga menjadi pengingat bagi kita untuk setia dalam hal-hal kecil. Jika kita tekun melakukan sesuatu hal, walaupun terlihat kecil, kita pasti akan menerima hasil yang baik. Bisa jadi kita dipercayakan kepada hal yang lebih besar karena terbukti setia melakukan perkara kecil.

Sebagai contoh, di sekolah Andi selalu mengerjakan tugas, mengumpulkan PR tepat waktu, dan rajin belajar. Awalnya hasil tes Andi biasa-biasa saja nilainya, tetapi ia terus belajar supaya hasilnya lebih bagus. Setelah beberapa waktu, pemahaman Andi bertambah dan hasilnya, nilai-nilainya menjadi semakin bagus. Akhirnya Andi diberikan kepercayaan untuk mengikuti lomba mewakili sekolahnya. Betapa senangnya Andi dipercayakan tanggung jawab untuk mengikuti lomba. Ia pun berusaha lebih sungguh lagi untuk memenangkan perlombaannya.

Sobat Junior, perkara atau hal kecil apa yang sedang dipercayakan kepada kalian saat ini? Lakukanlah dengan setia dan tanggung jawab. Tuhan akan memberkati kalian. Jika kalian setia, maka Tuhan akan memercayakan hal-hal yang lebih besar lagi. Jangan lupa untuk senyum saat melakukan tanggung jawab kalian, ya, Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 29 Mei 2024 (English Version) - NOT JUST WORDS
2024-05-29 13:39:27


"Praise be to the God and Father of our Lord Jesus Christ! In his great mercy he has given us new birth into a living hope through the resurrection of Jesus Christ from the dead." (1 Peter 1:3)

When someone speaks, it's important that their words are backed by consistent actions. For instance, if a PE teacher constantly urges us to exercise diligently for health and fitness, yet they themselves never exercise and lack physical fitness, we'd likely doubt their words. It's like preaching without practice. Clearly, we wouldn't trust them because anyone can talk the talk.

This principle applies to everyone, including our Lord Jesus Christ when He walked the earth. One reason we believe and place our faith in Jesus is because He wasn't just all talk. He said He would die and rise again on the third day. Moreover, He promised eternal life to all who believe in Him. And true to His word, He proved it all by rising triumphantly over death and offering us true hope of eternal life with Him.

The sinless life of Jesus, His death conquering death, and His resurrection defeating death, all give us true hope of eternal life with Him. The testimonies of the apostles and His faithful followers serve as evidence that Christ is not just a teacher or prophet, but He is the living Savior. Therefore, those of us who believe in Him are invited to live in His truth, bear witness to His love, and prepare ourselves to live with Him forever.

This is indeed good news for those who remain faithful to Him. We have a solid conviction that this life is not the end, but only the beginning of eternal life with Jesus Christ. As believers, we're called not only to hear His Word but also to live it out in our daily lives. Let's continue to strengthen our faith in His promises, for Jesus Christ is the sure source of hope for us all.

WHAT TO DO:
1. Believe and live out the Word of God in our daily lives, so our actions become a living testimony of Christ's love, offering hope for eternal life with Him.
2. Prepare ourselves to live with Christ forever by strengthening our faith in His promises, so we can live with full assurance that this life is just the beginning of true and eternal life with Him.

BIBLE MARATHON:
- Job 5-8

Card image
Truth Youth 29 Mei 2024 - BUKAN CUMA OMONGAN
2024-05-29 13:37:52


"Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan." (1 Petrus 1:3)

Ketika seseorang mengucapkan kata-kata, penting bahwa perkataan tersebut didukung oleh tindakan yang konsisten. Misalkan kalau ada guru olahraga yang bawel sekali nyuruh kita buat olahraga yang giat dan rajin supaya sehat dan fit, padahal guru olahraga tersebut gak pernah olahraga dan gak punya tubuh yang bugar, kita pasti kurang percaya dengan kata-kata orang tersebut. Yang cuma bisa berteori tanpa ada praktiknya. Ya jelas kita gak percaya karena semua orang juga bisa melakukan itu.

Tentu hal ini berlaku bagi semua orang termasuk Tuhan kita Yesus Kristus ketika Ia ada di bumi. Salah satu alasan kenapa kita percaya dan menaruh iman kita kepada Yesus karena Ia gak cuma omong-omong. Dia bilang bahwa Ia akan mati dan akan bangkit pada hari yang ketiga. Selain itu, bagi siapa pun yang percaya kepada-Nya akan beroleh kehidupan yang kekal. Dan benar saja, Dia benar-benar membuktikan itu semua dengan bangkit mengalahkan kematian dan memberikan kita pengharapan sejati akan kehidupan kekal bersama-Nya.

Kehidupan Yesus yang tanpa dosa, kematian-Nya yang mengalahkan maut, dan kebangkitan-Nya yang mengalahkan kematian, semuanya itu memberikan kita harapan sejati akan kehidupan kekal bersama-Nya.

Kesaksian para rasul dan pengikut setia-Nya menjadi bukti bahwa Kristus bukan sekadar guru atau nabi, tetapi Dia adalah Juru Selamat yang hidup. Oleh karena itu, kita yang mempercayai-Nya diundang untuk hidup dalam kebenaran-Nya, memberikan kesaksian tentang kasih-Nya, dan mempersiapkan diri untuk hidup bersama-Nya selamanya.

Tentu ini merupakan kabar baik bagi kita yang setia mengikut-Nya. Kita memiliki keyakinan yang kokoh bahwa kehidupan ini bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari kehidupan yang kekal bersama Yesus Kristus. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk tidak hanya mendengarkan Firman-Nya, tetapi juga menghidupi Firman-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita terus menguatkan iman kita dalam janji-janji-Nya, karena Yesus Kristus adalah sumber harapan yang pasti bagi kita semua.

WHAT TO DO:
1. Percayai dan hidupi Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tindakan kita menjadi kesaksian yang hidup tentang kasih Kristus yang memberikan harapan akan kehidupan kekal bersama-Nya.
2. Persiapkan diri untuk hidup bersama Kristus selamanya dengan menguatkan iman dalam janji-janji-Nya, sehingga kita dapat hidup dengan penuh keyakinan bahwa kehidupan ini hanyalah awal dari kehidupan yang sejati dan kekal bersama-Nya.

BIBLE MARATHON:
▪︎Ayub 5-8

Card image
Renungan Pagi - 29 Mei 2024
2024-05-29 13:03:07


Prinsip dunia ini selalu memprioritaskan uang sebagai yang utama. Selama ada uang, semua menjadi gampang, apapun bisa kita lakukan. Tetapi bagi pengikut Kristus, seharusnya DIA selalu menjadi yang utama dalam hidup kita. Sebab Tuhan adalah Tuan yang harus kita kasihi, tempat mengabdi dan memberi diri untuk hidup bagi kemuliaan-Nya.

Dan Tuhan Yesus mengingatkan dalam pengajaran-Nya; "Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Sebenarnya uang itu bukanlah sesuatu yang jahat, tetapi perlu menjaga sikap hati kita terhadap uang. Uang akan sangat berbahaya saat uang menjadi tuan atas kita, tetapi uang menjadi sangat berharga ketika uang menjadi hamba. Janganlah kita terjerumus dalam sikap cinta uang yang merupakan akar dari segala kejahatan di bumi ini. Selidikilah diri saat ini, Tuhan atau Mamon kah yang menjadi tuan kita.
(Matius 6:24)

Card image
Quote Of The Day - 29 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-29 13:00:27


Kegentaran dan ketakutan akan Allah yang membuat kita bisa hidup suci.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 29 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-29 12:59:23


Orang Kristen yang benar urusannya hanya bagaimana kita berjalan dipimpin Roh Kudus agar kita sah menjadi anak-anak Allah.

Card image
THE FRAGRANCE OF OBEDIENCE - 29 Mei 2024 (English Version)
2024-05-29 12:56:01


There is one principle that is very fundamental, yet often forgotten by many Christians, including activists, and even pastors. However, if a Christian, whoever they may be, forgets this, it means death. They will not become children of God. The Word of God in Romans 8:12-14 says, "So then, brothers and sisters, we are debtors, not to the flesh, to live according to the flesh—for if you live according to the flesh, you will die; but if by the Spirit you put to death the deeds of the body, you will live. For all who are led by the Spirit of God are children of God."

If 70 years of our life is over, and we haven't paid the debt, that would be terrible. We are among those stubborn ones who forget that we have a debt to pay because the flesh is enticing. It's a lie if someone says it's not enticing. Only those who have lived led by the Spirit say that the flesh is not enticing. Satan covers up this truth. Not to mention the congregation, even activists forget to pay the debt. Not to mention activists, even pastors forget to pay the debt. We have to pay that debt every day, and the Lord provides life events, through which we are given the opportunity to pay that debt. God will show what we still enjoy things, but the Holy Spirit does not like.

The Lord will give impulses or stimuli so that the carnality within us can rise and be filtered. There must be an opportunity to sin. However, once we commit one sin, we have an addiction; it increases by a certain percentage. If we do it again, it increases again. If it continues, then we cannot let go of it anymore, so until death, we are unable to pay the debt. But if we say "no," that is the moment when we slaughter the flesh. God is very good; He finishes off our old selves by working in all things. From what we see, hear, and experience, we are processed to be able to pay the debt, so that all our fleshly desires are truly put to death, and so that we live according to the spirit.

So actually the word of God that says, "You cannot serve two masters," is not a joke. That's heavy. But God, in His patience, gives us a chance. He has a lot of yellow cards, but remember, with every yellow card there is discipline, so it's not free. The fleshly actions that a person commits have consequences. Being a ransom child is a big responsibility, big risks, big consequences. Because when Jesus, our Lord, justifies us, it means that we are considered righteous, we are presented before God the Father, the Father sees us as righteous, even though our situation is not truly righteous. The Father smells the fragrance of Jesus' blood, which is the same as the fragrance of the obedience of His Son, who replaced us on the cross, and God the Father embraces us.

We are justified not only to be considered righteous but also to be transformed into truly righteous. If the Father smells the fragrance of Jesus' blood, which shows His obedience unto death, then we also shed blood and have a fragrance like the fragrance of the Lord Jesus. So in Hebrews 12:1, it is said that we must run the race that is required, which is to have perfect faith like Jesus. Perfect faith is not just ordinary faith; it means perfect obedience like the obedience of the Lord Jesus. And in our struggle against sin, we have not yet shed blood, so it's not finished yet. We must shed blood, meaning optimal, maximal, until the Father smells our fragrance like the fragrance of the Lord Jesus.

When we believe in the Lord Jesus, we are given the seal of the Holy Spirit. Our bodies become the temple of the Holy Spirit, beginning to act on the word that says, "Be holy, for I am holy." Our holiness must conform to the standard of holiness that God desires. So the consequences are heavy, because we must have the fragrance of obedience like Jesus. In other words, we must have a character like that of Jesus. And God gives us the opportunity. The Holy Spirit within us urges us to have thoughts and feelings like God. Holiness is not only the state of a person who does not sin, but a person's ability to act always in accordance with God's thoughts and feelings, and the Holy Spirit trains us.

Therefore, the true concern of a Christian is only this, namely how we walk according to the Holy Spirit, or in other words, being led by the Holy Spirit so that we become legitimate children of God. In the past, we thought that we had the right to live just like other people. However, when we are redeemed by the blood of Jesus, as stated in 1 Corinthians 6:19-20 (Do you not know that your bodies are temples of the Holy Spirit, who is in you, whom you have received from God? You are not your own; you were bought at a price. Therefore honor God with your bodies), then our bodies become the temple of the Holy Spirit, becoming the place and means through which God is glorified.

GOD IS VERY GOOD, HE FINISHES OFF OUR OLD SELVES BY WORKING IN ALL THINGS.

Card image
KEHARUMAN KETAATAN - 29 Mei 2024
2024-05-29 12:22:26


Ada satu prinsip yang sangat fundamental, namun sering dilupakan oleh banyak orang Kristen, termasuk aktivis, bahkan pendeta. Padahal kalau orang Kristen, siapa pun dia, melupakan hal ini, berarti mati. Dia tidak akan menjadi anak-anak Allah. Firman Tuhan dalam Roma 8:12-14 mengatakan, “Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup. Semua orang yang dipimpin Roh Allah adalah anak Allah.”

Jika 70 tahun umur hidup kita usai, dan belum kita bayar utang tersebut, mengerikan sekali. Kita termasuk yang bandel, lupa punya utang yang harus dibayar, karena daging itu enak. Bohong kalau orang bilang tidak enak. Yang bilang daging itu tidak enak, hanya orang yang sudah hidup dipimpin roh. Setan menutupi kebenaran ini. Jangankan jemaat, aktivis pun lupa bayar utang. Jangankan aktivis, pendeta pun lupa bayar utang. Kita harus bayar utang itu setiap hari, dan Tuhan memberikan peristiwa-peristiwa hidup, yang melaluinya kita diberi kesempatan membayar utang itu. Tuhan akan menunjukkan apa yang masih kita senangi, namun itu tidak disenangi Roh Kudus.

Tuhan akan memberikan impuls atau rangsang agar kedagingan di dalam diri kita bisa naik sehingga bisa disaring. Harus ada kesempatan berbuat dosa. Padahal begitu kita melakukan satu dosa, maka kita punya kecanduan; naik sekian persen. Apabila kita lakukan lagi, ia naik lagi. Kalau terus-menerus, maka kita tidak bisa melepaskannya lagi, sehingga sampai mati kita tidak mampu membayar utang. Tapi kalau kita berkata “tidak,” itu adalah saat kita menyembelih daging. Tuhan itu sangat baik, Ia menghabisi manusia lama kita dengan bekerja dalam segala perkara. Dari apa yang kita lihat, dengar, dan alami, kita diproses untuk bisa membayar utang, supaya semua keinginan daging kita benar-benar dimatikan, dan supaya kita hidup menurut roh. 

Jadi sebenarnya firman Tuhan yang mengatakan, "Kamu tidak dapat mengabdi kepada dua tuan," itu tidak main-main. Itu berat. Tapi Tuhan dalam kesabaran-Nya, memberi kita kesempatan. Dia punya banyak kartu kuning, tapi ingat, di setiap kartu kuning itu ada disiplin, jadi tidak gratis. * Kedagingan yang dilakukan seseorang itu ada konsekuensinya. Menjadi anak tebusan itu besar tanggung jawabnya, besar risikonya, besar konsekuensinya. Sebab ketika Yesus, Tuhan kita, membenarkan kita, artinya kita dianggap benar, kita diperhadapkan kepada Allah Bapa, Bapa memandang kita ini benar, walaupun keadaan kita belum benar-benar benar. Bapa mencium keharuman darah Yesus, yang sama dengan keharuman ketaatan Putra-Nya, yang menggantikan kita di kayu salib, dan Allah Bapa memeluk kita.

Kita dibenarkan bukan hanya untuk bisa dianggap benar, melainkan mau diubah menjadi benar-benar benar. Kalau Bapa mencium keharuman darah Yesus, yang menunjukkan ketaatan-Nya sampai mati, maka kita juga mencurahkan darah, dan memiliki keharuman seperti keharuman Tuhan Yesus. Maka di dalam Ibrani 12:1 dikatakan bahwa kita harus mengikuti perlombaan yang wajib, yaitu memiliki iman yang sempurna seperti Yesus. Iman yang sempurna, bukan hanya iman biasa-biasa saja, artinya ketaatan yang sempurna seperti ketaatan Tuhan Yesus. Dan dalam pergumulan kita melawan dosa, kita belum sampai mencucurkan darah, jadi belum selesai. Harus sampai mencucurkan darah, artinya optimal, maksimal, sampai Bapa mencium keharuman kita seperti keharuman Tuhan Yesus.

Ketika kita percaya kepada Tuhan Yesus, kita diberi meterai Roh Kudus. Tubuh kita menjadi bait Roh Kudus, mulai berlaku firman yang mengatakan, "Kuduslah kamu, sebab Aku Kudus." Kekudusan kita harus sesuai dengan standar kekudusan yang Allah kehendaki. Jadi konsekuensinya berat, karena kita harus punya keharuman ketaatan seperti Yesus. Dengan kalimat lain, karakter seperti yang dimiliki Yesus harus kita miliki. Dan Allah memberi kita kesempatan. Roh Kudus yang ada di dalam diri kita, mendesak agar kita memiliki pikiran dan perasaan seperti Allah. Kesucian bukan hanya keadaan orang yang tidak berbuat dosa, tapi kemampuan seseorang bertindak selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah, dan Roh Kudus melatih kita.

Oleh sebab itu, orang Kristen yang benar urusannya hanya ini, yaitu bagaimana kita berjalan menurut Roh Kudus, atau yang sama dengan dipimpin Roh Kudus agar kita sah menjadi anak-anak Allah. Dulu, kita berpikir bahwa kita memiliki hak untuk hidup wajar seperti manusia lain. Padahal, ketika kita ditebus oleh darah Yesus, seperti yang dikatakan dalam 1 Korintus 6:19-20, maka tubuh kita menjadi bait Roh Kudus, menjadi tempat dan sarana Allah dimuliakan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN ITU SANGAT BAIK, IA MENGHABISI MANUSIA LAMA KITA DENGAN BEKERJA DALAM SEGALA PERKARA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 29 Mei 2024
2024-05-29 12:18:29

Mazmur 119

Card image
Truth Kids 28 Mei 2024 - TERSESAT
2024-05-28 14:07:40


Kisah Para Rasul 2:28
"Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu."

"Aduh, bagaimana ini, Rin, kita sepertinya tersesat deh.." ucap Rara yang mulai gelisah. "Iya, ya, tadi kita asik bermain di hutan, mengejar kupu-kupu yang terbang ke dalam hutan. Aku juga tidak memperhatikan jalannya, Ra," jawab Rini kepada saudara kembarnya. "Yah, gimana dong? Masa kita tinggal di hutan? Nanti kalau kita tidak bisa ketemu sama ibu dan ayah lagi, bagaimana?" ucap Rara sambil matanya berkaca-kaca karena sedih.

Sobat Kids, apakah kalian pernah seperti Rini dan Rara yang tersesat dan terpisah dari orang tua? Jika tersesat dan terpisah dari orang tua, pasti rasanya takut, sedih, dan bingung. Oleh sebab itu, kalian harus berada dekat dengan orang tua saat pergi ke suatu tempat, khususnya ke tempat yang baru. Jangan sampai kalian berjalan atau lari sendiri tanpa orang tua, ya, Sobat Kids.

Melalui ayat firman Tuhan yang kita baca hari ini, dituliskan bahwa Tuhan yang memberitahukan jalan kehidupan. Saat kita merasa tersesat, tidak tahu harus melakukan apa, datanglah kepada Tuhan. Mintalah petunjuk dari Tuhan. Maka Tuhan akan memimpin perjalanan hidup kita sehingga kita tidak tersesat lagi.

Card image
Truth Junior 28 Mei 2024 - PETUNJUK JALAN
2024-05-28 12:58:03


Kisah Para Rasul 2:28
“Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu.”

Zaman sekarang ini sangat mudah untuk mendapatkan petunjuk arah. Selama ada koneksi internet, kita bisa membuka aplikasi peta atau petunjuk arah. Bagaimana dengan orang-orang yang hidup di zaman lampau? Dahulu, orang menggunakan kompas, alat penunjuk arah yang memiliki jarum untuk menunjukkan arah. Bagaimana dengan zaman sebelum ditemukannya kompas? Orang menggunakan matahari untuk menentukan arah. Dengan mengetahui matahari terbit di timur dan terbenam di barat, orang-orang dapat menentukan arah jalan.

Sobat Junior, apakah kalian pernah merasa bingung harus bagaimana, harus berbuat apa? Atau mungkin saat ada di antara beberapa pilihan, kalian tidak yakin harus memilih yang mana. Dalam kehidupan rohani, Tuhan menjadi kompas dan matahari kita, Sobat Junior. Tuhan akan memberitahukan jalan kehidupan yang harus kita lalui. Tuhan akan memberitahukan arah jalan yang harus kita pilih. Bagaimana caranya? Caranya adalah melalui firman-Nya yang ada dalam Alkitab.

Kalian pernah dengar peribahasa “malu bertanya sesat di jalan,” kan? Nah, saat kalian merasa seperti tersesat, tidak tahu jalan yang harus dipilih, bertanyalah kepada Tuhan. Berdoalah kepada-Nya, maka Tuhan akan menunjukkan jalan yang tepat sehingga kalian tidak tersesat. Kehadiran dan penyertaan Tuhan akan memberikan sukacita dalam hidup kita.

Card image
Truth Youth 28 Mei 2024 (English Version) -
2024-05-28 12:52:02


"But thanks be to God! He gives us the victory through our Lord Jesus Christ." (1 Corinthians 15:57)

Imagine if we were in a futsal or soccer tournament between classes or schools. Surely, we would gather the best players to increase our chances of winning. If we were given the freedom to choose anyone to join our team, we would definitely choose the best players. Perhaps Cristiano Ronaldo or Lionel Messi, often dubbed by people as the G.O.A.T, which stands for greatest of all time. We wouldn't even worry about the opponents or challenges because we would have the best player in the world on our team.

In human life, we will always face challenges and difficulties that often make us fearful or worried. One of them is death. Death is like an inevitable end that all living beings must experience, which often instills fear in people. But friends, as Christians, do we need to fear death too? Clearly not. Believers don't need to fear because we have the G.O.A.T in our lives. The best of the best. The King above all kings, Jesus Christ, who even conquered death. He rose victorious over death to redeem us all.

Therefore, we can proudly say that we are children of God who are more than conquerors. As part of His team, we have access to the best player of all time, Jesus Christ, who not only won the game against death but also gives us a meaningful and eternal life. By having Christ in our lives, we not only face challenges with courage but also live in the victory He has given us.

WHAT TO DO:
Believe that Christ has conquered death, giving us the courage to face life's challenges.
Acknowledge that as children of God, we have access to the greatest player of all time, Jesus Christ, who gives us a meaningful and eternal life.

BIBLE MARATHON:
- Job 1-4

Card image
Truth Youth 28 Mei 2024 - JESUS THE G.O.A.T
2024-05-28 12:44:13


"Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita." (1 Korintus 15:57)

Kalau misalkan kita ada lomba main futsal atau sepak bola antar kelas atau antar sekolah, pasti kita akan mengumpulkan para pemain terbaik untuk memperbesar peluang untuk menang. Nah, seandainya kita dikasih kesempatan untuk bebas memilih siapa pun untuk gabung ke tim kita, pasti kita akan memilih pemain terbaik. Misalkan Cristiano Ronaldo atau juga Lionel Messi yang banyak dijuluki oleh orang-orang sebagai G.O.A.T yang merupakan singkatan dari greatest of all time atau yang terbaik sepanjang masa. Bahkan kita gak perlu khawatir lagi soal musuh atau tantangan yang ada karena kita punya pemain terbaik di dunia. Dalam kehidupan manusia, kita pasti akan selalu menghadapi tantangan dan kesulitan yang ada sepanjang hidup kita yang sering kali membuat kita takut atau khawatir. Salah satunya adalah kematian. Kematian seperti sebuah akhir yang pasti harus dialami semua manusia yang hidup, yang banyak membuat orang ketakutan. Tapi teman-teman, apakah kita sebagai orang Kristen harus takut juga sama kematian? Jelas gak perlu. Orang percaya gak perlu takut, karena kita sudah punya G.O.A.T di kehidupan kita. The best of the best. Raja di atas segala raja yaitu Tuhan Yesus Kristus, yang bahkan kematian aja sudah Dia kalahkan. Dia telah bangkit mengalahkan maut untuk menebus kita semua.

Makanya, kita bisa mengatakan dengan bangga bahwa kita itu adalah anak-anak Allah yang lebih dari pemenang. Sebagai bagian dari tim-Nya, kita memiliki akses kepada pemain terbaik sepanjang masa, Tuhan Yesus Kristus, yang tidak hanya memenangkan pertandingan melawan kematian, tetapi juga memberikan kita kehidupan yang penuh makna dan kekal. Dengan memiliki Kristus di dalam hidup kita, kita tidak hanya menghadapi tantangan dengan keberanian, tetapi juga hidup dalam kemenangan yang sudah Dia berikan.

WHAT TO DO:
1. Percaya bahwa Kristus telah mengalahkan kematian, memberikan kita keberanian menghadapi tantangan hidup.
2. Mengakui bahwa sebagai anak-anak Allah, kita memiliki akses kepada pemain terbaik sepanjang masa, yaitu Tuhan Yesus Kristus, yang memberikan kita kehidupan yang penuh makna dan kekal.

BIBLE MARATHON:
▪︎Ayub 1-4

Card image
Renungan Pagi - 28 Mei 2024
2024-05-28 12:41:27


Jika hidup diijinkan menikmati berkat jasmani yang berlimpah dalam hidup ini, jangan lupa untuk selalu bersyukur atas kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Ketika mengucap syukur atas pemenuhan kebutuhan jasmani, sangat penting juga mengingat bahwa segala sesuatu yang kita miliki itu tidaklah abadi, bahkan hidup bagaikan uap yang sebentar kelihatan dan akan lenyap. "Sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap."

Jadi ketika hidup menikmati berkat Tuhan secara materi, jangan melupakan Tuhan dalam setiap rencana kehidupan dan jangan melupakan bahwa ada waktunya kita akan "pulang" kembali kepada Tuhan, dan ada waktunya Tuhan Yesus akan datang kembali, sehingga dunia dan segala yang ada di dalamnya akan lenyap, jadi tidak ada yang dapat dipertahankan dan dibanggakan dari segala yang kita miliki saat ini. Sebab itu hiduplah selalu dengan melibatkan Tuhan dalam hidupmu.
(Yakobus 4:14)

Card image
Quote Of The Day - 28 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-28 12:39:32


Ciri orang yang sungguh-sungguh serius dengan Allah adalah menjauhi kejahatan, tidak berbuat dosa sekecil apa pun, tidak menyakiti atau melukai sesama.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 28 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-28 12:38:34


Jangan kita ribut untuk hal-hal yang tidak prinsip, kita mau memperkarakan hal-hal yang prinsip, yaitu kekudusan, kesucian, kekekalan, langit baru bumi baru.

Card image
DEMONSTRATING GOD'S FEELINGS - 28 Mei 2024 (English Version)
2024-05-28 07:19:18


Not infrequently, when we sing a song, our hearts are touched, tears come to our eyes, but actually these are not tears that please God. Even though it is something that can please God, it is not yet the peak of God's pleasure. We can have sentimental feelings and say, "Till I'm old, I'll be in heaven, always for You." But the tears that shed when we are in ministry, when we carry the cross—meaning we suffer for God's work, carry other people's burdens, save people, take part in other people's suffering—those are the tears that become an offering before God.

And frankly, people rarely have those tears, because many people serve God's work with impure motives, not with a heart that truly loves the people like God's heart. People can have compassion, concern, and love for others, but this is not necessarily an impartation of God’s feelings. Because, if it is not an impartation or transmission of God's feelings, it means that it is not yet a demonstration of God, and it does not please God. So, how meaningful is the verse that says, "It is no longer I who live, but Christ lives in me. And the life I now live in the flesh I live by faith in the Son of God."

Because if we live in obedience to His will, it means we are only doing His will, and expressing His feelings. And if we can express God's feelings, that is true service. Expressing God's feelings not only in church activities, but in everything we do. That is why worshiping God in spirit and truth is not just about liturgical activities in the church, nor simply service activities in the church, but the whole movement of our lives. So, if God's word says, "Whether you eat or drink or whatever you do, do it all for the glory of God" (1 Cor. 10:31), it means in everything we do, we do it as an expression of God's feelings. It's not just activities in ministry, but our entire life's activities, and how beautiful life is like this.

We should train ourselves to live like this from a young age, but honestly, we have passed years where we feel entitled to pleasure, and even in ministry, there are often hidden motives. We should all be vessels of God. It is truly beautiful if we can be the house of God, we can express God's feelings. People like this are called children of God (Romans 8). If our lives are not in line with His feelings, then we cannot yet be called children of God. In the New Testament, through the sacrifice of Jesus Christ who redeemed us, we can become children of God. So, we should not only live under grace but also in Christ; in Christ; it means we live in harmony with Christ.

Many Christians are deceived or misled by the concept that they live under grace, and they feel it’s enough. In fact, after living under grace, we must live in Christ. This means that we must be trained and educated to be able to have the thoughts and feelings of Christ (Philippians 2:5-7). By having the thoughts and feelings of Christ, it means we can walk in harmony with Him, all the days of our lives, all the time. Otherwise, we are hypocrites. When we are at church, we look good, but apparently in everyday life we don't, and that is the color of our lives in general.

But today we want to learn to have the life principle "Always for You." Always means there is no time where we live for ourselves. So, in Galatians 2:20, the word of God says, "My life is no longer I, but Christ who lives in me." And this is the standard of life for believers. In fact, there is a very thin line between living according to the flesh and according to the spirit, especially for good people and those who can talk about God or do theology. It is difficult to distinguish whether their friendliness or firmness, and humility is a product of their experience of mental maturity or a product of the Holy Spirit; it’s hard to distinguish.

So, let's examine ourselves, because we are often also deceived by ourselves; where we feel we already have humility, firmness, are already spiritual, even though we don't. We do not act out God's feelings, but our own feelings. People who demonstrate God's feelings will not feel that they are meritorious if they do something, and they will not feel that they are better than other people.

IF WE LIVE IN OBEDIENCE TO HIS WILL, IT MEANS WE ARE ONLY DOING HIS WILL AND EXPRESSING HIS FEELINGS.

Card image
MEMPERAGAKAN PERASAAN TUHAN
2024-05-28 07:10:19


Tidak jarang, pada waktu kita menyanyikan sebuah lagu, hati kita tersentuh, air mata kita berlinang, tetapi sebenarnya itu belumlah air mata yang menyenangkan Tuhan. Walaupun itu sesuatu yang bisa menyenangkan Tuhan, tapi belum puncak dari kesenangan Tuhan. Kita bisa memiliki perasaan sentimentil dan mengatakan, “Sampai ‘ku tua nanti, sampai di surga nanti, selalu untuk-Mu.” Tetapi air mata yang berlinang pada waktu kita ada di pelayanan, waktu kita pikul salib—artinya kita menderita karena pekerjaan Tuhan, memikul beban orang lain, menyelamatkan orang, mengambil bagian dalam penderitaan orang lain—itulah air mata yang menjadi persembahan di hadapan Tuhan. 

Dan terus terang, jarang orang memiliki air mata itu, sebab banyak orang yang melayani pekerjaan Tuhan dengan motif yang tidak murni, tidak dengan hati yang sungguh-sungguh mengasihi umat seperti hati Tuhan. Orang bisa saja memiliki belas kasihan, perhatian, dan kasih kepada orang lain, tetapi belum tentu merupakan penularan dari perasaan Tuhan. Sebab, kalau itu bukan impartasi atau bukan penularan perasaan Tuhan, berarti belum menjadi peragaan Tuhan, dan itu belum menyenangkan hati Tuhan. Jadi, betapa berartinya ayat yang mengatakan, "Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidup yang kuhidupi dalam daging ini, hidup oleh iman kepada Anak Allah.”

Karena jika kita hidup dalam penurutan terhadap kehendak-Nya berarti kita hanya melakukan kehendak-Nya, dan mengekspresikan perasaan-Nya. Dan kalau kita bisa mengekspresikan perasaan Tuhan, sesungguhnya itulah pelayanan yang sejati. Mengekspresikan perasaan Allah bukan hanya dalam kegiatan gereja, melainkan dalam segala hal yang kita lakukan. Itulah sebabnya menyembah Allah dalam roh dan kebenaran, bukan berbicara kegiatan liturgi di dalam gereja, juga tidak cukup kegiatan pelayanan di dalam gereja, tetapi seluruh gerak hidup kita. Jadi, kalau firman Tuhan mengatakan, “Baik kamu makan atau minum atau apa saja yang kamu lakukan, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1 Kor. 10:31), maksudnya dalam segala hal yang kita lakukan, kita melakukannya sebagai ekspresi peragaan dari perasaan Tuhan. Itu bukan hanya kegiatan dalam pelayanan, melainkan seluruh kegiatan hidup kita, dan betapa indahnya kehidupan seperti ini.

Mestinya dari muda kita melatih hidup seperti ini, tapi terus terang, kita sudah melewati tahun-tahun di mana kita merasa berhak memiliki kesenangan, bahkan di dalam pelayanan pun sering kali ada motif-motif terselubung. Semua kita mestinya bisa menjadi bejana Tuhan. Sungguh indah kalau kita bisa menjadi rumah Allah, kita bisa memperagakan perasaan Tuhan. Orang-orang seperti inilah yang disebut anak-anak Allah (Rm. 8). Kalau hidup kita tidak seiring dengan perasaan-Nya, maka belum bisa disebut sebagai anak-anak Allah. Di Perjanjian Baru, melalui kurban Yesus Kristus yang menebus kita, kita dapat menjadi anak-anak Allah. Jadi, kita ini jangan hanya hidup di bawah anugerah, under the grace, tapi juga in Christ, di dalam Kristus; artinya kita hidup seiring dengan Kristus.

Banyak orang Kristen tertipu atau tersesat oleh konsep bahwa mereka hidup di bawah anugerah, dan mereka merasa cukup. Sejatinya, setelah hidup di bawah anugerah, maka kita harus hidup di dalam Kristus. Artinya, kita harus dilatih, dididik untuk bisa memiliki pikiran dan perasaan Kristus (Flp. 2:5-7). Dengan memiliki pikiran dan perasaan Kristus, artinya kita bisa berjalan seirama dengan Dia, di sepanjang hari hidup kita, di sepanjang waktu. Jika tidak, kita munafik. Waktu di gereja, kita berpenampilan bagus, tetapi ternyata dalam kehidupan keseharian tidak, dan itulah warna hidup kita pada umumnya. 

Tapi hari ini kita mau belajar memiliki prinsip hidup “Selalu untuk-Mu.” Selalu berarti tidak ada waktu di mana kita hidup untuk diri kita sendiri. Maka, di dalam Galatia 2:20, firman Tuhan mengatakan, "Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku." Dan ini adalah standar hidup orang percaya. Sejatinya, tipis sekali batas antara hidup menurut daging dan menurut roh, terutama terhadap orang-orang baik, dan yang sudah bisa berbicara tentang Tuhan atau berteologi. Sulit membedakan, apakah keramah-tamahannya atau ketegasannya, rendah hatinya merupakan produk dari pengalaman kedewasaan mentalnya atau produk dari Roh Kudus; sulit membedakan. 

Maka, mari kita periksa diri kita sendiri, karena kita sering juga tertipu oleh diri kita sendiri; di mana kita merasa kita sudah memiliki kerendahan hati, ketegasan, sudah rohani, padahal belum. Kita bukan memperagakan perasaan Tuhan, melainkan perasaan kita sendiri.  Orang yang memperagakan perasaan Tuhan, ia tidak akan merasa berjasa kalau berbuat sesuatu, dan dia tidak merasa lebih baik dari orang lain.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JIKA KITA HIDUP DALAM PENURUTAN TERHADAP KEHENDAK-NYA BERARTI KITA HANYA MELAKUKAN KEHENDAK-NYA, DAN MENGEKSPRESIKAN PERASAAN-NYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 Mei 2924
2024-05-28 07:04:16

1 Raja-raja 1-3
Mazmur 37, 71, 94

Card image
Truth Kids 27 Mei 2024 - SUKACITA DI SORGA
2024-05-27 18:33:48


Lukas 15:7
Aku berkata kepadamu: "Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."

Sobat Kids, manakah yang jumlahnya lebih besar, satu atau dua? Walaupun beda sedikit, tentu saja satu lebih besar daripada dua. Sekarang bandingkan satu dengan sembilan puluh sembilan, manakah yang lebih besar? Wah, ini sih sudah jelas, pasti sembilan puluh sembilan. Namun, ayat firman Tuhan hari ini menuliskan bahwa sukacita di surga akan menjadi lebih besar jika ada satu orang yang bertobat daripada sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.

Walaupun hanya ada satu orang yang bertobat, sukacita di surga lebih besar. Sobat Kids, Tuhan tidak pernah memandang remeh setiap kali kita mau bertobat. Asalkan kita mau bertobat dengan sungguh-sungguh, pasti kita dapat memberikan rasa sukacita di surga. Coba kita periksa kebiasaan buruk kita. Kebiasaan buruk apa yang kita mau ubah? Pertobatan seperti apa yang kita mau lakukan? Lakukanlah dengan sungguh-sungguh sehingga kita dapat membuat Tuhan tersenyum.

Card image
Truth Junior 27 Mei 2024 - PERTOBATAN
2024-05-27 18:32:24


Lukas 15:7
Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”

Tidak perlu orang yang jago matematika untuk mengetahui bahwa sembilan puluh sembilan lebih besar daripada satu. Tetapi, ada kondisi yang berbeda di surga, Sobat Junior. Ayat firman Tuhan hari ini menjelaskan bahwa akan ada sukacita yang lebih besar yaitu saat satu orang berdosa bertobat dari pada sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan. Kenapa satu orang tersebut bisa memberikan sukacita yang lebih besar dari pada sembilan puluh sembilan?

Jika kita merasa sudah baik, tidak ada yang salah dengan kita, atau selalu melakukan kehendak Tuhan, bisa jadi itu berarti kita sombong. Sebaiknya kita periksa diri, Sobat Junior. Itu sama saja artinya kita tidak memerlukan pertobatan. Ingatlah bahwa kita harus berjuang memperbaiki perbuatan, ucapan, dan pikiran kita setiap hari; bertobat setiap hari. Mencari tahu kehendak atau rencana Tuhan dalam hidup ini.

Sobat Junior, pertobatan, walaupun hanya satu orang, akan membawa sukacita di surga. Tentu pertobatan yang dimaksud adalah pertobatan yang sungguh-sungguh, ya. Tuhan akan merasa senang jika kita menyadari dan mengakui kesalahan atau ketidaktepatan kita dalam bertindak, lalu bertobat. Artinya kita sadar bahwa seharusnya kita lebih baik lagi dan mau berjuang untuk lebih baik lagi. Kita membutuhkan Tuhan untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan dapat membuat Tuhan merasa sukacita.

Card image
Truth Youth 27 Mei 2024 (English Version) - REJOICE IN THE LORD
2024-05-27 18:30:15


"Rejoice in the Lord always. I will say it again: Rejoice!" (Philippians 4:4)

Life often brings us various challenges, difficulties, and trials that may make us feel anxious, worried, or even despairing. However, the Word of God teaches us to have a different attitude, which is to rejoice. Why? Because rejoicing is not about our situation or condition, but about the presence of God in our lives.

Rejoicing in the Lord does not mean that we ignore or set aside the problems we face. On the contrary, rejoicing is a heart attitude that chooses to believe that God is always with us in every step of life. When we rejoice in the Lord, we believe that He has a good plan for us, even in the midst of difficulties. Rejoicing is also an expression of gratitude for His endless love and forgiveness.

As humans, we are often tempted to view happiness as a result of our circumstances or achievements. However, the Word of God teaches us to have a deeper perspective on happiness. True happiness does not depend on our situation or physical condition but on our relationship with God. When we choose to rejoice in the Lord, we experience true and eternal happiness, unaffected by our circumstances or physical condition.

Let us continue to cultivate an attitude of rejoicing in our lives, regardless of the situation. When we choose to rejoice in the Lord, we will find new strength to face each day with hope and courage because we know that our God is faithful and good, always accompanying us in every step of life. Even though the world may offer many reasons not to do so. By rejoicing in Him, we not only gain strength and courage to face each day but also become channels of blessings to others.

WHAT TO DO:
By rejoicing in the Lord, we not only gain strength to face each day but also become channels of blessings to others.
Choosing to rejoice in the Lord strengthens faith and provides courage in facing each day.

BIBLE MARATHON:
- Esther 6-10

Card image
Truth Youth 27 Mei 2024 - BERSUKACITA DALAM TUHAN
2024-05-27 18:28:41


"Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4)

Kehidupan sering kali membawa kita pada berbagai tantangan, kesulitan, dan ujian yang mungkin membuat kita merasa cemas, khawatir, atau bahkan putus asa. Namun, Firman Tuhan mengajarkan kita untuk memiliki sikap yang berbeda, yaitu bersukacita. Mengapa? Karena bersukacita bukanlah tentang situasi atau kondisi kita, tetapi tentang kehadiran Tuhan dalam hidup kita.

Bersukacita dalam Tuhan bukan berarti kita mengabaikan atau mengesampingkan masalah-masalah yang dihadapi. Sebaliknya, bersukacita adalah sikap hati yang memilih untuk percaya bahwa Tuhan selalu menyertai kita dalam setiap langkah hidup ini. Ketika kita bersukacita dalam Tuhan, kita meyakini bahwa Dia memiliki rencana yang baik bagi kita, bahkan di tengah-tengah kesulitan. Bersukacita juga merupakan ungkapan syukur atas kasih dan pengampunan-Nya yang tiada henti.

Sebagai manusia, sering kali kita tergoda untuk memandang kebahagiaan sebagai hasil dari kondisi atau pencapaian kita. Namun, Firman Tuhan mengajarkan kita untuk memiliki perspektif yang lebih dalam tentang kebahagiaan. Kebahagiaan sejati bukanlah tergantung pada situasi atau kondisi kita, tetapi pada hubungan kita dengan Tuhan. Ketika kita memilih untuk bersukacita dalam Tuhan, maka kita mengalami kebahagiaan yang sejati dan abadi, yang tidak dipengaruhi oleh situasi atau kondisi fisik kita.

Mari terus membangun sikap bersukacita dalam hidup kita, tanpa memandang situasi. Ketika kita memilih untuk bersukacita dalam Tuhan, kita akan menemukan kekuatan baru untuk menghadapi setiap hari dengan penuh harapan dan keberanian, karena kita tahu bahwa Allah kita, adalah Allah yang setia dan baik, yang senantiasa menyertai kita dalam setiap langkah hidup. Meskipun dunia mungkin menawarkan banyak alasan untuk tidak berbuat demikian. Dengan bersukacita dalam Dia, kita tidak hanya mendapatkan kekuatan dan keberanian untuk menghadapi setiap hari, tetapi juga menjadi saluran berkat bagi orang lain.

WHAT TO DO:
1. Dengan bersukacita dalam Tuhan, kita tidak hanya mendapatkan kekuatan untuk menghadapi setiap hari, tetapi juga menjadi saluran berkat bagi orang lain.
2. Memilih untuk bersukacita dalam Tuhan memperkuat iman dan memberikan keberanian dalam menghadapi setiap hari.

BIBLE MARATHON:
▪︎Esther 6 – 10

Card image
Renungan Pagi - 27 Mei 2024
2024-05-27 18:26:56


Alkitab berkata "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka disebut sebagai anak-anak Allah" karena itu di manapun berada, tugas kita bukan untuk membawa permusuhan, bukan untuk membawa kebencian, tetapi untuk membawa damai.

Oleh karena itu mari kita mau ambil tugas ini dan berkata; Tuhan, saya telah ditugaskan oleh Tuhan, saya telah diangkat dan telah dipilih oleh Tuhan untuk membawa damai di manapun saya berada, saya siap melakukannya.
(Matius 5:9)

Card image
Quote Of The Day - 27 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-27 18:24:00


Untuk bisa menghindarkan diri dari pengaruh dunia yang jahat ini, tidak bisa tidak, orang percaya harus sungguh-sungguh mengenal Tuhan dengan benar, peka terhadap kehendak Tuhan dan berlatih untuk dapat melakukannya.

Card image
HONORED BY GOD - 27 Mei 2024 (English Version)
2024-05-27 18:22:41


Those who honor God, says the Lord, God will honor. People who praise God correctly will receive praise later in the Kingdom of Heaven." If we contemplate this, we should have reverence for God. Do we really have a heart that respects God or not? Have we really given true praise and worship of God or not? Only the Holy Spirit can enlighten us as to how much we truly respect God and whether we truly have a heart that worships and praises Him correctly.

Today in our world, with open social media,, people have the opportunity to attack each other, hurt each other, bully, degrade, insult, slander, destroy reputations, assassinate characters, and maybe we are one of the victims. Let's not get angry, let's not retaliate, let's not argue. Instead, we should examine ourselves. Do we indeed deserve to be insulted, degraded, criticized, rebuked? Maybe we are people who deserve to be treated like that because our situation is actually like that.

If so, let's change. Or if we are people who actually don't deserve to be treated like that, that's fine too. This should actually condition us to seek honor from God. It is through this, that we seek praise in the Kingdom of Heaven, in eternity. And this is a blessing, a blessing in disguise, a blessing in the midst of a storm, in the midst of a tumultuous atmosphere. So, if we respond to situations well, even the worst situations become good for us. Let's not appreciate ourselves, but let God appreciate us.

Those who get offended when criticized are those who still seek honor for themselves. Usually, they will then retaliate, refute, argue, criticize, chastise. They are people who actually seek honor to the point of madness for honor. If we are criticized and we get offended, it means we still seek honor, still thirsty for praise. But if we do not deserve to be criticized because we are not guilty as accused, then let us return it to God and strive not to do the despicable things we are accused of.

This is indeed hard, talking like this is very easy, but doing this is not something easy. But this is precisely God's love. His gracious grace gives us situations where we can be offended, can be hurt, can be vengeful, can harbor hatred and have a desire to retaliate. These situations and conditions are actually blessings, they are training areas, they are God's training areas for us so that we become like Jesus.

How great it was, the attacks directed at Jesus, condemned, criticized, even slandered, yet He patiently endured the opposition, as written in Hebrews 12:3-4 (Consider him who endured such opposition from sinners, so that you will not grow weary and lose heart. 4 In your struggle against sin, you have not yet resisted to the point of shedding your blood). So persistent, and that, as the way that perfected Jesus. And after reaching perfection, He became the source of salvation, the composer, or our example. Jesus had to experience all of that. Could Jesus be offended? Surely, He could be hurt and tempted to retaliate, but Jesus didn't do it. Jesus wasn't immune to faults, but He did choose not to commit any wrongdoing. If Jesus were immune to faults, then we couldn't emulate Him and couldn't follow His example. (Hebrews 5:7 During the days of Jesus’ life on earth, he offered up prayers and petitions with fervent cries and tears to the one who could save him from death, and he was heard because of his reverent submission. 8 Son though he was, he learned obedience from what he suffered 9 and, once made perfect, he became the source of eternal salvation for all who obey him).

And the word of God says, "Let the same mind be in you that was in Christ Jesus" (Philippians 2:5-7). When He was crucified, He prayed for the people who hurt Him, hurt Him badly with the words, "Forgive them, O Father, for they do not know what they are doing" (Luke 23:34). Extraordinary! That is why He received the name that is above every name, He was exalted, because the word of God says, "Whoever humbles himself will be exalted" (Matthew 23:12; Luke 14:11). Those who honor God will be honored. Those who are offended and hurt when criticized are those who do not honor God, because they do not do what is good, what is right in God's eyes.

THOSE WHO HONOR GOD WILL BE HONORED.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-27 18:19:54


Kalau kita datang kepada Tuhan dalam doa, bukan hanya membawa masalah-masalah fana dunia, tetapi membawa masalah-masalah prinsip di dalam kehidupan yang menyangkut perasaan Tuhan.

Card image
DIHORMATI ALLAH - 27 Mei 2024
2024-05-27 18:17:43


“Orang-orang yang menghormati Allah, demikian firman Tuhan, akan dihormati Allah. Orang yang memuji Allah dengan benar akan mendapat pujian nanti di dalam Kerajaan Surga." Jika kita memperkarakan hal ini, mestinya kita memiliki kegentaran kepada Tuhan. Apakah kita sungguh-sungguh telah memiliki hati yang menghormati Allah atau tidak? Apakah sungguh-sungguh kita telah memberikan pujian dan penyembahan yang benar kepada Allah atau tidak? Hanya Roh Kudus yang bisa memberi pencerahan, seberapa kita sungguh-sungguh telah menghormati Allah dan apakah kita sungguh-sungguh telah memiliki hati yang menyembah dan memuji Dia dengan benar.

Hari ini dunia kita dengan adanya media sosial yang terbuka, orang memiliki kesempatan untuk saling menyerang, saling menyakiti, mem-bully, merendahkan, menghina, memfitnah, menghancurkan nama baik, membunuh karakter dan mungkin kita termasuk salah satu korbannya. Mari, jangan marah, jangan sekali-kali membalas, jangan sekali-kali berdebat. Justru dengan hal itu kita harus memeriksa diri. Apakah kita memang patut dihina, direndahkan, dikritisi, dicela? Mungkin kita orang yang patut diperlakukan seperti itu karena keadaan kita sebenarnya demikian.

Jika demikian, berubahlah. Atau kalau kita adalah orang yang sebenarnya tidak patut diperlakukan seperti itu, juga tidak masalah. Hal ini justru mesti mengondisi kita untuk mencari hormat dari Allah. Justru dengan hal ini, kita mencari pujian di dalam Kerajaan Surga, di kekekalan nanti. Dan ini menjadi berkat, blessing in disguise, berkat di tengah-tengah badai, di tengah suasana gaduh. Jadi, kalau kita merespons keadaan dengan baik, maka keadaan yang terburuk pun menjadi baik bagi kita. Jangan kita menghargai diri sendiri, namun biar Tuhan yang menghargai.

Orang yang tersinggung waktu dicela adalah orang yang masih mencari hormat bagi diri sendiri. Biasanya mereka kemudian akan membalas, membantah, berargumentasi, berdebat, membalas, mencela. Mereka adalah orang yang sebenarnya mencari hormat sampai pada tingkat gila hormat. Kalau kita dicela dan kita tersinggung, berarti kita masih mencari hormat, masih haus ingin pujian. Tetapi kalau kita tidak patut dicela karena kita tidak bercela seperti yang dituduhkan, maka baiklah kita mengembalikannya kepada Tuhan dan berjuang untuk tidak melakukan hal yang tercela yang dituduhkan kepada kita.

Ini memang berat, bicara seperti ini sangat mudah, tetapi melakukan hal ini bukan sesuatu yang mudah. Tetapi justru inilah kasih Tuhan. Anugerah kemurahan-Nya memberi kita situasi-situasi di mana kita bisa tersinggung, bisa terluka, bisa dendam, bisa menaruh kebencian dan punya hasrat membalas. Situasi dan kondisi itu sebenarnya merupakan berkat, merupakan area pelatihan, merupakan medan training Tuhan untuk kita supaya kita menjadi seperti Yesus.

Betapa hebat, serangan yang ditujukan kepada Yesus, dikecam, dikritik, bahkan difitnah, tetapi Dia tekun menanggung bantahan itu, seperti yang tertulis dalam Ibrani 12:3-4. Begitu tekun, dan itulah, sebagai jalan yang menyempurnakan Yesus. Dan setelah sampai pada kesempurnaan, Dia menjadi pokok keselamatan, penggubah, atau teladan kita. Yesus harus mengalami semua itu. Bisakah Yesus tersinggung? Pasti bisa Dia untuk sakit hati dan membalas, tapi Yesus tidak melakukannya. Yesus bukan kebal sebenarnya, tetapi Yesus memang memilih untuk tidak melakukan kesalahan apa pun. Kalau Yesus kebal terhadap kesalahan, maka kita tidak bisa meneladani-Nya dan tidak bisa mencontoh Dia.

Dan firman Tuhan tidak mengatakan, "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus" (Flp. 2:5-7). Ketika Ia disalib, Ia mendoakan orang-orang yang menyakiti, melukai Dia dengan hebatnya itu dengan kalimat, "Ampunilah mereka, ya Bapa, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Luk. 23:34). Luar biasa! Itu sebabnya Ia menerima nama di atas segala nama, Ia ditinggikan, sebab firman Tuhan mengatakan, "Barangsiapa yang merendahkan diri akan ditinggikan" (Mat. 23:12; Luk. 14:11). Orang yang menghormati Allah, akan dihormati. Orang yang tersinggung, sakit hati ketika dicela adalah orang yang tidak menghormati Allah, karena ia tidak berbuat apa yang baik, yang benar di mata Allah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG MENGHORMATI ALLAH, AKAN DIHORMATI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 Mei 2024
2024-05-27 18:14:49

Mazmur 111-118

Card image
Truth Kids 26 Mei 2024 - BERSUKACITA DALAM PENGHARAPAN
2024-05-26 12:11:40


Roma 12:12
"Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!"

Di hutan yang ramai, tinggallah si Tupai Ceria. Setiap pagi, dia melompat dari cabang ke cabang sambil teriak, "Yes, hari ini akan menjadi petualangan yang menyenangkan!" Melihatnya, si Rusa Tidur berkata, "Kamu sungguh penuh semangat, Tupai Ceria!"

"Tentu saja aku penuh dengan semangat, kan aku mau mencari makanan sebanyak-banyaknya. Jika musim salju datang, aku tidak perlu kedinginan karena aku sudah punya banyak makanan. Walaupun sejujurnya belum tentu hari ini aku berhasil menemukan makanan hehehe,," ucap Tupai Ceria dengan semangat.

Sobat Kids, seperti Tupai Ceria yang selalu bersukacita dalam pengharapan, kita juga dipanggil untuk memiliki sikap yang sama. Walaupun mungkin yang kita harapkan tidak selalu menjadi kenyataan, kita tetap dapat memilih untuk tetap bersukacita dalam pengharapan. Dalam setiap situasi, mari kita percaya bahwa Tuhan selalu menyediakan hal yang terbaik untuk kita. Teruslah bersikap positif, karena bersukacita dalam pengharapan adalah salah satu cara kita menunjukkan iman kepada Tuhan.

Card image
Truth Kids 26 Mei 2024 - MATAHARI PASTI TERBIT
2024-05-26 12:07:33


Roma 12:12
“Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!”

Ada seekor tupai yang selalu semangat dalam menjalani kesehariannya. Ia bangun pagi-pagi untuk mencari dan mengumpulkan kacang-kacangan sebagai makanan utamanya. Suatu kali, hutan tempat tupai itu tinggal sedang mengalami kekeringan sehingga makanannya sulit ditemukan. Biji atau kacang yang biasanya melimpah, sekarang begitu jarang terlihat. Semua makhluk penghuni hutan mengeluh karena sulit mendapatkan makanan, tapi tupai ini tetap ceria dan semangat meskipun terkadang tidak ada makanan yang didapat. Kelinci pun bertanya kepadanya, “Tupai, kamu kenapa bisa tetap ceria dan bersukacita? Sudah seminggu kita sulit mendapatkan makanan.” “Tenang saja, besok matahari terbit lagi dan kita bisa kembali mencari apa yang bisa kita makan,” jawabnya dengan santai.

Sobat Junior, matahari memang pasti terbit, tapi bukan matahari yang kita ketahui berada di tata surya kita sekarang yang memancarkan terang dan panas. Matahari kita seharusnya adalah Tuhan, karena Ia merupakan sumber cahaya dan kehidupan. Kalau tupai menaruh harapannya pada matahari yang terlihat, kita menaruh harapan pada Matahari Kehidupan kita yaitu Tuhan. Di mana ada pengharapan, di situ ada sukacita. Seperti tupai yang optimis bahwa besok matahari akan terbit, kita pun harus bersukacita karena pengharapan kita adalah Tuhan.

Matahari di bumi ini mungkin suatu saat nanti akan tidak ada lagi, tidak bersinar menerangi dan menghangatkan bumi karena bumi ini dan seluruh isinya akan lenyap, sesuai dengan firman Tuhan. Tapi kalau Matahari Kehidupan kita yaitu Tuhan, pasti ada selamanya dari kekal sampai kekal. Bersukacitalah dan berharap pada Tuhan.

Card image
Truth Youth 26 Mei 2024 (English Version) -
2024-05-26 12:05:03


"Do not be anxious about anything, but in every situation, by prayer and petition, with thanksgiving, present your requests to God. And the peace of God, which transcends all understanding, will guard your hearts and your minds in Christ Jesus." (Philippians 4:6-7)

Hey, have you ever watched the movie Aladdin? It doesn't have to be the 2019 live-action version with Will Smith, even the classic 1992 animated one is fine, as long as it's Aladdin, not anything else. In that movie, there's quite an interesting character. That character is the inhabitant of the oil lamp with blue skin called the Genie. In the film, the Genie is portrayed as a spirit tasked with granting 3 wishes to whoever rubs his lamp. The Genie himself doesn't have freedom, and after granting 3 wishes, he will be trapped inside the oil lamp again until the lamp is rubbed by someone else. Friends, in the movie Aladdin, we see how Genie always obeys the requests of the lamp holder, and thus, when Aladdin uses one of his wishes to deceive Princess Jasmine, Genie just follows along like a servant. Genie has the power to grant wishes but doesn't have the freedom to correct his master's wishes, and his wishes are limited.

It's different with our God, because our God, the Father, has the power and ability to grant our requests even more than just 3 wishes. But our God, the Father, is not a servant because He is the Almighty God, not a restricted entity, and He possesses wisdom and knowledge beyond human understanding. Thus, He also knows what is best for us. When we make requests to God the Father, He will answer our requests not as a servant who just follows our requests to complete His tasks without considering whether the wishes granted will have a good or bad impact on the recipient. Because believe it or not, people often don't know themselves what they want and what is best for them.

But don't worry, we are grateful to have a God like our Heavenly Father, because when we express our requests to Him, He will answer our requests as a good Father who cares for the salvation of His children, not like a indifferent servant. Therefore, it is safest and most pleasant for us to rely on God the Father alone. If we make a wrong request, we won't be affected, with our Father, life becomes safe, peaceful, and serene. When we pray and request to our Father, He has 3 answers: 1. Okay 2. Not yet or 3. I have a better plan.

WHAT TO DO:
Always surrender and request to God the Father. Believe me, it's more effective and safe!

BIBLE MARATHON:
- Esther 1-5

Card image
Truth Youth 26 Mei 2024 - 3 WISHES = 3 ANSWERS
2024-05-26 12:02:54


"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:6-7)

Bro, Sis, apa kalian pernah nonton film Aladdin? Gak harus yang versi live tahun 2019 yang baru-baru ini dimainkan Will Smith, tapi yang versi klasik kartun 1992 juga boleh, yang penting Aladdin, bukan yang lain. Di film itu, ada satu karakter yang lumayan menarik. Karakter itu adalah penghuni lampu minyak dengan kulit biru yang disebut sebagai Genie. Di dalam film itu, Genie diceritakan sebagai suatu arwah yang ditugaskan untuk mengabulkan 3 permintaan dari orang yang mengusap lampunya. Genie sendiri tidak memiliki kebebasan dan setelah dia mengabulkan 3 permintaan, dia akan kembali terkurung di dalam lampu minyak sampai lampu minyaknya diusap lagi oleh orang lain. Teman-teman, di film Aladdin kita melihat bagaimana si Genie selalu tunduk pada permintaan si pemegang lampunya, dan karena itu, ketika si Aladdin menggunakan salah satu permintaannya untuk membohongi si putri Jasmine, maka Genie ikut-ikut aja seperti hamba. Genie memiliki kekuatan untuk mengabulkan permintaan, tetapi tidak memiliki kebebasan untuk mengoreksi permintaan tuannya, dan permintaannya hanya terbatas.

Beda dengan Tuhan kita, karena Tuhan kita Allah Bapa mempunyai kekuatan dan mampu untuk mengabulkan permintaan kita bahkan lebih dari 3 permintaan saja. Tetapi Allah Bapa kita bukan hamba, karena Ia adalah Tuhan yang berkuasa, bukan Pribadi yang dikekang, dan memiliki kebijaksanaan dan hikmat yang melampaui akal manusia. Maka, Ia juga mengetahui apa yang terbaik bagi kita. Jika kita membuat permintaan kepada Allah Bapa, Ia akan menjawab permintaan kita bukan sebagai hamba yang hanya mengikuti permintaan kita demi menyelesaikan pekerjaannya tanpa memikirkan apakah permintaan yang dikabulkan akan berdampak baik atau buruk bagi penerimanya. Karena percaya gak percaya, orang-orang sering tidak tahu sendiri apa yang mereka mau minta dan apa yang terbaik bagi mereka.

Tapi jangan khawatir, kita bersyukur memiliki Tuhan seperti Allah Bapa kita, karena ketika kita menyatakan permohonan kita kepada-Nya, Ia akan menjawab permohonan kita sebagai seorang Bapa yang baik yang mempedulikan keselamatan anak-Nya, bukan seperti pelayan yang cuek. Maka itu, memang paling aman dan enak kita bergantung kepada Allah Bapa saja. Kalau kita salah buat permohonan, kita tetap gak bakal kena imbasnya, bersama Bapa kita, hidup jadi aman, damai, dan tentram.Kalau kita berdoa memohon kepada Bapa kita, Ia mempunyai 3 jawaban: 1. Ok 2. Belum waktunya atau 3. Aku punya rencana yang lebih baik.

WHAT TO DO:
Selalu berserah dan memohon kepada Allah Bapa. Percayalah, lebih manjur dan aman!

BIBLE MARATHON:
▪︎Esther 1-5

Card image
Renungan Pagi - 26 Mei 2024
2024-05-26 11:58:54


Kita harus katakan bahwa; "Malas, no!" Karena diri kita bukan pemalas, kita tidak boleh malas! Karena malas membuat hari-hari berbahaya, membuat hari-hari penuh kekecewaan, membuat hari-hari menjadi hari-hari yang tidak bersinar, bila hidup dalam kemalasan.

Orang yang malas, akibatnya kalau dia bekerja, dia akan bekerja karena keterpaksaan dan hasilnya pasti sia-sia dan baginya pun tidak bermanfaat apa-apa, firman Tuhan katakan, "Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa."
(Amsal 12:24)

Card image
Quote Of The Day - 26 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-26 11:56:59


Tidak berubahnya Allah bukan hanya pada kuasa dan mukjizat-Nya saja, tetapi justru yang harus diperhatikan adalah rencana besar-Nya atau rencana utama-Nya yaitu menyiapkan umat yang layak bagi Dia di Kerajaan Surga.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 26 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-26 11:55:57


Kalau orang masih hidup menurut daging, tidak dipimpin Roh Kudus, berarti dia bukan anak Allah.

Card image
MYSTERY - 26 Mei 2024 (English Version)
2024-05-26 09:30:30


Someone becomes less likely to believe in God because, in their eyes, God becomes more of a mystery. The more people see God as a mystery, the less they demonstrate belief. Indeed, God is the God of Mystery; we cannot fathom the existence of the unlimited God. But God does not remain a mystery as long as we put our trust in Him, just like a child trusting their parents. They do not fully understand the existence of their parents, but when they trust that their parents are safe for them—loving, protecting, defending, and being on their side—then the parents do not remain a mystery to them.

The problem is, why do we look at God as a mystery? Why does God become like a dark fog? Because we don't know Him. Unfortunately, what we hear is often just knowledge that does not have strong implications in life and does not encourage us to experience God. In the academic environment, namely in the College of Theology, subjectivity is often viewed negatively, because everything must be explained systematically. If in an academic environment, there must be a book reference. If there is no reference in writing, it is considered not academic. So, without realizing it, knowledge about God is formatted, fixed, limited, even though God is a transempirical God (beyond reason).

Don't be surprised if someone in the theological academic environment, when there is a teaching that slightly deviates from what already exists, is considered heretical. Whereas the world continues to move, the dynamics of life never cease, and God's maneuvering should not stop either, and God does not stop, following the journey of human life with its dynamics, the life journey of God's children with its dynamics, but God has been confined in doctrine, theology, systematic theology. In fact, in human life, there are so many mysteries that cannot be solved. If science and technology can produce innovative works that bring prosperity, why can’t God, who involves the spiritual realm, be developed? What does theology produce?

So, we must recognize God as a living and real person, with whom we must come into contact. If we read the Bible, from the Book of Genesis to Revelation, it is so clear the encounters, associations, and interactions between humans and God's people in the concrete struggles of their lives. Simple people who experience God, and God is not a mystery, God is real because of that encounter. Meet Him in silence and do not limit our prayer time or encounters. We must dare to seek God. Until we can have the rhythm of touching God.

Miraculously, God often brings us to problems that are full of questions, "Why is this happening, God? Why is it getting worse?" It turns out that God allows us to learn to trust Him in the midst of the biggest storm. So, even in the most confused conditions, the important thing is that God is safe for us because He is not a mystery, as long as we trust Him, He is safe for us. Then why do we lack faith? Because we do not touch Him. Imagine if someone only has knowledge about God, then when they face many problems, full of questions, they become confused. In such a situation, can theology answer? No! The answer can only be found if we can touch God and experience God.

If we learn to meet God in silence, then our lives will be clean and we can be sensitive to reading all situations. But we all must strive to live in holiness, so that we will see the glory of God. God knows each of our problems, but God seems to turn a blind eye, but that's where we have fun learning to trust God. We must continue to trust God, even though there are no signs of His presence, no signs that He is approaching and helping us in this problem. But we know, He taught us to trust Him and not doubt Him.

The truth is, sometimes God doesn't make it easy for us to get through problems. This makes us not take God lightly. But what is clear is that God never leaves us. So, why do we look at God like a dark fog, a mystery, maybe even a haunted face, because He is untouchable, unreachable, because we don't associate with God. If we believe in Him, then, first, we do not dare to sin, because we do not want to hurt God's heart. Second, we long to meet God. Of course, because we have responsibilities, we don't want to rush home to heaven, because there are still many people we have to take to the new heaven and new earth.

GOD DOES NOT BECOME A MYSTERY AS LONG AS WE PUT OUR TRUST IN HIM.

Card image
MISTERI - 26 Mei 2024
2024-05-26 09:24:20


Seseorang makin kurang percaya Tuhan, karena di matanya, Tuhan semakin misteri. Semakin seseorang memandang Tuhan itu misteri, semakin ia menunjukkan kurang percayanya. Memang Tuhan adalah Allah yang Maha Misteri, kita tidak bisa menjajaki keberadaan Allah yang unlimited. Tetapi Tuhan tidak menjadi misteri selama kita menaruh percaya kepada-Nya. Sama seperti anak yang memercayai orang tua. Dia tidak mengenal sepenuhnya keberadaan orang tua, tetapi ketika ia menaruh percaya kepada orang tuanya bahwa orang tuanya aman baginya—mengasihi, melindungi, membela dan ada di pihaknya—maka orang tua tidak menjadi misteri baginya.

Masalahnya, mengapa kita memandang misteri kepada Tuhan? Mengapa Tuhan itu menjadi seperti kelam kabut? Karena kita tidak mengenal Dia. Celakanya, apa yang kita dengar sering kali hanya pengetahuan yang tidak memiliki implikasi kuat di dalam kehidupan dan tidak mendorong kita untuk mengalami Tuhan. Di lingkungan para akademisi, yaitu di lingkungan Sekolah Tinggi Teologi, subjektivitas itu sering dipandang negatif, sebab semua harus bisa dijelaskan secara sistematis. Kalau di lingkungan akademis, harus ada referensi buku. Kalau ada tulisan tidak ada referensinya, dianggap tidak akademis. Jadi, tanpa disadari, pengetahuan tentang Tuhan itu diformatkan, dipatok, dibatasi, padahal Tuhan itu Tuhan yang transempiris (melampaui akal).

Jangan heran kalau orang yang di lingkungan para akademisi teologi, lalu ada ajaran sedikit yang tidak sesuai dengan yang sudah ada, maka dianggap sesat, bidat. Padahal dunia ini bergerak terus, dinamika hidup tidak pernah berhenti, dan mestinya manuver Tuhan pun tidak boleh berhenti, dan Tuhan tidak juga berhenti, mengikuti perjalanan hidup manusia dengan dinamikanya, perjalanan hidup anak-anak Allah dengan dinamikanya, tapi Tuhan telah dikurung dalam doktrin, teologi, sistematika teologi. Padahal, dalam kehidupan umat manusia, begitu banyak misteri yang belum bisa dipecahkan. Kalau ilmu pengetahuan dan teknologi bisa menghasilkan karya-karya inovatif yang benar-benar mendatangkan kesejahteraan, kenapa Allah yang menyangkut alam roh tidak bisa dikembangkan? Apa yang dihasilkan oleh teologi?

Maka, kita harus mengenali Allah sebagai pribadi yang hidup dan nyata, yang dengan-Nya kita harus bersentuhan. Kalau kita membaca Alkitab, dari Kitab Kejadian sampai Wahyu, begitu jelas perjumpaan, pergaulan, interaksi antara manusia umat Allah dalam pergumulan konkret hidup mereka. Orang-orang sederhana yang mengalami Tuhan, dan Tuhan tidak menjadi misteri, Tuhan nyata karena perjumpaan itu. Temui Dia di keheningan dan jangan membatasi waktu doa atau perjumpaan kita. Kita harus berani mencari Tuhan. Sampai kita bisa memiliki irama menyentuh Tuhan.

Ajaibnya, Tuhan sering membawa kita ke masalah yang penuh pertanyaan, "Kenapa terjadi begini, Tuhan? Kenapa semakin memburuk?” Ternyata hal itu Tuhan izinkan supaya kita belajar memercayai Dia di tengah badai sebesar apa pun. Maka, di dalam kondisi paling bingung bagaimanapun, yang penting Tuhan aman bagi kita. Sebab Ia bukan misteri, selama kita memercayai-Nya, Ia aman untuk kita. Lalu, kenapa kita kurang percaya? Karena kita tidak menyentuh Dia. Bayangkan kalau orang hanya punya pengetahuan tentang Tuhan, maka ketika ia menghadapi banyak masalah, penuh pertanyaan, ia menjadi bingung. Dalam keadaan seperti itu, apakah ilmu teologi bisa menjawab? Tidak bisa! Jawabannya hanya bisa kita temukan kalau kita bisa menyentuh Allah dan mengalami Allah. 

Kalau kita belajar bertemu Tuhan di dalam keheningan, maka hidup kita akan bersih dan kita bisa peka membaca segala keadaan. Namun kita semua harus berjuang untuk hidup dalam kekudusan, sehingga kita akan melihat kemuliaan Allah. Tuhan tahu masalah kita masing-masing, namun Tuhan seperti tutup mata, tapi di situ asyiknya kita belajar memercayai Tuhan. Kita harus tetap memercayai Allah, walaupun tidak ada tanda-tanda kehadiran-Nya, tidak ada tanda bahwa Dia mendekati dan menolong kita dalam masalah ini. Tapi kita tahu, Dia mengajar kita untuk memercayai Dia dan tidak meragukan-Nya.

Sejatinya, kadang Tuhan tidak gampang membuat kita melewati masalah. Hal ini membuat kita tidak menggampangkan Tuhan. Namun yang jelas Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Jadi, mengapa kita memandang Tuhan begitu seperti kelam kabut, misteri, bahkan mungkin wajah angker, karena Ia tidak terjamah, tidak terjangkau, sebab kita tidak bergaul dengan Tuhan. Kalau kita percaya kepada-Nya, maka, pertama, kita tidak berani berbuat dosa, karena kita tidak mau melukai hati Tuhan. Yang kedua, kita rindu bertemu Tuhan. Hanya tentu, karena kita punya tanggung jawab, kita tidak mau buru-buru pulang ke surga, karena masih banyak orang yang harus kita bawa ke langit baru bumi baru. 

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN TIDAK MENJADI MISTERI SELAMA KITA MENARUH PERCAYA KEPADA-NYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 Mei 2024
2024-05-26 08:34:10

1 Tawarikh 26-29
Mazmur 127

Card image
Truth Kids 25 Mei 2024 - SUKACITA BERSAMA YESUS
2024-05-25 14:40:11


Yohanes 16:22
"Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu."

Di desa kecil, tinggallah si Kelinci Ceria. Setiap hari, dia melompat-lompat dengan riang sambil teriak, "Aahh, betapa menyenangkannya hidup ini!" Melihatnya, si Kura-kura Lambat bertanya, "Mengapa kamu selalu begitu ceria, Kelinci Ceria?" "Tentu saja aku selalu ceria. Aku bisa melompat ke sana, ke mari sesuka hatiku. Penciptaku sangat luar biasa!" seru Kelinci Ceria dengan bersemangat. "Tetapi bagaimana dengan aku? Aku tidak bisa melompat ke sana, ke mari seperti kamu," keluh Kura-kura Lambat. "Tapi kamu punya tempurung yang kuat. Jika ada bahaya, kamu tinggal memasukkan kepala dan buntutmu ke dalam tempurung. Maka kamu akan aman tanpa harus kelelahan melompat seperti aku," nasihat Kelinci Ceria.

Sobat Kids, setiap dari kita pasti berbeda. Kesulitan yang kita alami pun berbeda-beda. Namun, kita mau belajar dari Kelinci Ceria yang selalu menemukan cara untuk bersukacita. Sumber sukacita kita adalah Tuhan Yesus. Asalkan kita selalu bersama dengan-Nya, maka kita akan merasakan sukacita. Kesedihan dan kesulitan yang kita alami tidak ada artinya jika kita memiliki Tuhan yang hebat.

Card image
Truth Junior 25 Mei 2024 - UNTOUCHABLE
2024-05-25 13:58:46


Yohanes 16:22
“Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu.”

Tingkat tertinggi dari sukacita yang bisa kita rasakan adalah sukacita karena melakukan kehendak-Nya dan menyenangkan hati-Nya. Itu adalah kepuasan tertinggi yang manusia dapat raih dan rasakan dalam hidup, Sobat Junior. Bukan karena punya harta melimpah atau merasakan makanan terenak, melainkan karena kita bisa merasakan isi hati Tuhan yang disenangkan melalui ketaatan serta kepekaan kita. Pernahkah Sobat Junior merasakannya? Jika belum, kita harus menjadi penasaran dan terus berusaha untuk mencapai hal ini. Jika sudah pernah, maka kalian pasti mengerti bahwa sukacita itu tidak tergantikan dengan apa pun. Merasakan bahwa Tuhan tersenyum saat melihat kita dan berkenan terhadap apa yang kita lakukan, rasanya sungguh damai dan luar biasa menyenangkan.

Sukacita tertinggi ini juga terjamin tidak akan hilang atau luntur, kecuali jika kita berbuat dosa atau meleset. Oleh sebab itu, kita jangan lengah dan terus waspada terhadap segala yang di sekitar kita, agar kita tidak tertipu oleh Iblis yang akan selalu berusaha menjatuhkan dan menjauhkan kita dari Tuhan.

Jika kita berhasil membuat Tuhan tersenyum, sukacita itu tidak akan terenggut oleh keadaan atau kejadian apa pun yang menimpa kita karena dalam penderitaan sekalipun, tetap kita ada dalam ucapan syukur yang dalam dan iman yang teguh bahwa Tuhan bersama kita. Hanya itu yang kita butuhkan dan inginkan, Sobat Junior. Let’s be untouchable from evil!

Card image
Truth Youth 25 Mei 2024 (English Version) - GOD IS MY STRENGTH
2024-05-25 13:56:31


"He gives power to the weak and strength to the powerless." (Isaiah 40:29)

Human beings are inherently flawed and weak. Yet, it is through these weaknesses and shortcomings that humans can be considered normal creations because it is in weakness that God truly exists as the Creator. God is the ultimate source of human existence, for without God, humans cannot accomplish anything. Human weakness is not inherently negative; rather, it is a gift as long as humans respond to weakness with a sense of humility, acknowledging their need for the Perfect God who will also perfect them from their weaknesses by uniting with Him. Weakness becomes a negative and destructive force when humans perceive it as injustice or fate without relying on God.

In my spiritual journey, one phrase that resonates with me is "In times of weakness, Satan will intimidate, but in times of strength, Satan will praise." What does this mean? There are moments when believers will experience their lowest points, and Satan will immediately exploit these situations to make individuals unaware of the God who is their source of strength and help. Satan will intimidate, saying, "You can't do it, just give up, you're foolish, there's no hope," and so on, until the person doubts the strength of God. Conversely, Satan will praise if believers are doing well and have no problems. In this way, Satan can deceive believers into not depending on God but on themselves.

From this, it is essential to remember that when we are weak, that weakness can become beautiful and exciting if we trust in the God who can provide strength to endure. Weakness will not be in vain if a believer is not consumed by the intimidation of Satan in their thoughts. Instead, weakness will become a great blessing if believers learn to trust that there is a God who sustains their lives. God will never abandon those whom He loves, as long as those individuals also love Him truly. Even if a person is utterly broken in their weakness, they will not be destroyed by the hand of Satan if they fall broken into the hands of God, who can restore and create a life that is pleasing and uniquely beautiful. Remember, this depends on the response of each individual.

WHAT TO DO:
- Learn to believe that God is able to restore and be our strength.
- Learn not to be swayed by Satan's intimidation in our minds.

BIBLE MARATHON:
- Nehemiah 11-13

Card image
Truth Youth 25 Mei 2024 - TUHANLAH KEKUATANKU
2024-05-25 13:54:29


"Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya." (Yesaya 40:29)

Manusia tidak akan pernah lepas dari kelemahan dan kekurangan. Tapi, dari situlah manusia bisa dikatakan sebagai ciptaan yang normal karena dari kelemahan dan kekurangan, Allah berkeberadaan sebagai Pencipta yang sesungguhnya. Allah menjadi sumber utama dari keberadaan manusia, karena tanpa Allah, manusia tidak dapat berbuat apa-apa. Kelemahan manusia bukanlah suatu hal negatif, melainkan anugerah, asalkan manusia meresponi kelemahan sebagai sikap ketertundukan bahwa kita membutuhkan Allah yang Maha Sempurna yang juga akan menyempurnakan kita dari kelemahan yang kita miliki yaitu dengan cara bersatu dengan Dia. Kelemahan akan menjadi satu hal negatif dan merusak jika manusia menganggapnya sebagai bentuk ketidakadilan atau takdir tanpa ada tindakan mengandalkan Tuhan lagi.

Dalam perjalanan rohani yang saya lalui, ada satu kalimat yang muncul dalam benak pikiran yaitu “Dalam keadaan lemah Iblis akan mengintimidasi, tetapi dalam keadaan kuat Iblis akan memuji.” Artinya? Ada saatnya orang percaya akan mengalami titik terendahnya sendiri, tetapi dengan segera Iblis akan memanfaatkan keadaan tersebut untuk membuat seseorang tidak menyadari bahwa ada Tuhan yang menjadi sumber kekuatan atau penolong. Iblis akan mengintimidasi bahwa “Kamu tidak bisa, menyerah saja, kamu memang bodoh, tidak ada harapan” dan lain sebagainya sampai seseorang tersebut ragu akan kekuatan Allah. Sebaliknya Iblis juga akan memuji, jika orang percaya dalam keadaan baik-baik saja dan tidak ada masalah. Dengan itu, Iblis juga bisa menipu seseorang supaya tidak bergantung pada Allahnya lagi, melainkan pada dirinya sendiri.

Dari hal ini, hal yang perlu kita tanamkan dalam hati dan pikiran yaitu ketika kita lemah, maka kelemahan itu akan menjadi indah dan seru jika kita percaya kepada Allah yang sanggup memberi kekuatan dalam bertahan. Kelemahan tidak akan menjadi sia-sia jika seorang percaya tidak termakan oleh intimidasi Iblis dalam pikirannya, dan sebaliknya kelemahan akan menjadi anugerah yang hebat jika seorang percaya belajar percaya bahwa ada Allah yang menopang hidupnya. Allah tidak akan pernah meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya, jika memang orang-orang tersebut juga mengasihi Dia dengan benar. Sekalipun manusia tersebut hancur sehancur-hancurnya dalam kelemahan, dia tidak akan hancur di tangan Iblis, jika ia jatuh hancur di tangan Allah yang sanggup memulihkan dan membentuk nuansa atau suasana hidup yang lebih berkenan dan indah tiada tara. Ingatlah, hal ini tergantung respons setiap individu.

WHAT TO DO:
1. Belajar percaya bahwa Allah sanggup memulihkan dan menjadi kekuatan kita
2. Belajar tidak termakan intimidasi Iblis dalam pikiran

BIBLE MARATHON:
Nehemia 11-13

Card image
Renungan Pagi - 25 Mei 2024
2024-05-25 13:42:47


Dalam hidup ini perasaan kita bisa salah, prediksi-prediksi bisa salah, perhitungan-perhitungan sebagai manusia bisa salah, akan tetapi firman Tuhan selalu benar.

Firman Tuhan tidak pernah salah, karena itu tidak ada ruginya jikalau hidup sesuai dengan firman Tuhan, karena firman Tuhan yang akan mengubahkan pola pikir dan menguduskan kita, sebab firman Tuhan adalah kebenaran.

"Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran."
(Yohanes 17:16-17)

Card image
Quote Of The Day - 25 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-25 13:39:42


Problem terbesar dalam kehidupan ini adalah ketika seseorang tidak mengenal kebenaran.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 25 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-25 13:38:11


Senangkan Tuhan dengan kedagingan yang kita sembelih setiap hari.

Card image
GOD HUNTERS - 25 Mei 2024 (English Version)
2024-05-25 12:40:46


Maybe there are some of us who never had a good father, so they don't have an image of a good father. But, God our Father is a good God, a good Father. Yet often we don't realize that when we call Him Father, it means we can and should meet Him; personally, intimately. However, in practice, especially as pastors, we often darken this relationship by giving the impression that the pastor has a special privilege to meet God, and as if his prayers are more effective than those of the congregation. It's not that the pastor is not allowed to pray for the congregation, but don't give the impression that the pastor has the privilege to meet God, so that the congregation must go through the pastor as an intermediary.

So, don't be held hostage by the pastors, when each of us can come to God individually. Don't let the atmosphere of the Old Testament—where certain people trusted by God became intermediaries between God and the people—to enter Christianity, which makes us not serious in hunting God. From now on, let each of us become hunters of God. And each of us can be a hunter of God. We are given the opportunity by God, and all the equipment to meet Him. We have the same privileges as anyone else, meaning with pastors, theologians. We can encounter God, meet God. And we must believe that no matter how messy our circumstances are ruffled, tattered, rotten, dilapidated, damaged, God accepts us.

The Father embraces and kisses us when we come and say, "I'm still broken, Lord. I'm still corrupt. I have been unfaithful, Lord. I just betrayed someone. I'm so messed up. Forgive me." Jesus' blood melts, the Father smells the fragrance of Jesus' blood, and He embraces us. But then we must learn to change, and God will guide us. But if we wait until we're not corrupt, not lustful, until we die, we will still be corrupt and lustful. If right now we are people who never want to meet God, we have 1001 reasons to avoid it, because:

First, we are deceived by dark forces as if we don't have the same rights as pastors to meet God.

Second, we are intimidated by our circumstances. Even though God really understands our situation, and the blood of Jesus washes us when He embraces us. The Father smells the fragrance of Jesus' blood, and the Father accepts us. If we are already in His arms, He wants to train us to be perfect, so that we don't commit the same sins. Like the adulteress who was caught, and many people wanted to throw stones at her, Jesus saved the woman. Jesus said to the adulteress, "I also will not throw stones." Then Jesus said, "Go and sin no more."

When will we deal with God? Let's not keep postponing it, even canceling it, wasting away that great salvation. If today God calls us, let's come home. Each of us is a sinner, yet Jesus died on the cross, He can cover and cover us, and we are justified before God. We must change the horizon of our lives by coming to God. The God who was worshiped by Abraham, Isaac, and Jacob, the God who parted the Red Sea, the God who shut the mouths of the lions in the lion's den, the God who quenched the fire, the God who sent the Lord Jesus Christ, His only begotten Son, the same God who called us in His embrace.

It's terrifying if one day we are before the judgment throne of God, and it turns out we didn't work for God. This is actually the essence of the Gospel, that is, how our condition, our nature is transformed into the condition of children of God, similar to Jesus, who in everything He did was truly for the Father in heaven. And the Lord Jesus, has achieved perfection, meaning always living for the Father and becoming a composer. Each of us has a different personality, but each of us can become a sweet and beautiful song in the ears of God. And God is pleased with each of these diverse personalities. Therefore, each of us must deal with God to become a beautiful person, like a sweet symphony.

DO NOT LET THE ATMOSPHERE OF THE OLD TESTAMENT- WHERE CERTAIN PEOPLE TRUSTED BY GOD BECAME INTERMEDIARIES BETWEEN GOD AND THE PEOPLE-TO ENTER CHRISTIANITY, WHICH MAKES US NOT SERIOUS IN HUNTING GOD.

Card image
PEMBURU TUHAN - 25 Mei 2024
2024-05-25 12:29:53


Mungkin ada di antara kita yang tidak pernah punya ayah yang baik, sehingga ia tidak memiliki gambar ayah yang baik. Tapi, Allah Bapa kita adalah Allah yang baik, Bapa yang baik. Namun sering kita tidak sadar, bahwa kalau kita memanggil-Nya Bapa, itu artinya kita bisa dan harus menemui-Nya; secara personal, pribadi. Namun dalam praktik, khususnya sebagai pendeta, sering kita menggelapkan hubungan itu dengan memberi kesan bahwa pendeta punya hak istimewa untuk menemui Allah, dan seakan-akan doanya lebih manjur daripada jemaat. Bukan tidak boleh pendeta mendoakan jemaat, tapi jangan memberi kesan seakan-akan pendeta punya hak istimewa untuk menemui Tuhan, sehingga jemaat harus lewat perantara pendeta.

Maka, jangan disandera oleh pendeta, padahal setiap kita bisa datang sendiri kepada Tuhan. Jangan suasana Perjanjian Lama—di mana orang-orang tertentu yang dipercayai Tuhan menjadi perantara antara Allah dan umat—masuk dalam kekristenan, yang membuat kita tidak serius memburu Tuhan. Sejak saat ini, mari setiap kita menjadi pemburu Tuhan. Dan setiap kita bisa jadi pemburu Tuhan. Kita diberi kesempatan oleh Tuhan, dan segala kelengkapan untuk menemui Dia. Kita punya hak istimewa yang sama dengan siapa pun, artinya dengan pendeta, teolog. Kita bisa menjumpai Tuhan, menemui Tuhan. Dan kita harus yakin biar keadaan kita carut-marut, compang-camping, busuk, bobrok, rusak bagaimanapun, Allah menerima kita.

Bapa memeluk dan mencium ketika kita datang dan berkata, "Aku masih rusak, Tuhan. Aku masih korupsi. Aku punya selingkuhan, Tuhan. Aku baru mengkhianati orang. Aku rusak banget. Ampuni aku." Darah Yesus meleleh, Bapa mencium harumnya darah Yesus, dan Dia memeluk kita. Namun kemudian memang kita harus belajar berubah, dan Tuhan akan menuntun. Tapi kalau menunggu kita tidak korupsi, tidak mata keranjang, sampai mati kita akan tetap korupsi dan mata keranjang. Kalau saat ini kita adalah orang yang tidak pernah mau menemui Tuhan, kita punya 1001 alasan untuk menghindar, itu karena:

Pertama, kita ditipu oleh kuasa gelap seakan-akan kita tidak punya hak yang sama seperti pendeta untuk menjumpai Tuhan.

Kedua, kita terintimidasi dengan keadaan kita. Padahal Tuhan sangat mengerti keadaan kita, dan darah Yesus membasuh ketika Ia memeluk kita. Bapa mencium keharuman darah Yesus, dan Bapa menerima kita. Kalau kita sudah ada di dalam pelukan-Nya, Ia mau melatih kita sempurna, agar kita tidak melakukan dosa yang sama. Seperti pelacur yang ditangkap, dan banyak orang mau melempari dia dengan batu, Yesus menyelamatkan wanita itu. Yesus berkata kepada pelacur itu, "Aku juga tidak akan melempari batu." Lalu Yesus berkata, “Jangan berbuat dosa lagi."

Kapan kita akan berurusan dengan Tuhan? Jangan sampai kita menundanya terus, bahkan kita membatalkan, kita sia-siakan keselamatan yang besar itu. Kalau hari ini Tuhan memanggil kita, pulanglah. Setiap kita adalah orang berdosa, namun Yesus sudah mati di kayu salib, Ia bisa menutupi dan membungkus kita, dan kita dibenarkan di hadapan Allah. Kita yang harus merubah cakrawala hidup dengan datang kepada Tuhan. Allah yang disembah oleh Abraham, Ishak, dan Yakub, Allah yang membelah laut Kolsom, Allah yang menutup mulut singa di kandang singa, Allah yang memadamkan api, Allah yang mengutus Tuhan Yesus Kristus, Putra tunggal-Nya, Allah yang sama yang memanggil kita dalam pelukan-Nya.

Mengerikan sekali kalau suatu hari kita ada di hadapan takhta pengadilan Tuhan, ternyata kita tidak bekerja untuk Tuhan. Ini sebenarnya inti Injil, yaitu bagaimana keadaan kita, kodrat kita diubah menjadi keadaan anak-anak Allah, seperti atau serupa dengan Yesus, yang dalam segala hal yang dilakukan benar-benar untuk Bapa di surga. Dan Tuhan Yesus yang telah mencapai kesempurnaan, artinya mampu hidup selalu untuk Bapa, menjadi penggubah atau komposer. Setiap kita punya kepribadian yang berbeda-beda, tetapi setiap kita dapat menjadi lagu yang merdu dan indah di telinga Tuhan. Dan Tuhan disenangkan oleh setiap pribadi yang beraneka ragam ini. Karenanya masing-masing kita harus berurusan, berperkara dengan Tuhan untuk menjadi pribadi yang indah, bagai simponi yang merdu.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JANGAN SUASANA PERJANJIAN LAMA— DI MANA ORANG-ORANG TERTENTU YANG DIPERCAYAI TUHAN MENJADI PERANTARA ANTARA ALLAH DAN UMAT— MASUK DALAM KEKRISTENAN, YANG MEMBUAT KITA TIDAK SERIUS MEMBURU TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 Mei 2024
2024-05-25 12:26:02

Mazmur 131, 138-139, 143-145

Card image
Truth Kids 24 Mei 2024 - BERBAGI SUKACITA
2024-05-24 12:59:44


Yohanes 15:11
"Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh."

Di sebuah kebun bunga yang indah, tinggallah si Kucing Kecil. Setiap pagi, dia berlari-lari kecil sambil teriak, "Wah, wah, wah, hari ini indah sekali!" Melihatnya, Burung Kicauan berkata, "Wow, kamu sungguh ceria, Kucing Kecil!"

Suatu hari, Kucing Kecil bertemu si Katak Pemalu yang sedang berjongkok di tepi kolam. "Aduh, kenapa kau sedih, Katak Pemalu?" tanya Kucing Kecil. "Hiks, aku merasa kesepian," jawab Katak Pemalu.

Tetapi, dengan sabar dan penuh kasih, Kucing Kecil mengajak Katak Pemalu untuk bermain. "Ah, lihatlah, sekarang kita bisa bersenang-senang bersama!" ucap Kucing Kecil.

Sobat Kids, seperti Kucing Kecil yang membawa sukacita kepada teman-temannya, begitu juga Kristus ingin kita merasakan sukacita-Nya. Melalui hubungan dengan-Nya, kita bisa merasakan kebahagiaan yang penuh. Mari kita buka hati dan berterima kasih kepada Tuhan dengan segala yang kita miliki, sehingga sukacita-Nya menjadi bagian dari hidup kita setiap hari.

Card image
Truth Junior 24 Mei 2024 - KEBAHAGIAAN SEJATI
2024-05-24 12:54:54


Yohanes 15:11
“Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.”

Ada banyak alasan mengapa kita bisa merasakan sukacita. Misalnya mendapat berkat jasmani seperti diberi hadiah oleh orang yang kita kasihi, melakukan kegiatan yang menyenangkan, menolong orang yang kesusahan atau sedang membutuhkan, dll. Penyebab sukacita yang kita rasakan di hati bisa berbagai macam hal, Sobat Junior. Namun, hari ini kita akan belajar sukacita Tuhan, bukan hanya sukacita kita sebagai manusia.

Tentu Sobat Junior pernah merasakan sukacita, entah karena apa pun alasannya. Dan sukacita itu biasanya masih bersifat manusiawi. Tapi kalau sukacita-Nya Tuhan, bukan sukacita manusiawi, Sobat Junior. Sukacita Tuhan yang harus kita pelajari atau mengerti dari mengetahui kehendak-Nya terlebih dahulu. Jika kita tahu apa yang menjadi kehendak Tuhan dan melakukan-Nya, Tuhan disenangkan, dan itu artinya sukacita Tuhan ada di dalam sukacita kita. Kita bersukacita karena bisa menyenangkan Tuhan Yesus, Penebus.

Sukacita Tuhan pasti hal-hal yang bukan bersifat kedagingan dan hawa nafsu manusia. Lalu, bagaimana kita bisa tahu apa kehendak Tuhan? Dengan tekun belajar firman Tuhan, mendengarkan banyak khotbah, dan membaca Alkitab. Roh Kudus akan mengajarkan kepada kita apa yang Tuhan inginkan untuk kita lakukan. Hati nurani kita akan berfungsi sebagai alarm jika kita melanggar atau melakukan sesuatu yang tidak Tuhan sukai. Mari kita miliki kebahagiaan sejati ini, Sobat Junior, yaitu merasakan sukacita Tuhan dalam kita.

Card image
Truth Youth 24 Mei 2024 (English Version) - GOD IS STILL THERE
2024-05-24 12:53:00


"Do not love money, but be satisfied with what you have. For God has said, 'I will never leave you; I will never abandon you." (Hebrews 13:5)

From the moment a person is born, they encounter various problems throughout their life. These issues are indiscriminate, affecting people regardless of their social status or age. Unfortunately, the world is rife with challenges.

How individuals view their problems determines their outcome. If someone sees their problems as insurmountable threats that render them helpless, they may succumb to defeat. However, if they view their problems as opportunities for personal growth and spiritual maturity, they can face them with joy, knowing that God is with them.

Many people are quick to give up and lose hope when faced with life's challenges. They may resort to unhealthy coping mechanisms or even drastic measures to resolve them. However, they fail to realize that God works in all situations to bring about eternal blessings, such as transforming character to reflect divine qualities.

Christians must understand that Jesus sent the Holy Spirit to accompany and dwell within believers. God does not leave believers alone; He is ever-present through His Spirit. The presence of the Holy Spirit in the life of a believer is a tangible expression of God's enduring love. Therefore, believers need not fear anything in this world.

In every season of life, which is often unpredictable, one thing remains constant: the presence and companionship of God, who never abandons His children. Respond to God's presence with a life filled with gratitude and obedience to His will. Through this, believers can live in the hope and love of God.

WHAT TO DO:
- Pour out your heart to God in every circumstance.
- Recognize the presence of the Holy Spirit within you; maintain sensitivity by continually praying and reading the Bible so the Holy Spirit can help you in all situations.

BIBLE MARATHON:
- Nehemiah 8-10

Card image
Truth Youth 24 Mei 2024 - MASIH ADA TUHAN
2024-05-24 12:49:42


Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”(Ibrani 13:5)

Manusia pasti tidak luput dari sebuah permasalahan, bahkan sejak seseorang lahir saat bayi bisa mengalami sebuah masalah. Keadaan seperti ini memang tidak ingin dialami oleh semua orang, namun dalam kenyataannya dunia saat ini memang menjadi tempat di mana adanya banyak masalah. Masalah tidak memandang bulu, tidak melihat status sosial, dan tidak memandang usia. Maka tidak jarang hal buruk bisa dialami siapa saja dan tidak pernah terduga.

Permasalahan yang terjadi pada setiap orang bisa berakhir berbeda, tergantung bagaimana orang tersebut memandangnya. Jika orang tersebut memandang masalah sebagai ancaman yang membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa dan memutuskan menyerah, maka masalah itu akan membuat orang tersebut kalah. Namun jika masalah dipandang sebagai cara Tuhan untuk mengasah diri serta mendewasakan iman, maka masalah akan dihadapi dengan sukacita, sebab ia tahu bahwa Tuhan selalu beserta dengannya.

Sering kali orang mudah untuk menyerah dan memilih putus harapan saat berhadapan dengan persoalan hidup. Sehingga tidak sedikit orang berpikir tidak sehat dan akhirnya memilih jalan pintas untuk menyelesaikannya. Hal ini sangat miris, padahal mereka tidak menyadari bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal yang kita alami, untuk mendatangkan berkat kekal yakni perubahan karakter menjadi berkarakter ilahi.

Orang Kristen harus tahu akan hal ini, yakni Tuhan Yesus telah mengutus Roh Kudus untuk mendampingi bahkan hidup di dalam orang percaya. Tuhan tidak meninggalkan orang percaya sendirian, Ia tetap bersama-sama kita saat ini melalui Roh Kudus-Nya. Kehadiran Roh Kudus dalam hidup orang percaya merupakan wujud nyata kasih Allah yang tetap menyertai setiap umat-Nya. Sehingga tidak perlu ada yang dikhawatirkan oleh orang percaya dalam hidup di dunia ini.

Oleh sebab itu, dalam segala musim kehidupan yang selalu tidak bisa terprediksi, satu hal yang pasti ada bagi kita adalah penyertaan serta kehadiran Tuhan yang tidak pernah meninggalkan kita. Responilah kehadiran Allah dengan hidup penuh ucapan syukur serta menuruti semua kehendak-Nya. Melalui cara demikianlah kita akan hidup dalam pengharapan dan kasih Tuhan yang nyata.

WHAT TO DO:
1. Dalam kondisi apa pun, tempat untuk mencurahkan isi hati hanya kepada Tuhan.
2. Sadari bahwa Roh Kudus ada di dalam diri kita, maka selalu miliki kepekaan dengan senantiasa berdoa dan membaca Alkitab agar Roh Kudus dapat menolong kita dalam segala kondisi.

BIBLE MARATHON:
Nehemia 8-10

Card image
Renungan Pagi - 24 Mei 2024
2024-05-24 12:31:56


Orang yang suka bersungut-sungut, banyak mengeluh, yang sering emosi, tidak dapat menguasai diri, mudah tersinggung, dan suka sekali marah, akan membuat orang-orang di dekatnya tidak nyaman bahkan banyak orang akan menghindari bergaul dengannya.

Tetapi orang yang ketika menghadapi apapun tetap bersukacita, tidak mengeluh, selalu tenang dan sabar, dapat mengambil keputusan yang bijaksana, maka orang-orang di dekatnya akan sangat diberkati, dan temannya pasti banyak.

Karena itu dapat kita simpulkan yaitu ketika selalu bersukacita, maka hidup akan menjadi berkat bagi banyak orang. Sesuai perkataan firman Tuhan "Bersukacitalah senantiasa dan tetaplah berdoa."
(1 Tesalonika 5:16-17)

Card image
Quote Of The Day - 24 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-24 12:29:02


Kalau kita tidak sungguh-sungguh dalam hadirat Tuhan dan berjaga-jaga, pasti kita mudah jatuh dalam dosa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 24 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-24 12:27:40


Tuhan itu Maha Baik, Ia menghabisi manusia lama kita dengan bekerja dalam segala perkara.

Card image
RETURNING INTO HIS EMBRACE - 24 Mei 2024 (English Version)
2024-05-24 11:56:22


In the Old Testament, we can see the religious pattern of the Jewish people, where each individual or community couldn't directly connect with God. There were leaders, religious figures, priests, and especially the high priest who could directly encounter God and act as a mediator between God and the people. This religious pattern exists in all religions and beliefs. Or at least, generally so. Christianity shouldn't adhere to this pattern. Because every believer can face God directly, and there is only one mediator, namely the Lord Jesus.

If in the New Testament we are called children of God, where Elohim Yahweh—the God of Abraham, Isaac, and Jacob, the God of Israel—is pleased to be Father. That means that each of us has a relationship, relation or connection between the Father and the children, without needing an intermediary. Not only between God and people, but Father and the children. God as the Father wants desires a relationship, a fellowship, a closeness, between us, as children of the Father and God in a harmonious and intimate relationship. So, each of us should be optimistic about being able to meet God personally in prayer and in the fellowship of life at all times. If Enoch could walk with God, then we should be more than that because our relationship with God is that of a Father and child.

Our Lord Jesus Christ, the Savior, has shed his blood and justified us, even though our condition may not be right or not completely right. We are justified so that we can come before God the Father and have fellowship with our possibly still imperfect condition, but the Father is willing to embrace us and clothe us. Like the lost son, the youngest who returned after disobedience, after rebellion, associating with pigs. When this prodigal son returned, his father embraced him; not yet beautified, but embraced.

We cannot measure how long God's patience is, how great, how high, and how deep His understanding is towards us. The problem is, are we willing to come directly to be embraced? Or do we feel there is a double standard? As if there are certain people who can encounter God directly and have some kind of privilege, as religious leaders, spiritual leaders, or some sort of priests. This is deception, foolishness. The reality is, not many believers truly seek God, so honestly, very few people are familiar with God as Father, even though they call God Father, they never have a touch of intimacy with Him.

Don't wait for perfection for us to meet God. We who are still tattered and rotten, we can approach God and humble ourselves. But, how to get rid of the bad smell? First, we must confess our sins and ask for forgiveness. The blood of Jesus wipes away, God sees the blood of Jesus, He will smell the fragrant blood. Even though later we have to learn, be taught by the Father to have an eternal and permanent fragrance like the character of Christ. But Satan deceives us by intimidating our minds that we are still worldly, still rotten.

The question is, do we want to continue like this, separated from God? God knows we are rotten and broken, but He wants to embrace us; He wants us to come and discuss our condition. God knows we are not yet capable of living in holiness, but the Father wants us to come, because if we don't come, then to a certain point, we will never be able to come and we will surely perish. God does not tolerate sin, but in our state, He is willing to accept. Yet many flee, still wallowing in sin. Many people prefer the world over the church, prefer watching TV over praying. They prefer reading many other things over reading the Bible.

The youngest realized, "I have sinned against heaven and against the father, I am no longer worthy to be called a son of the father." While still far away, his father saw the child. This means that this father is waiting for his son to come home. Then his father's heart was moved with compassion. The father saw him. God also sees us, in the condition we are today. Let us come to the Father. Don't delay, because persistent delays mean cancellation. And it is terrible if someone is separated from God's presence. It becomes deceitful when people feel that they do not have the right to meet God. He, our Father. He waits for us to come home to His arms.

GOD KNOWS WE ARE ROTTEN AND BROKEN, BUT HE WANTS TO EMBRACE US; HE WANTS US TO COME AND DISCUSS OUR CONDITION.

Card image
PULANG KE DALAM PELUKAN-NYA - 24 Mei 2024
2024-05-24 11:54:18


Di Perjanjian Lama, kita dapat melihat pola keberagamaan bangsa Yahudi, di mana masing-masing individu atau umat tidak bisa berhubungan langsung dengan Allah. Ada pemimpin, tokoh agama, imam, dan khususnya imam besar yang bisa menjumpai Allah secara langsung dan menjadi mediator atau pengantara antara Allah dan umat. Pola keberagamaan ini ada di seluruh agama dan kepercayaan. Atau paling tidak, pada umumnya demikian. Mestinya kekristenan tidak menganut pola ini. Sebab setiap orang percaya bisa berhadapan langsung dengan Allah, dan pengantaranya hanya satu, yaitu Tuhan Yesus.

Kalau di dalam Perjanjian Baru kita disebut anak-anak Allah, di mana Elohim Yahweh—Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, Allah Israel—berkenan menjadi Bapa. Itu berarti setiap kita, memiliki hubungan, relasi atau koneksi antara Bapa dan anak, tidak perlu perantara. Bukan hanya antara Allah dan umat, melainkan Bapa dan anak. Allah sebagai Bapa menginginkan sebuah hubungan, persekutuan, fellowship, antara kita, sebagai anak-anak Bapa dengan Allah dalam hubungan yang harmonis dan mesra. Jadi, setiap kita, mestinya dengan optimis bisa menjumpai Allah secara pribadi dalam doa dan dalam persekutuan hidup sepanjang waktu. Kalau Henokh bisa berjalan dengan Allah, maka kita mestinya lebih dari itu karena hubungan kita dengan Allah adalah hubungan Bapa dan anak.

Tuhan kita Yesus Kristus, Juru Selamat, telah menumpahkan darah dan membenarkan kita, walaupun keadaan kita belum benar atau belum benar-benar benar. Kita dibenarkan, sehingga bisa dibawa menghadap Allah Bapa dan bisa bersekutu dengan keadaan kita yang mungkin masih compang-camping, tapi Bapa mau memeluk kita dan mendandani kita. Seperti anak terhilang, si Bungsu yang pulang setelah mendurhaka, setelah memberontak, bergaul dengan babi-babi. Ketika si Bungsu yang bejat ini pulang, bapaknya memeluk dia; belum didandani, tapi dipeluk.

Kita tidak bisa mengukur betapa panjang sabar Allah, betapa besar, betapa tinggi, dan dalam pengertian-Nya terhadap kita. Masalahnya, apakah kita mau datang secara langsung untuk dipeluk? Atau kita merasa ada ukuran ganda? Seakan-akan ada orang-orang tertentu yang bisa menjumpai Allah secara langsung dan memiliki semacam hak istimewa, sebagai pemimpin agama, rohaniwan, atau semacam imam. Ini penipuan, pembodohan. Kenyataannya, tidak banyak orang percaya yang sungguh-sungguh mencari Tuhan, sehingga kalau jujur, sedikit sekali orang yang akrab dengan Allah sebagai Bapa, walaupun mereka menyebut Allah itu Bapa, tidak pernah ada sentuhan kemesraan dengan Dia.

Jangan menunggu sempurna untuk kita menjumpai Tuhan. Kita yang masih compang-camping, busuk, kita bisa menghampiri Tuhan dan merendahkan diri. Tapi, bagaimana menghilangkan bau busuk itu? Yang pertama, kita harus mengakui dosa dan minta ampun. Darah Yesus menghapus, Allah melihat darah Yesus, akan tercium darah itu yang wangi. Walaupun kemudian kita harus belajar, dididik Bapa untuk memiliki wewangian yang abadi dan permanen seperti karakter Kristus. Tapi setan menipu kita dengan cara mengintimidasi pikiran kita bahwa kita masih duniawi, masih busuk.

Pertanyaannya, apakah kita mau begitu terus, terpisah dari Allah? Tuhan tahu kita busuk dan rusak, tetapi Dia mau peluk, Dia hanya ingin kita datang dan memperkarakan keadaan kita. Tuhan tahu kita belum sanggup hidup di dalam kekudusan, tapi Bapa mau kita datang, sebab kalau kita tidak datang maka sampai titik tertentu kita tidak pernah bisa datang dan kita pasti binasa. Tuhan tidak menolerir dosa, tetapi dengan keadaan kita ini, Tuhan mau menerima. Namun banyak yang melarikan diri, masih terus berkubang di dalam dosa. Banyak orang lebih betah di dunia daripada di gereja, lebih betah nonton TV daripada berdoa. Lebih betah baca banyak bacaan daripada baca Alkitab.

Si Bungsu menyadari, “Aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebut anak bapa.” Ketika masih jauh, ayahnya telah melihat anak itu. Berarti, ayah ini menantikan pulang anaknya. Lalu tergeraklah hati ayahnya oleh belas kasihan. Ayahnya telah melihatnya. Allah pun melihat kita, dalam keadaan seperti apa adanya hari ini. Mari kita datang kepada Bapa. Jangan menunda, sebab penundaan yang terus-menerus berarti pembatalan. Dan mengerikan kalau sampai orang terpisah dari hadirat Allah. Menjadi penipuan ketika orang merasa bahwa dirinya tidak memiliki hak untuk menemui Tuhan. Dia, Bapa kita. Dia menanti kita pulang ke dalam pelukan-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN TAHU KITA BUSUK DAN RUSAK, TETAPI DIA MAU PELUK, DIA HANYA INGIN KITA DATANG DAN MEMPERKARAKAN KEADAAN KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 Mei 2024
2024-05-24 11:49:03

1 Tawarikh 23-25

Card image
Truth Kids 23 Mei 2024 - BERSUKACITA DALAM PENDERITAAN
2024-05-23 13:02:29


1 Petrus 4:13
"Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya."

Di dekat sebuah taman bermain, hiduplah seorang anak kecil bernama Maya. Suatu hari, Maya terjatuh saat berlari mengejar bola. "Aduh, sakit sekali," rintih Maya sambil memegangi lututnya yang terluka. Tetapi, kemudian Maya melihat sekelompok burung kecil yang sedang bermain di atas pohon. "Wow, mereka begitu bahagia," gumam Maya kagum.

Sobat Kids, dalam hidup kita, terkadang kita mengalami penderitaan dan kesulitan seperti yang tertulis dalam 1 Petrus 4:13. Meskipun terasa menyakitkan, mari kita belajar untuk bersukacita dalam penderitaan kita. Mengapa? Karena setiap penderitaan membawa kita lebih dekat kepada Kristus. Ketika kita merasakan sakit atau kesulitan, janganlah kita putus asa. Lihatlah dengan cara pandang yang baru bahwa setiap ujian adalah kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Jadi, meskipun terasa berat, mari kita bersyukur dan bersukacita, karena di dalam penderitaan itu, kita dapat lebih dekat dengan Kristus.

Card image
Truth Junior 23 Mei 2024 - JALUR DERITA
2024-05-23 12:59:57


1 Petrus 4:13
“Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.”

Sobat Junior, sadarkah kalian bahwa ketika kalian mengalami masalah, kekecewaan, atau penderitaan, lebih mudah untuk ingat dan menghampiri Tuhan, dibandingkan ketika kalian sedang bersukacita? Biasanya kita datang mengadu pada Tuhan waktu dijauhi teman, dimarahi orang tua, atau terkena masalah di sekolah. Tentu saja kita berusaha agar penderitaan yang kita alami bukan karena akibat dari kesalahan kita, ya. Ketika kita sudah berbuat baik dan benar pun, bisa saja kita dimusuhi teman atau ditindas oleh sekitar kita. Penderitaan semacam itulah yang seharusnya membuat kita bersukacita.

Rasanya aneh ya, menderita tapi kok bersukacita? Bagaimana bisa? Pasti bisa, Sobat Junior, karena Roh Kudus juga akan memberi penghiburan kepada kita saat kita menanggung derita karena iman. Meskipun Sobat Junior rasanya seorang diri, kesepian, Tuhan seperti tidak ada atau tidak nyata, juga tidak ada orang yang mau percaya dan menguatkan kita, Tuhan Yesus tidak mungkin tidak ada bersama kalian, Sobat Junior. Setiap luka hati, kemarahan, kekecewaan, kepahitan, air mata yang mengalir, Ia ada dan turut merasakannya juga.

Penderitaan ini akan mendatangkan suatu berkat abadi suatu saat nanti, dan tidak akan berlalu sia-sia tanpa diperhitungkan oleh Tuhan. Oleh karena itu, kiranya kita bisa tetap bersukacita di tengah penderitaan yang kita alami baik sekarang maupun nanti, karena hidup di bumi ini pasti tidak mudah bagi anak-anak Allah yang mau hidup seturut firman-Nya. Mari mendekat kepada Tuhan lewat jalur derita, Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 23 Mei 2024 (English Version) - DECISIVE CHOICES
2024-05-23 08:54:34


"No one has greater love than this: that someone lay down his life for his friends." (John 15:13)
As we enter adulthood, leaving childhood behind, many changes occur, both visible physical changes and changes within, such as mental shifts, personal habits, and thought processes. These changes are influenced by the values we absorb from our surroundings.

The values we incorporate into our lives are crucial because they guide our steps and determine our priorities. For example, if someone values education above all else, they will strive to excel academically. Conversely, if one prioritizes their career, they will focus on advancing professionally.

Change occurs within a person when they embrace and live out a value they deem good. Therefore, as Christians, one of the paramount values that should permeate and guide our lives is the sacrificial love demonstrated by Jesus Christ. His entire life, recorded in the Gospels, serves as a model for each of us to emulate. Through His sacrifice, each of us obtains forgiveness of sins and the opportunity to become perfected human beings.

The example of sacrificial love set by Jesus Christ should become the lifestyle of every Christian. Just as Jesus did not prioritize His own desires but rather the will of the Heavenly Father, so too should we prioritize God's will over our own. We should be willing to sacrifice for others and bring positive change to our surroundings.

The noble value inherent in the sacrifice of Jesus Christ should be the highest value in our lives. Thus, our presence should reflect the presence of the Almighty, bringing peace, tranquility, and joy to those around us. Our families at home, friends, and acquaintances should feel the positive influence of our response to the sacrifice of Jesus.

WHAT TO DO:
- The changes we undergo should affect our character, personality, and lifestyle, all aligned with God's will.
- The positive influence resulting from our response to Jesus' sacrifice should be felt by our parents, siblings, extended family, and friends.

BIBLE MARATHON:
- Nehemiah 4-7

Card image
Truth Youth 23 Mei 2024 - PILIHAN PENENTU
2024-05-23 08:45:12


Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." (Yohanes 15:13)

Saat ini kita sudah memasuki usia yang semakin dewasa, di mana masa kanak-kanak sudah saatnya kita tinggalkan. Di usia yang semakin bertambah ini pasti tanpa disadari banyak hal yang telah mengubah diri kita. Baik perubahan secara fisik yang terlihat maupun perubahan di dalam diri seperti mental, kebiasaan diri, dan cara berpikir. Yang pasti semua itu terjadi karena ada nilai-nilai yang kita dapatkan dari lingkungan sekitar.

Nilai-nilai yang kita masukkan dalam kehidupan kita menjadi sangat penting, kenapa? Karena dari nilai itulah seseorang mengarahkan langkah dan bergerak ke arah yang dianggapnya utama. Contoh, jika ada orang yang memandang study adalah hal utama, maka ia akan berjuang sedemikian rupa untuk meraih study sebaik mungkin. Sebaliknya jika nilai yang di pandang adalah karier, maka orang tersebut akan fokus pada menjalankan karier setinggi mungkin.

Perubahan pada diri seseorang terjadi saat ia menerapkan dan menjalankan suatu nilai yang dianggap baik. Maka sebagai orang Kristen salah satu nilai yang harusnya merasuk dan diterapkan dalam kehidupan adalah nilai pengorbanan dari Tuhan Yesus. Seluruh kehidupan-Nya yang tertulis dalam Injil, menjadi acuan untuk setiap kita teladani. Sebab melalui pengorbanan-Nyalah setiap kita memperoleh pengampunan dosa serta kesempatan untuk menjadi manusia yang sempurna.

Keteladanan dalam pengorbanan Tuhan Yesus, harusnya menjadi gaya hidup setiap orang Kristen. Sebagaimana Tuhan tidak mementingkan keinginan-Nya sendiri melainkan keinginan Bapa di surga yang Tuhan pilih, maka kita pun harus demikian yakni mengabaikan keinginan diri sendiri serta lebih mengutamakan keinginan Tuhan. Mau untuk berkorban bagi orang lain serta membawa perubahan yang positif pada lingkungan sekitar.

Nilai agung yang terkandung dalam pengorbanan Tuhanlah yang harus kita terapkan dalam kehidupan, sehingga kehadiran diri kita mencerminkan kehadiran Tuhan semesta alam. Yang membawa kedamaian, keteduhan serta sukacita bagi sekeliling kita. Yang merasakan perubahan kita haruslah keluarga di rumah, teman, dan sahabat kita, serta setiap orang yang bertemu dengan kita. Oleh karena itu, nilai pengorbanan Tuhan Yesus harus menjadi nilai yang tertinggi dalam kehidupan kita.

WHAT TO DO:
1. Perubahan yang harus dialami adalah watak, karakter dan gaya hidup. Yang semua harus sesuai kehendak Tuhan.
2. Pengaruh positif karena kita meresponi pengorbanan Tuhan harus dirasakan oleh orang tua, saudara kandung, keluarga besar, dan teman-teman kita.

BIBLE MARATHON:
Nehemia 4-7

Card image
Renungan Pagi - 23 Mei 2024
2024-05-23 08:23:58


Panggilan untuk menjadi berkat bukan hanya berlaku buat keluarga atau orang-orang yang kita kenal, tetapi panggilan menjadi berkat berlaku untuk semua orang, termasuk mereka yang pernah menyakiti dan berbuat jahat.

Rasul Petrus mengatakan; "Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat......"

Karena itu, setiap hari biarlah doa kita bukan hanya; "Tuhan berkatilah aku dan keluargaku!" Tetapi "Jadikanlah aku berkat untuk semua orang" sehingga lewat kehidupanku, rencana-rencana Allah dapat terjadi dalam kehidupanku dan juga kehidupan orang lain. Sebab kita dipanggil untuk memperoleh berkat dan menjadi berkat.
(1 Petrus 3:8-9)

Card image
Quote Of The Day - 23 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-23 08:19:34


Selagi masih memiliki kesempatan untuk berubah, kita harus dengan sadar dan sengaja melepaskan semua keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 23 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-23 08:17:29


Kalau kita merespons keadaan dengan baik, keadaan yang terburuk pun menjadi baik bagi kita.

Card image
DAY AND NIGHT - 23 Mei 2024 (English Version)
2024-05-23 07:19:21


Essentially, praying isn't easy. Worshiping God isn't easy either, having a dialogue with God isn't easy. Believing that God exists, is alive, and present isn't easy. The color of our daily lives must truly give high value to God. We can dialogue with God over a long period of time, only then can we touch upon the existence of a true conversation with God. How can our voices reach the throne of God, be respected by God? How can we have worthy worship prayers to the throne of God? If our hearts and lives are clean, not bound by the world, and truly respect God.

There is nothing wrong with having a house, car and all the facilities, but our hearts are not tied to mammon. Instead, these become tools to build our relationship with God. We must love God like someone deeply in love; our love for God grows stronger day by day. There's a fragrance of God that we smell within our spirits, there's an atmosphere we enjoy, which makes us addicted to that atmosphere, so there's no day without prayer and meeting with God, until we learn to be in the presence of God 24 hours a day. Thinking about God day and night, it must be as extreme as possible. Believe, we will not become chaotic, or our work ethic will not be ruined, the responsibilities we must fulfill, we will not avoid them; we become great humans.

If our hearts are clean, not bound by the world, and not crazy about respect, then our worship reaches the throne of God. We can achieve the peak of holiness as high as possible, the peak of approval in the presence of God as high as possible. Remember, we only have one chance in life to deal with the Almighty God of the universe, who is Great, from eternity to eternity. We are not dealing with a god whose power is limited. We're dealing with God who is unlimited, who exists from eternity to eternity, who has all power, Kingdom, and promised glory. So, we must soar high, and this is not a fantasy.

So, today we must start making decisions, "He is everything in my life," don't be half-hearted, think of God day and night. Map out our lives, map out our days. Don't fill our days without purpose. If we don't map out our days, then we will never be able to realize, "Thinking about God day and night." Thinking about God doesn't just occur in our minds, but there are times when we truly deal with God. We live in the presence of God. How delightful life is like this. We will not be ashamed, our descendants will also be remembered by God.

God is alive, God is real. Make God alive, make God real in our lives, and what makes God alive, real and present is ourselves. There's no problem that God allows to destroy our lives. Because we are defended by God. If God is with us, no one can defeat us. People can blame, but they cannot defeat us, because God is on our side. This is not about fuss, but about how God defends and protects us, and we continue to walk towards one end where the sun will rise that never sets, namely God.

But ironically, many Christians give an inappropriate portion to God. Because of the corrupted world standards, they do not honor God appropriately. And the most damaging thing is the naturalness of living like other humans, and a religious pattern whose emphasis is solely on ceremonial liturgy. Whereas Christianity is a way of life; it is the life of Jesus that we put on. If we put on the life of Jesus, there we can fellowship and walk with God. Because the Father says, "Be holy, for I am holy," so we cannot fool around anymore. In the past, we lived recklessly, yet God was still with us. Even if we were unfaithful, God remains faithful.

However, now we must understand that we have to pay the price to walk with God. We only have one chance at life. And it's an honor to know the true God. There is no true God other than the God of Israel, the God of Abraham, Isaac, and Jacob, the God and Father of our Lord Jesus Christ, whose name is Yahweh. We are grateful to know Him, the God from eternity to eternity. Approach Him until we tremble, and can experience the awesomeness of His greatness. Don't fantasize about God, but experience Him. So, have this principle, "think of God day and night."

IF WE DO NOT MAP OUT OUR DAYS, THEN WE WILL NEVER BE ABLE TO REALIZE, "THINKING ABOUT GOD DAY AND NIGHT.

Card image
SIANG MALAM - 23 Mei 2024
2024-05-23 07:14:54


Sejatinya, berdoa itu tidak mudah. Menyembah Tuhan itu juga tidak mudah, berdialog dengan Tuhan itu tidak mudah. Meyakini bahwa Allah itu ada, hidup, hadir, tidak mudah. Warna hidup kita setiap hari harus benar-benar memberi nilai tinggi Tuhan. Kita bisa berdialog dengan Tuhan lewat perjalanan waktu yang panjang, baru kita bisa menyentuh adanya percakapan yang sejati dengan Tuhan. Bagaimana suara kita bisa sampai takhta Tuhan, dihargai oleh Tuhan? Bagaimana kita bisa punya doa penyembahan layak sampai takhta Tuhan? Kalau hati dan hidup kita bersih, hati kita tidak terikat dunia dan benar-benar menghormati Tuhan.

Tidak salah punya rumah, mobil, dan segala fasilitas, tapi hati kita tidak terikat di mamon itu. Justru ini menjadi alat untuk membangun hubungan kita dengan Tuhan. Kita harus mencintai Tuhan seperti orang yang sedang kasmaran; makin hari makin kuat cinta kita. Ada keharuman Tuhan yang kita cium di dalam roh kita, ada atmosfer yang kita nikmati, yang membuat kita kecanduan atmosfer itu, sehingga tidak ada hari tanpa doa dan pertemuan dengan Tuhan, sampai kita belajar 24 jam ada di hadirat Allah. Siang malam memikirkan Tuhan, harus seekstrem-ekstremnya. Percaya, kita tidak akan menjadi kacau, atau etos kerja kita tidak rusak, tanggung jawab yang harus kita penuhi, tidak akan kita hindari; kita menjadi manusia yang agung.

Kalau hati kita bersih, tidak ada ikatan dunia, tidak gila hormat, maka penyembahan kita sampai ke takhta Tuhan. Kita bisa mencapai puncak kesucian setinggi-tingginya, puncak keberkenanan di hadapan Allah setinggi-tingginya. Ingat, kita hanya punya satu kali kesempatan hidup berurusan dengan Allah semesta alam yang Maha Besar, yang dari kekal sampai kekal. Kita bukan berurusan dengan dewa yang terbatas kuasanya. Kita berurusan dengan Allah yang tidak terbatas, yang ada dari kekal sampai kekal, yang memiliki segala kuasa, Kerajaan, kemuliaan yang menjanjikan. Maka kita harus terbang tinggi, dan ini bukan fantasi.

Jadi, hari ini kita harus mulai mengambil keputusan, “Dia segalanya dalam hidupku,” jangan setengah-setengah, siang malam pikirkan Tuhan. Petakan hidup kita, petakan hari kita. Jangan mengisi hari tanpa tujuan. Kalau kita tidak memetakan hari kita, maka kita tidak akan pernah bisa mewujudkan, “Siang malam memikirkan Tuhan.” Memikirkan Tuhan bukan hanya muncul di dalam pikiran kita, tetapi ada waktu-waktu di mana kita benar-benar berurusan dengan Tuhan. Kita hidup di hadirat Tuhan. Betapa menyenangkan hidup seperti ini. Kita tidak akan dipermalukan, keturunan kita pun akan diingat Tuhan.

Allah itu hidup, Allah itu nyata. Jadikan Allah itu hidup, jadikan Allah itu nyata di dalam hidup kita, dan yang membuat Tuhan menjadi hidup, nyata, dan hadir adalah diri kita sendiri. Tidak ada masalah yang dibiarkan Tuhan menghancurkan hidup kita. Karena kita dibela Tuhan. Kalau Tuhan menyertai, tidak ada yang bisa mengalahkan kita. Orang bisa menyalahkan, tapi tidak bisa mengalahkan kita, karena Tuhan di pihak kita. Ini bukan soal keributan, tapi bagaimana Tuhan membela dan menjaga kita, dan kita terus berjalan menuju satu ujung di mana akan terbit matahari yang tidak pernah terbenam, yaitu Tuhan.

Namun ironis, banyak orang Kristen memberikan porsi yang tidak pantas untuk Tuhan. Karena standar dunia yang sudah rusak, mereka tidak menghormati Tuhan secara pantas. Dan yang paling merusak adalah kewajaran hidup seperti manusia lain, dan pola keberagamaan yang titik tekanannya pada liturgi seremonial semata. Padahal kekristenan adalah jalan hidup; hidup-Nya Yesus yang kita kenakan. Kalau kita mengenakan hidupnya Yesus, di situ kita bisa bersekutu dan berjalan dengan Tuhan. Karena Bapa berkata, "Kuduslah kamu, sebab Aku kudus," maka kita tidak bisa main-main lagi. Dulu kita hidup sembarangan, Tuhan masih beserta. Walau kita tidak setia, Tuhan tetap setia.

Namun, sekarang kita harus mengerti bahwa kita yang harus membayar harga untuk bisa berjalan dengan Tuhan. Kita hanya punya satu kali kesempatan hidup. Dan merupakan suatu kehormatan bisa mengenal Allah yang benar. Tidak ada Allah yang benar selain Allah Israel, Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Yahweh nama-Nya. Kita bersyukur mengenal Dia, Allah yang dari kekal sampai kekal. Hampiri Dia, sampai kita gemetar, dan bisa menghayati kedahsyatan kebesaran-Nya. Jangan berfantasi tentang Allah, namun alami Dia. Maka miliki prinsip ini, “siang malam memikirkan Tuhan.”

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA TIDAK MEMETAKAN HARI KITA, MAKA KITA TIDAK AKAN PERNAH BISA MEWUJUDKAN, “SIANG MALAM MEMIKIRKAN TUHAN”

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 Mei 2024
2024-05-23 07:10:08

Mazmur 108-110

Card image
Truth Kids 22 Mei 2024 - JANGAN PUTUS ASA
2024-05-22 15:54:34


Yakobus 1:2
"Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,"

Di sebuah desa kecil, tinggallah seorang anak kecil bernama Ali. Setiap pagi, Ali selalu terpesona oleh keindahan alam di sekitarnya. "Wah, sungguh indah alam ini," gumam Ali sambil mengamati burung-burung yang bermain di langit.

Suatu hari, Ali mengalami kesulitan dalam menyelesaikan puzzle yang rumit. "Aduh, kenapa sulit sekali, ya?" keluh Ali sambil menggaruk kepalanya. Ia hampir menyerah, tetapi kemudian ia teringat kata-kata ayahnya bahwa setiap tantangan adalah kesempatan untuk belajar.

Sobat Kids, seperti yang tertulis dalam Yakobus 1:2, mari kita belajar menganggap setiap kesulitan sebagai peluang untuk bertumbuh. Ketika kita dihadapkan pada masalah atau pencobaan, janganlah kita berputus asa. Sebaliknya, lihatlah dengan pandangan yang baru, bahwa di balik setiap rintangan ada pelajaran yang berharga. Mari kita percaya bahwa Tuhan selalu menyediakan jalan keluar dan kesempatan untuk kita berkembang. Jadi, janganlah berhenti berusaha, karena di balik pencobaan itu, terdapat kebahagiaan yang sejati.

Card image
Truth Junior 22 Mei 2024 - RAHASIA DI BALIK PENCOBAAN
2024-05-22 15:52:36


Yakobus 1:2
“Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,”

Sobat Junior, sebagai murid Kristus, kita memang tidak dijamin akan terus hidup dalam kenyamanan dan bebas dari pencobaan. Meskipun kita mungkin berharap Allah akan menjaga kita dari segala macam penderitaan, kenyataannya dalam perjalanan hidup ini akan ada berbagai tantangan dan cobaan. Tapi jangan salah paham, bukan karena Allah tidak baik atau tidak mengasihi kita, melainkan justru karena Allah adalah Allah yang penuh kasih. Dia memiliki rencana yang baik bagi hidup kita.

Sekarang, mari kita lihat ayat hari ini. Yakobus 1:2 mengajarkan kita untuk melihat pencobaan sebagai kesempatan untuk tumbuh dan belajar dalam iman kita. Daripada melihatnya sebagai sesuatu yang merugikan atau menyakitkan, kita dihimbau untuk memandangnya sebagai kesempatan untuk memperkuat iman kita. Pencobaan dapat mendekatkan diri kita kepada Allah. Dan saat kita melihat pencobaan seperti itu, kita dapat merasakan kebahagiaan yang sejati. Mengapa? Karena kita tahu bahwa Allah sedang bekerja dalam hidup kita untuk tujuan yang baik.

Jadi, Sobat Junior, meskipun kita mungkin mengalami berbagai pencobaan seperti sakit, situasi sulit, kekhawatiran, dan ketakutan, kita bisa yakin bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita. Dia selalu bekerja di balik layar, mempergunakan setiap pencobaan untuk mendatangkan kebaikan bagi kita sebagai anak-anak-Nya. Dan dalam prosesnya, kita bisa tumbuh dalam iman, belajar lebih banyak tentang kasih-Nya, dan mengalami kebahagiaan yang sejati dalam hubungan dengan-Nya.

Card image
Truth Youth 22 Mei 2024 (English Version) - NOT ABOUT YOURSELF
2024-05-22 15:51:04


"Do nothing out of selfish ambition or vain conceit. Rather, in humility value others above yourselves, not looking to your own interests but each of you to the interests of the others." (Philippians 2:3-4)

When humans were created by God, they were endowed with one of the special privileges: feelings. These feelings were given by God because God Himself possesses feelings. With feelings in all humans, there is a need for an object to share these feelings, whether love, compassion, or pain. Feelings also build bridges in relationships with other humans, for without feelings, life might seem bland or less beautiful.

Often, we forget that as a result of humanity's fall into sin, everything became chaotic. Including feelings. Human feelings no longer inclined towards what is good or towards loving the heart of God, but rather towards what benefits oneself. This is the failure of humanity due to its disobedience to God.

Learning from Jesus Christ, who sacrificed for the forgiveness of our sins, He has provided a life example that we must emulate. Jesus gave us the example of not prioritizing oneself but also considering others. Jesus struggled to be a servant for the Glory of the Father in heaven, prioritizing the feelings of the Father who deeply loves the world, thus Jesus was willing to die for humankind.

As the Father in heaven, the Creator who placed feelings within humanity, must surely be the main figure who receives love and affection from humans. As already demonstrated through the sacrifice of Jesus Christ, we should no longer prioritize ourselves but begin to think of others, including in friendships or communities.

Thus, in our communities, we should no longer seek compatibility with one another but rather sharpen ourselves to bravely accept differences, even to build and grow in faith and to be useful to the surrounding environment. This is the impact of responding to the sacrifice of Jesus Christ in our lives as believers. Let us wear the feelings of God in our lives, by loving what God loves, namely humanity.

WHAT TO DO:
To understand what God desires, read the Bible.
Loving friendships or communities begins with small things like accepting shortcomings and forgiving mistakes.
When forging friendships with others or participating in community growth, the heart's motivation must be genuine love for God.

BIBLE MARATHON:
- Nehemiah 1-3

Card image
Truth Youth 22 Mei 2024 - NOT ABOUT YOURSELF
2024-05-22 14:30:02


”Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” (Filipi 2:3-4)

Saat manusia diciptakan oleh Tuhan, ia diberikan salah satu keistimewaan yakni perasaan. Perasaan ini diberikan oleh Tuhan, karena Tuhan sendiri memiliki perasaan. Dengan adanya perasaan pada semua manusia, maka diperlukan sebuah objek untuk dibagikan rasa itu, baik kasih, cinta, ataupun luka. Perasaan jugalah yang membangun hubungan jembatan dengan manusia lain, sebab tanpa sebuah perasaan, maka hidup ini mungkin akan terasa hambar atau tidak menjadi indah.

Sering kali kita lupa bahwa akibat dari kejatuhan manusia kepada dosa, semua menjadi kacau. Termasuk perasaan. Perasaan manusia menjadi tidak lagi menyukai apa yang baik, tidak lagi mengarah kepada menyukai hati Tuhan, malah lebih kepada apa yang menguntungkan dirinya sendiri. Inilah kegagalan manusia akibat dari kebersalahannya tidak menuruti Tuhan.

Belajar dari Tuhan Yesus yang telah berkorban bagi pengampunan dosa kita, Ia telah memberikan teladan hidup yang wajib kita tiru. Tuhan memberikan keteladanan untuk tidak mementingkan diri sendiri, melainkan juga memikirkan orang lain. Tuhan Yesus berjuang menjadi hamba bagi Kemuliaan Bapa di surga, dengan mengedepankan perasaan Bapa yang sangat mengasihi isi dunia ini, maka Tuhan Yesus bersedia mati bagi umat manusia.

Maka sebagaimana Bapa di surga sebagai Pencipta yang telah meletakkan perasaan di dalam diri manusia, tentu saja Bapa harus menjadi sosok Pribadi utama yang menerima kasih dan cinta dari manusia. Sebagaimana sudah diperagakan melalui pengorbanan oleh Tuhan Yesus, maka kita pun tidak boleh hanya mementingkan diri sendiri lagi, tapi mulai memikirkan orang sekitar, termasuk dalam persahabatan atau komunitas.

Sehingga dalam kita berkomunitas tidak lagi mencari kecocokan satu sama lain, tapi lebih kepada mengasah diri untuk berani menerima perbedaan bahkan saling membangun dan bertumbuh dalam iman serta menjadi berguna terhadap lingkungan sekitar. Inilah dampak perubahan dari meresponi pengorbanan Tuhan Yesus bagi kehidupan kita sebagai orang percaya. Kenakanlah perasaan Tuhan dalam hidup kita, dengan mengasihi apa yang Tuhan kasihi yakni manusia.

WHAT TO DO:
1. Agar mengetahui apa yang Tuhan kehendaki, bacalah Alkitab.
2. Mengasihi persahabatan atau komunitas dimulai dari hal kecil yakni menerima kekurangan dan mengampuni kesalahan.
3. Saat mengikat persahabatan dengan orang lain atau ikut bertumbuh dalam komunitas, maka motivasi hati harus tulus mengasihi Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Nehemia 1-3

Card image
Renungan Pagi - 22 Mei 2024
2024-05-22 05:34:39



Seringkali masalah dan kegagalan yang terjadi dalam hidup kita bukan karena Allah yang mengijinkannya dan juga bukan karena setan yang mencobai, tapi seringkali terjadi akibat kesalahan kita sendiri, selalu menginginkan segala sesuatu yang lebih dalam hal materi, lalu hal ini membuat salah dalam mengambil keputusan.

Kalau kita hanya berharap hidup ini dijalani dengan nyaman tanpa masalah dengan cara tanpa kerja keras, tidak bertanggung jawab dan mudah menyerah serta putus asa jika hal yang diinginkan tidak tercapai, maka tidak heran jika akhirnya hidup dipenuhi masalah dan kegagalan. Jangan salahkan siapapun, apalagi menyalahkan Tuhan, sebab semua adalah kesalahan sendiri. Dalam perjuangan hidup ini, belajarlah bertanggung jawab dan tidak ceroboh.

"Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, — yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit —, maka hal itu akan diberikan kepadanya." Biarkanlah hidupmu dipimpin oleh Roh Kudus dan mintalah hikmat Tuhan dengan iman, supaya dengan ketenangan kita mendapatkan pertolongan Tuhan pada waktunya.
(Yakobus 1:5)

Card image
Quote Of The Day - 22 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-22 05:31:36


Kalau kita gentar akan Allah, maka kita tidak akan berbuat dosa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 22 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-22 05:30:00


Temui Tuhan dalam keheningan dan jangan membatasi waktu doa atau perjumpaan kita.

Card image
DO NOT BE HALF-HEARTED - 22 Mei 2024 (English Version)
2024-05-22 05:28:17


The Bible has proven that those who truly deal with God—in the sense of dealing positively, following God's way—will surely be blessed, will not be ashamed. So, we shouldn't be half-hearted. Because God does not compromise with those who are half-hearted. When God says, "You cannot serve two masters," it means we're either 100% for Him or not at all. This is true: "Love the Lord your God—not half, let alone a quarter—with all your heart, all your soul, all your mind, and all your strength."

Let's consider the natural disasters happening in the world; tornadoes, floods, earthquakes, tsunamis, or major accidents that occur. By seeing these things, we become aware that humans are nothing and can do nothing when facing disaster. Especially if we read 2 Peter 3:9-11, where the elements in the air will be consumed by fire. How can humans not be afraid? This is not to intimidate or scare, but indeed we should 'fear.' Therefore, do not be half-hearted. We now have a new principle: thinking about God day and night. It has to be as extreme as possible.

We must dare to say like Moses said when the Lord wanted to leave the Israelites because they were stubborn, "If You Yourself do not lead us, do not make us depart from here." Do not be arrogant. Money is not everything. Capital of relationships, connections, officials, security forces are also not everything. No one can promise, except God. We think about God day and night means that whatever we do does not go against the will of God. When we don't take care of our families properly, we go against the will of God. Or if we're not diligent in our work, we go against the will of God.

Day and night thinking about God is the same as "whether you eat or drink or do anything else, do all for the glory of God." This is the time for us to separate ourselves from the world. We are still in the world, but our minds are not tied to the world, our way of life is different, our lifestyle is different. Satan is afraid of life principles and philosophies like this. Satan is not afraid of us becoming church activists, going to church diligently, even if we become pastors. But Satan is afraid if we separate ourselves from the world by living the life of the Son of God.

So, Jesus' life is not only studied on paper, becoming doctrine or teaching. Jesus' life must be worn to prove that the Jesus we have is the true Jesus. So, be careful with our lives—our words, decisions, how we use money, all our actions—because we must represent God. Representing God is not only when we preach in the pulpit, when we pray for people or do counseling, but in every step we take. And this is what God wants, and it shows our seriousness with God. There's no part of life for anything else, only for God.

When someone falls in love, any scent on him/her becomes pleasant. Why don't we make our hearts infatuated with God? Why don’t we savor the fragrance of God and say, "This is what I like, I want to smell His fragrance"? While we are getting older, our life time on earth is getting shorter, we will face God, yet we still make room in our hearts for many things. We must be attached to God. Day and night thinking about God, until we truly experience God. If we're not considered crazy in the eyes of the world, it means we're not sane in the eyes of God. Even Paul was called crazy. Jesus was also called crazy. Indeed, we shouldn't be eccentric, we still have to live live naturally and politely, live in society well, but we must seriously focus on God and His Kingdom.

So in essence we must have a life that is truly centered on God. And it's not easy. Many Christians have their bodies in the church, but their minds are actually still parked in the world. Like an airplane, they're still on the parking apron, not on the runway. We should have passed the runway and taken off. That's why in Luke 17, Jesus said, "Remember Lot's wife.” What do we remember from Lot's wife? The pillar of salt, she looked back. Her body had already left the city of Sodom, but her heart was still in Sodom. Let's not be like that.

JESUS' LIFE MUST BE WORN TO PROVE THAT THE JESUS WE HAVE IS THE TRUE JESUS.

Card image
JANGAN SETENGAH-SETENGAH - 22 Mei 2024
2024-05-22 05:25:45


Alkitab sudah membuktikan bahwa orang yang sungguh-sungguh berurusan dengan Allah—dalam arti berurusan positif, mengikut jalan Tuhan—pasti diberkati, pasti tidak dipermalukan. Jadi, kita jangan setengah-setengah. Sebab Tuhan tidak kompromi dengan orang yang setengah-setengah. Kalau Tuhan berkata, "Kamu tidak dapat mengabdi kepada dua tuan," itu artinya kita 100% untuk-Nya atau tidak usah sama sekali. Ini yang benar: “Kasihilah Tuhan Allahmu—bukan separuh, apalagi seperempat—dengan segenap hatimu, segenap jiwamu, segenap akal budimu, dan segenap kekuatanmu.”

Coba kita perhatikan bencana-bencana alam yang terjadi di dunia; angin tornado, banjir, gempa bumi, tsunami, atau kecelakaan-kecelakaan besar yang terjadi. Dengan melihat hal-hal itu, kita jadi melek, manusia itu bukan siapa-siapa dan tidak bisa berbuat apa-apa kalau sudah menghadapi bencana. Apalagi kalau kita membaca 2 Petrus 3:9-11, di mana unsur-unsur di udara akan terbakar dalam nyala api. Kok manusia bisa tidak takut? Ini bukan mengintimidasi atau menakut-nakuti, namun memang kita harus ‘takut.’ Oleh sebab itu, jangan setengah-setengah. Kita sekarang punya prinsip baru: siang malam memikirkan Tuhan. Harus seekstrem-ekstremnya.

Kita harus berani berkata seperti Musa berkata ketika Tuhan mau meninggalkan bangsa Israel karena bangsa itu keras kepala, “Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini.” Jangan sombong. Modal uang itu bukan segalanya. Modal relasi, koneksi, pejabat, aparat keamanan juga bukan segalanya. Tidak ada yang bisa menjanjikan, kecuali Tuhan. Kita siang malam memikirkan Tuhan, maksudnya apa pun yang kita lakukan itu tidak melawan kehendak Tuhan. Ketika kita tidak mengurus keluarga dengan baik, kita melawan kehendak Tuhan. Atau kita tidak rajin bekerja, kita melawan kehendak Tuhan.

Siang malam memikirkan Tuhan itu sama artinya dengan “baik kamu makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Tuhan.” Ini sudah zamannya kita keluar memisahkan diri dari dunia. Kita memang masih ada di dunia, tapi pikiran kita tidak terikat dengan dunia, cara hidup kita berbeda, gaya hidup kita berbeda. Setan takut terhadap prinsip-prinsip hidup dan filosofi seperti ini. Setan tidak takut kita jadi aktivis gereja, rajin ke gereja, bahkan sekalipun kita jadi pendeta. Tapi setan gentar kalau kita sampai memisahkan diri dari dunia dengan cara hidup Anak Allah.

Maka, hidup Yesus bukan hanya dipelajari di atas kertas, menjadi doktrin atau ajaran. Hidup Yesus harus dikenakan untuk membuktikan bahwa Yesus yang kita miliki adalah Yesus yang benar. Maka, hati-hati dengan hidup kita—perkataan, keputusan, cara menggunakan uang, segala tindakan perbuatan kita—sebab kita harus mewakili Tuhan. Mewakili Tuhan itu bukan hanya waktu kita khotbah di mimbar, pada waktu kita mendoakan orang atau konseling, melainkan di setiap langkah yang kita lakukan. Dan ini yang Tuhan kehendaki, dan itu menunjukkan keseriusan kita dengan Tuhan. Tidak ada bagian hidup untuk yang lain, hanya untuk Tuhan.

Ketika seseorang jatuh cinta, bau apa pun yang ada padanya, jadi enak. Kenapa kita tidak membuat hati kita kasmaran dengan Tuhan? Kenapa kita tidak membaui keharuman Tuhan dan berkata, “Ini yang aku suka, aku mau mencium keharuman-Nya.” Sementara kita makin tua, waktu hidup kita makin pendek, kita akan menghadap Tuhan, namun masih saja kita memberi ruang hati untuk banyak hal. Kita harus melekat dengan Tuhan. Siang malam memikirkan Tuhan, sampai kita benar-benar mengalami Tuhan. Kalau kita belum gila di mata dunia, berarti kita belum waras di mata Tuhan. Paulus pun dikatai gila. Yesus pun dikatai gila. Memang kita tidak boleh nyentrik, kita tetap harus hidup wajar dan santun, hidup bermasyarakat dengan baik, tetapi kita harus serius memiliki fokus kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya.

Jadi pada intinya kita harus memiliki kehidupan yang benar-benar berpusat pada Allah. Dan itu tidak mudah. Banyak orang Kristen yang tubuhnya di gereja, tapi pikirannya sebenarnya masih terparkir di dunia. Ibarat pesawat, dia masih di landasan parkir, bukan landasan pacu. Mestinya kita sudah lewat landasan pacu, dan terbang. Itulah sebabnya di Lukas 17, Yesus berkata, "Ingatlah akan istri Lot.” Apa yang diingat dari istri Lot? Tiang garam, dia menoleh ke belakang. Tubuhnya sudah keluar dari kota Sodom, tapi hatinya masih di kota Sodom. Jangan kita seperti itu.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

HIDUP YESUS HARUS DIKENAKAN UNTUK MEMBUKTIKAN BAHWA YESUS YANG KITA MILIKI ADALAH YESUS YANG BENAR.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 Mei 2024
2024-05-22 05:22:12

2 Samuel 24
1 Tawarikh 21-22
Mazmur 30

Card image
Truth Kids 21 Mei 2024 - REWARD SURGAWI
2024-05-21 14:46:01


Ibrani 10:34
"Memang kamu telah turut mengambil bagian dalam penderitaan orang-orang hukuman dan ketika harta kamu dirampas, kamu menerima hal itu dengan sukacita, sebab kamu tahu, bahwa kamu memiliki harta yang lebih baik dan yang lebih menetap sifatnya."

Sobat Kids, apakah kamu pernah merasa sedih atau marah ketika seseorang mengejekmu atau menyakiti perasaanmu? Itu memang tidak menyenangkan. Tetapi, ayat Alkitab hari ini mengatakan bahwa anak-anak Allah harus menerima penganiayaan dengan sukacita. Mengapa begitu?

Sebagai anak-anak Allah, kita tahu bahwa pahala kita di surga lebih besar daripada apa pun yang bisa kita alami di dunia ini. Ketika kita menerima penganiayaan dengan sukacita, itu berarti kita percaya bahwa Tuhan kita akan membalas dengan baik kepada kita di surga nanti. Kita tidak perlu merasa sedih atau marah, karena Tuhan selalu menyertai kita dan menjanjikan sesuatu yang indah di masa depan.

Bayangkan jika teman sekolahmu mengejekmu. Padahal kamu memilih berbuat baik daripada ikut-ikutan yang tidak baik. Daripada marah atau sedih, kita bisa memilih untuk tetap tenang dan bahagia, karena kita tahu bahwa Tuhan senang dengan pilihan kita. Suatu hari nanti, Tuhan akan memberikan reward yang besar kepada kita di surga. Jadi, mari kita terus berbuat baik dengan sukacita, meskipun ada orang lain yang tidak mengerti atau bahkan mengejek kita.

Card image
Truth Junior 21 Mei 2024 - SUKACITA DALAM PENGANIAYAAN
2024-05-21 14:44:01


Ibrani 10:34
“Memang kamu telah turut mengambil bagian dalam penderitaan orang-orang hukuman dan ketika harta kamu dirampas, kamu menerima hal itu dengan sukacita, sebab kamu tahu, bahwa kamu memiliki harta yang lebih baik dan yang lebih menetap sifatnya.”

“Hiks… Hiks… Pa, kenapa mereka jahat pada Lala? Padahal Lala tak pernah menyakiti mereka,” keluh Lala sambil mengusap air mata yang mengalir di pipinya. Mendengar tangisan Lala, Papa segera menghampirinya dengan penuh kepedulian. “Lala, apa yang terjadi? Ceritakanlah, biar Papa mengerti kenapa kamu sedih begini,” seru Papa sambil mengelus rambut Lala. Lala pun mulai bercerita. “Saat di sekolah, aku sedang mengerjakan tugas gambar. Tiba-tiba, Nadine dan teman-temannya mengganggu aku. Awalnya, aku mencoba untuk tidak memedulikan mereka, tapi ketika aku berusaha tetap fokus, Nadine merebut gambar yang sudah aku buat dengan susah payah dan merobeknya. Mereka bahkan tidak merasa bersalah, dan malah menertawakanku. Itu membuatku sangat sedih dan marah atas tindakan mereka,” ujar Lala dengan nada sedih.

“Perbuatan mereka memang salah, itu sangat tidak baik untuk dilakukan. Namun, ingatlah kisah Rasul Paulus. Meskipun dia mengalami banyak tantangan selama pelayanannya, seperti difitnah, dikejar-kejar, dipukul, dianiaya, bahkan dipenjarakan, hatinya tidak dikuasai oleh kemarahan, tetapi dipenuhi oleh sukacita. Karena dia tahu bahwa kesulitan yang dia alami adalah kesempatan untuk menunjukkan iman dan keyakinannya kepada Tuhan.” Lala mulai merenungkan kata-kata papa dan mengingat kisah Rasul Paulus. Dia menyadari bahwa meskipun sulit, dia harus mencoba untuk menerima penganiayaan dengan sukacita, karena itu akan memperkuat imannya kepada Tuhan. Dengan tekad baru dalam hatinya, Lala berjanji untuk tetap kuat dan tidak membiarkan tindakan orang lain merusak sukacita dan imannya.

Sobat junior, dari cerita Lala di atas kita bisa belajar bahwa di dalam hidup, mungkin kita akan menghadapi berbagai macam kesulitan dan penganiayaan. Ketika hal itu terjadi, kita harus ingat bahwa Tuhan selalu menyertai kita dan janji-Nya bagi kita adalah kehidupan yang membawa sukacita dan kekekalan. Jadi, Sobat Junior, mari kita tetap kuat dan tidak membiarkan tindakan orang lain merusak sukacita dan iman kita. Selamat berjuang, Sobat Junior!

Card image
Truth Youth 21 Mei 2024 (English Version) - UNCOMMON
2024-05-21 14:41:43


"Remember this: Whoever sows sparingly will also reap sparingly, and whoever sows generously will also reap generously. Each of you should give what you have decided in your heart to give, not reluctantly or under compulsion, for God loves a cheerful giver." (2 Corinthians 9:6-7)

Giving is a noble trait taught by our environment, whether at home or in school. The next level is giving without expecting anything in return, which is something one can do beyond mere giving. At this level, giving something we have prepared will feel much easier than giving something spontaneously. This is very human, as our survival instinct will automatically make us think that giving without careful consideration can harm us. But did you know that in Christianity, there is a level beyond just giving without expecting anything in return? Giving with joy is a higher level than giving without expecting anything in return. It's an uncommon level of giving, you know why? Because sometimes giving without expecting anything in return can be accompanied by sadness or even coercion. Especially if in the days to come, the people we help do not consider our gift meaningful. The Word of God in 2 Corinthians 9 is not just about God loving cheerful givers, but personally, those who do it will find peace. Whether appreciated or not will not be a problem.

Giving with joy is certainly giving with sincerity, so giving at this level can be considered the highest level of giving. The key to being able to do this is to realize that everything we have belongs to God. So, with this awareness, when we give, it's because it belongs to God, not to us. Furthermore, the feeling of being helped truly gives hope, so don't hesitate or feel embarrassed to help others. Especially if it's God who commands it. Your help today may save someone's soul tomorrow.

WHAT TO DO:
1. Realize that everything we have belongs to God.
2. Do not hesitate to help others.
3. Listen to God's voice. Learn to be sensitive.

BIBLE MARATHON:
- Ezra 8-10

Card image
Truth Youth 21 Mei 2024 - UNCOMMON
2024-05-21 13:01:58


Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. (2 Kor. 9:6-7)

Memberi adalah sifat yang baik yang tentunya diajarkan oleh lingkungan kita, baik itu di rumah atau sekolah. Pada tahap berikutnya memberi dengan tanpa pamrih adalah level yang dapat seseorang lakukan lebih dari hanya sekadar memberi. Pada tahap ini jika memberi sesuatu yang memang kita persiapkan akan terasa jauh lebih mudah ketimbang memberikan sesuatu secara spontan. Hal ini sangatlah manusiawi, karena naluri kita yang sudah terbentuk untuk bertahan hidup akan membuat kita otomatis berpikir bahwa memberi tanpa perhitungan yang matang dapat merugikan kita sendiri.

Tapi, tahu gak kamu, dalam kekristenan ada level yang lebih jauh lagi dari hanya sekadar memberi dengan tanpa pamrih. Memberi dengan sukacita adalah level yang lebih tinggi ketimbang memberi dengan tanpa pamrih. Level memberi yang gak biasa tentunya, kenapa? Karena terkadang memberi dengan tanpa pamrih bisa diiringi dengan rasa sedih atau bahkan keterpaksaan. Apalagi, jika di hari-hari depan orang yang kita bantu tidak menganggap pemberian kita itu berarti. Firman Tuhan di 2 Korintus 9 tidak serta-merta hanya buat Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita saja, tapi buat kita secara pribadi yang melakukannya akan mendapatkan damai sejahtera. Mau dihargai atau gak dihargai, gak akan jadi masalah.

Memberi dengan sukacita itu sudah pasti memberi dengan ketulusan, jadi memberi dengan level ini bisa dianggap adalah level tertinggi dari memberi. Nah, kunci untuk dapat melakukannya adalah kita harus sadar bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah milik Tuhan. Jadi, dengan kesadaran seperti ini, kita memberi pun karena itu milik Tuhan, bukan milik kita. Selanjutnya, perasaan tertolong itu benar-benar memberikan harapan lho, maka dari itu jangan segan-segan atau malu-malu memberikan pertolongan bagi orang lain. Apalagi kalau Tuhan yang menyuruh. Bisa jadi, pertolonganmu hari ini ternyata menyelamatkan jiwa seseorang di esok hari.

WHAT TO DO:
1. Menyadari semua yang ada pada kita adalah milik Tuhan
2. Jangan ragu-ragu untuk memberikan pertolongan kepada orang lain
3. Dengarkan suara Tuhan. Belajar peka.

BIBLE MARATHON:
Ezra 8-10

Card image
Renungan Pagi - 21 Mei 2024
2024-05-21 12:56:49


Ada dua hal yang paling buruk dalam melakukan segala sesuatu, yang pertama setengah-setengah dan yang kedua melakukan dengan seenaknya dan sembarangan, apapun yang kita kerjakan dengan setengah-setengah maka hasilnya pasti mengecewakan.

Dalam memahami kehendak Bapa dan melakukan kebenaran, janganlah setengah-setengah dan seenaknya, tetapi pahami dan lakukanlah dengan kesungguhan hati dalam pimpinan Roh Kudus, karenanya apapun yang kita kerjakan, kerjakanlah dengan segenap hati, seperti untuk Tuhan. "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."

Maka segala jerih payah kita dalam persekutuan dengan Tuhan, tidak akan sia-sia. "Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia."
(Kolose 3:23; 1 Korintus 15:58)

Card image
Quote Of The Day - 21 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-21 06:20:19


Kita bisa merendahkan diri di hadapan Tuhan ketika kita membayangkan dan merenungkan betapa agung Tuhan semesta alam di dalam Kerajaan Surga.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 21 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-21 06:18:52


Kita harus mengerti bahwa kita yang harus membayar harga untuk bisa berjalan dengan Tuhan.

Card image
ENDING THE JOURNEY OF LIFE - 21 Mei 2024 (English Version)
2024-05-21 06:14:18


If God teaches and desires us to love Him with all our heart, soul, mind, and strength, it means we must not give space in our hearts and souls to anyone or anything, including our own pleasures, whether in the form of honor, praise, admiration, material possessions, or anything else. Even spouses, parents, children, family, should not rival God in our lives. And this is absolute. Only the Holy Spirit can help us to make Him our God. To make God, our Father, the Father we honor, the reason for whom we live, we must truly place the Lord above all else in this life. And only the Holy Spirit can help us do this.

One day we will surely die, and we all know that we will not bring a single thread or a single penny with us. The Psalmist writes, "Whom have I in heaven but You? And there is nothing on earth that I desire besides You" (Psalm 73:25). If we, who are still young, can do this, we will be truly extraordinary. The Holy Spirit guides us on how to make the Lord everything in our lives. Tomorrow we will be blessed, protected, and not ashamed. For those of us who are older, we should truly empty our hearts so that there is no pleasure or happiness in this life other than the Lord.

If the Lord becomes our only happiness, then He will make anyone and anything in our life environment our happiness. Because our happiness is not in our spouse, parents, children, family, extended family, friends, or material possessions such as cars, houses, jewelry, belongings, honor, praise, or admiration. We must end our journey of life and make God everything in this life. One day the world will become a sea of fire. That's terrifying! Even just a volcano in a certain location is terrifying. When volcanic ash erupts, the sky darkens, and ash rains down. Terrifying! What's more, at the time of the Lord's coming, as written in 2 Peter 3:9-11 and beyond, "The elements will be destroyed by fire." At that time, people only realized how much they needed only God.

Imagine, there are people who are currently stingy towards others, but extravagant and lavish towards themselves; if they want to buy something, they buy it. If they want to achieve something, they do it. However, when it comes to others, they are so stingy and calculating. People who accumulate pleasure and wealth for themselves, and never want to hear what God has to say, surely never find God's plan in their lives. There are people who cannot be advised. They do not care about the work of God.

Perhaps they do not find a church or a trustworthy pastor, so they are unwilling to release their wealth for the work of God. Or maybe they know there are good pastors who can be trusted to carry out the work of God, but their hearts are closed to others. How terrible these people are. One day when they see the awesome eternity, they are not worthy to be with God, because fundamentally what they worship is not God, but their wealth. Their glory lies in the things around them. Whether it's the bag they carry, the watch they wear, the car they drive, the clothes they wear, and so on.

It is not wrong to wear those things if it’s their portion. Nothing wrong with that. But if they do not care about the work of God, only care about their family or loved ones, then even if they support the work of God, it is only out of guilt or pity for the church, not out of love for God. They have not been able to make God their happiness. They do not give proper space to God. Their living space is given to worldly pleasures. These are the people who worship the devil, terrifying!

As pastors, we too can worship the devil. Even though we say we worship God with our mouths, if we still have worldly pleasures and enjoy them, it is the same as worshiping the devil. Appreciating the world, placing high value on it, is worshiping the devil. We can read about it in Luke 4:5-8 The devil led him up to a high place and showed him in an instant all the kingdoms of the world. 6 And he said to him, “I will give you all their authority and splendor; it has been given to me, and I can give it to anyone I want to. 7 If you worship me, it will all be yours.” 8 Jesus answered, “It is written: ‘Worship the Lord your God and serve him only”. Let's give as much space as possible to God. Let's not desire what God does not want us to desire. Let only God be the one we long for and desire. Let's pay attention to what He wants us to do and fulfill His plans for us. Therefore, let's not talk too much, but always dialogue with God every moment.

WE MUST END OUR JOURNEY OF LIFE AND MAKE GOD EVERYTHING IN THIS LIFE.

Card image
MENGAKHIRI JALAN HIDUP - 21 Mei 2024
2024-05-21 06:12:07


Kalau Tuhan mengajar dan menghendaki kita mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan, berarti kita tidak boleh memberikan ruangan hati dan jiwa kita untuk siapa pun dan apa pun, termasuk untuk kesenangan kita sendiri, baik dalam bentuk kehormatan, pujian, sanjungan, benda-benda materi, atau apa pun. Bahkan pasangan hidup, orang tua, anak, keluarga, tidak boleh menyaingi Tuhan di dalam hidup kita. Dan ini satu hal yang mutlak. Hanya Roh Kudus yang dapat menolong kita untuk menjadikan Dia Tuhan kita. Untuk menjadikan Allah, Bapa kita, Bapa yang kita hormati, yang bagi-Nya kita hidup, kita harus sungguh-sungguh menempatkan Tuhan di atas segala-galanya dalam hidup ini. Dan hanya Roh Kudus yang bisa menolong kita melakukan hal ini.

Suatu hari kita pasti meninggal dunia, dan kita semua tahu bahwa tidak ada selembar benang atau sekeping uang pun yang kita bawa. Pemazmur menuliskan, "Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi" (Mzm. 73:25). Kalau kita yang masih muda bisa melakukan hal ini, kita akan menjadi sangat luar biasa. Roh Kudus yang menuntun bagaimana kita menjadikan Tuhan segalanya dalam hidup. Hari esok kita akan menjadi orang-orang yang terberkati, terlindungi, dan tidak akan dipermalukan. Bagi kita yang sudah punya umur, mestinya benar-benar mengosongkan bejana hati agar tidak ada kesenangan dan kebahagiaan apa pun dalam hidup ini selain Tuhan.

Jika Tuhan menjadi satu-satunya kebahagiaan kita, maka Tuhan akan menjadikan siapa pun dan apa pun di lingkungan dalam hidup kita sebagai kebahagiaan kita. Sebab, kebahagiaan kita bukan pada pasangan hidup, orang tua, anak, famili, keluarga besar, sahabat, atau benda-benda materi seperti mobil, rumah, perhiasan, perlengkapan hidup, kehormatan, pujian, atau sanjungan. Kita harus mengakhiri jalan hidup kita, dan menjadikan Tuhan segalanya dalam hidup ini. Suatu hari dunia akan menjadi lautan api. Itu mengerikan! Gunung berapi saja dalam lokasi tertentu, mengerikan. Kalau sudah awan panas menyembur, langit menjadi gelap, lalu turun hujan abu. Mengerikan! Apalagi pada waktu kedatangan Tuhan nanti, yang tertulis di dalam 2 Petrus 3:9-11 dan seterusnya, "Unsur-unsur di udara akan terbakar dalam nyala api." Pada waktu itu, baru orang sadar betapa yang diperlukan dan dibutuhkan hanya Tuhan.

Bayangkan, orang-orang yang sekarang pelit untuk sesamanya, tetapi royal dan boros untuk dirinya sendiri; kalau dia mau beli apa, dia beli. Dia mau mencapai apa, dia lakukan. Tetapi, untuk sesama, dia begitu pelit dan perhitungan. Orang yang mengumpulkan kesenangan serta kekayaan bagi dirinya sendiri, dan tidak pernah mau mendengar Tuhan bicara apa, pasti tidak pernah menemukan apa rencana Allah di dalam hidupnya. Ada orang-orang yang sampai tidak bisa dinasihati. Dia tidak peduli pekerjaan Tuhan.

Mungkin dia tidak menemukan gereja atau pendeta yang bisa dipercaya sehingga dia tidak mau melepaskan hartanya untuk pekerjaan Tuhan. Atau mungkin dia tahu ada pendeta-pendeta baik yang bisa dipercayai untuk menjalankan pekerjaan Tuhan, tetapi hatinya tertutup terhadap sesamanya. Betapa mengerikan orang-orang ini. Suatu hari ketika dia melihat kekekalan yang dahsyat, dia tidak layak bersama dengan Tuhan, karena pada dasarnya yang disembah bukan Tuhan, melainkan harta kekayaannya. Kemuliaannya adalah benda-benda di sekitarnya. Apakah itu tas yang ditenteng, apakah itu arloji yang dikenakan, apakah itu mobil yang dikendarai, apakah itu pakaian yang dipakai, dsb.

Bukan tidak boleh mengenakan hal-hal tersebut kalau itu menjadi bagiannya. Tidak salah. Tetapi kalau dia tidak peduli pekerjaan Tuhan, dia hanya peduli dengan keluarganya atau orang-orang dekat, maka kalaupun dia mendukung pekerjaan Tuhan, itu hanya karena tidak enak hati atau kasihan terhadap gereja, bukan karena mencintai Tuhan. Mereka belum bisa menjadikan Tuhan sebagai kebahagiaannya. Dia tidak memberi ruangan yang patut bagi Tuhan. Ruangan hidupnya diberikan untuk kesenangan-kesenangan dunia. Inilah orang-orang yang menyembah Iblis, mengerikan!

Sebagai pendeta, kita juga bisa menyembah Iblis. Walaupun di mulut berkata menyembah Allah, tapi kita masih memiliki kesenangan-kesenangan dunia dan menikmatinya, itu sama dengan menyembah Iblis. Menghargai dunia, memberi nilai tinggi dunia, itu menyembah Iblis. Kita bisa membacanya di Lukas 4:5-8. Ayo, kita memberi ruangan sebesar-besarnya untuk Tuhan. Jangan mengingini apa yang Tuhan tidak kehendaki kita ingini. Biar Tuhan saja yang kita rindukan dan ingini. Mari kita memperhatikan apa kehendak-Nya untuk kita lakukan, dan rencana-Nya untuk kita penuhi. Karenanya, jangan banyak bicara, tapi selalu berdialog dengan Tuhan setiap saat.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS MENGAKHIRI JALAN HIDUP KITA, DAN MENJADIKAN TUHAN SEGALANYA DALAM HIDUP KITA INI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 Mei 2024
2024-05-21 06:09:41

Mazmur 95, 97-99

Card image
Truth Kids 20 Mei 2024 - TETAP TEGAR DALAM IMAN
2024-05-20 15:12:06


2 Tesalonika 1:4
"sehingga dalam jemaat-jemaat Allah kami sendiri bermegah tentang kamu karena ketabahanmu dan imanmu dalam segala penganiayaan dan penindasan yang kamu derita:"

Sobat Kids, pernahkah kalian mengalami ketika teman-teman membuat kalian merasa sedih atau kecewa? Misalnya, mungkin ada yang mengolok-olok kalian atau mengabaikan kalian saat bermain bersama. Rasanya tidak menyenangkan, bukan? Tapi tahukah kalian, Tuhan Yesus ingin kalian tahu bahwa dalam setiap kesulitan atau penderitaan itu, kita tidak perlu kehilangan sukacita. Bahkan, kita bisa menggunakan momen-momen seperti itu untuk membuat iman kita menjadi lebih kuat!

Coba kita bayangkan jika seseorang selalu menertawakan atau mengolok-olok cara kita berbicara atau berpakaian. Rasanya membuat hati kita terluka dan ingin menangis, kan? Tetapi, inilah saat yang tepat untuk mengingat bahwa Tuhan selalu bersama kita. Kita bisa berdoa kepada-Nya dan meminta kekuatan untuk tetap tegar. Setiap kali kita mampu tetap tersenyum dan tidak merasa sedih meski dijahili, itulah wujud dari iman kita yang semakin kuat!

Jadi, Sobat Kids, saat teman-teman membuat kita merasa sedih atau kecewa, jangan biarkan itu merampas sukacita kalian. Sebaliknya, percayalah bahwa Tuhan akan selalu menolong kita. Jadikan pengalaman itu sebagai peluang untuk memperkuat iman kalian dan menjadi lebih baik lagi. Ingatlah bahwa di dalam Yesus, kita selalu memiliki sukacita yang sejati!

Card image
Truth Junior 20 Mei 2024 - MENGHADAPI KESULITAN
2024-05-20 15:10:47


2 Tesalonika 1:4
“sehingga dalam jemaat-jemaat Allah kami sendiri bermegah tentang kamu karena ketabahanmu dan imanmu dalam segala penganiayaan dan penindasan yang kamu derita:”

Sobat Junior, kadang-kadang hidup kita ini akan menghadapi kesulitan dan penderitaan. Namun, penting untuk diingat bahwa meskipun kita menghadapi masalah, kita tidak boleh kehilangan sukacita. Sebaliknya, Sobat Junior harus membiarkan pengalaman sulit ini memperkuat iman kepada Tuhan. Segala bentuk kesulitan dan penderitaan yang terjadi dalam hidup Sobat Junior mestinya dianggap sebagai latihan untuk menjadi lebih kuat ke depannya. Baik itu kesulitan waktu di sekolah, di rumah, dan di mana pun.

Ketika Sobat Junior menghadapi kesulitan, itu merupakan kesempatan bagi kalian untuk menjadi lebih dekat dengan Tuhan. Sobat Junior dapat berdoa kepada Tuhan, meminta kekuatan dan penyertaan-Nya dalam menghadapi masalah kalian. Dengan demikian, kesulitan tersebut menjadi kesempatan bagi Sobat Junior untuk tumbuh dalam iman dan kepercayaan kepada Tuhan. Justru Sobat Junior bisa merasakan kehadiran-Nya yang memberikan ketenangan dan harapan di tengah-tengah penderitaan.

Selain itu, ketika Sobat Junior belajar mengatasi kesulitan dengan bantuan Tuhan, kalian akan menjadi lebih kuat dan lebih tegar. Sobat Junior akan belajar bahwa Tuhan selalu bersama kalian. Dengan demikian, kesulitan dan penderitaan itu tidak hanya menguji iman kita, tetapi juga memperkuatnya. Seperti halnya ketika kita berlatih olahraga atau belajar pelajaran baru di sekolah, setiap tantangan yang kita hadapi membantu kita menjadi lebih baik dan lebih kuat di masa depan.

Card image
Truth Youth 20 Mei 2024 (English Version) - NO REGRETS IN BEING GOOD
2024-05-20 14:46:38


"Be devoted to one another in love. Honor one another above yourselves." (Romans 12:10)

The world teaches us about reciprocity. When we give something, we expect to receive something in return. We are capable of sacrificing for others, such as providing assistance, forgiving our friends when they err, or swallowing our pride to maintain good friendships. We can do these things. However, sometimes what we do does not come back to us as expected. When we need help, our friends may not care. When we make mistakes, others easily turn against us. After such incidents, we may feel disillusioned with life. The same applies within families. Sometimes, what we sacrifice for our siblings or parents is not counted as a sacrifice. The question we need to ponder in such situations is, "Who says that goodness must be reciprocated?" When we do good and sacrifice ourselves for others, it means we are serving God. God sees the motivation and sincerity of our hearts. They may not acknowledge it, even treating it as worthless. But not with God. Goodness may be lost and forgotten by the world. However, God takes it into account.

We are storing up goodness, patience, and sincerity until we reach heaven. What we do is not ultimately for human recognition but for God's recognition, and it can be enjoyed by our Heavenly Father in heaven. Therefore, learn to look to God in everything you do. Sacrifice without expecting to be repaid. Do good for the glory of God, not for our own glory. And when the world seems to mistreat us and does not return the favor, remember that the Father sees all movements on this earth. He will not let His good children walk alone. So never regret choosing to be a good person.

WHAT TO DO:
Continue to do good and sacrifice for others. Learn not to expect repayment or the return of the kindness shown.

BIBLE MARATHON:
- Ezra 5-7

Card image
Truth Youth 20 Mei 2024 - TIDAK MENYESAL MENJADI ORANG BAIK
2024-05-20 13:21:51


"Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat." (Roma 12:10)

Dunia mengajarkan kita arti dari timbal balik. Ketika kita memberikan sesuatu, kita wajib mendapatkannya kembali. Kita mampu berkorban bagi orang lain, seperti memberikan bantuan, memaafkan teman kita yang bersalah, memendam ego agar persahabatan tetap terjalin dengan baik. Kita mampu melakukan hal-hal tersebut. Namun, faktanya terkadang apa yang kita perbuat tidak kembali dengan sepantasnya. Ketika kita butuh bantuan, teman kita tidak peduli. Ketika kita salah, orang lain dengan mudahnya memusuhi kita. Setelah kejadian itu, kita kecewa dengan kehidupan. Begitu juga dalam keluarga. Terkadang apa yang kita korbankan demi adik atau kakak, ataupun keluarga kita tidak dihitung sebagai pengorbanan. Pertanyaan yang harus kita renungkan dalam kejadian tersebut adalah “Kata siapa kebaikan itu harus kembali?” Ketika kita melakukan kebaikan dan mengorbankan diri bagi sesama kita, artinya kita sedang melayani Tuhan. Tuhan melihat motivasi dan ketulusan hati kita. Mungkin mereka tidak memperhitungkan, bahkan menganggapnya seperti sampah. Tapi tidak dengan Tuhan. Kebaikan bisa hilang dan dilupakan oleh dunia. Namun, Tuhan memperhitungkan.

Kita sedang menabung kebaikan, kesabaran, ketulusan sampai di surga. Apa yang kita lakukan pada akhirnya bukan untuk dilihat manusia, namun dilihat oleh Tuhan serta dapat dinikmati Bapa di surga. Oleh sebab itu, belajarlah untuk memandang Tuhan ketika melakukan apa pun. Berkorbanlah tanpa berharap untuk dibalas. Berbuat baiklah untuk kemuliaan Tuhan, bukan kemuliaan diri kita sendiri. Dan, ketika dunia seakan menjahati kita, dan tidak kembali berpihak pada kita, maka ingatlah kalau Bapa melihat segala pergerakan di bumi ini. Bapa tidak mungkin membiarkan anak-Nya yang baik berjalan sendirian. Jadi, jangan pernah menyesal untuk memilih menjadi orang baik.

WHAT TO DO:
1. Tidak berhenti untuk berbuat baik dan berkorban bagi sesama
2. Belajar untuk tidak berharap imbalan atau dikembalikan kebaikan yang sudah dibuat.

BIBLE MARATHON:
Ezra 5-7

Card image
Renungan Pagi - 20 Mei 2024
2024-05-20 13:19:38


Orang malas adalah orang yang tidak mampu membagi waktu dengan baik, dia hanya senang mengerjakan apa yang dia sukai, bukan apa yang penting; dia hanya senang mengerjakan apa yang mendesak, bukan apa yang perlu; dia tidak mampu memprioritaskan, sehingga kelihatannya saja dia sibuk, tapi tidak mengerjakan apa-apa yang istimewa, tidak mengerjakan apa-apa yang sifatnya membangun.

"Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? "Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring" — maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata."

Orang malas pasti menuju kemunduran, usahanya mundur, pelayanannya mundur, kemudian terus mundur, keluarganya mundur, hari depannya bukan maju malah mundur, oleh karena itu kita tidak boleh malas, karena kemalasan adalah benih dari kemunduran dan tidak akan lepas dari kekurangan dan kemiskinan.
(Amsal 6:6-11)

Card image
Quote Of The Day - 20 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-20 13:06:48


Iman Abraham adalah tindakan yang ekstrem dalam memercayai Allah tanpa batas.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran 20 Mei 2024 - (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-20 13:03:19


Tidak ada masalah yang dibiarkan Tuhan menghancurkan hidup kita, karena kita dibela Tuhan.

Card image
THE CARPET OF HOLINESS - 20 Mei 2024 (English Version)
2024-05-20 12:48:57


The God we worship is not a God without order. God created life with order, with laws. If an object is not supported, it will surely fall. This is the law of gravity. And many other laws, like Archimedes, Aerodynamics, and so on. Everything has its order. Likewise, life has its order. How can we have a good life, meaning blessed by God, so that we reach the Heavenly Canaan which is the final destination of our life? There is an order, there are rules.

And we go to church to get guidance. Why only guidance? Because there will be more 'things' we will hear later from the Holy Spirit through our daily life journey. Also, when we pray privately, read the Bible, much we will hear. If the guidance is wrong, it is impossible for us to live life correctly. So, starting today, let's change our lives. First, don't sin; meaning live holy lives. Second, don't have desires, if not the will of God. Often, we who now appear good, later reflexively our sin emerges when we sit at the dining table, or when we face situations. There are mistakes we make; it's leaking. Or when praying, our determination to live a holy life is extraordinary. But when facing life, we open the roof, so it leaks. And the devil leaks us with filth.

Deuteronomy 8:1-2, "The whole commandment that I command you today you shall be careful to do, that you may live and multiply, and go in and possess the land that the Lord swore to give to your fathers. And you shall remember the whole way that the Lord your God has led you these forty years in the wilderness, that he might humble you, testing you to know what was in your heart, whether you would keep His commandments or not."

In our life's journey, God tests whether we are truly serious in dealing with God, whether we humble our hearts, whether we live holy lives. Now we don't need physical persecution. But what is needed is holiness of life, humbleness of heart before God, so that we will be blessed by God. Honestly, we don't know ourselves very well. God knows. And God knows how to educate us to become God's good "machines". Each of us has different problems. And through that problem, God wants to perfect us. Why does God allow us to have problems—sickness, disease, economic issues, family problems? Because He wants to save us for eternity, the goal is Heavenly Canaan.

So, the secret is don't be afraid, don't listen to Satan's slander; "You can't live a holy life, you'll be weird." Living a holy life is a must. Don't look at what you don't need to see. Avoid worldly friends. Not avoiding socializing, but let's be wise, and the Holy Spirit will help us. Defeat the monsters within us, and God knows how to defeat them. We want to be determined for the rest of our lives, we live holy. God can change our fate easily, if God wants. Like flipping a hand. Don't think there's no way. God has many ways that we never understand. Look at our future. If we ride the carpet of holiness, we can fly anywhere. Let's not defend ourselves, wait in court. We want to have a visitation from God.

Deuteronomy 8:3, "So he humbled you, allowed you to hunger, and fed you with manna which you did not know nor did your fathers know, that he might make you know that man shall not live by bread alone; but man lives by every word that proceeds from the mouth of the Lord." God wants to speak to us every day. He gives us manna to eat, especially spiritual manna. We seek God because we want detoxification. Many sins, our minds are cloudy, many distractions. Let's get serious about cleaning ourselves up.

Stake God with the holiness of life, and prove that He lives. The purer we are, the more we can feel the presence of God. Don't be like a leaky house, it looks fine, but when it rains, it leaks. When there is an opportunity to sin, still sinning. If it's still like that, then the Holy Spirit won't be comfortable staying within us. Living holy is abstract, but God will teach us what holiness is.

IF WE RIDE THE CARPET OF HOLINESS, WE CAN FLY ANYWHERE.

Card image
KARPET KESUCIAN - 20 Mei 2024
2024-05-20 12:42:49


Tuhan yang kita sembah bukanlah Tuhan yang tidak punya tatanan. Tuhan menciptakan kehidupan dengan tatanan, dengan hukum. Kalau suatu benda tidak tertopang, dia akan pasti jatuh. Ini hukum gravitasi. Dan banyak hukum lain, Archimedes, Aerodinamika, dan lain sebagainya. Semua ada tatanannya. Demikian pula hidup ini, ada tatanannya. Bagaimana supaya kita memiliki hidup yang baik-baik, artinya diberkati Tuhan, yang nantinya kita sampai ke Kanaan Surgawi yang merupakan tujuan akhir hidup kita? Ada tatanan, ada aturannya.

Dan kita ke gereja untuk mendapatkan pengarahan. Kenapa hanya pengarahan? Karena lebih banyak ‘hal’ yang kita akan dengar nanti dari Roh Kudus melalui perjalanan hidup kita setiap hari. Juga ketika kita berdoa pribadi, membaca Alkitab, banyak yang kita akan dengar. Kalau pengarahannya salah, tidak mungkin kita bisa menjalani hidup dengan benar. Maka, mulai hari ini ubahlah hidup kita. Pertama, jangan berbuat dosa; berarti hidup suci. Kedua, jangan punya keinginan, jika bukan kehendak Allah. Sering kali kita yang sekarang kelihatan baik, nanti refleks dosanya muncul pada waktu kita duduk di meja makan, atau waktu kita menghadapi kasus. Ada kesalahan yang kita lakukan; itu bocor. Atau waktu berdoa, tekad kita untuk hidup suci luar biasa. Tapi kalau sudah menghadapi kehidupan, kita yang membuka atap, sehingga bocor. Dan setan membocori kita dengan kotoran-kotoran.

Ulangan 8:1-2, “ Segenap perintah, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, haruslah kamu lakukan dengan setia, supaya kamu hidup dan bertambah banyak dan kamu memasuki serta menduduki negeri yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu. Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak.” 

Di perjalanan hidup kita, Tuhan menguji, apakah kita benar-benar serius dalam berurusan dengan Tuhan, apakah kita merendahkan hati, apakah kita hidup suci. Sekarang kita tidak membutuhkan aniaya fisik. Tapi yang dibutuhkan adalah kesucian hidup, merendahkan hati di hadapan Tuhan, supaya kita diberkati Tuhan. Sejujurnya, kita tidak mengenal diri kita dengan baik. Allah yang tahu. Dan Tuhan tahu bagaimana mendidik kita untuk menjadi “mesin” Tuhan yang baik. Setiap kita punya masalah-masalah yang berbeda. Dan lewat masalah itu, Allah mau menyempurnakan kita. Kenapa Allah mengizinkan kita memiliki masalah—sakit penyakit, ekonomi, keluarga? Karena Allah mau membuat kita selamat di kekekalan; tujuannya adalah Kanaan Surgawi.

Maka, rahasianya adalah jangan kita takut, jangan dengar fitnah setan; “kamu tidak bisa hidup suci, nanti kamu aneh.” Hidup suci itu harus. Tidak usah lihat yang tidak perlu dilihat. Hindari teman-teman pergaulan yang duniawi. Bukan menghindari pergaulan, tapi pintar-pintarlah kita, dan Roh Kudus akan menolong kita. Kalahkan monster dalam diri kita, dan Tuhan tahu bagaimana cara mengalahkan itu. Kita mau bertekad di sisa umur hidup kita ini, kita hidup suci. Tuhan bisa mengubah nasib kita dengan gampang, kalau Tuhan mau. Seperti membalik tangan. Jangan berpikir tidak ada jalan. Allah punya banyak jalan yang tak pernah kita pahami. Pandanglah masa depan kita. Kalau kita naik karpet kesucian, kita bisa terbang ke mana saja. Jangan kita membela diri, tunggu di pengadilan. Kita mau mendapat lawatan Tuhan.

Ulangan 8:3, “Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.”  Tuhan mau berfirman kepada kita setiap hari. Dia memberikan kita manna untuk kita makan, terutama manna rohani. Kita mencari Tuhan, karena kita mau detoksifikasi. Banyak dosa, pikiran kita keruh, banyak ter-distract. Mari kita serius mau membersihkan diri.

Pertaruhkan Tuhan dengan kesucian hidup, dan buktikan bahwa Dia hidup. Makin kita suci, makin kita bisa merasakan kehadiran Tuhan. Jangan seperti rumah bocor, kelihatannya baik-baik, begitu hujan, bocor. Begitu ada kesempatan berdosa, masih berbuat dosa. Kalau masih begitu, maka Roh Kudus tidak betah tinggal di dalam diri kita. Hidup suci itu abstrak, tapi Tuhan akan mengajarkan bagaimana kesucian itu.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA NAIK KARPET KESUCIAN, KITA BISA TERBANG KE MANA SAJA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 Mei 2024
2024-05-20 06:45:07

2 Samuel 22-24
Mazmur 57

Card image
Truth Kids 19 Mei 2024 - SUKACITA HIDUP ANAK-ANAK ALLAH
2024-05-19 09:13:34


Filipi 2:2
"Karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,"

Sobat Kids, sebagai anak-anak Allah, kita diajarkan untuk tidak membenci atau berbuat jahat kepada siapapun, termasuk kepada teman-teman yang berbuat jahat kepada kita. Tuhan Yesus mengajarkan untuk membawa sukacita melalui hidup kita dan saling mengasihi teman-teman. Ketika kita mengasihi sesama, kita tidak hanya membawa sukacita bagi mereka, tetapi juga bagi diri kita sendiri. Sekeliling kita akan dipenuhi dengan damai dan sukacita.

Kita sering kali diuji dengan situasi dimana orang lain mungkin berbuat jahat kepada kita. Namun, dengan kekuatan yang diberikan oleh Tuhan, kita bisa memilih untuk tetap mengasihi dan menyayangi mereka. Tuhan Yesus telah memberikan teladan dengan mengasihi kita terlebih dahulu. Dengan begitu, kita menjadi saksi bagi orang lain tentang kasih dan damai yang Tuhan berikan dalam hati kita.

Mari kita terus mengikuti contoh Yesus dalam hidup kita sehari-hari. Dengan membawa sukacita melalui hidup kita dan dengan saling mengasihi, kita bisa menjadi berkat bagi banyak orang dan menciptakan lingkungan yang penuh damai serta sukacita di mana pun kita berada.

Card image
Truth Junior 19 Mei 2024 - BERSATU
2024-05-19 09:09:16


Filipi 2:2
“karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,”

Sobat Junior, ayat Alkitab kali ini mengingatkan Sobat Junior bahwa untuk merasakan sukacita yang sempurna dalam hidup, penting bagi kita untuk memiliki dalam pikiran, kasih, jiwa, dan tujuan yang sama seperti Tuhan Yesus. Ketika Sobat Junior memiliki kesamaan seperti Tuhan Yesus yang sempurna melakukan kehendak Bapa, itu berarti Sobat Junior berpikir dan bertindak seperti yang Tuhan Yesus lakukan. Misalnya mengasihi sesama, memaafkan, berbuat baik kepada orang lain, dan masih banyak lagi. Kenapa sih, Sobat Junior harus berbuat demikian? Ya, karena itu tujuan hidup kita yang sesungguhnya. Tujuan hidup ini adalah supaya kita menjadi sempurna dalam melakukan kehendak Bapa. Kehendak Bapa bagi Sobat Junior salah satunya adalah menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita.

Hal ini menunjukkan kepada Sobat Junior bahwa sama seperti Yesus yang tidak mementingkan kepentingan diri sendiri, kita juga harus belajar melakukan yang sama. Artinya kita juga memperhatikan sesama kita. Contohnya, di sekolah Sobat Junior saat ini. Ketika ada teman yang butuh bantuan, kita akan tolong. Ketika ada teman yang sulit memahami pelajaran, justru Sobat Junior bantu menjelaskan materi kepadanya, dan masih banyak lagi. Semua ini pastinya karena Sobat Junior mencontoh Yesus yang peduli terhadap sesama. Tidak bisa dihindari bahwa ada saat-saat Sobat Junior membutuhkan bantuan teman. Maka, mereka akan menolong Sobat Junior yang sudah berbuat baik untuk mereka. Namun, perlu diingat lagi, Sobat Junior, ketika kita menolong atau peduli dengan sesama, maka Sobat Junior jangan berharap mereka membalas kebaikan kita. Tidak seperti itu, melainkan melakukan semuanya karena kita mau menyenangkan hati Bapa dengan menjadi seperti Yesus.

Card image
Renungan Pagi - 19 Mei 2024
2024-05-19 09:07:24


Meskipun kemenangan sudah terjamin oleh Yesus Kristus yang mati di atas kayu salib buat kita, namun jika tidak hati-hati maka kemenangan kitapun dapat dicuri, karena lawan kita si iblis sama seperti singa yang berkeliling dan mencari orang yang dapat ditelannya. "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya."

Firman Tuhan berkata; kita lebih dari pada orang-orang yang menang, tetapi kalau tidak berjaga-jaga atas setiap langkah, maka iblis akan mencobai lewat berbagai macam cara supaya kita jatuh dalam pencobaan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus sendiri telah mengatakan untuk berjaga dan berdoa, supaya jangan jatuh dalam pencobaan. "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41; 1 Petrus 5:8)

Card image
Truth Youth 19 Mei 2024 (English Version) - SACRIFICIAL LIVING
2024-05-19 09:03:54


"Greater love has no one than this: to lay down one’s life for one’s friends." (John 15:13)

The sacrifice of Jesus Christ 2000 years ago was not only to save us but also to initiate a new relationship, a relationship of friendship. John 15:13 is evidence that Jesus considers us as His friends. It proves that there is no greater love than to lay down one’s life for one’s friends. His death on the cross is evidence of this love. But how can we, as friends, reflect and implement this sacrifice today? Must we also die for our friends to truly follow the example shown by Jesus 2000 years ago?

Certainly not. Today, we can practice this verse by being willing to live sacrificially. Being willing to live to bring meaning to others' lives is something we can reflect from this verse. Why? Because we live in Indonesia, which can be considered safe to live in today. Being willing to live sacrificially is not easy, especially if we have to give our lives for others. Sometimes, we hesitate even to give material things, let alone our lives. The point is that in giving our lives to our friends, we should be aware that the love and meaning we give should come from God alone. This is crucial because there may be moments when our friends are in need and cannot reciprocate the feelings we offer. In those moments, our awareness that everything we give comes from God will bring peace to our hearts, enabling us to continue living sacrificially to bring meaning to the lives of our friends.

WHAT TO DO:
Pray and continue to seek wisdom. Be aware that everything we can give belongs to God.
Don't grow weary of being instruments of God to give the best to our friends.

BIBLE MARATHON:
- Ezra 1-4

Card image
Truth Youth 19 Mei 2024 - RELA HIDUP
2024-05-19 08:49:41


"Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." (Yohanes 15:13)

Pengorbanan Tuhan Yesus 2000 tahun lalu bukan hanya untuk menyelamatkan kita saja, tapi juga memulai hubungan yang baru, yakni hubungan persahabatan. Yohanes 15:13 adalah bukti bahwa Tuhan Yesus menganggap kita sebagai sahabat-sahabat-Nya. Bukti bahwa tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kematian-Nya di atas kayu salib adalah bukti kasih tersebut. Namun, bagaimana kita hari ini sebagai sahabat dapat merefleksikan juga mengimplementasikan pengorbanan tersebut? Apakah kita harus mati juga untuk sahabat kita agar kita benar-benar dapat mengikuti teladan yang diberikan atau ditunjukkan Tuhan Yesus 2000 tahun lalu?

Tentu tidak, hari ini kita dapat mempraktikkan ayat ini dengan cara rela hidup. Rela hidup untuk memberikan makna bagi orang lain adalah hal yang dapat kita refleksikan dari ayat ini. Kenapa? Karena kita hidup di Indonesia yang bisa dikatakan aman untuk ditinggali hari ini. Rela hidup pun juga bukanlah hal yang mudah, apalagi jika kita harus memberikan hidup kita untuk orang lain. Memberi materi saja kadang kita berpikir beberapa kali, apalagi memberi hidup. Poinnya agar kita dapat memberikan hidup kepada sahabat kita adalah dengan kesadaran bahwa kasih yang kita berikan, makna yang kita berikan itu semua harus bersumber dari Tuhan saja. Hal ini sangat penting, karena kadang ada momen di mana sahabat kita lagi susah dan tidak dapat mengembalikan perasaan yang kita beri. Di saat hal tersebut terjadi, kesadaran kita bahwa semua yang kita beri itu bersumber dari Tuhan akan membuat hati kita damai sejahtera dan terus dapat rela hidup untuk memberikan makna bagi sahabat-sahabat kita.

WHAT TO DO:
1. Berdoa dan terus minta hikmat
2. Sadar bahwa semua hal yang bisa kita berikan itu milik Tuhan
3. Jangan bosan menjadi alat Tuhan untuk memberikan yang terbaik bagi sahabat-sahabat kita

BIBLE MARATHON:
Ezra 1-4

Card image
BECOMING A SOLDIER OF CHRIST - 19 Mei 2024 (English Version)
2024-05-19 08:30:43


To become a member of the Kingdom of God, we must possess the characteristics of children of God, with Jesus as our model. This is something we must earnestly strive for. And someone who truly grows properly—becoming more like Jesus—will surely have a burden for lost souls, will surely have compassion. Just as Jesus laid down His life for us, we too can lay down our lives for our brothers and sisters. Not just our time, thoughts, energy, or money. The standard is our lives. Many Christians are far from this state today. They can’t even handle a slight sense of offense, let alone loosing life (Luke 14:26 “If anyone comes to me and does not hate father and mother, wife and children, brothers and sisters-yes, even their own life-such a person cannot be my disciple. ; Mark 8:35 For whoever wants to save their life will lose it, but whoever loses their life for me and for the gospel will save it). How can they win souls?

We could die at any moment, and if when facing the Lord we come with empty hands because we've done nothing for Him, then the Lord will say, "I redeemed you to possess you, to change your character, and so you could transform others into soldiers of Christ, but you did nothing." Perhaps the Lord won't even look at us anymore, and we'll be led straight to eternal fire. In the eyes of people, we may seem good, but in the eyes of the Lord, we are evil, self-absorbed. Because we belong to the Lord.

And if God calls us to military service, then there's no saying "no." Furthermore, if we become soldiers of Christ, there's a crown waiting for us. No crown without a cross. How can we be preoccupied with ourselves? Someone preoccupied with themselves will never be preoccupied with the Lord. If someone is willing to be preoccupied with the Lord, then the Lord will take care of their needs. Why? If we are preoccupied with the Lord's interests, then the Lord will take care of ours.

Romans 8:17 says, "And if we are children, then we are heirs: heirs of God and co-heirs with Christ—if indeed we suffer with Him, so that we may also be glorified with Him." This means that we are glorified with Jesus. If we don't remember God's promise, we might become weak. So, we must ask God what we should do. We need to find our place, what we should do. And God will surely speak; God never fails to speak. But the problem is, we never ask. What we ask are worldly matters that people usually fuss about; "When will I get married, when will I have children, when will I have money, when will I have a house, when...?" There are many things we ask God for our own interests.

So, don't ask, "God, when will my problem be solved?" Instead, ask now, "What should I do?" Don't wait until you live in peace before serving God. So, don't wait for favorable conditions-having lots of money-before helping God. Actually, God doesn't need help, because we belong to Him. There must be something we can do for God, without waiting for good circumstances. It doesn't have to be about money. Our hearts should understand that we owe God. When we serve God, it doesn't have to involve money or possessions. Do something that God desires, then the people we love will also be protected by God.

Serving God is extraordinary. We become God's employees. If our employees face difficulties, we should protect them as much as possible because they have made a contribution. How much more the Lord. So, we must participate. 2 Timothy 2:3-4 says, "Endure suffering along with me, as a good soldier of Christ Jesus. Soldiers don’t get tied up in the affairs of civilian life, for then they cannot please the officer who enlisted them." So, there are soldiers who aren't good. "A soldier who is fighting does not concern himself with matters of his livelihood, so that he will please his commander." Maybe we ask, "Then who will worry about my life?" God will take care of it.

It's pitiful if we don't do God's work, disastrous! It's not difficult; we don't need money, possessions, high education, or attractive appearance. We just need to say, "What should I do, Lord?" God will surely tell us, and there we train to be poured-out wine, broken bread. Don't be eternal trash. Problems will never be solved, but God will solve them in His time. Teaching is a good learning. When we change others, we can change ourselves even more. When we encourage others to serve God, live holy lives, be changed, it will be a sharper boomerang to change ourselves. Register ourselves as soldiers of Christ. We owe our lives, we want to repay God's kindness.

SOMEONE PREOCCUPIED WITH THEMSELVES WILL NEVER BE PREOCCUPIED WITH THE LORD. AND WHEN GOD CALLS US TO MILITARY SERVICE, THEN THERE'S NO SAYING "NO".

Card image
MENJADI PRAJURIT KRISTUS - 19 Mei 2024
2024-05-19 08:28:04


Untuk menjadi anggota Kerajaan Allah, kita harus memiliki keadaan sebagai anak-anak Allah yang modelnya adalah Tuhan Yesus. Ini yang harus kita upayakan sungguh-sungguh. Dan mestinya orang yang betul-betul bertumbuh dengan benar—makin serupa dengan Yesus—pasti punya perasaan terbeban terhadap jiwa-jiwa yang terhilang, pasti memiliki belas kasihan. Seperti Yesus menyerahkan nyawa-Nya untuk kita, kita pun bisa menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita. Bukan hanya waktu, pikiran, tenaga, atau uang. Nyawa, standarnya itu nyawa. Betapa jauh keadaan banyak orang Kristen hari ini. Jangankan nyawa, sedikit perasaan tersinggung saja, sudah tidak mau. Bagaimana bisa memenangkan jiwa?

Kita bisa meninggal setiap saat, dan kalau saat menghadap Tuhan kita datang dengan tangan kosong, karena kita tidak melakukan apa-apa untuk Tuhan, maka Tuhan akan berkata, “Kamu Kutebus supaya Kumiliki, Kuubah karaktermu, dan kau bisa mengubah karakter orang menjadi prajurit Kristus, tapi kamu tidak berbuat apa-apa.” Mungkin Tuhan juga tidak memandang kita lagi, karena kita langsung digiring ke api kekal. Di mata manusia, kita memang orang baik-baik, tapi di mata Tuhan, kita jahat, tidak tahu diri. Sebab kita adalah milik Tuhan.

Dan kalau Tuhan memanggil kita wajib militer, maka tidak ada kata “tidak.” Lagipula kalau kita menjadi prajurit Kristus, tersedia mahkota bagi kita. No crown without cross; tidak ada mahkota tanpa salib. Kok bisa kita sibuk sendiri? Orang yang sibuk sendiri tidak akan pernah sibuk untuk Tuhan. Kalau orang yang mau sibuk untuk Tuhan, Tuhan akan membuat dia tidak perlu sibuk dengan diri sendiri. Kenapa? Kalau kita sibuk dengan kepentingan Tuhan, maka Tuhan akan mengurusi kepentingan kita.

Roma 8:17, “Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus.” Artinya kita dimuliakan bersama Yesus. Kalau kita tidak ingat janji Tuhan ini, mungkin kita jadi lemah. Maka kita harus tanya Tuhan apa yang harus kita lakukan. Kita harus menemukan tempat kita di mana, harus buat apa. Dan Tuhan pasti berbicara, Tuhan tidak mungkin tidak berbicara. Tapi masalahnya, kita yang tidak pernah bertanya. Yang kita tanyakan adalah hal-hal yang fana yang pada umumnya orang ributkan; “Kapan aku menikah, kapan aku punya anak, kapan aku punya uang, kapan aku punya rumah, kapan …?” Banyak yang kita tanyakan ke Tuhan untuk kepentingan kita sendiri.

Jadi, jangan tanya, “Bagaimana masalahku selesai, Tuhan, kapan?” Namun, yang kita tanya sekarang adalah “Apa yang harus aku lakukan?” Jangan menunggu kita hidup tenang baru melayani Tuhan. Jadi, jangan menunggu keadaan baik—punya uang banyak—baru membantu Tuhan. Tuhan tidak butuh bantuan sebenarnya, sebab kita adalah milik-Nya. Pasti ada sesuatu yang bisa kita lakukan untuk Tuhan, tanpa menunggu keadaan baik. Tidak harus bicara soal uang. Hati kita harus mengerti bahwa kita berutang kepada Tuhan. Ketika kita melayani Tuhan, tidak harus uang, tidak harus harta. Buatlah sesuatu yang Tuhan kehendaki, maka orang-orang yang kita kasihi pun dilindungi Tuhan.

Melayani Tuhan itu luar biasa. Kita jadi pegawai Tuhan. Kalau pegawai kita susah, sebisa mungkin kita lindungi, karena ia telah berjasa. Apalagi Tuhan. Maka kita harus mengambil bagian. 2 Timotius 2:3-4, “Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.” Jadi, ada prajurit yang tidak baik. “Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.” Mungkin kita bertanya, “Lalu siapa yang akan memusingkan dengan kehidupan saya?” Tuhan yang akan mengaturnya.

Kasihan, kalau kita sampai tidak melakukan pekerjaan Tuhan, celaka! Tidak sulit, kita tidak harus punya uang, harta, berpendidikan tinggi, atau berpenampilan menarik. Kita cukup berkata “Apa yang harus kulakukan, Tuhan?” Tuhan pasti beritahu, dan di situ kita melatih untuk menjadi anggur yang tercurah, roti yang terpecah. Jangan menjadi sampah abadi. Masalah tidak akan pernah selesai, tapi Tuhan akan selesaikan pada waktunya. Belajar yang baik adalah mengajar. Ketika kita mengubah orang lain, kita bisa lebih mengubah diri kita. Ketika kita mengajak orang melayani Tuhan, hidup suci, diubahkan, itu akan menjadi bumerang yang lebih tajam mengubah diri kita. Daftarkan diri kita sebagai prajurit Kristus. Kita berutang kehidupan, kita mau balas kebaikan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG SIBUK SENDIRI TIDAK AKAN PERNAH SIBUK UNTUK TUHAN. DAN KALAU TUHAN MEMANGGIL KITA WAJIB MILITER, MAKA TIDAK ADA KATA “TIDAK”.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 19 Mei 2024
2024-05-19 08:21:46

Mazmur 5, 38, 41-42

Card image
Truth Kids 18 Mei 2024 - MENERIMA FIRMAN DENGAN SUKACITA
2024-05-18 12:40:03


Matius 13:20
"Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira."

Ketika sedang ibadah Sekolah Minggu, Samuel tidak mendengarkan cerita yang kakak Sekolah Minggu sampaikan. Samuel sebenarnya malas untuk ikut sekolah Minggu. Tidak seperti Samuel, Juan pergi ke sekolah Minggu dengan sukacita dan telah mempersiapkan diri dengan baik untuk mendengar firman Tuhan. Akhirnya Samuel pulang tanpa belajar apa pun dari firman yang disampaikan. Sebaliknya, Juan menerima firman Tuhan dengan sukacita dan terus belajar menjadi murid Tuhan Yesus yang baik.

Firman Tuhan itu seperti benih yang ditanam dalam hati kita. Ketika menerima firman-Nya dengan sukacita, kita akan menerimanya dengan baik di dalam hati kita. Artinya, kita tidak hanya mendengarkan firman-Nya, tetapi juga menyimpannya dalam hati. Firman itu tidak langsung dilupakan, tetapi bertahan dalam hati dan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika kita menerima firman Tuhan dengan sukacita, kita akan merasakan damai dan sukacita yang datang dari Allah. Firman-Nya akan menjadi terang bagi langkah kita dan memberikan petunjuk bagi kita. Kita juga akan bertumbuh dalam iman dan menjadi lebih kuat dalam menghadapi godaan si jahat.

Card image
Truth Junior 18 Mei 2024 - CINTA FIRMAN TUHAN
2024-05-18 12:38:32


Matius 13:20
“Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira.”

Sobat Junior, apakah pelajaran favorit kalian? Ada yang suka matematika, IPA, bahasa asing, musik, atau sport. Untuk pelajaran yang disenangi, kalian pasti akan bersemangat saat guru sedang menjelaskan materi pelajaran yang baru. Bahkan mungkin kalian akan mencari tambahan informasi di internet saking senangnya dengan pelajaran tersebut. Namun, bagaimana dengan pelajaran yang kalian tidak sukai? Wah… rasanya susah masuk ke dalam otak. Sudah diulang berkali-kali, tetap saja tidak mengerti. Apakah kalian pernah merasakan hal seperti itu, Sobat Junior?

Ada ilmuwan yang meneliti bahwa sesuatu hal akan lebih mudah masuk ke dalam otak jika kondisi hati kita sedang dalam keadaan senang. Itu mungkin sebabnya kita lebih mudah memahami pelajaran yang kita senangi.

Sama halnya saat kita mendengarkan firman Tuhan, Sobat Junior. Jika kita memiliki kesukaan untuk mendengarkan firman Tuhan, maka firman Tuhan akan lebih mudah kita mengerti. Sobat Junior, yuk, kita bangun rasa cinta kepada firman Tuhan. Sejak usia kalian sekarang, latih diri kalian untuk cinta kepada firman Tuhan. Simpan firman Tuhan dalam hidup kalian hingga kalian dewasa nanti.

Card image
Truth Youth 18 Mei 2024 (English Version) - BIBLE SCHOOL
2024-05-18 12:36:40


"Let us hold unswervingly to the hope we profess, for he who promised is faithful. And let us consider how we may spur one another on toward love and good deeds, not giving up meeting together, as some are in the habit of doing, but encouraging one another—and all the more as you see the Day approaching." (Hebrews 10:23-25)

In this era of rapid technological advancements and constant change, the impact of these changes is massive, affecting nearly every aspect of our lives, including the church. Before Covid, attending online services or worshiping at home was considered taboo. Yes, it could be done before Covid, but it was usually reserved for times when we were ill or had other important commitments that prevented us from attending in person. Now that Covid has receded significantly, its effects are still felt. Many young people have become comfortable with online worship on Sundays and no longer consider it taboo. However, coming to church should be the first thing we do as Christians.

The Word of God in Hebrews 10 emphasizes the importance of gathering for worship and encouraging one another in love. This cannot be done if we choose online worship over attending church in person. Why? Because, as the Word of God says, let us consider how we may spur one another on. We cannot encourage our friends who don't attend church or who are struggling if we do not meet them in person. By coming to church, we automatically train ourselves to notice our friends, to see if A is present or if B is going through a tough time, and so on. By coming to church, we also learn loyalty and obedience. Being prepared at church is important. Think of it as Bible school. It's a school that prepares us to meet many people from various ethnic, religious, and cultural backgrounds in the world outside. It prepares us to be salt and light, ready to tell the world that there is hope. The Lord is alive.

WHAT TO DO:
Don't be lazy about going to church. Focus on worship while at church. Remind friends who are lazy about going to church and not focused during church.

BIBLE MARATHON:
- 2 Chronicles 35-36

Card image
Truth Youth 18 Mei 2024 - SEKOLAH ALKITAB
2024-05-18 12:34:25


"Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:23-25)

Dalam zaman yang serba canggih, perubahan, dan percepatan adalah dua hal yang dekat banget dengan kita hari ini. Perubahan dan percepatan ini benar-benar massive atau besar banget, hampir semua aspek kehidupan kita terkena dua hal ini, tidak terkecuali gereja. Sebelum COVID, ibadah online atau di rumah saja itu jadi hal yang tabu. Ya, bisa saja dilakukan sebelum COVID, tapi itu mungkin kalau kita lagi sakit dan ada kegiatan-kegiatan penting yang membuat kita memilih untuk ibadah secara online. Sekarang COVID kan sudah jauh mereda, tapi dampaknya tetap terasa. Banyak dari kita anak muda yang mulai merasa nyaman untuk ibadah online saja di hari Minggu dan tidak menjadikan hal tersebut tabu. Padahal, datang ke gereja itu hal paling pertama yang kita dapat lakukan sebagai orang Kristen.

Firman Tuhan pada Ibrani 10 mengatakan pentingnya pertemuan ibadah dan saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih. Hal ini tentu tidak dapat kita lakukan kalau kita memilih ibadah online ketimbang datang ke gereja secara langsung. Kenapa? Karena sama seperti yang Firman Tuhan katakan, marilah kita saling memperhatikan. Kita tidak dapat memperhatikan teman kita yang tidak gereja atau yang ke gereja jika kita tidak bertemu dengan mereka secara langsung. Dengan datang ke gereja, secara otomatis kita dapat melatih diri kita untuk melihat teman-teman kita. Melihat apakah si A hadir atau si B sedang dalam masalah, dan lain sebagainya. Dengan datang ke gereja, kita juga belajar untuk memiliki kesetiaan serta ketaatan. Mempersiapkan diri kita di gereja itu penting. Ibaratnya sekolah, gereja itu ya sekolah Alkitab. Sekolah yang mempersiapkan kita untuk bertemu banyak orang dari beragam jenis suku dan agama serta budaya di luar nanti. Mempersiapkan kita menjadi garam dan terang yang siap untuk memberitahu ke dunia bahwa harapan itu ada. Tuhan itu hidup.

WHAT TO DO:
1. Jangan malas ke gereja
2. Fokus ibadah saat di gereja
3. Ingetin teman-teman yang males ke gereja dan gak fokus saat di gereja

BIBLE MARATHON:
2 Tawarikh 35-36

Card image
Renungan Pagi - 18 Mei 2024
2024-05-18 10:05:36


Allah kita adalah kasih, dan karena kasih-Nya yang besar bagi dunia ini, Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal yaitu Yesus Kristus, datang ke dunia ini, menjadi sama dengan manusia supaya manusia tidak binasa tetapi diselamatkan. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."

Karena itu, kita sebagai anak-anak-Nya juga harus memiliki kasih yang besar, harus mengasihi sesama seperti diri sendiri. "Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih."

Jangan membenci siapapun, jangan membalas yang jahat dengan yang jahat, karena emosi, amarah dan kekerasan hanya akan merugikan, tetapi jika kita menyatakan kasih Allah kepada dunia, maka kasih Allah memang ada dalam kita.
(Yohanes 3:16; 1 Yohanes 4:7-8)

Card image
Quote Of The Day - 18 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-18 10:03:56


Iman menuntut perjuangan dan keteguhan hati.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 18 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-18 10:02:42


Ketika kita mengubah orang lain, kita bisa lebih mengubah diri kita.

Card image
BEARING THE BURDEN - 18 Mei 2024 (English Version)
2024-05-18 10:00:04


The opportunity to serve the Lord may never come again because this opportunity is only once for eternity. When the opportunity arises, there’s an opportunity to follow Jesus and become soldiers of the Lord. Jesus, our Lord, is more than a president, a king, or an emperor. So, please don’t run away; let’s dedicate ourselves to the Kingdom of Heaven. In Europe, there are two countries at war. Young people and fathers are called to join the war. Many volunteer to enter the battlefield, but some go abroad to avoid becoming soldiers. Yet, that’s still a worldly matter.

But let’s not turn down the call to become soldiers of Christ, or we will deeply regret it. Those who do not serve the Lord Jesus, who are not with the Lord in all suffering, will not have a share in the Kingdom of Heaven. So, if we still have this opportunity, let’s not let it slip away. Blessed are those who respond to this call. We are summoned to join the mandatory military service, the military service of the Lord, soldiers of Christ. Let’s not squander our lives. Today, ask God: ‘Lord, what must I do for You?’

Luke 22:26-30, “But not so with you. Rather, let the greatest among you become the youngest and the leader who serves. For who is the greater, one who reclines at the table or one who serves? Is it not the one who reclines at the table? But I am among you as the one who serves. You have stayed with me in my trials, and I assign to you, as my Father assigned Me, a kingdom, that you may eat and drink at My table in My kingdom and sit on thrones judging the twelve tribes of Israel.” 

In the end, we all reach the end of life’s journey. We should consider what we will receive at the end of our trip. Only those with no morals do not think about the end of their lives and what comes after. As Paul said, “If the dead are not raised, ‘Let us eat and drink, for tomorrow we die.'” Yes, we will die. Then what will happen? Human nature works just as God created us in His image. Our God is not silent, without will or feelings, no. He is a God with a will, initiative, and creativity. So, the humans He creates should also be in that state.

The Kingdom of Heaven is not just an atmosphere filled with people singing. It is not just a liturgical or ceremonial atmosphere but a life atmosphere. And in all life activities, everything is directed towards the Lord. Indeed, the Lord does not need anything. But everything is done in love, serving one another, and God is pleased and delighted when His people love and care for one another. Heaven is life-like, our one on earth, but there is no evil, and the Lord designed us to reign with Jesus, glorified with Him.

May the Lord open our hearts and minds to see this extraordinary reality. We must have duties that make us uncomfortable as humans for the sake of God’s work. Very few people take part in this suffering of the Lord. We must find our crosses. Jesus bore the cross not because of His sins but our sins. Now, we also will bear the burden not for our interests but for the sake of others. So far, we have only borne our burdens tirelessly. Endlessly, we have only been preoccupied with ourselves. We never think of others. The Christian life should not be like this.

The Lord wants our condition to be good so that we can become soldiers of Christ and bear the burden of suffering and difficulties for the sake of the Kingdom of Heaven. As Jesus wept over Jerusalem, He wept over souls that were plunging into eternal darkness, including many Christians there. Like the Father, Christians must achieve perfection and resemble Jesus. We are the ones who must embrace and respond to that call while we also bring other people into it. Of course, we are not just getting people to church and being church members, but becoming members of the Kingdom of Heaven.

THE LORDS WANTS OUR CONDITION TO BE GOOD SO THAT WE CAN BECOME SOLDIERS OF CHRIST AND BEAR THE BURDEN OF SUFFERING AND DIFFICULTIES FOR THE SAKE OF THE KINGDOM OF HEAVEN.

Card image
MEMIKUL BEBAN - 18 Mei 2024
2024-05-18 09:56:58


Kesempatan untuk melayani Tuhan, bisa tidak akan pernah terulang. Kesempatan ini hanya sekali untuk kekekalan. Dibuka kesempatan, ada lowongan untuk iring Yesus, menjadi prajurit-prajurit Tuhan. Yesus, Tuhan kita, lebih dari seorang presiden. Lebih dari seorang raja, lebih dari seorang kaisar. Jangan lari, mari abdikan diri kita untuk Kerajaan Surga. Di Eropa, ada dua negara yang sedang berperang. Dipanggilnya orang-orang muda dan bapak-bapak untuk ikut berperang. Tidak sedikit yang memberi diri masuk dalam medan perang, tetapi ada juga yang pergi ke luar negeri untuk menghindar menjadi serdadu. Itu masih masalah fana dunia.

Tetapi jangan menolak menjadi prajurit Kristus, atau kita akan sangat menyesal. Sebab orang yang tidak melayani Tuhan Yesus, orang yang tidak bersama-sama dengan Tuhan dalam segala penderitaan, tidak akan mendapat bagian di dalam Kerajaan Surga. Jadi kalau kita masih memiliki kesempatan ini, jangan sampai kesempatan ini berlalu. Berbahagialah orang-orang yang menanggapi seruan ini. Kita dipanggil untuk masuk wajib militer; wajib militer Tuhan, prajurit Kristus. Jangan membuat hidup kita sia-sia. Mulai hari ini, pertanyakan: “Apa yang harus kulakukan untuk-Mu, Tuhan?”

Lukas 22:26-30, “Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan. Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan. Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.”

Akhirnya, semua kita ada di ujung perjalanan hidup. Yang harus kita pikirkan adalah apa yang kita akan terima di ujung perjalanan hidup kita itu. Hanya orang yang tidak berakhlak yang tidak memikirkan ujung perjalanan hidupnya dan setelah itu. Seperti Paulus berkata, “Kalau hanya berdasarkan pertimbangan manusia, aku ikuti prinsip ini: mari kita makan dan minum sebab besok kita mati.” Ya, jelas mati. Lalu apa yang akan terjadi? Pada dasarnya kodrat manusia itu bekerja, seperti Allah yang menciptakan kita menurut gambar-Nya. Allah kita bukanlah Allah yang diam, Allah yang tidak punya kehendak, tidak punya perasaan, bukan. Dia adalah Allah yang punya kehendak, Allah yang punya inisiatif, Allah yang kreatif. Maka manusia yang diciptakan juga berkeadaan seperti itu.

Kerajaan Surga bukan sebuah suasana di mana hanya diisi orang menyanyi. Kerajaan Surga bukan hanya suasana liturgi, bukan suasana seremonial, tapi suasana kehidupan. Dan di dalam seluruh kegiatan kehidupan itu semua ditujukan untuk Tuhan. Tentu Tuhan tidak membutuhkan apa-apa, sebenarnya. Tetapi semua dilakukan dalam kasih, melayani satu dengan yang lain. Dan Allah senang, Allah dibahagiakan kalau umat-Nya saling mengasihi, saling memperhatikan. Surga itu sebuah kehidupan seperti yang kita miliki di bumi ini, hanya di sana tidak ada kejahatan. Dan Tuhan merancang kita untuk memerintah bersama dengan Yesus; dimuliakan bersama Yesus.

Kiranya Tuhan membuka hati, pikiran kita untuk melihat realitas yang luar biasa ini. Kita harus memiliki tugas yang membuat kita tidak nyaman secara manusia demi pekerjaan Tuhan. Sangat sedikit orang mengambil bagian dalam penderitaan Tuhan ini. Kita harus menemukan yang namanya salib kita. Salib yang dipikul Yesus, itu bukan karena dosa kesalahan Yesus, melainkan karena dosa kesalahan kita. Sekarang kita juga akan memikul beban bukan untuk kepentingan kita, melainkan untuk kepentingan orang lain. Selama ini kita hanya memikul beban kita sendiri. Tiada henti-hentinya kita hanya sibuk dengan diri kita sendiri. Kita tidak pernah memikirkan orang lain. Mestinya kehidupan Kristen tidak demikian.

Tuhan mau keadaan kita baik-baik supaya kita bisa menjadi prajurit Kristus, bisa memikul beban penderitaan, kesulitan untuk kepentingan Kerajaan Surga. Seperti Yesus menangisi Yerusalem, Yesus menangisi jiwa-jiwa yang sekarang sedang meluncur menuju kegelapan abadi, termasuk banyak orang Kristen di situ. Sebab yang harus dicapai oleh orang Kristen adalah sempurna seperti Bapa, serupa dengan Yesus. Kita yang harus menyambut, merespons panggilan itu. Sementara kita merespons dan berproses, kita membawa orang untuk ikut masuk proses ini. Tentu bukan sekadar membawa orang ke gereja, menjadi anggota gereja itu, tapi harus menjadi anggota Kerajaan Surga.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN MAU KEADAAN KITA BAIK-BAIK SUPAYA KITA BISA MENJADI PRAJURIT KRISTUS, BISA MEMIKUL BEBAN PENDERITAAN, KESULITAN UNTUK KEPENTINGAN KERAJAAN SURGA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 18 Mei 2024
2024-05-18 09:53:58

2 Samuel 19-21

Card image
Truth Kids 17 Mei 2024 - SUKACITA DALAM ROH KUDUS
2024-05-17 12:39:05


Kisah Para Rasul 13:52
"Dan murid-murid di Antiokhia penuh dengan sukacita dan dengan Roh Kudus."

Sobat Kids, hari ini kita akan belajar tentang hidup dalam Roh Kudus dan hidup penuh sukacita. Ketika membaca Kisah Para Rasul 13:52, kita melihat bahwa murid-murid Tuhan Yesus, atau para rasul hidup dalam Roh Kudus dan penuh dengan sukacita. Tapi maksudnya "hidup dalam roh" itu bagaimana? Hidup dalam Roh Kudus berarti kita membiarkan Roh Kudus bekerja dalam hidup kita, membimbing, menguatkan, dan mengubahkan hidup kita agar menjadi lebih seperti Tuhan Yesus. Setelah Yesus naik ke surga, Ia memberikan Penolong untuk kita yaitu Roh Kudus. Kita memang tidak dapat melihat Roh Kudus dengan mata jasmani kita, namun kita dapat merasakannya. Sama seperti kita tidak dapat melihat angin, tetapi kita dapat merasakan angin bertiup.

Ketika kita hidup dalam Roh Kudus, kita akan mengalami sukacita yang sejati. Sukacita itu datang dari dalam hati karena kita tahu bahwa Tuhan selalu bersama kita, bahwa Dia mengasihi kita tanpa syarat, dan bahwa Dia memiliki rencana yang baik untuk hidup kita. Namun, hidup dalam Roh Kudus bukan berarti kita tidak akan mengalami kesulitan atau penderitaan. Para rasul sendiri mengalami banyak cobaan dan tantangan dalam pelayanan mereka, tetapi mereka tetap penuh sukacita. Mengapa? Karena mereka tahu bahwa Allah selalu setia dan kuat dalam segala situasi. Jadi, bagaimana kita bisa hidup dalam Roh Kudus dan penuh dengan sukacita? Pertama, kita perlu mengenal Allah lebih dalam melalui doa, baca Alkitab, dan rajin ikut ibadah Sekolah Minggu dengan teman-teman lain. Kedua, kita perlu mengizinkan Roh Kudus mengarahkan hidup dan mengubahkan pikiran, perasaan, serta tindakan kita agar lebih sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan.

Card image
Truth Junior 17 Mei 2024 - PENUH DENGAN SUKACITA
2024-05-17 12:37:40


Kisah Para Rasul 13:52
“Dan murid-murid di Antiokhia penuh dengan sukacita dan dengan Roh Kudus.”

Sobat Junior, di Antiokhia-lah orang-orang percaya untuk pertama kalinya disebut Kristen (Kis. 11:26). Jangan berpikir mereka hidup dengan enak, ya, Sobat Junior. Mereka harus berjuang untuk mempertahankan iman mereka akan Kristus. Ada kemungkinan mereka akan ditangkap dan dimasukkan penjara jika ketahuan sebagai orang Kristen. Kesulitan yang dialami, ditanggung bersama-sama. Ada juga yang berbagi harta agar sesama orang Kristen pada zaman itu tidak menderita kelaparan.

Namun, semua penderitaan yang mereka alami tidak menghalangi mereka untuk ikut Tuhan. Malah itu membuat mereka semakin bertumbuh dalam iman kepada Tuhan. Ayat firman Tuhan hari ini menyatakan bahwa mereka penuh dengan sukacita dan dengan Roh Kudus.

Sobat Junior, ketika kita hidup bersama dengan Tuhan, Roh Kudus juga akan memimpin kita. Sekalipun kita mengalami tantangan seperti yang dialami murid-murid di Antiokhia, kita bisa penuh dengan sukacita. Bukan karena kuatnya diri kita, melainkan karena ada Roh Kudus yang selalu menemani kita.

Card image
Truth Youth 17 Mei 2024 (English Version) - LOSING HIM OR LOSING SOMETHING?
2024-05-17 12:29:51


"Be glad, O people of Zion, rejoice in the Lord your God, for he has given you the autumn rains in righteousness. He sends you abundant showers, both autumn and spring rains, as before." (1 Peter 1:6-7)

Losing someone dear to us is one of the most painful experiences that anyone can endure and is something everyone hopes to avoid. Losing family, friends, or someone we trust, wealth, honor, and everything else we value can dampen our spirits and make us lose the will to continue the struggle of life. Thus, the loss of anything physical often leads to unhappiness and depression. In reality, humans often cling to things that ultimately disappoint them. For example, someone may try to endure a toxic relationship because they love someone who does not reciprocate their feelings. In the end, the toxic relationship becomes poison to them.

Many people are disappointed because they are betrayed by their own friends. All these are realities that occur in our environment. Therefore, here we learn to place our happiness in the hands of the Creator. Indeed, this is not easy for us at a young age. But if from a young age we learn not to rely on humans, then we will not easily be disappointed and will not easily disappoint others, especially God. A spiritual leader once said, "If we lose something for God, He will replace it with joy. But if we lose God for something, then we will lose everything." This means that losing something on Earth is temporary because God will replace it in heaven. Therefore, we must choose whether we want to lose the eternal God or lose something temporary.

WHAT TO DO:
Learn to build a relationship with God through prayer and reading His word.

BIBLE MARATHON:
- 2 Chronicles 32-34

Card image
Truth Youth 17 Mei 2024 - LOSING HIM OR LOSING SOMETHING?
2024-05-17 12:27:41


"Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya." (1 Ptr 1:6-7)

Kehilangan orang yang paling kita sayang adalah hal yang paling menyakitkan dan ingin dihindari oleh semua orang. Kehilangan keluarga, sahabat atau seseorang yang kita percayai, harta, kehormatan dan segala sesuatu yang terlihat, membuat kita kehilangan semangat untuk meneruskan perjuangan hidup. Jadi segala sesuatu yang bersifat fisik tidak sedikit membuat seseorang kehilangan kebahagiaan dan menjadi depresi. Kenyataannya, manusia sering mempertahankan sesuatu yang pada akhirnya mengecewakan hatinya sendiri. Misalkan, seseorang mencoba untuk bertahan dalam sebuah hubungan toksik karena mencintai seseorang yang tidak mencintainya. Pada akhirnya, hubungan yang toksik menjadi racun bagi dirinya sendiri.

Tidak sedikit teman-teman yang kecewa karena dikhianati oleh sahabatnya sendiri. Semua itu adalah kenyataan yang terjadi di lingkungan kita. Oleh sebab itu, di sini kita belajar menaruh kebahagiaan kita kepada Sang Pencipta. Memang hal ini tidak mudah bagi kita di usia yang masih muda. Tetapi kalau sejak muda kita belajar untuk tidak berharap pada manusia, maka kita tidak mudah kecewa dan tidak mudah mengecewakan orang lain apalagi Tuhan. Seorang rohaniwan pernah berkata, “Jika kita kehilangan sesuatu karena Tuhan, Tuhan akan menggantikannya dengan sukacita. Tetapi jika kita kehilangan Tuhan karena sesuatu, maka kita akan kehilangan segala sesuatu.” Artinya, kehilangan sesuatu di bumi ini bersifat sementara karena akan digantikan Tuhan di surga nanti. Oleh karena itu, kita harus memilih apakah kita ingin kehilangan Tuhan yang kekal atau kehilangan sesuatu yang fana.

WHAT TO DO:
Belajar untuk membangun hubungan dengan Tuhan melalui doa dan membaca firman Tuhan.

BIBLE MARATHON:
2 Tawarikh 32-34

Card image
Renungan Pagi - 17 Mei 2024
2024-05-17 11:22:43


Orang dunia punya prinsip, "Kalau kamu baik pada saya, maka saya akan baik pada kamu; tetapi kalau kamu jahat pada saya, maka saya akan berbuat jahat juga kepadamu!". Akan tetapi sikap kita sebagai anak Tuhan, sebenarnya haruslah demikian; "Kamu boleh mereka-rekakan yang jahat, tetapi Allahku mereka-rekakannya untuk kebaikan."

"Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk! Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!" Orang dunia biasanya berlaku baik jikalau ada maunya, tetapi anak Tuhan berbuat baik karena kita tahu Tuhan telah berbuat baik terlebih dahulu dan kita rindu untuk menjadi saksi menyatakan kebaikan Tuhan.
(Roma 12:14,17)

Card image
Quote Of The Day - 17 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-17 11:20:33


Jangan ragu untuk mempertaruhkan hidup guna menemukan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 17 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-17 11:04:15


Kalau kita bisa membunuh, mematikan semua karakter buruk di dalam diri kita, Iblis tidak punya pangkalan, ia tidak bisa menempati diri kita.

Card image
SELF-DENIAL - 17 Mei 2024 (English Version)
2024-05-17 11:02:42


Our lives fail if we are not like Jesus. Things like being rich or poor, beautiful or plain, married or unmarried, having children or not, none of these are mandatory matters, not the primary concern. However, the main concern is a flawless life resembling Jesus, for God truly desires this. The problem is becoming flawless, and having a character like Christ is not easy because we already have our character, which is ingrained and embedded within us. So, it takes work to let go.

But as those who want to follow Jesus—not follow ourselves—we must shed all traits or characteristics within us that do not align with God’s will. That’s what is meant by denying oneself. Thus, self-denial is absolute. This denial is not for a day, a week, one or two years, not enough for ten, twenty, or thirty years. Self-denial is a lifetime process, so our bad traits and characters can be removed.

In Ephesians 4:22, the Word of God says, “To put off your old self, which belongs to your former manner of life and is corrupt through deceitful desires, and to be renewed in the spirit of your minds, and to put on the new self, created after the likeness of God in true righteousness and holiness.” So, even if we are highly educated, have a good spouse, perfect children, abundant wealth, a healthy body, or even positions, ranks, titles, and power, all of that is meaningless if we do not become new beings in the Lord.

When the Bible says, “store up treasures in heaven,” it means becoming a new person continuously renewed. And the Lord wants to process us into new people through all our experiences. Even bitter and painful experiences often play a significant role in transforming us. If we view life from this perspective, no problem will seem heavy; our lives will feel light, no matter what we go through. Remember, our lives are short, very short. Besides being short, we also do not know when death will pick us up.

So, let us view life from this perspective. There is no greater comfort than this. Look at life with the correct perspective that life is short, and we live not to have a spouse, children, homes, titles, ranks, power, beauty, or anything else, but only to attain the character of God’s children. The hidden enemy is ourselves, namely our ferocity, cruelty, unwillingness to compromise, worldly thoughts, thoughts of adultery, disrespect for parents, and selfishness. So, this old self that must be slaughtered every day.

Ironically, many Christians do not undergo this process because they feel they have already “believed” in Jesus. Yes, believing means surrendering oneself to the object of belief, not just with words or thoughts, merely agreeing. If the object of our faith is the Lord, we want to become like Jesus. So, we must know ourselves. The Lord will reveal our true character daily through life’s events. So, when we face severe problems, behind those events, the Lord wants to show us that the purpose of our lives is not family, marriage, or career but to become like Jesus, to become noble and magnificent children of God.

So, whatever happens, don’t let it make us feel troubled, stressed, or depressed to the point of drowning. We must see life from the perspective of eternity; this life is short, and life is essentially just preparation for eternity. The Lord must scrape away our old selves through life’s events so that we will stand firm even in the most challenging situations. We can focus not on fleeting problems but on spiritual matters, namely, our old selves being worked on by God to be scraped, slaughtered, and killed so that we can live a new life.

Experiences like these are indeed experienced by everyone, from one event to another, from one circumstance to another, trigger our old selves to emerge. So, if someone’s weakness is temperamental and prone to anger, they will undoubtedly face situations where their anger is provoked. Now, whether they follow their fleshly desires or choose not to, it depends on themselves. If they decide not to, it means they are slaughtering their old selves. This enemy within us is truly heavy. If we can kill and extinguish all the evil characters within us, then Satan has no foothold; he cannot occupy us.

THE LORD WANTS TO PROCESS US INTO NEW PEOPLE THROUGH ALL OUR EXPERIENCES.

Card image
PENYANGKALAN DIRI - 17 Mei 2024
2024-05-17 04:52:02


Kehidupan kita gagal kalau kita tidak serupa dengan Yesus. Menjadi seorang yang kaya atau miskin, cantik atau buruk rupa, menikah atau tidak menikah, punya anak atau tidak, semua itu bukan masalah wajib, bukan hal utama. Tapi yang utama adalah kehidupan yang tak bercacat tak bercela, serupa dengan Yesus. Ini yang sebenarnya Tuhan kehendaki. Masalahnya, untuk menjadi seorang yang tidak bercacat tidak bercela, berkarakter serupa dengan Kristus bukanlah hal yang mudah, karena kita sendiri sudah punya karakter. Dan karakter itu sudah menyatu, sudah melekat di dalam diri kita. Jadi, tidak mudah dilepaskan.

Tetapi sebagai orang yang mau mengikut Yesus—bukan mengikut diri sendiri—maka kita harus menanggalkan semua sifat atau karakter di dalam diri yang tidak sesuai kehendak Allah. Itulah yang dimaksud dengan menyangkal diri. Maka, menyangkal diri itu mutlak. Penyangkalan diri ini bukan satu hari, satu minggu, satu dua tahun, tidak cukup sepuluh, dua puluh, tiga puluh tahun pun bahkan tidak cukup. Sepanjang umur hidup kita adalah proses penyangkalan diri, supaya sifat-sifat, karakter kita yang buruk bisa ditanggalkan. 

Di dalam Efesus 4:22, firman Tuhan mengatakan, “ Bahwa kamu berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu harus menanggalkan manusia lama yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibarui di dalam roh dan pikiranmu dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.” Jadi, walaupun kita berpendidikan tinggi, punya pasangan hidup yang baik, punya anak-anak yang sempurna, ekonomi yang limpah, tubuh yang sehat, atau mungkin bahkan memiliki kedudukan, pangkat, gelar, kekuasaan, tapi kalau kita tidak menjadi manusia baru di dalam Tuhan, semua itu percuma. 

Kalau Alkitab berkata, “ Kumpulkan harta di surga,” itu artinya menjadi manusia baru yang terus-menerus dibarui. Dan Tuhan mau memproses kita menjadi manusia baru melalui segala pengalaman yang kita alami. Bahkan sering pengalaman-pengalaman yang pahit dan pedih, justru memiliki peran yang sangat besar dalam mengubah kita. Kalau kita memandang hidup dari sudut pandang ini, maka tidak ada masalah yang menjadi berat; hidup kita akan terasa ringan, apa pun yang sedang melanda hidup kita. Ingat hidup kita singkat, sangat singkat. Selain singkat, kita juga tidak tahu kapan kematian datang menjemput kita. 

Jadi, mari kita memandang hidup dari sudut pandang ini. Tidak ada penghiburan yang lebih besar dari ini. Pandanglah hidup dengan cara pandang yang benar bahwa hidup ini singkat, dan kita hidup bukan untuk memiliki suami, anak, rumah, gelar, pangkat, kekuasaan, kecantikan, atau apa pun melainkan hanya untuk meraih karakter anak-anak Allah. Dan musuh yang terselubung itu adalah diri kita sendiri. Kebengisannya, kekejamannya, sikap tidak mau mengalah, pikiran materialisme, pikiran zina, tidak menghormati orang tua, egois. Manusia lama ini yang harus disembelih dari hari ke hari. 

Ironis, banyak orang Kristen yang tidak melakukan proses ini, karena merasa ‘sudah percaya’ Tuhan Yesus. Ya, padahal percaya itu menyerahkan diri kepada objek yang dipercayai bukan hanya dengan mulut atau pikiran, setuju saja. Jika objek yang kita percayai adalah Tuhan, berarti kita mau menjadi serupa dengan Tuhan Yesus. Maka kita harus kenali diri kita ini. Setiap hari Tuhan akan memunculkan karakter asli kita melalui peristiwa-peristiwa hidup. Jadi apabila kita dilanda masalah berat, sejatinya di balik peristiwa itu, Tuhan mau mengajak kita untuk melihat bahwa tujuan hidup kita bukan rumah tangga, keluarga, atau pekerjaan, namun bagaimana kita serupa dengan Yesus, menjadi anak-anak Allah yang berkarakter luhur dan agung. 

Maka, apa pun yang terjadi jangan membuat kita menjadi galau, upset, stres, depresi sampai tenggelam. Kita harus harus melihat hidup dari sudut pandang kekekalan, hidup ini singkat dan hidup di dunia ini sesungguhnya hanya persiapan untuk kekekalan. Manusia lama kita ini harus dikikis Tuhan lewat peristiwa-peristiwa hidup. Sehingga kita akan kokoh menghadapi keadaan yang begitu berat sekalipun. Dan kita dapat mengkompensasikan perhatian bukan pada masalah fana, melainkan pada masalah rohani, yaitu manusia lama kita yang digarap Tuhan untuk dikikis, disembelih, dimatikan agar kita bisa hidup dalam hidup yang baru.

Pengalaman seperti ini pasti dialami oleh setiap orang di mana kejadian demi kejadian, peristiwa demi peristiwa, memancing manusia lama kita keluar. Jadi, kalau seorang kelemahannya temperamental, suka marah, pasti ia menghadapi kasus yang amarahnya dibangkitkan. Nah, apakah dia mengikuti keinginan daging atau memilih tidak, tergantung dirinya sendiri. Jika ia memilih tidak, berarti ia sedang menyembelih manusia lamanya. Ini musuh di dalam diri kita yang benar-benar berat. Kalau kita bisa membunuh, mematikan semua karakter buruk di dalam diri kita, Iblis tidak punya pangkalan, ia tidak bisa menempati diri kita. 

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEPANJANG UMUR HIDUP KITA ADALAH PROSES PENYANGKALAN DIRI. TUHAN MAU MEMPROSES KITA MENJADI MANUSIA BARU MELALUI SEGALA PENGALAMAN YANG KITA ALAMI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 Mei 2024
2024-05-17 04:41:38

Mazmur 26, 40, 58, 61-62, 64

Card image
Truth Kids 16 Mei 2024 - YESUS BERGEMBIRA
2024-05-16 12:53:45


Lukas 10:21
Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu."

Sobat Kids, setelah murid-murid Yesus belajar tentang kebenaran firman Tuhan, mereka mulai mengajar orang-orang lain yang belum mengenal Tuhan. Mereka ingin agar banyak orang dapat mendengar Injil, kabar baik tentang Tuhan, sehingga semua orang diselamatkan.

Pada suatu waktu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu meminta mereka berdua-berdua pergi terlebih dahulu ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya.

Tugas mereka adalah mengingatkan semua orang yang tinggal di kota itu bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Mereka juga diminta untuk menyembuhkan orang-orang sakit yang ada di situ dengan kuasa dari Tuhan. Setelah beberapa waktu, ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira. Mereka bercerita kepada Tuhan, "Tuhan, setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu." Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus.

Sobat Kids, saat kita taat melakukan perintah Tuhan, Ia merasa sukacita. Sobat Kids mau membuat Tuhan bergembira, kan? Yuk, kita belajar taat melakukan perintah-Nya setiap hari.

Card image
Truth Junior 16 Mei 2024 - CURHAT
2024-05-16 12:52:20


Lukas 10:21
Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu."

Rani adalah seorang pendiam. Dia tidak banyak bicara di sekolah. Terkadang ia bingung bagaimana caranya untuk memulai pembicaraan dengan orang lain. Akibatnya, ia hanya memiliki sedikit teman di sekolah. Rani hanya dapat mencurahkan perasaan yang ia rasakan dalam buku catatan hariannya.

Tono, si ahli teknologi, dapat menciptakan robot yang menggunakan teknologi AI (Artificial Intelligence) untuk berinteraksi dengan dirinya. Sayangnya, suara balasan dari robot AI-nya berbunyi seperti robot, karena memang robot. Tidak ada perasaan yang dapat dirasakan oleh robot.

Kita bersyukur memiliki Tuhan yang dapat merasakan perasaan juga, Sobat Junior. Ayat firman Tuhan hari ini menyatakan bahwa Yesus juga bergembira. Itu artinya Tuhan Yesus memiliki perasaan. Ia dapat mengerti perasaan yang sedang kita alami, baik senang, sedih, marah, dan lainnya. Sobat Junior, kalian dapat mencurahkan perasaan kalian kepada Tuhan karena Ia mengerti setiap perasaan yang kita rasakan. Bukan seperti buku catatan harian atau robot yang tidak dapat memberikan respons balik.

Yuk, kita datang kepada Tuhan Yesus, Sobat Junior. Kita bisa curhat kepada-Nya.

Card image
Truth Youth 16 Mei 2024 (English Version) - WINNER OR LOSER
2024-05-16 12:49:42


"Have I not commanded you? Be strong and courageous. Do not be afraid; do not be discouraged, for the Lord your God will be with you wherever you go." (Joshua 1:9)

An athlete selected to participate in a competition has undoubtedly gone through various processes before qualifying for that event. The journey undertaken by an athlete aiming to compete is arduous, requiring rigorous training and high discipline in various aspects such as nutrition, exercise, time management, physical and mental health. Furthermore, the challenge faced by an athlete during a competition is competing against opponents who also possess high achievements. It takes great courage to emerge victorious in such contests. If an athlete has a strong determination, consistency, and high discipline, they will surely have the courage to compete and emerge as a winner.

Friends, if winning a competition requires thorough preparation, the same applies to preparing ourselves for the race of faith. Like an athlete who trains with high discipline, we must also train ourselves to deny ourselves to attain perfection in our faith. In the sports competition, we face opponents, but in the race of faith, we battle against ourselves and our bad habits. Just as an athlete chooses healthy food to maintain physical health, we must also safeguard our spiritual health by being selective about what enters our minds and hearts, choosing what is good to hear and see. Through the help of the Holy Spirit, we will be empowered to be consistent and have the courage to not live according to the lifestyle of the world.

WHAT TO DO:
Consistently build a righteous way of life through small things like prayer, guarding our speech, and disciplining our time.

BIBLE MARATHON:
- 2 Chronicles 29-31

Card image
Truth Youth 16 Mei 2024 - PEMENANG ATAU PECUNDANG
2024-05-16 12:48:07


"Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi." (Yosua 1:9)

Seorang olahragawan yang terpilih mengikuti lomba pasti telah mengalami berbagai proses sebelum layak mengikuti perlombaan tersebut. Tahapan yang dilalui oleh seorang olahragawan yang ingin terpilih dalam suatu perlombaan sangat tidak mudah dan perlu menjalani latihan yang sangat ketat dan disiplin yang tinggi dari berbagai aspek, baik itu dari pengambilan makanan, latihan, management waktu, kesehatan fisik dan mental. Tidak hanya itu, tantangan yang dihadapi oleh seorang olahragawan saat lomba adalah menghadapi pihak lawan yang turut memiliki prestasi yang tinggi. Dibutuhkan keberanian yang tinggi untuk bisa memenangi pertandingan tersebut. Jika seorang olahragawan memiliki tekad yang kuat, konsisten, berdisiplin tinggi, maka ia pasti akan memiliki keberanian untuk maju dalam perlombaan. Bahkan lebih dari itu, ia pasti menjadi seorang pemenang.

Teman-teman, jika untuk memenangi sebuah perlombaan membutuhkan persiapan diri yang sungguh-sungguh, demikian juga kita harus mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh dalam perlombaan iman. Seperti seorang olahragawan yang melatih diri dengan kedisiplinan tinggi, demikian juga kita harus melatih diri untuk menyangkal diri untuk mencapai kesempurnaan iman kita. Dalam perlombaan olahraga kita menghadapi pihak lawan, tetapi dalam perlombaan iman kita melawan diri kita sendiri yaitu kebiasaan buruk kita. Seperti seorang olahragawan memilih makanan yang sehat untuk menjaga kesehatan jasmaninya, artinya kita juga harus menjaga kesehatan rohani kita dengan menjaga apa yang masuk di dalam pikiran dan hati kita dengan memilih apa yang baik yang boleh didengar dan kita lihat. Melalui pertolongan Roh Kudus, percayalah kita akan dimampukan untuk konsisten dan memiliki keberanian untuk tidak hidup seperti gaya hidup anak dunia.

WHAT TO DO:
Konsisten membangun cara hidup yang benar dari perkara-perkara kecil seperti berdoa, menjaga perkataan dan disiplin waktu.

BIBLE MARATHON:
2 Tawarikh 29-31

Card image
Renungan Pagi - 16 Mei 2024
2024-05-16 12:45:58


"Tidak seorangpun mau hidup dalam kesusahan; setiap orang ingin hidup bahagia dan sukses, tapi kesusahan bisa saja tiba-tiba datang dan tidak dapat kita hindari. Sebagai orang percaya, kita tahu bahwa Kristus datang supaya domba-domba-Nya mempunyai hidup dalam segala kelimpahan.

Tapi itu bukan berarti bahwa hidup kristiani bebas dari kesusahan; justru melalui kesusahan kita belajar untuk semakin dewasa, semakin menyadari bahwa Allah adalah Allah yang menyertai dan membimbing, mendidik dan memberikan kemenangan bagi orang yang setia.

"Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." Dan hidup berkelimpahan yang dimaksudkan-Nya bukanlah kelimpahan secara materi duniawi, melainkan kwalitas hidup yang bernilai tinggi, hasil dari didikan Tuhan itu, dan Tuhan Yesus ingin mengenakan Hidup-Nya dalam hidup kita.
(Yohanes 10:10)

Card image
Quote Of The Day - 16 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-16 12:44:24


Kesucian tidak bisa ditukar, kesucian tidak boleh ditunda.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 16 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono) Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-16 12:43:13


Tuhan mau memproses kita menjadi manusia baru melalui segala pengalaman yang kita alami.

Card image
EXSISTENCE - 16 Mei 2034 (English Version)
2024-05-16 12:32:20


Besides the apparent dark power we recognize, our enemy is also the one we do not know, namely the enemy within us, or it can be said ourselves. That enemy is our old self, where the nature of sin still resides. The old self, where the nature of sin exists, is an enemy not realized by many Christians. In His Word, Jesus said, ‘Whoever does not deny himself and follow Me, he is not worthy of Me.’ He cannot be a disciple of Jesus. He cannot be a true Christian. Even if he is a Christian, his Christianity must be fake. In this matter, we must understand the meaning of the Lord making us a chosen people.

The Lord made us a chosen people so that we become children of God whose existence is as His children, not just in name or status. This state is what God desires us to possess. A good nobleman can’t adopt someone as his child and then allow the child to have their character at will. Indeed, the nobleman wants the child to be worthy of entering his family. That child must be trained to become noble, dignified, and with the character of nobility. So, the adoptive parents try to change the character of the adopted child.

God, Elohim Yahweh, adopts us as His children through the sacrifice of Jesus Christ, our Lord and Savior. Jesus became the Savior through His death on the cross, bearing and redeeming our sins, purchasing us with His precious blood, justifying us, and presenting us before God as children of God. But our condition is still different from Jesus’. Jesus is the model prototype, the pattern of the life of the children of God that the Father desires. God the Father wants the children redeemed by the blood of His only begotten Son to exist like Jesus, and that’s a non-negotiable requirement.

Non-negotiable means an absolute, essential thing that every Christian must possess. Unfortunately, many Christians do not understand this. They feel God saves and accepts them as children by believing in Jesus as Lord and Savior. Regardless of anything, they are sure to enter heaven when they die, and this is deception, foolishness, and genuinely misguided. Believing means surrendering to the object of faith, meaning that one must live in obedience to the will of God, which is what God the Father desires, what the Lord truly wants.

It cannot be changed; those chosen by God to be His children must genuinely be holy. As stated in Ephesians 1:3-4, ‘Blessed be the God and Father of our Lord Jesus Christ, who has blessed us with every spiritual blessing in the heavenly places in Christ.’ Spiritual blessings in heaven are eternal life and glory with Jesus. ‘For He chose us in Him before the world’s creation…’ So even before the world was created, our names were already recorded, and we were already known to become children of God. This selection is the prerogative of God.

God has appointed names to become His chosen people. However, this does not automatically guarantee entry into heaven because there is a straightforward word that says that God can erase names. So, someone whose name is recorded as a chosen person is not guaranteed entry into heaven. They must struggle; that’s what is called in Hebrews 12:1, a ‘race that is mandatory.’ So, nothing is mandatory in life except one thing: to be perfect like the Father or similar to Jesus. The compulsory race is to have an ideal faith like Jesus. It means obedience to God the Father, the ability to act, think, and speak by God’s thoughts and feelings.

Furthermore, it is said, ‘… so that we may be holy and blameless before Him.’ We are chosen ‘so that’ we may be holy and blameless before Him. So, there is a reason why we were chosen parallels with John 1:12-13, ‘But as many as received Him, to them He gave the right to become children of God.’ Those who receive the Word, who receive the Logos. Not only accepting Jesus verbally and agreeing in mind but absorbing the Word, the Word becoming flesh, one says, ‘The life I now live in the flesh, I live by faith.’ Living by faith means living in obedience to the will of God, that is, living in the struggle to follow the life of Jesus.

Ephesians 1:5 says, ‘In love, He predestined us for adoption to sonship through Jesus Christ, by His pleasure and will.’ So, we are chosen to be holy, which is God’s decree. He sets the standard for becoming children of God, not just status, but existence.

THE LORD MADE US A CHOSEN PEOPLE SO THAT WE BECOME CHILDREN OF GOD WHOSE EXISTENCE IS AS HIS CHILDREN, NOT JUST IN NAME OR STATUS.

Card image
BERKEBERADAAN - 16 Mei 2024
2024-05-16 12:29:55


Musuh kita, selain kuasa kegelapan yang jelas kita kenali, tetapi juga yang tidak kita kenali adalah musuh yang ada di dalam diri kita atau boleh dikatakan, diri kita sendiri. Musuh itu adalah manusia lama kita, di mana terdapat kodrat dosa. Manusia lama di mana ada kodrat dosa merupakan musuh yang tidak disadari oleh banyak orang Kristen. Di dalam firman-Nya, Tuhan Yesus berkata, "Barangsiapa tidak menyangkal diri dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.” Dia tidak dapat menjadi murid Yesus. Dia tidak bisa menjadi orang Kristen yang benar. Kalaupun dia beragama Kristen, kekristenannya pasti palsu, gadungan. Dalam hal ini, kita harus mengerti apa maksud Tuhan menjadikan kita umat pilihan.

Tuhan menjadikan kita umat pilihan agar kita menjadi anak-anak Allah yang berkeberadaan sebagai anak-anak Allah, bukan hanya sebutan atau status. Ini sebenarnya yang Allah kehendaki untuk kita miliki. Tidak mungkin seorang bangsawan yang baik, mengangkat seseorang atau mengadopsi seseorang menjadi anak, lalu membiarkan anak itu berkarakter suka-sukanya sendiri. Pasti bangsawan tersebut ingin anak tersebut menjadi anak yang layak masuk menjadi anggota keluarganya. Anak itu harus dilatih untuk menjadi bangsawan, bermartabat bangsawan, berkarakter bangsawan, bersifat bangsawan. Maka orang tua yang mengadopsi anak tersebut berusaha untuk mengubah karakter anak adopsinya itu. 

Demikian pula Allah, Elohim Yahweh, yang mengadopsi kita menjadi anak-anak-Nya, tentu melalui kurban Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dan Juru Selamat kita. Yesus menjadi Juru Selamat dengan kematian-Nya di kayu salib, menanggung dosa kita, menebus dosa kita, membeli kita dengan darah-Nya yang mahal, membenarkan kita, dan membawa kita di hadapan Allah sebagai anak-anak Allah. Tetapi keadaan kita belumlah seperti Yesus. Yesus adalah model prototipe, _pattern_ dari kehidupan anak Allah yang Bapa kehendaki. Allah Bapa menghendaki agar anak-anak yang ditebus oleh darah Putra Tunggal-Nya, sungguh-sungguh berkeberadaan seperti Yesus, Anak-Nya. Dan itu harga mati yang tidak bisa ditawar. 

Harga mati artinya satu hal yang mutlak yang tidak bisa tidak harus dimiliki oleh setiap orang Kristen. Namun, sayang sekali, banyak orang Kristen yang tidak mengerti. Mereka merasa dengan percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, maka sudah selamat dan diterima sebagai anak oleh Allah. Apa pun dan bagaimanapun, dia tetap pasti nanti mati masuk surga. Ini penyesatan, ini pembodohan, benar-benar sesat. Padahal percaya itu artinya menyerahkan diri kepada objek yang dipercayai. Yang berarti, dia harus hidup di dalam penurutan terhadap kehendak Allah. Ini yang Allah Bapa kehendaki, yang Tuhan benar-benar inginkan.

Tidak bisa diubah, ini mutlak, absolut, bahwa orang yang dipilih Allah menjadi anak-anak-Nya harus sungguh-sungguh menjadi kudus. Seperti yang dikatakan di dalam Efesus 1:3-4, “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam surga.” Berkat rohani di dalam surga adalah kehidupan kekal, kemuliaan bersama Yesus. “Sebab di dalam Yesus Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan …” Jadi sebelum dunia dijadikan pun nama kita sudah tercatat, sudah dikenal untuk menjadi anak-anak Allah. Pemilihan ini adalah hak prerogatif Allah. 

Allah telah menunjuk nama-nama untuk menjadi umat pilihan. Tetapi ini tidak otomatis pasti masuk surga. Sebab ada firman yang jelas mengatakan bahwa Allah bisa menghapus nama. Jadi nama seseorang tercatat sebagai umat pilihan, tidak pasti masuk surga. Dia harus berjuang, itulah yang dikatakan dalam Ibrani 12:1 sebagai “perlombaan yang wajib.” Jadi, tidak ada hal yang wajib dalam hidup ini kecuali satu, yaitu menjadi sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Perlombaan yang wajib, yaitu memiliki iman yang sempurna seperti Yesus. Artinya ketaatan kepada Allah Bapa, kemampuan bertindak, berpikir, berucap selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah.

Selanjutnya dikatakan, “… supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.” Kita dipilih “supaya” kudus tak bercacat di hadapan-Nya. Jadi ada maksud kenapa kita dipilih. Ini paralel dengan Yohanes 1:12-13, “Yang menerima-Nya diberi kuasa supaya menjadi anak Allah.” Yang menerima Firman, yang menerima Logos. Bukan hanya menerima Yesus secara pengakuan mulut dan di dalam pikiran setuju, tapi menyerap Firman, Firman masuk dalam daging, sehingga berkata, “Hidup yang kuhidupi dalam daging ini, hidup oleh iman.” Hidup oleh iman artinya hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allah, yaitu hidup dalam perjuangan mengikuti jejak hidup Yesus.

Efesus 1:5, “Dalam kasih Allah telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.” Jadi kita dipilih supaya kudus, dan itulah ketetapan Tuhan. Dia menentukan standar untuk menjadi anak-anak Allah, yaitu bukan sekadar status, melainkan keberadaan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN MENJADIKAN KITA UMAT PILIHAN AGAR KITA MENJADI ANAK-ANAK ALLAH YANG BERKEBERADAAN SEBAGAI ANAK-ANAK ALLAH, BUKAN HANYA SEBUTAN ATAU STATUS.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 Mei 2024
2024-05-16 12:23:46

2 Samuel 16-18

Card image
Truth Kids 15 Mei 2024 - SENANTIASA BERSUKACITA
2024-05-15 13:59:14


Mazmur 118:24
"Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!"

Pagi ini libur sekolah, tetapi Tina tetap bangun pagi-pagi. Saat membuka jendela, dia melihat matahari bersinar cerah. Ia merasa senang dan sukacita. Tiba-tiba dari belakang mamanya menghampirinya. "Kenapa senyum-senyum, Tin?" tanya mama. "Tina merasakan hangatnya matahari, seperti Tuhan sedang memeluk Tina, Ma." "Seperti matahari yang bersinar di pagi hari dan bulan yang menerangi di malam hari, demikian sukacita Tuhan. Setiap hari tidak pernah hilang dalam hidup kita, walaupun terkadang kita tidak menyadari kehadiran Tuhan," ujar mama. "Iya, ya, Ma. Terkadang kita sibuk dengan aktivitas kita, sehingga kita tidak merasakan kasih dan sukacita Tuhan," ucap Tina.

Sobat Kids, seperti matahari dan bulan yang menerangi bumi ini setiap hari, demikianlah kasih dan sukacita Tuhan yang selalu menerangi hidup kita setiap hari. Bersyukurlah dan bersukacitalah senantiasa.

Card image
Truth Junior 15 Mei 2024 - HARI JADI
2024-05-15 13:57:00


Mazmur 118:24

“Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!”

Sobat Junior, rasanya semua orang tua akan bersukacita ketika anak yang mereka tunggu-tunggu akhirnya lahir dengan sehat dan lucu. Mulai dari usia sebulan, di beberapa daerah, ada perayaan untuk berbagi sukacita dengan kerabat keluarga. Hari jadi atau hari lahir kalian diperingati setiap tahunnya. Pasti kalian merasakan sukacita saat merayakan ulang tahun bersama keluarga. Apalagi saat kalian mendapatkan hadiah, rasanya senang sekali.

Seharusnya kita tidak hanya merasakan sukacita saat merayakan ulang tahun, melainkan setiap hari kita harus merasakan sukacita. Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita kalau setiap hari dijadikan oleh Tuhan. Oleh sebab itu, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita.

Tetapi bagaimana jika hari-hari yang kita lalui rasanya sulit? Rasanya tidak ada yang dapat membuat kita tersenyum. Sobat Junior, ingatlah bahwa kehidupan kita di bumi ini hanya sementara. Termasuk kesulitan yang kita rasakan, juga sementara. Kehidupan kekal kita ada di langit baru dan bumi yang baru. Di sana tidak ada lagi air mata dan kesakitan. Berjuanglah, Sobat Junior! Walaupun sulit, kita mau tetap belajar untuk tersenyum karena tahu bahwa Tuhan akan menggantikan segala kesedihan kita menjadi sukacita saat kita sudah di LB3 nanti.

Card image
Truth Youth 15 Mei 2024 (English Version) - THE CHRISTIAN PATH
2024-05-15 13:45:59


"The temptations in your life are no different from what others experience. And God is faithful. He will not allow the temptation to be more than you can stand. When you are tempted, he will show you a way out so that you can endure." (1 Corinthians 10:13)

Living in obedience is indeed challenging, but it's not a difficult path to tread. It takes a long time, but obedience is something that is surely achieved by those who consistently pursue it. Obedience is evidence that someone radically loves God, and this is something that every Christian should have. Ideally, every Christian should prove themselves trustworthy to God by living obediently to Him and His Word. There will be many challenges faced by a Christian in maintaining their faith because the world we inhabit is already corrupted and filled with sin.

In various aspects of life, it may seem as though God is testing humanity, yet humans often blame God for the situations they face. God is not visible, not evident to the naked eye, but this is one way God matures His people, by remaining faithful even when we do not see. In 1 Corinthians 10:13, it is clear that the trials we face are ordinary and these trials do not exceed our strength. God is a just God; He will not subject us to temptation but will provide a way out when we continue to hope in Him. There is no evil intent from God towards His people; indeed, God desires that all people enter His Kingdom. However, attaining heaven is not as easy as it sounds.

Living the Christian life may be difficult, but we are fortunate because we have God on our side. Moreover, what we experience are not just ordinary temptations that come to weaken us, but God is also working in all things to bring about good. If we truly love Him wholly, we will understand that what God does is a form of protection and His love for us.

WHAT TO DO:
- Try to trust in God and His decisions.
- See temptations as acts of God's saving love to prevent us from more fatal falls.

BIBLE MARATHON:
- 2 Chronicles 25-28

Card image
Truth Youth 15 Mei 2024 - JALAN KEKRISTENAN
2024-05-15 13:19:23


"Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13).

Hidup di dalam ketaatan memanglah sangat sulit dijalani, tetapi bukanlah jalan yang sulit untuk dilalui. Butuh waktu yang sangat panjang, tetapi ketaatan adalah hal yang pasti diraih oleh mereka yang senantiasa mengerjakannya. Ketaatan adalah bukti bahwa seseorang radikal dalam mencintai Allah, hal ini pun adalah hal yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang Kristen. Seyogyanya, setiap orang Kristen membuktikan bahwa dirinya layak dipercayai Allah dengan cara hidup taat kepada Dia dan firman-Nya. Akan ada banyak sekali tantangan yang dihadapi seorang Kristen dalam mempertahankan imannya, sebab dunia yang kita huni sekarang adalah dunia yang telanjur rusak dan penuh dengan dosa.

Dalam beberapa segi kehidupan, Allah pun bisa terlihat seakan mencobai manusia, tetapi manusia telanjur menyalahkah Allah atas situasi yang dihadapinya. Allah tidak nyata, tidak nampak dengan mata telanjang, tetapi inilah salah satu cara Allah mendewasakan umat-Nya, yaitu tetap percaya saat kita tidak melihat. Dalam 1 Korintus 10:13 dengan jelas mengatakan bahwa pencobaan yang dialami oleh kita adalah pencobaan biasa dan tentu pencobaan ini tidak melampaui kekuatan kita. Allah adalah Pribadi yang adil, Ia tidak akan menjatuhkan kita ke dalam pencobaan, melainkan akan ada jalan keluar yang diberikan-Nya ketika kita terus berharap kepada-Nya. Tidak ada satu pun niat Allah yang jahat kepada umat-Nya, bahkan Allah menginginkan semua umat dapat masuk ke dalam Kerajaan-Nya. Hanya, tentu tidak semudah itu untuk meraih surga.

Menjalani kehidupan kekristenan ini memang sukar, tetapi kita sangat beruntung sebab kita memiliki Allah di pihak kita. Terlebih, apa yang kita alami bukanlah pencobaan biasa yang datang untuk melemahkan kita, melainkan Allah pun turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan. Jika kita berhasil mengasihi Dia seutuhnya, maka kita akan memahami bahwa apa yang dilakukan oleh Allah adalah bentuk perlindungan dan bentuk kasih-Nya kepada kita.

WHAT TO DO:
1. Mencoba untuk mempercayai Allah dan keputusan-Nya.
2. Melihat pencobaan sebagai bentuk kasih Allah yang menyelamatkan kita dari kejatuhan yang lebih fatal.

BIBLE MARATHON:
2 Tawarikh 25-28

Card image
Renungan Pagi - 15 Mei 2024
2024-05-15 13:12:12


"Menjadi saksi Kristus adalah bagian dari tugas kita sebagai orang percaya dalam keseharian. Apakah kita telah disembuhkan dari sakit, dilepaskan dari ikatan dosa dan kuasa gelap, diberi jalan keluar dari masalah yang menghimpit, seharusnya pengalaman bersama Tuhan itu menjadi kesaksian hidup. Jangan pernah ragu menceritakan kasih, kuasa dan kebaikan Tuhan yang telah kita alami, bukan untuk kesombongan.

Tetapi supaya mereka tertarik untuk mengenal Tuhan dan mengalami hal yang luar biasa juga bersama Tuhan. Banyak orang percaya menghindar menjadi saksi bagi keluarga terdekat, teman-teman kantor, tetangga dan banyak orang disekitar karena takut, merasa tidak hafal ayat Alkitab, atau setelah hidup menjadi anak Tuhan, hidupnya sendiri tidak berubah. Itu sebabnya, pengalaman bersama Tuhan seharusnya mengubah hidup kita lebih dulu, baru kemudian dapat menjadi saksi Tuhan yang hidup.

Firman Tuhan mengingatkan; "Kamu inilah saksi-saksi-Ku", demikianlah firman TUHAN, "dan hamba-Ku yang telah Kupilih, supaya kamu tahu dan percaya kepada-Ku dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia. Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi." Kita semua adalah saksi-saksi Tuhan yang harus memperkenalkan nama Allah yang hidup itu.
(Yesaya 43:10)

Card image
Quote Of The Day - 15 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-15 13:10:13


Kalau kita ingat selalu akan Tuhan Yesus, pasti kita kuat, kita tidak akan putus asa, karena kita punya pengharapan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 15 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-15 13:08:42


Kehidupan kita gagal kalau kita tidak serupa dengan Yesus.

Card image
SPECIAL ASSIGNMENT - 15 Mei 2024 (English Version)
2024-05-15 13:06:59


There are things we must know in this life. Firstly, we do not know when our day of death will come. Secondly, we will face the judgment throne of God, and we have to account for all our deeds while on this earth. Thirdly, remember that we were created only for God. We exist because God willed us to exist. God desired our existence. So, remembering that at any moment we could die, we must face the judgment throne of God and account for all our deeds while on earth. We were created by God, only for God, so we must now question what task God has assigned to each of us.

Indeed, each of us has a profession, a job, and specific circumstances. Wherever we are, there is a task from God there. In this regard, we must ask, “What should I do, Lord?” Of course, we are afraid, lest we have visions and work not from God, or not by the command and command of God, how horrible! If a job is not a command from God, and then we invest time, energy, and thoughts into it and involve many people in that work or activity, how horrible will our condition be later before the Lord?

So, indeed, we must ask God to tell us what we should do. Let’s not make our work or projects. Our hearts must first be full of compassion for others. Above all, we should love God first and want to please Him, be God’s favourite child, and be compassionate towards others. Indeed, God will show us what projects we should work on for Him.

Each of us must question; amidst our work, God will undoubtedly place a particular task which He has given to us, which is not given to others, and others cannot do this correctly because this is our task. Unless we refuse, God can replace it with someone else. So, we must ask God, “What should I do with my body, money, and time? What should I do?” If we desires for ourselves or certain pleasures, we will use what should be for God’s work.

We must use what God has entrusted to us for His work. And we must ask what we should do. Do not be misused by humans. Do not be misused by priests or churches. However, some good priests and churches genuinely use the money and facilities entrusted by the congregation to the church for the work of God. Serious people want to find out what tasks God has entrusted to each individual and seriously do them. It becomes the fascination of life, the beauty of life, the joy of life, and the pleasure of life. 

When we do God’s work, our lives become divinely dynamic, and we will continue this version of life in eternity. Today, we start seriously questioning God: “What should I do today, Lord?” For short-term God projects, He can whisper, “Meet that friend of yours, discuss this,” for example. We do short-term projects for the near future, but there are also large, long-term projects that we will do until we close our eyes.

Some of us may say, “I have nothing.” We have prayers. Pray for the service of God’s servants, both in cities and in the regions, evangelistic service, the construction of Bible schools, and public schools, all of which are indeed directed towards the formation of new people in the Lord and the formation of spiritual humans, which includes God’s big project. Blessed are we who genuinely seek and find the particular tasks God has given us to fulfill. And we will have the longing to return to heaven and say, “Lord, I have completed the task you entrusted to me.”

GOD WILL UNDOUBTEDLY PLACE A PARTICULAR TASK WHICH HE HAS GIVEN TO US, WHICH IS NOT GIVEN TO OTHERS.

Card image
TUGAS KHUSUS - 15 Mei 2024
2024-05-15 13:04:19


Dalam hidup ini, yang pertama, kita tidak tahu kapan hari kematian kita. Yang kedua, kita pasti menghadap takhta pengadilan Tuhan di mana kita harus mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita selama di bumi ini. Yang ketiga, ingat, bahwa kita itu diciptakan hanya untuk Tuhan. Kita ada karena Tuhan yang menghendaki kita ada. Tuhan yang menghendaki keberadaan kita. Jadi mengingat, setiap saat kita bisa meninggal, mengingat bahwa kita harus menghadap takhta pengadilan Allah dan mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita selama di bumi, dan mengingat kita diciptakan oleh Tuhan, hanya untuk Tuhan, maka kita sekarang mesti memperkarakan, mempersoalkan, apa yang ditugaskan Tuhan kepada kita masing-masing.

Tentu masing-masing kita memiliki profesi, pekerjaan dan keadaan yang khusus. Dan di mana pun kita berada, pasti ada tugas Tuhan di situ. Di dalam hal ini kita harus bertanya, “Apa yang harus saya lakukan, Tuhan?” Tentu kita takut, jangan sampai kita punya visi dan pekerjaan bukan dari Tuhan, atau bukan atas perintah dan komando Tuhan, betapa mengerikan! Kalau suatu pekerjaan bukan komando Tuhan, lalu kita menginvestasikan waktu, tenaga, pikiran untuk itu, dan melibatkan banyak orang masuk dalam pekerjaan atau kegiatan itu, betapa mengerikan keadaan kita nanti di hadapan Tuhan.

Maka, sungguh kita harus minta Tuhan memberi tahu, apa yang harus kita lakukan. Jangan sampai kita membuat pekerjaan sendiri atau proyek sendiri. Hati kita harus penuh belas kasihan dulu terhadap sesama. Dan yang utama lebih dari ini, mengasihi Tuhan dulu; mencintai Tuhan, mengasihi Tuhan, mau menyenangkan hati Tuhan, mau menjadi anak kesukaan Tuhan, lalu berbelaskasihan terhadap orang lain. Pasti Tuhan akan menunjukkan proyek-proyek apa yang harus kita kerjakan bagi Tuhan.

Setiap kita harus memperkarakan; di tengah-tengah pekerjaan kita, Tuhan pasti menaruh tugas khusus, yang Tuhan berikan kepada kita; yang tidak diberikan kepada orang lain. Itu tidak bisa dikerjakan orang lain secara benar, karena ini tugas kita. Kecuali kita menolak, Tuhan bisa menggantikan dengan yang lain. Jadi, harus kita pertanyakan kepada Tuhan, “Apa yang harus saya lakukan dengan tubuh, uang, dan waktu saya ini? Apa yang harus saya lakukan?” Kalau kita punya keinginan dari diri sendiri atau kesenangan-kesenangan tertentu, pasti kita akan memanfaatkan apa yang mestinya untuk pekerjaan Tuhan.

Kita harus menggunakan apa yang Tuhan percayakan kepada kita untuk pekerjaan-Nya. Dan kita harus bertanya apa yang harus kita lakukan. Jangan disalahgunakan oleh manusia. Jangan disalahgunakan oleh pendeta atau gereja. Tapi pasti ada pendeta dan gereja yang baik, yang benar-benar menggunakan uang dan fasilitas yang dipercayakan jemaat kepada gereja, digunakan untuk pekerjaan Tuhan. Orang yang serius mau menemukan apa yang menjadi tugas yang Allah percayakan kepada masing-masing individu dan serius melakukannya, itu menjadi keasyikan hidup, keindahan hidup, kesukaan hidup, kesenangan hidup.

Hidup kita berdinamika ilahi ketika kita mengerjakan pekerjaan Allah. Dan kita akan melanjutkan hidup versi seperti ini di kekekalan. Hari ini pastikan kita mulai sungguh-sungguh mempertanyakan kepada Tuhan, “Apa yang harus aku lakukan hari ini, Tuhan?” Untuk proyek Tuhan jangka pendek, Tuhan bisa berbisik, “Temui temanmu yang satu itu, bicarakan mengenai hal ini,” misalnya. Ada proyek-proyek jangka pendek yang kita lakukan untuk waktu-waktu dekat ini. Tapi juga ada proyek-proyek besar jangka panjang yang kita akan lakukan sampai kita menutup mata.

Di antara kita mungkin ada yang berkata, "Saya tidak punya apa-apa.” Kita punya doa. Doakan pelayanan para hamba Tuhan, baik yang di Jakarta, di daerah, pelayanan penginjilan, pembangunan sekolah Alkitab, sekolah umum; yang semua itu sungguh-sungguh diarahkan untuk pembentukan manusia baru di dalam Tuhan; pembentukan manusia batiniah. Ini termasuk proyek besar Tuhan. Berbahagialah kita yang sungguh-sungguh mau mencari dan menemukan tugas khusus yang Tuhan berikan untuk kita tunaikan. Dan kita akan memiliki kerinduan pulang ke surga dan berkata, "Tuhan, telah aku akhiri tugas yang Kau percayakan padaku.”

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DI TENGAH-TENGAH PEKERJAAN KITA, TUHAN PASTI MENARUH TUGAS KHUSUS, YANG TUHAN BERIKAN KEPADA KITA, YANG TIDAK DIBERIKAN KEPADA ORANG LAIN.

Card image
Truth Kids 14 Mei 2024 - SUKACITA TUHAN
2024-05-15 13:00:26


Ayub 8:21
"Ia masih akan membuat mulutmu tertawa dan bibirmu bersorak-sorak."

Doni dan Rino pagi ini berangkat sekolah naik sepeda. Di tengah perjalanan tiba-tiba terdengar suara ban meletus. Dor!! Ternyata ban sepeda Doni meletus. Padahal, masih setengah perjalanan lagi sampai ke sekolah. Akhirnya Doni menuntun sepedanya sampai ke sekolah. Rino juga menuntun sepedanya untuk menemani Doni. Dalam perjalanan, mereka tidak merasa sedih. Malah sebaliknya, mereka bercakap-cakap sambil tertawa, walaupun mereka harus menuntun sepeda sampai ke sekolah. Doni tetap bersukacita walaupun ban sepedanya meletus, dan Rino tetap bersukacita dengan menuntun sepedanya untuk menemani Doni. Mereka tetap bersukacita karena ada sukacita Tuhan dalam hati. Walaupun dalam keadaan tidak baik, mereka tetap bersukacita dalam Tuhan.

Sobat Kids, sukacita Tuhan dalam hidup tidak dipengaruhi baik atau buruknya keadaan kita. Dalam keadaan tidak baikpun ada sukacita Tuhan yang menyertai kita. Jadi, Sobat Kids harus selalu dekat dengan Tuhan seperti Doni dan Rino. supaya sukacita Tuhan juga ada dalam hidup kita.

Card image
Truth Junior 14 Mei 2024 - HATI-HATI GUNAKAN MULUTMU
2024-05-15 12:58:35


Ayub 8:21
“Ia masih akan membuat mulutmu tertawa dan bibirmu bersorak-sorak.”

Sobat Junior, tahu tidak lagu pujian “Hati-hati gunakan tanganmu?” Pujian itu mengingatkan bahwa kita bukan hanya berhati-hati dalam menggunakan tangan saja, tetapi juga mulut, mata, kaki, telinga dan seluruh anggota tubuh kita. Semua orang pasti memiliki mulut, karena banyak sekali fungsi dari mulut. Apakah fungsi mulut itu untuk marah-marah, menjelek-jelekkan orang lain, menangis teriak-teriak karena tidak dibelikan barang yang diinginkan, bergosip, menertawakan kekurangan orang lain, atau hal buruk lainnya? Itu bukanlah menggunakan mulut dengan baik. Tapi semua orang pasti pernah melakukan hal tersebut. Betul kan, Sobat Junior? Itu bukan yang Tuhan ingin kita lakukan.

Tuhan memberikan kita mulut untuk selalu bersukacita dan menggunakannya untuk memuji nama-Nya. Bagaimana kalau kita menggunakan mulut untuk digunakan menggerutu atau marah-marah, apakah Tuhan akan senang? Tentu itu tidak membuat Tuhan senang, tapi membuat Tuhan sedih.

Mengapa Tuhan sedih?Karena Tuhan mau kita menggunakan mulut kita untuk bersukacita dan memuji nama Tuhan. Hari ini kita mau belajar untuk berhati-hati dalam menggunakan mulut supaya tidak membuat Tuhan sedih. Kita mau menggunakan mulut untuk memuji Tuhan dan menyenangkan hati Tuhan.

Card image
Truth Youth 14 Mei 2024 (English Version) - LOVING HIM WHOLLY
2024-05-15 12:56:48


"If you love me, keep my commands." (John 14:15)

Obedience to God is evidence that we love Him wholeheartedly. This is because there is no longer any desire within us other than for God, so all we think about is God's will. If a Christian dares to say that they love God but their actions show otherwise, it means they are still playing around in their Christian life. This doesn't just apply to newly converted Christians; it can happen to anyone, even those who have been Christians for a long time. Over time, Christians should grow in their faith and bear good fruit for others through their actions.

Christianity is not an easy path to tread, but it becomes enjoyable when we understand God's plan behind every event. In other words, Christianity is a joyful journey when someone walks with God and understands His heart. Those who love God certainly understand His plans and perceive that their journey on earth is a joyful one because God is on their side. The problem is that not all Christians are willing to make God the only one in their lives.

Many worldly things entangle Christians, preventing them from seeing God's grand design. Therefore, strive to be an obedient Christian, for this is the true measure of being children of God. Start loving God in every situation, try to understand His purposes, and open yourself to His examination. In this short life, there is nothing more important than loving God wholeheartedly and making Him the one and only.

WHAT TO DO:
- Allow yourself to be examined by God.
- Try to understand God's intentions.
- Love Him wholeheartedly.

BIBLE MARATHON:
- 2 Chronicles 21-24

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 Mei 2024
2024-05-16 12:22:32

Mazmur 3-4, 12-13, 28, 55

Card image
Truth Youth 14 Mei 2024 - MENGASIHI DIA SEUTUHNYA
2024-05-14 12:27:00


"Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku." (Yohanes 14:15).

Ketaatan kepada Tuhan adalah bukti bahwa kita telah mengasihi Allah sepenuhnya. Hal ini dikarenakan sudah tidak ada lagi keinginan kita selain Allah, sehingga apa yang kita pikirkan hanyalah perasaan Allah saja. Jika seorang Kristen berani mengatakan bahwa ia mengasihi Allah, tetapi tingkah lakunya menunjukkan hal sebaliknya, artinya ia masih main-main dalam menjalani kehidupannya sebagai orang Kristen. Hal ini tidak hanya terjadi kepada orang Kristen yang baru saja bertobat, melainkan dapat terjadi kepada semua orang bahkan orang yang sudah menjadi Kristen sejak lama sekalipun. Seharusnya, seiring berjalannya waktu, orang Kristen pun semakin tambah bertumbuh imannya dan berbuah baik bagi sesama melalui tindakan yang ia lakukan.

Kekristenan bukanlah jalan yang mudah untuk dilalui, tetapi menyenangkan jika kita mengerti rencana Allah di balik semua peristiwa yang terjadi. Dengan kata lain, kekristenan adalah jalan hidup yang menyenangkan bila seseorang berjalan bersama dengan Allah dan mengerti isi hati-Nya. Orang yang mengasihi Allah pun sudah pasti memahami rancangan-rancangan yang disediakan oleh Allah, sehingga ia memaknai bahwa perjalanan hidupnya di bumi adalah perjalanan yang membahagiakan sebab Allah berada di pihaknya. Masalahnya, tidak semua orang Kristen mau menjadikan Allah sebagai satu-satunya di dalam hidupnya.

Terlalu banyak hal duniawi yang membelenggu orang Kristen sehingga matanya tidak mampu untuk melihat rancangan Allah yang besar. Oleh karena itu, jadilah orang Kristen yang taat, sebab inilah tolak ukur sejati untuk menjadi anak-anak Allah. Mulailah mengasihi Allah dalam keadaan apa pun, cobalah mengerti apa maksud Allah di balik semua peristiwa, dan bukalah diri untuk diselidiki-Nya. Di dunia yang singkat ini, tidak ada yang paling penting selain mengasihi Allah seutuhnya dan menjadikan Dia satu-satunya.

WHAT TO DO:
1. Memberi diri diperiksa oleh Allah.
2. Mencoba memahami maksud Allah.
3. Mengasihi-Nya sepenuh hati.

BIBLE MARATHON:
2 Tawarikh 21-24

Card image
Renungan Pagi - 14 Mei 2024
2024-05-14 12:25:09


Ibadah seharusnya bukanlah rutinitas rohani atau upacara agamawi bagi kita, sebab ibadah sejati adalah saat mempersembahkan tubuh menjadi persembahan yang hidup, Kudus dan berkenan pada Tuhan. "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah; itu adalah ibadahmu yang sejati."

Persembahan yang hidup artinya, ada pertumbuhan, perubahan dalam hidup kita, terlihat perubahan dalam hidup ketika beribadah kepada Tuhan. Persembahan yang kudus artinya, harus berjuang hidup dalam kekudusan, semakin sering beribadah kepada Tuhan, harusnya semakin hidup dalam kekudusan.

Dan pada akhirnya lewat ibadah yang kita lakukan, semakin hari hidup semakin berkenan dihadapan Tuhan. Jadi ibadah sejati adalah kehidupan yang terus berubah menuju hidup kudus dan berkenan dihadapan Tuhan.
(Roma 12:2)

Card image
Quote Of The Day - 14 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-14 12:21:42


Salah satu yang ditakuti oleh kuasa gelap adalah ketika kita berani percaya sepenuhnya kepada Allah dan hidup sesuai dengan standar dan kehendak Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 14 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-14 12:19:26


Hidup oleh iman artinya hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allah, yaitu hidup dalam perjuangan mengikuti jejak hidup Yesus.

Card image
MAINTAINING SPIRITUAL STABILITY - 14 Mei 2024 (English Version)
2024-05-14 12:08:19


We must be serious about maintaining the stability of our accompaniment to God or maintaining the stability of our faith in God Yahweh, Father in heaven. Indeed, when we are praying in a prayer meeting or at church, we have such a strong focus on God, we believe that God is alive, God is there, God is with us, we don't need to worry and be afraid of facing anything. Time is in the church, time is in the prayer meeting; we can have strong, firm beliefs; but it is often only temporary. Once we leave the church, our faith declines again, our belief wavers. Well, this is called instability.

We must be stable in believing in the living God, the faithful God, the God who is with us, the God who never leaves us. So actually, many people leave God, it's not God who leaves them. Humans leave God. They feel they still believe in God, but their belief is thin. It's different when they are in church. Especially when singing songs with lyrics about the faithfulness of God, the greatness of God; the heart becomes strong. But once they leave the church, the heart becomes weak. They start to wonder, "Is it true that God is with me? Is it true that God is with me and provides help for my problems?" We must be stable.

And for this stability, we ourselves must maintain it; maintain the stability of our spiritual life. So after leaving the service, we continue to reflect on the fact that there is a living God, a real God; indeed, the same God who parted the Red Sea, the Teberau Sea for the Israelites, the God who manifested Himself in thunder, lightning on Mount Horeb, the same God who brought down the walls of Jericho and dried up the Jordan River, the same God whom we worship today, the unchanging God, past, now and forever. So, if God is like or seems to be dead, He does not exist; that's because it’s the humans who have left God.

Like in Western countries, how comfortable life is, everything is neatly arranged, orderly, those who are unemployed get social benefits, and those who don't work are even paid by the government. People do not feel that they have serious problems that require help from the Almighty, God Almighty because they are quite capable of overcoming their problems. So at one point they felt they didn't need God, they didn't need religion. So it's not surprising that churches are quiet. Correct. The church changed its function until it became a house of worship for other religions. But they don't feel it's something that needs to be considered a crisis. They don't have a sense of crisis about this reality.

If someone no longer believes in God, he definitely doesn't have a sense of crisis. They don't care if churches go bankrupt or not, change functions into supermarkets, sex shops, and others; or even become houses of worship for other religions. Let's not let this happen in our lives. The question is, why doesn't God punish them so that they turn back to God? Of course, God gives warnings, definitely. But if they are not taken those warnings seriously, they will be lost. There is order, there is law within God. God gives certain portions to warn and awaken His people. But if His people are not aware, they will be lost. And of course, God cannot be blamed.

So, we must actively meditate on God's word, day and night, otherwise we will not be able to live in God's truth and holiness. Meditating on God's will, discussing God's plans for us to carry out, will give us spiritual stability. Indeed, we were created only for God, we must remember that. We exist only for God's pleasure, for God's good pleasure. So we must be stable in contemplating this truth. Continuously living it out, "I was created only for God, I live only for His pleasure, I live in a domain where God is the Host, and I must respect the Host in all my behavior and actions."

Every action, every behavior of ours, every thought and feeling, every word we speak, every deed we do must always be considered: whether this is in accordance with God's thoughts and feelings or not? Indeed, at first when we practice this, it is difficult. And sometimes, we fall, we forget again. But we must rise again, we repeat again, we struggle again, until finally, we can, until finally, we are able.

So, this is the seriousness of our following God. Whether we please God or displease Him, that is our real issue! And that is what we must constantly ponder every moment, every time; not just when we are in church. But it is precisely in our journey of life every day, that is what we reflect on.

WE MUST BE STABLE IN BELIEVING IN THE LIVING GOD, THE FAITHFUL GOD, THE GOD WHO IS WITH US, THE GOD WHO NEVER LEAVES US.

Card image
MENJAGA STABILITAS ROHANI - 14 Mei 2024
2024-05-14 11:52:19


Kita harus serius menjaga kestabilan pengiringan kita kepada Tuhan atau menjaga kestabilan iman percaya kita kepada Elohim Yahweh, Bapa di surga. Memang waktu kita sedang berdoa dalam persekutuan doa atau pada waktu di gereja, kita memiliki fokus begitu kuat tertuju kepada Tuhan, kita yakin bahwa Tuhan itu hidup, Tuhan itu ada, Tuhan itu menyertai, kita tidak perlu khawatir dan takut menghadapi segala sesuatu. Waktu ada dalam gereja, waktu ada dalam persekutuan doa; kita bisa memiliki keyakinan yang kuat, yang kokoh; tetapi itu sering hanya sementara. Begitu keluar dari gereja, iman kembali merosot, keyakinan kita merosot. Nah, ini namanya tidak stabil.

Kita harus stabil meyakini Allah yang hidup, Allah yang setia, Allah yang menyertai kita, Allah yang tidak pernah meninggalkan kita. Jadi sebenarnya, banyak orang meninggalkan Tuhan, bukan Tuhan yang meninggalkan dia. Manusia yang meninggalkan Tuhan. Merasa dirinya tetap percaya kepada Tuhan, tapi percayanya tipis. Beda pada waktu ada di gereja. Apalagi menyanyikan lagu-lagu yang syairnya tentang kesetiaan Allah, kebesaran Allah; hati menjadi kuat. Tetapi begitu keluar dari gereja, hati menjadi lemah. Mulai bertanya-tanya, “Apakah benar Allah menyertaiku? Apakah benar Allah besertaku dan memberi pertolongan dari persoalan-persoalanku?” Kita harus stabil.

Dan untuk stabil ini kita sendiri yang harus menjagainya; menjaga stabilitas rohani kita. Jadi setelah usai dari kebaktian, kita tetap merenungkan ada Allah yang hidup, Allah yang nyata; benar, Allah yang pernah membelah Laut Kolsom, Laut Teberau bagi bangsa Israel, Allah yang menyatakan diri di dalam guruh, halilintar di Gunung Horeb, Allah yang sama yang merubuhkan tembok Yerikho dan mengeringkan Sungai Yordan, Allah yang sama yang kita sembah saat ini, Allah yang tidak berubah, dulu, sekarang sampai selama-lamanya. Jadi, kalau Allah seperti atau seakan-akan mati, tidak ada; itu karena manusianyalah yang meninggalkan Tuhan.

Seperti di negara Barat, betapa nyaman kehidupan, semua tertata apik, teratur, yang menganggur mendapat tunjangan sosial, tidak bekerja pun digaji oleh pemerintah. Orang tidak merasa memiliki masalah berat di mana perlu pertolongan dari Yang Maha Kuat, Allah Semesta Alam karena mereka cukup mampu mengatasi persoalan mereka. Sehingga pada satu titik mereka merasa tidak memerlukan Tuhan, tidak memerlukan agama. Jadi tidak heran kalau gereja-gereja menjadi sepi. Benar. Gereja berubah fungsi sampai menjadi rumah ibadah agama lain. Tapi mereka tidak merasa itu sesuatu yang perlu dianggap krisis. Mereka tidak memiliki perasaan krisis terhadap kenyataan ini.

Kalau seseorang sudah tidak bertuhan, pasti ia tidak memiliki perasaan krisis. Dia tidak peduli gereja mau bangkrut atau tidak, berubah fungsi menjadi supermarket, sex shop dan lain-lain; atau bahkan menjadi rumah ibadah agama lain. Jangan sampai hal ini terjadi dalam hidup kita. Pertanyaannya, mengapa Tuhan tidak menghajar mereka supaya mereka berbalik kepada Tuhan? Tentu Tuhan memberi peringatan-peringatan, sudah pasti. Tetapi peringatan-peringatan itu kalau tidak sungguh-sungguh diperhatikan, mereka akan terhilang. Ada tatanan, ada hukum dalam diri Allah. Allah memberikan porsi-porsi tertentu untuk memberi peringatan, untuk menyadarkan umat-Nya. Tetapi kalau umat-Nya tidak sadar, mereka akan terhilang. Dan tentu Allah tidak bisa disalahkan.

Jadi, kita yang harus aktif merenungkan firman Tuhan, siang dan malam, jika tidak, maka kita tidak akan bisa hidup dalam kebenaran dan kesucian Allah. Merenungkan kehendak Allah, memperkarakan rencana Allah untuk kita tunaikan, akan membuat kita memiliki stabilitas rohani. Memang kita tercipta hanya untuk Tuhan, harus diingat itu. Kita ada hanya untuk kesukaan Allah, untuk perkenanan hati Allah. Jadi kita yang harus stabil merenungkan kebenaran ini. Terus menghayatinya, "Aku tercipta hanya untuk Tuhan, aku hidup hanya untuk kesukaan hati-Nya, aku hidup di dalam wilayah di mana Tuhan sebagai Tuan Rumah, dan aku harus menghormati Tuan Rumah dalam seluruh perilaku dan perbuatanku.”

Setiap perbuatan, perilaku kita, setiap gerak pikiran perasaan kita, setiap kata yang kita ucapkan, setiap perbuatan kita harus selalu kita pertimbangkan, apakah ini sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah atau tidak? Memang pada mulanya ketika kita melatih hal ini, berat. Dan kadang-kadang jatuh juga, lupa lagi. Tetapi kita harus bangkit lagi, kita ulangi lagi, kita berjuang lagi, sampai akhirnya kita bisa, sampai akhirnya kita mampu.

Jadi, inilah keseriusan kita ikut Tuhan. Apakah kita menyenangkan hati Tuhan atau mendukakan-Nya, itulah persoalan kita yang sesungguhnya! Dan itu harus kita terus pergumulkan setiap saat, setiap waktu; bukan hanya pada waktu kita di gereja. Tetapi justru dalam perjalanan hidup kita, dalam perjalanan hidup kita setiap hari, hal itu yang kita renungkan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS STABIL MEYAKINI ALLAH YANG HIDUP, ALLAH YANG SETIA, ALLAH YANG MENYERTAI KITA, ALLAH YANG TIDAK PERNAH MENINGGALKAN KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 Mei 2024
2024-05-14 11:49:49

2 Samuel 13-15

Card image
Truth Kids 13 Mei 2024 - IKUTAN SUKACITA
2024-05-13 12:59:04


Ibrani 12:2
"Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah."

Sobat Kids, kita senang, ya, kalau melihat orang-orang lain juga senang. Nah, rasa sukacita itu luar biasa, loh! Pertama, rasa sukacita itu dibagikan kepada orang lain. Kita berikan sukacita pada orang lain dengan membagi sesuatu kepadanya. Misalnya membagikan makanan kepada teman yang lupa membawa bekal, mengajak teman yang sendirian untuk ikut main bersama, memberikan senyuman dan menyapa guru di sekolah, dan masih banyak lagi.

Kedua, sukacita itu menular. Maka mulailah harimu dengan semangat dan jangan lupa berdoa, "Tuhan, saya juga mau membuat orang lain bersukacita." Hal yang paling mudah yang bisa kita lakukan adalah dengan tersenyum. Saat kita tersenyum kepada seseorang, mereka akan senang. Saat kita sampai di sekolah, berikanlah salam kepada guru dengan senyum yang paling manis.

Ketiga, sukacita itu bisa diciptakan. Kita bisa memilih melakukan apa yang bisa menyenangkan hati kita dengan hal-hal baik, seperti membaca buku, berolahraga, membuat berbagai kreasi, bermain bersama teman, menonton film, dan sebagainya.

Sobat Kids, dari semua hal yang bisa kita lakukan agar merasa gembira, ingatlah bahwa Tuhan Yesus adalah sukacita yang sesungguhnya. Selalu berdoa kepada Tuhan Yesus, bacalah Alkitab dan renungan Truth Kids agar kita selalu ingat bahwa Tuhan Yesuslah sumber sukacita kita yang sejati. Dan jangan lupa, bagikan sukacita dari Tuhan kepada teman-teman di sekitar kita.

Card image
Truth Junior 13 Mei 2024 - BERJUANG
2024-05-13 12:56:36


Ibrani 12:2
“Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.”

Dua bulan lalu kita memperingati Jumat Agung. Kita mengenang penderitaan dan pengorbanan yang telah Tuhan Yesus lakukan untuk semua manusia di bumi ini. Mungkin sebagian dari kita merasa sedih, bahkan hingga meneteskan air mata saat mengingat penderitaan yang ditanggung Tuhan Yesus karena dosa-dosa kita. Apakah perasaan itu masih sama hingga hari ini, atau perasaan sesaat saja?

Sobat Junior, walaupun Tuhan Yesus harus menderita dan dihina, Ia melakukan semuanya tanpa marah-marah. Ia rela menanggung semua rasa sakit karena begitu mengasihi manusia. Kita sangat bersyukur atas semua pengorbanan yang telah dilakukan Tuhan Yesus.

Apakah kalian sedang mengalami kesulitan, Sobat Junior? Tuhan Yesus telah memberikan teladan kepada kita cara melalui kesulitan. Tidak dengan marah-marah, melainkan dengan rela hati. Sehingga hati kita tidak penuh dengan emosi marah, tetapi sukacita yang dari Tuhan tetap ada di dalam hati kita. Kenyataannya memang tidak mudah, Sobat Junior. Itulah sebabnya kita harus berjuang agar sukacita dari Tuhan tetap ada di dalam hati kita.

Card image
Truth Youth 13 Mei 2024 (English Version) - IN GOD OR HUMAN CONTROL?
2024-05-13 12:54:42


"For to me, to live is Christ and to die is gain." (Philippians 1:21)

Let's start today with a few questions like this: Whose is life, actually? Does life exist because of the lungs that breathe in oxygen and the heart that beats, or because of God? So, are humans controlled by themselves or by God?

Surely, some of you reading this have pondered questions like these in your lives, whether in the worst situations or perhaps in ordinary circumstances, or even in the midst of very enjoyable moments of life.

So what are the answers to these questions? Simply put, humans consist of body, soul, and spirit. The body is our physical form, the outermost part of a human being. Then there's the soul, or the human mind that enables daily functioning. Lastly, the spirit is the core of a person, where the heart resides.

These three components enable humans to move, think, feel, and carry out their daily activities. However, the most crucial roles are played by the soul and spirit. Why? Because without the soul and spirit, the body would not be able to move or would be considered dead. It's important to understand that the spirit is a part of God given to humans. Therefore, it can be said that the spirit is under God's control. Meanwhile, the soul represents the human mind, influenced by external desires and factors.

So actually, both the soul and spirit have control or influence over human life. It's up to us as humans to understand who truly has complete control over our lives and the risks involved in choosing between the two. So, are you ready to be controlled by God or yourself?

WHAT TO DO:
- Humans consist of body, soul, and spirit.
- The spirit is a part of God given to humans.
- There are risks to consider when choosing between the two.

BIBLE MARATHON:
- 2 Chronicles 17-20

Card image
Truth Youth 13 Mei 2024 - IN GOD OR HUMAN CONTROL?
2024-05-13 12:52:46


"Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Filipi 1:21)

Mari kita awali hari ini dengan beberapa pertanyaan seperti ini, hidup ini sebenarnya punya siapa sih? Manusia itu sebenarnya bernafas karena adanya paru-paru dalam oksigen dan karena ada jantung yang berdetak, atau karena Tuhan? Jadi, manusia itu dikendalikan oleh dirinya sendiri atau Tuhan?

Pasti dari sebagian kalian yang membaca ada terlintas pertanyaan-pertanyaan seperti ini dalam kehidupan kalian, entah dalam keadaan situasi terburuk atau mungkin dalam situasi kehidupan yang sedang biasa-biasa saja, atau dalam keadaan kehidupan yang sedang sangat menyenangkan sekali.

Jadi sebenarnya apa sih jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini? Secara sederhana seperti ini, manusia itu terdiri dari tubuh, jiwa, dan roh. Tubuh itu adalah tubuh fisik kita yang berada dalam bagian terluar dari manusia itu sendiri, kemudian ada jiwa atau bisa dikatakan menjadi pikiran manusia untuk bergerak setiap harinya. Lalu roh merupakan bagian inti dari manusia itu sendiri, karena di situ hati manusia juga berada.

Ketiga hal tersebut sebenarnya yang bisa membuat manusia itu bisa bergerak, berpikir, berperasaan, dan melakukan aktivitas mereka sehari-hari. Tetapi, peran paling penting adalah jiwa dan roh, mengapa? Karena tanpa jiwa dan roh, tubuh tidak akan bisa bergerak atau dapat dikatakan mati. Perlu diketahui kalau roh itu merupakan bagian dari Allah yang diberikan kepada manusia. Sehingga dapat dikatakan roh itu berada dalam kendali Allah. Kemudian jiwa merupakan pikiran manusia yang dikendalikan dari keinginan dan apa yang berada di luar manusia. Dengan begitu sebenarnya, dapat kita lihat bahwa keduanya memiliki kontrol atau kendali dalam kehidupan manusia sehingga tinggal bagaimana kita sebagai seorang manusia mengerti siapa yang sebenarnya memiliki kendali penuh dalam kehidupan kita dan apa risiko jika kita memilih antara keduanya. Jadi, siap dikendalikan oleh Tuhan atau diri kita sendiri?

WHAT TO DO:
1. Manusia terdiri dari tubuh, jiwa, dan roh
2. Roh itu bagian dari Allah yang diberikan kepada manusia
3. Ada risiko yang perlu kita tanggung saat memilih di antara keduanya.

BIBLE MARATHON:
2 Tawarikh 17—20

Card image
Renungan Pagi - 13 Mei 2024
2024-05-13 12:38:47


Kekuatiran seringkali melanda hidup orang percaya, sekalipun telah mengalami banyak pertolongan Tuhan. Padahal seharusnya tahu bahwa Tuhan tidak menghendaki terus menerus kuatir tentang perkara-perkara jasmani, apa yang akan kita makan, minum dan pakai. Yang terutama harus dilakukan adalah mencari Kerajaan Allah dan Kebenaran-Nya.

"Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata; Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."

Bapa di surga tahu segala yang dibutuhkan, bukan hanya sekedar makan dan minum. Jadi seharusnya jangan ada lagi kekuatiran yang berlebihan, percayalah bahwa Tuhan pasti memelihara dan mencukupkan, jangan pernah meragukan kasih dan kuasa-Nya. Utamakanlah Tuhan, maka DIA pasti akan memelihara hidup kita.
(Matius 6:31-33)

Card image
Quote Of The Day - 13 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-13 12:36:53


Hukum tidak bisa menopang manusia menjadi baik, tetapi kehidupan yang dimatikan dari keinginan duniawi dan dosa, dan selanjutnya mengenakan kehidupan Tuhan Yesus adalah satu-satunya jalan terhindar pengaruh dunia yang jahat.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 13 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-13 06:48:44


Merenungkan kehendak Allah, memperkarakan rencana Allah untuk kita tunaikan, akan membuat kita memiliki stabilitas rohani.

Card image
A LONG ALLEY - 13 Mei 2024 (English Version)
2024-05-13 06:46:34


When God said, "I am Your Redeemer" in the Old Testament, the context was God Yahweh freeing the Israelites from Egyptian slavery, and leading them to the land of Canaan promised to Abraham for his descendants to inhabit on earth. In the Old Testament, God used His might to save the people of Israel, but in the New Testament, God used the power of His word, the morality of His holiness within His logos, which was brought to life in and through Jesus Christ for our salvation. After that, the Lord leads us from this world's Egypt to the new heaven and earth, the heavenly Canaan.

If the Israelites were led they had to travel a distance, but if the chosen people of spiritual Israel were led through change. If in the Old Testament the Israelites were led by Moses with the physical might of God who parted the Red Sea, who tore down the walls of Jericho, who divided the Jordan River and so on, now God, the Father, Elohim Yahweh, is leading us from earthly Egypt to the new heaven and new earth with the Holy Spirit. In this journey of change, there is a path that we must take. If the Israelites went through the desert, if we go through the road, namely Jesus Christ. That's why Jesus said, "I am the way" (hodos). Hodos means the way or the long alley. Our journey is a journey of change to put on the life of Jesus in order to reach the Father.

So, we must understand aletheia (His truth) and live it out. Aletheia is truth, meaning the Word-Logos-Wisdom that becomes teachings in human language understood by humans and demonstrated. And the first to succeed in doing this, Jesus. Wisdom, the Logos and the Word are invisible, but will become visible when worn by Jesus, and Jesus teaches and becomes an example. Therefore, Jesus said, “Make disciples of all nations” (Matt. 28:19). It is not that God cannot disciple us directly, but must do so through Jesus who is His instrument. That is why Jesus had to be 100% human, because He had to be our example.

So, when the Bible says, “That we might become like Jesus,” then Jesus must be equated with us in all things, as stated in Hebrews 2:17, “Therefore, He had to be made like His brothers in every respect, so that He might become a merciful and faithful high priest in the service of God, to make propitiation for the sins of the people.” Elohim Yahweh leads us through the way of Jesus-not distance-which becomes an example and model and has unraveled the Logos, Word, and Wisdom into teachings.

If we want to honor Jesus, it is not enough to praise Him with various extraordinary statuses, statements, or concepts about Jesus. If we appreciate Jesus, it is enough to wear His life in our lives. He must live in our lives, then we will appreciate Him and fulfill the plan of salvation. Because if we say, "I believe in You, Jesus," it means we must be like Him. If we are not like Him, it means we do not believe in Him. If we say, "I believe in You, Jesus," it means we must walk His path. Because He is our way. We are not covering distance but a change. And the pattern of change is clear, Jesus is the model and prototype.

If we follow this path, it is impossible to sin. We must be holy as Jesus is holy. Jesus emptied himself, from being innocent, to becoming someone who seemed guilty in order to atone for our sins. If we follow Jesus, we will not be bound by this world. Our hearts will be set in heaven. Because Jesus said, "Where your treasure is, there your heart will be. Store up treasures in heaven, not on earth" (Matt. 6:20-21). There is no compromise with the world. Jesus did not compromise. We see the morality of Jesus' holiness which is the long alley we must walk through.

With the teaching of true monotheism, we cannot avoid being imperfect; you must be perfect. And Jesus has been an example. So Romans 8:28-29 says, "God works all things together for good." Just as God worked in everything during the journey of the Israelites from Egypt to Canaan so that they would become a nation capable of inheriting Canaan by bringing them to various struggles in the desert, so we are led by God to various struggles in order to be like Jesus.

But this is the price we must pay. There are still people left to believe and receive. We cannot avoid it, we must be holy like the Lord Jesus, we must be perfect like the Father, similar to Jesus. Every day we are increasingly pushed, it's extraordinary! But if we are on God's side, God will be with us. And there are people who are left like us. Extraordinary!

WE SEE THE MORALITY OF JESUS'S HOLINESS AS THE LONG ALLEY WE MUST WALK THROUGH. NOT COVERING THE DISTANCE, BUT A CHANGE.

Card image
LORONG PANJANG - 13 Mei 2024
2024-05-13 06:42:17


Ketika Allah berkata, "Aku Penebus-Mu" di Perjanjian Lama, konteksnya adalah Elohim Yahweh yang membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir, dan menuntun mereka ke tanah Kanaan yang dijanjikan kepada Abraham untuk didiami oleh keturunannya di bumi. Kalau di Perjanjian Lama, Allah menggunakan keperkasaan-Nya untuk menyelamatkan umat Israel, tetapi di Perjanjian Baru Allah menggunakan kuasa firman, moralitas kesucian di dalam logos-Nya yang dihidupkan di dalam dan melalui Yesus Kristus untuk keselamatan kita. Setelah itu, Tuhan menuntun kita dari Mesir dunia ini ke langit baru bumi baru, Kanaan Surgawi.

Kalau bangsa Israel dituntun harus menempuh jarak (distance), tetapi kalau umat pilihan Israel rohani dituntun melalui perubahan. Kalau di Perjanjian Lama bangsa Israel dipimpin oleh Musa dengan keperkasaan Allah secara fisik yang membelah Laut Kolsom, yang merobohkan tembok Yerikho, yang membelah Sungai Yordan dan lain-lain, sekarang Tuhan, Allah, Bapa, Elohim Yahweh, menuntun kita dari Mesir dunia ke langit baru bumi baru dengan Roh Kudus. Di dalam perjalanan yang menempuh perubahan itu, ada jalan yang harus kita tempuh. Kalau bangsa Israel melalui padang gurun, kalau kita melalui jalan yaitu Yesus Kristus. Itulah sebabnya Yesus berkata, "Akulah jalan” (hodos). Hodos berarti jalan atau lorong panjang. Perjalanan kita adalah perjalanan perubahan untuk mengenakan hidup Yesus agar sampai kepada Bapa. Maka, kita harus mengerti aletheia (kebenaran-Nya) dan menjadi hidup. Aletheia itu kebenaran, artinya Firman-Logos-Hikmat yang menjadi pengajaran di dalam bahasa manusia yang dimengerti manusia dan diperagakan. Dan yang pertama berhasil melakukan ini, Yesus. Hikmat, Logos dan Firman tidak kelihatan, tetapi akan menjadi kelihatan ketika dikenakan oleh Yesus, dan Yesus mengajar serta menjadi teladan. Karenanya, Yesus berkata, "Jadikan semua bangsa murid-Ku" (Mat. 28:19). Allah bukan tidak dapat memuridkan kita secara langsung, tetapi harus melalui Yesus yang menjadi alat peraga-Nya. Itulah sebabnya Yesus harus menjadi manusia 100%, sebab Dia harus menjadi teladan kita.

Jadi kalau Alkitab berkata, "Agar kita menjadi serupa dengan Yesus," maka Yesus dalam segala hal harus disamakan dengan kita. Seperti yang dikatakan dalam Ibrani 2:17, "Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa_." Allah Yahweh menuntun kita melalui jalan Yesus—bukan distance atau jarak—yang menjadi contoh dan teladan, dan yang telah mengurai Logos, Firman, dan Hikmat menjadi ajaran.

Kalau kita mau menghormati Yesus, tidak cukup mengelu-elukan Dia dengan berbagai status, statement, atau konsep-konsep mengenai Yesus yang luar biasa. Kalau kita menghargai Yesus, cukup dengan mengenakan hidup-Nya dalam hidup kita. Dia harus hidup di dalam hidup kita, baru kita menghargai Dia dan memenuhi rencana keselamatan. Sebab kalau kita berkata, “Aku percaya kepada-Mu, Yesus,” berarti kita harus seperti Dia. Kalau tidak seperti Dia, berarti kita tidak percaya kepada-Nya. Kalau kita berkata, “Aku percaya kepada-Mu, Yesus,” artinya kita harus melalui jalan-Nya. Sebab Dialah jalan kita. Bukan menempuh jarak, tapi menempuh perubahan. Dan pola perubahan itu jelas, Yesus model dan prototipenya

Jika kita ikut jalan ini, tidak mungkin berbuat dosa. Kita harus suci seperti Yesus suci. Yesus mengosongkan diri, dari yang tidak bersalah, menjadi seorang yang seakan-akan bersalah demi menebus dosa kita. Kalau kita ikut Yesus, kita tidak akan terikat dunia ini. Hati kita akan tertaruh di surga. Sebab Yesus berkata, "Di mana ada hartamu, di situ hatimu berada. Kumpulkan harta di surga bukan di bumi" (Mat. 6:20-21). Tidak ada kompromi dengan dunia. Yesus tidak kompromi. Kita melihat moralitas kesucian Yesus yang merupakan lorong panjang yang harus kita jalani.

Dengan pengajaran monoteisme yang sejati, kita tidak bisa menghindar untuk bisa tidak sempurna; you must be perfect. Dan Yesus telah menjadi teladan. Maka Roma 8:28-29 berkata, "Allah bekerja dalam segala hal mendatangkan kebaikan." Sebagaimana Allah bekerja dalam segala hal di perjalanan bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan agar mereka menjadi bangsa yang mampu mewarisi Kanaan dengan membawa mereka kepada berbagai pergumulan di padang gurun, maka kita dibawa Tuhan kepada berbagai pergumulan agar serupa dengan Yesus.

Tetapi ini harga yang harus kita bayar. Masih ada orang yang disisakan untuk percaya dan menerima. Kita tidak bisa menghindar, kita harus menjadi suci seperti Tuhan Yesus, harus sempurna seperti Bapa, serupa dengan Yesus. Makin hari kita makin didesak, luar biasa! Tapi kalau kita di pihak Allah, Tuhan akan menyertai kita. Dan ada orang-orang yang disisakan seperti kita ini. Luar biasa!

Tuhan Yesus memberkati
< Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA MELIHAT MORALITAS KESUCIAN YESUS YANG MERUPAKAN LORONG PANJANG YANG HARUS KITA JALANI. BUKAN MENEMPUH JARAK, TAPI MENEMPUH PERUBAHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 Mei 2024
2024-05-13 06:37:44

Mazmur 32, 51, 86, 122

Card image
Truth Kids 12 Mei 2024 - PERASAAN SEDIH
2024-05-12 10:14:00


Ibrani 1:9
"Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allah-Mu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutu-Mu."

Sobat Kids, apakah kalian tahu apa itu sukacita? Sukacita itu bukan ketika ketawa-ketawa sendiri, tetapi ketika kamu merasa damai dan tidak terganggu oleh apa pun yang terjadi di hidupmu. Seperti yang sedang terjadi dengan Sally. Baru dua hari yang lalu, Sally di tinggal mati oleh anjing kesayangannya yang bernama Bruno. Bruno sudah menemani Sally sejak kecil. Jadi, Sobat Kids sudah bisa membayangkan betapa sedihnya Sally. Apalagi buat teman-teman yang pernah mengalami hal yang sama. Pasti bukan hanya bisa membayangkan, tetapi juga merasakan yang Sally rasakan.

Hebatnya Sally, ia tidak sedih lagi sekarang. Ia tetap bersekolah. Sally tetap bersemangat mengerjakan tugas-tugas sekolah, bermain bersama teman-temannya. Sampai teman Sally yang bernama Michel pun heran, kenapa Sally bisa tetap bersukacita. Sally menjelaskan kepada Michel, "Aku sedih sih, Cel. Tapi engga bisa sedih lama-lama. Nanti aku gak bisa ngapa-ngapain. Kalau aku sedih terus, nanti ga bisa kerjain PR. Nanti ibu guru marah, gimana? Lagipula Bruno sudah ga sakit lagi. Kalau kita sedih terus, Tuhan Yesus juga sedih."

Benar itu, Sobat Kids! Kalau kita sedih terlalu lama, Tuhan Yesus bisa sedih, karena itu tandanya kita lebih mementingkan sesuatu atau seseorang daripada perasaan Tuhan.

Card image
Truth Junior 12 Mei 2024 - BERANI BERBUAT YANG BENAR
2024-05-12 07:15:02


Ibrani 1:9
“Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allah-Mu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutu-Mu.”

Di pagi yang cerah, Anton bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Setibanya di sekolah, Anton langsung bergegas ke kelas. Ia duduk dan mengambil buku untuk belajar. Hari ini dia ada ujian. Sebelum belajar, ia pun tidak lupa untuk berdoa. Ketika bel berbunyi, semua anak-anak masuk ke dalam kelas dan mempersiapkan diri untuk ujian. Ujian pun berlangsung, dan semua siswa mengerjakan dengan baik.

Di tengah-tengah ujian berlangsung, Anton tidak bisa menjawab beberapa soal. Tiba-tiba, ia melihat teman di sampingnya ada yang menyontek. Anton pun terkejut melihat hal itu, kemudian berkata dalam hatinya, “Apakah aku menyontek saja ya, karena ada soal yang tidak bisa aku jawab ?” Lalu ia teringat akan nasihat mamanya, bahwa ia harus mengerjakan dengan jujur, berapapun nilainya. Anton pun membatalkan niatnya untuk menyontek, dan ia menjawab semampunya. Setelah ujian selesai, Anton mendekati dan menasihati teman yang menyontek tersebut supaya tidak melakukan perbuatan yang salah. Anton bersukacita karena ia telah melakukan hal yang benar, baik itu tidak menyontek, maupun berani menasihati temannya yang salah.

Dari kisah Anton, kita belajar bahwa orang yang mau berbuat benar tidaklah mudah menjalaninya. Tetapi ketika ia berhasil melakukan yang benar, ia akan bersukacita. Itulah yang dirasakan oleh Anton. Ia harus memutuskan untuk melakukan yang benar atau salah. Perbuatan Anton itulah yang Tuhan ingin kita lakukan. Bapa mengasihi anak-Nya yang berbuat benar dan menjauhi apa yang tidak benar atau jahat. Sebab orang yang melakukan hal yang benar akan menerima sukacita dari Tuhan.

Card image
Truth Youth 12 Mei 2024 (English Version) - A GOOD FEAR
2024-05-12 07:12:01


"The fear of the LORD is instruction in wisdom, and humility comes before honor." (Proverbs 15:33)

Fear is often associated with negative or unpleasant things. Such as fear of ghosts, fear in dark or tight spaces, fear of blood. Fear can also stem from painful physical experiences that leave a mark on someone's mental state. Fear is ultimately labeled as something dreadful. However, there is a fear that can be considered a fear that leads to something good, and that is the fear of the Lord.

The fear of the Lord is not something wrong. Fear of the Lord does not mean that we as Christians cannot have hope or desire, but rather it means we respect God and acknowledge our humility as human beings.

Respecting others and humility reflect a person's fear of the Lord, more about how a person can obediently respect God as the one who created them and brought them into this world. This becomes a fear that can be considered a good fear because it is not just about the process of respect and humility. Instead, it allows a person to gain wisdom from God. Therefore, this good fear should be nurtured and applied in the lives of humanity. So, are you ready to have the fear of the Lord?

WHAT TO DO:
- The fear of the Lord is a good thing.
- Fear of the Lord means respecting God and learning to have humility.
- Fear of the Lord results in wisdom from God.

BIBLE MARATHON: - 2 Chronicles 12-16

Card image
Truth Youth 12 Mei 2024 - A GOOD FEAR
2024-05-12 07:10:15


"Takut akan TUHAN adalah didikan yang mendatangkan hikmat, dan kerendahan hati mendahului kehormatan." (Amsal 15:33)

Ketakutan selalu digambarkan dengan hal-hal yang buruk atau negatif. Seperti, ketakutan pada hantu, takut dalam ruang gelap atau sempit, takut kepada darah. Ketakutan juga bisa karena ada kejadian yang menyakitkan secara fisik dan membekas pada mental seseorang. Ketakutan pada akhirnya dicap sebagai hal yang mengerikan. Tetapi, ada ketakutan yang sebenarnya bisa dikatakan menjadi sebuah ketakutan yang merujuk kepada hal yang baik, yaitu takut akan Tuhan.

Ketakutan akan Tuhan atau takut akan Tuhan itu bukan sesuatu hal yang salah. Takut akan Tuhan bukan artinya kita sebagai umat kristiani atau orang Kristen tidak bisa memiliki pengharapan atau keinginan, tetapi takut akan Tuhan artinya kita menghormati Tuhan juga adanya kerendahan hati kita sebagai seorang manusia.

Menghormati manusia dan kerendahan hati itu menggambarkan tentang seorang manusia yang takut akan Tuhan, lebih kepada bagaimana seorang manusia bisa taat dalam menghormati Tuhan sebagai yang menciptakan dirinya hingga ada di dunia ini. Hal ini menjadi ketakutan yang bisa dikatakan ketakutan yang baik, karena ketakutan ini bukan hanya berbicara tentang proses menghormati dan adanya kerendahan hati. Tetapi, dengan begitu seseorang akan memiliki hikmat yang dari Tuhan. Maka, ketakutan yang baik inilah yang seharusnya bisa dipelihara dan diterapkan dalam kehidupan umat manusia. Jadi, sudah siap untuk memiliki takut akan Tuhan?

WHAT TO DO:
1. Ketakutan akan Tuhan adalah hal yang baik.
2. Takut akan Tuhan itu menghormati Tuhan dan belajar memiliki kerendahan hati.
3. Takut akan Tuhan menghasilkan hikmat dari Tuhan.

BIBLE MARATHON:
2 Tawarikh 12—16

Card image
Renungan Pagi - 12 Mei 2024
2024-05-12 07:08:15


Mengucap syukur dalam segala keadaan adalah salah satu kehendak Tuhan yang harus kita lakukan. Ucapan syukur membuat kita merasakan damai sejahtera dan sukacita Tuhan dalam hidup kita. Sebab dengan selalu mengucap syukur dalam keadaan apapun, maka itu berarti kita pun belajar merasa cukup atas berkat dan pertolongan Tuhan dalam hidup kita.

Tidak ada keluhan dan persungutan dalam hati, apapun terjadi, tetap bersyukur. "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." Karena itu belajarlah bersyukur dalam segala keadaan, sebab dengan demikian kita telah melakukan kehendak Tuhan.
(1 Tesalonika 5:8)

Card image
Quote Of The Day - 12 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-12 07:06:34


Percaya adalah menuruti apa yang diperintahkan Tuhan, walau hari ini perintah itu belum dapat dimengerti.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 12 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-12 06:45:44


Kalau kita menghargai Tuhan Yesus, cukup mengenakan hidup-Nya dalam hidup kita.

Card image
GOD'S DEFENSE - 12 Mei 2024 (English Version)
2024-05-12 06:28:59


Statement of faith "If God is for us, who can be against us?" (Romans 8:31) was of course conveyed by the Apostle Paul to the congregation or believers in Rome. We read Bible verses, specifically Paul's writings in the book of Romans where persecution, oppression, suffering, and even loss of life characterize the spiritual journey of the Roman congregation. Of course we see that Paul's admiration for God is extraordinary, not mere imagination or rhetoric but a real experience of experiencing God. So Paul emphasized, "Nothing can separate us from the love of God" (Romans 8:35).

God has proven His favor toward us, sinful humans. God sided with us by sacrificing His only Son. It's time to examine and ensure whether we are truly on God's side. Reflect and ponder carefully. Answer honestly. It cannot be denied that our enemies include dark powers, those who do evil to us, and various other disasters. But let's not dwell only on those conditions, for the true enemy we must conquer is ourselves.

The statements of faith that we often make through reading God's word, singing songs of praise to God, should not only be on the lips but must also be followed by perseverance and steadfastness in trusting Him. Sometimes, after we pray to face life's struggles, we feel stronger. But after we see the existing facts or reality, we again become doubtful, uncertain and even disappointed. But there we see how long-suffering and God's love is.

Nothing can separate us from God's love. Nakedness, poverty, suffering? In fact, we ourselves often separate ourselves from God. In what way? Of course, we live carelessly, we live as we please without caring about the thoughts and feelings of God who entrusted us to exist in this world. We have to think about this! Realize that God's defense is beyond doubt. It is clear that even His only begotten Son, who was so great and glorious, was humiliated because of us, to the extent that the Father turned His face away. That is what Jesus wept over. Let us not be those who, in the morning, in the place of worship, in fellowship, praise and worship with our hearts, hands lifted up, but fail utterly in the demonstration of our lives.

Not everyone has this opportunity, not everyone has the gift of knowing the only way of salvation that can lead us to the Father and walk together with the Father. This is what should make us happy. If we wake up in the morning with a troubled heart and feelings of despair, that's where we don't honor God. The Almighty God, the All-Powerful, His ability should not be doubted. God is also present with us. God is mighty, but if He is not present with us, it is in vain. God is with us, but if God is not mighty, it is also in vain. But the truth is, God is Almighty, God is mighty, and He is present.

So, if we truly love God, truly make God our joy, then when we wake up, we have joy and gladness because today we will walk with God. And believe that He will surely defend us. There are many things we will experience throughout the day that God gives us. And many of those things are His eternal blessings. Events after events that we experience in the dynamics of life that each of us has and experiences, which surely differ from one another. But in the midst of it all, through various struggles of life, we walk with God. It is precisely in the midst of struggles that we feel and need His presence.

Believing in Jesus as Lord and Savior is absolute. But after that, we must surrender ourselves to be disciples of Jesus, guided by the Holy Spirit, and educated by the Father to become perfect humans like the Father, who are worthy to enter the Father's House. That's why we must walk with God. But remember, we cannot live in sin or uncleanness if we want to walk together with God and be defended by Him. Our journey with God is actually the same as preparing for eternity. Therefore, God will be present in the midst of all life's struggles where we have to choose, make decisions, and the Spirit of God will teach us how to have a life attitude and heart attitude that pleases Him, which is a requirement for us to enter the Kingdom of Heaven.

WE CANNOT LIVE IN SIN OR UNCLEANLINESS IF WE WANT TO WALK WITH GOD AND BE DEFENDED BY HIM.

Card image
PEMBELAAN ALLAH - 12 Mei 2024
2024-05-12 06:26:46


Pernyataan iman "Jika Allah di pihak kita, siapa lawan kita?" (Rm. 8:31) tentunya disampaikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat atau orang percaya di Roma. Kita membaca ayat Alkitab, secara khusus tulisan Paulus dalam kitab Roma di mana aniaya, penindasan, penderitaan, bahkan kehilangan nyawa mewarnai perjalanan kerohanian jemaat Roma. Tentu kita melihat kekaguman Paulus terhadap Allah sangat luar biasa, bukan isapan jempol atau retorika semata melainkan sebuah pengalaman riil mengalami Tuhan. Sehingga Paulus menegaskan, "Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah" (Rm. 8:35).

Allah telah membuktikan keberpihakan-Nya kepada kita, manusia berdosa. Allah berpihak, yaitu dengan mengorbankan Putra Tunggal-Nya. Tiba saatnya untuk memeriksa serta memastikan, benarkah kita sekalian berada di pihak Allah? Coba renungkan dan pikirkan dengan saksama. Jawablah dengan jujur. Memang tidak bisa ditampik, musuh kita adalah kuasa gelap, orang-orang yang berbuat jahat kepada kita, dan juga berbagai bencana lainnya. Tetapi sadarlah, kita jangan berkajang di kondisi itu saja, sebab musuh yang sesungguhnya yang harus kita taklukkan adalah diri sendiri.

Pernyataan-pernyataan iman yang sering kita kumandangkan melalui pembacaan firman Tuhan, nyanyian-nyanyian pujian kepada Tuhan, jangan hanya di bibir tapi juga harus juga diikuti oleh ketekunan dan keteguhan memercayai-Nya. Kadangkala, setelah kita berdoa menghadapi pergumulan hidup, kita merasa lebih kuat. Tetapi setelah kita melihat fakta atau realitas yang ada, kita kembali menjadi ragu, bimbang bahkan kecewa. Tetapi di situ kita melihat betapa panjangnya sabar dan kasih Allah.

Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah. Ketelanjangan, kemiskinan, penderitaankah? Sesungguhnya kita sendiri yang sering memisahkan diri dari Tuhan. Dengan cara apa? Tentu hidup sembarangan, hidup semau kita tanpa memedulikan pikiran dan perasaan Allah yang memercayakan kita ada di dunia ini. Ini harus kita renungkan! Sadarilah bahwa pembelaan Allah tidak perlu diragukan lagi. Sudah nyata jelas, bahkan Anak-Nya Yang Tunggal, yang begitu agung dan mulia, menjadi terhina karena kita, sampai Bapa sendiri memalingkan wajah-Nya. Itulah yang ditangisi oleh Tuhan Yesus. Jangan sampai kita di pagi hari, di ruang ibadah, di persekutuan, hati memuji menyembah, tangan terangkat, tapi di peragaan hidup, kita gagal total.

Tidak semua orang memiliki kesempatan ini, tidak semua orang mendapat anugerah mengenal jalan keselamatan satu-satunya yang bisa membawa kita kepada Bapa dan berjalan bersama dengan Bapa. Inilah yang mestinya menggembirakan kita. Kalau kita bangun tidur pada pagi hari sudah dimulai dengan hati yang kusut, perasaan gundah gulana, di situ kita tidak menghormati Tuhan. Tuhan Yang Kuat, Tuhan Yang Maha Kuasa, tidak boleh kita ragukan kemampuan-Nya. Tuhan juga hadir menyertai kita. Tuhan kuat, tapi kalau tidak hadir menyertai kita, percuma. Tuhan menyertai kita, tapi kalau Tuhan tidak kuat, juga percuma. Tapi yang benar, Allah itu Maha Kuasa, Allah itu kuat, dan Dia hadir.

Jadi kalau kita benar-benar mengasihi Tuhan, benar-benar menjadikan Tuhan kebahagiaan, maka begitu kita bangun tidur, kita memiliki kegembiraan dan sukacita karena hari ini kita akan menjalani hari berjalan bersama dengan Tuhan. Dan percaya bahwa Dia pasti membela kita. Ada banyak hal yang kita akan alami sepanjang hari yang Tuhan berikan. Dan banyak hal itu adalah berkat-berkat kekal-Nya. Peristiwa demi peristiwa yang kita alami dalam dinamika hidup yang masing-masing kita miliki dan alami, yang tentu juga berbeda satu dengan yang lain. Tetapi di media itu, melalui berbagai pergumulan hidup, kita berjalan bersama Tuhan. Justru di tengah-tengah pergumulan, kita merasakan dan membutuhkan kehadiran-Nya.

Memercayai Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, itu mutlak. Tetapi setelah itu, kita harus memberi diri dimuridkan oleh Yesus, dituntun oleh Roh Kudus, dididik oleh Bapa untuk menjadi manusia yang sempurna seperti Bapa, yang layak masuk Rumah Bapa. Untuk itulah kita harus berjalan dengan Tuhan. Tapi ingat, kita tidak bisa hidup dalam dosa atau kenajisan kalau kita mau berjalan bersama dengan Tuhan dan dibela oleh-Nya. Perjalanan kita dengan Tuhan sebenarnya sama dengan mempersiapkan kekekalan. Karenanya, Tuhan akan hadir di tengah-tengah segala pergumulan hidup di mana kita harus memilih, mengambil keputusan, dan Roh Allah akan mendidik bagaimana kita memiliki sikap hidup dan sikap hati yang berkenan, yang menjadi syarat kita masuk Kerajaan Surga.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA TIDAK BISA HIDUP DALAM DOSA ATAU KENAJISAN KALAU KITA MAU BERJALAN BERSAMA DENGAN TUHAN DAN DIBELA OLEH-NYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 Mei 2024
2024-05-12 06:07:47

2 Samuel 11-12
1 Tawarikh 20

Card image
Truth Kids 11 Mei 2024 - WAKTUNYA BERSUKACITA
2024-05-11 12:42:09


Yesaya 51:11
"Maka orang-orang yang dibebaskan TUHAN akan pulang dan masuk ke Sion dengan sorak-sorai, sedang sukacita abadi meliputi mereka; kegirangan dan sukacita akan memenuhi mereka, duka dan keluh akan menjauh."

Kapankah kita bisa bersukacita? Di Alkitab tertulis, "bersukacitalah senantiasa." Berarti Sobat Kids dapat bersukacita di dalam setiap kejadian yang Sobat Kids alami setiap hari. Saat bermain, saat belajar, beribadah di Sekolah Minggu, dan saat pergi ke pasar. Sobat Kids bisa bersukacita di mana saja. Waktu untuk bersukacita bisa sejak mulai bangun pagi sampai tidur lagi di malam hari.

Bapa di surga menginginkan kita terus bersukacita setiap waktu. Tentu tidak mudah. Oleh sebab itu, setiap hari kita harus mau merenungkan firman Tuhan, berdoa, dan memuji nama-Nya. Bersukacita tidak harus ditunjukkan dengan tertawa atau tersenyum. Sukacita juga bisa dirasakan karena taat akan firman Tuhan. Saat senang maupun sedih, kita semua bisa bersukacita. Kalau ada temanmu yang sedang merasa kesal, sedih, atau tidak bisa bernyanyi memuji Tuhan, artinya dia tidak menyadari rasa sayang Tuhan kepadanya. Di saat sedih, Tuhan mau menghibur kita dan itu menjadi sukacita buat kita.

Di saat kamu khawatir atau takut, pikirkanlah firman Allah. Tuhan membawa kita kembali ke hadapan-Nya dengan sukacita dan kegembiraan yang tak terkira. Tuhan Yesus telah mengirim Penolong dalam hidup kita, yaitu Roh Kudus yang membimbing kita setiap hari.

Card image
Truth Junior 11 Mei 2024 - SUKACITA KARENA PENGORBANAN-NYA
2024-05-11 12:40:11


Yesaya 51:11
“Maka orang-orang yang dibebaskan TUHAN akan pulang dan masuk ke Sion dengan sorak-sorai, sedang sukacita abadi meliputi mereka; kegirangan dan sukacita akan memenuhi mereka, duka dan keluh akan menjauh.”

Sobat Junior, pernah gak sih, kalian berkorban untuk orang lain? Coba ingat-ingat, apa saja pengorbanan yang pernah kalian lakukan? Mungkin kalian pernah berbagi makanan dengan teman, berbagi mainan, atau berbagi lainnya. Apa yang kalian rasakan ketika berkorban bagi orang lain? Apakah kalian sedih atau kesal atau marah dengan orang tersebut? Atau apakah kalian senang bisa berkorban untuk orang lain? Dan coba kalian pikirkan, bagaimana perasaan orang yang telah menerima pengorbanan tersebut? Apakah mereka senang atau sedih? Tentunya orang yang menerima pengorbanan tersebut pasti senang atau bersukacita. Begitu pula kita yang sudah menerima pengorbanan dari Tuhan Yesus. Kalian senang tidak, menerima pengorbanan dari Tuhan Yesus? Tentu semua merasa sukacita karena pengorbanan yang Tuhan Yesus lakukan itu tidak mudah.

Wahh… kenapa tidak mudah ya?? Iya, jelas itu tidak mudah, karena pengorbanan yang Tuhan Yesus lakukan sangat besar. Dia rela berikan nyawa-Nya untuk kita semua. Apakah Sobat Junior berani melakukan pengorbanan seperti yang Tuhan Yesus lakukan?? Tentu semua pasti berpikir dulu, ya. Maka dari itu, Sobat Junior, kita tidak boleh menyia-nyiakan pengorbanan Tuhan Yesus. Dan kita harus selalu bersukacita akan pengorbanan-Nya. Sama ketika kita menerima pengorbanan dari orang lain, kita harus selalu bersukacita, hal itulah yang Tuhan mau kita lakukan.

Card image
Truth Youth 11 Mei 2024 (English Version) - SACRIFICES AFTER THINKING
2024-05-11 12:02:35


"And the King will answer them, 'Truly, I say to you, as you did it to one of the least of these my brothers, you did it to me." (Matthew 25:40)

Sacrifice is an act of setting aside, letting go of ego, and giving the best for the common good. However, not all humans make a sacrifice by thinking about it beforehand. They just do it. Is that a good thing?

Sacrifice still needs to be considered beforehand. However, it is not about choosing someone based on their social background, financial ability, physical appearance, or intelligence in the academic world. Sacrifice doesn't look at those things at all.

Sacrifice looks at what is needed at the time or moment. Sacrifice does not look at the physical, but at how we should behave when someone needs help. Sacrifice is also not just about the time we sacrifice, but sacrifice speaks of feelings that are also willing to suffer.

Many people may think that sacrifice is easy to do. But sacrifice comes with a high price. What does a high price mean? The high price speaks of sacrificing one's life. Like a mother who tries to give birth to the baby in her womb and carries it for 9 months. When she divides her time, withstands the pain not only physically but also the mental pressure with a heart that tries to remain calm. That is the proof of real sacrifice experienced by every human.

Therefore, sacrifice needs to be considered. Because sacrifice is the proof of true love performed by God and humans, or humans with their fellow human beings. So, how many sacrifices have you made?

WHAT TO DO:
- Sacrifice needs to be considered beforehand.
- Sacrifice is not just about time, but feelings.
- Sacrifice is the proof of true love performed by God and humans, as well as with fellow human beings.

BIBLE MARATHON:
- 2 Chronicles 8-11

Card image
Truth Youth 11 Mei 2024 - SACRIFICES AFTER THINKING
2024-05-11 12:00:56


"Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40)

Pengorbanan atau sacrifices itu tindakan yang menyampingkan, melepaskan ego, dan memberikan yang terbaik untuk kebaikan bersama. Tetapi, tidak semua manusia melakukan sebuah pengorbanan dengan memikirkan terlebih dahulu sebuah pengorbanan tersebut. Mereka hanya melakukan saja. Apakah hal itu yang baik?

Pengorbanan tetap harus dipikirkan terlebih dahulu. Tetapi, bukan pengorbanan yang memilih seseorang dari berbagai latar belakang sosial kehidupannya, kemampuan finansial, bentuk tubuh, atau ukuran kepintaran seseorang dalam dunia akademik. Pengorbanan sama sekali tidak memandang hal itu.

Pengorbanan itu melihat apa yang dibutuhkan pada saat atau waktu yang ada. Pengorbanan tidak memandang fisik, tetapi memandang bagaimana kita harus bersikap saat seseorang membutuhkan bantuan. Pengorbanan juga bukan hanya berbicara tentang waktu yang kita korbankan, tetapi pengorbanan itu berbicara tentang perasaan yang juga rela menderita.

Mungkin banyak orang berpikir, pengorbanan itu hal yang mudah dilakukan. Tetapi, pengorbanan itu punya bayaran yang mahal harganya. Apa maksudnya bayaran yang mahal? Bayaran yang mahal itu berbicara tentang pengorbanan nyawa. Layaknya seperti seorang ibu yang berusaha untuk melahirkan bayi yang ada dalam perutnya dan mengandung selama 9 bulan. Ketika ia membagi waktunya, menahan rasa sakit yang bukannya hanya tubuh juga adanya tekanan mental dengan adanya hati yang berusaha harus selalu tenang. Itu bukti pengorbanan nyata yang dialami oleh setiap manusia.

Maka, pengorbanan itu memang perlu dipikirkan. Karena pengorbanan itu bukti kasih yang nyata yang dilakukan oleh Tuhan dan manusia ataupun manusia dengan sesamanya. Jadi, sudah berapa banyak pengorbanan yang kamu lakukan?

WHAT TO DO:
1. Pengorbanan perlu dipikirkan terlebih dahulu
2. Pengorbanan tidak hanya berbicara soal waktu, tetapi perasaan
3. Pengorbanan bukti kasih nyata dilakukan oleh Tuhan dan manusia, juga dengan sesamanya.

BIBLE MARATHON:
2 Tawarikh 8—11

Card image
Renungan Pagi - 11 Mei 2024
2024-05-11 08:42:27


Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.

Inilah janji Tuhan untuk kita, banyak orang yang tidak mengalami karena tidak percaya, dan ada banyak orang yang mengalaminya karena mereka percaya, alami janji Tuhan dengan tetap percaya, maka jadilah seperti apa yang kita percayai.
(Yesaya 46:4)

Card image
Quote Of The Day - 11 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-11 08:40:39


Perjalanan hidup kekristenan kita harus terobsesi dengan hal ini terus menerus, yaitu mengenal jalan hidup Tuhan Yesus dan mengikuti-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 11 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sadono)
2024-05-11 08:38:55


Allah menggunakan kuasa Firman, moralitas kesucian di dalam Logos-Nya yang dihidupkan di dalam dan melalui Yesus Kristus untuk keselamatan kita.

Card image
NEVER ENOUGH - 11 Mei 2024 (English Version)
2024-05-11 08:37:29


Everyone, including us, wants to have a life as enjoyable as possible, as comfortable as possible, as beautiful as possible, as peaceful as possible. Therefore, we choose a good place to live, build a house with good facilities, make various efforts to have a comfortable life. Honestly, have we ever found a person whose life is very comfortable, very peaceful, very prosperous, truly ideal? So that person's life can become a model or prototype of the life we are trying to achieve. Have we found that?

In fact, it is difficult to find the ideal life model. So we walk aimlessly. Because we feel that if we achieve what we target, then we will have an ideal life. But, after we achieved it, it turns out it isn't ideal either. A simple example, when we were young, we thought that after graduating, we could apply for a job and earn a living, that's all for now. But after getting a job and earning a salary, we start thinking about owning a car because I've been riding a motorbike all this time. After buying a car, we think about owning a house. And so on. Until ultimately, we die and never get that ideal life. This is not pessimistic, but realistic.

Quoting Jesus' words to the Samaritan woman in John 4, "Everyone who drinks this water will be thirsty again, but whoever drinks the water I give them will never thirst. Indeed, the water I give them will become in them a spring of water welling up to eternal life." Because God provides the water of life that will well up within a person. We will never be enough without God. We must dare to believe that with God, it is enough. Do not doubt, for all power is in the hands of God. God will surely provide protection to those He loves. Only those who can say, "You are enough for me, Lord" just then can become God’s beloved.

We must truly feel that only God is our necessity, like a deer longing for a flowing river. A deer cannot live without water. God must be our life. So that we can say, like the psalmist, “Whom have I in heaven but you? And earth has nothing I desire besides you." The question we must raise within ourselves: “How can we become such people?" Have we ever discussed or questioned it? Because if we read in Psalm 73, those who do not fear God live comfortably; like blessed, healthy, well-fed, happy forever. Happiness forever is certainly not forever, but only for a while on earth.

Apparently, this is the ideal life according to human eyes; rich, healthy, fat, influential, lots of people follow him. Of course this is the kind of life that most of us are looking for in the past; maybe not now. So, let's throw away all the ideal concepts of life that we have built since we were children. We have to honestly admit, there are people like this, even if only 1% or 0.5%, but those who can be brought down and destroyed in an instant, is truly terrifying. On the other hand, God can corner us into a situation where we can say, "You alone, Lord, are what I desire." So, be grateful that if we are brought into difficult situations, it turns out that those situations bring us glory.

Aren't we, in fact, poisoned by the world? Surely among us, there are those who feel like their lives are invalid; meaning they feel defective, incomplete, lacking, or deficient. Perhaps because they're not married yet, or they are married but don't have children, or maybe they're currently unemployed, or their business is struggling, or they have financial debts, health issues, and so on. Hopefully through today's reflection, our minds will be opened. The ideal life is if we walk with God. So, we must experience walking with God. We must feel in God's hands. We must feel in communion with God.

True prayer is 24 hours every day. There is no time when we do not walk with God, there is no blank spot with God. How can that be realized? Try studying, how could Abraham believe? How could David love God so much? How could the Lord Jesus please the Father? That's what we have to pursue. Jesus Himself said, “My food does the will of the Father and completes His work.” That's the standard. So why don't we strive to reach the highest stars, the highest holiness? Why do we instead seek an ideal life like the world's children?

Yet, there is no ideal life on this earth. Humans move from one port to another port, from one terminal to another terminal, from one amount of money to another amount of money. In fact, people like this worship Satan. Change our paradigm. Whatever and however our circumstances are, walk with God, that is enough for us, and this is an attitude that glorifies God, honors God.

WE MUST TRULY FEEL THAT ONLY GOD IS OUR NECESSITY.

Card image
TIDAK PERNAH CUKUP - 11 Mei 2024
2024-05-11 08:28:09


Semua orang, termasuk kita, ingin memiliki hidup senikmat-nikmatnya, senyaman-nyamannya, seindah-indahnya, setenang-tenangnya. Karenanya, kita memilih tempat tinggal yang baik, membangun rumah dengan fasilitas sarana yang baik, melakukan berbagai usaha untuk memiliki hidup senyaman-nyamannya. Sejujurnya, pernahkah kita menemukan orang yang hidupnya nyaman sekali, sangat damai, sejahtera sekali, benar-benar ideal? Sehingga hidup orang itu bisa menjadi model atau prototipe dari hidup yang kita usahakan untuk kita capai. Pernahkah kita menemukan itu?

Sejatinya, sulit menemukan model hidup yang ideal tersebut. Sehingga kita berjalan tanpa tujuan. Karena kita merasa bahwa bila kita mencapai apa yang kita target, maka kita akan memiliki sebuah hidup yang ideal. Tapi, setelah kita capai, ternyata belum ideal juga. Contoh sederhana, waktu masih muda berpikir kalau sudah lulus studi, bisa melamar pekerjaan lalu bisa mendapatkan nafkah, sampai di situ dulu. Tapi setelah bisa bekerja dan mendapat gaji, mulai berpikir bagaimana punya mobil. Karena selama ini naik motor. Setelah beli mobil, berpikir bagaimana punya rumah. Dan seterusnya. Sampai ujungnya mati dan tidak pernah mendapatkan hidup yang ideal itu. Ini bukan pesimis, tetapi realistis.

Mengutip ucapan Tuhan Yesus di Yohanes 4 dengan perempuan Samaria dikatakan, “Kalau kamu minum air ini, kamu haus lagi. Tapi, kalau kamu minum air yang Kuberikan, daripadamu akan memancar air kehidupan_ .” Karena Tuhan memberikan air kehidupan yang akan memancar dalam diri orang itu. Kita tidak akan pernah cukup tanpa Tuhan. Kita harus berani memercayai bahwa dengan Tuhan itu, cukup. Jangan ragukan, sebab segala kuasa di tangan Tuhan. Tuhan pasti akan memberikan perlindungan kepada orang-orang yang dikasihi-Nya. Hanya orang-orang yang bisa berkata, “Engkau, cukup bagiku, Tuhan” baru bisa menjadi kekasih Tuhan.

Kita harus sungguh-sungguh merasakan bahwa hanya Tuhan yang menjadi kebutuhan kita, seperti rusa merindukan sungai yang berair. Kehidupan seekor rusa tidak bisa hidup tanpa air. Tuhan harus menjadi kehidupan kita. Sehingga kita bisa berkata, seperti pemazmur, “Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.” Pertanyaan yang kita harus bangkitkan dalam diri kita: “Bagaimana bisa menjadi manusia seperti ini?” Pernahkah kita memperkatakan atau mempersoalkannya? Sebab kalau kita membaca di dalam Mazmur 73, orang-orang yang tidak takut akan Allah, hidupnya nyaman; seperti keberkatan, sehat dan gemuk, senang selamanya. Senang selamanya tentu bukan selama-lamanya, melainkan selama waktu di bumi. 

Rupanya, ini adalah kehidupan yang ideal menurut mata manusia; kaya, sehat, gemuk, banyak pengaruh, orang banyak mengikuti dia. Tentu hidup seperti inilah yang dicari rata-rata semua kita dulu; jangan-jangan sekarang masih. Jadi, mari kita buang semua konsep idealnya hidup yang kita bangun sejak kita kanak-kanak. Harus jujur kita akui, memang ada manusia seperti ini, walaupun hanya 1% atau 0,5%. Tetapi, yang dalam sekejap bisa dijatuhkan hingga hancur dan binasa, sungguh mengerikan. Namun di satu sisi, Tuhan bisa memojokkan, menyudutkan kita pada satu situasi di mana kita bisa mengatakan, “Hanya Engkau yang kuingini.” Jadi bersyukur kalau kita dibawa kepada keadaan-keadaan sulit ternyata keadaan itu membawa kita ke dalam kemuliaan.

Bukankah faktanya kita telah teracuni oleh dunia? Pasti di antara kita ada yang merasa hidupnya sedang invalid; artinya cacat, tidak utuh, ada kekurangan, ada ketidaklengkapan. Entah, karena belum menikah atau menikah belum punya anak atau mungkin sedang menganggur atau usaha sedang berat, masalah utang piutang, masalah sakit penyakit dan lainnya. Kiranya melalui renungan hari ini, pikiran kita terbuka. Hidup yang ideal adalah jika kita berjalan dengan Tuhan. Maka, kita harus mengalami berjalan dengan Tuhan. Kita harus merasakan dalam genggaman Tuhan. Kita harus merasakan dalam persekutuan dengan Tuhan.

Doa yang benar itu 24 jam setiap hari. Tidak ada waktu di mana kita tidak berjalan dengan Tuhan, tak ada wilayah blank spot dengan Tuhan. Bagaimana hal itu bisa terwujud? Coba pelajari, bagaimana Abraham bisa percaya? Bagaimana Daud bisa begitu mencintai Tuhan? Bagaimana Tuhan Yesus bisa berkenan kepada Bapa? Itu yang harus kita kejar. Yesus sendiri berkata, “ Makanan-Ku melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” Itu standarnya. Lalu kenapa kita tidak berusaha untuk mencapai bintang setinggi-tingginya, kesucian setinggi-tingginya? Mengapa kita malah mau mencari hidup yang ideal ala anak dunia?

Padahal, tidak ada kehidupan ideal di bumi ini. Manusia bergerak dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain, dari satu terminal ke terminal yang lain, dari sejumlah uang ke sejumlah uang yang lain. Sejatinya, orang-orang seperti ini menyembah Iblis. Ubahlah paradigma kita. Apa pun dan bagaimanapun keadaan kita, berjalanlah dengan Tuhan, itu cukup bagi kita. Dan ini adalah sikap yang memuliakan Tuhan, menghormati Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS SUNGGUH-SUNGGUH MERASAKAN BAHWA HANYA TUHAN YANG MENJADI KEBUTUHAN KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 Mei 2024
2024-05-11 08:24:38

Mazmur 65-67, 69-70

Card image
Truth Kids 10 Mei 2024 - SUKACITA KALA SAKIT
2024-05-10 13:16:02


Yeremia 15:16
"Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya TUHAN, Allah semesta alam."

Sejak semalam badan Rita demam. Ibu Rita menjaga dan menemani Rita sepanjang malam. Badan Rita harus dikompres dan diberikan obat penurun panas agar Rita bisa tidur. Ketika bangun keesokan pagi, badan Rita masih lemas, sehingga Rita tidak bisa pergi ke sekolah. Hampir seharian Rita terbaring di tempat tidur. Ibu Rita menjaga dan merawat Rita dengan sabar. Sepanjang hari di saat badannya tidak enak, sering terdengar nyanyian lagu-lagu Sekolah Minggu. Rupanya Rita sedang bernyanyi. Wajahnya pun tidak tampak khawatir. Ibu memuji Rita dan berkata, "Luar biasa kamu, Nak. Walau sakit kamu tetap bersukacita dan memuji Tuhan." Lalu Rita menjawab, "Iya, Bu. Rita tidak khawatir. Rita percaya Tuhan Yesus tidak pernah meninggalkan Rita dan akan menyembuhkan Rita."

Sobat Kids, di saat sakit pun kalian bisa bersukacita karena tahu Tuhan Yesus mengasihimu. Ia tidak pernah meninggalkan kalian. Jadi dalam segala keadaan, tetap bersukacita karena kita mengasihi Tuhan dan firman-Nya.

Card image
Truth Junior 10 Mei 2024 - BUKAN KESUKARAN TAPI KESUKAAN
2024-05-10 13:11:59


Yeremia 15:16
“Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya TUHAN, Allah semesta alam.”

Setiap kita pasti mempunyai suatu hal yang sangat kita gemari atau hobi. Misalnya membaca komik, menonton, atau bahkan mengidolakan aktor atau aktris tertentu. Biasanya tidak asing lagi, pasti kita tertarik mencari tahu tentang apa yang disukai idola kita daripada membaca firman Tuhan. Ayoo… coba ngaku, apakah Sobat Junior masih ingat siapa saja 12 murid Tuhan Yesus? Sobat Junior, boleh saja mengagumi seorang aktor atau aktris, tetapi jangan sampai hal itu membuat kita lupa bahkan jauh dari Tuhan.

Dalam firman Tuhan hari ini, kita belajar bahwa firman Tuhan menjadi kegirangan bagi kita. Apakah Sobat Junior selalu membaca Alkitab setiap hari? Apakah kalian membaca Alkitab atas kemauan sendiri, atau harus disuruh orang tua terlebih dahulu? Apakah kalian merasa sulit atau terpaksa saat membaca Alkitab?

Yuk, koreksi kebiasaan kita, Sobat Junior. Kalau kita masih belum merasakan sukacita saat membaca Alkitab, berarti kita harus mengubahnya. Membaca Alkitab bukan kesukaran, tetapi kesukaan bagi kita. Ketika kita mengasihi firman Tuhan dan melakukan kehendak-Nya, sukacita dan kepuasan akan mengisi hati kita.

Card image
Truth Youth 10 Mei 2024 (English Version) - FLESH AND SPIRIT
2024-05-10 13:08:49


"For those who live according to the flesh set their minds on the things of the flesh, but those who live according to the Spirit set their minds on the things of the Spirit. For to set the mind on the flesh is death, but to set the mind on the Spirit is life and peace." (Romans 8:5-6)

Everyone is surely familiar with the concept that the desires of the flesh are bad and the desires of the spirit are good. So, what do we actually know about it? What are the desires of the flesh and the desires of the spirit?

The desires of the flesh are desires that originate from the desires possessed by human beings themselves. The desires of the flesh are like the human need for food and drink, doing everything that can please their body, or desires that do not align with what is taught in the Bible or do not align with the characteristics of how a Christian teenager should live.

Imagine a teenager strolling through a culinary area and buying as much food as possible. Yet, it's just a desire of the eyes of that teenager because of the desire to buy the foods they like. Eventually, the food is not finished because they bought it beyond their ability to consume.

The desires of the spirit are desires that originate from the desires of God channeled into the will that must be done by humans. The desires of the spirit are not solely about pleasing a person's body or perhaps making a person's life enjoyable. Thus, the desires of the spirit are desires that may be painful to a person, but ultimately can bring about peace and prosperity. Simply put, the desires of the spirit are the will of God placed in the hearts of humans. The desires of the spirit, in essence, provide peace, and everything seen is sufficient and not excessive.

WHAT TO DO:
- The desires of the flesh are based on human desires.
- The desires of the spirit are based on what God places in the human heart.
- The desires of the flesh lead to comfort, but the desires of the spirit lead to peace.

BIBLE MARATHON:
- 2 Chronicles 5-7

Card image
Truth Youth 10 Mei 2024 - FLESH AND SPIRIT
2024-05-10 13:06:35


"Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera." (Roma 8:5-6)

Semua orang pasti tidak asing jika mendengar mengenai keinginan daging itu buruk dan keinginan roh itu adalah hal yang baik. Lalu seperti apa yang kita ketahui, sebenarnya apa sih keinginan daging dan keinginan roh itu?

Keinginan daging adalah keinginan yang berasal dari keinginan yang dimiliki oleh manusianya itu sendiri. Keinginan daging sama seperti kebutuhan manusia untuk makan dan minum, melakukan segala sesuatu yang bisa menyenangkan tubuh mereka, atau juga keinginan yang tidak sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Alkitab atau tidak sesuai dengan ciri khas bagaimana seorang remaja Kristen itu bisa hidup. Seperti seorang remaja yang sedang jalan-jalan ke daerah kuliner, dan dirinya membeli makanan sebanyak-banyaknya. Padahal itu hanya sebuah keinginan mata yang dimiliki oleh remaja tersebut karena keinginannya untuk membeli makanan yang dia sukai. Kemudian, pada akhirnya makanan-makanan tersebut tidak habis karena ia membelinya tidak sesuai dengan kemampuannya untuk menghabiskan makanan-makanan tersebut.

Keinginan roh adalah keinginan yang berasal dari keinginan Allah yang disalurkan menjadi kehendak yang harus dilakukan oleh manusia. Keinginan roh bukan semata-mata menyenangkan tubuh seorang manusia, atau mungkin bisa menyenangkan hidup seorang manusia. Maka, keinginan roh adalah keinginan yang mungkin atau malah menyakitkan seorang manusia, tetapi pada akhirnya bisa membawa sebuah damai sejahtera. Secara sederhana, keinginan roh adalah kehendak Allah yang ditaruh pada manusia. Keinginan roh itu secara sederhana, artinya bisa memberikan sebuah kedamaian dan segala hal yang dilihat itu cukup dan tidak berlebihan.

WHAT TO DO:
1. Keinginan daging itu berdasar dari keinginan manusia.
2. Keinginan roh berdasar dari apa yang Tuhan letakkan pada hati manusia.
3. Keinginan daging menjadi hal yang nyaman, tetapi keinginan roh menjadi hal yang damai.

BIBLE MARATHON:
2 Tawarikh 5—7

Card image
Renungan Pagi - 10 Mei 2024
2024-05-10 13:04:29


Apapun persoalan hidup, bahkan jika harus merasakan penderitaan secara badani karena melakukan kebenaran, jangan jadikan penderitaan dan berbagai persoalan hidup itu sebagai alasan untuk mundur dari kesetiaan dan ketaatan kita kepada Tuhan; selama penderitaan itu bukan diakibatkan oleh perbuatan salah diri sendiri, tetap percaya bahwa Tuhan sumber pertolongan dan jalan keluar bagi kita.

Sebab dalam hidup ini siapapun pasti akan mengalami masalah dan pergumulan, bahkan merasakan penderitaan, namun seharusnya semua hal itu membawa kita lebih dekat kepada Tuhan. "Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamu pun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, — karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa —, supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah."

Inilah salah satu hal penting yang ingin Tuhan nyatakan lewat pergumulan, masalah dan penderitaan itu, yaitu untuk mengubah cara hidup kita supaya sesuai dengan kehendak Tuhan, bukan suka-suka sendiri. Ketaatan dan ketergantungan pada Tuhan dalam setiap pergumulan dan penderitaan akan membuat kita semakin rendah hati dan memancarkan pribadi Kristus yang agung.
(1Petrus 4:1-2)

Card image
Quote Of The Day - 10 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-10 13:02:27


Percaya berarti menerima apa pun resiko yang harus dipikul akibat percayanya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 10 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-10 13:01:28


Musuh yang sesungguhnya yang harus kita taklukkan adalah diri kita sendiri.

Card image
NOT FAILED YET - 10 Mei 2024 (English Version)
2024-05-10 05:21:59



Do not feel worthless because we fail in our studies, fail in marriage, or anything else. Do not underestimate God with His grand plan for us. On the contrary, let us not feel valuable because we are beautiful, handsome, according to the desires, aspirations, and dreams of our parents. Remember, our parents could never have given birth to us if God did not will us to be born. Do not feel valueless because we are poor, or looked down upon, not appreciated by those we love the most. Let us come to the Lord and ask, "What is the reason I live? Why did You create me?"

Do not feel that we have achieved our goals, or feel that our lives are valuable because we have many advantages in the eyes of humans. We are nothing without God! We are nothing without The Creator! We are nothing without Him! Let us come and say, "Lord, what do You plan in my life?" Maybe we are like broken vessels, with no future, no hope, but do not underestimate the strong hand of God. Each of us is valuable. We have not failed yet. We fail if we are separated from God forever.

As long as we can still reconcile with God, make peace with God, it means we have not failed yet. Our world may fail—studies, careers, families, and so on—but as long as there is still a God who is willing to hold our hand, we have not failed yet. And let us not think of God as human. As long as we are willing to come to Him and say, "Give me a chance, Lord," then God never fails to give us a chance, for He knows we cannot live without Him and we are created by Him, not by our own will.

As long as we are still willing to deal with God, it means our conscience is still alive. Do not be intimidated by the evil power in the mind, as if God is always vengeful. He will indeed repay each person according to their deeds, but if people are willing to sort out their situation with Him, He is Most Merciful. Do not suspect God. He is not just good; He is very good. Today we must rise again. Anyone who feels down, do not feel down and failed. But whoever succeeds in the eyes of humans, do not feel successful; we are nobody without God. Do not be arrogant, or we will become eternal trash.

On the contrary, those who become trash in the eyes of humans, God can recycle our lives. Like shapeless clay or like broken vessels, in the hands of God can be formed into new vessels. Not just empty words. Therefore, we must learn to experience God. Do not let God only be a theological fantasy in the mind, but we must experience God. It is not impossible for God to allow us to be in a state of ruin, chaos, and destroyed condition, so that we are not arrogant, so that we come to God. Today may be a day of restoration. Realize that we are precious in the eyes of God, do not doubt Him.

Meet God, do not look for priests to pray for us. We can experience restoration when we come to God. Keep holding on, victory will be given in due time. Do not be proud. Humble ourselves before God. This is our business with God, not with anyone else. Let us not be born original, but die in imitation. The world makes us fake because we deviate from God's plan, shaping us into children of the world, not the bride of Christ. Let us return to Him who created us. There we will find life. And only God can make us original, restore us to the original plan of God.

Our originality lies in whether we walk with God and follow His plan or not. When we die, people cry, everyone cries, but they do not see us smiling with joy, welcomed by holy angels, and taken to the Father's House. But do not let people cry, and we also lament because no one picks us up and takes us to the Father's House. So if today we are in difficult circumstances, in a dark fog, do not worry, it means nothing. In fact, God can use it to bring us to the originality of life that God desires. Without that storm, we cannot be brought to the beautiful eternal shore. God has to make storms and big waves, so that we can return to the beautiful shore.

AS LONG AS WE CAN STILL RECONCILE WITH GOD, MAKE PEACE WITH GOD, IT MEANS WE HAVE NOT FAILED YET.

Card image
BELUM GAGAL - 10 Mei 2024
2024-05-10 05:16:40



Jangan merasa tidak berharga karena kita gagal studi, gagal berumah tangga, atau apa pun. Jangan meremehkan Tuhan dengan rencana besar-Nya atas diri kita ini. Sebaliknya, jangan kita merasa berharga karena cantik, ganteng, sesuai dengan keinginan, hasrat, dan cita-cita orang tua. Ingat, orang tua kita tidak pernah bisa melahirkan kita kalau Tuhan tidak menghendaki kita lahir. Jangan merasa tidak bernilai karena kita miskin, atau dipandang rendah, tidak dihargai oleh orang yang paling kita cintai. Mari kita datang kepada Tuhan dan bertanya, “What is the reason I live? Mengapa Engkau ciptakan aku?”

Jangan merasa sudah mencapai tujuan, atau merasa hidup kita bernilai karena kita memiliki banyak nilai lebih di mata manusia. We are nothing without God! We are nothing without The Creator! We are nothing without Him! Mari kita datang dan berkata, “Tuhan, apa yang kau rencanakan dalam hidupku?” Mungkin kita seperti bejana yang hancur, tidak ada masa depan, tidak ada harapan, namun jangan mengecilkan tangan Tuhan yang kuat. Setiap kita berharga. Kita belum gagal. Kita gagal kalau kita terpisah dari Allah selama-lamanya.

Selama kita masih bisa rekonsiliasi dengan Allah, berdamai dengan Allah, berarti kita masih belum gagal. Dunia kita mungkin gagal—studi, karier, keluarga, dan lain sebagainya—tapi selama masih ada Tuhan yang masih mau menggenggam tangan kita, kita belum gagal. Dan jangan kita berpikir Tuhan seperti manusia. Selama kita masih mau datang kepada-Nya dan berkata, “Beri aku kesempatan, Tuhan,” maka Tuhan tidak pernah tidak memberi kesempatan, sebab Tuhan tahu kita tidak dapat hidup tanpa Dia dan kita diadakan oleh Dia, bukan mau kita sendiri.

Selama kita masih mau berurusan dengan Tuhan, berarti nurani kita masih hidup. Jangan terintimidasi dengan kuasa jahat dalam pikiran seakan-akan Tuhan itu pendendam terus. Ia memang akan membalas orang sesuai perbuatannya, tapi kalau orang mau membereskan keadaan dirinya dengan Dia, Dia Maha Murah. Jangan mencurigai Tuhan. Dia bukan hanya baik; Dia sangat baik. Hari ini kita harus bangkit kembali. Setiap kita yang terpuruk, jangan merasa terpuruk dan gagal. Tapi siapa pun kita yang berhasil di mata manusia, jangan merasa berhasil; kita bukan siapa-siapa tanpa Tuhan. Jangan sombong, atau kita akan menjadi sampah abadi.

Sebaliknya, kita yang menjadi sampah di mata manusia, Tuhan bisa mendaur ulang hidup kita. Seperti tanah liat yang tidak berbentuk atau seperti bejana yang sudah hancur, di tangan Tuhan bisa dibentuk menjadi bejana baru. Bukan omong kosong. Maka, kita harus belajar mengalami Tuhan. Jangan Tuhan hanya menjadi fantasi teologi di pikiran, tetapi kita harus mengalami Tuhan. Bukan tidak mungkin Tuhan membiarkan kita dalam keadaan yang porak-poranda, carut-marut, hancur, supaya kita tidak sombong, supaya kita datang kepada Tuhan. Hari ini kiranya menjadi hari pemulihan. Sadarilah bahwa kita berharga di mata Tuhan, jangan meragukan Dia.

Temuilah Tuhan, jangan cari-cari pendeta untuk mendoakan kita. Pemulihan bisa kita alami ketika kita datang kepada Tuhan. Tetaplah bertahan, kemenangan akan diberikan pada waktunya. Jangan sombong. Rendahkan diri kita di hadapan Tuhan. Ini urusan kita dengan Tuhan, bukan dengan siapa-siapa. Jangan kita dilahirkan orisinal, tapi mati dalam keadaan imitasi. Dunia membuat kita tidak asli karena kita keluar dari rencana Allah, membentuk kita menjadi anak dunia, bukan mempelai Kristus. Mari kita kembali kepada Dia yang mengadakan kita. Di sana kita akan menemukan hidup. Dan hanya Tuhan yang bisa membuat kita orisinal, mengembalikan ke rancangan Allah semula.

Orisinalitas kita letaknya pada apakah kita berjalan dengan Tuhan dan menuruti rencana-Nya atau tidak. Ketika kita meninggal dunia, orang menangis, semua menangis, tetapi mereka tidak melihat kita tersenyum sukacita, disambut malaikat kudus, dan dibawa ke Rumah Bapa. Tapi jangan sampai orang menangis, dan kita juga meratap karena tidak ada yang menjemput dan membawa kita ke Rumah Bapa. Jadi kalau hari ini kita dalam keadaan sulit, dalam kondisi kelam kabut, jangan susah, itu tidak ada artinya. Justru itu bisa dipakai Tuhan membawa kita kepada orisinalitas kehidupan yang Allah inginkan. Tanpa badai itu, kita tidak bisa dibawa ke pantai abadi yang indah. Tuhan harus membuat badai dan ombak besar, supaya kita bisa kembali ke pantai yang indah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SELAMA KITA MASIH BISA REKONSILIASI DENGAN ALLAH, BERDAMAI DENGAN ALLAH, BERARTI KITA MASIH BELUM GAGAL.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 Mei 2024
2024-05-10 05:04:35

2 Samuel l 10
1 Tawarikh 19
Mazmur 20

Card image
Truth Kids 09 Mei 2024 - PENGHARAPAN KEPADA TUHAN
2024-05-09 14:07:49


Roma 15:13
"Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan."

Siapa di sini yang senang kalau papa mama berjanji untuk membelikan hadiah spesial? Siapa di sini yang suka diberikan hadiah sama papa mama? Atau dibelikan baju baru sama papa dan mama? Wahh, semuanya tentu happy karena mendapatkan hadiah. Namun, papa dan mama akan memberikannya jika kita juga menepati janji kepada mereka. Contohnya, papa mama akan memberikan hadiah kalau kita berjanji selalu belajar rajin. Tentu saja kita akan belajar lebih sungguh lagi. Papa dan mama ingin menghargai hasil belajar kita. Pasti kita bahagia sekali mendapatkan hadiah dari mereka.

Ada yang lebih bahagia daripada mendapatkan hadiah, Sobat Kids. Itu adalah saat kita memiliki pengharapan kepada Tuhan. Maksudnya kita percaya bahwa Tuhan dapat menolong kita. Kita meminta Roh Kudus untuk memimpin kita belajar lebih sungguh-sungguh. Pasti Tuhan senang saat kita meminta-Nya memimpin hidup kita. Artinya, kita sadar bahwa kita mampu mendapatkan nilai bagus bukan hanya karena kepandaian kita, melainkan atas pertolongan Tuhan juga.

Sobat Kids, saat kita memiliki pengharapan kepada Tuhan, Ia akan memberikan sukacita yang besar kepada kita karena Allah adalah sumber pengharapan bagi kita semua.

Card image
Truth Junior 09 Mei 2024 - SUMBER SUKACITA
2024-05-09 13:59:42


Roma 15:13
“Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan.”

Ketika kita menerima nilai raport yang bagus, pasti kita merasa bahagia. Apalagi kalau orang tua kita memberikan hadiah juga. Duhh, cerianya... Rasa bahagia berasal dari siapa, ya? Dari ayat firman Tuhan yang tertulis hari ini, kita diingatkan bahwa Allahlah yang memberikan sukacita.

Sobat Junior, mari kita saling mengingatkan bahwa hanya Allah yang menjadi sumber pengharapan kita. Allah akan memenuhi kita dengan segala sukacita dan damai sejahtera. Bukan sukacita berdasarkan kehendak kita sendiri, melainkan dalam iman kepada-Nya. Karena pengharapan kita sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, maka kita dapat merasakan sukacita.

Sukacita itu bisa kita mulai dari berterima kasih kepada Tuhan setiap pagi, pergi sekolah, makan, dan saat bisa bermain dengan teman. Untuk dapat merasakan sukacita Tuhan, perlu adanya hubungan yang dekat dengan-Nya. Jangan sampai sumber sukacita kita berdasarkan kenyamanan dunia. Misalnya, bermain game hingga larut malam. Oleh karena itu, hari ini kita diingatkan kembali bahwa sumber sukacita kita adalah Tuhan.

Card image
Truth Youth 09 Mei 2024 (English Version) - A GOOD WAY OF LIFE
2024-05-09 13:57:14


"Keep your conduct among the Gentiles honorable, so that when they speak against you as evildoers, they may see your good deeds and glorify God on the day of visitation." (1 Peter 2:12)

In doing what is right in this world, surely we face many oppositions. Even doing what is right often meets resistance, let alone doing what is wrong. This world is filled with many things that have deviated from the idealism that God intended for the earth. This earth has become a place of problems, disputes, conflicts, theft, and other negative things. Thus, God teaches us not to be like the world, because the world is filled with more negative things. When we are told not to be like the world, it means we are against the "instincts of this world," which is to be like Christ and to reach the pinnacle of goodness as much as possible. Well, surely we will experience the turmoil of worldly opposition that makes us not need to be like Christ, just like me, the world. So it is not surprising that the good values we possess are often viewed negatively by various parties. But do we give up and follow this corrupted world? Of course not. To face the instincts of this world, we only need to have a good way of life. With a good way of life, the world around us will see our good deeds, and the good deeds that we diligently pursue will have a great impact and shine brightly so that we do not need to hesitate or fear to continue to proclaim what is right because we are safe in His hands.

When many people are displeased when we do good or when others are jealous and envious, let us have a peaceful heart to continue to do good deeds because our good deeds will not be in vain, for everything is arranged well by Him and He never errs. Jesus Christ, who is the role model of our lives, would never lead a wrong life, never. So, let us continue our lives by having a good way of life.

WHAT TO DO:
Diligently read His word.
Diligently do good deeds.

BIBLE MARATHON:
- 2 Chronicles 1-4

Card image
Truth Youth 09 Mei 2024 - CARA HIDUP YANG BAIK
2024-05-09 13:54:16


"Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka." (1 Petrus 2:12)

Dalam melakukan hal yang benar di dunia ini, tentunya kita mendapat banyak pertentangan. Melakukan apa yang benar saja sering mendapat perlawanan, apalagi melakukan yang tidak benar ya. Dunia ini diisi oleh banyak hal yang sudah mulai keluar dari idealisme yang Tuhan ingin ciptakan di bumi. Bumi ini sudah menjadi tempatnya masalah, pertengkaran, perselisihan, pencurian dan hal negatif lainnya. Maka Tuhan mengajarkan janganlah engkau menjadi serupa dengan dunia, ya karena dunia isinya lebih banyak hal yang negatif. Ketika kita diminta untuk tidak menjadi serupa dengan dunia, artinya kita bertentangan dengan “naluri dunia ini”, yaitu menjadi serupa seperti Kristus dan mencapai puncak kebaikan setinggi mungkin. Nah, pasti kita akan mengalami gejolak pertentangan dunia yang membuat kita tidak perlu serupa Kristus, serupa aku aja, si dunia. Jadi bukanlah hal yang mengagetkan kalau nilai-nilai baik yang kita miliki sering kali dipandang negatif dari berbagai pihak. Tapi apakah kita menyerah dan mengikuti dunia yang sudah rusak ini? Tentu saja tidak. Untuk menghadapi naluri dunia ini, maka kita hanya perlu memiliki cara hidup yang baik. Dengan cara hidup yang baik, maka dunia di sekitar kita akan melihat perbuatan-perbuatan kita yang baik dan perbuatan-perbuatan baik yang tekun kita jalani itu akan berdampak dan menyala besar sehingga kita tidak perlu ragu atau takut untuk terus menyatakan hal yang benar karena kita aman di tangan-Nya.

Ketika banyak orang yang tidak senang saat kita berbuat baik atau orang lain yang iri dan dengki, milikilah hati yang teduh untuk terus melakukan perbuatan-perbuatan yang baik karena perbuatan-perbuatan baik kita tidak akan sia-sia, karena segala sesuatu diatur-Nya dengan baik dan Dia tidak pernah salah. Tuhan Yesus yang menjadi role model kehidupan kita tidak mungkin melakukan kehidupan yang salah, tidak mungkin. Maka, mari kita terus lanjutkan kehidupan kita dengan memiliki cara hidup yang baik.

WHAT TO DO:
1. Tekun membaca firman-Nya
2. Tekun melakukan hal baik.

BIBLE MARATHON:
2 Tawarikh 1-4

Card image
Renungan Pagi - 09 Mei 2024
2024-05-09 13:44:44


Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya bahwa ketika hidup dalam kebenaran ditengah dunia ini, kita akan merasakan dan mengalami dibenci oleh semua orang yang tidak menyukai kebenaran yang ada dalam diri kita, tetapi perlindungan dan pembelaan Tuhan akan menjagai hidup kita, bahkan tidak satu helai rambutpun akan jatuh ketanah tanpa seijin Tuhan, inilah bukti bahwa Tuhan menyertai sampai kesudahan zaman.

"Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu." Selama kita mempertahankan hidup dalam kebenaran di hadapan Tuhan, tidak perlu kuatir dan takut, sekalipun dunia mendatangkan ancaman dan tindakan-tindakan yang berbahaya, Tuhan akan menolong dan membela kita.
(Lukas 21:17-19)

Card image
Quote Of The Day - 09 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-09 13:42:52


Tidak ada cara lain untuk mematikan atau membunuh kodrat dosa selain ketekunan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 09 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-09 13:41:35


Hidup yang ideal adalah jika kita berjalan dengan Tuhan.

Card image
INTENTIONALLY CREATED - 09 Mei 2024 (English Version)
2024-05-09 13:39:35


It may be considered simple, but in fact, this is very fundamental, very basic, that we exist because we are intentionally created. Have we ever pondered that in this vast universe, from the first human to the last human to be born, no one is exactly the same? The possibility of someone having the exact same DNA is truly impossible. And that is a miracle from the God of the universe. No one is exactly the same, even if they are twin siblings born from the same womb. Thus, how special each individual is. Each of us was created by God not by accident, but by design. And there is a divine purpose for each individual.

If the Bible says, 'Even the hairs of your head are all numbered,' it actually means that every strand of our hair is marked. That's why Jesus said, 'Are not two sparrows sold for a penny? Yet not one of them will fall to the ground outside your Father's care.' A penny is the smallest currency. Cheap, but not allowed to fall to the ground outside the Father's will. It's like not a single leaf falls outside God's control, let alone humans. However, many people are not aware of how precious they are. Especially when they go through experiences that leave negative marks, wounds that damage one's self-image. For example, being treated unfairly since childhood; parents paying more attention to siblings than to oneself. Being bullied since childhood, either because of this deficiency or that deficiency within oneself. Whether it's physical or psychological factors, it damages one's self-image.

We see here the atmosphere of our dark world, which tries to make humans not recognize themselves proportionally, even though humans are so valuable. No matter how great the technology is, it will never be able to create humans with a metabolism like this. This is a miracle. No human can create this, not even any creature can create humans like this, except God. Not to mention the inner elements of a person, intelligence, emotional reactions. Extraordinary. So, today let's think positively that we are truly desired by God to exist.

There are children who feel rejected because from the womb they were intended to be aborted by their parents, then disabled. Or at birth, parents did not accept them, because they were hoping for a son, but it turned out to be a daughter. Many causalities make someone not appreciate themselves, which is damaging. And people can be in such a state without realizing it. Of course, the impact later, if a woman, easily falls into the arms of a man, for example. If a man, wants to be considered tough, become a fighter, a brawler. Others strive for success in studies, have degrees to feel valuable. Others try to have a lot of wealth to have self-worth, and so on. People with this ignorance separate themselves from God, or they also eliminate, separate God from themselves. Yet there is no more terrifying state than someone who is separated from God.

Ultimately, people search for self-worth, and identity with everything. However, ideally, to find self-worth is when we meet the Creator who desires us to exist. Meeting with the God who indeed desires us to exist, who designs us with unique DNA. God who desires it. So, we must meet with God and discuss God's purpose in creating us, which cannot be answered with theology, readings, any guidance. But each individual must meet with God personally. Religion will not be able to answer, especially religions that emphasize laws, ceremonies, and the domination of figures. Christianity is not a religion; but a way of life. Its attributes are not laws, but the thoughts, feelings of God. We can be polite people, good people, wise in the eyes of humans, but if we don't share the same thoughts and feelings with God, we miss the mark.

Because sin is not just a moral violation, but when we do not have the same thoughts and feelings as God or miss the mark, that is sin. Christianity is not a religion based on ceremonies, but Christianity is a way of life where our entire life is worship. Worship that is not limited by space, time, and manner. Christianity is also not a religion that is usually dominated by figures, where a figure is needed who can be a mediator between the people and God. Christianity is a way of life meaning that every individual can relate directly to God without mediators.

WE EXIST BECAUSE WE ARE INTENTIONALLY CREATED, AND THERE IS A DIVINE PURPOSE FOR EACH INDIVIDUAL.

Card image
SENGAJA DIADAKAN - 09 Mei 2024
2024-05-09 13:37:13


Mungkin dianggap hal yang sederhana, tetapi sebenarnya ini sangat prinsip, sangat fundamental, sangat dasariah bahwa kita ada karena memang sengaja diadakan. Pernahkah kita merenungkan bahwa di jagat raya ini, sejak manusia pertama sampai nanti manusia terakhir dilahirkan, tidak ada yang sama persis? Kemungkinan seseorang memiliki DNA yang sama itu benar-benar mustahil. Dan itu merupakan keajaiban dari Tuhan semesta alam. Tidak ada yang sama persis, sekalipun itu dua anak kembar lahir dari rahim yang sama. Maka, betapa istimewa setiap individu itu. Setiap kita diadakan oleh Tuhan bukan suatu kecelakaan, melainkan didesain. Dan ada maksud ilahi atas setiap individu.

Kalau Alkitab menulis, “Rambut kepalamu pun terhitung,” sebenarnya kalimat itu merupakan sebuah idiom yang artinya setiap helai rambut kita ditandai. Itulah sebabnya Yesus berkata, “Burung pipit dua ekor seduit dilindungi Tuhan.” Seduit adalah mata uang paling kecil. Murah, tapi tidak dibiarkan jatuh ke tanah di luar kehendak Bapa. Ibarat tidak ada satu lembar pun daun yang jatuh di luar kontrol Allah, apalagi manusia. Hanya, banyak manusia yang tidak menyadari betapa berharga dirinya itu. Apalagi kalau melewati pengalaman-pengalaman yang memberi goresan negatif, goresan melukai, sehingga merusak gambar diri seseorang. Misalnya dari kecil diperlakukan tidak adil; orang tua lebih memperhatikan saudaranya daripada dirinya. Dari kecil selalu di-bully, entah karena kekurangan ini, kekurangan itu di dalam dirinya. Entah karena fisik atau unsur psikologis, unsur psikisnya, sehingga rusak gambar dirinya.

Kita melihat di sini suasana dunia kita yang gelap, yang berusaha membuat manusia tidak mengenal dirinya secara proporsional, padahal betapa berharganya manusia ini. Sehebat apa pun teknologi, tidak akan bisa menciptakan manusia dengan metabolisme tubuh seperti ini. Ini mukjizat; miracle. Tidak ada manusia mampu menciptakan ini, bahkan tidak ada makhluk mana pun bisa menciptakan manusia seperti ini, kecuali Tuhan. Belum lagi unsur-unsur batiniah seseorang, kecerdasan, reaksi-reaksi perasaan. Luar biasa. Jadi, hari ini mari kita berpikir positif bahwa kita sungguh-sungguh dikehendaki oleh Tuhan untuk ada.

Ada anak-anak yang merasa tertolak karena sejak kandungan hendak digugurkan oleh orang tua, lalu cacat. Atau waktu lahir, orang tua tidak menerima, karena orang tua mengharapkan anaknya laki-laki, ternyata perempuan. Banyak kausalitas yang membuat seseorang tidak menghargai dirinya, itu merusak. Dan orang bisa berkeadaan seperti itu tanpa dia sadari. Tentu dampaknya nanti, kalau wanita, mudah jatuh ke pelukan pria, misalnya. Kalau pria, mau dianggap jagoan, menjadi tukang pukul, tukang berkelahi. Yang lain, berusaha sukses dalam studi, punya gelar supaya berharga. Yang lain lagi, berusaha punya harta banyak supaya punya nilai diri, dan lain sebagainya. Manusia dengan kebodohan ini memisahkan diri dari Allah, atau dia juga mengeliminir, memisahkan Allah dari dirinya. Padahal tidak ada keadaan yang lebih mengerikan dari seorang yang terpisah dari Allah.

Akhirnya orang mencari-cari nilai diri, jati diri dengan segala hal. Padahal mestinya, untuk menemukan nilai diri adalah ketika kita berjumpa dengan Sang Khalik yang menghendaki kita ada. Berjumpa dengan Tuhan yang memang menghendaki kita ada, yang merancang diri kita dengan DNA yang khusus. Allah yang menghendaki. Maka, kita harus bertemu dengan Tuhan dan memperkarakan maksud Tuhan menciptakan diri kita, yang itu tidak akan bisa dijawab dengan ilmu teologi, bacaan, tuntunan apa pun. Tetapi setiap individu harus bertemu dengan Tuhan secara pribadi. Agama tidak akan bisa menjawab, apalagi agama yang atributnya melakukan hukum, seremonial, dan dominasi tokoh. Kekristenan bukanlah agama; Christianity is not religion, but the way of life; tapi jalan hidup. Yang atributnya bukan hukum, tapi pikiran, perasaan Allah. Kita bisa menjadi manusia santun, manusia yang baik, yang arif di mata manusia, tapi kalau kita tidak sepikiran dan seperasaan dengan Allah, kita meleset.

Karena dosa bukan hanya pelanggaran moral, namun ketika kita tidak sepikiran dan seperasaan dengan Allah alias meleset atau luncas, itu dosa. Kekristenan bukanlah agama yang dipilari oleh seremonial, tetapi kekristenan adalah jalan hidup di mana seluruh wilayah hidup kita adalah ibadah. Ibadah yang tidak dibatasi ruangan, waktu, dan cara. Kekristenan juga bukanlah agama yang biasanya didominasi oleh tokoh, di mana perlu seorang tokoh yang bisa menjadi mediator antara umat dan Allah. Kekristenan adalah jalan hidup artinya setiap individu bisa berhubungan langsung dengan Allah tanpa mediator.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA ADA KARENA MEMANG SENGAJA DIADAKAN, DAN ADA MAKSUD ILAHI ATAS SETIAP INDIVIDU.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 Mei 2024
2024-05-09 04:36:04

Mazmur 50, 53, 60, 75

Card image
Truth Kids 08 Mei 2024 - JANGAN LUPA MENGUCAP SYUKUR
2024-05-08 06:41:46


1 Tes. 5:16-18
"Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."

Di Sekolah Hebat, ada seorang yang bernama Pino. Pino adalah anak yang hebat dan taat kepada papa dan mamanya. Pino suka bermain dengan teman-teman saat jam istirahat sekolah. Setiap hari Pino dan teman-temannya selalu membawa bekal makan ke sekolah. Menu bekal makan mereka setiap hari berbeda-beda, Pino juga sering berbagi makanan kepada teman-temannya.

Saat jam istirahat makan, Henni teman Pino, marah-marah karena tidak suka dengan bekal makan yang dibawanya. Henni tidak mau makan bekalnya dan menangis di kelas, sehingga teman-temannya melihat ke arah Henni. Pino datang menghampiri Henni, katanya, "Henni, kenapa kamu menangis?" Jawabnya, "Aku ga suka bekal yang isinya sayur dan buah, huhuhuhu.." Pino pun menjawab, "Sudah, jangan menangis, ya, Henni. Kita harus selalu bersyukur dengan bekal makan yang sudah disiapkan. Di luar sana, ada teman-teman yang tidak bisa makan sehingga kelaparan." Henni pun sadar dan berterima kasih kepada Pino karena mengingatkan bahwa ia harus bersyukur dalam segala hal.

Sobat Kids juga harus belajar bersyukur dalam segala hal, karena itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kita semua.

Card image
Truth Junior 08 Mei 2024 - KEHENDAK ALLAH
2024-05-08 06:40:08



1 Tesalonika 5:16-18
“Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”

Sobat Junior, apakah kalian tahu arti kehendak Allah? Kehendak Allah artinya hal yang Allah perintahkan untuk kita lakukan. Apa sih, kehendak Allah dalam hidup kita? Seperti tertulis dalam 1 Tesalonika 5:16-18, Tuhan ingin kita selalu bersukacita, berdoa, dan mengucap syukur dalam segala hal. Ingat, ya, Sobat Junior, dalam segala hal, lho… Lalu, bagaimana jika dalam kehidupan kita diizinkan mengalami kondisi yang membuat kita sedih? Misalnya ketika kita kehilangan orang yang kita kasihi karena Tuhan sudah panggil kembali ke Rumah Bapa. Kita pasti merasa sedih sekali dan merasa sangat kehilangan. Atau saat kita dizinkan mengalami masalah yang membuat rasa galau di hati. Apakah Sobat Junior pernah mengalami kejadian atau keadaan seperti itu?

Coba renungkan sejenak sebelum lanjut membaca renungan hari ini. Apakah kalian masih merasa sedih, stres, dan galau? Jangan lupa berdoa sama Tuhan. Tuhan adalah teman ngobrol terbaik, karena sehabis ngobrol sama Tuhan dalam doa, Dia pasti memberikan kelegaan dan damai sejahtera sehingga kita kembali semangat lagi. Dan Tuhan selalu menepati janji-Nya. Dia akan selalu sama-sama dengan kita di dalam setiap keadaan. Tuhan mengerti apa yang sedang kita alami dan rasakan.

Namun, jangan lupa juga di dalam doa, kita tetap ucapkan syukur karena Tuhan selalu baik dan menemani kita. Tuhan selalu di samping kita, memeluk kita dengan kasih-Nya. Memang Dia sahabat terbaik untuk kita semua. Setelah kita berdoa dan mengucap syukur, percayalah hati kita akan bersukacita kembali. Sebagai anak Allah, kita jangan stres dan galau karena kita punya Tuhan yang besar dan berkuasa. Teman-teman di sekitar kita juga akan merasa diberkati, karena melihat hidup kita yang berbeda. Percayalah, ketika kita taat melakukan kehendak Allah, ada penyertaan-Nya juga yang akan selalu bersama kita. Jadi baik atau tidak baik keadaan kita, harus selalu bersukacita, berdoa, dan mengucap syukur sehingga hidup kita menjadi berkat untuk orang lain. Semangat terus melakukan kehendak Allah, ya!

Card image
Truth Youth 08 Mei 2024 (English Version) - TOOLS FOR LIFE
2024-05-08 06:38:34


"I can do all things through him who strengthens me." (Philippians 4:13)

Who among us wears glasses? Like me, I also wear glasses. Why do we wear glasses? Surely because we cannot see normally. Some cannot see clearly from near or far, while others cannot see straight lines accurately. Also, who here has been sick? If sick, what is usually done? Certainly rest, see a doctor, or take medicine. Now, in this life, all kinds of "disturbances" can be overcome with tools. One of them, if we cannot see clearly, we wear glasses. If we are sick, we take medicine. Likewise, in navigating life, we also need "tools for life". What are these tools? Of course, the guidance of God and His word. Without these tools for life, we easily experience disturbances in life, life appears unclear, sickly, and other chaos. In navigating this life, these tools for life must be ingrained in us. It's as if we cannot live without these tools, just like living without glasses would make it difficult to see and our days would be disrupted. So we must "purchase" these tools for life. How do we do it? By surrendering our personal desires and allowing ourselves to be aided by these "tools for life".

If we have these tools for life, surely life becomes more beautiful to live, clearer, more directed, better, and more enjoyable. We cannot have a bad and futile life if we are aided by these tools for life; guaranteed, living with Him cannot make us fail and disappoint. Let's have these tools for life by diligently listening to His word and obeying His guidance.

WHAT TO DO:

Diligently read His word.
Pray for God's guidance.

BIBLE MARATHON:
- 1 Chronicles 27-29

Card image
Truth Youth 08 Mei 2024 - ALAT BANTU KEHIDUPAN
2024-05-08 06:36:14


”Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Filipi 4:13)

Siapa di sini yang memakai kacamata? Sama seperti diriku, aku juga memakai kacamata. Kenapa kita bisa memakai kacamata? Tentunya karena kita tidak bisa melihat dengan normal, ada yang tidak bisa melihat dari jarak dekat maupun jauh, ada juga yang tidak bisa melihat garis lurus yang tepat. Selain itu, siapa yang di sini pernah sakit? Jika sakit, apa yang biasanya dilakukan? Pastinya istirahat, ke dokter, atau minum obat. Nah, dalam hidup ini segala macam “gangguan” dalam hidup bisa diatasi dengan alat bantu. Salah satunya, jika tidak bisa melihat dengan jelas kita memakai kacamata. Jika kita sakit, kita meminum obat. Begitu pula dalam mengarungi kehidupan, kita juga perlu “alat bantu kehidupan”. Apa alat bantu kehidupan itu? Tentu saja pimpinan Allah dan firman-Nya. Tanpa alat bantu kehidupan tersebut, maka kita jadi mudah mengalami gangguan kehidupan, kehidupan menjadi nampak tidak jelas, sakit, dan kekacauan lainnya. Dalam menjelajahi kehidupan ini, alat bantu kehidupan tersebut harus melekat dalam diri kita. Seolah-olah kita tidak bisa hidup tanpa alat bantu kehidupan tersebut, sama seperti hidup tanpa kacamata pastinya sulit untuk melihat dan hari kita jadi terganggu. Maka kita harus “membeli” alat bantu kehidupan itu. Bagaimana caranya? Dengan merelakan keinginan pribadi kita dan memberi diri untuk dibantu oleh “alat bantu kehidupan” itu.

Jika kita memiliki alat bantu kehidupan itu, pasti hidup ini jadi lebih indah dijalani, lebih jelas, lebih terarah, lebih baik, dan lebih menyenangkan. Kita gak mungkin punya kehidupan yang buruk dan sia-sia jika kita dibantu oleh si alat bantu kehidupan itu, dijamin hidup bersama-Nya tidak mungkin membuat kita gagal dan mengecewakan. Yuk, kita memiliki alat bantu kehidupan itu dengan tekun mendengarkan firman-Nya dan taat pada pimpinan-Nya.

WHAT TO DO:
1.Tekun membaca firman-Nya
2.Berdoa meminta pimpinan Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Tawarikh 27-29

Card image
Renungan Pagi - 08 Mei 2024
2024-05-08 06:32:22


Sebagai manusia, memang memiliki kesanggupan yang terbatas, itulah sebabnya kita memerlukan Tuhan dan Kuasa-Nya agar dapat terus berjalan bersama Tuhan dalam segala keadaan. Jika kita senantiasa bersama dengan Tuhan dan mengandalkan DIA, maka akan cakap menanggung segala perkara.

Seperti Rasul Paulus berkata; "Segala perkara dapat kutanggung di dalam DIA, yang memberi kekuatan kepadaku." Kuasa Allah kita sungguh sangat sempurna, karena itu jika kita mau, ditengah keterbatasan, lakukan bagian kita semampu yang kita bisa, dan Tuhan akan memberi kekuatan dan kuasa untuk melakukan perkara-perkara besar dan menanggung segala perkara dalam hidup kita.
(Filipi 4:13)

Card image
Quote Of The Day - 08 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-08 06:30:02


Cinta kita kepada keluarga, dan sesama harus merupakan ekspresi dari cinta yang Tuhan taruh di dalam diri kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 08 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-08 06:29:18


Optimis kita adalah kehidupan yang akan datang, yaitu di langit yang baru dan bumi yang baru.

Card image
PERMANENT SELF-DEATH - 08 Mei 2024 (English Version)
2024-05-08 06:28:02


We are conditioned to be truly serious with God, and the peak of our seriousness with God is to make Him our only treasure; which is the same as our only happiness. And that will not be realized in our lives unless we experience death; the death of our old selves, the death of our flesh. It cannot be explained in words, but the Holy Spirit will help us to realize this self-death.

The question is, are we willing to die? Because there is no greater price than this to repay God's goodness. Dead! Anything less is inappropriate, less worthy, insufficient. The way to repay God's kindness to us is to die. Those of us who are willing and committed, still have to learn how to experience this self-death. And if we are unwilling, far from the life desired by God, we will not understand this self-death. But because we are often unstable, situational, we often still revive ourselves. And when we revive ourselves, God is not pleased. And when it reaches a certain level, God is hurt.

Not because God has an interest, but because God knows that if we do not die, we do not live. God knows that if we do not die, we cannot be glorified with Jesus, yet that glory God has prepared for us. Like a father who wants to pass on his company to his son, but his son is unable to accept it. It's a grief, so parents have to entrust it to their trusted employees or staff. God gives us the opportunity to process. Like a butterfly, it has to leave the cocoon, meaning from a caterpillar it processes to become a beautiful butterfly.

God wants us to leave the state as caterpillars, as cocoons, and we are racing against time. This is not diplomacy or just preaching, but this is a truth that we really have to pay attention to. This process is really tough, especially for young people. Heavy does not mean it cannot be borne, but it must be felt heavy first. But looking at the reality in our environment, they do not understand how heavy it is to enter the process of death. They still talk carelessly, judge others carelessly, evaluate others carelessly. And that shows the inherent nature of sin being kindled, which to a certain extent will never die.

Satan waits, anticipates, and hopes for that condition, where someone cannot turn back, until the point of no return. Perhaps we did not expect that following Jesus would eventually lead us to such a heavy phase. God has often cornered us by making us cornered. By God's grace, we are hurt by God to the point that we really don't expect happiness from this world. But behind that, we can enter the process of death more lightly.

When the Glorious Jesus, Our Lord said, 'The time has come. Glorify your Son,' it means 'kill me.' Even though there was a great struggle in the Garden of Gethsemane, this willingness was there. And we see the full humanity of Jesus. In the Garden of Gethsemane, Jesus was momentarily troubled. But Jesus overcame His doubts by saying, 'Not My will, but Yours be done' (Luke 22:42). And that is a natural struggle; the struggles we also experience. We have a commitment to die, but in carrying it out we often have to struggle greatly between our will and the will of the Father.

Only if we can abandon the old self, put to death our old selves, then we can truly please the heart of God the Father. So, don't just understand it logically, but we must feel it deep within, that we can indeed please the Father, and that is immensely joyful; our hearts can break, shatter. When God brings us into temptation where we have the opportunity to sin and we choose not to,our flesh will certainly be wounded, but the heart of the Lord is pleased. When we are brought to a situation where we must share our bread, we must become wine poured out for others, the Father's heart is pleased. Even though we may seem to lose, it pleases or delights the Father’s heart.

Next, we must learn on our own how to die to ourselves. Spiritually, God desires that we put off our old self step by step. And if we know that the more we enter the permanent process of death, the more we glorify God, then we will surely strive with strong ambition to leave our old selves behind. What we desire is for our bodies to become His instruments. Our souls become His vessels, thoughts and feelings, and this is truly extraordinary. One day we can prove that there is no life without death and no glory without death.

IF WE KNOW THAT THE MORE WE ENTER THE PERMANENT PROCESS OF DEATH, THE MORE WE GLORIFY GOD, THEN WE WILL SURELY STRIVE WITH STRONG AMBITION TO LEAVE OUR OLD SELVES BEHIND.

Card image
KEMATIAN DIRI YANG PERMANEN - 08 Mei 2024
2024-05-08 06:23:50


Kita dikondisi untuk benar-benar serius dengan Tuhan dan puncak keseriusan kita dengan Tuhan adalah menjadikan Tuhan satu-satunya harta kita; yang sama dengan satu-satunya kebahagiaan kita. Dan hal itu tidak akan terwujud di dalam hidup kita jika kita tidak mengalami kematian; kematian dari manusia lama kita, kematian dari kedagingan kita. Memang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, tetapi Roh Kudus akan menolong kita mewujudkan kematian terhadap diri sendiri ini.

Pertanyaannya, apakah kita bersedia mati? Sebab tidak ada harga yang lebih dari ini untuk membalas kebaikan Tuhan. Mati! Kurang dari itu tidak pantas, kurang pantas, tidak cukup. Cara untuk membalas kebaikan Tuhan kepada kita adalah mati. Kita yang bersedia dan memiliki komitmen, itu pun harus masih belajar bagaimana mengalami kematian terhadap diri sendiri. Dan kalau kita tidak bersedia, jauh dari kehidupan yang dikehendaki oleh Allah, kita tidak akan mengerti kematian terhadap diri sendiri ini. Namun karena sering kita tidak stabil, situasional, maka kita masih sering menghidupkan diri kita sendiri. Dan ketika kita menghidupkan diri kita sendiri, Tuhan tidak senang. Dan kalau sudah sampai tingkat tertentu, Tuhan terlukai.

Bukan karena Tuhan memiliki kepentingan, melainkan karena Tuhan tahu kalau kita tidak mati, kita tidak hidup. Tuhan tahu kalau kita tidak mati, kita tidak bisa dimuliakan bersama Tuhan Yesus, padahal kemuliaan itu Tuhan sediakan bagi kita. Seperti seorang ayah yang ingin mewariskan perusahaannya kepada anaknya, tapi anaknya tidak mampu menerima itu. Itu duka cita, sehingga orang tua harus memercayakannya kepada pegawai atau staf kepercayaannya. Tuhan memberi kita kesempatan untuk berproses. Sebagaimana seekor kupu-kupu, ia harus meninggalkan kepompong, artinya dari ulat berproses agar bisa jadi kupu-kupu yang cantik.

Tuhan mau kita meninggalkan keadaan sebagai ulat, sebagai kepompong, dan kita berkejar-kejaran dengan waktu. Ini bukan diplomasi atau sekadar ucapan khotbah, namun ini adalah kebenaran yang sungguh-sungguh harus kita perhatikan. Proses ini benar-benar berat, apalagi untuk orang-orang muda. Berat bukan berarti tidak bisa dipikul, namun harus dirasakan beratnya dulu. Tetapi melihat kenyataan di lingkungan kita, mereka tidak mengerti beratnya memasuki proses kematian. Mereka masih sembarangan bicara, sembarangan menghakimi orang, sembarangan menilai orang. Dan itu menunjukkan kodrat dosa yang dikobarkan, yang sampai ke tingkat tertentu tidak akan pernah bisa mati.

Dan setan menunggu, menanti dan mengharapkan keadaan itu, di mana seseorang tidak bisa balik lagi, sampai titik tidak balik. Mungkin kita tidak menduga bahwa mengikut Yesus akhirnya membawa kita pada fase seberat ini. Tuhan sudah sering memojokkan kita dengan membuat kita terpojok. Oleh anugerah Tuhan, kita dilukai Tuhan sampai benar-benar tidak mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini. Namun di balik itu, kita dapat memasuki proses kematian dengan lebih ringan.

Ketika Yesus Yang Mulia, Tuhan kita berkata, "Sudah saatnya tiba, muliakanlah Anak-Mu," artinya bunuhlah Aku. Walaupun di Taman Getsemani terjadi pergumulan hebat, tetapi kesediaan ini ada. Dan kita melihat kemanusiaan seutuhnya dari Yesus. Di Taman Getsemani, sempat Yesus menjadi bimbang. Tapi Yesus mengalahkan kebimbangan-Nya dengan mengatakan, "Bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi" (Luk.22:42). Dan itu merupakan pergumulan yang natural; pergumulan yang kita juga alami. Kita punya komitmen mati, tapi dalam pelaksanaannya sering kita harus berjuang hebat antara kehendak kita dan kehendak Bapa.

Hanya kalau kita bisa meninggalkan manusia lama, mematikan diri sendiri, baru kita bisa sungguh-sungguh menyenangkan hati Allah Bapa. Maka, jangan hanya sekadar dipahami secara nalar, tapi harus dirasakan di dalam batin, bahwa Bapa bisa kita senangkan. Dan itu membahagiakan sekali; hati kita bisa pecah, hancur. Pada waktu Tuhan membawa kita ke pencobaan di mana kita berkesempatan berbuat dosa dan kita memilih tidak, pasti daging kita luka, tapi hati Tuhan disenangkan. Waktu kita dibawa kepada keadaan di mana kita harus membagi roti kita, kita harus menjadi anggur yang tercurah untuk orang lain, hati Bapa disenangkan. Walaupun kita sepertinya rugi, tetapi itu menyenangkan atau membahagiakan hati Bapa.

Selanjutnya, kita harus belajar sendiri, bagaimana mematikan diri sendiri. Tuhan menghendaki secara rohani, yaitu kita menanggalkan manusia lama kita tahap demi tahap. Dan kalau kita tahu bahwa semakin kita memasuki proses kematian yang permanen adalah semakin memuliakan Allah, maka kita pasti berusaha dengan ambisi yang kuat untuk meninggalkan manusia lama kita. Yang kita ingini adalah supaya tubuh kita dapat menjadi alat peraga-Nya. Jiwa kita menjadi bejana, pikiran dan perasaan-Nya, dan ini luar biasa sekali. Yang suatu hari kita bisa membuktikan bahwa tidak ada kehidupan tanpa kematian dan tidak ada kemuliaan tanpa kematian.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA TAHU BAHWA SEMAKIN KITA MEMASUKI PROSES KEMATIAN YANG PERMANEN ADALAH SEMAKIN MEMULIAKAN ALLAH, MAKA KITA PASTI BERUSAHA DENGAN AMBISI YANG KUAT UNTUK MENINGGALKAN MANUSIA LAMA KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 Mei 2024
2024-05-08 06:20:53

2 Samuel 8-9
1 Tawarikh 18

Card image
Truth Kids 07 Mei 2024 - SUKACITA SEMUA ORANG
2024-05-07 20:59:49


Lukas 2:10
Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa:"

Namaku Hengki, aku sangat disayang papa dan mamaku. Mereka selalu membantuku, menemaniku membaca Alkitab, dan masih banyak lagi yang mereka lakukan untukku. Papa dan mamaku menungguku selama 10 tahun hingga akhirnya aku lahir. Mereka sangat bahagia karena akhirnya memiliki anak yaitu aku, Hengki. Aku juga bahagia memiliki papa dan mama hebat yang bisa membantuku untuk menjadi anak yang bisa menyenangkan hati Tuhan. Tapi Sobat Kids, ada loh, seseorang yang membuat semua orang bahagia dan bersukacita.

Nah, betul, Sobat Kids! Dia itu Tuhan Yesus. Semua umat manusia di seluruh dunia ini bahagia mendengar kabar lahirnya Juru Selamat yaitu Yesus Kristus. Seorang Pribadi yang menyelamatkan kita dan menebus dosa manusia. Perbuatan-Nya itu seharusnya membuat semua manusia senang.

Sobat Kids, kita harus bersukacita karena Yesus Kristus. Kita belajar juga untuk membuat Tuhan senang. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan hidup seperti Tuhan Yesus Kristus.

Card image
Truth Junior 07 Mei 2024 - SUKACITA YANG BESAR
2024-05-07 20:58:28


Amsal 17:22
“Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.”

Abby merupakan anak perempuan kecil yang duduk di kelas 5 SD. Ia adalah seorang anak yang selalu ceria dan periang. Firman yang Abby dengar di Sekolah Minggu, dilakukan dalam hidupnya sehari-hari. Suatu ketika, Abby jatuh sakit. Badannya demam dan merasakan pusing kepala. Tetapi Abby tidak sedih, dia ingat pernah membaca dalam Firman Tuhan di Amsal 17:22 tentang hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang. Jadi, Abby tetap bersukacita dengan selalu berdoa dan memuji Tuhan. Abby tidak bersungut-sungut walaupun kondisi badannya sedang tidak enak. Hal yang dilakukan Abby menunjukkan sikap memuliakan Allah, karena Abby tetap bersyukur dan bersukacita, walaupun kondisi tubuhnya sedang tidak baik. Abby tahu kalau Tuhan sayang dan selalu beserta dengan dia. Ia mau bersukacita di dalam Tuhan, apa pun yang terjadi.

Sobat Junior, dengan bersukacita di dalam Tuhan, kita pasti akan mengalami berkat-berkat Tuhan. Kalau kita hanya merasa takut, khawatir, cemas, maka keluarnya jadi sikap-sikap yang negatif. Hal itu tidak menyukakan hati Tuhan. Tetapi, kalau kita sukacita seperti firman Tuhan katakan ‘hati yang gembira adalah obat,’ kita punya obat setiap hari, yaitu sukacita.

Mari hidup dengan memiliki sukacita, karena kita punya Allah yang besar, Allah yang menciptakan seluruh isi dunia ini. Tidak ada alasan untuk meragukan kuasa Allah dalam hidup kita. Dia selalu akan menyertai kita, tidak pernah meninggalkan kita, anak-anak-Nya.

Card image
Truth Youth 07 Mei 2024 (English Version) - THE PHILOSOPHY OF CANDLES
2024-05-07 20:57:54


"Do not be conformed to this world, but be transformed by the renewing of your minds, so that you may discern what is the will of God—what is good and acceptable and perfect." (Romans 12:2)

Who in the household often experiences power outages? Nowadays, there are emergency lights that stay on even when the power goes out. But before that, we usually use candles. Have we ever observed candles? How do they shine brightly when the house is pitch dark? When we light a candle, we burn its wick, and then the candle shines brightly. There's something interesting about candles: they have to "burn themselves" before they can shine brightly. Similarly, in life, the world has been tainted by sin and is no longer a suitable place for us to place our hope. Precisely because this world is chaotic, we need to be the shining light in the midst of life's darkness. How do we do it? Like candles, we must "burn ourselves." Burning ourselves here means letting go of all our desires and leaving our flesh to follow and do His will. When we strive to "burn ourselves," God will surely lead us well if we listen to Him.

Burning ourselves can be trained along with the renewal of our minds, meaning our thought patterns are reconstructed to align with His feelings and thoughts. Seems difficult, right? It's really difficult, almost impossible. But God always says nothing is impossible, for He will continually guide us. So, to become a person who shines brightly, we need to practice "burning ourselves," starting from joining community groups rather than playing games or refraining from holding grudges or getting angry, but simply learning to forgive. Every day we are faced with many things that will train our minds so that we can discern what is the will of God: what is good, acceptable, and perfect.

WHAT TO DO:
Practice surrendering our lives completely to God. Pray and ask for God's guidance in every step.

BIBLE MARATHON:
- 1 Chronicles 24-26

Card image
Truth Youth 07 Mei 2024 - FILOSOFI LILIN
2024-05-07 20:56:07


”Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2)

Siapa yang di rumah sering sekali mati lampu? Kalau sekarang ada lampu emergency yang kalau mati lampu, lampu tersebut bisa tetap menyala. Tapi sebelum ada itu, biasanya kita menggunakan lilin. Pernahkah kita mengamati lilin? Bagaimana cara lilin itu menyala terang di saat rumah gelap gulita? Ketika kita menyalakan lilin tentu saja kita akan membakar sumbu lilin tersebut kemudian lilin tersebut menyala terang. Ada hal yang menarik tentang lilin, yaitu lilin itu harus “membakar dirinya” kemudian ia bisa menyala terang. Seperti halnya hidup ini, dunia yang sudah terpengaruh dosa yang sudah tidak layak menjadi tempat kita menaruh pengharapan. Justru karena dunia yang sudah kacau ini, maka kita perlu menjadi terang yang menyala di tengah gelap gulita kehidupan. Bagaimana caranya? Seperti halnya lilin, kita harus “membakar diri” kita. Membakar diri di sini berarti merelakan semua keinginan kita dan meninggalkan daging kita untuk mengikuti dan melakukan kehendak- Nya. Ketika kita berusaha untuk “membakar diri” kita, maka Tuhan pasti menuntun dengan baik asal kita mau mendengarkan-Nya.

"Membakar diri" tersebut bisa dilatih seiring pembaruan akal kita, artinya pola pikir kita dikonstruksi ulang menjadi pola pikir yang sesuai dengan perasaan dan pikiran-Nya. Sulit ya kayaknya? Sulit banget bahkan hampir mustahil. Tapi Tuhan selalu bilang tidak ada yang mustahil, karena kita akan terus dituntun-Nya. Maka untuk menjadi pribadi yang menyala terang, kita perlu latihan “membakar diri” kita, dimulai dari kita ikut komsel daripada main game atau kita gak usah dendam atau marah-marah, tapi belajar mengampuni saja. Setiap hari kita pasti dihadapkan oleh banyak hal yang akan melatih akal budi kita sehingga kita bisa membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna.

WHAT TO DO:
1.Latihan untuk menyerahkan hidup kita sepenuhnya untuk Tuhan
2.Berdoa dan minta pimpinan Tuhan dalam setiap langkah

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Tawarikh 24-26

Card image
Renungan Pagi - 07 Mei 2024
2024-05-07 20:55:31


Kesetiaan Tuhan sungguh sangat terbukti, dan sudah teruji, dahulu sekarang dan selamanya, Tuhan setia dan memenuhi bumi dengan kasih setia-Nya, namun kita makhluk ciptaan-Nya yang sebenarnya harus menjadi orang-orang yang setia, begitu sukar mempertahankan kesetiaan. Jangankan setia pada Tuhan yang tidak dapat dilihat, sedangkan dengan pasangan hidup, keluarga, sahabat, pekerjaan yang dapat dilihat, kita tidak setia.

Walaupun disebut sebagai anak-anak Tuhan, orang percaya, namun kita tidak dapat dipercaya. Pemazmur berkata; "Sebab firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan. Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN." Tuhan dalam kebenaran firman-Nya, mengerjakan segala sesuatu bagi kita dengan kesetiaan, dan bumi dipenuhi dengan kasih setia Tuhan.

Lalu mengapa kita sulit menjadi orang yang setia? Karena dosa telah merusak tatanan kehidupan di dunia, sehingga natur dosa itu membuat manusia memberontak, berkhianat, tidak menyukai keadilan dan hukum. Namun sebagai anak-anak tebusan yang telah ditebus dari dosa, seharusnya berjuang mengalahkan natur dosa dengan menghayati kesetiaan Tuhan dalam hidup kita. Belajar menundukkan diri untuk setia dan menjadi orang percaya yang dapat dipercaya.
(Mazmur 33:4-5)

Card image
Quote of the day - 07 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-07 20:53:33


Orang yang belum memiliki kesadaran rohani, tidak akan memindahkan hatinya di Kerajaan Surga.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 07 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-07 20:52:57


Tidak ada orang yang intim dengan Tuhan yang tidak ingin kembali ke Surga.

Card image
WARFARE - 07 Mei 2024 (English Version)
2024-05-07 20:52:01


As time passes, fewer people remain faithful to the Lord. There’s a natural selection happening in the lives of believers. Those less committed to the Lord will gradually fall and be sidelined individually. The world is a formidable adversary with its increasing power to draw people into fellowship with the powers of darkness. Its allure is growing more robust, and its beauty is more captivating. The maneuvers and movements of the powers of darkness are becoming more intense and more active, and this is the battle we face that will cause many Christians to fall. When the Lord Jesus said in Matthew 24:12b, “Because lawlessness will be increased, the love of many will grow cold,” it’s a warning. It’s a call to arms, a reminder that our love for the Lord must not waver in the face of these challenges.
to Talking about love can also happen to people outside of Christianity when talking about love. But it’s more likely that this verse is explicitly addressed to Christians because the following verse, in Matthew 24:13, says, “But the one who endures to the end will be saved.” So, the context here is believers who endure, persevere, and remain faithful.

We must open the eyes of our hearts and ask for the help of the Holy Spirit to see every arrow aimed at us. This can happen through friends, friendships, hobbies, work, and various circumstances around us. We must dare to fight back and say, “No!” So, we must have true fellowship with God. Therefore, we must make ourselves available to encounter God. Our focus must be on ongoing events or preaching the Word of God. We must genuinely allocate time for this so that we receive the Word of God, which is our spiritual providence. Then, we can become sensitive to the arrows of the powers of darkness aimed at us.

Satan, in his cunning and cleverness, attacks us with arrows of dark power, and his influence is often unnoticed by us. There are many things that Satan does to prevent us from burning brightly in the Lord so that we eventually become cold and tasteless. We must be earnestly sensitive because Satan uses many things as vehicles to extinguish our faithfulness to Christ. We must be serious in this struggle. Don’t underestimate the power of darkness! It doesn’t mean we’re afraid, but we shouldn’t underestimate the power of darkness so that we know the arrows of dark power that can be aimed at us.

The Apostle Paul said in 2 Corinthians 11:3, “But I am afraid that as the serpent deceived Eve by his cunning, your thoughts will be led astray from a sincere and pure devotion to Christ.” So, Paul has good reason to say this because the power of darkness maneuvers so actively, intensely, cleverly, and wickedly that believers become lukewarm and follow the world’s ways or are influenced by its ways. However, by sitting quietly at the feet of the Lord and listening to the Word of God earnestly and continuously, we become firm, strong, and constantly vigilant against the power of darkness.

We can see the movements of the powers of darkness that want to influence and revive our old selves and dominate us, so this is warfare! Don’t underestimate it! If the Lord Jesus said, “… Nevertheless, when the Son of Man comes, will He find faith on earth?” (Luke 18:8), it’s a threatening statement. It’s not the Lord who threatens us but the world that will threaten us. So, be cautious! It’s like when parents say, “I’m worried, will you pass this exam?” The parents are not threatening but reminding them that the exam their child will face is complex and difficult.

With that statement, the Lord Jesus wants to remind us to be careful! Be aware of the power of darkness that can destroy our spiritual lives. We must be cautious, whoever we are. Therefore, we must pray for each other—especially for the servants of the Lord, so that they can maintain holiness and purity and be channels of blessing to the congregation. So, remember, the world will continue to shake. During the sifting time, the wheat is separated from the weeds. Christians who are not truly committed will be sidelined. The holy will become holier. Don’t stop! We must continue to persevere in seeking the Lord.

THOSE LESS COMMITTED TO THE LORD WILL GRADUALLY FALL AND BE SIDELINED INDIVIDUALLY.

Card image
PEPERANGAN - 07 Mei 2024
2024-05-07 20:47:36


Makin hari ke depan, makin sedikit orang yang setia kepada Tuhan. Ada seleksi alam, yang natural yang terjadi dalam kehidupan orang percaya. Mereka yang kurang apalagi tidak bersungguh-sungguh di dalam Tuhan, maka satu per satu akan tumbang, akan tersingkir. Karena dunia makin kuat menarik orang untuk masuk dalam persekutuan dengan kuasa kegelapan. Pengaruh dunia makin kuat, keindahan dunia makin memikat, makin mempesona. Manuver dan gerakan kuasa kegelapan makin intens, makin aktif. Dan inilah yang akan membuat banyak orang Kristen berguguran. Kalau Tuhan Yesus berkata di Injil Matius 24:12b, "_ Kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin," artinya karena pengaruh dunia yang jahat, yang terjadi di sekitar orang percaya, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.

Kalau bicara mengenai kasih, ini memang bisa juga terjadi atas orang-orang di luar Kristen. Tetapi lebih besar kemungkinan, ayat ini hanya ditujukan kepada orang Kristen. Sebab ayat yang berikut, di dalam Matius 24:13, "Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat." Jadi ini konteksnya adalah orang percaya yang bertahan sampai kesudahannya, yang bertekun sampai pada kesudahannya, yang tetap gigih, merekalah yang akan sampai pada akhirnya karena mereka tetap setia.

Kita harus membuka mata hati kita dan minta pertolongan Roh Kudus untuk bisa melihat setiap api panah yang ditujukan kepada kita. Dan itu bisa melalui teman, persahabatan, hobi, pekerjaan dan berbagai keadaan di sekitar kita. Kita harus berani sungguh-sungguh melawan dan berkata, “tidak!” Jadi kita harus memiliki persekutuan yang benar dengan Tuhan. Maka kita tidak boleh tidak menyediakan diri bertemu dengan Tuhan. Fokus harus ditujukan kepada acara yang berlangsung atau pemberitaan firman Tuhan yang berlangsung. Kita harus benar-benar mengalokasikan waktu untuk itu, sehingga kita menerima firman Tuhan yang merupakan pemeliharaan rohani kita. Dan kita bisa menjadi peka terhadap api panah kuasa kegelapan yang ditujukan kepada kita.

Iblis dalam kelicikan dan kecerdikannya, menyerang kita dengan api panah kuasa gelap. Dan pengaruhnya, sering tidak kita sadari. Banyak hal yang Iblis lakukan agar kita tidak bernyala-nyala dalam Tuhan, agar kita akhirnya menjadi dingin dan tawar. Kita harus benar-benar peka, karena Iblis menjadikan banyak hal sebagai kendaraan untuk memadamkan iman kesetiaan kita kepada Kristus. Dan kita harus serius dalam perjuangan ini. Jangan anggap remeh kuasa kegelapan! Bukan berarti kita takut, tetapi jangan anggap remeh kuasa kegelapan, supaya kita alert, aware terhadap api panah kuasa kegelapan yang bisa ditujukan kepada kita.

Rasul Paulus berkata dalam 2 Korintus 11:3, "Aku takut kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya." Jadi beralasan sekali Paulus mengatakan ini, karena kuasa kegelapan bermanuver begitu aktif, intens, cerdas dan tentu jahat, supaya orang percaya menjadi tawar hati dan ikut jalan dunia atau terpengaruh jalan dunia ini. Tapi dengan duduk diam di kaki Tuhan, mendengarkan firman Tuhan dengan sungguh-sungguh secara berkesinambungan, kita menjadi kokoh, kuat, dan selalu waspada terhadap kuasa kegelapan.

Dan kita bisa melihat gerak-gerik dari kuasa kegelapan yang mau memengaruhi kita dan manusia lama kita yang mau dipancing untuk kembali dapat dihidupkan dan menguasai kita. Ini peperangan! Jangan anggap remeh! Kalau Tuhan Yesus berkata, "… _ akan tetapi jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?" (Luk. 18:8), sejatinya itu adalah kalimat yang memuat ancaman. Bukan Tuhan yang mengancam kita, tapi dunia yang akan mengancam kita. Berhati-hatilah! Seperti misalnya orang tua berkata, "Aku takut, kamu itu bisa lulus tidak dari ujian ini?" Bukan orang tua yang mengancam, tapi orang tua mengingatkan bahwa ujian yang anaknya akan hadapi adalah ujian yang sulit, yang berat.

Dengan pernyataan itu, Tuhan Yesus mau mengingatkan kita, agar kita berhati-hati! Agar kita sungguh-sungguh alert, aware terhadap kuasa kegelapan yang bisa menghancurkan kehidupan rohani kita. Siapa pun kita, harus berhati-hati. Karenanya kita harus saling mendoakan '—khususnya untuk para hamba Tuhan, supaya mereka tetap menjaga kekudusan dan kesucian, dan bisa menjadi saluran berkat Tuhan untuk jemaat. Jadi ingatlah, dunia akan mengalami keguncangan terus. Pada masa penampian ini mulai dipisahkan antara gandum dan lalang. Kristen yang tidak sungguh-sungguh, akan tersingkir. Yang kudus, bertambah kudus. Jangan berhenti! Kita harus tetap bertekun mencari Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MEREKA YANG KURANG APALAGI TIDAK BERSUNGGUH-SUNGGUH DI DALAM TUHAN, MAKA SATU PERSATU AKAN TUMBANG, AKAN TERSINGKIR.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 Mei 2024
2024-05-07 20:46:41

Mazmur 25, 29, 33, 36, 39

Card image
Truth Kids 06 Mei 2024 - HARTA KARUN
2024-05-06 20:08:18


Matius 13:44
"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu."

Sobat Kids, pernahkah kalian menonton film bajak laut yang mencari harta karun? Wah, para bajak laut rela mengarungi samudera bahkan berperang dengan bajak laut lainnya demi mendapatkan harta karun. Sama halnya jika ada seseorang mengatakan kalau di tanah halaman rumah kalian terkubur peti emas. Pasti kalian akan mencoba menggalinya atau mungkin menyewa mobil khusus untuk menggali tanah agar peti harta karun itu dapat ditemukan. Kalian masti mengusahakan berbagai cara untuk mendapatkannya.

Jika untuk harta dunia yang dapat hilang seketika, kita bisa berusaha seperti itu, seharusnya kita berusaha lebih keras untuk mendapatkan harta surgawi yang tidak akan hilang. Masalahnya, banyak orang tidak menganggap penting harta surgawi, malah memperebutkan harta duniawi. Padahal semua harta di dunia ini tidak akan dibawa saat kita mati.

Sobat Kids, yuk, kita belajar untuk membedakan dan memilih mana yang lebih penting. Jangan karena mengejar harta dunia, kita kehilangan harta kita yang paling berharga dan bersifat kekal yaitu hidup bersama dengan Tuhan di surga nanti.

Card image
Truth Junior 06 Mei 2024 - HARTA TERPENDAM
2024-05-06 20:05:51


Matius 13:44
“Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.”

"Shalom, Sobat Junior! Apakah kalian pernah menonton film tentang mencari harta karun? Biasanya film tentang pencarian harta karun pasti seru, seperti mencari harta yang terpendam, ada kode-kode yang harus dipecahkan, membaca peta dengan jalur-jalur yang harus dilewati, sampai harta tersebut ditemukan. Tetapi harus ingat, dalam proses pencarian harta terpendam itu, membutuhkan banyak pengorbanan, jerih lelah, dan usaha supaya harta karun atau harta terpendam itu dapat ditemukan. Ketika harta tersebut ditemukan, rasanya sukacita sekali dan bersyukur sudah menemukan harta karun atau harta yang terpendam itu.

Nahhh…. kalian tahu tidak kalau kita harus terus mencari harta terpendam kita yaitu Tuhan Yesus Kristus yang rela mati di kayu salib untuk menebus dosa kita. Dialah harta terpendam yang kita miliki. Seperti halnya perumpamaan di dalam Alkitab tentang pedagang yang mencari mutiara yang indah di Matius 13:45-46 “Demikian pula hal kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.” Mutiara yang indah itu adalah Tuhan Yesus.

Sobat Junior, kita seharusnya meninggalkan semua dosa dan kecintaan terhadap dunia ini untuk mengikut Tuhan. Hidup sungguh-sungguh, karena kita tahu keselamatan hanya ada dalam Tuhan. Sukacita yang kita temukan dalam mengikut Tuhan, layaknya seperti orang yang menemukan harta terpendam. Kita akan meninggalkan dosa atau keinginan untuk berbuat dosa karena telah menemukan harta terpendam yaitu Tuhan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat kita yang hidup.

Card image
Truth Youth 06 Mei 2024 (English Version) - UNRELIABLE ME
2024-05-06 20:02:57


"Trust in the Lord with all your heart, and do not rely on your own understanding. Acknowledge Him in all your ways, and He will make your paths straight." (Proverbs 3:5-6)

We often hear that the greatest enemy in our lives is ourselves. Indeed, it's harder to conquer ourselves than others. It's harder to change ourselves than to change others. That's why we often learn to conquer the "monsters" within ourselves. From desires to worldly pleasures that surpass the matters above. From there, we should understand that we can't rely on ourselves a hundred percent because we are human, filled with fleshly desires if not filled with the Spirit and the truth of God's Word in its entirety.

It doesn't mean we should depend on others and consider ourselves untrustworthy or unreliable. In matters of work, skills, and expertise we have honed, of course, we can confidently know what others can trust and rely on through our abilities. However, in matters of God and understanding the truth, we must continue to sharpen ourselves every day, renewing our minds, souls, and hearts, so that they are filled only and only with God and His Kingdom. It's certainly a very difficult and challenging task because every day we live in a world that is truly contrary to God's truth, and the environment around us may not necessarily consist of people who fear God. So, the only thing we can continue to do is to fill our lives with God. Trusting and relying on God completely in everything we do. Yes, indeed, we physically carry out the tasks, but before we decide to do everything, remember that we can't rely solely on our understanding, solely on our own interests and pleasures, because we can be very biased. Trust that only in God do we find truth and accuracy in life.

WHAT TO DO:
Get accustomed to relying on God in everything.

BIBLE MARATHON:
- 1 Chronicles 20-23

Card image
Truth Youth 06 Mei 2024 - UNRELIABLE ME
2024-05-06 19:59:38


"Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu." (Amsal 3:5-6)

Kita pasti sering mendengar bahwa musuh terbesar dalam hidup kita adalah diri kita sendiri. Memang benar, lebih susah untuk menaklukkan diri sendiri daripada orang lain. Lebih susah untuk mengubah diri sendiri daripada mengubah orang lain. That’s why, kita sering mendapat pembelajaran untuk mengalahkan “monster-monster” dalam diri kita. Mulai dari hawa nafsu sampai kesenangan-kesenangan duniawi yang melebihi perkara-perkara di atas. Dari situ kita seharusnya paham, bahwa kita gak bisa mengandalkan diri kita seratus persen, karena kita manusia yang penuh dengan hal-hal kedagingan jika tidak diisi oleh Roh dan kebenaran firman Tuhan dengan sebenar-benarnya.

Bukan berarti kita harus bergantung pada orang lain dan menganggap diri kita tidak bisa dipercayai atau diandalkan. Dalam hal-hal pekerjaan, skills, keahlian yang kita sudah tekuni, tentunya kita boleh dengan percaya diri mengetahui hal-hal apa yang orang lain bisa percaya dan andalkan melalui kebisaan kita. Namun satu hal, dalam hal bertuhan dan memahami kebenaran, kita harus terus mengasah setiap hari, membarui pikiran dan jiwa dan hati kita, supaya hanya dan hanya terisi oleh Tuhan dan Kerajaan-Nya. Tentu merupakan suatu hal yang sangat sulit dan challenging, karena setiap hari kita tinggal di dunia yang sungguh bertentangan dengan kebenaran Tuhan, dan belum tentu lingkungan sekitar kita adalah orang-orang yang takut akan Tuhan. Sehingga satu-satunya hal yang bisa kita terus lakukan adalah, mengisi hidup kita dengan Tuhan. Memercayai dan mengandalkan Tuhan sepenuhnya dalam segala hal yang kita lakukan. Yes, benar, kita yang melaksanakan secara fisik, tapi sebelum kita memutuskan untuk mengerjakan segala sesuatunya, ingatlah bahwa kita gak bisa hanya mengandalkan pemahaman kita sendiri, hanya mengandalkan kepentingan dan kesenangan kita sendiri, karena kita bisa sangat bias. Percayalah bahwa hanya dalam Tuhan kita menemukan kebenaran dan ketepatan dalam hidup.

WHAT TO DO:
Membiasakan diri mengandalkan Tuhan dalam segala hal

BIBLE MARATHON:
1 Tawarikh 20-23

Card image
Renungan Pagi - 06 Mei 2024
2024-05-06 19:55:09


Kebahagiaan dalam rumah tangga menurut firman Tuhan, kuncinya terletak pada laki-laki, kepala keluarga yang hidup takut akan Tuhan. Kalau laki-laki adalah kepala keluarga hidup takut akan Tuhan, maka istri dan anak-anaknya pun akan hidup takut akan Tuhan, dan inilah kebahagiaan dalam rumah tangga Kristen.

"Nyanyian ziarah. Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya! Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan TUHAN."

Seorang yang menyatakan diri sebagai anak Tuhan, tetapi tidak hidup takut akan Tuhan, bisa saja dia kelihatan baik, suka memberi, kelihatan sabar dan ramah, tetapi tujuannya bukan untuk melakukan kebenaran, melainkan supaya dia bisa dihargai, dipuji-puji, disanjung dan dihormati.

Rumah tangga orang percaya juga bisa terlihat baik-baik saja, tidak ada masalah, tetapi jika laki-laki, kepala keluarga tidak hidup takut akan Tuhan, maka belum tentu rumah tangga itu berbahagia. Orang-orang yang seperti ini senantiasa penuh kemunafikan, tetapi jika kita sungguh-sungguh hidup takut akan Tuhan, maka hidup rumah tangganya bahagia dan menjadi berkat bagi banyak orang.
(Mazmur 128:1,4)

Card image
Quote Of The Day - 06 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-06 19:50:18


Dengan melakukan perbuatan baik—sesuai dengan komando-Nya—sejatinya seseorang mengukir keindahan dalam hidupnya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 06 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-06 19:48:38


Kalau kita percaya bahwa hidup ini memang sementara, dan tragis; dan kita menantikan langit baru bumi baru, maka hati kita menjadi kuat, karena kita menyongsong kedatangan Tuhan Yesus.

Card image
FIRM WITH OURSELVES - 06 Mei 2024 (English Version)
2024-05-06 19:14:14


We have to be really firm with ourselves; take a clear position, not be double-minded; do we really follow Jesus and intend to be with the Lord Jesus in eternity or not? In the past, we were people who were not firm, did not choose a position clearly, were uncertain, and were biased. Of course we don't want to go to hell, but we don't want to go to heaven either. Now what do we want? That's what happens in many people's lives. As a community of lovers of the Voice of Truth and especially God's servants, we clearly have the pillars of a new heaven and a new earth, meaning that our focus must be directed there.

But even that doesn't make us really have a firm position, if we still have a lot of pleasures. But as time goes by, God processes us so that we increasingly appreciate the words of the Lord Jesus, that we are not of this world. And we can increasingly position ourselves saying, “I am a citizen of the Kingdom of Heaven. The world is not my home.” We will be grateful if we can come to a true appreciation of this, and direct ourselves to the Kingdom of Heaven. God brings about many events in our lives. It gets to the point where we are heartbroken with the world. We see how evil this world is, and the corruption of humanity.

And it becomes a mirror for us, meaning shouldn't make mistakes, don't create disaster or suffering for other people. Going through life experiences, we finally choose, "I'll just go home." This does not mean that we become pessimistic, not passionate about life; we are optimistic! Our optimism is about the life to come, namely in the new heavens and the new earth. And now we work hard; how we can save as many souls as possible and how we maintain purity, not loving the world at all. In doing so, we save souls.

So, what is our task now? Firstly, our hearts must be moved to heaven, because this world is not our home. We are waiting for the coming of the Lord Jesus who will pick us up and who said, "... so that where I am, you may be also" (John 14:3). The Lord Jesus wants where He is, we are also there. So if we don't long for meeting the Lord Jesus, there is something wrong in our life. Let's be firm, especially we must be firm with ourselves, that the world is not our home. We prepare ourselves to go home to heaven. Don't sin anymore. Live as holy and pure as possible. Don’t be bound by the entertainment and spectacle of this world. We must spend more time sitting quietly at the feet of the Lord.

Our common concern is that many people are unable to set their hearts on heaven because their hearts are bound to the world. They still feel that they are citizen of the earth, wanting to enjoy this world or this earth like other people do. Therefore, we want to be firm with ourselves. Fix our attention on the world to come, in the new heavens and the new earth. Be firm with ourselves that the world is not our home. And there is nothing we await from what is on this earth. We just wait for the Lord Jesus to come on the glorious clouds to pick us up or if that time has not come yet, when we die, the angels will take us to the Father's House. (Philippians 3:20 But our citizenship is in heaven. And we eagerly await a Savior from there, the Lord Jesus Christ)

Secondly, we must live as holy as possible, as pure as possible. Don't hurt God's heart. And that is achievable to live a holy, blameless life. Don't be half-hearted, don't be indecisive. Only people who truly move their hearts to the Kingdom of Heaven and place all their hopes for happiness only later in the new heavens and the new earth are people who are free from the bonds of worldly love, those people who fear God more, fear sinning, and these people surely love God rightly. Come on, let's be militant!

LET'S BE FIRM, ESPECIALLY WE MUST BE FIRM WITH OURSELVES, THAT THE WORLD IS NOT OUR HOME

Card image
TEGAS TERHADAP DIRI SENDIRI - 06 Mei 2024
2024-05-06 19:11:47


Kita harus benar-benar tegas terhadap diri sendiri; mengambil posisi yang jelas, tidak mendua hati; apakah kita benar-benar mengikut Yesus dan bermaksud untuk bersama dengan Tuhan Yesus di kekekalan atau tidak? Dulu kita pernah menjadi orang yang tidak tegas, tidak memilih posisi dengan jelas, gamang, bias. Masuk neraka tentu tidak mau, namun masuk surga pun tidak rindu. Sekarang maunya apa? Itulah yang terjadi dalam kehidupan banyak orang. Kita komunitas pecinta Suara Kebenaran dan khususnya para hamba Tuhan, kita jelas memiliki pilar langit baru bumi baru, artinya fokus kita harus tertuju ke sana.

Namun itu pun tidak membuat kita benar-benar punya posisi yang kokoh, karena kita masih memiliki banyak kesenangan. Tetapi seiring berjalannya waktu, Tuhan proses sehingga kita semakin menghayati perkataan Tuhan Yesus, bahwa kita bukan dari dunia ini. Dan kita semakin bisa menempatkan diri pada posisi bahwa, "Aku adalah warga Kerajaan Surga. Dunia bukan rumahku." Bersyukur kalau kita sampai bisa pada penghayatan yang benar akan hal ini, dan mengarahkan diri kita ke Kerajaan Surga. Tuhan mengadakan banyak kejadian di dalam hidup kita. Sampai pada titik di mana kita patah hati dengan dunia. Kita hayati betapa jahatnya dunia ini, betapa rusaknya manusia.

Dan itu menjadi cermin untuk kita, artinya jangan kita melakukan kesalahan, jangan membuat bencana atau penderitaan bagi orang lain. Melewati pengalaman hidup, akhirnya kita memilih, "Aku pulang saja." Ini bukan berarti lalu kita menjadi pesimis, tidak bergairah hidup; kita optimis! Optimis kita adalah kehidupan yang akan datang, yaitu di langit baru bumi baru. Dan sekarang kita kerja keras, bagaimana kita bisa menyelamatkan jiwa sebanyak mungkin dan bagaimana kita menjaga kesucian, tidak mencintai dunia sama sekali. Dengan cara demikian, kita menyelamatkan jiwa-jiwa.

Lalu, apa sekarang tugas kita? Yang pertama, hati kita harus dipindahkan ke surga, karena dunia bukan rumah kita. Kita sedang menanti kedatangan Tuhan Yesus yang menjemput kita dan yang berkata, "… supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada" (Yoh. 14:3). Tuhan Yesus menghendaki di mana Ia berada, kita pun ada. Jadi kalau sampai kita tidak merindukan bertemu dengan Tuhan Yesus, ada yang salah dalam hidup kita. Mari kita tegas, terutama kita harus tegas terhadap diri sendiri, bahwa dunia bukan rumah kita. Kita mempersiapkan diri untuk pulang ke surga. Jangan berbuat dosa lagi. Hidup sekudus-kudusnya, hidup sesuci-sucinya. Jangan terikat dengan hiburan dan tontonan dunia ini. Kita harus perbanyak waktu kita duduk diam di kaki Tuhan.

Kekhawatiran kita bersama adalah banyak orang tidak sanggup untuk memindahkan hati ke surga karena hatinya terikat dengan dunia. Masih merasa bahwa dirinya itu penduduk bumi, mau menikmati dunia atau bumi ini seperti orang lain menikmati. Pada kesempatan ini, kita mau bersikap tegas kepada diri sendiri. Pancangkan perhatian kita di dunia akan datang, di langit baru bumi baru. Tegas terhadap diri sendiri bahwa dunia bukan rumah kita. Dan tidak ada yang kita nantikan lagi dari apa yang ada di bumi ini. Kita hanya menantikan kedatangan Tuhan Yesus di awan-awan permai menjemput kita atau kalau waktu itu belum datang, kita meninggal dunia, kita dijemput malaikat masuk Rumah Bapa.

Yang kedua, kita harus hidup sekudus-kudusnya, sesuci-sucinya. Jangan melukai hati Tuhan. Dan itu, bisa. Adalah sebuah keniscayaan untuk hidup suci, hidup tak bercacat tak bercela. Jangan setengah-setengah, jangan bimbang hati. Hanya orang yang sungguh-sungguh memindahkan hati di Kerajaan Surga dan meletakkan seluruh pengharapan kebahagiaannya hanya nanti di langit baru bumi baru merupakan orang yang terbebas dari ikatan percintaan dunia, orang yang makin takut akan Allah, takut berbuat dosa, dan orang-orang ini pasti mencintai Tuhan dengan benar. Ayo, kita militan!

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MARI KITA TEGAS, TERUTAMA KITA HARUS TEGAS TERHADAP DIRI SENDIRI, BAHWA DUNIA BUKAN RUMAH KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 Mei 2024
2024-05-06 05:19:10

2 Samuel 6-7
1 Tawarikh 17

Card image
Truth Kids 05 Mei 2024 - UPAHMU BESAR DI SURGA
2024-05-05 10:20:21


Matius 5:12
"Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."

Yesus itulah satu-satunya penolongku yang sungguh Ia berjanji akan kembali angkat kita semua. ooo haleluya puji Tuhan upahmu besar di surga ooo haleluya puji Tuhan upahmu besar di surga

Luar biasa, ya, Sobat Kids, ketika kita memuji Tuhan, rasanya kita jadi lebih happy. Hal ini bukan tanpa alasan. Kita percaya bahwa ada kuasa dan sukacita saat kita bernyanyi untuk Tuhan. Seperti pada lagu tadi, kita yakin bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya Penolong yang sesungguhnya. Bukan hanya Tuhan dapat menolong kita saat menghadapi masalah di dunia, melainkan juga menolong kita agar memiliki kesempatan masuk ke surga.

Makanya kalau saat ini kita menghadapi masalah, atau di sekolah kita dijauhi karena menjadi anak yang taat kepada Tuhan, jangan bersedih dan kecewa. Tuhan tidak akan membiarkan, Dia akan menolong. Jadi, jangan sedih apalagi membalas, ya, Sobat Kids. Diam saja dan doakan agar mereka dapat mengenal kasih Tuhan yang sejati. Hingga suatu hari nanti kita bisa bersama-sama bersukacita masuk ke dalam kekekalan bersama Tuhan Yesus.

Card image
Truth Junior 05 Mei 2024 - BERSUKACITA
2024-05-05 10:18:31


Matius 5:12
“Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.”

Hai, Sobat Junior!! Kalian masih tetap bersukacita, kan?? Harus, ya, karena Tuhan selalu beserta kalian dan tidak pernah meninggalkan kalian. Hal itu tertulis dalam firman-Nya di Ibrani 13:5b “Karena Allah telah berfirman: Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” Walaupun Sobat Junior mungkin sekarang sedang mengalami masalah, tetap percaya, ya!

Ada seorang anak bernama Sonny. Ia sedang sedih karena keadaan keluarganya. Papa dan mama sering bertengkar, suka berteriak satu sama lain. Mereka hanya baikan kalau ibadah di gereja, tetapi setelah di rumah, mulai bertengkar lagi. Sonny sangat sedih melihat hubungan papa dan mamanya.

Sonny anak yang rajin membaca renungan Truth Junior, lalu ia teringat tentang pembahasan buah roh Sukacita. Walaupun Sonny sedang sedih, dia ingat untuk berdoa kepada Bapa. Sonny berdoa dan bercerita kepada Tuhan tentang kondisi keluarganya yang membuat dia sedih dan kehilangan sukacita. Memang Allah Bapa selalu mendengar doa anak-anak-Nya. Sonny merasakan ketenangan dan kembali berpengharapan kalau papa dan mamanya bisa berbaikan dan tidak ada yang mustahil untuk Tuhan. Yang terpenting, Tuhan mengembalikan sukacita kepada Sonny. Sonny kembali bersyukur dan bersukacita karena masih memiliki papa dan mama yang masih sayang Sonny. Sonny tetap setia berdoa untuk papa dan mamanya, agar berbaikan dan tidak bertengkar setiap hari. Sonny tidak malas untuk saat teduh. Sonny selalu rajin berdoa dan membaca firman Tuhan. Kerajinan Sonny tidak pernah sia-sia. Tuhan mendengar dan menjawab doa-doa Sonny tepat pada waktu-Nya.

Sobat Junior, tetap bersukacita, ya, walaupun keadaan yang kalian alami saat ini tidak begitu baik. Ingatlah bahwa Tuhan yang menjadi sumber sukacita kita.

Card image
Truth Youth 05 Mei 2024 (English Version) - GOD IS WITH US
2024-05-05 10:16:23


"Surely goodness and mercy shall follow me all the days of my life, and I shall dwell in the house of the LORD forever." (Psalm 23:6)

Have we ever pondered the role of parents throughout our lives until today? From our birth, infancy, schooling, university, employment, and even until we have children of our own. In times of joy or sadness, when we feel incapable or when we succeed in accomplishing something, our parents are always there to support us in any situation throughout our lives. Always being there doesn't necessarily mean physically walking alongside us at all times, but the form of their support, their love and care, we can always feel, even if it's just through chats or calls.

Similarly, our Heavenly Father, who is omnipresent, is Ever-Present wherever and whenever. We can truly feel His presence for those who continually invite God into their lives. Whatever we may be experiencing, remember, God is always present, always knows the depths of our hearts, and always accompanies us. Even though we often feel as if we've lost His presence, as if God is absent. It's in those moments that we feel dry and thirsty for the presence and companionship of God. Because it's only in the presence of God that we find solace. Physically, indeed, God cannot be seen, we cannot receive chats or calls from Him like we do with our parents, but His presence can be felt wherever and whenever. The problem lies only with us, we often ignore God, we often rely on our own strength, intelligence, and skills because, physically and logically, we are the ones doing it. Yet, to understand the truth and the Kingdom of Heaven, it's beyond ordinary reasoning, not only understood intellectually but must truly experience God with our entire being. With all our hearts, minds, souls, and strength.

WHAT TO DO:
Do not underestimate or neglect God's presence, but let us increasingly experience and delve into God starting today and forevermore.

BIBLE MARATHON:
- 1 Chronicles 17-19

Card image
Truth Youth 05 Mei 2024 - GOD IS WITH US
2024-05-05 10:14:45


"Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa." (Mazmur 23:6)

Pernah gak kita merenungkan, peranan orang tua di sepanjang hidup kita sampai hari ini. Dari kita lahir, balita, sekolah, kuliah, bekerja, bahkan sampai kita sudah memiliki anak. Saat kita senang maupun sedih, saat kita merasa tidak bisa maupun saat kita berhasil melakukan sesuatu. Orang tua kitalah yang selalu ada dan support kita dalam situasi apa pun dan sepanjang kita hidup. Selalu ada, bukan berarti secara fisik berjalan bersama kita setiap waktu, tapi bentuk dukungannya, yaitu kasih sayangnya pasti kita bisa rasakan, walaupun sekadar chat atau telepon.

Sama seperti Allah Bapa kita yang omnipresence, Dia Maha Hadir di mana pun dan kapan pun. Kita bisa merasakan kehadiran-Nya dengan sungguh-sungguh bagi kita yang senantiasa mengundang Allah dalam kehidupan kita. Apa pun yang sedang kita alami, ingatlah, Tuhan selalu hadir, selalu tahu isi hati kita, dan selalu menyertai kita. Walaupun sering kali kita seperti kehilangan penyertaan-Nya, seakan Tuhan tiada. Pada masa-masa seperti itulah kita merasa kering dan haus akan kehadiran dan penyertaan Tuhan. Karena hanya dalam hadirat Tuhan kita menemukan kelegaan. Secara fisik memang Tuhan tidak bisa terlihat, tidak bisa kita menerima chat atau telepon seperti kita dengan orang tua, tapi kehadiran-Nya bisa kita rasakan di mana pun dan kapan pun. Masalahnya hanya satu, kita yang sering meng-ignore Tuhan, kita yang sering mengandalkan kekuatan kita sendiri, kepintaran, dan keahlian kita sendiri karena memang secara fisik dan logis, kitalah yang melakukannya. Padahal, untuk memahami kebenaran dan Kerajaan Surga, itu di luar nalar pada umumnya, bukan hanya dipahami secara pikiran, tapi harus betul-betul mengalami Tuhan dengan segenap dan segenap. Segenap hati, akal budi, jiwa, dan kekuatan kita.

WHAT TO DO:
Jangan meremehkan dan mengabaikan penyertaan Tuhan, tapi mari kita semakin mengalami dan mendalami Tuhan mulai hari ini sampai selamanya

BIBLE MARATHON:
1 Tawarikh 17-19

Card image
Renungan Pagi - 05 Mei 2024
2024-05-05 10:13:02


Setiap kita harus bisa menunjukkan integritas pribadi seperti Yesus yaitu selalu melakukan kehendak Bapa dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya serta menyukakan hati Bapa, sehingga selalu ada keselarasan antara perkataan dan perbuatan.

Biarlah setiap kita bukan hanya mempelajari dan menggali firman Tuhan sebagai pengetahuan, tetapi menghidupi kebenaran itu dengan cara meneladani kehidupan Kristus, sehingga setiap kita dapat menjadi teladan yang benar. Rasul Paulus menasihatkan hal yang sama kepada anak rohaninya, Timotius; "Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau." Sebab menjadi pengajar tanpa siap diteladani, adalah kejahatan dan kemunafikan belaka.

Kita sungguh-sungguh harus belajar mengikuti jejak Tuhan Yesus, karena DIA bukan hanya mengajar dengan kata-kata, tetapi juga memberi teladan yang luar biasa dalam hidup-Nya. Jika menjadi teladan yang benar dalam apa yang kita ajarkan menurut kebenaran firman Tuhan, maka kita akan menyelamatkan diri sendiri dan orang lain yang mendengarkan ajaran kita.
(1 Timotius 4:16, 20)

Card image
Quote Of The Day - 05 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-05 10:10:37


Perbuatan baik yang dikehendaki oleh Allah adalah perbuatan baik yang dipersiapkan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 05 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-05 10:08:55


Kristen yang normal adalah Kristen yang mengharapkan dijemput oleh Tuhan, maka jangan berharap dunia ini membahagiakan.

Card image
ETERNAL REGRET - 05 Mei 2024 (English Version)
2024-05-05 10:01:07


If we close our eyes and enter eternity, what will we regret most? It could be because there is something we should have done, we didn't do it, we haven't done it or we haven't finished doing it. Even worse is if someone is ultimately expelled from the presence of God forever. His regret must be great and unimaginable, because of what he should have done, but didn't do it. We should already feel a sense of crisis today. There are many things we should do for the Lord, accomplish for the Lord, but we don't do them or we don't earnestly intend to complete them.

Because we have been swept away by various personal problems, and we all know that a person will never finish with personal problems. There will always be problems in this life. Except when someone surrenders to the Lord and says, "Whether alive or dead, I belong to You, Lord. Rich or poor, I am Yours. Healthy or sick, I am Yours. Now, what I do is only what You command me to do and the tasks I must fulfill." So, when we face problems—be it sickness, financial issues, or family matters—then it becomes God's problem.

So if we still feel anxious and afraid, it means it's still our concern, not the Lord's. Yet our entire lives belong to the Lord. Therefore, the standard should be: my life, my breath, my heartbeat are the Lord's work. Of course, we understand how to be responsible, maintain our health, work hard, all of which belong to God. We must take care of our bodies' health. If we're sick because of our fault, we go to the doctor. If you want to ask for a miracle, go ahead. Miracles cannot be forced. Faith must come from the voice of the Spirit, it must be a rhema.

That way, our lives become simple and free. Actually, this is the high level of Christianity, when someone releases themselves from all their possessions. Many people cheat; they ask for God's blessings, but when blessed—healthy bodies, good economy—they live as they please, they want to enjoy whatever they want to enjoy. Yet, when they die, there should be many tasks they should have done. Whatever we do, we do it for the Lord. We don't buy anything, we don't own anything just for our pleasure, let alone for prestige. Everything must be useful for the work of the Lord. If we buy clothes, it should be appropriate so we can present ourselves well for the Lord, not for pride or showing off. Generally, people don't think like this. When in trouble, they ask for God's blessings. But when blessed, they don't think about God's work.

We cannot avoid that we will die. And real life is in the future. So, right now, we must live to the fullest for the Lord! And remember, being able to do work for God is an honor! Essentially, the Lord doesn't need anything or anyone. But if we can do something for the Lord, it's an honor! However, many people instead want to exploit and take advantage of the Lord. So indeed, what's important is character. If someone's character isn't right, then in God's work he will cause trouble to people. Still easily offended, still craving for respect. He becomes a parasite and makes God's work difficult.

Many people should be able to invest for the Lord and His work, but they don't do it. Indeed, there are many people who don't dare to invest because they see crooked pastors, crooked of servants of God, the abuse of power, the misuse of money. Those of us who are right can also be suspected. But if we are suspected, just stay silent.

Lord Jesus bless you
Rev. Dr. Erastus Sabdono

Card image
PENYESALAN KEKAL - 05 Mei 2025
2024-05-05 09:57:36


Kalau nanti kita menutup mata dan memasuki kekekalan, apa yang akan paling kita sesali? Bisa karena ada sesuatu yang mestinya kita kerjakan, tidak kita kerjakan, belum kita kerjakan atau tidak selesai kita kerjakan. Lebih celaka lagi kalau seseorang sampai terusir dari hadirat Allah selama-lamanya. Pasti besar penyesalannya dan tak terbayangkan, karena apa yang harus dia kerjakan, tapi tidak dikerjakan. Mestinya hari ini kita sudah memiliki perasaan krisis. Ada banyak hal yang mestinya kita kerjakan untuk Tuhan, kita selesaikan untuk Tuhan, tapi kita tidak lakukan atau kita tidak sungguh-sungguh mau menyelesaikannya.

Karena kita telah hanyut dengan berbagai persoalan pribadi dan kita semua tahu bahwa seseorang tidak akan pernah selesai dengan persoalan pribadi. Selalu akan ada persoalan dalam hidup ini. Kecuali ketika seseorang menyerah kepada Tuhan dan berkata, "Mati atau hidup, aku milik-Mu Tuhan. Kaya atau miskin, aku milik-Mu. Sehat atau sakit, aku milik-Mu. Sekarang yang aku kerjakan hanya apa yang Engkau perintahkan kepadaku untuk aku lakukan dan tugas yang harus aku tunaikan." Sehingga kalau kita menghadapi masalah—apakah sakit, ekonomi, keluarga—maka itu menjadi persoalan Tuhan.

Jadi kalau kita masih cemas dan takut, berarti itu masih menjadi persoalan kita, bukan Tuhan. Padahal segenap hidup kita milik Tuhan. Maka mestinya standarnya adalah: hidupku, nafasku, detak jantungku adalah pekerjaan Tuhan. Tentu kita mengerti, bagaimana bertanggung jawab, menjaga kesehatan, bekerja keras, yang semua itu adalah milik Tuhan. Tubuh harus kita jaga kesehatannya. Kalau sakit karena salah kita, ya kita ke dokter. Kalau mau minta mukjizat, silakan. Mukjizat tidak bisa kita paksa. Iman harus datang dari suara Roh, harus rhema>

Dengan begitu, hidup kita menjadi simpel dan merdeka. Sebenarnya ini tingkat tinggi dari kekristenan, yaitu ketika seseorang melepaskan dirinya dari segala miliknya. Banyak orang itu curang, mereka minta berkat Tuhan, tapi ketika diberkati—tubuh sehat, ekonomi bagus—ia hidup suka-suka sendiri, dia mau menikmati apa yang dia mau nikmati. Padahal begitu meninggal dunia, mestinya ada banyak pekerjaan yang dia lakukan. Apa pun yang kita kerjakan, kita kerjakan untuk Tuhan. Tidak ada yang kita beli, tidak ada yang kita miliki hanya untuk kesenangan kita, apalagi untuk prestise. Semua itu harus berguna untuk pekerjaan Tuhan. Kalau kita beli baju, yang pantas supaya bisa tampil dengan baik untuk Tuhan, bukan untuk sombong atau pamer. Pada umumnya orang tidak berpikir begitu. Kalau susah, mereka minta berkat Tuhan. Tapi kalau sudah diberkati, mereka tidak memikirkan pekerjaan Tuhan.

Kita tidak bisa menghindar bahwa kita akan mati. Dan hidup yang sesungguhnya itu nanti. Jadi kita ini sekarang harus hidup maksimal untuk Tuhan! Dan ingat, bisa melakukan pekerjaan untuk Tuhan adalah suatu kehormatan! Sejatinya, Tuhan tidak butuh apa-apa dan siapa-siapa. Tapi kalau sampai kita bisa melakukan sesuatu untuk Tuhan, itu kehormatan! Namun, banyak orang malah mau menghisap dan mengeksploitasi Tuhan. Maka memang yang penting itu karakter. Kalau karakter seseorang belum beres, maka di dalam pekerjaan Tuhan pun dia merepotkan orang. Masih mudah tersinggung, masih gila hormat. Dia jadi benalu dan menyusahkan pekerjaan Tuhan.

Banyak orang yang mestinya bisa berinvestasi untuk Tuhan dan pekerjaan-Nya, tapi tidak melakukannya. Memang, ada banyak orang yang tidak berani berinvestasi karena melihat bengkoknya pendeta, bengkoknya pelayan Tuhan, penyalahgunaan kekuasaan, penyalahgunaan uang. Kita yang benar juga bisa dicurigai. Tapi kalau kita dicurigai, diam saja.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SELALU AKAN ADA PERSOALAN DALAM HIDUP INI. APA PUN YANG KITA KERJAKAN, KITA KERJAKAN UNTUK TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 05 Mei 2024
2024-05-05 09:55:18

Mazmur 89, 96, 100-100, 105, 132

Card image
Truth Kids 04 Mei 2024 - AIR KEHIDUPAN
2024-05-04 12:56:36


Yesaya 12:3
"Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan."

Sobat Kids, pernahkah kalian merasa sangat haus ketika cuaca panas, atau ketika kalian kelelahan habis olahraga di sekolah? Rasanya mulut dan tenggorokan ini kering sekali. Dan ketika kita bisa minum, rasanya segar dan nikmat. Nah, hidup kita juga bisa mengalami 'kekeringan,' Sobat Kids. Kekeringan yang dimaksud di sini awalnya disebabkan karena manusia sudah jatuh dalam dosa. Dan satu-satunya cara untuk melepaskan dahaga kehidupan ini dengan meminum air kehidupan yang bersumber dari Tuhan Yesus sendiri.

Kasih dari Tuhan Yesuslah yang akan melepaskan kita dari 'kekeringan' akibat dosa. Oleh karena itu, jika saat ini kita mengalami kesedihan, kekecewaan yang membuat hidup kita kering dan hampa, ingatlah kita memiliki Tuhan yang adalah air kehidupan. Ia akan menyegarkan kita dengan kasih-Nya yang tidak akan ada habisnya, sehingga kita tidak akan kekeringan lagi. Bahkan, kita akan tumbuh subur seperti pohon yang ditanam di tepian air sungai karena kasih Tuhan pasti mengubahkan.

Card image
Truth Junior 04 Mei 2024 - MENGALIR SEPERTI SUNGAI
2024-05-04 12:55:00


Yesaya 12:3
“Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan.”

Apakah Sobat Junior pernah mendengar informasi mengenai sungai Nil? Sebuah sungai besar yang mengalir ke arah utara di timur laut Afrika. Sungai Nil adalah sungai yang tidak pernah kering selama 30 juta tahun. WOW. Ternyata Sungai Nil tidak pernah kering karena memiliki dua sumber, yaitu Nil Biru dan Nil Putih.

Sobat Junior, tahu tidak, apa perbedaan sungai dan kolam? Sungai adalah aliran air yang berasal atau bersumber dari hulu gunung. Kalau sumber air di hulu gunung tidak kering, maka sungai juga tidak akan kering. Sedangkan kolam, tidak punya sumber air sehingga bisa kering saat musim kemarau.

Tuhan adalah sumber sukacita atau bahagia kita. Jadi kalau kita mengikut Tuhan, kita akan seperti sungai alias tidak akan kering, karena Tuhan adalah sumber yang selalu memberikan kita damai dan sukacita.

Sobat Junior pasti pernah, kan, merasa sedih dan ingin menangis? Tapi kalau kita memilih untuk ikut ajaran Tuhan, maka perasaan sedih, marah, dan rasa ingin menangis tidak boleh terus-menerus kita pertahankan. Karena kalau kita terus sedih, nanti sukacita dari Tuhan tidak mengalir.

Jadi, ayo kita terus mengikut Tuhan dengan cara menjadikan Tuhan sebagai sukacita kita. Karena Tuhan adalah sumber sukacita kita, maka kita mau menjadi sungai yang terus mengalir.

Card image
Truth Youth 04 Mei 2024 (English Version) - INDEED, THOU ART REAL
2024-05-04 12:50:20


"We know that all things work together for good for those who love God, who are called according to his purpose." (Romans 8:28)

Have you heard of the philosophy of the eagle often used in our Christian parables? Upon investigation, the use of "eagle" is not mere whim, but based on research, indeed eagles possess numerous advantages. The eagle is known as 'the king of birds'. Its prowess in flight makes it the ruler of the skies. Supported by its sharp eyesight and vision, the eagle is renowned as a precise predator and detector. Its highly aerodynamic body, with wings larger than its body, grants the eagle stability as it soars through the air. It is fully prepared to brave storms in the sky. Even in the midst of great storms, eagles can soar even higher.

Eagles can live for 40 to 70 years. However, to live up to 70 years is the eagle's choice and involves undergoing various highly painful life transformations. It must peck its beak against a rock to grow a new beak and undergo other transformations.

The above information is not a fairy tale but rather tangible data. The Word of God continually urges us to be like the eagle so that amidst storms, we can remain strong and prove the greatness of His power. When we understand that we are children of God and called according to His purpose, we should remain strong and feel secure when storms strike. This is because of His promise that God works all things together for good for those who love Him (Romans 8:28).

Based on the above verse, we need to reflect on ourselves. How does our heart respond when storms or problems strike? If we still worry excessively and are engulfed by those problems, it means we haven't fully understood God's promises and His calling. The phrase "God works all things together for good for those who love him" implies that bringing about good doesn't always mean physical blessings, but also character transformation. Do we truly love Him? If yes, then every process in our lives will surely bring about good because we continue to look to Him. Through trials and struggles, believe that it is this that continually transforms us into a more beautiful fulfillment of God's calling.

WHAT TO DO:
Understand the philosophy of the eagle so that we realize how strong we must be.
Understand that resilience requires much practice and braving storms. Look to Christ and His power, for He is able to accompany us.
Examine our hearts to see if we truly love Him.
Life or character transformation may be painful, but it's worth fighting for.

BIBLE MARATHON:
- 1 Chronicles 13-16

Card image
Truth Youth 04 Mei 2024 - SUNGGUH NYATANYA KAU
2024-05-04 12:46:13


"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28)

Tahukah kamu tentang filosofi burung rajawali yang sering kali dipakai dalam perumpamaan kita sebagai orang Kristen? Setelah dicari tahu ternyata penggunaan “rajawali” itu bukan keisengan semata, namun berdasarkan riset memang rajawali memiliki banyak kelebihan. Rajawali dikenal sebagai ‘the king of bird’. Ketangguhannya untuk terbang, membuat rajawali menjadi penguasa langit. Ditunjang dengan mata dan visualnya yang tajam, rajawali dikenal sebagai burung pemangsa dan pendeteksi yang akurat. Anatomi tubuhnya yang sangat aerodinamis, dengan sayap yang lebih besar dari tubuhnya, sehingga rajawali memiliki kestabilan saat melayang-layang di udara. Ia sangat siap menerjang badai di langit. Bahkan di tengah badai besar, rajawali dapat terbang semakin tinggi.

Rajawali juga dapat hidup selama 40 hingga 70 tahun. Namun, untuk hidup hingga 70 tahun, itu pilihan rajawali sendiri dan melewati berbagai transformasi kehidupan yang sangat menyakitkan. Ia harus mematuk-matukkan paruhnya supaya tumbuh paruh baru dan transformasi lainnya.

Informasi di atas bukan sebuah dongeng, namun sebuah data yang nyata. Firman Tuhan terus meminta kita bisa seperti burung rajawali agar di tengah badai justru kita bisa tetap kuat dan membuktikan kebesaran kuasa-Nya. Saat kita memahami bahwa kita anak Allah dan terpanggil dalam rencana-Nya, seharusnya kita tetap kuat dan merasa aman saat badai menerpa. Hal itu karena janji-Nya bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Roma 8:28).

Berdasarkan ayat di atas, maka kita perlu merefleksikan diri. Bagaimana respons hati kita saat badai atau masalah menerpa? Kalau kita masih terlalu khawatir dan terhanyut dalam masalah, itu berarti kita belum sepenuhnya memahami janji Allah dan panggilan-Nya. Kalimat “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia” mengartikan bahwa mendatangkan kebaikan itu tidak selalu berkat jasmani, tapi transformasi karakter juga. Lalu apakah kita mengasihi Dia? Jika ya, maka setiap proses yang terjadi di hidup kita pastilah mendatangkan kebaikan karena kita memandang terus kepada-Nya. Melalui masalah dan pergumulan, percayalah hal ini yang membuat kita terus bertransformasi menjadi semakin indah menggenapi panggilan Allah.

WHAT TO DO:
1. Pahami filosofi burung rajawali sehingga kita memahami harus seberapa kuat kita
2. Pahami bahwa menjadi tangguh itu harus banyak latihan dan menerjang badai
3. Pandanglah Kristus dan kekuasaan-Nya bahwa Ia sanggup menyertai kita
4. Telisik hati kita apakah kita mengasihi Dia secara benar?
5. Transformasi hidup atau karakter menyakitkan, tapi sangat layak diperjuangkan

BIBLE MARATHON:
1 Tawarikh 13 - 16

Card image
Renungan Pagi - 04 Mei 2024
2024-05-04 12:30:29


"Kadangkala kita merasa diri sudah terlalu sibuk, dan waktu dihabiskan untuk mengurus segala sesuatu untuk kepentingan diri sendiri, sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk datang beribadah di gereja, tidak ada waktu membaca Alkitab, tidak ada waktu untuk berdoa. Padahal semua yang ada pada kita adalah dari Tuhan, termasuk waktu hidup dan nafas hidup juga karena anugerah Tuhan, tetapi kita tidak punya waktu untuk Tuhan.

Seharusnya sesibuk apapun, tetap punya waktu untuk bersekutu dengan Tuhan dalam ibadah, dalam doa dan memperhatikan firman Tuhan, karena firman Tuhan adalah milik pusaka yang memberikan kegirangan galam hati, dan itulah yang menolong kita tetap kuat dan bertahan dalam menjalani hidup ini sampai akhirnya nanti.

"Peringatan-peringatan-Mu adalah milik pusakaku untuk selama-lamanya, sebab semuanya itu kegirangan hatiku. Telah kucondongkan hatiku untuk melakukan ketetapan-ketetapan-Mu, untuk selama-lamanya, sampai saat terakhir."
(Mazmur 119:111-112)

Card image
Quote Of The Day - 04 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-04 12:26:05


Menolak berusaha untuk melakukan kehendak Bapa berarti menolak keselamatan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 04 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-04 12:21:22


Ketika kita mengingini dunia berarti kita menyembah iblis.

Card image
EVERYTHING WILL END - 04 Mei 2024 (English Version)
2024-05-04 12:20:26


If we realize that we are travelers on a journey to the Kingdom of Heaven, then we will definitely be willing to lose anything and anyone. This does not mean that we want to separate ourselves from the people we love, but what it means is that we are not bound by humans and possessions. And next, we want to live as cleanly as possible because we don't know when our life will end. We are travelers heading towards a new heaven and a new earth. That is our only stopping place (destination), there is no other stopping place.

We must free ourselves from worldly pleasures and hobbies that do not glorify God. We are also willing to kill all desires in order to live a holy life. And did you know that when we realize that we are wayfarers in the world, then heavy problems will feel lighter because all of this will end. Remember, all of this will end. Likewise, when we are having fun, the atmosphere is comfortable, don't let us get carried away there. Remember, everything will end, everything has an end. So, let us not be carried away with the existing pleasures. We should not expect anything from this world; don't expect happiness from this world.

Because when we expect happiness from this world, we will surely behave or act unfaithfully to God. If we succeed in our studies, careers, businesses, have a lot of money, do not expect all of that to bring happiness. Conversely, if we are facing serious problems, betrayal, disappointment, let us not think that we will not enjoy happiness because of our life situation. God can still give us happiness and joy. Life is tragic, but if we remember that everything will end, the tragedy of this life will not feel tragic because we have the hope of a new heaven and a new earth.

This is what we like. One thing we should have, namely our happiness when we are picked up by God. That is our happiness. Wayfarers surely long for reaching their destination, there is no place they feel at home, because the destination or the place we aim for—The Kingdom of Jesus Christ—is more beautiful than anything else. So, we will not be bound by worldly pleasures and be parked in this world. We long to be picked up by God, and we are taken into the Kingdom of Heaven. If we no longer long to be picked up by the Lord Jesus, there must be something wrong in our lives. A normal Christian is one who longs to be picked up by God, so don't expect this world to give happiness.

If we are currently in a difficult, very difficult life situation, do not let us lose our happiness and joy, because our happiness is in the Lord who is leading us to the land where there is no suffering, tears, and death; that is what we long for, we await. Conversely, if we are now living in abundance, pleasure without problems, do not think that we will always be happy with that condition, because everything will end. Of course, we do not expect disasters ahead, but disasters can come at any time, whether disasters affect entire communities or personal personal life, anything can happen. But if we believe that this life is indeed temporary, and tragic, and we look forward to a new heaven and a new earth, then our hearts become strong because we welcome the coming of the Lord Jesus.

Remember, the end of our life journey can be upon us at any time—it could be today, tomorrow, the day after tomorrow, anytime—therefore do not stop in the journey. It means keep growing, freeing ourselves from all ties of worldly pleasures, living more holy lives, and taking part in service, doing something useful for God's work, so that we do not just spend our time for ourselves, for our own families, for our loved ones. There are many people who need our attention, who need our love. The question is, have we experienced significant change? Changes that make us truly more pleasing in the sight of the Lord.

Life becomes valuable if we truly live as travelers not bound by worldly pleasures, every day our lives become holier, more pleasing in the sight of the Lord. In the word of God there is a beautiful statement, Psalm 84:5-6, "Blessed are those who dwell in your house, ever singing your praise! Blessed are the men whose strength is in you, in whose heart are the highways to Zion!" Those who are intimate with God cannot help but will journey towards the Father’s House. So, there is no one who is intimate with God who does not want to return to heaven, or does not want to be picked up by the Father. When we fellowship with God, we begin to have a longing for the Kingdom of Heaven, along with our longing to see the face of the Lord Jesus.

WHEN WE REALIZE THAT WE ARE WAYFARERS IN THE WORLD, THEN HEAVY PROBLEMS WILL FEEL LIGHTER BECAUSE ALL OF THIS WILL END.

Card image
SEMUA AKAN BERAKHIR - 04 Mei 2024
2024-05-04 06:48:20


Kalau kita menyadari bahwa kita adalah musafir yang sedang melakukan perjalanan menuju Kerajaan Surga, maka kita pasti bersedia kehilangan apa pun dan siapa pun. Ini bukan berarti lalu kita mau memisahkan diri dengan orang-orang yang kita kasihi, tetapi maksudnya adalah kita tidak terikat oleh manusia dan harta. Dan selanjutnya, kita mau hidup sebersih-bersihnya sebab kita tidak tahu kapan ujung jalan hidup kita. Kita ini musafir yang sedang menuju langit baru bumi baru. Itulah tempat perhentian kita satu-satunya, tidak ada tempat perhentian lain.

Kita harus melepaskan diri dari kesenangan-kesenangan dunia dan hobi-hobi yang tidak memuliakan Tuhan. Kita juga rela untuk mematikan semua hawa nafsu guna hidup suci. Dan tahukah bahwa ketika kita menghayati bahwa kita ini musafir di dunia, maka persoalan-persoalan berat akan terasa ringan karena semua ini akan berakhir. Ingat, semua ini akan berakhir. Demikian juga ketika kita sedang senang-senang, suasana nyaman, jangan kita terhanyut di sana. Ingat, semua akan berakhir, semua ada ujungnya. Jadi, kita tidak hanyut dengan kesenangan-kesenangan yang ada. Maka, tidak ada yang boleh kita harapkan di bumi ini, jangan berharap kebahagiaan dari dunia ini.

Sebab ketika kita mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini, kita pasti bersikap atau berlaku tidak setia kepada Tuhan. Seandainya kita sukses dalam studi, karier, bisnis, banyak uang, jangan berharap semua itu membahagiakan. Sebaliknya, kalau kita sedang menghadapi masalah berat, pengkhianatan, kekecewaan, jangan kita berpikir bahwa kita tidak akan menikmati kebahagiaan karena situasi hidup. Tuhan masih bisa memberikan kita kebahagiaan dan sukacita. Hidup ini tragis, tapi kalau kita ingat bahwa semua akan berakhir, tragisnya hidup ini tidak akan terasa tragis, karena kita memiliki pengharapan langit baru bumi baru.

Inilah yang menjadi kesukaan kita. Satu hal yang mestinya kita miliki, yaitu kebahagiaan kita dijemput oleh Tuhan. Itulah kebahagiaan kita. Seorang musafir pasti merindukan sampai tujuan, tidak ada tempat yang ia merasa betah, karena yang dituju atau tempat tujuan itu—Kerajaan Tuhan Yesus—lebih indah dari segala sesuatu. Jadi, kita tidak akan terikat dengan kesenangan dunia dan terparkir di dunia ini. Kita rindu dijemput oleh Tuhan, dan kita dibawa ke dalam Kerajaan Surga. Kalau kita sudah tidak rindu dijemput Tuhan Yesus, pasti ada sesuatu yang salah dalam hidup kita. Kristen yang normal adalah Kristen yang merindukan dijemput oleh Tuhan, maka jangan berharap dunia ini membahagiakan.

Kalau sekarang kita berada dalam kondisi hidup yang berat, sangat berat, jangan sampai kita kehilangan kebahagiaan dan sukacita, karena kebahagiaan kita di dalam Tuhan yang sedang menuntun kita ke negeri di mana tidak ada penderitaan, air mata dan kematian; itu yang kita rindukan, kita nantikan. Sebaliknya, kalau kita sekarang hidup dalam keadaan kelimpahan, kesenangan tanpa masalah, jangan berpikir kita akan selalu bahagia dengan keadaan itu, sebab semua akan berakhir. Tentu kita tidak mengharapkan ada bencana di depan, tapi bencana bisa datang setiap saat, baik bencana atas seluruh komunitas masyarakat, atau kehidupan pribadi, semua bisa terjadi. Tetapi kalau kita percaya bahwa hidup ini memang sementara, dan tragis, dan kita menantikan langit baru bumi baru, maka hati kita menjadi kuat karena kita menyongsong kedatangan Tuhan Yesus.

Ingat, bahwa ujung perjalanan hidup kita itu bisa kita jumpai kapan saja—bisa hari ini, besok, lusa, kapan pun—karenanya jangan berhenti dalam perjalanan. Artinya teruslah bertumbuh, lepaskan diri dari segala ikatan kesenangan dunia, makin hidup kudus, dan mengambil bagian dalam pelayanan, buatlah sesuatu yang berguna untuk pekerjaan Tuhan, supaya kita tidak hanya menghabiskan waktu kita untuk diri kita sendiri, untuk keluarga kita sendiri, untuk orang-orang yang kita kasihi sendiri. Ada banyak orang yang perlu perhatian kita, yang perlu kita kasihi. Masalahnya, apakah kita telah mengalami perubahan yang signifikan? Perubahan yang membuat kita benar-benar semakin berkenan di hadapan Tuhan.

Hidup ini menjadi berharga kalau kita sungguh-sungguh hidup sebagai musafir yang tidak terikat kesenangan dunia, makin hari hidup kita makin kudus, makin berkenan di hadapan Tuhan. Di dalam firman Tuhan ada satu pernyataan yang indah, Mazmur 84:5-6, “Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau. Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah!” Orang yang intim dengan Tuhan, tidak bisa tidak, dia pasti mengadakan perjalanan menuju Rumah Bapa. Jadi, tidak ada orang yang intim dengan Tuhan yang tidak ingin kembali ke surga, atau tidak ingin dijemput oleh Bapa. Ketika kita bergaul dengan Tuhan, maka mulai ada kerinduan akan Kerajaan Surga, seiring dengan kerinduan kita memandang wajah Tuhan Yesus.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KETIKA KITA MENGHAYATI BAHWA KITA INI MUSAFIR DI DUNIA, MAKA PERSOALAN-PERSOALAN BERAT AKAN TERASA RINGAN KARENA SEMUA INI AKAN BERAKHIR.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 04 Mei 2024
2024-05-04 06:13:34

Mazmur 1-2, 15, 22-24, 47, 68

Card image
Truth Kids 03 Mei 2024 - PERLINDUNGAN TUHAN NYATA
2024-05-03 14:52:58


Mazmur 32:11
"Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, hai orang-orang jujur!"

Sobat Kids, mungkin di antara kalian memiliki sesuatu hal yang ditakuti atau membuat kalian gelisah, kuatir, tidak tenang. Misalnya saat dikejar anjing, melihat badut, melihat ular, atau hal lainnya. Dalam Perjanjian Lama, ada juga kisah seorang nabi yang mengalami ketakutan. Nah, kita bisa melihat kisah nabi Elia. Mengapa nabi Elia takut? Bagaimana tidak takut, nabi Elia diburu oleh raja Ahab untuk ditangkap, Sobat Kids. Karena saking takutnya, nabi Elia melarikan diri untuk sembunyi. Walaupun Elia seorang nabi pilihan Tuhan, tetapi ia juga manusia sama seperti kita. Jadi, wajar jika ia memiliki rasa takut.

Namun, saat Nabi Elia melarikan diri dan bersembunyi, Tuhan tetap setia menyertai bahkan memelihara kehidupannya. Tuhan mengirimkan makanan dan minuman untuk nabi Elia melalui burung-burung gagak. Di sana nabi Elia diingatkan bahwa dia melayani Tuhan maha dahsyat yang tetap menyertai dan memeliharanya walaupun dia sedang sembunyi. Dari situ nabi Elia dikuatkan, dan Tuhan menyuruh nabi Elia kembali menghadapi raja Ahab. Betul saja, Sobat Kids, Tuhan menyertainya dan memberikan perlindungan sehingga nabi Elia tidak ditangkap raja Ahab.

Sobat Kids, jangan sampai ketakutan kalian mengalahkan cinta dan percaya kalian kepada Tuhan. Ia akan melindungimu, sama seperti Tuhan melindungi nabi Elia dari ancaman maut raja Ahab.

Card image
Truth Junior 03 Mei 2024 - TUHAN PUNYA PERASAAN?
2024-05-03 14:51:21


Mazmur 32:11
“Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, hai orang-orang jujur!”

Ada yang tahu apa perbedaan robot dan manusia? Benar sekali, robot tidak punya perasaan, tapi manusia punya perasaan. Buktinya saat sedih, robot tidak bisa menangis. Sedangkan manusia, kalau sedih, bisa menangis.

Sobat Junior, kita adalah manusia yang diciptakan oleh Tuhan yang hebat. Ternyata Tuhan yang menciptakan kita adalah Tuhan yang punya perasaan juga. Wah, apa jadinya kalau Tuhan seperti robot, tidak punya perasaan? Pasti kita juga diciptakan tidak punya perasaan. Bayangkan kalau Tuhan dan kita seperti robot, maka kita tidak tahu perasaan senang dan sedih, sehingga hidup kita jadi datar atau begitu-begitu saja. Wah, kayanya kurang seru.

Syukurnya kita diciptakan oleh Tuhan yang punya perasaan. Jadi kalau kita sedih, Tuhan juga bisa sedih. Kalau kita senang, Tuhan juga pasti bisa senang. Nah, menurut Sobat Junior, Tuhan maunya lihat kita sedih atau senang? Pasti senang, dong, ya? Karena itu kita juga harus bersukacita di dalam Tuhan.

Apa, ya, arti bersukacita di dalam Tuhan? Artinya kita senang, tapi senang yang baik. Misalnya kita senang waktu bisa membantu orang lain. Kita juga merasa happy saat adik atau kakak kita happy. Atau misalnya kita happy karena kita bisa berkata-kata yang baik. Karena dari atas sana, Tuhan melihat kita dan ikut merasakan apa yang kita rasakan. Jadi, kalau kita sedang sedih, jangan terlalu berlama-lama, ya. Kita harus bisa semangat dan happy lagi, sebab Tuhan mau memberikan kepada kita sukacita-Nya.

Card image
Truth Youth 03 Mei 2024 (English Version) - A CLARION CALL...
2024-05-03 13:01:08


"For we are God’s handiwork, created in Christ Jesus to do good works, which God prepared in advance for us to do." (Ephesians 2:10)

"Ding.. Dong! Ding.. Dong!" The sound of a doorbell one evening startled me as I sat leisurely watching television inside the house. Startled, I rose abruptly and approached the source of the sound. In my mind, I wondered, "Who could it be, and what's going on for someone to ring the doorbell?" Stepping outside, I found a wandering herbal medicine seller delivering my order. I immediately remembered that I had ordered the herbal medicine a few days prior and requested delivery that afternoon. This story is one we often experience, where we tend to forget something that is part of our life's journey. One such thing is the purpose of our existence in this world, related to God's calling in our lives.

Ephesians 2:10 explains that we are God's handiwork, created in Christ Jesus to do good works, which God prepared in advance for us to do. The Word of God reminds us that we have been chosen and called to do good works in this world. This scripture is like a doorbell ringing, which should awaken us to become servants of God.

How do we know about God's calling in our lives? Firstly, fulfilling God's calling doesn't always have to be solely about serving in the church. If possible, that's a good thing. However, even if we don't serve in the church, we can still fulfill God's calling in our daily activities. In our roles as students, scholars, children, employees, and whatever else we might be. God's calling, based on the above scripture, doesn't dictate holding specific positions, but rather "doing good works." It means we should always do good works wherever and whatever we do to fulfill God's calling in our lives. What can help us realize God's calling? Often, it's life's issues or problems. When we're in difficult situations, that's actually how God "rings a bell" in our lives to make us realize we need to continue following His call. Keep fighting, friends. God bless.

WHAT TO DO:
Remember that God's calling is to do good works in our lives. We need to learn to be grateful when we're in difficult situations, as it's a "ring a bell" for us to realize God's calling. Be thankful that we have been chosen and called before we were created, so serve Him with our entire lives. Set a positive example for others to see the character of Christ in us.

BIBLE MARATHON:
- 1 Chronicles 10-12

Card image
Truth Youth 03 Mei 2024 - RING A BELL
2024-05-03 12:58:25


"Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya." (Efesus 2:10)

“Ting..Tong!Ting..Tong!” suara bel rumah di suatu sore mengagetkan saya yang sedang duduk santai sambil nonton televisi di dalam rumah. Saat kaget itu, saya bingung dan langsung tersentak berdiri menghampiri sumber suara. Dalam pikiran saya bertanya, “Siapa dan ada apa ya, kok sampai ada yang membunyikan bel rumah?” Ketika saya keluar, ada seorang penjual jamu keliling yang mengantarkan pesanan saya. Saya langsung teringat bahwa beberapa hari lalu saya memesan jamunya dan minta diantar sore itu. Kisah ini sering kali kita alami, di mana kita suka lupa dengan suatu hal yang menjadi bagian dari perjalanan hidup kita. Salah satunya yaitu tujuan kita hidup di dunia ini yang berkenaan dengan panggilan Tuhan dalam hidup kita.

Efesus 2:10 menjelaskan bahwa kita adalah buatan Allah yang diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Firman Tuhan itu mengingatkan kita bahwa kita telah dipilih dan dipanggil untuk melakukan pekerjaan baik di dunia ini. Firman ini ibarat seperti bel rumah yang dibunyikan sehingga seharusnya menjadi suatu yang menyadarkan kita untuk menjadi pelayan Allah.

Bagaimana caranya kita tahu mengenai panggilan Allah dalam hidup kita Pertama, menggenapi panggilan Allah tidak selalu dan semata-mata harus pelayanan di gereja. Jika bisa, that’s a good thing. Tapi, kalaupun tidak melayani di gereja, kita tetap dapat menggenapi panggilan Allah dalam kegiatan kita sehari-hari. Di dalam status kita sebagai pelajar, mahasiswa, anak, karyawan, dan apa pun itu. Panggilan Allah berdasarkan firman Tuhan di atas tidak tertulis bahwa harus menjadi seseorang dengan jabatan tertentu, namun “melakukan pekerjaan baik”. Artinya kita harus selalu melakukan pekerjaan baik di mana pun dan apa pun yang kita perbuat untuk menggenapi panggilan Allah di hidup kita. Apa yang dapat membantu kita sadar akan panggilan Allah? Jawabannya tidak jarang yaitu persoalan atau permasalahan hidup. Ketika kita ada di situasi sulit, sebenarnya itu cara Tuhan “ring a bell” hidup kita, untuk menyadarkan kita untuk tetap menjalankan panggilan-Nya. Selamat berjuang teman-teman. God bless.

WHAT TO DO:
1. Ingat bahwa panggilan Allah yaitu melakukan pekerjaan baik di dalam kehidupan kita
2. Kita perlu belajar bersyukur ketika kita ada di situasi sulit, artinya itu “ring a bell” buat kita menyadari akan panggilan Allah
3. Bersyukurlah kita telah dipilih dan dipanggil sebelum kita tercipta, maka layanilah Dia dengan segenap hidup kita
4. Berikan keteladanan hidup yang positif bagi orang lain agar mereka melihat karakter Kristus dalam kita

BIBLE MARATHON: di
1 Tawarikh 10 – 12

Card image
Renungan Pagi - 03 Mei 2024
2024-05-03 12:55:46


"Bagi banyak orang jalan keluar seringkali tertutup dan tidak terlihat dalam masa yang sulit, sehingga tidak dapat kita menangkap jalan keluar yang Tuhan sediakan dan mulai berpikir untuk merancang sendiri sesuai keinginan, tetapi sesungguhnya Tuhan ingin yang kita minta adalah hikmat untuk melihat jalan keluar yang Tuhan telah sediakan.

Allah seringkali memilih jalan keluar yang berbeda dari yang kita pikirkan, karena itu Tuhan Allah berkata; "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." Yang perlu dilakukan adalah mempercayai bahwa Tuhan selalu memiliki rancangan terbaik bagi kita.
(Yesaya 55:8-9)

Card image
Quote Of The Day - 03 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-03 12:53:31


Iman kita menjadi bernilai ketika kita beriman kepada Tuhan dalam situasi yang sulit untuk memercayai bahwa Tuhan itu ada.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 03 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-03 12:52:32


Jangan sampai kita mati, kita masih membawa wajah diri kita, sebab seharusnya kita membawa wajah Yesus yang sudah menjadi wajah kita.

Card image
MUSAFIR - 03 Mei 2024
2024-05-03 12:34:45


Musafir adalah orang yang melakukan perjalanan menuju satu tempat. Jadi, seorang musafir adalah seorang yang tidak akan menetap di satu tempat dalam waktu lama. Dia akan terus berjalan sampai ke tempat tujuan. Kita adalah musafir-musafir, perantau, atau yang dikatakan dalam firman Tuhan, kita adalah pendatang, atau bisa dikatakan, kita adalah orang-orang yang menumpang di bumi (1 Ptr. 1:17). Dalam teks aslinya, digunakan kata paroikias. Ironis, banyak orang Kristen lupa bahwa dia adalah orang yang menumpang di bumi, sehingga tidak melakukan perjalanan secara benar. Artinya, dia sering berparkir bahkan menetap di sebuah tempat, berarti gagal mencapai tujuan.

Bumi ini merupakan tempat kita menumpang sementara. Ini prinsip yang sangat dasariah atau fundamental. Kalau kita tidak mengerti hal ini, tidak merenungkannya dan menghayatinya dengan benar, maka tidak mungkin kita menjadi orang Kristen yang benar. Dengan menyadari dan menghayati bahwa kita adalah orang yang menumpang di bumi—kita adalah musafir, perantau yang sedang mengadakan perjalanan menuju satu tujuan—maka kita tidak akan membiarkan diri kita terikat oleh sesuatu. Sesuatu itu bisa berupa kesenangan hidup, ikatan dosa atau nafsu atau berupa masalah-masalah yang mencuri perhatian dan fokus kita, sehingga kita tenggelam di dalam masalah-masalah tersebut.

Orang Kristen itu seperti bangsa Israel yang hidup dalam perbudakan bangsa Mesir. Lalu Tuhan menyuruh Musa untuk membebaskan umat-Nya dari perbudakan bangsa Mesir. 2000 tahun yang lalu, Tuhan Yesus datang ke dunia memikul dosa-dosa kita. Tuhan Yesus mengajak kita untuk diungsikan, untuk keluar dari dunia ini; dunia ini seperti Mesir, dan Tuhan menghendaki kita menuju Kanaan Surgawi. Kalau bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan menempuh jarak atau distance, tapi kita orang percaya sedang menjalani hidup menuju langit baru bumi baru, kita harus menempuh perubahan hidup. Kalau orang tidak menyadari dan tidak menghayati bahwa dirinya adalah musafir, maka ia tidak peduli dengan perubahan hidup—apakah tambah baik atau tidak—sebab fokusnya hanya kesenangan-kesenangan yang dapat diteguk dari dunia ini atau kenikmatan-kenikmatan dosa dalam daging dan jiwanya atau tenggelam dengan masalah-masalah yang digumulinya.

Dan setan berusaha agar orang-orang Kristen gagal fokus. Hati-hati, setan bisa memberi banyak kesenangan, kegirangan yang itu tidak kita nikmati bersama Tuhan. Dan setan menggiring kita ke dalam kegelapan abadi. Setan menawarkan kesempatan-kesempatan berbuat dosa dan menikmatinya sampai kita terikat dengan dosa-dosa itu, dan akhirnya kita tidak pernah bertumbuh. Bahaya, jangan sampai tertipu oleh kuasa kegelapan. Tidak bertumbuh dalam iman, sehingga menjadi pribadi yang materialistis, dan tidak berpikir bagaimana mengalami perubahan untuk semakin berkenan kepada Tuhan dan menyenangkan hati Tuhan. Banyak orang yang hidupnya dibelenggu oleh satu keinginan ke keinginan yang lain, dari satu barang ke barang yang lain. Yang akhirnya, semua yang dimiliki itu pun akan lenyap. Sementara manusia batiniahnya tidak terbentuk. Ini adalah orang-orang yang sebenarnya menyembah Iblis, sebab ketika kita mengingini dunia berarti kita menyembah Iblis.

Atau mereka yang didera banyak masalah, sehingga fokusnya hanya masalah itu saja; bagaimana bisa keluar dari masalah tersebut. Benar, kita semua punya masalah. Tapi jangan sampai masalah itu menenggelamkan kita. Kita harus menangkap, kita harus tahu, bagian mana dalam hidup kita yang Tuhan mau ubah melalui masalah tersebut. Jadi yang kita cari bukan hanya penyelesaian masalah itu sendiri, melainkan penyelesaian karakter kita yang masih buruk, karakter kita yang tidak senonoh, karakter kita yang tidak kudus. Tuhan membersihkan karakter-karakter buruk kita dengan masalah-masalah yang ada.

Dan kalau kita sadar, kita ini musafir yang sedang menuju langit baru bumi baru, kita tidak akan bersungut-sungut menghadapi keadaan apa pun, karena di dalam dan melalui keadaan itu, Tuhan mempersiapkan kita untuk mewarisi Kerajaan Surga bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Jadi, Tuhan menggarap kita lewat masalah-masalah guna menyiapkan kita layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Sebesar apa pun masalah yang kita hadapi, lihatlah berkat kekal di balik masalah tersebut. Lihatlah pembentukan Tuhan melalui masalah tersebut. Ini adalah berkat abadi atau semacam nutrisi untuk jiwa kita, atau kosmetik untuk batin agar kita memiliki batin yang sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DENGAN MENYADARI DAN MENGHAYATI BAHWA KITA ADALAH ORANG YANG MENUMPANG DI BUMI—.KITA ADALAH MUSAFIR, PERANTAU YANG SEDANG MENGADAKAN PERJALANAN MENUJU SATU TUJUAN— MAKA KITA TIDAK AKAN MEMBIARKAN DIRI KITA TERIKAT OLEH SESUATU.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 Mei 2024
2024-05-03 12:32:14

1 Tawarikh 13-16

Card image
Truth Kids 02 Mei 2024 - TUHAN MENDEWASAKAN KITA
2024-05-02 12:46:52


Mazmur 30:5
”Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus!”

Sobat Kids, kemarin kita sudah belajar bahwa setiap orang memiliki sukacita walaupun dalam hidupnya mengalami berbagai macam kesusahan. Masa, iya? Coba kita lihat kisah Rasul Paulus. Walaupun sering kali menghadapi kesusahan sampai harus dijebloskan ke dalam penjara, Rasul Paulus tidak kecewa dan marah kepada Tuhan. Ia tetap bersukacita, bahkan sering memuji menyembah Tuhan walau dalam penjara. Dalam penjara juga ia tetap memberitakan firman Tuhan.

Semua masalah dan kesusahan yang dialami Paulus tidak membuatnya menyerah dan jatuh. Hal itu justru membuatnya semakin kuat dan imannya semakin bertumbuh. Nah, demikian juga dengan kita, Sobat Kids. Ada kalanya kita mengalami masalah atau kesusahan. Hal itu diizinkan Tuhan terjadi bukan sebagai hukuman yang membuat kita sedih atau menderita, melainkan untuk melatih kita untuk semakin kuat dan bertumbuh dewasa di dalam Tuhan. Mari teladani Rasul Paulus. Walaupun dalam keadaan yang sulit, tetap bersemangat memuji dan menyembah Tuhan serta melakukan kehendak-Nya.

Card image
Truth Junior 02 Mei 2024 - DATANG PADA TUHAN
2024-05-02 12:44:35


Mazmur 30:5
”Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus!”

Semua orang yang ada di rumah menangis karena kucing kesayangan mereka mati. Tira juga menangis karena ia sedih sekali. Setelah kucingnya dikubur, Tira masuk ke kamar dan menangis lagi. Tapi hingga sore hari Tira tidak keluar dari kamar. Mama pun datang ke kamar Tira untuk mengajaknya makan.

“Tira, ayo makan dulu,” kata mama. “Aku gak mau makan, Ma. Aku belum lapar,” jawab Tira. “Ini sudah waktunya makan. Ayo, makan,” bujuk Mama. “Aku masih sedih, Ma, karena kucingku mati,” jawab Tira sambil menangis. “Tira, tidak apa-apa kalau Tira bersedih, mau menangis juga boleh, tapi tidak boleh terus-terusan. Apalagi sampai menolak makan,” kata mama, “Tira sekarang tenangkan diri kemudian makan dulu, ya. Setelah itu, Tira boleh ke kamar lagi untuk berdoa, menyampaikan kesedihan Tira kepada Tuhan. Tuhan pasti akan memberi penghiburan dan sukacita buat Tira.” Tira menjawab, “Oke, Ma. Aku mau makan, setelah itu berdoa seperti yang Mama sarankan.”

Sobat Junior, semua orang pasti pernah sedih. Orang tua, orang muda, anak-anak, termasuk bayi, pasti pernah sedih. Kita boleh, kok, bersedih. Tapi tahu tidak, kalau Tuhan adalah sumber sukacita kita? Jadi saat kita lagi sedih, menangis, jangan lupa untuk datang kepada Tuhan. Pasti Tuhan akan menolong dan memberi kita sukacita serta damai sejahtera-Nya. Karena Tuhan pasti tidak mau kalau melihat kita terus-menerus tenggelam dalam kesedihan dan menangis. Tuhan pasti happy kalau melihat kita juga happy.

Card image
Truth Youth 02 Mei 2024 (English Version) - HIS FAITHFULNESS ENDURES!
2024-05-02 12:42:57


"If we are faithless, he remains faithful, for he cannot disown himself." (2 Timothy 2:13)

In our lives, we often encounter situations that hurt the heart, one of which concerns faithfulness. Faithfulness is truly invaluable, indeed precious. Lately, there have been many occurrences that violate faithfulness. For instance: between partners, faithfulness wanes; the same occurs among friends, and even in relationships with parents and others. Consequently, many hearts are wounded and injured, making us easily disillusioned. Our disappointment towards those around us leads us to view everyone as the same, including God. When faced with a significant problem and we strive to pray, yet the situation does not improve and we feel as though God is silent and has abandoned us. It is not uncommon for us to become disappointed because we feel God is not faithful.

The verse from 2 Timothy 2:13 discusses the boundless faithfulness of God. Even though we often prove faithless to Him, He remains steadfast with us through all seasons of our lives. In our struggles, we often lack patience and lose our faithfulness while awaiting God's response. Evidence of our faithlessness often manifests as becoming lazy in prayer, neglecting to attend worship, abandoning spiritual communities, and so forth. Yet in our perception, we consider God as distant and forsaking us.

Friends, in this life, we are never exempt from problems. Henceforth, persevere in our faithfulness to God even in the midst of our heaviest struggles. We must always remember that He will never abandon us and is always faithful to listen to our grievances. He always accompanies us through every season of our lives. Learn to continue praying, diligently attend church, and participate in spiritual communities so that we may remain strong and see the faithfulness of God towards His people.

WHAT TO DO:
Problems will always come and go in our lives. Let us rely on God alone.
In times of struggle, remain faithful in looking to and hoping in God.

Do not forsake our worship and prayers.

Reflect each day on the various forms of God's faithfulness so that we always remember that He is faithful.

BIBLE MARATHON:
- 1 Chronicles 7-9

Card image
Truth Youth 02 Mei 2024 - DIA SELALU SETIA!
2024-05-02 12:37:30


”Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya." (2 Timotius 2:13)

Di dalam kehidupan kita, sering kali kita menemukan kondisi yang menyakiti hati, salah satunya tentang kesetiaan. Kesetiaan sangatlah tak ternilai harganya alias mahal. Akhir-akhir ini banyak sekali kejadian yang melanggar kesetiaan. Misalnya: antar pasangan tidak lagi setia, sesama teman juga demikian, relasi dengan orang tua dan lainnya. Lalu dampaknya ada banyak hati yang terluka dan tersakiti sehingga kita menjadi mudah kecewa. Kekecewaan kita terhadap orang di sekitar ini membuat kita menganggap semua orang sama saja, demikian juga kepada Tuhan. Saat kita tertimpa suatu masalah yang besar dan berusaha untuk berdoa, namun keadaan tidak membaik dan kita merasa seolah Tuhan diam dan meninggalkan kita. Tidak jarang juga kita menjadi kecewa karena kita merasa Tuhan tidak setia.

Ayat dari 2 Tim. 2:13 membahas mengenai kesetiaan Allah yang tanpa batas. Sekalipun kita sering kali tidak setia kepada-Nya, tapi Ia tetap pribadi yang setia bersama kita dalam segala musim hidup kita. Dalam pergumulan kita, sering kali kita yang tidak sabar dan menjadikan kesetiaan kita hilang dalam menantikan jawaban Tuhan. Bukti sering kali kita tidak setia yaitu jadi malas berdoa, malas pergi ibadah, meninggalkan komunitas rohani, dll. Namun di dalam pandangan kita, kita menganggap Tuhan yang menjauh dan meninggalkan kita.

Teman-teman, dalam hidup ini memang kita tidak pernah luput dari masalah. Mulai sekarang bertekunlah di dalam kesetiaan kita kepada Allah sekalipun pergumulan kita berat. Kita perlu selalu mengingat bahwa Ia tidak akan pernah meninggalkan dan selalu setia menjadi pendengar keluh kesah kita. Dia selalu mendampingi kita di segala musim hidup kita. Belajarlah untuk tetap berdoa, rajin ke gereja dan mengikuti persekutuan komunitas supaya kita tetap kuat serta melihat kesetiaan Allah bagi umat-Nya.

WHAT TO DO:
1.Masalah akan selalu datang silih berganti dalam hidup kita. Mari kita andalkan Tuhan saja
2.Saat ada dalam pergumulan, tetaplah setia memandang dan berharap pada Tuhan
3.Tidak meninggalkan ibadah dan doa kita
4.Renungkanlah setiap hari bentuk-bentuk kesetiaan Allah agar kita selalu ingat bahwa Dia setia.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Tawarikh 7-9

Card image
Renungan Pagi - 02 Mei 2024
2024-05-02 12:34:20


Ingatlah selalu, iblis itu tidak memiliki kepandaian untuk mencobai manusia, tetapi iblis sangat licik, senjatanya adalah tipu muslihat, dia berusaha memperdaya melalui kelemahan kita. Iblis akan berbisik bahwa kita tidak mungkin jatuh dalam dosa, jadi tidak ada salahnya coba-coba, sama seperti ketika Simson digoda oleh Delila, Simson berpikir bahwa dia tidak bisa jatuh, tetapi pada akhirnya Simson jatuh, karena rayuan Delila menipu Simson dengan mengatas namakan cinta.

Ini menggambarkan bahwa setiap kita tidak ada yang kebal terhadap dosa; boleh saja memiliki banyak pengalaman, talenta, karunia dan kemampuan, tetapi kita adalah manusia yang memiliki kekurangan dan titik lemah. Memang, ketika menjauh dari Tuhan maka dapat dipastikan kita akan jatuh, sedangkan yang terlihat dekat saja, dapat jatuh.

Jika jatuh dalam dosa dan terus menikmati dosa itu, maka kita melanggar firman Tuhan dan itu berarti tidak sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Sebab jika mengasihi Tuhan, maka kita akan melakukan perintah-Nya dengan kerelaan, atas nama kasih. Bukan tipuan, tetapi bukti ketulusan mengasihi-Nya.

"Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya."
(Yohanes 14:15,21)

Card image
Quote Of The Day - 02 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-02 08:18:08


Hadapi dan lawan masalahmu dengan kekudusan!

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 02 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-02 08:16:43


Setan tahu bahwa kalau kita hidup kudus itu membahayakan sekali baginya.

Card image
ENJOYING SELF-DEATH - 02 Mei 2024 (English Version)
2024-05-02 08:13:55


We will later understand how fun it is to enjoy self-death. Because when we enjoy self-death, we enjoy God. God's Word says, “You cannot serve two masters.” He who still serves another master, he is still alive; he's not dead yet. If he dies, he will surely only have God. So "dying" here means the same as denying oneself. So, first, we don't want anything. If we want something, that something must be useful for God's work, not to please ourselves.

Second, don't sin. This is related to the first, because we enjoy sin, enjoy the flesh, it makes us unable to walk hand in hand with God. God has order and perfect. In 1 Peter 1:16 it is written, "Be holy for I am holy." Satan knows that if we live holy lives it will be very dangerous for him. God does not want to lose a single soul. Satan apparently also doesn't want to lose a soul. He wants everyone to enter into alliance with the dark kingdom. So let's do what God commands us to do: die. If we do not die, we will not be filled with the Holy Spirit. The vessel of our heart still has contents, that cannot be filled.

We have been lulled for too long by a Christian religion that is not in accordance with true Christianity, which should be based on the Person of Jesus who gave up everything in order to fulfill the Father's duties. Though this is truly absurd, but this is what is natural and right. We become people who are blessed by God, beloved by God, owned by God, and have God. If we don't really die (Colossians 3:3,4 For you died, and your life is now hidden with Christ in God. When Christ, who is your life, appears, then you also will appear with him in glory), that means we still have rights, so we can't be owned by God and have God (Philippians 3: 8 What is more, I consider everything a loss because of the surpassing worth of knowing Christ Jesus my Lord, for whose sake I have lost all things. I consider them garbage, that I may gain Christ). Our whole life belongs to God. (1 Corinthians 6:19 Do you not know that your bodies are temples of the Holy Spirit, who is in you, whom you have received from God? You are not your own; 20 you were bought at a price. Therefore honor God with your bodies). There is nothing we have the right to own. There's nothing wrong with getting married, having children, building a household, but what's the basis? If the basis is because other people also get married and have children, that's a miss the mark.

Sometimes we feel like we are still offended or something, it shows that we are not 100% owned by God. And to be honest, we still are, sometimes. If you are betrayed or demeaned, there are still wounds. That means we still have ourselves, and that's wrong. God trains us to have God's feelings. We must be willing to lose our lives, then we will gain life, says the Lord. Enjoying self-death means enjoying God, because when we die to ourselves, Jesus lives in us. Jesus cannot live in us if we are still alive. God knows we need food, transportation, and so on. God knows, as long as we want it for His work, God will definitely provide, God will definitely give. If it is said that we cannot have pleasure, it does not mean that we do not enjoy life. We want to reach the zenith; the peak point of Christianity.

Enjoying our death is very beautiful. Enjoying God is beautiful. Then why is God's presence not felt in the church? Because we do not dare to die, the leaders do not dare to die completely, so God's presence is not real. Because we don't dare to die, we don't meet God. So the congregation is herded, and imprisoned in a Christian religious prison. There is no encounter with God and never met God, and God can allow that if someone is stubborn. So, pastors-as well as teachers-must have the courage to pay the price. If we don't die, we won't be able to become God's vessels. One solution: die. We will bring God's presence in the pulpit, we will discover God's truths that make people addicted to hearing sermons.

If you just want to be good at preaching, it's easy. Read lots of books, make preparations in the library. But to bring God to life, we must die. And God will definitely have the remnant of people who truly seek God. We don't need a college degree, but when we are present, God is present with us. Only then can we change people. There is one thing that makes us horrified, God often seems silent. We are still a mess, but God seems silent. He rebuked once, twice, three times. If we don't want to understand, then we will never understand. Don't let us die, we still carry our face (inner face), because we should carry the face of Jesus which has become our face.

Many souls are heading towards darkness. This is not the business of church busyness, this is a soul saving business. Who cares about this? Of course we must care about God's work. We're not looking for money or anything else. We search for souls. This opportunity is very expensive. Bringing to life the Son of God within us. And the value of this opportunity cannot be measured in money. If we don't start now with a commitment to death, then we will never be able to understand.

ENJOYING SELF-DEATH MEANS ENJOYING GOD, BECAUSE WHEN WE DIE TO OURSELVES, JESUS LIVES IN US.

Card image
MENIKMATI KEMATIAN DIRI - 02 Mei 2024
2024-05-02 06:09:56


Kita nanti akan mengerti betapa asyiknya menikmati kematian diri. Karena ketika kita menikmati kematian diri, kita menikmati Tuhan. Firman Tuhan mengatakan, “Kamu tak dapat mengabdi kepada dua tuan.” Orang yang masih mengabdi kepada tuan lain, dia masih hidup; dia belum mati. Kalau dia mati, dia pasti hanya punya Tuhan. Jadi “mati” di sini maksudnya sama dengan menyangkal diri. Maka, yang pertama, jangan ingini apa pun. Kalau kita mengingini sesuatu, sesuatu itu harus berguna untuk pekerjaan Tuhan, bukan untuk menyenangkan diri kita.

Yang kedua, jangan berbuat dosa. Ini terkait dengan yang pertama, karena kita menikmati dosa, menikmati kedagingan, itu membuat kita tidak bisa berjalan seiring dengan Tuhan. Tuhan itu punya tatanan dan sempurna. Dalam 1 Petrus 1:16 tertulis, “Kuduslah kamu sebab Aku kudus.” Setan tahu bahwa kalau kita hidup kudus itu membahayakan sekali baginya. Tuhan tidak ingin kehilangan satu jiwa pun. Setan rupanya juga tidak ingin kehilangan satu jiwa. Dia mau setiap orang itu masuk dalam persekutuan dengan kerajaan gelap. Maka mari kita melakukan apa yang Tuhan perintahkan: mati. Kalau tidak mati, kita tidak akan bisa dipenuhi Roh Kudus. Bejana hati kita masih ada isi, tidak bisa penuh.

Kita sudah terlalu lama dininabobokan dengan agama Kristen yang tidak sesuai dengan kekristenan yang sejati, yang mestinya berbasis pada Pribadi Yesus yang melepaskan semuanya demi menunaikan tugas Bapa. Ini benar-benar konyol, tetapi inilah yang wajar dan benar. Kita menjadi orang-orang yang diberkati Tuhan, menjadi kekasih Tuhan, dimiliki Tuhan, dan memiliki Tuhan. Kalau kita tidak benar-benar mati, berarti kita masih memiliki hak, maka kita tidak bisa dimiliki Tuhan dan memiliki Tuhan. Seluruh hidup kita adalah milik Tuhan. Tidak ada yang berhak kita miliki. Tidak salah menikah, punya anak, membangun rumah tangga, tapi dasarnya apa? Kalau dasarnya karena orang lain juga menikah dan punya anak, itu meleset.

Kadang-kadang kita punya perasaan masih tersinggung atau apa, itu menunjukkan yang kita belum 100% dimiliki Tuhan. Dan sejujurnya, kita masih ada begitu, kadang-kadang. Kalau dikhianati, direndahkan, masih ada luka. Berarti kita masih memiliki diri sendiri, dan itu salah. Tuhan melatih kita untuk memiliki perasaan Tuhan. Kita harus rela kehilangan nyawa, baru memperoleh nyawa, demikian firman Tuhan. Menikmati kematian diri berarti menikmati Tuhan, karena ketika kita mati bagi diri kita sendiri, Yesus hidup di dalam diri kita. Yesus tidak bisa hidup dalam diri kita kalau kita masih hidup. Tuhan tahu kita butuh makan, kendaraan, dan lain-lain. Tuhan tahu, selama kita mengingini hal itu untuk pekerjaan-Nya, Tuhan pasti cukupi, Tuhan pasti memberi. Kalau dikatakan kita tidak boleh punya kesenangan, bukan berarti lalu kita tidak senang hidup. Kita mau sampai ke titik zenit; titik puncak kekristenan.

Menikmati kematian kita itu indah sekali. Menikmati Tuhan itu indah. Lalu mengapa hadirat Tuhan tidak terasa di dalam gereja? Karena kita tidak berani mati, pemimpinnya tidak berani mati total, sehingga hadirat Tuhan tidak nyata. Karena tidak berani mati, maka kita tidak berjumpa Tuhan. Sehingga jemaat pun akhirnya digiring, dipenjara dalam penjara agama Kristen. Tidak ada perjumpaan dengan Tuhan dan tidak pernah berjumpa. Dan Tuhan bisa membiarkan itu kalau seseorang memang keras kepala. Maka, para gembala—juga para pengajar—harus berani membayar harga. Kalau kita tidak mati, kita tidak akan bisa jadi bejana Tuhan. Satu solusinya: mati. Kita akan membawa hadirat Tuhan di mimbar, kita akan menemukan kebenaran-kebenaran Tuhan yang membuat orang tercandui untuk mendengar khotbah.

Kalau hanya mau pintar khotbah, mudah. Baca banyak buku, bikin persiapan di perpustakaan. Tapi untuk menghidupkan Tuhan, kita harus mati. Dan Tuhan pasti menyisakan orang-orang yang sungguh-sungguh mencari Tuhan. Tidak dibutuhkan gelar kesarjanaan kita, tapi ketika kita hadir, Tuhan hadir bersama kita. Barulah kita bisa mengubah orang. Ada satu hal yang membuat kita ngeri, Tuhan sering seperti diam. Kita masih berantakan, tapi Tuhan seperti diam. Dia tegur sekali, dua kali, tiga kali. Kalau kita tidak mau mengerti, maka kita tidak akan pernah bisa mengerti. Jangan sampai kita mati, kita masih membawa wajah diri kita, sebab seharusnya kita membawa wajah Yesus yang sudah menjadi wajah kita.

Banyak jiwa sedang menuju kegelapan. Ini bukan bisnis kesibukan gereja, ini bisnis menyelamatkan jiwa. Siapa yang peduli akan hal ini? Tentu kita yang harus peduli kepada pekerjaan Tuhan ini. Kita bukan karena mau cari uang atau cari apa pun. Kita mencari jiwa-jiwa. Kesempatan ini mahal sekali. Menghidupkan Anak Allah di dalam diri kita. Dan nilai kesempatan ini tidak bisa diukur dengan uang. Kalau kita tidak mulai sekarang punya komitmen mati, maka kita tidak akan pernah bisa mengerti.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MENIKMATI KEMATIAN DIRI BERARTI MENIKMATI TUHAN, KARENA KETIKA KITA MATI BAGI DIRI KITA SENDIRI, YESUS HIDUP DI DALAM DIRI KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 Mei 2024
2024-05-02 06:04:09

Mazmur 106-107

Card image
Truth Kids 01 Mei 2024 - SUKACITA
2024-05-01 08:47:41


Mazmur 16:11
”Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.”

Sobat Kids, Tuhan memberikan sukacita kepada semua orang yang percaya. Kok bisa? Memang orang yang percaya sama Tuhan bebas dari masalah, sakit-penyakit atau kesusahan lainnya? Tentu tidak, Sobat Kids. Semua orang yang percaya pada Tuhan juga dapat mengalami kesusahan, masalah, dan sakit seperti orang lainnya. Namun, walaupun dalam kesusahan, orang percaya yang benar-benar percaya kepada Tuhan pasti tahu bahwa Tuhan selalu menyertai dan memberikan pertolongan.

Begitu juga jika mengalami sakit, orang percaya pasti yakin Tuhan akan menyembuhkan. Tentu saja orang tersebut juga perlu merubah pola hidup yang kurang baik sehingga tubuhnya lebih sehat. Dengan begitu, orang percaya tidak hidup dalam ketakutan, kesedihan dan kesakitan yang berlebihan; selalu ada rasa syukur dan damai karena percaya Tuhan selalu ada beserta dengan kita.

Nah, siapa yang mengaku anak Allah dan percaya pada-Nya? Saat mengalami masalah, apakah kalian berdoa atau mengeluh dan menggerutu? Ingat, Sobat Kids, kita memiliki Tuhan yang luar biasa yang dapat menolong dan selalu memberikan sukacita walau kita dalam keadaaan sesulit apa pun.

Card image
Truth Junior 01 Mei 2024 - BAHAGIA BERSAMA TUHAN
2024-05-01 08:46:02


Mazmur 16:11
”Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.”

Suatu hari Sakura dan Hanna pergi ke sebuah taman yang indah, tapi harus melalui jalan yang berbatu. Di perjalanan Sakura berkata kepada Hanna “Han, kayanya kita tidak usah lewat sini, ya. Jalannya jelek banget. Tuh, lihat banyak batu-batu, dan jalannya sudah berlubang.” Lalu Hanna menjawab, “Tapi ini jalan satu-satunya untuk ke taman yang indah itu.” Mereka pun berdebat, sampai akhirnya membuat keputusan.

“Begini saja, bagaimana kalau kita jalan dulu? Nanti kalau jalannya semakin jelek, kita tidak usah melanjutkan perjalanan,” jawab Hanna. Sakura dan Hanna pun berjalan selangkah demi selangkah. Ternyata benar, jalannya rusak, banyak batu kecil-kecil, dan bolong. Namun, saat mereka terus melangkah, mereka mulai melihat banyak bunga di jalan. Semakin melangkah, mereka melihat air terjun yang sangat indah. Hingga akhirnya mereka sampai di taman yang sangat cantik.

Sobat Junior, kalian tahu tidak bahwa terkadang kehidupan kita sama seperti yang dialami oleh Sakura dan Hanna? Jalan yang rusak itu seperti kehidupan kita saat tidak baik. Kita mungkin pernah bersedih dan tidak senang. Bisa jadi karena dimarahi oleh guru di sekolah, mama atau papa, atau tidak ditemani oleh teman. Tapi saat kita mau terus sayang sama Tuhan dan percaya sama Tuhan, pasti Tuhan akan membuat kita bersukacita. Mungkin awalnya kita sedih, tapi kalau terus berjalan sama Tuhan, kita akan bahagia. Seperti Sakura dan Hanna yang akhirnya menemukan taman yang sangat indah.

Card image
Truth Youth 01 Mei 2024 (English Version) - ATTUNE THYSELF TO GOD'S PLAN
2024-05-01 08:41:04


"For I know the plans I have for you,” declares the LORD, “plans to prosper you and not to harm you, plans to give you hope and a future." (Jeremiah 29:11)

The small heart within us, as humans, often wonders, "Why do problems persist, why do struggles seem to increase when we follow the Lord; His plan is said to be one of peace and prosperity, yet why do we suffer?" Such is the inherent nature of humanity, wherein we lack sensitivity to the fact that God's plan is always good for our lives. What, in your view, diminishes or even negates our sensitivity to God's plan? Here are the reasons explained. Firstly, the extent of our attachment to the Lord. When we have a close attachment with others, we surely know or are sensitive to their needs. Similarly, with God towards us. Secondly, humans tend to desire instant results. This makes us grow impatient with God's process. Thirdly, humans often see things through their own lenses, making it difficult for us to see from God's perspective. As a result, humans often impose their own will without involving God.

Jeremiah 29:11 urges us to contemplate that the Lord truly understands all our needs, and since He created us, He is the one who designs all aspects of our lives. We are incredibly special creatures in His eyes, and He promises a plan of peace and prosperity, not of harm. However, it is indeed challenging when we experience adversity, and we may ask, "Where is God's plan of peace and prosperity?" Friends, we need to understand that human thoughts differ from God's thoughts. The problems that befall us may weigh heavily on our hearts and souls, yet they remain part of a peaceful and prosperous plan because surely our negative traits are refined and transformed through these trials.

From this day forth, let us cultivate sensitivity to the meaning of God's plan for our lives. Let us reflect on the positive aspects of every struggle or challenge we face. Believe that we will discover positive elements in every problem and life challenge we encounter. Therefore, continue to lean on God and His plans, for surely He will provide a future full of hope. The Lord continues to mold us until we can become the "Best Version" in His eyes.

WHAT TO DO:
- Reflect on the positive aspects we receive from each of our problems.
- Build a close relationship with God through our prayers, praises, and worship.
- Be thankful in all circumstances, thereby not giving even the slightest opportunity for the Devil to attack our minds regarding God's plan.

BIBLE MARATHON:
- 1 Chronicles 5-6

Card image
Truth Youth 01 Mei 2024 - PEKA TERHADAP RENCANA ALLAH
2024-05-01 08:37:54


”Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11)

Hati kecil kita sebagai manusia sering kali bertanya-tanya, “Mengapa masalah tidak kunjung selesai, kenapa ikut Tuhan malah makin banyak pergumulan, katanya rancangan-Nya damai sejahtera, namun kok kita merana?” Itulah sifat dasar manusia di mana kita kurang memiliki kepekaan bahwa sebetulnya rencana Allah senantiasa baik dalam hidup kita. Menurut kamu, apa yang membuat kepekaan kita terhadap rencana Allah itu kurang atau bahkan tidak ada? Berikut ini dijelaskan alasannya ya. Pertama, sejauh mana kelekatan (attachment) kita dengan Tuhan. Ketika kita memiliki attachment (kelekatan) yang erat dengan sesama, kita pasti akan tahu atau peka terhadap kebutuhannya. Demikian juga dengan Tuhan terhadap kita. Kedua, manusia cenderung ingin hasil yang selalu instan. Hal ini membuat kita tumbuh menjadi pribadi yang tidak sabar akan proses Tuhan. Ketiga, manusia sering kali menggunakan kacamatanya sendiri sehingga sulit bagi kita melihat dari cara pandang bagaimana Allah melihat. Akibatnya, manusia sering memaksakan kehendaknya untuk dirinya sendiri tanpa melibatkan Allah.

Yeremia 29:11 mengajak kita untuk merenungkan bahwa Tuhan sangat memahami segala kebutuhan kita dan karena Ia yang menciptakan kita, maka Dia jugalah yang merancang segala aspek kehidupan kita. Kita makhluk yang sangat istimewa di mata-Nya dan Ia berjanji memberikan rancangan damai sejahtera bukan kecelakaan. Namun, memang tidak mudah ketika kita mengalami peristiwa buruk, dan kita akan bertanya-tanya “Di mana rancangan damai sejahtera Tuhan?” Teman-teman, perlu kita ketahui bahwa pikiran manusia berbeda dengan pemikiran Allah. Masalah-masalah yang menghampiri kita memang menyesakkan hati serta jiwa, namun tetap merupakan rancangan yang damai sejahtera karena pasti ada karakter buruk kita yang terasah serta diubahkan melalui masalah itu.

Mulai hari ini, milikilah kepekaan akan maksud dari rencana Allah atas hidup kita. Berdiam diri dan renungkanlah sisi positif dari setiap pergumulan atau tantangan hidup yang sedang kita alami. Percayalah kita akan menemukan hal-hal positif dari setiap masalah dan tantangan hidup yang kita sedang jalani. Maka dari itu, teruslah bersandar kepada Allah dan rancangan-rancangan-Nya, pastilah Ia memberikan hari depan yang penuh harapan. Tuhan mau terus membentuk kita hingga kita bisa menjadi “The Best Version” Tuhan.

WHAT TO DO:
1.Renungkan hal-hal positif yang kita terima dari setiap masalah kita
2.Bangunlah relasi yang melekat kepada Tuhan melalui doa, pujian, dan penyembahan kita
3.Bersyukur di setiap keadaan sehingga tidak memberi kesempatan sekecil apa pun kepada Iblis untuk menyerang pikiran kita terhadap rencana Allah

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Tawarikh 5-6

Card image
Renungan Pagi - 01 Mei 2024
2024-05-01 08:19:51


Hidup ini akan lebih berarti jika kita dapat menjadi perpanjangan tangan kasih Tuhan untuk menyalurkan segala yang baik, melalui pemberian dan pertolongan, jika tahu saudara kita berkekurangan, jangan sombong jika diberi lebih oleh Tuhan, semua itu telah kita terima dari Tuhan, jika dipercayakan harta dunia yang berkelimpahan, dapat kita nikmati dengan ucapan syukur, ingatlah bahwa ada harta orang lain yang Tuhan percayakan pada kita, jangan lupa diri jika sudah diberkati.

"Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tidak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya."

Harta yang abadi dan sesungguhnya adalah Pribadi Tuhan sendiri, yang akan kita jumpai dalam keabadian. Karena itulah Tuhan mau hati tidak terikat pada harta kekayaan di bumi ini, melainkan mengumpulkan harta di surga dengan pemberianmu dibumi ini kepada orang-orang yang membutuhkan, kita tidak akan rugi jika memberi, jangan perhitungkan bahwa pertolonganmu itu sia-sia, Tuhan akan memperhitungkannya, apalagi menolong mereka yang lemah. Jangan takut kekurangan, sebab Tuhan akan semakin memberkati hidup kita jika menjadi berkat bagi sesama.
(1 Timotius 6:17-19)

Card image
Quote Of The Day - 01 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-01 08:17:17


Kita tidak bisa hidup dalam kehidupan yang tidak menyenangkan hati Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 01 Mei 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-05-01 08:15:46


Menyangkal diri sama dengan kehilangan nyawa atau mati.

Card image
SELF OBSERVATION - 01 Mei 2024 (English Version)
2024-05-01 07:24:05


Why do people not experience a meeting with God? An encounter with knowledge about God is very easy to obtain. Ironically, people who have knowledge about God feel they have already met God. There is one condition to be able to experience God, that is, one must be humble. If not humble, later there will be arguments, rejection; refusal. God reminds us, "Watch yourself and watch your teaching." People can supervise teaching, but not themselves. There is no other way for us to be able to watch ourselves and get to know ourselves well except by meeting God. People who pray also do not necessarily meet God. Because if we are not sincerely seeking the presence of God, we cannot.

Because to meet God, the requirement is one word: death. God cannot compromise. If a person has not "died," he cannot meet God. So it will not be possible for him to teach truths that make people change. Of course we understand that the meaning of "dead" here is not to die physically and then be buried. However, what the Bible means is the loss of life. This is the same as denying oneself. Formerly, our understanding of the word 'deny oneself' was to reject wrongdoing. However, denying oneself is more than that. Denying oneself is the same as losing one's life, dying. So there must be a moment where we are willing to die.

However, sometimes at that moment we vow to die to self, but it turns out it is not yet complete; still alive. There is still lust of flesh, desires (that aren't in accordance with God's will), ambitions (seeking praise from men, more than praise from God), pride, self-esteem. Later there will be new momentum, we will commit again. Until at one point we truly die. Even if there are still elements of the old self, it is a process. But remember, if we have not died, we cannot become children of God. This is the standard for New Testament believers, whose projection is indeed to become like Christ, "It is no longer I who live, but Christ who lives in me." This is true Christianity.

Christians in the early centuries were hit by intense persecution. From birth until death, they experience persecution. And the abuse or persecution was not like today, where people still have the conscience to respect other people's human rights. At that time it was savage, cruel, sadistic, evil. Their heads were chopped off like Paul, or like Peter fried in a hot pan. Burned alive. Why did God allow that? Because God wants to purify His church. People who follow the Lord Jesus must lose everything.

Luke 16:11-12, "So if you have not been trustworthy in handling worldly wealth, who will trust you with true riches? And if you have not been trustworthy with someone else’s property, who will give you property of your own?" It means we must not possess. That is why in the Gospel of Matthew 19:21 it is said, "If you want to be perfect, go, sell your possessions and give to the poor, and you will have treasure in heaven. Then come, follow me." Someone who wants to follow Jesus, not only obeys the law, but must sell all possessions and give them to the poor, only then will he receive treasure in heaven. This certainly cannot literally be applied, maybe yes, maybe not. But the point is, there should be no shackles, everything must be released; 'die.'

That is why the condition for meeting God is losing one's life. Only people like this can truly live a holy life. So the commitment is to die for God. We must die to self, but live to God. We must be brave, because the available reward is great. Paul said, "The sufferings of this present time are not worth comparing with the glory that will be revealed in us." A servant of God who has not died, definitely seeks profit. He can be an employee of the church, but not an employee of God. Because they seek life, not give life. And people like this can never find God. Like a balloon, it is not filled with air gas which can make it fly, but is filled with stones so it cannot fly.

If we believe in Jesus, but our lives are not like Jesus, it means we do not believe. Nothing satisfies the heart of God, the Father, more than us being like Jesus, having His thoughts and feelings. The secret to success in life is "dying". For we have the treasures of glory together with Christ; 1 Peter 1:3-4, treasures stored up in heaven. So the choice is black or white. Either be an earnest Christian or not at all. This is actually in accordance with the word, "You cannot serve two masters."

THERE IS NO OTHER WAY FOR US TO BE ABLE TO WATCH OURSELVES AND GET TO KNOW OURSELVES WELL EXCEPT BY MEETING GOD.

Card image
MENGAWASI DIR - 01 Mei 2024
2024-05-01 06:34:46


Mengapa orang tidak mengalami perjumpaan dengan Tuhan? Perjumpaan dengan ilmu tentang Tuhan mudah sekali diperoleh. Ironis, orang yang memiliki pengetahuan tentang Tuhan, merasa sudah berjumpa dengan Tuhan. Ada satu syarat untuk bisa mengalami Tuhan, yaitu harus rendah hati. Kalau tidak rendah hati, nanti penuh perbantahan, rejection; menolak. Tuhan mengingatkan kita, “Awasi dirimu dan awasi pengajaranmu.” Orang bisa mengawasi pengajaran, tapi tidak mengawasi diri. Tidak ada cara lain untuk kita bisa mengawasi diri sehingga mengenal diri dengan baik kecuali bertemu dengan Tuhan. Orang berdoa juga belum tentu bertemu dengan Tuhan. Sebab kalau tidak sungguh-sungguh mencari hadirat Tuhan, tidak bisa.

Karena untuk bertemu Tuhan, syaratnya satu kata: mati. Allah tidak bisa kompromi. Kalau orang belum “mati”, dia belum bisa bertemu Tuhan. Sehingga dia tidak akan mungkin mengajarkan kebenaran yang membuat orang berubah. Tentu kita mengerti maksud “mati” di sini bukan mati secara fisik, lalu dikubur. Namun, yang dimaksud oleh Alkitab adalah kehilangan nyawa. Ini sama dengan menyangkal diri. Dulu, pengertian kita atas kata ‘menyangkal diri’ adalah menolak perbuatan salah. Padahal menyangkal diri lebih dari itu. Menyangkal diri sama dengan kehilangan nyawa, mati. Jadi harus ada satu momentum di mana kita bersedia mati.

Namun kadang-kadang di momentum tersebut kita berikrar mati, tapi ternyata belum utuh; masih hidup. Masih ada kedagingan, nafsu, cita-cita, kesombongan, harga diri. Nanti ada momentum baru lagi, kita berkomitmen lagi. Sampai pada satu titik kita benar-benar mati. Kalaupun masih ada unsur-unsur manusia lama, itu adalah proses. Namun ingat, kalau kita belum mati, kita tidak bisa menjadi anak-anak Allah. Ini untuk standar umat Perjanjian Baru, yang memang proyeksinya adalah menjadi seperti Kristus, “Hidupku bukan aku lagi, tapi Kristus yang hidup di dalam aku.” Inilah kekristenan yang sejati.

Orang Kristen di abad mula-mula dilanda aniaya yang begitu hebat. Dari lahir sampai meninggal dunia, mereka mengalami penganiayaan. Dan penganiayaan atau persekusinya tidak seperti hari ini, yang orang masih memiliki nurani untuk menghargai hak-hak asasi orang lain. Waktu itu bengis, kejam, sadis, jahat. Dipancung kepalanya seperti Paulus, atau seperti Petrus digoreng di belanga panas. Dibakar hidup-hidup. Kenapa Tuhan mengizinkan itu? Karena Tuhan mau memurnikan gereja-Nya. Orang yang mengikut Tuhan Yesus harus kehilangan segala sesuatu.

Lukas 16:11-12, “Jadi, kalau kamu tidak setia dalam hal mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?” Artinya, kita tidak boleh bermilik. Itulah sebabnya di dalam Injil Matius 19:21 dikatakan, “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Seseorang yang mau ikut Yesus, tidak cukup melakukan hukum, tapi ia harus menjual segala milik dan memberikannya kepada orang miskin, maka barulah dia memperoleh harta di surga. Ini tentu tidak boleh secara harfiah kita kenakan, belum tentu. Bisa ya, bisa tidak. Tetapi maksudnya adalah jangan ada belenggu, semua harus dilepaskan; ‘mati.’

Itulah sebabnya syarat untuk bisa berjumpa dengan Tuhan adalah kehilangan nyawa. Orang seperti ini baru bisa benar-benar hidup suci. Jadi komitmennya adalah mati demi Tuhan. Kita harus mati untuk diri sendiri, tapi hidup bagi Tuhan. Mestinya kita harus berani, sebab upah yang tersedia itu besar. Paulus mengatakan, “Penderitaan zaman sekarang ini tidak ada artinya dibanding kemuliaan yang kita akan peroleh.” Hamba Tuhan yang belum mati, pasti mencari keuntungan. Dia bisa menjadi pegawai gereja, tetapi tidak menjadi pegawai Tuhan. Karena mereka mencari hidup, bukan memberi hidup. Dan orang-orang seperti ini tidak pernah bisa menemukan Tuhan. Ibarat balon, itu bukan diisi gas udara yang bisa membuatnya terbang, melainkan diisi batu sehingga tidak bisa terbang.

Kalau kita percaya Yesus, namun hidup kita tidak seperti Yesus, berarti kita belum percaya. Tidak ada yang memuaskan hati Tuhan, Allah Bapa, lebih dari kita menjadi serupa dengan Yesus, memiliki pikiran dan perasaan-Nya. Rahasia sukses hidup adalah “mati”. Karena kita memiliki harta kemuliaan bersama dengan Kristus; 1 Petrus 1:3-4, harta yang tersimpan di surga. Jadi pilihannya itu hitam atau putih. Kristen yang sungguh-sungguh atau tidak usah sama sekali. Itu sebenarnya sesuai dengan firman, “Kamu tak dapat mengabdi kepada dua tuan.”

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TIDAK ADA CARA LAIN UNTUK KITA BISA MENGAWASI DIRI SEHINGGA MENGENAL DIRI DENGAN BAIK KECUALI BERTEMU DENGAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 April 2024
2024-05-01 06:28:42

Mazmur 133

Card image
Truth Kids 30 April 2024 - DIBALAS DENGAN KASIH
2024-04-30 12:49:45


Matius 5:44
"Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu."

Kelinci sering menertawakan kura-kura karena ia berjalan sangat lambat. "Sampai kapan kamu akan tiba di pesta makan, Kura-kura? Bisa-bisa saat kamu sudah sampai di tempat pesta, semua makanan sudah habis aku makan," kata kelinci dengan sombong. Sambil berjalan menuju tempat pesta, kura-kura tetap tersenyum mendengar perkataan kelinci tersebut. Kelinci pun melompat cepat dan meninggalkan kura-kura. Kura-kura tertinggal jauh dari kelinci. Namun, kura-kura tetap berusaha untuk merasa sukacita, tidak merasa marah kepada kelinci. Setelah beberapa lama, akhirnya sampailah kura-kura di tempat pesta. Tiba-tiba ia mendengar teriakan dari kelinci. "Tolong, perutku sakit sekali!" seru kelinci kesakitan. Dengan tempurungnya yang keras, kura-kura pun segera menolong kelinci. Tekanan dari tempurung kura-kura itu mampu mengurangi rasa sakit kelinci. Akhirnya kelinci meminta maaf atas perkataannya dan mengucapkan terima kasih atas pertolongan kura-kura.

Sobat Kids, kasih tidak hanya diberikan bagi orang-orang yang baik kepada kita, melainkan juga harus diberikan kepada mereka yang bersikap buruk kepada kita. Yuk, kita praktikkan semua yang telah kita pelajari selama sebulan ini. Kita mau melakukan buah Roh kasih.

Card image
Truth Junior 30 April 2024 - KASIH BAGI MUSUH
2024-04-30 12:48:06


Matius 5:44
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”

Tibalah kita di hari terakhir bulan ini. Sepanjang bulan ini kita sudah belajar tentang kasih. Coba Sobat Junior periksa tingkat kasih yang kalian miliki. Jika kalian bandingkan tingkat kasih di hari pertama dengan hari terakhir ini, apakah ada kenaikan?Semoga semua Sobat Junior memiliki tingkat kasih yang bertambah tinggi dan besar.

Pertanyaan kedua, siapa saja yang sudah kalian kasihi selama ini? Jika tingkat kasih kalian sudah bertambah tinggi tapi kalian hanya mengasihi orang yang baik kepada kalian, hhmm… itu beda cerita, Sobat Junior. Seharusnya kita tidak memilih-milih dalam mengasihi seseorang. Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita kembali untuk mengasihi dan orang yang berbuat jahat kepada kita. Bukan hanya itu saja, Sobat Junior, kita juga perlu berdoa bagi mereka.

Perintah untuk mengasihi musuh dan berdoa bagi mereka bukan datang dari salah satu rasul, melainkan Tuhan Yesus sendiri yang mengucapkan perkataan tersebut. Yesus adalah teladan kita dan kita mau mengikuti-Nya. Yuk, kita terus belajar untuk mengasihi semua orang, bahkan untuk orang yang kita pikir tidak pantas menerima kasih. Justru kepada merekalah kita harus lebih banyak memberikan kasih. Selamat berjuang!

Card image
Truth Youth 30 April 2024 (English Version) - WHERE DO YOU LEAN?
2024-04-30 12:46:18


"The face of the LORD is against those who do evil, to cut off the memory of them from the earth. When the righteous cry for help, the LORD hears and delivers them out of all their troubles. The LORD is near to the brokenhearted and saves the crushed in spirit. Many are the afflictions of the righteous, but the LORD delivers him out of them all." (Psalm 34:16-19)

Humans are arrogant creatures, often feeling capable of doing many things without the help of others. It's not uncommon for someone to become conceited when they achieve success, become wealthy, or gain recognition from many people. In these situations, let alone asking for help from others, arrogant people certainly don't want to ask for God's help. It is true that we should not rely on others, but let's not allow this behavior to make us arrogant and consider seeking help from others as something cheap. In Marvel series, there are many heroes who still need each other's help even though they themselves have extraordinary powers. In essence, they realize that asking for help and receiving help from others is a form of love. When they help each other, they become more able to achieve their goals.

In Christian life, it's not uncommon to find Christians who don't want to ask for God's help. Whether because they feel great or because they feel unworthy to approach God. God will not let us fall, if we cry out to Him, He will help us. Don't feel that we are too great to ask for God's help, let alone feel unworthy to ask for His help. In this short life, many people come and go in our lives. Whether good people or bad people, they all come and go throughout the years of our lives. No matter how good they are, we cannot rely on them one hundred percent, because they too are human beings whose lives are limited like ours, each with their own struggles and problems. The only sure goal for us to lean on and hope for is God alone. So, let's humble ourselves and seek God in this life. Keep crying out to Him, for He saves the brokenhearted.

WHAT TO DO:
1. Cry out to God in any situation.
2. Humble yourself and continue to make God the sure foundation of your life.

BIBLE MARATHON:
- 1 Chronicles 3-4

Card image
Truth Youth 30 April 2024 - BERTUMPU KE MANA?
2024-04-30 12:42:51


”Wajah TUHAN menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari muka bumi. Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya. TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya. Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu” (Mazmur 34:17-20)

Manusia adalah makhluk yang sombong, umumnya merasa bahwa dirinya mampu melakukan banyak hal tanpa bantuan orang lain. Tidak jarang juga yang menjadi angkuh ketika dirinya mendapatkan prestasi, menjadi kaya, dan dikenal oleh banyak orang. Di dalam kondisi-kondisi ini, jangankan meminta bantuan kepada sesamanya, orang sombong pasti tidak mau meminta pertolongan Tuhan. Memang benar bahwa kita tidak boleh mengandalkan orang lain, tetapi jangan sampai perilaku tersebut menjadikan kita sombong dan menganggap bantuan orang lain sebagai hal yang murahan. Dalam serial Marvel, banyak sekali pahlawan-pahlawan yang tetap membutuhkan sesamanya walau mereka sendiri memiliki kekuatan yang luar biasa. Sejatinya, mereka sadar bahwa meminta bantuan dan menerima bantuan orang lain merupakan bentuk dari kasih. Ketika mereka saling membantu, mereka menjadi lebih mudah mencapai tujuan mereka.

Dalam kehidupan Kristen, tidak jarang juga ada orang Kristen yang tidak mau meminta pertolongan Tuhan. Entah karena mereka merasa hebat atau karena mereka merasa tidak layak menjumpai Tuhan. Tuhan tidak akan membiarkan kita terjatuh, apabila kita berseru kepada-Nya, maka Ia akan menolong kita. Jangan merasa bahwa kita terlalu hebat untuk meminta bantuan Tuhan, apalagi merasa tidak layak meminta bantuan-Nya. Di hidup yang singkat ini, banyak orang yang datang dan pergi dalam hidup kita. Entah orang baik dan orang yang jahat, semuanya berlalu-lalang di sepanjang tahun hidup kita. Sebaik apa pun mereka, kita tidak bisa mengandalkan mereka seratus persen, sebab mereka pun adalah manusia yang hidupnya terbatas seperti kita, memiliki pergumulan masing-masing, dan memiliki permasalahan masing-masing. Satu-satunya tujuan yang paling pasti untuk kita bertumpu dan berharap hanyalah Tuhan saja. Jadi, mari rendahkan hati dan mencari Tuhan dalam hidup ini. Tetaplah berseru kepada-Nya, sebab Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.

WHAT TO DO:
1. Berseru kepada Tuhan dalam keadaan apa pun.
2. Rendahkan hati dan terus menjadikan Tuhan sebagai tumpuan hidup yang pasti.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Tawarikh 3-4

Card image
Renungan Pagi - 30 April 2024
2024-04-30 12:40:57


Setiap orang percaya seharusnya memiliki kerinduan yang kuat untuk menjadi saksi Kristus, dimanapun berada dan apapun yang dilakukannya membuat orang lain dapat mengenal Tuhan lewat hidupnya. Sebab kerinduan yang kuat menjadi saksi Kristus ini akan nampak dalam pikiran, perkataan dan juga perbuatan. Dan semua dapat dilakukan ketika Roh Kudus tinggal dalam hidup kita.

"Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."

Orang yang ingin menjadi saksi Kristus, maka segenap hidupnya hanya untuk menyenangkan hati Tuhan, tidak akan mengkhianati Tuhan, tidak kompromi dengan dosa dan tidak menganggap enteng kemurahan-Nya, sehingga pribadinya sungguh-sungguh menjadi saksi yang benar dan dapat dipercaya.

Kita pasti akan menjadi saksi Kristus, jika tunduk dalam tuntunan kuasa Roh Kudus, karena kepada orang percaya yang dapat dipercaya dan dipenuhi oleh Roh Kudus, Tuhan memberikan karunia untuk hidup menjadi saksi-Nya sampai ke ujung bumi.
(Kisah Para Rasul 1:8)

Card image
Quote Of The Day - 30 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-30 12:27:38


Kekhawatiran yang salah adalah perasaan terancam terhadap sesuatu lebih dari kekhawatirannya terbuang dari hadirat Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 30 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-30 12:26:20


Tuhan mau pertobatan kita merupakan pertobatan yang tulus, lahir dari kesadaran akan kebenaran, sikap hormat dan takut akan Allah, hati yang mengasihi Allah, dan kerelaan yang tulus meninggalkan dosa.

Card image
FOLLY - 30 April 2024 (English Version)
2024-04-30 12:25:02


What makes someone's life dynamic, moving, and passionate is the goal he wants to achieve or the hope he wants to fulfill. If a person does not have a goal to hope to achieve, then his life will will definitely not be enthusiastic, surely be dull. Like zombies, moving but lifeless. Ironically, there are many people like this around us. Perhaps we are part of that group too, especially if someone is burdened with many problems, pressured by various problems, plus going through or experiencing failures in life.

How unfortunate are people like this. They just wait for things to get worse. Honestly, most humans are foolish. Human folly is caused by not knowing God’s plan. We must always remember that this world does not exist because of coincidence, it exists by itself. The world was created because someone designed it with very perfect conditions. The Creator placed His majestic creatures, which were made to resemble Himself. This is an important fact that we must always remember. Humans are those creatures, who are more magnificent than all animals, plants, or anything else.

Humans were created in the image of God Himself, and this creature is the only one who receives God’s breath. So we can understand why God loves humans so much. Because humans are God's children. However, unfortunately, humans are disobedient, do not listen, and do not submit. So that the beauty of God's perfect creation cannot be enjoyed by humans. Because it is impossible for rebellious humans to enjoy God's perfect creation. This beautiful earth is also be cursed. Which one day will become a sea of fire.

God, who is Most Good, full of mercy, provides a way out so that these rebellious humans can be restored, can be repaired. So God sent His Son, the Lord Jesus Christ. Jesus atoned for our sins, so that He carried all our sins on the cross. And secondly, we must also remember, the Lord Jesus wants to change us from rebellious humans to obedient humans. So, after we become Christians, it means we must do the will of the Father. Doing the Father's will is difficult because: first, the Father is invisible, so it is difficult to understand His will; secondly, our flesh is contrary to God's will.

Third, the increasingly evil influence of the world around us. Most people rebel against God. And fourthly, there is a dark power that we do not see, which continues to tempt, test, persuade us not to live obediently. That's why many people do not live in obedience. Life is short and tragic. Life is indeed unclear. However, this does not make us pessimistic in facing life. God will certainly be with us through the days, but we are optimistic that behind our earthly life there is a new heaven and a new earth.

Our passion now must be right, which is to do the Father's will. People who do not do the will of the Father surely be thrown away. Matthew 7:21-23, "Depart from me, you who do not do the will of the Father."

Hopefully that should be our passion in life, while we work, earn a living. Our strongest passion, the one that drives our lives, is to do the will of the Father. The Father is invisible. So, to be visible, we must sharpen it with prayer. Like fog, after a while it will appear. Our eyes of faith will be sharp. God is invisible, but He lives. The Holy Spirit will surely lead us. Doing God's will is not easy, because our fleshly desires are contrary to God's will. But we must learn to deny ourselves. The Holy Spirit will help us.

Unfortunately, we often don't realize that defeat or mistake, then live life as if it were safe, when it is actually terrifying. Every time we make a mistake, we say, "This is my last mistake, Lord. I will not repeat this mistake or any other mistake. There is one thing I must not do: hurt Your heart." Our lives will be extraordinary. God, who seems lost in the midst of today's modern society, we find in our personal lives. And that will be proven by the change in our lives. We want to live without blemish and responsibility, work hard, maintain a good diet, a good lifestyle, honesty.

Humans are very precious, and were designed to be in the image and likeness of God. Our willingness to leave the world with all its pleasures will make us true spokespeople. What is in God's heart, we can capture and speak. And it saves people too. God wants our passions to be changed. If humans are driven by goals—where in goals there is hope—then we are driven by passion to achieve the goal, namely only God and His Kingdom.

HUMAN FOLLY IS CAUSED BY NOT KNOWING GOD'S PLAN.

Card image
KEBODOHAN - 30 April 2024
2024-04-30 07:55:11


Yang membuat hidup seseorang itu dinamis bergerak dan bergairah adalah tujuan yang hendak dicapai, atau harapan yang hendak dicapai. Kalau orang tidak memiliki tujuan yang menjadi pengharapan untuk dicapai, maka hidup orang tersebut pasti tidak bergairah, pasti tidak bersemangat. Seperti zombie, bergerak tapi tidak memiliki nyawa. Ironis, banyak manusia seperti ini di sekitar kita. Jangan-jangan kita termasuk kelompok itu, apalagi kalau seseorang sudah didera dengan banyak persoalan, ditekan dengan berbagai persoalan, plus dengan melalui atau mengalami kegagalan-kegagalan hidup.

Betapa malangnya orang-orang seperti ini. Mereka hanya menunggu keadaan makin memburuk. Sejujurnya, sebagian besar manusia itu bodoh. Kebodohan manusia disebabkan karena ia tidak mengenal rencana Allah. Kita harus selalu mengingat bahwa dunia ini ada bukan karena kebetulan, yang ada dengan sendirinya. Dunia diciptakan karena ada yang merancang dengan keadaan yang sangat sempurna. Sang Pencipta menaruh makhluk ciptaan-Nya yang agung, yang dibuat mirip dengan diri-Nya. Ini fakta penting yang kita harus selalu ingat. Manusia itulah makhluk tersebut, yang lebih elok dari semua hewan, tanaman, atau apa pun.

Manusia diciptakan mirip dengan diri Allah sendiri, dan makhluk ini satu-satunya yang menerima hembusan nafas Allah. Jadi kita bisa mengerti mengapa Allah begitu mencintai manusia. Karena manusia adalah anak-anak Allah. Hanya, sayangnya, manusia tidak taat, tidak dengar-dengaran, tidak patuh. Sehingga keindahan ciptaan Allah yang sempurna ini tidak bisa dinikmati oleh manusia. Sebab tidak mungkin manusia yang memberontak bisa menikmati ciptaan Allah yang sempurna. Bumi yang begitu elok ini pun ikut terkutuk. Yang nanti suatu hari akan menjadi lautan api.

Allah Yang Maha Baik, yang penuh belas kasihan, memberi jalan keluar agar manusia yang memberontak ini bisa dipulihkan, bisa diperbaiki. Maka Allah mengutus Putra-Nya, Tuhan Yesus Kristus. Yesus menebus dosa-dosa kita, sehingga semua perbuatan dosa kita dipikul-Nya di kayu salib. Dan yang kedua, harus juga diingat, Tuhan Yesus mau mengubah kita dari manusia yang memberontak menjadi manusia yang taat. Jadi, setelah kita menjadi Kristen artinya kita harus melakukan kehendak Bapa. Melakukan kehendak Bapa ini sulit karena: pertama, Bapa tidak kelihatan, maka sulit untuk mengerti kehendak-Nya; kedua, daging kita ini bertentangan dari kehendak Allah. Yang ketiga, pengaruh dunia di sekitar kita yang semakin jahat. Kebanyakan orang memberontak kepada Allah. Dan yang keempat, ada kuasa kegelapan yang tidak kita lihat juga, yang terus menggoda, mencobai, membujuk supaya kita tidak hidup dengar-dengaran. Makanya banyak orang tidak hidup dalam ketaatan. Hidup itu singkat dan tragis. Hidup memang tidak jelas. Namun, hal ini bukan membuat kita jadi pesimis menghadapi hidup. Tuhan pasti menyertai kita melewati hari-hari, tetapi kita optimis bahwa di balik kehidupan kita di bumi ada langit baru bumi baru. 

Gairah kita sekarang harus benar, yaitu melakukan kehendak Bapa. Orang yang tidak melakukan kehendak Bapa pasti dibuang. Matius 7:21-23, "Enyahlah kamu dari hadapan-Ku, kamu yang tidak melakukan kehendak Bapa."

Kiranya itu yang harus menjadi gairah hidup kita, sementara kita bekerja, cari nafkah. Gairah kita yang paling kuat, yang menggerakkan hidup kita, adalah melakukan kehendak Bapa. Bapa tidak kelihatan. Maka, untuk bisa kelihatan, kita harus pertajam dengan doa. Seperti kabut, lama-lama akan nampak. Mata iman kita akan tajam. Tuhan tidak kelihatan, tapi Dia hidup. Roh Kudus pasti memimpin kita. Melakukan kehendak Tuhan itu tidak mudah, karena nafsu daging kita ini berlawanan dengan kehendak Allah. Tapi kita harus belajar menyangkal diri. Roh Kudus akan menolong kita. 

Malangnya, kita sering tidak menyadari kekalahan atau kesalahan itu, lalu menjalani hidup seakan-akan aman, padahal itu mengerikan. Setiap kali kita berbuat salah, kita berkata, "Ini kesalahanku yang terakhir, Tuhan. Aku tidak mengulangi kesalahan ini atau kesalahan yang lain. Ada satu hal yang tidak boleh kulakukan: menyakiti hati-Mu." Hidup kita akan luar biasa. Allah yang seperti hilang di tengah-tengah masyarakat modern hari ini, kita temukan dalam hidup kita pribadi. Dan itu nanti akan terbukti dari perubahan hidup kita. Kita mau hidup tidak bercacat tidak bercela dan hidup bertanggung jawab, kerja keras, jaga pola makan, pola hidup yang baik, jujur.

Manusia itu sangat berharga, dan didesain untuk segambar dan serupa dengan Allah. Kerelaan kita meninggalkan dunia dengan segala kesenangannya, akan membuat kita menjadi juru bicara yang benar. Apa yang ada di hati Tuhan, bisa kita tangkap dan ucapkan. Dan itu menyelamatkan orang juga. Tuhan menghendaki agar gairah hidup kita diubah. Kalau manusia digerakkan oleh tujuan—di mana di dalam tujuan ada harapan—maka kita digerakkan oleh gairah untuk mencapai tujuan, yaitu hanya Tuhan dan Kerajaan-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEBODOHAN MANUSIA DISEBABKAN KARENA IA TIDAK MENGENAL RENCANA ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 April 2024
2024-04-30 06:51:04

2 Samuel 5
1 Tawarikh 11-12

Card image
Truth Kids 29 April 2024 - ORANG MERDEKA
2024-04-29 12:56:28


Galatia 5:1
"Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan."

Apakah Sobat Kids masih ingat cara untuk menahan rasa marah yang kemarin kita pelajari? Tarik nafas panjang, tahan sebentar, lalu buang nafas pelan-pelan. Apakah kalian sudah mempraktikkannya? Jika belum, walaupun tidak sedang merasa kesal, cobalah kalian lakukan. Kita akan merasa lebih tenang.

Kita dapat mengatur perasaan kita sehingga kita tidak dikuasai oleh perasaan, Sobat Kids. Kita dapat memilih, mau menjadi anak yang cepat marah, atau menjadi anak yang penuh dengan kasih?

Jika kita memilih untuk menjadi anak yang penuh dengan kasih, sebenarnya, kita sendiri yang untung. Kita akan merasa merdeka, Sobat Kids. Merdeka dari hati yang penuh dengan amarah. Kita akan merasa bebas, tidak banyak masalah karena kita memiliki kasih untuk mengampuni orang lain. Jadi kalian mau pilih yang mana, Sobat Kids? Yuk, kita jadi orang yang sungguh-sungguh merdeka dengan memiliki kasih yang dari Tuhan.

Card image
Truth Junior 29 April 2024 - MERDEKA
2024-04-29 12:54:44


Galatia 5:1
“Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.”

Merdeka…!! Merdeka..!!Merdeka…!! Biasanya kita berteriak 'merdeka' ketika memperingati hari kemerdekaan bangsa kita. Namun, hari ini, walaupun bukan bulan Agustus, kita mau berjuang untuk merdeka. Merdekanya bukan dari penjajahan negara asing, Sobat Junior, sebab kita sudah merdeka dari bangsa-bangsa yang pernah menjajah Indonesia. Maksud merdeka dalam ayat firman Tuhan hari ini adalah merdeka dari perhambaan dosa.

Sobat Junior, kasih Kristus telah memerdekakan kita. Oleh sebab itu, kita harus hidup sebagai orang merdeka. Jangan lagi hidup sebagai hamba dosa. Apa yang dimaksud dengan hamba dosa? Hamba dosa adalah orang yang menuruti keinginan daging, hidup suka-suka sendiri, dan sering kali perbuatannya membuat hati Tuhan sedih. Misalnya lebih memilih main game online daripada ke gereja, atau pergi ke gereja tapi di gereja asyik sendiri dengan gawai.

Jika kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, tentunya kita tidak mau membuat Tuhan sedih, bukan? Karena itu, berdirilah teguh dalam firman Tuhan, Sobat Junior. Kita mau mengisi kemerdekaan yang sudah Tuhan berikan dengan hal-hal yang menyenangkan hati-Nya, sehingga kita dapat membuat Tuhan tersenyum setiap saat.

Card image
Truth Youth 29 April 2024 - SUSPICIOUS
2024-04-29 12:53:01


"Each one must give as he has decided in his heart, not reluctantly or under compulsion, for God loves a cheerful giver." (2 Corinthians 9:7)

Have you ever watched Avatar: The Last Airbender? In this series, there's a character known as Lieutenant Jee. He serves as a subordinate or soldier under Prince Zuko, the son of the Fire Nation's ruler, in their mission to find the Avatar. Lieutenant Jee initially disliked Prince Zuko because of his aggressiveness and excessive ambition in his quest to find the Avatar. Lieutenant Jee even doubted Prince Zuko and eventually offered himself to serve Admiral Zhao, one of the Fire Nation's trusted officials.

However, Lieutenant Jee eventually returned to Prince Zuko after learning that Prince Zuko had actually saved Lieutenant Jee and his fellow soldiers, as the Fire Nation's ruler intended to use Lieutenant Jee and his troops as sacrifices in the war. From this series, it is clear how Lieutenant Jee, who initially harbored suspicion and dislike towards Prince Zuko, eventually came to trust and offer himself to serve Prince Zuko.

In our lives, it's not uncommon for us to harbor hatred or even suspicion towards God. We may feel that God has given us a very bad life and we don't want it. Foolishly, we feel we are always right, and God is the main villain in our lives. However, we do not know what God has done to prevent us from falling into temptation, human evil, or life events that could take our lives.

God wants us to give our lives willingly to always love and trust Him. Like the story of Lieutenant Jee, who hated Prince Zuko without knowing what Prince Zuko had done, we as Christians do the same to God without realizing it. God has helped us a lot behind the scenes. Therefore, let us give ourselves to God, believing that our lives will be fine in His hands.

WHAT TO DO:
1. Start trusting God and His plans.
2. Give God the opportunity to work in our lives.

BIBLE MARATHON:
- 1 Chronicles 1-2

Card image
Truth Youth 29 April 2024 - CURIGA
2024-04-29 12:38:54


"Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita." (2 Korintus 9:7).

Siapa yang udah nonton Avatar The Last Airbender? Di dalam film ini, ada tokoh yang dikenal sebagai Letnan Jee. Beliau berperan sebagai bawahan atau pasukan pangeran Zuko, anak dari raja kerajaan api dalam misi mereka mencari sang Avatar. Letnan Jee pada mulanya tidak menyukai pangeran Zuko, sebab ia sangat agresif dan ambisius berlebihan dalam misinya mencari Avatar. Letnan Jee sempat meragukan pangeran Zuko dan akhirnya memberikan diri untuk melayani Laksamana Zhao, salah seorang kepercayaan raja kerajaan api.

Namun, akhirnya Letnan Jee kembali kepada pangeran Zuko setelah mengetahui bahwa dahulu pangeran Zuko sebenarnya menyelamatkan Letnan Jee dan anggota pasukan lain, sebab raja kerajaan api berniat untuk menjadikan Letnan Jee dan pasukannya sebagai tumbal di dalam perang. Dari film ini, terlihat jelas bagaimana Letnan Jee yang awalnya curiga dan tidak menyukai pangeran Zuko akhirnya bisa mempercayai dan memberikan dirinya untuk melayani pangeran Zuko.

Di dalam hidup kita, tidak jarang juga kita membenci bahkan curiga kepada Tuhan. Kita merasa bahwa Tuhan memberi kita kehidupan yang sangat buruk dan kita tidak menginginkannya. Bodohnya kita, kita merasa paling benar dan Tuhan adalah penjahat utama dalam hidup kita. Padahal, kita tidak tahu apa yang sudah Tuhan lakukan agar kita tidak jatuh ke dalam pencobaan, kejahatan manusia, hingga peristiwa hidup yang dapat merenggut nyawa kita.

Allah ingin agar kita memberikan hidup kita dengan kerelaan hati untuk selalu mengasihi dan mempercayai-Nya. Seperti kisah Letnan Jee yang membenci pangeran Zuko tanpa tahu apa yang telah dilakukan oleh pangeran Zuko, kita sebagai orang Kristen pun melakukan hal demikian kepada Tuhan tanpa disadari. Tuhan banyak menolong kita dari balik layar. Oleh sebab itu, mari kita memberi diri untuk Tuhan, percaya bahwa hidup kita akan baik-baik saja berada di dalam genggaman-Nya.

WHAT TO DO:
1. Mulai mempercayai Tuhan dan rencana-Nya.
2. Memberikan kesempatan kepada Tuhan untuk berkarya dalam hidup kita.

BIBLE MARATHON:
1 Tawarikh 1-2

Card image
Renungan Pagi - 29 April 2024
2024-04-29 12:37:01


Firman Tuhan itu seperti peta dalam hidup kita, yang akan menuntun menemukan tujuan hidup didalam Tuhan, karena lewat kebenaran firman Tuhan kita mengetahui jalan hidup yang benar sehingga tidak tersesat. Sementara dunia ini adalah jalan yang menyesatkan.

Rasul Yohanes menyatakan perbedaan yang besar antara jalan dunia dan jalan Tuhan, antara mengasihi Tuhan dan mengasihi dunia, serta perbedaan nyata akhir hidup seseorang ketika mengikuti jalan dunia atau mengikuti jalan Tuhan dengan cara melakukan kebenaran firman Tuhan yang menuntun langkah hidupnya.

"Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." Firman Tuhan menjadi peta yang menuntun kita menemukan tujuan hidup yang benar jika tetap tinggal di dalam Firman-Nya, yaitu hidup melakukan kehendak Bapa dan berjalan dalam kebenaran.
(1 Yohanes 2:16-17).

Card image
Quote Of The Day - 29 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-29 06:47:27


Setiap hari seseorang harus menyediakan waktu yang cukup untuk menghadap Tuhan guna mempertanggungjawabkan setiap lembar harinya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 29 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-29 06:46:26


Orang yang serius mau menikmati hari tua tanpa penderitaan, dia sudah mulai merajut dan membangun petanya sejak sekarang dengan pola hidup dan pola makan yang baik.

Card image
TAKING REFUGE IN HOLINESS - 29 April 2024 (English Version)
2024-04-29 06:44:43


Believing in God, relying on and taking refuge in Him, cannot be separated from a life of obedience to His will. A person cannot trust, rely on, and depend on God and then hope for His help, if he does not live in His holiness and truth.

Firstly, those who still sin, and secondly, those who are bound to worldly pleasures; these two cannot be separated. If a person still lives in sin, he will definitely love the world. People who love the world certainly do not live in holiness. This kind of person cannot believe in God properly, so he cannot and is not worthy of taking refuge in God; unworthy or undeserve of God's protection.

We must be able to say, "I need You, Lord," and we realize that we cannot live a life that does not please God. That awareness must arise within us, and will emerge when we say, “Lord, take my hand. God, protect me. Lord, I need You.” Then, we can also realize that we cannot live in sin and love for the world. This realization can be possessed by those whose hearts are upright, who grow in maturity, whose conscience is clean, and whose hearts are not crooked.

But if a person's heart is crooked, not straight, immature, and his conscience is not clean, he can say to God, "Protect me, help me, God," while he is still living in sin and the love of the world. Actually, people like this deceive God. Of course they do not respect God and do not worship God. In the past, when we were not mature, our attitudes and way of life were like this. We were so manipulative; using God. We pray for God's help, while still satisfying our own desires. We did not truly live in holiness, did not truly live in love and devotion to God, but in love with the world. Maybe we used to be like that.

We are grateful that we realize that it was a mistake, a naive and childish attitude, and of course it does not please God. So, we must continue to grow up. We must be able to let go of love for the world, let go of hobbies, not be attached to worldly entertainment. We begin to guard our thoughts, words and deeds to live in holiness. Meanwhile, God confronts us with problems that are sometimes heavier than any problems we have faced before, so that we depend on God and take refuge in God; problems that we cannot solve, except with God's help. And we deserve God's help if we live in holiness.

From that experience, the testimony of life and truth is born that solving heavy problems can only be done in one way: living holily. "What is the connection between economic problems, family problems, legal problems, police problems, and holiness?" It doesn’t seem “connected,” but actually, it is very related. Face and fight our problems with holiness! Prove how the strong hand of God will protect and guard us.

And when we enter into this experience, our lives will overflow with love for God. When our hearts overflow in love with God, we are willing to do anything for God. When we are willing to do anything for God, God will surely entrust us with His work projects. God wants His work to be done by people who are truly thirsty and eager to please His heart; those who are willing to let go of everything for Him.

In the life of a true believer, he will be able to appreciate that without holiness he is not worthy to ask for God's protection. Such people will continue to grow in love for God, and God will trust these people with the great works of God. Here is where God can be comforted, pleased by His children who behave like this. Come on, let's keep growing. People who truly reach this level cannot live without prayer. They will continue to long to seek God and sit quietly at God's feet. Their worship becomes more sincere, as does their dependence on God, becoming more sincere and strong.

This is the life of God's children that smells good before God. Everything must go through a process; step by step. This cannot be achieved in one month or one year, but through a long journey, in the end the believers truly understand that they cannot take refuge in God without holiness, and and these people will long to return to heaven and truly feel that this world is not their home. May we reach this level, that we cannot seek refuge in God without holiness.

BELIEVING IN GOD, RELYING ON HIM, AND SEEKING REFUGE IN HIM CANNOT BE SEPARATED FROM A LIFE OF OBEDIENCE TO HIS WILL.

Card image
BERLINDUNG DALAM KESUCIAN - 29 April 2024
2024-04-29 06:42:03


l Percaya kepada Tuhan, mengandalkan dan berlindung kepada-Nya, tidak bisa dipisahkan dari kehidupan penurutan terhadap kehendak-Nya. Seseorang tidak bisa percaya, mengandalkan, dan bergantung kepada Tuhan kemudian berharap pertolongan-Nya, jika tidak hidup di dalam kesucian dan kebenaran-Nya. 

Jadi, yang pertama, orang yang masih berbuat dosa, dan yang kedua, terikat dengan kesenangan dunia; dua hal ini tidak bisa dipisahkan. Kalau orang masih hidup dalam dosa, dia pasti mencintai dunia. Orang yang mencintai dunia, pasti tidak hidup di dalam kekudusan. Orang seperti ini tidak bisa percaya kepada Tuhan dengan benar, sehingga ia tidak bisa dan tidak layak berlindung kepada Tuhan; tidak pantas atau tidak layak menerima perlindungan Tuhan. 

Kita harus bisa sampai pada penghayatan untuk berkata, "Aku perlu Engkau, Tuhan,” dan kita menyadari bahwa kita tidak bisa hidup dalam kehidupan yang tidak menyenangkan hati Tuhan. Kesadaran itu harus muncul di dalam diri kita, dan akan muncul ketika kita berkata, "Tuhan, pegang tanganku. Tuhan, lindungi aku. Tuhan, aku perlu Engkau." Maka ia juga bisa menghayati bahwa ia tidak bisa hidup dalam dosa dan percintaan dunia. Penghayatan ini bisa dimiliki oleh orang-orang yang hatinya lurus, yang bertumbuh dalam kedewasaan, yang nuraninya bersih, dan hatinya tidak bengkok. 

Tetapi kalau hati orang bengkok, tidak lurus, tidak dewasa, dan nuraninya tidak bersih, dia bisa berkata kepada Tuhan, "Lindungi aku, tolonglah aku, Tuhan,” sementara dia masih hidup dalam dosa dan percintaan dunia. Sebenarnya orang-orang seperti ini memperdaya Tuhan. Tentu mereka tidak menghormati Tuhan dan tidak menyembah Tuhan. Dulu ketika kita belum dewasa, ada dalam sikap hati dan sikap hidup seperti itu. Kita begitu manipulatif; memanfaatkan Tuhan. Kita berdoa mohon pertolongan Tuhan, sementara kita masih memuaskan keinginan kita sendiri. Kita tidak sungguh-sungguh hidup di dalam kesucian, tidak sungguh-sungguh hidup dalam percintaan dan kecintaan kepada Tuhan, tetapi percintaan dengan dunia. Mungkin dulu kita seperti itu. 

Bersyukur kita sadar bahwa itu kesalahan, sikap yang naif dan kekanak-kanakan, dan tentu itu tidak membuat hati Tuhan disenangkan. Maka, kita harus terus bertumbuh dewasa. Kita harus bisa menanggalkan percintaan dunia, melepaskan hobi-hobi, tidak terikat hiburan dunia. Kita mulai menjaga pikiran, perkataan, dan perbuatan kita untuk hidup dalam kekudusan. Sementara itu, Tuhan memperhadapkan kita dengan masalah-masalah yang kadang lebih berat dari masalah-masalah yang pernah kita hadapi, supaya kita bergantung dan berlindung kepada Tuhan; masalah-masalah yang tidak bisa kita selesaikan, kecuali dengan pertolongan Tuhan. Dan kita layak menerima pertolongan Tuhan kalau kita hidup di dalam kesucian.

Dari pengalaman itu, maka lahirlah kesaksian hidup dan kebenaran bahwa menyelesaikan masalah-masalah berat hanya bisa dilakukan dengan satu cara: kesucian hidup. Mungkin kita bertanya, "Apa hubungan masalah ekonomi, masalah rumah tangga, masalah hukum, masalah polisi, dengan kesucian?" Sepertinya tidak “nyambung”, tapi sebenarnya ini sangat berkaitan. Hadapi dan lawan masalah kita dengan kekudusan! Buktikan bagaimana tangan Tuhan yang kuat akan melindungi dan menjagai kita. 

Dan ketika kita masuk pada pengalaman ini, hidup kita akan melimpah dengan kecintaan kepada Tuhan. Ketika hati kita melimpah dalam kecintaan dengan Tuhan, maka kita rela berbuat apa pun untuk Tuhan. Ketika kita rela berbuat apa pun untuk Tuhan, pasti Tuhan akan memercayakan proyek-proyek pekerjaan-Nya. Tuhan mau pekerjaan-Nya dilakukan orang-orang yang betul-betul haus dan rindu menyenangkan hati-Nya; orang-orang yang sudah rela melepaskan segala sesuatu yang ada padanya untuk Tuhan.

Dalam kehidupan orang percaya yang benar, maka ia akan bisa menghayati bahwa tanpa kesucian ia tidak layak minta perlindungan Tuhan. Orang-orang seperti ini akan terus bertumbuh dalam kecintaan kepada Tuhan, dan Tuhan akan memercayai orang-orang ini dengan pekerjaan-pekerjaan Allah yang besar. Di sinilah Tuhan bisa dihibur, disukakan oleh anak-anak Allah yang berperilaku seperti ini. Ayo, kita bertumbuh terus. Orang-orang yang sungguh-sungguh sampai pada level ini, tidak bisa hidup tanpa doa. Ia akan terus berkerinduan untuk mencari Tuhan dan duduk diam di kaki Tuhan. Penyembahannya semakin tulus, begitu juga dengan kebergantungannya kepada Tuhan, menjadi semakin tulus dan kuat. 

Inilah kehidupan anak-anak Allah yang berbau harum di hadapan Tuhan. Semua harus lewat proses; tahap demi tahap. Ini tidak bisa dicapai dalam satu bulan atau satu tahun, tetapi melalui perjalanan panjang, yang akhirnya benar-benar dihayati orang percaya bahwa ia tidak bisa berlindung kepada Tuhan tanpa kekudusan, dan orang-orang ini akan merindukan pulang ke surga dan benar-benar bisa merasakan bahwa dunia ini bukan rumahnya. Kiranya kita sampai pada level ini, bahwa kita tidak bisa berlindung kepada Tuhan tanpa kekudusan. 

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PERCAYA KEPADA TUHAN, MENGANDALKAN DAN BERLINDUNG KEPADA-NYA, TIDAK BISA DIPISAHKAN DARI KEHIDUPAN PENURUTAN TERHADAP KEHENDAK-NYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 29 April 2024
2024-04-29 06:35:12

Mazmur 102-104

Card image
Truth Kids 28 April 2024 - DASAR TERKUAT
2024-04-28 09:44:16


1 Korintus 13:13
"Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih."

Coba Sobat Kids pikir-pikir, ya. Rumah manakah yang lebih kuat: rumah yang dibangun di atas batu atau di atas pasir? Tentu saja jawabannya rumah yang dibangun di atas batu. Batu lebih kuat daripada pasir. Sekarang kita umpamakan kasih itu seperti dasar bangunan rumah yang dibangun di atas batu. Kasih merupakan dasar yang kuat.

Seperti yang tertulis pada ayat hari ini. Di antara iman, pengharapan, dan kasih, yang paling besar di antara ketiga hal tersebut adalah kasih. Kasih merupakan dasar atau fondasi terbesar dalam hidup kita. Jika kita sungguh-sungguh memiliki kasih yang dari Tuhan, maka kita akan dimampukan untuk mengasihi orang lain. Tentu kita juga harus berusaha, Sobat Kids. Kita harus latihan agar mampu bertindak dengan kasih. Misalkan ada teman yang membuat kesal hingga kalian rasanya ingin marah, ingat kasih Tuhan. Tarik nafas panjang, tahan sebentar, lalu buang nafas pelan-pelan. Lakukan selama beberapa kali hingga kalian merasa lebih baikan. Semuanya butuh proses dan usaha. Tidak bisa tiba-tiba menjadi orang yang sabar. Ingat kita harus membangun dasar dengan kasih yang dari Tuhan.

Card image
Truth Junior 28 April 2024 - FONDASI
2024-04-28 09:42:23


1 Korintus 13:13
“Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.”

Apakah ada tetangga Sobat Junior yang sedang membangun rumah? Atau mungkin orang tua Sobat Junior sendiri yang sedang membangun rumah? Jika kita memperhatikan orang yang sedang membangun rumah, salah satu proses yang membutuhkan waktu paling lama adalah membangun fondasi atau dasar. Mengapa demikian? Sudah pasti orang ingin membangun rumah yang kuat dan tahan lama; tahan dari banjir maupun gempa bumi. Jadi. dibutuhkan fondasi yang kuat.

Fondasi yang kuat biasanya membutuhkan waktu yang lama. Seorang arsitek (ahli dalam merancang dan menggambar bangunan) akan memperhitungkan kedalaman tanah yang harus digali untuk dapat membangun fondasi yang kuat sebelum lanjut mendirikan tembok dan lainnya. Fondasi sebuah bangunan harus dipastikan benar-benar kuat.

Dalam kehidupan rohani, kita juga harus memiliki fondasi yang kuat, Sobat Junior. Di antara iman, pengharapan, dan kasih, ternyata yang paling besar adalah kasih. Kasih merupakan fondasi terbesar dalam hidup kita. Judul perikop 1 Korintus 13 adalah kasih. Dalam perikop itu, dituliskan sekalipun kita dapat berkata-kata dalam bahasa malaikat, tetapi jika tidak memiliki kasih, maka sia-sia. Jika kita dapat bernubuat, memiliki pengetahuan, dan memiliki iman untuk memindahkan gunung tetapi tidak memiliki kasih, maka semuanya sia-sia.

Sobat Junior, sejak awal bulan ini kita membahas tentang buah Roh yang pertama yaitu kasih. Kita sudah sama-sama belajar tentang kasih, dan sekarang kita sudah hampir menuju akhir bulan. Pertanyaannya, apakah kasih kita kepada Tuhan dan kepada sesama sudah semakin bertumbuh? Yuk, kita bangun terus fondasi kasih dalam hidup ini, sehingga orang lain dapat merasakan kasih Tuhan melalui diri kita.

Card image
Truth Youth 28 April 2024 - GOD’S SAFETY NET
2024-04-28 09:39:40


"Many are the plans in the mind of a man, but it is the purpose of the Lord that will stand." (Proverbs 19:21)

One of the things that distinguishes us as humans from God is that we do not know the future we will face. God, being all-knowing, knows from beginning to end what will happen to mankind. Because God is Almighty. Unlike us, who cannot see what will happen. That's why it's not uncommon for us to make a plan or set a goal in our lives, such as what to eat today, which school or university to attend, or what we want to do when we grow up, only for it to fail and not meet our expectations. Especially if the plan is something we eagerly anticipate.

But instead of being upset and anxious because we are afraid our plans will fail, why don't we just change our way of thinking? If it is God who makes a plan for us, it is not something that makes us anxious because we do not have full control over our plans, but it is an extraordinary gift from God. Why do we call it a gift? Because if God makes the plan, then surely that plan is the best for us. A plan filled with peace and prosperity. A plan aimed at transforming our character to be more like Christ.

Of course, this doesn't mean we shouldn't make plans or set goals in our lives. But we must realize that above our limited plans, there is still God's best plan for us. Even if our plans fail in the future, God's plan cannot fail for our lives. This should make us calmer and fully surrender to God because God has prepared a safety net that prevents us from getting hurt even if our plans fail. Because God has prepared an even greater plan for us.

WHAT TO DO:
1. Realize that it is God who makes plans for us, and that is an extraordinary gift because His plan is always the best for us.
2. Trust that God has prepared a safety net for us to prevent us from getting hurt and has an even better plan for our lives.

BIBLE MARATHON:
- 2 Kings 24-25

Card image
Truth Youth 28 April 2024 - GOD’S SAFETY NET
2024-04-28 09:34:46


”Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana.” (Amsal 19:21)

Yang menjadikan kita sebagai manusia dan bukan Tuhan, salah satunya adalah kita tidak mengetahui masa depan yang akan kita hadapi. Kalau Tuhan udah pasti Dia mengetahui dari awal hingga akhir apa yang akan terjadi dengan manusia. Karena Tuhan itu Maha Kuasa. Beda sama kita yang gak bisa lihat apa yang akan terjadi. Makanya .gak jarang ketika kita membuat sebuah plan atau rencana dalam kehidupan kita, seperti contohnya mau makan apa hari ini, mau masuk sekolah atau universitas mana, atau apa yang mau kita lakukan ketika sudah dewasa nanti, punya kemungkinan untuk gagal dan tidak sesuai dengan keinginan kita. Apalagi kalau rencana tersebut sangat kita nanti-nantikan.

Tapi daripada kita kesal karena gelisah, karena kita takut rencana kita gagal, kenapa gak kita ubah saja cara berpikir kita. Kalau Tuhan yang membuat sebuah rancangan buat kita, itu bukanlah hal yang membuat kita gelisah karena kita tidak memegang kendali penuh atas rencana kita, tapi hal tersebut adalah anugerah Tuhan yang luar biasa. Kenapa kita bilang anugerah, karena kalau Tuhan yang membuat rancangan, pasti rancangan tersebut adalah rancangan yang paling terbaik buat kita. Rancangan yang penuh damai sejahtera. Rancangan yang bertujuan untuk semakin mengubahkan karakter kita menjadi serupa dengan Kristus.

Tentu bukan berarti kita jadi tidak boleh membuat rancangan atau rencana dalam kehidupan kita. Tapi kita harus sadar bahwa di atas rancangan kita yang terbatas ini, masih ada rancangan Tuhan yang terbaik buat kita. Even rancangan kita gagal di masa depan, tapi rancangan Tuhan gak mungkin gagal bagi kehidupan kita. Harusnya hal ini bikin kita lebih tenang dan berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan karena Tuhan telah membuat jaring pengaman atau safety net yang mencegah kita terluka meskipun rancangan kita gagal. Karena Tuhan sudah menyiapkan rancangan yang lebih besar untuk kita.

WHAT TO DO:
1.Menyadari bahwa Tuhanlah yang membuat rencana untuk kita, dan itu adalah anugerah yang luar biasa karena rancangan-Nya pasti adalah yang terbaik untuk kita.
2.Percaya bahwa Tuhan telah menyiapkan jaring pengaman untuk kita agar tidak terluka dan memiliki rencana yang lebih baik lagi untuk kehidupan kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Raja-raja 24-25

Card image
Renungan Pagi - 28 April 2024
2024-04-28 09:31:43


Jangan menganggap rendah orang lain, karena dengan merendahkan orang lain kitapun akan menuai hasilnya, karena dengan tegas Alkitab berkata; "Apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya."

Jangan merendahkan orang lain, tetapi belajar menghormati, menghargai walaupun orang lain lebih miskin, lebih susah dari kita.

Kita menghargai bukan karena uang yang mereka miliki, menghargai bukan karena kemampuan yang mereka miliki, tetapi menghargai orang lain, karena kita mengerti mereka adalah ciptaan Tuhan yang berharga.
(Gal. 6:7)

Card image
Quote Of The Day - 28 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-28 09:29:22



Sementara waktu bergulir terus, tanpa disadari kuasa kegelapan membuat manusia terlena dalam berbagai kegiatan, sehingga tidak memiliki sikap berjaga-jaga.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 28 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-28 09:27:20


Kalau Tuhan menjadi satu-satunya kebahagiaan kita, maka Tuhan akan membukakan mata pengertian kita untuk lebih mengerti apa yang bisa membahagiakan Dia.

Card image
ENOUGH - 28 April 2024 (English Version)
2024-04-28 09:26:09


One day many people will regret it when they are seen by God as friends of this world. Those who do not separate themselves from the world are definitely not worthy to be members of God's Kingdom family. In the name of the Lord Jesus Christ, let us have no friendship with the world. As it is said in God's words that "This world is passing away with its desires, but those who do the will of God live forever" (1 John 2:17).

Therefore, we must separate ourselves from this world. We must dare to separate ourselves from the world. We must dare to flee from the world. Indeed, this is difficult, challenging, and burdensome, but God wants it that way. Don't expect happiness from this world. There is nothing we look forward to and hope for. When we have something or achieve something, we feel happier, more complete, more whole, more secure, more comfortable; do not behave or act like that. Our happiness is only God, period! Our honor, glory is only God, enough!

We go through and pass each day with joy in God. As long as we are with God, that is enough for us. We don't wait for something that will make us happy. Anything. Even for pastors or servants of God, what brings happiness is not achievements in the church or theological schools or Christian foundations. Our joy is only when we can make God's heart happy. That is why from day to day we carefully want to do what God wants, and fulfill what He plans.

And we have to be serious about doing this. Don't be tied to worldly entertainment, don't let infidel elements infiltrate our minds and souls. Our hearts must be truly directed only to God. And God knows, God marks those who truly only wait on God, whose happiness and joy are only in God. The world is becoming more beautiful and attractive, but we see God as more beautiful than everything.

The world offers various pleasures and diverts us from the right focus, towards the wrong focus through the gadgets in our hands. Our thoughts become corrupted, our focus becomes confused, becomes biased, distracts, and damages our thoughts. We must be firm, we must continue to direct ourselves to God. If there is a word more than “extreme” or “fanatic,” we use that. We want to completely direct ourselves only to God and His Kingdom. There we learn to do God's will in all things. From simple things to big things, we always want to do God's will. What He wants us to do; We must fulfill His work and His plan in this life.

If we do this right, we will have a desire to meet God. We have a longing to go home to heaven to meet face to face with the Lord Jesus. We can say to God, “Lord, I have nothing left. I have nothing left. I only have You, Lord. I long for You. I long for Your Kingdom, O Lord.” This is what God wants us to do.

Indeed, in the eyes of the world, this is unknown. They won't be able to do it because they don't want to do it. They think this is ridiculous. But in fact this is true life, a life directed towards God. Seek honor, glory in eternity, not on this earth. And if we are truly willing to do that, the Holy Spirit will definitely help us. The holy spirit guides us from stage to stage, until we can truly have a life that is pleasing and fragrant before God.

Very few people have true faith like this. The person who offered unlimited life to God, almost no longer exists. But we want to make a decision to faithfully follow the Lord Jesus. Jesus said, "Wolves have holes, birds have nests, the Son of Man has no place to lay His head." Meaning, there was no time to relax looking for His own pleasure, but His whole life was only to be devoted to the Father, presented and dedicated to Elohim Yahweh.

We must follow in the footsteps of the Lord Jesus until we are exhausted. Not because we seek the world, not because we sin, not because we seek our own pleasure, but because we are tired in serving God. Until we have nothing but God. The people who are tired and weary from striving earnestly for the Lord, and one day they will hear the voice of the Great Master, the Lord of the universe saying, "Stop your weariness, O my servant. Enter into your Master's rest." These words are only for people who have fought for the Lord Jesus (Romans 8:17 Now if we are children, then we are heirs-heirs of God and co-heirs with Christ, if indeed we share in His sufferings in order that we may also share in His glory).

AS LONG AS WE ARE WITH GOD, THAT IS ENOUGH FOR US.

Card image
CUKUP - 28 April 2024
2024-04-28 09:23:19


Suatu hari nanti banyak orang akan menyesal ketika mereka ternyata dipandang Tuhan sebagai sahabat-sahabat dunia ini. Orang-orang yang tidak memisahkan diri dari dunia, pasti tidak layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, marilah kita tidak bersahabat dengan dunia. Seperti yang dikatakan di dalam firman Tuhan bahwa "Dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang-orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya" (1 Yoh. 2:17).

Karenanya, kita harus memisahkan diri dari dunia ini. Kita harus berani memisahkan diri dari dunia. Kita harus berani melarikan diri dari dunia. Memang ini sulit, sukar, dan berat, tetapi Tuhan menghendaki demikian. Jangan kita mengharapkan ada kebahagiaan dari dunia ini. Tidak ada yang kita nantikan dan harapkan. Bila kita memiliki sesuatu atau mencapai sesuatu, kita akan merasa lebih bahagia, lebih lengkap, lebih utuh, lebih aman, lebih nyaman; jangan bersikap atau bertindak demikian. Kebahagiaan kita hanya Tuhan, titik! Kehormatan, kemuliaan kita hanya Tuhan, cukup! 

Kita jalani dan lewati hari ke hari dengan sukacita di dalam Tuhan. Selama kita bersama dengan Tuhan, itu cukup bagi kita. Kita tidak menantikan sesuatu yang dapat membahagiakan kita. Apa pun. Bahkan bagi para pendeta atau hamba Tuhan, yang menjadi kebahagiaan bukanlah prestasi dalam gereja atau sekolah teologi atau yayasan-yayasan Kristen. Sukacita kita hanyalah ketika kita bisa membahagiakan hati Tuhan. Itulah sebabnya dari hari ke hari kita dengan teliti mau melakukan apa yang Tuhan kehendaki, dan memenuhi apa yang Dia rencanakan. 

Dan kita harus serius melakukan hal ini. Jangan terikat dengan hiburan-hiburan dunia, jangan ada unsur-unsur kafir yang menyusup dalam pikiran dan jiwa kita. Hati kita harus benar-benar terarah hanya kepada Tuhan. Dan Tuhan tahu, Tuhan menandai orang-orang yang sungguh-sungguh hanya menanti-nantikan Tuhan, yang kebahagiaan dan sukacitanya hanya di dalam Tuhan. Dunia makin cantik menarik, tetapi kita memandang Tuhan lebih indah dari segala sesuatu.

Dunia menawarkan berbagai kesenangan dan menyimpangkan kita dari fokus yang benar, ke arah fokus yang salah melalui gadget di tangan kita. Pikiran kita menjadi rusak, fokus kita menjadi kacau, menjadi bias, men-distract, merusak pikiran kita. Kita harus teguh, kita harus terus mengarahkan diri kita kepada Tuhan. Kalau ada kata lebih dari “ekstrem” atau “fanatik,” kita gunakan itu. Kita mau sepenuh-penuhnya hanya mengarahkan diri kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya. Di situ kita belajar melakukan kehendak Allah dalam segala hal. Dari perkara-perkara sederhana sampai hal-hal besar, kita selalu mau melakukan kehendak Allah. Apa yang Dia kehendaki untuk kita lakukan; pekerjaan-Nya dan rencana-Nya harus kita penuhi di dalam hidup ini. 

Jika kita melakukan ini dengan benar, kita akan memiliki kerinduan bertemu dengan Tuhan. Kita memiliki kerinduan pulang ke surga bertemu muka dengan muka dengan Tuhan Yesus. Kita bisa berkata kepada Tuhan, "Tuhan, tidak ada lagi yang kusisakan. Aku tidak memiliki apa-apa lagi. Aku hanya memiliki Engkau, Tuhan. Aku merindukan Engkau. Aku merindukan Kerajaan-Mu, ya Tuhan.” Inilah yang menjadi kehendak Tuhan untuk kita lakukan. 

Memang di mata dunia, ini tidak dikenal. Mereka tidak akan bisa melakukan karena memang tidak mau melakukannya. Mereka menganggap ini konyol. Tetapi sesungguhnya inilah kehidupan yang sejati, kehidupan yang diarahkan kepada Tuhan. Mencari kehormatan, kemuliaan di kekekalan, bukan di bumi ini. Dan kalau kita sungguh-sungguh bersedia untuk itu, Roh Kudus pasti menolong kita. Roh suci menuntun kita dari tahap ke tahap, sampai kita sungguh-sungguh dapat memiliki kehidupan yang berkenan dan berbau harum di hadapan Allah.

Sangat sedikit orang yang memiliki iman yang benar seperti ini. Orang yang mempersembahkan hidup tanpa batas kepada Tuhan, hampir tidak ada lagi. Tetapi kita mau mengambil keputusan untuk setia mengikut Tuhan Yesus. Yesus berkata, "Serigala mempunyai liang, burung mempunyai sarang, Anak Manusia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya." Berarti, tidak ada waktu untuk rileks mencari kesenangan sendiri, tetapi sepenuh hidup-Nya hanya untuk diabdikan kepada Bapa, dipersembahkan, dan didedikasikan kepada Elohim Yahweh. 

Kita harus mengikuti jejak Tuhan Yesus ini sampai kita memiliki kelelahan. Bukan karena mencari dunia, bukan karena berbuat dosa, bukan karena kita mencari kesenangan sendiri, melainkan kelelahan dalam pengabdian kepada Tuhan. Sampai kita tidak memiliki apa pun kecuali Tuhan. Orang-orang yang lelah dan letih karena berjuang dengan sungguh-sungguh untuk Tuhan, dan suatu hari mereka akan mendengar suara Majikan Agung, Tuhan semesta alam berkata, "Berhentilah dari lelahmu, hai hamba-Ku. Masuklah dalam perhentian Tuanmu." Perkataan itu hanya untuk orang-orang yang telah berjuang bagi Tuhan Yesus (Rm. 8:17). 

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SELAMA KITA BERSAMA DENGAN TUHAN, ITU CUKUP BAGI KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 April 2024
2024-04-28 04:44:36

1 Tawarikh 7-10

Card image
Truth Kids 27 April 2024 - KASIHI SESAMA
2024-04-27 13:32:04


Markus 12:31
"Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini."

Apakah Sobat Kids masih ingat cerita tentang Musa menerima 10 Hukum Taurat? Saat itu, di zaman Perjanjian Lama, orang Israel membutuhkan peraturan agar hidup mereka lebih tertib. Sekarang kita hidup di zaman Perjanjian Baru, Sobat Kids. Tuhan Yesus sudah memberikan hukum yang baru kepada kita. Jumlahnya bukan lagi sepuluh, melainkan hanya dua. Memang secara jumlah lebih sedikit, tetapi itu bukan berarti lebih mudah, ya, Sobat Kids.

Kita harus sama-sama berjuang untuk melakukan perintah Tuhan. Perintah yang kita mau pelajari hari ini adalah perintah untuk mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. Kalian pasti mau yang terbaik untuk diri kalian, kan, Sobat Kids? Itu artinya kita juga harus memberikan yang terbaik untuk orang lain. Jika kalian ingin dipinjamkan mainan, itu artinya kalian juga harus mau meminjamkan mainan kalian kepada orang lain.

Yuk, kita belajar untuk mengasihi orang lain seperti kita mengasihi diri sendiri. Selamat berjuang!

Card image
Truth Junior 27 April 2024 - SAMA DENGAN
2024-04-27 08:29:52


Markus 12:31
“Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.”

Sobat Junior, misalkan kalian menjadi murid baru dalam sebuah sekolah, manakah yang kalian mau atau mana yang kalian pilih: diperlakukan dengan baik atau dengan kasar? Sudah tentu kita mau diperlakukan dengan baik, bukan? Contohnya ada teman yang mau mengajak main, mengajak keliling sekolah agar kita tahu ruang-ruang yang ada di sekolah, ataupun memperkenalkan kita dengan teman lainnya agar kita merasa nyaman bersekolah di tempat itu.

Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk memperlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukan. Jika kita ingin diperlakukan dengan baik, maka kita juga harus memperlakukan orang lain dengan baik. Seperti contoh di atas, kita juga perlu menunjukkan kasih kepada teman baru di sekolah. Kasih kepada sesama bukanlah hal yang mudah, apalagi untuk orang yang telah menyakiti kita. Namun, kita harus berjuang untuk melakukannya, Sobat Junior. Kita mau belajar untuk memperlakukan orang dengan baik, siapa pun itu, sama seperti kita ingin diperlakukan.

Pasti kita merasa senang jika ada orang lain yang memperlakukan kita dengan ramah, sopan, baik. Bak seorang princess atau prince. Sebenarnya bukan hanya kita saja, Sobat Junior. Pasti semua orang akan merasa senang. Jadi kasih kepada orang lain, sama dengan kasih kepada diri kita sendiri.

Card image
Truth Youth 27 April 2024 (English Version) - LIFE SOURCE
2024-04-27 08:28:21


"A joyful heart is good medicine, but a crushed spirit dries up the bones." (Proverbs 17:22)

The Bible teaches that the heart is the source of life, where all aspects of ourselves originate. It is more than just a physical organ that pumps blood; rather, the heart is the core of human existence. Within the heart, our emotions develop, our motivations grow, and our intuition acts. All our actions and words stem from there. This reminds us of the importance of guarding the cleanliness of our hearts. If our hearts are filled with negativity and bad things, such as resentment, jealousy, and hatred, then all aspects of ourselves will be reflected by those things. Conversely, if our hearts are filled with good things, such as love, peace, and joy, then all aspects of ourselves will be reflected by those things. Our actions will be filled with love, our words will be full of peace, and our minds will be enlightened by joy.

Proverbs 17:22 clearly states that a joyful heart is good medicine. No human being wants to suffer or be unhappy. We all desire happiness, satisfaction, and peace in our lives. However, sometimes in the reality of life, we are faced with various challenges, difficulties, and sufferings that make us lose our joy. But the Bible teaches us that joy is not something dependent on external situations or conditions, but more on the attitude of the heart that comes from our relationship with God.

When we entrust our lives to God and live in obedience to Him, our hearts are filled with true joy, which is not dependent on external circumstances. So, let us take inspiration from Proverbs 17:22 to maintain a joyful heart in every situation. Even though we are faced with difficulties or trials, let us believe that God is always with us and He gives true joy to those who believe in Him.

WHAT TO DO:
1. Guard the cleanliness of our hearts by avoiding negative things and filling them with love, peace, and joy.
2. Entrust our lives to God, because a joyful heart in Him is good medicine for sadness and suffering.

BIBLE MARATHON:
- 2 Kings 22-23

Card image
Truth Youth 27 April 2024 - SUMBER KEHIDUPAN
2024-04-27 08:26:04


”Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.” (Amsal 17:22)

Alkitab mengajarkan bahwa hati adalah sumber kehidupan, tempat di mana segala aspek dari diri kita berasal. Ini lebih dari sekadar organ fisik yang memompa darah, tetapi hati adalah inti dari keberadaan manusia. Di dalam hati, emosi kita berkembang, motivasi kita bertumbuh, dan intuisi kita bertindak. Segala tindakan dan kata-kata kita berasal dari sana. Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kebersihan hati kita. Jika hati kita dipenuhi oleh hal-hal negatif dan buruk, seperti dendam, iri hati, dan kebencian, maka seluruh aspek dari diri kita akan tercermin oleh hal-hal tersebut. Sebaliknya, jika hati kita diisi dengan hal-hal yang baik, seperti kasih, damai, dan sukacita, maka seluruh aspek dari diri kita akan tercermin oleh hal-hal tersebut. Tindakan kita akan dipenuhi dengan kasih, kata-kata kita akan penuh dengan damai, dan pikiran kita akan tercerahkan oleh sukacita.

Amsal pasal 17:22 dengan jelas mengatakan bahwa hati yang gembira adalah obat yang manjur. Tidak ada manusia yang ingin menderita atau tidak bahagia. Kita semua menginginkan kebahagiaan, kepuasan, dan kedamaian dalam hidup kita. Namun, terkadang dalam realitas kehidupan, kita dihadapkan pada berbagai tantangan, kesulitan, dan penderitaan yang membuat kita kehilangan sukacita. Tetapi, Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa sukacita bukanlah sesuatu yang tergantung pada situasi atau kondisi eksternal, tetapi lebih pada sikap hati yang bersumber dari hubungan kita dengan Tuhan.

Ketika kita mempercayakan hidup kita kepada Tuhan dan hidup dalam ketaatan kepada-Nya, hati kita dipenuhi dengan sukacita yang sejati, yang tidak bergantung pada keadaan luar. Jadi, mari kita mengambil inspirasi dari Amsal 17:22 untuk tetap memiliki hati yang gembira dalam setiap situasi. Meskipun kita dihadapkan pada kesulitan atau cobaan, percayalah bahwa Tuhan selalu bersama kita dan Dia memberikan sukacita yang sejati bagi mereka yang percaya kepada-Nya.

WHAT TO DO:
1.Jaga kebersihan hati dengan menghindari hal-hal negatif dan memenuhinya dengan kasih, damai, dan sukacita.
2.Percayakan hidup kita kepada Tuhan, karena hati yang bersukacita dalam Dia adalah obat yang manjur bagi kesedihan dan penderitaan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Raja-raja 22-23

Card image
Renungan Pagi - 27 April 2024
2024-04-27 08:18:10


Sikap hidup yang mau mengerti orang lain dan mau mengampuni kesalahan orang lain, inilah yang sudah jarang terjadi hari-hari ini, banyak orang ingin dimengerti, banyak orang ingin memaksakan kehendak, banyak orang egois, tetapi tidak mau mengerti orang lain dan tidak mau mengampuni orang lain.

Bahkan dalam keluarga, suami tidak mau mengampuni istrinya, istri tidak mau mengampuni suaminya, anak-anak tidak mau mengampuni orang tuanya, begitu juga orang tua tidak mau mengampuni anak-anaknya, padahal yang Tuhan cari adalah orang-orang yang mau mengerti sikap orang lain dan dapat mengampuni orang yang bersalah.
(Matius 6:15)

Card image
Quote Of The Day - 27 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-27 08:16:03


Kalau seseorang tidak memanfaatkan kesempatan tersebut, berarti ia membawa diri ke pembantaian abadi yang sangat mengerikan; terpisah dari Allah selamanya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-27 08:14:33


Kita adalah makhluk kekal yang memiliki pengharapan untuk menikmati kebahagiaan sempurna di kekekalan.

Card image
AT THE END OF TIME - 27 April 2024 (English Version)
2024-04-27 08:13:19


Let us not argue too much, because theology can be flexible, like rubber, pulled here and there. Words are relative, but behavior is absolute, because it is felt. Once a person can pretend, twice they can camouflage, three times they can be hypocritical, they can play a role, but 5, 6, 7 times we cannot hide who we really are. So, our lives can become a demonstration of God, because indeed God wants to touch others through our lives, how His feelings are brought to life in our feelings. So Paul said, "Have the mind and feelings of Christ."

God wants to be present in human life. And Jesus is the image of God, as stated in Colossians 1:15, ""He is the image of the invisible God, the firstborn, superior to everything God created." His actions show who the true God is. And we too must declare how the true God is through our behavior. Without that, our Christianity is just empty talk.

In Matthew 5:44-45, it is said, "But I tell you, love your enemies and pray for those who persecute you, that you may be children of your Father in heaven. He causes his sun to rise on the evil and the good, and sends rain on the righteous and the unrighteous." God wants us to become children of the Father in heaven. But not just children of the Father in terms of status, but to be people who demonstrate the thoughts and feelings of the Father. So start repenting today, start being changed by God, we all must change.

We still see the old self in ourselves, but we must kill and put it to death. Because if we follow it, it appears, and it is demonstrated, it is personified. But, if we listen to the Spirit, we personify God in our lives. Our life principle is: "I have been crucified with Christ and I no longer live, but Christ lives in me. The life I now live in the body, I live by faith in the Son of God, who loved me and gave Himself for me" (Gal. 2:20). So our lives are certainly be anointed by God, filled by God, and demonstrate God's life. That is true Christianity.

The Bible says, the one who has the right to claim to be Christian is the one whose behavior is like Christ's. But we see in ourselves a monster that is not yet dead, which knows the right moment to pounce on people, hurt people, bring people down, humble people, push people away, hurt people. We must not give it a chance. Because this is a base, a garment that Satan can wear. We must throw it away, so that when Satan wants to act, wants to wear us, there is no base.

The Bible says that those who have the right to claim to be Christians are those whose behavior is like Christ. But we see within ourselves a monster that is not yet dead, who knows the right moment to pounce on people, hurt people, bring people down, humiliate people, get rid of people, hurt people. We must not give it a chance. Because this is the foothold, the clothes that the devil can wear. We have to throw it away, so that when Satan wants to act, wants to wear us, there is no foothold.

On the contrary, we must give place to the Holy Spirit, our lives must become God's product, so that when we close our eyes, our bodies are buried, our inner human shines brighter, as the Apostle Paul said, "Though outwardly we are wasting away, yet inwardly we are being renewed day by day." But the reality we see today, there are not a few Christians who not only do not wear God's character or demonstrate God's life, but they don't even have good behavior, let alone live according to common moral law. The verse that teaches, "Do to others what you would have them do to you," is now turned around, "Do to others what you wouldn't want done to you." Let them know how it feels to be hurt, because they hurt others. How it feels to have their reputation ruined, because they ruin others' reputation.

However, the reality we see today is that there are quite a few Christians who waste their time putting on God's character, or displaying God's life, whether they have good behavior or not, or even live according to general moral laws. Verse that teaches, “What you like people to do to you, do to others,” now reversed, “What I don't like people to do to me, I do to others.” Let him know how it feels to be hurt, because he hurts people. How does it feel to have his good name ruined, because he ruined someone's good name.

This is a portrait of a broken Christian life. So it's no wonder that in Europe, where education—especially theology—is so high, but the church is bankrupt, Christianity is finished. Today we want to learn humbly and admit that our situation is still in messy, in tatters (disorganized condition), that there are still monsters that can control us. So, don't be arrogant, turn off the monster, and this is an ongoing process every day that we have to do. So don't feel that if we go to church, it means we haven't left God. In fact, the meaning of leaving God is not just people not going to church anymore, but whether our lives are truly according to God's will.

If we still have a conscience, we can hear God's voice, "Why have you forsaken Me?" It happens when we sin, go to inappropriate places, spend money carelessly, or when we make decisions for our own pleasure, our own satisfaction, especially if it hurts others. But don't forget, there is potential in everyone to become evil, to become cruel, not to demonstrate God's love, not to produce God's product. So let's examine our lives, when we are at the end of time, do we see God's smile?

OUR LIVES CAN BECOME A DEMONSTRATION OF GOD, BECAUSE INDEED GOD WANTS TO TOUCH OTHERS THROUGH OUR LIVES, HOW HIS FEELINGS ARE BROUGHT TO LIFE IN OUR FEELINGS.

Card image
DI UJUNG WAKTU - 27 April 2024
2024-04-27 06:02:57


Kita jangan banyak berdebat, sebab teologi itu bisa lentur, seperti karet, ditarik ke sana dan ke sini. Perkataan itu relatif, tapi perilaku itu mutlak, karena dirasakan. Satu kali orang bisa pura-pura, dua kali bisa kamuflase, tiga kali bisa munafik, empat kali bisa berperan, tapi 5, 6, 7 kali kita tidak bisa sembunyikan siapa kita sebenarnya. Jadi, hidup kita bisa menjadi alat peraga Tuhan, karena memang Tuhan mau menyentuh orang lain lewat hidup kita, bagaimana perasaan-Nya dihidupkan di dalam perasaan kita. Maka Paulus mengatakan, “Miliki pikiran dan perasaan Kristus.” 

Allah mau hadir di dalam kehidupan manusia. Dan Yesus adalah gambar Allah, sebagaimana dikatakan dalam Kolose 1:15, “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan Allah.” Tindakan-Nya menunjukkan siapa Allah yang benar itu. Dan kita pun harus mendeklarasikan bagaimana Allah yang benar itu lewat kelakuan kita. Tanpa itu, kekristenan kita hanya omong kosong. 

Di dalam Matius 5:44-45 dikatakan, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di surga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.” Tuhan mau supaya kita menjadi anak-anak Bapa di surga. Namun bukan anak-anak Bapa dalam arti hanya status, melainkan menjadi orang yang memperagakan pikiran dan perasaan Bapa. Maka mulailah bertobat hari ini, mulailah diubahkan Tuhan, kita semua harus berubah. 

Kita masih melihat ada manusia lama di dalam diri kita, namun kita harus membunuh dan mematikan itu. Sebab kalau dituruti, dia muncul, dan dia terperagakan, dia terpersonifikasikan. Tapi, kalau kita kita mendengar Roh, kita mempersonifikasikan Allah dalam hidup kita. Prinsip hidup kita adalah: “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Gal. 2:20). Maka hidup kita pasti diurapi oleh Allah, dipenuhi oleh Allah, dan memperagakan hidup-Nya Allah. Itulah Kristen sejati.

Alkitab mengatakan, yang berhak mengaku Kristen adalah dia yang kelakuannya seperti Kristus. Tapi kita melihat dalam diri kita ada monster yang belum mati, yang tahu momentum yang tepat untuk menerkam orang, menyakiti orang, menjatuhkan orang, merendahkan orang, menyingkirkan orang, melukai orang. Kita tidak boleh memberi kesempatan. Sebab ini adalah pangkalan, baju yang bisa dipakai setan. kita harus membuangnya, sehingga ketika setan mau bertindak, mau mengenakan diri kita, tidak ada pangkalan. 

Sebaliknya, kita harus memberi tempat kepada Roh Kudus, hidup kita harus menjadi produk Tuhan, sehingga waktu kita menutup mata, tubuh kita dikubur, manusia batiniah kita makin cemerlang, seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus, “Meskipun manusia lahiriahku merosot, tapi manusia batiniahku dibaharui dari hari ke sehari." Namun kenyataan yang kita lihat hari ini, tidak sedikit orang Kristen yang boro-boro mengenakan karakter Allah, atau memperagakan hidup-Nya Tuhan, memiliki kelakuan yang baik saja tidak, hidup seturut hukum moral umum pun tidak. Ayat yang mengajarkan, “Apa yang kamu suka orang perbuat kepadamu, buatlah untuk orang lain,” sekarang dibalik, “Apa yang aku tidak suka orang perbuat kepadaku, kubuat untuk orang lain.” Biar dia tahu bagaimana rasanya disakiti, karena dia menyakiti orang. Bagaimana rasanya jika dirusak nama baiknya, karena dia merusak nama baik orang.

Ini adalah potret dari hidup kekristenan yang rusak. Jadi tidak heran kalau di Eropa, di mana pendidikan—teologi khususnya—begitu tinggi, tapi gereja bangkrut, kekristenan habis. Hari ini kita mau belajar dengan rendah hati dan mengakui keadaan kita yang masih carut-marut, compang-camping, masih ada monster yang bisa menguasai diri kita. Maka, jangan sombong, matikan monster itu, dan ini merupakan proses yang berlangsung setiap hari yang kita harus lakukan. Jadi jangan merasa kalau kita sudah ke gereja, berarti kita tidak meninggalkan Tuhan. Padahal pengertian meninggalkan Tuhan bukan hanya orang yang tidak ke gereja lagi, tapi apakah hidup kita benar-benar seturut kehendak Allah. 

Jika kita masih memiliki nurani, kita bisa mendengar suara Tuhan, “Mengapa kau tinggalkan Aku?” Hal itu terjadi ketika kita berbuat dosa, pergi ke tempat yang tidak patut, membelanjakan uang sembarangan, atau ketika kita mengambil keputusan untuk kesenangan kita sendiri, kepuasan kita sendiri, apalagi itu melukai orang. Tapi jangan lupa, ada potensi setiap orang untuk menjadi jahat, menjadi bengis, tidak memperagakan kasih Allah, tidak menghasilkan produk Tuhan. Maka mari periksa hidup kita, ketika nanti kita berada di ujung waktu, apakah kita melihat senyum Tuhan? 

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

HIDUP KITA BISA MENJADI ALAT PERAGA TUHAN, KARENA MEMANG TUHAN MAU MENYENTUH ORANG LAIN LEWAT HIDUP KITA, BAGAIMANA PERASAAN-NYA DIHIDUPKAN DI DALAM PERASAAN KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 April 2024
2024-04-27 05:58:40

Mazmur 81, 88, 92-93

Card image
Truth Kids 26 April 2024 - KATA-KATA
2024-04-26 06:44:59


Efesus 4:29
”Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.”

Sobat Kids, jika kalian disuruh memilih, manakah yang akan kalian pilih: tidur di kamar yang kotor atau bersih? Tentu kalian semua maunya tidur di kamar yang bersih, kan? Kamar yang bersih akan lebih nyaman untuk belajar, bermain, dan belajar.

Sama halnya dengan kita lebih suka berada di dalam kamar yang bersih, seharusnya kita juga menjaga perkataan yang keluar dari mulut. Janganlah ada perkataan kotor ataupun kata-kata kasar yang keluar dari mulut kita. Kita harus menggunakan kata-kata yang "bersih," kata-kata yang baik dan sopan saat berbicara. Jika ada teman-teman kalian yang berbicara kasar, tidak usah ikut-ikutan, ya, Sobat Kids. Kalian harus bisa tetap ikut perintah Tuhan, seperti yang tertulis pada ayat hari ini. Kalian bisa menjadi contoh bagi teman-teman yang lain, sehingga mereka bisa melihat kasih Tuhan yang ada dalam diri kalian. Menggunakan kaka-kata yang baik dan sopan, karena itulah yang diajarkan oleh Tuhan.

Card image
Truth Junior 26 April 2024 - KATA-KATA
2024-04-26 06:43:04


Efesus 4:29
”Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.”

Adakah di antara Sobat Junior yang sudah memiliki akun media sosial sendiri? Atau mungkin kalian aktif mengikuti tayangan yang ada di berbagai akun sosial. Hati-hati, ya, Sobat Junior. Sebaiknya kalian masih didampingi papa dan mama saat melihat tayangan di akun media sosial. Zaman sekarang kalian sudah dengan mudah mencari, melihat, ataupun mendengar berita, baik yang benar ataupun palsu di berbagai media sosial. Hal itu dilambangkan seperti tsunami informasi. Artinya, begitu banyaknya informasi yang ditawarkan sehingga dapat membuat kita “tenggelam” dalam berbagai informasi.

Sayangnya banyak informasi yang tidak benar. Bahkan kata-kata yang dipakai merupakan kata-kata yang kotor dan kasar. Jika hal itu didengar berkali-kali, bisa-bisa telinga kita akan terbiasa mendengar hal yang salah dan menganggap bahwa mengucapkan kata-kata kotor dan kasar adalah sesuatu yang wajar, apalagi kata-katanya sengaja diubah agar terdengar lebih gaul.

Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita agar tidak ada perkataan kotor keluar dari mulut kita. Kita seharusnya menggunakan kata-kata yang baik. Sebenarnya bukan hanya dalam berkata-kata secara lisan mengucapkan dengan mulut kita, Sobat Junior. Kita juga harus menjaga kata-kata dalam tulisan yang kita ketik dengan jari, maupun kata-kata dalam hati dan pikiran kita. Yuk, kita jaga perkataan kita dalam ucapan, tulisan, bahkan dalam pikiran dan perasaan, agar selalu menunjukkan kasih Tuhan.

Card image
Truth Youth 26 April 2024 - DIFFICULT, BUT NOT IMPOSSIBLE
2024-04-26 06:41:17


"Do not let your hearts be troubled. You believe in God; believe also in me." (John 14:1)

Believing in God when everything is going smoothly and we feel blessed might seem easy. But what about when we face problems or disappointments? For example, failing an exam, experiencing heartbreak, or having a falling out with a friend. In moments like these, trusting in God can be incredibly difficult. We cannot see Him like we see other people, so it's sometimes hard to trust Him in tough situations. Trusting in God doesn't mean we won't face problems or difficulties. Instead, it means we believe that He will be with us through them. When we experience anxiety, we can remember that God is our source of strength and comfort.

As social beings, humans need interactions with others and relationships based on trust. We seek people we can trust to share stories, listen to our complaints, and go through joys and sorrows together. This trust forms the foundation of healthy and constructive relationships, allowing us to feel supported and connected with others in everyday life. However, in practice, it's very difficult and often ends in disappointment when we base our trust on humans who often change. In that case, isn't it better to confide in or place our trust in God? He never changes and is always faithful.

Trusting in God is the key to dispelling anxiety within ourselves. When we place all our trust and life's burdens on Him, we relinquish control and entrust everything to the Creator. In this trust, we find peace and certainty that God is always with us and guiding our steps. Thus, the anxiety that may haunt us will vanish, replaced by a sense of peace that comes from the conviction that God is our source of strength and comfort.

WHAT TO DO:
1. Strengthen your relationship with God through prayer and reading the Bible to cultivate deeper trust in all situations, whether joyful or sorrowful.
2. Maintain a humble and accepting attitude toward God's will, understanding that every trial or difficulty is part of His greater plan for our growth and character formation.

BIBLE MARATHON:
- 2 Kings 19-21

Card image
Truth Youth 26 April 2024 - DIFFICULT, BUT NOT IMPOSSIBLE
2024-04-26 06:36:29


”Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.” (Yohanes 14:1)

Percaya kepada Tuhan ketika segalanya berjalan lancar dan kita merasa diberkati mungkin terasa mudah. Tapi, bagaimana jika kita menghadapi masalah atau kekecewaan? Misalnya, gagal ujian, patah hati, atau pertengkaran dengan teman. Di saat seperti itu, percaya kepada Tuhan bisa jadi sangat sulit. Kita tidak bisa melihat Dia seperti melihat orang lain, sehingga kadang sulit untuk mempercayainya dalam situasi sulit. Percaya kepada Tuhan tidak berarti kita tidak akan menghadapi masalah atau kesulitan. Namun, percaya kepada Tuhan berarti kita yakin bahwa Dia akan menyertai kita melaluinya. Ketika kita mengalami kegelisahan, kita bisa mengingat bahwa Tuhan adalah sumber kekuatan dan penghiburan kita.

Manusia, sebagai makhluk sosial, membutuhkan interaksi dengan individu lainnya dan juga membutuhkan hubungan yang didasari oleh kepercayaan. Kita mencari orang-orang yang dapat kita percayai untuk berbagi cerita, mendengarkan keluh kesah, dan bersama-sama melalui suka maupun duka. Kepercayaan ini merupakan fondasi dari hubungan yang sehat dan membangun, memungkinkan kita untuk merasa didukung dan terhubung dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada praktiknya, sangat sulit dan bahkan sering kali berakhir dengan rasa kecewa ketika kita mendasarkan kepercayaan kita kepada manusia yang sering berubah-ubah. Kalo kayak gitu, better kita cerita atau menaruh kepercayaan kita ke Tuhan gak si? Yang ga pernah berubah dan selalu setia.

Percaya kepada Tuhan adalah kunci untuk menghancurkan kegelisahan dalam diri kita. Ketika kita meletakkan seluruh kepercayaan dan beban hidup kita kepada-Nya, kita melepaskan kontrol dan mempercayakan segalanya kepada Sang Pencipta. Dalam kepercayaan ini, kita menemukan ketenangan dan kepastian bahwa Tuhan selalu menyertai dan mengarahkan langkah-langkah kita. Dengan demikian, kegelisahan yang mungkin menghantui kita akan sirna, digantikan oleh rasa ketenangan yang datang dari keyakinan bahwa Tuhan adalah sumber kekuatan dan penghiburan kita.

WHAT TO DO:
1.Memperkuat hubungan dengan Tuhan melalui doa dan pembacaan Alkitab untuk menumbuhkan kepercayaan yang lebih dalam dalam segala situasi, baik suka maupun duka.
2.Mempertahankan sikap rendah hati dan penerimaan terhadap kehendak Tuhan, memahami bahwa setiap ujian atau kesulitan adalah bagian dari rencana-Nya yang lebih besar untuk pertumbuhan dan pembentukan karakter kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Raja-raja 19-21

Card image
Renungan Pagi - 26 April 2024
2024-04-26 06:33:19


Kita tidak dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi pribadi yang suka bersungut-sungut, yang membalas caci maki dengan caci maki dan mensyukuri penderitaan orang lain, yang kita anggap telah melukai kita, tetapi dipanggil untuk menjadi berkat, mengalahkan kejahatan dengan kebaikan sehingga nama Tuhan dipermuliakan.

"Dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat." Janganlah mengisi hari-hari hidup dengan dendam, sakit hati, kepahitan dan kekecewaan, tetapi isilah hari kita dengan melakukan kebenaran, dengan damai sejahtera Tuhan, melepaskan pengampunan dan sukacita oleh Roh Kudus.
(1 Petrus 3:9)

Card image
Quote Of The Day - 26 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-26 05:28:58


Harus selalu diingat bahwa usia manusia telah dipatok batasnya; bagaimanapun, masa hidup setiap orang ada akhirnya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 26 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-26 05:27:32


Kalau hukum kita Tuhan sendiri, kita harus punya pikiran dan perasaan-Nya supaya kita bisa berbuat segala sesuatu selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah.

Card image
TRANSFORMED MIND - 26 April 2024 (English Version)
2024-04-26 05:22:08


Freeing ourselves from the bonds of the world means that we have pleasure and happiness only in God, God is our only wealth. Why does God say in Luke 16:11, “Unless you are unfaithful in the matter of dishonest mammon, you will not have the true treasure?” This means that if we are still tied to the riches of the world, then we cannot understand the truth. If we still think this world is sweet, we cannot know the truth. Because we only have one life, don't let us be thrown away when we die.

So, God's product is how we become God's props. And to become God's props, our minds must be changed. That is why in Romans 12:2 it is advised, "Do not be conformed to this world, but be transformed by the renewing of your mind, so that you can discern what is God's will: what is good, what is pleasing to God and what is perfect." Our minds must be transformed with the true Word. Because many of us are still 'sick'. (Luke 5:31,32 Jesus answered them, “It is not the healthy who need a doctor, but the sick. I have not come to call the righteous, but sinners to repentance.”)

But the problem is, many people don't feel sick. If a person is sick, and the illness threatens his life, he must look for the best doctor. He doesn't want to die, he wants to recover, he must look for a hospital that can provide the best treatment. On the other hand, if a person doesn't feel sick, then he doesn't feel the need to see a doctor or doesn't need to go to the hospital. People who feel sick in their souls will seek God's church; a church that speaks pure truth. And to know which church is true and which is not true, we have to ask God.

We must really understand that being a Christian means we are called to demonstrate the life of the Father. And salvation is only in Jesus Christ, outside of Christ there is perdition. So if we don't accept Jesus because we are not the chosen people, then we are judged according to our deeds. But if we, the chosen people, fight against the Lord Jesus, it will be dangerous. We are fighting the King, fighting the Son of God who was given the power to rule in eternity. So we are taught to wear the life of the Father which is demonstrated through the life of the Lord Jesus. And it terrifies the powers of darkness. Satan is not afraid of pastors, but Satan is afraid of people demostrating the life of Jesus.

Because Satan's goal is to own someone's life. But if Satan has no basis at all in a person's life, and that person imitates the life of the Lord Jesus, he will lose. So, we must know that being a Christian is actually not difficult, nor difficult, but impossible. Because we must demonstrate the feelings and thoughts of the invisible God; it's impossible. But the Holy Spirit will guide us. So, if we still love the world, we will not gain a correct understanding of God, we will not be able to demonstrate His thoughts and feelings.

That's what we have to fight for. In the eyes of this world, this is not natural, but as long as we still want to live naturally like children of the world, we cannot become true children of God. If we cannot make God our only treasure, we will definitely betray one day. Not yet, because God still gives us a chance. Is it possible at the end of our life, at the end of our death, when we are about to die, will we be able to see God's smile? We have to take it seriously. How can we know that at the end of our life, we will see God's smile? It can't be speculative, we must answer, yes. What is the basic reason? Just believe? it should not be that way.

The basis is that every time we come before God, we say, "Search me, Lord, is there something I'm doing wrong?" And every decision and choice we make must not be based on our own pleasures and considerations, but based on the instincts that God has given us. So we must have instincts so we can hear God's voice or see in the spirit (Greek. hora'o). Matthew 5:8, “Blessed are the pure in heart, for they will see God." This is seeing with the heart.

So, we have to pray, have 30 minutes of prayer, 1 hour, sit quietly, we will be able to know, whether we make God grieves or smiles. God smiles when He sees that what we do as His product, the product of the Holy Spirit placed within us. Honestly, within us, there are ungodly elements or old human elements-ruthlessness, hidden arrogance-and they are often awakened through a mechanism when we face uncomfortable situations. However, all of this is God's way of reminding us that it turns out that within us there is still pride, arrogance, cruelty, and resentment that make us unable to express God's thoughts and feelings.

So now we have to choose, do we want to preserve our old human products, or will we awaken, give birth to it until we can habituate God's products in our lives.

OUR MINDS MUST BE TRANSFORMED WITH THE TRUE WORD.

Card image
PIKIRAN YANG DIUBAH - 26 April 2024
2024-04-26 05:14:41


Melepaskan diri dari ikatan-ikatan dunia artinya kita memiliki kesenangan dan kebahagiaan hanya Tuhan saja, Tuhanlah satu-satunya harta kekayaan kita. Mengapa Tuhan berkata di Lukas 16:11, “Jika kamu tidak setia dalam hal mamon yang tidak jujur, kamu tidak akan memiliki harta yang sesungguhnya?” Artinya, kalau kita masih terikat dengan kekayaan dunia, maka kita tidak dapat mengerti kebenaran. Kalau kita masih mengecap dunia ini manis, kita tidak bisa mengenal kebenaran. Karena kita hanya punya satu nyawa, maka jangan sampai ketika kita mati, kita dibuang.

Jadi, produknya Tuhan itu adalah bagaimana kita menjadi alat peraga Tuhan. Dan untuk menjadi alat peraga Tuhan itu, pikiran kita harus diubah. Itulah sebabnya di Roma 12:2 dinasihati, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Pikiran kita harus diubah dengan firman yang benar. Karena banyak di antara kita yang masih ‘sakit.’

Tapi masalahnya, banyak orang merasa tidak sakit. Kalau orang sakit, dan sakitnya itu mengancam nyawanya, dia pasti cari dokter yang terbaik. Dia tidak mau mati, dia mau sembuh, dia pasti cari rumah sakit yang bisa memberikan treatment yang terbaik. Sebaliknya, kalau orang tidak merasa sakit, maka dia tidak merasa perlu ke dokter atau tidak perlu ke rumah sakit. Orang yang merasakan jiwanya sakit, maka dia akan mencari gereja Tuhan; gereja yang menyuarakan kebenaran yang murni. Dan untuk mengetahui mana gereja yang benar dan tidak benar, kita harus bertanya kepada Tuhan.

Kita harus sungguh-sungguh mengerti, bahwa menjadi Kristen berarti kita dipanggil memperagakan kehidupan Bapa. Dan keselamatan hanya dalam Yesus Kristus, di luar Kristus itu binasa. Jadi kalau kita tidak menerima Yesus karena memang bukan umat pilihan, maka kita dihakimi menurut perbuatan. Tapi kalau sampai kita, umat pilihan, melawan Tuhan Yesus, bahaya. Kita melawan Raja, melawan Anak Allah yang diberi kekuasaan untuk memerintah di kekekalan. Maka kita diajari mengenakan hidup-Nya Bapa yang diperagakan melalui hidup-Nya Tuhan Yesus. Dan itu menakutkan kuasa kegelapan. Setan itu tidak takut dengan pendeta, tapi setan takut kalau sampai orang memperagakan hidup Yesus.

Sebab tujuan setan adalah memiliki hidup seseorang. Tapi kalau sampai setan tidak punya pangkalan sama sekali dalam hidup seseorang, dan orang itu memperagakan hidup Tuhan Yesus, kalah dia. Maka, kita harus tahu bahwa menjadi Kristen itu sebenarnya tidak berat, juga tidak sulit, tapi mustahil. Sebab perasaan dan pikiran Allah yang tidak kelihatan harus kita peragakan; mustahil. Tapi Roh Kudus akan menuntun kita. Jadi, kalau kita masih mencintai dunia, kita tidak akan mendapatkan pengertian yang benar tentang Tuhan, kita tidak akan mampu memperagakan pikiran dan perasaan-Nya.

Itu yang harus kita perjuangkan. Di mata dunia ini tidak wajar, tapi selama kita masih mau hidup wajar seperti anak dunia, kita tidak bisa menjadi anak-anak Allah yang benar. Kalau kita tidak bisa menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya harta kita, kita pasti berkhianat suatu hari. Sekarang belum, karena Tuhan masih beri kesempatan. Kira-kira nanti kalau di ujung waktu, di ujung ajal, waktu kita mau meninggal dunia, apakah kita dapat melihat senyum Tuhan? Kita harus memperkarakannya secara serius. Bagaimana kita bisa tahu bahwa di ujung waktu kita nanti, kita akan melihat senyum Tuhan? Tidak boleh spekulatif, mestinya kita jawab, ya. Apa alasan dasarnya? Percaya saja? Tidak boleh.

Dasarnya adalah kalau setiap kali kita datang menghadap Tuhan, kita berkata, “Selidiki Aku, Tuhan, adakah sesuatu yang salah yang kulakukan?” Dan setiap keputusan dan pilihan yang kita lakukan harus bukan berdasarkan kesenangan dan pertimbangan pikiran kita sendiri, tapi berdasarkan naluri yang Tuhan berikan. Maka kita harus punya naluri agar bisa mendengar suara Tuhan atau melihat di dalam roh (Yun. hora'o). Matius 5:8, “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah." Ini melihat dengan hati.

Jadi, kita harus berdoa, punya waktu selama 30 menit, 1 jam, duduk diam, kita akan bisa tahu, apakah kita membuat Tuhan berduka atau tersenyum. Tuhan tersenyum kalau Dia melihat apa yang kita lakukan merupakan produk Dia, produk Roh Kudus yang ditaruh di dalam diri kita. Sejujurnya, di dalam diri kita, ada unsur-unsur fasik atau unsur manusia lama—kebengisan, kesombongan terselubung—dan itu sering dibangkitkan lewat sebuah mekanisme ketika kita menghadapi situasi yang tidak nyaman. Namun, itu semua adalah cara Tuhan untuk mengingatkan kita bahwa ternyata di dalam diri kita masih ada kesombongan, keangkuhan, kebengisan, dendam yang membuat kita tidak bisa memperagakan pikiran dan perasaan Allah.

Maka sekarang kita harus memilih, apakah kita mau melestarikan produk manusia lama kita, atau kita akan membangkitkan, melahirkan, sampai bisa membiasakan produk Tuhan dalam hidup kita?

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PIKIRAN KITA HARUS DIUBAH DENGAN FIRMAN YANG BENAR.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 April 2024
2024-04-26 05:02:33

1 Tawarikh 6

Card image
Truth Kids 25 April 2024 - TIDAK BERKESUDAHAN
2024-04-25 06:57:34


1 Korintus 13:8
"Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap."

Siapa yang suka dan hafal nama-nama dinosaurus? Ada T-Rex, Brontosaurus, Stegosaurus, dan masih banyak lagi. Tapi semuanya itu hanya tinggal cerita, karena mereka semua sudah lenyap. Tidak ada lagi dinosaurus yang hidup di bumi ini. Segala makhluk hidup akan lenyap, bahkan ada juga benda-benda mati yang juga sudah lenyap, tidak dibuat lagi karena tidak berguna di zaman sekarang. Mereka hanya ada di museum-museum. Misalnya pager. Sobat Kids sudah pernah dengar tentang pager belum? Dahulu pager dipakai sebagai salah satu alat komunikasi pesan pendek. Tetapi, karena sudah ada teknologi yang baru, pager sudah tidak dipakai.

Ayat firman Tuhan hari ini mengatakan bahwa pengetahuan akan lenyap, nubuat dan bahasa roh akan berhenti. Namun, ada satu hal yang tidak berkesudahan yaitu kasih. Kasih tidak akan pernah lenyap, Sobat Kids. Kasih akan selalu ada; dari dahulu, sekarang, dan masa depan. Bahkan sampai kita bertemu dengan Bapa di surga nantinya. Kasih dari Bapa akan selalu menyertai kita. Kita berterima kasih atas kasih-Nya yang tidak berkesudahan dalam hidup ini.

Card image
Truth Junior 25 April 2024 - TIDAK AKAN RUSAK
2024-04-25 06:55:27


1 Korintus 13:8
“Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.”

Tahu tidak, di dunia ini tidak ada sesuatu yang tahan lama? Misalnya mainan, pasti ada waktunya menjadi rusak, hilang, atau tidak bisa digunakan lagi. Atau pakaian kita, ada waktunya akan robek, kekecilan, dan warnanya pudar. Atau rumah kita, mungkin akan bocor, warna catnya tidak cerah lagi, dan lain-lain.

Tapi ada satu hal yang tahan lama dan tidak akan rusak, robek, atau kekecilan, yaitu kasih, karena kasih adalah kekuatan yang luar biasa dan ajaib. Orang yang memiliki kasih, pasti hatinya bersinar. Bukan karena di hatinya ada lilin atau lampu, melainkan karena suka berbuat baik. Dan sinar di dalam hati orang yang punya kasih tidak akan pernah mati atau pudar.

Siapa yang punya kasih di hatinya? Kita harus punya kasih di dalam hati kita. Jadi, kita harus mau mengerti, merangkul, dan menghargai orang lain. Caranya bagaimana? Yuk, kita peluk teman kita yang sedang bersedih. Atau waktu kita punya makanan yang lebih, kita mau berbagi kepada kakak atau adik kita.

Sobat Junior, setiap tindakan kecil kita yang baik, pasti bernilai dan membuat Tuhan senang. Walaupun hanya memberikan satu butir permen kepada kakak, Tuhan pun senang jika kamu melakukannya dengan hati yang tulus.

Card image
Truth Youth 25 April 2024 (English Version) - THE BREAKING POINT
2024-04-25 06:53:37


"He gives power to the weak and strength to the powerless." (Isaiah 40:29)

All of us have experienced periods of weariness. Feeling tired or bored of studying for those in school or university. For those working, there might be a lack of motivation to work. There are certainly factors that contribute to feeling weary of studying or working. For students, a lack of creativity in teaching from teachers or professors can affect our learning environment. Perhaps the subject matter is difficult and challenging, leading to feelings of weariness. In the workplace, an unsupportive environment or high workload pressure can diminish our motivation to work. Friends, often our weariness is influenced by everything we see. Being in an unsupportive work environment can certainly affect our enthusiasm. Learning difficult subjects or courses undoubtedly requires high levels of motivation.

The same goes for our spirituality. If we are in a good environment, our spirituality thrives and we are motivated to continue growing. But actually, an unfavorable environment can also be a good means to see the quality of our character and spirituality. Are we carried away by the current or do we remain responsible for our duties? In terms of schooling, whether we choose to fail or continue trying is a choice. Indeed, there are times when we reach a breaking point, feeling unmotivated to do anything. Especially if there is no one supporting us. That's where we must realize that we cannot go through it with our own strength alone. Therefore, ask for God's help and don't focus on our weaknesses, but focus on the purpose of doing it all for God's glory. Then God will give us the strength to overcome it.

WHAT TO DO:
Be faithful in small matters.

BIBLE MARATHON:
- 2 Kings 17-18

Card image
Truth Youth 25 April 2024 - TITIK JENUH
2024-04-25 06:52:01


"Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya" (Yesaya 40:29).

Semua kita pasti pernah berada di fase jenuh. Merasa jenuh atau bosan untuk belajar bagi yang sedang bersekolah maupun kuliah. Bagi yang bekerja mungkin terasa tidak ada semangat untuk bekerja. Pasti ada faktor-faktor yang membuat kita merasa jenuh untuk belajar atau bekerja. Biasanya bagi yang bersekolah, kita jadi kurang semangat atau bosan karena guru atau dosen yang mengajar kurang kreatif sehingga suasana belajar kita turut dipengaruhi. Mungkin juga pelajarannya agak susah dan menantang sehingga terasa jenuh.

Kalau yang sedang bekerja, lingkungan tempat kerja yang tidak mendukung atau tekanan kerja yang tinggi bisa membuat kita tidak semangat untuk bekerja. Teman-teman, sering kali kejenuhan kita dipengaruhi oleh segala sesuatu yang terlihat. Berada di lingkungan tempat kerja yang kurang mendukung tentu bisa mempengaruhi semangat kita. Belajar mata kuliah atau mata pelajaran yang susah pasti membutuhkan semangat yang tinggi. Sama halnya dengan kerohanian kita. Jika kita berada di lingkungan yang baik, kerohanian kita bertumbuh dengan baik dan kita semangat untuk terus bertumbuh. Tapi sebenarnya lingkungan yang kurang baik juga bisa menjadi sarana yang baik untuk melihat kualitas karakter dan kerohanian kita. Apakah kita terbawa arus atau tetap bertanggung jawab dengan tugas kita. Dalam hal sekolah, apakah kita memilih gagal atau mau terus berusaha itu adalah sebuah pilihan. Memang ada waktu di mana kita berada di titik jenuh, merasa tidak semangat melakukan sesuatu. Apalagi jika tidak ada orang yang support kita. Di situlah kita harus menyadari bahwa kita tidak bisa menjalani sesuatu dengan kekuatan kita sendiri. Oleh sebab itu, mintalah pertolongan Tuhan dan jangan fokus pada kelemahan kita, tapi fokuslah pada tujuan melakukan semuanya itu untuk kemuliaan Tuhan. Maka Tuhan akan memberikan kekuatan kepada kita untuk melewatinya.

WHAT TO DO:
Setialah dalam perkara kecil.

BIBLE MARATHON:
2 Raja-raja 17-18

Card image
Renungan Pagi - 24 April 2024
2024-04-25 05:57:31


Orang yang mengasihi Tuhan, akan mengerti isi hati Tuhan, dan seharusnya memahami bahwa ketika diperhadapkan pada masalah dan kesulitan, pasti tidak akan mudah kecewa, menyerah, putus asa, dan marah-marah, tetapi tetap tenang dan mempercayai Tuhan, karena sangat menyadari bahwa di balik setiap masalah yang diijinkan terjadi, Tuhan punya rencana yang indah bagi kita.

Tuhan sebenarnya sedang melatih iman kita, sehingga menghasilkan ketekunan yang akan membuat kita memperoleh buah yang matang dan menjadi sempurna seperti Bapa. "sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.
(Yakobus 1:3-4)

Card image
Quote Of The Day - 25 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-25 05:55:23


Penyerahan kedaulatan pribadi kepada dunia terjadi ketika seseorang dikuasai oleh sebuah gaya hidup yang salah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 25 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-25 05:54:05


Dalam kehidupan orang percaya, tidak ada prioritas atau urutan kepentingan, sebab isi satu-satunya perjuangan hidup hanyalah bagaimana menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga.

Card image
SUPERIOR PRODUCTS OF GOD - 25 April 2024 (English Version)
2024-04-25 05:24:35


All products that are not from God will not be immortalized, will not be preserved, will not be perpetuated, will not be continued, but will be thrown into the lake of fire. For people outside of Christianity, namely those who are not the chosen people, God also has a product in and through their lives, in acts of love. God is love. So people outside of Christianity who have love are a product of God. That is why God judges people based on their deeds. “When I was hungry, you fed Me; when I was thirsty, you gave me a drink; when I was naked, you clothed me; when I was in prison, you visited me.”

People who possess these product of God will be allowed to enter the new heaven on the new earth. Usually people will say, "Why did Jesus die on the cross, and what is the point of evangelism, if anyone outside of Christianity can go to heaven?" Remember, outside Christians, not outside Christ, because Christ also died for them. (1 John 2:2 He is the atoning sacrifice for our sins, and not only for ours but also for the sins of the whole world). If Christ did not die for them, then all humans without calculation, without consideration, without judgment, would all go to hell. No human being is without sin. But Jesus carried all the sins committed by humans on the cross. Because of the sin of one Adam, the first Adam, many people perished. But by a second Adam, the last Adam, anyone is justified.

We must also understand the meaning of justification correctly. The word "justified" is actually not only for Christians who are justified by the blood of Jesus in the standard of life of the Son of God. In Romans 2:12 it is written, "For all who sin without the law will perish without the law," these are people outside of Israel and outside of Christians, "And everyone who sins under the law will be judged by the law." So, there are those who are judged according to the law because they have the law, these are the people of Israel. And there are those who do not have the law, so they are judged by the law written in their hearts. There are laws written in their hearts, according to the cultural circumstances of each nation.

That is why in the Book of Revelation it says, everyone will be judged according to their books. So, there are many moral standards, norm standards, ethical standards and laws that every individual understands. For it is not the person who hears the law who is righteous before God, but the person who does the law who will be justified. And the law of the Torah can be summarized in two things, namely: "Love the Lord your God with all your heart, soul, mind and strength."

But for those who do not know Elohim Yahweh, the true God, who does not have the law of the Torah and the same law as it applies, "Love your neighbor as yourself." The basis of judgment for them is deeds, not faith, because they are not the chosen people.

Then what about Christians? God's product in a Christian's life is not just a product of love—which apparently can also be done by non-Christians- but the love that Christians have must be the love of God. So, talking about loving others, non-Christians can do it too. Don't think narrowly, outside Christians are those who dare to die for their country, defend their people, defend truth and justice, willingly give up their wealth for others. Also, don't be blinded by the saying, “Although they are good, without Christ, perish.” Christ also died for them. However, Christians must demonstrate the love of God.God's love.

So, when Jesus said in the Gospel of Matthew 5:48, "You must be perfect like the Father," it means that what the Father does, we must do. And Jesus is the perfect human model; model of the human being desired by God. The Son can do nothing by himself; he can only do what he sees his Father doing. (John 5:19 Jesus gave them this answer: “Very truly I tell you, the Son can do nothing by himself; he can do only what he sees his Father doing, because whatever the Father does the Son also does). That is why Jesus is called the Christ, meaning the anointed one. In the past, the anointing used oil, Jesus was filled by God, anointed by God. Jesus is the superior product of God. So if we want to have a quality life, don't have ties to anything or anyone, so that God can work within us and so that we can become God's instruments, where our minds are filled with God, our bodies become instruments of God's glory. In this way we become a quality product of God. In essence, Christians are projected to be quality, superior products of God.

IN ESSENCE, CHRISTIANS ARE PROJECTED TO BE SUPERIOR, QUALITY PRODUCTS OF GOD.

Card image
PRODUK ALLAH YANG UNGGUL - 25 April 2024
2024-04-25 05:22:32


Semua produk yang bukan dari Tuhan tidak akan diabadikan, tidak akan dilestarikan, tidak akan dilanggengkan, tidak akan diteruskan, tetapi akan dibuang ke dalam lautan api. Bagi orang-orang di luar Kristen, yaitu mereka yang tidak menjadi umat pilihan, Allah pun memiliki produk di dalam dan melalui hidup mereka, di dalam tindakan kasih. Allah itu kasih. Jadi orang-orang di luar Kristen yang memiliki kasih adalah produk Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan menghakimi orang berdasarkan perbuatan. “Ketika Aku lapar, engkau memberi Aku makan; ketika Aku haus, engkau berikan Aku minum; ketika Aku bertelanjang, engkau memberikan Aku pakaian; ketika Aku dalam penjara, engkau melawat Aku.”

Orang-orang yang memiliki produk Tuhan ini akan diperkenan masuk langit baru bumi baru. Biasanya orang akan berkata, “Untuk apa Yesus mati di kayu salib, dan untuk apa penginjilan, jika ada orang di luar Kristen bisa masuk surga?” Ingat, di luar Kristen, bukan di luar Kristus, sebab Kristus juga mati untuk mereka. Kalau Kristus tidak mati untuk mereka, maka semua manusia tanpa perhitungan, tanpa pertimbangan, tanpa pengadilan, semua masuk neraka. Tidak ada manusia yang tidak berdosa. Tetapi semua perbuatan dosa yang dilakukan manusia telah dipikul Yesus di kayu salib. Oleh dosa seorang Adam, Adam pertama, maka banyak orang binasa. Tapi oleh seorang Adam kedua, Adam terakhir, maka ada orang yang dibenarkan.

Pengertian dibenarkan ini juga harus kita mengerti dengan benar. Kata “dibenarkan” sebenarnya bukan hanya untuk orang Kristen yang dibenarkan oleh darah Yesus dalam standar hidup Anak Allah. Dalam Roma 2:12 tertulis, “Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat,” ini orang-orang yang di luar orang Israel dan di luar orang Kristen, “Dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat.” Jadi, ada orang yang dihakimi menurut hukum Taurat karena memiliki hukum Taurat, ini adalah orang Israel. Dan ada orang yang tidak memiliki hukum Taurat, maka mereka dihakimi menurut Taurat yang tertulis di hati mereka. Ada hukum yang ditulis di dalam hati mereka, sesuai dengan keadaan budaya masing-masing bangsa.

Itulah sebabnya dalam Kitab Wahyu dikatakan, setiap orang akan dihakimi menurut kitab-kitab mereka. Jadi, banyak standar moral, standar norma, standar etika, dan hukum yang dipahami setiap individu. Karena bukan orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tapi orang yang melakukan hukum Taurat yang akan dibenarkan. Dan hukum Taurat itu bisa diringkas dalam dua hal, yaitu: “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan.”

Tapi bagi yang tidak mengenal Elohim Yahweh, Allah yang benar, yang tidak memiliki hukum Taurat dan hukum yang sama dengan itu berlaku, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Dasar penghakiman untuk mereka adalah perbuatan, bukan iman, karena memang mereka bukan umat pilihan.

Lalu bagaimana dengan orang Kristen? Produk Tuhan dalam hidup orang Kristen bukan sekadar produk kasih—yang ternyata juga bisa dilakukan orang-orang non-Kristen—tapi kasih yang dimiliki orang Kristen haruslah kasih Allah. Jadi, bicara mengenai mengasihi sesama, itu orang-orang non-Kristen juga bisa. Jangan berpikir picik, orang di luar Kristen itu ada yang berani mati demi negara, membela demi rakyatnya, membela demi kebenaran dan keadilan, rela menyerahkan hartanya untuk sesamanya. Juga jangan dibutakan oleh perkataan, “Biar mereka baik, tanpa Kristus, binasa.” Kristus pun mati untuk mereka. Namun, orang Kristen harus memperagakan kasih Allah.

Jadi, kalau Yesus berkata di Injil Matius 5:48, “Kamu harus sempurna seperti Bapa,” berarti apa yang dilakukan Bapa, harus kita lakukan. Dan Yesus adalah model manusia yang sempurna; model manusia yang dikehendaki oleh Allah. Anak tidak dapat berbuat apa-apa, Anak itu melihat apa yang Bapa lakukan. Itulah sebabnya, Yesus disebut Kristus, artinya yang diurapi. Kalau dulu pengurapan menggunakan minyak, Yesus dipenuhi oleh Allah, diurapi oleh Allah. Yesus adalah produk Allah yang unggul. Maka kalau kita mau memiliki hidup yang berkualitas, jangan punya ikatan dengan apa pun dan siapa pun, supaya Allah bisa bekerja di dalam diri kita dan supaya kita bisa menjadi alat peraga Tuhan, di mana pikiran kita dipenuhi Allah, tubuh kita menjadi alat kemuliaan Tuhan. Dengan demikian kita menjadi produk Tuhan yang berkualitas. Sejatinya, orang Kristen diproyeksikan untuk menjadi produk Allah yang berkualitas, yang unggul.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEJATINYA, ORANG KRISTEN DIPROYEKSIKAN UNTUK MENJADI PRODUK ALLAH YANG BERKUALITAS, YANG UNGGUL.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 April 2024
2024-04-25 05:16:42

Mazmur 73, 77-78

Card image
Truth Kids 24 April 2024 - KASIH ITU TAAT
2024-04-24 06:38:36


Yohanes 14:15
"Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku."

Sobat Kids, adakah di antara kalian yang mengaku anak-anak Allah tetapi sering melawan orang tua atau berkata bohong? Semoga tidak ada, ya. Anak-anak Allah haruslah memiliki sikap taat kepada firman Tuhan. Lalu apa hubungannya firman Tuhan dengan bohong atau melawan orang tua? Tuhan pernah berfirman dalam Alkitab bahwa kita haruslah menghormati dan mengasihi orang tua kita. Sebagai anak-anak Allah, kita juga tidak boleh bersaksi dusta atau berbohong. Ini adalah salah satu contoh perintah Tuhan yang harus kita taati sebagai anak-anak Allah.

Mengapa kita harus taat pada firman Tuhan? Ketaatan kita pada firman Tuhan adalah bukti kita mengasihi Tuhan. Jadi kalau kita mengaku anak Allah tetapi tidak taat pada firman-Nya, maka kita berbohong. Kita tidak sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Siapa yang mau hidup sungguh-sungguh mengasihi Tuhan Yesus? Jika kalian mau, ayo, jangan hanya bicara di mulut saja. Mari kita belajar taat pada perintah Tuhan lewat firman-firman yang disampaikan melalui Alkitab atau khotbah di gereja, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 24 April 2024 - HATIKU BERSINAR
2024-04-24 06:35:55


Yohanes 14:15
“Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.”

Sobat Junior, ada sesuatu yang sangat istimewa, tapi bukan mainan yang mahal. Tahu apa? Kasih. Kenapa kasih sangat istimewa? Karena kasih seperti cahaya hangat yang selalu menyinari hati kita. Tapi tidak semua orang punya kasih, karena tidak semua orang mau taat firman Tuhan.

Kalau di rumah, pasti mama atau papa punya aturan, bukan? Misalnya ada aturan harus cuci kaki kalau dari luar rumah. Kemudian ada aturan harus sikat gigi sebelum tidur, dan banyak lagi aturan yang berbeda-beda di setiap keluarga. Kenapa harus ada aturan di rumah? Karena mama dan papa sayang sama kita. Begitu juga dengan Tuhan.

Tuhan punya aturan, tertulis di dalam Alkitab. Tuhan memberikan aturan bukan untuk membatasi kita, melainkan untuk melindungi dan membimbing kita. Waktu kita taat kepada firman Tuhan, artinya kita sayang sama Tuhan. Seperti anak yang mendengarkan nasihat baik dari mama dan papanya, kita juga harus mendengarkan dan menaati apa yang Tuhan katakan.

Mungkin sekarang kita belum bertemu langsung dengan Tuhan, jadi kita belum bisa memeluk Tuhan. Tapi untuk menunjukkan rasa sayang kita sama Tuhan, kita bisa taat kepada-Nya. Kita mau rajin ke gereja, rajin berdoa, sayang sama papa dan mama, sayang kakak dan adik, tidak pilih-pilih teman, berkata yang baik, sehingga dalam hati kita ada kasih yang selalu menyinari hati kita. Kasih yang istimewa ada di hati kita, karena kita sayang kepada Tuhan dan sesama.

Card image
Truth Youth 24 April 2024 (English Version) - HOLD MY HAND
2024-04-24 06:34:04


"For the Lord will personally go ahead of you. He will be with you; he will neither fail you nor abandon you." (Deuteronomy 31:8)

In a playground, there was a small child about a year old who was learning to walk. Near the child were a woman and a man in their 30s. They were likely the child's parents. Not far from there, the writer observed their joy when the child succeeded in taking steps toward them. However, when the child suddenly fell, both parents looked panicked and immediately picked up, comforting and checking for any injuries. After that, they led the child to walk so that he wouldn't fall again. Friends, if earthly parents can pay attention to us in such a way, how much more does God, who has such great love for us?

God surely cares for us more than that. Like the little child learning to walk toward his parents, we are learning to walk toward God. However, sometimes on our journey, we are not careful and we may fall. We fall when we engage in bad company, we fall when we hate others, and we fall when we rebel against or are upset with our parents. But are we left to fall by God? Friends, God never leaves us; it's just that we sometimes refuse His outstretched hand when we are falling, hurt by circumstances, disappointed with our parents, or ostracized by friends. God wants to hold our hand like the parents of the little child. So let's not lose hope if we fall today. Rise from that fall and hold God's hand. Falling will make us stronger than ever before.

WHAT TO DO:
Take a few minutes every day for meditation and start taking steps to leave behind bad habits.

BIBLE MARATHON:
- 2 Kings 14-16

Card image
Truth Youth 24 April 2024 - HOLD MY HAND
2024-04-24 06:30:39


"Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati." (Ulangan 31:8)

Di sebuah taman permainan, ada seorang anak kecil kira-kira berusia setahun lebih yang sedang belajar berjalan. Di dekat anak kecil itu ada seorang wanita dan pria berusia sekitar 30-an. Kemungkinan mereka adalah papa mama anak kecil itu. Tidak jauh dari tempat itu, penulis memperhatikan kebahagiaan mereka ketika melihat anak itu berhasil maju melangkah ke arah mereka. Namun, ketika anak kecil itu tiba-tiba terjatuh, kedua orang tuanya kelihatan panik dan segera menggendong, menenangkan dan memeriksa jika ada luka pada anak mereka. Setelah itu, mereka memimpin anak kecil itu berjalan supaya tidak jatuh lagi. Teman-teman, jika orang tua kita di bumi saja bisa memperhatikan kita sedemikian rupa, apalagi Tuhan yang memiliki kasih yang begitu besar terhadap kita.

Tuhan pasti menjagai kita lebih dari itu. Seperti anak kecil itu yang sedang belajar berjalan menuju ke arah papa mamanya, kita sedang belajar berjalan ke arah Tuhan. Namun, terkadang dalam perjalanan kita tidak berhati-hati sehingga bisa terjatuh. Kita jatuh ketika kita ikut dalam pergaulan yang buruk, kita jatuh ketika kita membenci orang dan kita jatuh ketika kita memberontak atau kesal sama orang tua. Tapi apakah kejatuhan kita dibiarkan Tuhan? Teman-teman, Tuhan tidak pernah membiarkan kita, hanya kita saja yang tidak mau menyambut uluran tangan-Nya ketika kita sedang jatuh terluka dengan keadaan, kecewa dengan orang tua, dikucilkan oleh teman. Tuhan mau memegang tangan kita seperti papa mama anak kecil itu. Jadi yuk, jangan berputus asa jika hari ini kita jatuh. Bangkitlah dari kejatuhan itu dan peganglah tangan Tuhan. Kejatuhan akan menjadikan kita pribadi yang lebih kuat dari sebelumnya.

WHAT TO DO:
Setiap hari ambil waktu beberapa menit untuk meditasi dan mulailah mengambil langkah meninggalkan kebiasaan buruk.

BIBLE MARATHON:
2 Raja-raja 14-16

Card image
Renungan Pagi - 24 April 2024
2024-04-24 06:28:12


Orang yang hanya menjadi pendengar firman Tuhan namun tidak pernah melakukannya, sama dengan penipu dan orang-orang munafik, seperti yang Tuhan Yesus katakan ketika mengecam ahli Torat dan orang-orang Farisi.

Namun di bagian lain, Tuhan Yesus menyatakan perumpamaan tentang orang-orang yang mendengarkan perkataan-Nya dan tidak melakukannya, sama dengan orang bodoh yang mendirikan rumahnya diatas pasir. Tetapi orang-orang yang mendengarkan perkataan-Nya dan melakukannya sama dengan orang bijaksana yang mendirikan rumahnya diatas batu.

"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir."

Jadi apakah kita adalah orang bijaksana atau orang bodoh? itu ditentukan dari pribadi kita yang suka mendengarkan perkataan Tuhan, lalu apakah kita melakukan seperti yang dikatakan Tuhan dalam firman-Nya atau tidak. Pilihan menjadi orang bijaksana atau bodoh ditentukan oleh diri sendiri.
(Matius 7:24, 26)

Card image
Quote Of The Day - 24 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-24 06:16:07


Untuk memeriksa kepada siapa kedaulatan hidup kita serahkan, perlu dipertanyakan siapa objek yang paling kita cintai.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 24 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-24 06:15:06


Menikmati kemuliaan Kerajaan Allah akan menghindarkan orang percaya jatuh dalam dosa, juga membangun kesucian yang semakin kuat dan tajam.

Card image
IGNITING THE LONGING - 24 April 2024 (English Version)
2024-04-24 06:11:41


How beautiful it would be if we had a strong and sincere desire to become someone pleasing to God. That longing must continue to burn in our hearts. We are the ones who ignite it, we are the ones who fuel it until it becomes a kind of constant and permanent consumption within us; become our thirst and hunger. And this is what is meant by God's words in the Gospel of Matthew 5:6, "Blessed are those who hunger and thirst for righteousness, for they will be filled."

We must continue to ignite our longing, ignite the desire to be the favorite children of our Father in heaven. Or in other words, it is to become a fragrance before God. This is a certainty, meaning we can achieve, we can experience it, because this is the will of our Father in heaven. Therefore, from the moment we wake up in the morning, let's make up our minds to truly please God by understanding what God wants, understanding what He plans.

We do God's will, and we fulfill His plans or those related to God's work that He has entrusted to each of us. Understanding God's will is very personal, and each of us must really wrestle with it. Our prayer, "Make me always able to hear Your voice, Lord." We want to always be able to hear God's voice so that we can understand God's will and do it.

We ask God to give us sensitivity to understand what God plans in our lives for us to fulfill. Moreover, a servant of God certainly must not have his own project, must not have his own desires, vision and mission; everything must come from God, and we only do what God wants in our lives. And if we understand what God's plan for our lives is related to His work, we fulfill it. This is usually the final stage, high level of mature Christian life, which is no longer busy with oneself, but be busy only busy with the work of God. And this is what God desires.

To understand what God wants, to hear God's voice, we must close our ears to the voices of the world. We hear many voices through gadgets, through many sources, and they deafen our ears, even closing our spiritual ears from hearing God's voice. What also closes our minds, closes our spiritual ears to God's voice, are our own desires; desires that are not in accordance with God's will that we keep, bury that are in our hearts, closing our ears to hear God's voice to understand God's will and plan.

Do not harbor certain desires that may not be in accordance with the will of God. Every desire must be examined. If it is not God's will, we discard it. Because if someone still have desires of their own, they will not be able to understand God's desires in their lives. Remember, firstly, do not fill your mind with voices that come from outside. Do not be busy with watching movies, gadgets, unnecessary SMS messages that you don't need to read. Secondly, do not have desires of your own, so that God's desires can be channeled, imparted, can be placed in our hearts.

People say, "We are human, can't we have desires?" Yes, we can! For us, those desires are God's desires placed within us. We photocopy, we copy and paste God's desires to put them into our lives. And thirdly, what blinds the spiritual eyes, what closes the spiritual ears is sin. This is the most dreadful! So, don't commit the slightest sin, no matter how small. Do not sin! By taking these steps, we will be able to hear the voice of God, understand His will and plan in our lives.

If we do that, a longing to meet God will arise. Only then can we understand why we long to behold the face of God, why we long to return to heaven, because we have done God's will and fulfilled His plan completely. That's where we exhaust ourselves for God. We finish our life journey in the presence of God to serve, devote ourselves to God, give joy to God, and to be a comfort to the Kingdom of Heaven.

WE MUST CONTINUE TO IGNITE THE LONGING, IGNITE THE DESIRE TO BE THE FAVORITE CHILDREN OF OUR FATHER IN HEAVEN.

Card image
MENGOBARKAN KERINDUAN - 24 April 2024
2024-04-24 06:09:48


Betapa indahnya kalau kita memiliki kerinduan yang kuat dan tulus untuk menjadi seorang yang berkenan di hadapan Tuhan. Kerinduan itu harus terus menyala di hati kita. Kita yang menyalakannya, kita yang mengobarkannya sampai itu menjadi semacam konsumsi yang tetap dan permanen dalam diri kita; menjadi kehausan dan kelaparan kita. Dan inilah yang dimaksud firman Tuhan di dalam Injil Matius 5:6, "Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan."

Kita harus terus mengobarkan kerinduan, mengobarkan keinginan untuk menjadi anak kesukaan Bapa di surga. Atau dengan kalimat lain yaitu menjadi keharuman di hadapan Tuhan. Ini suatu keniscayaan, artinya kita bisa mencapai, bisa mengalami, karena memang inilah kehendak Bapa di surga. Karenanya, sejak kita bangun pagi, mari kita bulatkan tekad untuk benar-benar bisa menyenangkan hati Tuhan dengan mengerti apa yang Tuhan kehendaki, memahami apa yang Dia rencanakan. 

Kita lakukan kehendak Tuhan tersebut, serta kita penuhi rencana-Nya atau yang terkait dengan pekerjaan Tuhan yang Ia percayakan kepada kita masing-masing. Mengerti kehendak Allah, sangat pribadi sifatnya, dan masing-masing kita harus benar-benar bergumul. Doa kita, "Buatku selalu dapat mendengar suara-Mu, Tuhan.” Kita mau selalu dapat mendengar suara Tuhan untuk kita pahami kehendak Tuhan dan kita lakukan. 

Kita minta Tuhan memberi kita kepekaan untuk mengerti apa yang Tuhan rencanakan dalam hidup kita guna kita penuhi. Apalagi seorang pelayan Tuhan tentu tidak boleh punya proyek sendiri, tidak boleh punya keinginan, visi dan misi sendiri; semua harus datang dari Tuhan, dan kita hanya melakukan apa yang Tuhan kehendaki di dalam hidup kita. Dan kalau kita mengerti apa rencana Tuhan dalam hidup kita yang terkait dengan pekerjaan-Nya, kita penuhi itu. Ini biasanya tingkat akhir, tingkat tinggi dari kehidupan Kristen yang dewasa, yang sudah tidak lagi sibuk mengurusi diri sendiri, tapi sibuk hanya mengurusi pekerjaan Tuhan. Dan inilah yang dikehendaki oleh Tuhan. 

Untuk mengerti apa yang Tuhan kehendaki, untuk mendengar suara Tuhan, kita harus menutup telinga terhadap suara dunia. Banyak suara kita dengar melalui gadget, melalui banyak sumber, dan itu memekakkan telinga kita, bahkan menutup telinga rohani kita untuk mendengar suara Tuhan. Yang juga menutup pikiran kita, menutup telinga rohani kita terhadap suara Tuhan adalah keinginan-keinginan diri sendiri; keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah yang kita simpan, pendam, yang ada di hati kita, menutup telinga kita terhadap suara Tuhan untuk mengerti kehendak dan rencana Tuhan. 

Jangan menyimpan keinginan-keinginan tertentu yang belum tentu sesuai dengan kehendak Allah. Setiap keinginan, harus kita periksa. Jika itu bukan kehendak Tuhan, kita buang. Sebab kalau orang masih memiliki keinginan dari diri sendiri, dia tidak akan bisa mengerti keinginan Tuhan di dalam hidupnya. Ingat, yang pertama, jangan mengisi pikiran dengan suara-suara yang datang dari luar. Jangan disibukkan dengan tontonan film, gadget, SMS-SMS yang tidak perlu dibaca. Yang kedua, jangan punya keinginan dari diri sendiri, supaya keinginan Tuhan bisa disalurkan, bisa diimpartasikan, bisa ditaruh di hati kita. 

Orang bilang, "Kita manusia, boleh dong punya keinginan?” Boleh! Bagi kita, keinginan itu adalah keinginan Tuhan yang ditaruh di dalam diri kita. Kita photocopy, kita copy paste keinginan Tuhan untuk kita taruh di dalam hidup kita. Dan yang ketiga, yang membutakan mata rohani, yang menutup telinga rohani adalah dosa. Ini paling mengerikan! Maka, jangan kita berbuat dosa sekecil apa pun, sehalus apa pun. Jangan berbuat dosa! Dengan langkah-langkah ini akan membuat kita bisa mendengar suara Tuhan, mengerti kehendak dan rencana-Nya dalam hidup kita.

Jika hal itu kita lakukan, maka akan timbul kerinduan bertemu Tuhan. Baru kita bisa mengerti mengapa kita bisa merindukan memandang wajah Tuhan, mengapa kita bisa merindukan pulang ke surga, karena kita sudah melakukan kehendak Tuhan dan memenuhi rencana-Nya secara penuh. Di situlah kita habis untuk Tuhan. Kita selesaikan perjalanan hidup kita di hadirat Tuhan untuk melayani, mengabdi kepada Tuhan, memberi kesukaan bagi Tuhan, dan menjadi penghiburan bagi Kerajaan Surga. 

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS TERUS MENGOBARKAN KERINDUAN, MENGOBARKAN KEINGINAN UNTUK MENJADI ANAK KESUKAAN BAPA DI SURGA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 April 2024
2024-04-24 06:05:51

1 Tawarikh 3-5

Card image
Truth Kids 23 April 2024 - ASLI
2024-04-23 05:31:59


Efesus 4:2
"Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu."

Sobat Kids, jika kita memiliki kasih Tuhan dalam hidup, kita pasti merasakan damai dan sukacita dalam hidup. Tuhan ada dalam kita, menyertai, dan memberkati kita. Nah, kalau kita merasa damai dan sukacita karena memiliki kasih Tuhan, apakah kita akan memiliki wajah yang cemberut? Apakah kita akan marah-marah? Tentu tidak, ya.

Jika kita memiliki kasih dan merasakan damai serta sukacita, tentu kita akan mudah tersenyum, ramah pada semua orang, berbuat baik kepada semua orang. Mengapa? Karena sumber kasih kita berasal dari Tuhan.

Jika kita berkata, "aku memiliki kasih Tuhan," tetapi di sekolah sering mengganggu teman, atau berkata kasar menyakiti teman, itu berarti kasih yang ada di dalamnya itu palsu. Maksudnya kasihnya bukan kasih asli dari Tuhan Yesus. Tuhan selalu mencontohkan yang baik, bukan yang jahat.

Ayo kita periksa diri sendiri. Apakah kita sudah memiliki kasih Tuhan yang asli? Coba lihat sikap kita sehari-hari. Apakah sikap kita sudah ramah dan berkata lembut pada orang lain? Apakah kita berbuat baik tanpa membeda-bedakan? Jika belum, ayo mulai dari sekarang. Latihlah diri kita untuk memiliki kasih Tuhan yang asli dalam hidup kita.

Card image
Truth Junior 23 April 2024 - PENYIRAM TAMAN
2024-04-23 05:25:02


Efesus 4:2
“Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu."

Siapa yang suka bunga? Kenapa suka bunga? Karena ada bunga yang wangi, warnanya juga cantik. Kira-kira kalau bunganya layu, apakah masih cantik? Tentu saja sudah tidak secantik bunga segar, karena bunga yang cantik adalah yang mekar dan masih segar.

Sobat Junior, pernah membayangkan tidak, kalau kita itu bisa membagikan bunga kepada orang lain. Bukan bunga sungguhan, melainkan bunga kasih. Karena waktu kita punya kasih, artinya kita membawa sinar kebaikan kepada orang di sekitar kita. Kasih itu ibarat bunga yang mekar di hati kita. Dan ketika kita berbagi kasih, bunga-bunga itu akan tumbuh dan mekar di hati orang lain juga.

Atau bayangkan bahwa dunia ini seperti taman yang indah, dan kita semua adalah penjaga taman itu. Ketika kita hidup dalam kasih, kita merawat setiap bunga dengan penuh perhatian. Bunga-bunga itu misalnya perbuatan baik, kata-kata yang benar, dan senyuman manis yang kita bagikan kepada mama, papa, teman, dan orang lain.

Ketika kita menunjukkan kasih sayang, kita seperti penyiram tanaman yang membuat bunga-bunga tumbuh dengan subur. Setiap hari kita memberikan air kepada bunga-bunga agar tumbuh cantik. Artinya, setiap hari kita memberikan kasih sayang kepada orang lain, supaya hubungan kita dan orang lain semakin baik dan saling sayang.

Sobat Junior, ayo, kita jaga taman kita. Kalau mau menumbuhkan bunga yang cantik, jangan lupa disiram dan dirawat. Begitu juga hubungan kita. Supaya semakin hangat, kita harus berbuat baik dan ramah.

Card image
Truth Youth 23 April 2024 (English Version) - HE IS REAL
2024-04-23 05:21:14


"Have I not commanded you? Be strong and courageous. Do not be afraid; do not be discouraged, for the Lord your God will be with you wherever you go." (Joshua 1:9)

Doubt becomes one of the greatest enemies within human beings. Just imagine, when someone invites you to swim in a place with unpredictable depth, would you dare? Surely doubt, fear, or hesitation arise, even though the person inviting you is skilled, trustworthy, and guarantees your safety to return to the surface. Trust is not easily given, especially if we have experienced disappointment by trusting the wrong person.

Now, let's try to apply the above scenario to God. On one hand, God is invisible, on the other hand, He never shows remarkable things, especially to us, even though testimonies of His greatness are real and abundant from the experiences of others. So, how can we truly believe in Him? If we doubt visible experts, what more an invisible God whom we only hear about from others? If we continue to think like this, we will never experience God and feel His reality.

Understanding God is not like understanding people who can be seen with their expertise. God has a structured procedure in revealing Himself. Unlike humans, who showcase their skills first before we trust them, God works differently. We dare to trust first, then He reveals Himself. God is real in His presence, but we must understand His ways of working and His ways of teaching. God wants us to mature in our faith to rely on Him, not mature in exploiting faith. Therefore, to overcome disappointment and hesitation within ourselves so that we can truly trust Him is to understand how God works and understand that God works in difficulties.

WHAT TO DO:
1. Learn to understand how God works.
2. Learn to feel God in difficulties.

BIBLE MARATHON:
- 2 Kings 11-13

Card image
Truth Youth 23 April 2024 - DIA NYATA
2024-04-23 05:16:21


”Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi.” (Yosua 1:9)

j Keraguan menjadi salah satu musuh terbesar dalam diri manusia. Coba bayangkan saja, ketika ada seseorang yang mau mengajak berenang di suatu tempat dengan kedalaman yang tidak dapat diperkirakan, apakah kita berani? Pasti keraguan, kecut hati atau ketakutan yang muncul, sekalipun orang yang mengajak adalah orang yang ahli dan dapat dipercaya serta menjamin keselamatan kita untuk bisa kembali ke permukaan air. Kepercayaan tidak mudah diberikan, belum lagi kalau kita pernah gagal karena memberi kepercayaan kepada orang yang salah, sehingga yang muncul adalah rasa kecewa.

Nah, sekarang mari kita coba alihkan hal di atas kepada Tuhan. Di satu sisi Tuhan tidak kelihatan, di sisi lain Tuhan tidak pernah memperlihatkan hal yang menakjubkan khususnya bagi diri kita, walaupun kesaksian tentang kebesaran- Nya nyata dan banyak kita dengar dari pengalaman orang lain. Lalu, bagaimana kita bisa benar-benar memercayainya? Jika yang kelihatan saja dan ahli kita ragukan, apalagi Dia yang tidak kelihatan dan hanya kita dengar, kita percaya dari apa kata orang. Kalau kita pakai cara berpikir seperti ini, sama sekali kita tidak akan mengalami Tuhan dan merasakan bahwa Ia sebenarnya nyata.

Memahami Tuhan, bukan seperti memahami orang-orang yang bisa kelihatan dengan keahliannya. Tuhan punya prosedur yang tertata dalam menyatakan diri-Nya. Kalau manusia, mereka menunjukkan keahliannya dulu baru kita menaruh percaya, sedangkan Tuhan berbeda. Kita nekat dulu untuk percaya, baru Dia nyata. Tuhan nyata dalam penyertaan-Nya, tapi kita harus memahami cara-Nya bekerja dan cara-Nya mendidik. Tuhan mau kita dewasa dalam hal percaya untuk mengandalkan-Nya, bukan dewasa dan hal percaya untuk memanfaatkan. Oleh sebab itu, untuk mengatasi kekecewaan dan rasa kecut hati dalam diri agar kita bisa mempercayai Dia dengan benar adalah memahami cara Tuhan bekerja dan memahami bahwa Tuhan berkarya dalam kesulitan.

WHAT TO DO:
1.Belajar memahami cara Tuhan bekerja
2.Belajar merasakan Tuhan dalam kesulitan

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Raja-raja 11-13

Card image
Renungan Pagi - 23 April 2024
2024-04-23 05:11:20


Nasib kita tidak bisa berubah jika hanya menangis, lari dari kenyataan dan bersembunyi dari masalah, tetapi orang yang dapat mengubah nasibnya adalah orang yang berani menghadapi masalahnya bersama Tuhan, sebab DIA tahu dan percaya bahwa Tuhan sumber jalan keluar yang tidak akan membiarkan kita dicobai melampaui batas kemampuan.

"Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya."

Tuhan bukan hanya memberikan jalan keluar, tetapi juga kekuatan kuasa-Nya kepada tiap-tiap kita, agar mampu menanggung setiap masalah hidup yang datang, sama artinya dengan memberikan kemampuan untuk mengubah nasib dengan usaha maksimal yang dapat kita lakukan, untuk hal-hal di luar kemampuan, Allah akan turut bekerja di dalamnya mendatangkan kebaikan bagi kita.
(1 Korintus 10:13)

Card image
Quote Of The Day - 23 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-23 05:07:56


Segala bentuk kegiatan dan perjuangan haruslah mendukung untuk memperoleh harta abadi.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 23 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-23 05:05:46


Orang percaya yang benar memiliki sikap optimis hanya di kehidupan yang akan datang, yaitu di langit yang baru dan bumi yang baru.

Card image
THE ATTITUDE OF THE HEART - 23 April 2024 (English Version)
2024-04-23 05:02:34


If we truly believe in God and we love Him, we truly desire to do God's will, we long for our lives to truly be a fragrance before God. And how beautiful and noble, a person whose life is beautiful in the eyes of God, is like a beautiful, enchanting and fragrant flower in the sight of God. We can make a fragrance before God through our behavior. From what we think, we ponder, we say, we do, if it is truly in accordance with God the Father's will, it pleases the Father's heart.

Indeed, there is no beauty in life, no splendor of life, no glory of life, no abundance, no richness of life, other than being the joy of the Father's heart. If we believe that God lives, God exists, God is present, God sees, God feels, God responds and reacts to our lives, we will strive for that. Today God gives us a new day. We are grateful for the opportunity that God has given us so that we can change, repent continuously from every wrong attitude of our heart, especially wrong actions. And continue to build holiness of life, namely an attitude of life that always leads to actions that are in accordance with God's thoughts and feelings.

That is the face of our life, our inner self. It is not only the actions we have done that we question, but also the attitude of our hearts, our inner attitudes, whether there is still the potential, the tendency to do something that is contrary to God's will. Here seriousness is needed in accordance with what the Bible says, "Guard your heart with all vigilance, for from it the issues of life flow." We have to be busy, active in our hearts, meaning we always question, debating whether the attitude of our hearts is pleasing before God or not. We correct every reflection in our hearts so that we have sincerity.

If in the past we were often hypocritical, we said words aimed at attacking people, bringing them down, damaging their good name or simply defending ourselves, these cunning intrigues are within us. And we must realize these intrigues. God's Word says, "The heart is more deceitful than anything else. Who can understand it? If the heart has become calloused, who can heal or fix it?” This means, if the heart has become hardened, damaged, fatal, and cannot be repaired. Don't let our hearts harden.

We don't realize that we are actually being arrogant. We don't realize that we are actually lifting ourselves up. We are not aware that we are actually attacking other people. We don't realize that we actually still have grudges, hatred in our hearts, and we also hope for the misfortune and loss of others. There is no compassion for others. There is no burden for the work of God. Everything is for our own benefit. Even when doing the work of God, there are intentions to gain benefits, either material or simply praise. Our hearts are cunning and wicked.

Therefore, we want to examine our hearts carefully. We correct ourselves carefully, because "From the heart flow the springs of life." How beautiful it is. We continue to correct our hearts, continue to work on our hearts with the guidance of the Holy Spirit, so that “beautiful, righteous deeds” are produced, deeds that truly please the Lord. And that is actually what the Bible means by "fruit." Jesus said, “I am the Vine; you are the branches. The one who remains in Me and I in him produces much fruit because you can do nothing without Me.” So, the Father is the Owner of the vine. Certainly, the Father as the Owner, is greater than anyone else.

And we, the branches that cling to the Vine, namely the Lord Jesus. We absorb His spirit, His passion, the entire lifestyle, the way of thinking of our Lord Jesus so that we can display the life of God's children as was shown by our Lord Jesus. And that is the standard of life that the Father judged to be pleasing to Him. To the Lord Jesus in Matthew 3:17, the Father said, "This is My beloved Son, in whom I am well-pleased." How beautiful!

We go through days where we please God. The Father enjoys our lives, we enjoy the Father in heaven. This is a certainty, because the Holy Spirit will help us to fulfill it. Believe, we can! Therefore, let's be passionate. Come on, let's guard our minds and hearts so that we can also guard our mouths, our words and all our behavior and actions so that we always please the Father, become beautiful in the Father's eyes. In the end, the Father will take us home to heaven.

We are like fragrant roses in God's presence, like fragrant flowers in God's presence from earth to eternity. We continue our journey of life in fragrance; with a fragrant state before God. We look forward to the new heavens, the new earth, we look forward to the life to come, which is more beautiful than any life

WE MUST BE BUSY, ACTIVE IN OUR HEARTS, MEANING WE ALWAYS QUESTION, DEBATING WHETHER THE ATTITUDE OF OUR HEARTS IS PLEASING BEFORE GOD OR NOT.

Card image
SIKAP HATI - 23 April 2024
2024-04-23 04:58:28


Kalau kita benar-benar percaya Tuhan dan kita mengasihi Dia, benar-benar berhasrat untuk melakukan kehendak Tuhan, kita rindu agar hidup kita benar-benar menjadi keharuman di hadapan Tuhan. Dan betapa indah serta mulia, seorang yang hidupnya indah di mata Tuhan, bagaikan bunga yang cantik mempesona dan berbau harum di hadapan Tuhan. Kita bisa membuat keharuman di hadapan Allah melalui perilaku kita. Dari apa yang kita pikirkan, kita renungkan, kita ucapkan, kita lakukan, jika benar-benar sesuai dengan kehendak Allah Bapa, itu menyenangkan hati Bapa. 

Sungguh, tidak ada keindahan hidup, keelokan hidup, kemuliaan hidup, kelimpahan, kekayaan hidup, selain menjadi kesukaan hati Bapa* . Kalau kita percaya Allah hidup, Allah ada, Allah hadir, Allah melihat, Allah merasakan, Allah merespons dan bereaksi atas kehidupan kita, kita akan berusaha untuk itu. Hari ini Tuhan berikan kita hari yang baru. Kita bersyukur untuk kesempatan yang Tuhan berikan agar kita bisa berubah, bertobat terus dari setiap sikap hati yang salah, apalagi perbuatan yang salah. Dan terus membangun kesucian hidup, yaitu sikap hidup yang selalu mengarah pada perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. 

Itu adalah wajah hidup kita, batin kita ini. Bukan hanya perbuatan yang sudah kita lakukan yang kita persoalkan, melainkan sikap hati, sikap batin kita, apakah masih ada potensi, kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Allah. Di sini dibutuhkan keseriusan sesuai dengan apa yang Alkitab katakan, "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." Kita harus sibuk, aktif di dalam batin kita, artinya kita selalu mempersoalkan, memperkarakan apakah sikap hati yang kita miliki ini sudah berkenan di hadapan Tuhan atau tidak. Setiap renungan hati kita, kita koreksi sehingga kita memiliki ketulusan. 

Kalau dulu kita sering munafik, kita mengucapkan kata-kata yang bertujuan untuk menyerang orang, menjatuhkan, merusak nama baik atau sekadar membela diri, intrik-intrik kelicikan itu ada di dalam diri kita. Dan kita harus sadari intrik-intrik itu. Firman Tuhan mengatakan, "Hati itu lebih licik dari segala sesuatu. Kalau hati sudah membatu, siapa yang dapat mengobati atau memperbaikinya?” Artinya, jika hati sudah mengeras, rusak, fatal, tidak bisa diperbaiki. Jangan sampai hati kita mengeras.

Kita tidak sadar kalau sebenarnya kita sedang sombong. Kita tidak sadar sebenarnya kita sedang mengangkat diri. Kita tidak sadar sebenarnya sedang menyerang orang lain. Kita tidak sadar kalau sebenarnya masih ada dendam, kebencian di dalam hati kita, juga mengharapkan kecelakaan dan kerugian orang lain. Tidak ada belas kasihan terhadap sesama. Tidak ada beban terhadap pekerjaan Tuhan. Semuanya untuk kepentingan diri sendiri. Bahkan ketika melakukan pekerjaan Tuhan pun, ada maksud-maksud supaya mendapatkan keuntungan baik materi maupun sekadar pujian. Hati kita ini licik dan jahat.

Karenanya, kita mau memeriksa hati kita dengan saksama. Kita mengoreksi diri kita dengan saksama, sebab "Dari hati ini memancar kehidupan." Betapa indahnya. Kita terus mengoreksi hati, terus menggarap hati oleh pimpinan Roh Kudus, sehingga “ditelurkan, dibuahkan” perbuatan-perbuatan yang indah, yang benar-benar menyenangkan Tuhan. Dan itu sebenarnya yang dimaksud Alkitab dengan "buah." Tuhan Yesus berkata, "Akulah pokok anggur, Bapa-Kulah Pengusahanya." Jadi, Bapa Pemilik pokok anggur. Tentu Bapa sebagai Pemilik, lebih besar dari siapa pun. 

Dan kita, carang-carang yang menempel pada Pokok Anggur, yaitu Tuhan Yesus. Kita menyerap spirit-Nya, gairah-Nya, seluruh gaya hidup, cara berpikir Yesus Tuhan kita supaya kita bisa menampilkan kehidupan anak-anak Allah seperti yang pernah ditampilkan oleh Tuhan Yesus. Dan itulah standar kehidupan yang Bapa nilai berkenan kepada-Nya. Kepada Tuhan Yesus di Matius 3:17, Bapa berkata, "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan" Betapa indahnya!

Kita melewati hari-hari di mana kita menyenangkan hati Tuhan. Bapa menikmati hidup kita, kita menikmati Bapa di surga. Ini sebuah keniscayaan, karena Roh Kudus akan menolong kita untuk bisa memenuhinya. Percaya, kita bisa! Karenanya, mari bergairah. Ayo, kita jaga pikiran dan hati kita agar kita bisa menjaga mulut kita juga, perkataan-perkataan kita dan seluruh perilaku dan perbuatan kita agar kita selalu menyenangkan hati Bapa, menjadi indah di mata Bapa. Pada akhirnya, Bapa akan menjemput kita pulang ke surga. 

Kita seperti mawar yang harum di hadirat Allah, seperti bunga yang harum di hadirat Tuhan sejak di bumi sampai pulang di kekekalan. Kita melanjutkan perjalanan hidup kita dalam keharuman; dengan keadaan harum di hadapan Tuhan. Kita menantikan langit baru bumi baru, kita menantikan kehidupan yang akan datang, yang lebih indah dari kehidupan apa pun juga. 

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS SIBUK, AKTIF DI DALAM BATIN KITA, ARTINYA KITA SELALU MEMPERSOALKAN, MEMPERKARAKAN APAKAH SIKAP HATI YANG KITA MILIKI INI SUDAH BERKENAN DI HADAPAN TUHAN ATAU TIDAK.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 April 2024
2024-04-23 04:50:15

Mazmur 41-45, 49, 84-85, 87

Card image
Truth Kids 22 April 2024 - BERTEMAN
2024-04-22 12:54:50


Efesus 4:3
"Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera"

Mama melihat Riri bermain sendiri, sedangkan teman-teman Riri sedang bermain bersama di taman depan rumah mereka. Mama menghampiri Riri dan bertanya. "Ri, kamu kok main sendiri, tidak bergabung sama teman-teman di depan?" Riri dengan wajah cemberut menjawab "Tidak, Ma. Aku ga mau main lagi dengan mereka." Mama keheranan dan bertanya lagi, "Loh, kenapa, Sayang?" Sambil memegang bonekanya Riri berkata, "Zara tidak mau mengalah. Jika main bersama, dia selalu ingin mainan yang bagus. Padahal kan aku dan yang lain ingin bergantian juga." Mama melihat anak-anak di depan sekilas lalu berjalan mendekati Riri dan duduk di sampingnya.

"Pasti kesal dan sedih, ya, Sayang. Tetapi lihatlah, walau kamu tidak bisa memilih mainan saat main bersama, kamu masih memiliki mainan yang lain di rumah. Kalau kamu memilih untuk marah sendiri, kamu akan kehilangan teman-teman. Nanti kalau bermain lagi, bisa sepakati dengan teman yang lain untuk bergantian mainan. Jangan marah terus, ya, Sayang. Tuhan Yesus mengajarkan untuk memaafkan. Riri mau memaafkan Zara dan main kembali bersama teman-teman, kan?" Riri mengangguk sambil memeluk mama.

Card image
Truth Junior 22 April 2024 - KEKUATAN AJAIB
2024-04-22 12:53:26


Efesus 4:3
“Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera”

Hai, Sobat Junior. Ada yang bisa tebak kekuatan apa yang paling besar dan ajaib? Jawabannya adalah kasih. Ada yang tahu kasih itu apa? Kasih adalah rasa sayang. Salah satu contohnya, rasa sayang bisa membuat orang yang lagi berantem jadi tidak berantem lagi. Wah, kalau semua orang di dunia ini punya kekuatan kasih, pasti dunia ini tidak ada kejahatan.

Kasih itu seperti lem yang bisa menyatukan. Walaupun warna kulit kita berbeda, bentuk rambut berbeda, bentuk rumah berbeda, tapi kalau ada kasih sayang, pasti kita tetap sayang kepada orang lain yang berbeda. Bagaimana cara supaya kita bisa menunjukkan kasih kepada papa, mama, adik, kakak, dan teman? Kita bisa mulai dengan memberikan senyuman yang manis, atau misalnya membantu orang yang membutuhkan. Jadi, ingatlah selalu bahwa kasih memiliki kekuatan yang luar biasa.

Card image
Truth Youth 22 April 2024 (English Version) - NEVER LEFT BEHIND
2024-04-22 12:42:05


"It is God who arms me with strength and keeps my way secure." (Psalm 18:33)

Before takeoff, the airline always ensures that all passengers understand and follow the procedures communicated. From fastening seat belts to switching mobile phones to airplane mode, and the steps to be taken in case of an emergency. This is to ensure our journey is safe until we reach our destination. If someone doesn't follow, they will be reprimanded or even removed before the flight. Of course, the loss is not only experienced by the offender but also by the airline and other passengers. Similarly, in life, as believers, God through His Holy Spirit prepares us, ensuring that we understand what needs to be done to overcome each problem. Each of us has different preparations, but we all have one goal, to be pleasing children of God.

These different preparations sometimes make us think that the world is unfair. However, God prepares all of this so that no one is left behind. As a result, many of us believers, especially young people, miss God's "flight," and the impact of us missing that "flight" is often experienced by those we love. Therefore, we must have the conviction that God will always take care of us, preparing us in such a way that we are ready to soar with Him. This conviction is demonstrated through our response and our close relationship with God because, in truth, He never leaves us.

WHAT TO DO:
1. Have faith that His plan is perfect.
2. Seek God through prayer.
3. Think before acting.

BIBLE MARATHON:
- 2 Kings 9-10

Card image
Truth Youth 22 April 2024 - NEVER LEFT BEHIND
2024-04-22 12:39:16


"Allah, Dialah yang mengikat pinggangku dengan keperkasaan dan membuat jalanku rata." (Mazmur 18:33)

Pada saat ingin lepas landas, pihak penerbangan (maskapai) pasti memastikan bahwa semua penumpang sudah memahami dan mengikuti prosedur yang disampaikan. Mulai dari sabuk pengaman, sinyal handphone yang harus diubah jadi mode pesawat, dan langkah-langkah yang harus dilakukan jika terjadi keadaan darurat. Hal ini bertujuan agar perjalanan kita aman hingga sampai ke tujuan. Jika ada yang tidak mengikuti pastinya akan mendapatkan sanksi teguran hingga diturunkan sebelum penerbangan. Tentu, kerugian bukan hanya dialami oleh si pelaku saja, tapi pihak penerbangan dan juga penumpang lainnya. Sama seperti persiapan sebelum penerbangan, dalam hidup kita masing-masing sebagai orang percaya, Tuhan melalui Roh Kudus-Nya akan mempersiapkan kita, memastikan bahwa kita memahami apa yang harus dilakukan melewati tiap-tiap persoalan. Tiap-tiap kita memiliki persiapan yang berbeda, namun yang pasti kita sama-sama memiliki satu tujuan, yaitu menjadi anak-anak Allah yang berkenan.

Persiapan-persiapan yang berbeda ini kadang membuat kita berpikir bahwa dunia ini tidak adil. Padahal, Tuhan mempersiapkan ini semua agar tidak ada satu pun yang tertinggal. Alhasil, gak sedikit dari kita orang percaya, khususnya anak-anak muda jadi ketinggalan “pesawat”-Nya Tuhan dan gak jarang dampak dari kita yang ketinggalan “pesawat” tersebut dialami juga oleh orang-orang yang kita kasihi. Maka dari itu, kita harus memiliki satu keyakinan bahwa Tuhan akan selalu menjagai kita, mempersiapkan kita sedemikian rupa agar kita bisa siap untuk terbang bersama-Nya. Keyakinan yang dibuktikan melalui respons dan juga hubungan yang dekat dengan Tuhan, karena sejatinya, Dia tidak pernah meninggalkan kita.

WHAT TO DO:
1. Miliki keyakinan bahwa rancangan-Nya sempurna
2. Cari Tuhan melalui doa
3. Berpikir sebelum bertindak

BIBLE MARATHON:
2 Raja-raja 9-10

Card image
Renungan Pagi - 22 April 2024
2024-04-22 12:37:10


Ada tiga hal yang dapat kita putuskan untuk dilakukan dalam segala keadaan, setiap hari saat melakukan apapun, hidup sebagai anak-anak Tuhan, yaitu; "Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."

Jika kita melakukan ketiga hal ini, maka hidup pasti akan dipenuhi sukacita oleh Roh Kudus setiap waktu, tidak akan ada keluhan dan tawar hati, sebab kehidupan doa kita tetap, senantiasa bersukacita dan bersyukur dalam segala keadaan.
(1 Tesalonika 5:16-18)

Card image
Quote Of The Day - 22 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-22 12:35:10


Orang yang menjadi prajurit Kristus memiliki kesadaran bahwa dirinya adalah prajurit Tuhan dan berusaha untuk menemukan tempat berjuang bagi kepentingan-Nya dengan pertaruhan yang tidak terbatas.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 22 April 2024 - (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-22 12:33:35


Tidak mungkin seseorang dapat menikmati keindahan Tuhan atau perkara-perkara rohani, sementara dia juga menikmati keindahan dunia.

Card image
POLITE ATTITUDE - 22 April 2024 (English Version)
2024-04-22 12:31:26


Polite can mean to behave respectfully or appropriately towards someone who deserves to be treated with respect or considered noble. It is God's will for us to be polite to Him. Being polite means honoring God properly or appropriately. When the Lord Jesus said that we must worship the Lord God it means we must be polite towards God (Luke 4:8). Worship from the original text is proskuneo (προσκυνέω), meaning to give high value. This word also means to kiss the hand to (towards) one (kissing someone's hand). Kissing a hand shows respect for someone.

That was politeness in those days when someone respected a person of higher status and deserving of respect. Likewise, we must show proper respect to God as eternal politeness. Those who fail to respect God will not be allowed to enter the Kingdom of Heaven. Note in Luke 4:8, "But Jesus said to him, 'It is written: You must worship the Lord your God, and Him only you serve!'" It is not a command that can be avoided or ignored. It is better for someone never to become human than to be a person who does not show politeness to God, for they will never be accepted in the eternal tent.

How someone behaves appropriately towards God is greatly determined or influenced by how deeply someone knows God. This knowledge involves two aspects: first, knowledge in the form of cognition or can be understood as cognitive experience or anything related to mental activity. Cognitive means a person's belief about something obtained from the process of thinking about someone or something. This becomes the basis for experiencing God.

The second knowledge is the knowledge gained through real experiences of experiencing God in concrete life. In this way, a person's politeness before God is progressive, namely in line with a person's cognitive knowledge and real experience with God. All of this is eternal treasure because it determines someone's eternal condition. As time goes on, someone must grow in his knowledge of God, and along with it, his respect for God will also grow. Those who do not have proper knowledge about God cannot be righteous in their actions, they certainly do not behave politely towards God.

The Psalmist says, "The fool says in his heart, 'There is no God.' They are corrupt, their deeds are vile; there is no one who does good" (Psalm 14:1). One of the reasons why someone does not behave politely towards God besides not knowing God is also because they are unable to touch the presence of God. They are unable to believe and experience that God exists because they do not truly seek God. People like this only experience God forcibly in church or in religious meetings, but they do not learn to experience God's presence every day.

It is no wonder that even though they go to church, they have not found God. Ideally, even though the congregation cannot understand and cannot experience the presence of God, the church presents a worship service or liturgy that truly presents or feels the presence of God fully. If the worship leader cannot touch the presence of God, how can the congregation touch the presence of God?

Many people say there is a God, but actually in their hearts, there is a voice saying "there is no God." They declare belief in God only with their mouths and are in church in particular. Actually, they do not truly believe that God exists. This can be proven or seen from the careless way they live. They satisfy themselves with various pleasures and actions, but they do not care about God's feelings. These are actually practical atheists. Their actions are certainly not of good quality.

On the other hand, those who truly believe in the existence of God will not easily sin. Not only visible moral sins, but even things hidden in their hearts are questioned. Those who respect God will not allow unholy thoughts to enter into them. They are willing for their innermost being to be corrected by God through His Spirit (Psalm 139). Those who behave politely towards God will offer their entire lives limitlessly. They will give the best of their lives to God. They know exactly that what they do is taken into account by God. Those who act politely before God will not act hypocritically or pretend. They will be sincere in praying, praising and worshiping God. Those who honor God, God will also honor in eternity.

THOSE WHO BEHAVE POLITELY TOWARDS GOD WILL OFFER THEIR ENTIRE LIVES LIMITLESSLY.

Card image
BERSIKAP SOPAN - 22 April 2024
2024-04-22 12:29:18


Sopan bisa berarti bersikap hormat atau pantas terhadap seseorang yang patut diperlakukan terhormat atau dianggap mulia. Menjadi kehendak Tuhan agar kita bersikap sopan terhadap Tuhan. Bersikap sopan berarti menghormati Tuhan dengan benar atau secara pantas. Ketika Tuhan Yesus berkata bahwa kita harus menyembah Tuhan Allah itu berarti kita harus bersikap sopan terhadap Tuhan (Luk. 4:8). Menyembah dari teks aslinya proskuneo (προσκυνέω), artinya memberi nilai tinggi. Kata ini juga berarti to kiss the hand to (towards) one (mencium tangan kepada seseorang). Mencium tangan menunjuk sikap hormat kepada seseorang. 

Itulah sopan santun pada zaman itu bila seseorang menghormati orang yang derajatnya lebih tinggi dan yang patut dihormati. Kepada Tuhan pun kita harus melakukan penghormatan yang pantas sebagai sopan santun abadi. Orang yang gagal menghormati Tuhan tidak akan diperkenan masuk Kerajaan Surga. Perhatikan dalam Lukas 4:8, “Tetapi Yesus berkata kepadanya: ‘Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!’” Bukan suatu perintah yang boleh dan bisa dihindari. Lebih baik seseorang tidak pernah menjadi manusia daripada menjadi manusia yang tidak mengenal sopan terhadap Tuhan, sebab mereka tidak akan pernah diterima di kemah abadi. 

Seberapa seseorang bersikap pantas terhadap Tuhan sangat ditentukan atau dipengaruhi oleh seberapa dalam seseorang mengenal Tuhan. Pengenalan tersebut menyangkut dua aspek, pertama pengenalan secara pengetahuan atau bisa dipahami sebagai pengalaman kognitif atau segala sesuatu yang menyangkut aktivitas pikiran. Kognitif berarti kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Hal ini menjadi landasan untuk mengalami Tuhan. 

Pengenalan kedua adalah pengenalan melalui pengalaman riil mengalami Tuhan dalam kehidupan konkret. Dengan demikian kesopanan seseorang di hadapan Tuhan bersifat progresif, yaitu seiring dengan pengenalan secara kognitif yang dimiliki seseorang dan pengalaman riil bersama dengan Tuhan. Semua ini merupakan harta abadi, sebab hal ini menentukan keadaan kekal seseorang. Seiring dengan perjalanan waktu seseorang harus bertumbuh dalam pengenalan akan Allah, maka seiring pula pertumbuhan hormatnya kepada Tuhan. Orang yang tidak memiliki pengenalan akan Allah tidak mungkin memiliki kebenaran dalam tindakannya, mereka pasti tidak bersikap sopan terhadap Truhan. 

Pemazmur berkata, “Orang bebal berkata dalam hatinya: Tidak ada Allah. Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik” (Mzm. 14:1). Salah satu penyebab mengapa seseorang tidak bersikap sopan terhadap Tuhan selain tidak mengenal Tuhan juga karena tidak mampu menyentuh hadirat Tuhan. Mereka tidak mampu percaya dan menghayati bahwa Allah itu eksis sebab mereka tidak sungguh-sungguh mencari Tuhan.  Orang-orang seperti ini hanya menghayati Tuhan secara paksa di gereja atau dalam pertemuan agama khususnya, tetapi tidak belajar menghayati kehadiran Tuhan setiap hari. 

Tidak heran, walaupun mereka bergereja tetapi mereka belum menemukan Tuhan. Seharusnya, walaupun jemaat tidak mampu mengerti dan tidak mampu menghayati kehadiran Tuhan, tetapi gereja menampilkan sebuah kebaktian atau liturgi yang sungguh-sungguh menampilkan atau merasakan kehadiran Tuhan secara penuh. Kalau worship leader tidak mampu menyentuh hadirat Tuhan, bagaimana jemaat dapat menyentuh hadirat Tuhan? 

Banyak orang yang berkata ada Allah, sebenarnya dalam hati mereka ada suara “tidak ada Allah.” Mereka menyatakan percaya kepada Allah hanya di mulut dan ada di dalam gereja khususnya. Sebenarnya mereka tidak percaya dengan sungguh-sungguh bahwa Allah itu ada. Hal ini dapat dibuktikan atau nampak dari cara hidup sembarangan yang mereka miliki. Mereka memuaskan diri dengan berbagai kesenangan dan tindakan, tetapi mereka tidak memedulikan perasaan Tuhan. Inilah sebenarnya orang-orang ateis praktis. Perbuatan mereka pasti tidak berkualitas. 

Sebaliknya, orang yang memercayai keberadaan Allah dengan benar tidak akan mudah berbuat dosa. Bukan hanya dosa secara moral yang kelihatan, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam hati pun ia persoalkan. Orang yang menghormati Tuhan tidak akan mengizinkan pikiran yang tidak kudus merasuk di dalam dirinya. Mereka bersedia kalau batin atau isi hatinya dikoreksi oleh Tuhan melalui Roh-Nya (Mzm. 139). Orang-orang yang bersikap sopan terhadap Tuhan akan mempersembahkan segenap hidup tanpa batas. Ia akan memberi yang terbaik dari hidupnya untuk Tuhan. Ia tahu persis bahwa apa yang dikerjakannya diperhitungkan oleh Tuhan. Mereka yang berlaku sopan di hadapan Tuhan, tidak akan bersikap munafik atau pura-pura. Ia akan bersikap tulus dalam berdoa, memuji dan menyembah Allah. Mereka yang menghormati Tuhan, juga akan dihormati Tuhan di kekekalan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG-ORANG YANG BERSIKAP SOPAN TERHADAP TUHAN AKAN MEMPERSEMBAHKAN SEGENAP HIDUP TANPA BATAS.

Card image
Truth Kids 21 April 2024 - KASIH ITU ADIL
2024-04-21 09:57:57


Mikha 6:8
"Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?"

Sobat Kids, apakah kalian pernah melihat orang yang hanya bersikap baik pada orang yang baik, keren, atau kaya? Sikap seperti ini adalah ciri-ciri orang yang tidak memiliki kasih tulus seperti yang Tuhan ajarkan. Mengapa? Tuhan mengajarkan kita untuk mengasihi sesama dengan tulus dan adil, tidak membeda-bedakan.

Jika ingin berteman, tentu kita harus memilih teman yang baik. Teman yang tidak baik akan membawa pengaruh buruk. Tetapi untuk hal mengasihi, kita harus mengasihi semua karena semua orang berharga di mata Tuhan. Banyak sekali tokoh Alkitab yang tadinya jahat, tetapi karena kasih Tuhan, mereka bertobat dengan sungguh. Salah satu contohnya adalah Rasul Paulus. Jika Tuhan hanya mengasihi orang-orang baik, Rasul Paulus pasti sudah di neraka. Dulu dia banyak menyiksa umat Tuhan. Namun, karena kasih Tuhan itu tulus dan adil bagi semua, Paulus memiliki kesempatan untuk bertobat.

Jadi, Sobat Kids, ayo mulai kasihi semua orang dengan adil seperti yang dilakukan Tuhan Yesus, ya.

Card image
Truth Junior 21 April 2024 - ARTI KEADILAN
2024-04-21 09:56:04


Mikha 6:8
“Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?”

Ada dua orang anak yatim piatu di sebuah panti asuhan. Mereka memiliki ukuran tubuh yang jauh berbeda. Saat hari Natal tiba, mereka mendapatkan hadiah baju dari pengurus panti. Baju yang mereka dapatkan memiliki model yang berbeda. Salah satu anak tidak mengucap syukur, malah melakukan protes kepada pengurus panti tersebut, “Kenapa model bajuku tidak sebagus dia?! Kakak tidak adil!” Pengurus panti dengan sabar menjelaskan, “Kalau kamu pakai baju model itu, kamu akan terlihat sangat gemuk dan lebih besar dari proporsi tubuh kamu yang sebenarnya, Nak. Ukuran tubuh dan bentuk tubuh kalian sangat berbeda, jadi baju ini disesuaikan dengan penampilan kalian masing-masing agar kalian terlihat keren.” Karena tidak percaya, anak tersebut minta dipakaikan baju temannya. Setelah ia berkaca, ia merasa malu dan mengakui bahwa baju itu tidak terlihat bagus di badannya.

Sobat Junior, keadilan tidak hanya sebatas “kesamaan,” melainkan kesesuaian. Artinya, belum tentu jika sebuah barang sama persis diberikan, dampaknya akan sama. Adanya kasih, akan mempertimbangkan apakah keadilan yang diberikan ini sudah sesuai yang dibutuhkan atau tidak. Kasih tidak sembarang memberi; kasih akan memunculkan rasa adil yang benar. Kita bisa bersikap adil jika kita memiliki kasih. Kita juga baru bisa mengerti makna keadilan yang sebenarnya jika ada kasih dalam hati kita.

Card image
Truth Youth 21 April 2024 (English Version) - THE UNSEEN PATH OF LIFE
2024-04-21 09:54:27


"For the LORD will personally go ahead of you. He will be with you; he will neither fail you nor abandon you." (Deuteronomy 31:8)

Who can know the future? This question is asked by most people when they are at their lowest point in life. Everything seems unseen to them, especially for those who are trying to heal from deep wounds.

They feel like they're on an unseen path. They stop and feel like they've had enough, even though there's still a long way to go without them knowing what the end looks like. But why do they want to stop? Because they are unaware that God is in front of them, or even accompanying them.

Their unawareness makes them fearful and broken-hearted. They lose the spirit to continue life, which is undoubtedly well-planned by God. They will continue like this until they have the choice to either continue living according to what God wants or stop at this point (suicide).

If they choose to continue life according to what God wants, then they need to build a close relationship with God to understand and realize that God is also near to them. And they don't need to be afraid or broken-hearted because there is a God who is always with them. So, will you choose God or stop at this point?

WHAT TO DO:
1. Humans often find themselves on an unseen path without awareness of God's presence.
2. Unawareness leads to brokenness, but awareness leads to healing.
3. Build a close relationship with God.

BIBLE MARATHON:
- 2 Kings 6-8

Card image
Truth Youth 21 April 2024 - JALAN HIDUP YANG TAK TERLIHAT
2024-04-21 09:52:32


"Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati." (Ulangan 31:8)

Siapa yang bisa mengetahui masa depan? Pertanyaan ini adalah pertanyaan sebagian besar orang saat mereka berada pada titik terendah dalam hidup mereka. Hal ini karena semuanya seperti tak terlihat bagi mereka. Apalagi khususnya untuk mereka yang sedang coba untuk sembuh dari luka yang begitu dalam.

Mereka seperti berada dalam jalan yang tak terlihat. Mereka berhenti dan rasanya ingin cukup sampai di sini, padahal masih ada jalan yang cukup panjang tanpa mereka tahu ujungnya seperti apa.Tetapi, mengapa mereka ingin berhenti? Karena mereka tidak sadar kalau Tuhan sedang berada di depan mereka, atau bahkan mendampingi mereka.

Karena ketidaksadaran mereka itu membuat mereka takut dan patah hati. Kehilangan semangat untuk melanjutkan kehidupan yang sudah pasti disusun dengan baik oleh Tuhan. Mereka akan tetap terus seperti itu sampai pada titik mereka memiliki pilihan untuk melanjutkan hidup sesuai dengan apa yang Tuhan mau atau mereka berhenti pada titik sekarang ini (bunuh diri).

Jika mereka melanjutkan hidup dengan apa yang Tuhan mau, maka mereka perlu membangun hubungan yang dekat dengan Tuhan untuk memahami dan menyadari kalau Tuhan itu ada juga berada di dekat kita. Dan mereka tidak perlu menjadi takut dan patah hati, karena ada Tuhan yang selalu bersama dengan mereka. Jadi, mau pilih Tuhan atau berhenti di titik ini?

WHAT TO DO:
1. Manusia sering berada dalam jalan tak terlihat tanpa kesadaran adanya Tuhan
2. Ketidaksadaran itu membuat patah hati, tetapi kesadaran itu membuat kesembuhan
3. Membangun hubungan dekat dengan Tuhan.

BIBLE MARATHON:
2 Raja-raja 6—8

Card image
Renungan Pagi - 21 April 2024
2024-04-21 09:44:18


Seorang yang berhati tulus, tidak akan tega melihat sesamanya menderita saat tengah menghadapi masalah.

Bila dia tahu ada yang lagi kesusahan, bahkan tanpa diminta sekalipun, dia tidak akan ragu untuk membantu.

Walau terkadang, dia juga sedang kesulitan, akan tetapi itu tidak akan menyurutkan niatnya untuk memberikan bantuan.
(Ayub 33:3)

Card image
Quote Of The Day - 21 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-21 09:42:59


Tidak pernah ada “gencatan senjata” melawan kuasa kegelapan, sebab selama Iblis belum dihukum, selalu ada peperangan melawan oknum ini.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 21 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-21 09:38:00


Kalau seseorang mengisi hatinya dengan berbagai kesenangan dunia tanpa batas, tiada henti, ia bisa sampai pada level tidak akan pernah bisa mengasihi Allah dengan benar.

Card image
UNWORTHY OF REPROOF - 21 April 2024 (English Version)
2024-04-21 08:39:59


It is an honor to receive advice, reprimand, and blows from God. Advice means the opening of our minds to understand the truth. This means being enlightened by the truth of God's word. The characteristic of such a person is one who draws near to the Lord (Psalm 73:23-24 Yet I am always with you; you hold me by my right hand. 24 You guide me with your counsel, and afterward you will take me into glory). They are the ones who brave the rain and traffic jams to listen to the word of God. They are the ones who meditate on the word of God day and night, meaning they always ponder the word of God in their minds. Longing for the word of God is actually the same as longing for God Himself.

People like this will not experience what the rich man experienced in Luke 16:19-26 (“There was a rich man who was dressed in purple and fine linen and lived in luxury every day. 20 At his gate was laid a beggar named Lazarus, covered with sores 21 and longing to eat what fell from the rich man’s table. Even the dogs came and licked his sores. 22 “The time came when the beggar died and the angels carried him to Abraham’s side. The rich man also died and was buried. 23 In Hades, where he was in torment, he looked up and saw Abraham far away, with Lazarus by his side. 24 So he called to him, ‘Father Abraham, have pity on me and send Lazarus to dip the tip of his finger in water and cool my tongue, because I am in agony in this fire.’ 25 “But Abraham replied, ‘Son, remember that in your lifetime you received your good things, while Lazarus received bad things, but now he is comforted here and you are in agony. 26 And besides all this, between us and you a great chasm has been set in place, so that those who want to go from here to you cannot, nor can anyone cross over from there to us’). He will have a thirst that will never be answered or satisfied, because there is a long gap that separates this person from the righteous. As long as that gap does not exist, we can still reach out with cars, motorcycles, buses, or by walking to come to the place where the truth is taught. While we have the opportunity, we should make time to quench our soul's thirst with the truth of God's word. We should do it now, because tomorrow there may not be another chance.

People who do not seek the truth are "in adultery" who leave God (Psalm 73:27 Those who are far from you will perish; you destroy all who are unfaithful to you). The word for adultery in the original text is zanah (זָנָה). This word also means to be a prostitute (to be harlot or as a harlot) and can also mean to go to a prostitute (to go a whoring). They are people who stay away or racaheq (רָחֵק). Don't think that someone going to church means getting closer to God. The church does not always represent God. The sign of someone who is close to God is the desire to always learn the truth of God's word. If there are Christians who are more interested in the world and are carried away by all the busyness of life, they will surely be reproved by the Lord.

The reprimand can come through sermons from the pulpit, warnings and reprimands through the mouths of people, dreams, or the voice of God within their hearts. If they are still unaware, God will strike them with life events. If these blows are ignored, then he will enter the stage of "happiness forever" (Psalm 73:12 Indeed, that is what wicked people do: they increase their possessions and are happy forever!). The word "forever" here actually means a long duration; in the original language, it is "olam" (עֹלָם). Even though it takes a long time, it will still end. These are the people who do not deserve to be rebuked by God. They do not need God's reproof anymore.

The person “who is happy forever” (on earth) is the person who is allowed to continue to slide towards destruction. They are people who do not deserve God's rebuke. God's rebuke of someone is proof or a sign of His love for that person (Rev. 3:19 Those whom I love I rebuke and discipline. So be earnest and repent). There are those who do not honor God properly, left to live in conditions that are always good, sliding into eternal darkness. They are left to live in a slippery place. They do not deserve to have the enlightenment of the truth of the Word of God.

In Matthew 7:6, Jesus said, "Do not give dogs what is holy, and do not throw your pearls before pigs...." This statement is addressed to those who cannot be reproved or are not interested in changing for the better according to the will of God (Matthew 7:4-5 How can you say to your brother, ‘Let me take the speck out of your eye,’ when all the time there is a plank in your own eye? 5 You hypocrite, first take the plank out of your own eye, and then you will see clearly to remove the speck from your brother’s eye). They are the ones who reject being advised. People like that are "forbidden" to enter the New Jerusalem (Revelation 21:27 Nothing impure will ever enter it, nor will anyone who does what is shameful or deceitful, but only those whose names are written in the Lamb’s book of life). So, if we still receive reproof from the Lord, we should be willing to turn around.

If someone is on the verge of becoming someone who does not deserve to be beaten or warned (almost like a dog or a pig), he should lament before the Lord in sincere and earnest repentance. Often without realizing it, a person hardens his heart, even though in this way he destroys himself. With good conditions and no problems, he thinks that he is in God's favor, even though it is actually the opposite. This is due to their wrong understanding due to the teachings of speakers who do not know the truth. It's easy to recognize such teachings; that is, if God is only introduced as the Savior of the problems of world life and the fulfillment of physical needs.

Such servants will ensure with prayers and promises that life on earth can be passed smoothly with abundant "blessings". Their teachings always emphasized physical miracles and blessings. They do not teach perfection of character. They show as if getting to heaven is easy. In fact, people who are safe are people who get close to God even though they don't have problems or are not in a threatened situation. For him, a state of threat is when he does not hear the voice of God's advice, let alone God's rebuke and warning. A dangerous situation is when someone is no longer worthy of His advice and reproof.

A PERSON WHO IS "HAPPY FOREVER" (ON EARTH) IS THE PEOPLE WHO IS ALLOWED TO CONTINUE TO SLIDE TOWARDS DESTRUCTION. THEY ARE PEOPLE WHO DO NOT DESERVE GOD'S REBUKE.

Card image
TIDAK PANTAS DITEGUR - 21 April 2024
2024-04-21 08:33:23


Adalah kehormatan kalau kita mendapat nasihat, teguran dan pukulan dari Tuhan. Nasihat berarti dibukanya pikiran kita untuk mengerti kebenaran. Ini berarti memiliki pencerahan oleh kebenaran firman Tuhan. Ciri orang seperti ini adalah orang yang mendekat kepada Tuhan (Mzm. 73:23-24). Mereka adalah orang-orang yang menembus hujan dan kemacetan untuk mendengarkan firman Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang siang dan malam merenungkan firman Tuhan, artinya selalu memperkarakan firman Tuhan di dalam pikirannya. Merindukan firman Tuhan sebenarnya sama dengan merindukan Tuhan sendiri. 

Orang-orang seperti ini tidak akan mengalami seperti yang dialami oleh orang kaya yang dikisahkan dalam Lukas 16:19-26. Ia akan kehausan yang tidak pernah terjawab atau terpuaskan, sebab ada jurang panjang yang memisahkan orang ini dari orang-orang benar. Selagi jurang tersebut belum ada, kita masih bisa menjangkau dengan mobil, motor, bus, berjalan kaki untuk datang menuju tempat di mana kebenaran diajarkan. Selagi ada kesempatan, hendaknya kita menyediakan waktu untuk memuaskan dahaga jiwa dengan kebenaran firman Tuhan. Hendaknya kita melakukannya sekarang, sebab esok mungkin tidak ada kesempatan lagi. 

Orang yang tidak mencari kebenaran adalah orang “berzina” meninggalkan Tuhan (Mzm. 73:27). Kata berzina dalam teks aslinya adalah zanah (זָנָה). Kata ini juga berarti menjadi pelacur (to be harlot atau as a harlot) dan juga bisa berarti pergi ke pelacur (to go a whoring). Mereka adalah orang yang menjauh atau racaheq (רָחֵק). Jangan berpikir kalau seseorang ke gereja berarti mendekat kepada Tuhan. Gereja tidak selalu mewakili Tuhan. Tanda seseorang yang mendekat kepada Tuhan adalah kerinduan untuk selalu belajar kebenaran firman Tuhan. Kalau ada orang-orang Kristen yang lebih tertarik terhadap dunia dan hanyut dengan segala kesibukan-kesibukan hidup, pasti akan ditegur oleh Tuhan. 

Teguran tersebut bisa melalui khotbah di mimbar, peringatan dan teguran melalui mulut manusia, mimpi atau suara Tuhan di dalam hatinya. Bila masih tidak sadar, Tuhan memukulnya dengan peristiwa-peristiwa kehidupan. Kalau pukulan-pukulan tersebut tidak diindahkan, maka ia akan masuk tahap “senang selamanya” (Mzm. 73:12). Kata “selamanya” di sini sebenarnya adalah long duration; dalam teks bahasa aslinya adalah olam (עֹלָם). Walaupun dalam waktu yang lama, tetapi tetap akan berakhir. Inilah orang-orang yang tidak pantas ditegur oleh Tuhan. Mereka tidak perlu mendapat teguran Tuhan lagi. 

Orang yang “yang senang selamanya” (di bumi) adalah orang yang dibiarkan terus meluncur menuju kebinasaan. Mereka adalah orang-orang yang tidak pantas mendapat teguran Tuhan. Teguran Tuhan atas seseorang adalah bukti atau tanda kasih-Nya kepada orang tersebut (Why. 3:9). Ada orang-orang yang tidak menghormati Tuhan dengan benar, dibiarkan hidup dalam keadaan yang selalu baik, meluncur menuju kegelapan abadi. Mereka dibiarkan hidup di tempat yang licin. Hal ini sama bahwa mereka tidak pantas mendapat pencerahan kebenaran firman Tuhan. 

Dalam Matius 7:6 Tuhan Yesus berkata, "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi..." Pernyataan ini ditujukan kepada mereka yang tidak bisa ditegur atau tidak berminat untuk berubah menjadi baik sesuai dengan kehendak Tuhan (Mat. 7:4-5). Mereka adalah orang yang menolak dinasihati. Orang-orang seperti itu “diharamkan” masuk ke Yerusalem Baru (Why. 21:27). Jadi, kalau kita masih mendapat teguran dari Tuhan hendaknya kita rela berbalik. 

Kalau seseorang nyaris menjadi orang yang tidak pantas dipukul atau diperingatkan (nyaris menjadi seperti anjing atau babi) hendaknya ia meratap di hadapan Tuhan dalam pertobatan yang tulus dan sungguh-sungguh. Sering tanpa sadar seseorang mengeraskan hatinya, padahal dengan cara demikian ia membinasakan dirinya. Dengan keadaan baik yang tidak bermasalah ia berpikir bahwa ia ada dalam perkenanan Tuhan, padahal justru sebaliknya. Hal ini disebabkan pengertian mereka yang salah oleh pengajaran para pembicara yang tidak mengenal kebenaran. Mudah untuk menandai ajaran seperti itu, yaitu jika Tuhan hanya diperkenalkan sebagai Juru Selamat masalah-masalah kehidupan dunia dan pemenuhan kebutuhan jasmani. 

Pelayan-pelayan seperti itu akan mengusahakan dengan doa dan janji-janji bahwa hidup di bumi bisa dilalui dengan mulus dengan “berkat” berlimpah. Pengajaran mereka selalu menekankan mukjizat dan berkat jasmani. Mereka tidak mengajarkan kesempurnaan karakter. Mereka menunjukkan seakan-akan masuk surga itu mudah. Padahal orang yang selamat adalah orang yang mendekat kepada Tuhan walau tidak memiliki masalah atau tidak dalam keadaan terancam. Baginya, keadaan terancam adalah ketika tidak mendengar suara nasihat Tuhan apalagi teguran dan peringatan Tuhan. Keadaan yang membahayakan adalah ketika seseorang tidak pantas lagi mendapat nasihat dan teguran-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG "SENANG SELAMANYA" (DI BUMI) ADALAH ORANG YANG DIBIARKAN TERUS MELUNCUR MENUJU KEBINASAAN. MEREKA ADALAH ORANG-ORANG YANG TIDAK PANTAS MENDAPAT TEGURAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 April 2024
2024-04-21 08:21:07

Mazmur 6, 8, 10, 14, 16, 19, 21

Card image
Truth Kids 20 April 2024 - TERANG DAN GARAM BAGI SESAMA
2024-04-20 13:15:43


Matius 5:14
"Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi."

Sobat Kids, kalian pernah melihat mama memasak menggunakan garam, kan? Garam digunakan salah satunya untuk memberi rasa pada masakan. Begitu juga terang. Lampu kita gunakan untuk membantu menerangi sebuah tempat agar bisa beraktivitas dengan nyaman ketika malam sudah tiba. Garam tidak pernah dipakai untuk mengasinkan garam. Begitu juga dengan lampu yang tidak pernah dipakai untuk menerangi tempat yang sudah terang. Kita juga harus seperti itu, Sobat Kids. Kita harus menjadi terang dan garam dunia untuk orang lain yang belum mengenal Tuhan dan hidup dalam kegelapan dosa.

Masalahnya adalah apakah kita bisa menjadi terang dan garam dunia jika kita tidak memiliki kasih? Tentu tidak, Sobat Kids. Jika kita tidak mengasihi sesama kita, apakah kita akan peduli jika melihat orang yang sedang kesusahan? Tidak mungkin. Maka dari itu, jika kita ingin menjadi terang dan garam dunia seperti yang Tuhan katakan, miliki dulu kasih yang tulus. Ingatlah kasih yang telah Tuhan contohkan. Tuhan mengasihi kita sampai rela mati demi menebus dosa, walaupun kita belum pernah melihat dan bertemu Tuhan.

Card image
Truth Junior 20 April 2024 - GARAM DAN TERANG DUNIA
2024-04-20 13:14:28


Matius 5:14
“Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.”

“Aduh… garamnya sudah habis,” terdengar suara Ibu di dapur. Kemudian Ibu memanggil Lala dan menyuruhnya membelikan garam di warung. Lala pun pergi ke warung dan membeli garam. Saat masih di warung, Lala melihat seorang nenek yang uangnya terjatuh. Lala kemudian mengambil uang itu dan memberikannya kepada nenek. Sesampainya di rumah, Lala langsung memberikan garam yang ibunya minta. “Ini, Bu, garamnya. Bu, kenapa kalau kita memasak harus pakai garam?” tanya Lala penasaran. Ibu pun menjawab, “Garam adalah bumbu yang membuat semua masakan jadi lebih lezat. Begitu juga dalam hidup, jika kita menjadi garam dan terang bagi dunia, hidup kita akan menjadi lebih bermakna dan berdampak positif bagi orang lain.”

Sobat Junior, Tuhan mau kita menjadi garam dan terang dunia. Artinya, Tuhan mau hidup Sobat Junior menjadi berkat untuk sekitar. Contohnya seperti Lala, ia menolong ibu membeli garam di warung. Saat di warung, Lala menolong nenek yang uangnya terjatuh. Wow, keren, bukan? Nah, Sobat Junior dapat menjadi garam dan terang dunia, tidak hanya tentang perbuatan besar, tetapi juga tentang tindakan kecil seperti yang dilakukan oleh Lala. Sobat Junior juga dapat menjadi berkat dengan melakukan hal-hal sederhana, seperti menolong mama merapikan tempat tidur atau memilih mainan yang sudah tidak dipakai lalu disumbangkan. Walau sederhana, tetapi Sobat Junior sudah menjadi berkat untuk orang lain. Selamat berjuang! Tuhan Yesus memberkati.

Card image
Truth Youth 20 April 2024 (English Version) - EMPTY BARREL MAKES THE LOUDEST SOUND
2024-04-20 13:12:48


"My God will supply every need of yours according to his riches in glory in Christ Jesus." (Philippians 4:19)

Surely you are not unfamiliar with the saying "an empty barrel makes the loudest sound." If you know its meaning, isn't it something that many people often do? Like the abundance of sweet promises offered by a man to the woman he loves, as if saying that it is evidence of his love for them. But, within a few months, they can replace all those sweet promises and leave the woman whom he "supposedly" loves. Indeed, it looks exactly like an empty barrel, doesn't it?

That's what humans often do to God, or more simply, that's what we usually do to God. There are even negotiations that we unintentionally make. But, has God ever failed even slightly in His promises to us? Not at all. We as humans are the ones who use too much of what fits our criteria, but not in line with God's criteria or will. So, in the end, we hurt ourselves. But, we blame God.

God always keeps His promises, and humans always break their promises to God. Some even dare to leave God when what God gives does not match human desires and "criteria." Then it's still good if someone realizes with their reason, so they return to God and do what God wants. If not? People like that probably won't appear in church life.

Therefore, it doesn't mean we surrender to what God gives regarding His promises to us. But, let's look and pay attention first to God's desires in our lives. Then try and do it according to God's desires, surely our lives will be more comfortable even though many things may not meet our criteria. So, are you ready to do it according to God's criteria?

WHAT TO DO:
1. Human promises are like empty barrels, but God's promises are like barrels full of water.
2. Do anything according to God's criteria, not human criteria.
3. Look, pay attention, try, and do what God wants.

BIBLE MARATHON:
- 2 Kings 4-5

Card image
Truth Youth 20 April 2024 - TONG ISI TAPI KOSONG
2024-04-20 13:10:36


"Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:19)

Pasti kalian tidak asing dengan pepatah “tong kosong nyaring bunyinya.” Jika, kalian tahu artinya, bukankah itu sering dilakukan oleh banyak orang? Seperti banyaknya janji-janji manis yang ditawarkan oleh seorang pria kepada wanita yang dia cintai, seolah mengatakan kalau hal itu menjadi bukti cintanya kepada mereka. Tetapi, dalam selang waktu beberapa bulan, mereka bisa mengganti semua janji-janji manis itu dan meninggalkan wanita yang “katanya” dia cintai. Terpantau benar-benar seperti tong kosong bukan?

Itulah yang biasa dilakukan oleh manusia kepada Tuhan, atau secara lebih sederhana, itulah yang biasanya kita lakukan kepada Tuhan. Bahkan ada negosiasi yang tanpa sengaja kita lakukan. Tetapi, apakah Tuhan pernah meleset sedikit pun tentang janji-Nya kepada kita? Sama sekali tidak. Kita saja sebagai seorang manusia yang terlalu banyak menggunakan apa yang sesuai dengan kriteria kita, tetapi bukan sesuai dengan kriteria atau kehendak Tuhan. Sehingga pada akhirnya, kita yang melukai diri kita sendiri. Tetapi, menyalahkan Tuhan.

Tuhan selalu tepat pada janji-Nya, dan manusia yang selalu mengingkari janjinya kepada Tuhan. Bahkan berani meninggalkan Tuhan saat apa yang Tuhan berikan tidak sesuai dengan keinginan dan “kriteria” manusia. Lalu masih bagus kalau manusia itu sadar dengan akalnya, sehingga kembali kepada Tuhan dan menjalankan apa yang Tuhan inginkan. Jika tidak? Manusia seperti itu sepertinya tidak akan tampak dalam kehidupan gereja. Maka, bukan artinya kita pasrah tentang apa yang Tuhan berikan mengenai janji-Nya kepada kita. Tetapi, kita lihat dan perhatikan terlebih dahulu keinginan Tuhan dalam kehidupan kita. Lalu mencoba dan melakukannya sesuai dengan keinginan Tuhan, pasti hidup kita akan lebih nyaman meskipun banyak hal yang mungkin tidak sesuai dengan kriteria kita. Jadi, siap untuk melakukannya sesuai dengan kriteria Tuhan?

WHAT TO DO:
1. Janji manusia itu seperti tong kosong, tapi janji Tuhan seperti tong penuh air.
2. Lakukan apa pun sesuai dengan kriteria Tuhan, bukan kriteria manusia.
3. Lihat, perhatikan, mencoba, dan melakukan apa keinginan Tuhan.

BIBLE MARATHON:
2 Raja-raja 4—5

Card image
Renungan Pagi - 20 April 2024
2024-04-20 13:07:08


Semua manusia pasti memiliki rencana-rencana hidup ke depan, masing-masing merancang skenario hidupnya sendiri. Tetapi tidak banyak yang menyadari bahwa rancangan yang sempurna hanya datang dari Tuhan, DIA yang menyusun skenario kehidupan terbaik bagi umat-Nya. Sejak dahulu, saat Tuhan Yesus masih ada di bumi menjadi manusia di tengah murid-murid-Nya, tiga setengah tahun berjalan bersama, tidak membuat mereka dapat memahami rancangan Tuhan yang mulia.

Kematian Yesus di kayu salib membuat mereka bingung, cemas dan takut, karena konsep mereka tentang Mesias sangat berbeda dengan konsep pikiran Tuhan. Mesias harus melalui jalan salib untuk dimuliakan, dan Yesus mati bukan hanya menjadi pembebas bangsa Israel, tetapi menebus semua umat manusia dari perbudakan dosa dan oleh kebangkitan-Nya dari kematian membuat kita memperoleh jaminan hidup kekal. Itulah rancangan Tuhan yang sempurna bagi kita umat-Nya yang mau percaya.

"Lalu Ia berkata kepada mereka; "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Jadi, janganlah menjadi bodoh dengan konsep pikiran sendiri, tetapi jika apa yang kita pikirkan tidak terjadi sesuai harapan, maka percayalah ada skenario Tuhan yang sempurna bagi kita.
(Lukas 24:25-26)

Card image
Quote Of The Day - 20 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-20 13:03:41


Kalau seseorang tidak sedang berjuang untuk kepentingan Kerajaan Allah berarti ia sedang ada dalam posisi di luar jalur.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 20 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-20 12:50:22


Tidak ada kedewasaan tanpa pengalaman dengan Allah, tidak ada kedewasaan tanpa proses mengalami Tuhan.

Card image
FINDING GOD'S LOVE - 20 April 2024 (English Version)
2024-04-20 12:47:22


One thing that hinders or makes a person weak in seriously seeking God is when he does not find the difference between people who seek God and those who do not according to his version. The expected difference (according to his own version) is that people who truly seek God will be physically blessed and appear lucky and happy, but those who do not seek God will be poor, unhappy and unlucky. But it turns out that's not the case. In fact, we often encounter the fact that it seems as if favorable circumstances are not in favor of the righteous.

In Psalm 73, the psalmist finds that people who do not seek God are lucky, appear happy and healthy. Meanwhile, he, who had worked hard to live a blameless life, actually received a blow (verses 13-14 Surely in vain I have kept my heart pure and have washed my hands in innocence. All day long I have been afflicted, and every morning brings new punishments). This makes them confused, even frustrated (verse 16 When I tried to understand all this, it troubled me deeply). If you have tried to live righteously, you have been met with evil and punishment (verse 14 All day long I have been afflicted, and every morning brings new punishments). The plague here in the original text is naga (נגע), which means strike. These attacks can take the form of various unpleasant circumstances. Meanwhile, the word for law is towkechah (תּוֹכֵחָה), which means rebuke, correction, reproof (reprimand and correction).

This is difficult for the psalmist to understand (verse 16). In fact, we don't need to be surprised by this reality, wasn't the Lord Jesus also experiencing a disadvantageous position even though He was innocent? He was faced with a situation where the circumstances were not in his favor. He was in the position of someone who was defeated, eliminated, blamed and punished (Isaiah 53:3 He was despised and rejected by mankind, a man of suffering, and familiar with pain. Like one from whom people hide their faces he was despised, and we held him in low esteem). All of that happened to prepare Him to become the most honorable person, worthy of receiving glory from God the Father in heaven (Phillipians 2:8-11 And being found in appearance as a man, he humbled himself by becoming obedient to death-even death on a cross! 9 Therefore God exalted him to the highest place and gave him the name that is above every name, 10 that at the name of Jesus every knee should bow, in heaven and on earth and under the earth, 11 and every tongue acknowledge that Jesus Christ is Lord, to the glory of God the Father). Because of the situation where the righteous are on the wrong side and suffer, many people are led to become wicked, meaning they do not seek God to have a righteous life (Psalm 73:10 Therefore their people turn to them and drink up waters in abundance).

Many Christians actually still have the status of being against God or being impudent towards God. Going against God here does not mean being irreligious or unchurched; they do go to church but they do not live according to God's will. They ignore God's feelings by loving the world more than they love God. They do not feel like bad people because they do not violate general norms, in fact some of them are honorable people in the eyes of humans. Essentially, they do not place themselves rightly before God. They are Christians who refuse to become corpus delicti. Essentially, they oppose God, for they do not follow God's plan to become perfect humans like His only begotten Son.

God's Word says that those whom God loves, He rebukes (Rev. 3:19 Those whom I love I rebuke and discipline. So be earnest and repent) and those who are accepted as children He chastens (Hebrews 12:6-11 because the Lord disciplines the one he loves, and he chastens everyone he accepts as his son.” 7 Endure hardship as discipline; God is treating you as his children. For what children are not disciplined by their father? 8 If you are not disciplined-and everyone undergoes discipline—then you are not legitimate, not true sons and daughters at all. 9 Moreover, we have all had human fathers who disciplined us and we respected them for it. How much more should we submit to the Father of spirits and live! 10 They disciplined us for a little while as they thought best; but God disciplines us for our good, in order that we may share in his holiness). The people whom God processes to become His chosen people, at a certain level of maturity, no longer hope for a comfortable life on this earth. They must be willing to be processed into men of God so they can be lifted up into glory (Psalm 73:24 You guide me with your counsel, and afterward you will take me into glory). Sometimes their life situations are entirely unclear. It is precisely here that God's formation "machine" operates normally.

Such a situation is depicted by the psalmist in Psalm 73:21-24 When my heart was grieved and my spirit embittered, I was senseless and ignorant; I was a brute beast before you. Yet I am always with you; you hold me by my right hand. You guide me with your counsel, and afterward you will take me into glory. Apparently, this psalmist is somewhat stubborn (Psalm 73:3 For I envied the arrogant when I saw the prosperity of the wicked ; Surely in vain I have kept my heart pure and have washed my hands in innocence), so his formation is also exceptionally difficult. It's better not to be stubborn so as not to be beaten. God won't hurt if someone doesn't need to be hurt, but if stubborn, then "forced" to be hurt until wounded. If this formation passes, one of its characteristics is loving God above all else. These are the people who find God's love. Indeed, God loves everyone, but not everyone finds His love (Psalm 73:26-27 My flesh and my heart may fail, but God is the strength of my heart and my portion forever. Those who are far from You will perish; you destroy all who are unfaithful to You).

Those who find God's love are those whose love is also found by God. As a sign or proof of this, they are always willing to do God's will to please His heart. God's thoughts and feelings are their law or what they intend to follow. Their lives surely become holy, blameless, and unblemished. They can be said to have found God and been found by God. Finding God means finding the life desired by God. It is better for someone never to become human than to become human but never find God. Therefore, we must not fear receiving God's discipline until we find God. The transitional period toward this spiritual level makes someone close to God like an animal having no desires except for God (Psalm 73:25-28 Whom have I in heaven but You? And earth has nothing I desire besides You. My flesh and my heart may fail, but God is the strength of my heart and my portion forever. Those who are far from You will perish; You destroy all who are unfaithful to You. But as for me, it is good to be near God. I have made the Sovereign Lord my refuge; I will tell of all Your deeds).

THOSE WHO FIND GOD'S LOVE ARE THOSE WHOSE LOVE IS ALSO FOUND BY GOD.

Card image
MENEMUKAN CINTA TUHAN - 20 April 2024
2024-04-20 12:45:13


Salah satu yang menghambat atau membuat seseorang lemah untuk bersungguh-sungguh mencari Tuhan adalah ketika ia tidak menemukan perbedaan antara orang yang mencari Tuhan dan yang tidak menurut versinya. Perbedaan yang diharapkan (menurut versinya sendiri) adalah orang yang sungguh-sungguh mencari Tuhan akan diberkati secara jasmani dan kelihatan beruntung serta bahagia, tetapi yang tidak mencari Tuhan menjadi miskin, tidak bahagia dan tidak beruntung. Tetapi ternyata tidak demikian. Bahkan sering sekali kita jumpai kenyataan bahwa seakan-akan keadaan yang menguntungkan tidak berpihak kepada orang benar. 

Dalam Mazmur 73, pemazmur mendapati orang yang tidak mencari Tuhan ternyata beruntung, nampak bahagia dan sehat. Sementara dirinya yang sudah bersusah payah hidup tidak bercela malah mendapat pukulan (ayat 13-14). Hal ini membuat mereka menjadi bingung, bahkan frustrasi (ayat 16). Sudah berusaha hidup benar malah mendapat tulah dan hukum (ayat 14). Tulah di sini dalam teks aslinya adalah naga (נגע), yang artinya serangan (strike). Serangan ini bisa berupa berbagai keadaan yang tidak menyenangkan. Sedangkan kata hukum adalah towkechah (תּוֹכֵחָה), yang artinya adalah rebuke, correction, reproof (teguran dan koreksi).

Hal ini menjadi kesulitan untuk dipahami oleh pemazmur (ayat 16). Sejatinya, kita tidak perlu heran terhadap realitas ini, bukankah hal di posisi yang tidak diuntungkan juga dialami oleh Tuhan Yesus walaupun Ia tidak bersalah? Ia diperhadapkan pada situasi di mana keadaan tidak berpihak kepada-Nya. Ia di posisi sebagai orang yang dikalahkan, disingkirkan, dipersalahkan dan dihukum (Yes. 53:3). Semua itu terjadi untuk mempersiapkan diri-Nya menjadi orang yang paling terhormat, layak menerima kemuliaan dari Allah Bapa di surga (Flp. 2:8-11). Karena situasi di mana orang benar di pihak yang dipersalahkan dan menderita, maka banyak orang ikut terbawa menjadi fasik, artinya tidak mencari Tuhan untuk memiliki kehidupan benar (Mzm. 73:10). 

Banyak orang Kristen yang sebenarnya masih berstatus melawan Tuhan atau bersikap kurang ajar terhadap Tuhan. Melawan Tuhan di sini bukan berarti tidak beragama atau tidak bergereja; mereka memang pergi ke gereja tetapi mereka tidak hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Mereka tidak memedulikan perasaan Tuhan dengan mengasihi dunia lebih dari mengasihi Tuhan. Mereka tidak merasa sebagai orang-orang yang jahat sebab mereka tidak melanggar norma umum, bahkan di antara mereka adalah orang-orang yang terhormat di mata manusia. Pada dasarnya, mereka tidak menempatkan diri mereka secara benar di hadapan Tuhan. Mereka adalah orang Kristen yang menolak menjadi corpus delicti.  Pada dasarnya mereka melawan Tuhan, sebab tidak menuruti rencana Allah menjadi manusia sempurna seperti Putra Tunggal-Nya. 

Firman Tuhan mengatakan bahwa orang yang dikasihi Tuhan, ditegur-Nya (Why. 3:19) dan orang yang diterima sebagai anak dihajar-Nya (Ibr. 12:6-11). Orang-orang yang diproses Tuhan menjadi umat pilihan-Nya, pada tingkat kedewasaan tertentu, tidak lagi berharap hidup yang nyaman di bumi ini.  Mereka harus bersedia untuk diproses menjadi manusia Allah agar dapat diangkat ke dalam kemuliaan (Mzm. 73:24). Kadang-kadang sampai situasi hidupnya tidak jelas sama sekali. Justru di sini “mesin” pembentukan Tuhan berjalan dengan normal.

Situasi seperti ini digambar oleh pemazmur dalam Mazmur 73:21-24. Rupanya pemazmur ini agak keras kepala (Mzm. 73:3,13) sehingga pembentukannya pun juga luar biasa beratnya. Sebaiknya kita tidak keras kepala sehingga tidak perlu dipukul. Tuhan tidak akan menyakiti kalau seseorang tidak perlu disakiti, tetapi kalau keras kepala maka “terpaksa” harus disakiti sampai dilukai. Bila pembentukan ini lulus, salah satu cirinya adalah mencintai Tuhan lebih dari segala sesuatu. Inilah orang-orang yang menemukan cinta Tuhan. Memang Tuhan mencintai semua orang, tetapi tidak semua orang menemukan cinta-Nya (Mzm. 73:26-27). 

Orang yang menemukan cinta Tuhan adalah orang yang cintanya ditemukan oleh Tuhan juga. Sebagai tanda atau buktinya adalah selalu mau melakukan kehendak Tuhan guna menyenangkan hati-Nya. Pikiran dan perasaan Tuhan itulah hukumnya atau yang hendak dituruti. Hidup mereka pasti menjadi kudus tidak bercacat dan tidak bercela. Mereka dapat dikatakan sudah menemukan Tuhan dan ditemukan oleh Tuhan. Menemukan Tuhan berarti menemukan hidup yang dikehendaki oleh Allah. Lebih baik seseorang tidak pernah menjadi manusia daripada menjadi manusia, tetapi tidak pernah menemukan Tuhan. Oleh sebab itu, kita tidak boleh takut menerima hajaran Tuhan sampai kita menemukan Tuhan. Masa transisi menuju tingkat rohani ini membuat seseorang di dekat Tuhan seperti hewan tidak memiliki keinginan apa-apa kecuali Tuhan (Mzm. 73:25-28). 

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG MENEMUKAN CINTA TUHAN ADALAH ORANG YANG CINTA-NYA DITEMUKAN OLEH TUHAN JUGA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 April 2024
2024-04-20 12:42:22

2 Samuel 1-4

Card image
Truth Kids 19 April 2024 - KASIH ADA DALAMKU
2024-04-19 12:55:52


Yohanes 13:35
"Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."

Sobat Kids, ada miliaran manusia di muka bumi ini. Begitu banyak, bukan? Coba bayangkan, jika kita berada bersama orang tua kita di sebuah tempat yang ramai lalu sebentar saja terpisah dengan orang tua, pasti akan kebingungan untuk mencari mereka. Nah, di tengah dunia yang dihuni oleh begitu banyak orang, apakah Allah tidak bingung untuk mencari anak-anak-Nya?Jawabannya tidak. Mengapa? Bukan hanya Allah itu penuh kuasa, tetapi anak-anak-Nya juga memiliki ciri khas khusus.

Semua orang yang mengaku percaya pada Tuhan Yesus pengikut Kristus haruslah memiliki ciri ini. Mereka harus memiliki kasih dalam hidup mereka, karena Tuhan Yesus adalah kasih itu sendiri. Jika kita tidak memiliki kasih, maka Tuhan pun tidak ada dalam hidup kita. Apakah kita sudah memiliki kasih itu dalam hidup kita? Kasih yang sama Tuhan berikan kepada semua orang tanpa membeda-bedakan. Siapa orang itu, apa sukunya, apa agamanya, kaya atau miskin, tidak ada bedanya di mata Tuhan. Tuhan ingin kita memiliki kasih yang sama. Kasih yang mengasihi tanpa syarat kepada sesama manusia.

Card image
Truth Junior 19 April 2024 - KARTU IDENTITAS MURID KRISTUS
2024-04-19 12:54:10


Yohanes 13:35
“Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”

Sobat Junior, apakah kalian memiliki kartu identitas? Kartu identitas untuk orang dewasa adalah KTP (Kartu Tanda Penduduk). Dalam KTP, terdapat identitas pribadi dan kewarganegaraan kita. Khusus untuk anak-anak, kartu identitasnya disebut KIA (Kartu Identitas Anak). Informasi yang terdapat dalam KIA kurang lebih sama seperti KTP.

Hari ini kita akan belajar tentang kartu identitas khusus sebagai murid Kristus. Yuk, kita cari tahu bersama! Pertama-tama, mari kita baca sebuah ayat yang berasal dari Injil Yohanes 13:35, “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, jika kamu saling mengasihi.” Bayangkan jika kita punya kartu identitas khusus sebagai murid Kristus. Tapi, tunggu dulu! Kartu identitas ini tidak terbuat dari kertas atau plastik, melainkan dari kasih. Apa itu kasih? Kasih adalah perasaan sayang dan peduli yang kita tunjukkan kepada orang lain.

Sobat Junior, ketika kita saling mengasihi, orang lain akan melihat kartu identitas itu. Jadi, bagaimana cara kita mendapatkan kartu identitas ini? Simak cerita di bawah ini.

Ada seorang murid bernama Kristin. Kristin selalu menolong teman-teman yang sedang kesulitan belajar atau menghadapi masalah. Dia juga selalu tersenyum dan memberikan kata-kata baik kepada orang lain. Kristin menunjukkan kasih kepada teman-temannya. Suatu hari, teman Kristin bertanya, “Kristin, kenapa kamu selalu baik dan perhatian kepada kami?” Kristin pun menjawab dengan senyum, “Karena aku adalah murid Kristus. Aku ingin orang tahu bahwa aku adalah murid-Nya.”

Sobat Junior, kita bisa melihat bahwa kasih adalah ciri khas yang menandakan bahwa kita murid Kristus. Kartu identitas kita bukanlah sesuatu yang terlihat mata, melainkan oleh tindakan yang penuh kasih kepada orang lain. Mari kita jadikan kasih sebagai kartu identitas murid Kristus. Ketika kita saling mengasihi, orang lain akan tahu bahwa kita adalah bagian dari keluarga Kerajaan Surga. Ingatlah selalu bahwa kasih adalah bahasa yang dapat dimengerti oleh semua orang, dan itu membuat kita spesial sebagai murid Kristus. Selamat belajar dan menjadi murid Kristus yang penuh kasih!

Card image
Truth Youth 19 April 2024 - KUAT GARA-GARA DIA
2024-04-19 10:22:23


"Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku" (Filipi 4:13).

Manusia itu makhluk sosial. Manusia tidak bisa hidup hanya sendirian, dan pastinya membutuhkan orang lain. Bukan hanya tentang ada seseorang yang mendampingi, tetapi seseorang yang bisa membantu dirinya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Itulah yang bisa membuat manusia bertahan dalam kehidupan yang ada. Kemudian, saat seseorang mengalami sebuah masalah (peristiwa), tidak selalu manusia bisa menyelesaikannya secara sendirian. Ia masih membutuhkan orang lain untuk bisa mendampinginya, maka terkadang seseorang pergi ke teman-temannya atau mungkin juga ke psikiater jika masalah itu berkaitan dengan psikis seseorang.

Kenapa memangnya sampai seorang manusia membutuhkan manusia lain? Karena tidak selalu manusia bisa menanggung bebannya sendirian. Kekuatan seorang manusia itu selalu bergantung pada setiap situasi kondisi yang sedang mereka alami. Karena seorang manusia memiliki perasaan dan logika yang diberikan oleh Tuhan pada awal penciptaan. Lalu bagaimana bisa manusia bisa menyelesaikan segala masalah yang dapat ditanggungnya? Kedekatan hubungan antara Tuhan dan manusia yang bisa membuat seorang manusia menyelesaikan masalahnya.

Itulah sumber kekuatan seseorang dalam menghadapi segala situasi yang ada. Tapi, apakah kalian mau membangun hubungan itu? Seorang manusia bisa lemah karena mereka mengandalkan kekuatannya sendiri. Tetapi, seorang yang memiliki hubungan dengan Tuhan mereka mengandalkan Tuhan dan berproses bersamanya. Jadi, bagaimana? Mau kuat gara-gara Dia?

WHAT TO DO:
1. Manusia tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendirian
2. Hubungan yang dekat dengan Tuhan menjadi sumber kekuatan
3. Seorang manusia lemah karena mengandalkan kekuatannya sendiri

BIBLE MARATHON:
2 Raja-raja 1—3

Card image
Renungan Pagi - 19 April 2024
2024-04-19 10:20:33


Ketika kita melakukan satu dosa atau kesalahan, banyak manusia tidak cepat mengakuinya, bahkan mencari kambing hitam dan mengingkari tanggungjawab akibat dosa yang telah dilakukannya. Memang tidak mudah mengakui kesalahan atau dosa, contoh dalam Alkitab adalah Kain; ketika Tuhan mengingatkan bahwa ia sedang dipenuhi iri hati dan kebencian pada adiknya yang terpancar dari wajahnya yang muram.

Kain berusaha menyangkalnya, hingga ada waktunya dia tidak bisa mengendalikan perasaannya sendiri dan membunuh adiknya. Menunda pengakuan bahwa kita telah berdosa dan melakukan kesalahan sebenarnya memberi dampak buruk bagi diri sendiri. Dosa yang tidak diakui akan cenderung membuat kita mengulangi kembali dosa yang sama.

Bahkan terus menikmati dosa karena menganggap Tuhan tidak memghukum, hidupnya tetap nyaman tidak terganggu sama sekali, tetapi keadaan itu sangat berbahaya. Kita tidak menyadari bahwa sedang berjalan memasuki kegelapan, tidak lagi hidup dalam terangnya Tuhan, pasti hubungan dengan Tuhan akan terganggu, demikian pula dengan sesama.

Rasul Yohanes mendesak orang percaya agar mengakui dosanya dihadapan Tuhan agar mendapatkan pengampunan dan mengijinkan Tuhan membebaskan dia dari dosa, lalu merelakan diri untuk diperbaiki dan dipulihkan. "Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."

Pengakuan itu harus disertai ketulusan yang mendalam agar Tuhan menolong kita melihat dosa-dosa yang masih tersembunyi, untuk kita akui dengan keterbukaan dihadapan Tuhan. Pengakuan yang sungguh-sungguh akan menghasilkan pertobatan. Jangan hanya menyesal lalu mengulanginya lagi dilain kesempatan, tetapi bertobatlah dan benahi diri dengan berjuang melakukan kebenaran.
(1 Yohanes 1:8-9)

Card image
Quote Of The Day - 19 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-19 10:10:38


Orang percaya yang benar harus selalu sedang ada dalam perjuangan bagi kepentingan Kerajaan Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 19 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-19 10:09:41


Melalui hal-hal yang sederhana setiap hari, Tuhan membuka peluang kepada kita untuk melakukan kehendak Bapa.

Card image
INTIMACY - 19 April 2024 (English Version)
2024-04-19 10:08:29


When we are not yet mature, God receives us as immature children. We are treated as children, and therefore God does not demand much from us. But when we begin to mature, we must start to understand God's will and submit ourselves to His demands and align ourselves with His will and plans. Characteristics of a mature child of God who can interact with God in this way include:

First, a non-protocular attitude towards God in a diplomatic style. He can act as he is. Nothing is made up or covered up. This is what is called simplicity. But it is very ironic, it is church ceremonies or liturgy that often create a protocular and diplomatic atmosphere. This suggests that God is a distant Person who cannot be understood (Matt. 15:7-9).

Many Christians have become strangers to the Father and God. His prayers are often full of artificial and insincere language. On the other hand, if a person grows up correctly then the depth of his prayer becomes extraordinary, but it also becomes simple. Extraordinary because of the sincerity that radiates, simple because it shows the attitude of a child or a sincere servant towards the Greatest Person.

Second, a naturally intimate attitude. This intimacy is not polished by religious language or made-up words, but there is mutual understanding between two individuals. When the Lord Jesus said that His food did the will of the Father, we saw here His intimacy with the Father so that He understood what His Father wanted (John 4:34). Intimacy with God will create a truly clean life. This atmosphere of intimacy evokes feelings of extraordinary trepidation, so that a person will not dare to be impudent or careless towards God. It is at this level that a person can be enjoyed by God (Gr. Ginosko; Matt. 7:21-23).

Third, at this level of spiritual maturity, one can can "feel" God correctly. One can feel His presence because he understands His thoughts and feelings. This relationship cannot be described in words as Paul said to be like that of husband and wife (Eph. 5:31-32). He will understand what it means to have God's presence in his life at all times. He will understand God’s love for him, which will spur him to love God very abundantly. In this, he finds God's love and God finds his love.

Therefore, the measure of Christian maturity is being able to align with the Father. This is what Jesus meant by being perfect as the Father is perfect (Matthew 5:48). Aligning with the Father means being of one mind with the Father. Only when someone is of one mind with the Father, just then he can have a correct or ideal relationship with the Father. This is what it means to share in His holiness. This does not only mean that we can become pious or holy people like God, but we can be separated from others to become instruments of the Kingdom of God, namely to live in God’s plan to the fullest.

If the Lord Jesus became Lord for the glory of God the Father, we become servants for the glory of God the Father. Interacting with God the Father as a mature individualwill make a child of God to position himself as the Lord Jesus placed himself before the Father when wearing a human body. Here someone can be said to be a man of God; we become like God in His character. Therefore, following the Lord Jesus means following in His footsteps. The process of following the Lord Jesus is the process of molding people like Christ. People like this are the fruits produced by the Lord Jesus through the work of the Holy Spirit in the lives of people who give themselves to be formed and processed.

People like this are the pride of the Lord Jesus before God the Father in heaven. This is the true purpose of the Christian life. At this point we are absorbed as brothers to the Lord Jesus where the Lord Jesus is the firstborn among many brothers. Service of God's work should ideally be carried out by people who have the capacity or quality like the Lord Jesus. So, it is not enough to have a university degree or life experience as an entrepreneur and marketing skills to build a big church.

A good servant of God is created from the long journey of a child of God getting to know the truth, putting on the truth, and going through the process to have a character like Christ. The ideal servant of God lives a lifestyle like the Lord Jesus and lives only to do God’s will.

INTIMACY WITH GOD WILL CREATE A TRULY CLEAN LIFE.

Card image
KEINTIMAN - 19 April 2024
2024-04-19 08:05:48


Ketika kita belum dewasa, Tuhan menerima kita sebagai anak-anak yang tidak dewasa. Kita diperlakukan sebagai anak-anak yang oleh karenanya Tuhan tidak menuntut banyak dari kita. Tetapi ketika sudah mulai akil balik, kita harus mulai mengerti kehendak Tuhan dan harus memberi diri dituntut Tuhan dan menyesuaikan diri terhadap kehendak dan rencana-Nya. Ciri-ciri dari seorang anak Tuhan yang dewasa yang bisa berinteraksi dengan Tuhan seperti ini antara lain: 

Pertama, sikap yang tidak protokuler lagi dengan Tuhan dengan gaya diplomasi. Ia bisa bersikap apa adanya. Tidak ada sesuatu yang dibuat-buat atau ditutup-tutupi. Inilah yang disebut kesederhanaan. Tetapi ironis sekali, justru seremonial atau liturgi gereja yang sering menciptakan atmosfer protokuler dan diplomasi. Hal ini mengesankan Tuhan adalah Pribadi jauh yang tidak bisa dipahami (Mat. 15:7-9). 

Banyak orang Kristen menjadi asing bagi Bapa dan Tuhan. Doa-doanya sering penuh dengan polesan bahasa yang dibuat-buat dan tidak tulus. Sebaliknya, kalau seseorang bertumbuh dewasa dengan benar maka kedalaman doanya menjadi luar biasa, tetapi juga menjadi sederhana. Luar biasa karena ketulusan yang memancar, sederhana karena nampak sikap seperti anak-anak atau hamba yang tulus terhadap Pribadi Maha Agung.  

Kedua, sikap yang intim secara natural. Keintiman ini bukan dipoles oleh bahasa agama atau kata-kata yang dibuat-buat, tetapi adanya saling pengertian antara dua pribadi. Ketika Tuhan Yesus mengatakan bahwa makanan-Nya melakukan kehendak Bapa, nampak di sini keintiman-Nya dengan Bapa sehingga Ia mengerti apa yang diingini oleh Bapa-Nya (Yoh 4:34). Keintiman dengan Tuhan akan menciptakan kehidupan yang benar-benar bersih. Suasana keintiman ini membangkitkan perasaan gentar luar biasa, sehingga seseorang tidak akan berani bersikap kurang ajar atau sembarangan terhadap Tuhan. Pada tingkat ini seseorang barulah dapat dinikmati oleh Tuhan (Yun. Ginosko; Mat. 7:21-23).  Ketiga, pada tingkat kedewasaan rohani seperti ini seseorang dapat “merasakan” Tuhan secara benar. Merasakan kehadiran-Nya karena mengerti pikiran dan perasaan-Nya. Hubungan yang tidak terjelaskan dengan kata-kata ini dikatakan oleh Paulus seperti hubungan suami istri (Ef. 5:31-32). Ia akan mengerti apa artinya kehadiran Tuhan dalam hidupnya setiap saat. Ia akan mengerti apa artinya cinta Tuhan terhadap dirinya, dan tentu saja akan memacu dirinya mencintai Tuhan dengan sangat berlimpah. Dalam hal ini ia menemukan cinta Tuhan dan Tuhan menemukan cintanya.

Maka, kedewasaan kekristenan ukurannya adalah bisa mengimbangi Bapa. Inilah yang dimaksud Tuhan Yesus agar kita sempurna seperti Bapa (Mat. 5:48). Mengimbangi Bapa artinya bisa sepikiran dengan Bapa. Kalau seseorang bisa sepikiran dengan Bapa barulah bisa memiliki hubungan yang benar atau ideal dengan Bapa. Inilah yang dimaksud mengambil bagian dalam kekudusan-Nya. Ini bukan hanya berarti kita bisa menjadi manusia saleh atau suci seperti Tuhan, melainkan kita bisa dipisahkan dari yang lain untuk menjadi alat Kerajaan Allah, yaitu hidup dalam rencana Allah sepenuhnya. 

Kalau Tuhan Yesus menjadi Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa, kita menjadi hamba bagi kemuliaan Allah Bapa. Berinteraksi dengan Allah Bapa sebagai pribadi yang dewasa akan membuat seorang anak Tuhan menempatkan diri seperti Tuhan Yesus menempatkan diri di hadapan Bapa ketika mengenakan tubuh manusia. Di sini seseorang bisa dikatakan sebagai man of God; kita menjadi seperti Allah dalam karakter-Nya. Oleh sebab itu, mengikut Tuhan Yesus berarti mengikuti jejak-Nya. Proses mengikut Tuhan Yesus adalah proses mencetak manusia seperti Kristus. Orang-orang seperti ini adalah buah-buah yang dihasilkan oleh Tuhan Yesus melalui pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan orang-orang yang memberi diri dibentuk dan diproses. 

Orang-orang seperti ini adalah kebanggaan Tuhan Yesus di hadapan Allah Bapa di surga. Inilah sebenarnya tujuan hidup kekristenan itu. Sampai di sini kita terhisap sebagai saudara bagi Tuhan Yesus di mana Tuhan Yesus menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Pelayanan pekerjaan Tuhan idealnya dilakukan oleh orang-orang yang berkapasitas atau berkualitas seperti Tuhan Yesus. Jadi, tidak cukup dengan gelar kesarjanaan atau pengalaman hidup sebagai pengusaha dan kecakapan melakukan marketing untuk membangun sebuah gereja besar. 

Pelayan Tuhan yang baik tercipta dari sebuah perjalanan panjang seorang anak Tuhan mengenal kebenaran, mengenakan kebenaran dan melalui proses untuk memiliki karakter seperti Kristus. Pelayan Tuhan yang ideal adalah kehidupan seseorang yang bergaya hidup seperti Tuhan Yesus, yaitu orang yang hidupnya hanya untuk melakukan kehendak Allah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEINTIMAN DENGAN TUHAN AKAN MENCIPTAKAN KEHIDUPAN YANG BENAR-BENAR BERSIH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 19 April 2024
2024-04-19 05:20:21

Mazmur 121, 123-125, 128-130

Card image
Truth Kids 18 April 2024 - MELAYANI TANPA HENTI
2024-04-18 15:08:55


1 Korintus 15:58
"Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia."

Di sekolah, Fitri melihat temannya, Angga, sedang bersedih karena kehilangan mainan kesayangannya. "Hiks, mainanku hilang," tangis Angga. Tanpa ragu, Fitri langsung menghibur Angga. "Sabar, ya, Angga. Kita akan mencarinya bersama-sama," ucap Fitri dengan senyum. Mereka berdua mencari mainan itu dengan penuh semangat. "Ada di sini!" seru Fitri ketika menemukan mainan Angga yang hilang. Angga pun tersenyum bahagia, "Terima kasih, Fitri!"

Sobat Kids, seperti yang tertulis dalam 1 Korintus 15:58, "Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." Kasih adalah pendorong utama yang memotivasi kita melayani tanpa henti. Ketika Fitri dengan penuh kasih menghibur dan membantu Angga, dia menunjukkan kesetiaan dalam melayani sesama. Mari kita juga mengambil contoh dari Fitri, melayani dengan penuh kasih untuk memuliakan Tuhan dalam setiap tindakan kita.

Oh Tuhan, semoga Engkau memperkuat kami untuk terus melayani dengan kasih tanpa henti. Amin.

Card image
Truth Junior 18 April 2024 - TETAP MELAYANI
2024-04-18 14:20:54


1 Korintus 15:58
“Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”

Kasih memiliki kekuatan besar dan luar biasa, Sobat Junior. Kasih mampu mendorong kita untuk melakukan segala sesuatu yang baik dan berkenan di hadapan Bapa. Contohnya, menjadi peduli, berbagi, dan bahkan melayani Tuhan tanpa henti. Melayani Tuhan sama artinya kita mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan. Bagaimana caranya, ya, Sobat Junior? Padahal kan kita masih muda dan belum bisa berkhotbah atau bahkan mengajari orang lain tentang firman. Apakah bisa kita melayani? Jawabannya pasti bisa.

Melayani Tuhan berarti menjaga perasaan Bapa, supaya Bapa tersenyum dan bukan malah bersedih apabila melihat semua yang Sobat Junior lakukan. Misalnya ketika Sobat Junior melakukan tindakan kebaikan yang terlihat kecil padahal memiliki dampak yang besar dalam kerajaan Tuhan, itu sudah disebut melayani. Contohnya seperti membuang sampah pada tempatnya, menolong orang yang membutuhkan pertolongan, membantu mama di rumah tanpa disuruh, dan masih banyak lagi.

Melayani bukan hanya di gereja, Sobat Junior. Melainkan di mana pun dan kapan pun lewat perbuatan kita yang mengasihi. Dengan adanya kasih, Sobat Junior pasti mampu melakukannya. Tidak ada kata “lelah,” sebab kasih Tuhan juga tidak berhenti kepada kita. Tanpa memandang orang, Tuhan tetap mengasihi kita. Maka, kita harus membalas kebaikan Tuhan dengan berbuat kasih. Semuanya tidak akan sia-sia, sebab Tuhan melihat semua kebaikan yang Sobat Junior lakukan.

Card image
Truth Youth 18 April 2024 (English Version) - FEAR OF DILIGENCE
2024-04-18 12:47:39


"Do not be slothful in zeal, be fervent in spirit, serve the Lord." (Romans 12:11)

Everyone has been in a position like this at some point: having many tasks to do simultaneously. Or perhaps being regarded as someone who indeed has skills and can do anything that ultimately leads to success. But have those people ever been afraid of their diligence? Romans 12:11 says we must be diligent in serving the Lord, we must be enthusiastic in serving the Lord. Serving is indeed something good to do, but can diligent service lead someone to know God? Or do you serve just to be seen by many people?

It should be you who are afraid of your diligence in serving. Because we as humans often forget that we are serving God, not serving humans. We please people, not please God. How can we know about this? Reflect on our daily lives. Do we have a worse character than before we serve, or do we become better? From that, our service will be seen, whether we serve humans or serve God.

But there is something we need to remember, serving is not about how many friends you have in church, how many seminar events you attend, or not about you always updating pearls of wisdom or maybe verses of God's word on your social media. But what matters is how you do everything, seen or unseen by many people, to please God and do it according to God's will.

WHAT TO DO:
1. Reflect on whether you serve humans or serve God.
2. It's not about the "spiritual" lifestyle that is visible, but what is unseen.
3. Serving is not about "pleasing" people, but pleasing God.

BIBLE MARATHON:
- 1 Kings 21-22

Card image
Truth Youth 18 April 2024 - KETAKUTAN KERAJINAN
2024-04-18 06:45:56


"Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11)

Setiap orang pasti pernah di posisi seperti ini, kita memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Atau mungkin kita dianggap sebagai seseorang yang memang memiliki keterampilan dan bisa melakukan apa saja yang pada ujungnya bisa membuahkan sebuah keberhasilan. Tetapi, apakah orang-orang seperti itu pernah takut kepada kerajinannya? Roma 12:11 mengatakan kita harus rajin melayani Tuhan, kita harus semangat melayani Tuhan. Hal melayani memang sesuatu hal yang bagus diilakukan, tetapi apakah rajin melayani bisa membuat seseorang bisa mengenal Tuhan? Atau kalian melayani hanya untuk dilihat oleh banyak orang?

Seharusnya dirimu yang takut mengenai kerajinan melayanimu itu. Karena kita sebagai manusia sering kali lupa kalau kita melayani Tuhan, bukan melayani manusia. Kita menyenangkan hati manusia, bukan menyenangkan hati Tuhan. Bagaimana kita bisa tahu tentang hal itu? Bercermin dari sikap hidup kita sehari-hari. Apakah kita memiliki karakter yang lebih buruk dari sebelum kita melayani atau kita menjadi lebih baik? Dari hal itu pelayanan kita akan terlihat, kita melayani manusia atau melayani Tuhan.

Tetapi ada hal yang perlu kita ingat, melayani itu bukan tentang bagaimana banyaknya temanmu dalam gereja, berapa banyak acara seminar yang kamu ikuti, atau bukan tentang kamu yang harus selalu update kata-kata mutiara atau mungkin ayat-ayat firman Tuhan di media sosialmu. Tetapi, yang penting adalah bagaimana kamu melakukan segala sesuatunya yang terlihat maupun tak terlihat di mata banyak orang untuk membahagiakan Tuhan dan melakukannya sesuai kehendak Tuhan.

WHAT TO DO:
1. Renungkan kamu melayani manusia atau melayani Tuhan
2. Bukan tentang gaya hidup “rohani” yang terlihat, tetapi apa yang tak terlihat.
3. Melayani bukan “menyenangkan” hati manusia, tetapi menyenangkan hati Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎1 Raja-Raja 21—22

Card image
Renungan Pagi - 18 April 2024
2024-04-18 06:43:55


Di dunia kita mengenal proses daur ulang yaitu sebuah proses yang dilakukan mengubah benda-benda rusak atau sampah menjadi benda baru yang benilai dan berharga. Barang-barang yang tadinya dianggap sampah, diproses ulang menjadi barang berkualitas dan bernilai tinggi.

Rasul Paulus mengingatkan pada sidang jemaat di Korintus tentang hidup manusia di luar Tuhan, akibat dosa, hidup manusia tidak ubahnya seperti sampah yang sedang menanti untuk dimusnahkan dan dibakar. Namun kasih karunia dan belas kasih Allah Bapa memberikan Putra Tunggal-Nya mati disalibkan bagi kita.

Agar dosa diampuni, hidup kita diubahkan dari barang rusak atau sampah menjadi hidup yang baru, yang berkualitas bangsawan surgawi dan bernilai tinggi, dan Paulus pun bersaksi tentang hidupnya yang diubahkan, dari hidup sia-sia dahulu, menjadi ciptaan baru yang hidup melayani dan mempermuliakan Kristus.

"Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru; yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." Bersyukurlah untuk kasih karunia Allah dan berserahlah pada tuntunan Roh Kudus, dengan cara menjadikan dirimu ciptaan baru yang berharga dan bernilai tinggi, mulailah dengan meninggalkan hidup lama dan mengikuti gaya hidup Kristus, sehingga hidup kita mempermuliakan Tuhan.
(2 Korintus 5:17)

Card image
Quote Of The Day - 18 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-18 06:40:56


Tidak mungkin orang yang tidak terbiasa dengan suasana Kerajaan Surga akan masuk Kerajaan Surga.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 18 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-18 06:39:35


Gunakan kesempatan yang Tuhan berikan untuk menyenangkan hati-Nya, jangan menunda atau kita akan kehilangan kesempatan.

Card image
RESPECTING GOD APPROPRIATELY - 18 April 2024 (English Version)
2024-04-18 06:34:50


Almost all humans do not respect God appropriately. Even though they are religious, even though they engage in religious activities, they do not respect God appropriately. And this is truly terrifying. Not just sad; terrifying! If one day someone faces the Most Honorable, Most Glorious God with all His glory and treats God inappropriately, how terrible the situation of people like this will be. For those of us who strive and struggle to respect God, it is not necessarily easy to respect God appropriately! Indeed, because God is not visible.

And humans in general have a habit of doing everything without considering God's feelings. Usually do this, do that, go there, go here, buy this, buy that, have this plan, that plan without considering God's feelings: is God pleased or not? That is the rhythm of our life. And when we realize that we have lived indecently before God as the Host of life, the Host of this universe, only then we will try to place ourselves correctly, proportionally, and appropriately before God. But because our rhythm of life has been wrong for so long, how difficult it is to change it.

But we must continue to strive to understand God as a living Person, who is real, who is Ever-Present in our lives. And we always consider everything by associating it with the Father's feelings. Ironically, very few people have principles of life like this. Observe how people are in conversation, in jest, in writing something on social media, without considering whether their words, actions, behaviors, or writings truly please God or not. People feel entitled to do whatever they want.

Let us repent! Come on, let's stop living arbitrarily, according to our own whims! Everything we do, we must consider it by associating it with the Father's feelings. It's not easy, but if we keep practicing, we will automatically see the Father's feelings in everything we do. This is what it means to live before God, to live in the presence of God. We raise our prayer, "Give me a heart that loves, respects, and fears You as it should be, as it ought to be." And let us imagine how beautiful it is! If we become people who respect God appropriately, love God, and fear God appropriately, then we will surely become righteous people of God, and our lives will surely be enjoyed by God.

Whatever and however our past circumstances are, let us not be bound by them. God forgets our sins and does not remember them, if we truly repent and want to change. God is dealing with us today, not us from yesterday, let alone 10 years ago! God deals with us today, and what we will become tomorrow. We enter a new area in the glory of God; getting closer and more attached to Him so that our hearts are less attracted to the world’s beauty. The eyes of our hearts are increasingly directed towards the new heaven and a new earth. And we truly long for the Lord Jesus. We have to force it. It means, we force ourselves; we are hard on ourselves.

We can control ourselves. We steer our lives, because the control of our lives is given to us, not God controlling us. We ask for God's help to guide us in controlling our lives. We control our lives only to be directed towards God and His Kingdom. And that is a certainty. Don't be influenced by the world around us!

Through our fellowship, let's build a truly extraordinary life. A life that is increasingly pleasing before God becomes fragrant before God. Come on, let's fight! Together we fight! Don't forget that every day we pray personally before God! Prepare time to meet God. And let us be stimulated, encouraged, directed to personal prayer either through or with morning prayer every day, we wake up early.

EVERYTHING WE DO, WE MUST CONSIDER IT BY ASSOCIATING IT WITH THE FATHER'S FEELINGS.

Card image
MENGHORMATI TUHAN SECARA PATUT
2024-04-18 04:57:10


Hampir semua manusia tidak menghormati Tuhan secara patut. Walaupun beragama, walaupun melakukan kegiatan agama, tetapi tidak menghormati Tuhan secara patut. Dan ini benar-benar mengerikan. Bukan hanya menyedihkan; mengerikan! Kalau suatu hari seseorang menghadap Allah Yang Maha Terhormat, Maha Agung dengan segala kemuliaan-Nya dan ia memperlakukan Allah secara tidak patut, betapa mengerikan keadaan orang-orang seperti ini. Bagi kita yang berjuang dan berusaha untuk menghormati Tuhan saja belum tentu dengan mudah dapat menghormati Tuhan secara patut! Benar, karena Allah tidak kelihatan. 

Dan manusia pada umumnya memiliki kebiasaan melakukan segala sesuatu tanpa mempertimbangkan perasaan Allah. Biasa buat ini, buat itu, pergi ke sana, pergi ke sini, beli ini, beli itu, punya rencana ini, rencana itu tanpa mempertimbangkan perasaan Allah: apakah Allah berkenan atau tidak? Itulah irama hidup kita. Dan ketika kita sadar, kita telah hidup tidak senonoh di hadapan Allah sebagai Tuan Rumah kehidupan, Tuan Rumah jagat raya ini, baru kita mau berusaha untuk menempatkan diri secara benar, proporsional, dan patut di hadapan Allah. Tapi karena irama hidup kita sudah salah begitu lama, betapa sulit mengubahnya.

Tetapi kita harus tetap berjuang bagaimana bisa menghayati Allah sebagai Pribadi yang hidup, yang nyata, yang Maha Hadir di dalam hidup kita. Dan kita selalu mempertimbangkan segala sesuatu dengan mengaitkan dengan perasaan Bapa. Ironis, sedikit sekali orang yang memiliki prinsip hidup seperti ini. Amati bagaimana orang dalam percakapan, dalam bercanda, dalam menulis sesuatu di media sosial, tanpa mempertimbangkan apakah ucapannya, tindakannya, perilakunya, tulisannya tersebut benar-benar menyenangkan Tuhan atau tidak. Orang merasa berhak berbuat apa pun. 

Mari kita bertobat! Ayo, kita berhenti hidup sembarangan, suka-suka sendiri! Segala sesuatu yang kita lakukan, harus kita pertimbangkan dengan mengaitkannya dengan perasaan Bapa. Ini tidak mudah, tetapi kalau kita membiasakan terus, kita akan secara otomatis melihat perasaan Bapa dalam melakukan segala sesuatu. Inilah yang dimaksud dengan hidup di hadapan Allah, hidup di hadirat Tuhan. Kita naikkan doa, “Beri aku hati yang mengasihi, menghormati, dan takut akan Engkau sebagaimana sepatutnya, sebagaimana seharusnya.” Dan kita membayangkan betapa indahnya! Kalau kita menjadi manusia yang menghormati Allah secara patut, mencintai Allah dan takut akan Allah secara patut, maka kita pasti menjadi orang saleh Tuhan dan hidup kita pasti bisa dinikmati oleh Tuhan.

Apa pun dan bagaimanapun keadaan masa lalu kita, jangan mengikat kita. Tuhan melupakan dosa-dosa kita dan tidak mengingatnya, jika sungguh-sungguh kita bertobat dan mau berubah. Tuhan berurusan dengan kita hari ini, bukan kita yang kemarin, apalagi 10 tahun lalu! Tuhan berurusan dengan kita hari ini, dan bisa menjadi apa kita nanti. Kita masuk kawasan baru dalam kemuliaan Tuhan; makin dekat, makin melekat dengan Tuhan, sehingga hati kita makin tawar melihat keindahan dunia. Mata hati kita makin terarah ke langit baru bumi baru. Dan kita benar-benar merindukan Tuhan Yesus. Itu harus kita paksa. Artinya, kita memaksa diri kita sendiri; kita keras terhadap diri sendiri. 

Kita yang bisa mengendalikan diri kita. Setir kehidupan kita, sebab kendali hidup kita diberikan kepada kita, bukan Tuhan yang mengendalikan kita. Kita minta pertolongan Tuhan menuntun kita untuk mengendalikan hidup kita. Kita kendalikan hidup kita hanya untuk terarah kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya saja. Dan itu satu keniscayaan. Jangan terpengaruh oleh dunia sekitar kita!

Melalui persekutuan kita ini, ayo kita bangun kehidupan yang benar-benar luar biasa. Kehidupan yang semakin berkenan di hadapan Allah, menjadi keharuman di hadapan Tuhan. Mari, kita berjuang! Bersama kita berjuang! Jangan lupa setiap hari kita berdoa pribadi di hadapan Tuhan! Siapkan waktu untuk bertemu dengan Tuhan. Dan biarlah kita distimulasi, dirangsang, diarahkan untuk doa pribadi dengan atau melalui doa pagi setiap hari, kita bangun pagi. 

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEGALA SESUATU YANG KITA LAKUKAN, HARUS KITA PERTIMBANGKAN DENGAN MENGAITKANNYA DENGAN PERASAAN BAPA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 18 April 2024
2024-04-18 04:53:51

1 Samuel 28-31
Mazmur 18

Card image
Truth Kids 17 April 2024 - KASIH MENUTUPI KESALAHAN
2024-04-17 12:59:43


1 Petrus 4:8
"Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa."

Hari ini Ranti merasa sedih karena memecahkan gelas minumannya di kelas. "Aduh, maafkan aku, Bu Guru," ucap Rani sambil meneteskan air mata. Tapi teman-temannya segera menghampirinya dengan senyum. "Tidak apa-apa, Ranti. Kita akan membersihkannya bersama," kata mereka. "Wah, terima kasih, teman-teman!" seru Ranti bahagia.

Sobat Kids, seperti yang tertulis dalam 1 Petrus 4:8, "Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa." Ketika teman-teman Ranti menunjukkan kasih kepada Ranti, mereka menutupi kesalahan Ranti dengan kasih yang tulus. Kasih mampu mengatasi kesalahan dan ketidaksempurnaan kita. Wah, betapa pentingnya memiliki kasih dalam hubungan kita satu sama lain. Mari kita belajar untuk selalu menunjukkan kasih kepada sesama, sehingga kita dapat hidup dalam damai, tidak saling bertengkar.

Card image
Truth Junior 17 April 2024 - TAK MEMANDANG SALAH
2024-04-17 12:51:34


1 Petrus 4:8
“Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.”
Setiap kita adalah manusia berdosa. Tua ataupun muda, pasti manusia pernah melakukan kesalahan. Melakukan kesalahan adalah hal wajar, tetapi hal itu menjadi tidak wajar ketika Sobat Junior nyaman dalam melakukan kesalahan yang sama terus-menerus tanpa berubah. Padahal kita tahu hal tersebut tidak baik untuk dilakukan. Mestinya Sobat Junior periksa kembali diri sendiri. Minta tolonglah kepada Tuhan supaya kalian bisa memahami dan melakukan perbuatan yang benar, bukan justru terus-menerus berbuat salah.

Apabila Sobat Junior berada di posisi melakukan kesalahan besar, misalnya memilih untuk bermain game ketimbang belajar persiapan ujian, hasil ujian yang buruk merupakan konsekuensi dari kesalahan tersebut. Setiap kali melakukan kesalahan, seharusnya kita merasa tidak nyaman, ketakutan, dan penuh penyesalan.

Bagaimana halnya jika Sobat Junior bukan di posisi melakukan kesalahan, melainkan orang yang tersakiti karena kesalahan orang lain? Apakah yang Sobat Junior lakukan? Dalam ayat renungan hari ini, ternyata kita diingatkan kembali supaya tidak mengingat kesalahan atau dosa orang lain terhadap kita. Melakukan kasih dengan mengampuni orang yang berbuat salah adalah perbuatan indah di mata Tuhan, loh, Sobat Junior. Kita sudah menerima kasih Tuhan dan sepatutnya membagikan kepada orang sekitar sekalipun mereka bersalah.

Card image
Truth Youth 17 April 2024 (English Version) - CRITICAL ELEVEN
2024-04-17 12:47:26


"Blessed is the one who trusts in the LORD, whose confidence is in him." (Jeremiah 17:7)

The critical eleven is the most crucial time in a flight. It consists of three minutes after takeoff and eight minutes before landing. The first three minutes are used to establish a stable position and control speed as the plane begins to fly. Meanwhile, the last eight minutes are used to reduce speed and adjust to the runway. Within these 11 minutes, both good and bad things can happen. There is no greater joy than successfully passing these 11 minutes for a pilot, just as it is for us as humans when facing critical moments in life. In this particular case, as humans, we often see good things that happen as blessings. The word 'blessing' often carries a positive connotation, associated with good things that come or are received in someone's life.

Most people do good deeds to receive blessings, even us as Christians. Conversely, when bad things happen, we call it 'misfortune' or bad luck. We need to have good preparation by maintaining stability in faith in God. We have to understand the true definition of the word "blessing". Blessing is essentially everything that brings us closer to God, in which God works through both good and bad things. With faith that God is with us in those critical moments, and setting aside all the possible negativity that may occur. For all of us who are in the "Critical Eleven" phase, or in times where the answers to our struggles are uncertain, the truth of the day is that hope exists. In every situation, have faith. God is with you, working through you, fighting for you, and God isn’t against you. So worry less and worship more.

WHAT TO DO:
1. Reflect on God's blessings in every situation of our lives.
2. Build true faith by putting our hope in God.

BIBLE MARATHON:
- 1 Kings 19-20

Card image
Truth Youth 17 April 2024 - CRITICAL ELEVEN
2024-04-17 12:42:04


"Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN." (Yeremia 17:7)

Critical eleven is the most important time in the flight. Critical Eleven terdiri dari tiga menit setelah pesawat lepas landas dan delapan menit sebelum mendarat. Tiga menit pertama digunakan untuk mencari posisi stabil dan mengontrol kecepatan saat pesawat mulai terbang. Sedangkan delapan menit terakhir digunakan untuk mengurangi kecepatan dan menyesuaikan dengan landasan. Dalam 11 menit, hal baik dan buruk bisa terjadi. Tidak ada rasa syukur yang lebih membahagiakan selain berhasil melewati 11 menit ini bagi seorang pilot, maupun kita sebagai manusia dalam menghadapi masa kritis dalam hidup. In this particular case, kita sebagai manusia sering melihat hal-hal baik yang terjadi sebagai sebuah berkat. Kata ‘berkat’ kerap kali memberikan nuansa positif, melekat pada hal-hal baik yang hadir atau diterima dalam kehidupan seseorang.

Most people do good to get a blessing, even us as a Christians. Sebaliknya ketika hal buruk yang terjadi kita menyebutnya sebagai sebuah ‘kesialan’ or a bad luck. Kita perlu mempunyai persiapan yang baik dengan tetap menjaga kestabilan keimanan kepada Tuhan. We have to know the right definition about the word “bless”, berkat sejatinya adalah semua yang membuat kita semakin dekat dengan Tuhan, dalam hal ini Tuhan bekerja melalui hal baik dan juga hal buruk. Dengan iman percaya bahwa Tuhan menyertai kita di masa kritis tersebut, dan mengesampingkan segala kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi. Teruntuk kita semua yang sedang berada dalam masa ‘Critical Eleven”, atau masa-masa di mana jawaban atas perjalanan pergumulan kita, truth of the day is that hope exists. In every situation, have faith, God is with you, working through you, fighting for you, and God isn’t against you. So be worried less, and worship more.

WHAT TO DO:
1. Merenungkan berkat Tuhan dalam setiap situasi hidup kita
2. Membangun iman yang benar dengan menaruh harap kepada Tuhan

BIBLE MARATHON:
1 Raja-raja 19-20

Card image
Renungan Pagi - 17 April 2024
2024-04-17 12:28:36


Dunia ini telah menjadi dunia yang menyingkirkan orang-orang yang setia, orang-orang yang tulus dan jujur telah tersingkir oleh dunia ini, bahkan orang-orang yang hidup dengan tipu daya, trik dan intrik telah menguasai dunia hari-hari ini.

Tetapi Alkitab berkata; "Jika setia dalam perkara yang kecil Tuhan berkati dengan perkara yang besar." Karena itu mari kita menjadi orang yang tulus, jujur dan setia, maka kita akan menjadi orang yang dikasihi oleh Tuhan.
(1 Samuel 2:9)

Card image
Quote Of The Day - 17 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-17 05:02:28


Kalau seseorang mengasihi dan menghormati Tuhan, maka ia akan memberi yang terbaik bagi Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 17 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-17 04:54:08


Ketika Tuhan memberikan kita momentum-momentum supaya kita konsisten, maka Tuhan dalam kebesaran Pribadi-Nya menerima keberadaan, kelemahan, kegagalan kita dalam menyenangkan hati-Nya dan Tuhan beri kesempatan.

Card image
SINCERELY SEEKING GOD'S FACE - 17 April 2024 (English Version)
2024-04-17 04:50:13


Why do we carry out church activities or services? Because we want to save people from eternal fire. How do we save people from eternal fire? They must walk with God since they live on earth. So, how important the presence of God is. Satan is very cunning. The power of darkness is much cleverer than we think. So, if we are not led by the Holy Spirit, we will surely be deceived. Without realizing it, we are misled; not only the congregation, pastors, activists, but also servants of God can be deceived. Not only new servants, but those who have served for decades can also be deceived. SINCERELY SEEKING GOD'S FACE If we do not sit quietly at the feet of God, it's very dangerous. Therefore, we must pray, "Protect me from the power of darkness. Protect me from this old self. Protect me from the evil influences of the world. Protect me from disasters and people who intend harm to me. Protect me, Lord." By world standards, with a fairly high age, maybe some of us have already retired, not working as hard as this. Yes, we will retire in the new heaven, a new earth. There's no retirement on this earth. The time given by the Lord is precious. So, if we happen to watch unnecessary dramas or spend a long time on social media, it ruins our lives. It's okay to see what needs to be seen, but we are not drowning in worldly entertainment or worldly desires.

So, when someone is sick, they don't want to eat. A drunkard prefers to drink alcohol rather than eat. Similarly, we don't want to pray, we don't long for God, then we do something else. We're sick, we will perish. We don't have God, don't long for God, our souls are sick. And unwittingly, in essence, we are throwing God out of our lives. We eliminate God, separate, discard God from our lives. If spoken in words, we say, "I don't need God." We may not say it, but we do it, because we prefer something else to God.

And on average we are still sick. Ironically, we don't want to be healed, we don't want to force ourselves to sit quietly at God's feet, until the thirst for God can flow and grip our souls. Let's really change, until we have a thirst for God. God feels our thirst for Him, God feels we love Him. And if we can do that, we are special in God's eyes. So that the people around us who we love, will also be privileged by God.

When we raise our hands in the morning, it's not for show, "I raise my hands, Lord." But we want to reach God. We must be able to touch the presence of God until we have a thirst for God. In the midst of uncertain situations, but if we are with God, we are safe. If God is with us, we are still protected by God. No matter what happens. Then why don't we seek God? If we have no appetite for prayer, our days will surely not be with God. In such a situation, we can feel at home doing other work, but we cannot sit quietly at God's feet because our souls are sick. God is like the food for our souls.

If we sincerely seek the face of God, then we will be like eggs hatching into eagles. We must lift up this heart, let it soar seeking God. Otherwise, we will never change. We will freeze like ice, not melt and ignite. Come on, let's ignite this heart. Because we know, this life is valuable if we meet and walk with God. So, don't waste this opportunity, don't miss this opportunity. Don't repeat the mistakes we made in the past years of our lives. Give ourselves to be changed and renewed by God.

IF WE SINCERELY SEEK THE FACE OF GOD, THEN WE WILL BE LIKE EGGS HATCHING INTO EAGLES.

Card image
TULUS MENCARI WAJAH TUHAN - 17 April 2024
2024-04-17 04:44:54


Untuk apa kita melakukan kegiatan gereja atau pelayanan? Karena kita mau menyelamatkan orang dari api kekal. Bagaimana menyelamatkan orang dari api kekal? Caranya, ia harus berjalan dengan Tuhan sejak hidup di bumi. Maka betapa pentingnya kehadiran Tuhan itu. Setan itu licik sekali. Kuasa kegelapan itu jauh lebih cerdik dari yang kita duga. Jadi, kalau kita tidak dipimpin Roh Kudus, kita pasti tertipu. Tanpa kita sadari, kita disesatkan; bukan hanya jemaat, pendeta, aktivis, pelayan Tuhan pun bisa tertipu. Bukan hanya pelayan yang baru melayani, yang sudah puluhan tahun pun bisa tertipu.

Kalau kita tidak duduk diam di kaki Tuhan, bahaya sekali. Maka, kita harus berdoa, _“Lindungi aku dari kuasa gelap. Lindungi aku dari manusia lama ini. Lindungi aku dari pengaruh jahat dunia. Lindungi aku dari bencana dan orang-orang yang bermaksud jahat padaku. Lindungi aku, Tuhan.” Secara ukuran dunia dengan usia cukup tinggi, mungkin beberapa di antara kita sudah pensiun, tidak kerja keras seperti ini. Ya, kita akan pensiun di langit baru, bumi baru. Kalau di bumi ini, tidak ada pensiunnya. Mahal waktu yang Tuhan berikan. Jadi, kalau sampai kita sempat menonton drama atau melihat media sosial yang tidak perlu apalagi dalam durasi waktu yang lama, itu merusak hidup kita. Untuk apa yang perlu dilihat boleh, tapi kita tidak tenggelam dengan hiburan dunia atau keinginan-keinginan dunia.

Jadi, kalau orang sakit, dia tidak mau makan. Pemabuk lebih suka minum minuman yang beralkohol daripada makan. Sama, kita tidak ingin berdoa, kita tidak merindukan Tuhan, lalu kita melakukan yang lain. Kita sakit, kita akan binasa. Kita tidak memiliki Tuhan, tidak merindukan Tuhan, jiwa kita sakit. Dan tanpa sadar, sejatinya, kita mencampakkan Tuhan dari hidup kita. Kita mengeliminir Tuhan, memisahkan, membuang Tuhan dalam hidup kita. Kalau dibahasakan dengan kata-kata, kita berkata, “Aku tidak butuh Tuhan.” Kita memang tidak mengatakannya, tetapi kita melakukan itu, karena kita lebih menyenangi yang lain daripada Tuhan.

Dan rata-rata kita masih sakit. Ironis, kita tidak mau sembuh, tidak mau memaksa diri duduk diam di kaki Tuhan, sampai kehausan akan Allah itu bisa mengalir dan mencengkeram jiwa kita. Mari kita betul-betul berubah, sampai kita punya kehausan akan Allah. Allah merasakan kehausan kita akan Dia, Allah merasakan kita mencintai Dia. Dan kalau kita bisa berbuat begitu, kita istimewa di mata Tuhan. Sehingga orang-orang di sekitar kita yang kita cintai, juga akan diistimewakan oleh Tuhan.

Kalau pagi kita angkat tangan bukan mau bergaya, “Aku angkat tangan, Tuhan.” Tapi kita mau meraih Tuhan. Kita harus bisa menyentuh hadirat Tuhan, sampai kita punya kehausan akan Allah. Di tengah-tengah situasi yang serba tidak menentu, namun kalau kita bersama Tuhan, kita aman. Kalau Tuhan beserta kita, kita tetap dilindungi Tuhan. Apa pun yang terjadi. Lalu kenapa kita tidak mencari Tuhan? Kalau kita tidak punya selera doa, hari-hari kita pasti tidak bersama dengan Tuhan.Dalam keadaan seperti itu, kita bisa betah melakukan pekerjaan yang lain, tapi tidak bisa duduk diam di kaki Tuhan, tidak mampu karena jiwa kita sakit. Tuhan itu seperti makanan jiwa kita.

Kalau kita dengan tulus berusaha mencari wajah Tuhan, maka kita akan seperti telur yang menetas menjadi rajawali. Hati ini harus kita angkat, kita terbangkan mencari Tuhan. Kalau tidak, kita tidak akan pernah berubah. Kita akan beku seperti es, bukan mencair dan menyala. Ayo, kita kobarkan hati ini. Sebab kita tahu, hidup ini bernilai kalau kita bertemu dan berjalan dengan Tuhan. Maka jangan sia-siakan kesempatan ini, jangan lewatkan kesempatan ini. Jangan ulangi kesalahan yang pernah kita lakukan di lembar tahun hidup yang lalu. Berilah diri kita untuk diubahkan dan dibarui oleh Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA DENGAN TULUS BERUSAHA MENCARI WAJAH TUHAN, MAKA KITA AKAN SEPERTI TELUR YANG MENETAS MENJADI RAJAWALI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 April 2024
2024-04-17 04:55:06

Mazmur 17, 35, 54, 63

Card image
Truth Kids 16 April 2024 - HATI YANG TAAT
2024-04-16 08:57:01


Yehezkiel 36:26
"Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat."

Menurut kalian, mana yang lebih keras: batu atau kayu? Hhmm, secara umum, batu lebih keras daripada kayu. Tenaga yang dibutuhkan untuk menghancurkan batu akan lebih besar daripada menghancurkan kayu. Kayu tinggal digergaji atau dipotong kecil-kecil supaya bisa hancur. Bagaimana dengan batu? Sulit sekali untuk memotong batu.

Namun, ada satu hal kecil yang dapat menghancurkan batu dalam jangka waktu yang lama. Apakah itu? Jawabannya adalah tetesan air. Jika batu ditetesi air secara terus-menerus tanpa henti, maka lama-kelamaan batu itu dapat hancur, Sobat Kids. Batu yang keras dapat dihancurkan oleh air. Aneh, bukan?

Seperti batu yang keras dihancurkan oleh air, hati yang keras juga dapat dilunakkan dengan kasih. Sobat Kids, kasih yang Tuhan berikan kepada kita tidak berkesudahan. Kasih Tuhan akan mengubahkan hati kita yang keras menjadi hati yang taat. Apakah kita mau membuat Tuhan menjadi sedih dan menangis setelah melihat perbuatan kita yang kasar? Tentu tidak, dong. Masa kita tega membuat Tuhan sedih? Tuhan sudah begitu mengasihi kita, maka sudah sepatutnya kita mengasihi Tuhan dengan memiliki hati yang taat kepada-Nya. Kalian mau buat Tuhan happy, kan, Sobat Kids?

Card image
Truth Junior 16 April 2024 - TIDAK!! DIA TEMANKU
2024-04-16 08:54:48


Yehezkiel 36:26
“Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.

Sejak kejadian kemarin, rusa dan landak menjadi teman akrab. Mereka selalu menghabiskan waktu bersama untuk saling membantu atau sekadar bercengkrama ria. Ironisnya, teman-teman rusa tidak menyukai hal tersebut, sebab sangat aneh dan tidak wajar jika seekor rusa berteman baik dengan seekor landak yang dikucilkan para kawanan rusa.

Ketika rusa dan landak sedang bercengkrama ria, tiba-tiba… “Lihatlah dua makhluk aneh itu. Tanpa malu dia sudah melupakan kita dan lebih memilih makhluk berduri itu, "celetuk salah seekor rusa di antara kawanannya. “Aku tidak meninggalkan kalian. Aku masih teman kalian, hanya saja aku sekarang memiliki teman baru yang harus aku jaga,” bela sang rusa. “Kau adalah seekor rusa! Seharusnya dirimu berkumpul dengan kawanan rusa, bukan berteman dengan makhluk berduri yang berbahaya itu. Apa kau tidak takut kalau duri-duri teman barumu justru akan membunuhmu?” ejek salah seekor rusa yang diikuti tawa oleh para kawanannya.

“Jangan mengejek teman baruku. Dia sama sekali tidak berbahaya. Justru dialah yang menyelamatkan aku dari harimau. Anehnya, kalian yang mengaku kawanku, ketika aku sedang dalam bahaya dari kejaran harimau, justru malah bersembunyi dan meninggalkan aku,” bela sang rusa karena tak terima temannya diejek.

Landak yang menyaksikan pertengkaran itu mencoba menjauhi kawanan rusa. “Kenapa kamu justru kabur dari ejekan kawananku? Kenapa kamu tidak membela diri?” tanya rusa keheranan. “Tidak ada gunanya berdebat dengan mereka. Kau tidak akan pernah bisa mengubah perasaan benci, jika bukan orang tersebut yang ingin mengubahnya,” jelas sang landak.

Sobat Junior, perbuatan baik yang kita lakukan kepada seseorang yang membenci kita bisa saja mengubah sifat orang tersebut untuk mengampuni dan mengasihi kita, seperti kisah sang landak dan rusa. Untuk itu, jika ada orang yang tidak menyukai dan membenci kita, tugas kita adalah tetap mengasihi dan mengampuni orang tersebut agar orang itu dapat melihat kasih Kristus dalam hidup kita.

Card image
Truth Youth 16 April 2024 (English Version) - THE MISSING PIECES
2024-04-16 08:52:54


"Therefore do not worry about tomorrow, for tomorrow will worry about itself. Each day has enough trouble of its own." (Matthew 6:34)

Have you ever felt the same? No longer feeling comfortable with the reflection in the mirror. The mirror is the only thing capable of showing the flaws and strengths of a person without saying a word. The mirror we use to see our appearance is called a flat mirror. Why? Because in a flat mirror, the reflected image has dimensions that are the same size as the original object, and the distance formed between the object's reflection and the mirror is also the same as the original distance. Interestingly, according to psychologists, in certain psychological conditions, humans can feel like they see a different reflection in the mirror, as if the mirror reflects someone else, making them uncomfortable. Let's start with the proverb that says the mirror is a symbol of consciousness. Are we aware of this? Remember, how we see ourselves will affect how we treat ourselves.

Indeed, it is true that we cannot find ourselves entirely in the mirror because what we see depends on what we think, closely related to what we fill our minds with. Save yourself from your own thoughts, don't let the weak one be trapped in that mirror, and may every flicker of unrest that now burns and its light blurs our view of our true image continue to dim. For you, the weak one, let go and accept all the beauty and shortcomings that still exist until now. In the book of Genesis, it is explained that everything God created is good, including you. We are precious creations of God the Father, so we must be steadfast in this formative process so that we find the image of God within each of us.

WHAT TO DO:
1. Accept yourself as a work in progress by God.
2. Strive to find the true image of yourself.

BIBLE MARATHON:
- 1 Kings 16-18

Card image
Truth Youth 16 April 2024 - THE MISSING PIECES
2024-04-16 08:40:21


"Sebab itu janganlah kamu khawatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Matius 6:34)

Pernahkah kalian merasakan hal sama? Tidak lagi merasa nyaman dengan pantulan diri dalam cermin. Cermin adalah satu-satunya yang mampu memperlihatkan kekurangan dan kelebihan fisik seseorang tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Cermin yang biasa kita gunakan untuk melihat penampilan kita disebut dengan istilah cermin datar. Mengapa? Karena pada cermin datar bayangan yang dipantulkan mempunyai dimensi ukuran yang sama dengan ukuran benda aslinya, kemudian jarak yang terbentuk antara bayangan benda dengan cermin juga sama dengan jarak aslinya. Menariknya menurut para pakar psikologi, dalam keadaan psikologis tertentu manusia dapat merasa melihat pantulan yang berbeda dalam cermin, seolah-olah yang dipantulkan oleh cermin adalah sosok lain dan membuat mereka tidak nyaman. Mari kita mulai dari pepatah yang mengatakan bahwa cermin adalah simbol dari kesadaran. Sadarkah kita akan hal ini? Ingatlah, cara kita memandang diri kita akan memengaruhi cara kita memperlakukan diri kita. Sesungguhnya adalah benar bahwa kita tidak dapat menemukan diri kita dalam cermin secara utuh karena apa yang kita lihat bergantung pada apa yang kita pikirkan, erat juga kaitannya dengan apa kita mengisi pikiran kita. Selamatkanlah dirimu dari pikiranmu sendiri, jangan biarkan si lemah terperangkap dalam cermin itu, dan kiranya setiap pijar resah yang kini menyala dan sinarnya mengaburkan pandangan kita terhadap gambar diri kita yang sebenarnya kunjung meredup. Untuk engkau si lemah, relakanlah dan terimalah semua indah dan kurangmu yang masih ada sampai saat ini. Dalam kitab Kejadian dijelaskan bahwasanya segala sesuatu yang Tuhan ciptakan adalah baik adanya, including you. Kita adalah karya mulia Allah Bapa, karena itu kita harus teguh dalam proses pembentukan ini supaya kita menemukan gambar diri Allah dalam setiap kita.

WHAT TO DO:
1. Menerima keadaan diri sendiri sebagai karya Allah yang terus berproses
2. Berjuang menemukan gambar diri yang benar

BIBLE MARATHON:
1 Raja-raja 16-18

Card image
Renungan Pagi - 16 April 2024
2024-04-16 08:37:12


Orang yang mengenal Allah dengan benar, pasti tidak hanya ingin menerima berkat dari Tuhan, tetapi selalu ingin melayani Tuhan, karena dalam hatinya selalu berkata dengan apa dapat kubalas segala kebaikan Tuhan, kecuali dengan melayani Tuhan.

Jangan bilang kita mengenal Tuhan kalau masih hitung-hitungan dengan Tuhan, saat bangun pagi untuk berdoa dan membaca Alkitab terasa berat, orang yang mengenal Tuhan dengan benar pasti akan selalu rindu untuk melayani Tuhan.
(Mazmur 119:2)

Card image
Quote Of The Day - 16 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-16 08:33:34


Kekaguman terhadap apa yang dilakukan Tuhan bagi kita akan membangun sikap menghargai dan menghormati Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 16 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-16 08:19:49


Kalau kita mau dinasihati Tuhan dari hari ke hari, dari minggu ke minggu, dibentuk Tuhan melalui khotbah, melalui nurani; maka Tuhan tidak perlu "menghajar" kita melalui persoalan hidup yang berat.

Card image
TOGETHERNESS WITH GOD - 16 April 2024
2024-04-16 08:17:52


Throughout the span of years, how beautiful it is that God reminds us to count how many years we have. How precious our lifetime is. We only have 70 years, 80 years, at most 90 years. During those years given to us and lived by us, are we truly walking with God? Because if we are not with God since we live on this earth, then as we pass through our years of our lives, we will never be with God in eternity. And this is the most principle thing in this life: togetherness with God.

If we honestly examine ourselves, were those years we have truly marked by our togetherness with God or not? Usually, people do not care. If last year is assessed, did we live together with God? Then the question continues: what is the measure of togetherness with God in that year? Yes, we must look more closely at the details of our daily lives, months, weeks, days, hours, and minutes of our lives. Out of 360 days, were we truly in communion with God or not? Let's look at our hourly basis, then let's look at it per minute: were we together with God?

If we find it difficult to assess last year, let's look at the days of our lives now, our current hours, our current minutes. Because one cannot suddenly walk with God or suddenly be separated from God. The rhythm of life that we had last year becomes the rhythm of life that we live now; not much different, maybe even exactly the same. So, evaluating our 360 days last year, we look at the days of our life now, are we with God? Now that we look at our minutes today, what do we do? From the moment we wake up, how do we fill the minutes of our day, the minutes of our lives, what do we do?

Satan makes people complacent, unaware, not recognizing themselves correctly, and this is terrible. This does not only apply to those outside the church environment but also includes those within the church environment and the busyness of ministry in the church environment and Theological Seminary. Because it is possible that we are busy with church matters, but we are not walking with God, there is a very big possibility that it can happen. Unconsciously, we often focus on church work, technical ministry work, while we ourselves are not attached to God, not in communion with God. Later when we meet God, God might say, "I don't know you."

After going through a long span of life's journey, ideally, we should be more able to realize or reflect that if someday we close our eyes, then see the days of life where we did not walk with God, there will be unexpected, infinite, unimaginable regret; which the Bible calls "weeping and gnashing of teeth." And the problem is, we cannot turn back time, we cannot rewind time. The value of our life is the opportunity to meet the Creator, and walk with Him throughout the years of our lives.

So the Word of God that says, "Whether you eat or drink or whatever you do, do it all for the glory of God." "Apart from You, I desire nothing on earth," it is not excessive, truly not excessive. If we consider it excessive, surely there is something broken in our lives and our souls. We have not yet discovered the thirst for God. And if we don't find a thirst for God, we also don't have a longing for God. If there is no longing for God, we have no love for God, and the word of God says, "Cursed is the one who does not love God" (1 Cor. 16:22).

People who love God will definitely wait for God's coming. We worry that our hearts can no longer be directed towards God, unable to love God, because we are not together with God. We should continue to be together, until we cannot be separated from God. If a person still loves the world, hopes for something to make him happy from this world, let alone still sinning, it is impossible for him to reach God's presence. We may not always succeed, sometimes we fail to live a holy life, but we have to fix it immediately, don't live carelessly.

Because living in the presence of the Lord is not fantasy. If we can realize this, then we will not be trapped by small problems that can ruin our feelings and emotions. Even if we have problems, we will not drown; on the contrary, we will drown in experiencing God. So, don't let us go home without God.

IF WE ARE NOT WITH GOD SINCE WE LIVE ON THIS EARTH, THEN AS WE PASS THROUGH THE YEARS OF OUR LIVES, WE WILL NEVER BE WITH THE LORD IN ETERNITY.

Card image
KEBERSAMAAN DENGAN TUHAN - 16 April 2024
2024-04-16 07:49:09


Dengan rentang waktu tahun, indah sekali Tuhan mengingatkan supaya kita bisa menghitung berapa lembar tahun yang kita miliki. Betapa berharganya waktu hidup kita ini. Kita hanya memiliki 70 lembar tahun, 80 lembar tahun, paling banyak 90 lembar tahun. Selama tahun-tahun itu diberikan kepada kita dan kita jalani, apakah kita benar-benar berjalan bersama Tuhan? Sebab kalau kita tidak bersama dengan Tuhan sejak kita hidup di bumi ini, maka ketika melewati tahun-tahun hidup kita, kita tidak akan pernah bersama dengan Tuhan di kekekalan. Dan ini hal yang paling prinsip di dalam hidup ini: kebersamaan dengan Tuhan. 

Kalau kita memeriksa diri dengan jujur, apakah tahun-tahun yang kita miliki tersebut benar-benar terwarnai oleh kebersamaan kita dengan Tuhan atau tidak? Biasanya, orang tidak memedulikan. Kalau tahun lalu dinilai, apakah kita hidup dalam kebersamaan dengan Tuhan? Kemudian berlanjut pertanyaannya: apa ukuran kebersamaan dengan Tuhan dalam tahun itu? Ya, mesti kita lebih melihat detail hari hidup kita, bulan, minggu, hari, jam, dan menit-menit hidup kita. Dari 360 hari, apakah kita benar-benar dalam kebersamaan dengan Tuhan atau tidak? Coba kita melihat per jam kita, lalu kita lihat per menit: apakah kita ada dalam kebersamaan dengan Tuhan? 

Kalau tahun lalu kita sulit menilainya, coba kita lihat hari hidup kita sekarang, jam kita sekarang, menit kita sekarang. Karena orang tidak bisa mendadak berjalan dengan Tuhan atau mendadak terpisah dari Tuhan. Irama hidup yang kita miliki di tahun lalu menjadi irama hidup yang sekarang ini kita jalani; tidak beda jauh, mungkin juga sama persis. Jadi, menilai 360 hari kita tahun lalu, kita lihat dari hari-hari hidup kita sekarang ini, apakah bersama dengan Tuhan? Sekarang kita melihat menit kita hari ini, apa yang kita lakukan? Dari kita bangun tidur, bagaimana kita mengisi menit-menit hari kita, menit-menit hidup kita, apa yang kita lakukan? 

Setan membuat orang terlena, tidak waspada, tidak mengenali dirinya dengan benar, dan ini mengerikan. Ini bukan hanya berlaku bagi mereka yang ada di luar lingkungan gereja, namun termasuk yang ada di lingkungan gereja dan kesibukan pelayanan di lingkungan gereja dan Sekolah Tinggi Teologi. Karena bukan tidak mungkin kita sibuk dalam urusan gereja, tapi kita tidak berjalan dengan Tuhan, sangat besar kemungkinan itu bisa terjadi. Tanpa sadar, sering kita memperhatikan pekerjaan gereja, pekerjaan pelayanan secara teknis, sedangkan kita sendiri tidak melekat dengan Tuhan, tidak dalam persekutuan dengan Tuhan. Yang nanti ketika kita berjumpa dengan Tuhan, Tuhan bisa berkata, “Aku tidak kenal kamu.” 

Setelah melewati rentang panjang perjalanan hidup, sejatinya kita harus lebih bisa menghayati atau merenungkan kalau kita suatu saat menutup mata, lalu melihat hari-hari hidup yang tidak berjalan bersama Tuhan, maka akan ada penyesalan yang tiada terduga, tak terhingga, tak terbayangkan; yang Alkitab katakan sebagai “ratap tangis dan kertak gigi.” Dan masalahnya, kita tidak bisa mengembalikan waktu, tidak bisa memutar waktu kembali. Berharganya hidup kita adalah kesempatan bisa berjumpa dengan Sang Pencipta, dan berjalan bersama dengan Dia di lembar tahun hidup kita.

Sehingga Firman Tuhan yang mengatakan, “Baik kau makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah.” “Selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi,” hal itu tidak berlebihan, sungguh tidak berlebihan. Kalau kita memandang itu berlebihan, pasti ada yang rusak di dalam hidup kita, rusak jiwa kita. Kita belum menemukan kehausan akan Allah. Dan kalau kita tidak menemukan kehausan akan Allah, kita juga tidak punya kerinduan akan Allah. Kalau tidak ada kerinduan akan Allah, kita tidak memiliki kecintaan kepada Tuhan, dan firman Tuhan mengatakan, “Terkutuklah orang yang tidak mengasihi Tuhan” (1 Kor. 16:22). 

Orang yang mengasihi Tuhan pasti menantikan kedatangan Tuhan. Kita khawatir jangan-jangan hati kita sudah tidak bisa diarahkan ke Tuhan, tidak mampu mencintai Tuhan, karena kita tidak dalam kebersamaan dengan Tuhan. Mestinya kita ada dalam kebersamaan terus, sampai kita tidak bisa terpisah dari Tuhan. Kalau orang masih mencintai dunia, mengharapkan ada sesuatu yang membahagiakan dari dunia ini, apalagi masih berbuat dosa, tidak mungkin ia bisa mencapai hadirat Tuhan. Kita memang tidak selalu berhasil, kadang-kadang gagal hidup suci, tapi harus segera dibereskan, jangan hidup sembarangan. 

Sebab hidup di hadirat Tuhan itu bukan fantasi. Kalau kita bisa menghayati ini, maka kita tidak akan terjebak dengan masalah-masalah kecil yang bisa merusak perasaan dan emosi kita. Kalaupun kita punya masalah, kita tidak akan tenggelam; sebaliknya, kita akan tenggelam dalam menghayati Tuhan. Jadi, jangan sampai kita pulang tanpa Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA TIDAK BERSAMA DENGAN TUHAN SEJAK KITA HIDUP DI BUMI INI, MAKA KETIKA MELEWATI TAHUN-TAHUN HIDUP KITA, KITA TIDAK AKAN PERNAH BERSAMA DENGAN TUHAN DI KEKEKALAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 April 2024
2024-04-16 07:39:13

1 Samuel 25-27

Card image
Truth Kids 15 April 2024 - HIDUP DALAM KASIH
2024-04-15 07:05:44


1 Yohanes 4:16
"Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia."

Tuhan menciptakan berbagai jenis binatang. Ada yang di hidup di darat, di air, ataupun di udara. Ikan pasti harus hidup di air. Jika tidak ada air di sekelilingnya, lama-kelamaan pasti akan mati. Begitu juga dengan binatang yang hidup di darat. Contohnya sapi, jika sapi dipindahkan tempat hidupnya ke air, pasti sapi juga akan mati. Ia harus tetap berada di darat agar tetap hidup.

Kita telah mengenal dan percaya terhadap kasih Allah. Dari awal bulan ini, kita sudah belajar bahwa Allah adalah kasih. Berarti jika kita mengaku sebagai anak-anak-Nya, maka kita harus hidup dalam kasih juga, Sobat Kids.

Jika kita hidup di luar Allah, di luar kasih, maka lama-kelamaan kita akan "mati." Maksudnya, kita tidak dapat disebut sebagai anak-anak-Nya lagi. Mengapa? Karena kita hidup di lingkungan yang berbeda, bukan di lingkungan kekudusan dan kesucian seperti Allah. Tanpa hidup kudus, berarti kita hidup dalam gelap. Makanya kita harus memiliki kasih agar bisa tetap hidup di dalam Allah.

Card image
Truth Junior 15 April 2024 - PEMBALASAN YANG SEJATI
2024-04-15 07:04:01


1 Yohanes 4:16
“Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.”

Hutan Gardania selalu tampak ramai dengan aktivitas hewan-hewan di sana. Ada yang sedang bersantai, bercengkrama, bahkan bergosip ria. Seperti kawanan rusa yang sedang asik bergosip dan mengejek seekor landak yang sedang bersusah payah mencari makan di semak belukar.

“Hey… hey… lihat seekor landak di sana. Kasihan sekali dia, tidak ada satu hewan pun yang mau berteman dengannya,” ejek seekor rusa kepadakawanannya.

“Hahahahahaha benar, kasihan sekali. Duri-duri yang melekat pada tubuh landak itu adalah sebuah petaka,” timpal seekor rusa yang lain.

Landak yang mendengar hal tersebut hanya bisa terdiam dan berusaha fokus mencari makanan. Hingga suatu hari, salah seekor rusa tersebut sedang ketakutan dan berusaha menghindari kejaran harimau yang mau memangsanya. Di saat yang sama, sang landak sedang berjalan menuju rumahnya dan tak sengaja bertemu dengan rusa yang pernah mengejeknya.

“Tolong aku, tolong aku. Aku sedang dikejar-kejar oleh seekor harimau yang mau memakanku,” pinta sang rusa yang ketakutan. Tanpa berpikir panjang, sang landak langsung merentangkan duri-duri tajamnya di hadapan sang harimau untuk membela rusa. Hingga akhirnya harimau tersebut jera dan meninggalkan mangsa buruannya.

“Aku sangat menyesal pernah mengejek dan merendahkanmu. Aku sangat berterima kasih untuk bantuanmu hari ini, dan aku meminta maaf atas apa yang pernah aku lakukan kepadamu,” ujar sang rusa. “Tidak apa-apa. Aku menerima permintaan maafmu.”

Sobat junior, terkadang perkataan buruk yang pernah kita katakan kepada orang lain bisa menjadi senjata untuk menghukum kita. Kita harus bisa seperti seekor landak yang mau memaafkan perlakuan buruk orang kepada kita.

Card image
Truth Youth 15 April 2024 (English Version) - ADONAY RA'AH
2024-04-15 07:00:56


"Even though I walk through the valley of the shadow of death, I will fear no evil, for you are with me; your rod and your staff, they comfort me." (Psalm 23:4)

"The Lord is my shepherd, I lack nothing." This excerpt from the song delivers a message to us

In the Old Testament, the LORD God (Hebrew: Adonay Elohim) has many names. One of them is Adonay Ra’ah, which in English is translated as "the Lord is my shepherd." Apparently, the psalmist describes the LORD God as a good shepherd who always accompanies and cares for His sheep. The LORD God is also depicted as a faithful shepherd who accompanies His sheep when they are in the valley of darkness and danger. That's why the LORD God is also called Adonay Shammah (the Lord is there) and Adonay Shalom (the Lord is the source of peace). In the New Testament, we know Immanuel through the Lord Jesus, which means God with us.

In this life, we certainly expect certainty; certain wealth, certain safety, certain success, certain finding a life partner, and so on. However, we find that in reality, it often turns out to be the opposite. Often, God brings us into valleys of darkness full of danger, and we seem clueless and abandoned, not knowing what to do or where to go.

Actually, the valley of darkness is a special condition when God wants to educate and mature us personally. God wants us to grow up and always seek Him in every season of our lives. He wants to accompany us as we walk through the valley of darkness so that we become mature, understanding His will, understanding how we should live to serve and please Him. That's why we don't need to be afraid at all because even though we walk through the valley of darkness full of danger, the Lord is always with us with His rod and staff, which always protect and comfort us from harm. Until finally, we understand that God allows us to walk through the valley of darkness solely to bring us to experience Him and to make us aware of the presence of God who is always with us; guarding, protecting, educating, and maturing us. Amen.

WHAT TO DO:
1. Realize that there is no certainty in this life.
2. Do not complain when walking through the valley of darkness.
3. Face life's difficulties together with God responsibly.

BIBLE MARATHON:
- 1 Kings 13-15

Card image
Truth Youth 15 April 2024 - ADONAY RA'AH
2024-04-15 06:56:19


"Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mzm. 23:4)

“Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.” Penggalan lagu tersebut menyampaikan pesan bagi kita bahwa Allah kita bagaikan seorang gembala yang baik dan memang Tuhan adalah gembala yang baik. Demikianlah kata pemazmur.

Dalam Perjanjian Lama, TUHAN Allah (Ibr.: Adonay Elohim) memiliki banyak sebutan. Salah satunya adalah Adonay Ra’ah yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Tuhan gembalaku. Rupanya pemazmur menggambarkan Tuhan Allah seperti sosok gembala yang baik, yang senantiasa menyertai dan memelihara domba-domba-Nya. Tuhan Allah juga digambarkan sebagai gembala yang setia menyertai ketika domba-domba-Nya berada dalam lembah kekelaman dan bahaya. Itulah sebabnya, Tuhan Allah juga disebut Adonay Shammah (Tuhan hadir) dan Adonay Shalom (Tuhan sumber damai sejahtera). Dalam Perjanjian Baru, kita mengenal Imanuel melalui Tuhan Yesus yang berarti Allah beserta kita.

Dalam hidup ini, kita pasti mengharapkan yang namanya kepastian; pasti kaya, pasti aman, pasti sukses, pasti berjodoh, dan lain-lain. Akan tetapi, kita menjumpai bahwa faktanya sering kali berbanding terbalik. Sering kali Tuhan malah membawa kita pada lembah kekelaman yang penuh dengan bahaya dan kita seolah-olah dibuat clueless dan ditinggalkan, tidak tahu harus buat apa dan harus ke mana.

Sebenarnya, lembah kekelaman merupakan suatu keadaan yang istimewa ketika Tuhan mau mendidik dan mendewasakan kita secara pribadi. Tuhan menghendaki kita jadi dewasa dan senantiasa mencari Tuhan di setiap musim hidup kita. Ia mau menemani kita berjalan dalam lembah kekelaman sehingga kita jadi dewasa, mengerti kehendak-Nya, mengerti bagaimana kita harus hidup melayani dan menyenangkan Dia. Itulah sebabnya, kita tidak perlu takut sama sekali sebab sekalipun kita berjalan dalam lembah kekelaman yang penuh bahaya, Tuhan senantiasa beserta kita dengan gada dan tongkat-Nya yang senantiasa menjaga dan melindungi kita dari mara bahaya. Sampai pada akhirnya kita mengerti bahwa Tuhan mengizinkan kita berjalan dalam lembah kekelaman semata-mata hanya untuk membawa kita mengalami Tuhan dan menyadarkan kita akan kehadiran Tuhan yang senantiasa beserta dengan kita; menjaga, melindungi, dan mendidik, serta mendewasakan kita. Amin.

WHAT TO DO:
1. Sadarilah bahwa tidak ada kepastian dalam hidup ini
2. Jangan mengeluh ketika berjalan dalam lembah kekelaman
3. Hadapi kesulitan hidup bersama Tuhan dengan penuh tanggung jawab

BIBLE MARATHON:
1 Raja-Raja 13—15

Card image
Renungan Pagi - 15 April 2024
2024-04-15 07:10:16


"Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia."

Orang yang hatinya bersih dan tulus akan mengalami banyak berkat dan pertolongan Tuhan dalam hidupnya. Kita boleh saja berdoa, terlibat dalam pelayanan, tetapi jika hidup tidak bersih, kelakuan tidak bersih, hati tidak tulus, maka pertolongan Tuhan akan jauh dari kita.

Firman Tuhan berkata hanya orang-orang yang bersih tangannya dan murni hatinya yang dapat masuk dalam hadirat Tuhan, karena itu hanya dengan menjalankan kehidupan yang bersih dan ketulusan hati dapat membangun keintiman dengan Tuhan. Dan akan menerima berkat dari Tuhan, serta Keadilan-Nya akan menyelamatkan kita.
(Mazmur 24:3-5)

Card image
Quote Of The Day - 15 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-15 06:49:11


Tidak mungkin seseorang bisa menyembah Allah tanpa memiliki pengertian yang benar mengenai Dia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 15 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-15 06:47:06


Perkarakan masalah kita di hadapan Tuhan terus menerus, sampai kita benar-benar mengerti apa maksud Tuhan di balik semua peristiwa yang kita alami.

Card image
WITHOUT PURPOSE - 15 April 2024 (English Version)
2024-04-15 06:22:40


Let us prepare ourselves to fully live for God. In doing everything we really do it for one purpose, namely God. We have to get used to this, we have to practice it. Whether we eat or drink or do something else, we do all for the glory of God (1 Cor. 10:31). It's not just about big things involving lots of money, reputation, self-esteem, or even life itself, but in everything. Because in this way, we can truly live clean, without blemish, without spot. Also only then can we experience God's presence in our lives and experience what the Bible means to walk with God as experienced by Enoch.

Of course our Lord Jesus Christ is always with the Father. Jesus did nothing for any other purpose but was only for the benefit of God the Father. His principle is: "My food is to do the will of him who sent me and to finish his work" (John 4:34). What often leads us astray—even to sin—is when we start doing something without purpose. As long as we are happy, as long as it goes well, but we don't indicate for what and for whom we are doing it.

Including what we see, what we watch. Especially what consumes our time. Not even an hour, not even a minute should be wasted, should be spent on something not aimed at God. Not even an hour, not even a minute should we do something that is not directed towards God's purpose. This is indeed very difficult, but we must cultivate it and we must train ourselves so that we do not give darkness the opportunity to nest within us. Not even a single sentence, not even a single word should escape our mouths if it is not aimed at the glory of God.

From this it is apparent whether a person truly experiences God or not; whether a person truly walks with God or not. And we must practice this starting today. Today we will begin to have a life that worships God not only with songs, but with our attitudes, actions, reflections in our hearts, thoughts and words which are all an attitude of respect for God. God is very good and He is a merciful God. How sad it is if we still do things carelessly, which can truly hurt and wound the heart of God.

However, God is truly very kind and merciful. Let us not hurt God. For new Christians, their actions may be tolerated if they are not precise, not accurate, not correct. God could tolerate it. But those of us who have been following God for years, especially those of us who have been Christians since childhood, especially church activists, especially pastors and theologians; how our lives must radiate the glory of God. From every word we say, from every action we take, nothing should miss the mark, everything must be precise for the sake of the Lord, for God's pleasure, for God's glory, aimed at God, whatever we do.

Remember, what makes us often miss the mark and even sin is when we start doing something that has no purpose for God. Something that is not a mistake in human eyes. It doesn't even show that it's a crime or violation. But if it is done without a purpose, done without a heart that is directed towards God, it becomes a way for someone to bring himself into the bondage of the power of darkness. It becomes an opening, how Satan enters and ruins his life, destroying his life. Don't open the slightest gap for Satan to enter. Or in other words, don't create even the smallest leak.

Basically, everything we see on our gadgets, what we say, what we do, everything must be aimed at God. With such rhythm, with such habituation, we will become people who truly live holy lives, without blemish and without spot. Come on, let's start seriously practicing getting used to doing whatever is aimed at God, for His glory, for His majesty. Sometimes it may seem foolish. If in the past we did anything so swiftly, so reflexively, and we didn't care why we were doing it all - usually we just did it or for our pleasure or other people's pleasure - but now we want to aim for God's pleasure. May the Holy Spirit help us with this.

WHAT OFTEN LEADS US ASTRAY AND EVEN TO SIN IS WHEN WE START DOING SOMETHING WITHOUT PURPOSE.

Card image
TANPA TUJUAN - 15 April 2024
2024-04-15 07:11:15


Mari kita mempersiapkan diri kita untuk sepenuhnya hidup bagi Tuhan. Dalam melakukan segala sesuatu benar-benar kita melakukannya untuk satu tujuan, yaitu Tuhan. Hal ini harus kita biasakan, kita latih. Baik kita makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, kita lakukan semua untuk kemuliaan Tuhan (1 Kor. 10:31). Bukan hanya hal-hal besar yang menyangkut uang banyak, reputasi, harga diri, atau nyawa, melainkan dalam segala hal. Sebab dengan cara demikian, kita bisa benar-benar hidup bersih, tidak bercacat, tidak bercela. Juga baru kita bisa mengalami kehadiran Tuhan di dalam hidup kita dan mengalami apa yang Alkitab maksud berjalan dengan Tuhan seperti yang dialami oleh Henokh.

Tentu saja Tuhan kita Yesus Kristus selalu bersama dengan Bapa. Tidak ada yang Yesus lakukan untuk kepentingan yang lain, semua hanya untuk kepentingan Allah Bapa. Prinsip-Nya adalah: "Makanan-Ku melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya" (Yoh. 4:34). Yang membuat kita sering meleset—bahkan berbuat dosa—adalah ketika kita mulai melakukan sesuatu tanpa tujuan. Asal kita senang, asal berjalan atau berlangsung dengan baik, tapi kita tidak menujukan untuk apa dan untuk siapa kita melakukan sesuatu itu. 

Termasuk yang kita lihat, kita tonton. Apalagi yang menyita waktu kita. Jangankan 1 jam, 1 menit pun tidak boleh kita sia-siakan, tidak boleh kita buang untuk melakukan sesuatu yang tidak bertujuan untuk Tuhan. Jangankan 1 jam, 1 menit pun jangan kita melakukan sesuatu yang tidak kita tujukan untuk kepentingan Tuhan. Ini memang sulit sekali, tapi kita harus membiasakannya dan kita harus melatihnya supaya kita tidak memberi kesempatan kuasa kegelapan bersarang di dalam diri kita. Jangankan satu kalimat, satu kata pun tidak boleh terlontar dari mulut kita jika itu tidak bertujuan untuk kemuliaan Allah. 

Dari hal ini nampak, apakah seseorang benar-benar mengalami Tuhan atau tidak; apakah seseorang benar-benar berjalan dengan Tuhan atau tidak. Dan hal ini harus kita latih mulai hari ini. Hari ini kita akan mulai memiliki kehidupan yang menyembah Allah bukan hanya dengan nyanyian, melainkan dengan sikap, tindakan, renungan hati, pikiran dan perkataan kita yang merupakan sikap menghormati Allah. Allah sangat baik dan Dia Allah yang berbelas kasihan. Betapa menyedihkan kalau kita masih sembarangan melakukan sesuatu, yang mana hal itu benar-benar dapat menyakiti dan melukai hati Tuhan. 

Padahal Allah sungguh amat baik dan berbelas kasihan. Jangan sampai kita melukai Tuhan. Untuk orang Kristen baru, bisa saja ditolerir kalau tindakan-tindakannya tidak presisi, tidak tepat, tidak akurat. Bisa saja Tuhan menolerirnya. Tetapi kita yang sudah bertahun-tahun ikut Tuhan, apalagi kita yang sudah menjadi Kristen sejak kecil, terlebih lagi seorang aktivis gereja, apalagi seorang pendeta dan teolog; betapa hidup kita harus memancarkan kemuliaan Allah. Dari setiap kata yang kita ucapkan, dari setiap tindakan yang kita lakukan, tidak ada yang meleset, semua presisi untuk kepentingan Tuhan, untuk kesukaan Tuhan, untuk kemuliaan Tuhan, bertujuan untuk Tuhan, apa pun yang kita lakukan. 

Ingat, yang membuat kita sering meleset bahkan berbuat dosa adalah ketika kita mulai melakukan sesuatu yang tidak bertujuan bagi Tuhan. Sesuatu yang memang bukan suatu kesalahan di mata manusia. Bahkan juga tidak menunjukkan itu suatu kejahatan atau pelanggaran. Tetapi kalau dilakukan tanpa tujuan, dilakukan tanpa sikap hati yang ditujukan bagi Tuhan, itu menjadi jalan seseorang membawa diri dalam ikatan kuasa kegelapan. Itu menjadi celah, bagaimana Iblis masuk dan merusak hidupnya, menghancurkan hidupnya. Jangan membuka celah sekecil apa pun untuk Iblis masuk. Atau istilah lain, jangan membuat sekecil apa pun kebocoran.

Pokoknya setiap hal yang kita lihat di gadget, apa yang kita ucapkan, kita lakukan semua harus bertujuan untuk Tuhan. Dengan irama yang demikian, dengan pembiasaan yang demikian, maka kita akan menjadi orang-orang yang benar-benar hidup kudus tak bercacat tak bercela. Ayo, kita mulai serius berlatih membiasakan diri melakukan apa pun yang bertujuan untuk Tuhan, untuk kemuliaan-Nya, untuk keagungan-Nya. Memang kadang-kadang seperti orang konyol. Kalau dulu kita berbuat apa saja begitu sigap, begitu refleks, dan kita tidak peduli untuk apa kita lakukan semua itu—yang biasanya hanya sekadar kita lakukan saja atau untuk kesenangan kita atau kesenangan orang—tapi sekarang kita mau tujukan untuk kesukaan Tuhan. Kiranya Roh Kudus menolong kita untuk ini. 

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

YANG MEMBUAT KITA SERING MELESET BAHKAN BERBUAT DOSA ADALAH KETIKA KITA MULAI MELAKUKAN SESUATU TANPA TUJUAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 April 2024
2024-04-15 06:11:37

Mazmur 56, 120, 140-142

Card image
Truth Kids 14 April 2024 - KASIH TANPA SYARAT
2024-04-14 09:27:40


Roma 5:8
”Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”

Sobat Kids, saat Tuhan Yesus mati di kayu salib, apakah Ia menuntut sesuatu dari manusia? Apakah Tuhan Yesus meminta diberikan sesuatu agar Ia mau berkorban di kayu salib? Jawabannya tentu saja tidak! Tuhan Yesus tidak meminta apa pun kepada kita, bahkan tidak memaksa agar orang percaya kepada-Nya. Darah yang telah tercurah di kayu salib itu digunakan untuk menebus semua kesalahan manusia yang ada di dunia, baik yang percaya ataupun yang belum percaya kepada Tuhan.

Kasih yang Tuhan berikan kepada manusia adalah kasih tanpa syarat. Tuhan tetap mengasihi tanpa menunggu kita menjadi baik terlebih dahulu. Ketika kita masih berdosa, Tuhan sudah mengasihi kita. Tidak ada syarat apa pun yang diberikan kepada kita. Ini adalah bukti kasih Tuhan yang tidak terbatas kepada kita, seluruh manusia. Kita berterima kasih atas kasih tanpa syarat yang sudah Tuhan berikan kepada kita.

Card image
Truth Junior 14 April 2024 - KASIH TAK BERSYARAT
2024-04-14 09:25:15


Roma 5:8
”Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”

Sobat Junior, tahu tidak artinya kasih tak bersyarat? Kasih tak bersyarat itu orang yang mengasihi sesamanya tanpa mengharapkan apa pun, bahkan rela mengorbankan nyawanya. Tahu tidak, siapa contoh seseorang yang telah kasih tak bersyarat? Contohnya adalah Tuhan Yesus. Mengapa Tuhan Yesus? Karena Tuhan Yesus mengasihi kita, manusia yang berdosa, dan Dia rela mati untuk menebus dosa kita semua. Itulah yang dilakukan Tuhan Yesus karena mengasihi kita. Lalu bagaimana kita bisa melakukan kasih tak bersyarat itu? Apakah kita juga harus mati dulu untuk orang lain seperti Tuhan Yesus mati bagi kita semua? Bukan seperti itu, ya, Sobat Junior. Kita bisa melakukan kasih tak bersyarat dengan mengikuti teladan Tuhan Yesus.

Caranya ketika kita mengasihi orang yang lain, kasihilah dengan segenap hatimu. Contohnya ketika kita membantu orang lain, kita harus membantunya dengan tulus dan tidak memandang siapa yang kita bantu. Jika kalian hanya membantu orang yang baik sama kalian, tentu hal itu akan membuat Tuhan sedih. Memang tidak mudah melakukan kasih tak bersyarat, karena terkadang manusia masih melihat siapa yang ia kasihi. Ingatlah akan kasih Tuhan yang tidak bersyarat kepada kita. Jadi, mari kita belajar untuk mengasihi orang lain dengan tidak ada syaratnya. Kasihilah sesama kita dengan segenap hati tanpa memandang siapa orang yang kita kasihi.

Card image
Truth Youth 14 April 2024 (English Version) - FEARLESS NO MATTER WHAT
2024-04-14 09:22:16


"For God has not given us a spirit of fear, but of power and of love and of a sound mind." (2 Timothy 1:7)

One of the most recurring phrases throughout the Bible is "Do not be afraid." In the Old Testament, the LORD, through the prophets, conveyed the message to His people not to fear because He is always with them. In the New Testament, the Messiah, the Son of the Almighty God, directly tells us, "Do not be afraid."

On the other hand, Satan is a sophisticated theologian. He understands well that someone's fear prevents them from truly loving God in their lives. Therefore, he seeks to instill fear in people in various ways, one of which is through sermons delivered by pastors. Through these sermons, Satan inserts intimidation and threats of damnation, causing congregants to love God out of fear. They love God because they fear damnation and hell, not because they genuinely love God.

We must understand that when the Bible repeats something, it means the message is crucial. The message in the Bible to not be afraid implies that courage plays a vital role in salvation as the main message of the Bible. One cannot work out and obtain salvation if they are fearful or timid. That's why it's written in the Bible that the cowardly will not inherit the Kingdom of Heaven.

Friends, we must always submit to God and the Bible above anyone or anything else. We should not fear anyone or anything because the Spirit of the Almighty God dwells within us; a Spirit that surpasses all other spirits. Therefore, we should not fear Satan or demons, evil spirits, or humans, including pastors, but only fear the Lord and fear sin. Let us never listen to sermons and teachings that are contrary to the truth of the Bible. Let us never fear or submit to pastors who teach incorrectly, but rather, let us correct them with kindness and love, and strengthen them so that they become aware and repent, returning to the Lord and true doctrine. We should adhere to the principle, "I am not afraid of anything because the Spirit of the Almighty God dwells within me!" Amen.

WHAT TO DO:

1. Do not fear anyone or anything.
2. Fear the Lord and fear sin.
3. Do not listen to sermons and teachings that are not in line with the truth of the Bible.

BIBLE MARATHON:
- 1 Kings 10-12

Card image
Truth Youth 14 April 2024 - TIDAK TAKUT APA PUN
2024-04-14 09:19:42



???????????????????? ???????????????????? 14 April 2024
”Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” (2 Timotius 1:7)

Salah satu frasa yang paling banyak muncul di seluruh Alkitab adalah “Jangan takut.” Dalam Perjanjian Lama, TUHAN melalui perantaraan para nabi menyampaikan pesan kepada umat- Nya untuk tidak menjadi takut sebab Ia senantiasa menyertai umat-Nya. Dalam Perjanjian Baru, Sang Mesias, Anak Allah yang Maha Tinggi, mengatakannya secara langsung kepada kita, “Jangan takut.”

Di sisi lain, Iblis adalah teolog yang canggih. Ia sangat mengerti bahwa ketakutan seseorang mengakibatkan seseorang tidak dapat mengasihi Tuhan dengan benar dalam hidupnya. Oleh sebab itu, dia berusaha menakuti manusia dengan berbagai cara, salah satunya melalui khotbah yang disampaikan oleh pendeta. Melalui khotbah, Iblis menyisipkan intimidasi dan ancaman kebinasaan yang mengakibatkan jemaat mengasihi Tuhan dengan rasa takut. Jemaat mengasihi Tuhan karena takut binasa dan masuk neraka, bukan karena sungguh-sungguh mengasihi Tuhan.

Perlu kita ketahui bahwa ketika Alkitab menyampaikan sesuatu berulang-ulang, itu berarti pesan tersebut sangatlah penting. Pesan Alkitab untuk jangan takut mengisyaratkan bahwa keberanian berperan penting dalam keselamatan sebagai pesan utama Alkitab. Seseorang tidak dapat mengerjakan dan beroleh keselamatan apabila ia menjadi takut atau kecil hati. Itulah sebabnya, dalam Alkitab tertulis bahwa penakut tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Surga.

Teman-teman, kita harus senantiasa tunduk pada Tuhan dan Alkitab lebih dari siapa pun dan apa pun. Kita tidak boleh takut kepada siapa pun dan apa pun sebab Roh Allah yang Maha Tinggi tinggal dalam diri kita; Roh yang mengatasi segala roh. Oleh sebab itu, kita tidak boleh takut kepada setan atau Iblis, roh-roh jahat, dan manusia, termasuk pendeta, melainkan hanya kepada Tuhanlah kita takut, yakni takut berbuat dosa. Jangan pernah kita mendengarkan khotbah dan pengajaran yang salah. Jangan pernah takut dan tunduk kepada pendeta yang salah mengajar dan salah khotbah, melainkan tegurlah mereka dalam kesantunan dan kasih, serta kuatkanlah mereka sehingga mereka menjadi sadar dan bertobat, kembali kepada Tuhan dan ajaran yang benar. Kita harus berprinsip, “Aku tidak takut apa pun sebab Roh Allah yang Maha Tinggi tinggal dalam diriku!” Amin.

WHAT TO DO:
1.Jangan takut kepada siapa pun dan apa pun
2.Takutlah kepada Tuhan dan takutlah berbuat dosa
3.Jangan dengarkan khotbah dan pengajaran yang tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Raja-raja 10-12

Card image
Renungan Pagi - 14 April 2024
2024-04-14 09:16:18


Jangan sering mengabaikan pertemuan dan persekutuan di rumah Tuhan, setiap jam-jam ibadah harus selalu ada di sana untuk dikuatkan, dihiburkan, saling membangun dan saling mengasihi, dan Firman Tuhan yang benar dan murni akan mengubah hidup kita.

"Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat."

Di dalam persekutuan itu juga kita akan melihat dan merasakan keintiman dengan Tuhan serta mengalami Tuhan, dalam setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup setiap hari, di dalamnya juga ada mukjizat dan kuasa Tuhan yang dahsyat.
(Ibrani 10:25)

Card image
Quote Of The Day - 14 April 2024 (English Version)
2024-04-14 09:14:16


Orang yang masih menghargai dunia ini lebih dari Tuhan, tidak mungkin bisa menyembah Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 14 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-14 09:13:21


Semakin mengerti kebenaran, kita semakin melihat indahnya Kerajaan Surga.

Card image
GOD'S SCENARIO - 14 April 2024 (English Version)
2024-04-14 09:11:13


If we remember the story of Elijah, he was a very brave prophet. He fought a king who did not fear God, whose wife was Jezebel, who had gods and worshiped Baal so that they had the prophets of Baal. Elijah was a servant of God who defended God, he challenged the prophets of Baal to prove who the true God was. And he did this in order to save many of the people of Israel who were misled. We read in the Bible, how Elijah was able to prove that the true God was the God of Israel, Elohim Yahweh who consumed Elijah's sacrificial altar. Meanwhile, the sacrifices of the prophets of Baal remained unburnt because there was no fire. But the sacrifice of the prophet Elijah burned; fire fell from the sky.

However, the story didn't end there. The king who did not fear God threatened Elijah's life, especially his wife; Jezebel. They chased Elijah, and Elijah felt his life was threatened. Until then Elijah despaired. In despair, Elijah said, "I would rather die." It is implied that God did not completely destroy Elijah's enemies and that may have made Elijah a little disappointed. His victory over the prophets of Baal did not complete the victory he achieved. Perhaps Elijah hoped that with his victory against the prophets of Baal, everything would be over. But apparently not. The evil woman Jezebel hunted for his life. And that's what made Elijah afraid.

Why did God have such a scenario? Often we encounter many mysteries in life—God's mysteries—but surely God never fails in what He does. It is impossible for God to fail with what He plans. Because God is a perfect God, it is impossible for God to do something wrong, not even the slightest point. Elijah was guarded by God in such a condition. And Elijah remained humble and gave glory to God alone.

This is extraordinary thing. Because humans, with their limited condition, can forget themselves when they are at the peak of achievement, at the peak of success, and that is often not realized by many people. God doesn't make God's work easy to carry out. This also becomes a question for many believers—especially God's servants—why doesn't God make our path of service easier? Sometimes it feels like we're stuck, the path feels heavy. But apparently, God wants it that way, so that we don't become proud and arrogant, so that we don't pat ourselves on the back and feel self-important.

The story of Elijah killing around 450 prophets of Baal was an extraordinary, amazing achievement and it could be a vehicle for Elijah to elevate himself. But the story doesn't end with Elijah killing the prophets of Baal. Jezebel, the wife of King Ahab, continued to pursue Elijah and wanted to kill him. Why didn't Jezebel repent, and then Elijah received honor? Why didn't Jezebel, King Ahab then submit, admit guilt and worship the Yahweh Elohim, but instead still wanted to kill Elijah? It's hard to understand that scenario or it's hard to understand this situation. It was difficult, but behind this there was God's protection for Elijah. Elijah was loved by God. God wanted Elijah's life to go well in God's eyes and end well, so that in the end Elijah was taken up by God in a fiery chariot.

Currently, if our ministry is made difficult by God, if God makes it not easy, there must be God's purpose behind all of it. Namely: first, so that we remain humble. Secondly, so that we don't fall into sin; it could be the sin of pride or other sins. Because if things were easy, comfortable, or without problems, we could become arrogant, or we could commit other sins, or the comfort of life makes us not long for the new heaven, the new earth.

OFTEN WE ENCOUNTER MANY MYSTERIES IN LIFE - GOD'S MYSTERIES - BUT SURELY GOD NEVER FAILS IN WHAT HE DOES.

Card image
SKENARIO ALLAH - 14 April 2024
2024-04-14 09:09:03


Kalau kita mengingat kisah Elia, ia merupakan seorang nabi yang berani sekali. Dia melawan raja yang tidak takut akan Allah, yang beristrikan Izebel, yang memiliki dewa dan menyembah Baal sehingga mereka memiliki nabi-nabi Baal. Elia adalah seorang hamba Allah yang membela Allah, ia menantang nabi-nabi Baal untuk membuktikan siapa Allah yang benar. Dan hal itu ia lakukan demi untuk menyelamatkan banyak umat Israel yang disesatkan. Kita membaca Alkitab, bagaimana Elia dapat membuktikan bahwa Allah yang benar adalah Allah Israel, Elohim Yahweh yang membakar mezbah korban Elia. Sedangkan korban yang dimiliki nabi-nabi Baal tetap tidak terbakar karena tidak ada api. Tetapi korban nabi Elia terbakar; api turun dari langit. 

Namun, kisah tidak berhenti sampai di situ. Raja yang tidak takut akan Allah mengancam nyawa Elia, terutama istrinya; Izebel. Mereka mengejar Elia, dan Elia merasa hidupnya terancam. Sampai kemudian Elia putus asa. Dalam keputusasaan Elia sempat berkata, “Lebih baik aku mati.” Di situ tersirat, Allah tidak menghabisi sama sekali musuh-musuh Elia dan itu yang membuat Elia mungkin sedikit kecewa. Kemenangannya terhadap nabi-nabi Baal tidak membuat tuntas kemenangan yang dia capai. Barangkali Elia berharap dengan kemenangannya melawan nabi-nabi Baal, langsung semua selesai. Tapi ternyata tidak. Wanita jahat Izebel memburu nyawanya. Dan ini yang membuat Elia kemudian menjadi takut. 

Mengapa Allah memiliki skenario seperti itu? Sering kali kita menemukan banyak misteri di dalam kehidupan—misteri Tuhan—tetapi pasti Tuhan tidak pernah gagal dengan apa yang Dia lakukan. Tidak mungkin Allah gagal dengan apa yang Dia rencanakan. Karena Allah adalah Allah yang sempurna, tidak mungkin Allah melakukan sesuatu yang salah, bahkan meleset sedikit pun tidak. Elia dijaga oleh Tuhan dengan keadaan seperti itu. Dan Elia tetap rendah hati dan memberikan kemuliaan hanya bagi Allah. 

Ini hal yang luar biasa. Karena manusia dengan keadaannya yang terbatas bisa lupa diri ketika ia ada di puncak prestasi, ada di dalam puncak keberhasilan, dan itu yang sering kali tidak disadari oleh banyak orang. Tuhan tidak membuat pekerjaan Tuhan mudah dijalani. Itu juga menjadi pertanyaan banyak orang percaya—khususnya para hamba Tuhan—mengapa Tuhan tidak membuat mudah jalan pelayanan kita? Kadang-kadang sampai kita seperti terjepit, jalan seperti berat. Tetapi rupanya Tuhan menghendaki demikian, supaya kita tidak menjadi sombong dan angkuh, supaya kita tidak menepuk dada dan merasa berjasa. 

Kisah mengenai Elia yang membunuh sekitar 450 nabi Baal merupakan prestasi yang luar biasa, menakjubkan dan itu bisa menjadi kendaraan Elia mengangkat diri. Tetapi kisah tidak berhenti sampai Elia membunuh nabi-nabi Baal. Izebel, istri raja Ahab, mengejar nabi Elia terus dan mau membunuhnya. Kenapa Izebel tidak bertobat, lalu Elia mendapat kehormatan? Kenapa Izebel, raja Ahab tidak kemudian menundukkan diri, mengaku bersalah lalu menyembah Elohim Yahweh, tapi malah masih mau membunuh Elia? Sulit dipahami skenario itu atau sulit dipahami keadaan ini. Sulit, tetapi di balik ini ada perlindungan Tuhan bagi Elia. Elia dikasihi Tuhan. Allah menghendaki hidup Elia berjalan dengan baik di mata Tuhan dan berakhir dengan baik, yang akhirnya Elia dijemput oleh Tuhan dengan kereta berapi.

Saat ini, kalau pelayanan kita dibuat Tuhan sulit, dibuat Tuhan tidak mudah, tentu ada maksud Tuhan di balik semua itu. Yaitu: _pertama,_ supaya kita rendah hati. _Yang kedua,_ supaya kita jangan jatuh dalam dosa; bisa dosa kesombongan atau dosa-dosa yang lain. Sebab kalau keadaan mudah, nyaman, atau tidak ada masalah, kita bisa sombong atau kita melakukan dosa-dosa lain atau kenyamanan hidup membuat kita tidak merindukan langit baru bumi baru.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SERINGKALI KITA MENEMUKAN BANYAK MISTERI DI DALAM KEHIDUPAN— MISTERI TUHAN —TETAPI PASTI TUHAN TIDAK PERNAH GAGAL DENGAN APA YANG DIA LAKUKAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 April 2024
2024-04-14 09:06:09

1 Samuel 21-24

Card image
Truth Kids 13 April 2024 - PENGORBANAN
2024-04-13 09:03:58


Yohanes 15:13
"Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya."

Seorang nenek sedang duduk di pinggir jalan dekat pasar. Nenek ini berjualan pisang hasil dari kebunnya sendiri. Setelah beberapa waktu menunggu pembeli datang, tiba-tiba ada anak kecil yang menghampiri nenek itu. Tanpa bertanya dan menawar harga pisang, anak tersebut memberikan uang Rp50.000 kepada nenek itu. Ia ingin membeli sesisir pisang. Sang nenek dengan gembira memberikan pisang dan uang kembalian kepadanya, namun anak itu hanya mengambil pisangnya saja. Ia pun berkata, "Uang kembaliannya tidak usah, Nek. Untuk Nenek saja." Nenek terharu dan mengucapkan banyak terima kasih kepada anak itu.

Sobat Kids, dari cerita di atas kita mau belajar memiliki hati yang mau memberi. Saat memberi, mungkin ada sesuatu yang perlu dikorbankan. Pengorbanannya bisa dalam bentuk uang, barang, waktu, ataupun perasaan. Seperti contoh di atas, anak kecil itu mengorbankan sisa uang kembaliannya untuk sang nenek. Kalian juga bisa mengorbankan waktu main kalian untuk membantu orang tua di rumah. Coba kalian pikirkan, apa yang hendak kalian berikan atau korbankan untuk orang lain? Biarlah perbuatan, pikiran, dan ucapan kita selalu menghasilkan kebaikan dan berkat untuk orang lain. Tuhan akan senang jika kita dapat melakukannya dengan kasih yang tulus.

Card image
Truth Junior 13 April 2024 - KETULUSAN
2024-04-13 09:01:31


Yohanes 15:13
“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”

Di sebuah desa kecil, ada seorang nenek yang tinggal sendiri. Ia tidak mempunyai keluarga, dan bekerja sebagai petani. Hampir semua hasil taninya ia bagikan kepada penduduk desa tersebut. Nenek tersebut hanya menyimpan secukupnya untuk bertahan hidup sehari-hari. Bukan hanya itu saja, Nenek itu juga membantu penduduk yang sedang mengalami kesusahan. Siapapun ditolong oleh nenek tersebut.

Suatu hari, nenek tersebut sakit. Karena ia tidak mempunyai keluarga, semua penduduk pun berinisiatif untuk mengurus nenek hingga sembuh. Tapi karena sakitnya parah, nyawa nenek tidak bisa tertolong. Meninggalnya nenek tersebut membuat hati penduduk merasa kehilangan. Karena ingin mengenang kebaikan nenek, rumah nenek dibuat sebagai lumbung desa. Rumah itu dijadikan tempat untuk menyimpan sumbangan hasil panen dari warga setempat. Mereka yang mendapatkan hasil panen melimpah akan menyisihkan sebagian hasilnya untuk warga lain yang mengalami gagal panen. Mereka meneruskan perbuatan nenek tersebut, saling berkorban dan menolong.

Sobat Junior, dari kisah nenek di atas, kita bisa belajar tentang sebuah ketulusan. Nenek tersebut mau menolong orang lain tanpa memikirkan dirinya sendiri. Tentu hal tersebut tidak mudah dilakukan dan tidak banyak orang yang bisa melakukan. Tapi, kita mau belajar bahwa ketika kita menolong orang lain, kita tidak boleh memikirkan imbalan atau balasan dari orang lain. Kita harus menolong dengan tulus. Tentu Tuhan juga akan mengasihi mereka yang mengasihi dengan tulus. Jadi, Sobat Junior, ayo tetap mengasihi atau menolong orang lain dengan tulus, tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Karena itulah yang Tuhan mau kita lakukan, dan tentu Tuhan akan senang melihat perbuatan kita.

Card image
Truth Youth 13 April 2024 (English Version) - LIFE SKIPPER
2024-04-13 08:59:44


"Let the peace of Christ rule in your hearts, since as members of one body you were called to peace. And be thankful." (Colossians 3:15)

Have you ever tried rafting? Or perhaps you're more familiar with the term "whitewater rafting"? Rafting is a sport where a group, usually consisting of 5 people, navigates a fast-flowing river full of rocks using an inflatable raft. This sport can be physically demanding and is not suitable for those with weak hearts due to its intensity. The fast river currents and large rocks can jolt the raft, and if not careful, can overturn it. Therefore, when someone wants to try rafting, they are often accompanied by someone called a "skipper." The skipper gives instructions and commands to the rowers, indicating when to paddle with all their might, when to stop, and so on. Moreover, the skipper's presence boosts morale and spirit. The rowers become less fearful of the fast currents and rocks because the skipper's presence instills the belief in their hearts that "as long as we follow the skipper's orders, we can navigate through these rapids!" Thus, the presence of a skipper is crucial in rafting.

Likewise, in life, life resembles a turbulent river full of upheavals and obstacles. Sometimes it's calm, but in an instant, it can become chaotic. But don't panic, bro and sis, we have a skipper who can guide us and provide peace and assurance that "everything will be alright" in the currents of life. Our skipper is our Heavenly Father, who always watches over us and ensures that our life raft doesn't capsize and fall. But here's the amazing part, bro, unlike an ordinary skipper, our God is a Skipper who can save us, even if we fall out of our raft and get swept away by the river! But bro, if possible, let's not trouble our Skipper. It's better if we don't fall, right, bro? So, let's listen to God, bro and sis, so we won't fall. But how can we "listen" to God? After all, we can't see God, can we? Actually, we can directly hear God's voice, but it requires a holy and pleasing life to God. If we haven't reached that level yet, we can hear God's voice by reading His word written in the Bible. So, let's read the Bible often, guys, so our Skipper can guide us, and thus our lives will be filled with peace.

WHAT TO DO:
1. Read the Bible often to hear the guidance of our Skipper, God the Father.
2. Live a holy and pleasing life to hear God's voice directly.

BIBLE MARATHON:
- 1 Kings 8-9

Card image
Truth Youth 13 April 2024 - LIFE SKIPPER
2024-04-13 08:56:52


"Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah." (Kolose 3:15)

Teman-teman pernahkah kalian ikut olahraga rafting? Atau mungkin bro and sis lebih familiar dengan istilah lain dari rafting, yaitu arung jeram? Olahraga rafting atau arung jeram merupakan olahraga di mana suatu kelompok yang biasanya terdiri dari 5 orang, mengarungi suatu sungai yang deras dan penuh bebatuan dengan perahu karet. Olahraga ini lumayan menguras fisik dan tidak bisa untuk orang yang memiliki jantung yang lemah, dikarenakan intense-nya olahraga ini. Arus sungai yang cepat, dan batu-batu besar yang menghantam, sering mengguncang perahu, dan bisa membalikkan perahu jika tidak berhati-hati. Karena itu, ketika seseorang ingin mencoba rafting, mereka cenderung ditemani oleh seseorang yang disebut sebagai skipper. Skipper adalah seseorang yang memberikan instruksi dan perintah bagi para pendayung perahu, kapan waktu yang tepat untuk mendayung dengan sekuat tenaga, kapan untuk berhenti, dan sebagainya. Tak hanya itu, kehadiran seorang skipper juga berfungsi sebagai pembangkit moral dan semangat. Para pendayung menjadi tidak takut kepada arus yang cepat dan bebatuan, karena kehadiran skipper membuat mereka memiliki pikiran dalam hati mereka, “Selama kita mendengarkan perintah skipper, kita bisa melewati arus deras ini!” Maka itu kehadiran seorang skipper sangatlah penting dalam rafting atau arung jeram.

Sama juga dalam kehidupan, hidup ini bagaikan arus sungai yang penuh pergolakan dan bebatuan. Kadang bisa tenang, tetapi bisa dalam sekejap menjadi heboh. Tetapi jangan panik bro and sis, kita punya skipper yang bisa menuntun dan memberikan ketenangan dan keyakinan bahwa “semua akan baik-baik saja” dalam arus kehidupan ini. Skipper kita adalah Allah Bapa kita, yang selalu mengawasi kita, dan memastikan agar perahu hidup kita tidak terbalik dan terjatuh. Tapi hebatnya bro, beda dengan skipper biasa, Tuhan kita adalah Skipper yang bisa menyelamatkan kita, sekalipun kalau kita terjatuh dari perahu kita dan terbawa arus sungai sejauh apa pun! Tapi bro, kalau bisa kita juga jangan ngerepotin Skipper kita. Kalo bisa nggak jatuh kan lebih baik bro, makanya dengar-dengaran dengan Tuhan ya bro and sis, biar gak jatuh. Tapi gimana caranya kita bisa “dengar-dengaran” dengan Tuhan? Tuhan kan gak keliatan? Sebenarnya kita bisa langsung mendengar suara Tuhan, tetapi itu perlu kehidupan yang suci dan berkenan kepada Tuhan. Kalau kita belum sampai tahap seperti itu, bisa saja kita mendengar suara Tuhan dengan membaca firman-Nya yang tertulis di dalam Alkitab. Jadi sering-sering baca Alkitab ya guys, biar Skipper kita bisa menuntun kita, dan dengan demikian hidup kita penuh dengan damai sejahtera.

WHAT TO DO:
1. Sering-sering baca Alkitab supaya dengar tuntunan Skipper kita, Tuhan Allah Bapa.
2. Hidup suci dan berkenan, supaya bisa mendengar suara Tuhan langsung.

BIBLE MARATHON:
▪︎1 Raja-raja 8-9

Card image
Renungan Pagi - 13 April 2024
2024-04-13 08:53:18


Banyak orang membayangkan bahwa perkara-perkara besar yang dilakukan Tuhan haruslah sesuatu yang spektakuler, luar biasa besar dan dahsyat. Tetapi tidak pernah berpikir bahwa apa yang dilakukan Tuhan dalam kebesaran-Nya, kadangkala dimulai dari hal-hal yang biasa terjadi dalam hidup setiap hari.

Jika kita setia dan tetap percaya bahwa Tuhan pasti membawa terus mengalami hal-hal yang luar biasa, sampai kita dibuat terkagum-kagum dengan Karya-Nya yang luar biasa. Karena sesuai dengan apa yang dikatakan Tuhan Yesus; "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar."
(Lukas 16:10)

Card image
Quote Of The Day - 13 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-13 08:49:31


Ibadah atau kebaktian yang benar adalah merubah diri terus menerus untuk menjadi seperti Tuhan Yesus dan membantu orang lain berbuat hal yang sama.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 13 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-13 08:45:20


Kita harus berusaha mengerti apa yang Tuhan kehendaki dibalik setiap peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan kita dengan memperkarakan nya di dalam doa.

Card image
PRIME TIME - 13 April 2024 (English Version)
2024-04-13 08:42:13


Dealing with God is our prime time. Let's not feel satisfied with just going to church. Because God is everything in our lives. This doesn't make us weird or irresponsible in life. People who socialize with God and experience God are certainly intelligent, diligent, and live responsibly, so their lives are noble, dignified, and glorious. In this world, there are many noble, dignified, responsible people but they may not necessarily have God. But if someone has God, he will possess all these qualities.

So, if we see lazy and irresponsible Christians, surely they are not true Christians. A true Christian, who associates with God, surely lives a noble, dignified and glorious life. It is from there that our greatness as children of God is evident. Encounter with God brings down the magnificent character of God. This great life of Jesus can also be ours. So, let's strive. Don't wait until we're on our deathbeds to seek God, it won't work! We won't meet God. Don't think that God is easy or cheap! ! While we still have the opportunity, seek and find God.

Realize, we live not more than 100 years. So as long as we live on earth, we want to learn to be children of God, through the events in life where God speaks, because our bodies are made the temple of the Holy Spirit. The Holy Spirit dwells within us. We want to deal with God through His Spirit within us. If that happens in our lives, then our lives glorify God. Glorifying God means considering God as noble, precious, and pleasing to Him in every attitude and action of ours. That is if we obey the word or voice of the Holy Spirit given to us.

And our lives are wholly seized for that. How everything we do is always right in God's eyes. Yes, we have our own desires, but if we respect God, then we follow God's will more than our own. There will be a process that is not easy. We have two selves: the old self and the new self. We continue to practice following what God desires in our lives, so that our new self grows and our old self is increasingly put to death.

It seems that we no longer have life for ourselves. That's right, it's true. Our lives are completely dedicated to God for His glory, and that is the safest state or path in our lives. Because, if we open up opportunities to seek pleasure for ourselves, in our short life span, it is dangerous, because pleasures that do not please God become the basis of dark power. But it must be understood, we are still humans who enjoy good food, gathering with family, traveling, enjoying art, and so on. God will also give us joy like that, where in that joy, we still enjoy being with God. Certainly joys that do not violate God's ethics of holiness.

When we close our eyes, where there is no sin, no power of darkness, then we have our own lives. So, in Luke 16:12 it says, "And if you have not been faithful in that which is another's, who will give you that which is your own?" Another's wealth is whatever we can have now. While our own wealth is in the new heaven, new earth, in the Kingdom of Heaven. So, our wealth today, all our abilities and talents are the wealth of others, meaning God's wealth, which we use for God's glory.

Our lives must be seized by God now, so that we can have life in eternity. And indeed, following God is very difficult. Because we have to absorb the thoughts and feelings of God until even our pleasures are truly holy, not the same as worldly pleasures. We can still enjoy life, but things that we don't need to do or shouldn't do, we don't do. There we are sanctified. All of this is preparation for the life to come. We just want to go home to heaven.

But now we must have the courage to meet the requirements to enter the Kingdom of Heaven. Give time to meet God, diligently listen to the Word. Not tied to the world. Listen to God's voice in every event, then God will lead us. Remember, our minutes are very valuable for our maturation process.

DEALING WITH GOD IS OUR PRIME TIME. LET'S NOT FEEL SATISFIED WITH JUST GOING TO CHURCH. BECAUSE GOD IS EVERYTHING IN OUR LIVES.

Card image
PRIME TIME - 13 April 2024
2024-04-13 04:53:00


Berurusan dengan Tuhan adalah prime time kita. Jangan kita merasa cukup dengan datang ke gereja. Sebab Tuhan itu segalanya dalam hidup kita. Hal ini tidak membuat kita jadi aneh dan tidak bertanggung jawab hidup. Orang yang bergaul dengan Tuhan dan mengalami Tuhan pasti cerdas, rajin, dan hidup bertanggung jawab, sehingga hidupnya agung, luhur, mulia. Di dunia ini banyak orang agung, luhur, mulia, bertanggung jawab tapi belum tentu memiliki Tuhan. Tapi kalau seseorang memiliki Tuhan, pasti memiliki semua ini. 

Jadi, kalau kita melihat orang Kristen malas, tidak bertanggung jawab, pasti dia bukan Kristen yang benar. Kristen yang benar, yang bergaul dengan Allah, pasti hidupnya agung, luhur, mulia. Justru dari situ nampak keagungan kita sebagai anak-anak Allah. Perjumpaan dengan Allah membuat karakter agung Allah diturunkan. Kehidupan Yesus yang agung ini juga dapat kita miliki. Maka berjuanglah. Jangan nanti ketika kita di ujung maut, baru kita mencari Tuhan, tidak bisa! Kita tidak akan bertemu Tuhan. Jangan anggap bahwa Tuhan itu gampangan atau murahan! Selagi masih memiliki kesempatan, cari dan temukan Tuhan. 

Sadari, kita hidup tidak lebih 100 tahun. Jadi selama kita hidup di bumi, kita mau belajar menjadi anak-anak Allah, melalui peristiwa-peristiwa hidup yang terjadi Tuhan bicara, karena tubuh kita dijadikan bait Roh Kudus. Roh Kudus diam di dalam diri kita. Kita mau berurusan dengan Tuhan melalui Roh-Nya yang ada di dalam diri kita. Jika itu terjadi di dalam hidup kita, maka hidup kita memuliakan Tuhan. Memuliakan Tuhan artinya menganggap Tuhan itu mulia, berharga, dan menyenangkan hati Dia dari setiap sikap dan perbuatan kita. Yaitu jika kita menuruti firman atau suara Roh Kudus yang diberikan kepada kita.

Dan hidup kita disita seluruhnya untuk itu. Bagaimana segala sesuatu yang kita lakukan selalu benar di mata Tuhan. Benar, bahwa kita punya keinginan sendiri, tapi kalau kita menghargai Tuhan, maka kita lebih mengikuti kehendak Tuhan daripada kehendak diri kita sendiri. Di situ akan ada proses yang tidak mudah. Kita memiliki dua manusia, manusia lama dan manusia baru. Kita berlatih terus untuk mengikuti apa yang Allah kehendaki dalam hidup kita, supaya manusia baru kita tumbuh, dan manusia lama kita bisa makin dimatikan. 

Terkesan kita ini tidak lagi memiliki hidup untuk diri kita. Benar, memang benar. Hidup kita seluruhnya dipersembahkan kepada Tuhan untuk kemuliaan-Nya, dan itu keadaan atau jalan yang paling aman dalam hidup kita. Sebab, kalau kita membuka peluang untuk mencari kesenangan bagi diri kita sendiri, disingkatnya umur hidup kita ini, itu berbahaya, karena kesenangan-kesenangan yang tidak menyenangkan Tuhan itu menjadi pangkalan kuasa gelap. Namun harus dimengerti, kita tetap manusia yang makan enak, kumpul dengan keluarga, wisata, menikmati seni dan lainnya. Tuhan juga akan memberikan kegembiraan seperti itu, di mana dalam kegembiraan tersebut, kita tetap menikmati bersama Tuhan. Pasti kegembiraan-kegembiraan yang tidak melanggar etika kesucian Tuhan.

Pada waktu kita sudah menutup mata, di mana tidak ada dosa, tidak ada kuasa kegelapan, baru kita memiliki hidup kita sendiri. Maka, di dalam Lukas 16:12 dikatakan, “Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?” Harta orang lain adalah apa pun yang bisa kita miliki sekarang ini. Sedangkan harta kita sendiri itu nanti di langit baru, bumi baru, di Kerajaan Surga. Jadi, harta kita hari ini, semua kemampuan dan kebisaan kita adalah harta orang lain, artinya harta-Nya Tuhan, yang kita gunakan untuk kemuliaan Tuhan.

Hidup kita ini harus disita Tuhan sekarang, supaya kita memiliki hidup di kekekalan. Dan memang, mengikut Tuhan itu berat sekali. Karena kita harus menyerap pikiran perasaan Tuhan, sampai kesenangan-kesenangan kita pun benar-benar kudus, tidak sama dengan kesenangan dunia. Kita tetap bisa menikmati hidup, tapi hal-hal yang tidak perlu kita lakukan atau tidak boleh kita lakukan, kita tidak lakukan. Di situ kita dikuduskan. Ini semua persiapan untuk kehidupan yang akan datang. Kita mau pulang ke surga saja. 

Tapi sekarang kita harus berani memenuhi syarat untuk bisa masuk Kerajaan Surga. Beri waktu untuk bertemu Tuhan, rajin mendengarkan firman. Tidak terikat dengan dunia. Dengarlah suara Tuhan di setiap peristiwa, maka dengan sendirinya, Tuhan akan memimpin kita. Ingat, menit demi menit kita ini berharga sekali untuk proses pendewasaan kita. 

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

BERURUSAN DENGAN TUHAN ADALAH PRIME TIME KITA. JANGAN KITA MERASA CUKUP DENGAN DATANG KE GEREJA. SEBAB TUHAN ITU SEGALANYA DALAM HIDUP KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 April 2024
2024-04-13 04:46:23

1 Samuel 21-24

Card image
Truth Kids 12 April 2024 - KASIH MELALUI UCAPAN
2024-04-12 08:03:51


Roma 13:10
"Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat."

Betapa senangnya hati Yuli ketika mengetahui kalau ia mendapat nilai bagus pada ulangan. Yuli bisa mendapatkan nilai bagus karena ia adalah seorang anak yang rajin belajar. Yuli mempunyai seorang adik kembar yang benama Yuni. Namun, Yuni tidak serajin Yuli. Nilai ulangan Yuni jauh lebih rendah dibandingkan Yuli. "Ulangannya kan gampang. Masa gitu saja kamu ga bisa kerjain sih," ucap Yuli kepada Yuni.

Mendengar ucapan Yuli, Yuni merasa sangat sedih. Namun, ia tidak membalas perkataan kakaknya itu. Diam-diam, Yuni menangis di kamarnya tanpa seorang pun tahu.

Sobat Kids, sebelum berbicara, kita harus berpikir terlebih dahulu. Apakah yang kita ucapkan akan menyakiti hati orang lain atau tidak? Apakah ucapan kita juga menyakiti hati Tuhan? Dengan perkataan seperti cerita di atas, itu akan melukai hati orang lain dan Tuhan.

Sobat Kids, setiap kata yang kita ucapkan seharusnya memberkati orang di sekitar kita, bukan menyakiti karena itu adalah kejahatan. Jadi, jaga mulut kita, yuk!

Card image
Truth Junior 12 April 2024 - ANTIDOT
2024-04-12 08:02:15


Roma 13:10
“Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.”

“Jingga, Pak Ahmad itu guru kita. Kita harus menghormati dan mengasihi beliau, meskipun ia galak dan suka menghukum, itu semua demi kebaikan kita. Lagipula, kalau kita tidak nakal, kita tidak akan dimarahi,” Lona menasihati temannya. “Kata siapa?! Aku pernah dihukum padahal aku tidak salah. Waktu itu teman sebangku aku yang mengobrol, tapi aku yang dimarahi dan disuruh berdiri depan kelas Pokoknya aku benci sama Pak Ahmad!” Jingga dengan emosi menjelaskan.

Sobat Junior, terkadang orang dewasa, baik itu orang tua, guru, kakak pembimbing rohani, atau siapa pun yang kita harapkan bersikap dan berkata baik, tidak sesuai harapan kita. Mereka juga manusia yang bisa salah dan melukai perasaan kita. Tapi, selama kita memiliki kasih Kristus dalam hati, pasti kita bisa mengampuni mereka meskipun tidak secara instan atau cepat. Mungkin kadang-kadang butuh waktu lama sampai kita bisa melupakan rasa sakit hati kita terhadap mereka. Tidak apa-apa, yang penting kita tidak memendam luka itu dan menjadikannya alasan untuk membenci orang lain.

Kasih diibaratkan sebuat antidot; penangkal atau penawar racun kebencian, jika kita memiliki kasih, setiap benih kebencian mau mulai tumbuh, bisa dikalahkan dengan kasih sehingga kita tidak jadi membenci, melainkan malah bersedia mengampuni dan mengasihi orang tersebut.

Card image
Truth Youth 12 April 2024 (English Version) - LEGO TOWER
2024-04-12 07:58:53


"Therefore humble yourselves under the mighty hand of God, that He may exalt you at the proper time, casting all your anxiety on Him, because He cares for you." (1 Peter 5:6-7)

Have you ever played with Lego when you were a kid? Maybe you have, maybe you haven't. If you haven't, it's better to buy it quickly because childhood is incomplete without touching Lego. When playing with Lego, you must have at least once built something like a tower. You try to build it as tall as possible with a foundation that seemed good to you at that time—although we didn't know anything about construction engineering—and felt proud when you saw your Lego Tower standing tall. But, it's still Lego, my friend. No matter how sturdy you build it, if it's too tall, it will collapse. Whether it's bumped, hit by the wind, or because the Lego foundation is weak.

This can also happen in our lives, bro and sis. If we succeed in something, whether it's achieving first place in school or enjoying privileges like being born into a super-rich family where we never have to worry about running out of pocket money, or even thinking twice when we want to upgrade to the latest smartphone, don't be quick to become arrogant, bro! Just like a Lego tower, everything can collapse in an instant. What we once proudly boasted about can all turn to rubble, unrecognizable. But, here's the good news: just like Lego, everything can be rebuilt. With hard work and perseverance, we can rebuild our achievements and our lives. But remember, it can also crumble again, so there's no need to boast about something temporary, bro.

You might have been frustrated because your Lego Tower kept collapsing, so you asked your dad for help to build it better and stronger. It's the same in life, bro. When we're building our lives, let's ask for God's guidance and presence. Because everything we have comes from Him, so He knows best how to manage the blessings we receive. That's why we should always be humble in all our successes. When we're in trouble, we seek God; when we're confused, we seek God. Luckily, our God is a good Father; He always wants to help His children as long as we remain humble and don't become proud when He helps us. If we keep boasting after being helped, we might get a wake-up call from God.

WHAT TO DO:
1. Always ask for help from God. Ask for the Father's presence.
2. Always realize that we are nothing without our Father; don't be arrogant!

BIBLE MARATHON:
- 1 Kings 6-7

Card image
Truth Youth 12 April 2024 - LEGO TOWER
2024-04-12 07:55:48


”Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” (1 Petrus 5:6-7)

Teman-teman pernahkah kalian bermain Lego saat kalian masih bocil? Mungkin pernah, mungkin tidak. Kalau tidak, mending cepat beli, masa kecil gak lengkap bro kalo gak pernah nyentuh Lego. Saat main Lego, pasti kalian setidaknya pernah membuat suatu rakitan yang seperti menara. Kalian coba rakit setinggi-tinggi mungkin dengan fondasi kaki yang menurut kalian baik saat itu -walaupun kita belum tahu apa-apa tentang ilmu konstruksi- dan merasa bangga ketika kita melihat Lego Tower kita sudah tinggi. Tetapi namanya juga Lego sob, mau kita buat sekokoh apa pun, kalau misalnya terlalu tinggi, pasti akan roboh. Baik karena tersenggol, terkena angin, ataupun karena fondasi Lego-nya memang lemah.

Hal ini bisa terjadi juga di kehidupan kita bro and sis. Kalau kita berhasil melakukan sesuatu, mau itu dalam sekolah kita berhasil mendapatkan ranking pertama, atau di dalam kehidupan kita mendapatkan privilege-privilege seperti lahir dari keluarga yang super rich, dan tidak pernah perlu memikirkan soal kehabisan uang saku, atau berpikir dua kali ketika mau ganti handphone dengan yang keluaran terbaru, jangan cepat tinggi hati bro, don’t be arrogant! Sama seperti menara Lego, semua itu bisa runtuh dalam sekejap mata. Apa yang tadinya kita banggakan, semuanya hancur menjadi puing-puing, dan tak bisa dikenali lagi. Tapi bro and sis kabar baiknya sama seperti Lego, semua itu bisa dibangun kembali. Dengan kerja keras dan ketekunan, kita bisa membangun lagi prestasi dan kehidupan kita. Tapi ingat, itu juga masih bisa hancur lagi, makanya tidak perlu banggakan apa yang fana sob.

Mungkin kalian pernah jengkel karena Lego Tower kalian rubuh terus, kalian jadi minta bantuan bokap supaya Lego Tower-nya bisa dibangun dengan lebih baik dan kokoh. Dalam kehidupan juga sama bro. Saat kita sedang membangun kehidupan kita, mintalah penyertaan dan tuntunan Allah Bapa. Karena segala sesuatu yang kita miliki berasal dari Dia, jadi Dialah yang paling tahu bagaimana cara mengelola berkat yang kita terima dengan baik. Makanya kita juga harus selalu tahu diri dan rendah hati dalam segala keberhasilan kita. Ketika kita kesusahan, kita cari Tuhan, ketika kita sedang bingung, kita cari Tuhan. Untungnya Tuhan kita adalah Bapa yang baik, Ia selalu mau menolong anak-anak-Nya, selama kita tahu diri, dan tidak menjadi sombong saat kita ditolong oleh Dia. Umpamanya sudah ditolong terus belagu, nanti dikeplak sama Tuhan baru kapok deh.

WHAT TO DO:
1. Selalu minta tolong kepada Tuhan. Minta penyertaan Bapa
2. Selalu sadar kita bukan apa-apa tanpa Bapa kita, jangan sombong!

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Raja-raja 6-7

Card image
Renungan Pagi - 12 April 2024
2024-04-12 07:49:27


Allah sangat menghargai setiap tetesan airmata dan keringat, ketika kita terus memperjuangkan kasih dan ketaatan kepada-Nya. "Dan oleh sebab kamu telah tahan uji dalam pelayanan itu, mereka memuliakan Allah karena ketaatan kamu dalam pengakuan akan Injil Kristus dan karena kemurahan hatimu dalam membagikan segala sesuatu dengan mereka dan dengan semua orang, sedangkan di dalam doa mereka, mereka juga merindukan kamu oleh karena kasih karunia Allah yang melimpah di atas kamu."

Untuk setiap perjuangan yang kita lakukan, Allah tidak pernah berhutang kepada anak-anak-Nya dan Ia akan membayar harga kehidupan itu, sesuai ketaatan, Tuhan akan melimpahkan kasih karunia-Nya. Dan upah yang kita terima adalah diperkenankan berjumpa dengan DIA dalam kekekalan.
(2 Korintus 9:13-14)

Card image
Quote Of The Day - 12 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono
2024-04-12 07:46:31


Seseorang tidak akan menemukan siapa dirinya tanpa menemukan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 12 April 2024(Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-12 07:42:47


Tuhan memberikan yang baik kepada orang-orang yang dikasihi-Nya dari perspektif Allah, bukan dari perspektif kita.

Card image
POSSESSING GOD - 12 April 2024 (English Version)
2024-04-12 07:40:10


The most principle thing after we receive salvation is that the real gift is God himself. When God said to the first humans,

"The day you eat this fruit, you will die," it means that humans are separated from God, there is no life. So that all the good things that God has and that God has provided for humans, humans do not have. Humans are 'driven away or divorced' by God because of disobedience, non-compliance, rebellion. Salvation in the Lord Jesus Christ provides access where humans can encounter God and possess Him. Because humans are designed in such a way that they cannot live without God. There is an empty cavity in the human soul that cannot be filled by anyone and anything other than God.

So, if a person feels that they don't truly need God even though they are religious, or they need God only to solve their physical needs, it means they are astray. We must be able to feel a thirst within ourselves that cannot be satisfied by anything or anyone, except by God. But honestly, very few people reach a level of thirst like this because their soul's taste has been wrong since childhood, where they were raised in a world environment that offers various pleasures that shape a permanent taste not towards God.

Salvation in the Lord Jesus Christ provides a way for us to find God and possess Him. That is why, if we believe in the sacrifice of the Lord Jesus on the cross, we are justified; meaning it is considered righteous, although certainly not entirely righteous, so that we can find God. Our Christian journey is not just about finding God but also possessing God. This is a principle, this is very fundamental. So don't feel satisfied if we can come to church and feel like we have God. Because perhaps such service is the same as a deceptive liturgy or ceremonial. In truth, this makes us being lied, being fooled, and fantasizing.

Because real Christianity is an encounter with God. People who have liturgical experience, ceremonial experience, do not necessarily have experience with God. However, that doesn't mean that worship becomes unnecessary. It is clearly necessary, because at the service we sing together, praise God, and listen to the Word. But what should color our lives, meaning our real sector in daily life must be in accordance with our confession in the church. Otherwise, we deceive ourselves, and deceive God. For example, if we sing, "Father, I love You," are we already truly loving Him in the right way?

When this earth passes, our lives end, our time runs out, there is not a piece of thread that we carry, not holding a single coin, there is no rank, degree or title that we hold, we only need God who accepts us in the Eternal Home. So being a favorite child of the Father is more than enough.

In John 2:19 it is written, "Jesus answered them, 'Destroy this temple of God, and in three days I will raise it again.' What the Lord Jesus meant was that the Temple of God was His body. That is why in Galatians 2:19-20, God's word says that we must have a life where Christ lives in us; "It is no longer I who live, but Christ who lives in me." So, there is a target that we must achieve in the 70, 80, 90 years of our life, namely how we experience the fullness of God. The answer is if we can put on His mind and feelings, because only in this way can we become God's children. So, possessing God means having His mind and feelings.

And this is a long process; throughout our lifetime. Not from year to year, but from minute to minute, and our lives must be taken up for that; in the midst of the struggles of life, earning a living, being responsible for the family, as part of this nation's children, and in all the busyness. We really have to be busy, because in that busyness God educates and trains us on how to put on His mind and feelings. We cannot put on God's mind and feelings just lives in a monastery or in the middle of a forest where there are no humans. We have to come into contact with humans, interact with humans where we have to make decisions, have to act, have to choose. And in that struggle, God teaches us His way of thinking.

That is why, our goal in life is only one, God. Many people don't struggle for that, because their goal in life is not God. So we must experience an encounter with God in depth; encounters that scratch our lives, and those scratches change our character, change the quality of our lives. That's what's important. So even if we go to church three times a week, if from minute to minute we don't pay attention to the way God teaches us His way of thinking, it's useless. Because we will remain similar to this world.

SALVATION IN THE LORD JESUS CHRIST PROVIDES A WAY FOR US TO FIND GOD AND POSSESS HIM.

Card image
MEMILIKI ALLAH - 12 April 2024
2024-04-12 07:33:27


Hal yang paling prinsip setelah kita menerima keselamatan adalah bahwa anugerah yang sesungguhnya adalah Allah sendiri. Ketika Allah berkata kepada manusia pertama, "Pada hari kamu makan buah ini, kamu mati," artinya manusia terpisah dari Allah, tidak ada kehidupan. Sehingga semua yang baik yang Allah miliki dan yang Allah sediakan bagi manusia, tidak dimiliki manusia. Manusia ‘dihalau atau dicerai’ oleh Allah karena ketidaktaatan, ketidakpatuhan, pemberontakan. Keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus memberi akses di mana manusia dapat menjumpai Allah dan memiliki Dia. Karena memang manusia didesain begitu rupa untuk tidak bisa hidup tanpa Allah. Ada rongga kosong di dalam jiwa manusia yang tidak bisa diisi oleh siapa pun dan apa pun selain oleh Allah.

Jadi, kalau manusia merasa tidak sungguh-sungguh membutuhkan Tuhan walaupun beragama, atau membutuhkan Tuhan karena untuk menyelesaikan masalah-masalah pemenuhan kebutuhan jasmaninya, berarti dia itu sesat. Kita harus bisa merasakan adanya kehausan di dalam diri kita, yang tidak akan bisa terpuaskan oleh apa pun dan siapa pun, kecuali oleh Tuhan. Tetapi terus terang, sedikit sekali orang yang sampai pada taraf kehausan seperti ini, karena selera jiwanya sudah salah sejak kecil, di mana ia dibesarkan dalam lingkungan dunia yang menawarkan berbagai kesenangan yang membentuk selera permanen bukan pada Tuhan.

Keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus memberi jalan untuk kita dapat menemukan Tuhan dan memiliki-Nya. Itulah sebabnya, kalau kita percaya kepada kurban Tuhan Yesus di kayu salib, kita dibenarkan; artinya dianggap benar, walaupun tentu belum benar-benar benar, supaya kita bisa menemukan Allah. Perjalanan hidup Kristen kita bukan hanya menemukan Allah, melainkan juga memiliki Allah. Ini prinsip, ini fundamental sekali. Jadi jangan merasa puas kalau kita bisa datang ke gereja dan merasa sudah bertuhan. Sebab jangan-jangan kebaktian seperti itu sama dengan liturgi atau seremonial yang menipu. Sejatinya, ini membuat kita dibohongi, dibodohi, dan berfantasi.

Sebab kekristenan yang sesungguhnya adalah perjumpaan dengan Allah. Orang yang memiliki pengalaman liturgi, pengalaman seremonial, belum tentu memiliki pengalaman dengan Tuhan. Namun, bukan berarti kebaktian jadi tidak perlu lagi. Jelas perlu, karena di kebaktian kita bersama-sama menyanyi, memuji Tuhan, dan mendengarkan firman. Tetapi hendaknya apa yang mewarnai hidup kita, artinya sektor riil kita dalam hidup sehari-hari harus sesuai dengan pengakuan kita di gereja. Kalau tidak, kita menipu diri sendiri, dan menipu Tuhan. Misalnya, kalau kita bernyanyi, "Bapa, aku cinta pada-Mu," apakah kita sudah mencintai Dia dengan benar?

Ketika bumi ini berlalu, nyawa kita putus, waktu kita habis, tidak ada selembar benang pun yang kita bawa, tak ada sekeping uang yang kita genggam, tidak ada pangkat, derajat, gelar yang kita sandang, kita hanya membutuhkan Tuhan yang menerima kita di Rumah Abadi. Maka kalau menjadi anak kesukaan Bapa, itu lebih dari cukup.

Dalam Yohanes 2:19 tertulis, "Jawab Yesus kepada mereka: ‘Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." Maksud Tuhan Yesus, Bait Allah itu adalah tubuh-Nya. Itulah sebabnya di Galatia 2:19-20, firman Tuhan mengatakan bahwa kita harus memiliki kehidupan di mana Kristus yang hidup di dalam diri kita; "Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku." Jadi, ada target yang harus kita capai dalam 70, 80, 90 tahun umur hidup kita, yaitu bagaimana kita mengalami kepenuhan Allah. Jawabnya adalah jika pikiran dan perasaan-Nya bisa kita kenakan, sebab hanya dengan cara ini kita menjadi anak-anak Allah. Jadi, memiliki Allah berarti memiliki pikiran dan perasaan-Nya.

Dan ini adalah proses panjang; sepanjang umur hidup kita. Bukan dari tahun ke tahun, tapi dari menit ke menit, dan hidup kita memang harus disita untuk itu; di tengah-tengah pergumulan hidup, mencari nafkah, bertanggung jawab atas keluarga, sebagai bagian dari anak bangsa ini, dan di seluruh kesibukan. Kita memang harus sibuk, karena dalam kesibukan itu Tuhan mendidik dan melatih kita untuk bagaimana kita mengenakan pikiran dan perasaan-Nya. Kita tidak bisa mengenakan pikiran perasaan Tuhan hanya tinggal di dalam biara atau di tengah hutan yang tidak ada manusia. Kita harus bersentuhan dengan manusia, berinteraksi dengan manusia di mana kita harus mengambil keputusan, harus bertindak, harus memilih. Dan di dalam pergumulan itu, Allah mengajarkan cara berpikir-Nya.

Itulah sebabnya, tujuan hidup kita cuma satu, Tuhan. Banyak orang tidak ada perjuangan untuk itu, karena memang tujuan hidupnya bukan Tuhan. Maka kita harus mengalami perjumpaan dengan Tuhan secara mendalam; perjumpaan yang menggores hidup kita, dan goresan itu mengubah karakter kita, mengubah kualitas hidup kita. Itu yang penting. Jadi sekalipun kita ke gereja seminggu tiga kali, tapi kalau dari menit ke menit kita tidak memperhatikan cara Allah mengajarkan cara berpikir-Nya, percuma. Sebab kita akan tetap serupa dengan dunia ini.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KESELAMATAN DALAM TUHAN YESUS KRISTUS MEMBERI JALAN UNTUK KITA DAPAT MENEMUKAN TUHAN DAN MEMILIKI-NYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 12 April 2024
2024-04-12 07:27:38

1 Samuel 18-20
Mazmur 11, 59

Card image
Truth Kids 11 April 2024 - RENDAH HATI
2024-04-11 06:36:18


1 Korintus 8:1
Tentang daging persembahan berhala kita tahu: "Kita semua mempunyai pengetahuan." Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun.

Hari ini Owen pindah ke sekolah baru. Dari sekolah elit di kota besar, ia pindah ke sebuah sekolah sederhana di kota kecil. Owen merasa canggung karena belum terbiasa dengan lingkungan sekolah barunya. Namun, Owen juga merasa bersemangat karena bisa berkenalan dengan teman-teman baru.

Setelah memperkenalkan diri di depan kelas, Owen dipersilahkan duduk di samping Yosep. Owen berkenalan dengan Yosep dan teman-teman di sekitarnya. Owen juga mengajak mereka berbincang-bincang.

Saat istirahat sekolah, teman-teman baru Owen berkata, "Owen, kamu ini sangat rendah hati. Walaupun kamu dari kota besar, kamu tidak sombong dan mengajak kami berbincang terlebih dahulu." Mendengar itu, Owen pun tersenyum dan berkata, "Aku senang bisa berkenalan dengan teman-teman baru seperti kalian. Lagipula di rumah dan di gereja, aku diajarkan untuk saling mengasihi teman-teman. Dengan demikian, aku bisa dikatakan mengasihi Tuhan," jelas Owen.

Sobat Kids, saat sombong, kita hanya menambah dosa. Dosa itu melukai hati Tuhan. Namun, saat merendahkan hati dan mau mengasihi sesama, kita menyenangkan hati Tuhan. Yuk, kita menyenangkan hati Tuhan!

Card image
Truth Junior 11 April 2024 - MENGHARGAI SESAMA
2024-04-11 06:34:23


1 Korintus 8:1
Tentang daging persembahan berhala kita tahu: “Kita semua mempunyai pengetahuan.” Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun.

Pada suatu Minggu pagi yang cerah, di ruangan Sekolah Minggu ada dua orang yang sudah datang. Mereka lalu mencari tempat duduk dan saling bercerita. “Aduuh… aku pusing banget kalau ketemu Mega,” kata Cika kepada Maria. Maria pun bertanya, “Memang kamu pusing kenapa dengan Mega?” “Mega itu selalu mengatakan kekurangan atau keburukan semua teman-teman kita,” jawab Cika. “Oh, ya? Memang apa yang dia katakan?” tanya Maria penasaran. “Dia bilang Leni suka ngantuk kalau Sekolah Minggu, terus Lala suka melamun. Dia juga bilang bajunya Nelly itu jelek banget. Belum lagi komentar dia tentang yang lainnya,” cerita Cika kepada Maria.

Maria pun kaget, “Waduuh… kok gitu, ya?” “Ya, betul… Kadang ada teman kita yang sampai menangis karena ejekan Mega. Aku juga sedih kalau Mega menjelekkan teman-teman kita,” lanjut Cika. “Iya sih, mungkin karena Mega merasa dirinya sempurna, jadi menurut dia, semua teman tidak ada yang baik atau benar, termasuk kita juga,” ucap Maria.

“Aneh ya, Maria, kan guru Sekolah Minggu kita mengajarkan kalau sikap seperti itu sangat tidak disukai oleh Tuhan Yesus. Pasti Tuhan Yesus sedih melihat sikap Mega yang suka merendahkan orang lain,” kata Cika. Maria pun menjawab, “Betul, Cika. Tuhan Yesus pasti tidak suka dengan orang yang sombong dan tidak menghargai orang lain.” “Kita harus ingatkan Mega agar tidak lagi mengejek teman-teman, tetapi harus saling menghargai,” usul Cika. “Aku setuju dengan usulmu, Cika,” kata Maria.

Sobat Junior, dari cerita di atas, kita belajar bahwa tidak boleh menjelek-jelekkan orang lain. Kita harus menghargai sesama kita. Sebab, menghargai sesama, itulah yang Tuhan ingin kita lakukan. Yuk, belajar untuk saling menghargai.

Card image
Truth Youth 11 April 2024 ) English Version) - MAIN SOURCE OF STRENGTH
2024-04-11 06:27:17


"For the director of music. Of the Sons of Korah. According to Alamoth. A song. God is our refuge and strength, an ever-present help in trouble. Therefore we will not fear, though the earth give way and the mountains fall into the heart of the sea." (Psalm 46:1-3)

In today's world, human beings often boast of their accomplishments, thinking that what they have achieved is solely the result of their own hard work. Many become proud and attribute their success solely to their own strength and perseverance. However, this mindset is flawed and stems from the darkness of the world. This darkness will inevitably lead humanity to eternal destruction by ignoring God's role in human life.

The world is not always smooth sailing; there are always ups and downs that can scratch or even knock us down. However, in such situations, people often focus on their falls. The spirit to rise from failure and the struggle for success often lead people to say, "It's all because of my efforts!"

It is essential for us to realize and acknowledge that everything that happens in our lives, happens with God's permission and assistance. In reality, humans cannot do anything without God, as everything that exists within us comes from God. Humans can engage in activities normally because God sustains them. Therefore, there is nothing for us to boast about in this life.

God is the one who gives us the breath of life every time we open our eyes to start the day. God gives us wisdom and counsel in our hearts when we need to make decisions. Therefore, in all things, we must realize that God is our primary source of strength. Without God, we would not exist.

No matter what happens, whether good or bad, what should be our foundation in facing it all is that God always gives us the strength to endure. God will never leave us alone, nor will He allow us to fall apart completely when things get tough. Everything can be overcome with God.

Therefore, as His people, we must understand that every step and action we take is due to His help. He never fails to help His people, no matter how small that help may seem. So, never be proud or arrogant, but always have hope in the Lord and fully trust in Him as the source of help and life.

WHAT TO DO:
1. Always maintain humility when achieving something. Remember that everything is because God gives us the ability.
2. Always give thanks for whatever happens. Because everything is under God's control.
3. Do not feel proud and arrogant when we succeed in achieving something.

BIBLE MARATHON:
- 1 Kings 3-5

Card image
Truth Youth 11 April 2024 - SUMBER KEKUATAN UTAMA
2024-04-11 06:23:48


”Untuk pemimpin biduan. Dari bani Korah. Dengan lagu: Alamot. Nyanyian. Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut.” (Mazmur 46:1-3)

Manusia dengan keberadaannya di masa kini, cenderung memegahkan diri. Maksudnya ialah manusia sering menggangap apa yang telah diperoleh atau dicapainya saat ini, merupakan hasil kerja keras dirinya sendiri. Tidak jarang orang pada akhirnya angkuh dan merasa semua karena kuat dan gigihnya perjuangan yang berasal dari dirinya. Pemikiran demikian adalah keliru, dan semua ini berasal dari kegelapan dunia. Kegelapan dunia ini akan terus membawa manusia kepada kebinasaan kekal, dengan mengabaikan peran Tuhan dalam kehidupan manusia.

Memang dunia ini tidak selalu berjalan mulus, selalu saja ada lika-liku yang dapat membuat kita tergores atau terjatuh. Namun pada situasi seperti ini, pada umumnya orang fokus pada kejatuhannya. Dan semangat untuk bangkit dari kejatuhan dan perjuangan untuk meraih keberhasilan, sering kali menjadi alasan orang berkata: “Semua karena hasil usahaku!”

Menjadi hal yang harus kita sadari dan ketahui bersama, bahwa semua yang terjadi dalam hidup kita, semua itu karena seizin dan karena pertolongan dari Tuhan. Manusia sejatinya tidak bisa berbuat apa-apa tanpa Tuhan, sebab semua yang ada pada manusia itu berasal dari Tuhan. Manusia bisa melakukan semua aktivitas dengan normal, semua itu karena Tuhan yang memelihara. Maka tidak ada yang bisa kita sombongkan dalam kehidupan ini.

Tuhanlah yang memberikan napas hidup setiap kita membuka mata, ketika memulai hari. Tuhanlah yang memberikan kepada kita hikmat serta pertimbangan dalam hati, saat ingin memutuskan memilih sesuatu. Itu sebabnya, dalam segala hal kita harus sadari bahwa Tuhan adalah sumber kekuatan bagi kita yang utama. Tanpa Tuhan kita tidak mungkin ada saat ini.

Semua hal boleh saja terjadi, baik itu hal buruk ataupun hal yang tidak enak bagi kita. Namun yang harus menjadi landasan kita menjalani semua itu adalah Tuhan selalu memberikan kepada setiap kita kekuatan untuk menjalaninya. Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita seorang diri, ataupun tidak akan pernah membiarkan kita jatuh sampai hancur berantakan – saat dalam keadaan sulit. Semua pasti bisa dilewati, bersama Tuhan.

Oleh sebab itu, kita sebagai umat-Nya harus memahami bahwa setiap langkah dan perbuatan yang kita lakukan adalah karena pertolongan-Nya. Ia tidak pernah tidak menolong umat-Nya, sekecil apa pun pertolongan itu. Maka jangan pernah sombong atau angkuh, namun milikilah pengharapan kepada Tuhan serta mempercayakan sepenuhnya kepada Dia, memandang Dia sebagai sumber pertolongan dan hidup.

WHAT TO DO:
1. Selalu miliki kerendahan hati saat mencapai sesuatu. Ingat semua karena Tuhan yang memberi kemampuan kepada kita.
2. Selalu mengucap syukur akan apa pun yang terjadi. Sebab semua dalam kendali Tuhan.
3. Jangan merasa sombong dan angkuh ketika kita berhasil mencapai sesuatu.

BIBLE MARATHON:

▪︎ 1 Raja-Raja 3-5

Card image
Renungan Pagi - 11 April 2024
2024-04-11 06:20:48


Ketika berkata bahwa Allah itu Maha besar, pemilik segalanya, berarti kita sedang mengungkapkan keyakinan kepada-Nya, iman kita bahwa DIA adalah Tuhan yang berdaulat penuh atas hidup kita dan Dia sanggup melakukan segala perkara.

"Ya TUHAN, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala. Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya."

Segala keadaan di dalam hidup kita di dunia boleh berubah, situasi dunia boleh mencekam, bahkan begitu mengerikan, karena terlalu banyak kejahatan di dalamnya, tetapi seharusnya kita tidak akan kuatir, tidak takut dan bimbang, karena kita memiliki kesadaran bahwa Allah itu Maha besar dan dan berkuasa atas segalanya, Tuhan yang memiliki semuanya di langit dan di bumi, inilah keyakinan iman untuk tetap tunduk dalam kedaulatan-Nya, apapun yang terjadi dalam hidup kita.
(1 Tawarikh 29: 11-12)

Card image
Quote Of The Day - 11 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-11 06:17:21


Banyak hal dalam hidup ini yang harus diselesaikan dengan upaya, tenaga dan kerja keras kita sendiri, inilah yang disebut dengan tanggung jawab.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 11 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-11 06:15:51


Kalau kita merasa ada perasaan krisis untuk hal lain, bukan terkait dengan Allah, maka fokus kita pasti menjadi bias atau salah.

Card image
ATTACHING TO GOD - 11 April 2024 (English Version)
2024-04-11 06:13:26


Truly, experiencing God's presence in our lives is often situational. When we are in church, participating in worship activities, we strive to experience God's presence. We pray, we sing, but it only lasts for a while or just for a few moments. Also, we may not necessarily consistently experience God's presence during those worship times. Or when we pray, we try to experience God's presence. If we pray for 30 minutes, it is not certain that during those 30 minutes we will experience God's presence. This is a crucial, important, fundamental issue in our lives.

Because our sustainability is not because we are Christians and we follow services or liturgy, but rather because we have a rhythm of life that always appreciates God's presence. And we truly bring the atmosphere of the Kingdom of Heaven into our lives. And this is what makes us less holy, firstly, we lack fear of God. Secondly, we do not or lack the courage to face various struggles; thirdly, lack of joy. But worst of all, fourthly, we do not habituate ourselves to dialogue with God all the time.

Because prayer is not only when we fold our hands and kneel. Prayer is an endless conversation with God, and that is what makes us accustomed to the atmosphere of the Kingdom of Heaven. It is impossible for people who are not accustomed to the atmosphere of the Kingdom of Heaven to enter the Kingdom of Heaven. Like a fish accustomed to swimming in freshwater cannot possibly enter a sea with salty water, or vice versa. People who do not have the atmosphere of the Kingdom of God, their souls are not colored by God's holiness or God's presence. And a person whose joy is supported by the things of the world cannot possibly be worthy of entering the Kingdom of Heaven.

Let's start learning to fulfill what the Lord Jesus said in the Lord's Prayer, "Our Father who art in heaven, hallowed be Thy name, Thy kingdom come." Of course, the meaning of the Kingdom here is the reign of God present in our lives. If we see someone getting carried away with a certain hobby, then we can capture that person's passion for life. When we see young people in love, we also see their passion. What passions do we have as children of God? The Kingdom of God is very glorious, very precious. The price is the blood of our Lord, Jesus Christ.

When one closes his eyes, he sees eternity; the road has no end, the life has no end. How awesome! And if we are allowed to enter the Kingdom of God, to have the experience of enjoying the glory of God, how extraordinary it would be. Or vice versa, how terrible it is to be separated from God. So, if we are allowed to say the sentence "Thy kingdom come," it is extraordinary. The Lord's Prayer is not just a formula for prayer sentences that are said like prayers known in many religions, but rather a formula for life that we must use. So, don't waste this precious opportunity to bring His Kingdom into our lives.

We must respect and appreciate God more than anything and anyone. For God, we must be as extreme as possible, as fanatic as possible. God is our only world. So if we want a house, a car, or anything else, it's also for God, not for our satisfaction. Being a lover of God is very beautiful. We don't have to have a lot of money, be highly educated or be a pastor to be a lover of God. If someone is serious about something (for example, illness), he will look for the best doctor. If he is a technician, and he needs a very important component, then he will try to find that component. Likewise, if a person is serious about God, he will seek Him until he finds Him.

We are definitely at the end of our lives. Repent and change, don't be arrogant. Know God and experience God. When we are made difficult in facing life's struggles, that is God's call. Difficult circumstances condition us to attach to God. So that later, if we close our eyes, we don't need to look for God's face because we have already found it. We enter the real atmosphere of the Kingdom of Heaven in eternity.

DIFFICULT CIRCUMSTANCES CONDITION US TO ATTACH TO GOD.

Card image
MELEKAT DENGAN TUHAN - 11 April 2024
2024-04-11 06:04:21


Sejatinya, menghayati kehadiran Allah dalam hidup kita itu sering situasional. Pada waktu kita di gereja, ada dalam kegiatan kebaktian, kita berusaha untuk menghayati kehadiran Tuhan. Kita berdoa, kita menyanyi, tetapi itu hanya berlangsung beberapa waktu atau beberapa saat saja. Juga belum tentu kita konstan menghayati kehadiran Allah di dalam kebaktian itu. Atau pada waktu kita berdoa, kita berusaha menghayati kehadiran Tuhan. Kalau kita berdoa 30 menit, belum tentu selama 30 menit tersebut kita menghayati kehadiran Tuhan. Ini adalah persoalan yang krusial, penting, fundamental di dalam hidup kita.

Karena keberlanjutan kita bukan karena kita beragama Kristen dan kita mengikuti kebaktian atau liturgi, melainkan bagaimana kita memiliki irama hidup yang selalu menghayati kehadiran Tuhan. Dan kita benar-benar menghadirkan atmosfer Kerajaan Surga di dalam hidup kita. Dan inilah yang membuat kita kurang hidup suci, yang pertama, kita kurang takut akan Allah. Yang kedua, kita tidak atau kurang memiliki keteguhan dalam menghadapi berbagai pergumulan; yang ketiga, kurang menikmati sukacita. Tetapi yang paling parah, yang keempat, kita tidak membiasakan diri berdialog dengan Tuhan sepanjang waktu.

Sebab doa itu bukan hanya pada waktu kita melipat tangan dan berlutut. Doa adalah sebuah percakapan yang tiada henti dengan Tuhan, dan itulah yang membuat kita terbiasa dalam suasana Kerajaan Surga. Tidak mungkin orang yang tidak terbiasa dengan suasana Kerajaan Surga akan masuk Kerajaan Surga. Ibarat ikan yang biasa berenang di air tawar tidak mungkin bisa masuk sebuah laut yang airnya asin, atau sebaliknya. Orang yang tidak memiliki atmosfer Kerajaan Allah, jiwanya tidak terwarnai oleh kekudusan Tuhan atau kehadiran Tuhan. Dan orang yang sukacitanya ditopang oleh perkara-perkara dunia tidak mungkin dilayakkan masuk Kerajaan Surga.

Mari kita mulai belajar memenuhi apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam Doa Bapa Kami, “Bapa kami yang di surga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu.” Tentu maksud Kerajaan di sini adalah pemerintahan Allah yang hadir di dalam hidup kita. Kalau kita melihat seseorang sedang hanyut dengan hobi tertentu, maka kita bisa menangkap gairah hidup orang tersebut. Kalau kita melihat anak muda yang sedang jatuh cinta, kita juga melihat gairahnya. Gairah apa yang kita miliki sebagai anak-anak Allah? Kerajaan Allah itu sangat mulia, sangat berharga. Harganya adalah darah Tuhan kita, Yesus Kristus.

Ketika seseorang menutup mata, ia melihat kekekalan; jalan yang tiada ujung, kehidupan yang tidak berakhir. Betapa dahsyat! Dan kalau kita diperkenankan masuk ke dalam Kerajaan Allah, memiliki pengalaman menikmati kemuliaan Allah, betapa luar biasa. Atau sebaliknya, betapa mengerikan terpisah dari Allah. Jadi, kalau kita diperkenan mengucapkan kalimat "Datanglah Kerajaan-Mu," itu luar biasa. Doa Bapa kami bukan sekadar formula kalimat doa yang diucapkan seperti doa-doa yang dikenal dalam banyak agama, melainkan sebuah formula kehidupan yang harus kita kenakan. Maka, jangan sia-siakan kesempatan yang berharga untuk menghadirkan Kerajaan-Nya dalam hidup kita.

Kita harus menghormati dan menghargai Tuhan lebih dari apa pun dan siapa pun. Untuk Tuhan, kita harus seekstrem-ekstremnya, sefanatik-fanatiknya. Tuhan itu satu-satunya dunia kita. Jadi kalau kita ingin rumah, mobil, atau apa pun, maka itu pun untuk Tuhan, bukan untuk kepuasan kita. Menjadi kekasih Tuhan itu indah sekali. Kita tidak harus punya uang banyak, berpendidikan tinggi atau menjadi pendeta untuk menjadi kekasih Tuhan. Kalau orang serius dengan sesuatu (misalnya sakit), dia akan mencari dokter yang terbaik. Kalau dia seorang teknisi, dan dia butuh satu komponen yang sangat penting, maka dia akan berusaha mencari komponen itu. Demikian pula, kalau orang serius dengan Tuhan, dia akan mencari-Nya sampai ia menemukan-Nya.

Kita pasti ada di ujung waktu hidup kita. Bertobatlah dan berubahlah, jangan sombong. Kenali Tuhan dan alami Tuhan. Ketika kita dibuat sulit dalam menghadapi pergumulan hidup, itu panggilan Tuhan. Keadaan sulit mengondisi kita untuk melekat dengan Tuhan. Sehingga nanti, kalau kita menutup mata, kita tidak perlu mencari-cari wajah Tuhan karena kita sudah menemukan. Kita masuk suasana Kerajaan Surga yang nyata di kekekalan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEADAAN SULIT MENGONDISI KITA UNTUK MELEKAT DENGAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 April 2024
2024-04-11 05:59:50

1 Samuel 15-17

Card image
Truth Kids 10 April 2024 - KASIH YANG MEMPERSATUKAN
2024-04-10 06:20:25


Kolose 3:14
"Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan."

Nina dan Sinta adalah teman dekat. Suatu sore, Nina dan Sinta beserta mama mereka pergi ke tempat perbelanjaan. Nina dan Sinta menemani mama mereka. Setelah mama-mama berbelanja, Nina dan Sinta main di arena bermain. Nina dan Sinta menikmati permainan-permainan yang ada di sana sampai mereka lupa makan. Mama Sinta mengingatkan mereka untuk makan dahulu.

Saat pesanan makanan sudah sampai di meja, Nina hendak langsung melahap makanan. "Eitss, jangan langsung makan dulu, Nina. Berdoa dulu dong," kata Sinta. Nina langsung meletakkan makanan itu dengan wajah yang sedikit malu dan mereka berdoa menurut kepercayaan masing-masing.

Sobat Kids, saat kita memiliki teman yang berbeda kepercayaan, kita harus menghormatinya. Kita dapat saling berdoa menurut kepercayaan masing-masing. Walaupun kita berbeda kepercayaan, tetap kenakanlah kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Kita dapat memberikan kasih dari Tuhan kepada semua orang, sekalipun ia belum percaya kepada Tuhan Yesus.

Card image
Truth Junior 10 April 2024 - KASIH ITU MEMPERSATUKAN
2024-04-10 06:18:54


Kolose 3:14
“Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.”

Sobat Junior, kalian di sekolah pasti punya banyak teman, kan? Apakah ada teman kalian yang berbeda agama dengan kalian? Atau mungkin berbeda warna kulit atau berbeda suku, atau berbeda dalam hal lainnya? Meskipun kita berbeda agama, suku, bahasa, warna kulit, dan lainnya, kita harus tetap saling mengasihi. Kalau kita tidak mengasihi teman kita yang berbeda suku, agama, bahasa, dan lainnya, apa yang akan terjadi, ya, Sobat Junior? Mungkin saja kita akan saling bermusuhan. Maka dari itu, firman Tuhan hari ini mengingatkan bahwa kita harus mengenakan kasih yang Tuhan berikan, untuk mengasihi sesama.

Tuhan mau kita saling mengasihi. Sebab dengan adanya kasih, kita dapat bersatu, saling membantu, saling mendukung, dan saling melengkapi. Apabila ada teman kita yang kesusahan, tentu kita menolong mereka. Pernahkah Sobat Junior melihat ada orang yang tidak mau membantu orang lain yang kesusahan? Itu karena mereka kurang memiliki kasih terhadap sesama. Tuhan tidak ingin kita seperti itu. Firman Tuhan berkata bahwa kita harus saling mengasihi sesama sekalipun itu musuh kita. Sobat Junior, yuk, belajar untuk mengenakan kasih dalam setiap perbuatan kita.

Card image
Truth Youth 10 April 2024 (English Version) - DECISIVE CHOICE
2024-04-10 06:17:16


"For those who live according to the flesh set their minds on the things of the flesh, but those who live according to the Spirit set their minds on the things of the Spirit." (Romans 8:5)

Recently, the online world has been filled with information about bullying among teenagers, even penetrating into school environments. This issue is exacerbated by the uncontrolled nature of social media, where violent videos are readily available. It's just one example of the countless cases of crime in our social environment. Sadly, many people can no longer distinguish between right and wrong.

These incidents are not uncommon even among those who profess to be Christians. It's possible that Christians themselves become perpetrators of violence in society, ranging from verbal teasing to physical altercations. This is deeply concerning for Christianity.

It's crucial for us to realize from a young age that anything that doesn't bring about peace comes from the kingdom of darkness or Satan. Any action that leads to conflict is a characteristic of the flesh that must be shed by each of us. Indeed, there are many manifestations of the flesh within every human being, and the Bible thoroughly describes the undesirable forms of desires of the flesh in Galatians 5:19-21.

One thing is certain: the desires of the flesh and all forms of human evil can only be stopped by living under the guidance of the Holy Spirit. The Holy Spirit will lead us to all the truths of God, which are filled with love and goodness alone. Living guided by the Holy Spirit, every aspect of our lives will lead to the glory of the Father and Jesus Christ alone.

Therefore, each of us must be willing to be led by the Spirit and be willing to forsake the desires of the flesh and all the attractions offered by the world, without compromise. Living by the Holy Spirit must be a moment-to-moment commitment, even second by second. This way, we continue to experience growth in character transformation, ultimately wearing divine character.

WHAT TO DO:
1. Prepare yourself to always study the Word of God in the Bible, to understand the desires of the Father in heaven.

2. Avoid times or places that will tempt us to indulge in the desires of the flesh. This is a form of struggle to shed them.

BIBLE MARATHON:
- 1 Kings 1-2

Card image
Truth Youth 10 April 2024 - PILIHAN PENENTU
2024-04-10 06:14:49


"Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh." (Roma 8:5)

Baru-baru ini jagat maya selalu dipenuhi dengan informasi pem-bully-an di kalangan anak-anak remaja bahkan sampai masuk di lingkungan sekolah. Informasi yang makin diperparah dengan tidak terkontrolnya media sosial yang menyajikan video kekerasan tersebut. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa dunia ini sudah sangat rusak, banyak orang tidak lagi bisa membedakan mana hal baik dan buruk.

Contoh kejadian di atas barulah satu dari ratusan atau bahkan ribuan kasus kejahatan lainnya yang ada di lingkungan sosial kita. Tidak jarang pula ini terjadi pada kita yang mengaku sebagai orang Kristen. Bahkan bisa jadi pula, orang Kristen menjadi pelaku atas tindak kekerasan di lingkungan sosial. Mulai dari candaan verbal sampai kepada candaan fisik. Ini sangat memprihatinkan bagi kekristenan.

Penting sekali kita sedari muda menyadari bahwa segala bentuk yang tidak mendatangkan damai sejahtera merupakan datang dari kerajaan kegelapan atau Iblis. Semua hal yang menyebabkan pertengkaran merupakan kedagingan yang harus ditanggalkan pada setiap kita. Memang banyak bentuk kedagingan yang ada dalam setiap manusia, bahkan Alkitab mencatat dengan lengkap perihal bentuk-bentuk keinginan daging yang jelas merupakan hal yang tidak disukai Allah, ini bisa dibaca dalam Galatia 5:19-21.

Satu hal yang pasti, keinginan daging dan segala bentuk kejahatan manusia hanya bisa berhenti dengan cara orang tersebut hidup dalam pimpinan Roh Kudus. Sebab Roh Kudus akan menuntun kita kepada segala kebenaran Allah. Yang tentunya seluruh kebenaran itu termuat kasih dan kebaikan semata. Dengan hidup dipimpin oleh Roh Kudus, seluruh aspek kehidupan kita akan mengarah kepada kemuliaan Bapa dan Tuhan Yesus saja.

Oleh sebab itu, kesediaan diri untuk dipimpin oleh Roh harus dilakukan oleh setiap kita. Serta rela meninggalkan bentuk keinginan daging dan segala keindahan yang ditawarkan dunia, tanpa kompromi. Maka hidup oleh Roh Kudus harus selalu dari menit ke menit, bahkan dari detik ke detik. Agar kita terus mengalami pertumbuhan dalam perubahan karakter, sampai mengenakan karakter ilahi.

WHAT TO DO:
1. Sediakan diri untuk selalu belajar Firman Tuhan dalam Alkitab, agar mengerti apa yang menjadi keinginan Bapa di surga.

2. Jauhi waktu-waktu atau tempat yang akan mengundang kita jatuh dalam keinginan daging. Ini adalah bentuk perjuangan untuk menanggalkannya.

BIBLE MARATHON:
▪︎1 Raja-raja 1-2

Card image
Renungan Pagi - 10 April 2024
2024-04-10 06:12:59


Kalau kita melayani karena merasa hebat, merasa lebih segala-galanya dari sesama, merasa paling baik dan paling benar dari semua orang, maka lama kelamaan akan menjadi pelayan Tuhan yang sombong. Tetapi kalau melayani Tuhan dengan hati yang tulus, penuh hormat, menghargai anugerah Tuhan dan mengerti bahwa kasih Tuhan tidak dapat kita balas, selain hidup bagi kepentingan-Nya, selama masih diberi waktu di bumi ini.

Maka kita akan mengerti kesempatan dapat mengabdi dan melayani Tuhan adalah anugerah-Nya yang besar dan tidak malu meskipun harus mengambil bagian dalam penderitaan Kristus saat melayani pekerjaan Tuhan. "Dialah yang menyelamatkan dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman.

Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan." Semua hal yang dipahami dari kebenaran firman Tuhan yang kita terapkan dalam pelayanan, akan membuat kita menjadi pelayan Tuhan yang rendah hati dan merasa bahwa yang dilakukan adalah mengabdi bagi kepentingan Tuhan.
(2 Timotius 1:9,12)

Card image
Quote Of The Day - 10 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-10 06:05:33


Orang yang memiliki cara berpikir Tuhan pasti memiliki gaya hidup Tuhan Yesus.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 10 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-10 06:04:34


Kemuliaan bersama Tuhan Yesus itu nyata dan pasti, di mana ada kemeriahan pesta Anak Domba Allah yaitu perjumpaan Tuhan Yesus dengan orang percaya yang setia di dalam Kerajaan Bapa di Surga.

Card image
BOUND BY ENSLAVEMENT - 10 April 2024 (English Version)
2024-04-10 06:01:59


Actually, many people still do not understand the meaning of 'freedom in the Lord.' Since we were young, we have been singing the song "now I am free," and this phrase is often uttered or sometimes said by Christians that they are already free. Are we truly free? De jure (legally), Jesus' death on the cross has freed us from the ownership of dark powers over us. But de facto (in reality), have we truly been freed from dark powers and owned by God? It depends on each individual; whether a person gives himself to be owned by God, controlled, is gripped by God, or allows himself to be owned by the power of darkness.

Those who still live in self-indulgence, self-satisfaction, in hatred, revenge, sin, uncleanness, fornication, dishonesty are people who are those who are still owned by dark powers; de facto he gave himself over to dark powers. That is why, God's word clearly says and this cannot be denied, "Therefore stand firm and do not be subjected to the yoke of slavery any longer" (Galatians 5:1). Don't be shackled any longer by slavery, which means being do not serve your own desires, your lusts. This means being bound by the power of darkness.

Let us willingly give ourselves to be bound or controlled by God. How can this happen or take place in our lives? God's Word in Colossians 3:3 says, "For you died and your life is hidden with Christ in God." Dying to oneself is the way to be owned by God. Death to pleasure, self-gratification, death to our flesh, death to our fleshly desires, is the way to life in God.

Therefore, pay attention to the previous verse, "Seek the things above where Christ is, sitting at the right hand of God. Set your mind on the things above, not on the things on earth." (Colossians 3:2). This is what God teaches us. We must place our hearts and minds in the Kingdom of God. We are dead to the world; we close the door to worldly pleasures, worldly entertainment, and worldly pride. And we feel that we are already in heaven. Our bodies are on earth, and we still have to work to support this flesh and fulfill our responsibilities to our families, to God's work. But we have experienced that we are already in heaven.

We are just waiting for the time our bodies die; our spirits and souls will be lifted. It isn’t easy to enter this realm. But there is no choice because the Lord Himself said, "For "You are dead, your life is hidden with Christ in God." This cannot be explained in words, for this must be fought for! Struggled for in a real and concrete way in life through the truth of the word that transforms the mind through personal prayer or collective prayer so that we can experience what the verse means.

When we can experience the death of the flesh or our old selves, death to the world, death to worldly things, and living for God, just then we can say, “I no longer hope for anything on earth. I no longer await anything on this earth." How strange this kind of life is. How unnatural this kind of life is. But this is the true Christian life. Living life like this doesn't mean we become eccentric. We still have a normal appearance. Of course, we still we have to work to earn a living, to meet the needs of our lives and our family, or the people we are responsible for.

Of course we can still enjoy the sweetness of sugar, delicious food, we can still enjoy the freshness of fruit. But, our hearts are not tied at all. We can take a private car, we can take public transportation. But people whose hearts have truly been placed in the Kingdom of Heaven are people whom God will definitely care for in a special way. We will receive special treatment from God, we will be protected by God even though there are many attacks. And of course, our thoughts will always be focused on how we complete the Father's work in our lives. We strive to find out what tasks the Lord assigns us to do and fulfill them.

Our minds are only focused on the work of the Lord. We only concern ourselves with the work of the Lord. But the Lord takes care of us; the Lord takes care of the people we love and protects them. This is a choice! Perhaps many of us have not reached this level yet. Indeed, this cannot be understood just by thinking when we hear this explanation. We must live it, only then can we experience it. Have a good study!

THOSE WHO STILL LIVE IN THEIR OWN PLEASURE, SELF-SATISFACTION, IN HATRED, REVENGE, SIN, UNCLEANNESS, FORNICATION, DISHONESTY ARE THOSE WHO ARE STILL OWNED BY DARK POWERS. .

Card image
DIBELENGGU OLEH PERHAMBAAN - 10 April 2024
2024-04-10 06:22:13


Sebenarnya banyak orang yang belum mengerti apa maksud ‘merdeka di dalam Tuhan.’ Dari muda kita ikut menyanyi lagu "sekarang saya sudah bebas," dan kalimat itu sering diucapkan atau kadang-kadang diucapkan oleh orang Kristen bahwa diri mereka sudah bebas. Benarkah kita telah bebas? Secara de jure (secara hukum), Yesus di kayu salib membebaskan kita dari kepemilikan (ownership) kuasa gelap atas diri kita. Tetapi apakah secara de facto (secara kenyataan) kita benar-benar telah terbebas dari kuasa gelap dan dimiliki Tuhan? Itu tergantung masing-masing individu; yaitu apakah seseorang memberi diri untuk dimiliki Tuhan, dimiliki oleh kuasa kegelapan.

Orang-orang yang masih hidup di dalam kesenangan diri sendiri, kepuasan diri sendiri—dalam kebencian, dendam, dosa, kenajisan, percabulan, ketidakjujuran—adalah orang-orang yang masih dimiliki kuasa gelap; secara de facto dia memberi diri dikuasai kuasa gelap. Itulah sebabnya, firman Tuhan jelas mengatakan dan ini tidak bisa terbantahkan, "Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan" (Gal. 5:1). Jangan lagi dibelenggu oleh perhambaan, artinya menghamba kepada keinginan-keinginan diri sendiri, nafsu-nafsu diri sendiri. Ini berarti ada dalam belenggu kuasa gelap. 

Mari kita dengan rela memberi diri untuk dibelenggu atau dikuasai oleh Tuhan. Bagaimana hal itu bisa terjadi atau berlangsung dalam hidup kita? Firman Tuhan dalam Kolose 3:3 mengatakan, "Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah." Kematian terhadap diri sendiri adalah jalan untuk dimiliki oleh Tuhan. Kematian dari kesenangan, kepuasan diri sendiri, kematian dari daging kita, kematian terhadap daging kita, adalah jalan untuk hidup dalam Tuhan. 

Oleh sebab itu, perhatikan ayat sebelumnya, "Carilah perkara yang di atas di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." Inilah yang Tuhan ajarkan kepada kita. Kita harus menempatkan hati dan pikiran kita di Kerajaan Tuhan. Kita sudah mati bagi dunia; kita menutup pintu terhadap kesenangan dunia, hiburan dunia, dan kebanggaan-kebanggaan dunia. Dan kita merasa bahwa kita sudah ada di dalam surga. Tubuh kita di bumi, dan kita masih harus bekerja menghidupi daging ini dan memenuhi tanggung jawab terhadap keluarga, terhadap pekerjaan Tuhan. Tetapi kita sudah menghayati bahwa kita sudah ada di dalam surga. 

Kita hanya menunggu waktu tubuh kita meninggal dunia; roh dan jiwa kita akan terangkat. Sulit memasuki wilayah ini. Tetapi tidak ada pilihan karena Tuhan sendiri yang berkata, "Kamu telah mati, hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah." Hal ini memang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, sebab ini harus diperjuangkan! Diperjuangkan secara riil dan nyata dalam hidup melalui kebenaran firman yang mengubah pikiran melalui doa pribadi atau doa bersama sehingga kita bisa menghayati apa artinya ayat tersebut.

Ketika kita bisa menghayati kematian daging atau manusia lama kita; kematian dari dunia, kematian terhadap dunia, dan anehnya kehidupan seperti ini. Betapa tidak wajarnya kehidupan seperti ini. Tetapi inilah kehidupan kristiani yang benar. Menjalani hidup seperti ini bukan berarti kita jadi nyentrik. Kita masih berpenampilan wajar. Tentu kita harus bekerja mencari nafkah, memenuhi kebutuhan hidup dan keluarga kita, atau orang-orang yang menjadi tanggung jawab kita. 

Tentu kita masih bisa menikmati manisnya gula, lezatnya makanan, masih bisa menikmati segarnya buah. Tapi, hati kita tidak terikat sama sekali. Kita bisa naik mobil pribadi, bisa naik kendaraan umum. Tetapi orang yang hatinya benar-benar telah ditaruh di dalam Kerajaan Surga adalah orang yang pasti dipelihara Tuhan secara istimewa. Kita akan mendapat perlakuan Tuhan istimewa, kita dijagai Tuhan walaupun banyak serangan. Dan pastinya, pikiran kita akan selalu tertuju pada bagaimana kita menyelesaikan pekerjaan Bapa dalam hidup kita. Kita berusaha bagaimana menemukan apa yang Tuhan tugaskan kepada kita untuk kita kerjakan dan tunaikan. 

Pikiran kita hanya tertuju pada pekerjaan Tuhan. Kita hanya mengurusi pekerjaan Tuhan. Tapi Tuhan mengurusi kita; Tuhan mengurusi orang-orang yang kita kasihi dan melindungi mereka. Ini pilihan! Mungkin banyak di antara kita belum sampai pada tingkat ini. Memang hal ini tidak bisa dimengerti hanya dengan pikiran ketika kita mendengar penjelasan ini. Kita harus menjalani, baru kita bisa menghayati. Selamat belajar!

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG-ORANG YANG MASIH HIDUP DI DALAM KESENANGAN DIRI SENDIRI, KEPUASAN DIRI SENDIRI DALAM KEBENCIAN, DENDAM, DOSA, KENAJISAN, PERCABULAN, KETIDAKJUJURAN ADALAH ORANG-ORANG YANG MASIH DIMILIKI KUASA GELAP.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 April 2024
2024-04-10 05:05:16

1 Samuel 13-14

Card image
Truth Kids 09 April 2024 - SALING MEMPERHATIKAN
2024-04-09 10:08:48


Filipi 2:2
"karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,"

Hari ini Bella kehilangan pensilnya di sekolah. "Di mana pensilku?" Bella bertanya-tanya. Teman-temannya, Andi dan Jola, segera membantunya mencarinya. "Ada di sini, Bella!" seru Andi sambil menunjukkan pensil yang terselip di bawah buku. Bella tersenyum lega, "Terima kasih, teman-teman!"

Sobat Kids, seperti yang tertulis dalam Filipi 2:2, "karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan." Kasih mengajarkan kita untuk saling memperhatikan dan hidup dalam kesatuan. Ketika Andi dan Jola dengan cepat membantu Bella mencari pensilnya, mereka menunjukkan rasa peduli dan perhatian yang tulus. Betapa indahnya hidup ketika kita saling membantu dan memiliki pikiran yang sama untuk saling berbagi kasih. Mari kita terus berusaha hidup dalam kasih dan kesatuan, sehingga kita dapat menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita.

Card image
Truth Junior 09 April 2024 - SATU FREKUENSI
2024-04-09 10:07:34


Filipi 2:2
“karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,”

Jingga, Lona, dan Bertha sedang mengobrol seru di depan kelas saat jam istirahat. Tiba-tiba Lona ingat berita yang dia dengar tadi pagi. “Kalian tahu tidak, Pak Ahmad katanya jatuh dari motor kemarin sore saat pulang dari sekolah,” tanya Lona. “Wah, kasihan sekali,” Bertha berujar prihatin. “Kita jenguk yuk, nanti sore setelah pulang sekolah. Tapi kalian izin dulu ke orang tua, ya,” ajak Lona kepada teman-temannya itu. Jingga kemudian bersuara, “Tidak mau, ah. Pak Ahmad sering marah dan menghukum aku. Aku tidak mau ketemu dia di luar jam pelajaran,” ujar Jingga sambil kesal. “Jingga, Pak Ahmad sedang kena musibah. Kita harus menunjukkan kasih dan perhatian kita dengan apa yang kita bisa,” bujuk Bertha. Tetap saja Jingga menolak untuk membesuk Pak Ahmad walaupun teman-temannya membujuknya.

Sobat Junior, kenapa Jingga tidak “satu frekuensi” dengan teman-temannya dalam mengasihi Pak Ahmad, guru mereka yang terkenal galak? Ternyata, Jingga jarang beribadah di Sekolah Minggu. Ia hampir tidak pernah ke gereja, apalagi membaca Alkitab. Setiap Minggu ia pergi atau menghabiskan waktu menonton di rumah. Wajar saja kalau Jingga tidak memiliki kasih seperti teman-temannya. Tunjukkan kasih kita kepada siapapun. Jika memang itu kasih dari surga, pasti orang lain bisa sepikir dan setujuan dengan kita.

Card image
Truth Youth 09 April 2024 (English Version) - MOST PRECIOUS
2024-04-09 10:05:32


"But whatever were gains to me I now consider loss for the sake of Christ. What is more, I consider everything a loss because of the surpassing worth of knowing Christ Jesus my Lord, for whose sake I have lost all things. I consider them garbage, that I may gain Christ." (Philippians 3:7-8)

Everyone has something they consider most precious in their life. Some regard family as the most valuable; others prioritize their physical health; some consider time as the utmost priority; and so on. All of this shows that everyone has different assessments of the value of something.

It is not uncommon to find many people out there striving to reach or fight for what is valuable to them. If family is the priority for someone, we can see their struggle to defend their family, starting from preparing their family's future, providing a comfortable home, and ensuring a decent life for the family. If health is the priority, then they will live as cleanly as possible and not eat recklessly. And if time is valuable to someone, they will not waste their life's time on trivial matters.

But do we know that, as Christians, we must understand that there is something most precious? Yes, only God Himself. God becomes the strongest reason for us to live because without God, we are nothing and can do nothing. God is the one who gives life, so it is only right that we realize that God is the most precious in this life and cannot be replaced by anyone or anything else.

When God becomes the most precious in our lives, at the same time, we must continue to strive to leave behind love for the world and all its normalcy. Because it is impossible for both God and the world to be valuable in this life, it means we must choose one. We must not give value to anything other than God. Therefore, we must always have an intimate relationship with God every moment and always long to seek God in every situation. Thus, we place God in the most precious position in our lives.

WHAT TO DO:
1. Relationship with God is obtained by always sitting quietly at the feet of God (praying).
2. Seeking God can only be obtained by reading the Bible, so that we know what God wants in our lives.

BIBLE MARATHON:
- 2 Samuel 23-24

Card image
Truth Youth 09 April 2024 - MOST PRECIOUS
2024-04-09 10:02:55


"Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semua itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus." (Filipi 3:7-8)

Setiap orang memiliki hal yang dianggap paling berharga dalam kehidupannya. Ada yang menjadikan keluarga sebagai hal yang paling berharga dalam hidupnya; ada juga yang menjadikan kesehatan tubuh hal terpenting yang harus dimiliki; lalu ada yang menganggap waktu merupakan hal yang utama bagi dirinya; dan lain sebagainya. Semua ini menunjukkan bahwa setiap orang memiliki penilaian keberhargaan akan sesuatu berbeda-beda.

Tidak jarang kita temui, banyak orang di luar sana berlomba-lomba menggapai atau memperjuangkan apa yang menjadi berharga baginya. Jika bagi orang tersebut keluarga adalah yang utama, maka kita bisa melihat perjuangan mereka untuk membela keluarga, mulai dari persiapan masa depan keluarga, tempat tinggal yang nyaman, dan kehidupan yang layak bagi keluarga. Jika kesehatan menjadi yang utama baginya, maka ia akan hidup sebersih-bersihnya dan tidak makan sembarangan. Dan jika bagi orang tersebut waktu adalah yang berharga, maka pasti tidak akan membuang-buang waktu hidupnya untuk hal yang sia-sia.

Tapi tahukah kita, sebagai orang Kristen harus mengetahui ada hal yang paling berharga loh? Ya, hanya Tuhan itu sendiri. Tuhan menjadi alasan terkuat untuk kita menjalani hidup, sebab tanpa Tuhan kita bukan siapa-siapa dan tidak bisa berbuat apa-apa. Tuhanlah yang memberikan hidup, maka sudah sepantasnya kita sadari bahwa Tuhan paling berharga dalam hidup ini dan tidak dapat tergantikan dengan apa pun dan siapa pun.

Ketika Tuhan menjadi yang paling berharga di dalam kehidupan kita, maka di saat yang sama kita harus terus berjuang meninggalkan percintaan dengan dunia dan segala kewajarannya. Sebab tidak mungkin bisa, Tuhan dan juga dunia menjadi berharga dalam kehidupan ini, artinya kita harus memilih salah satu. Kita tidak boleh memberikan nilai berharga kepada apa pun selain Tuhan. Oleh sebab itu, kita harus senantiasa memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan setiap saat serta selalu rindu mencari Tuhan dalam segala keadaan. Dengan demikian kita menempatkan Tuhan di posisi paling berharga bagi kehidupan kita.

WHAT TO DO:
1. Hubungan dengan Tuhan, didapatkan dengan selalu duduk diam di kaki Tuhan (berdoa).
2. Mencari Tuhan hanya dapat diperoleh dengan membaca Alkitab, agar kita tahu apa maunya Tuhan dalam hidup kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎2 Samuel 23-24

Card image
Renungan Pagi - 09 April 2024
2024-04-09 10:00:59


"Tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil."

Orang yang tidak merenungkan firman Tuhan siang dan malam, maka cenderung menjadi orang yang dipenuhi ketakutan, penuh dengan kekuatiran, kecemasan dan suka hidup dalam dosa. Merenungkan firman Tuhan siang dan malam artinya, diresapi, dihayati dan dilakukan setiap firman Tuhan yang kita baca dan dengar.

Oleh sebab itu orang yang hidupnya berpaut dengan firman Tuhan adalah orang-orang yang bersukacita dan berbahagia, karena dia mengerti hati Tuhan, ketetapan dan jalan-jalan Tuhan, dia mengerti rencana Tuhan dalam hidupnya, serta dia tahu benar apa yang Tuhan janjikan pasti akan digenapi pada waktunya.
(Mazmur 1:2-3)

Card image
Quote Of The Day - 09 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-09 09:38:27


Ciri dari kehidupan orang yang menghayati bahwa dirinya makhluk kekal yaitu akan selalu mencari kebenaran untuk dikenakan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 09 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-09 09:36:29


Jangan terikat lagi dengan masalah apa pun dan siapa pun, tapi persoalkan kekekalan kita!

Card image
TRAINED FAITH - 09 April 2024 (English Version)
2024-04-09 09:34:34


God trains our trust in His Person, the Person of the Father in heaven, the Person of Elohim Yahweh, the God and Father of our Lord, Jesus Christ, when we face problems. The heavier the problem, the more pressed our situation, the more we are trained to trust in His Person. Trust is invisible; it is in the inner being or heart, which of course can be expressed in attitudes and actions. Let's imagine how the Israelites, God's chosen people in flesh and blood, the descendants of Abraham, faced various problems. There God deliberately confronted the Israelites with a choice, to believe in Elohim Yahweh or to believe in something else.

And we see in the Bible how the Lord manifested His glory and help to the Israelites when they put their trust in Him. Just like us, we are also confronted with heavy and complex problems. The more complicated the problem, the more we sharpen our faith. We believe in God that He never leaves us. God teaches us to trust in His promise that He is with us. "The promises of God are pure promises, like silver refined in a furnace on the ground, purified seven times. You, Lord, will fulfill it. You will always guard us against this generation. The wicked strut about on every side while vileness arises among the children of men."

We definitely face many problems. Because we are in the midst of wicked people who are used by dark powers to destroy, hurt and injure us. But there God teaches us to believe His promise that He is with us. Everywhere we will encounter wicked people. If it is said, "The wicked strut about on every side while vileness arises among the children of men," it means that we are in the midst of evil people, in the midst of human wickedness. That situation surely makes us hurt. But we should rely on the Lord, lean on Him.

If we depend and rely on God, it means we must live in truth and holiness. We must live in a blameless and spotless life. We will face the reality where we are faced with the choice of trusting God with a calm and tranquil heart, and relying on God, or we become confused, worried, anxious and angry. The steadfastness of our hearts shows our trust in the living God. Our problems can come from our spouses, parents, children, siblings, close relatives, distant relatives, superiors, subordinates, friends, companions, and others. But remember, we have the living God who defends us.

Don't repay evil for evil. Let's learn not to defend ourselves. It's not easy, but there we confront people who oppose us with God. Confront them with God. Don't expect accidents from people who hurt or harm us. Confront them with God! We are silent, forgive, and seek God; preparing oneself to face eternity or embrace eternity, packing up for the life to come and not being disturbed by the life problems one faces.

If the problem comes from your life partner, it is indeed difficult. Many wives face husband problems; who are evil, arbitrary, domestic violence. It is unimaginable how painful it is for a woman who was once loved, promised to be loved, but it turns out betrayed, hurt, physically and emotionally. But to wives like this, let's look to God, packing up for home to heaven. The world is not our home. Face it with calmness and tranquility. Let the husband face the Lord, meaning bring him to face the Lord. Be silent, silent, silent.

If the person who hurts us is our in-laws, sibling-in-law, our own children, our own parents, anyone, especially family members, be silent! Don't defend yourself in the slightest. It hurts, indeed. Don't think God doesn't exist! Don't think God is silent. Believe He is alive, He is real, He is present! Wait for God to defend us. Many problems we will surely face. But let us pray in the morning, seek God's protection, take refuge under the wings of the Lord, the faithful God.

So, the problems of our life are like a melting pot in the ground that tests and proves that God, Elohim Yahweh whom we worship, is the living God. Have a good walk with God! Have a good life under the shelter of God's wings! Enjoy seeing the glory that God reveals in our respective lives.

THE HEAVIER THE PROBLEM, THE MORE PRESSED OUR SITUATION, THE MORE WE ARE TRAINED TO TRUST IN HIS PERSON.

Card image
IMAN YANG DILATIH - 09 April 2024
2024-04-09 08:33:24


Tuhan melatih kepercayaan kita kepada Pribadi-Nya, Pribadi Bapa di surga, Pribadi Elohim Yahweh, Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus, ketika kita menghadapi masalah. Semakin berat masalah itu, semakin terjepit keadaan kita, semakin kita dilatih untuk memercayai Pribadi-Nya. Kepercayaan itu tidak kelihatan; ada di dalam batin atau hati, yang tentu bisa terekspresi dalam sikap maupun perbuatan. Coba kita membayangkan bagaimana bangsa Israel, umat pilihan Allah secara darah daging, keturunan Abraham, menghadapi berbagai persoalan. Di situ Allah sengaja memperhadapkan bangsa Israel untuk memilih, memercayai Elohim Yahweh atau memercayai yang lain. 

Dan kita melihat dalam Alkitab, bagaimana Tuhan menyatakan kemuliaan dan pertolongan-Nya kepada bangsa Israel ketika mereka menaruh percaya kepada-Nya. Sama dengan kita, kita juga diperhadapkan kepada masalah-masalah berat dan rumit. Semakin rumit masalah itu, semakin kita mempertajam iman kita. Kita percaya kepada Tuhan bahwa Ia tidak pernah meninggalkan kita. Tuhan mengajar kita untuk memercayai janji-Nya bahwa Dia menyertai kita. "Janji Tuhan adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah. Engkau Tuhan yang akan menepatinya. Engkau akan menjaga kami senantiasa terhadap angkatan ini. Orang-orang fasik berjalan ke mana-mana, sementara kebusukan muncul di antara anak-anak manusia."

Kita pasti menghadapi banyak masalah. Karena kita ada di tengah-tengah orang-orang fasik yang dipakai kuasa gelap untuk menghancurkan, menyakiti, dan melukai kita. Tetapi di situ Tuhan mengajar kita untuk memercayai janji-Nya bahwa Ia menyertai kita. Di mana-mana kita akan berhadapan dengan orang-orang fasik. Kalau dikatakan, "Orang-orang fasik berjalan ke mana-mana, sementara kebusukan muncul di antara anak-anak manusia, artinya kita berada di tengah manusia yang jahat, di tengah kebusukan manusia. Keadaan itulah yang pasti membuat kita tersakiti. Tetapi hendaknya kita bergantung kepada Tuhan, bersandar kepada-Nya. 

Kalau kita bergantung dan bersandar kepada Tuhan, berarti kita harus hidup dalam kebenaran dan kesucian. Kita harus hidup di dalam kehidupan yang tak bercacat dan tak bercela. Kita akan menghadapi kenyataan di mana kita diperhadapkan kepada pilihan memercayai Tuhan dengan hati yang teduh, dengan tenang, dan bersandar kepada Tuhan, atau kita menjadi galau, khawatir, cemas, dan gusar. Keteguhan hati kita menunjukkan kepercayaan kita kepada Allah yang hidup. Masalah kita bisa datang dari pasangan hidup, orang tua, anak, saudara, orang dekat, orang jauh, atasan, bawahan, teman, sahabat, dan lain-lain. Tetapi ingat, kita memiliki Allah yang hidup, yang membela kita. 

Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Mari kita belajar tidak membela diri. Itu tidak mudah, tetapi di situ kita memperhadapkan orang-orang yang memusuhi kita dengan Tuhan. Perhadapkan mereka dengan Tuhan. Jangan mengharapkan kecelakaan orang yang menyakiti atau merugikan kita. Perhadapkan mereka dengan Tuhan! Kita diam, mengampuni, dan mencari Tuhan; mempersiapkan diri menghadapi kekekalan atau menyongsong kekekalan, berkemas-kemas memasuki kehidupan yang akan datang dan tidak terganggu dengan masalah-masalah hidup yang dihadapi. 

Kalau masalah itu datang dari pasangan hidup, memang itu berat. Banyak istri yang menghadapi masalah suami; yang jahat, yang sewenang-wenang, KDRT. Tidak bisa dibayangkan betapa sakitnya hati wanita yang dulu dicintai, kepadanya berjanji mencintai, tapi ternyata dikhianati, disakiti, dilukai secara fisik maupun batin. Tapi kepada para istri seperti ini, mari kita pandang Tuhan, berkemas-kemas pulang ke surga. Dunia bukan rumah kita. Hadapi dengan teduh dan tenang. Biarlah sang suami menghadapi Tuhan, artinya bawalah dia untuk berhadapan dengan Tuhan. Diam, diam, diam. 

Kalau yang menyakiti kita adalah mertua, ipar, anak sendiri, orang tua sendiri, siapa pun, apalagi anggota keluarga, diam! Jangan sedikit pun membela diri. Sakit, memang. Jangan pikir Tuhan tidak ada! Jangan berpikir Tuhan diam. Yakini Dia hidup, Dia nyata, Dia hadir! Tunggu Tuhan membela kita. Banyak masalah yang kita pasti akan hadapi. Tetapi mari kita doa pagi, kita mencari perlindungan Tuhan, kita berlindung di bawah kepak sayap Tuhan, Allah yang setia. 

Jadi, masalah-masalah hidup kita seperti dapur peleburan di tanah yang menguji dan membuktikan bahwa Allah, Elohim Yahweh yang kita sembah, adalah Allah yang hidup. Selamat berjalan dengan Tuhan! Selamat hidup di dalam naungan sayap Tuhan! Selamat melihat kemuliaan yang Tuhan nyatakan di dalam hidup kita masing-masing.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEMAKIN BERAT MASALAH ITU, SEMAKIN TERJEPIT KEADAAN KITA, SEMAKIN KITA DILATIH UNTUK MEMERCAYAI PRIBADI-NYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 April 2024
2024-04-09 08:30:43

1 Samuel 9-12

Card image
Truth Kids 08 April 2024 - RAMAH DAN PERHATIAN
2024-04-08 08:59:56


1 Korintus 16:14
"Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!"

Hari ini Leo bermain di taman. Ia menemukan kucing kecil yang terluka. "Aduh, kasihan sekali," ucap Leo sambil mengusap air matanya. "Oh, Tuhan, tolonglah kucing ini," ia berdoa. Tanpa pikir panjang, Leo membawa kucing itu ke tetangganya yang merupakan dokter hewan. Setelah diperiksa dan diobati, kucing itu pun kembali lincah. "Wow kucingnya sudah sembuh!" seru Leo gembira.

Sobat Kids, seperti yang tertulis dalam 1 Korintus 16:14, "Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!" Ketika Leo bertindak dengan kasih terhadap kucing kecil itu, dia menunjukkan sikap yang ramah dan penuh perhatian. Kasih menggerakkan kita untuk bersikap sabar dan memberikan dukungan kepada sesama, bahkan kepada makhluk-makhluk kecil sekalipun. Mari kita berusaha menjadikan kasih sebagai panduan utama dalam setiap tindakan dan perilaku kita. Dengan begitu, kita dapat menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita. Amin.

Card image
Truth Junior 08 April 2024 - PUJIAN
2024-04-08 08:56:08


1 Korintus 16:14
“Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!”

Siapa di antara Sobat Junior yang senang dipuji? Sebagai manusia, merupakan hal yang normal jika kita merasa senang saat dipuji. Kita juga perlu mengucapkan terima kasih kepada orang yang memberi pujian kepada kita. Namun, jangan sampai motivasi kita untuk melakukan segala sesuatu karena mengharapkan pujian dari orang lain, ya, Sobat Junior.

Ayat firman Tuhan yang kita baca hari ini mengingatkan kita mengenai dasar dari segala sesuatu adalah kasih. Dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan, kita perlu melakukannya dalam kasih, bukan untuk memperoleh pujian. Kalau dasar kita melakukan perbuatan baik hanya untuk memperoleh pujian, mungkin kita akan sering kali menjadi kecewa saat tidak ada yang memuji. Bisa jadi perbuatan baik kita hanya sebagai pencitraan, supaya dianggap baik oleh orang lain.

Orang lain bisa saja tidak melihat saat kita melakukan perbuatan baik. Tetapi, percayalah bahwa Tuhan Maha Tahu. Tidak ada yang tersembunyi di hadapan Tuhan. Sekalipun tidak ada orang yang memperhatikan perbuatan baik kita, Tuhan melihatnya. Jika kita memang melakukan segala pekerjaan kita dalam kasih, Tuhan akan happy. Kalian mau buat Tuhan happy, kan, Sobat Junior?

Card image
Truth Youth 08 April 2024 (English Version) - HANG ON WITH JESUS
2024-04-08 08:51:38


"I have said these things to you, that in me you may have peace. In the world you will have tribulation. But take heart; I have overcome the world." (John 16:33)

Hello to you who are reading this reflection. Let's reflect together: Have we ever gone through life without any problems? Our answer would surely be the same—never without problems. That's very human. However, the difference lies in how many of us continue to walk with God through it all. Or do we quickly become disheartened and no longer endure with God? Often, the problems that come our way make us feel disheartened, disappointed, and hurt because it seems like God is not on our side as our condition worsens and we sink deeper.

In John 16:33, it is written that indeed God has said in His word that in this world there is much suffering. The world causes us to fall into its traps and takes away the eternal peace in our hearts. But He explicitly reminds us to always strengthen our hearts because He has overcome this world through the sacrifice of Jesus on the cross to redeem all of our sins. He also reminds us that by remaining steadfast in Him, we will have eternal peace.

The suffering we experience in this world is indeed very painful, but continue to learn to endure in the midst of the storm with Jesus our Savior. Remember every problem or difficulty in life that we have overcome. How grateful our hearts are that everything can be overcome if we walk and endure with Him. He alone holds control over our entire lives. Even though we are sinners, His hands are still open for us to endure and hold onto. Let's not give up to this world. Stay strong, and may the Lord Jesus bless you!

WHAT TO DO:
1. We need to seek spiritually uplifting communities.
2. Find the right time to reflect and build a relationship with God.
3. Pour out all our life problems to Jesus through every prayer.
4. There is no loss in enduring and depending on Him, for He provides eternal peace.

BIBLE MARATHON:
- 2 Samuel 20-22

Card image
Truth Youth 08 April 2024 - HANG ON WITH JESUS
2024-04-08 08:49:02


"Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." (Yohanes 16:33)

Hai kamu yang sedang membaca renungan ini, saya ingin kita refleksi sama-sama : apakah dalam kehidupan ini pernah menjalaninya tanpa masalah? Jawaban kita pasti sama yaitu tidak pernah tanpa masalah. Hal itu sangat manusiawi. Namun, yang menjadi pembeda adalah berapa banyak di antara kita yang tetap berjalan bersama dengan Tuhan? Ataukah malah kita cepat tawar hati dan tidak lagi bertahan bersama dengan Tuhan? Sering kali masalah yang datang membuat kita menjadi tawar hati, kecewa dan terluka karena seolah Tuhan tidak ada di pihak kita karena kondisi kita makin jatuh dan terpuruk.

Di dalam Yohanes 16:33 dituliskan bahwa memang Tuhan sudah mengatakan dalam firman-Nya bahwa di dunia ini isinya banyak penderitaan. Dunia membuat kita terjerumus ke dalam tipu muslihatnya serta mengambil damai sejahtera yang abadi dalam hati kita. Namun secara tegas Tuhan Yesus mengingatkan kita untuk selalu menguatkan hati kita karena Tuhan Yesus telah mengalahkan dunia ini lewat pengorbanan-Nya di kayu salib untuk menebus dosa kita semua. Dia juga mengingatkan kita dengan tetap teguh di dalam Dia, kita akan beroleh damai sejahtera yang abadi.

Penderitaan yang kita alami di dalam dunia ini memang begitu menyakitkan, namun teruslah belajar untuk bertahan di tengah badai bersama Tuhan Yesus Juru Selamat kita. Ingatlah setiap permasalahan atau kesulitan hidup yang sudah kita lalui. Betapa hati kita bersyukur bahwa semua dapat dilalui jika kita berjalan dan bertahan bersama dengan Dia. Hanya Dialah satu-satunya pemegang kendali atas seluruh hidup kita. Sekalipun kita orang berdosa, tapi tangan-Nya tetap terbuka untuk kita dapat bertahan serta memegang tangan-Nya. Jangan sampai kita menyerah kepada dunia ini. Semangat dan Tuhan Yesus memberkati!

WHAT TO DO:
1. Kita perlu mencari komunitas rohani yang membangun kita
2. Temukan waktu yang pas untuk kita bisa refleksi dan membangun relasi dengan Tuhan
3. Curahkan segala permasalahan hidup kita kepada Tuhan Yesus melalui setiap doa
4. Tidak ada ruginya bertahan dan bergantung kepada Dia, karena Dia sumber damai sejahtera abadi

BIBLE MARATHON:
▪︎2 Samuel 20-22

Card image
Renungan Pagi - 08 April 2024
2024-04-08 08:45:05


Orang jujur dan tulus akan dimusuhi oleh orang-orang yang mencari keuntungan dirinya sendiri, ada banyak orang di dalam dunia ini yang mencari keuntungan bagi dirinya sendiri dan menghalalkan segala cara, sementara kejujuran akan membongkar semua kedok semacam ini, kejujuran akan membongkar segala tipu daya dan kepalsuan.

Kejujuran akan menyingkap semua topeng kemunafikan, karena itu orang-orang yang mencari kepentingan pribadi akan menjadi orang-orang yang terancam jika melihat kehadiran orang yang jujur dan tulus. "Perhatikanlah orang yang tulus dan lihatlah kepada orang yang jujur, sebab pada orang yang suka damai akan ada masa depan.

Ketika seseorang hidup untuk mencari keuntungan pribadi, maka dia akan menghalalkan segala cara, tetapi orang jujur dan tulus tidak akan mencari keuntungan pribadi, karena dia tahu ada Tuhan yang sanggup memelihara hidupnya dengan sempurna.

Siapapun kita, apapun usaha, pekerjaan, status, dan dimanapun berada, marilah tetap bergaul intim dengan Tuhan dan berlaku jujur dan tulus dihadapan Tuhan, karena orang-orang yang jujur dan tulus adalah orang-orang yang suka damai dan memiliki masa depan yang cerah di dalam Tuhan.
(Mazmur 37:37)

Card image
Quote Of The Day - 08 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-08 08:19:31


Jangan mengecilkan Tuhan dengan ketakutan kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 08 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-08 08:16:38


Perbuatan baik yang kita lakukan, dinikmati tuhan, diingat dan dicatat oleh tuhan menjadi catatan hidup kita di kekekalan.

Card image
ETERNAL PARTNER - 08 April 2024 (English Version)
2024-04-08 08:15:25


Notice this, that whoever and whatever can accompany or accompany us during our time in this world, must be let go at some point. There is nothing or no one that can be an eternal partner. The eternal partner of humanity is only God. In the Old Testament, the relationship between God and Israel is depicted as a partnership. In the book of Hosea, Israel is depicted as an unfaithful wife to her husband. Like a woman who prostitutes herself, yet the husband still accepts her. Likewise, Elohim Yahweh, with open arms full of mercy, accepts back Israel who betrayed Him. The relationship of Elohim Yahweh with the people is like a a married couple.

In the New Testament, it is also shown to us that our relationship with the Lord Jesus is a bridal relationship. In Ephesians 5:22-33, it is said that the relationship of Christ with us can only be described or analogized as a husband-wife relationship. So the conclusion is, the Lord is the only eternal partner we should have since on earth. Often we ponder and are amazed by what the psalmist witnessed in Psalm 73:25, "Whom have I in heaven but you? And earth has nothing I desire besides You." This verse clearly shows that there is no eternal partner in someone's life, besides God Himself. God is our only Eternal Partner.

In the New Testament, when the Lord Jesus said, "give up everything you have," (Luke 14:33) it means we do not own anything, except God who is ours. When Paul said, "But if we have food and clothing, we will be content with that" (1 Tim. 6:8), it means there is nothing else we need to possess. It is the Lord whom we must possess. Only people who dare to let go of everything can have God and be owned by God. Letting go of everything doesn't mean that we give our money, our possessions to social foundations or to the church. Not like that. But we must realize and acknowledge that everything we have belongs to God. So, firstly, everything we have belongs to God.

Secondly, everything we have, or anything we don't have yet, will not be able to make us happy. Because, the only one who can make us happy is God. With God being happiness, then whatever we have will be able to make us happy. We can become eternal partners if we let go of everything, if we have the principle, "As long as there is food and clothing, that's enough." If we can have the principle, "Whom have I in heaven but You? And earth has nothing I desire besides You," then we can become eternal partners.

It is not without reason that the Apostle Paul said in his letter in 2 Corinthians 11:3, "But I am afraid that just as Eve was deceived by the serpent’s cunning, your minds may somehow be led astray from your sincere and pure devotion to Christ." So, there are cunning individuals that must be guarded against! By which, through the inspiration of the Spirit, Paul is afraid. If Paul says “afraid,” it’s dangerous! And this is something hazardous. Something that can cunningly, slickly, and cleverly deceive many believers so they cannot become eternal partners of God.

When does this happen? It is when we pay attention to something or someone more than we love God, when we wait for something or someone more than we wait for God. And often we get stuck there. We wait, we hope that this problem will be resolved, this need will be fulfilled, this goal will be achieved, actually there someone hopes that he will find happiness, joy, calm or a more comfortable life. Without realizing it, we have betrayed God.

If this happens to new Christians or young people, it is understandable. But if we are old, have entered the period where God will call us, but we still hope for something to make us happy, that means betraying God. There should be nothing more we hope for apart from God. So, in the remaining days of our lives, we only want to seek God. Thank God for bringing us to the community of lovers of the Voice of Truth who are constantly directed towards the new heaven and new earth in the midst of life's struggles. God lifts us up to keep walking towards the New Jerusalem, Eternal Zion.

ONLY PEOPLE WHO DARE TO LET GO OF EVERYTHING CAN OWN GOD AND BE OWNED BY GOD.

Card image
PASANGAN ABADI - 08 April 2024
2024-04-08 08:12:12


Perhatikan ini, bahwa siapa pun dan apa pun yang dapat mendampingi atau menemani kita selama di dunia, harus kita lepaskan suatu saat. Tidak ada sesuatu atau seseorang yang dapat menjadi pasangan abadi. Pasangan abadi manusia hanyalah Tuhan. Di Perjanjian Lama, digambarkan hubungan Allah dengan Israel itu seperti pasangan. Di kitab Hosea, digambarkan Israel seperti wanita yang tidak setia kepada suaminya. Seperti wanita yang melacurkan diri, tetapi suami masih mau menerima. Demikian pula Elohim Yahweh, yang dengan tangan terbuka penuh belas kasihan, menerima kembali Israel yang berkhianat kepada-Nya. Hubungan Elohim Yahweh dengan umat, seperti pasangan. 

Di Perjanjian Baru juga ditunjukkan kepada kita bahwa hubungan kita dengan Tuhan Yesus adalah hubungan mempelai. Dalam Efesus 5:22-33 dikatakan bahwa hubungan Kristus dengan kita itu hanya dapat digambarkan atau dianalogikan dengan hubungan suami istri. Jadi kesimpulannya, Tuhan adalah satu-satunya pasangan abadi yang harus dapat kita miliki sejak di bumi. Sering kali kita merenungkan dan terkagum dengan apa yang disaksikan oleh pemazmur di Mazmur 73:25, "Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi." Ayat itu jelas menunjukkan bahwa tidak ada pasangan abadi di dalam hidup seseorang, selain Tuhan sendiri. Tuhan satu-satunya pasangan abadi kita. 

Di Perjanjian Baru, ketika Tuhan Yesus mengatakan, "Lepaskan segala milikmu,” berarti kita tidak bermilik, selain Tuhan yang menjadi milik kita. Ketika Paulus mengatakan, "Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah" (1 Tim. 6:8), itu berarti tidak ada lagi yang perlu kita miliki. Tuhanlah yang harus kita miliki. Hanya orang yang berani melepaskan segala sesuatu yang bisa memiliki Tuhan dan dimiliki Tuhan. Melepaskan segala sesuatu bukan berarti lalu kita memberikan uang kita, harta kita kepada yayasan-yayasan sosial atau kepada gereja. Bukan demikian. Tetapi kita harus menghayati dan mengakui bahwa semua yang ada pada kita adalah milik Tuhan. Jadi, yang pertama, segala sesuatu yang ada pada kita adalah milik Tuhan. 

Yang kedua, segala sesuatu yang ada pada kita, atau apa pun yang belum kita miliki, tidak akan dapat membahagiakan kita. Sebab, yang dapat membahagiakan kita hanyalah Tuhan. Dengan Tuhan menjadi kebahagiaan, maka apa pun yang ada pada kita akan bisa membahagiakan kita. Kita bisa menjadi pasangan abadi kalau kita melepaskan segala sesuatu, kalau kita berprinsip, "Asal ada makanan dan pakaian, cukup.” Kalau kita bisa berprinsip, "_ Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi,” barulah kita dapat menjadi pasangan abadi. 

Bukan tanpa alasan kalau Rasul Paulus mengatakan dalam suratnya di 2 Korintus 11:3, "Tetapi aku takut kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.” Jadi, ada oknum licik yang harus diwaspadai! Yang oleh karenanya, oleh ilham Roh tentunya, Paulus takut. Kalau sampai Paulus mengatakan "takut,” ini bahaya! Ini sesuatu yang benar-benar membahayakan. Sesuatu yang bisa dengan licik, licin, cerdik, menipu banyak orang percaya sehingga tidak bisa menjadi pasangan abadi Tuhan. 

Bilamana hal itu terjadi? Yaitu ketika kita menaruh perhatian kepada sesuatu atau seseorang lebih dari kecintaan kita kepada Tuhan, ketika kita menanti-nantikan sesuatu atau seseorang lebih dari kita menanti-nantikan Tuhan. Dan sering kita ini terjebak di situ. Kita menanti-nantikan, kita mengharapkan masalah ini selesai, kebutuhan ini terpenuhi, cita-cita ini tercapai, sebenarnya di situ seseorang berharap akan memperoleh kebahagiaan, sukacita, ketenangan atau kehidupan yang lebih nyaman. Tanpa sadar, kita telah mengkhianati Tuhan.

Kalau hal itu terjadi atas orang-orang Kristen baru atau orang-orang yang masih muda, bisa dimaklumi. Tapi kalau kita sudah berumur, sudah memasuki masa-masa di mana Tuhan akan memanggil kita, namun kita masih mengharapkan ada sesuatu yang membahagiakan kita, itu berarti berkhianat kepada Tuhan. Mestinya tidak ada lagi yang kita harapkan selain Tuhan. Jadi, di sisa hari hidup kita ini, kita hanya mau mencari Tuhan. Terima kasih kepada Tuhan yang membawa kita pada komunitas pecinta Suara Kebenaran yang terus diarahkan ke langit baru bumi baru di tengah-tengah pergumulan hidup. Tuhan angkat kita untuk terus berjalan menuju Sion Abadi, Yerusalem Baru.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

HANYA ORANG YANG BERANI MELEPASKAN SEGALA SESUATU YANG BISA MEMILIKI TUHAN DAN DIMILIKI TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 April 2024
2024-04-08 06:39:25

1 Samuel 4-8

Card image
Truth Kids 07 April 2024 - KESABARAN
2024-04-07 10:05:45


1 Korintus 13:4
”Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.”

Soni, Nina dan Ani bersekolah di TK yang sama. Mereka main bersama di taman bermain. "Wah, lihat kupu-kupu cantik!" seru Nina. "Wow, warnanya bagus sekali," timpal Ani. Mereka tertawa ceria, berbagi mainan, dan saling memberikan senyum. Namun, tiba-tiba Ani jatuh dan menangis, "Aduh, sakit!" Nina segera mendekat, "Tenang, Ani. Sini aku bantu, ya. Kita obati dulu lukamu, nanti kita bermain lagi setelah sembuh."

Sobat Kids, kasih adalah dasar hubungan yang kuat. Seperti yang diajarkan dalam 1 Korintus 13:4, kasih itu sabar. Saat kita bersama, kita tertawa dan bahagia, tapi kadang kita juga jatuh dan merasakan sakit. Tapi dalam kasih, kita saling memberikan dukungan, bersabar, dan tumbuh bersama.

Oh Tuhan, ajarilah kami selalu mengasihi dengan sabar seperti kasih-Mu. Amin.

Card image
Truth Junior 07 April 2024 - SABAR
2024-04-07 09:59:20


1 Korintus 13:4
”Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.”

“K-A-S-I-H… K-A-S-I-H… kasih… kasih… kasih…” lagu ini mungkin sering Sobat Junior dengar saat di Sekolah Minggu. Lanjut dalam lirik lagu tersebut, mengatakan bahwa kasih itu sabar, tidak suka marah-marah. Sama halnya pada ayat firman di atas, kasih itu sabar, kasih itu murah hati.

Hari ini kita akan membahas mengenai kasih itu sabar. Siapa yang suka marah-marah dalam keluarga kalian? Jawabannya bisa berbeda-beda. Bisa saja kita menunjuk anggota lain dalam keluarga kita, padahal kita sendiri juga gampang marah.

Kesabaran bukan turun tiba-tiba dalam diri kita, Sobat Junior. Jeng… jeng… Tiba-tiba kita berubah dari orang yang gampang marah menjadi orang sabar. Tidak seperti itu, ya, Sobat Junior. Kesabaran perlu dilatih dalam diri kita. Saat mulai hilang kesabaran, tarik napas dalam-dalam. Ulangi sampai beberapa kali. Hal tersebut akan membantu emosi kita reda. Ingatlah bahwa kita pun manusia yang sering kali berbuat salah. Tapi, Tuhan tidak langsung marah-marah sama kita. Masa kita mau langsung marah kepada orang lain yang berbuat salah kepada kita?

Yuk, kita belajar sabar, Sobat Junior. Tarik napas dalam-dalam, lalu keluarkan pelan-pelan sambil mengingat kasih Tuhan kepada kita.

Card image
Truth Youth 07 April 2024 - TEGUH UNTUK BERDIRI TEGAK
2024-04-07 09:51:15


”Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.” (Yesaya 41:10)

Saya jadi teringat sebuah iklan sampo zaman dulu, di mana aktor yang memerankan berbicara “Pakai hitam, siapa takut?" Sampo itu untuk menghilangkan ketombe di rambut kita sehingga ketika kita menggunakan pakaian hitam, kita tidak takut lagi akan banyak ketombe yang jatuh. Persoalan ketombe saja membuat manusia bisa merasakan takut karena dapat merusak penampilannya. Hal-hal lain yang membuat manusia memiliki rasa takut ada banyak sekali, seperti: sakit, kematian, tidak punya uang, tidak punya pekerjaan, tidak punya pacar, sedikit teman dan lainnya. Berbagai faktor yang membuat kita merasa takut itu sangat sering membuat kita menjadi tidak bergantung kepada Allah Sang Pencipta hidup kita.

Yesaya 41:10 mengajak kita untuk merenungkan bahwa kendali hidup kita ada pada Allah yang memegang. Ia yang paling tahu kebutuhan, kegundahan, kegusaran dan segala hal di dalam kehidupan kita. Rasa takut yang muncul di dalam pikiran dan hati kita karena kita sering kali menggunakan ukuran manusia untuk diukurkan ke dalam diri kita. Misalnya: pencapaian orang lain dalam sukses karier, kita ukurkan harus sama di dalam diri kita. Lalu orang lain di usia yang sama sudah punya pacar, sedangkan kita belum. Ukuran-ukuran itulah yang membuat kita semakin bimbang dan ragu dalam menjalani kehidupan ini. Dengan demikian kita menjadi pribadi yang perlahan melepaskan kendali Allah atas diri kita seutuhnya.

Di dalam renungan kali ini, kita perlu berdiam diri sejenak dan mengingat bahwa sebetulnya Allah tidak pernah melepaskan kendalinya atas hidup kita. Semakin banyak ketakutan yang kita “rawat” di dalam pikiran kita, maka ketakutan itulah yang akan menjadi tuan dan raja atas kita. Rasa takut memang diberikan oleh Tuhan sebagai salah satu bentuk emosi dasar manusia. Namun jangan sampai kita terus “memanjakannya”. Ayo balik berpegangan dengan Tuhan Yesus karena hanya Dia menjadi satu-satunya sumber kekuatan kita. Dia akan selalu memegang tangan kita.

WHAT TO DO:
1.Kita perlu menyadari bahwa kendali hidup kita di tangan Allah bukan rasa takut.
2.Setiap kali muncul rasa takut, tenangkan diri dan paksa diri berdoa.
3.Pikirkan satu hal yang dapat kamu syukuri setiap hari supaya kamu terbiasa berpikir positif.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Samuel 17-19

Card image
Renungan Pagi - 07 April 2024
2024-04-07 09:45:58


Orang yang berlaku curang untuk sementara bisa berhasil, tapi hari-hari selanjutnya penuh dengan ketakutan, hari-harinya penuh dengan emosi, karena dia menyimpan sesuatu yang tidak beres dalam hidupnya, sesuatu itu ibarat bom yang setiap saat bisa meledak dan mencelakakan dirinya maupun orang lain. "Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana, dan tongkat amarahnya akan habis binasa."

Belajarlah menjadi orang yang apa adanya, lalu berkata, "saya tidak boleh curang". Kalau kita pedagang, kalau pebisnis, tidak apa-apa bila hanya untung kecil, yang penting jujur, jangan berbuat curang, karena semakin curang, semakin mengisi hari-hari kita dengan kehancuran. "Orang yang baik hati akan diberkati, karena ia membagi rezekinya dengan si miskin."
(Amsal 22:8-9)

Card image
Quote Of The Day - 07 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-07 09:43:39


Tuhan adalah Pribadi yang tegas, berdaulat penuh atas semua keputusan-Nya tanpa dipengaruhi pihak mana pun.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 07 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-07 09:42:29


Apa yang kita lakukan selama hidup di dunia ini, akan kita tuai di kekekalan.

Card image
FACE-TO-FACE ENCOUNTER - 07 April 2024 (English Version)
2024-04-07 09:40:13


We must strengthen our faith and continue to engrave in our souls the existence of an invisible reality or divine reality or eternal reality. In 2 Corinthians 4:18, it is said, " "For we do not look at what is seen but at what is unseen, for what is seen is temporary, but what is not seen is eternal." This must be believed by us, contemplated upon every moment, so that it becomes something real. The invisible thing, firstly, what we have to contemplate and experience is God's judgment.

Reflect, imagine that we are before the judgment of the Lord, which we will certainly experience. Don't say, "That's for later, Sir!" Instead, it's later, thankfully not now. But because it's later, then we must prepare ourselves. Let there be no sin no matter how small; lies, hypocrisy, anything that is not deemed good by the Lord, anything that is not pleasing in the sight of the Lord. Then what we imagine and contemplate is the face of the Lord Jesus. We will meet the Lord Jesus. Definitely!

The Lord says in John 14:2-3, "I go to prepare a place for you. And if I go and prepare a place for you, I will come again and receive you to Myself; that where I am, there you may be also." We will surely meet face-to-face with the Lord Jesus. Just imagine! This is not something that will not happen or a dream. This will definitely happen. What would the Lord's reaction be towards us at that time? Ironically, not many Christians envision that. Yet, we should envision that.

Like a diligent student studying seriously, attending school seriously, he envisions during exams, what questions will come up. Then he searches for question banks and considers that what he is studying will come up. When we meet the Lord, what issues should we have already resolved? It's terrifying when meeting His Majesty, our Lord Jesus Christ. Don't let the Lord Jesus say, "You are not doing the will of the Father." Envision that! So, now, not later! Consider, what issues have we not resolved yet? Sins, hypocrisy, anything, bad characteristics still attached within us, which the Holy Spirit surely tells us, we must resolve that!

To be separated from the presence of God is dreadful. But those who are not with God since on earth today, cannot possibly be with the Lord forever. There's no impromptu! While on earth, their hearts are distant from God, then after passing away, they are together with God. Impossible! That's why the Lord Jesus teaches us the Lord's Prayer, "Your Kingdom come." This is something difficult, truly difficult. But it's possible, if we are serious and earnest. The Holy Spirit will surely help us so that we can always be in the presence of the Lord. Contemplate, envision the living God so that He becomes real! This is divine reality or reality that invisible.

If this initial contemplation succeeds, it means we can experience God's presence at all times, then we have a heart that fears God so that we do not sin easily, until we cannot sin. And we will be steadfast and firm in facing all circumstances. Maybe we are people who are downcast, insulted, trampled, oppressed, debased, betrayed, considered and treated as filth, but if we can experience the presence of God, we are strong, because God is strong!

The Lord sees those whose hearts are broken. The Lord sees those who are humbled, oppressed, who are helpless, who are weak, who do not retaliate evil with evil, who remain silent, like a dumb lamb. The Lord will surely protect, because the Lord is pleased. Be such a person, do not rebel. "I am humble, Lord. I am lowly, Lord. I have nothing, Lord. I seek refuge in You." But if someone is strong, wealthy, has connections with officials, feels powerful, perhaps he will not seek refuge in the Lord.

So those whom God loves, like Jacob, must have their feet be dislocated. Completely helpless. They will surely fall, unless they embrace the Lord and say, "I will not let You go unless You bless me." It means "I cannot live without You." So, don't wait until our legs are dislocated, broken, destroyed, before embracing the Lord. Now we have embraced God and said, "Don't leave me, Lord.”

Until finally we discover one thing, the person who can now be trusted by God someone who has been crushed by God. Someone whose conscience is clean, Someone who has been crushed and accepted the crushing correctly. Someone whose conscience is pure, who knows this is wrong, this is right. So, humble our hearts! Don't be arrogant! Bring the Kingdom of Heaven into our lives. Make the Lord real in our lives. Make heaven our only hope, and walk with the Lord Jesus every day, before meeting face-to-face!

MAKE HEAVEN OUR ONLY HOPE, AND WALK WITH THE LORD JESUS EVERY DAY, BEFORE MEETING FACE-TO-FACE!

Card image
BERTEMU MUKA DENGAN MUKA - 07 April 2024
2024-04-07 09:37:14


Kita harus menguatkan iman kita dan terus menggoreskan di dalam jiwa kita, adanya realitas yang tidak kelihatan atau realitas ilahi atau realitas kekekalan. Dalam 2 Korintus 4:18 dikatakan, "Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal." Hal ini harus kita yakini, kita renungkan setiap saat, sehingga menjadi sesuatu yang riil. Yang tidak kelihatan itu, yang pertama, yang harus kita renungkan dan hayati adalah pengadilan Tuhan. 

Renungkan, bayangkan kita ada di hadapan pengadilan Tuhan, yang itu pasti kita akan alami. Jangan berkata, “Itu nanti, Pak!” Justru itu nanti, syukur bukan sekarang. Tetapi karena nanti, maka kita harus mempersiapkan diri. Jangan ada dosa sekecil apa pun; dusta, kemunafikan, apa pun yang tidak dinilai baik oleh Tuhan, yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Lalu yang kita bayangkan dan renungkan adalah wajah Tuhan Yesus. Kita akan bertemu dengan Tuhan Yesus. Pasti! 

Tuhan berkata di dalam Yohanes 14:2-3, "Aku pergi menyediakan tempat bagimu dan setelah Aku menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali menjemput kamu, supaya di mana Aku ada, kamu ada.” Kita pasti bertemu muka dengan muka dengan Tuhan Yesus. Coba bayangkan! Ini bukan sesuatu yang tidak akan terjadi atau mimpi. Ini pasti terjadi. Kira-kira apa reaksi Tuhan terhadap kita pada waktu itu? Ironis, tidak banyak orang Kristen yang membayangkan itu. Padahal, mestinya kita membayangkan hal itu. 

Seperti seorang murid yang serius belajar, serius sekolah, dia membayangkan pada waktu ujian, soal apa yang bakal keluar. Lalu dia mencari bank soal dan memikirkan bahwa apa yang sedang dia pelajari itu akan keluar. Kalau kita bertemu Tuhan, soal apa yang kita sudah harus selesaikan? Sangat mengerikan, ketika bertemu dengan Yang Mulia, Tuhan kita Yesus Kristus. Jangan sampai Tuhan Yesus berkata, "Kamu tidak melakukan kehendak Bapa.” Kita bayangkan itu! Jadi, mumpung sekarang, bukan nanti! Perkarakan, soal apa yang kita belum selesaikan? Dosa, kemunafikan, apa pun, karakter buruk yang masih melekat di dalam diri kita, yang pasti Roh Kudus beritahu, kita harus selesaikan itu! 

Terpisah dari hadirat Allah itu mengerikan. Tapi orang yang tidak bersama dengan Tuhan sejak di bumi hari ini, tidak mungkin bersama dengan Tuhan selamanya. Tidak ada dadakan! Waktu di bumi, hatinya menjauh dari Tuhan, lalu setelah meninggal dunia, bersama-sama dengan Tuhan. Tidak mungkin! Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengajar kita Doa Bapa Kami, "Datanglah Kerajaan-Mu.” Ini sesuatu yang sulit, benar-benar sulit. Tetapi bisa, kalau kita serius dan sungguh-sungguh. Roh Kudus pasti menolong kita agar bisa selalu di hadirat Tuhan. Merenungkan, membayangkan Allah yang hidup sehingga Ia menjadi nyata! Ini realitas ilahi atau realitas yang tidak kelihatan. 

Jika perenungan pertama ini sukses, artinya kita bisa menghayati kehadiran Tuhan setiap saat, maka kita memiliki hati yang takut akan Allah sehingga kita tidak mudah berbuat dosa, sampai tidak bisa berbuat dosa. Dan kita akan teguh dan kokoh menghadapi segala keadaan. Mungkin kita adalah orang yang terpuruk, dihina, diinjak, ditindas, direndahkan, dikhianati, dianggap dipandang seperti kotoran, tapi kalau kita bisa menghayati kehadiran Tuhan, kita kuat, karena Allah kuat!

Tuhan melihat orang yang hatinya remuk. Tuhan melihat orang yang direndahkan, yang tertindas, yang tidak berdaya, yang lemah, yang tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, yang diam, seperti domba kelu. Tuhan pasti melindungi, karena Tuhan berkenan. Jadilah orang seperti itu, jangan memberontak. "Aku hina, Tuhan. Aku rendah, Tuhan. Aku tidak punya apa-apa, Tuhan. Aku berlindung kepada-Mu.” Tapi kalau orang kuat, kaya, punya relasi pejabat, merasa kuat, mungkin dia tidak akan berlindung kepada Tuhan. 

Maka orang-orang yang dikasihi Tuhan seperti Yakub, kakinya harus dipelecokkan. Tidak berdaya sama sekali. Pasti jatuh, kecuali dia rangkul Tuhan dan berkata, "Aku tidak melepaskan Engkau, sebelum Engkau memberkati aku." Artinya "Aku tak dapat hidup tanpa Engkau.” Jadi, jangan menunggu kaki kita dipelecokkan, dihancurkan, baru memeluk Tuhan. Sekarang kita sudah memeluk Tuhan dan berkata, "Jangan tinggalkan aku, Tuhan.” 

Sampai akhirnya kita menemukan satu hal, orang yang sekarang bisa dipercayai Tuhan adalah orang yang pernah diremukkan Tuhan. Orang yang nuraninya bersih, orang yang pernah diremukkan dan menerima peremukan itu dengan benar. Orang yang murni nuraninya, yang tahu ini salah, ini benar. Jadi, rendahkan hati kita! Jangan sombong! Hadirkan Kerajaan Surga dalam hidup kita. Buatlah Tuhan nyata dalam hidup kita. Jadikan surga sebagai pengharapan kita satu-satunya, dan berjalanlah dengan Tuhan Yesus setiap hari, sebelum bertemu muka dengan muka!

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JADIKAN SURGA SEBAGAI PENGHARAPAN KITA SATU-SATUNYA, DAN BERJALANLAH DENGAN TUHAN YESUS SETIAP HARI, SEBELUM BERTEMU MUKA DENGAN MUKA!

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 April 2024
2024-04-07 09:32:46

1 Samuel 1-3

Card image
Truth Kids 06 April 2024 - KASIH
2024-04-06 12:25:40


Galatia 5:13 ”Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.”

Di sebuah desa kecil yang dipenuhi dengan warna-warni bunga dan cahaya matahari, tinggallah sekelompok anak-anak TK yang selalu penuh semangat. Setiap hari mereka berlarian di sekitar taman, menyanyikan lagu-lagu riang, dan belajar tentang dunia di sekitar mereka.

Suatu hari, mereka melihat seorang nenek tua tersandung di jalan setapak. "Wah! Ada nenek jatuh!" mereka berseru kaget. Dengan cepat mereka berlari mendekat untuk membantunya berdiri. "Cucu-cucu, terima kasih banyak," ucap nenek itu sambil tersenyum bahagia.

Dalam Galatia 5:13, Tuhan mengajarkan kita untuk saling melayani dengan kasih. Ketika Sobat Kids menolong nenek itu, mereka tanpa sadar mencerminkan kasih yang diajarkan oleh Tuhan. Kasih bukan hanya kata-kata, tapi lebih dari itu, kasih tercermin melalui tindakan nyata kita kepada sesama. Mari kita jadikan kasih sebagai gaya hidup kita sehari-hari.

Card image
Truth Junior 06 April 2024 - KEMERDEKAAN
2024-04-06 12:23:38


Galatia 5:13p
”Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.”

Sobat Junior, kalimat pertama dari ayat firman Tuhan yang kita baca hari ini menyatakan bahwa kita telah dipanggil untuk merdeka. Kemerdekaan atau kebebasan yang diberikan Tuhan tentu saja harus digunakan dengan benar, ya, Sobat Junior. Kalimat selanjutnya dalam Galatia 5:13 mengatakan bahwa kemerdekaan itu seharusnya digunakan untuk melayani seorang yang lain dengan kasih.

Kita diberi kebebasan untuk memilih dan berbuat sesuatu. Kita tidak diciptakan sebagai robot yang hanya bisa melakukan sesuatu sesuai program yang diinput ke dalam robot tersebut. Manusia adalah makhluk paling istimewa yang Tuhan ciptakan. Manusia punya kebebasan untuk memilih, mau hidup dalam dosa atau mau hidup sesuai kehendak Tuhan. Manakah yang Sobat Junior pilih?

Tentu saja kita akan memilih untuk hidup sesuai kehendak Tuhan, kan? Walaupun sebenarnya bisa saja kita memilih untuk hidup suka-suka diri kita sendiri, namun setelah kita menerima kasih dari Tuhan, kita seharusnya tidak tega membuat Tuhan sedih. Saat kita mengaku dan memilih untuk mengasihi Tuhan, seharusnya kita juga mengasihi sesama. Bagaimana, Sobat Junior, apakah kalian siap menggunakan kemerdekaan yang diberikan untuk melayani orang lain dengan kasih Tuhan?

Card image
Truth Youth 06 April 2024 (English Version) - COMPLETE TRUST
2024-04-06 06:28:41


"Trust in the LORD with all your heart, and do not lean on your own understanding. In all your ways acknowledge him, and he will make straight your paths." (Proverbs 3:5-6)

We have all entrusted something to someone who is skilled to help us. For example, when we go to the salon to get a haircut, we trust in the expertise of the salon team to ensure that our haircut turns out well and as desired. Or when we board an airplane, we must fully trust the pilot and co-pilot who are taking us to our destination because they are trained and skilled in their field. If we don't have full trust, for example, when getting a haircut, if we constantly doubt and question the salon team every time they want to cut our hair, the result will not be optimal because our doubts interrupt their work. Similarly, when flying, if we were to enter the cockpit and question things we are uncertain about to the pilots, they would become unfocused and endanger the flight.

When it comes to trusting God, just trust, without too many "buts." God is the one who created the earth and everything in it, who created us humans, so why wouldn't we trust and doubt Him? These doubts often interrupt the work of God's hands and His plans in our lives. Trusting, but... Trusting half-heartedly? Trusting is either yes or no. If you're following God, you can't be half-hearted; you have to be willing to dive in completely or not at all. As recorded in Proverbs 3:5-6, trust in the Lord with all and every part of your heart, not on your own thoughts and understanding. When we trust completely, that's when God will reveal new understandings in our lives. Trusting in God isn't just about aspects of our lives, A, B, or C, but it's comprehensive, trusting in His presence and support throughout our lives.

WHAT TO DO:
Learn to trust in God completely.

BIBLE MARATHON:

- 2 Samuel 14-16

Card image
Truth Youth 06 April 2024 - COMPLETE TRUST
2024-04-06 06:26:34


”Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” (Amsal 3:5-6)

Kita pasti pernah memercayakan suatu hal kepada orang yang sudah ahli untuk membantu kita. Misal saat kita ke salon untuk potong rambut, tentu kita percaya akan keahlian tim salonnya supaya bentuk potongan rambut kita bagus dan sesuai. Atau pada saat kita pergi naik pesawat, kita harus sepenuhnya percaya kepada pilot dan co-pilot yang membawa kita sampai pada tujuan, karena merekalah yang sudah dilatih dan ahli dalam bidangnya. Kalau kita gak percaya penuh, misal pada saat memotong rambut, setiap kali tim salon mau memotong kita selalu ragu dan mempertanyakan, hasilnya pasti tidak maksimal, karena keraguan kita menginterupsi cara kerja mereka. Begitupun saat naik pesawat, masa kita ke ruang kendali lalu mempertanyakan hal-hal yang kita ragu kepada pilot, pasti mereka menjadi tidak fokus dan lebih membahayakan penerbangan.

Yang namanya percaya Tuhan, ya percaya saja, tidak usah dengan banyak “tapi”. Tuhanlah yang menciptakan bumi dan isinya, yang menciptakan kita manusia, masa kita gak percaya dan meragukan-Nya? Keraguan-keraguan inilah yang sering kali menginterupsi kerja tangan Tuhan dan rencana Tuhan dalam kehidupan kita. Percaya sih, tapi. Percaya kok setengah-setengah? Kalau percaya itu antara iya atau tidak. Kalau ikut Tuhan tentu tidak bisa setengah-tengah, harus mau totalitas nyemplung atau gak usah sama sekali. Seperti yang tercatat dalam Amsal 3:5-6, percaya kepada Tuhan dengan segenap dan segenap, bukan pada pikiran dan pengetahuan kita sendiri. Saat kita percaya secara komplit, di situlah Tuhan akan membukakan pengertian-pengertian baru dalam kehidupan kita. Memercayai Tuhan bukan hanya dalam segi kehidupan kita yang A, B atau C, tapi secara menyeluruh, dalam seluruh kehidupan kita percaya bahwa kehadiran dan penyertaan-Nya itu nyata.

WHAT TO DO:
Belajar memercayai Tuhan dengan totalitas

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Samuel 14-16

Card image
Renungan Pagi - 06 April 2024
2024-04-06 05:45:13


Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi anak-anak-Nya, lalu pernahkah berpikir serius, sudahkah kita memberikan yang terbaik untuk Tuhan? Jika tidak pernah serius memperhatikan hal itu, berarti kita jahat dan bodoh, sebab tidak menghargai pemberian terbaik yang telah diberikan oleh Tuhan, yaitu nafas hidup, pemeliharaan, perlindungan dan banyak lagi yang lainnya.

"Berilah dan kamu akan diberi; suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."

Yang harus kita lakukan adalah mulai memberikan hidup yang terbaik, waktu harus yang terbaik, pemikiran harus yang terbaik, pelayanan harus yang terbaik, persembahan harus yang terbaik, dan apapun yang kita buat untuk Tuhan harus yang terbaik, karena kita tidak akan pernah rugi kalau memberi yang terbaik bagi Tuhan, sebab ukuran yang dipakai akan diukurkan kepada kita.
(Lukas 6:38)

Card image
Quote Of The Day - 06 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-06 05:41:53


Tuhan adalah Pribadi yang tidak kompromi terhadap apa yang bertentangan dengan prinsip keadilan, kesucian dan kebenaran-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 06 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-06 05:40:08


Kita benar-benar mau fokus di kehidupan yang akan datang, memandang hidup dengan lensa kekekalan, supaya kita mempersiapkan diri layak di hadapan Allah.

Card image
IN HIS HEART - 06 April 2024 (English Version)
2024-04-06 05:28:24


We must humbly consider whether we might still be lost from the presence of God. Let us not fail to recognize ourselves. We may feel that we are already in the house of the Lord, yet we are outside of the Lord's heart. Physically, we may be inside the church; organizationally, we may be activists, or even pastors, but in reality, we are outside the heart of God, outside the Father's heart. So, how dreadful is this condition if we are still found to be outside of God's heart.

Those who are not in God's heart are lost. If one is outside of God's heart, surely God is also outside of theirs. We might say, "God is in my heart," but let us examine if indeed God is in our hearts. Remember, God does not desire a portion of our hearts; He desires our entire heart. If we only give a portion of our heart, God is not there. Because the word of God says in the Gospel of Matthew 6:24 that believers cannot, must not have two masters. Only God is our one and only Master, or none at all.

As pastors, congregation servants, or theology school lecturers, we might have gone through years where we only gave a portion of our hearts. There's a part within our hearts-no matter how small-that we give to others or personal pleasures. In reality, that means we are lost. In God's extraordinary patience, God waits for us to wake up like the "prodigal son" in Luke 15; waiting for our return. Praise God, through life experience, over time, God rebukes, God reminds us so that we realize that we are lost.

Like the youngest son rebuked through his circumstances, his poverty, until he had to become a swineherd. In fact, for Jews, swine is forbidden. The prodigal son not only tends pigs but also eats pig food. How lowly, how impoverished! Those who are not in God's heart are despicable, lowly, impoverished in the eyes of God, even though they may be materially rich. They will never be 'in Abraham's bosom.' Meaning, they will never be in an honorable place. So, let us examine ourselves, are we the lost ones or not.

If we want to be people who are not lost, make God the only happiness; give our entire hearts and lives only to God, not to anyone else! Maybe people judge us with various judgments. Don't make it a problem. Instead, it triggers us to be earnest and await God's judgment. We continue to reflect and appreciate that there's God's judgment. All will be opened before God; who and how each of us is. So, don't make room for anyone or anything, especially for sin!

Redemption by the blood of Jesus for our lives has the consequence that all our lives belong to God. There is no space in our lives, in our hearts that deserves to be given to something or someone. Everything is just worthy, fit to be offered to God! So if we are still lost, still outside of God's heart, let's come home! Come on, turn around and repent because God is definitely not in our hearts! God will not be in the hearts of people who are still divided. The space in our hearts must be completely dedicated to God. This is a big problem.

We still often keep various pleasures to ourselves and do not question whether it pleases God or not, whether it's pleasing to God. Because we drift, drown in those pleasures and think that is our happiness. Without it, we're not happy. Terrifying! We are grateful that God reminds us on this occasion that those who do not properly place God in their lives will not be properly placed in His heart either. "I act holy to those who are pure in heart," thus says the Lord. (Psalms 18:26 to the pure You show Yourself pure, but to the devious You show Yourself shrewd).

So if we don't treat God appropriately and properly, God will also not treat us appropriately and properly. Indeed, new Christian believers who are immature, when living recklessly, doing as they please, God still embraces them, like parents embracing underage children. But we must not persist in doing as we please. We must become people who please God, who only want to obey God's will, whose principle is like Jesus' principle in John 4:34, "My food is to do the will of Him who sent Me and to finish His work." Only with a life principle like this, we can place the Father, place Jesus in our hearts, and our hearts become the Father's palace, our bodies become God's house; the temple of the Holy Spirit.

THOSE WHO DO NOT PROPERLY PLACE GOD IN THEIR LIVES WILL NOT BE PROPERLY PLACED IN HIS HEART EITHER.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 April 2024
2024-04-06 05:21:37

Ruth 1-4

Card image
DI HATI-NYA - 06 April 2024
2024-04-06 05:18:35


Kita harus dengan rendah hati mempertimbangkan, jangan-jangan kita sebenarnya masih terhilang dari hadirat Tuhan. Jangan sampai kita tidak mengenal diri kita sendiri. Kita merasa bahwa kita sudah ada di dalam rumah Tuhan, padahal kita ada di luar rumah Tuhan. Secara fisik ada di dalam gereja, secara organisasi menjadi aktivis, bahkan menjadi pendeta, tapi sebenarnya kita ada di luar hati Tuhan, di luar hati Bapa. Jadi, betapa mengerikan keadaan ini kalau sampai ternyata kita masih ada di luar hati Tuhan. 

Orang yang belum ada di hati Tuhan adalah orang yang terhilang. Orang yang di luar hati Tuhan, pasti Tuhan juga di luar hatinya. Kita mungkin berkata, "Tuhan di hatiku,” mudah mengucapkan kalimat itu. Tapi coba periksa, apakah benar Tuhan di hati kita? Ingat, Tuhan tidak menginginkan sebagian hati kita; Tuhan menghendaki segenap, seluruh hati kita. Kalau kita hanya memberikan sebagian hati kita, Tuhan tidak ada di situ. Karena firman Tuhan mengatakan di Injil Matius 6:24 bahwa orang percaya tidak bisa, tidak boleh memiliki dua tuan. Hanya Tuhan satu-satunya Tuan kita, atau tidak usah sama sekali.

Sebagai pendeta, pelayan jemaat, atau dosen Sekolah Tinggi Teologi, rasanya kita pernah melewati tahun-tahun di mana kita hanya memberi sebagian hati. Ada bagian di dalam hati kita—sekecil apa pun itu—yang kita berikan untuk yang lain, atau kesenangan pribadi. Sejatinya, itu berarti kita terhilang. Di dalam kesabaran hati Tuhan yang luar biasa, Tuhan menanti kita sadar seperti "anak terhilang" di Lukas 15; ditunggu kepulangan kita. Puji Tuhan, lewat pengalaman hidup, dalam perjalanan waktu, Tuhan menegur, Tuhan mengingatkan sehingga kita sadar bahwa ternyata kita terhilang.

Seperti anak bungsu yang ditegur melalui keadaannya, kemiskinannya, sampai ia harus menjadi penjaga babi. Padahal, bagi orang Yahudi, babi itu haram. Anak terhilang bukan hanya menjaga babi, melainkan makan makanan babi. Betapa rendahnya, betapa miskinnya! Orang yang tidak ada di dalam hati Tuhan adalah orang yang hina, yang rendah, yang miskin dalam pemandangan mata Tuhan, walaupun mungkin secara materi kaya. Ia tidak akan pernah ada ‘di pangkuan Abraham.’ Artinya, tidak akan pernah ada di tempat terhormat. Jadi, mari kita periksa diri kita, kita ini orang yang terhilang atau tidak. 

Kalau kita mau menjadi orang yang tidak terhilang, jadikan Tuhan satu-satunya kebahagiaan; beri seluruh ruangan hati dan hidup kita hanya untuk Tuhan, bukan untuk yang lain! Mungkin orang menilai kita dengan berbagai penilaian. Jangan jadikan itu masalah. Justru hal itu memicu kita untuk bersungguh-sungguh dan menantikan pengadilan Tuhan. Kita terus merenungkan dan menghayati ada pengadilan Tuhan. Semua akan dibuka di hadapan Allah; siapa dan bagaimana kita masing-masing. Jadi, jangan memberi ruangan untuk siapa pun dan apa pun, apalagi untuk dosa! 

Penebusan oleh darah Yesus atas hidup kita memberi konsekuensi bahwa segenap hidup kita adalah milik Tuhan. Tidak ada ruangan hidup, ruangan hati kita yang pantas diberikan kepada sesuatu atau seseorang. Semua hanya pantas, layak dipersembahkan bagi Tuhan! Jadi kalau kita masih terhilang, masih ada di luar hati Tuhan, ayo pulang! Ayo, balik dan bertobat karena Tuhan pasti tidak ada di dalam hati kita! Tuhan tidak akan ada di hati orang yang masih mendua. Ruangan hati kita harus sepenuhnya dipersembahkan bagi Tuhan. Ini persoalan besar. 

Kita masih sering menyimpan berbagai kesenangan diri sendiri dan tidak memperkarakan hal tersebut berkenan di hadapan Tuhan atau tidak, hal ini menyenangkan Tuhan atau tidak. Sebab kita hanyut, tenggelam di dalam kesenangan-kesenangan itu dan berpikir itulah kebahagiaan kita. Tanpa itu, tidak bahagia. Mengerikan! Kita bersyukur kalau Tuhan mengingatkan kita pada kesempatan ini bahwa orang yang tidak menempatkan Tuhan secara benar di dalam hidupnya, tidak akan ditempatkan Tuhan secara benar juga di hati-Nya. "Aku berlaku suci bagi orang yang suci hatinya,” demikian firman Tuhan.

Jadi kalau kita tidak memperlakukan Tuhan secara patut dan pantas, Tuhan pun juga tidak akan memperlakukan kita dengan pantas dan patut. Memang orang-orang Kristen baru yang belum dewasa, ketika hidup sembarangan, suka-suka sendiri, Tuhan masih peluk, seperti orang tua yang peluk anak di bawah umur. Tapi kita tidak boleh terus-menerus dalam keadaan suka-suka sendiri. Kita harus menjadi orang yang suka-suka Tuhan, yang hanya mau menuruti kehendak Tuhan, yang prinsipnya seperti prinsip Tuhan Yesus di Yohanes 4:34, "Makanan-Ku melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” Hanya dengan prinsip hidup seperti ini, kita bisa menempatkan Bapa, menempatkan Tuhan Yesus dalam hati kita, dan hati kita menjadi istana Bapa, tubuh kita menjadi rumah Tuhan; bait Roh Kudus.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG TIDAK MENEMPATKAN TUHAN SECARA BENAR DI DALAM HIDUPNYA, TIDAK AKAN DITEMPATKAN TUHAN SECARA BENAR JUGA DI HATI-NYA. .

Card image
Truth Kids 05 April 2024 - MENGASIHI SEPERTI TUHAN YESUS
2024-04-05 14:56:42


1 Yohanes 3:18
"Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran."

Tuhan Yesus mengasihi kita dengan mati di kayu salib. Ia menebus dosa dan kesalahan yang kita perbuat. Itu adalah bukti kasih Tuhan Yesus kepada kita semua. Kira-kira Sobat Kids kalau kita mau seperti Tuhan Yesus, apa yang harus kita lakukan ya?

Nah... saat kita mengasihi teman kita, jangan bicara "teman-teman lihat nih, aku mengasihi Sena." Bukan kasih yang seperti itu, ya. Saat mengasihi teman, kita dapat menunjukkannya dengan perbuatan. Saat Sena kesulitan, kita bisa membantunya. Contohnya saat Sena sedang belajar tetapi lupa membawa penghapus, kamu bisa meminjamkan penghapus itu atau memberikannya kepada Sena. Bukan hanya itu, ketika kamu mengasihi temanmu, buktikanlah dengan membantu mereka, atau menghibur saat mereka sedang sedih, atau menjaga mereka. Itu namanya mengasihi.

Jadi, Sobat Kids, saat mengasihi teman-teman, kita harus membuktikannya dengan perbuatan kita, ya. Selamat mengasihi.

Card image
Truth Junior 05 April 2024 - KASIH YANG BENAR
2024-04-05 14:03:45


1 Yohanes 3:18
“Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran."

“yang Saranghaeyeo..” Hayoo, siapa yang tidak kenal kata sangat popular itu? Kata tersebut berasal dari bahasa Korea yang artinya “I love you.” Biasanya kata itu sering kali hanya sebatas ucapan. Apa sebenarnya arti mengasihi atau menyayangi? Dalam ayat firman Tuhan hari ini, dikatakan kita seharusnya mengasihi dalam perbuatan dan dalam kebenaran. Namun, sudahkah kita menunjukkan kasih kepada orang lain?

Kemarin kita sudah belajar bahwa Tuhan telah mengasihi kita terlebih dahulu. Jadi, sepatutnya kita juga mengasihi sesama karena Tuhan telah mengasihi kita. Mengasihi sesama bukan hanya dengan kata-kata, melainkan dengan perbuatan dan dalam kebenaran.

Contoh kasus yang pertama: Melihat temannya kesulitan dalam menjawab pertanyaan ulangan Matematika, Tono merasa kasihan. Ia pun memberikan bantuan jawaban kepada temannya.

Contoh kasus yang kedua: Tini melihat temannya kesulitan dalam mengerjakan soal ulangan Matematika. Walaupun merasa kasihan, Tini tidak membantu memberikan jawaban. Ia berencana mengadakan belajar bersama sebelum ulangan berikutnya, sehingga dapat membantu teman yang kesulitan. Dari dua contoh kasus di atas, manakah yang menunjukkan kasih dalam perbuatan dan kebenaran? Tentu saja kasus nomor 2, ya, Sobat Junior.

Kasih yang kita tunjukkan kepada orang lain bukan hanya untuk berbuat baik, melainkan juga harus melakukan perbuatan yang benar sesuai dengan firman Tuhan.

Card image
Truth Youth 05 April 2024 - WORRY NO MORE!
2024-04-05 13:37:40


"Have I not commanded you? Be strong and courageous. Do not be frightened, and do not be dismayed, for the LORD your God is with you wherever you go." (Joshua 1:9)

Romans 8:31 records that if God is for us, who can be against us? It means that the power of God to protect and safeguard us from anything and anyone is strong and immense. Just like when we were children, our parents let us walk on our own even though we were still stumbling and not fully able to walk. But even then, our parents were watchful, ready to support us if we were about to fall. Everything was under their watchful eye. They wouldn't let us fall and get hurt. Even if we did fall, they would pick us up, hold us close, and provide support so we wouldn't lose hope.

God's presence in our lives is like that too. He gives us free will, but everything is under His watch. He won't let us fall flat, and even if we do, He will still support and lift us up. As young people, we may not fully understand the world and its contents yet, but when we choose to walk with God in everything we do, do not hesitate or think twice, God surely watches over us. It's very easy to doubt God's presence because there are times when God seems silent and unresponsive. It feels like we're left alone to walk and get lost. But it's precisely in those moments that our faithfulness is tested. Again, it's about how we respond when faced with such situations. If we choose to continue trusting in God and believe that He will always be there with us, it means our hearts are steadfast and we truly trust God, then we will not hesitate to move forward. As long as we continue to bring God into every aspect of our lives, He will surely continue to watch over us.

WHAT TO DO:
1. Learn to trust in God's real presence.
2. Reduce worry and instead strengthen and fortify your heart in God.

BIBLE MARATHON:
- 2 Samuel 12-13

Card image
Renungan Pagi - 05 April 2024
2024-04-05 13:35:47


Alkitab berkata kamu adalah surat Kristus yang terbuka, yang dapat dibaca oleh semua orang, jadi kalau hidup kita merugikan, menyakitkan dan mematahkan semangat orang, menjadi batu sandungan dan mengadu domba satu sama lain, maka surat apa yang terbaca oleh orang lain?

"Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia." Tentunya bukan surat penderitaan, surat kepahitan, surat iri hati dan hal buruk lainnya, tetapi yang Kristus kehendaki adalah surat kemuliaan, yaitu surat di mana orang dapat melihat bahwa ada Pribadi Tuhan dalam kehidupan kita.

Orang lain tidak bisa melihat Yesus, tetapi seharusnya orang-orang dapat melihat Kristus melalui anak-anak-Nya setiap hari. Ketika kita yang menyebut diri sebagai anak-anak Tuhan, pengikut Kristus, maka harus dapat menjadi surat Kristus yang terbuka, sehingga orang lain dapat membaca Pribadi Kristus melalui kehidupan kita.
(2 Korintus 3:3)

Card image
Quote Of The Day - 05 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-05 13:31:21


Kemudahan hidup dapat membutakan mata seseorang terhadap realitas hakikat Allah yang dahsyat.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 05 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-05 13:02:59


Kalau kita berpikir dengan cara berpikir kekekalan bahwa kita pasti mati, di mana kita akan menghadapi kekekalan, kita akan diadili, maka kita akan takut akan Allah.

Card image
MUST BE TRAINED - 05 April 2024 (English Version)
2024-04-05 13:01:24


We want to abandon religious methods, which are only covered by liturgy and ceremonial, which are human games and full of hypocrisy. That doesn't mean we no longer have liturgy or services like churches generally do, we still have them. But more than that, we want to truly seek God and experience an encounter with God. The quality of our meetings is not determined by our singing, vocal, musical abilities, etc., which involve technical matters, but is determined by our daily life journey, whether we truly live in communion with God or not. God is looking for those whose hearts continually have a relationship with Him, and that is something we can do, and indeed we must do.

Frankly, many Christians, including some of us, are still unfamiliar with God, so the Kingdom of Heaven is also unfamiliar with us. We are with God only when we go to church to follow the liturgy, and even in church, someone may not be focused. In general, failure to focus. Therefore, we must have a relationship with God at all times. There should be no blank spots with God. There's always a connection. This is what the Bible means by "Pray without ceasing." Prayer without ceasing doesn't mean we only fold our hands, kneel in the prayer room, but we must be aware that we are heading to the Father's House.

We are travelers on our way to the Father's House, and indeed we are all on a journey, we will definitely be at the end of that journey. And at the end of our life's journey, may we be welcomed by God, because the Kingdom of Heaven knows us. So we must not only be Christians, but we must have a relationship with God at all times, and that must be trained from minute to minute. People who live in the presence of God are definitely different; in their joy, the light of their life, their courage to face struggles. For a servant of God, the 'wetness' when he prays or sings or worships is visible.

Without realizing it, we often act unfaithful to God. Praise God, even though we are unfaithful, God is still faithful. And now, after understanding this, besides saying "Do not leave me, Lord," we also say to ourselves, "Do not leave God." Not leaving God, is not just remaining a Christian or going to church, but having a connection, having a relationship with God at all times. In essence, what do we seek in this life? What do we hope for? What we strive for, we endeavor, we will eventually let go of, or have to let go of. Whoever is around us, whom we possess, and feel possess us, must also be let go. This doesn't mean we think fatalistically, because we still have to think realistically.

So, the words of the psalmist are extraordinary, "Whom have I in heaven but You?" Meaning, there is nothing we will take with us. "And there is nothing on earth that I desire besides You." Don't split focus on anything or anyone. So when we work, our focus is certainly on work, but all for God. As a housewife, we do our duties as a housewife+, but above that focus, we do it all for God. We must become children of God who are truly proper, who are truly excellent. And it has to be trained.

As soon as we wake up, start guarding our eyes, have the determination, "Today I want to walk with God, I live in Your presence, Lord, I live before You," and that must be our happiness. Looking at the new day, welcoming a new day, walking second by second, minute by minute, hour by hour, until we will sleep again at night, lying down in bed, we have the joy of walking with God. And that must be practiced. This is something that is not easy , because the rhythm of our life is an atheist rhythm, the rhythm of not having God. Only having God at certain times, outside of that there is no God. But now we want to be people who believe in God all the time.

As soon as we wake up, begin to guard our eyes, have the determination, "Today I want to walk with God, I live in Your presence, Lord, I live before You," and that should be our happiness. Looking at the new day, welcoming the new day, stepping second by second, minute by minute, hour by hour, until we will sleep again at night, lying down in bed, we have the joy of walking with God. And that must be trained. This is not something easy because the rhythm of our lives, it's the rhythm of atheism, the rhythm of not being with God. Being with God only at certain times, outside of that not with God. But now we want to be people with God at all times.

So when we come to face God, we are already connected, we are not looking for His face, we are already used to being connected; and this is not easy. But there is no life more beautiful than a life in communion with God. This is our privilege, namely being able to live in God's presence at all times, to live before God at all times. When we carry out all activities, we are before God, and it depends on us, not on anyone else, to remain in the appreciation of God's living presence. Let us be truly people with God, so that we truly experience God every moment. It is our treasure that we will take with us into eternity.

To be honest, we often tear and damage God's presence. Firstly, when we have pleasures that God does not like, that God does not partake in, which are only directed at ourselves, we lose His presence like like mist rising. Secondly, when we sin. It feels like we want to persuade God, it hurts. But that's where we learn to live in holiness and purity. Until we dare not sin any more, there is no pleasure whatsoever. Don't let us get to the point where we no longer have the flexibility to commune (hang out) with God, because we can't.

DON'T JUST BE CHRISTIANS, BUT WE MUST HAVE A RELATIONSHIP WITH GOD AT ALL TIMES, AND THAT MUST BE TRAINED FROM MINUTE TO MINUTE. .

Card image
HARUS DILATIH - 05 April 2024
2024-04-05 05:29:20


Kita mau meninggalkan cara-cara beragama, yang hanya dibalut oleh liturgi, seremonial, yang mana itu merupakan permainan manusia dan penuh kemunafikan. Bukan berarti kita tidak lagi memiliki liturgi atau kebaktian seperti pada umumnya dilakukan gereja, kita masih memilikinya. Tetapi lebih dari itu, kita mau sungguh-sungguh mencari Tuhan dan mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Kualitas dari pertemuan kita tidak ditentukan oleh kemampuan menyanyi, vokal, musik, dan lain sebagainya, yang menyangkut teknis, tetapi ditentukan oleh perjalanan hidup kita setiap hari, apakah kita sungguh-sungguh hidup dalam persekutuan dengan Tuhan atau tidak. Allah mencari orang-orang yang hatinya terus memiliki hubungan dengan Tuhan, dan itu bisa kita lakukan, dan memang harus kita lakukan.

Terus terang banyak orang Kristen, termasuk sebagian kita, yang masih asing dengan Tuhan, sehingga Kerajaan Surga juga asing terhadap kita. Kita ber-Tuhan hanya pada waktu kita ke gereja mengikuti liturgi, dan di gereja pun belum tentu seseorang itu fokus. Pada umumnya gagal fokus. Maka, mesti kita memiliki relasi dengan Tuhan setiap saat. Tidak ada wilayah blankspot dengan Tuhan. Selalu ada hubungan. Itu yang dimaksud Alkitab sebagai "Berdoalah tiada berkeputusan.” Doa tiada berkeputusan, bukan berarti kita hanya melipat tangan, berlutut di ruang doa, melainkan kita harus ada dalam kesadaran bahwa kita sedang menuju Rumah Bapa. 

Kita adalah musafir-musafir yang sedang menuju Rumah Bapa, dan memang semua kita sedang ada dalam perjalanan, yang pasti kita akan ada di ujung perjalanan tersebut. Dan di akhir perjalanan hidup kita, kiranya kita disambut Tuhan, karena Kerajaan Surga mengenal kita. Jadi kita jangan hanya beragama Kristen, tetapi kita harus memiliki hubungan dengan Tuhan setiap saat, dan itu harus dilatih dari menit ke menit. Orang yang hidup di hadirat Tuhan, pasti beda; dalam sukacitanya, cahaya hidupnya, keberaniannya menghadapi pergumulan. Bagi seorang hamba Tuhan, ‘basahnya’ waktu dia berdoa atau menyanyi atau menyembah itu nampak. 

Tanpa kita sadari, sering kita bersikap tidak setia kepada Tuhan. Puji Tuhan, walaupun kita tidak setia, Tuhan tetap setia. Dan sekarang, setelah kita mengerti hal ini, selain kita berkata "Jangan tinggalkan aku, Tuhan," kita juga berkata kepada diri sendiri, "Jangan tinggalkan Tuhan." Jangan tinggalkan Tuhan, bukan hanya tetap menjadi Kristen atau ke gereja, tapi setiap saat memiliki koneksi, memiliki hubungan dengan Tuhan. Sejatinya, kita mau cari apa sih hidup ini? Apa sih yang kita harapkan? Apa yang kita usahakan, kita upayakan, pada akhirnya akan kita lepas, atau harus dilepaskan. Siapa pun yang ada di sekitar kita, yang kita miliki, dan merasa memiliki kita, juga harus dilepaskan. Ini bukan berarti kita berpikir fatalistik, karena kita tetap harus berpikir realistis. 

Jadi, perkataan pemazmur itu luar biasa, “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau?” Artinya, tidak ada yang akan kita bawa. “Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.” Jangan berbagi fokus kepada apa pun dan siapa pun. Jadi kalau kita kerja, fokus kerja tentunya, tapi semua untuk Tuhan. Sebagai ibu rumah tangga, mengerjakan tugas sebagai ibu rumah tangga, tapi di atas fokus itu kita melakukannya semua untuk Tuhan. Kita harus menjadi anak-anak Allah yang benar-benar proper, yang benar-benar unggul. Dan itu harus dilatih. 

Begitu bangun tidur, mulai menjaga mata kita, miliki tekad, “Hari ini aku mau berjalan bersama Tuhan, aku hidup di hadirat-Mu, Tuhan, aku hidup di hadapan-Mu," dan itu harus menjadi kebahagiaan kita. Menatap hari yang baru, menyongsong hari yang baru, menapaki detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, sampai nanti kita akan tidur lagi pada malam hari, merebahkan diri di pembaringan, kita memiliki sukacita berjalan dengan Tuhan. Dan itu harus dilatih. Ini sesuatu yang tidak mudah, karena irama hidup kita, itu irama ateis, irama tidak ber-Tuhan. Ber-Tuhannya hanya waktu-waktu tertentu, di luar itu tidak ber-Tuhan. Tapi sekarang kita mau menjadi orang yang ber-Tuhan setiap saat. 

Jadi waktu kita datang menghadap Tuhan, kita sudah connect, tidak mencari-cari wajah-Nya, kita sudah biasa connect; dan ini tidak mudah. Tapi tidak ada kehidupan yang lebih indah dari kehidupan yang bergaul dengan Tuhan. Ini merupakan hak istimewa kita, yaitu bisa hidup di hadirat Tuhan setiap saat, hidup di hadapan Allah setiap saat. Ketika kita melakukan segala kegiatan, kita ada di hadapan Tuhan, dan itu tergantung dari kita, bukan tergantung siapa-siapa, tetap di dalam penghayatan akan kehadiran Tuhan yang hidup. Mari kita menjadi orang-orang yang ber-Tuhan dengan benar, sehingga kita benar-benar mengalami Tuhan setiap saat. Itu adalah harta kita yang akan kita bawa ke keabadian. 

Sejujurnya, kita sering kita menyobek dan merusak hadirat Tuhan. Yang pertama, pada waktu kita memiliki kesenangan-kesenangan yang Tuhan tidak berkenan, yang Tuhan tidak ikut menikmatinya, yang itu hanya tertuju pada diri sendiri, kita kehilangan hadirat-Nya seperti kabut itu naik kabutnya. Yang kedua, pada waktu kita berbuat dosa. Rasanya kita mau membujuk-bujuk Tuhan, sakit. Tapi di situlah kita belajar untuk hidup dalam kekudusan dan kesucian. Sampai kita tidak berani berbuat dosa lagi, tidak ada kesenangan apa pun. Jangan sampai kita berada pada titik di mana kita tidak punya kelenturan lagi untuk bergaul dengan Tuhan, karena kita tidak sanggup.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JANGAN HANYA BERAGAMA KRISTEN, TETAPI KITA HARUS MEMILIKI HUBUNGAN DENGAN TUHAN SETIAP SAAT, DAN ITU HARUS DILATIH DARI MENIT KE MENIT.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 05 April 2024
2024-04-05 05:22:42

Hakim-hakim 19-21

Card image
Truth Kids 04 April 2024 - SONI MEMAAFKAN
2024-04-04 12:47:39


Efesus 4:32
”Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.”

Aku adalah seorang anak kecil yang selalu senang dan bersemangat saat datang ke sekolah ataupun ke Sekolah Minggu. Namaku Soni, dan umurku 6 tahun. Setiap hari aku datang ke sekolah untuk belajar, bertemu temanku dan bermain bersama mereka. Pada saat itu, Hesty bermain bersamaku. Kami sedang membuat menara yang tinggi dari mainan. Kami membuat menaranya sampai tinggi sekali. Aku dan Hesty menjadi lelah.

Saat kami menyusun mainan, Wasti dan Rara berlari-larian di sekitar kami. Aku pun berkata kepada mereka, "Kalian main lari-larian di luar kelas aja. Nanti kalian menabrak menara kami." Tetapi mereka menjawab, "Tenang saja, Kami ga akan mengenai menara kalian." Tiba-tiba brukkkk! Wasti terjatuh dan menabrak menara yang dibuat olehku dan Hesty. Aku dan Hesty menjadi kesal kepada mereka, "Tuh, kan benar! Jadi roboh menaranya. Huhhhh!" Rara dan Wasti lalu berkata "Aduhh, kami minta maaf, ya. Maafkan, ya, Soni, Hesty..."

Sobat Kids, ketika memiliki kasih di dalam diri kita, tentu saja kita mampu memaafkan orang yang melakukan kesalahan kepada kita. Sama seperti Tuhan Yesus yang memaafkan kesalahan kita, kita pun harus memaafkan kesalahan orang lain.

Card image
Truth Junior 01 April 2024 - KASIH YANG MEMAAFKAN
2024-04-04 12:45:16


Efesus 4:32
”Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.”

Sudah sejak tiga hari lalu kita membahas tentang kasih. Kita tidak dapat melakukan kasih dengan tulus dan ikhlas tanpa Tuhan yang memberi kekuatan. Tuhan selalu setia menemani dan mendengar seruan kita minta tolong kepada-Nya.

Hari ini kita mau belajar kasih yang memaafkan. Apakah Sobat Junior sudah memiliki kasih yang memaafkan, jika orang-orang sekitar kita tidak baik ataupun berbuat jahat kepada kita? Tuhan Yesus sudah memberi teladan bagi kita, Sobat Junior. Ingat tidak, pada saat Tuhan Yesus akan ditangkap hingga disalib, ada kejadian-kejadian yang dapat kita pelajari. Dimulai dari kejadian seorang prajurit yang ditebas telinganya oleh Simon Petrus karena ingin menangkap Yesus. Nama prajurit itu adalah Malkus. Tetapi apa yang dilakukan Tuhan kepada Malkus? Tuhan mengambil telinganya dan menyembuhkannya kembali. Artinya, Tuhan tidak marah; Tuhan memaafkan. Lalu, pada saat Tuhan Yesus dipaku di atas kayu salib dan di kanan/kiri-Nya ada dua penjahat, ketika salah satu penjahat meminta Tuhan mengampuni dosanya, dalam Lukas 23:42-43 dituliskan, “Lalu ia berkata: ‘Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.“ Tuhan memaafkan penjahat itu. Saat di kayu salib, Yesus juga berkata kepada Allah Bapa: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk. 23:34). Tuhan minta kepada Bapa untuk mengampuni orang-orang yang menyalibkan Dia.

Begitu besar kasih Tuhan kepada kita semua. Walaupun kita banyak melakukan dosa, Tuhan selalu memaafkan ketika kita datang memohon pengampunan kepada-Nya. Tuhan Yesus tidak dapat menyangkal diri-Nya yang penuh kasih, berubah menjadi pribadi yang pendendam dan jahat. Kita harus bersyukur kalau kita memiliki Tuhan yang penuh kasih. Kasih-Nya selalu tulus, tanpa pamrih, selalu memaafkan, dan tidak pernah mendendam. Itulah kasih sejati yang dapat kita teladani dari Gembala Agung kita, Tuhan Yesus. Sobat Junior, mari selalu mempraktikkan kasih Tuhan di dalam kehidupan ini.

Card image
Truth Youth 04 April 2024 - TRULY YOU
2024-04-04 12:42:04


"And we know that for those who love God all things work together for good, for those who are called according to his purpose." (Romans 8:28)

There is no struggle that does not bear fruit. Even worldly laws attest to this, let alone the law of God, which is founded on love. Each of us has surely gone through school exams. We can respond in two ways: First, well in advance, we study and prepare ourselves for the material to be tested, so that we can pass the exam. Second, we could choose to play and go out with friends, taking the exam lightly. Of course, with the second approach, the likelihood of not passing increases because we're not making a sincere effort to study. But the result we receive will be the clear evidence, whether we pass or fail.

As Romans 8:28 states, God works in all things to bring good to those who love Him. Everything is made good according to God's plan and design. But again, it depends on how we respond to this. Jesus willingly died on the cross to redeem our sins, and this is given freely to us who choose to follow Him. However, on the other hand, God also has order; it means that it's not a free pass once we're redeemed, and then we can sin as we please and be forgiven without consequences. There are consequences when we make mistakes and sin. But when we confess our sins before God and strive not to repeat them, when we earnestly consider how we live to please Him, God's presence, help, and power become evident in our lives. It's important to note that when we sincerely strive to live to please God, the results we receive are not just material; for material needs, God surely provides, but beyond that, He also watches over those around us, our parents, and our family. In essence, living in alignment with God is the best choice we will never regret. Even though we may stumble, with God, everything can be overcome.

WHAT TO DO:
1. Cultivate a habit of responding appropriately to God's grace.
2. Learn to trust in God's plan wholeheartedly.

BIBLE MARATHON:
- 2 Samuel 8-11

Card image
Truth Youth 04 April 2024 - SUNGGUH NYATANYA KAU
2024-04-04 12:40:16


”Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28)

Tidak ada perjuangan yang tidak membuahkan hasil. Hukum dunia saja mengatakan demikian, apalagi hukum Tuhan yang berlandaskan kasih. Setiap kita pasti pernah melalui ujian-ujian sekolah. Kita bisa meresponi dengan 2 cara: Pertama, jauh hari sebelumnya kita belajar mempersiapkan diri bahan apa saja yang diujikan, supaya kita bisa lulus ujian tersebut. Kedua, kita bisa saja memilih untuk main dan pergi sama teman, dan menganggap enteng ujian tersebut. Tentu dengan cara kedua, kemungkinan untuk tidak lulus semakin besar, karena kita tidak berjuang untuk belajar sungguh-sungguh. Tapi hasil yang akan diterima adalah bukti nyatanya, apakah kita lulus atau malah lolos.

Seperti yang Roma 8:28 katakan, bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi- Nya. Segala sesuatu dibuat baik adanya sesuai gambaran dan rencana Tuhan. Tapi kembali lagi, tergantung bagaimana kita meresponi hal ini. Tuhan Yesus rela mati di kayu salib untuk menebus dosa kita, dan hal ini diberikan secara free untuk kita yang memilih untuk ikut Tuhan. Tapi di sisi lain, Allah juga memiliki tatanan, artinya gak semena-mena kita telah ditebus, lalu kita berbuat dosa sesuka kita maka diampuni dan selesai. Tetap ada konsekuensi, saat kita berbuat kesalahan dan dosa. Tapi saat kita mengakui dosa kita di hadapan Tuhan lalu berusaha dan berjuang untuk tidak mengulanginya, dengan begitu sungguh-sungguh kita memerhatikan cara kita hidup supaya berkenan di hadapan-Nya, kehadiran Tuhan, pertolongan dan kuasa Tuhan itu nyata dalam kehidupan kita. Yang perlu dicatat hanya satu, saat kita bersungguh-sungguh mau berjuang hidup berkenan di hadapan Tuhan. Hasil yang kita terima, bukan secara materi saja, kalau untuk keperluan materi, Tuhan pasti jagai, terlebih dari itu, Tuhan pun menjagai orang-orang sekitar kita, orang tua dan keluarga kita. Intinya, hidup berjalan ikut Tuhan adalah pilihan terbaik yang kita gak akan sesali, walaupun kita sudah hampir terseok-seok, tapi semua pasti bisa dilewati bersama Tuhan.

WHAT TO DO:
1.Membiasakan diri meresponi anugerah dari Tuhan secara tepat
2.Belajar memercayai rencana Tuhan dengan penuh

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Samuel 8-11

Card image
Renungan Pagi - 04 April 2024
2024-04-04 06:57:30


Apapun yang kita berikan tidak ada maknanya kalau melakukannya dengan terpaksa, dengan sungut-sungut dan dengan hitung-hitungan, tetapi apapun yang kita kerjakan buat Tuhan, akan berarti kalau melakukannya dengan ucapan syukur bukan dengan beban.

"Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia."

Apapun yang kita kerjakan untuk Tuhan tidak akan pernah rugi, dan Alkitab berkata "Jerih payahmu dalam Tuhan tidak sia-sia". Karena Tuhan tidak pernah berhutang, DIA pasti akan memberkati kita menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya.
(1 Korintus 15:58)

Card image
Quote Of The Day - 04 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-04 06:54:33


Kehidupan ini bukan dari siapa-siapa, melainkan dari Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 04 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-04 06:53:23


Orang yang berkompetisi untuk kekekalan, pasti hidupnya menjadi berkat bagi sesama.

Card image
NOT AFRAID - 04 April 2024 (English Version)
2024-04-04 04:53:32


Honestly, our belief in God is often not firm. Especially in difficult conditions, sometimes it seems like God is not helping His work. Often God seems unwilling to understand the difficulties of His work. But there, God wants to train us to place our trust in Him. God only wants to say, "More than all the problem-solving I can do, I want your heart to trust in Me completely without suspicion." We certainly have difficulties, but are we willing to lean our heads on God's shoulders?

If we truly believe that God is alive and exists, end our way of life before God. End our path in the presence of God. Pray, ask, start today walking with God. Then say, “If there is anything in my life that makes You uncomfortable, I am willing to remove it and let it go.” Do it, don't touch sin, don't live carelessly. So if we look at a gadget and see something that is not worth seeing, skip it. Because we know, God is not pleased. We don't want to make God uncomfortable in our lives. Deal with God.

Do not play around. Precision, accuracy in all actions, we learn step by step. Can't do it in one day. Even if we walk with our life partner, we need time to adjust. Adjustment to God also takes time because there is a sin nature within us. Walk with the Holy Spirit, follow the will of the Spirit. If we live according to the Spirit, then we become children of God. Otherwise, we are not God's children. So, the title of children of God is not just a status, but an existence where we have accuracy in acting always in accordance with God's will.

As servants of God, to be honest, we still often miss the mark; not only in everyday life, but even in the pulpit we often miss the mark. God rebuked, "When you speak like that you are exaggerating, when you talk like that you are not sincere, when you talk like that you are boasting about yourself, when you talk like that you attack people." Then we start asking, "Lord, what should I do so that I don't miss?" The answer is that if we don't miss the mark in our daily lives, we won't miss the mark in the pulpit either. If we are sincere in our days, we will also be sincere in the pulpit. If we see the congregation with love in our daily lives, then we will also preach with love.

We must adapt ourselves to God, not God adapting to us. We synchronize our will with God's will. So, if we believe that God is alive, walk with Him, so that when we die, there is no fear at all. If the color of our life is white on earth, then our color will also be white in heaven. So if the color of our life is brown now, don't dream of entering heaven. But if we walk with God, when we have conditions that are not pleasing, God will surely speak. Our souls are disturbed. Hobbies that we shouldn't do, habits that God doesn't approve of, God will surely let us know.

There is no greater blessing than God Himself. So, have God, believe that He is alive, He is present and experience an encounter with Him every day in the sanctity of life. Sit quietly for hours at God's feet. At least 30 minutes of meditation at home. God must be real in our lives. And people who experience God, the charm of their lives is extraordinary. Meet God every day. Strengthen your heart to trust Him. Don't suspect God even in difficult situations, because God often allows us to be in difficult situations so that we have a believing heart and that glorifies God.

God promised Abraham descendants as numerous as the stars in the sky, but God gave him a child after 25 years of waiting. And after having a child, he was asked to sacrifice him, but Abraham did not hesitate to do so. May our life restoration happen when we walk with God. For the servants of God, "Do not be afraid! The work we do belongs to God. Just be calm, the important thing is we do it well. Fulfill our part and let God fulfill the rest."

Moreover, when we walk with God, we will experience many things that we never thought of and prove that He is alive. How beautiful it is to meet God. There is no day without prayer. Meet God in our room. Present Him, then He will be present with the angels. God will use our lives for God's glory. Our health, economy, children, grandchildren, our family brings glory to God. He is alive, He is real, so we must experience God.

IF WE BELIEVE THAT GOD IS ALIVE, WALK WITH HIM, SO THAT WHEN WE DIE, THERE IS NO FEAR AT ALL. .

Card image
TIDAK TAKUT - 04 April 2024
2024-04-04 04:49:06


Sejujurnya, percaya kita kepada Allah sering tidak bulat. Apalagi pada kondisi-kondisi sulit, kadang-kadang Tuhan seperti tidak membantu pekerjaan-Nya. Sering Tuhan seakan-akan tidak mau mengerti kesulitan pekerjaan-Nya. Tetapi di situ Tuhan mau melatih kita untuk menaruh percaya kepada-Nya. Tuhan hanya mau berkata, “Lebih dari semua penyelesaian masalah yang bisa Kubuat, Aku mau hatimu bulat percaya kepada-Ku tanpa curiga.” Kita pasti punya kesulitan, tapi maukah kita menyandarkan kepala kita di bahu Tuhan? 

Kalau kita sungguh-sungguh memercayai Allah itu hidup dan ada, akhiri jalan hidup kita di hadapan Tuhan. Akhiri jalan kita di hadirat Alllah. Berdoalah, mintalah, mulai hari ini berjalan dengan Tuhan. Lalu katakan, “Jika ada sesuatu dalam hidupku yang membuat Engkau tidak nyaman, aku bersedia membuang dan melepaskannya.” Lakukan, jangan menyentuh dosa, jangan sembarangan hidup. Maka kalau kita melihat gadget dan melihat ada hal-hal yang tidak patut dilihat, lewati. Karena kita tahu, Tuhan tidak berkenan. Kita tidak mau membuat Tuhan tidak nyaman dalam hidup kita. Berurusanlah dengan Tuhan.

Jangan main-main. Ketepatan, akurasi dalam seluruh tindakan, kita pelajari tahap demi tahap. Tidak bisa dalam satu hari. Kita berjalan dengan pasangan hidup kita saja perlu waktu untuk bisa penyesuaian. Penyesuaian dengan Tuhan juga perlu waktu karena ada kodrat dosa dalam diri kita. Berjalan dengan Roh Kudus, ikuti kehendak Roh. Kalau kita hidup menurut Roh, barulah kita menjadi anak-anak Allah. Jika tidak, kita bukan anak-anak Allah. Jadi, sebutan sebagai anak-anak Allah bukan hanya status, melainkan keberadaan di mana kita punya ketepatan, akurasi bertindak selalu sesuai dengan kehendak Allah. 

Sebagai hamba Tuhan, sejujurnya, kita masih sering meleset; bukan hanya pada waktu sehari-hari, tetapi di mimbar pun kita sering meleset. Tuhan tegur, “Waktu kamu bicara demikian kamu berlebihan, waktu bicara itu tidak tulus, waktu kamu bicara itu kamu membanggakan diri, waktu kamu bicara begitu kamu menyerang orang.” Lalu kita mulai bertanya, “Tuhan, saya harus bagaimana supaya saya tidak meleset?” Jawabnya adalah kalau hidup keseharian kita tidak meleset, di mimbar pun kita tidak akan meleset. Kalau di hari-hari kita tulus, maka di mimbar juga akan tulus. Kalau hari-hari hidup kita melihat jemaat dengan penuh kasih, maka kita juga berkhotbah dengan kasih.

Kita harus menyesuaikan diri dengan Tuhan, bukan Tuhan yang menyesuaikan diri dengan kita. Kita menyinkronkan kehendak kita dengan kehendak Tuhan. Maka, kalau kita percaya Allah hidup, berjalanlah dengan Dia, sehingga waktu kita meninggal, tidak ada takutnya sama sekali. Kalau warna hidup kita putih di bumi, maka warna kita juga akan putih di surga. Jadi kalau sekarang warna hidup kita coklat, jangan mimpi masuk surga. Tetapi kalau kita berjalan dengan Tuhan, ketika kita memiliki keadaan yang tidak berkenan, Tuhan pasti bicara. Jiwa kita terganggu. Hobi-hobi yang tidak patut kita lakukan, kebiasaan-kebiasaan apa yang Tuhan tidak berkenan, Tuhan pasti akan beri tahu.

Tidak ada berkat yang lebih besar selain Tuhan sendiri. Maka, miliki Tuhan, yakini Dia hidup, Dia hadir dan alamilah perjumpaan dengan Dia setiap hari dalam kesucian hidup. Duduk diamlah berjam-jam di kaki Tuhan. Paling tidak 30 menit meditasi di rumah. Allah harus menjadi riil dalam hidup kita. Dan orang yang mengalami Tuhan, pesona hidupnya luar biasa. Temui Tuhan setiap hari. Kuatkan hati memercayai Dia.  Jangan mencurigai Tuhan walau dalam keadaan-keadaan sulit, karena Tuhan sering mengizinkan kita dalam keadaan sulit supaya kita mempunyai hati yang percaya dan itu memuliakan Tuhan. 

Allah menjanjikan anak kepada Abraham sebanyak bintang di langit, tetapi Allah memberikan anak setelah 25 tahun penantian. Dan setelah punya anak, disuruh menyembelihnya, tetapi Abraham tidak ragu melakukan. Kiranya pemulihan hidup kita terjadi ketika kita berjalan bersama dengan Tuhan. Bagi para hamba Tuhan, “Jangan takut! Pekerjaan yang kita lakukan itu milik Tuhan. Tenang saja, yang penting kita kerjakan dengan baik. Penuhi bagian kita dan selebihnya Tuhan yang penuhi.” 

Lebih dari ini, ketika kita berjalan dengan Tuhan, maka kita akan mengalami banyak hal yang tidak pernah kita pikirkan dan membuktikan Dia hidup. Betapa indahnya perjumpaan dengan Tuhan. Tidak ada hari tanpa berdoa. Temui Tuhan di ruang kamar kita. Hadirkan Dia, maka Dia akan hadir dengan malaikat-malaikat. Tuhan akan pakai hidup kita untuk kemuliaan Allah. Kesehatan, ekonomi, anak cucu, keluarga kita membawa kemuliaan Tuhan. Dia hidup, Dia nyata, maka Tuhan harus kita alami.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA PERCAYA ALLAH HIDUP, BERJALANLAH DENGAN DIA, SEHINGGA WAKTU KITA MENINGGAL, TIDAK ADA TAKUTNYA SAMA SEKALI. .

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 04 April 2024
2024-04-04 04:40:14

Hakim-hakim 16-18

Card image
Truth Kids 03 April 2024 - TINA MAU MENGASIHI
2024-04-03 13:16:00


Lukas 6:35
”Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.”

Sobat Kids, kalian tahu tidak artinya kasih tanpa pamrih dan tanpa meminta imbalan? Sobat Kids, saat kita mengasihi teman sekolah, kita tidak mengatakan "aku sudah mengasihi dan menyayangi kamu, jadi kamu harus mengasihi aku juga." Bukan ini yang dimaksud.

Di sekolah, Tina selalu disukai oleh banyak orang. Tina bermain, bercanda bersama temannya. Pada saat jam istirahat, semua orang sedang makan bekal yang dibawa dari rumah. Ada satu teman Tina yaitu Rani. Rani pada hari itu tidak membawa bekal makan. Rani kelaparan dan tidak ada teman yang mau berbagi dengan Rani. Tina teringat bahwa kita harus mengasihi teman-teman. Karena mengasihi dan sayang dengan Rani, Tina berbagi makanannya dengan Rani tanpa mengharapkan imbalan darinya.

Sobat Kids, sebagai anak Allah, kita harus bisa mengasihi teman-teman tanpa harus dikasih imbalan. Perbuatan baik kita juga tidak perlu dilihat orang banyak lalu dipuji. Sekalipun tidak ada orang yang melihat dan memuji, pasti Tuhan melihat dan tersenyum melihat kasih yang kita berikan kepada orang lain. Semangat untuk mengasihi orang lain, ya!

Card image
Truth Junior 03 April 2024 - KASIH TANPA PAMRIH
2024-04-03 13:14:26


Lukas 6:35
”Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.”

Sobat Junior, tahukah kalian apa arti dari “tanpa pamrih?” Tanpa pamrih artinya berjuang dengan gigih, tanpa mengharapkan balasan atau keuntungan pribadi. Jadi, kasih tanpa pamrih adalah kasih tanpa mengharapkan balasan atau imbalan apa pun, sekalipun dalam hal yang sulit, misalnya mengasihi musuh atau orang yang tidak suka dengan kita.

Sinta pernah mengalami hal ini. Teman-temannya suka membicarakan atau sering menggosipkan Sinta karena keadaan ekonomi keluarganya. Sinta sedih karena perbuatan teman-temannya. Sinta teringat apa yang pernah dia baca dalam Roma 12:17, “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!” Tuhan akan menunjukkan kuasa-Nya dengan cara-Nya. Bagian kita adalah mendoakan dan mengasihi orang-orang yang menyakiti kita. Tidak mudah memang, tetapi janji-Nya kepada kita, Dia akan memampukan kita melewatinya.

Sinta tidak membalas apa yang dilakukan teman-temannya. Dia hanya terus mendoakan dan tetap berbuat baik kepada mereka, seperti tertulis di dalam kitab Roma 12:20, “tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya.” Dan ternyata doa Sinta dijawab oleh Tuhan. Teman-temannya meminta maaf kepada Sinta karena menyadari perbuatannya tidak baik, setelah dipanggil dan ditegur oleh pihak sekolah. Mereka pun ingin berteman dengan Sinta. Sinta menunjukkan kasih yang tanpa pamrih. Walaupun teman-temannya sudah berbuat tidak baik, Sinta tetap mengampuni dan mengasihi mereka.

Kasih tanpa pamrih juga seperti kasih Tuhan kepada kita. Tuhan rela mati di atas kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita semua. Tuhan Yesus sudah menjadi teladan bagi kita. Mari kita datang kepada-Nya agar kita memiliki kasih tanpa pamrih seperti kasih-Nya. Jangan pernah menyerah, ya, Sobat Junior! Selalu berikan kasih tanpa pamrih kepada sesama kita.

Card image
Truth Youth 03 April 2024 (English Version) - LIKE OXYGEN
2024-04-03 13:11:43


"But they who wait for the LORD shall renew their strength; they shall mount up with wings like eagles; they shall run and not be weary; they shall walk and not faint." (Isaiah 40:31)

Have we ever thought about how significant the role of oxygen is in our lives every day? It's the tiniest particle that we can't even physically grasp, yet its impact is enormous on our daily existence. Even during the time of Covid, many oxygen tanks were depleted because many people needed oxygen. However, if we observe our daily lives, we receive oxygen for free; we inhale it every day, every second, wherever we are. From there, we gain the energy to carry out our daily activities.

It's similar to our relationship with God. Ideally, every day, every breath of ours should be for God. It means that in everything we do, we should consider God's feelings and thoughts. He is the sole source of our life, experiencing God's presence like we inhale oxygen every day, all the time. Thus, gradually, we strengthen our faith in God. Because there are so many things we never know will happen in our lives later on. But one thing is for sure, every one of us is empowered by God to face the life situations we encounter. There will certainly be new challenges in our lives, but we must not easily give up and feel hopeless. Because when we live a life centered on God, we seem to have new strength and courage to face any challenge. How such a way of life is possible may only be known to each of us when we experience it. But up to that point, we need our God just as we need oxygen; it means that if we don't encounter God, our lives feel dead and empty.

WHAT TO DO:
1. Cultivate a sense and importance of "I need God all the time."
2. Learn not to be afraid and to be more courageous and resilient in facing various challenges in life.

BIBLE MARATHON:
- 2 Samuel 4-7

Card image
Truth Youth 03 April 2024 - SEPERTI OKSIGEN
2024-04-03 13:09:07


”Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” (Yesaya 40:31)

Pernah gak kita berpikir betapa besar peran oksigen yang kita butuhkan setiap hari? Sebuah partikel terkecil yang bahkan tidak bisa kita pegang secara fisik, tapi dampaknya begitu besar bagi kelangsungan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan kalau kita ingat-ingat zaman Covid dulu, banyak tabung oksigen jadi habis karena banyak orang yang membutuhkan oksigen. Padahal kalau kita amati kehidupan kita sehari-hari, oksigen kita dapatkan secara gratis, kita hirup setiap hari bahkan setiap detik di mana pun kita berada. Dari situlah kita mendapatkan energi untuk beraktivitas sehari-hari.

Sama seperti hal kita ber-Tuhan. Seharusnya, setiap hari setiap napas kita untuk Tuhan. Artinya dalam hal apa pun kita lakukan untuk Tuhan, memerhatikan perasaan dan pikiran Tuhan. Satu-satunya sumber kehidupan kita, merasakan kehadiran Tuhan seperti kita menghirup oksigen setiap hari setiap waktu. Sehingga perlahan, kita membangun iman kita semakin kuat dalam Tuhan. Karena begitu banyak hal yang kita gak pernah tahu akan terjadi dalam kehidupan kita nantinya. Tapi satu hal, setiap kita diberikan kuasa oleh Tuhan dalam menghadapi situasi hidup yang kita jalani. Pasti ada tantangan-tantangan baru dalam kehidupan kita, tapi kita gak boleh gampang menyerah dan merasa putus asa. Karena saat kita memiliki cara hidup ber-Tuhan dengan benar, kita seperti memiliki kekuatan dan semangat baru untuk menghadapi tantangan apa pun itu. Cara hidup yang seperti bagaimana mungkin hanya masing-masing kita yang bisa tahu saat kita sudah mengalaminya. Tapi sampai di titik, kita membutuhkan Tuhan kita menghampiri Tuhan seperti kita membutuhkan oksigen, artinya kalau kita gak bertemu Tuhan rasanya kehidupan kita seperti mati dan hampa.

WHAT TO DO:
1.Menumbuhkan rasa dan kepentingan akan, “Aku memerlukan Tuhan setiap waktu”.
2.Belajar untuk tidak takut dan lebih berani dan tegar dalam menghadapi berbagai macam tantangan hidup.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Samuel 4-7

Card image
Renungan Pagi - 03 April 2024
2024-04-03 13:06:54


Ketika kita melihat salib, maka pertanyaannya adalah melihat apa disalib itu? Pemberian yang terbaik itulah yang seharusnya kita lihat, sebab di salib itu bukan hanya ada darah yang tertumpah, bukan hanya ada tubuh yang terpecah, tetapi di salib itu ada kemuliaan yang dahsyat, dan ada pernyataan bahwa; Yesus memberi yang terbaik buat kita.

"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal"

DIA tidak mengutus malaikat-Nya dan nabi-Nya untuk mati, tapi DIA sendiri yang mati buat kita supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal; karenanya kalau Tuhan Yesus sudah memberi yang terbaik bagi kita, maka kitapun harus siap sedia untuk melakukan yang terbaik bagi Tuhan.
(Yohanes 3:16)

Card image
Quote Of The Day - 03 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-03 13:03:51


Banyak orang Kristen yang menyambut Yesus dalam rumahnya, tapi tidak menyambut Yesus di dalam hidupnya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 03 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-03 12:48:00


Kita bukan hidup suci untuk ribut dengan orang, kita hidup suci sebagai persiapan untuk kekekalan.

Card image
RESTORATION OF LIFE - 03 April 2024 (English Version)
2024-04-03 08:42:28


James 4:8, “Draw close to God, and He will draw close to you. Cleanse your hands, you sinners! And purify your hearts, you double-minded people!”

If our lives are not truly honest, not truly holy, we are double-minded. Then we are not worthy of receiving anything from God. If we still do not believe in God, it means we are still double-minded. God often brings us into difficult situations. But in difficult situations, we must remain calm. Our faith is proven by the holiness of our lives. Our faith is demonstrated by seeking God, He is alive and we encounter Him every day. We will be able to sit before Him for a long time because we know that He is alive. We do not speak to the wind, we do not speak into empty space because God is alive. If we want to live holy lives, we must seek God and make time to meet with Him. Not just 5 or 10 minutes like calling someone, but having to sit still.

So, if we believe that God exists, we are not worried, we are not afraid. Learn to trust that God controls everything. If we get on a plane and experience turbulence, it's training for us to be calm. If this plane doesn't land at the airport, it will definitely land in the new heavens and the new earth. Have faith and learn to trust. We always admire Abraham because of his extraordinary faith, and it becomes an inspiration. A person who truly believes and lives makes God their happiness, and this seems unreasonable to most people because they don’t experience it.

We must enter into fellowship with God, live in holiness, live in prayer, strengthen our hearts in every situation, so that we understand that He is the only happiness. We will become strong human beings and this must be experienced that God is alive. The world shakes continuously, but God is not shaken. Then, why don't we depend on God? End our unproductive lives, just seek God. Let's seek God, humble ourselves before God every day.

There is nothing more joyful for a servant of God than being able to introduce God into the lives of the congregation. Not just teaching about God, but truly showing how God lives within them and they see it. The lives of God's servants must be God's presence. Do not commit sin. We must live in holiness. Every word spoken must be gentle. Often God will allow various problems so that our light shines. There are people who are hostile, slandered, and scolded, but we have to be calm. That's where we can radiate the glory of God.

The earth is full of His glory, not because there is a moon, stars, animal species, mountains, oceans, flowers with their aroma and colors, but our lives become God's glory. The earth is full of God's glory through our lives; from our greetings, our life ethics, our respect for parents, our concern for the needy, our sincerity in comforting the troubled and oppressed. There the earth is full of God's glory through our lives.

Our pockets can be destitute, but our mental state must not be destitute. Let's end our life path in the presence of God. There is no comfortable place. We do this not only so that our life on earth runs smoothly, we have a good job, our business is blessed, everyone is in good health, not only that. But so that we can be guided towards the new heavens and the new earth. There is nothing we look forward to other than the coming of God to take us to the Father's House. That should be our hope.

If we don't long to return to our Father's House, it means there is something wrong in our life. Deal with God, He lives. Each of us surely has many problems. We don't need to ask God for help if we have dealt with God correctly, because we will not be ashamed. We will see God's extraordinary footsteps in our lives. We will see the living God, His evident footsteps. And after passing through time and we look back, we will only say, "My God is alive." Our faith will grow stronger, so do not be double-minded.

WE MUST ENTER INTO FELLOWSHIP WITH GOD, LIVE IN HOLINESS, LIVE IN PRAYER, STRENGTHEN OUR HEARTS IN EVERY SITUATION, SO THAT WE UNDERSTAND THAT HE IS THE ONLY HAPPINESS. .

Card image
PEMULIHAN KEHIDUPAN - 03 April 2024
2024-04-03 07:58:11


Yakobus 4:8, "Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! Dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!”

Kalau hidup kita tidak benar-benar jujur, tidak benar-benar suci, kita mendua. Maka kita tidak layak mendapat sesuatu dari Tuhan. Kalau kita masih tidak memercayai Allah, berarti kita masih mendua. Tuhan sering membawa kita dalam keadaan sulit. Namun dalam situasi sulit, kita harus tetap tenang. Percaya kita dibuktikan dengan kesucian hidup. Percaya kita ditunjukkan dengan mencari Allah, Dia hidup dan kita menemui Dia setiap hari. Kita akan bisa duduk berlama-lama di hadapan-Nya karena tahu bahwa Dia hidup. Kita tidak bicara kepada angin, tidak bicara ke ruang kosong karena Allah itu hidup. Kalau kita mau hidup suci, kita harus mencari Allah, dan menyediakan waktu untuk bertemu dengan Dia. Bukan hanya 5 atau 10 menit seperti menelepon orang, tetapi harus duduk diam. 

Maka, kalau kita percaya Allah itu ada, kita tidak khawatir, tidak takut. Belajarlah memercayai diri bahwa Allah mengontrol segala sesuatu. Kalau kita naik pesawat dan mengalami turbulance, itu latihan untuk kita tenang. Kalau pesawat ini tidak mendarat di bandara, pasti mendarat di langit baru bumi baru. Yakin dan belajar percaya. Selalu kita mengagumi Abraham karena percaya yang luar biasa dan itu menjadi inspirasi. Orang yang memiliki percaya yang benar dan hidup adalah dia menjadikan Tuhan sebagai kebahagiaannya. Ini menjadi tidak masuk akal bagi kebanyakan orang karena mereka tidak mengalami. 

Kita harus masuk dalam persekutuan dengan Allah, kesucian hidup, hidup di dalam doa, menguatkan hati dalam setiap keadaan, sehingga kita mengerti bahwa Dia kebahagiaan satu-satunya. Kita akan menjadi manusia yang tangguh dan ini harus dialami bahwa Allah itu hidup. Dunia berguncang terus tiada henti, namun Allah tidak terguncangkan. Lalu, kenapa kita tidak bergantung pada Tuhan? Akhiri jalan hidup kita yang kurang bermanfaat, cari Tuhan saja. Ayo kita mencari Tuhan, merendahkan diri di hadapan Tuhan setiap hari. 

Tidak ada yang lebih membahagiakan hati seorang pelayan Tuhan selain bisa memperkenalkan Tuhan dalam hidup jemaat. Bukan hanya mengajarkan tentang Tuhan, tetapi benar-benar menunjukkan bagaimana Tuhan hidup dalam dirinya dan mereka melihatnya. Hidup para hamba Tuhan harus menjadi kehadiran Tuhan. Jangan berbuat dosa. Harus hidup dalam kekudusan. Setiap kata yang diucapkan harus teduh. Sering kali Tuhan akan mengizinkan berbagai masalah supaya terang kita menyala. Ada yang dimusuhi, difitnah, dimarahi orang, namun kita harus teduh. Di situ kita baru bisa memancarkan keagungan Tuhan.

Bumi penuh kemuliaan-Nya bukan karena ada bulan, bintang, marga satwa, gunung, lautan, bunga dengan aroma dan warnanya, tetapi hidup kita menjadi kemuliaan Allah. Bumi penuh kemuliaan Allah melalui hidup kita; dari salam sapa kita, etika hidup kita, hormat kita kepada orang tua, peduli kita kepada orang susah, ketulusan kita memberi penghiburan kepada orang yang susah dan tertindas. Di situ bumi penuh kemuliaan Allah lewat hidup kita.

Kantong kita bisa melarat, tetapi mental kita jangan melarat. Mari kita akhiri jalan hidup kita di hadirat Tuhan. Tidak ada tempat yang nyaman. Ini kita lakukan bukan hanya sekadar agar jalan hidup kita di bumi lancar, pekerjaan bagus, usaha diberkati, semua dalam keadaan sehat, bukan hanya itu. Tetapi agar kita terbimbing untuk menuju langit baru bumi baru. Tidak ada yang kita nantikan selain kedatangan Tuhan yang membawa kita ke Rumah Bapa. Itu yang seharusnya menjadi pengharapan kita. 

Kalau kita tidak merindukan pulang ke Rumah Bapa, berarti ada yang salah dalam hidup kita. Berurusanlah dengan Allah, Dia hidup. Setiap kita pasti banyak masalah. Kita tidak perlu minta tolong Tuhan kalau kita sudah berurusan dengan Tuhan secara benar, sebab kita tidak akan dipermalukan. Kita akan melihat jejak Tuhan yang luar biasa dalam hidup kita. Kita akan melihat Tuhan yang hidup, nyata jejak-Nya. Dan setelah melewati waktu nanti dan kita menoleh ke belakang, kita baru akan berkata, “Allahku hidup.” Iman kita akan bertambah kuat, maka jangan mendua hati.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS MASUK DALAM PERSEKUTUAN DENGAN ALLAH, KESUCIAN HIDUP, HIDUP DI DALAM DOA, MENGUATKAN HATI DALAM SETIAP KEADAAN, SEHINGGA KITA MENGERTI BAHWA DIA KEBAHAGIAAN SATU-SATUNYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 April 2024
2024-04-03 06:30:15

Hakim-hakim 13-15

Card image
Truth Kids 02 April 2024 - TULUS
2024-04-02 05:13:55


1 Petrus 1:22
"Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu."

"Tata itu BFF (best friend forever) aku, Ma. Dia baik sekali. Di sekolah, dia sering belikan aku jajanan. Dan aku juga sering dikasih hadiah sama Tata. Pokoknya dia bestie aku," ujar Hana dengan senyuman.

Beberapa minggu kemudian Hana pulang ke rumah dengan wajah yang kesal. Mama yang melihat wajah putrinya merasa heran, "Kamu kenapa, Hana?Tumben wajahnya seperti itu?" "Aku ga mau lagi temenan sama Tata! Dia bukan teman aku lagi. Masa aku minta mainan, dia ga mau kasih aku," ujar Hana dengan kesal.

Sobat Kids, menurut kalian, apakah sikap Hana itu baik? Tentu tidak, ya. Seharusnya kita mengasihi orang lain dengan tulus. Tulus itu maksudnya tanpa mengharapkan apa pun. Kalau kita mengasihi orang lain dengan tulus artinya kita akan selalu mengasihi walaupun tidak menerima hadiah apa pun dari orang yang kita kasihi.

Kita mengasihi orang lain bukan karena orang itu sering memberikan hadiah. Kita mengasihi karena Bapa yang telah mengasihi kita terlebih dahulu. Bapa memberikan Anak-Nya Yang Tunggal untuk menyelamatkan kita. Yuk, kita belajar untuk mengasihi dengan tulus dan sungguh-sungguh dari hati tanpa mengharapkan imbalan atau hadiah dari orang lain.

Card image
Truth Junior 02 April 2024 - KASIH YANG TULUS
2024-04-02 05:11:08


1 Petrus 1:22
“Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.”

Sobat Junior, apakah kalian sudah mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama dengan sungguh-sungguh? Semangat terus, ya, untuk melakukannya! Hari ini kita akan belajar arti dari kasih yang tulus. Kasih yang tulus keluar dari hati yang paling dalam dengan ikhlas. Ikhlas artinya bukan pura-pura, tetapi sebenar-benarnya atau apa adanya.

Andy, murid kelas 5 SD, suka diejek teman-temannya. Alasannya, karena Andy tidak mau menyontek pada saat ulangan atau tidak mau memberi contekan kepada teman-temannya. Karena sikap Andy yang seperti itu, teman-temannya tidak suka kepada Andy. Andy sering diejek sok kudus atau sok pintar. Hati Andy sedih mendengar perkataan teman-temannya.

Karena Andy mengasihi Tuhan, meskipun teman-temannya mengejek, ia selalu berdoa kepada Tuhan. Ia mengajak Tuhan mengobrol ketika hatinya sedih akibat perlakuan teman-temannya. Dan Tuhan selalu mendengar curahan hati Andy kepada-Nya. Tuhan selalu memberikan Andy kekuatan untuk tidak membenci teman-temannya dan tetap mengasihi mereka dengan tulus.

Tuhan selalu mendengar anak-anak yang berseru kepada-Nya. Tuhan pasti mendengar jika kita berdoa sungguh-sungguh kepada-Nya. Andy percaya sepenuhnya kepada Tuhan. Tanpa disadari, ternyata Tuhan menjawab doa-doa Andy. Tuhan tahu Andy berdoa dengan sungguh-sungguh dan memiliki hati yang tulus ingin mengasihi teman-temannya walau perbuatan mereka tidak baik.

Apa yang terjadi dengan teman-teman Andy? Mereka tiba-tiba mendatanginya dan meminta maaf karena sudah mengejek Andy. Andy merasa sangat senang karena teman-temannya menyadari kesalahannya, dan tak henti-henti bersyukur sama Tuhan karena Tuhan menjawab doa-doanya. Mari kita contoh teladan dari Andy yang tidak tergoda untuk melakukan hal yang tidak benar dan selalu mengasihi Tuhan dengan segenap hati. Kalau kalian sedang mengalami yang Andy rasakan, jangan pernah menyerah, ya. berdoalah sungguh-sungguh kepada Tuhan, maka Ia pasti mendengar dan menjawab doa-doa kita.

Card image
Truth Youth 02 April 2024 - THE EAGLE'S CHILDREN
2024-04-02 05:08:30


"Therefore, my beloved brothers, be steadfast, immovable, always abounding in the work of the Lord, knowing that in the Lord your labor is not in vain." (1 Corinthians 15:58)

Have we ever observed elderly people? Have we ever thought about the life journey they have traversed? What storms, hurricanes, tornadoes, lightning strikes, and thunderstorms have they successfully overcome? And how have they resiliently endured in their lives, perhaps living until the age of 70 or 80? Unbeknownst to us, our life journey is heading in that direction, which means we will navigate through many kinds of life waves that make us fall, break, and even wither almost to death. But in reality, our grandparents could endure until perhaps the age of 70 or 80, couldn't they? Therefore, we must not be weak and languid in living this life. We need the mighty strength in this life to "win," and that strength can only be obtained from the Almighty Himself; there is no other strength we can possess in life except the strength that comes from Him. Thus it is written, "But they who wait for the LORD shall renew their strength; they shall mount up with wings like eagles; they shall run and not be weary; they shall walk and not faint." (Isaiah 40:31)

So, by waiting for the Lord, we gain strength like eagles whose wings carry us through various aspects of life, which do not make us weary to face life's challenges, which make us walk, yet not grow weary. Perhaps our path is weak, dragged, and sometimes nearly falls, but believe that all of that is only temporary because like eagles, He will not let the eaglet fall when teaching His child to fly like Him.

WHAT TO DO:
1. Always remember the Lord in life's journey.
2. Seek the Lord by reading His word and praying.

BIBLE MARATHON:
- 2 Samuel 1-3

Card image
Truth Youth 02 April 2024 - ANAK RAJAWALI
2024-04-02 05:04:48


"Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58)

Pernahkah kita memerhatikan orang-orang yang sudah lanjut usia? Pernahkah berpikir perjalanan hidup apa saja yang sudah beliau lewati? Badai, topan, tornado, halilintar, dan kendala apa saja yang sudah berhasil mereka taklukan? Dan bagaimana mereka tangguh bertahan dalam hidupnya sampai mungkin 70 tahun atau 80 tahun mereka bisa hidup sampai saat ini? Tanpa sadar perjalanan hidup kita sedang menuju ke arah sana, yang berarti kita akan mengarungi banyak macam gelombang kehidupan yang membuat kita jatuh, patah, bahkan layu hampir mati. Tapi kenyataannya, opa oma kita bisa kan bertahan sampai mungkin umurnya 70 tahun atau 80 tahun? Maka dari itu, kita tidak boleh lemah dan lesu dalam menjalani kehidupan ini. Kita butuh kekuatan yang maha dahsyat dalam hidup ini untuk “menang” dan kekuatan itu hanya kita peroleh dari Si Maha Dahsyat itu sendiri, tidak ada kekuatan lain yang mampu kita miliki dalam hidup kecuali kekuatan yang berasal dari Diri-Nya. Maka ada tertulis, ”Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” (Yesaya 40:31)

Jadi dengan menanti-nantikan Tuhanlah kita mendapatkan kekuatan seperti rajawali yang dengan sayapnya mengantarkan kita ke berbagai macam hal dalam hidup, yang tidak membuat kita menjadi lesu untuk menghadapi tantangan kehidupan, yang membuat kita berjalan, namun tidak menjadi lelah. Mungkin jalan kita lemah, terseret-seret, bahkan kadang hampir jatuh, tapi percayalah itu semua hanya nyaris karena seperti rajawali pula Dia tidak akan membiarkan anak rajawali jatuh ketika sedang mengajari anak-Nya terbang seperti-Nya.

WHAT TO DO:
1. Selalu mengingat Tuhan dalam perjalanan hidup
2. Mencari Tuhan dengan membaca firman-Nya dan berdoa

BIBLE MARATHON:
▪︎2 Samuel 1:3

Card image
Renungan Pagi - 02 April 2024
2024-04-02 05:01:14


"Tuhan Yesus memang telah memberikan anugerah keselamatan yang kita dapatkan dengan cuma-cuma, tanpa harus membayar, Darah-Nya telah membayar lunas segala hutang dosa dan kesalahan kita. Tetapi Tuhan Yesus juga mengajarkan, jika ingin hidup menjadi orang Kristen, yang artinya pengikut Kristus, maka ada harga yang harus dibayar dengan hidup kita, yaitu; "Kata-Nya kepada mereka semua; Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku."

Itulah harga yang harus kita bayar, yaitu menyangkal diri, yang artinya mematikan kesenangan daging, memutuskan ikatan kesenangan dunia dalam hidup kita, lalu memikul salib yang artinya merelakan kehendak bebas kita untuk hidup suka-suka sendiri ditaklukan kepada kehendak Allah untuk hidup menyukakan hati Tuhan dan mengikut Yesus yang artinya mengikuti jejak hidup Tuhan Yesus, berjuang menjadi serupa dengan Yesus dalam karakter Ilahi-Nya.

Jadi harga mengikut Yesus sangatlah mahal, yang harus dibayar dengan segenap hidup kita. Dan jalan kebenaran bukanlah jalan yang ringan, jalan kebenaran adalah jalan yang berat, tetapi diakhir dari jalan kebenaran akan ada mahkota kehidupan, di akhir dari jalan kebenaran adalah kemuliaan Allah yang akan kita dapatkan di dalam Kerajaan-Nya.
(Lukas 9:23)

Card image
Quote Of The Day - 02 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-02 04:58:53


Keselamatan yang dimiliki seseorang diperagakan oleh sikapnya terhadap waktu.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 02 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-02 04:56:33


Allah memiliki proyeksi pandangan yang sempurna; bukan hanya untuk sementara, melainkan untuk kekekalan.

Card image
THE MAJESTY OF LIFE - 02 April 2024 (English Version)
2024-04-02 04:53:36


When we read the Bible, those who deal with God are not ashamed, blessed, protected, even given abundance. Of course, for the New Testament people, it is a bit different because the New Testament people have a task from God the Father to continue the work of salvation in Jesus Christ. Maybe from birth to death they lived in persecution or suffering, but that only happened in the early Christian era and not in other times. Why is that? Because Christianity had just emerged and was still very young, so God guarded and preserved the Christian faith through persecution. The Bible says that suffering makes a person stop sinning (1 Peter 4:1: Therefore, since Christ suffered in his body, arm yourselves also with the same attitude, because whoever suffers in the body is done with sin).

Non-Christians, pagans or Jewish people who convert to Christianity with the bad character or disposition they had before becoming Christians, must be perfected by God through suffering. In this way, Christianity was preserved. This is depicted in Revelation 12 where the woman represents the church of God or the Christian faith preserved in the wilderness. The desert never speaks of comfort. But that is God's providence for Christianity. But that only applies to the very early church, in the 1st and mid-2nd centuries. After that, Christianity began to be accepted.

This is a special case. Christians in the early and mid-2nd centuries were Christians who received privileges that they would never regret in eternity. So we have to understand why Christianity in the first and second centuries experienced persecution. In essence, those who deal with God, are not ashamed. From the time of Abraham and all the figures of the Old Testament faith, they were not put to shame. Shadrach, Meshach, Abednego, Daniel, Esther, David, and all those who had dealings with God were not ashamed. Because God is alive, God exists. The glorious Lord Jesus, our Savior said, “I came to give life and they have it in all abundance.”

Of course the word abundance here must be understood correctly, it doesn't have to be a luxury car or house or lots of money. But in essence, the life of a person who truly deals with God, is not put to shame. His life should be enchanting, sublime. Christians in the first and second centuries, although persecuted, lived a noble life. Finally the Roman empire was conquered by Christians who were slaughtered, beheaded, burned alive, but they remained silent. It definitely has its charm. Now we ask ourselves, does our life have charm? How can we witness, how can we preach, how can we teach if our lives have no charm, if there's no majesty?

Indeed, the majesty possessed by true believers cannot always be seen. Because people whose hearts are crooked, they will not be able to see the glory of God in the lives of true Christians. In fact, they will deliberately rot the true Christians. But, clearly, those who deal with God will not be ashamed, their life will definitely be enchanting. So if our life is not charming, there is nothing special, there is something wrong with our lives, something is wrong. "I came to give life," said the Lord Jesus, so that they might have that life in all abundance.

If we, as pastors or servants of God, do not enjoy or experience this abundance, then we cannot share it with the congregation, we cannot pass it on to the congregation. A congregation that does not have the glory of God,they also cannot share it with others. That means they are not witnesses. Even though the Lord Jesus said, "As the Father has sent me, I am sending you." So, there must be something wrong in dealing with God. James 1:8 says, "For a double-minded person will not have peace in his life." Don't expect double-minded people to get anything from God.

We are grateful to be brought by the Lord to situations or circumstances that are very difficult, which sometimes we really feel there is no way out. But there we understand the meaning of David's words in distress, saying, "David strengthened his trust in Elohim Yahweh." Trust is in the heart and the Lord reads that trust. So when God says, "If you have faith as small as a mustard seed, mountains will move," what it really means is that you can do anything, anything can happen because God is Almighty. But, how much we believe in God, that's the problem.

People often don't question how much they trust in God, how steadfast, how wholehearted their trust in God is. They feel they already believe, whereas it may not be certain. A person who can see how much he trusts in God is a person who comes before God every day. So if we now believe that God is alive, God exists, don't be double-minded. Believe fully in the Lord. Of course, if we truly believe in God, we must live holy lives.

A PERSON WHO CAN SEE HOW MUCH HE TRUSTS IN GOD IS A PERSON WHO COMES BEFORE GOD EVERY DAY. .

Card image
KEAGUNGAN HIDUP - 02 April 2024
2024-04-02 04:50:55


Kalau kita membaca Alkitab, orang-orang yang berurusan dengan Tuhan, tidak dipermalukan, diberkati, dilindungi, bahkan diberi kelimpahan. Tentu untuk umat Perjanjian Baru, agak berbeda karena umat Perjanjian Baru memang mendapat tugas dari Allah Bapa untuk meneruskan karya keselamatan dalam Yesus Kristus. Mungkin dari lahir sampai meninggal hidup dalam aniaya atau penderitaan, tetapi itu hanya terjadi pada zaman Kristen mula-mula dan tidak terjadi di zaman yang lain. Mengapa demikian? Karena kekristenan baru muncul dan masih sangat muda, maka Tuhan menjaga dan memelihara iman kristiani itu dengan penganiayaan. Alkitab mengatakan, penderitaan membuat seseorang berhenti berbuat dosa. 

Orang-orang non Kristen, orang-orang kafir atau orang-orang yang beragama Yahudi, masuk Kristen dengan karakter atau watak buruk yang mereka miliki sebelum menjadi Kristen, harus disempurnakan Tuhan melalui penderitaan. Dengan demikian, kekristenan terpelihara. Ini digambarkan dalam Wahyu 12 di mana wanita itu menggambarkan gereja Tuhan atau iman Kristen yang dipelihara di padang gurun. Padang gurun tidak pernah berbicara keadaan nyaman. Tetapi itulah pemeliharaan Allah atas kekristenan. Tetapi itu hanya berlaku pada gereja awal sekali, pada abad ke-1 dan pertengahan abad ke-2. Setelah itu, kekristenan mulai diterima. 

Ini kasus khusus. Orang-orang Kristen pada abad awal dan pertengahan abad ke-2 adalah orang-orang Kristen yang mendapatkan hak istimewa yang tidak akan pernah mereka sesali di kekekalan. Jadi kita harus mengerti mengapa kekristenan abad pertama dan abad kedua itu mengalami aniaya. Pada intinya, orang-orang yang berurusan dengan Allah, tidak dipermalukan. Dari zaman Abraham dan semua tokoh-tokoh iman Perjanjian Lama, tidak dipermalukan. Sadrakh, Mesakh, Abednego, Daniel, Ester, Daud, dan semua yang berurusan dengan Allah itu tidak dipermalukan. Karena Allah memang hidup, Allah itu ada. Tuhan Yesus yang mulia, Juru Selamat kita berkata, “Aku datang untuk memberi hidup dan mereka memilikinya dalam segala kelimpahan.”

Tentu kata kelimpahan di sini harus dipahami dengan benar, tidak harus mobil atau rumah mewah atau uang banyak. Tetapi pada intinya, kehidupan orang yang benar-benar berurusan dengan Tuhan, tidak dipermalukan. Hidupnya harus mempesona, agung. Orang Kristen di abad pertama dan kedua, walaupun teraniaya, hidup mereka agung. Akhirnya kekaisaran Roma ditaklukkan oleh orang-orang Kristen yang disembelih, dipancung, dibakar hidup-hidup, tetapi mereka diam. Pasti ada pesonanya. Sekarang kita tanya kepada diri kita masing-masing, apakah hidup kita punya pesona? Bagaimana kita bisa bersaksi, bagaimana kita bisa berkhotbah, bagaimana kita bisa mengajar kalau hidup kita tidak mempesona, tidak ada keagungan?

Memang keagungan yang dimiliki oleh orang percaya yang benar, tidak selalu dapat dilihat. Karena orang-orang yang bengkok hatinya, mereka tidak akan dapat melihat kemuliaan Allah dalam kehidupan orang Kristen yang benar. Bahkan mereka sengaja akan membusuk-busukkan orang Kristen yang benar. Tetapi, yang jelas orang yang berurusan dengan Tuhan, tidak akan dipermalukan, pasti hidupnya mempesona. Jadi kalau hidup kita tidak mempesona, tidak ada sesuatu yang istimewa, ada yang salah dengan hidup kita ini, ada yang keliru. “Aku datang untuk memberi hidup,” kata Tuhan Yesus, supaya mereka memiliki hidup itu dalam segala kelimpahan.  

Kalau kita sebagai pendeta atau hamba Tuhan, tidak menikmati atau tidak mengalami kelimpahan itu, maka kita tidak bisa membagikan kepada jemaat, kita tidak bisa menularkannya kepada jemaat. Jemaat yang tidak memiliki kemuliaan Allah tersebut, dia juga tidak bisa membagikan kepada orang lain. Itu berarti dia tidak menjadi saksi. Padahal Tuhan Yesus berkata, “Bapa mengutus Aku, Aku mengutus kamu”. Maka, pasti ada yang salah dalam berurusan dengan Tuhan. Yakobus 1:8 mengatakan, “Sebab orang yang mendua hati, tidak akan tenang dalam hidupnya.” Jangan berharap orang yang mendua hati memperoleh sesuatu dari Tuhan. 

Kita bersyukur dibawa Tuhan kepada situasi atau keadaan-keadaan yang sangat sulit, yang kadang-kadang sungguh kita merasakan bahwa tidak ada jalan keluar. Tetapi di situ kita mengerti maksud firman waktu Daud dalam kesesakan mengatakan, “Daud menguatkan kepercayaannya kepada Elohim Yahweh.” Percaya itu dalam hati dan Tuhan membaca percaya itu. Jadi kalau Tuhan katakan, “Kalau engkau mempunyai iman sebesar biji sesawi, gunung pindah,” sebenarnya yang ingin dikatakan adalah apa pun bisa kamu lakukan, apa pun bisa terjadi karena Allah Maha Kuasa. Tetapi, seberapa kita percaya kepada Allah, itu masalahnya. 

Orang sering tidak memperkarakan, seberapa percayanya kepada Tuhan, seberapa bulat, seberapa utuh percayanya kepada Tuhan. Dia merasa sudah percaya, padahal belum tentu. Orang yang bisa melihat seberapa percayanya kepada Tuhan adalah orang yang tiap hari datang menghadap Tuhan. Jadi kalau sekarang kita percaya Allah itu hidup, Allah itu ada, jangan mendua. Percaya sepenuhnya kepada Tuhan. Tentu kalau kita benar-benar percaya kepada Tuhan, kita harus hidup suci. 

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG BISA MELIHAT SEBERAPA PERCAYANYA KEPADA TUHAN ADALAH ORANG YANG TIAP HARI DATANG MENGHADAP TUHAN. .

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 April 2024
2024-04-02 04:46:55

Hakim-hakim 10-12

Card image
Truth Kids 01 April 2024 - PALING HEBAT
2024-04-01 12:47:02


1 Korintus 13:2
"Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna."

"Aku ini yang paling hebat. Aku bisa hafal semua isi kamus dan buku-buku pelajaran," ujar Anto dengan bangga. "Ah, itu sih belum ada apa-apanya. Pasti aku yang paling hebat karena aku tahu peristiwa yang akan terjadi di masa datang," ucap Tono dengan percaya diri. "Yah, itu mah kuno semua. Aku juara dalam coding. Aku dapat memecahkan semua rahasia yang ada," seru Adi sambil menepuk dadanya.

Menurut Sobat Kids, siapakah yang paling hebat di antara mereka bertiga?

Ayat firman Tuhan hari ini mengatakan bahwa semua kemampuan dan kehebatan kita menjadi tidak berguna sama sekali kalau kita tidak memiliki kasih. Mengapa demikian? Kasih merupakan dasar utama dalam kehidupan kristen. Bapa yang kita sembah, Allahnya Abraham, Ishak, dan Yakub, telah memberikan kasih yang sempurna.

Sobat Kids, bulan ini kita akan sama-sama belajar mengenai buah Roh kasih. Baca terus renungan Truth Kids ini setiap hari, ya. Mintalah papa dan mama untuk menemani kalian agar dapat lebih mengerti kebenaran firman Tuhan.

Card image
Truth Junior 01 April 2024 - KASIH VERTIKAL DAN HORIZONTAL
2024-04-01 12:45:46


1 Korintus 13:2
“Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.”

Dalam renungan hari ini kita akan belajar tentang kasih. Sangat penting untuk memiliki kasih, Sobat Junior, seperti ayat yang tertera di dalam 1 Korintus 13:2. Apa arti bernubuat? Artinya adalah menyatakan terlebih dahulu peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa depan, seperti yang dilakukan para nabi pada Perjanjian Lama. Keren kan, Sobat Junior? Tetapi semuanya itu tidak ada artinya kalau kita tidak memiliki KASIH.

Apa itu kasih? Kasih adalah hukum atau perintah utama yang Tuhan Yesus ajarkan kepada kita. Allah memberikan sifat mengasihi kepada manusia untuk mengasihi semua orang, bukan hanya mengasihi orang tertentu saja. Tuhan mengajarkan kepada kita untuk mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri sendiri. Misalnya, kalau kita mengasihi diri dengan selalu memperhatikan diri sendiri, maka kita harus lakukan hal yang sama kepada sesama.

Tetapi hukum utama dan terutama tentang kasih adalah mengasihi Tuhan terlebih dahulu. Ketika kita mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh, kita akan dimampukan untuk mengasihi orang lain. Jika diumpamakan, ada jenis kasih vertikal dan horizontal. Kasih vertikal adalah kasih yang kita tujukan kepada Tuhan, sedangkan kasih horizontal adalah kasih yang kita tujukan kepada sesama seperti teman-teman, orang tua, dan saudara-saudara. Kita harus mengasihi mereka seperti kita mengasihi diri sendiri. Kasih merupakan dasar utama dalam kehidupan Kristen. Tuhan sudah lebih dahulu mengasihi kita dengan kasih yang tidak terbatas, dan Tuhan selalu setia walaupun kadang kita suka nakal. Ia tetap sayang kita. Jadi, Sobat Junior, ingatlah dengan kedua hukum utama ini, ya. Kita mau belajar mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama kita.

Card image
Truth Youth 01 April 2024 (English Version) - LIFE'S GAME
2024-04-01 12:43:46


"For what shall we say about all of this? If God is for us, who can be against us?" (Romans 8:31)

Life is akin to playing games because every game has different levels, each level presenting varying degrees of difficulty and challenges. Yet, in every level, we still find joy in the game, don't we? And we feel successful when we manage to surpass all the levels to achieve victory. Life is not far from the pattern of games that we often enjoy happily. So, couldn't we approach life as we do with playing games? Enjoying every challenge life presents and every level of life that leads us to victory. Of course, we never give up on playing the game and keep playing until sometimes we forget the time to learn. In life, too, we can interpret and enjoy life as if playing games, never giving up until the finish line, and never forgetting the Owner of Life while navigating through its pleasures. Precisely because we are engrossed in the excitement of life with the Owner of Life, we tend to forget about things that are not too important and have no bearing on achieving victory.

We will continue to enjoy this life because there will be victory waiting for us if we endure the tests and keep earning "points" of goodness at every level of our lives. Don't be afraid to fail to achieve victory because with the Owner of Life, everything impossible becomes beautiful within it. As long as the condition is only one, even though we do not know and understand anything we are experiencing right now, we just need to believe that we are safe under the umbrella of the Owner of Life. So, let's enjoy this game of life enthusiastically with the Owner of Life and get carried away in it to the extent that we no longer think about things that are not so important and only focus on that victory.

WHAT TO DO:
1. Beginning to interpret life with God is a beautiful thing.
2. Pray and ask for God's guidance in every step.

BIBLE MARATHON:
- 1 Samuel 28-31

Card image
Truth Youth 01 April 2024 - PERMAINAN KEHIDUPAN
2024-04-01 12:41:54


"Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?" (Roma 8:31)

Hidup ini seperti bermain games karena setiap permainan memiliki level yang berbeda, setiap level memiliki tingkat kesulitan dan tantangan yang berbeda, namun di setiap levelnya kita tetap saja menikmati permainan itu bukan? Dan merasa sukses ketika kita berhasil melewati semua levelnya sampai meraih kemenangan itu. Hidup juga tidak jauh-jauh dari pola permainan games yang sering kali kita nikmati dengan bahagia. Kalau begitu bukankah dalam hidup ini kita bisa menjalaninya seperti bermain games? Menikmati setiap tantangan kehidupan yang ada dan setiap level kehidupan yang membuat kita meraih garis kemenangan. Tentu saja kita tidak pernah menyerah dalam melakukan permainan itu dan terus bermain sampai kadang kita lupa waktu untuk belajar. Dalam kehidupan pun kita bisa memaknai dan menikmati kehidupan seperti layaknya bermain games, pantang menyerah sampai garis akhir dan jangan pernah melupakan Pemilik Kehidupan dalam mengarungi asyiknya kehidupan ini. Justru karena kita tenggelam dalam serunya kehidupan bersama Pemilik Kehidupan, kita jadi lupa sama hal-hal yang tidak terlalu penting dan tidak berpengaruh untuk meraih kemenangan itu.

Kita akan terus menikmati kehidupan ini karena akan ada kemenangan yang menanti kita apabila kita tahan uji dan terus meraih “poin” kebaikan di setiap level kehidupan kita. Jangan takut untuk gagal meraih kemenangan itu karena bersama Pemilik Kehidupan segala sesuatu yang mustahil menjadi indah di dalamnya. Syaratnya cuma satu, meski kita tidak tahu dan tidak mengerti apa pun yang sedang kita alami saat ini, kita hanya perlu yakin kalau kita aman di bawah payung Pemilik Kehidupan. Jadi, kita menikmati permainan kehidupan ini dengan seru bersama Pemilik Kehidupan dan terhanyut di dalamnya sampai-sampai kita tidak lagi memikirkan hal-hal yang tidak terlalu penting dan hanya fokus pada kemenangan itu.

WHAT TO DO:
1. Mulai memaknai hidup bersama Tuhan adalah hal yang indah
2. Berdoa dan minta pimpinan Tuhan dalam setiap langkah

BIBLE MARATHON:
1 Samuel 28:31

Card image
Renungan Pagi - 01 April 2024
2024-04-01 12:34:37


Firman Tuhan dengan jelas berkata, "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah."

Jika kita mengasihi Allah, maka akan melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah bekerja didalam segala sesuatu berarti segala hal baik ataupun buruk, Allah turut bekerja didalamnya, mendatangkan kebaikan bagi kita, orang-orang yang mengasihi Tuhan.

Seringkali justru lewat masa-masa yang sukar, sebenarnya Allah sedang mendidik dan mempersiapkan kita untuk suatu rencana yang besar dan pastinya mendatangkan kebaikan dalam hidup kita.
(Roma 8:28)

Card image
Quote Of The Day - 01 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-01 12:33:05


Saat penting dan genting adalah saat dimana orang percaya harus memilih atau mengambil keputusan, antara kehendaknya sendiri atau kehendak Bapa di surga.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 01 April 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-04-01 12:32:09


Manusia yang benar-benar menghayati bahwa dirinya adalah makhluk kekal, pasti lebih mulia dalam perilakunya dibanding yang tidak.

Card image
ENDING OUR WAY OF LIFE - 01 April 2024 (English Version)
2024-04-01 12:30:27


If God teaches us and wants us to love Him with all our heart, all our soul, mind and strength, that means we must not give room in our hearts, room in our souls to anyone or anything. For our own pleasure in the form of honor, praise, flattery, material objects or whatever. Even spouses, parents, children, family should not 'compete' with God in our lives. And this is an absolute thing. Only the Holy Spirit can help us to make Him as our Lord and to make God, our Father, the Father we honor, for whom we live.

We must earnestly place God above all else in this life. And only the Holy Spirit can help us do this. One day we will surely die. And we all know that we don't carry a single piece of thread, not a single coin with us. The psalmist illustrates this by saying in Psalm 73:25, "Whom have I in heaven but you? And earth has nothing I desire besides you."

If we, while still young, can do this, then we will indeed become extraordinary. It is the Holy Spirit who guides us in making God everything in our lives. Tomorrow we will surely become blessed, protected, and not will not be ashamed. For those of us who are older, we should truly empty the vessels of our hearts so that there is no pleasure and happiness in this life other than God.

If God becomes our sole happiness, then God will make anyone and anything in our lives our happiness. Because our happiness does not lie in life partners, parents, children, family, friends, or material possessions such as cars, houses, jewelry, belongings, nor in the honor, praise, flattery that we receive. It's not that! So we must end our way of life, making God everything in this life. One day the world will become a sea of fire. That's terrifying!

Even a volcano in a certain location, terrifying, when hot ash bursts forth, the sky turns dark, raining ash. Terrifying! Especially when the Lord comes, as described in 2 Peter 3:10-11, "But the day of the Lord will come like a thief. On that day the heavens will disappear with a mighty roar and the elements of the world will be consumed in flames, and the earth and everything on it will disappear. So, if all these things are to be destroyed in such a way, how holy and pious must you live.”

At that time, people will realize what is truly needed, only God. We will be terrified when we think of people who are stingy towards others now, but lavish and extravagant for themselves. If they want to buy something, they buy it. If they want to achieve something, they do it. But for others, they are so stingy, so calculating. People who accumulate pleasures, wealth for themselves, but never want to hear what God is saying, never find out what God's plan is for their life. There are people who cannot be counseled because they don't care about God's work.

We can understand, perhaps they haven't found a trustworthy church or pastor, so they are unwilling to release their wealth for the work of God. Or maybe they know there are good pastors who can be trusted to do the work of God, but their hearts are closed to others. How terrible these people are. One day when they see the terrible eternity, they are not worthy to be with God, because basically what they worship is not God, but their wealth, their riches. Their glory is the objects around them. Whether it's a handbag carried, whether it is a watch worn, whether it is a car driven, or clothes worn.

It's not wrong to wear those things if it's their portion. But if they don't care about the work of God, then they only care about their family, the people who are close to them, that's wrong. Even if they support the work of God, only because they feel guilty for not giving, or pity the church, but not out of love for God. They haven't been able to make God their happiness. They don't give proper space for God. Their lives are given to the pleasures of the world. And these are the people who worship Satan, terrible!

Even pastors can worship Satan, although their mouths worship God, but they still enjoy the pleasures of the world, and enjoy them; that's the same as worshiping Satan. Valuing the world, giving high value to the world; that's worshiping Satan (Luke 4:5-8 The devil led him up to a high place and showed him in an instant all the kingdoms of the world. 6 And he said to him, “I will give you all their authority and splendor; it has been given to me, and I can give it to anyone I want to. 7 If you worship me, it will all be yours.” 8 Jesus answered, “It is written: ‘Worship the Lord your God and serve him only”). Let's make as much room as possible for God. Don't desire what God doesn't want us to desire. Let God alone be the one we long for. Let us pay attention to what His will for us to do and His plans for us to fulfill. Therefore, don't talk too much. Always connect with God at every moment.

IF GOD BECOMES OUR SOLE HAPPINESS, THEN GOD WILL MAKE ANYONE AND ANYTHING IN OUR LIVES OUR HAPPINESS. .

Card image
MENGAKHIRI JALAN HIDUP - 01 April 2024
2024-04-01 12:28:09


Kalau Tuhan mengajar kita dan menghendaki kita mengasihi Dia dengan segenap hati, segenap jiwa, akal budi, dan kekuatan, itu memang berarti kita tidak boleh memberikan ruangan hati kita, ruangan jiwa kita untuk siapa pun dan apa pun. Untuk kesenangan kita sendiri dalam bentuk kehormatan, pujian, sanjungan, benda-benda materi atau apa pun. Bahkan pasangan hidup, orang tua, anak, keluarga tidak boleh ‘menyaingi’ Tuhan di dalam hidup kita. Dan ini satu hal yang mutlak. Hanya Roh Kudus yang dapat menolong kita untuk menjadikan Dia sebagai Tuhan kita dan untuk menjadikan Allah, Bapa kita, Bapa yang kita hormati, yang bagi-Nya kita hidup. 

Kita harus sungguh-sungguh menempatkan Tuhan di atas segala-galanya dalam hidup ini. Dan hanya Roh Kudus yang bisa menolong kita melakukan hal ini. Suatu hari kita pasti meninggal dunia. Dan semua kita tahu bahwa tidak ada selembar benang pun yang kita bawa, tidak ada sekeping uang pun yang kita bawa. Pemazmur menunjukkannya dengan mengatakan dalam Mazmur 73:25, "Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi." 

Kalau kita yang masih muda bisa melakukan hal ini, maka kita pasti akan menjadi sangat luar biasa. Roh Kudus yang menuntun bagaimana kita menjadikan Tuhan sebagai segalanya dalam hidup. Hari esok kita pasti menjadi orang-orang yang terberkati, terlindungi, dan tidak akan dipermalukan. Bagi kita yang sudah berumur, mestinya kita benar-benar mengosongkan bejana hati kita agar tidak ada kesenangan dan kebahagiaan apa pun dalam hidup ini selain Tuhan. 

Jika Tuhan menjadi satu-satunya kebahagiaan kita, maka Tuhan akan menjadikan siapa pun dan apa pun di lingkungan kita dalam hidup kita sebagai kebahagiaan kita. Sebab kebahagiaan kita bukan terletak pada pasangan hidup, orang tua, anak, famili, keluarga besar, sahabat atau benda-benda materi seperti mobil, rumah, perhiasan, perlengkapan hidup, kehormatan, pujian, sanjungan. Bukan itu! Maka kita harus mengakhiri jalan hidup kita, menjadikan Tuhan segalanya dalam hidup ini. Suatu hari dunia akan menjadi lautan api. Itu mengerikan!  

Gunung berapi saja dalam lokasi tertentu, mengerikan, kalau sudah awan panas menyembur, langit menjadi gelap, hujan abu. Mengerikan! Apalagi pada waktu kedatangan Tuhan nanti, yang di dalam 2 Petrus 3:10-11, “Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup.”

Pada waktu itu baru orang sadar betapa yang diperlukan, yang dibutuhkan hanya Tuhan. Kita akan ngeri jika membayangkan orang-orang yang sekarang pelit untuk sesamanya, tetapi royal dan boros untuk dirinya sendiri. Kalau dia mau beli apa, dia beli. Dia mau mencapai apa, dia lakukan. Tetapi, untuk sesama dia begitu pelit, begitu perhitungan. Orang yang mengumpulkan kesenangan, kekayaan bagi dirinya sendiri, tapi tidak pernah mau mendengar Tuhan bicara apa, tidak pernah menemukan apa rencana Allah di dalam hidupnya. Ada orang-orang yang sampai tidak bisa dinasihati karena dia tidak peduli pekerjaan Tuhan. 

Kita bisa mengerti, mungkin dia tidak menemukan gereja yang bisa dipercayai atau pendeta yang bisa dipercayai, sehingga dia tidak mau melepaskan hartanya untuk pekerjaan Tuhan. Atau mungkin dia tahu ada pendeta-pendeta baik yang bisa dipercayai untuk menjalankan pekerjaan Tuhan, tetapi hatinya telah tertutup terhadap sesamanya. Betapa mengerikan orang-orang ini. Suatu hari ketika dia melihat kekekalan yang dahsyat, dia tidak layak bersama dengan Tuhan, karena pada dasarnya yang disembah bukan Tuhan, tapi harta, kekayaannya. Kemuliaannya adalah benda-benda di sekitarnya. Apakah itu tas yang ditenteng, apakah itu arloji yang dikenakan, apakah itu mobil yang dikendarai, atau pakaian yang dipakai.

Bukan tidak boleh mengenakan hal-hal itu kalau itu menjadi bagiannya, tidak salah. Tetapi kalau tidak peduli pekerjaan Tuhan, lalu dia hanya peduli dengan keluarganya, orang-orang yang dekat, itu salah. Kalau pun dia mendukung pekerjaan Tuhan, hanya karena tidak enak hati, atau kasihan terhadap gereja, tetapi bukan karena mencintai Tuhan. Mereka belum bisa menjadikan Tuhan sebagai kebahagiaannya. Dia tidak memberi ruangan yang patut bagi Tuhan. Ruangan hidupnya diberikan untuk kesenangan-kesenangan dunia. Dan inilah orang-orang yang menyembah Iblis, mengerikan! 

Sebagai pendeta juga bisa menyembah Iblis, walaupun mulutnya menyembah Allah, tapi ia masih memiliki kesenangan-kesenangan dunia, dan menikmatinya; itu sama dengan menyembah Iblis. Menghargai dunia, memberi nilai tinggi dunia; itu menyembah Iblis (Luk. 4:5-8). Mari kita memberi ruangan sebesar-besarnya untuk Tuhan. Jangan mengingini apa yang Tuhan tidak kehendaki kita ingini. Biar Tuhan saja yang kita rindukan. Mari kita memperhatikan apa kehendak-Nya untuk kita lakukan dan rencana-Nya untuk kita penuhi.  Karenanya, jangan banyak bicara. Selalu konek dengan Tuhan setiap saat.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JIKA TUHAN MENJADI SATU-SATUNYA KEBAHAGIAAN KITA, MAKA TUHAN AKAN MENJADIKAN SIAPA PUN DAN APA PUN DI LINGKUNGAN KITA DALAM HIDUP KITA SEBAGAI KEBAHAGIAAN KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 01 April 2024
2024-04-01 12:25:09

Hakim-hakim 8-9

Card image
Truth Kids 31 Maret 2024 - TIDAK MENCINTAI DUNIA
2024-03-31 09:42:49


Matius 19:22
"Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya."

Sobat Kids, sebulan ini kita sudah belajar dari berbagai macam tokoh yang ada, baik di Perjanjian Lama maupun di Perjanjian Baru. Ada tokoh yang memberikan teladan yang baik, ada pula tokoh yang mengingatkan kita untuk tidak berbuat hal salah seperti yang telah dilakukannya. Memang tidak mudah untuk tetap setia dan mengikuti Tuhan. Banyak godaan yang mencoba membuat kita jauh dari Tuhan. Iblis tidak takut saat kita datang ke gereja. Hanya datang ke gereja tidak menjamin kita selamat, Sobat Kids. Masih banyak orang yang berbuat suka-suka sendiri walaupun datang ke gereja tiap Minggu. Tetapi Iblis akan takut saat anak-anak taat dan setia kepada Tuhan Yesus Kristus saja. Anak-anak yang sudah tidak mencintai dunia dengan segala isinya, termasuk harta atau uang.

Kisah orang muda kaya yang kita baca ayatnya hari ini menjadi pengingat bagi kita untuk tidak mencintai dunia ini. Kita hanya mau cinta kepada Tuhan Yesus. Dunia dan segala isinya tidak dapat menggantikan keselamatan yang diberikan oleh Tuhan. Kalian pasti mau masuk ke langit baru dan bumi yang baru, kan, Sobat Kids? Yuk, kita berjuang untuk ikut Tuhan, sejak sekarang sampai selamanya.

Card image
Truth Junior 31 Maret 2024 - SESUAI KOMANDO TUHAN
2024-03-31 09:31:46


Matius 19:22
“Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya."

Satu lagi kisah sebagai warning ataupun reminder bagi kita semua, Sobat Junior. Kisah orang muda yang kaya raya. Secara norma hukum, orang muda yang kaya ini adalah seorang yang baik. Ia melakukan yang diperintahkan dalam Hukum Taurat. Ia merasa sebagai orang benar karena sudah melakukan Hukum Taurat dan memiliki banyak kekayaan. Saat ia mendengar jawaban Yesus tentang cara untuk menjadi sempurna, ia menjadi sedih sebab sangat banyak hartanya. Ia tidak rela untuk menjual segala miliknya dan memberikan itu kepada orang-orang miskin. Karena itulah Yesus berkata kepada murid-murid-Nya bahwa sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga.

Maksud Tuhan Yesus tersebut bukanlah berarti kita tidak boleh menjadi kaya, ya, Sobat Junior. Tentu saja saat kalian sudah bekerja nanti, kalian boleh mencari uang sebanyak-banyaknya. Namun, bukan untuk kesenangan diri sendiri, melainkan untuk mendukung pekerja Tuhan di bumi ini. Hati yang terikat cinta uanglah yang tidak boleh kita miliki. Kita harus sadar, semua yang kita miliki adalah milik Tuhan. Oleh sebab itu, kita harus menggunakan semua yang kita miliki; kepandaian, keterampilan, termasuk harta kita untuk mendukung pekerjaan Tuhan. Berbuat hanya seturut kehendak Tuhan.

Card image
Truth Youth 31 Maret 2024 (English Version) - IS IT ACCEPTABLE TO BE HAPPY?
2024-03-31 09:27:55


"Blessed is the one who does not walk in step with the wicked or stand in the way that sinners take or sit in the company of mockers, but whose delight is in the law of the LORD, and who meditates on his law day and night." (Psalm 1:1-2)

Happiness is not determined by the wealth we possess; nor is it determined by our position or status. Happiness is also not determined by whether we succeed in achieving something or not. Happiness is determined by the decisions we make. We decide whether to be happy or not in certain situations or when facing certain problems. Everyone in this world surely wants to attain happiness. Many steps are taken by people to achieve and find happiness. Some try to find happiness by working continuously until they lose track of time. Some try to find happiness by accumulating as much wealth as possible. Some try to find happiness by frequenting nightclubs. Some try to find happiness by abusing drugs. Some try to find happiness by vacationing in exotic places. Some try to find happiness by living in luxury homes. Some try to find happiness by buying and owning luxury items. Some try to find happiness through revelry, and so on.

What people, including Christians, do to seek and find happiness by following worldly habits, turns out to be futile. They do not find true happiness. Even if they do find and experience happiness, what they find and experience is temporary happiness, not true happiness. This means that happiness is like a rare commodity that is difficult to find. For worldly people who live by worldly means, happiness is like a rare and expensive commodity. However, for Christians who understand and live in the truth of God's word, it is very clear that happiness is easily found. Our eternal happiness is when we can build a relationship with God, the Creator. Of course, we must learn to have an intimate relationship with God. Seek the Lord as long as we live and commune with the Lord every day.

WHAT TO DO:
Our happiness can only be found when we seek God and have an intimate communion with Him.

BIBLE MARATHON:
- 1 Samuel 25-27

Card image
Truth Youth 31 Maret 2024 - BOLEHKAH BAHAGIA?
2024-03-31 09:26:09


"Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan merenungkan Taurat itu siang dan malam." (Mazmur 1:1-2)

Kebahagiaan itu tidak ditentukan oleh harta yang kita punya; tidak juga ditentukan oleh jabatan atau posisi kita. Kebahagiaan juga tidak ditentukan oleh apakah kita berhasil mencapai sesuatu atau tidak. Kebahagiaan itu ditentukan oleh keputusan yang kita buat. Kita yang memutuskan mau berbahagia atau tidak saat berada dalam situasi tertentu; atau mengalami persoalan tertentu. Semua orang di dunia ini pasti ingin meraih kebahagiaan. Banyak langkah yang dilakukan orang untuk meraih dan menemukan kebahagiaan. Ada yang berusaha mencari kebahagiaan dengan bekerja terus-menerus sampai lupa waktu. Ada yang berusaha mencari kebahagiaan dengan menumpuk kekayaan sebanyak-banyaknya. Ada yang berusaha mencari kebahagiaan dengan mendatangi klub-klub malam. Ada yang berusaha mencari kebahagiaan dengan menyalahgunakan obat-obat terlarang. Ada yang berusaha mencari kebahagiaan dengan berlibur ke tempat-tempat yang eksotis. Ada yang berusaha mencari kebahagiaan dengan tinggal di rumah mewah. Ada yang berusaha mencari kebahagiaan dengan membeli dan memiliki barang mewah. Ada yang berusaha mencari kebahagiaan dengan kegiatan hura-hura, dan lain sebagainya.

Apa yang dilakukan orang-orang termasuk orang Kristen untuk mencari dan menemukan kebahagiaan dengan mengikuti kebiasaan duniawi ternyata sia-sia. Mereka tidak menemukan kebahagiaan yang sejati. Jikapun mereka menemukan dan merasakan kebahagiaan, maka yang mereka temukan dan rasakan adalah kebahagiaan semu, kebahagiaan sesaat, bukan kebahagiaan yang sejati. Artinya kebahagiaan itu seperti barang langka yang sulit ditemukan. Bagi orang dunia yang hidup dengan cara dunia memang kebahagiaan itu seperti barang langka yang sulit ditemukan dan sangat mahal. Namun, bagi orang Kristen yang mengerti dan hidup di dalam kebenaran firman Tuhan jelas sekali kebahagiaan itu sangat mudah ditemukan. Kebahagiaan kita yang abadi adalah di saat kita bisa membangun hubungan dengan Tuhan, Sang Pencipta. Tentu kita harus belajar untuk memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan. Carilah Tuhan selama kita hidup dan bergaullah dengan Tuhan setiap hari.

WHAT TO DO:
Kebahagiaan kita hanya bisa kita dapat di saat Tuhan yang kita cari dan bergaul intim dengan Tuhan.

BIBLE MARATHON:
1 Samuel 25-27

Card image
Renungan Pagi - 31 Maret 2024
2024-03-31 09:22:53


Jawab Yesus; "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati", Pernyataan Tuhan Yesus dalam peristiwa kebangkitan Lazarus, dibuktikan dengan peristiwa kebangkitan-Nya sendiri, tiga hari setelah kematian-Nya di kayu salib. Kebangkitan Tuhan Yesus dari kematian membuktikan bahwa kuasa firman-Nya tidak dapat dihalangi oleh apapun dan siapapun.

Kebangkitan-Nya juga mau menegaskan kepada kita bahwa firman Allah tidak akan gagal. Yesus Kristus bukanlah Tuhan yang mati, tapi Tuhan yang hidup, bangkit dari kematian dan berkuasa di bumi, di surga. Peristiwa kebangkitan Kristus telah dinyatakan dalam firman Tuhan, bahwa gempa bumi dahsyat terjadi saat malaikat Tuhan turun untuk menggulingkan batu penutup kubur Yesus.

Dan perkataan malaikat kepada wanita-wanita yang datang pada saat itu, Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu; "Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring."

Demikian juga berlaku atas kita, umat tebusan-Nya, kematian bukan akhir dari segalanya, karena dibalik kematian ada kehidupan kekal yang sedang menanti. Namun nasib kekal kita ditentukan dari cara hidup sekarang di dunia. Apakah hidup berjuang untuk melakukan kehendak Bapa atau hidup suka-suka menurut kehendak kita sendiri.
(Matius 28:5-6; Yohanes 11:25)

Card image
Quote Of The Day - 31 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-31 09:17:25


Dengan kebangkitan Tuhan Yesus, manusia memiliki pengharapan kebangkitan dari antara orang mati.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 31 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-31 09:02:19


Kita tinggal menghitung hari sisa. Dan di sisa hari yang Tuhan berikan ini, hendaknya kita serius mempersiapkan diri.

Card image
POSSESSING HIS THOUGHTS AND FEELINGS - 31 Maret 2024 (English Version)
2024-03-31 09:00:04


There is nothing that can be more attractive or that we see as more valuable than being God's children. So, we can start saying, "My aspiration is to become a child of God." Don't feel like you are already God's children, but rather check, investigate, ask the Holy Spirit to lead us, whether we already possess the qualities of being children of God? Of course, as humans, we often judge others, evaluate them, or even judge: why did this person do this, why did that person do that? But let's apply it to ourselves, how about me? Perhaps we are not better than them.

There we find the "the self" which has not been turned off. Even though we understand how we must continue to crucify the flesh with all its lusts. Until we truly become outstanding human profiles, which will surely be felt by others. In the midst of glorifying, proclaiming God's love, is God satisfied to see us? Have we possessed and extended God's love to others? So that the feeling of not wanting anyone to perish is not only owned by God but also by us.

If God gave His Son, the Lord Jesus Christ, then we are also willing to give anything for the salvation of others. Husband and wife will be willing to sacrifice anything for their partner, children, parents, in-laws. Husband and wife are willing to make sacrifices, willing to give in for the sake of the integrity of the household, for the sake of togetherness. If we come to the feeling of not wanting anyone to perish, we will certainly be much more respectful of our parents and in-laws and love them truly. It's terrible if we don't change. We must be afraid, that if we die there are still elements of "the self" that has not been broken, has not been completely crushed.

Even though we have struggled earnestly, truly, how difficult it is to kill our old selves. However, as we are increasingly filled with the word, through the journey of life, then the Holy Spirit speaks. We have the feelings of God, we surely know it is the feeling of God, because it is different from our previous feelings. For example, in the past, we could forgive, now we can too, but it's different. When we feel love for someone and we are willing to defend that person. We could do that before, but this time it's different. We can feel the thoughts and feelings of God flowing and we also enjoy it.

Do not let this time pass, yet we fail to put on the life of Jesus. Our aspiration is to become children of God; to have the title of children of God with all His magnificence and glory. If today we glorify God's love without continuing it to others, it does not please God. The beauty, joy, and peace that God intended can only be enjoyed if we possess His thoughts and feelings. We cannot possibly enjoy God's peace without having His thoughts and feelings, "Peace I leave with you; my peace I give you. I do not give to you as the world gives.”

Until we become children of God with the characteristics of children of God, with the attributes of God’s children, only then we are valid as children of God; that's extraordinary. It's more than being a president or a conglomerate's child. And later, we will enjoy that peace, we can enjoy the love we give to others. Perhaps we cannot give money yet, but we have a burden for souls, there is a flowing happiness. When we see someone we once helped, and his life changes, we can cry, we feel happy.

All we need is God. But who wants to hear principles like this, living not normally? We must indeed not live normally in the eyes of the world. And we cannot possibly live normally because the life we wear is the life of God's children who are completely unknown to the world. If they knew, they would not crucify Jesus, thus says the word of God. We want to build a community of children of God with the standard of life of children of God. That's why we don't stop praying, we don't stop learning the word. Continuously urged to read every situation because through that situation, God teaches us, and the Holy Spirit will surely speak.

THE BEAUTY, JOY, AND PEACE THAT GOD INTENDED CAN ONLY BE ENJOYED IF WE POSSESS HIS THOUGHTS AND FEELINGS.

Card image
MEMILIKI PIKIRAN PERASAAN-NYA - 31 Maret 2024
2024-03-31 08:57:03


Tidak ada hal yang boleh lebih menarik atau kita pandang lebih berharga daripada menjadi anak-anak Allah. Jadi kita mulai bisa berkata, “Cita-citaku menjadi anak Allah.” Jangan merasa sudah menjadi anak-anak Allah, tetapi coba periksa, selidiki, minta Roh Kudus pimpin, apakah kita sudah memiliki sifat anak-anak Allah itu? Tentu sebagai manusia kita sering menilai orang, mengevaluasi orang, atau seperti menghakimi: kenapa orang ini buat begini, kenapa orang itu buat begitu? Tapi mari kita kenakan pada diri sendiri, bagaimana saya? Jangan-jangan kita tidak lebih baik dari dia.

Di situ kita menemukan “si aku” yang belum dimatikan. Padahal kita mengerti bagaimana harus terus menyalibkan daging dengan segala hawa nafsunya. Sampai kita betul-betul menjadi profil manusia yang luar biasa, yang itu pasti akan dirasakan oleh orang lain. Di tengah-tengah kita mengagungkan, mengumandangkan kasih Allah, puaskah Tuhan melihat kita? Apakah kasih Allah telah kita miliki dan kita salurkan kepada sesama? Sehingga perasaan tidak menginginkan seorang pun binasa bukan hanya dimiliki Tuhan, melainkan juga kita miliki.

Kalau Allah memberikan Putra-Nya, Tuhan Yesus Kristus, maka kita pun rela memberikan apa pun demi keselamatan sesama. Suami istri akan rela berkorban apa pun untuk pasangan, anak-anak, orang tua, mertua. Suami istri rela berkorban, rela mengalah demi keutuhan rumah tangga, demi kebersamaan. Kalau kita sampai pada perasaan tidak menginginkan seorang pun binasa, pasti kita akan jauh lebih menghormati orang tua, mertua dan mengasihi mereka secara benar. Mengerikan kalau kita tidak berubah. Kita harus takut, kalau kita meninggal masih ada unsur-unsur “si aku” yang belum dipatahkan, belum digilas habis.

Walau kita sudah berjuang sungguh-sungguh, sejatinya, betapa sulitnya membunuh manusia lama kita. Namun ketika kita makin dipenuhi oleh firman, yaitu lewat perjalanan hidup, maka Roh Kudus bicara. Kita memiliki perasaan Tuhan, kita pasti tahu itu perasaan Tuhan, sebab itu beda dengan perasaan kita sebelumnya. Misalnya, dulu kita bisa mengampuni, sekarang juga bisa, tapi beda. Ketika kita merasakan kasih terhadap seseorang dan kita mau membela orang itu. Dulu juga bisa begitu, tapi kali ini beda. Kita bisa merasakan pikiran perasaan Allah yang dialirkan dan kita juga menikmatinya. Jangan sampai waktu ini berlalu, namun kita gagal mengenakan kehidupan Yesus. Cita-cita kita adalah menjadi anak-anak Allah; memiliki gelar anak-anak Allah dengan segala keagungan dan kemuliaan-Nya. Kalau hari ini kita mengagung-agungkan kasih Allah tanpa meneruskan kepada sesama, itu tidak membahagiakan Tuhan. Keindahan, sukacita, damai yang dimaksudkan Tuhan baru kita nikmati kalau kita memiliki pikiran perasaan-Nya. Tidak mungkin kita bisa menikmati damai Tuhan tanpa memiliki pikiran dan perasaan-Nya, “Damai sejahtera Kuberikan kepadamu, damai sejahtera yang Kuberikan tidak sama seperti yang diberikan dunia ini.”

Sampai kita menjadi anak-anak Allah dengan karakteristik anak-anak Allah, dengan sifat anak-anak Allah, barulah kita sah sebagai anak-anak Allah; itu luar biasa. Itu lebih dari menjadi seorang presiden, atau seorang anak konglomerat. Dan nanti kita akan menikmati damai itu, kita bisa menikmati kasih yang kita berikan kepada orang lain. Mungkin kita belum bisa memberi uang, tapi kita punya beban terhadap jiwa-jiwa, ada kebahagiaan yang mengalir. Ketika kita melihat orang yang pernah kita tolong, lalu hidupnya berubah, kita bisa menangis, kita punya perasaan yang bahagia.

Yang kita butuhkan hanya Tuhan. Tapi siapa yang mau dengar prinsip seperti ini, hidup tidak wajar? Kita memang tidak boleh wajar hidup di mata dunia. Dan kita tidak mungkin hidup wajar karena hidup yang kita kenakan adalah hidup anak-anak Allah yang sama sekali tidak dikenal dunia. Kalau mereka mengenal, mereka tidak akan menyalibkan Yesus, demikian firman Tuhan. Kita mau membangun komunitas anak-anak Allah dengan standar hidup anak-anak Allah. Makanya kita tidak berhenti berdoa, tidak berhenti belajar firman. Terus diserukan untuk membaca setiap keadaan, sebab melewati keadaan itu Tuhan mengajar kita, dan Roh Kudus pasti bicara.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEINDAHAN, SUKACITA, DAMAI YANG DIMAKSUDKAN TUHAN BARU KITA NIKMATI KALAU KITA MEMILIKI PIKIRAN PERASAAN-NYA. .

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 31 Maret 2024
2024-03-31 04:42:28

Hakim-hakim 6-7

Card image
Truth Kids 30 Maret 2024 - DEMAS
2024-03-30 12:43:58


2 Timotius 4:10
"Karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika. Kreskes telah pergi ke Galatia dan Titus ke Dalmatia."

Setelah Paulus bertobat dan mengerti kebenaran firman Tuhan yang benar-benar benar, ia berkeliling dari satu tempat ke tempat lain untuk memberitakan Injil. Paulus banyak dibantu oleh teman-temannya dalam melayani Tuhan. Di antara mereka ada yang bernama Timotius, Lukas, Markus, dan Demas. Sayangnya, Demas tidak setia melayani Tuhan. Walaupun awalnya ia bekerja sama dengan Rasul Paulus dalam melayani Tuhan, Demas tergoda oleh dunia. Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan Paulus.

Sobat Kids, memang tidak mudah menolak kesenangan yang dunia tawarkan, apalagi di zaman sekarang ini. Dengan kemajuan teknologi, kita ditawarkan berbagai macam tontonan dan hiburan. Sayangnya, banyak tontonan, hiburan, dan permainan yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Hati-hati, ya, Sobat Kids. Jangan sampai kalian lebih mencintai hal-hal yang ditawarkan dunia ini daripada mencintai Tuhan Yesus. Iblis sedang berusaha untuk menarik kita untuk mencintai dunia dan meninggalkan Tuhan. Jangan sampai kita masuk perangkapnya.

Card image
Truth Junior 30 Maret 2024 - MENCINTAI DUNIA
2024-03-30 12:42:04


2 Timotius 4:10
“karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika. Kreskes telah pergi ke Galatia dan Titus ke Dalmatia.”

Sudah sejak awal bulan kita belajar dari tokoh-tokoh Alkitab, baik yang ada di Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Sebagian besar tokoh yang sudah kita pelajari bersama adalah tokoh-tokoh yang memberikan teladan baik untuk kita tiru. Namun, ada juga beberapa tokoh yang menjadi pengingat agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama. Dan hari ini kita akan belajar dari seorang tokoh yang bernama Demas. Demas adalah seseorang yang awalnya bekerja sama dengan Rasul Paulus. Namun sayangnya, Demas tergoda untuk mencintai dunia dan akhirnya meninggalkan Paulus. Semua pelayanan yang pernah Demas lakukan bersama-sama dengan Paulus ditinggalkan oleh Demas. Ia lebih memilih untuk mencintai dunia ini.

Sobat Junior, ini adalah sebuah peringatan untuk kita semua. Seorang pelayan Tuhan belum tentu bisa setia sampai akhir hayatnya. Saat kita mulai tertarik akan kenikmatan yang bisa diberikan dunia ini, hati kita mulai dikuasai oleh Iblis. Kita tidak mungkin bisa berkenan di hadapan Tuhan jika kita masih mencintai dunia ini. Bukan berarti kita tidak boleh menikmati dunia yang telah diciptakan oleh Tuhan, ya, Sobat Junior. Tentu saja kita masih boleh menikmati makanan yang enak, menikmati alam yang indah, dan yang lainnya. Tetapi hati kita jangan sampai mencintai dunia lebih dari kita mencintai Tuhan. Tuhanlah satu-satunya sumber kebahagiaan sejati kita.

Card image
Truth Youth 30 Maret 2024 (English Version) - THE RIGHT ARROW
2024-03-30 12:39:09


"Like arrows in the hands of a warrior are children born in one's youth." (Psalm 127:4)

Young people are often underestimated and looked down upon because they are young and lack experience. Do we realize that we are arrows of God? If we do, we will not be careless with our lives. For an arrow to function properly, it must go through a certain process. An arrow is a gift, talent, and gift that God places in our lives. A dull arrow will not produce anything, will not hit the target, and will break easily. We can only function well and hit the target accurately if we are sharp and straight. To become a sharp arrow, we need to sharpen our abilities, character, and sensitivity. Then, to become a straight arrow, there is no other way but to keep our hearts straight before God. Surely, we have experienced times when our hearts were "crooked". But let's keep trying to keep our hearts straight and do what is right in the sight of God.

As arrows, we cannot move on our own and we must be under the guidance and guidance of the Holy Spirit. A soaring arrow is an arrow that is constantly sharpened and trained. We need to position ourselves as children of God who receive love from the Lord. Often, we do not reach the target because we follow what we want, not what God wants. Therefore, we need humility, willingness to listen to Him, and also leaders around us. When the arrow is sharp, straight, directed, and balanced, we also need to understand that there are times when the arrow must be pulled far back to be shot towards the target. Often when we feel ready to be shot, God allows a time when we feel distant, withdrawn, failed, and alone. Prayers are unanswered, desires are unfulfilled, and many burdens weigh us down. But truly, God wants to shoot us even further; to a higher level. So, do not give up. Believe that God never makes mistakes and never forgets His plans. The farther we are pulled, the greater His power will be revealed.

WHAT TO DO:
Directing our lives to God and walking in truth

BIBLE MARATHON:
- 1 Samuel 22-24

Card image
Truth Youth 30 Maret 2024 - ANAK PANAH YANG TEPAT
2024-03-30 12:37:40


"Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda." (Mazmur 127:4)

Anak muda sering kali tidak dianggap dan sering dipandang rendah karena masih muda dan tidak banyak pengalaman. Sadarkah kita, bahwa kita adalah anak panah Tuhan? Jika kita menyadarinya, kita tidak akan sembarangan dengan hidup kita. Agar anak panah bisa berfungsi dengan baik, ia harus melewati proses tertentu. Anak panah adalah karunia, talent, dan gift yang Tuhan taruh dalam hidup kita. Anak panah yang tidak tajam tidak akan menghasilkan apa-apa, tidak tertusuk pada sasaran, dan akan mental. Kita baru dapat berfungsi dengan baik dan tepat sasaran jika kita tajam dan lurus. Untuk menjadi anak panah yang tajam, maka kita perlu mengasah kemampuan, karakter, dan kepekaan kita. Lalu untuk menjadi anak panah yang lurus, tidak ada cara lain selain menjaga hati kita tetap lurus di hadapan Tuhan. Pasti kita pernah mengalami masa di mana hati kita “bengkok”. Tapi, mari kita terus berusaha untuk menjaga hati dan melakukan apa yang benar di mata Tuhan.

Sebagai anak panah kita tidak bisa bergerak sendiri dan kita harus ada dalam tuntunan dan bimbingan Roh Kudus. Anak panah yang melesat adalah anak panah yang diasah dan dilatih selalu. Kita harus memposisikan diri kita bahwa kita adalah anak-anak Allah yang mendapatkan kasih dari Tuhan. Sering kali, kita tidak sampai ke sasaran karena mengikuti yang kita mau, bukan yang Tuhan mau. Maka itu, kita perlu kerendahan hati, mau mendengarkan-Nya dan juga pemimpin di sekitar kita. Saat anak panah itu tajam, lurus, terarah, dan seimbang, kita juga harus mengerti bahwa ada waktu di mana anak panah harus ditarik jauh ke belakang untuk dilesatkan menuju sasaran. Sering kali saat kita merasa siap dilesatkan, Tuhan mengizinkan masa di mana kita merasa jauh, mundur, gagal, dan seperti seorang diri saja. Doa belum terjawab, keinginan tidak terpenuhi, dan banyak hal yang membebani. Tapi sesungguhnya, Tuhan yang ingin melesatkan kita ke tempat yang lebih jauh lagi; ke level yang lebih tinggi. Maka itu, jangan menyerah. Percayalah bahwa Tuhan tidak pernah salah dan lalai dalam rencana-Nya. Semakin jauh kita ditarik, semakin besar kuasa-Nya yang akan dinyatakan.

WHAT TO DO:
Mengarahkan hidup kita kepada Tuhan dan berjalan dalam kebenaran.

BIBLE MARATHON:
▪︎1 Samuel 22-24

Card image
Renungan Pagi - 30 Maret 2024
2024-03-30 12:31:18


Peristiwa gempa bumi yang dahsyat terjadi dua kali saat itu, yang pertama di Golgota, saat Tuhan Yesus menyerahkan Nyawa-Nya, mati diatas kayu salib, dan gempa bumi dahsyat itu pun terjadi lagi saat Tuhan Yesus bangkit dari kematian. Dan kematian Tuhan Yesus diatas kayu salib membuat kita di selamatkan dari maut, kematian kekal yang membinasakan, untuk menerima hidup kekal didalam Tuhan, yang artinya hidup dalam pimpinan Roh Kudus, hidup bagi Tuhan.

Peristiwa penebusan adalah tanda kepemilikan kita atas diri sendiri diubahkan menjadi hidup yang dimiliki oleh Tuhan, bukan lagi hamba dosa, tetapi hambanya Tuhan. "Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut."

Kini, ketika memperingati kematian-Nya yang memberikan kehidupan kekal, apakah kita telah sungguh-sungguh hidup sebagai hamba-hamba-Nya yang hidup bagi kepentingan Majikan Agung? Jangan sampai tidak ada perubahan dalam hidup kita, tetap hidup sama dari saat belum ditebus sampai setelah ditebus sekarang ini. Harus ada buah yang nyata dari kehidupan yang telah diubahkan, supaya hidup kita dapat dinikmati oleh Bapa.
( Roma 8:1-2)

Card image
Quote Of The Day - 30 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-30 12:29:12


Sejatinya, kita harus menghargai kebangkitan dan memperlakukannya sebagai harta abadi yang tidak ternilai.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 30 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-30 12:27:35


Banyak orang bangga dengan umur panjang, tapi mereka tidak memperkarakan tanggung jawabnya dalam menata kekekalan.

Card image
MOVING GOD'S FEELINGS - 30 Maret 2024 (English Version)
2024-03-30 12:26:30



????????????✝️???? ???????????????????? ????????????????????????
It is God's will how how we pass on His love to those around us. And this can happen in our lives if we break, turn off, discard our ego, our own desires, and replace them with God's desires. Certainly, we cannot change all at once. It takes a process. It cannot be done in a day, not enough in a month, even one or two years, but through a long process, we can eventually say, "I no longer live, but Christ lives in me".

But if we don't start moving, don't start changing from now on, then we will never be able to put on the life of Jesus within us. That means we are never worthy to be called children of God, because children of God is an honorable title. Only people who truly qualify as children of God by wearing the characteristics of a child of God are worthy to be children of God. It's ironic that this term has always been so cheap.

If we put on the attributes of the Son of God, just then we can become someone who moves God's feelings. Our feelings are in sync with God's feelings, we pay attention to and love people more than the philosophy of people in general. When we see a girl, we imagine that it is our child. When we see a boy, it's as if he's our son. Look at an old man, imagine he is our father and mother. That way we can have compassion, but that's still the world's standard. Of course it is good, of course it is valuable and good in the eyes of the Father. But more than that, God wants us to move our feelings according to God's feelings.

We put on God's feelings, so that when we see someone, we translate God's feelings for that person. If people aspire to become doctors, engineers, politicians, high-ranking officials, why don't we aspire to become children of God? A common mistake that occurs is as if we already have the title of children of God automatically. And this is a mistake that can be fatal. People assume that if they have become Christians, accepted Jesus as Lord and Savior, then they automatically become children of God. So, it doesn't need to be fought for, because it is already inherent automatically.

Usually, people take the basis from John 1:12-13, "But to all who did receive him, who believed in his name, he gave the right to become children of God." What we receive is not Jesus that we acknowledge as Lord and Savior. Instead, what we receive is the word or logos. Logos is a metonymy for God which, if absorbed and applied in life, "people experience the fullness of God." Jesus experienced the fullness of God because the logos entered His flesh. The fullness of God can be experienced not only by Jesus, but can also be experienced by believers. So that the characteristics of God penetrate within us.

If the attributes of God penetrate within us, we clearly become children of God; one with God, sharing the same feelings and thoughts as God. That is why in God's word we find that believers will be glorified together with Jesus. So, being a Christian is great. People generally help others because there is a command: "Help him, pay attention to him." But if the thoughts and feelings of God permeate within us, then it has become our rhythm automatically. Without us commanding ourselves to love others, we love automatically.

We cannot possibly steal, we cannot possibly hate, we cannot commit adultery, we cannot hurt people, because it is our nature, and that is what is called the morality of God's holiness. So the important thing is, have we put on the thoughts and feelings of God and have become children of God who pass on this love to others? Continuing not because we are commanded, not because there are rules, but because we have instinct. This instinct has been born from continuous struggles where the logos fills our lives, so that the fullness of God exists within our lives.

We can be glorified together with the Lord Jesus if we are filled with the word; if we become children of God who are worthy to be called children of God because we possess the characteristics of God. So, there are not many who are glorified, because only people who truly have the characteristics of God. That is why God's word says, "Many are called, few are chosen, many seek to enter but do not enter." So the word "saved" that we understand should not only be understood as simply entering heaven. The salvation we have is a change to truly embody humans according to the image and likeness of God. And for that, our entire lives must be seized for this project.

IF WE PUT ON THE ATTRIBUTES OF THE SON OF GOD, JUST THEN WE CAN BECOME SOMEONE WHO MOVES GOD'S FEELINGS. .

Card image
MENGGERAKKAN PERASAAN ALLAH - 30 Maret 2024
2024-03-30 11:26:19


Menjadi kehendak Tuhan, bagaimana kita meneruskan kasih-Nya kepada orang di sekitar kita. Dan itu bisa terjadi dalam hidup kita kalau kita mematahkan, mematikan, membuang ego, keinginan-keinginan kita sendiri, dan menggantikannya dengan keinginan-keinginan Tuhan. Tentu tidak sekaligus kita bisa berubah. Ini perlu proses. Tidak bisa satu hari, tidak cukup satu bulan, bahkan satu, dua tahun, tetapi lewat proses panjang yang akhirnya kita bisa berkata, "Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku."

Tetapi kalau kita tidak mulai bergerak, tidak mulai berubah sejak sekarang, maka kita tidak akan pernah bisa mengenakan kehidupan Yesus di dalam diri kita. Itu berarti kita tidak pernah layak disebut sebagai anak-anak Allah, karena anak-anak Allah adalah gelar yang terhormat. Hanya orang-orang yang benar-benar memenuhi syarat sebagai anak-anak Allah dengan mengenakan sifat-sifat anak Allah yang layak menjadi anak-anak Allah. Ironis, selama ini begitu murahnya sebutan itu.

Kalau kita mengenakan sifat-sifat Anak Allah, maka di situlah baru kita bisa menjadi seorang yang menggerakkan perasaan Allah. Perasaan kita sinkron dengan perasaan Allah, kita memperhatikan dan mengasihi orang lebih dari filosofi orang pada umumnya. Kalau kita lihat anak perempuan, kita bayangkan itu anak kita. Kalau kita lihat anak laki-laki, seakan-akan itu anak kita. Lihat orang tua, bayangkan dia papa mama kita. Dengan begitu kita bisa memiliki belas kasihan, tapi itu masih standar dunia. Tentu itu baik, tentu itu berharga dan baik di mata Bapa. Tapi lebih dari itu, Tuhan menghendaki kita menggerakkan perasaan kita sesuai dengan perasaan Allah.

Kita mengenakan perasaan Tuhan, sehingga ketika kita melihat seseorang, kita menerjemahkan perasaan Tuhan untuk orang tersebut. Kalau orang bercita-cita mau menjadi dokter, insinyur, politisi, pejabat tinggi, mengapa kita tidak bercita-cita menjadi anak-anak Allah? Kesalahan umum yang terjadi adalah seakan-akan gelar anak-anak Allah itu sudah kita miliki secara otomatis. Dan ini kesalahan yang bisa fatal. Orang menganggap bahwa dirinya sudah menjadi Kristen, menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, maka otomatis dia menjadi anak-anak Allah. Sehingga tidak perlu diperjuangkan, karena itu sudah melekat secara otomatis.

Biasanya, orang mengambil dasar dari Yohanes 1:12-13, “Siapa yang menerima-Nya, diberi kuasa supaya menjadi anak-anak Allah.” Yang kita terima itu bukan Yesus yang kita akui secara status sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Namun, yang kita terima adalah firman atau logos. Logos itu metonimia Allah yang jika diserap, dikenakan dalam hidup, maka “orang mengalami kepenuhan Allah.” Yesus mengalami kepenuhan Allah karena logos masuk dalam daging-Nya Yesus. Kepenuhan akan Allah bukan hanya dialami oleh Yesus, melainkan juga dapat dialami orang percaya. Sehingga sifat-sifat Allah merasuk di dalam diri kita.

Kalau sifat-sifat Allah merasuk dalam diri kita, jelas kita menjadi anak-anak Allah; satu gen dengan Allah, seperasaan dan sepikiran dengan Allah. Itulah sebabnya di dalam firman Tuhan kita menemukan bahwa orang percaya akan dimuliakan bersama-sama Yesus. Jadi, menjadi Kristen itu luar biasa. Kalau orang pada umumnya menolong sesama karena ada perintah: "Tolonglah dia, perhatikan dia.” Tapi kalau pikiran perasaan Allah merasuk di dalam diri kita, maka itu sudah menjadi irama kita secara otomatis. Tanpa kita memerintahkan diri kita untuk mengasihi orang, otomatis kita mengasihi.

Kita tidak mungkin bisa mencuri, tidak mungkin kita bisa membenci, kita tidak bisa berzina, tidak bisa menyakiti orang, karena menjadi kodrat, dan itulah yang disebut sebagai moralitas kesucian Allah. Jadi yang penting, apakah hidup kita telah mengenakan pikiran perasaan Allah, sudah menjadi anak-anak Allah yang meneruskan kasih ini kepada sesama? Meneruskan bukan karena kita mendapat perintah, bukan karena ada aturan, melainkan karena kita punya naluri. Naluri tersebut telah dilahirkan dari pergumulan terus-menerus di mana logos mengisi hidup kita, sehingga kepenuhan akan Allah ada dalam hidup kita.

Kita bisa dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus kalau kita dipenuhi firman; kalau kita menjadi anak-anak Allah yang layak disebut anak-anak Allah karena memiliki sifat-sifat Allah. Jadi, yang dimuliakan tidak banyak, sebab hanya orang-orang yang benar-benar memiliki sifat-sifat Allah. Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan, “Banyak yang dipanggil sedikit yang dipilih, banyak orang berusaha masuk tapi tidak masuk.” Jadi kata “selamat” yang kita pahami tidak boleh hanya kita pahami sekadar masuk surga. Keselamatan yang kita miliki adalah perubahan untuk benar-benar mengenakan manusia sesuai gambar dan rupa Allah. Dan untuk itu, seluruh hidup kita harus disita untuk proyek ini.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA MENGENAKAN SIFAT-SIFAT ANAK ALLAH, MAKA DI SITULAH BARU KITA BISA MENJADI SEORANG YANG MENGGERAKKAN PERASAAN ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 Maret 2024
2024-03-30 11:22:20

Hakim-hakim 3-5

Card image
Truth Kids 29 Maret 2024 - FILIPUS
2024-03-29 06:45:54


Kisah Para Rasul 8:6
"Ketika orang banyak itu mendengar pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua dengan bulat hati menerima apa yang diberitakannya itu."

Setelah Tuhan Yesus terangkat ke surga, banyak orang menjadi percaya kepada-Nya. Beberapa orang diutus untuk melayani gereja di berbagai daerah. Salah satu tokoh yang melayani pemberitaan firman Tuhan adalah Filipus. Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Yesus sebagai Juruselamat kepada orang-orang di situ. Orang-orang mendengar pemberitaan Injil yang disampaikan Filipus. Bahkan mereka melihat mukjizat yang dilakukannya. Dengan kuasa yang dari Tuhan, Filipus menyembuhkan orang lumpuh dan membebaskan banyak orang yang kerasukan roh jahat. Maka orang-orang yang ada di Samaria bersukacita melihat mukjizat yang terjadi.

Sobat Kids, kita yang sudah mengenal dan percaya kepada Tuhan Yesus, juga dapat memberitakan kebenaran yang telah kita terima. Memberitakan firman Tuhan bukan hanya tugas seorang pendeta, melainkan tugas setiap orang percaya. Kita dapat memberitakan kabar baik tentang Tuhan kepada semua orang di manapun kita berada. Kita dapat melakukannya lewat perkataan dan perbuatan kita kepada orang lain, sehingga orang lain dapat melihat kasih Tuhan ada dalam hidup ini. Semangat!

Card image
Truth Junior 29 Maret 2024 - MENJADI TELADAN
2024-03-29 06:43:21


Kisah Para Rasul 8:6
“Ketika orang banyak itu mendengar pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua dengan bulat hati menerima apa yang diberitakannya itu.”

Setelah Yesus naik ke surga, para pengikut Yesuslah yang mengabarkan Injil kepada orang banyak. Filipus adalah salah satu orang yang diutus untuk melayani gereja di Yerusalem. Ketika Saulus menganiaya jemaat yang percaya kepada Tuhan Yesus, para pengikut Yesus tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan tentang Mesias kepada orang-orang di situ. Selain memberitakan tentang Mesias, Filipus juga membebaskan banyak orang yang kerasukan roh jahat. Bahkan orang lumpuh dan orang timpang juga disembuhkannya. Maka orang-orang yang berada dI dalam kota itu menjadi sangat bersukacita. Mereka semua dengan bulat hati menerima yang diberitakan oleh Filipus. Mereka percaya tentang Kerajaan Allah dan tentang nama Yesus Kristus. Banyak laki-laki dan perempuan yang memberi diri mereka dibaptis.

Sobat Junior, sebagai pengikut Tuhan Yesus Kristus, kita juga dapat memberitakan tentang Injil kepada orang lain. Mungkin kita belum seperti Filipus yang dapat menyembuhkan orang sakit atau membebaskan orang yang kerasukan roh jahat. Namun, kita dapat memberitakan Injil melalui kelakuan kita sehari-hari. Dengan berbuat sopan, bertangggung jawab, dan melakukan semua tugas kita sesuai dengan kehendak Tuhan, kita sesungguhnya sudah dapat dikatakan sedang memberitakan tentang kebenaran yang telah diajarkan Tuhan kepada kita.

Card image
Truth Youth 29 Maret 2024 (English Version) - EXTRA TIME
2024-03-29 06:40:02


"Dear friends, you always followed my instructions when I was with you. And now that I am away, it is even more important. Work hard to show the results of your salvation, obeying God with deep reverence and fear." (Philippians 2:12)

In sports competitions like soccer and basketball, we often hear about extra time or overtime. Overtime is something dreaded and avoided by every team playing in a match. Players start to feel tired or exhausted during extra time. Stamina and strategy are fundamental aspects that need attention during overtime. A coach needs to know which players should be substituted and which ones should continue playing. Extra time becomes the determinant in a match before it concludes. Analyzing and observing a match should be done by a coach and assistant coaches during this period.

The final match of the 2022 World Cup will always be remembered by everyone who watched it. The intense competition between Argentina and France made the match thrilling, leading to extra time. This is where the coach's role becomes crucial in deciding which players are tired and who should enter the game during extra time. Selecting the right players during extra time can make a team victorious. Similarly, in our spiritual lives, we often feel tired and sometimes feel like giving up and blaming the situation. Trust that blaming the situation will make us losers. Let's push ourselves not to give up in any situation. Stop blaming others and the situation; work on our salvation with reverence and fear.

The life we live is like a game of faith. Whether we like it or not, we are all in the arena of competition. Only a winner can finish until the finish line or the end of time. Let's stand firm as winners and work on the salvation that Jesus Christ has given us.

WHAT TO DO:
Don't give up in any situation and stop blaming others and the situations that occur.

BIBLE MARATHON:
- 1 Samuel 19-21

Card image
Truth Youth 29 Maret 2024 - EXTRA TIME
2024-03-29 06:36:42


"Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir." (Filipi 2:12)

Dalam sebuah pertandingan olahraga seperti sepak bola dan basket kita sering mendengar extra time atau perpanjangan waktu. Perpanjangan waktu merupakan hal yang sangat ditakuti dan dihindari oleh setiap tim yang bermain atau bertanding dalam sebuah pertandingan. Beberapa pemain mulai merasakan kelelahan atau keletihan dalam perpanjangan pertandingan. Stamina dan strategi merupakan hal dasar yang harus diperhatikan dalam perpanjangan waktu. Seorang pelatih akan mengetahui pemain mana yang harus digantikan dan pemain yang tetap bertanding. _Extra time_ merupakan penentu dalam sebuah pertandingan, sebelum pertandingan selesai. Melihat dan menganalisa sebuah pertandingan harus dilihat oleh seorang pelatih dan asisten pelatih di dalam extra time ini.

Dalam final piala dunia 2022 merupakan partai final yang tidak akan pernah terlupakan bagi setiap orang yang menonton pertandingan tersebut. Bagaimana saling menyerang antara Argentina melawan Perancis menjadikan pertandingan menjadi seru, hingga pertandingan ke extra time. Di sinilah tugas pelatih harus jeli melihat pemain mana yang letih dan pemain mana yang harus masuk di dalam extra time. Pemilihan pemain yang tepat dalam extra time akan membuat tim menjadi pemenang dalam sebuah pertandingan. Sama dengan kerohanian kita, sering kali kita merasa letih dan sering kali kita merasa ingin behenti dan menyalahkan situasi. Percayalah di saat kita menyalahkan situasi kita akan menjadi seorang pecundang. Paksakan hidup kita tidak untuk menyerah dalam keadaan apa pun. Stop untuk menyalahkan orang lain dan situasi, kerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar.

Hidup yang kita jalani merupakan sebuah pertandingan iman. Suka atau tidak suka, kita semua berada dalam gelanggang pertandingan. Hanya seorang pemenang yang dapat mengakhiri sampai garis akhir atau waktu yang berakhir. Mari kita tetap berdiri sebagai seorang yang memenangi pertandingan dan mengerjakan keselamatan yang Tuhan Yesus berikan bagi hidup kita.

WHAT TO DO:
Jangan menyerah dalam situasi apa pun dan tidak menyalahkan orang lain dan situasi yang terjadi.

BIBLE MARATHON:
▪︎1 Samuel 19-21

Card image
Renungan Pagi - 29 Maret 2024
2024-03-29 06:32:51


Salah satu proklamasi terdahsyat dalam sejarah hidup manusia adalah ketika Yesus mengatakan, "Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia; "Sudah selesai". Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya"; tidak ada seorang nabi manapun yang dapat menyatakan "Sudah selesai", hanya Tuhan Yesus yang mengatakan hal itu, saat DIA menyelesaikan dosa umat manusia di atas kayu salib. DIA membuktikan kasih-Nya yang besar dengan menyerahkan Nyawa-Nya bagi kita semua.

Dan memang hanya Tuhan Yesus yang dapat mengatakan hal itu sekaligus menyelesaikannya, karena IA bukan hanya nabi, melainkan Tuhan di atas segala tuhan dan Raja di atas segala raja. Juruselamat kita, Anak Domba Allah yang telah ditetapkan untuk menanggung dosa dunia. Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata; "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia."
(Yohanes 1:29; Yohanes 19:30)

Card image
Quote Of The Day - 29 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-29 06:28:58


Jika tidak ada kebangkitan berarti tidak ada manusia yang hidup.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 29 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-29 06:25:27


Orang yang selalu memperkarakan hal wajah batinnya adalah orang yang sungguh-sungguh telah memperkarakan kekekalannya.

Card image
MATURE THINKING - 29 Maret 2024 (English Version)
2024-03-29 06:22:24


Thinking maturely means looking at God and striving to repay God's kindness and respond to God's love. Not only proclaiming His love, giving thanks, praising Jesus who was born in the city of Bethlehem, glorifying God's goodness. Of course that's not wrong. But there is one more step that we must take as believers - who must reach adulthood, must mature - namely continuing to love others with the love that God gave to this world. This is not an exaggeration, because loving others is not only known to Christians. Religions in the world also teach love, mercy, kindness and generosity towards others.

Does Christianity only have such love? If that were the case, then there would be no need for Jesus to come to the world. Jesus came to the world to save us, meaning that God wants to return us to the human model that He wants, a model of humans according to God's desire. With the quality of emotions, feelings that also include love, in accordance with human standards that are returned to God's original design (humans were created in God's image, God's likeness, Genesis 1:26). Hopefully this is not just knowledge that exists in our minds so that we fantasize about theology, fantasize about teachings. Rather, we truly experience what it means to be renewed humans, where every day we become more like humans according to that original design of God and we have emotional movements, feelings and all actions according to the standards of the new humans, according to the standards designed by God.

So let's not feel that our Christianity is finished here. We must become Christians who truly demonstrate the life of God's children with all its movements, the life movements of God's children in accordance with the human standards that God originally designed. As people chosen by God to be the chosen people, our standards have been determined (Ephesians 1:4-5 For he chose us in him before the creation of the world to be holy and blameless in his sight. In love he predestined us for adoption to sonship through Jesus Christ, in accordance with his pleasure and will). This is not just an empty title, but contains the title of children of God with the qualities that must be fulfilled as children of God. So, if we truly bear the title of children of God and fulfill the qualities of children of God in our lives, our life movement will definitely be the life movement of God's children. And that is what satisfies God's heart.

So if the Bible says repeatedly that Jesus was the firstborn, implicitly or behind that sentence there is a demand that we must follow in His footsteps, in the footsteps of the Son of God. Just as Jesus bore the title Son of God and was worthy to bear that title by embodying the qualities of the Son of God within Him, we also bear the title children of God, worthy to bear that title with its qualities, and one of those qualities is to love others. If we wear the same nature, then we will also look at people and not want anyone to perish. It's not enough to proclaim God's love, but we must also have real acts of love.

As God's love for humans, so we extend this love to others. And God really wants this to happen in our lives. To be honest, most of the time we don't do this well. Because many people focus on themselves, not other people. So we are not surprised that some Christians are more violent than non-Christians; less merciful towards others than non-Christians. How about us? The love we have should be more than that, the love of God placed within us. "As the Father has sent me," says the Lord Jesus. "I am sending you." Isn't this the same as, "As I received a mandate from the Father to love you, so with the same love, you continue this for others." And that is something that surely satisfies the heart of the Father in heaven.

Don't let us close our eyes, we never become vessels or channels through which God pours out His love. God desires that God's thoughts and feelings be demonstrated in our thoughts and feelings. God is looking for vessels where the feelings and thoughts of God can be demonstrated. Let's contemplate how great it is if humans become the temple of God where God's Spirit lives. God moves our lives. How great is that! But how difficult it is to make our bodies the temple of God. Because honestly, who controls our bodies? Who controls our feelings? God or us? If we become mature Christians, Christians who realize that we have been bought with a price fully paid, it means we have no rights over ourselves.

THINKING MATURELY MEANS LOOKING AT GOD AND STRIVING TO REPAY GOD'S KINDNESS AND RESPOND TO GOD'S LOVE.

Card image
BERPIKIR DEWASA - 29 Maret 2024
2024-03-29 06:19:28


Berpikir dewasa artinya memandang Tuhan dan mengusahakan bagaimana kita membalas kebaikan Tuhan dan meresponi kasih Tuhan. Bukan hanya mengumandangkan kasih-Nya, mengucap syukur, mengelu-elukan Yesus yang lahir di kota Betlehem, mengagung-agungkan kebaikan Allah. Sudah tentu itu tidak salah. Tetapi ada satu langkah lagi yang mestinya kita lakukan sebagai orang percaya—yang mestinya harus akil balik, harus dewasa—yaitu meneruskan kasih kepada sesama dengan kasih seperti yang Allah berikan kepada dunia ini. Ini tidak berlebihan, sebab mengasihi sesama bukan hanya dikenal oleh orang-orang Kristen. Agama-agama di dunia juga mengajarkan kasih, belas kasihan, kebaikan dan kemurahan terhadap sesama.

Apakah kekristenan hanya memiliki kasih seperti itu? Jika hanya demikian, maka tidak perlu Yesus datang ke dunia. Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan kita, artinya Allah mau mengembalikan kita menjadi model manusia seperti yang Dia inginkan, model manusia sesuai yang Allah inginkan. Dengan kualitas emosi, perasaan yang di dalamnya juga kasih, sesuai dengan standar manusia yang dikembalikan ke rancangan Allah semula tersebut. Kiranya ini bukan hanya menjadi pengetahuan yang ada di dalam pikiran kita sehingga kita berfantasi teologi, berfantasi ajaran. Namun, kita benar-benar mengalami apa artinya menjadi manusia yang dibarui, di mana semakin hari kita semakin menjadi manusia sesuai dengan rancangan Allah semula tersebut dan kita memiliki gerak emosi, gerak perasaan dan seluruh tindakan sesuai dengan standar manusia baru, sesuai dengan standar manusia yang dirancang Allah tersebut. 

Jadi jangan kita merasa bahwa kekristenan kita sudah selesai sampai di sini. Kita harus menjadi Kristen yang benar-benar memperagakan kehidupan anak-anak Allah dengan seluruh geraknya, gerak hidup anak-anak Allah sesuai dengan standar manusia rancangan Allah semula.  Sebagai orang-orang yang dipilih oleh Allah menjadi umat pilihan, kita telah ditentukan standarnya (Ef. 1:4-5). Hal ini bukan sekadar sebutan kosong, melainkan mengandung gelar anak-anak Allah dengan sifat-sifat yang harus dipenuhi sebagai anak-anak Allah. Maka, jika kita benar-benar menyandang gelar sebagai anak-anak Allah dan memenuhi sifat anak-anak Allah di dalam hidup kita, pasti gerak hidup kita adalah gerak hidup anak-anak Allah. Dan itulah yang memuaskan hati Allah.

Jadi kalau Alkitab mengatakan berulang-ulang Yesus menjadi yang sulung, secara implisit atau di balik kalimat tersebut ada tuntutan bahwa kita harus mengikuti jejak-Nya, jejak Anak Allah. Seperti Yesus menyandang gelar Anak Allah dan layak menyandang gelar itu dengan mengenakan sifat-sifat Anak Allah yang ada di dalam-Nya, kita juga menyandang gelar anak-anak Allah, layak menyandang gelar itu dengan sifat-sifatnya, dan salah satu sifatnya adalah mengasihi sesama. Kalau kita mengenakan sifat yang sama, maka kita juga akan memandang orang dan tidak menginginkan seorang pun binasa. Tidak cukup kita mengumandangkan kasih Allah, tetapi kita juga harus memiliki tindakan kasih yang nyata.

Seperti kasih Allah kepada manusia, demikian pula kita meneruskan kasih ini kepada sesama. Dan Allah sungguh menghendaki ini berlaku di dalam hidup kita. Sejujurnya, sering kali kita tidak memenuhi hal ini dengan baik. Sebab banyak orang yang fokusnya pada diri sendiri, bukan kepada orang lain. Jadi kita tidak heran kalau ada orang Kristen lebih bengis dari orang non-Kristen; lebih tidak berbelas kasihan terhadap sesama dibanding orang-orang non-Kristen. Bagaimana dengan kita? Kasih yang kita miliki mestinya lebih dari itu, kasih Allah yang ditaruh di dalam diri kita. “Seperti Bapa mengutus Aku,” kata Tuhan Yesus. “Aku mengutus kamu.” Bukankah ini sama dengan, “Seperti Aku menerima mandat dari Bapa untuk mengasihi kamu, maka dengan kasih yang sama, kamu teruskan ini untuk orang lain.” Dan itu satu hal yang pasti memuaskan hati Bapa di surga. 

Jangan sampai waktu menutup mata, kita tidak pernah menjadi wadah atau bejana di mana Allah menyalurkan kasih-Nya. Allah menghendaki agar pikiran dan perasaan Allah diperagakan di dalam pikiran dan perasaan kita. Tuhan mencari wadah di mana perasaan dan pikiran Allah bisa diperagakan. Coba kita hayati betapa hebat kalau manusia menjadi bait Allah yang di dalamnya ada Roh Allah. Allah menggerakkan hidup kita. Betapa hebat itu! Tetapi, betapa sulitnya menjadikan tubuh kita bait Allah. Karena sejujurnya, siapa yang mengendalikan tubuh kita? Siapa yang mengendalikan perasaan kita? Tuhan atau kita? Kalau kita menjadi orang Kristen yang dewasa, Kristen yang menyadari bahwa kita telah dibeli dengan harga yang lunas dibayar, berarti kita tidak berhak atas diri kita. 

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

BERPIKIR DEWASA ARTINYA MEMANDANG TUHAN DAN MENGUSAHAKAN BAGAIMANA KITA MEMBALAS KEBAIKAN TUHAN DAN MERESPONI KASIH TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 29 Maret 2024
2024-03-29 06:15:50

Hakim-hakim 1-2

Card image
Truth Kids 28 Maret 2024 - BERTOBAT
2024-03-28 12:55:43


Lukas 23:42
Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja."

Orang yang berbuat salah pantas mendapatkan hukuman. Namun, bagaimana jika tidak melakukan kesalahan sama sekali tetapi ikut dihukum juga? Tentu saja tidak adil, bukan? Itulah yang terjadi dengan Yesus, Sobat Kids. Yesus tetap disalib walaupun Pontius Pilatus tidak menemukan kesalahan yang pernah dibuat oleh Yesus. Yesus disalib bersama dengan kedua penjahat lainnya di sebelah kiri dan kanan Yesus. Mereka memang telah melakukan kesalahan dan pantas mendapatkan hukuman.

Saat menerima hukuman, ada satu penjahat yang tetap berbuat jahat. Ia menghina Yesus. Sedangkan penjahat yang satunya lagi, sadar akan kesalahan yang ia buat. Ia menegur penjahat yang menghina Yesus dan berkata, "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah." Bahkan ia meminta Yesus untuk mengingatnya saat Tuhan Yesus datang kedua kalinya nanti.

Sobat Kids, satu penjahat tidak mau berubah, tetap melakukan yang jahat. Sedangkan satu penjahat lainnya bertobat dari kesalahan yang telah diperbuatnya. Pertobatan yang tulus dapat membawa kita dekat dengan kasih dan pengampunan Tuhan. Jika kita berbuat salah, segeralah bertobat, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 28 Maret 2024 - BERTOBAT
2024-03-28 12:53:03


Lukas 23:42
Lalu ia berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.”

Dua hari lalu kita sudah membahas tentang Pontius Pilatus yang akhirnya mengikuti keinginan rakyatnya untuk menyalibkan Yesus. Kelanjutan dari kisah itu, Yesus pun akhirnya disalibkan bersama dua orang lainnya, di kiri dan kanan Yesus. Dua orang tersebut memang merupakan penjahat yang pantas untuk disalibkan. Seorang dari penjahat yang digantung itu menghujat Yesus. Tetapi yang seorang menegur dia, katanya “Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.” Lalu ia berkata, “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” Wah, ternyata salah satu penjahat yang disalib itu tahu bahwa Yesus akan datang kedua kali sebagai Raja. Hebat, juga ya…

Sobat Junior, saat kita berbuat salah, segeralah bertobat. Jangan menunggu hingga last minute. Penjahat itu beruntung masih memiliki kesempatan untuk bertobat. Namun, kita tidak ada yang tahu kapan waktu terakhir kita hidup di bumi ini. Kita harus segera bertobat dan memilih untuk menghabiskan hidup kita dengan melakukan sesuatu yang menyenangkan hati Tuhan.

Card image
Truth Youth 28 Maret 2024 (English Version) - BARTER
2024-03-28 12:51:04


"The kingdom of heaven is like treasure hidden in a field. When a man found it, he hid it again, and then in his joy went and sold all he had and bought that field. Again, the kingdom of heaven is like a merchant looking for fine pearls. When he found one of great value, he went away and sold everything he had and bought it." (Matthew 13:44-46)

Barter is a transaction method used before the advent of currency, where goods are exchanged directly. It has been employed since ancient times, predating the use of currency. In barter, goods are exchanged without using money. This means that the primary condition for bartering is to have a commodity to exchange. Barter transactions require mutual agreement between parties, ensuring that the exchanged goods have equivalent value. Jesus' statements in Matthew 13:44-46 clearly illustrate the necessity of relinquishing something to obtain Christ or salvation. In this context, the understanding of sola gratia (grace alone) must be properly grasped. While grace is freely given, the process of receiving salvation is not free; something must be sacrificed to experience salvation or receive grace.

One of the most misleading notions among many Christians is the belief that becoming children of God happens unconditionally. It's as if every Christian automatically becomes a child of God. This is one of the most misleading and damaging aspects to true Christian life. Admittedly, when we sinners are accepted by God through the sacrifice of Jesus on the cross, it happens unconditionally. In other words, the grace brought by the death of Jesus doesn't consider our worthiness or qualification when received. When Jesus died on the cross, everyone was reconciled by His blood freely. However, this is a redemption process initiated by God.

As children of God redeemed by the blood of Jesus, we must realize that our lives receiving salvation are part of the exchange accomplished by Jesus on the cross for human salvation from sin. Let our lives always recognize that our existence is part of the exchange provided by Jesus for our lives.

WHAT TO DO:
Maintain a life that remains in truth and holiness.

BIBLE MARATHON:
- 1 Samuel 17-18

Card image
Truth Youth 28 Maret 2024 - BARTER
2024-03-28 12:48:18


"Hal Kerajaan Surga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu." (Matius 13:44-46)

Barter merupakan transaksi pada saat kita belum mengenal transaksi jual beli dengan menggunakan mata uang. Sistem barter adalah metode transaksi yang dilakukan dengan cara menukar barang. Barter ini telah digunakan sejak dahulu kala, sebelum adanya transaksi mata uang. Bentuk transaksi barter adalah dengan melakukan penukaran barang dan tidak menggunakan mata uang. Artinya, syarat utama ketika melakukan barter adalah harus memiliki suatu barang terlebih dahulu untuk ditukarkan. Transaksi barter ini juga harus ada kesepakatan antar pihak sehingga nilai barang yang ditukarkan setidaknya harus setara. Pernyataan Tuhan Yesus di dalam Matius 13:44-46 sangat jelas menunjukkan bahwa harus ada yang dilepaskan untuk memiliki Kristus atau keselamatan. Dalam hal ini pengertian sola gratia harus dipahami secara benar. Anugerah memang cuma-cuma, tetapi cara dan proses menerima keselamatan tidak gratis, harus ada yang dikorbankan demi bisa mengalami keselamatan atau menerima anugerah.

Salah satu hal yang paling menyesatkan banyak orang Kristen adalah ketika orang atau orang Kristen berpikir bahwa menjadi anak-anak Allah terjadi tanpa syarat. Seakan-akan setiap orang Kristen otomatis sudah menjadi anak-anak Allah. Ini adalah salah satu hal yang paling menyesatkan dan merusak kehidupan Kristen yang sejati. Memang harus diakui, ketika kita yang berdosa diterima Allah karena pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib, hal itu terjadi tanpa syarat. Artinya, anugerah yang dihadirkan oleh kematian Tuhan Yesus tidak memandang kepantasan atau kelayakan kita saat menerimanya. Ketika Yesus mati di kayu salib, setiap orang diperdamaikan oleh darah-Nya secara cuma-cuma. Namun, ini adalah proses penebusan yang dikerjakan oleh Allah.

Sebagai anak-anak Allah yang telah ditebus oleh darah Yesus kita harus menyadari bahwa hidup kita menerima keselamatan merupakan barter yang dilakukan oleh Tuhan Yesus di atas kayu salib untuk sebuah keselamatan manusia dari dosa. Biarlah kita selalu menyadari bahwa hidup kita merupakan tindakan barter yang diberikan oleh Yesus bagi hidup kita.

WHAT TO DO:
Menjaga hidup untuk tetap dalam kebenaran dan hidup kudus.

BIBLE MARATHON:
1 Samuel 17-18

Card image
Renungan Pagi - 28 Maret 2024
2024-03-28 12:32:05


Tuhan selalu hadir dalam hidup kita, DIA tidak pernah meninggalkan, tetapi kitalah yang seringkali meninggalkan Tuhan dengan berbagai alasan, merasa bahwa Tuhan tidak mengasihi, Tuhan tidak menjawab doa sesuai harapan, kecewa pada Tuhan karena penyakit, kesulitan ekonomi, masalah rumah tangga, dan masih banyak alasan lainnya. Kita tidak sadar bahwa Tuhan tidak pernah jauh dari kita dan tidak pernah mengecewakan.

Firman Tuhan berkata, "karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?

Jadi kalau kita diijinkan mengalami tekanan, pencobaan, ujian, bukan karena Tuhan membenci dan tidak peduli, tetapi justru karena Tuhan mengasihi dan menganggap sebagai anak-anak-Nya. Supaya kita tahu bahwa DIA, Bapa yang tak pernah meninggalkan. Jalanilah proses hajaran Tuhan itu dengan ketaatan dalam pimpinan Roh Kudus, pada akhirnya kita pasti akan menang dan mencapai level kesempurnaan iman, sesuai kehendak Tuhan.
(Ibrani 12:6-7)

Card image
Quote Of The Day - 28 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-28 12:29:51


Segala sesuatu yang kita lakukan harus selalu dalam kebersamaan dengan-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 28 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-28 12:28:49


"Jaga dirimu," artinya perhatikan kebutuhan rohani kita, demi kekekalan kita sendiri.

Card image
NOBLE MENTALITY - 28 Maret 2024 (English Version)
2024-03-28 07:12:30


One thing that should really make us happy is the awareness that we are members of God's Kingdom family. We are heavenly royalty. This is not nonsense. This is the purpose for which salvation is given. About the sick becoming well, the poor becoming materially rich, those without a life partner finding a mate, the barren getting children, the unemployed getting a job, those in the workplace from being subordinates to becoming superiors, these are not actually matters of principle; That's a problem, but not a problem of principle. Because, whatever problems we face, they are insignificant compared to our honorary status as heavenly royalty.

And of course, this realization should not only be in church, but must be like a continuous line that we continue to ponder, "I am a noble of the Kingdom." If we consider this as empty talk, then we are not appreciating Jesus Christ who struggled and sacrificed so that we could have this status. Furthermore, the Holy Spirit will guide us (for those who are willing to be guided) so that we not only have the status but also the condition and mentality of heavenly nobility. Not just being a child of so-and-so, but also being in the state of his father. This is the struggle we must have; not a static condition, but a progressive one.

God's Word in 1 Peter 2:9 says, "But you are the chosen people..." We are the chosen people, but don't because we often say this sentence, we fail to live it up. We must appreciate it. Not everyone is chosen. So, if any of our family or neighbors are not chosen people, they are not required to be perfect like the Father or similar to Jesus. We cannot impose our clothing size on their bodies; it's hard to talk about the new heaven and the new earth. However, what is sad is that there are Christians who are unfamiliar with the concept of new heavens and new earth.

By properly appreciating and living our status as chosen people, we can appreciate that choice. By valuing that choice, we can live our lives as children of God. If we fail to live it, we might fail to perceive it later. Talking about claiming to be a child of God, but not considering that the choice to become a child of God is something very valuable. We are sinners, but God, as royalty or Heavenly King, appointed us to be His children. Ironically, many pastors do not internalize it properly. And because we are used to talking about being God's children, we don't see being God's children as valuable. The problem is, the congregation is infected with bad things. That's why God reminds us again, how precious it is to be God's children.

So, let us not fail to live it. Being a child of God is amazing. Because the Father in heaven is perfect, His children must also be perfect. We have to practice not making mistakes. Even if we are materially poor, not highly educated, and not physically attractive, but we are God's children. And that is more beautiful than movie stars, than children of officials in this world, as long as we live our lives as children of God. The Bible says, “God chose the fool, the outcast.” So, first, be thankful that we are the chosen people; "You are a chosen people, a royal priesthood." Priest is God's servant, royal means reigning. A priesthood can mean being a chief, a guardian.

When we pass away later, God will give us new bodies. We become chiefs in our Father's house. The Lord Jesus is our King and we serve the Lord Jesus forever. Those who serve God on earth will serve God in heaven. So, as children of God, we must serve God. If we don't serve, we won't be worthy of being God's children. Serving God means we please Him. Being honest, being merciful towards people, not hurting, not harming, not causing others suffer loss, keeping your word is service. And the Holy Spirit will guide our actions.

We win our lives for God, we dedicate them to God, there is no space for anything else. God who occupies the space of our lives. We serve God by living righteously. Don't dirty the days of our lives with sin. Sometimes we lose, it's true, but we get back up again. People who are close and attached to God will be given intelligence. So, we have to change. The wife can see the glory of God in her husband's life. Wives must truly grow in spiritual maturity in order to radiate the glory of God. Children see the glory of God in the lives of their parents, so children have the right values inherited from their parents, so that children have the correct values from what their parents inherited, then children will join in seeking God.

WHATEVER PROBLEMS WE FACE, THEY ARE INSIGNIFICANT COMPARED TO OUR HONORARY STATUS AS HEAVENLY ROYALTY.

Card image
MENTAL BANGSAWAN - 28 Maret 2024
2024-03-28 07:10:03


Satu hal yang mestinya sungguh-sungguh membahagiakan kita, yaitu kesadaran bahwa kita adalah anggota keluarga Kerajaan Allah. Kita adalah bangsawan surgawi. Ini bukan omong kosong. Ini merupakan maksud keselamatan diberikan. Soal sakit menjadi sembuh, miskin menjadi kaya secara materi, yang tidak memiliki teman hidup lalu mendapat jodoh, yang mandul mendapat anak, yang menganggur dapat pekerjaan, yang di tempat kerja dari bawahan menjadi atasan, itu semua sebenarnya bukan masalah prinsip; memang itu masalah, tapi bukan masalah prinsip. Sebab, apa pun masalah yang kita hadapi, itu tidak ada artinya dibanding dengan status kehormatan kita sebagai bangsawan surgawi.

Dan tentu, penghayatan ini tidak hanya di gereja, namun harus dapat menjadi seperti garis panjang yang kita terus renungkan, "Aku adalah seorang bangsawan Kerajaan." Kalau kita menganggap ini adalah omong kosong, sebenarnya kita tidak menghargai Tuhan Yesus yang berjuang dan berkurban agar kita memiliki status ini. Selanjutnya, Roh Kudus akan menuntun kita (bagi yang mau dituntun) agar kita bukan hanya memiliki status, melainkan juga keadaan dan mental bangsawan surgawi. Bukan hanya berstatus anak dari bapak anu, tapi juga berkeadaan seperti bapaknya. Inilah perjuangan yang harus kita miliki; bukan berkeadaan statis, melainkan progresif.

Firman Tuhan di 1 Petrus 2:9 mengatakan, “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih …” Kita adalah umat pilihan, namun jangan karena sering menyebut kalimat ini, kita gagal menghayatinya. Kita harus menghargainya. Tidak semua orang terpilih. Jadi, kalau ada keluarga atau tetangga kita yang bukan orang terpilih, mereka tidak dituntut untuk menjadi sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Kita tidak bisa mengenakan ukuran baju kita ke badan dia, sulit bicara tentang langit baru dan bumi yang baru. Namun, yang menyedihkan adalah kalau ada orang Kristen yang asing terhadap hal langit baru bumi baru.

Dengan kita mensyukuri dan menghayati status sebagai umat pilhan dengan benar, kita bisa menghargai pilihan itu. Dengan menghargai pilihan tersebut, kita bisa menjalani hidup sebagai anak-anak Allah. Kalau sudah gagal menghayati, bisa gagal paham juga, nanti. Bicara mengaku dirinya anak-anak Allah, tapi tidak menganggap bahwa pilihan menjadi anak Allah itu sesuatu yang sangat berharga. Kita adalah orang-orang berdosa, tetapi Tuhan sebagai bangsawan atau Raja Surgawi, mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya. Ironis, banyak pendeta tidak menghayati dengan benar. Dan karena sudah biasa bicara soal menjadi anak-anak Allah, sehingga tidak memandang hal menjadi anak-anak Allah itu berharga. Masalahnya, jemaat ikut ketularan buruk. Makanya Tuhan mengingatkan kita lagi, betapa berharganya menjadi anak-anak Allah.

Maka, jangan kita gagal menghayatinya. Menjadi anak Allah itu luar biasa. Karena Bapa di surga adalah sempurna, maka anak-anak-Nya juga harus sempurna. Kita harus berlatih tidak melakukan kesalahan. Biar kita miskin secara materi, tidak berpendidikan tinggi, penampilan juga tidak elok, tapi kita adalah anak-anak Allah. Dan itu lebih elok dari bintang film, dari anak pejabat di dunia ini, asal kita menjalani hidup sebagai anak Allah. Alkitab katakan, “Tuhan memilih orang bodoh, orang yang terbuang.” Jadi, yang pertama, syukuri kita adalah umat pilihan; "Kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani." Imam itu pelayan Tuhan, rajani itu berkerajaan. Imam atau imamat itu bisa berarti pengawal, hulubalang.

Kalau nanti kita sudah meninggal, Tuhan memberikan tubuh baru kepada kita. Kita jadi hulubalang di rumah Bapa. Tuhan Yesus Rajanya kita dan kita melayani Tuhan Yesus selamanya. Yang melayani Tuhan di bumi akan melayani Tuhan di surga. Jadi, sebagai anak-anak Allah, harus melayani Tuhan. Kalau tidak melayani, tidak akan layak jadi anak-anak Allah. Melayani Tuhan itu artinya kita menyenangkan Dia. Jujur, berbelas kasihan terhadap orang, tidak melukai, tidak menyakiti, tidak merugikan sesama, menjaga perkataan itulah pelayanan. Dan Roh Kudus akan menuntun perbuatan kita.

Kita menangkan hidup kita untuk Tuhan, kita persembahkan untuk Tuhan, tidak ada tempat untuk yang lain. Tuhan yang menempati ruang hidup kita. Kita melayani Tuhan dengan hidup benar. Jangan mengotori hari hidup kita dengan dosa. Kadang-kadang kita kalah, betul, tapi kita bangkit lagi. Orang yang dekat dan melekat dengan Tuhan, akan diberi kecerdasan. Maka, kita harus berubah. Istri bisa melihat kemuliaan Allah dalam hidup suami. Istri harus sungguh-sungguh bertumbuh dalam kedewasaan rohani supaya memancarkan kemuliaan Allah. Anak-anak melihat kemuliaan Allah dalam hidup orang tua mereka, sehingga anak-anak memiliki nilai-nilai yang benar dari apa yang diwariskan oleh orang tua, maka anak-anak akan ikut mencari Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

APA PUN MASALAH YANG KITA HADAPI, ITU TIDAK ADA ARTINYA DIBANDING DENGAN STATUS KEHORMATAN KITA SEBAGAI BANGSAWAN SURGAWI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 Maret 2024
2024-03-28 07:04:04

Yosua 22-24Bacaan

Card image
Truth Kids 27 Maret 2024 - PERCAYA
2024-03-27 12:49:19


Markus 5:28
Sebab katanya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh."

Salah satu kisah mukjizat yang dicatat di Alkitab adalah tentang seorang perempuan, tanpa menuliskan namanya. Ia dituliskan sebagai seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Perempuan ini bukannya tidak berobat, Sobat Kids. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib (dokter pada zaman dahulu). Uang dan hartanya sampai habis dipakai untuk berobat, tetapi penyakitnya tidak membaik. Malahan keadaannya semakin memburuk.

Perempuan itu mendengar banyak berita bahwa Yesus dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Oleh sebab itu, ketika Yesus ada di dekatnya, ia memegang jubah yang Yesus pakai. Perempuan itu percaya bahwa ia bisa sembuh saat memegang jubah-Nya. Dan benar saja, Sobat Kids, seketika itu juga berhentilah pendarahannya. Ia merasa badannya sudah sembuh. Yesus pun kagum akan iman yang dimiliki oleh perempuan ini.

Sobat Kids, kita bisa belajar dari kisah hari ini. Milikilah iman kepada Tuhan Yesus. Jika kalian sedang sakit, berdoalah kepada Tuhan. Namun, kita juga harus menjaga kesehatan tubuh kita sehingga tidak mudah sakit, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 27 Maret 2024 - PERCAYA
2024-03-27 12:47:36


Markus 5:28
Sebab katanya: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.”

Sobat Junior, apakah kalian pernah mengalami luka berdarah? Misalnya jatuh hingga ada bagian kulit kalian yang terluka dan mengeluarkan darah. Atau mungkin seperti luka terkena benda tajam, sehingga mengucurkan banyak darah. Bagaimana rasanya jika mengalami luka berdarah? Bisa-bisa satu badan merasakan sakit. Contohnya ujung jari yang terluka, tetapi satu tubuh kita yang merasakan nyerinya.

Itu baru luka berdarah di ujung jari. Di Alkitab, ada seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Perempuan itu bukan membiarkan penyakitnya. Ia telah berulang-ulang diobati berbagai tabib, sehingga harta kekayaannya habis dipakai untuk berobat. Namun, sama sekali tidak ada tanda-tanda membaik, malah keadaannya semakin memburuk. Saat ia mendengar Yesus datang ke daerah tempat tinggalnya, perempuan tersebut berusaha untuk mendekati Yesus. Walaupun banyak sekali orang yang berkerumun dekat Yesus, ia tetap berusaha untuk mendekati-Nya. Akhirnya ia berhasil mendekat dan memegang jubah yang dipakai Yesus. Hebatnya, seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya.

Pada saat yang sama, Yesus mengetahui bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya. Murid-murid Yesus bingung saat Yesus bertanya siapa yang menjamah jubah-Nya. Karena kondisi saat itu sangat padat sekali orang yang berada di dekat Yesus. Perempuan itu menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui yang terjadi atas dirinya. Ia pun tersungkur di depan Yesus dan memberitahukan segala sesuatu yang telah terjadi kepada-Nya. Yesus pun memuji iman yang telah ditunjukkan oleh perempuan itu.

Sobat Junior, jika kalian atau ada anggota keluarga kalian yang sakit saat ini, berdoalah kepada Tuhan. Yesus adalah Tuhan yang sama, yang telah menyembuhkan perempuan yang sakit pendarahan selama dua belas tahun. Tuhan yang sama juga akan menyembuhkan sakit-penyakit yang kalian alami.

Card image
Truth Youth 27 Maret 2024 - MABAR TUHAN
2024-03-27 12:45:05


"Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan." (Amsal 14:29)

Pernah gak sih kalian makan nasi? Ya pasti pernah dong, malah bukan pernah, setiap hari juga makan. Bro and Sis, tahu gak kalau nasi yang kita makan itu memerlukan proses yang lumayan ribet buat bisa sampai ke piring kita? City kids mana tahu seberapa effort para petani supaya padi jadi beras. Sebelum padi ditanam, bibit padi itu sendiri memerlukan proses yang panjang supaya bisa ditanam. Setelah ditanam, padi tidak bisa ditinggalkan begitu saja untuk tumbuh. Orang bilang di Indonesia bibit dilempar ke jalan aja bisa tumbuh, tapi kenyataannya enggak begitu juga karena padi juga harus secara rutin diairi. Untungnya Indonesia cuma punya 2 musim guys, musim duren, musim akik… just kidding, maksudnya musim kemarau dan musim hujan.

Tapi guys, sama kayak warganya, musim Indonesia kadang suka gaje. Padahal musim hujan, tapi hujannya gak datang-datang, “PHP”, digantung, kayak “dia” yang suka nge-PHP dan menggantung. Nah, kalau begitu gimana dong caranya supaya padi-padinya gak kering? Di sinilah di mana para petani dengan sabar mencari solusi untuk bisa mengairi padi-padi yang haus. Petani-petani bisa mencari sumber air yang lain seperti sungai atau danau, dan dengan kreatif menyalurkan air itu dari tempat yang jauh, ke ladang padi mereka. Mau itu dengan cara menggali parit, atau memakai pipa dan pompa untuk mengalirkan air tersebut. Para petani bisa dengan sabar mengurus padi, dan tidak langsung menyerah dan marah, ketika ada tantangan.Mereka mengerti cara mengambil solusi yang tepat. Kalau petani-petani tersebut gak panjang sabar, orang Indonesia bisa-bisa sekarang bukan makan nasi, tetapi makan daun!

Nah, orang Kristen juga harus seperti itu, sabar dan tidak mudah marah atau menyerah menjalin hubungan dengan Tuhan. Terkadang dalam kehidupan rohani kita, ada momen-momen di mana rasanya kita “kering” saat berjumpa dengan Tuhan. Saat di gereja kita memuji menyembah, tetapi serasa tidak ada gairah. Saat kita berdoa, kita tidak merasakan suatu koneksi dan rasanya ingin cepat-cepat selesai. Justru di saat seperti itu, jangan kita kira itu salah Tuhan. Manusia itu makhluk gaje, kadang suka datang mood, atau bisa saja lagi bosan. Kalau kita tidak bisa menemukan gairah rohani kita saat lagi di gereja, atau saat lagi berdoa, cobalah untuk mencari cara lain. Memangnya Tuhan hanya bisa ditemukan di gereja, atau saat lagi duduk diam berdoa di kamar? Ingatlah, bahwa Tuhan itu hadir di mana saja. Ayo kita ajak Tuhan di semua aktivitas kita, saat kita lagi di sekolah, ajak Tuhan. Lagi olahraga, ajak Tuhan. Lagi main game, ajak mabar Tuhan! Biar kalau kalah, gak toxic! Apa pun kegiatannya, pastinya ajak Tuhan. Seorang bapak pasti senang kalau anaknya terbuka dengan kegiatannya sehari-hari, dan bahkan mengajak bapaknya untuk turut serta dalam kehidupannya. Pasti hubungan mereka jadi erat. Begitu juga Allah Bapa kita yang di surga, pasti senang dan akan berhubungan erat, kalau anak-anak-Nya selalu mengajak Bapanya dalam kegiatan-kegiatan mereka.

WHAT TO DO:
1. Ajak Tuhan di setiap kegiatan kita setiap hari, bukan hanya saat berdoa pribadi atau di gereja saja.
2. Jangan cepat menyerah, jangan cepat marah kalau belum merasakan gairah rohani dengan Tuhan. Belajarlah untuk menenangkan diri dan introspeksi diri.

BIBLE MARATHON:
▪︎1 Samuel 15-16

Card image
Renungan Pagi - 27 Maret 2024
2024-03-27 12:42:58


Orang jujur akan dimusuhi oleh orang-orang di lingkungan pendusta dan penipu. Hidup kristen harus memiliki prinsip yang tegas, hidup kristen tidak bisa menyenangkan hati semua orang, hidup kristen bukan untuk mencari muka, tetapi hidup kristen adalah untuk melakukan kebenaran, jadi jika tahu kebenaran kita harus berani melakukannya.

Hanya orang jujur yang akan ditolong Tuhan, "Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya, sambil menjaga jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia. Maka engkau akan mengerti tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik."

Memang dunia dimana kita hidup, suka tidak suka telah menjadi dunia yang dikuasai oleh pendusta dan penipu, sehingga ada banyak orang yang terancam karena kejujurannya, tetapi apapun risikonya kita harus tetap hidup dalam kebenaran, menjaga tingkah laku sebagai orang tidak bercela, maka kita akan hidup dalam pemeliharaan Tuhan.
(Amsal 2:7-9)

Card image
Quote Of The Day - 27 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-27 10:06:22


Jangan lawan Iblis tanpa Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-27 09:58:07


Orang yang menghayati kekekalan, hidup di dalam pengharapan.

Card image
NO CHOICE - 27 Maret 2024 (English Version)
2024-03-27 09:57:10


The first century Christians, the disciples of Jesus and the followers of Jesus, early in the first century, they lived under very severe persecution; in persecution, severe oppression. They risked their lives, gave up the happiness and comfort of their lives, to trust in Jesus. Trusting Jesus as Courious, Lord, and Savior. At a very high price, namely their entire lives. For Christians who truly loved God at that time, suffering could be a joy because behind the suffering they had glory.

As it says in Romans 8:18, "The suffering of this present time is incomparable, not equal to the glory that will be obtained for those who suffer with the Lord Jesus or suffer for God." Christians can enjoy suffering as a blessing, as a way to gain glory. So they didn't refuse, even as if they were deliberately challenging. Because there is indeed no choice, following Jesus must suffer. So it is said in the letter 2 Timothy 3:12, "Indeed, everyone who wants to live a godly life in Christ Jesus will suffer persecution."

So this is what must be experienced by the disciples of the Lord Jesus. And the amazing, extraordinary, remarkable thing is they are not afraid to face those difficult situations; "Indeed, all who desire to live a godly life in Christ Jesus will be persecuted" (2 Tim. 3:12). The question for us is, what suffering do we experience as followers of Christ in the 21st century? If they experienced physical persecution; what do we gain, what do we experience? This is the problem for us. Do we not experience suffering? It must be experienced.

If they faced physical persecution, we experience mental abuse, persecution of the soul. When we reject the pleasures of life, when we reject living naturally like other humans, when we reject sin by wounding our flesh, killing the passions within us that are not in accordance with God's holiness; it hurts. But we have to do it. Willingness to be a person who is not respected, willingness to be a person who is insulted, trampled on, abused without retaliating. Willingness to be someone who is considered unimportant, to be looked down upon but not retaliating; this is the suffering we experience and also enjoy.

Except when we are hurt, we respond with anger, respond with words, that may also be enjoyable but it's enjoying sin. We want to learn to enjoy our attitude that imitates Jesus when spat on, slapped. Jesus said, "Forgive them, for they do not know what they are doing." This is the right attitude. When we have the opportunity to sin, we reject it, our flesh hurts. But in this way we give ourselves to follow Jesus. If the early Christians, they suffered physical suffering, bodily suffering; we experience suffering of the soul, inner suffering. And it's beautiful, because all of this works perfection in our lives.

Maybe some of us are not immoral people, but very moral, courteous, good, even priests, but there are parts of our lives that must be crucified. That will never be known unless we sit quietly at the feet of the Lord, experiencing the holiness of God, and God enlightens us. If we only claim theological knowledge as truth, if we can only put together theories about God from verse to verse, with native language backgrounds and so on, it does not open the eyes of our hearts from seeing cunning and arrogance is hidden within us.

And this is honestly what we see in the lives of good servants of the Lord, but there is hidden pride, there is hidden arrogance. Try, if he is hurt or insulted, maybe he doesn't react, but there is anger; not in holiness. Why can we say this? Because we surely experience this. We don't commit common violations, morally good, ethical, and courteous in the eyes of humans, but actually, we are not polite before God, not living in true holiness. Come on, let's accept suffering following Jesus in our modern version of the 21st century. We must dare to choose this path, because indeed there is no choice for us who want to live pleasingly.

THERE IS INDEED NO CHOICE, FOLLOWING JESUS MUST SUFFER. .

Card image
TIDAK ADA PILIHAN - 27 Maret 2024
2024-03-27 09:49:56


Orang Kristen abad pertama, murid-murid Yesus dan pengikut Yesus, awal di abad pertama, mereka hidup di dalam penganiayaan yang sangat berat; dalam persekusi, penganiayaan yang sangat berat. Mereka mempertaruhkan nyawa mereka, melepaskan kebahagiaan dan kenyamanan hidup mereka, demi memercayai Yesus. Memercayai Yesus sebagai Kurios, Tuhan, dan Juruselamat. Dengan harga yang sangat mahal, yaitu seluruh kehidupan mereka. Bagi orang Kristen yang benar-benar mencintai Tuhan pada waktu itu, penderitaan bisa menjadi kesukaan karena dibalik penderitaan tersebut mereka memiliki kemuliaan.

Seperti yang dikatakan dalam Roma 8:18 bahwa, "Penderitaan zaman sekarang ini tidak ada bandingannya, tidak setara dengan kemuliaan yang akan diperoleh bagi orang-orang yang menderita bersama Tuhan Yesus atau menderita bagi Tuhan." Orang Kristen bisa menikmati penderitaan sebagai berkat, sebagai jalan untuk memperoleh kemuliaan. Jadi mereka tidak menolak, bahkan seakan-akan mereka sengaja menantang. Sebab memang tidak ada pilihan, mengikut Yesus harus menderita. Demikian dikatakan di dalam surat 2 Timotius 3:12, "Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya."

Jadi inilah yang harus dialami oleh para murid Tuhan Yesus. Dan yang ajaib, luar biasa, menakjubkan adalah mereka tidak takut menghadapi keadaan-keadaan yang sulit itu; "Memang setiap orang yang mau hidup beribadah dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya” (2 Tim. 3:12). Pertanyaannya bagi kita, penderitaan apa yang kita alami sebagai pengikut Kristus di abad 21 ini? Kalau mereka mengalami penderitaan aniaya fisik; apa yang kita peroleh, apa yang kita alami? Ini yang menjadi masalah bagi kita. Apakah kita tidak mengalami penderitaan? Pasti harus dialami.

Kalau mereka menghadapi aniaya fisik, kita mengalami aniaya batin, aniaya jiwa. Ketika kita menolak kenikmatan hidup, ketika kita menolak hidup wajar seperti manusia lain, ketika kita menolak dosa dengan melukai daging kita, membunuh nafsu-nafsu dalam diri kita yang tidak sesuai dengan kesucian Allah; itu menyakitkan. Tetapi kita harus melakukannya. Kesediaan menjadi orang yang tidak dihormati, kesediaan untuk menjadi orang yang dihina, diinjak-injak, dilecehkan tanpa membalas. Kesediaan untuk menjadi orang yang dianggap tidak penting, direndahkan tapi tidak membalas; inilah penderitaan yang kita alami dan juga kita nikmati.

Kecuali ketika kita dilukai, kita membalas dengan kemarahan, membalas dengan perkataan, hal itu mungkin dinikmati juga tetapi itu menikmati dosa. Kita mau belajar menikmati sikap kita yang meneladani Yesus ketika diludahi, ditempeleng. Yesus berkata, _ "Ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Ini adalah sikap yang benar. Ketika kita punya kesempatan berbuat dosa, kita menolak, sakit daging kita. Tetapi dengan cara ini kita memberi diri mengikut Yesus. Kalau orang-orang Kristen abad mula-mula, mereka menderita penderitaan fisik, penderitaan badani; kita menderita penderitaan jiwa, batin. Dan itu indah, karena semua ini mengerjakan kesempurnaan di dalam hidup kita.

Mungkin sebagian kita bukan orang yang tidak bermoral, melainkan orang yang sangat bermoral, santun, baik, bahkan pendeta, tapi ada bagian-bagian hidup kita yang harus disalibkan. Yang itu tidak akan pernah kita ketahui kecuali kita duduk diam di kaki Tuhan, menghayati kekudusan, kesucian Allah, dan Tuhan mencerahi kita. Kalau hanya ilmu teologi yang kita klaim sebagai kebenaran, kalau hanya teori-teori tentang Tuhan yang kita bisa rangkai dari ayat ke ayat, dengan latar belakang bahasa asli dan lain sebagainya, hal itu tidak membuat mata hati kita tercelik untuk melihat kelicikan-kelicikan dan kesombongan-kesombongan terselubung di dalam diri kita.

Dan ini sejujurnya yang kita lihat dalam kehidupan hamba-hamba Tuhan yang baik, tetapi ada kesombongan terselubung, ada kebanggaan terselubung. Coba, kalau dia dilukai atau dihina, ya mungkin juga tidak bereaksi, tetapi ada kemarahan; tidak di dalam kekudusan. Kenapa kita bisa berkata demikian? Karena kita tentu mengalami hal ini. Kita tidak melakukan pelanggaran umum, bermoral baik, beretika, dan santun di mata manusia, tetapi sebenarnya kita tidak santun di hadapan Allah, tidak hidup di dalam kekudusan yang sesungguhnya. Ayo, kita terima penderitaan mengikut Yesus dalam versi kita di zaman modern di abad 21 ini. Kita harus berani memilih jalan ini, sebab memang tidak ada pilihan bagi kita yang mau hidup berkenan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MEMANG TIDAK ADA PILIHAN, MENGIKUT YESUS HARUS MENDERITA. .

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 Maret 2024
2024-03-27 07:10:27

Yosua 19-21

Card image
Truth Kids 26 Maret 2024 - PONTIUS PILATUS
2024-03-26 05:40:40


Matius 27:21-22
Wali negeri menjawab dan berkata kepada mereka: "Siapa di antara kedua orang itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?" Kata mereka: "Barabas." Kata Pilatus kepada mereka: "Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?" Mereka semua berseru: "Ia harus disalibkan!"

Dalam Alkitab, tercatat nama Pontius Pilatus yang terlibat dalam peristiwa saat Yesus ditangkap dan diserahkan, sebelum disalibkan. Pontius Pilatus adalah seorang wali negeri; orang yang memerintah di suatu wilayah pada sebuah negara. Sudah menjadi kebiasaan bagi seorang wali negeri untuk membebaskan satu orang hukuman pada tiap-tiap hari raya. Orang banyak di wilayah itu dapat memilih siapa yang mau mereka bebaskan.

Saat itu, orang-orang dapat memilih membebaskan Yesus yang baru saja ditangkap atau membebaskan Barabas, orang yang ada di dalam penjara karena sering berbuat kejahatan. Orang banyak itupun memilih untuk membebaskan Barabas dan menyalibkan Yesus. Walaupun seorang pemimpin negeri, Pilatus tidak dapat mengikuti hal yang benar. Pilatus tahu sebenarnya Yesus tidak bersalah. Namun, karena orang banyak sudah berteriak-teriak untuk menyalibkan Yesus, akhirnya Pilatus mengikuti mereka.

Sobat Kids, dari kisah Pontius Pilatus kita belajar untuk memilih. Manakah yang kita pilih, tetap berbuat yang benar atau mengikuti pendapat orang banyak walaupun salah? Tentu saja kita seharusnya tetap memilih berbuat yang benar, sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Jangan sampai ikut-ikutan Pontius Pilatus, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 26 Maret 2024 - MEMENUHI KEINGINAN ORANG
2024-03-26 05:38:32


Matius 27:21-22
Wali negeri menjawab dan berkata kepada mereka: “Siapa di antara kedua orang itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?” Kata mereka: “Barabas.” Kata Pilatus kepada mereka: “Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?” Mereka semua berseru: “Ia harus disalibkan!”

Zaman dahulu ada sebuah kebiasaan yang berlaku, yaitu seorang wali negeri bertugas untuk mengadili orang yang dianggap bersalah. Kebiasaan lainnya adalah membebaskan seorang tawanan pada hari raya atas pilihan orang banyak. Pada waktu itu ada seorang penjahat yang sangat terkenal karena kejahatannya, namanya Barabas.

Setelah Yesus ditangkap, Ia pun dibawa menghadap Pontius Pilatus. Pontius Pilatus menginterogasi Yesus untuk menemukan kesalahan-Nya. Namun, tidak ada satu kesalahan pun berhasil ditemukan. Yesus tidak bersalah sama sekali. Tetapi banyak orang meminta Yesus disalibkan dan Barabas dibebaskan.

Pilatus sudah memberitahukan rakyatnya bahwa tidak ada kejahatan yang dilakukan Yesus, namun mereka tetap berteriak meminta Yesus disalibkan, bahkan makin keras berteriaknya. Ketika Pilatus melihat bahwa sia-sia segala usahanya, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: “Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!” Dan seluruh rakyat itu menjawab, “Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!” Lalu Pilatus pun membebaskan Barabas, dan Yesus diserahkan untuk disalibkan.

Pilatus tidak berani melawan keinginan rakyatnya. Ia menjadi takut dan mencari aman untuk dirinya sendiri. Sobat Junior, sikap seperti ini tidak patut untuk ditiru, ya. Kita tidak harus selalu memenuhi keinginan orang lain, apalagi keinginannya itu adalah hal yang salah. Tugas kita hanya memenuhi keinginan Tuhan dalam hidup ini. Itu saja satu-satunya keinginan yang harus kita penuhi.

Card image
Truth Youth 26 Maret 2024 (English Version) - COPY PASTE
2024-03-26 05:36:36


"Be completely humble and gentle; be patient, bearing with one another in love." (Ephesians 4:2)

Have you ever, when you were little, seen your parents doing something and tried to mimic what they were doing? For example, when Dad is painting the walls of the house and the kids want to join in. Or when Mom is cooking in the kitchen, and the children want to play cooking too. Young children, when they have a close relationship with their parents, tend to imitate their behavior and characteristics, whether intentionally or unintentionally.

Now, as Christians, we should also have such behavior. We want to mimic our heavenly Father and build an intimate relationship like that of a father and a child. But now the question is, how can we mimic our unseen heavenly Father? Since God the Father isn't visible, how can we mimic the unseen? Don't worry, there's a solution. There is a book that records the image of God the Father, by portraying Jesus Christ our Lord and the perfect image of God. That's why it's important for us Christians to often read the Bible and meditate on its words.

Imagine a test in school, where the teacher has an answer key for the correct answers, and there's a genius student who studies the key and gets a perfect score. Then there's an average student who also studies the key. Instead of making it complicated, they copy the answers from the genius student, they copy and paste, and they also get a perfect score. We should be like that too. We see how Jesus lived his life, we imitate, then we copy and paste. So that we can live our lives correctly and properly, according to the will and image of the Father in heaven. But cheating during exams isn't allowed, but cheating from the Bible is.

Which parent isn't happy when their child imitates them? They are happy and find it adorable. But if the child misbehaves, refuses to learn, and is influenced by bad examples, then the parents get upset with the child, things might get tough.

Ephesians 4:2 briefly shows us how we should behave in our daily lives. What we need to do to become Christians who have the character and image of Christ. God is love, so we must show our love to those around us.

WHAT TO DO:
1. Increase reading and meditation on the Bible.
2. Apply the behavior exemplified by Jesus Christ in the Bible, in everyday life. Copy paste!

BIBLE MARATHON:
- 1 Samuel 13-14

Card image
Truth Youth 26 Maret 2024 - COPY PASTE
2024-03-26 05:33:38


"Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu." (Efesus 4:2)

Pernahkah kalian saat masih kecil, melihat orang tua kalian melakukan sesuatu dan kalian mencoba meniru apa yang mereka lakukan? Misalnya bokap sedang mengecat tembok rumah terus anak masih bocil suka sok-sokan mau ikut-ikut mengecat tembok juga. Atau nyokap lagi di dapur masak, terus anak pada ikut main masak-masakan. Anak kecil ketika sayang dan memiliki hubungan yang erat dengan orang tua mereka, biasanya suka cenderung meniru perilaku dan juga sifat-sifat orang tua mereka, secara sengaja atau tidak disengaja.

Nah, kita sebagai seorang Kristen, harus memiliki perilaku seperti itu juga. Ingin meniru Bapa kita yang di surga dan membangun relasi yang intim seperti Bapa dan anak. Tapi sekarang pertanyaannya, gimana caranya kita mau meniru Bapa kita yang di surga? Allah Bapa kan gak kelihatan, gimana caranya kita mau meniru yang gak kelihatan? Santai saja, karena ada solusinya. Ada buku yang mencatat gambaran Allah Bapa, dengan menceritakan sosok Yesus Kristus Tuhan kita dan gambaran Allah yang sempurna. Makanya penting bagi kita orang Kristen untuk sering baca Alkitab dan merenungkan firman-firman yang ada di dalamnya.

Seumpama test ulangan, guru punya kertas kisi-kisi untuk jawaban yang tepat dan benar, terus ada anak jenius yang mempelajari kisi-kisinya dan dapat hasil nilai 100, nah terus ada anak yang biasa-biasa saja mempelajari kisi-kisinya. Daripada ribet-ribet, dia nyontek jawaban si anak jenius, dia copy paste dan hasilnya dia juga dapat nilai 100. Kita harus seperti itu juga, kita lihat bagaimana Tuhan Yesus menjalani hidup, kita contek, terus kita copy paste. Supaya kita bisa menjalani hidup kita dengan tepat dan benar, sesuai dengan kehendak dan gambaran Bapa di surga. Tapi nyontek pas ulangan gak boleh ya, kalau nyontek Alkitab saja. Orang tua mana sih, yang gak senang kalau anaknya meniru mereka? Pasti senang dan mereka lihat imut unyu-unyu. Tapi kalau anaknya bandel, diajarin susah, terus terpengaruh dengan contoh-contoh orang yang buruk, pasti orang tuanya kesal sama anak itu, bisa-bisa diulek.

Efesus 4:2, menunjukkan secara singkat bagaimana kita harus berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang harus kita lakukan untuk bisa menjadi orang Kristen yang memiliki karakter dan gambaran Kristus. Allah itu kasih, maka kita harus menunjukkan kasih kita kepada orang-orang di sekitar kita.

WHAT TO DO:
1. Perbanyak membaca dan merenungkan Alkitab.
2. Terapkan perilaku yang dicontohkan Tuhan Yesus Kristus di Alkitab, dalam kehidupan sehari-hari. Copy paste!

BIBLE MARATHON:
▪︎1 Samuel 13-14

Card image
Renungan Pagi - 26 Maret 2024
2024-03-26 05:30:07


Segala kesukaan yang berhubungan dengan dunia dan keinginan daging kita, sudah seharusnya dimatikan, supaya dapat berkata sebagaimana Rasul Paulus berkata, "namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku."

Kalau masih hidup dalam kesukaan kita, selalu menuruti hawa nafsu keinginan sendiri, maka kita menjadi orang yang melakukan kejahatan di mata Tuhan, sebab kita hanya jadi orang yang mau hidup untuk diri sendiri, bukannya hidup bagi kesukaan Tuhan.
(Galatia 2:20)

Card image
Quote Of The Day - 26 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-26 05:26:04


Kita akan merasakan kemerdekaan, ketika kita mengalihkan pengharapan ke Kerajaan Surga, di mana ada harta kekayaan yang tidak ternilai.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 26 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-26 05:23:52


Kebutuhan kita yang selalu mendesak adalah selalu menghabisi saldo dosa yang masih tersisa di dalam hidup kita.

Card image
TAKING CARE OF GOD'S WORK - 26 Maret 2024 (English Version)
2024-03-26 05:21:18


For those of us who are spiritually mature, who are growing in faith, we must reach the stage where we live only to care for God's work. This may sound excessive, but this is the standard of life for believers. Our life is only to take care of God's work. If we maintain a good lifestyle, eat well, maintain health, if we work hard, we do whatever, because we want to take care of or are taking care of God's work. God also does give us pleasure; sleep well, eat well or enjoy the natural scenery at any time. But our focus is only on how we do God's work.

The principles of Christian life or the principles of correct Christian life are demonstrated by Paul in his letters and life. For example, in Philippians 1:21 Paul wrote, "To me to live is Christ, and to die is gain.” So, he lived completely for Christ. There was nothing to hope for from this world, no happiness he expected from this world. Therefore he said, “And to die is gain.” People who have not dedicated their lives completely to God will never be able to say "death is gain." *Only those who live entirely for God, whose lives are solely for taking care of God's work can say, "to die is gain."

This is not excessive, for the word of God also says, "So, whether you eat or drink, or whatever you do, do all to the glory of God" (1 Corinthians 10:31). In 2 Corinthians 5:14-15, it is said, "If the Lord Jesus died for us, we would all be dead," meaning we no longer live for ourselves, but live for Him who died for us. Do not leave our lives for ourselves, meaning everything we have, we claim belongs to the Lord. We must be sensitive in managing everything we have for God's work. This does not mean everything has to be given to the church. So how? How does the Holy Spirit lead in managing that money? Surely supporting the work of God in the church, correct.

But don't forget, firstly, our parents; they must be cared for. How can we live comfortably, if our parents live in uncomfortable slums? How can we drive good cars, if our parents drive old cars that can break down at any time? Secondly, how can we be independent and not become a burden to others? Thirdly, how can we pay attention to, and quite a few of us are indebted to uncles, aunts, uncles, grandmothers. Return their kindness. Then, fourthly, the society around us; from the maids, drivers, to our employees. There lies the true ministry, we pay attention to others and become living testimonies. Furthermore, fifthly, of course we must not forget that we support God's work in the church environment, in theological high school education, and so on, all of which are directed towards God.

We thank God because God is extraordinary in preserving our lives and God's work entrusted to us. Let's pack up and go home to heaven. We believe in Elohim Yahweh, the living God, He examines, sees our lives every moment, examines us every moment. Don't commit the slightest sin, no matter how fine that sin may be. And don't live for yourself. Starting today, let's start living to take care of God's work. From small matters, from youth. We are determined to choose this path, even though the world directs towards comfort.

ONLY THOSE WHO LIVE ENTIRELY FOR GOD, WHOSE LIVES ARE SOLELY FOR TAKING CARE OF GOD'S WORK CAN SAY "TO DIE IS GAIN." .

Card image
MENGURUSI PEKERJAAN TUHAN - 26 Maret 2024
2024-03-26 05:17:32


Bagi kita yang sudah dewasa rohani, yang bertumbuh di dalam iman, kita harus sampai pada tahap di mana kita hidup hanya untuk mengurusi pekerjaan Tuhan. Kedengarannya ini berlebihan, tetapi inilah standar hidup orang percaya. Hidup kita hanya untuk mengurusi pekerjaan Tuhan. Kalau kita menjaga pola hidup, pola makan yang baik, menjaga kesehatan, kalau kita kerja keras, kita melakukan apa pun, dalam rangka karena kita mau mengurusi atau sedang mengurusi pekerjaan Tuhan. Tuhan juga memang memberi kesenangan kepada kita; tidur nyenyak, makan enak atau kita menikmati pemandangan alam sewaktu-waktu. Tetapi fokus kita hanya bagaimana kita melakukan pekerjaan Tuhan.

Prinsip-prinsip hidup kekristenan atau prinsip-prinsip hidup Kristiani yang benar ditunjukkan oleh Paulus dalam surat dan kehidupannya. Misalnya di Filipi 1:21 Paulus menulis, "Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Jadi, sepenuhnya dia hidup bagi Kristus. Tidak ada yang diharapkan dari dunia ini, tidak ada kebahagiaan yang dia harapkan dari dunia ini. Karenanya dia berkata, "Dan mati adalah keuntungan.” Orang yang belum mempersembahkan hidupnya sepenuhnya bagi Tuhan, tidak akan pernah bisa berkata "mati adalah keuntungan.” Hanya orang yang hidup sepenuhnya bagi Tuhan, yang hidupnya hanya untuk mengurusi pekerjaan Tuhan yang bisa berkata, "mati adalah keuntungan.”

Ini tidak berlebihan, sebab firman Tuhan juga mengatakan, "Baik kamu makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah" (1 Kor. 10:31). Dalam 2 Korintus 5:14-15 dikatakan, "Kalau Tuhan Yesus sudah mati untuk kita, kita semua sudah mati,” artinya kita tidak lagi hidup untuk diri sendiri, tapi hidup untuk Dia yang telah mati bagi kita. Jangan sisakan hidup kita untuk diri sendiri, artinya *semua yang kita miliki, kita klaim milik Tuhan. Kita harus punya kepekaan bagaimana mengelola semua yang kita miliki untuk pekerjaan Tuhan. Itu bukan berarti harus diberikan ke gereja semua. Jadi bagaimana? Bagaimana Roh Kudus pimpin mengelola uang itu. Tentu mendukung pekerjaan Tuhan di gereja, betul.

Tapi jangan lupa, yang pertama, orang tua kita; mereka harus kita perhatikan. Bagaimana kita bisa hidup nyaman, kalau orang tua kita tinggal di daerah kumuh yang tidak nyaman? Bagaimana kita bisa naik mobil baik, kalau orang tua naik mobil tua yang bisa mogok setiap saat? Yang kedua, bagaimana kita bisa mandiri dan tidak jadi beban bagi orang lain. Yang ketiga, bagaimana kita memperhatikan keluarga besar di mana kita ditaruh. dan tidak sedikit kita berutang budi kepada om, tante, opa, oma. Balas budi baik mereka. Lalu, yang keempat, masyarakat sekitar kita; dari pembantu, sopir, pegawai kita. Di situlah pelayanan yang sesungguhnya, kita memperhatikan sesama dan menjadi kesaksian hidup. Selanjutnya, yang kelima, tentu tidak boleh lupa kita mendukung pekerjaan Tuhan di lingkungan gereja, di pendidikan sekolah tinggi teologi, dan lain sebagainya, yang semua terarah kepada Tuhan.

Kita bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan luar biasa memelihara hidup kita dan pekerjaan Tuhan yang dipercayakan kepada kita. Mari kita berkemas-kemas pulang ke surga. Kita percaya Elohim Yahweh, Allah yang hidup, Dia meneliti, melihat hidup kita setiap saat, memeriksa diri kita setiap waktu. Jangan berbuat dosa sekecil apa pun, sehalus apa pun dosa itu. Dan jangan hidup untuk diri sendiri. Mulai hari ini, mari kita memulai hidup untuk mengurusi pekerjaan Tuhan. Dari perkara kecil, sejak muda. Kita bertekad untuk memilih jalan ini, walaupun dunia mengarahkan kita dalam kenyamanan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

HANYA ORANG YANG HIDUP SEPENUHNYA BAGI TUHAN, YANG HIDUPNYA HANYA UNTUK MENGURUSI PEKERJAAN TUHAN YANG BISA BERKATA "MATI ADALAH KEUNTUNGAN." .

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 Maret 2024
2024-03-26 05:08:02

Yosua 16-18

Card image
Truth Kids 25 Maret 2024 - APOLOS
2024-03-25 07:14:06


Kisah Para Rasul 18:25
"Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes."

Hari ini kita mau belajar dari tokoh yang ada di Perjanjian Baru, namanya adalah Apolos. Di Alkitab, dicatat bahwa Apolos adalah orang yang pandai berbicara. Ia juga sangat hebat dalam hal-hal yang berhubungan dengan Kitab Suci. Bahkan, Apolos dapat mengajar tentang Yesus dengan teliti. Walaupun pengetahuannya masih terbatas, Apolos bersemangat saat ia berbicara tentang Jalan Kebenaran, hanya melalui Tuhan Yesus Kristus.

Apolos juga mengajar dengan berani di rumah ibadat. Tak hanya mengajar, Apolos juga mau belajar lebih lagi tentang kebenaran firman Tuhan. Ia pun menjadi seseorang yang sangat berguna bagi orang-orang yang percaya.

Sobat Kids, yuk, kita belajar dari Apolos. Kita harus terus belajar untuk menambah pengenalan kita akan Tuhan Yesus. Tidak hanya sekadar tahu Tuhan, melainkan kita harus benar-benar mengenal dan dekat dengan-Nya.

Card image
Truth Junior 25 Maret 2024 - APOLOS YANG HEBAT
2024-03-25 05:34:44



Kisah Para Rasul 18:25
“Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes.”

Sobat Junior, ada kisah yang hebat di zaman dulu. Letaknya di kota Efesus, ada seorang hebat, namanya Apolos. Apolos adalah orang yang pintar, berbakat, dan penuh semangat. Waktu itu, Apolos baru tahu tentang ajaran Tuhan Yesus, tapi Apolos terus mau belajar dan membagikan ajaran tentang Tuhan Yesus kepada orang lain di sekitarnya.

Apolos rajin sekali membaca kitab suci dan belajar dari gurunya. Karena pengetahuannya tentang ajaran Tuhan Yesus sudah semakin banyak, Apolos setiap habis belajar pasti membagikan apa yang ia dapatkan ke orang-orang. Jika Apolos pergi ke pasar, tempat ibadah, di mana pun pasti Apolos membagikan ajaran tentang Tuhan Yesus.

Eits, tapi Apolos bukan hanya mengajarkan, loh. Apolos juga memberikan contoh yang baik kepada orang-orang. Apolos peduli dengan orang lain, menjadi orang yang baik, dan menjaga perkataannya. Akhirnya banyak orang yang datang kepada Apolos untuk mendengarkan ajaran tentang Tuhan Yesus.

Sobat Junior, Apolos hebat, ya. Dari tidak tahu, menjadi tahu. Ketika sudah tahu tentang ajaran Tuhan Yesus, Apolos pun mengajak orang lain untuk tahu juga. Saat kita Sekolah Minggu, kita juga sedang belajar tentang ajaran Tuhan Yesus, loh. Yuk, kita mau belajar seperti Apolos yang senang belajar tentang ajaran Tuhan Yesus, kemudian membagikannya kepada orang lain. Bisa kita bagi kepada mama dan papa, kakak atau adik, atau teman-teman kita di sekolah supaya semakin banyak orang yang mengenal Tuhan Yesus dan hidup seperti Tuhan Yesus.

Card image
Truth Youth 25 Maret 2024 (English Version) - WORRIED? JUST PRAY!
2024-03-25 05:32:36


"Cast all your anxiety on him because he cares for you." (1 Peter 5:7)

Worrying is something that everyone experiences. Perhaps, the forms of worry can be both conscious and unconscious. For example, someone's heart races when facing an exam, and they are aware of that worry. Or it could be when someone often bites their nails for a period of time, mostly indicating they are experiencing anxiety.

But can worry be overcome? Every feeling experienced by humans surely has a solution or an action that can alleviate and reduce that feeling of worry, such as writing in a journal, reading books or the Bible, and engaging in physical activity. However, there is one activity or event that can definitely be done to release and alleviate worry, and that is prayer.

Prayer doesn't always have to be eloquent. Prayer isn't just about uttering requests that we desire to be granted. Rather, prayer is about how we can communicate with God every day, because communication is like talking to a close friend, a parent, or a confidant. Prayer is about being genuine.

Is prayer wrong if the words aren't beautiful or if it's just a request? No, because prayer is only wrong if it's just beautiful words and a request, but lacks sincerity in the heart. So, what about worry? Just pray!

WHAT TO DO:
1. Worry can be alleviated by various means, but prayer is the most effective.
2. Prayer isn't about beautiful words, but communication with God.
3. Prayer is about honesty of the heart, not just about requests.

BIBLE MARATHON:
- 1 Samuel 8-12

Card image
Truth Youth 25 Maret 2024 - KHAWATIR? DOA SAJA!
2024-03-25 05:29:30


"Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1 Petrus 5:7)

Kekhawatiran itu menjadi suatu hal utama yang pasti dirasakan oleh setiap orang. Mungkin, bentuk kekhawatirannya ada kekhawatiran yang disadari dan tidak disadari. Misalnya, seseorang berdebar jantungnya saat akan menghadapi sebuah ujian dan ia menyadari kekhawatiran tersebut. Atau bisa juga saat seseorang sering kali menggigit kuku jarinya dalam beberapa waktu tertentu, sebagian besar menunjukkan kalau ia merasakan sebuah kecemasan.

Tapi, apakah kekhawatiran itu bisa diatasi? Setiap hal yang dirasakan oleh manusia itu pasti memiliki sebuah penyelesaian atau bisa juga sebuah tindakan yang bisa melepaskan dan mengurangi rasa kekhawatiran tersebut, seperti menulis buku harian, membaca buku atau Alkitab, dan kegiatan olahraga. Meski begitu, ada satu kegiatan atau peristiwa yang sudah pasti bisa dilakukan untuk melepaskan dan mengurangi suatu kekhawatiran, yaitu berdoa.

Berdoa itu tidak selalu harus dengan kalimat indah. Berdoa bukan hanya mengucapkan permintaan yang kita inginkan dan terkabul. Tetapi, berdoa adalah bagaimana kita bisa berkomunikasi dengan Tuhan setiap harinya, karena komunikasi itu layaknya kita berbicara dengan teman dekat, orang tua, dan teman yang biasa kita jadikan tempat mencurahkan perasaan. Berdoa itu tentang apa adanya kita.

Apakah berdoa salah jika kata-katanya tidak indah atau hanya sebuah permintaan? Tidak, karena berdoa akan salah jika hanya kata-kata indah dan sebuah permintaan, tetapi bukan sebuah kejujuran dalam hati yang kita rasakan. Jadi, bagaimana kalau khawatir? Doa saja!

WHAT TO DO:
1. Kekhawatiran itu bisa diatasi dengan berbagai macam hal, tetapi berdoa yang paling efektif.
2. Berdoa bukan soal keindahan kata, tapi komunikasi dengan Tuhan.
3. Berdoa itu berbicara soal kejujuran hati, bukan hanya tentang permintaan.

BIBLE MARATHON:
▪︎1 Samuel 8—12

Card image
Renungan Pagi - 25 Maret 2024
2024-03-25 05:25:18


Harga hidup orang percaya, sangatlah mahal, dan itu akan dapat dilihat oleh sesamanya, setelah melalui proses yang dikerjakan Tuhan dalam hidupnya, seperti sebuah berlian, harus melalui proses pengasahan berulang-ulang kali, sampai menjadi berlian yang murni dan mahal.

Setiap kita, orang percaya adalah orang-orang yang berharga di mata Tuhan, sangat mahal, tetapi berharga bukan karena harta, kekayaan, kedudukan, popularitas dan sebagainya, tetapi karena penebusan oleh Darah Kristus yang telah tercurah, sehingga kita berharga mahal dihadapan Allah.

"Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." Jadi, betapa mahalnya harga hidup kita, dibayar lunas dari dosa dan dari hukuman maut dengan Nyawa Tuhan Yesus. Betapa kita telah berlaku sangat "kurang ajar", jika tidak menghargai pengorbanan Kristus menebus dosa kita.

Jika tetap hidup dalam dosa dan tidak pernah berniat meninggalkan dosa-dosa itu karena kita sudah sangat terbiasa dan nyaman di dalamnya. Tunjukkanlah penghargaan kepada Tuhan yang telah menjadikan kita berharga, dengan cara bertobat sungguh-sungguh dan meninggalkan dosa, berjuanglah untuk hidup menghargai pengorbanan Kristus.
(1 Petrus 1:18-19)

Card image
Quote Of The Day - 25 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-25 05:21:08


Tidak akan pernah bisa seseorang selamat tanpa darah Yesus.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 25 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-25 05:20:04


Hari Tuhan bukan sebagai suatu jerat bagi seseorang, kalau ia menantikan dan merindukan hari itu.

Card image
FINDING THE GLORY OF GOD - 25 Maret 2024 (English Version)
2024-03-25 05:17:45


There is no glory except God. “Glory” comes from the word “noble.” Noble means "majestic”, can mean “great, high value, very high quality, sublime.” So, there is no glory apart from God. Once a man came to Jesus and said, "Good Teacher, what must I do to inherit eternal life?" Jesus answered, "There is none good except God." This is the same as “nothing is noble but God.” If we believe this, then in this life all we seek is God. Don't reverse it. Searching for the world by using God as a tool, strength, means. We must use whatever is in us, all the potential; ability, wealth, money, to find God.

Indeed, finding God is not something easy. So, don't feel like you've found God just because you're religious, you've gone to church, you've prayed. Finding God means communing with God, becoming one with God (in bound in God). This must be fought for, because we cannot be in a bond with God, cannot be in communion with God if our character does not match God. A noble God can only be in communion with a noble human being. The Holy Spirit will help us to become noble human beings, possessing the characteristics of God; gentleness, mercy, purity, and other attributes of God. And indeed this was God's original plan: to make humans in the image and likeness of God.

But in the fall of man into sin, man lost his glory; lose something of value. And the only thing of value is God. Humans cannot be in the image and likeness of God, humans do not have the characteristics of God. And this is what it means to lose glory. Because, there is no glory except God. Salvation in the Lord Jesus Christ wants to restore humans to the image and likeness of God, which is the same as humans finding that glory. And that glory is the nature, character of God.

So how can we find that glory? If we find God. How can we find God? If we are bound in communion with God. And it's not just coming to church, singing praises to God, but every moment living in the presence of God, every moment living in communion with God. This must really be fought for. Because, changing our carnal, fleshly character, our worldly nature, which is carnal, tainted by the world, exposed to the attributes of sin, is not easy. The character of sin is inherent and seems to be an inseparable part, an integral part of us.

However, nothing is impossible for God. The Holy Spirit helps us so that we can continue to grow to wear the divine nature; separating the fleshly man from the spirit man, then putting our fleshly man to death, so that our spirit man grows strong, or in other words so that Christ lives in us. We must not waste a valuable opportunity. Don't waste time, energy, thoughts on things that are not noble. So if the Bible says, "What good is it for a man to gain the whole world if his soul is lost?" The whole world, less what?

Because this world is not something of high value, not something noble. The noble one is only God. We only get glory in God. So, don't let us waste time, energy, thoughts on things that are useless and have no value. We are grateful to get this warning before continuing with the day of our lives. Before going through the weeks, months and long years ahead, we are equipped with this word, "But seek first his kingdom and his righteousness, and all these things will be given to you as well."

So, we have to keep this in mind! We seal in our souls, hearts and minds that there is nothing noble except God! There is nothing noble except God! So it is very reasonable when the psalmist says, "Whom have I in heaven but you? And earth has nothing I desire besides you." And it is no exaggeration that Paul also wrote, "Set your mind on things above, not on things on earth! Think about things above, where Christ is seated at the right hand of God the Father.” Think of God, find Him! Live in communion with God! This becomes our happiness which is like a fire burning in our hearts.

Like a ship's steam engine that drives a ship, our steam engine is a passion for finding God. So if we pray every morning, it's nothing special. That's normal! People from morning to evening and from evening to morning again, looking for money. That's normal, because money is considered noble, of high value and valuable. For us, that's not the case. We do work hard, diligently, but we prepare our hearts for God. We do everything only because we want to grow perfect, have the nature of God, be able to have communion with God, and this becomes our eternal provision!

A NOBLE GOD CAN ONLY BE IN COMMUNION WITH A NOBLE HUMAN BEING. .

Card image
MENEMUKAN KEMULIAAN TUHAN - 25 Maret 2024
2024-03-25 05:13:34


Tidak ada kemuliaan apa pun selain Tuhan. “Kemuliaan” berasal dari kata “mulia.” Mulia artinya “agung,” bisa berarti “besar, bernilai tinggi, sangat berkualitas, luhur.” Jadi, tidak ada kemuliaan selain Tuhan. Satu kali ada seorang datang kepada Yesus dan berkata, _"Guru yang baik, apa yang harus aku lakukan supaya aku beroleh hidup yang kekal?" Yesus menjawab, "Tidak ada yang baik selain Allah." Ini sama dengan “tidak ada yang mulia selain Allah.” Jika kita percaya hal ini, maka dalam hidup ini yang kita cari hanya Tuhan. Jangan dibalik. Mencari dunia dengan memakai Tuhan sebagai alat, kekuatan, sarana. Kita harus menggunakan apa pun yang ada pada kita, semua potensi; kemampuan, harta, uang, untuk menemukan Tuhan.

Memang menemukan Tuhan bukan sesuatu yang mudah. Jadi, jangan merasa sudah menemukan Tuhan hanya karena sudah beragama, ke gereja, sudah berdoa. Menemukan Tuhan artinya bersekutu dengan Tuhan, menjadi satu dengan Tuhan (in bound in God). Ini harus diperjuangkan, karena kita tidak bisa menjadi satu ikatan dengan Tuhan, tidak bisa ada dalam persekutuan dengan Tuhan kalau karakter kita tidak mengimbangi Allah. Allah yang mulia hanya bisa bersekutu dengan manusia yang mulia. Roh Kudus akan menolong kita untuk menjadi manusia yang mulia, memiliki sifat-sifat Allah; kelembutan, belas kasihan, kemurnian, dan sifat-sifat Allah yang lain. Dan memang inilah rancangan Allah semula: menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Allah.

Tetapi kejatuhan manusia ke dalam dosa, manusia kehilangan kemuliaan; kehilangan sesuatu yang bernilai. Dan yang bernilai itu hanya Allah. Manusia tidak bisa segambar dan serupa dengan Allah, manusia tidak memiliki sifat-sifat Allah. Dan inilah yang dimaksud kehilangan kemuliaan. Sebab, tidak ada kemuliaan selain Allah. Keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus hendak mengembalikan manusia segambar dan serupa dengan Allah, yang sama dengan agar manusia menemukan kemuliaan itu. Dan kemuliaan itu adalah sifat, karakter dari Allah.

Jadi, bagaimana kita bisa menemukan kemuliaan itu? Kalau kita menemukan Allah. Bagaimana kita bisa menemukan Allah? Kalau kita terikat dalam persekutuan dengan Tuhan. Dan itu bukan hanya datang ke gereja, bernyanyi memuji Tuhan, melainkan setiap saat hidup di hadirat Allah, setiap saat hidup dalam persekutuan dengan Allah. Hal ini harus benar-benar diperjuangkan. Karena, mengubah karakter, watak, sifat kita yang duniawi, yang kedagingan, yang telah tercemari oleh dunia, terpapar oleh sifat-sifat dosa, tidak mudah. Karakter dosa itu melekat dan seakan-akan menjadi bagian yang menyatu tak terpisahkan, bagian integral di dalam diri kita.

Tetapi, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Roh Kudus menolong kita sehingga kita bisa terus bertumbuh untuk mengenakan kodrat ilahi; memisahkan manusia daging dan manusia roh, lalu membuat manusia daging kita dimatikan, supaya manusia roh kita tumbuh kuat, atau dengan kalimat lain supaya Kristus hidup di dalam diri kita. Kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang berharga. Jangan membuang waktu, tenaga, pikiran untuk hal yang tidak mulia. Jadi kalau Alkitab berkata, "Apa gunanya orang beroleh segenap dunia kalau jiwanya binasa?" Segenap dunia, kurang banyak apa?

Karena dunia ini bukanlah sesuatu yang bernilai tinggi, bukan sesuatu yang mulia. Yang mulia hanya Tuhan. Kemuliaan hanya kita peroleh di dalam Tuhan. Jadi, jangan sampai kita membuang waktu, tenaga, pikiran, untuk hal yang sia-sia dan tidak bernilai. Kita bersyukur mendapatkan peringatan ini sebelum melanjutkan hari hidup kita. Sebelum melewati minggu, bulan-bulan, dan tahun-tahun panjang ke depan, kita dilengkapi dengan firman ini, "Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya. Apa gunanya orang beroleh segenap dunia kalau jiwanya binasa?”

Jadi, kita harus camkan hal ini! Kita meteraikan di dalam jiwa, hati, dan pikiran kita bahwa tidak ada yang mulia kecuali Allah! Tidak ada yang mulia kecuali Tuhan! Jadi sesuatu yang sangat bisa beralasan ketika pemazmur mengatakan, "Tidak ada yang kuingini di bumi ini selain Engkau.” Dan tidak berlebihan kalau Paulus juga menulis, "Pikirkan perkara yang di atas, bukan yang di bumi! Pikirkan perkara yang di atas, di mana Kristus ada duduk di sebelah kanan Allah Bapa.” Pikirkan Tuhan, temukan Dia! Hidup dalam persekutuan dengan Allah! Ini menjadi kebahagiaan kita yang seperti api yang menyala di hati kita.

Seperti mesin uap kapal yang menggerakkan kapal, mesin uap kita itu gairah untuk menemukan Allah. Jadi kalau kita doa setiap pagi, itu bukan hal yang istimewa. Itu biasa! Orang dari pagi sampai sore dan dari sore sampai pagi lagi, mencari uang. Itu biasa, karena uang dianggap mulia, bernilai tinggi, dan berharga. Kalau kita, tidak demikian. Kita memang kerja keras, rajin, tetapi kita menyediakan hati kita untuk Tuhan. Kita lakukan segala sesuatu hanya karena kita mau bertumbuh sempurna, memiliki sifat Allah, bisa bersekutu dengan Allah, dan ini menjadi bekal kekal kita!

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ALLAH YANG MULIA HANYA BISA BERSEKUTU DENGAN MANUSIA YANG MULIA. .

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 Maret 2024
2024-03-25 05:05:37

Yosua 12-15

Card image
Truth Kids 24 Maret 2024 - TIMOTIUS
2024-03-24 09:01:25


1 Timotius 4:12
"Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu."
Sobat Kids, di bulan lalu kita pernah membahas kisah tentang Timotius. Ada yang masih ingat? Mari kita ingat kembali. Timotius adalah anak yang diserahkan kepada Tuhan untuk melayani di rumah Tuhan. Walaupun usianya masih sangat muda, Timotius tidak menunda-nunda melayani Tuhan. Timotius tetap berjuang untuk melayani Tuhan.

Dalam usia yang masih muda, dia berjuang untuk hidup dalam kekudusan. Dia menjaga perkataan dan tindakannya agar tidak membuat hati Tuhan kecewa. Hal ini membuktikan bahwa walaupun kita masih berusia muda, tetapi kita bisa berjuang untuk hidup suci dan kudus sehingga dapat menjadi contoh dan teladan bagi orang-orang di sekitar kita.

Nah, bagaimana dengan kalian, Sobat Kids? Apakah ada yang mau mulai berjuang hidup kudus, menjaga pikiran, ucapan, tindakan, dan perasaan agar tidak melukai hati Tuhan? Ayo, kita mulai bersama-sama dari hari ini, ya! Tuhan Yesus memberkati.

Card image
Truth Junior 24 Maret 2024 - COBA SAMA-SAMA, YUK!
2024-03-24 08:59:50


1 Timotius 4:12
“Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.”

Timotius adalah anak muda yang punya semangat. Timotius mau menjadi orang yang baik dan menjadi contoh bagi orang di sekitarnya. Bagi Timotius, tidak masalah walaupun masih muda atau masih kecil, tetap harus menjadi contoh untuk orang di sekitar.

Misalnya saja saat berbicara, Timotius tidak pernah berbicara yang kasar, mengejek orang lain, dan selalu berkata yang benar. Setiap orang yang mendengar Timotius pun senang. Timotius juga suka menolong orang lain dengan senang hati. Artinya Timotius tidak pernah pilih-pilih orang. Semua orang adalah temannya, walaupun berbeda warna kulitnya, berbeda bentuk rambutnya, berbeda umurnya, Timotius selalu senang membantu.

Selain itu, Timotius juga selalu mengajak orang lain untuk sayang kepada Tuhan. Walaupun masih muda, masih kecil, tetap harus memberikan hidup kita untuk Tuhan. Karena Tuhan sayang sama semua orang, anak-anak, orang tua, kakek nenek, jadi semua orang juga harus sayang sama Tuhan.

Sobat Junior, memang di dunia ini ada orang yang jahat dan baik. Sebagai anak Allah, kita mau menjadi orang yang baik, seperti Timotius. Walaupun masih ada orang yang suka berkata kasar, melawan orang tua, memukul temannya, tapi kita jangan seperti itu, ya. Kita harus berani menjadi anak yang baik dan menjadi contoh yang bisa ditiru oleh teman-teman dan keluarga. Kira-kira, gampang atau susah menjadi contoh? Hmmm … Kita coba sama-sama, yuk!

Card image
Truth Youth 24 Maret 2024 (English Version) - WHY WANT TO BE THE SAME?
2024-03-24 08:50:45


"Do not conform to the pattern of this world, but be transformed by the renewing of your mind. Then you will be able to test and approve what God's will is—his good, pleasing and perfect will." (Romans 12:2)

When you meet someone you might not know, and they are wearing the exact same clothes as you, what would your initial reaction be? Perhaps most people would be surprised and feel uncomfortable with the similarity or sameness of the clothes they are wearing. It feels like you're being copied by someone else.

Certainly, there is discomfort if someone is bothered by or concerned about appearances, as not everyone wants to be likened. But there is only one person who wants, even desires greatly, for us or others to imitate Him, and that is Jesus Christ.

Jesus Christ has proven it through various stories of His ministry with His disciples or followers. Jesus Christ also truly showed that anyone can come to Him in any condition, especially those who need help (Matthew 11:28).

Therefore, perhaps the issue of clothing or attire is not a problem if we are uncomfortable with someone imitating us. But we ourselves must strive, and we will surely discover many things we did not expect when we imitate and strive to be like Jesus Christ. So, do you want to be the same as the world?

WHAT TO DO:
1. Comfort in similarity needs to be created, not waited for.
2. Imitating Jesus is the only way we can draw close to God.
3. Similarity (sameness) with Jesus is the path to recognizing God.

BIBLE MARATHON:
- 1 Samuel 4-7

Card image
Truth Youth 24 Maret 2024 - MENGAPA MAU SAMA?
2024-03-24 08:47:26


"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2)

Saat kamu bertemu dengan seseorang yang mungkin dirimu tidak kenal, lalu mereka atau dia menggunakan baju yang sama persis dengan dirimu. Apa kira-kira reaksi pertamamu? Mungkin sebagian besar orang ada yang kaget dan merasa tidak nyaman dengan kemiripan atau kesamaan baju yang mereka kenakan. Seperti, rasanya kamu sedang ditiru oleh orang lain.

Pasti ada ketidaknyamanan jika seseorang itu cukup mempermasalahkan atau mementingkan penampilan, karena tidak semua orang ingin disamakan. Tetapi, hanya ada satu orang yang ingin bahkan sangat menginginkan kalau kita atau yang lain bisa meniru dirinya, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Tuhan Yesus Kristus telah membuktikannya dengan berbagai cerita pelayanan yang ada bersama para murid-Nya atau pengikut-Nya.

Tuhan Yesus Kristus juga benar-benar menunjukkan bahwa semua orang pun boleh datang kepada-Nya dalam keadaan apa pun, khususnya mereka yang memerlukan bantuan (Mat.11:28).

Maka dari itu, mungkin persoalan pakaian atau baju tidak menjadi masalah, jika kita tidak nyaman seseorang meniru kita. Tetapi, kita sendiri harus berusaha dan pasti akan mendapatkan banyak hal yang tidak kita sangka saat kita meniru dan berusaha serupa dengan Tuhan Yesus Kristus. Jadi, mau samaan dengan dunia enggak nih?

What to Do:
1. Kenyamanan dalam keserupaan itu perlu diciptakan, bukan ditunggu
2. Meniru Tuhan Yesus adalah satu-satunya cara kita bisa dekat dengan Allah
3. Keserupaan (kesamaan) dengan Tuhan Yesus itu jalan pengenalan akan Allah.

BIBLE MARATHON:
1 Samuel 4-7

Card image
Renungan Pagi - 24 Maret 2024
2024-03-24 08:39:41


Allah memang telah merancangkan sesuatu yang besar dalam hidup setiap umat-Nya yang percaya kepada-Nya, tetapi jika hidup seenaknya, suka-suka sendiri, tidak mau berjuang, malas-malasan dan menunda waktu untuk bertobat, maka tidak akan pernah melihat rancangan Allah yang besar itu terwujud dalam hidup kita. Rancangan Allah tidak pernah gagal, tetapi dapat tertunda karena respon yang salah dari kita terhadap rancangan Allah itu.

"Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal." Rancangan tentang seluruh hidup ada di hadapan Tuhan, dan rancangan-Nya bukanlah rancangan kecelakaan, semua yang terbaik yang dipersiapkan-Nya untuk kita, tergantung bagaimana respon terhadap rancangan Tuhan itu, maukah tunduk dan taat mengikuti prosesnya, tetap percaya dan mengandalkan Tuhan, sampai rancangan itu digenapi dalam hidup kita.

"Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."
(Ayub 42:2; Yeremia 29:11)

Card image
Quote Of The Day - 24 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-24 08:28:57


Seseorang yang menolak memasuki proses menyangkal diri dan penyaliban diri berarti tidak bersedia dimiliki oleh Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 24 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-24 08:27:52


Orang yang tidak memahami pertanggungan jawab dan tidak memahami adanya pengadilan Tuhan adalah orang yang sembarangan hidup.

Card image
SLAUGHTERING ONESELF - 24 Maret 2024 (English Version)
2024-03-24 08:25:48


Our relationship with Elohim or God is that of Father and son. And it's so beautiful. For, we find symmetry, analogous to our lives. If we are wise, we can capture truths within our experiences, in the relationship between parent and child, which we can apply to our relationship with God as a Father. When a child, still young or immature, says to their parent, "I love you," it brings joy to the parent, even though the child may not be able to do much, even when the child is still often troublesome.

However, that statement cannot be uttered by an adult child without paying the price of love. Children who don't listen to their parents, who don't want to study well, and even commit violations—especially serious violations like drugs—certainly cause trouble for parents. And if as an adult he continues to commit various crimes, then says, "Mom, I love you," it is even more painful.

The big problem is that many people do not feel and do not understand God's feelings. So when God is hurt, we don't feel it; don't know, insensitive. That's so terrible. Even though of course God tells us, we are often stubborn. Many people are stubborn. Like many Christians whose mouths say, "I worship (give You high value), I love You," but don't do anything. That hurts the Father's heart. In the end, we can understand that our life is indeed must be for God.

For God, it means for the people around us. That's what it means. We must dare to "slaughter ourselves" so that we can bless others and become channels to touch God. Jesus, the High Priest, He was slain on the cross to be able to bring believers to the Father. In the Old Testament High Priest, it was a lamb that was slaughtered. In the life of a believer, we must “slaughter ourselves" (sacrifice ourselves). If we want to see our children blessed, not shame them, then slaughter ourselves! Many parents do not slaughter themselves. Thus, making their children ashamed.

We can't be an example if we haven't slaughtered ourselves! If pastors want to be a blessing in their sermons, they must slaughter themselves! Worship leaders, singers or choirs, in order to be a blessing to the congregation when leading praise, must slaughter themselves so they can become a fragrance. It doesn’t mean we cannot have a nice house or a nice car if that's our portion. Who can forbid it if God gives it to each of us? But if it becomes comfort, it means we are not slaughtering ourselves.

God slaughters us through many things. It's a way to destroy our pride. Self-esteem, good name damaged, economy in shambles; that's slaughtered. And we have to accept it. That's God's knife, so that we don't make mistakes. If we do not slaughter ourselves, we will be slaughtered. For example, from a young age we don't understand how to live in an orderly manner. The main thing is to be taught to indulge in delicious food. Satay, soup, soto, oily food, all eaten. Finally, we are slaughtered on the operating table. Imagine if from a young age we eat vegetables, fruits, grains, then we are not sacrificed by doctors on the operating table. This happens because we don't want to slaughter ourselves.

Even though the Bible in Proverbs 23:2-3 says, "Put a knife against your neck, if your lust is great! Do not crave his delicacies, for that food is deceptive." When we are old, we only realize it. But it's almost too late or too late. This is a mistake. But most importantly, don't let us be slaughtered in eternity. If we still live in the flesh, and do not live in holiness, how can we soar high? Those who have struggled continuously just to live a holy life, going up is not easy, but it's definitely going up. As the day goes on, it increases more and more. Even though it's small, there's a sense of increase. And of course we can feel that when we pray; especially in personal prayer. So, the burden of ministry is not visiting here, visiting there, waking up in the morning, not getting enough sleep at night. But the important thing is to slaughter our flesh, slaughtering our worldliness so that our lives can become broken bread and poured out wine.

WE MUST DARE TO "SLAUGTER OURSELVES" SO THAT WE CAN BLESS OTHERS AND BECOME CHANNELS TO TOUCH GOD

Card image
MENYEMBELIH DIRI - 24 Maret 2024
2024-03-24 08:22:44


Hubungan kita dengan Elohim atau Allah adalah hubungan Bapa dan anak. Dan itu indah sekali. Sebab, kita menemukan simetrisnya, analoginya dengan kehidupan kita. Kalau kita cerdas, kita dapat menangkap kebenaran-kebenaran di dalam kehidupan kita yang kita alami, kita jalani dalam hubungan antara orang tua dan anak, yang itu bisa kita kenakan dalam hubungan kita dengan Allah sebagai Bapa. Ketika anak masih kanak-kanak atau belum dewasa berkata kepada orang tua, "I love you,” itu membahagiakan orang tua, walaupun anak belum bisa buat apa-apa, bahkan ketika anak masih sering merepotkan.

Tapi, kalimat itu tidak bisa diucapkan oleh anak dewasa tanpa membayar harga cintanya. Anak yang tidak dengar-dengaran kepada orang tua, yang tidak mau belajar dengan baik, bahkan melakukan pelanggaran-pelanggaran—apalagi pelanggaran berat seperti narkoba—tentu menyusahkan hati orang tua. Dan apabila setelah dewasa ia tetap melakukan berbagai kejahatan, lalu berkata, "Mama, I love you,” itu lebih menyakitkan lagi.

Masalah besar adalah banyak orang tidak merasakan dan tidak mengerti perasaan Allah. Jadi ketika Tuhan terluka, kita tidak merasakan; tidak tahu, tidak peka. Itu mengerikan sekali. Walaupun tentu Tuhan memberitahu, tapi kita sering keras kepala. Banyak orang keras kepala. Seperti banyak di antara orang-orang Kristen yang mulutnya mengatakan, "Aku menyembah (memberi nilai tinggi), aku cinta pada-Mu,” tapi tidak buat apa-apa. Itu menyakitkan hati Bapa. Pada akhirnya, kita bisa mengerti bahwa hidup kita memang harus untuk Tuhan.

Untuk Tuhan, artinya untuk orang di sekitar kita. Itu maksudnya. Kita harus berani “menyembelih diri” supaya bisa memberkati sesama dan menjadi saluran untuk menyentuh Allah. Yesus, Imam Besar, Dia disembelih di kayu salib untuk bisa membawa orang percaya kepada Bapa. Kalau Imam Besar di Perjanjian Lama, yang disembelih itu domba. Dalam hidup orang percaya, kita harus “menyembelih diri.” Kalau kita ingin melihat anak-anak diberkati, tidak mempermalukan mereka, maka sembelih diri kita! Banyak orang tua yang tidak menyembelih dirinya. Sehingga membuat anaknya malu.

Kita belum bisa jadi contoh kalau belum menyembelih diri! Para pendeta kalau mau menjadi berkat dalam khotbahnya, harus menyembelih diri! Para worship leader, singer atau choir,supaya bisa menjadi berkat bagi jemaat waktu memimpin puji-pujian, harus menyembelih diri supaya bisa menjadi keharuman. Bukan berarti kita tidak boleh punya rumah bagus atau mobil bagus, kalau memang bagian kita. Siapa yang bisa larang kalau Tuhan yang beri untuk bagian kita masing-masing? Tapi kalau itu menjadi kenyamanan, berarti kita tidak menyembelih diri kita.

Tuhan sembelih kita lewat banyak hal. Itu cara untuk menghancurkan kesombongan kita. Harga diri, nama baik dirusak, ekonomi berantakan; itu disembelih. Dan kita harus terima. Itu pisau Tuhan, supaya kita tidak melakukan kesalahan. Kalau kita tidak menyembelih diri, kita disembelih. Contoh, dari muda kita tidak mengerti bagaimana seharusnya hidup dengan tertib. Pokoknya dididik makan enak. Sate, sop, soto, minyak, dimakan semua. Akhirnya, kita disembelih di meja operasi. Coba kalau dari muda kita makan sayur-mayur, buah-buahan, biji-bijian, maka kita tidak disembelih dokter di meja operasi. Hal ini terjadi karena kita tidak mau menyembelih diri.

Padahal Alkitab dalam Amsal 23:2-3 berkata, "Taruhlah sebuah pisau pada lehermu, bila besar nafsumu! Jangan ingin akan makanannya yang lezat, itu adalah hidangan yang menipu." Setelah tua, kita baru sadar. Tapi sudah hampir terlambat atau sudah terlambat. Ini kesalahan. Tapi yang terpenting, jangan sampai kita disembelih di kekekalan. Kalau kita masih hidup dalam kedagingan, tidak hidup dalam kesucian, bagaimana kita bisa terbang tinggi? Yang sudah berjuang terus untuk hidup suci saja, naiknya tidak gampang, tapi pasti naik. Makin hari, makin naik. Walaupun sedikit, tapi ada rasa naiknya. Dan itu tentu kita dapat rasakan waktu kita berdoa; khususnya dalam doa pribadi. Jadi, beratnya pelayanan itu bukan besuk sana, besuk sini, bangun pagi, malam kurang tidur. Tapi yang penting sembelih kedagingan kita, sembelih keduniawian kita agar hidup kita dapat menjadi roti yang terpecah dan anggur yang tercurah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS BERANI “MENYEMBELIH DIRI” SUPAYA BISA MEMBERKATI SESAMA DAN MENJADI SALURAN UNTUK MENYENTUH ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 Maret 2024
2024-03-24 08:19:34

Yosua 9-11

Card image
Truth Kids 23 Maret 2024 - ZAKHEUS
2024-03-23 11:29:40



Lukas 19:8
Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."

Sobat Kids, apakah masih ingat kisah seseorang yang memanjat pohon demi melihat Tuhan Yesus? Siapa dia? Ya, dia adalah Zakheus. Zakheus adalah seorang pemungut cukai yang sering kali dijauhi dan dibenci orang di sekitarnya. Namun, saat mendengar kabar tentang Tuhan Yesus, Zakheus berusaha untuk bertemu dengan Tuhan Yesus. Zakheus melihat Yesus tidak hanya sebagai guru atau nabi seperti orang kebanyakan, melainkan juga percaya bahwa Yesus adalah seorang Juruselamat.

Tuhan Yesus merasakan kesungguhan Zakheus. Dan akhirnya, Tuhan Yesus mau datang ke rumah Zakheus. Zakheus sadar akan semua kesalahan dan dosa-dosanya sehingga dia semakin yakin dan siap untuk mengubah hidupnya. Bahkan, dia rela memberi setengah harta miliknya bagi orang miskin dan bersedia mengganti 4x lipat harta orang-orang yang dia peras sebelumnya. Kesungguhan Zakheus bertobat membuat dirinya berubah menjadi pribadi yang murah hati.

Seperti yang Zakheus alami, jika kita mengasihi Tuhan dan bertobat dengan sungguh, pasti kita akan berusaha mengubah sifat kita. Yuk, kita berusaha untuk menjadi lebih baik dan sesuai dengan kehendak Tuhan, sama seperti Zakheus.

Card image
Truth Junior 23 Maret 2024 - TUHAN DI HATIKU
2024-03-23 11:27:37


Lukas 19:8
Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.”

Di sebuah kota kecil bernama Yerikho, ada seorang yang sangat kaya bernama Zakheus. Walaupun hartanya banyak, tapi Zakheus merasa seperti ada sesuatu yang hilang dari hidupnya.

Sampai suatu hari, Tuhan Yesus melewati kota Yerikho. Banyak orang melihat Tuhan Yesus dan menyambut-Nya. Zakheus juga ingin melihat Tuhan Yesus, tapi karena badannya pendek, ia kesulitan melihat Tuhan Yesus yang ditutupi orang banyak. Akhirnya, Zakheus memanjat sebuah pohon ara supaya bisa melihat Tuhan Yesus dengan jelas.

Waktu Tuhan Yesus berdiri di dekat pohon ara, Tuhan Yesus melihat Zakheus di atas pohon dan berkata, “Zakheus, turunlah cepat, sebab Aku harus tinggal di rumahmu hari ini.” Zakheus kaget lalu segera turun dari pohon dan mendatangi Tuhan Yesus dengan sukacita.

Waktu sampai di rumah Zakheus, perubahan terjadi. Karena Zakheus sudah mulai tahu kalau Tuhan Yesus adalah Juruselamat yang bisa menghapus dosa-dosanya. Zakheus yang dulunya dikenal sebagai orang yang kejam, sekarang merasa bersalah dengan dosa-dosanya. Akhirnya Zakheus mau berubah dan mau menjadi orang yang baik.

Zakheus mulai membagi kekayaannya kepada yang tidak punya uang. Zakheus juga memberikan makanan kepada orang yang lapar, dan memberikan pakaian kepada orang yang telanjang karena tidak punya pakaian.

Sobat Junior, dari cerita Zakheus, kita juga mau belajar untuk mengalami perubahan. Karena Tuhan Yesus ada di hati kita, artinya ada keselamatan yang Tuhan beri. Jadi, kita harus menjadi anak yang baik untuk membuktikan perubahan yang kita lakukan.

Card image
Truth Youth 23 Maret 2024 (English Version) - AFTER REDEMPTION, THEN WHAT?*
2024-03-23 11:24:25


"I have told you these things, so that in me you may have peace. In this world you will have trouble. But take heart! I have overcome the world." (John 16:33)

There is someone who always says, "there is always sunshine after the rain." It signifies that there is something good after something bad happens. Is it true? If so, can every human experience it? Will they see something good after something bad happens?

Perhaps, this question would arise among the disciples when they were having a long discussion in John 16 with Jesus at that time, especially in John 16:16-33. Here, the disciples seemed to be given a sign that they would be left by Jesus. In the passage of John 16:16-33, it actually explains a lot about the suffering after someone experiences redemption. But, what should be done after redemption?

Surely, as humans who love God and have common sense, we would strive to have a meaningful life and try not to be trapped in sin. But, will it stop there? Perhaps, the key word that can be given is to love and respect others, as this will show that you are living a meaningful life. How? Are you interested in trying and finding out?

WHAT TO DO:
1. Stop at redemption, but question the next life.
2. Live a meaningful life.
3. Learn to love and respect fellow human beings.

BIBLE MARATHON:
- 1 Samuel 1-3

Card image
Truth Youth 23 Maret 2024 - SETELAH PENEBUSAN, LALU?
2024-03-23 11:15:49


"Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." (Yohanes 16:33)

Ada seseorang yang selalu berkata, “pasti ada matahari setelah hujan”. Itu menunjukkan sebuah kiasan atau berarti bahwa ada segala sesuatu hal yang baik setelah ada hal buruk yang terjadi. Apakah memang begitu? Kalau iya, apakah setiap manusia bisa merasakan hal itu? Apakah mereka akan melihat hal baik setelah hal buruk terjadi?

Mungkin, pertanyaan ini akan muncul kepada murid-murid pada saat mereka sedang berdiskusi panjang dalam Yohanes 16 bersama dengan Yesus pada saat itu, terkhusus pada Yohanes 16:16-33. Di mana para murid seperti diberi tanda bahwa mereka akan tinggalkan oleh Yesus. Pada perikop Yohanes 16:16-33 sebenarnya menjelaskan banyak tentang bagaimana penderitaan setelah seseorang mengalami penebusan. Tapi, memang setelah penebusan lalu apa yang perlu dilakukan?

Pastinya sebagai seorang manusia yang mencintai Tuhan dan memiliki akal sehat, kita pasti berusaha untuk memiliki hidup yang bermakna, dan berusaha tidak terjebak dalam dosa. Tetapi, apakah hanya akan berhenti di situ saja? Mungkin, kata kunci yang dapat diberikan adalah mencintai dan menghargai sesama, hal ini akan menunjukkan kalau kamu melalui hidup yang bermakna. Bagaimana? Apa kalian tertarik mencoba dan mencari tahu?

WHAT TO DO:
1. Berhenti pada hal penebusan, tetapi mempertanyakan kehidupan berikutnya
2. Hiduplah dengan penuh makna
3. Belajar mencintai dan menghargai sesama manusia

BIBLE MARATHON:
▪︎1 Samuel 1–3

Card image
Renungan Pagi - 23 Maret 2024
2024-03-23 11:12:01


Tuhan Yesus dengan jelas dan tegas mengatakan pada murid-murid-Nya, bahwa kita sebagai ranting-rantingnya, dan hanya dengan melekat pada pokok anggur, yaitu Tuhan Yesus dan tinggal didalam DIA, serta DIA didalam kita, barulah kita dapat menghasilkan buah pertobatan, buah kehidupan dan buah pelayanan yang mempermuliakan nama-Nya."Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa."

Ketika kita dekat, melekat dengan seseorang maka pasti akan tahu apa yang dapat menyenangkan hatinya, dan itulah yang berusaha kita lakukan. Begitu juga ketika selalu dekat dan melekat dengan Pribadi Tuhan sebagai pokok anggur, maka kita akan selalu tahu apa yang dapat menyenangkan hati-Nya, itulah yang kita lakukan. Kita akan dapat menghasilkan buah anggur manis yang dapat dinikmati oleh Bapa.
(Yohanes 15:5)

Card image
Quote Of The Day - 23 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-23 11:09:29


Menyangkal diri artinya bersedia memiliki cara hidup yang berbeda dengan dunia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 23 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-23 11:07:56


Perjuangan untuk menjadi anggota keluarga Kerajaan adalah sesuatu yang lebih berat dan sulit dibandingkan dengan segala perjuangan apa pun selama hidup di bumi ini.

Card image
TRUSTING ONESELF - 23 Maret 2024 (English Version)
2024-03-23 11:06:25


Usually, based on the basic assumption or premise that because we have believed in Jesus as Lord and Savior, we automatically become children of God. That's true, but it's not complete. Believing in the Lord Jesus Christ, accepting Jesus Christ as Savior itself must also be understood, comprehended correctly; believing how? Receiving Jesus how, so that we can be regarded as children of God? Because ultimately, those acknowledged by God the Father as His children are those who truly exist as children of God.

And for that, it is impossible for God not to inform us of our true condition according to Him. If we truly question or challenge it, surely God will inform. Have we ever questioned whether our belief in God is correct? Has it truly been acknowledged as the acceptance that God desires? We must seriously question this. If the word 'believe' itself is dissected from its etymology, it comes from the word "pisteuō," meaning to surrender oneself to the trusted object.

How much percent do we surrender ourselves to the object we believe in? In this case, how much percent do we trust ourselves to God? Surely God desires not 50%, not merely 80%, not even 90% is enough, because the standard is with all our heart, with all our soul, with all our mind, and with all our strength. So, in the word 'believe' contains the willingness to trust ourselves to God. If we believe in the Lord Jesus, it means we entrust ourselves to Him for what He desires in the salvation process. Are we really in the dynamics of salvation that the Lord provides? It means we achieve the purpose of salvation as articulated by Paul in Philippians 2:12, "Work out your salvation with fear and trembling."

If it comes to fear and trembling, it means it's not an easy matter, as Jesus said, "Strive to enter the narrow way, because many people try but do not enter." Honestly, if we look at the life movements of many Christians, it is not the activities of living people who working out salvation. Maybe it could be said, far from the writhing or struggle of life, the process of entering the salvation process. In general, Christians live as normal children of the world. In fact, being the chosen people is special. Not everyone is the chosen people. The chosen people are people designed by God.

Even in the Bible, it is said, before the world was created, He already chose us. It means there are people who are indeed chosen with the standard of being holy before God, in His love. We are destined to be adopted as children of His through the Lord Jesus Christ, according to His good will or pleasure. If we have become the chosen people, it means we have entered the "race arena" (Hebrews 12:1,2 Therefore, since we are surrounded by such a great cloud of witnesses, let us throw off everything that hinders and the sin that so easily entangles. And let us run with perseverance the race marked out for us, fixing our eyes on Jesus, the pioneer and perfecter of faith. For the joy set before him he endured the cross, scorning its shame, and sat down at the right hand of the throne of God). So, if we say, "I believe in You, Lord Jesus. I surrender myself to You." The Lord Jesus will surely say, "Follow Me."

So if we are not yet similar to Jesus, it means we are not yet God's children. Of course we will not be able to match the holiness of the Lord Jesus, but we must reach a level where everything we do is always in accordance, always in sync with the will of the Father. In Romans 7, Paul says, "Wretched man that I am! Who will deliver me from this body of death?" Why? Because if he still lives in the body of death, he cannot be a child of God. Then, in Romans 8, Paul said, "For as many as are led by the Spirit of God, these are sons of God." Let us ask, is it our flesh that leads our lives or the Spirit of God? Are we in sync with God's Spirit yet? That's the problem.

We must continue to grow until a level where God says, "This is My beloved Son, in whom I am well pleased." So, we should not only reach the level of being "justified," but we must continue to grow until truly becoming righteous. Salvation in Jesus Christ is extraordinary, it's an ongoing process in our lives. In life, God wants to melt down or remove the elements of sin within us through life experiences. And at every moment, there's a way God shapes His people. Today, not through persecution, so God works on us through life events to remove the elements of sin and carnality within us; for those willing to be molded, for those willing to undergo the process.

Because not everyone is willing to undergo the process, and not everyone truly undergoes it. Some because they don't know, so if there's a problem they only see that problem. Then, how to find a way out of that problem. They don't understand that God is working on their lives. So, we must have certainty today; whether we are pleasing or not. And that certainty can be seen from the elements of sin that still cling within us. We must continue to present ourselves to God and question, "How far is my journey?"

IF WE BELIEVE IN THE LORD JESUS, IT MEANS WE ENTRUST OURSELVES TO HIM FOR WHAT HE DESIRES IN THE SALVATION PROCESS. .

Card image
MEMERCAYAKAN DIRI - 23 Maret 2024
2024-03-23 11:03:28


Biasanya, didasarkan pada anggapan dasar atau premis bahwa karena kita telah percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka kita otomatis menjadi anak-anak Allah. Itu benar, tapi belum lengkap. Percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat itu sendiri juga harus dimengerti, dipahami dengan benar; percaya yang bagaimana? Menerima Yesus yang bagaimana, sehingga kita bisa berstatus anak-anak Allah? Sebab pada akhirnya, yang diakui oleh Allah Bapa sebagai anak-anak-Nya adalah orang-orang yang benar-benar berkeberadaan sebagai anak-anak Allah.

Dan untuk itu, tidak mungkin Tuhan tidak memberitahu keadaan kita yang sebenarnya menurut Dia. Kalau kita sungguh-sungguh memperkarakan atau mempersoalkannya, pasti Tuhan memberitahu. Pernahkah kita mempertanyakan apakah percaya kita kepada Tuhan itu sudah benar? Apakah benar-benar telah diakui sebagai penerimaan yang memang Allah kehendaki? Kita harus benar-benar mempersoalkan hal ini dengan serius. Kalau kata 'percaya' itu sendiri dibedah dari etimologinya, berasal dari kata "pisteuō," artinya menyerahkan diri kepada objek yang dipercayai.

Berapa persen kita menyerahkan diri kepada objek yang kita percayai? Dalam hal ini, berapa persen kita memercayakan diri kita kepada Tuhan? Pasti Tuhan menghendaki, tidak 50%, tidak cukup 80%, bahkan 90% pun tidak cukup, sebab standarnya itu segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan segenap kekuatan. Jadi, di dalam kata percaya memuat kesediaan memercayakan diri kita kepada Tuhan. Kalau kita percaya Tuhan Yesus berarti kita memercayakan diri kita kepada-Nya untuk apa yang Dia kehendaki dalam proses keselamatan itu. Apakah kita benar-benar ada di dalam proses dinamika keselamatan yang Tuhan sediakan itu? Artinya, kita mencapai maksud keselamatan diberikan yang dibahasakan oleh Paulus dalam Filipi 2:12, “Kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar.”

Kalau sampai dengan takut dan gentar, itu artinya bukan hal yang mudah, seperti yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, "Berjuanglah masuk jalan sempit, karena banyak orang berusaha tapi tidak masuk." Sejujurnya, kalau kita melihat geliat hidup banyak orang Kristen, itu bukan geliat orang hidup yang mengerjakan keselamatan. Mungkin bisa dikatakan, jauh dari geliat atau perjuangan hidup proses memasuki proses keselamatan. Pada umumnya, orang Kristen hidup dalam kewajaran anak dunia. Padahal, menjadi umat pilihan itu istimewa. Tidak semua orang menjadi umat pilihan. Umat pilihan adalah orang yang dirancang Allah.

Bahkan di dalam Alkitab dikatakan, sebelum dunia dijadikan, Dia sudah memilih kita. Artinya, ada orang-orang yang memang dipilih dengan standar harus menjadi kudus di hadapan Allah, di dalam kasih-Nya. Kita ditentukan untuk diadopsi sebagai anak-anak-Nya melalui Tuhan Yesus Kristus, sesuai dengan keinginan atau kehendak baik-Nya. Kalau sudah jadi umat pilihan, artinya kita masuk dalam "arena perlombaan" (Ibr. 12:2). Jadi, kalau kita berkata, "Aku percaya kepada-Mu, Tuhan Yesus. Aku menyerahkan diriku kepada-Mu." Tuhan Yesus pasti berkata, "Ikutlah Aku."

Jadi kalau kita belum serupa dengan Yesus, berarti kita belum menjadi anak-anak Allah. Tentu kita tidak akan bisa menyamai kekudusan Tuhan Yesus, tetapi harus mencapai level di mana segala sesuatu yang kita lakukan itu selalu sesuai, selalu sinkron dengan kehendak Bapa. Di Roma 7, Paulus berkata, "Celaka aku! Dengan tubuh maut ini, celaka aku!". Kenapa? Sebab, kalau dia masih hidup dalam tubuh maut, dia tidak bisa jadi anak-anak Allah. Lalu, di Roma 8, Paulus berkata, “Orang yang dipimpin Roh Allah adalah anak Allah.” Mari kita bertanya, yang memimpin hidup kita itu daging kita atau Roh Allah? Kita sudah sinkron belum dengan Roh Allah? Itu masalahnya.

Kita harus bertumbuh terus sampai satu level, Allah berkata, "Ini anak-Ku yang Kukasihi, kepadanya Aku berkenan." Jadi, kita tidak boleh sampai pada level “dibenarkan” saja, tapi harus terus bertumbuh sampai benar-benar menjadi benar. Keselamatan dalam Yesus Kristus itu luar biasa, merupakan proses yang terus berlangsung dalam hidup kita. Di dalam kehidupan, Tuhan mau meluruhkan atau merontokkan unsur-unsur dosa di dalam diri kita melalui pengalaman hidup. Dan di setiap masa ada cara Allah dalam membentuk umat-Nya. Hari ini tidak dengan cara aniaya, sehingga Tuhan menggarap kita lewat peristiwa-peristiwa hidup untuk merontokkan unsur-unsur dosa dan kedagingan di dalam diri kita; bagi yang mau dibentuk, bagi yang mau diproses.

Karena tidak semua orang mau diproses, dan tidak semua orang benar-benar menjalani proses itu. Ada yang karena tidak tahu, maka kalau ada masalah yang dia lihat hanya masalah itu. Lalu, bagaimana mendapat jalan keluar dari masalah tersebut. Dia tidak mengerti bahwa Allah sedang menggarap hidupnya. Jadi, kita harus punya kepastian hari ini; apakah kita sudah berkenan atau belum. Dan kepastian itu dapat kita lihat dari unsur-unsur dosa yang masih melekat di dalam diri kita. Kita harus terus memperhadapkan diri kepada Tuhan dan mempertanyakan, "Sampai di mana perjalananku ini?"

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA PERCAYA TUHAN YESUS BERARTI KITA MEMERCAYAKAN DIRI KITA KEPADA-NYA UNTUK APA YANG DIA KEHENDAKI DALAM PROSES KESELAMATAN ITU.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 Maret 2024
2024-03-23 09:01:49

Yosua 5-8

Card image
Truth Kids 22 Maret 2024 - A N A N I A S
2024-03-22 05:37:23


Kisah Para Rasul 9:17
Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus."

Sobat Kids, apakah kamu tahu kehidupan Rasul Paulus sebelum bertobat mengenal Tuhan? Rasul Paulus atau yang dikenal sebagai Saulus adalah seorang yang suka berbuat jahat kepada pengikut Tuhan Yesus. Saulus bertemu dengan Tuhan pada saat melakukan perjalanan ke kota Damsyik, sehingga matanya buta selama 3 hari. Ketika buta itulah, ada seorang bernama Ananias yang diutus Tuhan untuk menyembuhkan Saulus.

Di awal perjalanannya sebagai hamba Tuhan, Paulus banyak dihindari oleh orang percaya karena masa lalunya yang suka berbuat jahat. Namun, Ananias percaya bahwa Tuhan memiliki rencana besar untuk hidup Saulus. Walaupun tidak senang atas perbuatan Saulus di masa lampau, Ananias taat kepada perintah Tuhan Yesus.

Sobat Kids, apakah ada teman yang sering bersikap buruk terhadap kalian? Mungkin kalian menjadi tidak suka terhadap perbuatan mereka. Hari ini kita mau belajar dari Ananias. Taat kepada perintah Tuhan, termasuk untuk saling mengasihi. Bukan hanya mengasihi orang yang berbuat baik kepada kita, melainkan juga kepada orang yang jahat kepada kita. Karena Allah kita adalah Allah yang penuh kasih.

Card image
Truth Junior 22 Maret 2024 - KEAJAIBAN TERJADI
2024-03-22 05:33:40


Kisah Para Rasul 9:17
Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: “Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus.”

Ananias adalah pengikut Tuhan Yesus di Damaskus. Suatu hari, Ananias diberitahu Tuhan bahwa ada seorang yang jahat kepada orang Kristen zaman dulu, dan Ananias harus mendatanginya. Orang ini adalah Saulus. Awalnya Ananias merasa takut, tapi akhirnya ia yakin kalau Tuhan punya rencana besar untuk hidup Saulus.

Akhirnya Ananias pun pergi mencari Saulus. Saat Ananias dan Saulus bertemu, Ananias dengan tegas berkata kepada Saulus kira-kira begini; “Tuhan Yesus menyuruh aku, supaya kamu kembali kepada Tuhan dan hidup dengan benar.”

Waktu itu Saulus buta matanya, maka Ananias meletakkan tangannya di atas Saulus, dan… terjadi suatu keajaiban. Saulus kembali bisa melihat dan Roh Kudus turun atasnya, sehingga hidup Saulus pun berubah dan hatinya menjadi baik.

Saulus yang dulunya adalah orang yang suka berbuat jahat kepada orang Kristen, berubah menjadi salah satu rasul terbesar yang sangat sayang kepada Tuhan.

Wah, Sobat Junior, kisah Saulus yang dikenal juga sebagai Paulus, sangat hebat. Sebelumnya jahat, menjadi baik dan hidup untuk Tuhan. Tapi kisah Ananias yang mau menerima Saulus pun hebat, karena Ananias mau menerima orang yang mungkin kita pikir tidak mungkin berubah. Tapi karena kasih, maka Ananias percaya kalau Saulus akan menjadi orang yang baik.

Card image
Truth Youth 22 Maret 2024 - REDEMPTION: THE PRICE OF A HARVEST
2024-03-22 05:28:38


"The Spirit of the Sovereign LORD is on me, because the LORD has anointed me to proclaim good news to the poor. He has sent me to bind up the brokenhearted, to proclaim freedom for the captives and release from darkness for the prisoners," (Isaiah 61:1)

Redemption can be heavy, but for Christians who believe in God, it becomes light. What's the difference? Aren't they both humans? Does this affect what they believe? Or perhaps their religion? There are many stories about how we as humans can experience great or even extraordinary redemption. However, it needs to be understood that everything will always end in a redemption that will only culminate in God. If we can understand it simply, sinful people will always be forgiven. Why? Because God does not measure the sins of every human on earth.

When we talk about sin, it's always closely related to events or actions that humans do that are not in line with what God desires in their lives or with God's commandments. But, don't forget one thing, in redemption, there is a price to be paid, as mentioned in Galatians 6:7, the law of sowing and reaping.

What humans have done is like sowing seeds. Then, the result of the actions done by humans becomes a harvest or the result of that sowing. With the law of sowing and reaping, we can see it like this: if a person does good things, they will reap good things. Similarly, if a person does something bad (like sin), they will reap bad things. But does sowing and reaping always end in true redemption to Jesus Christ? It all depends on the heart of each person who experiences redemption and who they believe in. What about you?

WHAT TO DO:
1. Always remember that redemption is only found in Jesus Christ.
2. Not all good deeds necessarily lead to good redemption.
3. Learn to forgive because it is a form of our redemption.

BIBLE MARATHON:
- Ruth 1-5

Card image
Truth Youth 22 Maret 2024 - PENEBUSAN: HARGA SEBUAH TUAIAN
2024-03-22 05:26:03


"Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara." (Yesaya 61:1)

Penebusan itu menjadi suatu hal yang berat, tetapi akan menjadi ringan menurut orang Kristen yang percaya kepada Tuhan. Apa bedanya? Padahal keduanya sama-sama manusia? Apakah ini mempengaruhi tentang apa yang mereka percayai? Atau mungkin ini mempengaruhi agama mereka? Ada banyak kisah tentang bagaimana kita manusia itu bisa mengalami sebuah penebusan yang hebat atau mungkin luar biasa. Tetapi, perlu dipahami kalau semuanya akan selalu berujung pada sebuah penebusan yang hanya akan berakhir pada Allah. Jika secara sederhana dapat kita dapat pahami seperti ini, orang berdosa pasti selalu diampuni. Mengapa? Karena Tuhan tidak mengukur dosa yang dimiliki oleh setiap manusia yang ada di bumi ini.

Jika kita berbicara mengenai dosa, pasti selalu berkaitan erat dengan peristiwa atau kejadian yang dilakukan oleh manusia yang tidak sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan dalam hidupnya, juga apa yang ada dalam perintah Allah. Tetapi, jangan lupa satu hal dalam sebuah penebusan ada harga yang perlu dibayar seperti dalam Galatia 6:7, yaitu hukum tabur tuai.

Apa yang telah dilakukan oleh manusia, ibarat menjadi taburan. Kemudian, hasil dari tindakan yang dilakukan oleh manusia menjadi sebuah tuaian atau hasil dari taburan tersebut. Dengan hukum tabur tuai ini bisa kita lihat seperti ini, kalau seorang manusia melakukan hal yang baik, dia akan menuai yang baik. Begitu pula sebaliknya, kalau seorang manusia melakukan hal yang buruk (seperti dosa), akan menuai yang buruk. Tetapi, apakah hal tabur dan tuai tersebut selalu berakhir pada penebusan yang benar kepada Tuhan Yesus? Semua itu hanya akan kembali kepada hati setiap manusia yang mengalami peristiwa penebusan dan siapa yang mereka percayai. Kalau kamu bagaimana?

WHAT TO DO:
1. Selalu ingat kalau penebusan hanya ada pada Tuhan Yesus Kristus
2. Tidak selalu hal yang baik bisa memiliki penebusan yang baik
3. Belajar untuk mengampuni karena itu menjadi bentuk penebusan kita

BIBLE MARATHON:
▪︎Rut 1—5

Card image
Renungan Pagi - 22 Maret 2024
2024-03-22 05:19:57


Kalau datang menghadap Tuhan dalam doa, dalam ibadah kita hanya sebagai seremonial, kebiasaan, atau hanya sebagai rutinitas belaka, maka semuanya itu tidak akan ada artinya dihadapan Tuhan. Sebab ketika datang menghadap Tuhan dalam doa dan ibadah, maka seharusnya itu menjadi perjumpaan kita secara pribadi dengan Tuhan dan hanya dengan perjumpaan pribadi dengan Tuhan, dapat mengubah hidup.

Kita ingat bagaimana orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, yang tekun melakukan hukum agamawi, menjadi suatu kebiasaan rutin dan tradisi, maka Tuhan Yesus justru mengecam mereka dengan mengatakan bahwa mereka itu adalah orang-orang munafik yang sama seperti kuburan.

"Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran."

Tidak ada artinya doa dan ibadah kita, jika dilakukan hanya sekedarnya, hanya rutinitas, ritual agamawi, tidak lebih dari orang-orang munafik, hidup kita adalah kuburan, tempat kematian, tidak ada kehidupan yang berproses menuju keserupaan dengan Kristus, sampai memperoleh perkenanan Bapa.
(Matius 23:27)

Card image
Quote Of The Day - 22 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-22 05:17:19


Semakin berat masalah yang kita hadapi, itu akan semakin mempertajam iman kita, semakin kuat mengubah kita, semakin tinggi mengangkat kita, dan semakin cepat membentuk kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 22 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-22 05:15:49


Orang percaya harus berbekal kehidupan yang diubahkan setiap hari, dari seorang yang berkodrat dosa menjadi seorang yang berkodrat ilahi.

Card image
ENGROSSED IN PLEASING GOD'S HEART - 22 Maret 2024 (English Version)
2024-03-22 04:51:27


Every pleasure we indulge in this life, with various facilities provided by the world, will pass away. And then we will thirst again to enjoy it. If what we consume is something bad, it will certainly have a negative impact on our old age. However, for such fleeting pleasure, we must pay the price later. This is an inevitable law or order, and many people are trapped by it. Consequently, people can be enslaved from one desire to another. And without realizing it, God is sidelined. Indeed, how terrifying life like this is. They think life is free.

In fact, almost all of us have been trapped in a rhythm of life like that. God's Word says, "The lust of the eyes, the lust of the flesh, the pride of life do not come from the Father." All these will pass away, but whoever does the will of the Father, will obtain eternal life. So we must direct our pleasures towards something that will result in eternal life. That's what the Lord Jesus said, "Work, not for the bread that perishes, but work for the bread that cannot perish." How our lives can please God minute by minute. And this is something that is not only difficult, but can be impossible. It's impossible to understand what He wants us to do, but if we do, it's amazing.

Because we are human, like others, we know what people desire because we also desire it, "Do unto others as you would have them do unto you." This is the same as "Love your neighbor as yourself." People who have such a life are people of quality. In each of our lives, with our respective struggles, that is where we can play out what God wants us to do. Each individual is so specific, each person has a unique arena and area where God wants His desires, His will, and His plans to be carried out.

That is the preciousness of the life of every individual who has the seal of the Holy Spirit, because only the Holy Spirit can open the eyes of our understanding to understand what God wants. And if we live to do God's will, we play out what God wants us to do in our respective special life struggles, meaning we accumulate treasure in heaven, and we will reap the fruit of life in eternity. If the Lord Jesus died for us, it means that we who live no longer live for ourselves, but for Him who died for us (2 Cor. 5:14-15). This devotional is easy to say or read, but difficult to do, even impossible. But what is impossible for humans is not impossible for God.

We must continually update this desire, even though it sounds hyperbolic, excessive, fanatic. But we must always say, "Lord, I live only for You, for Your pleasure. I live only to do Your will, to fulfill Your plan. I promise, and make me able to do it. I know I won't be able to, but I ask that I can do it." And how precious every day the Lord gives us, from minute to minute. Let us examine our lives; are our steps pleasing from minute to minute? One day, in court, it will be clear who lives for the Lord.

In this way, we truly worship God. We never have no problems. One problem solved, the next problem will arise. There may also be problems that God has allowed to last a long time and have not stopped until now, and have not disappeared from our lives. Let's not question that. Don't let us feel like our lives are invalid, defective, with a situation where we have unresolved problems. Know that we are defective if we do not please the heart of God, and if we bring ourselves to destruction.

Actually, how difficult it is to realize it because we are used to living in the pattern of this world, seeking pleasure for ourselves. May the Lord have pleasure in the lives of each of us. The rhythm of selfishness, the rhythm of pleasing oneself, the rhythm of living for one's own interests, the rhythm that has already so strongly gripped our lives, now we want to change. We shift the focus, even though we are busy. Even ministry should also not replace our delight in pleasing the heart of God. Usually we are engrossed in hobbies, we are engrossed in various things that fill our hearts, but now we want to be engrossed in God. This is truly an invaluable blessing.

Do this, don't delay, and make a solid decision. Don't be afraid to make promises because you're afraid you won't fulfill them. We will not be able to fulfill it, of course, but the Holy Spirit will help us. Like an egg, it breaks into flying eagles. Like a lamp, it lights up; like flowers, blooms emit fragrance and radiate beauty from ourselves. We are the ones who break the egg, we are the ones who light the lamp, we are the ones who make our lives bloom like flowers. God will help us from minute to minute so that our decisions, choices, words and actions are pleasing to God.

MINISTRY SHOULD ALSO NOT REPLACE OUR DELIGHT IN PLEASING THE HEART OF GOD. .

Card image
KEASYIKAN MENYENANGKAN HATI TUHAN - 22 Maret 2024
2024-03-22 04:46:58


Setiap kesenangan yang kita teguk dalam hidup ini, dengan berbagai fasilitas yang kita miliki yang dunia sediakan, akan berlalu. Dan kemudian kita akan haus lagi untuk menikmatinya. Kalau yang kita konsumsi itu sesuatu yang buruk, pasti akan berdampak buruk juga di hari tua kita. Padahal untuk kenikmatan sesaat tersebut, kita harus membayar harganya di kemudian hari. Ini merupakan hukum atau tatanan yang tidak bisa dihindari, dan banyak orang terjebak. Sehingga orang bisa terbelenggu oleh satu keinginan ke keinginan yang lain. Dan tanpa disadari, Tuhan disingkirkan. Sesungguhnya, betapa mengerikan hidup seperti ini. Mereka pikir hidup ini gratis.

Kenyataannya, hampir semua kita pernah terjebak dalam irama hidup seperti itu. Firman Tuhan mengatakan, "Keinginan mata, keinginan daging, keangkuhan hidup bukan berasal dari Bapa." Semua ini akan berlalu, tetapi orang yang melakukan kehendak Bapa, beroleh hidup kekal. Jadi kita harus mengarahkan kesenangan kita kepada sesuatu yang akan menghasilkan kehidupan kekal. Itu yang dikatakan Tuhan Yesus, "Bekerjalah, bukan untuk roti yang dapat binasa, tapi bekerjalah untuk roti yang tak dapat binasa." Bagaimana hidup kita bisa menyenangkan Tuhan dari menit ke menit. Dan ini merupakan hal yang bukan saja sulit, tapi bisa mustahil. Mustahil mengerti apa yang Dia ingini untuk kita lakukan, namun jika kita lakukan, itu luar biasa.

Karena kita adalah manusia, seperti yang lain, maka kita tahu apa yang diingini orang karena kita juga mengingininya, "Apa yang kamu suka orang perbuat kepadamu, buatlah untuk orang lain." Ini sama dengan "Kasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Orang yang memiliki kehidupan seperti ini adalah orang yang berkualitas. Dalam hidup kita masing-masing, dengan pergumulan hidup kita masing-masing, di situ kita bisa memainkan apa yang Allah kehendaki untuk kita lakukan. Begitu spesifiknya setiap individu, begitu uniknya setiap orang memiliki arena dan area di mana Allah mau keinginan-Nya, kehendak-Nya, dan rencana-Nya dilakukan.

Itu keberhargaan hidup setiap individu yang memiliki meterai Roh Kudus, sebab hanya Roh Kudus yang dapat membuka mata pengertian kita untuk memahami apa yang Allah kehendaki. Dan jika kita hidup melakukan keinginan Tuhan, kita memainkan apa yang Allah kehendaki untuk kita lakukan dalam pergumulan hidup kita masing-masing yang khusus itu, berarti kita mengumpulkan harta di surga, dan kita akan memetik buah kehidupan di kekekalan. Kalau Tuhan Yesus sudah mati untuk kita, artinya kita yang hidup tidak lagi hidup untuk diri kita sendiri, tapi untuk Dia yang telah mati untuk kita (2 Kor. 5:14-15). Renungan ini mudah diucapkan atau dibaca, tapi sulit dilakukan, bahkan mestinya mustahil. Tetapi apa yang mustahil bagi manusia, tidak mustahil bagi Allah.

Kita harus meng-update terus kerinduan ini, walaupun kedengarannya hiperbola, berlebihan, fanatik. Tapi kita harus berkata, "Tuhan, aku hidup hanya bagi-Mu, untuk kesenangan-Mu. Aku hidup hanya untuk melakukan kehendak-Mu, memenuhi rencana-Mu. Aku berjanji dan buatlah aku bisa melakukannya. Aku tahu aku tidak akan sanggup, tapi aku mohon agar aku bisa melakukannya." Dan betapa berharganya setiap hari yang Tuhan berikan, dari menit ke menit. Mari kita periksa hidup kita; apakah langkah kita berkenan dari menit ke menit? Suatu hari nanti, di pengadilan, akan nyata siapa orang yang hidup bagi Tuhan.

Dengan cara itu, kita benar-benar memuja Allah. Kita tidak pernah tidak punya masalah. Masalah satu selesai, masalah berikut akan muncul. Mungkin juga ada masalah yang Tuhan izinkan berlangsung panjang dan tidak berhenti sampai saat ini, belum lenyap dari hidup kita. Jangan kita persoalkan itu. Jangan kita merasa hidup kita ini invalid, cacat, dengan keadaan di mana kita punya masalah yang belum selesai. Ketahuilah, kita cacat kalau kita tidak menyenangkan hati Tuhan, dan kalau kita membawa diri kita kepada kebinasaan.

Sejatinya, betapa sulit mewujudkannya karena kita biasa hidup dalam kewajaran, mencari kesenangan bagi diri kita sendiri. Biar kiranya Tuhan memiliki kesenangan di dalam hidup setiap kita. Irama egois, irama menyenangkan diri sendiri, irama hidup untuk kepentingan diri sendiri, irama yang sudah begitu kuat mencengkeram hidup kita, sekarang kita mau berubah. Kita pindahkan fokus, walaupun kita sibuk. Bahkan *pelayanan juga tidak boleh menggantikan keasyikan kita untuk menyenangkan hati Tuhan.* Biasanya kita asyik dengan hobi, kita asyik dengan berbagai hal yang memenuhi hati kita, namun sekarang kita mau asyik dengan Tuhan. Hal ini sungguh tidak ternilai berkat-Nya.

Lakukan ini, jangan menunda, dan buat keputusan yang bulat. Jangan takut berjanji karena takut tidak memenuhinya. Kita tidak akan bisa memenuhinya, memang, tapi Roh Kudus akan menolong kita. Ibarat telur, pecah menjadi rajawali-rajawali yang terbang. Ibarat lampu, menyala; ibarat bunga, mekar memancarkan keharuman dan memancarkan keindahan dari diri kita. Kita yang memecahkan telur itu, kita yang menyalakan lampu itu, kita yang membuat hidup kita mekar seperti bunga. Tuhan akan menolong kita dari menit ke menit sehingga keputusan, pilihan, ucapan, dan tindakan kita menyenangkan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PELAYANAN JUGA TIDAK BOLEH MENGGANTIKAN KEASYIKAN KITA UNTUK MENYENANGKAN HATI TUHAN. .

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 Maret 2024
2024-03-22 04:41:41

Yosua 1-4

Card image
Truth Kids 21 Maret 2024 - SILAS
2024-03-21 12:36:45


Kisah Rasul 16:25
"Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka."

Sobat Kids apakah kalian pernah mendapat hukuman padahal kalian tidak melakukan kesalahan? Jika kalian pernah mengalaminya, kalian memiliki pengalaman yang sama dengan Silas. Silas adalah orang yang menemani pelayanan rasul Paulus. Dan saat Silas melayani, dia sering mendapat perlakuan buruk, bahkan pernah dihukum masuk ke dalam penjara tanpa alasan. Silas tidak melakukan kesalahan, tetapi harus menjalani hukuman. Tapi tahu tidak, Sobat Kids, hebatnya Silas? Walaupun dia mengalami banyak siksaan dan ketidakadilan, dia tidak mengeluh dan marah pada Tuhan.

Silas lebih memilih untuk berdoa dan memuji Tuhan. Suatu malam, ketika ia dan Paulus sedang di penjara, mereka berdoa dan bernyanyi kepada Tuhan. Tiba-tiba, terjadilah gempa bumi yang dahsyat sehingga semua rantai besi dan pintu penjara terbuka. Akhirnya mereka bisa bebas dan melanjutkan pelayanannya untuk memberitakan Injil. Luar biasa, ya, Sobat Kids.

Jika di antara kita ada yang mengalami perlakuan buruk saat melakukan kebenaran, janganlah sedih dan kecewa pada Tuhan. Kita mau belajar dari Silas yang terus taat. Dia berdoa dan menyembah Tuhan walau situasi sedang sulit. Dan yakin Allah pasti menolong anak-anak-Nya yang sedang dalam kesusahan.

Card image
Truth Junior 21 Maret 2024 - SILAS
2024-03-21 12:35:27


Kisah Rasul 16:25
“Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka.”

Silas sedang begitu bersemangat dalam menemani para rasul memberitakan Injil tentang Tuhan Yesus. Namun, di tengah semangatnya, tiba-tiba ia ditangkap dan dipenjarakan. Sobat Junior, tentu saja mendekam dalam penjara itu tidak enak dan jauh dari rasa nyaman. Apalagi pada zaman dahulu, ketika bangsa Israel masih di bawah penjajahan. Tidak jarang orang yang dipenjara mengalami siksaan secara fisik dan juga jiwa. Namun, ternyata ada hal yang tidak bisa disiksa oleh orang-orang kejam saat itu. Buktinya, meskipun Silas dan rasul lainnya dimasukkan dalam penjara, mereka tetap memuji dan menyembah Tuhan. Artinya, mereka tetap memiliki sukacita surgawi yang mengalir dalam hati mereka, sehingga mereka tidak marah dan kecewa terhadap Tuhan, tetapi tetap memuliakan Tuhan dan bersyukur atas keadaan mereka.

Sobat Junior, memang tidak mudah memiliki sukacita dalam masalah, dalam keadaan dukacita, atau kesakitan. Namun, kita bisa belajar seperti Silas yang walaupun menderita sengsara dalam penjara, tetap mensyukuri keadaannya dan memuliakan Tuhan dengan pujian dan penyembahan yang dilantunkan. Apakah kalian tahu kelanjutan kisahnya? Ya, mukjizat terjadi ketika mereka bertekun dalam nyanyian itu. Tiba-tiba tembok penjara runtuh, sehingga banyak jiwa bisa diselamatkan. Termasuk pengawal penjara yang tadinya tidak percaya Tuhan Yesus, kemudian bersedia hidup baru dan dibaptis karena mukjizat tersebut, loh.

Jangan anggap remeh kuasa pujian dan penyembahan ketika kita dalam keadaan sesak (sedih, kecewa, marah, terluka, menderita). Tuhan melihat hati kita dan bisa menyatakan kuasa-Nya yang ajaib untuk mengubah keadaan kita. Amin.

Card image
Truth Youth 21 Maret 2024 (English Version) - REDEEMED LIFE
2024-03-21 12:33:42


"Give ear to my words, O Lord, consider my sighing. Listen to my cry for help, my King and my God," (Psalm 5:2-3)

Today, we learn from the scripture in Psalm 5:2-3. This passage reflects humanity's need for a God who listens, understands, and saves us. First, our cry to the Lord through prayer reflects an awareness of the need for redemption. Those who pray realize that only God, the Redeemer, can hear their cries and provide answers to their spiritual needs and the need for forgiveness of sins. Psalm 5:2-3 itself is a prayer in the form of a psalm. This prayer reflects an awareness of God's presence as "My God and My King." These two designations highlight a close personal relationship and our dependence on Him. Awareness of His presence prompts us to repentance, remembering that God is holy, and as humans, we must also be holy like Him.

Jesus came into the world to redeem our sins. Through His death and resurrection, Jesus became the redeemer of human sins, paying the price for sin and opening the way for the restoration of the broken relationship between humanity and God. Furthermore, redemption offers forgiveness and salvation, which is God's initiative to save humanity from the consequences of sin and grant eternal life. However, this does not happen unilaterally; we also need to respond to receive full redemption. How? Through repentance. We have learned before about change, and that change is our repentance. Repentance is not a one-time event but a continuous process in every step of our lives.

WHAT TO DO:
Pray to the Lord, asking for forgiveness for all actions that have hurt His heart.

BIBLE MARATHON:
- Judges 20-21

Card image
Truth Youth 21 Maret 2024 - HIDUP DITEBUS
2024-03-21 12:31:20


"Berilah telinga kepada perkataanku, ya Tuhan, indahkanlah keluh kesahku. Perhatikanlah teriakku minta tolong, ya Rajaku dan Allahku." (Mazmur 5:2-3)

Pada hari ini kita belajar dari ayat firman Tuhan dalam Mazmur 5:2-3. Adapun ayat ini mencerminkan kebutuhan manusia akan Allah yang mendengar, memahami, dan menyelamatkan kita. Pertama, seruan kita kepada Tuhan melalui doa mencerminkan kesadaran akan kebutuhan akan penebusan. Orang yang berdoa menyadari bahwa hanya Tuhan, Sang Penebus, yang dapat mendengarkan seruan dan memberikan jawaban bagi kebutuhan rohani dan kebutuhan akan pengampunan dosa. Mazmur 5:2-3 sendiri merupakan sebuah Mazmur dalam bentuk doa. Doa ini mencerminkan kesadaran akan kehadiran Allah sebagai “Ya Allahku dan Raja-ku.” Kedua sebutan ini menyoroti hubungan pribadi yang erat dan hubungan kita dengan Allah di mana kita sebagai seorang yang bergantung pada-Nya. Kesadaran akan kehadiran-Nya merangsang kita untuk melakukan pertobatan, karena ingat bahwa Allah itu adalah kudus, demikian pula kita manusia harus kudus seperti-Nya.

Tuhan Yesus datang ke dunia untuk menebus dosa-dosa kita. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus menjadi penebus dosa manusia, membayar harga dosa dan membuka jalan bagi pemulihan hubungan yang rusak antara manusia dan Allah. Selain itu, penebusan menawarkan pengampunan dan keselamatan, yang merupakan tindakan inisiatif Allah untuk menyelamatkan manusia dari konsekuensi dosa dan memberikan kehidupan yang kekal. Namun, hal ini tidak hanya terjadi sepihak, kita perlu juga meresponi agar kita dapat menerima penebusan itu secara utuh. Dengan apa? Dengan melakukan pertobatan. Kita sudah belajar sebelumnya mengenai perubahan, dan perubahan itu adalah pertobatan kita. Pertobatan tidak hanya sekali, namun dalam setiap langkah hidup kita.

WHAT TO DO:
Berdoa kepada Tuhan, minta ampun di hadapan Tuhan atas segala perbuatan yang melukai hati-Nya.

BIBLE MARATHON:
▪︎Hakim-hakim 20-21

Card image
Renungan Pagi - 21 Maret 2024
2024-03-21 05:16:12


Perhatikanlah hal yang penting ini! Neraka itu nyata! Dan merupakan tempat yang disediakan untuk siksaan yang kekal bagi mereka yang tidak hidup seturut firman Tuhan, mereka yang tidak didapati setia melakukan kehendak Bapa, yaitu hidup dalam kekudusan, sebab Allah yang memanggil kita adalah Allah yang Maha Kudus. Perhatikanlah perkataan firman Tuhan ini; "Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya." Pernyataan bahwa langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya menegaskan bahwa api neraka itu ada, membinasakan dan menghancurkan.

Jika sadar neraka itu ada, kita harus serius dengan hidup kekristenan, artinya harus hidup dalam pertobatan betapa suci dan salehnya kita harus hidup dan melakukan firman-Nya dalam keseharian hidup. Supaya terhindar dari hukuman api neraka. Tetapi Tuhan sangat rindu jika kita melakukan semuanya itu bukan hanya untuk terhindar dari api neraka, melainkan dengan kerelaan melakukannya karena kita mengasihi Tuhan.
(2 Petrus 3:11-12)

Card image
Quote Of The Day - 21 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-21 05:12:19


Di dalam kehadiran-Nya, Tuhan menunjukkan kemuliaan-Nya dan itu mendewasakan kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 21 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-21 05:10:30


Menikmati kemuliaan Kerajaan Allah akan menghindarkan orang percaya jatuh dalam dosa; dan sebaliknya akan membangun kesucian yang semakin kuat dan tajam.

Card image
THE INTEGRITY OF LOVE FOR GOD - 21 Maret 2024 (English Version)
2024-03-21 05:08:22


God reminds us that we must dedicate or give all our lives to Him. It is very clear the meaning of the law, especially what the Lord Jesus put forward, "Love the Lord your God with all your heart, all your soul, all your mind and strength." However, very few people really question whether they really love God with all their heart, soul, mind and strength or not. Rarely do people question this matter before God. Indeed, each person's portion is different, firstly, depending on the person's spiritual age; how long has he been a child of God.

Secondly, it depends on the portion of opportunity that the Lord gives. Certainly, if someone is in the interior of an island rarely visited by evangelists, with no pastors, then they cannot be expected to be like someone in a big city who hears sermons almost every day. But the Lord wants each person to attain the integrity of their love for God according to their spiritual age, according to the portion given to each of us. Ironically, it turns out that we have not treated Him properly. Don't let us regret it, so let us truly dedicate our lives to Him.

In the end, we can say, "There is only one love I leave in myself, that is my love for You, O Lord. In the end, there is nothing I pursue except my love for You." And this is not excessive, as Job said, "I came naked and went naked." Physically, we bring nothing, anything including all honor. But during the journey of life, whether it's 70, 80, 90, 100 years, if we can build our love for God wholeheartedly, completely, fully, purely, how fortunate we are. Because love must be fought for and manifested.

Love is not something static but dynamic. Love exists within, but it radiates in all our actions. And God smells the sweet fragrance of our love offering. And we can say to the Lord, "What do I still hold on to in my life that I have not surrendered? What do I still hold on to in my life that I have not sacrificed as a burnt offering before You?" Until there is fear within us, that is how we spend money for something with the money entrusted by God.

Then fear develops with every word we utter. Our mouths can produce any words. But produce, speak sweet words that are pleasing to God, regardless of whether people want to hear them or not. Then, our next fear is whether we have fought for God's work by draining whatever we have? We must dedicate our entire lives, our entire service must be for the Lord. Do not be afraid, we will never be ashamed before the Lord. Remember, our entire life is the work of God.

It sounds extreme, but this is the standard. Our lives must radiate the glory of God. The earth is full of His glory; not only objects that glorify God because of the greatness of His marvelous works, but our lives, which are transformed works of the Holy Spirit, must also radiate the glory of God. Let us not miss the opportunity. God must be our only focus. There should be no other busyness. Our focus is only on the Lord.

Have this determination: "There is nothing I leave except one, my love for the Lord. There is nothing else I pursue except my love for the Lord. I pursue my love for the Lord through how I strengthen my family, how I work in my business, how I work in the company, and how I fulfill my responsibilities in the midst of society." That is where we declare our love for God. So, before time passes and we lose the opportunity, let's do this.

BUT THE LORD WANTS EACH PERSON TO ATTAIN THE INTEGRITY OF THEIR LOVE FOR GOD ACCORDING TO THEIR SPIRITUAL AGE, ACCORDING TO THE PORTION GIVEN TO EACH OF US. .

Card image
KEUTUHAN CINTA KEPADA TUHAN - 21 Maret 2024
2024-03-21 05:05:17


Tuhan mengingatkan bahwa kita harus mempersembahkan atau memberikan segenap hidup kita bagi-Nya. Sudah sangat jelas maksud hukum terutama yang Tuhan Yesus kemukakan, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan kekuatan.” Namun, sedikit sekali orang yang benar-benar mempersoalkan apakah dirinya benar-benar telah mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan atau belum. Jarang sekali orang memperkarakan hal ini di hadapan Tuhan. Memang, porsi setiap orang itu berbeda, _yang pertama_, tergantung pada usia rohani orang tersebut; sudah berapa lama dia menjadi anak-anak Allah.

Yang kedua, tergantung dari porsi kesempatan yang Tuhan berikan. Tentu kalau orang ada di pedalaman sebuah pulau yang jarang dikunjungi penginjil, tidak ada pendeta, maka ia tidak bisa dituntut seperti orang yang ada di kota besar yang hampir tiap hari mendengar khotbah. Tetapi Tuhan mau setiap orang mencapai keutuhan cintanya kepada Allah sesuai usia rohani, sesuai porsi yang diberikan kepada masing-masing kita. Ironis, ternyata kita belum memperlakukan Dia secara patut. Jangan sampai kita menyesal, maka marilah kita sungguh-sungguh mempersembahkan hidup kita kepada-Nya.

Sampai pada akhirnya, kita bisa berkata, "Hanya ada satu cinta yang kusisakan di dalam diriku, yaitu cinta pada-Mu, ya Tuhan. Pada akhirnya, tidak ada yang kuperjuangkan selain cintaku kepada-Mu." Dan ini tidak berlebihan, sebagaimana Ayub berkata, "Aku datang telanjang dan pergi telanjang." Secara fisik tidak ada yang kita bawa, apa pun termasuk segala kehormatan. Tetapi selama perjalanan hidup 70, 80, 90, 100 tahun, kalau kita bisa membangun cinta kepada Tuhan sebulat-bulatnya, seutuh-utuhnya, sepenuh-penuhnya, semurni-murninya, betapa beruntungnya kita. Sebab cinta harus diperjuangkan dan harus diwujudkan.

Cinta bukan sesuatu yang statis, melainkan dinamis. Cinta ada dalam batin, tapi memancar dalam seluruh perbuatan kita. Dan Allah mencium persembahan keharuman dari cinta kita. Dan kita bisa berkata kepada Tuhan, "Apa yang masih kupertahankan dalam hidupku yang belum aku serahkan? Apa yang masih kupertahankan dalam hidupku yang tidak kusembelih menjadi korban bakaran di hadapan-Mu?" Sampai ada ketakutan di dalam diri kita, yaitu bagaimana cara kita membelanjakan uang untuk sesuatu dengan uang yang Tuhan percayakan.

Lalu berkembang lagi takut dengan setiap kata yang kita ucapkan. Mulut kita bisa memproduksi perkataan apa pun. Tapi produksilah, ucapkanlah kata yang manis didengar Tuhan, tak peduli orang mau dengar senang atau tidak. Lalu, ketakutan kita yang berikut adalah apakah kita telah memperjuangkan pekerjaan Tuhan dengan menguras apa pun yang kita miliki? Segenap hidup harus kita persembahkan, pelayanan sepenuhnya harus untuk Tuhan. Jangan takut, kita tidak akan pernah dipermalukan Tuhan. Ingat, seluruh hidup kita adalah pekerjaan Tuhan.

Kedengarannya ekstrem, tapi ini standar. Hidup kita harus memancarkan kemuliaan Allah. Bumi penuh dengan kemuliaan-Nya; bukan hanya benda-benda yang memuliakan Allah karena keagungan karya-Nya yang dahsyat, namun hidup kita yang merupakan karya Roh Kudus yang diubahkan juga memancarkan kemuliaan Allah. Jangan sampai kita kehilangan kesempatan. Tuhan harus menjadi satu-satunya fokus kita. Jangan ada kesibukan lain. Fokus kita hanya kepada Tuhan saja.

Miliki tekad ini: "Tidak ada yang kusisakan selain satu, cintaku kepada Tuhan. Tidak ada lagi yang kuperjuangkan selain cintaku kepada Tuhan. Kuperjuangkan cintaku kepada Tuhan lewat bagaimana aku memperkokoh keluargaku, bagaimana aku bekerja dalam usahaku, bagaimana aku bekerja di perusahaan, dan bagaimana aku memenuhi tanggung jawabku di tengah-tengah masyarakat." Di situlah kita menyatakan cinta kita kepada Tuhan. Maka, sebelum waktu berlalu dan kita kehilangan kesempatan, lakukan ini.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN MAU SETIAP ORANG MENCAPAI KEUTUHAN CINTANYA KEPADA ALLAH SESUAI USIA ROHANI, SESUAI PORSI YANG DIBERIKAN KEPADA MASING-MASING KITA. .

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 Maret 2024
2024-03-21 04:57:18

Ulangan 32-34
Mazmur 91

Card image
Truth Kids 20 Maret 2024 - KEBIJAKSANAAN RAJA KORESH
2024-03-20 05:54:07


Ezra 1:1-2
”Pada tahun pertama zaman Koresh, raja negeri Persia, TUHAN menggerakkan hati Koresh, raja Persia itu untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia, sehingga disiarkan di seluruh kerajaan Koresh secara lisan dan tulisan pengumuman ini: Beginilah perintah Koresh, raja Persia: Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh TUHAN, Allah semesta langit. Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem, yang terletak di Yehuda.”

Sobat Kids, hari ini kita akan belajar dari raja Koresh. Raja Koresh adalah seorang tokoh dari Perjanjian Lama. Ia adalah raja negeri Persia yang pada saat itu memiliki banyak tawanan. Negeri Persia memiliki banyak tawanan karena memenangkan banyak peperangan pada saat itu. Walaupun memiliki kekuasaan, raja Koresh tidak bertindak semaunya. Bangsa Israel yang pada waktu itu menjadi tawanan pun dipersilahkan untuk kembali ke daerah asalnya agar bisa kembali beribadah kepada Tuhan di Yerusalem. Luar biasa, ya, Sobat Kids.

Banyak raja pada masa itu menyembah berhala dan bertindak kejam. Namun, tidak demikian dengan raja Koresh. Tuhan pun berkenan padanya. Kita dapat mencontoh kemurahan hati raja Koresh. Ia memberi kesempatan bagi bangsa Israel untuk beribadah kepada Tuhan. Jadi, jangan kita mengejek atau memusuhi teman yang memiliki kepercayaan berbeda dengan kita. Tetaplah bersikap baik dan hargai orang lain, sehingga Tuhan juga semakin disenangkan melalui perbuatan kita dalam pertemanan sehari-hari.

Card image
Truth Junior 20 Maret 2024 - RAJA KORESH
2024-03-20 05:51:28


Ezra 1:1
”Pada tahun pertama zaman Koresh, raja negeri Persia, TUHAN menggerakkan hati Koresh, raja Persia itu untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia, sehingga disiarkan di seluruh kerajaan Koresh secara lisan dan tulisan pengumuman ini: Beginilah perintah Koresh, raja Persia: Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh TUHAN, Allah semesta langit. Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem, yang terletak di Yehuda.”

Raja Koresh adalah seorang raja Persia yang ada dalam Alkitab. Raja Koresh ini memang dipakai Tuhan untuk rencana besar. Rencana apa itu, Sobat Junior? Yaitu rencana untuk menyelamatkan umat Israel sebagai umat pilihan Tuhan dari pembuangan di Babel.

Hal ini bermula dari kemenangan raja Koresh atas kerajaan Babel, sehingga raja Koresh berkuasa dan memerintah kerajaan tersebut. Dalam kerajaan Babel, ternyata ada umat Israel yang mengalami pembuangan, berarti menjadi tawanan. Artinya, mereka tidak bebas dalam melakukan segala hal tanpa sepengetahuan raja. Hal ini termasuk dalam kegiatan beribadah, Sobat Junior. Mereka tidak memiliki tempat beribadah dan tidak bisa sembarangan mendirikan tempat beribadah, karena berada di tanah asing. Hal ini membuat umat Israel sedih karena rindu untuk beribadah di bait Allah.

Namun, ada kabar baik bagi umat Israel! Mereka akhirnya akan segera bisa beribadah dan akan dibebaskan, yeay! Raja Koresh membawa kabar gembira. Tuhan ternyata menggerakkan hati raja Koresh supaya membebaskan umat Israel. Dan benar, raja Koresh dengan rela dan rendah hati menuruti kehendak Allah. Raja Koresh menerima bahwa umat Israel memang harus dibebaskan dan pulang ke tanah mereka berasal atau Yerusalem, supaya membangun tempat ibadah atau bait Allah di sana. Bukan sekadar memberi perintah untuk pulang dan segera membangun bait Allah, justru raja Koresh juga menyediakan harta benda untuk Israel supaya mampu membangun tempat ibadah itu.

Dari kisah ini, Sobat Junior bisa tahu bahwa apabila kita sudah menerima kebaikan Tuhan dalam bentuk apa pun dalam hidup ini, mestinya kita juga harus membalasnya. Bagaimana cara kita membalas kebaikan Tuhan? Bisa dengan melakukan apa yang baik dan berkenan di mata Tuhan. Berkenan di mata Tuhan artinya semua yang kita lakukan adalah hal terbaik yang bisa kita berikan untuk membuat Tuhan tersenyum. Contohnya mengerjakan ujian dengan sungguh-sungguh dan tidak menyontek, membantu mama di dapur, dan lain-lain.

Card image
Truth Youth 20 Maret 2024 (English Version) - ABUNDANT LIFE
2024-03-20 05:43:46


"The thief comes only to steal and kill and destroy; I have come that they may have life, and have it to the full." (John 10:10)

When we hear about abundant life, the first thing that often comes to mind is living a life with abundant material possessions, power, a happy and prosperous family, having everything we desire and need, and overall, living in happiness.

However, the arrival of Jesus Christ did not bring about abundant life solely in material terms. What Jesus wants to give us is a life transformation. When someone understands and accepts the grace and love of Jesus Christ as their personal Savior, the transformation that occurs in various aspects of their life is the true abundance. How do we detect changes in our lives? First and foremost, it starts with the spiritual dimension. Believers experience a transformation in their relationship with God. Accepting redemption through Jesus brings peace and a deep relationship with the Creator. This can be marked by feelings of hope, forgiveness, and liberation from the burden of sin.

This new spiritual life encourages believers to grow in holiness and seek God's will in every aspect of their lives. From a moral and ethical standpoint, this change is also reflected in behavior and values. Those who believe in Jesus tend to develop characters that reflect His teachings. They may find themselves more willing to forgive, practice love, and live according to Christ's moral standards. There are still many changes that can be experienced when we accept Jesus. However, these changes are experienced when we take action to do so, so that we can feel that abundance. By acting to change, we appreciate the gift that Jesus has given us.

WHAT TO DO:
Appreciate the abundance given by Jesus by taking action to change ourselves.

BIBLE MARATHON:
- Judges 17-19

Card image
Truth Youth 20 Maret 2024 - HIDUP BERKELIMPAHAN
2024-03-20 05:37:19


”Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yohanes 10:10)

Ketika kita mendengar mengenai hidup berkelimpahan, hal yang pasti terbersit dalam pikiran kita untuk pertama kalinya adalah hidup dengan memiliki harta yang banyak alias berlimpah, memiliki kekuasaan atau jabatan yang tinggi, memiliki keluarga yang serba cukup dan bahagia, memiliki segala yang kita ingini dan butuhkan, dan hidup dalam keadaan bahagia.

Sebenarnya, kedatangan Tuhan Yesus bukan membawa hidup berkelimpahan secara jasmaniah. Sebenarnya, yang Tuhan Yesus ingin berikan kepada kita adalah perubahan hidup. Ketika seseorang memahami dan menerima kasih karunia Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadi, perubahan yang terjadi dalam berbagai aspek hidupnya itulah kelimpahan yang sebenarnya. Bagaimana kita mendeteksi perubahan di dalam hidup kita? Pertama-tama, dimulai dari dimensi spiritual, orang percaya mengalami transformasi dalam hubungan mereka dengan Allah. Penerimaan penebusan melalui Yesus membawa damai dan hubungan yang mendalam dengan Sang Pencipta. Ini dapat ditandai dengan perasaan penuh harapan, pengampunan, dan pembebasan dari beban dosa.

Hidup rohaniah yang baru ini mendorong orang percaya untuk tumbuh dalam kekudusan dan mencari kehendak Allah dalam setiap aspek kehidupan mereka. Dari segi moral dan etika, perubahan ini juga tercermin dalam perilaku dan nilai-nilai hidup. Orang yang percaya pada Yesus cenderung mengembangkan karakter yang mencerminkan ajaran-Nya. Mereka mungkin menemukan diri mereka lebih bersedia untuk memberikan maaf, mempraktikkan kasih, dan hidup sesuai dengan standar moral Kristus. Masih banyak perubahan yang dapat dialami ketika kita menerima Tuhan Yesus. Namun, perubahan ini dialami apabila kita memiliki tindakan untuk melakukannya, sehingga kita dapat merasakan kelimpahan itu. Dengan kita bertindak untuk berubah, berarti kita menghargai anugerah yang diberikan Tuhan Yesus kepada kita.

WHAT TO DO:
Hargai kelimpahan yang diberikan Tuhan Yesus dengan memiliki tindakan untuk mengubah diri.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hakim-hakim 17-19

Card image
Renungan Pagi - 20 Maret 2024
2024-03-20 05:35:23


Ketika berjalan bersama Tuhan dalam langkah hidup kita, tidak selamanya perjalanan akan mulus tanpa hambatan seperti yang diharapkan, bahkan kadang jalan itu lebih terjal, penuh tantangan, kesukaran, melewati lembah yang kelam yang seringkali membuat kita lelah dan hampir menyerah. Sebagai anak-anak Tuhan, boleh berserah, menantikan pertolongan Tuhan, tetapi jangan menyerah. Kita harus sabar menantikan pertolongan Tuhan, karena Tuhan pasti akan menolong tepat pada waktu-Nya.

"Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru; mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." Tetaplah setia berjalan bersama Tuhan dalam segala situasi hidup dan Tuhan selalu membaharui kekuatan kita sehingga tidak menjadi lesu dan lelah, tetapi terbang semakin tinggi seperti rajawali.
(Yesaya 40:31)

Card image
Quote Of The Day - 20 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-20 05:33:30


Kita harus membawa diri dalam situasi dimana kita bertumbuh dalam keyakinan akan Allah, maka kita tidak boleh bergaul dengan orang yang tidak takut akan Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 20 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-20 05:32:33


Bagi orang percaya, kematian bukanlah akhir perjalanan kehidupan, tetapi sebuah jembatan menuju kehidupan yang lebih baik, meneruskan kehidupan hari ini.

Card image
LIVING UNDER GOD'S SOVEREIGNTY - 20 Maret 2024 (English Version)
2024-03-20 05:30:44


Going to church is not the only indicator that someone lives under God's sovereignty. There are other characteristics that must be possessed in the life of someone who can be said to live under God's sovereignty. There is no human being is of quality if he does not live under God's sovereignty. No matter how great a person's achievements are, no matter how rich he is, no matter how many titles he holds, no matter how much power he has, no matter how high a position or rank he has, it has no meaning at all if he does not live under God's sovereignty. People who are not living under God's sovereignty do not deserve to be continued to be lived in eternity, in the new heaven and new earth. They will be cast into eternal fire, not needing to be preserved.

That's why the word of God says, "Vanity of vanities." When this verse appeared from a wise person in the Old Testament, there was no salvation in Jesus Christ yet, meaning humans did not have a way to find the Father, the God of the universe, who gives value to individuals. Vanity of vanities means that whatever is possessed by humans—rank, wealth, beauty, position, status—is in vain. The question we must ask ourselves in our own lives: Have we been living under God's sovereignty all this time?

A person who lives under God's sovereignty is definitely religious, but a religious person does not necessarily live under God's sovereignty. So, don't be disappointed to see people who go to church diligently, are religious, but their behavior is not like someone who has ethics, they are arbitrary towards others, prickly, and hurting others. Because they only go to church and are religious, but not living under God's sovereignty. Even assemblies, church activists, and pastors are not necessarily living under God's sovereignty. To be honest, we are often fooled by religious systems; this is called religious politics. That doesn't mean we don't respect pastors or servants of God. If we start not living under God's sovereignty, then day by day we become less and less able to live under God's sovereignty. Our "spiritual veins" will become thinner, until they finally break, making us unable to live under God's sovereignty.

Just the wicked people become increasingly wicked, they cannot turn back. And conversely, those who continue to build a life living under God's sovereignty will reach a point of no return where they cannot love the world; they have a quality life. And people like this will be preserved, made alive in eternity. Therefore, let us learn from Abraham, the father of believers. The life of a believer must be patterned after Abraham. We have to look at the dynamics of his life. Abraham was not religious. He lived in the Sumerian Valley, which was the most fertile and prosperous valley of his time.

From the results of archaeological excavations, it was discovered that there was already a library of plates there. The tools also show the intelligence of the people of the Sumerian Valley. Abraham lived under God's sovereignty named Elohim Yahweh. At one point, he was commanded by Elohim Yahweh to leave Ur of the Chaldeans, to leave his hometown and going to the land that God would show him. God did not provide a map of the journey. Abraham just obeyed where God took him. And it turned out that until the end of his life, Abraham never found that land (Hebrews 11). Because it turned out to be the land beyond the grave. Abraham never returned to Ur of the Chaldeans, although facing difficult times, times of great drought. He was so submitted to Elohim Yahweh; total submission.

Abraham had no religion, but he lived under God's sovereignty. He lived only according to what God wanted. In Genesis chapter 12, God promised that Abraham would have descendants, and from his descendants all nations would be blessed. Abraham would have many children, as many as the sand in the sea and the stars in the sky. But he had to wait for a quarter of a century. And when his son was already grown, God ordered Abraham to slaughter his son, making him a burnt offering. Up to this point, Abraham remained obedient. We can imagine how Abraham felt at that time. Amazing, right? Abraham's obedience has been tested.

What about us? The God we worship is a just God, He will give us a crown, after we pass the test. But it means we have to undergo the test first. When is that? When our car gets hit, that’s a test, or at certain times when the wife’s hormones are unstable, whether she's thinking about her parents who are quarreling, whether children's problems or whatever, then as a husband how do we behave? If we obey the old self, we become wrong. We are in the process of being returned to God's design, so we must learn to continue to connect with the Creator, understand His thoughts and feelings, and do it; that's living under God's sovereignty.

THERE IS NO HUMAN BEING IS OF QUALITY IF HE DOES NOT LIVE UNDER GOD'S SOVEREIGNTY.

Card image
BERTUHAN - 20 Maret 2024
2024-03-20 05:27:30


Ke gereja bukan indikator satu-satunya bahwa seseorang itu bertuhan. Ada ciri-ciri lain yang harus dimiliki dalam kehidupan seseorang yang bisa dikatakan ber-Tuhan. Tidak ada manusia yang berkualitas jika ia tidak ber-Tuhan. Sehebat apa pun prestasi manusia, sekaya apa pun, sebanyak apa pun gelar yang disandang, seluas apa pun kekuasaan yang dimiliki, setinggi apa pun jabatan, pangkat yang dia miliki, tidak ada artinya sama sekali jika ia tidak hidup ber-Tuhan. Dan orang yang tidak ber-Tuhan, tidak layak dihidupkan terus di kekekalan, di langit baru bumi baru. Mereka akan dibuang ke dalam api kekal, tidak perlu dilestarikan. 

Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan, "Kesia-siaan di atas segala kesia-siaan." Ketika ayat itu muncul dari seorang berhikmat di Perjanjian Lama, belum ada keselamatan dalam Yesus Kristus, artinya manusia belum memiliki jalan untuk menemukan Bapa, Allah semesta alam, yang memberi nilai atas individu. Kesia-siaan di atas segala kesia-siaan maksudnya adalah apa pun yang dimiliki oleh manusia—pangkat, kekayaan, kecantikan, kedudukan, status—adalah sia-sia. Pertanyaan yang harus kita perkarakan di dalam hidup kita masing-masing: Apakah kita sudah ber-Tuhan selama ini? 

Orang ber-Tuhan itu pasti beragama, tapi orang beragama belum tentu ber-Tuhan. Jadi, jangan kita kecewa melihat orang yang rajin ke gereja, beragama, namun kelakuannya tidak seperti orang yang memiliki etika, sewenang-wenang terhadap sesama, berduri, menyakiti sesama. Karena dia hanya bergereja dan beragama, tapi tidak ber-Tuhan. Bahkan majelis, aktivis gereja, dan pendeta pun belum tentu ber-Tuhan. Sejujurnya, sering kita dibodohi oleh sistem-sistem keberagamaan; ini namanya politik beragama. Bukan berarti kita tidak menghormati pendeta atau hamba Tuhan. Kalau kita mulai tidak ber-Tuhan, maka semakin hari kita semakin tidak mampu ber-Tuhan. “Urat rohani” kita akan semakin tipis, sampai akhirnya putus, yang membuat kita tidak bisa ber-Tuhan.

Sebagaimana orang jahat yang semakin jahat sampai titik di mana ia tidak bisa balik lagi. Dan sebaliknya, orang yang terus membangun kehidupan ber-Tuhan akan sampai pada titik tidak bisa balik di mana ia tidak bisa mencintai dunia; dia memiliki hidup yang berkualitas. Dan orang seperti ini akan dilestarikan, dihidupkan di kekekalan. Untuk itu, mari kita belajar pada Abraham, bapak orang percaya. Kehidupan orang percaya harus berpola Abraham. Kita harus melihat dinamika hidupnya. Abraham itu tidak beragama. Ia tinggal di Lembah Sumeria yang merupakan lembah yang paling subur dan makmur pada zamannya. 

Dari hasil penggalian arkeologi, ditemukan di sana sudah ada perpustakaan dari lempengan-lempengan. Perkakasnya juga menunjukkan kecerdasan dari orang-orang Lembah Sumeria itu.  Abraham memiliki sesembahan yang bernama Elohim Yahweh. Pada suatu saat, ia diperintahkan oleh Elohim Yahweh untuk meninggalkan Ur-Kasdim, meninggalkan kampung halaman dan pergi ke negeri yang Tuhan akan tunjukkan. Tuhan tidak memberi peta perjalanan. Abraham hanya menurut saja ke mana Tuhan bawa dia pergi. Dan ternyata sampai akhir hidupnya, Abraham tidak pernah menemukan negeri itu (Ibr. 11). Sebab ternyata itu adalah negeri di balik kubur. Abraham tidak pernah kembali ke Ur-Kasdim, walaupun menghadapi masa-masa sulit, masa kekeringan yang hebat. Dia begitu submit kepada Elohim Yahweh; total submission.

Abraham tidak beragama, tapi ia ber-Tuhan. Dia hidup hanya menuruti apa yang Allah kehendaki. Di dalam Kejadian 12, Tuhan berjanji akan membuat Abraham memiliki keturunan, dan dari keturunannya segala bangsa diberkati. Abraham akan memiliki banyak anak, sebanyak pasir di laut dan bintang di langit. Tetapi dia harus menunggu selama seperempat abad. Dan ketika anaknya sudah mulai dewasa, Allah memerintahkan Abraham untuk menyembelih anaknya, menjadikannya korban bakaran. Sampai di sini pun Abraham tetap taat. Bisa kita bayangkan bagaimana perasaan Abraham saat itu. Luar biasa, bukan? Ketaatan Abraham sudah teruji. Bagaimana dengan kita? Allah yang kita sembah adalah Allah yang adil, Ia akan memberi mahkota, setelah kita lulus ujian. Namun, berarti kita harus ujian dulu. Kapankah itu? Waktu mobil kita diserempet, itu ujian. Atau di saat-saat tertentu di mana hormon istri tidak stabil, entah memikirkan orang tuanya yang lagi ribut, entah masalah anak atau apa, lalu sebagai suami bagaimana kita bersikap? Kalau kita menuruti manusia lama, kita jadi bersalah. Kita sedang berproses dikembalikan ke rancangan Allah, makanya kita harus belajar untuk terus berhubungan dengan Sang Khalik, mengerti pikiran dan perasaan-Nya, dan melakukannya; itulah ber-Tuhan. 

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TIDAK ADA MANUSIA YANG BERKUALITAS JIKA IA TIDAK BER-TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 Maret 2024
2024-03-20 05:22:33

Ulangan 30-31

Card image
Truth Kids 19 Maret 2024 - SADRAKH, MESAKH DAN ABEDNEGO
2024-03-19 13:18:11


Daniel 3:17

"Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja;"

Sobat Kids, apakah kalian pernah dihukum ketika tidak taat pada perintah orang tua atau peraturan dari guru? Nah, ada beberapa tokoh Alkitab yang mendapat hukuman karena tidak taat pada perintah raja mereka. Namun, ketidaktaatan mereka ini bukan untuk hal buruk, ya, Sobat Kids. Mereka menentang perintah raja untuk menyembah berhala dan meninggalkan Tuhan. Siapakah mereka? Mereka adalah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego.

Mungkin kalian sudah pernah mendengar kisah mereka. Mereka harus menerima hukuman dari raja yaitu dimasukkan ke dalam perapian panas yang menyala-nyala. Tetapi, karena ketaatannya kepada Tuhan, Tuhan melindungi mereka sehingga mereka dapat keluar dari sana tanpa terluka sedikitpun. Sobat Kids, kita bisa mencontoh keberanian dan ketaatan dari Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Mereka lebih memilih untuk taat kepada Tuhan walaupun tahu mereka akan mendapat hukuman yang berat. Dan tentu Allah tidak tinggal diam melihat anak-anak-Nya yang taat berada dalam bahaya. Ia selalu melindungi baik dulu, sekarang, sampai selamanya. Jadi, janganlah takut dan gentar untuk memilih atau melakukan hal yang benar karena Tuhan pasti ada di sisi kita.

Card image
Truth Youth 19 Maret 2024 (English Version) - THE PRECIOUS GIFT
2024-03-19 13:12:49


"But God demonstrates his own love for us in this: While we were still sinners, Christ died for us." (Romans 5:8)

Receiving a gift from someone important to us, like our partner, is not just about receiving an item; it's also an expression of love and care. When that person gives us something, regardless of its value, we naturally feel compelled to cherish and appreciate the gift. The value of a gift is not always about its material worth or grandeur but rather about the meaning it holds and the relationship it strengthens. Even if it's simple, a gift has the power to create beautiful memories and strengthen emotional bonds. By receiving a gift with sincerity and gratitude, we not only care for the physical object but also deepen our relationship with the giver.

If a gift from someone important to us can bring happiness, then surely a gift from the most important figure in our lives, Jesus Christ, cannot be anything less than the most precious gift. He was willing to die and suffer in our place as sinners to give us an invaluable gift: our salvation. When we receive this most precious gift from God, we must also take care of the salvation He has given us. Caring for the salvation given by Jesus Christ is not just a responsibility but also an expression of appreciation and gratitude for His great love. Therefore, living a life that reflects His values, committing to live according to His teachings, and showing love to others are ways of cherishing this extraordinary gift.

With an awareness of the greatness of God's gift, we are invited to reflect on and appreciate every moment of life as part of our responsibility to safeguard the precious gift of salvation. This salvation not only impacts our current life but also opens the door to eternal happiness and unlimited closeness with the Giver.

WHAT TO DO:
1. Further appreciate and safeguard the salvation that God has given us through our responses and responsibilities.
2. Express gratitude for God's gifts in our lives.

BIBLE MARATHON:
- Judges 14-16

Card image
Truth Youth 19 Maret 2024 - THE PRECIOUS GIFT
2024-03-19 13:10:46


"Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8)

Menerima pemberian dari orang yang penting bagi kita, misalkan pasangan kita, bukan sekadar menerima barang, melainkan juga sebuah ungkapan kasih sayang dan perhatian. Saat orang tersebut memberikan sesuatu, apa pun bentuknya, kita secara alami merasa terdorong untuk merawat dan menghargai pemberian tersebut. Keberhargaan suatu pemberian atau hadiah tidak selalu terkait dengan nilai materi atau kehebatannya, melainkan lebih kepada makna yang terkandung di dalamnya dan hubungan yang terjalin. Meskipun sederhana, pemberian tersebut memiliki kekuatan untuk menciptakan kenangan indah dan memperkuat ikatan emosional. Dengan menerima pemberian dengan tulus dan rasa syukur, kita tidak hanya merawat benda fisik, tetapi juga mempererat hubungan dengan orang tersebut.

Jika pemberian dari seseorang yang penting bagi kita mampu memberikan perasaan bahagia, maka otomatis pemberian dari Pribadi yang terpenting dalam hidup kita, yaitu Tuhan Yesus Kristus, tidak mungkin tidak menjadi pemberian yang paling berharga bagi kita. Dia bahkan rela mati dan menderita menggantikan posisi kita sebagai manusia yang berdosa untuk memberikan kita suatu hadiah yang tidak pernah ternilai harganya, yaitu keselamatan kita. Ketika kita menerima hadiah yang paling berharga ini dari Tuhan, maka kita juga harus menjaga keselamatan yang telah Dia berikan dengan baik. Menjaga keselamatan yang diberikan oleh Tuhan Yesus bukan hanya tanggung jawab, tetapi juga suatu bentuk penghargaan dan rasa syukur atas kasih-Nya yang begitu besar. Oleh karena itu, menjalani kehidupan yang mencerminkan nilai-nilai-Nya, berkomitmen untuk hidup sesuai dengan ajaran-Nya, dan memberikan kasih sayang kepada sesama adalah bentuk menjaga hadiah luar biasa ini.

Dengan kesadaran akan kebesaran pemberian Tuhan, kita diundang untuk merenungkan dan menghargai setiap momen hidup sebagai bagian dari tanggung jawab untuk menjaga karunia keselamatan yang begitu berharga. Keselamatan ini bukan hanya berdampak pada kehidupan saat ini, tetapi juga membuka pintu ke kebahagiaan abadi dan kedekatan yang tak terbatas dengan Sang Pemberi.

WHAT TO DO:
1. Semakin menghargai dan menjaga keselamatan yang Tuhan berikan melalui respons dan tanggung jawab kita.
2. Mengucap syukur atas pemberian Tuhan dalam hidup kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎Hakim-hakim 14 -16

Card image
Renungan Pagi - 19 Maret 2024
2024-03-19 13:08:43


"Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." Seseorang yang menjaga hatinya tetap bersih dihadapan Tuhan, menjaga dengan segala kewaspadaan, pasti akan memancarkan kehidupan.

Tidak mungkin orang yang menjaga hatinya akan menyimpan dendam, sakit hati dan kekecewaan, tidak akan mungkin dia akan mengotori hatinya dengan kepahitan, karena yang akan terpancar pasti bukan kehidupan, tetapi kemarahan, kekacauan yang menimbulkan kerusuhan yang mencemarkan banyak orang.

"Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang." Jadi prinsipnya, jagalah hati kita, apakah memancarkan kehidupan atau kerusuhan, tergantung dari bagaimana cara menjaganya. Semua tutur kata dan tingkah laku mencerminkan apa yang ada di hati kita.
(Amsal 4:23; Ibrani 12:15)

Card image
Quote Of The Day - 19 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-19 12:43:46


Kita harus rela memiliki kehidupan yang disita untuk belajar memikul salib.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 19 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-19 12:37:36


Atmosfer Kerajaan Surga hanya dapat dihadirkan dalam kehidupan seseorang yang hidup di dalam kebenaran.

Card image
QUESTIONING ETERNITY - 19 Maret 2024 (English Version)
2024-03-19 12:34:29


One thing that is truly sad and terrible is that many people today are unable to appreciate eternity. Speaking about eternity is considered nonsense, perhaps even a means of scaring people, so they underestimate or belittle the concept of eternity. If we as pastors talk about eternity, people might say, "Well, he's a pastor, so it's expected that he talks about heaven all the time." However, we talk about eternity and heaven not because we are pastors, but because eternity is indeed a fact. A fact that cannot be denied, even by all people, the fact of death.

Death is not a myth, but it is a fact. Death is not a dream, not an illusion, not a hallucination, so eternity is also a fact. It's up to people to believe it or not. Because many people do not want to believe. How terrifying it is when someone closes their eyes, only to face eternity, eternal heaven or eternal hell, eternal glory or eternal disgrace. How terrifying! And people start saying again, "But that's later, not now, why should we talk about it now?" True, but when is later? Ten years, five years, three years, two years, next week, tomorrow, or today? It could be anytime, right? It cannot be avoided!

So, let's be aware of this eternal thing and prepare for it well in advance. If we are still alive in the next fifteen, twenty, thirty years, forty years, fifty years, sixty years, we still have to be prepared. Why? Apart from not knowing when we die, the influence of the world can make a person never recover. And this is the advantage of Satan who succeeds in leading people into eternal darkness.

This is also what God was worried about, so He said, "When I come again, will I find faith on this earth?" God is concerned about the perseverance of believers. God wants to remind us so that we are not surprised when we see the awesome eternity. Don't we work eight to twelve hours every day for the sake of a temporary future on earth? Why are we not serious about seeking God, knowing God, and being able to have true fellowship with God, which is an eternal treasure?

In essence, we do not know how many people will remain steadfast with strong commitment integrity to become warriors of God, heavenly nobles who become knights of God, who will not only save themselves, but also qualify to become members of the family of the Kingdom of God. Who also bring parents, siblings, aunts, uncles, extended family, friends, and everyone they meet to become members of the heavenly family. Are we among those who are faithful? What about us who are elderly, who may also have very little time left? Only a moment's time left. Come on, let's change.

Like Noah who shouted to invite people into the ark, we invite people into the ark, and the ark itself is the Lord Jesus Christ. How we live like Jesus lived. How we have the quality of life as children of God like the quality of life possessed by the Lord Jesus; not just being good people, not just being innocent judged by the law but also in every way can please, delight the heart of God.

Come on, let's choose this path, a path not chosen by the world, a path abandoned by humanity in general. They are content to be religious in the context of only being Christian, going to church, but they are not willing to detach themselves from worldliness, from the love of the world, from sins. In essence, how terrible their condition will be if they do not repent. Therefore, we want to change, we choose to follow the Lord Jesus. The Holy Spirit will guide us, the Father in heaven will educate us on how to become pleasing children of God before the Father in heaven.

DEATH IS NOT IS A MYTH, BUT IT IS A FACT. DEATH IS NOT A DREAM, NOT AN ILLUSION, NOT A HALLUCINATION, SO ETERNITY IS ALSO A FACT. .

Card image
MEMPERSOALKAN KEKEKALAN- 19 Maret 2024
2024-03-19 12:31:44


Satu hal yang sungguh-sungguh menyedihkan dan mengerikan, banyak orang sampai saat ini tidak mampu menghayati kekekalan. Bicara mengenai kekekalan dianggap omong kosong, mungkin juga dianggap sarana menakut-nakuti orang, sehingga orang meremehkan atau melecehkan hal kekekalan itu. Kalau kita sebagai pendeta berbicara mengenai kekekalan, orang bisa berkata, "Ya, dia memang pendeta, pantaslah kalau ngomongnya surga terus." Padahal kita bicara mengenai kekekalan, dan surga, bukan karena kita pendeta, tetapi karena kekekalan memang fakta. Fakta yang tidak bisa kita bantah, bahkan semua orang tidak bisa bantah, akan adanya kematian.

Kematian bukan sesuatu yang bersifat mitos, melainkan itu adalah fakta. Kematian bukan mimpi, bukan ilusi, bukan halusinasi, maka kekekalan juga adalah fakta. Terserah orang mau percaya atau tidak. Sebab banyak orang tidak mau percaya. Betapa mengerikan ketika seseorang menutup mata, ternyata ia harus menghadapi kekekalan, surga kekal atau neraka kekal, kemuliaan kekal atau kehinaan kekal. Betapa mengerikan! Dan orang mulai berkata lagi, "Tetapi itu kan nanti, bukan sekarang, mengapa harus kita bicarakan sekarang?" Betul, tetapi nanti itu, kapan? Sepuluh tahun, lima tahun, tiga tahun, dua tahun, minggu depan, besok atau hari ini? Bisa kapan saja, bukan? Tidak akan bisa terhindar!

Maka, mari kita menyadari hal kekekalan ini dan jauh-jauh hari mempersiapkannya. Seandainya kita masih hidup lima belas, dua puluh, tiga puluh tahun, empat puluh tahun, lima puluh tahun, enam puluh tahun ke depan, tetap harus dipersiapkan. Mengapa? Selain kita tidak tahu kapan kita meninggal, pengaruh dunia bisa membuat seseorang tidak pernah dapat diperbaiki lagi. Dan ini merupakan keuntungan Iblis yang berhasil menggiring orang menuju kegelapan abadi.

Ini pula yang menjadi kekhawatiran Tuhan, sehingga Ia berkata, “Ketika Aku datang kembali, apakah Kudapati iman di bumi ini?” Tuhan mengkhawatirkan ketekunan orang percaya. Tuhan mau mengingatkan agar kita tidak terkejut ketika nanti kita melihat kekekalan yang dahsyat. Bukankah kita bekerja delapan hingga dua belas jam setiap hari demi masa depan di bumi yang sementara sifatnya? Mengapa untuk mencari Tuhan, untuk mengenal Tuhan, dan untuk bisa bersekutu dengan benar dengan Tuhan yang merupakan harta kekal, kita tidak sungguh-sungguh?

Sejatinya, kita tidak tahu berapa banyak orang akan tetap tekun dengan integritas komitmen yang kuat menjadi pejuang Tuhan, bangsawan surgawi yang menjadi kesatria Tuhan, yang akan bukan saja menyelamatkan dirinya sendiri, namun untuk layak masuk menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Yang juga membawa orang tua, adik, kakak, tante, om, keluarga besar, teman, dan setiap orang yang mereka temui untuk menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Apakah kita termasuk dalam hitungan mereka yang setia? Bagaimana dengan kita yang sudah lanjut usia, yang juga mungkin memiliki waktu sudah sangat singkat? Tinggal sesaat waktu yang kita miliki. Ayo, kita berubah.

Seperti Nuh yang berteriak-teriak mengajak orang masuk bahtera, kita mengajak orang masuk bahtera dan bahtera itu adalah Tuhan Yesus Kristus sendiri. Bagaimana kita hidup seperti Yesus hidup. Bagaimana kita memiliki kualitas hidup anak-anak Allah seperti kualitas hidup yang dimiliki Tuhan Yesus; bukan hanya menjadi orang baik, bukan saja menjadi orang yang tidak bersalah dinilai dari hukum melainkan juga dalam segala hal bisa menyenangkan, menyukakan hati Allah.

Ayo, kita memilih jalan ini, jalan yang tidak dipilih oleh dunia, jalan yang ditinggalkan oleh manusia pada umumnya. Mereka hanya puas beragama dalam konteks hanya beragama Kristen datang ke gereja, tetapi mereka tidak mau melepaskan diri dari keduniawian, dari percintaan dunia, dari dosa-dosa. Sejatinya, betapa mengerikan keadaan mereka kalau mereka tidak bertobat. Oleh sebab itu, kita mau berubah, kita memilih untuk mengikut Tuhan Yesus. Roh Kudus akan menuntun kita, Bapa di surga akan mendidik kita bagaimana agar kita menjadi anak-anak Allah yang berkenan di hadapan Bapa di surga.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEMATIAN BUKAN SESUATU YANG BERSIFAT MITOS, MELAINKAN ITU ADALAH FAKTA. KEMATIAN BUKAN MIMPI, BUKAN ILUSI, BUKAN HALUSINASI, MAKA KEKEKALAN JUGA ADALAH FAKTA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 19 Maret 2024
2024-03-19 12:22:49

Ulangan 29-29

Card image
Truth Kids 18 Maret 2024 - TETAP SETIA
2024-03-18 12:58:52


Ester 3:4
"Setelah mereka menegor dia berhari-hari dengan tidak didengarkannya juga, maka hal itu diberitahukan merekalah kepada Haman untuk melihat, apakah sikap Mordekhai itu dapat tetap, sebab ia telah menceritakan kepada mereka, bahwa ia orang Yahudi."

Sobat Kids, siapa yang sering diganggu oleh teman-teman? Bagaimana perasaan kalian jika ada orang lain yang suka mengganggu atau membicarakan kalian? Merasa kesal adalah sikap yang wajar, Sobat Kids. Namun, jangan sampai kita ikut-ikutan berdosa karena perbuatan teman yang buruk itu.

Di dalam Perjanjian Lama, ada kisah seorang yang sering diganggu oleh orang-orang yang berasal dari suku bangsa yang berbeda. Mordekhai adalah seorang pria yang percaya kepada Tuhan. Namun, orang-orang yang ada di dekatnya tidak percaya kepada Tuhan. Mereka tidak senang melihat Mordekhai berdoa kepada Tuhan, bahkan mereka merencanakan hal jahat untuk Mordekhai. Apakah Mordekhai meninggalkan Tuhan karena sering diganggu orang lain? Tentu tidak, Sobat Kids. Mordekhai menunjukkan kesetiaannya kepada Tuhan. Meskipun diancam, ia tetap percaya kepada Tuhan.

Sobat Kids, yuk, kita tetap percaya kepada Tuhan. Selama kita hidup, kita mau ikut Tuhan Yesus Kristus. Kita mau tunjukkan bahwa kita adalah anak Allah yang taat dan mengasihi setiap orang.

Card image
Truth Junior 18 Maret 2024 - MORDEKHAI SI PEMBERANI
2024-03-18 12:31:54


Ester 3:4
“Setelah mereka menegor dia berhari-hari dengan tidak didengarkannya juga, maka hal itu diberitahukan merekalah kepada Haman untuk melihat, apakah sikap Mordekhai itu dapat tetap, sebab ia telah menceritakan kepada mereka, bahwa ia orang Yahudi.”

Apakah Sobat Junior punya tokoh superhero yang kalian idolakan? Biasanya superhero identik dengan kostumnya yang keren, kekuatan super yang luar biasa, dan keberaniannya melawan para penjahat. Tapi tahukah Sobat Junior kalau di dalam Alkitab ada seorang tokoh yang patut dianggap sebagai superhero karena keberaniannya? Namanya Mordekhai. Mordekhai adalah seorang Yahudi yang baik hati dan tidak sombong. Ia jugalah yang mengajukan Ester untuk menjadi calon ratu.

Pada suatu hari, Haman, petinggi raja, berjalan ke depan pintu istana. Pada saat itu, sesuai titah raja, semua orang wajib melakukan hormat sujud kepada Haman. Semua pegawai istana melakukan hormat, kecuali Mordekhai. Meskipun Haman memerintahkan semua orang untuk sujud menyembah kepadanya, Mordekhai tetap berdiri teguh dan tidak mau menyembah selain kepada Allah. Tentu saja, hal ini membuat Haman sangat marah. Haman bahkan merencanakan kehancuran bagi Mordekhai dan seluruh bangsa Yahudi.

Tapi Sobat Junior, inilah yang menarik. Mordekhai tidak takut, karena dia tahu bahwa Allah selalu setia kepada mereka yang setia kepada-Nya. Mordekhai berdoa dengan penuh keyakinan, memohon pertolongan Tuhan untuk melindungi umat-Nya. Dan Tuhan mendengar doa Mordekhai. Allah bekerja dengan cara yang ajaib dan mengubah takdir yang seharusnya buruk bagi Mordekhai dan bangsa Yahudi. Mordekhai menunjukkan kepada kita bahwa kesetiaan kepada Allah adalah hal yang sangat penting, bahkan ketika kita dihadapkan pada tekanan dan ancaman.

Melalui kisah ini, kita dapat belajar untuk tetap teguh dalam iman dan yakin bahwa Allah selalu bersama kita, bahkan di tengah-tengah ujian seberat apa pun. Jadi, mari kita menjadi seperti Mordekhai, Sobat Junior, dengan setia melayani Allah dan tidak pernah kompromi dalam iman kita, karena Allah senantiasa setia kepada mereka yang setia kepada-Nya.

Card image
Truth Youth 18 Maret 2024 (English Version) - SIGNALS OF HUMAN’S OBEDIENCE
2024-03-18 12:29:40


"Regard the patience of our Lord as salvation, just as also our dear brother Paul, according to the wisdom given to him, wrote to you." (2 Peter 3:15)

If we're browsing the internet or playing games and the signal is weak or non-existent, it can be really frustrating. Sometimes, we can get annoyed or even angry because of the poor signal. Imagine how testing it can be. If just a weak signal can try our patience so much, how patient do you think God must be when He sees our disobedient behavior, our lack of attention to Him, or our prayers that seem to vanish? It's like the signal situation.

Human faith is somewhat similar to that signal. Our faith or obedience is not guaranteed to always be strong. Often, in certain situations, our obedience can weaken due to the weaknesses within us. This can be caused by the influence of a world that is increasingly distant from God or simply because we forget to do what pleases the Father. When you think about it, God could be angry and disappointed with us because we often test His patience. In fact, given our frequent sins, we're not even deserving of His salvation and grace.

Therefore, this should be a reflection for us. The patient God still gives us opportunities and hope to improve our behavior that is not fully pleasing to Him. We can be grateful because God's love and faithfulness exceed our imperfections. Although our obedience and faith may have faltered, God always opens the door for us to return to Him. Let's continue to strengthen our faith and obedience so that we can live according to His will and receive His abundant grace.

WHAT TO DO:
1. Learn to remain faithful to God's will at all times.
2. Be thankful for God's patience with us.

BIBLE MARATHON:
- Judges 11-13

Card image
Truth Youth 18 Maret 2024 - SINYAL KETAATAN MANUSIA
2024-03-18 12:27:40


Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. (2 Petrus 3:15)

Kalau misalkan kita lagi internetan atau lagi main games, kayaknya kita bisa setuju kalau yang lebih ngeselin dibandingkan gak ada sinyal; itu kalau ada sinyal, tapi sinyalnya jelek banget. Wah, kayaknya itu menguji kesabaran banget rasanya. Kadang kita bisa sampai kesel atau bahkan marah-marah karena sinyalnya lemah. Bayangkan kalau karena sinyal saja kesabaran kita sangat diuji, karena lemot atau sering hilang, bisa kebayang gak sih, gimana sabarnya Tuhan ketika melihat kelakuan kita yang mungkin sering bandel, gak dengar-dengaran sama Tuhan, atau mungkin doa kita yang sering hilang-hilangan? Sama kayak sinyal tadi.

Iman manusia sebenarnya sama seperti sinyal tadi. Iman atau ketaatan kita tidak ada yang menjamin akan selalu kuat. Sering kali dalam situasi tertentu, ketaatan kita bisa melemah karena kelemahan yang ada dalam diri kita. Ini bisa disebabkan oleh pengaruh dunia yang semakin jauh dari Tuhan. Atau bisa juga karena sesederhana kita lupa untuk melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa. Jika dipikir-pikir, sebenarnya Tuhan bisa saja marah dan kecewa kepada kita karena kita sering menguji kesabaran-Nya. Bahkan seharusnya, dengan kita yang masih sering berbuat dosa, kita tidak layak untuk mendapatkan keselamatan dan anugerah dari-Nya.

Oleh karena itu, hal ini harus menjadi renungan bagi kita. Tuhan Allah yang sangat sabar masih memberikan kita kesempatan dan harapan untuk memperbaiki perilaku kita yang belum sepenuhnya berkenan di hadapan-Nya. Kita dapat bersyukur karena kasih dan kesetiaan Tuhan melebihi ketidaksempurnaan kita. Meskipun kepatuhan dan iman kita mungkin pernah melemah, Tuhan selalu membuka pintu bagi kita untuk kembali kepada-Nya. Mari kita terus berusaha memperkuat iman dan ketaatan kita, agar kita dapat hidup sesuai dengan kehendak-Nya dan mendapatkan anugerah-Nya yang melimpah.

WHAT TO DO:
1. Belajar untuk tetap setia pada kehendak Tuhan dalam setiap waktu.
2. Bersyukur atas kesabaran Tuhan terhadap kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎Hakim-hakim 11- 13

Card image
Renungan Pagi - 18 Maret 2024
2024-03-18 12:25:29


Banyak orang percaya, yang mengaku mempercayai Tuhan, meyakini bahwa yang terbaik semua dari Tuhan, namun ketika ada masalah, langsung imannya menjadi lemah, semangatnya jadi kendor dan seringkali berakhir menjadi kecewa dengan Tuhan.

Banyak juga yang kelihatan luar biasa ketika memuji Tuhan di gereja, kelihatan sungguh-sungguh berdoa, bahkan sampai menangis, lalu kelihatan santun ketika menyapa, tersenyum dan selalu bersaksi tentang kebaikan Tuhan, tetapi ketika menghadapi masalah langsung marah-marah, tidak dapat menguasai emosi, kemudian menyalahkan orang lain, itu berarti kita memiliki iman dan kehidupan rohani yang kerdil.

Seharusnya, orang percaya yang dewasa imannya dan memiliki pengenalan akan Allah yang benar, yang hidup mengasihi Tuhan, paham benar bahwa apapun yang terjadi dalam hidupnya, Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan. "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah."
(Roma 8:28)

Card image
Quote Of The Day - 18 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-18 11:28:15


Jika kesempatan memikul salib berlalu, berarti kesempatan untuk menerima keselamatan juga hilang.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 18 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-18 08:48:27


Orang percaya harus memilih, apakah memberi diri terikat dengan ikatan surgawi atau ikatan duniawi.

Card image
GOD HURTS - 18 Maret 2024 (English Version)
2024-03-18 08:20:36


In the Lord's Prayer, God teaches, “Give us our daily bread this day.” This sentence implies a constant dependence on the Father in heaven, which will build up the appetite of the soul; so that the thirst for God can be fulfilled. Until finally we can understand that there is a thirst in our souls that can only be filled by God. And it should be found. So if we rely on God only because we have to fulfill our physical needs, our soul's thirst will not be answered, because we have no attachment to God. In this case, we take advantage of God, attract God in our business, but we don't want to understand His business. And that is what the powers of darkness do through church pulpits which unknowingly mislead the people.

In reality, that is very dangerous. So if we rely on God, it must be because only God can answer our eternal salvation, even if it comes to fulfilling physical needs, God does not help, as long as we do not let go of the embrace of God. That's why God often allows someone to be poor. God allows us to experience difficulties; God can even "hurt" for the sake of our eternal salvation. So, we still have to be grateful. Therefore, do not wait until we fall, go bankrupt, get sick, then we hold God's hand. Do not be arrogant. Pride stems from an attitude of heart where someone feels they can live without God.

When everything is comfortable, finances are sufficient, the body is healthy, we do not feel the need to rely on God. Ideally, even with a healthy body, plenty of money, strong relationships, we should still depend on and rely on God. We will prove how God does not embarrass those who rely on Him. Prove that God is alive. God will still take care of us, even in the midst of the chaos of life, as long as we keep seeking God. We will surely be distinguished because Yahweh Elohim, the God of Israel, does not change, from then, now, and forever unchanged. So, do not be arrogant.

And remember, let us not deal with eternity only when we are about to die, or when we are old, because we cannot. This must be started long ago. Because when we thirst for Him, are addicted to Him, it means that God can only enjoy us. Surely God will bring us home to the Father's House. The Bible says, "Make friends by means of unrighteous wealth." Our friendship is not with the world, not with wealth, but with God. Ironically, people deal with God because of their wallets.

We need God, His Person. We rely on God because it is related to eternity, so our search for God is stable, and in that search, we experience the thirst of our souls that can only be fulfilled by God. When our minds are only focused on material matters, we never find true soul thirst. Our thirst is misguided, our thirst is wrong. So when we value God and make Him the most precious in life, then we become precious to God. Up to the life of being God's eternal lover, as Paul said, "I betroth you to Christ as a holy virgin before God."

God wants to perfect us to be His bride. So, there should be nothing that we consider valuable apart from God. Don't idolize something until God is drawn to solve the problems. There we do not respect God. God said, “…it is sought after by the nations that do not know God.” Are we like that? He cares for the birds of the air and the flowers of the field He dresses, how much more so do we as His beloved. The psalmist also said, "Though my flesh and my heart may fail, God is the strength of my heart and my portion forever."

Often the pulpit is used to deceive people, as if the problem of marriage, the economy and health is a big problem, so that people idolize the problem. In fact, for God it is so easy to solve all that, if God wants. But that is not God's core business. In fact, what is not easy is the attitude of our hearts that we have to change, because God cannot change it unilaterally; we have to be aware of it ourselves. So, don't be slack in seeking God. This world is not our home.

GOD ALLOWS US TO EXPERIENCE DIFFICULTIES, GOD CAN EVEN "HURT" FOR THE SAKE OF OUR ETERNAL SALVATION.

Card image
TUHAN MELUKAI - 18 Maret 2024
2024-03-18 08:02:37


Dalam Doa Bapa Kami, Tuhan mengajarkan, “Berikan kami makanan kami pada hari ini yang secukupnya.” Kalimat ini mengisyaratkan ketergantungan terus-menerus kepada Bapa di surga, yang akan membangun selera jiwa; sehingga kehausan akan Allah dapat terpenuhi. Sampai akhirnya kita bisa mengerti bahwa ada kehausan di dalam jiwa kita yang hanya bisa diisi oleh Tuhan. Dan itu mestinya ditemukan. Jadi kalau mengandalkan Tuhan hanya karena masalah pemenuhan kebutuhan jasmani, maka kehausan jiwa kita belum terjawab, karena kita tidak memiliki keterikatan dengan Tuhan. Dalam hal ini, kita memanfaatkan Tuhan, menarik Tuhan di bisnis kita, tapi kita tidak mau mengerti bisnis Dia. Dan itu yang dilakukan oleh kuasa kegelapan melalui mimbar-mimbar gereja yang tanpa disadari menyesatkan umat.

Sejatinya, itu bahaya sekali. Jadi kalau kita mengandalkan Tuhan, haruslah karena hanya Tuhan yang bisa menjawab keselamatan kekal kita, sekalipun masalah pemenuhan kebutuhan jasmani, Tuhan tidak menolong, asal kita tidak terlepas dari ikatan dan pelukan Tuhan. Makanya Tuhan tidak jarang membuat seseorang miskin. Tuhan izinkan kita mengalami kesulitan, Tuhan pun bisa “melukai” demi keselamatan kekal kita. Jadi, kita tetap harus bersyukur. Maka, jangan menunggu jatuh, bangkrut, sakit, baru kita pegang tangan Tuhan. Jangan sombong. Kesombongan itu berangkat dari sikap hati di mana seseorang merasa bisa hidup tanpa Tuhan.

Ketika semua dalam keadaan nyaman, finansial cukup, tubuh sehat, kita tidak merasa perlu bergantung pada Tuhan. Mestinya, walaupun tubuh sehat, uang banyak, relasi kuat, tetap kita harus bergantung dan mengandalkan Tuhan. Kita akan buktikan bagaimana Tuhan tidak mempermalukan orang yang mengandalkan Dia. Buktikan, Tuhan itu hidup. Tuhan tetap pelihara, walaupun di tengah kelam kabut hidup, asalkan kita tetap mencari Tuhan. Kita pasti akan dibedakan, karena Elohim Yahweh, Allah Israel itu tidak berubah, dulu, sekarang, sampai selama-lamanya tidak berubah. Jadi, jangan sombong.

Dan ingat, jangan kita berurusan mengenai kekekalan hanya pada waktu mau mati, atau saat sudah tua, sebab kita tidak akan bisa. Hal ini harus dimulai sejak jauh-jauh hari. Sebab ketika kita haus akan Dia, kecanduan Dia, berarti Tuhan baru bisa menikmati kita. Pasti Tuhan akan membawa kita pulang ke Rumah Bapa. Alkitab berkata, “Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan mamon.” Persahabatan kita bukan dengan dunia, bukan dengan mamon, namun dengan Tuhan. Mamon, kita pakai untuk bersahabat dengan Allah. Ironis, orang berurusan dengan Tuhan karena dompet.

Kita membutuhkan Tuhan, Pribadi-Nya. Kita mengandalkan Tuhan karena terkait dengan kekekalan, sehingga pencarian kita akan Tuhan stabil dan di dalam pencarian tersebut kita menghayati adanya kehausan jiwa kita yang hanya bisa dipenuhi oleh Allah. Ketika pikiran kita hanya tertuju pada perkara-perkara materi, maka kita tidak pernah menemukan kehausan jiwa yang sejati. Haus kita sesat, hausnya salah. Maka ketika kita menghargai Tuhan dan menjadikan Dia paling berharga dalam hidup, maka kita pun menjadi berharga di mata Tuhan. Sampai pada kehidupan menjadi kekasih abadi Tuhan, seperti Paulus katakan, "Aku mempertunangkan kamu dengan Kristus sebagai perawan suci di hadapan Tuhan."

Tuhan mau menyempurnakan kita menjadi mempelai-Nya. Jadi, mestinya tidak ada yang kita anggap berharga selain Tuhan. Jangan memberhalakan sesuatu, sampai Tuhan saja ditarik-tarik untuk menyelesaikan masalah-masalah itu. Di situ kita tidak menghormati Tuhan. Tuhan berkata, “… itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.” Masakan kita seperti itu? Kalau burung di udara, Dia pelihara dan bunga di padang Dia dandani, apalagi kita sebagai kekasih-Nya. Pemazmur pun sudah berkata, “Sekalipun daging dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.”

Sering mimbar dipakai untuk menipu orang, seakan-akan masalah jodoh, ekonomi, kesehatan merupakan masalah besar, sehingga umat memberhalakan masalah. Padahal bagi Tuhan begitu mudahnya menyelesaikan semua itu, kalau Tuhan mau. Tapi itu bukan core-bussiness-Nya Tuhan. Sejatinya, yang tidak mudah adalah sikap hati kita yang harus kita ubah, karena Allah tidak bisa ubah secara sepihak; kita yang harus sadar dengan sendirinya. Maka, jangan kendor mencari Tuhan. Dunia ini bukan rumah kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN IZINKAN KITA MENGALAMI KESULITAN, TUHAN PUN BISA "MELUKAI" DEMI KESELAMATAN KEKAL KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 18 Maret 2024
2024-03-18 07:58:36

Ulangan 24-27

Card image
Truth Kids 17 Maret 2024 - DENGAR-DENGARAN PESAN
2024-03-17 05:26:40


Yesaya 9:5
"Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai."

Sobat Kids, waktu yang dibutuhkan untuk menulis dan mengumpulkan kitab-kitab yang ada dalam Alkitab itu laammaaaa sekali. Para penulis kitab-kitab yang ada di Perjanjian Lama tidak ada yang bertemu dengan para penulis kitab di Perjanjian Baru. Perbedaan waktunya lama sekali, sehingga mereka sudah meninggal dunia terlebih dahulu sebelum tulisan mereka dikumpulkan menjadi Alkitab. Namun hebatnya, ada keterkaitan antara tulisan di Perjanjian Lama dengan tulisan yang ada di Perjanjian Baru.

Hari ini kita mau belajar dari tokoh nabi Yesaya. Seorang nabi atau seperti pendeta sekarang ini, harus memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan. Ia harus dengar-dengaran akan pesan Tuhan, kemudian menyampaikan pesan tersebut kepada orang yang Tuhan inginkan. Yesaya memiliki hati yang mau taat dan dengar-dengaran sehingga ia dapat menyampaikan pesan Tuhan, termasuk berita mengenai kelahiran Juruselamat dunia.

Kita sudah tahu bahwa Juruselamat itu adalah Tuhan Yesus Kristus. Namun, saat nabi Yesaya menyampaikan pesan Tuhan, seperti yang tertulis di ayat hari ini, ia belum tahu apa-apa. Walaupun belum mengerti, nabi Yesaya tetap taat dan menyampaikan kebenaran pesan yang Tuhan sampaikan kepadanya.

Sobat Kids, yuk, kita miliki hubungan yang dekat dengan Tuhan. Latihlah diri kita untuk dengar-dengaran kepada Tuhan. Kita bisa memulainya dengan dengar-dengaran kepada orang tua.

Card image
Truth Junior 17 Maret 2024 - MENDENGAR PESAN TUHAN
2024-03-17 05:22:13


Yesaya 9:5
“Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai."

Sobat Junior, sebelum mengenal yang namanya ponsel, biasanya digunakan surat untuk saling berkirim pesan. Surat bisa digunakan untuk berkirim pesan kepada orang yang jaraknya dekat maupun sangat jauh. Pada saat itu tidak ada yang namanya aplikasi pesan, apalagi Whatsapp. Biasanya surat ditulis dengan tinta atau diketik dengan mesin tik. Dan untuk mengirim surat, orang harus mendatangi kantor pos. Untuk sampai tempat tujuan, biasanya surat membutuhkan waktu beberapa minggu jika lokasinya berada di luar negeri. Wah, lama sekali, ya, Sobat Junior? Walaupun sangat lama, tetapi banyak orang-orang yang selalu semangat menantikan kiriman surat dari orang yang mereka kasihi.

Sama seperti yang dialami Yesaya. Tahukah Sobat Junior kalau Yesaya mendengar berita yang luar biasa dari Tuhan? Eitssss tapi beritanya bukan melalui surat apalagi Whatsapp, ya… Tuhan sendiri yang memberitahu Yesaya tentang kelahiran Mesias, yang merupakan Juruselamat kita! Wah… keren, bukan? Bukan tanpa alasan Tuhan memberikan pesan-Nya kepada Yesaya. Yesaya adalah nabi yang memiliki hati yang terbuka dan taat untuk menyampaikan berita ini kepada orang-orang. Sehingga Tuhan percayakan kabar baik itu lewat Yesaya.

Jadi Sobat Junior, dari kisah Yesaya kita bisa belajar bahwa kita juga bisa mendengarkan pesan Tuhan melalui doa dan membaca Alkitab. Dengan memiliki hati yang terbuka, kita dapat memahami rencana Tuhan untuk hidup kita. Kita juga bisa berbagi kabar gembira tentang Tuhan Yesus kepada teman-teman dan keluarga kita. Menceritakan kisah Tuhan Yesus adalah cara kita berpartisipasi dalam rencana Tuhan untuk menyelamatkan dunia.

Card image
Truth Youth 17 Maret 2024 (English Version) - GOD'S MINI VERSION
2024-03-17 05:19:01


"Bear with each other and forgive one another if any of you has a grievance against someone. Forgive as the Lord forgave you." (Colossians 3:13)

The relationship between a child and their parents often creates behavior patterns rooted in the attitudes and character of the parents. If parents have a cheerful disposition and enjoy joking around, often the child will reflect that character, inheriting the cheerfulness and tendency to joke from their parents. Although not always identical in every aspect, generally, a child will mimic or emulate the behavior exhibited by their parents. In many cases, a child becomes a sort of "mini version" of the parents, carrying the distinct traits and personalities inherited throughout their life journey. This condition can even lead to confusion if a child displays attitudes or characters that contradict those of their parents, as naturally we tend to expect similarity or consistency in behavior patterns between generations.

Now, concerning our lives as children of God, the behavioral patterns we receive from our heavenly Father serve as a crucial foundation. This analogy teaches that just as a child reflects the character of their parents, so too we as children of God must reflect His attributes. If our God is a patient, abundantly loving, and Forgiving God, then we as His children must also become "mini versions" of God in this world. By contemplating the attributes of God, we are invited to emulate God's character, one of which is freely extending forgiveness to humanity. His wisdom and abundant forgiveness remind us to show compassion and extend forgiveness willingly to those who may have hurt or wronged us.

As "mini versions" of God, our task is not only to reflect His character but also to become channels of His blessing and love to the world. Thus, we build a spiritual identity that not only honors Him but also inspires others to know Him.

WHAT TO DO:
1. Strive to be a mirror for others to see God's character through our lives.
2. Learn to forgive others as children of God.

BIBLE MARATHON:
- Judges 9-10

Card image
Truth Youth 17 Maret 2024 - GOD'S MINI VERSION
2024-03-17 05:16:38


"Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian." (Kolose 3:13)

Hubungan antara anak dan orang tua sering kali menciptakan pola perilaku yang berakar pada sikap dan karakter orang tua. Jika orang tua memiliki sifat ceria dan gemar bercanda, sering kali anak akan mencerminkan karakter tersebut, mewarisi keceriaan dan kecenderungan untuk bercanda dari orang tuanya. Walaupun tidak selalu identik dalam setiap aspek, namun pada umumnya anak akan meniru atau mencontoh perilaku yang diperlihatkan oleh orang tua. Dalam banyak kasus, anak menjadi semacam “versi mini” dari orang tua, membawa jejak khas dan kepribadian yang diwarisi sepanjang perjalanan hidup mereka. Kondisi ini bahkan dapat menimbulkan kebingungan jika seorang anak menunjukkan sikap atau karakter yang bertolak belakang dengan yang dimiliki oleh orang tua mereka, karena secara alami kita cenderung mengharapkan kesamaan atau kesesuaian dalam pola perilaku antara generasi tersebut.

Nah, dalam kaitannya dengan kehidupan kita sebagai anak-anak Allah, pola perilaku yang kita terima dari Bapa Surgawi menjadi landasan penting. Analogi ini mengajarkan bahwa sebagaimana anak mencerminkan karakter orang tua, demikian pula kita sebagai anak-anak Allah harus mencerminkan sifat-sifat-Nya. Jika Allah kita adalah Allah yang panjang sabar, berlimpah kasih setia, dan juga Maha Pengampun, maka kita sebagai anak-anak-Nya juga harus menjadi “versi mini” dari Allah dalam dunia ini. Dengan merenungkan sifat-sifat Tuhan, kita diundang untuk mencontoh karakter Allah, salah satunya yang murah memberikan pengampunan pada manusia. Kebijaksanaan dan maha pengampunan-Nya mengingatkan kita untuk memperlihatkan belas kasihan dan memberikan pengampunan dengan sukarela kepada mereka yang mungkin telah melukai atau melakukan kesalahan terhadap kita.

Sebagai “versi mini” dari Allah, tugas kita bukan hanya mencerminkan karakter-Nya, tetapi juga menjadi saluran berkat dan cinta-Nya kepada dunia ini. Dengan demikian, kita membangun suatu identitas rohani yang tidak hanya membawa kehormatan kepada-Nya, tetapi juga memberikan inspirasi kepada orang lain untuk mengenal-Nya.

WHAT TO DO:
1. Berusaha untuk menjadi cermin bagi orang lain untuk melihat karakter Allah melalui kehidupan kita.
2. Belajar untuk mengampuni orang lain sebagai anak-anak Allah.

BIBLE MARATHON:
▪︎Hakim-hakim 9 -10

Card image
Renungan Pagi - 17 Maret 2024
2024-03-17 05:12:49


Memiliki iman tanpa menunjukkannya dalam perbuatan, maka iman itu menjadi sia-sia, sebab iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati."Demikian juga halnya dengan iman; Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna."

Jadi iman itu akan terlihat dari perbuatan-perbuatan kita. Sebab perbuatan yang kita lakukan sesuai dengan iman itulah yang akan menyempurnakannya. Jika imanmu tidak sesuai dengan perbuatanmu, maka imanmu adalah iman yang mati.
(Yakobus 2:17,22)

Card image
Quote Of The Day - 17 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-17 05:09:27


Tidak ada orang yang mengaku Kristen yang bisa tidak menyangkal diri dan tidak memikul salib.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 17 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-17 05:08:24


Orang percaya harus belajar untuk memiliki cara pandang yang menembus batas, bukan hanya melihat kehidupan sebelum kubur, namun justru melihat kehidupan setelah tubuh dikubur.

Card image
THE ZENITH POINT OF PROBLEM - 17 Maret 2024 (English Version)
2024-03-17 05:06:24


God opposes the proud. The word "opposes" in the original text is antitasetai. A proud person is a cursed person, because aproud person certainly does not respect God. Actually, what is the essence, breath, soul of pride? The essence of pride is basically when someone feels he can live without God; when he can do something without God. On the other hand, humility is essentially an attitude of heart where a person feels he cannot live without God. So, indeed in everything we have to depend on God, because ultimately the rhythm of life that depends on God leads us to the Father's House.

If we learn to depend on God, learn to rely on God in all things, then the rhythm of living by relying on God will take us to the peak of problem, the zenith point of problem, namely eternity. Many people can handle all their problems without God, and they feel that is all their work. And indeed, that is part of their work. If then that person becomes arrogant and feels that he can overcome all problems until the zenith, he knows that there is one problem that he cannot overcome, namely the problem of eternity.

So it is not without reason that the Bible says, "God, against the proud, cursed is the one who relies on humans," because people like this have a rhythm that in the end they don't feel the need for God. In fact, only God can solve eternal problems. In this case, we can see how cunning Satan was when he said to the Lord Jesus, "Worship me, I give you the world." Behind this statement, there is implicitly a reliance on world power. The devil offers a world that can make you happy, guarantee, protect.

In fact, today we see the fact that the power of money is almost unlimited. You can buy positions, you can control judges' decisions, you can control or manage rulers, and so on. So many people worship Satan. It's true that you don't directly worship Satan, because Satan inserts himself into material things. As modern humans, we do not believe in mystical things. Also, as polite, civilized, religious people, of course we do not worship Satan directly. But when we feel less comfortable, less safe, less secure, less guaranteed without these powers, material power, we are actually worshiping Satan.

Even though God does not help us in life's problems, we must not escape from God's embrace in eternity. While we live on this earth, of course we will be guaranteed if we rely on God. Jeremiah 17:5-8 says, “Cursed is the man who trusts in man, who trusts in his own strength and whose heart turns away from God! He will be like a bush in the wilderness, he will not experience the coming of good conditions; he will live in the Angus land of the desert, in the uninhabited land of the salt desert. Blessed are those who trust in God, who put their hope in God. He will be like a tree planted by the water, which spreads its roots to the edge of the water and which does not experience the arrival of scorching heat. Whose leaves remain green, who do not worry in dry years, and who do not stop bearing fruit.”

A person who does not rely 100% on God cannot possibly live a clean life. On the other hand, a person who completely relies on God is conditioned to live a holy life, cannot live without God, and is conditioned to stay close. So he will be afraid to face life without walking with God. And if we stay close, we can't be careless in our lives, we can't possibly sin carelessly. So, it is impossible for a person to live a holy life if he does not rely 100% on God. And a person cannot possibly rely on God correctly if he does not relate it to eternity.

So, if we depend on God, it is not just because we will face an economic crisis, a pandemic virus, and other life problems, but because we cannot live without God, answering the problems of eternity later. So if our current rhythm of life is a rhythm of life that feels like we can live without God, that's dangerous. We have no attachment to God, our soul's thirst is not fulfilled by God, but our soul's appetite is fulfilled by the world, and that makes us the bride of the world.

THE RHYTHM OF LIFE RELYING ON GOD WILL BRING US TO THE PEAK OF PROBLEM, THE ZENIT POINT OF PROBLEM, WHICH IS CONCERNING ETERNITY. .

Card image
TITIK ZENIT MASALAH - 17 Maret 2024
2024-03-17 04:54:37


Allah menentang orang sombong. Kata “menentang” di dalam teks aslinya adalah antitasetai. Orang yang sombong adalah orang yang terkutuk, karena orang sombong pasti tidak menghormati Tuhan. Sebenarnya apakah inti, nafas, jiwa dari kesombongan? Inti kesombongan pada dasarnya adalah ketika seseorang merasa bisa hidup tanpa Tuhan; ketika seseorang bisa menjalani sesuatu tanpa Tuhan. Sebaliknya, kerendahan hati pada intinya adalah sikap hati di mana seseorang merasa tidak bisa hidup tanpa Tuhan. Jadi, memang dalam segala hal kita harus bergantung kepada Tuhan, sebab pada akhirnya irama hidup yang bergantung kepada Tuhan itu membawa kita ke Rumah Bapa. 

Kalau kita belajar bergantung kepada Tuhan, belajar mengandalkan Tuhan dalam segala perkara, maka irama hidup mengandalkan Tuhan akan membawa kita sampai pada puncak masalah, titik zenit masalah, yaitu mengenai kekekalan. Banyak orang bisa menangani semua masalah tanpa Tuhan, dan dia merasa bahwa semua itu adalah karyanya. Dan memang, itu bagian dari karyanya. Kalau kemudian orang itu menjadi sombong dan merasa bisa menanggulangi semua masalah sampai titik zenitnya nanti, dia tahu bahwa ada satu masalah yang tidak bisa dia tanggulangi, yaitu masalah kekekalan. 

Jadi bukan tanpa alasan kalau Alkitab berkata, "Allah, menentang orang sombong, terkutuklah orang yang mengandalkan manusia," karena orang-orang seperti ini memiliki irama yang pada akhirnya ia tidak merasa membutuhkan Tuhan. Padahal, hanya Tuhan yang bisa menyelesaikan masalah kekekalan. Dalam hal ini, kita bisa melihat betapa liciknya Iblis waktu ia berkata kepada Tuhan Yesus, "Sembah aku, kuberikan dunia kepada-Mu." Di balik pernyataan itu, secara implisit terkandung pengandalan kekuatan dunia. Iblis menawarkan dunia yang dapat membahagiakan, menjamin, melindungi.

Kenyataannya, hari ini kita melihat fakta bahwa kekuatan uang itu nyaris tidak terbatas. Bisa membeli kedudukan, bisa mengatur keputusan hakim, bisa menguasai atau mengatur penguasa, dan lain sebagainya. Maka banyak orang menyembah Iblis. Memang tidak langsung menyembah Iblis, sebab Iblis memasukkan dirinya pada materi. Sebagai manusia modern, kita tidak percaya hal-hal yang bersifat mistik. Juga sebagai orang yang santun, beradab, beragama, tentu kita tidak menyembah Iblis secara langsung. Tapi ketika kita merasa kurang nyaman, kurang aman, kurang terjamin, kurang tergaransi tanpa kekuatan-kekuatan itu, kekuatan materi, sejatinya kita menyembah Iblis.

Sekalipun Tuhan tidak menolong kita dalam masalah-masalah hidup, tapi jangan sampai kita lepas dari pelukan Tuhan di kekekalan. Sementara kita hidup di bumi ini, tentu kita akan terjamin kalau kita mengandalkan Tuhan. Yeremia 17:5-8 mengatakan, “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia yang mengandalkan kekuatannya sendiri dan yang hatinya menjauh daripada Tuhan! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk. Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan. Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air dan yang tidak mengalami datangnya panas terik. Yang daunnya tetap hijau, yang tidak khawatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.”

Orang yang tidak 100% mengandalkan Tuhan, tidak mungkin hidup bersih. Sebaliknya, orang yang sepenuhnya mengandalkan Tuhan, ia dikondisi untuk hidup suci, tidak bisa hidup tanpa Tuhan, dan dikondisi untuk merapat terus. Sehingga ia akan takut menghadapi hidup tanpa berjalan dengan Tuhan. Dan kalau kita merapat terus, kita tidak mungkin ceroboh hidup, tidak mungkin kita berbuat dosa sembarangan. Jadi, seseorang tidak mungkin hidup kudus, kalau ia tidak 100% mengandalkan kepada Tuhan. Dan seseorang tidak mungkin mengandalkan Tuhan dengan benar kalau ia tidak mengaitkan dengan kekekalan.

Jadi, kalau kita bergantung kepada Tuhan, itu bukan sekadar karena kita akan menghadapi krisis ekonomi, virus pandemi, dan masalah-masalah hidup lainnya, melainkan karena kita memang tidak bisa hidup tanpa Tuhan, menjawab masalah kekekalan nanti. Maka kalau irama hidup kita sekarang sudah irama hidup yang merasa bisa hidup tanpa Tuhan, itu bahaya. Kita tidak punya keterikatan dengan Tuhan, kehausan jiwa kita tidak terpenuhi oleh Tuhan, tetapi selera jiwa kita dipenuhi oleh dunia, dan itu membuat seseorang menjadi mempelai dunia.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

IRAMA HIDUP MENGANDALKAN TUHAN AKAN MEMBAWA KITA SAMPAI PADA PUNCAK MASALAH, TITIK ZENIT MASALAH, YAITU MENGENAI KEKEKALAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 Maret 2024
2024-03-17 04:50:45

Ulangan 21-23

Card image
Truth Kids 26 Maret 2024 - PEREMPUAN YANG MURAH HATI
2024-03-16 13:07:41



2 Raja-raja 4:10
"Baiklah kita membuat sebuah kamar atas yang kecil yang berdinding batu, dan baiklah kita menaruh di sana baginya sebuah tempat tidur, sebuah meja, sebuah kursi dan sebuah kandil, maka apabila ia datang kepada kita, ia boleh masuk ke sana."

Pada suatu hari nabi Elisa pergi ke Sunem. Ada seorang perempuan di Sunem yang berhati tulus dan murah hati. Perempuan Sunem ini menyediakan tempat di rumahnya untuk nabi Elisa bisa beristirahat. Perempuan Sunem ini melayani nabi Elisa dengan baik; memberikan kamar yang terbaik dan makanan yang enak-enak buat nabi Elisa. Perempuan Sunem ini melakukannya dengan tulus, tanpa meminta imbalan kepada nabi Elisa. Padahal perempuan Sunem ini mengetahui bahwa nabi Elisa adalah abdi Allah yang sebenarnya bisa memberikan apa saja yang dimintanya.

Sobat Kids, apakah pernah ada tamu, teman, atau saudara yang berkunjung ke rumah kalian? Bagaimana sikap Sobat Kids? Apakah kalian dengan senang hati menjamu mereka, atau sebaliknya, menggerutu saat ada tamu, teman atau saudara yang berkunjung atau menginap di rumah? Yuk, Sobat kids, belajar seperti perempuan di Sunem yang murah hati dan tulus saat menolong orang, tanpa meminta imbalan.

Card image
Truth Junior 16 Maret 2024 - BERI RUANG UNTUK TUHAN
2024-03-16 13:06:02


2 Raja-raja 4:10
Baiklah kita membuat sebuah kamar atas yang kecil yang berdinding batu, dan baiklah kita menaruh di sana baginya sebuah tempat tidur, sebuah meja, sebuah kursi dan sebuah kandil, maka apabila ia datang kepada kita, ia boleh masuk ke sana."

Siapa di antara Sobat Junior yang suka berdoa? Siapa di antara Sobat Junior yang jarang berdoa? Hhmm....untuk pertanyaan yang kedua pasti Sobat Junior malu untuk mengakuinya, bukan? Tahukah kalian jika hati kita memiliki banyak ruang yang bisa kita isi dengan apa pun? Ruangan-ruangan di hati kita bisa saja kita isi untuk hobi, orang tua, teman, games, atau kita mau mengisinya untuk Tuhan. Wah… jika Sobat Junior berani mengisi ruang hati kalian untuk Tuhan, betapa bahagianya Tuhan melihat hal tersebut.

Sobat Junior, sudah tahu belum kalau ada satu tokoh Alkitab di Perjanjian Lama yang menyediakan ruang di hatinya untuk Tuhan? Orang itu adalah seorang perempuan dari negeri Sunem yang bahkan tidak mengenal Allah Bapa ataupun Tuhan Yesus. Tetapi dengan kemurahan hatinya, perempuan Sunem tersebut memberikan kamar di rumah mewahnya untuk tempat tinggal nabi Elisa yang merupakan pelayan Tuhan. Dan kebaikan perempuan Sunem ini akan selalu diingat Tuhan, loh, Sobat Junior. Yuk, kita juga harus seperti perempuan Sunem yang rela menyediakan ruang di hidup kita untuk Tuhan.

Card image
Truth Youth 16 Maret 2024 (English Version) - SUMMONED TO FORGIVE
2024-03-16 12:53:44


"Then Peter came to Jesus and asked, 'Lord, how many times shall I forgive my brother or sister who sins against me? Up to seven times?' Jesus answered, 'I tell you, not seven times, but seventy-seven times." (Matthew 18:21-22)

As Christians, we are told in the Bible that "you are the temple of God" and whenever God can speak through us to others. Speaking about forgiveness means we have a significant role to play as God's holy temple. Forgiveness belongs to God, but it doesn't mean we cannot forgive. On the contrary, God calls us to be channels for extending forgiveness to others. In Matthew 18:21-22, it is said that forgiveness is not limited, marked by "seventy-seven times," not just seven times. Therefore, the mistakes of others against us should not become stumbling blocks in life. God gives us the right to forgive because we represent Him as channels, so that people can taste, feel, enjoy, and believe in the presence of God in their life journey. God does not allow us to hate; God does not give us the right to retaliate. That's what it means in the Bible to "repay evil with good."

In my life journey, I am one of those born into a family with a template of anger, hatred, and revenge. It's quite difficult to describe what I felt when confronted with many people who disagreed and were very contrary, causing anger in my heart and making it difficult to forgive. There were many experiences like this, until finally, God taught me to forgive without retaliation. When someone hurt me, I was only told to remain silent by the whisper in my heart and pray for the best for them. This was repeatedly done until the old template changed into a template of love.

A person only understands unlimited forgiveness as a call and channel to express God's love if they always take time to dialogue with God every day in a closed room. God will provide or allow many means to change the old template recorded within us, whether it be family or people around us as a means to provoke us to anger. But God doesn't stop there; He will remind or whisper and encourage us to forgive and not retaliate.

So, forgiveness is evidence that we respond well to God's forgiveness through redemption, and we are ready to become coworkers to continue to voice forgiveness through actions and good responses to others by giving forgiveness full of love without retaliation.

WHAT TO DO:
Forgiveness from Jesus Christ must be paramount in our lives.

BIBLE MARATHON:
- Judges 6-8

Card image
Truth Youth 16 Maret 2024 - TERPANGGIL UNTUK MENGAMPUNI
2024-03-16 12:51:40


Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya: Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. (Matius 18:21-22).

Kita sebagai umat kristiani dikatakan dalam Alkitab bahwa “kamu adalah bait Allah” dan kapan pun Allah bisa berbicara melalui kita untuk orang lain. Berbicara soal pengampunan berarti kita sangat berperan dalam hal itu sebagai bait Allah yang kudus. Pengampunan adalah milik Allah, tapi bukan berarti kita tidak bisa mengampuni. Justru, Allah memanggil kita sebagai saluran untuk memberi pengampunan kepada orang lain. Dalam Matius 18:21-22, itu dikatakan bahwa pengampunan tidaklah terbatas yang ditandai dengan “tujuh puluh kali tujuh” jadi bukan hanya terbatas tujuh kali. Oleh sebab itu, kesalahan orang kepada kita tidak boleh menjadi batu sandungan dalam hidup. Tuhan memberi hak untuk mengampuni, karena kita mewakili Dia sebagai saluran, supaya orang bisa mengecap, merasakan, menikmati dan percaya adanya Tuhan dalam perjalanan hidup mereka. Tuhan tidak mengizinkan kita untuk membenci, Tuhan tidak memberi hak untuk membalas. Itulah artinya yang dikatakan dalam Alkitab “membalas kejahatan dengan kebaikan.”

Dalam perjalanan hidup, saya salah satu orang yang terlahir dari keluarga dengan template gen pemarah, pembenci dan pendendam. Cukup sulit untuk diceritakan apa yang saya rasakan ketika diperhadapkan dengan banyak orang yang tidak sepikiran dan sangat bertentangan, sampai menimbulkan amarah di dalam hati dan sulit untuk mengampuni. Sangat banyak pengalaman-pengalaman seperti ini, sampai pada akhirnya Tuhan mengajarkan untuk mengampuni tanpa membalas. Ketika ada seseorang yang menyakiti, saya hanya disuruh diam oleh bisikan suara dalam hati dan mendoakan yang terbaik untuknya. Itu berulang kali dilakukan sampai template lama berubah menjadi template kasih.

Seseorang baru mengerti tentang pengampunan tanpa batas sebagai panggilan dan saluran menyatakan kasih Allah, jika ia selalu menyediakan waktu berdialog dengan Tuhan setiap hari dalam ruang tertutup. Tuhan akan menyediakan atau mengizinkan banyak sarana untuk mengubah template lama yang terekam dalam diri kita, baik itu keluarga atau orang sekitar sebagai sarana yang membuat kita bisa terpancing untuk marah. Tetapi Tuhan tidak berhenti sampai di situ, Ia akan mengingatkan atau berbisik dan mendorong untuk mengampuni dan jangan membalas.

Jadi, pengampunan adalah bukti bahwa kita merespons dengan baik pengampunan dari Allah lewat penebusan dan kita siap menjadi rekan kerja untuk terus menyuarakan pengampunan lewat tindakan hidup dan respons yang baik kepada sesama dengan memberi pengampunan yang penuh kasih tanpa membalas.

WHAT TO DO:
Pengampunan dari Tuhan Yesus harus menjadi hal yang terutama di dalam diri kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎Hakim-hakim 6-8

Card image
Renungan Pagi - 16 Maret 2024
2024-03-16 12:49:32


"Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya. TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka."

Kerajinan datang beribadah di gereja, seberapa aktifnya kita melakukan pelayanan pekerjaan Tuhan, bahkan seberapa banyak memberitakan firman Tuhan, sebagai pengkhotbah, tetapi jika kita tidak hidup takut akan Tuhan, hubungan dengan Tuhan pasti tidak akrab, tidak intim, tidak dekat dan semua yang kita lakukan akan menjadi sia-sia, sebab tidak benar-benar memahami kehendak Tuhan bagi kita.

Karena itu bangunlah hubungan yang intim dengan Tuhan secara pribadi. Milikilah disiplin rohani baik dalam doa, pujian penyembahan dan membaca firman setiap hari, hidup didalam takut akan Tuhan, yaitu menghargai keberadaan Tuhan dalam hidup kita, agar dapat hidup bergaul karib dengan Tuhan, dan Tuhan akan menunjukkan jalan-Nya dan memberitahukan perjanjian-Nya. Sebab tanpa keintiman dengan Tuhan, mustahil dapat mengenal dan mengetahui kehendak-Nya.
(Mazmur 25:12,14)

Card image
Quote Of The Day - 16 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-16 12:46:55


Tidak ada kekristenan sejati tanpa salib.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 16 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-16 12:45:13


Orang percaya harus mempersiapkan diri hanya untuk menyongsong kedatangan Tuhan Yesus yang akan membawanya ke Kerajaan-Nya.

Card image
SELF-OWNERSHIP - 16 Maret 2024 (English Version)
2024-03-16 12:38:01


Actually, the entire space of our lives (time, thoughts, energy) belongs to God, because God created us and has bought or redeemed us with His precious blood. But because of the wrong rhythm of life for years, it is not easy for us to surrender our life space to God. Many Christians don't mind being churchgoers and giving tithes or other donations to social and evangelistic activities. It is still easy to try to implement general moral laws that are recognized by society. It's not too difficult to take part in ministry, even becoming a pastor. But to surrender all one's life without any remainder to God as the Owner of life, is not an easy thing.

Many Christians are still comfortable controlling their own lives, as if they belong to themselves and as if they have never received redemption. It must be remembered that to be redeemed means to be bought into possession by the Redeemer. Self-ownership is very difficult to destroy. But if someone has been redeemed by the Lord Jesus, whether he likes it or not, he must return his entire life to be owned by God (1 Cor. 6:19-20 Do you not know that your bodies are temples of the Holy Spirit, who is in you, whom you have received from God? You are not your own; you were bought at a price. Therefore honor God with your bodies). Even though this self-ownership is difficult to destroy, it must be destroyed, because failure to surrender or return what belongs to God means rejecting redemption.

Letting go of self-ownership is primarily not a matter of money or possessions given to the church or donated to social activities, but rather an awareness that God is the Owner of everything, including all of our lives. Confessing with our mouths that all our lives belong to God is very easy, especially if we are facing serious problems. When we face serious problems, we will say that we belong to God so that we can get God's help. But if there are no problems, we can start living as we please. Often oral confessions are not accompanied by sincere awareness and inner confession.

Awareness and sincere inner confession will have an impact on daily attitudes. The attitude to life that emerges is the awareness that one lives in the universe as a creature created only to carry out the wishes of its Creator. The effort letting go of self-ownership is trying to do God's will. To let go of our self-ownership, it starts with a sincerity in finding God personally. We must face God every day with an attitude of heart as if we have nothing and no one. Indeed, in time it will be like that, everyone will face God with nothing and no one. This is what is meant by dealing with God.

There must be a habit of facing and dealing with God Himself every day. The time allotted for this is absolutely essential, more important than anything else. But this is something that is rarely done, so many people never have a personal experience and personal relationship with God. In facing God, there are no other issues to be struggled with apart from the personal relationship between ourselves and God. Facing God is not about anything other than personal relationship problems. Various life problems must be considered completely insignificant compared to the problem of our relationship with God.

We must reconcile with the Father personally, because many actions and attitudes of the heart show enmity with God. James 4:1-4 (What causes fights and quarrels among you? Don’t they come from your desires that battle within you? You desire but do not have, so you kill. You covet but you cannot get what you want, so you quarrel and fight. You do not have because you do not ask God. When you ask, you do not receive, because you ask with wrong motives, that you may spend what you get on your pleasures. You adulterous people, don’t you know that friendship with the world means enmity against God? Therefore, anyone who chooses to be a friend of the world becomes an enemy of God) says that various passions and desires put many people in a position of hostility towards God. Of course, this is also done by many Christians. We must ask forgiveness for all our actions that are not pleasing to God and our level of spiritual growth and maturity that has not satisfied His heart. Furthermore, there must be determination and serious effort to change so that we no longer hurt God's heart with the same mistakes and must also grow in maturity in accordance with His will.

In this case we can thaw our disharmonious relationship with Him. God forgives and surely also forgets. Universally, the death of the Lord Jesus satisfies God's justice, that every sin must be punished or receive the reward it deserves, there must be continuous reconciliation every day. Many Christians feel satisfied with the reconciliation done by the Lord Jesus, but they do not reconcile every day with the Father. Personal reconciliation with the Father based on the sacrifice of the Lord Jesus Christ must be done every day (1 John 1:1-10).

AWARENESS AND SINCERE INNER CONFESSION WILL HAVE AN IMPACT ON DAILY ATTITUDES.

Card image
KEBERHAKAN DIRI - 16 Maret 2024
2024-03-16 12:17:47


Sebenarnya seluruh ruangan hidup kita (waktu, pikiran, tenaga) adalah milik Tuhan, sebab Tuhan yang menciptakan kita dan telah membeli atau menebus kita dengan darah-Nya yang mahal. Tetapi oleh karena irama hidup yang salah selama bertahun-tahun, maka tidak mudah bagi kita untuk menyerahkan ruangan hidup kepada Tuhan. Banyak orang Kristen tidak berkeberatan menjadi orang yang rajin ke gereja dan memberi persepuluhan atau sumbangan yang lain untuk kegiatan sosial dan penginjilan. Masih mudah juga untuk berusaha melakukan hukum-hukum moral umum yang diakui oleh masyarakat. Tidak terlalu sulit juga mengambil bagian dalam pelayanan, bahkan menjadi pendeta. Tetapi untuk menyerahkan segenap hidupnya tanpa sisa bagi Tuhan sebagai Pemilik kehidupan, bukan hal yang mudah.

Banyak orang Kristen yang masih nyaman menguasai dirinya sendiri, seakan-akan dirinya miliknya sendiri dan seakan-akan tidak pernah menerima penebusan. Harus diingat bahwa ditebus berarti dibeli untuk dimiliki oleh Sang Penebus. Keberhakan atas diri sendiri, sukar sekali dihancurkan. Tetapi kalau seseorang telah ditebus oleh Tuhan Yesus, mau tidak mau ia harus mengembalikan segenap hidupnya untuk dimiliki oleh Tuhan (1 Kor. 6:19-20). Walau keberhakan diri ini sukar dihancurkan, tetapi harus dihancurkan, sebab kegagalan menyerahkan atau mengembalikan milik Tuhan berarti menolak penebusan.

Melepaskan keberhakan atas diri yang utama bukan masalah uang atau harta yang diberikan kepada gereja atau disumbangkan kepada kegiatan sosial, melainkan suatu kesadaran bahwa Tuhan adalah Pemilik segala sesuatu, termasuk di dalamnya segenap hidup kita. Mengaku dengan mulut bahwa segenap hidup kita milik Tuhan sangatlah mudah, apalagi kalau sedang menghadapi masalah berat. Pada waktu menghadapi masalah berat, kita akan berkata bahwa kita milik Tuhan agar mendapat pertolongan Tuhan. Tetapi kalau sudah tidak bermasalah, kita mulai hidup sesuka hati kita sendiri. Sering pengakuan mulut itu tidak disertai dengan kesadaran yang tulus dan pengakuan dalam batin.

Kesadaran dan pengakuan dalam batin yang tulus akan memiliki dampak dalam sikap hidup setiap hari. Sikap hidup yang muncul adalah kesadaran bahwa ia hidup di semesta sebagai makhluk yang diciptakan hanya untuk melakukan keinginan Penciptanya. Usaha melepaskan keberhakan diri adalah berusaha melakukan keinginan Tuhan. Untuk melepaskan keberhakan atas diri kita, dimulai dari kesungguhan untuk menemukan Tuhan secara pribadi. Kita harus menghadap Tuhan setiap hari dengan sikap hati seakan-akan kita tidak memiliki apa-apa dan siapa-siapa. Memang pada waktunya akan demikian, setiap orang akan menghadap Tuhan tanpa apa-apa dan siapa-siapa. Inilah yang dimaksud dengan berperkara dengan Tuhan.

Harus ada kebiasaan menghadap dan berurusan dengan Tuhan sendiri setiap hari. Waktu yang disediakan untuk ini mutlak sangat penting, lebih penting dari segala hal. Namun ini adalah hal yang jarang dilakukan, sehingga banyak orang tidak pernah memiliki pengalaman pribadi dan hubungan pribadi dengan Tuhan. Dalam menghadap Tuhan, tidak ada persoalan lain yang digumuli selain hubungan pribadi antara diri kita sendiri dengan Tuhan. Menghadap Tuhan bukan mempermasalahkan apa pun selain masalah hubungan pribadi tersebut. Berbagai masalah hidup harus dianggap tidak berarti sama sekali dibandingkan dengan masalah hubungan dengan Tuhan.

Kita harus berdamai dengan Bapa secara pribadi, karena banyak tindakan dan sikap hati yang menunjukkan permusuhan dengan Allah. Yakobus 4:1-4 mengatakan bahwa berbagai hawa nafsu dan keinginan menempatkan banyak orang pada posisi bermusuhan dengan Allah. Tentu saja hal ini juga dilakukan oleh banyak orang Kristen. Kita harus meminta ampun atas segala tindakan kita yang tidak berkenan kepada Tuhan dan tingkat pertumbuhan rohani serta kedewasaan kita yang belum memuaskan hati-Nya. Selanjutnya, harus ada tekad dan usaha yang serius untuk berubah agar tidak lagi melukai hati Tuhan dengan kesalahan yang sama dan juga harus bertumbuh dalam kedewasaan sesuai dengan kehendak-Nya.

Dalam hal ini kita bisa mencairkan hubungan kita yang tidak harmoni dengan Dia. Tuhan mengampuni dan pasti juga melupakan. Secara universal, kematian Tuhan Yesus memuaskan keadilan Allah, bahwa setiap dosa harus dihukum atau menerima imbalan yang pantas, tetapi secara pribadi harus ada perdamaian terus menerus setiap hari. Banyak orang Kristen sudah merasa cukup dengan pendamaian yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, tetapi ia tidak melakukan pendamaian setiap hari dengan Bapa. *Pendamaian pribadi dengan Bapa berlandaskan korban Tuhan Yesus Kristus, harus kita lakukan setiap hari* (1 Yoh. 1:1-10).

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KESADARAN DAN PENGAKUAN DALAM BATIN YANG TULUS AKAN MEMILIKI DAMPAK DALAM SIKAP SETIAP HARI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 Maret 2024
2024-03-16 12:08:26

Ulangan 17-20

Card image
Truth Kids 15 Maret 2024 - JANJI YEFTA
2024-03-15 14:12:46


Hakim-Hakim 11:30-31
Lalu bernazarlah Yefta kepada TUHAN, katanya: "Jika Engkau sungguh-sungguh menyerahkan bani Amon itu ke dalam tanganku, maka apa yang keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku, pada waktu aku kembali dengan selamat dari bani Amon, itu akan menjadi kepunyaan TUHAN, dan aku akan mempersembahkannya sebagai korban bakaran."

Ada saat bangsa Israel meninggalkan Tuhan dan menyembah dewa-dewa. Ketika orang Amon menyerang, dewa-dewa yang mereka sembah tidak bisa menolong. Akibatnya bangsa Israel menderita bertahun-tahun. Akhirnya bangsa Israel menyesal dan datang kembali menyembah Tuhan.

Tuhan pun memilih Yefta untuk memimpin bangsa Israel. Yefta bernazar atau berjanji kepada Tuhan, apabila Tuhan menolong bangsa Israel menang dalam melawan bangsa Amon, maka orang yang pertama yang keluar dari rumahnya dan menyambut Yefta, akan ia persembahkan kepada Tuhan. Tuhan mengabulkan doa Yefta. Akhirnya bangsa Israel menang dalam peperangan melawan bangsa Amon. Tetapi yang menjadi kesedihan Yefta adalah saat ia melihat orang yang pertama keluar dari rumahnya dan menyambutnya dengan tarian dan rebana, orang tersebut adalah putrinya sendiri. Namun, karena Yefta sudah berjanji kepada Tuhan, maka ia harus menepati janjinya.

Sobat Kids, Yefta mengajarkan kepada kita bahwa saat kita sudah berjanji, maka kita harus tepati. Anak yang takut akan Tuhan adalah anak yang perkataannya dapat dipercaya.

Card image
Truth Junior 15 Maret 2024 - THE MOST PRECIOUS
2024-03-15 14:10:39


Hakim-hakim 11:30-31
Lalu bernazarlah Yefta kepada TUHAN, katanya: “Jika Engkau sungguh-sungguh menyerahkan bani Amon itu ke dalam tanganku, maka apa yang keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku, pada waktu aku kembali dengan selamat dari bani Amon, itu akan menjadi kepunyaan TUHAN, dan aku akan mempersembahkannya sebagai korban bakaran.”

Sobat Junior, apakah kalian punya sesuatu yang sangat kalian sayangi? Misalnya seperti mainan, teman, orang tua, atau apa pun itu yang paling berharga untuk kalian. Apa perasaan kalian jika sesuatu yang berharga tersebut tiba-tiba hilang? Pasti Sobat Junior akan menangis dan merasa bahwa hidup kalian hancur. Tahukah kalian bahwa kita tidak boleh menaruh penghargaan kepada apa pun selain Tuhan? Jika kita melakukan hal tersebut, sama saja kita seperti menduakan Tuhan.

Terdapat satu tokoh Alkitab di Perjanjian Lama yang rela menyerahkan hal yang paling berharga dalam hidupnya untuk Tuhan, orang tersebut ialah Yefta. Yefta mengasihi Tuhan yang telah menganugerahkan kemenangan dari bani Amon. Yefta rela menyerahkan anak perempuan satu-satunya untuk Tuhan. Walaupun awalnya Yefta merasa sangat sedih, tetapi Yefta tetap menempati janjinya kepada Tuhan. Oleh karena itulah Sobat Junior, kita juga harus belajar dari Yefta untuk menjadikan Tuhan satu-satunya yang paling berharga dalam hidup kita dan tidak pernah takut kehilangan apa pun asalkan Tuhan selalu bersama kita.

Card image
Truth Youth 15 Maret 2024 (English Version) - YOUR SOUL IS PRECIOUS
2024-03-15 14:08:21


"A song of ascents. I lift up my eyes to the mountains— where does my help come from? My help comes from the LORD, the Maker of heaven and earth. He will not let your foot slip— he who watches over you will not slumber." (Psalm 121:1-3)

No matter how big the mistakes a child makes towards their parents, parents will always be parents who must educate, protect, and love. Parents will always forgive their children, not allowing them to continue doing wrong because they are precious and deserve the opportunity and proper guidance. A parent's love for a child is not just about family status, but because the child is already a part of their life. Imagine such love, especially the love of God that surpasses everything. When we make mistakes, God will still forgive, not because He condones the mistakes or allows us to continue doing evil, but because of the worthiness of His creation that still deserves a chance.

If we listen to some speakers, saying that God is Just and God is Love, it is true that God is like that with all His orderliness and arrangements. God will still be firm, punish, and enlighten in ways that may not be entirely agreeable to human thinking. Everything is done based on love, which is certainly timely. God's forgiveness does not spoil, but educates and matures, unless we fail to respond or underestimate that forgiveness.

In this regard, God's forgiveness is based on the worthiness of His creation, which is you and me as part of God's magnificence. He forgives, He judges, He loves, and He certainly educates. Therefore, without forgiveness, humans will not have the opportunity, and without the opportunity, humans will not be able to change. That is the purpose of God's forgiveness every time we ask for forgiveness: worthiness and change. The final message in this reflection is not to stop asking for forgiveness before changing, and create change from forgiveness.

WHAT TO DO:
Continue to strive to live a holy life before the Lord every day.

BIBLE MARATHON:
- Judges 4-5

Card image
Truth Youth 15 Maret 2024 - JIWAMU BERHARGA
2024-03-15 14:06:08


Nyanyian ziarah. Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN yang menjadikan langit dan bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, penjagamu tidak akan terlelap. (Mazmur 121:1-3)

Sebesar apa pun kesalahan anak kecil kepada orang tuanya, orang tua tetaplah orang tua yang harus mendidik, menjaga dan mengasihi. Orang tua pasti akan selalu memberi pengampunan kepada anaknya, bukan dibiarkan berbuat jahat karena ia berharga dan layak mendapat kesempatan serta pengarahan yang benar. Kasih orang tua kepada anak bukan hanya sebatas status keluarga, tetapi karena anak sudah merupakan bagian dalam hidup mereka. Coba bayangkan kasih yang seperti itu, apalagi kasih Tuhan yang melebihi segalanya. Ketika kita melakukan kesalahan, Tuhan akan tetap memberi pengampunan bukan karena membenarkan kesalahan atau membiarkan untuk terus berbuat jahat, melainkan karena keberhargaan ciptaan-Nya yang masih layak mendapat kesempatan.

Jika kita dengar dari beberapa pembicara, yang mengatakan Tuhan adalah Maha Adil dan Tuhan adalah Maha Kasih, memang benar Tuhan seperti itu dengan segala keteraturan dan tatanan-Nya. Tuhan akan tetap bersikap tegas, menghukum, dan menyadarkan dengan cara yang mungkin kurang sreg dengan cara pikir manusia. Semua dilakukan atas dasar kasih yang tentu tepat pada waktunya. Pengampunan Tuhan tidak memanjakan, tapi mendidik dan mendewasakan, kecuali kita gagal merespons atau menyepelekan pengampunan tersebut.

Dalam hal ini, pengampunan Tuhan dilandaskan pada keberhargaan ciptaan-Nya yaitu aku dan kamu sebagai bagian dari keagungan Tuhan. Ia mengampuni, Ia mengadili dan Ia mengasihi, Ia juga pasti mendidik. Oleh karena itu, tanpa pengampunan manusia tidak akan mendapat kesempatan dan tanpa kesempatan manusia tidak akan bisa berbenah. Itulah tujuan pengampunan Tuhan setiap kali kita meminta pengampunan yaitu keberhargaan dan perubahan. Pesan terakhir dalam renungan ini adalah jangan berhenti meminta ampun sebelum berubah, dan ciptakan perubahan dari pengampunan.

WHAT TO DO:
Teruslah berjuang untuk hidup suci di hadapan Tuhan setiap hari.

BIBLE MARATHON:
▪︎Hakim-hakim 4-5 Nyanyian ziarah. Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN yang menjadikan langit dan bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, penjagamu tidak akan terlelap. (Mazmur 121:1-3) Sebesar apa pun kesalahan anak kecil kepada orang tuanya, orang tua tetaplah orang tua yang harus mendidik, menjaga dan mengasihi. Orang tua pasti akan selalu memberi pengampunan kepada anaknya, bukan dibiarkan berbuat jahat karena ia berharga dan layak mendapat kesempatan serta pengarahan yang benar. Kasih orang tua kepada anak bukan hanya sebatas status keluarga, tetapi karena anak sudah merupakan bagian dalam hidup mereka. Coba bayangkan kasih yang seperti itu, apalagi kasih Tuhan yang melebihi segalanya. Ketika kita melakukan kesalahan, Tuhan akan tetap memberi pengampunan bukan karena membenarkan kesalahan atau membiarkan untuk terus berbuat jahat, melainkan karena keberhargaan ciptaan-Nya yang masih layak mendapat kesempatan. Jika kita dengar dari beberapa pembicara, yang mengatakan Tuhan adalah Maha Adil dan Tuhan adalah Maha Kasih, memang benar Tuhan seperti itu dengan segala keteraturan dan tatanan-Nya. Tuhan akan tetap bersikap tegas, menghukum, dan menyadarkan dengan cara yang mungkin kurang sreg dengan cara pikir manusia. Semua dilakukan atas dasar kasih yang tentu tepat pada waktunya. Pengampunan Tuhan tidak memanjakan, tapi mendidik dan mendewasakan, kecuali kita gagal merespons atau menyepelekan pengampunan tersebut. Dalam hal ini, pengampunan Tuhan dilandaskan pada keberhargaan ciptaan-Nya yaitu aku dan kamu sebagai bagian dari keagungan Tuhan. Ia mengampuni, Ia mengadili dan Ia mengasihi, Ia juga pasti mendidik. Oleh karena itu, tanpa pengampunan manusia tidak akan mendapat kesempatan dan tanpa kesempatan manusia tidak akan bisa berbenah. Itulah tujuan pengampunan Tuhan setiap kali kita meminta pengampunan yaitu keberhargaan dan perubahan. Pesan terakhir dalam renungan ini adalah jangan berhenti meminta ampun sebelum berubah, dan ciptakan perubahan dari pengampunan. WHAT TO DO: Teruslah berjuang untuk hidup suci di hadapan Tuhan setiap hari. BIBLE MARATHON: ▪︎Hakim-hakim 4-5

Card image
Renungan Pagi - 15 Maret 2024
2024-03-15 13:17:27


Apapun yang sedang terjadi dalam hidup kita saat ini, tetaplah hidup dalam ketulusan dan kejujuran, karena itulah yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan, dan itu menyenangkan hati Bapa. Demikian juga dalam mengikuti teladan Kristus, milikilah hati seorang hamba yang artinya memiliki kerendahan hati sebagaimana Tuhan Yesus menginginkan kita belajar dari Pribadi-Nya.

"Pikullah kuk yang Ku-pasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Ku-pasang itu enak dan beban-Ku pun ringan." Jika kita memiliki kerendahan hati dan lemah lembut, maka jiwa akan mendapat ketenangan, dan hidup dalam kendali Tuhan itu sangat enak, kita nikmati, serta melakukan kehendak Tuhan akan terasa ringan bagi kita.
( Matius 11:28-29 )

Card image
Quote Of The Day - 15 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-15 13:15:39


Mestinya ketika seorang Kristen semakin dewasa, ia harus menemukan bahwa salib memancarkan tantangan berat yang harus disikapi atau harus ditindaklanjuti secara nyata.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 15 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-15 14:13:40


Orang yang tidak menghayati bahwa perjalanan hidup ini ada ujungnya, pasti tidak akan mempersiapkan diri dengan baik untuk kekekalannya.

Card image
CARVING GOD'S HISTORY - 15 Maret 2024 (English Version)
2024-03-15 12:53:59


Carving God’s history in life must begin every day from simple things, because God also works in everything to bring good for those who love Him (Romans 8:28). For this, believers must start their day with vigilance, knowing that on that day, the Lord intends to carve His history in their lives personally. With this vigilance they begin to learn to find God's traces within or through all the events that happen in their lives. In this matter, seeking God is like finding a needle in a haystack. It feels hard to find, but God promises whoever really tries to find God, then God will make someone find Him (Jeremiah 29:13).

Many people think God is a cheap Person. They do not try with all their hearts to find God. Another factor is also caused by the mental block, as if the only one who can find God is only a special person who has a gift. Even though everyone must find God. Not finding God means destruction. People who seek God means trying to do His will. Everything that is done is always adjusted to His will. It must be remembered that the most effective way to "kill God" in someone's life is sin. Sin here means the inaccuracy of what is thought or contemplated, spoken and done. People who seek God will try to learn to know His personality through God's actions in history in the Bible.

The second thing that is most able to "kill God" in a person's life is personal ambition. Ambition here is the desire and aspirations that control a person's life without being confirmed by God; whether these aspirations are in line with God's plan in their lives. Someone's ambitions and aspirations are greatly determined by the "taste" of their soul; namely, what they find most pleasing. They have no desire to please God's heart, but only seek self-pleasure. They will not understand God's plan for their salvation and the salvation of others around them. God will not "live" in the life of someone like this. Basically, they are not serious with God, they are only serious with themselves. Eventually, God does not care about people like this.

We must realize that when we follow Jesus correctly, it will inevitably disturb the interests of people around us. Because when our rights must be surrendered to God, then people around us feel that their rights are also being deprived, namely the rights they consider to belong to them within us. For example, if we have friends who always engage in certain activities together, and then we have to leave that fellowship because God cannot enjoy that fellowship, then they feel they have lost us. Following Jesus means our comfort is disturbed, and if our comfort is disturbed, then the people around us who enjoy that comfort together will feel disadvantaged. This is just a simple example, there are many more extreme things than this.

In essence, following Jesus means living in abnormality, because our normalcy is the life of Jesus. Not living like Jesus means we are not normal before God the Father. So far, compromises made by many Christians have extinguished the spirit of Christ within us. The spirit that dominates us is not the Spirit of the Son of God, but the spirit of the Christian religion with standards of decency that are good but far from the standards desired by God. We must admit that we are victims of a false church atmosphere and Christianity full of deception. If Paul says ""follow my example", it means that as a one hundred percent human being," Paul tries one hundred percent to show how the normalcy life is as children of God (1 Corinthians 4:16 Therefore I urge you to imitate me. ; Philippians 3:17 Join together in following my example, brothers and sisters, and just as you have us as a model, keep your eyes on those who live as we do. ; 2 Thessalonians 3:7 For you yourselves know how you ought to follow our example. We were not idle when we were with you).

From Paul's writings, we can find the lifestyle of a disciple of Christ who tries to adopt the lifestyle of his Master. Imagine, how disappointed Paul's family was to witness their "pride" leaving his status as a religious figure of the Jews and becoming a follower of the carpenter's Son from Nazareth. Of course, Paul was raised by his family to be a pride for the family, but it turned out to be someone considered "out of line" with normalcy. Paul's life had no future on this earth, only prisons and sufferings awaited him from city to city (Acts 20:21-24 I have declared to both Jews and Greeks that they must turn to God in repentance and have faith in our Lord Jesus. “And now, compelled by the Spirit, I am going to Jerusalem, not knowing what will happen to me there. I only know that in every city the Holy Spirit warns me that prison and hardships are facing me. However, I consider my life worth nothing to me; my only aim is to finish the race and complete the task the Lord Jesus has given me—the task of testifying to the good news of God’s grace). Before Paul experienced this, the disciples of Jesus had preceded experiencing this life of abnormality. They dared to choose another path. What about us?

BELIEVERS MUST START THEIR DAY WITH AWARENESS THAT GOD INTENDS TO CARVE HIS HISTORY IN THEIR LIVES PERSONALLY.

Card image
MENGUKIR SEJARAH TUHAN - 15 Maret 2024
2024-03-15 12:52:18


Mengukir sejarah Tuhan dalam hidup harus dimulai setiap hari dari hal-hal sederhana, karena Allah pun turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi-Nya (Rm. 8:28). Untuk ini *orang percaya harus mulai menggelar harinya sejak pagi dengan kewaspadaan bahwa hari itu Tuhan hendak mengukir sejarah-Nya dalam hidupnya secara pribadi.* Dengan kewaspadaan tersebut ia mulai belajar menemukan jejak Tuhan di dalam atau melalui segala peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Dalam hal ini, mencari Tuhan seperti mencari jarum jatuh di antara jerami. Rasanya sulit menemukan, tetapi Tuhan berjanji barang siapa sungguh-sungguh berusaha mencari Tuhan, maka Tuhan akan membuat seseorang menemukan-Nya (Yer. 29:13).

Banyak orang menganggap Tuhan adalah Pribadi yang murahan. Mereka tidak berusaha dengan segenap hati menemukan Tuhan. Faktor lain juga disebabkan adanya mental blok, seakan-akan yang dapat menemukan Tuhan hanyalah orang-orang khusus yang memiliki karunia. Padahal setiap orang harus menemukan Tuhan. Tidak menemukan Tuhan berarti kebinasaan. Orang yang mencari Tuhan berarti berusaha untuk melakukan kehendak-Nya. Segala sesuatu yang dilakukan selalu disesuaikan dengan kehendak-Nya. Harus diingat bahwa *yang paling dapat “mematikan Tuhan” dalam kehidupan seseorang adalah dosa*. Dosa di sini artinya ketidaktepatan dari apa yang dipikirkan atau direnungkan, diucapkan dan dilakukan. Orang yang mencari Tuhan akan berusaha belajar mengenal pribadi-Nya melalui tindakan-tindakan Tuhan dalam sejarah di Alkitab.

Hal yang kedua yang paling bisa “mematikan Tuhan” dalam kehidupan seseorang adalah ambisi pribadi. Ambisi di sini adalah keinginan dan cita-cita yang menguasai hidup seseorang tanpa dikonfirmasikan dengan Tuhan; apakah cita-cita tersebut sesuai dengan rencana Tuhan dalam hidupnya? Ambisi dan cita-cita seseorang sangat ditentukan oleh “cita rasa” jiwanya; yaitu apa yang menurutnya paling membahagiakan. Ia tidak memiliki hasrat menyukakan hati Tuhan, tetapi hanya mencari kesenangan diri sendiri. Ia tidak akan mengerti rencana Tuhan atas keselamatan dirinya dan keselamatan orang lain di sekitarnya. Tuhan tidak akan “hidup” dalam kehidupan orang seperti ini. Pada dasarnya, mereka tidak serius dengan Tuhan, mereka hanya serius dengan dirinya sendiri. Akhirnya Tuhan pun tidak peduli terhadap orang-orang seperti ini.

Harus kita sadari bahwa ketika kita mengikut Tuhan Yesus dengan benar, sejatinya hal itu akan mengakibatkan kepentingan orang di sekitar kita bisa terganggu. Sebab ketika hak-hak kita harus diserahkan kepada Tuhan, maka orang di sekitar kita merasa hak-hak mereka juga terampas pula, yaitu hak-hak yang mereka anggap milik mereka di dalam diri kita. Misalnya, kalau kita memiliki teman-teman yang selalu dalam suatu kebersamaan melakukan kegiatan tertentu, kemudian kita harus meninggalkan kebersamaan tersebut berhubung Tuhan tidak bisa menikmati kebersamaan tersebut, maka mereka merasa kehilangan kita. Mengikut Tuhan Yesus berarti kenyamanan kita terganggu, dan kalau kenyamanan kita terganggu maka orang-orang di sekitar kita yang bersama-sama menikmati kenyamanan tersebut akan merasa dirugikan. Ini barulah contoh sederhana, banyak hal yang lebih ekstrem dari ini.

Pada intinya, mengikut Tuhan Yesus berarti hidup dalam ketidakwajaran, sebab kewajaran kita adalah kehidupan Tuhan Yesus. Tidak hidup seperti Tuhan Yesus berarti kita belum wajar di hadapan Allah Bapa. Selama ini kompromi-kompromi yang dilakukan banyak orang Kristen telah memadamkan spirit Kristus di dalam diri kita. Spirit yang menguasai kita ternyata bukanlah spirit Anak Allah, melainkan spirit agama Kristen dengan standar kesantunan yang baik, namun jauh dari standar yang dikehendaki oleh Allah. Kita harus mengakui bahwa kita adalah korban dari atmosfer gereja dan kekristenan palsu yang penuh penyesatan. Kalau Paulus mengatakan “ikutlah teladanku” itu berarti sebagai manusia seratus persen Paulus mencoba hendak menunjukkan bagaimana kewajaran hidup sebagai anak-anak Allah (1 Kor. 4:16; Flp. 3:17; 2 Tes. 3:7).

Dari tulisan Paulus kita bisa menemukan gaya hidup seorang murid Kristus yang berusaha mengenakan gaya hidup Gurunya. Bisa dibayangkan, betapa kecewa hati keluarga Paulus menyaksikan “orang kebanggaannya” meninggalkan statusnya sebagai tokoh agama orang Yahudi lalu menjadi pengikut Anak tukang kayu dari Nazaret. Tentu saja Paulus dibesarkan oleh keluarganya untuk menjadi kebanggaan bagi keluarga, tetapi ternyata menjadi seorang yang dianggap “keluar dari jalur” kewajaran. Hidup Paulus tidak memiliki masa depan di bumi ini, hanya penjara dan sengsara yang menantikannya dari kota ke kota (Kis. 20:21-24). Sebelum Paulus mengalami hal ini, murid-murid Tuhan Yesus sudah mendahului mengalami hidup dalam ketidakwajaran ini. Mereka berani memilih jalan lain. Bagaimana dengan kita?

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG PERCAYA HARUS MULAI MENGGELAR HARINYA SEJAK PAGI DENGAN KEWASPADAAN BAHWA HARI ITU TUHAN HENDAK MENGUKIR SEJARAH-NYA DALAM HIDUPNYA SECARA PRIBADI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 Maret 2024
2024-03-15 12:49:22

Ulangan 14-16

Card image
Truth Kids 14 Maret 2024 - YOSAFAT MENGANDALKAN TUHAN
2024-03-14 13:34:53


2 Tawarikh 20:20
Keesokan harinya pagi-pagi mereka maju menuju padang gurun Tekoa. Ketika mereka hendak berangkat, berdirilah Yosafat, dan berkata: "Dengar, hai Yehuda dan penduduk Yerusalem! Percayalah kepada TUHAN, Allahmu, dan kamu akan tetap teguh! Percayalah kepada nabi-nabi-Nya, dan kamu akan berhasil!"

Yosafat adalah raja keempat di Israel. Yosafat adalah salah satu raja Israel yang takut akan Tuhan. Perbuatannya selalu mengikuti perintah dan ajaran Tuhan. Pada suatu masa pemerintahannya, Yosafat diserang oleh bangsa Moab dan Amon. Saat itu raja Yosafat merasa dalam kondisi sulit dan ketakutan. Dia merasa kurang memiliki kekuatan untuk melawan bangsa Moab dan Amon. Menyadari kelemahannya, raja Yosafat datang dan berseru kepada Tuhan. Ia meminta pertolongan kepada Tuhan. Bukan hanya ia sendiri yang berdoa, melainkan raja Yosafat mengajak seluruh rakyat Israel untuk berdoa, memuji, dan berpuasa. Karena Yosafat mengandalkan Tuhan, bangsanya dapat memenangkan peperangan itu. Bukan karena kekuatannya, tetapi karena pertolongan dan kekuatan dari Tuhan.

Sobat Kids, dari kisah Yosafat kita dapat belajar untuk mengandalkan Tuhan. Maksudnya, percaya akan pertolongan dari Tuhan. Kita percaya kepada Tuhan bukan hanya saat menghadapi saat kesulitan, melainkan setiap saat dalam hidup kita. Kita butuh pertolongan dari Tuhan. Kesulitan apakah yang Sobat Kids alami saat ini? Kalian bisa datang kepada Tuhan. Kalian dapat menceritakan isi hati kalian kepada-Nya. Tuhan pasti mendengar dan memberikan pertolongan tepat pada waktu-Nya. Contohnya saat Sobat Kids sedang menghadapi ujian sekolah. Selain harus belajar, kita juga harus mengandalkan Tuhan. Jangan sampai kita sombong dengan mengandalkan kekuatan kita sendiri. Mengandalkan Tuhan berarti kita percaya penuh kepada Tuhan.

Card image
Truth Junior 14 Maret 2024 - MENGANDALKAN TUHAN
2024-03-14 13:32:37


2 Tawarikh 20:20
Keesokan harinya pagi-pagi mereka maju menuju padang gurun Tekoa. Ketika mereka hendak berangkat, berdirilah Yosafat, dan berkata: “Dengar, hai Yehuda dan penduduk Yerusalem! Percayalah kepada TUHAN, Allahmu, dan kamu akan tetap teguh! Percayalah kepada nabi-nabi-Nya, dan kamu akan berhasil!”

Sobat Junior, kalian tahu tidak, kisah tentang seorang raja Yehuda yang bernama raja Yosafat? Wah, siapakah raja Yosafat itu? Yosafat adalah anak dari raja Asa. Yosafat juga menjadi raja seperti ayahnya. Dia adalah raja yang sangat baik dan seluruh rakyat mendukungnya, sebab dia melakukan apa yang baik di mata Tuhan dan melakukan apa yang diperintahkan Tuhan.

Pada suatu hari, datanglah kabar bahwa ada kerajaan lain yang akan menyerang kerajaan yang dipimpin oleh Yosafat. Saat mendengar kabar tersebut, raja Yosafat takut dan tahu bahwa tentaranya tidak mungkin menang melawan kerajaan yang mau menyerangnya. Meskipun dia takut, dia tetap membuat keputusan yang benar yaitu mencari Tuhan. Dia memerintahkan tentara-tentaranya mengumumkan kepada seluruh rakyat Yehuda untuk berpuasa dan memohon kepada Tuhan untuk melepaskan mereka dari bangsa yang akan menyerang mereka. Rakyat pun mengikuti perintah raja, dan kemudian raja Yosafat berdoa kepada Tuhan. Bukan hanya raja Yosafat yang berdoa, tetapi seluruh rakyat Yehuda berdoa dengan sungguh-sungguh di hadapan Tuhan. Lalu keesokan harinya raja Yosafat dan tentaranya pergi untuk berperang. Lalu raja Yosafat berkata kepada mereka, “Percayalah kepada TUHAN Allahmu, maka kamu akan berhasil.” Pada saat itu juga Tuhan membuat semua pasukan musuh binasa, karena Tuhanlah yang berperang melawan mereka.

Dari raja Yosafat kita bisa belajar, bahwa kita harus selalu mengandalkan Tuhan dan percayalah bahwa Tuhan akan selalu menolong. Maka dari itu kita harus rajin berdoa, Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 14 Maret 2024 (English Version) - FORGIVE THEM!
2024-03-14 13:30:54


"But I tell you, love your enemies and pray for those who persecute you." (Matthew 5:44)

"Sorry" is a short word, but it's very difficult to say to those who have hurt us. The one who is guilty is the one who should apologize first. This philosophy is deeply ingrained in many people. Unconsciously, this philosophy shapes a selfish and harsh personality. Perhaps we can easily say "sorry," but in reality, we still harbor resentment towards someone who has wronged us. Indeed, asking for forgiveness and forgiving someone who has wronged us is not an easy thing to do. But Christianity teaches us to love those who have wronged us, and even more than that, we are called to pray for those who persecute us. Praying for those who persecute us does not mean wishing harm upon them or wishing for them to be punished by God. Instead, we pray for their deliverance from punishment.

Usually, those who do evil will be repaid with evil deeds. This is the way of the world: hating those who hate us, speaking ill of those who speak ill of us, and retaliating against those who wrong us. In Christianity, we are taught the opposite. Why is that? Because everything taught to us has already been done by Jesus. Jesus was betrayed by Judas, denied by Peter, and crucified by those who had received His goodness. Did Jesus punish them? No. Instead, Jesus said, "Father, forgive them, for they do not know what they are doing" (Luke 23:34a). So, let us learn to emulate what Jesus Christ has shown us. Remember, asking for forgiveness does not make us humble, forgiving does not make us great, but loving sincerely makes us noble children of God.

WHAT TO DO:
Ask for the guidance of the Holy Spirit to have the ability to forgive those who hurt us.

BIBLE MARATHON:
- Judges 1-3

Card image
Truth Youth 14 Maret 2024 - AMPUNILAH MEREKA!
2024-03-14 13:28:01


"Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu."
(Mat 5:44)

“Maaf” adalah sebuah kata yang singkat, tapi sangat sulit untuk diucapkan kepada orang-orang yang sudah menyakiti hati kita. Orang yang bersalah adalah orang yang harus minta maaf terlebih dahulu. Filosofi ini sudah tertanam kuat dalam diri banyak orang. Tanpa disadari, filosofi ini membentuk kepribadian yang egois dan bengis. Mungkin kita mudah mengucapkan kata ‘maaf’, tapi pada kenyataannya kita masih menyimpan rasa sakit hati terhadap seseorang yang bersalah kepada kita. Memang meminta maaf dan memaafkan seseorang yang bersalah bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Tetapi kekristenan mengajarkan kita mengasihi orang-orang yang bersalah kepada kita bahkan lebih dari itu kita diajak untuk berdoa bagi orang-orang yang menganiaya kita. Berdoa bagi orang-orang yang menganiaya kita di sini bukan bermaksud supaya mereka dicelakakan atau supaya mereka mendapat hukuman daripada Tuhan. Tetapi kita berdoa supaya mereka diluputkan dari hukuman.

Biasanya orang-orang yang berbuat jahat akan dibalas juga dengan perbuatan jahat. Ini kebiasaan anak dunia; membenci orang-orang yang membenci kita, menjelek-jelekkan orang yang menjelek-jelekkan kita dan membalas kejahatan terhadap orang-orang yang menjahati kita. Dalam kekristenan, kita diajarkan sebaliknya. Mengapa demikian? Karena semua yang diajarkan kepada kita sudah lebih dulu dilakukan oleh Tuhan Yesus. Yesus dikhianati oleh Yudas, disangkal oleh Petrus dan disalibkan oleh orang-orang yang telah menerima kebaikan Tuhan Yesus. Apakah Tuhan Yesus menghukum mereka? Tidak. Justru Tuhan Yesus berkata, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk 23:34a). Jadi, yuk kita belajar meneladani apa yang telah ditunjukkan oleh Tuhan Yesus Kristus kepada kita. Ingatlah, meminta maaf tidak menjadikan kita hina, memberi maaf tidak juga menjadikan kita hebat, tetapi mengasihi dengan tulus menjadikan kita anak-anak Tuhan yang mulia.

WHAT TO DO:
Minta pimpinan Roh Kudus untuk memiliki kemampuan mengampuni orang-orang yang menyakiti hati kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎Hakim-hakim 1-3

Card image
Renungan Pagi - 14 Maret 2024
2024-03-14 13:15:37


Seorang kristen, yang biasa disebut anak Tuhan, sudah seharusnya memiliki hubungan yang indah dengan Bapanya, dan seorang kristen yang mempunyai hubungan yang baik dengan Tuhan akan terlihat nyata dengan baik dan indahnya hubungan dengan keluarga, saudara-saudara seiman, rekan sekerja dan sesamanya, karena hubungan indah tersebut merupakan cerminan hubungan kasih yang indah dengan Tuhan.

Firman Tuhan berkata, Jikalau seorang berkata; "Aku mengasihi Allah" dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia; Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya."

Melalui hubungan yang baik dan indah dengan sesama saudara, sebenarnya orang percaya sedang menampilkan sinar kasih Kristus. Tidak ada dendam, sakit hati, saling melukai apalagi kepahitan, kasih Tuhan penuh dengan pengampunan dan damai sejahtera.
(1 Yohanes 4:20-21)

Card image
Quote Of The Day - 14 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-14 13:14:01


Tradisi keberagamaan merupakan perangkap yang sering tidak disadari oleh orang-orang Kristen; khususnya Kristen keturunan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 14 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-14 13:12:49


Gunakan kesempatan yang ada, sebab mungkin saja ini adalah kesempatan terakhir kita.

Card image
THE BIGGEST PROBLEM - 14 Maret 2024 (English Version)
2024-03-14 06:46:59


The closer we get to the end of time, the more truth or lies will be proven. It is an undeniable fact that every human being has a character according to his laws or beliefs, namely what is considered right or wrong. From a person's way of life, his beliefs or religion will be visible. Also, a society or country is greatly influenced by its beliefs or religion. If we go to a country, the colors and atmosphere of the people reflect or show their beliefs or religion. This is an honest mirror that cannot be denied or refuted.

As we know, one of the characteristics of religion is law; like the Israelites who adhered to the religion of Moses. The characteristic of this religion is "written law." Their entire way of life was regulated by that law. There are prohibitions, instructions on what is lawful and unlawful. Also sanctions for violations. The Torah colors the life of the nation. A reality that will occur and is now starting to appear is that in the end the law will not be able to support human morals. No matter how well the laws are written and tried to be enforced, the world is becoming increasingly evil and corrupt. Humans do not like kindness and do not want to be controlled.

Inevitably, humans can only be saved by the "way" given by the Father through the sacrifice of His Only Begotten Son. The Lord Jesus atones for sins, makes disciples and changes people to be like Himself. In this case, salvation in Jesus Christ can appear to prove His truth. In Christianity, there are no laws that specifically regulate how people live. The Torah law is only a temporary tutor, because the law is God himself. Every believer's actions must be in accordance with God's thoughts and feelings. Everything that is done must be according to His command.

Believers are taught to have the life of the Lord Jesus within them (Gal. 2:19-20). Only in this way can the world not influence them. The issue is how the process of discipleship takes place so that someone is truly transformed to be like the Lord Himself. This requires sacrificing one's entire life. Christianity must be a way of life in which one has a full and continuous focus on the process of knowing the truth and applying it. God the Father will help those who dare to risk their entire lives for this.

Ultimately, Christians who merely make their Christianity a religion will show a life that is no different from people who do not know salvation in Jesus Christ. They are people who are content with having general moral goodness, going to church to follow liturgy, and engaging in various other spiritual activities. But they do not truly desire to learn to know God. In fact, such knowledge determines the holiness of one's life so that one can escape from the worldly lusts that destroy (2 Pet. 1:3-4 His divine power has given us everything we need for a godly life through our knowledge of him who called us by his own glory and goodness. Through these he has given us his very great and precious promises, so that through them you may participate in the divine nature, having escaped the corruption in the world caused by evil desires). To be able to avoid the influence of this evil world, believers must truly know God properly, be sensitive to God's will and practice to be able to do it.

A person's character is greatly determined by his religious beliefs and the laws he understands. Believers should be colored by God's character as their law, because believers make God their law, meaning they always live in His will. This is the privilege of salvation in Jesus Christ. Man is changed to be like God by putting on His life (Romans 13:14 Rather, clothe yourselves with the Lord Jesus Christ, and do not think about how to gratify the desires of the flesh). Putting on the life of the Lord Jesus is the armor of light. The law cannot support humans to be good, but a life that is put to die from worldly desires and sin, and put on the life of the Lord Jesus is the only way to avoid the influence of the evil world.

For the salvation of the people, the church must clearly teach this truth. The church must not only be a place to solve worldly problems such as poverty, illness, and other issues. The biggest problem in this life is when someone does not know the truth. Because with blindness to the truth, one walks in darkness. They will surely become the same as this world. Becoming like this world means becoming a child of the world. In this regard, it is clear whether someone is a child of God or a child of the world from his way of life. Someone may claim to be a child of God, but if his lifestyle is no different from his environment, it means he is a child of the world. That is why a renewal of mind is needed to transform someone to be like the Lord, not like this world.

THE BIGGEST PROBLEM IN LIFE IS WHEN SOMEONE DOES NOT KNOW THE TRUTH. .

Card image
MASALAH TERBESAR - 14 Maret 2024
2024-03-14 06:40:53


Semakin mendekati akhir zaman akan semakin terbukti kebenaran atau dusta. Fakta yang tidak dapat dibantah bahwa setiap umat manusia memiliki karakter sesuai dengan hukum atau keyakinannya, yaitu apa yang dianggap benar atau salah. Dari cara hidup seseorang akan nampak keyakinan atau agamanya. Juga suatu masyarakat atau negara sangat dipengaruhi oleh keyakinan atau agamanya. Kalau kita pergi ke suatu negara, maka warna dan suasana masyarakat tersebut mencerminkan atau menunjukkan keyakinan atau agamanya. Ini adalah cermin yang jujur yang tidak tidak dapat disangkal atau dibantah.

Seperti yang kita tahu bahwa salah satu ciri keberagamaan adalah hukum; seperti bangsa Israel yang menganut agama Musa. Ciri agama tersebut adalah “hukum yang tertulis.” Seluruh cara hidup mereka diatur oleh hukum itu. Terdapat larangan-larangan, petunjuk apa yang halal dan yang haram. Juga sanksi terhadap pelanggaran. Taurat mewarnai hidup bangsa itu. Suatu realitas yang akan terjadi dan sekarang sudah mulai nampak bahwa pada akhirnya hukum tidak akan dapat mampu menopang moral manusia. Sebaik apa pun hukum disusun dan berusaha ditegakkan, dunia sudah semakin jahat dan rusak. Manusia tidak menyukai kebaikan dan tidak mau diatur.

Tidak bisa tidak, manusia hanya bisa diselamatkan dengan “cara” yang diberikan Bapa melalui pengurbanan Putra Tunggal-Nya. Tuhan Yesus menebus dosa, memuridkan dan mengubah manusia untuk menjadi seperti diri-Nya. Dalam hal ini keselamatan dalam Yesus Kristus bisa tampil membuktikan kebenaran-Nya. Dalam kekristenan, tidak ada hukum yang secara terperinci mengatur cara hidup umat. Hukum Taurat hanya menjadi tutor sementara, sebab yang menjadi hukumnya adalah Tuhan sendiri. Setiap tindakan orang percaya harus sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan. Segala sesuatu yang dilakukan harus seturut komando-Nya.

Orang percaya diajar untuk memiliki kehidupan Tuhan Yesus di dalam dirinya (Gal. 2:19-20). Hanya dengan cara demikian dunia tidak bisa memengaruhi. Persoalannya adalah bagaimana proses pemuridan berlangsung sehingga seseorang benar-benar diubah menjadi seperti Tuhan sendiri. Hal ini menuntut pengorbanan segenap hidup. Kekristenan harus menjadi jalan hidup di mana seseorang memiliki fokus yang penuh dan terus menerus terhadap proses mengenal kebenaran dan mengenakan kebenaran. Allah Bapa akan menolong orang yang berani mempertaruhkan segenap hidupnya untuk ini.

Pada akhirnya, orang-orang Kristen yang hanya menjadikan kekristenannya sekadar agama akan menunjukkan kehidupannya yang tidak berbeda dengan orang yang tidak mengenal keselamatan dalam Yesus Kristus. Mereka adalah orang-orang yang sudah puas memiliki kebaikan moral umum, pergi ke gereja mengikuti liturgi dan melakukan berbagai kegiatan rohani lainnya. Tetapi mereka tidak sungguh-sungguh mau belajar mengenal Tuhan. Padahal pengenalan tersebut sangat menentukan kesucian hidupnya sehingga bisa luput dari hawa nafsu dunia yang membinasakan (2 Ptr. 1:3-4). Untuk bisa menghindarkan diri dari pengaruh dunia yang jahat ini, tidak bisa tidak, orang percaya harus sungguh-sungguh mengenal Tuhan dengan benar, peka terhadap kehendak Tuhan dan berlatih untuk dapat melakukannya.

Karakter seseorang sangat ditentukan oleh keyakinan agama serta hukum yang dipahaminya. Orang percaya seharusnya diwarnai oleh karakter Tuhan sebagai hukumnya, sebab orang percaya menjadikan Tuhan sebagai hukumnya, artinya selalu hidup dalam kehendak-Nya. Inilah keistimewaan keselamatan dalam Yesus Kristus. Manusia diubah menjadi seperti Tuhan dengan cara mengenakan hidup-Nya (Rm. 13:14). Mengenakan kehidupan Tuhan Yesus adalah perlengkapan senjata terang. Hukum tidak bisa menopang manusia menjadi baik, tetapi kehidupan yang dimatikan dari keinginan duniawi dan dosa, serta mengenakan kehidupan Tuhan Yesus merupakan satu-satunya jalan terhindar pengaruh dunia yang jahat.

Demi keselamatan umat, gereja harus mengajarkan kebenaran ini dengan jelas. Gereja tidak boleh hanya menjadi tempat menyelesaikan masalah-masalah fana seperti kemiskinan, sakit penyakit dan masalah lainnya. Masalah terbesar dalam kehidupan ini adalah ketika seseorang tidak mengenal kebenaran. Sebab dengan kebutaan terhadap kebenaran, seseorang berjalan dalam gelap. Mereka pasti menjadi sama dengan dunia ini. Menjadi sama dengan dunia ini berarti menjadi anak dunia. Dalam hal ini jelas apakah seseorang anak Tuhan atau anak dunia sangat nampak dari cara hidupnya. Seseorang bisa saja mengaku anak Tuhan, tetapi kalau gaya hidupnya tidak berbeda dengan lingkungannya, berarti ia anak dunia. Itulah sebabnya dibutuhkan pembaruan pikiran yang mengubah seseorang untuk menjadi sama seperti Tuhan, bukan sama seperti dunia ini.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MASALAH TERBESAR DALAM KEHIDUPAN INI ADALAH KETIKA SESEORANG TIDAK MENGENAL KEBENARAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 Maret 2024
2024-03-14 06:29:28

Ulangan 11-13

Card image
Truth Kids 13 Maret 2024 - RAJA YOSIA
2024-03-13 11:49:21


2 Raja-raja 22:13
"Pergilah, mintalah petunjuk TUHAN bagiku, bagi rakyat dan bagi seluruh Yehuda, tentang perkataan kitab yang ditemukan ini, sebab hebat kehangatan murka TUHAN yang bernyala-nyala terhadap kita, oleh karena nenek moyang kita tidak mendengarkan perkataan kitab ini dengan berbuat tepat seperti yang tertulis di dalamnya."

Sobat Kids, di dalam Alkitab ada seorang raja yangbijaksana, namanya raja Yosia. Meskipun seorang raja, Yosia meminta petunjuk Tuhan Allah dalam setiap keputusannya. Hal ini menunjukkan bahwa Yosia adalah seorang pemimpin yang rendah hati. Walaupun ia memiliki kekuasaan tertinggi di bangsanya, ia masih membutuhkan bimbingan dari Tuhan dalam memimpin bangsanya.

Jika seorang raja selalu meminta petunjuk dari Tuhan Allah, maka sebagai anak Allah, kita pun seharusnya demikian. Hari ini kita mau belajar dari raja Yosia. Kita membutuhkan Tuhan setiap hari. Selalu berdoa untuk meminta petunjuk Tuhan sehingga kita tidak salah dalam membuat keputusan.

Apa pun keadaan kalian saat ini, juara kelas atau bukan, memiliki banyak kemampuan atau biasa-biasa saja, Tuhan menyayangi kita semua. Kita mau belajar untuk bersikap rendah hati dan meminta petunjuk dari Tuhan.

Card image
Truth Junior 13 Maret 2024 - BELAJAR MEMILIH YANG BENAR
2024-03-13 11:47:38


2 Raja-raja 22:13
“Pergilah, mintalah petunjuk TUHAN bagiku, bagi rakyat dan bagi seluruh Yehuda, tentang perkataan kitab yang ditemukan ini, sebab hebat kehangatan murka TUHAN yang bernyala-nyala terhadap kita, oleh karena nenek moyang kita tidak mendengarkan perkataan kitab ini dengan berbuat tepat seperti yang tertulis di dalamnya.”

Ada kakak adik yang sedang menggambar bersama. Tiba-tiba, si Kakak berkata, “Dik, aku punya ide nih!” Adik pun menjawab, “Ide apa itu, Kak?” “Idenya adalah bagaimana kalau kita menggambar di tembok saja? Kan, temboknya jadi bagus,” si Kakak menjawab sambil tertawa. “Tidak mau, Kak. Mama sudah kasih perintah kalau kita tidak boleh menggambar di tembok. Jadi kita menggambarnya di buku gambar saja, ya, Kak,” jawab si Adik. Si Adik pun berani berkata tidak kepada si Kakak karena adik tahu bahwa perbuatan itu tidak benar. Kakak pun kesal karena si Adik tidak mau mengikuti perintahnya.

Tokoh Alkitab yang mau kita pelajari hari ini pun merupakan seorang anak yang tetap memegang kebenaran. Dia adalah seorang anak yang berusia delapan tahun, tetapi sudah menjadi raja karena kakek dan ayahnya meninggal dunia. Dia bernama raja Yosia. Raja Yosia ini sangat berbeda dengan kakek dan ayahnya. Mengapa? Karena saat kakek dan ayahnya menjadi raja, mereka tidak mau menyembah Tuhan dan membuat rumah bukan untuk Tuhan. Selain itu mereka menyembah bulan dan bintang-bintang. Tetapi ketika Yosia menjadi raja, dia memilih untuk menyembah Tuhan. Sehingga, dia memerintahkan kepada pasukannya untuk membuang semua benda dan menghancurkan patung yang disembah oleh kakek dan ayahnya. Dan saat dia besar, ia memperbaiki rumah Tuhan yang sudah rusak.

Kita mau belajar seperti raja Yosia yang berani memilih yang benar. Begitu pula dengan kita, harus berani memilih yang benar. Ketika ada teman atau orang lain yang mengajak kita berbuat salah, kita harus berani untuk menolaknya. Yuk, Sobat Junior, katakan “tidak” jika itu salah. Tuhan pasti menolong orang yang memilih benar.

Card image
Truth Youth 13 Maret 2024 (English Version) - I TRUST YOU
2024-03-13 11:45:07


"Do not be anxious about anything, but in every situation, by prayer and petition, with thanksgiving, present your requests to God." (Philippians 4:6)

In reality, it's not easy to trust someone we've just met directly. We can't easily share something with someone we don't know, especially if it involves personal matters. It takes a long time to build a close relationship. Among us, we surely have a friend who is very close to us, even closer than a sibling. To that friend, we share our joys and sorrows without any suspicion. We feel that friend is the only one who truly understands us and knows who we are, even accepts us as we are. It's not uncommon for us to prefer confiding in our friend rather than in our parents or siblings. However, some of us may have been hurt by someone called a 'friend,' even someone considered the most trusted. Perhaps we once had a very close friendship with someone, but now it has become distant because of things beyond our expectations. We feel disappointed, angry, and it's difficult to accept what they have done.

Friends, we often forget that humans can still disappoint us. Sometimes we place high expectations on someone, so we forget that there is a Person

WHAT TO DO:
Focus on building ourselves by evaluating every response in our daily lives.

BIBLE MARATHON:
- Joshua 23-24

Card image
Truth Youth 13 Maret 2024 - I TRUST YOU
2024-03-13 11:43:12


"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." (Filipi 4:6)

Pada kenyataannya, kita tidak mungkin secara langsung dengan mudah percaya kepada seseorang yang baru kita temui. Kita tidak mungkin bisa berkongsi sesuatu kepada seseorang yang belum kita kenal, apalagi hal tersebut menyangkut hal-hal pribadi kita. Dibutuhkan waktu yang lama untuk menjalin sebuah relasi yang dekat. Di antara kita pasti punya seorang sahabat yang sangat dekat dengan kita bahkan bisa melebihi seorang saudara. Kepada sahabat itu kita berbagi kisah suka duka kita tanpa ada rasa curiga kepadanya. Kita merasa sahabat itulah satu-satunya yang paling mengerti diri kita dan mengenal siapa kita, bahkan menerima kita apa adanya. Tidak jarang di antara kita yang lebih suka curhat kepada sahabatnya dibanding kepada orang tua atau adik-adiknya. Namun, ada juga yang pernah terluka oleh seseorang yang disebut sebagai ‘sahabat’ bahkan yang dianggap orang yang paling dipercayainya. Mungkin dulu kita pernah menjalin hubungan persahabatan yang sangat dekat dengan seseorang, namun kini menjadi renggang karena hal-hal di luar ekspektasi kita. Kita kecewa, marah dan sulit untuk bisa menerima apa yang telah dilakukannya.

Teman-teman, kita sering lupa bahwa manusia masih bisa mengecewakan kita. Terkadang kita menaruh ekspektasi yang tinggi kepada seseorang sehingga kita lupa bahwa ada Pribadi yang melebihi seorang sahabat yang dapat kita percayai dan tidak akan pernah mengecewakan kita yaitu Tuhan Yesus Kristus. Jika kita menaruh pengharapan kita sepenuhnya kepada-Nya, kita pasti bisa berdamai dengan diri kita sendiri. Artinya, kita bisa mengampuni orang lain, bahkan mengampuni diri kita sendiri. Kita tidak takut dan khawatir menghadapi apa pun karena Tuhan setia menyertai kita. Kita hidup penuh kasih dan damai terhadap sesama. Oleh sebab itu, taruhlah segala pengharapan kita kepada Kristus dan mengucap syukurlah senantiasa, maka kita akan memperoleh damai sejahtera dan perlindungan Tuhan.

WHAT TO DO:
Fokus pada membangun diri sendiri dengan mengevaluasi setiap respons hidup kita sepanjang hari.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yosua 23-24

Card image
Renungan Pagi - 13 Maret 2024
2024-03-13 06:55:55


"Hidup kristen bukanlah sekedar konsep, bagaimana menjadi orang baik atau dianggap baik, bukan pula sekedar perkataan "Aku mengasihi Tuhan" tetapi soal gaya hidup, pola hidup setiap hari yang menghasilkan buah yang nyata. Itulah sebabnya Tuhan Yesus menginginkan kita tinggal didalam DIA dan DIA didalam kita, yang artinya menyatu dengan DIA, berjalan dengan DIA setiap saat, barulah kita dapat berbuah.

"Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa".
Hidup kristen yang benar akan terlihat dari buahnya, yaitu buah-buah pertobatannya, buah pelayanannya dan buah kehidupan yang menyenangkan hati Tuhan.

Jadi hidup kristen yang sejati adalah kehidupan yang melakukan kehendak Tuhan dan berjalan dalam kekudusan, semua dapat dibuktikan dari cara hidup yang kita jalani yang membuat nama Tuhan dipermuliakan.
"Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."
(Yohanes 15:4,8)

Card image
Quote Of The Day - 13 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-13 06:51:15


Kalau kita mau menjaga hidup kita sampai kekekalan, dan menjagai orang-orang yang kita kasihi, hiduplah bersahabat dengan Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 13 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-13 06:49:36


Ketika seseorang ada di hadapan tahta pengadilan Allah, barulah ia sadar sepenuhnya bahwa nasib dirinya ditentukan oleh keputusannya sendiri.

Card image
THE GRANDEUR OF HUMAN - 13 Maret 2024 (English Version)
2024-03-13 06:45:13


Ultimately, what God desires is for humans to become virtuous humans, meaning to become creatures who do good for others. This is very different from animals which can sacrifice anything to survive. For example, wild animals chasing prey and tearing it to pieces is something that must be done or according to nature. It's ironic that today many humans have characters like animals. They carry out this practice to the extent that they consider it normal or could almost be said to be natural. For example, the practice of corruption and extortion which have infiltrated all social classes and institutions, be it government or private. Their actions are no longer considered shameful.

This world atmosphere has a strong influence on almost everyone's lives. There are very few people who have integrity, so they are not affected by the atmosphere of this wicked world. According to God's words, at the end of time humans will become creatures who love themselves (2 Tim. 3:1-5 But mark this: There will be terrible times in the last days. People will be lovers of themselves, lovers of money, boastful, proud, abusive, disobedient to their parents, ungrateful, unholy, without love, unforgiving, slanderous, without self-control, brutal, not lovers of the good, treacherous, rash, conceited, lovers of pleasure rather than lovers of God - having a form of godliness but denying its power. Have nothing to do with such people). Almost all humans have lost their self-image, meaning they don't understand and don't want to understand what it is like to be a creature called "the image of God." To improve man, God gave His laws. Laws are given with the intention that humans can become civilized, at least better than animals. In general, religion strives for its followers to become human beings who live according to the morals of the religion they adhere to.

In fact, it is ironic, religious law cannot stem the evil influence within humans themselves so that the practice of "homo homini lupus" continues to exist, flourishing and is now even more rampant. In fact, throughout the world humans are experiencing extraordinary moral decline. Civil wars in several countries, attempts to exterminate an ethnic group or genocide, suicide bombings, terror, arms races, increasing tensions that trigger nuclear enrichment are a clear picture that humans have lost their civilization. What is our attitude towards a world situation like this? We must seek God and His truth and determine our hearts to have integrity as believers who stand in His holiness and truth.

To become a virtuous human being, each individual must have genuine intentions. This intention is the essence of human nature which cannot be intervened by anyone. If this essence can be intervened in - meaning if human decisions and choices are controlled by forces outside themselves - then humans do not need to be responsible for their decisions and choices. Therefore, it must be understood that Satan cannot actually prevent humans from doing good, but on the other hand, God cannot force humans to do good (Genesis 4:7). Humans are given free will to choose and determine their fate or circumstances. Humans choose whether to love each other or bring disaster to others.

This is different from animals whose instinct drive them to move and preserve their lives. They cannot escape the urges that are natural within them. They cannot become great beings. It is understandable that they do not have "manners” or the courtesy of life. Different from humans. Humans can regulate the impulses within themselves. That is why humans can be responsible for themselves before God who created them.

It is foolish to view humans as if they were forced to do good or evil based on fate or God's election. It is as if humans have become like animals who cannot escape the urges that exist in them. Human freedom to make decisions shows the grandeur of humanity itself. If a human chooses to do good for others, it means that he values the grandeur within him highly. But on the contrary, if he does not do good, then he will damage his grandeur so that he is of low value. That is why humans who destroy their own grandeur will be destroyed. So, if humans perish, it is because of their own choices and decisions, not because of encouragement from parties outside themselves or their destiny. Something outside the human being does have an influence, but it does not determine. After all, humans themselves determine their choices and decisions. That is why Paul said that he sought to please God (2 Cor. 5:9-10 So we make it our goal to please him, whether we are at home in the body or away from it. For we must all appear before the judgment seat of Christ, so that each of us may receive what is due us for the things done while in the body, whether good or bad).

HUMAN FREEDOM TO MAKE DECISIONS SHOWS THE GRANDEUR OF HUMANITY ITSELF. .

Card image
KEAGUNGAN MANUSIA - 13 Maret 2024
2024-03-13 06:42:48


Pada akhirnya, yang dikehendaki Tuhan adalah agar manusia menjadi manusia yang berbudi luhur, maksudnya menjadi makhluk yang berbuat kebaikan bagi sesama. Hal ini sangat berbeda dengan binatang yang demi mempertahankan hidup bisa mengorbankan apa pun. Seperti misalnya binatang buas yang mengejar mangsa dan mencabik-cabiknya adalah hal yang harus dilakukan atau menurut kodrat. Ironis sekali kalau hari ini banyak manusia berkarakter seperti hewan. Mereka melakukan praktik ini sampai pada taraf menganggap hal tersebut sebagai kewajaran atau hampir bisa dikatakan kodrat. Seperti misalnya praktik korupsi dan pemerasan, sudah hampir melanda semua golongan dan instansi, baik pemerintah maupun swasta. Tindakan mereka bukan lagi sesuatu yang dianggap aib yang memalukan.

Suasana dunia seperti ini memberi pengaruh yang kuat dalam kehidupan hampir semua orang. Sedikit sekali orang yang memiliki integritas, sehingga tidak terpengaruhi oleh suasana dunia yang fasik ini. Sesuai firman Tuhan, pada akhir zaman manusia menjadi makhluk yang mencintai dirinya sendiri (2 Tim. 3:1-5). Hampir semua manusia telah kehilangan gambar diri, artinya tidak mengerti dan tidak mau mengerti bagaimana seharusnya menjadi makhluk yang disebut “gambar Allah.” Untuk memperbaiki manusia, Tuhan memberikan hukum-Nya. Hukum diberikan dengan maksud agar manusia bisa menjadi beradab, minimal lebih baik dari hewan. Pada umumnya agama mengusahakan agar pemeluk agamanya menjadi manusia yang hidup sesuai dengan moral agama yang dianutnya.

Kenyataan, sungguh ironis, hukum agama tidak bisa membendung pengaruh jahat dalam diri manusia itu sendiri sehingga praktik “homo homini lupus” tetap ada, subur bahkan sekarang semakin merajalela. Pada kenyataannya, di seluruh dunia manusia mengalami kemorosotan akhlak yang luar biasa. Perang saudara di beberapa negara, usaha memusnahkan suatu suku bangsa atau genosida, bom bunuh diri, teror, perlombaan senjata, peningkatan ketegangan yang memicu pengayaan nuklir menjadi gambaran yang jelas bahwa manusia telah kehilangan keberadabannya. Bagaimana sikap kita terhadap situasi dunia seperti ini? Kita harus mencari Tuhan dan kebenaran-Nya dan meneguhkan hati untuk memiliki integritas sebagai orang percaya yang berdiri pada kesucian dan kebenaran-Nya.

Untuk bisa menjadi manusia yang berbudi luhur, harus ada niat yang sungguh-sungguh pada setiap individu. Niat ini merupakan inti dari hakikat manusia yang tidak diintervensi oleh siapa pun. Kalau hakikat ini bisa diintervensi—artinya kalau keputusan dan pilihan manusia dikendalikan oleh kekuatan di luar dirinya—maka manusia tidak perlu bertanggung jawab atas keputusan dan pilihannya. Oleh sebab itu, harus dimengerti bahwa sesungguhnya Iblis tidak dapat mencegah manusia berbuat baik, tetapi di lain pihak Tuhan pun tidak bisa memaksa manusia berbuat baik (Kej. 4:7). Manusia diberi kehendak bebas untuk memilih dan menentukan nasib atau keadaannya. Manusia memilih apakah mengasihi sesamanya atau mendatangkan bencana bagi sesamanya.

Berbeda dengan hewan yang oleh nalurinya mereka bergerak dan mempertahankan hidup, apa pun mereka lakukan demi mempertahankan hidup ini. Mereka tidak dapat menghindarkan diri dari dorongan yang sudah menjadi kodrat dalam diri hewan tersebut. Mereka tidak dapat menjadi makhluk yang agung. Bisa dimengerti kalau mereka tidak memiliki “adab” atau kesantunan hidup. Berbeda dengan manusia. Manusia bisa mengatur dorongan yang ada di dalam dirinya. Itulah sebabnya manusia bisa bertanggung jawab atas dirinya di hadapan Tuhan yang menciptakan dirinya.

Adalah bodoh kalau memandang seakan-akan manusia dipaksa untuk berbuat baik atau berbuat jahat berdasarkan takdir atau pemilihan Tuhan. Seakan-akan manusia menjadi seperti hewan yang tidak dapat menghindarkan diri dari dorongan yang ada padanya. Kebebasan manusia mengambil keputusan menunjukkan keagungan manusia itu sendiri. Kalau manusia memilih melakukan kebajikan bagi sesamanya, berarti ia menjadikan keagungan dalam dirinya bernilai tinggi. Tetapi sebaliknya, kalau ia tidak melakukan kebajikan, maka ia membuat keagungannya rusak sehingga ia bernilai rendah. Itulah sebabnya manusia yang merusak keagungan dirinya, akan dibinasakan. Jadi, kalau manusia binasa, hal itu disebabkan oleh pilihannya dan keputusan sendiri, bukan karena dorongan dari pihak di luar dirinya atau takdirnya. Sesuatu di luar diri manusia memang memiliki pengaruh, tetapi tidak menentukan. Bagaimana pun manusia itu sendiri yang menentukan pilihan dan keputusannya. Itulah sebabnya Paulus berkata bahwa ia berusaha untuk berkenan kepada Allah (2 Kor. 5:9-10).

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEBEBASAN MANUSIA MENGAMBIL KEPUTUSAN MENUNJUKKAN KEAGUNGAN MANUSIA ITU SENDIRI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 Maret 2024
2024-03-13 06:37:28

Ulangan 8-10

Card image
Truth Kids 12 Maret 2024 - TEGURAN
2024-03-12 12:47:20


2 Samuel 12:1
TUHAN mengutus Natan kepada Daud. Ia datang kepada Daud dan berkata kepadanya: "Ada dua orang dalam suatu kota: yang seorang kaya, yang lain miskin."

Sobat Kids, kemarin kita sudah belajar dari Amos yang berani. Hari ini kita mau belajar dari tokoh yang juga pemberani, namanya Natan. Natan adalah seorang nabi (sekarang ini seperti pendeta). Ia berani dalam menyampaikan kebenaran. Ketika raja Daud berbuat dosa, Tuhan meminta nabi Natan untuk menegur kesalahan yang telah dibuat raja Daud. Seorang raja biasanya sangat dihormati dan terkadang dianggap paling benar. Jadi saat nabi Natan harus datang dan mengatakan bahwa perbuatan raja salah, artinya ia memiliki keberanian yang luar biasa.

Setelah mendengar teguran nabi Natan, raja Daud tersadar akan kesalahannya, dan ia memohon pengampunan Tuhan. Nabi Natan setia melaksanakan tugas yang diberikan Tuhan Allah kepadanya.

Sobat Kids, untuk menegur teman dan berkata yang benar, membutuhkan keberanian. Saat kita memiliki teman yang berbuat salah, sebagai anak Tuhan, baiknya kita menegurnya dengan kasih. Menegurnya tentu saja dengan sopan, ya, Sobat Kids.

Memiliki teman yang mau menasihati dan membawa Sobat Kids ke dalam kebenaran adalah berkat. Dan saat Sobat Kids menegur teman yang salah itu adalah keberanian dari Tuhan Allah. Bagaimana Sobat Kids, maukan memiliki teman dan keberanian yang dari Tuhan?

Card image
Truth Junior 12 Maret 2024 - BERANI MENYATAKAN KEBENARAN
2024-03-12 12:45:53


2 Samuel 12:1
“TUHAN mengutus Natan kepada Daud. Ia datang kepada Daud dan berkata kepadanya: “Ada dua orang dalam suatu kota: yang seorang kaya, yang lain miskin.”

Sobat Junior, untuk menegur teman kita, rasanya tidak mudah. Apalagi menegur seorang pemimpin besar seperti presiden, ya? Pasti banyak hal yang harus dipikirkan dan dipertimbangkan. Jika kita tidak bijaksana dalam melangkah, bisa-bisa kita malah diberikan hukuman! Itulah sebabnya kita harus senantiasa mengerti dan menuruti kehendak Tuhan. Jika memang Tuhan yang perintahkan untuk kita lakukan, Ia pasti menjamin kalau kita akan aman.

Seperti yang dilakukan nabi Natan kepada raja Daud. Ia dengan berani menyampaikan teguran Allah, dengan semua pesan-pesan-Nya. Akhirnya raja Daud bukan murka dan marah kepada nabi Natan, melainkan ia menyesal dan bertobat dari kesalahannya. Kalau Sobat Junior perhatikan, reaksi raja Daud ketika ditegur, membuatnya selamat dari maut. Tuhan tidak mencabut nyawanya, padahal perbuatan salahnya sangat keji di mata Tuhan.

Sobat Junior, berdoalah terlebih dahulu ketika kita melihat ketidakadilan, ketidakbenaran, kelicikan, atau dosa lainnya yang dilakukan orang di sekitar kita. Bila memang Tuhan menggerakkan hati kita untuk menegurnya, mintalah hikmat kepada Roh Kudus untuk berbicara. Supaya bukan kita yang menegur mereka, melainkan Tuhan sendiri yang berbicara melalui kita.

Yang penting Sobat Junior harus berani dan dengan rela menjadi perpanjangan tangan atau lidah Tuhan dalam menyampaikan suara-Nya. Jangan takut dan jangan mau diintimidasi oleh Iblis sehingga kita menolak untuk menyuarakan kebenaran. Tuhan mau kita berani dalam menyatakan kebenaran-Nya.

Card image
Truth Youth 12 Maret 2024 (English Version) - A CHICK
2024-03-12 12:43:11


"I will instruct you and teach you in the way you should go; I will counsel you with my loving eye on you." (Psalm 32:8)

When an egg finally hatches, it is no longer called an "egg" but a chick. Perhaps it was indeed an egg incubated by its mother for 21 days, but afterward, it finally sees the world and is called a "chick." When this chick finally meets its mother and siblings, it begins to seek food, following its mother wherever she goes. Many things change for this chick; it starts interacting with its new environment, adapting to its new identity as a "chick."

Initially, humans have a sinful nature, but Jesus Christ came to redeem human sin. However, all this is not the end but a beginning. Humans still have to strive to live their lives without sinning again. Yet, there are still many people who fall back into sin and choose to awaken the evil within them. When humans finally decide to return to God and repent, their lives do not stop there; there is a long journey that they must embark on again. They must live in their new identity, no longer living in the sins of the past that continue to steal their lives.

When a chick finally sees the world, it is no longer an "egg" but it is a "chick" that interacts and adapts to its new life. Likewise, humans who have chosen to repent should be expected to live in a new identity without sinning again. It may feel very difficult, but this is the process that must be undertaken. Living in a new identity as a child of God is an honor and a struggle that must be consistently pursued.

WHAT TO DO:
1. Leave behind the old life and the evil within oneself.
2. Live out the new identity as a obedient child of God.

BIBLE MARATHON:
- Joshua 21-22

Card image
Truth Youth 12 Maret 2024 - SEEKOR ANAK AYAM
2024-03-12 12:41:06


"Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu." (Mazmur 32:8).

Ketika sebutir telur akhirnya menetas, ia tidak lagi disebut sebagai “telur”, melainkan seekor anak ayam. Mungkin ia memanglah sebutir telur yang dierami oleh induknya selama 21 hari, tetapi setelahnya, ia akhirnya melihat dunia dan disebut sebagai “seekor anak ayam”. Ketika akhirnya anak ayam ini bertemu dengan induknya dan saudara-saudaranya, ia mulai mencari makan, mengikuti ibunya kemana pun ibunya pergi. Banyak hal yang berubah dari anak ayam ini, ia mulai berinteraksi dengan lingkungan barunya, mulai menyesuaikan diri dengan identitasnya yang baru, yaitu “seekor anak ayam”.

Pada mulanya manusia memiliki kodrat dosa, tetapi Yesus Kristus datang untuk menebus dosa manusia. Hanya, semua ini bukanlah akhir melainkan permulaan. Manusia tetap harus memperjuangkan hidupnya untuk tidak berbuat dosa lagi. Namun, tetap saja ada sekian banyak manusia yang jatuh lagi ke dalam dosa dan memilih untuk membangunkan monster jahat di dalam dirinya. Ketika pada akhirnya manusia memutuskan untuk kembali kepada Tuhan dan melakukan pertobatan, hidupnya pun tidak berhenti di situ saja, ada perjalanan panjang yang perlu dilakukannya lagi. Ia harus hidup di dalam identitasnya yang baru, tidak lagi hidup di dalam dosa-dosa masa lalu yang terus merenggut hidupnya.

Ketika seekor anak ayam akhirnya melihat dunia, ia bukan lagi “sebutir telur”, melainkan ia adalah “seekor anak ayam” yang berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya. Begitu pula manusia yang telah memutuskan untuk bertobat, seharusnya diharapkan untuk hidup di dalam identitas baru tanpa melakukan dosa lagi. Memang sangat berat rasanya, tetapi inilah proses yang harus dilakukan. Hidup di dalam identitas baru sebagai anak Allah merupakan sebuah kehormatan dan perjuangan yang harus dengan konsisten dilakukan.

WHAT TO DO:
1. Meninggalkan kehidupan yang lama dan monster jahat di dalam diri sendiri.
2. Menghidupi identitas baru sebagai anak Allah yang taat dan patuh.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yosua 21-22

Card image
Renungan Pagi - 12 Maret 2024
2024-03-12 12:38:39


"Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah; itu adalah ibadahmu yang sejati." Mempersembahkan tubuh ini menjadi persembahan yang hidup, kudus dan berkenan pada Tuhan, adalah bentuk persembahan yang tertinggi kepada Allah dan ibadah yang sesungguhnya.

Ada orang yang berpikir, persembahan dengan uang yang banyak sangat berarti atau sangat dibutuhkan oleh Tuhan. Padahal sebenarnya Tuhan tidak butuh uang kita, karena kita mendapatkan berkat itu pun dari Tuhan. DIA memberkati hasil usaha dan jerih lelah kita bekerja. Lagipula, apalah artinya uang dalam jumlah banyak kita persembahkan tanpa mempersembahkan diri sendiri kepada Tuhan. Karena dengan mempersembahkan diri, maka pasti kita juga akan mempersembahkan uang dan apapun yang kita miliki untuk pelayanan pekerjaan Tuhan.
(Roma 12:1)

Card image
Quote Of The Day - 12 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-12 06:56:13


Jika kita berurusan dengan Tuhan setiap hari, di situ kita dibukakan untuk mengerti apa yang perlu untuk damai sejahtera kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 12 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-12 06:54:54


Peran manusia sangat menentukan keadaannya atau nasibnya terutama nasib di kekekalan maka sekaranglah waktunya untuk membenahi diri agar kita ikut layak dimuliakan di Kerajaan-Nya.

Card image
WEARING THE LIFE SPIRIT OF JESUS - 12 Maret 2024 (English Version)
2024-03-12 06:50:41


The case that occurred at the time of the Lord Jesus where the Jews, including His disciples, wanted good news according to their version, apparently also occurs today. Many people want a Gospel message that does not disturb the peace of life. A Gospel that they think is polite and not strange. A gospel that can be accepted by all groups without causing resistance. The Gospel that can change this difficult world into an easy world to live in. Following the Lord Jesus becomes an opportunity to create “paradise on earth.” True Christianity is an invitation to wear the spirit of life of the Lord Jesus.

To understand the spirit of life of the Lord Jesus, we must dissect all of the contents of the Bible, especially the New Testament and truly understand its contents. Furthermore, there must be individuals who display lives whose characteristics clearly show the life of the Lord Jesus. The spirit of the Lord Jesus' life is basically understanding what the Father wants and doing it. In this case, every believer must seek the truth that opens the eyes of his heart to know God and truly experience God every day. Ultimately, every believer must arrive at the level of "It is no longer I who live, but Christ who lives in me" (Gal. 2:19-20).

In fact, the body we live in today is alive in the spirit we inherited from our parents and the way of life of humans around us. This means we still have ourselves. We have not made the Lord Jesus the Owner of this life and have not made Jesus Christ the Lord (master or lord) of our lives. If someone is aware and tries to get out of the "cocoon" that binds his life, then God will help him so that he can be freed. In this regard, only the truth can set us free (John 8:31-32 To the Jews who had believed him, Jesus said, “If you hold to my teaching, you are really my disciples. Then you will know the truth, and the truth will set you free”). But unfortunately, many Christians do not realize this. They are still shackled by their very worldly thoughts.

In fact, what controls their lives is this world, because this world is their goal and pleasure in their lives. Their days are spent merely living routine lives without attempting to increase their knowledge of the truth that can set them free. They are content being "good people" who are not convicted. Even though they are far from God's standards of truth that must be met by believers. It is very unfortunate that many churches in big cities are attended by many people who are highly educated, have a good economy and have various potentials, but do not understand the true or original Gospel.

They are in churches who do not mean to mislead, but because the speakers do not understand the pure truth of the Gospel, they mislead themselves and mislead people who sincerely want to seek God and His teachings. There are churches that emphasize physical prosperity and those that emphasize miracles. Of course, by taking examples in the Bible that show that God promises physical prosperity. Of course, churches like this will be very popular and have many followers because they align with the spirit of the times. We must understand that material abundance is only intended for the nation of Israel.

Believers in this temporary life should only seek truth to become like Jesus. Believers must indeed work and accumulate wealth as much as possible, but all of it must be offered for for God's sake. Because believers have eternal riches in heaven; the world is just a temporary dwelling place (Philippians 3:20-21 But our citizenship is in heaven. And we eagerly await a Savior from there, the Lord Jesus Christ, who, by the power that enables him to bring everything under his control, will transform our lowly bodies so that they will be like his glorious body). It must be accepted that this world is not our home, and our Kingdom does not come from this world. Those who emphasize miracles always promote that Jesus Christ is unchanging. But the world changes. The way the Lord visits His people is not always the same as what has happened or what has been done by God.

In the years when the Lord Jesus preached the Gospel, He had to perform miracles in order to attract people's attention and people's ears to hear His Gospel. Like Nicodemus who met God (John 3), he met the Lord Jesus because he saw the miraculous deeds performed by the Lord Jesus so that people would admit that the Lord Jesus came from God. Then the Lord Jesus could preach the truth to people whose minds were filled with Jewish religious teachings which had been elaborated so much that they clashed with the Gospel. Like Nicodemus, he could admit that the Lord Jesus came from God because of the miracles that God had performed. So, physical prosperity and miracles are not the main goal, but rather a bridge to knowing the Lord Jesus, being saved and be prepared to enter His Kingdom.

THE SPIRIT OF THE LORD JESUS' LIFE IS BASICALLY UNDERSTANDING WHAT THE FATHER DESIRES AND DOING IT.

Card image
MENGENAKAN SEMANGAT HIDUP YESUS - 12 Maret 2024
2024-03-12 06:43:41


Kasus yang terjadi pada zaman Tuhan Yesus di mana orang-orang Yahudi termasuk murid-murid-Nya menghendaki suatu berita yang baik menurut versi mereka, ternyata juga terjadi terjadi di zaman sekarang ini. Banyak orang menghendaki suatu berita Injil yang tidak menganggu ketenangan hidup. Suatu Injil yang menurut mereka sopan dan tidak aneh. Injil yang dapat diterima semua kalangan tanpa menimbulkan resistensi. Injil yang bisa mengubah dunia yang sulit ini menjadi dunia yang mudah dijalani. Mengikut Tuhan Yesus menjadi kesempatan untuk menciptakan “firdaus di bumi.” Kekristenan yang sejati adalah ajakan untuk mengenakan semangat hidup Tuhan Yesus.

Untuk mengerti semangat hidup Tuhan Yesus, kita harus membedah semua isi Alkitab, terutama Perjanjian Baru dan sungguh-sungguh memahami isinya. Selanjutnya, harus ada pribadi-pribadi yang menampilkan kehidupan yang cirinya jelas menunjukkan kehidupan Tuhan Yesus. Semangat hidup Tuhan Yesus pada dasarnya adalah mengerti apa yang dikehendaki oleh Bapa dan melakukannya. Dalam hal ini setiap orang percaya harus mencari kebenaran yang membuka mata hatinya untuk mengenal Allah dan sungguh-sungguh mengalami Tuhan setiap hari. Pada akhirnya, setiap orang percaya harus sampai pada level “Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal. 2:19-20).

Kenyataannya, tubuh yang kita hidupi sekarang ini adalah hidup dalam semangat yang kita warisi dari orang tua dan cara hidup manusia di sekitar kita. Ini berarti kita masih memiliki diri kita sendiri. Kita belum menjadikan Tuhan Yesus sebagai Pemilik kehidupan ini dan belum menjadikan Yesus Kristus sebagai Tuhan (majikan atau tuan) dalam hidup kita. Kalau seseorang sadar dan berusaha keluar dari “kepompong” yang membelenggu hidupnya, maka Tuhan akan menolong sehingga ia bisa dimerdekakan. Terkait dengan hal ini, hanya kebenaran yang dapat memerdekakan (Yoh. 8:31-32). Namun malangnya, banyak orang Kristen tidak menyadari hal ini. Mereka masih terbelenggu dengan pikiran mereka yang sangat duniawi.

Sejatinya, yang mengontrol kehidupan mereka adalah dunia ini, sebab dunia inilah yang menjadi tujuan dan kesukaan dalam hidupnya. Hari-hari hidup mereka hanya dihabiskan untuk menjalani kehidupan rutin tanpa berusaha menambah pengetahuan akan kebenaran yang dapat memerdekakan. Mereka sudah puas sebagai “orang-orang baik” yang tidak terpidana. Padahal mereka jauh dari standar kebenaran Tuhan yang harus dikenakan oleh orang percaya. Sungguh sangat disayangkan banyak gereja di kota-kota besar yang dihadiri banyak orang yang berpendidikan tinggi, berekonomi baik dan memiliki berbagai potensi, tetapi tidak mengerti Injil yang sejati atau yang orisinal.

Mereka ada di gereja-gereja yang yang tidak bermaksud menyesatkan, tetapi karena pembicaranya tidak mengerti kebenaran Injil yang murni, maka mereka menyesatkan diri mereka sendiri dan menyesatkan umat yang dengan tulus mau mencari Tuhan dan ajaran-Nya. Gereja-gereja itu ada yang menekankan kemakmuran jasmani dan yang menekankan mukjizat. Tentu dengan mengambil contoh-contoh dalam Alkitab yang menunjukkan bahwa Tuhan menjanjikan kemakmuran jasmani. Tentu saja gereja seperti ini akan sangat laku dan banyak pengikut karena sesuai dengan semangat hidup atau semangat zamannya. Kita harus mengerti bahwa kelimpahan materi hanya ditujukan kepada bangsa Israel.

Orang percaya dalam hidup yang sementara ini harus hanya mencari kebenaran untuk menjadi serupa dengan Tuhan Yesus. Orang percaya memang harus bekerja dan memiliki kekayaan sebanyak mungkin, tetapi semua itu harus dipersembahkan untuk kepentingan Tuhan. Sebab orang percaya memiliki harta abadi di surga, dunia hanya tempat menumpang sementara (Flp. 3:20-21). Harus diterima bahwa dunia ini bukan rumah kita dan Kerajaan kita bukan berasal dari dunia ini. Mereka yang menekankan mukjizat selalu mempromosikan bahwa Tuhan Yesus tidak berubah. Padahal dunia berubah. Cara Tuhan melawat umat-Nya tidak selalu sama dengan apa yang telah terjadi atau yang telah dilakukan oleh Tuhan.

Pada tahun-tahun di mana Tuhan Yesus memberitakan Injil, Ia harus melakukan mukjizat agar menarik perhatian orang dan telinga orang mendengar Injil-Nya. Seperti Nikodemus yang menemui Tuhan (Yoh. 3), ia menemui Tuhan Yesus sebab ia melihat perbuatan ajaib yang dilakukan oleh Tuhan Yesus supaya orang mengakui bahwa Tuhan Yesus berasal dari Allah. Kemudian Tuhan Yesus bisa memberitakan kebenaran kepada orang-orang yang pikirannya sudah dipenuhi dengan ajaran agama Yahudi yang telah banyak dielaborasi sehingga berbenturan dengan Injil. Seperti Nikodemus, ia bisa mengakui bahwa Tuhan Yesus berasal dari Allah karena mukjizat yang telah dilakukan oleh Tuhan. Jadi, kemakmuran jasmani dan mukjizat bukanlah tujuan utama, melainkan jembatan untuk dapat mengenal Tuhan Yesus, diselamatkan dan dipersiapkan masuk ke dalam Kerajaan-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEMANGAT HIDUP TUHAN YESUS PADA DASARNYA ADALAH MENGERTI APA YANG DIKEHENDAKI OLEH BAPA DAN MELAKUKANNYA. .

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 12 Maret 2024
2024-03-12 06:39:50

Ulangan 5-7

Card image
Truth Kids 11 Maret 2024 - A M O S
2024-03-11 10:01:02


Amos 7:14
Jawab Amos kepada Amazia: "Aku ini bukan nabi dan aku ini tidak termasuk golongan nabi, melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah ara hutan."

Sobat Kids, untuk menjadi seorang pemberani tidaklah mudah, karena membutuhkan tekad dan keyakinan. Di dalam Alkitab, ada tokoh pemberani bernama Amos. Amos adalah seorang gembala domba dan pemungut buah ara, tetapi Amos memiliki keberanian sehingga Amos dipakai Tuhan Allah untuk membela orang miskin di zaman itu. Amos dapat berkata tegas dan berani dalam menyampaikan pesan Tuhan Allah kepada orang-orang kaya yang sombong di zaman itu. Amos menyampaikan pesan Tuhan agar umat Israel bertobat; kembali kepada Tuhan dan hidup dengan benar.

Amos memiliki keberanian yang benar. Tetapi ada juga berani yang salah, misalnya berani pukul teman, berani berbohong, ataupun berani marah-marah ke orang tua. Itu adalah contoh berani yang salah, ya, Sobat Kids. Kalian tidak boleh meniru keberanian yang salah. Berani yang benar itu adalah berani membela yang baik sesuai dengan kehendak Tuhan. Misalnya, kita berani menyampaikan kepada guru jika ada teman yang di-bully di kelas.

Meskipun Sobat Kids masih kecil, kalian dapat belajar untuk memiliki sifat berani membela kebenaran. Tentu saja kebenaran yang sesuai dengan firman Tuhan, ya, Sobat Kids. Selamat berjuang!

Card image
Truth Junior 11 Maret 2024 - BERANI MENEGUR YANG SALAH
2024-03-11 09:57:05


Amos 7:14
Jawab Amos kepada Amazia: “Aku ini bukan nabi dan aku ini tidak termasuk golongan nabi, melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah ara hutan.”

Sobat Junior, tahu tidak, di dalam Alkitab ada seseorang yang sangat berani untuk menegur dengan keras orang-orang yang tidak mengikuti perintah Tuhan? Siapakah dia? Dia adalah seorang yang diutus dan dipilih oleh Tuhan. Dia bernama nabi Amos. Sebelum Amos menjadi nabi, dia adalah seorang peternak domba. Dia menjadi nabi pada masa Yerobeam, raja Israel ke-13. Tugas Amos saat itu adalah untuk mengingatkan kesalahan bangsa Israel dan Tuhan akan menghukum mereka. Kesalahan mereka saat itu adalah menindas orang yang lemah, menyembah berhala dan hal yang tidak baik di hadapan Tuhan. Meskipun saat itu bangsa Israel tetap memberikan persembahan dan beribadah, tetapi tidak mereka lakukan dengan sungguh-sungguh.

Melihat perbuatan bangsa Israel seperti itu, Amos pun terus memberitakan kebenaran firman Tuhan dan menyuruh bangsa Israel untuk terus bertobat. Tetapi mereka tidak mendengarkan apa yang dikatakan Amos dan menyuruh Amos pergi ke desanya. Meskipun mereka mengusir Amos, Amos tetap berani untuk memberitakan kebenaran firman Tuhan.

Dari Amos, kita bisa belajar, bahwa kita harus berani menegur seseorang yang berbuat salah. Contohnya jika ada teman kita yang mengambil barang teman lainnya, apa yang harus kita lakukan? Iya, kita harus berani menegur dia dan memberikan nasihat karena hal tersebut adalah salah dan tidak benar di hadapan Tuhan. Seperti itulah yang dilakukan oleh Amos. Meskipun teman kita tidak mau mendengarkan, kita harus tetap menegurnya dengan sopan tentunya. Yuk, kita berani menegur yang salah, dan tentu Tuhan akan menolong kita.

Card image
Truth Youth 11 Maret 2024 (English version) - YEARS WITH GOD
2024-03-11 09:53:28


"When anxiety was great within me, your consolation brought me joy." (Psalm 94:19)

One of the facilities given by God to believers who repent is the Holy Spirit. Believers are given the Holy Spirit as a companion, comforter, and guide to help us navigate the ups and downs of life. In the repentance we undertake, our lives do not stop there, but there is still a long journey ahead that needs to be traversed. This long journey is called "Years with the Lord." In these times, we will learn many things, through the ups and downs, through the difficult times in the wilderness. When we allow ourselves to be led by Him, we let God hold our hands.

Repentance and acknowledging that Jesus Christ is the Lord is not just a moment, but a journey, a turning point in our lives to walk with God every day. However, this is not a guarantee for us to live happily on earth. Because the journey with the Lord is a long journey through the droughts of life that seem endless. In this drought of life, we will be taught by the Lord to become His strong and tough children. However heavy life may be after repentance, we must still give ourselves to be led by Him, giving our hands to be held by Him.

The years with the Lord should be beautiful years because we can enjoy the journey with Him. Those who truly love God sincerely will not grumble about the life they live, but they will find the meaning of life and how God's presence in the drought of their lives. One thing is for sure, our strength lies in having a God who tightly holds our hands in the midst of life's storms. This is our assurance, that God will always be there in the long journey of our lives.

WHAT TO DO:
1. Repent sincerely to the Lord.
2. Surrender yourself to be led by Him.
3. Trust that God is always there for His children.

BIBLE MARATHON:
- Joshua 18-20

Card image
Truth Youth 11 Maret 2024 - TAHUN-TAHUN BERSAMA TUHAN
2024-03-11 09:49:56


"Apabila bertambah banyak pikiran dalam batinku, penghiburan-Mu menyenangkan jiwaku." (Mazmur 94:19).

Salah satu fasilitas orang percaya yang diberikan oleh Tuhan kepada mereka yang bertobat adalah Roh Kudus. Orang percaya diberikan Roh Kudus sebagai pendamping, penghibur, dan sebagai penuntun untuk kita melewati lika-liku kehidupan. Di dalam pertobatan yang kita lakukan, hidup kita tidak berhenti di situ saja, melainkan masih ada perjalanan yang begitu panjang yang perlu dilewati. Perjalanan panjang ini disebut sebagai “Tahun-tahun bersama Tuhan”. Di masa-masa ini, kita akan belajar banyak sekali hal, di dalam jatuh dan bangun, di dalam masa-masa sukar yang belukar. Ketika kita membiarkan diri kita dipimpin-Nya, maka kita membiarkan Tuhan memegang tangan kita.

Pertobatan dan mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan bukan hanyalah sebuah momentum, tetapi suatu perjalanan, yakni titik balik kehidupan kita untuk berjalan bersama Tuhan setiap harinya. Namun, ini pun bukanlah sebuah jaminan untuk kita hidup bahagia di bumi. Sebab, perjalanan bersama Tuhan adalah perjalanan panjang melewati kemarau hidup yang entah kapan selesainya. Di dalam kemarau hidup ini kita akan diajar oleh Tuhan untuk menjadi anak-Nya yang kuat dan tangguh. Seberat apa pun nanti kehidupan setelah pertobatan, kita tetap harus memberikan diri kita untuk dipimpin-Nya, memberikan tangan kita untuk dipegang oleh-Nya.

Tahun-tahun bersama Tuhan seharusnya menjadi tahun-tahun yang indah karena kita dapat menikmati perjalanan bersama-Nya. Orang yang benar-benar mencintai Tuhan dengan tulus tidak akan bersungut-sungut akan hidup yang ia jalani, melainkan ia akan menemukan apa arti hidup dan bagaimana penyertaan Tuhan di dalam kemarau hidupnya itu. Satu hal yang pasti yang menjadi kekuatan kita adalah, kita memiliki Tuhan yang menggenggam erat tangan kita di tengah badai hidup. Inilah pegangan kita, bahwa Tuhan akan selalu ada dalam perjalanan panjang hidup kita.

WHAT TO DO:
1. Bertobat dengan sungguh kepada Tuhan.
2. Memberikan diri untuk dipimpin oleh-Nya.
3. Percaya bahwa Tuhan selalu ada untuk anak-anak-Nya.

BIBLE MARATHON:
Yosua 18-20

Card image
Renungan Pagi - 11 Maret 2024
2024-03-11 09:47:16


Tuhan Yesus menyatakan kepada murid-murid-Nya, "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang." Garam itu harus asin, baru memberikan manfaat, kalau tidak asin, tidak ada gunanya. Artinya, menjadi murid Tuhan harus berdaya guna, berfungsi sesuai kehendak Tuhan, jika kita malah merusak hubungan dan pelayanan pekerjaan Tuhan, maka tidak ada gunanya keberadaan kita, akan dibuang dan diinjak-injak orang.

Kemudian Tuhan Yesus sekali lagi menegaskan, sekalipun engkau pemimpin agama yang mengajar umat, belum tentu hidupmu benar dalam melakukan kehendak Bapa. "Maka Aku berkata kepadamu; Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga." Bukan hidup keagamaan sekedar menjalankan liturgi, aktivitas rohani, tanpa pengertian yang benar tetapi yang utama harus mampu mengajar yang benar dan teladan dalam melakukan apa yang benar sesuai kehendak Bapa.

Pertanyaannya, apakah harus jadi Ahli Taurat dan orang Farisi? Kita bisa lihat bahwa mereka mengajar umat dan melakukan segala tata cara ibadah, liturgi, untuk menutupi kebusukan karakter mereka. Sedangkan yang Tuhan cari adalah orang yang hatinya bersih, yang tulus mengasihi Tuhan dan sesama, tidak ada kepentingan pribadi, sikap hati seperti itulah yang berkualitas dihadapan Tuhan.
(Matius 5:13,20)

Card image
Quote Of The Day - 11 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus SabdonO)
2024-03-11 09:19:10


Jangan sampai mata hati kita gelap dan kita tidak mengenal diri kita dengan benar.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 11 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-11 09:17:30


Menempatkan diri sebagai sahabat Tuhan, sejatinya harus dimulai dari sekarang.

Card image
DAMAGING COMPROMISES - 11 Maret 2024 (English Version)
2024-03-11 09:15:02


When Christianity becomes a religion that is easily embraced by humans, then Christianity has lost its soul or essence. A Christian religion like this must be modified by looking for references according to the spirit of life that exists in most people, so that it can be contextual to the human needs that exist at that time. According to them, this reference must be made so that Christianity does not lose influence and followers. This reference also includes efforts to include religious nuanced elements in Christianity, such as in ceremonies, laws and traditions and so on.

This is actually an effort to align Christianity with other religions, so that Christianity can coexist in harmony with various religions, beliefs and philosophies of human life in general. According to them, Christianity should not be taught as something unnatural or "strange" that is difficult for modern society or society of a certain era to accept. This is intended so that Christianity becomes consumptive for the wider community and exists; not eliminated from human life. This is what is happening now. So that the Gospel taught by the Lord Jesus is no longer known to many Christian people.

The pure Gospel has been modified to be contextual to the needs of modern humans today, so that the Gospel has lost its essence. The Bible has no power to save people. Christians who know this false gospel are very declined in its value that they are essentially no different from unbelievers. Actually, they are not people who are included in the salvation process. In connection with this, we should remember the historical fact, when Christianity became the state religion in Rome in the 4th century, it turned out that Christianity was no longer able to prevent the moral decline of the central power of the Roman Empire in particular and Europe in general.

So eventually Rome fell, and the great religious power expansion from the Middle East took its place. Although the churches became magnificent, the Christian religious leaders or bishops dressed in silk and respected by society, the religious ceremonies or liturgies were arranged so elegantly and magnificently, but all of that did not lead believers to the liberating truth. Christianity has become a human doctrine introducing another Jesus (2 Corinthians 11:4-5 For if someone comes to you and preaches a Jesus other than the Jesus we preached, or if you receive a different spirit from the Spirit you received, or a different gospel from the one you accepted, you put up with it easily enough. I do not think I am in the least inferior to those “super-apostles”). Christianity must teach the pure Gospel taught by the Lord Jesus. Even though the world rejects or finds it difficult to accept, the church must continue to stand on God's side and teach what the Lord Jesus wants to be taught.

There have been compromises that have damaged the originality of the Gospel of the Lord Jesus Christ. Yet original Christianity did not know any references at all. The Lord Jesus preached the truth in His time, where He had to confront the spirit of Judaism that opposed His Gospel. But the Lord Jesus did not reduce the weight of the truth He conveyed. The Lord Jesus was not afraid of losing followers; even when the disciples left Him, He also challenged the 12 disciples close to Him to determine their stance without persuading them to remain faithful to follow Him (John 6:66-71 From this time many of his disciples turned back and no longer followed him. “You do not want to leave too, do you?” Jesus asked the Twelve. Simon Peter answered him, “Lord, to whom shall we go? You have the words of eternal life. We have come to believe and to know that you are the Holy One of God.” Then Jesus replied, “Have I not chosen you, the Twelve? Yet one of you is a devil!” (He meant Judas, the son of Simon Iscariot, who, though one of the Twelve, was later to betray him).

If it were said that His body was really food and His blood was really drink, then that would imply something strange or strange to hear. It was completely incomprehensible to the listener. They responded as harsh words. The word "hard" in the original text is scleros (σκληρός), which has several meanings, including harsh, rough, stern, hard and also means intolerable (unbearable, intolerant or not caring if other people do not accept it).

The Lord Jesus had no desire to satisfy His listeners with news that pleased them or that suited their tastes and what they considered to be their needs. God conveys what brings goodness to them according to God's view or perspective. But because of their ignorance, they did not understand what was good according to God (Luke 19:42 and said, “If you, even you, had only known on this day what would bring you peace—but now it is hidden from your eyes). They expected the Lord Jesus to satisfy their desires regarding what they considered to be their primary and urgent needs. But God did not tolerate it at all.

The Lord Jesus continues to preach the pure Gospel of the Kingdom of Heaven from the Father whose emphasis is on returning humans to God's original design. Even though for that reason he had to be rejected and even severely persecuted. The Lord Jesus will not betray the truth brought from the Father. With His high integrity He continues to teach the truth and wears the truth that is taught. We absolutely must emulate this, and for this reason we must have the courage to choose a different path from the path of most people.

THE PURE GOSPEL HAS BEEN MODIFIED SO THAT IT CAN BE CONTEXTUAL TO THE NEEDS OF MODERN HUMANITY TODAY, SO THE GOSPEL HAS LOST ITS ESSENCE. .

Card image
KOMPROMI YANG MERUSAK - 11 Maret 2024
2024-03-11 09:11:52


Ketika kekristenan menjadi agama yang mudah dipeluk oleh manusia, maka kekristenan telah kehilangan jiwanya atau nyawanya atau esensinya. Agama Kristen seperti ini pasti dimodifikasi dengan mencari rujukan sesuai semangat hidup yang ada pada kebanyakan orang, supaya bisa menjadi kontekstual dengan kebutuhan manusia yang ada pada zamannya. Menurut mereka, rujukan itu harus dibuat supaya kekristenan tidak kehilangan pengaruh dan pengikut. Rujukan itu juga memuat usaha menaruh unsur-unsur yang bernuansa agamani dalam kekristenan, seperti dalam seremonial, hukum-hukum serta tradisi dan lain sebagainya.

Hal ini sebenarnya merupakan usaha untuk bisa mensejajarkan kekristenan dengan agama lain, supaya agama Kristen bisa berdampingan secara harmoni dengan berbagai agama, kepercayaan dan filsafat hidup manusia pada umumnya. Menurut mereka, kekristenan tidak boleh diajarkan sebagai sesuatu yang tidak wajar atau “aneh” yang sukar diterima masyarakat modern atau masyarakat pada zaman tertentu. Hal itu dimaksudkan agar kekristenan menjadi konsumtif bagi masyarakat luas dan eksis; tidak tersingkir dari kehidupan manusia. Inilah yang terjadi sekarang ini. Sehingga Injil yang diajarkan Tuhan Yesus tidak dikenal lagi oleh banyak orang yang beragama Kristen.

Injil yang murni telah dimodifikasi supaya bisa kontekstual dengan kebutuhan manusia modern hari ini, sehingga Injil telah kehilangan esensinya. Injil yang tidak berkuasa menyelamatkan manusia. Orang-orang Kristen yang mengenal Injil yang palsu tersebut sangat merosot nilainya, sehingga pada dasarnya mereka tidak berbeda dengan orang yang tidak percaya. Sebenarnya mereka bukanlah orang yang masuk dalam proses keselamatan. Bertalian dengan hal ini, patut kita mengingat fakta sejarah, ketika kekristenan menjadi agama negara di Roma pada abad ke-4, ternyata kekristenan tidak mampu lagi menghalangi kemerosotan moral pusat kekaisaran Roma khususnya dan Eropa pada umumnya.

Sehingga akhirnya Roma jatuh dan ekspansi kekuatan agama besar dari Timur Tengah yang menggantikan tempatnya. Walaupun gereja-gereja menjadi megah, para pemimpin agama Kristen atau para uskupnya berpakaian sutera dan terhormat di mata masyarakat, seremonial agama atau liturgi disusun begitu anggun dan megah, tetapi semua itu tidak mengantar orang percaya kepada kebenaran yang memerdekakan. Kekristenan telah menjadi ajaran manusia yang memperkenalkan Yesus yang lain (2 Kor. 11:4-5). Kekristenan haruslah mengajarkan Injil yang murni yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Walaupun dunia menolak atau sukar menerimanya, tetapi gereja harus tetap berdiri di pihak Tuhan dan mengajarkan apa yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus untuk diajarkan.

Dewasa ini telah terjadi kompromi-kompromi yang merusak orisinalitas Injil Tuhan Yesus Kristus. Padahal kekristenan yang orisinal tidak mengenal rujukan sama sekali. Tuhan Yesus memberitakan kebenaran pada zaman-Nya, di mana Ia harus berhadapan dengan semangat agama Yahudi yang menentang Injil-Nya. Tetapi Tuhan Yesus tidak mengurangi bobot kebenaran yang disampaikan-Nya. Tuhan Yesus tidak takut kehilangan pengikut, bahkan ketika murid-murid meninggalkan Dia, Ia juga menantang 12 murid yang dekat dengan diri-Nya untuk menentukan sikap tanpa membujuk untuk tetap setia mengikut diri-Nya (Yoh. 6:66-71).

Kalau dikatakan tubuh-Nya benar-benar makanan dan darah-Nya benar-benar minuman, maka hal itu hendak mengisyaratkan sesuatu yang aneh atau asing untuk didengar. Hal itu sungguh-sungguh tidak bisa dimengerti pendengarnya. Mereka menanggapi sebagai perkataan yang keras. Kata “keras” dalam teks aslinya adalah skleros (σκληρός), yang memiliki beberapa pengertian, di antaranya harsh, rough, stern, hard dan juga berarti intolerable (tak tertahankan, tidak toleransi atau tidak peduli kalau orang lain tidak menerima).

Tuhan Yesus tidak memiliki hasrat untuk memuaskan pendengar-Nya dengan berita yang menyenangkan mereka atau yang sesuai dengan selera dan apa yang mereka anggap sebagai kebutuhan. Tuhan menyampaikan apa yang mendatangkan kebaikan bagi mereka menurut pandangan atau perspektif Tuhan. Tetapi karena kebodohan mereka, mereka tidak mengerti apa yang baik menurut Tuhan itu (Luk. 19:42). Mereka mengharapkan Tuhan Yesus memuaskan keinginan mereka berkenaan dengan apa yang mereka anggap sebagai kebutuhan utama dan mendesak. Tetapi Tuhan tidak toleransi sama sekali.

Tuhan Yesus tetap memberitakan Injil Kerajaan Surga yang murni dari Bapa yang tekanannya adalah dikembalikannya manusia pada rancangan semula Allah. Walaupun untuk itu Ia harus ditolak bahkan dianiaya hebat. Tuhan Yesus tidak akan berkhianat terhadap kebenaran yang dibawa dari Bapa. Dengan integritas-Nya yang tinggi Ia tetap mengajarkan kebenaran dan mengenakan kebenaran yang diajarkan. Hal ini harus mutlak kita teladani, dan untuk itu kita harus berani untuk memilih jalan yang lain dari jalan kebanyakan orang.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

INJIL YANG MURNI TELAH DIMODIFIKASI SUPAYA BISA KONTEKSTUAL DENGAN KEBUTUHAN MANUSIA MODERN HARI INI, SEHINGGA INJIL TELAH KEHILANGAN ESENSINYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 Maret 2024
2024-03-11 09:07:37

Ulangan 3-4

Card image
Truth Kids 10 Maret 2024 - SAHABAT
2024-03-10 09:39:57


1 Samuel 18:1
"Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri."

Sobat Kids, kalian pasti memiliki teman di sekolah atau di gereja. Tapi bagaimana dengan sahabat? Pastinya sahabat jumlahnya lebih sedikit dibanding dengan teman. Biasanya teman banyak, tetapi tidak demikian dengan sahabat.

Di dalam Alkitab ada kisah 2 sahabat. Kisah persahabatan yang erat antara Yonatan dan Daud, seperti yang terdapat dalam 1 Samuel 18:1. Yonatan yang merupakan anak raja Saul sama sekali tidak sombong. Dalam tradisi kerajaan, seharusnya Yonatan yang akan menggantikan raja Saul, ayahnya. Yonatan bersahabat akrab dengan Daud. Mereka selalu berdiskusi hal-hal baik yang sesuai dengan kehendak Allah.

Suatu hari Yonatan akhirnya mengetahui bahwa Tuhan Allah sudah menolak Saul menjadi raja Israel. Tuhan memilih Daud sebagai raja Israel menggantikan Saul. Yonatan tidak merasa iri dan marah kepada Daud. Yonatan menunjukkan kasihnya kepada Daud seperti dia mengasihi dirinya sendiri.

Tentu kita ingin memiliki sahabat seperti Yonatan, bukan? Tidaklah mudah menemukan sahabat seperti Yonatan, karena biasanya manusia ingin menjadi paling hebat dan mendapatkan banyak pujian. Yuk, kita berusaha menjadi sahabat yang baik buat teman kita. Belajarlah untuk mengalah kepada teman dan mengasihi mereka seperti kita mengasihi diri sendiri.

Card image
Truth Junior 10 Maret 2024 - SAHABAT SEJATI
2024-03-10 09:37:33


1 Samuel 18:1
“Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri.”

Sobat Junior, apakah kalian punya seorang sahabat? Sahabat yang selalu menemani saat kita dalam suka atau duka. Sahabat yang mau menerima kita apa adanya. Mungkin ada yang punya atau belum menemukan sahabat yang tepat.

Di dalam Alkitab, ada 2 orang bersahabat yang sangat mengasihi sahabatnya. Wah, ada yang tahu siapa mereka? Mereka adalah Daud dan Yonatan. Daud dan Yonatan adalah dua orang sahabat yang saling mengasihi. Yonatan mengasihi Daud, dan Daud pun mengasihi Yonatan. Yonatan adalah anak dari raja Saul.

Karena Yonatan sangat mengasihi Daud, ia memberikan baju perang, pedang, panah, dan ikat pinggang miliknya kepada Daud. Suatu hari, Daud sedang bermain musik kecapi untuk melayani, dan didengarkan oleh raja Saul. Namun, raja Saul iri hati karena Daud lebih hebat. Maka raja Saul melemparkan tombak untuk menangkap Daud. Daud pun sangat kaget, tetapi ia berhasil menghindari serangan tombak lalu berlari pergi. Ketika Yonatan mengetahui hal tersebut, ia menghampiri raja Saul, ayahnya, dan bertanya kenapa ayahnya melakukan hal seperti itu. Setelah itu Yonatan pun pergi menemui Daud, sahabatnya, dan meminta maaf karena perbuatan ayahnya. Lalu mereka membuat perjanjian bersama bahwa mereka akan saling melindungi satu dengan yang lain.

Dari kisah Yonatan dan Daud, kita belajar bahwa sahabat bukanlah seseorang yang ada di saat kita senang saja, tetapi ketika kita mengalami kesusahan, seorang sahabat akan selalu ada menemani. Mungkin saat ini Sobat Junior belum memiliki sahabat seperti Yonatan, tetapi ada seorang Sahabat yang selalu ada bagi kita yaitu Tuhan Yesus. Dia setia menemani kita saat suka maupun duka. Jadi Sobat Junior, belajarlah menjadi sahabat yang selalu menemani saat suka maupun duka.

Card image
Truth Youth 10 Maret 2024 (English Version) - FOOLISH ONE
2024-03-10 09:33:10


"May the God of hope fill you with all joy and peace as you trust in him, so that you may overflow with hope by the power of the Holy Spirit." (Romans 15:13)

Foolish one: stop thinking that God's forgiveness is limited and that we are not worthy of His forgiveness! Many of us may have heard sermons from pastors saying that God is the Most Forgiving. No matter how much sin we commit, God will forgive us. However, this should not be used as a shield for us to continue sinning. Essentially, humans are sinners, but we must not normalize this fact and turn it into a lifestyle or habit. The forgiveness given by God is the most precious thing on earth, as it cannot be paid for with anything. In His forgiveness, there is hope waiting for all of us.

When God forgives us, our once strained relationship with Him is restored, reunited in such a close bond. In this closeness, God the Source of Hope, gives us joy and peace. When we finally make peace with all our mistakes, we gain inner peace in our hearts and minds. Here, many opportunities are open for us to improve ourselves and show God that His forgiveness is not in vain.

Stop being foolish and wasting time living in sin! There are so many time and opportunities that God still gives us, so come to God and ask for His forgiveness. A new life awaits us when we ask for forgiveness from God. He also gives us the Holy Spirit so that we can be sensitive in living our lives, so that we can continue to experience the peace of God, and so that we can see God's great plan in our lives. Believe, the Forgiving God is the God full of good plans, namely a future full of hope.

WHAT TO DO:
1. Understand that God's forgiveness is unlimited.
2. Believe that in God's forgiveness there is hope, joy, and peace.
3. Surrender your life to God and ask for His forgiveness.

BIBLE MARATHON:
- Joshua 14-17

Card image
Truth Youth 10 Maret 2024 - FOOLISH ONE
2024-03-10 09:29:28


"Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan." (Roma 15:13).

Foolish one: stop mikir kalo pengampunan Tuhan itu terbatas dan kita gak layak diampuni oleh Dia! Mungkin banyak dari kita yang mendengar khotbah para pendeta bahwa Tuhan adalah Dia yang Maha Pengampun. Mau sebanyak apa pun dosa kita, Tuhan akan mengampuni kita. Namun, hal ini gak boleh dijadikan sebagai tameng untuk kita terus melakukan dosa. Pada hakikatnya memang manusia adalah pendosa, tetapi kita tidak boleh menormalisasi hakikat ini dan menjadikannya sebagai gaya hidup apalagi kebiasaan. Pengampunan yang diberikan oleh Tuhan adalah hal yang paling berharga yang pernah ada di muka bumi, sebab tidak dapat dibayar dengan apa pun. Di dalam pengampunan Tuhan, ada harapan yang menanti-nanti kita semua.

Ketika Tuhan mengampuni kita, relasi kita dengan-Nya yang dahulu renggang, kini kembali membaik, kembali menyatu lagi dengan begitu lekatnya. Dalam kedekatan ini, Allah Sang Sumber Pengharapan, memberikan kita sukacita dan damai sejahtera. Ketika pada akhirnya kita berdamai dengan segala kesalahan kita, kita memperoleh damai sejahtera di dalam batin dan pikiran kita. Di sinilah terbuka begitu banyak kesempatan untuk kita memperbaiki diri dan menunjukkan kepada Tuhan bahwa pengampunan-Nya tidak sia-sia.

Stop menjadi orang bodoh yang membuang waktu untuk hidup dalam dosa! Banyak sekali waktu dan kesempatan yang masih Tuhan berikan kepada kita, maka datanglah kepada Tuhan dan memohon pengampunan-Nya. Hidup yang baru menanti kita ketika kita memohon pengampunan kepada Tuhan. Ia juga memberikan kita Roh Kudus agar kita peka dalam menjalani hidup, agar kita dapat terus merasakan damai sejahtera Allah, dan agar kita dapat melihat rencana Allah yang besar dalam hidup kita. Percayalah, Allah Sang Pengampun adalah Tuhan yang penuh dengan rencana baik, yaitu masa depan yang penuh pengharapan.

WHAT TO DO:
1. Memahami bahwa pengampunan Tuhan itu tidak terbatas.
2. Memercayai bahwa di dalam pengampunan Tuhan terdapat pengharapan, sukacita, dan damai sejahtera.
3. Memberikan hidup kepada Tuhan dan meminta pengampunan-Nya.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yosua 14-17

Card image
Renungan Pagi - 10 Maret 2024
2024-03-10 09:03:44


"Pertobatan harus dimulai dari pembaharuan roh dan pikiran, sehingga itu akan mempengaruhi pola hidup kita sebagai manusia baru yang telah menerima anugerah keselamatan. Rasul Paulus menasihatkan jemaat Tuhan di Efesus tentang hal ini.

"Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh, pikiranmu dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya."

Hidup dalam pertobatan harus menunjukkan perubahan ke arah yang benar yaitu pengudusan hidup, jangan hidup sama lagi seperti dahulu, hidup lama dalam hawa nafsu yang menyesatkan, itu mendatangkan kebinasaan. Tetapi kenakan hidup baru dalam kebenaran Kristus, maka kita diselamatkan.
(Efesus 4:21-24)

Card image
Quote Of The Day - 10 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-10 08:52:59


Pengakuan dosa bukan hanya menyangkut kesalahan moral atau pelanggaran umum, melainkan keberadaan kesucian hidup yang belum seperti yang Tuhan kehendaki.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 10 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-10 08:51:48


Kesalahan banyak orang adalah mereka pikir bahwa hal-hal sederhana yang dianggap kecil tidak memiliki arti dalam kehidupannya.

Card image
CHANGED RHYTHM OF LIFE - 10 Maret 2024 (English Version)
2024-03-10 08:48:45


How difficult it is to have a life attitude that does not spare life in this era (Matt.10:39 Whoever finds their life will lose it, and whoever loses their life for my sake will find it ; 16:25 For whoever wants to save their life will lose it, but whoever loses their life for me will find it). In general, people race to save their lives. This is the standard rhythm of life adopted by almost all humans. On the contrary, not sparing life is the rhythm of life worn by the Lord Jesus Christ. He came into the world, emptying Himself of all His glory, and being in the likeness of sinful man (Phil. 2:5-7 In your relationships with one another, have the same mindset as Christ Jesus: Who, being in very natureGod, did not consider equality with God something to be used to his own advantage; rather, he made himself nothing by taking the very nature of a servant, being made in human likeness). In all things the Lord Jesus was likened to humans (Heb. 2:17 For this reason he had to be made like them, fully human in every way, in order that he might become a merciful and faithful high priest in service to God, and that he might make atonement for the sins of the people). In the same condition as humans, He obediently offered Himself to die on the cross.

Actually, the Lord Jesus could have obtained and enjoyed this world, but He chose to do the will of the Father. He shut himself off from all worldly pleasures. His confession was that His food or sustenance was to do the Father's will and complete His work. The word food or sustenance in the original text is broma (βρῶμα), which apart from meaning solid food, also refers to high quality food. Just as every day we strive to be able to have quality food, so believers must strive to find God's will and do it.

But unfortunately, many people only work for perishable bread, but do not work for the bread that endures to eternal life, namely by believing (John 6:27-29 Do not work for food that spoils, but for food that endures to eternal life, which the Son of Man will give you. For on him God the Father has placed his seal of approval.” Then they asked him, “What must we do to do the works God requires?” Jesus answered, “The work of God is this: to believe in the one he has sent”). Believing is a struggle involving all physical and spiritual potentials, not just mental activities. Believing means surrendering oneself to the object of faith. If someone believes in the Lord Jesus, it means he must follow His footsteps. Following His footsteps means having a rhythm of life like the Lord Jesus has. If someone is not willing to adopt this rhythm of life, it means he is not willing to follow the Lord Jesus.

The Lord Jesus dared to deny Himself of all worldly pleasures, so should we. This is what the Lord Jesus meant when He said that whoever wants to follow Him must renounce all possessions (Luke 14:33 In the same way, those of you who do not give up everything you have cannot be my disciples). In reality, many Christians are not willing to renounce all their possessions. Thus, they still persist in adopting the rhythm of life of the children of the world. If this rhythm of life is not replaced with the rhythm of life that the Lord Jesus has, then ultimately a person can never be changed. Change must start from within oneself. Therefore, we must act as soon as possible.

The question we need to ponder is, why do many Christians not dare to adopt the rhythm of life imposed by the Lord Jesus? There are many factors as reasons. First, they do not consider that life will end. They are accustomed to thinking as if life can always be lived. However, when it reaches its end, no one can extend it. The final point is like a giant that is not subject to anyone. Therefore, the wise attitude that you should have is to prepare yourself for it, so as to make that day the happiest day.

If someone has strived to live like the Lord Jesus, death will be the most beautiful moment. In this way, a person accumulates treasures in heaven. One day, people will calculate how much has been done during this life to accumulate treasures in heaven. Everyone must appear before the judgment seat of the Lord (Romans 14:12; 2 Corinthians 5:9-10). This is in accordance with what the Lord Jesus said about talents (Matthew 25:14-30). Everyone is responsible for the trust given when receiving talents. Talents are the ability to be morally God-like.

Second, many Christians do not understand that being a Christian means living as the Lord Jesus lived. If not, it means rejecting to be His follower. Rejecting to follow the Lord Jesus means destruction or not having a part in the family of the Kingdom of God. It is very regrettable if this very valuable opportunity is wasted only for everything that will eventually be eaten by moths and rust, thieves would steal and break it apart. Following the Lord Jesus is a calling and responsibility that cannot be avoided.

The success of living in harmony with the Lord Jesus also determines the fulfillment of God's plan for this world. What a great honor given to believers to be able to become "brothers" of the Lord Jesus, so that He becomes the firstborn among many brothers. With the completion of the number of believers like the Lord Jesus, then God's plan to build His Kingdom can be realized soon. Ironically, many people are busy realizing their own ambitions, but do not care about God's great plan for the salvation of humanity and the establishment of His Kingdom. Those who do not care are unworthy to be called children of God.

FOLLOWING HIS FOOTSTEPS MEANS HAVING A RHYTHM OF LIFE LIKE THE LORD JESUS HAS.

Card image
IRAMA HIDUP YANG DIUBAH - 10 Maret 2024
2024-03-10 08:44:49


Betapa sulitnya memiliki sikap hidup tidak menyayangkan nyawa pada zaman ini (Mat. 10:39; 16:25). Pada umumnya orang berlomba untuk menyelamatkan nyawanya. Ini adalah irama hidup standar yang dikenakan oleh hampir semua manusia. Sebaliknya, tidak menyayangkan nyawa adalah irama hidup yang dikenakan oleh Tuhan Yesus Kristus. Ia datang ke dunia melepaskan semua kemuliaan-Nya, mengosongkan diri dan berkeadaan sama seperti manusia yang berdosa (Flp. 2:5-7). Dalam segala hal Tuhan Yesus disamakan dengan manusia (Ibr. 2:17). Dalam keadaan sama seperti manusia Ia menyediakan diri untuk taat sampai mati di kayu salib.

Sebenarnya Tuhan Yesus bisa memperoleh dan menikmati dunia ini, tetapi Ia memilih untuk melakukan kehendak Bapa. Ia mematikan diri-Nya dari segala kesenangan dunia. Pengakuan-Nya adalah bahwa makanan-Nya atau rezeki-Nya adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Kata makanan atau rezeki dalam teks aslinya adalah broma (βρῶμα), yang selain berarti makanan padat (solid food), juga menunjuk pada makanan yang berkualitas tinggi. Sebagaimana setiap hari kita berusaha untuk bisa memiliki makanan yang berkualitas, demikianlah orang percaya harus berusaha untuk menemukan kehendak Allah dan melakukannya.

Namun sayang sekali, banyak orang hanya bekerja untuk roti yang dapat binasa, tetapi tidak bekerja untuk roti yang tidak dapat binasa, yaitu dengan percaya (Yoh. 6:27-29). Percaya adalah pergumulan hidup yang melibatkan semua potensi jasmani maupun rohani, bukan hanya aktivitas pikiran. Percaya artinya menyerahkan diri kepada objek yang dipercayai. Kalau seseorang percaya kepada Tuhan Yesus, berarti ia harus mengikuti jejak-Nya. Mengikuti jejak-Nya artinya memiliki irama hidup seperti yang Tuhan Yesus miliki. Kalau seseorang tidak berani mengenakan irama hidup ini berarti ia tidak bersedia mengikut Tuhan Yesus.

Tuhan Yesus berani mematikan diri-Nya dari segala kesenangan dunia, demikian pula seharusnya kita. Inilah yang Tuhan Yesus maksudkan bahwa barangsiapa mau mengikut Tuhan Yesus, ia harus melepaskan dirinya dari segala miliknya (Luk. 14:33). Kenyataannya, banyak orang Kristen yang tidak bersedia melepaskan dirinya dari segala miliknya. Dengan demikian ia masih bertahan mengenakan irama hidup anak-anak dunia. Jika irama hidup ini tidak digantikan dengan irama hidup yang Tuhan Yesus kenakan, pada akhirnya seseorang tidak pernah bisa diubah. Perubahan itu harus berangkat dari diri sendiri. Oleh sebab itu, kita harus bertindak sesegera mungkin.

Pertanyaan yang harus kita perkarakan, mengapa banyak orang Kristen yang tidak berani mengenakan irama hidup yang dikenakan oleh Tuhan Yesus? Banyak faktor sebagai alasannya. Pertama, mereka tidak memandang bahwa hidup ini akan berakhir. Mereka sudah terbiasa berpikir seakan-akan hidup ini terus bisa dijalani. Padahal kalau sudah sampai titik akhirnya, maka tidak seorang pun yang dapat memperpanjang. Titik akhir tersebut seperti raksasa yang tidak takluk pada siapa pun. Oleh sebab itu, sikap bijaksana yang patut dimiliki adalah mempersiapkan diri menyongsongnya, sehingga menjadikan hari itu sebagai hari yang paling membahagiakan.

Kalau seseorang sudah berusaha untuk hidup seperti Tuhan Yesus, kematian akan menjadi saat yang paling indah. Dengan cara inilah seseorang mengumpulkan harta di surga. Suatu hari nanti orang akan menghitung berapa banyak yang telah dikerjakan selama hidup ini untuk mengumpulkan harta di surga. Setiap orang harus menghadap takhta pengadilan Tuhan (Rm. 14:12; 2 Kor. 5:9-10). Hal ini sesuai dengan apa yang Tuhan Yesus kemukakan mengenai talenta (Mat. 25:14-30). Setiap orang harus bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan ketika menerima talenta. Talenta adalah kemampuan untuk bisa menjadi bermoral Allah.

Kedua, banyak orang Kristen tidak memahami bahwa menjadi orang Kristen berarti harus hidup seperti Tuhan Yesus hidup. Jika tidak demikian, berarti menolak menjadi pengikut-Nya. Menolak mengikut Tuhan Yesus berarti kebinasaan atau tidak mendapat bagian dalam keluarga Kerajaan Allah. Betapa sangat disayangkan kalau kesempatan yang sangat berharga ini disia-siakan hanya untuk segala sesuatu yang akhirnya akan dimakan ngengat dan karat, pencuri akan mencuri serta membongkarnya. Mengikut Tuhan Yesus adalah panggilan dan tanggung jawab yang tidak boleh dihindari.

Keberhasilan hidup seirama dengan Tuhan Yesus menentukan juga penggenapan rencana Allah atas dunia ini. Betapa hebat kehormatan yang diberikan kepada orang percaya untuk bisa menjadi “saudara” bagi Tuhan Yesus, agar Dia menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dengan genapnya jumlah orang percaya seperti Tuhan Yesus, maka rencana Allah membangun Kerajaan-Nya dapat segera terealisir. Ironis, banyak orang sibuk mewujudkan cita-citanya sendiri, tetapi tidak memedulikan rencana Allah yang besar atas keselamatan umat manusia dan tegaknya Kerajaan-Nya. Orang-orang yang tidak peduli ini tidak layak menjadi anak-anak Allah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MENGIKUTI JEJAK-NYA ARTINYA MEMILIKI IRAMA HIDUP SEPERTI YANG TUHAN YESUS MILIKI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 Maret 2024
2024-03-10 08:39:53

Ulangan 1-2

Card image
Truth Kids 09 Maret 2024 - MENGHORMATI ORANG TUA
2024-03-09 12:51:59


1 Samuel 2:12
"Adapun anak-anak lelaki Eli adalah orang-orang dursila; mereka tidak mengindahkan TUHAN,"

Eli, imam besar (sekarang seperti pendeta) yang hidup pada zaman Samuel. Sayangnya, imam Eli memiliki dua anak laki-laki yang jahat. Mereka tidak mau dengar-dengaran kepadanya dan Tuhan. Bahkan mereka tidak menghormati pekerjaan ayahnya. Imam Eli tahu tentang kelakuan anak-anaknya, tetapi ia tidak berani menegur mereka. Ia hanya berkata, "Mengapa kamu berbuat seperti itu?" (1Sam. 2:23). Akibatnya, Tuhan marah kepada Imam Eli dan anak-anaknya. Tuhan menghukum mereka.

Sobat Kids, mendidik anak adalah salah satu tugas yang sangat penting bagi orang tua. Orang tua harus mengajarkan anak-anak tentang Tuhan dan firman-Nya. Orang tua juga harus mencontohkan hidup yang baik dan benar di hadapan anak-anaknya. Orang tua tidak boleh membiarkan anak-anaknya berbuat jahat dan tidak taat kepada Tuhan. Orang tua harus menegur anak-anaknya jika mereka salah. Orang tua juga harus mengasihi dan mendukung anak-anaknya.

Sobat Kids, bagaimana dengan kamu? Apakah kamu menghormati dan mendengarkan orang tuamu? Apakah kamu belajar tentang Tuhan dan firman-Nya dari orang tuamu? Apakah kamu taat kepada Tuhan dan melakukan kehendak-Nya? Ingatlah, Tuhan sangat menyayangi kamu. Tuhan ingin kamu menjadi anak yang baik dan menjadi berkat bagi orang lain. Tuhan juga ingin orang tuamu menjadi orang tua yang baik dan bertanggung jawab. Mari kita bersyukur kepada Tuhan atas orang tua yang kita miliki. Mari kita berdoa agar Tuhan memberkati orang tua kita.

Card image
Truth Junior 09 Maret 2024 - KEGAGALAN IMAM ELI
2024-03-09 12:50:21


1 Samuel 2:12
“Adapun anak-anak lelaki Eli adalah orang-orang dursila; mereka tidak mengindahkan TUHAN,”

Ada seorang anak bernama Hofni. Ia dan saudaranya, Pinehas, dikenal sebagai anak-anak yang tidak takut akan Tuhan. Padahal, ayah mereka adalah seorang imam besar yang terkenal dan sangat taat pada Elohim Yahweh. Hofni dan Pinehas sering melanggar aturan dalam mempersembahkan kurban bakaran bagi Allah. Mereka berbuat sesukanya sendiri dan tidak peduli kehendak Allah. Mengetahui hal tersebut, imam Eli sangat sedih dan berusaha menasihati mereka. Imam Eli ingin agar anak-anaknya bertobat dan mulai belajar menghormati Sang Elohim Yahweh yang Maha Besar.

Namun, kedua anaknya ini tidak mau dengar-dengaran kepada imam Eli. Mungkin karena teguran yang disampaikan imam Eli tidak tegas dan keras, sehingga anak-anaknya tidak peduli dan tidak merasa takut sedikitpun. Ini adalah contoh kegagalan yang dilakukan imam Eli, sebab ia tidak berhasil mendidik anak-anaknya sebagaimana mestinya.

Sobat Junior, jika orang tua kalian bersikap tegas dan keras dalam mendidik kalian, bisa jadi karena itu yang memang harus dilakukan untuk menyelamatkan kalian dari api kekal. Hofni dan Pinehas tidak mungkin mendapat tempat dalam Kerajaan Surga. Jangan sampai kita juga berakhir di neraka kekal karena kita tidak mau taat terhadap didikan orang tua kita, ya.

Card image
Truth Youth 09 Maret 2024 (English Version) - THE MEANING OF REPENTANCE ACCORDING TO THE BIBLE
2024-03-09 12:47:16


"Do not conform to the pattern of this world, but be transformed by the renewing of your mind. Then you will be able to test and approve what God's will is—his good, pleasing and perfect will." (Romans 12:2)

Generally, repentance is understood when someone confesses and agrees that Jesus is Lord and Savior. Conversion of religion, faith, or belief to Christianity is also often interpreted as repentance. Most Christians believe that someone's repentance is marked by these facts; conversion of religion, confession of faith, baptism, and so on. Is this true? What does repentance mean according to the Bible? Let's see what the Bible says.

Although the Bible is the same, interpretations of repentance still differ from one another. We must understand that studying the Bible requires us to empty ourselves of all premises and assumptions; examining and interpreting the text must be careful, precise, honest, and sincere, as it is. Never interpret the biblical text by inserting our own thoughts 100% (eisegesis), but rather draw out the meaning of the text based on internal biblical facts and general facts so that its interpretation is coherent with the truth or general facts (exegesis).

In its original text, repentance uses the Greek word metanoia, translated as a change of mind or a change of human spirit. The Apostle Paul is one biblical figure who deeply understands the meaning of repentance, as we can find in his letter to the Romans that repentance is not just the mouth confessing and the mind agreeing that Jesus is Lord and Savior, but a change or transformation of life which in Romans 12:2 uses the word metamorphoo.

Repentance demands a change in someone's life. Repentance demands a change of life that starts from a transformed mind so that one's life will change and bear fruit for God. A transformed mind will awaken someone from their old life so that they change and then lead them to a truly new life with God. They will have a life that bears fruit for God, pleasing and glorifying God at all times. Blessed are we, youth, who live in truth, who live healthy lives, who eat and drink for God, who study and work for God, and live to please God at all times. Jesus loves us very much. Amen.

WHAT TO DO:
1. Diligently and disciplined study the Bible.
2. Study the Bible with the right attitude of heart.
3. Build discipline for living, rightly, healthily, and maximally.

BIBLE MARATHON:
- Joshua 11-13

Card image
Truth Youth 09 Maret 2024 - MAKNA PERTOBATAN MENURUT ALKITAB
2024-03-09 12:45:04


"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah; apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2)

Pada umumnya, pertobatan dimaknai ketika seseorang mengaku dan setuju bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat. Berpindahnya agama, iman atau keyakinan seseorang menjadi Kristen juga sering kali dimaknai sebagai pertobatan. Sebagian besar orang Kristen meyakini bahwa pertobatan seseorang ditandai dengan fakta-fakta tersebut; perpindahan agama, pengakuan iman, pembaptisan, dan lain-lain. Apakah benar demikian? Bagaimanakah pertobatan menurut Alkitab? Mari kita lihat apa kata Alkitab.

Meskipun Alkitabnya sama, penafsiran mengenai pertobatan tetap saja berbeda satu dengan yang lain. Kita harus mengerti bahwa ketika belajar Alkitab kita harus mengosongkan diri dari segala premis dan asumsi; melihat dan menafsirkan teks harus teliti, cermat, jujur, dan tulus, apa adanya. Jangan pernah menafsirkan teks Alkitab dengan memasukkan pikiran sendiri 100% (eisegesis), tetapi harus menarik keluar makna teks tersebut berdasarkan fakta internal Alkitab dan fakta umum sehingga penafsirannya koheren dengan kebenaran atau fakta umum (eksegesis).

Dalam teks aslinya, pertobatan menggunakan kata Yunani _metanoia_ yang diterjemahkan sebagai perubahan pikiran atau perubahan manusia batin. Rasul Paulus adalah salah satu tokoh Alkitab yang sangat mengerti makna pertobatan yang dapat kita temukan dalam suratnya kepada jemaat Roma bahwa pertobatan itu bukan hanya mulut yang mengakui dan pikiran yang menyetujui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, melainkan sebuah perubahan atau transformasi hidup yang dalam Roma 12:2 menggunakan kata metamorphoo. Pertobatan menuntut adanya perubahan dalam hidup seseorang.

Pertobatan menuntut perubahan hidup yang dimulai dari pikiran yang diubahkan sehingga hidup seseorang akan berubah serta berbuah bagi Tuhan. Pikiran yang diubahkan akan menyadarkan seseorang dari kehidupannya yang lama sehingga ia berubah dan kemudian mengantarnya pada kehidupan yang benar-benar baru bersama dengan Tuhan. Ia akan memiliki hidup yang berbuah bagi Tuhan, menyenangkan serta memuliakan Tuhan setiap saat. Berbahagialah kita, para pemuda, yang hidup dalam kebenaran, yang berpola hidup sehat, yang makan minum untuk Tuhan, yang kuliah dan bekerja untuk Tuhan, serta hidup menyenangkan Tuhan setiap saat. Tuhan Yesus sangat mengasihi kita. Amin.

WHAT TO DO:
1. Tekun dan disiplin belajar Alkitab
2. Belajar Alkitab dengan sikap hati yang benar
3. Bangun kedisiplinan untuk hidup, benar, sehat, dan maksimal

BIBLE MARATHON:
▪︎Yosua 11—13

Card image
Renungan Pagi - 09 Maret 2024
2024-03-09 09:55:04


Sifat keseharian yang paling menonjol dan menjadi ciri khas orang percaya adalah kehidupan dalam kasih, karena Allah adalah kasih. Kita diselamatkan karena kasih, Kristus mengorbankan Diri-Nya karena kasih, Bapa memberikan Putra Tunggal-Nya karena kasih. Hukum yang terutama dan utama adalah kasih.

Kasih dimulai dari hati, karena itu menjaga hati tetap bersih dan tulus, serta mampu mengasihi adalah kewajiban kita. Kasih harus nyata melalui perkataan yang memberkati dan memuliakan Tuhan, tetapi kasih juga harus diekspresikan melalui tindakan nyata, bukan sekedar kata-kata atau berpura-pura.

Rasul Yohanes selalu mengajarkan banyak hal tentang kasih, sebab semua berita kebenaran yang didengar dari semula adalah kasih. "Sebab inilah berita yang telah kamu dengar dari mulanya, yaitu bahwa kita harus saling mengasihi;" Dan kasih harus dinyatakan dengan perbuatan, bukan hanya kata-kata belaka. "Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran."
(1 Yohanes 3:11,18)

Card image
Quote Of The Day - 09 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-09 09:52:01


Sejatinya, kehidupan orang percaya adalah reputasi Allah; surat terbuka yang dibaca setiap orang.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 09 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-09 09:50:59


Bagaimana sikap kita terhadap Tuhan hari ini, menentukan kekekalan kita.

Card image
TAKING CARE OF OURSELVES AND OTHERS - 09 Maret 2024 (English Version)
2024-03-09 09:49:08


God calls us to care for those we should care for, to protect those we must protect; for surely, there are those we protect, there are those we must care for. In the Bible, we find people whom God used to guard others. For example, Joseph. Joseph was used by God to care for his family, and even later, the unbelievers, those who were not chosen in Egypt, were also protected. Also, David. When the Israelites trembled facing Goliath, no one dared to step forward. Until finally, David, a shepherd, unfamiliar with swords, shields, spears, and armor, faced him. He was familiar with slings and associated with sheep, but beyond that, he was associated with God. And it's evident from the Psalms he wrote, he had a close relationship with God.

Mordecai and a great woman named Esther, saved the entire nation of Israel in the land of exile. These true stories are amazing. The history of the people who were used by God to be guardians of others. This teaches us a lesson so that we are aware that there are people we must take care of. There are people we must protect and that is an expression of God's love. Because God wants to protect and to care for those He loves through us. Don't be like Cain, who when asked by the LORD where his brother was, he said, "Am I my brother's keeper?" Perhaps we don't utter those words, but our way of life reflects it. Where we are indifferent to those we should care for or those we should protect.

On social media, we find many who harm others, the gossips they spread can harm or kill others; it can kill character, kill futures, and so forth. Perhaps today we don't know who we should care for. And the Lord doesn't entrust those we should care for. Why? Because apparently, we cannot care for ourselves. If we cannot care for ourselves, then the Lord will not entrust others to us. Joseph, from a young age, cared for himself from sin, he did not engage in his brothers' sins. That's why he could report his brothers' evil deeds because he did not participate. Joseph guarded himself against Mrs. Potiphar's temptation, he guarded himself. He said, "How can I do this great wickedness?" even though it led him to prison.

Remember, if we can keep ourselves from sin, God will take care of us and entrust us with the people we have to take care of. Why did Cain kill Abel? Because he couldn't take care of himself. God said, “Why is your heart hot and your face gloomy? Will your face not be radiant if you do good? But if you do not do good, sin is lurking at the door; it tempts you greatly, but you must have dominion over it” (Gen. 4:6-7).

We must be masters, not slaves or servants of sin. We must control it, or else it will control us. It lurks, but if we do not guard ourselves, it pounces on us. Because our enemy prowls like a roaring lion.

The problem is, people care more about their dignity, good name, honor, money and so on, but are not serious about asking God for help to maintain the purity of their lives. In fact, if we don't guard our inner selves and the purity of our lives, God also can't guard us. God cannot guard those who do not guard themselves. Cain didn't take care of himself, he let his heart burn. Therefore, God's word says, “Live in obedience, do not follow your passions in your foolishness". There are many children who are destroyed because husband and wife cannot take care of themselves. They speak recklessly, insult their spouses, and commit domestic violence. Let's imagine, if parents fight, what kind of family portrait do children see? And that's what Satan wants, he really wants many people to be destroyed.

Don't be a person who cannot be trusted by God. Because we are racing against time, while Satan pulls as many people as possible into hell. We have to work hard, not make money for ourselves. We think about the people we can save. We don't need to ask God to use us, because if God sees that we can be trusted, we will guard others. So, the people God uses to look after other people are, first, people who look after themselves. Second, those who can guard others from simple matters. There is no need to be grandiose about being a high priest, but be a guardian of others, which we start with the people around us.

GOD CANNOT GUARD THOSE WHO DO NOT GUARD THEMSELVES.

Card image
MENJAGA DIRI DAN SESAMA - 09 Maret 2024
2024-03-09 09:46:39


Tuhan memanggil agar kita menjaga orang yang seharusnya kita jaga, melindungi orang yang harus kita lindungi; sebab pasti ada orang yang kita lindungi, pasti ada orang yang harus kita jaga. Di dalam Alkitab, kita menemukan orang-orang yang dipakai Tuhan menjaga orang lain. Misalnya, Yusuf. Yusuf dipakai Tuhan menjaga keluarganya, bahkan kemudian orang-orang kafir, orang-orang yang bukan umat pilihan di Mesir ikut terlindungi. Juga Daud. Ketika bangsa Israel gemetar menghadapi Goliat, tidak ada seorang pun yang berani tampil. Sampai akhirnya, Daud, gembala domba, yang tidak akrab dengan pedang, perisai, tombak, dan pakaian zirah perang, maju menghadapinya. Dia akrab dengan umban dan bergaul dengan domba-domba, tetapi di balik itu dia bergaul dengan Allah. Dan itu nyata dari Mazmur yang ditulisnya, dia bergaul karib dengan Allah.

Mordekhai dan wanita hebat yang bernama Ester, menyelamatkan seluruh bangsa Israel di negeri pembuangan itu. Sungguh menakjubkan kisah-kisah nyata ini. Goresan sejarah dari orang-orang yang dipakai Tuhan menjadi penjaga sesama. Hal ini memberi pelajaran bagi kita supaya kita sadar bahwa ada orang-orang yang harus kita jaga. Ada orang-orang yang harus kita lindungi dan itu bentuk dari ekspresi kasih Allah. Karena Allah mau melindungi, Allah mau menjaga orang-orang yang Dia kasihi melalui kita. Jangan kita seperti Kain yang ketika ditanya TUHAN keberadaan adiknya, ia berkata, “Apakah aku penjaga bagi adikku?” Mungkin kita tidak mengucapkan kalimat seperti itu, tetapi sikap hidup kita seperti itu. Di mana kita tidak peduli atas orang-orang yang harus kita jagai atau orang-orang yang harus kita lindungi.

Di media sosial, kita menemukan banyak orang yang menjagal sesamanya, gosip-gosip yang mereka lemparkan dapat menjagal atau membunuh sesama; bisa membunuh karakter, membunuh masa depan dan lain sebagainya. Mungkin hari ini kita tidak tahu siapa yang kita harus jaga. Dan Tuhan tidak memercayakan orang-orang yang harus kita jaga. Mengapa? Karena ternyata kita tidak bisa menjaga diri kita sendiri. Kalau kita tidak bisa menjaga diri kita sendiri, maka Tuhan tidak akan memercayakan orang lain untuk kita jagai. Yusuf, dari muda dia menjaga dirinya dari dosa, dia tidak ikut terlibat dosa kakak-kakaknya. Karenanya dia bisa mengadukan perbuatan jahat kakak-kakaknya karena dia tidak ikut terlibat. Yusuf menjaga dirinya dari cobaan Nyonya Potifar, dia menjagai dirinya. Dia berkata, “Bagaimana aku dapat melakukan dosa sebesar ini?” walaupun karena itu dia harus masuk penjara.

Ingat, kalau kita bisa menjaga diri kita dari dosa, Tuhan akan menjagai kita dan memercayakan kepada kita orang-orang yang harus kita jagai. Kenapa Kain membunuh Habel? Karena ia tidak dapat menjagai dirinya. Tuhan berkata, “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya” (Kej. 4:6-7).

Kita harus menjadi tuan, bukan jadi budak atau hamba dosa. Kita harus menguasainya, kalau tidak, kita yang akan dikuasai. Dia mengintip, tapi kalau kita tidak menjaga diri, kita diterkamnya. Karena musuh kita itu seperti singa yang mengaum.

Masalahnya, orang lebih menjagai martabat, nama baik, kehormatan, uang dan lain sebagainya, tapi tidak serius minta tolong Tuhan untuk menjaga kesucian hidupnya. Padahal, kalau kita tidak menjagai batin dan kesucian hidup kita, Tuhan juga tidak bisa menjagai kita. Tuhan tidak bisa menjagai orang yang tidak menjagai dirinya sendiri. Kain tidak menjaga dirinya, dia membiarkan hatinya panas. Makanya, firman Tuhan mengatakan, “Hiduplah dalam ketaatan. Jangan turuti hawa nafsumu pada waktu kebodohanmu.” Ada banyak anak hancur karena suami istri tidak bisa menjagai dirinya sendiri. Sembarangan mengucapkan kalimat, memaki pasangan, memukul, KDRT. Coba kita bayangkan, kalau ayah ibu berkelahi, anak melihat potret keluarga macam apa? Dan itu yang setan mau, ia memang mau banyak orang hancur.

Jangan menjadi manusia yang tidak bisa dipercayai Tuhan. Karena kita berkejar-kejaran dengan waktu, sementara Iblis menarik sebanyak mungkin orang masuk ke dalam neraka. Kita harus kerja keras, bukan mencari uang untuk diri sendiri. Kita memikirkan orang-orang yang bisa kita selamatkan. Kita tidak usah minta Tuhan pakai kita, sebab kalau Tuhan melihat kita bisa dipercaya, kita akan menjagai orang lain. Jadi, orang yang dipakai Tuhan menjagai orang lain adalah, pertama, orang yang menjaga dirinya sendiri. Yang kedua, orang yang bisa menjagai orang dari perkara-perkara sederhana. Tidak usah muluk-muluk menjadi pendeta besar, tapi jadilah penjaga sesama yang kita mulai dari orang-orang di sekitar kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN TIDAK BISA MENJAGAI ORANG YANG TIDAK MENJAGAI DIRINYA SENDIRI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 Maret 2024
2024-03-09 09:43:44

Bilangan 35-36

Card image
Truth Kids 08 Maret 2024 - BERDOA DENGAN TULUS
2024-03-08 12:28:29


1 Samuel 1:11
”Kemudian bernazarlah ia, katanya: "TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada Tuhan untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya.”

Hana adalah seorang perempuan yang sangat ingin memiliki anak, tetapi tidak bisa. Ia merasa sedih dan kesepian. Ia sering diejek karena tidak dapat memiliki anak. Suatu hari, Hana pergi ke rumah Tuhan bersama suaminya. Di sana, ia berdoa dengan tulus kepada Tuhan. Ia berkata, "Ya Tuhan, Yang Maha Kuasa, tolong lihatlah penderitaan hamba-Mu ini. Ingatlah aku dan jangan lupakan hamba-Mu ini. Berikanlah hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan menyerahkan dia kepada-Mu seumur hidupnya, dan pisau cukur tidak akan pernah menyentuh kepalanya."

Sobat Kids, doa Hana sangat tulus dan mengharukan. Ia tidak hanya meminta anak untuk dirinya sendiri, tetapi juga bersedia memberikan anak itu untuk melayani Tuhan. Ia percaya bahwa Tuhan akan mengabulkan permintaannya, karena Tuhan adalah Allah yang baik dan setia.

Sobat Kids, kita bisa belajar dari Hana untuk berdoa dengan tulus kepada Tuhan. Kita tidak boleh berdoa hanya meminta apa yang kita inginkan, tetapi juga harus menyerahkan kehendak Tuhan yang akan terjadi. Saat berdoa, yakinlah bahwa Tuhan akan menjawab doa kita sesuai dengan rencana-Nya yang indah. "Oh, Tuhan, ajarlah kami untuk berdoa seperti Hana. Amin."

Card image
Truth Junior 08 Maret 2024 - BERDOA DALAM DUKACITA
2024-03-08 12:26:31


1 Samuel 1:11
Kemudian bernazarlah ia, katanya: “TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya.”

Dalam Alkitab, ada satu tokoh wanita yang sangat tekun berdoa untuk memiliki anak. Bahkan dalam dukacita, ia tiada henti berdoa; ingin memiliki anak yang juga akan ia berikan untuk melayani Tuhan. Tokoh itu adalah Hana. Hana berdoa dengan sungguh-sungguh, dan Tuhan mengabulkan doanya. Akhirnya ia pun memiliki anak yang bernama Samuel.

Melalui kisah Hana, kita mau belajar pentingnya memiliki hubungan setiap hari dengan Tuhan. Doa bukan sekadar harapan, namun adanya satu pribadi Tuhan yang selalu menanti kita untuk berbicara dengan-Nya. Selain tekun berdoa, Hana juga memiliki iman yang kuat. Hana percaya Tuhan mempunyai waktu yang tepat untuk menjawab doanya.

Mungkin dari kita pernah bertanya, “Kapan, ya, Tuhan menjawab doa aku? Mengapa rasanya Tuhan itu diam saja?” Dalam doa, Tuhan pasti mendengar kita. Namun, Ia ingin hati kita tulus; ingin bertemu dan berkomunikasi dengan-Nya, bukan hanya karena ingin doa kita dijawab. Hati yang tulus dimulai saat kita menyediakan waktu untuk berbicara pada-Nya. Mungkin Tuhan tidak langsung menjawab doa kita. Bisa saja Tuhan ingin kita menunggu atau bahkan tidak meng-iya-kan doa kita. Tetaplah tekun dalam berdoa, percaya Tuhan memberikan yang terbaik sesuai apa kebutuhan kita. Ia tidak akan pernah meninggalkan, tetapi selalu menjagai kita bahkan dalam titik terendah ataupun perasaan dukacita sekalipun.

Card image
CONTROVERSY OF SALVATION
2024-03-08 10:32:56


"I have not come to call the righteous, but sinners to repentance." (Luke 5:32)

Salvation is central to the preaching of the Gospel and the Christian faith. For decades, history has witnessed evangelists tirelessly proclaiming the good news of salvation. However, often the message of salvation only ends with the intellectual agreement and verbal confession that Jesus is Lord and Savior. Today, many churches inherit this worldly version of salvation which emphasizes that grace does not need to be responded to with full awareness and responsibility to repent and work out salvation with fear and trembling because grace is an undeserved gift from God that cannot be rejected by humans.

As a result, the understanding of many Christians about salvation becomes confused, wrong, and inconsistent with the Bible. Many Christians feel saved without the need to repent, thus feeling entitled to live as they please, eat and drink recklessly, be lazy, unwilling to exercise, and so on, resulting in their lives becoming stumbling blocks and not becoming blessings to others. This erroneous concept of salvation also causes Christians who hear it to become passive and ultimately perish.

Time and time again, biblical figures clearly call for repentance. The importance of repentance is emphasized to the extent that Jesus, our Lord and Savior, along with the apostles, calls for repentance as humanity's response to the salvation granted by God to all humanity so that everyone may repent and obtain salvation. How misguided are those who feel they have obtained salvation and are saved, thus feeling no need to repent, do good, and live holy in truth at all times. People like this will never find God forever.

Youth, we all must understand that salvation must be responded to with our earnestness to repent from our old lives and live in truth at all times. Repentance is real and evident in our lives at every moment; how we habitually live, eat and drink, relate to others, and do other things. Let us repent to find God and deepen our relationship with Him. Amen.

WHAT TO DO:
1. Diligently and disciplined study the Bible.
2. Never feel saved.
3. Never listen to false sermons.

BIBLE MARATHON:
- Joshua 8-10

Card image
Truth Youth 08 Maret 2024 - KONTROVERSI KESELAMATAN
2024-03-08 10:14:48


"Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat." (Luk. 5:32)

Keselamatan merupakan sentral dari pemberitaan Injil dan iman Kristen. Selama berpuluh-puluh tahun, sejarah telah membangkitkan para penginjil yang senantiasa memberitakan kabar baik mengenai keselamatan. Akan tetapi, sering kali pemberitaan mengenai keselamatan hanya bermuara pada persetujuan akal dan mulut yang mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat. Hari ini, banyak gereja mewariskan keselamatan versi dunia ini yang menekankan bahwa kasih karunia itu tidak perlu direspons dengan kesadaran penuh dan tanggung jawab untuk bertobat serta mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar sebab kasih karunia itu anugerah, pemberian dari Allah yang bersifat cuma-cuma dan tidak bisa ditolak oleh manusia.

Akibatnya, pengertian banyak orang Kristen mengenai keselamatan menjadi keliru, salah, dan tidak sesuai dengan Alkitab. Banyak orang Kristen merasa sudah selamat tanpa perlu bertobat sehingga merasa berhak hidup suka-suka sendiri, makan minum sembarangan, malas-malasan, enggan berolahraga, dan lain-lain, yang mengakibatkan hidupnya menjadi batu sandungan dan tidak menjadi berkat bagi sesamanya. Konsep keselamatan yang salah ini juga mengakibatkan orang-orang Kristen yang mendengarnya menjadi pasif dan akhirnya celaka.

Berulang kali tokoh-tokoh Alkitab dengan jelas menyerukan pertobatan. Betapa pentingnya pertobatan itu sehingga baik Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita satu-satunya, beserta dengan para rasul, menyerukan pertobatan sebagai respons manusia terhadap keselamatan yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada seluruh manusia supaya seluruh manusia bertobat dan beroleh keselamatan. Alangkah sesatnya orang yang merasa sudah memperoleh keselamatan dan sudah selamat sehingga tidak merasa perlu untuk bertobat, berbuat baik, hidup kudus dalam kebenaran setiap saat. Orang-orang seperti ini tidak akan pernah menemukan Tuhan sampai selama-lamanya.

Teman-teman pemuda, kita semua harus mengerti bahwa keselamatan itu harus direspons dengan kesungguhan kita untuk bertobat dari kehidupan lama kita dan hidup di dalam kebenaran setiap saat. Pertobatan itu nyata dan tampak jelas dalam kehidupan kita setiap saat; bagaimana kita berkebiasaan, berpola hidup, makan minum, berelasi dengan sesama, dan melakukan sesuatu yang lain. Mari kita bertobat guna menemukan Tuhan dan menjalin hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan. Amin.

WHAT TO DO:
1. Tekun dan disiplin belajar Alkitab
2. Jangan pernah merasa sudah selamat
3. Jangan pernah mendengarkan khotbah-khotbah yang salah

BIBLE MARATHON:
▪︎Yosua 8-10

Card image
Quote Of The Day - 08 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-08 08:59:41


Jangan membuang waktu sia-sia, sebab kita harus mempertanggungjawabkan bagaimana kita mengisi hari-hari hidup kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 08 Maret 3024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono(
2024-03-08 08:21:34


Tuhan mau menghindarkan kita dari penyesalan di kekekalan, maka Tuhan mengejutkan kita dengan peristiwa-peristiwa hidup yang mestinya membuat kita sadar.

Card image
GOD'S AGENDA - 08 Maret 2024
2024-03-08 08:12:12


How can we have a successful life? How can we achieve true success, real success? It turns out the secret is not to have our own agenda. Our lives must be within the scope of God's agenda. We just follow, fulfill God's agenda. Jesus said to Peter, "Peter, when you were younger, you tied your own belt and went wherever you wanted, but when you grow old, someone else will tie you and lead you where you do not want to go, but in doing so you will glorify God" (John 21:18). Living within God's agenda is challenging because we are accustomed to living life according to our own agenda.

Maybe we have had the determination to truly live according to God's will, but it turns out that in the journey of life, how to fulfill what God wants, namely living according to His agenda, takes a long time. There's continuous erosion, scratching, and grinding until we finally understand and willingly live within God's agenda. Living within God's agenda happens when we lay down all personal desires, hobbies, and pleasures that are esteemed and deemed significant. Indeed, today we are not perfect, but we want to learn to understand that there is no life that is successful, fruitful life apart from living within God's agenda.

Generally, people still live by their own agendas. Yet, how easily they say, "How can I repay Your kindness, Lord?" In truth, they never truly intend to repay God's kindness. Those who live within God's agenda will strive continuously for holy living. And God will surely fulfill their thirst for such a holy life. Living a holy life means having the character of Jesus. There is no standard of holiness other than our Lord Jesus Christ. In holiness, there is the potential to do everything always according to God's thoughts and feelings. He has no personal agenda. The training is minute by minute, hour by hour. In this case, they are really serious people.

If we live within God's agenda, then God will use us to protect people, care for people, and save people. In the past, when we lived by our own agendas, God didn't entrust much to us. He entrusted much to others, and others protected and nurtured us. But now, as we become trustworthy to God, we protect and care for others. And the most powerful thing is saving people from destruction. If we only protect people from a bleak future to have a future on earth, even worldly people can do that. But we must do it, not avoid it. How many people wanted to commit suicide but didn't commit suicide because we protected them? How many families were on the verge of collapse but remained intact because we cared for them?

God knows our needs, and He will provide because we are human and also need facilities and recreation with our families. But don't focus solely on that, it's not forbidden. Honestly, we often go astray because of personal agendas, and our journey goes off track in the use of money. In the future, we must not err because if we err with 10 million, God won't give us 1 billion. We must be trustworthy to God. Even when we give money to someone, it's not necessarily something God enjoys if we enjoy it. What we do must solely be for God's pleasure, not ours.

So if it's just sentimentality, because this person is good or pleasant, it's dangerous. When we give something to someone and enjoy it, but fail to see God's feelings, it means we hurt His heart. If before, we wanted to give to people, anyone we gave to, because we received praise, smiles, and admiration, we sold all of God's money for ourselves. Woe to us! So, whatever we do must be for God's pleasure.

THOSE WHO LIVE WITHIN GOD'S AGENDA WILL CONTINUOUSLY STRIVE FOR HOLY LIVING.

Card image
AGENDA TUHAN - 08 Maret 2024
2024-03-08 08:03:43


Bagaimana kita bisa memiliki keberhasilan hidup? Bagaimana kita bisa memiliki sukses yang sejati, sukses yang sesungguhnya? Ternyata rahasianya adalah jangan memiliki agenda sendiri. Hidup kita harus di dalam lingkup agenda Tuhan. Kita hanya menjalani, melakukan agenda Tuhan. Tuhan Yesus berkata kepada Petrus, "Petrus, waktu engkau muda, engkau ikat pinggangmu dan engkau pergi ke mana engkau suka, tetapi nanti tanganmu akan diikat dan kamu akan dibawa ke tempat yang kamu tidak suka, tetapi dengan cara demikian kamu memuliakan Allah" (Yoh. 21:18). Betapa sulitnya hidup dalam agenda Tuhan karena kita sudah terbiasa menjalani hidup dengan agenda kita sendiri.

Mungkin kita pernah punya tekad untuk benar-benar hidup menurut kehendak Tuhan, namun ternyata di dalam perjalanan hidup, bagaimana memenuhi apa yang Tuhan kehendaki yaitu hidup di dalam agenda-Nya, perlu waktu panjang. Ada pengikisan terus-menerus, digores terus, penggerusan terus-menerus sampai kemudian kita mengerti dan rela hidup dalam agenda Tuhan. Hidup dalam agenda Tuhan terjadi ketika kita sudah meletakkan semua keinginan pribadi, hobi, kesenangan dihormati, dianggap penting dan berjasa. Memang hari ini kita belum sempurna, tetapi kita mau belajar mengerti bahwa tidak ada kehidupan yang sukses, yang berhasil selain hidup di dalam agenda Tuhan.

Pada umumnya orang masih hidup dengan agendanya sendiri. Namun, begitu mudahnya mereka berkata, “Dengan apa kubalas kebaikan-Mu, Tuhan?” Sejatinya, mereka tidak pernah sungguh-sungguh mau membalas kebaikan Tuhan. Orang yang hidup dalam agenda Tuhan, pasti akan terus berjuang untuk hidup suci. Dan Tuhan pasti akan memenuhi kehausan jiwanya untuk hidup suci tersebut. Hidup suci artinya memiliki karakter Yesus. Tidak ada standar kesucian selain Tuhan kita Yesus Kristus. Di dalam kesucian, ada potensi untuk melakukan segala sesuatu selalu sesuai dengan pikiran perasaan Allah. Ia tidak punya agenda sendiri. Latihannya dari menit ke menit, dari jam ke jam. Dalam hal ini, mereka adalah orang yang benar-benar serius.

Jika kita hidup dalam agenda Tuhan, maka kita akan dipakai Tuhan melindungi orang, merawat orang, menyelamatkan orang. Dulu, ketika kita masih hidup dalam agenda pribadi, Tuhan tidak memercayakan banyak kepada kita. Tuhan memercayakan banyak kepada orang lain dan orang lain melindungi dan memelihara kita. Tetapi sekarang, setelah kita mulai bisa dipercayai Tuhan, kita memelihara dan menjaga orang lain. Dan yang paling dahsyat adalah menjaga orang dari kebinasaan. Kalau memelihara orang hanya dari masa depan yang terpuruk lalu bisa memiliki masa depan di bumi, orang dunia juga bisa lakukan. Tapi itu harus kita lakukan, bukan tidak. Berapa banyak orang yang mau bunuh diri, namun tidak jadi bunuh diri karena kita lindungi? Berapa banyak rumah tangga yang mesti hancur, jadi tidak hancur karena kita jaga?

Tuhan tahu kebutuhan kita, Tuhan juga akan memberikan karena kita adalah manusia yang juga perlu fasilitas dan rekreasi dengan keluarga. Tapi jangan fokus ke situ, bukan tidak boleh. Sejujurnya, kita sering meleset karena ada agenda pribadi dan perjalanan kita meleset dalam penggunaan uang. Ke depan kita tidak boleh salah, sebab kalau kita salah dengan uang 10 juta, Tuhan tidak akan kasih kita 1 miliar. Kita harus bisa dipercaya oleh Tuhan. Bahkan ketika kita memberi uang ke orang saja, bukan karena kita sedang menikmati sesuatu yang Tuhan belum tentu menikmati itu. Padahal yang kita lakukan harus semata-mata hanya untuk kepuasan Tuhan, bukan untuk kita.

Jadi kalau hanya perasaan sentimentil saja, karena ini orang baik, atau orang ini menyenangkan, bahaya. Ketika kita memberi sesuatu kepada orang dan kita menikmatinya, tapi kita tidak melihat perasaan Tuhan, artinya kita melukai hati-Nya. Kalau dulu kita mau memberi orang, siapa saja kita beri, karena kita dapat pujian, senyuman, dan sanjungan. Kita jual semua uang Tuhan untuk diri kita. Celaka! Jadi, apa pun yang kita lakukan harus untuk kesenangan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG HIDUP DALAM AGENDA TUHAN, PASTI AKAN TERUS BERJUANG UNTUK HIDUP SUCI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 Maret 2024
2024-03-08 07:48:33

Bilangan 33-34

Card image
Truth Kids 07 Maret 2024 - MENGAKUI DOSA DENGAN TULUS
2024-03-07 12:28:07


Yunus 2:2-3
katanya: "Dalam kesusahanku aku berseru kepada Tuhan, dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku. Telah Kaulemparkan aku ke tempat yang dalam, ke pusat lautan, lalu aku terangkum oleh arus air; segala gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku."

Ada seorang anak laki-laki bernama Rian yang memiliki kebiasaan buruk yaitu suka berbohong kepada orang tuanya. Dia sering mengatakan sudah belajar, padahal bermain game di ponselnya. Suatu kali, perbuatannya ketahuan oleh ibunya. Ibu Rian marah dan kecewa. Akibatnya, Rian tidak boleh bermain game selama sebulan. Rian sedih dan menyesal. Dia ingin minta maaf, tetapi malu dan takut.

Sobat Kids, apakah kalian pernah berbohong seperti Rian? Berbohong adalah dosa dan tidak disukai Allah. Allah ingin kita jujur dan taat kepada orang tua kita. Jika kita berbuat salah, kita harus mengakui dosa kita dengan tulus dan minta ampun kepada Allah serta orang yang kita sakiti.

Dalam Alkitab, ada kisah tentang Yunus yang berbuat dosa karena tidak mau menuruti perintah Allah. Allah menyuruh Yunus pergi ke kota Niniwe untuk memberitakan firman-Nya, tetapi Yunus malah kabur ke arah yang berlawanan. Allah mengirimkan badai yang hebat dan Yunus dilemparkan ke laut oleh para pelaut. Lalu, Allah menyediakan ikan besar yang menelan Yunus. Di dalam perut ikan, Yunus tidak hanya meminta pertolongan Allah, tetapi juga mengakui dosa-dosanya dengan tulus.

Sobat Kids, Allah mendengar doa Yunus dan menyelamatkan dia dari ikan besar. Allah juga mengampuni dosa Yunus. Allah adalah Allah yang Pengasih dan Penyayang. Dia mau mengampuni dosa jika kita mengakuinya dengan tulus dan berjanji untuk tidak mengulangi lagi. Mari kita belajar dari Yunus dan Rian untuk menjadi anak yang jujur dan taat. Amin.

Card image
Truth Junior 07 Maret 2024 - BERDOA DALAM PERUT IKAN
2024-03-07 12:31:59


Yunus 2:2-3
katanya: “Dalam kesusahanku aku berseru kepada Tuhan, dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku. Telah Kaulemparkan aku ke tempat yang dalam, ke pusat lautan, lalu aku terangkum oleh arus air; segala gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku."

Sobat Junior, pasti kalian sudah tidak asing lagi dengan cerita Yunus. Ia adalah tokoh dalam Perjanjian Lama yang dipilih oleh Tuhan untuk mengajak orang Niniwe bertobat. Karena tidak taat, akhirnya Yunus ditelan ikan besar.

Dalam ayat yang kita baca hari ini, kita tahu bahwa Yunus berseru kepada Tuhan dari dalam perut ikan. Ia menyesal telah melarikan diri dari Tuhan. Yunus mengakui bahwa keselamatan adalah dari Tuhan. Lalu berfirmanlah Tuhan kepada ikan itu, dan ikan itupun memuntahkan Yunus ke darat.

Dari kisah Yunus, kita mau belajar untuk mengakui kesalahan kita dengan tulus. Jika kita melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, berdoalah minta maaf kepada-Nya. Walaupun kita tidak dapat melihat Tuhan secara kasat mata, Tuhan tahu semuanya. Bahkan Ia tahu isi hati dan pikiran kita.

Sobat Junior, kita tidak bisa sembunyi dari Tuhan. Kita juga tidak dapat menjauh dari-Nya. Bersyukurlah jika Tuhan masih menegur ketika kita berbuat salah. Itu artinya Tuhan masih sayang kepada kita. Namun, akan lebih baik lagi jika kita selalu taat kepada-Nya tanpa melukai hati-Nya.

Card image
Truth Youth 07 Maret 2024 (English Version) - UNENDING AND UNFAILING
2024-03-07 12:42:00


"I will not leave you as orphans; I will come to you." (John 14:18)

Too many Christians have a commitment of convenience. In the realm of relationships, most people generally remain faithful to those who remain faithful and do not involve risk, rejection, or criticism. We often get trapped in the circle of normalities, thinking that treating good people with kindness is goodness. This culture makes many people not feel guilty when treating guilty people with the worst treatment. Do we realize that we are actually just doing normal things, spontaneous active responses? However, it's different with the character of our God and Father in heaven. He remains faithful in all conditions of human existence, His faithfulness is unending and unfailing. Unending means His faithfulness has no end, not limited by our failures in being faithful to Him. Unfailing means His faithfulness never fails, never canceled by our unfaithfulness as humans in our spiritual and physical journey.

Now let's turn the table, how about us? Many people feel that God has left them, without realizing they continue to move away from God. God is still there, waiting for each of us to come back. If your steps feel distant right now, come back. God's faithfulness is like a lamp, friends, He faithfully illuminates our steps, even though it's not like a flashlight that can illuminate far ahead, the lamp teaches us to believe in one, two steps already visible by His light. It takes faith to walk with God, we need to believe in His unending and unfailing faithfulness. God is there in your valleys, He is there in every joyful laughter. God is there right when you celebrate and when you lose, but all you need to do is believe in His presence beyond every situation, He is with you.

WHAT TO DO:
1. Recognize the presence and companionship of God in every season of our lives.
2. Make a commitment to remain faithful and believe in God in any situation.

BIBLE MARATHON:
- Joshua 5-7

Card image
Truth Youth 07 Maret 2024 - UNENDING AND UNFAILING
2024-03-07 11:31:56


"Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu." (Yohanes 14:18)

Too many Christians have a commitment of convenience. Jika dalam ruang lingkup hubungan, kebanyakan orang pada umumnya akan tetap setia kepada orang yang berlaku setia dan tidak melibatkan risiko, penolakan, atau kritik. Kita sering terjebak dalam the circle of normalities, berpikir bahwa memperlakukan orang baik dengan kebaikan adalah kebaikan. Budaya ini membuat banyak orang tidak merasa bersalah ketika memperlakukan orang yang bersalah dengan seburuk-buruknya. Sadarkah kita bahwa sebenarnya kita hanya melakukan hal-hal normal, respons aktif yang spontan terjadi? Namun, berbeda dengan karakter Allah dan Bapa kita di surga. Dia yang tetap setia dalam segala kondisi keberadaan manusia yang berdosa, His faithfulness is unending and unfailing. Unending artinya tidak berujung kesetiaan-Nya, tidak dibatasi oleh kegagalan kita dalam setia kepada-Nya. Unfailing artinya kesetiaan-Nya tidak pernah gagal, tidak pernah dibatalkan oleh ketidaksetiaan kita sebagai manusia dalam perjalanan kerohanian maupun jasmani kita.

Now let’s turn the table, how about us? Banyak orang merasa Tuhan telah meninggalkan mereka, tanpa mereka sadari mereka terus melangkah meninggalkan Tuhan. God is still there, menunggu setiap kita pulang kembali. Jika saat ini langkahmu sudah terasa jauh, kembalilah. Kesetiaan Tuhan itu seperti pelita teman-teman, Ia setia menerangi langkah kita, walaupun tidak seperti senter yang bisa menerangi sampai kejauhan, pelita mengajarkan kita percaya pada satu, dua langkah yang sudah terlihat oleh terang-Nya. Dibutuhkan iman dalam berjalan bersama Tuhan, we need to believe in His unending and unfailing faithfulness. Tuhan ada di lembah kelammu, Tuhan hadir di setiap tawa riangmu. Tuhan di sana tepat di saat kau merayakan dan kau kehilangan, but all you need to do is believe His present beyond every situation, He is with you.

WHAT TO DO:
1. Menyadari kehadiran dan penyertaan Tuhan dalam setiap musim hidup kita.
2. Mengambil komitmen untuk tetap setia dan percaya kepada Tuhan dalam situasi apa pun.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yosua 5-7

Card image
Quote Of The Day - 07 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-07 11:28:56


Tuhan mau keadaan kita baik-baik, tetapi kalau keadaan kita membahayakan keselamatan kekal, pasti Tuhan buat sesuatu.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 07 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-07 11:27:16


Kalau Tuhan izinkan kita mengalami masalah, maka harus kita memandang Tuhan, karena Ia mau mengarahkan kita pada kekekalan.

Card image
AIMING ACCURATELY - 07 Maret 2024 (English Version)
2024-03-07 11:26:23


Have we ever longed to truly give our best, most beautiful, and noblest for God? If we do, it will not be in vain; truly, we are fortunate. How can we realize our hearts directed towards the Father, Creator of heaven and earth, the only Creator of heaven and earth? Our lives must be truly willing to be fully owned by the Lord. We must be willing to surrender, be taken, seized by the Lord. And we must also be willing to give our lives completely owned by God. If we are still not wholehearted, with all our soul, mind, and strength in loving God, it means we are still living in the shadows. Yet our lives should be bright.

For this reason, whether we like it or not, we learn from minute to minute to maintain our heart's attitude. Be suspicious, in case there is anything that is inappropriate for us to think about, we reflect on it and in case there are any words and actions that we do that are inappropriate as children of God. Always be suspicious if there are sins we commit, from minute to minute. Indeed, there will be deviations, but we must learn from one deviation to another, from one inaccuracy to another; like someone learning archery, they learn to aim accurately.

If we don't strive to aim accurately, we will never know how to make changes. So, if a person lives carelessly, recklessly, he will keep missing the mark, and unfortunately, he won't know that he missed. But if we always learn to aim correctly— meaning what we do is right as the Father desires—then if we miss, we try not to miss again. There God teaches us to be precise from minute to minute, hour to hour. We are not perfect people, but we have to know when we miss the mark. We can judge because we have a spirit of judgment that is more sensitive, sharper, more thorough. That's where we learn to live fully owned by God.

Learning to be fully owned by God is extraordinarily difficult. For those who truly want it, it's not easy, let alone for those who have no intention, they won't be able to. While we learn to consider everything we do according to God's will or not, our faith in the living God will increase. People may believe in God, but how many truly believe in the existence of God and experience that existence? Not many. If someone can experience the existence of God, then he cannot fear in facing life. This is a mystery of life that cannot be experienced if one does not enter into this experience.

Our bright life makes us brave to face all circumstances, even the difficult ones. We are grateful because we have the Bible; we can see God's faithfulness to His chosen people. Imagine Moses, he had never experienced the parting of the sea, never experienced facing Pharaoh's executioner physically chasing him, how dreadful that was. Also, consider the position of Shadrach, Meshach, and Abednego confronted with the fiery furnace heated seven times hotter. Certainly terrifying. Notice how Shadrach, Meshach, and Abednego believed so much that they could say, "Even though the God we worship does not help, we still believe and will not worship the statue that my lord set up in the Valley of Dura."

From these stories, we know God is faithful. So why can we still not believe? In fact, we look down on God with our unbelief. Maybe in the big problems we face, until now God has not provided an easy way out. We just keep it, no one knows. However, we still believe in God Yahweh, the God worshiped by Abraham, Isaac and Jacob. Because no one can forbid and hinder us from believing in God. Even if we fall apart, we fall into His hands.

The important thing is, we don't sin. The important thing is, don't have a personal agenda. We must have a life that we dedicate completely to God. Minute by minute, we learn to please Him above all else, in all things. Pleasing God is a great honor. So, be careful how you behave with anyone. Even if they are weak don't be arbitrary towards them. Hearing the name of Jesus, people can tremble. But hearing the name of someone who enlivens the word within him and emitting power, is also extraordinary.

We must become people who are thrilling, become the pride of the Kingdom of Heaven, but terrify the powers of darkness. For this reason, we must be attached to God, because only God can help us. Satan aims at us. But if we are attached, our life is finished in God's presence, Satan cannot bother us. Don't fight Satan without God.

IF WE DO NOT STRIVE TO AIM ACCURATELY, WE WILL NEVER KNOW HOW TO MAKE CHANGES.

Card image
MEMBIDIK DENGAN TEPAT - 07 Maret 2024
2024-03-07 09:08:07


Pernahkah kita merindukan untuk bisa benar-benar memberi yang terbaik, terindah dan termulia bagi Allah? Kalau kita melakukannya, tidak akan sia-sia, benar-benar kita beruntung. Bagaimana bisa mewujudkan hati kita yang terarah kepada Bapa, Khalik langit dan bumi, satu-satunya Pencipta langit dan bumi ini? Hidup kita harus benar-benar rela dimiliki Tuhan sepenuhnya. Hidup kita harus rela untuk direnggut, diambil, dirampas oleh Tuhan. Dan kita juga harus rela untuk memberikan hidup kita sepenuhnya dimiliki oleh Allah. Kalau kita masih belum segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan kekuatan dalam mengasihi Allah, berarti kita masih hidup dalam remang-remang. Padahal hidup kita harus terang benderang.

Untuk itu, mau tidak mau, kita belajar dari menit ke menit menjaga sikap hati. Curigai, kalau-kalau ada yang tidak patut kita pikirkan, kita renungkan dan kalau-kalau ada ucapan dan perbuatan kita yang tidak patut sebagai anak-anak Allah. Selalu kita mencurigai kalau-kalau masih ada dosa yang kita lakukan, dari menit ke menit. Memang, tentu ada melesetnya, tapi kita harus belajar dari kemelesetan yang satu ke kemelesetan yang lain, dari ketidaktepatan yang satu ke ketidaktepatan yang lain; seperti seseorang yang belajar memanah, ia belajar untuk dapat membidik dengan tepat.

Kalau kita tidak berusaha membidik dengan tepat, kita tidak pernah tahu bagaimana melakukan perubahan. Jadi, kalau orang hidupnya sembarangan, sembrono, ia akan meleset terus, dan celakanya, ia tidak tahu kalau dia meleset. Tapi kalau kita selalu belajar untuk membidik dengan tepat—artinya apa yang kita lakukan itu tepat seperti yang Allah Bapa inginkan—maka kalau kita meleset, kita berusaha untuk tidak meleset lagi. Di situ Tuhan ajar kita untuk memiliki ketepatan dari menit ke menit, jam ke jam. Kita bukan orang yang sudah sempurna, tapi kita harus tahu kapan kita meleset. Kita bisa menilai karena kita punya roh menimbang yang makin peka, makin tajam, makin teliti. Di situlah kita belajar untuk hidup dimiliki oleh Tuhan sepenuhnya.

Luar biasa berat untuk belajar dimiliki oleh Allah sepenuhnya. Bagi yang sungguh-sungguh mau itu pun tidak mudah, apalagi kalau orang memang tidak berniat, tidak akan bisa. Sementara kita belajar mempertimbangkan segala hal yang kita lakukan sesuai kehendak Allah atau tidak, di situ keyakinan kita kepada Allah yang hidup akan bertambah. Orang juga bisa percaya Allah itu ada, tapi seberapa orang benar-benar meyakini keberadaan Allah dan menghayati keberadaan Allah tersebut? Tidak banyak. Kalau seseorang mampu menghayati keberadaan Allah, maka dia tidak bisa takut dalam menjalani hidup. Ini misteri kehidupan yang tidak bisa dialami kalau seseorang tidak masuk ke dalam pengalaman ini.

Hidup kita yang terang membuat kita berani menghadapi segala keadaan, bahkan hal-hal yang berat. Kita bersyukur karena kita memiliki Alkitab, kita dapat melihat kesetiaan Allah kepada umat pilihan-Nya. Bayangkan Musa, ia belum pernah memiliki pengalaman laut terbelah, belum ada pengalaman bisa menghadapi secara fisik algojo Firaun yang mengejarnya, betapa itu mengerikan. Bayangkan juga posisi Sadrakh, Mesakh, Abednego yang diperhadapkan dengan dapur api yang dipanaskan tujuh kali lipat. Tentu sangat menakutkan. Perhatikan bagaimana Sadrakh, Mesakh, Abednego begitu percaya sehingga bisa berkata, “Sekalipun Allah yang kami sembah tidak menolong, tapi kami tetap percaya dan tidak akan menyembah patung yang tuanku dirikan di Lembah Dura.”

Dari kisah-kisah tersebut, kita tahu Allah setia. Jadi mengapa kita masih bisa tidak percaya? Sejatinya, kita merendahkan Allah dengan ketidakpercayaan kita itu. Mungkin dalam masalah-masalah besar yang kita hadapi, sampai saat ini Tuhan tidak memberi jalan keluar dengan mudah. Kita hanya menyimpannya, tidak seorang pun tahu. Namun, kita tetap percaya kepada Elohim Yahweh, Allah yang disembah Abraham, Ishak dan Yakub. Sebab tidak ada orang yang bisa melarang dan menghalangi kita untuk percaya kepada Allah. Kalaupun kita jatuh hancur, kita jatuh di tangan-Nya.

Yang penting, kita jangan berbuat dosa. Yang penting, jangan ada agenda pribadi. Kita harus punya kehidupan yang kita persembahkan sepenuhnya kepada Allah. Dari menit ke menit, kita belajar untuk menyenangkan Dia lebih dari segalanya, dalam segala perkara. Menyenangkan Tuhan merupakan sebuah kehormatan yang luar biasa. Jadi, hati-hatilah bersikap dengan siapa pun. Kalaupun itu orang lemah, jangan sewenang-wenang kepada mereka. Mendengar nama Yesus, orang bisa gemetar. Namun mendengar nama seseorang yang menghidupkan firman dalam dirinya yang memancarkan kekuatan, itu pun luar biasa.

Kita harus jadi manusia-manusia yang menggetarkan, menjadi kebanggaan Kerajaan Surga, tapi menakutkan kuasa kegelapan. Untuk itu kita mesti melekat kepada Tuhan, sebab hanya Tuhan yang bisa menolong kita. Setan membidik kita. Tapi kalau kita melekat, hidup kita selesai di hadirat Tuhan, setan tidak bisa mengganggu kita. Jangan melawan setan tanpa Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA TIDAK BERUSAHA MEMBIDIK DENGAN TEPAT, KITA TIDAK PERNAH TAHU BAGAIMANA MELAKUKAN PERUBAHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 Maret 2024
2024-03-07 05:33:17

Bilangan 31-32

Card image
Truth Kids 06 Maret 2024 - TUHAN BERKUASA DAN MENGASIHI
2024-03-06 12:42:43


Yosua 2:10-11
”Sebab kami mendengar, bahwa TUHAN telah mengeringkan air Laut Teberau di depan kamu, ketika kamu berjalan keluar dari Mesir, dan apa yang kamu lakukan kepada kedua raja orang Amori yang di seberang sungai Yordan itu, yakni kepada Sihon dan Og, yang telah kamu tumpas. Ketika kami mendengar itu, tawarlah hati kami dan jatuhlah semangat setiap orang menghadapi kamu, sebab Tuhan, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah.”

Sobat Kids, pernahkah kalian mendengar tentang Rahab? Rahab adalah seorang wanita yang tinggal di kota Yerikho. Kota itu akan diserang oleh tentara Israel yang dipimpin oleh Yosua. Rahab tahu bahwa TUHAN adalah Allah yang kuat dan mulia. Suatu hari, dua orang mata-mata dari Israel datang ke rumah Rahab. Mereka ingin melihat keadaan kota Yerikho. Rahab menyembunyikan mereka di atas atap rumahnya. Ketika ada orang yang mencari mereka, Rahab berkata bahwa mereka sudah pergi. Rahab melindungi dua orang mata-mata itu.

Rahab berani sekali, ya! Ia rela mengambil risiko untuk membantu orang-orang yang percaya kepada TUHAN. Rahab juga meminta kepada dua orang mata-mata itu agar mereka tidak menangkap keluarganya ketika mereka menyerang kota Yerikho. Dua orang mata-mata itu setuju, asalkan Rahab menggantungkan tali merah di jendela rumahnya. Tali merah itu akan menjadi tanda bagi tentara Israel untuk menyelamatkan Rahab dan keluarganya.

Sobat Kids, dari cerita Rahab ini, kita bisa belajar bahwa TUHAN adalah Allah yang berkuasa atas segala bangsa. TUHAN juga mengasihi semua orang yang mau percaya kepada-Nya, tidak peduli siapa mereka atau apa yang mereka lakukan. Pada awalnya, Rahab tidak percaya, tetapi ia berubah menjadi seorang yang setia kepada TUHAN.

Card image
Truth Junior 06 Maret 2024 - RAHAB
2024-03-06 12:41:08


Yosua 2:10-11
”Sebab kami mendengar, bahwa TUHAN telah mengeringkan air Laut Teberau di depan kamu, ketika kamu berjalan keluar dari Mesir, dan apa yang kamu lakukan kepada kedua raja orang Amori yang di seberang sungai Yordan itu, yakni kepada Sihon dan Og, yang telah kamu tumpas. Ketika kami mendengar itu, tawarlah hati kami dan jatuhlah semangat setiap orang menghadapi kamu, sebab Tuhan, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah.”

Dalam kitab Yosua 2, diceritakan saat Yosua mengirimkan dua orang Israel untuk mengintai kota Yerikho. Pergilah mereka dan sampai di rumah Rahab, seorang perempuan yang tinggal di Yerikho. Ketika raja di Yerikho mengetahui ada pengintai yang tinggal di rumah Rahab, ia mengirimkan orang kepada Rahab untuk menyerahkan pengintai tersebut. Tetapi, Rahab membawa dan menyembunyikan kedua orang itu.

Walaupun Rahab memiliki pekerjaan yang tidak baik, ia tahu bahwa Tuhan orang Israel telah memberikan negeri Yerikho kepada bangsa Israel. Oleh sebab itu, ia meminta para pengintai bersikap ramah terhadap kaum keluarganya, bahwa bangsa Israel akan membiarkan anggota keluarganya hidup. Para pengintai itupun berjanji kepada Rahab. Mereka akan membiarkan keluarga Rahab hidup sebagai rasa terima kasih mereka kepadanya.

Rahab memilih untuk berpihak kepada Tuhannya orang Israel. Dia tahu bahwa Tuhan telah mengeringkan air Laut Teberau sehingga bangsa Israel dapat berjalan di atas tanah kering. Rahab juga mengetahui bangsa-bangsa lain yang telah dikalahkan oleh bangsa Israel. Ia mengakui Tuhan yang disembah orang Israel adalah Tuhan yang sangat berkuasa. Bagaimana dengan kita, Sobat Junior? Kita sebagai anak-anak-Nya, apakah kita percaya dan mengakui perbuatan Tuhan yang dahsyat?

Card image
Truth Youth 06 Maret 2024 (English Version) - DON’T CLOSE THE DOOR
2024-03-06 12:34:09


"Be on your guard; stand firm in the faith; be courageous; be strong." (1 Corinthians 16:13)

Today's truth is understanding that the only way to cope with disappointment is by not closing the door of hope. Even in the lowest point of our lives, do not let that door be shut. The reality is, as humans, we often seek answers to the struggles we face in life, searching in many places when the only place we need to be looking is straight into the eyes of Jesus. And on this occasion, the Apostle Paul gives us the answer: to focus on four things: First, "Be on your guard," meaning we must prepare ourselves at all times. Second, "Stand firm in the faith," regarding faith, let us emphasize together that we must first have a proper understanding of faith before we can stand firm in it.

Be careful about the definition of faith you're holding onto. Faith is not just believing that nothing bad will happen and still being surprised when something bad does happen. Faith is a focus. Third, it is interesting how "Be encourages" in the New International Bible Version is translated as "Be courageous." In his third message, Paul wants to remind us that in trusting God, we need courage, beyond the things that are seen. Last but not least, the fourth message is "Be strong." Be strong. These four things will help us keep the door of hope to God open. Faith means choosing to believe, not just accepting the situation but still holding on to hope. So don't give up and try to close the door; God is knocking outside, sometimes you just need to have faith in Him.

WHAT TO DO:
1. Maintain faith by continually hoping in God.
2. Focus on the hope that God provides.

BIBLE MARATHON:
- Joshua 1-4

Card image
Truth Youth 06 Maret 2024 - DON’T CLOSE THE DOOR
2024-03-06 12:32:28


”Berjaga-jagalah! Berdirilah dengan teguh dalam iman! Bersikaplah sebagai laki-laki! Dan tetap kuat!” (1Korintus 16:13)

Today’s truth is knowing that the only way to deal with disappointment is not to close the door of hope. Bahkan dalam titik terendah dalam hidup kita, jangan biarkan pintu itu tertutup. Kenyataannya, sebagai manusia, kita sering kali dalam hidup kita mencari jawaban atas pergumulan hidup yang kita hadapi, kita mencari di banyak tempat padahal _the only place we need to be looking for is straight in the eyes of Jesus_. Dan pada kesempatan ini Rasul Paulus memberikan jawaban kepada kita yaitu untuk fokus pada empat hal: Pertama “Be on your guard” atau berjaga-jaga, artinya kita harus mempersiapkan diri kita setiap waktu. Kedua, “Stand firm in the faith” atau berdiri teguh dalam iman, perihal iman perlu kita garis bawahi bersama-sama bahwa kita harus terlebih dahulu memiliki pengertian yang tepat tentang iman sebelum bisa berdiri teguh di dalamnya.

Be careful about the definition of faith that you’re holding on, iman bukan sekadar percaya bahwa tidak ada hal buruk yang akan terjadi dan tetap terkejut ketika ternyata tetap saja yang terjadi adalah buruk. Faith is a focus. Yang ketiga menjadi hal yang menarik bagaimana “bersikaplah seperti laki-laki” dalam New International Bible Version diterjemahkan sebagai “Be encourages” artinya “Jadilah berani”. Paulus dalam pesannya yang ketiga ingin mengingatkan kita bagaimana dalam mempercayai Tuhan kita membutuhkan keberanian, beyond the things that seen. Last but not least, yang keempat “Be strong”, jadilah kuat. Keempat hal di atas akan membantu kita menahan pintu akan harapan kepada Allah tetap terbuka. Beriman berarti memilih percaya, bukan hanya menerima keadaan, tapi tetap menaruh harapan. So don’t give up and try to close the door, God was knocking outside, sometimes you just need to have faith in Him.

WHAT TO DO:
1.Memelihara iman dengan terus berharap pada Allah
2.Fokus pada harapan yang Allah sediakan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yosua 1-4

Card image
Quote Of The Day - 06 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-06 12:24:08


Tragisnya hidup membuat kita merasa berutang, bagaimana di singkat umur hidup kita, kita bisa mengentaskan sebanyak mungkin orang masuk Kerajaan Surga.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 06 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-06 12:22:38


Tidak boleh dan tidak ada yang kita lakukan di luar bisnis kekekalan.

Card image
PERSONAL SERVICE - 06 Maret 2024 (English Version)
2024-03-06 12:21:12


One very principle question, "Why did God create humans?" Seems like a simple question, but in truth, it's not. God desires a creature in whom He wants His love to be felt. But God also wants a creature whose love He can feel. So this creature must have free will. It is designed in such a way with the thoughts and feelings that God also has. With these thoughts and feelings, this creature can move himself, move his emotions, whether he loves God willingly, consciously and sincerely or not. This is a very fundamental matter.

So before we serve God in the church, the general service as we do, we must have a personal service to God; that is how we pour out our love to God in His presence, how we experience the existence of God. That we are not fantasizing about God, but we are facing the living God, to whom we pour out our love. Not in the form of concrete actions in the midst of our life struggles, but from heart to heart, we meet God and express our feelings. God wants us to be in His presence.

When our hearts are pure, not bound by the love of the world, we can reach the presence of the Lord, offering our love. But if our lives are dirty, still filled with sin and impurity, still bound by the love of the world, we will not reach the presence of God. Our voice is not worthy to be heard before the throne of God. Angels do not sing along, inhabitants of heaven do not sing along. Do not take this lightly, do not underestimate this matter. Our God is not a fantasy God, He is the living God, a God who can be encountered and found. Experience it! Therefore, we must understand that God is a Person. We do not pray to an essence, but we pray to a Person, the monotheistic God, Elohim Yahweh. And that has a tremendous impact on our encounter with God.

In the Old Testament, we never find figures of faith facing more than one Person. Moses, Daniel faced one Person, Yahweh. Today, we can face one Person whom we feel as a Person. So if we pray to the Father, directly! Because the Holy Spirit is present everywhere, His Spirit is the Father's. Even the Lord Jesus experienced the Father, face to face with the Father. We never read of the Lord Jesus praying to the Holy Spirit. He prayed to the Father. It means He directly faced the Father because the Holy Spirit encompasses the universe.

This is what God wants to tell us, namely how we were created to be able to enjoy the abundance of God's love in the form of physical blessings, the beautiful universe, the enjoyment of everything that we can enjoy with this physical body. And meanwhile, we feel God's love. Just as a child can feel a parent's love. God gives us this blessing, we enjoy God's love, but we cannot give material things to God. We cannot give anything to God because God does not need anything, but He can accept our hearts, our love.

So what do we reply to God? Our love. We learn to repay God with our love. And we start from a closed room, we serve God with love, "You don't need anything from me, God, you don't need material things, don't need money and so on, but you can feel my love, feel the surge of my love." And we bestow our love, respect and worship upon Him. Furthermore, we do not hurt God with sin, and we love those around us. That is the form of our offering to God.

How extraordinary. Therefore, there must be no sin in us, there must be no bonds. In prayer we say, “Lord, take me across all the heavens, surpass all stars, to Your throne. And whatever You want I will fulfill it, Lord, anything. Although I know this is excessive because I am not capable of fulfilling it, but I say, I am willing because I believe You will surely help me to fulfill it."

BEFORE WE SERVE GOD IN THE CHURCH, THE GENERAL SERVICE AS WE DO, WE MUST HAVE A PERSONAL SERVICE TO GOD.

Card image
PELAYANAN PRIBADI - 06 Maret 2024
2024-03-06 09:12:20


Satu pertanyaan yang sangat prinsip, “Mengapa Allah menciptakan manusia?” Seakan-akan pertanyaan tersebut sederhana, namun sejatinya tidak. Allah menghendaki satu makhluk yang kepadanya Allah ingin cinta-Nya dirasakan. Tetapi Allah juga ingin memiliki makhluk yang cintanya dapat Allah rasakan. Maka makhluk ini harus memiliki kehendak bebas. Didesain begitu rupa dengan pikiran dan perasaan yang juga dimiliki oleh Allah. Dengan pikiran dan perasaan itu, makhluk ini bisa menggerakkan dirinya, menggerakkan emosinya, apakah ia mencintai Allah dengan rela, sadar dan ikhlas atau tidak. Ini adalah hal yang sangat prinsip sekali.

Maka sebelum kita melayani Tuhan di gereja, pelayanan secara umum seperti yang kita lakukan, kita harus memiliki pelayanan pribadi kepada Tuhan; yaitu bagaimana kita menumpahkan cinta kita kepada Tuhan di hadirat-Nya, bagaimana kita menghayati keberadaan Allah. Bahwa kita tidak sedang berfantasi mengenai Allah, namun kita sedang berhadapan dengan Allah yang hidup, yang kepada-Nya kita menumpahkan cinta kita. Belum dalam bentuk perbuatan konkret di tengah-tengah pergumulan hidup kita, tetapi dari hati ke hati kita bertemu Tuhan, dan mengungkapkan perasaan kita. Tuhan menginginkan kita ada di hadirat Tuhan.

Ketika hati kita bersih, tidak terikat dengan percintaan dunia, kita bisa sampai ke hadirat Tuhan, mempersembahkan cinta kita. Tapi kalau hidup kita kotor, masih ada dosa dan kenajisan, masih terikat dengan percintaan dunia, kita tidak akan sampai hadirat Allah. Suara kita tidak layak diperdengarkan di hadapan takhta Allah. Malaikat tidak ikut menyanyi, penghuni surga tidak ikut menyanyi. Jangan anggap ringan, jangan anggap remeh akan hal ini. Allah kita bukan Allah fantasi, Dia Allah yang hidup, Allah yang bisa dijumpai dan ditemui. Alami! Oleh sebab itu, kita harus memahami bahwa Allah itu suatu Pribadi. Kita tidak berdoa kepada satu hakikat, tapi kita berdoa kepada satu Pribadi, Allah yang mono, Elohim Yahweh. Dan itu memberi dampak yang luar biasa terhadap perjumpaan dengan Allah. 

Di dalam Perjanjian Lama pun kita tidak pernah menemukan tokoh-tokoh iman berhadapan dengan lebih dari satu Pribadi. Musa, Daniel berhadapan dengan satu Pribadi, Yahweh. Hari ini, kita bisa berhadapan dengan satu Pribadi yang kita rasakan Pribadi itu. Sehingga kalau kita berdoa kepada Bapa, langsung! Karena Roh Kudus hadir di mana-mana, Roh-Nya Bapa. Tuhan Yesus pun mengalami Bapa, face to face dengan Bapa. Tidak pernah kita baca Tuhan Yesus berdoa kepada Roh Kudus. Dia berdoa kepada Bapa. Itu berarti Dia langsung berhadapan dengan Bapa karena Roh Kudus meliputi jagat raya.  Inilah yang Tuhan mau beritahukan kepada kita, yaitu bagaimana kita diciptakan untuk bisa menikmati kelimpahan cinta Allah dalam bentuk berkat-berkat jasmani, alam semesta yang indah, kenikmatan segala sesuatu yang bisa kita nikmati dengan fisik ini. Dan sementara itu, kita merasakan kasih Allah tersebut. Sebagaimana seorang anak bisa merasakan kasih orang tua. Allah memberikan berkat ini, kita nikmati cinta Tuhan, tapi kita tidak bisa memberikan materi kepada Tuhan. Kita tidak bisa memberi sesuatu kepada Allah karena Allah tidak butuh apa-apa, tapi Dia bisa menerima hati kita, cinta kita.

Lalu apa yang kita balaskan kepada Tuhan? Cinta kita. Kita belajar untuk membalas Tuhan dengan cinta kita. Dan kita mulai dari ruangan tertutup, kita melayani Tuhan dengan cinta,“Engkau tidak butuh apa-apa dariku, Tuhan, Engkau tidak butuh materi, tidak butuh uang dan lain-lain, tapi Engkau bisa merasakan cintaku, merasakan gelora cintaku.” Dan kita limpahkan cinta, hormat dan sembah kita kepada-Nya. Selanjutnya, kita tidak melukai Tuhan dengan dosa, dan kita mengasihi orang di sekitar kita. Itulah bentuk dari persembahan kita kepada Tuhan.

Betapa luar biasa. Oleh sebab itu, tidak boleh ada dosa dalam diri kita, tidak boleh ada ikatan-ikatan. Dalam doa kita kemukakan, “Tuhan, bawa aku melintasi semua langit, mengatasi semua bintang, sampai ke takhta-Mu. Dan apa pun yang Kau mau akan aku penuhi, Tuhan, apa pun. Walaupun aku tahu ini berlebihan karena aku tidak sanggup memenuhinya, tapi aku katakan, aku bersedia karena aku percaya Engkau pasti menolong aku untuk memenuhinya.” 

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEBELUM KITA MELAYANI TUHAN DI GEREJA, PELAYANAN SECARA UMUM SEPERTI YANG KITA LAKUKAN, KITA HARUS MEMILIKI PELAYANAN PRIBADI KEPADA TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 Maret 2024
2024-03-06 08:51:35

Bilangan 28-30

Card image
Truth Kids 05 Maret 2024 - YITRO DAN SIWON
2024-03-05 12:46:21


Keluaran 18:9
"Bersukacitalah Yitro tentang segala kebaikan, yang dilakukan TUHAN kepada orang Israel, bahwa Ia telah menyelamatkan mereka dari tangan orang Mesir."

Namaku Siwon, aku berasal dari Korea Selatan. Sejak aku masih umur 3 tahun, aku dan keluargaku pindah ke Indonesia. Meskipun aku bukan orang Indonesia, tetapi aku sangat senang menjadi bagian dari Indonesia. Bahkan aku bisa bersekolah dan berkenalan dengan teman-teman di sekolahku. Walaupun aku bukan dari Indonesia, tetapi aku sangat bangga dan senang sekali bisa tinggal di sini karena orang-orang sekitarku tetap menghargaiku. Aku juga tahu bahwa Tuhan selalu menjagaku. Aku juga dikelilingi oleh orang-orang menyayangi aku dan keluargaku.

Di dalam Alkitab, ada seorang yang bernama Yitro. Dia bukan berasal dari bangsa Israel. Yitro tetap senang dan menghormati Tuhan karena Tuhan yang membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir.

Sobat Kids, meskipun Yitro dan Siwon berasal dari negara yang beda, tetapi mereka tetap bersukacita dan menghormati Tuhan di manapun mereka berada. Nah, Sobat Kids kita juga harus menghormati Tuhan di manapun kita berada.

Card image
Truth Junior 05 Maret 2024 - SEORANG MIDIAN
2024-03-05 12:34:50


Keluaran 18:9
“Bersukacitalah Yitro tentang segala kebaikan, yang dilakukan TUHAN kepada orang Israel, bahwa Ia telah menyelamatkan mereka dari tangan orang Mesir.”

Hari ini kita mau belajar dari seorang tokoh yang merupakan mertua Musa, namanya Yitro. Yitro bukan berasal dari keturunan orang Israel, ia adalah orang Midian. Orang Midian berbeda garis keturunan dari orang Israel. Meskipun Yitro bukan berasal dari orang Israel, Yitro tetap bersukacita, memberi penghormatan, dan mengakui kebesaran Tuhannya orang Israel. Yitro merasa sukacita atas segala kebaikan yang dilakukan Tuhan kepada orang Israel. Yitro mengakui bahwa Tuhanlah yang telah menyelamatkan orang Israel dari kekejaman orang Mesir.

Sobat Junior, melalui tokoh Yitro, kita mau belajar untuk ikut bersukacita atas keberhasilan yang dicapai orang lain. Misalnya saat liburan, kita mengetahui ada teman yang berlibur ke tempat wisata yang sedang viral, sedangkan kita hanya di rumah saja. Pertanyaannya, apakah kita tetap merasa happy atau merasa iri dengan teman lain?

Yuk, Sobat Junior, kita belajar untuk memiliki perasaan yang mendukung teman atau orang lain. Di saat teman kita bersukacita, kita mau ikut sukacita bersama-sama. Saat teman merasakan kesedihan, kita mau memberikan dukungan dan membuat teman tersebut kembali bahagia.

Card image
Truth Youth 05 Maret 2024 (English Version) - WALKING WITH THE LORD
2024-03-05 12:21:06


"The LORD himself goes before you and will be with you; he will never leave you nor forsake you. Do not be afraid; do not be discouraged." (Deuteronomy 31:8)

In a world that is increasingly difficult and filled with uncertainty, many people find it hard to think clearly when faced with various life challenges. This often leads to people giving up easily, losing the ability to think rationally, and ultimately falling into despair. Such circumstances are increasingly felt by everyone – including believers.

It is very easy for anyone experiencing life difficulties, especially when feeling trapped or helpless, to question God's love and protection. In such situations, God seems distant, invisible to the naked eye, so we think that He is not present, and we feel like we are walking alone. Eventually, we begin to doubt God's promise of His presence with believers.

We can learn from the story of the Israelites as they journeyed from the land of Egypt to the promised land. God gave them many teachings through laws and miraculous signs so that the Israelites would believe that God was with them and walking alongside them. The wilderness, the sea, and the pagan nations were all ways in which God taught Israel to continue believing in Him.

Our lives are not much different from that of the Israelites, often facing life's problems as if we are in a vast wilderness, then facing seas blocking our way, and encountering many people who intend harm or act unjustly towards us. We tend to become angry and doubt God's presence in our lives.

This world is indeed full of uncertainties; everything can change in many ways, but the end of it all is just vanity. However, one thing is certain and unchanging: God's presence and love are always there for those who are willing to walk with Him. Walking in His faithful footsteps, following His glorious example, and journeying with the Lord towards a new heaven and earth (Revelation 21:1). Therefore, to walk with the Lord, believers must live in holiness, purity, and must not allow worldly affections in their lives.

WHAT TO DO:
1. When experiencing problems, always remember that God is beside us, to guide and strengthen us.
2. Do not be suspicious of God just because of the problems we face. Instead, strengthen your heart and express gratitude for all of God's teachings.

BIBLE MARATHON:
- Deuteronomy 33-34

Card image
Truth Youth 05 Maret 2024 - BERJALAN DENGAN TUHAN
2024-03-05 12:18:20


"Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati." (Ulangan 31:8)

Di dunia yang semakin sukar dan banyak ketidakpastian, banyak orang yang akhirnya tidak bisa berpikir jernih ketika menghadapi segala macam jenis persoalan hidup. Yang tidak jarang membuat orang menjadi mudah menyerah, tidak mampu berpikir baik, dan pada akhir berputus asa. Keadaan demikian kian ke mari makin dirasakan oleh setiap orang –termasuk orang percaya.

Mudah sekali bagi setiap orang yang sedang mengalami kesulitan hidup, dalam keadaan terjepit apalagi dalam keadaan tidak berdaya, pasti akan mempertanyakan kasih Tuhan dan mempertanyakan perlindungan Tuhan. Dalam keadaan seperti itu memang tampaknya Tuhan jauh, tidak terlihat secara kasat mata, sehingga kita pikir bahwa Ia tidak hadir dan kita merasa berjalan sendiri. Dan pada akhirnya kita meragukan janji penyertaan Tuhan atas hidup orang percaya.

Belajar pada kisah bangsa Israel ketika keluar dari tanah Mesir menuju tanah perjanjian. Yang di mana Tuhan memberikan banyak sekali ajaran melalui hukum serta melalui tanda-tanda ajaib bagi bangsa itu, agar percaya bahwa Tuhan menyertai bangsa Israel dan berjalan bersama dengan mereka. Padang gurun, laut, dan bangsa-bangsa kafir menjadi cara Tuhan mendidik Israel agar tetap percaya kepada-Nya.

Hidup kita juga tidak jauh seperti bangsa Israel, yang sering kali kala menghadapi persoalan hidup seakan kita ada di padang gurun antah berantah, lalu seperti menghadapi jalan tertutup laut dalam serta menghadapi banyak orang-orang yang berniat sertai tidak berlaku adil dengan kita. Dan kita cenderung marah serta meragukan kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita.

Dunia ini memang penuh ketidakpastian, semua bisa berubah dengan banyak cara, namun ujung semua itu hanyalah kesia-siaan belaka. Namun ada satu yang pasti dan tidak berubah, yakni penyertaan dan kasih Tuhan selalu ada bagi yang mau berjalan dengan Tuhan. Berjalan mengikuti jejak-Nya yang setia, berjalan mengikuti teladan-Nya yang agung, dan berjalan dengan Tuhan menuju langit baru bumi baru (LB3). Maka untuk berjalan dengan Tuhan, orang percaya harus hidup dalam kekudusan, kesucian, dan tidak boleh ada percintaan dunia di dalam hidup.

WHAT TO DO:
1. Saat sedang mengalami permasalahan selalu ingat bahwa Tuhan ada di samping kita, untuk menuntun dan menguatkan diri kita.
2. Jangan curiga kepada Tuhan hanya karena persoalan yang kita hadapi. Namun kuatkan hati dan ucapkanlah syukur atas semua didikan Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎Ulangan 33-34

Card image
Renungan Pagi - 05 Maret 2024
2024-03-05 12:16:03


Dalam hidup ini, uang, harta kekayaan dan kesenangan-kesenangan duniawi tidak dapat menghapus kecemasan, kekecewaan dan kekuatiran dalam hidup; karena tidak semua masalah dapat diselesaikan dengan uang. Ada orang yang berpikir bahwa uang dapat menyelesaikan segalanya, sampai ada yang punya prinsip "time is money and money can buy everything". Betul uang kita perlukan, setiap orang butuh uang, tetapi uang tidak selamanya menjadi solusi dari setiap permasalahan yang ada.

Padahal, dalam hidup ini ada banyak hal yang bisa terjadi secara mengejutkan dan tidak terduga, seperti bencana, penyakit dan situasi yang tidak aman, dalam keadaan seperti ini, uang dan harta kekayaan tidak dapat menolong kita dan tidak bisa menjadi jawaban. "Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." Itulah sebabnya kita harus mengandalkan Tuhan, jika tidak maka kecemasan dan kekuatiran tetap menghantui kita, walaupun kita memiliki banyak uang. Ingatlah Firman Tuhan berkata, janganlah kita mengabdi kepada dua tuan, yaitu kepada Tuhan dan mamon, tetapkanlah hati kita untuk mengabdi kepada Tuhan saja.
(Matius 6:24)

Card image
Quote Of The Day - 05 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-05 05:36:16


Ratapi dosa kita, jika tidak berarti kita melecehkan kesucian Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 05 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-05 05:35:17


Allah merancang keadaan baik untuk kekekalan.

Card image
GO FOR PERFECTION - 05 Maret 2024 (English Version)
2024-03-05 05:33:58


In the end, the life of a believer is one that is not governed by anyone but by God Himself as the Father. The laws given by God serve only as a temporary "tutor," because ultimately, without the pressure and shadows of the law, one can have behavior not only not violating the law but in accordance with the will of God. In this regard, believers must possess moral qualities like God Himself. These moral qualities are actually what God the Father desires His children to have. And they must have it because the Lord Jesus said that we must be perfect.

Thus, being perfect means that believers live fully under God's arrangement. Nothing the children of God do is outside the will of God the Father. Consequently, we can say as Jesus said, "My food is to do the will of Him who sent Me and to finish His work." In fact, God did not format humans from the beginning to live under the shadow of the law or regulations. That is why at the time of creation, God did not formulate laws to be obeyed. God created humans in His image and likeness, meaning that God gave moral capacity to humans to read the thoughts and feelings of God so that everything done is according to the Father's will.

So, being perfect like the Father means everything that believers do is according to what God the Father wills. In this way, believers who always walk with God to learn to do His will correctly will have a frequency of thoughts and feelings that are "connected" with God. So, without coercion we will always walk according to God's will, which means walking hand in hand with God Himself. Here someone can dialogue with Allah. This dialogue will become more open and intensive so that someone can abide in Him, meaning in communion with God the Father as did the Lord Jesus (John 17:20-21 Neither pray I for these alone, but for them also which shall believe on me through their word; That they all may be one; as thou, Father, art in me, and I in thee, that they also may be one in us: that the world may believe that thou hast sent me).

That is why God wants us to have the thoughts and feelings that are also found in Christ Jesus (Greek. phroneo). These thoughts and feelings are almost the same as conscience (Greek. suneidesis). But before the Lord Jesus won, became obedient to the point of death, suffered, was crucified and rose again, He said that believers must be perfect like the Father, because at that time He could not yet claim that He had won. But after the Lord Jesus won, He could become the source of salvation for those who obey Him (Hebrews 5:9 And being made perfect, he became the author of eternal salvation unto all them that obey him;). So, if someone wants to be perfect like the Father, he must know the life of the Lord Jesus.

Perfection in this verse aims to point to the moral qualities possessed by God the Father that believers must also possess. God commands His people to be holy as He is holy (1 Peter 1:16). This is the same as participating in God's holiness (Hebrews 12:10 For they verily for a few days chastened us after their own pleasure; but he for our profit, that we might be partakers of his holiness) and the same as putting on the divine nature (2 Peter 1:3-4 According as his divine power hath given unto us all things that pertain unto life and godliness, through the knowledge of him that hath called us to glory and virtue: Whereby are given unto us exceeding great and precious promises: that by these ye might be partakers of the divine nature, having escaped the corruption that is in the world through lust). All of this marks that someone is indeed a child of God. Every believer is called to achieve perfection. Therefore, the attention of believers must not be divided by things that disturb the growth of perfection like the Father.

In his testimony Paul stated, "It is not as if I have already obtained this thing or am already perfect, but I am pursuing it, that I may also catch it, for I also was caught by Christ Jesus" (Philippians 3:12). Believers are caught by God so that in the end they also catch God, meaning they are perfect like their Father in heaven. Living for 70 to 80 years in this world is a time to pursue an eternal achievement, namely being perfect like the Father. If the focus of a believer's life is focused on other things, then the target that must be achieved will not be achieved. Because even those who really try can barely achieve it, let alone those who don't really try.

In order to carry out life according to God's will or to be perfect like God the Father, the Holy Spirit is sealed in the lives of believers. It is this Holy Spirit who incubates the lives of believers so that they "break" like chicken eggs and produce or give birth to chicks. This refers to the new birth which is the starting point of the divine life that can never die in the life of believers. Without a new birth, a person will never be saved, meaning he can never be renewed to reach the perfection of Christ. Ironically, many Christians seem to have repented, but actually their conversion does not significantly change their lives to have a divine life. Repentance must be a daily process where one leaves behind his old way of life. This repentance is driven by a correct understanding of God's word.

IF SOMEONE WANTS TO BE PERFECT LIKE THE FATHER, HE MUST KNOW THE LIFE OF THE LORD JESUS.

Card image
PERGILAH UNTUK SEMPURNA - 05 Maret 2024
2024-03-05 05:07:20


Pada akhirnya, kehidupan orang percaya adalah kehidupan yang tidak diatur oleh siapapun kecuali oleh Allah sendiri sebagai Bapa. Hukum yang diberikan Tuhan hanya menjadi “tutor” sementara, sebab akhirnya tanpa tekanan dan bayang-bayang hukum seseorang bisa memiliki kelakuan bukan saja tidak melanggar hukum melainkan sesuai dengan kehendak Allah. Dalam hal ini orang percaya harus memiliki kualitas moral seperti Allah sendiri. Kualitas moral seperti inilah yang sebenarnya Allah Bapa kehendaki dimiliki oleh anak-anak-Nya. Dan mereka harus memilikinya, sebab Tuhan Yesus berkata bahwa kita harus sempurna.

Dengan demikian, menjadi sempurna maksudnya agar orang percaya hidup dalam pengaturan Tuhan sepenuhnya. Tidak ada yang anak Tuhan kerjakan di luar kehendak Allah Bapa. Sehingga akhirnya kita bisa berkata seperti Tuhan Yesus berkata, "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” Sebenarnya Allah tidak memformat manusia sejak semula untuk hidup di bawah bayang-bayang hukum atau peraturan. Itulah sebabnya pada waktu penciptaan, Allah tidak merumuskan hukum untuk dilakukan. Allah menciptakan manusia menurut rupa dan gambar-Nya, artinya bahwa Allah memberikan kemampuan moral kepada manusia yang bisa membaca pikiran dan perasaan Allah sehingga segala sesuatu yang dilakukan sesuai dengan keinginan Bapa.

Jadi, sempurna seperti Bapa artinya segala sesuatu yang dilakukan oleh orang percaya sesuai dengan yang Allah Bapa kehendaki. Dengan demikian *orang percaya yang selalu berjalan dengan Allah untuk belajar melakukan kehendak-Nya secara benar akan memiliki frekuensi pikiran dan perasaan yang “nyambung” dengan Allah*. Sehingga, tanpa pemaksaan kita akan selalu berjalan sesuai dengan kehendak Allah, yang artinya berjalan seiring dengan Tuhan sendiri. Di sini seseorang bisa berdialog dengan Allah. Dialog ini akan semakin terbuka dan intensif sehingga seseorang bisa tinggal di dalam Dia, artinya dalam persekutuan dengan Allah Bapa seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus (Yoh. 17:20-21).

Itulah sebabnya Tuhan menghendaki agar kita memiliki pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus (Yun. _phroneo_). Pikiran dan perasaan inilah yang hampir sama dengan nurani (Yun. suneidesis). Tetapi sebelum Tuhan Yesus menang, taat sampai mati, menderita, disalib dan bangkit, Ia berkata bahwa orang percaya harus sempurna seperti Bapa, sebab pada waktu itu Ia belum bisa mengklaim bahwa diri-Nya menang. Tetapi setelah Tuhan Yesus menang, maka Ia bisa menjadi pokok keselamatan bagi orang yang taat kepada-Nya (Ibr. 5:9). Jadi, kalau seseorang mau sempurna seperti Bapa, ia harus mengenal kehidupan Tuhan Yesus.

Kesempurnaan dalam ayat ini hendak menunjuk kualitas moral seperti yang dimiliki oleh Allah Bapa yang juga harus dimiliki orang percaya. Allah berfirman agar umat-Nya kudus seperti Dia kudus (1 Ptr. 1:16). Hal ini sama dengan mengambil bagian dalam kekudusan Allah (Ibr. 12:10) dan sama dengan mengenakan kodrat ilahi (2 Ptr. 1:3-4). Semua ini menandai bahwa seseorang sah sebagai anak-anak Allah. Setiap orang percaya mendapat panggilan untuk mencapai kesempurnaan. Untuk itu, perhatian orang percaya tidak boleh terbelah untuk hal yang mengganggu pertumbuhan kesempurnaan seperti Bapa.

Dalam kesaksiannya Paulus menyatakan, “Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus” (Flp. 3:12). Orang percaya ditangkap Allah supaya akhirnya ia juga menangkap Allah, artinya sempurna seperti Bapa di surga. Hidup selama 70 sampai 80 tahun di dunia ini merupakan masa untuk mengejar suatu prestasi abadi, yaitu sempurna seperti Bapa. Jika fokus hidup orang percaya tertuju kepada hal yang lain, maka target yang harus dicapai tidak akan tercapai. Sebab yang sungguh-sungguh berusaha saja bisa nyaris tidak bisa meraih, apalagi yang tidak sungguh-sungguh.

Untuk terselenggaranya hidup sesuai dengan kehendak Allah atau sempurna seperti Allah Bapa, maka Roh Kudus dimeteraikan dalam kehidupan orang percaya. Roh Kudus inilah yang mengerami kehidupan orang percaya agar “pecah” seperti telur ayam dan memunculkan atau melahirkan anak ayam. Ini menunjuk kepada kelahiran baru yang menjadi titik awal dari kehidupan ilahi yang tidak pernah bisa mati dalam kehidupan orang percaya. Tanpa kelahiran baru, seseorang tidak akan pernah selamat, artinya tidak pernah bisa diperbarui untuk mencapai kesempurnaan Kristus. Ironis, banyak orang Kristen yang kelihatannya sudah bertobat, tetapi sebenarnya pertobatannya tidak signifikan mengubah kehidupannya untuk memiliki kehidupan ilahi. Pertobatan haruslah proses setiap hari di mana seseorang meninggalkan cara hidupnya yang lama. Pertobatan ini dimotori oleh pengertian yang benar terhadap firman Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU SESEORANG MAU SEMPURNA SEPERTI BAPA, IA HARUS MENGENAL KEHIDUPAN TUHAN YESUS.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 05 Maret 2024
2024-03-05 05:01:44

Bilangan 26-27

Card image
Truth Kids 04 Maret 2024 - BELAJAR SEPERTI AYUB
2024-03-04 12:50:29


Ayub 1:21
katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!"

Pada suatu hari di sebuah sekolah dasar, ada murid yang bernama Dona. Dona adalah seorang anak perempuan yang baik dan setia datang Sekolah Minggu. Pada saat di kelas, Dona diganggu oleh Sinar, Budi, dan Keren. Mereka mengganggu Dona sehingga Dona tidak bisa fokus belajar. Mereka terus mengajak Dona bermain saat guru mengajar. Tidak hanya itu, terkadang mereka juga mengambil pensil Dona sehingga ia tidak bisa menulis. Tetapi Dona memilih tidak melawan mereka. Akhirnya guru di kelas mengetahuinya dan mereka diberikan hukuman agar tidak mengganggu Dona atau teman lain saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Ketabahan Dona ini mengingatkan kita kepada tokoh Alkitab yang bernama Ayub. Ayub adalah orang yang sabar dalam menghadapi masalah. Ayub tahu bahwa Tuhan selalu ada dan akan menolongnya. Sobat Kids, kita harus belajar dari Ayub dan Dona. Setiap masalah yang kita hadapi, tidak boleh membuat kita marah-marah. Kita harus sabar dan berdoa agar Tuhan memberikan pertolongan kepada kita. Percayalah bahwa Tuhan selalu menjaga kita.

Card image
Truth Junior 04 Maret 2024 - A Y U B
2024-03-04 12:49:05


Ayub 1:21
katanya: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!”

Di negeri Us, ada seorang pria yang kesukaannya menyembah Tuhan. Namanya Ayub. Dia sangat kaya dan punya banyak anak. Ayub seorang yang baik hati dan suka menolong orang miskin. Tapi, apakah keadaannya sebagai orang yang kaya dan serba kecukupan berarti dia tidak pernah punya masalah?

Iblis memperhatikan Ayub. Tuhan bertanya kepada Iblis, “Apa kamu lihat hamba-Ku, Ayub?” Di bumi ini, tidak ada yang seperti dia. Dia orang yang saleh selalu mendengarkan Tuhan dan melakukan yang benar di hadapan Tuhan.” Iblis menjawab, “Tentu saja dia taat kepada-Mu. Engkau selalu melindungi dan memberkati dia. Engkau memberi dia tanah yang luas dan banyak hewan-hewan. Coba ambil semuanya, pastilah dia tidak mau lagi menyembah Engkau.” Tuhan berkata, “Kamu boleh menguji Ayub, tapi kamu tidak boleh membunuh dia.” Kenapa Tuhan mengizinkan Iblis menguji Ayub? Karena Tuhan yakin Ayub akan tetap setia kepada-Nya.

Iblis pun membuat beberapa bencana untuk menguji iman Ayub. Pertama-tama, Ayub kehilangan semua ternaknya. Kemudian, bencana yang paling buruk terjadi, semua anak Ayub mati karena rumah tempat mereka berpesta roboh. Ayub merasa sedih sekali karena kehilangan semua yang dia miliki, tapi Ayub tetap setia kepada Tuhan.

Iblis mau Ayub lebih menderita lagi. Jadi, Iblis menyebabkan seluruh tubuh Ayub penuh bisul dan sangat menyakitkan rasanya. Ayub tidak tahu kenapa semua itu terjadi, tetapi Ayub tetap setia kepada Tuhan. Karena itu, Tuhan Allah sangat senang kepada Ayub.

Setelah beberapa waktu berlalu, akhirnya ujian untuk Ayub berakhir. Tuhan menyembuhkan Ayub dan memberkati Ayub dengan kekayaan yang lebih daripada sebelumnya. Ayub diberkati dengan umur panjang dan hidup bahagia. Tuhan memberkati Ayub karena Ayub taat kepada Tuhan walaupun keadaan yang dihadapi sangat sulit.

Mari kita semua hidup dekat dengan Tuhan supaya walau keadaan sulit diizinkan terjadi, kita tetap taat kepada Tuhan seperti Ayub. Apakah Sobat Junior mau seperti Ayub, tetap setia kepada Tuhan apa pun yang terjadi?

Card image
Truth Youth 04 Maret 2024 (English Version) - SURRENDER, NOT RESIGNATION
2024-03-04 12:44:34


"I can do all this through him who gives me strength." (Philippians 4:13)

If we observe lately, many things we face seem endless, and with each passing day, the situation becomes increasingly worrying. Perhaps some of us have been exposed to wrong thoughts, lost loved ones, and all possibilities could happen in our lives.

As humans, we realize that what arises now is feelings of worry and anxiety. Those experiencing excessive anxiety often feel excessive worry and fear continuously over time. As time goes by, this anxiety disorder can worsen and disrupt life. However, as Christians who believe in God, we should believe that His power is always with us.

We need to understand together that we indeed need to surrender to God, but we must not resign to circumstances. Resignation means giving up, doing nothing, having negative pessimistic thoughts, losing hope, and so on. Meanwhile, surrendering to God means participating and following God's will in one's life, trusting and surrendering oneself to God's plans and leadership, having positive optimistic thoughts, having a high spirit of life, and believing in God's preservation over one's life.

When it comes to true surrender, we must understand it correctly according to the truth found in the Bible. True surrender is not just our willingness to entrust our life's issues to God and trust in His help. Surrender is often understood as a willingness to surrender all life's problems and all circumstances that may be experienced in the future. There, we trust that God will accompany and help. This kind of surrender is not true and of quality.

True surrender is when we choose God and His Kingdom. Those who choose God and His Kingdom will surrender their lives to follow God's will and accomplish His work. They will not be preoccupied with worldly matters that do not mature or support God's plans. Their minds are solely focused on heavenly matters.

WHAT TO DO:

Submit all worries and burdens to God. But continue to fulfill our responsibilities, which is to strive first.

BIBLE MARATHON:
- Deuteronomy 30-32

Card image
Truth Youth 04 Maret 2024 - BERSERAH BUKAN PASRAH
2024-03-04 12:42:05


"Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13)
Kalau kita perhatikan akhir-akhir ini, banyak hal yang kita hadapi yang tidak kunjung usai, semakin hari kondisinya cukup mengkhawatirkan. Mungkin ada sebagian dari kita yang sudah terpapar pikiran salah, kehilangan orang-orang yang kita kasihi dan semua kemungkinan bisa saja terjadi dalam kehidupan kita.

Sebagai manusia kita menyadari, justru yang muncul saat ini adalah perasaan khawatir dan gelisah. Orang yang mengalami kecemasan berlebihan kerap kali merasa khawatir dan takut yang berlebihan secara terus-menerus seiring berjalannya waktu, gangguan kecemasan ini bisa bertambah parah dan mengganggu kehidupan. Padahal, sebagai umat Kristen yang percaya kepada Tuhah, sudah sepatutnya kita percaya bahwa kuasa-Nya selalu menyertai kita.

Ada yang harus kita ketahui bersama, kita memang harus berserah kepada Tuhan, namun tidak boleh pasrah kepada keadaan. Pengertian pasrah adalah menyerah, tidak berbuat apa-apa, berpikiran negatif pesimis, kehilangan pengharapan, dan lain-lain. Sementara berserah kepada Tuhan artinya turut dan mengikuti kehendak Tuhan dalam hidupnya, percaya dan menyerahkan diri pada rencana dan pimpinan Tuhan, berpikiran positif optimis, mempunyai semangat hidup yang tinggi, dan yakin akan pemeliharaan Tuhan atas hidupnya.

Bicara soal berserah diri yang benar, kita harus memahaminya dengan tepat sesuai kebenaran yang ada di Alkitab. Berserah diri ini bukan hanya kesediaan kita menyerahkan persoalan hidup kita kepada Tuhan dan memercayai pertolongan-Nya. Penyerahan diri sering kali dipahami sebagai kesediaan menyerahkan segala persoalan hidup dan segala keadaan yang bisa dialami nanti ke depan. Di situ kita memercayai Tuhan akan menyertai dan menolong. Penyerahan ini bukanlah penyerahan yang benar dan berkualitas.

Penyerahan yang benar adalah ketika kita memilih Tuhan dan Kerajaan-Nya. Orang yang memilih Tuhan dan Kerajaan-Nya akan menyerahkan hidupnya untuk menuruti kehendak Allah dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Ia tidak akan sibuk dengan perkara duniawi yang tidak mendewasakan atau menopang rencana Tuhan. Pikirannya semata-mata ia arahkan untuk perkara surgawi.

WHAT TO DO:
Serahkan kepada Tuhan semua kekhawatiran dan beban. Tapi tetap dengan penuh tanggung jawab apa yang menjadi bagian kita, yakni berjuang terlebih dahulu.

BIBLE MARATHON:
▪︎Ulangan 30-32

Card image
Renungan Pagi - 04 Maret 2024
2024-03-04 12:40:03


Alkitab berkata; "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab."

Artinya firman Tuhan itu bukan hanya untuk orang-orang yang kita ajarkan atau beritakan kebenaran itu pada mereka, tetapi ketajaman firman Tuhan itu berlaku juga untuk kita yang mengajar dan memberitakan, sekaligus juga akan menembus nurani, apakah kita sudah melakukannya, atau hanya mendengar dan membicarakan atau memperdebatkan firman Tuhan itu? Sebab tidak ada yang tersembunyi dihadapan Tuhan, semua yang kita lakukan telanjang dihadapan Tuhan, tidak dapat ditutupi.

Firman Tuhan itu harusnya menelanjangi kehidupan kita supaya sadar, bahwa ada pertanggungan jawab dihadapan Tuhan atas segala sesuatu yang kita lakukan. Jangan mempermainkan dan menganggap enteng firman Tuhan dan membiarkannya berlalu.

Lebih baik pedang itu menusuk amat dalam dan memotong perbuatan daging sekarang, daripada nanti di tahta pengadilan Anak Domba Allah, semuanya sudah terlambat, tidak akan ada waktu lagi untuk bertobat. Saat ini biarkan firman Tuhan menyelidiki batinmu lebih dalam dan membaharui hati dan pikiranmu.
(Ibrani 4:12)

Card image
Quote Of The Day - 04 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-04 12:37:56


Manusia yang sudah terbelenggu oleh filosofi hidup yang salah akan terus terbelit oleh filosofinya tersebut sampai ia membunuh dirinya sendiri dan membunuh banyak orang.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 04 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-04 12:30:20


Berkat utama kita adalah berkat kekal, berkat yang dapat kita miliki dan nikmati di dalam kekekalan yang dibungkus dalam peristiwa hidup yang kita dengar, lihat dan terutama yang kita alami.

Card image
BEARING FRUIT IN PERSEVERANCE - 04 Maret 2024 ( English Version)
2024-03-04 12:28:42


The most important issue in the life of a believer is whether, when facing the Lord, there is fruit to be offered to Him. This fruit is doing well everything that the Lord desires, which must be fulfilled because humans are created to do His will. So, the fruit here refers to actions, behaviors, and attitudes that satisfy the heart of the Lord until one has a “heart to do His will,” having a nature to do the will of God without being forced or pressured by law, and this is characteristic of the children of God demonstrated by the Lord Jesus. Furthermore, God allows them to bear fruit, so no one can justify why they cannot.

In the parable of the sower, it is narrated that not everyone who hears the Word of God can grow and bear fruit (Luke 8:5-15). The first group is those who, although hearing the Gospel, never become believers (Luke 8:12). The power of the antichrist has blinded them, so they can never accept the Lord Jesus Christ. The second group is those who hear the Gospel and become Christians but are unwilling to pay the price of their faith. At that time, if people dared to believe in the Lord Jesus, they would face persecution (Luke 8:13). Many people prefer to save their lives rather than lose them for Christ.

The third group is people who do not experience persecution, accept the Lord Jesus, and love the world. They do bear fruit, but their fruit is not mature (Luke 8:14). The word “mature” in the original text is telesphoreo (τελεσφορέω), which means mature. So, the fruit produced is not mature. The Lord desires maturity. The will of God must be followed absolutely. The fourth group is those who hear the Word of God and keep it in good soil; they bear fruit with perseverance (Luke 8:15). Bearing fruit with perseverance shows that one must struggle hard to bear fruit.

The life of a believer is a life demanded to bear fruit (John 15:1-7). It will be cut off if it does not bear fruit, but whoever bears fruit will be made to bear even more fruit. Luke 13:6-7, 7 says about the parable of a farmer who had a vineyard, and in it, there was a fig tree. When he saw that the fig tree did not bear fruit, he said it was useless for the tree to grow in his vineyard. He wanted the tree to be cut down. In this parable, the Lord wants every believer to bear fruit that satisfies His heart.  

Bearing fruit means having a heart that enjoys doing His will. God wants to find individuals like this who, during their earthly life, have fulfilled or accomplished what has been entrusted to them. In this case, each person has a particular condition, and the Lord has a unique plan for that person to fulfill. Do not go home to eternity before knowing we have done well with God’s plan. Of course, in this matter, a child of God must have sensitivity to understand His will and find His plan in their personal life. To have this sensitivity, one must be enlightened by the Word of God.  

In this regard, hearing the “voice of truth” is only the first step to bearing fruit because, in the end, the Lord wants us to be listeners and produce fruit. If the first step is not taken—listening to the accurate Word of God taught by the Lord Jesus—how can one bear fruit? Many Christians do not hear God’s accurate Word, so they are not sensitive to God’s will and plan, so it is understandable if they never bear fruit. Indeed, they become good people, but this life is only to fulfill their desires and ambitions. Before closing our eyes, we must already understand the will of God we must satisfy.  

It is written in Luke 8:1, “… bearing fruit with perseverance.” This sentence indicates that even if someone hears the true Word of God, they will not be able to bear fruit if they do not persevere. The Word perseverance in the original text is hupomone (ὑπομονή). This Word means enduring patiently. In this case, to persevere, one must strive to endure continuously facing pressure because Satan tries to prevent believers from bearing fruit. One of Satan’s efforts is hiding the truth of the true Word and also coloring the souls of God’s children with love for the world. Therefore, after understanding this truth, we must start questioning: have we indeed had a heart that likes and willingly does His will? Let us direct our lives to bear fruit with perseverance. Thus, we fulfill His desires and plans. 

BEARING FRUIT WITH PERSEVERANCE SHOWS THAT ONE MUST STRUGGLE HARD TO BEAR FRUIT.

Card image
BERBUAH DALAM KETEKUNAN - 04 Maret 2024
2024-03-04 11:01:57


Persoalan paling penting dalam kehidupan orang percaya adalah apakah ketika menghadap Tuhan ada buah yang dapat dipersembahkan kepada-Nya? Buah itu adalah melakukan dengan baik segala sesuatu yang Tuhan inginkan. Hal ini adalah sesuatu yang mutlak harus dipenuhi, sebab memang manusia diciptakan untuk melakukan kehendak-Nya. Jadi, buah di sini adalah perbuatan, perilaku dan sikap hati yang memberi kepuasan di hati Tuhan, sampai seseorang memiliki “hati melakukan kehendak-Nya”; memiliki natur melakukan kehendak Tuhan tanpa dipaksa atau ditekan oleh hukum. Inilah ciri dari anak-anak Allah yang telah diperagakan oleh Tuhan Yesus. Selanjutnya, Tuhan memberikan kemampuan untuk bisa berbuah, sehingga tidak ada seorang pun yang bisa beralasan mengapa tidak berbuah.

Dalam perumpamaan mengenai penabur benih, dikisahkan bahwa tidak semua orang yang mendengar firman Tuhan bisa bertumbuh dan berbuah (Luk. 8:5-15). Kelompok pertama adalah orang yang walaupun mendengar Injil, tetapi tidak pernah menjadi orang percaya (Luk. 8:12). Kuasa antikris telah mengunci mereka, sehingga mereka tidak pernah bisa menerima Tuhan Yesus Kristus. Kelompok kedua adalah mereka yang mendengar Injil, menjadi orang Kristen, tetapi tidak berani membayar harga percayanya. Pada zaman itu, kalau orang berani percaya kepada Tuhan Yesus, maka mereka akan mengalami aniaya (Luk. 8:13). Banyak orang lebih menyelamatkan nyawanya daripada kehilangan nyawanya karena Kristus.

Kelompok ketiga adalah orang-orang yang tidak mengalami aniaya, tidak menolak Tuhan Yesus, tetapi masih mencintai dunia. Mereka memang berbuah, tetapi buahnya tidak matang (Luk. 8:14). Kata “matang” dalam teks aslinya adalah telesphoreo (τελεσφορέω), yang artinya dewasa. Jadi buah yang dihasilkan tidak dewasa. Tuhan menghendaki kedewasaan. Kehendak Tuhan harus dituruti secara mutlak. Kelompok keempat adalah orang-orang yang mendengar firman Tuhan dan menyimpannya dalam hati yang baik; mengeluarkan buah dalam ketekunan (Luk. 8:15). Mengeluarkan buah dalam ketekunan menunjukkan bahwa untuk berbuah seseorang harus berjuang keras.

Kehidupan orang percaya adalah kehidupan yang dituntut untuk berbuah (Yoh. 15:1-7). Jika tidak berbuah akan dipotong, tetapi yang berbuah akan dibuat semakin lebat buahnya. Dalam Lukas 13:6-7 mengenai perumpamaan seorang peladang yang memiliki kebun anggur, di dalamnya terdapat pohon ara. Ketika dilihatnya pohon ara tidak berbuah, ia mengatakan bahwa percuma pohon itu tumbuh di kebunnya. Ia menghendaki agar pohon itu dikerat saja. Dalam perumpamaan ini Tuhan menghendaki agar setiap orang percaya berbuah yang memuaskan hati-Nya.

Berbuah artinya memiliki hati yang suka melakukan kehendak-Nya. Tuhan mau menemukan pribadi-pribadi seperti ini, yang selama hidup di dunia telah memenuhi atau menunaikan apa yang dipercayakan kepadanya. Dalam hal ini setiap orang memiliki keadaan istimewa dan Tuhan memiliki rancangan khusus bagi orang tersebut untuk dipenuhi. Jangan pulang ke rumah kekal sebelum tahu persis bahwa diri kita sudah melakukan dengan baik rencana Allah dalam hidup ini. Tentu saja dalam hal ini seorang anak Tuhan harus memiliki kepekaan untuk mengerti kehendak-Nya dan menemukan rencana-Nya dalam hidupnya pribadi. Untuk memiliki kepekaan ini seseorang harus dicerdaskan oleh firman Tuhan.

Dalam hal ini mendengar “suara kebenaran” barulah langkah pertama untuk bisa berbuah, sebab akhirnya Tuhan bukan hanya menghendaki kita menjadi pendengar melainkan juga memberi atau menghasilkan buah. Kalau langkah pertama sudah tidak dilakukan—yaitu mendengar firman Tuhan yang diajarkan Tuhan Yesus—bagaimana ia bisa berbuah? Banyak orang Kristen yang tidak mendengar firman Tuhan yang benar sehingga tidak memiliki kepekaan terhadap kehendak dan rencana Tuhan. Bisa dimengerti kalau mereka tidak pernah menghasilkan buah. Memang mereka menjadi orang baik-baik, tetapi hidup ini hanya untuk memenuhi keinginan dan cita-citanya sendiri. Sebelum menutup mata kita harus sudah mengerti apa yang dikehendaki Allah untuk dipenuhi.

Dalam Lukas 8:15 tertulis, “... mengeluarkan buah dalam ketekunan.” Kalimat ini menunjukkan walaupun seseorang mendengar firman Tuhan yang benar, tetapi kalau ia tidak bertekun, maka ia juga tidak akan dapat berbuah. Kata ketekunan dalam teks aslinya adalah hupomone (ὑπομονή). Kata ini berarti dengan sabar bertahan. Dalam hal ini untuk bertekun seseorang harus berusaha untuk bertahan terus menerus menghadapi tekanan, sebab Iblis berusaha agar orang percaya tidak berbuah. Salah satu usaha Iblis selain ditutupnya kebenaran firman yang benar, juga mewarnai jiwa anak-anak Tuhan dengan percintaan dunia. Oleh sebab itu setelah memahami kebenaran ini, kita harus mulai mempersoalkan: apakah kita sungguh-sungguh telah memiliki hati yang suka dan rela melakukan keinginan-Nya? Marilah kita mengarahkan hidup kita untuk menghasilkan buah dalam ketekunan. Sehingga kita memenuhi keinginan dan rencana-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MENGELUARKAN BUAH DALAM KETEKUNAN MENUNJUKKAN BAHWA UNTUK BERBUAH SESEORANG HARUS BERJUANG KERAS.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 04 Maret 2024
2024-03-04 06:21:28

Bilangan 23-25

Card image
Truth Kids 03 Maret 2024 - KALEB, SI PEMBERANI
2024-03-03 09:13:52


Bilangan 14:24
”Tetapi hamba-Ku Kaleb, karena lain jiwa yang ada padanya dan ia mengikut Aku dengan sepenuhnya, akan Kubawa masuk ke negeri yang telah dimasukinya itu, dan keturunannya akan memilikinya.”

Siapa di sini yang punya cita-cita menjadi polisi atau tentara? Sobat Kids tahu kan kalau tugas seorang polisi dan tentara itu menjaga negara dan menjaga masyarakat agar tetap aman? Nah, untuk menjadi seorang polisi atau tentara, kita harus memiliki keberanian dalam melawan kejahatan. Bukan hanya keberanian, tetapi juga kesetiaan untuk mengikuti latihan, setia pada peraturan yang di buat oleh negara. Tapi Sobat Kids tahu tidak, kalau di Alkitab ada juga seorang tokoh yang berani bertempur. Nama tokoh ini adalah Kaleb. Kaleb seorang yang berani melawan semua musuh-musuh yang jahat dalam pertempuran. Selain berani, Kaleb juga setia dalam mengikuti perintah Tuhan.

Sobat Kids, saat Kaleb setia pada perintah-Nya, tentu saja Tuhan memberikan janji-Nya. Kaleb dibawa masuk ke tanah Kanaan dan anak-anak Kaleb mendapatkan bagian yang baik-baik. Wahh... Sobat Kids, ternyata saat kita berani dan setia pada Tuhan, maka Tuhan menjadi senang terhadap kita. Jadi, Sobat Kids harus tetap setia dan dengar-dengaran, ya!

Card image
Truth Junior 03 Maret 2024 - KALEB
2024-03-03 09:08:56


Bilangan 14:24
”Tetapi hamba-Ku Kaleb, karena lain jiwa yang ada padanya dan ia mengikut Aku dengan sepenuhnya, akan Kubawa masuk ke negeri yang telah dimasukinya itu, dan keturunannya akan memilikinya.”

Suatu saat Tuhan berfirman kepada Musa untuk menyuruh beberapa orang mengintai tanah Kanaan. Tanah Kanaan adalah tanah yang akan diberikan Tuhan kepada orang Israel. Musa menyuruh 1 orang dari setiap suku yang ada di Israel, sehingga totalnya menjadi 12 orang. Para pengintai ini bertugas untuk melihat keadaan negeri itu. Mereka harus mencari tahu banyak hal, di antaranya apakah baik atau buruk, orang-orangnya kuat atau lemah, apakah ada pohon atau tidak; dan mereka diminta untuk membawa sedikit dari hasil negeri itu.

Sesudah lewat empat puluh hari, pulanglah mereka dari pengintaian itu. Mereka langsung datang kepada Musa, Harun, dan segenap orang Israel. Sepuluh orang dari para pengintai itu mengatakan, “Orang-orang yang tinggal di sana, badannya besar-besar seperti raksasa dan kuat. Kita akan dibunuh jika kita mencoba masuk dan menduduki negeri itu.” Orang-orang Israel menjadi takut dan gentar ketika mereka mendengar berita-berita yang mereka dapatkan.

Tetapi 2 dari para pengintai, percaya kepada Tuhan, dan mereka mencoba menenangkan orang-orang Israel itu. Mereka adalah Yosua dan Kaleb. Mereka mencoba meyakinkan bahwa negeri Kanaan luar biasa baiknya. Jika Tuhan berkenan, maka Ia akan membawa orang Israel masuk ke negeri itu. Asalkan orang Israel tidak memberontak kepada Tuhan.

Sobat Junior, kita mau belajar dari Kaleb yang selalu percaya kepada Tuhan. Walaupun di depan mata terlihat menakutkan, tetapi Kaleb tetap percaya dan taat kepada Tuhan. Kesetiaan dan sikap hati yang percaya kepada Tuhan membuat Kaleb dapat masuk ke tanah Kanaan. Yuk, kita hidup seperti Kaleb yang selalu taat, setia dan percaya dengan Tuhan.

Card image
Truth Youth 03 Maret 2024 (English Version) - A STANDARD OF LOVE
2024-03-03 08:46:42


"For who is God besides the LORD, and who is the Rock except our God?" (Psalm 18:32)

The world today imposes many values or standards on human life. These judgments shape our way of thinking in determining our attitudes, such as love. For many people, love can only be given to known individuals or to those who have been good to us first. Suspicion arises towards those who are unknown or haven't shown kindness.

Such standards imposed by society are far from what Jesus teaches. The love possessed by believers should not adhere to worldly standards but should use God's standard, which is unconditional love. It is important to understand that God's boundless love not only focuses on love given to specific individuals but also involves His love that extends to all His creation.

The love that someone possesses is a part of their life to fulfill God's commandments. God's love is deep, selfless, and unaffected by anything. It is a love that transcends time, culture, and individual differences. This is the kind of love that every believer should understand and exemplify. For through this, we honor the Father in heaven.

We must realize that this unconditional love is something we can practice. For Jesus has demonstrated it and given us a real example to follow. For instance, Jesus on several occasions instructed us to love our enemies and even commanded us to pray for those who have insulted us. Thus, we must adopt it as the standard of unconditional love.

Just as the Father in heaven loves us even when we sin, redeeming us without condition and giving us the opportunity to return to His original plan through the sacrifice of Jesus on the cross, so too should we implement this unconditional love in loving God and others.

WHAT TO DO:
1. To understand and emulate the unconditional love demonstrated by Jesus, let us diligently read the Bible.
2. Reflect on our hearts, who is the person we find most difficult to love. Then, that person should be the first practice for us to apply God's love to.

BIBLE MARATHON:
- Deuteronomy 28-29

Card image
Truth Youth 03 Maret 2024 - STANDAR KASIH
2024-03-03 08:43:35


”Sebab siapakah Allah selain dari TUHAN, dan siapakah gunung batu selain Allah kita?” (Mazmur 18:32)

Dunia saat ini memberikan banyak nilai atau standar pada kehidupan manusia. Yang di mana penilaian tersebut membentuk cara berpikir dalam menentukan suatu sikap, contoh tentang mengasihi. Mengasihi bagi kebanyakan orang hanya bisa dilakukan atau diberikan kepada sesama manusia yang dikenal saja dan kepada mereka yang telah berbuat baik terlebih dahulu. Sementara kepada yang tidak dikenal atau tidak berbuat baik akan timbul rasa curiga.

Pemberian standar penilaian seperti ini sangat jauh dari apa yang Tuhan Yesus ajarkan. Kasih yang dimiliki oleh orang percaya tidak boleh termuat standar dunia melainkan harus menggunakan standar Allah, yakni kasih yang tidak bersyarat. Penting untuk memahami bahwa kasih Tuhan yang tak terbatas tidak hanya berfokus pada kasih yang diberikan kepada individu tertentu, tetapi juga melibatkan cinta-Nya yang merentang kepada seluruh penciptaan-Nya.

Kasih yang dimiliki oleh seseorang merupakan bagian dalam kehidupannya untuk melakukan perintah Tuhan. Kasih Tuhan adalah cinta yang mendalam, tanpa pamrih, dan tidak terpengaruh oleh apa pun. Ini adalah kasih yang melampaui batas waktu, budaya, dan perbedaan individual. Kasih yang seperti inilah yang harus dipahami dan diperagakan oleh setiap kita yang percaya kepada Tuhan. Sebab dengan hal inilah kita akan memuliakan Bapa di surga.

Harus kita sadari bahwa kasih yang tidak bersyarat ini bisa kita kenakan. Sebab Tuhan Yesus telah memperagakannya dan telah memberikan teladan nyata kepada kita untuk mengenakan kasih seperti ini. Misalnya Tuhan Yesus dalam beberapa kesempatan meminta kita untuk mengasihi musuh dan bahkan Ia memberi perintah untuk berdoa bagi mereka yang telah mencaci-maki kita. Maka kita harus mengenakannya sebagai standar kasih yang tidak bersyarat.

Maka sebagaimana Bapa di surga mengasihi kita di saat kita berdosa, dengan tanpa syarat apa-apa menebus dan menempatkan kita beroleh kesempatan untuk kembali kepada rancangan semula-Nya, melalui pengorbanan Tuhan Yesus di atas kayu salib. Maka kita juga harus mengimplementasikan kasih tanpa syarat ini dalam mengasihi Allah dan sesama.

WHAT TO DO:
1.Untuk mengetahui dan mencontoh kasih tanpa syarat yang diperagakan Tuhan Yesus, maka kita belajar untuk rajin selalu membaca Alkitab.
2.Cek ke dalam hati kita, siapa orang yang paling susah kita kasihi. Maka orang itu harus menjadi praktik pertama untuk kita terapkan kasih Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 28-29

Card image
Renungan Pagi - 03 Maret 2024
2024-03-03 08:40:59


Kekuatan yang Tuhan berikan dalam hidup kita untuk menghadapi setiap situasi kehidupan, bukanlah mukjizat tetapi kekuatan itu didapatkan sebagai hasil dari latihan, dan latihan itu adalah untuk menghadapi proses pembentukan pribadi menjadi berkarakter seperti Kristus. Yang artinya setiap kita harus memiliki kerelaan hati untuk dilatih oleh Tuhan melalui berbagai tantangan hidup, sehingga pada akhirnya pastilah makin lama akan menjadi makin kuat didalam Tuhan.

"Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan, dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan, segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."

Rasul Paulus telah mengalaminya, dilatih oleh Tuhan, sehingga dia tahu apa arti senang ataupun susah, kelimpahan ataupun kekurangan, dan dia tahu, kalau dia bisa melaluinya, karena Tuhan memberikan kekuatan kepadanya. Kita dapat menjadi orang yang makin lama makin kuat didalam Tuhan.

Jika kita memiliki tujuan hidup yang benar yaitu memuliakan nama Tuhan dan menyenangkan hati Tuhan dengan selalu menyediakan waktu bersekutu, bercakap-cakap, berjalan terus bersama Tuhan, itulah latihan kita untuk menjadi kuat didalam Tuhan, sehingga tantangan sebesar apapun tidak akan membuat goyah justru sebaliknya akan membuat kita semakin kuat.
(Filipi 5:12-13)

Card image
Quote Of The Day - 03 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-03 08:37:31


Adalah suatu kebodohan jika untuk hal yang bersifat temporal atau bernilai sementara namun kita harus mengorbankan yang abadi.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 03 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-03 08:36:18


Jangan menunda untuk memiliki hidup yang berkualitas, sebab penundaan menyebabkan kebinasaan.

Card image
NEED FOR GOD - 03 Maret 2024 (English Version)
2024-03-03 08:32:20


However, people who truly seek God's face through morning prayers, fasting prayers, continuing to learn to hear the Word, are definitely different from people who do not seek God. It is true that these differences are often not radical, meaning they are not immediate or striking, but there are definitely changes. And this change can be felt by people or individuals who truly seek God. The beauty is, the longing to continue living in God's presence eventually becomes a necessity. We don't force ourselves to pray, we don't force ourselves to fast, we don't force ourselves to come to church, we automatically seek God.

These are people who experience thirst and hunger for truth. Just as our bodies with good metabolism will feel hungry and thirsty—unless the body is sick—likewise, if our spiritual metabolism is good, then we will seek the Lord. There is a thirst for God. There is hunger for God. People like this will surely love the Lord. So if a person does not thirst and hunger for God, surely he does not love the Lord. Those who do not long for the Lord cannot possibly love the Lord.

Those who truly long for the Lord will feel a great need, so much so that in their eyes, God is very precious, very valuable. Only then can they truly worship God. True worship of God does not begin with skillfully singing spiritual songs with good vocals, with good pitch, or with the right tune; it does not start from there. Our worship to the Lord begins with our heart attitude that respects God. An attitude of respect for God is built from a strong sense of need for God that He is very valuable. This feeling of need is awakened through the determination that we ignite within ourselves to seek God.

Therefore, let us separate ourselves from the world by not indulging in worldly pleasures as enjoyed by people in general. We must dare to choose a different path. In the end times, amidst the turmoil of the world's evils today, we must stop all hobbies and pleasures. We want to focus on seeking the Lord, studying His word, praying, fasting, and serving the Lord. Surely we will be separated from the world. Do not open our eyes to spectacles, displays on our gadgets, or anything else that does not make us grow in the Lord, where God does not participate in it (God doesn't enjoy it).

It is time for us to let go of all that, so that our love for the Lord burns more intensely, our longing for the Lord ignites. Because when the vessel of our heart is emptied of worldly pleasures, the longing for the Lord ignites. And if this longing for the Lord ignites and continues to burn to a certain point, we cannot turn back. We can only say, "You alone are what I desire." At this level, a person can truly become an ideal lover of God. Having intimacy with God in the right way. People like this will surely be specially preserved by the Lord. Since on earth, God will protect them. That is how our spiritual life grows, how we become worthy to be called children of God.

It should always be remembered that the opportunity to commune with God is of extraordinary value. It cannot be measured, cannot be quantified with anything. The opportunity to seek the Lord is a very precious opportunity. We are given by God an invaluable opportunity in a short time. God has given us the potential to find Him, the potential to commune with God, to know God, to walk with God; but the opportunity is limited.

Therefore, we must be able to leave behind all other busyness and focus ourselves completely on God. The Holy Spirit may help us to throw away what we should throw away, and to no longer have worldly pleasures or hobbies that are only to please, pride, self-worth, prestige, which become idols in our lives. May God help us to understand and we can truly live our Christian life correctly in our short life.

AN ATTITUDE OF RESPECT FOR GOD IS BUILT FROM A STRONG SENSE OF NEED FOR GOD THAT HE IS VERY VALUABLE.

Card image
KEBUTUHAN AKAN ALLAH - 03 Maret 2024
2024-03-03 08:24:06


Bagaimanapun, orang yang sungguh-sungguh mencari wajah Tuhan melalui doa pagi, doa puasa, terus belajar mendengar Firman, pasti berbeda dengan orang yang tidak mencari Tuhan. Memang perbedaan ini sering tidak radikal, artinya tidak cepat, tidak mencolok, tetapi pasti ada perubahan. Dan perubahan itu bisa dirasakan oleh orang atau individu yang sungguh-sungguh mencari Tuhan. Indahnya, kerinduan untuk terus hidup di hadirat Tuhan akhirnya menjadi kebutuhan. Kita tidak memaksa diri kita untuk berdoa, tidak memaksa diri kita untuk doa puasa, tidak memaksa diri kita untuk datang ke gereja, otomatis kita mencari Tuhan.

Inilah orang yang mengalami haus dan lapar akan kebenaran. Kalau tubuh kita dengan metabolisme yang baik akan merasa lapar dan haus—kecuali tubuh sakit –maka demikian pula kalau metabolisme hidup rohani kita baik, maka kita akan berusaha mencari Tuhan. Ada kehausan akan Tuhan. Ada kelaparan akan Tuhan. Orang-orang seperti ini pasti mengasihi Tuhan. Jadi kalau sampai orang tidak haus dan lapar akan Tuhan, pasti dia tidak mengasihi Tuhan. Orang yang tidak merindukan Tuhan, tidak mungkin mengasihi Tuhan.

Orang yang benar-benar merindukan Tuhan akan merasa sangat membutuhkan, sehingga di matanya Allah itu sangat berharga, sangat bernilai. Jika demikian barulah ia dapat menyembah Allah dengan benar. Menyembah Allah dengan benar tidak dimulai dengan cakap menyanyikan lagu rohani dengan vokal yang baik, dengan pitch yang baik, atau dengan nada yang tepat; bukan dari situ. Penyembahan kita kepada Tuhan dimulai dari sikap hati kita yang menghormati Allah. Sikap menghormati Allah dibangun dari rasa kebutuhan akan Allah yang kuat bahwa Dia sangat berharga. Rasa butuh ini terbangun lewat tekad yang kita kobarkan dalam diri kita untuk mencari Tuhan.

Oleh sebab itu, mari kita memisahkan diri dari dunia dengan cara tidak menikmati kesenangan-kesenangan dunia seperti yang dinikmati manusia pada umumnya. Kita harus berani memilih jalan lain. Di zaman akhir, di tengah-tengah gelora kejahatan dunia hari ini, kita berhenti dari semua hobi dan kesenangan. Kita mau fokus mencari Tuhan, belajar firman, berdoa, berpuasa, dan melayani Tuhan. Pasti kita akan terpisah dari dunia. Jangan membuka mata terhadap tontonan, tampilan di gadget kita, atau apa pun, yang itu tidak membuat kita bertumbuh di dalam Tuhan, di mana Tuhan tidak ikut menikmati di dalamnya.

Sudah saatnya kita melepaskan semua itu, agar kecintaan kita kepada Tuhan makin membara, kerinduan kita akan Tuhan makin menyala. Sebab ketika bejana hati kita dikosongkan dari kesenangan-kesenangan dunia, maka kerinduan akan Tuhan menyala. Dan kalau kerinduan akan Tuhan ini menyala dan terus menyala sampai pada titik tertentu, kita tidak bisa balik. Kita baru bisa berkata, “Yang kuingini Engkau saja.” Sampai tingkat ini seseorang barulah bisa menjadi kekasih Tuhan yang ideal. Memiliki intimacy (keintiman) dengan Tuhan secara benar. Orang-orang seperti ini pasti dipelihara Tuhan secara khusus. Sejak di bumi, Tuhan akan lindungi. Yaitu bagaimana kehidupan rohani kita bertumbuh, bagaimana kita menjadi orang-orang yang layak disebut anak-anak Allah.

Perlu selalu diingat bahwa kesempatan untuk bergaul dengan Tuhan ini luar biasa nilainya. Tidak bisa diukur, tidak bisa ditakar dengan apa pun. Kesempatan untuk mencari Tuhan merupakan kesempatan yang mahal sekali. Kita diberi Tuhan kesempatan yang tidak ternilai di waktu yang singkat. Kita diberi Tuhan potensi untuk menemukan Tuhan, potensi untuk bergaul dengan Allah, mengenal Allah, berjalan dengan Allah; tetapi kesempatan itu terbatas.

Karenanya kita harus bisa menanggalkan semua kesibukan yang lain dan memfokuskan diri kita sepenuh-penuhnya untuk Tuhan. Roh Kudus kiranya menolong kita untuk membuang apa yang seharusnya kita buang, dan untuk tidak lagi memiliki kesenangan-kesenangan dunia atau hobi-hobi yang hanya untuk menyenangkan hati, kebanggaan, nilai diri, prestise, yang itu menjadi berhala di hidup kita. Kiranya Tuhan menolong kita untuk mengerti dan kita bisa sungguh-sungguh menjalani hidup kekristenan kita dengan benar di singkatnya umur hidup kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SIKAP MENGHORMATI ALLAH DIBANGUN DARI RASA KEBUTUHAN AKAN ALLAH YANG KUAT BAHWA DIA SANGAT BERHARGA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 Maret 2024
2024-03-03 08:20:50

Bilangan 21-22

Card image
Truth Kids 02 Maret 2024 - TAAT KEPADA PERINTAH ALLAH
2024-03-02 08:53:18


Kejadian 19:26
"Tetapi isteri Lot, yang berjalan mengikutnya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam."

Ada seorang anak bernama Rani yang sangat suka bermain di taman. Suatu hari, ibunya meminta Rani untuk tidak bermain di taman karena banyak nyamuk bisa menggigitnya. Tapi Rani tidak mendengarkan ibunya. Dia berpikir, "Ah, nyamuk tidak akan menggangguku. Aku kan pakai obat nyamuk." Lalu dia pergi ke taman dan bermain sepuasnya. Wah, senang sekali!

Sobat Kids, apa yang terjadi dengan Rani? Apakah dia baik-baik saja? Tidak, Sobat Kids. Rani malah sakit karena digigit banyak nyamuk. Aduh, kasihan sekali! Rani menyesal tidak taat kepada ibunya. Dia berdoa, "Oh, Tuhan, ampuni aku yang tidak taat. Tolong sembuhkan aku, ya, Tuhan."

Sobat Kids, kita harus belajar dari kesalahan Rani. Kita harus taat kepada perintah orang tua dan Allah. Karena perintah mereka untuk kebaikan kita. Seperti istri Lot yang tidak taat pada perintah Allah, untuk tidak menoleh ke belakang saat keluar dari kota Sodom, dia menjadi tiang garam. Duh, sedih sekali! Sobat Kids, mari kita taat kepada perintah Allah dan orang tua kita, karena mereka sayang kepada kita!

Card image
Truth Junior 02 Maret 2024 - ISTRI LOT
2024-03-02 08:49:46


Kejadian 19:26
“Tetapi isteri Lot, yang berjalan mengikutnya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam.”

Pada renungan hari ini, kita akan mengenal lebih jauh tentang istri Lot. Pada awalnya, Lot beserta keluarganya tinggal bersama Abraham di Kanaan. Pada suatu hari Abraham berkata kepada Lot, “Tanah di sini tidak cukup luas untuk semua ternak kita.” Abraham menyarankan untuk tinggal terpisah. Kata Abraham kepada Lot, “Jika engkau pergi ke arah yang satu, maka saya akan pergi ke arah lain.”

Lalu Lot melihat-lihat ke seluruh tanah itu. Ia melihat sebuah daerah yang baik, yang mempunyai cukup air dan rumput yang banyak untuk binatang-binatangnya. Ini adalah daerah Yordan. Lalu Lot memindahkan keluarga dan binatang-binatangnya ke daerah itu. Akhirnya mereka menetap di kota Sodom. Tapi orang-orang Sodom sangat jahat dan hal ini membuat Lot menjadi gelisah, karena Lot adalah orang yang baik dan taat kepada Tuhan. Tuhan juga melihat dan merasakan hal yang sama, hati-Nya menjadi risau. Tuhan mengirim dua malaikat untuk memberi peringatan kepada Lot, bahwa Ia akan membinasakan Sodom dan kota yang berdekatan, yaitu Gomora, karena kejahatan yang dilakukan orang-orangnya. Abraham juga berdoa kepada Tuhan supaya mempertimbangkan untuk tidak membinasakan kota itu karena Abraham tahu saudaranya, Lot, tinggal di sana.

Malaikat-malaikat berkata kepada Lot, “Cepat!! Bawa istri serta kedua anak perempuanmu dan larilah dari sini!” Lot dan keluarganya bergerak agak lambat, sebab itu malaikat memegang tangan mereka dan menuntun mereka ke luar kota. Lalu seorang dari malaikat itu berkata, “Larilah! Jangan menoleh ke belakang. Lari menuju ke gunung, supaya engkau jangan terbunuh.”

Lot dan anak-anak perempuannya menurut dan lari dari Sodom. Sebentar pun mereka tidak berhenti dan mereka tidak menoleh ke belakang. Tetapi istri Lot tidak taat. Setelah mereka berada agak jauh dari Sodom, ia berhenti dan menoleh ke belakang. Pada saat itulah istri Lot menjadi tiang garam.

Ini menjadi pelajaran yang baik bagi kita, bahwa Allah menyelamatkan mereka yang taat kepada-Nya. Sobat Junior harus hidup taat kepada Tuhan dan jangan mudah tergoda dengan tawaran dunia ini.

Card image
Truth Youth 02 Maret 2024 (English Version) - A NOBLE CONJECTURE
2024-03-02 08:46:38


"At that time He saved us, not because of righteous things we had done, but because of His mercy. He saved us through the washing of rebirth and renewal by the Holy Spirit." (Titus 3:5)

The salvation we have in the Lord Jesus is an invaluable grace in life. However, with the salvation given, it does not mean that we can live recklessly and hurt others. Salvation is given so that we can follow the footsteps of Jesus in our lives in this world. Our salvation task is to embody the life of Jesus in our daily lives, and certainly, that is not easy. Although for humans it may seem impossible, it is not so for God. Therefore, living in the footsteps of Jesus is not an impossible task. God gives the Holy Spirit who continually guides and leads our steps, so sensitivity that continues to be honed is needed to listen to His guidance. The faith we have in the Lord Jesus must be translated into our daily actions because everyone will be judged according to their deeds.

The goodness of God in this life does not mean He is good because we are good to Him, but God is indeed inherently good even though sometimes we stray from His love. Often, God has noble conjectures in every problem we face. Through every problem and difficulty, God desires to work in our lives. But our understanding needs to be changed, implanted, and even reconstructed so that we can truly understand that everything is a good plan for Him. "And we know that in all things God works for the good of those who love Him, who have been called according to His purpose." – Romans 8:28.

WHAT TO DO:
1. Seek forgiveness from the Lord.
2. Perform small acts of kindness.

BIBLE MARATHON:
- Deuteronomy 26-27

Card image
Truth Youth 02 Maret 2024 - SEBUAH SANGKA YANG BAIK
2024-03-02 08:37:56


"Pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus." (Titus 3:5)

Keselamatan yang kita miliki dalam Tuhan Yesus itu adalah anugerah yang tidak ternilai dalam hidup, namun dengan keselamatan yang diberikan bukan berarti kita bisa hidup sembarangan dan melukai orang lain. Keselamatan itu diberikan agar kita dapat mengikuti jejak kehidupan Yesus dalam diri kita di dunia ini. Tugas keselamatan kita adalah mengenakan hidup-Nya Yesus dalam keseharian kita dan tentu itu tidak mudah, walau begitu Tuhan mengatakan bagi manusia itu mustahil, tapi tidak bagi Allah. Maka, untuk hidup mengikuti jejak Yesus bukanlah hal yang tidak mungkin untuk dilakukan. Allah memberi Roh Kudus yang terus menuntun dan memimpin langkah kita, oleh karena itu diperlukan kepekaan yang terus terasah untuk mendengarkan pimpinan-Nya. Iman yang kita miliki akan Tuhan Yesus harus kita terjemahkan dalam perbuatan kita sehari-hari karena setiap orang akan dihakimi menurut perbuatannya.

Tuhan yang baik dalam hidup ini tidak berarti baik karena kita berbuat baik pada-Nya, tapi Tuhan memang Pribadi yang baik sekalipun kadang kita suka meleset dari kasih-Nya. Sering kali Tuhan memiliki sangka yang baik dalam setiap persoalan kita, melalui setiap masalah dan kesulitan, Tuhan ingin berkarya dalam hidup kita. Tapi pengertian kita perlu diubah, perlu ditanamkan bahkan dikonstruksi ulang agar kita benar-benar bisa memahami bahwa segala sesuatu adalah rancangan yang baik bagi-Nya. “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Roma 8:28.

WHAT TO DO:
1. Meminta ampun pada Tuhan
2. Melakukan kebaikan-kebaikan kecil

BIBLE MARATHON:
▪︎Ulangan 26-27

Card image
Renungan Pagi - 02 Maret 2024
2024-03-02 08:23:05


Hidup dalam pimpinan hikmat Tuhan adalah penting bagi setiap kita yang beriman kepada Yesus Kristus; hikmat Tuhan yang kita peroleh karena hidup takut akan Tuhan, menghargai kehadiran Tuhan "Tetapi kepada manusia Ia berfirman; Sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi."

Hikmat itu akan mendidik kita agar menggunakan waktu yang singkat ini dengan benar dan tepat sesuai kehendak Tuhan, sehingga tidak hidup dalam kesia-siaan. Hikmat akan mengajari kita bagaimana bisa bersosialisasi dengan orang-orang dunia tanpa harus menjadi sama dengan mereka, tanpa terpengaruh dengan gaya hidup dunia, melainkan menjadi terang dan garam bagi mereka.

Hikmat yang dapat menuntun pada ketekunan iman yang benar dalam setiap proses kehidupan, sehingga tidak akan kecewa dan putus harapan. Hikmat yang kita peroleh karena hidup takut akan Tuhan akan menghasilkan akal budi, sehingga menjauhi kejahatan. Jika belum hidup takut akan Tuhan maka hikmat Tuhan tidak ada pada kita dan jika tidak menjauhi kejahatan, maka itu berarti tidak berakal budi. Karena itu hiduplah takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.
(Ayub 28:28)

Card image
Quote Of The Day - 02 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-02 08:21:08


Kalau kita serius mau memperbaiki diri, Tuhan pasti akan memberi tahu.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 02 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-02 08:13:37


Perasaan krisis yang tidak dihubungkan dengan kekekalan adalah perasaan krisis negatif.

Card image
CHOOSING ANOTHER PATH - 02 Maret 2024 (English Version)
2024-03-02 04:36:56


We honestly admit, how difficult it is to wear the life of Jesus, how difficult it is to worship, to give high value until we truly admit that there is nothing we consider valuable apart from God. Gold, frankincense, and myrrh speak of the riches of the world's glory that we must release. This doesn't mean we have to give money to churches or orphanages. We must listen to the voice of the Holy Spirit about what we should do and not be attached to possessions. And when it comes to that, we will be willing to do anything.

If the Magi had been caught using another route, they would have died because they did not obey Herod's orders. But for them, for the sake of meeting Jesus, whatever they did. So one of the characteristics of a person who truly finds Jesus in his life is that he is willing to do anything for God. For him, it was an honor to be able to defend God's work. So, when the Magi were warned not to return to the same path, there was no argument, no debate. Just like Abraham, when he was ordered to slaughter his son, Isaac, there was no argument.

We will regret it if we meet the Supreme King and we haven't done anything for Him. By this reflection we do not mean that we have to give money, not at all. But it's a matter of what we have done to defend God. We are the ones who should kiss God's feet and say, “What should I do, Lord? Before my time is up, before this opportunity passes?” Ironically, from a young age we are trained to use God, exploit God. But we don't think about how we can be useful for God's work.

Through other paths, it is not only marked by diligently going to church, being an activist, even becoming a pastor, but when we wear the life of Jesus within us. Giving money is also not the main thing, no, but when we walk from time to time in obedience to God's will. How every word we speak, sentence, narrative, every action, decision, our choices always align with the thoughts and feelings of God. And that is what satisfies the heart of God, that is what can be enjoyed by the Lord. That is what makes the Heavenly Father able to say, "This is my beloved Son in whom I am well pleased."

Among us have been Christians since childhood. How unfortunate it would be if we, who have been Christians since childhood, turn out to not be individuals who satisfy God's heart. How sad. We often get frustrated when we think about this. Hunger and thirst are frustrating. Not hungry and thirsty for food, but hungry and thirsty for truth. How do we do God's will? Come on, let's repent. We must have the courage to "choose another path," namely a path that is different from the path of the world.

We will not be embarrassed, even our children and grandchildren will be looked after by God, and God will prove that He is loyal to those who are faithful. Don't doubt God, He is the living God. Remember, salvation is not a cheap price. That's why when someone says, "Lord, what must I do to inherit eternal life, a quality life?" Jesus said, "Follow Me, do not be bound by the world." Many people try, but do not enter heaven. Let us not be misled by the concept as if heaven is an easy way, a shortcut.

We must dare to make decisions. Make finding God in our lives not only the priority in life, but the only one. Let us always ask ourselves every day, "Have I pleased Him?" But what many people do is "Later when I'm done with this problem." Satan deceives us, and our problems never end; daily, we face difficulties. So, every day we must examine ourselves. If there is sin we have committed, we ask for forgiveness. If there are things that we should do, but we don't do them, then it will become a long-lasting bondage and will never get us out of the shackles of sin.

So every day we continue to improve ourselves, and our path is increasingly different from this world. Life becomes extraordinary when we interact with God, understand and do His will. And it starts with simple things every day. Don't follow yesterday's path, but let's follow the new path. And God does not show us a new path in one day, but one step at a time. That is why the Bible says, “Make the most of the time because the days are evil.”

THROUGH ANOTHER PATH, IT'S NOT ONLY MARKED BY DILIGENTLY GOING TO CHURCH, BEING AN ACTIVIST, EVEN BECOMING A PASTOR, BUT WHEN WE WEAR THE LIFE OF JESUS WITHIN US.

Card image
MEMILIH JALAN LAIN - 02 Maret 2024
2024-03-02 04:32:40


Jujur kita akui, betapa sulitnya mengenakan hidup Yesus, betapa sulitnya menyembah, memberi nilai tinggi sampai kita benar-benar mengakui bahwa tidak ada sesuatu yang kita anggap bernilai selain Allah. Emas, kemenyan, dan mur bicara soal kekayaan kemuliaan dunia yang harus kita lepaskan. Bukan berarti kita harus memberi uang ke gereja atau rumah yatim piatu. Kita harus mendengar suara Roh Kudus tentang apa yang patut kita lakukan dan jangan terikat dengan harta. Dan kalau sudah begitu, kita akan rela berbuat apa pun.

Kalau seandainya para majus itu kedapatan lewat jalan lain, bisa mati mereka karena tidak menurut perintah Herodes. Tetapi bagi mereka, demi pertemuan dengan Yesus, apa pun mereka lakukan. Maka salah satu ciri orang yang benar-benar menemukan Yesus di dalam hidupnya adalah dia rela melakukan apa pun untuk Tuhan. Baginya, adalah suatu kehormatan bisa membela pekerjaan Allah. Maka, ketika para majus itu diperingatkan untuk tidak kembali ke jalan yang sama, tidak ada perbantahan, tidak ada adu argumentasi. Persis seperti Abraham, ketika diperintahkan menyembelih anaknya, Ishak, tidak ada perbantahan.

Kita akan menyesal kalau bertemu dengan Maha Raja dan kita belum atau tidak berbuat apa-apa untuk-Nya. Dengan renungan ini tidak dimaksud kita harus memberi uang, sama sekali tidak. Tapi perkarakan apa yang sudah kita lakukan untuk membela Tuhan. Kita yang mestinya mencium-cium kaki Tuhan dan berkata, “Apa yang harus kulakukan Tuhan? Sebelum waktuku usai, sebelum kesempatan ini berlalu?” Ironis, dari muda kita dilatih untuk memanfaatkan Tuhan, mengeksploitasi Tuhan, menghisap Tuhan. Tapi kita tidak berpikir bagaimana kita dapat berguna bagi pekerjaan Tuhan.

Melalui jalan lain, tidak hanya ditandai dengan rajin ke gereja, menjadi aktivis, bahkan jadi pendeta, namun ketika kita mengenakan hidup Yesus di dalam diri kita. Memberi uang juga bukan hal terutama, bukan, namun ketika kita berjalan dari waktu ke waktu di dalam penurutan terhadap kehendak Allah. Bagaimana setiap kata yang kita ucapkan, kalimat, narasi, setiap perbuatan, tindakan, keputusan pilihan kita selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Dan itu yang memuaskan hati Allah, itu yang bisa dinikmati oleh Tuhan. Itu yang membuat Bapa di surga bisa berkata, “Ini anak-Ku yang Kukasihi kepadanya Aku berkenan.”

Di antara kita adalah orang-orang Kristen sejak kecil. Betapa malangnya kalau kita yang sudah Kristen sejak kecil ternyata kita tidak menjadi satu pribadi yang memuaskan hati Allah. Betapa menyedihkan. Sering kita frustrasi kalau memikirkan hal ini. Lapar dan haus itu frustrasi. Bukan lapar dan haus makanan, tapi lapar dan haus akan kebenaran. Bagaimana kita melakukan kehendak Allah? Ayo kita bertobat. Kita harus berani “memilih jalan lain,” yaitu jalan yang berbeda dengan jalan dunia.

Percayalah, kita tidak akan dipermalukan, bahkan anak cucu kita akan dipelihara Allah, dan Allah akan membuktikan, Dia setia kepada orang yang setia. Jangan ragukan Tuhan, Dia Allah yang hidup. Ingat, keselamatan bukan harga yang murah. Itulah sebabnya ketika ada orang yang berkata, “Tuhan apa yang harus kulakukan supaya aku beroleh hidup yang kekal, hidup yang berkualitas?” Yesus berkata, “Ikut Aku, jangan terikat dengan dunia.” Banyak orang berusaha, tapi tidak masuk surga. Jangan kita disesatkan dengan konsep seakan-akan surga itu cara mudah, jalan pintas.

Kita harus berani mengambil keputusan. Jadikan hal menemukan Tuhan dalam hidup kita sebagai, bukan hanya utama dalam hidup, melainkan satu-satunya. Selalu kita bertanya kepada diri kita sendiri setiap hari, “Apakah aku sudah berkenan?” Tapi yang dilakukan banyak orang adalah “Nanti kalau aku sudah beres dengan masalah ini.” Setan menipu, dan masalah kita tidak pernah beres, setiap hari ada saja masalah yang kita hadapi. Jadi, setiap hari kita harus memeriksa diri kita. Jika ada dosa yang kita lakukan, kita minta ampun. Kalau ada hal yang mestinya kita lakukan, namun tidak kita lakukan, maka itu akan menjadi ikatan yang berkepanjangan dan tidak pernah membuat kita keluar dari belenggu dosa.

Jadi tiap hari kita terus memperbaiki diri, dan jalan kita semakin lain dari dunia ini. Hidup ini menjadi luar biasa ketika kita berinteraksi dengan Allah, mengerti dan melakukan kehendak-Nya. Dan itu dimulai dari perkara-perkara sederhana setiap hari. Jangan ikut jalan kemarin, tapi kita ikut jalan yang baru. Dan Tuhan tidak menunjukkan kita jalan baru dalam satu hari, namun satu langkah demi satu langkah. Itulah sebabnya, Alkitab mengatakan, “Pergunakan waktu yang ada karena hari-hari ini adalah jahat.”

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MELALUI JALAN LAIN, TIDAK HANYA DITANDAI DENGAN RAJIN KE GEREJA, MENJADI AKTIVIS, BAHKAN JADI PENDETA, NAMUN KETIKA KITA MENGENAKAN HIDUP YESUS DI DALAM DIRI KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 Maret 2024
2024-03-02 04:20:56

Bilangan 18-20

Card image
Truth Kids 01 Maret 2024 - MENGIKUTI KEHENDAK TUHAN
2024-03-01 11:51:40


Bilangan 22:34
Lalu berkatalah Bileam kepada Malaikat TUHAN: "Aku telah berdosa, karena aku tidak mengetahui, bahwa Engkau ini berdiri di jalan menentang aku. Maka sekarang, jika hal itu jahat di mata-Mu, aku mau pulang."

Sobat Kids, apakah kalian pernah tidak mau melakukan sesuatu yang Tuhan minta? Mungkin kalian merasa takut, malas, atau tidak suka. Tapi tahukah Sobat Kids, bahwa mengikuti kehendak Tuhan adalah yang terbaik untuk kita?

Sobat Kids, ada seorang anak bernama Rani. Dia sangat pandai bermain biola. Suatu hari, gurunya memintanya untuk bermain biola di depan banyak orang. Rani tidak mau. Dia takut salah, malu, dan gugup. Dia berpikir, "Ah, biarlah orang lain saja yang bermain. Aku tidak mau repot-repot." Tapi kemudian Rani ingat ayat Alkitab yang mengatakan, "Lakukanlah segala sesuatu dengan hati yang tulus seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia" (Kol. 3:23). Rani sadar bahwa kemampuannya bermain biola adalah karunia yang Tuhan berikan kepadanya. Dia harus bersyukur dan memakainya untuk memuliakan Tuhan. Rani pun berdoa, "Oh, Tuhan, maafkan aku yang tidak mau bermain biola. Tolong berikan aku keberanian dan kepercayaan diri. Aku mau mengikuti kehendak-Mu dan mempersembahkan bakatku untuk-Mu."

Sobat Kids, kisah Rani mirip dengan kisah Bileam dalam Alkitab. Bileam adalah seorang nabi yang awalnya memiliki niat jahat. Dia mau mengatakan hal jahat tentang bangsa Israel karena ditawari uang oleh raja Moab, tapi Tuhan tidak mengizinkan Bileam melakukan itu. Tuhan mengirim seekor keledai yang bisa berbicara untuk menegur Bileam. Bileam pun menyadari kesalahannya dan berkata, "Aku telah berdosa, sebab aku tidak tahu, bahwa Engkau berdiri menghadang aku di jalan. Sekarang, jika hal itu tidak berkenan kepada-Mu, aku akan kembali" (Bil. 22:34).

Sobat kids, dari kisah Rani dan Bileam, kita belajar bahwa mengikuti kehendak Tuhan adalah yang terbaik. Tuhan tahu apa yang baik untuk kita. Dia tidak mau kita berbuat dosa atau menyakiti diri kita sendiri. Dia mau kita hidup bahagia dan damai. Mari kita berdoa agar kita selalu taat dan setia kepada Tuhan. Amin.

Card image
Truth Junior 01 Maret 2024 - B I L E A M
2024-03-01 11:49:25


Bilangan 22:34
Lalu berkatalah Bileam kepada Malaikat TUHAN: “Aku telah berdosa, karena aku tidak mengetahui, bahwa Engkau ini berdiri di jalan menentang aku. Maka sekarang, jika hal itu jahat di mata-Mu, aku mau pulang.”

Bileam adalah orang yang akrab dengan Tuhan. Sobat Junior dapat membaca dalam Alkitab di Bilangan 22:8-9, dia bisa berkomunikasi langsung dengan Tuhan. Bileam bertanya kepada Tuhan tentang hal yang harus diperbuatnya. Pada waktu itu, bangsa Israel sedang dalam perjalanan menuju tanah perjanjian. Ketika dalam perjalanan, orang Israel mengirim utusan kepada Sihon, raja orang Amori untuk meminta izin melewati wilayah mereka. Namun Sihon menolak dan tidak membiarkan orang Israel melewati perbatasannya. Ia mengumpulkan seluruh bangsanya, lalu menyerang orang Israel. Peperangan pun terjadi dan Tuhan membuat orang Israel mengalahkan Amori (Bil. 21:21-35).

Berita tentang orang Israel mengalahkan orang Amori didengar oleh Balak, raja Moab. Balak dan seluruh penduduk Moab ketakutan dengan keberadaan orang Israel. Balak pun mengirim utusan tua-tua Moab kepada Bileam untuk mengutuk Israel. Pada awalnya Bileam menolak untuk mengutuk Israel karena Tuhan melarangnya dan ia menyuruh orang-orang suruhan Balak untuk pulang. Mereka pergi dan memberitahukan perkataan itu kepada Balak, kemudian Balak mengirim lebih banyak orang kepada Bileam untuk membujuknya dengan bayaran yang sangat banyak (Bil.22:1-20). Bileam tertarik dengan besarnya bayaran yang ditawarkan kepadanya.

Karena hati Bileam mulai menyimpang, Tuhan menegurnya melalui keledai yang ditumpanginya. Tiga kali keledai Bileam menghindari malaikat Tuhan yang memegang pedang, terhunus kepada Bileam. Tetapi karena Bileam tidak dapat melihat malaikat Tuhan, dia menjadi marah dan memukul keledainya. Akhirnya Tuhan membuka mata Bileam sehingga ia bisa melihat apa yang dilihat keledainya. Bileam tersungkur dan ketakutan, ia mendapat teguran keras langsung dari Tuhan (Bil. 22:21-41).

Sobat Junior, kita mau belajar untuk taat dan dengar-dengaran kepada Tuhan. Jangan sampai hati kita menyimpang dari kehendak Tuhan.

Card image
Truth Youth 01 Maret 22024 (English Version) - WALKING IN HIS WILL
2024-03-01 11:47:15


"For by grace you have been saved through faith. And this is not your own doing; it is the gift of God, not a result of works, so that no one may boast." (Ephesians 2:8-9)

Believing in the Lord Jesus as our Savior does not mean that life in this world proceeds smoothly, without obstacles or challenges. As long as we live in this world, life is a series of journeys to overcome every obstacle and difficulty, from childhood to adulthood, and ultimately returning to dust. Certainly, the level of obstacles we face is appropriate and in line with the portion and capacity of our lives, so there is no need to worry about facing anything in this world. With His Almighty power, the Lord Jesus is able to strengthen and overcome every obstacle in life. This does not mean that every obstacle will be resolved magically, but the faith we have in the Lord continually guides us to seek life solutions led by His Spirit. Our problem in this world is only one: are we willing to surrender ourselves and walk with Him? And that is not an easy matter. Why?

Because when we believe in the Lord Jesus, it means we surrender this life to the One we trust. Surrendering this life entirely into the control of His wonderful power, which is able to give, help, provide, protect, and everything to keep our condition safe. This can be done by continuing to walk with Him at all times. Thus, what is said in Matthew 6:27 is truly profound, "And which of you by being anxious can add a single hour to his span of life?" Let us truly understand deeply that we need not worry about anything, for He is more than able to overcome the obstacles of our lives in this world. Our only task is to walk in His will.

WHAT TO DO:
1. Read the Bible every day.
2. Pray and surrender our worries to the Lord.

BIBLE MARATHON:
- Deuteronomy 23-25

Card image
Truth Youth 01 Maret 2024 - BERJALAN DI DALAM KEHENDAKNYA
2024-03-01 11:31:22


"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9)

Ketika kita percaya bahwa Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat kita bukan berarti kehidupan di dunia ini berlangsung mulus, lancar dan tidak menemui hambatan-hambatan hidup. Selama masih hidup di dunia kehidupan adalah serangkaian perjalanan untuk menyelesaikan setiap hambatan dan kesulitan hidup dari kita kecil sampai kita dewasa dan kembali menjadi debu. Tentu saja level hambatan yang dihadapi sangat pas dan sesuai dengan porsi dan kapasitas kehidupan kita, maka tidak perlu khawatir menghadapi apa pun di dunia ini. Tuhan Yesus dengan kekuatan-Nya yang Maha Kuasa mampu menguatkan dan menyelesaikan setiap hambatan hidup. Bukan berarti setiap hambatan akan selesai secara magic, namun iman yang kita miliki di dalam Tuhan terus membuat kita mencari solusi-solusi kehidupan yang dituntun oleh Roh-Nya. Permasalahan kita di dunia ini cuma satu, apakah kita mau menyerahkan diri kita dan berjalan bersama-Nya? Dan hal tersebut bukanlah perkara yang mudah. Kenapa?

Karena ketika kita percaya pada Tuhan Yesus itu berarti kita menyerahkan kehidupan ini kepada orang yang kita percayai. Menyerahkan kehidupan ini sepenuhnya dalam kendali kuasa-Nya yang ajaib, yang mampu memberi, menolong, menyediakan, menjaga dan apa pun untuk membuat keadaan kita baik-baik saja. Hal itu bisa dilakukan dengan terus berjalan bersama-Nya dalam setiap waktu. Maka yang dikatakan dalam Matius 6:27, “Siapakah di antara kamu yang karena kekhawatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?” Betul-betul kita maknai begitu dalam bahwa kita tidak perlu khawatir akan apa pun juga, sebab Dia lebih dari sanggup untuk mengatasi hambatan hidup kita di dunia ini. Tugas kita hanya satu yaitu berjalan di dalam kehendak-Nya.

WHAT TO DO:
1. Membaca Alkitab setiap hari
2. Berdoa dan menyerahkan kehawatiran kita pada Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎Ulangan 23 -25

Card image
Renungan Pagi - 01 Maret 2024
2024-03-01 11:24:39


"Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, ya TUHAN, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu; bulatkanlah hatiku untuk takut akan nama-Mu"*. Ini adalah doa Daud, seorang raja yang berkenan dihati Tuhan, karena hidupnya begitu dekat dengan Tuhan, dan dia mau Tuhan menunjukkan jalan-Nya, supaya dia dapat hidup dalam kebenaran dan juga membulatkan tekad untuk hidup takut akan Tuhan. Suatu sikap hati yang membuat dia mendapat perkenanan Tuhan.

Jadi untuk hidup dalam kebenaran dan takut akan Tuhan, kita memerlukan petunjuk Tuhan, agar mengenali jalan-jalan-Nya, sehingga tidak akan salah melangkah. Perlu juga kerelaan hati dan kemauan yang kuat dari diri sendiri untuk mewujudkannya, itu tanggungjawab kita bukan tanggungjawab Tuhan. Relakan hatimu dan bulatkan tekadmu untuk hidup benar dan takut akan Tuhan, maka pastilah hidupmu akan disertai dan diberkati oleh Tuhan.
( Mazmur 86:11)

Card image
Quote Of The Day - 01 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-01 11:17:17


Hidup ini menjadi luar biasa ketika kita berinteraksi dengan Allah dan melakukan kehendak-Nya, dimulai dari perkara-perkara kecil.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 01 Maret 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-03-01 11:11:56


Jika kita sungguh-sungguh berambisi berprestasi dalam kekekalan, maka kita pasti sungguh-sungguh menjaga kekudusan hidup.

Card image
FINDING GOD - 01 Maret 2024
2024-03-01 11:10:36


According to records in history, during the fulfillment era, in the 1st century, people from the Eastern world believed in the birth of a ruler. So it's not just the Jews who believed in a Messiah. Herod understood this. He asked Jewish Torah scholars who understood the intricacies of the Bible, about the Messiah. He understood there would be a Messiah perceived as a king who would liberate the people of Israel from foreign oppression. The chief priests and Torah scholars also awaited the Messiah. They had no other answer but Bethlehem, the land of Judah.

In his cunning, Herod summoned the Magi and carefully questioned them. He conducted an investigation, "Go and search diligently for the child; and when you have found him, bring me word so that I may also go and worship him." In reality, he did not intend to worship. Herod knew this would be his competitor, his rival, who could force him off his throne. He knew he wouldn't do it openly, as it would incite the Jewish populace awaiting the Messiah to revolt. And they were warned in a dream not to return to Herod, so they went back home by another road.

Driven by their longing to meet the Child, they had to sacrifice time, wealth, effort, and even their lives. It's possible they would encounter desert bandits and wicked individuals on the journey. But they felt such a need to meet that king that whatever happened, they were determined, because they believed he was the king of the Jews. The question for us today is, how genuinely interested are we in meeting the Lord Jesus? How earnestly do we long to meet the Lord Jesus? Certainly, this story figuratively teaches us. A person who genuinely intends—with a certain boldness of interest—will surely encounter Jesus.

Jesus will come again, but not as a baby, but as King, as Lord. Ironically, many people are still unaware that life is short and tragic. Especially when the economy is strong, relationships are strong, the body is healthy, everything is going well. Certainly, all these can become tools of darkness to "lull" us. So we don't feel the need for another world, yet our present world will end and have an end. Terrifyingly, not only is it short, but we don't know when it will end. And after it ends, it's not over, but there is a continuation because humans must present themselves before God, our King, the Lord Jesus Christ because judgment was handed over by God the Father to the Lord Jesus.

We must take this very seriously, whether we are truly right in God's eyes. The measure is not based on our feelings but on God's feelings, for it is God who must confirm whether we have done His will, and that arouses pleasure in the heart of the Lord. In Matthew 7:21 Jesus said, "Not everyone who says to me, 'Lord, Lord,' will enter the kingdom of heaven, but only the one who does the will of my Father who is in heaven." Who does the will of the Father? Jesus! The standard for doing the Father's will is Jesus, which is why the Father says, "This is my Son, whom I love; with him I am well pleased." There is no other measure, the measure is only Jesus.

Honestly, we often do not take this seriously and do not discuss this; whether truly in the Father's eyes, have we done His will? Have we satisfied the Father's appetite by doing the Father's will like Jesus? If the Magi encountered Jesus and obtained Him with sacrifices of time, effort, wealth, and even life, do we also genuinely find the Lord with all sacrifices? Finding the Lord here is not just about being Christian and acknowledging Jesus as Lord and Savior.

If we have not put on His life Jesus, as stated in Philippians 2:5-7, not of the same mind and feeling with Jesus, it means we have not found Him. The one who has the Lord is the one who has His character. If we do not have His character, it means we have not found the Lord. Sadly and foolishly, many Christians feel they have found the Lord because they are Christian. The one who finds the Lord will lead others to find the Lord in his life. It requires heavy struggle, sacrifices of time, effort, money, or whatever it may be. And that's what is meant by "another road."

Many Christians feel they already have another road, whereas their path is the same as the world's path. If someone diligently attends church, that's not a guarantee that they have another road. If someone becomes a church activist, it doesn't necessarily mean they have already counted as having another road. If someone becomes a pastor, it doesn't necessarily mean they are categorized as having gone through another road. Through another road, the only measure is to put on the life of the Lord Jesus.

THE ONE WHO FINDS THE LORD WILL LEAD OTHERS TO FIND THE LORD IN HIS LIFE.

Card image
MENEMUKAN TUHAN - 01 Maret 2024
2024-03-01 11:08:10


Menurut catatan, di dalam sejarah bahwa pada abad penggenapan, di abad 1, orang-orang dunia Timur meyakini akan adanya seorang penguasa yang lahir. Jadi sebenarnya bukan orang Yahudi saja yang mempercayai seorang Messiah atau Mesias. Herodes mengerti itu. Ia bertanya kepada ahli Taurat bangsa Yahudi yang mengerti seluk-beluk hal Alkitab, hal Mesias. Ia mengerti akan ada Mesias yang dipersepsikan sebagai raja yang akan melepaskan bangsa Israel dari perbudakan penjajahan bangsa asing. Para imam kepala dan ahli Taurat juga menantikan Mesias. Mereka tidak mempunyai jawaban lain kecuali Betlehem, tanah Yehuda.

Herodes dalam kelicikannya, memanggil orang-orang Majus, dan dengan teliti bertanya. Dia mengadakan investigasi, “Pergilah selidikilah dengan saksama hal itu, jika kamu sudah menemukan Dia, kabarkan padaku, karena aku akan datang menyembah.” Sebenarnya dia tidak bermaksud menyembah. Herodes tahu ini menjadi kompetitornya, pesaingnya, yang bisa memaksa dia turun dari takhtanya. Dengan diam-diam, dia tahu, dia tidak akan melakukan itu secara terbuka, karena akan membangkitkan pemberontakan masyarakat Yahudi yang menantikan Messiah atau Mesias. Dan mereka diperingatkan dalam mimpi supaya jangan kembali kepada Herodes, maka mereka pulang melalui jalan lain.

Didorong oleh kerinduan mereka, bertemu dengan Anak itu, maka mereka harus mengorbankan waktu, harta, tenaga, bahkan juga nyawa. Bukan tidak mungkin di perjalanan akan bertemu dengan perompak padang pasir dan orang-orang jahat. Tetapi mereka begitu merasa membutuhkan bertemu raja itu, apa pun yang terjadi, karena mereka yakin itu raja orang Yahudi. Pertanyaan untuk kita hari ini, seberapa kita sebenarnya tertarik bertemu dengan Tuhan Yesus? Seberapa kita sungguh-sungguh rindu bertemu dengan Tuhan Yesus? Tentu kisah ini secara kiasan memberi pelajaran kepada kita. Orang yang sungguh-sungguh berniat—berminat dengan kenekatan tertentu—pasti bisa menjumpai Yesus.

Yesus akan datang kembali, namun bukan lagi sebagai bayi kecil, melainkan sebagai Raja, sebagai Tuan. Ironis, banyak orang belum siuman bahwa hidup ini singkat dan tragis. Apalagi kalau ekonomi kuat, relasi kuat, tubuh sehat, semua berjalan dengan baik. Yang tentu semua itu bisa menjadi alat kuasa kegelapan “meninabobokan” kita. Sehingga kita tidak merasa membutuhkan dunia lain, padahal dunia kita hidup hari ini akan berakhir dan ada ujungnya. Mengerikannya, bukan hanya singkat, tetapi kita tidak tahu kapan berakhir. Dan setelah berakhir, bukan selesai, tapi ada kelanjutan sebab manusia harus memperhadapkan dirinya di hadapan Tuhan, Raja kita, Tuhan Yesus Kristus karena penghakiman diserahkan oleh Allah Bapa kepada Tuhan Yesus. 

Kita harus sangat serius memerkarakan hal ini, apakah kita sudah benar-benar benar di mata Allah? Ukurannya bukan berangkat dari perasaan kita, tapi berangkat dari perasaan Allah, sebab Allah yang mesti mengesahkan, apakah kita sudah melakukan kehendak-Nya, dan itu membangkitkan kesukaan di hati Tuhan? Di Matius 7:21 Yesus berkata, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga.” Siapa yang melakukan kehendak Bapa? Yesus! Standar melakukan kehendak Bapa adalah Yesus, yang karenanya Bapa berkata, “_ Ini anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan.” tidak ada ukuran lain, ukurannya hanya Yesus. 

Sejujurnya, kita sering tidak serius dan tidak memperkarakan hal ini; apakah benar di dalam perasaan Bapa, kita sudah melakukan kehendak-Nya? Apakah kita telah memenuhi selera Allah Bapa dengan melakukan kehendak Bapa seperti Yesus? Kalau orang Majus menemui Yesus dan memperolehnya dengan pengorbanan waktu, tenaga, harta, bahkan nyawa, apakah kita juga sungguh-sungguh menemukan Tuhan dengan segala pengorbanan? Menemukan Tuhan di sini bukan hanya menjadi Kristen dan mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. 

Kalau kita belum mengenakan hidup-Nya Yesus, seperti yang dikatakan di Filipi 2:5-7, belum sepikiran dan seperasaan dengan Yesus, berarti kita belum menemukan Dia. Orang yang memiliki Tuhan adalah orang yang memiliki karakter-Nya. Kita tidak memiliki karakter-Nya, berarti kita tidak menemukan Tuhan. Malang dan bodohnya, banyak orang Kristen merasa sudah menemukan Tuhan karena beragama Kristen. Orang yang menemukan Tuhan akan membuat orang lain pun menemukan Tuhan di dalam hidupnya. Dibutuhkan perjuangan berat, pengorbanan waktu, tenaga, uang atau apa pun. Dan itulah yang dimaksud dengan “jalan lain.” 

Tidak sedikit orang Kristen merasa sudah punya jalan lain, padahal jalannya sama seperti jalan dunia. Kalau seseorang rajin ke gereja, itu belum jaminan bahwa dia punya jalan lain. Kalau seorang menjadi aktivis jemaat, belum tentu dia sudah terbilang memiliki jalan lain. Kalau seorang menjadi pendeta, belum tentu dia sudah dikategorikan sebagai melalui jalan lain. Melalui jalan lain hanya satu ukurannya yaitu mengenakan hidup-Nya Tuhan Yesus. 

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG MENEMUKAN TUHAN AKAN MEMBUAT ORANG LAIN PUN MENEMUKAN TUHAN DI DALAM HIDUPNYA. .

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 01 Maret 2024
2024-03-01 10:49:20

Bilangan 16-17

Card image
Truth Kids 29 Februari 2024 - JANGAN MENGANTUK
2024-02-29 07:37:41


Kisah Para Rasul 20:9
”Seorang muda bernama Eutikhus duduk di jendela. Karena Paulus amat lama berbicara, orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat ketiga ke bawah. Ketika ia diangkat orang, ia sudah mati.”

Siapa yang suka mengantuk saat di gereja? Kadang-kadang ada orang yang tertidur saat pendeta sedang khotbah. Bagaimana dengan kalian, Sobat Kids? Apakah kalian pernah tertidur saat kakak Sekolah Minggu cerita? Hhmm.. jangan sampai tertidur di gereja, ya, Sobat Kids. Pastikan kalian cukup tidur di malam hari sehingga kalian dapat melakukan semua kegiatan dengan baik keesokan harinya.

Alkitab mencatat seorang muda bernama Eutikhus yang tertidur lelap saat mendengarkan Paulus berbicara. Saat itu Eutikhus duduk dekat jendela. Karena Paulus amat lama berbicara, ia tidak dapat menahan rasa kantuknya. Ia tertidur lelap dan tiba-tiba Eutikhus jatuh. Bukan hanya jatuh dari tempat duduknya, melainkan jatuh dari lantai ketiga ke bawah, Sobat Kids. Wah, bahaya sekali! Dan benar saja, saat orang-orang memeriksa tubuhnya di lantai satu, Eutikhus sudah meninggal.

Untung saja ada Paulus di tempat itu. Paulus menolong dan berdoa untuk Eutikhus. Tuhan menolongnya. Dengan kuasa Tuhan yang luar biasa, Eutikhus hidup kembali. Ia pun diantar pulang ke rumahnya.

Siapkan diri saat datang ke gereja, ya, Sobat Kids. Jangan sampai kalian mengantuk dan tertidur saat mendengarkan firman Tuhan.

Card image
Truth Junior 29 Februari 2024 - HATI-HATI SAAT MENGANTUK
2024-02-29 07:32:05


Kisah Para Rasul 20:9
”Seorang muda bernama Eutikhus duduk di jendela. Karena Paulus amat lama berbicara, orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat ketiga ke bawah. Ketika ia diangkat orang, ia sudah mati.”

Apakah Sobat Junior pernah melihat himbauan di jalan tol agar para pengemudi tidak mengantuk saat mengendarai mobil? Tentu saja berbahaya jika supir mengendarai mobilnya saat mengantuk. Sangat besar kemungkinan terjadi kecelakaan. Alkitab juga mencatat kisah bahaya akibat seseorang yang mengantuk. Mengantuknya bukan di jalan raya, melainkan di dalam rumah ibadah, Sobat Junior.

Seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya, Paulus sering kali berkeliling dari satu daerah ke daerah lain untuk memberitakan Injil. Suatu saat Paulus berlayar dari Filipi, dan empat hari kemudian sampailah mereka di Troas. Pada hari pertama dalam minggu itu, Paulus berbicara dengan orang-orang percaya di daerah itu. Ternyata pembicaraan Paulus berlangsung cukup lama, Sobat Junior. Seorang pemuda bernama Eutikhus tidak dapat menahan rasa kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh.

Bukan hanya dari tempat duduknya ke lantai, melainkan dari tingkat ketiga hingga tingkat dasar. Itu terjadi karena ia duduk di jendela. Ketika orang menolongnya, Eutikhus sudah meninggal. Tetapi Paulus turun ke bawah dan mendoakan Eutikhus, mukjizat terjadi Eutikhus hidup kembali.

Sobat Junior, saat mau datang ke tempat ibadah atau ke gereja, hendaknya kita persiapkan diri. Jangan tidur larut malam sehingga saat kita harus ke gereja, tubuh kita tidak lelah dan kurang bertenaga. Hati-hati saat mengantuk, ya, Sobat Junior. Ingat akan kisah Eutikhus ini.

Card image
Truth Youth 29 Februari 2024 (English Version) - NEVER GIVE UP
2024-02-29 07:27:58


"For though the righteous fall seven times, they rise again, but the wicked stumble when calamity strikes."
(Proverbs 24:16)

The phenomenal footballer in this world was born with the name Lionel Andres Messi, or as we know him, Messi. Messi, as a football player, continues to make history and break records held by previous players. Messi's childhood turned out to have some bitter and quite sad stories. One thing that deeply affected him was his growth disorder. The football star born in 1987 did not want to let his short stature stop his dreams and aspirations on the field. Therefore, he always tried to increase his height by exercising and regularly receiving growth hormone deficiency (GHD) injections. In his development over time, Lionel Messi experienced some rather dark moments, being bullied and hated. Why? Because his amazing ability to control the ball on the field made him always confident and brave. This football star was not even afraid to duel with opponents much larger than him.

Failures and Messi's dreams almost shattered his dream as a footballer. Messi's greatest dream as a football player was to win the World Cup. In his football career, Messi has won the Ballon d'Or trophy, but he has always failed to win titles for his beloved country, Argentina. Failure after failure always experienced by Messi. In the club, Messi was successful in bringing titles to his club, but it was different for his country, which always failed. Until finally, the dream came true when Messi and his country, Argentina, won the 2022 World Cup in Qatar. From Messi's life, we can learn not to give up on our circumstances because believe that God's timing will make everything beautiful. Keep fighting with what you face and do. Make yourself not easily give up and lose. Rise and face what you are doing. In the Lord, we can do everything to glorify His name.

WHAT TO DO:
Keep fighting and have a resilient attitude.

BIBLE MARATHON:
- Deuteronomy 23-25

Card image
Truth Youth 29 Februari 2024 - TIDAK MENYERAH
2024-02-29 07:23:03


”Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana.”
(Amsal 24:16)

Pesepakbola fenomenal dalam dunia ini lahir dengan nama Lionel Andres Messi atau kita mengenalnya sebagai Messi. Messi sebagai pemain sepak bola terus menorehkan sejarah dan memecahkan rekor demi rekor yang dipegang pemain bola sebelumnya. Masa kecil Messi ternyata memiliki beberapa kisah pahit dan cukup menyedihkan di masa kecil. Salah satu yang membuat dirinya sangat amat terpukul yaitu kelainan pada pertumbuhannya. Bintang sepakbola kelahiran 1987 ini tidak ingin membiarkan postur pendeknya menghentikan impian dan cita-citanya di atas lapangan begitu saja. Oleh karena itu, dirinya selalu berusaha menaikkan tinggi badannya dengan berolahraga serta rutin melakukan suntik defisiensi hormon pertumbuhan (GHD). Dalam perkembangannya dari waktu ke waktu Lionel Messi mengalami beberapa hal yang cukup kelam yaitu di-bully dan dimusuhi. Mengapa demikian? Sebab kemampuan hebatnya dalam mengontrol bola di lapangan membuat dirinya selalu percaya diri dan berani. Bahkan bintang sepak bola satu ini tak gentar untuk berduel dengan lawan lain dengan postur tubuh jauh lebih besar ketimbang dirinya.

Kegagalan dan impian Messi hampir saja menghancurkan mimpinya sebagai pesepak bola. Impian Messi sebagai pemain bola yang terbesar adalah mendapatkan trofi piala dunia. Dalam karier sepakbola, Messi mendapatkan trofi pemain terbaik dunia atau Ballon’dior, tapi Messi selalu gagal mendapatkan gelar untuk negara tercintanya Argentina. Kegagalan demi kegagalan selalu dialami oleh Messi. Di klub Messi terbilang sukses untuk membawa gelar bagi klubnya, tetapi berbeda bagi negaranya yang selalu gagal. Hingga akhirnya mimpi itu hadir di saat Messi dan negaranya Argentina berhasil mendapatkan gelar juara piala dunia 2022 di Qatar. Dari kehidupan Messi, kita dapat belajar untuk tidak menyerah dengan keadaan kita, karena percayalah bahwa waktunya Tuhan yang akan menjadikan semuanya indah. Teruslah berjuang dengan apa yang kamu hadapi dan kerjakan. Jadikanlah diri kamu tidak mudah menyerah dan kalah. Bangkitkan diri kamu dan hadapilah apa yang kamu kerjakan. Di dalam Tuhan segala sesuatu dapat kita lakukan untuk memuliakan nama-Nya.

WHAT TO DO:
Berjuang terus dan miliki sikap hati yang tidak mudah menyerah.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 23-25

Card image
Renungan Pagi - 29 Februari 2024
2024-02-29 06:59:17


"Gereja adalah Tubuh Kristus dan Tuhan Yesus adalah kepalanya, sedangkan kita orang-orang percaya adalah anggota Tubuh Kristus. Sebagaimana anggota tubuh yang terdiri dari wajah dengan mata, telinga, mulut, hidung dan pipi, lalu masih ada tangan dan kaki, semua memiliki fungsi dan peran yang berbeda-beda, demikian juga anggota Tubuh Kristus, masing-masing memiliki fungsi dan peran berbeda.

Untuk membangun Tubuh Kristus kearah yang benar, diperlukan kesatuan hati dan pikiran yang ditujukan kepada Kristus sebagai kepala gereja-Nya. Cara kita memperlakukan saudara-saudara seiman yang ada didalam satu wadah yaitu gereja Tuhan, seharusnya jangan saling menjatuhkan dan menimbulkan perpecahan, sebab Tuhanlah yang telah menempatkan kita sebagai anggota Tubuh-Nya.

"Supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan. Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita. Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya".
(1 Korintus 12:25-27).

Card image
Quote Of The Day - 29 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-29 06:56:36


Ketika pemahaman seseorang tentang kebaikan Tuhan itu sembuh dari suatu penyakit atau terbebas dari masalah, berarti masih belum berkualitas tinggi, sebab kebaikan Tuhan bertujuan untuk mengembalikan manusia ke rancangan-Nya semula.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 29 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-29 06:51:23


Kalau kita melihat matahari dan bulan ini merupakan peringatan kenyataan adanya perjalanan waktu kehidupan yang mengkungkung manusia. Manusia harus tunduk, sehebat apa pun manusia itu.

Card image
LIFE'S ADVENTURE - 29 Februari 2024 (English Version)
2024-02-29 06:22:49


It is impossible for God to say to someone, "This is my beloved child, in whom I am well pleased," if that person's heart is not connected to God. Therefore, we should be able to say as the psalmist said, "Whom have I in heaven but You? And there is nothing on earth that I desire besides You." Our love becomes more united with God. While human love may fade and extinguish, love for God will grow brighter. So, we must make God more than just a hobby or preference. Thus, we can say as the psalmist in Psalm 42:2, "As the deer pants for streams of water, so my soul pants for you, my God".

Today's world must be faced with a true fanatic, freak, and craziness for God. Morning, noon, and night, after we have completed our responsibilities and tasks in life, we seek God. And even then, whether we eat or drink or do anything else, we do everything for the glory of God. Frankly, in the past, we still made room for some things. And that's what made us fail to become God's spokespersons. Because as God's spokespersons, the focus must be entirely on God and must live in holiness. Do not distract our minds with things that God does not want in our minds.

A valuable life adventure is a life adventure of seeking and finding God. Whether we are considered extreme, excessive, fanatical, already insane, and so on. Every moment we live in the presence of God, in the atmosphere of God's presence. There are many clothes we can wear, but we choose to wear the garment of holiness. But often our clothes tear. That is the same as tearing holiness. Eventually, we wear the wrong clothes. If young people start learning to wear the garment of holiness from now on, not replacing it with other clothes, then you will remain in the presence of God.

Why does God connect His holiness with our holiness? Because without holiness, one cannot approach God. Therefore, wear the garment of holiness. So that God lives in our lives. And when we face God, it's as if we never learned theology. We just want to meet God and feel His presence. But afterward, do not give time to things that God does not want us to do. Yes, it feels like torture. But we must think that there is no life outside of God. But frankly, there are still pleasures and things we consider valuable in this life. And it's hard for us to let go of them.

Therefore, we must continue to seek God until the 'snap.' When we've reached the 'snap,' we will surely be addicted to God because we have found a holy taste, an eternal taste, so that we feel we don't need anything else. This is not easy. When we say, "I need You, Lord," honestly, at that time, we may feel the need for God because we have problems, unmet needs, and various other things. So, don't feel like you've found God, then we're satisfied. It's like, if we were taken to a cave, and it turns out there are kilos of gold, then we will surely look for as many sacks as possible.

We can enter the cave of God's house in the living room, or in the bedroom, and in our life's journey. We certainly don't just want to hold two bars of gold. We will bring sacks, as many as possible. Therefore, don't make our lives leak by giving our time and attention to something else. When someone closes their eyes, enters eternity, and sees the glory of God, they realize how precious God is.

God has opened Himself to be owned as much as possible, but we take as little as possible because we are busy with many other things. We must be as extreme as possible for God to become more 'snap' into God's lover. We don't just get a special place later in eternity, but since on earth, God takes care of us. So why don't we reach as much as possible, take as much as possible until we have an encounter with God. One day we may not go to our church anymore, it doesn't matter, but find God in our lives.

A personal encounter with God like Abraham, Isaac, and Jacob, and God meeting Moses in the wilderness of Midian, is the God who can meet us in the space of our hearts and walk with us. Let's focus on God. However, very few people have experienced an encounter with God. Whereas we will understand how beautiful life is if it is filled with the adventure of seeking God. We have filled it with study, career, making money, getting married, having children, and various other adventures. Now our adventure is only focused on finding God, nothing else.

A VALUABLE LIFE ADVENTURE IS A LIFE ADVENTURE OF SEEKING AND FINDING GOD.

Card image
PETUALANGAN HIDUP - 29 Februari 2024
2024-02-29 05:40:30


Tidak mungkin Tuhan berkata kepada seseorang, “Ini anak-Ku yang Kukasihi, kepadanya Aku berkenan,” kalau hati orang itu belum tersambung dengan Tuhan. Maka seharusnya kita bisa berkata seperti pemazmur berkata, “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi.” Cinta kita semakin menyatu dengan Tuhan. Kalau cinta manusia bisa makin pudar dan padam, tapi cinta kepada Tuhan akan makin menyala. Jadi, kita harus menjadikan Tuhan lebih dari sekadar hobi atau kesukaan. Sehingga kita bisa berkata seperti pemazmur di Mazmur 42:2, _ “Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.”

Dunia hari ini harus kita hadapi dengan kekristenan yang benar-benar fanatik, freak, dan gila-gilaan untuk Tuhan. Pagi, siang, malam, setelah kita menyelesaikan tanggung jawab dan tugas kehidupan yang kita miliki, kita mencari Tuhan. Dan bahkan mestinya, baik kita makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Tuhan. Sejujurnya, dulu kita masih memberi ruangan untuk beberapa hal. Dan itu yang membuat kita gagal menjadi jurubicara Tuhan. Sebab sebagai jurubicara Tuhan, fokusnya harus Tuhan sepenuhnya dan harus hidup di dalam kekudusan. Jangan men-distract pikiran kita dengan hal-hal yang tidak Tuhan kehendaki masuk dalam pikiran kita.

Petualangan hidup yang bernilai adalah petualangan hidup mencari dan menemukan Tuhan. Mau tidak mau, walau kita mungkin dianggap ekstrem, berlebihan, fanatik, sudah kegilaan, dan lain sebagainya. Setiap saat kita hidup di hadirat Tuhan, ada di dalam suasana hadirat Allah. Ada banyak baju yang bisa kita pakai, tapi kita memilih memakai baju kekudusan. Tapi sering baju kita robek. Yang itu sama dengan kita merobek kekudusan. Akhirnya kita memakai baju yang salah. Kalau anak-anak muda mulai sekarang belajar memakai baju kekudusan, tidak kalian ganti dengan pakaian lain, maka kalian tetap ada di hadirat Allah.

Mengapa Tuhan menghubungkan kekudusan-Nya dengan kekudusan kita? Karena tanpa kekudusan, seseorang tidak bisa menghampiri Allah. Maka, pakailah pakaian kekudusan. Sehingga Allah menjadi hidup di dalam hidup kita. Dan ketika kita menghadap Tuhan, seakan-akan kita tidak pernah belajar teologi. Kita hanya mau bertemu dengan Tuhan dan merasakan kehadiran-Nya. Tetapi setelah itu, jangan memberi waktu untuk hal yang Tuhan tidak suka kita melakukannya. Ya, itu siksaan rasanya. Tapi kita harus berpikir bahwa tidak ada kehidupan di luar Tuhan. Namun sejujurnya, masih ada kesenangan-kesenangan dan hal-hal yang kita pandang berharga dalam hidup ini. Dan itu sulit untuk kita lepaskan.

Karenanya kita harus terus mencari Tuhan sampai ‘krek.’ Kalau sudah sampai ‘krek,’ kita pasti kecanduan Tuhan karena kita sudah menemukan selera kudus, selera kekal, sehingga kita merasa tidak membutuhkan yang lain. Ini tidak mudah. Ketika kita berkata, “ku perlu Kau, Tuhan” sejujurnya, mungkin saat itu kita merasa perlu Tuhan karena punya masalah, punya kebutuhan yang belum terpenuhi, dan berbagai hal lain. Maka, jangan merasa sudah menemukan Tuhan, lalu kita puas diri. Ibaratnya, kalau kita dibawa ke satu gua, dan ternyata ada emas berkilo-kilo, maka kita pasti cari karung sebanyak-banyaknya.

Kita bisa masuk gua rumah Tuhan di ruang hidup, atau di kamar, dan di dalam perjalanan hidup kita. Kita pasti tidak hanya mau menggenggam dua batang emas. Kita akan bawa karung, sebanyak-banyaknya. Oleh sebab itu, jangan membuat hidup kita bocor dengan memberikan waktu dan perhatian kita kepada sesuatu. Ketika seseorang menutup mata, masuk ke dalam kekekalan dan melihat kemuliaan Tuhan, ia baru menyadari betapa berharganya Tuhan.

Tuhan telah membuka diri untuk dimiliki sebanyak-banyaknya, tapi kita mengambil sekecil-kecilnya karena kita sibuk dengan banyak hal lain. Kita harus seekstrem-ekstremnya untuk Tuhan agar semakin ‘krek’ menjadi kekasih Tuhan. Kita bukan hanya mendapat tempat istimewa nanti di kekekalan, namun sejak di bumi pun dipelihara Tuhan. Lalu mengapa kita tidak meraih sebanyak-banyaknya, mengambil sebanyak-banyaknya sampai mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Suatu hari kita tidak pergi ke gereja kita lagi, tidak masalah, tapi temukan Tuhan dalam hidup kita.

Perjumpaan Allah secara pribadi dengan Abraham, Ishak, dan Yakub dan Allah yang menemui Musa di padang Median adalah Allah yang bisa menemui kita di ruang hati kita dan berjalan bersama dengan kita. Mari, fokuskan diri kita ke Tuhan. Namun, sedikit sekali orang yang sudah mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Padahal kita akan makin mengerti betapa indahnya hidup ini kalau diisi pengembaraan mencari Tuhan. Kita sudah mengisinya dengan studi, berkarier, cari uang, menikah, punya anak, dan berbagai petualangan lain. Sekarang petualangan kita hanya difokuskan untuk menemukan Tuhan, tidak ada yang lain.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PETUALANGAN HIDUP YANG BERNILAI ADALAH PETUALANGAN HIDUP MENCARI DAN MENEMUKAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 29 Februari 2024
2024-02-29 05:34:20

Bilangan 14-15
Mazmur 90

Card image
Truth Kids 28 Februari 2024 - KORNELIUS
2024-02-28 12:47:09


Kisah Para Rasul 10:2
"Ia saleh, ia serta seisi rumahnya takut akan Allah dan ia memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah."

Di Kaisarea ada seorang bernama Kornelius. Ia adalah seorang perwira pasukan Italia. Perwira adalah pimpinan sebuah pasukan, Sobat Kids. Kornelius dan seisi rumahnya merupakan orang-orang yang takut kepada Allah. Kornelius banyak memberikan bantuan kepada orang lain. Ia juga senantiasa berdoa kepada Allah. Suatu saat, malaikat berkata kepadanya bahwa semua doa dan persembahan ataupun bantuan yang telah diberikannya, diingat oleh Allah.

Kornelius memiliki hati yang ingin tahu kebenaran firman Tuhan. Ia rindu mengenal Allah dengan benar. Dan setelah ia tahu kebenaran, Kornelius melakukannya. Ia hidup saleh. Arti kata "saleh" adalah taat dan sungguh-sungguh menjalankan perintah Tuhan.

Sobat Kids, yuk, kita belajar dari Kornelius. Kita mau belajar untuk hidup saleh; taat dan sungguh-sungguh melakukan perintah Tuhan. Tidak hanya menjadi pendengar, melainkan menjadi anak yang melakukan setiap perintah Tuhan setiap hari. Selamat berjuang!

Card image
Truth Junior 28 Februari 2024 - KORNELIUS
2024-02-28 12:45:46


Kisah Para Rasul 10:2
“Ia saleh, ia serta seisi rumahnya takut akan Allah dan ia memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah.”

Kornelius adalah seorang perwira pasukan Italia. Apakah Sobat Junior tahu apa itu perwira? Perwira adalah pemimpin sebuah pasukan. Biasanya dalam setiap bangsa, ada pasukan tentara yang menjaga keamanan bangsanya sehingga bangsanya tidak dijajah oleh bangsa lain. Dalam pasukan, ada tingkat-tingkatan pangkat para prajuritnya. Perwira termasuk dalam tingkatan yang tinggi. Seorang perwira memiliki sepasukan anak buah yang harus menaati perintah atasannya, yaitu sang perwira.

Memiliki posisi atau jabatan sebagai perwira, tidak membuat Kornelius sombong. Kornelius dan seisi rumahnya merupakan orang-orang yang takut kepada Allah. Kornelius banyak memberikan bantuan kepada orang lain. Ia juga senantiasa berdoa kepada Allah. Allah mendengar doa-doanya yang disampaikan dengan tulus. Apa buktinya? Suatu saat malaikat berkata kepadanya bahwa semua doa dan persembahan ataupun bantuan yang telah diberikannya diingat oleh Allah.

Kornelius rindu mengenal Allah dengan benar. Ia memiliki hari yang ingin tahu kebenaran firman Tuhan. Dan setelah tahu kebenaran, Kornelius melakukannya. Ia hidup taat dan sungguh-sungguh melakukan perintah Allah.

Yuk, Sobat Junior, kita belajar dari tokoh Kornelius. Menjadi pribadi yang mau belajar tentang kebenaran firman.

Card image
Truth Youth 28 Februari 2024 - THE WAY I LOVE YOU
2024-02-28 12:33:01


"Jesus replied: 'Love the Lord your God with all your heart and with all your soul and with all your mind.' This is the first and greatest commandment. And the second is like it: 'Love your neighbor as yourself.'" (Matthew 22:37-39)

There is an imperceptible difference between loving someone and knowing how to love them. The presence of this difference is often overlooked because of human ego and knowledge taking up more space. Similarly, in our relationship with God, many of God's children profess and feel that they love God in both word and deed. However, in reality, they are only trapped in a spiritual romance created through misguided feelings and thoughts. The old wise man once said that to love is to be changed. The Bible also stands on the same phrase, that we as creatures are desired by the Father to "not be conformed to this world, but be transformed by the renewal of our minds." If we may draw a simple meaning from the phrase above, it means that we must strive to change our way of thinking about how we love and serve God. Matthew records in his writings that Jesus teaches us to love God with all our heart, soul, and mind. Loving God with all our heart means serving His feelings, leaving no room in our hearts to love anything more than God. Loving God with all our soul means striving for harmony between our thoughts, feelings, and will in loving God. With all our mind represents our awareness in loving and serving Him. This is the way to love God, not painting a beautiful story detached from reality, but engraving a journey of life that expresses how much we love and serve Him. Let us make God feel our love for Him, but first, you have to know how to love Him correctly.

WHAT TO DO:
1. Love God with all your heart.
2. Love God with all your soul.
3. Love God with all your mind.

BIBLE MARATHON:
- Deuteronomy 20-22

Card image
Truth Youth 28 Februari 2024 - THE WAY I LOVE YOU
2024-02-28 12:30:50


Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Matius 22:37-39)

Ada perbedaan yang tak kasat rasa antara mencintai seseorang dan tahu bagaimana cara mencintai mereka. Kehadiran perbedaan di antara dua hal ini sering terlewatkan karena ego dan pengetahuan manusia yang mengambil tempat lebih banyak. Sama halnya dengan hubungan kita bersama Tuhan, banyak dari anak-anak Tuhan mengaku dan merasa telah mencintai Tuhan baik dalam perkataan dan perbuatan. Namun, pada kenyataannya hanya terjebak pada romansa rohani yang tercipta melalui perasaan dan pikiran yang salah. The old wise man once said that to love is to be changed. Alkitab pun berdiri pada frasa yang sama, yaitu kita sebagai makhluk ciptaan dikehendaki Bapa untuk “Tidak serupa dengan dunia ini dan berubahlah oleh pembaruan budimu." Jika boleh kita tarik makna sederhana dari ungkapan di atas, artinya kita harusberusaha mengubah cara berpikir kita tentang bagaimana kita mencintai dan mengasihi Tuhan. Matius mencatat dalam tulisannya, Yesus mengajarkan kita untuk mengasihi Allah Bapa dengan segenap hati, jiwa dan akal budi. Segenap hati artinya melayani perasaan-Nya, tidak menyisakan tempat di hati kita untuk mengasihi hal lain lebih dari Tuhan. Segenap jiwa artinya mengusahakan keselarasan antara pikiran, perasaan, dan kehendak dalam mencintai Tuhan. Dengan segenap akal budi merepresentasikan kesadaran kita dalam mencintai dan mengasihi-Nya. This is the way to love God, bukan melukis kisah indah tak berpijak pada kenyataan, namun menorehkan perjalanan hidup yang menyatakan betapa kita mencintai dan mengasihi-Nya. Buatlah Tuhan merasakan cinta kasih kita kepada-Nya, but first, you have to know how to love Him correctly.

WHAT TO DO:
1. Mencintai Tuhan dengan segenap hati
2. Mencintai Tuhan dengan segenap jiwa
3. Mencintai Tuhan dengan segenap akal budi

BIBLE MARATHON:
Ulangan 20-22

Card image
Renungan Pagi - 28 Februari 2024
2024-02-28 08:16:04


Ketika kita hidup dalam kekudusan, dan taat melakukan kehendak Allah, maka percayalah Tuhan akan membawa pada pengalaman supranatural, dimana DIA akan menyatakan Diri-Nya melalui perkara-perkara yang dahsyat dan luar biasa. Kita akan semakin mengagumi Pribadi-Nya yang Agung, Kudus dan Mulia.

Berjalan dalam kekudusan dan ketaatan memang tidak mudah, tetapi Bapa telah memberikan Roh Kudus dalam hidup kita, yang senantiasa menuntun, membela dan menolong untuk tetap hidup dalam kekudusan serta ketaatan melakukan kehendak Allah, sebab tidak ada jalan lain, agar kita dapat berjumpa dengan Tuhan dalam kekekalan, kecuali hidup kudus.

Dan hanya orang yang hidup dalam ketaatan melakukan kehendak Bapa yang akan masuk dalam Kerajaan Surga, perhatikan Firman Tuhan ini; "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." "Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan."
(Matius 7:21; Ibrani 12:14)

Card image
Quote Of The Day - 28 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-28 08:04:09


Allah itu baik, namun ukuran baik itu ditentukan oleh pemahaman kita terhadap Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 28 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-28 07:41:12


Temukan apa yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita. Miliki tekad untuk sempurna, untuk benar, untuk meninggalkan dunia, untuk hidup suci, untuk berkemas-kemas pulang ke surga, untuk berjuang menjadi anak-anak kesukaan Bapa.

Card image
AN INCREASINGLY BURNING LONGING - 28 Februari 2024 (English Version)
2024-02-28 07:36:36


No two individuals are alike on this earth, let alone three. Each person's condition is unique, special. The life journey experiences of each individual are also unique, incomparable. Not the same as anyone else's. Therefore, encountering God is also unique, something that others won't be able to understand. Especially if someone hasn't experienced an encounter with God, then they won't understand those who have. But surely the fruits of that person's life are evident. Life is an extraordinary adventure. Because we have a specific, allotted time from God, a certain time. However, that specific time determines our fate or eternal condition; a journey without borders.

So, how extraordinary life is. A brief journey, yet determining its eternity. Extraordinary, beautiful values, the quality of the short time of our lives does not lie in the success of accumulating wealth, achieving a level of study, or having a charming appearance, nor is it because of success in the household, career, or having additional values that humans understand as nobility. or excellence. It is because of this that humans go about their days, fulfilling their days for success in studies, career, household, having wealth and good appearance. And people are willing to risk anything to achieve that.

Perhaps among us, there are those who have seen someone successful in life, yet at the end of his life, all his grandeur means nothing anymore. For example, someone who once held power for 40 years, but 1 year before his death, he was imprisoned. So, his grandeur for 40 years became meaningless. Or he had a life journey deemed beautiful by humans, even until the end of his life it remained beautiful and valuable in the eyes of humans, but if in eternity he is cast out from the presence of God, how shameful it is for people like this. So, we should be grateful if we are 'only' shamed on earth. Even that urges us to truly examine ourselves, whether one day when we pass away, we will be pleasing in the sight of God so that we hear His confession, "This is my beloved child, with whom I am well pleased."

That's the only thing that prevents us from being shamed. And that is what we must pursue so that our life becomes an extraordinary, highly valuable journey. And that is the treasure we must seek, strive to obtain. Therefore, we cannot avoid it, we must truly find God. We continue to campaign for this, as we also continue to order ourselves to invest time, energy, thoughts, to find God. And truly, we can hear the voice of God, perceive His presence in our lives. Like a radio, we must find the right frequency. And truly, God is not easy to find. It requires courage to await God because sometimes God seems indifferent.

We have passed through the long night at the feet of God, kneeling, singing, praying, yet we do not feel a breeze or the presence of God that makes our hair stand on end. Everything feels desolate, as if God is far away and does not visit us. The next day is the same, and the next day, and the next. The danger is if we are not diligent, not brave enough to believe that He lives. Like waiting for the sunrise from 6 pm until tomorrow at 6 am, 12 hours. Waiting for God could be 12 months or even more. But believe me, like the sun, He will rise, we will surely find Him. And this is what should give value to our lives. If we have the opportunity to live, we see the most precious possibility, which is finding God.

And those who find God have extraordinary happiness. So it's not just fantasy. Finding God is very personal, it can even have elements of mystery. So we must dare to risk our entire lives to find God in this life. Later, if we truly find God, we will surely become God's beloved. Surely. It's impossible for someone who finds God not to become God's beloved. Those who truly find God, walk and commune with God, surely become God's beloved.And people like this, will not be put to shame. Our encounter with God will strengthen our commitment and determination, firm promises, a more burning longing. It's like there's a hole in our soul filled by God, and we can become addicted to God. And believe me, our love for Him will burn even more.and we can become addicted to God and our love for Him will burn even more intensely.

OUR ENCOUNTER WITH GOD WILL STRENGTHEN OUR COMMITMENT AND DETERMINATION, FIRM PROMISES, AND AN INCREASINGLY BURNING LONGING.

Card image
KERINDUAN YANG SEMAKIN MEMBARA - 28 Februari 2024
2024-02-28 06:35:27


Tidak ada dua orang yang sama di muka bumi ini, apalagi tiga. Setiap orang berkeadaan unik, khusus. Pengalaman perjalanan hidup seseorang juga pasti unik, tidak ada duanya. Tidak sama dengan siapa pun. Maka, perjumpaan dengan Tuhan juga unik, yang orang lain tidak akan bisa mengerti. Apalagi kalau seseorang tidak mengalami perjumpaan dengan Tuhan, maka dia tidak akan mengerti orang yang mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Tetapi pasti buah hidup orang itu nyata. Hidup ini adalah petualangan yang luar biasa. Karena kita memiliki waktu yang telah dijatah Tuhan, waktu yang tertentu. Tetapi waktu yang tertentu tersebut menentukan nasib atau keadaan kekal kita; sebuah perjalanan yang tidak bertepi.

Jadi, betapa luar biasa kehidupan ini. Pengembaraan yang singkat, tetapi menentukan kekekalannya. Keluarbiasaan, keindahan nilai, kualitas dari singkatnya waktu hidup kita bukan terletak pada keberhasilan mengumpulkan harta, mencapai jenjang studi, atau karena memiliki penampilan yang mempesona, juga bukan karena sukses dalam rumah tangga, karier, atau memiliki nilai-nilai lebih yang dipahami manusia sebagai keluhuran atau keunggulan. Yang memang karena hal itu manusia menggulirkan harinya, memenuhi harinya demi keberhasilan dalam studi, karier, rumah tangga, memiliki harta, dan penampilan yang baik. Dan orang berani mempertaruhkan apa pun demi mencapai hal itu.

Mungkin di antara kita ada yang pernah melihat orang yang berhasil dalam hidup, namun di ujung akhir hidupnya semua kemegahannya tidak berarti lagi. Misalnya, seseorang yang pernah berkuasa selama 40 tahun, namun 1 tahun sebelum ia meninggal, ia dipenjara. Maka kemegahannya selama 40 tahun menjadi tidak ada artinya. Atau ia memiliki pengembaraan hidup yang dinilai indah oleh manusia, bahkan sampai akhir hayatnya tetap indah dan bernilai di mata manusia, tetapi kalau di kekekalan ia terbuang dari hadirat Tuhan, betapa dipermalukannya orang-orang seperti ini. Maka kita bersyukur kalau kita ‘hanya’ dipermalukan di bumi. Bahkan hal itu memacu kita untuk benar-benar memeriksa diri, apakah suatu hari nanti ketika kita meninggal dunia, kita berkenan di hadapan Tuhan sehingga kita mendengar pengakuan-Nya, “Ini anak-Ku yang Kukasihi, kepadanya Aku berkenan.”

Hanya itu yang membuat kita tidak dipermalukan. Dan hal itu harus kita kejar, sehingga hidup kita menjadi pengembaraan yang luar biasa, yang sangat bernilai. Dan itulah harta yang harus kita cari, kita gumuli untuk kita peroleh. Oleh sebab itu, tidak bisa tidak, kita harus benar-benar menemukan Tuhan. Kita terus mengampanyekan hal ini, seperti kita juga terus memerintahkan diri kita sendiri untuk menginvestasikan waktu, tenaga, pikiran, guna menemukan Tuhan. Dan benar-benar kita bisa mendengar suara Tuhan, menangkap kehadiran-Nya di dalam hidup kita. Ibarat radio, kita harus mencari frekuensi yang tepat. Dan sejatinya, Tuhan itu tidak mudah ditemukan. Maka dibutuhkan keberanian dalam menantikan Tuhan sebab Tuhan kadang seperti tidak peduli.

Kita sudah melewati malam panjang di kaki Tuhan, berlutut, menyanyi, berdoa namun kita tidak merasakan ada hembusan angin atau kehadiran Tuhan yang membuat bulu kuduk kita merinding. Semua terasa sepi-sepi saja, seakan-akan Tuhan ada di nun jauh di sana dan tidak mengunjungi kita. Besoknya begitu lagi, besoknya begitu lagi. Bahayanya adalah kalau kita tidak tekun, kita tidak cukup berani memercayai bahwa Dia hidup. Seperti kita menantikan terbitnya matahari dari pukul 6 sore sampai besok pukul 6 pagi, 12 jam. Menantikan Tuhan bisa 12 bulan atau bisa lebih. Tetapi percayalah, sepasti matahari, Dia akan terbit, Dia pasti kita temukan. Dan ini yang seharusnya memberi nilai di dalam hidup kita. Kalau kita mendapat kesempatan hidup, kita melihat kemungkinan yang paling berharga, yaitu menemukan Tuhan.

Dan orang yang menemukan Tuhan memiliki kebahagiaan yang luar biasa. Jadi bukan hanya fantasi. Menemukan Tuhan itu sangat pribadi, bahkan bisa berunsur misteri. Maka kita harus berani mempertaruhkan seluruh hidup kita demi menemukan Tuhan di dalam hidup ini. Yang nantinya kalau kita sungguh-sungguh menemukan Tuhan, pasti kita menjadi kekasih Tuhan. Pasti. Tidak mungkin orang yang menemukan Tuhan, tidak menjadi kekasih Tuhan. Orang yang sungguh-sungguh menemukan Tuhan, bergaul dan berjalan dengan Tuhan, pasti menjadi kekasih Tuhan. Dan orang-orang seperti ini, tidak akan dipermalukan. Perjumpaan kita dengan Tuhan akan membuat kita memiliki komitmen dan tekad yang makin kuat, janji yang makin teguh, kerinduan yang makin membara. Seperti ada satu lubang di dalam jiwa kita yang diisi Tuhan, dan kita bisa menjadi seperti kecanduan atau addict terhadap Tuhan. Dan percayalah, cinta kita kepada-Nya akan makin membara.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PERJUMPAAN KITA DENGAN TUHAN AKAN MEMBUAT KITA MEMILIKI KOMITMEN DAN TEKAD YANG MAKIN KUAT, JANJI YANG MAKIN TEGUH, SERTA KERINDUAN YANG MAKIN MEMBARA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 Februari 2024
2024-02-28 06:31:13

Bilangan 11-13

Card image
Truth Kids 27 Februari 2024 - BERANI DAN SETIA
2024-02-27 12:32:00


Kisah Para Rasul 7:55-56
"Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Lalu katanya: "Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah."

Apakah Sobat Kids pernah terluka hingga berdarah? Pasti sakit rasanya, bukan? Tokoh yang kita pelajari hari ini juga pernah terluka hingga berdarah. Tetapi, luka berdarahnya ini bukan karena kesalahannya atau akibat jatuh, melainkan ada orang-orang jahat yang melukainya.

Tokoh Alkitab hari ini bernama Stefanus. Stefanus merupakan tokoh yang berani menyampaikan kebenaran firman Tuhan. Jika ada yang salah, Stefanus tidak segan-segan mengajarkan yang benar. Stefanus belajar kisah tokoh Alkitab Perjanjian Lama. Contohnya, ia tahu tentang Abraham, Yakub, Yusuf, sampai kisah Salomo. Sayangnya, tidak semua orang senang mendengarnya, Sobat Kids. Mereka melukai Stefanus, bahkan sampai meninggal. Di tengah kesakitannya, Stefanus tetap percaya kepada Tuhan.

Sobat Kids, kita mau belajar untuk berani dalam mengikut Tuhan. Walaupun ada orang lain yang tidak suka melihat kita percaya kepada Tuhan, kita mau tetap setia kepada-Nya.

Card image
Truth Junior 27 Februari 2024 - BERANI BERSAKSI SEPERTI STEFANUS
2024-02-27 12:29:52


Kisah Para Rasul 7:55-56
"Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Lalu katanya: “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.”

Sobat Junior, tahukah kalian siapa Stefanus? Dia adalah salah satu orang percaya yang meninggal karena imannya kepada Yesus. Dia dituduh berbicara melawan hukum Taurat dan Bait Allah, oleh orang-orang yang tidak suka dengan ajarannya. Mereka membawanya ke hadapan Mahkamah Agama dan memaksanya untuk membela diri.

Stefanus tidak takut. Dia berbicara dengan penuh hikmat dan kuasa Roh Kudus. Dia menceritakan sejarah bangsa Israel dan bagaimana mereka selalu menolak nabi-nabi yang diutus Allah. Dia juga menegaskan bahwa Yesus adalah Mesias yang telah datang untuk menebus dosa manusia. Wah, betapa beraninya Stefanus!

Orang-orang yang mendengarnya menjadi sangat marah. Mereka mengatupkan giginya dan ingin membunuh Stefanus. Tapi Stefanus tetap tenang. Dia memandang ke langit dan melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Wow, betapa indahnya pemandangan itu!

Stefanus berkata dengan suara nyaring, “Aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.” Orang-orang yang mendengarnya menjadi lebih marah lagi. Mereka menutup telinga mereka dan berteriak-teriak. Mereka menyeret Stefanus keluar dari kota dan melemparinya dengan batu sampai mati. Aduh, betapa mengerikannya nasib Stefanus!

Tapi Stefanus tidak mengeluh. Dia berdoa dengan suara nyaring, “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.” Lalu dia berlutut dan berteriak, “Ya, Tuhan, janganlah Engkau memperhitungkan dosa mereka.” Hiks, betapa mulianya sikap Stefanus!

Sobat Junior, apakah kalian mau berani bersaksi seperti Stefanus? Apakah kalian mau mengasihi musuh-musuh kalian seperti Stefanus? Apakah kalian mau memercayai Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kalian seperti Stefanus?

Tuhan, bantulah kami untuk menjadi saksi-Mu yang setia dan berani. Amin.

Card image
Truth Youth 27 Februari 2024 (English Version) - ONE STEP CLOSER
2024-02-27 12:28:05


"So be imitators of God, as beloved children, and live in love, as Christ loved us and gave himself up for us, a fragrant offering and sacrifice to God." (Ephesians 5:1-2)

Your life is never complete until you begin to walk with God, so let’s take a look at your position now. We often hear King David in his Psalms writing, "God is with me," expressing his gratitude that the Almighty God accompanies him in every journey of his life. However, did you know that King David is also with God? To be with God here means, in every step of his life, he involves God. King David walks with God, meaning he aligns the rhythm of his life according to what God the Father desires. Friends, often we pray, cry out, ask God in heaven to accompany us in living our lives in this world, but unconsciously, we do not let Him walk with us. As human beings with free will, many times in our lives, we are not mature enough to synchronize our lives with the rhythm of God the Father. Therefore, Paul in his letter advises the Ephesian church to move in harmony with God the Father, by obeying and emulating the life of our Lord, Jesus Christ. To live as Jesus lived, full of love and sincerity for others, so that our lives are in harmony with God's will and become a beautiful song for the glory of His name. God is looking for a partner, try higher not harder, to walk in your purpose. Keep your eyes on God, this seems like opening yourself to receive wisdom and encouragement from Him, while seeking ways to do the same for others. Today, let's commit to getting one step closer to God.

WHAT TO DO:
1. Learn to involve God.
2. Emulate the life of Jesus.
3. Practice love in everyday life.

BIBLE MARATHON:
- Deuteronomy 16-19

Card image
Truth Youth 27 Februari 2024 - ONE STEP CLOSER
2024-02-27 12:26:36


"Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah." (Efesus 5:1-2)

Your life is never complete until you begin to walk with God, so let’s take a look at your position now. Kita sering mendengar Raja Daud dalam Mazmurnya menuliskan bahwa “Allah besertaku”, ia dengan rasa syukurnya menuturkan bahwa di setiap perjalanan hidupnya, Allah yang Maha Kuasa menyertainya. Namun, tahukah kamu bahwa Raja Daud pun beserta Allah? Beserta di sini artinya, di dalam setiap langkah hidupnya ia melibatkan Allah. Raja Daud melangkah bersama Allah, artinya ia menyamakan irama hidupnya sesuai dengan yang Allah Bapa inginkan. Teman-teman, sering kali kita berdoa, berseru, meminta kepada Allah Bapa di surga untuk menyertai kita dalam menjalani kehidupan kita di dunia ini, namun tanpa sadar kita tidak membiarkan Dia berjalan bersama kita. Kita sebagai insan yang memiliki kehendak bebas dalam banyak hal dalam hidup kita sering kali tidak cukup dewasa untuk menyamakan irama hidup kita kepada irama Allah Bapa. Karena itu Paulus dalam suratnya, memberikan nasihat kepada jemaat Efesus agar mereka bergerak seirama dengan Allah Bapa, dengan menuruti dan meneladani kehidupan Tuhan kita, Yesus Kristus. Hidup sebagaimana Yesus telah hidup, penuh kasih dan ketulusan bagi sesama agar hidup kita seirama dengan kehendak Allah dan menjadi nyanyian yang indah bagi kemuliaan nama-Nya. God is looking for a partner, try higher not harder, to walk in your purpose. Keep your eyes on God, hal ini terlihat seperti membuka diri untuk menerima kebijaksanaan dan dorongan dari-Nya, sambil mencari cara untuk melakukan hal yang sama bagi orang lain. Hari ini kita mau berkomitmen untuk bisa one step closer to God.

WHAT TO DO:
1. Belajar melibatkan Allah
2. Meneladani kehidupan Yesus
3. Mempraktekkan kasih dalam hidup sehari-hari

BIBLE MARATHON:
▪︎Ulangan 16-19

Card image
Renungan Pagi - 27 Februari 2024
2024-02-27 12:24:16


Sejak waktu itulah Yesus memberitakan; "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" Pernyataan untuk segera bertobat ternyata sudah diserukan Tuhan Yesus saat memulai pelayanan-Nya di Kapernaum. Tetapi sampai saat ini, tidak terlalu banyak dari pengikut Kristus yaitu orang Kristen yang melakukan apa yang diserukan oleh Tuhan Yesus sejak waktu itu. Seruan itu adalah "Bertobatlah!"

Jika mau jujur berapa banyak dari kita yang hidup sebagai orang Kristen KTP (Kristen Tanpa Pertobatan). Kebanyakan hanya menghakimi dan menghukum kesalahan orang lain, sementara kesalahan sendiri dimaklumi dan tidak disadari. Merasa diri paling benar, bukan hidup benar. Merasa bangga karena sudah melayani pekerjaan Tuhan, kebanggaan yang mengarah pada kesombongan.

Lalu sejak kapankah kita benar-benar memperhatikan seruan Tuhan Yesus dan melakukannya segera? Ini adalah sesuatu yang harus kita perhatikan dengan serius, karena kini Kerajaan Sorga sudah semakin dekat, dan kita tidak akan dapat masuk ke dalamnya, jika tidak bertobat. Kiranya kita dapat mempergunakan waktu dan kesempatan ini untuk hidup dalam pertobatan yang benar.
(Matius 4:17)

Card image
Quote Of The Day - 27 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-27 05:04:44


Semakin banyak pengalaman belajar mengasihi Tuhan dan membuktikan kasih itu, maka pertumbuhan kasih kepada Tuhan semakin cepat. Hal ini akan menciptakan suatu perasaan bahwa kita tidak bisa hidup tanpa Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-27 05:03:52


Mencari Tuhan berarti berusaha mengenal Tuhan lewat Firman yang kita dengar, lewat doa, lewat peristiwa-peristiwa hidup.

Card image
ETERNAL OPTIMISM - 27 Februari 2024 (English Version)
2024-02-27 12:59:25


If we learn to focus, then eventually in every event, our sensitivity mechanism will automatically activate. When we pay attention to an event, we can grasp God's intention. So in this tragic life, we focus on how to put on Christ who is our life (Col. 3:3-4 For you died, and your life is now hidden with Christ in God. When Christ, who is your life, appears, then you also will appear with him in glory). And miraculously, when we learn to put on Christ who is our life or becomes our life, then God will entrust His blessings to us; “For you died, and your life is hidden with Christ in God.” So we must view that we are dead.

Don't let it happen that when we die, we haven't put on the life of Christ. Because we were born original, let us not die imitation. Since we were born, we have been prepared originally to become men of God. But in reality, many people who die do not become men of God. So if Christ is our life, it means we want to remember that we have died. For that, we have to be patient. Because when we experience the process of dying of the old human, we enter the process of "I no longer live, but Christ lives in me," it seems as though God does not value it. Even though later we will begin to see how our life is being restored. God arranges it so that our motivation does not become wrong.

When we have realized that we have died from the old self, and Christ lives in us, then we will no longer be interested in the world, because we only think about the Kingdom of Heaven. If we have lots of facilities and materials, then we will definitely help others and live for God's work. God restores our lives—for example in the economic field—but it is not because of economic recovery that we struggle to change our character. So when you start to change the character, "I have died and Christ lives in me," it seems as if God doesn't pay attention. God seems to be silent. As if it was meaningless and worthless. And God allows that, as if we are not valued by God.

But here we have to keep learning. Because we are heading towards a new heaven and a new earth. We improve ourselves so that we are worthy to enter the New Jerusalem, to become members of God's Kingdom family. And if we are serious, our focus is on the new heaven and the new earth, then only then will God be able to entrust His blessings to us, and we will surely not drown. Ironically, not many people dare to enter this territory. Just like Abraham when he had to leave Ur of the Chaldeans. There was no place more fertile than the Sumerian Valley, and history records this. But Abraham believed. That's true faith.

Different from us today who ask, "If I obey the Lord, put on His life Christ within me, am I fortunate?" Yet in Colossians 3:1, the word of the Lord clearly says, "If then you have been raised with Christ, seek the things that are above, where Christ is, seated at the right hand of God." How far from the standard of life of Christians today. Think about the things that are above, not the things on earth, not meaning we don't have other responsibilities. Clearly, we have to earn a living, take care of our households, schools, and so on. But everything we do is basically because we seek the things above.

However, many people regard this is just decoration. So they do not honor the Bible; by not obeying what the Bible says. So essentially there is nothing we wait for and look forward to anymore, because our happiness is only one: when Jesus comes. We don't become pessimistic, we remain optimistic, but our optimism is behind the blue sky. And our optimism will be formed when we learn to put on Christ; living in holiness. So, we cannot be optimistic without building holiness. But if we truly live holy lives, putting on Christ in our lives, then we will have optimism about the life we will receive in eternity.

Optimism cannot be contrived. Optimism facing eternity will build itself. If we live righteously, God will definitely help and protect us. Even though we are economically poor, so people look down on us, we have the character of Christ that we knit from one event to another. In silence, people don't see. One day, when Christ returns or we die, then the brilliance of our life will be seen. Our greatness as children of God receives praise from God. So, if we are seen as evil and looked down upon by people, it doesn't matter. How long have we been looked down upon by people? Or are you a poor person who is oppressed by others? But if we become great and glorious in God's eyes, then we will be great and glorious in eternity. How beautiful this kind of life is.

IF WE REALLY LIVE HOLY, PUTTING ON CHRIST WITHIN US, THEN WE WILL HAVE OPTIMISM FOR THE LIFE THAT WE WILL RECEIVE IN ETERNITY.

Card image
OPTIMISME KEKEKALAN - 27 Februari 2024
2024-02-27 05:00:11


Jika kita belajar fokus, maka suatu saat dalam setiap peristiwa, mesin kepekaan kita sudah otomatis jalan. Ketika kita memperhatikan suatu peristiwa, kita bisa menangkap maksud Tuhan. Jadi di tragisnya hidup ini, kita fokus bagaimana mengenakan Kristus yang adalah hidup kita (Kol. 3:3-4). Dan ajaibnya, ketika kita belajar mengenakan Kristus yang adalah hidup kita atau menjadi hidup kita, maka Tuhan akan memercayakan berkat-berkat-Nya kepada kita; “Sebab kamu telah mati, dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.” Jadi kita harus memandang bahwa kita telah mati.

Jangan sampai nanti ketika kita meninggal dunia, kita belum mengenakan kehidupan Kristus. Karena kita lahir secara original, maka jangan kita mati secara imitasi. Sejak kita dilahirkan, kita sudah dipersiapkan original jadi manusia Allah. Tapi kenyataannya, banyak orang yang sampai mati tidak menjadi manusia Allah. Jadi apabila Kristus yang adalah hidup kita, berarti kita mau mengingat bahwa kita telah mati. Untuk itu, kita harus sabar. Sebab ketika kita mengalami proses kematian manusia lama, masuk pada proses “hidup bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku,” seakan-akan Tuhan tidak menghargai. Walaupun nanti kita akan mulai melihat bagaimana hidup kita mulai dipulihkan. Tuhan mengatur, supaya jangan motivasi kita jadi salah.

Ketika kita sudah menghayati bahwa kita sudah mati dari manusia lama, dan Kristus yang hidup di dalam kita, maka kita pasti tidak tertarik lagi dengan dunia, sebab kita hanya memikirkan hal Kerajaan Surga. Kalau kita punya banyak fasilitas dan materi, maka kita pasti akan menolong sesama dan hidup untuk pekerjaan Tuhan. Tuhan pulihkan hidup kita—misalnya dalam bidang ekonomi—tapi bukan karena pemulihan ekonomi itu kita berjuang mengubah karakter. Jadi ketika Saudara mulai mengubah karakter, “aku sudah mati dan Kristus yang hidup di dalam aku,” Tuhan seakan-akan tidak memberi perhatian. Tuhan seakan-akan bersikap sepi. Seakan-akan itu tidak berarti dan tidak bernilai. Dan Tuhan membiarkan itu, seakan-akan kita tidak dihargai oleh Allah.

Tapi di sini kita harus belajar terus. Karena kita sedang menuju langit baru bumi baru. Kita bebenah diri agar kita layak masuk ke dalam Yerusalem Baru, menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Dan jika kita serius, fokus kita langit baru bumi baru, maka barulah Tuhan bisa memercayakan berkat-berkat-Nya bagi kita, dan kita pasti tidak tenggelam. Ironis, tidak banyak orang yang berani masuk ke wilayah ini. Sama seperti Abraham ketika harus keluar Ur-Kasdim. Tidak ada tempat yang lebih subur dari Lembah Sumeria, dan sejarah mencatat hal ini. Tetapi Abraham percaya. Itu iman yang benar.

Berbeda dengan kita hari ini yang bertanya, “Kalau aku menaati Tuhan, mengenakan hidup-Nya Kristus di dalam diriku, apakah aku beruntung?” Padahal di dalam Kolose 3:1 firman Tuhan dengan tegas mengatakan, “Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada duduk di sebelah kanan Allah.” Betapa jauhnya dari standar hidup orang Kristen hari ini. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi, bukan berarti kita tidak punya kesibukan lain. Jelas kita harus cari nafkah, mengurus rumah tangga, sekolah dan lain sebagainya. Tetapi semua yang kita lakukan dasarnya adalah karena kita mencari perkara yang di atas.

Namun, banyak orang menganggap ini hanya hiasan. Sehingga mereka tidak menghormati Alkitab; dengan tidak menuruti apa yang Alkitab katakan. Jadi sejatinya tidak ada yang kita tunggu dan nantikan lagi, sebab kebahagiaan kita hanya satu: ketika Yesus datang. Kita tidak jadi pesimis, kita tetap optimis, tapi optimis kita di belakang langit biru. Dan optimis kita akan terbentuk pada waktu kita belajar mengenakan Kristus; hidup dalam kekudusan. Jadi, kita tidak bisa optimis tanpa kita membangun kekudusan. Tapi kalau kita betul-betul hidup suci, mengenakan Kristus di dalam hidup, maka optimisme kehidupan yang kita akan terima di kekekalan, kita miliki.

Optimisme tidak bisa dibuat-buat. Optimisme menghadapi kekekalan itu akan terbangun sendiri. Kalau kita hidup benar, Tuhan pasti menolong dan melindungi kita. Walaupun secara ekonomi kita miskin, sehingga kita direndahkan orang, tapi kita punya karakter Kristus yang kita rajut dari satu peristiwa ke peristiwa. Dalam kesenyapan, orang tidak melihat. Suatu hari kalau Kristus datang kembali atau kita meninggal dunia, baru kelihatan kecemerlangan hidup kita. Keagungan kita sebagai anak-anak Allah yang mendapat pujian dari Tuhan. Maka, kalau kita dipandang jahat dan direndahkan oleh orang, tidak masalah. Berapa lama kita direndahkan orang? Atau jadi orang miskin yang ditindas sesama? Tetapi kalau kita menjadi agung dan mulia di mata Tuhan, maka kita agung dan mulia di kekekalan. Betapa indahnya kehidupan seperti ini.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA BETUL-BETUL HIDUP SUCI, MENGENAKAN KRISTUS DI DALAM HIDUP, MAKA OPTIMISME KEHIDUPAN YANG KITA AKAN TERIMA DI KEKEKALAN, KITA MILIKI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 Februari 2024
2024-02-27 04:50:47

Bilangan 8-10

Card image
Truth Kids 26 Februari 2024 - SEGERA TOLONG
2024-02-26 10:46:30


Roma 16:4
"Mereka telah mempertaruhkan nyawanya untuk hidupku. Kepada mereka bukan aku saja yang berterima kasih, tetapi juga semua jemaat bukan Yahudi."

Setelah bertemu dengan Tuhan, Paulus mengerti kebenaran firman Tuhan. Paulus dengan giat memberitakan tentang Tuhan Yesus dari satu daerah ke daerah lain. Paulus mengajar dan memberi tahu banyak orang untuk percaya dan mengikut Tuhan. Dalam pelayanannya, Paulus banyak dibantu orang lain.

Hari ini kita mau belajar dari tokoh Priskila dan Akwila. Memang namanya hanya beberapa kali disebut dalam Alkitab, namun mereka telah melakukan hal yang luar biasa. Priskila dan Akwila adalah sepasang suami istri yang setia dalam melayani Tuhan. Saat ada orang yang belum mengerti tentang kebenaran firman Tuhan, maka Priskila dan Akwila akan menjelaskannya. Mereka juga membantu Paulus saat berkeliling melayani. Bahkan Priskila dan Akwila membantu semua jemaat. Mereka tidak segan-segan untuk menolong banyak orang.

Sobat Kids, saat kita memiliki kesempatan untuk membantu orang lain, yuk, kita dengan senang hati dan segera membantu. Segera tolong jika kita mampu menolong. Jangan ditunda-tunda, ya!

Card image
Truth Junior 26 Februari 2024 - SETIA DALAM MELAYANI TUHAN
2024-02-26 10:44:58


Roma 16:4
“Mereka telah mempertaruhkan nyawanya untuk hidupku. Kepada mereka bukan aku saja yang berterima kasih, tetapi juga semua jemaat bukan Yahudi.”

Sobat Junior, tahukah kalian siapa Priska dan Akwila? Mereka adalah sepasang suami istri yang sangat setia dan mendedikasikan hidupnya dalam melayani Tuhan. Mereka adalah teman dekat dari Rasul Paulus, yang juga seorang penginjil. Mereka membantu Paulus dalam menyebarkan Injil di berbagai tempat. Suatu hari, Paulus mendapat ancaman dari orang-orang Yahudi yang tidak percaya kepada Yesus. Mereka ingin membunuh Paulus karena dia mengajar tentang Yesus. Wah, bahaya sekali, ya! Aduh, bagaimana nasib Paulus?

Tapi jangan khawatir, Sobat junior. Priska dan Akwila tidak tinggal diam. Mereka berani mengambil risiko untuk menyelamatkan Paulus dari bahaya. Mereka menyembunyikan Paulus di rumah mereka dan melindunginya dari orang-orang jahat. Wow, hebat sekali, ya! Mereka benar-benar setia kepada Paulus dan Tuhan.

Sobat Junior, dari kisah Priska dan Akwila ini, kita bisa belajar untuk menjadi orang yang setia dalam melayani Tuhan. Kita bisa meniru contoh mereka yang rela mengorbankan diri demi membantu saudara-saudara yang sedang dalam kesulitan. Kita juga bisa membantu orang-orang yang belum mengenal Yesus untuk mendengar Injil dan percaya kepada-Nya.

Tuhan, terima kasih atas teladan Priska dan Akwila yang setia dalam melayani-Mu. Pimpinlah kami untuk menjadi seperti mereka, yang berani dan rela membantu orang lain demi kemuliaan-Mu. Amin.

Card image
Truth Youth 26 Februari 2024 (English Version) - CLEAN HEART
2024-02-26 10:36:36


"Do not repay anyone evil for evil. Be careful to do what is right in the eyes of everyone. If it is possible, as far as it depends on you, live at peace with everyone." (Romans 12:17-18)
Often when we watch movies, or even surf the internet, we feel happy and satisfied when a villain or a bad person receives bad karma due to their actions. There's a sense of satisfaction in our hearts. Especially if the person did something bad to us. We really want to see that person suffer or experience bad things. But it seems like that attitude is not what Jesus expects from us. However, when we reflect on the Word of God, especially in Romans 12:17-18, we can find a different guidance. This verse teaches us, "Do not repay anyone evil for evil. Be careful to do what is right in the eyes of everyone. If it is possible, as far as it depends on you, live at peace with everyone." It turns out, Jesus teaches us not to repay evil with evil.

The attitude of seeking revenge or feeling pleased to see others suffer is not in line with the teachings of Christ. Instead, we are invited to maintain what is good in the eyes of everyone and live in peace as far as possible. Speaking about 'maintaining what is good,' this might be a challenge in itself. We might think that justice must be served immediately, but God teaches us to keep our hearts and minds good, even in the face of difficulty. That could mean avoiding the intention to seek revenge or wishing ill upon others. Peace is something valued by God, and as teenagers who follow Him, we are called to live a life that brings peace to those around us. Although it's sometimes difficult, we can seek ways to resolve conflicts peacefully and reject the temptation to repay evil.

WHAT TO DO:
Continuously nurturing our hearts to not harbor hatred is an action that should be cultivated within us.

BIBLE MARATHON:
- Deuteronomy 12-15

Card image
Truth Youth 26 Februari 2024 - CLEAN HEART
2024-02-26 10:10:22


"Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!" (Roma 12:17-18)

Sering kali ketika kita menonton film, atau bahkan berselancar di internet, kita merasa senang dan puas ketika ada tokoh atau orang jahat yang terkena karma buruk akibat dari perbuatannya. Kayak ada sensasi kepuasan di dalam hati kita. Apalagi kalau orang yang berbuat jahat kepada kita. Pengen banget tuh rasanya melihat orang itu kena karma atau hal-hal yang buruk. Tapi kayaknya sikap tersebut bukan sikap yang Tuhan Yesus harapkan deh dari kita. Namun, ketika kita merenungkan Firman Tuhan, khususnya dalam Roma 12:17-18, kita dapat menemukan panduan yang berbeda. Ayat tersebut mengajarkan kita, “Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Pertahankanlah yang baik di mata semua orang. Jika mungkin, sejauh yang tergantung pada kamu, hiduplah dalam damai dengan semua orang.” Ternyata, Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.

Sikap membalas dendam atau merasa senang melihat kesengsaraan orang lain tidak sejalan dengan ajaran Kristus. Sebaliknya, kita diajak untuk mempertahankan yang baik di mata semua orang dan hidup dalam damai sejauh mungkin. Berbicara tentang ‘mempertahankan yang baik,’ mungkin ini adalah tantangan tersendiri. Kita mungkin berpikir bahwa keadilan harus segera terpenuhi, tetapi Tuhan mengajarkan kita untuk menjaga hati dan pikiran kita tetap baik, bahkan dalam menghadapi kesulitan. Itu bisa berarti menghindari niat untuk membalas dendam atau berharap buruk pada orang lain. Damai adalah sesuatu yang dihargai oleh Tuhan, dan sebagai anak-anak remaja yang mengikuti-Nya, kita dipanggil untuk menjalani hidup yang membawa damai kepada orang-orang di sekitar kita. Meskipun terkadang sulit, kita bisa mencari cara-cara untuk menyelesaikan konflik dengan damai dan menolak godaan untuk membalas kejahatan.

WHAT TO DO:
Menjaga hati kita untuk tidak menyimpan kebencian merupakan tindakan yang harus terbangun dalam diri kita terus menerus.

BIBLE MARATHON:
▪︎Ulangan 12 - 15

Card image
Renungan Pagi - 26 Februari 2024
2024-02-26 09:58:48


Banyak orang berpikir bahwa banyak memberi pasti akan rugi, karena harta atau kekayaan berkurang, itu adalah prinsip dunia!. Perhatikan apa yang firman Tuhan katakan; "Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan, tetapi orang yang menutup matanya akan sangat dikutuki."

Jadi prinsip memberi menurut dunia berbeda dengan prinsip Alkitab, yang justru mengajarkan kita untuk banyak memberi, bila ingin diberkati."Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan." Inilah kehidupan yang berbuah-buah menyimpan harta semata-mata untuk diri sendiri sama seperti saluran yang buntu tidak teralirkan atau tersumbat.

Keadaan ini seperti Laut Mati, yang dikenal sebagai laut terasin di dunia, karena terlalu asin, tidak ada makhluk hidup yang mampu bertahan di tempat ini, hanya bakteri tertentu saja yang bisa bertahan, oleh karena itu kita harus menggunakan berkat yang Tuhan berikan untuk menolong sesama yang membutuhkan pertolongan.
(Amsal 11:24; Amsal 28:27)

Card image
Quote Of The Day - 26 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-26 09:46:36


Komitmen untuk mengasihi Tuhan dimatangkan melalui peristiwa kehidupan setiap hari.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 26 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-26 09:44:36


Satu keyakinan bagi kita, bahwa hadirat Tuhan adalah tempat perteduhan dan hadirat-Nya adalah tempat perhentian. Kuatkan komitmen kita untuk hidup di hadirat-Nya sepanjang hari-hari kita.

Card image
LIVING UP CHRIST - 26 Februari 2024 {English Version)
2024-02-26 08:13:52


The more we understand the truth of God’s Word, the longer we live, the more we realize how tragic life is. Indeed, many life stories we experience allow us to comprehend the tragedy of life. The tragedy becomes complete when we observe the increasing wickedness of humanity, including those within the church. The tragedy of life makes us indebted; we are moved to lead as many people as possible into the Kingdom of Heaven in the short span of our lives and the remaining days. The world is experiencing an escalation of uncertain conditions. There is no hope for improvement in all aspects. Humanity strives to prosper. Experts attempt to prosper and advance society.

Technology is advancing, but do the technologies discovered contribute to prosperity? Or conversely, do they raise concerns because their impact makes factories unable to absorb human labor? Meanwhile, the land that needs to be cultivated is shrinking, and competition between nations continues unabated. Ideological conflicts are intensifying. One nation does not accept that another nation progresses, especially mighty nations or superpowers. As we can read in the newspapers, there is a cold war between groups. So, the world’s future cannot be better, especially for those living in a country or region with many problems. One problem still needs to be resolved, but the next one has already arisen. However, these things should not make us think pessimistically about facing the future; instead, we must think realistically.

Even if the world improves, how long can people enjoy it? So, this should make us feel indebted, especially to the servants of God, how we can take as many people as possible into the new heaven and earth. Beyond the blue sky is our hope, and this is not something made up or forced because, indeed, the Word of God teaches us not to focus on the world today. Col. 3:3-4 says, “For you have died, and your life is hidden with Christ in God. When Christ who is your life appears, you will also appear with him in glory.”

The question is, how much do we believe and dare to seek that glory? If Christ, who is our life, manifests Himself in the future, we will also manifest ourselves with Him in glory. The glory we must believe in now exists, even though it may seem like fantasy, like a dream, because it is so abstract. But isn’t that faith? Isn’t that what the Word of God teaches? Faith is the foundation of everything we hope for and the evidence of everything we do not see. Through faith, Abraham obeyed when called to go to a land he would later receive as his inheritance. So, Abraham went, wondering where he was going. He did not see. Abraham looked forward to the city with foundations designed and built by God. Where? Abraham did not know.

The challenge is, “If Christ is our life,” it means our lives are no longer ours; Christ must live within us, which is what we must strive for. Heavy problems crush us, but God educates us to prove whether Christ lives within us. Each of us faces trials and temptations to sin. Remember this: Christ is our life. So, if Jesus were alive today, how would He respond to every event, every occurrence we experience? Amid life’s tragedies, we want to be busy and engaged with God, that is, to improve ourselves and figure out how we can bring Christ to life in our lives. The Holy Spirit will help each one of us.

We have different personalities, and the Holy Spirit will help. Though we are from different tribes or even nations, it doesn’t become abstract because everyone surely experiences an encounter with the Holy Spirit within themselves. The life fruit of a person led by the Holy Spirit will be evident. Economically, we may be poor but won’t be poor in mentality.

We are genuinely broken people, far from the standard of God’s holiness. But the tragedy of life can be overcome by learning from the Holy Spirit and the Lord Jesus how to put on His character every day. Amazingly, the Lord uses every medium and life event to transform us, even from simple, trivial, and minor issues. No event does not have a spiritual blessing, an eternal blessing, a blessing to change us (Rom.8:28-29). But it depends on how focused we are.  

AMID THE TRAGEDY OF LIFE, WE WANT TO BE BUSY AND FOCUSED ON GOD, THAT IS, TO IMPROVE OURSELVES ON HOW TO LIVE UP CHRIST IN OUR LIVES. .

Card image
MENGHIDUPKAN KRISTUS - 26 Februari 2024
2024-02-26 08:11:52


Semakin kita mengerti kebenaran firman Tuhan dan sambil menjalani hidup panjang, semakin kita menghayati betapa tragisnya hidup ini. Tentu banyak kisah hidup yang kita jalani, di mana kita bisa menghayati tragisnya hidup. Ketragisan hidup ini semakin menjadi lengkap ketika kita melihat fenomena semakin jahatnya manusia; termasuk yang ada di dalam gereja. Tragisnya hidup ini membuat kita merasa berutang, bagaimana di singkat umur hidup kita, di sisa hari kita ini, kita bisa mengentaskan orang sebanyak mungkin masuk Kerajaan Surga. Dunia mengalami eskalasi atau peningkatan keadaan yang makin tidak menentu. Tidak ada harapan untuk semakin baik, dari segala aspeknya. Manusia berusaha untuk memakmurkan dirinya. Para ahli berusaha untuk memakmurkan masyarakat, memajukan masyarakat.

Teknologi berkembang, tetapi apakah teknologi yang ditemukan menambah kemakmuran? Atau sebaliknya, membangkitkan kekhawatiran karena dampak dari teknologi tersebut membuat pabrik tidak bisa menyerap tenaga manusia. Sementara lahan yang harus diolah makin sempit, persaingan antar negara juga tidak pernah makin surut. Pertentangan ideologi makin tajam. Bangsa yang satu tidak rela bangsa lain lebih maju, khususnya bangsa atau negara-negara adikuasa. Seperti yang kita bisa baca di koran, adanya perang dingin antara satu kelompok dengan kelompok lain. Jadi, masa depan dunia tidak bisa dikatakan lebih baik. Apalagi kita hidup di satu negara atau wilayah yang memiliki banyak masalah. Satu masalah belum selesai, muncul masalah berikut. Namun hal-hal ini tidak membuat kita berpikir pesimis menghadapi hidup ke depan, tetapi kita harus berpikir realistis.

Seandainya dunia membaik, berapa lama manusia dapat menikmatinya? Jadi ini yang seharusnya membuat kita merasa berutang, khususnya para pelayan Tuhan, bagaimana sebanyak mungkin menyeberangkan orang ke langit baru bumi baru. Di balik langit biru, itulah harapan kita. Ini bukan sesuatu yang diada-ada atau dipaksakan, karena memang firman Tuhan mengajarkan kita untuk tidak fokus pada dunia hari ini. Kolose 3:3-4 mengatakan, “Kamu sudah mati. Hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Jadi, jika Kristus yang adalah hidup kita menyatakan diri kelak, kita pun akan menyatakan diri bersama-sama dengan Dia di dalam kemuliaan.”

Pertanyaannya, seberapa kita percaya dan berani untuk mencari kemuliaan itu? Jika Kristus yang adalah hidup kita menyatakan diri kelak, kita pun akan menyatakan diri bersama-sama dengan Dia di dalam kemuliaan. Kemuliaan yang sekarang harus kita percayai, ada, walaupun seperti fantasi, seperti mimpi sebab begitu abstrak. Tetapi bukankah itu adalah iman? Bukankah itu yang diajarkan firman Tuhan? Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Karena iman, Abraham taat, ketika Abraham dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya. Lalu Abraham berangkat dengan tidak mengetahui tempat tujuannya. Dia tidak melihat. Abraham menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar yang direncanakan dan dibangun oleh Allah. Di mana? Abraham tidak tahu.

Yang berat adalah “jika Kristus adalah hidup kita,” berarti hidup kita bukan kita lagi, mesti Kristus yang hidup di dalam kita. Ini yang harus kita usahakan. Kita digilas dengan masalah-masalah berat, tapi di situlah kita dididik Tuhan untuk membuktikan apakah Kristus hidup di dalam diri kita atau tidak. Setiap kita pasti menghadapi pencobaan dan godaan untuk berbuat dosa. Ingat, ini: Kristus adalah hidup kita. Maka, seandainya Yesus hidup pada zaman sekarang, bagaimana Ia bersikap terhadap setiap peristiwa, setiap kejadian yang kita alami. Di tengah-tengah tragisnya hidup ini, kita mau sibuk dan asyik dengan Tuhan, yaitu untuk membenahi diri bagaimana kita bisa menghidupkan Kristus di dalam hidup kita. Roh Kudus akan menolong setiap kita.

Sebab masing-masing kita punya kepribadian atau personality yang berbeda-beda. Lalu bagaimana menjadi seperti Yesus? Orang Manado beda dengan orang Ambon, orang Ambon beda dengan orang Batak. Apalagi yang lain bangsa. Tetapi Roh Kudus akan menolong. Dan tidak menjadi abstrak, karena masing-masing orang pasti mengalami perjumpaan dengan Roh Kudus di dalam dirinya. Dan orang yang dipimpin Roh Kudus, buah hidupnya akan kelihatan. Secara ekonomi, kita mungkin miskin, tapi jangan miskin karakter, jangan miskin mental.

Kita adalah orang yang benar-benar rusak; jauh dari standar kesucian Allah. Tapi tragisnya hidup ini bisa kita tanggulangi dengan belajar dari Roh Kudus dan Tuhan Yesus; bagaimana mengenakan karakter-Nya setiap hari. Dan hebatnya, Tuhan memakai setiap media, setiap peristiwa kehidupan yang berlangsung untuk mengubah kita; dari perkara-perkara sederhana, sepele, perkara kecil sampai perkara besar. Tidak ada kejadian yang tidak memiliki berkat rohani, berkat kekal, berkat untuk mengubah kita (Rm. 8:28-29). Tapi tergantung seberapa kita fokus.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DI TENGAH-TENGAH TRAGISNYA HIDUP INI, KITA MAU SIBUK DAN ASYIK DENGAN TUHAN, YAITU UNTUK MEMBENAHI DIRI BAGAIMANA KITA BISA MENGHIDUPKAN KRISTUS DI DALAM HIDUP KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 Februari 2024
2024-02-26 08:09:25

Bilangan 7

Card image
Truth Junior 25 Februari 2024 - PAHLAWAN KECIL
2024-02-25 08:52:49


2 Korintus 8:23
“Titus adalah temanku yang bekerja bersama-sama dengan aku untuk kamu; saudara-saudara kami yang lain itu adalah utusan jemaat-jemaat dan suatu kemuliaan bagi Kristus.”

Ada seorang pemuda bernama Titus. Ia adalah orang yang setia dan bertanggung jawab. Titus berteman baik dengan Paulus. Mereka adalah teman yang sama-sama melayani Tuhan dan saling mendukung.

Titus dikenal karena setia. Setiap Titus pergi ke kota, pasti Titus selalu menjadi berkat karena selalu berbuat baik. Titus suka membantu orang yang membutuhkan, memberi makan orang yang lapar, dan memberikan dukungan kepada orang yang lemah. Karena kebaikan Titus saat melayani Tuhan, maka banyak orang yang sayang sama Titus.

Sobat Junior mau tidak, belajar dari Titus? Tapi harus setia dan bertanggung jawab dulu. Tahu tidak, “setia” itu artinya apa? Betul sekali, setia artinya selalu memegang janji atau tidak pernah meninggalkan teman, walaupun dalam keadaan susah. Misalnya saat teman kita merasa sedih karena kehilangan mainan favoritnya, kita bisa mendatangi dia dan membantu mencari mainannya yang hilang.

Begitu juga dengan bertanggung jawab, artinya kita mau melakukan tugas dan kewajiban dengan baik. Misalnya saja, ketika kita menjaga barang-barang milik sendiri. Bahkan saat kita menolong teman, kita sudah menjadi orang yang bertanggung jawab, loh. Karena, bertanggung jawab itu seperti menjadi pahlawan kecil yang selalu siap membantu dan melakukan yang terbaik.

Card image
Truth Kids 25 Februari 2024 - SETIA DAN BERTANGGUNG JAWAB
2024-02-25 08:48:25


2 Korintus 8:23
"Titus adalah temanku yang bekerja bersama-sama dengan aku untuk kamu; saudara-saudara kami yang lain itu adalah utusan jemaat-jemaat dan suatu kemuliaan bagi Kristus."

Setelah mengerti tentang kebenaran firman Tuhan, Rasul Paulus berkeliling banyak tempat untuk memberitakan Injil. Dalam pelayanannya, Rasul Paulus mendapat bantuan dari banyak orang, salah satunya bernama Titus. Titus adalah teman Paulus yang bekerja bersama-sama untuk jemaat yang ada di Korintus.

Sobat Kids, orang-orang yang melayani Tuhan bersama Rasul Paulus bukanlah sembarang orang. Titus merupakan orang yang setia dan bertanggung jawab dalam melakukan pelayanannya bersama Paulus. Dalam setiap tugas yang diberikan, ia mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Salah satu tugas Titus adalah memilih orang-orang yang taat untuk memimpin orang lain yang percaya pada Tuhan. Orang yang dipilih harus memiliki iman kepada Tuhan Yesus Kristus, hidup tertib, suka memberi, jujur, dan sanggup menasihati orang lain.

Sebelum Titus memilih dengan syarat-syarat itu, tentu ia sendiri juga harus sudah melakukan semuanya. Titus menunjukkan perbuatan-perbuatan yang baik, makanya ia dipilih Paulus untuk membantunya.

Sobat Kids, kita mau belajar dari tokoh Titus yang setia dan bertanggung jawab dalam melakukan tugasnya. Apa yang menjadi tugas Sobat Kids sekarang ini? Yuk, lakukan dengan setia dan bertanggung jawab.

Card image
Truth Youth 25 Februari 2024 (English Version) - THE QUALITY OF WORDS
2024-02-25 08:42:36


"But I say to you that for every idle word men may speak, they will give account of it in the day of judgment. For by your words you will be justified, and by your words you will be condemned." (Matthew 12:36-37)

Who here has never faced problems, conflicts, or felt angry towards others? Maybe with friends, companions, partners, or even older people than us. Many people, or maybe ourselves, when angry, tend to speak harsh words as a way to vent emotions. It may seem like it's not a big deal, right? Although we know it's not good, sometimes it feels like it has become a habit. However, friends, do we know that Jesus in Matthew 12:36-37 reminds us that every word we speak will be held accountable? Are the words we use in this world positive and constructive, or negative and not in line with the Father's will, all of that will be judged by God.

We might think that the most important thing is to be kind to others. However, words and deeds are actually two inseparable things. Jesus in verse 33 firmly states that good fruit comes from a good tree. Likewise, the opposite is true. We, as children of God, can be likened to a vehicle's side mirror. We not only bear the image and likeness of God, but we also become a way for others to see the nature and character of God like a side mirror. It's impossible for others to see the character of God if we ourselves do not reflect the thoughts and feelings of Christ. This is also reflected in every word we utter, even when someone behaves badly towards us. Our words are the fruit that others will see. Whether it's good or bad fruit, it all depends on the words we use. Idle words will never be a blessing to ourselves or others.

WHAT TO DO:
Let our words not be idle, but words that build up.

BIBLE MARATHON:
- Deuteronomy 9-11

Card image
Truth Youth 25 Februari 2024 - KUALITAS SEBUAH KATA-KATA
2024-02-25 08:39:30


"Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum." (Matius 12:36-37)

Siapa sih di sini yang tidak pernah menghadapi masalah, berselisih, atau merasa marah terhadap orang lain? Mungkin dengan teman, sahabat, pasangan, atau bahkan orang yang lebih tua dari kita. Banyak orang, atau mungkin diri kita sendiri, ketika sedang marah, kita cenderung mengucapkan kata-kata kasar sebagai cara untuk melampiaskan emosi. Kelihatannya hal itu bukanlah suatu hal yang besar, bukan? Meskipun kita tahu bahwa itu tidak baik, kadang terasa seperti sudah menjadi kebiasaan. Namun, teman-teman, tahukah kita bahwa Tuhan Yesus dalam Matius 12:36-37 mengingatkan kita bahwa setiap kata yang kita ucapkan akan diminta pertanggungjawabannya. Apakah kata-kata yang kita gunakan di dunia ini bersifat positif dan membangun, ataukah bersifat negatif yang tidak sesuai dengan kehendak Bapa, semua itu akan dihakimi oleh Tuhan.

Mungkin saja kita berpikir bahwa yang paling penting adalah kita bersikap baik terhadap orang lain. Namun, perkataan dan perbuatan sebenarnya adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Tuhan Yesus pada ayat ke-33 dengan tegas mengatakan bahwa buah yang baik pasti berasal dari pohon yang baik. Begitu juga sebaliknya. Kita sebagai anak-anak Tuhan dapat diibaratkan sebagai sebuah spion kendaraan. Kita tidak hanya menjadi gambar dan rupa Allah, tapi kita juga menjadi jalan bagi orang lain untuk dapat melihat sifat dan karakter Allah seperti kaca spion. Tidak mungkin orang lain dapat melihat karakter Allah jika kita sendiri tidak mencerminkan pikiran dan perasaan Kristus. Hal ini juga tercermin dari setiap kata-kata yang kita keluarkan, even ketika ada seseorang yang bersikap jahat kepada kita. Perkataan kita adalah buah yang akan dilihat oleh orang lain. Apakah itu buah yang baik atau buruk, semuanya tergantung pada kata-kata yang kita gunakan. Perkataan yang sia-sia tidak akan pernah menjadi berkat bagi diri kita sendiri maupun orang lain.

WHAT TO DO:
Biarlah perkataan kita tidak sia-sia, tetapi perkataan yang membangun.

BIBLE MARATHON:
▪︎Ulangan 9 - 11

Card image
Renungan Pagi - 25 Februari 2024
2024-02-25 08:37:42


Setiap yang melayani Tuhan wajib hidup sesuai firman Tuhan, harus berjuang untuk hidup kudus sehingga apa yang kita lakukan berkenan di hadapan Tuhan. Bila melayani Tuhan namun hidup tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, maka itu sama artinya hidup tidak memuliakan Tuhan, dan juga dapat menjadi batu sandungan bagi orang lain yang melihat hidup kita.

Janganlah hanya terlihat sebagai orang kudus ketika ada di gereja dan melayani pekerjaan Tuhan, tetapi berkomitmen sungguh menyerahkan hidup bagi kemuliaan nama Tuhan, jangan biarkan perkara-perkara yang negatif berakar kuat dalam diri kita, jangan hidup didalam dosa yang membawa pada kebinasaan.

Tuhan sungguh ingin memakai hidup kita melakukan pekerjaan besar bagi DIA dan Tuhan ingin menjadikannya perkakas yang mulia dalam Rumah-Nya, tetapi kita harus berjuang hidup dalam kehendak Tuhan, hidup dalam kesucian. "Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia."
(2 Timotius 2:21)

Card image
Quote Of The Day - 25 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-25 08:35:42


Dalam kenyataan hidup dapat dibuktikan bahwa kasih kepada Tuhan bertumbuh melalui peristiwa dan pengalaman hidup yang dialami seseorang.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 25 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-25 08:33:46


Dalam kebersamaan dengan Sang Pencipta, kita menemukan arti sejati hidup dan cahaya yang mengarahkan kita pada kebahagiaan sesungguhnya bersama Bapa.

Card image
AWAITED BY THE LORD - 25 Februari 2024
2024-02-25 08:32:16


Ironically, many Christians are uncertain whether they can encounter the Lord. This is wrong thinking. In truth, every individual can become a vessel of God; the Holy Spirit can dwell within our lives, enabling us to directly interact with the Lord. The Word of God states in Isaiah 59 that sin hinders our relationship with God. If someone's life is not clean, his soul is sick, which makes us unwilling to pray, even if we pray we can't do it for long, it's like breaking up a relationship. Now let's realize that we have access to meet our Father in heaven.

Let us make our homes a holy sanctuary for the Lord, not just our hearts. When we come before the Lord every day, that's where we are prompted to commune with Him throughout our life's journey, from minute to minute, hour to hour, day to day, week to week, month to month, year to year, until we close our eyes. Honestly, many believers have lost touch with the Lord, yet He still protects them. Because the Word says, "Even if we are faithless, He remains faithful." But until when? The Lord often waits for us. However, we may not know or act as if we don't know that the Lord is waiting. He wants us to meet Him, not just to solve our material, economic, health, work, spouse, or children's needs. Not only that, but the encounter with God changes our lives so that we become worthy of the Kingdom of Heaven.

Because it is impossible for someone to be worthy of being a member of God's Kingdom family without coming into contact with Him. In our encounter with the Lord, He advises, educates, and imparts His spirit to us. How precious this opportunity is. So, let there be not a single day where we do not meet with the Lord. Start doing this from now on. The Lord opens our access to come to Him. That is one of our steps in interacting with the Lord. Because after encountering Him, we want to walk with the Lord. The problem is, do we question this?

Does the church truly transform the lives of its congregation, making them truly enter heaven, or is it just a mere liturgy and routine? Where the congregation doesn't get significant benefits. Yes, perhaps they remain Christians, but what does that mean? Actually, those who come to church should be led to true salvation. That becomes our burden as servants of the Lord. It's no longer about looking for a salary or getting honor. But if they; the congregation does not obey, surely the servants of the Lord are not guilty before the Lord.

So, starting from today, seek the Lord, don't be the same as yesterday. Don't take it lightly and say, "I'm fine." Don't be busy with unnecessary things, and don't sin anymore. We cannot change without encountering the Lord. We certainly know ourselves, our weaknesses, the tendencies of our hearts, and our fleshly desires. But by sitting silently at the feet of the Lord as much as possible, we change because the extraordinary influence of the Lord's presence. We must continue to stimulate and experience the presence of the Lord. So, we must seriously want to walk with the Lord.

We must work hard, earn a living diligently, study diligently, but the hope of our lives is in the presence of the Lord. This is our life's harbor. Starting from morning prayers, and then realizing that we are walking with the Lord. The phrase of the Lord's Prayer, "Your Kingdom come," "Your will be done on earth as it is in heaven," indicates that our lives are always connected to heavenly life. So we must come before the Kingdom of Heaven. Many unspoken experiences occur when we pray, and that gives us a strong atmosphere of the Kingdom of Heaven descending into our lives.

Our pleasures with the things of the world are eroded. Our disgust with sin grows. What we used to enjoy, is now disgusting. Shame, if we remember what we did, shame on the behavior of hatred, revenge, and all unclean things. When the atmosphere of the Kingdom of God is present, we can connect with the Kingdom of Heaven naturally. Each of us is awaited by the Lord, because God loves us. God does not want anyone to perish. Without an encounter with God, our Christianity is false.

An encounter with God will make our lives fulfilling, and the Lord, Emmanuel, promises us that we can meet the Heavenly Father, for Jesus is the way. Until we close our eyes, until we are in heaven, we live in the presence of God. Don't be stubborn; change our life routines. No matter how great we want to be, in the end, it's tragic. However, one day, all our suffering will end. What we anticipate is only a new heaven and a new earth. The Lord must be everything in our lives, not just something we talk about, not just preached, but experienced.

EACH OF US IS AWAITED BY THE LORD, BECAUSE THE LORD LOVES US.

Card image
DITUNGGU TUHAN - 25 Februari 2024
2024-02-25 08:06:55


Ironis, banyak orang Kristen yang tidak yakin bahwa dirinya bisa menemui Tuhan. Ini adalah pikiran yang salah. Sejatinya, setiap individu bisa menjadi bait Allah, Roh Kudus bisa diam di dalam hidup kita, sehingga kita bisa berinteraksi langsung dengan Tuhan. Firman Tuhan mengatakan di Yesaya 59 bahwa dosa yang menghalangi hubungan kita dengan Allah. Kalau orang hidupnya tidak bersih, jiwanya sakit, itu yang membuat kita tidak ingin berdoa, kalaupun berdoa tapi tidak sanggup lama, seperti putus hubungan. Sekarang mari kita sadar bahwa kita punya akses menjumpai Bapa di surga.

Buatlah rumah kita menjadi ruang kudus Tuhan, bukan hanya hati kita. Ketika kita datang menghadap Tuhan setiap hari, di situlah kita dirangsang untuk bergaul dengan Tuhan di dalam perjalanan hidup kita dari menit ke menit, jam ke jam, hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, tahun ke tahun, sampai kita menutup mata. Sejujurnya, banyak orang percaya yang putus hubungan dengan Tuhan, tapi Tuhan masih melindungi mereka. Karena Firman mengatakan, “Walaupun kita tidak setia, Dia tetap setia.” Tapi sampai kapan? Tuhan sering menunggu kita. Namun, kita tidak tahu atau bersikap tidak tahu kalau Tuhan menunggu. Dia ingin kita bertemu dengan-Nya, bukan sekadar supaya masalah pemenuhan kebutuhan jasmani, ekonomi, kesehatan, pekerjaan, jodoh, anak, bisa diselesaikan. Bukan sekadar itu, melainkan perjumpaan dengan Tuhan itu menggarap kehidupan kita supaya kita menjadi layak bagi Kerajaan Surga.

Sebab tidak mungkin seseorang bisa layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah tanpa bersentuhan dengan Dia. Dalam perjumpaan kita dengan Tuhan, Ia menasihati, mendidik, mengimpartasi spirit-Nya kepada kita. Betapa berharganya kesempatan ini. Jadi, jangan ada satu hari pun di mana kita tidak berjumpa dengan Tuhan. Lakukan ini mulai sekarang. Tuhan membuka akses kita datang kepada-Nya. Itu salah satu dari langkah kita berinteraksi dengan Tuhan. Sebab setelah ada perjumpaan dengan-Nya, kita mau berjalan dengan Tuhan. Masalahnya, apakah kita mempersoalkan hal ini?

Apakah gereja benar-benar mengubah hidup jemaat, membuat jemaatnya benar-benar masuk surga, atau hanya sebuah liturgi dan rutinitas belaka? Di mana jemaat tidak mendapatkan manfaat yang signifikan. Ya, mungkin mereka tetap menjadi orang Kristen, tapi apa artinya itu? Sebenarnya, orang yang datang ke gereja harus dibawa kepada keselamatan yang sejati. Itu menjadi beban kita sebagai pelayan Tuhan. Sudah bukan lagi untuk mencari gaji atau untuk mendapat kehormatan. Tetapi kalau mereka tidak menurut, tentu para hamba Tuhan tidak bersalah di hadapan Tuhan.

Maka, mulai hari ini carilah Tuhan, jangan sama seperti kemarin lagi. Jangan anggap enteng dan berkata, “Saya aman-aman saja, kok.” Jangan sibuk untuk hal-hal yang tidak perlu dan jangan lagi berbuat dosa. Kita tidak bisa berubah tanpa perjumpaan dengan Tuhan. Kita tentu mengenal diri kita, kelemahan-kelemahan, kecenderungan-kecenderungan hati dan nafsu daging kita. Tapi dengan duduk diam sebanyak-banyaknya di kaki Tuhan, kita berubah sebab luar biasa pengaruh hadirat Tuhan itu. Kita harus terus merangsang dan menghayati kehadiran Tuhan. Maka, kita harus serius mau berjalan dengan Tuhan.

Kita harus kerja keras, mencari nafkah dengan giat, belajar yang tekun, tapi pengharapan hidup kita ada di hadirat Tuhan. Inilah pelabuhan hidup kita. Dimulai dari doa pagi, lalu setelah itu menghayati bahwa kita berjalan dengan Tuhan. Kalimat Doa Bapa Kami, “Datanglah Kerajaan-Mu,” “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga” mengisyaratkan bahwa kehidupan kita selalu terhubung dengan kehidupan surga. Jadi kita mesti datang menghadap Kerajaan Surga. Banyak pengalaman yang tak terucapkan waktu kita berdoa dan itu memberikan kita atmosfer yang kuat dari Kerajaan Surga turun dalam hidup kita.

Kesenangan-kesenangan kita dengan perkara dunia terkikis. Kejijikan kita terhadap dosa tumbuh. Yang dulu kita nikmati, sekarang menjijikkan. Malu, kalau kita ingat apa yang kita lakukan, malu dengan perilaku kebencian, dendam, dan segala hal yang najis. Ketika atmosfer Kerajaan Allah itu hadir, kita bisa terhubung dengan Kerajaan Surga secara alami. Setiap kita ditunggu Tuhan, dinantikan Tuhan, karena Tuhan sayang kita. Tuhan tidak menghendaki seorang pun binasa. Tanpa perjumpaan dengan Tuhan, kekristenan kita palsu.

Perjumpaan dengan Allah akan membuat hidup kita berisi, dan Tuhan, sang Imanuel, menjanjikan kita bisa bertemu Bapa di surga, sebab Yesuslah jalannya. Sampai menutup mata, sampai kita di surga, kita hidup di hadirat Allah. Jangan keras kepala, ubahlah rutinitas hidup kita. Kita mau hebat sebagaimanapun, akhirnya tragis. Namun, suatu hari, semua penderitaan kita akan berakhir. Yang kita nantikan hanya langit baru dan bumi baru. Tuhan harus menjadi segalanya dalam hidup kita, yang bukan sekadar kita percakapkan, bukan hanya dikhotbahkan, melainkan kita alami.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SETIAP KITA DITUNGGU TUHAN, DINANTIKAN TUHAN, KARENA TUHAN SAYANG KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 Februari 2024
2024-02-25 05:20:36

Bilangan 5-6

Card image
Truth Kids 24 Februari 2024 - BERANI MEMILIH YANG BENAR
2024-02-24 16:09:35


Matius 27:58
"Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. Pilatus memerintahkan untuk menyerahkannya kepadanya."

Sobat Kids mungkin tidak asing dengan nama Yusuf didalam Alkitab. Ada kisah Yusuf yang dimasukkan ke dalam sumur dan dijual ke Mesir oleh saudaranya. Ada juga kisah Yusuf yang menjadi ayah bagi Yesus. Namun, ada satu lagi kisah seorang bernama Yusuf yang berhubungan dengan kisah Tuhan Yesus. Tepatnya, saat Yesus mati disalib.

Seorang kaya bernama Yusuf dari Arimatea datang kepada Pilatus. Yusuf meminta agar mayat Yesus bisa dia kuburkan.

Tindakan Yusuf dari Arimatea ini adalah sebuah tindakan yang berani. Dia tidak peduli omongan jelek dari orang lain. Saat itu, banyak orang menganggap Yesus sebagai penjahat yang disalib. Namun, Yusuf tetap percaya kalau Yesus adalah Juruselamat.

Sobat Kids, keberanian dari Yusuf perlu kita contoh. Walaupun orang sekitar kita berbuat dosa, kita harus berani memilih yang benar seperti Yusuf. Yang penting adalah apakah perbuatan kita membuat Tuhan Yesus senang atau tidak.

Card image
Truth Junior 24 Februari 2024 - BERBUAH BAIK
2024-02-24 16:07:39


Matius 27:58
“Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. Pilatus memerintahkan untuk menyerahkannya kepadanya.”

Yusuf dari Arimatea adalah seorang pria yang penuh keberanian. Walaupun sedang kesusahan, hatinya tetap menghormati Tuhan Yesus. Waktu itu Tuhan Yesus adalah Guru yang sangat dihormati Yusuf. Setelah Tuhan Yesus disalibkan dan meninggal dunia, Yusuf berani, loh, mengambil keputusan yang mungkin banyak orang tidak setuju. Waktu itu Yusuf memutuskan untuk menguburkan mayat Tuhan Yesus di tempat yang layak dan penuh hormat.

Wah, tindakan berani Yusuf dari Arimatea ini menjadi bukti kalau keberanian untuk berbuat baik bisa membuat kita tidak punya rasa takut. Bahkan kita akan terus maju, walaupun orang lain tidak setuju sama kita.

Sobat Junior, pernah jugakah punya pengalaman seperti Yusuf dari Arimatea? Misalnya, ketika selesai makan, apakah Sobat Junior mau membersihkan sendiri meja dari sisa-sisa makanan? Padahal teman-teman yang lain tidak mau membersihkan meja setelah selesai makan. Tapi karena kita mau belajar berani mengambil keputusan yang baik, kita tetap lakukan walaupun teman-teman kita memilih keputusan yang kurang baik.

Kisah Yusuf dari Arimatea mengajarkan kita supaya kita berdiri teguh untuk nilai-nilai yang baik dan benar. Yusuf menjadi contoh kalau keberanian untuk bertindak yang baik akan berbuah baik juga.

Card image
Truth Youth 24 Februari 2024 (English Version) - THE TRUE FORGIVENESS
2024-02-24 15:05:46


"Do not repay evil for evil or reviling for reviling, but on the contrary, bless, for to this you were called, that you may obtain a blessing." (1 Peter 3:9-10)

Have you ever claimed to have forgiven someone, but when you meet at an event or pass by somewhere, you ignore them and refuse to greet them? It's okay, but let's not do it again. True forgiveness is when forgiveness is proven by action, not just words that come out of our mouths. What's the point of saying we have forgiven them if there is no change in the real world? That is when we meet them. What comes out of our mouths should also be what we do. Forgiveness like this indeed requires a long process, but when we succeed in doing it, we will indirectly become accustomed to living in this rhythm of life.

When we have successfully lived with true forgiveness, we will get used to interacting peacefully and properly with anyone. 1 Peter 3:9 tells us not to repay evil with evil and so on; this verse is Peter's call for us to forgive our fellow human beings properly and not to retaliate. If we want to live peacefully on this earth, we should also have good relationships with others. No matter how small our problems with others are, let's resolve them as a family. As long as there is an opportunity given to us, let's use it wisely. Let's not regret that when the time comes and we can't meet anymore, leaving behind only unpleasant memories.

If Jesus could forgive those who acted wickedly towards Him, can't we? We should be able to do it too, although not as smoothly as Jesus did, but we are in the process of becoming better, in the process of forgiving others and treating them fairly.

WHAT TO DO:
1. Forgive others properly and treat them fairly.
2. Forgive others and prove our forgiveness through real actions.

BIBLE MARATHON:
- Deuteronomy 5-8

Card image
Truth Youth 24 Februari 2024 - THE TRUE FORGIVENESS
2024-02-24 15:03:17


"Dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat." (1 Ptr. 3:9-10)

Siapa saja dari kita yang mengaku telah mengampuni seseorang, tetapi ketika bertemu di sebuah acara atau berpapasan di suatu tempat, kita malah membuang muka dan tidak mau bertegur sapa? Tidak apa-apa, tetapi jangan melakukannya lagi. Pengampunan yang benar adalah ketika pengampunan itu terbukti dari sebuah tindakan, bukan hanya ucapan yang keluar dari mulut saja. Untuk apa kita mengatakan kita telah mengampuni mereka, tetapi ternyata tidak ada perubahan yang terjadi di dunia nyata? Yaitu ketika kita bertemu dengan mereka. Hendaknya, apa yang keluar dari mulut kita, itu juga yang kita lakukan. Pengampunan semacam ini memang membutuhkan proses panjang, tetapi ketika kita berhasil melakukannya maka kita secara tidak langsung akan terbiasa dengan irama hidup seperti ini.

Ketika kita sudah berhasil hidup dengan pengampunan yang benar, kita akan terbiasa untuk berinteraksi dengan siapa pun dengan damai dan benar. 1 Petrus 3:9 mengatakan bahwa janganlah kita membalas kejahatan dengan kejahatan dan sebagainya, ayat ini adalah ajakan Petrus agar kita dapat mengampuni sesama kita dengan sepatutnya dan agar kita tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Jika kita ingin hidup dengan damai di bumi ini, hendaknya kita pun memiliki hubungan yang baik dengan sesama. Sekecil apa pun masalah yang kita punya dengan orang lain, segeralah diselesaikan secara kekeluargaan. Selagi masih ada kesempatan yang diberikan kepada kita, maka gunakanlah kesempatan itu dengan baik. Jangan sampai kita menyesal, bahwa ketika waktunya tiba dan kita tidak dapat bertemu lagi sehingga semua hanyalah tinggal memori yang tidak mengenakkan.

Jika Yesus pun dapat mengampuni orang-orang yang berlaku jahat kepada-Nya, apakah kita tidak bisa? Seharusnya kita pun bisa melakukannya, walau tidak semulus yang Yesus lakukan, tetapi kita berproses untuk menjadi lebih baik lagi, berproses untuk dapat mengampuni sesama dan berlaku adil terhadap mereka.

WHAT TO DO:
1. Mengampuni sesama dengan benar dan berlaku adil terhadap mereka.
2. Mengampuni sesama dan membuktikan pengampunan kita lewat tindakan nyata.

BIBLE MARATHON:
▪︎Ulangan 5-8

Card image
Renungan Pagi - 24 Februari 2024
2024-02-24 06:27:28


Dalam kehidupan sebagai orang percaya, ketika menerima kasih karunia pengampunan dosa, penebusan oleh Darah Anak Domba dan keselamatan jiwa, seharusnya sudah tahu bahwa hidup kita di dunia sementara, ada kehidupan kekal menanti di Kerajaan Bapa. Tetapi banyak yang terbuai dengan keselamatan yang sudah diterima dan janji hidup dalam kekekalan bersama Tuhan, namun tidak ada niat untuk bertobat dan tidak ada tekad untuk berubah, menanggalkan manusia lama yang akan binasa dalam dosa.

Merasa sudah selamat dan sudah diampuni, sehingga dapat hidup suka-sukanya sendiri, lalu percaya ketika kematian menjemput, maka surga menanti mereka. Jika masih memiliki pemikiran demikian dan melakukan semua hal itu, maka sesungguhnya kita sedang disesatkan oleh setan.

Sebab keselamatan memang cuma-cuma diberikan, Kristus telah membayar lunas dengan Darah-Nya, tetapi memelihara keselamatan itu sampai akhir hidup, maka kita pun harus membayar harganya, dengan menanggalkan manusia lama yang hidup dalam daging dan mulai mengenakan hidup baru dalam pimpinan Roh Kudus.

Janganlah mengeraskan hatimu, dengan pura-pura tidak tahu, tetap menikmati dunia dan segala hawa nafsu dan keinginannya, lalu mau masuk Kerajaan Surga!, milikilah kepekaan terhadap suara Roh Kudus!, segera bertobat dan hidup benar. *"Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia"*. Dan Alkitab menegaskan juga; "Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi!. Ada di antara kamu yang tidak mengenal Allah. Hal ini kukatakan, supaya kamu merasa malu."

Rasul Paulus tegas mengingatkan, jangan sampai kita pikir kita sudah selamat, padahal kita masih tersesat, karena kita tidak mengenal Allah dengan benar, yang artinya kita tidak menghargai kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus dan menganggap rendah keselamatan yang telah diberikan-Nya pada kita. Marilah kita bertobat karena kedatangan-Nya semakin dekat.
(1 Korintus 15:34; Kolose 2:6)

Card image
Quote Of The Day - 24 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-24 06:25:02


Kehadiran seseorang atau sesuatu dalam hidup dan hati kita, seharusnya untuk kesukaan-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 24 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-24 06:24:02


Berkodrat ilahi mengajarkan kita untuk menjadi manusia yang penuh belas kasihan, memberikan cinta dan perdamaian kepada sesama.

Card image
ABSOLUTENESS - 24 Februari 2024 (English Version)
2024-02-24 06:22:41


If the Lord Jesus teaches us the Lord's Prayer, "Your Kingdom come," it means we must bring the reign of God into our lives, and this is an absoluteness; it cannot be avoided. For a life without the presence of God's reign means rebellion. It means living outside of communion with God, being outside of God's authority. Therefore, living within God's reign is truly absolute. "Your Kingdom come," followed by the phrase "Your will be done on earth as it is in heaven." Let us honestly examine our lives, whether we have truly brought this reign of God into our lives.

With the coming of the Lord Jesus Christ on this earth and our acceptance of salvation in Him, then the opportunity to bring this reign of God arises. Looking at the life of the nation of Israel, they were under the reign of God as a community, led by a leader; such as Moses, Joshua, or the judges. But in the life of Christians, the reign of God can happen or continue within each individual's life. This is the vision and mission of God the Father brought and carried by the Lord Jesus. The sin that separates the relationship between God and humanity is resolved by Jesus by bearing it on the cross, paying it with His sacrifice, suffering, blood, and death. Thus, the broken relationship between God the Father and the individual can be reconciled.

That's why in the life of Christians, priests are no longer needed as in the Old Testament, the people of Israel. Because every believer is a priesthood, which can mean elders or servants. In the Old Testament, there were priests who could act as mediators between Elohim Yahweh and the people, but in the New Testament, there is no need for that. Our High Priest is only one, the Lord Jesus Christ, who becomes the mediator between us as individuals and God. This is extraordinary. Imagine, the society of Israel in the Old Testament, they regarded God as distant. No one could meet God, only the high priest, and that too once a year in the Holy of Holies.

But the coming of Jesus saved us and could reconnect the relationship between God and humanity. And it can create a direct interaction between God and humanity. That's why He is called Immanuel, God with us. In Genesis 3:8 we read, God visited His children. Apparently, the Lord as a friend, as a Father, visited Adam. But Adam, who fell into sin, did not dare to face God, he hid. So God had to call out to Adam, "Where are you?" And after that, Adam was expelled from the garden (in the original text, divorced). Since then, humans cannot interact directly with God.

The coming of the Lord Jesus Christ gives humanity access to meet God. So the Lord's Prayer, which says, "Your Kingdom come," can take place in our lives. The problem is, have we brought the Kingdom of God into our lives? What kind of life is that? Many Christians are so fluent in saying the words "the Lord's Prayer," but have they truly experienced the realization of the content of "the Lord's Prayer"? Because in the Lord's Prayer, there is good news that humans can meet God individually, each individual can feel the presence of the Kingdom of God in their lives.

Are we aware that God transcends everything? An indescribable grace, an invaluable blessing, the greatness above all greatness. If we are allowed to have access to meet God, to socialize with Him, to walk with Him, how amazing that is. But we see the reality that Christianity has become nothing more than a religion with ceremonial attributes, rituals, liturgies. Then indirectly emerge figures considered as spiritual leaders, called priests, who seem to, through these figures, the congregation can relate to God. As if these figures are special people who have a special place to meet God, while the congregation does not. This is a deception and at the same time stupidity.

It's not that we shouldn't ask for prayers—we should indeed pray for each other—but let's not give the impression that we don't have direct access to meet God. In the end, we have a mental block, unable to pray, unable to reach out to God, not making time to interact with God. However, each of us must be independent from humans and dependent on God. Don't let us be dependent on humans and independent of God. We must depend on God, and not depend on humans.

WE MUST PRESENT GOD'S REIGN IN OUR LIVES, FOR THIS IS AN ABSOLUTENESS.

Card image
KEMUTLAKAN - 24 Februari 2024
2024-02-24 06:19:38


Kalau Tuhan Yesus mengajarkan kita Doa Bapa Kami, “Datanglah Kerajaan-Mu,” berarti kita harus menghadirkan pemerintahan Allah atas hidup kita, dan ini adalah satu kemutlakan; tidak boleh dihindari. Sebab kehidupan tanpa dihadiri pemerintahan Allah berarti pemberontakan. Itu berarti hidup di luar persekutuan dengan Allah, ada di luar otoritas Allah. Jadi, hidup di dalam pemerintahan Allah adalah suatu hal yang benar-benar mutlak. “Datanglah Kerajaan-Mu,” yang kemudian disusul dengan kalimat "Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga." Mari kita jujur melihat hidup kita masing-masing, apakah kita sungguh-sungguh telah menghadirkan pemerintahan Allah tersebut di dalam hidup kita?

Dengan kedatangan Tuhan Yesus Kristus di bumi ini dan kita menerima keselamatan di dalam Dia, maka terbuka kesempatan untuk menghadirkan pemerintahan Allah tersebut. Kalau kita melihat kehidupan bangsa Israel, mereka ada dalam pemerintahan Allah secara komunitas, dipimpin oleh seorang pemimpin; seperti Musa, Yosua, atau hakim-hakim. Tetapi di dalam kehidupan orang Kristen, pemerintahan Allah bisa terjadi atau berlangsung atas setiap kehidupan individu. Inilah visi dan misi dari Allah Bapa yang dibawa dan diemban oleh Tuhan Yesus. Dosa yang memisahkan hubungan antara Allah dan manusia diselesaikan oleh Yesus dengan memikulnya di kayu salib, membayarnya dengan pengurbanan, penderitaan, darah dan kematian-Nya. Sehingga hubungan yang putus antara Allah Bapa dan individu, bisa dipertemukan.

Itulah sebabnya dalam kehidupan orang Kristen, tidak lagi dibutuhkan imam-imam seperti dalam umat Perjanjian Lama, bangsa Israel. Karena setiap orang percaya adalah imamat-imamat, yang bisa berarti hulubalang-hulubalang atau pelayan-pelayan. Kalau di Perjanjian Lama ada imam-imam yang bisa menjadi perantara antara Elohim Yahweh dengan umat, namun di Perjanjian Baru tidak perlu ada. Imam besar kita hanya satu, Tuhan Yesus Kristus, yang menjadi perantara antara kita secara individu dengan Allah. Ini luar biasa. Bayangkan, masyarakat Israel pada Perjanjian Lama, mereka memandang Allah seperti pungguk merindukan bulan. Tidak ada yang bisa menemui Allah, hanya imam besar, itu pun setahun sekali di ruang maha suci. 

Tetapi kedatangan Yesus menyelamatkan kita, dan dapat menghubungkan kembali hubungan antara Allah dan manusia. Dan bisa membuat sebuah interaksi langsung antara Allah dan manusia. Itulah sebabnya Ia disebut Imanuel, Allah beserta kita. Dalam Kejadian 3:8 kita membaca, Allah mengunjungi anak-anak-Nya. Rupanya, Tuhan sebagai sahabat, sebagai Bapa, mengunjungi Adam. Tetapi Adam, yang jatuh dalam dosa, tidak berani berhadapan dengan Allah, ia bersembunyi. Sehingga Allah harus memanggil-manggil Adam, "Di manakah engkau?" Dan setelah itu, Adam dihalau dari taman (dalam teks aslinya, diceraikan). Sejak itu, manusia tidak bisa berinteraksi langsung dengan Allah.

Kedatangan Tuhan Yesus Kristus memberi akses manusia untuk menemui Allah. Sehingga Doa Bapa Kami yang berbunyi, "Datanglah Kerajaan-Mu" dapat berlangsung di dalam hidup kita. Masalahnya, apakah kita telah menghadirkan Kerajaan Allah itu di dalam hidup kita? Kehidupan macam apa itu? Banyak orang Kristen begitu fasih mengucapkan kalimat "Doa Bapa Kami," namun apakah mereka benar-benar telah mengalami realisasi dari isi "Doa Bapa Kami" itu? Sebab di dalam Doa Bapa Kami ada kabar baik bahwa manusia bisa menjumpai Allah per individu, setiap individu bisa merasakan kehadiran Kerajaan Allah di dalam hidupnya.

Sadarkah kita bahwa Allah itu melampaui segala sesuatu? Anugerah yang tiada terkatakan, berkat yang tak ternilai, kedahsyatan di atas segala kedahsyatan. Kalau sampai kita diperkenan memiliki akses bertemu dengan Tuhan, bergaul dengan Dia, berjalan dengan Dia, betapa itu luar biasa. Tetapi kita melihat kenyataan bahwa kekristenan telah menjadi tidak lebih seperti agama dengan atribut seremonial, ritual, liturgi. Lalu secara tidak langsung muncul tokoh-tokoh yang dianggap sebagai pemimpin rohani, yang disebut rohaniwan, yang seakan-akan melalui sosok-sosok itu, umat bisa berhubungan dengan Allah. Seakan-akan sosok-sosok ini adalah orang-orang istimewa yang mendapat tempat khusus untuk menjumpai Tuhan, sedangkan jemaat tidak. Ini merupakan sebuah penyesatan dan sekaligus pembodohan.

Bukan tidak boleh minta didoakan—kita memang harus saling mendoakan—tapi jangan sampai ada kesan bahwa kita tidak memiliki akses langsung bertemu Tuhan. Akhirnya, kita memiliki mental block, tidak mampu berdoa, tidak mampu menjangkau Allah, tidak menyediakan waktu berinteraksi dengan Tuhan. Padahal setiap kita harus independent dari manusia dan dependent terhadap Tuhan. Jangan sampai kita dependent kepada manusia, dan independent terhadap Tuhan. Kita harus bergantung kepada Tuhan, dan tidak bergantung kepada manusia.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS MENGHADIRKAN PEMERINTAHAN ALLAH HIDUP KITA, SEBAB INI ADALAH SATU KEMUTLAKAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 Februari 2024
2024-02-24 06:15:03

Bilangan 3-4

Card image
Truth Kids 23 Februari 2024 - PEDULI SESAMAKU
2024-02-23 10:49:44


Kisah Para Rasul 11:23
"Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah, bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan,"

Sobat Kids, kepedulian adalah bentuk kasih kita kepada orang lain. Kepedulian tidak selalu berbentuk pemberian barang atau uang kepada orang yang kita kasihi atau orang yang membutuhkan. Barnabas menunjukkan kepedulian dengan cara saling menasihati atau memberikan semangat kepada orang lain.

Nah, coba lihat sekeliling kalian. Adakah orang-orang di sekitar kalian? Apakah kalian sudah memperhatikan dan mengasihi mereka? Ayo, tunjukkan kasih Tuhan dengan cara mengasihi orang-orang yang ada di sekitar kita.

Card image
Truth Junior 23 Februari 2024 - DENGARKAN NASIHAT
2024-02-23 10:47:58


Kisah Para Rasul 11:23
“Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah, bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan,”

Siapa yang sayang sama mama dan papa? Tapi kalau sayang sama mama dan papa, harus ada buktinya. Kira-kira apa, ya, buktinya? Mungkin bikin surat cinta untuk mama dan papa? Atau kasih minum waktu mama dan papa baru sampai rumah? Bisa saja. Tapi waktu kita mendengarkan nasihat dari mama dan papa, itu juga adalah bukti kita sayang sama mama dan papa. Karena nasihat yang mama dan papa kasih ke kita juga adalah bukti kalau mereka sayang dan mengasihi kita.

Omong-omong tentang nasihat, di Alkitab ada kisah tentang orang yang suka memberi nasihat juga. Ia suka memberi nasihat supaya orang lain semakin percaya dan setia kepada Tuhan. Wah, hebat, ya. Karena nasihat yang baik harus selalu didengarkan. supaya kita punya hidup yang lebih baik.

Jadi pada zaman dulu ada seorang yang bernama Barnabas. Ia dikenal sebagai orang yang selalu peduli dan penuh kasih kepada orang lain. Buktinya adalah ia suka memberikan semangat dan nasihat kepada orang lain. Barnabas punya sikap yang baik, bahkan tidak pilih-pilih teman. Waktu itu, Saulus yang dikenal sebagai Paulus, ingin bergabung dengan jemaat Kristen, tapi banyak orang yang takut karena dulu Saulus suka berbuat jahat sama orang Kristen. Tapi Barnabas dengan hati yang penuh kasih yakin kalau Saulus adalah orang yang sudah berubah.

Barnabas juga adalah orang yang sangat percaya kepada Tuhan. Dia pun mau kalau orang lain juga percaya sama Tuhan. Barnabas suka mengajarkan tentang arti kesetiaan kepada Tuhan. Sobat Junior, mari kita teladani Barnabas dalam berbuat baik kepada sesama dan kasihnya kepada Tuhan.

Card image
Truth Youth 23 Februari 2024 (English Version) - ART OF LOVE
2024-02-23 10:03:52


"Honor your father and your mother, as the LORD your God commanded you, that your days may be long, and that it may go well with you in the land that the LORD your God is giving you." (Deuteronomy 5:16)

There is an art that is very rare for everyone to do completely, which is the art of love. Loving may seem trivial at first, but in reality, love is the key to life. Through love, we can accept many things and be thankful for many things. We can easily accept the imperfections in this world, and we can also easily be grateful for all the events in our lives that do not meet our expectations. The art of loving is not only shown in visible actions seen by many eyes, but the art of loving can also be done behind the scenes. One of them is praying for someone because we love them; this is the essence of the art of loving.

Prayer is a form of gratitude and a means for us to connect with God. When we decide to pray for the people around us, it means they are significant in our lives, and we love them, so we lift their names as prayers to God the Creator. Prayer can also become the language of love for a devout Christian; we love each other differently, namely through the "heavenly route". Surely, the people we love are not only our friends and classmates but also our parents who interact with us every day.

Loving our parents by praying for them is our effort to love God as well because God loves them too. The art of love is a universal art, applicable to everyone, not just to certain groups. When we have successfully loved our closest ones, including our parents, it means we are ready to apply the "art of love" to others out there by praying for them. Let's love one another by making prayer our language of love!

WHAT TO DO:
1. Pray for the people around us.
2. Love our parents by praying for them.
3. Make prayer our language of love for others.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Deuteronomy 3-4

Card image
Truth Youth 23 Februari 2024 - ART OF LOVE
2024-02-23 10:02:01


"Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu." (Ulangan 5:16)

Ada sebuah seni yang sangat langka untuk dilakukan setiap orang dengan utuh, yaitu seni mengasihi, art of love.Mengasihi sekilas terdengar sepele, tetapi sesungguhnya mengasihi merupakan kunci kehidupan. Dengan mengasihi kita bisa menerima banyak hal dan mensyukuri banyak hal. Kita dapat dengan mudahnya menerima ketidaksempurnaan yang ada di dunia ini dan kita pun dapat dengan mudahnya mensyukuri semua peristiwa dalan hidup kita yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Seni mengasihi tidak hanya ditunjukkan dalam sebuah tindakan nyata yang dilihat oleh banyak mata, melainkan seni mengasihi dapat dilakukan di belakang layar. Salah satunya adalah kita mendoakan seseorang karena kita mengasihinya, inilah inti dari seni mengasihi.

Doa adalah bentuk ucapan syukur dan sarana kita berhubungan dengan Allah. Ketika kita memutuskan untuk mendoakan orang-orang di sekitar kita, artinya mereka adalah orang yang berarti di dalam hidup kita dan kita mengasihi mereka sehingga kita menaikkan nama mereka sebagai doa kepada Allah Sang Pencipta. Doa pun dapat menjadi bahasa kasih seorang Kristen yang taat, kita saling mengasihi dengan cara yang berbeda, yaitu melalui “jalur langit”. Pastinya orang yang kita kasihi tidak hanya teman dan rekan sekolah kita, tetapi juga orang tua kita yang setiap hari berinteraksi dengan kita.

Mengasihi orang tua dengan cara mendoakan mereka adalah upaya kita untuk mengasihi Allah juga, sebab Allah pun mengasihi mereka. Seni mengasihi adalah sebuah seni yang universal, berlaku kepada semua orang tidak hanya kepada kalangan tertentu. Ketika kita telah berhasil mengasihi orang-orang terdekat kita termasuk orang tua, artinya kita pun telah siap untuk menerapkan “seni mengasihi” kepada orang lain di luar sana dengan cara mendoakan mereka. Yuk, mengasihi sesama dengan menjadikan doa sebagai bahasa kasih kita!

WHAT TO DO:

1. Mendoakan orang-orang di sekitar kita
2. Mengasihi orang tua dengan cara mendoakan mereka
3. Menjadikan doa sebagai bahasa kasih kita terhadap sesama

BIBLE MARATHON:
▪︎Ulangan 3-4

Card image
Renungan Pagi - 23 Februari 2024
2024-02-23 06:00:03


Menanggalkan segala hal yang disukai, meninggalkan kesenangan dunia ini yang menjadi kebiasaan kita menikmatinya sampai menjadi ikatan yang menjerat hidup untuk menjauh dari persekutuan pribadi dengan Tuhan dan mematikan keinginan daging untuk hidup menyenangkan hati Tuhan, memang tidak mudah dan terasa sulit, bahkan hampir mustahil.

Tetapi jika berkata bahwa kita mengasihi Tuhan dan kasih kepada Tuhan sangat besar, maka pasti mampu melakukan apapun demi menyenangkan hati Tuhan. Sebab seseorang akan melakukan apapun demi orang yang dicintainya, bahkan bila perlu memberikan nyawanya demi keselamatan hidup orang yang dicintainya.

Dan hal ini telah dilakukan lebih dulu oleh Tuhan Yesus, menjadi teladan Kasih yang besar bagi kita semua, ketika DIA menyerahkan Nyawa-Nya demi keselamatan kita, umat kesayangan-Nya, yang sangat dikasihi-Nya. Kita harus mengerti maksud dan tujuan keselamatan, seperti yang dinyatakan oleh Rasul Petrus; "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib."

Tuhan memanggil dan memilih kita, tetapi keputusan tetap ada ditangan kita, DIA tidak memaksa, jika engkau bersedia merespon panggilan dan pilihan Tuhan dengan benar, maka masuklah dalam terang-Nya yang Ajaib, tanggalkan semua perbuatan kegelapan yang dahulu dan terikat didalamnya. Maju terus, berjalan bersama DIA, hiduplah sebagai umat pilihan dengan benar, sehingga nama Tuhan dipermuliakan dalam hidup kita.
(1 Petrus 2:9)

Card image
Quote Of The Day - 23 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-23 05:54:04


Sikap hati yang salah merupakan sampah yang melukai hati Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 23 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-23 05:52:17


Setiap butir kesalahan yang orang lain tidak melihat tetapi kita merasa ini tidak tepat, kita mohon ampun kepada Tuhan.

Card image
NURTURING FAITH - 23 Februari 2024 (English Version)
2024-02-23 05:50:17


Abraham's faithfulness to Elohim Yahweh, where he remained committed to his calling to find the promised land until the end of his life, exemplifies faithfulness in faith. Ultimately, Abraham concluded his faith journey well. The life of Abraham should also serve as an example to us. This is the race referred to by Paul, that he kept his faith until the end of his life (2 Tim. 4:7 I have fought the good fight, I have finished the race, I have kept the faith). Nurturing faith not only means remaining a Christian who attends church until death. The race of faith required of us, is to strive to understand what the Lord personally desires and doing it.

Just as Abraham's presence on this earth was willed by God to carry out God's desires and plans, so too our existence on this earth is willed by God to carry out His desires and plans. If we become one of Abraham's children or are given the opportunity to fight for the faith like Abraham, it means we are important people in God's eyes. Just as Abraham was important in the history of the Kingdom of God, so is how important each of us is in the history of the Kingdom of the Lord Jesus Christ.

We are one of the corpus delicti whom God has been waiting for. The world cannot be ended, and the Kingdom of Heaven cannot be realized if the number of corpus delicti does not reach the desired requirement (Rev. 6:11 Then each of them was given a white robe, and they were told to wait a little longer, until the full number of their fellow servants, their brothers and sisters, were killed just as they had been. ; 2 Peter 3:12 as you look forward to the day of God and speed its coming. That day will bring about the destruction of the heavens by fire, and the elements will melt in the heat). Therefore, we must keep fighting to fulfill God’s desires and plans. The devil will try to mess it up. That is why the devil prowls around like a roaring lion, looking for anyone to devour. We must fight with firm faith, meaning remaining faithful in faith like Abraham.

All true believers experience suffering in the struggle to defend their faith (1 Peter 5:8-9 Be alert and of sober mind. Your enemy the devil prowls around like a roaring lion looking for someone to devour. Resist him, standing firm in the faith, because you know that the family of believers throughout the world is undergoing the same kind of sufferings). Therefore, we must not have our own affairs, namely living naturally like the children of the world who are not considered important by God. They are busy eating and drinking, marrying and being given in marriage until death. They are people whom God does not take into account, because they will become eternal trash. If we don't seriously fight for our faith, we could suffer the same fate as them, namely perishing, separated from God forever. This is not fate or God's determination, but our own choice.

Often, until someone closes his eyes, only then he is forced to let go of everything; wealth, rank, honor, title, family, relatives, and all friends. Those who are forced to release their possessions are those who are not rich in the eyes of the Lord. In reality, we must be able to let it go before we close our eyes, meaning our attachment to anything and anyone should not exceed our attachment to the Lord. Don't let it happen that at a certain moment, the Lord sees someone as unable to remain faithful, meaning that he will not be able to give the proper portion to God so that he no longer has a place in God's heart. This is what God's Word likens to "exchanging the birthright for a bowl of food" (Hebrews 12:16-17 See that no one is sexually immoral, or is godless like Esau, who for a single meal sold his inheritance rights as the oldest son. Afterward, as you know, when he wanted to inherit this blessing, he was rejected. Even though he sought the blessing with tears, he could not change what he had done).

The fornication referred to in this text is spiritual fornication. Spiritual fornication over a long period of time will close the door to the opportunity to become a beloved of the Lord. These people are described as being like Lot's wife who looked back, so she never had the chance to experience salvation. It was not that God was unable to save her, but rather that she had rejected God's efforts to save her. Therefore, we must immediately free ourselves from our possessions (Luke 14:33 In the same way, those of you who do not give up everything you have cannot be my disciples). Breaking away from possessions will be marked by a fading desire for the beauty of the world; no longer desires honor, praise and adulation from humans and no longer desires to be loved by people according to their tastes.

The more a person has himself, the poorer he is in the eyes of the Lord. On the contrary, the more someone gives up his own rights, the richer he is before God. How can a person be freed from the shackles of owning rights over himself? (1 Corinthians 6:19,20 Do you not know that your bodies are temples of the Holy Spirit, who is in you, whom you have received from God? You are not your own; you were bought at a price. Therefore honor God with your bodies). There is no other way except to change the way of thinking. Therefore, it is necessary to have a truly serious process of learning the truth of God's Word. This really determines the growth of maturity.

Letting go of possessions starts with providing a special space (time, thoughts, energy) for God every day, namely by learning the truth of God's word and hours of prayer, then God will teach you how to let go or return all the rights of life to God. Only when a person gives up all his rights can he treat God appropriately throughout his life and can worship God in the true sense (Luke 4:8 Jesus answered, “It is written: ‘Worship the Lord your God and serve him only").

NURTURING FAITH NOT ONLY MEANS REMAINING A CHRISTIAN WHO ATTENDS CHURCH UNTIL DEATH, BUT STRIVING TO UNDERSTAND WHAT THE LORD PERSONALLY DESIRES AND DOING IT.

Card image
MEMELIHARA IMAN - 23 Februari 2024
2024-02-23 05:47:33


Kesetiaan Abraham kepada Elohim Yahweh, di mana sampai akhir hayatnya ia tetap menunaikan panggilannya untuk menemukan negeri yang dijanjikan Tuhan, merupakan kesetiaan iman. Akhirnya Abraham mengakhiri pertandingan imannya dengan baik. Kehidupan Abraham ini harus juga menjadi teladan kita. Inilah pertandingan yang dimaksud oleh Paulus, bahwa ia memelihara imannya sampai akhir hidupnya (2 Tim. 4:7). Memelihara iman bukan hanya berarti sampai mati tetap menjadi orang Kristen yang pergi ke gereja. Pertandingan iman atau yang sama dengan perlombaan yang diwajibkan bagi kita adalah berusaha mengerti apa yang Tuhan kehendaki secara pribadi dan melakukannya.

Sebagaimana kehadiran Abraham di dunia ini dikehendaki oleh Allah untuk melakukan keinginan dan rencana Allah, demikian pula dengan keberadaan kita di bumi ini dikehendaki Allah untuk melakukan keinginan dan rencana-Nya. Kalau kita menjadi salah satu dari anak Abraham atau diberi peluang untuk memperjuangkan iman seperti Abraham, berarti kita adalah orang yang penting di mata Tuhan. Sebagaimana betapa pentingnya Abraham dalam sejarah Kerajaan Allah, demikian pula betapa pentingnya kita masing-masing dalam sejarah Kerajaan Tuhan Yesus Kristus.

Kita adalah salah satu dari corpus delicti yang dinantikan, sebab kurang satu saja dari jumlah corpus delicti yang dikehendaki oleh Allah, maka dunia belum bisa diakhiri dan Kerajaan Tuhan Yesus Kristus belum bisa direalisasikan (Why. 6:11; 2 Ptr. 3:12). Oleh sebab itu, kita harus terus berjuang untuk melakukan kehendak Tuhan dan memenuhi rencana-Nya. Iblis akan berusaha agar kehadiran Kerajaan Tuhan tidak bisa direalisir. Itulah sebabnya ia berjalan keliling bekerja keras berusaha menelan siapa saja yang dapat diterkamnya. Kita harus melawan dengan iman yang teguh, artinya tetap di dalam kesetiaan iman seperti Abraham.

Semua orang percaya yang benar mengalami penderitaan dalam perjuangan mempertahankan iman (1 Ptr. 5:8-9). Oleh sebab itu, kita tidak boleh memiliki urusan sendiri, yaitu hidup wajar seperti anak-anak dunia yang tidak dipandang penting oleh Tuhan. Mereka sibuk makan dan minum, kawin dan dikawinkan sampai mati. Mereka adalah orang-orang yang tidak diperhitungkan oleh Tuhan, sebab mereka akan menjadi sampah abadi. Kalau kita tidak bersungguh-sungguh memperjuangkan iman, kita bisa senasib dengan mereka, yaitu binasa, terpisah dari Allah selamanya. Hal ini bukan nasib atau penentuan Tuhan, melainkan pilihan kita sendiri.

Sering kali sampai seseorang menutup mata, barulah ia dipaksa untuk melepaskan semuanya; harta, pangkat, kehormatan, gelar, keluarga, kerabat dan semua teman. Orang yang dipaksa melepaskan miliknya adalah orang yang tidak kaya di hadapan Tuhan. Sejatinya, kita harus bisa melepaskannya sebelum kita menutup mata, artinya keterikatan kita dengan apa pun dan siapa pun tidak melebihi keterikatan kita dengan Tuhan. Jangan sampai pada momen tertentu, Tuhan memandang seseorang tidak akan bisa setia, artinya tidak akan bisa memberi porsi yang pantas untuk Tuhan sehingga ia tidak mendapat tempat di hati Tuhan lagi. Inilah yang Firman Tuhan ibaratkan dengan “menukar hak kesulungan dengan semangkuk makanan” (Ibr 12:16-17).

Percabulan yang dimaksud dalam teks ini adalah percabulan rohani. Percabulan rohani dalam waktu lama akan menutup pintu kesempatan menjadi kekasih Tuhan. Orang-orang ini dilukiskan seperti istri Lot yang menoleh ke belakang, sehingga ia tidak pernah mendapat kesempatan mengalami keselamatan. Bukan Tuhan tidak mampu menyelamatkannya, melainkan ia telah menolak usaha Tuhan menyelamatkannya. Oleh sebab itu, kita harus segera melepaskan diri dari milik kita (Luk. 14:33). Melepaskan diri dari milik akan ditandai dengan keinginannya yang pudar terhadap keindahan dunia; tidak lagi mengingini kehormatan, pujian dan sanjungan manusia serta tidak lagi ada keinginan dicintai orang sesuai dengan seleranya.

Semakin seseorang memiliki diri sendiri, maka semakin ia tidak kaya di hadapan Tuhan. Sebaliknya, semakin seseorang melepaskan keberhakan dirinya, maka semakin ia kaya di hadapan Tuhan. Bagaimana seseorang bisa dilepaskan dari belenggu keberhakan atas dirinya? Tidak ada cara lain kecuali mengubah cara berpikir. Oleh sebab itu, perlu proses belajar kebenaran Firman Tuhan yang benar-benar serius. Hal ini sangat menentukan pertumbuhan kedewasaan.

Melepaskan diri dari milik dimulai dari menyediakan ruangan (waktu, pikiran, tenaga) yang khusus untuk Tuhan setiap hari, yaitu dengan belajar kebenaran firman Tuhan dan jam doa, maka Tuhan akan mengajarkan bagaimana melepaskan atau mengembalikan segenap hak hidup bagi Tuhan. Hanya ketika seseorang melepaskan segenap haknya barulah bisa memperlakukan Tuhan secara pantas di sepanjang hidupnya dan bisa menyembah Tuhan dalam arti yang sebenarnya (Luk. 4:8).

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MEMELIHARA IMAN BUKAN HANYA BERARTI SAMPAI MATI TETAP MENJADI ORANG KRISTEN YANG PERGI KE GEREJA, NAMUN BERUSAHA MENGERTI APA YANG TUHAN KEHENDAKI SECARA PRIBADI DAN MELAKUKANNYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 Februari 2024
2024-02-23 05:43:34

Bilangan 1-2

Card image
Truth Kids 22 Februari 2024 - PERTOBATAN YANG SUNGGUH-SUNGGUH
2024-02-22 14:05:14


Filemon 1:15-16
"Sebab mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak dari padamu, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya, bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih dari pada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih, bagiku sudah demikian, apalagi bagimu, baik secara manusia maupun di dalam Tuhan."

Sobat Kids, pernahkah kamu mendengar kisah mengenai Onesimus. Onesimus adalah seorang budak dari Filemon, tuannya. Suatu hari Onesimus kabur melarikan diri dari tuannya. Pada zaman itu seorang budak yang melarikan diri akan dijatuhi hukuman penjara. Onesimus pun tertangkap dan dipenjarakan. Di dalam penjara, dia bertemu dengan Rasul Paulus, yang dipenjara juga karena memberitakan Injil.

Pertemuannya dengan Paulus membuat Onesimus bertobat dengan sungguh-sungguh. Ia mendengar pemberitaan Injil dari Rasul Paulus, sampai-sampai ia ingin membantu Rasul Paulus melayani dalam penjara. Paulus menjadikan Onesimus sebagai anak rohaninya. Dan akhirnya setelah keluar dari penjara, Rasul Paulus mengirimnya kembali pada Filemon. Bukan menjadi budak lagi, melainkan menjadi saudara di dalam Tuhan.

Sobat Kids, mungkin kita memiliki masa lalu yang tidak baik, sama seperti yang dialami oleh Onesimus. Namun, setelah mengenal kasih Tuhan, Onesimus bertobat dengan sungguh-sungguh. Tuhan memakai dia untuk melayani Tuhan, Raja segala raja.

Card image
Truth Junior 22 Februari 2024 - ONESIMUS DAN KEBAIKAN
2024-02-22 14:03:59


Filemon 1:15-16
“Sebab mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak dari padamu, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya, bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih dari pada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih, bagiku sudah demikian, apalagi bagimu, baik secara manusia maupun di dalam Tuhan.”

Sobat Junior tahu tidak, tentang perubahan? Perubahan adalah proses dimana sesuatu berubah atau menjadi berbeda dari sebelumnya. Contohnya bisa ditemukan pada metamorfosis kupu-kupu. Awalnya, ada telur yang menetas menjadi ulat. Lalu, ulat itu membentuk kepompong. Saat kepompong terbuka, muncul kupu-kupu yang indah. Di Alkitab juga ada cerita tentang perubahan seseorang, loh.

Dulu, ada orang muda bernama Onesimus. Onesimus ini sering sekali melakukan hal-hal yang salah dan membuatnya merasa sedih. Suatu hari, Onesimus bertemu dengan seorang yang istimewa, yang mengajarkan kebaikan dan kasih sayang, namanya adalah Paulus. Onesimus belajar bahwa melakukan hal-hal yang baik, ternyata membuat hatinya bahagia. Tapi meskipun sudah tahu, Onesimus masih suka melakukan kesalahan dan susah untuk berubah.

Sampai suatu hari, hati Onesimus terasa berat dan dia merasa ingin berubah. Dia sadar bahwa dia perlu pertolongan dan ia berbicara dengan Paulus, orang yang mengajarkan kebaikan kepadanya. Onesimus merasa malu karena semua kesalahannya, tapi Paulus dengan penuh kasih memberikan pengampunan.

Akhirnya Onesimus berjanji untuk berubah dari hidupnya yang lama. Dia berhenti melakukan hal-hal yang salah dan mulai melakukan kebaikan. Setiap hari, Onesimus belajar menjadi lebih baik. Orang-orang di sekitarnya melihat perubahan itu dan memberinya semangat. Akhirnya, Onesimus bisa merasakan bahagia di dalam hatinya. Dia pun menjadi contoh bagi orang lain supaya semua orang juga bisa berubah menjadi lebih baik.

Card image
Truth Youth 22 Februari 2024 (English Version) - PARENT'S LOVE
2024-02-22 13:44:05


"The rod and reproof give wisdom, but a child left to himself brings shame to his mother." (Proverbs 29:15) In life, there are countless lessons and wisdom to be gained. Whether we like it or not, every person will experience falls, losses, and failures in life. To minimize these, we need people around us to provide guidance and direction in making choices in this world. Apart from seeking help from friends and siblings, the most impactful input for us comes from our parents. Although not all advice may be accepted, as we surely have our own preferences and tastes in life, parental advice is highly impactful because they have already been in this world and experienced numerous failures.

Before we come of age, our parents have already matured. They have already experienced the world of education, employment, and various problems within it. They understand which choices young people should make because perhaps in their youth, they failed to seize opportunities, which later became their biggest regrets in life. It is worth emphasizing that not all advice may be taken, but the wisest advice comes from our own parents. From the depths of their hearts, there is no ill intention towards their children.

Therefore, it is not surprising that most parents raise their children with strictness. Parents know the magnitude of the impact if we make wrong decisions. Thus, they think it is better to be tough parents to their children than to be soft parents, and later their children struggle to face this tragic life. Let us love our parents. Whatever they do, believe that it is all for our good.

WHAT TO DO:
1. Understand that the advice given by parents is the wisest and most impactful in our lives.
2. Love our parents properly because they are doing their best for us, regardless of how they treat us.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Deuteronomy 1-2

Card image
Truth Youth 22 Februari 2024 - PARENT'S LOVE
2024-02-22 13:18:19


"Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya."(Amsal 29:15)

Di dalam hidup ini, ada banyak sekali pelajaran dan hikmah yang bisa diambil. Mau tidak mau, setiap manusia pasti pernah merasa jatuh, rugi, dan gagal di dalam hidupnya. Untuk meminimalisir itu, kita membutuhkan orang-orang di sekitar kita untuk memberikan kita arah dan tuntunan untuk memilih begitu banyak pilihan di dunia ini. Selain kita meminta bantuan teman dan saudara, masukan terbaik yang paling berdampak bagi kita adalah dari orang tua. Walau tidak semua masukan bisa kita terima, sebab pastinya kita memiliki kesukaan dan cita rasa tertentu dalam hidup yang berbeda dari mereka. Namun, di sisi lain nasihat orang tua akan sangat berdampak karena mereka sudah terlebih dahulu berada di dunia ini dan merasakan begitu banyak kegagalan.

Sebelum kita beranjak dewasa, orang tua kita sudah terlebih dahulu beranjak dewasa. Mereka sudah terlebih dahulu merasakan dunia perkuliahan, pekerjaan, hingga berbagai macam masalah di dalamnya. Mereka mengerti pilihan-pilihan mana yang seharusnya diambil oleh anak muda, sebab mungkin semasa muda mereka tidak mengambil kesempatan yang harusnya mereka ambil sehingga hal tersebut menjadi penyesalan terbesar di dalam hidup mereka. Digarisbawahi lagi bahwa tidak semua nasihat memang bisa diambil, tetapi nasihat yang paling bijak adalah nasihat dari orang tua kita sendiri. Dari hati terdalam mereka, tidak ada niat yang jahat bagi kita anak-anaknya.

Oleh sebab itu, tidak heran mengapa sebagian besar orang tua mendidik anaknya dengan keras. Orang tua tahu seberapa besar dampaknya jika kita salah memilih keputusan. Dengan demikian, mereka berpikir bahwa lebih baik mereka menjadi orang tua yang keras kepada anaknya daripada mereka menjadi orang tua yang lembut, tetapi anaknya kelak kesulitan dalam menghadapi hidup yang tragis ini. Mari kita mengasihi orang tua kita. Apa pun yang mereka lakukan, percayalah semuanya untuk kebaikan kita.

WHAT TO DO:

1. Mengerti bahwa nasihat yang diberikan orang tua adalah nasihat yang paling bijak dan berdampak dalam hidup kita.
2. Mengasihi orang tua dengan benar, sebab mereka pun melakukan yang terbaik untuk kita, terlepas dari bagaimana cara mereka memperlakukan kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎Ulangan 1-2

Card image
Renungan Pagi - 22 Februari 2024
2024-02-22 10:59:15


Berbohong atau berdusta adalah satu dari sekian banyak kesalahan atau pelanggaran yang hampir semua orang pernah melakukannya, bahkan hal berbohong atau berdusta ini sering dianggap sebagai sesuatu yang sepele, lumrah dan dianggap sebagai kesalahan yang manusiawi, benarkah demikian? mengatakan bahwa berbohong atau dusta hal yang tidak boleh ditoleransi karena hal itu merupakan dosa.

Berbohong atau berdusta adalah perbuatan yang bertentangan dengan firman Tuhan, bohong atau dusta adalah salah satu dosa lidah yang sangat berbahaya dan harus dibuang jauh-jauh dari kehidupan orang percaya. Alkitab mencatat bahwa kebohongan atau dusta adalah satu di antara tujuh perkara yang sangat dibenci oleh Tuhan. 

"Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya; mata sombong, lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, hati yang membuat rencana-rencana yang jahat, kaki yang segera lari menuju kejahatan, seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan dan yang menimbulkan pertengkaran saudara."

Jadi kebohongan atau dusta adalah kekejian dimata Tuhan yang sama dengan lidah dusta dan saksi dusta. Dan kebohongan atau dusta sumbernya dari Iblis, karena Iblis adalah pendusta dan bapa segala dusta. Ini adalah perkataan Tuhan Yesus kepada Ahli Taurat dan orang Farisi pada waktu itu; "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu.

Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta." Jadi jika ada orang yang suka sekali berbohong atau berdusta, siapa bapanya? Dan di dalam kebohongan pasti tidak ada kebenaran. Bila kita tidak mau disebut sebagai anak-anak Iblis maka harus berhenti berkata dusta.
(Amsal 6:16-19; Yohanes 8:44)

Card image
Quote Of The Day - 22 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-22 10:33:53


Kesombongan berakar pada kehidupan orang yang tidak merasa memerlukan Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 22 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-22 10:33:04


Perjumpaan kita dengan Tuhan akan membuat kita memiliki komitmen dan tekad yang makin kuat, janji yang makin teguh, kerinduan yang makin membara untuk bertemu Tuhan muka dengan muka.

Card image
PERSEVERANCE - 22 Februari 2024 (English Version)
2024-02-22 10:02:44


Through a long process of studying God's word and approaching God's throne every day, it is hoped that we can achieve "reasonableness" before God. This fairness is characterized by various things. Among them are feelings of satisfaction, happiness, calm and contentment with the Lord Jesus. Feelings like this are actually not easy to have, because one has to leave all the pleasures of the world before one can enjoy the pleasures of God. This is an important thing, many people try to seek God and to become religious to find peace.

In contrast to Christianity, when someone encounters Christianity, there will be shocks. The shock is intended to change the "taste" of a person's soul. Whether a person can pass the process depends on his perseverance in learning God's truth and enjoying God's presence. As happened in the journey of the Lord Jesus on this earth. When many people came flocking to Him, He said something that shook “their faith.” Faith here refers to their religious life.

Like religious people in general, they adhere to a religion to find peace. Similarly, many people follow Jesus Christ hoping that they will find their version of peace. However, Jesus Christ instead made a statement that shook them, namely when Jesus said that His blood is truly a drink and His flesh is truly food (John 6:54-61). This was contrary to their expectations.

It is not easy to convey something that contradicts the hopes and desires of many people. But for the sake of their own truth and salvation, Jesus Christ said it. Because there are many false or pseudo-peace that they consider as "divine gifts." Here occurs a deception of religious people. Indeed, it is not the true peace from God. Peace from God is only experienced by those who have emptied the vessel of their heart from the worldly way of thinking and put on the way of thinking of God.

As long as someone has not put on the mind and feelings of Christ, he will never understand God's peace or the true peace. That is why we must learn from Jesus Christ to be able to have and enjoy His relief (Matt. 11:28-29). Thus, in reality, it requires struggle to experience His peace. In Luke 18:8, Jesus Christ shows His concern with the statement, "... when the Son of Man comes, will He find faith on the earth?" This is something we really need to pay attention to.

This statement by the Lord Jesus provides a very clear warning that being a true follower of Christ—who has the faith as desired by Him before the coming of the Lord Jesus—is something that is very rare. The widow in Luke 18 shows her hard struggle to have her rights are justified. The parable of the widow in Luke 18 wants to show us how important perseverance and courage are in maintaining integrity. Integrity as children of God who have the qualification of being "normal before God." Of course, the measure of being normal before God is the same as being perfect like the Father.

One day God will justify His chosen people (Luke 18:8 I tell you, he will see that they get justice, and quickly. However, when the Son of Man comes, will he find faith on the earth?”). The word justify in the original text is ekdikesis (ἐκδίκησις), which can also mean avenge, vengeance, punishment. The meaning of this statement is that God will show right and wrong and give consequences. Today it seems like God is silent, but one day He will definitely speak. We must be wary of God's "silence" as something "terrible." We must strive to hear God speaking, giving His judgment to us. We must always be ready to be evaluated by God, how God judges us now.

Life has consequences, what we do will certainly have consequences. The consequences received by someone will definitely be according or based on choices, decisions, and all his actions. If someone really tries to follow Jesus Christ or continuously strives to understand the way of life of Jesus Christ as his Savior and struggles to emulate Him, there will definitely be fruit or impact caused by it.

But apparently, very few people dare to make the decision to follow Jesus Christ correctly. Because the wicked world has colored the soul and the entire life of many people, so they have become corrupted. In addition, few people dare to have a lifestyle considered "weird" in the eyes of others, because most people do not follow the way of God. Even though a few follows Jesus’ way, we must stay in His way.

WHETHER A PERSON SUCCEEDS IN CHANGING THE TASTES OF HIS SOUL OR NOT DEPENDS ON HIS PERSEVERANCE IN LEARNING GOD'S TRUTH AND ENJOYING GOD'S PRESENCE.

Card image
KETEKUNAN - 22 Februari 2024
2024-02-22 09:59:36


Melalui proses panjang belajar firman Tuhan dan menghampiri takhta Tuhan setiap hari, diharapkan kita bisa mencapai “kewajaran” di hadapan Tuhan. Kewajaran ini ditandai dengan berbagai hal. Di antaranya adalah perasaan puas, bahagia, tenang dan cukup dengan Tuhan Yesus. Perasaan seperti ini sebenarnya tidak mudah dimiliki, sebab ia harus meninggalkan segala kesenangan dunia barulah bisa menikmati kesenangan dari Tuhan. Ini hal yang penting, banyak orang mencoba mencari Tuhan dan beragama untuk menemukan ketenangan.

Berbeda dengan kekristenan, justru ketika seseorang berjumpa dengan kekristenan, maka akan terjadi guncangan-guncangan. Guncangan itu dimaksudkan agar “selera” jiwa seseorang diubah. Apakah seseorang berhasil lolos atau tidak, tergantung ketekunannya belajar kebenaran Tuhan dan menikmati kehadiran Tuhan. Seperti yang terjadi dalam perjalanan Tuhan Yesus di bumi ini. Ketika banyak orang datang berbondong-bondong kepada-Nya, Ia mengatakan sesuatu yang membuat “iman mereka terguncang.” Iman di sini maksudnya adalah hidup keberagamaan mereka.

Seperti orang-orang beragama pada umumnya, mereka menganut suatu agama supaya mendapat ketenangan. Demikian pula orang banyak mengikut Tuhan Yesus berharap bahwa mereka akan mendapat ketenangan versi mereka. Ternyata Tuhan Yesus malah menyampaikan suatu pernyataan yang mengguncang mereka, yaitu ketika Tuhan Yesus mengatakan bahwa darah-Nya adalah benar-benar minuman dan daging-Nya adalah benar-benar makanan (Yoh. 6:54-61). Ini bertentangan dengan pengharapan mereka.

Bukan hal yang mudah menyampaikan sesuatu yang bertentangan dengan harapan dan keinginan banyak orang. Tetapi demi kebenaran dan keselamatan mereka sendiri, maka Tuhan Yesus mengatakannya. Sebab banyak ketenangan semu atau palsu yang mereka anggap sebagai “karunia ilahi.” Di sini terjadi penyesatan atas orang-orang beragama. Sejatinya, itu bukan ketenangan yang sejati dari Tuhan. Ketenangan dari Tuhan hanya dialami oleh mereka yang sudah mengosongkan bejana hatinya dari cara berpikir anak dunia dan mengenakan cara berpikir Tuhan.

Selama seseorang belum mengenakan pikiran dan perasaan Kristus, ia tidak akan pernah memahami damai sejahtera Tuhan atau ketenangan yang sesungguhnya. Itulah sebabnya kita harus belajar dari Tuhan Yesus untuk dapat memiliki dan menikmati kelegaan-Nya (Mat. 11:28-29). Demikianlah pada kenyataannya, perlu perjuangan untuk mengalami ketenangan-Nya. Di Lukas 18:8 Tuhan Yesus menunjukkan kekhawatiran-Nya dengan pernyataan, “… jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” Hal ini harus benar-benar kita perhatikan.

Pernyataan Tuhan Yesus ini memberi peringatan yang sangat jelas bahwa menjadi seorang pengikut Kristus yang sejati—yang memiliki iman seperti yang dikehendaki oleh Dia menjelang kedatangan Tuhan Yesus—adalah sesuatu yang sangat langka. Janda dalam Lukas 18 ini menunjukkan perjuangannya yang berat supaya hak-haknya dibenarkan. Perumpamaan mengenai janda dalam Lukas 18 hendak menunjukkan kepada kita betapa pentingnya ketekunan dan keberanian untuk mempertahankan integritas. Integritas sebagai anak-anak Allah yang memiliki kualifikasi “wajar di hadapan Tuhan.” Tentu saja ukuran wajar di hadapan Tuhan sama dengan sempurna seperti Bapa.

Suatu hari nanti Tuhan akan membenarkan umat pilihan-Nya (Luk. 18:8). Kata membenarkan dalam teks aslinya adalah ekdikesis (ἐκδίκησις) yang juga bisa berarti avenge, vengeance, punishment (membalas, membalas dendam, penghukuman). Maksud pernyataan ini adalah Tuhan akan menunjukkan yang benar dan salah serta memberi konsekuensinya. Kalau hari ini seakan-akan Tuhan bungkam, tetapi suatu hari nanti Ia pasti berbicara. “Bungkamnya” Tuhan harus kita waspadai sebagai sesuatu yang “mengerikan.” Kita harus berusaha mendengar Tuhan berbicara memberi penilaian-Nya kepada kita. Kita harus selalu bersedia dievaluasi oleh Tuhan, bagaimana penilaian Tuhan terhadap kita sekarang.

Hidup ini berkonsekuensi, apa yang yang kita lakukan pasti memiliki konsekuensi. Konsekuensi yang diterima seseorang pasti sesuai atau berdasarkan pilihan, keputusan dan segala tindakannya. Kalau seseorang sungguh-sungguh berusaha mengikut Tuhan Yesus atau berusaha terus menerus untuk memahami jalan hidup Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya serta berjuang terus untuk dapat meneladani-Nya, pasti ada buah atau dampak yang diakibatkannya.

Tetapi rupanya sedikit sekali orang yang berani mengambil keputusan untuk mengikut Tuhan Yesus dengan benar. Karena dunia yang fasik telah mewarnai jiwa dan seluruh kehidupan banyak orang, sehingga mereka telah menjadi rusak. Selain itu, jarang orang berani memiliki gaya hidup yang dipandang “weird” (aneh) di mata manusia lain, karena sebagian besar manusia tidak mengikuti jalan Tuhan. Walaupun yang mengikut jalan Tuhan sangat sedikit, tetapi kita harus tetap di jalan ini.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

APAKAH SESEORANG BERHASIL MENGUBAH SELERA JIWANYA ATAU TIDAK, TERGANTUNG KETEKUNANNYA BELAJAR KEBENARAN TUHAN DAN MENIKMATI KEHADIRAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 Februari 2024
2024-02-22 09:51:49

Imamat 26-27

Card image
Truth Kids 21 Februari 2024 - JUJUR ITU KEREN
2024-02-21 11:46:32


Kisah Para Rasul 5:4
"Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah."

Sobat Kids, sebagai anak-anak Allah, kita pasti sering diingatkan atau dinasihati agar bersikap jujur di mana pun dan kapan pun. Berbohong adalah perbuatan yang tidak baik dan dibenci oleh Tuhan. Siapa di antara kalian yang masih suka berbohong??? Semoga tidak ada, ya. Tetapi jika masih ada yang suka berbohong, harus segera minta ampun pada Tuhan dan bertobat. Jangan melakukan dosa lagi, ya.

Mungkin Sobat Kids berpikir kebohongan kita tidak ada yang tahu. Ehh, jangan salah! Mata Tuhan melihat apa pun yang kita perbuat. Jadi, apa pun yang kita lakukan di tempat tersembunyi sekalipun, Tuhan mengetahuinya.

Seperti kisah di Alkitab tentang Ananias dan Safira. Mereka menjual tanah dan mendapat sejumlah uang. Namun, mereka tidak jujur tentang uang tersebut. Mereka mengaku persembahan yang mereka berikan adalah seluruh hasil penjualan. Padahal, mereka sudah menyimpan sebagian uangnya. Itu namanya bohong! Ananias dan Safira sudah merencanakan untuk berbohong. Orang lain mungkin tidak tahu jumlah uang yang mereka dapat, tetapi Allah Maha Tahu. Akibat perbuatan mereka, Ananias dan Safira meninggal.

Sobat Kids, yuk, kita belajar untuk jujur. Karena jujur itu keren!

Card image
Truth Junior 21 Februari 2024 - SEPAKAT DALAM KEJAHATAN
2024-02-21 08:10:52


Kisah Para Rasul 5:4
“Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah.”

Kisah Ananias dan Safira diserukan sebagai contoh agar tidak ada yang mengikui jejak mereka. Ketidakjujuran mereka membuat mereka kehilangan nyawa. Harga yang dibayar karena mendustai Tuhan, begitu mahal. Tidak ada di antara mereka yang menduga bahwa dengan berbohong, maka mereka akan menghadapi kebinasaan secara instan.

Sobat Junior, apa yang dilakukan Ananias dan Safira membuktikan bahwa mereka lebih mencintai harta dunia fana ini daripada Tuhan. Kecintaan dan keserakahan mereka terhadap materi atau uang, membuat mereka nekat berkata dusta di depan saksi Tuhan pada waktu itu, yaitu Simon Petrus. Simon Petrus adalah rasul yang diurapi, sehingga ia bisa langsung tahu ketika Ananias dan Safira berbohong.

Jangan kita menganggap bahwa manusia tidak bisa tahu dosa yang kita lakukan. Apa pun perbuatan kita yang tidak berkenan di mata Tuhan, bisa dengan mudah diketahui oleh orang yang hidup kudus sebab Tuhan berbicara kepada mereka. Terlebih lagi kalau kita berpikir bahwa kita bisa menipu Tuhan. Itu salah besar, Sobat Junior. Manusia saja bisa tahu, apalagi Tuhan yang memang Maha Tahu.

Apa pun kesalahan kita, hendaklah kita selalu merendahkan hati dan mengakuinya bila memang itu tidak patut dilakukan. Mintalah ampun jika memang sudah terlanjur kita buat, dan berkomitmen untuk tidak mengulanginya lagi. Segala upaya Kitsap dalam menjaga perasaan Tuhan pasti akan dihargai oleh-Nya.

Card image
Truth Youth 21 Februari 2024 (English Version) - AN IMPORTANT THING
2024-02-21 08:06:18


"Be devoted to one another in love. Honor one another above yourselves." (Romans 12:10)

Everything in this world happens for a reason. As we grow up, we eventually become students, work, and someday get married. Certainly, everything is motivated by certain reasons. Likewise, when we are born into this world, we are not born just to fill the earth or pass the time until we grow old and die without leaving any mark. Although we are born into this world without knowing our life's purpose, we are given parents to guide us in finding our true purpose in life.

Parents play a crucial role in educating and nurturing us. For some people, their parents may be seen as strict, controlling, or even harsh. It's indeed difficult to escape from such conditions because we cannot choose the family into which we are born. However, we can choose what we will become in the future. A failed family does not mean a failed future for us. Regardless of any circumstances, we are expected to love our parents just the way they are.

Romans 12:10 teaches us to love one another as brothers and sisters. In this context, our parents are not just our "siblings," but our flesh and blood, for they are the ones who brought us into this world. For those who have struggled in their families, do not lose heart. God provides life lessons in every event of our lives, and their value is invaluable. Someday, we will understand why our lives didn't turn out as we expected. The most important thing is not to stop striving to become the best version of ourselves, especially in loving others as we love God.

WHAT TO DO:
1. Understand that parents play a crucial role in our lives.
2. Love our parents properly, just as we love God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 33-36

Card image
Truth Youth 21 Februari 2024 - AN IMPORTANT THING
2024-02-21 08:02:26


"Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat." (Roma 12:10)

Segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak terjadi tanpa sebuah alasan. Ketika kita beranjak dewasa, akhirnya kita bisa menjadi seorang pelajar, bekerja, hingga suatu saat kita menikah. Tentu, semuanya dilatarbelakangi oleh alasan-alasan tertentu. Begitu pun ketika kita lahir ke dunia ini, kita tidak lahir ke dunia ini hanya untuk memenuhi bumi atau menjelajahi waktu yaitu menjadi tua dan mati tanpa menoreh sejarah apa-apa. Walaupun kita lahir ke dunia ini dengan kondisi kita tidak tahu tujuan hidup kita apa, tetapi kita diberi orang tua sebagai penunjuk arah bagi kita menemukan tujuan sejati hidup kita.

Orang tua sangat berperan penting dalam mendidik dan merawat kita. Bagi beberapa orang, sosok orang tua di mata mereka adalah sosok orang tua yang jahat, strict, ingin mengatur segalanya, dan masih banyak lagi. Sulit memang untuk keluar dari kondisi ini, karena kita tidak bisa memilih di keluarga mana kita dilahirkan. Namun, kita bisa memilih akan jadi apa kita nanti? Keluarga yang gagal bukan berarti masa depan kita pun gagal. Terlepas dari kondisi apa pun itu, kita diharapkan untuk mengasihi mereka dengan apa adanya yang kita punya.

Roma 12:10 mengajar kita untuk saling mengasihi sebagai saudara. Dalam hal ini, orang tua pun bukan hanya “saudara” kita, melainkan darah daging kita sebab dari merekalah kita dilahirkan ke dunia. Bagi mereka yang gagal dalam keluarganya, jangan berkecil hati. Tuhan memberikan pelajaran kehidupan di setiap peristiwa hidup kita, nilainya pun akan sangat berharga. Suatu saat nanti, kita akan mengerti mengapa hidup yang kita jalani tidak sesuai dengan ekspektasi kita. Hal terpenting adalah kita tidak berhenti berjuang untuk menjadi pribadi yang terbaik, terlebih dalam hal mengasihi sesama seperti kita mengasihi Tuhan.

WHAT TO DO:
1. Mengerti bahwa orang tua berperan penting dalam hidup kita.
2. Mengasihi orang tua dengan benar, sama seperti kita mengasihi Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎Bilangan 33-36

Card image
Renungan Pagi - 21 Februari 2024
2024-02-21 07:59:48


Segala hal-hal yang bertentangan dengan firman Tuhan, yaitu perbuatan daging; "Perbuatan daging telah nyata, yaitu; percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu — seperti yang telah kubuat dahulu — bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah."

Pada awalnya perbuatan daging itu kelihatannya menyenangkan, memanjakan daging, mendatangkan sukacita bagi daging yang menyukai percabulan dan kecemaran, tetapi pada ujungnya menyeret kita jauh dari Tuhan dan mendorong pada kehancuran dan kebinasaan, sebab mereka yang hidup dalam perbuatan daging tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.

Tetapi sebaliknya jika mau mematikan keinginan daging kita dan hidup di dalam terang firman Tuhan, walaupun harus pikul salib pada awalnya, terasa sakit dan menderita secara daging, tetapi; "Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya."

Pada akhirnya akan tersedia mahkota kebenaran bagi kita yang mau melakukan kehendak Tuhan dan merindukan kedatangan-Nya menjemput semua orang untuk masuk dalam Kerajaan-Nya.
(Galatia 5:19-21; 2 Timotius 4:8)

Card image
Quote Of The Day - 21 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-21 06:30:34


Jangan lawan Tuhan dan taklukkan masalah kita dengan kesucian hidup.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 21 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-21 06:29:31


Menemukan Tuhan itu sangat pribadi, bahkan bisa berunsur misteri. Maka kita harus berani mempertaruhkan seluruh hidup kita demi menemukan Tuhan di dalam hidup ini.

Card image
THERE'S AN END - 21 Februari 2024 (English Version)
2024-02-21 06:28:04


In Genesis 1:14 it is written that God created objects of light to indicate fixed seasons and days and years. This confirms the reality of the passage of time on this earth in human life. Humans are faced with the reality of the beginning and end of time. Actually, the passage of time is not a problem, if humans do not fall into sin and do not enter the process of aging and death. Since the day humans didn't do what God desired, humans must 'die.' That's when the process of death begins. It's the most dreadful catastrophe in life, entering the perishable phase on earth.

Humans experience a transformation from mortal life on this earth, then enter immortality. This transformation is actually not a problem if after leaving the mortal body, humans enter glory, meaning receiving a better life. But it is a terrible disaster if humans perish (Rev. 14:13 Then I heard a voice from heaven say, “Write this: Blessed are the dead who die in the Lord from now on.” “Yes,” says the Spirit, “they will rest from their labor, for their deeds will follow them”). To perish means to be separated from God forever (Matthew 10:28 Do not be afraid of those who kill the body but cannot kill the soul. Rather, be afraid of the One who can destroy both soul and body in hell). The reality of the passage of time in the life of sinful humans is truly something that shakes the soul because everything will surely come to an end.

Everything here means everything we experience in life on this earth, both happiness and hardship. Everything must be let go of. No matter how long a human's life is, there will be an end. In our minds there must always be a picture that we are all heading towards an inevitable abyss. That abyss is death. By having this mindset, we are driven to prepare ourselves to face its reality. Our heartbeats will surely stop, our pulses will surely cease. When hair starts to turn white, vision starts to blur, teeth start to fall out, skin starts to wrinkle, the body becomes vulnerable and weak, prone to illness, and various other signs, it indicates that the end of life on earth is approaching.

All these signs and symptoms are a kind of early warning so that we prepare ourselves to enter eternity. These signs or symptoms become a clock of life that cannot be stopped. However, actually the matter of the day of death is a matter of mystery, because death can come without waiting for old age, through various reasons a person's life can end. All life on earth will surely end, but what doesn't end is the immortality of the human soul. The human soul is consciousness that doesn't end. This consciousness contains thoughts, feelings, and will.

In Luke 16:19-31, the story of the rich man and Lazarus is told. In the realm of death, the wretched rich man experiences intense suffering in the blazing fire. He asks Abraham to send Lazarus to dip the tip of his finger in water to cool his tongue. He also has thoughts and feelings about the condition of his brothers who are still alive on earth. That's why he asks Abraham to send Lazarus to warn his brothers.

In this regard, humans have a similarity with God, which is having eternity. The only difference is that the existence of God doesn't have a beginning or origin, but humans have a beginning because humans are born or created by God. Many people don't understand or don't want to understand this truth because the eyes of their understanding have been closed. They are blinded or misled by the power of this world, so they don't recognize this truth. This is what the Bible means when it says that humans walk in darkness. Many people are lost, living in darkness, thinking as if this life will continue endlessly, without an end.

This is what binds the lives of many people, including most Christians. This is a successful deception of Satan. If we're honest, we find that many humans don't want to think or accept the reality that this journey will end. And the end of human life is generally a mystery that no one knows (James 4:13-17 Now listen, you who say, “Today or tomorrow we will go to this or that city, spend a year there, carry on business and make money.” 14 Why, you do not even know what will happen tomorrow. What is your life? You are a mist that appears for a little while and then vanishes. 15 Instead, you ought to say, “If it is the Lord’s will, we will live and do this or that.” 16 As it is, you boast in your arrogant schemes. All such boasting is evil. 17 If anyone, then, knows the good they ought to do and doesn’t do it, it is sin for them). In this regard, God wants to inform humans about the reality of this passage of time. One characteristic of people who have been successfully deceived is being trapped in routine religious activities, and they don't experience any change or renewal.

Because usually, they don't want to change. They are content with the religious activities they have, without having a vision and mission. Like a merchant, he does not try to gain profit in business (Matthew 25:14-30). Their behavior is careless or reckless. They don't care about the reality that their lives are entangled in various sins: hatred, vengeance, deceit, adultery, strife, enmity, and so on. These are the people who are not vigilant. They don't strive to do something for God; to serve God.

NO MATTER HOW LONG A HUMAN'S LIFE IS, THERE WILL BE AN END TO IT.

Card image
ADA UJUNGNYA - 21 Februari 2024
2024-02-21 06:18:52


Dalam Kejadian 1:14 tertulis bahwa Tuhan menciptakan benda-benda penerang untuk menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun. Hal ini meneguhkan realitas adanya perjalanan waktu di bumi ini dalam kehidupan manusia. Manusia diperhadapkan kepada realitas adanya awal dan akhir suatu masa. Sebenarnya perjalanan waktu itu tidak menjadi masalah, kalau manusia tidak jatuh dalam dosa dan tidak masuk proses penuaan dan kematian. Sejak pada hari manusia tidak melakukan apa yang dikehendaki oleh Tuhan, maka manusia harus “mati.” Itulah awal proses kematian tersebut terjadi. Ini adalah malapetaka terdahsyat dalam kehidupan yang memasuki masa kefanaan di bumi.

Manusia mengalami transformasi dari kehidupan fana di bumi ini, lalu masuk keabadian. Transformasi ini sebenarnya tidak menjadi masalah kalau sesudah menanggalkan tubuh fana, manusia memasuki kemuliaan, maksudnya menerima kehidupan lebih baik. Tetapi adalah sebuah malapetaka maha dahsyat kalau manusia binasa (Why. 14:13). Binasa artinya terpisah dari Tuhan selama-lamanya (Mat. 10:28). Realitas adanya perjalanan waktu dalam kehidupan manusia yang jatuh dalam dosa ini sesungguhnya sesuatu yang menggetarkan jiwa, sebab semua pasti berakhir.

Semua di sini berarti segala sesuatu yang kita alami dalam kehidupan di bumi ini, yaitu kebahagiaan maupun kesusahan. Segala sesuatu harus dilepaskan. Seberapa pun panjangnya hidup manusia, akan ada ujung atau akhirnya. Dalam pikiran kita harus selalu tergambar lukisan bahwa semua kita sedang menuju suatu jurang yang tidak bisa dihindari. Jurang itu adalah kematian. Dengan memiliki pikiran ini, maka kita terpacu untuk mempersiapkan diri menghadapi realitasnya. Detak jantung kita ini pasti berhenti, denyut nadi ini pasti berakhir. Ketika rambut mulai memutih, penglihatan mulai kabur, gigi-gigi mulai tanggal, kulit mulai mengeriput, tubuh mulai rentan dan lemah serta mudah sakit-sakitan dan berbagai tanda lain, hal itu menunjukkan bahwa akhir kehidupan di bumi sudah semakin mendekat.

Semua tanda dan gejala ini menjadi semacam peringatan dini agar kita mempersiapkan diri memasuki masa kekekalan. Tanda atau gejala tersebut menjadi jam kehidupan yang tidak bisa dihentikan langkahnya. Namun demikian sebenarnya soal hari kematian adalah soal misteri, sebab kematian bisa menjemput tidak menunggu usia senja, melalui berbagai sebab hidup seseorang bisa berakhir. Semua kehidupan di bumi ini pasti akan berakhir, tetapi yang tidak berakhir adalah kekekalan roh manusia. Roh manusia adalah kesadaran yang tidak berakhir. Kesadaran ini memuat pikiran, perasaan dan kehendak.

Dalam Lukas 16:19-31, dikisahkan mengenai orang kaya dan Lazarus. Di alam maut orang kaya yang celaka tersebut merasakan penderitaan yang hebat di api yang menyala. Ia meminta agar Abraham menyuruh Lazarus mencelupkan ujung jarinya untuk memberikan setetes air guna menyejukkan lidahnya. Ia juga memiliki pikiran dan perasaan mengenai keadaan saudara-saudaranya yang masih hidup di bumi. Itulah sebabnya ia meminta Abraham mengutus Lazarus untuk memperingatkan saudara-saudaranya.

Dalam hal ini manusia memiliki kesamaan dengan Allah, yaitu memiliki kekekalan. Hanya bedanya keberadaan Allah tidak memiliki awal atau permulaan, tetapi manusia memiliki permulaan sebab manusia dilahirkan atau diciptakan oleh Allah. Banyak orang tidak mengerti atau tidak mau mengerti kebenaran ini, sebab mata hati pengertian mereka telah tertutup. Mereka dibutakan atau disesatkan kuasa dunia ini sehingga tidak mengenal kebenaran tersebut. Inilah yang dimaksud Alkitab bahwa manusia berjalan dalam gelap. Banyak orang yang tersesat hidup dalam kegelapan dengan berpikir seakan-akan hidup ini akan berlangsung terus, tiada akhirnya atau ujungnya.

Inilah yang mengikat kehidupan banyak orang, juga sebagian besar orang Kristen. Ini adalah sebuah penyesatan Iblis yang sukses. Bila jujur, maka kita dapati bahwa banyak manusia tidak mau berpikir atau menerima kenyataan bahwa jalan ini akan berakhir. Dan akhir perjalanan hidup manusia merupakan sebuah misteri yang pada umumnya tidak seorang pun tahu (Yak. 4:13-17). Dalam hal ini Tuhan hendak memberitahu kepada manusia tentang adanya kenyataan perjalanan waktu ini. Salah satu ciri dari seorang yang berhasil disesatkan adalah terjebak dalam kegiatan agama yang rutin, dan mereka tidak mengalami perubahan atau pembaruan.

Karena biasanya mereka memang tidak mau berubah. Mereka puas dengan kegiatan agamani yang ada, tanpa memiliki visi dan misi. Ibarat seorang pedagang, ia tidak berusaha untuk memperoleh keuntungan dalam usaha (Mat. 25:14-30). Kelakuan mereka ceroboh atau sembrono. Ia tidak peduli terhadap kenyataan bahwa hidupnya yang dililit oleh berbagai dosa; kebencian, dendam, penipuan, perzinaan, pertikaian, permusuhan dan lain sebagainya. Inilah orang yang tidak berjaga-jaga. Mereka tidak berusaha untuk berbuat sesuatu bagi Tuhan; melayani Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono SEBERAPA PUN PANJANGNYA HIDUP MANUSIA, AKAN ADA UJUNG ATAU AKHIRNYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 Februari 2024
2024-02-21 05:16:39

Imamat 24-25

Card image
Truth Kids 20 Februari 2024 - WARISAN IMAN
2024-02-20 06:37:58


2 Timotius 1:5
"Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu."

Sobat Kids tentu pernah mendengar nama Timotius dalam kisah Alkitab. Timotius adalah anak rohani dari Rasul Paulus. Ia membantu Rasul Paulus melayani dan menyebarkan Injil kepada banyak orang. Ternyata ketaatan Timotius tidak tiba-tiba muncul, Sobat Kids. Dari salah satu surat Rasul Paulus, kita tahu bahwa Timotius memiliki ibu dan nenek yang taat kepada Tuhan. Mereka menjaga iman mereka dan mengajarkannya turun-temurun, dari orang tua ke anak cucu. Timotius diajar oleh ibu dan neneknya untuk menjadi anak yang taat kepada Tuhan.

Sobat Kids, mungkin kita selama ini tidak sadar kalau kita bisa ada saat ini dan mengenal Tuhan Yesus, itu berkat orang-orang yang luar biasa. Mereka bisa orang tua, kakek, nenek, guru atau bahkan orang yang tidak terlalu kita kenal. Mereka mewariskan ketaatan dan iman mereka pada kita. Kita dapat berada dalam kasih Tuhan Yesus saat ini oleh karena mereka. Ayo, mari teladani sifat Oma Lois dan Ibu Eunike yang menjaga iman, dan menurunkannya pada Timotius. Kita harus menjadi anak yang menjaga, memelihara, dan menurunkan iman kita pada saat kita dewasa nanti.

Card image
Truth Junior 24 Februari 2024 - E U N I K E
2024-02-20 06:36:43


2 Timotius 1:5
“Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.”

Setelah dewasa, Timotius penuh iman kepada Tuhan sesuai yang diajarkan oleh ibunya. Oleh karena Timotius percaya Tuhan dan terus belajar tentang kebenaran, Paulus menjadikan Timotius sebagai rekan pelayanan atau rekan kerjanya untuk memberitakan tentang ajaran Kristen. Kenapa bisa, ya? Tentu karena sifat Timotius yang tulus ikhlas kepada Tuhan dan mau setia untuk memberitakan ajaran kekristenan. Di balik kisah hebat Timotius, ada satu tokoh yang sangat berperan besar dalam hidup Timotius. Siapa dia? Sudah pasti itu adalah ibunya Timotius yang bernama Eunike.

Sebagai seorang ibu, Eunike tentunya membesarkan dan merawat Timotius dengan menyediakan segala kebutuhan selama pertumbuhan Timotius. Bukan hanya memenuhi kebutuhan fisik, Eunike juga memenuhi kebutuhan rohani anaknya. Selama masa pertumbuhan Timotius, ternyata Eunike mengajarkan tentang firman Tuhan kepada Timotius. Bukan hanya sekadar mengajarkan, ternyata Eunike menjadi teladan bagi Timotius untuk melakukan firman Tuhan. Eunike tentunya menjadi teladan dengan berbuat kasih dan tulus. Hal ini terlihat lewat Timotius yang berbuat hal yang sama.

Kita juga harus seperti Eunike, loh, Sobat Junior. Kita seharusnya mengajarkan orang lain tentang kebenaran dalam kekristenan. Nah, walau sekarang masih anak-anak, bukan menjadi penghalang kita memberitakan ajaran Tuhan. Sobat Junior bisa menunjukkan kebenaran dengan menjadi teladan terlebih dahulu. Misalnya dengan menjadi teladan dengan tidak mengucapkan kata kasar, tidak menyakiti sesama, dan justru mengasihi serta menolong sesama. Apabila Sobat Junior menjadi teladan dalam melakukan suatu hal, maka orang-orang yang melihat Sobat Junior justru akan kagum kepada Tuhan yang kita percaya karena kita berhasil melakukan kebenaran sesuai yang Tuhan ajarkan. Kita juga sama, Sobat Junior. Apabila Sobat Junior tahu mana yang baik dan benar, maka Sobat Junior bisa memberitahu kepada orang lain ketika dia sedang berbuat salah. Tapi ingat, bukan menegur dengan kejam melainkan harus penuh kasih, dan tujuannya demi kebaikan orang lain.

Card image
Truth Youth 20 Februari 2024 (English Version) - MOM, FORGIVE ME
2024-02-20 06:34:16


"Bear with each other and forgive one another if any of you has a grievance against someone. Forgive as the Lord forgave you." (Colossians 3:13)

"Mama is mean!" shouted Eva's little heart towards her mother. At that moment, Eva was upset with her mother, who often defended her older brother's attitude of belittling Eva in front of her other siblings. Eva felt her mother was unfair to her. Eva felt her mother didn't love her. Eva raised her voice against her mother because she was dissatisfied with her mother's response. All this time, Eva felt sidelined by both her parents. Everything Eva said was never listened to by her parents. Her parents often raised their voices at her and blamed Eva. Eva was the youngest of five siblings. Eva was disappointed, hurt, and resentful of her parents, who seemed to favor her and her siblings. In silence, Eva harbored resentment and no longer had respect for her parents. Eva decided to run away from her parents by continuing her studies abroad. While abroad after a long time, Eva attended a service at a church.

At that time, the pastor spoke about forgiving parents. He said, "Your parents may have hurt your feelings, but they never intended to hurt you. Maybe they were raised with violence, so unconsciously, they became harsh parents. Learn to forgive them." Eva was startled to hear the sermon as if awakened from a dream. Eva regretted her attitude. Since then, Eva began to make peace with herself by apologizing and forgiving her parents' mistakes. Youth, Eva's story is a real lesson for us all. Eva experienced a broken home and was once disappointed with her parents. Each of us hopes to have good parents. But the reality is, many of us have been disappointed with our parents. We cannot choose the family we are born into, but we can choose to be good children and heal the wounds in our parents that we never knew.

WHAT TO DO:
1. Pray and ask God for the strength to forgive your parents.
2. Accept your parents' shortcomings with a joyful heart.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 30-32

Card image
Truth Youth 20 Februari 2024 - MOM, FORGIVE ME
2024-02-20 06:32:45


"Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian."(Kol 3:13)

“Mama jahat!” jerit hati kecil Eva terhadap ibunya. Ketika itu Eva kesal terhadap ibunya yang sering membela sikap kakak sulungnya yang suka menjelekkan Eva di depan saudara-saudaranya yang lain. Eva merasa ibunya tidak adil terhadapnya. Eva merasakan ibunya tidak menyayanginya. Eva meninggikan suaranya terhadap ibunya karena merasa tidak puas hati dengan respons ibunya. Selama ini Eva merasa dipinggirkan oleh kedua orang tuanya. Semua yang dikatakan oleh Eva tidak pernah didengarkan oleh kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya suka bersuara keras terhadapnya dan sering mempersalahkan Eva. Eva merupakan anak bungsu dari lima orang bersaudara. Eva kecewa, sakit hati dan benci dengan orang tuanya yang seakan-akan pilih kasih terhadap dia dan kakak-kakaknya. Dalam diam, Eva mendendam dan tidak lagi memiliki rasa hormat terhadap kedua orang tuanya. Eva mengambil keputusan untuk melarikan diri dari orang tuanya dengan melanjutkan studi ke luar negeri. Ketika berada di luar negri setelah sekian lama, suatu ketika Eva mengikuti ibadah di satu gereja.

Ketika itu, hamba Tuhan tersebut berbicara tentang hal mengampuni orang tua. Dia berkata, “Orang tuamu mungkin pernah menyakiti hatimu, tetapi sebenarnya mereka tidak pernah merancang untuk menyakiti hatimu. Mungkin dulu mereka terdidik dengan kekerasan sehingga tanpa sadar, mereka jadi orang tua yang keras. Belajarlah untuk mengampuni mereka.” Eva tersentak mendengar khotbah itu seperti tersadar dari mimpi. Eva menyesali sikapnya. Sejak itu, Eva mulai berdamai dengan dirinya sendiri dengan meminta maaf dan memaafkan kesalahan kedua orang tuanya. Sobat Youth, kisah Eva ini merupakan kisah nyata yang menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Eva merupakan seorang yang mengalami broken home yang pernah kecewa terhadap kedua orang tuanya. Setiap kita pasti mengharapkan mempunyai orang tua yang baik. Tapi kenyataannya, banyak di antara kita yang pernah kecewa terhadap orang tua. Kita tidak bisa memilih lahir dari keluarga yang seperti apa, tetapi kita bisa memilih menjadi anak yang baik dan merawat luka hati orang tua kita, yang tidak pernah kita ketahui.

WHAT TO DO:
1. Berdoa dan minta kekuatan Tuhan untuk bisa mengampuni orang tua.
2. Menerima kekurangan orang tua dengan hati bersukacita.

BIBLE MARATHON
▪︎Bilangan 30-32

Card image
Renungan Pagi - 20 Februari 2024
2024-02-20 05:33:08


"Hari-hari ini banyak sekali orang yang curang, serakah, tidak adil, dan hidup dengan kemauannya sendiri, menghalalkan segala cara untuk kepentingan dan kesenangannya sendiri, sehingga sangat sulit untuk menjumpai orang-orang yang tulus mengasihi Tuhan dan mau taat melakukan kehendak Tuhan. Sebagai orang percaya seharusnya menunjukkan kehidupan yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan sekalipun tidak semua keinginan dipenuhi, tetapi Tuhan pasti memenuhi segala yang kita perlukan.

Kita harus belajar mengasihi Tuhan dengan tulus dan taat pada kehendak-Nya, karena waktu mengasihi Tuhan dengan tulus dan setia melakukan kehendak-Nya, maka inilah yang akan terjadi; Tetapi seperti ada tertulis; "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia; semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."
(1 Korintus 2:9)

Card image
Quote Of The Day - 20 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-20 05:27:46


Menjadi saksi berarti bagaimana kehidupan kita menjadi kehidupan yang menakjubkan yang bisa menjadi model dari manusia yang dikehendaki oleh Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 20 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-20 05:26:18


Kalau kita betul-betul hidup suci, mengenakan Kristus di dalam hidup, maka optimisme kehidupan yang kita akan terima di kekekalan, kita miliki.

Card image
QUALITY EXPERIENCE - 20 Februari 2024 (English Version)
2024-02-20 04:59:45


Christianity in someone's life becomes lifeless or soulless if not accompanied by quality experiences with God. Real experiences with God are not something merely seen as the handiwork of God but must genuinely be felt as the work of God Himself. Many people acknowledge an event or incident in their lives as the handiwork of God, yet that event does not leave a scratch in their lives. That mark is a life that increasingly blesses others. It's a life attitude that doesn't hurt others.

Many Christians witness experiences of God's help in their lives but do not change themselves. With such experiences, one should grow in love for God, become more willing to serve and sacrifice anything for God, live without blemish or fault, and of course, become more of a blessing to others. Because indeed, all life experiences are used by God to mature them (Romans 8:28 And we know that in all things God works for the good of those who love him, who have been called according to his purpose). So if someone's life experiences doesn't make him spiritually mature, it means he's wasting opportunities.

Yet every life event contains invaluable lessons of faith. Those who disregard these spiritual lessons are those who neglect their spiritual preservation. Typically, they see every life event as just a normal rhythm of life. They do not appreciate eternal values. Their minds are only focused on worldly matters. They are the ones who want today's world to be like paradise. They are also the ones who are not yet mature, who are still looking for appreciation.

Their testimony is considered as their added value, whereas the true value comes from the fruit of the problem, which is maturity. They only see value in God's actions that solve problems and fulfill what they perceive as needs, but they do not find the true value, which is maturity resulting from those problems. It's no wonder if they only focus on the problem itself and are grateful for the way out, not the maturing process. The experience itself becomes entirely unqualified.

Christianity becomes quality when the experiences of believers are not only about personal-interest-oriented problems but about God's interests. Indeed, it begins with experiences that are oriented towards personal interests, then if he grows up through these experiences, God will lead him to experiences with God that are oriented towards God's interests or God's work.

God will not make our life journey smooth because through it, He intends to mature us. This maturation is preparation to become a "champion" or "gladiator of God." Just as Jesus was prepared for 30 years to become the Father's gladiator. Furthermore, God will not make His work or our ministry run smoothly without obstacles. This can be seen from the experiences of the apostles, especially the apostle Paul. God allowed his ministry journey to be difficult; from physical exhaustion, wounded feelings to shedding blood (Philippians 2:17 But even if I am being poured out like a drink offering on the sacrifice and service coming from your faith, I am glad and rejoice with all of you. ; 2 Timothy 4:6 For I am already being poured out like a drink offering, and the time for my departure is near).

This second experience will make someone truly experience God. This will strengthen the bond of fellowship with God. He will love God more and more. Viewing the Kingdom of Heaven as a real and very clear goal. He became God's beloved and His favorite. This is what the Lord Jesus meant by taking part in God's suffering or being with God in all trials or suffering together with God. God deliberately allows our ministry journey to be difficult and full of challenges. This is part of the law of life that must be experienced by a gladiator of God which functions as corpus delicti.

This struggle is tough because what is faced is the power of darkness that seeks to stop the growth of maturity and ministry journey. Suffering is a test of whether a child of God remains faithful to the end and completes the task that the Father entrusts to His chosen people (1 Peter 1:3-9 Praise be to the God and Father of our Lord Jesus Christ! In his great mercy he has given us new birth into a living hope through the resurrection of Jesus Christ from the dead, 4 and into an inheritance that can never perish, spoil or fade. This inheritance is kept in heaven for you, 5 who through faith are shielded by God’s power until the coming of the salvation that is ready to be revealed in the last time. 6 In all this you greatly rejoice, though now for a little while you may have had to suffer grief in all kinds of trials. 7 These have come so that the proven genuineness of your faith-of greater worth than gold, which perishes even though refined by fire-may result in praise, glory and honor when Jesus Christ is revealed. 8 Though you have not seen him, you love him; and even though you do not see him now, you believe in him and are filled with an inexpressible and glorious joy, 9 for you are receiving the end result of your faith, the salvation of your souls). The deeper someone's suffering, the greater the trust that God entrusts to them. Suffering does not mean something that burdens the heart but a burden that moves someone to surrender all his possessions for God's work; including thoughts, feelings, and even life.

CHRISTIANITY IN SOMEONE'S LIFE BECOMES LIFELESS OR SOULLESS IF NOT ACCOMPANIED BY QUALITY EXPERIENCES WITH GOD.

Card image
PENGALAMAN YANG BERKUALITAS - 20 Februari 2024
2024-02-20 04:57:05


Kekristenan dalam kehidupan seseorang menjadi mati atau tidak bernyawa jika tidak disertai pengalaman yang berkualitas dengan Tuhan. Pengalaman riil dengan Tuhan bukan sesuatu yang hanya dinilai sebagai perbuatan tangan Tuhan, melainkan harus sungguh-sungguh dirasakan sebagai perbuatan Tuhan sendiri. Tidak sedikit orang yang mengakui suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam hidupnya sebagai perbuatan tangan Tuhan, tetapi kejadian itu tidak meninggalkan goresan dalam kehidupan orang tersebut. Goresan tersebut adalah kehidupan yang semakin memberkati orang lain. Sikap hidup yang tidak melukai sesama.

Banyak orang Kristen yang menyaksikan pengalaman kesaksian pertolongan Tuhan dalam hidupnya, tetapi tidak membuat dirinya berubah. Seharusnya dengan pengalaman tersebut, ia semakin mengasihi Tuhan, semakin bersedia melayani Tuhan dan berkorban apa pun juga bagi Tuhan, semakin hidup tidak bercacat dan tidak bercela dan tentu saja semakin menjadi berkat bagi orang lain. Karena memang segala pengalaman hidup tersebut dipakai Tuhan untuk mendewasakannya (Rm. 8:28). Jadi kalau melalui pengalaman hidup seseorang tidak semakin membuatnya dewasa rohani, berarti ia menyia-nyiakan kesempatan.

Padahal setiap peristiwa kehidupan mengandung pelajaran iman yang tidak ternilai harganya. Orang yang mengabaikan pelajaran rohani ini adalah orang-orang yang tidak memedulikan pemeliharaan rohaninya. Biasanya, ia memandang segala peristiwa kehidupan hanya sebuah irama hidup wajar. Orang seperti ini tidak menghargai nilai kekekalan. Pikirannya hanya tertuju kepada perkara-perkara duniawi. Mereka adalah orang-orang yang ingin dunia hari ini menjadi seperti Firdaus. Mereka juga adalah orang-orang yang belum dewasa, yang masih mencari penghargaan.

Kesaksiannya dianggap nilai tambah dirinya, padahal yang memberi nilai (value) adalah buah dari masalah tersebut, yaitu pendewasaan. Mereka hanya melihat nilai pada perbuatan Tuhan yang mengangkat masalah dan memenuhi apa yang mereka anggap sebagai kebutuhan, tetapi mereka tidak menemukan value yang sesungguhnya, yaitu pendewasaan yang diakibatkan oleh masalah tersebut. Tidak heran jika mereka hanya mempersoalkan masalah itu sendiri dan bersyukur atas jalan keluarnya, bukan pada proses pendewasaannya. Pengalaman itu sendiri menjadi tidak berkualitas sama sekali.

Kekristenan menjadi berkualitas bila pengalaman yang dialami orang percaya, bukan hanya berkenaan dengan pengalaman yang menyangkut masalah yang berorientasi pada kepentingan pribadi, tetapi berkenaan dengan kepentingan Tuhan. Memang diawali dengan pengalaman yang berorientasi pada kepentingan pribadi, selanjutnya bila ia bertumbuh dewasa melalui pengalaman tersebut, Tuhan akan membawanya kepada pengalaman dengan Tuhan yang berorientasi pada kepentingan Tuhan atau pekerjaan Tuhan.

Tuhan akan membuat perjalanan hidup kita tidak mulus, yang melaluinya Tuhan hendak mendewasakan kita. Pendewasaan ini sebagai persiapan menjadi “jago” atau “gladiator Tuhan.” Sebagaimana Tuhan Yesus selama 30 tahun dipersiapkan menjadi gladiator Bapa. Selanjutnya, Tuhan juga tidak akan membuat pekerjaan Tuhan atau pelayanan kita berjalan mudah tanpa rintangan. Hal ini dapat dilihat dari pengalaman para rasul, terutama rasul Paulus. Tuhan mengizinkan perjalanan pelayanannya berat; dari kelelahan fisik, perasaan yang terlukai sampai darah yang harus ditumpahkan (Flp. 2:17; 2 Tim. 4:6).

Pengalaman yang kedua ini akan membuat seseorang benar-benar mengalami Tuhan. Hal ini akan memperkokoh tali persekutuan dengan Tuhan. Ia akan semakin mengasihi Tuhan. Memandang Kerajaan Surga sebagai tujuan yang nyata dan sangat jelas. Ia menjadi kekasih Tuhan dan kesayangan-Nya. Inilah yang dimaksud oleh Tuhan Yesus dengan mengambil bagian dalam penderitaan Tuhan atau bersama-sama dengan Tuhan dalam segala pencobaan atau menderita bersama-sama dengan Tuhan. Tuhan sengaja mengizinkan perjalanan pelayanan kita menjadi berat dan penuh tantangan. Ini bagian dari hukum kehidupan yang harus dialami oleh seorang gladiator Tuhan yang berfungsi sebagai corpus delicti.

Pergumulan ini berat sebab yang dihadapi adalah kuasa kegelapan yang berusaha menghentikan laju pertumbuhan kedewasaan dan perjalanan pelayanan. Penderitaan merupakan ujian apakah seorang anak Tuhan tetap setia sampai akhirnya dan menyelesaikan tugas yang Bapa percayakan kepada orang pilihan-Nya (1 Ptr. 1:3-9). Semakin dalam penderitaan yang dialami seseorang, berarti semakin besar kepercayaan yang Tuhan percayakan kepadanya. Penderitaan itu bukan berarti sesuatu yang menyusahkan hati, tetapi beban yang menggerakkan seseorang menyerahkan segenap miliknya untuk pekerjaan Tuhan; di dalamnya termasuk pikiran, perasaan bahkan nyawa.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEKRISTENAN DALAM KEHIDUPAN SESEORANG MENJADI MATI ATAU TIDAK BERNYAWA JIKA TIDAK DISERTAI PENGALAMAN YANG BERKUALITAS DENGAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 Februari 2024
2024-02-20 04:53:33

Imamat 22-23

Card image
Truth Kids 19 Februari 2024 - CONTOHLAH JANDA MISKIN
2024-02-19 18:12:12


Markus 12:42
"Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit."

Sobat Kids, biasanya saat kita beribadah di gereja, kita memberikan persembahan. Nah, persembahan itu tidak dilihat seberapa besar atau kecilnya uang yang kita berikan, tetapi isi hati kita. Dalam Alkitab, ada kisah saat Tuhan Yesus melihat seorang janda miskin yang memberikan persembahan. Janda miskin itu hanya bisa memberikan 2 peser atau 1 duit sebagai persembahan. Walau jumlah uangnya sedikit, tetapi Tuhan Yesus berkata bahwa ia memberikan persembahan lebih banyak dibanding siapapun saat itu. Mengapa?

Tuhan Yesus melihat ketaatan dan ketulusan janda miskin ini. Walaupun tidak memiliki uang yang banyak, janda miskin ini taat memberi dari kekurangannya.

Bahkan, ia memberikan seluruh uang yang dimilikinya. Tidak seperti orang lain yang memberi dalam jumlah banyak, tetapi sisanya masih banyak juga. Memberi banyak karena punya banyak uang akan lebih mudah, daripada memberi dari kekurangan. Walaupun terasa berat, janda miskin ini tetap melakukannya untuk Tuhan. Sobat Kids, mari kita belajar dari janda miskin ini. Persembahan bukan dinilai dari besar atau banyaknya persembahanmu, melainkan dari ketaatan dan ketulusan hati kita kepada Tuhan.

Card image
Truth Junior 19 Februari 20224 - JANDA MISKIN
2024-02-19 18:10:03


Markus 12:42
“Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit.”

Sebuah gereja harus mempersiapkan banyak kebutuhan selama melaksanakan ibadah. Misalnya perlu menyiapkan tempat, perlu memiliki microphone sebagai pengeras suara, alat musik untuk mengiringi ibadah, dan masih banyak lagi. Semua itu adalah kebutuhan gereja, dan sebaiknya ada, agar ibadah terlaksana dengan baik. Lalu, bagaimana cara gereja bisa mendapatkan semua kebutuhannya? Salah satu sumbernya adalah dari persembahan orang-orang yang memberi untuk pekerjaan Tuhan. Satu kisah yang berkaitan dengan persembahan ada dalam Alkitab, Sobat Junior! Ada di mana, ya, kisahnya? Jawabannya ada dalam Markus 12:41-44. Jangan lupa baca, yaa…

Kisah ini diawali saat Tuhan Yesus berada dalam bait Allah, sedang duduk di depan kotak persembahan sembari memperhatikan orang-orang sekitar. Selama duduk di situ, Tuhan Yesus memperhatikan setiap orang yang memberikan persembahan. Saat itu, ada banyak orang kaya yang memberi dengan jumlah yang besar. Namun, berbeda halnya dengan kedatangan seorang janda miskin. Janda artinya seorang istri yang suaminya sudah meninggal. Janda miskin yang datang hanya membawa 2 peser saja. Tuhan Yesus yang memperhatikan di dekat kotak persembahan tersebut, memanggil murid-murid-Nya dan memuji janda miskin tersebut karena memberi lebih besar dari yang lain. Sungguh aneh, bukan, Sobat Junior? Bukankah orang kaya yang justru memberi banyak?

Tuhan Yesus justru mengajarkan bahwa persembahan itu bukan berdasarkan jumlah saja, melainkan ketulusan dalam memberi persembahan. Wajar saja jika orang kaya memberi banyak, karena mereka melimpah dengan harta. Namun, janda miskin justru memberi semua yang dia miliki walau tidak banyak, dan dipersembahkan untuk Tuhan. Jadi, Tuhan Yesus menilai hati kalau kita memberi persembahan. Dari sini, Sobat Junior juga mesti tahu bahwa persembahan bukan selalu tentang uang. Bisa juga tentang sikap dan perbuatan setiap hari yang membuat Tuhan tersenyum. Itu adalah persembahan indah di mata-Nya. Untuk itu, berperilaku baik dan turutilah firman-Nya.

Card image
Truth Youth 19 Februari 2024 (English Version) - YOU BROKE MY HEART!
2024-02-19 10:54:31


"Honor your father and mother, and love your neighbor as yourself." (Matthew 19:19)

Ezi was an only child who was greatly spoiled by both of his parents. From a young age until adulthood, Ezi got everything he wanted. Growing up as a selfish child, when he desires were not fulfilled, he began to rebel against his parents. His selfish character continued to mature, so when his friends made small mistakes, he exaggerated the issues and refused to forgive his friends' mistakes. As an adult, Ezi decided to choose a life partner whom he loved dearly. He introduced the girl he loved to his parents. Ezi's parents observed the girl introduced to them after several meetings together. With honesty in their hearts, Ezi's parents asked he to reconsider his choice of marrying the girl. Ezi insisted on marrying his chosen girl. Eventually, his parents reluctantly agreed to their beloved child's choice. After several years of marriage, Ezi was blessed with two children. His wife asked not to live with his parents. Ezi agreed and conveyed this desire to his parents. His parents gave he a house as a wedding anniversary gift. One day, his mother fell seriously ill and couldn't take care of his two grandchildren. Ezi didn't care; he even gave excuses that he and his wife were busy working and didn't have time to take care of their children. His mother was disappointed with his son's indifference. Unbeknownst to Ezi, his mother's illness had caused his to depart forever. Ezi regretted his actions, but it was too late for he to apologize to his mother. Youth, Ezi's disrespectful attitude towards his parents is an action that hurts God's heart. Let us learn earnestly to respect and appreciate our parents while they are still with us. Our parents are extensions of God's hands that make us exist on this earth.

WHAT TO DO:
Learn to respect both parents by listening to their advice.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 27-29

Card image
Truth Youth 19 Februari 2024 - YOU BROKE MY HEART!
2024-02-19 10:53:00


"Hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Mat 19:19)

Ezi merupakan seorang anak tunggal yang sangat dimanjakan oleh kedua orang tuanya. Sejak kecil hingga menginjak usia dewasa, Ezi mendapatkan apa pun yang dia inginkan. Ezi bertumbuh sebagai anak yang egois sehingga ketika keinginannya tidak dituruti, dia mulai memberontak terhadap kedua orang tuanya. Karakter egois terus menjadi matang dalam diri Ezi sehingga ketika teman-temannya melakukan kesalahan kecil, dia membesar-besarkan masalah tersebut dan tidak mau memaafkan kesalahan teman-temannya. Di usia yang sudah dewasa, Ezi memutuskan untuk memilih pasangan hidup yang sangat dicintainya. Dia memperkenalkan gadis yang dicintainya dan bertemu kedua orang tuanya di rumah. Kedua orang tua Ezi mengamati gadis yang diperkenalkan Ezi kepada mereka. Setelah beberapa kali pertemuan bersama, dengan kejujuran hati orang tuanya, Ezi diminta untuk mempertimbangkan pilihannya menikah dengan gadis tersebut. Ezi berkeras untuk tetap menikahi gadis pilihannya. Akhirnya, orang tuanya terpaksa setuju dengan pilihan anak kesayangan mereka. Setelah beberapa tahun menikah, Ezi dikaruniakan dua orang anak. Istri Ezi meminta untuk tidak tinggal bersama orang tuanya. Ezi setuju dan menyampaikan hasrat tersebut kepada kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya memberikan sebuah rumah sebagai hadiah ulang tahun pernikahan anak kesayangannya. Suatu ketika, ibunya sakit keras dan tidak bisa menjaga kedua cucunya. Ezi tidak peduli, dia bahkan memberikan alasan bahwa dia dan istrinya sibuk bekerja serta tidak punya waktu untuk menjaga anak-anaknya. Ibunya kecewa dengan sikap anaknya yang tidak mempedulikannya. Tanpa disadari Ezi, sakit yang diderita ibunya telah membuat ibunya pergi untuk selama-lamanya. Ezi menyesal dengan tindakannya, tetapi sudah terlambat untuk dia mengatakan maaf terhadap ibunya.

Sobat Youth, sikap Ezi yang tidak menghormati orang tuanya adalah tindakan yang melukai hati Tuhan. Mari kita belajar sungguh-sungguh menghormati dan menghargai orang tua selama mereka masih ada. Orang tua kita adalah perpanjangan tangan Tuhan yang membuat kita ada di bumi ini.

WHAT TO DO:
Belajar menghargai kedua orang tua dengan mendengarkan nasihat mereka.

BIBLE MARATHON:
▪︎Bilangan 27-29

Card image
Renungan Pagi - 19 Februari 2024
2024-02-19 09:15:29


Seharusnya dalam hidup ini, kita bersukacita bukan saja hanya karena berkat Tuhan yang banyak, bukan hanya karena keadaan dan situasinya yang aman dan baik-baik saja, tetapi bersukacita dan berbahagia karena mendengarkan perkataan Tuhan dalam firman-Nya, dan memeliharanya, "Tetapi Ia berkata; "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya." Yang artinya melakukan firman Tuhan yang sudah kita dengar itu dalam hidup sebagai anak-anak Tuhan.

Sebab segala sesuatu dalam dunia ini, keadaan dan situasi selalu berubah, berkat Tuhan yang melimpah-pun kadang dapat berubah menjadi bencana, karena semua berkat itu membuat kita melupakan Tuhan, bahkan semua dapat lenyap, tetapi mereka yang melakukan firman Tuhan akan tinggal tetap kekal selama-lamanya. "Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya."
(Lukas 11:28; 1 Yohanes 2:17)

Card image
Quote Of The Day - 19 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-19 08:52:06


Manusia tidak akan pernah memiliki kemuliaan tanpa berada dalam persekutuan dengan Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 19 Februari 2024
2024-02-19 07:45:09


Ketika kita sudah menghayati bahwa kita sudah mati dari manusia lama, dan Kristus yang hidup di dalam kita, maka kita pasti tidak tertarik lagi dengan dunia, sebab kita hanya memikirkan hal Kerajaan Surga.

Card image
LANGUANGE OF INTIMACY - 19 Februari 2024 (
2024-02-19 06:41:55


Church liturgy should be a miniature expression of daily life that worships God or gives God high value. That is why the Lord Jesus said believers should worship God in Spirit and truth. The context of the Lord Jesus’ statement was a dialogue between the Lord Jesus and the Samaritan woman at Jacob’s temple near Shechem. The Jews held their worship or worship of Yahweh in the temple in Jerusalem, while the Samaritans, who were of mixed descent between Jews and pagans, were not allowed to hold worship in Jerusalem. That is why they worshiped Yahweh on Mount Gerizim. 

The Lord Jesus stated that there would come a time when people would no longer worship in Jerusalem or on the mountain but in Spirit and truth (John 4:24). This means that ceremonial worship will come to an end, as it is not the standard that God desires. God desires believers to have attitudes of heart, patterns of thinking, and lifestyles that are by God’s desires. That is the one who pleases Him or does His desire or will (John 4:23-24). For New Testament believers who understand that God is Spirit, His worshippers must worship Him in Spirit and truth. 

Why is this so? God, who is Spirit, wants to show that He is everywhere, not bound by time and space. If worship is only in a specific location, at a particular time, and in a certain way, then it is not quality worship. The Jews were like that, and God understood it because they did not know the truth like the New Testament people. Our worship must differ now that we know the truth as New Testament people.

The church liturgy should be a miniature expression of everyday life that values God. If this is not the case daily, it is hypocritical or pretentious. The words and confessions at the pulpit are not in sync with the reality of daily life. Giving God high-value one’s worship must be true if one’s life is true. His sincerity is not contrived because sincerity cannot be contrived. Sincerity is the automatic rhythm of daily life when one has a good relationship and interacts with God continuously and unceasingly. 

Praising and worshipping God should be an automatic rhythm that flows out of the heart, not something that is forced. A person with a healthy attitude gives God high value, honoring Him appropriately, and automatically has the “spirit of worship” continuously unceasingly. He does not need to try to worship because the rhythm of worship is automatically permanent. He only needs to express when and where. To express it, it is independent of the atmosphere, place, liturgy, music, and so on. 

The attitude of worship can be expressed without being inhibited by anything and anyone. As a speaker or preacher, worship leader, and singer, then lightly without burden, he can sincerely worship God in front of the congregation. He does not need to seek God’s face or warm up to find God’s presence. However, only a few people have this Spirit of worship. Therefore, praise and worship must be carried out by those who continuously learn to worship God daily to have the Spirit of worshiping correctly or of high quality. 

A speaker should have the Spirit of worship, even if he cannot sing well, but the Spirit of worship will help him to be able to invite people to worship God. Indeed, to serve the pulpit, one does not have to wait for perfection to take part in this service, but one must earnestly learn to worship God properly so that he will begin to exude the “spirit” of genuine praise and worship. One will find a natural, spontaneous, and sincere language of intimacy in communion with God. 

They will have a conversation that has no secular elements. A heart-to-heart conversation. A conversation that touches God’s presence, creating a genuine and natural humility. There will be a line of communication with God that others can feel. A speaker, worship leader, and singer absolutely must have it. Because they did not learn to worship God properly, many Christians have not worshipped God properly. They only sing in church. They even outwardly praise and worship God when, in fact, they are only pretending to worship God. These are hypocrites trying to deceive God.

  IN THE RELATIONSHIP WITH GOD, ONE WILL FIND A NATURAL, SPONTANEOUS, AND SINCERE LANGUAGE OF INTIMACY THAT IS NATURAL, SPONTANEOUS AND SINCERE.

Card image
BAHASA KEAKRABAN - 19 Februari 2024
2024-02-19 06:38:42


Liturgi gereja haruslah ekspresi miniatur kehidupan setiap hari yang menyembah Allah atau memberi nilai tinggi Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata agar orang percaya menyembah Allah dalam Roh dan kebenaran. Konteks pernyataan Tuhan Yesus itu adalah dialog antara Tuhan Yesus dengan perempuan Samaria di perigi Yakub dekat kota Sikhar. Orang Yahudi menyelenggarakan ibadahnya atau penyembahan kepada Yahweh di bait Allah di Yerusalem, sedangkan orang Samaria yang adalah keturunan campuran antara orang Yahudi dan orang kafir tidak diperkenankan mengadakan ibadah di Yerusalem. Itulah sebabnya mereka mengadakan ibadah kepada Yahweh di gunung Gerizim.

Tuhan Yesus menyatakan bahwa ada saatnya orang tidak lagi beribadah di Yerusalem atau di gunung itu, tetapi dalam Roh dan kebenaran (Yoh. 4:24). Ini berarti penyembahan yang bersifat seremonial akan berakhir, sebab itu bukan standar yang dikehendaki oleh Allah. Orang percaya dikehendaki oleh Allah memiliki sikap hati, pola berpikir dan gaya hidup yang sesuai dengan keinginan Tuhan. Itu adalah yang berkenan kepada-Nya atau melakukan keinginan atau kehendak-Nya (Yoh. 4:23-24). Bagi umat Perjanjian Baru yang mengerti bahwa Allah itu Roh, maka penyembah-penyembah-Nya harus menyembah Dia dalam Roh dan kebenaran.

Mengapa demikian? Allah yang adalah Roh hendak menunjukkan bahwa Ia ada di mana-mana, tidak terikat ruangan dan waktu. Kalau penyembahan hanya di suatu lokasi, pada rentang waktu tertentu dan dengan cara tertentu, maka itu bukan penyembahan yang berkualitas. Memang orang Yahudi dulu demikian dan Allah memakluminya, sebab mereka belum mengenal kebenaran seperti umat Perjanjian Baru. Kalau sekarang kita sebagai umat Perjanjian Baru mengenal kebenaran, maka cara kita menyembah harus berbeda.

Liturgi gereja harus merupakan ekspresi miniatur dari kehidupan setiap hari yang menghargai atau memberi nilai tinggi terhadap Tuhan. Kalau setiap harinya tidak demikian berarti munafik atau pura-pura. Ucapan dan segala pengakuan di mimbar tidak sinkron dengan kenyataan hidup setiap hari. Kalau kehidupan seseorang benar—yaitu memberi nilai tinggi Tuhan—maka penyembahannya pasti benar. Ketulusannya tidak dibuat-buat karena memang ketulusan tidak bisa dibuat-buat. Ketulusan adalah irama otomatis kehidupan yang setiap hari, yaitu apabila seseorang memiliki hubungan interaksi yang baik dengan Tuhan terus menerus tiada henti.

Memuji dan menyembah Allah haruslah menjadi irama otomatis yang mengalir keluar dari hati, bukan sesuatu yang dipaksakan. Seseorang yang memiliki kehidupan sikap hati memberi nilai tinggi Tuhan atau menghormati-Nya dengan pantas, secara otomatis atau dengan sendirinya memiliki "spirit menyembah" secara terus menerus tiada henti. Ia tidak perlu berusaha untuk menyembah, sebab dengan sendirinya irama menyembah itu sudah permanen ada. Ia hanya perlu mengekspresikan kapan dan di mana. Untuk mengekspresikannya, tidak tergantung suasana, tempat, liturgi, musik dan lain sebagainya.

Sikap menyembah dapat diekspresikan tanpa bisa dihambat oleh apa pun dan siapa pun. Kalau ia seorang pembicara atau pengkhotbah, worship leader dan singer, maka dengan ringan tanpa beban bisa menyembah Tuhan di depan jemaat dengan tulus. Ia tidak perlu mencari-cari wajah Tuhan atau melakukan pemanasan untuk menemukan hadirat Tuhan. Namun kenyataan yang kita lihat, tidak banyak orang yang memiliki spirit penyembahan seperti ini. Oleh sebab itu, pelayananan puji-pujian dan penyembahan harus dilakukan oleh mereka yang terus menerus belajar menyembah Allah setiap hari sehingga memiliki spirit menyembah dengan benar atau berkualitas tinggi.

Dan seorang pembicara harus memiliki spirit menyembah, walaupun ia tidak bisa menyanyi dengan baik, tetapi spirit penyembahan akan menolongnya mampu mengajak orang untuk menyembah Allah. Memang untuk melayani mimbar, seseorang tidak harus menunggu sempurna baru mengambil bagian dalam pelayanan ini, tetapi ia harus sungguh-sungguh belajar untuk menyembah Allah dengan benar, sehingga ia mulai akan dapat memancarkan “spirit” pujian dan penyembahan yang benar. Dalam pergaulan dengan Tuhan, seseorang akan menemukan bahasa keakraban yang natural, spontan dan tulus.

Sebuah percakapan yang tidak ada unsur protokuler. Sebuah percakapan dari hati ke hati. Percakapan yang menyentuh hadirat Tuhan, menciptakan kerendahan hati yang tulus dan natural. Akan ada jalur komunikasi dengan Tuhan yang bisa dirasakan orang lain. Seorang pembicara, worship leader dan singer mutlak harus memilikinya. Oleh karena tidak belajar menyembah Allah, maka banyak orang Kristen yang sebenarnya belum menyembah Allah dengan benar. Mereka hanya menyanyi dalam gereja. Bahkan mereka bersikap lahiriah memuji dan menyembah Allah, padahal sebenarnya mereka hanya berpura-pura menyembah Tuhan. Mereka ini adalah manusia munafik yang mencoba menipu Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DALAM PERGAULAN DENGAN TUHAN, SESEORANG AKAN MENEMUKAN BAHASA KEAKRABAN YANG NATURAL, SPONTAN DAN TULUS. .

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 19 Februari 2024
2024-02-19 05:41:06

Imamat 19-21

Card image
Truth Kids 18 Februari 2024 - MEMBUKA HATI UNTUK TUHAN
2024-02-18 09:55:16


Kisah Para Rasul 16:14
"Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus."

Seorang anak perempuan bernama Rani suka bermain dengan teman-temannya di taman. Suatu hari, ia bertemu dengan tante yang sedang membaca buku. "Apa yang Tante baca?" tanya Rani. "Ini adalah Alkitab, buku yang berisi firman Tuhan," jawab tante itu. "Aku belum pernah baca Alkitab. Apa isinya?" Rani penasaran. "Isinya banyak sekali, Nak. Ada kisah tentang Tuhan dan orang-orang yang percaya pada-Nya. Salah satunya kisah tentang Lidia, seorang penjual kain yang membuka hatinya untuk Tuhan." Tante itu menceritakan kisah Lidia kepada Rani.

"Suatu hari, Lidia mendengarkan Paulus, seorang hamba Tuhan yang memberitakan Injil kepadanya. Lidia tidak menutup telinga dan hatinya, tetapi ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus sehingga ia percaya kepada Yesus dan dibaptis bersama seisi rumahnya. Lidia mengundang Paulus dan teman-temannya untuk tinggal di rumahnya. Lidia tekun menerima firman Tuhan dan berbuat baik."

Sobat Kids, dari kisah Lidia, kita bisa belajar membuka hati untuk Tuhan. Tuhan ingin berbicara kepada kita melalui firman-Nya, tetapi kita harus mau mendengarkan dan memperhatikan yang Tuhan katakan. Jika kita membuka hati kita, hidup kita akan diubahkan. Ayo, Sobat Kids! Mari buka hati kita untuk Tuhan. Tuhan pasti senang dan bangga dengan kita. Amin.

Card image
Truth Junior 18 Februari 2024 - TEKUN DALAM FIRMAN
2024-02-18 09:50:10


Kisah Para Rasul 16:14
“Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus.”

Sobat Junior, kali ini kita akan belajar sebuah topik yang menarik. Kisah ini tentang seorang businesswoman (pengusaha wanita) yang terkenal pada masanya. Dia adalah Lidia, seorang penjual kain ungu dari Tiatira. Hayoo… Siapa di antara Sobat Junior yang selalu beralasan sibuk kalau diajak mendengarkan firman Tuhan, sampai-sampai tidak memperhatikan firman Tuhan? Ehem… ehem… mungkin Sobat Junior akan beralasan “Kak, aku ini sibuk! Di sekolah banyak tugas, ditambah lagi sepulang sekolah aku ikut les ini, itu…. Mana ada waktu untuk membaca Alkitab?” Dan banyak lagi alasan lainnya.

Tapi coba Sobat Junior perhatikan. Lidia berprofesi sebagai penjual kain ungu, artinya Lidia juga adalah orang yang super sibuk. Tetapi di tengah-tengah kesibukannya sebagai pengusaha, Lidia masih menyempatkan waktunya untuk beribadah kepada Tuhan. Buktinya, ketika Paulus bertemu dengan Lidia, dia sedang berada di tempat ibadah Yahudi. Lidia sedang beribadah, bukan bergosip atau nongkrong. Lidia memberikan waktunya untuk mendengarkan dan memperhatikan apa yang dikatakan Paulus. Dan karena ketekunannya itu, Lidia dapat membuka hatinya dan menerima firman Tuhan.

Sobat Junior, dari cerita Lidia kita bisa belajar bahwa sebagai anak Allah yang baik, kita harus tekun mendengarkan dan memperhatikan firman Tuhan. Walaupun terkadang kita “sibuk,” tetap saja itu bukan alasan untuk tidak mendengarkan firman Tuhan. Dengan bertekun mendengarkan firman Tuhan, pasti Roh Kudus akan memberi tuntunan untuk membuka hati kita supaya bisa menerima firman-Nya dengan penuh sukacita. Jadi, yuk, Sobat Junior, mari terus belajar dan memperkuat iman kita!

Card image
Truth Youth 18 Februari 2024 (English Version) - BEAUTIFUL HEART
2024-02-18 09:47:54


"But I say to you, love your enemies and pray for those who persecute you." (Matthew 5:44)

A pastor once said, "If we love God, we have no enemies towards other human beings. There are only people who are hostile towards us." Perhaps we have been antagonized by others, even though we ourselves are unaware of the reasons for their hostility. It could be because we don't share the same views, or there are things we have done unknowingly that have offended and hurt someone. Enemies are often associated with warfare, which results in casualties without any sense of humanity. The faith lives of Christians in ancient times often faced persecution. They were hated and despised for believing in Jesus as the Messiah. It was during those times that Jesus advised those who lived according to the Gospel to continue to love and pray for those who persecuted them. Jesus' advice at that time wasn't just for them but also applies to us today. Jesus wants us to love those who hate us or may have harmed us.

Praying for those who persecute us is not easy. But when we do everything by seeking the help of the Holy Spirit, believe that God will enable us to pray for them. We pray not so that they may be cursed or punished by God but so that they may change from their wicked ways. While people usually respond to evil with evil, we, as people who love God, respond to evil with kindness by praying for good things for those who persecute us. We may feel it's unfair when we are treated unfairly by people in our surroundings, and our hearts are filled with anger and disappointment. This is the right time to choose to pray for the best for them. This way, we please God!

WHAT TO DO:
Learn to be calm, then we can pray for those who persecute us.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 25-26

Card image
Truth Youth 18 Februari 2024 - BEAUTIFUL HEART
2024-02-18 09:45:36


"Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." (Mat 5:44)

Seorang pendeta pernah berkata, “Kalau kita mengasihi Tuhan, kita tidak punya musuh terhadap sesama manusia. Yang ada hanyalah orang-orang yang memusuhi kita.” Mungkin kita pernah dimusuhi oleh orang lain, meskipun kita sendiri tidak mengetahui alasan orang-orang memusuhi kita. Bisa jadi karena kita tidak memiliki pandangan yang sama atau ada hal-hal yang pernah kita lakukan tanpa kita sadari membuat seseorang merasa tersinggung dan sakit hati. Musuh identik dengan peperangan yang menyebabkan adanya korban jiwa tanpa adanya rasa perikemanusiaan. Kehidupan iman orang-orang Kristen pada zaman dulu sering mengalami penganiayaan. Mereka dimusuhi dan dibenci karena memercayai Yesus sebagai Mesias. Ketika itulah Yesus menasihati orang-orang yang hidup menuruti Injil untuk tetap mengasihi dan berdoa bagi orang-orang yang menganiaya mereka. Nasihat Tuhan Yesus pada waktu itu bukan hanya untuk mereka, tetapi juga turut berlaku bagi kita hari ini. Tuhan Yesus menghendaki kita mengasihi orang-orang yang memusuhi kita atau mungkin pernah merugikan kita.

Mendoakan orang-orang yang memusuhi kita bukanlah hal yang mudah. Tapi ketika kita melakukan semuanya dengan meminta pertolongan Roh Kudus, percayalah Tuhan akan memampukan kita berdoa untuk mereka. Kita berdoa bukan supaya mereka dicelakakan atau dihukum oleh Tuhan, tetapi supaya mereka berubah dari kejahatan mereka. Kalau pada umumnya orang-orang membalas kejahatan dengan kejahatan, kita sebagai orang-orang yang mengasihi Tuhan membalas kejahatan dengan kebaikan yaitu dengan mendoakan hal-hal yang baik untuk orang-orang yang memusuhi kita. Mungkin kita merasa itu tidak adil, ketika kita diperlakukan tidak pantas oleh orang-orang di lingkungan kita, hati kita marah dan kecewa. Inilah saat yang tepat untuk memilih mendoakan yang terbaik buat mereka. Dengan cara ini, Tuhan disenangkan!

WHAT TO DO:
Belajar tenang, maka baru kita dapat mendoakan orang-orang yang menganiaya kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎Bilangan 25-26

Card image
Renungan Pagi - 18 Februari 2024
2024-02-18 09:36:40


Di Dunia ini segala yang jahat kadang dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Hidup adalah kompetisi untuk meraih kekuasaan, kekayaan untuk kesenangan diri sendiri. Sehingga ada banyak orang hidup dalam kecurangan dan keegoisan, ukuran kemuliaan bagi mereka adalah yang penting apa yang diinginkan dan apa yang dicita-citakan semua tercapai, sukses dan berhasil. Tetapi kehidupan sebagai orang percaya atau orang kristen seharusnya berbeda ukurannya dengan dunia ini.

Yang terpenting adalah apakah hidup kita sudah menjadi berkat, sudah menjadi terang, sudah menjadi teladan yang baik dan mempermuliakan nama Tuhan? Jika itu yang menjadi ukuran kehidupan kita, maka akan melihat segala hal yang baik yang Tuhan akan kerjakan dalam hidup kita, hidup akan penuh ucapan syukur, dan apapun yang kita lakukan semuanya bagi kemuliaan Tuhan, bukan untuk kemuliaan diri sendiri.

"Aku menjawab; jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat."
(1 Korintus 10:31,33

Card image
Quote Of The Day - 18 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-18 09:33:41


Menggerakkan hati untuk mengasihi Tuhan harus dibangun dari kesadaran bahwa memang manusia diciptakan untuk mengasihi Dia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 18 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-18 09:31:26


Melalui kebersamaan dengan yang Maha Kuasa, kita menemukan kekuatan yang luar biasa untuk mengatasi tantangan hidup.

Card image
NOT SEEKING GOD - 18 Februari 2024 (English Version)
2024-02-18 09:29:20


It must be acknowledged how difficult it is to seek God. When Jesus introduced the Gospel or spiritual matters, it was because the Israelites were a highly religious society. Matters related to God or spirituality were integral parts of their daily lives. Imagine how challenging it is to introduce these concepts to a society that disregards matters related to God or spirituality, as seen in some Western countries today.

Moreover, if they are already prosperous and think rationally in their version, meaning everything that cannot be verified scientifically is nonsense. Even God is considered nonsense. This is a society that experiences worldliness or secularism. Symptoms like this have become endemic throughout the world, even countries that believe in God as their precepts, like Indonesia, consider God to be nonsense. This is evident from their attitude to life and all their actions. Today and in the future, we are increasingly confronted with a society and a majority of people who are not actually seeking God.

This wicked world atmosphere definitely influences us. We must remain in integrity as children of God who stand firmly based on the truth of the Bible, that seeking God or putting the Kingdom of Heaven first is a priority above all else (Matt. 6:33). The opportunity to seek God or prioritize God's Kingdom is very short and limited. That is why God said that we should seek God as long as He is willing to be found (Isa. 55:6). This is the time of favor, because if the door is closed, no one can open it. Just like when the door to Noah's ark was closed, no one could open it.

Today many people are partying with this life without truly seeking God. They include religious people who only have religion, but have not found God. They find limited knowledge about God and carry out religious activities, but they have not had direct contact with God. Basically, they lack real experiences with God or tangible experiences with God. It is even more terrifying if those who have not found God are the ones speaking on the pulpit in the name of God. Then the God introduced or preached is merely a fantasy.

The phrase "seeking God" in the believer's circle is not unfamiliar. It is often spoken and heard. But not many people really understand what it means to seek God, let alone implement it in life. So the fact is that many people are Christians, but do not seek God. One should not think shallowly, assuming they are seeking God just because they go to church.

Seeking God is fundamentally built upon two main motivations. First, striving to know God to fulfill His will. For this, the church must teach the truth so that the congregation knows God correctly. As a result, believers are taught to position themselves correctly before Him. Their character is continually transformed to be restored to God's original design, honoring and serving God by helping others achieve true spiritual maturity.

Second, striving to experience God at every moment to make God their joy. This is not merely a religious experience in liturgy or mass but a real experience with God every day. For this, one must seriously live out or pay attention to God's presence at every moment, forsaking worldly pleasures and seeking to change their soul's taste toward this world. Of course, people like this will make time to go to church, have private prayers, and fellowship with brothers and sisters who share the same longing. Without this, one will fail to enjoy God.

If people go to church only to find a way out of their problems or for a physical need, it means they have not sought God. They are only seeking solutions to their problems or fulfilling their material needs. This is what the people of Israel did during Jesus' time on earth in human form; they sought God only for bread (John 6:26 Jesus answered, “Very truly I tell you, you are looking for me, not because you saw the signs I performed but because you ate the loaves and had your fill). They sought something that was not a principle or their primary need.

Because of this ignorance they do not see "signs" or directions (Greek: semeion; σημεῖον). The same foolishness displayed by those Israelites is seen in many Christians today who go to church not to seek God. Unfortunately, some churches legitimize such practices as if they are correct. Therefore, the congregation must discern which churches are true and which are false.

IF PEOPLE GO TO CHURCH ONLY FOR A WAY OUT OF THEIR PROBLEMS OR A PHYSICAL NEED, IT MEANS THEY HAVE NOT YET SOUGHT GOD.

Card image
BELUM MENCARI TUHAN- 18 Februari 2024
2024-02-18 09:26:31


Sebenarnya harus diakui, betapa sulitnya mencari Tuhan itu. Kalau Tuhan Yesus memperkenalkan Injil atau hal-hal rohani, itu karena memang bangsa Israel adalah masyarakat yang sangat agamani. Hal-hal yang bertalian dengan Tuhan atau spiritual adalah bagian integral dalam hidup mereka setiap hari. Bayangkan, betapa sulitnya memperkenalkan kepada suatu masyarakat yang tidak memedulikan hal-hal yang bertalian dengan Tuhan atau hal-hal spiritual dalam masyarakat yang sudah terbiasa tidak memedulikan kepada hal-hal tersebut, seperti masyarakat di beberapa negara Barat hari ini.

Apalagi kalau mereka sudah makmur dan berpikir rasional versi mereka, artinya segala sesuatu yang tidak bisa diverifikasi secara sains adalah omong kosong. Tuhan pun dianggap omong kosong. Inilah masyarakat yang mengalami penduniawian atau sekulerisme. Gejala seperti ini sudah mewabah di seluruh dunia, bahkan negara yang bertuhan sebagai silanya seperti Indonesia, Tuhan pun dianggap omong kosong. Hal ini terbukti dari sikap hidup dan segala tindakan mereka. Hari ini dan ke depan kita semakin dihadapkan pada masyarakat dan sebagian besar manusia yang sebenarnya tidak mencari Tuhan.

Atmosfer dunia yang fasik ini pasti ikut mempengaruhi kita. Kita harus tetap pada integritas sebagai anak-anak Allah yang berdiri tegak berdasarkan kebenaran Alkitab, bahwa mencari Tuhan atau mendahulukan Kerajaan Surga adalah prioritas lebih dari segala hal (Mat. 6:33). Kesempatan untuk mencari Tuhan atau mendahulukan Kerajaan Allah sangat singkat dan terbatas. Itulah sebabnya Tuhan berfirman agar kita mencari Tuhan selama Ia berkenan ditemui (Yes. 55:6). Inilah masa perkenanan itu, sebab kalau pintu sudah ditutup, maka tidak ada yang bisa membukanya. Sama seperti pada saat pintu bahtera Nuh sudah ditutup, maka tidak ada yang bisa membukanya.

Hari ini banyak orang sedang berpesta dengan kehidupan ini tanpa sungguh-sungguh mencari Tuhan. Mereka termasuk orang-orang beragama yang hanya beragama, tetapi belum menemukan Tuhan. Mereka menemukan pengetahuan tentang Tuhan secara terbatas dan melakukan kegiatan agamanya, tetapi mereka belum bersentuhan langsung dengan Tuhan. Pada dasarnya mereka belum memiliki pengalaman yang riil atau nyata dengan Tuhan. Lebih mengerikan kalau yang berkeadaan belum menemukan Tuhan itu ternyata juga adalah orang-orang yang berbicara di mimbar mengatasnamakan Tuhan. Maka Tuhan yang diperkenalkan atau dikhotbahkan adalah Tuhan dalam fantasi saja.

Kata “mencari Tuhan” dalam lingkungan orang percaya adalah kata yang sudah tidak asing. Sering diucapkan dan didengar. Tetapi tidak banyak yang benar-benar mengerti apa yang dimaksud dengan mencari Tuhan itu, apalagi menggelarnya dalam kehidupan. Sehingga faktanya banyak orang beragama Kristen, tetapi tidak mencari Tuhan. Hendaknya seseorang tidak berpikir dangkal, sudah merasa mencari Tuhan hanya karena pergi ke gereja.

Mencari Tuhan pada dasarnya dibangun dari dua motivasi utama, pertama, berusaha mengenal Tuhan untuk dapat melakukan kehendak-Nya. Untuk ini pihak gereja harus mengajarkan kebenaran agar jemaat mengenal Allah dengan benar. Sebagai buahnya, orang percaya diajar untuk menempatkan diri dengan benar di hadapan-Nya. Karakternya diubahkan terus untuk dapat dikembalikan seperti rancangan Allah semula, menghormati Tuhan atau menyembah Tuhan dan melayani Tuhan dengan membantu orang lain bisa memiliki kedewasaan rohani yang benar.

Kedua, berusaha mengalami Tuhan setiap saat sehingga dapat menjadikan Tuhan sebagai kebahagiaan. Ini bukan sekadar pengalaman keagamaan dalam liturgi atau misa. Tetapi pengalaman riil dengan Tuhan setiap hari. Untuk ini seseorang harus serius menghayati atau memberi perhatian kepada kehadiran Tuhan setiap saat, meninggalkan kesenangan dunia dan berusaha mengubah cita rasa jiwanya terhadap dunia ini. Tentu saja orang-orang seperti ini akan menyediakan waktu pergi ke gereja, doa pribadi dan bersekutu dengan saudara-saudara yang memiliki kerinduan yang sama. Tanpa hal ini seseorang akan gagal untuk dapat menikmati Tuhan.

Kalau seseorang ke gereja hanya karena memiliki masalah agar dapat jalan keluar dari masalahnya atau karena suatu kebutuhan jasmani, itu berarti belum mencari Tuhan. Mereka hanya mencari jalan keluar dari masalahnya atau menemukan pemenuhan kebutuhan jasmaninya. Inilah yang dilakukan oleh orang-orang Israel pada zaman Tuhan Yesus di bumi mengenakan tubuh daging, mereka mencari Tuhan hanya karena roti (Yoh. 6:26). Mereka mencari sesuatu yang tidak prinsip atau bukan kebutuhan utama.

Karena kebodohan itu mereka tidak melihat “tanda” atau petunjuk arah (Yun. semeion; σημεῖον). Hal yang sama seperti orang-orang Israel yang bodoh tersebut dilakukan banyak orang Kristen hari ini yang pergi ke gereja bukan karena hendak mencari Tuhan. Celakanya pihak gereja melegalisir praktik tersebut seakan-akan benar. Oleh sebab itu, jemaat harus jeli menilai gereja mana yang benar dan yang palsu.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU SESEORANG KE GEREJA HANYA KARENA DEMI JALAN KELUAR DARI MASALAHNYA ATAU SUATU KEBUTUHAN JASMANI, ITU BERARTI IA BELUM MENCARI TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 18 Februari 2024
2024-02-18 09:20:31

Imamat 16-18

Card image
Truth Kids 17 Februari 2024 - BERBAGI BEBAN, YUK!!!
2024-02-17 12:40:25


Markus 15:21
"Pada waktu itu lewat seorang yang bernama Simon, orang Kirene, ayah Aleksander dan Rufus, yang baru datang dari luar kota, dan orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus."

Hari ini Rani merasa sangat lelah. Ia baru saja pulang dari sekolah dan harus menyelesaikan tugas-tugasnya. Ia juga harus membantu ibunya di rumah. Ia ingin bermain dengan teman-temannya, tapi tidak punya waktu. Ia merasa sendirian dan tidak bahagia. Suatu hari, ia mendengar cerita tentang Simon dari Kirene. Simon adalah seseorang yang kebetulan lewat saat Yesus dibawa ke tempat penyaliban. Para prajurit Romawi memaksa Simon membantu Yesus memikul salib-nya. Simon mungkin merasa takut dan enggan, tapi ia tetap melakukannya. Ia berbagi beban dengan Yesus.

Sobat Kids, tahukah kalian bahwa Simon dari Kirene adalah contoh orang yang melayani Kristus? Ia tidak mengenal Yesus, tapi mau menolong-Nya. Ia tidak tahu bahwa Yesus adalah Anak Allah yang datang menyelamatkan manusia dari dosa. Ia tidak tahu bahwa Yesus sedang mengorbankan diri-Nya untuk kita semua.

Sobat Kids, kita juga bisa melayani Kristus dengan berbagi beban-Nya. Kita bisa menolong orang-orang yang membutuhkan bantuan kita. Saat melayani Kristus dengan berbagi beban-Nya, kita akan merasakan sukacita dan damai sejahtera dalam hati kita. Kita tidak akan merasa lelah dan sendirian, karena kita akan merasakan kehadiran dan kasih Tuhan. Kita akan menjadi berkat bagi orang lain dan menyenangkan hati Tuhan.

Card image
Truth Junior 17 Februari 2024 - PAHLAWAN SEJATI
2024-02-17 12:38:45


Markus 15:21
“Pada waktu itu lewat seorang yang bernama Simon, orang Kirene, ayah Aleksander dan Rufus, yang baru datang dari luar kota, dan orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus.”

Siapa yang masih ingat nama tokoh Alkitab yang membantu Yesus memikul salib-Nya menuju bukit Golgota? Benar banget, nama tokoh itu adalah Simon dari Kirene. Saat sedang lewat, Simon dihentikan oleh para tentara-tentara Romawi. Simon yang baru datang dari luar kota, dipaksa untuk membantu Yesus memikul salib-Nya. Simon awalnya kaget, tapi kemudian ia membantu Yesus memikul salib yang berat itu.

For your information, pada masa itu, memikul salib adalah sesuatu yang memalukan dan dianggap hina. Itu alasannya kenapa tidak ada orang yang mau memikul salib, kecuali jika dipaksa. Sobat Junior, coba bayangkan, bisa saja di sepanjang perjalanan, Simon dihina dan diolok-olok seperti yang Yesus alami. Lalu apakah Simon bersungut-sungut? Jawabannya tidak! Wow… keren, bukan? Simon bukan hanya taat pada perintah prajurit Romawi, tetapi Simon juga tidak keberatan memikul salib Yesus yang berat itu dengan sepenuh hati.

Dari teladan Simon, kita bisa belajar bahwa sebagai anak Allah, Sobat Junior harus selalu menolong orang lain. Orang lain itu siapa? Bisa saja papa, mama, kakak, teman, sepupu, dan orang-orang yang ada di sekitar Sobat Junior. Bahkan mungkin yang tidak kita kenal sekalipun. Tuhan dapat memakai Sobat Junior untuk memikul salib orang lain juga, loh. Dengan cara apa? Dengan menolong orang lain yang dalam kesulitan. Melayani Kristus memang tidak selalu mudah, Sobat Junior, tetapi kita bisa menjadi pahlawan seperti Simon dari Kirene dengan bersedia berbagi beban dan membantu orang lain dengan penuh kasih, bahkan disaat-saat sulit.

Card image
Truth Youth 17 Februari 2024 (English Version) - UNCONDITIONAL LOVE
2024-02-17 08:24:43


"If someone says, 'I love God,' and hates his brother, he is a liar; for he who does not love his brother whom he has seen, how can he love God whom he has not seen?" (1 John 4:20)

To love one's neighbor is to love God. There's a saying, "you can't love what you don't know." Have you ever admired or idolized someone? Surely, we would try to gather as much information as possible about that person, right? We seek to understand their likes and dislikes, and strive to make them happy and comfortable around us. We try not to hurt their feelings. This is a sign of genuine love for someone. The same goes for our relationship with God. If we say we love God, then we must strive to find out what pleases God and what doesn't. Pleasing God involves obeying His commandments. However, obeying God's commandments isn't just about going to church, being diligent in worship, and actively serving in the church; it's about how we react to others.

One of God's commandments is to love our neighbors as ourselves. Before God commands us to love others, He wants us to love Him wholeheartedly first. Why is that? Actually, God wants to teach us about genuine love for others. That's why He wants us to love Him first before we can truly love others. God's love is genuine. He continues to love us even when we do things He doesn't like. If we still harbor hatred towards those who have hurt us, it means we haven't truly embraced Christ's love within us. Moreover, if we reach the point of intending to retaliate against those who have wronged us, it means we're deceiving ourselves into thinking that we love God. So, let's start being honest with ourselves from now on. God will surely forgive those who honestly admit their mistakes.

WHAT TO DO:
Learn to control our emotions when the desire to become angry arises.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 22-24

Card image
Truth Youth 17 Februari 2024 - UNCONDITIONAL LOVE
2024-02-17 08:20:07


Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.
(1 Yoh. 4:20)

Mengasihi kata lawannya adalah membenci. Ada kalimat yang pernah kita dengar yaitu “tak kenal maka tak sayang.” Sobat youth, pernah enggak menyukai atau mengidolakan seseorang? Tentu kita akan berusaha untuk mendapatkan sebanyak mungkin informasi tentang seseorang itu bukan? Kita mencoba untuk mengetahui hal-hal apa saja yang disukai dan tidak disukainya serta membuatnya senang dan nyaman dengan kita. Sebisa mungkin tidak melukai perasaan seseorang itu. Ini adalah tanda kita mengasihi seseorang dengan serius. Sama halnya hubungan dengan Tuhan.

Kalau kita mengatakan kita mengasihi Tuhan, maka kita pasti berusaha untuk mencari tahu apa yang Tuhan sukai dan tidak sukai. Kesukaan Tuhan adalah ketika kita melakukan perintah Tuhan. Nah, melakukan perintah Tuhan tidak cukup dengan ke gereja, rajin ibadah, dan aktif pelayanan di gereja karena melakukan perintah Tuhan yang sesungguhnya itu menyangkut reaksi kita terhadap sesama.

Salah satu perintah Tuhan adalah mengasihi sesama seperti diri sendiri. Sebelum Tuhan memerintahkan kita untuk mengasihi sesama, Tuhan mau kita mengasihi Dia dahulu dengan sepenuh hati, jiwa dan akal budi. Mengapa demikian? Sebenarnya, Tuhan mau mengajar kita tentang kasih yang tulus terhadap sesama, sebab itu Tuhan ingin kita mengasihi Dia terlebih dahulu, baru kita bisa mengasihi sesama dengan benar. Kasih Tuhan adalah kasih yang tulus. Tuhan tetap mengasihi kita, walaupun kita sering melakukan apa yang Tuhan tidak sukai. Kalau kita masih membenci orang yang menyakiti kita, berarti kita belum memiliki kasih Kristus dalam diri kita. Apalagi kalau sampai di tahap kita berniat untuk membalas kejahatan terhadap orang-orang yang menjahati kita, berarti kita menipu diri sendiri bahwa kita mengasihi Tuhan. Jadi, marilah mulai sekarang kita belajar jujur terhadap diri sendiri. Tuhan pasti mengampuni orang-orang yang mau mengakui kesalahannya dengan jujur.

WHAT TO DO:
Belajar menguasai emosi ketika muncul keinginan untuk marah.

BIBLE MARATHON:
▪︎Bilangan 22-24

Card image
Renungan Pagi - 17 Februari 2024
2024-02-17 08:17:54


"Manusia dapat menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari pada TUHAN." Orang percaya yang dekat dengan Tuhan, pasti memiliki hikmat untuk menimbang segala perkara dalam hatinya. Tidak semua hal perlu dibicarakan secara terbuka dan jangan terlalu cepat respon dengan kata-kata kritik atau emosi saat mendengar sesuatu, jangan keluar kata-kata kotor yang sembarangan dari lidah kita.

Sebab hati menimbang, tetapi jawaban lidah harusnya berasal dari Tuhan lewat hikmat-Nya yang diberikan dalam hati. Jadi setiap perkataan harus berasal dari Tuhan, artinya setiap ucapan harus membuat nama Tuhan dipermuliakan, menjadi berkat, bermanfaat untuk membangun iman orang lain dan menjadi jawaban yang memberi kekuatan, bukan melukai dan menjatuhkan orang lain.
(Amsal 16:1)

Card image
Quote Of The Day - 17 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-17 08:16:14


Sejatinya, pengalaman “berkasih-kasihan dengan Tuhan” adalah pengalaman terindah dalam hidup ini.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 17 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-17 08:14:31


Fakta hari ini yang tidak dapat dibantah adalah kita dapat menyaksikan begitu banyak orang Kristen yang berkeadaan seperti murid-murid Tuhan Yesus (Kis.1:6-7). Mereka mencari dan mengikut Tuhan Yesus hanya untuk mengubah "nasib" di bumi.

Card image
RECLAIMING ONESELF - 17 Februari 2024 (English Version)
2024-02-17 08:12:28


If the Bible says, “Give thanks in everything,” it is not without reason. It means everything that happens is for the good. For example, when our reputation is damaged, in reality, God wants to destroy our honor and pride. Because God wants us to seek honor only in eternity, the honor given by God; not the honor from humans. Each of us has different struggles, but essentially, God wants to destroy our old selves through problems and life pressures.

So, if we have a problem, we have to understand what God's intentions are behind the problem. Often times, it is our character that must be resolved through that problem. Don't let us pray as James says, that is, we ask for something to satisfy our own lusts. For instance, when we are hated by someone, we shouldn't ask God to destroy that enemy, but rather we should ask God to help us not to be angry, to forgive, and to bless the person who hurt us. Here we reclaim ourselves for God. We shouldn't ask for something to satisfy our fleshly desires.

Therefore, what we should do now is ask God to enable us to say like the psalmist, "Though my flesh and my heart may fail, God is the strength of my heart and my portion forever." Even though many cases happen in life, we shouldn't be fixated on those problems or cases, but we should pay attention to the old self that needs to be put to death. So that the new self can be brought to life, the one we offer to God. However, many of us still keep the old self. If we continue to be in this state, we won't be worthy to enter the Kingdom of Heaven.

Now, if someone says, "I want to serve the work of God," then he must start by reclaiming himself first. Later the Holy Spirit will guide him, because each person has a very personal case with different characteristics. And if we have seized ourselves, then we will seize others. Just then our ministry will be right, not just filling the church with people who become church members, but we will fill the Kingdom of God, fill the Father's House with souls. We must truly love ourselves rightly, for the standard of loving others should be able to love ourselves correctly first.

So if we seize ourselves for the Kingdom of Heaven, we will also seize others for the Kingdom of Heaven. And it must start from the heart. So, if we have no desire to win souls, it means we haven't won ourselves for the Lord either. Therefore, Bible schools should train students to improve their new selves, not just provide theological education. We don't need certificates or trophies from humans; what we think about is how many souls can be saved; from teenagers, youth, adults to the elderly.

We want our presence everywhere to be the presence of God Himself; sincere, pure, natural, undiplomatic, full of compassion. We can express, translate God's feelings, and that pleases God. In this case, it means we have successfully won our souls for God. When our hearts become vessels where God's feelings are poured out, we can love people because God loves them; not because we have an interest. When we remember how Jesus looked at the city of Jerusalem and wept over it, we should have feelings like that, sincerely grieving for souls, and asking, "What should I do for them, Lord?"

God may not need us or force our defense, but He wants to use us to save other humans. God does not order and use angels, God uses us. And if we truly defend God by saving souls, then God will defend us, our descendants, and the people we love. God will lead us and the people we love to the new heaven and new earth. If our problems are as high as mountains, God can avoid and lift them up so that His work in our hands can proceed well.

God helps those who have genuinely seized themselves for God. They will realize that all their life and possessions belong to God. If someone can defend his nation and country with his blood and life, why can’t we defend God with all of our lives? God does not ask for our money, but first, our old self must be put to death. God doesn't need anything; what is needed is for us to reclaim our souls and spirits for God. After that, God can meet our needs and provide abundant blessings so that we can defend His work.

GOD HELPS THOSE WHO TRULY HAVE SEIZED THEMSELVES FOR GOD.

Card image
MEREBUT DIRI SENDIRI - 17 Februari 2024
2024-02-17 08:08:58


Kalau Alkitab berkata, “Ucapkan syukur dalam segala hal,” itu bukan tanpa alasan. Artinya semua yang terjadi baik adanya. Misalnya, ketika nama baik kita dirusak, sebenarnya Tuhan mau menghancurkan kehormatan dan kesombongan kita. Karena Tuhan mau kita hanya mencari kehormatan di kekekalan, kehormatan yang diberikan Allah; bukan kehormatan dari manusia. Masing-masing kita memiliki pergumulan yang berbeda-beda, tapi pada intinya, Tuhan mau menghancurkan manusia lama kita melalui masalah dan tekanan hidup.

Jadi, kalau kita punya masalah, kita harus menangkap apa maksud Tuhan di balik masalah tersebut. Sering kali, justru karakter kita yang harus diselesaikan lewat masalah itu. Jangan sampai kita berdoa seperti yang dikatakan Yakobus, yaitu kita minta sesuatu untuk memuaskan hawa nafsu kita sendiri. Misalnya, waktu kita dimusuhi orang, kita tidak minta Tuhan untuk menghancurkan musuh itu, melainkan kita minta Tuhan membuat kita tidak marah, bisa mengampuni dan memberkati orang yang melukai kita. Di sini kita merebut diri kita untuk Tuhan. Jangan meminta sesuatu untuk memuaskan hawa nafsu kedagingan kita.

Jadi sekarang yang kita lakukan adalah meminta Tuhan agar kita bisa berkata seperti pemazmur, “Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batu dan bagianku tetaplah Allah.” Walau banyak kasus yang terjadi di dalam hidup, kita tidak terpaku pada masalah atau kasus itu, tetapi kita memperhatikan keadaan manusia lama yang harus dimatikan. Supaya manusia barulah yang dihidupkan, yang kita persembahkan untuk Tuhan. Namun, banyak di antara kita yang masih memelihara manusia lama. Kalau kita berkeadaan seperti ini terus, kita tidak mungkin dilayakkan masuk ke dalam Kerajaan Surga.

Sekarang, kalau ada orang berkata, “Saya mau melayani pekerjaan Tuhan,” maka ia harus mulai dengan merebut dirinya sendiri dulu. Nanti Roh Kudus akan menuntunnya, karena setiap orang punya kasus yang sangat pribadi dengan karakteristik yang berbeda. Dan kalau kita sudah merebut diri kita, maka kita pasti merebut orang lain. Pelayanan kita baru benar, bukan sekadar mengisi gereja dengan orang-orang yang menjadi anggota gereja, tapi kita mengisi Kerajaan Allah, mengisi Rumah Bapa dengan jiwa-jiwa. Kita harus mengasihi diri sendiri dengan benar, sebab standar mengasihi orang lain harus bisa mengasihi diri sendiri dahulu dengan benar.

Maka kalau kita merebut diri kita untuk Kerajaan Surga, kita juga pasti merebut sesama untuk Kerajaan Surga. Dan itu harus dimulai dari hati. Jadi, kalau kita sampai tidak punya kerinduan untuk memenangkan jiwa-jiwa, berarti memang kita juga belum menang. Bagaimana kita mau merebut jiwa untuk Tuhan jika kita sendiri belum merebut jiwa kita untuk Tuhan? Makanya, sekolah Alkitab harus melatih para mahasiswa untuk memperbaiki manusia barunya, bukan hanya memberi pendidikan teologi. Kita tidak butuh sertifikat atau piala dari manusia, yang kita pikirkan bagaimana sebanyak mungkin jiwa-jiwa diselamatkan; dari anak-anak remaja, pemuda, dewasa sampai usia lanjut.

Kita ingin kehadiran kita di mana-mana merupakan kehadiran Tuhan sendiri; tulus, polos, natural, tidak berdiplomasi, penuh belas kasihan. Kita bisa mengekspresikan, menerjemahkan perasaan Tuhan dan itu membahagiakan Tuhan. Dalam hal ini berarti kita berhasil memenangkan jiwa kita untuk Tuhan. Ketika hati kita menjadi bejana, di mana perasaan Tuhan dicurahkan, kita bisa mengasihi orang karena Tuhan mengasihi orang itu; bukan karena kita punya kepentingan. Ketika kita ingat, bagaimana Tuhan Yesus melihat kota Yerusalem dan menangisinya. Kita harus punya perasaan seperti itu, menangisi jiwa-jiwa dengan tulus, dan menanyakan, “Apa yang harus kulakukan bagi mereka, Tuhan?”

Tuhan bisa tidak membutuhkan kita atau tidak memaksa pembelaan dari kita, tapi Tuhan mau memakai kita untuk menyelamatkan manusia lain. Tuhan tidak menyuruh dan memakai malaikat, Tuhan memakai kita. Dan kalau kita sungguh-sungguh membela Tuhan dengan menyelamatkan jiwa-jiwa, maka Tuhan akan membela kita, anak cucu kita, dan orang-orang yang kita kasihi. Tuhan akan mengantar kita dan orang-orang yang kita kasihi ke langit baru bumi baru. Jika persoalan kita setinggi gunung, Allah mampu menghindarkan dan mengangkatnya supaya pekerjaan Tuhan di tangan kita bisa berjalan dengan baik.

Tuhan menolong orang yang sungguh-sungguh telah merebut dirinya bagi Tuhan. Dia akan bisa menghayati bahwa seluruh hidup dan miliknya adalah milik Tuhan. Kalau seseorang bisa membela bangsa dan negaranya, dengan darah dan nyawanya, kenapa kita tidak bisa membela Tuhan dengan segenap hidup kita? Tuhan tidak minta uang kita, tapi lebih dulu manusia lama kita harus dimatikan. Tuhan tidak membutuhkan apa-apa, yang dibutuhkan adalah kita merebut jiwa dan roh kita untuk Tuhan. Setelah itu, Tuhan bisa memenuhi kebutuhan, dan memberikan kelimpahan berkat, supaya kita bisa membela pekerjaan-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN MENOLONG ORANG YANG SUNGGUH-SUNGGUH TELAH MEREBUT DIRINYA BAGI TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 Februari 2024
2024-02-17 08:05:40

Imamat 13-15

Card image
Truth Kids 16 Februari 2024 - NIKODEMUS
2024-02-16 12:40:39


Yohanes 3:2
Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat Tuhan mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya."

Dengan tulus Nikodemus datang kepada Yesus untuk mencari jawaban tentang jalan keselamatan. Ia sungguh-sungguh ingin mendapatkan jawaban langsung dari Yesus. Yesus memberikan jawaban kepadanya. "Orang yang ingin masuk ke dalam Kerajaan Allah harus dilahirkan kembali." Bukan berarti kita harus masuk ke dalam perut ibu, ya, Sobat Kids. Maksudnya "dilahirkan kembali" adalah bertobat.

Jawaban Yesus membuat Nikodemus mengerti akan keselamatan yang sesungguhnya. Untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah, kita harus berbuat sesuai dengan kehendak Allah. Saat tidak mengerti akan suatu hal, Nikodemus tidak malu-malu bertanya kepada Tuhan Yesus.

Sobat Kids, jika kalian tidak mengerti tentang firman Tuhan, kalian dapat berdoa. Mintalah agar Tuhan membuat kalian mengerti. Tuhan dapat menjelaskan kebingungan kalian melalui orang tua, kakak Sekolah Minggu, ataupun guru. Jangan ragu untuk bertanya sehingga kalian mengerti kebenaran firman Tuhan.

Card image
Truth Junior 16 Februari 2024 - ORANG ITU BERNAMA NIKODEMUS
2024-02-16 12:39:15


Yohanes 3:2
Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: “Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya.”

Jika Sobat Junior membaca kitab-kitab Injil, ada banyak percakapan dimana Yesus berdebat sengit dengan imam-imam Farisi. Bukan karena Tuhan Yesus suka berdebat, Sobat Junior. Sering kali imam-imam Farisi yang berusaha menjatuhkan dan menghina Tuhan Yesus dengan pertanyaan-pertanyaan mereka. Oleh sebab itulah Tuhan Yesus menyebut mereka sebagai keturunan ular beludak, sebab sikap hati mereka penuh kebencian dan kejahatan.

Namun, ada satu imam Farisi yang mendapatkan perlakuan yang berbeda dari Tuhan Yesus. Orang itu bernama Nikodemus. Nikodemus datang kepada Tuhan karena ia benar-benar ingin mengetahui pengajaran yang selalu disampaikan oleh Tuhan Yesus. Tidak ada niat jahat dalam hati Nikodemus. Nikodemus hanya ingin memahami pengajaran yang disampaikan oleh Tuhan Yesus dengan hati yang tulus.

Begitupun dengan kita, Sobat Junior. Tuhan selalu mengetahui niat hati kita. Orang yang ingin mengetahui kebenaran dengan hati yang tulus pasti selalu mendapatkan jawaban. Yuk, kita miliki ketulusan untuk mengenal Tuhan. Bukan untuk mengejar berkat-Nya, melainkan untuk mengerti apa yang Tuhan inginkan dari kita.

Card image
Truth Youth 16 Februari 2024 (English Version) - WHY LOVE?
2024-02-16 07:05:37


"Dear friends, let us love one another, for love comes from God. Everyone who loves has been born of God and knows God." (1 John 4:7)

Christianity is widely known as a religion that teaches extensively about love, often referred to as the religion of love. Love is synonymous with Christianity and serves as its identity amidst religious diversity and society. Countless church pulpits resonate with messages about love, love, and love. However, in reality, not many Christians truly understand why they should love. Love is often understood as a response because God has loved us.

This understanding often leads many Christians to love with various conditions and stipulations. Love is seen as a duty because God has loved us, rather than a genuine outpouring of love from the heart. Loving with this motive results in a love that is conditional and falls short of the perfect love desired by God. God desires us to love because we genuinely love, not because we feel obligated to reciprocate God's love for us.

The Apostle John offers a profound and deep understanding of love—that we love because we are born of God, who is love itself. God is the essence of love. Therefore, anyone born of God will surely love. Those who are born of God and know God will inevitably love others. A religiosity-based Christianity may not grasp this concept fully, but a Christianity that constantly encounters God will understand that love must be pure, genuine, and spontaneous, flowing naturally from the heart, like the psalmist. May the God of Love embrace and enlighten us always. Amen.

WHAT TO DO:
1. Accept our feelings with love and honesty.
2. Express our feelings to God sincerely and genuinely, without any pretense.
3. Avoid religiosity.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 19-21

Card image
Truth Youth 16 Februari 2024 - MENGAPA MENGASIHI?
2024-02-16 07:03:29


"Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah." (1 Yoh. 4:7)

Kekristenan adalah salah satu agama yang dikenal baik oleh orang banyak sebagai agama yang paling banyak mengajarkan tentang kasih, karena kekristenan juga disebut sebagai agama kasih. Kasih identik dengan kekristenan, bahkan menjadi identitas kekristenan di tengah keberagaman agama dan masyarakat. Bagaimana tidak, sudah tak terhitung jumlah mimbar gereja yang menyuarakan tentang kasih, kasih, dan kasih. Namun, faktanya tidak banyak orang Kristen yang sungguh-sungguh mengerti mengapa harus mengasihi. Mengasihi hanya dipahami sebagai balas jasa sebab Tuhan sudah mengasihi kita.

Pemahaman inilah yang kemudian mengakibatkan banyak orang Kristen mengasihi dengan berbagai syarat dan ketentuan, padahal mengasihi adalah perintah baru dari Tuhan Yesus yang memiliki makna jauh lebih dalam dari sekadar balas jasa manusia kepada Allah yang telah mengasihi manusia. Mengasihi dengan motif balas jasa seperti ini mengakibatkan kita mengasihi hanya karena Allah telah mengasihi kita dan ini bukanlah kasih yang sempurna sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah. Allah menghendaki kita mengasihi karena memang kita mengasihi, sebab cinta atau kasih yang sempurna itu tidak dilandaskan pada syarat tertentu yang bersifat balas jasa; karena Allah telah mengasihi kita sehingga kita mengasihi, tidak demikian. Cinta itu harus murni karena kita sungguh-sungguh mencintai.

Rasul Yohanes menawarkan suatu pemaknaan yang agung dan mendalam tentang mengasihi, yakni bahwa kita mengasihi karena kita berasal dari Allah yang adalah kasih itu sendiri. Allah itu kasih adanya. Oleh sebab itu, barangsiapa yang berasal dari Allah pastilah ia mengasihi. Manusia yang lahir dari Allah serta mengenal Allah pasti mengasihi sesamanya. Kekristenan yang agamawi tidak mungkin mengerti hal ini, tetapi kekristenan yang senantiasa berjumpa dengan Tuhan pasti mengerti bahwa mengasihi itu harus murni, tulus, dan apa adanya, tanpa format, mengalir saja dari hati, seperti pemazmur. Kiranya Allah Sang Kasih senantiasa memeluk dan memberi pencerahan bagi kita. Amin.

WHAT TO DO:
1. Terima perasaan kita dengan penuh cinta dan kejujuran
2. Sampaikan perasaan kita kepada Tuhan dengan tulus dan apa adanya, tanpa format
3. Jangan agamawi

BIBLE MARATHON:
▪︎Bilangan 19—21

Card image
Renungan Pagi - 16 Februari 2024
2024-02-16 07:00:35


"Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap; tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" Demikianlah Firman Tuhan yang seharusnya menjadi perhatian bagi kita, seperti nabi Yeremia menyatakan, ditengah situasi yang begitu sulit, dia bukan fokus pada kesulitannya, tetapi memperhatikan kasih setia, rahmat dan kesetiaan Tuhan dalam hidupnya.

Sehingga dia tidak terpuruk dalam kesedihan berkepanjangan ataupun keluhan yang memperdalam rasa kecewa, tetapi segala hal baik dari Tuhanlah yang diperhatikannya. Dengan kesadaran demikian, seharusnya tidak ada lagi beban dan kekuatiran yang menghalangi kepercayaan kita kepada Tuhan setiap hari.
(Ratapan 3:21-23)

Card image
Quote Of The Day - 16 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-16 06:58:32


Menggerakkan hati untuk mengasihi Tuhan harus dibangun dari kesadaran bahwa memang manusia diciptakan untuk mengasihi Dia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 16 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-16 06:49:48


Kalau kita tidak fokus kepada perubahan hidup, tidak fokus kepada kekurangan, kelemahan-kelemahan, cacat karakter kita; kita tidak menangkap maksud Tuhan dibalik persoalan kita.

Card image
BETRAYAL - 16 Februari 2024 (English Version)
2024-02-16 06:47:52


There are pleasures and hobbies that burden and hinder our journey to heaven, disrupting our steps towards packing. And unknowingly, these pleasures and hobbies will surely steal the money of God that God entrusts to us. But thankfully, God is so patient with us by giving us chances. Even if we are not faithful, He remains faithful. And when we consider the faithfulness of God, we are indebted. So we must not be unfaithful again, we must be faithful.

The prohibition to covet the world may sound absurd. But if we can detach ourselves for God's sake, we will surely be defended by God. God knows our needs. God will not disgrace our lives. Even if today we are in chaos, God will defend us, as long as we also defend God. God does not want our souls to perish and that cannot be done by God because God has order. It must be done by humans themselves. Remember, how active the darkness power is in trying to capture us. Satan can inject various desires into us and we become preoccupied with those desires, thus betraying God.

Service should not be a hobby, but a pleasure for God, not for our own pleasure. So in essence, desires that do not please God are betrayal. Because we have been bought and the price has been paid in full, meaning we do not belong to ourselves. This does not mean that everyone should become a pastor, but whether we eat or drink or do something else, we do everything for the glory of God. This is normal Christianity. Less than this is fake. Going to church is not a measure that we have been with God. Being with God is interacting with God every moment, discovering the will of God, and doing His will.

How can God defend someone if that person does not defend God? He does not want to seize their soul and spirit for the Kingdom of Heaven. How can we be defended by God? If we do not become good children of God, do not direct our souls and spirits to the Kingdom of Heaven. We must fight every day against the desires that exist in our minds and if we follow them, it will result in deeds. Honestly, there are still many people fantasizing about God, they have not truly experienced God, the beautiful songs often sung are just lip service.

But when we struggle to win our spirit and soul for God, then we can feel God's presence. The pain of letting go of the old desire to submit to God will allow us to feel God's presence. We will experience the reality of God, if we dare to slaughter the desires of the flesh to follow God's will. Ironically, many people don't want to fight. When we hear the word, we are trained by God to begin to see there are two people within us. The old human that must be put to death until it becomes a new human. This separation must occur.

However, often we don't try to uproot the old human. Those who try to pull it out sometimes still lose, let alone those who do not want to try to pull it out, then it will stick until it submits and is defeated. That's called living according to the flesh, not living according to the spirit. So, we must find that the most dangerous thing attached to us is our old self who is strong, integrated, and knows the momentum. God gives us problems, opportunities to sin, in fact that is our opportunity to seize the old person. If there is no such thing, there is no process of release or separation. The problem is, when that opportunity comes, can we detach ourselves and say "no" to the desires of the flesh?

If we face a case that presses our feelings, essentially it is the process of pulling out the old human, the separation of our old human. So those cases make us have to separate from the old human. So the word says, " God works in all things for good." So, if we are currently in a painful situation, it can be an eternal blessing. So there is nothing we need to regret. If we respond to a situation correctly, then it becomes a means to separate our old human so that we live with a new person that is increasingly renewed every day. Because there is no word for accident in the dictionary of a Christian's life, except being separated from God.

DESIRES THAT DO NOT PLEASE GOD ARE BETRAYAL.

Card image
PENGKHIANATAN - 16 Februari 2024
2024-02-16 06:45:47


Ada kesenangan dan hobi yang menjadi beban dan menghambat perjalanan kita ke surga dan merusak langkah kita berkemas-kemas. Dan tanpa kita sadari, kesenangan dan hobi tersebut pasti akan mencuri uang Tuhan yang Tuhan percayakan kepada kita. Namun bersyukur, Tuhan begitu sabar kepada kita dengan memberi kita kesempatan. Sekalipun kita tidak setia, Dia tetap setia. Dan kalau kita melihat kesetiaan Tuhan, kita berhutang. Maka kita tidak boleh tidak setia lagi, kita harus setia.

Larangan untuk mengingini dunia kedengarannya konyol. Tapi kalau kita bisa merebut diri kita untuk Tuhan, kita pasti dibela Tuhan. Tuhan tahu kebutuhan kita. Tuhan tidak akan mempermalukan hidup kita. Walaupun hari ini kita dalam keadaan kelam kabut, Tuhan akan membela kita, asalkan kita pun membela Tuhan. Allah tidak menghendaki jiwa kita binasa dan itu tidak bisa dilakukan oleh Tuhan karena Tuhan punya tatanan. Hal itu harus dilakukan oleh manusia itu sendiri. Ingat, betapa aktifnya kuasa kegelapan mau merebut kita. Iblis bisa menyuntikkan berbagai keinginan di dalam diri kita dan kita menjadi sibuk dengan keinginan-keinginan itu sehingga kita berkhianat kepada Tuhan.

Pelayanan juga tidak boleh menjadi hobi, tapi menjadi kesukaan bagi Tuhan, bukan kesukaan bagi diri kita sendiri. Jadi pada intinya, keinginan yang tidak menyenangkan Tuhan adalah pengkhianatan. Sebab kita telah dibeli dan harganya lunas dibayar, artinya kita bukan milik diri kita sendiri. Hal ini bukan berarti setiap orang harus menjadi pendeta, tapi baik kita makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, kita lakukan semua untuk kemuliaan Allah. Ini Kristen yang normal. Kurang dari ini, palsu. Kita ke gereja bukan ukuran kita sudah ber-Tuhan. Ber-Tuhan adalah interaksi dengan Tuhan setiap saat, menemukan kehendak Allah dan melakukan kehendak-Nya.

Bagaimana Tuhan mau membela seseorang kalau orang itu tidak membela Tuhan? Ia tidak mau merebut rohnya dan jiwanya untuk Kerajaan Surga. Bagaimana kita mau dibela Tuhan? Jika kita tidak menjadi anak-anak Allah yang baik, tidak mengarahkan jiwa dan roh kita ke Kerajaan Surga. Kita harus berperang setiap hari melawan keinginan-keinginan yang ada di dalam pikiran kita dan kalau kita menurutinya, itu akan berbuah dalam perbuatan. Sejujurnya, masih banyak orang yang berfantasi tentang Tuhan, mereka belum sungguh-sungguh mengalami Tuhan, lagu-lagu yang begitu indah yang dinyanyikan sering itu hanya menjadi hiasan bibir semata.

Tapi ketika kita berjuang untuk merebut roh dan jiwa kita untuk Tuhan, baru kita bisa merasakan kehadiran Tuhan. Sakitnya menanggalkan keinginan lama untuk tunduk kepada Tuhan akan membuat kita bisa merasakan kehadiran Tuhan. Kita akan mengalami realitas Allah, kalau kita berani menyembelih keinginan daging untuk mengikuti kehendak Allah. Ironis, banyak orang tidak mau berjuang. Ketika kita mendengar firman, kita dilatih Tuhan untuk mulai melihat ada dua manusia di dalam diri kita. Manusia lama yang harus dimatikan sampai menjadi manusia baru. Pemisahan ini harus terjadi.

Namun, sering kita tidak berusaha untuk mencabut manusia lamanya. Yang berusaha mencabut saja kadang masih kalah, apalagi yang tidak mau berusaha mencabut, maka itu akan melekat terus sampai tunduk dan dikalahkan. Itu namanya hidup menurut daging, tidak hidup menurut roh. Jadi, kita harus menemukan bahwa yang paling membahayakan yang melekat dalam diri kita adalah manusia lama kita yang kuat, menyatu, dan tahu momentum. Tuhan memberikan kita masalah, kesempatan berbuat dosa, sejatinya di situlah kesempatan kita merebut manusia lama. Kalau tidak ada itu, tidak ada proses pelepasan atau pemisahan. Masalahnya, saat kesempatan itu datang, apakah kita sanggup melepaskan diri dan berkata “tidak” terhadap keinginan daging?

Kalau kita menghadapi satu kasus yang menekan perasaan, sejatinya itu adalah proses pencabutan manusia lama, pemisahan manusia lama kita. Jadi kasus-kasus itu membuat kita harus terpisah dari manusia lama. Maka firman mengatakan, “Allah bekerja dalam segala hal mendatangkan kebaikan.” Jadi, kalau saat ini kita ada dalam situasi yang menyakitkan, itu bisa merupakan berkat abadi. Maka tidak ada yang perlu kita sesali. Kalau kita merespons suatu keadaan dengan benar, maka hal itu menjadi sarana untuk memisahkan manusia lama kita supaya kita hidup dengan manusia baru yang makin hari makin dibarui. Sebab tidak ada kata kecelakaan dalam kamus hidup orang Kristen, kecuali terpisah dari Allah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEINGINAN YANG TIDAK MENYENANGKAN TUHAN ADALAH PENGKHIANATAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 Februari 2024
2024-02-16 06:35:34

Imamat 11-13

Card image
Truth Kids 15 Februari 2024 - M A T I A S
2024-02-15 12:31:17


Kisah Para Rasul 1:26
"Lalu mereka membuang undi bagi kedua orang itu dan yang kena undi adalah Matias dan dengan demikian ia ditambahkan kepada bilangan kesebelas rasul itu."

Matias adalah salah seorang dari dua belas rasul yang merupakan murid Yesus. Ia dipilih menjadi rasul menggantikan Yudas Iskariot yang menjual Yesus. Matias dipilih sebagai pengganti murid Yesus karena ia seorang pengikut Yesus yang setia. Matias senantiasa datang berkumpul dengan murid-murid Yesus. Matias sudah mengikuti Yesus sejak Yesus memulai pelayanan-Nya, sampai Yesus disalibkan dan bangkit kembali.Jadi, Matias cukup mengenal dan tahu pelayanan yang telah dilakukan Yesus selama Ia hidup di bumi ini.

Seperti Matias yang setia mengikuti pelayanan Tuhan Yesus, kita juga mau belajar setia mengikuti Tuhan Yesus. Sobat Kids, kalau kita ingin menjadi anak pilihan, kita harus setia mengikuti Tuhan dan bersedia melayani Tuhan. Melayani Tuhan tidak harus selalu di gereja. Saat di rumah maupun di sekolah, kalian dapat melayani Tuhan, Sobat Kids. Layanilah hati dan perasaan Tuhan. Buat Tuhan Yesus selalu happy dengan perbuatan dan perkataan kita setiap hari.

Card image
Truth Junior 15 Februari 2024 - MASUK KUALIFIKASI
2024-02-15 12:35:42


Kisah Para Rasul 1:26
“Lalu mereka membuang undi bagi kedua orang itu dan yang kena undi adalah Matias dan dengan demikian ia ditambahkan kepada bilangan kesebelas rasul itu.”

Sobat Junior, pernahkah kalian menjadi kandidat pemilihan ketua kelas? Apa perasaan kalian saat menjadi kandidat dan terpilih mengemban tugas sebagai ketua kelas? Pasti ada rasa senang, namun di sisi lain, kalian mempunyai tanggung jawab untuk selalu melakukan yang terbaik di kelas, bukan? Asalkan Sobat Junior tahu, yang masuk dalam kualifikasi ketua kelas bukan sembarangan orang, loh. Ada penilaian dan kelebihan tersendiri yang dimiliki oleh Sobat Junior jika guru serta teman-teman menjadikan kalian sebagai ketua kelas.

Sama halnya dengan Matias. Ia masuk kualifikasi pemilihan rasul dan terpilih menjadi rasul menggantikan Yudas Iskariot yang telah mengkhianati Yesus. Tidak sembarang orang bisa menjadi seorang rasul Tuhan, Sobat Junior. Walaupun usia Matias masih muda, tetapi dengan ketulusan hati Matias mengemban tugas menjadi rasul dan melakukan tugasnya dengan baik.

Sama halnya dengan Sobat Junior, seharusnya usia tidak menghalangi seseorang untuk melakukan yang terbaik bagi Tuhan.

Card image
Truth Youth 15 Februari 2024 (English Version) - DEFENDING GOD
2024-02-15 08:02:10


The Word of God says, "If God is for us, who can be against us?" In this life, it's impossible not to have enemies. For those of us who are striving to live with Jesus in our lives, it's clear that our enemies are the powers of darkness. We also face enemies from the evil influence of the world, which can come in the form of disasters, calamities, and various difficulties we experience. And from those who intend evil toward us; there will always be someone who means harm to us, wherever and whenever. Because of all these things, we become troubled. But Jesus said, "Each day has enough trouble of its own, for tomorrow will bring its own worries." This means there will always be difficulties in life, but if God is on our side, who can be against us?

Many of us say, "God is my helper, God is my defender." But if we're honest, sometimes we're not sure if God really helps and defends us. The conviction that God defends is thin and sometimes almost nonexistent. It's easy to say, "You are my refuge, Lord." But in truth, we don't feel a protective umbrella in our lives, no strong belief, and no sense that God provides protection. This is evident in our continued feelings of fear, anxiety, worry, and trembling. Perhaps He doesn't help and defend us after all.

So how can we have God's defense? Understand this, God defends those who defend Him. The question is, does God really need our defense? The answer is no. God can defend Himself. He can protect and defend Himself. We can't do anything. But those who love God surely make a defense for God, even though God doesn't actually need our defense. God knows and feels that defense. How do we defend God? First, we defend ourselves for God. Second, we defend others for God.

God loves us greatly, God values us greatly. It's not without reason that the scriptures say, "the spirit He caused to dwell in us envies intensely." By jealous means very strongly. Why does God desire the spirit within us? Because God feels entitled. So, God's envy means He doesn't want us not to belong to Him. God wants our spirit to return to Him, and God cannot do that without the owner of the spirit struggling for it. Here, spirit doesn't refer to the Holy Spirit, but the human spirit. Rarely do people reflect on and deeply realize that it's God who placed that spirit within us.

When God breathes life into nostril of the human created from clay, there is life there. It's the spirit from God, and God desires this spirit to return to Him. But what keeps the human spirit from returning to God is the love of the world. James 4:4 says, "You adulterous people, don’t you know that friendship with the world means enmity against God? Therefore, anyone who chooses to be a friend of the world becomes an enemy of God." Those who don't become friends with God become friends with the world. Most people are friends with the world. The bond of friendship with the world is so strong that if it's not severed, it will never be broken. Our bond with God should grow stronger so that we become God's bride.

But if someone binds themselves to the world, becomes increasingly attached to the world, then they become the bride of the world; the bride of the power of darkness. And many people are trapped here, their tastes have become bound with the love of the world. Satan is so clever in wrapping up the lifestyle of worldly love as something normal, ethical, not violating morality, and fulfilling. Let's evaluate ourselves, whether we belong to God's friends or the world's friends. If the people of the Old Testament committed sins that were considered abominable by God, then the punishment was not only upon the perpetrators, but also on their descendants to the third and fourth generations.

Today, many Christians don't worship idols outwardly, they also don't have carved statues, don't go to shamans, or perform rituals in sacred places. But Satan can ensnare them in the sin of idol worship in other ways. Remember Luke 4:5-8 when Jesus was taken by Satan to a high place and shown the beauty of the world? Satan said, "If you worship me, I will give you the world." This means if God desires the world, it means He worships Satan. In truth, for years we also desired the beauty of the world, but we packaged it cleverly and went unnoticed. And when we remember that, now we tremble. How terrible our life was then. We felt comfortable with the amount of money we had and felt entitled to use it for our own pleasure.

GOD DEFENDS THOSE WHO DEFEND THEMSELVES.

Card image
Truth Youth 15 Februari 2024 - YANG UTAMA IALAH
2024-02-15 06:21:28


"Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran." (Hos. 6:6)

Di Indonesia, terdapat enam agama resmi yang diakui, yakni Hindu, Buddha, Islam, Katolik, Kristen, dan Konfusianisme atau Konghucu. Keenam agama yang berbeda tersebut memiliki satu kesamaan, yakni adanya ritual. Dalam kekristenan, ritual lebih akrab dikenal dengan sebutan ibadah. Pada umumnya, banyak orang Kristen memahami ibadah yang diadakan seminggu sekali pada hari Minggu sebagai pusat atau yang utama dalam kehidupan spiritualnya. Pergi ke gereja, memberikan persepuluhan, buah sulung, korban sajian, merayakan hari raya, bernyanyi, berdoa, berpuasa, dan mereka merasa cukup dan sudah berbakti kepada Allah dengan melakukan semuanya sebagai rutinitas mingguan.

Oleh karena sikap hati tersebut, tanpa disadari orang-orang Kristen akhirnya terjebak dalam lingkaran rutinitas ritual yang sebenarnya tidak lagi berguna bagi spiritualitas mereka. Mereka terbentuk menjadi manusia-manusia agamawi yang tidak mengenal Allah dan kehendak-Nya, padahal Alkitab menyatakan dengan jelas dalam Hosea 6:6 bahwa Allah menghendaki sikap hati yang penuh cinta dan welas asih kepada sesama, serta pengenalan akan Allah dan kehendak-Nya, melebihi tata cara peribadatan agama dan hukum Taurat beserta dengan segala perintah dan ketentuannya (persembahan, korban, dan hari raya). Rupanya nabi-nabi Perjanjian Lama pun mengerti bahwa yang utama dalam hidup ini ialah cinta dan welas asih kepada sesama.

Itulah sebabnya Efesus 2:15 menyatakan bahwa kematian Tuhan Yesus sebagai manusia membatalkan Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya supaya kita tidak lagi hidup menurut Taurat dan menjadi manusia agamawi yang tidak mengerti kehendak Allah, melainkan supaya kita hidup dalam kasih karunia Allah di dalam Kristus. Kematian-Nya memberikan makna baru bagi kita mengenai ibadah, yakni bahwa ibadah yang sejati bukan tentang hari raya, persembahan, korban, dan syariat atau hukum agama, melainkan tentang cinta dan welas asih kepada sesama. Kiranya Allah Maha Kasih memampukan kita untuk menubuhkan cinta dan welas asih kepada sesama. Amin.

WHAT TO DO:
1. Berhenti mengutamakan tradisi gereja
2. Hiduplah sederhana
3. Belajar bersimpati dan berempati

BIBLE MARATHON:
▪︎Bilangan 16—18

Card image
Renungan Pagi - 15 Februari 2024
2024-02-15 06:07:36


Kasih yang kita terapkan dalam perkataan dan tindakan akan membuat kita bisa menjadi terang Kristus bagi orang-orang yang berjumpa dengan kita. Mengasihi dengan benar adalah perintah Tuhan dan sekaligus menjadi ciri khusus sebagai murid-murid Kristus.

"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."

Mereka bisa merasakan dan melihat ada yang berbeda dalam hidup kita dengan orang dunia pada umumnya; hidup kita menjadi berkat bagi banyak orang. Melalui perkataan, bisa menguatkan orang yang lemah dan melalui tindakan, bisa menolong orang yang membutuhkan pertolongan.
(Yohanes 13:34-35)

Card image
Quote Of The Day - 15 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-15 06:05:36


Jangan mimpi dunia menjadi tempat nyaman; kita harus berkemas-kemas.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 15 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-15 06:01:00


Karakter Kristus diajarkan lewat peristiwa-peristiwa hidup yang kita alami.

Card image
DEFENDING GOD - 15 Februari 2024 (English Version)
2024-02-15 05:58:15


The Word of God says, "If God is for us, who can be against us?" In this life, it's impossible not to have enemies. For those of us who are striving to live with Jesus in our lives, it's clear that our enemies are the powers of darkness. We also face enemies from the evil influence of the world, which can come in the form of disasters, calamities, and various difficulties we experience. And from those who intend evil toward us; there will always be someone who means harm to us, wherever and whenever. Because of all these things, we become troubled. But Jesus said, "Each day has enough trouble of its own, for tomorrow will bring its own worries." This means there will always be difficulties in life, but if God is on our side, who can be against us?

Many of us say, "God is my helper, God is my defender." But if we're honest, sometimes we're not sure if God really helps and defends us. The conviction that God defends is thin and sometimes almost nonexistent. It's easy to say, "You are my refuge, Lord." But in truth, we don't feel a protective umbrella in our lives, no strong belief, and no sense that God provides protection. This is evident in our continued feelings of fear, anxiety, worry, and trembling. Perhaps He doesn't help and defend us after all.

So how can we have God's defense? Understand this, God defends those who defend Him. The question is, does God really need our defense? The answer is no. God can defend Himself. He can protect and defend Himself. We can't do anything. But those who love God surely make a defense for God, even though God doesn't actually need our defense. God knows and feels that defense. How do we defend God? First, we defend ourselves for God. Second, we defend others for God.

God loves us greatly, God values us greatly. It's not without reason that the scriptures say, "the spirit He caused to dwell in us envies intensely." By jealous means very strongly. Why does God desire the spirit within us? Because God feels entitled. So, God's envy means He doesn't want us not to belong to Him. God wants our spirit to return to Him, and God cannot do that without the owner of the spirit struggling for it. Here, spirit doesn't refer to the Holy Spirit, but the human spirit. Rarely do people reflect on and deeply realize that it's God who placed that spirit within us.

When God breathes life into nostril of the human created from clay, there is life there. It's the spirit from God, and God desires this spirit to return to Him. But what keeps the human spirit from returning to God is the love of the world. James 4:4 says, "You adulterous people, don’t you know that friendship with the world means enmity against God? Therefore, anyone who chooses to be a friend of the world becomes an enemy of God." Those who don't become friends with God become friends with the world. Most people are friends with the world. The bond of friendship with the world is so strong that if it's not severed, it will never be broken. Our bond with God should grow stronger so that we become God's bride.

But if someone binds themselves to the world, becomes increasingly attached to the world, then they become the bride of the world; the bride of the power of darkness. And many people are trapped here, their tastes have become bound with the love of the world. Satan is so clever in wrapping up the lifestyle of worldly love as something normal, ethical, not violating morality, and fulfilling. Let's evaluate ourselves, whether we belong to God's friends or the world's friends. If the people of the Old Testament committed sins that were considered abominable by God, then the punishment was not only upon the perpetrators, but also on their descendants to the third and fourth generations.

Today, many Christians don't worship idols outwardly, they also don't have carved statues, don't go to shamans, or perform rituals in sacred places. But Satan can ensnare them in the sin of idol worship in other ways. Remember Luke 4:5-8 when Jesus was taken by Satan to a high place and shown the beauty of the world? Satan said, "If you worship me, I will give you the world." This means if God desires the world, it means He worships Satan. In truth, for years we also desired the beauty of the world, but we packaged it cleverly and went unnoticed. And when we remember that, now we tremble. How terrible our life was then. We felt comfortable with the amount of money we had and felt entitled to use it for our own pleasure.

GOD DEFENDS THOSE WHO DEFEND THEMSELVES.

Card image
MEMBELA TUHAN - 15 Februari 2024
2024-02-15 05:56:15


Firman Tuhan mengatakan, “Jika Tuhan di pihak kita, siapa lawan kita?” Dalam hidup ini tidak mungkin kita tidak memiliki musuh. Bagi kita yang sedang berjuang mengenakan Yesus di dalam hidupnya, jelas-jelas musuh kita adalah kuasa kegelapan. Kita juga menghadapi musuh dari pengaruh dunia yang jahat, juga bisa berupa bencana, malapetaka, dan berbagai kesulitan yang sekarang kita alami. Dan dari orang-orang yang bermaksud jahat kepada kita; selalu saja ada orang yang bermaksud jahat kepada kita, di mana pun dan kapan pun. Yang karena semuanya itu kita jadi susah. Namun Tuhan Yesus berkata, “Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari, sebab hari esok ada kesusahannya sendiri.” Itu berarti selalu ada kesulitan hidup, tetapi kalau Tuhan di pihak kita, siapa lawan kita?

Banyak di antara kita yang berkata, “Tuhan adalah penolongku, Tuhan adalah pembelaku.” Tapi kalau jujur, kadang kita tidak yakin kalau Tuhan benar-benar menolong dan membela. Keyakinan bahwa Tuhan membela itu tipis dan kadang-kadang hampir-hampir tidak ada. Mudah mengatakan, “Engkau perlindunganku, Tuhan.” Tetapi sejujurnya, kita tidak merasa ada payung perlindungan di dalam hidup, tidak ada keyakinan yang kuat dan tidak merasa bahwa Tuhan memberikan perlindungan. Terbukti dengan kita masih merasa takut, cemas, khawatir, gentar. Jangan-jangan Dia tidak menolong dan membela kita.

Lalu bagaimana kita dapat memiliki pembelaan dari Tuhan? Camkan ini, Tuhan membela orang yang membela diri-Nya. Pertanyaannya, apakah sebenarnya Tuhan membutuhkan pembelaan kita? Jawabannya, tidak. Tuhan bisa membela diri-Nya sendiri. Tuhan sanggup melindungi, membela diri-Nya sendiri. Kita tidak bisa berbuat apa-apa. Tetapi orang yang mengasihi Tuhan pasti melakukan pembelaan untuk Tuhan, walaupun sebenarnya Tuhan tidak membutuhkan pembelaan kita. Tuhan tahu dan Tuhan merasakan pembelaan tersebut. Bagaimana caranya kita membela Tuhan? Yang pertama, rebut diri kita untuk Tuhan. Yang kedua, rebut orang lain untuk Tuhan.

Tuhan sangat mengasihi kita, Tuhan sangat menghargai kita. Bukan tanpa alasan kalau kitab suci mengatakan, “roh yang ditempatkan dalam diri kita diingini-Nya dengan cemburu.” Dengan cemburu artinya dengan sangat kuat. Mengapa Allah mengingini roh yang ada pada kita? Sebab Allah merasa berhak. Jadi, cemburu Allah artinya tidak ingin kita ini tidak dimiliki oleh Allah. Allah mau roh kita kembali kepada-Nya, dan Allah tidak bisa melakukan itu tanpa si pemilik roh berjuang. Roh di sini bukan Roh Kudus, tapi roh manusia. Jarang orang merenungkan dan menghayati bahwa Allah yang menaruh roh itu di dalam diri kita.

Ketika Allah menghembuskan nafas ke lubang hidung manusia yang diciptakan dari tanah liat, maka ada kehidupan di situ. Itu roh dari Allah dan Allah menghendaki roh ini kembali kepada-Nya. Tetapi yang membuat roh manusia tidak kembali kepada Allah adalah percintaan dunia. Yakobus 4:4, “Hai kamu, orang-orang yang tidak setia. Tidakkah kamu tahu bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi, barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.” Orang yang tidak menjadi sahabat Tuhan berarti menjadi sahabat dunia. Rata-rata manusia bersahabat dengan dunia. Ikatan persahabatan dengan dunia ini kuat sekali dan kalau tidak diputuskan maka ikatan itu tidak akan pernah lepas. Mestinya ikatan kita dengan Tuhan makin kuat sehingga kita menjadi mempelai Tuhan.

Tetapi kalau seseorang mengikatkan diri dengan dunia, makin kuat terlekat dengan dunia, maka ia menjadi mempelai dunia; mempelai kuasa kegelapan. Dan banyak orang terjebak di sini, selera jiwanya sudah terikat dengan percintaan dunia. Iblis begitu cerdas membungkus gaya hidup percintaan dunia ini sebagai suatu yang wajar, yang etis, yang tidak melanggar moral dan membahagiakan. Mari kita menilai diri kita masing-masing, apakah kita termasuk sahabat Tuhan atau sahabat dunia? Kalau umat Perjanjian Lama melakukan dosa yang dipandang Tuhan keji, maka hukuman dijatuhkan bukan hanya atas pelaku, melainkan juga pada keturunannya yang ketiga dan keempat.

Hari ini banyak orang Kristen tidak menyembah ilah secara lahiriah, mereka juga tidak punya patung pahatan, tidak ke dukun atau tidak membuat ritual di tempat-tempat keramat. Tapi Iblis bisa menjerat mereka dalam dosa penyembahan berhala dengan cara lain. Ingat Lukas 4:5-8 ketika Yesus dibawa oleh Iblis ke tempat tinggi dan kepada-Nya ditunjukkan keindahan dunia? Iblis berkata, “Kalau Engkau menyembah aku, kuberikan dunia kepada-Mu.” Artinya, kalau Tuhan mengingini dunia berarti Ia menyembah Iblis. Sejatinya, kita selama bertahun-tahun mengingini juga keindahan dunia, namun kita mengemasnya dengan cara yang cerdas dan tidak ketahuan. Dan kalau ingat itu, sekarang kita gemetar. Betapa mengerikan hidup kita waktu itu. Kita merasa nyaman dengan jumlah uang yang kita miliki dan merasa berhak menggunakannya untuk kesenangan sendiri.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN MEMBELA ORANG YANG MEMBELA DIRI-NYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 Februari 2024
2024-02-15 05:43:11

Imamat 8-10

Card image
Truth Kids 14 Februari 2024 - M A R I A
2024-02-14 09:02:21


Lukas 10:42
"tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."

Sobat Kids, pasti kalian sudah tidak asing lagi dengan cerita Sekolah Minggu tentang Maria dan Marta. Mereka adalah dua bersaudara yang suka melayani Tuhan. Marta melayani Tuhan dengan sibuk menyiapkan makanan dan hidangan di dapur. Maria melayani Tuhan dengan cara duduk tenang mendengarkan perkataan Tuhan Yesus. Keduanya sama-sama melayani dan mengasihi Tuhan. Tetapi, saat itu Tuhan Yesus berkenan dengan apa yang dilakukan Maria. Bukan berarti yang dilakukan Marta salah, tetapi Tuhan inginkan hati yang rindu mengenal-Nya.

Sobat Kids, kita mau belajar seperti Maria yang memilih duduk di kaki Yesus, mendengarkan ajaran-Nya. Sibuk melayani Tuhan tidak salah, tetapi perlu disertai juga dengan kehausan kepada-Nya.

Yuk, kita pilih bagian terbaik seperti yang telah dilakukan oleh Maria. Kita mau belajar untuk memilih duduk di kaki Yesus, mendengarkan ajaran-Nya. Maksudnya, kita memberikan waktu kita untuk dengar-dengaran kepada firman Tuhan. Jangan sampai kesibukan membuat kita jauh dari Tuhan karena tidak memiliki waktu untuk mendengar-Nya.

Card image
Truth Junior 14 Februari 2024 - MELAYANI DENGAN TULUS
2024-02-14 08:54:07


Lukas 10:42
“tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”

Sobat Junior, kalian sering lihat, kan, pelayan-pelayan yang ada di gereja? Tetapi sebenarnya melayani bisa kita lakukan di mana saja dan kapan saja, bukan hanya hari Minggu. Seperti halnya tokoh Maria dan Marta. Tahukah kalian cerita tentang Maria dan Marta? Tentu kalian tahu, atau mungkin ada yang lupa tentang kisah Maria dan Marta. Hari ini kita mau belajar dari Maria dan Marta. Apa yang bisa kita pelajari dari mereka?

Ketika Tuhan dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan, sampailah mereka di sebuah kampung. Di kampung tersebut, Marta menerima Tuhan Yesus untuk berkunjung ke rumahnya. Marta mempunyai saudara yang bernama Maria. Tuhan Yesus pun masuk, lalu Maria duduk di dekat Tuhan Yesus dan mendengarkan perkataan-Nya. Sedangkan Marta, sangat sibuk melayani dengan menyiapkan makanan dan sebagainya.

Namun karena merasa lelah dan kesal melihat Maria tidak membantunya melayani, Marta pun menghampiri Tuhan. Marta berkata, “Tuhan, suruhlah Marta membantu aku!” Tetapi Tuhan Yesus pun menjawab, “Maria sudah melakukan tugasnya dengan sangat baik, bahkan pilihan Maria adalah pilihan yang terbaik, yang tidak akan diambil dan ditukar daripadanya. Sedangkan engkau, Marta, hanya menyusahkan dirimu saja.” Wah, apa maksud Tuhan berkata seperti itu, ya? Apakah Tuhan tidak senang dengan pelayanan yang dilakukan Marta?

Jawabannya bukan itu, ya, Sobat Junior. Sebenarnya sikap Maria dan Marta sudah benar, karena mereka menerima Tuhan Yesus datang ke rumahnya. Apa yang dilakukan oleh Marta dengan menyiapkan makanan untuk Tuhan, tidaklah salah, bahkan yang dilakukan Maria juga tidak salah. Tetapi yang salah adalah ketika kita melayani dengan tidak tulus. Tuhan mau kita melayani-Nya dengan hati yang tulus, bukan dengan hati yang penuh amarah atau iri hati. Jadi, belajarlah untuk melayani dengan tulus, ya, Sobat Junior!

Card image
Truth Youth 14 Februari 2024 (English Version) - GOD IN HUMANITY, GOD THROUGH HUMANITY
2024-02-14 08:51:14


"And the second is like it: 'Love your neighbor as yourself." (Matthew 22:39)

The law of love, as stated by Jesus, is the central and most important of all laws and regulations of the Torah. The law of love consists of two similar or interconnected laws that complement each other, namely loving God and loving fellow human beings. These two laws are formulated based on the Ten Commandments, with the first four laws regulating the relationship between humans and God, and the other six laws regulating the relationship among humans.

Unfortunately, many Christians misunderstand and misinterpret these ten laws, leading to the misconception that loving God and loving humanity are two separate things. This paradigm can lead someone to think that divinity and humanity are separate. Therefore, let's look at the Bible.

In its original text, the word "like" uses the Greek word "homoia" from the root word "homoios." Besides being translated as "like," "homoia" is also translated as representing or reflecting something, so when drawn into context, the verse intends to convey to readers that loving humanity is a true reflection or true mirror of loving God. Here we see that actually, God is present in and through humanity, through which we can encounter God in every moment when we relate to our fellow beings. God becomes a real figure not only found in doctrines that are particular and exclusive, but God is found and felt universally and inclusively through humanity. God in humanity and God through humanity.

Therefore, loving God is evidenced tangibly through humanity. Loving humanity is a true reflection that someone genuinely loves God. Just as God unites and manifests Himself in humanity, so should we also unite and embody in humanity. Loving God tangibly in and through humanity. This is perfect love. May the Most Loving God enable us to love perfectly. Amen.

WHAT TO DO:
1. Learn to accept and love yourself.
2. Befriend people who are different from us.
3. Learn to accept differences as well as the strengths and weaknesses of others.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 14-15

Card image
Truth Youth 14 Februari 2024 - GOD IN HUMANITY, GOD THROUGH HUMANITY
2024-02-14 08:41:50


"Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Mat. 22:39)

Hukum kasih, sebagaimana yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, ialah pusat dan yang terutama dari segala hukum serta ketentuan Taurat. Hukum kasih terdiri dari dua hukum yang sama atau saling berkaitan dan saling melengkapi, yakni mengasihi Allah dan sesama manusia. Kedua hukum ini dirumuskan berdasarkan pada kesepuluh perintah dengan empat hukum pertama yang mengatur tentang relasi manusia dengan Allah dan enam hukum lainnya yang mengatur tentang relasi antar manusia. Sayang sekali banyak orang Kristen keliru dalam memaknai dan memahami kesepuluh hukum tersebut sehingga muncul kesan seolah-olah mengasihi Allah dan mengasihi manusia itu adalah dua hal yang berbeda. Paradigma ini dapat mengakibatkan seseorang berpola pikir bahwa keilahian dan kemanusiaan itu terpisah. Untuk itu, mari kita lihat Alkitab.

Dalam teks aslinya, kata “sama” menggunakan kata Yunani homoia dari akar kata homoios. Selain diterjemahkan sebagai sama, kata homoios juga diterjemahkan sebagai yang menggambarkan atau mencerminkan sesuatu, sehingga apabila ditarik pada konteksnya ayat tersebut hendak menyampaikan kepada para pembaca bahwa mengasihi manusia merupakan gambaran nyata atau cerminan sejati dari mengasihi Allah. Di sinilah kita melihat bahwa sebenarnya Allah hadir di dalam dan melalui kemanusiaan, yang olehnya kita dapat menjumpai Allah dengan kebaruan tiap saatnya ketika kita berelasi dengan sesama kita. Allah menjadi sosok nyata yang tidak hanya dijumpai dalam doktrin yang bersifat partikular dan eksklusif, tetapi Allah dijumpai dan dirasakan secara universal dan inklusif melalui kemanusiaan. God in humanity and God through humanity.

Oleh sebab itu, mengasihi Allah dibuktikan secara nyata melalui kemanusiaan. Mengasihi manusia merupakan cerminan nyata bahwa seseorang sungguh-sungguh mengasihi Allah. Sebagaimana Allah menyatukan dan menyatakan diri-Nya dalam kemanusiaan, demikianlah mestinya kita juga menyatu dan menubuh dalam kemanusiaan. Mengasihi Allah dengan nyata di dalam dan melalui kemanusiaan. Inilah kasih yang sempurna. Kiranya Allah Maha Kasih memampukan kita mengasihi dengan sempurna. Amin.

WHAT TO DO:
1. Belajar menerima dan mengasihi diri sendiri
2. Bertemanlah dengan orang-orang yang berbeda dengan kita
3. Belajar menerima perbedaan serta kelebihan dan kekurangan sesama

BIBLE MARATHON:
▪︎Bilangan 14—15

Card image
Renungan Pagi - 14 Februari 2024
2024-02-14 08:35:16


Perkataan yang terucap dari mulut akan mencerminkan kedekatan dengan Tuhan, kita boleh rajin ke gereja beribadah, bahkan mungkin melayani pekerjaan Tuhan, tetapi dari perkataan akan terlihat apakah kita memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan atau tidak, karena perkataan orang yang dekat dengan Tuhan akan lebih banyak berisi kebenaran firman Tuhan, kasih, kekuatan, iman, pengampunan serta pengharapan.

Perkataan orang percaya yang keluar dari mulut kita juga harus mencerminkan kebersihan hati, karena Alkitab mengajarkan bahwa apa yang keluar lewat mulut itu keluar dari hati; orang yang bersih hatinya, pasti bersih juga perkataannya, tetapi orang yang jahat hatinya, pasti perkataannya juga jahat.

"Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Tetapi Aku berkata kepadamu; Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum."

Berhati-hatilah dengan perkataanmu, sebab perkataanmu itu harus dipertanggungjawabkan pada hari penghakiman nanti. Jangan berkata sia-sia, yaitu dusta, tipu daya, kata-kata kotor, dan caci maki. Perkataan yang keluar dari mulut akan menentukan apakah kita dibenarkan atau menerima penghukuman.
(Matius 12:35-37)

Card image
Quote Of The Day - 14 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-14 08:33:02


Di dunia yang semakin jahat, kita harus berani menabuh genderang perang melawan kuasa gelap, melawan kejahatan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 14 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-14 08:31:53


Seseorang tidak akan pernah dikatakan menemukan Tuhan kalau tidak ditemukan karakter Kristus dalam dirinya.

Card image
RE RANGE - 14 Februari 2024 (English Version)
2024-02-14 08:10:07


In fact, the church is not only a place where people attend the liturgy, sing spiritual songs - often what is said and the reality of life is different, which makes the congregation sin by deceiving themselves, deceiving others around them, and deceiving God. If we sing, "Shining-shining," for example, are we really shining? If we say in praise, "Cheerful joy is only in You," have we really made God the only cheerful joy? We must have the courage to reorganize our lives.

What the Lord Jesus said to Nicodemus in John 3 as the new birth, is often understood so simply and naively; to be baptized means to be born again. Though it's not that simple. Nicodemus had to start from zero, reorganize, but Nicodemus didn't want to.Yes, ultimately he couldn't. So before we close our eyes and die, we must be reorganized because the world has damaged us so much. So when we realize that the life of Jesus Christ is true Christianity, then we begin to collide with our old self. The early church, conditioned by God, experienced persecution and oppression, but this actually reset or reorganized their lives. It was a great shock.

Jesus' disciples thought that Jesus would be a king like Herod or the Roman emperor, but it turned out to be someone who was humiliated, who died on the cross. It was a shock, but the Holy Spirit helped them so they obeyed what God was doing in their lives. They experienced a period of persecution; the real time of persecution is a time of purification. This uncomfortable situation turns out to maintain Christianity, the shocks experienced by people who give themselves to be changed by God rearrange their way of thinking. Forcing them to let go of all their possessions, entering into a renewal process that truly leads to Christ.

It's not uncommon for life's problems to rearrange our lives, only we often don't realize this because we consider it an accident, unfortunate circumstance. However, God wants to reset us. The disciples of Jesus, with a Judaic mindset focused solely on physical needs, viewed the Messiah from a wrong perspective, so they were rearranged through suffering and oppression. The Bible says that persecution causes someone to stop sinning. When God rebukes us, and we realize our mistakes, then we can rearrange ourselves, allowing ourselves to be rearranged by God. Praying every day is part of reorganizing our lives.

However, we cannot expect a life rearrangement to be easy. Because we have to rebuild the structure of our thinking, the tastes of our souls, our thinking paradigms. That's not easy. The Holy Spirit is ready to work, the Lord is with us. To work on us, He is with us to educate. As the Lord commands, "Make disciples of all nations," meaning change them to live as I taught. Furthermore, "And know that I am with you until the end of the age." He accompanies us to educate and teach us. If we remain childish Christians, where we are accompanied by the Lord only because we want to be protected, cared for, satisfied, then we never grow up.

This life is short and tragic, what do we expect from this life? The emergence of various diseases, that's also the tragedy of life, not to mention arbitrariness, injustice, and so on. We are chosen to inherit the Kingdom of Heaven, a far better, perfect life. Not many are chosen like us. But we have to reorganize, reconstruct, reshape. And only God can rearrange us. Until finally, we acknowledge that life's problems are meaningless compared to the eternal life that God has prepared. Whatever our problems, let's not experience unimaginable lamentations when we close our eyes and are unworthy of being children of God.

The world has formed us into children of the world, brides of the powers of darkness, not God's brides. So we have to be reset, reconstructed. If our inner man today is examined by God, then most of our inner selves are rottenIf our inner selves today are examined by God, then most of our inner man is rotten; our faces are not beautiful because we are made up by the world, not by the Holy Spirit. So we must be rearranged. Make God the only world we have. Don't think about how to enjoy the world. Make our lives change until God is pleased. There is no pleasure in life other than in the Lord.

IT IS NOT UNCOMMON FOR LIFE'S PROBLEMS TO REARRANGE OUR LIVES, ONLY WE OFTEN FAIL TO REALIZE THIS BECAUSE WE CONSIDER IT AN ACCIDENT, MISFORTUNE, OR CALAMITY.

Card image
MENATA ULANG - 14 Februari 2024
2024-02-14 07:13:16


Sejatinya, gereja bukan hanya tempat di mana orang berliturgi, menyanyikan lagu-lagu rohani—yang sering kali antara apa yang diucapkan dengan kenyataan hidup itu berbeda, yang membuat jemaat justru berdosa karena menipu diri sendiri, menipu orang lain di sekitarnya, dan menipu Tuhan. Kalau kita menyanyi, "Bersinar-bersinar," misalnya, apakah kita sudah sungguh-sungguh bersinar? Kalau kita mengatakan dalam pujian, “Kesukaan yang ceria hanya ada pada-Mu," apakah kita benar-benar telah menjadikan Tuhan satu-satunya kesukaan yang ceria? Kita harus berani menata ulang kehidupan kita.

Yang Tuhan Yesus katakan kepada Nikodemus di Yohanes 3 sebagai kelahiran baru, sering dipahami begitu sederhana dan naif; dibaptis berarti lahir baru. Padahal tidak sesederhana itu. Nikodemus harus mulai dari nol, ditata ulang, tapi Nikodemus tidak mau. Ya, akhirnya tidak bisa. Jadi sebelum kita menutup mata meninggal dunia, kita harus ditata ulang karena dunia telah begitu merusak kita. Jadi ketika kita menyadari bahwa kehidupan Yesus Kristus itulah kekristenan yang sejati, maka kita mulai bertabrakan dengan manusia lama kita. Gereja mula-mula dikondisi Tuhan mengalami penganiayaan dan penganiayaan, namun hal itu justru me-reset atau menata ulang hidup mereka. Itu guncangan hebat.

Murid-murid Yesus berpikir bahwa Yesus akan menjadi raja seperti Herodes atau kaisar Roma, namun ternyata menjadi seseorang yang dihinakan, yang mati disalib. Hal itu merupakan guncangan, tetapi Roh Kudus menolong mereka sehingga mereka menurut apa yang Tuhan kerjakan dalam hidup mereka. Mereka mengalami masa penganiayaan; masa aniaya yang sebenarnya adalah masa pemurnian. Keadaan yang tidak nyaman itu ternyata memelihara kekristenan, guncangan-guncangan yang dialami oleh orang-orang yang memberi diri diubah Tuhan itu menata ulang cara berpikirnya. Memaksa dia untuk melepaskan segala miliknya, masuk proses pembaruan yang benar-benar menuju kepada Kristus.

Tidak jarang masalah-masalah hidup itu menata ulang hidup kita, hanya kita sering tidak menyadari hal ini karena menganggap itu sebagai kecelakaan, keadaan naas atau malang. Padahal, Tuhan mau me-reset kita. Murid-murid Yesus, dengan konsep berpikir keyahudian yang fokusnya hanya pemenuhan kebutuhan jasmani, memandang Mesias dengan perspektif (sudut pandang) yang salah, sehingga mereka ditata ulang lewat penderitaan dan aniaya. Alkitab mengatakan bahwa penganiayaan membuat seseorang berhenti berbuat dosa. Ketika Tuhan menegur kita, dan kita sadar kesalahan kita, maka kita bisa menata ulang diri, memberi diri ditata ulang oleh Tuhan. Berdoa setiap hari merupakan bagian dari menata ulang hidup kita.

Namun, kita tidak bisa mengharapkan tata ulang hidup dengan cara mudah. Karena kita harus membangun ulang konstruksi berpikir, selera jiwa, paradigma berpikir. Itu tidak mudah. Roh Kudus siap menggarap, Tuhan beserta kita. Untuk menggarap kita, Dia beserta kita untuk mendidik. Sebagaimana yang Tuhan firmankan, “Jadikan semua bangsa murid-Ku,” artinya ubah mereka untuk mengenakan hidup seperti hidup yang Kuajarkan. Selanjutnya, “Dan ketahuilah Aku menyertai kamu sampai kesudahan zaman.” Dia menyertai untuk mendidik dan mengajar kita. Kalau kita jadi Kristen kanak-kanak terus, di mana kita disertai Tuhan hanya karena mau dilindungi, mau dijaga, mau dipuaskan, maka kita tidak pernah menjadi dewasa.

Hidup ini singkat dan tragis, apa yang kita harapkan dari hidup ini? Munculnya berbagai penyakit, itu juga tragisnya hidup, belum kesewenang-wenangan, ketidakadilan, dan lain-lain. Kita adalah orang-orang yang dipilih untuk mewarisi Kerajaan Surga, kehidupan yang jauh lebih baik, sempurna. Tidak banyak orang yang dipilih seperti kita. Tapi kita harus menata ulang, dikonstruksi ulang, dibentuk ulang. Dan hanya Tuhan yang bisa menata ulang kita. Sampai akhirnya kita mengakui bahwa masalah hidup tidak ada artinya dibanding dengan kehidupan kekal yang Allah sediakan. Apa pun masalah kita, namun jangan sampai kita mengalami ratapan yang tak terbayangkan pada waktu kita menutup mata dan tidak layak menjadi anak-anak Allah.

Dunia telah membentuk kita menjadi anak-anak dunia, mempelai kuasa kegelapan, bukan mempelai Tuhan. Maka kita harus di-reset ulang, dikonstruksi ulang. Kalau manusia batiniah kita hari ini diteropong Tuhan, maka sebagian besar manusia batiniah kita busuk; wajah kita bukan wajah yang indah, karena kita dipermak dunia, bukan dipermak Roh Kudus. Maka kita harus ditata ulang. Jadikan Tuhan sebagai dunia kita satu-satunya. Jangan berpikir bagaimana menikmati dunia. Buatlah hidup kita berubah sampai Tuhan itu disenangkan. Tidak ada kesenangan hidup selain di dalam Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TIDAK JARANG MASALAH-MASALAH HIDUP ITU MENATA ULANG HIDUP KITA, HANYA KITA SERING TIDAK MENYADARI HAL INI KARENA MENGANGGAP ITU SEBAGAI KECELAKAAN, KEADAAN NAAS ATAU MALANG.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 Februari 2024
2024-02-14 07:10:31

Imamat 5-7

Card image
Truth Kids 13 Februari 2024 - PERCAYA TANPA MELIHAT
2024-02-13 07:24:44


Yohanes 20:27
Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah."

Sobat Kids, hari ini kita mau belajar tentang Tomas. Tomas meragukan kebangkitan Tuhan Yesus. Tomas tidak hadir saat Tuhan Yesus datang kepada murid-murid-Nya dan menunjukkan tangan dan lambung-Nya. Tanda bahwa benar Ia adalah Yesus yang sudah bangkit. Makanya saat murid-murid bercerita kepada Tomas, ia tidak percaya. Tomas berkata kepada mereka, "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu, dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya."

Delapan hari kemudian, murid-murid Yesus berkumpul bersama, dan Tomas ada bersama-sama mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang memberi salam untuk mereka. Kemudian Ia berkata kepada Tomas, "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." Akhirnya Tomas pun percaya bahwa Yesus benar-benar telah bangkit dan hidup kembali.

Tomas menjadi percaya karena ia telah mencucukkan (memasukkan) jarinya ke tangan dan lambung Tuhan. Tuhan berkata, "Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." Sobat Kids, kita mau belajar untuk percaya kepada Tuhan. Walaupun kita tidak melihat Tuhan secara langsung, percayalah bahwa Ia sudah bangkit.

Card image
Truth Junior 13 Februari 2024 - JANGAN RAGU-RAGU
2024-02-13 07:23:09


Yohanes 20:27
Kemudian Ia berkata kepada Tomas: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.”

Sobat junior, pernah tidak kalian ragu-ragu saat mau melakukan sesuatu Contohnya saat ujian, kalian mau menjawab soal, tapi kalian ragu-ragu dengan jawaban kalian, padahal kalian tahu cara mengerjakannya. Ragu-ragu pasti pernah dialami oleh semua orang, termasuk seorang murid Tuhan Yesus yang ragu-ragu ketika Tuhan menampakkan diri kepadanya. Wah, siapakah dia? Ia bernama Tomas.

Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu, berkumpullah murid-murid di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu, datanglah Yesus dan berdiri di dekat mereka. Tuhan Yesus menunjukkan tangan dan lambung yang berlubang kepada mereka. Murid-murid pun bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. Tetapi Tomas tidak ada bersama-sama dengan mereka ketika Yesus datang. Maka kata murid-murid yang lain kepadanya, “Kami telah melihat Yesus.” Tetapi Tomas menjawab, “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan pada lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.

Delapan hari kemudian, murid-murid Yesus kembali berkumpul, termasuk Tomas. Lalu Tuhan Yesus datang dan berdiri di tengah-tengah mereka. Kemudian Yesus berkata kepada Tomas, “Taruhlah jarimu dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan janganlah engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” Tomas pun menjawab, “Ya, Tuhanku dan Allahku.” Kata Yesus kepada Tomas lagi, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”

Kita belajar bahwa meskipun kita tidak melihat Tuhan, tetapi kita harus percaya bahwa Tuhan itu ada dan selalu menolong kita. Jadi Sobat Junior, kita harus percaya dan tidak boleh ragu kepada-Nya.

Card image
Truth Youth 13 Februari 2024 (English Version) - GOD IS ALWAYS ALL OUT!
2024-02-13 07:20:36


"So accept one another, just as Christ also accepted us, to the glory of God." (Romans 15:7)

Have you ever wondered why we are commanded to love one another? Especially our fellow beings who have been extremely cruel to us. Even loving good people sometimes challenges our ego, let alone loving those who have wronged us. Where do we stand in this? But look at the life of Christ. Jesus, who was insulted, reviled, and even crucified on the cross, still loved His fellow beings. Therefore, we love others because Jesus sets an example for us that we should love our fellow beings, even those who hate us. The Lord says, "Do not resist an evil person; but whoever slaps you on your right cheek, turn the other to him also." We are always taught to continue loving our fellow beings. Even though it may seem painful to deal with unpleasant people, trust that God provides goodness in other aspects of our lives.

Rest assured, we are in the right hands. God the Father doesn't hold back in taking care of us. The world may not be perfect, but God's love is always all out! However, sometimes it's just His ways that we haven't fully understood. Often we ask why things happen like this? Yet there is hidden goodness that God has arranged wonderfully and marvelously for us. So, let's not tire of doing good, shall we? Love our fellow beings sincerely and believe that we are in the hands of God the Father who will undoubtedly make our lives better.

WHAT TO DO:
1. Extend a helping hand or assistance to others.
2. Love sincerely.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 11-13

Card image
Renungan Pagi - 13 Februari 2024
2024-02-13 07:13:26


Dunia ini banyak menawarkan hal-hal yang dapat mengalihkan perhatian, dari kasih kepada Tuhan berubah menjadi kecintaan kepada dunia dan segala kemegahannya yang sifatnya sementara. Sebab manusia pada dasarnya lebih suka sesuatu yang menyenangkan bagi dagingnya dibanding mentaati kehendak Bapa. Jika fokus hidup hanya kepada harta kekayaan dan kenikmatan dunia, maka kelakuan kita juga akan sama dengan orang-orang dunia pada umumnya.

Sebaliknya kalau fokus hidup kepada Tuhan, haus akan Tuhan, berpaut pada Tuhan, maka kelakuan kita makin hari akan semakin seperti yang Tuhan kehendaki dan yang kita kerjakan adalah apa yang berkenan di hati Tuhan. Hidup sebagai anak-anak terang yang menelanjangi perbuatan kegelapan. "Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, ...Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu."

Karena itu, marilah mulai hidup sebagai anak-anak terang, bukan lagi anak-anak gelap, mulai mengarahkan hati untuk sungguh-sungguh mengikut Yesus yang berarti mengikuti jejak hidup-Nya setiap hari sampai kita menjadi serupa dengan DIA dan memperoleh perkenanan Bapa.
(Efesus 5:8,11)

Card image
Quote Of The Day - 13 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-13 07:11:15


Tuhan tidak bisa memberkati kalau kita adalah domba yang terhilang.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 13 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-13 07:06:33


Tidak ada peristiwa hidup yang tidak mengandung suara Tuhan. Ada nasihat-Nya, ada pembentukan-Nya. Temukan apa yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan.

Card image
FOLLOW MY EXAMPLE - 13 Februari 2024 (English Version)
2024-02-13 07:03:38


Early Christianity—which was the model of Christianity that Christians throughout the ages had to wear—was the Christianity worn by Jesus' disciples, then carried on by the apostles until it reaches us today. But, is the Christianity we embrace today the same as the one embraced by Jesus' disciples, the first recipients of the teachings of the Kingdom of God? In the Gospel of Matthew 28:18-20, Jesus said, "Teach them to obey everything I have commanded you. And surely, I am with you always, to the very end of the age."

Lord Jesus promised to accompany us through or in the Holy Spirit, which comes from the Father, so that believers can embrace Christianity as taught by Jesus. The disciples of Jesus surely embraced Christianity as Jesus lived. Thus, the Christianity embraced by Jesus' disciples is the life embraced by Jesus. Hence, in Antioch, believers were called Christians, meaning "like Christ." Are we worthy to be called Christians? Is our life already like Christ's? That's why in Galatians 2:19-20, Paul wrote as a testimony of his life, "I no longer live, but Christ lives in me."

To be honest, we see that in the course of church history—under the influence of various philosophies, religions, and changing times—true Christianity began to fade, experiencing decline. And one thing that is happening today is as if Christianity is like a religion, a belief that is built on the basis of teachings or doctrine. Christianity is no different from many religions in general - good morals, good ethics - where this kind of Christianity is a Christianity that has lost Jesus. And we only understand after we have gone through a long journey, why Jesus said in Luke 14:33, "Likewise, every one of you, who does not rid himself of all his possessions, cannot be My disciple."

That's why, in Hebrews 12:1 it's said that in order to follow the race that is required—which is to have perfect faith or perfect obedience like Jesus—we must put off all burdens and sins. Christianity is truly something difficult, truly impossible without the help of the Holy Spirit. There was a moment when a rich man came to Jesus and said, "Lord, what must I do to inherit eternal life?" Actually, this could mean, "What must I do to have a quality life?" And Jesus answered, "Follow the commandments." Honor your parents, do not murder, do not commit adultery, do not steal, and so on. Surely, this person had followed these commandments and could be blameless.

This rich man felt that his religion had met the requirements of a religious person. But he felt something was missing, so he asked, "I have done everything, Lord. What more?" He seemed to be looking for trouble! Then the Lord said, “Sell all your possessions, give to the poor, and follow Me.” Of course, the meaning of selling all possessions and giving to the poor doesn't have to be interpreted literally. But we must not be attached, shackled by material possessions, we must be willing to have nothing, only then can we follow Him. So, as the chosen people of the New Covenant, to have a life of quality standard like that of Lord Jesus', is very high. Therefore, His disciples said, "If so, who can be saved?"

We see how many Christians today seem to think entering heaven is easy. Christianity becomes an easy path, an easy way, perhaps even seen as a shortcut to heaven. Ironically, this is far from the true, pure concept that Lord Jesus taught. We are confused, why has Christianity become like this? Why is it different from what Jesus taught? What Jesus taught was Himself, His life. Paul said, "Follow me as I follow Christ, imitate me because I also imitate Jesus." But are there still people in this generation who can say, “Follow my example as I follow Christ?“

If there are, perhaps they are considered arrogant, proud, spiritually arrogant. Yet, the true standard of Christian life is such, so that every parent can say to their children, "Follow my example." Children don't see the face of God, instead, they see many faces of characters in movies, celebrities or politicians. Ironically, the face of Jesus disappears in the church, where the church should be the place where the face of Jesus is found. It should be like that. But honestly, when we want to rise, we collide with the flesh we have satisfied for decades. We collide with the murky soul that we often satisfy. So, we must reset our minds and souls by seeking the guidance of the Holy Spirit.

IS THERE STILL ANYONE IN THIS GENERATION WHO CAN SAY, "FOLLOW MY EXAMPLE JUST AS I FOLLOW CHRIST?"

Card image
TELADANILAH AKU - 13 Februari 2024
2024-02-13 07:01:05


Kekristenan mula-mula—yang merupakan model kekristenan yang harus dikenakan oleh orang Kristen sepanjang zaman—adalah kekristenan yang dikenakan oleh para murid Yesus, kemudian diteruskan kepada para rasul hingga sampai pada kita hari ini. Tapi, apakah kekristenan yang kita kenakan hari ini adalah kekristenan yang dikenakan oleh para murid Yesus sebagai narasumber pertama yang menerima pengajaran Injil Kerajaan Allah? Di dalam Injil Matius 28:18-20, Yesus berkata, "Ajar mereka melakukan segala sesuatu yang Kuperintahkan, yang sama dengan yang Kutunjukkan kepadamu untuk kamu kenakan. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa, sampai kepada akhir zaman. Aku harus menyertai kamu."

Tuhan Yesus berjanji menyertai kita melalui atau di dalam Roh Kudus yang keluar dari Bapa, agar orang percaya mengenakan kekristenan seperti yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Murid-murid Yesus pasti mengenakan kekristenan seperti kehidupan Yesus. Jadi, kekristenan yang dikenakan oleh murid-murid Yesus adalah kehidupan yang dikenakan oleh Tuhan Yesus. Karenanya, di kota Anthiokia, orang percaya disebut Kristen, artinya seperti Kristus. Apakah kita layak disebut Kristen? Apakah kehidupan kita sudah seperti Kristus? Itulah sebabnya dalam Galatia 2:19-20, Paulus menulis yang merupakan kesaksian dari hidupnya, "Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku."

Sejujurnya kita melihat di dalam perjalanan sejarah gereja—oleh pengaruh berbagai filsafat, agama, dan perubahan zaman—kekristenan yang sejati mulai luntur, mengalami kemerosotan. Dan satu hal yang terjadi hari ini, seakan-akan kekristenan itu seperti agama, sebuah keyakinan yang dibangun di atas dasar ajaran atau doktrin. Kekristenan tidak beda dengan banyak agama pada umumnya—bermoral baik, beretika baik— di mana kekristenan seperti ini merupakan kekristenan yang telah kehilangan Yesus. Dan kita baru mengerti setelah kita melewati perjalanan panjang, mengapa Yesus berkata dalam Lukas 14:33, "Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku."

Itulah sebabnya, di dalam Ibrani 12:1 dikatakan bahwa untuk bisa mengikuti perlombaan yang diwajibkan—yaitu memiliki iman yang sempurna atau ketaatan yang sempurna seperti Yesus—kita harus menanggalkan semua beban dan dosa. Kekristenan itu benar-benar sesuatu yang sulit, benar-benar mustahil tanpa pertolongan Roh Kudus. Ada saat seorang kaya datang kepada Yesus dan berkata, "Tuhan, apa yang harus kulakukan supaya aku beroleh hidup yang kekal?" Sebenarnya, kalimat itu bisa berarti, "Apa yang harus kulakukan supaya hidupku berkualitas?" Dan Yesus menjawab, “Lakukan hukum.” Hormati orang tuamu, jangan membunuh, jangan berzina, jangan mencuri, dan seterusnya. Tentu, orang ini sudah melakukan hukum-hukum tersebut dan bisa tidak bercela.

Orang kaya ini merasa bahwa keberagamaan yang dia miliki telah memenuhi syarat orang beragama. Tetapi dia merasa masih kurang, maka ia bertanya, “Semua sudah aku lakukan, Tuhan. Apa lagi?” Dia seperti mencari gara-gara! Lalu Tuhan berkata, "Jual segala milikmu, berikan kepada yang miskin, ikutlah Aku." Tentu maksud menjual segala milik dan membagikan kepada orang miskin, itu tidak harus diartikan secara harfiah. Tetapi kita tidak boleh memiliki ikatan, belenggu dengan harta benda, kita harus rela tidak bermilik, baru kita bisa mengikut Dia. Jadi, sebagai umat pilihan Perjanjian Baru, untuk memiliki hidup yang berkualitas standar Tuhan Yesus itu, tinggi sekali. Yang oleh karenanya, murid-murid-Nya berkata, "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?"

Kita melihat bagaimana konsep banyak orang Kristen di dalam pikirannya hari ini seakan-akan masuk surga itu mudah. Kekristenan menjadi jalan mudah, jalan gampang, mungkin juga dipandang jalan pintas masuk surga. Ironis, betapa jauhnya dari dasar konsep yang benar, yang murni, yang Tuhan Yesus ajarkan. Kita bingung, mengapa kekristenan menjadi seperti ini? Mengapa berbeda dengan apa yang diajarkan Yesus? Yang diajarkan Yesus adalah diri-Nya, hidup-Nya. Paulus berkata, "Ikuti aku seperti aku ikut Kristus, teladani aku karena aku pun meneladani Yesus." Tetapi apakah di generasi sekarang masih ada orang yang bisa berkata, "Teladanilah aku, seperti aku mengikut teladan Kristus?”

Jika ada, mungkin ia dianggap sombong, angkuh, arogan rohani. Padahal standar hidup kekristenan yang sejati demikian, supaya setiap orang tua bisa berkata kepada anak-anaknya, "Ikuti teladanku." Anak-anak tidak melihat wajah Tuhan, sebaliknya anak-anak melihat banyak wajah tokoh dalam film, wajah artis atau politisi. Ironis, wajah Yesus hilang lenyap di dalam gereja, yang mestinya gereja menjadi tempat di mana wajah Yesus ditemukan. Mestinya demikian. Namun sejujurnya, ketika kita mau bangkit, kita bertabrakan dengan daging yang sudah berpuluh tahun kita puaskan. Kita bertabrakan dengan jiwa yang keruh yang sering kali kita puaskan. Maka, kita harus mengatur ulang pikiran dan jiwa kita dengan memohon pimpinan Roh Kudus.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

APAKAH DI GENERASI SEKARANG MASIH ADA ORANG YANG BISA BERKATA, "TELADANILAH AKU, SEPERTI AKU MENGIKUT TELADAN KRISTUS?”

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 Februari 2024
2024-02-13 06:56:42

Imamat 1-4

Card image
Truth Kids 12 Februari 2024 - SETIA MELAYANI
2024-02-12 12:49:17


Lukas 8:2
"dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat,"

Sobat Kids, ada seorang perempuan Yahudi yang ikut serta dalam pelayanan Tuhan Yesus, yaitu Maria Magdalena. Maria Magdalena adalah tokoh perempuan di Alkitab yang melayani Tuhan. Maria Magdalena merupakan salah satu perempuan yang menjadi saksi peristiwa penyaliban, penguburan, dan kebangkitan Yesus. Maria Magdalena begitu setia melayani Tuhan. Hal ini dikarenakan Tuhan Yesus telah membebaskan Maria Magdalena dari roh-roh jahat. Tuhan Yesus memulihkan hidupnya, sehingga Maria Magdalena berubah. Ia menjadi setia dan melayani Tuhan seumur hidupnya.

Hari ini kita mau belajar dari tokoh Alkitab "Maria Magdalena." Setelah ditolong Tuhan, ia memberikan hidupnya bagi Tuhan. Maria Magdalena setia melayani Tuhan. Sobat Kids juga harus hidup melayani Tuhan, baik itu di rumah, sekolah, gereja atau di mana pun kita berada. Kita mau melayani Tuhan dengan setia seumur hidup kita.

Card image
Truth Junior 12 Februari 2024 - MARIA MAGDALENA
2024-02-12 12:47:31


Lukas 8:2
“dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat,”

Nama Maria Magdalena tidak asing di telinga kita semua. Setidaknya, Sobat Junior pasti pernah mendengar nama itu, meskipun kalian belum terlalu mengerti kisah hidupnya. Maria Magdalena adalah salah satu wanita yang pernah ditolong Tuhan Yesus. Ia dibebaskan atau dilepaskan dari 7 roh jahat yang merasuki dirinya, saat tidak ada pemuka agama maupun orang manapun yang sanggup. Hanya Tuhan Yesus yang berkuasa melepaskan Maria Magdalena dari roh-roh jahat yang mengikatnya.

Maria Magdalena sangat bersyukur atas apa yang Tuhan Yesus lakukan. Itu sebabnya, ia terus mendampingi Tuhan Yesus ketika Tuhan melayani, bahkan ketika disalib dan bangkit dari maut. Maria menjadi saksi kebangkitan Tuhan Yesus, karena bertemu secara fisik dengan Tuhan setelah Tuhan Yesus menang atas maut.

Saat Tuhan Yesus masih mengajar, Maria Magdalena termasuk salah satu orang yang tidak segan untuk memberikan hartanya demi pelayanan Tuhan Yesus. Itu artinya, ia mengerti dengan benar bahwa harta yang berharga bukanlah materi dunia ini, melainkan Tuhan Yesus sendiri. Kesetiaannya pun terpancar ketika Tuhan Yesus dikuburkan. Dengan kerinduan dan ketulusan, ia mendatangi kubur Yesus. Itu sebabnya Maria-lah yang mendapati kubur Yesus kosong dan menemukan Yesus telah bangkit.

Sobat Junior, seperti Maria Magdalena, kita semua manusia berdosa, yang sebenarnya tidak layak menghampiri Tuhan. Namun, Tuhan tetap mendatangi kita, memulihkan dan membebaskan kita dari semua ikatan dosa kita. Setelah menerima pembebasan itu, selayaknya kita melayani Dia dan memberikan segala yang kita punya untuk pekerjaan-Nya, seperti yang dilakukan Maria Magdalena.

Card image
Truth Youth 12 Februari 2024 (English Version) - DO, DO, AND DO. THE REST, REST
2024-02-12 12:45:27


"Honor your father and mother, and love your neighbor as yourself." (Matthew 19:19)

The world is never 100% perfect, indeed it's never entirely correct. As humans, we are given "space" for mistakes to occur so that we can learn better, mature, and become more capable of facing life. We need to be wrong to understand many things. Making mistakes is sometimes necessary. Being willing to make mistakes is good. However, there's a human tendency to want everything to go exactly as we desire. If we want it to be right, it must be right. If we want to go here, we must go here. If we want to go there, then there. Sometimes human nature emerges when we have expectations about something. When we have expectations about something, our mindset is directed towards what should happen according to our expectations. However, the reality that occurs often doesn't align with our desires. So, when reality doesn't always end up matching our expectations, we become disappointed and angry at the situation. To avoid disappointment in life, stop having unnecessary expectations. Fill our mindset with the many good things we can do, not just the outcome we will receive. Do and rest. Our task is simply to do, do, and do. The rest, rest.

If in the process of doing, doing, and doing, there are many small bumps along the way, try to stick to the phrase "it's okay." There's no need to judge oneself as wrong or incorrect, or even blame oneself. Be kind to yourself for doing, doing, and doing three times or even more. If our efforts in doing, doing, and doing are 100%, small mistakes might only reduce it by 0 to 5% from perfection, which is still good. Celebrate the small things that we have maximized well, say thanks to yourself, you did it very well. Don't hate yourself for small mistakes, look at the pile of effort we have given. That's more than enough.

WHAT TO DO:
1. Don't be afraid to make mistakes.
2. Have confidence.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 8-10

Card image
Truth Youth 12 Februari 2024 - DO, DO AND DO. SELEBIHNYA REST
2024-02-12 12:53:24


"Hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri". (Matius 19:19)

Dunia ini tidak pernah menjadi sempurna 100% memang full benar. Sebagai manusia pun kita diberikan “ruang” untuk kesalahan terjadi, supaya kita bisa belajar lebih baik, lebih dewasa dan lebih cakap menghadapi kehidupan. Kita perlu menjadi salah untuk mengetahui banyak hal. Salah kadang diperlukan. Berani salah itu baik. Namun, ada sifat manusia yang ingin segala sesuatu berjalan sesuai dengan maunya. Maunya benar, ya harus benar. Maunya ke sini, ya harus ke sini. Maunya ke sana, ya ke sana. Kadang sifat manusiawi orang muncul ketika berekspektasi akan sesuatu. Ketika berekspektasi akan sesuatu, cakrawala berpikir kita terarah pada hal yang seharusnya terjadi sesuai dengan cakrawala berpikir atau ekspektasi kita. Padahal, kenyataan yang terjadi sering kali bukan sesuai kemauan kita. Sehingga ketika kenyataan tidak selalu berujung pada ekspektasi yang menjadi nyata, kita kecewa dan marah akan situasi tersebut. Untuk menghindari kekecewaan dalam hidup maka berhentilah untuk berekspektasi yang tidak perlu. Hiasi cakrawala berpikir kita dengan banyak kebaikan yang bisa kita lakukan, bukan saja akhir yang akan kita terima. Do and rest. Tugas kita hanya do, do and do. Selebihnya, rest.

Jika dalam perjalanan do, do and do itu banyak senggolan kecil terjadi, berusahalah untuk tetap pada kata it’s okay. Tidak perlu menilai diri yang salah atau keliru bahkan menghakimi dan menyalahkan diri sendiri. Sayanglah pada dirimu sendiri karena sudah melakukan do, do and do sampai 3 kali bahkan lebih. Kalau do, do and do kita sudah 100%, kesalahan kecil mungkin hanya mengurangi 0 sampai 5% dari yang sempurna which is it’s still that good. Rayakanlah hal-hal kecil yang sudah kita maksimalkan dengan baik, say thanks to yourself, you did it very well. Jangan membenci diri kita akan kesalahan kecil, lihatlah tumpukan usaha yang sudah kita berikan. Itu sudah lebih dari cukup.

WHAT TO DO:
1. Tidak takut melakukan kesalahan
2. Percaya diri

BIBLE MARATHON:
▪︎Bilangan 8 – 10

Card image
Renungan Pagi - 12 Februari 2024
2024-02-12 08:04:37


Dalam hidup ini siapapun kita belajarlah untuk menjadi orang yang rendah hati, jangan sombong, sekaya apapun dirimu, sepandai apapun pengetahuanmu dan sebanyak apapun talentamu, sadarilah bahwa kita hidup karena anugerah Tuhan. Saat diberi kesempatan melayani Tuhan dan pekerjaan-Nya di bumi ini, saat bekerja keras dalam pekerjaan yang kita miliki, tetap harus bersyukur atas anugerah-Nya dan hidup harus menjadi berkat dimanapun berada.

Tidak ada satupun hal yang dapat membuat kita menyombongkan diri. "Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku."

Jadi keberadaan kita sampai saat ini hanyalah karena anugerah dan kasih karunia Allah, maka tidak ada yang dapat kita banggakan, karena semuanya milik Tuhan dan harus dipersembahkan bagi kemuliaan Tuhan. Hidup harus dapat menebarkan damai dan kasih Tuhan untuk banyak orang; dan saat hidup dalam kerendahan hati, maka akan benar-benar menyadari bahwa semua yang kita dapatkan hanya karena anugerah dan kasih karunia Tuhan.
(1 Korintus 15:10)

Card image
Quote Of The Day - 12 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-12 07:27:36


Menjadi manusia seperti yang dikehendaki Allah adalah bersekutu dengan Dia, bukan untuk bisa memanfaatkan Tuhan dalam menjalani hidup dengan caranya sendiri.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 12 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-12 07:24:36


Kalau seseorang berkata kepada Tuhan: "Selidiki aku ya Tuhan", itu artinya ia bersedia mengoreksi diri dengan seksama.

Card image
FINDING THE ETERNAL LOVER - 12 Februari 2024 (English Version)
2024-02-12 05:00:44


Have we ever imagined how powerful the final moments are when we breathe our last breath? We do not know when. And after that, we will face the throne of God's judgment. We must remind ourselves of this reality so that we always direct our lives to find the Eternal Lover. Many people do not seriously question whether they have found their eternal lover or not. They feel they can postpone it, or can deal with it at another time. If someone does not long for Him, it means he has not reached the point of finding the Eternal Lover. Because someone who does not long for God is not worthy to be God's lover.

What has been taught to us, all this time is falsehood, as if Christians can live naturally, like other humans. Even humans, if they have a lover—especially if they become life partners—do not want their hearts to be shared even a bit with others. Likewise, God, whom we should hold in high esteem. We should only long for Him. So the problem is, why do people not long for God? If we still have worldly attachments, it means it is not over yet. We try to end it, but it's not easy. Someone who diligently prays every morning, even more waking up in the middle of the night to pray, as determined as that, still feels incomplete, like something is not over.

If we do not long for God, it means there is something not over yet; there is still pleasure. Whether it's in the form of material things, flattery, honor and the most damaging thing is if there is sin. Because sin completely kills our desire for God. When we commit sin and enjoy it, surely there is no longing for Him. So if someone doesn't have high purity, he doesn't have high longing either. Being God's eternal beloved means we must be over, must not have any pleasures, and must not sin. This may sound extreme, but it is normal.

We stand on the side of the Father, Elohim Yahweh. We stand beside Jesus and wear His life as our honor, worship, respect, and dedication to the Lord Jesus. We must continue to strive, as diligently as possible to cultivate this true spiritual life. If we honor God, then we will not divide our hearts to anything or anyone. The word of God says, "You shall have no other gods before Me," meaning we should not bow down to worship, serve, revere, and make something as pleasure. A man adores and loves a woman, or vice versa, because he needs and feels fulfilled. Likewise we are for God.

We can emulate how Abraham worshiped God Yahweh, there was no doubt in Him even though he was going through difficult circumstances, as if God had forgotten His promise. Until when he had to sacrifice his son, Isaac, he did it. If we do not doubt the Father in heaven, Elohim Yahweh, and fully wear Jesus' life, we will end there, because surely no worldly pleasures can enter our lives. There is no pride in anything, no desire to be respected because Jesus gave an example of how He emptied himself and became obedient to the point of death, even death on the cross.

Being God's eternal lover is extraordinary. Let us wear Jesus' life, because that way we love and honor the Father in heaven. However, on one side, the power of darkness works extraordinarily. In this case, it is not theology that we need, but how the Holy Spirit speaks to us every day, and that's what should fill us. Because when it comes to not killing, not committing adultery, not stealing, we do not need to hear the voice of the Holy Spirit. Because we can already read and our ears hear prohibitions like that, and other religions teach them too. But in every matter, from every small, simple life issue, that's where we hear the voice of the Holy Spirit.

Being God's lover means not giving room for anyone and anything. Our lives must truly be directed only to be God's lover, The Lord is The World. God is our only world. And the Holy Spirit placed within us is the Spirit of God, and He will continue to speak to fill our minds with His holiness. So, if the Father in heaven says, "Be holy, for I am holy," then implicitly the Father says, "Be My beloved." Because without holiness, it is impossible for a person to have fellowship with God.

IF SOMEONE DOESN'T LONG FOR HIM, IT MEANS HE HAS NOT REACHED AT THE POINT OF FINDING THE ETERNAL LOVER.

Card image
MENEMUKAN KEKASIH ABADI - 12 Februari 2024
2024-02-12 04:57:41


Pernahkah kita membayangkan, betapa dahsyatnya detik akhir kita menghembuskan nafas? Yang mana kita tidak tahu kapan. Dan setelah itu kita akan menghadap takhta pengadilan Tuhan. Kita harus mengingatkan diri kita sendiri mengenai realitas ini sehingga kita selalu mengarahkan hidup kita untuk menemukan Sang Kekasih Abadi. Banyak orang tidak memperkarakan dengan serius, apakah dirinya sudah menemukan Kekasih Abadi ini atau belum. Mereka merasa bisa ditunda, atau bisa menggumulinya di lain waktu. Kalau seseorang belum merindukan Dia, berarti ia belum sampai pada titik menemukan Kekasih Abadi. Sebab orang yang tidak merindukan Tuhan, belum layak menjadi kekasih Tuhan.

Apa yang diajarkan kepada kita, selama ini kepalsuan, seakan-akan orang Kristen boleh hidup wajar, seperti manusia lain. Manusia saja, kalau punya kekasih—apalagi menjadi pasangan hidup—tidak ingin hatinya dibagi secuil pun untuk orang lain. Demikian pula Allah yang layak kita junjung tinggi. Mestinya, kita hanya merindukan Dia. Jadi masalahnya, mengapa orang tidak merindukan Tuhan? Jika kita masih memiliki ikatan-ikatan dunia, berarti kita belum habis. Kita berusaha untuk habis, tapi itu tidak mudah. Orang yang giat setiap pagi berdoa, belum lagi tengah malam bangun untuk berdoa, senekat itu, masih merasa belum habis rasanya, ada yang belum habis.

Kalau kita tidak merindukan Tuhan, berarti ada yang belum habis; masih ada kesenangan. Apakah itu berupa materi, sanjungan, kehormatan dan yang paling merusak kalau ada dosa. Karena dosa itu mematikan total kerinduan kita akan Tuhan. Ketika kita melakukan dosa dan menikmati dosa itu, pasti tidak ada kerinduan kita akan Dia. Jadi kalau seseorang tidak memiliki kesucian yang tinggi, dia tidak punya kerinduan yang tinggi juga. Menjadi kekasih abadi Tuhan berarti kita harus habis, tidak boleh punya kesenangan apa pun, dan jangan berbuat dosa. Kedengarannya ini ekstrem, tetapi ini wajar.

Kita berdiri di pihak Bapa, Elohim Yahweh. Kita berdiri di samping Yesus dan mengenakan hidup-Nya sebagai penghormatan kita, sujud, hormat, dan pengabdian kita kepada Tuhan Yesus. Kita harus terus giat, segiat-giatnya untuk menumbuhkan kehidupan rohani yang benar ini. Kalau kita menghormati Allah, maka kita tidak akan membagi hati kita kepada apa pun dan siapa pun. Firman Tuhan mengatakan, “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku,” artinya kita jangan sujud menyembah, mengabdi, memuja, dan menjadikan sesuatu sebagai kesenangan. Seorang pria memuja dan mencintai seorang wanita, atau sebaliknya, karena ia membutuhkan dan merasa diisi. Demikian pula kita untuk Tuhan.

Kita bisa mencontoh bagaimana Abraham memuja Elohim Yahweh, tidak ada keraguan terhadap Dia walaupun melewati keadaan-keadaan sulit, seakan-akan Allah melupakan janji-Nya. Sampai ketika dia harus mempersembahkan anaknya, Ishak, dia melakukannya. Kalau kita tidak meragukan Bapa di surga, Elohim Yahweh, dan mengenakan sepenuhnya hidup Yesus, kita habis di situ, sebab pasti tidak ada kesenangan dunia yang bisa masuk dalam hidup kita. Tidak ada kebanggaan terhadap sesuatu, tidak ada keinginan dihormati, karena Yesus memberikan contoh teladan bagaimana Ia mengosongkan diri dan taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib.

Menjadi kekasih abadi Allah itu, luar biasa. Mari kita kenakan hidup Yesus, sebab dengan cara itu kita mencintai dan menghormati Bapa di surga. Namun di satu sisi, kuasa kegelapan luar biasa bekerja. Dalam hal ini, bukan ilmu teologi yang kita perlukan, melainkan bagaimana Roh Kudus bicara kepada kita setiap hari, dan itu yang harus memenuhi kita. Sebab kalau soal jangan membunuh, jangan berzina, jangan mencuri, tidak perlu kita dengar suara Roh Kudus. Karena kita sudah bisa membaca dan telinga kita mendengar larangan seperti itu, dan agama lain pun mengajarkannya. Tapi dalam setiap perkara, dari setiap persoalan-persoalan hidup yang kecil, yang sederhana, di situlah kita mendengar suara Roh Kudus.

Menjadi kekasih Tuhan berarti tidak memberi ruangan untuk siapa pun dan apa pun. Hidup kita harus sungguh-sungguh kita arahkan hanya untuk menjadi kekasih Allah, _The Lord is The World._ Tuhan adalah satu-satunya dunia kita. Dan Roh Kudus yang ditaruh dalam diri kita adalah Roh Allah, dan Dia akan bicara terus untuk memenuhi pikiran kita dengan kekudusan-Nya. Jadi, kalau Bapa di surga berkata, “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus,” maka secara implisit Bapa berkata, “Jadilah kekasih-Ku.” Sebab tanpa kekudusan, seseorang tidak mungkin bersekutu dengan Allah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU SESEORANG BELUM MERINDUKAN DIA, BERARTI IA BELUM SAMPAI PADA TITIK MENEMUKAN KEKASIH ABADI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 12 Februari 2024
2024-02-12 04:37:03

Keluaran 39-40

Card image
Truth Kids 11 Februari 2024 - MENJAGA HATI
2024-02-11 11:51:57


Lukas 22:3
"Maka masuklah Iblis ke dalam Yudas, yang bernama Iskariot, seorang dari kedua belas murid itu."

Siapa yang tahu nama murid Yesus yang mengkhianati dan tega menjual-Nya? Ya, benar, Sobat Kids! Namanya adalah Yudas Iskariot. Yudas Iskariot mempunyai niat jahat karena menjual Yesus dengan harga 30 keping perak.

Sobat Kids, mengapa Yudas bisa menjadi jahat? Apakah karena Yudas butuh uang? Eeemm... kurang tepat. Apakah karena Yudas cinta uang? Kurang tepat juga. Lalu mengapa Yudas menjadi jahat? Jawabannya adalah karena Yudas tidak menjaga hatinya, sehingga hatinya dipengaruhi oleh Iblis untuk melawan Yesus.

Untuk menjaga hati, Sobat Kids harus dekat dengan Tuhan. Caranya dengan berdoa, rajin membaca Alkitab dan Truth Kids, berteman dengan teman yang suka melakukan firman Tuhan, dengar-dengaran orang tua dan guru, serta suka menolong dan suka memaafkan. Dengan begitu, kita dapat menjaga hati agar Iblis tidak masuk. Jaga hati kalian, ya, Sobat Kids. Hanya Tuhan yang boleh tinggal dalam hati kita.

Card image
Truth Junior 11 Februari 2024 - JADILAH SETIA
2024-02-11 11:49:19


Lukas 22:3
“Maka masuklah Iblis ke dalam Yudas, yang bernama Iskariot, seorang dari kedua belas murid itu.”

"Sobat Junior, apakah kalian semua punya sahabat? Sahabat itu beda dengan teman, ya. Sahabat itu lebih dari teman. Sahabat itu seseorang yang ada ketika kita merasakan suka ataupun duka. Sahabat itu yang membantu kita saat kita sedang kesusahan. Sedangkan teman, kadang ketika kita sedang kesusahan, mereka tidak bisa menolong kita.

Nah, bagaimana ketika ada sahabatmu yang mengkhianati kamu? Contohnya kamu bersahabat dengan dua orang, tetapi salah satu sahabatmu menjelekkan kamu di belakang kamu. Bagaimana perasaan kalian ketika ada teman yang mengkhianati? Ternyata murid Tuhan Yesus juga ada yang mengkhianati-Nya. Wah, siapakah dia? Iya, dia adalah Yudas Iskariot.

Yudas Iskariot adalah salah satu dari dua belas murid Tuhan Yesus. Tentu Yudas juga murid yang dikasihi oleh Tuhan Yesus. Namun, pada suatu ketika, Iblis masuk ke dalam Yudas sehingga Yudas pergi menghadap imam-imam kepala yang ingin menangkap Tuhan Yesus. Mereka di sana berunding cara untuk menangkap Tuhan Yesus. Dan akhirnya imam-imam kepala memberikan sejumlah uang kepada Yudas yang setuju menyerahkan Yesus kepada mereka. Akhirnya Tuhan Yesus ditangkap dan Yudas pun menyesal akan perbuatannya, lalu mengembalikan uang tersebut kepada imam-imam kepala.

Dari Yudas, kita belajar bahwa kita harus setia kepada Tuhan. Apabila kita mengkhianati Tuhan, itu akan membuat kita menyesal seperti penyesalan yang dialami oleh Yudas. Jadi Sobat Junior, belajarlah untuk selalu setia kepada Tuhan.

Card image
Truth Youth 11 Februari 2024 (English Version) - THE STEPS OF LIFE
2024-02-11 11:28:32


"David said to Gad, 'I am in deep distress. Let us fall into the hands of the Lord, for his mercy is great; but do not let me fall into human hands.'" (2 Samuel 24:14)

In this life, we often veer off course in many ways. Sometimes problems come in various forms, either due to our own mistakes or through circumstances beyond our control. If it's because of our own mistakes, it's something we can accept and promptly rectify. However, often problems arise not because of our control. Every challenge in life leads us to always depend on Him, even in good and safe situations, we still have to and must rely on Him, especially in difficult situations. The key is not just in good or bad conditions, but in how in every situation and condition of life, we continue to rely on the Lord. It's about having a rhythm of life that holds on fully and entirely to Him. If our life rhythm is formed to always depend on God, then in every uphill or downhill of life, we are accustomed to being with Him and capable of climbing higher steps of life.

In each step of life that we have, we are accustomed to holding on to God. How do we get used to holding on to Him? Sometimes God knows best in our lives, sometimes He even allows trials or problems with loud and powerful impacts. However, that's how God makes us always hold on to Him in every step of this life's ladder. So, if we go through a painful and challenging problem in life, don't be quick to be upset or angry, even furious, because there's a meaning that God wants to convey through it, which is for our good and peace.

WHAT TO DO:
1. In quiet moments, pray, and always rely on God.
2. Smile because everything that happens is for the best.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 7

Card image
Truth Youth 11 Februari 2024 - ANAK TANGGA KEHIDUPAN
2024-02-11 11:20:03


Lalu berkatalah Daud kepada Gad: ”Sangat susah hatiku, biarlah kiranya kita jatuh ke dalam tangan TUHAN, sebab besar kasih sayang-Nya; tetapi janganlah aku jatuh ke dalam tangan manusia.” (2 Samuel 24:14)

Dalam hidup ini sering kali kita meleset dalam banyak hal. Kadang masalah datang dengan berbagai cara, dengan cara kesalahan kita sendiri maupun yang bukan kesalahan kita. Jika karena kesalahan kita sendiri, tentu saja hal yang bisa kita terima dan segera diperbaiki. Namun, sering kali masalah datang bukan karena kendali kita. Setiap persoalan hidup membawa kita untuk selalu bergantung pada-Nya, bahkan dalam kondisi yang baik-baik saja dan aman-aman saja kita masih harus dan tetap bergantung pada-Nya, apalagi dalam situasi sulit. Intinya bukan pada kondisi yang baik-baik saja maupun kondisi sulit, tapi bagaimana di setiap situasi dan kondisi hidup, kita terus dan selalu bergantung pada Tuhan. Memiliki irama hidup yang berpegang penuh dan utuh hanya kepada-Nya. Jika irama hidup kita sudah terbentuk untuk selalu bergantung pada Tuhan, maka dalam setiap tanjakan atau turunan hidup kita sudah terbiasa bersama-Nya dan mampu menaiki anak tangga kehidupan lebih tinggi lagi.

Setiap anak tangga kehidupan yang kita miliki, kita sudah terbiasa untuk berpegangan pada Tuhan. Bagaimana caranya untuk terbiasa berpegangan pada-Nya? Kadang Tuhan lebih tahu yang terbaik dalam hidup kita, bahkan kadang Ia memberikan cobaan atau masalah dengan dentuman yang keras dan dahsyat. Namun, itulah cara untuk membuat kita selalu berpegang pada-Nya dalam setiap langkah anak tangga kehidupan ini. Jadi, jika kita melalui suatu masalah yang menyakitkan dan menyulitkan hidup, jangan dulu kesal atau marah bahkan murka karena ada makna yang Tuhan ingin sampaikan lewat hal tersebut yang tujuannya adalah kebaikan dan damai sejahtera untuk kita.

WHAT TO DO:
1. Saat teduh, berdoa, dan selalu bergantung pada Tuhan.
2. Tersenyum karena semua hal yang terjadi baik adanya.

BIBLE MARATHON:
▪︎Bilangan 7

Card image
Renungan Pagi - 11 Februari 2024
2024-02-11 11:13:38


Kalau kita pernah gagal, melakukan kesalahan yang fatal, hidup dalam dosa dimasa lalu, maka jangan pernah lagi menengok kebelakang. Dahulu memang pecundang, tetapi Tuhan mau jadi pemenang bersama DIA dimasa kini dan di masa depan. Jadi berjalan maju dan memandang kedepan. Rasul Paulus melakukan hal itu, dan dia tidak pernah menyesalinya, meskipun jalan bersama Tuhan tidak selalu mulus, bahkan penuh tantangan dan penderitaan, dia tetap berjalan maju, bahkan berlari menghampiri Tuhan.

"Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan; aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus."

Setan akan senang sekali jika kita menengok kebelakang, supaya terus merasa lemah dan tidak berdaya, diam ditempat, tidak berani melangkah maju mendekat pada Tuhan, tidak rela menanggung penderitaan dan tantangan hidup karena hidup mentaati kehendak Tuhan. Kita mau datang pada Tuhan hanya jika dapat banyak berkat jasmani, tidak miskin lagi, hidup senang bersama Tuhan.

Kita harus tahu bahwa karakter harus dibersihkan, pola pikir harus diubahkan, sehingga saat berlari menghampiri Tuhan, tahu tujuan kita, yaitu panggilan sorgawi, hidup dalam kemuliaan bersama Tuhan dalam kekekalan.
(Filipi 3:13-14)

Card image
Quote Of The Day - 11 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-11 11:09:54


Orang yang tidak mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan akal budi berarti ia tidak mengasihi diri sendiri, ia membinasakan dirinya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 11 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-11 11:07:59


Waktu ini sangat singkat, artinya kendaraan yang membawa kita kepada kebenaran ini terbatas dalam penggunaannya.

Card image
NOT DISTRUSFUL - 11 Februari 22024 (English Version)
2024-02-11 10:00:45


Indeed, often, God allows problems, and it seems like He hides His hand and is not present. So, we ask, “God, where are You?” Then, God remains silent. We are confused about why God acts this way toward us. Through those problems, it turns out God wants to make us mature. God allows those things to happen because He wants us to grow up. So, if we see our problems as too heavy or oversized, don’t think God is more minor. God allows those problems to happen to mature us, to test us.

Amid difficult situations, we shouldn’t be disappointed with God, let alone be angry. Instead, learn to be grateful because, through those problems, God gives eternal blessings. Therefore,  our perspective on problems must be from the standpoint of eternity, not the mortality perspective. So, if God gives us problems, no matter how big, believe He is greater than them. God allows those problems so that we can experience the presence of God, our character is transformed, and we can have genuine faith. That is why, if God seems absent, let’s not be disappointed.

Remember when Jesus invited His disciples to sail on the Sea of Galilee? Jesus was sleeping in the stern while they were afraid because a storm hit and water entered the boat. Yet, it seemed like the Lord was absent, and Jesus seemed indifferent. Don’t think God doesn’t care; He only tests them. Life experiences teach us to believe God is more significant than our problems. Over time, we won’t be distrustful of God anymore.

How can we believe that God is more significant than our problems? Thirdly, don’t have personal interests. Our lives are God’s work; our bodies are the temple of the Holy Spirit. Live in truth and holiness. Stay silent if people oppose, resist, persecute, or mistreat us. If our lives belong to God’s work, those people will face God. Don’t retaliate; don’t hurt their hearts. Women who are oppressed by their mothers-in-law, husbands, or extended family don’t despair. Stay calm because the living God is undoubtedly accompanying you. Realize that God exists, cry out to the God who hears and answers.

How can we believe that God is more significant than our problems? Thirdly, don’t have personal interests. Our lives are God’s work; our bodies are the temple of the Holy Spirit. Live in truth and holiness. Stay silent if people oppose, resist, persecute, or mistreat us. If our lives belong to God’s work, those people will face God. Don’t retaliate; don’t hurt their hearts. Mothers who are oppressed by mothers-in-law, husbands, or the extended family don’t despair. Stay calm because the living God is undoubtedly accompanying you. Realize that God exists, cry out to the God who hears and answers.

And finally, fourthly, live for God’s interest. It means living to please God, namely by living in holiness and purity. How can we live in the holiness and purity of God so that we can please Him? Remember, not with money, possessions, or anything else, but from every word, deed we do, every thought, and feeling we have, we can please the heart of God the Father. After that, let’s be a blessing: how to win the souls of people around us. That’s us, the work of God.

  So, when we face problems, let’s surrender them into God’s hands, believing that our lives are the work of God.* If people bless our lives and support us, they are blessed because they support the work of God. Conversely, if they complicate, persecute, or hurt us, it means they are against God. Make them have to deal with God, not with us. Stay silent, don’t retaliate. Even if we can seek revenge, don’t do it. We can become strong because we believe that God exists. The stories in the Bible are not mere fairy tales; they are facts that we can also experience.

  THROUGH LIFE EXPERIENCES, WE LEARN TO BELIEVE THAT GOD IS GREATER THAN OUR PROBLEMS, AND WE ARE NO LONGER DISTRUSTFUL OF HIM.

Card image
TIDAK CURIGA - 11 Februari 2024
2024-02-11 09:55:51


Memang, sering kali Tuhan memberikan masalah, lalu seakan-akan Tuhan sembunyi tangan dan tidak hadir. Sehingga kita bertanya, "Tuhan, ke manakah Engkau?" Lalu Tuhan berdiam diri. Kita bingung mengapa Tuhan bersikap demikian terhadap kita. Lewat masalah itu, ternyata Tuhan mau membuat kita menjadi dewasa. Pasti. Tuhan mengizinkan hal-hal itu terjadi dalam hidup kita karena kita mau didewasakan. Jadi, kalau kita melihat masalah kita begitu berat, begitu besar, jangan berpikir Tuhan lebih kecil. Tuhan yang mengizinkan persoalan-persoalan itu terjadi untuk mendewasakan kita, untuk menguji kita.

Mestinya, di tengah-tengah situasi yang sulit itu, kita jangan kecewa terhadap Tuhan, apalagi marah. Tetapi, belajarlah untuk bersyukur, karena ternyata lewat masalah itu, Tuhan memberikan berkat kekal. Makanya, cara kita memandang masalah harus dari sudut pandang kekekalan. Jangan memandang masalah dengan sudut pandang kefanaan. Jadi berat nanti. Apakah artinya masalah ini dibandingkan dengan kekekalan? Jadi, kalau Tuhan memberikan kita masalah, sebesar apa pun, percayalah Tuhan lebih besar. Tuhan mengizinkan masalah itu, untuk kita bisa menghayati tentang keberadaan Allah, karakter kita diubah, dan kita bisa memiliki percaya yang benar. Jadi, kalau Tuhan seakan-akan tidak hadir, jangan kita kecewa.

Ingat pada waktu Yesus mengajak murid-murid-Nya berlayar di danau Tiberias? Yesus tidur di buritan, sementara mereka ketakutan karena angin badai menerjang dan air masuk ke dalam perahu. Namun, Tuhan seakan-akan tidak hadir, Tuhan Yesus seakan-akan tidak peduli. Jangan kita berpikir Tuhan tidak peduli, Ia hanya mau menguji mereka. Tapi lewat pengalaman hidup, kita belajar untuk memercayai bahwa Allah lebih besar dari masalah. Lewat perjalanan waktu, kita tidak curiga lagi kepada Tuhan.

Bagaimana kita bisa mempercayai bahwa Allah lebih besar dari masalah kita? _ Yang ketiga,_ * jangan punya kepentingan pribadi.* Hidup kita ini adalah pekerjaan Tuhan, tubuh kita ini adalah bait Roh Kudus. Jalani hidup dalam kebenaran dan kesucian. Kalau orang menentang, melawan, mempersekusi, menganiaya kita, diam. Kalau hidup kita adalah milik Tuhan, pekerjaan Tuhan, berarti orang-orang itu akan berhadapan dengan Tuhan. Jangan kita membalas, jangan kita sakiti hati mereka. Ibu-ibu yang ditindas oleh mertua, suami, keluarga besar suami, jangan putus asa. Tetap tenang, karena Allah yang hidup, Allah pasti sedang menyertai. Hayati bahwa Tuhan ada, menjerit dan berserulah kepada Allah yang pasti mendengar dan menjawab.

Dan yang terakhir, keempat, hiduplah untuk kepentingan Tuhan. Artinya, bagaimana kita hidup untuk kesukaan hati Allah, yaitu dengan hidup dalam kekudusan dan kesucian. Bagaimana kita hidup dalam kekudusan dan kesucian Allah, sehingga kita bisa menyenangkan Dia? Ingat, bukan dengan uang, harta, atau apa pun melainkan dari setiap perkataan, perbuatan yang kita lakukan, gerak pikiran, dan perasaan kita, kita bisa menyenangkan hati Allah Bapa. Setelah itu, kita mau menjadi berkat; bagaimana memenangkan jiwa-jiwa orang-orang di sekitar kita. Itulah kita ini pekerjaan Tuhan.

Jadi, kalau kita menghadapi masalah, kita serahkan dalam tangan Tuhan, dengan percaya bahwa hidup kita ini adalah pekerjaan Tuhan. Kalau orang memberkati hidup kita, mendukung kita, orang itu diberkati karena dia mendukung pekerjaan Tuhan. Sebaliknya, kalau orang itu mempersulit, menganiaya, menyakiti kita, berarti orang itu melawan Tuhan. Buatlah mereka mesti berurusan dengan Tuhan, bukan berurusan dengan kita. Diam, tidak membalas. Walaupun kita punya kesempatan membalas dendam, jangan lakukan itu. Kita bisa menjadi kuat karena kita memercayai Allah itu ada. Kisah dalam Alkitab itu bukan hisapan jempol, bukan dongeng, itu adalah fakta yang juga bisa kita alami.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

LEWAT PENGALAMAN HIDUP, KITA BELAJAR UNTUK MEMERCAYAI BAHWA ALLAH LEBIH BESAR DARI MASALAH, DAN KITA TIDAK CURIGA LAGI KEPADA-NYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 Februari 2024
2024-02-11 09:28:13

Keluaran 36-38

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 Februari 2024
2024-02-11 09:26:29

Keluaran 33-35

Card image
Truth Kids 10 Februari 2024 - RAJIN MENCATAT
2024-02-10 08:47:14


Lukas 1:3
"Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu,"

Siapa yang senang menulis atau mencatat sesuatu? Hhmm.. mungkin sebagian dari kalian ada yang senang menulis, dan sebagian lain tidak. Sekarang banyak cara untuk mencatat atau mengingat sesuatu. Diketik, difoto, atau screenshot dapat menyimpan catatan yang ingin kita ingat. Tidak lagi harus menggunakan alat tulis dan menulis dengan tangan.

Namun, zaman dahulu, teknologi tidak seperti sekarang. Orang harus menulis dengan tangan. Dalam Alkitab tertulis ada seorang tabib bernama Lukas. Tabib itu seperti dokter, Sobat Kids. Selain suka mengobati orang, Lukas juga rajin mencatat segala sesuatu. Lukas belajar serta menyelidiki firman Tuhan dengan rajin dan tekun. Kitab Lukas yang ada dalam Perjanjian Baru, dipercaya ditulis oleh Lukas. Seperti yang tertulis dalam ayat firman Tuhan hari ini, Lukas menyelidiki segala peristiwa yang ia alami lalu membukukannya. Maksudnya, Lukas mencatat dengan teratur dan rapi.

Sobat Kids, saat kalian harus belajar, belajarlah dengan rajin. Saat kalian harus mencatat penjelasan guru, ingatlah akan Lukas yang juga rajin mencatat dengan teratur dan rapi. Kalian akan menjadi anak yang pintar jika sungguh-sungguh belajar dengan rajin.

Card image
Truth Junior 10 Februari 2024 - RAJIN DAN TEKUNLAH
2024-02-10 08:43:57


Lukas 1:3
“Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu,”

Sobat Junior, tahukah kalian siapa penulis kitab Lukas? Iya, penulis kitab Lukas adalah Lukas. Hari ini kita mau belajar dari Lukas yang telah menyelidiki segala peristiwa mengenai Yesus. Lukas adalah seorang yang berpendidikan dan tentunya pintar. Ia berprofesi sebagai tabib. Tabib adalah orang yang pekerjaannya mengobati orang sakit secara tradisional. Tabib itu sama seperti dokter. Selama hidupnya, Lukas dipenuhi Roh Kudus sehingga menulis dua kitab, yaitu kitab Lukas dan kitab Kisah Para Rasul.

Lukas menuliskan kitab tersebut untuk orang-orang bukan Yahudi. Ia menuliskan dengan lengkap tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus selama ada di dunia, sampai Tuhan Yesus terangkat ke surga. Lukas mencari saksi-saksi pertama yang mengenal Yesus secara pribadi. Maka Lukas mecatat semua perbuatan Yesus yang mereka lihat dan perkataan Yesus yang mereka dengar.

Jadi yang dapat kita pelajari dari Lukas adalah kerajinannya. Ia sangat rajin dan tekun dalam menyelidiki firman Tuhan. Begitu pula kita, Sobat Junior, kita harus rajin dan tekun untuk membaca Alkitab agar kita mengerti apa yang diajarkan Tuhan Yesus.

Card image
Truth Youth 10 Februari 2024 - MAKES IT UNCOMFORTABLE (English Version)
2024-02-10 08:39:59


"He causes it to come, Whether for correction, Or for His land, Or for mercy." (Job 37:13)

In a funeral service, a child gave a testimony in front of their parent's casket. They testified that they achieved success because of their parents' tough upbringing. Since childhood, they were shaped into an independent, disciplined, and optimistic individual. The process was uncomfortable, often requiring them to shed their ego. However, upon maturity, they realized and were grateful for having parents who raised them well.

Generally, parents will employ various methods to educate their children properly. They will educate them even if the child cries, begging to reject their sometimes harsh teaching. Their goal is for the child's benefit. Similarly, God educates each of us, like a father educating his child.

Education is an expression of God's love. Every situation in our lives that God uses to cleanse and free us from sin is God's education. Education can come in the form of suffering, reprimand, failure, and so on. Painful? Certainly. The process is not always pleasant, but the result will not disappoint. Everything is for our good. Through it all, God educates us to fight against the sins we hold tightly to, so that we can let go of them and live freely for His glory.

The end of sin in our lives is the beginning of a holy life for God. And God's love through education is a means by which He makes our lives more like Christ. Perhaps it is not always enjoyable for us, but all of it surely makes us more perfect before the Father.

God is present within us as a Father who educates, so we must understand that our lives are currently under His great love, and all this education is preparation for eternal life. If God's education certainly brings goodness into our lives. So, are we still refusing or avoiding it? Be assured, God also knows our limits. Education will not destroy us but build our lives better.

WHAT TO DO:
1. Recognize and be grateful that everything happening in our lives is God's way of educating us to become stronger.
2. Don't quickly complain or get angry with God for every unpleasant event we experience. Surely, it's all for our own good.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 5-6

Card image
Truth Youth 10 Februari 2024 - MAKES IT UNCOMFORTABLE
2024-02-10 08:34:41


"Ia membuatnya mencapai tujuannya, baik untuk menjadi pentung bagi isi bumi-Nya maupun untuk menyatakan kasih setia." (Ayub 37:13)

Dalam sebuah kebaktian pemakaman, ada seorang anak yang memberikan kesaksian di depan peti jenazah orang tuanya. Ia bersaksi bahwa ia mendapat kesuksesan karena didikan orang tuanya yang keras. Sejak kecil, ia dibentuk sedemikian rupa menjadi anak yang mandiri, disiplin, dan optimis. Prosesnya tidak nyaman, sering kali harus menanggalkan egonya. Namun, setelah dewasa ia baru sadar dan malahan bersyukur memiliki orang tua yang mendidiknya dengan baik.

Pada umumnya, orang tua akan melakukan banyak cara untuk dapat mendidik anaknya dengan baik. Ia akan mendidik anaknya meskipun anak tersebut menangis memohon untuk menolak didikannya yang terkadang keras. Tujuannya adalah demi kebaikan anaknya. Demikian pula Tuhan dalam mendidik setiap kita, layaknya seorang bapak mendidik anaknya.

Didikan adalah ungkapan kasih Tuhan. Setiap keadaan dalam hidup kita yang digunakan Tuhan untuk membersihkan dan membebaskan kita dari dosa adalah didikan Tuhan. Didikan itu dapat berupa sebagai penderitaan, teguran, kegagalan dan sebagainya. Menyakitkan? Tentu saja. Prosesnya memang tidak selalu menyenangkan, namun hasilnya tidak akan mengecewakan. Semua adalah demi kebaikan kita. Melalui itu semua,Tuhan mendidik kita untuk melawan dosa yang masih kita pegang erat, agar kita dapat melepaskannya dan bebas menjalani hidup yang bertumbuh bagi kemuliaan-Nya.

Berakhirnya dosa dalam hidup kita adalah permulaan hidup kudus bagi Tuhan. Serta kasih Tuhan melalui didikan adalah sarana yang dipakai Tuhan supaya hidup kita semakin serupa dengan Kristus. Mungkin memang tidak selalu menyenangkan bagi diri kita, namun semua itu pasti membuat kita menjadi semakin sempurna di hadapan Bapa.

Allah hadir di dalam diri kita sebagai Bapa yang mendidik, maka kita harus mengerti bahwa hidup kita saat ini sedang dalam kasih-Nya yang besar, yang semua didikan ini merupakan persiapan untuk kehidupan yang akan datang di dalam kekekalan. Jika didikan Tuhan pasti mendatangkan kebaikan dalam hidup kita. Jadi, masihkah kita menolak atau menghindarinya? Yakinlah, Tuhan juga tahu batas kemampuan kita. Didikan itu tidak akan menghancurkan, tetapi membangun kehidupan menjadi lebih baik.

WHAT TO DO:
1. Sadari dan mengucap syukur bahwa semua yang terjadi dalam hidup kita, merupakan cara Tuhan mendidik agar kita kuat.
2. Jangan cepat-cepat mengeluh atau marah kepada Tuhan untuk setiap kejadian yang tidak enak yang kita alami. Pasti semua itu untuk kebaikan diri kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎Bilangan 5-6

Card image
Renungan Pagi - 10 Februari 2024
2024-02-10 08:26:35


Setelah diselamatkan, maka selanjutnya kita dimampukan untuk mengambil bagian dalam kekudusan Allah, karena telah ditebus oleh darah kudus, dan setelah menjadi orang percaya, Roh Kudus menuntun hidup kita. Itu artinya kita dapat hidup kudus dihadapan Allah, sebagaimana Allah yang memanggil adalah Allah yang Kudus. Jangan lagi hidup di masa lalu, dalam masa-masa kebodohan.

"Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus."

Memperjuangkan kekudusan selama menumpang hidup didunia ini, memang adalah sesuatu yang hampir mustahil untuk dilakukan, karena itulah, Roh Kudus diberikan, menuntun kita berjuang hidup kudus, dan percayalah bahwa tidak ada yang mustahil bagi yang percaya kepada-Nya. Sehingga bukan lagi sesuatu yang mustahil untuk hidup kudus, sebagaimana Firman Tuhan telah berkata; "Kuduslah sebab Aku Kudus". (1 Petrus 1:14-16)

Card image
Quote Of The Day - 10 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-10 08:20:02


Jangan berpikir seseorang bisa memiliki kehidupan yang berarti tanpa mengasihi Tuhan dengan benar, sebab ia akan menjadi sampah abadi dan binasa dalam api kekal.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 10 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-10 08:18:14


Waktu harus dipandang sebagai kendaraan yang harus digunakan ke tujuan yang benar. Sebab waktu tetap berjalan, tidak ada yang dapat menghentikannya. Setiap orang terseret oleh waktu itu.

Card image
BECOMING WEAK - 10 Februari 2024 (English Version)
2024-02-10 08:12:45


Hebrews 11:6, "And without faith, it is impossible to please God, because anyone who comes to Him must believe that He exists and that He rewards those who earnestly seek Him."

Believing that God exists is not an easy thing. However, people often think that believing in God's existence is easy. No, it's not easy. God is invisible and not easily believed or trusted. Believing in God is not just through thought alone but also through experiencing life. Experiencing God's presence through the events that God allows to occur or take place in our lives. So, don't consider our problems are bigger than God. If we consider life's problems and the pressures we experience are bigger than God, we become weak. Because we can doubt God, and in the end, we cannot honor God and cannot glorify Him.

So, first, we must believe that God exists through spending time or moments with God. There we grow our nerves of trust. Our nerves believe in God that God is alive. God is present when we pray. Indeed, at first it seemed like we were talking to empty air, our cries seem to only reach the ceiling of our house, as if there was a separation between us and God because God resides in an unapproachable place. But if we really long for God, He will definitely be willing to be present in our lives. The problem is, do we really develop our nerves to believe that He exists? Cognitive knowledge of God through correct theology is important and must be possessed, but what is more important than that is a direct encounter with God.

To each of us who is experiencing serious problems, who have always felt that God does not intervene, we feel that this problem is bigger than God, try to meet God, experience His presence until we know that God exists, God is alive. With this experience, we will know that God exists and is real, not just words from books, what lecturers say, what theologians say, but we experience a direct encounter, and this will be a strength. The Holy Spirit will guide each person and give them the ability to bear, endure and behave as it should.

Second, we can experience God's presence through life experiences. When we are in a pinch, in a difficult place, at the lowest point, there we can experience the living God, the God who is present in our lives. Through problems, we look to God, we learn to cry out. These cries will awaken the nerves of our faith to believe that He exists. Until then, we don't need to deliberately think about, ponder about the existence of God, because we already have the rhythm to believe that God exists, is truly alive. So that in whatever situation, our hearts become strong.

If, in the past we had to strengthen our hearts to believe in God, but one day we will have a rhythm where we will automatically not be afraid to face all situations, even to the point where we can no longer be afraid. It would be an extraordinary thing if we could no longer be afraid, because we are so sure that God is with us. This is proof that we recognize that God is bigger than all our problems. And also, through the life problems we experience, we are matured, and the glory of God is revealed. When we cry out to God in the problems and burdens we face, then we will see the help of God, at that moment we gain a testimony of faith. We get verification that God is alive.

Faith like this will not make us retreat. It will not make us change religions. No matter how disappointed we are with people or circumstances, we will not leave God. So, we must experience God, through prayer, struggles, and life problems, and be strengthened even more when we can overcome those problems and see God's outstretched hand. So, don't think the problem is bigger, because we will grumble and become weak. In fact, it is not uncommon for people to blame God. Problems are big, but God is bigger. Problems make us learn to believe in Him, make us learn to believe that God exists through life experiences, and God provides a way out, proof that God is present.

IF WE CONSIDER THE PROBLEMS OF LIFE AND THE PRESSURES WE EXPERIENCE ARE BIGGER THAN GOD, WE BECOME WEAK.

Card image
MENJADI LEMAH - 10 Februari 2024
2024-02-10 08:09:42


Ibrani 11:6, “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.”

Percaya bahwa Allah itu ada bukan sesuatu yang mudah. Namun, orang sering berpikir memercayai bahwa Allah itu ada, mudah. Tidak, tidak mudah. Allah tidak kelihatan dan tidak mudah diyakini atau dipercayai. Meyakini Allah bukan melalui pikiran semata-mata, tapi juga di dalam penghayatan hidup. Penghayatan terhadap keberadaan Allah melalui peristiwa-peristiwa yang Tuhan izinkan terjadi atau berlangsung dalam hidup kita. Maka jangan menganggap persoalan kita lebih besar dari Tuhan. Kalau kita menganggap persoalan hidup dan tekanan yang kita alami lebih besar dari Tuhan, kita menjadi lemah. Karena kita bisa meragukan Tuhan, dan akhirnya kita tidak menghormati Tuhan dan tidak bisa memuliakan Dia.

Jadi, yang pertama, kita harus percaya bahwa Allah itu ada melalui waktu atau jam menghadap Tuhan. Di situ kita menumbuhkan urat syaraf percaya kita. Urat syaraf percaya kita kepada Tuhan bahwa Tuhan itu hidup. Tuhan hadir pada waktu kita berdoa. Memang pada awalnya kita seperti bicara di udara kosong, teriakan kita seakan-akan hanya sampai langit-langit rumah kita, seakan-akan ada pemisahan antara kita dengan Tuhan karena Tuhan bersemayam di tempat yang tak terhampiri. Tetapi jika kita sungguh merindukan Tuhan, Ia pasti berkenan hadir di dalam kehidupan kita. Masalahnya, apakah kita sungguh-sungguh mengembangkan urat syaraf percaya kita bahwa Dia ada? Pengenalan akan Allah secara kognitif melalui ilmu teologi yang benar, adalah penting, dan harus dimiliki, tapi yang lebih harus dari itu adalah perjumpaan langsung dengan Tuhan.

Kepada setiap kita yang sedang mengalami masalah berat, yang selama ini merasa bahwa Tuhan itu tidak campur tangan, kita merasa masalah ini lebih besar dari Tuhan, coba temui Tuhan, alami kehadiran-Nya sampai kita tahu bahwa Allah itu ada, Allah itu hidup. Dengan pengalaman tersebut, kita akan tahu bahwa Allah itu ada dan nyata, bukan kata buku, kata dosen, kata teolog mana, melainkan kita mengalami perjumpaan langsung, dan ini akan menjadi kekuatan. Roh Kudus yang akan menuntun setiap pribadi dan memberi kemampuan untuk memikul, menanggung, dan bersikap sebagaimana seharusnya.

Yang kedua, kita bisa menghayati kehadiran Tuhan melalui pengalaman hidup. Ketika kita dalam keadaan terjepit, berada di tempat yang sulit, di titik terendah, di situ kita bisa menghayati Allah yang hidup, Allah yang hadir di dalam hidup kita. Lewat persoalan, kita memandang Tuhan, kita belajar untuk menjerit. Jeritan-jeritan ini akan membangkitkan syaraf iman kita untuk meyakini bahwa Dia ada. Sampai nanti, kita tidak usah sengaja memikirkan, merenungkan tentang keberadaan Allah, karena kita sudah punya irama untuk memercayai bahwa Allah itu ada, benar-benar hidup. Sehingga dalam keadaan bagaimanapun, hati kita menjadi kuat.

Kalau dulu kita harus menguatkan hati untuk percaya Tuhan, tetapi suatu hari nanti kita akan punya irama di mana kita otomatis tidak takut menghadapi segala keadaan, bahkan sampai kita tidak bisa takut lagi. Menjadi suatu hal yang luar biasa kalau sampai kita tidak bisa takut lagi, karena begitu yakinnya Allah menyertai. Inilah bukti bahwa kita mengakui bahwa Allah lebih besar dari semua masalah kita. Dan juga melalui masalah-masalah hidup yang kita alami, kita didewasakan, dan kemuliaan Allah dinyatakan. Ketika kita menjerit kepada Tuhan dalam persoalan dan beban yang kita hadapi, maka kita akan melihat pertolongan Tuhan yang mana saat itu kita mendapatkan kesaksian iman. Kita mendapatkan verifikasi bahwa Allah itu hidup.

Iman seperti ini tidak akan membuat kita mundur. Tidak akan membuat kita pindah agama. Mau kecewa bagaimanapun terhadap manusia atau keadaan, kita tidak akan meninggalkan Tuhan. Maka, kita harus mengalami Tuhan, melalui doa, pergumulan dan persoalan hidup, dan semakin diteguhkan ketika kita bisa melewati persoalan itu dan melihat tangan Tuhan yang terulur. Jadi, jangan menganggap masalah lebih besar, karena kita akan bersungut-sungut, menjadi lemah. Bahkan, tidak jarang yang mempersalahkan Tuhan. Masalah memang besar, tapi Tuhan lebih besar. Masalah membuat kita belajar percaya kepada Dia, membuat kita belajar yakin Allah itu ada lewat pengalaman hidup, dan Tuhan memberi jalan keluar, pembuktian Allah itu hadir.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA MENGANGGAP PERSOALAN HIDUP DAN TEKANAN YANG KITA ALAMI LEBIH BESAR DARI TUHAN, KITA MENJADI LEMAH.

Card image
Truth Kids 09 Februari 2024 - YOHANES ALIAS MARKUS
2024-02-09 06:42:44


Kisah Para Rasul 15:39
"Hal itu menimbulkan perselisihan yang tajam, sehingga mereka berpisah dan Barnabas membawa Markus juga sertanya berlayar ke Siprus."

Setelah Tuhan Yesus naik ke surga, banyak orang menjadi pengikut-Nya. Mereka memberitakan tentang Injil pada orang yang belum mengenal-Nya. Pada zaman dahulu, memberitakan Injil tidak semudah sekarang ini, Sobat Kids. Mereka harus mengorbankan uang, waktu, karena harus berjalan jauh. Bahkan, mereka bisa ditangkap dan dimasukkan penjara karena dianggap sebagai pemberontak.

Ada satu orang percaya bernama Yohanes yang sering disebut Markus. Awalnya, ia sempat membantu Barnabas dan Paulus dalam memberitakan Injil. Sayangnya, Markus sempat meninggalkan mereka. Paulus dan Barnabas berbeda pendapat mengenai Markus. Paulus tidak setuju jika mereka kembali mengajak Markus untuk memberitakan firman Tuhan. Namun Barnabas mengajak Markus untuk bersama-sama kembali melayani.

Sobat Kids, berbeda pendapat adalah hal yang wajar. Melalui tokoh Markus, kita mau belajar tentang semangatnya. Alkitab memang tidak menuliskan alasan Markus meninggalkan Paulus dan Barnabas. Namun, Markus mau bertobat dan kembali melayani. Ia kembali semangat untuk melayani Tuhan, memberitakan Injil kepada orang lain.

Card image
Truth Junior 09 Februari 2024 - YOHANES MARKUS
2024-02-09 06:41:00


Kisah Para Rasul 15:39
“Hal itu menimbulkan perselisihan yang tajam, sehingga mereka berpisah dan Barnabas membawa Markus juga sertanya berlayar ke Siprus.”

Sobat Junior, ada seorang percaya pada zaman gereja mula-mula yang sering disebut dalam kitab Kisah Para Rasul. Ia adalah Yohanes yang disebut Markus. Markus adalah penulis kitab Markus dalam Perjanjian Baru. Ia adalah saudara sepupu dari Barnabas, dan menjadi pendamping Barnabas dan Paulus dalam memberitakan Injil.

Sayangnya, Markus sempat meninggalkan saudara sepupunya itu ketika melayani. Memang dalam Alkitab tidak dijelaskan penyebab kenapa Markus berhenti dan tidak melanjutkan pelayanan bersama Barnabas dan Paulus saat itu. Ada dugaan bahwa Markus berhenti melayani karena menyerah terhadap tekanan dan kesulitan dalam memberitakan Injil. Pada zaman itu, memberitakan Injil memang sangat penuh tantangan, Sobat Junior. Dan tidak jarang, nyawa pun menjadi taruhannya.

Barnabas dan Paulus sempat berbeda pendapat ketika Markus mau kembali terlibat melayani dan memberitakan Injil. Paulus tidak setuju Markus ikut, sedangkan Barnabas mau mengajak Markus untuk bersama-sama kembali melayani. Dalam kebersamaan, bisa saja terjadi perbedaan pendapat seperti ini. Namun yang kita patut teladani adalah semangat Markus.

Meskipun Markus sempat mundur dari pelayanannya, tapi ia kembali memenuhi panggilannya untuk menjalankan Amanat Agung. Meskipun dalam gereja mula-mula ia juga menghadapi hal yang tidak nyaman, ia tetap melanjutkan pelayanannya. Sobat Junior, mari kita belajar dari Markus untuk tetap semangat melayani Tuhan, apa pun tantangannya.

Card image
Truth Youth 09 Februari 2024 (English Version) - HIS LOVE LETTER
2024-02-09 06:37:52


"Thou hast a mighty arm: strong is thy hand, [and] high is thy right hand." (Psalms 89:13)

There's a saying often uttered by many people that as we get to know someone deeply, our admiration for them diminishes because we come to know their true nature, full of flaws. However, this doesn't apply to God. Instead, the deeper we know Him, the more we love Him, because it is love that compels us to desire to know Him even more.

God has a longing for each of His children to deeply know Him. Knowing His desires, understanding His heart, and recognizing what hurts His feelings; all of this must be understood deeply. Because without knowing Him, how can we truly love Him?

Knowing God isn't difficult; what's challenging is our willingness. Do we have that desire or not? God can be known through what is written in the Bible. Everything written is His love letter to us; He wants us to know Him completely, and it's all written there. So it's quite strange if we say, "I love God!" but never read the Bible. There seems to be a misconception in our thinking.

The fullness of the Father's love for humanity has been fulfilled and demonstrated by Jesus; and all the life journey of Jesus is only written in the Gospels in the Bible. If we want our life's pages to always depict His heart and be read by everyone, then express and display that passion by eagerly reading His love letter.

For only in His word is there loving instruction. The word of God can transform all our fears and traumas into hope and certainty in the Lord. Therefore, we need to realize that God's love for us is shown by teaching us through His written word; that's God's love letter to humanity.

WHAT TO DO:
1. Push yourself to have a desire to read the Bible; whether through apps or in print.
2. Be aware that only in the Bible can we understand God's thinking and know what He wants. So if we want to know God, read the Bible.

BIBLE MARATHON:
▪︎Numbers 3-4

Card image
Truth Youth 09 Februari 2024 - SURAT CINTA-NYA
2024-02-09 06:35:48


"Punya-Mulah lengan yang perkasa, kuat tangan-Mu dan tinggi tangan kanan-Mu." (Mazmur 89:14)

Ada istilah yang sering dikatakan banyak orang, ketika kita semakin mengenal secara mendalam seseorang, akan membuat berkurangnya rasa kagum kita kepada dirinya, dikarenakan kita mengetahui sifat-sifat aslinya yang penuh dengan kekurangan; tetapi ini tidak berlaku bagi Allah. Justru semakin kita mengenal Pribadi-Nya dengan mendalam, akan membuat kita lebih mengasihi-Nya, karena kasih itu yang membuat kita ingin mengenal Pribadi-Nya dengan lebih lagi.

Tuhan memiliki kerinduan bagi setiap kita anak-anak-Nya dapat mengenal Dia secara mendalam. Mengetahui apa yang menjadi kerinduan-Nya, mengetahui isi hati-Nya, serta mengetahui apa saja yang dapat menyakiti perasaan-Nya; semua ini harus dikenali secara mendalam. Sebab tanpa kita mengenal-Nya, bagaimana mungkin kita dapat mengasihi-Nya.

Mengenal Tuhan itu tidak sulit, yang berat adalah kemauan dari diri kita, apakah kita memiliki kerinduan itu atau tidak. Tuhan bisa dikenal melalui apa yang tertulis dalam Alkitab. Semua yang tertulis merupakan surat cinta-Nya kepada kita, Ia ingin kita mengenal Pribadi-Nya dengan utuh, dan semua itu telah tertulis. Maka menjadi sangat aneh, jika kita berkata: “Aku mengasihi Tuhan!”, namun tidak pernah membaca Alkitab sepertinya ada yang keliru dalam cara berpikir kita.

Seluruh kepenuhan cinta Bapa kepada manusia telah dipenuhi dan diperagakan oleh Tuhan Yesus; dan semua perjalanan hidup Tuhan Yesus hanya tertulis dalam Injil yang ada di Alkitab. Jika kita ingin lembar hidup kita selalu melukiskan hati-Nya lalu terbaca oleh semua orang, maka ekspresikan serta tampilkan itu dengan gairah membaca surat cinta-Nya.

Sebab hanya di dalam firman-Nyalah terdapat didikan yang penuh kasih. Firman Tuhan dapat mengubah seluruh ketakutan dan trauma kita menjadi penuh pengharapan serta kepastian di dalam Tuhan. Oleh sebab itu, perlu kita sadari bahwa kasih Tuhan kepada kita ditunjukkan dengan mengajar kita melalui firman-Nya yang tertulis, itulah surat cinta Tuhan kepada manusia.

WHAT TO DO:
1. Harus mendorong diri untuk memiliki kerinduan membaca Alkitab; baik melalui aplikasi ataupun yang cetak.
2. Miliki kesadaran bahwa hanya didalam Alkitab kita dapat mengetahui cara berpikir Allah dan mengetahui apa yang menjadi maunya Allah. Jadi jika kita mau mengenal Allah, bacalah Alkitab.

BIBLE MARATHON:
▪︎Bilangan 3-4

Card image
Renungan Pagi - 09 Februari 2023
2024-02-09 06:32:49


Kita tahu, banyak orang menginginkan kekuasaan dan menempuh segala cara untuk memiliki kekuasaan tertinggi. Bahkan kekuasaan dihayati sebagai kekuatan untuk merealisasikan dan memaksakan keinginan-keinginan mereka. Dengan kekuasaan, entahkah dalam politik, ekonomi, teknologi, orang mau membuat apa yang diingininya, kenyamanan, kekayaan, tatanan hidup, dan banyak hal lainnya menjadi kenyataan.

Tetapi orang percaya, harus hidup menurut teladan hidup Kristus, yang justru "mengosongkan diri-Nya". "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." DIA berhak menuntut segala hal dari semua orang, tetapi memilih melayani semua orang. DIA berhak atas segala persembahan dan korban, tetapi memilih mengorbankan diri bagi dunia. Karena itulah, Rasul Paulus berpesan agar kita meneladani Kristus, menanggalkan semua hasrat untuk berkuasa, dan menggantinya dengan hasrat untuk mengasihi dan melayani, seperti Kristus. Mengapa? Karena jika hasrat untuk berkuasa digantikan dengan hasrat untuk mengasihi dan melayani, maka setiap manusia memiliki harapan untuk memperoleh keselamatan kekal.
(Filipi 2:5-7)

Card image
Quote Of The Day - 09 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-09 06:09:37


Kita harus lebih dari orang-orang menang, karena Roh Kudus menggarap kita untuk mengenakan hidup Yesus.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 09 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-09 06:07:49


Harus diingat bahwa di dalam waktu hidup ini terdapat kesempatan, kesempatan ini bisa diibaratkan sebagai kendaraan yang membawa manusia kepada kebenaran Allah atau tidak.

Card image
CEANING THE HEART'S FLOOR - 09 Februari 2024 (English Version)
2024-02-09 05:41:52


We often say “packing up,” but often, we do not or have not been in the mood that we are on the journey, preventing us from experiencing the spiritual growth we should be experiencing. Hebrews chapter 12 reminds us that a race is required for us, but we will run the race well if we release the burdens and sins.  So, if we are not earnestly aware that we are on a journey, we will certainly not earnestly release the burdens and sins. There should not be a day when we do not release burdens and sins. There will always be burdens and sins that we need to cast off.

It may not have manifested in action yet, but it becomes a potential in our flesh or soul, and we are unaware of it. Even though the burden is still attached to our souls, we feel fine. However, if sin, in the sense of nature, still clings to our hearts, then it is impossible for us to enter heaven with a pleasing condition before the Lord. Ironically, we feel like we’ve let go of all the burdens, but in reality, we haven’t. We just haven’t had the chance to reach for it, and we may hide our desires in our subconscious. Besides having no opportunity, we also bury it without realizing it. That is a burden.  If we are seriously on the journey to the Heavenly Canaan, we must always clean the floor and the rooms of our hearts.

Let no desires remain so we can say, like the psalmist said, “Whom have I in heaven but You? And earth has nothing I desire besides You…” Until there is a cry in our hearts, “Make me truly realize that You are more than my breath and blood. Make me truly realize that I need You more than my breath and blood,” but it’s not easy. Are we saying this sincerely? Because, honestly, we are often acting. We are not aware that we are not in sincerity. So, what should we do?

If the Lord gives us grace, we want to become a community of people moving towards the new heaven and earth until people can see our movement that we are heading in one direction, and we fulfill what the Word of God says, “They see your deeds. A city on a hill cannot be hidden.” We choose to return to heaven and decide to move. If a servant of God does not move, they will never become spiritual. No matter how they cannot be spiritual, ministry eventually becomes an activity in which only makes people enjoy pleasure. 

Do you know what the Lord Jesus said in Matt 6:21? “For where your treasure is, there your heart will also be,” implicitly, the Lord Jesus wanted to say, “Move, shift your heart.” The phrase precedes this, “Do not store up treasures on earth; store up treasures in heaven.” Many ministries need to direct the congregation to the Heavenly Canaan seriously. They should have a message, impression, or clear inspiration that their shepherds and leaders are moving towards the new heaven and earth. How terrible it is if the world ends and we are not allowed to enter the Kingdom of Heaven, separated from God. How terrible it is. Therefore, we must prepare ourselves and clean up properly. Letting go of burdens and sins means the floor of our hearts must be cleaned.  

Life’s journey is a school for us to have a clean and pleasing inner self so that we are not just capable of voicing the Words of the new heaven and a new earth, but we can genuinely move towards it. We must make people aware of how powerful eternity is because the greatness of eternity is so great; the preparation for eternity must be from moment to moment, minute to minute, hour to hour. It is not excessive to say that it is our only occupation, namely how we are found pleasing by the Lord and worthy to be a member of the family of the Kingdom of Heaven. So that every time we utter a wrong word, we lament it. Not only sinful deeds that are impure, cursed by society, and violate written laws, but we lament every movement of our thoughts and feelings that begins to deviate.

  IF WE ARE SERIOUSLY ON THE HEAVENLY CANAAN JOURNEY, WE MUST ALWAYS CLEAN THE FLOOR OF OUR HEARTS.

Card image
MEMBERSIHKAN LANTAI HATI - 09 Februari 2024
2024-02-09 05:39:09


Kita sering mengucapkan kalimat "berkemas-kemas," tetapi sejujurnya, kita sering tidak atau belum dalam suasana hati sedang di dalam perjalanan. Ini yang membuat kita tidak memiliki pertumbuhan rohani yang mestinya kita alami. Ibrani 12 mengingatkan bahwa ada perlombaan yang diwajibkan bagi kita, namun perlombaan tersebut akan kita jalani dengan baik kalau kita melepaskan beban dan dosa. Maka, jika kita tidak sungguh-sungguh dalam penghayatan bahwa kita ada dalam perjalanan, pasti kita tidak sungguh-sungguh melepaskan beban dan dosa. Mestinya tidak ada satu hari pun kita tidak melepaskan beban dan dosa. Pasti ada beban dan dosa yang kita harus tanggalkan.

Mungkin saat ini belum terwujud dalam perbuatan, tetapi menjadi potensi di dalam daging kita atau dalam jiwa kita, dan kita tidak menyadari hal tersebut. Kita merasa berkeadaan baik-baik, walau beban masih melekat di dalam jiwa kita. Padahal kalau dosa, dalam arti kodrat, masih melekat di dalam hati kita, maka tidak mungkin kita bisa masuk surga dengan keadaan yang berkenan di hadapan Tuhan. Ironis, kita merasa sudah melepaskan semua beban, padahal ternyata belum. Kita hanya belum punya kesempatan meraihnya, bahkan kita menyembunyikan segala keinginan kita di bawah sadar. Selain tidak ada kesempatan, kita juga memendamkannya tanpa kita sadari. Itu beban. Kalau kita serius sedang ada dalam perjalanan menuju Kanaan Surgawi, berarti kita harus selalu membersihkan lantai hati kita, membersihkan ruangan hati kita.

Jangan tersisa keinginan apa pun, supaya kita bisa berkata seperti pemazmur berkata, “Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini ...” Sampai kemudian ada jeritan di dalam hati kita, "Buat aku sungguh-sungguh bisa menghayati bahwa engkau lebih dari nafas dan darahku. Buat aku bisa benar-benar menghayati bahwa Engkau kubutuhkan lebih dari nafas dan darahku," tetapi itu tidak mudah. Apakah benar kita mengucapkan ini dengan ketulusan? Karena, sejujurnya, kita sering bersandiwara. Kita tidak sadar bahwa kita tidak di dalam ketulusan. Lalu, apa yang kita harus lakukan?

Jika Tuhan memberi kita kasih karunia anugerah, kita mau menjadi komunitas kelompok orang-orang yang benar-benar sedang bergerak menuju langit baru bumi baru. Sampai orang bisa melihat gerakan kita bahwa kita sedang menuju satu arah dan kita memenuhi yang dikatakan firman Tuhan, "Mereka melihat perbuatanmu. Kota yang terletak di atas bukit mustahil tersembunyi." Kita memilih pulang ke surga. Kita memilih bergerak. Kalau hamba Tuhan tidak move, dia tidak pernah menjadi rohani. Mau cara bagaimana, dia tidak akan bisa rohani. Akhirnya, pelayanan menjadi aktivitas yang di dalamnya orang menikmati kesenangan.

Tahukah ketika Tuhan Yesus berkata di Matius 6:21, "Di mana hartamu berada, di situ hatimu berada,” secara implisit, Tuhan Yesus mau berkata, "Bergeraklah, pindahkan hatimu." Didahului dengan kalimat, "Jangan mengumpulkan harta di bumi, kumpulkan harta di surga." Banyak pelayanan tidak sungguh-sungguh mengarahkan jemaat ke Kanaan Surgawi. Tidak ada pesan, tidak ada kesan, tidak ada inspirasi yang jelas bahwa gembalanya, pimpinannya sedang move (bergerak) menuju langit baru bumi baru. Betapa mengerikan kalau dunia ini berakhir lalu kita tidak diperkenankan masuk ke dalam Kerajaan Surga, terpisah dari Allah. Betapa mengerikan itu. Karenanya, kita harus sungguh-sungguh bebenah diri, berkemas-kemas dengan benar. Menanggalkan beban dan dosa, artinya lantai hati kita harus dibersihkan.

Perjalanan hidup merupakan sekolah untuk sungguh-sungguh kita bisa memiliki batin yang bersih, yang berkenan.* Sehingga kita bukan hanya cakap menyuarakan kata langit baru bumi baru, namun kita benar-benar bergerak menuju ke sana. Dan kita harus menyadarkan orang-orang betapa dahsyatnya kekekalan itu. Karena begitu dahsyatnya kekekalan, maka persiapan untuk kekekalan harus dari detik ke detik, menit ke menit, jam ke jam. Dan tidak berlebihan kalau kita mengatakan itu adalah satu-satunya kesibukan kita, yaitu bagaimana kita didapati Tuhan berkenan dan layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Sehingga setiap kali kita mengucapkan kata yang salah, kita ratapi. Bukan hanya perbuatan dosa yang najis, yang dikutuk masyarakat, dan melanggar hukum yang tertulis, namun setiap gerak pikiran dan perasaan kita yang mulai menyimpang, kita ratapi.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA SERIUS SEDANG ADA DALAM PERJALANAN MENUJU KANAAN SURGAWI, MAKA KITA HARUS SELALU MEMBERSIHKAN LANTAI HATI KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 Februari 2024
2024-02-09 05:34:52

Keluaran 30-32

Card image
Truth Kids 08 Februari 2024 - IKUT YESUS
2024-02-08 10:02:14


Matius 9:9
"Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia."

Apa cita-cita kalian, Sobat Kids? Jenis pekerjaan zaman sekarang ini lebih banyak daripada zaman dahulu. Contohnya gamer dan Youtuber. Zaman dulu, belum ada jenis pekerjaan seperti itu. Setiap jenis pekerjaan memiliki tugasnya masing-masing.

Zaman dahulu, ada pekerjaan yang bertugas menagih uang dari orang lain. Orang yang bekerja seperti itu disebut pemungut cukai. Orang yang bekerja sebagai pemungut cukai sering kali tidak disukai oleh orang lain. Terkadang pemungut cukai dengan memaksa minta uang kepada orang lain. Para pemungut cukai sering dianggap orang jahat. Itu juga yang menjadi alasan Matius, seorang pemungut cukai, dianggap tidak pantas mengikuti Tuhan Yesus.

Tuhan Yesus mengasihi semua orang, termasuk pemungut cukai. Hal itu Tuhan Yesus buktikan saat Ia melihat Matius duduk di rumah cukai. Tuhan Yesus mengajak Matius untuk mengikut-Nya. Matius mau ikut Tuhan dengan gembira. Kita juga mau bersyukur dan gembira saat bisa mengikut Tuhan Yesus. Ini adalah suatu kesempatan istimewa, yaitu bisa menjadi murid Tuhan Yesus.

Card image
Truth Junior 08 Februari 2024 - HATI YANG BARU
2024-02-08 10:00:47


Matius 9:9
"Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku.” Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia."

Matius adalah seorang pemungut cukai yang pada zaman itu dianggap tidak layak untuk mengikuti guru agama. Nah, arti dari pemungut cukai adalah orang yang bekerja untuk menagih pajak atau uang dari masyarakat yang ada dalam suatu kota. Pada umumnya, pemungut cukai tidak disukai oleh orang-orang karena sering meminta uang secara paksa.

Suatu saat Yesus melihat Matius dan berkata, “Ikutlah Aku.” Lalu Matius langsung berdiri dan mengikut Tuhan. Sobat Junior, hari ini kita mau belajar untuk mengikut Tuhan, sama seperti Matius pemungut cukai. Saat Tuhan memanggil kita, yuk tanpa ragu kita ikut Dia. Memang sekarang ini kita tidak dapat menjumpai Tuhan secara fisik maupun mendengar suara-Nya secara langsung karena Ia sudah naik ke surga. Kita dapat mendengar Ia memanggil kita melalui firman Tuhan yang kita baca dalam Alkitab. Nasihat orang tua juga dapat membawa kita meninggalkan perbuatan kita yang salah; bertobat dan mengikuti Tuhan.

Sobat Junior, menjadi pengikut Yesus berarti kita harus meninggalkan tingkah laku yang salah. Misalnya kita sering terlambat datang ke sekolah, maka esok hari mulai kita memasang alarm untuk bangun lebih pagi. Selain itu kita juga belajar giat dalam mengerjakan tugas sekolah. Hal ini sama seperti Matius yang meninggalkan cara hidup yang lama. Bahkan, ia membawa teman-temannya untuk bertemu dengan Yesus.

Card image
Truth Youth 08 Februari 2024 (English Version) - LIFE CHANCE
2024-02-08 09:56:14


"If this is how you are going to treat me, please go ahead and kill me—if I have found favor in your eyes—and do not let me face my own ruin." (Numbers 11:15)

The existence of humans, often falling into mistakes, and perhaps repeating the same mistakes, often leads many struggling individuals to lose hope or despair. It's because thinking has become an innate, unchangeable trait. This is surely experienced by each of us, children of God.

Our struggle cannot be done with our own strength, for we are limited humans prone to making mistakes, all due to the nature of sin. Hence, it's crucial to realize that God's great love through and in Jesus will give each of us a chance. A chance to be transformed again and a chance to be restored to His original design.

Realize that we're not worthy of being children of God due to our sinfulness, but we've been made worthy by His great grace and mercy. This is evidence of His great love, giving us the opportunity to live to rectify any remaining shortcomings. All of this should be appreciated with the right response.

Responding to God's goodness is the best way for each of us who receive His love. It means no longer repeating the same mistakes, no longer being dependent on the world, and no longer living in trauma that hinders our maximum growth in God. God, with His long patience and great love, will still accept us if we genuinely want to change and break free from all sins.

Therefore, we should make every day, when we wake up and take a breath, a reminder that God still loves us. He gives us a chance to transform ourselves to be more pleasing to Him and to live our lives striving with the Holy Spirit to align our thoughts and feelings with God's.

WHAT TO DO:
1. Offer gratitude in prayer every day.
2. Start by striving to reduce small mistakes.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 1-2

Card image
Truth Youth 08 Februari 2024 - LIFE CHANCE
2024-02-08 09:53:21


"Jika Engkau berlaku demikian kepadaku, sebaiknya Engkau membunuh aku saja, jika aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, supaya aku tidak harus melihat celakaku." (Bilangan 11:15)

Keberadaan manusia yang sering kali jatuh dalam kesalahan bahkan mungkin kesalahan itu adalah kesalahan yang sama, tidak jarang akhirnya membuat banyak orang yang bergumul akan keberadaan ini menjadi hilang harapan atau berputus asa. Karena berpikir sudah menjadi sifat dasar yang tidak bisa diubah kembali. Hal seperti ini juga pasti dialami oleh setiap kita anak-anak Tuhan.

Perjuangan kita memang tidak bisa dengan kekuatan sendiri, sebab kita manusia yang terbatas dan kecenderungan dalam diri kita adalah melakukan kesalahan, yang dikarenakan adanya kodrat dosa. Maka penting sekali kita sadari bahwa kasih Tuhan yang besar melalui dan di dalam Tuhan Yesus akan memberikan kesempatan bagi setiap kita. Kesempatan untuk bisa diubahkan kembali dan kesempatan untuk dikembalikan kepada rancangan semula-Nya.

Miliki kesadaran bahwa kita sebenarnya tidak layak menjadi anak-anak Tuhan karena keberdosaan kita, namun telah dilayakkan oleh karena kasih karunia dan anugerah-Nya yang besar. Inilah bukti kasih Tuhan yang besar itu, yakni memberikan kepada kita kesempatan untuk hidup dalam rangka memperbaiki setiap kekurangan yang masih ada dalam diri. Semua ini patut kita syukuri dengan respons yang tepat.

Merespons kebaikan Tuhan merupakan cara terbaik yang harus dilakukan setiap kita yang mendapat kasih-Nya ini. Dengan cara tidak lagi melakukan kesalahan yang sama, tidak lagi memiliki ketergantungan dengan dunia, dan tidak lagi hidup dalam trauma yang membuat kita tidak dapat bertumbuh maksimal di dalam Tuhan. Tuhan dengan kesabaran-Nya yang panjang dan kasih-Nya yang besar akan tetap menerima kita yang sungguh-sungguh mau berubah serta terlepas dari semua keberdosaan.

Oleh karena itu, kita harus menjadikan setiap hari saat kita bangun pagi dan bisa menarik nafas, menjadi pengingat bahwa Tuhan masih sayang kepada kita. Memberikan kesempatan untuk mengubah diri menjadi lebih berkenan kepada-Nya serta jalani hidup dengan berjuang bersama Roh Kudus untuk mengenakan pikiran dan perasaan Tuhan.

WHAT TO DO:
1. Mengucap syukur dalam doa setiap hari
2. Mulai dengan berjuang mengurangi kesalahan-kesalahan kecil

BIBLE MARATHON:
▪︎Bilangan 1-2

Card image
Renungan Pagi - 08 Februari 2024
2024-02-08 09:48:19


"Apa yang kita harapkan ketika pemimpin datang untuk melihat apa yang sedang kita kerjakan, tentunya berharap orang itu memuji cara kerja dan apa yang telah kita kerjakan, bukan? Salomo juga berharap demikian. Ketika Tuhan memercayainya untuk membangun Bait Allah dan Salomo telah memberikan segalanya, yang terbaik, agar bangunan itu berdiri dengan besar, megah, dan indah. Adalah wajar jika ia ingin mendengar Tuhan memujinya.

Tetapi itu tidak terjadi di tengah-tengah pembangunan yang sedang berlangsung, tiba-tiba firman Tuhan datang dengan pesan yang jauh dari harapannya. Bukan pujian, tetapi peringatan!. "Mengenai rumah yang sedang kau dirikan ini, jika engkau hidup sesuai dengan segala ketetapan-Ku, dan melakukan segala peraturan-Ku, serta memelihara segala perintah-Ku dengan menjalankannya, Aku akan menepati janji-Ku kepadamu yang telah Ku-firmankan kepada Daud, ayahmu."

Ya, tidak ada kata penghargaan atas cara kerja Salomo atau pujian betapa megahnya bait Allah yang sedang dibangunnya itu. Sebaliknya, firman Tuhan memberi peringatan agar ia hidup menurut segala ketetapan-Nya, tetap mengikuti perintah-Nya dengan menjalankannya. Nyatalah bahwa kehadiran Tuhan itu tidak ada hubungannya dengan usaha keras Salomo dalam membangun rumah itu. Kehadiran-Nya sama sekali tidaklah ditentukan oleh kemegahan bangunan karya manusia.

Seringkali kita mengerjakan sesuatu dalam pelayanan pekerjaan Tuhan dengan segala usaha keras dan kesungguhan, lalu mengira bahwa kita telah memberi yang terbaik bagi Tuhan. Jika merenungkan kembali firman Tuhan kepada Salomo, kita disadarkan bahwa apa yang membuat Tuhan berkenan kepada kita bukanlah hanya karena usaha keras yang kita lakukan dan karya besar yang kita hasilkan. Tetapi terutama, hal yang menyukakan hati-Nya adalah ketika kita taat melakukan segala perintah-Nya dengan hidup menurut kehendak-Nya. Tunduk dan taat kepada firman Tuhan jauh lebih menyenangkan hati Tuhan.
(1 Raja-Raja 6:12)

Card image
Quote Of The Day - 08 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-08 09:44:30


Kita harus terus berada di dalam kesadaran bahwa kita adalah orang-orang yang dipersiapkan untuk dimuliakan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 08 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-08 09:41:43


Orang yang jangkauan pandangnya hanya di bumi ini adalah orang-orang yang berjalan dalam kegelapan. Orang-orang tersebut makin menjadi buta terhadap kebenaran yang murni.

Card image
FAILURE - 08 Februari 2024 (English Version)
2024-02-08 09:38:56


Eph. 1:4-5 says, “For He chose us in Him before the world’s creation to be holy and blameless in His sight. In love, He predestined us for adoption to sonship through Jesus Christ, by His pleasure and will.”

This is so important, noble, and precious, where God had already seen us chosen before the world was created. Chosen here does not mean guaranteed entry into heaven, but we must participate in the race. The race, as written in Hebrews 12, is to become like Jesus or to have perfect faith like Jesus so that we can be holy and blameless in God’s sight. So, don’t hear the word holy and immediately resist it because we think holiness applies only to certain people, while in fact,  every believer must become a holy person.

Christianity is not about taking our lives partly but our entire lives. Unfortunately, the Christianity taught often falls into a gray area.  So, true Christians must be like Christ, and our whole lives must be seized by the struggle to become like Christ; it cannot be done casually. Therefore, there is no time when we do not interact with God. We stimulate it through prayer, hearing, or reading the word. There is no chance for the world. Later, when we all have passed away and faced the Judgment Seat of God, we will know how fortunate it is to be chosen by God.

The Holy Spirit, as a trainer, will guide us every day. We must always approach God, worship Him, and make Him everything. Only God is our protection. Meanwhile the world also tries to pull us into its trap. Therefore, it is not without reason that Jesus said, “It is easier for a camel to go through the eye of a needle than for someone rich to enter the kingdom of God.” In another verse, Jesus said, “Many are called, but few are chosen.” We are in the midst of a society that rarely finds Christianity like this.

We have to redeem our lag with hard work. And if we have heard this since we were young, don’t delay it. The Holy Spirit will help shape us into superior, invaluable human beings. Meanwhile, some people have no value, so they are thrown away; that’s an eternal disgrace. However, we enter eternal glory. Thank God, we still have life; who knows for how long, but at least we still have the opportunity to improve ourselves so that when we close our eyes to meet God, He finds us in a pleasing or satisfying condition.

Being a Christian is very exclusive. Indeed, sometimes God allows us to fail for a while, but not for something fatal. God often breaks our ambition with failure, so we become pure. We must be able to accept it with an open heart.  Life’s failures can make us know God and get to know Him more. Perhaps if we keep succeeding, we end up in hell because we become arrogant, proud, materialistic, and no longer seek God.

God is extraordinary. So, don’t be afraid. Let’s face tomorrow with Him. He is more than anything and anyone. With this attitude, we truly worship God and admire Him. However, even if we already have this attitude, sometimes God doesn’t solve the problem. God often puts us in critical crises, and there is no one we can tell, and everything seems fine. However, God makes us have a strong army—not money, connections with officials, or other facilities—but the God we believe in is more than anyone and anything. Don’t be discouraged, for the Lord is with us.  He is stronger than anyone, so don’t feel like we have no one.  

FAILURE CAN MAKE US KNOW GOD AND GET TO KNOW HIM MORE.

Card image
KEGAGALAN - 08 Februari 2024
2024-02-08 09:35:11


Efesus 1:4-5, “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.”

Jadi, begitu penting, begitu luhur, begitu mahalnya hal ini, di mana Allah sudah melihat kita yang terpilih sebelum dunia dijadikan. Terpilih di sini bukan berarti pasti masuk surga, melainkan kita termasuk orang yang diwajibkan ikut perlombaan. Sebagaimana ditulis dalam Ibrani 12, dan perlombaan itu adalah menjadi serupa dengan Yesus atau memiliki iman yang sempurna seperti Yesus; supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Jadi, jangan mendengar kata kudus, kita langsung resisten karena menganggap kudus itu hanya berlaku untuk orang tertentu. Padahal, setiap orang percaya itu harus menjadi orang kudus.

Kekristenan itu bukan mengambil sebagian hidup kita, tapi seluruh hidup kita. Sayangnya, kekristenan yang selama ini diajarkan sering ada di wilayah abu-abu. Jadi, Kristen yang benar itu harus seperti Kristus dan untuk itu seluruh hidup harus disita oleh pergumulan untuk menjadi seperti Kristus; tidak bisa sambilan. Maka, tidak ada waktu di mana kita tidak berinteraksi dengan Allah. Kita merangsang, menstimulasi hal itu lewat doa, dan mendengar atau membaca firman. Tidak ada peluang untuk dunia. Nanti kalau kita semua sudah meninggal, dan kita menghadap takhta pengadilan Tuhan, baru kita tahu betapa beruntungnya menjadi orang yang dipilih Tuhan.

Roh Kudus sebagai pelatih akan menuntun kita setiap hari. Kita harus selalu merapat ke Tuhan, menyembah dan menjadikan Tuhan segalanya. Hanya Tuhan perlindungan kita. Sementara dunia juga berusaha menarik kita merapat kepadanya. Oleh sebab itu, bukan tanpa alasan kalau Yesus berkata, “Lebih mudah seekor unta masuk lubang jarum daripada orang kaya masuk surga.” Di ayat lain Yesus berkata, “Banyak orang berusaha, tetapi tidak bisa masuk,” “Banyak yang dipanggil, sedikit yang dipilih.” Kita ada di tengah-tengah masyarakat yang hampir tidak pernah menemukan kekristenan seperti ini.

Kita harus membayar ketinggalan kita dengan kerja keras. Dan jika sejak muda sudah mendengar hal ini, jangan menundanya. Roh Kudus akan menolong kita untuk membentuk kita menjadi manusia yang unggul, yang tidak ternilai harganya. Sementara, ada orang-orang yang tidak punya nilai sama sekali sehingga mereka dibuang; itu yang namanya kehinaan kekal. Tetapi, kita masuk kemuliaan kekal. Puji Tuhan, kita masih punya umur entah sampai berapa lama, paling tidak kita masih punya kesempatan untuk membenahi diri, supaya ketika kita menutup mata bertemu Tuhan, Dia menjumpai kita dalam keadaan menyenangkan atau memuaskan.

Jadi, Kristen itu eksklusif sekali. Memang, kadang Tuhan membuat kita gagal untuk sementara waktu, tapi bukan gagal untuk sesuatu yang fatal. Seringkali ambisi kita mau dipatahkan Tuhan dengan kegagalan, supaya kita menjadi murni. Kita harus bisa menerimanya dengan besar hati. Kegagalan hidup bisa membuat kita mengenal dan semakin mengenal Tuhan. Jangan-jangan kalau kita sukses terus, kita masuk neraka. Karena kita jadi sombong, angkuh, mata duitan, dan tidak mencari Tuhan lagi.

Tuhan itu luar biasa. Maka, jangan takut. Kita hadapi hari esok bersama-Nya. Dia lebih dari apa pun dan siapa pun. Dengan sikap hati seperti ini, baru kita memuja Tuhan dan mengagumi Dia. Namun, walau kita sudah memiliki sikap hati seperti itu, kadang masalah tidak dibuat Tuhan selesai. Tuhan membuat kita sering dalam kondisi kritis dan krisis dan tidak ada orang bisa kita ceritakan, dan kelihatannya semua baik-baik. Namun, kita dibuat Tuhan punya tentara yang kuat—bukan uang, kenalan pejabat atau fasilitas lain—namun Allah yang kita yakini lebih dari siapa pun dan apa pun. Jangan kecil hati, sebab Tuhan menyertai kita. Dia lebih kuat dari siapa pun, maka jangan merasa tidak punya siapa-siapa.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEGAGALAN BISA MEMBUAT KITA MENGENAL DAN SEMAKIN MENGENAL TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 Februari 2024
2024-02-08 09:29:50

Keluaran 28-29

Card image
Truth Kids 07 Februari 2024 - NUMPANG LEWAT
2024-02-07 07:01:52


Yakobus 1:22
"Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri."

Sobat Kids, pernah tidak kalian mendengar istilah "masuk kuping kiri, keluar kuping kanan?" Itu maksudnya jika ada yang memberikan nasihat, orang yang dinasihati tidak memperhatikannya. Nasihat hanya sekadar didengar, tapi tidak dilakukan alias numpang lewat. Jika ada orang, khususnya yang lebih tua dari kita memberikan nasihat, seharusnya kita memperhatikan dan melakukannya, ya, Sobat Kids.

Hari ini kita mau belajar dari Yakobus, salah satu tokoh yang ada di Perjanjian Baru. Ia juga mengingatkan kita agar tidak hanya mendengar firman Tuhan, tetapi menjadi pelaku firman dalam kehidupan kita sehari-hari. Ayat Alkitab yang kita baca hari ini mengingatkan jika kita tidak melakukan firman Tuhan, artinya kita menipu diri sendiri.

Saat diberikan nasihat melalui firman Tuhan, seharusnya kita melakukannya. Jangan sampai hanya numpang lewat. Firman Tuhan mengajarkan kita untuk berubah menjadi lebih baik, sesuai dengan yang Tuhan Yesus sudah ajarkan. Dan perubahan itu harus dilakukan, tidak bisa hanya didengar. Kalau tidak mulai dilakukan, itu artinya sama saja bohong; menipu diri sendiri. Bilangnya mau berubah jadi lebih baik, tetapi tidak dilakukan. Jadi, ingat nasihat dari Yakobus, ya, Sobat Kids! Kita harus menjadi anak yang melakukan kebenaran firman Tuhan. Selamat berjuang!

Card image
Truth Junior 07 Februari 2024 - P E L A K U
2024-02-07 06:59:36


Yakobus 1:22
“Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.”

Tokoh Yakobus yang kita mau pelajari hari ini merupakan saudaranya Yesus. Dalam ayat yang kita baca hari ini, Yakobus mengingatkan kita agar tidak hanya mendengar firman Tuhan, melainkan juga melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sobat Junior, banyak sekali nasihat yang Tuhan berikan dalam Alkitab. Apa saja yang kalian ingat? Mungkin nasihat yang berkesan dalam hidup masing-masing kita berbeda. Misalnya dalam Yakobus 3:1-12, melalui firman-Nya Tuhan mengingatkan kita untuk menjaga lidah.

Dari anggota tubuh kita yang kecil itu, lidah, kita dapat memuji Tuhan dan mengucapkan kata-kata yang kasar atau kotor. Mana yang akan kita pilih untuk dilakukan; yang baik atau yang jahat?

Pernahkah saat bermain game kalian kalah dengan teman? Apakah ada rasa ingin berkata kasar kepada teman? Namun, saat ibadah di gereja, kita juga menggunakan bibir yang sama untuk memuji Tuhan. Hah....? Sadarkah kita hanya memiliki satu bibir? Tetapi apakah setiap hari kita menggunakannya dengan benar? Yakobus mengajarkan kita untuk menjadi pelaku firman Tuhan, setiap saat.

Card image
Truth Youth 07 Januari 2024 (English Version) - DEAL AND MOVE ON!
2024-02-07 06:42:12


"Are not two sparrows sold for a penny? Yet not one of them will fall to the ground outside your Father’s care." (Matthew 10:29)

Everyone has a dark past, a regrettable past that we sometimes wish to erase from the memories of our lives. However bad or dark it may be, it differs for each of us. Some may have failed a grade, repeated a semester in college, not graduated, or even been involved in reckless behavior and similar things. Our life memories are not like buying a new phone, where all the memory is still empty, waiting to be filled with beautiful things only. We can't undo our mistakes, time cannot be repeated, and the memories in our brains are not as easy to delete or even reset as pressing a delete or reset button.

It's very clear in Matthew 10:29, even a sparrow sold for a penny will not fall to the ground apart from the will of our Father. How much more us humans, no matter how bad or dark our past, God will not let us fall too deep, as long as we turn to Him immediately. Only in God can all forms of heartache and bitterness be healed.

We ask for God's guidance so that we can slowly make peace with our past. We must deal with our past first, make peace with it, before we can move forward. In the process, there are concrete actions that we must continue to take, not just sitting idly waiting to make peace. Life must go on. Often, past events hinder us from moving forward in life. If God loves and forgives us with all our shortcomings, why can't we make peace with ourselves? Loving God means actively loving all aspects of life. By making peace, we can restore the balance of our life's rhythm, so that we not only become more effective for the work of God's hands but also become an example to others.

WHAT TO DO:
1. Don't drown and get stuck! Be calm, God will surely sustain us.
2. Let the past be the past, make it an important lesson in our lives and don't repeat it.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Leviticus 26-27

Card image
Truth Youth 07 Februari 2024 - DEAL AND MOVE ON
2024-02-07 06:14:00


"Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekor pun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu." (Matius 10:29)

Setiap orang pasti memiliki masa lalu yang kelam, yang buruk, masa lalu yang terkadang kita ingin hapus dari memori kehidupan kita. Seburuk atau sekelam apa halnya, tentu berbeda bagi masing-masing kita. Mungkin ada yang pernah tinggal kelas, atau mengulang semester kuliah, tidak lulus, atau bahkan pernah tenggelam dalam pergaulan bebas dan hal-hal serupa. Tentu memori kehidupan kita, bukan seperti kita membeli handphone baru, dengan semua memori yang masih kosong, yang ingin kita isi dengan hal-hal yang indah saja. Kita gak bisa undo kesalahan-kesalahan kita, waktu tidak bisa diulang, dan memori dalam otak kita tidak semudah memencet tombol delete atau bahkan reset.

Sudah sangat jelas dalam Matius 10:29, seekor burung pipit yang dijual pun, tidak akan jatuh ke bumi, tapi tetap dalam tangan, naungan, dan kehendak Tuhan. Apalagi kita manusia, seburuk dan sekelam apa pun masa lalu kita, Tuhan gak akan biarkan kita jatuh terlalu dalam, asalkan kita segera menghampiri Tuhan. Hanya dalam Tuhan, semua bentuk sakit hati dan kepahitan kita bisa dipulihkan.

Kita meminta tuntunan Tuhan agar kita bisa perlahan berdamai dengan masa lalu kita. Kita harus selesai dulu dengan masa lalu, berdamai, baru kita bisa melangkah maju. Dalam prosesnya, tentu ada tindakan-tindakan konkret yang harus tetap kita kerjakan, bukan hanya menunggu, duduk diam hingga kita berdamai. Life must go on. Sering kali, kejadian masa lalu menghambat kita untuk maju dalam kehidupan. Tuhan saja mengasihi dan mengampuni kita dengan segala kekurangan yang kita miliki, masak kita tidak bisa berdamai dengan diri kita sendiri? Mengasihi Tuhan artinya kita juga mengasihi seluruh kehidupan secara aktif. Dengan berdamai, kita bisa mengembalikan keseimbangan irama hidup kita, sehingga kita gak hanya semakin efektif bagi pekerjaan Tuhan, tapi juga bisa menjadi teladan bagi sesama kita.

WHAT TO DO:
1. Jangan tenggelam dan stuck! Tenang, Tuhan pasti pelihara kita.
2. Masa lalu biarlah berlalu, jadikan pembelajaran penting dalam hidup kita dan jangan diulangi.

BIBLE MARATHON:
▪︎Imamat 26-27

Card image
Renungan Pagi - 07 Februari 2024
2024-02-07 05:55:52


Hari ini kita merenungkan ungkapan Daud mengenai kerinduan dan sukacitanya ketika orang mengajaknya pergi ke rumah Tuhan. "Nyanyian ziarah Daud. Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku; "Mari kita pergi ke rumah TUHAN." Daud juga pernah berkata bahwa lebih baik satu hari di pelataran Rumah Allah daripada seribu hari di tempat lain.

"Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik." Ya, bagi Daud, kesempatan beribadah memberinya sukacita besar! sehingga dia sangat antusias menghayati waktu kebersamaannya dengan Tuhan. Antusiasme dan sukacita akan menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu melebihi orang lain, termasuk dalam beribadah. Mari periksa sejenak kadar antusiasme dan sukacita kita belakangan ini.

Masihkah ada kerinduan kuat sehingga menanti-nantikan saat beribadah karena di sana akan "berjumpa" dengan Allah, dan perjumpaan itu mengubah hidup kita menjadi makin serupa dengan Kristus dan sempurna seperti Bapa. ANTUSIASME DAN SUKACITA SAAT DATANG BERIBADAH MENUNJUKKAN KADAR KERINDUAN KITA UNTUK "BERJUMPA" DENGAN ALLAH.
(Mazmur 84:10; Mazmur 122:1)

Card image
Quote Of The Day - 07 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-07 05:51:02


Kalau kita bersama dengan Tuhan, Tuhan menandai, maka dunia berguncang bagaimanapun, Tuhan ingat kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 07 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-07 05:48:38


Kuasa gelap akan menggiring seseorang berpikir bahwa nanti selalu ada waktu untuk mencari dan menemukan Tuhan, sehingga hidup hari ini diisi dengan segala kegiatan tanpa mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh.

Card image
ENJOYED BY GOD - 07 Februari 2204 (English Version)
2024-02-07 05:31:15


Since humans have fallen into sin, they are given laws not to be completely ruined. We must continue to be in a relationship with God, entering the school of life trained by the Holy Spirit to become children of God. We must understand that the Word of God is not only what is written but the Word that we consume every day that comes out of the mouth of God; ‘Man shall not live by bread alone, but by every word that proceeds out of the mouth of God.’ It means the Words spoken by God that come from His heart.  If God continues to talk to us, it will align with the life context we are experiencing so that we become people according to God’s will.

We certainly know the phrase ‘love your enemies’ in terms of rational understanding or cognitive, but the problem is who our enemy is. It could be a boss, in-laws, a life partner, or anyone. How do we implement this command? Loving the enemy is applied or implemented when facing various problems related to that hostility. How we deal with a life partner who opposes us differs from dealing with a neighbor. We also act with precision towards in-laws and colleagues who want to bring us down; there, the Holy Spirit will guide us on how to implement it.

The Holy Spirit will indeed train us, and this is only for those who love God because He works in all things for the good of those who love Him. So, we must love God  because we are willing to satisfy His heart from a heart that loves Him. God can enjoy us from a heart that

the Father’s heart in heaven. So, if Jesus says, ‘I never knew you,’ it means God cannot enjoy us. According to the standards of the Jewish religion, observing the law is sufficient to be enjoyed by God. However, for New Covenant believers, observing the law is not enough to satisfy God’s heart.

True Christianity is the life of Jesus exemplified, but this has been lost. We want to find it, so we must work hard to be an example. If we can think about eternity, let’s close our eyes and contemplate that we came with nothing. During our lives, we learn to act with precision as God desires, which becomes our eternal treasure.

So, when we return to the Father, we only have Jesus, whose life we have put on to obtain a status before God the Father, ‘This is My beloved child, with whom I am well pleased.’ So, if we do not become more like Christ, it means our Christianity is false. It requires continuous processing, and the Lord wants to train us through everything. Therefore, if the Bible says, ‘God works in all things,’ it means in everything, at every moment, wherever we are. So, there is no time when we are not dealing with God. What causes damage is when we wear the life of religious people in dealing with God, where they only do it ceremonially in church, prayer, and worship time. So, there are sacred days and sacred months.

As for us, every day is the Lord’s Day.  Whether a day becomes sacred depends on how we color that day in our behavior and actions. We condition that day to be holy by not speaking the foul language, not responding to evil with evil, not bearing false witness and other actions that do not please the Father. So,  if we always hear the Rhema through every event in our lives, then the fullness of God occurs in us. That allows us to act with precision as God desires, and this requires a process and hard work, but it is an honor if we become the chosen people.

1 Pet. 2:9 says, ‘But you are a chosen people, a royal priesthood, a holy nation, God’s special possession, that you may declare the praises of him who called you out of darkness into his wonderful light.’ So, we must understand and accept that not everyone is chosen by God.  We are the chosen ones, and if we are chosen, it means we are destined to have a life where all our actions are precise, like the thoughts and feelings of God. This is an incredible opportunity, an invaluable opportunity.  

FROM A HEART THAT LOVES GOD, WE SATISFY HIS HEART, SO THAT HE CAN ENJOY US.

Card image
BISA DINIKMATI TUHAN - 07 Februari 2024
2024-02-07 05:27:42


Berhubung manusia sudah jatuh dalam dosa, maka manusia diberi hukum, supaya tidak rusak total. Kita harus berhubungan terus dengan Allah, masuk sekolah kehidupan yang dilatih Roh Kudus untuk menjadi anak-anak Allah. Kita harus memahami yang namanya firman Tuhan itu bukan hanya yang tertulis, melainkan firman yang kita makan setiap hari yang keluar dari mulut Allah; “Sebab manusia hidup bukan hanya dari roti, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Artinya, kalimat yang diucapkan Allah yang keluar dari hati-Nya. Kalau Tuhan berbicara terus kepada kita, pasti sesuai dengan konteks hidup yang kita alami, sehingga kita menjadi manusia sesuai dengan yang dikehendaki Allah.

Kalimat “kasihi musuhmu,” secara pengertian nalar atau secara kognitif pasti kita tahu, tapi masalahnya musuh kita itu siapa? Bisa kepala bagian, mertua, pasangan hidup, bisa siapa saja. Bagaimana mengimplementasikan firman tersebut? Mengasihi musuh dikenakan atau diimplementasikan dalam menghadapi berbagai masalah yang terkait dengan permusuhan itu. Bagaimana kita menghadapi pasangan hidup yang memusuhi tentu berbeda dengan menghadapi tetangga. Bagaimana juga kita bertindak presisi terhadap mertua, rekan kerja yang mau menjatuhkan kita, di situ Roh Kudus akan menuntun kita bagaimana mengimplementasikannya.

Roh Kudus pasti melatih kita dan ini hanya untuk orang yang mengasihi Tuhan, karena Allah bekerja dalam segala sesuatu mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia. Jadi, kita harus mau mengasihi Tuhan, sebab dari hati yang mencintai Tuhan, kita mau memuaskan hati-Nya. Dari hati yang memuaskan hati Bapa di surga, kita bisa dinikmati Tuhan. Jadi kalau Tuhan Yesus berkata, “Aku tidak kenal kamu,” berarti Tuhan tidak bisa menikmati kita. Kalau standar agama Yahudi, mereka melakukan hukum itu sudah cukup untuk bisa dinikmati oleh Tuhan. Namun, bagi umat Perjanjian Baru, melakukan hukum itu belum cukup memuaskan hati Allah.

Jadi, kekristenan yang sejati adalah kehidupan Yesus yang diperagakan, namun ini sudah hilang. Sekarang kita mau menemukannya, maka kita harus bekerja keras untuk bisa menjadi teladan. Kalau kita bisa berpikir soal kekekalan, coba kita menutup mata dan renungkan bahwa kita datang tidak membawa apa-apa, tetapi selama hidup kita sudah belajar untuk bisa memiliki kemampuan bertindak presisi seperti yang Allah kehendaki yang merupakan harta abadi kita.

Jadi, saat kita pulang menghadap Bapa, hanya Yesus yang kita miliki, yang kehidupan-Nya sudah kita kenakan, sehingga kita mendapat status di hadapan Allah Bapa, “Ini anak yang Kukasihi, kepadanya Aku berkenan.” Jadi, kalau kita tidak semakin seperti Kristus, berarti Kristen kita itu palsu. Memang harus berproses terus, dan Tuhan mau melatih kita melalui segala hal. Maka, kalau Alkitab mengatakan, “Allah bekerja dalam segala hal,” berarti dalam semua hal, di setiap waktu, di setiap saat, di mana pun kita berada. Jadi, tidak ada waktu di mana kita tidak berurusan dengan Tuhan. Yang membuat rusak adalah ketika kita mengenakan kehidupan orang beragama dalam berurusan dengan Tuhan, di mana mereka melakukannya hanya pada waktu seremonial di gereja; waktu kebaktian doa. Maka, ada hari suci dan bulan suci.

Sedangkan bagi kita, setiap hari adalah hari-Nya Tuhan. Suatu hari menjadi suci atau tidak, tergantung bagaimana kita mewarnai hari tersebut dalam perilaku dan perbuatan kita. Kita yang mengondisi hari itu jadi kudus, dengan tidak mengucapkan kata kotor, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tidak bersaksi dusta dan perbuatan lainnya yang tidak menyenangkan hati Bapa. Jadi, kalau kita selalu mendengar rhema melalui setiap peristiwa hidup yang terjadi, maka kepenuhan Allah terjadi atas diri kita. Itulah yang memungkinkan kita bisa bertindak presisi tepat seperti yang Allah kehendaki. Ini membutuhkan proses dan kerja keras, tetapi menjadi kehormatan kalau kita menjadi umat pilihan.

1 Petrus 2:9, “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” Jadi, kita harus bisa mengerti dan menerima hal ini bahwa tidak semua orang dipilih oleh Allah. Kita adalah orang yang dipilih dan kalau kita dipilih, berarti kita ditentukan untuk memiliki kehidupan yang di dalam seluruh tindakan kita presisi, seperti pikiran dan perasaan Allah. Dan ini adalah kesempatan yang luar biasa, kesempatan yang tidak ternilai harganya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DARI HATI YANG MENCINTAI TUHAN, KITA MEMUASKAN HATI-NYA, SEHINGGA KITA BISA DINIKMATI TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 Februari 2024
2024-02-07 05:24:22

Keluaran 25-27

Card image
Truth Kids 06 Februari 2024 - KESAYANGAN
2024-02-06 12:38:34


Yohanes 13:23
"Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya."

Siapa di antara Sobat Kids yang masih suka memeluk dan mencium orang tua kalian? Biasanya anak-anak masih suka memeluk, mencium, dan bersandar kepada orang tuanya, sebagai tanda sayang pada mereka.

Namun, dalam Alkitab ada tokoh yang bukan lagi anak kecil tetapi masih suka bersandar karena sayang. Namanya adalah Yohanes, salah satu murid Tuhan Yesus. Yesus memiliki 12 orang murid. Murid-murid Tuhan Yesus sangat beruntung karena bisa berada dekat dengan Tuhan. Yohanes merupakan salah satu murid yang dekat dengan-Nya. Yohanes disayang Tuhan Yesus.

Sobat Kids, kita memang tidak bisa berada dekat secara fisik dengan Tuhan Yesus. Ia sudah naik ke surga. Tetapi kita bisa dekat secara hati. Kita bisa disayang dan menyayangi Tuhan Yesus. Jika kalian sayang kepada Tuhan Yesus, tentu kalian maunya membuat Tuhan Yesus happy, kan? Oleh sebab itu, yuk kita jaga pikiran, perbuatan, dan perkataan kita. Sehingga apa pun yang kita lakukan, akan membuat happy hati Tuhan.

Card image
Truth Junior 06 Februari 2024 - LEAN ON YOU
2024-02-06 12:37:14


Yohanes 13:23
“Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya.”

Alkitab menceritakan seorang murid yang sangat dekat dengan Tuhan Yesus. Ia duduk dekat Tuhan Yesus saat perjamuan malam terakhir, sebelum Tuhan mati di kayu salib. Siapakah dia? Ia adalah Yohanes, murid yang dikasihi-Nya. Wah... indah sekali menjadi murid yang dikasihi. Bagaimana dengan kita?

Kita bersandar pada Tuhan bukan hanya waktu kita merasa sendirian atau hanya saat ada masalah. Ada pepatah berkata “waktu senang dilupakan, waktu sedih dibenci.” Tuhan ingin kita memiliki hubungan yang dekat dan selalu bersandar pada kasih-Nya setiap hari.

Tokoh Yohanes juga mengajari tentang mempunyai harapan dan tidak lupa untuk selalu bersandar sama Tuhan. Sobat Junior pasti punya banyak sekali harapan ataupun cita-cita; ingin menjadi dokter, pelukis, model, atau lainnya. Akan tetapi, kita jangan lupa mengucapkan harapan kita dalam doa. Selain itu, hal terpenting lagi adalah kita memiliki harapan akan hidup bersama Tuhan. Caranya dengan selalu menyediakan waktu doa pagi untuk berbicara sama Tuhan, mengucap syukur, mendoakan rencana, aktivitas, orang tua, dan sesama kita. Tetaplah berjalan beserta Tuhan setiap hari, selalu berbagi kasih dan harapan dengan sesama. Sebagai murid-Nya, kita pun dikasihi oleh Tuhan.

Card image
Truth Youth 06 Februari 2024 (English Version) -SAVE EARTH
2024-02-06 08:03:02


"The Lord God took the man and put him in the Garden of Eden to work it and take care of it." (Genesis 2:15)

Currently, in Indonesia, it's the rainy season, and it wouldn't be Indonesia without news of floods. High rainfall coupled with inadequate water storage and absorption can lead to high floods. This not only disrupts the environmental ecosystem but also human activities. Flooded streets damage vehicles, pedestrians have to wade through water, and if the flood enters homes, it causes further disturbance. Many are affected. Without specific measures, the balance of the city and the environment will be disrupted.

Often, we reflect on the initial love of Jesus towards us and are reminded to continue that love towards others. But not only that, we must also care for and nurture our surrounding environment. Perhaps regarding loving others, we have discussed and practiced it often. But consider this, have we treated our environment well? We must follow the example of Jesus, who worked and cared for the Garden of Eden so that it became habitable for humans. While we may not be able to take big actions or create environmental regulations, small steps matter. Simple steps like properly disposing of trash, reducing plastic waste with reusable bags, bringing a reusable water bottle to reduce plastic bottles. Increasing awareness of everyday items we use that affect the environment. We might think, "Oh, it's just one plastic bottle," but imagine if thousands discard just one plastic bottle; it could accumulate into a pile of waste that's difficult to break down. If we recall our science lessons, our environmental ecosystem is like a circular chain that is interconnected. If one link is problematic, it will surely impact the entire ecosystem. Let's start today with a new mindset; loving God means loving the environment and its surroundings.

WHAT TO DO:
1. Increase awareness of the everyday items we consume and use.
2. From small steps, we can set an example for others to better care for the environment.

BIBLE MARATHON:
- Leviticus 24-25

Card image
Truth Youth 06 Februari 2024 - SAVE EARTH
2024-02-06 07:55:13


"TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu." (Kejadian 2:15)

Saat ini di Indonesia memasuki musim penghujan, dan bukan Indonesia namanya kalau tidak ada berita banjir. Curah hujan yang tinggi dengan sistem penampungan dan penyerapan air yang kurang mumpuni akan menyebabkan banjir tinggi pula. Hal ini gak hanya mengganggu ekosistem lingkungan tapi juga aktivitas manusia. Jalanan yang tergenang banjir, merusak kendaraan, pejalan kaki harus basah-basahan, belum lagi kalau banjir sampai masuk ke dalam rumah. Banyak pihak yang terganggu. Jika tidak ada penanganan khusus, keseimbangan kota dan lingkungan akan terganggu.

Seringkali kita merenungkan kasih mula-mula Tuhan Yesus kepada kita dan diingatkan untuk meneruskan kasih tersebut terhadap sesama kita. Tapi gak hanya itu, kita juga harus menjaga dan merawat alam sekitar kita. Mungkin mengenai hal mengasihi sesama, kita sudah sering membahas dan melakukannya. Tapi coba renungkan, sudahkah kita memperlakukan alam kita dengan baik? Kita harus mengikuti teladan Tuhan Yesus, yang mengusahakan dan memelihara taman Eden sebegitunya supaya menjadi layak huni bagi manusia. Memang kita gak bisa melakukan aksi besar atau membuat peraturan lingkungan. Tapi small steps, matters. Langkah kecil se-simple membuang sampah pada tempatnya, mengurangi sampah plastik dengan reusable bag, membawa botol minum untuk mengurangi botol plastik. Meningkatkan _awareness_ terhadap hal-hal setiap hari yang kita gunakan yang berefek pada lingkungan. Mungkin kita berpikir, ah hanya satu botol plastik saja kok, sampah bumi memang sudah menumpuk, tapi bayangkan jika ribuan membuang 1 botol plastik saja bisa menjadi gunungan sampah yang sangat susah untuk diurai. Kalau kita ingat pelajaran science dulu, ekosistem lingkungan kita seperti rantai yang melingkar yang saling berkesinambungan. Jika salah satu rantainya bermasalah, pasti akan berdampak pada keseluruhan ekosistem. Yuk, mulai hari ini kita miliki mindset yang baru, mengasihi Tuhan berarti kita pun mengasihi alam dan sekitarnya.

WHAT TO DO:
1. Meningkatkan kesadaran terhadap barang-barang yang setiap hari kita konsumsi dan pakai
2. Dari langkah kecil kita bisa menjadi teladan bagi sesama kita untuk lebih memelihara lingkungan.

BIBLE MARATHON:
▪︎Imamat 24-25

Card image
Renungan Pagi - 06 Februari 2024
2024-02-06 06:42:16


Berapakah jumlah orang Israel ketika mereka meninggalkan perbudakan Mesir? Kitab Keluaran mencatat jumlahnya sekitar 600 ribu laki-laki dewasa. Itu belum termasuk anak-anak, remaja, dan perempuan, serta banyak orang dari berbagai bangsa yang menggabungkan diri dengan mereka. Para ahli kitab memperkirakan totalnya ialah sekitar 2 atau 2,5 juta orang. Pertanyaannya, bagaimana cara mencukupi kebutuhan orang sebanyak itu dalam pengembaraan selama 40 tahun di padang gurun?

Jawabnya ialah mukjizat, Allah menyediakan mereka manna, roti dari surga, roti malaikat; "Maka Ia memerintahkan awan-awan dari atas, membuka pintu-pintu langit, menurunkan kepada mereka hujan manna untuk dimakan, dan memberikan kepada mereka gandum dari langit; setiap orang telah makan roti malaikat, Ia mengirimkan perbekalan kepada mereka berlimpah-limpah."

Bentuknya tipis seperti sisik, halus seperti embun beku, berwarna putih seperti biji ketumbar, rasanya seperti rasa kue madu. Dapat diolah dengan cara dimasak atau dibakar. Ketika umat Israel tiba di tanah Kanaan, waktunya bertepatan dengan Paskah, yakni peringatan kelepasan dari Mesir.

Esoknya, setelah mereka memakan hasil Tanah Perjanjian itu, Allah berhenti menurunkan manna buat mereka. "Lalu berhentilah manna itu, pada keesokan harinya setelah mereka makan hasil negeri itu. Jadi orang Israel tidak beroleh manna lagi, tetapi dalam tahun itu mereka makan yang dihasilkan tanah Kanaan." Kini Allah memelihara mereka dengan hasil negeri Kanaan yang melimpah dengan susu dan madu, seperti yang telah Dia janjikan.

Pemeliharaan Allah atas umat-Nya memang hadir dalam beragam cara; melalui hasil usaha dan pekerjaan, melalui keluarga dan kemurahan hati orang-orang di sekitar, bahkan melalui mukjizat-Nya. Dia menyediakan serta mencukupkan keperluan kita. Karenanya, patutlah senantiasa menyadari serta mensyukuri berkat-berkat-Nya. Manna memang berhenti, tetapi penyertaan dan pemeliharaan Tuhan atas umat-Nya tetap ada sampai selamanya. Jadi belajarlah mengucap syukur setiap hari.
(Yosua 5:12; Mazmur 78:23-25)

Card image
Quote Of The Day - 06 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-06 06:40:25


Tuhan mau keadaan kita baik-baik, tetapi kalau keadaanmu membahayakan keselamatan kekal, pasti Tuhan buat sesuatu.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 06 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-06 06:39:28


Karakter kita tidak bisa dengan mukjizat diubah dalam sekejap. Tetapi melalui pergumulan hidup yang harus terjadi, yang harus kita alami.

Card image
PRESISI - 06 Februari 2024
2024-02-06 06:36:43


Berurusan dengan Tuhan itu harus berlangsung setiap saat, tidak ada waktu di mana kita tidak berurusan dengan Tuhan. Betapa miskin dan celakanya orang yang berurusan dengan Tuhan dijembatani atau memiliki media liturgi gereja atau upacara atau seremonial. Hal demikian dilakukan di dalam banyak agama, agama primitif, kepercayaan kuno, yang dalam berurusan dengan sesembahannya itu hanya sesaat, yaitu pada waktu mereka mengadakan upacara. Dan itu sudah menjadi standar bagi bangsa Israel yang waktu itu belum mengenal Injil Kerajaan. Mereka memiliki jam-jam sembahyang di mana mereka harus menghadap Yerusalem sebagai kiblatnya. Ada hari-hari di mana mereka melakukan upacara keagamaan. Hal itu tidak bisa dihindari, karena memang demikianlah porsinya secara individu.

Tidak banyak orang yang bisa berinteraksi dengan Elohim YAHWEH, Allah Israel. Hanya imam besar setahun sekali diperkenankan masuk ruang maha suci. Kalau ada orang tertentu yang bisa berinteraksi dengan Allah, maka mereka adalah orang khusus yang jumlahnya bisa terhitung; seperti, Abraham, Musa, dan lain-lain. Tetapi umat Israel pada umumnya diwakili oleh Imam Besar. Interaksi mereka dengan Allah merupakan interaksi dalam hukum. Jadi kalau hari Sabat, mereka berinteraksi dengan Allah melalui hukum Sabat, di meja makan mereka berinteraksi dengan Allah melalui hukum-hukum halal haram. Mereka berinteraksi dengan Allah melalui pakaian yang pantas dikenakan bagi wanita-wanita Yahudi. Itu sudah merupakan interaksi, tapi tidak secara langsung dengan pribadi Allah.

Masuk Perjanjian Baru, Tuhan Yesus mulai mengajarkan format penyembahan kepada Allah di dalam roh dan kebenaran. Interaksi dengan Allah dalam segala hal dan secara langsung dalam segala hal. Secara langsung tentu melalui perilaku yang baik. Orang percaya harus berinteraksi langsung dengan perasaan Allah, karena urusannya bukan hanya apa yang baik, melainkan juga apa yang berkenan dan yang sempurna. Roma 12:1-2, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu serupa dengan dunia ini, tapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, supaya kamu mengerti kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna.”

Jadi, kalau bangsa Israel mewakili agama samawi, mereka menyenangkan Tuhan dengan melakukan hukum yang tertulis—yang jika dilanggar bisa nampak delik hukum dengan sanksi-sanksinya—tetapi orang percaya melakukan kehendak Allah. Sebab hukum kita adalah Tuhan sendiri. Ini kehidupan yang luar biasa, yang tidak wajar. Dan untuk mencapai kehidupan seperti ini, seseorang harus belajar sungguh-sungguh, hidupnya harus disita untuk masuk sekolah kehidupan ini, ia harus memiliki pikiran dan perasaan Kristus supaya bisa seiring dengan pikiran dan perasaan Bapa. Itulah sebabnya dalam konsep Kristen, dosa itu bukan hanya melanggar hukum, melainkan ketidaktepatan. Kata yang sering digunakan adalah _hamartia,_ yang artinya meleset.

Jadi, bukan hanya menjadi orang baik yang tidak melanggar hukum, namun dalam segala hal presisi, sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah; yang sama dengan hidup menurut roh. Itulah sebabnya, menjadi umat pilihan itu harus bersedia kehilangan apa pun supaya bisa mengalami perubahan kodrat sampai pada tingkat atau tahap dalam segala hal yang dilakukan itu presisi, tepat seperti yang Allah kehendaki. Berbicara ini harusnya ada perasaan getar dan gentar di hati kita. Betapa keadaan kita masih jauh dari hal itu. Kehidupan manusia yang dikehendaki Allah orisinalnya itu begini, jadi manusia yang sekarang kita miliki itu imitasi, bukan orisinal. Imitasi dari gambar yang salah, yang diajarkan Lusifer.

Lusifer menawarkan Hawa buah pengetahuan yang baik dan jahat dengan janji akan menjadi sama seperti Allah. Apa salahnya tahu apa yang baik dan jahat? Bagus bukan jika kita tahu apa yang baik dan jahat? Tetapi itu dipandang salah dan dinilai kehilangan kemuliaan Allah, sebab yang dikehendaki Allah bukan pengetahuan tentang yang baik dan jahat, melainkan kemampuan berpikir seperti Allah berpikir. Jadi, bukan baik dan jahat dengan satu standar, melainkan apa yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna di mata Allah. Agama mengajarkan etika apa yang baik dan jahat. Tapi sebenarnya standar manusia orisinal sesuai rancangan Allah adalah manusia yang dicerdaskan sehingga dalam segala sesuatu yang dilakukan bisa presisi.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

STANDAR MANUSIA ORISINAL SESUAI RANCANGAN ALLAH ADALAH MANUSIA YANG DICERDASKAN SEHINGGA DALAM SEGALA SESUATU YANG DILAKUKAN BISA PRESISI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 Februari 2024
2024-02-06 06:34:11

Keluaran 22-24

Card image
Truth Kids 05 Februari 2024 - SAULUS MENJADI PAULUS
2024-02-05 19:51:45


Kisah Rasul 9:15
Tetapi firman Tuhan kepadanya: "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel."

Ketika Tuhan Yesus sudah naik ke surga, murid-murid-Nya kembali ke kota Yerusalem. Tetapi, ada orang jahat, tidak suka orang Kristen. Namanya adalah Saulus. Saulus ingin mencari dan menangkap semua orang Kristen, baik laki-laki maupun perempuan.

Suatu hari ketika Saulus pergi ke kota Damsyik, ada sinar terang muncul, kemudian ia terjatuh ke tanah. Lalu terdengarlah suara yang bertanya kepadanya, "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?" Lalu Saulus menjawab, "Siapakah Engkau, Tuhan?" Suara itu berkata, "Akulah Yesus, yang kau aniaya itu." Tiba-tiba mata Saulus buta, tidak bisa melihat. Teman-temannya menuntun Saulus berjalan sampai ke Damsyik.

Tiga hari kemudian, Tuhan menyuruh Ananias menyembuhkan mata Saulus yang buta. Kemudian Ananias membaptis Saulus. Saulus tinggal bersama murid-murid Tuhan Yesus untuk berdoa dan belajar firman Tuhan. Akhirnya Saulus percaya pada Tuhan Yesus. Saulus yang dikenal sebagai Paulus merupakan tokoh yang dipakai Tuhan untuk menyampaikan kebenaran-Nya.

Sobat Kids, kita dapat belajar dari Paulus. Meskipun awalnya jahat, setelah mengenal Tuhan, akhirnya dia bertobat. Bahkan Paulus dipilih untuk menyampaikan firman Tuhan. Sobat Kids, kita sudah mengenal Tuhan, jadi seharusnya kita melakukan kehendak-Nya. Kita mau belajar menjadi anak-anak pilihan dan menyenangkan hati-Nya.

Card image
Truth Junior 05 Februari 2024 - PILIHAN BAGI-KU
2024-02-05 19:50:18


Kisah Rasul 9:15
Tetapi firman Tuhan kepadanya: “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel.”

Saulus adalah seorang berasal dari Tarsus. Ia terkenal di Yerusalem karena sikapnya yang selalu menentang serta menganiaya orang-orang pengikut Kristus. Suatu hari Saulus ke Damsyik untuk menangkap para pengikut Kristus. Di tengah perjalanan, ia mendengar suatu suara berkata, “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” Saulus menjawab, “Siapakah Engkau, Tuhan?” Kata-Nya, “Akulah Yesus yang kau aniaya itu” (Kis. 9: 4-5).

Setelah Saulus mendapat penglihatan itu, ia bertobat. Bahkan ia memberitakan kabar tentang Yesus kepada bangsa Israel dan bangsa-bangsa lainnya. Hhmm… kok bisa, ya, Tuhan memilih Saulus?

Sobat Junior, kasih Tuhan tidak memandang asal-usul ataupun latar belakang. Tuhan mengetahui kalau Saulus telah berdosa menganiaya pengikut-Nya. Namun, Tuhan memiliki fokus yang lain. Ia ingin Saulus berbalik dan memberitakan injil.

Dalam kehidupan, kita pasti sering melakukan kesalahan, bahkan berkali-kali. Tetapi, Tuhan tidak menghitung berapa kali kita melakukan dosa. Ia menginginkan kita selalu minta ampun kepada-Nya. Tentu kita semua juga harus sepenuh hati berjanji tidak melakukan kesalahan yang sama. Mari bawa dalam doa kita, berjanjilah untuk ikut Tuhan dan menyenangkan hati-Nya.

Card image
Truth Youth 05 Februari 2024 (English Version) - LOVE FOR ALL CREATURES
2024-02-05 19:48:02


"He gives food to every creature. His love endures forever." (Psalm 136:25)

The Earth and the universe were created by God in a truly remarkable manner. Just look around us: Beautiful landscapes, stars in the sky, natural phenomena occurring. We can learn that God pays attention to all seasons, the movement of stars and planets, the activities of all living creatures from the smallest to the largest with all their complexities, the phenomena that occur within our Earth, and most importantly, that God sustains everything with love.

Psalm 136:25 says, "He gives food to every creature. His love endures forever." This reminds us of God's love and mercy for the universe and all its contents, especially the living creatures within it. He feeds every creature and sustains them. If God sustains the universe and all its contents along with the living creatures within it, how much more does He care for humanity?

We often forget that God loves us. When we experience difficulties, behind them is the hand of God holding us and guiding us. Even God Himself said that He cares for the birds in the air and the lilies in the fields (Luke 12:24-28), how much more for us.

Remember, the love of God is eternal and everlasting. He is always there for us, even in our darkest moments. Believe that God provides for us and guides us through life's challenges. Therefore, let us give thanks to God for His steadfast love and the blessings He has bestowed upon us.

WHAT TO DO:
Let us surrender to God who created and sustains the Earth and the universe.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Leviticus 22-23

Card image
Truth Youth 05 Februari 2024 - KASIH PADA SELURUH MAKHLUK
2024-02-05 19:45:54


"Dia yang memberikan roti kepada segala makhluk; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." (Mazmur 136:25)

Bumi dan alam semesta diciptakan Allah dengan sungguh amat baik. Coba perhatikan sekeliling kita: Pemandangan yang indah, bintang-bintang di langit, fenomena-fenomena alam yang terjadi. Kita bisa belajar bahwa Allah memerhatikan segala musim, pergerakan bintang-bintang dan planet-planet, aktivitas seluruh makhluk hidup dari yang paling kecil hingga yang paling besar dengan segala kerumitan yang ada, fenomena-fenomena yang terjadi di dalam bumi kita ini, dan yang terpenting adalah bahwa Allah memelihara semuanya itu dengan kasih.

Mazmur 136:25 mengatakan, “Dia yang memberikan roti kepada segala makhluk; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.” Ini mengingatkan kita akan kasih dan rahmat Allah bagi alam semesta dan segala isinya, khususnya makhluk hidup di dalamnya. Dia memberi makan setiap makhluk dan menopang mereka. Kalau Allah memelihara alam semesta dan segala isinya beserta makhluk yang hidup di dalamnya, apalagi manusia.

Kita seringkali lupa bahwa Allah mengasihi kita. Ketika kita mengalami kesulitan, dibaliknya terdapat tangan Tuhan yang memegang kita dan yang akan menuntun kita. Tuhan saja berfirman bahwa Allah memelihara burung di udara dan bunga bakung di padang (Luk.12:24-28), apalagi kita.

Ingat, bahwa kasih Allah itu kekal dan abadi. Dia selalu ada untuk kita, bahkan dalam saat-saat tergelap kita. Percayalah, bahwa Allah memberi kita dan membimbing kita melewati tantangan hidup. Untuk itu, mari kita bersyukur kepada Allah atas kasih setia-Nya dan berkat yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita.

WHAT TO DO:
Mari berserah kepada Allah yang menciptakan dan memelihara bumi dan alam semesta ini.

BIBLE MARATHON:
▪︎Imamat 22-23

Card image
Renungan Pagi - 05 Februari 2024
2024-02-05 08:09:10


Tuhan berharap hamba-hamba-Nya siap sedia kapan pun Dia datang. Untuk itulah Tuhan membunyikan alarm-Nya melalui firman, supaya kita terjaga. Dengan demikian, berita kebenaran firman mestinya menggugah kita untuk memiliki iman yang hidup, menolak ketidakbenaran dan memiliki hati yang siap melayani. Ini sangat penting mengingat kedatangan-Nya tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

Kita harus waspada, jangan lengah dengan merasa aman dan baik-baik saja, ketika hidup dalam kegelapan dosa. Apalagi bersikap acuh tak acuh, tidak peduli dengan peringatan yang sudah berkali-kali Tuhan berikan melalui firman-Nya. Jangan sampai waktu kedatangan-Nya menjadi saat yang tidak disangkakan, dimana kita berada dalam kondisi tidak siaga menyambut kedatangan-Nya.

"Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri, karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan. Sebab itu baiklah jangan tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar."

Apakah kita masih "bermalas-malasan", menunda waktu untuk bertobat dan memilih "melanjutkan tidur," tetap hidup dalam kegelapan dan tidak segera terjaga? Sadarilah bahwa tanggung jawab kita sebagai anak-anak-Nya adalah selalu siap sedia kapanpun waktunya Tuhan akan datang kembali dan menjemput kita. Menjadikan Tuhan sebagai harta abadi, dan menjadikan kedatangan-Nya sebagai satu-satunya hari yang paling kita nantikan. Karena itu, teruslah terjaga!
(1 Tesalonika 5:4-6)

Card image
Quote Of The Day - 05 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-05 08:06:04


Mestinya tidak ada satu hari pun kita tidak melepaskan beban dan dosa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 05 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-05 08:04:16


Ber-Tuhan yang sesungguhnya adalah interaksi dengan Tuhan setiap saat, menemukan kehendak Allah dan melakukan kehendak-Nya.

Card image
MEDIOCRITY - 05 Februari 2024 (English Version)
2024-02-05 06:30:07


Ultimately, we cannot be half-hearted in following God. We should not dwell in the gray area, in mediocrity- neither hot nor cold, neither light nor dark. This place is considered the most comfortable for many people—especially the religious. Not where they rebel against God but where they also do not love God with all their hearts. People like this will eventually be cast out of God’s presence  because God desires us to love Him with all our hearts, souls, minds, and strength, or not at all.

As Matt 6:24 states, “No one can serve two masters…” Ultimately, we must choose black or white, white or black; there is no other choice. And, of course, we want to choose what is white. We choose what is right; we choose God and His Kingdom. However, what often happens in many people’s lives, including us in the past, is that we postpone fully dedicating our lives to God. Indeed, we do not intend to rebel against God, not meaning to oppose Him, but we also do not fully love Him; this includes a disrespectful attitude towards God.

People like this cannot say, “I worship, praise, and adore You, Lord.” They cannot do it because  those who worship God must make Him the sole purpose of life and the only source of happiness. Our clouded souls often lead our minds to things God does not desire, and our flesh often urges us to do what satisfies it. We must choose. We must make ourselves truly extreme for God until we cannot be otherwise.

The world is already so evil, its pull is so strong, so if we are not in a precise position—namely at the pole opposite to the world’s pole—we can be carried away.  If we are still in the middle, in a state of mediocrity, we will be carried into fellowship with the kingdom of darkness. Therefore, we must escape, separate ourselves earnestly, and want to be opposite the world’s pole. This is a choice. We cannot wait for God to bring us to the polar opposite of the world because we are the ones who must bring ourselves to the pole most contrary to the world. The Holy Spirit will surely help us. But it is impossible if we do not help ourselves or do not have a longing for God. We must arouse our passion and spirit to be at the most extreme pole against the world. 

Before this opportunity disappears, let us escape the gray area and darkness. We want to be in the light of God, which continues to illuminate our lives, leading us to the holiness and purity of God, and He will surely help us. Many good people, churches, and pastors organize ministry activities well, but they are not extreme.  If not genuinely extreme for God, they will not truly live holy, and it is impossible not to love the world; their hearts have already been shared with the world, although not entirely, but that is already a rebellion in the eyes of God.

People like this cannot long for the new heaven and earth because they still enjoy anything that can be enjoyed in this world. We should no longer park our hearts in the world. For the servants of God, we must radiate a solid longing to return to heaven, showing that we are travelers on this earth. So that we can transmit and impart this spirit to the congregation, though this is indeed complex, even impossible. This is because, from childhood, we have been infused with the idea that the pleasures of life are centered on what is visible, and this, indeed, has a lot of influence on our lives.

Therefore, we want to free ourselves from the bonds and the love of the world. We want to direct our hearts entirely to God and His Kingdom, and do not desire the world. It is impossible for us, but not for God. God helps us realize such a life, a life that truly pleases the heart of God. So, let’s change ourselves. Stay away from the world’s pole and step into the most extreme pole opposite to the world.  

IF WE ARE STILL IN THE MIDDLE, IN A STATE OF MEDIOCRITY, WE WILL INDEED BE CARRIED INTO FELLOWSHIP WITH THE KINGDOM OF DARKNESS.

Card image
MEDIOKRITAS - 05 Februari 2024
2024-02-05 06:27:52


Pada akhirnya kita tidak bisa setengah-setengah dalam mengikut Tuhan. Kita tidak boleh ada di wilayah abu-abu, di tempat yang disebut mediokritas; panas tidak dingin tidak, terang tidak gelap juga tidak. Tempat yang untuk banyak orang—khususnya orang beragama—merupakan tempat yang paling nyaman. Di mana mereka memberontak kepada Allah, tidak; tetapi mengasihi Allah dengan segenap hati, juga tidak. Orang-orang seperti ini pada akhirnya akan terlempar dari hadirat Allah. Sebab yang dikehendaki Allah adalah mencintai Dia dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan atau tidak usah sama sekali.

Seperti yang dikatakan dalam Matius 6:24, "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan..." Akhirnya kita harus memilih, hitam atau putih, putih atau hitam, tidak ada pilihan lain. Dan tentu kita mau memilih yang putih. Kita memilih apa yang benar, kita memilih Tuhan dan Kerajaan-Nya. Namun, yang terjadi dalam kehidupan banyak orang, termasuk kita dulu, adalah kita menunda untuk sepenuh-penuhnya menujukan hidup kita bagi Tuhan. Memang kita tidak bermaksud mau memberontak kepada Tuhan, tidak bermaksud mau melawan Tuhan; tetapi kita juga tidak sepenuh-penuhnya mencintai Dia. Ini sebenarnya termasuk sikap tidak hormat kepada Tuhan.

Orang-orang seperti ini tidak bisa berkata, "Aku memuja-Mu, aku memuji-Mu, aku menyembah-Mu, Tuhan." Tidak bisa. Sebab orang yang memuja Tuhan harus menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya tujuan hidup, dan satu-satunya kebahagiaan. Jiwa kita yang sudah keruh sering kali mengarahkan pikiran kita kepada hal-hal yang Tuhan tidak kehendaki, juga daging kita ini sering kali masih mendesak kita untuk melakukan apa yang memuaskan daging. Tetapi kita harus memilih. Kita yang harus membuat diri kita menjadi benar-benar ekstrem terhadap Tuhan, sampai kita tidak bisa tidak ekstrem lagi.

Dunia sudah begitu jahat, tarikannya begitu kuat, maka kalau kita tidak pada posisi yang jelas—yaitu di kutub yang bertentangan dengan kutub dunia—kita bisa terbawa. Kalau kita masih ada di tengah, dalam status mediokritas, kita akan terbawa masuk ke dalam persekutuan dengan kerajaan kegelapan. Karenanya, kita harus melarikan diri, kita harus memisahkan diri dengan sungguh-sungguh, kita mau ada di kutub yang bertentangan dengan kutub dunia. Dan ini adalah pilihan. Tidak bisa kita menantikan Tuhan membawa kita ke kutub puncak yang bertentangan dengan dunia, karena kita sendiri yang harus membawa diri kita ke kutub yang paling bertentangan dengan dunia. Dan Roh Kudus pasti menolong kita. Tetapi kalau kita sendiri tidak menolong diri kita sendiri, kita sudah tidak memiliki kerinduan akan Tuhan, maka tidak bisa. Kita yang harus membangkitkan gairah dan semangat kita untuk berada di kutub paling ujung yang bertentangan dengan dunia.

Sebelum kesempatan ini lenyap atau hilang, mari kita keluar dari keadaan abu-abu, apalagi dalam keadaan gelap. Kita mau ada di tempat terang Tuhan, yang terus menerangi hidup kita, yang memimpin kita kepada kekudusan dan kesucian Allah dan Tuhan pasti menolong kita. Banyak orang dan gereja yang baik-baik, banyak pendeta yang baik-baik, menyelenggarakan kegiatan pelayanan dengan baik-baik, tetapi tidak sungguh-sungguh ekstrem. Kalau tidak sungguh-sungguh ekstrem untuk Tuhan, pasti tidak sungguh-sungguh hidup kudus dan tidak mungkin tidak mencintai dunia, pasti hatinya telah dibagikan kepada dunia, walaupun tidak seluruhnya, tetapi itu sudah satu pemberontakan di mata Allah.

Orang yang seperti ini tidak mungkin merindukan langit baru bumi baru karena masih menikmati apa pun yang bisa dinikmati di bumi ini. Mestinya kita sudah tidak memarkir hati kita di dunia. Bagi hamba-hamba Tuhan mesti harus memancarkan kerinduan yang kuat untuk pulang ke surga. Menunjukkan bahwa kita adalah musafir di bumi ini. Supaya bisa menularkan, bisa mengimpartasikan spirit ini kepada jemaat. Ini memang sukar, bahkan bisa dikatakan mustahil. Karena dari kecil kita telah diinfus ke dalam pikiran kita bahwa kesenangan hidup tertumpu pada apa yang kelihatan. Hal itu pasti banyak pengaruhnya di dalam hidup kita.

Karenanya kita mau melepaskan diri dari ikatan dunia dan percintaan dunia. Kita mau mengarahkan hati kita sepenuhnya kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya. Dan kita serius tidak menginginkan dunia. Ini mustahil bagi kita, tapi tidak mustahil bagi Tuhan. Tuhan menolong kita bagaimana kita mewujudkan kehidupan seperti ini, kehidupan yang sungguh-sungguh menyenangkan hati Allah. Jadi, ayo, kita sendiri yang mengubah diri kita. Jauhi kutub dunia, dan melangkahlah ke kutub paling ekstrem bertentangan dengan dunia.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA MASIH ADA DI TENGAH, DALAM STATUS MEDIOKRITAS, KITA PASTI AKAN TERBAWA MASUK KE DALAM PERSEKUTUAN DENGAN KERAJAAN KEGELAPAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 05 Februari 2024
2024-02-05 06:24:51

Keluaran 19-21

Card image
Truth Kids 04 Februari 2024 -
2024-02-04 07:45:55


Matius 16:16
Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"

Sobat kids, ada seorang tokoh pemberani dalam Alkitab, namanya Simon Petrus yang biasa dipanggil Petrus. Kira-kira dia berani karena apa, ya? Suatu saat setelah Yesus tiba di sebuah tempat, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Mereka pun menjawab, "Ada yang mengatakan Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan Elia, dan ada pula yang mengatakan Yeremia atau salah seorang dari para nabi." Lalu Yesus bertanya lagi kepada mereka, "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"

Wahh, Sobat Kids, betapa beraninya Petrus! Ia mengakui bahwa Yesus adalah Mesias atau Juruselamat, Anak Allah yang hidup. Bagaimana kita bisa memiliki keberanian seperti Petrus? Kita bisa memiliki keberanian itu, asalkan kita hidup di dalam Tuhan Yesus. Petrus mengikuti teladan Tuhan Yesus. Kita pun mau belajar untuk mengikuti teladan Tuhan Yesus. Yuk, kita berani seperti Petrus, mengakui Tuhan Yesus sebagai Juruselamat kita yang hidup.

Card image
Truth Junior 04 Februari 2024 - SIMON PETRUS
2024-02-04 07:41:18


Matius 16:16
Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!”

Siapa yang tidak kenal dengan Simon Petrus? Ia merupakan salah satu dari dua belas murid Tuhan Yesus. Pekerjaan awalnya adalah seorang nelayan (penjala ikan). Tuhan Yesus kemudian mengajak Simon Petrus untuk mengikuti-Nya, menjadi murid-Nya dan “penjala manusia” bagi Kerajaan Allah. Simon Petrus adalah salah satu murid Tuhan Yesus yang sangat bersemangat dan lantang. Simon Petrus juga dikenal sebagai seorang rasul dan pemimpin awal berdirinya gereja. Simon Petrus memiliki karakter yang baik, namun ada juga karakter Simon Petrus yang kurang baik. Meskipun demikian, Tuhan Yesus selalu memberi teladan untuk membentuk karakternya, menjadi seperti yang Tuhan Yesus inginkan.

Nama Simon Petrus ini pun Tuhan Yesus yang memberikan, artinya “batu karang.” Simon Petrus memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi. Dia sering kali menjadi jurubicara dari semua murid Tuhan Yesus. Dan Simon Petruslah yang pertama kali menyatakan bahwa Yesus adalah “Mesias, Anak Allah yang hidup.”

Sobat Junior, kita memang tidak dapat melihat Tuhan Yesus secara langsung seperti yang dialami Petrus. Namun, kita juga adalah murid Tuhan Yesus. Saat kita percaya kepada-Nya, maka kita menjadi murid-Nya juga. Kita mau belajar untuk mengikuti teladan yang Tuhan Yesus sudah contohkan bagi kita semua. Yuk, kita miliki keberanian seperti Petrus yang mengakui bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah Mesias. Satu-satunya Juruselamat yang hidup.

Card image
Truth Youth 04 Februari 2024 - KASIH SETIA ALLAH
2024-02-04 07:14:53


"tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku." (Keluaran 20:6)

Allah kita adalah Allah yang mengasihi semua umat manusia. Allah menunjukkan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang mengasihi-Nya dan mematuhi perintah-perintah-Nya. Kasih-Nya ditunjukkan melalui berbagai hal yang terjadi di dalam hidup kita. Oleh karena itu, kita harus selalu mengasihi Allah dan mematuhi perintah-perintah-Nya agar kita dapat merasakan kasih setia-Nya.

Kita harus memahami bahwa kasih setia Allah tidak terbatas pada waktu atau tempat tertentu. Kasih setia-Nya meliputi seluruh umat manusia, tanpa memandang latar belakang, ras, atau agama. Kasih-Nya juga selalu tepat pada waktunya. Sebagaimana Allah kita adalah Allah yang mengasihi, kita harus selalu mengasihi sesama manusia dan memperlakukan mereka dengan baik, seperti yang dikehendaki dan yang diperintahkan oleh Allah.

Kasih setia Allah juga menunjukkan bahwa Dia selalu ada untuk kita, dalam keadaan apapun. Kita dapat mempercayai bahwa Allah akan selalu membimbing kita dan memberikan kekuatan kepada kita dalam menghadapi segala tantangan hidup. Oleh karena itu, kita harus selalu berserah diri kepada-Nya dan mempercayai serta mematuhi rencana-Nya untuk hidup kita.

Kasih setia Allah juga menunjukkan bahwa Dia selalu memberikan karunia dan berkat kepada kita. Kita dapat memahami bahwa semua yang kita miliki berasal dari Allah, dan kita harus selalu bersyukur atas karunia dan berkat yang telah diberikan kepada kita. Oleh karena itu, kita harus selalu mempergunakan karunia dan berkat tersebut untuk melakukan kebaikan dan memuliakan nama Allah.

Kasih setia Allah juga menunjukkan bahwa Dia selalu memberikan pengampunan kepada kita. Kita dapat memahami bahwa kita semua berdosa dan membutuhkan pengampunan dari Allah. Oleh karena itu, kita harus selalu memohon pengampunan-Nya dan berusaha untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Selain itu, kita juga harus mengampuni orang-rang yang bersalah kepada kita, seperti yang diperintahkan Tuhan Yesus di dalam doa Bapa Kami.

WHAT TO DO:
Miliki kasih di dalam diri kita sebagaimana Allah mengasihi kita, sebagai bentuk kita mematuhi-Nya

BIBLE MARATHON:
▪︎Imamat 19-21

Card image
Renungan Pagi - 04 Februari 2024
2024-02-04 07:11:00


Banyak orang-orang di luar Tuhan berkata, "Orang Kristen itu aneh, karena setiap ibadah di gereja selalu bernyanyi, ada yang sambil bertepuk tangan dan ada juga yang bergoyang-goyang, dalam persekutuan mereka juga selalu bernyanyi". Memang, puji-pujian tidak dapat dipisahkan dari kehidupan orang Kristen, jadi jika ada orang Kristen yang tidak suka memuji Tuhan atau hanya memuji Tuhan saat berada di gereja saja, berarti ia orang Kristen yang 'tidak normal'.

Sebab normalnya orang Kristen pasti suka memuji Tuhan di mana pun dan kapan pun, bahkan Daud memuji-muji Tuhan tujuh kali dalam sehari, "Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil." Jadi Daud memuji Tuhan, bukan hanya karena hidupnya diberkati dan selalu bahagia, tetapi karena keadilan Tuhan dalam setia hukum-hukum-Nya.

Jangan anggap remeh puji-pujian bagi Tuhan itu!, ada kuasa yang mengalir dalam hidup kita, saat memuji Tuhan sebab Ia bersemayam di atas pujian yang dinaikkan oleh umat-Nya, "Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel."

Lalu kapan waktu yang tepat memuji Tuhan? Saat lagi happy, tidak ada masalah, sehat, menerima berkat? Tidak, tetapi memuji Tuhan itu di segala keadaan dan setiap waktu, ketika memuji-muji Tuhan iman kita kembali dibangkitkan; segala kekuatiran dan ketakutan sirna oleh karena hati dan pikiran kita tertuju kepada Tuhan.
(Mazmur 22:4; Mazmur 119:164)

Card image
Quote Of The Day - 04 Februari 2024
2024-02-04 07:07:55


Tidak ada sesuatu lain yang disebut sebagai kebutuhan mutlak, selain mengasihi Dia dengan segenap hidup.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 04 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-04 07:06:12


Kita adalah orang yang dipilih dan kalau kita dipilih, berarti kita ditentukan untuk memiliki kehidupan yang di dalam seluruh tindakan kita presisi, seperti pikiran dan perasaan Allah.

Card image
CORRECTED - 04 Februari 2024 (English Version)
2024-02-04 05:25:34


We are living organisms, living creatures, so not only are our physical selves alive, but our spiritual selves must also become living beings, which God truly desires. However, a person’s Christian life often does not change when living comfortably, when there are no problems, or when everything is fine. This situation often leads to negligence, what people commonly refer to as the “comfort zone.”  It is okay to have possessions and facilities, but the focus should be more than worldly matters.

On the contrary, there are also people whose spiritual lives do not grow due to heavy and continuous problems until they feel disappointed, wondering why God oppresses them. Without realizing it, they may perceive God as being unkind. How is our attitude? Our attitude should be whether we are in a trouble-free state or facing many problems; we must always pay attention to whether we have a growing spiritual life. Are we changing? Indeed, our change should be towards Jesus, a perfect change, day by day, becoming less flawed, sinful, and wrong.

Only the Holy Spirit can help us because we don’t recognize our condition if our thoughts often slip or deviate. However, we can realize our true condition if the Holy Spirit guides us because He helps us and enables us to see our condition. So, how important and absolute it is for us to come to God in prayer every day.

When we pray, God will reveal to us if there are sins, impurities, or habits that God does not want us to do. God will undoubtedly uncover them. He will indeed show, and we must be willing to renew ourselves.  If someone does not pray, their life can’t become cleaner by the standards of God’s holiness. Even those who pray may not easily experience change, especially those who do not pray. Ironically, this happens in the lives of many Christians. They don’t pray; their prayers are only before meals or bedtime, with no specific time to sit quietly at God’s feet.

However, when we sit quietly at God’s feet, we are corrected, and God surely knows what impurities still exist within us, contaminating the new day that He has given. God surely knows and reveals the rotten, bad things that we still do that damage the beautiful day God gives us daily. Therefore, do not let comfort or problem-free circumstances deceive us. Remember, everything will come to an end. Comfortable situations and good conditions are not guaranteed because they will only last for a while. So, when we are in a good and comfortable condition, remember this phrase: “Everything will come to an end.” On the contrary, when we are in difficulty, adversity, almost getting angry and disappointed with God, and perhaps already disappointed, remember: “Do not fight against God, because our suffering will end in due time.”

One precious thing God gives us in this opportunity is that we cannot avoid the new day God gives. We live in the journey of time, and the new day God gives is a gift in which we can accumulate eternal treasures in heaven. So, if we want God to change us daily, our condition should not be the same as yesterday. We should fill the priceless new day with beautiful things, that is, holiness and purity. Our lives become more valuable and precious in the sight of God as more days pass.

Suppose we experience positive changes daily under God’s guidance; that means we can see the greater glory of God. However, this cannot happen to those who do not have the enthusiasm to fill that precious new day with holiness and purity. So, we ask God to touch us daily, to make us renewed individuals. Do not let us drown in the heavy problems we face. Instead, make those heavy problems a means for us to grow and change. Do not also let the pleasures of life lull us because everything will come to an end. May we find the sun that never sets at the end of life.

  WE ARE CORRECTED WHEN WE SIT STILL AT HIS FEET.

Card image
TERKOREKSI - 04 Februari 2024
2024-02-04 05:20:05


Kita adalah organisme yang hidup, makhluk hidup. Artinya, bukan hanya fisik kita yang hidup, tapi manusia batiniah kita pun harus menjadi makhluk yang hidup. Inilah yang sebenarnya Tuhan kehendaki. Namun, seringkali kehidupan kekristenan seseorang itu tidak berubah pada waktu hidup nyaman, waktu tidak ada masalah, waktu semua baik-baik. Di mana keadaan itu menjadikan seseorang lalai. Yang sering orang katakan sebagai “zona nyaman.” Bukan tidak boleh memiliki banyak materi dan fasilitas, namun jangan fokusnya hanya pada perkara-perkara dunia.

Sebaliknya, juga ada orang yang hidup rohaninya tidak bertumbuh karena masalah berat yang bertumpuk-tumpuk dan bertubi-tubi, sampai ia merasa kecewa, mengapa Tuhan memperlakukan dirinya begitu kejam, menurutnya. Bahkan tanpa disadari, ia memandang Tuhan itu jahat. Bagaimana sikap kita? Ini seharusnya sikap kita, baik kita dalam keadaan tidak memiliki persoalan, baik dalam keadaan baik-baik saja, maupun dalam keadaan banyak masalah, kita harus selalu memperhatikan, apakah kita memiliki kehidupan rohani yang bertumbuh? Apakah kita berubah? Tentu perubahan kita haruslah perubahan ke arah Yesus, perubahan yang sempurna; makin hari makin tidak didapati cela cacat, dosa, dan salah.

Dan hanya Roh Kudus yang bisa menolong kita untuk itu. Kalau pikiran kita sendiri sering lolos atau meleset, karena kita tidak mengenali keadaan kita yang sebenarnya. Tetapi, kalau Roh Kudus yang menuntun kita, maka kita bisa mengenali keadaan kita secara benar, keadaan kita yang sebenarnya. Karena Tuhan yang membantu, menolong kita untuk melihat keadaan kita. Jadi, betapa pentingnya dan mutlaknya untuk kita setiap hari datang kepada Tuhan di dalam doa.

Sebab ketika kita berdoa, jika ada dosa, kenajisan, atau kebiasaan-kebiasaan yang Tuhan tidak kehendaki yang masih kita lakukan, Tuhan pasti bongkar. Tuhan pasti bukakan. Tuhan pasti menunjukkan dan kita harus mau memperbaruinya. Jadi, kalau orang tidak berdoa, tidak mungkin hidupnya tambah bersih dalam standar kekudusan Allah. Yang berdoa saja belum tentu hidupnya bersih, jika doa dengan motif yang salah. Yang berdoa saja tidak mudah mengalami perubahan, apalagi yang tidak berdoa, pasti tidak mengalami perubahan sama sekali. Ironis, ini terjadi di dalam kehidupan banyak orang Kristen. Tidak berdoa sama sekali, atau doanya pada waktu mau makan, mau tidur, tetapi tidak ada waktu khusus untuk duduk diam di kaki Tuhan.

Padahal ketika kita duduk diam di kaki Tuhan, kita terkoreksi. Dan Tuhan pasti tahu hal-hal apa yang masih hidup di dalam diri kita yang mengotori hari yang baru yang Tuhan berikan. Tuhan pasti tahu dan menunjukkan kepada kita hal-hal busuk, hal-hal buruk yang masih kita lakukan yang merusak hari indah yang Tuhan berikan kepada kita setiap hari. Maka, jangan sampai karena keadaan senang, tidak ada masalah, kita terlena. Ingat, segala sesuatu akan berakhir. Keadaan nyaman, keadaan baik-baik, bukanlah jaminan, karena tidak akan berlangsung terus. Jadi, ketika kita ada dalam keadaan baik-baik, nyaman, ingat kalimat ini: “Semua akan berakhir.” Sebaliknya, ketika kita ada di dalam kesulitan, kesukaran, yang nyaris marah-marah dan kecewa terhadap Tuhan, dan mungkin sudah kecewa, ingat: “Jangan lawan Tuhan, karena penderitaan kita akan berakhir pada waktunya.”

Jadi, satu hal yang berharga sekali yang Tuhan berikan kepada kita pada kesempatan ini, bahwa hari baru yang Tuhan berikan itu tidak bisa kita hindari. Kita hidup di dalam perjalanan waktu, dan hari baru yang Tuhan berikan adalah anugerah, yang di dalamnya kita bisa mengumpulkan harta di surga, harta abadi. Jadi, setiap hari, kalau kita mau diubahkan Tuhan, keadaan kita tidak sama seperti kemarin. Dan hari baru yang tak ternilai harganya, kita isi dengan hal-hal indah; yaitu kekudusan dan kesucian. Makin hari hidup kita makin bernilai dan berharga di hadapan Tuhan.

Dan kalau setiap hari kita mengalami perubahan yang positif dalam pimpinan Tuhan, itu berarti kita dapat melihat kemuliaan Tuhan yang lebih besar. Hal ini tidak bisa terjadi atas mereka yang tidak memiliki gairah untuk mengisi hari baru yang mahal itu dengan kekudusan dan kesucian. Maka setiap hari, kita minta Tuhan menjamah, menjadikan kita orang-orang yang dibarui. Jadi, jangan tenggelam oleh persoalan-persoalan berat yang kita alami. Tetapi, jadikanlah persoalan-persoalan berat itu sebagai sarana kita untuk bertumbuh dan berubah. Jangan terlena oleh kesenangan-kesenangan hidup, karena semua akan berakhir. Tapi kiranya di ujung akhir hidup nanti, kita menemukan matahari yang tidak pernah terbenam.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KETIKA KITA DUDUK DIAM DI KAKI TUHAN, KITA TERKOREKSI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 04 Februari 2024
2024-02-04 05:17:16

Keluaran 16-18

Card image
Truth Kids 03 Februari 2024 - BERANI TAK DISUKAI
2024-02-03 09:22:14


Yohanes 3:18
"Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah."

Berni, seorang perempuan kecil yang selalu rajin beribadah ke Sekolah Minggu. Berni tidak pernah absen untuk datang Sekolah Minggu. Ia senang mendengarkan firman Tuhan. Di rumah pun Berni minta papa dan mama untuk membacakan Alkitab setiap malam dan berdoa bersama.

Minggu ini Berni mendengarkan cerita tentang seorang tokoh yang bernama Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis adalah tokoh yang menyatakan kebenaran meskipun ia tidak disukai. Berni senang sekali dan mau menjadi seperti Yohanes Pembaptis.

Esok harinya saat sekolah, ia senang bertemu dengan teman-temannya. Pada jam makan siang, Berni melihat Rona dan teman yang lain menyembunyikan kotak makan Sisil. Sisil menangis karena kehilangan kotak makannya. Melihat hal itu, Berni teringat Yohanes Pembaptis yang menyatakan kebenaran. Berni pun mengambil kotak makan yang disembunyikan lalu memberikannya pada Sisil. "Makasih banyak Berni, sudah menemukan kotak makanku," ujar Sisil. "Iya, sama-sama, Sisil. Tadi Rona dan teman lain menyembunyikannya," ucap Berni.

Sobat Kids, anak-anak Allah harus bisa menyatakan kebenaran seperti Yohanes Pembaptis atau seperti teman kita, Berni.

Card image
Truth Junior 03 Februari 2024 - YOHANES PEMBAPTIS
2024-02-03 09:11:11


Yohanes 3:18
“Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.”

Saat membaca judul renungan hari ini, apakah Sobat Junior tahu siapa dia? Yohanes Pembaptis memiliki ayah bernama Zakharia dan ibu bernama Elisabet. Elisabet adalah saudara dari Maria, ibu Yesus. Elisabet juga menerima mukjizat dari Tuhan karena seharusnya Elisabet tidak dapat mempunyai anak sebab dia mandul (tidak dapat mempunyai anak), tertulis dalam kitab Lukas 1:36 “Dan sesungguhnya, Elisabet sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu.”

Ayahnya, Zakharia, yang sempat tidak percaya, dibuat bisu, tidak dapat berbicara. Putra Elisabet pun lahir. Teman-teman dan keluarganya bahagia. Mereka mengira bahwa bayi itu hendak diberi nama yang sama dengan ayahnya, Zakharia. Namun, Elisabet mengatakan bahwa namanya haruslah Yohanes. Semua orang terkejut. Orang-orang bertanya kepada Zakharia siapa nama bayi itu. Zakharia masih tidak dapat berbicara, jadi dia menulis, “Namanya Yohanes.” Kemudian Zakharia dapat berbicara lagi dan dia pun memuji Allah.

Yohanes tumbuh menjadi seorang nabi besar. Hidup Yohanes sangat sederhana, di daerah bukit-bukit Yudea. Alkitab juga menuliskan bahwa Yohanes mengenakan baju yang terbuat dari bulu unta dan berikatpinggangkan sabuk kulit. Makanan sehari-harinya juga sederhana: polong-polongan dan madu (Mat. 3:4). Yohanes hidup sederhana karena ia hanya fokus kepada pekerjaan yang dikhususkan baginya.

Saat itu tidak mudah bagi orang-orang untuk menerima Yohanes yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Tetapi Yohanes Pembaptis menyerukan kebenaran walaupun orang lain tidak menyukainya. Ia tetap mengajak orang-orang bertobat dari jalan mereka yang salah.

Card image
Truth Youth 03 Februari 2024 - THINK FIRST BEFORE YOU ACT
2024-02-03 09:06:30


"For he gives his sunlight to both the evil and the good, and he sends rain on the just and the unjust alike." (Matthew 5:45)

Recently, we've been witnessing ongoing reports about the ceasefire conditions between Israel and Palestine, particularly in Gaza. As a result, there has been a debate on social media about which product brands are considered pro-Israel or not. In social media discussions on this topic, we often come across many comments from netizens condemning certain products, even calling for boycotts against them. It's not uncommon to find comments urging others (often provocatively) to join in the boycott. Conversely, there are also opposing comments where other netizens try to educate against such actions, pointing out that it could harm others who work for the company in question. Unfortunately, these opposing voices often end up being bullied in the comments section.

Sometimes, as children of God, we need to approach various situations wisely. In the midst of heated or uncomfortable conditions, we should still choose to behave in a manner that reflects our identity as children of God. We should maintain a sense of calm.

Matthew 5:45 states that as children of the Father in Heaven, we should provide sunlight to both the good and the evil and send rain to the righteous and the unrighteous. This means that even in uncomfortable situations, we need to respond calmly. When we feel disappointed, hurt, angry, or sad, it doesn't mean we should always remain silent. We can argue, but let's consider expressing ourselves wisely.

We can convey our thoughts positively to avoid causing new problems for others. Additionally, we need to discern which matters are worth commenting on and which are not. By doing so, we continue to reflect the character of Christ in our daily lives. Remember that everyone's actions or behavior have underlying reasons, so we should refrain from rushing to judgment.

WHAT TO DO:
1. Sort and choose which issues are essential for us to respond to or comment on wisely.
2. Use positive communication when expressing arguments or opinions to others.
3. Train ourselves to always think before acting.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Leviticus 16-18

Card image
Truth Youth 03 Februari 2024 - THINK FIRST BEFORE YOU ACT
2024-02-03 09:04:41


“Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.” (Matius 5:45)

Baru-baru ini kita mengetahui tentang pemberitaan yang belum berakhir tentang kondisi gencatan senjata antara Israel dan Palestina, khususnya Gaza. Akibatnya, ada perbedaan pendapat yang muncul terhadap merek-merek produk mana yang dianggap pro-Israel atau tidak, di berbagai sosial media. Di dalam sosial media yang membahas hal tersebut, seringkali kita menemukan banyak komentar-komentar netizen yang mengutuki produk tertentu hingga memboikot untuk tidak membeli atau menggunakannya. Tidak jarang juga di dalam komentar itu terdapat isi yang mengajak orang lain (cenderung memprovokasi) untuk ikut memboikot bersama. Seringkali juga ditemukan komentar lain yang kontra terhadap aksi tersebut, dimana netizen lain mencoba mengedukasi agar aksi tersebut tidak perlu dilakukan, karena akan merugikan sesama lain yang bekerja di perusahaan produk yang bersangkutan. Namun berakhir dengan, orang yang kontra tersebut di-bully di kolom komentar sosial media tersebut.

Kadangkala sebagai anak Allah, kita perlu menyikapi berbagai keadaan secara bijaksana. Di tengah kondisi yang “panas” atau tidak nyaman buat kita, kita tetap harus memilih untuk bersikap yang menunjukkan bahwa kita anak Allah. Tetap memberikan rasa “adem”.

Matius 5:45 menyatakan bahwa sebagai anak Bapa di Sorga, kita perlu menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan baik serta menurunkan hujan bagi orang benar dan tidak benar. Artinya dalam keadaan yang tidak nyaman sekalipun, kita perlu menyikapinya dengan tenang. Ketika kita merasa kecewa, sakit hati, marah, sedih, bukan berarti kita harus selalu diam. Kita boleh saja berargumen, namun pikirkanlah cara mengekspresikannya dengan bijaksana.

Kita dapat menyampaikan secara positif supaya tidak menimbulkan masalah baru bagi orang lain. Selain itu kita perlu memilah hal-hal mana saja yang perlu kita komentari dan yang tidak. Dengan demikian kita tetap memancarkan karakter Kristus dalam kehidupan kita sehari-hari. Pikirkanlah bahwa segala sesuatu yang dilakukan orang lain atau perilaku orang lain pasti ada latar belakang yang melandasi sehingga kita juga tidak lekas menghakimi.

WHAT TO DO:
1. Pilah dan pilih mana hal yang esensial untuk kita tanggapi atau komentari dengan bijaksana.
2. Gunakan komunikasi yang positif ketika kita hendak menyampaikan argumen atau pendapat kepada orang lain.
3. Latihlah diri kita untuk selalu berpikir dahulu sebelum bertindak.

BIBLE MARATHON:
▪︎Imamat 16-18

Card image
Renungan Pagi - 03 Februari 2024
2024-02-03 08:11:02


Dahsyatnya kuasa puji-pujian itu telah dirasakan dan dialami oleh Paulus dan Silas, saat mereka dijebloskan dalam penjara karena memberitakan Injil. "Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka. Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua."

Meskipun sedang menderita dan dalam ujian yang berat Paulus dan Silas tetap tegar bahkan masih dapat memuji-muji Tuhan, dan ketika mereka menaikkan puji-pujian, Tuhan hadir dan kuasa-Nya melawat mereka dalam penjara. Perkara besar-pun terjadi; Gempa bumi yang hebat, sendi-sendi penjara goyah, pintu terbuka dan belenggu terlepaskan.

Saat ini, apa yang sedang membelenggu kita; sakit-penyakit, kegagalan, kemiskinan, ketakutan, kepahitan? Dan masih banyak ikatan belenggu lainnya. Angkatlah suara kita dan pujilah Tuhan!. Ada kuasa yang memerdekakan dan memulihkan saat kita memuji-muji Tuhan, dan akan merasakan tangan-Nya terulur bagi kita!

(Kisah Para Rasul 16:25-26)

Card image
Quote Of The Day - 03 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-03 08:06:43


Karena begitu dahsyatnya kekekalan, maka persiapan untuk kekekalan harus dari detik ke detik.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 03 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-03 06:53:50


Ketika kita sudah menghayati bahwa kita sudah mati dari manusia lama, dan Kristus yang hidup di dalam kita, maka kita pasti tidak tertarik lagi dengan dunia, sebab kita hanya memikirkan hal Kerajaan Surga.

Card image
NEW DAY - 03 Februari 2024 (English Version)
2024-02-03 06:51:00


We are on a journey through time, day by day; the pages of our lives continue to change to be renewed—similarly, week by week, month by month, and year by year. We cannot deny or refuse it. We cannot say, “I don’t want a new day.” We cannot reject or deny, “I don’t want a new week, a new month, or a new year,” because we have entered a strict journey of time, an absolute journey of time, meaning, willingly or not, we must enter that journey of time. The question is, does the new day’s sheet of life that God always gives also contain new paintings, or do we let old paintings continue to be depicted?

Old paintings refer to our old habits, our old way of life. For example, if angry, one speaks harshly, even mentioning certain types of animals. They remain the same in the new day. Suppose the habit is dishonesty, stealing, disrespecting parents, adultery, and other sins. In that case, though a new day, still with old content, and this is what happens in many people’s lives, and they don’t care about it. How terrifying that is, and we often do the same unwittingly.

God gives a new day, but we do not fill it with something new; instead, our old way of life and habits continue to fill our new day, which indeed grieves God’s heart.  God gives a new day so that we fill it with a new and continuous way of life. The new day is filled with new content, which is undoubtedly better and more positive. So, in the end, our condition becomes more beautiful and better. Don’t stay the same. Today must not be the same as yesterday. People who don’t change cannot enter the new heaven and earth. Frankly, without realizing it, we also often do the same.

We are given a new day, which is very valuable. We should fill it with a new way of life; however, if we do not appreciate the gift of time that God has given us by living recklessly, preserving the desires of our flesh and our lusts; as a result, we tarnish the precious new day with the wrong and lousy content, which hurts God’s heart. Many people are like that; we often do the same without realizing it. But today, God speaks to us. God informs us how valuable and precious the new day He gives is.

The Word of God says, “Who of you, by worrying, can add a single hour to his life?” Let alone more than that. So, the time God gives is a gift.  Only God can provide it; if the gift is from God, it is valuable, precious, and extraordinary. In other words, the new day is valuable and priceless, so it must be filled with holiness, purity, everything that does not hurt the heart of God, and everything that pleases the heart of God. So, if we often lie, don’t lie anymore; if we talk a lot, don’t talk a lot anymore; if we hold grudges of hatred, don’t preserve those grudges and hatred; if we live in gambling, don’t do that anymore; if we don’t respect our parents, let’s start respecting them; if we live in adultery, don’t do it anymore; if we like to fight, or argue, let’s learn to yield, learn to be silent.

Thus, we fill the precious and invaluable new day with beautiful behaviors and actions as God desires. Eph.4: 22-25 writes, “You were taught, with regard to your former way of life, to put off your old self, which is being corrupted by its deceitful desires; to be made new in the attitude of your minds; and to put on the new self, created to be like God in true righteousness and holiness. Therefore, each of you must put off falsehood and speak truthfully to your neighbor, for we are all members of one body.” 

We should cast away falsehood, hatred, grudges, adultery, and dishonesty and fill our days with a beautiful life according to God’s will. Let us pray that God makes something new in our lives- not just once a year, in a spiritual revival service, or at specific events, but every day.  Therefore, we must not stop changing and growing.  

GOD GIVES A NEW DAY SO THAT WE FILL IT WITH A NEW WAY OF LIFE.

Card image
HARI BARU - 03 Februari 2024
2024-02-03 04:52:39


Kita ada dalam perjalanan waktu, hari demi hari, lembar hidup kita terus berubah, dibarui. Demikian pula, minggu ke minggu, bulan ke bulan, juga tahun ke tahun. Kita tidak bisa menyangkal, tidak bisa menolak. Kita tidak bisa berkata, “Saya tidak mau hari yang baru.” Kita tidak bisa menolak atau menyangkal, “Aku tidak mau minggu yang baru, bulan yang baru, atau tahun yang baru.” Karena kita sudah masuk dalam perjalanan waktu yang ketat, perjalanan waktu yang absolut. Artinya, mau tidak mau, kita harus masuk dalam perjalanan waktu tersebut. Yang menjadi persoalan, apakah lembar hari hidup yang selalu baru yang Tuhan berikan itu juga berisi lukisan baru, atau kita biarkan lukisan-lukisan lama masih tetap tergambar di atasnya?

Lukisan-lukisan lama maksudnya adalah kebiasaan-kebiasaan kita yang lama, cara hidup kita yang lama. Misalnya: kalau sedang marah, ia mengucapkan kata-kata kasar, bahkan menyebut jenis-jenis binatang tertentu. Dan ternyata di hari yang baru, tetap sama isinya. Kalau kebiasaan tidak jujur, mencuri, tidak menghormati orang tua, berzina, dan berbagai dosa-dosa lain, hari baru tetapi isinya lama. Ini yang terjadi dalam kehidupan banyak orang, dan orang tidak peduli hal tersebut. Betapa mengerikannya itu. Tanpa sadar, kita juga sering melakukan hal tersebut.

Tuhan memberi hari yang baru, tetapi kita tidak mengisinya dengan sesuatu yang baru; sebaliknya, cara hidup, kebiasaan lama yang tetap mengisi hari hidup kita yang baru itu. Hal ini pasti mendukakan hati Tuhan. Sebab Tuhan memberi hari yang baru supaya kita mengisinya dengan cara hidup yang baru, terus berkelanjutan. Hari baru diisi dengan isi yang baru, yang tentu lebih baik, lebih positif. Sehingga pada akhirnya, keadaan kita makin indah, makin baik. Jangan tetap sama. Kemarin isinya apa? Hari ini isinya juga tetap sama. Orang-orang seperti ini tidak akan beroleh kesempatan masuk langit baru, bumi baru. Terus terang, kita tanpa sadar masih mengisi hari baru kita dengan cara hidup yang tidak baru.

Kita diberi hari yang baru, yang sebenarnya tak ternilai harganya, mahal sekali. Mestinya, di hari yang baru, kita mengisinya dengan isi hidup yang baru. Tetapi kita tidak menghargai anugerah waktu yang Tuhan berikan tersebut dengan hidup sembarangan, melestarikan keinginan-keinginan daging kita, nafsu-nafsu kita. Sehingga hari baru yang begitu berharga kita kotori dengan isi yang salah, dengan konten yang salah dan buruk, dan itu menyakitkan hati Tuhan. Banyak orang demikian, tanpa sadar kita pun juga ternyata sering melakukan hal yang sama. Tetapi hari ini Tuhan berbicara kepada kita. Tuhan memberitahukan kepada kita betapa berharga, betapa mahal, hari yang baru yang Tuhan berikan.

Firman Tuhan mengatakan, "Sehasta saja kamu tidak bisa menambahkan umur hidupmu.” Apalagi 1 mil, kita tidak sanggup. Jadi waktu yang Tuhan berikan itu anugerah. Hanya Tuhan yang bisa memberikan, dan kalau pemberian itu dari Tuhan, pasti berharga, pasti mahal dan pasti luar biasa. Artinya, hari yang baru itu mahal, tak ternilai, maka harus diisi dengan kekudusan, kesucian, segala hal yang tidak melukai hati Tuhan; segala hal yang menyenangkan hati Allah. Maka, yang sering bohong, jangan bohong lagi; yang suka berdusta, jangan berdusta lagi; yang banyak bicara, jangan banyak bicara lagi; yang menyimpan dendam, kebencian, jangan lestarikan dendam dan kebencian tersebut; yang hidup dalam perjudian, jangan lakukan itu lagi; yang tidak menghormati orang tua, ayo kita mulai menghormati orang tua; yang hidup dalam perzinaan, jangan lagi hidup dalam perzinaan; yang suka bertengkar, suka ribut, ayo kita belajar mengalah, belajar diam.

Dengan demikian, hari baru yang mahal, yang tak ternilai, kita isi dengan perilaku dan perbuatan-perbuatan yang indah, ini yang Tuhan kehendaki. Di dalam Efesus 4 tertulis, “Yaitu bahwa kamu berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu harus menanggalkan manusia lama yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan. Supaya kamu dibaharui dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Karena itu, buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota, ...“

Kita yang membuang dusta, kebencian, dendam, perzinaan, ketidakjujuran, dan kita isi hari kita dengan kehidupan yang indah, yang sesuai dengan kehendak Allah. Menjadi doa kita, kiranya Tuhan membuat sesuatu yang baru dalam hidup kita. Bukan hanya satu tahun, satu kali di kebaktian kebangunan rohani, atau di acara-acara tertentu, tetapi setiap hari. Maka kita tidak boleh berhenti berubah dan tidak boleh berhenti bertumbuh.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN MEMBERI HARI YANG BARU SUPAYA KITA MENGISINYA DENGAN CARA HIDUP YANG BARU.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 Februari 2024
2024-02-03 04:47:04

Keluaran 13-15

Card image
Truth Kids 02 Februari 2024 - RENCANA ALLAH ITU BAIK
2024-02-02 08:09:03


Lukas 1:38
Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.

Suatu saat, malaikat Gabriel mendapat perintah dari Allah untuk pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret. Maria terkejut saat ia mendengar salam dari malaikat tersebut. Maria menjadi takut atas tugas yang dipercayakan kepadanya. Maria akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki yang harus diberi nama Yesus. Maria bisa saja menolak tugas yang disampaikan malaikat Gabriel tersebut. Namun, Maria memilih taat.

Kata Maria, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.

Sobat Kids, Maria tidak melakukan hal yang melukai perasaan Bapa di surga. Maria menjalankan perintah yang Bapa sampaikan melalui malaikat-Nya. Maria adalah orang yang taat. Maria yakin dan percaya bahwa kehendak Bapa adalah yang terbaik baginya.

Sobat Kids, hal yang bisa kita pelajari bersama adalah:
1. Apa pun keadaan kita, Bapa di surga selalu memiliki rencana yang indah bagi kita.
2. Hidup taat dan dengar-dengaran kepada Bapa di surga membuat kita menjadi anak yang lebih baik.
3. Tetap percaya pada kehendak Bapa atas hidup kita.

Card image
Truth Junior 02 Februari 2024 - MARIA, IBU YESUS
2024-02-02 08:05:43


Lukas 1:38
Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.

Kemarin kita belajar teladan Tuhan Yesus. Hari ini kita mau belajar dari Maria, ibunya Yesus. Suatu ketika, malaikat Gabriel datang kepada Maria. Maria kaget pastinya. Tetapi malaikat itu menyampaikan, “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah” (Luk.1:30). Dan malaikat itu menyampaikan bahwa sesungguhnya Maria akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, hendaknya Anak itu diberi nama “Yesus.” Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah yang Maha Tinggi. Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya tahta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi Raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya. Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.

Lalu kata Maria kepada malaikat itu, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Maha Tinggi akan menaungi engkau, sebab itu anak yang kau lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah” (Luk. 1:31-35).

Lalu Maria menjawab, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia (Lukas1:38).

Sobat Junior dapat membaca kembali kisah seru dari Maria, ibu Yesus, di dalam kitab Lukas, ya... Lalu apa yang dapat Sobat Junior pelajari dari kisah Maria, ibu Yesus?

Maria memiliki sikap hati yang taat, Sobat Junior. Saat itu Maria pasti bingung karena tiba-tiba, dan tidak mudah bagi Maria untuk menjalani semuanya. Meskipun Maria tidak mengerti seluruh rencana Allah, ia tetap taat kepada rencana-Nya dan percaya bahwa rencana Allah itu baik. Sobat Junior, kita harus percaya bahwa apa yang sudah dirancangkan Tuhan, semua pasti akan baik pada akhirnya. Walaupun tidak mudah untuk kita jalani, kembali kita ingat teladan Maria, ibu Yesus, yang tetap taat dan percaya bahwa dalam Tuhan, semuanya akan baik.

Card image
Truth Youth 02 Februari 2024 (English Version) - DON'T JUDGE A BOOK BY ITS COVER
2024-02-02 08:03:42


"For God did not send his Son into the world to condemn the world, but to save the world through him." (John 3:17)

As we stroll through a bookstore, we typically navigate every aisle and search for books that interest us to read (perhaps even purchase). In the process of searching, we often show interest in a book based on its title on the cover or how attractive the design of the book cover is. It's not uncommon for us to buy reading material solely based on the cover or title of the cover for funny or good reasons without reading its synopsis. But it's also not uncommon for us to put the book back because the cover or title isn't appealing enough. However, the depth and attractiveness of the book's content do not always correlate with its cover.

John 3:17 invites us to realize that we are in this world not to judge the world with all its contents. Instead, our presence should bring peace so that we can save this world together with Him who sent us. We are only instruments as an extension of God's hand and should fulfill our duty to love others.

In this reflection, we need to understand the life we live. "FULL OF CHALLENGES." These two words always depict our lives in this world. Life is full of various challenges, one of which is in our relationships with others. The best of our relationships with others cannot exist without challenges. Challenges often arise from how we view and treat others. Before words come out of our mouths, we often judge others through our perspective. Starting from there, we develop negative thoughts and ultimately exhibit behavior that is unpleasant to others. Then the impact is, our relationships become damaged, and this is what we call creating a new sin due to our mistaken viewpoint. Let us correct this mistaken viewpoint of ours about others and begin to habituate ourselves to build a positive perspective towards others. Thus, we can become agents of Christ's transformation in this world.

WHAT TO DO:
1. We need to realize that our presence in this world is to be agents of change for those around us.
2. Reflect on how we have been viewing others all this time. Strive to find positive aspects of those who interact with us.
3. Remember that judgment is not our role. Our role is to bring peace to others.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Leviticus 14-15

Card image
Truth Youth 01 Februari 2024 - DON'T JUDGE A BOOK BY ITS COVER
2024-02-02 07:56:45


“Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.” (Yohanes 3:17)

Saat kita berjalan-jalan di sebuah toko buku, kita biasa menyusuri setiap lorong dan mencari buku yang menarik untuk kita baca (mungkin juga kita beli). Dalam proses pencarian, biasanya kita akan menunjukkan ketertarikan terhadap suatu buku berdasarkan judul pada sampul buku itu atau seberapa menarik desain dari sampul buku tersebut. Tidak jarang dari kita yang bisa membeli buku bacaan hanya dari sampul atau judul sampulnya karena alasan lucu atau bagus tanpa membaca detil sinopsisnya. Tapi tidak jarang juga kita meletakkan kembali buku tersebut karena sampul atau judulnya kurang menarik. Padahal kedalaman isi dan menariknya isi buku tidak selalu berbanding lurus dengan sampulnya.

Yohanes 3:17 mengajak kita untuk menyadari bahwa kita ada di dunia ini bukan untuk menghakimi dunia dengan segala isinya. Tapi justru seharusnya kehadiran kita mendatangkan kedamaian sehingga kita bisa menyelamatkan dunia ini bersama-sama dengan Dia yang mengutus kita. Kita hanya alat untuk perpanjangan tangan Tuhan dan hendaknya menjalankan kewajiban kita untuk mengasihi sesama.

Dalam renungan ini, kita perlu memahami kehidupan yang kita jalani. “PENUH TANTANGAN”. Dua kata itu yang selalu menggambarkan kehidupan kita di dunia ini. Kehidupan yang penuh dengan berbagai tantangan, salah satunya dalam relasi kita dengan sesama. Sebaik-baiknya relasi kita dengan orang lain, tidak mungkin tanpa tantangan. Tantangan yang muncul seringkali dari bagaimana kita memandang dan memperlakukan sesama kita. Sebelum kata-kata keluar dari mulut kita, seringkali kita sudah menghakimi orang lain melalui sudut pandang kita. Dimulai dari hal itu, lalu berkembang kita memiliki pikiran negatif dan pada akhirnya kita memunculkan perilaku yang kurang menyenangkan orang lain. Setelah itu dampaknya, relasi kita menjadi rusak dan inilah yang dinamakan kita menciptakan sebuah dosa baru akibat sudut pandang kita yang keliru. Mari kita memperbaiki ini, sudut pandang kita yang keliru tentang orang lain dan memulai membiasakan diri untuk membangun sudut pandang yang positif terhadap orang lain. Dengan demikian kita dapat menjadi agen transformasinya Kristus dalam dunia ini.

WHAT TO DO:
1. Kita perlu menyadari bahwa kehadiran kita di dunia ini menjadi agen perubahan bagi orang di sekitar kita.
2. Renungkanlah bagaimana kita selama ini memandang orang lain. Berusahalah untuk menemukan hal-hal positif dari orang lain yang berinteraksi dengan kita.
3. Ingat bahwa penghakiman bukanlah bagian kita. Bagian kita adalah mendatangkan damai bagi sesama.

BIBLE MARATHON:
▪︎Imamat 14-15

Card image
Renungan Pagi - 02 Februari 2024
2024-02-02 06:41:51


Hari ini kita perlu belajar dari seorang wanita Kanaan yang anaknya sedang kerasukan setan, Ibu ini berhasil 'mengetuk pintu' hati Yesus dan beroleh belas kasihan dari-Nya sehingga anaknya disembuhkan. Untuk menghampiri Yesus, dan menerima pertolongan, ibu ini harus menghadapi tantangan yang sangat berat, namun hal itu tidak membuatnya putus asa dan menyerah begitu saja.

Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru; "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita." Murid-murid Yesus merasa terganggu dengan teriakan wanita itu dan berniat mengusirnya. Sebenarnya wanita Kanaan ini punya alasan untuk kecewa dan undur, apalagi mendengar perkataan kasar Tuhan Yesus kepadanya; Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Artinya dia disamakan dengan binatang, tetapi dia tidak peduli, imannya tidak menjadi lemah dan sama sekali tidak terpengaruh keadaan dan situasi yang ada; wanita ini tetap percaya bahwa Yesus berkuasa melakukan segala sesuatu, dan karena ketekunannya ia beroleh jawaban.

Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya; "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kau kehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh. Jadi jangan pernah menyerah dalam kepercayaan kita kepada Tuhan, meskipun seringkali jawaban doa tidak seperti yang kita harapkan, tetap percaya Tuhan akan menjawab doa kita tepat pada waktunya.
(Matius 15:22,26,28)

Card image
Quote Of The Day - 02 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-02 06:37:48


Kekristenan harus fokus pada penyempurnaan pribadi terlebih dahulu.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 02 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-02 06:36:09


Tidak ada yang bisa menjamin kita apa pun di bumi ini kecuali Tuhan. Hanya Tuhan Yesus yang bisa menjanjikan keselamatan kekal bagi kita manusia.

Card image
TILL DEATH - 02 Februari 2024 (English Version)
2024-02-02 06:31:47


Paul said, “If I were asked to choose between life and death, I would choose to be with the Lord.” Paul knew surely about his salvation, not speculation, a gamble, or a “hopefully accepted in the sight of the Lord,” no. Everything has its order. There is certainty if we follow that order. Phil.2:12 says, “Work out your salvation with fear and trembling.” It means  we must respond to the salvation the Lord gives to enter into the experience of God’s process over us, within and through the Holy Spirit, which is extraordinary.

Theologians, in particular, have the potential to get stuck, stagnant, and stop evolving because they already know, possess sufficient theological knowledge, hold positions in the church, and receive legitimacy from the congregation as a pastor, a representative of God, a good person, a spiritual leader. They forget that they should not stop changing. Change stops when we close our eyes.  We must not stop changing until we close our eyes. It is not an exaggeration if we always think about this because if we delay, it means we fall into the snare of the devil.

The problem is that many people think there is always time to change and repent. In fact, in the journey of life, when the opportunities that the Lord gives are not used, a person’s heart hardens until they cannot repent. If they do not learn to meet the Lord in prayer and concrete encounters, they cannot believe. Until the end of life, they can no longer try to seek and reach for God. So now, if we can still say, “I believe in God,” He still allows us to experience Him through prayer and the daily experiences of life.

He accompanies us to protect and guard us, as a Father who educates us or a Teacher who teaches. We will marvel at God’s wisdom that transforms us through various events. New Christians praise God for His power, miracles, answering prayers, healing sickness, and restoring the economy, while mature Christians begin to see God’s wisdom shaping them.

As the relationship between husband and wife should grow in love and gratitude every day, what a husband does for his wife or what a wife does for her husband makes them say, “You are extraordinary.” However, marriage increasingly sees its flaws and becomes more painful since the world is broken. When someone knows God, though their love is burning, it doesn’t make them admire Him. Ideally, their love will mature over days, months, and years when they see the wisdom of God leading them to the realization of salvation.  Salvation becomes so attractive and valuable over time because we experience the presence of God perfecting our character.

But honestly, among the many who claim to believe, only a few genuinely intend to go to the new heaven and earth. If they have to die, so be it, but they don’t have a longing to reach the new heaven and a new earth. Why? Because they don’t understand how precious salvation is. We must work out our salvation with fear and trembling; that verse comes after the one above: “Let each of you look not only to his interests but also to the interests of others.” So, working out salvation is an effort to have the mind and feelings of Christ or an attempt to have the lifestyle applied by Jesus: doing the will of the Father.

And in the process of becoming like Jesus—having the mind and feelings of Christ—we admire how God processes us, and that’s why our life becomes interesting.  *True Christians must experience how the shaping process takes place in their lives.* So, do not stop changing. Pastors, especially, must not be satisfied with what has been achieved. Examine whether our behavior is already similar to Jesus. We should increasingly see the beauty of God because He wants us to have purity and holiness like Jesus. We marvel at the wisdom of God that guides us.

All our hopes must be placed in the future, not here. We will surely betray the Lord if we hope for something else to make us happy and valuable. May the Holy Spirit help us to ignite our desire, longing, and thirst to live in the Father’s House. The world is not our home, and Jesus said, “You are not of this world.” Until we say, “You alone I need, nothing else. I need You more than my breath and blood; You are more precious than my life.” Not just words but must be lived earnestly.  

WE MUST NOT STOP CHANGING UNTIL WE CLOSE OUR EYES.

Card image
SAMPAI MENUTUP MATA - 02 Februari 2024
2024-02-02 06:28:12


Paulus berkata, “Kalau aku disuruh memilih hidup atau mati, aku pilih bersama Tuhan.” Sebab Paulus tahu pasti keselamatannya, bukan spekulasi, bukan untung-untungan, bukan “mudah-mudahan diterima di sisi Tuhan,” bukan. Semua ada tatanannya. Dan kalau kita mengikuti tatanan itu, maka ada kepastian. Filipi 2:12 mengatakan, “Kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar.” Artinya, kita harus merespons keselamatan yang Tuhan berikan untuk memasuki pengalaman penggarapan Tuhan atas diri kita, di dalam dan melalui Roh Kudus. Dan itu luar biasa.

Para teolog khususnya, punya potensi untuk stuck, stagnan, berhenti, karena sudah punya pengetahuan, sudah memiliki pengetahuan teologi yang cukup, punya posisi di dalam gereja, mendapatkan legitimasi dari jemaat bahwa ini pendeta; wakil Tuhan, orang baik, rohaniwan. Mereka lupa bahwa mereka tidak boleh berhenti berubah. Perubahan berhenti waktu kita menutup mata. Kita tidak boleh berhenti berubah sampai kita menutup mata. Bukan berlebihan kalau kita selalu memikirkan hal ini, karena kalau kita menunda, berarti kita terjebak siasat setan.

Masalahnya, banyak orang berpikir bahwa selalu ada waktu untuk berubah, selalu ada waktu untuk bertobat. Faktanya, dalam perjalanan hidup, ketika kesempatan demi kesempatan yang Tuhan berikan tidak digunakan, maka hati seseorang mengeras, sampai dia tidak bisa bertobat. Bahkan kalau ia tidak belajar menjumpai Tuhan dalam doa dan perjumpaan konkret, ia tidak akan sanggup percaya. Hingga nanti di ujung maut, ia mencoba untuk mencari, meraih-raih Tuhan, ia tidak mampu. Sekarang kita masih bisa berkata, “Aku percaya Tuhan.” Tuhan masih beri kesempatan untuk kita memiliki pengalaman dengan Tuhan melalui doa, pengalaman hidup setiap hari.

Dia menyertai bukan hanya karena mau melindungi dan menjaga kita, namun Dia Bapa yang mendidik, Dia Guru yang mengajar. Dan kita kagum terhadap hikmat kebijaksanaan Allah yang mengubah kita lewat berbagai peristiwa. Kalau orang Kristen baru, mereka memuji Tuhan karena kuasa-Nya, keajaiban-Nya, mengabulkan permintaan, menyembuhkan sakit, memulihkan ekonomi. Tapi Kristen yang dewasa, mulai melihat kebijaksanaan Allah yang membentuk kita.

Sebagaimana hubungan suami istri mestinya semakin hari akan saling lebih mencintai, lebih berterima kasih. Apa yang dilakukan suami terhadap istri, atau yang dilakukan istri terhadap suami membuat dia berkata, “Kamu luar biasa. Kamu luar biasa.” Tetapi karena dunia sudah rusak, menikah makin hari makin lihat bobroknya. Makin menyakitkan. Waktu seseorang kenal Tuhan, cinta mula-mula, itu belum membuat seseorang mengagumi Tuhan, sebenarnya. Tapi cintanya membara. Mestinya cintanya akan matang lewat hari, bulan, tahun, ketika melihat kebijaksanaan Tuhan membawanya kepada perwujudan keselamatan. Jadi, keselamatan itu menjadi begitu menarik, begitu berharga seiring dengan berjalannya waktu, karena kita mengalami Tuhan yang hadir dan menyempurnakan karakter kita.

Tetapi sejujurnya, dari sekian banyak orang yang mengaku percaya, tidak banyak yang punya niat betul-betul ke langit baru bumi baru. Kalau harus mati, ya matilah. Tapi tidak memiliki kerinduan untuk sampai langit baru bumi baru. Kenapa? Karena mereka tidak mengerti keselamatan itu begitu berharga. Kita harus mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar, ayat itu muncul setelah ayat di atasnya: “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” Jadi, mengerjakan keselamatan adalah usaha untuk memiliki pikiran dan perasaan Kristus, atau usaha untuk memiliki gaya hidup yang dikenakan Yesus: melakukan kehendak Bapa.

Dan di dalam proses menjadi serupa dengan Yesus—memiliki pikiran, perasaan Kristus—kita mengagumi bagaimana Tuhan memproses kita. Dan itulah sebabnya mengapa hidup kita menjadi menarik. Kristen yang benar, pasti punya pengalaman bagaimana proses pembentukan itu berlangsung dalam hidupnya. Maka, jangan berhenti berubah. Khususnya bagi para pendeta, jangan puas dengan apa yang telah kita capai. Perkarakan, apakah kelakuan kita serupa dengan Yesus? Seharusnya, makin hari makin melihat keindahan Tuhan. Karena Tuhan mau kita punya kemurnian, kesucian seperti Yesus. Kita kagum akan hikmat Tuhan yang menuntun kita.

Seluruh pengharapan kita, harus kita taruh di kehidupan yang akan datang, bukan di sini. Kalau kita masih mengharapkan ada sesuatu yang membuat kita bahagia dan berharga, kita pasti berkhianat kepada Tuhan. Kiranya Roh Kudus menolong kita untuk membakar keinginan, kerinduan, kehausan kita untuk tinggal di Rumah Bapa. Dunia bukan rumah kita, dan Tuhan Yesus berkata, “Kamu bukan berasal dari dunia ini.” Sampai kita berkata, “Hanya Engkau yang kuperlu, tidak ada yang lain. Engkau kuperlu lebih dari nafasku, lebih dari darahku. Dan Engkau lebih berharga dari nyawaku.” Bukan sekadar kalimat, namun harus dihayati dengan sungguh-sungguh.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA TIDAK BOLEH BERHENTI BERUBAH SAMPAI KITA MENUTUP MATA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 Februari 2024
2024-02-02 06:22:35

Keluaran 10-12

Card image
Truth Kids 01 Februari 2024 - TETAP MELAKUKAN KEHENDAK BAPA
2024-02-01 12:55:12


Ibrani 4:15-16
"Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya."

Sobat Kids, dalam Alkitab ada seorang yang tidak pernah melakukan kesalahan atau kejahatan. Kira-kira siapa, ya? Meskipun memiliki banyak kesempatan untuk berbuat hal yang tidak baik, tetapi orang ini tetap taat terhadap firman Allah, Sobat Kids. Bahkan, Iblis yang sangat jahat pun berani membujuk untuk berbuat salah. Namun, tetap tidak terpengaruh; Ia tetap taat pada keinginan Bapa di surga. Apakah kamu tahu namanya, Sobat Kids? Namanya ialah Yesus!Yesus, Sang Juruselamat, Dialah yang tidak pernah melakukan kesalahan atau kejahatan, Sobat Kids. Selain itu, Yesus juga memiliki kasih yang sangat besar, selalu membantu orang yang membutuhkan pertolongan. Yesus menyembuhkan orang sakit, membantu orang yang miskin dan tidak pilih teman. Yesus mengasihi semua orang, sama seperti Bapa di surga mengasihi umat manusia. Semua hal yang dilakukan Yesus dalam hidup-Nya, sesuai dengan yang Bapa inginkan. Walaupun ada orang yang tidak senang dengan perbuatan-Nya, Yesus tetap melakukan kehendak Bapa. Hingga akhirnya Yesus mati di kayu salib pun, Yesus tetap mengikuti kehendak Bapa di surga.

Sobat Kids, jika kita mau menjadi anak Bapa di surga, kita harus mau melakukan kehendak-Nya seperti yang Yesus lakukan. Caranya, setiap hari kita bisa menjaga pikiran, perbuatan, dan ucapan kita sesuai dengan kehendak Bapa.

Card image
Truth Junior 01 Februari 2024 - TUHAN YESUS
2024-02-01 14:21:54


Ibrani 4:15-16
“Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.”

Haiii… Sobat Junior!Wahhhh… judul renungan kita hari ini tentang Tuhan Yesus. Penasaran? Bulan Desember lalu kita merayakan kelahiran Yesus yang datang ke dunia menjadi manusia. Yesus diutus oleh Allah Bapa untuk datang ke dunia. Ketika Yesus hidup di dunia sebagai manusia, menurut Sobat Junior, Tuhan Yesus mengalami hal-hal yang seperti kita rasakan, tidak? Pastinya Yesus mengalami hal-hal yang seperti kita alami. Oleh karena itu, Yesus tahu sekali saat kita mengalami suatu hal. Apakah Yesus pernah mengalami pencobaan ketika hidup di dunia ini sebagai manusia? Kalian dapat membaca Matius 4:1-11 tentang pencobaan di padang gurun.

Ternyata, Yesus dicobai sebanyak tiga kali oleh Iblis, tetapi Yesus selalu taat kepada firman Tuhan. Ia tidak menuruti apa yang Iblis mau, walaupun dalam keadaan lapar karena berpuasa 40 hari 40 malam. Yesus dapat tetap mengarahkan hati-Nya kepada kebenaran. Sobat Junior juga harus seperti itu, ya. Saat diajak untuk melakukan hal-hal yang tidak baik, Sobat Junior harus ingat kalau hal itu akan membuat Tuhan sedih. Cobaan yang biasanya Sobat Junior hadapi mungkin bermain game online di gadget selama berjam-jam. Sobat Junior harus dapat menang melalui cobaan itu; bermain game secukupnya. Selalu ikuti teladan Tuhan Yesus, karena saat hidup di dunia, ya, sebab Dia juga mengalami hal-hal seperti kita dan Tuhan Yesus menang. Ia selalu taat pada firman Tuhan.

Card image
Truth Youth 01 Februari 2024 - REMEMBERING TO FORGET
2024-02-01 12:39:33


"For God so loved the world that he gave his one and only Son, that whoever believes in him shall not perish but have eternal life." (John 3:16)

When an employee makes a significant mistake that harms the company, they will feel intense fear because they will reap what they have sown. Besides compensating for the loss, they will also face the decision of their boss regarding what they have done. Fear will arise if their boss makes decisions without mercy. But on the contrary, the employee will be very grateful and is less likely to repeat the same mistake if their boss covers all the losses and provides solutions to the problem that occurred. The boss acts with love, full of forgiveness and sacrifice. This makes someone feel very valuable, not imprisoned by their past mistakes, and will strive to give their best to their boss.

The same applies to us, who commit mistakes, wrongdoing, and various sins, but our God provides redemption through His one and only Son, Jesus Christ. Imagine how valuable we are. God alone forgets our sins or our past, so why can't we forget? Even a boss in a company, when paying for the losses caused by what we did, becomes very joyful. The response is no longer about remembering the mistakes, but remembering the kindness of the boss. That's between the boss and the employee; what more between the Creator and the created.

Let's reflect or remember the goodness of God, isn't it extraordinary? We must know that redemption is done to avoid eternal harvest or destruction. Therefore, let us not be bound by the past, but bound by the memory of God's goodness. As long as we are alive, it means we still have a chance. In essence, value yourself as a creature loved by God and strive to give your best to Him for His goodness.

WHAT TO DO:
Always remember God's goodness within us at all times by living sincerely in the Lord.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Leviticus 11-13

Card image
Truth Youth 01 Februari 2024 - MENGINGAT UNTUK MELUPAKAN
2024-02-01 08:08:46


"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16).

Ketika salah satu karyawan melakukan suatu kesalahan besar yang merugikan perusahaan, ia akan sangat merasa ketakutan karena harus menuai apa yang dilakukannya. Selain mengganti kerugian, ia juga akan berhadapan dengan keputusan dari bosnya atas apa yang telah ia lakukan. Ketakutan itu bakalan muncul jika bosnya memiliki keputusan tanpa kasih. Tetapi sebaliknya, karyawan akan sangat berterima kasih dan besar kemungkinan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama jika bosnya mengganti segala kerugian yang ada dan memberi solusi pada masalah yang terjadi. Ia bertindak dengan kasih, penuh pengampunan dan pengorbanan. Hal ini membuat seseorang akan sangat merasa berharga, tidak dipenjara oleh masalahnya di masa lalu dan akan berusaha memberi yang terbaik kepada bosnya.

Hal yang sama berlaku atas diri kita, yang melakukan kesalahan, kejahatan, dan berbagai macam dosa, tapi Allah kita memberi penebusan lewat Anak-Nya yang tunggal yaitu Tuhan Yesus. Coba kita bayangkan betapa berharganya kita. Allah saja melupakan dosa atau masa lalu kita, tapi kenapa kita tidak bisa melupakan? Seorang bos di suatu perusahaan saja ketika membayar kerugian atas apa yang kita lakukan, hati kita menjadi sangat gembira. Respon yang dilakukan bukan lagi mengingat kesalahan, tetapi mengingat kebaikan si bos. Itu antara si bos dengan karyawan, apalagi antara Sang pencipta dan yang dicipta.

Coba kita renungkan atau mengingat kebaikan Allah, sungguh luar bisa bukan? Kita harus mengetahui penebusan dilakukan untuk terhindar dari tuaian kekal atau kebinasaan. Untuk itu, kita jangan terikat lagi oleh masa lalu, tapi terikat oleh ingatan akan kebaikan Tuhan. Selagi kita hidup berarti kita masih ada kesempatan. Pada intinya, hargai dirimu sebagai makhluk yang dikasihi Tuhan dan berjuang memberi yang terbaik bagi Dia atas kebaikan-Nya.

WHAT TO DO:
Ingat selalu atas kebaikan Tuhan dalam diri kita setiap saat dengan hidup sungguh-sungguh dalam Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎Imamat 11-13

Card image
Renungan Pagi - 01 Februari 2024
2024-02-01 05:32:56


Taat melakukan kehendak Tuhan di tengah situasi yang baik dengan fasilitas yang mendukung sangat mudah dilakukan. Tetapi bagaimana jika situasinya tidak baik, penuh tekanan, aniaya, ancaman dan bahkan nyawa taruhannya? Kebanyakan orang akan berusaha mencari aman dengan melakukan tindakan kompromi, daripada harus menanggung resiko yang besar. Inilah yang dialami oleh Daniel, saat dia menghadapi masalah yang berat dan penuh resiko sehubungan dengan ibadahnya kepada Tuhan.

Maka berkatalah orang-orang itu; "Kita tidak akan mendapat suatu alasan dakwaan terhadap Daniel ini, kecuali dalam hal ibadahnya kepada Allahnya!" Daniel dalam ancaman kematian, namun dia tidak kompromi; "Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya."

Sekalipun Daniel mendapatkan ancaman yang dapat membahayakan keselamatan jiwanya, hal itu tidak membuat Daniel takut dan gentar, ia tetap beribadah kepada Tuhan sebagaimana yang biasa dilakukannya. Ketaatan Daniel membuat Tuhan menyatakan kuasa-Nya, dengan mengatupkan mulut singa-singa, saat Daniel dijebloskan kedalam gua singa. Jadi, jangan takut tetap taat melakukan kehendak Tuhan, sekalipun nyawa taruhannya, percayalah Tuhan selalu ada di pihak orang benar!
(Daniel 6:5,10)

Card image
Quote Of The Day - 01 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-01 05:31:13


Mengucapkan kalimat "berkemas-kemas" tanpa dalam suasana jiwa yang sedang di dalam perjalanan pulang, membuat kita tidak memiliki pertumbuhan rohani yang mestinya kita alami.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 01 Februari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-02-01 05:30:07


Keselamatan dalam Yesus Kristus bukan hanya menyelamatkan jiwa dari api kekal, melainkan menyelamatkan karakter kita. Perubahan karakter menjadi ciri atau tanda kepastian keselamatan.

Card image
A HEART OF WISDOM - 01 Februari 2024 (English Version)
2024-02-01 05:27:55


The phrase “until we close our eyes” reminds us that we will all eventually close our eyes. This phrase may seem simple and unimportant, but the psalmist teaches us this in his writings: “ Teach us to number our days, that we may gain a heart of wisdom.”  A person who realizes there is an end to their journey will have a wise heart. A person who does not think about the reality that they are on a journey of time and there is an end to the trip does not understand, does not want to understand, and does not appreciate this, so they do not have a wise heart and are reckless.

We live in a world that is becoming increasingly dark, wicked, and unbelieving in the existence of God. Even though they say they believe in God, they do not honestly believe. They do not acknowledge in their actions that God exists.  A person who does not have a true faith does not think about eternity. And if a person does not think about eternity, they will not seriously contemplate the reality of the time journey end. That is why the philosophy of life for most people around us is: “Let us eat and drink, for tomorrow we die.” But the phrase “tomorrow we die” is not thought about.

Let us engrave in our hearts that we are on a journey of time that will indeed have an end and that we will indeed close our eyes. And there is life after we close our eyes. We all probably say “amen,” but how deeply do we contemplate, appreciate, and accept this reality that we will surely reach the end of our lives? And after that, we face eternity. Do not take this lightly. Ironically, if we talk about the new heaven and earth, we are considered ridiculous and strange and can be ridiculed. 

We should not care about it and remain on this track; we appreciate the reality of the transience of life on earth and the reality of eternity beyond our grave. Do you know that salvation in Jesus Christ is projected for the life to come, not the life of today? But Satan is so cunning in twisting the truth. Talking about “salvation” is only understood as being saved from hell and being allowed to enter heaven. They are “injected” with teachings that are not biblical, which make them believe they are already saved and will go to heaven when they die.

In reality, being a Christian means we admire salvation more each day. So it is not without change; Many from the beginning, believing in Jesus as Lord and Savior, sure that when we die, we will go to heaven, and then living a life like the life lived by people who are not the chosen people, who do not have salvation. There is experience, change of life in salvation, and how the Holy Spirit guides our lives. We can appreciate the change from a sinful person with a sinful character to a person with a divine nature and the grandeur of the character that God teaches us in and through the Holy Spirit. This is the dynamics of the life of someone the Holy Spirit leads, and true Christianity is like this. 

That is our treasure. So when God says, “Gather your treasures in heaven,” it means there is a process of accumulation. What is that? Our change of character. If the Israelites traveled a distance to reach Canaan, we must change to reach the new heaven and earth, and a change is something beautiful that should be felt and experienced. From that experience, our admiration for how wonderful God is arises.  Salvation in Jesus Christ is not only about saving our souls from eternal fire but also about saving our characters. Precisely, the change of character becomes a certainty of the salvation sign.

Therefore, the certainty of salvation is not because of a mental conviction that they will go to heaven for believing in Jesus as Lord and Savior. However, salvation is a process of change that someone experiences until they admire how great the work of the Holy Spirit is. So, entering heaven is ultimately not just a conviction but knowing they are worthy of being with God. Therefore, change is not on paper and is included in the mind or reason but in the concrete journey of life in which someone is transformed. We are amazed by these changes until finally, not only convinced that we are saved, but we know we are saved, and finally, we are not afraid of death.  

A PERSON WHO REALIZES THERE IS AN END TO THEIR JOURNEY WILL HAVE A WISE HEART.

Card image
HATI YANG BIJAKSANA - 01 Februari 2024
2024-02-01 05:24:36


Kalimat “sampai menutup mata” memberi pesan bahwa kita pasti menutup mata. Kedengarannya hal ini sederhana dan tidak penting, tetapi pemazmur mengajari kita, di dalam tulisannya, pemazmur mengatakan, “Ajar aku menghitung hari-hari, supaya aku beroleh hati yang bijaksana, karena hari-hariku berlalu cepat.” Orang yang menyadari bahwa pasti ada akhir dari perjalanan hidupnya akan memiliki hati yang bijaksana. Orang yang tidak memikirkan realitas bahwa ia ada dalam perjalanan waktu dan pasti ada ujung dari perjalanan adalah orang yang tidak mengerti dan tidak mau mengerti serta tidak menghayati hal ini sehingga ia tidak memiliki hati yang bijaksana; berarti ceroboh.

Kita hidup di tengah-tengah dunia yang makin gelap, makin fasik, makin tidak memercayai keberadaan Allah. Walaupun mulutnya mengaku percaya ada Tuhan, tetapi sesungguhnya dia belum percaya dengan benar. Ia tidak mengakui di dalam perbuatannya bahwa Allah itu ada. Orang yang tidak memiliki percaya yang benar, pasti tidak memikirkan kekekalan. Dan kalau orang tidak memikirkan kekekalan, pasti tidak serius merenungkan realitas adanya ujung dari perjalanan waktu. Itulah sebabnya filosofi hidup manusia di sekitar kita pada umumnya adalah: “Mari kita makan dan minum, sebab besok kita mati.” Tetapi kalimat “besok kita mati” tidak dipikirkan.

Mari kita menggoreskan, menorehkan di dalam hati kita bahwa kita ada di dalam perjalanan waktu yang pasti ada ujungnya, dan pasti kita akan menutup mata. Dan ada kehidupan setelah kita menutup mata. Setiap kita pasti berkata “amin,” tetapi seberapa dalam kita merenungkan, menghayati hal ini dan menerima realitas ini, bahwa kita pasti akan sampai di ujung perjalanan hidup? Dan setelah itu kita menghadapi kekekalan. Jangan anggap remeh hal ini. Ironisnya, kalau kita bicara mengenai langit baru dan bumi baru, kita dianggap lucu, aneh, dan bisa menjadi bahan olok-olokan.

Tapi tidak menjadi masalah. Kita tetap pada track ini; kita menghayati realitas kefanaan hidup di bumi dan realitas kekekalan nanti di balik kubur kita. Tahukah kita bahwa keselamatan dalam Yesus Kristus itu diproyeksikan untuk kehidupan yang akan datang, bukan kehidupan hari ini? Tetapi setan begitu licik memutarbalikkan kebenaran. Bicara “keselamatan” hanya dipahami sebagai terhindar dari neraka dan diperkenankan masuk surga. Lalu orang Kristen ‘disuntik’ dengan ajaran yang sebenarnya tidak alkitabiah. Dan mereka meyakini saja bahwa dirinya sudah selamat dan nanti kalau mati, masuk surga.

Sejatinya, menjadi orang Kristen itu makin hari, makin mengagumi keselamatan. Jadi bukan tanpa perubahan; dari dulu percaya Yesus Tuhan dan Juruselamat, yakin kalau mati masuk surga, lalu menjalani hidup seperti hidup yang dijalani oleh orang yang bukan umat pilihan, yang tidak memiliki keselamatan. Karena di dalam keselamatan itu ada pengalaman, perubahan hidup; bagaimana Roh Kudus menuntun hidup kita. Dan kita bisa menghayati perubahan dari manusia berdosa dengan karakter dosa, menjadi seorang yang berkarakter ilahi, berkodrat ilahi dengan keagungan karakter yang Allah ajarkan kepada kita di dalam dan melalui Roh Kudus. Dinamika hidup seorang yang dipimpin Roh Kudus. Kekristenan yang benar, seperti ini.

Dan itu harta kita. Jadi kalau Tuhan berkata, “Kumpulkan harta di surga,” artinya ada proses akumulasi, proses penumpukan. Apa itu? Perubahan karakter kita. Kalau bangsa Israel menempuh jarak untuk sampai Kanaan, tetapi kita untuk sampai langit baru bumi baru harus menempuh perubahan. Dan perubahan adalah sesuatu yang indah, yang mestinya dirasakan, dialami. Dan dari pengalaman itu, timbul kekaguman kita betapa ajaib Tuhan. Keselamatan dalam Yesus Kristus bukan hanya menyelamatkan jiwa dari api kekal, melainkan menyelamatkan karakter kita. Justru perubahan karakter menjadi ciri atau tanda kepastian keselamatan.

Jadi kepastian keselamatan bukan karena keyakinan secara mental bahwa dia akan masuk surga karena percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, melainkan keselamatan itu proses perubahan yang dialami seseorang, sampai ia mengagumi betapa hebat pekerjaan Roh Kudus. Sehingga, masuk surga akhirnya bukan sekadar keyakinan, namun yakin bahwa ia layak bersama dengan Allah. Maka, perubahan bukan di atas kertas, dan dimasukkan dalam pikiran atau rasio, melainkan dalam perjalanan hidup konkret di mana seseorang diubahkan. Dan kita dibuat kagum oleh perubahan-perubahan tersebut, sampai akhirnya kita bukan hanya percaya kalau kita selamat, namun kita tahu kita selamat dan akhirnya kita sama sekali tidak takut mati.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG MENYADARI BAHWA PASTI ADA AKHIR DARI PERJALANAN HIDUPNYA AKAN MEMILIKI HATI YANG BIJAKSANA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 01 Februari 2024
2024-02-01 05:21:43

Keluaran 7-9

Card image
Truth Kids 31 Januari 2024 - DANIEL
2024-01-31 15:52:49


Daniel 1:8
"Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya."

Sobat Kids, kalian pasti sudah pernah mendengar kisah Daniel di gua singa. Daniel merupakan salah satu tokoh dalam Alkitab yang sungguh-sungguh dalam mengikut Tuhan. Tentu saja bukan tiba-tiba Daniel menjadi orang yang berani saat ia hendak dimasukkan ke dalam gua singa. Sejak muda Daniel sudah melatih dirinya untuk tidak mengikuti hal yang salah.

Saat awal Daniel ditangkap dan dibawa ke kerajaan Babel, ia tidak mau mengikuti kebiasaan yang disuruh oleh raja Babel. Ayat firman Tuhan hari ini menceritakan bahwa Daniel bertekad untuk tidak mengotori tubuhnya dengan santapan dan anggur yang biasa diminum raja. Daniel tidak takut dirinya akan menjadi kurus dan lemas karena tidak memakan makanan dari raja. Oleh sebab itu, Daniel mengadakan percobaan selama 10 hari. Ia dan teman-temannya hanya akan memakan sayuran dan minum air saja. Setelah lewat dari 10 hari, ternyata tubuh Daniel dan teman-temannya lebih gemuk dan sehat. Mereka juga lebih pandai daripada orang-orang yang memakan makanan dari raja.

Sobat Kids, bersyukurlah dengan makanan yang kita miliki. Tidak harus selalu makan daging. Sayur dapat membuat tubuh kita lebih sehat. Kalian suka makan sayur, kan? Latihlah diri kita melakukan hal-hal yang baik seperti Daniel.

Card image
Truth Junior 31 Januari 2024 - DANIEL
2024-01-31 15:49:09


Daniel 1:8
“Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.”

Apakah Sobat Junior pernah mendengar istilah “empat sehat lima sempurna?” Empat sehat lima sempurna adalah kampanye yang dilakukan pemerintah sejak dahulu, agar seluruh rakyat Indonesia memakan makanan bergizi sehingga menjadi sehat. Makanan empat sehat lima sempurna terdiri dari makanan pokok (antara lain nasi, kentang atau jagung), lauk-pauk (contohnya daging, ikan, tahu, dan tempe), sayur-sayuran, buah-buahan, dan terakhir susu. Kita harus memasukkan makanan bergizi ke dalam tubuh kita, agar kita menjadi sehat.

Begitu juga yang Daniel lakukan di zamannya, Sobat Junior. Saat ia dan teman-temannya ditawan di kerajaan Babel, mereka tidak mau menajiskan (mengotori) dirinya dengan santapan dan anggur yang biasa diminum raja. Daniel dan teman-temannya meminta diberi sayur-sayuran dan air putih saja. Daniel juga bersedia dibandingkan dengan tubuh pemuda lainnya yang memakan hidangan raja dan minum anggur. Benar saja, Sobat Junior. Setelah lewat 10 hari, tubuh Daniel dan teman-temannya terlihat lebih gemuk, segar, dan sehat dibandingkan yang lainnya.

Daniel tetap taat kepada perintah Tuhan. Daniel tidak kompromi terhadap hal yang salah. Kita mau belajar dari Daniel yang tetap berpegang pada ketetapan Tuhan. Tidak hanya tentang makanan, melainkan dalam segala hal kehidupan kita. Baik yang kita makan atau minum, segala sesuatu yang kita lakukan, lakukanlah yang terbaik hanya untuk menyenangkan hati Tuhan.

Card image
Truth Youth 31 Januari 2024 (English Version) - THE DREAM TEAM
2024-01-31 08:10:32


"Commit to the LORD whatever you do, and he will establish your plans." (Proverbs 16:3)

In the period from 1988 to 1990, the football team AC Milan from Italy planned to form a football team that was feared and respected. After the gloomy days in the early 1980s, AC Milan finally experienced its second heyday in the football world. The trio from the Netherlands, Marco Van Basten, Ruud Gullit, and Frank Rijkaard, played a crucial role in bringing Milan to the top of the world.

Under the guidance of the best Italian coach, Arrigo Sacchi, AC Milan secured 1 scudetto, 2 Champions League titles, 2 UEFA Super Cups, and 2 Intercontinental Cups. AC Milan was nicknamed "The Dream Team." However, Arrigo Sacchi's time with Milan did not last long, as the former Parma coach had to lead the Italian national team in the World Cup. Nevertheless, Milan's success with the Dutch legionnaires did not stop there. The arrival of Fabio Capello made Milan the best team in the history of Italian football. With Capello, Milan added to their trophy collection with 4 scudetti, 1 Champions League, 3 Italian Super Cups, and 1 UEFA Super Cup.

There are many things we need to prepare to achieve what we desire. What we dream of is not an easy matter. But, we must strive diligently and not give up easily. The biggest enemy to thwart our dreams is ourselves. Situations and conditions will have a significant impact on our influence. Make sure that you can make yourself believe that your dreams will come true. Involve God in every plan for our future, and continue to trust in God. He will guide our dreams. Stay focused and not easily influenced by what others say and the situations you face.

WHAT TO DO:
Focus on what you are working on and dreaming about.

BIBLE MARATHON:
▪︎Leviticus 8-10

Card image
Truth Youth 31 Januari 2024 - THE DREAM TEAM
2024-01-31 08:08:15


"Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu" (Amsal 16:3).

Pada era 1988 sampai dengan 1990, tim sepakbola dari Italia, AC Milan, membuat rencana membentuk tim sepakbola yang ditakuti dan disegani. Setelah masa-masa suram di awal dekade 1980-an, AC Milan akhirnya kembali mengecap masa kejayaan keduanya di jagat sepak bola. Adalah jasa trio Belanda, yakni Marco Van Basten, Ruud Gullit, dan Frank Rijkaard yang berjasa membawa Milan ke puncak dunia.

Di bawah asuhan pelatih terbaik Italia, Arrigo Sacchi, AC Milan berhasil mengemas 1 gelar scudetto, 2 Liga Champions, 2 Piala Super Eropa, 2 Piala Inter Kontinental. AC Milan pun dijuluki sebagai The Dream Team, alias tim impian. Namun, kebersamaan Arrigo Sacchi bersama Milan tak berlangsung lama, karena eks pelatih Parma itu harus menukangi Timnas Italia di Piala Dunia. Meski begitu, kesuksesan Milan bersama legiun Belanda tidak berhenti begitu saja. Kedatangan Fabio Capello justru membawa Milan menjadi tim terbaik dalam sejarah sepak bola Italia. Bersama Capello, Milan menambah koleksi trofi mereka berupa 4 gelar scudetto, 1 Liga Champions, 3 Piala Super Italia, dan 1 Piala Super Eropa.

Banyak hal yang harus kita persiapkan untuk meraih apa yang kita inginkan. Apa yang kita impikan bukanlah perkara yang mudah. Tapi, kita harus berjuang dengan giat dan tidak mudah menyerah. Musuh terbesar untuk menggagalkan mimpi kita adalah diri kita sendiri. Situasi dan kondisi akan memberikan dampak yang sangat besar dalam pengaruh diri kita. Pastikan bahwa kamu dapat membuat diri kamu menjadi pribadi yang yakin bahwa mimpi kamu akan menjadi kenyataan. Libatkan Tuhan dalam setiap perencanaan untuk masa depan kita, dan teruslah percaya kepada Tuhan. Dia akan menuntun kita, menggapai apa yang menjadi mimpi kita. Teruslah fokus dan tidak mudah terpengaruh dengan perkataan orang lain dan situasi yang kamu hadapi.

WHAT TO DO:
Fokuslah dengan apa yang kamu kerjakan dan impikan.

BIBLE MARATHON:
▪︎Imamat 8 - 10

Card image
Renungan Pagi - 31 Januari 2024
2024-01-31 08:02:09


Kita tidak tahu kapan waktunya, ketika hari Tuhan datang maka yang terjadi: yang satu akan terangkat, dan yang lain akan tertinggal. Itu sebabnya kita harus selalu berjaga-jaga. "Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya. Aku berkata kepadamu: Pada malam itu ada dua orang di atas satu tempat tidur, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. Ada dua orang perempuan bersama-sama mengilang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan."

Berjaga-jaga artinya SENANTIASA SIAP SEDIA. Lalu kapan persiapan kita? Dimulai sejak mendengar dan mengerti firman Tuhan, harus kita lakukan, karena waktu yang kita pikir panjang di bumi ini hanya satu titik di dalam kekekalan. Persiapan kita adalah MEMBACA FIRMAN TUHAN SETIAP HARI, MEMAHAMINYA DAN MELAKUKANNYA, KEMUDIAN BERDOA SETIAP WAKTU SAMBIL BERJAGA-JAGA! Karena Anak Manusia akan datang pada saat yang tidak kita duga!

Kita tidak hidup selamanya di bumi ini, itu sebabnya segala sesuatu yang kita lakukan di bumi ini harus memiliki tujuan yang kekal, yaitu terarah kepada kehidupan kekal di surga. Jika bekerja, berusaha, belajar, atau apapun yang kita lakukan haruslah mempermuliakan nama Tuhan, sehingga mendapat perkenanan Tuhan untuk hidup bersama DIA dalam kekekalan.
(Lukas 17:30, 34-35)

Card image
Quote Of The Day - 31 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-31 05:49:46


Salah satu ciri dari kehidupan seseorang yang benar-benar bertumbuh adalah kesepian, karena fokusnya hanya kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 31 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-31 05:48:16


Berlindunglah kepada Tuhan agar kita bisa hidup suci, hidup tak bercacat tak bercela, agar kita memiliki karakter Kristus serta karakter Bapa di Surga.

Card image
ESTRANGED FROM GOD - 31 Januari 2024 (English Version)
2024-01-31 05:46:16


How valuable we are, for which reason God created the heavens and the earth for Adam and all his descendants. If Adam had not fallen into sin, the earth would have been a paradise. In God’s order, He cannot fellowship with immoral humans like Himself. Thus, they were expelled from the beauty that God created. If Adam and Eve can no longer enjoy paradise, it doesn’t just mean they cannot enjoy the beauty and pleasure of one location, but the earth becomes a cursed, condemned land. The cursed land will grow thorns and thistles, bringing forth difficulties.

The corrupted character of humans makes them unable to enjoy beauty. They cannot possibly enjoy God’s creation proportionally.  But God, who is good, loves humans who are precious in His eyes. He, who is excellent and glorious, cannot love something that is not glorious. Humans have value, and God loves them. But humans are corrupted, actually not worthy, not deserving of love. That’s why Jas 4:5 says, “Or do you think Scripture says without reason that he jealously longs for the spirit he has caused to dwell in us?” Our spirit belongs to God, so He desires it. He wants that spirit to return to Him.

There is something valuable in us: the eternal spirit born from God when He breathed the breath. But often, humans do not appreciate themselves. Jas 4:4 says, “You adulterous people! Do you not know that friendship with the world is enmity with God? Therefore, whoever wishes to be a friend of the world makes himself an enemy of God.” Many of us are estranged from God, but we are familiar with the world. That’s why many people value the world more than God. Their taste for God is thin, small, and far compared to their taste for money, wealth, and all facilities.

It doesn’t mean having a lot of money or facilities is wrong, but we must value God more. It can be proven by the time we allocate for meetings with God. As Ps.1:2 says, “But his delight is in the law of the LORD, and on his law, he meditates day and night.” This verse may seem exaggerated, but after many years of acknowledging that we need God,  we now understand that meditating on the Word automatically like breathing. Now, we learn to have the principle that our only world is God.

Many Christians underestimate the Lord, especially if they hold high positions, have high degrees, have a lot of wealth, have a good appearance, and are respected by people, then become arrogant. They are still estranged from God. If one day they meet God, what will they say? Try to think about this and contemplate this matter. They don’t have a topic of conversation because they don’t have a daily dialogue with Him. We have dialogues with parents and with life partners. Why not with God? He, who is ever-present and accompanies us, always waits for us to dialogue with Him. God wants to save us, but the world’s love makes us not love Him (1 John 2:15-17).

So, if we are more familiar with the world, we are not worthy to say, “I love You, Lord.” It is not excellent because the standard of loving God is that our hearts must be whole only for Him. The messiness of life can make our inner selves like tangled threads that cannot be unraveled, only burned. Thus, as we grow older, our vessel must become emptier and only be filled with God.  God loves us, but often we do not love ourselves. We drown in various worldly pleasures and consider it normal because others do it, too. We are unique, targeted to be glorified with Jesus. Therefore, we must have a thirst, hunger for the truth, and a strong desire to do God’s will with precision and perfection.

SOMEONE WHO DOES NOT HAVE A DAILY DIALOGUE WITH GOD WILL FEEL ESTRANGED FROM HIM.

Card image
ASING DENGAN ALLAH - 31 Januari 2024
2024-01-31 05:44:07


Betapa berharganya diri kita ini, yang oleh karenanya Allah menciptakan langit dan bumi bagi Adam dan bagi seluruh keturunannya. Seandainya Adam tidak jatuh dalam dosa, maka bumi ini menjadi surga, menjadi Firdaus. Allah di dalam tatanan-Nya tidak bisa bersekutu dengan manusia yang tidak bermoral seperti diri-Nya. Maka mereka diusir dari keindahan yang Allah ciptakan. Kalau Adam dan Hawa tidak bisa lagi menikmati Firdaus, itu bukan hanya berarti mereka tidak bisa menikmati keindahan, kenikmatan satu lokasi, melainkan bumi menjadi tanah yang terkutuk, tanah yang terhukum. Bumi yang terkutuk akan menumbuhkan onak dan duri, artinya menumbuhkan kesulitan.

Yang kedua, karakter manusia yang rusak. Hal ini membuat manusia tidak bisa menikmati keindahan. Manusia tidak mungkin bisa menikmati ciptaan Allah secara proporsional. Tetapi Allah yang baik, mengasihi manusia yang berharga di mata Allah. Allah yang agung dan mulia, tidak mungkin mengasihi sesuatu yang tidak mulia. Manusia itu bernilai dan Allah mencintai. Tetapi manusia rusak, sebenarnya tidak layak, tidak pantas dicintai. Itulah sebabnya dalam Yakobus 4:5 dikatakan, “Janganlah kamu menyangka, bahwa Kitab Suci tanpa alasan berkata: “Roh yang ditempatkan Allah dalam diri kita, diingin-Nya dengan cemburu!” Roh kita itu milik-Nya, maka Dia menginginkannya. Allah ingin roh itu kembali kepada-Nya.

Ada yang bernilai di dalam diri kita, yaitu roh yang kekal yang dilahirkan dari Allah ketika Ia menghembuskan nafas. Tetapi sering kali manusia tidak menghargai dirinya sendiri. Yakobus 4:4 mengatakan, “Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.” Sejujurnya, banyak di antara kita yang sebenarnya asing dengan Tuhan. Tetapi akrab dengan dunia. Itulah sebabnya banyak orang yang lebih menghargai dunia daripada Tuhan. Selera mereka terhadap Tuhan tipis, kecil, jauh dibanding dengan selera terhadap uang, harta, dan semua fasilitas.

Bukan berarti salah jika kita punya banyak uang atau fasilitas, tetapi kita harus lebih menghargai Tuhan. Hal itu bisa terbukti dari waktu yang kita sediakan untuk pertemuan dengan Tuhan. Sebagaimana Mazmur 1:2 mengatakan, “tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.” Sepertinya ayat ini terkesan berlebihan. Tetapi setelah melewati tahun-tahun panjang dan kita mengakui bahwa yang kita butuhkan itu Tuhan, maka sekarang kita mengerti bahwa merenungkan Firman itu menjadi nafas yang otomatis kita lakukan sebagaimana kita bernafas. Sekarang kita belajar berprinsip the only world I have is God, My Lord.

Banyak orang Kristen yang memandang remeh Tuhan. Apalagi kalau mereka berkedudukan tinggi, punya gelar tinggi, punya kekayaan banyak, penampilan bagus, dihormati orang, maka mereka menjadi sombong. Mereka masih asing dengan Tuhan.

Kalau suatu hari mereka bertemu Tuhan, apa yang mereka mau katakan? Coba pikirkan ini, perkarakan ini. Mereka tidak punya bahan pembicaraan, karena mereka tidak punya dialog dengan Dia setiap hari. Dengan orang tua, dengan pasangan hidup saja kita berdialog. Mengapa tidak dengan Tuhan? Dia, yang Mahahadir, yang menyertai kita, selalu menunggu kita berdialog dengan-Nya. Tuhan mau menyelamatkan kita, tetapi percintaan dunia membuat kita tidak mengasihi Allah (1 Yoh. 2:15-17).

Jadi kalau kita lebih akrab dengan dunia, kita tidak layak mengatakan, “Aku mencintai Engkau, Tuhan.” Tidak layak, karena standar mengasihi Tuhan itu hatinya harus utuh hanya bagi Dia. Kekusutan hidup bisa membuat batin kita menjadi seperti benang kusut yang tidak bisa diurai, yang hanya bisa dibakar. Maka, semakin tua itu bejana kita harus makin kosong, dan hanya diisi Tuhan. Tuhan sayang kita, tapi sering kali kita yang tidak menyayangi diri kita sendiri. Kita tenggelam dalam berbagai kesenangan dunia dan kita anggap wajar, karena orang lain melakukannya. Kita ini istimewa yang ditarget untuk dimuliakan bersama Yesus. Makanya, harus punya kehausan dan kelaparan akan kebenaran yang sama dengan keinginan kuat untuk melakukan kehendak Allah dengan presisi, dengan sempurna.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SESEORANG YANG TIDAK PUNYA DIALOG DENGAN DIA SETIAP HARI AKAN MERASA ASING DENGAN ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 31 Januari 2024
2024-01-31 05:13:28

Keluaran 4-6

Card image
Truth Kids 30 Januari 2024 - RENCANA TUHAN
2024-01-30 07:01:46


Yeremia 1:5
"Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa."

Sobat Kids, sebelum kalian lahir, kalian ada dalam kandungan ibu selama sekitar 9 bulan. Itu bukan waktu yang singkat, Sobat Kids. Ibu harus membawa kalian sepanjang hari. Merawat kalian sejak dalam kandungan. Setiap kalian diciptakan secara khusus oleh Tuhan. Tuhan yang membentuk setiap manusia dengan istimewa, tidak ada yang sama seperti kalian. Tuhan juga mengetahui masing-masing kita, satu per satu, sebelum kita keluar dari kandungan ibu kita.

Tokoh yang kita mau pelajari hari ini juga sudah dipilih Tuhan sejak ia dalam kandungan ibunya. Yeremia telah ditetapkan untuk menjadi nabi bagi bangsa Israel. Saat ia memulai menjalankan tugasnya sebagai nabi, Yeremia menghadapi banyak penolakan dan penderitaan. Namun, ia tidak menyerah. Nabi Yeremia tetap setia kepada panggilan Tuhan. Yeremia adalah nabi yang berani dan tulus hati. Ia memberikan peringatan dan nasihat dari Tuhan kepada bangsa yang sering kali tidak mendengarkan perintah Tuhan.

Kita bersyukur Tuhan mengenal kita satu per satu. Tuhan juga memiliki rencana bagi masing-masing kita. Tugas kita sekarang adalah melakukan perintah-Nya agar rencana Tuhan terjadi.

Card image
Truth Junior 30 Januari 2024 - YEREMIA
2024-01-30 07:00:01


Yeremia 1:5
“Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.”

Sobat Junior, apakah kalian tahu bahwa tidak mudah menjadi orang tua? Ayah dan ibu memiliki tugas masing-masing dalam sebuah keluarga. Seorang ibu harus mengandung bayi selama sekitar sembilan bulan. Bayi itu selalu dibawa dalam kandungannya. Makanan dan minuman yang dikonsumsi harus diperhatikan. Seorang ibu pasti memperhatikan kandungannya. Namun, Tuhan lebih memperhatikan kita, Sobat Junior. Tuhan telah membentuk kita dalam rahim ibu. Bahkan Tuhan telah mengenal kita sebelum kita keluar dari kandungan ibu kita.

Yeremia dipilih Tuhan sejak dalam kandungan ibunya, untuk memimpin bangsa Israel. Tugas untuk membawa bangsa Israel kembali kepada jalan Tuhan, tidaklah mudah. Israel dikenal sebagai bangsa yang tegar tengkuk, maksudnya keras kepala. Yeremia menghadapi banyak tantangan, penolakan, dan penderitaan. Namun, ia tidak menyerah. Ia tetap setia kepada panggilan Tuhan. Walaupun bangsa Israel sering kali tidak mendengarkan nasihat dari Tuhan, Yeremia tetap setia.

Bagaimana dengan Sobat Junior? Apakah kalian akan tetap setia kepada Tuhan walaupun teman-teman tidak mau mendengar dan ikut nasihat Tuhan? Sobat Junior, tetaplah bertahan untuk ikut Tuhan, walaupun orang di sekeliling kalian tidak mau dengar-dengaran kepada Tuhan. Ingat, seperti Yeremia, Tuhan telah menenun kita sejak dalam kandungan ibu untuk menjadi anak kesayangan-Nya. Kita pun mau menyenangkan hati-Nya.

Card image
Truth Youth 30 Januari 2024 (English Version) - DARE TO DREAM!
2024-01-30 06:55:25


"So the LORD has fulfilled his promise that he made. For I have risen in the place of David my father, and sit on the throne of Israel, as the LORD promised, and I have built the house for the name of the LORD, the God of Israel." (2 Chronicles 6:10-11)

A Korean drama titled "The King Land" tells the story of an heir named Gu Won who dreams of making his hotel have no fake smiles for hotel guests. Gu Won also dreams of making the hotel not only present in Korea but in all countries. Gu Won's dream is the dream of his father who has always wanted to see the hotel he built present all over the world. Guo Won's dream is what makes his hotel present in various parts of the world.

Speaking of dreams, King David once wanted to build a house for the name of the Lord. However, God seemed not to allow him to achieve that dream. He said, "...you shall not build a house for my name" (verse 8). Instead, God appointed Solomon to realize his father's dream (verses 9-10). Did David give up? Apparently not. David actively helped Solomon provide the materials needed for the construction of the house of the Lord. In the end, the house of the Lord, which was David's dream, was successfully built (2 Chronicles 6:10-11). If so, did David succeed in reaching his dream? Of course! Wasn't it through David's efforts that the construction of the House of God was completed even better?

Today, we are reminded not to give up on a dream. There is no need to think about whether the dream will eventually come true or not. In fact, even if we don't reach the sky, at least we have dared to spread our wings, then fly to see the beauty of the world. Remember, a dream will remain a dream if we don't dare to take a step forward. Let's present our dreams to the Lord, whether those dreams are also God's dreams for us. Don't be mistaken in pursuing our dreams or aspirations. Whatever we achieve must be in accordance with His will.

WHAT TO DO:
Learn to dare to pursue our dreams and not easily give up.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Leviticus 5-7

Card image
Truth Youth 30 Januari 2024 - JANGAN TAKUT BERMIMPI!
2024-01-30 06:53:36


"Jadi TUHAN telah menepati janji yang telah diucapkan-Nya; aku telah bangkit menggantikan Daud, ayahku, dan telah duduk di atas takhta kerajaan Israel, seperti yang difirmankan TUHAN; aku telah mendirikan rumah ini untuk nama TUHAN, Allah Israel, dan telah menempatkan di sana tabut, yang memuat perjanjian yang telah diikat TUHAN dengan orang Israel.” (2 Tawarikh 6:10-11)

Sebuah drama Korea berjudul The King Land mengisahkan seorang pria penerus, bernama Gu Won yang mempunyai impian menjadikan hotelnya tidak memiliki senyuman palsu kepada tamu hotel yang hadir di situ. Gu Won juga memiliki impian untuk menjadikan hotel tersebut bukan hanya ada di Korea saja, tapi di semua negara. Impian Gu Won merupakan impian dari ayahnya yang sejak dahulu ingin melihat hotel yang dia bangun ada di seluruh dunia. Impian Guo Won ini, menjadikan hotelnya ada di berbagai belahan dunia.

Berbicara mengenai impian, raja Daud pernah berkeinginan mendirikan rumah kediaman bagi nama Tuhan. Namun, Tuhan seolah tidak mengizinkannya menggapai impian itu. Dia berfirman, “… engkau tidak akan mendirikan rumah bagi nama-Ku” (ay. 8). Sebagai gantinya, Tuhan menunjuk Salomo merealisasikan impian ayahnya (ay. 9-10). Apakah Daud menyerah? Rupanya tidak. Daud justru giat membantu Salomo menyediakan bahan-bahan kebutuhan bagi pembangunan rumah Tuhan. Pada akhirnya, rumah Tuhan yang merupakan impian Daud, berhasil didirikan (2Taw. 6:10-11). Jika demikian, apakah Daud berhasil menggapai impiannya? Tentu saja! Bukankah melalui upaya Daud, pembangunan Bait Allah dapat diselesaikan dengan semakin baik?

Hari ini kita diingatkan untuk tidak menyerah atas sebuah impian. Tidak perlu memikirkan apakah impian itu akhirnya menjadi kenyataan atau tidak. Faktanya, sekalipun tidak mencapai ujung langit, setidaknya kita telah berani mengepakkan sayap, lalu terbang melihat keindahan dunia. Ingatlah, impian akan tetap menjadi impian kalau kita tidak berani melangkahkan kaki ke depan. Perkarakanlah mimpi kita kepada Tuhan, apakah mimpi itu merupakan mimpi Tuhan juga atas kita. Jangan salah dalam memperjuangkan mimpi atau cita-cita kita. Apa pun yang kita raih, harus sesuai dengan kehendak-Nya.

WHAT TO DO:
Belajar berani untuk mengejar apa yang menjadi mimpi kita dan tidak mudah menyerah.

BIBLE MARATHON:
▪︎Imamat 5-7

Card image
Renungan Pagi - 30 Januari 2024
2024-01-30 06:50:51


Banyak orang seringkali lebih memikirkan apa yang menjadi kepentingan dirinya sendiri, jarang sekali mereka mau memperhatikan kepentingan orang lain apalagi kepentingan Tuhan. Jikalau pun ada beberapa orang yang peduli akan kepentingan orang lain, pasti ada hal-hal yang berguna juga bagi kepentingan dirinya dibalik apa yang dilakukannya.

"Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga."

Firman Allah mengajarkan agar jangan hanya memikirkan kepentingan kita, tetapi kepentingan orang lain juga dan belajar memberi hormat lebih dahulu sebelum kita merasa harus dihormati. Perintah Tuhan ini terasa sukar untuk dilakukan, tetapi percayalah Roh Kudus akan menolong dan memampukan. Cara yang paling efektif agar dapat melakukannya adalah mulai belajar untuk menaruh kepentingan Tuhan dan Kerajaan-Nya melebihi kepentingan diri kita sendiri.
(Filipi 2:3-4)

Card image
Quote Of The Day - 30 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-30 06:48:19


Kepercayaan kepada Tuhan tidak bisa dipisahkan dari kesucian hidup dan kesediaan kita menjadikan Dia sebagai satu-satunya kebahagiaan kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 30 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-30 06:46:18


Hati-hati dengan pengaruh dunia yang jahat, pilihlah untuk mencari Tuhan dan mengalami proses perubahan terus menerus.

Card image
DEATH EXPERIENCE - 30 Januari 2024 (English Version)
2024-01-30 06:44:07


We should be worried about one thing in our personal lives: if we dare not enter the experience of death together with God. If someone is not willing to join the experience of death with God, they cannot truly become a spiritual Christian. They will not strive to live a holy life.  Entering the experience of death with God does not automatically make our lives right, but we will have a genuine struggle. We will become spiritual beings and undoubtedly influence others. Why do our children not become spiritual, not seek God? Because their parents are not spiritual. What does it mean to experience death in God?

Col. 3:3-10 says, “For you died, and your life is now hidden with Christ in God. When Christ, who is your life, appears, then you also will appear with him in glory. Put to death, therefore, whatever belongs to your earthly nature: sexual immorality, impurity, lust, evil desires and greed, which is idolatry. Because of these, the wrath of God is coming. You used to walk in these ways, in the life you once lived. But now you must also rid yourselves of all such things as these: anger, rage, malice, slander, and filthy language from your lips. Do not lie to each other, since you have taken off your old self with its practices and have put on the new self, which is being renewed in knowledge in the image of its Creator.”

If someone is not willing to enter the experience of death with God, there will be no growth, no change, and it becomes terrifying when they face God and are cast into eternal fire. From here, we see that false Christians may appear beautiful, attend church, and be active in service, but they bear no fruit, unlike a living tree that bears fruit that people can eat. The tree has an impact; even though it will one day die, it has produced much fruit.

So, we must be willing to leave the world with all its pleasures.  A spiritual person is someone who becomes holier day by day, and it depends on us, not on God. The problem is that what our soul craves is either purity or sin. Evil desire is within us, but whether it is magnified or subdued depends on whether we live it out or put it to death, and we must put it to death. The most frightening thing is ourselves because we often do not realize that the old self dominates us, so it becomes one in us. However, we consider it to be ourselves. The Holy Spirit does inform us, but we are often not sensitive because we do not question it.

The Lord is more than enough as long as we genuinely fellowship with Him. The Lord will not disgrace us. We can go through problem after problem, need after need. Don’t be greedy. Because, in the end, we cannot enjoy what is truly meant to be ours. The Word of God says, “On account of these, the wrath of God is coming.” Thus, the Word of God or daily enlightenment delivered, and sermons every Sunday through YouTube and social media should put all negative things within us to death.

Satan cannot control us if we do not want to be controlled. The world cannot influence us if we refuse; they cannot force us. But if we open a gap—because we do not put it to death—then he will grip, control, and drag us into eternal fire. If people still live out evil desires, they cannot grow the attributes of God within them; they cannot develop the divine nature. Yet, we are children of God who should become people with the divine nature.  Holiness is not just a state of not committing sins but also the ability to always act in line with the feelings and thoughts of God.

Since we are children of God, we should have the nature of God’s children. The blood of Jesus has bought us. We are legally children of God, but in reality, not yet. All of us are sinners and disobedient people, but the Lord has forgiven us. The Lord does not consider our numerous mistakes, but let’s not stop at being forgiven; let’s move forward and change into something like a living tree or organism, not an organization. 

  ENTERING THE EXPERIENCE OF DEATH IN GOD DOES NOT AUTOMATICALLY MAKE OUR LIVES RIGHT, BUT WE WILL HAVE A GENUINE STRUGGLE.

Card image
PENGALAMAN KEMATIAN - 30 Januari 2024
2024-01-30 06:41:34


Ada satu yang seharusnya kita khawatirkan dalam hidup kita pribadi, yaitu kalau kita tidak berani masuk dalam pengalaman kematian bersama dengan Tuhan. Sebab kalau seseorang tidak berani memasuki pengalaman kematian bersama dengan Tuhan, dia tidak mungkin menjadi orang Kristen yang rohani. Ia tidak mungkin berjuang untuk hidup suci. Memasuki pengalaman kematian di dalam Tuhan tidak otomatis membuat hidup kita benar, tapi kita akan memiliki perjuangan yang sungguh-sungguh. Kita akan menjadi manusia rohani dan pasti memiliki pengaruh terhadap orang lain. Mengapa anak-anak kita tidak menjadi rohani, tidak mencari Tuhan? Karena orang tuanya tidak rohani. Apa yang dimaksud dengan kematian di dalam Tuhan?

Kolose 3:3-10, “Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan. Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka). Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya. Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya.”

Kalau seseorang tidak berani masuk pengalaman kematian bersama Tuhan, pasti tidak ada pertumbuhan, tidak ada perubahan. Dan menjadi mengerikan sekali ketika ia mengahadap Tuhan dan dibuang ke dalam api kekal. Dari sini kita melihat bahwa Kristen palsu itu bisa nampak indah, ke gereja, aktif dalam pelayanan, tapi tidak berbuah. Seperti pohon hidup berbuah di mana buahnya bisa dimakan orang. Pohon itu berdampak walaupun suatu hari pohon itu akan mati, tapi telah menghasilkan banyak buah. Maka, kita harus berani meninggalkan dunia dengan segala kesenangannya. Manusia rohani adalah manusia yang makin hari makin hidup suci. Itu tergantung kita, bukan tergantung Tuhan. Masalahnya, yang nagih di jiwa kita itu kesucian atau dosa. Ada nafsu jahat dalam diri kita, namun besar atau kecil tergantung apakah itu dihidupi atau dimatikan. Tapi kita harus mematikan, harus dimatikan. Yang paling mengerikan itu diri kita sendiri. Karena kita sering tidak sadar bahwa yang sedang menguasai diri kita itu manusia lama, sehingga manusia lama kita menyatu dengan diri kita. Namun kita anggap itu memang diri kita. Sejatinya, Roh Kudus pasti memberitahu. Hanya kita sering tidak peka karena kita tidak memperkarakannya.

Tuhan itu lebih dari cukup selama kita memiliki persekutuan yang benar dengan Tuhan. Tuhan tidak akan mempermalukan kita. Kita bisa melewati masalah demi masalah, kebutuhan demi kebutuhan. Jangan serakah. Sebab akhirnya kita tidak bisa menikmati apa yang sebenarnya menjadi bagian kita. Firman Tuhan mengatakan, “semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka).” Jadi, seharusnya firman Tuhan yang disampaikan tiap Minggu, renungan harian, khotbah lewat kanal youtube dan medsos, seharusnya mematikan semua hal negatif di dalam diri kita. Setan tidak bisa menguasai kita kalau kita tidak mau dikuasai. Dunia tidak bisa mempengaruhi kita kalau kita menolak, mereka tidak bisa memaksa kita. Tetapi kalau diri kita sendiri yang membuka celah—karena kita tidak mematikannya—maka dia akan mencengkeram, menguasai, dan menyeret kita ke dalam api kekal. Kalau orang masih menghidupi nafsu-nafsu jahat, dia tidak bisa menumbuhkan sifat-sifat Allah di dalam dirinya, tidak bisa menumbuhkan kodrat ilahi. Padahal kita adalah anak-anak Allah yang harus menjadi seorang yang berkodrat ilahi. Sebab kesucian itu bukan hanya keadaan tidak berbuat dosa, melainkan kemampuan untuk bertindak selalu sesuai dengan perasaan dan pikiran Allah.

Karena kita ini anak-anak Allah, seharusnya kita memiliki sifat anak-anak Allah. Kita sudah dibeli oleh Tuhan Yesus dengan darah-Nya. Kita secara hukum menjadi anak Allah, tetapi secara kenyataan, belum. Semua kita ini orang-orang berdosa, orang-orang durhaka. Tapi Tuhan telah mengampuni kita. Tuhan tidak memperhitungkan kesalahan kita yang begitu banyak, tapi jangan berhenti sampai kita diampuni. Mari kita maju, berubah jadi seperti pohon hidup atau organisme, bukan organisasi.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MEMASUKI PENGALAMAN KEMATIAN DI DALAM TUHAN TIDAK OTOMATIS MEMBUAT HIDUP KITA BENAR, TAPI KITA AKAN MEMILIKI PERJUANGAN YANG SUNGGUH-SUNGGUH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 Januari 2024
2024-01-30 06:38:16

Keluaran 1-3

Card image
Truth Kids 29 Januari 2024 - BERANI BENAR
2024-01-29 12:23:37


Ester 4:14
"Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu."

Pada zaman ratu Ester hidup, orang tidak boleh sembarangan menghadap raja. Mereka hanya boleh bertemu dengan raja jika raja memanggil mereka. Bila mereka menghadap raja tanpa dipanggil, bisa-bisa raja akan marah dan menghukum mereka.

Suatu saat, Ester mendengar rencana jahat dari seorang pegawai istana. Orang jahat ini ingin menangkap orang-orang Yahudi. Ester juga merupakan orang Yahudi. Ester merasa harus membantu mereka. Maka, Ester berpuasa selama tiga hari. Ia merasa takut karena harus berbicara kepada raja. Ester mau menghadap raja, padahal raja tidak memanggilnya.

Ester mengumpulkan keberanian untuk menghadap dan berbicara kepada raja. Ia hendak melaporkan rencana jahat pegawai kerajaan kepada kaum bangsanya. Tuhan membuat hati raja menjadi lembut dan bersedia menerima Ester untuk bertemu dengannya. Dan Ester pun menyampaikan kesulitan yang dialami kaum bangsanya. Akhirnya, raja menghukum orang yang jahat dan membebaskan orang-orang Yahudi.

Sobat Kids, saat kita harus melakukan sesuatu yang benar, janganlah takut! Kita mau belajar berani seperti yang telah dilakukan Ester. Tuhan pasti menyertai kita.

Card image
Truth Junior 29 Januari 2024 - E S T E R
2024-01-29 12:20:56


Ester 4:14
“Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu.”

Coba Sobat Junior perhatikan silsilah yang ada di Alkitab. Biasanya hanya nama laki-laki yang masuk dalam silsilah keturunan. Jarang nama perempuan tertulis sebagai pemimpin sebuah bangsa. Nama perempuan yang satu ini tidak hanya tercantum dalam Alkitab, melainkan juga namanya menjadi nama salah satu kitab dalam Perjanjian Lama.

Ester sudah tidak memiliki orang tua saat usianya masih muda. Sepupunya Ester yang bernama Mordekhai, dialah yang merawat Ester. Setelah ratu Wasti tidak menjadi ratu lagi, para pegawai istana ingin mencarikan ratu bagi raja Ahasyweros. Maka, dibuatlah kontes pemilihan ratu. Mereka mengumpulkan semua gadis yang cantik, dan diberikan wangi-wangian kepada mereka. Calon-calon ratu itu mendapatkan perawatan selama dua belas bulan sebelum mereka dapat menemui raja Ahasyweros.

Ketika Ester masuk menghadap baginda raja, ia lebih dikasihi daripada semua perempuan lainnya. Ester pun akhirnya terpilih menjadi ratu. Saat bangsanya mengalami kesulitan, Ester memberanikan diri untuk menemui raja, walaupun nyawa yang menjadi taruhan. Hukum yang berlaku saat itu adalah orang tidak dapat menemui raja, bila tidak dipanggil oleh raja. Orang yang berani menghadap raja tanpa mendapat undangan atau dipanggil raja, akan dihukum mati. Ester mengajak seluruh kaum keturunannya untuk berpuasa bersama-sama sebelum ia menghadap raja. Meskipun ia takut, Ester mencoba untuk berani dan menghadap raja.

Tuhan melindungi Ester. Raja Ahasyweros berkenan ditemui dan mengabulkan permintaan Ester untuk menyelamatkan kaum bangsanya. Sobat Junior, saat kita mengalami ketakutan karena harus melakukan sesuatu yang benar, ingatlah akan Ester. Ester berani membela yang benar.

Card image
Truth Youth 29 Januari 2024 (English Version) - THE ALMIGHTY SKY!
2024-01-29 06:06:09


"Say to those who have an anxious heart, 'Be strong; fear not! Behold, your God will come with vengeance, with the recompense of God. He will come and save you.'" (Isaiah 35:4)

How do we feel when we are often mistreated by others? Especially when what they do is not our fault at all? We are often scolded, blamed, underestimated, and mistreated by others, even though we often do good to them. It feels boiling in the heart, a thunderstorm in the noise of thinking, "Why is all this happening in my life? What should I do?" Often silence and surrender are the best options. Let the LORD repay. He knows much better what is best for us and for those who hurt us. Our only task is one: be silent, be silent, and be silent. Do the best we can. If possible, don't make mistakes. However, in our precision in doing something, sometimes there are still those who find fault in us. Just let it be; this is the LORD's part.

The Lord understands and knows the condition and situation of ourselves, our environment, and the people around us. He will not let us fall. Even if we fall, we will not lie down. Just surrender to Him, and keep doing good. However, life brings us to things we don't like and often hurts us. Keep doing good. Keep silent and surrender all our worries to Him, and He will act. As the word of God says, "Commit your way to the LORD; trust in him, and he will act." – Psalms 37:5. So, let's learn to fully surrender our lives in the control of the HEAVEN that is all-POWERFUL in this life. We are in very capable hands. Just be calm.

WHAT TO DO:
1. Surrender our lives completely to the LORD.
2. Learn to trust Him.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Leviticus 1-4

Card image
Truth Youth 29 Januari 2024 - LANGIT YANG SERBA MAHA!
2024-01-29 06:04:03


Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati: "kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!" Yesaya 35:4

Bagaimana perasaan kita kalau sering diperlakukan tidak baik oleh orang lain? Apalagi yang dilakukan itu sama sekali bukan karena kesalahan kita? Kita sering dimarahi, disalahkan, diremehkan, dan diperlakukan tidak baik oleh orang lain yang justru kita sering kali berbuat baik kepada mereka. Rasanya mendidih di hati, gemuruh dalam riuh alam berpikir, “Kenapa semua ini bisa terjadi dalam hidupku? Apa yang harus aku lakukan?” Sering kali diam dan berserah menjadi pilihan yang terbaik. Biarkan saja TUHAN yang membalas. Dia jauh lebih tahu apa yang terbaik untuk kita dan untuk orang yang menyakiti kita. Tugas kita hanya satu: diam, diam, dan diam. Lakukan yang terbaik sebaik-baiknya. Kalau bisa, jangan sampai salah. Namun, kalau dalam ketepatan kita melakukan sesuatu, terkadang masih ada saja yang mencari cela kesalahan kita, biarkan saja, ini bagiannya TUHAN.

Tuhan teramat paham dan tahu kondisi dan situasi diri kita, lingkungan kita, serta orang-orang yang ada di sekitar kita. Tidak mungkin Dia membiarkan kita jatuh. Seandainya jatuh pun, tidak akan tergeletak. Serahkan saja pada-Nya, dan tetaplah berbuat baik. Bagaimanapun, kehidupan membawa kita pada hal-hal yang tidak kita suka dan sering kali menyakiti kita, tetaplah berbuat baik. Tetaplah diam dan menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada-Nya, maka Ia akan bertindak. Seperti firman Tuhan mengatakan, “Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;” - Mazmur 37:5. Jadi, yuk, belajar menyerahkan hidup ini sepenuhnya dalam kendali LANGIT yang serba MAHA dalam hidup ini. Kita ada di tangan yang sangat tepat. Tenang saja.

WHAT TO DO:
1. Menyerahkan hidup sepenuhnya pada TUHAN
2. Belajar percaya pada-Nya

BIBLE MARATHON:
▪︎Imamat 1-4

Card image
Renungan Pagi - 29 Januari 2024
2024-01-29 05:59:43


Jika kita mengatakan bahwa mengasihi Tuhan, salah satu buktinya akan menjadikan firman Allah sebagai cermin, untuk melihat apakah kita benar-benar sudah mengasihi Tuhan. Kasih yang berkenan kepada Allah, bukan sekedar diucapkan di mulut saja, tetapi harus dibuktikan melalui sikap hidup, yaitu kehidupan yang melakukan segala perintah Tuhan.

"Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya." Seorang yang mengasihi Tuhan, dapat dilihat dari sikap hidupnya sehari-hari, dapat dibuktikan melalui ketaatannya terhadap perintah Tuhan, dan dapat dirasakan melalui sikap kasihnya terhadap sesama.
(Yohanes 14:21)

Card image
Quote Of The Day - 29 Januari 2204 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-29 05:57:50


Kalau kita tidak membuat membara kerinduan kita untuk menyenangkan Allah, maka hidup kita akan tidak bertumbuh.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 29 Januari 2024 Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-29 04:48:05


Dunia dikondisi oleh Iblis menjadi dunia yang egois, mau menang sendiri, tidak mau mengalah. Mari kita berlindung dan bergantung kepada Tuhan.

Card image
KEPERCAYAAN KEPADA TUHAN - 29 Januari 2024
2024-01-29 04:44:13


Sangat-sangat sedikit orang yang benar-benar memperlakukan Allah Pencipta langit dan bumi sebagai Pribadi yang hidup, yang nyata, yang Mahahadir. Sebab orang tidak berani menginvestasikan waktunya untuk benar-benar mengalami Tuhan. Jadi di mata banyak orang, Tuhan itu ada dan tidak ada. Mereka percaya Tuhan itu ada, tapi juga ragu-ragu. Jadi antara percaya Tuhan itu ada dan tidak ada. Di dalam pikiran, karena sudah mendengar banyak dari berbagai sumber, percaya Allah itu ada, tetapi dia tidak memiliki keyakinan bahwa Allah itu ada. Ada kesenjangan antara apa yang dia pikirkan, yang dia rasakan dan tentu yang dia lakukan.

Yang dia pikirkan Allah itu ada, tapi hati tidak sanggup memercayai sepenuhnya bahwa Allah itu ada. Sehingga kelakuannya pun tidak menunjukkan bahwa ia yakin Allah itu ada. Memang, mempercayai Allah itu ada bukan sesuatu yang mudah. Benar, tidak mudah. Dengan mulut kita mengaku bahwa Allah itu ada, dengan nalar kita berani menerima atau menyetujui bahwa Allah itu ada. Tetapi hati tidak bisa memercayai-Nya secara lengkap, penuh, bulat Allah. Dan tentu perbuatan akan sangat terpengaruhi oleh sikap kita terhadap Tuhan. Lalu bagaimana hati kita bisa mempercayai Allah sepenuhnya? *Kepercayaan kepada Tuhan tidak bisa dipisahkan dari kekudusan, kesucian hidup dan kesediaan kita menjadikan Dia satu-satunya kebahagiaan kita. Jadi tidak dapat dipisahkan. Kalau orang tidak hidup benar-benar bersih, maka hati tidak akan sanggup mempercayai dengan utuh dan bulat. Kalau hidup kita tidak benar-benar bersih, rasanya kita mau meyakini Tuhan itu, sulit. Ibarat terbang kita hanya sampai 5-10meter dari tanah yang kita injak ini.

Tapi kalau hidup kita bersih, mempertahankan kesucian, kesempatan-kesempatan berbuat dosa tidak kita gunakan, belajar mengendalikan diri, mengendalikan emosi dan kalau kita gagal, kita datang minta ampun kepada Tuhan, lalu memulai lagi berjalan di dalam kekudusan Tuhan, di mana Roh Kudus pasti pimpin kita. Di situ kemampuan kita terbang mempercayai Allah lebih tinggi. Kalau orang punya kesenangan-kesenangan dunia atau hatinya terikat dengan dunia ini, ia tidak bisa memercayai Allah. Jadi kita bisa mengerti apa yang dikatakan Tuhan Yesus, _"Bagaimana kamu percaya, jika kamu masih mencari hormat satu dengan yang lain?"_ Mencari hormat, jelas sikap atau langkah yang salah, dosa. Itu membuat kita tidak bisa memercayai secara utuh dan bulat keberadaan Tuhan. Ini sama dengan, *kita tidak bisa minta perlindungan Tuhan dan yakin Tuhan akan melindungi jika kita masih tidak hidup benar, tidak hidup kudus, masih terikat dengan percintaan dunia.* Lumpuh iman kita. Kita tidak bisa yakin kepada Allah yang hidup, Allah yang nyata. Jadi, sangat sedikit orang yang benar-benar memercayai bahwa Allah itu hidup. Sangat sedikit orang yang benar-benar memperlakukan Allah sebagai Allah yang hidup. Karena dunia kita sudah sangat-sangat-sangat gelap. Kejahatan di mana-mana. Bukan hanya dalam kehidupan orang yang tidak beragama, orang beragama pun tidak sungguh-sungguh hidup di dalam kekudusan.

Banyak orang Kristen yang tidak hidup bersih, hatinya masih terikat dengan dunia. Ia tidak sungguh-sungguh hidup dalam kekudusan, masih terikat dengan perkara dunia, ia tidak sanggup memercayai Allah yang hidup. *Dan kalau orang tidak memercayai Allah yang hidup, perilakunya pasti rendah, artinya kualitas perilakunya pasti rendah.* Jadi, kalau orang berkata, percaya Tuhan dengan mulutnya, belum tentu dia percaya kepada Tuhan dengan benar di dalam hatinya. Dari perilaku seseorang, dari perbuatan seseorang, nampak, apakah dia meyakini Allah yang hidup atau tidak.

Orang yang meyakini Allah yang hidup, dampaknya luar biasa, lebih dari dinamit, powerfull. Orang yang memercayai Allah itu ada, yang dibangun dari kesucian hidup dan tidak terikat dengan dunia ini, hatinya menjadi kuat. Jadi ketika kita berusaha untuk hidup suci, keyakinannya terhadap Allah yang hidup bertumbuh atau bertambah. Dan semakin kita berusaha hidup suci, semakin kita yakin bahwa Allah itu hidup. Dan kemudian kita terpengaruhi, tercengkerami oleh kehadiran Allah yang hidup. Kita akan terus makin meningkat kekudusan hidup, makin meningkat cinta kita kepada Tuhan, makin meningkat kesediaan kita hidup hanya untuk menyenangkan Tuhan, hanya untuk menjadi anak kesukaan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEPERCAYAAN KEPADA TUHAN TIDAK BISA DIPISAHKAN DARI KEKUDUSAN, KESUCIAN HIDUP DAN KESEDIAAN KITA MENJADIKAN DIA SATU-SATUNYA KEBAHAGIAAN KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 29 Januari 2024
2024-01-29 04:40:33

Kejadian 48-50

Card image
Truth Kids 28 Januari 2024- KERJA KERAS
2024-01-28 05:21:26


Nehemia 2:17
Berkatalah aku kepada mereka: "Kamu lihat kemalangan yang kita alami, yakni Yerusalem telah menjadi reruntuhan dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar. Mari, kita bangun kembali tembok Yerusalem, supaya kita tidak lagi dicela."

Hari ini kita mau belajar dari tokoh Nehemia, Sobat Kids. Nehemia bekerja di sebuah kerajaan. Ia bertugas menyediakan anggur bagi sang raja. Suatu hari raja melihat muka Nehemia sedih. Rupanya Nehemia menjadi sedih karena kota tempat tinggal asalnya runtuh akibat kebakaran. Ia memohon agar diberi izin untuk pulang kampung, ke tempat kelahirannya. Berkat pertolongan Tuhan, sang raja mengizinkan Nehemia untuk kembali ke Yerusalem.

Nehemia tidak hanya berdoa, tetapi juga bersiap untuk bekerja keras. Sobat Kids, pekerjaan untuk membangun sebuat tempat yang sudah runtuh karena kebakaran, tidaklah mudah, Sobat Kids. Butuh banyak orang untuk membersihkan, lalu membangunnya kembali. Mereka juga harus memiliki bahan-bahan untuk memperbaiki tembok Yerusalem dan gerbang-gerbangnya. Nehemia bekerja keras mengajak orang untuk membantunya memperbaiki tembok Yerusalem. Nehemia tetap bekerja walaupun ada orang-orang yang mengejek dan tidak mau membantu, hingga akhirnya tembok Yerusalem selesai diperbaiki.

Sobat Kids, saat kita melakukan suatu pekerjaan, kita harus menyelesaikannya dengan baik. Walaupun letih dan butuh waktu yang lama, kita harus menyelesaikan tugas kita. Semangat, Sobat Kids!

Card image
Truth Junior 28 Januari 2024 - NEHEMIA
2024-01-28 05:19:44


Nehemia 2:17
Berkatalah aku kepada mereka: “Kamu lihat kemalangan yang kita alami, yakni Yerusalem telah menjadi reruntuhan dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar. Mari, kita bangun kembali tembok Yerusalem, supaya kita tidak lagi dicela.”

Apakah ada di antara Sobat Junior yang ingin menjadi arsitek atau desainer interior? Arsitek biasanya orang yang merancang suatu bagunan atau gedung. Dan seorang desainer interior biasanya akan merancang tata letak sebuah rumah atau bangunan. Proses kerja keduanya tidaklah mudah dan singkat, Sobat Junior. Apalagi tahap mewujudkan rancangannya menjadi bentuk nyata suatu bangunan. Butuh proses dan waktu yang panjang untuk membangun sebuah rumah atau bangunan.

Tokoh yang kita akan pelajari hari ini bernama Nehemia. Saat mendengar tembok Yerusalem, tempat kampung halamannya runtuh, Yeremia menjadi sangat sedih. Pintu-pintu gerbang tembok Yerusalem juga rusak terbakar. Nehemia memiliki kerinduan untuk membangun kembali tembok Yerusalem. Nehemia meminta izin kepada raja tempat ia bekerja. Ia bersyukur raja mengizinkan Nehemia pulang kampung untuk memperbaiki tembok Yerusalem.

Nehemia tidak hanya berdoa, tetapi ia juga bersiap untuk bekerja keras. Nehemia mengajak orang-orang untuk membangun kembali tembok kampung halaman mereka. Sobat Junior, Nehemia memiliki kerinduan untuk merawat dan menjaga tempat tinggalnya. Kita juga perlu menjaga “kampung halaman” kita. Kita juga perlu merawat tempat tinggal sekarang. Di mana pun kalian tinggal sekarang ini, Sobat Junior, bersyukurlah!

Card image
Truth Youth 28 Januari 2024 (English Version) - ELON MUSK DEFINITELY PERSISTENT!
2024-01-28 05:17:22


"The hand of the diligent will rule, while the slothful will be put to forced labor." (Proverbs 12:24)

Who has never imagined wanting to be the richest person in the world like Elon Musk? Many times people imagine being wealthy like Elon Musk, having various possessions of this world, from branded items, the most expensive cars, the grandest houses, private planes, traveling around the world, and so on. But have we ever thought about how Elon Musk could become the richest person in the world? Have we ever thought about how hard Elon Musk's struggle is in every business or endeavor? Have we ever thought about the bitter experiences he has gone through in life, the obstacles and trials he faced, that led him to the top of the Forbes list of the richest people in the world?

What Elon Musk has been through in life is not easy. He couldn't possibly just lie in bed, watch TV all day, or not work in his life. If we want to be wealthy or become what we aspire to be, we have to understand and go through a certain journey in life. This is just an example. Wealth or worldly possessions should not be our life goal or something we rely on. In essence, everything that is gained requires struggle.

Our Bible verse today teaches that the hand of the diligent will rule. This has been a guideline in our lives. If we want to be someone in this world, of course, we have to be diligent. It's as simple as that. But more importantly in life, while maximizing our potential, as we progress, in every step we take, we become more and more like Jesus. That is an absolute necessity, cannot be denied. Let's maximize our potential by being diligent, as diligent as possible, and even more become like Jesus.

WHAT TO DO:
1. Maximize all the potential we have.
2. Start doing what we can do now.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Exodus 38-40

Card image
Truth Youth 28 Januari 2024 - ELON MUSK PASTI RAJIN!
2024-01-28 05:14:57


< "Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa." Amsal 12:24

Siapa yang pernah membayangkan ingin menjadi orang terkaya di dunia seperti Elon Musk? Sering sekali orang membayangkan ingin bisa kaya seperti Elon Musk, bisa memiliki berbagai isi kehidupan dunia ini, mulai dari barang-barang branded, mobil termahal, rumah termewah, pesawat pribadi, bisa keliling dunia, dan lain sebagainya. Tapi pernah tidak, kita berpikir bagaimana Elon Musk bisa jadi orang terkaya di dunia? Pernah tidak, kita berpikir sekeras apa perjuangan Elon Musk dalam setiap bisnis atau usahanya? Pernah tidak, kita berpikir hal pahit apa yang sudah ia lalui dalam hidup ini, rintangan dan cobaan apa yang ia lalui dalam hidup ini, sehingga ia meraih posisi pertama dalam daftar orang terkaya di dunia versi majalah Forbes?

Hal yang Elon Musk lalui dalam hidup tidaklah mudah. Ia tidak mungkin hanya berbaring tidur, menonton TV sepanjang hari, tidak mungkin tidak bekerja dalam hidupnya. Kalau kita ingin menjadi orang kaya atau menjadi seperti apa yang kita inginkan, kita harus memahami dan melewati serangkaian perjalanan hidup tertentu. Ini hanya sebuah contoh. Hendaknya kekayaan atau harta dunia tidak kita jadikan tujuan hidup atau sebagai sesuatu yang kita andalkan. Intinya, segala sesuatu yang menghasilkan, pasti memerlukan perjuangan.

Ayat Alkitab kita hari ini mengajarkan bahwa tangan yang rajin akan memegang kekuasaan. Hal ini sudah menjadi pedoman dalam hidup kita. Kalau kita ingin menjadi “orang” di dunia ini, tentunya kita harus rajin. Sesederhana itu. Tapi terlebih lagi dalam hidup, di samping kita memaksimalkan potensi yang kita miliki, seiring berjalannya hal itu, begitu pula di setiap langkah kita, kita menjadi semakin serupa seperti Yesus. Itu hal yang mutlak, tidak bisa ditolak. Yuk, kita memaksimalkan potensi kita dengan menjadi rajin, serajin-rajinnya, dan semakin lagi menjadi serupa seperti Yesus.

WHAT TO DO:
1. Memaksimalkan seluruh potensi yang kita miliki
2. Mulai melakukan apa yang bisa kita lakukan sekarang

BIBLE MARATHON:
▪︎Keluaran 38-40

Card image
Renungan Pagi - 28 Januari 2024
2024-01-28 05:12:04


Orang yang dekat dengan Tuhan, tidak akan menjadi orang yang egois atau mementingkan dirinya sendiri. Seseorang menjadi egois karena dia tidak mengenal Tuhan dengan benar, maka dia hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri, bukan kepentingan bersama, apalagi kepentingan Tuhan. Orang yang egois itu biasanya karena tidak berjalan bersama dengan Tuhan setiap harinya, itu sebabnya dia mengejar kepuasan bagi dirinya sendiri dan hidup jauh dari Tuhan.

Rasul Paulus menekankan hal ini pada jemaat di Filipi. "Karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga."

Ketika seseorang rajin beribadah bahkan melayani Tuhan sekalipun, tidak menjamin orang itu mengenal Tuhan secara pribadi dengan benar, tapi kalau orang itu mengenal dan mengalami kasih Tuhan, mengalami hal-hal yang indah dengan Tuhan, maka dia tidak akan egois karena yang dipikirkannya bukan hanya kepentingan diri sendiri tetapi kepentingan orang lain juga, dan yang terutama kepentingan Tuhan.
(Filipi 2:2-4)

Card image
Quote Of The Day - 28 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-28 05:08:51


Perkataan yang sia-sia akan menajiskan atau membuat polusi suatu persahabatan atau hubungan dengan sesama.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 28 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-28 05:07:22


Selagi masih ada kesempatan yang Tuhan berikan untuk membenahi diri, kita harus memiliki sikap hati yang berjaga-jaga dan selalu hidup dalam kekudusan.

Card image
THREATENING TRANQUILITY - 28 Januari 2024 (English Version)
2024-01-28 05:05:45


One characteristic of someone who indeed grows is loneliness. As we grow in faith, mature spiritually, love and respect God more, live a holy life, fear God, and do not love the world, the allure of the world fades in our eyes. At that point, we begin to feel lonely because there are a few people we can share our feelings with or discuss the same topics with. We focus on the new heaven and earth, the Kingdom of Heaven. However, the themes and focus of many people in conversations still revolve around worldly matters.

We start to feel disconnected, no longer ‘clicking’ with those we were close to, and then begin to lose them. Sooner or later, they will also think they are losing us. We started to have fewer friends. Even to a certain point, we may have no friends, and this is a sign or symptom of someone who is indeed growing in faith—growing more spiritually mature, living a holy and blameless life, not loving the world, and shifting their focus to God and His Kingdom, yearning to meet God face to face. This is something to be grateful for.

Furthermore, we will face challenges and attacks from various parties, not only from people outside the church but even from people within the church. We are considered strange; our way of life threatens them. Living in holiness, staying in the presence of God, and living a life that emulates Jesus Christ is complex and a heavy burden. When we start talking about holiness, we may be seen as arrogant and judged as feeling more righteous than others, even though that is not our intention.

The call to live blamelessly and the longing for the new heaven and earth threaten the tranquility of those who still want to enjoy this world. It’s as if people say, ‘You can be serious, but don’t be too extreme.’ Anything extreme is always assumed to be negative; the same goes for fanaticism—it is always considered to be negative. Yet, for God and His Kingdom, we should be as extreme and fanatical as possible. For holiness, we should be as passionate as possible. If there is a word stronger, let’s use it. For our Holy God the Father, we must surrender our lives unconditionally to Him. When we hear the phrase ‘unconditional,’ we might be considered joking, playing around, or intimidating people to draw their wealth for ourselves. When we hear the word ‘leaving anything behind,’ we might be considered intimidating people, deceiving them to enrich ourselves. We may be unable to say anything and should not say much; we remain silent. Meanwhile, we continue to improve ourselves because to be truly pure in the eyes of God, upright, blameless, and sincere, is not easy. We are accustomed to living in deceit, hypocrisy, and selfishness with the intelligence we possess, living as we please, and cleverly building arguments or reasons for why we do this or that.

Yet, we do not question ourselves before God, what His judgment of us. That is what happens in this life. However, we will continue to look to God, not influenced by the world around us. The world around us is already very dark. The standard of Christian living that should be understood and applied is far from the understanding of many. Our Christian way of life is to be like Jesus and perfect, as the Father is perfect, which means we should adopt the lifestyle of Jesus.

The Holy Spirit will surely guide us on how to live the life that Jesus lived in Palestine 2000 years ago in our lives today. The Holy Spirit will teach us the twists and turns, the nuances of Jesus’ life, and it is very personal. No one knows; indeed, no one needs to know. If we read the letters of Paul, the Holy Spirit helps us to capture the feelings of Apostle Paul, his love for God, and his diligence in ministry. And in that, we will feel touches we have never experienced before. We want to persevere in seeking God. Whatever happens. The world is already very dark, not only in the environment outside but also inside the church. The standard of Christian life that should be applied is not applied. We should not feel or not feel the best, but we must be not only good but perfect.  

THE CALL TO LIVE BLAMELESSLY AND THE LONGING FOR THE NEW HEAVEN AND EARTH THREATEN THE TRANQUILITY OF THOSE WHO STILL WANT TO ENJOY THIS WORLD.

Card image
MENGANCAM KETENANGAN - 28 Januari 2024
2024-01-28 05:03:32


Salah satu ciri dari kehidupan seseorang yang benar-benar bertumbuh adalah kesepian. Ketika kita bertumbuh di dalam iman, makin dewasa rohani, semakin mencintai dan menghormati Tuhan, semakin hidup suci, takut akan Allah, tidak mencintai dunia, keindahan dunia menjadi pudar di mata kita, maka di situ kita akan mulai merasakan kesepian. Karena kita mulai merasakan tidak banyak orang yang bisa kita ajak berbagi perasaan dan membicarakan pokok-pokok bahasan yang sama dengan kita. Fokus kita sudah langit baru dan bumi baru, Kerajaan Surga. Tetapi tema dan fokus banyak orang dalam percakapan masih seputar hal-hal dunia.

Kita mulai tidak nyambung, mulai tidak ‘klik’ dengan mereka yang dulu dekat. Kita mulai kehilangan mereka. Dan cepat atau lambat mereka pun akan merasa kehilangan kita. Kita mulai tidak banyak teman. Bahkan sampai pada titik tertentu, kita tidak punya teman. Itu adalah ciri atau gejala dari orang yang benar-benar bertumbuh di dalam iman; makin dewasa rohani, makin hidup kudus tak bercacat tak bercela, makin tidak mencintai dunia, mulai fokus kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya, mulai menghayati dunia bukan rumah kita, makin berkerinduan bertemu dengan Tuhan muka dengan muka. Bersyukur kita mengalami hal ini.

Selanjutnya, kita akan mendapatkan tantangan dan serangan dari berbagai pihak. Bukan hanya orang-orang di luar gereja, justru dari orang-orang di dalam gereja. Karena kita dianggap aneh, cara hidup kita mengancam mereka. Hidup dalam kekudusan, hidup tetap ada di hadirat Allah, hidup meneladani Yesus Kristus adalah hidup yang sulit, hidup yang berat. Ketika kita mulai bicara tentang kekudusan, maka kita akan dianggap sombong, dinilai merasa lebih benar dari orang lain, padahal kita tidak bermaksud begitu. Seruan untuk hidup tak bercacat tak bercela, lalu kerinduan langit baru bumi baru mengancam ketenangan orang yang masih mau menikmati dunia ini. Seakan-akan orang berkata, 'boleh sungguh-sungguh, tapi jangan terlalu ekstrem.' Yang namanya ekstrem itu selalu diasumsikan negatif, demikian juga fanatik selalu diasumsikan negatif. Padahal mestinya untuk Tuhan dan Kerajaan-Nya, kita harus seekstrem-ekstremnya, sefanatik-fanatiknya. Untuk kekudusan mestinya kita seekstrem-ekstremnya, sefanatik-fanatiknya. Kalau ada kata yang lebih tajam, lebih keras dari ini, kita gunakan. Untuk Allah, Bapa Yang Maha Kudus kita harus menyerahkan hidup kita tanpa batas kepada-Nya. Mendengar kata 'tanpa batas,' mungkin kita dianggap bercanda atau main-main atau dianggap sedang mengintimidasi orang untuk menarik harta mereka untuk diri kita. Mendengar kata 'tidak menyisakan,' kita dianggap sedang mengintimidasi orang, memperdaya orang untuk memperkaya diri. Kita mungkin tidak bisa berbicara apa-apa dan memang tidak boleh banyak bicara, kita diam-diam-diam. Sementara itu kita terus membenahi diri. Karena untuk menjadi seorang yang benar-benar bersih di mata Tuhan, lurus, kudus tak bercela, tulus, bukan sesuatu yang mudah. Karena kita sudah biasa hidup di dalam kelicikan, kepura-puraan, egois dengan kecerdasan yang kita miliki, hidup suka-suka sendiri dan kita cerdas membangun argumentasi atau alasan kenapa melakukan ini atau itu.

Padahal kita tidak memperkarakannya di hadapan Tuhan, apa penilaian Tuhan terhadap diri kita. Itu yang terjadi dalam hidup ini. Tetapi kita akan terus memandang Tuhan, tidak terpengaruh oleh keadaan dunia sekitar kita. Dunia sekitar kita sudah sangat-sangat-sangat gelap. Standar hidup kekristenan yang mestinya dipahami dan dikenakan, jauh dari pengertian banyak orang. Standar hidup kekristenan yang kita miliki itu sesungguhnya hanya satu, serupa dengan Yesus dan sempurna seperti Bapa. Itu berarti gaya hidup Tuhan Yesus yang harus kita kenakan. Roh Kudus pasti menuntun kita bagaimana kita mengenakan kehidupan Yesus yang pernah Yesus jalani 2000 tahun yang lalu di Palestina, dalam hidup kita hari ini. Liku-liku, pernik-pernik kehidupan Yesus, Roh Kudus akan ajarkan kepada kita dan itu sangat pribadi sifatnya. Tidak ada orang tahu dan memang tidak perlu orang tahu. Kalau kita membaca surat Paulus, Roh Kudus menolong kita menangkap perasaan Rasul Paulus, kecintaannya kepada Tuhan, kegigihannya dalam pelayanan. Dan di situ kita akan merasakan sentuhan-sentuhan yang belum pernah kita alami sebelumnya. Kita mau bertekun mencari Tuhan. Apa pun yang terjadi. Dunia sudah sangat gelap. Bukan hanya di lingkungan di luar gereja, juga di dalam gereja. Standar kehidupan Kristiani yang mestinya dikenakan, tidak dikenakan. Kita tidak merasa dan tidak boleh merasa paling baik, tapi kita harus bukan hanya baik, melainkan sempurna.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SERUAN UNTUK HIDUP TAK BERCACAT TAK BERCELA, KERINDUAN LANGIT BARU BUMI BARU MENGANCAM KETENANGAN ORANG YANG MASIH MAU MENIKMATI DUNIA INI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 Januari 2024
2024-01-28 04:44:28

Kejadian 46-47

Card image
Truth Kids 27 Januari 2024 - PERPANJANGAN UMUR
2024-01-27 05:35:53


2 Raja-raja 20:5
"Baliklah dan katakanlah kepada Hizkia, raja umat-Ku: Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu; sesungguhnya Aku akan menyembuhkan engkau; pada hari yang ketiga engkau akan pergi ke rumah TUHAN."

Hampir semua orang tidak tahu kapan waktunya mereka akan meninggal. Namun, raja Hizkia mendapat bonus dari Tuhan. Raja Hizkia adalah seorang raja yang hidup benar di hadapan Tuhan. Ketika ia sakit dan hampir meninggal, raja Hizkia berdoa kepada Tuhan. Ia memohon agar umurnya diperpanjang. Ia berdoa dengan sungguh-sungguh hingga akhirnya Tuhan memberikan lima belas tahun lagi untuk raja Hizkia bisa hidup dan sehat.

Sobat Kids, Tuhan yang berkuasa atas hidup kita. Durasi hidup kita di bumi ini terbatas. Suatu saat nanti kita pasti akan meninggal. Oleh sebab itu, kita harus hidup dengan sungguh-sungguh sejak kecil. Ikuti perintah Tuhan setiap saat. Tidak semua orang mendapatkan tambahan umur untuk hidup di bumi ini. Suatu saat nanti, ketika kita harus pulang ke rumah Bapa di surga, kita sudah memberikan yang terbaik bagi Tuhan.

Yuk, Sobat Kids, kita berkemas-kemas untuk memasuki Langit Baru dan Bumi yang Baru (LB3). Kita mau hidup sungguh-sungguh untuk Tuhan, menjadi anak kesayangan-Nya.

Card image
Truth Junior 24 Januari 2024 - KESEMPATAN
2024-01-27 05:34:32


2 Raja-raja 20:5
Baliklah dan katakanlah kepada Hizkia, raja umat-Ku: “Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu; sesungguhnya Aku akan menyembuhkan engkau; pada hari yang ketiga engkau akan pergi ke rumah TUHAN.”

Pasti setiap orang senang mendapatkan bonus, ya, kan?! Misalnya saat belanja, bisa mendapatkan bonus tambahan barang yang lain. Di permainan online, saat mencapai level atau target tertentu, akan mendapatkan bonus. Betapa menyenangkan!

Tokoh yang kita pelajari hari ini juga mendapatkan bonus, Sobat Junior. Bonusnya bukan dalam permainan atau belajaan, melainkan bonus umur. Saat raja Hizkia sakit dan sudah hampir meninggal, dia berdoa dengan sungguh-sungguh, memohon agar disembuhkan dari penyakitnya dan tidak jadi meninggal. Ternyata Tuhan mengabulkan permintaan raja Hizkia. Seperti ayat firman Tuhan hari ini, nabi Yesaya menyampaikan pesan Tuhan kepada raja Hizkia. Karena Hizkia telah hidup menurut kehendak Tuhan, doanya didengar dan permohonannya dikabulkan. Hizkia diberikan perpanjangan umur selama 15 tahun.

Sobat Junior, tidak semua orang yang sakit dan hampir meninggal diberikan kesempatan untuk sembuh dan berumur panjang. Oleh sebab itu, kita harus gunakan waktu yang ada sebaik mungkin. Selama kita masih ada kesempatan hidup bersama orang tua, kasihi dan hormatilah mereka. Taatilah kedua orang tua kita selama kita masih memiliki kesempatan, sehingga kita tidak akan menyesal di kemudian hari. Ingat, hidup ini adalah kesempatan. Isilah hidup kita dengan perbuatan yang menyenangkan hati Tuhan.

Card image
Truth Youth 27 Januari 2024 (English Version) - TIPS TO HAVE A COLORFUL LIFE!
2024-01-27 05:32:23


"But they who wait for the LORD shall renew their strength; they shall mount up with wings like eagles; they shall run and not be weary; they shall walk and not faint." (Isaiah 40:31)

Ever felt bored or weary in life, like it's becoming monotonous or the same old routine? Feeling bored because what you're doing isn't interesting anymore, feeling weary because everything you get falls short of expectations, feeling meaningless doing the same things over and over again, like studying and working. Sometimes, the routines in life make us bored. Upon reflection, why do we get bored with routines that are actually good for us? Have we ever investigated if there's an underlying intention in our hearts that we're not getting, making us lose enthusiasm to do it again? When we're bored with something, let's reconsider why we're bored with it. Maybe we're waiting for something better to happen in our lives, and it's not coming. The key here is "waiting."

What are we waiting for in life? Satisfying grades in school? A stable job? Amazing gifts? Enjoyable vacations? These things are tedious waits because we set our hearts on things that are not eternal. True happiness in life comes when we set our hearts on eternal things. Like our Bible verse today, "But they who wait for the LORD shall renew their strength; they shall mount up with wings like eagles; they shall run and not be weary; they shall walk and not faint."

If we wait for the Lord in our lives, we will gain renewed strength. It's like an eagle that soars with the strength of its wings, it runs and doesn't grow weary, it walks and doesn't faint. So, if we want a life that's not boring, wait for the LORD Himself.

WHAT TO DO:
1. Set your heart only on the LORD.
2. Always pray to stay close to Him.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Exodus 35-37

Card image
Truth Youth 27 Januari 2024 - TIPS AGAR KEHIDUPAN TIDAK MEMBOSANKAN!
2024-01-27 05:29:21


"tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." (Yesaya 40:31)

Pernah tidak, dalam hidup ini kita merasa jenuh atau bosan dalam mengerjakan sesuatu? Rasanya seperti monoton atau itu-itu saja? Merasa bosan karena yang dikerjakan sudah tidak menarik, merasa jenuh karena segala yang didapatkan tidak sesuai harapan, merasa tidak berarti melakukan sesuatu yang itu lagi dan itu lagi, seperti belajar dan bekerja. Kadang rutinitas dalam hidup ini membuat kita bosan. Kalau dipikir-pikir, kenapa kita bisa bosan dengan rutinitas yang sebenarnya baik buat kita? Apakah kita pernah menyelidiki ada niat terselubung dalam hati yang sebenarnya tidak kita dapatkan, sehingga kita menjadi tidak bersemangat untuk melakukannya lagi? Ketika kita sedang bosan terhadap sesuatu, coba kita pikir ulang kenapa kita bosan dengan sesuatu itu? Mungkin kita menanti-nantikan sesuatu yang lebih baik terjadi dalam hidup kita, dan hal itu tidak kunjung datang. Kuncinya di sini adalah “menanti-nantikan.”

Apa yang kita nanti-nantikan dalam hidup ini? Nilai yang memuaskan di sekolah? Pekerjaan yang mapan? Hadiah-hadiah yang menakjubkan? Liburan yang menyenangkan? Hal-hal tersebut adalah penantian yang menjemukan, karena kita menaruh hati pada hal yang tidak abadi. Hal yang membahagiakan di dalam hidup ini, ketika kita menaruh hati pada hal yang abadi. Seperti ayat Alkitab kita hari ini, “tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”

Jika kita hanya menantikan Tuhan dalam hidup ini, kita akan mendapatkan kekuatan yang baru. Seolah seperti rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya, ia berlari dan tidak menjadi lesu, ia berjalan, dan tidak menjadi lelah, maka dalam hidup ini jika kita ingin kehidupan yang tidak membosankan, nantikanlah TUHAN itu sendiri.

WHAT TO DO:
1. Menaruh hati hanya pada TUHAN
2. Selalu berdoa agar tetap dekat dengan-Nya

BIBLE MARATHON:
▪︎Keluaran 35-37

Card image
Renungan Pagi - 27 Januari 2024
2024-01-27 05:26:32


Banyak orang menjadi terluka dan hidupnya hancur karena mendengar kata-kata yang menyakitkan hatinya, tetapi disisi lain tidak sedikit orang yang hidupnya dipulihkan ketika mendengar perkataan yang menghibur, membangkitkan semangat dan pengharapan. Firman Tuhan pun menyatakan kuasa dari lidah, atau perkataan, perhatikan baik-baik apa yang keluar dari mulut kita ketika mengatakan sesuatu.

"Sebab semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapa pun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar."

Lidah memang kecil dan tak bertulang, tetapi cukup kuat untuk menghancurkan atau memelihara sebuah kehidupan, biarlah lidah kita bukan merusak sesama, melainkan membangun hidup mereka, karenanya mari kita mau gunakan lidah untuk kebaikan dan memberkati sesama. Sebab orang yang dapat mengendalikan lidahnya hingga tidak didapati kesalahan dalam perkataannya adalah orang yang sempurna.
(Yakobus 3:2,5)

Card image
Quote Of The Day - 27 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-27 05:24:39


Dengan kebijaksanaan, maka ia tidak akan mengucapkan kata-kata yang tidak perlu untuk diucapkan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 Januari 2024 (
2024-01-27 05:23:05


Tuhan memberi kesempatan kepada manusia untuk bertobat dan membenahi diri hanya ketika masih hidup di bumi ini.

Card image
THE ATMOSPHERE OF LIFE - 27 Januari 2024 (English Version)
2024-01-27 05:21:23


Essentially, we are the ones who create the atmosphere in our own lives, the ambiance we build for ourselves. We must strive to create an atmosphere for ourselves that will be felt by those close to us, people in our social circle, and those who interact with us at the office or in our workplaces. We must strive to create this atmosphere or, otherwise, allow the worldly atmosphere to grip our lives.  If we do not build it ourselves, the cosmopolitan atmosphere will surround us. We must create the atmosphere of the presence of God.

God teaches us the Lord’s Prayer, “Your kingdom come,” meaning the reign of the Kingdom of God is present in our lives as children of God. We must be aware that we are in a territory where we must live under His rule, not in a neutral area. We are in a place where God reigns as the Head of Government, and Jesus is our King.  So, when we say “Lord,” it means we live under the rule of God. Therefore, we must bring the atmosphere of God’s rule into our lives. How can we bring about the reign of God? We must live in obedience to Him.

The religious people, especially those who believe in the one God, who gives laws, believe He has the right to punish, casting people into hell or admitting them into heaven, as in Judaism. Their society can feel the atmosphere of religious people, except in countries where people no longer care about religion, a secular atmosphere is felt.  We are the ones who determine the color of the atmosphere that grips our lives, which also affects those around us.

We build this atmosphere based on what interests us, what we find joyful, valuable, and worthwhile. If we are still interested in material things, our happiness is only in worldly matters, and indeed, the atmosphere of our lives will also be worldly. But if our interest is in God and the Kingdom of God, our conversations will be colored by that. Try to see what fills our gadgets. It shows the color of the atmosphere of our lives.

Either supernaturally or naturally, if we live in God’s holiness, our interest is God and His Kingdom. So, in doing everything, it is always in line with the Word of God that says, “Whether you eat or drink or do anything else, do it all for the glory of God.” Then, the atmosphere of the Kingdom of God is present in our lives. The power of darkness cannot touch our lives. Angels are present, and demons cannot dwell in our house because there is an atmosphere of the presence of God.

Therefore, our television should not be filled with inappropriate shows. Our gadgets should not display something wrong. The computer monitor should not show anything unclean. We determine that atmosphere. Our heavenly Father will guide us in building and creating that atmosphere. A servant of God must always live in the atmosphere of God’s presence. So, they don’t need to persuade God to anoint them when they go to the pulpit, for He will indeed anoint and lead them.

If we live in a different atmosphere, then when we die, we cannot enter God’s presence. Someone cannot suddenly enter heaven with an evil atmosphere. Ironically, many people live carelessly; their atmosphere is worldly, a different color, unlike God’s. “Your kingdom come” does not mean when Jesus comes, then we enter His kingdom. Today, we must already be in God’s presence, presenting the Kingdom of Heaven so that we enter His presence when the Lord comes, or we die. Do not mess around; do not be careless.  The purity of our lives determines our life’s desires.
Remember, children from an early age feel the atmosphere we bring into the family. The atmosphere of the Kingdom of Heaven cannot make a child drift away from God until aged. They have already smelled the fragrance of God and have already felt the presence of God from childhood. Sometimes, they experience friction between the spiritual atmosphere at home and the worldly atmosphere outside, and conflict can occur. Let’s be aware that life is short. Let’s earnestly seek God and His Kingdom alone.  

IF WE DO NOT BUILD THE ATMOSPHERE OF OUR LIVES OURSELVES, THEN THE WORLDLY ATMOSPHERE WILL SURROUND US.

Card image
ATMOSFER HIDUP - 27 Januari 2024
2024-01-27 04:57:25


Sejatinya, kitalah yang membuat atmosfer di dalam hidup kita masing-masing, suasana hidup kita sendiri yang membangunnya. Atau kita harus berjuang untuk membangun atmosfer bagi kita masing-masing. Yang nantinya, atmosfer itu juga dirasakan oleh orang dekat di sekitar kita, orang-orang dalam pergaulan, orang-orang yang berinteraksi dengan kita di kantor atau di tempat pekerjaan. Kita harus berjuang membuat atmosfer itu atau kita membiarkan atmosfer dunia mencengkeram atas hidup kita. Jika bukan kita sendiri yang membangun, yang menciptakan atmosfer hidup kita, maka atmosfer dunialah yang akan melingkupi kita. Atmosfer yang saya maksud itu adalah hadirat Tuhan.

Tuhan mengajarkan kepada kita Doa Bapa Kami, “Datanglah Kerajaan-Mu," artinya, pemerintahan Kerajaan Allah hadir di dalam hidup kita sebagai anak-anak Allah. Kita harus sadar bahwa kita ada di wilayah di mana kita harus hidup di dalam pemerintahan-Nya, bukan di daerah netral. Kita ada di daerah di mana Allah memerintah sebagai Kepala Pemerintahan, Yesus sebagai Raja kita. Jadi, kalau kita mengatakan "Tuhan," berarti kita hidup di dalam pemerintahan Allah. Karenanya, kita harus menghadirkan suasana pemerintahan Allah itu di dalam hidup kita. Bagaimana kita bisa menghadirkan pemerintahan Allah? Tentu kita harus hidup di dalam ketaatan kepada Tuhan.

Bagi orang-orang beragama, khususnya agama samawi, agama yang percaya adanya Allah Yang Esa, Allah yang memberi hukum, Allah yang juga berhak menghukum, membuang orang ke neraka atau memasukkan ke surga; seperti agama Yahudi, misalnya. Masyarakatnya bisa merasakan ada atmosfer orang beragama. Kecuali di negara-negara yang masyarakatnya sudah tidak peduli agama. Maka atmosfer sekuler yang terasa. Kita yang menentukan warna dari atmosfer yang mencengkeram hidup kita, yang juga mempengaruhi orang di sekitar kita.

Atmosfer itu kita bangun berdasarkan apa yang menjadi ketertarikan kita, apa yang menurut kita membahagiakan, berharga dan bernilai. Kalau kita masih memiliki ketertarikan pada materi, kebahagiaan kita hanya pada perkara-perkara duniawi, maka atmosfer hidup kita pasti juga duniawi. Tapi kalau ketertarikan kita adalah Tuhan dan Kerajaan Allah, maka percakapan-percakapan kita akan diwarnai dengan hal itu. Coba, apa yang memenuhi gadget kita? Itu menunjukkan warna atmosfer hidup kita. Secara supranatural atau secara adikodrati, kalau kita hidup dalam kekudusan Tuhan, pasti ketertarikan kita adalah Tuhan dan Kerajaan-Nya. Sehingga di dalam melakukan segala sesuatu, sesuai dengan firman Tuhan yang mengatakan, “Baik kau makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah.” Maka yang terjadi, atmosfer Kerajaan Allah hadir di dalam hidup kita. Kuasa kegelapan tidak bisa menyentuh hidup kita. Malaikat-malaikat dihadirkan, setan tidak akan bisa tinggal di dalam rumahmu. Karena ada atmosfer hadirat Allah.

Karenanya, televisi kita jangan dihiasi dengan tontonan yang tidak patut. Gadget kita jangan mempertontonkan sesuatu yang tidak patut. Monitor komputer juga jangan mempertontonkan apa yang najis. Kita yang menentukan atmosfer itu. Bapa di surga akan menuntun kita, bagaimana kita membangun, menciptakan atmosfer itu. Bagi seorang hamba Tuhan, ia harus hidup di dalam atmosfer hadirat Allah setiap saat. Jadi, ketika dia ke mimbar, tidak perlu membujuk-bujuk Tuhan supaya mengurapinya. Tuhan pasti mengurapi dan memimpinnya.

Kalau kita hidup dalam atmosfer yang lain, maka ketika kita meninggal, kita tidak bisa masuk hadirat Tuhan. Seseorang tidak bisa dadakan masuk surga dengan atmosfer jahat. Ironis, banyak orang yang sembarangan hidup, atmosfernya atmosfer dunia, warnanya lain, tidak seperti warnanya Tuhan. "Datanglah Kerajaan-Mu," bukan nanti waktu Yesus datang, baru kita masuk Kerajaan-Nya. Hari ini, kita sudah harus ada di dalam hadirat Tuhan, menghadirkan Kerajaan Surga, supaya kalau Tuhan datang atau kita meninggal dunia, kita masuk di dalam hadirat-Nya. Jangan main-main, jangan sembarangan. Kesucian hidup kita menentukan ketertarikan hidup kita.

Dan ingat, atmosfer yang kita hadirkan dalam keluarga, dirasakan anak sejak dini. Atmosfer Kerajaan Surga tidak mungkin membuat anak lepas dari Tuhan, sampai masa tuanya. Karena dia sudah mencium keharuman Tuhan, dia sudah merasakan hadirat Tuhan sejak kecil. Memang ada masa-masa di mana dia akan mengalami friksi antara suasana rohani di rumah dengan suasana dunia di luar. Itu bisa terjadi konflik. Mari, kita sadar, hidup ini singkat. Mari kita serius mencari Tuhan dan Kerajaan-Nya saja.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JIKA BUKAN KITA SENDIRI YANG MEMBANGUN ATMOSFER HIDUP KITA, MAKA ATMOSFER DUNIALAH YANG AKAN MELINGKUPI KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 Januari 2024
2024-01-27 04:48:12

Kejadian 43-45

Card image
Truth Kids 26 Januari 2024 - N A A M A N
2024-01-26 07:21:56


2 Raja-raja 5:14
"Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir."

Jika kita sakit, tentu papa dan mama menjadi cemas. Mereka akan membawa kita ke dokter agar dapat diberikan obat yang tepat. Namun, zaman dahulu, saat di Perjanjian Lama, dokter belum ada seperti sekarang ini, Sobat Kids. Rumah sakit pun belum ada. Jika ada orang yang sakit parah, biasanya mereka akan datang ke orang yang menjadi nabi pada zamannya. Seorang nabi akan berdoa dan meminta kesembuhan kepada Tuhan.

Panglima Naaman merupakan seorang yang dihormati. Ia adalah seorang pahlawan yang gagah berani. Ia memiliki anak buah atau seperti prajurit yang akan patuh kepada perintahnya. Sayangnya, panglima Naaman sakit, dan di tempatnya tidak ada orang yang dapat menyembuhkannya. Maka, pergilah panglima Naaman ke daerah orang Israel. Naaman datang ke tempat nabi Elisa untuk memperoleh kesembuhan. Mendengar jawaban nabi Elisa, panglima Naaman menjadi kesal. Bagaimana tidak? Ia disuruh membenamkan dirinya 7 kali dalam sungai Yordan. Meskipun kesal, Naaman mencoba taat. Akhirnya, panglima Naaman pun sembuh.

Sobat Kids, kita mau belajar dari Naaman yang mau dengar-dengaran perintah nabi Elisa. Kita mau dengar-dengarkan terhadap nasihat orang tua. Orang tua menjadi perwakilan Tuhan di bumi ini. Saat orang tua kita memberi nasihat atau menyuruh sesuatu, kalian harus taat, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 26 Januari 2024 - RENDAH HATI
2024-01-26 07:18:50


2 Raja-raja 5:14
“Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir.”

Dalam suatu pasukan, ada jenjang pangkat. Mulai dari level prajurit, hingga level panglima. Jika seseorang sudah menjadi panglima, artinya dia sudah memiliki jabatan yang tinggi, bahkan memiliki prajurit di bawah komandonya. Panglima Naaman adalah seorang terpandang di hadapan tuannya dan sangat disayangi. Sayangnya, Naaman memiliki penyakit kusta. Pada saat itu, belum ada dokter atau rumah sakit yang dapat merawat dan mengobati kusta. Berkat informasi dari pelayannya, panglima Naaman mendatangi nabi Elisa untuk didoakan agar kesembuhan terjadi baginya. Namun, jawaban nabi Elisa membuat panglima Naaman kecewa.

Meskipun kecewa, Naaman akhirnya mengikuti cara yang diperintahkan nabi Elisa. Naaman pergi mandi di sungai Yordan sebanyak tujuh kali. Benar saja, Sobat Junior, Naaman menjadi sembuh dari penyakit kustanya.

Dari kisah Naaman, kita bisa belajar untuk taat dan rendah hati. Walaupun kita memiliki kekuasaan, harta, atau kepandaian, lebih dari yang lain, kita harus tetap mau mendengar masukan atau saran dari orang lain. Janganlah menjadi sombong dengan keberadaan kita sekarang ini. Semua yang kita miliki saat ini merupakan milik Tuhan. Kita hanya dipercayakan untuk mengelola semua pemberian Tuhan. Oleh sebab itu, bijaksanalah saat menggunakan berkat Tuhan, ya, Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 26 Januari 2024 (English Version) - NEW YEAR, SAME GOD
2024-01-26 07:12:47


"And the Holy Spirit descended on him in bodily form, like a dove; and a voice came from heaven, 'You are my beloved Son; with you, I am well pleased.'" (Luke 3:22)

It’s a new year, but we serve the same God. So, let’s look back on His faithfulness. There is an old song that writes a poem: "Jesus Christ never changes, never changes, never changes." Interesting how the writer repeats the phrase "never changes" three times, emphasizing that God never changes. In a relationship, commitment is often considered the most important aspect. Today we want to learn that in our relationship with God, commitment takes the most crucial place. Perhaps lately our lives are going through phases that make it difficult for us to commit to God.

Some of us may still find it hard to forgive ourselves for failures in our journey with God. Some of us may feel that God has left. In reality, unconsciously, we are stepping away from God. Friends, there is a truth that we need to hear to overcome such conditions. If we find it hard to see good things happening in our lives, take a moment to remember every goodness of God that has brought us to where we stand now. Believe me, God is still in the same place, waiting for each of us to dare to reclaim the commitment that may have been broken and rebuild it with God. God is with us; He is waiting for all of us. Now is the perfect time to rebuild commitment to God. Indeed, God never promised that our journey ahead would be easy after we made a commitment with Him, but He promised to always be there to accompany all of us. He’s our only strength.

WHAT TO DO:
1. Accept every failure.
2. Rebuild commitment to God.
3. Trust in God's presence.

BIBLE MARATHON:
▪︎Exodus 31-34

Card image
Truth Youth 26 Januari 2024 - NEW YEAR, SAME GOD
2024-01-26 07:08:34


Dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”(Lukas 3:22)

It’s a new year, but we serve the same God. So, let’s look back on His faithfulness. Ada satu lagu lama yang menuliskan sajak: “Tuhan Yesus tidak berubah, tidak berubah, tidak berubah.. Menarik, bagaimana sang penulis mengulang kalimat “tidak berubah” sebanyak tiga kali, menekankan bahwa Tuhan tidak pernah berubah. Dalam sebuah hubungan, kerap kali yang orang-orang percaya anggap paling penting adalah sebuah komitmen. Hari ini kita mau belajar bahwa dalam hubungan kita dengan Tuhan, komitmen mengambil tempat yang terpenting. Mungkin belakangan ini hidup kita sedang melewati fase-fase yang membuat kita sulit berkomitmen kepada Tuhan.

Sebagian dari kita, mungkin orang-orang yang masih belum bisa memaafkan diri sendiri atas kegagalan dalam perjalanan mengikut Tuhan. Sebagian dari kita mungkin sedang merasa bahwa Tuhan meninggalkan. Pada kenyataannya, tanpa sadar kita sedang melangkah menjauh dari Tuhan. Teman-teman, ada suatu kebenaran yang perlu kita dengar untuk menang dari kondisi tersebut. Jika kita sulit melihat hal-hal baik terjadi di dalam hidup kita, ambillah waktu sejenak untuk kembali mengingat setiap kebaikan Tuhan yang menghantarkan kita pada titik di mana kita berdiri sekarang. Percayalah, Tuhan masih di tempat yang sama, menunggu setiap kita berani mengambil kembali komitmen yang mungkin telah hancur dan membangunnya kembali dengan Tuhan. God is with us, Dia menunggu kita semua. Sekarang adalah saat yang paling tepat untuk kembali membangun komitmen dalam Tuhan. Tuhan memang tidak pernah menjanjikan perjalanan kita ke depan setelah kita mengambil komitmen bersama Tuhan akan menjadi mudah, tapi Dia berjanji akan selalu ada untuk menyertai kita semua. He’s our only strength.

WHAT TO DO:
1. Menerima setiap kegagalan
2. Membangun ulang komitmen kepada Tuhan
3. Percaya pada penyertaan Tuhan
BIBLE MARATHON:
▪︎Keluaran 31-34

Card image
Renungan Pagi - 26 Januari 2024
2024-01-26 07:02:05


Hanya orang yang setia, yang bisa hidup menyenangkan hati Tuhan, sebab dengan kesetiaan barulah kita menjadi pribadi yang dapat dipercaya. Hanya orang yang setia, yang hidupnya akan dipenuhi dengan berkat Tuhan. Bukan hanya berkat jasmani tetapi juga berkat surgawi. Alkitab menjelaskan rumusnya kalau kita setia dalam perkara yang kecil, maka Tuhan akan mempercayakan dengan perkara yang besar.

Dengan kata lain, semakin setia, maka semakin banyak kepercayaan Tuhan dalam hidup kita, semakin setia, semakin dipercaya oleh Tuhan untuk melakukan perkara-perkara besar. "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.
(Lukas 16:10)

Card image
Quote Of The Day - 26 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-26 07:00:24


Tuhan mengizinkan peristiwa-peristiwa dalam hidup kita untuk menggerakkan roda kehidupan rohani kita agar roda kesempurnaan kita bertambah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 26 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-26 05:37:10


Suatu perbuatan yang rasanya merupakan ‘kesalahan kecil’ sudah Tuhan tegur. Maka sekecil apa pun kesalahan itu, kita tidak boleh melakukannya. Bersyukur kalau Tuhan masih terus mengingatkan kita dan ini adalah persiapan untuk kita menghadap Dia.

Card image
LIGHT OF THE WORLD - 26 Januari 2024 (English Version)
2024-01-26 05:34:40


When Jesus said, “You are the light of the world,” He was indirectly saying, “Shine.” Of course, we know that being the light means glorifying the Father in heaven through our good deeds. However, do not be mistaken; this does not mean pretending to do good to glorify the name of the Father in heaven. Jesus wants to say, “Change from a life that is not shining to one that is shining.” Considering what Jesus said, “As the Father sent Me, so I am sending you,” it means the task of saving the world is entrusted to Jesus’ followers.

Jesus has ascended to heaven, and we have taken over saving the world. Therefore, the light we emit must be the light that Jesus emitted. So, when we say, ‘I want to follow Jesus,’ it is not just about being a Christian and going to church. But how do we follow in His footsteps, absorb His life as Jesus said: “My blood is truly drink, and my body is truly food. Eat my body, drink My blood.” It means we put on His life. So, it is not exaggerated when Paul says, “It is no longer I who live, but Christ who lives in me.”

We represent Jesus and Jesus represents the Father. After Jesus ascended to heaven, we represent Jesus. The relay baton has been given to us.  The light mentioned here is a life like the life demonstrated by Jesus. We are called Christians, meaning ‘to be like Christ.’ The light here must be our nature, our essence. Therefore, to be the light of the world is not just about learning ethics, good manners, and good behavior. That is religion, but Christianity is not a religion but a way of life. It’s a long journey, not a journey of 1 year, two years, or even many years. It’s a long journey along with the journey of our lives following Jesus.

Our light should keep increasing to excellent. In 1 Pet. 2:9, the Word of the Lord says, “But you are a chosen race, a royal priesthood, a holy nation, a people for his possession, that you may proclaim the excellencies of him who called you out of darkness into his marvelous light.” If we do good, many religious people do good; they may even do better. If we have ethics, many religious people have ethics. If we have politeness, many people outside the church are polite.  

Therefore, being the light is not enough to do good—especially if you are pretending to be good—but a change of nature from sinful to divine (God’s nature). That is why the church must not only be a place where we perform liturgy and religious activities. The church must teach the truth as Jesus said, “If you abide in My Word, you are truly My disciples, and you will know the truth, and the truth will set you free.” Every word delivered must enlighten the mind so the congregation has spiritual intelligence or a spiritual quotient.

It doesn’t only make us good, but it also leaves the way of life inherited from our ancestors and put on the way of life of the children of God. Being children of God is not just a status but a nature, a condition as children of God. With this spiritual intelligence, a person not only knows what is good but also what is pleasing and perfect (Rom.12:2). Not just avoiding breaking the law because if it’s just avoiding breaking the law, many people outside the church obey it. But we can think and feel in harmony with God (Phil.2:5-7).

Don’t let us stop at the point of no return, where we can never be good until old, never become perfect like the Father. Meanwhile, the Word of God says, “You must be perfect as the Father in heaven is perfect.” We are not perfect yet, but we understand how to improve ourselves so that our lives automatically radiate light, and remember, light makes something real. We can see or discern whether it is blue, red, yellow, or black through our lives  so that our lives become a model by which people shape or build themselves.  

BEING THE LIGHT IS NOT JUST ABOUT DOING GOOD BUT A CHANGE OF NATURE, FROM THE SINFUL NATURE TO THE DIVINE NATURE.

Card image
TERANG DUNIA - 26 Januari 2024
2024-01-26 05:31:36



Tuhan sudah naik ke surga, dan kita menggantikan tugas penyelamatan atas dunia ini. Maka, terang yang harus kita pancarkan haruslah terang seperti yang Yesus pancarkan. Jadi, Ketika kita berkata, ‘saya mau iring Yesus,’ itu bukan sekadar menjadi Kristen dan bergereja. Tetapi bagaimana mengikuti jejak-Nya, menyerap hidup-Nya seperti yang Yesus katakan: "Darah-Ku benar-benar minuman, tubuh-Ku benar-benar makanan. Makan tubuh-Ku, minum darah-Ku." Artinya, kita mengenakan hidup-Nya. Jadi, tidak berlebihan kalau Paulus mengatakan, "Hidupku bukan aku lagi, tapi Kristus yang hidup di dalam aku." Kita mewakili Tuhan Yesus. Yesus mewakili Bapa. Setelah Yesus ke surga, kita mewakili Yesus. Tongkat estafet telah diberikan kepada kita. Terang yang dimaksud di sini adalah kehidupan seperti kehidupan yang diperagakan Yesus. Dan itulah sebabnya kita disebut Kristen, artinya 'to be like Christ' (seperti Kristus). Terang di sini harus menjadi kodrat, natur kita. Oleh sebab itu, untuk menjadi terang dunia, bukan hanya belajar etika, budi pekerti, perilaku yang baik. Itu agama, namun kekristenan bukan agama, melainkan jalan hidup. Ini perjalanan panjang, bukan perjalanan 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, bukan juga 10, 15, 20, 30 tahun. Ini perjalanan panjang seiring dengan perjalanan hidup kita mengiring Yesus.

Terang kita bertambah dari 5, 10, 50, sampai menakjubkan. Di dalam 1 Petrus 2:9 firman Tuhan mengatakan, “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:” Kalau kita berbuat baik, banyak orang beragama berbuat baik; bahkan bisa lebih baik. Kalau kita beretika, banyak orang beragama beretika. Kalau kita memiliki kesantunan, banyak orang di luar gereja punya kesantunan.

Maka, menjadi terang tidak cukup berbuat baik—apalagi kalau cuma berpura-pura menjadi orang baik—tapi perubahan natur, perubahan kodrat dari kodrat dosa/sinful nature menjadi berkodrat ilahi/divine nature (kodrat Allah). Itulah sebabnya gereja tidak boleh hanya menjadi tempat kita berliturgi dan melakukan kegiatan agama. Gereja harus mengajar kebenaran seperti yang dikatakan Tuhan Yesus, "Kalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar murid-Ku, kamu akan mengenal kebenaran, dan kebenaran akan memerdekakan kamu." Setiap firman yang disampaikan harus mencerdaskan pikiran, sehingga jemaat memiliki yang namanya kecerdasan rohani atau spiritual quotient (kecerdasan rohani). Bukan hanya membuat kita baik, namun membuat kita keluar dari cara hidup yang kita warisi dari nenek moyang, lalu mengenakan cara hidup anak-anak Allah. Menjadi anak-anak Allah itu bukan hanya status, melainkan berkodrat, berkeadaan sebagai anak-anak Allah. Dengan kecerdasan rohani ini, seseorang bukan hanya tahu apa yang baik, melainkan juga yang berkenan dan yang sempurna (Rm. 12:2). Bukan hanya tidak melanggar hukum, sebab kalau hanya tidak melanggar hukum, banyak orang di luar gereja yang taat hukum. Tetapi dalam segala hal yang kita lakukan, kita bisa sepikiran dan seperasaan dengan Allah (Flp. 2:5-7).

Jangan sampai kita berhenti di titik yang disebut point of no return (titik tidak balik), di mana kita tidak pernah bisa menjadi baik sampai tua, tidak pernah menjadi sempurna seperti Bapa. Padahal firman Tuhan mengatakan, "kamu harus sempurna seperti Bapa di surga.” Kita bukan sudah sempurna, tapi kita mengerti bagaimana kita berbenah diri sehingga hidup kita itu otomatis memancarkan terang. Dan ingat, terang membuat sesuatu nyata. Apakah biru, merah, kuning, hitam, nyata melalui hidup kita. Sehingga hidup kita menjadi model dengan mana orang membentuk atau membangun dirinya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MENJADI TERANG TIDAK CUKUP BERBUAT BAIK —APALAGI KALAU CUMA BERPURA-PURA MENJADI ORANG BAIK— TAPI PERUBAHAN KODRAT DARI KODRAT DOSA MENJADI KODRAT ILAHI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 Januari 2024
2024-01-26 05:27:44

Kejadian 41-42

Card image
Truth Kids 25 Januari 2024 - NABI ELISA
2024-01-25 12:17:39


2 Raja-raja 2:9
Dan sesudah mereka sampai di seberang, berkatalah Elia kepada Elisa: "Mintalah apa yang hendak kulakukan kepadamu, sebelum aku terangkat dari padamu." Jawab Elisa: "Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari rohmu."

Sobat Kids, kalau kalian diberikan kesempatan untuk memilih super power, apakah yang kalian akan minta? Apakah kalian akan meminta super power agar bisa terbang, memiliki kecepatan seperti kilat, bertubuh elastis, atau kebal terhadap peluru? Biasanya tokoh superhero memiliki kekuatan yang spesial.

Elisa adalah tokoh Alkitab di Perjanjian Lama. Elisa menemani nabi Elia selama menjalankan tugasnya sebagai nabi di Israel. Seperti yang kita sudah pelajari kemarin tentang nabi Elia, ia memiliki kuasa dari Tuhan untuk menahan dan menurunkan hujan. Setelah menjadi nabi selama bertahun-tahun, tentu saja nabi Elia menjadi tua. Nabi Elia tidak bisa menjadi nabi di Israel selamanya. Ia harus mencari orang lain untuk menggantikannya.

Saat nabi Elia bertanya apa yang Elisa inginkan darinya, Elisa memiliki jawaban yang luar biasa. Elisa meminta mendapat bagian dari kuasa yang dimiliki nabi Elia. Elisa pun mendapatkan hal yang dimintanya. Elisa tidak hanya menerima kuasa, tetapi ia juga menggunakan kuasa tersebut untuk melakukan tugasnya sebagai nabi menggantikan Elia. Nabi Elisa mengadakan mukjizat dan mengingatkan orang Israel untuk setia kepada Tuhan.

Card image
Truth Junior 25 Januari 2024 - MULAI SEKARANG
2024-01-25 12:16:12


2 Raja-raja 2:9
Dan sesudah mereka sampai di seberang, berkatalah Elia kepada Elisa: “Mintalah apa yang hendak kulakukan kepadamu, sebelum aku terangkat dari padamu.” Jawab Elisa: ”Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari rohmu.”

Ada yang pernah mendengar cerita tentang Elisa? Elisa adalah orang yang taat dan juga berani, sebab mau melayani Tuhan. Elisa dan Elia adalah dua orang yang berbeda, Sebab Elia adalah guru Elisa. Suatu hari, Elia tiba-tiba diangkat ke surga, sehingga Elia harus meninggalkan Elisa. Tapi sebelum pergi, Elia memberikan semangat kepada Elisa, supaya Elisa menjadi orang yang kuat dan penuh keberanian.

Akhirnya Elisa pun menggantikan Elia menjadi nabi. Dalam perjalanan hidupnya, Elisa melakukan keajaiban-keajaiban yang luar biasa. Elisa membantu seorang perempuan membayar utang dengan cara mengalirkan minyak yang sangat banyak. Elisa juga membantu seorang panglima tentara yang sakit kusta sehingga sembuh.

Walaupun menghadapi banyak tantangan, Elisa tetap setia dan berani melayani Tuhan. Karena Elisa percaya, kalau kita setia kepada Tuhan, pasti kita akan menjadi berkat dan bisa menolong banyak orang.

Tidak harus punya banyak uang untuk menolong orang lain. Atau menunggu menjadi orang dewasa, baru menolong orang lain. Atau tunggu punya otot yang besar untuk menolong orang lain. Tidak perlu. Karena hanya dengan keberanian saja, Tuhan pasti membantu kita supaya bisa menolong orang lain. Walaupun uang kita sedikit atau kita masih kecil, kalau kita yakin bisa, pasti bisa! Jadi, mulai dari sekarang, beranilah menolong banyak orang.

Card image
Truth Youth 25 Januari 2024 (English Version) - YOU ARE INVITED TO
2024-01-25 12:14:28


"Remember also your Creator in the days of your youth, before the evil days come and the years draw near of which you will say, 'I have no pleasure in them." (Ecclesiastes 12:1)

We have just passed the Christmas celebration and entered the first month of this new year. Surely most of us have received various invitations to celebrations, from friends to close relatives. Let's analogize that following God is an invitation for every believer. Interesting, isn't it? Because this is an invitation, which means it implies an invitation, not a coercion. How precious each of us is in the eyes of God, so with His great love, He gives us the freedom to choose.

This invitation is a special invitation to commit to following the footsteps of God so that later we will reach perfection like the Father. This invitation needs unending commitment. Do you know, friends, that following God is not a one-time lifetime moment? Following God is the journey of choosing, as long as we still live. Following God is a choice that we must make every moment, as long as we live in this world. Years, months, and days continue to change, but the invitation to follow God will always be there. What may change is our decision in choosing.

God is committed to giving humans free will; freedom of will, so that humans can determine their choices with sincerity and without coercion. We are indeed in the process. But don't forget, there is an end to that process. Like all invitations that start a party, we must remember that all parties will end. So, this should be a reminder for all of us, so that we rebuild our commitment every moment. Don't get caught up in the momentum created by events such as Christmas, church services, and so on. We must know that these events are boosters. However, every day, even every moment, we will continue to be faced with choices. One thing we must remember is that following God is our choice every day.

WHAT TO DO:
1. Use time wisely.
2. Learn to choose God every moment.
3. Maintain commitment.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Exodus 28-30

Card image
Truth Youth 25 Januari 2024 - YOU ARE INVITED TO
2024-01-25 12:12:14


"Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: “Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!” (Pengkhotbah 12:1)

Kita baru saja melewati bulan perayaan Natal dan memasuki bulan pertama di tahun yang baru ini. Tentunya sebagian besar dari kita menerima berbagai undangan perayaan, baik dari teman, hingga kerabat terdekat. Mari kita analogikan bahwa mengikut Tuhan adalah sebuah undangan bagi setiap orang percaya. Menarik, bukan? Karena ini adalah sebuah undangan, yang artinya di dalamnya tersirat sebuah ajakan, bukan sebuah paksaan. Betapa berharga setiap kita di mata Tuhan, sehingga dengan cinta-Nya yang begitu besar, Ia memberikan kita kebebasan untuk memilih.

Undangan yang satu ini adalah undangan spesial untuk berkomitmen mengikut jejak Tuhan agar nantinya kita mencapai kesempurnaan seperti Bapa. This invitation needs unending commitment. Tahukah teman-teman bahwa mengikut Tuhan bukanlah momen sekali seumur hidup? Mengikut Tuhan adalah the journey of choosing, as long as we still life. Mengikut Tuhan adalah pilihan yang harus kita ambil setiap saat, selama kita hidup di dunia ini. Tahun, bulan, dan hari terus berganti, tetapi undangan untuk mengikut Tuhan akan tetap ada. Yang mungkin berubah adalah keputusan kita dalam memilih.

Tuhan berkomitmen untuk memberikan manusia free will; kebebasan dalam berkehendak, supaya manusia dengan ketulusan dan tanpa paksaan bisa menentukan pilihannya. Kita memang sedang dalam proses. Namun jangan lupa, ada akhir dari proses tersebut. Seperti semua undangan akan memulai sebuah pesta, kita harus ingat bahwa semua pesta akan berakhir. Maka, ini harus menjadi reminder buat kita semua, agar kita membangun lagi komitmen kita setiap saat. Jangan terjebak dalam momentum yang tercipta dari acara-acara seperti Natal, KKR, dsb. Kita harus tahu bahwa acara-acara tersebut adalah booster. Namun setiap hari bahkan setiap saat, kita akan terus diperhadapkan dengan pilihan. Satu hal yang harus kita ingat, bahwa mengikut Tuhan adalah pilihan kita setiap hari.

WHAT TO DO:
1. Menggunakan waktu dengan bijaksana
2. Belajar memilih Tuhan setiap saat
3. Memelihara komitmen

BIBLE MARATHON:
▪︎Keluaran 28-30

Card image
Renungan Pagi - 25 Januari 2024
2024-01-25 12:09:50


Setiap orang harusnya lebih maju kalau mau bekerja keras, ada banyak orang harusnya sudah meninggalkan hal-hal yang jahat, tidak lagi hidup menuruti kemauan daging, kalau saja mau berjuang sungguh-sungguh bersama Tuhan, ada banyak rumah tangga harusnya lebih bahagia dan damai, kalau mau saling memberi kebahagiaan tanpa saling menuntut.

Hidup ini tidak bisa dipisahkan dari kemauan dan tekad yang sungguh-sungguh dalam iman kepada Tuhan, iman yang bukan hanya perkataan "Percaya", tetapi dengan perbuatan yang menyertai iman kita itu. Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran."

Karena kemauan dan tekad yang sungguh-sungguh akan menghasilkan ketaatan, dalam ketaatan kita menjadi orang yang tunduk pada kehendak Tuhan dan dalam ketaatan menjadi orang yang dapat dipercaya. Ketaatan yang menghasilkan iman atau keyakinan seperti Abraham yang diperhitungkan Tuhan sebagai kebenaran.
(Roma 4:3)

Card image
Quote Of The Day - 25 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-25 05:46:48


Orang yang dipersiapkan menjadi serupa seperti Dia, semakin hari pasti semakin baik, pasti semakin kudus.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 25 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-25 05:43:20


Kualitas hidup seseorang sangat menentukan nilai keteladanan yang dimilikinya untuk mengubah orang lain.

Card image
SIMPLICITY - 25 Januari 2024 (English Version)
2024-01-25 05:42:03


Unbeknownst to us, the extent of human brokenness, when viewed from the standard of the lives of the saved, including Christians, is profound. The standard that should be applied to the chosen people is far beyond what many adhere to. Ultimately, we question: How should we live as the chosen ones? The answer is simplicity. Simplicity is not about physical conditions; instead, it is about the attitude of our hearts. Let’s reflect, understand, and prove it.  The person who successfully experiences eternity is the one continually directed towards simplicity. We cannot live a simple life if we fail to embrace eternity.

Simply City originates from a single concept, the thought or understanding that we all need God. It’s easy to say, but reaching this level is very challenging. Those who suffer, are pressed, disappointed, and constantly in critical conditions are usually more capable of understanding this, although not always. Conversely, prosperous, comfortable, wealthy people find comprehending challenging. It is not an exaggeration; even Jesus Himself, in Matt.19:23, said, “Truly I tell you, it is hard for someone who is rich to enter the kingdom of heaven.” This statement is not casual. There must be a foundation, a reason why Jesus said this.

If we read the preceding verse, a man came to Jesus and asked, “Teacher, what good deed must I do to have eternal life?” Eternal life is not just about the length of life; “eternal” also refers to the depth and quality of life. So, if our life on earth is of high quality, it will inevitably continue into eternity. Entering heaven is not impromptu. The signs of someone entering heaven or hell are visible while they live on this earth. Therefore, we must be faithful in small matters. Holiness is absolute. However, our old selves sometimes rise. Paul says, “For I know that nothing good dwells in me, that is, in my flesh. For I desire to do what is right, but not the ability to carry it out.”

So, if we don’t pray enough and are careful, we will easily deviate. Let’s not follow the desires of our flesh for momentary pleasure. Why do we act this way? Because we feel strong. Hence, the potential to deviate is more significant for wealthy people. They do not need the “other world” because today’s world is already comfortable; why bother about the “world to come”? On the contrary,  people who feel pressed are more likely to contemplate eternity. However, we don’t need to suffer or be trapped before we can appreciate eternity. Let’s look at life realistically through the lens of the Bible, not through the worldly lens that measures everything regarding money and possessions. We estimate it with spiritual standards.

It is simple to make our lives a blessing by being simple and not arrogant. Moreover, a transformed life is the hallmark of someone who has found God. True Christianity is simple. With simplicity, we can accept the teachings of Jesus. Knowledge about Jesus and theology is possible, but things that concern our inner attitudes may not be touched. Hence, when Jesus says, “Come to Me, all who labor and are heavily laden, and I will give you rest,” rest means cessation. However, many people misinterpret it. They consider rest after having a house, getting healed, having children, etc. 

Relief comes when we no longer have any desires and are ready to let go of anything and anyone. Let’s adopt the understanding that God desires—simplicity. Consequently, firstly,  our lives change, and we are not bound to the world. Secondly,  we no longer commit sins. Thirdly,  death becomes something anticipated and pleasant. Remember, Jesus only served the Father. So should we. Let our lives be simple; as long as there is food and clothing, it’s sufficient. Our focus should be on the New Heaven and Earth only. We might be considered foolish or strange; it doesn’t matter.

  SIMPLICITY ARISES FROM A SINGLE CONCEPT: THE THOUGHT OR UNDERSTANDING THAT ALL WE NEED IS GOD.

Card image
KESEDERHANAAN - 25 Januari 2024
2024-01-25 05:27:46


Tanpa kita sadari, betapa rusaknya manusia, jika ditinjau dari standar kehidupan umat yang diselamatkan, termasuk di dalamnya orang-orang Kristen. Betapa jauh standar yang mestinya dikenakan oleh umat pilihan. Yang pada akhirnya, kita sendiri bertanya: Bagaimana seharusnya hidup sebagai umat pilihan? Dan jawabnya adalah simplicity (kesederhanaan). Kesederhanaan ini bukan berbicara mengenai keadaan secara fisik, melainkan dari sikap hati kita. Coba kita renungkan, pahami, mengerti dan buktikan. Orang yang berhasil menghayati kekekalan adalah orang yang akan terus diarahkan pada kesederhanaan. Kalau kita gagal menghayati kekekalan, maka kita tidak akan bisa sederhana.

Kesederhanaan berangkat dari satu konsep, pemikiran atau pemahaman bahwa yang kita butuhkan hanya Tuhan. Mudah mengucapkannya, tetapi kalau orang sampai pada tingkat ini, sangat tidak mudah. Orang-orang yang banyak menderita, tertekan, kecewa, selalu dalam kondisi kritis, krisis biasanya lebih bisa menghayati hal ini; bukan berarti pasti. Sebaliknya, orang yang hidupnya makmur, nyaman, kaya, sulit menghayatinya. Dan tidak berlebihan, Tuhan Yesus sendiri dalam Matius 19:23, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” Ini bukan sembarangan. Pasti ada landasan, ada alasan mengapa Yesus mengatakan ini. Kalau kita membaca ayat sebelumnya, ada seorang datang kepada Yesus dan bertanya, "Guru yang baik, apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Hidup kekal, bukan hanya bicara mengenai panjangnya hidup karena tertumbuk kata “kekal,” melainkan juga bicara mengenai dalamnya hidup, kualitas hidup. Jadi, jika sejak di bumi hidupnya berkualitas pasti akan berlanjut di kekekalan. Masuk surga itu bukan dadakan. Orang yang akan masuk surga atau masuk neraka gejalanya sudah kelihatan sejak ia hidup di bumi ini. Maka kita harus belajar setia dari perkara kecil. Kekudusan itu asolut sekali. Namun kadang-kadang manusia lama kita masih bangkit. Paulus mengatakan, “Aku tahu yang baik, yang jahat kulakukan. Dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.”

Jadi kalau kita tidak banyak berdoa, tidak hati-hati, kita akan mudah meleset. Jangan kita menuruti keinginan daging kita yang puas sesaat. Kenapa kita bisa begitu? Karena kita merasa kuat. Maka orang kaya itu, potensi untuk meleset lebih besar. Mereka tidak membutuhkan “dunia lain.” Karena dunia hari ini sudah nyaman, maka untuk apa “dunia yang akan datang?” Sebaliknya, dalam kondisi orang terjepit, orang lebih bisa memikirkan kekekalan. Tetapi kiranya kita tidak usah dibuat menderita atau terjepit dahulu baru kita bisa menghayati kekekalan. Mari melihat hidup secara realistis dari kacamata Alkitab, bukan realistis dari kacamata dunia yang duniawi, yang semua diukur dengan uang dan benda. Kita mengukurnya dengan ukuran rohani.

Hidup kita mau jadi berkat, simple, jangan sok. Lagipula ciri orang yang menemukan Tuhan adalah mengubah orang. Kekristenan yang sejati itu simple. Kalau tidak simple, kita tidak bisa terima ajaran Tuhan Yesus. Ilmu tentang Tuhan Yesus, teologi, bisa. Tapi hal-hal yang menyangkut sikap batin, bisa tidak menyentuh. Makanya Tuhan berkata, “Datang kepada-Ku, yang letih lesu dan berbeban berat, Aku beri kelegaan.” Kelegaan itu artinya perhentian. Tapi banyak orang menafsirkan salah; lega kalau sudah punya rumah, sudah sembuh, sudah punya anak dan lainnya. Padahal yang Tuhan maksud, kita lega ketika kita tidak punya keinginan apa-apa. Dan suatu kali kita harus melepaskan apa pun dan siapa pun. Mari kita kenakan pemahaman yang Tuhan inginkan ini, kesederhanaan. Sehingga, pertama, hidup kita berubah, kita tidak terikat dunia. Kedua, kita tidak berbuat dosa lagi. Ketiga, kematian menjadi hal yang ditunggu dan menyenangkan. Ingat, Yesus hanya melayani Bapa. Demikian juga kita. Buatlah hidup kita sederhana; asal ada makanan pakaian, cukup. Fokus kita ke Langit Baru Bumi Baru saja. Mungkin kita dianggap konyol atau aneh, terserah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KESEDERHANAAN BERANGKAT DARI SATU KONSEP, PEMIKIRAN ATAU PEMAHAMAN BAHWA YANG KITA BUTUHKAN HANYA TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 Januari 2024
2024-01-25 05:23:18

Kejadian 38-40

Card image
Truth Kids 24 Januari 2024 - NABI ELIA
2024-01-24 07:39:58


1 Raja-raja 17:1
Lalu berkatalah Elia, orang Tisbe, dari Tisbe-Gilead, kepada Ahab: "Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan."

Sobat Kids, kemarin kita sudah mendengar sedikit tentang nabi Elia. Nabi Elia diutus Tuhan untuk menegur raja Ahab. Pada zaman itu, karena perbuatan Raja Ahab dan istrinya yang menyembah berhala (patung), membuat Tuhan marah. Nabi Elia mengatakan Tuhan tidak akan menurunkan hujan sehingga Israel dilanda bencana kekeringan. Mendengar hal itu, raja Ahab dan istrinya marah kepada nabi Elia. Mereka mengancam ingin menangkap nabi Elia.

Karena nabi Elia takut, dia pergi bersembunyi. Tetapi Tuhan melihat Elia. Di saat-saat yang sulit, Tuhan tetap menyertai Elia. Hidupnya dipelihara oleh Tuhan. Walaupun bangsa Israel meninggalkan Tuhan, nabi Elia tetap setia dan percaya kepada Tuhan. Dan pada akhirnya, nabi Elia bisa mengajak bangsa Israel kembali kepada Tuhan yang benar.

Sobat Kids, jika kita hidup dalam kebenaran, Iblis tidak akan suka. Akan ada banyak orang juga yang tidak suka kepada kita, seperti yang dialami nabi Elia. Tapi jangan gentar dan takut karena Tuhan ada bersama kita. Tuhan akan menjaga dan membela kita yang percaya pada-Nya.

Card image
Truth Junior 24 Januari 2024 - MUKJIZAT ITU NYATA
2024-01-24 07:38:24


1 Raja-raja 17:1
Lalu berkatalah Elia, orang Tisbe, dari Tisbe-Gilead, kepada Ahab: “Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan.”

Apakah Sobat Junior pernah melihat keajaiban? Apakah keajaiban sama seperti sulap? Tentu saja bukan. Karena keajaiban adalah sesuatu yang Tuhan izinkan terjadi. Keajaiban ini disebut sebagai mukjizat. Zaman dulu ada seorang nabi yang mengalami keajaiban.

Pada suatu hari, terjadi kekeringan di Israel. Saat itu ada seorang utusan Tuhan bernama Elia. Utusan Tuhan adalah orang yang membantu untuk menyampaikan pesan Tuhan. Saat itu Tuhan menyuruh Elia untuk memberitahu raja bahwa tidak akan ada hujan selama beberapa tahun. Pada saat itu, orang-orang bingung. Sebab kalau tidak ada hujan dan terjadi kekeringan terus-menerus di tempat itu, mereka akan susah mendapatkan air dan makanan. Tapi nabi Elia tetap percaya pada Tuhan bahwa Tuhan akan menolong.

Akhirnya karena Tuhan sangat baik, Tuhan pun menyuruh Elia untuk pergi ke sebuah sungai. Sebab di sungai itu akan ada burung-burung yang memberinya makan setiap hari. Sungai itu bernama sungai Kerit, sebuah tempat yang ajaib yang memberikan air dan makanan.

Tapi lama-lama sungai Kerit pun mulai mengering. Allah kemudian menyuruh Elia pergi ke kota Zarefat. Di sana, ada seorang wanita yang ditinggal suaminya, memberi makan Elia. Walaupun wanita itu hanya memiliki sedikit makanan, tapi Tuhan membuat bahan makanannya tidak habis-habis.

Sobat Junior, cerita Elia mengajarkan kita untuk selalu percaya kepada Tuhan. Kalau kita percaya kepada Tuhan, pasti mukjizatnya akan selalu ada. Karena Tuhan akan selalu menolong orang-orang yang percaya dan sayang kepada-Nya.

Card image
Truth Youth 24 Januari 2024 (English Version) - FIGHTING
2024-01-24 05:37:02


"Does he not see my ways and count all my steps?" (Job 31:4)

If you can fight, why give up? In any competition, the first champion is always considered the superior winner, even though there are second and third-place winners. In this world, God created the journey of time. This means that everything on earth is on a journey through time. The process of human growth also takes time. You are not born and able to walk in the blink of an eye. There is a growth process in the womb for nine months to become a complete human form. Then born and continue to experience growth. In school, there is a learning process given at a certain pace for us to learn before facing exams to see how well we grasp the material presented.

Similarly, in the growth of our spirituality. People who go to church or attend religious services do not automatically become good or righteous people. Going to church is the first step for us to learn the truth, change, and have a community that helps us build mature faith. Achieving mature faith is not an easy thing. Just like learning in a class, we have to learn a subject. We delve into and understand it. After that, there is an exam given to us to determine whether we pass or not.

Dear Youth, in the learning process, there are times when we feel bored, lack enthusiasm, get tired, and may lack motivation to continue studying. It's normal. But if we don't have strong commitment, we are easily failing to achieve success. The same goes for spirituality. There are times when we worship, hear the word, and serve. But to know if we have true faith is through the life tests we experience. For example, someone speaks ill of us. If we hate that person, it means we have not passed the test of faith. So, let's keep fighting. Have a strong commitment and determination to pass the test of our faith!

WHAT TO DO:
Learn to use time wisely. Have a strong determination and commitment to become better.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Exodus 24-27

Card image
Truth Youth 24 Januari 2024 - FIGHTING
2024-01-24 05:35:02


"Bukankah Allah yang mengamat-amati jalanku dan menghitung segala langkahku?" (Ayub 31:4)

Kalau bisa berjuang, kenapa harus menyerah? Dalam perlombaan apa pun, juara satu selalu dianggap sebagai pemenang yang unggul meskipun ada juara dua dan juara tiga. Dalam dunia ini, Allah menciptakan perjalanan waktu. Berarti segala sesuatu yang ada di bumi ini, berada dalam perjalanan waktu. Proses pertumbuhan manusia juga membutuhkan waktu. Tidak lahir dan langsung bisa berjalan dalam sekejap mata. Ada proses bertumbuh di dalam kandungan selama sembilan bulan untuk menjadi bentuk manusia yang utuh. Kemudian lahir, dan terus mengalami proses pertumbuhan. Dalam sekolah, ada proses pembelajaran dalam tempo tertentu yang diberikan untuk kita belajar, sebelum menghadapi ujian untuk melihat seberapa penguasaan kita tentang materi yang disampaikan.

Sama halnya dalam pertumbuhan kerohanian kita. Orang-orang yang ke gereja atau rajin ibadah, tidak otomatis menjadi orang baik atau benar. Ke gereja adalah langkah awal untuk kita belajar kebenaran, berubah, dan memiliki komunitas yang membantu kita membangun kedewasaan iman. Mencapai kedewasaan iman bukan hal yang mudah. Sama seperti kita sedang belajar di dalam kelas, kita harus belajar suatu mata kuliah. Kita mendalami dan memahaminya. Setelah itu, ada ujian yang akan diberikan kepada kita untuk mengetahui apakah kita lulus, atau sebaliknya. Sobat Youth, dalam proses belajar, pasti ada masa-masa kita merasa jenuh, tidak semangat, bosan, dan mungkin kurang motivasi untuk meneruskan studi. Itu hal yang wajar. Tapi kalau kita tidak memiliki komitmen yang kuat, kita mudah gagal untuk mencapai keberhasilan. Sama halnya dengan kerohanian. Ada masanya kita beribadah, mendengar firman, dan melayani. Tetapi untuk mengetahui apakah kita memiliki iman yang benar adalah lewat ujian-ujian hidup yang kita alami. Misalkan ada orang menjelek-jelekkan kita. Kalau kita membenci orang itu, berarti kita belum lulus dalam ujian iman. Jadi, ayo terus berjuang. Punya komitmen dan tekad yang kuat untuk lulus dalam ujian iman kita!

WHAT TO DO:
Belajar untuk menggunakan waktu sebaik mungkin. Punya tekad dan komitmen yang kuat untuk berubah menjadi lebih baik lagi.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Keluaran 24-27

Card image
Renungan Pagi - 24 Januari 2024
2024-01-24 05:31:43


Perkataan kita sangat berkuasa, karena perkataan bisa menentukan baik buruknya kehidupan, kita akan menikmati dan menanggung sendiri buah dari perkataan itu. Firman Tuhan menyatakan; "Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang, tetapi lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan."

* "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya." Sebagai orang percaya, seharusnya berkata-kata yang membangun, memberi kekuatan dan penghiburan, harus memiliki motivasi untuk menjadi berkat melalui perkataan, karena kita dipanggil untuk menjadi berkat yaitu hidup memancarkan kasih Tuhan dan mencerminkan Kristus melalui perkataan kita.
(Amsal 12:18; Amsal 18:21)

Card image
Quote Of The Day - 24 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-24 05:05:05


Kekudusan tidak bisa bersentuhan dengan dosa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 24 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-24 04:59:01


Tuhan Yesus menjadi teladan dalam seluruh kehidupan-Nya, bukan sebagian, sebab seluruh hidup-Nya tidak bercela sehingga dapat diteladani secara sempurna.

Card image
INCREASING SPEED - 24 Januari 2024 (English Version)
2024-01-24 04:55:32


We should continually improve our speed of spiritual growth. We should always feel that we could have done better and think that we are not yet at our maximum. However, many people feel satisfied with the spiritual growth that has occurred in their lives. Many Christians believe that the speed of their spiritual development is average, adequate, and reasonable, but it’s not. People like this tend to slow down or even stop their spiritual growth.

Ironically, when it comes to worldly matters—career, achievements at work, money or wealth, status, or reputation—people strive with all their might to increase, make them more prominent, and faster. But why, for spiritual life, do they not have the ambition to please God more, to be more pleasing to His heart? However, if we have the right attitude—that we can be more maximal, that our growth speed can be better—then we will begin to see things that can hinder our spiritual growth. We can see sins that still impede our growth and recognize burdens that hinder us from growing, namely, the world’s pleasures.

Many people live normal lives typical in the eyes of the world but not normal in the eyes of God. And unknowingly, we often get trapped in that mistake. We make mistakes, but we are not aware of them. We only usually realize it later. When we make mistakes, we are not mindful, but afterward, we know that we are still living a normal life, like the world’s children. So, our growth speed is not as desired by God the Father.

Essentially, our speed should increase like gears in a vehicle: from gear 1 to the maximum. Like an airplane, we are not always on the runway. We must move from slow speed to faster until we take off, fly, and land in the new heaven and earth. We must fly as high as possible. We must have the ambition to reach the throne of the Father in heaven and be pleasing in His sight.

There is nothing we should do in this life other than continually growing at the highest speed we can achieve to attain God’s favor as quickly as possible. Besides, we don’t know when this world will end, when there will be chaos, and the world will be in turmoil. We also don’t know when our death day is. We are often not maximal, so there is hidden pride that we still keep an excessive sense of respect that persists and worldly things that we still embrace in our lives. Those things can only be recognized if our speed is high.

So, only if our growth speed is high will we see sins and weaknesses that God does not want. On the contrary, if our speed is not high, there will be no beautiful song before God. Indeed, this cannot be applied to everyone. There are Christians whose speed may be low because they are new Christians or still too young biologically, such as teenagers or young people. But our speed must be higher and soar as high as possible if we are getting older.

Only at high speed does a beautiful song sound in the ears of God the Father. Our life is only satisfying to Him. With high speed, a fragrance is created before the Lord. So, we cannot say, “I have reached 30 km/h; that’s enough,” while we can go at 80 km/h, even up to 200 km/h. For people like that, there will be no song, no fragrance before God. Therefore, we must leave the earth’s atmosphere so that we will never fall. We are out of the earth’s gravity; we float. People may say: “Don’t go too high. You might fall.”  Our concern is that when our age is over, we have not yet penetrated out of the earth’s gravity.

  THERE IS NOTHING WE SHOULD DO IN THIS LIFE OTHER THAN TO INCREASE OUR SPEED AS MUCH AS POSSIBLE TO ATTAIN GOD'S FAVOR AS QUICKLY AS POSSIBLE.

Card image
MENINGKATKAN KECEPATAN - 24 Januari 2024
2024-01-24 04:46:03


Kita harus selalu merasa bahwa kita masih bisa lebih meningkatkan kecepatan kita dalam pertumbuhan kerohanian. Kita harus selalu merasa bahwa kita belum melakukan yang terbaik. Kita harus selalu merasa bahwa kita belum maksimal. Namun, banyak orang sudah merasa puas dengan pertumbuhan rohani yang terjadi atau berlangsung di dalam hidupnya. Banyak orang Kristen merasa bahwa kecepatan pertumbuhan rohaninya sudah wajar, sudah normal, sudah baik; padahal belum. Orang-orang seperti ini akan cenderung kecepatannya bertumbuh menjadi lebih lambat bahkan bukan tidak mungkin menjadi stagnan, berhenti atau stop.

Ironis, kalau untuk hal-hal yang bersifat fana—apakah itu karir, prestasi dalam bekerja, jumlah uang atau harta, kedudukan, nama baik—orang berusaha sekuat tenaga agar bisa terus bertambah banyaknya, lebih besar dan lebih cepat. Namun mengapa untuk kehidupan rohani, mereka tidak memiliki ambisi untuk lebih berkenan di hadapan Tuhan, lebih menyenangkan hati Tuhan? Padahal, jika kita memiliki sikap hati yang benar—bahwa kita bisa lebih maksimal, bahwa kecepatan kita bertumbuh bisa lebih baik—maka kita akan mulai melihat hal-hal yang bisa menghambat pertumbuhan rohani kita. Kita bisa melihat dosa-dosa yang masih menghambat kita bertumbuh, dan mengenali beban-beban yang menghambat kita bertumbuh; yaitu kesenangan-kesenangan dunia.

Banyak orang yang hidupnya masih wajar; wajar di mata dunia, tapi tidak wajar di mata Tuhan. Dan tanpa sadar kita sering terjebak dalam kesalahan itu. Kita melakukan kekeliruan, tapi kita tidak menyadarinya. Sering kita sadar belakangan. Pada waktu kita melakukan kesalahan, kita tidak menyadari, tapi belakangan baru kita sadar bahwa ternyata kita masih hidup dalam kehidupan yang wajar seperti anak dunia. Sehingga kecepatan kita bertumbuh tidak sebagaimana yang Allah Bapa kehendaki.

Sejatinya, kecepatan kita harus makin meningkat. Ibarat kendaraan gigi 1 - gigi 2 - gigi 3 - gigi 5 - lalu maksimal. Ibarat pesawat terbang kita bukan hanya di landasan pacu terus-menerus, memang pertama lambat, tapi makin cepat-makin cepat- makin cepat dan cepat sekali lalu terbang. Kita terbang (_take off_) dan kita akan mendarat (_landing_) di langit baru bumi baru. Kita harus terbang setinggi-tingginya. Kita harus berambisi untuk sampai ke takhta Bapa di surga dan dalam keadaan yang berkenan di hadapan Tuhan.

Tidak ada yang harus kita kerjakan dalam hidup ini selain terus bertumbuh dengan kecepatan setinggi-tingginya yang bisa kita lakukan, sehingga kita mencapai perkenanan Tuhan secepat-cepatnya. Selain kita tidak tahu kapan dunia ini berakhir, kapan akan ada chaos, dan dunia kacau, juga kita tidak tahu kapan hari meninggalnya kita. Sering kita tidak maksimal sehingga ada kesombongan-kesombongan terselubung yang masih kita pelihara, ada sikap gila hormat yang sebenarnya masih menetap, atau hal-hal duniawi yang ternyata masih kita dekap dalam kehidupan kita. Dan itu tidak bisa kita sadari selain kecepatan kita tinggi.

Jadi kalau kecepatan pertumbuhan kita tinggi, baru nampak dosa dan kelemahan kita yang Tuhan tidak kehendaki tersebut. Sebaliknya, kalau kecepatan kita tidak tinggi, maka tidak ada nyanyian indah di hadapan Tuhan. Memang, hal ini tidak bisa dikenakan kepada semua orang. Ada orang Kristen yang kecepatannya masih tidak bisa tinggi karena baru Kristen atau masih terlalu muda secara usia biologis, masih remaja, pemuda. Tapi kalau sudah usia makin tua, kecepatan kita harus makin tinggi, kita harus membubung setinggi-tingginya.

Dalam kecepatan tinggi baru nyanyian indah terdengar di telinga Bapa. Kehidupan kita baru memuaskan hati Allah. Dengan kecepatan tinggi baru tercipta keharuman di hadapan Tuhan. Jadi, kita tidak bisa berkata, "Saya sudah mencapai 30km/jam, cukuplah.” Padahal kita mampu 80km/jam, bahkan hingga 200km/jam. Untuk orang seperti itu, pasti tidak ada nyanyian, tidak ada keharuman di hadapan Allah.

Untuk itu kita harus keluar dari atmosfer bumi agar tidak akan pernah bisa jatuh. Karena kita keluar dari gravitasi bumi, maka kita melayang. Seorang sahabat berkata: "seorang pendeta berkata, tidak usah tinggi-tinggi nanti jatuh." Kekhawatiran kita adalah di saat usia kita habis, kita belum menembus keluar dari gravitasi bumi.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TIDAK ADA YANG HARUS KITA KERJAKAN DALAM HIDUP INI SELAIN MENINGKATKAN KECEPATAN SETINGGI-TINGGINYA YANG BISA KITA LAKUKAN, SEHINGGA KITA MENCAPAI PERKENANAN TUHAN SECEPAT-CEPATNYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 Januari 2024
2024-01-24 04:42:00

Kejadian 35-37

Card image
Truth Kids 23 Januari 2024 - A H A B
2024-01-23 07:01:10


1 Raja-raja 16:29-30
"Ahab, anak Omri, menjadi raja atas Israel dalam tahun ketiga puluh delapan zaman Asa, raja Yehuda. Dan Ahab bin Omri memerintah dua puluh dua tahun lamanya atas Israel di Samaria. Ahab bin Omri melakukan apa yang jahat di mata TUHAN lebih dari pada semua orang yang mendahuluinya."

Sobat Kids, mungkin Ahab tidak seterkenal Daud dan Salomo, tetapi Ahab juga adalah seorang raja di Israel. Namun, berbeda dengan Daud, Ahab adalah raja Israel yang membuat hati Tuhan sedih. Istrinya memengaruhi Ahab untuk menyembah patung. Dan ketika datang utusan Tuhan yaitu nabi Elia menegur Ahab, sayangnya, dia tidak mau bertobat dan tetap menyembah patung. Pada akhirnya, Tuhan marah dan menghukum Ahab.

Dari kisah hidup raja Ahab, kita dapat belajar bahwa kita sebagai anak-anak Allah masih bisa berbuat kesalahan, berbuat dosa. Tetapi, Tuhan tidak akan membiarkan kita. Sama seperti Ahab, Tuhan akan mengirimkan orang-orang untuk menegur, agar kita sadar akan kesalahan kita dan bertobat. Namun, ada hal yang penting. Jika kita sudah ditegur, dinasihati, jangan sampai kita mengeraskan hati kita dan tidak mau bertobat seperti Ahab. Jika kita tidak mau bertobat, nanti kita akan mendapat hukuman seperti Ahab. Hati kita harus lembut menerima teguran dan mau bertobat.

Card image
Truth Junior 23 Januari 2024 - DITEGUR
2024-01-23 06:59:46


1 Raja-raja 16:29-30
“Ahab, anak Omri, menjadi raja atas Israel dalam tahun ketiga puluh delapan zaman Asa, raja Yehuda. Dan Ahab bin Omri memerintah dua puluh dua tahun lamanya atas Israel di Samaria. Ahab bin Omri melakukan apa yang jahat di mata TUHAN lebih dari pada semua orang yang mendahuluinya.”

Sobat Junior, kira-kira kalau kita berbuat sesuatu yang tidak baik, apakah orang-orang di sekitar kita akan menegur kita? Misalnya saat kita berbicara kasar, apakah kita akan ditegur? Sudah pasti kita akan ditegur. Sama seperti kisah Ahab yang ditegur oleh nabi Elia.

Jadi, pada zaman dahulu, tinggallah seorang anak laki-laki bernama Ahab. Awalnya ia adalah anak yang baik. Tapi saat bertumbuh dewasa dan menjadi raja, Ahab mulai menjadi orang yang kurang baik. Ia mulai melakukan hal yang Tuhan tidak suka. Akhirnya, nabi Elia datang menegurnya, “Berhentilah melakukan hal yang Tuhan tidak suka, Ahab. Ingatlah perintah Tuhan!” Tapi Ahab tidak mau mendengarkan teguran nabi Elia. Ahab tetap melakukan hal yang tidak baik dan tidak mau taat pada perintah Tuhan.

Karena Ahab tidak mau mendengarkan teguran Nabi Elia, maka Tuhan pun marah. Akhirnya tanah yang Ahab tinggali mengalami kekeringan, sehingga hewan-hewan mati kelaparan. Akhirnya Ahab minta ampun kepada Tuhan. Ahab sadar kalau Tuhan selalu siap memberikan kasih dan pengampunan saat dia berbuat salah.

Sobat Junior, Tuhan memang maha pengampun saat kita berbuat salah, tapi kita tidak boleh terus-terusan dalam kesalahan yang diulangi. Kita mau belajar seperti Ahab. Ketika berbuat salah, tidak mengulangi kesalahan yang sama dan sungguh-sungguh bertobat.

Card image
Truth Youth 23 Januari 2024 (English Version) - RISE AND SHINE
2024-01-23 06:56:59


"If we confess our sins, he is faithful and just to forgive us our sins and to cleanse us from all unrighteousness." (1 John 1:9)

Thomas Alva Edison is a name familiar to the world, as he was the inventor of the light bulb, a feat that was once considered foolish. The interesting part is not in the invention of the light bulb itself, but in Thomas Edison's perseverance to keep trying even after failing 1000 times. He did not give up and continued to strive to create a practical light bulb that is now beneficial to many. Quoting Thomas Alva Edison, "...I have not failed. I've just found 1000 ways that won't work to light up my bulb." Thomas replaced the word "failed" with "not succeeded."

Perhaps among us today, there are those who feel they have failed to achieve what they desire. Maybe in 2023, we felt we failed to accomplish something. Low grades in school, criticized by people, not acknowledged, or perhaps we were avoided by friends. It's okay, Truth Youth. What we need to do is change our habits. We have to learn from the spirit of Thomas Alva Edison. In this case, we certainly have to become better individuals than before.

If, until now, we may have made many mistakes, we have to change. Real success is not when we get high grades in class or win many competitions in school or college. Those are achievements, but not success. True success is when we change for the better than our previous character. We must rise from disappointment, sadness, and despair. Don't feel worthless. Our lives are precious in the eyes of God. God can use events that may bring us down so that we learn to rise and become stronger and shine. Therefore, let's rise again. Don't give up, and don't easily lose hope when looked down upon. Rise and be a light to many people!

WHAT TO DO:
Don't compare yourself to others. Learn to accept shortcomings and use them as a trigger to learn to become even better.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Exodus 21-23

Card image
Truth Youth 23 Januari 2024 - RISE AND SHINE
2024-01-23 06:54:54


"Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1Yoh. 1:9)

Thomas Alva Edison adalah nama yang tidak asing bagi dunia, karena dia merupakan seorang penemu lampu pijar yang dulu dianggap bodoh. Menariknya bukan pada penemuan lampu pijar tersebut, tetapi pada kegigihan Thomas Edison untuk tetap mencoba meskipun telah gagal sebanyak 1000 kali. Beliau tidak berputus asa dan terus berusaha menghasilkan lampu pijar praktis yang kini ternyata berguna bagi banyak orang. Memetik kata-kata dari Thomas Alva Edision, “…saya tidak gagal. Saya hanya menemukan seribu cara yang tidak berhasil untuk menyalakan lampu pijarku.” Thomas mengubah kata “gagal” dengan kata “tidak berhasil.”

Mungkin ada di antara kita hari ini ada yang merasa gagal mencapai apa yang kita inginkan. Mungkin di tahun 2023 kita merasa gagal mencapai sesuatu. Nilai di sekolah rendah, dijelekkan orang-orang, tidak dianggap, atau mungkin kita dijauhi oleh teman-teman. It’s okay, Sobat Youth. Yang harus kita lakukan adalah mengubah kebiasaan hidup kita. Kita harus belajar dari semangat Thomas Alva Edison. Dalam hal ini, kita tentu harus menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

Kalau selama ini mungkin kita banyak melakukan kesalahan, kita harus berubah. Keberhasilan yang sesungguhnya bukan ketika kita dapat nilai tinggi di kelas, juara lomba dalam banyak acara di sekolah atau kuliah. Hal tersebut memang sebuah pencapaian, tapi bukan keberhasilan. Keberhasilan yang sesungguhnya adalah ketika kita berubah menjadi lebih baik dari karakter kita yang sebelumnya. Kita harus bangkit dari kekecewaan, kesedihan, dan keterpurukan. Jangan merasa tidak berharga. Hidup kita sangat berharga di mata Tuhan. Tuhan bisa memakai peristiwa-peristiwa yang mungkin membuat kita down, supaya kita belajar untuk bangkit menjadi lebih kuat dan bersinar. Oleh sebab itu, yuk bangkit lagi. Jangan menyerah, dan jangan mudah putus asa ketika dipandang rendah. Bangkit dan jadilah terang bagi banyak orang!

WHAT TO DO:
Jangan bandingkan diri dengan orang lain. Belajar menerima kekurangan, dan jadikan kekurangan sebagai pemicu untuk belajar berubah menjadi lebih baik lagi.

BIBLE MARATHON:
▪︎Keluaran 21-23

Card image
Renungan Pagi - 23 Januari 2024
2024-01-23 06:50:16


Segala sesuatu yang ada di dunia ini selalu menawarkan kemewahan, hidup hedon, kenikmatan dunia dan popularitas, mereka sangat suka jika dapat pamer semua yang dimiliki dan menjadi viral di media sosial, sehingga akhir-akhir ini berlaku "budaya flaxing" yaitu pamer harta, banyak orang jadi tergiur dengan tawaran dunia itu.

Namun mereka tidak mengerti bahwa semua itu tidak ada yang free, dan mudah didapat, melainkan ada harga yang harus dibayar dan tidak sedikit yang menghalalkan segala cara demi mencapai semua kesenangan dunia itu. Jika demi harta dunia dan segala kesenangannya, banyak orang bersedia membayar harganya, sementara hidup menurut firman Tuhan dan melakukan kehendak Bapa, sedikit orang yang mau bayar harganya.

Tidak salah diberkati Tuhan dan menjadi kaya, tetapi selagi memiliki uang banyak atau harta kekayaan dapat memiliki apa yang kita mau, menikmati juga kesenangan dunia yang akhirnya tanpa disadari, tidak sedikit orang kristen mulai menjauh dari Tuhan. Karena merasa diri sudah kaya raya, pandai, punya kedudukan mapan, sukses dalam bisnis dan sebagainya, kemudian tidak lagi mengandalkan Tuhan dalam hidupnya, lebih mengandalkan kekuatan dan kemampuan diri sendiri. 

Firman Tuhan dengan keras menyatakan,   Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!" Saat kita mengandalkan kekuatan sendiri, merasa tidak membutuhkan Tuhan, maka dapat dipastikan hati menjauh dari Tuhan, berhati-hatilah.
(Yeremia 17:5)

Card image
Quote Of The Day - 23 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-23 06:47:37


Ketika kita memilih Tuhan, kita tidak bisa kompromi dengan dunia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 23 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-23 06:45:22


Untuk memiliki hidup yang bermutu yaitu hidup untuk menemukan Tuhan yang benar, mengenal-Nya dengan baik dan melakukan kehendak-Nya, seseorang harus berjuang meraih pengenalan akan Tuhan, tidak hanya menggunakan hati semata-mata, tetapi juga menggunakan pikiran.

Card image
BUILDING AN EXCLUSIVITY - 23 Januari 2024 (English Version)
2024-01-23 06:43:31


When true Christians make a mistake, it will hurt them until they are traumatized, heavily phobic, and do not want to make the same mistake again. They hate sin and wrongdoing because the law is God himself, His thoughts and feelings, not just to kill, commit adultery, or steal, but everything we do must align with His thoughts and feelings. So, every word we speak must align with God’s mindset. Do not doubt God. He cannot be wrong and blameless. It is us who are flawed. It is not God adjusting to us; we are the ones who must adjust to Him.

The New Testament is the era of grace; not only in this era did Jesus die for us, but Jesus became our way to God, the Creator of heaven and earth. We must understand the truth, which will enlighten our minds so we can have spiritual intelligence, know God’s thoughts and feelings, and we can appreciate His taste.  There is no more beautiful life than the life of someone sensitive to God’s mindset. The more we have spiritual intelligence in every step we take, we delight the heart of God so that our lives become an expression of God’s mindset.

As new Christians, we demanded this and that from God, who tolerated us. But as our spiritual maturity grows, we begin to say, “Not my will, Father, but Your will be done.” He is the living God. We don’t need intermediary figures because we can meet God personally and build a relationship as He wants. Over time, we grow in spiritual maturity until harmony occurs between us and God; that is the eternal treasure we will have in eternity.

Just as we have a good relationship with our partner, only when we are old can we find a relationship that will never be built with anyone else. Tears cannot represent the sorrow when we lose someone with whom we built lives. God wants us to have an exclusive relationship with Him, and that is grace. How fantastic it is when God makes our bodies the temple of the Holy Spirit. Not only do we say, “I don’t want to lose You, Lord.” But the Lord also says, “I don’t want to lose this person.” A special relationship. That’s why Jesus said, “If anyone comes to me and does not hate father and mother, wife and children, brothers and sisters—yes, even their own life—such a person cannot be my disciple.”

This means that the intimacy, exclusivity, and privilege of our relationship with God must be beyond that of our relationship with anyone or anything else until a type or version of extraordinary personal relationship over time. This cannot happen quickly, as spiritual maturity takes time. After all, our character is flawed. Therefore, we must want to find the Eternal Lover, namely God, and don’t think we have found Him. We may have found Him, but we do not yet have an ideal relationship with Him.  Invest our time, thought, energy, or whatever we have to build exclusivity of relationship with God.

We are grateful for the opportunity to understand this or be given awareness. It’s not too late. Let us build a beautiful relationship with God until we find a form that He enjoys and says, “I am pleased with dealing with this person.” Ultimately, we go home alone, like Job said, “I came alone, I will go alone.” People need to be made aware of this. Later, when at the edge of death, they realize that just as they came alone, they will go alone. Make every minute of our lives worship and ceremonial liturgy; our law is God himself, and we can meet Him without an intermediary,

Many Christians feel that they already believe in Jesus, have met God, and already have God. But that’s just the surface; there is no substance.  Filling the relationship with God takes time. Every time, every season, there are eternal blessings that God provides that we must not miss. God gives daily blessings related to the issues and struggles we experience. Remember the Word of God saying, “God works in all things to bring about good, similar to Jesus.”

Only a few people earnestly seek God to find the Eternal Lover. What are we looking for in this life? How satisfied are we with having the world? God is our treasure. The psalmist says, “Whom have I in heaven but You? And earth has nothing I desire besides You.” Meaning it is only He is eternal. So, let us not waste the opportunities God gives us; let us build a relationship with God until a beautiful relationship is formed, which becomes our wealth and God’s wealth.   

INVEST TIME, THOUGHTS, ENERGY, AND WHATEVER WE HAVE TO BUILD EXCLUSIVITY IN OUR RELATIONSHIP WITH GOD.

Card image
MEMBANGUN EKSKLUSIVITAS - 23 Januari 2024
2024-01-23 06:39:30


Bagi orang Kristen yang benar, ketika ia berbuat satu kesalahan, maka hal itu akan menyakitkan dirinya. Sampai dia trauma, fobia berat, dan tidak melakukan kesalahan lagi. Dia benci dosa, benci perbuatan salah. Sebab hukumnya adalah Tuhan sendiri; pikiran dan perasaan-Nya. Bukan hanya tidak membunuh, tidak berzina, tidak mencuri, tapi segala sesuatu yang kita lakukan, harus sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan. Maka setiap kata yang kita ucapkan, harus sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Jangan ragukan Allah. Allah tidak mungkin salah. Tidak bercela, Dia. Yang bercela itu kita. Bukan Tuhan yang menyesuaikan diri dengan kita; kita yang menyesuaikan diri dengan Allah.

Perjanjian Baru adalah zaman anugerah; bukan saja di zaman ini Yesus mati untuk kita, tapi Yesus menjadi jalan kita sampai kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi. Maka kita harus memahami kebenaran, yang akan mencerdaskan pikiran kita; kecerdasan rohani. Sehingga kita mengerti pikiran dan perasaan Allah, kita bisa mengerti selera-Nya. Tidak ada kehidupan yang lebih indah dari kehidupan seorang yang peka terhadap pikiran dan perasaan Allah. Semakin kita memiliki kecerdasan rohani dalam setiap langkah yang kita miliki, semakin kita membahagiakan hati Tuhan. Sehingga kehidupan kita menjadi kehidupan yang mengekspresikan pikiran dan perasaan Allah.

Waktu kita Kristen baru, kita nuntut ini itu kepada Tuhan, dan Tuhan toleransi. Tapi seiring dengan bertumbuhnya kedewasaan kita, kita mulai berkata, “bukan kehendakku yang jadi, Bapa, kehendak-Mulah.” Dia Allah yang hidup. Kita tidak perlu perantara tokoh, karena kita bisa menjumpai Tuhan secara pribadi sampai menemukan satu bentuk hubungan yang Allah inginkan itu terbangun. Lewat perjalanan waktu, bertumbuhnya kedewasaan rohani kita, sampai terjadi keharmonisan antara kita dengan Allah, dan itu harta abadi yang akan kita miliki di kekekalan.

Sebagaimana kita memiliki hubungan yang baik dengan pasangan, maka ketika tua, baru kita bisa menemukan satu bentuk hubungan yang itu tidak akan pernah bisa terbangun dengan siapa pun. Air mata sudah tidak bisa mewakili duka citanya ketika kita kehilangan orang yang bersamanya kita membangun hidup. Tuhan mau kita memiliki hubungan yang eksklusif dengan Dia, dan itu anugerah. Kalau Tuhan menjadikan tubuh kita bait Roh Kudus, betapa luar biasa. Bukan hanya kita yang berkata, “aku tidak mau kehilangan Engkau, Tuhan.” Tapi Tuhan pun berkata, “Aku tidak mau kehilangan orang ini.” Hubungan yang istimewa. Yang untuk itu Yesus berkata, “jika kamu tidak membenci ayahmu, jika kamu tidak membenci ibumu, bahkan nyawamu, kamu tidak layak bagi-Ku.”

Artinya, keintiman, eksklusivitas, keistimewaan hubungan kita dengan Tuhan harus melampaui eksklusivitas hubungan kita dengan siapa pun dan apa pun. Sampai terbentuk satu tipe, versi, bentuk personal relationship yang luar biasa, lewat perjalanan waktu. Dan ini tidak bisa dicapai dalam sekejab, karena kedewasaan rohani kita tidak bisa kita capai dalam satu hari. Perlu waktu karena karakter kita itu buruk.

Makanya kalau kita sungguh-sungguh mau menemukan kekasih abadi, yaitu Tuhan, jangan merasa sudah menemukan. Betul, kita sudah menemukan Dia. Tapi belum menemukan relasi yang ideal dengan Dia. Investasikan waktu, pikiran, tenaga, apa pun yang kita miliki untuk membangun eksklusivitas hubungan kita dengan Tuhan. Bersyukur kita mengerti hal ini atau pada kesempatan ini diberi kesadaran. Kita belum terlambat. Mari kita membangun hubungan yang indah dengan Tuhan, sampai menemukan bentuk yang Tuhan sendiri menikmatinya dan berkata, “Aku senang urusan dengan orang ini.” Sebab pada akhirnya kita pulang sendiri. Seperti Ayub katakan, “aku datang sendiri, pulang sendiri.” Orang tidak menyadari ini. Nanti kalau sudah di ujung maut, baru dia tahu sebagaimana ia datang sendiri, dia pulang sendiri. Jadikan setiap menit hidup kita menjadi ibadah, seremonial, liturgi kita. Dan hukum kita adalah Tuhan sendiri. Dan kita tanpa perantara bisa menjumpai Dia.

Banyak orang Kristen merasa bahwa dia sudah percaya Tuhan Yesus, sudah bertemu Tuhan, sudah mempunyai Tuhan. Tapi itu hanya kulit; tidak ada isinya. Mengisi hubungan dengan Tuhan itu melalui perjalanan waktu. Setiap waktu, setiap masa, itu ada berkat-berkat kekal yang Tuhan sediakan yang tidak boleh kita lewatkan. Tuhan memberi berkat setiap hari secara spesifik, khusus, terkait dengan persoalan dan pergumulan hidup yang kita alami. Ingat firman Tuhan mengatakan, “Allah bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan, guna serupa dengan Yesus.”

Betapa langkanya orang yang serius mencari Tuhan untuk menemukan kekasih abadi. Mau cari apa hidup ini? Seberapa puasnya kita memiliki dunia? Tuhanlah harta kita. Pemazmur berkata, “siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.” Artinya hanya Dia yang kekal. Maka, jangan kita sia-siakan kesempatan yang Tuhan berikan, bangunlah relasi dengan Tuhan, sampai terbentuk hubungan yang indah, yang menjadi kekayaan kita dan kekayaan Tuhan sendiri.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

INVESTASIKAN WAKTU, PIKIRAN, TENAGA, APA PUN YANG KITA MILIKI UNTUK MEMBANGUN EKSKLUSIVITAS HUBUNGAN KITA DENGAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 Januari 2024
2024-01-23 06:36:31

Kejadian 32-34

Card image
Truth Kids 22 Januari 2024 - S A L O M O
2024-01-22 12:30:31


1 Raja-raja 3:28
"Ketika seluruh orang Israel mendengar keputusan hukum yang diberikan raja, maka takutlah mereka kepada raja, sebab mereka melihat, bahwa hikmat dari pada Allah ada dalam hatinya untuk melakukan keadilan."

Sobat Kids, apakah kalian tahu kisah raja Salomo? Raja Salomo pernah membangun Bait Suci yang megah. Dan dia terkenal dengan sikap yang adil dan bijaksana. Tentu saja ini karena ada penyertaan Tuhan atas hidup raja Salomo. Ingatkah apa yang diminta raja Salomo pada Tuhan? Ya, raja Salomo meminta hikmat dan kebijaksanaan pada Tuhan, dan hal itu Tuhan berikan.

Raja Salomo bisa saja meminta harta kekayaan, kekuatan, atau kekuasaan kepada Tuhan, tetapi dia tidak melakukannya karena ia tahu itu semua bersifat sementara. Sobat Kids, dari raja Salomo kita belajar bahwa hal-hal yang berhubungan dengan materi, bersifat sementara. Maksudnya, suatu saat bisa habis, hancur, atau lenyap. Untuk itu dalam hidup ini kita harus pandai memilih. Kita bisa belajar dari raja Salomo. Ia memilih sesuatu yang kekal, yaitu hikmat yang berasal dari Tuhan sendiri.

Jadi, Sobat Kids, jangan tergoda dengan kekayaan yang bersifat sementara, yang dapat habis dalam beberapa waktu. Teruslah hidup taat dan bergantung pada Tuhan.

Card image
Truth Junior 22 Januari 2025 - CHOOSE ONE
2024-01-22 12:28:12


1 Raja-raja 3:28
“Ketika seluruh orang Israel mendengar keputusan hukum yang diberikan raja, maka takutlah mereka kepada raja, sebab mereka melihat, bahwa hikmat dari pada Allah ada dalam hatinya untuk melakukan keadilan.”

Di dalam hidup kita, pasti ada yang namanya pilihan. Misalnya, mau pilih pergi ke Sekolah Minggu atau di rumah saja nonton TV. Tapi dari setiap pilihan kita, pasti ada pilihan yang terbaik. Sudah pasti lebih baik memilih untuk pergi ke Sekolah Minggu dari pada hanya menonton TV di rumah.

Di dalam Alkitab, ada sebuah cerita tentang seorang raja yang bernama Salomo. Sama seperti kita, raja Salomo juga harus memilih, tapi pilihannya lebih susah. Ceritanya begini, raja Salomo adalah raja yang bijaksana atau pintar. Raja ini terkenal dengan keadilannya. Suatu hari, ada dua wanita datang menemui raja, dan mereka bertengkar di depan raja karena memperebutkan seorang bayi.

Akhirnya raja Salomo ingin melihat, siapa yang sebenarnya ibu dari bayi itu. Raja Salomo berkata, “Baiklah, kita bagi bayi ini menjadi dua bagian.” Mendengar perkataan raja Salomo, wanita pertama tidak setuju, karena tidak ingin bayi itu dipotong. Tapi wanita kedua setuju dengan ide raja Salomo itu.

Wah, ternyata dengan menyampaikan kalimat tersebut, raja Salomo jadi yakin siapa ibu bayi itu yang sebenarnya. Wanita pertama adalah ibu kandung sang bayi. Karena raja Salomo sudah tahu jawabannya, maka ia memberikan bayi itu kepada wanita pertama sebagai tanda keadilan.

Sobat Junior, dari kisah di atas kita belajar pentingnya bersikap adil saat memilih atau mengambil keputusan. Pasti Tuhan menolong kita untuk bisa memilih yang benar dan baik. Yang penting, kita mau belajar taat kepada Tuhan.

Card image
Truth Youth 22 Januari 2024 (English Version) - FORGIVENESS
2024-01-22 12:26:06


"O you who love the LORD, hate evil! He preserves the lives of his saints; he delivers them from the hand of the wicked." (Psalm 97:10)

"It's not my fault; why should I apologize? He accused me falsely and spoke ill of me to others. He should be the one to apologize to me, not the other way around. He was the one who hurt my feelings! I won't forgive him unless he apologizes to me." With a mix of frustration and deep sadness in her tone, Eimi responded to Jeni's advice to apologize and forgive the person who hurt her. Jeni knew it wasn't an easy thing to do. Therefore, she gave Eimi the space to pour out all the resentment in her heart. Jeni understood that Eimi was wounded and needed to release what was burdening her.

After an hour of listening to Eimi's heart, Jeni approached Eimi and hugged her. The embrace from her friend made Eimi unable to hold back the sadness she felt. Eimi cried genuinely. After seeing Eimi starting to calm down, Jeni began to speak to her. Jeni understood that forgiving someone who had hurt your heart is not easy, especially if that person is someone you care about.

Eimi was actually hurt by the attitude of one of her close friends who accused Eimi of being malicious. Jeni reminded Eimi that if she didn't commit the mistake, she should pray for her friend to change, and Eimi should not hold a grudge against her friend. Jesus teaches us to love our enemies and pray for those who persecute us (Matt. 5:44). The Lord surely protects those who love Him. Jeni advised Eimi to pray and ask for God's strength to forgive her friend. Eimi also had to examine herself to see if her behavior towards her friend was a reaction to any mistakes she might have made unintentionally. Hearing this, Eimi seemed to realize something and made the decision to forgive and even dared to apologize to her friend.

WHAT TO DO:
If we are unable to forgive someone, pray and ask God for the strength to forgive. Don't hold onto other people's mistakes.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Exodus 17-20

Card image
Truth Youth 22 Januari 2024 - FORGIVENESS
2024-01-22 07:46:34


"Hai orang-orang yang mengasihi TUHAN, bencilah kejahatan! Dia, yang memelihara nyawa orang-orang yang dikasihi-Nya, akan melepaskan mereka dari tangan orang-orang fasik." (Mzm 97:10)

“Ini bukan salah saya, kenapa saya perlu minta maaf? Dia menuduh saya yang bukan-bukan dan menjelek-jelekkan saya ke orang lain. Harusnya dia yang minta maaf kepada saya, bukan saya yang harus minta maaf. Dia dulu yang menyakiti hati saya! Saya tidak akan memaafkan dia, kalau dia tidak meminta maaf kepada saya.” Dengan nada kesal bercampur kesedihan yang dalam, Eimi merespons saran dari Jeni untuk meminta maaf dan memaafkan orang yang menyakitinya. Jeni tahu itu bukanlah hal yang mudah. Oleh sebab itu, dia memberikan ruang kepada Eimi untuk mencurahkan segala kekesalan dalam hatinya. Jeni mengerti bahwa Eimi sedang terluka, dan perlu melepaskan apa yang menjadi kekesalan di hatinya. Setelah satu jam mendengarkan curahan hati Eimi, Jeni mulai mendekati Eimi dan memeluknya. Pelukan dari sahabatnya membuat Eimi tidak dapat membendung kesedihan yang dia rasakan. Eimi menangis sejadi-jadinya. Setelah melihat Eimi mulai tenang, Jeni mulai berbicara pada Eimi. Jeni mengerti bahwa memaafkan orang yang sudah menyakiti hati itu tidak mudah, apalagi orang itu adalah orang yang kita sayang.

Eimi sebenarnya terluka dengan sikap salah satu teman dekatnya yang menuduh Eimi berlaku jahat terhadapnya. Jeni mengingatkan Eimi bahwa jika dia memang tidak melakukan kesalahan tersebut, Eimi justru harus mendoakan temannya supaya berubah, dan Eimi tidak boleh menyimpan dendam terhadap temannya itu. Tuhan Yesus mengajar kita untuk mengasihi musuh dan mendoakan orang-orang yang menganiaya kita (Mat. 5:44). Tuhan pasti melindungi orang-orang yang mengasihi-Nya. Jeni menasihati Eimi supaya berdoa dan meminta kekuatan Tuhan untuk bisa memaafkan temannya. Eimi juga harus memeriksa diri, mungkin perlakuan teman terhadapnya akibat kesalahan yang Eimi dilakukan tanpa dia sadari. Mendengar itu, Eimi seperti menyadari sesuatu dan mulai mengambil keputusan untuk memaafkan, serta berani meminta maaf kepada temannya.

WHAT TO DO:
Jika kita tidak mampu mengampuni seseorang, berdoalah dan minta kekuatan Tuhan untuk bisa mengampuni. Jangan menyimpan kesalahan orang lain.

BIBLE MARATHON:
▪︎Keluaran 17-20

Card image
Renungan Pagi - 22 Januari 2024
2024-01-22 06:23:42


Kita harus ingat bahwa jika kita masih hidup sampai saat ini, masih dapat bernafas, diberi tubuh yang sehat, itu semua adalah anugerah dari Tuhan yang patut disyukuri. Seharusnya tidak patut membanggakan diri, merasa bahwa semua karena kehebatan kita, lalu menuntut ingin dihargai, dipuji, disanjung dan dihormati, padahal semua rasa itu adalah awal kesombongan.

Apalagi jika saat ini Tuhan mempercayakan untuk melayani pekerjaan-Nya, ditambah dengan talenta dan karunia-karunia yang kita miliki, jika tidak mampu menjaga hati, maka bisa mencuri kemuliaan Tuhan, dan keangkuhan membuat kita merasa berjasa dalam melakukan pekerjaan Tuhan.

Ingatlah akan Lucifer yang semula adalah malaikat sorga yang rupawan, melayani dekat Tahta Allah, selalu memuji Tuhan, namun ketika merasa harusnya dia dihormati, disanjung dan disembah, mulai timbullah kesombongan, sehingga ia pun berpikir untuk mengambil alih kedudukan Tuhan, dia mau menjadi Tuhan!. Banyak orang percaya yang merasa berjasa dalam pelayanan, ingin menjadi Tuhan atas sesamanya, ingin menunjukkan bahwa dia punya kuasa, semua harus tunduk pada perkataannya.

Semua tahu kisah Lucifer, karena kesombongannya dia diusir dari Tahta Allah dan dibuang ke bumi. Jika saat ini banyak orang yang melayani pekerjaan Tuhan ingin unjuk kebolehan dan gila hormat, bahkan memandang orang lain dengan sebelah mata, pujian dan penghargaan dari manusia yang mereka cari, hati-hatilah, karena Tuhan menentang orang yang tinggi hati.

Firman Tuhan menyatakan; Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." Jangan sombong, sebab ketika engkau berlaku sombong, Tuhan yang akan menjadi lawanmu. Tetaplah rendah hati, semua yang ada pada kita adalah kasih karunia Tuhan.
(Yakobus 4:6)

Card image
Quote Of The Day - 22 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-22 06:21:04


Orang yang berusaha dinilai Allah dengan baik pasti akan berusaha untuk menemukan nilai-nilai yang benar menurut standar Allah yang Maha Kudus.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 22 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-22 06:19:06


Kita harus mulai menetapkan filosofi hidup yang benar, yaitu hidup untuk menemukan Tuhan yang benar, mengenal-Nya dengan baik dan melakukan kehendak-Nya.

Card image
SPIRITUAL TASTE - 22 Januari 2024 (English Version)
2024-01-22 04:44:41


An encounter with the true God will surely awaken spiritual taste within someone. Spiritual taste means understanding God’s feelings, what pleases His heart, and what does not. Many people have religious and liturgical experiences but do not have the experience of walking with God or no personal encounter with Him. So, it’s no wonder that many Christians do not understand God’s taste; they do not understand the thoughts and feelings of Him. The characteristic of someone who experiences a genuine encounter with God is that they know God’s taste; “So whether you eat or drink or whatever you do, do it all for the glory of God.”

Even dating, marriage, or having children is for God. Not dating, not marrying, or not having children is also for God. Our standard of living should be like this. From Sunday School children, we should teach this truth. We should teach this to teenagers and youth. If someone acquires this truth, then their life will become teamwork. Husband and wife are a team, a team working together for the work of God. That is the ideal. In this life, two significant choices determine happiness. The first is choosing an eternal Lover, and the second is  choosing a life mate.

In our 70 years of life on this earth, it is only to find an eternal Lover. If a man or a woman is serious about building a family, they will evaluate and correct their relationship with their partner; what makes their relationship disharmonious? If the couple grows mature, then they will have a mature relationship. Likewise, if we are serious about becoming members of the family of the Kingdom of God, where Jesus becomes the Bridegroom, and we become the bride. We must seriously correct and evaluate our relationship with God.

In human marital relationships, both must grow together. There will be a problem if one is not mature because building a mature or harmonious relationship becomes complicated. But in our relationship with God, God is perfect and faithful. There is no doubt of it. The problem is undoubtedly on our part, not on God’s part. So, when we correct and evaluate our relationship with God, we consider ourselves, not God. Therefore, we must grow; the more we grow, our relationship with God becomes mature.

To achieve an ideal relationship between husband and wife, they must try to understand and adjust to each other—likewise, our relationship with God. Don’t demand that God do good because He has been perfect. Don’t demand that Him not make mistakes because He has never been wrong. Indeed, what is not good and evil is on our part, not God’s. What we need to do is grow to understand and to know God. Not just theologically or through teaching, but each of us must strive to experience a personal encounter with God to find a genuinely exclusive relationship between ourselves and God. An exclusivity that is not possessed by anyone else.

If we use the words “type” or “version,” no human has the same way of relating to God because everyone is special and unique.  God is amazing and omnipresent but willing to deal with every individual, allowing us to build an exclusive relationship with Him. Ironically, very few discuss finding God and having a genuine personal encounter with Him. Each of us should have a personal relationship until we see a version, a form of relationship that is unique, special, and owned by us alone. Everyone can achieve a mature, ideal relationship with God because He is alive.

We read in the Old Testament that the people of Israel had a communal or massive relationship with Yahweh. Indeed, some biblical figures have a good, beautiful, unique personal relationship, and they are special people whose lives also serve as examples for us. But there are only a few. That is a religion, which has one of its characteristics as the domination of figures. In the New Testament, we worship God in spirit and truth (John 4:24). The true medium is not ritual, liturgy, or ceremonial, for which people package liturgy as beautifully as possible, but a personal encounter with God.  

AN ENCOUNTER WITH THE TRUE GOD WILL CERTAINLY AWAKEN SPIRITUAL TASTE WITHIN SOMEONE.

Card image
SELERA ROHANI - 22 Januari 2024
2024-01-22 04:41:47


Perjumpaan dengan Tuhan yang benar, perjumpaan dengan Allah yang benar, pasti akan membangkitkan selera rohani di dalam diri seseorang. Selera rohani di sini maksudnya dia bisa mengerti perasaan Allah; apa yang menyenangkan hati Tuhan, apa yang tidak. Banyak orang memiliki pengalaman keberagamaan, pengalaman liturgi, tetapi tidak memiliki pengalaman berjalan dengan Tuhan. Tidak ada perjumpaan dengan Tuhan secara pribadi. Jadi, tidak heran banyak orang Kristen yang tidak mengerti selera Tuhan; tidak mengerti pikiran dan perasaan Allah. Jadi kalau seseorang mengalami perjumpaan dengan Tuhan secara benar, cirinya adalah dia mengerti selera Tuhan; “baik kamu makan atau minum atau melakukan segala sesuatu, lakukan semua untuk kemuliaan Allah.” Kalaupun pacaran, pacaran pun untuk Tuhan; menikah, menikah pun untuk Tuhan; punya anak, punya anak pun untuk Tuhan; tidak pacaran, tidak menikah, tidak punya anak pun juga untuk Tuhan. Mestinya standar hidup kita itu seperti ini. Dari anak-anak Sekolah Minggu, mestinya kita mengajarkan kebenaran ini. Kepada remaja dan pemuda, mestinya kita mengajarkan hal ini. Dan jika kebenaran ini diperoleh seseorang, maka hidup orang itu akan menjadi team work. Suami istri itu team work; tim yang bekerja bersama untuk pekerjaan Allah. Itu idealnya. Di dalam hidup ini, ada dua pilihan besar yang menentukan kebahagiaan. Pilihan yang pertama, memilih kekasih abadi. Pilihan kedua yang terbesar adalah memilih jodoh. 70 tahun umur hidup kita di bumi ini, sebenarnya hanya untuk menemukan kekasih abadi. Kalau seorang pria atau seorang wanita serius dalam membangun rumah tangga, ia akan mengevaluasi, mengoreksi hubungan dengan pasangannya; hal-hal apakah yang membuat hubungan dengan pasangannya tidak harmoni? Kalau pasangan bertumbuh dewasa, maka mereka akan memiliki hubungan yang matang. Demikian pula kalau kita serius mau menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah, di mana Yesus menjadi Mempelai Pria dan kita menjadi mempelai wanita. Kita serius mengoreksi, mengevaluasi hubungan kita dengan Tuhan. Kalau hubungan suami istri manusia, keduanya harus bertumbuh bersama. Kalau yang pria dewasa, wanita tidak dewasa, ada kesenjangan; dan sebaliknya. Maka sulit membangun hubungan harmoni yang matang atau dewasa. Namun kalau hubungan kita dengan Tuhan, Tuhan sempurna. Dia setia. Tidak diragukan. Yang menjadi masalah pasti di pihak kita, bukan di pihak Tuhan. Jadi kalau kita mengoreksi, mengevaluasi hubungan kita dengan Tuhan, yang kita evaluasi diri kita, bukan Tuhan. Karenanya, kita harus bertumbuh. Semakin kita bertumbuh dewasa, maka hubungan kita dengan Tuhan makin dewasa, makin matang. Dalam hubungan suami istri untuk mencapai hubungan yang ideal, tentu seseorang berusaha mengerti pasangannya, dan menyesuaikan diri. Demikian pula hubungan kita dengan Tuhan. Jangan menuntut Tuhan berbuat baik. Dia sudah sangat baik. Jangan menuntut Tuhan berbuat tidak salah. Dia tidak pernah bersalah. Pasti yang tidak baik dan yang bersalah itu pihak kita, bukan pihak Tuhan. Yang kita harus lakukan adalah kita bertumbuh untuk memahami, mengenal Allah. Bertumbuh dan memahami Allah. Bukan hanya secara teologis, bukan hanya secara pengajaran, melainkan setiap individu harus benar-benar berusaha untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan, sehingga bisa menemukan hubungan yang benar-benar eksklusif antara diri kita masing-masing dengan Tuhan. Eksklusivitas yang tidak dimiliki oleh siapa pun. Kalau menggunakan kata “tipe” atau “versi,” tidak ada satupun manusia yang memiliki versi sama dalam berelasi dengan Tuhan. Karena setiap individu itu khusus, unik. Betapa menakjubkan Allah yang Maha Hadir, berurusan dengan setiap individu. Dan setiap individu bisa membangun eksklusivitas hubungan dengan Tuhan. Ironis, sedikit sekali yang benar-benar memperkarakan bagaimana menjumpai Tuhan, bagaimana memiliki perjumpaan dengan Tuhan, sentuhan dengan Tuhan secara personal. Personal relationship. Sampai menemukan satu versi, satu bentuk hubungan yang khas, yang khusus, yang dimiliki orang tersebut, yang tidak dimiliki oleh siapa pun. Hubungan yang matang, yang dewasa, yang ideal, yang bisa dicapai setiap individu dengan Tuhan. Allah itu hidup. Kalau di Perjanjian Lama, kita membaca umat Israel memiliki hubungan dengan Yahweh itu secara komunitas atau massal. Memang ada tokoh-tokoh Alkitab yang memiliki personal relationship yang bagus, yang indah, yang khas. Dan mereka adalah orang-orang istimewa di mana hidup mereka juga menjadi contoh untuk kita. Tetapi, tidak banyak. Itulah agama, yang memiliki ciri salah satunya dominasi tokoh. Di Perjanjian Baru, kita menyembah Allah dalam roh dan kebenaran (Yoh. 4:24). Jadi, media sebenarnya bukan ritual atau liturgi atau seremonial yang untuk itu orang mengemas liturgi sebagus-bagusnya, melainkan perjumpaan pribadi dengan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PERJUMPAAN DENGAN ALLAH YANG BENAR, PASTI AKAN MEMBANGKITKAN SELERA ROHANI DI DALAM DIRINYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 Januari 2024
2024-01-22 04:38:26

Kejadian 30-31

Card image
Truth Kids 21 Januari 2024 - D A U D
2024-01-21 10:12:37


1 Samuel 16:7
"Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."

Sobat Kids, pasti kalian sudah sering mendengar kisah tentang Daud. Seorang anak muda yang menjadi penggembala domba. Orang yang memiliki keberanian dan iman yang besar sehingga dapat menang melawan Goliat. Dan pada akhirnya, ia terpilih mejadi raja bangsa Israel menggantikan raja Saul.

Walaupun Daud sangat muda dan tidak diperhitungkan oleh keluarganya, Tuhan melihat ketulusan dan iman dari Daud, sehingga Tuhan menyertai Daud. Sobat Kids, kadang kita tidak percaya diri karena kita masih kecil. Tetapi ingatlah bahwa Tuhan tidak melihat usia, besar kecil, tua muda, kaya miskin, tetapi Tuhan melihat hati dan iman kita.

Untuk itu, Sobat Kids, kita perlu menjaga dan mengembangkan apa yang ada di dalam diri kita. Jaga hati kita agar tetap tulus, tidak bersungut-sungut atau banyak protes dan mengeluh. Dan ingat, walaupun kita masih kecil, tetapi kita bisa memiliki iman yang besar. Jadi jangan malu dan patah semangat dalam berjuang. Ingat, iman sebesar biji sesawi saja sanggup untuk memindahkan gunung.

Card image
Truth Junior 21 Januari 2024 - KUALITAS YANG TIDAK TERLIHAT
2024-01-21 10:10:50


1 Samuel 16:7
Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.”

Sebuah teleskop yang besar dapat membuat kita melihat ruang angkasa yang jauh sekali jaraknya dari bumi. Tahukah Sobat Junior bahwa salah satu elemen (alat) penting dalam sebuah teleskop adalah sebuah lensa? Lensa tersebut tidak sebesar ukuran teleskopnya, bahkan secara rasio, sangat kecil bila dibandingkan dengan ukuran dari seluruh teleskop canggih yang biasanya besar sekali. Namun, lensa kecil ini mampu membuat kita melihat isi ruang angkasa yang tidak bisa kita lihat hanya dengan mata saja.

Itupun yang terjadi dengan kisah Daud. Ada sebuah elemen (karakter) penting dalam diri Daud yang tidak terlihat secara fisik dan tidak disadari oleh orang-orang sekitarnya, sehingga tidak ada yang menyangka bahwa seorang pria muda yang kesehariannya hanya menggembalakan ternak, dipilih Tuhan untuk memimpin bangsa yang besar. Tuhan tidak memandang fisik, tapi yang penting adalah karakter dalam diri manusia.

Kita juga bisa seperti Daud, Sobat Junior. Meskipun tidak ada manusia yang mengagumi dan menghargai kita, tapi kita bisa Tuhan pakai secara luar biasa, asalkan kita punya kualitas yang istimewa dalam diri kita . Kualitas apakah itu? Hati yang mengasihi Tuhan, takut dan hormat kepada-Nya, serta taat tak bersyarat; melakukan apa pun yang Tuhan kehendaki. Kualitas ini tidak bisa terlihat oleh mata, tapi bisa dikenal dan dirasakan oleh Tuhan. Yuk, kita miliki kualitas ini agar kita menjadi istimewa di mata-Nya.

Card image
Truth Youth 21 Januari 2024 (English Version) - FOCUS MODE
2024-01-21 10:06:57


"So be careful to do what the LORD your God has commanded you; do not turn aside to the right or to the left." (Deuteronomy 5:32)

In this highly advanced era, we all like to snap photos using smartphones to create memories and share them on social media. We all want the captured photos to look attractive, sharp, and able to draw the attention of many people. A photo will look sharp and interesting when we use auto-focus. But if we don't use focus mode, the captured object will appear blurry and unattractive.

It's the same with the truths we learn. If we don't focus on learning the truth, it won't appear attractive. It can even be quite boring. Now, there might be Youth Friends who easily get bored or quickly feel sleepy when reading the Bible. Many might find it hard to focus. Why does this happen? Because we don't activate focus mode to read the Bible.

If we activate focus mode, we will prepare our minds, space, and time, and try to eliminate all things around us that can distract our focus on reading the Bible. For example, turning off or hiding our phones when reading the Bible, so they don't disturb our focus. Just like the object in a photo that we focus on to make it look sharp and interesting, the surroundings will become blurry or not visible.

Similarly, when we want to read the Bible or spiritual books, we need to make our surroundings look blurry or not visible, so we can focus on understanding and strengthen our curiosity. Of course, we need to pray for the help of the Holy Spirit to better understand the contents of the Bible. That's why it is said, "Do not turn aside to the right or to the left." It means, don't lose focus on learning the truth and applying it. If we don't discipline ourselves to focus, we can easily deviate to the right and to the left.

WHAT TO DO:
Learn to discipline yourself by eliminating things that distract your focus on learning the truth.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Exodus 14-16

Card image
Truth Youth 21 Januari 2024 - FOCUS MODE
2024-01-21 09:53:20


"Maka lakukanlah semuanya itu dengan setia, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri." (Ulangan 5:32)

Zaman yang serba canggih ini membuat kita semua pasti suka snap foto menggunakan smartphone untuk dijadikan kenangan, dan di- upload di media sosial. Pasti kita ingin foto yang ditangkap terlihat menarik dan tajam, serta mampu menarik perhatian banyak orang. Foto akan terlihat tajam dan menarik ketika kita memakai auto focus. Tapi kalau kita tidak memakai focus mode, maka objek yang di foto kelihatan tidak tajam dan tidak menarik. Sama halnya dengan kebenaran yang kita pelajari. Kalau kita tidak memberikan fokus untuk belajar kebenaran, kebenaran itu tidak akan terlihat menarik. Bahkan bisa begitu membosankan. Nah, pasti Sobat Youth ada yang mudah atau cepat bosan ketika membaca Alkitab. Tidak sedikit yang cepat merasa ngantuk. Kenapa hal tersebut terjadi? Karena kita tidak mengaktifkan focus mode untuk membaca Alkitab.

Kalau kita mengaktifkan focus mode, kita akan mempersiapkan pikiran, ruang, dan waktu, serta berusaha menghilangkan semua hal-hal di sekitar yang bisa men- distract fokus kita untuk membaca Alkitab. Misalkan, HP dimatikan atau disimpan ditempat yang tersembunyi ketika sedang membaca Alkitab, supaya tidak mengganggu fokus kita. Seperti objek di foto yang kita fokuskan supaya terlihat tajam dan menarik, sekitarnya akan menjadi blur atau tidak kelihatan.

Begitu juga ketika kita mau membaca Alkitab atau buku-buku rohani, kita harus membuat sekitar kita terlihat blur atau tidak kelihatan, baru kita dapat fokus untuk mengerti sehingga rasa ingin tahu kita menjadi kuat. Tentu kita harus berdoa minta pertolongan Roh Kudus untuk mengerti isi Alkitab dengan lebih baik. Sebab itu dikatakan, “Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri.” Artinya, jangan kehilangan fokus untuk belajar kebenaran dan mengenakannya. Kalau kita tidak mendisiplinkan diri untuk fokus, maka kita mudah menyimpang ke kiri dan ke kanan.

WHAT TO DO:
Belajar mendisiplinkan diri dengan cara menghilangkan hal-hal yang men- distract fokus kita untuk belajar kebenaran.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Keluaran 14-16

Card image
Renungan Pagi - 21 Januari 2024
2024-01-21 09:17:10


Sebagai manusia, makhluk ciptaan Allah, hendaklah kita harus mengingat bahwa hidup tidak abadi di dunia ini, bahkan segala sesuatu yang ada hanyalah sementara. Ingatlah, berapa pun kekayaan yang kita miliki, mungkin orang memandangnya tidak akan habis tujuh turunan.

Tetapi sepandai apa pun manusia dan sehebat apa pun manusia, firman Tuhan berkata; "Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi." 

Jadi kehidupan manusia di dunia ini sangat singkat, dapat berlalu kapan saja. Jika hanya mengandalkan apa yang kita miliki, yaitu harta kekayaan, semua adalah sia-sia belaka, sebab apabila suatu saat semua itu diambil, entahkah dirampok, hancur karena bencana alam, atau bisa saja tidak bersisa karena kesalahan sendiri, apapun itu, saat itu terjadi kita pun tidak dapat berbuat apa-apa.

Kecuali jika hidup takut akan Tuhan dan memindahkan hati ke Kerajaan Surga. Kehidupan kekal menanti di sana, jangan terikat hatimu pada kekayaan dan keindahan dunia ini.
(Mazmur 103:15-16)

Card image
Quote Of The Day - 21 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-21 09:01:31


Kalau seseorang mau berucap bijak, yang harus dikelola bukan hanya lidahnya secara langsung—sebab lidah hanya robot—namun yang harus dikontrolnya adalah hati atau jiwanya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 21 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-21 08:59:29


Lebih dari apa pun yang dapat kita berikan kepada Allah, Bapa kita, sejatinya hanya hati kita yang diingini oleh Allah, bukan suatu barang.

Card image
FEELING MORE THAN ENOUGH - 21 Januari 2024 (English Version)
2024-01-21 08:57:39


God will not disappoint us. Let’s not quickly blame God if our circumstances are not joyful because God will not leave us. Remember the experience of Abraham, who waited for the birth of his child for 25 years. He obediently left the Ur of the Chaldeans. He had no intention of returning to it out of his obedience to Elohim Yahweh, who promised that he would have descendants as numerous as the stars in the sky and the sand on the seashore. But in reality, his child did not come. Yet, he did not despair. It’s amazing. He continued to trust in God.

Perhaps some of us are experiencing difficult situations that make us feel like it is dragging on and God doesn’t care. Our situation is worsening, sinking further, and we ask, “God, where are You?” But know that everything that happens will have an end, a resolution, which will bring goodness. Because Rom.8:28 says, “And we know that in all things God works for the good of those who love Him, who have been called according to His purpose.”

Let’s not be disappointed because God is trustworthy and worthy. Even in our most difficult circumstances, we believe God is faithful. The only true God, the Almighty, Elohim Yahweh, is always with us. He carries us until our hair turns white. Another thing that makes someone weary and bored is  comfort. Don’t mess around; comfort can be dangerous because someone who enjoys comfort may eventually be bound by it, and they may lose interest in spiritual matters.

Sometimes, God allows us to experience difficulties so that we seek Him. When God blesses us with all kinds of blessings and our lives are trouble-free economically and otherwise, we should be grateful and seek God even more. We see other people experiencing so much suffering, and our gratitude should be expressed in words, actions, and attitudes.

Remember! No matter how comfortable life is in this world, it will end. Everything has its end.  So, let’s not drown in the comfort of life so that we no longer think about the world to come, the new heaven, and the new earth. It’s as if life is only here on earth; there is no life beyond the grave. The problem is that people often don’t desire another world if they have a comfortable life and today’s world is already good. If issues arise, they only understand that life’s reality is bitter. If there are no problems, everything goes well; they feel they don’t need anyone, even God.

But be thankful if God reminds us that we need Him more than anyone or anything. Therefore, we must continue to grow until we feel we need Him more than the breath in our bodies and the blood in our veins. If we reach that level, we will feel energized and can say, “You are my life, Lord. Without You, there is no life within me. Hold my hand; do not leave me. I need You, Lord, more than Your blessings or power.” 

We must have a solid dependence on God until we are like people addicted to Him, and we can truly understand what the psalmist said, “As the deer pants for streams of water, so my soul pants for You, my God.” If we reach the point of making God our life, we become His lovers. So, do not mourn if a life partner or our child leaves us. Surrender it into God’s hands; let His will be done. We do not need to force them to return if they choose not to return; Even God does not force them. Do not be hurt nor make us resentful or even curse them.

But say, “God, give me spiritual lessons that mature me. You are more than enough in my life.”  Whatever our situation, we must feel more than enough because we have God. This attitude is genuinely honoring God. God wants us to rise from our state of despair. Life is short and tragic—nothing we hope for except the new heaven and earth.

  WHATEVER OUR SITUATION, WE MUST FEEL MORE THAN ENOUGH BECAUSE WE HAVE GOD.

Card image
MERASA LEBIH DARI CUKUP - 21 Januari 2024
2024-01-21 08:41:26


Tuhan tidak akan mengecewakan kita. Kalau keadaan kita tidak membahagiakan, jangan kita cepat-cepat menyalahkan Tuhan. Sebab Tuhan tidak akan meninggalkan kita. Ingat pengalaman Abraham yang selama 25 tahun menantikan anaknya lahir. Dia sudah taat meninggalkan Ur-Kasdim, dan tidak berniat kembali ke Ur-Kasdim demi ketaatannya kepada Elohim Yahweh, yang menjanjikan bahwa dirinya akan punya anak sebanyak bintang di langit, pasir di laut. Tapi kenyataannya, anaknya tidak kunjung lahir. Tapi dia tidak kecewa. Ini mengagumkan. Dia tetap memercayai Tuhan.

Mungkin sekarang ada di antara kita yang sedang mengalami keadaan sulit yang membuat kita merasa bahwa ini sudah berlarut-larut, dan Tuhan tidak peduli. Keadaan kita makin merosot, makin terpuruk, lalu kita bertanya, “Tuhan, Engkau di mana?” Namun ketahuilah bahwa semua hal yang terjadi itu pasti ada akhirnya, ada ujungnya. Dan pasti mendatangkan kebaikan. Karena Roma 8:28 mengatakan, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”

Mari kita tidak menjadi kecewa. Dia patut, Dia pantas dipercayai. Dalam keadaan kita yang paling sulit, kita tetap memercayai bahwa Allah itu setia. Satu-satunya Allah yang benar, Yang Maha Besar, Elohim Yahweh selalu menyertai. Sampai putih rambut kita, Ia menggendong kita. Hal lain yang membuat seseorang jenuh dan bosan adalah kenyamanan. Jangan main-main, kenyamanan pun bisa membahayakan. Sebab seseorang yang menikmati kenyamanan, sampai akhirnya dia terbelenggu oleh kenyamanan. Ia tidak tertarik lagi dengan hal-hal rohani.

Maka kadang Tuhan mengizinkan kita mengalami kesulitan supaya kita mencari Tuhan. Ketika Tuhan memberkati kita dengan segala berkat, hidup kita menjadi tidak bermasalah dalam segi ekonomi dan lain-lain, mestinya kita bersyukur dan makin mencari Tuhan. Kita melihat orang-orang lain, begitu banyak penderitaan yang dialami oleh mereka. Dan ucapan syukur kita bukan hanya dengan perkataan tapi dengan sikap dan perbuatan.

Ingat! Seberapa nyamannya hidup di dunia ini, pasti berakhir. Semua ada ujungnya. Jadi, jangan kita tenggelam karena kenyamanan hidup, sampai kita tidak memikirkan lagi dunia yang akan datang, langit baru bumi baru. Seakan-akan kehidupan itu hanya sekarang di bumi ini; di balik kubur tidak ada kehidupan lagi. Masalahnya, sering orang ketika memiliki kenyamanan hidup, maka ia tidak menginginkan dunia lain. Sebab dunia hari ini sudah baik. Kalau sudah dilanda masalah, baru mengerti bahwa realitas hidup ini pahit. Kalau tidak ada masalah, semua jalan dengan baik, orang merasa tidak membutuhkan siapa-siapa, bahkan tidak membutuhkan Tuhan.

Tapi bersyukur jika kita masih diingatkan Tuhan bahwa kita membutuhkan Dia lebih dari siapa pun dan apa pun. Oleh karena itu, kita harus bertumbuh terus sampai kita merasa bahwa Dia kita butuhkan lebih dari nafas di dalam tubuh kita, lebih dari darah di tubuh kita. Kalau kita sampai pada tingkat itu, kita tidak akan merasa jenuh atau bosan. Kita bisa berkata, “Engkau kehidupanku, Tuhan. Tanpa Engkau, tidak ada kehidupan di dalam diriku. Pegang tanganku, jangan tinggalkan aku. Yang kubutuhkan bukan berkat-Mu, bukan kuasa-Mu, tapi Engkau sendiri, Tuhan. Engkau sendiri.”

Memiliki ketergantungan yang kuat, sampai kita seperti orang kecanduan atau addict terhadap Tuhan. Dan kita baru bisa menghayati yang dikatakan pemazmur, “seperti rusa merindukan sungai yang berair, demikian jiwaku merindukan Engkau, ya Tuhan.” Kalau sampai tingkat menjadikan Tuhan itu kehidupan, kita menjadi kekasih Tuhan. Jadi kalau pasangan hidup atau anak meninggalkan kita, jangan diratapi. Serahkan dalam tangan Tuhan, biar kehendak Tuhan yang jadi. Jangan memaksa dia harus pulang. Kalau memang dia memilih untuk tidak pulang, Tuhan pun tidak memaksa dia. Jangan terluka. Jangan membuat kita memusuhi bahkan mengutukinya. Namun katakan, “Tuhan, beri aku pelajaran rohani yang mendewasakan aku. Engkau lebih dari cukup dalam hidupku.” Apa pun keadaan kita, kita harus merasa lebih dari cukup karena kita memiliki Tuhan. Sikap seperti ini adalah sikap yang benar-benar memuliakan Tuhan. Tuhan ingin kita bangkit dari keadaan kita yang terpuruk. Hidup ini singkat dan tragis. Tidak ada yang kita nantikan dalam hidup ini selain langit baru bumi baru.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

APA PUN KEADAAN KITA, KITA HARUS MERASA LEBIH DARI CUKUP KARENA KITA MEMILIKI TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 Januari 2024
2024-01-21 08:34:29

Kejadian 27-29

Card image
Truth Kids 20 Januari 2024 - RAJA SAUL
2024-01-20 06:44:29


1 Samuel 15:22
Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan."

Saul adalah salah satu raja yang dipilih Tuhan untuk memimpin bangsa Israel. Namun ada masanya dimana Saul tidak taat pada perintah Tuhan. Saul pernah menyimpan sebagian harta rampasan orang Amalek. Padahal, Tuhan menyuruhnya untuk menghancurkan seluruhnya. Saul juga pernah mengorbankan persembahan bagi Tuhan sendiri, padahal dia harus menunggu kedatangan nabi Samuel untuk mengorbankan persembahan itu. Akibat dari ketidaktaatan raja Saul, Tuhan tidak lagi menyertai dia dengan cara menarik Roh-Nya dari Saul.

Sobat Kids, ternyata menjadi seorang raja bangsa Israel yang dipilih Tuhan, tidak menjamin Saul menjadi orang yang tetap taat pada Tuhan. Dari cerita Raja Saul, kita dapat belajar bahwa kita tidak bisa kadang-kadang taat, kadang-kadang tidak taat pada perintah Tuhan. Kita harus belajar untuk terus taat pada Tuhan setiap waktu. Jangan sampai kita seperti Saul yang pada akhirnya kehilangan berkat penyertaan Tuhan atas hidupnya.

Sobat Kids, ayo, kita belajar taat. Jangan kira karena hebat, kita bisa melakukan suatu hal sesuka hati. Kita harus tanya Tuhan, apa yang Tuhan mau kita lakukan dalam hidup kita agar apa pun yang kita kerjakan, tetap hidup dalam penjagaan dan penyertaan dari Tuhan.

Card image
Truth Junior - 20 Januari 2024 - KETIDAKTAATAN SAUL
2024-01-21 09:57:18


1 Samuel 15:22
Tetapi jawab Samuel: “Apakah Tuhan itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara Tuhan? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.”

Saul adalah seorang raja yang kuat dan gagah berani. Ia dipilih oleh Tuhan untuk memimpin umat-Nya. Namun Sobat Junior, seperti dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita bisa tersesat dari jalan yang benar, sekalipun kita memiliki kedudukan yang tinggi di hadapan Tuhan. Dalam kisah ini, Tuhan memberikan perintah yang jelas kepada Saul untuk menghancurkan semua harta milik bangsa Amalek. Namun, ketika Saul dan tentaranya memenangkan pertempuran, ia membuat keputusan untuk tidak tunduk sepenuhnya kepada perintah Tuhan. Sebagian dari harta rampasan perang tersebut disimpan oleh Saul, dan bahkan ia mengorbankan sebagian hewan tangkapan itu kepada Tuhan.

Lalu, di manakah salah raja Saul? Sekilas, yang dilakukan raja Saul itu baik. Semua kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik, ia persembahkan sebagai kurban bakaran kepada Tuhan. Raja Saul bahkan tidak mengambil untuk dirinya sendiri, tapi dia persembahkan kepada Tuhan. Tapi coba Sobat Junior perhatikan baik-baik di dalam kitab 1 Samuel 15:13. Di ayat itu, raja Saul tetap menganggap bahwa ia telah melaksanakan firman Tuhan. Namun bagi Tuhan, raja Saul telah melanggar perintah-Nya. Saul menjalankan keinginannya sendiri, dan itu adalah kejahatan di mata Tuhan. Karena Saul tidak melakukan seluruh perintah Tuhan, makaitu artinya Saul menolak firman-Nya.

Sobat Junior, dari kisah raja Saul, kita bisa belajar bahwa yang paling penting adalah taat sepenuhnya terhadap kehendak Tuhan. Walaupun mungkin terkadang Sobat Junior berpikir kalau tindakan yang Sobat Junior lakukan adalah baik atau sudah benar, tetapi belum tentu itu baik menurut Tuhan. Sobat Junior, mari kita belajar dari kesalahan raja Saul dan memilih untuk mendengarkan suara Tuhan dengan setia. Kita akan menemukan bahwa dalam mendengar dan taat kepada-Nya, kita akan mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian yang sejati. Itulah yang diinginkan Tuhan dari setiap kita.

Card image
Truth Youth 20 Januari 2024 (English Version) - TRUE OR FEEL TRUE?
2024-01-20 06:39:04


"So Jesus said to the Jews who had believed him, 'If you abide in my word, you are truly my disciples, and you will know the truth, and the truth will set you free." (John 8:31-32)

Dear Youth, perhaps we have thought that people who diligently go to church are those who are righteous, good, used by God, or often called 'pious' people. Especially if they are actively serving in the church. We immediately think that they are the chosen ones of God. Is such thinking wrong? Certainly not wrong, but it is also not entirely correct. What we need to know is that those chosen by God are the ones who live in truth.

Jesus spoke to the Jews who believed in Him; if there are Jews who believe, it means there are Jews who do not believe. These Jews were people who diligently worshiped at the temple. But even though they were diligent in going to the temple, they were not serious about being righteous. The same goes for Christians. Even if they are diligent in going to church and serving, some are not serious about living righteously. So, when Jesus says, "If you abide in my word, you are truly my disciples," it means that if we are serious about living according to or obeying God's commands, only then are we called truly righteous people.

But if we are lazy even to go to church, how can we know the truth? Lazy people cannot possibly live in truth. We can find the truth if we make an effort to seek it. We don't automatically become righteous. We have to make an effort to learn to live righteously. But note this, a righteous person not only knows the truth but also lives by the truth. So, let's not feel that we are already righteous, but our lifestyle is not right. In the year 2024, it's not too late for us to learn the truth, evaluate, and live righteously. Let's reset our habits to live right.

WHAT TO DO:
Focus on building ourselves by evaluating every response in our daily lives.

BIBLE MARATHON:
▪︎Exodus 11-13

Card image
Truth Youth 20 Januari 2024 - BENAR ATAU MERASA BENAR?
2024-01-20 06:37:27


Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yoh 8:31-32)

Sobat Youth, mungkin kita pernah berpikir kalau orang-orang yang rajin ke gereja adalah orang-orang yang sudah benar, orang-orang baik, orang-orang yang dipakai Tuhan, atau kita sering dengar disebut orang-orang ‘saleh.’ Apalagi kalau mereka rajin pelayanan di gereja. Kita langsung berpikir bahwa mereka adalah orang-orang yang dipilih Tuhan. Apakah pikiran seperti itu salah? Tentu tidak salah, tapi juga tidak sepenuhnya benar. Yang harus kita tahu adalah orang-orang yang dipilih Tuhan adalah orang-orang yang hidup dalam kebenaran.

Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya; kalau ada orang-orang Yahudi yang percaya, berarti ada orang-orang Yahudi yang tidak percaya. Orang-orang Yahudi ini adalah orang-orang yang rajin ke Bait Allah beribadah. Tetapi meskipun mereka rajin ke Bait Allah, mereka tidak serius menjadi orang-orang yang benar. Sama halnya dengan orang-orang Kristen. Meskipun rajin ke gereja dan pelayanan, tetapi ada yang tidak serius hidup benar. Jadi, kalau Tuhan Yesus berkata, “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku.” Maksudnya, kalau kita serius hidup menurut atau taat perintah Tuhan, barulah kita disebut orang-orang benar yang sejati.

Tapi kalau ke gereja saja kita malas, bagaimana kita dapat mengetahui kebenaran? Orang-orang malas tidak mungkin bisa hidup dalam kebenaran. Kebenaran dapat kita temukan kalau kita berusaha mencari kebenaran itu. Tidak otomatis kita menjadi benar. Kita yang harus berusaha belajar hidup benar. Tapi perhatikan, orang yang benar bukan cuma tahu kebenaran, melainkan menghidupi kebenaran itu. Jadi, jangan sampai kita merasa sudah benar, tapi ternyata gaya hidup kita tidak benar. Di tahun 2024 ini, belum terlambat untuk kita belajar kebenaran, evaluasi, dan hidup benar. Yuk, reset kebiasaan kita untuk hidup benar.

WHAT TO DO:
Fokus pada membangun diri sendiri dengan mengevaluasi setiap respons hidup kita sepanjang hari.

BIBLE MARATHON:
▪︎Keluaran 11-13

Card image
Renungan Pagi - 20 Januari 2024
2024-01-20 06:35:37


Yesus pernah mengatakan bahwa kebesaran Yohanes Pembaptis melebihi siapapun yang pernah dilahirkan di muka bumi ini. "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya."

Mengapa Yesus menyebut Yohanes Pembaptis sebagai orang yang paling besar? Hal yang pasti bukan karena ia membuat mukjizat atau sukses dalam penginjilan, karena Yohanes sama sekali tidak pernah melakukan mukjizat, mengapa Yesus takjub kepada Yohanes Pembaptis? Karena filosofi pelayanannya, "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil." Kerendahan hati membuat seseorang ditinggikan oleh Tuhan.
(Matius 11:11; Yohanes 3:30)

Card image
Quote Of The Day - 20 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-20 06:31:57


Kita harus menganggap lidah sebagai suatu ancaman yang membahayakan kalau tidak dikelola dengan baik.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 20 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-20 06:30:25


Betapa berharganya waktu yang Tuhan berikan, peristiwa-peristiwa hidup yang Allah Bapa izinkan kita alami, yang melaluinya kita diarahkan supaya kita menjadi anak yang berkenan di hadapan Bapa.

Card image
BOREDOM - 20 Januari 2024 (English Version)
2024-01-20 06:29:03


Maybe some of us have experienced boredom, a feeling of boredom or weariness in following God. We become too lazy to go to church and pray, and we prefer watching movies, listening to worldly songs, and engaging in activities unrelated to spiritual growth, let alone ministry. Everyone can experience moments like these. When we experience this is a sign or signal that we are in a stagnant state, a state of not growing.  A spiritual state that does not grow is marked by boredom and weariness in living a spiritual life or engaging in activities that can build our faith.

We should take action in such situations and break free from them. We should force ourselves to pray, read the Bible, and abandon things or activities that do not build our faith. It all depends on us. Unfortunately, many people give up. They think that someday they will be diligent again, actively seeking God again. However, now, they want to pursue their “me-time” first, but this is misguided and wrong. Our “me -time” should be spent in communion with God. Many people do not have a proportional love for God, do not experience actual spiritual growth, and, therefore, still feel bored and weary in spiritual activities.  Those who grow up will not experience boredom.

However, we become vulnerable when seeking diversions like this, quickly falling into sin and creating problems. Even those diligently seeking God, diligently praying, and reading the Bible can go astray—because no one is immune to temptation—let alone those who are not. Because of boredom and weariness in spiritual activities, they engage in activities that do not build their faith. They will undoubtedly become easy prey for the power of darkness. If we experience this, then we must be able to overcome or defeat that boredom. If we give up and say, “Just this once,” we are developing a taste for worldly things. We are building solid chains that entangle us.

Various things can cause boredom; for example,  disappointment with a particular person, especially if that person is considered spiritual, or we are hurt by someone we believe is a role model. We might not experience it directly, but we have heard about it, which can make someone self-justified. Such disappointment makes us feel bored and weary. We must see that even Judas, with the Lord Jesus, could commit evil and heinous acts.  Anyone can make mistakes. Even servants of God are not immune to mistakes or sins.

If one day we stand before the Judgment Seat of God and say, “Lord, I became bored and weary of seeking You because I was disappointed by the church pastor, who should have been my role model.” Then, our reason will not be accepted. It’s as if being disappointed by a pastor, a church activist, or a council member and having an adverse reaction is acceptable. Instead, it should open our minds that a pastor, council member, or activist can do things that are not worthy. So, we should be cautious not to do the same. Thus, such a situation should trigger and motivate us to grow. 

Therefore, we must give a positive response because a negative response prevents a person from growing up and becoming bored with going to church. These people can reach the point where they no longer want to seek God and even change religions, and this can happen to anyone. Don’t get bored. On the contrary, it is becoming, making it a nutrient and fuel for us to soar. Moreover, our world today is full of  *hoaxes.* Social media is open; anyone can insult, bully, and slander others. So, it’s better not to believe it easily. Let’s be silent so that our faith is not eroded and weakened.

Our faith can become weak and weary in performing spiritual activities  *when facing various problems.* Difficulty after difficulty can make someone disappointed with God and say, “Lord, why do You allow this to happen in my life? Why am I so unlucky?” Then, we feel hurt and injured by God and feel that God is unfair. In reality, people like this are angry with God. They are staging a protest. However, the Word of God says, “Give thanks in all circumstances.” This verse means that we not only give thanks in pleasant situations, but even in unpleasant ones, we acknowledge that God is good.

  THOSE WHO SPIRITUALLY GROW WILL NOT EXPERIENCE BOREDOM.

Card image
KEJENUHAN - 20 Januari 2024
2024-01-20 06:26:25


Mungkin ada di antara kita yang pernah mengalami kejenuhan; perasaan bosan atau jenuh dalam mengikut Tuhan. Kita jadi malas ke gereja, malas berdoa, lebih senang nonton film, mendengarkan lagu-lagu duniawi, melakukan banyak kegiatan yang tidak terkait dengan pertumbuhan rohani, apalagi pelayanan. Saat-saat seperti itu bisa dialami oleh semua orang. Tahukah bahwa ketika kita mengalami hal itu, sebenarnya itu adalah sebuah isyarat atau signal atau petunjuk bahwa kita mengalami keadaan stagnan; keadaan tidak bertumbuh. Keadaan rohani yang tidak bertumbuh ditandai dengan perasaan jenuh dan bosan dalam menjalani kehidupan rohani atau kegiatan yang dapat membangun iman.

Justru dalam keadaan seperti itu mestinya kita bertindak, keluar dari keadaan tersebut. Kita yang harus memaksa diri untuk berdoa, membaca Alkitab, meninggalkan hal-hal atau kegiatan-kegiatan yang tidak membangun iman kita. Itu semua tergantung kita. Sayangnya, banyak orang yang menyerah. Dia pikir, nanti suatu hari dia akan tekun lagi, giat lagi mencari Tuhan. Sekarang mau mencari “selingan” dahulu; “me time.” Ini sesat, ini salah. Seharusnya, me time kita adalah kebersamaan dengan Tuhan. Banyak orang yang tidak memiliki kecintaan kepada Tuhan secara proporsional, tidak mengalami pertumbuhan rohani secara benar, sehingga masih mengalami perasaan bosan, jenuh dalam kegiatan-kegiatan rohani. Orang yang bertumbuh dewasa, tidak akan mengalami kejenuhan.

Padahal kalau sudah mencari selingan semacam ini, kita menjadi rentan, akan mudah jatuh dalam dosa. Ini masalahnya. Yang sedang tekun mencari Tuhan, tekun berdoa, membaca Alkitab saja bisa meleset—karena tidak ada seorangpun yang kebal terhadap dosa—apalagi yang tidak berdoa. Karena jenuh dan bosan melakukan kegiatan-kegiatan rohani, maka dia punya berbagai aktivitas yang tidak membangun iman. Mereka pasti menjadi mangsa empuk kuasa kegelapan. Jika kita mengalami ini, maka kita harus bisa menaklukkan atau mengalahkan kejenuhan itu. Kalau kita menyerah dan berkata “kali ini saja,” berarti kita membangun selera duniawi. Kita seperti membuat belenggu yang makin kuat melilit kita.

Kejenuhan ini bisa disebabkan berbagai hal; misalnya, kekecewaan terhadap orang tertentu, apalagi kalau orang itu dianggap rohani, atau kita terlukai oleh orang yang kita anggap sebagai menjadi teladan. Atau mungkin kita tidak mengalami langsung tapi mendengar. Itu pun bisa membuat seseorang jadi memiliki pembenaran diri. Kekecewaan seperti ini membuat kita menjadi jenuh dan bosan. Sejatinya, kita harus melihat kenyataan bahwa seorang Yudas yang bersama dengan Tuhan Yesus, bisa berbuat tindakan yang begitu jahat, keji. Semua orang bisa berbuat salah. Hamba Tuhan pun tidak kebal terhadap kesalahan atau dosa.

Kalau suatu hari kita berdiri di hadapan takhta pengadilan Tuhan, dan berkata, “Tuhan, aku jadi jenuh dan bosan mencari Engkau, karena aku dikecewakan oleh gembala gereja, yang mestinya menjadi panutan saya, Tuhan.” Maka alasan kita pasti tidak akan diterima. Seakan-akan kalau dikecewakan oleh seorang pendeta, aktivis gereja, majelis, lalu kita seperti boleh memiliki reaksi yang negatif. Justru mestinya hal itu membuat pikiran kita terbuka bahwa seorang pendeta, majelis, atau aktivis bisa melakukan hal-hal yang tidak patut. Nah, kita berjaga-jaga jangan melakukan hal yang sama. Jadi, keadaan itu mestinya memicu dan memacu kita untuk bertumbuh.

Jadi, kita harus memberikan respons yang positif. Respons yang negatif membuat seseorang tidak bertumbuh, jenuh ke gereja. Bahkan tidak jarang yang total tidak mau lagi mencari Tuhan, sampai pada tingkat pindah agama. Hal ini bisa terjadi atas hidup siapa saja, semua orang. Jangan menjadi jenuh. Justru sebaliknya, kita menjadi kuat. Itu bisa menjadi nutrisi, bisa menjadi bahan bakar untuk kita terbang. Apalagi dunia kita hari ini adalah dunia yang penuh hoaks. Media sosial terbuka, sembarangan orang mengatai, mem-bully, memfitnah orang. Maka lebih baik kita tidak mudah memercayainya. Kita diam supaya jangan sampai iman kita tergerus dan menjadi lemah.

Iman kita bisa menjadi lemah dan jenuh untuk melakukan kegiatan rohani, ketika kita dilanda berbagai masalah terus-menerus. Kesulitan demi kesulitan bisa membuat seseorang bisa kecewa terhadap Tuhan dan berkata, “Tuhan, mengapa Engkau izinkan hal ini terjadi di dalam hidupku? Mengapa aku malang seperti ini?” Lalu kita merasa disakiti dan dilukai oleh Tuhan dan merasa Tuhan tidak adil. Sebenarnya orang-orang seperti ini sedang marah terhadap Tuhan. Dia sedang melakukan demo. Padahal firman Tuhan mengatakan, “ucapkan syukur dalam segala hal.” Artinya bukan hanya dalam keadaan menyenangkan kita bersyukur, namun dalam keadaan yang tidak menyenangkan pun kita mengakui bahwa Tuhan itu baik.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG BERTUMBUH DEWASA, TIDAK AKAN MENGALAMI KEJENUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun 20 Januari 2024
2024-01-20 05:52:30

Kejadian 25-26

Card image
Truth Kids 19 Januari 2024 - S A M U E L
2024-01-19 08:32:29


1 Samuel 3:10
Lalu datanglah TUHAN, berdiri di sana dan memanggil seperti yang sudah-sudah: "Samuel! Samuel!" Dan Samuel menjawab: "Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar."

Sobat Kids, apakah kalian pernah mendengar kisah tentang Samuel? Dalam Alkitab, Samuel adalah anak dari Hana dan Elkana. Semenjak Samuel berusia 4-5 tahun, dia sudah tinggal bersama imam-imam untuk melayani Tuhan. Karena Samuel sedari kecil menjadi anak yang taat, ia selalu belajar untuk mendengarkan suara Tuhan dan tunduk pada kehendak Tuhan. Ia bertumbuh dewasa menjadi orang yang disukai oleh Tuhan dan orang di sekitarnya, sampai akhirnya Samuel menjadi nabi yang mengurapi 2 raja pertama bangsa Israel dan menjadi hakim terakhir bangsa Israel.

Nah, Sobat Kids, karena taat pada perintah Tuhan, Samuel dipercaya Tuhan untuk mengerjakan hal-hal yang besar. Sobat Kids, biarpun saat ini usia kalian masih kecil, jangan menganggap remeh atau kecil hati. Justru dimulai dari usia muda, kita harus mulai belajar mendengar, memahami kehendak Tuhan dan taat, sehingga ketika besar kita sudah terbiasa, terlatih taat melakukan kehendak Tuhan.

Siapa yang mau, setelah besar nanti dipakai Tuhan untuk melayani bangsa yang besar seperti nabi Samuel??? Jika kalian mau, ayo, kita mulai dari sekarang untuk belajar mendengar dan taat pada suara Tuhan. Bagaimana contohnya? Dengarkan dan taati orang tuamu terlebih dulu karena mereka adalah wakil Tuhan bagi kita di dunia ini. Semangat ,ya, Sobat Kids!

Card image
Truth Junior 19 Januari 2024 - MENDENGAR SUARA TUHAN
2024-01-19 08:30:23


1 Samuel 3:10
Lalu datanglah TUHAN, berdiri di sana dan memanggil seperti yang sudah-sudah: “Samuel! Samuel!” Dan Samuel menjawab: ”Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar.”

Samuel adalah anak dari Elkana dan Hana. Elkana dan Hana tidak mudah mendapatkan keturunan. Jadi, waktu Samuel lahir, orang tuanya sangat bahagia. Mereka sangat berterima kasih pada Tuhan. Sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih pada Tuhan, bapak Elkana dan ibu Hana menyerahkan Samuel untuk melayani Tuhan. Waktu Samuel berumur 3 tahun, bapak Elkana dan ibu Hana membawa Samuel dan menyerahkannya kepada imam Eli, supaya Samuel belajar melayani Tuhan.

Pada suatu hari ketika Samuel sedang tidur, Tuhan memanggil Samuel, kata-Nya, “Samuel! Samuel!” Awalnya Samuel menjawab, “Ya, bapa.” Lalu Samuel berlari ke imam Eli karena ia berpikir imam Eli yang memanggilnya. “Bapa, bukankah Bapa memanggil aku?” tanya Samuel heran. Anehnya, imam Eli menjawab, “Aku tidak memanggilmu, tidurlah kembali.” Samuel pun kembali tidur. Lalu Tuhan memanggil Samuel lagi. Hal ini berlangsung sampai tiga kali. Samuel berulang kali mendatangi imam Eli setiap ia mendengar suara yang memanggilnya.

Kemudian imam Eli pun sadar kalau yang memanggil Samuel adalah Tuhan. Setelah itu, imam Eli menyuruh Samuel tidur lagi dan berkata, “Pergilah tidur, dan apabila Tuhan memanggil engkau, katakanlah: berbicaralah, Tuhan, sebab hamba-Mu ini mendengar.” Samuelpun kembali tidur lagi. Ketika Tuhan memanggil lagi, Samuel menjawab seperti yang diajarkan imam Eli, “Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar.” Sejak saat itu, Tuhan sering berbicara pada Samuel. Samuel pun selalu mendengarkan Tuhan dengan baik dan melakukan apa yang diperintahkan oleh-Nya.

yang Sobat Junior, dari kisah Samuel kita bisa belajar untuk mendengarkan suara Tuhan dalam hidup kita. Mungkin tidak seperti Samuel yang dapat mendengar suara Tuhan secara audible (terdengar oleh telinga), tetapi kita bisa membaca Alkitab agar dapat mengerti yang Tuhan inginkan. Yuk, semangat membaca Alkitab!

Card image
Truth Youth 19 Januari 2024 (English Version) - JESUS, THE VINE
2024-01-19 08:28:06


"Remain in me, as I also remain in you. No branch can bear fruit by itself; it must remain in the vine. Neither can you bear fruit unless you remain in me." (John 15:4)

Everyone surely remembers the Sunday School song: "Yesus pokok, dan kitalah carang-Nya, tinggallah di dalam-Nya." (Jesus is the vine, and we are the branches, stay in Him.) Maybe when we were kids, we didn't fully understand what it really meant. However, as we grow older, we understand more that the Christian life must be like that. The foundation of our life is the Lord Jesus, having God in our lives every day so that we do not run away anywhere, living in truth and according to His guidance.

It's very clear in John 15:4 that if we do not remain in Him, we will not bear fruit. When we talk about developing ourselves for the future, we should know that the only thing to do is to live in truth. Indeed, many things we have to sacrifice when we choose to live in truth. First, we must pay close attention to how we live, starting from our words, actions, and thoughts. Even though our playmates might not be so concerned; they are so easygoing, talking and doing anything.

Second, we live as representatives of the Kingdom of Heaven, so we must not become stumbling blocks. Our lives must be an example to others, just like the exemplary life of the Lord Jesus. Third, we must stay connected to our 'vine,' which is the Lord Jesus. So, whatever we do, it becomes more aligned with the truth. And we will grow in spirit, soul, and truth. If we already know and do this, we cannot be afraid to face our future. We will bear fruit and produce things that are true by continuing to stay in the true vine.

WHAT TO DO:
Have the true foundation of life so that we produce fruits of truth.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Exodus 11-13

Card image
Truth Youth 19 Januari 2024 - YESUS POKOK
2024-01-19 08:26:16


"Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku." (Yoh. 15:4)

Semua pasti ingat lagu Sekolah Minggu: “Yesus pokok, dan kitalah carang-Nya, tinggallah di dalam-Nya.” Mungkin saat kecil kita tidak begitu memahami apa sebenarnya artinya. Tapi semakin kita dewasa, semakin kita memahami kehidupan kekristenan memang harus seperti itu. Landasan hidup kita adalah Tuhan Yesus, memiliki Tuhan dalam kehidupan kita setiap hari. Supaya kita tidak lari ke mana-mana, hidup dalam kebenaran dan sesuai tuntunan-Nya.

Sudah sangat jelas dalam Yohanes 15:4 mencatat bahwa jika kita tidak tinggal dalam-Nya, kita tidak akan berbuah. Kalau kita membahas tentang mengembangkan diri untuk masa depan, harusnya kita tahu bahwa satu-satunya hal yang harus dilakukan adalah hidup dalam kebenaran. Memang banyak hal yang harus kita korbankan saat kita memilih hidup dalam kebenaran. Pertama, kita harus memerhatikan betul bagaimana cara kita hidup, mulai dari tutur kata, perbuatan, dan pikiran. Meskipun teman-teman sepermainan kita mungkin tidak begitu; mereka begitu santai mau bicara dan melakukan apa saja.

Kedua, kita hidup sebagai perwakilan Kerajaan Surga, sehingga jangan sampai kita menjadi batu sandungan. Hidup kita harus menjadi teladan bagi sesama, sama seperti teladan hidup Tuhan Yesus. Ketiga, kita harus terus terhubung dengan ‘pokok’ kita, yaitu Tuhan Yesus. Sehingga apa pun yang kita lakukan, semakin selaras dengan kebenaran. Dan kita akan semakin berkembang dalam roh, jiwa, dan kebenaran. Kalau kita sudah mengetahui dan melakukan hal ini, kita tidak mungkin takut untuk menghadapi masa depan kita. Kita akan berbuah dan membuahkan hal-hal yang benar saat terus tinggal pada pokok anggur yang benar.

WHAT TO DO:
Milikilah pokok hidup yang benar supaya kita menghasilkan buah-buah kebenaran

BIBLE MARATHON:
▪︎Keluaran 11-13

Card image
Renungan Pagi - 19 Januari 2024
2024-01-19 08:34:48


Salah satu indikasi jati diri seseorang yang buruk adalah ketika jati diri mereka hanya sebatas penampilan fisik dan apa kata orang, ini adalah orang yang tidak bisa menjadi diri sendiri, tidak jelas, menyangkal realita, berubah-ubah dan bahkan munafik, itu bukan yang diinginkan Tuhan. Allah mengharapkan setiap orang percaya memiliki jati diri bukan berdasarkan kata orang, bukan dari keinginan diri sendiri, tetapi apa kata Tuhan, Alkitab berkata bahwa;

* "Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil." Itu artinya jati diri kita ditentukan oleh kehidupan yang tunduk, taat dan setia kepada Firman Tuhan sehingga memiliki jati diri serupa Kristus, itulah sebabnya kita disebut Kristen, yaitu menjadi pengikut Kristus untuk menjadi serupa dengan Dia.
(Filipi 1:27)

Card image
Quote Of The Day - 19 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-19 07:59:40


Jangan terjebak dalam keadaan pasif di mana kita tidak serius mau mengarahkan ke mana kendaraan hidup kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 19 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-19 07:58:17


Tidak ada orang yang lebih beruntung dari mereka yang menggunakan kesempatan hidup di dunia ini untuk satu kepentingan, yaitu menyukakan hati Allah.

Card image
THE PRESENCE OF GOD - 19 Januari 2024 (English Version)
2024-01-19 07:56:55


God is always present in our lives. No single moment passes without God’s presence in our lives. However, the fact is that many people do not feel the presence of God. Even more absurd is when people do not need God’s presence. Imagine if God were absent from human life, this world and even the universe would be in chaos, destroyed. This would happen on Earth after the final judgment. The Earth will become a lake of fire, limne to puros. The entire solar system, the region where the sun we see now, turns into a lake, a pool of fire.

In reality, compared to the universe, the Earth is like dust. Because there are planets that are nearly 200,000 times the size of Earth, imagine how small the Earth is, and this is what humans have discovered. Not to mention what humans have yet to find. God perfectly governs the universe; there is no chaos or disorder. If one day God were to abandon the Earth, chaos would ensue. It would be terrible if that happened one day in humans or the universe’s life. So, if we are still here today, God is present. If the universe still exists, it is because God governs it.

How perfectly God sustains the world. Beyond God’s presence over His material creation, even more is God’s presence in individual lives. It is extraordinary. Unfortunately, the great gift in human life, in personal life, is often neglected. Hallelujah, the Lord reminds us of this opportunity. It is beautiful and extraordinary because God is pleased to be present in our lives. Let us welcome His presence; we must realize that God is with us. “With us” is associated with the blessings and protection that God provides and with the invaluable gift of maturity and education that God gives us.

This is an eternal gift that will become our everlasting possession. If it’s just about eating and drinking, the physical blessings we have or enjoy will quickly disappear, meaning they will end with someone’s lifespan.  But God’s presence shapes our character, maturing our spirituality, and guides us to achieve God’s perfection to have His moral purity as an invaluable eternal blessing. We must welcome God, who wants to deal with us every day. However, this doesn’t mean we only exist in the prayer room; God is present through every event in life. The eternal blessings cannot be given without the medium of problems, without the medium of issues.

However, it doesn’t mean we no longer need to pray to encounter God because it is necessary. An encounter with God is essential every day. It cannot be replaced by anything else. We can enjoy God through personal encounters in prayer. Intimate encounters with God will birth to extraordinary supernatural experiences we cannot express to others. So, welcome His presence in communal prayer, which becomes the rhythm of our lives. Welcome the presence of God in our personal lives, in our private prayer, and experience unique things that we cannot express to others.

Do not listen to the evil whispers in the mind that say, “God doesn’t value me. I’ve prayed, He is not present, and I don’t feel His presence.” God is present in our lives and accompanies us in our lives. Feel the presence of God and  *do not let go of our understanding of the presence of God.* We must start entering into the struggle wherever we are, experiencing God. Whenever we face an event, we ask, “What do you want me to understand through this, Lord?” If not, we might end up complaining and getting angry, saying, “Why is this happening, Lord? You are not fair.” Yet, the events and incidents in life contain eternal blessings. In this way, we will become extraordinary people.

Therefore, if we want to be strong in the Lord, we must continue to imagine that we are in the presence of God. The impact will be extraordinary. First, we will become strong in facing all circumstances, including confronting the power of darkness. We do not need to be afraid at all because the presence of God is terrifying the power of darkness. Second, we will not easily commit sins, even to the extent that we can have the holiness of God. So, if God is present and provides order in our lives, we will become people of great value and worthy of being members of the Kingdom of God.  

DO NOT LET GO OF OUR UNDERSTANDING OF THE PRESENCE OF GOD.

Card image
KEHADIRAN TUHAN - 19 Januari 2024
2024-01-19 07:48:35


Tuhan selalu hadir di dalam hidup kita. Tidak ada satu detik pun di mana Tuhan tidak hadir di dalam hidup kita. Tetapi faktanya, banyak orang tidak merasakan kehadiran Tuhan itu. Dan lebih konyol lagi, kalau orang tidak merasa membutuhkan kehadiran Tuhan. Bayangkan, kalau Tuhan tidak hadir dalam kehidupan manusia, dunia ini bahkan jagat raya ini chaos; hancur berantakan. Dan itu akan terjadi nanti di bumi pada waktu penghakiman terakhir sudah usai. Bumi akan menjadi lautan api; limne to puros. Atau mungkin seluruh wilayah solar system, artinya seluruh wilayah di mana matahari yang kita lihat sekarang ini semua jadi laut, jadi genangan api.

Sebenarnya bumi ini kalau dibanding dengan jagat raya, hanya seperti debu. Karena ada planet yang besarnya bisa hampir 200.000 kali bumi. Bayangkan, betapa kecilnya bumi ini. Itu yang sudah ditemukan manusia. Belum lagi yang belum ditemukan manusia. Dan Tuhan mengatur jagat raya dengan sempurna; tidak terjadi chaos atau kekacaubalauan. Kalau suatu hari bumi ini ditinggalkan oleh Allah, maka akan terjadi kekacauan. Betapa mengerikan jika hal itu benar-benar suatu hari nanti terjadi dalam hidup manusia atau dalam kehidupan jagat raya ini. Jadi kalau kita masih ada hari ini, karena Allah hadir. Kalau alam semesta masih eksis, ini semata-mata karena Allah yang mengaturnya.

Betapa Allah memelihara dunia dengan sangat sempurna. Lebih dari kehadiran Allah atas ciptaan-Nya yang bersifat material, lebih lagi kehadiran Allah dalam hidup individu. Itu luar biasa. Tetapi sayang, anugerah yang begitu besar dalam kehidupan manusia, dalam kehidupan individu, sering disia-siakan. Haleluya, Tuhan ingatkan kita pada kesempatan ini. Kalau Allah berkenan hadir di dalam hidup kita, betapa indahnya, betapa luar biasanya. Mari kita sambut kehadiran-Nya, kita harus menghayati bahwa Allah beserta kita. “Beserta kita” bukan hanya kita kaitkan dengan berkat dan perlindungan yang Tuhan berikan, melainkan anugerah pendewasaan dan pendidikan yang Allah berikan kepada kita yang tak ternilai.

Itu adalah pemberian kekal, pemberian yang akan menjadi milik abadi kita. Kalau hanya makan minum, berkat jasmani yang kita miliki atau kita nikmati, itu sekejap akan lenyap, artinya seiring dengan berakhirnya umur hidup seseorang, selesai sudah. Tetapi kehadiran Tuhan yang membentuk karakter kita, mendewasakan kerohanian kita, yang menuntun kita untuk mencapai kesempurnaan Allah agar kita memiliki moralitas kesucian-Nya, adalah berkat kekal yang tidak ternilai. Ini yang harus kita sambut. Setiap hari Tuhan mau berurusan dengan kita. Itu bukan berarti kita hanya ada di ruang doa, namun Allah hadir melalui setiap peristiwa hidup. Dan tidak bisa berkat kekal diberikan tanpa media masalah, tanpa media persoalan.

Namun bukan berarti lalu kita tidak perlu berdoa lagi untuk menjumpai Tuhan. Itu mutlak perlu. Pertemuan dengan Tuhan itu mutlak setiap hari. Itu tidak bisa digantikan dengan yang lain. Kita bisa menikmati Tuhan lewat perjumpaan secara pribadi dalam doa. Perjumpaan pribadi itu dengan Tuhan akan melahirkan pengalaman-pengalaman adikodrati yang luar biasa yang tidak bisa kita ungkapkan kepada orang lain. Jadi, sambut kehadiran-Nya dalam doa bersama yang menjadi irama hidup kita. Sambut kehadiran Tuhan dalam hidup pribadi, dalam doa pribadi, dan alami hal-hal yang sangat pribadi yang kita tidak bisa ungkapkan bagi orang lain.

Jangan mendengar suara fitnah jahat di dalam pikiran yang mengatakan, “Allah tidak menghargai aku. Aku sudah berdoa, Allah tidak hadir dan aku tidak merasakan kehadiran-Nya.” Tuhan hadir di dalam hidup kita. Tuhan menyertai di dalam hidup kita. Hayati kehadiran Tuhan. Jangan lepaskan penghayatan kita akan kehadiran Tuhan. Kita harus mulai masuk dalam pergumulan di mana kita berada, kita menghayati Tuhan. Dan setiap kali kita menghadapi satu peristiwa, kita bertanya, “Apa yang Kau mau aku pahami melalui persoalan ini, Tuhan?” Kalau tidak demikian, bisa-bisa kita malah mengomel dan marah; “Mengapa ini terjadi, Tuhan? Tuhan tidak adil.” Padahal kejadian dan peristiwa hidup itu memuat berkat kekal. Dengan demikian, kita akan menjadi manusia yang luar biasa.

Oleh sebab itu, kita kalau mau menjadi kuat di dalam Tuhan, kita harus terus membayangkan bahwa kita berada di hadirat Allah. Nanti dampaknya luar biasa. Pertama, kita menjadi kuat menghadapi segala keadaan. Termasuk ketika kita menghadapi kuasa kegelapan, tidak perlu takut sama sekali, karena hadirat Allah itu menakutkan bagi kuasa kegelapan. Kedua, kita tidak akan mudah berbuat dosa. Bahkan sampai pada tingkat di mana kita bisa memiliki kesucian Tuhan. Jadi, kalau Tuhan hadir dan memberi tatanan dalam hidup kita, maka kita pasti menjadi manusia yang bernilai tinggi, yang layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JANGAN LEPASKAN PENGHAYATAN KITA AKAN KEHADIRAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 19 Januari 2024
2024-01-19 07:44:38

Kejadian 22-24

Card image
Truth Kids 18 Januari 2024 - IKUT IBU
2024-01-18 08:29:14


Rut 1:16
Tetapi kata Rut: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku;"

"Mama, aku gak mau sendirian. Aku mau sama Mama aja," ujar seorang anak kecil kepada ibunya. Seorang anak yang masih kecil biasanya mau ikut ke mana pun orang tuanya pergi. Tapi tokoh yang akan kita bahas hari ini, bukan anak kecil lagi. Namanya Rut. Rut menikah dengan seorang pria yang berbeda asal daerah dengannya.

Kejadian sedih terjadi berulang-ulang dalam kehidupan Rut dan keluarga suaminya. Satu per satu, ayah dan suaminya Rut meninggal. Saudara laki-laki suami Rut juga meninggal. Hingga akhirnya hanya ada Rut dan ibu dari suaminya. Ketika hanya tinggal mereka berdua, Rut tidak mau berpisah dengan mertuanya (ibu dari suaminya Rut) yang bernama Naomi. Ke mana pun ibu Naomi pergi, Rut juga mau ikut. Rut sangat sayang dengan ibu Naomi.

Sobat Kids, kita juga harus sayang dengan ibu kita. Kita harus dengar-dengaran kepada ibu. Saat pergi ke mal atau tempat yang ramai, jangan berjalan atau lari sendirian. Nanti kalian bisa terpisah dengan ibu kalian. Saat berada di tempat umum, kalian harus dekat-dekat dengan orang tua kalian.

Card image
Truth Junior 18 Januari 2024 - BERAKHIR INDAH
2024-01-18 08:22:37


Rut 1:16
Tetapi kata Rut: “Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku;”

Sobat Junior, setiap proses yang kita jalani dalam hidup ini tidak akan selalu baik-baik saja. Terkadang bisa bahagia, terkadang bisa menyedihkan. Sama halnya dengan kisah Rut yang menjalani berbagai hal dalam hidupnya. Terutama dalam kisahnya, ketika ia kehilangan suaminya karena meninggal dunia, merupakan masa-masa kelam yang menyedihkan untuk Rut. Namun, Rut ternyata memilih setia menemani mertuanya yang bernama Naomi. Bahkan Rut lebih memilih untuk tinggal di negeri mertuanya, kembali kepada keluarga asalnya. Rut begitu setia dan mengasihi Naomi.

Di balik itu semua, ada satu hal menakjubkan dari kisah Rut, yakni dia memilih percaya Allah atas segala yang terjadi di hidupnya. Di negeri yang asing bagi Rut, tentunya sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Namun, sungguh nyata kasih Tuhan bagi Naomi karena masih ada orang-orang yang mengasihi mereka. Tuhan ternyata tak membiarkan umat-Nya begitu saja. Tuhan selalu memelihara. Walau di tengah kesedihan dan kesulitan, Rut memilih setia kepada mertuanya. Hal ini menunjukkan bahwa Rut juga memilih setia kepada Allah.

Pada akhirnya, kisah Rut ternyata berakhir indah. Rut memiliki suami dan juga anak. Hal ini membuktikan bahwa jika kita tetap setia dalam penderitaan, di balik kesusahan itu akan ada berkat yang menanti. Semua diperoleh bukan dengan cara yang instan; butuh waktu dan pengorbanan yang besar. Rut yang tetap setia, akhirnya beroleh kebahagiaan.

Kita juga sama, Sobat Junior. Apabila kita ingin memiliki kisah yang berakhir indah (happy ending) di kekekalan, seharusnya kita semakin percaya kepada pemeliharaan Tuhan. Setiap kita mengalami masa sulit, jalanilah dengan sukacita karena ada Tuhan yang pasti bersama dan memelihara Sobat Junior. Namun, Tuhan tidak bisa memelihara orang-orang yang tidak memiliki usaha. Untuk itu, setiap Sobat Junior harus melakukan yang terbaik di mata Tuhan, supaya beroleh akhir yang bahagia.

Card image
Truth Youth 18 Januari 2024 (English Version) - FULL-TIME COMMITMENT
2024-01-18 08:17:10


"Worship the LORD with gladness; come before him with joyful songs!" (Psalm 100:2)

New year, new me. Every beginning of the year, we surely make resolutions to develop ourselves into better individuals. To realize these resolutions, we need commitment within ourselves. As young people, we have many things we want to achieve and explore. But make sure one thing: is the commitment to diligently worship and approach God part of our resolution list?

As recorded in Psalm 100:2, "worship the Lord with gladness. As we approach Him, come to Him with shouts of joy." Reflect on whether we have worshiped every Sunday, participated in various services, joined morning prayers, evening prayers, or personal quiet times with God with a half-hearted attitude? Meaning, it's only seen as an obligation. Sometimes, we might even feel forced, either because our parents tell us to, or we feel shy in the presence of church elders or mentors. This is what hinders our personal development because there is no sincerity in our worship.

Let's compare, what makes us so joyful when doing our hobbies, playing games, hanging out, working, etc.? Why are we happier doing these things compared to worshiping God? Moreover, some of us can be so enthusiastic when there are concerts featuring our favorite bands, willing to queue and watch until late at night. Many of us still lack the sincere effort to bring God into our lives and do not have full commitment. Our relationship with God is a lifelong commitment. Let's reevaluate our relationship with God today so that we can further develop ourselves for His work. Keep up the spirit, guys!

WHAT TO DO:
Learn to make every encounter with God more than just an obligation.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Exodus 8-10

Card image
Truth Youth 18 Januari 2024 - FULL-TIME COMMITMENT
2024-01-18 05:37:46


"Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!" (Mazmur 100:2)

New year, new me. Setiap awal tahun, pasti kita membuat resolusi untuk mengembangkan diri menjadi pribadi yang lebih baik. Untuk merealisasikan resolusi tersebut, kita membutuhkan komitmen dalam diri kita sendiri. Tentunya kita sebagai anak muda, memiliki banyak hal yang ingin kita achieve dan explore. Tapi make sure satu hal, apakah komitmen untuk tekun beribadah menghampiri Tuhan, masuk dalam daftar resolusi kita?

Seperti yang tercatat dalam Mazmur 100:2, “beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita. Setiap kita menghampiri-Nya, hampirilah Dia dengan sorak sorai.” Coba renungkan, apakah selama ini kita beribadah setiap Minggu, ikut pelayanan sana-sini, ikut doa pagi, doa malam, saat teduh menghampiri Tuhan, dengan hati yang masih setengah-setengah? Artinya, hanya sebagai kewajiban. Terkadang malah merasa terpaksa, entah karena disuruh orang tua, atau sungkan dengan kakak-kakak mentor di gereja. Hal inilah yang menghambat pengembangan diri kita, karena setiap kita beribadah kepada Tuhan, tidak ada kesungguhan hati.

Coba kita bandingkan, hal apa yang membuat kita begitu bersukacita saat melakukannya. Apakah itu melakukan hobi kita, main games, nongkrong, pekerjaan, dsb? Kenapa kita bisa lebih happy melakukan hal-hal tersebut dibandingkan kita beribadah kepada Tuhan? Bahkan, kita bisa begitu antusias saat ada konser band-band favorit kita. Rela mengantri dan menonton hingga larut malam. Masih banyak dari kita, belum bersungguh-sungguh menghadirkan Tuhan dalam hidup kita, belum memiliki komitmen yang penuh. Hubungan kita dengan Tuhan adalah komitmen penuh seumur hidup kita. Yuk, mulai hari ini kita check-recheck lagi hubungan kita dengan Tuhan supaya kita bisa semakin mengembangkan diri untuk pekerjaan-Nya. Semangat, guys!

WHAT TO DO:
Belajar menjadikan setiap pertemuan kita dengan Tuhan bukan sekadar kewajiban

BIBLE MARATHON:
▪︎Keluaran 8-10

Card image
Renungan Pagi - 18 Januari 2024
2024-01-18 05:32:46


Nabi Yeremia dalam pergumulannya di tengah dosa bangsanya, menyatakan pesan Tuhan dengan tegas; Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!" Itu berarti dalam segala perkara, dan dalam situasi apapun kita harus selalu mengandalkan Tuhan, minta hikmat dan bimbingan Tuhan dalam menjalani kehidupan.

Saat kita disakiti, saat diperlakukan tidak adil, saat merasa terikat oleh dosa dan seolah tidak dapat lepas, saat tidak tahu lagi apa yang harus kita lakukan, saat-saat seperti itu sangat memerlukan Tuhan, datanglah pada Tuhan dan minta hikmat Tuhan untuk menghadapi apapun dalam hidup ini.

"Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, — yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit —, maka hal itu akan diberikan kepadanya." Hikmat Tuhan tidak pernah menjerumuskan, justru hikmat Tuhan akan menuntun kita dalam kuasa Roh Kudus untuk melihat kemuliaan Allah.
(Yeremia 17:5; Yakobus 1:5)

Card image
Quote Of The Day - 18 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-18 05:29:28


Menanggalkan manusia lama kita merupakan proses panjang yang tidak akan berhenti sampai kita mencapai kesempurnaan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 18 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-18 05:27:33


Waktu yang baik, Tuhan sudah sediakan, tinggal kita yang harus meraihnya. Tidak ada orang yang lebih hebat dari seorang yang menjadi kekasih Tuhan.

Card image
RENEWAL OF LIFE - 18 Januari 2024 (English Version)
2024-01-18 05:19:50


John 12:24, “Truly, truly, I say to you, unless a grain of wheat falls into the earth and dies, it remains alone; but if it dies, it bears much fruit.”

Indeed, we all long to be someone who experiences a new, renewed life. But have we ever admitted that the renewed life does not take place? In truth, many do not undergo significant renewal yet and they do not care. Life is an organism, a living entity that must undergo revolution or constant change. However, many people are more concerned with their bank balance, reputation, and other mortal things.  Our life renewal must continue until we truly experience the death of the flesh and become a new person.

A life renewed by God also depends on the response of each individual. Without a response, there is no renewal. The intended response includes:

1.Making time to hear the word.
2. Going to church.
3. Praying.
4.. Refraining from unnecessary activities.
5. Avoiding associations with those who do not fear God, and more.

We leave sins we used to commit, pleasures we used to enjoy and no longer indulge in. The old self, if fed, will only become more addictive. Therefore, when we realize that certain things are not pleasing to God, we deny ourselves and refuse to engage in them.  The transition from bad habits and abandoning them is painful.

We must remember that there will be accountability before God’s throne. We must enter the dimension of being silent. Silence is powerful because, later, we will see how God controls the situation. In the past, we wanted to resist or defend ourselves. But after learning this truth, we remain silent and do not fight or protect ourselves. So, like a grain of wheat falling into the Earth and dying, we kill our flesh. We are no longer yielding to lust, anger, annoyance, jealousy, rage, vengeance, lustful thoughts, culinary desires, and so on. We reject and kill all inappropriate things.

The process of this death takes work. Many people haven’t died but feel like they have. They might be only half dead, maybe even a quarter. If there’s an opportunity to sin or make a mistake, the old self rises again. Therefore, ensure we don’t give our old selves a chance to live. Like the slogan of firefighters, “No returning home before it’s completely extinguished.” Extinguish it thoroughly to ensure it’s entirely out. So, ensure that our old selves are wholly destroyed, which is a challenging process.  We must struggle amid the trials and temptations of life. The secret is to persevere continually, not stop trying, and not stop fighting until we can fill our lives correctly.

Be grateful if we’re still alive today. Many things need to be corrected. Thank God; He has many yellow cards. We wouldn’t be here now if God had only given us one or two yellow cards. God always gives warnings. And with every yellow card, there’s discipline. We must not take it lightly. The lessons God provides are precious and costly. So, if we want to bear fruit, our old selves must be put to death. If someone truly lives a holy life, living in obedience to the Lord Jesus, inevitably, they will bear fruit.

So, we must be willing to lose our lives on Earth, ready to lose the world’s pleasures, so that we can enter the new Heaven and Earth and enjoy the life to come. That’s why Jesus said, “store up treasures in heaven, not on earth.” Also, Col. 3:1 says, “Set your minds on things that are above, not on things that are on earth.” Indeed, believers should focus on the new Heaven and Earth. Those who seek happiness according to the world’s standards today will lose their life. They will not be able to enjoy life in the new Heaven and Earth.

However, there is a tendency to look back, wanting to enjoy the pleasures of the world that was used to enjoy. Remember, small fires still smoldering under the ruins, which can be blown by the world, by the power of darkness, to ignite and spread wildly. Terrifying. So, the word of God in Gal.5:1 says, “It is for freedom that Christ has set us free. Stand firm, then, and do not let yourselves be burdened again by a yoke of slavery.” Do not submit again to the yoke of slavery.  

THIS RENEWAL OF OUR LIVES MUST CONTINUE TO HAPPEN UNTIL WE TRULY EXPERIENCE THE DEATH OF THE FLESH AND BECOME A NEW PERSON.

Card image
PEMBARUAN HIDUP - 18 Januari 2024
2024-01-18 04:41:45


Yohanes 12:24, “Aku berkata kepadamu: sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja. Tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.”

Pasti kita semua rindu menjadi seseorang yang mengalami hidup yang baru; hidup yang dibaharui. Tetapi pernahkah kita jujur mengakui bahwa ternyata hidup yang dibaharui tersebut tidak berlangsung? Sejatinya, banyak yang tidak mengalami pembaruan hidup secara signifikan, namun mereka tidak peduli. Hidup ini adalah sebuah organisme, artinya entitas yang hidup yang harus mengalami revolusi atau perubahan terus-menerus. Tetapi banyak orang lebih peduli dengan jumlah uang depositonya, nama besar, dan hal-hal fana lainnya. Pembaruan hidup kita ini harus terus berlangsung atau terjadi sampai kita benar-benar mengalami kematian daging; menjadi manusia baru.

Hidup yang dibaharui oleh Tuhan, tentu tergantung juga respons dari setiap individu. Tidak ada respons, maka tidak ada pembaruan. Respons yang dimaksud misalnya menyediakan waktu mendengar firman, pergi ke gereja, berdoa, tidak lagi nonton yang tidak perlu ditonton, tidak bergaul dengan orang-orang yang tidak takut akan Tuhan, dan lainnya. Dosa-dosa yang dulu kita lakukan, kita tinggalkan; dosa yang dulu kita nikmati, tidak lagi kita nikmati. Itu manusia lama yang kalau kita beri makan, akan semakin membuat kita kecanduan. Jadi, ketika kita menyadari hal-hal itu tidak berkenan di hadapan Tuhan, kita menyangkal diri, kita tidak mau melakukannya lagi. Transisi dari kebiasaan yang salah dan tidak lagi melakukan kebiasaan itu, menyakitkan.

Tapi, ingat, ada hitungan di atas kertas Tuhan. Kita harus masuk dimensi 3D: diam, diam, diam. Diam itu berkuasa. Nanti kita akan melihat bagaimana keadaan dikendalikan oleh Tuhan. Dulu maunya melawan atau membela diri. Tapi setelah belajar kebenaran ini, kita tidak melawan, tidak membela diri; kita diam saja. Maka, seperti biji gandum yang jatuh ke dalam tanah dan mati, kita matikan kedagingan kita. Tidak lagi menuruti hawa nafsu, kemarahan, kejengkelan, kecemburuan, kemarahan, dendam, pikiran zina, nafsu kuliner, dan sebagainya. Semua yang tidak proporsional, kita tolak, kita matikan.

Proses menjadi mati ini, tidak mudah. Banyak orang belum mati, merasa diri sudah mati. Baru setengah mati, jangan-jangan seperempat mati. Kalau ada kesempatan berbuat dosa atau berbuat salah, manusia lamanya bangkit lagi. Maka, jangan sampai kita memberi peluang manusia lama kita hidup. Sebagaimana slogan petugas pemadam kebakaran, “pantang pulang sebelum padam,” dipadamkan agar padam total. Jadi, pastikan bahwa manusia lama kita itu sudah padam total. Dan ini proses yang tidak mudah. Di tengah-tengah pencobaan dan godaan-godaan hidup, kita harus berjuang. Rahasianya: bertekun terus, jangan berhenti berusaha, jangan berhenti berjuang. Sampai nanti kita akan menemukan jalannya, bagaimana kita dapat mengisi hari hidup dengan benar.

Bersyukur kalau hari ini kita masih hidup. Banyak salah yang kita lakukan. Puji Tuhan, Tuhan memiliki kartu kuning yang banyak. Kalau kartu kuning Tuhan hanya satu atau dua, kita sudah tidak ada sekarang. Tuhan selalu memberikan peringatan. Dan setiap kartu kuning, itu ada disiplinnya. Jangan main-main. Sebab, luar biasa berharga dan mahalnya pelajaran yang Tuhan berikan. Maka kalau kita mau berbuah, manusia lama kita harus dimatikan. Jadi kalau seseorang sungguh-sungguh hidup kudus, hidup dalam ketaatan dan kepatuhan kepada Tuhan Yesus, tidak bisa tidak, dia akan menghasilkan buah.

Maka kita harus rela kehilangan kehidupan kita di bumi, rela kehilangan kesenangan-kesenangan dunia, demi supaya kita bisa masuk langit baru bumi baru dan menikmati kehidupan yang akan datang. Itulah sebabnya Yesus berkata, “kumpulkan harta di surga, bukan di bumi.” Juga Kolose 3:1 mengatakan: “Carilah perkara yang di atas, bukan di bumi.” Jadi, memang orang percaya itu fokusnya harus langit baru bumi baru. Orang yang mau mencari kebahagiaan hari ini menurut versi anak dunia, dia kehilangan nyawa. Dia tidak akan memiliki kesempatan ada di langit baru bumi baru, menikmati kehidupan.

Namun ada kecenderungan kita menoleh ke belakang, mau menikmati kesenangan-kesenangan dunia yang dulu kita nikmati. Ingat, ada api-api kecil yang masih ada di bawah reruntuhan, yang itu bisa ditiup oleh dunia, oleh kuasa kegelapan supaya bisa membakar dan merajalela. Mengerikan. Maka firman Tuhan dalam Galatia 5:1 mengatakan, “supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.” Jangan mau terikat oleh kuk perhambaan lagi.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PEMBARUAN HIDUP KITA INI HARUS TERUS BERLANGSUNG ATAU TERJADI SAMPAI KITA BENAR-BENAR MENGALAMI KEMATIAN DAGING; MENJADI MANUSIA BARU.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 18 Januari 2024
2024-01-18 04:38:09

Kejadian 19-21

Card image
Truth Kids 17 Januari 2024 - SIMSON
2024-01-17 08:51:20


Hakim-Hakim 13:5
”Sebab engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki; kepalanya takkan kena pisau cukur, sebab sejak dari kandungan ibunya anak itu akan menjadi seorang nazir Allah dan dengan dia akan mulai penyelamatan orang Israel dari tangan orang Filistin.”

Jenis rambut manusia bermacam-macam. Ada lurus, berombak, hingga ada yang keriting. Warna asli rambut manusia pun bermacam-macam. Kita merawat rambut kita agar tumbuh dengan baik dan sehat. Jika Sobat Kids sudah sekolah, pasti ada peraturan bahwa laki-laki tidak boleh berambut panjang. Semua anak laki-laki harus merapikan rambutnya. Biasanya orang akan pergi ke salon atau _barber shop_ untuk menggunting rambut. Mungkin sebagian dari kalian digunting rambutnya oleh ibu kalian sendiri. Wah, hebat, ya, ibu kalian, Sobat Kids.

Tapi zaman dahulu ada seorang ibu yang harus menjaga anaknya tidak terkena pisau cukur. Rambutnya tidak boleh dipotong. Wow, kalian bisa bayangkan betapa panjang rambutnya. Nama tokoh yang kita mau pelajari hari ini adalah Simson. Tuhan memberi kekuatan khusus kepada Simson melalui rambutnya. Simson dapat mengalahkan singa dengan tangannya sendiri, tanpa bantuan siapa pun.

Simson diberi kekuatan khusus menyelamatkan bangsa Israel dari penindasan orang Filistin. Cara Tuhan memang unik dan kreatif, Sobat Kids. Tuhan juga memberikan kekuatan khusus kepada setiap orang untuk melakukan perintah-Nya.

Card image
Truth Junior 17 Januari 2024 - SIMSON DIPERSIAPKAN
2024-01-17 08:49:27


Hakim-Hakim 13:5
”Sebab engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki; kepalanya takkan kena pisau cukur, sebab sejak dari kandungan ibunya anak itu akan menjadi seorang nazir Allah dan dengan dia akan mulai penyelamatan orang Israel dari tangan orang Filistin.”

Tokoh ini begitu gagah perkasa. Bahkan tanpa senjata, dia bisa mencabik-cabik singa yang mengaum. Sungguh luar biasa kekuatannya! Namun, itu semua bukan karena kekuatannya sendiri, melainkan kuasa Allah yang selalu menyertai dia. Nama tokoh ini adalah Simson. Sobat Junior bisa baca kisah lengkapnya di Alkitab. Simson lahir sebagai nazir Allah. Apa arti nazir Allah? Nazir Allah berarti orang yang diberkati oleh Allah dengan kekuatan khusus untuk menyelamatkan bangsa Israel, dan saat itu bangsa Israel berada dalam penindasan orang Filistin.

Sobat Junior, sebelum Simson lahir ke dunia ini, Simson telah dipersiapkan oleh Allah menjadi pelayan-Nya, menjadi orang hebat yang menyelamatkan bangsa Israel. Ternyata benar, Simson benar-benar melakukan yang dikehendaki Bapa. Semua hal dilakukan Simson adalah untuk Allah, dan Simson betul-betul mengandalkan Roh Allah atas dirinya. Simson menjalani hidupnya hanya untuk memenuhi rencana Allah, yakni menyelamatkan bangsa Israel. Karena itu Simson berhasil memerintah sebagai hakim atas orang Israel pada zaman orang Filistin, selama 20 tahun lamanya. Sayangnya, ia sempat terpikat oleh wanita yang tidak takut akan Allah dan menyampaikan rahasia kekuatannya, hingga akhirnya ia tidak memiliki kekuatan lagi dan menjadi buta. Di akhir hidupnya, Simson rela memberi nyawanya untuk menyelesaikan kehendak Allah atas hidupnya.

Sobat Junior, mestinya seluruh hidup kita adalah milik Tuhan. Tahukah Sobat Junior bahwa masing-masing kita telah dipersiapkan Tuhan menjadi orang-orang hebat? Namun, semua akan sia-sia dan tidak berhasil kalau tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan untuk hidup Sobat Junior, apa, ya? Jawabannya adalah menjadi anak-anak yang mengenakan sifat Kristus kapan pun dan di mana pun. Mengasihi Tuhan lewat pujian syukur, dan mengasihi sesama dalam perbuatanmu. Selamat berjuang, Sobat Junior!

Card image
Truth Youth 17 Januari 2024 - ALL OUT FOR THE LORD (English Version)
2024-01-17 08:40:50


"Whatever you do, work heartily, as for the Lord and not for men." (Colossians 3:23)

In every race, all participants strive hard to achieve the best results. All training sessions during the preparation period are carried out seriously without neglecting any aspect. This is the way a race participant or athlete prepares themselves to become a winner. They do not hesitate to sacrifice time, energy, and even their pleasures just for the sake of achieving the best in the competition.

As we enter the middle of the first month of this new year, it is essential that we still have a burning commitment to live for the glory of the Lord. Every hope that has been set must be accompanied by a commitment to achieve it. All efforts should be directed towards the glory of the Lord alone. Like athletes who strive so hard and sacrifice many pleasures, each of us must strive in such a way with a strong commitment to please the heart of the Lord.

We must realize that the Lord never gives anything less than the best for us. The best gift is Himself, becoming the redeemer of our sins. Therefore, if the Lord has given us the best, we must give the best we have to the Lord. The best in humans is their entire life. This means that every aspect of our lives must be given to the Lord, including work, studies, careers, and more.

This aligns with today's Scripture reading, which explains that whatever we do, it should be for the glory of the Lord. There should be no part of ourselves that we withhold from the Lord. If there is any part that we keep for ourselves, then we are not living all out for the Lord.

Therefore, never delay in giving yourself entirely to the Lord. Only those who love the Lord and build a commitment to offer their entire lives to Him will be preserved for eternity. Because if we live all out for the Lord, in this world, we will experience abundant joy and peace that surpasses all understanding.

WHAT TO DO:
1. Be aware that our entire life belongs to the Lord, so we should not act on our own desires.
2. Grow in a community with the same goal of pleasing the Lord so that we are encouraged to live for Him.
3. Maintain a life of prayer, for only with the help of the Holy Spirit can we understand a life fully dedicated to the Lord.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Exodus 5-7

Card image
Truth Youth 17 Januari 2024 - ALL OUT BAGI TUHAN
2024-01-17 08:36:06


”Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” (Kolose 3:23)

Dalam setiap perlombaan seluruh peserta lomba akan berjuang dengan keras untuk meraih hasil terbaik. Semua sesi latihan pada masa persiapan, akan dilakoni dengan serius tanpa boleh ada yang terabaikan. Semua ini merupakan cara bagi seorang peserta lomba atau atlet dalam mempersiapan diri menjadi pemenang. Mereka tidak segan-segan mengorbankan waktu, tenaga bahkan kesenangan mereka hanya untuk sebuah pencapaian terbaik dalam lomba.

Memasuki pertengahan bulan petama di tahun yang baru ini, kiranya kita semua masih memiliki komitmen yang berkobar-kobar untuk hidup bagi kemuliaan Tuhan. Setiap harapan yang sudah dibuat, harus disertai dengan komitmen untuk meraihnya. Semua itu harus diarahkan untuk kemuliaan nama Tuhan saja. Seperti atlet yang berjuang begitu giat dan mengabaikan banyak kesenangan, demikian juga setiap kita harus berjuang begitu rupa dengan penuh komitmen yang kuat untuk menyenangkan hati Tuhan.

Kita harus sadari kalau Tuhan tidak pernah memberi yang tidak terbaik untuk kita. Bahkan pemberian terbaik itu adalah diri-Nya sendiri menjadi penebus dosa-dosa kita. Maka jika Tuhan sudah memberikan yang terbaik bagi kita, kita pun harus memberikan yang terbaik yang kita miliki bagi Tuhan. Yang terbaik pada manusia adalah keseluruhan kehidupannya. Hal ini berbicara segala aspek kehidupan kita harus diberikan kepada Tuhan, mulai dari pekerjaan, study, karir, dan lain-lain.

Hal ini senada dengan bacaan firman Tuhan hari ini, yang memberikan penjelasan jika apa pun yang kita perbuat semua itu untuk kemuliaan Tuhan. Tidak boleh ada bagian dalam diri kita yang tidak diberikan untuk Tuhan. Jika masih ada bagian yang kita pertahankan untuk diri sendiri, maka kita tidak all out hidup bagi Tuhan.

Oleh karena itu jangan pernah menunda untuk memberikan diri sepenuhnya bagi Tuhan. Hanya orang-orang yang mengasihi Tuhan dan membangun komitmen untuk mempersembahkan seluruh kehidupannya bagi Tuhan, yang akan terpelihara sampai kepada kekekalan. Sebab jika kita hidup all out bagi Tuhan, maka di dunia ini kita akan mendapatkan banyak sukacita dan damai sejahtera yang melampaui segala akal yang akan kita alami.

WHAT TO DO:
1.Miliki kesadaran bahwa seluruh hidup kita saat ini Tuhan yang memiliki. Sehingga kita tidak boleh suka-suka sendiri.
2.Bertumbuhlah dalam komunitas yang memiliki tujuan yang sama untuk menyenangkan Tuhan, Agar diri kitapun terpacu untuk hidup bagi Tuhan.
3. Selalu dalam kehidupan berdoa, sebab hanya dengan pertolongan Roh Kudus kita akan mampu mengerti hidup yang sepenuhnya bagi Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Keluaran 5-7

Card image
Renungan Pagi - 17 Januari 2024
2024-01-17 08:32:50


Hidup ini sangat membutuhkan integritas dari setiap orang percaya, integritas bukan sekedar harga diri atau karya diri, tetapi nilai-nilai hidup yang kita pertahankan dalam hidup. Sesuai apa yang dikatakan Tuhan Yesus ; "Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat."

Seseorang yang tidak mau kompromi dengan dosa, tidak mudah berkhianat, setia dan tidak mudah terbujuk untuk menikmati kesenangan dunia, itulah anak-anak Tuhan yang berintegritas. Tetapi ada orang-orang yang integritasnya sangat rendah, yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya, suka berkhianat, tidak setia dan sangat mudah terbujuk untuk melakukan dosa.

Padahal, apa artinya jika mencapai apa yang kita harapkan tetapi yang sebenarnya menyakiti dan menghancurkan banyak orang. Marilah sebagai umat pilihan Tuhan, jadilah manusia unggul yang memiliki integritas di hadapan Tuhan dan manusia.
(Matius 5:37)

Card image
Quote Of The Day - 17 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-17 08:30:50


Tuhan menyediakan berkat-berkat kekal-Nya melalui orang-orang yang membutuhkan pertolongan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 17 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-17 08:29:11


Baptisan, pada akhirnya, hanyalah sebuah pintu gerbang. Namun, pintu ini tidak akan membawa kita ke surga tanpa perjalanan dan dedikasi kita untuk hidup sebagai hamba Tuhan yang setia.

Card image
DARKENING THE EYES OF THE HEART - 17 Januari 2024 (English Version)
2024-01-17 08:27:47


Have we ever seriously considered whether God feels and enjoys our love? As parents, we know how our children treat us when they do something; those actions express their love toward us. Conversely, if our children do not treat us properly, rebel, scold, or engage in other hurtful actions, parents also feel it, which hurts.

God as our Father and we as His children have a relationship that inherently carries serious consequences that we may not have thought about because we tend to think childishly. We know that a good Father will indeed nurture, protect, guard, and fulfill all the needs of His children. Perhaps He only wants to please us. As children, we must treat the Father appropriately, position ourselves as worthy children, and fulfill our part until the Father feels that our relationship with Him is genuinely harmonious.

The Father acknowledges and feels the love and obedience of Jesus, so in the end, the Father said, “This is my beloved Son, with whom I am well pleased.” In other words, Jesus pleases and delights the Father. No matter who we are, regardless of age—especially for the young, don’t think too early in your youth—wherever we are, we are constantly confronted with many desires. Think about what God wants in our lives for us to fulfill, to satisfy the heart of our Father, and as proof of our love for Him.

Trim away and discard all desires that contradict the will of God.  Emulate Jesus, who, from His youth, kept His life until the Father declared him the beloved Son. We must earnestly strive to consider this: does God genuinely enjoy our life because we love Him? It is not enough for us to make God feel our love with words, expressions, and songs, but with attitudes and actions. What should we do to please the Father truly?

Remember Abraham offering his son Isaac? Also, the Words of Jesus, “Whoever would save his life will lose it, but whoever loses his life for My sake will find it.” Abraham was willing to sacrifice his son, Isaac. Did he lose Isaac? No. God promised Abraham that his descendants would be as numerous as the sand on the seashore and as the stars in the sky.

If, on that day, Abraham had refused to offer his son Isaac for various reasons, perhaps he would never have become the ancestor of the Messiah. And what God had promised would never have been fulfilled because Abraham would not have been worthy of receiving that promise. If we lose what we love the most, do we become poor and miserable? Precisely not. On the contrary,  at the end of this time, when the world is getting evil, God is looking for those who genuinely love Him.

It is said in 2 Tim.3:1-5 that the first characteristic of those who do not love the Father is that they love themselves. Amid our corrupt world, which undoubtedly influences our lives, we lift our eyes to the unseen God, who seems nonexistent, and say, “Father, what do You desire me to do? What do You want me to do?” The one who asks may not get an answer easily and quickly, especially if we have no intention of giving our life to God. Someday, when people meet God, they will regret why they did not give their lives. They will say, “I would have given anything, Lord, if only I had known it would be like this,” but it’s too late, like the rich man in Luke 16.

We must love God as much as possible and want to reach the unchanging God. The God who commanded Abraham to offer his son, Isaac. And we dare to ask, “What is the Isaac in my life that I must offer as proof of my love to You?” However, very few are willing to do so. Isaac was the life for Abraham, but he willingly gave his life to God. Perhaps for us, life is not money but feelings of self-worth, fleshly desires that must be slaughtered, or desires that God does not want that must be burned like burnt offerings. Question it seriously.

Do not let the issues of life darken the eyes of our hearts so that we ignore what can please the heart of God. We are constantly entangled with problems that will never cease because there will always be issues. Let’s fix our gaze on God and consider, “Is my love felt and enjoyed by God?” If we seriously think this, when we make mistakes, it hurts us deeply. And in the end, we say, “I will do whatever You desire me to do, Lord.”

DO NOT LET THE ISSUES OF LIFE DARKEN THE EYES OF OUR HEARTS SO THAT WE DO NOT PAY ATTENTION TO WHAT CAN PLEASE THE HEART OF GOD.

Card image
MENGGELAPKAN MATA HATI - 17 Januari 2024
2024-01-17 08:25:00


Sejujurnya, pernahkah kita memperkarakan apakah Tuhan merasakan dan menikmati cinta kita? Sebagai orang tua, kita tahu bagaimana anak-anak kita memperlakukan kita ketika mereka berbuat sesuatu, dan perbuatan itu sebagai ungkapan atau ekspresi tindakan cintanya kepada kita sebagai orang tua. Dan sebaliknya, kalau anak-anak kita tidak memperlakukan kita secara patut, melawan, berani memarahi, atau tindakan-tindakan lain yang menyakitkan, orang tua juga merasakan itu, dan ini melukai.

Allah sebagai Bapa dan kita sebagai anak, sejatinya hubungan itu mengandung konsekuensi yang serius yang selama ini mungkin tidak kita pikirkan karena kita berpikir secara kanak-kanak. Kita tahu bahwa Bapa yang baik pasti memelihara, melindungi, menjaga, memenuhi segala kebutuhan anak-anak-Nya. Bahkan mungkin hanya mau menyenangkan kita. Sebagai anak, kita harus memperlakukan Bapa secara patut, menempatkan diri sebagai anak secara patut, dan tentu saja, memenuhi bagian kita sebagai anak. Sampai Bapa merasakan bahwa hubungan kita dengan Bapa benar-benar hubungan yang harmoni.

Bapa mengakui dan merasakan cinta dan ketaatan Tuhan Yesus sehingga pada akhirnya Bapa berkata, "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan." Dengan kalimat lain, Yesus menyenangkan dan meyukakan hati Bapa. Siapa pun kita, berapa pun usia kita—bagi yang muda jangan berpikir terlalu dini di usia mudamu—di mana pun, kita selalu diperhadapkan kepada banyak keinginan, namun pikirkan apa yang diinginkan Allah di dalam hidup kita untuk kita penuhi, guna memuaskan hati Tuhan, Allah Bapa, dan sebagai bukti cinta kita kepada Bapa.

Pangkas, buang semua keinginan yang bertentangan dengan kehendak Allah. Teladani Yesus yang sejak usia muda-Nya menjaga hidup sampai pada satu titik Bapa menyatakan bahwa Dia Anak yang dikasihi-Nya. Kita harus sungguh-sungguh berjuang memperkarakan hal ini: apakah hidup kita benar-benar dinikmati oleh Allah karena kita mencintai Dia? Dan untuk Allah dapat merasakan cinta kita tentu tidak cukup dengan kata-kata, ucapan, nyanyian, tapi dengan sikap dan perbuatan. Apa yang harus kita lakukan untuk benar-benar bisa menyenangkan hati Bapa?

Ingat peristiwa Abraham mempersembahkan anaknya Ishak? Juga ucapan Tuhan Yesus, "Barangsiapa mempertahankan nyawanya, dia kehilangan nyawa, tapi barangsiapa kehilangan nyawa karena Aku, dia memperoleh nyawa." Abraham rela menyerahkan anaknya Ishak, lalu apakah dia kehilangan Ishak? Tidak. Apa yang dijanjikan Allah kepada Abraham, bahwa keturunannya akan sebanyak pasir di laut dan sebanyak bintang di langit, terwujud.

Kalau pada hari itu Abraham menolak mempersembahkan anaknya Ishak dengan berbagai alasan, mungkin Abraham tidak pernah jadi nenek moyang Mesias. Dan apa yang dijanjikan Allah tidak pernah tergenapi karena Abraham tidak layak menerima penggenapan janji itu. Apakah kalau kita kehilangan apa yang paling kita cintai, lalu kita menjadi miskin dan susah? Justru tidak. Allah mencari orang-orang yang benar-benar mengasihi Dia di akhir zaman ini, di mana dunia bertambah jahat.

Dalam 2 Timotius 3:1-5 dikatakan bahwa ciri pertama orang yang tidak mengasihi Bapa adalah mencintai dirinya sendiri. Di tengah dunia kita yang rusak, yang pasti membawa pengaruh dalam hidup kita, kita tengadah kepada Tuhan yang tidak kelihatan, yang seakan-akan tidak ada, dan berkata, "Bapa, apa yang Kau ingini yang harus kulakukan? Apa yang Kau ingini yang harus aku perbuat?" Yang bertanya belum tentu mendapatkan jawaban dengan mudah dan cepat, apalagi jika kita tidak punya niat untuk memberikan hidup bagi Tuhan. Suatu saat, ketika orang bertemu dengan Tuhan, ia akan menyesal kenapa dia tidak memberikan hidupnya. Dia akan berkata, "Apa pun akan kuberikan, Tuhan, kalau tahu begini," tapi terlambat. Seperti orang kaya di Lukas 16.

Kita harus mencintai Tuhan seekstrem mungkin. Kita mau menjangkau Allah yang tidak berubah. Allah yang memerintahkan Abraham mempersembahkan anaknya, Ishak. Dan kita berani bertanya, "Ishak apa dalam hidupku yang harus kupersembahkan sebagai bukti cintaku kepada-Mu?" Namun, sedikit sekali orang yang berani berbuat demikian. Bagi Abraham, Ishak adalah nyawanya, tapi dia bersedia memberikan nyawanya untuk Tuhan. Mungkin nyawa bagi kita bukanlah uang, melainkan perasaan harga diri, keinginan daging yang harus disembelih, atau hasrat-hasrat yang Tuhan tidak kehendaki yang harus dibakar seperti korban bakaran. Perkarakan itu.

Jangan sampai persoalan hidup menggelapkan mata hati kita, sehingga kita tidak memperhatikan apa yang bisa menyenangkan hati Allah. Hanya karena kita terus terbelenggu, terbelit dengan persoalan itu yang ternyata tidak akan pernah tidak ada persoalan, selalu ada. Baiklah kita terpaku dengan Tuhan dan memperkarakan, "Apakah Tuhan merasakan cintaku dan menikmati?" Kalau kita memperkarakan hal ini dengan sungguh, maka ketika kita berbuat kesalahan, kita merasa sakit sekali. Dan akhirnya, kita katakan, "Apa pun yang Kau kehendaki untuk kulakukan, akan kulakukan."

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JANGAN SAMPAI PERSOALAN HIDUP MENGGELAPKAN MATA HATI KITA, SEHINGGA KITA TIDAK MEMPERHATIKAN APA YANG BISA MENYENANGKAN HATI ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 Januari 2024
2024-01-17 08:21:04

Kejadian 16-18

Card image
Truth Kids 16 Januari 2024 - GIDEON
2024-01-16 09:16:10


Hakim-Hakim 6:16
”Berfirmanlah TUHAN kepadanya: "Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis.”

Bertengkar itu tidak baik, ya, Sobat Kids, apalagi berperang. Namun, pada zaman dahulu, bangsa Israel diperintahkan untuk berperang agar bangsa-bangsa lain tahu Tuhan yang disembah bangsa Israel adalah Tuhan yang hidup dan berkuasa. Salah satu tokoh yang Tuhan pilih untuk memimpin bangsa Israel berperang adalah Gideon.

Awalnya Gideon sempat ragu memimpin bangsa Israel. Ia merasa tidak mampu untuk melawan orang Midian yang berbuat jahat kepada orang Israel. Namun, Tuhan berkata bahwa Tuhanlah yang akan menyertai dan memberi kemenangan saat melawan orang Midian. Tuhan memimpin bangsa Israel melalui Gideon, sehingga mereka dapat mengalahkan orang Midian. Tuhan yang memberi kekuatan kepada Gideon.

Sekarang kita hidup di zaman yang berbeda. Bangsa-bangsa di dunia sepakat menjaga kedamaian di bumi ini. Tidak ada yang boleh berperang karena akan membuat rakyat menderita. Sobat Kids, Tuhan akan menyertai dan memberi kita kekuatan untuk melakukan tugas yang Tuhan perintahkan. Seperti Gideon yang disertai Tuhan, Tuhan juga menyertai kita. Tuhan juga memberikan kekuatan sehingga kita dapat melakukan tugas kita masing-masing. Yuk, kita minta kekuatan dari Tuhan untuk melakukan tugas kita sehari-hari.

Card image
Truth Junior 16 Januari 2024 - GIDEON
2024-01-16 09:14:38


Hakim-Hakim 6:16
”Berfirmanlah TUHAN kepadanya: "Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis.”

Waktu Gideon hidup pada zaman Perjanjian Lama, dia dipilih Tuhan untuk memimpin bangsa Israel, mengalahkan orang Midian. Awalnya Gideon sempat ragu untuk memimpin bangsa Israel karena dia masih muda dan tidak memiliki pengalaman. Tetapi Tuhan berjanji untuk menyertainya. Bahkan, Tuhan menjanjikan kemenangan bagi bangsa Israel.

Bukan karena kekuatan Gideon, hingga akhirnya orang Midian bisa dikalahkan. Kemenangan yang diraih tentu saja karena Tuhan yang menyertai orang Israel. Tuhan memberikan Gideon strategi-strategi yang luar biasa untuk mengalahkan orang Midian. Awalnya, ada 32.000 orang Israel yang hendak berperang. Tetapi Tuhan berkata itu terlalu banyak. Ada beberapa seleksi yang Tuhan berikan untuk mengurangi jumlah orang yang ikut berperang. Hingga akhirnya, tinggal 300 orang yang berkumpul untuk melawan orang Midian.

Cara yang dipakai mereka pun sangat unik, Sobat Junior. Mereka dibagi menjadi tiga kelompok, semuanya diberikan sangkalala dan buyung (tempat air) kosong dengan suluh (seperti obor) di dalam buyung itu. Sesuai dengan aba-aba Gideon, ketiga kelompok itu bersama-sama meniup sangkakala, dan memecahkan buyung dengan memegang obor di tangan kirinya dan sangkakala di tangan kanannya untuk ditiup. Mereka berdiri masing-masing di tempatnya. Lawan mereka menjadi panik dan saling menyerang kelompoknya sendiri, hingga akhirnya bangsa Israel memenangkan perang tersebut.

Sobat Junior, Tuhan berkuasa untuk mengalahkan musuh-musuh-Nya. Oleh sebab itu, jumlah orang yang diizinkan berperang hanya 300 orang dari 32.000. Tuhan menerapkan hal ini supaya tidak ada orang yang menjadi sombong, merasa karena usaha manusia sehingga mereka bisa menang. Ketika Tuhan berjanji menyertai, pasti Ia memberikan kemenangan.

Card image
Truth Youth 16 Januari 2024 - UNCREASING DIALOGUE
2024-01-16 09:12:46


"But when you pray, go into your room and shut the door and pray to your Father who is in secret. And your Father who sees in secret will reward you." (Matthew 6:6)

Building a good and healthy relationship requires seamless communication. There are many ways individuals convey communication, both verbal and non-verbal. One form of verbal communication is through dialogue. Dialogue is a conversation between two or more people, either in spoken or written form. The word "dialogue" comes from the Greek words "dia" and "logis," meaning the way humans use words. In a dialogue, the involved parties exchange and convey information, facts, ideas, opinions, and data.

This year, in addition to building good relationships with others – which is undoubtedly essential – we must also build a close relationship with God through intense dialogue. This dialogue with God is equivalent to prayer. As believers, we must understand that prayer is not only an opportunity for us to express our desires and requests to God but also an opportunity to hear what God desires for our lives.

For believers, the opportunity to dialogue with the Creator of heaven and earth is a precious and invaluable thing. This opportunity is special because we are allowed to meet and converse with the Owner of everything, and it should be utilized to the best of our ability. It is in these moments that we can understand God's desires and longings for the journey of each individual.

The life of prayer is not a religious law that we must follow, but prayer should be the thirst and need of every believer. Just as oxygen is essential for life on earth, prayer is the breath of believers. Therefore, make this unceasing dialogue with God a habit so that we can have a quality life. It is impossible for someone who prays every day not to receive something from God.

WHAT TO DO:
1. Start by changing your daily routines. Begin everything with prayer.
2. Commit to starting with 15 minutes every day for a month, sitting at the feet of God. Increase the duration to 30 minutes in the next month and continue to increase it each month until it becomes a lifestyle.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Exodus 1-4

Card image
Truth Youth 16 Januari 2024 - DIALOG TANPA HENTI
2024-01-16 09:06:53


”Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (Matius 6:6)

Membangun suatu hubungan yang baik dan sehat, diperlukan komunikasi yang lancar tanpa hambatan. Banyak cara untuk setiap orang menyampaikan komunikasi ada verbal dan non-verbal. Salah satu komunikasi verbal yakni dengan berdialog. Dialog adalah percakapan antara dua orang atau lebih dalam bentuk percakapan atau tertulis. Dialog berasal dari bahasa Yunani yaitu “dia” dan “logis” yang artinya adalah cara manusia dalam menggunakan kata. Dalam kegiatan dialog orang-orang yang terlibat saling bertukar dan menyampaikan informasi, fakta, gagasan, pendapat, dan data.

Tahun ini selain kita harus membangun hubungan yang baik dengan sesama – yang jelas ini sangat perlu. Kita juga harus membangun hubungan yang erat dengan Tuhan, melalui sebuah dialog yang intens. Dialog dengan Tuhan ini sama artinya dengan berdoa. Sebab sebagai orang percaya kita harus memahami bahwa berdoa bukan saja kesempatan kita menyampaikan keinginan dan permohonan kepada Tuhan. Melainkan juga kesempatan di mana kita mendengar apa yang menjadi keinginan Tuhan dalam kehidupan kita.

Sebagai orang percaya kesempatan untuk berdialog dengan Pencipta langit dan bumi, merupakan hal yang sangat mahal harganya. Kesempatan ini menjadi spesial karena kita diperkenankan untuk berjumpa dan bercakap-cakap dengan Pemilik segala yang ada, maka harus dipergunakan dengan sebaik mungkin. Di saat inilah kita dapat mengetahui apa saja yang menjadi keinginan dan kerinduan Tuhan bagi perjalanan kehidupan setiap orang.

Kehidupan berdoa bukanlah sebuah hukum agama yang harus kita ikuti. Namun berdoa harus menjadi kehausan dan kebutuhan bagi setiap orang percaya. Sebagaimana oksigen yang selalu kita butuhkan untuk hidup di bumi, demikian juga doa merupakan napasnya orang percaya. Oleh karena itu jadikan dialog dengan Tuhan ini tiada henti, sehingga kita memiliki kehidupan yang berkualitas. Tidak mungkin orang yang tiap hari berdoa, tidak ada sesuatu yang akan diperoleh dari Tuhan.

WHAT TO DO:
1.Mulailah dengan mengubah rutinitas sehari-hari. Semua hal diawali dengan berdoa.
2.Komitmen dengan mulai dari 15 menit selama satu bulan duduk di kaki Tuhan. Di bulan selanjutnya naikkan durasi menjadi 30 menit. Dan naikkan terus durasi tiap bulan. Sampai menjadi gaya hidup.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Keluaran 1-4

Card image
Renungan Pagi - 16 Januari 2024
2024-01-16 08:32:45


Kita tidak memiliki apa-apa, lahir ke dunia ini dengan telanjang, akan pulang ke rumah Bapa juga dengan telanjang; tidak memiliki apapun yang akan dibawa saat kematian menjemput, semua akan ditinggalkan. Karena itu, dalam hidup ini tidak perlu bersungut-sungut hanya karena tidak memiliki sesuatu yang kita inginkan, karena pada dasarnya memang tidak punya apa-apa dan juga jangan sombong jika memiliki kelebihan berkat, semua itu milik Tuhan, hanya titipan.

"Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu. Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan. Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan." Jadi belajarlah berbagi dengan sesama, karena apapun yang kita punya, itu semua semata-mata hanya karena kasih dan kemurahan Tuhan.
(2 Korintus 8:12-14)

Card image
Quote Of The Day - 16 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-16 08:29:34


Tidak salah dihormati orang atau memiliki berbagai fasilitas, tetapi hendaknya kita tidak terikat oleh apa pun dan siapa pun.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 16 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-16 08:27:06


70 tahun umur hidup kita ini, menentukan keadaan kekal kita. Kita harus membuat waktu hidup kita menjadi bernilai di dalam setiap kejadian, baik yang menyangkut dengan orang lain, maupun yang ada dalam gejolak jiwa pikiran kita sendiri, kita memilih Tuhan.

Card image
BORING - 16 Januari 2024 (English Version)
2024-01-16 08:25:43


Our Christian life should never be boring. It should always be exciting. Genuine Christian life is dynamic, meaning there should be something new every day, different from our previous experiences, because our journey following Jesus is a journey of change. There should be changes every day. Like a journey, there should be new scenery and be fascinating, not monotonous, but dynamic and lively.

If we feel that our Christian life is monotonous, dull, or tedious, we must introspect because something is wrong. People who experience stagnation in their spiritual growth will usually start to feel bored and may divert themselves to various pleasures. This situation is hazardous because it draws people away from the presence of God and fellowship with Him, isolating, misleading, and casting them into eternal fire.

So, how can we have a dynamic Christian life without experiencing boredom? It depends on us because God has already provided His spiritual blessings daily. God is active, providing His eternal blessings for us every day. So, it depends on whether we continue the journey actively or remain passive. Why do people need more enthusiasm to be Christians? They need concrete steps to have a beautiful and dynamic Christian life.

In reality, we create and make the dynamics of our Christian life beautiful. We must not do things that God does not desire. We discard all habits or routines that do not align with God’s will and learn to have the proper routines—for example, waking up in the morning, praying, reading the Bible, not watching unnecessary things, not listening to unnecessary things, being selective with the people we fellowship with, preventing our mouths from uttering inappropriate and unnecessary words, cleansing our eyes from wrong views, and continually correcting our thoughts and hearts to avoid impure things.

We can discard everything God does not desire, and He will surely guide us into new and beautiful experiences. God will lead us to the actual dynamics of Christian life. So, we will never be the same. Like the physical body experiences growth, like living beings experience growth, it is never the same. Every day, there is something new. Now, the problem is that many people change for the worse, and if this continues to the point of no return, they will never become true Christians.

A person may still consider themselves a Christian, a church activist, or even a pastor, but they do not have the dynamics of the children of God’s life. They do not grow toward perfection, being filled with God and similar to Jesus. Whether our life becomes passionate or not depends on us. Don’t wait for the passion; create the passion. On our part, we have the passion to love God and leave sin and the world’s pleasures. That’s what we need to do. We must step and act. On God’s part, He will undoubtedly fulfill His part.

Let’s not wait for the enthusiasm to pray, read the Bible, serve, and live holy; don’t wait for that passion. We must create that passion and ignite it within ourselves. God will guide us, purifying, sanctifying, and perfecting our passion. This is good news for those who have felt stagnant, not growing, starting to lose enthusiasm, and feeling bored with their Christian life. Let’s seriously heed the voice and advice of God.

Eph.5:14 says, “Awake, O sleeper, and arise from the dead, and Christ will shine on you.” So, please don’t wait for the light to come; we have to rise first because we have to start building a pleasing life for God. The pleasures of the world have lulled many people. They never ignite or kindle the spirit, the passion. Those who have been to church, served, and been active must continue to kindle that passion. Remember, we are the ones who ignite that passion. Don’t wait for the passion to come; kindle that passion, and God will perfect it.  

IF WE FEEL THAT OUR CHRISTIAN LIVES ARE MONOTONOUS, DULL, OR TEDIOUS, WE MUST INTROSPECT BECAUSE SOMETHING MUST BE WRONG.

Card image
MENJEMUKAN - 16 Januari 2024
2024-01-16 08:22:28


Mestinya kehidupan kekristenan kita tidak akan pernah menjemukan kita. Mestinya kehidupan kekristenan kita selalu menggairahkan. Sebab kehidupan Kristen yang benar itu berdinamika, artinya setiap hari pasti ada hal-hal yang baru, setiap hari pasti ada hal-hal yang tidak sama dengan pengalaman yang telah kita jalani sebelumnya. Sebab perjalanan kita mengikut Yesus adalah perjalanan perubahan. Setiap hari mestinya ada perubahan. Ibarat sebuah perjalanan, pasti ada pemandangan baru dan itu mengasyikkan, tidak menjenuhkan, dinamis, berdinamika.

Kalau kita merasa hidup kekristenan kita menjenuhkan, membosankan, menjemukan, maka kita harus introspeksi diri karena pasti ada yang tidak beres. Biasanya orang-orang yang mengalami stuck dalam pertumbuhan iman akan mulai merasa jenuh, bosan dan mengarahkan dirinya pada berbagai fokus kesenangan. Dan hal ini sangat berbahaya, sebab menarik orang dari hadirat Allah dan dari persekutuan dengan Tuhan, memisahkan, menjerumuskan, dan membuangnya ke dalam api kekal.

Lalu bagaimana kita bisa memiliki hidup yang dinamis dalam kekristenan dan tidak mengalami kejenuhan? Itu tergantung diri kita. Sebab Tuhan sudah menyediakan berkat-berkat rohani-Nya setiap hari. Allah yang dinamis, Allah yang menyediakan berkat-berkat kekal-Nya bagi kita setiap hari. Jadi tergantung apakah kita melangkah terus mengadakan perjalanan atau kita hanya mau pasif. Mengapa orang tidak bergairah menjadi orang Kristen? Sebab ia tidak memiliki langkah-langkah konkret untuk memiliki hidup kekristenan yang berdinamika indah.

Sejatinya, kita yang menciptakan, kita yang membuat dinamika hidup kekristenan kita menjadi indah. Kita tidak boleh melakukan hal-hal yang Tuhan tidak kehendaki. Kita buang segala kebiasaan atau rutinitas hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Allah dan kita belajar untuk memiliki rutinitas hidup yang benar. Seperti bangun pagi, kita berdoa, membaca Alkitab, kita tidak menonton apa yang tidak perlu kita tonton, kita tidak mendengar apa yang tidak perlu kita dengar, kita mulai selektif dengan orang-orang yang kita bisa ber-fellowship, kita mencegah mulut kita mengucapkan kata-kata yang tidak patut dan tidak perlu, kita membersihkan mata kita dari pandangan yang salah, tentu juga kita terus mengoreksi pikiran kita, hati kita agar tidak dimasuki hal-hal yang najis.

Dan kita bisa membuang semua yang Tuhan tidak kehendaki. Setelah itu pasti Tuhan akan menuntun kita di pengalaman-pengalaman baru yang indah. Tuhan akan membawa kita kepada dinamika hidup kekristenan yang benar. Jadi kita tidak pernah sama. Seperti fisik mengalami pertumbuhan, seperti makhluk hidup mengalami pertumbuhan, tidak pernah sama. Setiap hari pasti ada hal-hal yang baru. Sekarang masalahnya, tidak sedikit orang yang berubah menjadi buruk, dan kalau hal itu berlangsung terus-menerus sampai pada titik tidak balik (point of no return) di mana ia tidak akan pernah menjadi orang Kristen yang benar.

Seseorang bisa merasa tetap sebagai orang Kristen, aktivis gereja, bahkan pendeta, tetapi dia tidak memiliki dinamika hidup anak-anak Allah, ia tidak bertumbuh ke arah kesempurnaan, yaitu dipenuhi Allah dan serupa dengan Yesus. Apakah hidup kita menjadi bergairah atau tidak, tergantung dari kita. Jangan menunggu gairah itu, ciptakan gairah itu. Dari pihak kita, ciptakan gairah untuk mencintai Tuhan, meninggalkan dosa dan kesenangan-kesenangan dunia. Itu harus kita lakukan. Kita mesti melangkah dan bertindak. Dari pihak Tuhan, pasti Ia memenuhi bagian-Nya.

Jangan kita menunggu bagaimana punya gairah untuk berdoa, membaca Alkitab, melayani, hidup suci; jangan tunggu gairah itu. Kita yang harus menciptakan gairah itu, kita bangun, kita kobarkan dari diri kita sendiri. Dan Allah akan memberikan kepada kita tuntunan dan bimbingan-Nya, sehingga gairah itu dimurnikan, dikuduskan, disempurnakan oleh Allah. Dan ini menjadi berita baik bagi kita yang selama ini merasa stagnan, mentok tidak bertumbuh, mulai tidak bergairah, jenuh, bosan, dengan hidup kekristenan kita. Mari kita perhatikan dengan serius suara Tuhan dan nasihat Tuhan ini.

Efesus 5:14, "Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atasmu." Jadi jangan menunggu cahaya itu datang, kita yang harus bangkit terlebih dahulu. Sebab kitalah yang harus mulai membangun kehidupan yang berkenan kepada Tuhan. Banyak orang yang telah terlena dengan kesenangan dunia. Ia tidak pernah mengobarkan, membangkitkan semangat, gairah. Bagi kita yang sudah ke gereja, sudah melayani, sudah aktif, tetap harus terus mengobarkan gairah itu. Ingat, kita yang mengobarkan gairah itu. Jangan menunggu gairah itu datang, tapi bangkitkan gairah itu dan Allah akan menyempurnakan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA MERASA HIDUP KEKRISTENAN KITA MENJENUHKAN, MEMBOSANKAN, MENJEMUKAN, MAKA KITA HARUS INTROSPEKSI DIRI KARENA PASTI ADA YANG TIDAK BERES.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 Januari 2024
2024-01-16 08:14:07

Kejadian 12-15

Card image
Truth Kids 15 Januari 2024 - D E B O R A
2024-01-15 10:01:53


Hakim-Hakim 4:4
"Pada waktu itu Debora, seorang nabiah, isteri Lapidot, memerintah sebagai hakim atas orang Israel."

Menurut kebiasaan yang berlaku pada zaman dahulu, hanya laki-laki yang menjadi pemimpin. Makanya jika Sobat Kids ingat-ingat, nama-nama tokoh yang ada dalam Alkitab, lebih banyak nama laki-laki yang muncul. Nama perempuan jarang muncul sebagai tokoh Alkitab. Hari ini kita mau belajar dari tokoh perempuan, namanya Debora.

Debora hidup saat bangsa Israel mengalami kesulitan akibat perbuatan jahat musuh mereka, bangsa Kanaan. Biasanya perempuan jarang dipilih menjadi pemimpin zaman itu, namun Tuhan memilih Debora menjadi hakim dan nabi bangsa Israel.

Debora memiliki tugas untuk memimpin bangsa Israel melakukan kehendak Tuhan. Ini tugas yang tidak mudah, Sobat Kids. Sesudah nabi sebelumnya meninggal, bangsa Israel melakukan hal-hal yang jahat di mata Tuhan. Oleh sebab itu, bangsa Israel butuh nabi (pendeta) untuk mengingatkan dan mengajak mereka bertobat, kembali melakukan kehendak Tuhan.

Sobat Kids, walaupun kalian masih kecil, kalian dapat mengingatkan dan mengajak teman-teman untuk bertobat. Tidak perlu menjadi hakim atau nabi (pendeta) terlebih dahulu. Dengan perbuatan dan perkataan sehari-hari, kalian dapat menjadi contoh agar teman-teman mengikuti perintah Tuhan.

Card image
Truth Junior 15 Januari 2024 - D E B O R A
2024-01-15 09:50:01


Hakim-Hakim 4:4
“Pada waktu itu Debora, seorang nabiah, isteri Lapidot, memerintah sebagai hakim atas orang Israel.”

Coba Sobat Junior perhatikan silsilah yang ada di dalam Alkitab, khususnya di Perjanjian Lama. Nama-nama yang tertulis dalam silsilah keturunan, biasanya hanya mencantumkan nama laki-laki. Demikian juga yang memimpin kerajaan, biasanya laki-laki. Namun, bukan berarti perempuan tidak bisa, ya, Sobat Junior.

Hari ini kita mau belajar dari tokoh perempuan yang menjadi seorang nabiah (nabi perempuan), namanya Debora. Seperti ayat firman Tuhan yang kita baca hari ini, Debora merupakan seorang nabiah dan memerintah sebagai hakim atas orang Israel. Pada zaman Perjanjian Lama, sebelum bangsa Israel memiliki raja, seorang nabi akan memberitahukan suara Tuhan, perintah Tuhan yang harus dilakukan orang Israel.

Debora hidup pada suatu masa dimana bangsa Israel mengalami penindasan yang berat dari musuh mereka, bangsa Kanaan. Meskipun perempuan pada umumnya tidak dianggap sebagai pemimpin di zamannya, Debora dipilih Tuhan menjadi nabi dan hakim yang memimpin bangsa Israel.

Sobat Junior, Tuhan akan memberi kita kemampuan untuk melakukan tugas yang diberikan-Nya. Apa pun jenis kelamin kalian, pasti kalian bisa. Berdoalah, minta penyertaan dari Tuhan agar kita dimampukan dalam melakukan semua tugas.

Card image
Truth Youth 15 Januari 2024 ( English Version) - COMMITMENT TO LOVE GOD
2024-01-15 09:47:55


"And the foreigners who join themselves to the LORD, to minister to him, to love the name of the LORD, and to be his servants, everyone who keeps the Sabbath and does not profane it, and holds fast my covenant." (Isaiah 56:6)

The new year is synonymous with resolutions or new achievements to be pursued. Many people make lists of achievements for their lives. Whether it's having a healthy body, continuing education, visiting dream destinations, and many other forms of individual achievements. All of this will surely be achieved if the person has a strong commitment to pursue it.

Every struggle based on strong commitment will result in success. Commitment is a statement that declares a willingness to do something. Commitment contains an element of continuity. It means we are willing to fulfill our promises not only at the present moment but continuously and continuously. Commitment is built on genuine and unpretentious love.

Commitment in life is not only related to what is visible or physical. But as believers, we must also have a commitment to God, which is to love Him more sincerely this year. Having a commitment to God means entrusting everything to God and relying on His grace.

For example, the story of Daniel is one example of a person who is firmly committed. He understood God's command to maintain holiness and firmly resolved not to eat the king's food. He lived with totality in the midst of challenges that could have destroyed him. Daniel eventually received God's grace, presence, and blessing, so he was able to maintain his commitment and determination not to defile himself. His commitment did not change even though the situation around him kept changing. Daniel was empowered to continue loving God even though the pressures of life were pressing on him.

So should our lives be. This year, anything is possible; even every plan that has been made can change along the way. Plans related to the physical may change, but the commitment to love God must not shift in the slightest. Instead, whatever happens, loving God becomes the top priority.

WHAT TO DO:
1. Remember that God has loved us first, so respond to God's love by loving Him in return.
2. Reignite the passion for personal prayer and reading the Bible.
3. Avoid things that disappoint God and choose to do what pleases Him.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Genesis 47-50

Card image
Truth Youth 15 Januari 2024 - KOMITMEN UNTUK MENGASIHI ALLAH
2024-01-15 09:42:22


“Dan orang-orang asing yang menggabungkan diri kepada TUHAN untuk melayani Dia, untuk mengasihi nama TUHAN dan untuk menjadi hamba-hamba-Nya, semuanya yang memelihara hari Sabat dan tidak menajiskannya, dan yang berpegang kepada perjanjian-Ku.” (Yesaya 56:6)

Tahun yang baru identik dengan resolusi atau pencapaian baru yang ingin digapai. Tidak sedikit orang yang membuat list pencapaian dalam kehidupannya. Entah itu memiliki badan yang sehat, pendidikan yang ingin dilanjutkan, berkunjung ke tempat wisata impian, dan banyak lagi bentuk pencapaian masing-masing orang. Semua ini pasti akan terwujud jika diri orang itu memiliki komitmen yang kuat meraihnya.

Setiap perjuangan yang didasari oleh komitmen yang kuat akan menghasilkan keberhasilan. Komitmen adalah perkataan yang menyatakan sebuah kesanggupan untuk berbuat sesuatu. Komitmen mengandung unsur kontinuitas. Artinya kita bersedia untuk melaksanakan janji kita tidak hanya pada saat ini, tetapi berkelanjutan dan secara terus menerus. Komitmen dibangun dengan sebuah kasih yang tulus dan tanpa kepura-puraan.

Komitmen dalam hidup ini tidak hanya berkaitan dengan yang kelihatan atau jasmani saja. Tapi sebagai orang percaya kita juga harus miliki komitmen kepada Tuhan juga, yakni dalam tahun ini harus lebih sungguh-sungguh mengasihi-Nya. Memiliki komitmen kepada Tuhan berarti kita mempercayakan segala sesuatu kepada Tuhan dan mengandalkan anugerah-Nya.

Sebagai contoh, kisah Daniel, ia merupakan salah satu contoh orang yang berkomitmen teguh. Dia mengerti perintah Allah untuk menjaga kekudusan dan memantapkan diri tidak memakan makanan dari Raja. Dia menjalankan totalitas hidup di tengah tantangan yang mungkin bisa membinasakan dirinya. Daniel akhirnya mendapatkan kasih karunia, penyertaan, dan berkat Tuhan sehingga ia mampu menjaga komitmen dan ketetapan hatinya untuk tidak menajiskan diri. Komitmennya tidak berubah sekalipun situasi di sekelilingnya terus berubah. Daniel dimampukan untuk tetap mengasihi Tuhan sekalipun tekanan hidup menghimpitnya.

Demikian juga seharusnya kehidupan kita, tahun ini segala kemungkinan bisa terjadi, bahkan setiap rencana yang sudah dibuat bisa saja berubah ditengah jalan. Rencana jasmaniah boleh saja berubah, namun komitmen untuk mengasihi Tuhan tidak boleh bergeser sedikitpun. Justru apapun yang akan terjadi, mengasihi Tuhan menjadi hal yang utama.

WHAT TO DO:
1. Ingat kembali bahwa Tuhan lebih dahulu mengasihi kita, maka balas cinta Tuhan dengan mengasihi-Nya juga.
2. Mulai kembali kobarkan semangat berdoa pribadi dan membaca Alkitab.
3. Jauhi hal-hal yang membuat Tuhan kecewa, dan memilih melakukan apa yang membuat Tuhan senang.

BIBLE MARATHON:
▪︎Kejadian 47-50

Card image
Renungan Pagi - 15 Januari 2024
2024-01-15 09:40:20


Kalau kita kurang makan, maka tubuh akan menjadi lemah, lalu jika makan, tetapi bukan makanan yang sehat, maka akan menjadi mudah sakit. Demikian juga dengan iman kristen, jika kekurangan makanan rohani yaitu Firman Tuhan, maka roh menjadi lemah, mudah digoyahkan oleh pencobaan, kalau Firman Tuhan yang tidak sehat dan tidak murni yang menjadi makanan roh kita, maka akan mudah terluka, kecewa dan sakit hati sehingga seringkali mudah iri hati dan menimbulkan perselisihan dengan sesama.

Seperti yang terjadi dalam jemaat Korintus, yang tidak dapat menerima makanan rohani yang keras, "Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarang pun kamu belum dapat menerimanya. Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?"

Seharusnya anak-anak Tuhan yang dewasa rohani sudah harus dapat menerima makanan keras yang menyehatkan jiwa dan rohnya. Jadi berilah roh kita makanan yang sehat dan murni setiap hari, yaitu membangun hubungan intim dengan Tuhan, lewat doa, baca Alkitab, dengar kotbah Injil yang murni, maka rohmu akan bertambah kuat dan hidup berkemenangan di dalam Tuhan.
(1 Korintus 3:2-3)

Card image
Quote Of The Day - 15 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-15 09:36:51


Kalau kekhawatiran orang percaya didasarkan karena tidak bisa bermegah dalam penampilan, maka berarti ia tidak mengumpulkan harta di surga.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 15 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-15 09:35:27


Ketika kita membuat waktu kita bernilai karena melakukan kehendak Allah, maka hidup kita menjadi bernilai.

Card image
THE GREAT HUMAN - 15 Januari 2024 (English Version)
2024-01-15 09:33:28


Let us strengthen our hearts, fortify them to remain faithful in seeking the Lord, and persist in prayer without growing weary. Life’s busyness—even if it involves church work—should not slow down our growth or make us sluggish. Do not let the increase in activities and responsibilities pile up without a corresponding growth in our spiritual life. We understand that the demands of life consume time and attention, but let not busyness weaken our spiritual life.  Beware of being deceived by the Devil, deceived by the powers of darkness, and becoming so engrossed in various activities that our spiritual growth weakens.

Let us resolve to continue seeking the Lord and experiencing growth. That’s why church worship doesn’t need to be elaborate; what matters is honoring God with praise and worship. What matters is continually growing in our knowledge of God through the Word we hear. What matters is our increasing holiness and the ongoing ambition to reach the highest holiness and favor before God. Let us cast off all burdens of sin. Let us continue to soar high.

In the spiritual life, we must soar as high as we can until we cannot fall. As long as we are within the Earth’s atmosphere, the gravitational force can still cause us to fall. But once we are out of the Earth’s gravitational force, we will not fall and will continue to soar high toward the third heaven. Indeed, we may occasionally fall because we don’t fly high enough. So now, let us aim to soar high. Don’t let the busyness of life reduce our speed in soaring high.

We become a community that genuinely thinks only of God and His Kingdom. We still pay attention to family and other responsibilities.  On the contrary, when we make God the purpose of our lives, we undoubtedly become great, diligent, industrious, and responsible individuals. So, if someone lives irresponsibly, lazy, and aimless, they have departed from fellowship with God because  someone who is in fellowship with God, who walks with God, undoubtedly becomes a great person.

We do not intend to be arrogant, but we want to be a unique community in the presence of God. Every time we worship, we ascend high to the throne of God, and the inhabitants of heaven—seraphim, cherubim, and all angels—join us in worship. Even we are always awaited by the angels, seraphim, cherubim, and inhabitants of heaven, heavenly beings, to worship God. That’s why it’s not just about skill in singing, vocalization, or music; it’s the everyday holiness we build, our love for God that we continuously kindle, more than our attention, our love for anyone or anything.

We must maintain integrity in seeking God because this life is temporary, fleeting, short, and tragic. Only in the new Heaven and Earth will there be no tragedy, and our goal, our focus, is to become a community seriously considering the life to come. We leave the world with all its pleasures. We leave sin with all its satisfaction. Indeed, saying these words is easy, but doing them is very difficult. However, remember!  Complicated does not mean impossible; difficult does not mean it cannot be done because God guides and empowers us to do what He desires.

However, many Christians genuinely do not experience a real encounter with God. They only encounter pastors, clergy, and the liturgy within the church. People like this will indeed be rejected by God one day. They can’t do the will of the Father. Those who can do the will of the Father interact with God the Father. Being a good person is not enough to meet the criteria for the life of a believer. So, if the Word of God says, “Be perfect as the Father is perfect,” everything we do must not violate His will.  

The greatness of the Christian life is because we worship the living God. The Holy Spirit is sealed within us, actively guiding us, leading us to the purpose of salvation: to become perfect like the Father, similar to Jesus. A life without blemishes and spots.  

SOMEONE WHO IS IN FELLOWSHIP AND WALKS WITH GOD WILL UNDOUBTEDLY BECOME A GREAT PERSON.

Card image
MANUSIA YANG AGUNG - 15 Januari 2024
2024-01-15 09:30:04


Mari kita meneguhkan hati, menguatkan hati untuk tetap setia mencari Tuhan, tetap setia berdoa dan tidak menjadi kendor. Kesibukan hidup—walaupun itu pekerjaan gerejawi—jangan mengurangi kecepatan kita dalam bertumbuh, jangan membuat kita lamban atau lambat. Jangan sampai kegiatan makin banyak dan bertumpuk, tapi kehidupan rohani kita tidak bertumbuh. Kita mengerti bahwa kesibukan hidup menyita waktu dan perhatian. Namun jangan sampai kesibukan mengendurkan kehidupan rohani kita. Jangan sampai kita tertipu Iblis, tertipu kuasa kegelapan karena sibuk dengan segala kegiatan, sehingga pertumbuhan rohani kita menjadi kendor.

Kita bulatkan tekad untuk tetap mencari Tuhan dan mengalami pertumbuhan. Itulah sebabnya, perayaan ibadah tidak usah macam-macam, yang penting kita memuliakan Tuhan dengan pujian dan penyembahan. Yang penting kita terus bertumbuh dalam pengenalan akan Allah melalui firman Tuhan yang kita dengar. Yang penting kekudusan kita makin meningkat dan kita terus berambisi untuk mencapai tingkat kekudusan setinggi-tingginya, tingkat keberkenanan di hadapan Allah setinggi-tingginya. Kita tanggalkan semua beban dosa. Mari kita terus terbang tinggi.

Kalau dalam kehidupan rohani, justru kita harus terbang setinggi-tingginya sampai kita tidak bisa jatuh. Kalau kita masih ada di lingkungan atmosfer bumi, masih ada daya tarik bumi yang menarik kita jatuh; tapi kalau kita sudah keluar dari daya tarik bumi, kita tidak akan jatuh dan terus melayang tinggi menuju langit ketiga. Memang, kita masih kadang-kadang jatuh, karena kita kurang terbang tinggi. Jadi sekarang kita mau terbang tinggi. Jangan sampai kesibukan hidup mengurangi kecepatan kita terbang tinggi.

Kita menjadi komunitas yang benar-benar hanya memikirkan Tuhan dan Kerajaan-Nya. Ini bukan berarti lalu kita tidak bertanggung jawab atas pekerjaan, keluarga, dan hal lainnya. Justru ketika kita benar-benar menjadikan Tuhan sebagai tujuan hidup, pasti kita menjadi manusia yang agung, rajin, giat, bertanggung jawab. Jadi kalau seseorang hidup tidak bertanggung jawab, malas, tidak karu-karuan, pasti dia lepas dari persekutuan dengan Allah. Sebab seseorang yang bersekutu dengan Allah, yang berjalan dengan Tuhan, pasti menjadi manusia yang agung.

Tidak bermaksud mau sombong, namun kita mau menjadi komunitas yang istimewa di hadapan Allah. Setiap kali kita menyembah, kita membumbung tinggi sampai takhta Allah, sampai para penghuni surga—para serafim, kerubim dan semua malaikat—ikut menyembah. Bahkan kita juga selalu dinantikan oleh para malaikat, para serafim, kerubim dan penghuni surga, makhluk surgawi (angelic beings) untuk menyembah Allah. Itulah sebabnya, bukan hanya cakap dalam menyanyi, dalam vokal, dalam musik, tapi kesucian hidup setiap hari yang kita bangun, kecintaan akan Tuhan yang terus kita kobarkan lebih dari perhatian, kecintaan kita kepada siapa pun dan apa pun.

Kita harus tetap dalam integritas mencari Tuhan, sebab hidup ini sementara, fana, singkat dan tragis. Hanya di langit baru bumi baru saja tidak ada ketragisan. Dan itu menjadi tujuan kita, fokus kita, biar kita menjadi komunitas yang serius memikirkan kehidupan yang akan datang. Kita tinggalkan dunia dengan segala kesenangannya. Kita tinggalkan dosa dengan segala kepuasannya. Memang, mengucapkan kalimat ini sangat mudah, tetapi melakukannya sangat sulit. Namun ingat! Sulit bukan berarti tidak bisa, sulit bukan berarti mustahil, karena Allah yang menuntun kita, memampukan kita melakukan apa yang Dia kehendaki.

Namun, banyak orang Kristen benar-benar tidak mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Mereka hanya mengalami perjumpaan dengan para pendeta, rohaniwan, dan liturginya di dalam gereja. Orang-orang seperti ini pasti suatu hari ditolak oleh Tuhan. Tidak mungkin mereka bisa melakukan kehendak Bapa. Sebab yang dapat melakukan kehendak Bapa adalah mereka yang berinteraksi dengan Allah Bapa. Menjadi orang baik itu belumlah memenuhi syarat kehidupan orang percaya. Jadi kalau firman Tuhan mengatakan, “Kamu harus sempurna seperti Bapa,” artinya segala sesuatu yang kita lakukan tidak boleh melanggar kehendak-Nya.

Ini hebatnya dari hidup kekristenan, karena Allah yang kita sembah adalah Allah yang hidup. Roh Kudus dimeteraikan di dalam diri kita, aktif menuntun kita, membawa kita kepada maksud keselamatan itu diberikan: menjadi sempurna seperti Bapa, serupa dengan Yesus. Hidup tak bercacat, tak bercela.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SESEORANG YANG BERSEKUTU DAN BERJALAN DENGAN TUHAN, PASTI MENJADI MANUSIA YANG AGUNG.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 Januari 2024
2024-01-15 09:23:16

Ayub 40-42

Card image
Truth Kids 14 Januari 2024 - S E M A N G A T
2024-01-14 09:54:49


Yosua 1:9
"Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi."

Setiap orang memiliki rasa takut yang berbeda-beda. Mungkin ada yang takut atau khawatir saat memasuki tahun baru ini. Atau mungkin ada yang takut saat berada di tempat yang sangat tinggi, takut melihat binatang tertentu, bahkan takut melihat badut atau balon.

Tokoh yang kita pelajari hari ini juga pernah mengalami rasa takut. Yosua masih muda saat ia mendapat perintah dari Tuhan untuk merebut tanah Kanaan. Yosua harus menggantikan Musa yang sudah meninggal. Tuhan memberikan semangat kepada Yosua. Tuhan mengingatkannya untuk kuat, tidak mudah menyerah, sebab Tuhan menyertai Yosua ke mana pun ia pergi.

Sobat Kids, penyertaan Tuhan bukan hanya untuk Yosua saja. Tuhan juga menyertai kita, murid-murid-Nya. Kita harus semangat dan kuat saat melakukan tugas yang diberikan oleh Tuhan. Tugas Sobat Kids sebagai anak di rumah maupun murid di sekolah, harus dilakukan dengan semangat. Ingatlah, Tuhan menyertai kita setiap saat.

Card image
Truth Junior 14 Januari 2024 - Y O S U A
2024-01-14 09:52:22


Yosua 1:9
“Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi.”

Sobat Junior, apakah di sekolah kalian sering ada tugas untuk presentasi di depan teman-teman sekelas? Bagaimana perasaan kalian saat sudah tiba gilirannya untuk presentasi? Mungkin sebagian kalian sudah terbiasa dengan presentasi sehingga kalian menikmatinya. Namun, bagi sebagian orang, presentasi di depan orang lain merupakan hal yang menegangkan. Bisa-bisa merasakan sakit perut, suara hilang, dan isi kepala menjadi kosong sehingga semua bahan yang telah dipersiapkan, hilang dan terlupakan.

Tokoh yang akan kita pelajari hari ini juga kurang lebih mengalami hal yang sama dengan kalian, Sobat Junior. Yosua harus menggantikan Musa, seorang pemimpin besar bangsa Israel. Musa yang membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, mengadakan sumber air, bahkan membelah Laut Teberau. Yosua merasa masih muda, tidak bisa melakukan seperti yang telah dilakukan oleh Musa, pemimpin sebelumnya.

Kita bersyukur Tuhan mengerti pribadi kita, satu per satu. Tuhan memberikan semangat kepada Yosua. Beberapa kali Tuhan berkata kepada Yosua, “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu.” Ketika Tuhan memberikan suatu tugas kepada kita, pasti Tuhan juga akan menyertai kita. Kita harus bertekad untuk berusaha melakukan yang terbaik. Tetap semangat dan bertekunlah dalam tugas kita!

Card image
Truth Youth 14 Januari 2024 (English Version) - COMMITMENT IS THE FOUNDATION
2024-01-14 09:46:21


"So, my beloved brothers, be steadfast, immovable, always abounding in the work of the Lord, knowing that in the Lord your labor is not in vain." (1 Corinthians 15:58)

When someone is building a house, the most fundamental or essential thing among all is the foundation. The foundation is a structural element of the building located at the bottom and serves to support the load of the entire building structure. As part of the bottom structure, the foundation is one of the main parts in supporting the load of the building above it. The commonly used foundation is made of strong iron or steel to be able to support the house.

Just as the foundation is crucial for a house, so is our current life in starting a new year. The foundation we need is a commitment. We must have made many plans or goals that we want to achieve. All these aspirations are good for us to achieve, but without commitment, it will only become a routine plan for the year.

Let's think and reflect back for a moment, how many plans were achieved last year? And how many plans were not successfully implemented? Looking back at previous years, we should be able to learn how to approach each hope we have set and learn to have a stronger commitment to work on it.

Commitment is a form of dedication or obligation that makes someone remember a specific action. It is important to note that when carrying out this commitment, it must be done voluntarily without coercion and depending on the situation experienced by our individual selves. Therefore, in fulfilling a commitment, it must be accompanied by a great sense of responsibility and not just mere words.

Therefore, for personal development to be achieved this year, and not be the same as in previous years, have a strong commitment. Also, equally important, this commitment should be directed for the glory of the Father and Jesus alone. So, make sure all the hopes for this year are in accordance with God's will for our lives.

WHAT TO DO:
1. Set realistic achievement targets that we can work on.
2. Always bring these hopes to God in prayer, so that they align with His will.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Genesis 44-46

Card image
Truth Youth 14 Januari 2024 - KOMITMEN ADALAH PONDASI
2024-01-14 09:23:45


“Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” (1 Korintus 15:58)

Ketika seseorang sedang membangun sebuah rumah, hal yang paling mendasar atau utama dari semua itu harus ada sebuah pondasi. Pondasi merupakan struktur bangunan yang letaknya berada di bagian paling bawah dan berguna untuk menopang beban seluruh struktur bangunan. Sebagai bagian dari struktur paling bawah, pondasi merupakan salah satu bagian utama dalam menopang beban bangunan di atasnya. Pondasi yang dipakai biasa berupa besi atau baja yang kuat agar mampu menopang rumah itu. Sama seperti pentingnya pondasi bagi sebuah rumah, demikian pula kehidupan kita saat ini dalam mengawali tahun yang baru. Pondasi yang kita perlukan adalah sebuah komitmen. Kita pasti sudah membuat banyak perencanaan atau goal-goal yang ingin kita capai. Semua harapan itu baik untuk kita gapai, namun tanpa sebuah komitmen semua itu hanya akan menjadi rancangan rutinitas tahunan saja.

Coba kita pikirkan dan renungkan kebelakang sejenak, tahun lalu sudah berapa rencana yang digapai? Dan berapa banyak juga rencana yang tidak berhasil kita jalankan? Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, seharusnya kita bisa belajar untuk bagaimana bersikap mengapai setiap harapan yang telah kita buat dan belajar memiliki komitmen yang lebih kuat untuk mengerjakannya. Komitmen merupakan sebuah bentuk dedikasi atau kewajiban yang membuat seseorang mengingat sebuah tindakan tertentu. Perlu diketahui bahwa ketika menjalani komitmen ini harus dilakukan dengan sukarela dengan tidak adanya paksaan dan bergantung pada situasi yang dialami oleh pribadi kita. Maka dari itu, dalam menjalani sebuah komitmen harus disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar dan tak hanya sekadar ucapan belaka.

Oleh karena itu agar tercapainya pengembangan diri ditahun ini, dan tidak sama seperti tahun-tahun sebelumnya, milikilah komitmen yang kuat. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah komitmen ini harus diarahkan untuk kemuliaan Bapa dan Tuhan Yesus saja, Jadi pastikan semua harapan tahun ini sesuai kehendak Tuhan bagi hidup kita.

WHAT TO DO:
1. Buatlah target pencapaian yang realistis, yang dapat kita kerjakan.
2. Bawa senantiasa harapan itu dalam doa kepada Tuhan, agar sesuai kehendak-Nya.

BIBLE MARATHON:
▪︎Kejadian 44-46

Card image
Renungan Pagi - 14 Januari 2024
2024-01-14 09:20:30


Seringkali kita tidak bisa menaklukan ego sendiri, karena terlalu cepat emosi dan mudah marah, terlalu mudah berpikir yang buruk, berpikir negatif tentang apapun dan siapapun, sehingga hati kita penuh dengan curiga, kebencian, kegeraman, kecewa, sakit hati dan segala hal yang jahat.

Orang bisa saja mengecewakan tetapi jangan membalas kejahatan dengan kejahatan, kalahkan-lah kejahatan dengan kebaikan. Orang boleh saja menyakiti, tetapi hati kita harus tetap ada pengampunan, ada kasih, ada sukacita yang melimpah, sebab orang yang menjaga hatinya dan senantiasa melekat kepada Tuhan akan berjalan dalam kemuliaan Tuhan.

Ingatlah akan firman Tuhan yang berkata ; "Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk! Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!"
(Roma 12:14, 17-21)

Card image
Quote Of The Day - 14 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-14 09:15:29


Kekhawatiran yang positif adalah kekhawatiran yang menggerakkan seseorang berjaga-jaga, bekerja keras dan bertanggung jawab.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 14 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-14 09:12:44


Ketika kita serius untuk memperkarakan “keberadaan kita berkenan di hadapan Tuhan atau tidak,” kita akan makin bisa merasakan hadirnya Tuhan dalam hidup kita.

Card image
I SURRENDER - 14 Januari 2024 (English Version)
2024-01-14 09:08:56


Jeremiah 29:11, “For I know the plans I have for you, declares the LORD, plans to prosper you and not to harm you, to give you a future and a hope.”

God has a plan for each of our lives. That plan already exists, and God says it is a plan for peace and prosperity, not harm. So, don’t be hasty or step in the wrong direction. If we act impulsively or make mistakes, we will suffer. If God sees that it is time for us to have something, He will surely provide it. So, if not, we must be calm, not forcing our will or desires. For example, consider finding a life partner. If a woman is above 30 years old, it may feel like a crisis. Do we know that God has a plan for which man is suitable to be her companion? So, don’t be in a rush.  We belong to God, and He surely knows what we need.

God says in Matt.7:11, “So if you who are evil know how to give good gifts to your children, how much more will your Father in heaven give good things to those who ask Him!“

So, if God has not given it yet, don’t think that God has forgotten or neglected us, and then we press Him continually. We pray and fast to find a life partner. It’s not wrong to pray and fast for a specific purpose, but we shouldn’t force it upon God for matters like finding a life partner. We need to surrender. “Whatever happens in life, O Lord, I surrender; I submit to You.” God has His timing, and He will not fail.

However, often, God is blamed. We may not directly scold God, but deep down, there is anger. “I’ve been seeking You, Lord. I’ve become a Christian; I go to church. But You don’t show me Your glory. I don’t have a boyfriend, while my friends not only date but already have children.” Don’t use human reasoning. We will regret if we make decisions ourselves because we are impatient.

Any situation can happen, so we should discuss it with God. All events can occur, meaning many things can happen beyond predictions and human calculations. What we should do now is surrender to God. When we pray, sometimes God seems silent. God wants us to persevere. Later, God will surely answer. Whatever happens, God will indeed support us. So now, in our prayer, we say, “Lord, I have no desires. I want to have a house and other facilities. I’m unsatisfied with this salary, but I won’t do anything. I ask for Your guidance and leadership. The important thing is to get through each day. I can eat with my family. Though the house is still rented, I can still live under one roof.”

Why do we feel lacking in that situation? We shouldn’t feel lacking; go through it, and God will surely help us. God has a beautiful plan for our lives. So, when we say, “I surrender to You,” it doesn’t mean we become passive. “I surrender” means we must try to understand His plan that we need to fulfill or do. So, if someone says, “I surrender to You, Lord,” just out of desperation because they haven’t achieved what they desired or feel like a failure and need God’s help, then surrendering there is an attempt to deceive God. That should not be done.

To surrender means to obey what God desires—following what He wants. And if we dare to surrender correctly like that, the world may be in turmoil, changing every moment at a high speed, but it doesn’t matter. The important thing is that we are in the track of God’s plan. We often get caught up in the vision and mission we think are from God, or at least we present them to God. But there are personal ambitions, personal agendas, and not genuinely discussing with God—that kind of failure we have often experienced.

But praise God, with His word, He has changed us a lot. Therefore,  don’t do anything before God speaks and gives guidance. We only have to do what God wants us to do. Just surrender; let God manage our lives. We don’t know tomorrow, so surrender. We entrust our lives to His hands, and God will teach us.  

“I SURRENDER” MEANS WE MUST STRIVE TO UNDERSTAND HIS PLAN THAT WE NEED TO FULFILL OR DO.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 Januari 2024
2024-01-14 08:59:36

Ayub 38-39

Card image
AKU BERSERAH - 14 Januari 2024
2024-01-14 08:47:32


Yeremia 29:11, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”

Tuhan punya rancangan dalam hidup kita masing-masing. Sudah ada rancangan itu. Dan Tuhan katakan itu rancangan damai sejahtera, bukan rancangan kecelakaan. Jadi jangan gegabah, jangan melangkah salah. Kalau kita gegabah, melangkah salah, maka kita akan rugi sekali. Kalau Tuhan memandang bahwa sudah saatnya kita memiliki sesuatu, pasti Tuhan akan beri. Jadi kalau belum, kita harus tenang, tidak usah memaksakan kehendak atau keinginan kita. Misalnya, jodoh. Kalau seorang wanita sudah memiliki usia di atas 30 tahun, rasanya sudah dalam kondisi krisis. Tahukah kita bahwa Tuhan punya rancangan pria mana yang pantas untuk menjadi pendamping wanita tersebut? Jadi, jangan buru-buru. Kita adalah milik Tuhan, Tuhan pasti tahu apa yang kita butuhkan.

Tuhan berfirman di dalam Matius 7:11, “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” Jadi kalau Tuhan belum memberi, jangan kita pikir Tuhan itu lupa, lalai atau suka-suka sendiri, lalu kita mendesak-Nya terus. Kita doa puasa supaya dapat jodoh. Bukan tidak boleh kita berdoa puasa untuk satu kepentingan, itu tidak salah. Tapi kalau untuk masalah jodoh, ini bukan masalah yang mestinya kita paksa kepada Tuhan. Kita cukup menyerah saja. “Apa yang terjadi di dalam hidup ini, ya Tuhan, aku pasrah, aku berserah kepada-Mu.” Tuhan punya waktu. Tuhan tidak mungkin meleset.

Namun, sering kali Tuhan disalahkan. Memang tidak langsung kita memarahi Tuhan, tetapi di kedalaman hati sebenarnya ada kemarahan; “Aku sudah mencari Engkau, Tuhan. Aku sudah jadi Kristen, aku sudah ke gereja. Tapi Engkau tidak membuat aku melihat kemuliaan-Mu. Aku tidak punya pacar. Sementara teman-temanku, bukan hanya pacaran bahkan sudah punya anak.” Jangan pakai pikiran atau nalar manusia. Kita akan menyesal jika kita mengambil keputusan sendiri karena tidak sabar menunggu.

Segala keadaan bisa terjadi, maka kita harus mendiskusikannya dengan Tuhan. Semua kejadian bisa terjadi, artinya banyak hal bisa terjadi di luar prediksi, di luar perhitungan manusia. Tapi yang kita lakukan sekarang adalah menyerah kepada Tuhan. Waktu kita berdoa, kadang-kadang Tuhan seperti diam. Tuhan hanya mau kita ini tekun. Nanti Tuhan pasti menjawabnya. Apa pun yang terjadi, Tuhan pasti menopang kita. Jadi sekarang dalam doa kita berkata, “Tuhan, aku tidak punya keinginan. Aku memang ingin punya rumah dan fasilitas lain. Dengan gaji ini aku tidak cukup, tapi aku tidak akan melangkah apa-apa. Aku hanya mohon petunjuk dan pimpinan-Mu. Yang penting aku lewati dari hari ke hari. Aku bisa makan dengan keluargaku. Rumah masih kontrak, tapi aku masih bisa tinggal di bawah satu atap.”

Kenapa kita merasa kurang dengan keadaan itu? Tidak usah merasa kurang, lewati saja. Tuhan pasti menolong kita. Dan Tuhan mempunyai rancangan yang indah di dalam hidup kita. Jadi kalau kita berkata, “aku berserah kepada-Mu,” bukan berarti kita jadi pasif. “Aku berserah” berarti kita harus berusaha mengerti apa rencana-Nya yang harus kita penuhi atau kita lakukan. Jadi kalau orang berkata, “aku berserah kepada-Mu, Tuhan,” hanya karena putus asa, karena tidak mencapai atau tidak memperoleh apa yang diingini, karena merasa gagal dan perlu pertolongan Tuhan, maka berserah di situ karena mau memperdaya Tuhan. Tentu hal itu tidak boleh.

Berserah itu artinya menuruti apa yang Tuhan kehendaki. Menuruti apa yang Allah kehendaki. Dan kalau kita berani berserah dengan benar seperti itu, dunia bergolak, berubah setiap saat dengan kecepatan tinggi, tidak masalah. Yang penting kita ada dalam track rencana Allah. Kita sering terjebak dengan visi misi yang kita anggap itu dari Tuhan, atau paling tidak kita persembahkan untuk Tuhan. Tapi di dalamnya ada ambisi pribadi, agenda pribadi, dan tidak benar-benar mempercakapkan dengan Tuhan. Dan itulah kegagalan yang kita sudah sering alami.

Tapi puji Tuhan, dengan firman-Nya kita telah banyak diubahkan Tuhan. Makanya, jangan lakukan apa pun sebelum Tuhan berbicara dan memberi petunjuk. Dan kita hanya harus melakukan apa yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan. Pasrah saja, biar Tuhan yang mengatur hidup kita. Hari esok kita tidak tahu, tapi pasrah saja. Kita serahkan hidup kita ke dalam tangan-Nya, dan Tuhan akan mengajar kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

“AKU BERSERAH” BERARTI KITA HARUS BERUSAHA MENGERTI APA RENCANA-NYA YANG HARUS KITA PENUHI ATAU KITA LAKUKAN.

Card image
Truth Kids 13 Januari 2024 - PUJIAN
2024-01-13 09:49:47


Keluaran 15:20
”Lalu Miryam, nabiah itu, saudara perempuan Harun, mengambil rebana di tangannya, dan tampillah semua perempuan mengikutinya memukul rebana serta menari-nari.”

Sobat Kids, bagaimana perasaan kalian saat mendengarkan kalimat ucapan yang baik seperti pujian atau semangat? Pasti menyenangkan, bukan? Pasti kita senang saat dipuji orang lain.

Saat bangsa Israel berhasil menyeberangi Laut Teberau dengan selamat, mereka bersukacita. Mereka sangat bahagia dapat terbebas dari kejaran kereta kuda bangsa Mesir. Musa bersama-sama dengan orang Israel menyanyikan pujian bagi Tuhan. Lalu Miryam, saudara Harun dan Musa, mengambil rebana. Ia memimpin perempuan-perempuan Israel menyanyikan pujian kepada Tuhan dan menari dengan rebananya. Miryam menjadi pemimpin perempuan saat itu.

Sobat Kids, bukan hanya laki-laki yang dapat jadi pemimpin. Perempuan juga dapat menjadi pemimpin. Apa yang menjadi keahlian Sobat Kids? Apa pun itu, gunakan yang terbaik untuk menyenangkan hati Tuhan.

Kita mau belajar dari tokoh Miryam yang mau memberikan kemampuannya, yaitu menari dan menyanyi bagi Tuhan. Tanpa harus disuruh-suruh, Miryam mau memberikan kemampuannya untuk memuji Tuhan. Jika Miryam dapat menggunakan lidahnya untuk mengajak semua perempuan Israel menari untuk Tuhan, Sobat Kids dapat juga mengajak teman-teman untuk memuji Tuhan.

Card image
Truth Junior 13 Januari 2024 - MIRYAM
2024-01-13 09:46:38


Keluaran 15:20
”Lalu Miryam, nabiah itu, saudara perempuan Harun, mengambil rebana di tangannya, dan tampillah semua perempuan mengikutinya memukul rebana serta menari-nari.”

Apakah Sobat Junior senang nonton bola? Jika ya, kalian pasti tahu bahwa masing-masing pesepak bola memiliki gaya sendiri saat melakukan selebrasi. Setelah mencetak gol, biasanya pesepak bola akan melakukan gerakan khas masing-masing. Ada yang berjoget, ada yang berteriak, dan lainnya.

Tokoh yang kita akan pelajari hari ini punya gaya sendiri, Sobat Junior. Tetapi, dia bukan pesepak bola. Ia adalah Miryam, saudari Harun dan Musa. Setelah bangsa Israel berhasil melewati Laut Teberau yang terbelah dua, mereka sangat senang. Kereta tentara Mesir yang mengejar bangsa Israel tenggelam karena Laut Teberau kembali menyatu setelah bangsa Israel selesai menyeberang.

Miryam merayakan mukjizat yang baru saja mereka alami dengan mengambil rebana. Ia memimpin perempuan- perempuan untuk menari bagi Tuhan. Miryam juga bernyanyi, menaikkan ucapan syukur atas penyertaan Tuhan dan merayakan kemenangan mereka atas bangsa Mesir.

Bagaimana dengan kalian, Sobat Junior? Apa yang kalian lakukan atas penyertaan dan pertolongan kalian dalam hidup ini?

Card image
Truth Youth 13 Januari 2024 (English Version) - BREATH OF LIFE
2024-01-13 09:41:12


"Rejoice in hope, be patient in tribulation, be constant in prayer." (Romans 12:12)

If fish breathe through gills and frogs through their skin, then how do humans breathe? Yes! Lungs. Every day, adults breathe about 12-20 times per minute, inhaling so much oxygen that humans can continue to enjoy their day in well-being. So, if a person stops breathing for a day, what will happen? Of course, their life will cease to exist; they will only be a name in this world. In the Christian life, humans breathe in a different way—through prayer. Prayer is our breath of life. Now, who among us has not prayed for a long time? If prayer is truly the biological breath of human beings, and in reality, we have not prayed for a long time, can you imagine that we might be dead by now?

Many of us are not aware of this reality—that prayer is the means by which we connect with the Creator. From here, our spirits are revitalized; there is a spiritual connection with Him. We become strong, persevering, mature. Prayer is the obligation of every believer. What is the point of professing to be a follower of Jesus but, in reality, never having a relationship with Him? On average, we start praying when our lives are plagued by many problems. We seek Him only when life is difficult.

Romans 12:12 reminds us to persevere in prayer because, indeed, prayer is our breath of life. We may have felt calm and peaceful after not praying for a long time, and finally deciding to pray again. Prayer is the lifeline, and through prayer, we are strengthened and matured. Therefore, let's learn again! Make prayer the rhythm of our lives, make prayer our breath of life.

WHAT TO DO:
Start building a habit of prayer until praying becomes the rhythm of our lives.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Genesis 42-43

Card image
Truth Youth 13 Januari 2024 - NAPAS HIDUP
2024-01-13 09:31:13


”Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” (Roma 12:12)

Jika ikan bernapas dengan insang, katak bernapas dengan kulit, maka manusia bernapas dengan apa? Yap! Paru-paru. Setiap hari orang dewasa bernapas sekitar 12-20 kali per menit, begitu banyak oksigen yang dihirup sehingga manusia dapat terus menikmati harinya dengan sejahtera. Kira-kira, jika manusia berhenti bernapas dalam sehari, apa yang akan terjadi? Tentu saja hidupnya tidak akan ada lagi, ia hanya akan tinggal nama di dunia ini. Dalam kehidupan Kristen, manusia bernapas dengan cara yang berbeda, yakni melalui doa. Doa adalah napas hidup kita. Hayooo, siapa di sini yang sudah lama sekali tidak berdoa? Jika doa adalah benar-benar napas hidup manusia secara biologis, dan nyatanya sudah lama sekali kita tidak berdoa, dapat dibayangkan mungkin saat ini kita sudah mati, bukan?

Banyak sekali dari kita yang tidak menyadari realitas ini, bahwa doa adalah sarana kita untuk berhubungan dengan Sang Pencipta. Dari sinilah roh kita seperti dihidupkan kembali, ada keterhubungan batin dengan-Nya. Kita menjadi kuat, menjadi tekun, menjadi dewasa. Doa adalah kewajiban setiap kita yang percaya kepada-Nya. Untuk apa kita mengaku bahwa kita adalah pengikut Yesus tetapi kita pada nyatanya tidak pernah berhubungan dengan Dia? Rata-rata dari kita mulai berdoa apabila hidup kita dilanda begitu banyak masalah. Kita mencari Dia hanya ketika hidup kita sedang susah.

Roma 12:12 mengingatkan kita kembali untuk bertekun dalam doa, sebab doa pada nyatanya memanglah napas hidup kita. Pasti kita pernah merasa tenang dan damai ketika setelah sekian lama tidak berdoa dan pada akhirnya kita memutuskan untuk berdoa lagi. Doa adalah penyambung hidup kita, dan dari doalah kita semakin dikuatkan dan didewasakan. Oleh karena itu, yuk belajar lagi! Jadikan doa sebagai irama hidup kita, jadikan doa sebagai napas hidup kita.

WHAT TO DO:
Mulai membangun kebiasaan doa hingga berdoa menjadi irama hidup kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kejadian 42-43

Card image
Renungan Pagi - 13 Januari 2024
2024-01-13 09:21:08


"Orang yang hidup dalam kebohongan hidupnya tidak akan tentram, karena sepintar-pintarnya ia menyembunyikan kebohongan, suatu saat pasti akan terbongkar juga, karenanya lebih baik hidup dengan kejujuran dari pada hidup dalam kebohongan yang pada akhirnya mendatangkan kehancuran. "Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan akan binasa."

Walaupun berkata jujur itu menyakitkan, tetaplah berkata jujur, karena lebih baik hidup dengan kejujuran dari pada hidup dalam kebohongan, kebohongan hanya akan menghancurkan diri sendiri, meskipun awalnya bisa menutupi kebohongan, namun sekali berbohong maka akan selalu berbohong untuk menutupi kebohongan sebelumnya.

Dan pada akhirnya kebohongan yang tersimpan rapat akan terbongkar juga. Firman Tuhan mengingatkan bahwa tidak ada yang tersembunyi di hadapan Tuhan. "Karena segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan segala langkah orang diawasi-Nya."
(Amsal 5:21; Amsal 19:9)

Card image
Quote Of The Day - 13 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-13 07:32:09


Pemeliharaan Allah atas kehidupan jasmani anak-anak Tuhan dimaksudkan agar mereka bisa menyelenggarakan maksud dan tujuan hidup sebagai orang percaya, yaitu mengumpulkan harta di surga dan mendahulukan Kerajaan Allah tanpa gangguan atau tanpa hambatan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 13 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-13 07:07:24


Ketika kita sungguh-sungguh mencari Tuhan, melepaskan semua dosa dan ikatan percintaan dunia, berusaha hidup suci tak bercacat tak bercela; maka kita bisa mengalami perjumpaan dengan Tuhan.

Card image
COURAGE TO TRUST - 13 Januari 2024 (English Version)
2024-01-13 07:05:03


Life is becoming more uncertain, and situations can change unexpectedly increasingly fast. In the past, changes in time required a long time and were even predictable. But now, it’s unpredictable. Many surprises can happen in life. In the political arena, we see people who were once underestimated becoming leaders and those considered significant falling and disappearing. Price fluctuations are unpredictable and undoubtedly uncontrollable. The world can change at any moment with very high speed.

Facing a world like this, people can feel fear, trembling, worry, and anxiety, and this makes someone not feel happy, feeling that there is still something disturbing their soul. They are intimidated by feelings of worry, fearing that this and that might happen later. Therefore, let us pay attention to what God teaches and trust Him. Trusting in God does not just mean believing in the power of God that can save us from various situations we do not want to experience or prevent us from various unpleasant things. It means trusting in His personality that everything God allows to happen in our lives will not harm us, will not hurt, and will not injure whatever happens.

Trusting in the person of God means we do not doubt what He allows to happen in our lives. We must believe that nothing happens in our lives by chance. Everything is under God’s control; everything is under His monitoring. The Word of God says, “I have set watchmen upon thy walls.” It means, “If there are evildoers, if there are wild beasts, if there is a calamity, if there is danger, I know.” So, what we have to do is entrust our lives to the hands of God.  Entrusting our lives into the hands of God does not only mean we can be calm because there are no serious problems, and God will surely provide what we need, but it also means following His plan in our lives.

A person should not expect to obtain a good condition if they do not entrust their life to God, with the condition of surrendering to His plan. We offer not because of helplessness so that God can support and protect—because that is already certain—but we surrender to the will of God. What does God want in this life? So, we submit, meaning, “Let Your will be done in my life, Lord.” And remember, the Word of God says, “For I know the plans I have for you,” declares the Lord, “plans to prosper you and not to harm you, plans to give you hope and a future.”

It takes courage to believe that what God does is a plan of peace and prosperity, not an accident. So, we must surrender, though it is not a simple matter. Very few people genuinely surrender their lives to God, offering themselves to fulfill God’s plan and design. It means they are not allowed to have personal visions and missions. Whatever they desire must be discussed with God. Whatever is planned must be discussed with God.

This fulfills what Jas. 4:13-14 says, “ Now listen, you who say, “Today or tomorrow we will go to this or that city, spend a year there, carry on business and make money.” Why, you do not even know what will happen tomorrow. What is your life? You are a mist that appears for a little while and then vanishes.” So, what should we do?  Everything we do, of course, we discuss with God, we have a dialogue with Him, and the principle is “if the Lord wills.”

We consider with our minds, then calculate, “It will surely be good later. I will gain profit this way, I will be happy,” but it turns out to fail, incurring losses. Of course, we pray, “Please, Lord, bless me.” Accompanied by a promise, if this succeeds, we will give a certain percentage for the work of the Lord. But actually, everything is wrapped and driven by personal ambition. We are ashamed because we fail. Why can it be like that? Because it is not discussed with God, not talked about. Not based on the statement “if the Lord wills.” We don’t care whether God agrees; we force Him to bless. And by the grace of God, He does not grant it because He knows what is best for us.

IT TAKES COURAGE TO BELIEVE THAT WHAT HE DOES IS A PLAN OF PEACE AND PROSPERITY, NOT A PLAN OF ACCIDENT.

Card image
KEBERANIAN UNTUK PERCAYA - 13 Januari 2024
2024-01-13 07:00:43


Kita melihat kehidupan makin tidak menentu. Keadaan bisa berubah tanpa diduga, dan dalam kecepatan yang makin tinggi. Kalau dulu, perubahan zaman itu memerlukan waktu lama, bahkan bisa terprediksi. Tapi sekarang, tidak terprediksi. Banyak kejutan yang bisa terjadi atau berlangsung di dalam kehidupan ini. Dalam gelanggang politik, kita melihat orang-orang yang tadinya tidak diperhitungkan menjadi pemimpin, bisa menjadi pemimpin. Orang-orang yang diperhitungkan akan menjadi orang besar, ternyata jatuh dan terhilang. Harga-harga turun naik tidak terprediksi, dan tentu juga tidak terkendali. Dunia bisa berubah setiap saat dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Menghadapi dunia seperti ini, orang bisa takut, gentar, khawatir dan cemas. Hal ini yang membuat seseorang tidak merasa bahagia, merasa masih ada sesuatu yang membuat jiwanya tidak tenang. Mereka terintimidasi dengan perasaan khawatir, takut jangan-jangan nanti terjadi ini dan itu. Untuk itu, mari kita memperhatikan apa yang Tuhan ajarkan kepada kita yaitu menaruh percaya kita kepada Tuhan. Percaya kepada Tuhan bukan hanya berarti percaya kuasa Tuhan yang dapat meloloskan kita dari berbagai keadaan yang kita tidak ingin kita alami atau dapat menghindarkan kita dari berbagai hal yang tidak menyenangkan, melainkan berarti percaya kepada Pribadi-Nya bahwa segala sesuatu yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita itu sesuatu yang tidak akan mencelakai kita, tidak akan melukai, tidak akan menyakiti; apa pun yang terjadi.

Kepercayaan kepada Pribadi Tuhan berarti kita tidak meragukan atas apa yang Allah izinkan terjadi di dalam hidup kita. Tentu kita harus percaya tidak ada sesuatu yang terjadi dalam hidup kita ini secara kebetulan. Semua ada di dalam kontrol Tuhan, semua di dalam monitoring Allah. Firman Tuhan mengatakan, “Pagar rumahmu ada di depan mata-Ku,” artinya “jika ada orang jahat, jika ada binatang buas, jika ada malapetaka, jika ada marabahaya datang, Aku tahu.” Jadi yang harus kita lakukan adalah menyerahkan hidup kita di dalam tangan Tuhan. Menyerahkan hidup di dalam tangan Tuhan bukan hanya berarti kita bisa tenang karena tidak ada masalah berat, dan Tuhan pasti memenuhi apa yang kita butuhkan, melainkan berarti mengikuti rencana-Nya di dalam hidup kita.

Seseorang jangan berharap memperoleh keadaan yang baik, kalau tidak menyerahkan hidup kepada Tuhan; dengan catatan menyerah kepada rencana-Nya. Kita menyerah bukan karena ketidakberdayaan supaya Tuhan menopang, melindungi—sebab itu sudah pasti—melainkan kita menyerah kepada kehendak Tuhan. Apa yang Allah kehendaki di dalam hidup ini. Jadi, kita menyerah, artinya “biar kehendak-Mu yang jadi di dalam hidupku, Tuhan.” Dan ingat, firman Tuhan mengatakan bahwa “Aku tahu rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu. Bukan rancangan kecelakaan, tetapi rancangan damai sejahtera.”

Di sini memang dibutuhkan keberanian untuk memercayai bahwa apa yang Dia lakukan atau apa yang Allah lakukan adalah rancangan damai sejahtera, bukan rancangan kecelakaan. Jadi, kita harus menyerah. Ini bukan hal sederhana. Kenyataannya, sangat sedikit orang yang benar-benar menyerahkan hidup kepada Tuhan; yang artinya menyerahkan dirinya untuk memenuhi rencana, rancangan Allah. Berarti dia tidak boleh memiliki visi dan misi pribadi. Sudah tidak boleh. Apa pun yang dia ingini, harus dibicarakan dengan Tuhan. Apa pun yang direncanakan, harus didiskusikan dengan Tuhan.

Dan ini memenuhi apa yang dikatakan oleh Yakobus 4:13-14, “Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung,” sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.” Lalu apa yang kita harus lakukan? Segala sesuatu yang kita lakukan, tentu kita diskusikan dengan Tuhan, kita dialogkan dengan Tuhan dan prinsipnya adalah “jika Tuhan menghendaki.”

Kita pertimbangkan dengan pikiran kita sendiri, lalu kita berhitung, “pasti nanti baik. Aku akan mendapat keuntungan begini, aku mau senang,” tapi ternyata gagal, rugi. Tentu kita berdoa, “Tolong Tuhan, berkati ya, Tuhan.” Disertai dengan janji, kalau ini sukses, kita akan memberi sekian persen untuk pekerjaan Tuhan. Tapi sebenarnya semua dibungkus dan didorong oleh nafsu ambisi pribadi. Kita malu karena gagal. Mengapa bisa begitu? Karena tidak mendiskusikannya dengan Tuhan, tidak membicarakan. Tidak didasarkan pada pernyataan “jika Tuhan menghendaki.” Kita tidak peduli Tuhan menghendaki atau tidak, bahkan kita memaksa Tuhan untuk memberkati. Dan dalam anugerah Tuhan, Tuhan tidak mengabulkannya karena Dia tahu yang terbaik bagi kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DIBUTUHKAN KEBERANIAN UNTUK MEMERCAYAI BAHWA APA YANG DIA LAKUKAN ADALAH RANCANGAN DAMAI SEJAHTERA, BUKAN RANCANGAN KECELAKAAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 Januari 2024
2024-01-13 06:56:44

Ayub 36-37

Card image
Truth Kids 12 Januari 2024 - ALLAH YANG SETIA
2024-01-12 09:49:30


Keluaran 4:14
”Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Musa dan Ia berfirman: "Bukankah di situ Harun, orang Lewi itu, kakakmu? Aku tahu, bahwa ia pandai bicara; lagipula ia telah berangkat menjumpai engkau, dan apabila ia melihat engkau, ia akan bersukacita dalam hatinya.”

Ternyata saat Musa harus melaksanakan tugasnya untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, ia merasa tidak akan bisa melakukannya. Musa berusaha menolak tugas yang dipercayakan Tuhan kepadanya. Musa menyampaikan berbagai alasan kepada Tuhan agar memilih orang lain. Hingga akhirnya Tuhan marah terhadap Musa. Tuhan memilih Harun, saudara Musa, untuk menjadi jurubicara-Nya. Harun siap melayani Tuhan dan taat kepada perintah-Nya. Harun menemani Musa memimpin bangsa Israel.

Sobat Kids, dalam hidup kita, ada satu Pribadi yang selalu setia beserta kita. Tuhan Allah tidak pernah meninggalkan kita. Saat kalian merasa sedih, takut, kecewa, terluka, dan tidak percaya diri, ingatlah bahwa ada Allah yang setia. Allah akan memberikan bantuan kepada kita.

Saat kalian harus melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas, mintalah bantuan dari Allah, Sobat Kids. Kita mau belajar dari Harun yang siap sedia saat melakukan suatu tugas. Kalian pasti bisa. Yuk, kita awali tahun baru ini dengan semangat yang baru. Dengan rasa percaya diri dan sadar bahwa Allah akan menyertai kita. Ia adalah Allah yang setia.

Card image
Truth Junior 12 Januari 2024 - WINGMAN
2024-01-12 09:46:03


Keluaran 4:14
”Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Musa dan Ia berfirman: "Bukankah di situ Harun, orang Lewi itu, kakakmu? Aku tahu, bahwa ia pandai bicara; lagipula ia telah berangkat menjumpai engkau, dan apabila ia melihat engkau, ia akan bersukacita dalam hatinya.”

Untuk melakukan sesuatu yang besar, tentu saja tidak bisa dikerjakan seorang diri. Misalnya dalam membangun sebuah kemah, bisa dilakukan oleh satu orang. Tapi untuk membangun sebuah gedung pencakar langit seperti yang bisa kita lihat di kota-kota besar, tidak mungkin pekerjaan itu dilakukan oleh satu individu manusia. Semakin besar pekerjaan yang dilakukan, semakin banyak manusia yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya.

Dalam bekerja bersama-sama, tentu tidak semua merupakan pemimpin. Hanya ada beberapa orang yang bertanggung jawab mengarahkan, mengaturkan apa saja yang harus dilakukan, lalu sebagian besar lainnya mengikuti dan menuruti apa yang diperintahkan. Dengan adanya kerja sama yang baik, maka tujuan yang ingin dicapai, bisa terwujud.

Saat Tuhan memanggil Musa untuk memimpin bangsa Israel, Musa merasa belum siap untuk menanggung beban sebesar itu. Maka, Harun dipakai Tuhan menjadi wingman (pendamping) Musa untuk melakukan hal-hal yang belum sanggup dilakukan oleh Musa. Karena ketaatan dan kerja sama dari Harun yang bersedia melakukan apa pun yang diperintahkan Tuhan kepadanya, maka Musa kemudian hari berhasil menjadi salah satu pemimpin terbesar dalam sejarah dunia.

Sobat Junior, apa pun yang Tuhan minta kita kerjakan dan lakukan, jangan sampai kita tolak. Tuhan pasti memakai kita untuk memenuhi rencana-Nya yang besar. Dan kita dengan mengambil bagian dalam pekerjaan-Nya, maka kita pasti diperhitungkan sebagai anak Allah yang layak masuk Kerajaan-Nya kelak.

Card image
Truth Youth 12 Januari 2024 (English Version) - CORAL ROCK
2024-01-12 09:40:50


"Therefore, my beloved brothers, be steadfast, immovable, always abounding in the work of the Lord, knowing that in the Lord your labor is not in vain." (1 Corinthians 15:58)

We have all seen the resilience of a rocky shore, standing firm against the crashing waves. Regardless of storms or calm seas, the rock remains in its place, holding its ground as much as possible. In his letter to the Corinthians, Paul urged the congregation to stand firm, be immovable, and continue diligently in the work of the Lord because they knew that their efforts in fellowship with the Lord would not be in vain. Paul understood that when we pursue things that please the Lord, we will not perish. There will be a reward given to us in the life to come.

A rock never blames the storm when it is fiercely battered. A leaf never blames the strong wind that makes it fall to the ground. Everything happens not just to hurt or bring us down but to mature us. We cannot blame the difficult circumstances we face. As the saying goes, "We cannot blame the heavy rain that falls, but we can dance under the rain." There is a positive aspect to any situation, and from it, we are expected to grow into maturity.

Be like a rock that is repeatedly struck by the waves and storms but remains steadfast. Do not blame the situation; instead, learn from it to become a stronger individual. Like the apostle Paul said, stand firm and do not be shaken because all our labor will not be in vain. When our time in this life is over, we will no longer fear the next reality because we already know where we will be. Will it be in eternal horror or, instead, meeting with the Beloved? Be strong like a rock, strengthen your faith, and be perfect.

WHAT TO DO:
Do not blame the situation but continue to persevere in the Lord. There are many positive things to discover if we persevere and continue to walk with Him.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Genesis 39-41

Card image
Truth Youth 12 Januari 2024 - BATU KARANG
2024-01-12 09:30:51


”Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” (1 Korintus 15:58)

Kita pasti pernah melihat batu karang di pinggiran pantai, bagaimana ia begitu kokoh diterjang ombak laut. Tidak peduli badai atau lautan sedang tenang, batu karang itu tetap pada posisinya, mempertahankan dirinya sekuat mungkin. Paulus di dalam surat Korintus mengajak jemaat saat itu untuk berdiri teguh, jangan goyah, dan terus giat di dalam pekerjaan Tuhan sebab semuanya tidak akan sia-sia. Paulus sangat paham bahwa ketika kita mengejar hal-hal yang menyenangkan Tuhan, kita tidak akan binasa. Akan ada upah yang diberikan kepada kita di kehidupan yang akan datang.

Sebuah batu karang tidak pernah menyalahkan badai ketika ia diterjang begitu keras. Sebatang daun pun tidak pernah menyalahkan angin kencang yang membuatnya gugur jatuh ke tanah. Segala sesuatu terjadi tidak hanya untuk menyakiti kita atau menjatuhkan kita, melainkan untuk mendewasakan kita. Kita tidak bisa menyalahkan keadaan sulit yang kita alami, seperti kata pepatah “Kita tidak bisa menyalahkan hujan deras yang turun, tetapi kita bisa menari di bawah hujan itu”. Ada hal positif yang bisa diambil dari sebuah keadaan, dan darinya kita diharapkan untuk menjadi dewasa.

Jadilah seperti batu karang yang diterpa berkali-kali oleh ombak lautan dan badai tetapi ia tetap berdiri kokoh. Jangan menyalahkan situasi, tetapi belajarlah dari situasi itu untuk menjadi pribadi yang lebih tangguh. Seperti kata rasul Paulus, berdirilah teguh dan jangan goyah sebab semua jerih payah kita tidak akan sia-sia. Jika suatu waktu hidup kita telah usai, kita tidak akan takut lagi dengan kenyataan yang terjadi selanjutnya, sebab kita sudah tahu kita akan berada di tempat yang mana. Apakah kita berada di kengerian abadi atau justru bertemu dengan Dia Sang Kekasih? Jadilah kuat seperti batu karang, teguhkan imanmu dan jadilah sempurna.

WHAT TO DO:
Jangan menyalahkan situasi, tetapi teruslah bertekun di dalam Tuhan. Banyak hal positif yang dapat kita temukan jika kita bertekun dan terus berjalan bersama Dia.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kejadian 39-41

Card image
Renungan Pagi - 12 Januari 2024
2024-01-12 09:25:40


Tidak ada seorang pun tahu apa yang akan terjadi pada hari esok ataupun di masa yang akan datang. Tetapi Tuhan tahu jalan hidup kita dan rancangan hari depan ada dalam Tangan-Nya. Itu sebabnya tidak perlu kuatir tentang hari esok, sebab Tuhan mengetahui apa yang kita perlukan dan setiap hari memiliki kesusahannya sendiri. "Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri."

Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. Sambutlah tahun yang baru ini dengan sukacita dan menyerahkan apa yang akan terjadi selanjutnya dalam kendali Tuhan. Dan jangan ragu menyerahkan hari esok ke dalam Tangan Tuhan dan biarkanlah DIA yang mengatur jalan hidup kita tetapi ingatlah bahwa harus berjalan dalam ketetapan-ketetapan-Nya. Terus berjuang hidup semakin menyenangkan hati Tuhan, supaya mengalami jaminan penyertaan Tuhan selama hidup di bumi ini.

"Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk selamanya."
(Ulangan 4:40; Matius 6:34)

Card image
Quote Of The Day - 12 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-12 09:20:44


Kebenaran sejati membuat kita tidak tertarik dunia lagi.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 12 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-12 09:19:17


Semua yang kita lakukan dalam hidup ini untuk menyenangkan hati Tuhan dan pergunakan setiap menit hidup kita untuk kemuliaan-Nya.

Card image
UNLIMITED SERIOUSNESS - 12 Januari 2024 (English Version)
2024-01-12 09:15:12


God, our Father, our Lord Jesus Christ, is seriously concerned with us. There is no other activity besides sustaining the universe and His cultivation for us in the reality of the existence of the universal God and our Lord Jesus Christ. Therefore, God is truly serious about dealing with us. Not only seriously but also at every moment. Hence, the Word of God says, “And we know that in all things God works for the good of those who love him, who have been called according to his purpose.” In all things, there is nothing in which God does not work.  God is serious and genuinely wants to deal with us at every moment.

Now, the issue is, how serious are we about dealing with God? Many do not believe God is alive, present, and omnipresent. Those people are not only unbelievers who are irreligious but also religious people. In our context, these Christians diligently attend church and may even become activists or pastors but allocate only a limited portion for God. So, their seriousness is also minor.  God loves us with such great, incomprehensible, and unlimited love, so we should also have unlimited seriousness in dealing with Him.

But we see that almost everyone gives a minimal quota when dealing with God. They can go all out for studies, careers, family, or business—with all their hearts, souls, minds, and strength. But not for God. They think that God will surely understand their situation. They also believe that God is just there to support their lives. So, they become religious—become Christians—only because they want to use or manipulate God. Sadly, we hear sermons that do not encourage the congregation to deal with God seriously.

How do we seriously deal with God? It is by paying attention to His business. What are God’s businesses that we should enter into and be involved with? Many people deal with God because they want to involve Him in their problems and help them with various issues; they want to use God. God is more than beneficial; God is everything.  If we deal with God, we must be willing to deal with His business, not ours.

We should seriously consider what God wants us to know, do, and fulfill.  Thus, we deal with God because we want to enter His affairs. However, many Christians think it’s normal to live in dealing with God. We see many people not experiencing God proportionally and correctly. At this opportunity, let’s seriously consider how serious we are in dealing with God.

One principle we should all adopt is, ‘God is my only world, God is my only concern, and I must enter into what concerns Him.’ And this is God’s concern; He wants to transform us into His children, children of God, not just as a status but as an existence. So,  if we call God our Father, there is a serious consequence; we must be willing to be educated by Him to have His divine nature and character.

Divine nature is, of course, holiness or purity. Not the superlative, which is the unlimited power of God related to His authority. We deal with God to absorb the truth that He provides. To absorb the Word, we must put one in our bodies. The Word enters into the flesh. Indeed, if it enters someone’s life, that person’s life becomes the Word that is demonstrated, the Word that is lived, and this is the same as living God in our lives because, fundamentally, the Word is God Himself.

We absorb the Word through sermons, sitting quietly at the feet of God, and life events where God teaches us His truths.  *If these truths are absorbed into our beings as strength and life, then we have the life of a child of God. So, it is understandable when the Bible says we are an open letter, which is good news because we are allowed to become children of God who live out the Word in our beings. The same as living God in our lives; how our lives become vessels becomes a display of the living God.  

GOD LOVES US WITH SUCH GREAT, INCOMPREHENSIBLE, AND UNLIMITED LOVE, SO, WE SHOULD ALSO HAVE UNLIMITED SERIOUSNESS IN DEALING WITH HIM.

Card image
KESERIUSAN YANG TIDAK TERBATAS - 12 Januari 2024
2024-01-12 09:09:28


Allah, Bapa kita, Tuhan kita Yesus Kristus, serius berurusan dengan kita. Tidak ada kegiatan lain di dalam kenyataan keberadaan Allah semesta alam dan Tuhan kita Yesus Kristus selain memelihara alam semesta, dan penggarapan-Nya untuk kita. Jadi, Allah benar-benar serius berurusan dengan kita. Bukan hanya serius, namun juga setiap saat. Karenanya firman Tuhan mengatakan, "Allah bekerja dalam segala hal mendatangkan kebaikan." Dalam segala hal berarti tidak ada hal di mana Allah tidak bekerja di dalamnya. Allah serius, Allah sungguh-sungguh mau berurusan dengan kita setiap saat.

Sekarang masalahnya, seberapa kita serius mau berurusan dengan Allah? Banyak orang tidak memercayai Allah itu hidup, ada, dan Maha Hadir. Bukan orang-orang kafir yang tidak beragama, melainkan orang-orang beragama. Dalam konteks kita adalah orang-orang Kristen yang rajin ke gereja, bisa-bisa menjadi aktivis, jangan-jangan malah menjadi pendeta, tetapi memberikan bagian yang terbatas untuk Tuhan. Jadi keseriusannya pun terbatas. Allah mengasihi kita dengan kasih yang begitu besar, yang tidak dapat kita mengerti dan tidak terbatas, maka mestinya kita juga memiliki keseriusan yang tidak terbatas pula dalam berurusan dengan-Nya.

Tetapi kita melihat hampir semua orang memberikan kuota yang sangat kecil dalam hal berurusan dengan Tuhan. Untuk studi, karier, rumah tangga, atau bisnis, mereka bisa all out—segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan—tetapi untuk Tuhan, tidak. Dia pikir, Tuhan pasti akan memaklumi keadaannya. Dia juga pikir, Tuhan hanya menopang hidup. Sehingga mereka menjadi orang beragama—menjadi orang Kristen—hanya karena mau memanfaatkan atau memanipulasi Tuhan. Dan sedihnya, kita mendengar khotbah-khotbah yang tidak mengarahkan jemaat serius berurusan dengan Allah.

Bagaimana kita serius berurusan dengan Allah? Yaitu kalau kita serius memperhatikan urusan-Nya. Apa urusan Tuhan agar kita masuk dan terlibat di dalamnya? Banyak sekali orang yang berurusan dengan Tuhan karena mau menarik Tuhan di dalam masalahnya, untuk menolong hidupnya dalam berbagai masalah; mau memanfaatkan Tuhan. Sebenarnya Tuhan lebih dari bermanfaat, lebih dari berguna, Tuhan itu segalanya. Tetapi kalau kita berurusan dengan Tuhan berarti kita mau berurusan dengan urusan-Nya. Bukan urusan kita, bukan bisnis kita.

Maka mestinya kita sungguh-sungguh memperkarakan apa yang Tuhan kehendaki untuk kita tahu, apa yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan, apa yang Tuhan kehendaki untuk kita tunaikan. Jadi, kita berurusan dengan Tuhan karena kita mau masuk di dalam urusan Tuhan. Namun, banyak orang Kristen berpikir hidup berurusan dengan Tuhan itu wajar-wajar saja. Kita melihat banyak orang tidak mengalami Tuhan secara proporsional dan benar. Pada kesempatan ini mari kita memperkarakan seberapa serius kita mau berurusan dengan Tuhan.

Satu prinsip yang harus bersama kita kenakan, 'Tuhan adalah satu-satunya duniaku, Tuhan adalah satu-satunya persoalanku dan aku harus masuk pada apa yang menjadi persoalan Tuhan.' Dan inilah persoalan Tuhan, Ia ingin mengubah kita menjadi anak-anak-Nya; anak-anak Allah bukan hanya sekadar status, namun sebuah keberadaan. Jadi kalau kita memanggil Allah itu Bapa, di dalam hal ini ada konsekuensi yang serius, yaitu kita harus bersedia untuk dididik Bapa. Agar kita dapat memiliki sifat, karakter, kodrat Bapa, kodrat ilahi, divine nature.

Kodrat ilahi tentunya adalah kekudusan atau kesucian. Bukan superlatifnya, yaitu kekuasaan Tuhan yang tidak terbatas terkait dengan kuasa-Nya. Tetapi kita berurusan dengan Tuhan untuk menyerap kebenaran yang Allah sediakan. Untuk menyerap Firman yang harus kita kenakan dalam tubuh kita. Firman itu masuk ke dalam daging. Dan tentu kalau masuk dalam kehidupan seseorang, maka kehidupan seseorang menjadi Firman yang diperagakan, Firman yang dihidupi. Hal ini sama dengan menghidupkan Allah di dalam hidup kita. Karena pada dasarnya Firman itu adalah Allah sendiri.

Kita menyerap Firman melalui khotbah, duduk diam di kaki Tuhan, dan peristiwa-peristiwa hidup di mana Tuhan mengajar kita kebenaran-kebenaran-Nya. Dan kalau kebenaran-kebenaran itu kita serap menjadi kekuatan dan kehidupan di dalam diri kita, maka kita memiliki kehidupan seorang anak Allah. Jadi bisa dipahami kalau Alkitab berkata bahwa kita ini adalah surat yang terbuka. Ini kabar baik, karena kita diperkenan menjadi anak-anak Allah yang menghidupkan Firman di dalam diri kita. Yang sama dengan menghidupkan Tuhan di dalam hidup kita; bagaimana hidup kita menjadi wadah, menjadi peraga dari Allah yang hidup.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ALLAH MENGASIHI KITA DENGAN KASIH YANG BEGITU BESAR, YANG TIDAK DAPAT KITA MENGERTI DAN TIDAK TERBATAS, MAKA MESTINYA KITA JUGA MEMILIKI KESERIUSAN YANG TIDAK TERBATAS DALAM BERURUSAN DENGAN-NYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 12 Januari 2024
2024-01-12 08:28:21

Ayub 32-34

Card image
Truth Kids 11 Januari 2024 - KASIH SEORANG IBU
2024-01-11 09:33:47


Keluaran 3:10
”Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir.”

Ibu yang melahirkan seorang anak pasti bahagia ketika melihat anaknya lahir sehat dan selamat. Setiap ibu juga pasti mempersiapkan berbagai perlengkapan yang dibutuhkan oleh bayi yang baru lahir. Setiap ibu menginginkan anaknya baik-baik saja, tidak ada bahaya yang menimpa anaknya. Apalagi kalau sampai berpisah darinya. Keadaan yang demikian tidak terjadi pada ibu Yokhebed.

Yokhebed melahirkan seorang anak laki-laki. Selain merasa bahagia, ia juga sangat takut. Ia menyembunyikan bayinya selama tiga bulan, tetapi ia tidak dapat menyembunyikan lebih lama lagi karena anak itu bertumbuh dan suara tangisannya bertambah kencang. Jika terdengar oleh prajurit dan diketahui oleh raja yang berkuasa, anaknya akan dibunuh. Dengan segala cara, ibu Yokhebed berusaha menyelamatkan anak laki-lakinya. Hingga akhirnya putri Firaun menemukan peti pandan yang berisi bayi laki-laki. Putri Firaun mengangkatnya menjadi anaknya dan menamainya Musa. Musa terus bertumbuh menjadi orang yang Tuhan pimpin untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir.

Sobat Kids, Tuhan memelihara dan mempersiapkan Musa untuk melakukan tugas besar. Musa bertugas memimpin umat-Nya keluar dari Mesir dan masuk tanah Kanaan. Tuhan juga memiliki rencana khusus untuk masing-masing kalian, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 11 Januari 2024 - MUSA
2024-01-11 09:30:26


”Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir.”

Apakah kalian masih ingat cerita tentang bayi Musa, Sobat Junior? Musa lahir di saat Firaun membuat peraturan untuk membunuh semua bayi laki-laki keturunan orang Ibrani. Berkat pemeliharaan Tuhan, bayi Musa berhasil diselamatkan, bahkan bisa tinggal di istana Firaun untuk beberapa saat.

Sobat Junior, apa pun kesedihan yang kalian alami saat kalian kecil, ingatlah bahwa Tuhan tetap memelihara kita. Semoga kalian tidak ada yang mengalami seperti bayi Musa yang harus disembunyikan di sungai agar tetap bisa hidup. Mungkin kalian mengalami kesulitan yang berbeda, baik dulu maupun saat ini. Tetapi Tuhan yang kita sembah masih sama, dari dahulu, zaman Perjanjian Lama, hingga sekarang, dan sampai selama-lamanya.

Tuhan tetap memiliki kuasa yang sama. Ia akan memelihara kita. Seperti Tuhan menyertai di tahun yang baru saja lewat, pasti Tuhan akan menyertai kita di tahun yang baru ini. Tuhan akan menyertai kita melewati hari demi hari, asalkan kita terus berada di jalan-Nya. Sama seperti Musa yang disertai Tuhan, kita pun akan disertai Tuhan, Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 11 Januari 2024 (English Version) - MOVE FORWARD!
2024-01-11 09:22:33


"Do not be weary in doing good, for in due season, we will reap if we do not give up." (Galatians 6:9)

How many of us still enjoy looking back and feeling sorrowful when recalling our past mistakes? There's nothing wrong with reflecting on those times, but we shouldn't become too fixated on those errors, hindering our spiritual growth. Looking at the past, we can take the lesson that says, "I will not make the same mistake again." However, some of us continue to dwell on past sins, thinking that we are sinful and unworthy to strive for a perfect life like Jesus. Let's change this way of thinking. If we constantly dwell on the mistakes of the past, we will never be able to move forward. After all, who in this world has never sinned? Even the twelve disciples of Jesus made mistakes.

If we keep drowning in past mistakes, eventually the world will be filled with people regretting their lives. Let's give ourselves positive affirmation that we have been redeemed by the blood of Jesus Christ, and therefore, we have the opportunity to fight again. Do not be weary in doing good, following His will, and thinking about all that is noble. The time will come when we will reap what we have been striving for. Someday, we will not regret having tried to move beyond the regrets of the past. We must continue to strive and exert all our strength to obtain a life focused only on Him. Let's move forward! There will be a beautiful future in eternity when our eyes are fixed on Him.

WHAT TO DO:
Don't keep drowning in past sins because there is a beautiful future in eternity, where we will meet Him face to face.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Genesis 36-38

Card image
Truth Youth 11 Januari 2024 - MOVE FORWARD!
2024-01-11 09:19:36


”Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.” (Galatia 6:9)

Berapa banyak dari kita yang masih suka melihat dan bersedih ketika mengingat kesalahan kita di masa lalu? Tidak ada yang salah dengan flashback ke masa-masa itu, hanya saja jangan sampai kita terlalu terpaku pada kesalahan saat itu sehingga pertumbuhan iman kita terhambat. Dengan melihat masa lalu, kita sebenarnya dapat mengambil pelajaran bahwa “Aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi." Namun, tidak sedikit juga dari kita yang terus mempermasalahkan dosa masa lalu sebagai embel-embel bahwa kita adalah orang yang berdosa dan tidak layak lagi memperjuangkan hidup sempurna seperti Yesus. Teman-teman, ayo kita mengubah cara berpikir seperti ini. Jika kita terus mempermasalahkan betapa kotornya diri kita di masa lalu, akhirnya kita tidak akan pernah bisa untuk maju. Memangnya, siapa sih di dunia ini yang tidak pernah berbuat dosa? Bahkan kedua belas murid Yesus pun pernah kok melakukan dosa.

Jika kita terus-terusan tenggelam dalam kesalahan masa lalu, maka pada akhirnya dunia ini hanya akan diisi oleh orang-orang yang menyesal akan hidupnya. Coba deh, kita memberikan afirmasi positif untuk diri kita bahwa kita sudah ditebus oleh darah Yesus Kristus dan oleh karena itu kita memiliki kesempatan untuk dapat berjuang kembali. Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, melakukan kehendak- Nya, dan memikirkan segala yang mulia. Waktunya akan tiba, di mana kita menuai apa yang sudah selama ini kita perjuangkan. Suatu saat nanti, kita tidak akan menyesal karena telah mencoba keluar dari penyesalan masa lalu. Kita harus terus berjuang dan mengerahkan segala kekuatan kita untuk memeroleh kehidupan yang terfokus hanya pada-Nya. Yuk, moving forward! Akan ada masa depan yang indah di kekekalan ketika mata kita tertuju pada-Nya.

WHAT TO DO:
Jangan terus tenggelam pada dosa masa lalu, sebab ada masa depan yang indah di kekekalan, tempat kita bertemu dengan-Nya muka dengan muka.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kejadian 36-38

Card image
Renungan Pagi - 11 Januari 2024
2024-01-11 09:16:18


"Hidup yang berkemenangan bukanlah ketika kita tidak pernah punya masalah, seluruh kehidupan penuh dengan kemewahan dan kita tidak perlu berjuang untuk hidup benar, tetapi hidup berkemenangan adalah ketika tetap tinggal dalam Firman-Nya, hidup menjadi murid Kristus yang meneladani hidup-Nya. Menjadi murid berarti kita harus terus belajar dan mau diajar oleh Tuhan sampai mengetahui apakah Kebenaran dan Kebenaran itulah yang akan memerdekakan.

Merdeka dari perhambaan dosa dan merdeka dari ikatan kedagingan serta semua keinginan-keinginan duniawi. "Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."

Ketika kebenaran itu memerdekakan hidup kita sehingga tidak lagi menjadi budak dosa tetapi hamba kebenaran, kita tidak lagi hidup dalam daging tetapi dalam Roh serta tidak lagi terikat pada kesenangan duniawi tetapi hidup menyenangkan hati Tuhan, itulah arti sesungguhnya dari hidup berkemenangan di dalam Tuhan.
(Yohanes 8:31-32)

Card image
Quote Of The Day - 11 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-11 09:13:56


Allah tidak akan mempermalukan orang-orang yang memuliakan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 11 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-11 09:10:37


Hidup kita milik Tuhan. Dia telah menebus dosa kita dengan harga yang lunas dibayar yaitu mati dikayu salib, karenanya fokus hidup kita hanya Tuhan.

Card image
DARE TO RELEASE Attachment - 11 Januari 2024
2024-01-11 09:08:15


James 4:4 says, “You adulterous people, don’t you know that friendship with the world means enmity against God? Therefore, anyone who chooses to be a friend of the world becomes an enemy of God.”

Now, the question is, what is true loyalty? According to James 4:4,  steadfast loyalty to Christ is a heart that loves the Lord. No distortion, no hindrance. On the other hand, enmity with God occurs when someone loves the world. The problem is that many Christians feel it is acceptable. However, it’s not just about what is allowed or not allowed—everything we do should be grounded in our love for God. Otherwise, we hurt God and rebel against Him.

But the reality we see today is that almost everyone feels entitled to have desires and possessions without considering whether they are based on a heart that loves God or specific items. And this is difficult, so that’s why, since ancient times, some of Jesus’ disciples withdrew, and people who followed Jesus began to leave Him. They said to one another, “If that’s the case, who can be saved?” So, if we see many Christians’ feeling not difficult about entering heaven because they believe in Jesus as Lord and Savior, it is misleading. The ones who enter heaven are those who love God.

It is impossible for someone who does not love God to enter heaven, and those who love God are those who do not love the world and who are not friends with it. So, what does it mean to be friends with the world? When someone feels they can find happiness in the facilities of this world, they betray the Lord. Jesus also said, “If you do not give up everything you have, you cannot be My disciple.” This is true Christianity. Referring to this principle, we think we are not yet as God desires. Thank God for forgiving our sins and allowing us to be changed by Him. So,  disloyalty is when we still open the door of our hearts to enjoy this world, and we’ve been doing this for years without feeling guilty. Pleasure here and there, various hobbies. It shouldn’t be like that.

Gratefully, through many life problems, we receive God’s mercy and are transformed into what we are today.  One thing that makes us change is when we dare to leave certain hobbies that have bound us for years. So, if God does not drive our zest for life, that is betrayal. We used to think it was normal, but it’s not; “So whether you eat or drink or whatever you do, do it all for the glory of God.” Indeed, this seems impossible, but one day, when we meet God and see His glory, we realize He is worthy of worship.

True loyalty is marked by not being friends with the world. Not being friends with the world is characterized by not finding happiness in this world. Only God can make us happy, nothing else. So, anyone who makes themselves a friend of the world is an enemy of God. That’s why, when Jesus was tempted by the Devil and shown the world’s wealth, Jesus refused and said, “Worship the Lord your God, and serve him only.” Life becomes enjoyable when we reach this level. Indeed, for some people, it sounds excessive. But this is the standard.

True loyalty is marked by having nothing in our hearts except God and His Kingdom. When we face God later, we face Him with complete and wholehearted love. There is no more pleasure in our lives. Everything has been let go. Our passion is only God, which becomes our delight or happiness. So, let’s not be found disloyal. There is no attachment in our lives, including our attachment to our life problems. Our attachment is only to God. Don’t let us be trapped in issues until we make problems our idols. 

We must truly direct ourselves to God and make Him everything. God will test our loyalty by allowing us to enjoy the world, pleasures, and sins. We are tested by people who slander us, ruin our reputation, and assassinate our character.  The opportunity to sin is a chance to prove loyalty if we do not commit it. When we reject the desires of the flesh, it hurts, but we live our loyalty to God there.

  ONE THING THAT MAKES US CHANGE IS WHEN WE DARE TO RELEASE ATTACHMENTS TO THE WORLD THAT HAVE BOUND US FOR YEARS.

Card image
BERANI MELEPASKAN KETERIKATAN - 11 Januari 2024
2024-01-11 07:50:54


Yakobus 4:4, “Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.”

Sekarang pertanyaannya, apakah kesetiaan yang sejati itu? Sesuai dengan apa yang dikatakan dalam Yakobus 4:4, ternyata kesetiaan yang sejati kepada Kristus adalah hati yang mencintai Tuhan. Tidak ada distorsi, tidak ada penghalang. Sedangkan permusuhan dengan Allah terjadi ketika seseorang mencintai dunia. Masalahnya, banyak orang Kristen merasa itu wajar. Padahal, bukan tidak boleh ini dan itu—namun juga bukan selalu boleh—melainkan segala sesuatu yang kita lakukan, landasannya adalah karena kita mengasihi Tuhan. Kalau tidak, kita menyakiti Tuhan, kita memberontak.

Tetapi kenyataan yang kita lihat hari ini, hampir semua orang merasa berhak punya keinginan, memiliki barang ini dan itu tanpa memedulikan apakah ini didasarkan pada hati yang mengasihi Tuhan atau barang tertentu. Inilah sulitnya, maka dari sejak dulu, murid Yesus ada yang mengundurkan diri dan orang yang mengikut Yesus mulai meninggalkan-Nya. Mereka berkata satu dengan yang lain, “Jika demikian, “siapa yang diselamatkan?” Jadi kalau sekarang kita melihat banyak orang Kristen merasa mudah masuk surga karena percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat masuk surga, itu penyesatan. Sebab orang yang masuk surga adalah orang yang mengasihi Allah.

Tidak mungkin orang yang tidak mengasihi Allah dapat masuk surga. Dan orang yang mengasihi Allah adalah orang-orang yang tidak mencintai dunia, tidak bersahabat dengan dunia. Lalu, apa itu bersahabat dengan dunia? Ketika seseorang merasa bisa dibahagiakan oleh fasilitas dunia ini, dia berkhianat kepada Tuhan. Yesus pun berkata, “Kalau kamu tidak melepaskan dirimu dari segala milikmu, kamu tak dapat jadi murid-Ku.” Ini Kristen yang benar. Mengacu pada prinsip ini, kita jadi berpikir, rasanya kita belum seperti yang Allah kehendaki. Syukur Tuhan masih mengampuni dosa kita, dan memberi kesempatan untuk diubahkan oleh Tuhan. Jadi, ketidaksetiaan adalah ketika kita masih membuka pintu hati untuk menikmati dunia ini. Dan itu yang kita lakukan selama bertahun-tahun tanpa merasa berdosa. Kesenangan ini, kesenangan itu, hobi ini, hobi itu. Mestinya tidak demikian.

Bersyukur melewati banyak masalah hidup, kita mendapatkan kemurahan Tuhan, kita diubahkan menjadi seperti kita hari ini. Salah satu yang membuat kita diubahkan Tuhan adalah ketika kita berani meninggalkan hobi-hobi tertentu yang selama bertahun-tahun mengikat kita. Maka, jika kita punya gairah hidup bukan digerakkan oleh Tuhan, itu pengkhianatan. Dulu kita pikir itu biasa. Ternyata bukan begitu; “Baik kamu makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah.” Memang ini seperti mustahil. Tapi kalau suatu hari kita bertemu dengan Tuhan, kita melihat keagungan Tuhan, baru kita tahu bahwa Dia layak disembah.

Kesetiaan yang sejati ditandai dengan tidak bersahabat dengan dunia. Tidak bersahabat dengan dunia ditandai dengan tidak dapat dibahagiakan oleh dunia ini. Yang dapat membahagiakan kita hanya Tuhan. Tidak ada yang lain. Maka, siapa yang menjadikan dirinya sahabat dunia, dia memusuhi Allah. Jadi kita mengerti mengapa ketika Yesus dicobai oleh Iblis, ditunjukkan kepada-Nya kekayaan dunia, Yesus menolak dan berkata, “Kamu harus menyembah Tuhan, Allahmu. Dan hanya kepada Dia saja kamu berbakti.” Hidup ini menjadi asyik, kalau kita sampai pada level ini. Memang bagi orang tertentu kedengarannya berlebihan. Tapi ini standar.

Kesetiaan yang sejati ditandai dengan tidak adanya sesuatu di hati kita, kecuali Tuhan dan Kerajaan-Nya. Waktu kita menghadap Tuhan nanti, kita menghadap dengan cinta yang bulat dan utuh. Tidak ada lagi kesenangan dalam hidup kita. Semua telah kita lepaskan. Makanya, gairah hidup kita hanya Tuhan. Dan ini menjadi kesukaan atau kebahagiaan kita. Jadi, jangan sampai kita didapati tidak setia. Tidak ada keterikatan apa pun di dalam hidup kita. Keterikatan kita hanya dengan Tuhan. Termasuk keterikatan kita dengan masalah hidup yang kita hadapi. Jangan sampai kita terjebak dengan masalah, sampai kita memberhalakan masalah.

Kita harus benar-benar mengarahkan diri ke Tuhan dan menjadikan Tuhan segalanya dalam hidup ini. Dan Tuhan akan menguji kesetiaan kita dengan memberi kesempatan menikmati dunia, kesenangan, dan dosa. Kita diuji dengan orang-orang yang memfitnah, merusak nama baik kita, membunuh karakter kita. Kesempatan berbuat dosa merupakan kesempatan untuk membuktikan kesetiaan, yaitu jika kita tidak melakukan dosa tersebut. Waktu kita menolak keinginan daging, sakit. Tapi di situ kita menghayati kesetiaan kita kepada Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SALAH SATU YANG MEMBUAT KITA DIUBAHKAN TUHAN ADALAH KETIKA KITA BERANI MELEPASKAN KETERIKATAN DENGAN DUNIA YANG SELAMA BERTAHUN-TAHUN MENGIKAT KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 Januari 2024
2024-01-11 07:45:58

Ayub 29-31

Card image
Truth Kids 10 Januari 2024 - MENGAMPUNI
2024-01-10 09:47:46


Kejadian 50:17
Beginilah harus kamu katakan kepada Yusuf: "Ampunilah kiranya kesalahan saudara-saudaramu dan dosa mereka, sebab mereka telah berbuat jahat kepadamu. Maka sekarang, ampunilah kiranya kesalahan yang dibuat hamba-hamba Allah ayahmu." Lalu menangislah Yusuf, ketika orang berkata demikian kepadanya.

Sobat Kids, ada anak muda yang selalu membantu ayahnya. Anak laki-laki ini menjaga kawanan kambing domba. Ia adalah Yusuf, anak ke-11 Yakub. Karena ketaatan dan sikap bertanggung jawab, Yakub memberikan Yusuf jubah yang sangat indah.

Pada suatu hari Yakub menyuruh Yusuf mencari saudara-saudaranya. Dengan rasa senang hati, Yusuf melakukannya. Namun, saat melihat Yusuf dari jauh, saudara-saudaranya berencana jahat terhadap Yusuf. Mereka menjual Yusuf ke tempat yang jauh dari rumah.

Puluhan tahun berlalu. Suatu ketika, ada kelaparan besar. Orang-orang dari jauh berdatangan ke Mesir untuk membeli bahan makanan dari Yusuf. Ia menjadi penguasa di Mesir. Saudara-saudara Yusuf pun datang untuk membeli bahan makanan. Mereka tidak mengenali Yusuf. Walaupun telah mengalami pengalaman buruk, Yusuf mau mengampuni mereka.

Sobat Kids, sifat mengampuni yang dimiliki Yusuf, sudah terlatih dari kecil. Yusuf memilih mengampuni daripada mendendam. Yusuf bersyukur, Tuhan membawanya menjadi pemimpin di Mesir. Yusuf bukan saja menolong saudara-saudaranya, tetapi seluruh bangsanya. Ingat, ya, Sobat Kids, saat kalian memiliki kesulitan, itu latihan agar kalian dapat menjadi berkat bagi orang lain.

Card image
Truth Junior 10 Januari 2024 - M E N G A M P U N I
2024-01-10 09:46:00


Kejadian 50:17
Beginilah harus kamu katakan kepada Yusuf: "Ampunilah kiranya kesalahan saudara-saudaramu dan dosa mereka, sebab mereka telah berbuat jahat kepadamu. Maka sekarang, ampunilah kiranya kesalahan yang dibuat hamba-hamba Allah ayahmu." Lalu menangislah Yusuf, ketika orang berkata demikian kepadanya.

“Awas, ya! Pasti aku balas!” ujar Tono dengan nada tinggi karena kesal atas kelakuan kakaknya. “Udah… balas saja! Kan, dia yang cari gara-gara duluan! Biar dia tahu rasa!” usul teman-teman Edo. Apakah Sobat Junior pernah mengalami hal yang sama seperti dua contoh kalimat di atas? Hal itu mungkin merupakan hal yang biasa bagi anak-anak dunia. Sah-sah saja jika membalas perbuatan jahat seseorang, bahkan kalau bisa, lebih kejam. Tetapi bukan seperti itu yang Tuhan ajarkan kepada kita.

Hari ini kita mau belajar dari tokoh Yusuf. Pasti Sobat Junior sudah pernah mendengar kisah Yusuf. Mulai dari ketika ia menjadi anak kesayangan ayahnya, diberikan jubah maha indah, hingga akhirnya dijual oleh saudara-saudaranya. Bayangkan, saudara kandung sendiri menjual Yusuf untuk dijadikan budak di negeri asing. Pasti Yusuf sangat sakit hati karena perbuatan saudara-saudaranya itu.

Kesulitan yang ia alami tidak sampai situ saja. Yusuf pernah mengalami masuk penjara walaupun dia tidak bersalah. Namun, apakah Yusuf membalas perbuatan jahat orang-orang yang merugikan dan membuatnya menderita?

Saat saudara-saudara Yusuf datang untuk membeli bahan makanan karena persediaan makanan di negerinya habis, Yusuf tetap membantu mereka. Bahkan, Yusuf memberikan bahan makanan, ternak, dan hasil yang terbaik dari Mesir untuk keluarga yang telah mengkhianatinya.

Sobat Junior, kita adalah anak-anak Allah, jadi sudah seharusnya kita tidak mengikuti cara dunia. Kita harus mengikuti teladan yang Tuhan berikan melalui tokoh-tokoh yang ada di Alkitab, khususnya tokoh Yusuf. Yuk, kita ampuni orang lain dengan tulus.

Card image
Truth Youth 10 Januari 2024 (English Version) - CHOICES
2024-01-10 09:42:35


"Do not be slothful in zeal, be fervent in spirit, serve the Lord." (Romans 12:11)

Throughout human life, choices will always be present. From small choices like what to eat today to significant decisions like where to pursue our education or who to choose as a life partner. Yet, beyond these, there are numerous seemingly inconsequential choices that have a tremendous impact on our lives. These choices determine our fate in the afterlife. What is in our minds, feelings, and even behaviors, are they all aligned with what is owned by God? It may seem trivial, but these three aspects will determine our eternal value—where will we go when we depart from this world?

Perhaps making one or two wrong choices doesn't have a significant impact, but if left unchecked, it becomes a life rhythm, making us comfortable doing it every day. Consequently, we may not choose the path that pleases Him. We choose to deviate left and right, our eyes are not focused on Him and His kingdom. Romans 12:11 clearly emphasizes not to be slothful in our zeal, meaning we must continue to strive and force ourselves to make our life rhythm the right rhythm. We must wisely choose our life path by aligning it with what God desires. Remember, our current choices will impact our eternal life. Adopt the mindset that the world is not our home; thus, we will consider everything we do in His presence. Live for tomorrow, choose everything that has eternal value, and do everything only for God.

WHAT TO DO:
1. Adopt the mindset that the world is not our home but the kingdom of heaven.
2. Choose things that have eternal value; do not deviate to the right and left.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Genesis 32-35

Card image
Truth Youth 10 Januari 2024 - CHOICES
2024-01-10 09:40:21


"Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11).

Sepanjang hidup manusia, yang namanya pilihan akan selalu ada. Baik pilihan-pilihan kecil seperti makan apa hari ini? Hingga pilihan-pilihan besar seperti akan mengenyam pendidikan di mana kita nanti? Siapa yang akan kita pilih menjadi pasangan hidup? Namun lebih dari itu, sebenarnya banyak sekali pilihan-pilihan yang tampak tidak begitu berdampak, tetapi ternyata pengaruhnya sangat besar dalam hidup kita. Pilihan-pilihan inilah yang akan menentukan nasib kita di kehidupan yang akan datang setelah kita meninggalkan dunia. Apa yang ada di dalam pikiran kita, perasaan, bahkan perilaku, apakah semuanya sudah sejajar dengan yang dimiliki oleh Allah? Nampak sepele memang, seperti tidak terlalu berdampak, tetapi sesungguhnya ketiga aspek inilah yang akan menentukan nilai kekal kita, akan pulang ke mana kita nanti?

Mungkin satu-dua kali salah memilih tidak berpengaruh begitu besar, tetapi jika dibiarkan itu akan menjadi sebuah irama hidup dan membuat kita nyaman melakukannya setiap hari. Alhasil, kita tidak memilih pilihan yang membuat kita berkenan di hadapan-Nya. Kita memilih untuk menyimpang ke kiri dan kanan, mata kita tidak tertuju pada-Nya dan Kerajaan-Nya. Roma 12:11 dengan jelas menekankan agar jangan kerajinan kita kendor, artinya kita harus terus berjuang dan memaksa diri kita agar irama hidup kita menjadi irama hidup yang benar. Kita harus bijak memilih jalan hidup kita sendiri dengan menyelaraskannya dengan apa yang diinginkan oleh Allah. Ingat, pilihan kita saat ini akan berdampak pada kehidupan kekal kita nanti. Milikilah pola pikir bahwa dunia bukan rumah kita, dengan begitu kita akan memperhitungkan segala yang kita lakukan di hadapan-Nya. Hiduplah untuk hari esok, pilihlah segala sesuatu yang bernilai kekal, dan lakukanlah semua hanya untuk Allah.

WHAT TO DO:
1. Memiliki pola pikir bahwa dunia bukan rumah kita, melainkan Kerajaan Sorga
2. Memilih hal-hal yang bernilai kekal, jangan menyimpang ke kanan dan kiri

BIBLE MARATHON:
▪︎Kejadian 32-35

Card image
Renungan Pagi - 10 Januari 2024
2024-01-10 09:33:15


Iman yang benar adalah ketaatan melakukan kehendak Allah, tanpa bertanya, walaupun belum mengerti maksud-Nya, taat saja dan tetap percaya, kita berusaha menyenangkan hati Tuhan, dan pada akhirnya mendapat perkenanan Tuhan adalah tujuan satu-satunya dari iman. "Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia."

Jadi untuk mendapat perkenanan Tuhan, kita perlu memiliki iman yang benar, memercayai Tuhan secara benar. Percaya kepada Tuhan berarti menyerahkan diri kepada Pribadi yang dipercayai, dan itu berarti tunduk dalam kedaulatan-Nya. Jangan mengatur Tuhan tapi biarkanlah diri kita diatur oleh Tuhan, dan Tuhan hanya mau mengatur dan menetapkan langkah-langkah hidup kita, jika berusaha hidup berkenan kepada-Nya. "TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya."
(Ibrani 11:6; Mazmur 37:23)

Card image
Quote Of The Day - 10 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-10 09:31:02


Orang pertama yang harus kita perjuangkan untuk kita menangkan adalah diri kita sendiri.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 10 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-10 09:29:04


Kita harus sungguh-sungguh mau selalu mengoreksi diri. Jangan menunda pertobatan, jangan menunda meninggalkan semua kebiasaan hidup yang tidak sesuai kehendak Allah dan yang mendukakan hati Allah.

Card image
THE DEVIL'S PATTERN - 10 Januari 2024 (English Version)
2024-01-10 09:24:25


One thing to always remember is that Allah desires us to remain faithful until the end. Only those who remain faithful until the end are granted entry into paradise. This is what makes Apostle Paul write in 2 Corinthians 11:3-4, “But I am afraid that just as Eve was deceived by the serpent’s cunning, your minds may somehow be led astray from your sincere and pure devotion to Christ. For if someone comes to you and preaches a Jesus other than the Jesus we preached, or if you receive a different spirit from the Spirit you received, or a different gospel from the one you accepted, you put up with it easily enough.”

The question we must ask ourselves is whether, in the eyes of the Lord, we have been judged faithful or not. If yes, how faithful have we been to the Lord? Is our faithfulness to the Lord today a true faithfulness acknowledged by Him? Be cautious, lest when we close our eyes and face the Lord, He says, “You have not been faithful to Me.” Because it turns out we don't have the faithfulness that Allah desires or it doesn't align with Allah's will. It's frightening! Let's seek wisdom from the Lord, ask for enlightenment, whether the faithfulness we possess today is genuine.

In the above verse, one can imagine when Adam and Eve ate the fruit, their eyes were opened, they realized their nakedness, and then regret surfaced. The consequences of Adam and Eve's mistake were so severe. They surely regretted, but their regret didn't change the situation. Everything was ruined, irreparable, like shattered crystal. We should ensure this doesn't happen in our lives. So, it's not without reason that Paul says, “I am afraid that just as Eve was deceived by the serpent’s cunning, your minds may somehow be led astray from your sincere and pure devotion to Christ.” This should be seriously questioned.

Because, without realizing it, we are directed to pick the forbidden fruit, and it happens. Many sins are committed without planning. When the sin is committed, then comes regret, but the regret doesn't alter the outcome. Like a crystal breaking. Hence, it shouldn't happen in our lives. So it's not without reason that Paul says, “I am afraid that just as Eve was deceived by the serpent’s cunning, your minds may somehow be led astray from your sincere and pure devotion to Christ.” This should be seriously questioned.

Because, without realizing it, we are directed to pick the forbidden fruit, and it happens. Many sins are committed without planning. When the sin is committed, then comes regret, but the regret doesn't alter the outcome. Like a crystal breaking. Hence, it shouldn't happen in our lives. So it's not without reason that Paul says, “I am afraid that just as Eve was deceived by the serpent’s cunning, your minds may somehow be led astray from your sincere and pure devotion to Christ.” This should be seriously questioned.

We need loyalty and perseverance to come before the Lord; to pray, interact, and worship God. It should be done diligently and faithfully. Meeting God in prayer increases our sensitivity. When the devil directs us towards wrong steps, leading to rebellion or disloyalty to God, we can detect it early.

We must realize that we face an experienced serpent that has been around for billions of years. It is undoubtedly more intelligent than humans, surpassing human understanding. Without the help of the Holy Spirit, we will surely fall. Therefore, we pray for God's protection. First, from the powers of darkness. Second, from our old selves. Third, from the evil influences of the world around us. Fourth, from disasters and calamities. Fifth, from those with ill intentions towards us. Only God can help us through the Holy Spirit. If we are not led by the Holy Spirit, the devil can bring us down. But if we are led by the Holy Spirit, He will guide us. So when we are heading towards a fall, the Holy Spirit will remind us, “Be cautious.”

If someone doesn't pray correctly, doesn't take personal time to fellowship with God, refuses to study the Word properly, they will undoubtedly go astray. Many Christians fall into the trap of dark forces due to various distractions and pleasures, the offers that Satan provides. In essence, we can say, “No, I choose only the Lord and the Kingdom of the Lord.” If we are not firm in saying “no,” we will be drawn into his pattern. So, let's be thankful that we are still aware so that we don't get trapped in the cunning of the Devil.

IF WE ARE NOT FIRM IN SAYING "NO" TO THE DEVIL'S OFFERS, WE WILL BE DRAWN INTO HIS PATTERN.

Card image
POLA PERMAINAN IBLIS - 10 Januari 2024
2024-01-10 09:17:55


Ada satu hal yang harus selalu kita ingat bahwa Allah menginginkan agar kita tetap setia sampai akhir. Sebab hanya orang yang setia sampai akhir, yang diperkenan masuk surga. Inilah yang membuat Rasul Paulus dalam 2 Korintus 11:3-4 menulis, “Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya. Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain daripada yang telah kamu terima atau Injil yang lain daripada yang telah kamu terima.”

Pertanyaan yang harus kita ajukan kepada diri kita sendiri adalah apakah di mata Tuhan kita sudah dinilai setia atau belum? Kalau iya, seberapa kita telah setia kepada Tuhan? Apakah kesetiaan kita kepada Tuhan hari ini adalah kesetiaan yang benar yang diakui Tuhan? Hati-hati, jangan sampai ketika kita menutup mata dan menghadap Tuhan, Tuhan berkata, “Kamu tidak setia kepada-Ku.” Karena ternyata kita belum memiliki kesetiaan sesuai dengan yang Allah inginkan atau tidak sesuai dengan yang Allah kehendaki. Sangat mengerikan! Mari kita minta hikmat Tuhan, minta pencerahan dari Tuhan, apakah kesetiaan yang kita miliki hari ini adalah kesetiaan yang benar.

Dalam ayat di atas, bisa dibayangkan waktu Adam dan Hawa sudah makan buah itu lalu mata mereka terbuka, mereka menyadari ketelanjangan mereka, kemudian baru timbul penyesalan. Sebegitu dahsyatnya akibat kesalahan yang telah dilakukan oleh Adam dan Hawa. Mereka pasti menyesal, tetapi penyesalan mereka tidak mengubah keadaan. Semua sudah hancur, tidak bisa diperbaiki. Seperti kristal yang pecah. Maka mestinya jangan sampai hal ini terjadi di dalam hidup kita. Jadi bukan tanpa alasan kalau Paulus berkata, “Aku takut kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.” Ini patut betul-betul dipersoalkan.

Sebab, tanpa disadari, kita diarahkan untuk memetik buah yang terlarang dan terjadilah itu. Banyak dosa yang dilakukan oleh seseorang tanpa direncanakan. Ketika dosa itu sudah dilakukan, baru ia menyesal, tapi sudah terjadi. Maka, di sini sebenarnya dibutuhkan kesetiaan dan ketekunan untuk datang di hadapan Tuhan; untuk berdoa, berinteraksi menyembah Allah. Mestinya, harus kita lakukan dengan tekun dan setia. Sebab perjumpaan dengan Tuhan di dalam doa membuat kepekaan kita bertambah. Ketika setan mengarahkan kita kepada langkah-langkah yang keliru, yang bisa menuju kepada pemberontakan kepada Allah atau ketidaksetiaan kepada Allah, kita bisa mendeteksi sejak dini.

Belum sampai jatuh, baru kita mengarah ke hal itu, kita sudah tahu. Jadi kalau sampai kita melihat orang jatuh, itu pasti ada tahap demi tahapnya. Pada waktu tahap menuju kejatuhan, mestinya kita peka terhadap keadaan itu bahwa kita sedang menurun. Masalahnya, banyak orang tidak menyadari pada waktu dia sudah dalam keadaan menurun ini, atau mereka menganggap ringan. Memang mereka tidak bermaksud mau mengkhianati Tuhan, apalagi masuk neraka, tetapi langkah-langkahnya menunjukkan langkah-langkah ketidaksetiaan. Inilah yang harus sungguh-sungguh kita perhatikan. Kalau tiap pagi kita berdoa, kita punya waktu bersekutu dengan Tuhan, maka kita akan tahu ketika ada arah yang salah, yang sedang membawa kita kepada pemberontakan atau ketidaksetiaan.

Kita harus sadar bahwa yang kita hadapi adalah ular yang telah berpengalaman miliaran tahun. Ia pasti lebih cerdas dari manusia, melampaui pikiran manusia. Kalau tidak dihadapi dengan pertolongan Roh Kudus, kita pasti jatuh. Makanya kita berdoa memohon perlindungan Tuhan. Yang pertama, dari kuasa gelap. Yang kedua, dari manusia lama kita. Yang ketiga, dari pengaruh dunia jahat sekitar kita. Keempat, dari bencana, malapetaka. Yang kelima, dari orang-orang yang bermaksud jahat terhadap kita. Hanya Tuhan yang dapat menolong kita, melalui Roh Kudus. Jikalau kita tidak dipimpin oleh Roh Kudus, setan akan bisa menjatuhkan kita. Tapi kalau kita dipimpin Roh Kudus, Roh Kudus akan mengarahkan kita. Sehingga pada waktu kita sedang menuju kepada kejatuhan, Roh Kudus akan ingatkan kita, “Hati-hati.”

Tetapi kalau seseorang tidak berdoa dengan benar, tidak punya waktu bersekutu secara pribadi dengan Allah, tidak mau belajar firman dengan benar, ia pasti bablas. Dan banyak orang Kristen begitu. Ditipu oleh kuasa gelap dengan berbagai kesibukan dan kesenangan, banyak tawaran yang Iblis sediakan. Sejatinya kita bisa berkata, “Tidak, aku hanya memilih Tuhan dan Kerajaan Tuhan saja.” Kalau kita tidak tegas berkata “tidak,” maka kita akan dibawa masuk ke dalam pola permainannya. Jadi sekarang kita bersyukur kita masih sadar agar kita tidak terjebak dalam tipu muslihat Iblis.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA TIDAK TEGAS BERKATA “TIDAK” KEPADA TAWARAN IBLIS, MAKA KITA AKAN DIBAWA MASUK KE DALAM POLA PERMAINANNYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 Januari 2024
2024-01-10 08:41:55

Ayub 24-28

Card image
Truth Kids 09 Januari 2024 - MEMINTA MAAF
2024-01-09 09:44:22


Kejadian 33:3 Dan Ia sendiri berjalan di depan mereka dan ia sujud sampai ke tanah tujuh kali, hingga ia sampai ke dekat kakaknya itu."

Biasanya, antara kakak dan adik, seorang kakak harus menjaga adiknya yang lebih kecil. Seorang kakak seharusnya melindungi adiknya. Terkadang kakak dan adik bertengkar atau berebut mainan. Siapapun yang salah atau memulai pertengkaran, harus berani mengakui kesalahannya dan meminta maaf.

Tokoh yang kita pelajari hari ini juga merupakan saudara kembar. Sang kakak bernama Esau dan sang adik bernama Yakub. Walaupun mereka saudara kembar, wajah dan tubuh mereka berbeda (non-identical twins). Esau berbulu, sedangkan Yakub tidak. Sebagai anak pertama (sulung), Esau berhak menerima hak kesulungan. Pada zaman itu, anak sulung akan mendapatkan berkat yang khusus. Yakub mengambil hak kesulungan itu dari kakaknya, Esau. Yakub berbuat salah kepada kakaknya.

Ayat firman Tuhan hari ini menceritakan ketika Yakub mau meminta maaf kepada Esau. Yakub merendahkan diri meminta maaf. Bahkan, Yakub sujud sampai ke tanah 7 kali agar Esau mau memaafkannya. Dan akhirnya, Esau pun memaafkan kesalahan Yakub. Mereka saling berpelukan. Sobat Kids, jika kalian bertengkar dengan saudara sendiri, mulailah untuk meminta maaf. Sebagai keluarga, kalian harus saling menyayangi.

Card image
Truth Junior 09 Januari 2024 - MELUKAI DAN MENGOBATI
2024-01-09 09:31:15


Kejadian 33:3
“Dan ia sendiri berjalan di depan mereka dan ia sujud sampai ke tanah tujuh kali, hingga ia sampai ke dekat kakaknya itu.”

Semua manusia di dunia pasti pernah berbuat salah, baik yang disengaja maupun tidak. Tapi, tidak semua orang punya keberanian dan kebesaran hati untuk mengakui dan memperbaiki kesalahan yang dilakukannya. Sobat Junior sendiri bagaimana? Apakah pernah mengingkari kesalahan yang kalian lakukan dan tidak meminta maaf? Sebagai manusia, mungkin kita pernah melakukan hal yang tidak terpuji, lalu berpura-pura tidak tahu, dan juga tidak mau mengakui kesalahan kita. Namun, kita bisa belajar dari Yakub, Sobat Junior.

Yakub adalah sosok yang berani mengakui bahwa ia telah melakukan kesalahan, lalu dengan sepatutnya memohon pengampunan dari kakaknya, Esau, supaya tidak lagi bermusuhan dengannya. Sudah selayaknya sebagai orang yang bersalah, kita merendahkan diri dan tidak bersikap sombong kepada orang lain. Dalam ayat di atas, Sobat Junior bisa mengetahui sikap tubuh Yakub saat menghampiri Esau. Bukan berarti kita juga harus bersujud di hadapan orang lain. Namun sikap tubuh Yakub tersebut menunjukkan bahwa Yakub benar-benar menyadari kesalahannya, dan dengan tulus memohon pengampunan atas kesalahannya itu.

Sobat Junior, mari kita belajar untuk berani mengakui kesalahan kita dan meminta maaf kepada orang yang kita sakiti atau lukai, entah itu keluarga, teman, tetangga, bahkan orang yang tidak kita kenal sekalipun. Yakub menjadi bangsa yang besar karena ia memiliki karakter ini. Sobat Junior juga pasti akan dipakai Tuhan luar biasa jika memiliki kepribadian seperti yang kita pelajari dari Yakub hari ini.

Card image
Truth Youth 09 Januari 2024 (English Version) -
2024-01-09 09:27:39


"Do your best to present yourself to God as one approved, a worker who has no need to be ashamed, rightly handling the word of truth." (2 Timothy 2:15)

Starting a task is easy, but it's challenging to stay committed and consistent. We often get excited about extraordinary achievements and decide to pursue them. However, along the journey, fatigue sets in, leading to a decision to quit and forget about the once cherished goal. Clearly, progress and success are not that simple. It's no wonder many people fail in their lives because they lack consistency; they don't persevere in what they once dreamed of. One thing that is inevitable in human life is challenges; if a person cannot endure them, they cannot achieve the pinnacle of success in life.

Becoming approved by God is a lengthy process. Nights filled with doubts, questioning His presence, yet desiring to continue believing and striving to be approved by Him. In this process, we need to work hard, persevere daily in seeking Him, and strive not to sin again. The challenges that arise are there to mature us, but more than that, they aim to make us purer in His sight, making us more worthy to meet Him face to face.

In this new year, let us become individuals who are stronger and more perseverant in facing the challenges of the world. Problems will never disappear, but we are expected to grow stronger in facing them, diligently seeking Him, and patiently enduring the long wait to be worthy of Him. It's okay to stumble; what matters is that we keep trying and attempting. That's the essence of perseverance until the time comes when we become pleasing children in His sight.

WHAT TO DO:
Persist in any situation, strive, and endeavor to become a child worthy in His sight. BIBLE MARATHON: ▪︎ Genesis 29-31

Card image
Truth Youth 09 Januari 2024 - CONSISTENT
2024-01-09 09:25:48


"Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu. (2 Tim. 2:15).

Kita dapat dengan mudah memulai sebuah pekerjaan, tetapi sangat sulit bagi kita untuk tetap tekun dan konsisten melakukannya. Kita terbiasa untuk terbuai dengan sebuah pencapaian yang luar biasa dan akhirnya memutuskan untuk meraihnya. Namun, di tengah perjalanan kita mulai lelah hingga memutuskan untuk berhenti dan melupakan hal yang sebelumnya sangat ingin kita raih itu. Jelas, proses dan progress tidak semudah itu. Tidak heran bila banyak orang gagal semasa hidupnya karena ia tidak konsisten, ia tidak menekuni hal yang diimpikannya sebelumnya. Satu hal yang tidak luput dari kehidupan manusia adalah masalah, apabila manusia tidak dapat bertahan di dalamnya, maka manusia pun tidak bisa mencapai titik kesuksesan hidupnya.

Menjadi layak di hadapan Allah merupakan proses panjang. Banyak malam-malam penuh tanya, kita meragukan kehadiran-Nya, tetapi di sisi lain kita pun ingin terus percaya kepada-Nya dan berusaha menjadi layak di hadapan-Nya. Dalam hal ini, kita harus bekerja keras, bertekun setiap harinya untuk mencari Dia, dan berjuang untuk tidak berbuat dosa lagi. Tantangan-tantangan yang ada pastinya hadir untuk mendewasakan kita, tetapi lebih dari itu adalah untuk membuat kita semakin murni di hadapan-Nya, semakin kita layak bertemu muka dengan muka bersama Dia.

Di tahun yang baru ini, marilah kita menjadi orang-orang yang semakin kuat dan semakin tekun menghadapi kehidupan di dunia. Masalah tidak akan pernah hilang, tetapi kita diharapkan semakin kuat dalam menghadapinya, semakin tekun mencari-Nya, semakin sabar melewati penantian panjang untuk menjadi layak bagi-Nya. Tidak apa-apa kita jatuh bangun, setidaknya kita terus berusaha dan mencoba. Inilah ketekunan itu, sehingga ketika saatnya tiba, kita menjadi anak-anak yang berkenan di hadapan-Nya.

WHAT TO DO:
Terus bertekun dalam kondisi apapun, berusaha, dan mencoba menjadi anak yang layak di hadapan-Nya.

BIBLE MARATHON:
▪︎Kejadian 29-31

Card image
Renungan Pagi - 09 Januari 2024
2024-01-09 09:23:22


Membuat dunia ini mengenal kita sebagai murid-murid Kristus haruslah dilihat dari buah kehidupan yang dapat dinikmati oleh sesama dan tentu saja dapat dinikmati oleh Bapa, sebagai pemilik kehidupan. Dan untuk berbuah banyak, kita harus melekat pada Tuhan, seperti ranting-ranting anggur melekat pada pokok anggur, supaya dapat berbuah banyak.

"Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." Oleh sebab itulah diperlukan kesungguhan hati untuk tinggal didalam Kristus dan pribadi Kristus nyata di dalam kita, menghidupkan kebenaran Firman-Nya dengan cara melakukan kehendak Bapa setiap hari.

Berjuang dengan segenap hidup menghasilkan buah sesuai apa yang diinginkan Tuhan agar dapat dinikmati oleh DIA dan sesama, juga kita dikenal sebagai murid-murid-Nya yang membuat Bapa dipermuliakan. "Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."
(Yohanes 15:5,8)

Card image
Quote Of The Day - 09 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-09 09:20:14


Memenangkan jiwa bukan hanya membuat orang menjadi anggota gereja tetapi benar-benar mengubahnya agar menjadi orang yang berkenan di hadapan Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 09 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-09 09:17:55


Bapa panjang sabar, penuh kemurahan, tetapi tentu kita tidak boleh mempermainkan Allah karena kesabaran-Nya, lalu kita sembarangan hidup. Sebab setiap ketidaktaatan itu ada hukumannya, ada pukulannya.

Card image
GOD'S LOVE LETTER - 09 Januari 2024 (English Version)
2024-01-09 09:16:08


In the pages of our lives, God teaches us to paint His heart so that we may have the feelings of God. Like an open letter, these feelings can be expressed, seen, and manifested through our words and actions.  God sends a love letter to the world, to each individual, through and within our lives. Our lives become like a beautiful symphony, not a banging sound that deafens and hurts the ears. Our lives should be able to touch every person, not cause wounds, but should bring a heavenly atmosphere.

One day, in the presence of God’s judgment, it will be revealed whose life truly depicts the feelings of God, translated, expressed, manifested, and declared in words and actions, like an open letter. Those who live like a harmonious symphony that touches each person, bind wounds, soothes souls, and brings a heavenly atmosphere will also be revealed. Today, the line between good and evil seems blurred. The wicked claim to be good and criticize others as if saying, “I am better.” This can cause people to become confused, “Who is truly good?”

But in the judgment of God, everything will be laid bare. Let our prayer be that we become like a beautiful rainbow, not in the sky of our own lives or the sky of our family’s lives, but in the sky of the lives of others. Become a blessing rain in the field of others’ lives. And our lives can indeed be a blessing as we season those around us. We are called salt because we strengthen others and called light because we illuminate the lives of others. So, we must be people who bring the feelings and thoughts of God into a dark world, in a world that needs God, and we are there.

Many people need help understanding this. Even those who have attended Theological Seminaries often do not know that every believer must be a witness—not just delivering good sermons, educational lectures, or demonstrating organizational skills but living a life like a harmonious symphony, comforting souls, binding wounds, and being a blessing to people. This significant project will result in eternal records and lasting blessings. We must learn not only to be good at preaching, not just organizing church activities but living in a way that radiates the attributes of God wherever we are.

We can ask this from God, and the Holy Spirit will help us. Indeed, we won’t become good people in one day. We may have gone through years when our lives did not change others because we did not change correctly. And if we look at our past lives, we may be saddened because we failed to change people. We may have kept people as Christians, but we were unable to transform them into children of God.  If we grow in spiritual maturity, we will automatically possess God’s attributes and character. We will surely love souls; we will feel what God feels, namely the mercy of God. We can look at the lost like God looks at them and have the same burden just as in His heart.

This is the beauty of life as a believer. Here is where we become people God trusts to carry out His work, and He will give us burdens, and we can do the work of God. Indeed, these are the happy, successful people. Growing in maturity, having the feelings and thoughts of God, bearing burdens like the burdens in the heart of God—that is beautiful, extraordinary. God entrusts us with His work to save souls, and if so, do not worry because He will equip us with physical and spiritual blessings.

When we become servants, workers, and employees of God for His work of saving souls, God will surely provide us with all the necessary facilities. However, we must grow spiritually first, because if we are not spiritually mature, and God gives us physical blessings, we may become corrupted, sinking into the world’s pleasures. We may be lost. So, a question for each of us is, “Has our life truly radiated the glory of God so that others can follow our example?”  

GOD SENDS A LOVE LETTER TO THE WORLD, TO EACH INDIVIDUAL, THROUGH AND WITHIN OUR LIVES.

Card image
SURAT CINTA TUHAN - 09 Januari 2024
2024-01-09 09:13:52


Di lembar hari hidup kita, Tuhan ajar kita melukis hati-Nya agar kita memiliki perasaan Tuhan. Dan perasaan itu dapat terekspresikan, nampak, terejawantahkan dengan ucapan, perbuatan kita seperti surat yang terbuka. Tuhan mengirimkan surat cinta kepada dunia, kepada masing-masing individu, melalui dan di dalam hidup kita. Hidup kita menjadi seperti simfoni yang merdu, bukan kaleng yang dipukul memekakkan telinga dan menyakitkan telinga. Hidup kita harus dapat menjadi menyentuh setiap pribadi, bukan membuat luka dan membuat luka makin menganga. Dan hidup kita harus dapat menghadirkan suasana surga.

Suatu hari di hadapan pengadilan Tuhan akan tampak siapa orang yang lembar hidupnya betul-betul terlukiskan perasaan Tuhan yang diterjemahkan, diekspresikan, diwujudkan, dinyatakan dalam ucapan dan perbuatan, seperti surat terbuka. Juga akan nampak siapa yang hidupnya benar-benar merdu seperti simfoni yang menyentuh setiap pribadi, yang membalut luka, meneduhkan jiwa, dan menghadirkan suasana surga. Hari ini antara orang baik dan orang jahat, seperti tidak ada bedanya. Orang jahat mengaku baik, mencela kanan kiri, seakan-akan dia mengatakan, “Aku lebih baik.” Sampai orang jadi bingung, “Ini siapa yang baik?”

Tapi nanti di pengadilan Tuhan, semua akan terbuka. Menjadi doa kita agar kita menjadi seperti pelangi yang indah. Bukan di langit hidup kita sendiri atau langit hidup keluarga kita, tapi di langit hidup sesama kita. Menjadi hujan berkat di ladang hidup sesama kita. Dan kehidupan kita benar-benar bisa menjadi berkat, karena menggarami orang di sekitar kita. Itulah sebabnya kita dikatakan garam karena kita menggarami sesama. Dikatakan terang, karena kita menerangi hidup sesama. Maka kita harus menjadi manusia yang membawa perasaan, pikiran Allah di tengah-tengah dunia yang gelap, di tengah-tengah dunia yang membutuhkan Tuhan, dan kita hadir di sana.

Banyak orang tidak mengerti ini. Bahkan mereka yang Sekolah Tinggi Teologi pun tidak jarang yang tidak mengerti bahwa setiap orang percaya harus menjadi saksi. Bukan hanya khotbah yang bagus, ceramah yang edukatif, atau kecakapannya mengatur organisasi, melainkan kehidupan yang seperti simfoni yang merdu, meneduhkan jiwa, membalut luka, menjadi berkat bagi orang. Ini adalah proyek besar yang akan menghasilkan catatan abadi dan berkat kekal. Kita harus belajar bukan hanya pintar khotbah, bukan hanya bisa mengorganisir kegiatan gereja, melainkan hidup yang di mana pun kita berada memancarkan sifat-sifat Allah.

Hal itu kita bisa minta kepada Tuhan. Roh Kudus akan menolong kita. Tentu tidak dalam satu hari kita menjadi orang baik. Kita mungkin sudah melewati tahun-tahun ketika hidup kita kurang mengubah orang lain, karena kita pun tidak berubah dengan benar. Dan kalau kita melihat hidup kita masa lalu, kita sedih karena kita gagal mengubah orang. Kita bisa membuat orang tetap jadi Kristen, tapi kita gagal mengubah mereka menjadi manusia Allah. Kalau kita bertumbuh dalam kedewasaan rohani otomatis kita memiliki sifat-sifat Allah, karakter Allah. Kita pasti mengasihi jiwa-jiwa, kita akan merasa apa yang Tuhan rasakan, yaitu belas kasihan Tuhan. Kita dapat memandang orang yang terhilang seperti Tuhan memandang, dan Tuhan memberi kita beban dalam hati kita seperti beban di hati Tuhan.

Dan inilah keindahan hidup sebagai orang percaya. Di sinilah kita menjadi orang-orang yang dipercayai Tuhan untuk mengemban pekerjaan-Nya. Dan Tuhan akan memberikan kepada kita beban. Dan kita bisa melakukan pekerjaan Tuhan. Sejatinya, inilah orang-orang yang berbahagia, yang sukses. Bertumbuh dewasa, memiliki pikiran perasaan Allah, memiliki beban seperti beban di hati Tuhan, itu indah sekali, luar biasa. Dan Tuhan memercayakan kepada kita pekerjaan-Nya untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Jika demikian, jangan khawatir sebab Tuhan akan melengkapi kita dengan berkat-berkat; berkat jasmani, berkat rohani.

Ketika kita menjadi hamba, pelayan, karyawan Tuhan untuk pekerjaan-Nya menyelamatkan jiwa-jiwa, maka Tuhan akan pasti melengkapi kita dengan semua fasilitas yang kita butuhkan. Namun, kita harus dewasa rohani dulu. Sebab kalau tidak dewasa rohani, kemudian Tuhan memberi kita berkat-berkat jasmani, kita bisa rusak, tenggelam dalam kesenangan-kesenangan dunia. Kita terhilang. Menjadi pertanyaan untuk setiap kita, “Apakah hidup kita benar-benar telah memancarkan kemuliaan Allah sehingga orang dapat meneladani hidup kita?”

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN MENGIRIMKAN SURAT CINTA KEPADA DUNIA, KEPADA MASING-MASING INDIVIDU, MELALUI DAN DI DALAM HIDUP KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 Januari 2024
2024-01-09 09:09:14

Ayub 21-23

Card image
Truth Kids 08 Januari 2024 - S A B A R
2024-01-08 08:56:21


Kejadian 29:20
"Jadi bekerjalah Yakub tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel itu, tetapi yang tujuh tahun itu dianggapnya seperti beberapa hari saja, karena cintanya kepada Rahel.

Siapa di antara Sobat Kids yang suka tidak sabar saat dijanjikan sesuatu? Misalnya mama berjanji membelikan mainan jika kalian bersikap baik. Nah, baru satu jam kemudian, kalian sudah menanyakan kapan mama membelikannya. Rasanya sudah tidak sabar untuk menantikan mainan yang dijanjikan. Padahal mama belum membeli mainannya. Bahkan mungkin kalian belum bersikap baik sepanjang hari, namun sudah terus-menerus meminta mainan baru. Itu tandanya tidak sabar.

Ada, loh, anak yang sabar menunggu selama bertahun-tahun. Bukan hanya selama 1 atau 3 tahun, melainkan sampai 14 tahun, Sobat Kids. Wow, lama sekali, kan?! 14 tahun itu sama seperti saat kalian masuk Taman Kanak-Kanak sampai lulus SMP. Waktu yang sangat lama. Namun, walaupun harus menunggu sangat lama, anak ini tetap sabar.

Nama tokoh yang kita pelajari hari ini adalah Rahel. Rahel dengan sabar menunggu Yakub, orang yang ia sayangi, untuk menjadi suaminya. Yakub dan Rahel saling sabar menunggu. Walaupun ada masalah atau kesulitan, mereka tetap sabar dan bekerja dengan giat. Yuk, kita juga mau belajar sabar seperti Rahel.

Card image
Truth Junior 08 Januari 2024 - SABAR MENANTI
2024-01-08 08:52:08


Kejadian 29:20
“Jadi bekerjalah Yakub tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel itu, tetapi yang tujuh tahun itu dianggapnya seperti beberapa hari saja, karena cintanya kepada Rahel.”

Saat Sobat Junior menginginkan sesuatu, misalnya mainan, berapa lama kalian dapat menunggu? Saat dijanjikan dibelikan sesuatu oleh orang tua, berapa lama kalian sabar menanti janji orang tua sampai keinginan kalian dipenuhi?

Hari ini kita akan belajar dari tokoh Rahel. Rahel harus sabar menanti selama 2x7 tahun. Ya, ia harus menunggu selama 14 tahun untuk mendapatkan sesuatu yang sudah dijanjikan ayahnya. Bagaimana rasanya ketika kita harus menunggu selama 14 tahun? Tentu terasa laaammmmaaaaa seeekaaaallliiii…

Sobat Junior, kalian lahir di zaman yang teknologinya sudah canggih. Kalian terbiasa dengan hal-hal yang instan. Contohnya saat mencari informasi, semua dapat kalian temukan dengan “berselancar” di dunia internet. Hasil informasi yang kalian cari akan muncul dalam hitungan detik.

Saat ingin mendengarkan lagu, hanya dengan menggerakkan jari kalian, dengan segera lagu tersebut sudah terputar. Begitu juga dengan makanan dan minuman saat ini, banyak sekali yang cepat saji atau instan, sehingga menarik banyak orang untuk mengonsumsinya.

Jangan sampai kita terbiasa dengan gaya hidup serba cepat alias instan, sehingga kita menjadi orang yang semakin kurang sabar. Kita harus melatih kesabaran seperti kisah Rahel hari ini. Ketika Sobat Junior ada dalam kondisi sulit, belajarlah untuk tetap sabar dan nantikan suara Tuhan. Sabar, ya…

Card image
Truth Youth 08 Januari 2024 (English Version) - TRUE RACE
2024-01-08 08:48:48


"Therefore, since we are surrounded by so great a cloud of witnesses, let us also lay aside every weight, and sin which clings so closely, and let us run with endurance the race that is set before us." (Hebrews 12:1)

In life, we often feel like we're in a race. However, are we always focused on the true race? As stated in Hebrews 12:1, "Therefore, since we are surrounded by so great a cloud of witnesses, let us also lay aside every weight, and sin which clings so closely, and let us run with endurance the race that is set before us."

Running in this life is like being in a vast stadium, surrounded by many witnesses. Yet, God wants us to focus on the true race. Sometimes, we are weighed down by the burdens of life and the sins that cling to us. However, the Word of God reminds us to cast off those burdens and to run with endurance.

The true race is not about who is the fastest or the strongest physically but about how we can shed the burdens that hinder us and how diligently we pursue the call and plan of God in our lives.

Young ones, do not get caught up in the temporary races of the world. Focus on the true race, which brings us closer to God and yields the fruit of eternal life. With diligence and patience, let us race towards the finish line with our eyes fixed on Jesus, the source and perfecter of our faith. So, run in the true race, for it is there that true life is found.

WHAT TO DO:
1. Cast off sins and burdens that cling to us.
2. Focus on God's call.
3. Approach all of this with diligence and patience.

BIBLE MARATHON:
▪︎Genesis 26-28

Card image
Truth Youth 08 Januari 2024 - TRUE RACE
2024-01-08 08:28:29


"Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita." (Ibrani 12:1)

Dalam hidup ini, kita sering kali merasa seperti sedang berlomba. Tetapi, apakah kita selalu fokus pada perlombaan yang sejati? Sebagaimana yang dikatakan dalam Ibrani 12:1, “Sebab itu kita juga, karena kita dikelilingi oleh suatu awan saksi yang begitu besar, marilah kita menanggalkan segala beban dan dosa yang begitu melekat pada kita dengan tekun, dan dengan sabar berlomba dalam perlombaan yang telah dihamparkan untuk kita.”

Berlomba dalam hidup ini seperti berada dalam suatu stadion besar, dikelilingi oleh banyak saksi. Namun, Allah ingin kita fokus pada perlombaan yang sejati. Terkadang, kita terbawa oleh beban-beban hidup dan dosa-dosa yang melekat pada kita. Namun, Firman Tuhan mengingatkan kita untuk melepaskan beban itu dan dengan tekun berlomba.

Perlombaan yang sejati bukanlah tentang siapa yang paling cepat atau paling kuat secara fisik, tetapi tentang bagaimana kita menanggalkan beban-beban yang menghambat kita dan bagaimana kita dengan tekun mengejar panggilan dan rencana Allah dalam hidup kita.

Anak muda, jangan terjebak dalam perlombaan dunia yang sementara. Fokuslah pada perlombaan yang sejati, yang membawa kita lebih dekat kepada Tuhan dan menghasilkan buah kehidupan yang kekal. Dengan tekun dan sabar, mari kita berlomba menuju garis finish dengan mata yang tertuju pada Yesus, yang merupakan sumber dan penyelesaian iman kita. Jadi, berlombalah dalam perlombaan yang sejati, karena di situlah kehidupan yang sejati ditemukan.

WHAT TO DO:
1. Lepaskan dosa dan beban yang melekat pada kita
2. Fokus pada panggilan Tuhan
3. Jalani ini semua dengan tekun dan sabar

BIBLE MARATHON:
▪︎Kejadian 26-28

Card image
Renungan Pagi - 08 Januari 2024
2024-01-08 08:23:54


Melakukan kehendak Bapa adalah hal yang seharusnya kita lakukan agar hidup dapat menyenangkan hati Bapa. Tetapi harus kita akui dalam praktek hidup setiap hari, selalu ada pertentangan yang sulit antara melakukan kehendak BAPA atau menuruti kehendak bebas sendiri. Tetapi kita harus merelakan kehendak bebas agar dapat melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Sebab seringkali apa yang kita inginkan bukanlah kehendak Bapa.

Mari berjuang menaklukkan kehendak bebas ini, agar kita dapat melakukan kehendak BAPA, terus melatih diri untuk melakukan kehendak Bapa, sehingga hal itu bukan lagi kewajiban, tetapi menjadi suatu kebutuhan sebagaimana kita membutuhkan makanan untuk hidup. Seperti yang sudah dilakukan oleh Tuhan Yesus ; "Kata Yesus kepada mereka: Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya."
(Yohanes 4:34)

Card image
Quote Of The Day - 08 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-08 08:21:14


Kita harus belajar untuk menanggalkan semua pikiran dan perasaan yang Tuhan tidak berkenan, dan peperangan dimulai di dalam pikiran kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 08 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-08 08:19:36


Setiap hari, setiap jam, setiap menit, dan detik, Tuhan menyediakan berkat pembentukan-Nya yang nilainya tidak terbatas. Semua hal tersebut mengerjakan harta abadi yang tidak akan dapat diperoleh di kesempatan lain.

Card image
LIVING AS WITNESSES - 08 Januari 2024 (English Version)
2024-01-08 08:17:46


Our lives must bless others as Jesus Himself said, “Just as the Son of Man did not come to be served, but to serve” (Matt.20:28). Similarly, believers must reach a level of spiritual maturity where their lives are characterized by service. So, serving is obligatory and can be said to be a calling. It cannot be avoided; every believer who the blood of Jesus Christ has redeemed will inevitably become a blessing to others.  No believer does not become a blessing; no believer does not serve. However, serving does not mean being active only in church activities. This misconception has crept into the minds of many, meaning that serving must be within the church environment and its ministry activities. If not, then it is not considered a service.
Activities within the church environment are indeed a form of service, but  service is a living activity that makes people know God. Introducing God is not just about hearing stories about Jesus but should also be through a demonstration of how someone demonstrates God’s life within themselves. This is what is called being a witness. The nation of Israel became a witness to show who the true God is—the God who created the heavens and the earth, the God of Abraham, Isaac, and Jacob, the God who liberated Israel from slavery in Egypt, the God who sent His Son, Jesus Christ, to be the Savior of humanity.

Jesus is a faithful Witness. He proved and manifested the nature of God in His life. Therefore, the Bible says, “The fullness of God dwelt in Him.” Because He is the invisible image of God, revealing Himself in human form. Jesus is the Man of God, where God dwells in Him, and Jesus Himself declared that His body is the temple of the Holy Spirit.  Believers must also be faithful witnesses. Not only telling who Jesus is or how Jesus is in history but showing Jesus’ life through our lives.

Believers must be witnesses in the same way they must serve God; they reveal who and how the true God is in their life activities. So, service is not only an activity within the church environment but in all life activities wherever we are—in our own families, extended families, social circles, workplaces, campuses, churches, wherever—we must demonstrate life as children of God with the characteristics of our Father God. Thus, we are called “Christians,” meaning followers of Christ. It is ironic if a pastor, a servant of God, or an active church member does not show life as a servant of God and does not exhibit the life of Christ. For example, loose speech, carelessly writing something on social media that shows hatred, revenge, tarnishing and undermining others, damaging people’s characters, etc. And this happens within the church environment. This fact has occurred everywhere.

The characteristics of God are not like that. The character of Christ is not like that. Of course, we hope for exemplary achievements before God, to graduate in the Kingdom of Heaven, and to be declared as heirs of God’s promises with Jesus Christ. Let us realize that we are people redeemed by the blood of Jesus, meaning we must be servants of God. The Holy Spirit will help us for that.  So, automatically or by itself, a growing mature Christian will become perfect like the Father, more like Jesus, more of a blessing to others.

Being a blessing is not just about sharing money or food—although, of course, that must be done—but more than that, being a blessing means showing who and how our God is. Thus, we witness that Jesus Christ, who claimed to be the Son of God, is truly the Son of God. We are the ones who prove that Jesus Christ, who was proclaimed as Lord and Savior, is truly the Lord and Savior. By accepting Jesus as Savior, we receive the Holy Spirit and are worked upon by Him, and we can confirm that He is the Savior, not through debates.

God wants to educate us, and He will surely help to make us people who have and express the heart of God. However, we must have a genuine desire and strong ambition to have the heart of God. Therefore, if we truly have the heart of God, we reach out to lost souls wherever we are. Amidst the busyness of studying, working, doing business, and family life, our lives radiate the attributes of God and the life of Jesus.

  BELIEVERS MUST BE FAITHFULL WITNESSES, NOT JUST TELLING WHO JESUS IS OR HOW HE IS IN HISTORY, BUT SHOWING HIS LIFE THROUGH OUR LIVES.

Card image
HIDUP MENJADI SAKSI - 08 Januari 2024
2024-01-08 05:32:04


Kehidupan kita harus menjadi berkat bagi orang lain sebab Tuhan Yesus sendiri berkata, “Seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani,” Matius 20:28. Demikian pula orang percaya harus sampai pada level kedewasaan rohani yang hidupnya melayani. Jadi, melayani itu suatu keharusan. Kalau bisa dikatakan, suatu kodrat. Tidak bisa tidak, setiap orang percaya yang telah ditebus oleh darah Yesus Kristus, pasti menjadi berkat bagi orang lain. Tidak ada orang percaya yang tidak menjadi berkat, tidak ada orang percaya yang tidak melayani. Tetapi, melayani itu bukan berarti aktif dalam kegiatan gereja saja. Ini konsep salah yang telah ada di dalam pikiran banyak orang artinya melayani itu harus ada dalam lingkungan gereja, dalam kegiatan pelayanan gereja. Jika tidak, maka itu bukan pelayanan.

Kegiatan di dalam lingkungan gereja, benar sebuah pelayanan. Tetapi pada intinya, pelayanan adalah kegiatan hidup yang membuat orang mengenal Allah. Kegiatan hidup, aktivitas hidup yang membuat orang mengenal Tuhan. Memperkenalkan Tuhan bukan hanya mendengar cerita tentang Yesus, namun harus juga melalui peragaan hidup, bagaimana seseorang memperagakan hidup-Nya Tuhan di dalam dirinya. Dan ini barulah disebut sebagai saksi. Bangsa Israel menjadi saksi untuk menunjukkan siapakah Allah yang benar itu, Allah yang menciptakan langit dan bumi, Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, Allah yang membebaskan Israel dari perbudakan Mesir, Allah yang mengutus Putra-Nya, Tuhan Yesus Kristus menjadi Juruselamat bagi umat manusia.

Yesus adalah Saksi yang setia. Dia membuktikan, Dia menyatakan bagaimana sifat Allah di dalam hidup-Nya. Karenanya Alkitab mengatakan, “Kepenuhan Allah atas diri-Nya.” Karena Dia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang menyatakan diri dalam manusia. Yesuslah manusia Allah, di mana Allah berdiam di dalam diri-Nya, dan Yesus sendiri menyatakan tubuh-Nya adalah bait Roh Kudus. Orang percaya harus menjadi saksi yang setia juga. Bukan hanya menceritakan tentang siapa Yesus, atau bagaimana Yesus dalam sejarah, melainkan menunjukkan kehidupan Yesus melalui hidup kita.

Orang percaya harus menjadi saksi yang sama dengan harus melayani Tuhan; artinya di dalam aktivitas hidupnya menunjukkan siapa dan bagaimana Allah yang benar itu. Maka pelayanan bukan hanya kegiatan di lingkungan gereja, melainkan dalam seluruh aktivitas hidup di mana pun kita berada—di tengah keluarga sendiri, keluarga besar, pergaulan, tempat pekerjaan, kampus, gereja, di mana pun—kita harus menunjukkan kehidupan sebagai anak-anak Allah yang memiliki sifat-sifat Allah Bapanya. Maka, kita disebut “Kristen” yang artinya seperti Kristus. Ironis sekali kalau seorang pendeta, hamba Tuhan, seorang aktivis jemaat justru tidak menunjukkan kehidupan sebagai pelayan Tuhan, tidak menunjukkan kehidupan Kristus. Misalnya, mulut bocor, sembarangan menulis sesuatu di media sosial yang menunjukkan kebencian, dendam, mencemarkan dan menjatuhkan orang lain, merusak karakter orang dan lainnya. Dan itu terjadi di lingkungan gereja. Fakta ini sudah terjadi di mana-mana.

Karakteristik Allah tidak demikian. Karakter Kristus tidaklah demikian. Tentu kita mengharapkan kita dapat prestasi yang bagus di hadapan Allah dan nanti diwisuda di dalam Kerajaan Surga, dinyatakan sebagai pewaris-pewaris janji Allah bersama-sama dengan Yesus Kristus. Mari kita menyadari bahwa kita adalah orang-orang yang ditebus oleh darah Yesus, artinya kita harus menjadi pelayan Tuhan. Roh Kudus akan menolong kita untuk itu. Jadi sebenarnya secara otomatis atau dengan sendirinya, orang Kristen yang bertumbuh dewasa itu akan makin sempurna seperti Bapa, makin serupa dengan Yesus, makin menjadi berkat bagi orang lain.

Menjadi berkat bukan hanya membagi uang atau makanan—walau tentu saja hal itu harus dilakukan--tapi lebih dari itu, menjadi berkat berarti menunjukkan siapa dan bagaimana Allah kita. Dengan demikian, kita menjadi saksi apakah Yesus Kristus yang mengaku Anak Allah itu benar-benar Anak Allah? Apakah Yesus Kristus yang diklaim sebagai Tuhan dan Juruselamat adalah benar-benar Tuhan dan Juruselamat? Kitalah yang membuktikan. Dengan menerima Yesus sebagai Juruselamat, yang karenanya kita menerima Roh Kudus dan digarap oleh Roh Kudus, maka kita dapat membuktikan bahwa benar Dia Juruselamat. Bukan dengan perdebatan-perdebatan.

Tuhan mau mendidik kita dan pasti Tuhan menolong untuk membuat kita bisa menjadi orang-orang yang memiliki hati Tuhan dan mengekspresikannya. Namun kita harus berkerinduan sungguh-sungguh, kita harus punya ambisi yang kuat bagaimana memiliki hati Tuhan. Maka, jika kita benar-benar memiliki hati Tuhan, di mana pun kita berada, kita menjangkau jiwa-jiwa yang terhilang. Di tengah-tengah kesibukan kuliah, berkarier, bisnis, dan berkeluarga, hidup kita memancarkan sifat-sifat Allah, memancarkan kehidupan Yesus.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG PERCAYA HARUS MENJADI SAKSI YANG SETIA, BUKAN HANYA MENCERITAKAN TENTANG SIAPA YESUS, ATAU BAGAIMANA YESUS DALAM SEJARAH, MELAINKAN MENUNJUKKAN KEHIDUPAN YESUS MELALUI HIDUP KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 Januari 2024
2024-01-08 05:25:07

Ayub 17-20

Card image
Truth Kids 07 Januari 2024 - R A M A H
2024-01-07 09:55:06


Kejadian 24:24-25
Lalu jawabnya kepadanya: "Ayahku Betuel, anak Milka, yang melahirkannya bagi Nahor." Lagi kata gadis itu: "Baik jerami, baik makanan unta banyak pada kami, tempat bermalam pun ada."

Coba deh, Sobat Kids tersenyum. Pasti kalian akan terlihat lebih cantik atau ganteng saat tersenyum. Orang yang melihat kalian tersenyum juga akan ikut tersenyum. Coba kalian berikan senyuman termanis untuk mama dan papa, pasti mama dan papa akan membalas senyuman kalian. Tetapi, saat kalian marah-marah, rasanya tidak ada orang yang mau dekat-dekat. Anak yang ramah; baik hati dan suka tersenyum, akan disenangi banyak orang.

Tokoh Alkitab yang kita pelajari hari ini adalah Ribka. Ribka merupakan seorang wanita yang taat dan setia kepada Tuhan. Saat ada orang lain yang membutuhkan bantuan, Ribka senang membantu. Seperti yang tertulis pada ayat firman Tuhan hari ini, Ribka menawarkan bantuan untuk orang lain. Ia menjadi anak yang ramah dan tidak pelit. Saat ia tahu ada orang lain yang membutuhkan bantuan, ia menawarkan apa saja yang bisa diberikan.

Yuk, Sobat Kids, kita juga mau belajar menjadi anak yang ramah dan suka membantu orang lain. Saat ada yang butuh bantuan, tawarkan bantuan yang Sobat Kids dapat berikan. Pasti itu akan membuat Tuhan senang.

Card image
Truth Junior 07 Januari 2024 - BERSIKAP RAMAH
2024-01-07 09:53:14


Kejadian 24:24-25
Lalu jawabnya kepadanya: “Ayahku Betuel, anak Milka, yang melahirkannya bagi Nahor.” Lagi kata gadis itu: “Baik jerami, baik makanan unta banyak pada kami, tempat bermalam pun ada.

Hari ini kita akan belajar satu sosok tokoh Alkitab yang sangat unik, yaitu Ribka. Ia memiliki hati yang ramah dan bersikap santun terhadap orang lain. Ribka juga wanita yang cantik, murah hati, dan pekerja keras. Ia menyediakan air untuk unta-untanya yang haus. Tak hanya itu, ia juga memiliki hati yang rela menolong orang yang sangat membutuhkan.

Saat Ribka sedang menimba air, ada orang yang datang kepadanya dan meminta air minum, serta menanyakan tempat beristirahat. Ribka pun menjawab dan menawarkan yang dia miliki, seperti yang kita baca dari ayat firman Tuhan hari ini.

Tokoh Ribka juga mengajarkan kasih yang berempati, artinya memiliki kepekaan terhadap sesama. Misalnya saat orang tua kita sakit, kalau memiliki hati yang peka, pasti kita akan membantu membuat dan mengambilkan mereka minum atau makanan, menawarkan bantuan untuk memijat kaki dan tangan orang tua kita. Itu salah satu hal sederhana yang bisa kita lakukan di rumah.

Di sekolah, kita dapat menyapa guru-guru dan teman-teman setiba di sana. Senyuman lebar kita akan membuat orang lain diberkati, Sobat Junior. Namun, jangan sampai kita lupa, bahwa Sumber Kasih adalah Tuhan. Kita bersikap ramah karena ada kasih Tuhan dalam diri kita.

Card image
Truth Youth 07 Januari 2024 (English Version) - UNTIL IT IS FINISHED
2024-01-07 09:51:15


"and [I] press on toward the goal for the prize of the upward call of God in Christ Jesus." (Philippians 3:14)

In the circle of life, in each of its phases, humans always have goals. The goals of each phase vary, from our childhood to our older years. Many factors influence a person in setting goals, although personal desires often play a role. Once the goal is set, people generally set targets until that goal is achieved. Yes, although some succeed and others fail, humans never stop striving for their respective goals. The failures of others do not have a significant impact if someone has the desire to achieve that goal. True spirit and enthusiasm.

This reflection invites all of you to contemplate. If humans can have such spirit and enthusiasm for earthly goals, why is it rare to find people with such spirit and enthusiasm for matters of eternity? Even though, if we realize it, our life's purpose in this world never changes—to become the image and likeness of God. This can be achieved if we are in Jesus Christ, and interestingly, this is a goal that must always be pursued or worked on until we return to the Father's House. We should not have less spirit and enthusiasm for matters of eternity compared to the spirit and enthusiasm for our earthly life. The awareness that this goal will only be completed when we are called home should bring us true spirit and enthusiasm to work on this goal until it is finished, and then we will receive the prize—the heavenly call of God in Christ Jesus.

WHAT TO DO:
1. Have true spirit and enthusiasm for matters of eternity!
2. Maintain a relationship with Jesus Christ through prayer and reading the Bible.

BIBLE MARATHON:
▪︎Genesis 24-25

Card image
Truth Youth 07 Januari 2024 - HINGGA SELESAI
2024-01-07 09:41:26


"dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:14)

Dalam "circle" kehidupan, manusia selalu memiliki tujuan pada setiap fasenya. Tujuan ini beragam, mulai dari masa kecil hingga usia tua. Banyak faktor yang memengaruhi penentuan tujuan, baik berasal dari luar maupun dari keinginan pribadi. Setelah tujuan ditetapkan, manusia umumnya menetapkan target untuk mencapainya. Meskipun ada yang berhasil dan ada yang gagal, manusia tidak pernah berhenti berusaha meraih tujuannya. Kegagalan orang lain tidak terlalu berdampak besar jika seseorang memiliki tekad untuk mencapai tujuannya. Semangat dan gairah sejati tetap menjadi pendorong dalam perjalanan mencapai tujuan tersebut.

Renungan ini mengajak semua untuk melakukan refleksi. Manusia dapat memiliki semangat dan gairah untuk tujuan di bumi, namun mengapa begitu jarang ditemukan semangat dan gairah yang sama untuk urusan kekekalan? Tujuan hidup kita di dunia ini tidak pernah berubah, yaitu menjadi gambar dan rupa Allah. Hal ini dapat dicapai jika kita berada di dalam Tuhan Yesus. Menariknya, ini adalah tujuan yang harus selalu diusahakan atau dikerjakan hingga kita pulang ke Rumah Bapa.

Seharusnya kita tidak boleh memiliki semangat dan gairah yang kurang untuk urusan kekekalan dibandingkan dengan semangat dan gairah untuk kehidupan di bumi. Kesadaran bahwa tujuan ini hanya akan selesai jika kita dipanggil nanti, harus membawa kita pada semangat dan gairah sejati untuk mengerjakan tujuan ini hingga selesai. Nantinya, kita akan memperoleh hadiah berupa panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. Semangat dan gairah sejati inilah yang perlu kita tanamkan dan pertahankan dalam hidup kita.`

WHAT TO DO:
1. Miliki semangat dan gairah sejati untuk urusan kekekalan juga!
2. Memiliki hubungan dengan Tuhan Yesus melalui doa dan baca Alkitab

BIBLE MARATHON:
▪Kejadian 24-25

Card image
Renungan Pagi - 07 Januari 2024
2024-01-07 09:36:23


Menjaga lidah dengan baik adalah hal yang sangat penting, sebab seseorang yang tidak bersalah dalam perkataannya dapat dikatakan sebagai orang yang sempurna. Sebab jika dia seorang yang dapat mengendalikan lidahnya dalam berkata-kata, maka dia pasti akan dapat mengendalikan seluruh tubuhnya untuk tidak berbuat dosa.

"Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya." Dan firman Tuhan bahkan berkata, bahwa jika seseorang tidak dapat mengekang lidahnya, sama dengan menipu dirinya sendiri dan sia-sialah ibadahnya kepada Tuhan.

"Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya." Kiranya kita dapat menjaga lidah sehingga perkataannya menjadi berkat bagi sesama dan berkenan dihadapan Tuhan.
(Yakobus 3:2; Yakobus 1:26)

Card image
Quote Of The Day - 07 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-07 09:32:50


Kekhawatiran yang salah adalah perasaan terancam terhadap sesuatu lebih dari kekhawatirannya tidak memiliki harta surgawi dan terbuang dari hadirat Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 07 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-07 09:08:32


Kehidupan Yesus merupakan model dari kehidupan Anak Allah yang harus kita kenakan.

Card image
THE TRUE FIRE - 07 Januari 2024 (English Version)
2024-01-07 09:05:41


Since God desires to fulfill His plan, He introduces Himself to the world through the life of the Israelites. From the history of the Israelites—leaving Egypt for Canaan, their journey, the era of Judges, Kings, and so forth—God wants to reveal His plan to bring forth the Messiah, and it is evident that this is His sole concern. Meanwhile, our concern should be perfection like the Father. So, if our concern is still merely the fulfillment of physical needs, it means we are reverting to the lifestyle of the Israelites.  Our concern is holiness like the Father, winning souls—which means not only making people members of the church but also perfecting humans to become worthy children of God entering into the family of the Heavenly Kingdom. This is special, which is missing from the church, and because of this absence, God is disappearing.

Perhaps there are times when God tolerates showing His presence through miracles or divine healing, but it does not last long because that is not the purpose of God’s presence.  The purpose of God’s presence is to make believers perfect like the Father or similar to Jesus. Therefore, God’s presence is evident in Revival Services and miracles but does not continue uninterrupted. People can see the presence of God through miracles, but like the passing wind, it flows and then disappears because people do not pursue the core business of the Lord, which is to perfect us. 

So, in reality, we don’t need the ambition to have a large church, buildings, facilities, or congregation—those are not wrong, but for what purpose? If we only make troubled households peaceful, turn naughty children into good ones—not wrong—but what’s the point if it doesn’t lead them to the new heaven and earth? Not lead to perfection like the Father and similar to Jesus? Because our goal is to make humans perfect like the Father and similar to Jesus. We may be criticized and considered excessive, but that’s fine. Indeed, that’s the goal because salvation fundamentally transforms humans into children of God, whose model is Jesus. Anything less than that means failure, now missing from the church.

God is real for Israel because His main concern is showing His presence by leading the Israelites out of Egypt to Canaan. Then, we see how God worked during the time of Kings to reveal the true God; until the birth of the Messiah, He proved that the true God is the God of Israel. And after that salvation is given. What is salvation? Humans put on the divine nature, becoming children of God, whose model is Jesus.

God is present for a while through Revival Meetings, healing, and miracles, but that is not His core business. Those are signs or “Simeon,” meaning direction indicators. The Bible states that these signs will accompany believers: healing the sick, casting out demons, and so on.  Healing and miracles are not the goal; they are direction indicators so we know where we are being led. Perhaps some of us have reflected and imagined that if we meet the Lord later, but our portrait is not like Jesus, what then? The Lord will ask, “Whom are you following? What kind of Christianity are you in?”

Ironically, theological seminaries do not make people like Jesus, but academics, even becoming arrogant! It’s saddening because many churches neglect education, are afraid to improve themselves, or do not improve themselves while progress continues. On the other hand, other groups with unlimited resources continue to thrive. Their campuses are large; their professors are not in the hundreds but in the thousands. The problem is that many pastors only seek money, don’t consider the new heaven and earth, and don’t think about salvation. This is not a faulty education system but the lack of awareness of eternity and the loss of God’s love in the hearts of pastors and educators.

If it’s just a feeling of religious melancholy—like, for example, many schools are closed, Christian areas don’t become the majority, while education from other religions advances, and then we feel burdened—that is not the actual fire.  The real fire is the fire where we lament lost souls. With uneducated or wrongly educated children, they can be ruined. That damage leads them into hell; that’s the problem. It’s not just that children don’t have an education and end up unemployed and beggars; it’s not that. Hopefully, this becomes our concern. Therefore, we must live holy, healthy, work hard, be wise, and be willing to die.  

ACTUAL FIRE IS THE FIRE WHERE WE LAMENT LOST SOULS.

Card image
API YANG BENAR - 07 Januari 2024
2024-01-07 10:09:01


Karena Allah mau mewujudkan rencana-Nya, maka Ia memperkenalkan Diri-Nya kepada dunia lewat kehidupan bangsa Israel. Dari sejarah bangsa Israel—keluar dari Mesir ke Kanaan, lalu perjalanan mereka, zaman Hakim-hakim, Raja-raja dan seterusnya—di dalamnya Allah mau menunjukkan rencana-Nya, yaitu menghadirkan Mesias. Nyata benar bahwa urusannya hanya itu. Sedangkan urusan kita adalah sempurna seperti Bapa. Jadi kalau urusan kita masih hal pemenuhan kebutuhan jasmani berarti kita kembali ke pola hidup bangsa Israel. Urusan kita adalah kekudusan seperti Bapa, memenangkan jiwa-jiwa—yang artinya bukan hanya membuat orang menjadi anggota gereja, melainkan juga menyempurnakan manusia untuk menjadi anak-anak Allah yang layak masuk menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Ini istimewa. Inilah yang hilang dari gereja dan karena ini hilang, Allah hilang.

Mungkin ada saat Allah menolerir, di mana Allah menunjukkan kehadiran-Nya lewat mukjizat atau kesembuhan ilahi, tapi itu tidak berlangsung lama. Karena itu bukan tujuan kehadiran Allah. Tujuan kehadiran Allah adalah menjadikan orang percaya sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Maka kita melihat bagaimana kehadiran Allah dalam Kebaktian Kebangunan Rohani, mukjizat-mukjizat, tapi tidak berlangsung terus-menerus. Orang bisa melihat kehadiran Allah lewat mukjizat, tapi seperti angin berlalu alurnya dan setelah itu lenyap karena orang-orang yang tidak memburu apa yang menjadi core business Tuhan, yaitu mau menyempurnakan kita.

Jadi sebenarnya kita juga tidak perlu ambisi memiliki gereja besar, gedung dan fasilitas, jumlah jemaat yang banyak, mestinya bukan itu. Tidak salah, namun untuk apa? Kalau kita hanya membuat rumah tangga yang berantem jadi rukun, anak-anak yang nakal jadi baik—tidak salah—tapi kalau tidak sampai langit baru bumi baru, untuk apa? Kalau tidak sampai sempurna seperti Bapa dan serupa dengan Yesus, untuk apa? Sebab tujuan kita adalah menjadikan manusia sempurna seperti Bapa dan serupa dengan Yesus. Kita mungkin dicibir dan dianggap berlebihan, itu terserah. Memang tujuannya begitu, karena keselamatan itu pada intinya mengubah manusia menjadi anak-anak Allah yang modelnya adalah Yesus. Kurang dari itu berarti gagal. Dan itu yang hilang dari gereja.

Jadi, kalau bagi bangsa Israel, Allah itu nyata, karena urusan utamanya adalah bagaimana Allah menunjukkan kehadiran-Nya dengan membawa bangsa Israel keluar dari Mesir ke Kanaan. Lalu terlihat juga bagaimana Allah bekerja pada zaman Raja-raja dan seterusnya, supaya nyata siapa Allah yang benar. Sampai lahirnya Mesias yang membuktikan bahwa Allah yang benar adalah Allah Israel. Tapi setelah itu, apa? Keselamatan diberikan. Keselamatan itu apa? Manusia mengenakan kodrat ilahi, menjadi anak-anak Allah yang modelnya adalah Yesus.

Untuk sementara waktu Allah hadir lewat KKR, kesembuhan dan mukjizat, tapi itu bukan core business-Nya Allah. Itu tanda atau simeon, yang artinya petunjuk arah. Alkitab menuliskan bahwa tanda-tanda ini akan menyertai orang percaya, yaitu: menyembuhkan orang sakit, mengusir setan dan lain-lain. Kesembuhan dan mukjizat itu bukan tujuan, itu petunjuk arah supaya kita tahu hendak dibawa ke mana kita melangkah. Mungkin sebagian kita sudah merenungkan dan membayangkan, kalau nanti kita bertemu Tuhan namun potret kita belum seperti Yesus, bagaimana? Tuhan akan bertanya, “Siapa yang kau ikuti? Kristen macam apa yang kamu kenakan?”

Dan ironisnya, Sekolah Tinggi Teologi tidak membuat orang menjadi seperti Yesus, tapi jadi akademisi, malah jadi sombong! Menyedihkan. Karena tidak sedikit gereja yang tidak memperhatikan pendidikan, tidak berani membenahi diri atau tidak membenahi diri sementara kemajuan jalan terus. Di sisi lain, kelompok lain dengan modal yang tidak terbatas terus menggeliat. Kampusnya besar-besar, profesornya bukan ratusan, tapi ribuan. Masalahnya adalah banyak pendeta yang hanya cari uang, tidak memikirkan langit baru bumi baru, tidak memikirkan sungguh-sungguh hal keselamatan. Penyebabnya bukan sistem pendidikan yang salah, namun tidak adanya kesadaran terhadap kekekalan, hilangnya kasih Allah di hati para pendeta dan para pendidik.

Kalau hanya sebuah perasaan melankoli agamani—seperti misalnya banyak sekolah ditutup, wilayah-wilayah Kristen tidak jadi mayoritas, sementara pendidikan dari pihak lain begitu maju, lalu kita terbeban—itu adalah api yang tidak benar. Api yang benar adalah api di mana kita meratapi jiwa-jiwa yang terhilang. Dengan anak-anak tidak berpendidikan atau salah didik, mereka bisa rusak. Kerusakan itu menggiring mereka masuk neraka, itu yang menjadi masalah. Bukan sekadar anak-anak tidak punya pendidikan lalu menganggur jadi gembel, bukan itu. Kiranya ini menjadi keprihatinan kita. Karenanya kita harus hidup suci, sehat, kerja keras, pintar dan berani mati.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

API YANG BENAR ADALAH API DI MANA KITA MERATAPI JIWA-JIWA YANG TERHILANG.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 Januari 2024
2024-01-07 08:57:06

Ayub 14-16

Card image
Truth Kids 06 Januari 2024 - I S H A K
2024-01-06 09:19:29


Kejadian 22:9
"Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api."

Sobat Kids, Tuhan menciptakan tubuh manusia dengan sempurna. Organ tubuh kita yang penting seperti jantung, paru-paru, otak, dan organ pencernaan lainnya dilindungi oleh tulang yang keras. Tuhan juga menciptakan tubuh kita untuk melindungi diri; contohnya mata. Jika ada benda asing atau debu mendekat dan akan masuk ke mata, maka kelopak mata akan otomatis menutup untuk melindungi bola mata kita, Sobat Kids. Tidak akan tubuh kita membiarkan diri kita terluka dengan sengaja.

Dalam Alkitab, khususnya dalam Perjanjian Lama, ada anak yang tidak takut dirinya terluka. Nama anak itu adalah Ishak. Ishak taat kepada perkataan Allah dan ayahnya, Abraham, ketika ia hendak dijadikan kurban bakaran. Ishak tidak melawan dan marah. Ia tidak mencoba untuk melindungi diri. Bisa saja Ishak lari saat bapa Abraham meletakkannya di atas mezbah. Namun, hal itu tidak dilakukan oleh Ishak, Sobat Kids. Ishak memilih taat kepada Allah.

Bagaimana dengan Sobat Kids? Apakah kalian akan tetap memilih taat walaupun tidak enak untuk kalian?

Card image
Truth Junior 06 Januari 2024 - TRUST AND OBEY
2024-01-06 09:16:57


Kejadian 22:9
“Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api."

Kemarin kita sudah belajar tentang Sara yang melahirkan seorang anak laki-laki. Kita juga belajar sabar untuk menanti dan tetap setia kepada Tuhan. Hari ini kita mau belajar dari tokoh Alkitab lainnya yaitu anak dari Abraham dan Sara, Ishak.

Ketika Abraham memiliki anak, ia mendapat perintah dari Tuhan untuk mempersembahkan anaknya yang tunggal, Ishak, sebagai kurban bakaran. Saat Abraham mendapat perintah tersebut, tanpa curiga Ishak diajak pergi ke tempat biasa mereka mempersembahkan kurban bakaran. Bahkan, Ishak yang membawa kayu bakarnya. Ishak menyadari dari awal bahwa ada sesuatu yang hilang: tidak ada binatang yang mereka bawa untuk dipersembahkan.

Sobat Junior, apakah kalian bisa membayangkan kebingungan Ishak saat itu? Terlebih lagi ketika Abraham membaringkan tubuh Ishak di atas mezbah, mengikatnya untuk menjadi kurban bakaran? Ishak tidak berontak lalu kabur, pergi melarikan diri. Ia tetap tenang dan mengikuti apa yang ayahnya, Abraham, lakukan. Ia memiliki rasa percaya yang kuat terhadap ayahnya.

Sebagai anak-anak dalam keluarga, kita mau belajar dari tokoh Ishak. Kita belajar untuk percaya dan taat kepada orang tua kita. Sobat Junior, berdoalah untuk orang tua kalian. Tentu tidak mudah menjadi orang tua. Sebagai anak, kita perlu mendoakan orang tua kita agar Tuhan selalu menuntun mereka untuk mendidik dan mengasihi, serta merawat kita. Sehingga, rancangan Tuhan atas hidup kita bisa tercapai.

Card image
Truth Youth 06 Januari 2024 (English Version) - REFINERY
2024-01-06 09:15:24


"Do you see a man skillful in his work?" (Proverbs 22:29)

Have you ever heard of the term "refinery"? A refinery is a facility in the industry, especially in mining, used to process raw materials, typically metals and petroleum. Metals like gold, iron, tin, and others, initially in the form of ore, need to be separated from their ore to obtain the desired metal, which can then be used for jewelry, metal tools, and more. Petroleum needs to go through a series of processes so that it is separated from unwanted materials and can be utilized.

When we accept Jesus as our Lord and Savior, we enter a process where God desires to transform us into the person He desires, according to His original design. Each of us has unique plans from God, different from others, so God wants to put us into His refinery—the process of life. The experiences we go through in life, whether problems, life events, and others, are ways God changes us from our raw state into complete and mature individuals according to God's plan.

The processes we go through not only mature us but also bring us closer to Him. Have we ever felt distant from God? Or perhaps we haven't noticed it, but when challenges come, we realize how important God is in our lives. This means God allows these processes to happen to each of us so that, besides growing and maturing in Him, we also increasingly rely on Him. Just as crude oil and metals need various equipment and calculations to become the desired product, so we need God for our process in His refinery to be successful and in accordance with His will.

WHAT TO DO:
Strengthen our spirituality through reading the Word and prayer so that we can face the processes of life with strength.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Genesis 21-23

Card image
Truth Youth 06 Januari 2024 - REFINERY
2024-01-06 09:13:39


"Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya?" (Amsal 22:29)

Pernahkah kalian mendengar istilah refinery? Refinery adalah sebuah fasilitas di dalam industri khususnya industri pertambangan untuk memproses sebuah bahan mentah yang umumnya adalah logam dan minyak bumi. Logam seperti emas, besi, timah, dan lain-lain yang awalnya berupa bijih perlu dipisahkan dari bijihnya agar didapatkan logam yang diinginkan, kemudian dapat digunakan menjadi perhiasan, peralatan logam, dan lain sebagainya. Minyak bumi perlu melewati serangkaian proses yang panjang agar minyak bumi tersebut terpisah dari bahan-bahan yang tidak diinginkan dan kemudian dapat digunakan.

Ketika kita menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita berarti masuk ke dalam sebuah proses di mana Tuhan ingin mengubah kita menjadi manusia yang diinginkan oleh-Nya, yakni sesuai rancangan semula. Setiap kita memiliki rancangan-rancangan Allah yang unik dan berbeda dengan yang lain, sehingga Tuhan ingin memasukkan kita ke dalam refinery-Nya, yaitu proses hidup. Proses yang kita alami dalam hidup, baik itu masalah, peristiwa hidup, dan lain-lainnya adalah cara Tuhan untuk mengubah kita yang masih mentah ini agar menjadi manusia yang utuh dan matang yang sesuai dengan rencana Allah.

Proses yang kita alami tidak hanya sekadar mematangkan kita, tetapi juga membawa kita untuk dekat pada-Nya. Pernahkah kita merasa jauh dari Tuhan? Atau kita tidak merasakannya, tetapi ketika proses datang menimpa kita, kita baru merasakan betapa pentingnya Tuhan di dalam hidup kita. Ini berarti Tuhan mengizinkan proses itu terjadi atas setiap kita, supaya selain kita bertumbuh dan semakin matang di dalam Tuhan, kita juga semakin mengandalkan Tuhan. Layaknya minyak bumi dan logam yang perlu berbagai peralatan dan perhitungan agar menjadi produk yang diinginkan, demikian kita perlu Tuhan agar proses kita di dalam refinery-Nya menjadi berhasil dan sesuai kehendak-Nya.

WHAT TO DO:
Kuatkan kerohanian kita melalui membaca Firman dan berdoa agar kita bisa dengan kuat menghadapi proses hidup kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎Kejadian 21-23

Card image
Renungan Pagi - 06 Januari 2024
2024-01-06 09:10:44


Jika kita hanya mengarahkan pandangan hidup ini kepada hal-hal duniawi, mengejar kesuksesan menurut ukuran dunia, membanggakan harta dunia yang fana, maka cenderung menghalalkan segala cara demi semuanya, dan kita pasti tidak akan pernah puas dengan semua yang ada, karena sesungguhnya hal-hal duniawi tidak akan pernah memuaskan hati manusia.

Saat Tuhan menciptakan manusia, DIA menghembuskan nafas hidup, bagian dari diri Allah, dihembuskan kedalam kita, sehingga memiliki kehidupan. Dan karena Allah adalah kekal, maka manusia adalah mahluk kekal, yang tidak berakhir setelah mati, tetapi ada kehidupan bersama Tuhan dalam kekekalan setelah kematian. Sehingga harus disadari bahwa dalam diri manusia ada suatu rongga kosong yang hanya dapat dipuaskan oleh Tuhan.

Sebab kebanggaan, kehormatan, jabatan, harta kekayaan, semua perkara duniawi ini akan kita tinggalkan saat meninggal dunia ini. "Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah [atas orang-orang durhaka]."

Firman Tuhan mengingatkan, untuk mematikan segala hal duniawi, karena itu mendatangkan murka Allah dan jika pusat hidup adalah hal-hal duniawi, maka kita disamakan dengan "penyembah berhala". Mari, mulailah hidup ini diarahkan terus kepada Tuhan dan kebenaran-Nya maka kita berada dalam damai sejahtera Allah dan dapat selalu bersyukur pada Tuhan, dengan apapun yang ada, sebab kita bukan mengejar yang sementara, tetapi yang kekal.
(Kolose 3:5-6)

Card image
Quote Of The Day - 06 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-06 09:05:53


Masalah hidup juga bisa menjadi berhala kalau kita memikirkan terus sehingga hal itu menguasai pikiran dan perasaan kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 06 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-06 09:03:25


Kalau kita hidup seperti kehidupan yang dimiliki Yesus Kristus, maka kita akan memiliki masa depan atau hari esok di dunia yang akan datang.

Card image
IMPARTATION OF THE MAJESTY OF GOD - 06 Januari 2024 (English Version)
2024-01-06 08:55:46


It is not an exaggeration if we look at the church’s history and the lives of Christians in recent years or centuries; it seems God has disappeared. What is narrated in the Bible, that God was so clearly present in the lives of His people, appears to have vanished without a trace. When we look at the life of God’s church around us, it seems God has disappeared without a trace. Whether we realize it or not, if we are honest, that is indeed the case. So, we see Christians fantasizing about God but not genuinely experiencing the living God. Ironically, this happens in the lives of pastors and theologians. Not to offend pastors or theologians, but this fact occurs in Christianity in this era.

But this is what we feel and experience: something is missing. That’s why we intensify our prayers in search of God; we seek the face of God so that we may experience Him.  If someone truly experiences God, the greatness of God’s glory in that person’s life will become evident. We often realize how unimpressive our lives are, how less noble we are due to our unfinished characters, and how our decisions and choices do not reflect the majesty of God, and this is what we should lament. Many things that we should not say, we say. Many things that we should not do, we do. Many things we should not think and ponder, we do. Although, of course, the latter is something only we know, and this is our struggle.

From the appearance and words of pastors and theologians on social media, we do not find the majesty and glory of God; we don’t even see the majesty and glory of humans. There is an unethical attitude, a fierce demeanor, and an arbitrary attitude toward others. Whatever the reason, it cannot be denied. But we do not want to point fingers at others. We want to tell ourselves. Thankfully, we still have the opportunity, so we want to double our search for God. We will continue to seek God until we find the Great God, the Glorious God, and we get imparted, infected with the majesty and glory of God.  It is impossible for someone who interacts with God not to receive an impartation of the majesty and glory of God.

So, when we say, “Hold my hand, Lord, I cannot and dare not walk alone,” it is not because of financial problems, life-threatening health issues, or other problems but because we have not found the majesty and glory we should have put on, especially for those of us who often pray and study the Word. Maybe we have sniffed the majesty and glory of God. We only sniffed it, but we still need to do it, which hurts us. At night, when we want to sleep, we remember what happened that day, and we are reminded of our inappropriate steps. How sorrowful and hurt we are.

Many people don’t care about being thirsty and hungry for the truth. They already feel good, feel right, especially the pastors. So, don’t think that being in ministry means we are good.  We are perfect if, in the presence of God, we are judged flawless in what we think, ponder, and speak. In reality, we must know when we have deviated because God gives us thoughts and feelings, led by the Holy Spirit, and we can detect if things displease God. Not to mention large stones, we can feel even the sand under our feet. We must have a high level of sensitivity to detect if something is wrong.

We are not finished, so we shouldn’t think we are done; for instance, we were not pastors before, but now we are pastors. We’re still waiting and still unfinished. We didn’t go to church in the past; now we go to church. We still do need to complete it. We must look at our heart’s depth. Sometimes, we feel that our heart’s depth is already clean, but it turns out it is still a layer of sin that needs to be scraped off. Beyond all the busyness of ministry, we must look at our heart’s depth to see if it is spotless. We must see whether our life space is clean or not. In this way, we bring God, who seems to have disappeared, and God, who appears to be lost but can be truly present in our lives.

  IT IS IMPOSSIBLE FOR SOMEONE WHO INDEED INTERACTS WITH GOD NOT TO RECEIVE AN IMPARTATION OF THE MAJESTY AND GLORY OF GOD.  

Card image
IMPARTASI KEAGUNGAN ALLAH - 06 Januari 2024
2024-01-06 08:53:20


Tidak berlebihan kalau kita melihat sejarah gereja dan kehidupan orang-orang Kristen pada tahun-tahun belakangan ini atau abad-abad belakangan ini, seakan-akan Tuhan telah menghilang. Apa yang dikisahkan di dalam Alkitab, yaitu Allah yang begitu nyata hadir di dalam kehidupan umat, seakan-akan lenyap tidak berbekas. Kalau kita melihat kehidupan gereja Tuhan di sekitar kita, seakan-akan Tuhan telah lenyap tak berbekas. Entah kita menyadari atau tidak, namun kalau jujur, memang demikian adanya. Sehingga kita melihat orang-orang Kristen yang berfantasi tentang Tuhan, tetapi tidak sungguh-sungguh mengalami Tuhan yang hidup. Ironisnya itu terjadi dalam kehidupan para pendeta dan teolog. Tidak bermaksud mau menciderai para pendeta atau teolog, tetapi fakta itu memang terjadi dalam kehidupan kekristenan di zaman ini.

Tetapi demikianlah yang kita rasakan, kita alami, yaitu ada sesuatu yang hilang. Itulah sebabnya kita menggandakan doa pencarian kita akan Allah, kita mencari wajah Tuhan guna kita mengalami-Nya. Kalau seseorang benar-benar mengalami Tuhan, maka keagungan dari kemuliaan Allah di dalam hidup orang itu akan nyata. Sering kita menyadari betapa tidak agungnya hidup kita, betapa kita kurang mulia karena karakter kita yang belum beres dan karena keputusan dan pilihan kita tidak menunjukkan keagungan Tuhan. Ini yang kita harus ratapi. Banyak hal yang tidak patut kita ucapkan, kita ucapkan. Banyak hal yang tidak patut kita lakukan, kita lakukan. Banyak hal yang tidak patut kita pikirkan dan renungkan, kita pikirkan dan kita renungkan. Walau tentu yang terakhir ini hanya kita yang tahu. Inilah yang menjadi pergumulan kita.

Dari penampilan dan perkataan pendeta dan teolog di media sosial, kita tidak menemukan keagungan dan kemuliaan Allah; bahkan keagungan dan kemuliaan manusia saja tidak. Nampak sikap tidak beretikanya, sikap beringas dan kejamnya, sikap sewenang-wenangnya terhadap sesama. Apa pun alasannya, itu tidak bisa dibantah. Tetapi kita tidak mau menunjuk orang dengan jari kita. Kita mau menunjuk kepada diri kita sendiri. Bersyukur kita masih memiliki kesempatan, maka kita mau menggandakan pencarian kita akan Tuhan. Kita akan terus mencari Tuhan sampai kita menemukan Tuhan Yang Agung, Tuhan Yang Mulia dan kita terimpartasi, tertulari keagungan dan kemuliaan Allah tersebut. Tidak mungkin orang yang benar-benar berinteraksi dengan Allah tidak mendapatkan impartasi dari keagungan dan kemuliaan Allah.

Jadi kalau kita berkata, “Pegang tanganku, Tuhan, aku tak dapat dan tak berani berjalan sendiri,” itu bukan karena ada masalah keuangan, kesehatan yang mengancam nyawa atau masalah lainnya, melainkan karena kita belum menemukan keagungan dan kemuliaan yang mestinya kita kenakan. Terutama kita yang sudah sering berdoa dan belajar firman. Mungkin kita telah mengendus keagungan dan kemuliaan Allah. Kita hanya mengendus, tetapi kita belum melakukannya. Ini yang membuat kita terluka. Dan pada malam hari ketika kita mau tidur, kita mengingat-ingat apa yang terjadi pada hari itu, lalu kita diingatkan ada langkah-langkah kita yang tidak patut. Betapa kita berduka dan terluka.

Banyak orang tidak memperkarakan hal haus dan lapar akan kebenaran. Mereka sudah merasa baik, sudah merasa benar, terutama para pendeta. Maka, jangan merasa sedang ada dalam pelayanan berarti kita itu baik-baik. Baik-baik kita adalah kalau kita di hadapan Tuhan dinilai tak bercacat dari apa yang kita pikirkan, renungkan, dan ucapkan. Sejatinya, pasti kita tahu kapan kita meleset. Sebab Tuhan memberi kita pikiran, perasaan dengan pimpinan Roh Kudus, sehingga kita pasti mampu mendeteksi jika ada hal-hal yang Tuhan tidak berkenan. Jangankan batu besar, pasir pun kita bisa rasakan yang ada di ujung kaki kita. Kita harus punya kepekaan tingkat tinggi sehingga bisa mendeteksi jika ada hal yang tidak beres.

Kita ini sebenarnya belum selesai, maka jangan merasa sudah selesai. Dulu kita bukan pendeta, sekarang pendeta. Sudah selesai? Belum. Dulu kita tidak ke gereja, sekarang ke gereja. Jangan merasa sudah selesai, belum. Lantai hati kita harus kita lihat. Kadang-kadang kita merasa lantai hati kita sudah bersih ternyata itu lapisan dosa yang harus dikerok. Lebih dari segala kesibukan pelayanan, kita harus melihat lantai hati kita apakah sudah benar-benar bersih atau tidak. Kita harus melihat ruangan hidup kita sudah bersih atau tidak. Dengan demikian kita menghadirkan Allah; Allah yang seperti lenyap, Allah yang seperti hilang, tetapi bisa kita hadirkan secara nyata dalam kehidupan kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TIDAK MUNGKIN ORANG YANG BENAR-BENAR BERINTERAKSI DENGAN ALLAH TIDAK MENDAPATKAN IMPARTASI DARI KEAGUNGAN DAN KEMULIAAN ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 Januari 2024
2024-01-06 08:51:03

Ayub 10-13

Card image
Truth Kids 05 Januari 2024 - M U K J I Z A T
2024-01-05 09:47:17


Kejadian 21:2
"Maka mengandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan firman Allah kepadanya."

"Ooee..ooee.." terdengar suara tangisan bayi yang baru lahir. Suami istri yang baru saja mendapatkan anak tersebut merasa sangat bahagia. Senyum lebar menghiasi wajah mereka. Akhirnya anak yang telah ditunggu selama bertahun-tahun, lahir dengan sehat.

Namun, ada yang berbeda pada kelahiran ini. Hal yang berbeda ada di pihak orang tua bayi ini. Biasanya papa mama muda yang memiliki bayi, tetapi pasangan orang tua ini sudah sangat tua.

Sara, istri Abraham mendapatkan mukjizat dari Allah. Ia mendapatkan seorang anak, meskipun Sara sudah tua. Secara ilmu kedokteran, perempuan yang sudah tua tidak bisa memiliki anak, Sobat Kids. Tetapi Allah yang kita sembah memiliki kuasa yang luar biasa. Segala sesuatu mungkin bagi Allah. Allah sanggup memberikan sesuatu yang mustahil bagi manusia.

Sobat Kids, memasuki awal tahun yang baru ini, kita mau terus untuk belajar percaya yang benar kepada Allah. Apa pun kesulitan yang kita alami, tetaplah percaya kepada-Nya. Allah sanggup mengadakan mukjizat bagi orang yang percaya kepada-Nya.

Card image
Truth Junior 05 Januari 2024 - JANJI TUHAN
2024-01-05 09:43:45


Kejadian 21:2
“Maka mengandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan firman Allah kepadanya.”

Sobat Junior, hari ini kita mau belajar dari tokoh yang bernama Sara. Apakah kalian masih ingat bagaimana reaksi Sara saat ia dan Abraham dijanjikan akan memiliki anak? Ya, Sara tertawa saat mendengar janji yang Allah akan berikan kepadanya. Walaupun, ia tidak mengakui kalau ia tertawa. Sebenarnya reaksi Sara ini normal, karena dia mengetahui bahwa kehamilan di usianya yang sudah sangat tua adalah sebuah hal yang tidak mungkin. Tetapi, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.

Coba kita perhatikan. Tuhan mengetahui Sara memiliki keraguan. Walaupun demikian, Tuhan tidak membatalkan janji-Nya. Ia tetap setia, karena Ia sudah berjanji. Sobat Junior, mungkin kita pernah merasa ragu terhadap Tuhan. Kita sudah menanti-nantikan jawaban doa, namun sepertinya Tuhan tidak mendengar. Ada saatnya Tuhan mengizinkan kita menunggu jawaban-Nya dalam waktu yang panjang. Ia ingin kita senantiasa percaya pada kesetiaan-Nya. Jangan sampai penantian yang begitu lama membuat kita kalah dan menyerah, karena kita berhenti memercayai janji-Nya. Kita akan kehilangan berkat yang luar biasa.

Yuk, Sobat Junior, kita belajar dari kisah Sara. Janji Tuhan pasti digenapi. Walaupun sepertinya mustahil, tapi tidak ada yang mustahil bagi-Nya.

Card image
Truth Youth 05 Januari 2024 (English Version) - NEW THINGS GOOD
2024-01-05 09:42:11


"But seek first the kingdom of God and his righteousness, and all these things will be added to you." (Matthew 6:33)

The new year is a time for us to have a fresh slate to fill our lives. But with what do we fill this new chapter in our lives? The beginning of the year is an opportune moment to reflect on how we can fill our lives with goodness and righteousness according to the will of God.

There are several things we can do: First, do good to others. Let's start the new year with kindness. Every day, we have the opportunity to do good to others, starting with small gestures. For example, by helping our parents, providing assistance to those in need, and more. These actions can have a significant impact on the lives of others. Second, value time. Let's use our time for things that have value, whether it's for learning, self-improvement, prayer, or other meaningful activities. Let's not waste our time, as time is a gift. Third, maintain integrity. As believers, it's crucial for us to align our words with our actions.

Above all, the most important thing we should do is seek God. The Word of God states that we should seek or prioritize the Kingdom of God (Matthew 6:33). Whatever we do, God should be the only one glorified. Trust that God can make the new chapter of our lives more meaningful.

WHAT TO DO:
Let's cultivate the mindset to do good things, always prioritizing God, where God can guide us in the good things we should do.

BIBLE MARATHON:
▪︎Genesis 18-20

Card image
Truth Youth 05 Januari 2024 - NEW THINGS GOOD
2024-01-05 09:39:56


"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33)

Tahun yang baru adalah saat bagi kita memiliki lembaran baru untuk mengisi hidup kita. Namun, dengan hal apa kita mengisi lembaran baru hidup kita? Momen awal tahun adalah saat yang tepat untuk merenungkan bagaimana cara kita bisa mengisi hidup kita, yaitu dengan hal yang baik dan benar sesuai kehendak Tuhan.

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan: Pertama, berbuat baik kepada orang lain. Mari kita memulai tahun baru dengan kebaikan. Setiap hari kita memiliki kesempatan untuk melakukan kebaikan kepada orang lain, dimulai dari hal-hal kecil. Misalnya, dengan membantu orang tua kita, memberi bantuan kepada orang yang membutuhkan, dan lain-lain. Tindakan-tindakan tersebut dapat memiliki dampak besar dalam kehidupan sesama. Kedua, menghargai Waktu. Marilah kita menggunakan waktu untuk hal-hal yang memiliki nilai, baik itu untuk belajar, memperbaiki diri, berdoa, dan melakukan hal-hal yang bermanfaat lainnya. Jangan buang waktu kita sia-sia, karena waktu adalah anugerah. Ketiga, menjaga integritas. Sebagai orang percaya, penting bagi kita untuk berusaha menyelaraskan perkataan kita dengan perbuatan.

Di atas semuanya itu, hal terpenting yang harus kita lakukan adalah mencari Tuhan. Firman Tuhan menyatakan bahwa kita harus mencari atau mendahulukan Kerajaan Allah (Mat. 6:33). Apa pun yang kita lakukan, Allah harus menjadi satu-satunya yang dimuliakan. Percayalah bahwa Allah dapat membuat lembaran baru hidup kita menjadi lebih berarti.

WHAT TO DO:
Mari mulai tanamkan di dalam pikiran kita untuk melakukan hal-hal yang baik. Tentu di dalamnya kita tetap memprioritaskan Allah, di mana Allah dapat memberitahu kita hal-hal yang baik yang harus kita lakukan.

BIBLE MARATHON:
▪︎Kejadian 18-20

Card image
Renungan Pagi - 05 Januari 2024
2024-01-05 09:37:32


Setiap orang percaya pasti mengharapkan perlindungan Tuhan, namun seringkali mereka sebenarnya tidak mengandalkan Tuhan untuk perlindungan itu. Banyak yang masih mengandalkan harta kekayaan dan orang kuat, walaupun bibir mereka meminta perlindungan Tuhan.

"Demikianlah TUHAN adalah tempat perlindungan bagi orang yang terinjak, tempat perlindungan pada waktu kesesakan. Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kau-tinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN." Diperlukan ketulusan dalam menyatakan bahwa kita memerlukan perlindungan Tuhan.

Dan ada dua hal penting yang perlu dilakukan, yaitu pertama kita harus melekat pada Tuhan, sebab Tuhan akan membentengi kehidupan orang-orang yang mengenal nama-Nya, dan kedua mengandalkan Tuhan sepenuhnya, dengan cara berseru kepada-Nya bukan berseru pada manusia dan mengandalkan harta kekayaan dalam masa-masa kesesakanmu.
(Mazmur 9:9-10)

Card image
Quote Of The Day - 05 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-05 09:34:53


Bagaimanapun sikap, ucapan, dan tindakan seseorang menunjukkan tanda dari seorang yang benar-benar memiliki jiwa kristiani atau tidak.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 05 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-05 09:27:20


Kebinasaan atau binasa adalah keadaan di mana seseorang tidak mendapat kesempatan lagi untuk diperdamaikan dengan Allah, ini berarti terpisah dari hadirat Allah selamanya.

Card image
THROUGH OUR LIVES - 05 Januari 2024 (English Version)
2024-01-05 09:25:23


Many people engage in the work of God, whether in the church, in education, in mission work, and so on. They sincerely feel they have served God by dedicating their time to these activities. They believe they have done what God desires. However,  beyond all the activities and busyness in church-related work—pastoring, schooling, missions, or anything else—God desires that we put on His feelings and translate them into actions. God loves souls; He wants to touch and reach souls, and for this purpose, He has made us instruments, vessels, or channels to get them.

When discussing church activities, it is essential to note that, similar to religious activities in many faiths, people outside Christianity also engage in such activities. They allocate their time and money to religious activities. So, what sets us apart? It is truly disheartening that some people feel they are in service when, in reality, they are not pleasing to God. There can be many motivations in our hearts for these activities that seem to defend God, the church, and Christianity. However, what God desires is the translation of His feelings.

God earnestly seeks a channel for His feelings to be translated, expressed, embodied, and personified in human lives. For this reason, God touches us directly to deal with Him. Those who already know God in prayer and communion with Him can feel His love. However, many people may not believe that God exists or may not be sure that Jesus is indeed the Savior. How does God touch them? In other words, how do they find God? The answer is through our lives. We can feel God if we seek Him, though not everyone, depending on how long we have been learning about God, capturing the frequency of His presence, and feeling God.

But they don’t know; many young people don’t know that there is a living God and that Jesus is indeed the Savior. Therefore, this opportunity must be represented by those who have genuine love. We can represent God wherever we are—at home, at work, in social circles—so that they can find God. For those who are already corrupt and evil—those who may be almost unsaved or already unsaved—they will not sense the presence of God in our lives. We don’t need to force it on such people.  But those who can still be saved will be visited by God through and in our lives.

Now, we must put to death our flesh so that only God’s feelings flow. Sometimes, people don’t understand, and we seem to be looking for trouble. We don’t need to explain to those who cannot be explained to. One day, those who do not sacrifice, do not serve God, and are always busy with themselves will surely regret it. We never stop with our self-busyness. Why are we not busy with God’s plan and will in our lives? There are many works that God has prepared for us if we are willing. We are present as representatives of God.

We are not trying to defend our Ministry or the Synod of our church. Our reach is Indonesia, even the world—souls that need to be saved. If we still sought prestige in the past, a large and beautiful church, a large congregation, we no longer do. But more than the church’s work, possess Christ’s mind and feelings. Unfortunately, many church and Christian organization activities are only for livelihood, self-esteem, and money.

Remember! We will face the judgment seat of God to account for what we have done during our lives on this earth. So, why don’t we long for God? We still need to let go of what we should release. If we have removed everything God wants us to release and do everything we should, we will indeed long to meet God.  

THOSE WHO CAN STILL BE SAVED WILL BE VISITED BY GOD THROUGH AND IN OUR LIVES.

Card image
MELALUI HIDUP KITA - 05 Januari 2024
2024-01-05 09:22:19


Banyak orang melakukan pekerjaan Tuhan, baik di gereja, di pendidikan, dalam pekerjaan misi dan lain-lain. Mereka merasa sungguh-sungguh telah melayani Tuhan karena waktu mereka disita untuk kegiatan itu. Mereka merasa sudah melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Padahal lebih dari segala kegiatan dan kesibukan dalam pekerjaan gerejawi—penggembalaan, sekolah, misi, atau apa pun—Tuhan ingin agar perasaan-Nya kita kenakan dan kita terjemahkan dalam perbuatan. Tuhan mengasihi jiwa-jiwa, Tuhan mau menyentuh jiwa-jiwa dan untuk itu Tuhan menjadikan kita sebagai alat, bejana atau saluran untuk menjamah mereka.

Kalau bicara mengenai kegiatan gereja yang sama dengan kegiatan keagamaan, sejatinya dalam banyak agama, orang-orang di luar orang Kristen pun memiliki kegiatan semacam itu. Mereka mendedikasikan waktu dan uang mereka untuk kegiatan keagamaan itu. Lalu apa bedanya dengan kita? Benar-benar menyedihkan, orang-orang yang merasa sedang dalam pelayanan, padahal sebenarnya tidak berkenan di hadapan Tuhan. Seratus satu motivasi bisa ada di dalam hati kita dalam melakukan kegiatan-kegiatan tersebut yang kelihatannya membela Tuhan, membela gereja, dan membela kekristenan. Padahal yang Tuhan kehendaki adalah menerjemahkan perasaan-Nya.

Tuhan sungguh-sungguh mencari saluran bagaimana perasaan-Nya diterjemahkan, diekspresikan, diwujudkan, dipersonifikasikan di dalam hidup manusia. Untuk itu, Tuhan menjamah kita langsung untuk berurusan dengan Tuhan. Kita yang sudah mengenal Allah dalam doa, dalam persekutuan dengan Tuhan, sehingga kita bisa merasakan kasih-Nya. Tetapi banyak orang yang belum tentu memercayai Tuhan itu ada, belum tentu yakin bahwa Yesus itu Juruselamat. Lalu bagaimana Allah menyentuh mereka? Atau dengan kalimat lain, bagaimana mereka menemukan Allah? Jawabnya adalah melalui hidup kita. Kita bisa bersentuhan dengan Allah jika kita yang mencari-Nya; walaupun tentu tidak semua, tergantung seberapa panjang kita telah belajar mengenal Allah, menangkap frekuensi kehadiran-Nya dan merasakan Tuhan.

Tetapi mereka tidak tahu, juga banyak orang muda tidak tahu ada Allah yang hidup dan Yesus adalah benar-benar Juruselamat. Maka, kesempatan ini harus diwakili oleh orang-orang yang memiliki kasih yang tulus. Jadi kita bisa mewakili Tuhan di mana pun kita berada—di rumah, di tempat pekerjaan, dalam pergaulan—sehingga mereka bisa menemukan Allah. Walau tentu bagi mereka yang sudah bengkok dan jahat—yaitu mereka yang sudah mungkin nyaris tidak bisa diselamatkan atau memang sudah tidak bisa diselamatkan—tidak akan menangkap kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Untuk orang-orang seperti itu, kita tidak usah paksa. Tetapi mereka yang masih bisa diselamatkan akan dilawat Tuhan melalui dan di dalam hidup kita.

Kita sekarang harus mematikan daging kita agar perasaan Tuhan saja yang mengalir. Kadang-kadang orang tidak tahu dan tidak bisa mengerti, dan kita seperti sedang mencari masalah. Kita tidak usah jelaskan kepada orang yang tidak bisa dijelaskan. Suatu hari, bagi mereka yang tidak berkurban, yang tidak mengabdi kepada Tuhan, yang selalu sibuk dengan diri sendiri, pasti akan sangat menyesal. Kita tidak pernah berhenti dengan kesibukan diri sendiri. Kenapa kita tidak sibuk dengan rencana Allah, kehendak Allah dalam hidup kita? Banyak pekerjaan yang Tuhan sediakan bagi kita, kalau kita mau. Kita hadir sebagai wakil Tuhan.

Kita bukan mau membela yang namanya Rehobot Ministry atau Sinode GSKI, namun jangkauan kita adalah Indonesia, bahkan dunia, yaitu jiwa-jiwa yang harus diselamatkan. Kalau dulu kita masih memiliki unsur prestise, gereja besar dan bagus, jumlah jemaat yang banyak, sekarang kita tidak mencari prestise itu lagi. Tetapi lebih dari pekerjaan gereja, milikilah pikiran perasaan Kristus. Banyak kegiatan gereja, kegiatan organisasi Kristen yang hanya untuk cari nafkah, harga diri, dan uang. Sangat menyedihkan sekali.

Ingat! Kita akan menghadap takhta pengadilan Tuhan untuk mempertanggungjawabkan apa yang kita lakukan selama hidup di bumi ini. Jadi, mengapa kita tidak rindu Tuhan adalah karena kita masih belum melepaskan apa yang seharusnya kita lepaskan. Kalau kita sudah melepaskan apa pun yang Tuhan kehendaki untuk kita lepaskan, dan sudah melakukan apa pun yang harus kita lakukan, maka kita pasti rindu bertemu Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MEREKA YANG MASIH BISA DISELAMATKAN AKAN DILAWAT TUHAN MELALUI DAN DI DALAM HIDUP KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 05 Januari 2024
2024-01-05 09:19:43

Ayub 6-9

Card image
Renungan Pagi - 04 Januari 2024
2024-01-04 09:24:06


Orang pintar bisa saja gagal, orang hebat bisa saja jatuh, dan orang kaya bisa dipermalukan. Tetapi orang yang mengandalkan hikmat Tuhan akan selalu melihat kemuliaan Tuhan nyata di dalam kehidupannya.

Dan hikmat yang benar adalah ketika kita hidup takut akan Tuhan serta menjauhi kejahatan itulah akal budi yang menyertai hikmat, yang akan membuat kita hidup berkemenangan atas dosa, sehingga berkat Tuhan memelihara hidup kita. "tetapi kepada manusia Ia berfirman: Sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi."
(Ayub 28:27)

Card image
Truth Kids 04 Januari 2024 - P E R C A Y A
2024-01-04 09:20:49


Kejadian 15:6
"Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran."

Sobat Kids tahu, kan, lagu "Bapa Abraham"? Lagunya demikian: "Bapa Abraham mempunyai banyak sekali anak-anak; aku anaknya, dan kau juga.. mari... puji Tuhan." Kita ini adalah keturunan dari Abraham. Walaupun Abraham harus menunggu selama berpuluh-puluh tahun untuk mendapatkan anak, Abraham tetap percaya. Abraham tidak marah-marah kepada Tuhan karena menunggu sangat lama untuk mendapatkan anak. Ia tetap setia menunggu janji yang Tuhan sudah sampaikan.

Sobat Kids, kepercayaan Abraham kepada Tuhan tidak sia-sia. Setelah menunggu selama bertahun-tahun, akhirnya Abraham memiliki seorang anak laki-laki. Dari Ishak, anaknya Abraham, muncul keturunan-keturunan berbagai bangsa hingga sekarang ini.

Ayat firman Tuhan hari ini mengatakan bahwa Abraham percaya kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan rasa percayanya sebagai kebenaran. Apa pun kesulitan yang Sobat Kids alami hari ini, percayalah bahwa Tuhan sanggup membantu kalian. Tuhan akan tetap menyertai kita sepanjang tahun yang baru ini.

Card image
Truth Junior 04 Januari 2024 - A B R A H A M
2024-01-04 09:19:00


Kejadian 15:6
“Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.”

Hari ini kita akan membaca tentang Abraham. Salah satu tokoh di Alkitab, selain Nuh, yang hidupnya juga sangat taat kepada Tuhan. Ia selalu percaya kepada Tuhan dengan tidak ragu-ragu. Abraham percaya dengan janji yang Tuhan katakan kepadanya. Sampai usianya tua, Abraham masih belum memiliki anak. Tetapi suatu hari Tuhan berjanji akan membuat keturunan Abraham sangat banyak, seperti bintang di langit dan sebanyak pasir di laut.

Abraham menunggu janji Tuhan untuk mempunyai anak sampai ia berumur 100 tahun. Sedangkan istrinya, Sara, berumur 90 tahun. Karena kesetiaan Abraham memercayai janji-Nya, akhirnya Sara mengandung dan melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Ishak. Ishak bertambah besar, kemudian Tuhan ingin menguji seberapa besar iman Abraham kepada-Nya. Ia meminta Abraham mempersembahkan Ishak, anak satu-satunya sebagai kurban bakaran kepada Tuhan.

Walaupun perintah-Nya sangat berat dan sukar untuk dijalani, Abraham tetap taat. Diapun membawa Ishak naik ke atas gunung, sementara Ishak bertanya-tanya di mana kambing domba yang akan dipersembahkan. Abraham menjawab, “Allah yang akan menyediakan anak domba untuk kurban bakaran bagi-Nya, anakku.”

Sesampainya mereka di atas gunung, Abraham mengikat Ishak dan meletakkannya di atas mezbah persembahan. Saat Abraham bersiap menyembelih Ishak dengan pisaunya, berserulah malaikat Tuhan dari langit, “Jangan bunuh anak itu dan jangan kau apa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang bahwa engkau takut akan Allah dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku” (Kej.22:12).

Karena ketaatannya, Abraham diberkati Tuhan menjadi bapa segala bangsa, bapa orang percaya. Luar biasa, ya, berkat yang diberikan Tuhan kepada Abraham, Sobat Junior? Siapa yang mau diberkati seperti Abraham? Mari kita hidup dengan ketaatan penuh kepada Tuhan. Walaupun terkadang menyakitkan, namun kita harus tetap berjuang agar selalu taat. Tuhan melihat ketaatan kita, dan perjuangan kita tidak akan pernah sia-sia.

Card image
Truth Youth 04 Januari 2024 (English Version) - NEW CHALLENGES
2024-01-04 09:16:26


"Whatever you do, work heartily, as for the Lord and not for men." (Colossians 3:23)

We have entered the fourth day of the year 2024. Usually, the beginning of a new year is an opportune moment to reflect on our past journey and prepare ourselves for the challenges that may arise in the coming year. Challenges can come in various forms, whether personal, professional, academic, or even spiritual aspects of our lives. Often, we prepare ourselves by having plans, where goals in various aspects of life are outlined. However, it's important to realize that in every plan we make, there will inevitably be challenges.

Do not be afraid to learn from challenges. Every difficulty we face can be a valuable lesson. Perseverance in facing challenges can help us grow and become stronger. The Word of God in Colossians 3:23 states that we should do everything for the glory of the Lord. New challenges that come to us can be like vitamins for our souls, enabling us to maximize our efforts for the Lord.

When facing challenges, do not hesitate to seek help or support from those closest to you. Sometimes, facing challenges alone can feel burdensome, but with the support of family, friends, or a community, we can navigate through them more effectively. However, what's more crucial is seeking help from God, drawing near to Him because only God is the source of all strength.

As we face the new year, let's welcome challenges with our heads held high, open hearts, and a spirit full of enthusiasm. Every challenge is an opportunity to grow and become better than before. Don't forget to continually draw near to God.

WHAT TO DO:
Write down the plans you will make this year. Pray to God for the plans you have made.

BIBLE MARATHON:
▪︎Genesis 13-17

Card image
Truth Youth 04 Januari 2024 - NEW CHALLENGES
2024-01-04 09:13:44


"Apa pun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23)

Kita sudah memasuki hari keempat di tahun 2024. Biasanya, di awal tahun yang baru adalah momen yang tepat untuk merefleksikan perjalanan kita sebelumnya dan untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan yang mungkin muncul di tahun yang akan datang. Adapun tantangan bisa datang dalam berbagai bentuk, baik dalam hal pribadi, pekerjaan atau sekolah, kuliah kita, bahkan kerohanian kita. Tidak jarang kita mempersiapkan diri dengan memiliki rencana, di mana di dalam rencana tersebut terdapat tujuan yang ingin dicapai dalam berbagai aspek kehidupan. Namun, perlu kita sadari dalam setiap rencana yang kita buat pasti ada tantangan.

Jangan takut untuk belajar dari tantangan. Setiap kesulitan yang kita hadapi bisa menjadi pelajaran berharga. Ketekunan dalam menghadapi tantangan bisa membantu kita berkembang dan menjadi lebih kuat. Firman Tuhan dalam Kolose 3:23 menyatakan bahwa kita harus melakukan segala sesuatu bagi kemuliaan Tuhan. Tantangan-tantangan baru yang akan datang kepada kita dapat menjadi vitamin bagi jiwa kita agar kita bisa maksimal melakukan segala sesuatu bagi Tuhan.

Ketika menghadapi tantangan, jangan ragu untuk meminta bantuan atau dukungan dari orang-orang terdekat. Terkadang, menghadapi tantangan sendirian bisa terasa berat, tetapi dengan memiliki dukungan dari keluarga, teman, atau komunitas, kita bisa melalui tantangan tersebut dengan lebih baik. Tetapi, yang lebih penting adalah kita harus meminta bantuan kepada Tuhan, mendekatkan diri kepada Tuhan karena hanya Tuhanlah sumber dari segala kekuatan.

Saat kita menghadapi tahun baru, mari sambut tantangan dengan kepala tegak, hati yang terbuka, dan penuh semangat. Setiap tantangan adalah kesempatan untuk tumbuh dan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Jangan lupa untuk terus mendekatkan diri kepada Tuhan.

WHAT TO DO:
Tulis rencana yang akan kamu buat di tahun ini. Berdoalah kepada Tuhan atas rencana-rencana yang telah kamu buat.

BIBLE MARATHON:
▪︎Kejadian 13-17

Card image
Quote Of The Day - 04 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-04 09:09:44


Jauhilah hal-hal yang membuat kita menjadi orang-orang munafik.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 04 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-04 09:08:11


Gereja yang benar harus membawa jemaat ke dalam persekutuan orang-orang kudus dan mengajarkan untuk hidup dalam kekudusan.

Card image
STRONG DETERMINATION - 04 Januari 2024 (English Version)
2024-01-04 09:06:46


Amid this increasingly wicked world, it may feel as if God is avoiding, His presence is thinning, and it seems as if God is being defeated by human evil. And this is indeed happening to those who do not wholeheartedly, with all their soul, mind, and strength, to love the Lord; they will surely not grasp Him. It seems more challenging to find and recognize God as if He is distancing Himself, as if it were so, although it’s not. God does not change; then, now, and forever. God is present in human life.

However, reaching or finding God in our corrupt world takes strong determination and high seriousness. We must sincerely let go of all worldly pleasures. Our interest in the world must be removed. Sins that we commit must be put off. It’s tough, but God is more precious than anything or anyone. We cannot buy or possess something valuable at a cheap price. Valuable goods must be at a high price! Who or what is more valuable than God? None! God is the most precious, the most expensive, and the most noble!

With what can we obtain or find Him? We must strive with our whole life, risking to seek the Lord’s presence and face.  Only those who lose their lives for Jesus—following Him—will gain life. Life (psuke) speaks of life. Life speaks of the atmosphere of the soul. There are thoughts and feelings in life. Thoughts and feelings produce desires. So, if our thoughts and feelings are directed towards the Lord, our desires will also be directed only to Him.

The power of darkness maneuvers extraordinarily in making people not focus on God and, conversely, focus on many things. Especially if someone gets trapped in sinful deeds related to the desires of the flesh, feculent desires, then they will be bound by a condition that will not make them able to soar and reach God. We must remove or release burdens and sins before we can fly. Do not think finding God is easy because we feel God needs us. God is good, a Helper, full of compassion. That is true. But knowing that, do not assume God needs and is looking for us, just like toddlers who feel that adults need them, even though, in reality, parents can do without them.

The world is about to end, and we shouldn’t still act like toddlers who feel that God is the One who needs us. We run here and there as we please, with various focuses, pleasures, hobbies, etc. Remember, we are the ones who must approach God, the ones who must seek His face and must remove all busyness so that we can focus on God. Except for busyness in caring for the family and earning a living that must be fulfilled. But other than that, do not touch unnecessary things.

In the future, it will be challenging to find God, not because He makes it difficult to be seen, but because of the atmosphere of our corrupt world. Unwittingly, it damages the way many Christians think, the soul’s taste of Christians who no longer have a thirst and longing for God; this makes God seem distant and not present. Even though God does not change and remains faithful to His faithfulness forever, He never leaves His work. So, we must be as extreme as possible, as passionate as possible in seeking God. We must build a routine and create a rhythm of life seeking God!

So, do not associate with people who corrupt our minds. We can be captivated by friends whose pleasures and lifestyles do not know God.  Do not engage in activities that do not make us grow in the Lord. Our world is only God, only God! Even if we date, get married, have children, take care of the household, do business, whatever we do, all of that is for the glory of God! Such a life is a life prepared to enter the Kingdom of Heaven. If someone’s world today is corrupt, they will not be worthy to enter the Kingdom of Heaven. But if God is our world, we always live in the presence of God; we maintain holiness and purity, and our focus is on saving souls. Then, we will be accepted in the Eternal Tent because we will continue our fellowship with the Lord in the new heaven and earth. We continue devoting ourselves to the Lord in the new heaven and earth.  

IT TAKES STRONG DETERMINATION AND HIGH SERIOUSNESS TO REACH OR FIND GOD IN OUR CORRUPT WORLD.

Card image
KESUNGGUHAN YANG KUAT - 04 Januari 2024
2024-01-04 09:04:22


Di tengah-tengah dunia yang makin jahat ini, akan terasa seakan-akan Allah seperti semakin menghindar, semakin tidak nyata, makin tipis kehadiran-Nya dan seakan-akan Allah dikalahkan oleh kejahatan manusia. Dan ini benar-benar terjadi. Bagi orang yang tidak dengan segenap hati, sepenuh jiwa, segenap akal budi dan kekuatan mengasihi Tuhan, maka orang itu pasti tidak akan menangkap Tuhan. Tuhan akan terasa makin sulit ditemui, makin sulit dikenali, rasanya Tuhan menjauh, rasanya seakan-akan demikian, padahal tidak. Tuhan tidak berubah; dulu, sekarang, sampai selama-lamanya. Tuhan hadir dalam kehidupan manusia.

Namun dibutuhkan kesungguhan yang kuat, keseriusan yang tinggi untuk bisa menjangkau atau menemukan Tuhan di tengah-tengah dunia kita yang fasik ini. Kita harus sungguh-sungguh melepaskan semua kesenangan dunia. Ketertarikan kita kepada dunia harus kita tanggalkan. Dosa-dosa yang kita lakukan harus kita lepaskan. Berat sekali, memang sulit sekali, tetapi Tuhan lebih mahal dari apa pun dan siapa pun. Kita tidak bisa membeli atau memiliki barang mahal dengan harga murah. Barang mahal, harga mahal! Siapa yang lebih mahal dari Allah? Apa yang lebih mahal dari Allah? Tidak ada! Allah itu paling berharga, paling mahal, paling mulia!

Dengan apa kita bisa memperoleh atau mendapatkan-Nya? Tentu dengan segenap hidup yang kita pertaruhkan untuk mencari hadirat Tuhan, mencari wajah Tuhan. Sejatinya, hanya orang yang kehilangan nyawa karena Yesus—demi pengiringan kepada Yesus—yang akan memperoleh nyawa. Nyawa bicara mengenai kehidupan. Nyawa bicara mengenai suasana jiwa. Di dalam nyawa terdapat pikiran dan perasaan. Pikiran dan perasaan ini akan memproduksi kehendak. Jadi, kalau pikiran dan perasaan kita sepenuhnya kita tujukan kepada Tuhan, maka kehendak kita pun akan terarah hanya pada Tuhan.

Kuasa kegelapan bermanuver luar biasa, bagaimana membuat manusia tidak fokus kepada Tuhan. Dan sebaliknya, fokus dengan banyak hal. Apalagi kalau sampai ada yang terjerat perbuatan dosa yang menyangkut keinginan daging, nafsu dan jiwa yang keruh, maka ia akan terbelenggu dengan keadaan yang tidak akan membuatnya mampu terbang menjangkau Allah. Sebab kita harus menanggalkan atau melepaskan beban dan dosa, baru bisa terbang. Jadi jangan menganggap menemukan Tuhan itu mudah karena merasa Tuhan sangat membutuhkan kita. Tuhan itu baik, penolong, penuh kasih sayang. Benar. Tetapi jangan dengan berpikir demikian, lalu kita berpendapat bahwa Tuhanlah yang membutuhkan kita dan mencari kita. Seperti anak-anak balita yang merasa orang tualah yang membutuhkan dia, padahal sebenarnya orang tua bisa tidak membutuhkan anak-anak itu.

Dunia sudah mau berakhir, masak kita masih seperti anak balita yang merasa Tuhan membutuhkan kita? Lalu kita lari sana-sini suka-suka kita, dengan berbagai fokus, kesenangan, hobi, dan lain sebagainya. Ingat, kita yang harus mendekat kepada Tuhan, kita yang harus mencari wajah-Nya, kita yang harus menanggalkan semua kesibukan supaya kita bisa fokus kepada Tuhan. Kecuali kesibukan mengurus keluarga, kesibukan mencari nafkah, jelas itu harus kita penuhi. Tetapi selebihnya, untuk hal yang tidak perlu, jangan sentuh.

Ke depan Tuhan akan sulit ditemukan, namun bukan karena Tuhan mempersulit untuk ditemui melainkan karena suasana dunia kita yang fasik. Dan tanpa disadari, itu merusak cara berpikir banyak orang Kristen, selera jiwa orang Kristen yang tidak lagi memiliki kehausan dan kerinduan akan Allah, itu membuat Tuhan terasa jauh, tidak hadir. Padahal Allah tidak berubah, Allah setia memelihara kesetiaan-Nya sampai selama-lamanya, Allah yang tidak pernah meninggalkan perbuatan tangan-Nya. Maka kita harus seekstrem-ekstremnya, sefanatik-fanatiknya mencari Tuhan. Kita harus membangun sebuah rutinitas, membangun sebuah irama hidup mencari Tuhan!

Jadi jangan bergaul dengan orang yang membuat pikiran kita rusak. Kita bisa ditawan oleh teman-teman dengan segala kesenangan dan gaya hidup yang tidak mengenal Allah. Jangan melakukan kesibukan-kesibukan yang tidak membuat kita bertumbuh di dalam Tuhan. Dunia kita hanya Tuhan, Tuhan saja! Bahkan, kalau pun kita pacaran, menikah, punya anak, mengurus rumah tangga, bisnis, apa pun kita lakukan semua itu untuk kemuliaan Allah! Kehidupan seperti ini adalah kehidupan yang dipersiapkan untuk masuk Kerajaan Surga.

Kalau dunia seseorang hari ini adalah dunia fasik, maka ia tidak akan layak masuk ke dalam Kerajaan Surga. Tetapi kalau Tuhan adalah dunia kita, kita selalu hidup di hadirat Tuhan, kita menjaga kekudusan dan kesucian, fokus kita bagaimana menyelamatkan jiwa-jiwa, maka pasti kita akan diterima di Kemah Abadi. Sebab kita akan meneruskan persekutuan kita dengan Tuhan di langit baru bumi baru. Kita teruskan pengabdian kita kepada Tuhan di langit baru bumi baru.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DIBUTUHKAN KESUNGGUHAN YANG KUAT, KESERIUSAN YANG TINGGI UNTUK BISA MENJANGKAU ATAU MENEMUKAN TUHAN DI TENGAH-TENGAH DUNIA KITA YANG FASIK INI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 04 Januari 2024
2024-01-04 09:01:48

Ayub 1-5

Card image
Truth Kids 03 Januari 2024 - N U H
2024-01-03 09:29:23


Kejadian 6:9
"Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah."

Siapa di antara Sobat Kids yang tidak pernah buat papa atau mama kesal? Hhmm, rasanya jarang sekali ada anak yang tidak pernah sama sekali membuat orang tuanya kesal. Tapi, kalau kalian memang tidak pernah buat papa dan mama kesal, jempol untuk kalian. Kalian hebat!

Pada zaman dahulu, ada seorang laki-laki yang benar dan tidak bercela, namanya Nuh. Ayat firman Tuhan hari ini mengatakan bahwa Nuh hidup bergaul dengan Allah. Maksudnya, hubungan Nuh dengan Allah sangat dekat. Meskipun orang-orang di sekitar Nuh tidak taat kepada Allah, Nuh tetap taat. Bahkan saat disuruh membuat bahtera pun, ia dianggap aneh oleh tetangganya, Nuh tetap taat.

Nuh taat melakukan segala sesuatu yang Allah minta. Bagaimana dengan Sobat Kids? Saat papa atau mama minta kalian lakukan sesuatu, apakah kalian selalu taat? Yuk, kita belajar dari Nuh yang hidup benar dan taat di hadapan Allah.

Card image
Truth Junior 03 Januari 2024 - N U H
2024-01-03 09:27:12


Kejadian 6:9
“Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.”

Hari ini kita akan belajar dari seorang tokoh Alkitab yang pastinya kalian sudah pernah dengar cerita-ceritanya. Nama tokoh Alkitab ini adalah Nuh. Pada zaman dahulu, banyak manusia berbuat jahat dan melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak baik di mata Tuhan sehingga Ia menjadi sangat sedih. Kepedihan hati-Nya membuat Tuhan menyesal telah menciptakan manusia, sehingga Ia ingin membinasakan seluruh makhluk yang ada di bumi.

Berfirmanlah Tuhan: “Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka” (Kej. 6:7).

Tetapi Nuh adalah orang yang saleh dan selalu hidup bergaul dengan Allah. Ia adalah orang yang tidak bercela. Tuhan meminta Nuh membuat bahtera. Nuh mempunyai 3 orang anak yang bernama Sem, Ham, dan Yafet, lalu mereka bekerja bersama-sama membuat bahtera yang Tuhan inginkan sesuai dengan ukuran-ukuran yang Tuhan katakan kepada mereka. Setelah bahtera yang diminta Tuhan untuk dibangun selesai, maka masuklah Nuh bersama dengan istrinya, 3 anaknya beserta dengan istri mereka; semua berjumlah 8 orang. Nuh juga membawa masuk sepasang hewan setiap jenisnya untuk masuk ke dalam bahtera.

Setelah semua masuk dalam bahtera, Tuhan menurunkan hujan yang sangat lebat selama 40 hari 40 malam, sehingga seluruh permukaan bumi tertutup air dan tidak ada manusia yang selamat selain Nuh dan keluarganya.

Ketaatan Nuh memberikan berkat untuk Nuh dan keluarganya. Tuhan melihat hidup Nuh yang taat dan selalu dekat dengan Tuhan. Nah, Sobat Junior, Nuh sudah memberikan teladan kepada kita. Maka, mari kita ubah hidup kita yang tadinya belum sungguh-sungguh, menjadi sungguh-sungguh dalam Tuhan. Yang tadinya kurang atau tidak taat, mari berubah menjadi taat sehingga hidup kita menyenangkan hati-Nya.

Card image
Truth Youth 03 Januari 2024 (English Version) - CHESS PAWN
2024-01-03 09:25:12


"Brothers, I do not consider that I have made it my own. But one thing I do: forgetting what lies behind and straining forward to what lies ahead." (Philippians 3:13)

Chess is one of the most famous board games that requires skill in devising strategies to win. As we know, chess consists of various pieces such as the king, queen, bishop, knight, rook, and pawn. Among all chess pieces, the pawn is considered the weakest. Nevertheless, the pawn has the most unique characteristics among other chess pieces, as it can only move forward and can transform into a queen, bishop, knight, or rook after successfully reaching the opponent's back rank.

There is a wealth of wisdom in simple things like chess. Unfortunately, this often goes unnoticed, even though chess embodies wisdom and life's lessons. Chess actually shows us that the failure of Christians to realize their resolutions in the new year is due to fear and looking back. If we observe, the pawn is the only chess piece that has no choice but to move forward and face the opponent without looking back. As the smallest warrior in the front line of the battle, the pawn faces opponents much larger and more powerful. However, the pawn proves that it can conquer all opponents, even defeating the queen as the strongest piece and the king as the main piece, all thanks to its courage to keep moving forward without looking back.

Just as the pawn bravely moves forward without looking back, so should we in this new year. We must dare to move forward and forget our mistakes from the previous year. Daring to move forward means being optimistic and enthusiastic in facing whatever lies ahead in this new year. May each of us in this new year become like the Apostle Paul, forgetting everything that is past and focusing on what lies ahead. Amen.

WHAT TO DO:
1. Forget the things that are in the past.
2. Be enthusiastic, focused, and fulfill our part.
3. Fear nothing and no one.

BIBLE MARATHON:
▪︎Genesis 9-12

Card image
Truth Youth 03 Januari 2024 - PION CATUR
2024-01-03 09:22:02


"Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku." (Flp. 3:13)

Catur merupakan salah satu permainan papan yang paling terkenal dan membutuhkan keterampilan menyusun strategi untuk memenangkan permainan. Seperti yang kita ketahui, catur terdiri dari beberapa bidak, seperti raja, ratu, uskup, kuda, benteng, dan pion. Di antara semua bidak catur, pion dianggap sebagai bidak yang paling lemah. Meskipun demikian, pion memiliki karakteristik yang paling unik di antara bidak catur lainnya, yakni pion hanya dapat bergerak maju dan dapat berubah menjadi ratu, uskup, kuda, ataupun benteng setelah berhasil mencapai petak terujung lawan.

Terdapat banyak sekali hikmat yang termuat dalam hal-hal sederhana seperti permainan catur. Sayangnya hal ini sering kali luput dari pengamatan kita, padahal permainan catur memuat hikmat dan kebijaksanaan hidup. Sebenarnya permainan catur memperlihatkan kepada kita bahwa kegagalan orang-orang Kristen merealisasikan resolusi-resolusi mereka di tahun baru disebabkan oleh ketakutan dan sikap suka menoleh ke belakang. Kalau kita amati, pion merupakan satu-satunya bidak catur yang tidak memiliki pilihan lain selain bergerak maju dan menghadapi lawan tanpa sekali pun menoleh ke belakang. Sebagai prajurit paling kecil di baris terdepan peperangan, pion diperhadapkan dengan lawan yang jauh lebih besar dan lebih hebat darinya. Akan tetapi, pion membuktikan bahwa dirinya mampu menaklukkan semua lawannya, bahkan ia mampu menaklukkan ratu sebagai bidak terkuat dan raja sebagai bidak utama. Semua berkat keberaniannya untuk terus melangkah maju tanpa menoleh ke belakang.

Sebagaimana pion itu berani melangkah maju tanpa menoleh ke belakang, demikianlah juga mestinya kita di tahun yang baru ini. Kita harus berani untuk melangkah maju dan melupakan kesalahan-kesalahan kita di tahun lalu. Berani melangkah maju artinya kita harus optimis dan semangat menghadapi apa pun yang ada di hadapan kita di tahun yang baru ini. Kiranya di tahun baru ini setiap kita bisa menjadi seperti Rasul Paulus yang melupakan segala hal yang sudah berlalu dan fokus mengarahkan diri pada hal-hal yang ada di hadapannya. Amin.

WHAT TO DO:
1. Lupakan hal-hal yang sudah berlalu
2. Semangat, fokus, dan penuhi bagian kita
3. Jangan takut pada apa pun dan kepada siapa pun

BIBLE MARATHON:
▪︎Kejadian 9—12

Card image
Renungan Pagi - 03 Januari 2024
2024-01-03 09:20:11


Cara hidup yang baik haruslah dinyatakan dalam perbuatan kita setiap hari, dan itu dinyatakan oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan. Dan hal itu menandakan kita adalah orang bijak dan berbudi. "Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan."

Jadi ternyata lemah lembut adalah hal yang penting dalam gaya hidup kekristenan, sebab Tuhan Yesus pun ingin kita belajar dua hal dari Pribadi-Nya, yaitu lemah lembut dan rendah hati. Dengan mengenakan gaya hidup Kristus inilah, maka jiwa kita akan mendapat ketenangan. "Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan."
(Yakobus 3:13; Matius 11:29)

Card image
Quote Of The Day - 03 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-03 07:36:32


Jangan bergaul dengan orang munafik agar kita tidak terkhamiri.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 03 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-03 07:35:12


Doa memiliki tempatnya, tetapi tanggung jawab juga memiliki tempatnya sendiri.

Card image
A FIGURE TO EMULATE - 03 Januari 2024 (English Version)
2024-01-03 07:27:58


If we can become servants of God who find a life that we can offer others, surely the Lord will suffice us and even lavish us with physical and spiritual blessings. However, we must be sincere. Therefore, we must strip away all pleasures until none is left. Because when we have the pleasure that God does not enjoy, in essence, we are out of the presence of God, especially if we sin. And if we are out of the presence of God, it means we are out of the vine. Being a servant of God means we must be willing to lose our lives or forfeit our souls. Conversely, we must have the life of Christ to display the life that God desires, and this is what servants of God must offer.

Thus, it must be engraved in the hearts of servants of God, seen from one aspect of service; we must offer a high-quality life. The congregation must be able to find the figure of Christ in the lives of the servants of God. Our compassion, our love for the congregation, will leave a strong impression on their lives. We are allowed to be angry but not hurt because they will not have an exemplary figure if we do so. The congregation must find the face of Jesus in the servants of God. So, guard our words and attitude. One day, they will offer this version of life to others by sharing the experiences they have with us.

If so, we will enjoy what the Lord Jesus promises, ‘Peace I leave with you.’ The peace enjoyed by the inhabitants of heaven, the angels.  But if our character is terrible, we can’t enjoy a meaningful life. So, if we are in difficult situations—difficulty getting food, no facilities—let us not lose His peace. In essence, it is an honor. However, how can we still enjoy the Lord’s peace amid such difficult circumstances?  When we desire the Lord, we can do the will of the Lord, which is our happiness. That is why we never lose hope and longing to return to heaven. On the contrary, if we are bound to the beauty of this world, we will not yearn to return to heaven.

We are an open letter, so wherever we are, people should be able to see and feel heaven. When our joy is in the Lord, our happiness is not on this earth, and we will surely be willing to sacrifice for the Lord because what we sow for the work of the Lord will be remembered by Him for eternity. We offer life, and we are ambassadors providing a form of one life that also provides the Kingdom of Heaven. Let us not show the world because the world poisons our life version. Satan is active like a walking lion roaring, seeking whom he may devour. We must draw near to the Lord. Jas 4:7-8a says, ‘Submit yourselves therefore to God. Resist the devil, and he will flee from you. Draw near to God, and He will draw near to you.’

Perhaps we are known as proclaimers of the voice of truth, with sharp sermons and intelligence, but we do not guide people to have a high-quality life or show the good fruits of life. Then, there must be something wrong there. We should not only rely on preaching abilities and good presentations of the voice of truth but also on the power of the Holy Spirit to convey the Rhema from the Lord. Increase prayer and fasting, and strive to live without blemish. We must not have pleasures.

People can talk about anything concerning us, but if we live in truth, people will find God and a figure to emulate. So, we are not afraid to commit to living a holy life and loving God because there is no other choice. We must be brave—especially for servants of God—and sincerely offer a high-quality version of life. The Lord does not use angels to perform this task. He uses us; for this one, the Lord has no other representative. How valuable we are.

  PEOPLE CAN TALK ABOUT ANYTHING CONCERNING US, BUT IF WE LIVE IN TRUTH, PEOPLE WILL FIND A FIGURE TO EMULATE.

Card image
SOSOK YANG DAPAT DITELADANI - 03 Januari 2024
2024-01-03 07:24:24


Kalau kita bisa menjadi seorang hamba Tuhan yang menemukan hidup yang bisa kita tawarkan kepada sesama, pasti Tuhan mencukupi kita bahkan melimpahi kita dengan berkat jasmani dan rohani. Namun, kita harus sungguh-sungguh. Maka kita harus menanggalkan semua kesenangan, sampai kita tidak punya kesenangan lagi. Sebab ketika kita punya kesenangan dan Tuhan tidak ikut menikmati kesenangan itu, sejatinya kita keluar dari hadirat Allah, apalagi kalau kita berbuat dosa. Dan kalau kita keluar dari hadirat Allah, artinya kita keluar dari pokok anggur. Menjadi hamba Tuhan berarti kita harus rela kehilangan hidup atau kehilangan nyawa. Dan sebaliknya, kita harus memiliki nyawa Kristus sehingga kita akan menampilkan kehidupan yang Allah kehendaki. Dan ini yang harus para pelayan Tuhan tawarkan.

Jadi harus digoreskan di dalam hati para hamba Tuhan, dilihat dari satu aspek pelayanan, haruslah menawarkan jenis kehidupan yang berkualitas tinggi. Dan jemaat harus dapat menemukan sosok Kristus di dalam hidup para hamba Tuhan. Belas kasihan kita, kasih kita kepada jemaat dan ini akan menjadi kesan yang kuat di dalam hidup mereka. Kita boleh marah, tetapi jangan melukai. Sebab jika kita melukai, maka mereka tidak akan mendapat sosok teladan. Jemaat harus menemukan wajah Yesus di diri para hamba Tuhan. Maka jaga perkataan, jaga sikap kita. Suatu hari mereka akan menawarkan versi kehidupan ini kepada orang lain dengan membawa pengalaman hidupnya bersama kita.

Jika demikian, percayalah, kita akan menikmati apa yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu.” Damai yang dinikmati oleh penduduk surga, para malaikat. Tetapi kalau karakter kita buruk, maka tidak mungkin kita dapat menikmati meaningful life atau hidup yang berarti. Maka kalau kita dalam keadaan sulit—untuk makan pun sulit atau seadanya, tidak ada fasilitas--jangan kita kehilangan damai sejahtera-Nya. Sejatinya, itu adalah suatu kehormatan. Namun, bagaimana kita bisa tetap menikmati damai Tuhan di tengah-tengah keadaan sulit seperti itu? Ketika kita menikmati Tuhan, kita bisa melakukan kehendak Tuhan dan sejatinya itulah kebahagiaan kita. Itulah sebabnya kita tidak pernah kehilangan harapan dan kerinduan untuk pulang ke surga. Sebaliknya, kalau kita terikat dengan keindahan dunia ini, kita tidak akan merindukan pulang ke surga.

Kita adalah surat yang terbuka, maka di mana pun kita berada, orang harus bisa melihat dan merasakan surga. Ketika sukacita kita di dalam Tuhan, maka pasti kebahagiaan kita bukan di bumi ini. Dan kita pasti akan rela berkorban untuk Tuhan, karena apa yang kita tabur bagi pekerjaan Tuhan akan diingat Tuhan di kekekalan. Kita menawarkan kehidupan, dan kita adalah duta-duta yang menawarkan bentuk versi satu kehidupan yang sekaligus di dalamnya menawarkan Kerajaan Surga. Jangan sampai kita menawarkan dunia karena versi hidup kita yang telah diracuni oleh dunia. Iblis aktif seperti singa yang berjalan keliling mengaum mencari orang yang dapat ditelannya. Kita harus merapat kepada Tuhan. Yakobus 4:7-8a berkata, “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu. Mendekatlah kepada Allah, maka Ia akan mendekat kepadamu.”

Mungkin kita dikenal sebagai pemberita suara kebenaran, tajam khotbahnya, cerdas, tetapi kita tidak mengarahkan orang untuk memiliki kehidupan yang berkualitas, tidak menunjukkan buah-buah hidup yang baik. Maka pasti ada yang salah di situ. Kita tidak boleh mengandalkan kemampuan berkhotbah, paparan suara kebenaran yang bagus, tetapi kita harus mengandalkan kekuatan Roh Kudus supaya rhema yang dari Tuhanlah yang disampaikan. Perbanyak doa puasa dan berusaha untuk hidup tidak bercacat tidak bercela. Jangan punya kesenangan.

Orang boleh bicara apa saja tentang kita, namun kalau kita hidup dalam kebenaran, orang akan menemukan Tuhan, menemukan sosok yang dapat diteladani. Jadi kita tidak takut berjanji untuk hidup suci dan mencintai Tuhan karena memang tidak ada pilihan. Kita harus berani begitu—terutama bagi hamba-hamba Tuhan—di mana kita harus sungguh-sungguh menawarkan satu versi kehidupan yang berkualitas tinggi. Tuhan tidak memakai malaikat untuk melakukan tugas ini. Tuhan memakai kita, dan untuk yang satu ini, Tuhan tidak punya wakil lain. Betapa berharganya kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG BOLEH BICARA APA SAJA TENTANG KITA, NAMUN KALAU KITA HIDUP DALAM KEBENARAN, ORANG AKAN MENEMUKAN TUHAN, MENEMUKAN SOSOK YANG DAPAT DITELADANI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 Januari 2024
2024-01-03 07:19:39

Kejadian 8-11

Card image
Truth Kids 02 Januari 2024 - IBU SEGALA BANGSA
2024-01-02 10:25:10


Kejadian 1:27
"Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka."

Sobat Kids, apakah kalian pernah mendengar sebutan Ibu Presiden? Bagaimana kalau sebutan Ibu negara atau ratu? Ibu presiden, ibu negara ataupun ratu, adalah perempuan yang sangat dihormati di tempat tinggalnya. Perempuan-perempuan ini menolong suami mereka untuk memimpin sebuah bangsa atau kerajaan.

Perempuan pertama ciptaan Allah yang berharga adalah Hawa. Hawa diciptakan setelah Adam. Hawa menjadi istri Adam. Mereka berdua ditempatkan di taman Eden. Bukan hanya sebagai istri, Hawa juga menjadi penolong bagi Adam. Bahkan, Hawa disebut juga ibu segala bangsa. Hawa melahirkan anak-anak yang seterusnya menjadi banyak bangsa seperti sekarang ini.

Untuk menjadi seorang ibu, tidaklah mudah, Sobat Kids. Seorang ibu harus mengandung selama sekitar sembilan bulan sebelum melahirkan seorang bayi. Setelah bayi lahir, ibu harus menjaga dan merawat bayinya hingga bertumbuh dewasa. Oleh sebab itu, kalian harus sayang kepada ibu, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 02 Januari 2024 - H A W A
2024-01-02 10:20:35


Kejadian 1:27
“Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.”

Kemarin kita sudah membaca tentang manusia pertama yang ada di bumi. Hari ini kita akan belajar mengenal manusia kedua yang hidup di bumi ini.

Setelah Tuhan Allah menciptakan Adam, Tuhan Allah menyiapkan taman di Eden. Allah memercayakan banyak hal di dalam taman itu kepada Adam. Adam bertugas untuk mengusahakan dan memelihara taman tersebut. Adam juga diberikan kuasa untuk memberi nama kepada binatang-binatang.

Lalu Tuhan Allah berfirman, “Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kej. 2:18).

Dan apa yang Allah lakukan setelah itu? Pada saat Adam tidur nyenyak, Allah mengambil salah satu tulang rusuk Adam, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari tulang rusuk yang diambil dari Adam, dibangun-Nyalah seorang perempuan (Kej. 2:21-22), dan perempuan itu diberi nama Hawa. Jadilah Hawa menjadi manusia kedua sesudah Adam. Adam dan Hawa hidup berdua di dalam taman yang sudah diciptakan Allah. Hawa menjadi istri Adam yang selalu setia menemaninya.

Hawa sebagai manusia juga sangat berharga di mata Tuhan. Tuhan sangat mengasihi Adam dan Hawa. Tuhan selalu menjaga mereka dan melindungi mereka. Sama halnya dengan kita, Tuhan selalu sayang pada kita karena kita berharga di mata-Nya.Tidak perlu diragukan kalau Tuhan juga mengasihi kita. Jadi… yuk, kita selalu hidup menyenangkan hati Tuhan, dan ingat juga untuk selalu berdoa dan membaca kebenaran firman Tuhan sehingga hidup kita menjadi lebih baik dan berkenan bagi-Nya.

Card image
Truth Youth 02 Januari 2024 (English Version) - THE MEANING OF FAITH ACCORDING TO THE BIBLE
2024-01-02 10:14:52


"Trust in the LORD with all your heart, and do not lean on your own understanding." (Proverbs 3:5)

One of the New Year's resolutions for Christians is a fresh hope in the new year. Every year, many Christians hope for renewal and transformation in their lives in the new year, whether it be material or non-material, and this hope is often linked to faith. Common narratives from the pulpit usually go something like, "Fear not, brethren! Hope in the Lord and face this new year with faith! Just believe! Believe that renewal and transformation will happen in your life!" Something along those lines.

Unfortunately, many people hear about faith without understanding its true meaning. Faith is interpreted arbitrarily and used to obtain things, satisfy carnal desires, and fulfill personal desires that do not align with the truth and will of God. Many Christians tend to rely on their own understanding in interpreting faith and hope in the new year, even though God has given His Word so that we can learn and understand faith correctly according to the Bible.

Proverbs 3:5 explains how we should interpret faith or belief correctly. Each of us should have a right attitude of the heart by trusting in the Lord and leaning on the understanding of the Bible, not our own understanding, especially by inserting our own thoughts and matching them with the Bible. Faith or trust in God is not just about believing; it must be embodied or proven in a tangible way through a heart attitude that is continually thirsty and hungry for the truth, diligently studying the Word with humility every day, and most importantly, living it out in every moment of our lives.

Therefore, in this new year, let each of us build hope with the Lord correctly. Face this new year with optimism, full of hope, realize our hopes and resolutions in the new year with enthusiasm for the glory of God. Remember that God loves and accompanies us all. Amen.

WHAT TO DO:
1. Diligently study the Word of God with humility.
2. Do not listen to sermons that do not align with the Bible.
3. Live out the Word of God at all times.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Genesis 5-8

Card image
Truth Youth 02 Januari 2024 - MAKNA IMAN MENURUT ALKITAB
2024-01-02 10:10:53


"Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri." (Ams. 3:5)

Salah satu resolusi tahun baru orang Kristen adalah harapan baru di tahun yang baru. Tiap tahunnya, banyak sekali orang Kristen yang mengharapkan terjadinya kebaruan dan transformasi dalam hidupnya di tahun yang baru, baik itu kebaruan material maupun kebaruan non-material, dan sering kali harapan ini dikaitkan dengan iman. Biasanya narasi-narasi yang umum diucapkan dari mimbar kurang lebih seperti, “Jangan takut, Saudara! Berharaplah kepada Tuhan dan hadapi tahun baru ini dengan iman! Percaya saja! Imani bahwa kebaruan dan transformasi hidup akan terjadi dalam hidup Saudara!” Kira-kira seperti itu.

Namun, sayang sekali banyak orang mendengar kata 'iman' tanpa mengerti makna yang sebenarnya. Iman diartikan suka-suka sendiri dan digunakan untuk mendapatkan sesuatu, memuaskan hawa nafsu kedagingan dan keinginan diri sendiri yang tidak sesuai dengan kebenaran dan kehendak Tuhan. Banyak orang Kristen cenderung bersandar pada pengertiannya sendiri dalam memaknai iman dan pengharapan di tahun baru, padahal Tuhan sudah menganugerahkan Firman-Nya supaya kita belajar dan mengerti iman dengan benar sesuai Alkitab.

Amsal 3:5 menjelaskan bagaimana mestinya kita memaknai iman atau percaya itu dengan benar. Mestinya, setiap kita harus memiliki sikap hati yang benar dengan percaya kepada Tuhan dan bersandar pada pengertian Alkitab, bukan pada pengertian sendiri, apalagi memasukkan pikiran sendiri dan mencocokkannya dengan Alkitab. Iman atau percaya kepada Tuhan itu bukan hanya percaya saja, tetapi harus diwujudkan atau dibuktikan dengan nyata melalui sikap hati yang senantiasa haus dan lapar akan kebenaran, tekun belajar Firman dengan kerendahan hati setiap harinya, dan yang terpenting ialah melakukannya, mewujudkannya tiap saat di dalam hidup kita.

Oleh sebab itu, di tahun yang baru ini biarlah setiap kita membangun harapan bersama Tuhan, dengan benar. Hadapi tahun baru ini dengan optimis, penuh harapan, wujudkan harapan dan resolusi-resolusi kita di tahun baru dengan penuh semangat untuk kemuliaan Tuhan. Ingatlah bahwa Tuhan sangat mengasihi dan menyertai kita semua. Amin.

WHAT TO DO:
1. Tekun mempelajari Firman Tuhan dengan kerendahan hati
2. Jangan mendengarkan khotbah-khotbah yang tidak sesuai dengan Alkitab
3. Lakukan Firman Tuhan setiap saat

BIBLE MARATHON:
▪︎Kejadian 5—8

Card image
Renungan Pagi - 02 Januari 2024
2024-01-02 10:06:59


Orang yang jujur, tidak akan pernah dipermalukan oleh Tuhan; orang yang hidup jujur, memang perjalanan hidupnya kelihatan seolah-olah lebih berat daripada orang yang penuh dengan kebohongan, tapi tujuan akhirnya akan selalu lebih indah dan lebih mulia. Sebab orang jujur adalah orang-orang yang dapat hidup tidak bercela, menjaga jalan keadilan dan setia, sehingga hidupnya dipelihara oleh Tuhan dan selalu ada pertolongan Tuhan pada waktunya.

"Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya, sambil menjaga jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia." Orang jujur memang akan melewati banyak tantangan, orang jujur akan melewati banyak pergumulan, orang jujur akan melewati banyak tekanan, tapi orang jujur akan memperoleh hari depan yang cemerlang, yaitu pertolongan dan pemeliharaan Tuhan.
(Amsal 2:7-8)

Card image
Quote Of The Day - 02 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-02 10:04:05


Jangan sampai kita hanya mengingini berkat-berkat Tuhan, tetapi kita tidak mengingini Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 02 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-02 10:02:13


Jangan memberhalakan masalah, karena sikap seperti ini adalah sikap tidak menghormati Tuhan. Serahkan saja ke dalam tangan Tuhan, dan nikmati sukacita di dalam hadirat-Nya.

Card image
WORTHY OF ENTERING THE FATHER'S HOUSE - 02 Januari 2023 (English Version)
2024-01-02 09:59:30


We should consider what we offer to the congregation or fellow believers the Lord entrusts to be on our life’s path. If we are good sheep, we certainly follow the voice of the Good Shepherd, who leads us where He goes. We can also enjoy the Word that will color our lives and shape the extraordinary color of our lives. The empowering Word says, ‘It is no longer I who live, but Christ lives in me.’ Christ with His gentle spirit, compassion, holiness, and joy. So that people can say, ‘I want to have a life like that.’  The color of life we offer is a life that prepares someone to be worthy of entering the Father’s House. It’s not just about turning people into good individuals but truly becoming worthy of being honored together with the Lord Jesus.

Ironically, many people are only taught about theology or service techniques but are not trained or are less taught about how to have a life version that they can offer, a life version that God desires. Therefore, if people do not understand this, there will be no content in their service, no purpose. This hopefully can be a correction for those who have served the Lord and will go to the Lord’s field. We must find the version of that kind of life to offer, and people will embrace it as preparation for their eternal life. So, don’t just pursue degrees—whereby with a degree, we gain prestige and livelihood—but let’s learn to find the life that God desires that we can offer.

However, do not be incautious; Satan actively offers a version of life that leads people toward eternal darkness. We are racing against time. We must save children from an early age and educate them to find the life God desires. If we only educate them in academic knowledge, many people already do that. We must make them graduates who have genuinely found life. Therefore, let’s engrave the determination to find the life God desires in our hearts. Do not eat the wrong grass; eat the grass from the Lord, namely His Word (Rhema); ‘Man shall not live by bread alone, but by every word (rhema) that proceeds from the mouth of God.’

It is implicitly said that each person has a specific Word, something special related to their individual’s life. For that, there must be interaction with God. We now understand how important prayer is. We need the voice of God because He wants to speak about how to shape us into outstanding individuals. So, it’s frightening if we don’t have a relationship with God. Theological knowledge does not guarantee that someone will become a person with good ethics; it cannot represent God because we should represent the unseen image of God. Before Jesus ascended to heaven, He said, ‘As the Father has sent Me, I am sending you,’ which is to be a witness for the Father. But honestly, our standard of living is still far from what God desires.

Our life as servants of God must be a model in which someone builds themselves, not just from the sermons we deliver but from our lives. When we have a life as children of God who absorb the truth and demonstrate divine life (2 Pet. 1:3-4), we can enjoy a life that cannot be explained to others. Note, that it is impossible for someone with a bad character to enjoy God and life correctly. A person who does not have a genuine Christian character will indeed seek worldly things. The world has corrupted their soul’s taste. Thus, the world corrupts the soul’s taste of humans, like sheep being led to eternal slaughter, entering into eternal fire.

Therefore, there is no choice; we must lose our lives or souls. The soul (psuke) has taste, thoughts, and feelings. We strip it off and do not have pleasures other than studying the Word, praying, and paying attention to every event where God speaks. So, inevitably, we must have only one world, and that is God. We are people consecrated by God to be His servants. Therefore, willingly or not, we must have a life as God desires us to have.  Every person has responsibilities, but as servants of God—pastors, teachers, shepherds—standing in front of many people who have a central place to offer the truth, we must have superior qualities.

THE COLOR OF LIFE WE OFFER IS TO PREPARE SOMEONE TO BE WORTHY OF ENTERING THE FATHER'S HOUSE.

Card image
LAYAK MASUK RUMAH BAPA - 02 Januari 2024
2024-01-02 10:34:40


Hal yang harus kita pikirkan sekarang adalah apa yang kita tawarkan kepada jemaat atau sesama yang Tuhan percayakan hadir di jalur hidup kita. Kalau kita adalah domba yang baik, kita pasti mengikuti suara Sang Gembala yang membawa kita ke mana Dia pergi. Kita juga dapat menikmati Firman yang akan mewarnai hidup kita dan membentuk warna hidup kita yang luar biasa. Firman yang menyanggupkan kita berkata, “Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam Aku.” Kristus dengan spirit-Nya yang lemah lembut, belas kasihan-Nya, kesucian-Nya dan sukacita-Nya. Sehingga orang bisa berkata, “Aku ingin punya hidup seperti itu.” Warna kehidupan yang kita tawarkan adalah kehidupan yang mempersiapkan seseorang untuk layak masuk Rumah Bapa. Jadi bukan hanya sekadar mengubah orang menjadi baik, melainkan benar-benar menjadi orang yang layak dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus.

Ironisnya, banyak orang hanya diajar ilmu tentang Tuhan atau teknik-teknik pelayanan, tetapi tidak diajar atau kurang diajar untuk bagaimana memiliki versi hidup yang bisa ia tawarkan; versi hidup yang Tuhan kehendaki. Maka, kalau orang tidak mengerti hal ini, pasti tidak ada isi pelayanannya, tidak ada tujuan. Kiranya ini menjadi koreksi kita yang sudah melayani Tuhan dan yang akan turun ke ladang Tuhan. Kita harus menemukan versi jenis kehidupan itu sehingga kita bisa menawarkan, lalu orang mengenakannya sebagai persiapan untuk kehidupan kekalnya. Jadi jangan hanya karena mau mendapat gelar—yang mana dengan gelar itu kita memiliki prestise, dan bisa mendapatkan nafkah—tetapi kita mau belajar untuk menemukan kehidupan yang Allah kehendaki yang akan kita tawarkan.

Namun jangan lengah, Iblis aktif menawarkan versi kehidupan yang menggiring manusia menuju kegelapan abadi. Kita berkejar-kejaran dengan waktu. Kita harus menyelamatkan anak-anak sejak dini, kita mendidik agar mereka menemukan hidup seperti yang Tuhan mau. Kalau kita hanya mendidik mereka secara ilmu pengetahuan dalam kegiatan akademis, hal itu sudah banyak dilakukan orang. Kita harus menjadikan mereka lulusan yang benar-benar telah menemukan hidup. Oleh sebab itu, goreskan di hati kita tekad untuki menemukan hidup yang Tuhan kehendaki. Jangan makan rumput yang salah, makanlah rumput dari Tuhan, yaitu firman-Nya (rhema); “Sebab manusia hidup bukan hanya dari roti, melainkan dari setiap firman (rhema) yang keluar dari mulut Allah.”

Secara implisit mau dikatakan bahwa setiap orang memiliki firman yang khusus; sesuatu yang spesial yang berhubungan dengan kehidupan secara individu. Untuk itu, harus ada interaksi dengan Tuhan. Maka sekarang kita mengerti, betapa pentingnya berdoa. Kita membutuhkan suara Tuhan karena Tuhan mau bicara bagaimana membentuk kita menjadi manusia yang unggul. Jadi, menakutkan kalau kita tidak memiliki hubungan dengan Tuhan. Pengetahuan teologi tidak menjamin seseorang menjadi manusia yang punya etika yang baik; belum bisa mewakili Tuhan. Sebab seharusnya kita mewakili gambar Allah yang tidak kelihatan. Sebelum Yesus naik ke surga, Yesus berkata, “Seperti Bapa mengutus Aku, Aku mengutus kamu,” yaitu untuk menjadi saksi bagi Bapa. Namun sejujurnya, betapa jauhnya standar hidup kita dari standar yang Allah kehendaki.

Kehidupan kita sebagai pelayan Tuhan harus menjadi model dengan mana seseorang membangun dirinya; bukan hanya dari khotbah yang kita sampaikan, melainkan dari hidup kita. Sebab ketika kita memiliki kehidupan sebagai anak-anak Allah yang menyerap kebenaran dan memperagakan kehidupan ilahi (2 Ptr. 1:3-4) di situlah kita bisa menikmati hidup yang tidak bisa kita jelaskan kepada orang lain. Camkan, tidak mungkin seseorang yang karakternya buruk bisa menikmati Tuhan, menikmati hidup dengan benar. Orang yang tidak memiliki karakter kristiani yang benar pasti akan mencari perkara-perkara fana. Selera jiwanya telah rusak oleh dunia. Jadi dunia merusak selera jiwa manusia, seperti domba kelu dibawa ke pembantaian kekal, masuk ke dalam api kekal.

Oleh sebab itu, tidak ada pilihan, kita harus kehilangan nyawa atau jiwa. Di mana di dalam nyawa (_psuke_) ada selera, pikiran dan perasaan. Kita tanggalkan, jangan punya kesenangan selain belajar Firman, berdoa dan memperhatikan setiap peristiwa yang terjadi di mana Tuhan berbicara. Maka, tidak bisa tidak, kita hanya harus memiliki satu dunia yaitu Tuhan. Kita adalah orang-orang dikhususkan Tuhan untuk menjadi hamba-hamba Tuhan. Sehingga, mau tidak mau kita harus memiliki hidup seperti yang Tuhan kehendaki kita miliki. Setiap orang mempunyai tanggung jawab, tetapi sebagai pelayan Tuhan—pendeta, guru, gembala—yang berdiri di depan banyak orang yang mendapat tempat sentral untuk menawarkan kebenaran, kita harus memiliki kualitas yang lebih unggul.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

WARNA KEHIDUPAN YANG KITA TAWARKAN ADALAH KEHIDUPAN YANG MEMPERSIAPKAN SESEORANG UNTUK LAYAK MASUK RUMAH BAPA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 Januari 2024
2024-01-02 09:50:26

Kejadian 4-7

Card image
Truth Kids 01 Januari 2024 - CIPTAAN YANG BERHARGA
2024-01-01 09:51:30


Kejadian 2:15
"TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu."

Sobat Kids, apakah kalian masih ingat bagaimana proses penciptaan dalam Alkitab? Tuhan Allah menciptakan langit dan bumi beserta isinya, itu secara berurutan. Manusia diciptakan pada hari keenam. Ternyata Allah menciptakan manusia (Adam) di hari penciptaan yang terakhir, bukan tanpa alasan. Jika dilihat dari urutan penciptaan, Allah terlebih dahulu menciptakan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia (Adam). Jadi, kita bisa melihat bahwa Adam adalah ciptaan yang sangat berharga di mata Allah. Walaupun pada akhirnya Adam jatuh ke dalam dosa, Adam tetap ciptaan Allah yang berharga.

Kita juga ciptaan Allah yang berharga, Sobat Kids. Sama seperti Adam, kita pun manusia berdosa. Oleh karena itu, kita harus mau berubah menjadi anak yang taat dan menyenangkan hati Allah. Jangan sampai kita menyia-nyiakan hadiah yang Allah berikan kepada ciptaan-Nya yang berharga. Kalian adalah anak-anak yang berharga di mata Allah. Kita juga harus menghargai diri kita, Sobat Kids. Lakukanlah hal-hal yang baik, yang sesuai dengan perintah Allah. Yuk, kita mulai tahun baru ini dengan lebih baik lagi dari tahun sebelumnya.

Card image
Truth Junior 01 Januari 2024 - A D A M
2024-01-01 09:50:03


Kejadian 2:15
“TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.”

Pada awalnya, Allah menciptakan dunia ini masih belum berbentuk, kosong, dan gelap gulita, belum ada apa-apa. Lalu Allah berfirman pada hari pertama: “Jadilah terang” dan terang pun jadi, dipisahkan dari gelap. Jadilah siang dan malam, petang dan pagi. Berlanjut pada hari kedua, Allah menciptakan cakrawala yang disebut langit. Hari ketiga, Allah menciptakan daratan dan lautan, juga tumbuh-tumbuhan, pohon-pohon, dan buah-buah. Pada hari keempat, Allah menciptakan benda-benda langit seperti matahari, bulan, dan bintang. Hari kelima, Allah menciptakan binatang-binatang yang hidup di air dan udara. Sobat Junior dapat membaca lebih seru dalam Alkitab mengenai penciptaan yang Allah lakukan dalam Kejadian 1– Kejadian 2.

Berikutnya pada hari keenam, Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak, dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Lalu Allah melihat semua yang Dia ciptakan baik. Allah berpikir, semuanya sudah ada tapi belum ada yang bisa memelihara binatang-binatang atau mengurus tanaman-tanaman dan pohon-pohon supaya dapat berbuah. Berfirmanlah Allah untuk menciptakan manusia: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi” (Kej. 1:26). Jadi pada hari keenam, Allah menciptakan manusia. Dan Allah menamakan manusia pertama itu Adam.

Adam hadir menjadi manusia pertama yang hidup di bumi dan Adam sangat berharga di mata Tuhan. Adam diciptakan Tuhan untuk menjaga dan memelihara bumi. Sobat Junior juga sama berharganya lho, dengan Adam. Tuhan menciptakan kita masing-masing secara istimewa.

Card image
Truth Youth 01 Januari 2024 (English Version) - IT'S NEW YEAR, GOD!*
2024-01-01 09:46:29


"And run toward the goal to obtain the prize, the heavenly call of God in Christ Jesus." (Philippians 3:14)

The new year is usually accompanied by New Year's resolutions. In essence, New Year's resolutions are a Western tradition where individuals promise to improve themselves in the coming year. These resolutions often involve commitments to enhance physical well-being through healthy lifestyles and improve mental well-being through positive thinking, mindfulness, slow living, simple life, stress management, and more. Additionally, there are resolutions related to education, finances, career, relationships, and more. Not to be outdone, Christians also have spiritual resolutions. Unfortunately, many Christians often fail to realize their resolutions, getting swept away in the New Year's euphoria.

Not many Christian youths understand how to interpret the new year. The term itself, "new year," implies that something new should happen in the new year. Even common people understand this, and they dare to commit to and change their lifestyles, bringing something new into their lives.

Fundamentally, this is how Christians should interpret the new year. A Christian should bring about a tangible renewal in their life so that this renewal can be felt by others and bless many people. Our goal as Christians in this new year should originate from the Word of God that builds awareness to continually become better in every moment of our lives.

Philippians 3:14 shows that our true goal is God Himself because we are created by God to live continually with Him. That is God's original design. Therefore, we should make God our goal in everything. Whether we eat or drink, choose a career, pursue education, maintain a healthy life, achieve success, and prosper, it should not be solely for ourselves but for God. May each of us fulfill our New Year's resolutions by making God the purpose of our lives. Amen.

WHAT TO DO:
1. Diligently study the Word of God with humility.
2. Be disciplined and consistent.
3. Be faithful to your commitments.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Genesis 1-4

Card image
Truth Youth 01 Januari 2024 - IT'S NEW YEAR GOD!
2024-01-01 09:34:56


"Dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Flp. 3:14)

Tahun baru biasanya dibarengi dengan resolusi tahun baru. Sebenarnya, resolusi tahun baru merupakan tradisi masyarakat Barat, ketika seseorang berjanji untuk memperbaiki diri di tahun yang baru. Resolusi-resolusi tersebut biasanya berupa janji untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dengan pola hidup sehat dan meningkatkan kesejahteraan mental dengan positive thinking, mindfulness, slow living, simple life, stress management, dan lain-lain. Selain itu, ada juga resolusi pendidikan, keuangan, karier, jodoh, dan lain-lain. Tidak mau kalah, orang-orang Kristen juga punya resolusi spiritual. Sayangnya, banyak orang Kristen sering gagal merealisasikan resolusi-resolusinya. Mereka hanyut dalam euforia tahun baru.

Tidak banyak pemuda Kristen yang mengerti bagaimana memaknai tahun baru. Namanya saja tahun baru, berarti di tahun baru seharusnya ada sesuatu yang baru. Orang awam saja mengerti hal ini sehingga mereka berani berkomitmen dan mengubah pola hidup mereka. Mereka mendatangkan sesuatu yang baru dalam hidup mereka. Pada dasarnya, sesederhana itulah mestinya orang Kristen memaknai tahun baru. Seorang Kristen mestinya mendatangkan pembaruan yang nyata dalam hidupnya sehingga pembaruan itu dapat dirasakan oleh sesamanya dan memberkati banyak orang. Tujuan kita sebagai orang Kristen pada tahun baru ini mestinya berangkat dari Firman Tuhan yang membangun kesadaran untuk senantiasa berubah menjadi lebih baik di tiap saat hidup kita.

Filipi 3:14 memperlihatkan bahwa tujuan kita yang sejati adalah Tuhan itu sendiri, sebab kita diciptakan Allah untuk senantiasa hidup bersama-sama dengan Allah. Itulah rancangan Allah yang semula. Oleh sebab itu, kita harus menjadikan Tuhan sebagai tujuan kita dalam segala hal. Baik kita makan atau minum, memilih karier, kuliah, hidup sehat, sukses, dan sejahtera bukan semata-mata untuk diri sendiri, melainkan untuk Tuhan. Kiranya setiap kita bisa memenuhi resolusi tahun baru kita dengan menjadikan Tuhan sebagai tujuan hidup kita. Amin.

WHAT TO DO:
1. Tekun mempelajari Firman Tuhan dengan rendah hati
2. Jadilah disiplin dan konsisten
3. Setia terhadap komitmen

BIBLE MARATHON:
▪︎Kejadian 1—4

Card image
Renungan Pagi - 01 Januari 2024
2024-01-01 09:32:57


Tidak ada seorang pun dari kita yang tahu apa yang akan terjadi pada hari esok ataupun di masa yang akan datang. Tetapi Tuhan tahu jalan hidup dan rancangan hari depan kita ada dalam Tangan-Nya. Itu sebabnya tidak perlu kuatir tentang hari esok, sebab Tuhan mengetahui apa yang kita perlukan dan setiap hari memiliki kesusahannya sendiri.

"Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." Sambutlah hari pertama di tahun yang baru ini dengan sukacita dan menyerahkan apa yang akan terjadi selanjutnya dalam kendali Tuhan.

Dan jangan ragu menyerahkan hari esok kedalam Tangan Tuhan dan biarkanlah DIA yang mengatur jalan hidup, tetapi ingatlah bahwa kita harus berjalan dalam ketetapan-ketetapan-Nya. Terus berjuang hidup semakin menyenangkan hati Tuhan, supaya mengalami jaminan penyertaan Tuhan selama hidup di bumi ini.

"Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk selamanya.
(Ulangan 4:40; Matius 6:34)
Selamat Tahun Baru 2024

Card image
Quote Of The Day - 01 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-01 09:30:13


Masalah yang diizinkan terjadi karena Tuhan hendak menunjukkan kepada kita bahwa hikmat dunia tidak cukup mampu menyelesaikan semua masalah-masalah dan kesulitan-kesulitan hidup manusia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 01 Januari 2024 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2024-01-01 09:28:51


Orang yang mencintai dunia pada dasarnya adalah orang-orang yang menyembah Iblis.

Card image
MEANINGFUL LIFE - 01 Januari 2024 (English Version)
2024-01-01 09:27:30


Many must know that genuine service offers a particular form or type of life, though there are many other aspects to it. If not, the service is empty, lacks quality content, and has no purpose for the church. So, our service is an effort to offer a particular form, a color, a version, a type of life, and course, we strive for what we offer to be accepted. And if accepted, the lives of our congregation will surely change. It will vary according to the life we offer. We must lay the proper foundation so that the congregation, from an early age, already has a valid and good type, color, form, and version of life.

Jesus said in John 10:10, ‘The thief comes only to steal and kill and destroy. I came that they may have life and have it abundantly.’ The thief refers to the power of darkness in the Gospel, sowing weeds among the wheat. In essence, we are competing with an adversary who offers a type, color, form, and version of life that makes them inhabitants of eternal fire, cast away from the presence of God. They are active like a walking lion, roaming, seeking whom they can devour. For the power of darkness, there is no vacation, no ceasefire, and no break, if possible, over time.

Does God use angels to fight against this? No. We are sent to proclaim the truth, offering a version of life as God desires. Satan uses various means of media, such as films, music, and different content inputs in gadgets. Children are sown from an early age. The devil lays the foundation so children cannot accept the Word when they reach adolescence, youth, and adulthood. Children become unaware of how life should be. The devil sows poison that makes the soul sick so they cannot enjoy God and His Kingdom.

When Jesus said, ‘I came to give life,’ indeed, the life offered by Jesus is the one He lived, not someone else’s. His disciples saw the life that Jesus lived, so He could say, ‘Go and make disciples of all nations, teaching them to obey everything I have commanded you;’ teach them to have a life as He lived. Therefore, we must offer such a type of life. Abundance does not mean many, but a high-quality life because the Lord came to give a life that is not just life-like creatures in general—not bios—but Zoe—quality life. The Lord gives it without limit.

So, a meaningful life is a life that can be enjoyed, a pleasant life, a beautiful life because that life is entirely of meaning. If we want to offer a type of life that God wants humans to have, we must first possess it ourselves and enjoy that life. Let’s now question where the meaning of life is. Where is the significance of life? How can we make or find our lives meaningful? That’s the issue. Because if we haven’t found a meaningful life, how can we offer it to others?

Congregants go to church to know God, and when they have problems, they hope the church can help. But if the lives of the servants of the Lord are not beautiful, they cannot enjoy that high-quality life. The congregation does not see the example and beautiful life of the servants or ministers of God. Yet, the Lord said, ‘As the Father has sent me, I am sending you.’ The more we understand how difficult it is to transform people. Generally, they make life meaningful because of money, wealth, honor, fleshly satisfaction, and sex. These are common standards of human life, where Satan directs their soul’s taste towards eternal darkness.

In John 10, the Lord talks about a good shepherd who leads his sheep. The good sheep hear the shepherd’s voice and enjoy the grass provided by the shepherd. However, some naughty sheep do not listen to the shepherd’s voice. They even hear and follow the voices of strangers. Indeed, we all believe and acknowledge that Jesus is a good Shepherd. But the critical question for us is, ‘Have we become good sheep who follow the voice of the Shepherd to enjoy the green pasture?’

A MEANINGFUL LIFE IS A LIFE THAT CAN BE ENJOYED, PLEASANT, AND BEAUTIFUL BECAUSE IT IS FULL OF MEANING AND SIGNIFICANCE.

Card image
MEANINGFUL LIFE - 01 Januari 2024
2024-01-01 09:23:37


Saudaraku....

Banyak orang tidak menyadari bahwa pelayanan yang sesungguhnya atau pelayanan yang sejati adalah menawarkan satu bentuk atau satu jenis kehidupan. Tentu banyak aspek yang lainnya. Jika tidak demikian, pasti pelayanan itu kosong, tidak ada isi yang berkualitas, tidak ada tujuan juga untuk gereja. Jadi, pelayanan kita adalah usaha menawarkan satu bentuk, satu warna, satu versi, satu jenis kehidupan dan tentu kita berusaha apa yang kita tawarkan itu diterima. Dan jika diterima, maka kehidupan jemaat yang kita layani, pasti berubah. Berubah sesuai dengan kehidupan yang kita tawarkan. Kita harus meletakkan landasan yang benar, agar jemaat sejak dini telah memiliki satu jenis, satu warna, satu bentuk, satu versi kehidupan yang benar dan baik.

Tuhan Yesus berkata di Yohanes 10:10, “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan. Aku datang supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” Pencuri maksudnya adalah kuasa kegelapan yang dikatakan dalam Injil, menabur ilalang di tengah-tengah ladang gandum. Sejatinya, kita sedang berkompetisi dengan lawan yang menawarkan jenis, warna, bentuk dan versi kehidupan yang menjadikan mereka penghuni api kekal, terbuang dari hadirat Allah. Mereka aktif seperti singa yang berjalan, berkeliling, mencari orang yang dapat ditelannya. Bagi kuasa kegelapan, tidak ada cuti, tidak ada gencatan senjata, tidak ada libur; kalau bisa lembur.

Apakah Tuhan memakai malaikat untuk melawan hal ini? Tidak. Kitalah orang-orang yang diutus menyuarakan kebenaran, menawarkan versi kehidupan seperti yang Tuhan mau. Setan memakai berbagai sarana media, melalui film, musik, dan berbagai input konten di dalam gadget. Anak-anak sejak dini disemai. Iblis meletakkan landasan supaya firman tidak bisa diterima oleh anak-anak ketika mereka menginjak remaja, pemuda, dan dewasa. Anak-anak menjaditidak mengerti bagaimana kehidupan yang seharusnya. Iblis menabur racun yang membuat jiwa sakit, sehingga tidak bisa menikmati Tuhan dan Kerajaan-Nya.

Ketika Yesus berkata, “Aku datang untuk memberi hidup,”pasti hidup yang ditawarkan oleh Tuhan Yesus itu hidup yang Dia kenakan, bukan hidup orang lain. Hidup yang Yesus kenakan yang dilihat oleh murid-murid-Nya, yang karenanya Yesus bisa berkata, “Pergilah jadikan semua bangsa murid-Ku, ajar mereka melakukan segala sesuatu yang Kuperintahkan;”ajar mereka memiliki hidup seperti hidup yang Kukenakan. Maka, kita harus menawarkan satu jenis kehidupan seperti itu.Berkelimpahan bukan berarti banyak, melainkan kehidupan yang berkualitas tinggi. Sebab Tuhan datang untuk memberi hidup yang bukan sekadar hidup seperti makhluk pada umumnya—bukan bios—melainkan zoe—hidup yang berkualitas. Dan Tuhan memberinya tanpa batas.

Jadi, kehidupan yang penuh arti—meaningful life—adalah kehidupan yang dapat dinikmati, kehidupan yang menyenangkan, kehidupan yang indah karena kehidupantersebut penuh makna, penuh arti. Kalau kita mau menawarkan satu warna kehidupan sesuai dengan apa yang Allah kehendaki untuk dimiliki manusia, kita harus terlebih dulu memilikinya dan menikmati kehidupan itu. Mari sekarang kita persoalkan di mana letak makna dari kehidupan itu? Di mana letak berartinya hidup itu? Bagaimana kita bisa membuat atau menemukan hidup kita berarti, itu masalahnya. Sebab kalau kita belum menemukan hidup yang berarti, bagaimana kita bisa menawarkan hidup yang berarti itu kepada orang lain?

Jemaat pergi ke gereja supaya mengenal Tuhan, dan ketika mereka punya masalah berharap gereja bisa menolong. Tetapi jika hidup para pelayan Tuhannya tidak indah, maka mereka tidak bisa menikmati hidup yang berkualitas tinggi tersebut. Jemaat tidak melihat keteladanan dan kehidupan indah dari pelayan atau hamba Tuhan. Padahal Tuhan berkata, “Seperti Bapa mengutus Aku, Aku mengutus kamu.” Makin hari kitasemakin mengerti betapa beratnya mengubah manusia. Sebab pada umumnya mereka menjadikan hidup berarti karena uang, harta, kehormatan, kepuasan daging, dan seks. Ini adalah standar hidup manusia pada umumnya, selera jiwa yang diarahkan Iblis menuju kegelapan abadi.

Dalam Yohanes 10 Tuhan bicara soal gembala yang baik yang menuntun domba-dombanya. Dan domba yang baik adalah domba yang mendengar suara gembalanya untuk menikmati rumput yang disediakan oleh sang gembala. Namun, ada jugadomba yang nakal, yang tidak dengar-dengaran dengan suara gembalanya. Bahkan suara orang asing dia dengar dan ikuti.Tentu kita semua percaya dan mengakui bahwa Yesus adalahGembala yang baik. Namun, pertanyaan yang penting bagi kita, “Apakah kita sudah menjadi domba yang baik yang mengikuti suara Sang Gembala untuk menikmati rumput yang hijau?”

Kehidupan yang penuh arti meaningful life adalah kehidupan yang dapat dinikmati, yang menyenangkan, yang indah karena kehidupan tersebut penuh makna dan penuh arti.

Kiranya kebenaran hari ini memberkati kita semua... Amin

SALAM SEHAT SELALU MENYAMBUT TAHUN BARU 2024 - GBU ALL

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 01 Januari 2024
2024-01-01 09:20:52

Kejadian 1-3

Card image
Truth Kids 31 Desember 2023 - MENGASIHI JIWA-JIWA
2023-12-31 10:31:07


Kolose 3:13
“Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.”

Yeay… kita sudah sampai di hari terakhir tahun ini, Sobat Kids. Biasanya sudah banyak penjual terompet di sepanjang jalan raya. Orang-orang sudah merencanakan acara atau liburan di akhir tahun ini. Bagaimana dengan kalian, Sobat Kids? Apakah yang akan kalian lakukan malam ini?

Kita sepatutnya berterima kasih kepada Tuhan yang sudah menjaga dan memberkati kita sepanjang tahun ini. Semua suka duka yang terjadi dalam hidup kita di sepanjang tahun ini merupakan pembelajaran bagi kita. Sehingga esok hari, di tahun yang baru, kita menjadi anak yang lebih baik lagi.

Ayat firman Tuhan hari ini menjadi pengingat untuk kita menutup tahun ini. Sabar dan mengampuni kesalahan orang lain. Jangan membawa rasa kesal dan kesalahan orang lain di tahun yang baru. Tuhan mengajarkan kita untuk mengasihi jiwa-jiwa (mengasihi orang lain). Kita mau belajar dari teladan Tuhan Yesus yang mengasihi semua orang. Memang tidak mudah, asalkan kita mau dan bersedia, kita pasti bisa. Yuk, Sobat Kids, kita bertekad untuk menjadi anak Allah yang lebih baik lagi di tahun yang baru. Selamat Tahun Baru! Tuhan Yesus memberkati!

Card image
Truth Junior 31 Desember 2023 -MATA DAN HATI TUHAN
2023-12-31 10:25:42


Kolose 3:13
“Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.”

Yeay… akhirnya kita ada di penghujung tahun. Hari terakhir di bulan terakhir, dan besok kita akan memasuki tahun yang baru. Apakah Sobat Junior sudah siap untuk memasuki tahun yang baru? Biasanya, orang suka membuat rencana apa yang akan dilakukan di tahun yang baru. Bisa juga menuliskan hal-hal yang ingin dicapai di tahun depan. Mungkin proses untuk mencapai hal tersebut tidak mudah, butuh waktu panjang dan kesabaran.

Apakah ada di antara Sobat Junior yang telah berdoa untuk seseorang agar ia berubah menjadi anak Allah? Namun, sampai sekarang ia belum menunjukkan perubahan baik. Jangan menyerah, Sobat Junior. Kita harus sabar saat berdoa untuk jiwa-jiwa yang membutuhkan Tuhan.

Mengasihi jiwa-jiwa membutuhkan mata dan hati Tuhan yang ditaruh dalam diri kita. Kita harus belajar agar dapat mengasihi mereka seperti Tuhan mengasihi mereka. Ini tidak mudah, tapi bisa dicapai asalkan kita mau dan bersedia untuk hidup serupa dengan-Nya. Jadi mari kita tutup tahun ini dan membuka tahun yang baru dengan kasih dan penyertaan dari Tuhan. Hidup semakin serupa dengan-Nya. Selamat Tahun Baru!

Card image
Truth Youth 31 Desember 2023 {English Version) - FINDING HIS COMMAND
2023-12-31 10:20:42


"You do not even know what will happen tomorrow. What is your life? It is just like vapor; you can see it for a little while and then it vanishes." (James 4:14)

Have you ever felt that time passes by so quickly? Just last month, you went out of town, and now the month has changed. Just a week ago, you were studying the first chapter of mathematics, and now there's a test coming up. Time flies so fast. It feels like it was just yesterday when you were in junior high school, and now you're in high school. Not to mention, it seems like you just started college, and now you've been working for three years. Time passes by so quickly. Have you ever thought about where our journey in life will stop? At what age will our life clock tick its last? The answer is surely unknown, but one thing is for sure, that time will come, whether it's soon or later. The uncertainty lies in when that time will come. Therefore, in our lives, we must prepare for our time, so that our lives may be pleasing in His sight. Doing the will of the Father is a must in our lives.

The problem is, how do we know what the Father's will is? We just need to get close to the Father Himself, meaning to fellowship with the Father. In every step and activity in our lives, we should learn to consult and discuss with the Father. Developing sensitivity to Him is something we need to practice in this life. The Father will surely speak through many ways to guide us in finding His command or will. The Father won't withhold ways for us to do His will, as He Himself says in His Word. So, the Father will provide guidance and lead us to find His will. We need to have a sensitive heart to listen to His command.

WHAT TO DO:
1. Always pray in the morning upon waking up and at night before sleeping.
2. Read and listen to His Word.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Corinthians 10-13

Card image
Truth Youth 31 Desember 2023 - MENEMUKAN KOMANDO-NYA
2023-12-31 10:18:03


"Sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap." (Yakobus 4:14)

Pernah gak teman-teman merasa bahwa waktu cepat banget berlalu. Baru saja bulan lalu pergi ke luar kota, sekarang sudah berganti bulan. Baru seminggu lalu belajar matematika bab 1, sekarang sudah mau ulangan. Waktu cepat banget berlalu. Baru kemarin SMP, sekarang sudah SMA. Belum lagi, baru kemarin kuliah, sekarang sudah kerja 3 tahun. Cepat banget waktu berlalu. Pernah gak kita berpikir akan berhenti di mana waktu hidup kita? Akan berhenti sampai di angka berapa ya waktu hidup kita? Jawabannya pasti gak ada yang tahu, tapi yang pasti waktu itu akan datang, entah cepat dan bisa juga lama. Waktu itu tidak menentu, yang pasti adalah waktu itu akan datang. Maka dalam hidup kita harus mempersiapkan waktu hidup kita, agar kehidupan kita bisa berkenan di mata-Nya. Melakukan kehendak Bapa itu sudah hal yang wajib, kudu, mesti banget kita lakukan dalam hidup.

Masalahnya gimana caranya tahu kehendak Bapa itu apa? Kita harus dekat dengan Bapa itu sendiri, artinya bergaul dengan Bapa. Di setiap langkah dan kegiatan hidup kita, kita belajar untuk selalu konsultasi dan diskusi sama Bapa. Memiliki kepekaan dari-Nya adalah hal yang perlu kita latih dalam hidup ini, Bapa pasti berbicara lewat banyak hal untuk menuntun kita menemukan apa yang menjadi komando atau kehendak-Nya. Bapa gak mungkin gak kasih cara untuk melakukan kehendak Bapa, karena Bapa sendiri yang bilang di dalam firman-Nya. Jadi, pasti Bapa akan kasih petunjuk dan akan menuntun kita menemukan apa yang menjadi kehendak-Nya. Kita perlu memiliki kepekaan hati untuk mendengarkan komando-Nya.

WHAT TO DO:
1. Selalu berdoa, pagi setelah bangun dan malam sebelum tidur
2. Membaca dan mendengarkan firman-Nya

BIBLE MARATHON:
▪︎1 Korintus 10 - 13

Card image
Renungan Pagi - 31 Desember 2023
2023-12-31 10:15:43


Di suatu waktu seseorang dilahirkan, dan suatu waktu yang lain akan meninggal. Di suatu masa seseorang bercocok tanam, dan nantinya ada waktu lain untuk menuai apa yang ditanam. Ada momen di mana seseorang menangis karena sedih, tetapi ada saatnya ia tertawa gembira karena merasa bersukacita. Ada kesempatan untuk mencari, dan ada waktunya untuk melepaskan, bahkan mengalami kerugian. Ada masa di mana manusia menyimpan (mengumpulkan), dan ada masa di mana manusia membuang (memberi). Ada masa di mana manusia membenci, tetapi ada pula masa di mana ia mengasihi. Ada waktu untuk berdiam diri, dan ada waktu untuk berbicara. Semua pengalaman itu, datang silih berganti menghampiri hidup manusia. Apa makna paradoks peristiwa-peristiwa ini? Lewat pengalaman bersama Tuhan, kita akan mengerti bahwa dalam perputaran pengalaman hidup manusia yang berlangsung terus-menerus, setiap peristiwa terjadi pada waktu yang tepat. Segala sesuatu datang dan pergi, dan kemudian tidak ada sesuai waktunya. Allah berkuasa di atas semua hal dan segala peristiwa. Allah berdaulat atas segala sesuatu, bahkan Ia yang membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Sekalipun banyak manusia tidak dapat menyelami pekerjaan Allah ini, sehingga banyak persungutan, meleset dan berusaha menemukan jalannya sendiri, yang biasanya berakhir dengan kecewa dan putus asa. "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir." Perkataan firman Tuhan ini seharusnya menjadi pedoman untuk senantiasa berusaha memahami maksud Tuhan di balik setiap peristiwa-peristiwa yang kita alami. Sehingga mampu tetap percaya dan bersukacita berjalan bersama Tuhan, apapun keadaan kita. Mari menyambut tahun baru tanpa keraguan dan kekuatiran, tetapi mempercayai Tuhan dengan segenap hati, bahwa tidak akan ada rancangan-Nya yang gagal dalam hidup kita.
(Pengkhotbah 3:11)

Card image
Quote Of The Day - 31 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-31 10:10:41


Orang yang menghayati bahwa dirinya adalah makhluk kekal akan berusaha meraih apa yang lebih dari kehidupan ini; yaitu Tuhan dan Kerajaan-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 31 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-31 10:03:44


Lebih dari sekadar pengertian di dalam pikiran, berkenan tidaknya seseorang di hadapan Tuhan, tergantung dari perilakunya apakah dia makin seperti Yesus atau makin seperti yang lain.

Card image
THE FINAL DIFFERENCE - 31 Desember 2023
2023-12-31 10:02:16


Satan deceives with words like, “Repent later, change later, there’s still time.” However, there are stages we must go through and sins we must address in time. Yet, some people are older but have not rectified themselves since their youth. It becomes even more challenging when we’ve crossed a certain age. Therefore, from an early age, children must know God. In this era, even childhood is tainted by many things. The world has poisoned the lives of many, and they are reluctant to learn to crucify the flesh, to put off the old self. Their focus is divided, distracted by many things, and no longer focused on becoming pleasing children of God.

So, there are stages to go through, starting from the Sunday School stage, where parents play a significant role. In the teenage stage, parents should pay more attention. In the youth stage, they can be released if things are going well. Young adults should already be able to be independent. But it seems like a dream to find someone who genuinely follows these stages properly. Now, let’s focus on bringing joy to the Lord. How? Put off the old self, stage by stage. Slaughter the flesh when keeping resentment. Forgiving enemies is like a pleasing fragrance offering.

The pleasing stage between the immature and mature spiritual person is different. Therefore, we must be honest about our age; have we achieved a satisfactory level of spiritual maturity that pleases the Lord? In our youth, we might get offended when insulted. But now, at 50-60, do we still get offended and then utter inappropriate words, or have we started to control ourselves and refrain from speaking what is not proper? The Lord is the true Physician, and through the Holy Spirit, He cares for us. He sees the viruses and bacteria of sin within us that need to be removed. How do we remove sin from ourselves? Through problems, that is God’s surgical knife.

There is God’s surgical knife through life’s problems, our school of life. However, people often fail to realize that it is an eternal blessing so that we can be cleansed from worldliness, the elements of the old self, and the elements of the flesh. If we succeed stage by stage, it pleases the Lord. We will receive praise, and through that praise, we will experience peace. In this world, a favourite school is costly. However, the school of life is not only expensive, but no one can pay for it except with the blood of Jesus. The Lord says. The Father gave His only Son to die on the cross. That is the fee of the school of life.

Through Jesus’ death on the cross, the Father justifies us. It means we are considered righteous. We can be brought to the Father in heaven, even though our condition is still messy. That’s why Jesus said in Luke 14:33, “So therefore, any one of you who does not renounce all that he has cannot be my disciple.” In other words, “I paid the price to bring you to perfection, to be worthy of entering the Kingdom of Heaven.”

One characteristic of underachieving students is procrastination. However, if we observe brilliant and champion students, they immediately complete their tasks. They both attend the same school, but the final results are bound to differ, and this is similar to what we experience in our daily lives, especially in achieving a holy life. Many say, “I cannot live a holy life because I am a human full of weaknesses and flaws.” With various excuses, they postpone living holy, emptying their hearts of all desires. We should increasingly finish well. Like a container, we must become emptier: empty of sin, impurity, and desires God does not want. Thus, we can see the difference between those who genuinely wish to please God and those who procrastinate with various excuses.

We must never be satisfied with the level of holiness we have achieved. We should want to be better, like students who wish to improve their achievements until they close their eyes. Only in eternity can we see the results of our efforts. Maybe we still have years to live, but we never know when it will end, so we must always rectify ourselves. If there’s something improper that we still do, ask for forgiveness from the Lord. As long as we have the breath of life, the Lord forgives and renews if we ask for forgiveness.  

WE CAN SEE THE DIFFERENCE BETWEEN THOSE WHO GENUINELY DESIRE TO PLEASE GOD AND THOSE WHO PROCRASTINATE WITH VARIOUS EXCUSES.

Card image
PERBEDAAN AKHIR - 31 Desember 2023
2023-12-31 09:59:00


Setan menipu dengan perkataan, "Nanti saja bertobat, nanti saja berubah, masih bisa." Padahal ada tahap-tahap yang harus kita lalui, ada dosa-dosa yang harus kita selesaikan pada waktunya. Namun ada orang yang sudah umur, tetapi tidak membenahi diri sejak muda. Terus terang, akan lebih sulit kalau sudah telanjur lewat umur. Maka sejak dini, anak-anak harus mengenal Tuhan. Karena zaman ini, masa kanak-kanak pun sudah teracuni oleh banyak hal. Dunia telah meracuni kehidupan banyak orang dan mereka tidak mau belajar menyalibkan daging, menanggalkan manusia lamanya. Fokus mereka terbelah, terbagi dengan banyak hal yang menarik perhatian, sehingga tidak fokus lagi untuk bagaimana menjadi anak-anak Allah yang berkenan.

Jadi, ada tahap-tahap yang harus dijalani, dimulai dari tahap Sekolah Minggu, di mana peran orang tua sangat besar. Pada tahap remaja, orang tua harus lebih memberi perhatian. Tahap pemuda, kalau sudah baik, mulai bisa dilepas. Dewasa muda mestinya sudah mulai bisa mandiri. Tetapi ini hanya mimpi rasanya, untuk dapat menemukan orang yang benar-benar mengikuti tahap-tahap tersebut dengan baik. Sekarang mari kita fokus untuk memberi kegirangan bagi Tuhan. Caranya? Tanggalkan manusia lama, tahap demi tahap. Menyembelih daging ketika kita memiliki dendam. Mengampuni musuh itu seperti persembahan yang berbau harum.

Berkenannya seorang yang masih kanak-kanak rohani dengan yang sudah dewasa rohani, berbeda. Maka, kita mesti jujur dengan usia yang telah kita capai ini, sudahkah kita mencapai tingkat kedewasaan rohani yang memuaskan dan menyenangkan hati Tuhan? Waktu muda, kita tersinggung ketika ada yang menghina. Tetapi sekarang, di usia 50-60 tahun, apakah kita masih tersinggung dengan mengucapkan kata-kata yang tidak patut, atau kita mulai bisa mengendalikan diri dan kita tidak membuka mulut dan tidak mengucapkan apa yang tidak patut? Tuhanlah Tabib yang sejati dan melalui Roh Kudus merawat kita. Dia melihat virus dan bakteri dosa di dalam diri kita yang harus dicabut. Bagaimana mencabut dosa dalam diri kita? Melalui masalah, itu adalah pisau operasi Tuhan.

Ada pisau operasi Tuhan lewat masalah-masalah hidup, dan itu adalah sekolah kehidupan kita. Namun, orang sering tidak menyadari bahwa itu adalah berkat kekal, supaya kita bisa dibersihkan dari keduniawian, unsur-unsur manusia lama, unsur-unsur kedagingan. Yang kalau kita berhasil tahap demi tahap, itu menyenangkan Tuhan. Kita akan dapat pujian, dan lewat pujian itu kita akan merasakan damai sejahtera. Kalau di dunia ini, sekolah yang baik, sekolah favorit itu sangat mahal biayanya. Namun, sekolah kehidupan ini bukan hanya mahal, namun tidak ada yang bisa membayar kecuali darah Yesus. Tuhan yang membayar. Bapa memberikan Putra Tunggal-Nya mati di kayu salib. Itulah harga sekolah kehidupan.

Dengan kematian Yesus di kayu salib, Bapa membenarkan kita. Artinya, kita dianggap benar. Kita bisa dibawa kepada Bapa di surga, walaupun keadaan kita masih berantakan. Itulah sebabnya Yesus berkata di Lukas 14:33, "Jika seseorang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, ia tak dapat jadi murid-Ku.” Dengan kalimat lain, “Aku bayar harga untuk membawa kamu kepada kesempurnaan, agar layak masuk Kerajaan Surga.”

Dalam keseharian, kita temui salah satu ciri siswa yang tidak berprestasi adalah ia suka menunda tugas. Coba sekarang perhatikan siswa yang cerdas dan juara, dia segera menyelesaikan tugas. Mereka sama-sama sekolah, namun hasil akhirnya pasti berbeda. Hal ini sama seperti yang kita jalani dalam keseharian hidup kita, terutama dalam hal mencapai kesucian hidup. Banyak orang yang berkata, "Saya tidak bisa hidup suci, karena saya adalah manusia yang penuh kelemahan dan kekurangan.” Dengan segala macam alasan, kita menunda untuk hidup suci, mengosongkan bejana hati dari segala keinginannya. Mestinya kita itu makin hari makin finishing well. Ibarat bejana, kita harus makin kosong: kosong dari dosa, dari kenajisan, dan dari keinginan-keinginan yang Tuhan tidak kehendaki. Maka, kita pasti bisa melihat perbedaan akhir antara orang yang sungguh-sungguh mau berkenan dengan orang yang menunda dengan berbagai macam alasan.

Kita tidak boleh pernah merasa puas dengan level kesucian yang kita capai. Kita mau lebih baik, dan lebih baik lagi. Seperti pelajar yang mau terus meningkatkan prestasinya sampai menutup mata. Baru nanti di kekekalan kita dapat melihat hasil kita masing-masing. Jangan berpikir, kita masih punya hidup 10, 15, 20 tahun. Belum tentu, karena kita tidak tahu kapan akhir detak jantung kita. Tidak pernah tahu. Jadi, kita harus selalu membereskan diri. Jika ada sesuatu yang tidak patut yang masih kita lakukan, kita minta ampun kepada Tuhan. Selagi kita masih memiliki nafas hidup, kalau kita minta ampun, Tuhan mengampuni; Tuhan memperbarui.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA PASTI BISA MELIHAT PERBEDAAN AKHIR ANTARA ORANG YANG SUNGGUH-SUNGGUH MAU BERKENAN DENGAN ORANG YANG MENUNDA DENGAN BERBAGAI MACAM ALASAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 31 Desember 2023
2023-12-31 09:56:01

Wahyu 19-22

Card image
Truth Kids 30 Desember 2023 - B E R S I H
2023-12-30 09:42:41


1 Yohanes 2:11
“Tetapi barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu ke mana ia pergi, karena kegelapan itu telah membutakan matanya.”

Tak terasa kita akan segera menutup tahun ini. Coba Sobat Kids ingat-ingat kembali perbuatan yang telah kalian lakukan sejak Januari hingga hari ini. Apakah lebih banyak yang menyenangkan atau menyedihkan hati mama, papa, dan Tuhan? Jika kalian lebih banyak melakukan hal yang membuat hati orangtua dan Tuhan senang, itu hebat! Tapi kalau kalian lebih banyak membuat hati orangtua dan Tuhan sedih, saatnya kita bertobat.

Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk saling mengasihi saudara kita. Jika kita masih sering bertengkar dengan saudara, kita pun harus bertobat, Sobat Kids. Tuhan mengajarkan kita untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Tidak menyimpan rasa kesal kepada saudara maupun orang lain. Mengasihi jiwa-jiwa atau mengasihi orang lain berarti kita tidak menyimpan dendam meskipun disakiti. Tidak baik, loh, kalau kita menyimpan rasa kesal. Yuk, kita belajar untuk tetap mengasihi orang walaupun ia sudah membuat kita kesal. Kan, kita juga masih banyak berbuat salah. Seperti Tuhan telah mengampuni dosa kita, kita juga mau mengampuni orang yang berbuat salah kepada kita. Menjelang akhir tahun ini kita mau membuat catatan dalam hati kita menjadi bersih. Tidak menyimpan kesalahan orang lain, melainkan mengampuni mereka.

Card image
Truth Junior 30 Desember 2023 - M E M A A F K A N
2023-12-30 09:41:24


1 Yohanes 2:11
“Tetapi barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu ke mana ia pergi, karena kegelapan itu telah membutakan matanya.”

Selain memiliki banyak pulau, Indonesia juga memiliki banyak suku bangsa dengan kebudayaannya masing-masing. Ada beberapa suku bangsa yang melakukan kumpul keluarga saat malam pergantian tahun. Biasanya mereka akan bergantian berbicara satu per satu, dan menyampaikan permintaan maaf atas kesalahan yang telah mereka lakukan sepanjang satu tahun. Mereka juga akan bersyukur kepada Tuhan atas semua kebaikan Tuhan yang mereka rasakan sepanjang tahun. Bagaimana dengan kebiasaan di tempat Sobat Junior? Apakah kalian memiliki tradisi yang biasa dilakukan menjelang penutupan tahun?

Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita agar tidak membenci saudara. Artinya kita harus saling memaafkan. Mengasihi jiwa-jiwa berarti tidak menyimpan rasa kesal meskipun disakiti; tidak menyimpan sakit hati dan kebencian terhadap orang lain.

Sobat Junior, mari kita gunakan momen menjelang akhir tahun ini untuk saling mengampuni satu dengan yang lain. Gunakan sisa waktu yang ada untuk mengingat-ingat hal yang perlu kita perbaiki di tahun yang akan datang. Jangan sampai terlambat. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di tahun mendatang. Oleh sebab itu, gunakan waktu yang ada sebaik mungkin.

Card image
Truth Youth 30 Desember 2023 (English Version) - BECAUSE GOD LOVES ME
2023-12-30 09:37:56


"This is love: not that we loved God, but that He loved us and sent His Son as an atoning sacrifice for our sins." (1 John 4:10)

The church undoubtedly always teaches us about goodness. But do we precisely understand the meaning of goodness that we often hear in church? Or, let alone in church, anywhere everyone is undoubtedly taught about goodness. But why do we need to do good in our lives? Isn't it more pleasant, happy, and comfortable if we do everything according to our desires? Why must Christians do good? Even to be perfect like the Father in heaven?

In the passage of our verse today, it says that it's not us who loved God, but God who first loved us by sending His only Son, Jesus, to redeem our sins. Because the Most Loving God has given Himself in the form of Christ, we are then taught to love many people around us. Because God loves, so do we. It's not just because we don't want to go to hell that we do good. That's not incorrect, but we need to understand more deeply that everything we do is dedicated to God who has given us a Savior so that our sins are redeemed, and we can be together in the new heaven and earth. So, living in this world requires a struggle to become like Jesus and be perfect like the Father. Our motivation to do good is not just because we don't want to go to hell, but because of God Himself. Whatever we do, we do it only for God who has given Himself through Jesus to redeem our sins. So, let's do everything good in this life only for the glory of His name.

WHAT TO DO:
1. Set aside time for prayer and thanksgiving for God's love.
2. Perform at least one act of kindness every day.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Corinthians 5-9

Card image
Truth Youth 30 Desember 2023 - KARENA ALLAH MENGASIHI-KU
2023-12-30 09:34:17


"Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita." (1 Yohanes 4:10)

Gereja pastinya selalu mengajarkan kita tentang kebaikan. Tapi apakah kita mengetahui secara pasti makna kebaikan yang sering kali kita dengar di gereja? Atau jangankan di gereja, di mana pun setiap orang pasti diajarkan tentang kebaikan. Namun sebenarnya mengapa kita perlu melakukan kebaikan dalam hidup kita? Bukankah lebih enak, bahagia, dan nyaman jika kita melakukan segala sesuatu sesuai dengan kemauan kita? Kenapa orang Kristen mesti melakukan kebaikan?Bahkan sampai menjadi sempurna seperti Bapa di surga?

Di ayat perikop kita hari ini dikatakan bahwa bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang terlebih dahulu mengasihi kita dengan mengutus Anak-Nya yang Tunggal, Yesus untuk menebus dosa kita. Karena Allah yang Maha Pengasih telah memberikan diri-Nya dalam rupa Kristus, maka kita diajarkan untuk mengasihi banyak orang di sekitar kita. Karena Allah mengasihi, begitu pula kita mengasihi. Bukan karena kita gak mau masuk neraka, lalu kita jadi berbuat baik. Hal itu bukannya tidak benar, tetapi kita perlu memaknai lebih dalam bahwa setiap hal yang kita lakukan memang kita tujukan untuk Allah, yang telah memberi kita Penyelamat, sehingga dosa kita ditebus dan kita bisa bersama di langit baru dan bumi yang baru. Maka hidup di dunia ini perlu perjuangan untuk menjadi serupa dengan Yesus dan menjadi sempurna seperti Bapa. Motivasi kita melakukan kebaikan bukan hanya sekadar kita gak mau masuk neraka, tapi karena Allah itu sendiri. Apa pun yang kita lakukan, kita lakukan hanya untuk Allah yang sudah memberi diri-Nya melalui Yesus untuk menebus dosa kita. Jadi yuk, kita lakukan segala hal baik dalam hidup ini hanya untuk kemuliaan nama-Nya.

WHAT TO DO:
1. Memiliki waktu untuk berdoa dan mengucap syukur akan kasih Allah
2. Melakukan minimal satu kebaikan setiap harinya

BIBLE MARATHON:
▪︎1 Korintus 5 - 9

Card image
Renungan Pagi - 30 Desember 2023
2023-12-30 09:00:48


Manusia dan seluruh alam semesta ada dalam ruang dan waktu. Oleh karena itu, semuanya terikat oleh waktu. Ada masa lalu, masa kini, dan masa depan yang dialami manusia dan seluruh ciptaan lainnya. Karena terikat oleh waktu, manusia dan ciptaan lainnya disebut makhluk temporer, yaitu makhluk yang keberadaannya bersifat sementara. Seluruh pengalaman manusia bahkan hidupnya dibatasi oleh waktu.

Ada nenek moyang yang pernah hidup di masa lalu, kita hidup di masa kini, dan besok-lusa mungkin ada generasi lain yang hidup. Pengalaman pun variatif: kadang senang, kadang sedih, kadang optimis, kadang pesimis, kadang berpengharapan, kadang putus asa. Pengkhotbah meringkas pengalaman keterbatasan manusia dan alam semesta itu dalam sebuah pernyataan; "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya."

Menjelang pergantian tahun ini, kita harus lebih lagi memahami bahwa makin singkat waktu yang diberikan untuk berbenah diri, hidup menurut kehendak Tuhan, melakukan kehendak Bapa, sehingga tahun-tahun kehidupan yang telah kita lalui tidak menjadi sia-sia dan akan kita sesali nanti saat harus memasuki dahsyatnya kekekalan. Sambut tahun baru dengan lebih lagi mendekat pada Tuhan dan hidup menyenangkan hati Tuhan.
(Pengkhotbah 3:1)

Card image
Quote Of The Day - 30 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-30 08:57:26


Orang yang mempersiapkan diri untuk kehidupan yang akan datang tidak akan mempersoalkan hal-hal duniawi yang bertujuan untuk nilai diri.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 30 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-30 08:55:23


Daripada terlalu fokus pada harta dan kesuksesan materi, mari luangkan waktu untuk merenungkan kekayaan hati kita. Ingatlah di mana hartamu berada di situ hatimu berada.

Card image
TWO DEATHS - 30 Desember 2023 (English Version)
2023-12-30 08:48:41


If we observe school children, they all learn together from morning until noon, even until the afternoon, but differences emerge at the end of the school period. Some graduate and proceed to higher education, while others do not. Life is similar to that. We all go through life, become Christians, attend church, and some even become activists or ministers. Yet, in the end, distinctions become apparent. Some people weep tears of joy, while others weep in lamentation, described in the Bible as ‘weeping and gnashing of teeth,’ banished from the presence of God forever.

Some are glorified together with the Lord Jesus, as mentioned in Rom.8:17. However, some only become members of society. Today, individuals may appear righteous and spiritual, but one day, we will all stand before the Judgment Seat of the Lord. No one can hide their real condition. Everything will be laid bare and exposed to an unavoidable reality. In the worldly realm, people might escape the pursuit of the police, judges, or prosecutors. Yet, there is no escape before the Judgment Seat of the Lord.

Our Lord, Jesus Christ, said, “Do not be afraid of those who kill the body but cannot kill the soul. Rather, be afraid of the One who can destroy both soul and body in hell. Fear the Lord, who has the power to not only kill the body but also to cast it into eternal fire, where worms do not die, and the fire is not quenched.” This verse illustrates the horror of being separated from the presence of God. Do not fear if only our physical body dies;  everyone will physically die. But fear the reality of the second death, being separated from the presence of God. That is what we should fear.

Therefore, a person who experiences only one death (physical death) will undergo two deaths (physical death and death in eternity).  However, if someone experiences two deaths (physical death and death to the flesh), then they will only undergo one death (physical death). The challenge is that killing our flesh is not an easy task; it is a process that occurs daily, not in just a day or two, but throughout the years of our lives, and this is what the Bible refers to as putting off the old self. Ironically, many people are unaware that their flesh is still alive. This situation is dangerous. They are people with numerous self-justifications, never genuinely rectifying themselves. 

Ephesians 4:20-24 states, “But that is not the way you learned Christ! Assuming that you have heard about him and were taught in him, as the truth is in Jesus, to put off your old self, which belongs to your former manner of life and is corrupt through deceitful desires, and to be renewed in the spirit of your minds, and to put on the new self, created after the likeness of God in true righteousness and holiness.”

Many in the past misunderstood what it means to be born again or have a new life. Going to church made them feel they were living a new life; being baptized meant a new life and abandoning some immoral habits.  A new life is not like a point but a long line. That is what is called the School of Life, which means: “Make disciples of all nations.” A good disciple indeed learns, not just for a day, but for a long process while being a disciple. Especially in the Lord, the process is long throughout our lifetime. We must realize one by one the sins recorded in our flesh that we need to slaughter: pride, arrogance, snobby, impurity, sexual sins, uncontrolled anger, easily offended.

We sometimes try to justify ourselves and indulge our feelings, pampering our flesh, thus preserving our old selves instead of taking them off. The Lord knows we need time or a process to attain a perfect life. The Lord also understands the difficulty of putting off the old self that has become ingrained in our flesh. But if we do not address it now, when we stand before the judgment seat of the Lord, and everything is laid bare, it will be terrifying. The Holy Spirit will surely help us. Therefore, do not be arrogant. So, do not just be a diligent Christian attending church; instead, focus on how we diligently learn daily. Do not let this opportunity pass; we will never rectify our inner selves.  

A PERSON WHO EXPERIENCES TWO DEATHS (PHYSICAL DEATH AND DEATH TO THE FLESH) WILL ONLY UNDERGO ONE DEATH (PHYSICAL DEATH).

Card image
DUA KALI MATI - 30 Desember 2023
2023-12-30 08:39:47


Kalau kita memperhatikan anak-anak sekolah, mereka sama-sama belajar dari pagi sampai siang, bahkan sampai sore, tetapi di akhir masa sekolah, akan terlihat perbedaan. Ada yang lulus dan bisa melanjutkan ke perguruan tinggi, tetapi ada yang bahkan tidak lulus. Kehidupan sebenarnya seperti itu. Kita sama-sama menjalani hidup, sama-sama menjadi orang Kristen, sama-sama ke gereja, bahkan sama-sama menjadi aktivis atau pendeta. Tetapi nanti, pada akhir kehidupan, akan kelihatan bedanya. Ada orang yang menangis bahagia, tetapi ada yang menangis dalam ratapan; yang Alkitab katakan sebagai ‘ratap tangis dan kertak gigi’ karena terbuang dari hadirat Allah selama-lamanya.

Ada orang-orang yang dipermuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus seperti yang dikatakan di dalam Roma 8:17. Tetapi ada yang hanya menjadi anggota masyarakat. Hari ini, orang kelihatan baik-baik, kelihatan rohani, tetapi satu hari nanti semua kita berdiri di hadapan takhta pengadilan Tuhan. Tidak ada seorang pun yang dapat menyembunyikan keadaan yang sebenarnya dari dirinya. Semua akan dibuka, ditelanjangi, dan itu merupakan realitas yang tidak bisa dihindari. Kalau di dunia ini, orang bisa menghindari kejaran polisi, kejaran hakim, jaksa. Tetapi kalau di hadapan pengadilan Tuhan, tidak akan bisa.

Tuhan kita, Yesus Kristus, berkata, “Jangan takut kepada apa yang dapat membunuh tubuh, tetapi tidak berkuasa membuang jiwa ke dalam neraka. Takutlah akan Allah yang berkuasa, bukan saja membunuh tubuhmu, tetapi membuangnya ke dalam api kekal di mana ulat tidak bisa mati, apinya tidak bisa padam.” Ini menunjukkan kengerian keadaan orang yang terpisah dari hadirat Allah. Jangan takut kalau hanya fisik kita yang mati. Semua orang pasti mati, tetapi takutlah terhadap kenyataan kematian kedua, yaitu terpisahnya seseorang dari hadirat Allah. Itu yang harus kita takuti.

Oleh sebab itu, orang yang hanya satu kali mati (mati fisik), dia akan mengalami dua kali mati (mati fisik dan mati di kekekalan). Tetapi kalau orang dua kali mati (mati fisik dan mati kedagingan), maka dia hanya akan satu kali mati (mati fisik). Masalahnya, kematian membunuh daging kita ini ternyata bukan sesuatu yang mudah, ini proses dari hari ke hari, bukan dalam waktu satu dua hari, tetapi sepanjang tahun umur hidup kita. Ini yang dikatakan Alkitab sebagai menanggalkan manusia lama. Ironis, banyak orang tidak menyadari kedagingannya masih hidup. Ini celaka sekali. Mereka adalah orang-orang yang memiliki banyak alasan pembenaran diri dan tidak pernah sungguh-sungguh membereskan dirinya.

Efesus 4:20-24 mengatakan, “Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, yaitu bahwa kamu, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.”

Dulu, sebagian besar kita memahami keliru yang namanya lahir baru atau hidup baru. Kalau sudah ke gereja, merasa sudah hidup baru; dibaptis berarti sudah hidup baru, plus meninggalkan beberapa kebiasaan dosa moral. Hidup baru itu bukan seperti sebuah titik, melainkan seperti garis panjang. Itulah yang dikatakan sekolah kehidupan; "Jadikan semua bangsa murid-Ku." Seorang murid yang baik pasti belajar, dan bukan hanya satu hari, melainkan proses panjang selama ia berstatus sebagai murid. Apalagi di dalam Tuhan, prosesnya panjang, yaitu seumur hidup kita. Dan kita harus menyadari satu per satu dosa yang terekam di dalam daging yang harus kita sembelih: kesombongan, keangkuhan, gila hormat, kenajisan, dosa seksual, kemarahan yang tak terkendali, gampang tersinggung; banyak harus disembelih.

Sejujurnya, kita masih berusaha membenarkan diri dan memanjakan perasaan, memanjakan daging, sehingga kita melestarikan manusia lama kita, bukan menanggalkan manusia lama. Tuhan tahu bahwa kita membutuhkan waktu atau proses untuk mencapai kehidupan yang sempurna. Tuhan pun tahu sulitnya menanggalkan manusia lama yang sudah menyatu di dalam daging kita. Namun kalau tidak kita tanggulangi sejak sekarang, maka nanti ketika di hadapan pengadilan Tuhan semua dibuka, mengerikan sekali. Roh Kudus pasti menolong kita. Maka, jangan sombong. Jadi, jangan hanya menjadi orang Kristen yang rajin ke gereja, namun bagaimana kita tekun setiap hari belajar. Jangan sampai kesempatan ini berlalu, dan kita tidak pernah membenahi manusia batiniah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG MENGALAMI DUA KALI MATI (MATI FISIK DAN MATI KEDAGINGAN), MAKA DIA HANYA AKAN SATU KALI MATI (MATI FISIK).

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 Desember 2023
2023-12-30 08:32:57

Wahyu 12-18

Card image
Truth Kids 29 Desember 2023 - CERITA DAN BERDOA
2023-12-29 09:39:53


Yesaya 6:8
Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Maka sahutku: “Ini aku, utuslah aku!”

Kemarin kita sudah belajar melayani Tuhan di gereja atau di Sekolah Minggu. Hari ini kita mau belajar melayani Tuhan dengan hal yang berbeda. Ayat firman Tuhan hari ini tentang nabi Yesaya yang mau melayani Tuhan. Saat itu Tuhan membutuhkan orang untuk mengingatkan bangsa Israel agar mereka kembali dengar-dengaran kepada Tuhan. Nabi Yesaya bersedia untuk dipakai Tuhan. Ia mau bekerja bagi Tuhan agar semua orang bisa diselamatkan.

Sobat Kids, kalian juga dapat melakukan seperti yang dilakukan nabi Yesaya. Keselamatan satu orang itu sangat berharga di hadapan Tuhan. Tuhan tidak mau ada satu orangpun yang masuk ke dalam neraka. Tuhan mau semua orang selamat. Itulah alasan Tuhan mau lahir di bumi ini, untuk menyelamatkan semua orang di bumi ini. Namun, banyak orang yang belum mengenal Tuhan. Kita, yang sudah mengenal kebenaran Tuhan Yesus, perlu menyampaikan kebenaran itu. Ceritakan kepada teman-teman kalian tentang kasih sayang Tuhan. Tetapi ingat, ya, Sobat Kids. Kita tidak boleh memaksa teman-teman untuk percaya kepada Tuhan. Biarlah mereka sendiri yang menentukan. Kita hanya dapat memperkenalkan dan berdoa bagi mereka.

Card image
Truth Junior 29 Desember 2023 - INI AKU
2023-12-29 09:38:07


Yesaya 6:8
Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Maka sahutku: “Ini aku, utuslah aku!”

Sobat Junior sudah tahu, kan, bahwa Indonesia disebut sebagai negara kepulauan? Mengapa disebut demikian? Benar! Indonesia terdiri dari belasan ribu pulau. Wow, banyak sekali, bukan?! Dari sekian ribu pulau, mungkin ada yang belum pernah mendengar tentang Tuhan Yesus. Khususnya pulau kecil yang terpencil dan susah dijangkau dengan transportasi darat. Bahkan mungkin penduduk yang tinggal di suatu pulau sangat terbatas mendapatkan listrik dan air bersih.

Kita harus bersyukur dengan tempat tinggal kita sekarang, Sobat Junior. Kondisi tempat tinggal kita pasti berbeda-beda. Ada yang tinggal di pegunungan, tinggal di pesisir pantai, di pedesaan, maupun di perkotaan. Namun, kita sama-sama memiliki Tuhan Yesus yang mengasihi jiwa-jiwa. Hidup semua orang berharga di mata Tuhan. Dan sebagai ungkapan terima kasih atas keselamatan yang sudah kita terima dari Tuhan, tentu kita juga mau agar orang lain dapat mengenal Tuhan.

Kita dapat belajar dari respons yang nabi Yesaya berikan kepada Tuhan. Ketika Tuhan bertanya siapa yang mau pergi untuk memberitakan kebenaran firman Tuhan, Yesaya memberikan dirinya. Maukah Sobat Junior menceritakan tentang Tuhan Yesus kepada orang lain? Kalian bisa menceritakan melalui perbuatan baik sehari-hari. Dengan berlaku sesuai perintah Tuhan, orang lain akan melihat kasih Tuhan dalam diri kalian.

Card image
Truth Youth 29 Desember 2023 (English Version) - BEST CHRISTMAS GIFT
2023-12-29 09:35:42


"Whoever has my commands and keeps them is the one who loves me. The one who loves me will be loved by my Father, and I too will love them and show myself to them." (John 14:21)

Christmas is the eagerly anticipated year-end moment for many people. "It is always about a gift," says some children joyfully gathered around the Christmas tree, eagerly awaiting their chance to receive neatly wrapped presents under the Christmas tree. Perhaps some of us have been one of them, just anticipating "gifts" or presents every Christmas Eve. Do you know that there is a significant event that happens in December, an event that changes the lives of many, an event that is the most beautiful gift ever? A priceless, invaluable gift— the birth of Jesus Christ into the world. Sadly, year after year passes, but Christmas is only celebrated like any other holiday. The essence of Christmas itself has shifted; more people anticipate Christmas for its gifts and joy, forgetting that Christmas is not always about gifts and celebrations alone. But it's also unfair to say that Christmas should be solemnly commemorating the birth of Jesus Christ. Especially when we imagine the possibility that the next Christmas might never come, feelings of anxiety and fear may arise.

Let's always remember that we need to stand on the right foundation, meaning how we experience Christmas with the right sentiments. Realizing the fact that the next Christmas may not always come, have we welcomed the Redeemer who will be born to delight the Father in heaven in the best way possible? Questions we need to ponder, friends. Many people celebrate Christmas expecting "gifts" but do not offer themselves as a gift that can be enjoyed by God the Father. His Word says, "Those who claim to love the Lord, then they will hold onto His words and do His will." Our Heavenly Father has already given His Son as the best gift ever; now, what can we give Him except our lives that please Him? This is the best Christmas gift.

WHAT TO DO:
1. Remember the true meaning of Christmas.
2. Write down spiritual goals.
3. Strive to live a life pleasing to God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Romans 17-18

Card image
Truth Youth 29 Desember 2023 - BEST CHRISTMAS GIFT
2023-12-29 09:33:16


"Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya." (Yohanes 14:21)

Natal adalah momen penutup tahun yang sangat dinantikan banyak orang. “It is always about a gift”, kata sebagian anak-anak yang tengah bersukacita di sekeliling pohon Natal, mereka tengah menantikan kesempatan mereka menerima hadiah yang tersusun rapi di bawah pohon Natal. Mungkin sebagian dari kita pernah menjadi salah satu dari mereka, yang hanya menantikan “kado” atau hadiah setiap malam Natal. Tahukah kamu bahwa ada peristiwa besar yang terjadi di bulan Desember, peristiwa yang mengubah hidup banyak orang, peristiwa yang menjadi kado terindah yang pernah ada. Kado yang priceless, tidak ternilai harganya, yaitu kelahiran Yesus Kristus ke dunia. Sadly, tahun berganti tahun, tetapi Natal hanya dirayakan seperti hari raya lainnya. Esensi dari Natal itu sendiri sudah bergeser, lebih banyak orang yang menantikan Natal karena hadiah dan kegembiraannya, sampai lupa kalau Natal bukan selalu tentang hadiah dan perayaan semata. Namun tidak adil juga rasanya jika kita mengatakan Natal harusnya penuh kekhusyukan mengenang kelahiran Yesus Kristus. Apalagi kalau kita membayangkan kemungkinan Natal tahun berikutnya mungkin tidak pernah datang, akan muncul rasa gelisah dan ketakutan.

Mari kita ingat selalu bahwa kita perlu berdiri di dasar yang tepat, artinya bagaimana kita menghayati Natal dengan perasaan yang tepat. Menyadari kenyataan bahwa Natal berikutnya tidak selalu datang, sudahkah kita memberikan sambutan terbaik kepada Sang Penebus yang akan lahir dengan menyenangkan hati Bapa di surga? Pertanyaan yang perlu kita renungkan teman-teman. Banyak orang merayakan Natal dengan mengharapkan “hadiah”, namun tidak memberikan diri sebagai hadiah yang bisa dinikmati Allah Bapa. Firman-Nya berkata, “Mereka yang mengaku mengasihi Tuhan, maka ia akan berpegang pada perkataan-Nya, dan melakukan kehendak-Nya.” Our Heavenly Father already give His Son as the best gift ever, now what we can give to Him except our life that pleasing Him, this is the best Christmas gift.

WHAT TO DO:
1. Mengingat arti Natal sesungguhnya
2. Menuliskan target-target rohani
3. Berjuang hidup menyenangkan Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎Roma 17-18

Card image
Renungan Pagi - 29 Desember 2023
2023-12-29 09:30:26


Tak ada manusia di dunia ini yang luput dari kematian!, sekali waktu kelak pasti akan mati dan meninggalkan dunia ini, yang menjadi masalah dan pertanyaan bagi semua orang adalah, setelah kematian itu ada apa? Karena itu, sepanjang sejarah manusia berusaha dengan segala akal dan kepandaiannya untuk menyingkap rahasia di balik kematian itu.

Tetapi yang jelas dan pasti, hanya ada dua tempat yang akan dituju manusia setelah kematian, yaitu Kerajaan Surga atau Neraka, dan sesungguhnya Bapa tidak ingin manusia ciptaan-Nya masuk ke dalam kebinasaan kekal di neraka, karena itu menawarkan keselamatan kepada manusia dengan cara yang sederhana.

Yaitu percaya kepada Putera-Nya yaitu Kristus, yang diutus-Nya untuk turun ke dunia, menjadi manusia. Inilah berita Natal yang disampaikan dari tahun ke tahun. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal. Supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."

Tetapi karena keangkuhan dan gengsi, banyak manusia yang menolak dan tidak mau menerima keselamatan yang Bapa tawarkan itu, mereka lebih suka hidup dalam dosa dibandingkan dengan keselamatan jiwanya; mereka berpikir bahwa sorga dan neraka itu hanya dongeng, karena itu mereka berkata, "Selagi masih muda, selagi masih hidup di dunia, kita harus menikmati kesenangan dunia ini, kalau tidak sekarang, kapan lagi?"

Sekalipun Firman Tuhan tidak pernah berhenti mengingatkan agar kita selalu berjaga-jaga, karena tidak pernah tahu kapan waktu tiba harus meninggalkan dunia ini. Kita tidak boleh lengah dan ceroboh dalam menjalani kehidupan sebagai orang percaya yang telah diselamatkan. Dan ingatlah satu-satunya jalan keselamatan menuju kehidupan kekal itu hanya di dalam Yesus Kristus, tidak ada jalan yang lain.
(Yohanes 3:16)

Card image
Quote Of The Day - 29 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-29 09:27:44

Dengan kita bersukacita di dalam Tuhan berarti kita mengakui bahwa Allah lebih besar dari segala sesuatu dan Ia baik.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 29 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-29 09:26:32


Diperlukan tekad yang kuat untuk melawan keinginan-keinginan daging yang membinasakan dengan terus melekat kepada Tuhan.

Card image
DIRECTING THE MIND - 29 Desember 2023 (English Version)
2023-12-29 09:24:39


The mind serves as the rudder of life, steering an individual’s entire existence and determining the course of their life on Earth and, ultimately, in eternity. Therefore, the educational world makes intensive efforts to guide human beings from an early age since they are most malleable during their formative years.  Poor upbringing or misguided education of children can have fatal consequences. The same applies to salvation; if someone is not directed towards the Kingdom of Heaven or the purpose of salvation from an early age, they will never be saved (become the kind of person God desires).

Therefore, Jesus emphasized the importance of repentance and becoming like a child. He stated that unless someone repents and becomes like a child, they will not enter the Kingdom of Heaven (Matt. 18:3). The word “repent” in this text is “strepho (στρέφω),” meaning to turn around. The word ‘child‘ in the original text is “paidion (παιδίον),” referring to a child of an age effectively shaped or educated. Jesus’ statement is  a clear warning to believers not to underestimate the opportunity that the Lord provides for transformation through the renewal of the mind to be restored to God’s original design.

As long as one can be changed or possesses a childlike state, they must direct or transform their minds according to the mind of God. Because once a particular time has passed, a person may become unchangeable at a specific stage. In this regard, many people are unaware of their sickness (kakos), preventing them from addressing their broken state. If this persists, it can lead to blaspheming the Holy Spirit, meaning they no longer have the opportunity to be worked on by the Holy Spirit because they can no longer turn back to the Lord. No one else can if the Holy Spirit doesn’t work on them.

Related to this, Satan will attempt to seduce people with various worldly pleasures, causing continuous grief to the Holy Spirit and eventually blaspheming Him. Those rejected from the Kingdom of Heaven never imagined ending up in such a state, and this is similar to a government official who carelessly abuses their position until they are finally escorted to prison by the police. How tragic it is when someone feels like they are in a dream, being led to prison, while journalists try to capture the event for social media. The shame is immeasurable. All the facilities they enjoyed vanished, and life will never return to its original state.

They face the threat of the death penalty or a lifetime of imprisonment. Their once beautiful wife no longer appears attractive, and their perfect and delightful children no longer bring joy to their hearts. All the beauties of life crumble into pieces. In such a situation, no amount of regret can genuinely represent the profound sense of despair. The education and career built over years of hard work become futile. Why did all of this happen?  Because they let their minds be consumed by the desire for wealth, abundant possessions, and the allure of worldly beauty. It escalated into an addiction, and they couldn’t resist the urge to amass more and more wealth, leading them to abuse authority and commit serious moral violations easily.

  All these events seem like a dream, but they are harsh realities. Undoubtedly, there is regret, but that regret cannot restore the situation to its original state. If, at that time, they could have controlled their minds, they indeed would not have taken actions that jeopardized themselves and their loved ones. The case above illustrates that people unconsciously guide their minds to decisions that have far-reaching consequences. Don’t let this happen in our lives regarding our eternal destiny.  Recklessness in life leads us to the eternal fire, separated from the presence of God forever. Thus, the Word of the Lord declares, “As a dream when one awakes, Lord, so when you arise, you will despise them as fantasies” (Psalm 73:20). Therefore, let us direct our minds toward His salvation project.

IF WE CAN BE CHANGED OR POSSESS A CHILDLIKE STATE, WE MUST DIRECT OUR MINDS TO GOD'S THOUGHTS.

Card image
MENGARAHKAN PIKIRAN - 29 Desember 2023
2023-12-29 09:21:27


Pikiran adalah kemudi kehidupan yang mengarahkan seluruh kehidupan seseorang dan menentukan bagaimana keadaan hidupnya di bumi ini bahkan di kekekalan. Karena pentingnya peranan pikiran ini, maka dunia pendidikan berusaha secara intensif mengarahkan anak manusia sejak dini, sebab ketika anak manusia masih belia mereka sangat mudah untuk diarahkan. Salah asuh atau salah didik kepada anak-anak berakibat fatal kemudian hari. Hal yang sama terjadi juga dalam keselamatan, kalau seseorang tidak diarahkan sejak dini kepada Kerajaan Surga atau maksud keselamatan diadakan, maka mereka tidak pernah selamat (menjadi manusia seperti yang Allah kehendaki).

Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata bahwa kalau seseorang tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil, maka ia tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga (Mat. 18:3). Kata bertobat dalam teks ini adalah strepho (στρέφω) yang artinya berbalik. Sedangkan kata ‘anak’ dalam teks aslinya adalah paidion (παιδίον), anak usia efektif dibentuk atau dididik. Pernyataan Tuhan Yesus ini merupakan peringatan yang jelas agar orang percaya tidak boleh menganggap sepele kesempatan yang Tuhan sediakan untuk berubah melalui pembaruan pikiran agar bisa dikembalikan ke rancangan semula Allah.

Selagi masih bisa diubah atau memiliki keadaan seperti anak-anak, seseorang harus mengarahkan atau mengubah pikirannya sesuai dengan pikiran Tuhan. Sebab kalau sudah telanjur melewati waktu, pada stadium tertentu, seseorang tidak bisa diubah lagi. Terkait dengan hal ini, banyak orang yang tidak menyadari sakitnya (kakos), sehingga mereka tidak menggarap keadaan yang rusak tersebut. Kalau hal itu berlarut-larut, maka ia sampai pada level menghujat Roh Kudus, artinya ia tidak lagi memiliki kesempatan untuk digarap Roh Kudus karena tidak mampu lagi untuk berbalik kepada Tuhan. Jika Roh Kudus tidak menggarap, maka tidak ada lagi yang dapat menggarapnya.

Terkait dengan hal ini, Iblis akan berusaha agar manusia terlena dengan berbagai kesenangan dunia, sehingga selalu mendukakan Roh Kudus dan akhirnya menghujat-Nya. Orang-orang yang tertolak dalam Kerajaan Surga pasti tidak pernah menduga bahwa ia akan berkeadaan seperti itu. Hal ini sama dengan seorang pejabat pemerintah yang sembrono mempermainkan jabatannya sampai akhirnya digelandang polisi ke penjara. Betapa tragisnya ketika seseorang merasa seperti di alam mimpi digelandang polisi ke penjara, sementara para wartawan berusaha untuk mengabadikan peristiwa itu yang kemudian dilansir di media sosial. Malunya tak terkira. Sekarang semua fasilitas yang dia bisa nikmati, lenyap dan tidak pernah kembali berkeadaan seperti semula.

Ia diancam hukuman mati atau hukuman seumur hidup. Istri cantiknya tidak lagi cantik di matanya, anak-anak yang sempurna dan menyenangkan tidak lagi menjadi harta kekayaan yang menyukakan hatinya dan semua keindahan hidup menjadi runtuh berkeping-keping. Dalam situasi seperti itu, penyesalan sedalam apa pun tidak bisa mewakili perasaan gundah yang tidak terkira. Pendidikan dan karier yang telah dititinya selama bertahun-tahun dengan kerja keras, menjadi sia-sia. Mengapa semua ini terjadi? Sebab ia membiarkan pikirannya diisi oleh keinginan memiliki uang banyak, harta berlimpah dan segala kegemerlapan keindahan dunia. Sampai menjadi kecanduan dan tidak bisa menolak hasrat untuk memiliki lebih banyak lagi harta kekayaan, sampai ia dengan mudah menyalahgunakan wewenang dan melakukan pelanggaran moral yang serius.

Semua kejadian itu seperti mimpi, tetapi fakta nyata. Ia menyesal tentunya, tetapi penyesalannya tidak bisa mengembalikan keadaan seperti semula. Seandainya pada waktu itu ia bisa menguasai pikirannya, maka pasti ia tidak melakukan tindakan yang mencelakai dirinya sendiri dan orang-orang yang dikasihinya. Kasus di atas menunjukkan bahwa orang tanpa sadar menggiring pikirannya kepada suatu keputusan yang menghasilkan tindakan yang berbuntut panjang. Jangan sampai hal ini terjadi dalam hidup kita berkenaan dengan nasib kekal kita. Kecerobohan hidup menggiring diri kita kepada api kekal terpisah dari hadirat Allah selamanya. Maka, firman Tuhan mengatakan, “Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga, rupa mereka Kaupandang hina” (Mzm. 73:20). Maka, arahkanlah pikiran kita kepada proyek keselamatan-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SELAGI MASIH MEMILIKI KEADAAN SEPERTI ANAK-ANAK YANG BISA DIUBAH, KITA HARUS MENGARAHKAN PIKIRAN SESUAI DENGAN PIKIRAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 29 Desember 2023
2023-12-29 09:17:43

Wahyu 6-11

Card image
Truth Kids 28 Desember 2023 - MELAYANI TUHAN
2023-12-28 10:01:09


1 Korintus 7:35
“Semuanya ini kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang-halangi kamu dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa gangguan.”

“Kak, kan aku masih kecil. Memangnya aku bisa melayani Tuhan?” tanya Dito kepada kakak Sekolah Minggu. Sambil tersenyum kakak Sekolah Minggunya menjawab, “Tentu bisa, Dito. Melayani Tuhan tidak hanya untuk orang dewasa. Dari sejak kecil kamu juga bisa melayani Tuhan. Kan kamu sudah bisa berdoa sendiri, nah kamu bisa pimpin doa saat di Sekolah Minggu. Kamu juga bisa menemani kakak-kakak yang memimpin pujian. Kamu jadi singer-nya, pendamping pemimpin pujian.” “Oh… gitu, ya. Aku mau, Kak! Aku mau melayani Tuhan!” jawab Dito dengan semangat. “Yuk, kita latihan dulu. Sebentar lagi Sekolah Minggu akan dimulai,” ajak kakak Sekolah Minggu.

Sobat Kids, berapapun umur kalian saat ini, kalian dapat melayani Tuhan. Seperti cerita di atas, kalian dapat melayani di gereja juga. Kalian dapat memimpin doa, memimpin teman bernyanyi dan menari untuk Tuhan, merapikan kursi, dan lain sebagainya. Jika kalian melihat sesuatu yang dapat dilakukan, lakukanlah untuk Tuhan. Jangan ragu untuk bertanya kepada kakak Sekolah Minggu kalian. Pasti mereka akan senang dengan keinginan kalian untuk membantu.

Card image
Truth Junior 28 Desember 2023 - MELAYANI TUHAN
2023-12-28 09:55:25


1 Korintus 7:35
“Semuanya ini kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang-halangi kamu dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa gangguan.”

Sobat Junior, kemarin kita telah belajar untuk bersiap melayani jiwa-jiwa yang belum mengenal Tuhan. Itu bukan berarti kalian menolak acara keluarga yang telah direncanakan untuk menyambut tahun baru ini, ya, Sobat Junior. Jika orang tua kalian sudah mengatur acara keluarga, kalian harus taat kepada mereka. Kalian pun dapat menjadi berkat bagi pekerjaan Tuhan dalam acara tersebut. Bagaimana caranya? Kita harus bisa peka terhadap kebutuhan pekerjaan Tuhan. Pelayanan dalam keluarga kita juga merupakan pekerjaan atau pelayanan kepada Tuhan. Apabila kita melihat sesuatu atau seseorang butuh bantuan, jangan ragu untuk ikut serta di dalamnya.

Saat mama mau menyiapkan makanan, Sobat Junior dapat membantu merapikan meja, menata makanan dengan rapi, atau menyiapkan peralatan makan. Jika melihat ada piring kotor, kalian dapat merapikannya dan membawanya ke tempat cuci piring. Bersihkan meja dari sisa makanan atau remah-remah yang terjatuh. Jika ada kakek nenek yang datang, kalian dapat melayani keperluan mereka. Contohnya, mengambilkan minuman bagi mereka.

Hal-hal tesebut merupakan hal mudah yang dapat kalian lakukan, kan, Sobat Junior? Yuk, kita belajar untuk menempatkan kepentingan orang lain lebih dahulu dari pada kepentingan diri kita sendiri. Dengan demikian, kita sudah melayani Tuhan.

Card image
Truth Youth 28 Desember 2023 (English Version) - UNCONDITIONAL RESPONSIBILITY
2023-12-28 09:53:52


"Teach us to number our days, that we may gain a heart of wisdom." (Psalm 90:12)

Have you ever heard the term unconditional love? This term is usually used to define God's love for us, His children. Unconditional love is the existence of love whose sincerity does not consider conditions and situations. Simply put, this love is known as selfless love, love without conditions, or love given to someone without expecting anything in return. This perfectly defines God's love. God's unconditional love is an input that we receive from Him. If we juxtapose this extraordinary input with God's word in Psalm 90:12, it will result in something called "Unconditional Responsibility." In this verse, the psalmist writes advice and his longing to gain a wise heart. We know, friends, that nothing in this world is eternal. The Bible also says there is a time for everything, a time for bad things to end, just as with good things.

Let's start counting, how many Decembers and all their beauty have come to us. How many Christmas cookies have you enjoyed, how many greetings and wishes have you expressed on Christmas Eve? No one can guarantee that we will have many more opportunities to celebrate Christmas. This reality should make us aware, to start making God's unconditional love our primary strength to strive to be responsible children of His in wisely living our lives today. Along with the Christmas songs accompanying the twinkling Christmas lights around us, let's start reminiscing about how almost 365 days have passed, and if this year has not been the year we lived responsibly, let's continue to strive, friends, to achieve unconditional responsibility as evidence of our love for God.

WHAT TO DO:
1. Appreciate every goodness of God.
2. Write down hopes for yourself.
3. Learn to be responsible.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Romans 15-16

Card image
Truth Youth 28 Desember 2023 - UNCONDITIONAL RESPONSIBILITY
2023-12-28 09:51:26


"Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (Mazmur 90:12)

Pernahkah kalian mendengar kata unconditional love? Biasanya kata ini digunakan untuk mendefinisikan cinta Tuhan kepada kita anak-anak-Nya. Unconditional love adalah keberadaan cinta atau kasih, yang ketulusannya tidak memandang kondisi dan situasi. Sederhananya, cinta ini dikenal sebagai cinta tanpa pamrih, cinta yang tidak bersyarat, atau cinta yang diberikan seseorang kepada orang yang dikasihi tanpa berharap balasan apa pun. Hal ini sangat mendefinisikan cintanya Tuhan. Unconditional love dari Tuhan merupakan sebuah input yang kita terima dari Tuhan. Sebuah input yang luar biasa ini jika kita sandingkan dengan firman Tuhan dalam Mazmur 90:12 akan menghasilkan sesuatu yang bernama “Unconditional Responsibility”. Dalam ayat ini pemazmur menuliskan sebuah nasihat dan kerinduannya untuk dapat beroleh hati yang bijaksana. Kita tahu teman-teman bahwa tidak ada suatu hal pun yang abadi di dunia ini. Alkitab juga mengatakan untuk segala sesuatu ada masanya, ada saatnya hal buruk akan berakhir, begitu juga dengan hal-hal baik.

Mari kita mulai berhitung sudah berapa bulan Desember dan segala keindahannya menjumpai kita. Sudah berapa kue Natal yang kamu nikmati, sudah berapa ucapan dan harapan yang kamu utarakan di malam Natal? Tidak ada yang bisa memberi jaminan kepada kita bahwa masih akan banyak kesempatan kita untuk merayakan Natal. Kenyataan ini harusnya menyadarkan kita, untuk mulai menjadikan unconditional love dari Tuhan sebagai kekuatan utama kita untuk berjuang menjadi anak-anak-Nya yang bertanggung jawab dalam menjalani hidup kita saat ini dengan bijaksana. Seiring dengan lagu-lagu Natal yang beriringan dengan kerlap-kerlip lampu Natal di sekitar kita, mari mulai bernostalgia bagaimana hampir 365 hari telah kita lalui, dan jika tahun ini belum menjadi tahun di mana kita hidup bertanggung jawab, mari terus berjuang teman-teman untuk mencapai unconditional responsibility sebagai bukti kita mengasihi Tuhan.

WHAT TO DO:
1. Menghayati setiap kebaikan Tuhan
2. Menuliskan harapan untuk diri sendiri
3. Belajar bertanggung jawab

BIBLE MARATHON:
▪︎Roma 15-16

Card image
Renungan Pagi - 28 Desember 2023
2023-12-28 09:49:26


Ketika Yesus lahir, ada seorang raja yang cemburu yang memutuskan untuk membunuh anak-anak yang bisa menjadi ancaman bagi posisinya. Raja Herodes adalah seorang yang kejam, yang membunuh istrinya sendiri, demikian juga beberapa anak laki-laki dan sanak saudara lainnya.

Dia merencanakan apa yang sekarang ini disebut "pembantaian anak-anak tak bersalah", karena semua anak laki-laki dari kawasan Betlehem yang berusia di bawah 2 tahun dibunuh. Sungguh usaha yang luar biasa, membunuh anak-anak hanya karena ingin menghancurkan Yesus, yang datang untuk membebaskan umat-Nya.

Beberapa perkataan kuat yang pernah diucapkan oleh Yesus adalah dalam konteks anak-anak. Ketika anak-anak dibawa kepada-Nya, Yesus memberkati mereka dan mengatakan bahwa kerajaan Allah adalah milik orang-orang yang seperti mereka, tetapi penghukuman yang mengerikan akan dijatuhkan kepada orang-orang yang mencelakai anak-anak.

*"Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga .

Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." Memperingati kelahiran Yesus harus juga mengingat bahwa anak-anak harus dididik hidup takut akan Tuhan dan mengenal Tuhan dengan benar sehingga karakter mereka patut menjadi keluarga Kerajaan Surga.
(Matius 18:2-5)

Card image
Quote Of The Day - 28 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-28 09:23:26


Tidak ada situasi yang memaksa kita harus berdosa atau bersalah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 28 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-28 09:22:17


Seringkali tanpa kita sadari, kodrat dosa dalam diri kita menuntut untuk dipuaskan. Oleh karena itu penting bagi kita untuk menjalin hubungan yang intim dengan Tuhan, sehingga kita tidak hidup hanya mengikuti keinginan daging saja.

Card image
WOUNDING THE HEART OF GOD - 28 Desember 2023 (English Version)
2023-12-28 09:20:38


Have we ever wondered if, within a specific timeframe, the number of righteous people like Jesus—the ones worthy of being called corpus delicti—falls short, would Satan remain undefeated or unpunished? This implies that believers must race against time because there is a certain deadline by which they must fulfil a quota or the number of people who become corpus delicti. So far, no Bible text or explanation has been found that leads in that direction. Instead, it leans more towards the idea that more people will perish if the Lord does not come soon. As the Earth’s lifespan extends, more children are born and deceived by Satan. However, the Lord desires that none should perish (2 Peter 3:9).  Thus, the longer the world exists, the more humanity wounds the heart of God as the number of those perishing increases.

As children of God striving to please the Father, we must endeavour to become corpus delicti so that His plan can be fulfilled soon—Satan is defeated, and His Kingdom comes. In doing so, we effectively reduce the number of those perishing. We are the ones who can speed up the coming of Jesus to the world and end Satan’s adventure (2 Pet.3:12). Jesus also expressed His eagerness for the day He could cast fire upon the earth. The fire here signifies judgment, indicating that Satan is defeated and the Father’s heart is satisfied (Luke 12:49).

Observing the present age, it’s plausible that we are in a critical situation where the number of the corpus delicti may approach the required amount. This suggests that the forces of darkness will strive to hinder the completion of the required number.  Satan will work doubly hard to obstruct or postpone the fulfilment of God’s plan. This could explain why the world becomes more wicked, and it seems like the Lord is allowing Satan to run rampant. Could this align with the imagery in the book of Revelation, where Satan surrounds the camp of the saints (Rev. 20:7)? This verse may figuratively illustrate how believers are surrounded by a life philosophy that contradicts God’s holiness, false prophets run rampant, and anti-Gospel groups rise to intimidate.

This critical and crucial time helps shape life’s history in the new heavens and earth. We are grateful to live in this significant era of great warfare. It is an opportunity to be warriors of Christ, disregarding personal interests and finding a place to fight for the Gospel of the Kingdom of Heaven, fulfilling God’s plan.  The struggle to become corpus delicti demands sacrifices throughout life. For this, we should not think we can automatically become as morally perfect as the chosen ones, akin to God’s standards. 

To become perfect requires an unending struggle, risking one’s life limitlessly. Those who engage in this might find it challenging and even be tempted to despair (Heb. 12:3-4). It must be acknowledged that being good or addressing general moral issues is already difficult, let alone achieving perfection or tackling specific moral or personality issues like Jesus (Heb. 12:2-4). Jesus, as the Savior who can restore humanity to the Father’s moral standard, can fix us. He says, “Learn from me” (Matt. 11:28-29).

Jesus also promised that He came to give life—the life designed by God the Father from the beginning. Those willing to be saved must come to Him and learn. This indicates a process that is neither easy nor swift.  The individual’s sincerity and the passage of time play a significant role. Therefore, someone interested in becoming corpus delicti must genuinely be willing to risk their entire life limitlessly. This is a struggle to become legitimate children of God or enter glory together with the Lord.

This is why Jesus declared that those willing to be disciples—meaning to learn and be able to change according to His will—must let go of everything (Luke 14:33). The word “let go” in this text is “apotasso (ἀποτάσσω),” which also means leaving or separating oneself.  It implies that someone willing to be a disciple must leave behind all desires, aspirations, and human desires common to humanity and immerse themselves in life to become like Jesus. This is essentially what Jesus meant by denying oneself.  

THE LONGER THE WORLD EXISTS, THE MORE IT WOUNDS THE HEART OF GOD AND THE NUMBER OF THOSE PERISHING INCREASES.

Card image
MELUKAI HATI ALLAH - 28 Desember 2023
2023-12-28 08:48:51


Pernah terlintas di dalam pikiran kita, apakah kalau jumlah orang yang saleh seperti Tuhan Yesus—yang pantas disebut _corpus delicti_—kurang pada rentang waktu tertentu maka Iblis tidak bisa dikalahkan atau tidak bisa dihukum? Ini berarti orang percaya harus berkejar-kejaran dengan waktu karena ada batas waktu tertentu di mana orang percaya harus memenuhi kuota atau jumlah orang-orang yang menjadi corpus delicti. Selama ini belum ditemukan teks Alkitab atau penjelasan yang mengarah ke sana. Tetapi lebih mengarah bahwa kalau Tuhan tidak segera datang maka orang yang binasa semakin banyak, sebab semakin panjang waktu umur bumi ini semakin banyak anak manusia dilahirkan dan disesatkan oleh Iblis. Padahal Tuhan tidak menghendaki seorang pun binasa (2 Ptr. 3:9). Jadi, semakin panjang tahun dunia, manusia semakin melukai hati Allah, karena semakin banyak orang yang binasa.

Sebagai anak-anak Allah yang hendak menyukakan hati Bapa, kita harus berusaha menjadi corpus delicti agar rencana-Nya segera digenapi, yaitu Iblis dibinasakan dan Kerajaan-Nya datang. Dengan demikian, sejatinya kita mengurangi jumlah orang yang dibinasakan. Kitalah orang-orang yang bisa mempercepat kedatangan Tuhan Yesus ke dunia dan mengakhiri petualangan Iblis (2 Ptr. 3:12). Tuhan Yesus pun mengharapkan betapa senangnya kalau Ia bisa menurunkan api ke bumi dan menyala. Api di sini adalah penghukuman. Itu berarti Iblis dikalahkan dan hati Bapa dipuaskan (Luk. 12:49).

Kalau melihat keadaan zaman hari ini, bukan tidak mungkin kita berada di situasi genting di mana jumlah corpus delicti bisa mendekati jumlah yang genap atau cukup. Ini berarti kuasa kegelapan akan berusaha menghambat agar jumlah corpus delicti tidak kunjung genap. Iblis akan bekerja berlipat ganda untuk menghambat atau menunda digenapinya rencana Allah. Itulah sebabnya dunia akan bertambah jahat dan Tuhan seperti membiarkan Iblis merajalela. Apakah ini yang dimaksud oleh kitab Wahyu bahwa Iblis mengepung perkemahan orang kudus? (Why. 20:9) Ayat itu bisa menunjukkan figuratif bagaimana orang percaya dikelilingi filosofi hidup yang tidak sesuai dengan kesucian Tuhan, sementara nabi-nabi palsu merajalela dan kelompok masyarakat yang anti Injil juga bangkit membuat intimidasi.

Ini adalah masa yang genting dan juga penting. Masa yang ikut menentukan sejarah kehidupan di langit baru dan bumi yang baru. Kita bersyukur karena kita hidup di masa peperangan besar ini. Inilah kesempatan menjadi laskar-laskar Kristus yang mengabaikan kepentingan pribadi dan menemukan tempat untuk berjuang bagi Injil Kerajaan Surga dan menggenapi rencana Allah. Perjuangan untuk menjadi corpus delicti ini menuntut pengorbanan segenap hidup. Untuk ini hendaknya tidak berpikir bahwa seseorang dengan sendirinya atau secara otomatis sebagai orang yang terpilih bisa menjadi sempurna dalam moral dan kesucian seperti standar Allah sendiri.

Untuk menjadi sempurna harganya adalah perjuangan tiada henti dengan mempertaruhkan segenap hidup tanpa batas. Orang yang melakukan hal ini akan menyadari bahwa perjuangan ini sangat berat, tidak heran kalau mereka bisa putus asa (Ibr. 12:3-4). Harus jujur diakui bahwa untuk menjadi orang baik atau menanggulangi persoalan moral umum saja sudah sangat susah, apalagi menjadi sempurna atau menanggulangi masalah moral khusus atau berkepribadian seperti Tuhan Yesus (Ibr. 12:2-4). Tuhan Yesus sebagai Juruselamat yang dapat mengembalikan manusia kepada moral Bapa dapat memulihkan kita. Itulah sebabnya Ia berkata, “Belajarlah pada-Ku” (Mat. 11:28-29).

Tuhan Yesus juga berjanji bahwa Ia datang untuk memberi hidup. Hidup seperti yang dirancang Allah Bapa sejak semula. Orang yang bersedia diselamatkan harus datang kepada-Nya dan belajar. Hal ini menunjukkan proses yang tidak mudah dan tidak dapat berlangsung dengan cepat. Kesungguhan individu dan perjalanan waktu turut menentukan. Oleh sebab itu, seseorang yang berminat menjadi corpus delicti harus sungguh-sungguh bersedia mempertaruhkan segenap hidup tanpa batas. Ini adalah pergumulan untuk menjadi anak-anak Allah yang sah atau untuk masuk kemuliaan bersama dengan Tuhan.

Itulah sebabnya Tuhan Yesus menyatakan bahwa orang yang mau menjadi murid, artinya belajar dan bisa berubah sesuai dengan kehendak-Nya, harus melepaskan segala sesuatu (Luk. 14:33). Kata melepaskan dalam teks ini adalah apotasso (ἀποτάσσω), yang artinya juga meninggalkan atau memisahkan diri. Ini berarti seseorang yang mau menjadi murid harus meninggalkan segala keinginan, cita-cita dan hasrat kemanusiaannya seperti yang dimiliki manusia pada umumnya dan menenggelamkan diri pada kehidupan untuk menjadi serupa dengan Tuhan Yesus. Inilah sebenarnya yang dimaksud oleh Tuhan Yesus menyangkal diri.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEMAKIN PANJANG TAHUN DUNIA, MANUSIA SEMAKIN MELUKAI HATI ALLAH, KARENA SEMAKIN BANYAK ORANG YANG BINASA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 Desember 2023
2023-12-28 05:58:34

Wahyu 1-5

Card image
Truth Kids 27 Desember 2023 - SUKACITA NATAL
2023-12-27 10:39:31


Kisah Para Rasul 20:31
“Sebab itu berjaga-jagalah dan ingatlah, bahwa aku tiga tahun lamanya, siang malam, dengan tiada berhenti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan mencucurkan air mata.”

Natal biasanya dirayakan dengan penuh sukacita. Orangtua dan anak-anak merasa bahagia dapat berkumpul bersama merayakan kelahiran Yesus di bumi ini. Namun, Sobat Kids, Yesus lahir untuk semua orang di bumi ini, bukan hanya untuk orang Kristen. Semua orang di bumi ini berharga di mata Tuhan. Maksudnya semua orang disayang Tuhan. Memang ada banyak orang yang belum percaya kepada Tuhan Yesus. Kita dapat memperkenalkan Tuhan Yesus kepada mereka. Sehingga mereka juga dapat mengenal dan menjadi percaya kepada Tuhan.

Ayat firman Tuhan hari ini ditulis oleh rasul Paulus. Selama tiga tahun rasul Paulus menasihati dengan menangis kepada orang-orang yang ada di daerah Efesus. Mengapa? Karena orang-orang yang tinggal di daerah Efesus pada waktu itu tidak mau mendengarkan Tuhan. Rasul Paulus berdoa agar mereka mau berubah dan taat kepada Tuhan.

Sobat Kids, kita dapat belajar dari rasul Paulus yang mengasihi orang lain. Kita dapat berdoa bagi orang lain agar mereka dapat merasakan kasih Tuhan. Sama seperti kita yang merasakan kasih Tuhan setiap hari, khususnya dalam suasana Natal saat ini.

Card image
Truth Junior 27 Desember 2023 - BERSIAP
2023-12-27 10:35:51


Kisah Para Rasul 20:31
“Sebab itu berjaga-jagalah dan ingatlah, bahwa aku tiga tahun lamanya, siang malam, dengan tiada berhenti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan mencucurkan air mata.”

Setelah perayaan Natal, biasanya orang-orang akan bersiap-siap merayakan malam pergantian tahun. Penjual terompet biasanya mudah ditemui di pinggir jalan raya. Beberapa keluarga biasanya juga sudah bersiap untuk kumpul bersama dan mengadakan kegiatan masak, bakar ikan, atau daging. Sobat Junior, jika keluarga kalian tidak memiliki kebiasaan tersebut janganlah merasa sedih. Hal tersebut tidaklah penting untuk dilakukan. Ada hal lain yang lebih penting untuk kita lakukan.

Hal penting yang dapat kita lakukan adalah berdoa bagi jiwa-jiwa yang belum mengenal Tuhan. Jangan sampai tahun sudah berganti, mereka masih juga belum mengenal Tuhan Yesus. Dari ayat firman Tuhan hari ini, kita belajar bahwa Rasul Paulus sudah memberikan contoh dengan melayani jiwa-jiwa yang ada di daerah Efesus. Bukan hanya satu hari ataupun satu bulan Rasul Paulus berdoa untuk mereka, melainkan selama tiga tahun lamanya. Waktu yang cukup panjang, kan, Sobat Junior?

Kita dapat berdoa untuk keselamatan jiwa-jiwa yang belum mengenal Tuhan. Kita tidak tahu hal yang akan terjadi di tahun depan. Jangan sampai waktu yang tersisa berlalu sia-sia dengan pesta yang tidak penting. Mintalah kepada Tuhan agar jiwa-jiwa didatangkan kepada kita untuk kita layani, Pasti Tuhan akan memberikannya. Kita harus bersiap untuk melayani mereka, Sobat Junior!

Card image
Truth Youth 27 Desember 2023 (English Version) - PEERING INTO THE SOUL
2023-12-27 10:27:40


"For all that is in the world—the desires of the flesh and the desires of the eyes and pride of life—is not from the Father but is from the world." (1 John 2:16)

A spyglass or telescope is a tool used to observe distant objects, making them appear clearer and closer. Usually, a spyglass consists of two positive lenses, one lens aimed at the object to be seen, called the objective lens. The other lens is called the eyepiece lens because it is directed towards our eyes.

This Christmas should also be utilized as a time to peer into the existence of our hearts or souls. Our souls have been greatly polluted by the pollution of sin and the common habits of people who do not fear God. All kinds of wrongdoing, such as the desires of the flesh, the desires of the eyes, the pride of life, and even the world's conventions, have already become the lifestyle of humans, including us, the children of God.

If we do not promptly clean our souls from desires that are not in harmony with God's will, then this Christmas will be in vain. Because there will be no change and no repentance. In essence, Christmas provides the motivation to shed all mistakes and replace them with the thoughts and feelings of God.

Like a spyglass that has two positive lenses, one for our eyes and another to see the object to be viewed. Similarly, by examining the depth of each of our souls, even hidden things can be seen. Accepted by the eyes of our enlightened spiritual hearts, guided by the word of God, so that we have the desire to change things that are displeasing that are still stored within.

Having found and acknowledged any wrong desires, let us quickly change and repent. Let us strive to prioritize the will and desires of God over our own desires. So that we, as children of God, are found always pleasing in the presence of the Father, with a soul perfected like that of Jesus.

WHAT TO DO:
1. Examine wrong habits and refrain from repeating them.
2. Ensure that everything we choose to do does not hurt the heart of God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Romans 11-14

Card image
Truth Youth 27 Desember 2023 (English Version) - PEERING INTO THE SOUL*
2023-12-27 10:19:10



???????????????????? ???????????????????? December 27, 2023 * "For all that is in the world—the desires of the flesh and the desires of the eyes and pride of life—is not from the Father but is from the world." (1 John 2:16) A spyglass or telescope is a tool used to observe distant objects, making them appear clearer and closer. Usually, a spyglass consists of two positive lenses, one lens aimed at the object to be seen, called the objective lens. The other lens is called the eyepiece lens because it is directed towards our eyes. This Christmas should also be utilized as a time to peer into the existence of our hearts or souls. Our souls have been greatly polluted by the pollution of sin and the common habits of people who do not fear God. All kinds of wrongdoing, such as the desires of the flesh, the desires of the eyes, the pride of life, and even the world's conventions, have already become the lifestyle of humans, including us, the children of God. If we do not promptly clean our souls from desires that are not in harmony with God's will, then this Christmas will be in vain. Because there will be no change and no repentance. In essence, Christmas provides the motivation to shed all mistakes and replace them with the thoughts and feelings of God. Like a spyglass that has two positive lenses, one for our eyes and another to see the object to be viewed. Similarly, by examining the depth of each of our souls, even hidden things can be seen. Accepted by the eyes of our enlightened spiritual hearts, guided by the word of God, so that we have the desire to change things that are displeasing that are still stored within. Having found and acknowledged any wrong desires, let us quickly change and repent. Let us strive to prioritize the will and desires of God over our own desires. So that we, as children of God, are found always pleasing in the presence of the Father, with a soul perfected like that of Jesus. WHAT TO DO: 1. Examine wrong habits and refrain from repeating them. 2. Ensure that everything we choose to do does not hurt the heart of God. BIBLE MARATHON: ▪︎ Romans 11-14

Card image
Truth Youth 27 Desember 2023 - MENEROPONG BATIN
2023-12-27 10:13:29


"Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia." (1 Yohanes 2:16)

Teropong atau teleskop merupakan alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauh, sehingga tampak lebih jelas dan lebih dekat. Biasanya teropong terdiri dari dua buah lensa positif, satu lensa mengarah kepada objek yang ingin dilihat, ini disebut lensa objek. Sedangkan lensa satunya disebut lensa okuler, sebab lensa ini mengarah kepada mata kita.

Natal tahun ini juga harus dimanfaatkan sebagai waktu untuk meneropong keberadaan hati atau batin kita. Batin kita sudah banyak tercemar oleh polusi dosa dan kebiasaan orang pada umumnya yang tidak takut kepada Allah. Segala jenis kejahatan, seperti keinginan daging, keinginan mata, keangkuhan hidup bahkan kewajaran anak dunia sudah telanjur menjadi gaya hidup manusia, tidak terkecuali kita anak-anak Tuhan.

Jika kita tidak segera membereskan batin kita dari keinginan yang belum selaras dengan kehendak Tuhan, maka Natal tahun ini pun akan menjadi sia-sia. Sebab tidak ada perubahan dan tidak ada pertobatan. Sejatinya Natal memberikan semangat untuk menanggalkan segala kesalahan dan menggantikannya dengan pikiran dan perasaan Tuhan.

Seperti teropong yang memiliki dua lensa positif, satu untuk mata kita dan satu lagi untuk melihat objek yang ingin dilihat. Demikian pula dengan menyelidiki kedalaman batin setiap diri kita, sampai hal-hal yang jauh tersembunyi pun dapat terlihat. Serta diterima oleh mata hati rohani kita yang dicerahkan oleh firman Tuhan, sehingga memiliki keinginan untuk mengubah hal-hal yang tidak berkenan yang masih tersimpan dalam batin.

Dengan kita telah menemukan dan mengetahui masih adanya keinginan yang salah, segeralah untuk berubah dan bertobat. Mari kita berjuang untuk lebih mengutamakan kehendak serta keinginan Tuhan daripada keinginan diri sendiri. Sehingga kita sebagai anak-anak Allah didapati senantiasa berkenan di hadapan Bapa, dengan keadaan batin yang sempurna seperti Tuhan Yesus.

WHAT TO DO:
1. Memeriksa kebiasaan yang masih salah, lalu jangan mengulangi lagi
2. Pastikan semua yang kita pilih untuk dilakukan, semua itu tidak melukai hati Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎Roma 11-14

Card image
Renungan Pagi - 27 Desember 2023
2023-12-27 09:45:59


Alkitab mencatat nama dua orang yang menunggu dengan sabar kedatangan Juru Selamat yang dijanjikan. Nama mereka adalah Simeon dan Hana. Keduanya dengan segera mengenali siapa Yesus dan mereka dipenuhi dengan pujian dan ucapan syukur. "Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan." Simeon sangat dekat berhubungan dengan Roh Kudus dan mampu mendengar apa yang dikatakan-Nya. Roh Kudus ada atas dia dan menunjukkan kepadanya bahwa dia tidak akan mati sebelum melihat Tuhan.

Bahkan, perginya dia ke pelataran Bait Suci hari itu adalah karena tuntunan dari Roh Kudus dan oleh Roh Kudus, dia bernubuat tentang Yesus dan menyampaikan firman Allah kepada Maria. Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam kehidupan Simeon dan Hana yang seharusnya menantang kita.

Mereka menjalani kehidupan yang taat dan saleh, dan selaras dengan Roh Kudus. Mereka menunggu dan berjaga-jaga untuk Tuhan yang akan datang. Usia tidak meredupkan visi atau kerinduan mereka. Sungguh menjadi teladan bagi kita supaya seperti mereka, dengan segenap hati mengikut Tuhan, selaras dengan Roh Kudus, dan berjaga-jaga akan kedatangan-Nya yang kedua.
(Lukas 2:25-26)

Card image
Quote Of The Day - 27 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-27 09:42:00


Salah satu perjuangan kita untuk bisa menjadi hidup berkenan di hadapan Tuhan adalah menjaga perkataan kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-27 09:38:51


Keadaan kita hari ini semua karena pertolongan Tuhan. Selagi kita diberi kesempatan, kita harus membalas semua kebaikan Tuhan dengan hidup menyenangkan hati-Nya, menjaga kekudusan dan selalu dalam hadirat-Nya setiap hari.

Card image
PERSEVERANCE - 27 Desember 2023 (English Version
2023-12-27 09:34:47


In today’s era, many teachings do not align with the original Gospel, which is what Paul refers to as “other gospels,” meaning teachings different from the Gospel proclaimed by Paul (Gal. 1:6-10). These other gospels preach a different Jesus and a different spirit (2 Cor. 11:2-4). These false gospels are misleading because they contain the doctrines of the devil, which is why Jesus commanded the devil to depart from Him as it was a stumbling block (Matt. 16:23).  Many Christians fail to recognize the falseness of these teachings because they lack an understanding of the truth, making them unable to distinguish between falsehood and truth.

These false teachers cleverly package their sermons or teachings by stringing together various Bible verses and personal testimonies, presenting them as biblical. Coupled with statements claiming their closeness to God, these confessions serve as an attempt to legitimize their false teachings, making them appear as truths that the Christian community can accept. These false teachings inevitably do not lead Christians to the proper plan of salvation, which is to bring humanity back to God’s original plan. They focus on what humans think—how to save their lives today through the work of the cross of Jesus Christ. However, the cross was instituted to lead individuals away from the world, not to save lives today but for the life to come.

Cunningly, they wrap the false teachings in a well-presented package, seemingly spiritual but filled with worldly content that contradicts God’s thoughts. This deception is so sophisticated that many people are misled without realizing it. Essentially, they are building a human kingdom on earth, just like the disciples of Jesus who desired Jesus to restore the kingdom to Israel (Acts 1:6-8). Many worldly spirits are packaged as “spiritual,” leading many people to be unwittingly deceived.

Eliminating the false thoughts in our minds cannot happen quickly; it requires a long time and seriousness.  The long duration and seriousness involve learning the adequate truth of God’s Word to sanctify believers. Sanctification occurs through the truth of God’s Word (John 17:17). Purification through the Word is a purification within their minds. This process must take place slowly and slowly. As for fulfilling physical needs, a person must chew food correctly and go through strict stages similar to spiritual life or the fulfillment of soul needs. Every day, they must undergo a process of sanctification until their minds are open to see the light of the Gospel of the glory of Christ, who is the image of God (2 Cor. 4:3-4).

Without perseverance, a person will not see the light of the Gospel. Unfortunately, many Christians feel they have already been liberated by the sacrifice of Christ on the cross. However, the sacrifice of Jesus is a gateway opened by the Lord so that people can be released by the truth (John 8:31-36). The sacrifice of Jesus does not automatically free people from the world’s bondage. In this regard, every believer must try to absorb as much truth as possible to be liberated.

On another note, if false teachings have already ensnared Christians from a specific group, they are not quickly released. Their ears can no longer hear true teachings; they gather teachers to suit their desires (2 Tim. 4:3). Those who hear false teachings can become even more deceived and, to a certain extent, darken the eyes of their hearts, making them unable to understand the true Gospel of the Kingdom of Heaven (2 Cor. 4:3-4; Heb.12:1-4). If their hearts are darkened, the darkness is intense. At this point, a person may sell themselves or their birthright, similar to Esau trading his birthright for a bowl of food (Heb. 12:16-17). 

These people are not trained to follow the required race, which is to obey the will of God like Jesus (Heb. 12:1-4). For them, salvation in Jesus Christ is given to meet physical needs, ease life on earth, and an automatic guarantee of entering heaven.  The required race is replaced by competing to be increasingly “blessed” with material blessings. In the case of pastors, they compete to have the most prominent church, the most congregation, and various otherworldly or external measures. Therefore, believers must purify their minds to see the light of the Gospel about the glory of Christ, who is the image of God.  

SOMEONE WILL NOT SEE THE LIGHT OF THE GOSPEL WITHOUT PERSEVERANCE.

Card image
KETEKUNAN - 27 Desember 2023
2023-12-27 09:18:21


Dewasa ini banyak pengajaran yang tidak sesuai dengan Injil yang murni. Inilah yang dimaksud Paulus dengan injil-injil lain, yaitu injil yang berbeda dari Injil yang diberitakan oleh Paulus (Gal. 1:6-10). Injil lain mengajarkan Yesus yang lain dan spirit atau gairah yang lain (2 Kor. 11:2-4). Injil lain ini menyesatkan karena memuat ajaran Iblis yang oleh karenanya Tuhan Yesus berkata agar Iblis enyah dari hadapan-Nya sebab itu merupakan suatu batu sandungan (Mat. 16:23). Injil palsu tersebut tidak dikenali kepalsuannya oleh banyak orang Kristen, sebab mereka tidak mengerti kebenaran sehingga tidak bisa membedakan kepalsuan atau kebenaran.

Mereka mengemas khotbah atau pengajaran mereka dengan merangkai berbagai ayat dan kesaksian pribadi seakan-akan hal itu Alkitabiah. Ditambah lagi dengan pernyataan bahwa mereka sangat dekat dengan Tuhan, maka pengakuan itu merupakan usaha melegalisir pengajaran palsu tersebut seakan-akan kebenaran agar bisa diterima masyarakat Kristen. Ajaran-ajaran palsu tersebut pasti tidak menggiring orang Kristen pada rencana penyelamatan yang benar, yaitu mengembalikan manusia kepada rencana Allah yang semula. Mereka memikirkan apa yang dipikirkan manusia, yaitu bagaimana menyelamatkan hidup hari ini melalui karya salib Tuhan Yesus Kristus. Padahal salib itu diadakan justru untuk meninggalkan dunia atau tidak menyelamatkan hidup hari ini demi kehidupan yang akan datang.

Dengan cerdiknya, mereka membungkus pengajaran palsu tersebut dengan bungkusan yang baik, seakan-akan rohani padahal isinya sangat duniawi yang bertentangan dengan apa yang dipikirkan oleh Allah. Pemalsuan ini begitu canggih sehingga banyak orang tanpa sadar disesatkan. Pada dasarnya mereka membangun kerajaan manusia di bumi, sama seperti murid-murid Tuhan Yesus yang menghendaki agar Tuhan Yesus memulihkan kerajaan bagi Israel (Kis. 1:6-8). Banyak kemasan spirit atau gairah dunia dengan bungkus “rohani,” sehingga banyak orang tanpa sadar disesatkan.

Dan untuk menghapus pikiran sesat yang ada pada pikiran kita tidak bisa cepat, perlu waktu yang panjang dan keseriusan. Waktu panjang dan keseriusan itu adalah belajar kebenaran firman Tuhan yang memadai sehingga menguduskan diri orang percaya. Pengudusan terjadi melalui kebenaran firman Tuhan (Yoh. 17:17). Penyucian oleh firman adalah penyucian di dalam pikiran mereka. Hal ini tidak bisa berlangsung secara cepat atau terburu-buru. Seperti halnya untuk pemenuhan kebutuhan jasmani, seseorang harus mengunyah makanan secara benar dan melalui tahapan-tahapan yang ketat, artinya tidak bisa makan sekaligus satu ton beras, demikian pula kehidupan rohani atau pemenuhan kebutuhan jiwa. Setiap hari harus mengalami proses pengudusan sampai pikirannya terbuka untuk melihat cahaya Injil kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah (2 Kor. 4:3-4).

Tanpa ketekunan, seseorang tidak akan melihat cahaya Injil tersebut. Sayang sekali banyak orang Kristen merasa sudah dimerdekakan oleh kurban Kristus di kayu salib. Padahal kurban Tuhan Yesus merupakan pintu gerbang yang dibuka oleh Tuhan agar manusia dapat memperoleh kesempatan untuk dimerdekakan oleh kebenaran (Yoh. 8:31-36). Kurban Tuhan Yesus tidak secara otomatis membebaskan manusia dari belenggu dunia. Dalam hal ini setiap orang percaya harus memiliki usaha untuk menyerap sebanyak mungkin kebenaran untuk dimerdekakan.

Aspek lain, kalau orang-orang Kristen dari kelompok tertentu sudah telanjur terjerat oleh pengajaran yang sesat, maka mereka tidak mudah dapat dilepaskan. Telinga mereka sudah tidak bisa lagi mendengar ajaran yang benar, mereka mengumpulkan guru-guru yang menyenangkan telinga (2 Tim. 4:3). Mereka yang mendengar ajaran salah itu bisa semakin sesat dan sampai taraf tertentu membuat mata hati mereka menjadi gelap dan tidak pernah bisa mengerti Injil Kerajaan Surga yang benar (2 Kor. 4:3-4; Ibr. 12:1-4). Kalau mata hati mereka gelap, maka betapa gelapnya kegelapan itu. Sampai pada taraf ini seseorang menjual diri atau hak kesulungannya seperti Esau menukar hak kesulungannya dengan semangkuk makanan (Ibr. 12:16-17).

Orang-orang ini tidak terlatih mengikuti perlombaan yang diwajibkan, yaitu memiliki penurutan terhadap kehendak Allah seperti Tuhan Yesus (Ibr. 12:1-4). Bagi mereka keselamatan dalam Yesus Kristus diberikan untuk menjawab kebutuhan jasmani, mempermudah kehidupan di bumi dan jaminan secara otomatis masuk surga. Perlombaan yang diwajibkan diganti dengan berlomba semakin “diberkati” dengan berkat jasmani atau materi. Kalau di kalangan pendeta, mereka berlomba untuk memiliki gereja paling besar, jumlah jemaat paling banyak dan berbagai ukuran duniawi atau lahiriah lainnya. Maka, orang percaya harus mengalami penyucian pikiran sehingga dapat melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TANPA KETEKUNAN, SESEORANG TIDAK AKAN MELIHAT CAHAYA INJIL.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 Desember 2023
2023-12-27 09:14:22

2 Yohanes 1
3 Yohanes 1

Card image
Truth Kids 26 Desember 2023 - A-A-H-M-R
2023-12-26 10:44:55


Efesus 4:32
”Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.”

Bagaimana perayaan Natal kemarin, Sobat Kids? Apakah kalian sudah memberikan hadiah kepada Tuhan? Sebenarnya Tuhan tidak membutuhkan hadiah dalam bentuk barang, Sobat Kids. Kita dapat memberikan hadiah dengan perbuatan kita. Salah satu hadiah yang dapat kita lakukan adalah menjadi anak yang ramah. Seperti ayat firman Tuhan yang kita baca hari ini. Kita dapat berlaku ramah seorang terhadap yang lain, mengasihi dan mengampuni orang lain. Sama seperti Allah yang telah mengampuni semua dosa kita.

Jika di sekolah ataupun di tempat tinggal kalian, ada teman yang sering marah-marah, kalian bisa tetap ramah kepadanya. Coba deh Sobat Kids perhatikan huruf-huruf yang tersusun dalam kata marah dan ramah. Sebenarnya hurufnya sama semua, ada huruf a-a-h-m-r. Tinggal bagaimana kita mau menyusun huruf-huruf tersebut. Bisa disusun menjadi m-a-r-a-h atau disusun menjadi r-a-m-a-h.

Sikap hati juga bisa kita susun atau tentukan seperti huruf-huruf di atas, Sobat Kids. Apakah kita mau menjadi anak yang suka marah atau menjadi anak yang ramah? Tentu anak yang ramah, dong, sehingga kita dapat menjadi berkat bagi orang lain. Khususnya orang yang belum mengenal Tuhan Yesus. Sehingga mereka dapat melihat bahwa Tuhan Yesus adalah Juruselamat satu-satunya.

Card image
Truth Junior 26 Desember 2023 - BERSIKAP RAMAH
2023-12-26 10:42:37


Efesus 4:32

”Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.”

Sobat Junior, kemarin kita telah memperingati hari Natal, hari kelahiran Yesus di bumi ini. Biasanya saat ibadah Natal, semua orang bersukacita. Mal, restoran, toko, dan pastinya gereja dihiasi dengan dekorasi Natal yang indah. Keluarga berkumpul bersama untuk saling berbagi kasih. Bahkan ada yang memiliki kebiasaan untuk tukar kado atau hadiah.

Hendaknya sukacita dan kasih ini tidak kita tunjukkan saat perayaan Natal saja, Sobat Junior. Natal adalah sebagai pengingat bagi kita semua tentang kasih yang telah dicontohkan oleh Tuhan. Kasih yang Tuhan sudah berikan kepada kita perlu kita bagikan kepada orang lain setiap hari. Tidak hanya saat menjelang atau berdekatan dengan Natal.

Cara mudah yang dapat kalian lakukan adalah bersikap ramah kepada semua orang. Tahu kan kalian bahwa senyum itu menular? Coba saja Sobat Junior tersenyum ramah kepada orang lain. Pasti orang tersebut akan membalas dengan senyuman juga. Saat Sobat Junior menjawab teguran atau nasihat orang tua, jawablah dengan nada yang sopan. Ketika ada teman yang membuat kalian kesal, tetaplah bersikap ramah dan mengampuni mereka. Coba lakukan hal tersebut setiap hari. Pasti kasih Tuhan akan terasa setiap hari pula, tidak hanya di bulan Desember. Kalian bisa, kan, Sobat Junior?

Card image
Truth Youth 26 Desember 2023 (English Version) - STAND FIRM IN TRUTH
2023-12-26 10:39:11


"Examine yourselves to see whether you are in the faith; test yourselves. Do you not realize that Christ Jesus is in you—unless, of course, you fail the test?" (2 Corinthians 13:5)

The joy of Christmas should always flow in our hearts to transform our lives for the better and become a means for a closer, more intimate relationship with God. Christmas should be a good moment to revive everything related to someone's spiritual awakening and an opportunity to examine the depth of our hearts, whether they are in order or not.

Christmas has become proof of God's love for humanity, by bestowing His only Son to be present among us and providing an exemplary model. Obedience to the Father's will in all things makes the Lord Jesus an example for each of us. That's why it's crucial for us to adopt the thoughts and feelings of God in our daily behavior.

The true appreciation of Christmas should transform a person's entire life. The question is, how many Christmases have we gone through this year? Is it enough for this annual Christmas celebration to change our inner condition? Are we aware that only those who respond to Christmas correctly can focus on inner change rather than outward appearances?

We must seriously consider our lives before God, by examining the depth of our inner selves to see if there are still things conflicting with the Father's will or not in accordance with the thoughts and feelings of Jesus. Because by constantly investigating our inner selves and aligning them with the Father's will, it is the same as standing firm in the truth.

Therefore, the standard of the quality of our inner selves must be like that of Jesus, pleasing to the Father. Of course, there is a process, struggle, and wrestling to reach a perfected inner self. This Christmas should be an opportunity for each of us to clean our inner selves from the trash that the world has given us. So, the joy of Christmas will be more real to us with a perfect inner change.

WHAT TO DO:
1. Color your inner self by always reading the word of God, so that what comes out in your daily actions aligns with the word of God.
2. Engage with a church community that wants to strive and grow in the Lord.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Romans 8-10

Card image
Truth Youth 26 Desember 2023 - TEGAK LURUS KEPADA KEBENARAN
2023-12-26 10:37:10


"Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji." (2 Korintus 13:5)

Sukacita Natal harus selalu mengalir dalam hati kita supaya dapat mengubah keadaan hidup kita menjadi lebih baik dan menjadi sarana kedekatan hubungan yang lebih intim dengan Allah. Natal harus menjadi momentum yang baik untuk menghidupkan segala yang berkaitan dengan kebangunan rohani seseorang, serta menjadi kesempatan memantau kedalaman hati kita, apakah sudah beres atau belum.

Natal telah menjadi bukti cinta Allah kepada manusia, dengan mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal untuk hadir di tengah-tengah manusia serta memberikan teladan yang patut untuk ditiru. Kepatuhan akan kehendak Bapa dalam segala hal, menjadikan Tuhan Yesus contoh atau teladan untuk setiap kita. Itu sebabnya penting sekali untuk kita mengenakan pikiran dan perasaan Tuhan dalam tingkah laku sehari-hari.

Penghayatan Natal yang benar seharusnya mengubah seluruh kehidupan seseorang. Pertanyaannya, sudah Natal yang keberapa kali tahun ini kita telah lalui? Apa cukup dengan perayaan Natal satu tahun sekali ini mengubah kondisi batin kita? Sadarkah kita bahwa hanya orang-orang yang meresponi Natal dengan tepat, yang dapat fokus pada perubahan batin, bukan lahiriah.

Kita harus serius memperkarakan hidup ini di hadapan Allah, dengan melihat kedalaman batin, apakah masih ada hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Bapa atau yang masih belum sesuai pikiran dan perasaan Tuhan Yesus. Sebab dengan kita selalu menyelidiki batin dan menyelaraskannya dengan kehendak Bapa, ini sama saja dengan kita tegak lurus kepada kebenaran.

Oleh sebab itu, standar kualitas batin kita harus seperti Tuhan Yesus yang menyukakan Bapa. Tentu ada proses, perjuangan, dan pergumulan untuk sampai kepada batin yang disempurnakan. Natal ini harus menjadi kesempatan untuk bersih-bersih batin setiap kita, dari sampah yang dunia telah berikan. Sehingga sukacita Natal akan lebih nyata dengan perubahan batin yang sempurna.

WHAT TO DO:
1. Warnai batin dengan selalu membaca firman Tuhan, agar yang keluar dalam tindakan sehari-hari sesuai firman Tuhan.
2. Sibukkan diri dengan komunitas gereja yang ingin berjuang dan bertumbuh dalam Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎Roma 8-10

Card image
Renungan Pagi - 26 Desember 2023
2023-12-26 10:34:24


Kristus adalah hadiah terindah, hadiah terbaik dan hadiah termahal yang diberikan Bapa di surga bagi manusia, ciptaan-Nya. Oleh karena itu, kita harus rela hidup bagi kemuliaan nama Tuhan, segala sesuatu yang menghambat hubungan dengan Tuhan juga harus rela kita tinggalkan, supaya mendapatkan Kristus, karena jika kita memiliki Kristus, berarti memiliki segala-galanya.

Hal ini pernah dilakukan oleh para gembala, Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita."

Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan." "Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka."

Jadi, Kristus adalah hadiah terindah, terbaik dan termahal dari Bapa bagi anak-anak-Nya, karena itu tidak ada alasan untuk bersungut-sungut, tetapi setiap kita harus berkata terima kasih atas kasih Bapa yang besar, terima kasih untuk kesediaan Putra Tunggal Bapa turun ke dunia, terima kasih karena Allah mau turun mencari dan menyelamatkan. Dan kasih-Nya dinyatakan lewat kelahiran Kristus ke dunia." (Lukas 2:15-16,20)

Card image
Quote Of The Day - 26 Desember 2023
2023-12-26 09:54:59


Kemuliaan Allah dalam hidup manusia terdapat pada moralitas kesucian hidupnya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 26 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-26 09:53:35


Sejak manusia jatuh ke dalam dosa, dunia ini bukanlah tempat hunian yang nyaman bagi kita. Mari, berkemas-kemas memindahkan hati ke langit baru bumi baru.

Card image
SHIFTING OF THINKING PARADIGM - 26 Desember 2023 (English Version)
2023-12-26 09:47:42


Very few people truly have a fear of the reality of eternity. It is difficult for someone to truly live life in such a way that they can experience the reality of eternity because the world’s philosophy does not recognize this, and we are raised in an environment where people do not think about the actual reality of life, which is eternity. From a young age, we have been exposed to a life philosophy expressed by Paul, “Let us eat and drink, for tomorrow we die.” It has been ingrained in our souls that if life is only once on this earth, there is no other life besides on this earth. The philosophy is how to make our current life as beautiful as possible, achieve as much as possible, enjoy happiness, and enjoy a peak of satisfaction. 

This life principle has gripped and is rooted within all of us. Thankfully, the Lord visits and shows compassion to us through the life events we experience. He enlightens our minds so that we can live the reality of life, and we begin to shift our focus, our paradigm of thinking. We start to learn a new dimension of life, from the dimension of transience to eternity. *If someone is late in changing their paradigm of thinking, they will always stay the same. The older we get, the more input in our minds—worldly thoughts based on material and temporary pleasures—so that we will no longer be able to have the proper dimension of life.

If someone is educated only by listening, their paradigm may stay the same, or they may not be able to gain a new dimension of life. But life experiences—going through difficult situations that throw us into a strange world—can change us. Jesus Himself said in the Gospel of Matthew chapter 19, “It is easier for a camel to go through the eye of a needle than for a rich person to enter the kingdom of God.” Jesus is not against wealthy people, and neither are we. But the Lord’s statement means that wealth can lock someone into the pleasures of life until they no longer need another world. It is terrifying if, one day, we close our eyes and realize that there is eternity. Therefore, we must be afraid and in awe of the reality of eternity.

In theory, we all know, but do we truly have the fear—that makes us want to live without fault or blemish? There should be no hidden pride, hatred, grudges, and insincerity, not only avoiding breaking the law. We should not do whatever does not make the Lord comfortable.  Someone who fears eternity will undoubtedly be serious about cultivating themselves, which is fascinating. Sometimes, it is a bit tiring, and we can become desperate. However,  it will also be easier to detach from worldly attachments if we realize this life will end.

Someone who fears eternity will also have compassion for others. This compassion cannot be forced. Compassion is not only for those who cannot eat, wear clothes, or feel cold. But it is about how we hinder and prevent others from entering hell.  If our thinking paradigm changes so that we can experience eternity, we will surely desire that no one enters hell. So, our service is not just organizing a liturgical activity but we must have a clear destination and output so that no one enters eternal fire.

Do not mess around with matters of eternity. Others may not care, and almost everyone does not care, and it can influence our lives because the atmosphere around us is wicked. But we must not follow them. Therefore, we shift our paradigm because if we do not do it as early as possible, we will never be able to have the dimension of eternity. In essence, the life of someone who does not have the dimension of eternity is not much different from an animal’s because they only think about the fulfilment of physical needs, and all of that is transient. It is not forbidden, but it is disastrous if our lives are only filled with desires like that while we do not shape our inner selves.

So, Paul advises us, “So we do not lose heart. Though our outer-self wastes away, our inner self is renewed daily.” So, the years of our lives are to adorn the portrait of our inner selves because it is eternal. Someone with the wrong dimension of life will not care about their inner selves. What matters to them is how they adorn their outer selves. It is not bad—even necessary—to beautify our outer selves, but our inner selves must be more beautiful because that is what we bring into eternity.  

WE MUST SHIFT OUR PARADIGM OF THINKING AS EARLY AS POSSIBLE BECAUSE IF NOT, IT IS IMPOSSIBLE FOR US TO HAVE THE DIMENSION OF ETERNITY.

Card image
MENGGESER PARADIGMA BERPIKIR - 26 Desember 2023
2023-12-27 09:26:37


Sedikit sekali orang yang benar-benar memiliki kegentaran terhadap realitas kekekalan. Dan betapa sukarnya seseorang dapat menghayati hidup secara benar sehingga dapat menghayati realitas kekekalan ini. Karena filosofi dunia tidak mengenal hal ini. Dan kita dibesarkan dalam lingkungan orang-orang yang tidak memikirkan realitas hidup yang benar, yaitu kekekalan. Dari kecil kita sudah terpapar dengan filosofi hidup yang dibahasakan oleh Paulus, “Marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati.” Telah tercengkeram di dalam jiwa bahwa seakan-akan hidup itu hanya sekali di bumi ini. Tidak ada kehidupan lain selain di bumi ini. Jadi, bagaimana mengusahakan hidup yang seindah-indahnya sekarang, meraih sebanyak-banyaknya yang bisa diraih, menikmati kebahagiaan, kepuasan puncak yang bisa dinikmati.

Prinsip hidup seperti ini sudah mencengkeram, mengakar di dalam diri kita semua. Bersyukur kita dilawat Tuhan, dibelas kasihani Tuhan melalui kejadian-kejadian hidup yang kita alami, Tuhan mencerahi pikiran kita. Sehingga kita bisa menghayati realitas hidup yang benar, lalu kita mulai menggeser fokus, paradigma berpikir kita. Kita mulai belajar dimensi hidup yang baru, dari dimensi hidup kefanaan menjadi dimensi hidup kekekalan. Kalau seseorang terlambat mengubah paradigma berpikirnya, maka ia tidak akan pernah berubah. Semakin kita tua, semakin banyak input di dalam pikiran kita—pikiran duniawi yang berbasis pada materi dan kesenangan sementara—sehingga kita tidak akan mampu lagi memiliki dimensi hidup yang benar.

Jika seseorang dididik hanya dengan mendengar, belum tentu paradigmanya berubah, atau bisa mendapatkan dimensi hidup yang baru. Tetapi pengalaman hidup—yaitu melewati keadaan-keadaan sulit yang seperti melemparkan kita ke dunia yang asing—bisa mengubah. Tuhan Yesus sendiri berkata di Injil Matius 19, “Lebih mudah seekor unta masuk lubang jarum daripada orang kaya masuk surga.” Tuhan Yesus tidak anti orang kaya; kita pun tidak. Tetapi perkataan Tuhan itu, artinya kekayaan dapat mengunci seseorang terhadap kenikmatan hidup, sampai ia tidak membutuhkan dunia lain. Mengerikan sekali kalau suatu saat kita menutup mata, lalu melihat ternyata ada kekekalan. Kita harus takut, kita harus gentar akan realitas kekekalan.

Secara teori kita semua pasti tahu, tetapi kegentaran yang sungguh—yang membuat kita benar-benar mau hidup tidak bercacat tidak bercela—apakah sudah kita miliki? Bukan hanya tidak melanggar hukum, tetapi jangan ada kesombongan terselubung, kebencian, dendam, ketidaktulusan. Apa pun yang kira-kira tidak membuat Tuhan nyaman, jangan kita lakukan. Orang yang gentar terhadap kekekalan pasti serius menggarap dirinya. Sejatinya, ini mengasyikkan. Kadang-kadang memang agak lelah, dan kita bisa putus asa. Dan ia juga akan lebih mudah melepaskan diri dari keterikatan dunia, karena ia menyadari bahwa hidup ini akan berakhir.

Orang yang gentar terhadap kekekalan akan juga memiliki perasaan belas kasihan terhadap orang lain. Belas kasihan ini tidak bisa dibuat-buat. Belas kasihan bukan hanya terhadap orang yang tidak bisa makan, tidak pakai pakaian, atau kedinginan. Melainkan bagaimana kita menghambat, menghalangi orang masuk neraka. Kalau paradigma berpikir kita berubah sehingga kita bisa menghayati kekekalan, pasti kita akan sangat mengingini tidak ada seorang pun masuk neraka. Jadi, pelayanan yang kita gelar bukan sekadar kita menyelenggarakan sebuah kegiatan liturgi, melainkan kita harus memiliki destinasi yang jelas, _output_ yang jelas, agar setiap orang jangan masuk api kekal.

Jangan main-main dengan hal kekekalan. Orang lain tidak peduli, hampir semua orang tidak peduli, dan itu membawa pengaruh dalam hidup kita, karena atmosfer dunia sekitar kita itu fasik. Tetapi kita, jangan ikut-ikutan. Maka, geser paradigma kita, karena kalau kita tidak menggeser sedini mungkin, kita tidak akan pernah bisa memiliki dimensi kekekalan. Orang yang tidak memiliki dimensi kekekalan, sebenarnya hidupnya tidak jauh beda dari binatang, karena yang dipikirkan hanya untuk pemenuhan kebutuhan jasmani. Padahal semua itu hanya fana. Bukan tidak boleh, tetapi jika hidup kita hanya dipenuhi oleh keinginan-keinginan semacam itu, sementara kita tidak menggarap manusia batiniah, celaka!

Maka Paulus menasihati kita, “Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.” Jadi, 70-80 tahun umur hidup kita adalah untuk mendandani potret wajah batiniah kita karena ini kekal. Orang yang memiliki dimensi hidup salah, tidak akan peduli dengan manusia batiniahnya. Yang penting bagi mereka adalah bagaimana dia mendandani manusia lahiriahnya. Tidak salah—bahkan harus juga—kita mendandani manusia lahiriah, namun manusia batiniah kita harus lebih cantik karena ini yang kita bawa di kekekalan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS MENGGESER PARADIGMA BERPIKIR KITA, KARENA KALAU KITA TIDAK MENGGESERNYA SEDINI MUNGKIN, KITA TIDAK AKAN PERNAH BISA MEMILIKI DIMENSI KEKEKALAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun -
2023-12-26 09:30:25

1 Yohanes 1-5

Card image
Truth Kids 25 Desember 2023 - HADIAH TERBAIK
2023-12-25 10:03:00


2 Korintus 8:12
“Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu.”

Hari ini seluruh umat Kristen merayakan Natal, hari kelahiran Yesus. Allah Bapa telah memberikan Anak-Nya yang Tunggal, satu-satunya, turun ke bumi. Yesus lahir sebagai seratus persen manusia. Bayi Yesus diletakkan dalam palungan karena sudah tidak ada penginapan kosong. Bapa telah memberikan Anak-Nya untuk kita, Sobat Kids. Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah memberikan yang terbaik untuk Bapa di surga?

Bapa dan Tuhan Yesus yang telah mencontohkan kerelaan mereka memberikan yang terbaik. Kita sebagai pengikut Kristus juga harus mengikuti teladan Tuhan. Sudah seharusnya kita memberikan yang terbaik, memberikan tenaga, waktu, ataupun uang atau harta yang kita miliki.

Natal bukan mengharapkan hadiah untuk diri sendiri, Sobat Kids. Seharusnya kita memikirkan hadiah yang dapat kita berikan untuk Tuhan. Kita mau memberikan hadiah terbaik kepada Tuhan. Selamat Natal!

Card image
Truth Junior 25 Desember 2023 - WALAUPUN MASIH KECIL
2023-12-25 09:59:46


2 Korintus 8:12
“Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu.”

Di pagi yang cerah, kakak Sekolah Minggu berbagi cerita tentang cara membantu orang-orang yang membutuhkan. Andi pun merasa terberkati dan ingin juga membantu orang yang membutuhkan. Tapi Andi berpikir, “Apa yang bisa aku lakukan? Aku, kan, masih anak-anak.”

Suatu hari, Andi melihat ibunya sibuk menyiapkan makanan untuk tetangga yang sedang sakit. Andi bertanya, “Mama, kenapa kita membantu mereka?” Ibu Andi tersenyum, “Kita melakukan ini untuk membantu sesama. Tetangga kita harus ditolong. Kita harus hidup baik sama semua orang.”

Akhirnya Andi mulai mengerti kalau membantu orang lain dapat dilakukan oleh semua orang, termasuk Andi yang masih kecil. Sejak saat itu, Andi selalu ingin membantu orang lain. Di sekolah, Andi membantu teman-temannya yang kesulitan dengan pelajaran atau yang sedang merasa sedih. Andi juga belajar memberikan pakaian bekasnya yang masih baik kepada anak-anak yang tidak memiliki banyak baju.

Andi mengerti bahwa membantu orang lain adalah kebaikan dan kasih. Tidak perlu menunggu saat dewasa baru membantu orang lain, tapi dari sekarang, walaupun masih kecil. Atau tidak perlu menunggu menjadi orang yang kayaaa banget, tapi saat kita punya kue, kita rela berbagi kepada teman yang belum makan.

Card image
Truth Youth 25 Desember 2023 (English Version) - LIKE-MINDED WITH CHRIST
2023-12-25 09:52:14


"Let the message of Christ dwell among you richly as you teach and admonish one another with all wisdom through psalms, hymns, and songs from the Spirit, singing to God with gratitude in your hearts." (Colossians 3:16)

Merry Christmas to our faithful Truth Youth Daily Devotional friends. Christmas brings great joy to the world because the Savior of humanity is present among us, offering the opportunity and certainty of eternal life. Christmas imparts valuable lessons for each of us, children of God, if we can grasp the true message of Christmas.

Let's think carefully, how many times have we celebrated Christmas throughout our time in this world? Certainly, as many times as our age. Christmas is often associated with the festive cheer of family gatherings, the beauty of Christmas trees, and the gifts that have been prepared. All of these sometimes make many Christians forget the true meaning of Christmas.

We must understand correctly that the Christmas we celebrate today is not just about remembering the baby Jesus in the manger. Remember, friends, Jesus is no longer a helpless little baby; He has become the King of all kings, living and setting an example for every believer.

It is only fitting for us to follow the lifestyle modeled by Jesus. We need to shed the ways of life we acquire from this increasingly corrupted world and adopt the way of life and thinking of Jesus. What Jesus demonstrated and taught in the Gospels must be practiced in our daily lives. Our thought patterns must be transformed every day until we reach the point where we are like-minded with Christ.

Therefore, this Christmas should be a profound reflection for each of us—have we adopted the mindset and feelings that Jesus demonstrated while He was on earth? So that this year's Christmas is not like the ones before, but a continuous transformation towards perfection, as the Father desires, possessing the mind and feelings of His only Son.

WHAT TO DO:
1. Diligently read the Bible, as that's where we find the way of life of Jesus.
2. Do not be afraid to change by no longer conforming to the world's way of thinking.
3. Persevere in prayer, so the Holy Spirit helps us adopt the mindset of Jesus.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Romans 4-7

Card image
Truth Youth 25 Desember 2023 - SEPEMIKIRAN DENGAN KRISTUS
2023-12-25 09:48:06


"Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu." (Kolose 3:16)

Selamat hari Natal buat teman-teman setia Truth Youth Daily Devotional. Natal menjadi sebuah kabar kesukaan besar bagi dunia, karena Sang Juruselamat manusia hadir di tengah-tengah umat manusia, memberikan kesempatan dan kepastian akan kehidupan kekal kelak. Natal memberikan pelajaran yang berguna bagi setiap kita anak-anak Tuhan, jika mampu menerima pesan Natal yang sesungguhnya.

Coba kita pikirkan dengan baik-baik, sudah berapa kali kita merayakan Natal selama kita ada di dunia ini? Tentu sebanyak usia kita sekarang. Hari Natal sangat identik dengan hingar-bingar keceriaan bersama keluarga, indahnya pohon Natal dan kado-kado yang telah disediakan. Semua itu terkadang membuat banyak orang Kristen lupa akan makna Natal yang sebenarnya.

Kita harus memahami dengan benar, bahwa hari Natal yang kita rayakan saat ini, bukanlah untuk mengenang bayi Yesus di palungan saja. Ingat ya teman-teman, Tuhan Yesus kini bukanlah bayi kecil lagi yang tak berdaya, namun Tuhan Yesus telah menjadi Raja atas segala raja dan Ia telah hidup serta memberikan teladan untuk setiap kita orang percaya.

Maka sudah sepatutnya kita mengikuti teladan gaya hidup Tuhan Yesus. Belajar menanggalkan cara hidup yang kita dapati dari lingkungan dunia yang semakin rusak ini, lalu mengenakan cara hidup serta cara berpikir Tuhan Yesus. Apa yang Tuhan Yesus telah peragakan dan ajarkan di dalam Injil, harus kita praktikkan dalam kehidupan kita setiap hari. Pola berpikir kita harus diubah setiap harinya, sampai titik di mana kita sepemikiran dengan Kristus.

Oleh sebab itu, Natal kali ini harus menjadi perenungan yang mendalam bagi setiap kita, apakah kita sudah memiliki cara berpikir dan berperasaan seperti yang Tuhan Yesus peragakan selama Ia ada di bumi ini. Sehingga Natal tahun ini tidak sama seperti tahun-tahun sebelumnya, namun kita terus mengalami perubahan untuk sempurna seperti yang Bapa kehendaki, yakni memiliki pikiran dan perasaan Anak Tunggal-Nya.

WHAT TO DO:
1. Giat selalu membaca Alkitab, sebab di sanalah kita menemukan cara hidup Tuhan Yesus
2. Jangan takut untuk berubah dengan tidak lagi ikut-ikutan cara pikir dunia
3. Bertekun dalam doa, agar Roh Kudus menolong kita mengenakan pikiran Tuhan Yesus

BIBLE MARATHON:
▪︎Roma 4-7

Card image
Renungan Pagi - 25 Desember 2023
2023-12-25 09:39:54


Mari kita membayangkan seperti apa rasanya bagi Maria dan Yusuf melihat Yesus, Anak Allah yang tidak berdosa, bertumbuh dewasa dalam rumah tangga mereka? Pernahkah Dia nakal? Apakah Dia menyenangkan? Apakah Dia anak yang berpikir dengan sangat serius? Hanya ada sedikit sekali yang dituliskan tentang Yesus dari cerita kelahiran-Nya sampai ketika Dia dibaptis pada usia 30 tahun.

Apakah Dia bekerja sebagai seorang tukang kayu di Nazaret? Seolah-olah tahun-tahun pertumbuhan Yesus secara sengaja disembunyikan dari kita, kecuali tiga hal yang bisa kita ketahui, yaitu : Dia tunduk kepada orang tua-Nya, dan Dia bertumbuh dewasa, baik dalam perawakan-Nya maupun hikmat-Nya. Dia juga bertumbuh dewasa dikasihi baik oleh manusia maupun Allah.

Inilah teladan penting dalam hidup kita. Tidak perlu seluruh hidup harus diketahui semua orang, tetapi setiap orang harus melihat pertumbuhan iman orang percaya menghasilkan perubahan hidup, makin serupa dengan Kristus. Seperti Yesus, kiranya kita bertumbuh dalam hikmat dan dikasihi oleh Allah dan manusia.

"Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia."
(Lukas 2:51-52)

Card image
Quote Of The Day - 25 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-25 09:35:15


Pengertian yang benar mengenai keselamatan sangat berdampak terhadap kualitas hidup kekristenan orang percaya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 25 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-25 09:32:33


Ada banyak kesenangan yang membuat kita merasa aman dan menganggap Tuhan seakan-akan tidak ada. Keadaan ini sungguh membahayakan karena akan membuat kita terhilang dari hadapan Allah.

Card image
NOT BY CHANCE - 25 Desember 2023 (English Version)
2023-12-25 09:25:44


Whatever our circumstances are today, it doesn’t matter whether we are men or women, married or unmarried, with or without children, rich or poor. The real issue is whether, in the end, we are found pleasing to God or not when we reach the end of our time. Another issue is that we never know when our time will end. Each of us will face God’s judgment one by one. We don’t know who among us will go first. So, do not take matters of eternity lightly. Do not mess around. Honestly, some of us are still careless and think everything is fine. We are not aware of how terrifying eternity is.

Life is not free. We are on this earth by design, not by chance or accident. God designed and created us to be extraordinary beings in His eyes. Greatness here is not measured by the things we have, not by physical appearance, but by our inner selves, which one day will be clothed in a glorious body. Therefore, we learn to heed God’s warnings. The times of our lives are preparation for eternity. God knows how to design our lifetime. Moment by moment becomes Kronos, an excellent chronology to create great human beings.

Let’s not just agree but understand this. We must be serious every day because our lives are extraordinary; not everyone becomes a chosen person. God only chooses certain people according to His prerogative. If we live before the time of fulfillment, we never know Jesus. Or if we are in a remote area, we may never have heard the Gospel. Even if we have listened to it, we may not have heard the Gospel correctly. But as chosen people, we must testify that Jesus is truly from God and live His life, showing compassion, sincerity, love, and moral purity. That is the testimony we must show to create an atmosphere of “those who are not against you are for you.”

Being chosen is extraordinary, for we are prepared to be glorified as members of the Kingdom of God’s family. Therefore, we must have mental and spiritual greatness like the heavenly Father. Jesus said in Luke 14:33, “So therefore, any one of you who does not renounce all that he has cannot be my disciple.” Renouncing burdens and sins (Heb.12:1) so we can look at Jesus, who brings our faith to perfection. We cannot follow Him because of burdens and sins. Casting off burdens and sins is not the race itself, but they can hinder, obstruct, and hamper the mandatory race. The compulsory race is to be like Jesus, which should be our desire.

So, we must give our lives entirely to it. Indeed, what are we looking for in life? We will let go of whatever we have. Let’s rethink this. We often consider many things critical and urgent, but what should be necessary and binding are the moments God gives in which He wants to shape us. Do not miss or forget them because we are not sensitive. Our focus is not on God because of many other matters. We are undoubtedly busy but remember, in all that busyness, our focus must remain on the new heaven and earth. We must focus on eternity and prepare ourselves for it. 

So, our lives must be transformed and let ourselves seized. We must realize every sin or mistake and not think that letting go tomorrow or today is the same. It is not the same. It is not easy if sins and passions have already been rooted. Are we aware that beyond our understanding, the love of God is so great that He wants to bring us to the place the Father has prepared? And for the chosen people, we will be glorified together with the Lord Jesus in the Father’s house. It is not a fantasy or fairy tale; this is a reality we will experience one day. However, God the Father cannot bring us to that place if we are not worthy. That is why we are processed, and let us truly invest our thoughts, feelings, time, energy, and potential in welcoming God’s processes.

Moment by moment, which God arranges, becomes a chronology that is so beautiful, and we can understand and give ourselves up to be formed. Life is short and tragic. We should not feel healed, complete, and whole. Because only those thirsty and hungry for truth will be satisfied. Surrendering life does not only mean becoming a pastor and serving church activities but allowing oneself to be formed by God and making this a priority and the only purpose of our lives.   

LIFE IS NOT FREE; WE ARE ON THIS EARTH, NOT BY CHANCE. GOD DESIGNED US TO BE EXTRAORDINARY BEINGS IN HIS EYES.

Card image
BUKAN KEBETULAN - 25 Desember 2023
2023-12-25 09:22:11


Apa pun dan bagaimana pun keadaan kita hari ini—pria atau wanita, menikah atau tidak menikah, punya anak atau tidak, kaya atau miskin—tidak menjadi masalah. Yang menjadi masalah adalah apakah kita pada akhirnya ketika berada di ujung waktu, didapati berkenan atau tidak. Dan masalah lainnya adalah kita tidak pernah tahu di mana ujung waktu kita. Dari antara kita, satu per satu akan menghadap pengadilan Tuhan. Kita tidak tahu siapa yang akan lebih dulu di antara kita. Maka, jangan anggap ringan dengan perkara kekekalan ini. Jangan main-main. Sejujurnya, sebagian dari kita ini masih ceroboh. Kita berpikir semua aman-aman saja. Kita tidak sadar betapa mengerikannya kekekalan itu.

Hidup ini tidak gratis. Kita ada di bumi ini _by design;_ bukan ada secara kebetulan atau kecelakaan. Allah yang mendesain dan merancang kita menjadi makhluk yang agung di mata Tuhan. Keagungan itu tidak diukur dari arloji yang kita kenakan, tas yang kita sandang, penampilan wajah, pakaian, dan lain-lain. Bukan penampilan lahiriah, melainkan manusia batiniah kita, yang nanti suatu hari akan dipakaikan tubuh kemuliaan. Maka, kita belajar mendengar peringatan-peringatan Tuhan. 70 - 80 tahun umur hidup kita merupakan persiapan kekekalan. Apa yang kita lakukan? Tuhan tahu bagaimana mendesain waktu hidup kita. Momentum demi momentum menjadi kronos, kronologi yang bagus untuk menciptakan manusia yang agung.

Jangan kita hanya setuju, namun camkan ini. Setiap hari kita harus serius, sebab hidup kita ini luar biasa, tidak semua orang menjadi umat pilihan. Allah hanya menentukan orang-orang tertentu sesuai dengan prerogatif Allah. Kalau kita hidup sebelum zaman penggenapan, maka kita tidak pernah menjadi orang yang mengenal Yesus. Atau kita ada di suatu pedalaman yang sangat terpencil, kita pun tidak pernah mendengar Injil. Kalau pun mendengar, tetapi kita tidak pernah mendengar Injil secara benar. Tetapi sebagai umat pilihan, kita harus menjadi saksi bahwa Yesus dari Allah yang benar. Kita menjadi saksi-Nya dengan mengenakan hidup-Nya. Belas kasihan, ketulusan, kasih, moralitas kesucian. Itu kesaksian yang harus kita tunjukkan. Sehingga tercipta suasana “yang tidak melawan kamu di pihak kamu.”

Luar biasanya menjadi umat pilihan adalah kita dipersiapkan untuk dipermuliakan menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Maka, kita harus memiliki keagungan mental, spiritual, karakter yang agung seperti Bapa di surga. Maka, Yesus berkata di Lukas 14:33, “Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.” Melepaskan diri dari beban dan dosa (Ibr. 12:1), sehingga kita bisa melihat Yesus yang membawa iman kita kepada kesempurnaan. Kita tidak bisa ikuti Dia, karena beban dan dosa. Menanggalkan beban dan dosa bukanlah perlombaan itu sendiri. Tetapi itu adalah hal yang menghalangi, menghambat, merintangi perlombaan yang wajib. Perlombaan yang wajib adalah to be like Jesus. Itu harus menjadi kerinduan kita.

Maka, kita harus memberi sepenuhnya hidup kita untuk itu. Sejatinya, kita mau cari apa dalam hidup ini? Apa pun yang kita miliki, akan kita lepas. Ayo, kita kembali berpikir ulang. Banyak hal yang kita anggap selalu penting, selalu mendesak. Tetapi yang mestinya penting dan mendesak adalah momentum-momentum yang Tuhan berikan, yang di dalamnya Tuhan mau membentuk kita. Jangan dilewatkan. Jangan sampai kita melewatinya, karena kita tidak punya kepekaan. Fokus kita tidak tertuju kepada Tuhan karena banyak urusan lain. Kita pasti banyak urusan, pasti sibuk. Tetapi ingat, di dalam semua kesibukan tersebut, fokus kita harus tetap langit baru bumi baru. Fokus kita harus tetap kekekalan, dan kita mempersiapkan diri untuk kekekalan tersebut.

Maka, hidup kita harus diubahkan. Harus memberi diri disita. Setiap dosa atau kesalahan yang kita lakukan, harus kita sadari. Jangan berpikir melepaskan besok, atau hari ini, sama. Tidak sama. Kalau sudah terlanjur merekam dosa, merekam gairah, tidak gampang. Sadarkah kita bahwa di luar kemampuan kita memahami betapa besar kasih Allah, sungguh Dia ingin membawa kita ke tempat yang Bapa sediakan? Bahkan untuk umat pilihan, kita akan dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus di dalam Rumah Bapa. Bukan fantasi, bukan dongeng, ini adalah realitas yang suatu hari nanti kita pasti alami. Tetapi Bapa tidak bisa membawa kita ke tempat itu, jika kita tidak layak. Makanya kita diproses. Ayo kita sungguh-sungguh menginvestasikan pikiran, perasaan, waktu, tenaga, dan semua potensi yang kita miliki menyambut penggarapan Tuhan.

Momentum demi momentum yang Tuhan atur menjadi kronologi yang begitu indah. Dan kita bisa pahami dan memberi diri kita dibentuk. Hidup ini singkat dan tragis. Jangan merasa sudah sembuh, jangan merasa sudah lengkap dan utuh. Sebab hanya orang yang haus dan lapar akan kebenaran yang akan dipuaskan. Menyerahkan hidup tidak hanya berarti menjadi pendeta, lalu melayani kegiatan gereja. Menyerahkan hidup yang sesungguhnya adalah memberi diri dibentuk oleh Allah. Menjadikan ini bukan saja prioritas, tetapi satu-satunya isi hidup kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

HIDUP INI TIDAK GRATIS. KITA ADA DI BUMI INI BUKAN KEBETULAN. ALLAH MERANCANG KITA MENJADI MAKHLUK YANG AGUNG DI MATA TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 Desember 2023
2023-12-25 09:18:04

2 Petrus 1-4
Yudas 1

Card image
Truth Kids 24 Desember 2023 - MENGHIBUR YANG SEDIH
2023-12-24 10:18:57


Galatia 4:18
”Memang baik kalau orang dengan giat berusaha menarik orang lain dalam perkara-perkara yang baik, asal pada setiap waktu dan bukan hanya bila aku ada di antaramu.”

Ketika libur sekolah, keluarga Luis mengunjungi rumah kakek. Di sana datang juga om dan tante Luis serta sepupu-sepupu Luis yang masih kecil. Saat bermain di halaman, sepupu Luis yang bernama Vina menangis karena mainannya jatuh ke selokan dan hanyut terbawa air. Semua orang panik mendengar Vina menangis. Om dan tante berusaha menghentikan tetapi Vina tetap menangis. Luis mendapat ide, dia mengambil gitar dan meminta tolong kepada papa untuk mengiringinya bernyanyi. “Vinaa.. Ayo, kita nyanyi!” ajak Luis.

Vina memperhatikan Luis sambil menangis. Lama-kelamaan tangis Vina berhenti. Vina tersenyum dan ikut menari karena lagu yang dinyanyikan Luis sering dia dengar di Sekolah Minggu. Akhirnya mereka bernyanyi memuji Tuhan bersama-sama dengan gembira sore itu.

Sobat Kids, terkadang kita tidak tahu kapan atau di mana kita harus melayani Tuhan. Seperti Luis yang melayani dengan menghibur sepupunya sambil memuji Tuhan di rumah kakeknya itu. Ini adalah bukti bahwa kita bisa melayani Tuhan di mana saja dan kapan saja. Nah, apakah kalian sudah coba melayani Tuhan di luar gereja? Jika belum, ayo kita lakukan!

Card image
Truth Junior 24 Desember 2023 - SIAP, RAJA
2023-12-24 10:17:06


Galatia 4:18
”Memang baik kalau orang dengan giat berusaha menarik orang lain dalam perkara-perkara yang baik, asal pada setiap waktu dan bukan hanya bila aku ada di antaramu.”

Ada sebuah kisah tentang kehidupan raja dan prajuritnya. Semua prajurit dan orang di istana sangat menghormati raja. Apa pun yang raja katakan, para prajurit selalu siap untuk melakukan. Karena para prajurit adalah orang-orang yang hidup mengabdi untuk raja. Apa itu mengabdi? Mengabdi itu seperti memberikan diri kita kepada orang yang kita hormati. Seperti prajurit yang mengabdi kepada raja, artinya prajurit itu selalu hidup untuk raja. Saat prajurit di istana atau pun di luar istana, prajurit tetap harus mengabdi kepada raja. Saat pagi, siang, sore, atau malam hari, prajurit harus tetap mengabdi kepada raja. Jadi kapan saja, di mana saja, selalu mengabdi kepada raja. Prajurit yang baik akan berkata kepada raja, “Siap, raja.”

Sobat Junior tahu gak, kalau kita juga prajurit yang mengabdi kepada Raja di atas segala raja. Sebab kita mengabdi kepada Tuhan yang sudah menciptakan langit dan bumi yang sangat indah. Jadi, kita pun harus memberikan diri kita kepada Tuhan; kapan saja, di mana saja, selalu mengabdi kepada Tuhan. Baik saat kita di rumah, sekolah, di rumah saudara, saat di gereja.

Seperti prajurit yang tidak pernah membantah perintah raja, kita juga tidak boleh membantah perintah Raja kita, Tuhan Yesus. Misalnya, kita sudah tahu kalau Tuhan Yesus tidak suka kita berbohong, maka kita tidak boleh berbohong. Terus kalau Raja kita mau supaya kita rajin Sekolah Minggu, maka kita harus pergi Sekolah Minggu dan rajin berdoa setiap hari. Sebagai prajurit yang baik, kita berkata kepada Raja kita, “Siap, Raja.” Artinya, siap jadi anak yang baik.

Card image
Truth Youth 24 Desember 2023 (English Version) - THE MOST BEAUTIFUL GIFT
2023-12-24 10:14:55


"Do not conform to the pattern of this world, but be transformed by the renewing of your mind. Then you will be able to test and approve what God’s will is—his good, pleasing and perfect will." (Romans 12:2)

It's unexpected that Christmas Eve is already upon us. How about the preparations for this year's Christmas? Surely, they are lively and enjoyable. Christmas is one of the most popular celebrations globally, observed not only by Christians and Catholics but also by many from other religions who join in the spirit of togetherness.

One of the inseparable traditions during the Christmas season is the preparation to celebrate with family, friends, and loved ones. Typically, these preparations take a considerable amount of time, starting from decorating the house with Christmas ornaments, having a Christmas tree, preparing for gift exchanges, and, undoubtedly, new clothes. It's not uncommon for some people to prepare for this joyous occasion well in advance.

All forms of preparation for welcoming Christmas are evidence of our joy and gratitude in commemorating the birth of our Lord and Savior, Jesus Christ. However, one thing should not be forgotten in preparing for Christmas, and that is to prepare a new heart for the Lord.

God doesn't prohibit us from wearing new clothes or decorating our homes with Christmas lights. But God yearns more for the feelings of joy and gratitude, manifested in a willing heart that is renewed by Him. Christmas will be exceptionally beautiful in the eyes of God when we present our renewed hearts to Him continually in His truth. We become the most beautiful gift to God by having a new heart.

Therefore, each of us must ensure that our hearts are always renewed by not conforming to the pattern of this world, renewed by the truth of God's word, and adorning our new hearts by wearing the holiness of God. Make sure that today we become the most beautiful gift for Jesus.

WHAT TO DO:
1. Abandon any lingering bad habits.
2. Fill your heart with what is good to see and hear.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Romans 1-3

Card image
Truth Youth 24 Desember 2023 - HADIAH TERINDAH
2023-12-24 10:12:48


”Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2)

Tidak disangka sudah memasuki malam Natal saja, bagaimana dengan persiapan natal tahun ini? Pastinya asik dan menyenangkan. Natal menjadi salah satu perayaan yang paling populer di dunia dan dirayakan oleh banyak orang, tidak hanya bagi yang beragama Kristen dan Katolik saja, tetapi tidak sedikit dari agama lainnya ikut berpartisipasi untuk kebersamaan.

Salah satu tradisi yang tidak bisa ditinggalkan saat perasaan Natal adalah persiapan untuk merayakan bersama keluarga, sahabat dan orang tercinta. Biasanya persiapan yang dilakukan akan memakan waktu yang panjang, mulai dari dekorasi rumah dengan hiasan Natal, adanya pohon Natal, persiapan untuk tukar kado, dan yang pasti harus ada baju baru. Tidak jarang beberapa orang sudah mempersiapan kegembiraan ini semua dari jauh-jauh hari.

Segala bentuk persiapan dalam menyambut Natal menunjukkan bukti sukacita serta ucapan syukur kita akan mengenang hari lahir Tuhan dan Juruselamat kita yakni Tuhan Yesus. Namun ada satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam persiapan menyambut Natal, hal ini adalah mempersiapkan hati yang baru bagi Tuhan.

Tuhan tidak melarang kita mengenakan baju baru atau menghiasi rumah dengan kelap-kelip lampu Natal. Tapi Tuhan lebih rindu perasaan sukacita dan ucapan syukur kita berbentuk kesedian hati yang mau diperbarui oleh-Nya. Natal akan menjadi sangat indah dalam pandangan Tuhan, ketika kita memberikan hati kita yang telah diperbarui setiap saat dalam kebenaran-Nya. Kita akan menjadi hadiah terindah bagi Tuhan, dengan memiliki hati yang baru.

Oleh karena itu setiap kita harus memastikan hati kita selalu diperbarui dengan tidak menjadi serupa dengan dunia ini, diperbaharui oleh kebenaran firman Tuhan dan menghiasi hati yang baru dengan mengenakan kekudusan Allah. Dan pastikan hari ini kita menjadi hadiah terindah bagi Tuhan Yesus.

WHAT TO DO:
1.Tinggalkan kebiasaan buruk yang masih dilakukan.
2.Isi hati kita dengan melihat dan mendengar yang baik.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Roma 1-3

Card image
Renungan Pagi - 24 Desember 2023
2023-12-24 10:10:47


Yesus meninggalkan sorga untuk keselamatan kita, IA melakukan itu bukan karena kita baik dan layak menerima keselamatan, tetapi semua itu sunguh-sungguh hanya karena kasih Kristus akan umat manusia, itulah yang membuat IA rela datang ke dunia, menjalani hidup sebagai manusia dan mengorbankan diri-Nya di atas kayu salib.

Kelahiran-Nya ke dunia ditandai dengan kehadiran malaikat Tuhan dipadang Efrata yang memberitakan kesukaan besar bagi seluruh bangsa, sebab telah lahir Juruselamat dunia. "Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud." Sebagai orang percaya tidak ada alasan untuk kita tidak bersukacita, sebab Allah telah menyatakan kesukaan besar yang tiada terukur di dalam Kristus.
(Lukas 2:9-11)

Card image
Quote Of The Day - 24 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-24 10:07:16


Menjual diri maksudnya berusaha agar dirinya mendapat penghormatan atau penilaian yang sesuai dengan apa yang diingininya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 24 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-24 10:05:27


Kita tidak bisa sekejap membangun kehidupan yang berkenan di hadapan Allah, tetapi semuanya itu melalui proses yang panjang seumur hidup kita.

Card image
SEIZING LIFE - 24 Desember 2023 (English Version)
2023-12-24 10:21:16


Some people are accustomed to procrastinating tasks, but it may not be dangerous or harmful, at least to a lesser risk. Thus, delaying something that should be done on time becomes a routine. Even though some tasks must be completed on time and carry a high risk, they often can be postponed without or with minimal negative consequences. However, one thing should be completed on time because the risk is not merely about fulfilling physical needs or safety  but concerning eternity, which should not be delayed. Strangely, it is precisely the matters related to eternity that are often procrastinated.

Some good people do not procrastinate on tasks or duties and are disciplined in fulfilling tasks and responsibilities in many aspects. Ironically, when it comes to matters of eternity, they postpone them and consider them less important. People like these are more than careless; they genuinely do not respect God. They may respect others, parents, or those deserving respect on Earth, but they do not respect God, and this is one of the proofs of the success of the power of darkness in misleading good people. They can be responsible for many things and not postpone what should be done on time. But when it comes to eternity, they delay it. People like this usually think that things related to God, spiritual matters, and eternity can be postponed without much risk.

Their misguided thoughts say that what is done now and later for spiritual matters concerning God and eternity is the same. Things related to God, spiritual issues, and eternity can be done today or later; it’s all the same. Unlike money or studies, for example. They know these things must be done on time, so they do not procrastinate; they can do it promptly, which is a misleading thought. The truth is always parallel, and God makes it extraordinary. Everything has laws and orders. A person’s physical growth is strict through stages. The Bible says, “When you were babies, you had to drink milk, not eat solid food.” And this has given us a sign or indication or clue that the growth of spiritual life is parallel to physical life.

Therefore, Paul says, “Considering the time, you should already eat solid food. But because you are slow, you can’t eat solid food. You are not mature.”  Let’s not disrespect God by underestimating or neglecting spiritual matters. Indeed, they think that making money is more complex than seeking God, and they prioritize having a career while seeking God, which can be postponed because God is not an emergency. God is not something urgent and essential. Many things are urgent but not necessary. Some are important but not urgent, and God is neither of them. Many things we consider both essential and urgent.

One has to spend money just for an unimportant hobby, but it is seen as urgent and essential since it is enjoyable. However, the problem is more than that because they do not deal with God properly.  We must not postpone what we should do on time. There are events God allows in our lives called Kairos or moments, and He knows how to process us—sinful humans with a sinful nature—to become great human beings. Those events contain eternal blessings. No event we hear, see, or experience does not have a blessing.

And if that moment passes, there will be no blessing exactly like that. Don’t say, “There will be other experiences later.” If today we are hated by people but fail because we retaliate against that person’s evil, we regret and think there will be enemies again later, and we will learn to forgive. It would be very different if we had already learned to forgive. Therefore, we are expected to reach maturity when we are older. So, the goodness of God is not only to fulfill our physical needs but also to give us His eternal blessing every day. We should understand that the call as children of God should completely seize our lives.   

THE CALL AS PEOPLE OF GOD SHOULD FULLY SEIZE OUR LIVES.

Card image
MENYITA HIDUP - 24 Desember 2023
2023-12-24 09:55:37


Ada orang yang biasa menunda pekerjaan, namun hal itu tidak atau kurang membahayakan, tidak atau kurang merugikan. Sehingga, menunda sesuatu yang harus diselesaikan pada waktunya menjadi suatu habit; kebiasaan. Ada pekerjaan yang harus diselesaikan pada waktunya dan itu berisiko tinggi, tetapi ada banyak hal yang bisa ditunda dan tidak atau kurang memberi risiko negatif. Tetapi yang satu ini tidak boleh ditunda, sebab kalau hanya menyangkut pemenuhan kebutuhan jasmani, kalau hanya menyangkut keselamatan fisik, itu tidak berisiko tinggi. Tetapi kalau menyangkut kekekalan, kita tidak boleh menundanya. Tetapi heran, justru yang menyangkut kekekalan ini banyak ditunda.

Ada orang-orang baik yang tidak menunda pekerjaan atau tugas, yang disiplin dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab dalam banyak hal, tetapi ironis, terkait dengan kekekalan, dia menundanya. Ia menganggapnya tidak atau kurang penting. Orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang lebih dari ceroboh. Orang-orang seperti ini bisa dipastikan tidak menghormati Tuhan. Ia bisa menghormati sesama, orang tua, atau orang yang patut dihormati di bumi, tetapi dia tidak menghormati Allah. Dan ini merupakan salah satu bukti dari keberhasilan kuasa kegelapan dalam menyesatkan orang-orang baik. Mereka bisa bertanggung jawab dalam banyak hal dan tidak menunda apa yang seharusnya dilakukan pada waktunya. Tetapi untuk kekekalan, dia menunda. Biasanya orang-orang seperti ini menganggap bahwa hal-hal yang menyangkut Tuhan, hal-hal rohani, hal-hal kekekalan itu bisa ditunda dan tidak berisiko.

Pikiran sesatnya mengatakan bahwa apa yang dilakukan sekarang dan nanti untuk perkara-perkara rohani yang menyangkut Tuhan dan kekekalan, sama saja. Hal-hal yang terkait dengan Tuhan, dengan hal rohani, hal kekekalan, itu dilakukan hari ini, besok, 5, 10 tahun yang akan datang, sama saja. Beda dengan soal uang, atau studi. Ia tahu bahwa hal-hal ini harus dilakukan tepat waktu. Maka dia tidak menunda, dia bisa melakukan pada waktunya. Ini pikiran sesat. Kebenaran itu selalu paralel, dan Tuhan membuat itu luar biasa. Semua ada hukum dan tatanannya. Pertumbuhan fisik seseorang itu ketat melalui tahapan-tahapan. Alkitab mengatakan, waktu masih kanak-kanak kamu makan makanan yang lunak, bukan makanan keras. Dan itu sudah memberikan kepada kita sebuah isyarat atau indikasi atau petunjuk bahwa pertumbuhan hidup rohani itu paralel dengan kehidupan jasmani.

Maka Paulus mengatakan, _“Ditinjau dari waktu, kamu mestinya sudah makan makanan keras. Tetapi karena kamu lamban. Kamu lamban, sehingga kamu belum bisa makan makanan keras. Kamu tidak dewasa.”. Jangan kita tidak menghormati Tuhan dengan meremehkan atau melecehkan perkara-perkara rohani. Pasti mereka menganggap bahwa mencari uang itu lebih sukar dari mencari Tuhan dan menganggap berkarier itu harus diutamakan, sedangkan hal mencari Tuhan bisa ditunda. Sebab Tuhan bukan sesuatu yang darurat. Tuhan bukan sesuatu yang mendesak dan penting. Ada banyak hal yang mendesak, tetapi tidak penting. Ada yang penting, tetapi tidak mendesak, dan Tuhan tidak dua-duanya. Banyak hal yang kita anggap dua-duanya: penting dan mendesak.

Untuk hobi yang tidak penting, seseorang harus membelanjakan uangnya. Tetapi karena menyenangkan, itu ia pandang sebagai hal yang mendesak dan penting. Tetapi masalahnya bukan hanya itu. Dia tidak berurusan dengan Tuhan secara baik. Kita tidak boleh menunda apa yang seharusnya kita kerjakan pada waktunya. Ada peristiwa-peristiwa yang Tuhan izinkan terjadi di dalam hidup kita, ini namanya kairos atau momentum. Dan Tuhan tahu bagaimana memproses kita—manusia berdosa dengan kodrat dosa—untuk jadi manusia agung. Peristiwa-peristiwa itu memuat berkat kekal, berkat abadi. Tidak ada satu pun peristiwa yang kita dengar, kita lihat, dan kita alami yang tidak memiliki berkat di dalamnya.

Dan kalau momentum itu lewat, maka tidak ada berkat yang persis seperti itu. Jangan berkata, “Nanti juga bisa ada pengalaman lain.” Kalau hari ini kita dimusuhi orang, namun kita gagal karena kita membalas kejahatan orang itu. Kita menyesal dan berpikir nanti juga ada musuh lagi, nanti kita belajar mengampuni. Akan sangat berbeda kalau kita sudah belajar mengampuni sejak awal. Maka, ketika kita berusia 70 tahun, diharapkan kita sudah mencapai kedewasaan yang matang. Jadi kebaikan Tuhan bukan hanya memenuhi kebutuhan fisik jasmani kita saja, melainkan Tuhan memberikan kita berkat kekal-Nya setiap hari. Dan mestinya kita mengerti bahwa panggilan sebagai umat Allah adalah suatu hal yang harus sepenuhnya menyita hidup kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PANGGILAN SEBAGAI UMAT ALLAH ADALAH SUATU HAL YANG HARUS SEPENUHNYA MENYITA HIDUP KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 Desember 2023
2023-12-24 09:47:07

2 Timotius 1-4

Card image
Truth Kids 23 Desember 2023 - MENGIKUTI TELADAN
2023-12-23 10:18:22


1 Petrus 5:3
”Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.”
Mia merupakan anak yang berasal dari keluarga yang cuek; mereka tidak sering beribadah. Suatu hari Mia diajak pergi ke Sekolah Minggu oleh temannya. Di sana Mia disambut baik dan Mia sangat senang bisa beribadah dan belajar firman Tuhan. Semakin lama Mia semakin sering ikut Sekolah Minggu. Sikap Mia di rumah pun banyak berubah. Mia tidak pernah malas lagi, dia senang membantu mama dan papanya. Ketika ditanya oleh papanya tentang perbedaannya, Mia menjawab, “Itu karena Tuhan yang mengubah Mia, Pa.” Papa merasa kagum dan terketuk hatinya, sehingga papa memutuskan untuk mengajak keluarganya untuk lebih rajin lagi beribadah kepada Tuhan.

Wow… yang Mia pelajari tentang Tuhan di Sekolah Minggu bisa mengubah hidupnya dan keluarganya. Luar biasa, bukan? Mia tidak hanya berkata-kata tetapi dia memberikan kesaksian akan Tuhan kepada keluarganya lewat perbuatan dan perubahan hidupnya. Hal itu membawa keluarganya menjadi lebih dekat dengan Tuhan. Kalian juga bisa melakukan hal yang sama di rumah seperti Mia, Sobat Kids! Tunjukkan perubahan dan perbuatan kalian yang baik di rumah, di sekolah, di mana pun kalian berada.

Card image
Truth Junior 23 Desember 2023 - TUTORIAL MEMBUAT ALLAH BAPA HAPPY
2023-12-23 10:15:51


1 Petrus 5:3
”Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.”

Siapa yang pernah mendengar istilah ‘tutorial?’ Misalnya, “tutorial memasang lego bentuk kuda” atau “tutorial membuat roti isi.” Nah, ada yang tahu apa arti ‘tutorial?’ Ya, tutorial itu arti sederhananya adalah informasi atau cara melakukan sesuatu yang diperagakan atau diberi contoh. Banyak sekali tutorial yang bisa kita lihat melalui gadget.

Tahu tidak, ternyata dari dulu Tuhan Yesus sudah menjadi tutor yang memberikan tutorial. Kira-kita tutorial apa yang Tuhan Yesus berikan? Jawabannya adalah; tutorial membuat Allah Bapa happy. Wah, bagaimana cara Tuhan Yesus membuat Allah Bapa menjadi happy, ya?

Cara Tuhan Yesus membuat Allah Bapa happy adalah dengan datang ke dunia sebagai manusia. Saat Tuhan Yesus datang ke dunia ini, Tuhan Yesus juga jadi orang yang baik. Buktinya, Dia tidak mau membalas orang yang berbuat jahat. Tuhan Yesus juga selalu kasih tahu orang banyak untuk hidup taat kepada Allah Bapa, dan masih banyak tutorial yang Tuhan Yesus tunjukkan waktu Ia di dunia.

Karena sekarang Tuhan Yesus sudah ada di surga, maka tutorial yang Tuhan Yesus lakukan sudah ditulis di dalam Alkitab. Karena ada banyak sekali tutorial membuat Allah Bapa happy, maka Tuhan mau supaya kita mengikutinya. Misalnya dengan cara menghormati orang tua, mengasihi teman, tidak berlaku jahat. Kalau di sekolah, jadi anak yang baik, supaya teman-teman lain melihat contoh yang baik juga. Kan, keren kalau semua orang-orang yang kita kenal jadi orang yang baik. Benar, kan?

Card image
Truth Youth 23 Desember 2023 (English Version) - LIVE LIFE TO THE FULLEST
2023-12-23 10:22:21


"Whatever you do, work at it with all your heart, as working for the Lord, not for human masters." (Colossians 3:23)
What is the point of living in this world if we go through it half-heartedly? We have no purpose in life, don't know our potential, and live as we please. It's as if we live as humans, but at the same time, we don't live as humans. Life in this short world must be lived with hard work; we need to experience worldly life and make choices that will be beneficial for the long term, for our better future. Of course, what is meant here is to make God the purpose of our life and give ourselves fully only to Him.

A proverb says, "Live life to the fullest," which means we live our lives as maximally as possible. To live life to the fullest means we do not waste our time on unnecessary things. By living life to the fullest, we will better appreciate life in this world and walk with a definite purpose. In this case, God and His kingdom become the number one priority in our lives. Colossians 3:23 instructs us to do everything with all our hearts as if we were doing it for the Lord. When we live by this life principle, we will have a new mindset in navigating life.

Someone who makes God the priority in their life will not live recklessly. They will utilize their time to be a blessing wherever they are, and they will do everything with gratitude because they know they are doing it for the Lord. Guaranteed, our lives will not be in vain, and we will not regret the life choices and all kinds of life events that come our way. Living with all its tragic stories will not easily shake our faith because we already have God, who is our purpose to live life to the fullest.

WHAT TO DO:
1. Maximize our lives by making God the purpose of our life.
2. Do not waste time and energy on unnecessary things.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Acts 27-28

Card image
Truth Youth 23 Desember 2023 - LIVE LIFE TO THE FULLEST
2023-12-23 09:59:18


”Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” (Kolose 3:23)

Untuk apa kita hidup di dunia ini jika kita menjalaninya setengah-setengah saja? Kita tidak memiliki tujuan hidup, tidak tahu potensi diri kita, dan hidup semaunya saja. Ibarat kita hidup sebagai manusia, tetapi kita juga tidak hidup sebagai manusia. Hidup di dunia yang singkat ini harus dengan kerja keras, kita perlu menghayati kehidupan dunia dan memilih pilihan-pilihan yang akan berguna untuk jangka panjang, untuk masa depan kita yang lebih baik. Tentunya, yang dimaksudkan di sini adalah menjadikan Tuhan sebagai tujuan hidup kita dan memberikan diri kita sepenuhnya hanya pada Dia saja.

Sebuah pepatah berkata “Live life to the fullest,” yang artinya kita menjalani hidup kita semaksimal mungkin. Maksimal artinya kita tidak menyia-nyiakan waktu kita untuk hal-hal yang tidak perlu. Dengan live life to the fullest, maka kita akan lebih menghayati kehidupan di dunia ini dan berjalan dengan tujuan yang pasti. Dalam hal ini, Tuhan dan Kerajaan-Nya yang menjadi nomor satu dalam hidup kita. Kolose 3:23 mengatakan agar kita melakukan segala hal dengan segenap hati seperti kita melakukannya untuk Tuhan. Ketika kita memiliki prinsip hidup ini, kita akan memiliki pola pikir yang baru dalam menjalani hidup.

Orang yang menjadikan Tuhan sebagai yang terutama dalam hidupnya pasti tidak akan hidup semena-mena. Ia akan memanfaatkan waktunya untuk menjadi berkat di mana pun ia berada dan ia akan melakukan segala sesuatu dengan rasa syukur karena ia tahu ia melakukannya untuk Tuhan. Dijamin, hidup kita tidak akan sia-sia dan kita tidak akan menyesal atas pilihan hidup dan segala jenis peristiwa kehidupan yang mendatangi kita. Hidup dengan segala kisah tragisnya pun tidak akan dengan mudah menggoyahkan iman kita, sebab kita sudah memiliki Tuhan, yaitu Dia yang menjadi tujuan kita untuk live life to the fullest.

WHAT TO DO:
1.Memaksimalkan kehidupan kita dengan menjadikan Tuhan sebagai tujuan hidup.
2.Tidak menyia-nyiakan waktu dan tenaga untuk hal-hal yang tidak perlu.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kisah Para Rasul 27-28

Card image
Renungan Pagi - 23 Desember 2023
2023-12-23 09:54:29


Kriteria apa yang kita pakai untuk mengukur keberhasilan sebuah gereja? dilihat dari sudut mana? kuantitas atau kualitas? Juan Carlos Ortiz, seorang hamba Tuhan yang terkenal di Argentina, mengawali pelayanannya dengan 200 warga jemaat. Hanya dalam waktu beberapa tahun jumlah warga jemaatnya menjadi tiga kali lipat. Dia adalah pengkhotbah yang digemari banyak pendengar, bahkan dipuja oleh jemaatnya.

Namun, dia merasakan ada sesuatu yang salah, hatinya gelisah. Akhirnya dia sadar akan letak kesalahannya; selama ini dia sibuk dengan bisnis gereja, bukan membangun tubuh Kristus yang dewasa dan mengenal Allah dengan benar. Pemberitaan Injil yang dilakukannya selama ini sama seperti mempromosikan merek makanan tertentu.

Ortiz dicelikkan mata rohaninya, bahwa jemaatnya memang bertambah besar, tapi hanya dari segi kuantitas, jumlah saja, sementara dalam kualitas, mereka adalah bayi-bayi rohani. Rasul Paulus mengingatkan bahwa jawatan atau jabatan dalam pelayanan haruslah memiliki tujuan; "untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus. Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus." Jadi jangan silau terhadap pemujaan dan sanjungan bagi kita karena khotbah dikagumi, jangan bangga apabila gedung gereja bertambah mentereng, properti gereja bertambah canggih, inventaris gereja bertambah mewah, jumlah jemaat bertambah.

Tetapi kita tidak peduli dengan lambannya pertumbuhan iman jemaat, tidak ada pengenalan yang benar akan Allah, tidak dewasa, sehingga tidak ada buah pertobatan, kehidupan dan pelayanan. Kita harus periksa diri, apakah ukuran keberhasilan gereja diukur hanya dari kuantitas saja tanpa peduli kualitas hidup jemaat Tuhan?
(Efesus 4:12-13)

Card image
Quote Of The Day - 23 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-23 09:44:27


Kalau seseorang sudah mencari penghormatan dan penilaian dari manusia, maka ia pasti tidak akan mencari kehormatan dari Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 23 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-23 09:43:20


Dengan hidup takut akan Tuhan dan menjauhi dosa itu cara kita mencintai Tuhan dan menyelamatkan diri kita dari kebinasaan.

Card image
NOT MAXIMAL - 23 Desember 2023 (English Version)
2023-12-23 09:41:31


Sometimes, we feel like we’re in a stagnant situation, not moving, not growing, and not changing truly. We may feel displeasing to God, even though we long to please Him. We feel like we’re not living in holiness, even though we are trying. We want to be more mature, and we are making an effort. What happens in such moments? God knows that our determination and intention are not at their maximum.

We still hope things in our lives will please and satisfy us. So, our determination and intention are not whole, complete, maximum, or total. Then, when we are in that stagnant state, what should we do?  We should ignite our longing, light a more significant desire and willingness to live a holy life, live pleasingly before God, and grow more mature and perfect. The key is in our intention, determination, and willingness.

When we say, “Lord, I no longer ask for anything,” that statement traps us, and God will ask us, “Are you serious about saying that?” This question reminds us to look at ourselves and how great our intentions, willingness, and determination are in dealing with God. We are grateful that we realize this to ignite and make our desire to live a holy, blameless life, to live pleasingly before God, and to grow more mature and burn even brighter, though it is challenging; precisely, it’s impossible. But for God, nothing is impossible. We depend on God and ask for His help because only He can help us live blameless lives.

If we shout and cry out, sincerely saying, “Lord, help me to live pleasingly before You. The one thing I need is to please You, O God,” we are like tearing open the heavens, ripping them apart. And our cries will reach the Father and He will say, “My child, this is serious.” It’s beautiful when the Father sees that we are serious and genuinely want to please Him, and He will move our stagnant situation. Sometimes, or even often, God begins to shake our situation.  God allows events in our lives to move the wheels of our spiritual life, the wheels of our perfection, to turn more.

This state is mentioned in Rom. 8:28-29, “And we know that in all things God works for the good of those who love Him, who have been called according to His purpose. For those God foreknew, He also predestined to be conformed to the image of His Son, that He might be the firstborn among many brothers and sisters.” If we love God, we will sincerely cry, “Make me pleasing to You, O God, O Father. Don’t let me grieve Your heart, O Father. I want to be Your favorite child, O Father.” We truly set our hearts on fire. It burns in sincerity. We cry out longing before the Father, tearing open the heavens above us, and this is what pleases the Father because we love Him. Tearing open the heavens with our cries and shouts, “Father, I long to please You. Father, take me high.” It’s extraordinary!

Imagine if one day we pass away, and we are before God; what do we need at that moment? Only one thing: to please God.  If we please God, we can stand before the Father, enter into glory with our Lord Jesus Christ, our Lord, and Savior who is glorified by the Father, who has a name above every name, that at the name of Jesus, every knee should bow. Every tongue confesses that Jesus Christ is Lord, to the glory of God the Father.

Don’t let this truth pass by. We grasp it sincerely, value it, put it into practice, fulfill it, and live it out in this life. We only have one chance at life, and it’s very short, and we don’t know when it will end. If we don’t ignite our desire to please God, our life will be stagnant, not growing. God will see our reaction, action, and response to His grace.   

SOMETIMES, WE FEEL LIKE WE'RE IN A STAGNANT SITUATION, FEELING LIKE WE'RE NOT LIVING PLEASINGLY, EVEN THOUGH WE ARE TRYING, THIS HAPPENS BECAUSE OUR WILLINGNESS IS NOT AT ITS MAXIMUM.

Card image
BELUM MAKSIMAL - 23 Desember 2023
2023-12-23 09:25:32


Ada saat di mana kita merasa bahwa kita seperti berada dalam situasi stagnan, tidak bergerak, tidak bertumbuh dan berubah secara benar dan merasa kurang menyenangkan hati Tuhan, padahal kita rindu menyenangkan hati Tuhan. Kita merasa belum hidup di dalam kekudusan, padahal kita sudah berusaha. Kita merasa belum berkenan padahal kita juga sudah berusaha. Apa yang terjadi di saat seperti itu? Tuhan tahu bahwa kita belum maksimal dalam tekad dan niat. Kita mau hidup suci, benar. Kita mau hidup berkenan di hadapan Tuhan, benar. Kita mau bertumbuh lebih dewasa, benar. Tetapi kemauan kita belum maksimal, belum puncak, belum klimaks.

Biasanya masih ada hal-hal di dalam hidup ini yang kita harapkan dapat menyenangkan dan memuaskan hati kita. Sehingga tekad, niat kita itu tidak utuh, tidak bulat, tidak maksimal, tidak penuh. Lalu, ketika kita dalam keadaan stagnan itu, apa yang harus kita lakukan? Yang harus kita lakukan adalah mengobarkan kerinduan, menyalakan lebih besar keinginan dan kemauan untuk hidup suci, hidup berkenan di hadapan Tuhan, untuk bertumbuh makin dewasa dan sempurna. Kuncinya ada di niat, di tekad, di kemauan kita.

Ketika kita berkata, “Tuhan, aku tidak lagi meminta apa pun,” sebenarnya kita terjebak oleh kalimat itu. Tuhan akan bertanya kepada kita, “Apakah kamu serius mengucapkannya?” Pertanyaan itu sebenarnya mengingatkan, menasihatkan kita untuk melihat diri kita seberapa besar kita punya niat, kemauan, tekad dalam berurusan atau berperkara dengan Tuhan. Bersyukur kita menyadari hal ini, sehingga kita mengobarkan, membuat membara keinginan kita untuk hidup suci, hidup tak bercacat cela, hidup berkenan di hadapan Tuhan dan bertumbuh makin dewasa. Ini hal yang memang benar-benar sulit; tepatnya, mustahil. Tetapi bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Kita bergantung, kita minta tolong kepada Tuhan. Hanya Tuhan yang bisa menolong kita untuk bisa hidup tidak bercacat tidak bercela.

Kalau kita berteriak, dan menangis, berseru dengan tulus, "Tuhan, tolong aku untuk hidup berkenan di hadapan-Mu. Satu yang 'ku perlu, berkenan di hadapan-Mu," sejatinya kita seperti merobek langit, mengoyak langit. Dan seruan kita akan sampai ke hadapan Bapa dan Bapa berkata, "Anak-Ku ini, serius." Indah kalau sampai Bapa melihat bahwa kita serius, sungguh-sungguh mau berkenan. Dan Bapa membuat keadaan kita yang tadinya stagnan, berhenti, mulai bergerak. Tuhan kadang atau bahkan sering, mulai mengguncang keadaan kita. Tuhan mengizinkan peristiwa-peristiwa dalam hidup kita untuk menggerakkan roda kehidupan rohani kita, roda kesempurnaan kita untuk bertambah.

Inilah yang dimaksud di dalam Roma 8:28-29, "Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan, bagi orang yang mengasihi Dia.” Kalau kita mengasihi Tuhan, kita akan berseru dengan sungguh-sungguh, “Buat aku menyenangkan Engkau, ya Allah, ya Bapa. Jangan sampai aku mendukakan hati-Mu, ya Bapa. Aku mau menjadi anak kesukaan-Mu, ya Bapa." Dengan sungguh-sungguh kita buat membara hati kita. Berkobar-kobar dalam ketulusan. Menyerukan kerinduan ini di hadapan Bapa dan merobek langit di atas kita. Dan ini yang Bapa berkenan, karena kita mengasihi Dia. Mengoyak langit dengan jeritan, dengan seruan, “Bapa, aku rindu menyenangkan Engkau. Bapa, bawa aku terbang tinggi.” Aduh, luar biasa!

Coba kita bayangkan kalau suatu hari nanti kita meninggal dunia, kita ada di hadapan Allah, apa yang kita perlu waktu itu? Hanya satu, berkenan di hadapan Allah. Kalau kita berkenan di hadapan Allah Bapa, maka kita tahan berdiri di hadapan Allah Bapa, kita masuk dalam kemuliaan bersama Tuhan kita Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita yang dimuliakan Bapa, yang memiliki nama di atas segala nama, yang setiap lutut bertelut, dan setiap lidah mengaku, Yesus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa.

Jangan kebenaran ini berlalu. Kita camkan sungguh-sungguh, kita hargai, lalu kita amalkan, kita tunaikan, kita lakukan di dalam hidup ini. Kita hanya punya satu kali kesempatan hidup, dan itu sangat singkat. Dan kita tidak tahu kapan berakhir. Kalau kita tidak membuat membara kerinduan kita untuk menyenangkan Allah, hidup kita akan stagnan, tidak bertumbuh. Tuhan pasti melihat reaksi, aksi, respons kita terhadap anugerah-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ADA SAAT DI MANA KITA MERASA BAHWA KITA BERADA DALAM SITUASI STAGNAN, MERASA BELUM HIDUP BERKENAN PADAHAL KITA JUGA SUDAH BERUSAHA, HAL ITU TERJADI KARENA KEMAUAN KITA BELUM MAKSIMAL.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 Desember 2023
2023-12-23 09:19:05

Ibrani 11-14

Card image
Truth Kids 22 Desember 2023 - YESUS KEBANGGAANKU
2023-12-22 10:09:56


2 Timotius 1:8
”Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah.”

Saat pulang sekolah, Bimo melewati sebuah tanah lapang. Di sana ada seorang kakek tunawisma yang sedang duduk termenung sendirian. Bimo merasa kasihan. Karena rumah Bimo dekat, dia meminta makanan kepada ibunya untuk diberikan pada kakek itu. Setelah Bimo memberikannya, kakek itu terharu dan meneteskan airmata. “Terima kasih. Kamu sungguh anak yang sangat baik,” ucap kakek itu. Bimo berkata, “Sama-sama, Kakek. Aku berbuat baik karena Tuhan Yesus yang mengajariku demikian.” Mendengar itu kakek tersenyum dan berkata, “Terpujilah Tuhanmu, Nak.”

Sobat Kids, sama seperti yang Bimo lakukan, kita sebagai anak-anak Allah tidak perlu malu bercerita tentang Tuhan Yesus kepada orang lain. Perbuatan yang sudah Tuhan Yesus lakukan di atas kayu salib untuk menebus kita, itu adalah sebuah kebanggaan bagi kita semua. Lihat kisah tadi, melalui tindakan Bimo, kakek itu merasa bersyukur dan memuji nama Tuhan. Ayo, jangan kalian merasa malu bersaksi tentang Tuhan Yesus lewat perkataan dan tindakan kita, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 22 Desember 2023 - AYO, CERITA TENTANG TUHAN YESUS
2023-12-22 10:08:15


2 Timotius 1:8
”Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah.”

Sobat Junior, bagaimana rasanya ketika dipuji papa atau mama di depan orang lain? Misalnya mama bilang, “Aku bangga punya anak seperti (nama Sobat Junior).” Atau misalnya papa bilang ke saudaranya, “Saya senang dengan (nama Sobat Junior), karena menjadi anak yang mau dengar-dengaran.” Wah, pasti rasanya senang mendengar diri kita dibanggakan oleh orang tua. Menurut Sobat Junior, Tuhan Yesus senang atau tidak senang, kalau diri-Nya diceritakan dan dibanggakan?

Tentu saja Tuhan Yesus juga senang kalau diri-Nya diceritakan kepada orang lain. Tahu gak kenapa Tuhan Yesus senang? Supaya orang-orang yang mendengar cerita tentang Tuhan Yesus punya hidup yang lebih baik. Makanya di Sekolah Minggu, kakak-kakak selalu cerita tentang Tuhan Yesus dan kisah-kisah di Alkitab yang hebat. Supaya adik-adik Sekolah Minggu yang mendengar, jadi anak yang baik, taat, dan sayang sama Tuhan.

Jadi, karena kita sudah tahu kalau menceritakan tentang Tuhan Yesus punya pengaruh yang besaaaar untuk hidup kita, mulai sekarang kita mau belajar untuk menceritakan Tuhan Yesus yang baik kepada keluarga, teman, dan saudara.

Ada yang tahu bagaimana caranya supaya kita bisa cerita tentang Tuhan Yesus? Betul sekali. Kita bisa tahu tentang cerita Tuhan Yesus lewat baca Alkitab, mendengar firman Tuhan yang dibawakan kakak Sekolah Minggu, atau lewat kejadian di kegiatan sehari-hari bersama Tuhan. Misalnya waktu kita jatuh dari sepeda kemudian ada orang lain yang menolong, itu juga adalah kebaikan Tuhan.

Card image
Truth Youth 22 Desember 2023 (English Version) - GOD’S LOVE
2023-12-22 09:44:51


"Give, and it will be given to you. A good measure, pressed down, shaken together, and running over will be poured into your lap. For with the measure you use, it will be measured to you." (Luke 6:38)

In the process of loving, we encounter many religious figures who say that we should love one another because God, the owner of the universe, has loved us first even when we were sinners and unworthy of love. This statement is true. Who are we not to forgive those around us? God alone can forgive, then who are we to easily refuse to forgive?

God truly loves humanity. However, God's love should not only stop at us, but we must share His love with our fellow human beings by loving them sincerely and without expecting anything in return. Love speaks of giving, not only that God gives His love, but we should too. Do not just want to receive gifts and love from others. If we only expect others to be kind and give to us, then the earth will only be filled with people who always ask, not give. We must have a high initiative to pay attention to those around us. When we give, God gives to us. Of course, not in the form of abundant material blessings, but blessings in eternity that will never run out.

The Bible says that we should give, and from there, we will receive. Sometimes we forget that as human beings, we live side by side with other human beings. Life is about giving and receiving. But more than that, we need to give more because from there we can learn about perfect love, a love that does not demand repayment just like His love. Keep learning from God because He is the Source of Love itself. Let us make this Christmas a Christmas full of love, where as we receive that love from Him, we express that love to our fellow human beings.

WHAT TO DO:
1. Forgive those who have wronged us.
2. Love God and others unconditionally.
3. Express God's love to others through our actions.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Acts 24-26

Card image
Truth Youth 22 Desember 2023 - GOD’S LOVE
2023-12-22 09:42:29


”Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” (Lukas 6:38)

Dalam proses untuk mengasihi, kita menemukan banyak tokoh agama yang mengatakan bahwa kita harus mengasihi sesama, sebab Allah yang adalah Pemilik semesta telah lebih dahulu mengasihi kita bahkan saat kita berdosa dan tidak layak untuk dikasihi. Pernyataan ini benar adanya. Siapakah kita yang tidak bisa mengampuni orang-orang di sekitar kita? Allah saja mampu mengampuni, lalu kita siapa yang dengan gampangnya tidak mau mengampuni?

Allah sungguh sangat mengasihi manusia. Namun, hendaknya kasih Allah tidak hanya terhenti pada kita saja, melainkan kita harus membagikan kasih-Nya kepada sesama kita dengan cara mengasihi mereka dengan tulus dan tanpa balasan. Kasih berbicara tentang memberi, bukan hanya Allah yang memberikan kasih-Nya, melainkan kita juga. Jangan hanya mau menerima pemberian dan kasih dari orang lain. Jika kita hanya mengharapkan orang lain berbuat baik dan memberi kepada kita, maka bumi ini hanya akan diisi oleh orang-orang yang selalu meminta, bukan memberi. Kita harus memiliki inisiatif yang tinggi untuk memperhatikan orang-orang di sekitar kita. Ketika kita memberi, Allah pun memberi untuk kita. Tentunya, bukan berkat secara jasmaniah yang berlimpah begitu banyak, melainkan berkat di kekekalan yang takkan pernah habis.

Alkitab berkata supaya kita memberi, dan dari situlah kita akan diberi. Terkadang kita lupa bahwa sebagai manusia, kita hidup berdampingan dengan manusia lain. Hidup adalah tentang memberi dan menerima. Namun lebih dari itu, kita perlu lebih banyak memberi, karena dari situlah kita dapat belajar tentang kasih yang sempurna, yaitu kasih yang tidak menuntut balas sama seperti kasih-Nya. Belajarlah terus kepada Allah, sebab Ia adalah Sang Sumber Kasih itu sendiri. Mari kita jadikan hari Natal ini menjadi Natal yang penuh dengan kasih, yakni ketika kita menerima kasih itu dari-Nya, kita pun menyatakan kasih itu kepada sesama kita.

WHAT TO DO:
1.Mengampuni mereka yang berbuat salah kepada kita.
2.Mengasihi Allah dan sesama tanpa syarat.
3.Menyatakan kasih Allah kepada sesama lewat tindakan kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kisah Para Rasul 24-26

Card image
Renungan Pagi - 22 Desember 2023
2023-12-22 09:39:55


"Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman Raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem." Orang-orang Majus berasal dari tanah yang jauh. Timur diperkirakan berada di Babel, ratusan kilometer jaraknya dari Yerusalem, melewati medan gurun pasir yang berat. Mereka disebut kaum Majus, sarjana dan orang bijak pada masanya, penelaah perbintangan, yang bekerja di istana sebagai penasehat raja.

Mereka berkedudukan tinggi dan tentu terbiasa hidup nyaman. Namun, ketika melihat bintang Kristus, mereka mengambil keputusan yang bijaksana. Mereka tidak menunda-nunda untuk berangkat menyembah-Nya. Mereka tidak menunggu Raja itu menjadi dewasa dan tampil sebagai sosok yang termasyhur, dan baru mendatangi-Nya.

Tidak, mereka langsung bersiap-siap melakukan perjalanan jauh untuk mencari Dia, meninggalkan pekerjaan dan kehidupan sehari-hari mereka. Meninggalkan kenyamanan hidup. Saat ini, seberapa gigih kita mencari Tuhan? Seberapa besar kerinduan untuk mengenal DIA, mengembangkan hubungan pribadi dengan Dia, mencari dahulu Kerjaan Allah dan kebenaran-Nya?

Ataukah, terlalu sibuk dengan aktivitas lain yang kita anggap lebih penting? Adakah kita lebih suka menunda-nundanya dan menunggu waktu yang kita anggap lebih baik? Sementara saat ini tidak perlu bepergian jauh untuk bersekutu dengan Yesus. Kita pun tidak perlu meninggalkan apa-apa untuk datang kepada-Nya.

DIA sudah berdiam di dalam hati, berkenan menyertai kita. Lalu maukah mengutamakan dan melibatkan Tuhan di dalam segala aktivitas kita? Orang yang sungguh-sungguh mencari Tuhan untuk menyembah-Nya, adalah orang yang bijaksana dan mengambil keputusan yang tepat, seperti orang Majus dari Timur.
(Matius 2:1)

Card image
Quote Of The Day - 22 Desember 2023
2023-12-22 09:35:06


Kematian tidak kita takuti kalau kita sudah bergaul dengan Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 22 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-22 09:32:35


"Jangan Lawan Tuhan" mengajarkan untuk tetap rendah hati dan tabah dalam kegagalan.

Card image
HOLOGRAMS OF GOD - 22 Desember 2023 (English Version)
2023-12-22 09:30:35


When we find ourselves before the Judgment Seat of Christ, we will truly realize that only God is what we need. For agnostic or sceptical individuals, perhaps even in the face of death, they may not feel in crisis, especially those who believe that there is no consciousness after death because the brain ceases to function. They may have the courage to face death, although, admittedly, there is a trembling in their hearts. But when someone closes their eyes and opens them to eternity, seeing the existence of the eternal, the perfect awareness that only God is needed becomes evident, but by then, it is too late.

This reality is not mere speculation because this fact will happen; it will unfold in our lives. Therefore, we can simulate and imagine as if we are already in that moment, starting from now, when we are not in that moment yet. Let us not pretend to be familiar or close when God does not know us. So, long before that moment happens or unfolds, we should refrain from surrendering our bodies, souls, and spirits to the world, and this means not indulging in pleasures that God does not like. Do not let us surrender ourselves to the world’s love, and after death, we cunningly say, “My body, soul, spirit, and life, I surrender to You.” Disaster is inevitable when God rejects us. 

In times of peace and prosperity, when everything is going well, people do not earnestly seek God; they do not strive for holy living or leave worldly desires behind and develop their love for God. However, when faced with death or serious problems, they cry out to God, and this is a common occurrence in our lives. We should avoid making the foolish mistake of waiting for such moments. People may see us as ridiculous, although they may not say it out loud, thinking, “They are too fanatical!” However, what concerns us is that one day, in eternity, people might say, “Why didn’t you force me to join you back then? Why didn’t you speak plainly at that time?”

Currently, we observe a phenomenon where people are perfected in their evil, hatred, and opposition. One day, when they can no longer speak, cast into the eternal fire, they have perfected their choices and cannot say, “Why didn’t you force me?” In truth, they were already in a mature state of evil on Earth. So, even though there is no explicitly visible competition, what matters is that we strive to seek and find God. Come on, who has seen God? Let us enter the prayer room, sharpen our inner selves, develop the wings of prayer, and keep flying high toward God.

It is not easy to believe in an unseen God, let alone have a meeting with Him. Suppose someone appears to have found God through seemingly effortless prayers with articulate explanations about God. In that case, it is a God within the realm of knowledge, imagination, and thoughts – a hologram of God. God should not be treated like a hologram. People can create impressive holograms in books, seminars, lectures, and arguments – not factual, but God wants us to find Him realistically. One of the triggers for this could be simulating the moment as if we were already before His Judgment Seat. And that will undoubtedly happen. Are we ready for it?

In essence, this simulation will encourage us to seek God, obey His will, and understand His judgment of us. Let us know immediately! Now, we begin.  There is a time when God cannot be found anymore; Isa.55:6 says, “Seek the LORD while He may be found; call on Him while He is near!”  These simulations will make us fear Him and guide us toward holiness because we might turn back. Without realizing it, if we sought honour in the secular world in the past, now we seek it in the church. If we sought self-esteem outside the church in the past, now we seek it in ministry. If we pursued wealth outside the church in the past, now we pursue it within the church.

Therefore, we must boldly say, “Lord, I am willing not to desire anything.” So that when we stand before Jesus, before God the Father, we are already cleansed.  These simulations enable us to detach from the world, and most importantly, we long to meet God. Therefore, we must strive more than we did in our past days. Let us start immediately. 

  PEOPLE CAN CREATE IMPRESSIVE HOLOGRAMS OF GOD – IN BOOKS, SEMINARS, LECTURES, ARGUMENTS – BUT GOD WANTS US TO FIND HIM IN A REAL WAY.

Card image
HOLOGRAM TUHAN - 22 Desember 2023
2023-12-22 09:26:16


Pada saat kita membawa diri berada di hadapan takhta pengadilan Kristus, kita baru bisa benar-benar menghayati bahwa hanya Tuhan yang kita butuhkan. Namun bagi orang-orang agnostik, orang-orang yang skeptis terhadap Tuhan, mungkin di ujung maut pun mereka tidak merasa begitu krisis, apalagi mereka yang berkeyakinan bahwa setelah kematian tidak ada kesadaran karena otak tidak berfungsi lagi. Mereka bisa memiliki keberanian memasuki kematian, walaupun tidak bisa dibantah, ada kegentaran di dalam hatinya. Tetapi kalau seseorang sudah menutup mata dan membuka mata kekalnya dan melihat keberadaan kekekalan, baru sempurna kesadaran bahwa yang dibutuhkan itu hanya Tuhan, namun itu sudah terlambat.

Ini bukan mengada-ada. Karena fakta itu akan terjadi, akan berlangsung di dalam hidup kita. Jadi kita bisa simulasi, membayangkan seakan-akan kita sudah ada di momen itu. Dan itu kita mulai sejak sekarang ini, ketika kita belum ada di momen itu. Jangan kita merasa sok akrab-sok dekat, padahal kita tidak dikenal oleh Tuhan. Jadi jauh-jauh hari, sebelum momen itu terjadi atau berlangsung dalam hidup kita. Jangan ketika kita hidup; tubuh, jiwa, roh kita, kita serahkan kepada dunia. Artinya kita menikmati kesenangan-kesenangan yang Tuhan tidak kehendaki atau paling tidak yang Tuhan tidak ikut menikmatinya. Lalu setelah meninggal dunia, barulah kita berkata: tubuh, nyawa, roh dan jiwaku kuserahkan pada-Mu; licik itu. Dan pasti bencana ketika kita ditolak oleh Tuhan.

Pada waktu tidak ada masalah, waktu keadaan baik-baik, orang tidak sungguh-sungguh mencari Tuhan, tidak berjuang untuk hidup suci, tidak berjuang untuk meninggalkan percintaan dunia dan mengembangkan cintanya kepada Tuhan. Tetapi begitu meninggal dunia atau ketika dalam persoalan-persoalan berat, baru ia berseru kepada Tuhan. Itu yang pada umumnya terjadi dalam hidup kita. Kita tidak mau melakukan kebodohan itu. Orang melihat kita konyol, memang tidak mengucapkannya, tetapi dalam hatinya mereka berkata: “Fanatik banget sih!” Namun, yang kita khawatirkan adalah pada suatu hari nanti di kekekalan orang berkata, "Kenapa kalian tidak paksa saya ikut kalian waktu itu? Kenapa kalian tidak terus terang waktu itu?"

Saat ini kita melihat satu fenomena di mana orang disempurnakan kejahatannya, kebenciannya, posisinya. Suatu saat ia tidak bisa berkata apa-apa, ketika ia terbuang ke dalam api kekal. Ia sudah sempurna memilih jalannya. Sehingga ia tidak bisa berkata: "Kenapa kamu tidak paksa saya?" Sejatinya, mereka sudah berada di posisi kejahatan yang matang sejak di bumi. Jadi, yang penting adalah kita berlomba—walaupun tidak ada perlombaan yang secara eksplisit terlihat—mencari dan menemukan Tuhan. Ayo, siapa yang menemukan Tuhan? Kita masuk ruang doa, asah batin kita, kembangkan sayap doa dan terbang tinggi terus menghampiri Tuhan.

Tidak mudah memercayai Allah yang tidak kelihatan, apalagi memiliki perjumpaan dengan Tuhan. Kalau orang seakan-akan telah menemukan Tuhan dengan doa yang begitu lancar, dengan penjelasan yang begitu fasih tentang Tuhan, itu adalah Tuhan di dalam ilmu, dalam fantasi, dalam pikiran. Itu hologram Tuhan. Tuhan jangan diperlakukan seperti hologram. Orang bisa menciptakan hologram yang bagus dalam buku, seminar, ceramah, argumentatif, bukan faktual, tetapi Tuhan mau kita menemukan-Nya secara riil. Salah satu yang akan menjadi pemicu adalah dengan mensimulasi momen seakan-akan kita sudah berada di hadapan pengadilan-Nya. Dan itu pasti terjadi. Siapkah kita?

Sejatinya, hal ini akan membuat kita berusaha menemukan Tuhan, melakukan kehendak-Nya, mengerti apa penilaian Tuhan terhadap diri kita. Jangan sampai kita terlambat! Sekarang ini kita mulai. Sebab ada waktu di mana Tuhan tidak bisa ditemui lagi; Yesaya 55:6, "Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!” Simulasi-simulasi itu membuat kita takut akan Dia dan menggiring kita kepada kesucian. Karena terus terang, kita bisa saja menoleh ke belakang. Tanpa kita sadari, kalau dulu cari kehormatan di dunia sekuler, sekarang cari kehormatan di gereja. Kalau dulu mau memiliki harga diri di luar gereja, sekarang di lingkungan pelayanan. Kalau dulu mencari uang di luar gereja, sekarang mencari uang di dalam gereja.

Makanya, kita harus berani berkata, "Tuhan aku bersedia tidak mengingini apa pun." Jadi, ketika ada di hadapan Tuhan Yesus, di hadapan Allah Bapa, kita sudah bersih. Simulasi tersebut membuat kita bisa meninggalkan dunia. Dan yang paling dahsyat, kita rindu bertemu Tuhan. Maka kita harus berjuang lebih dari hari-hari kita yang lalu. Jangan sampai terlambat.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG BISA MENCIPTAKAN HOLOGRAM YANG BAGUS TENTANG TUHAN —DALAM BUKU, SEMINAR, CERAMAH, ARGUMENTATIF— TETAPI TUHAN MAU KITA MENEMUKAN-NYA SECARA RIIL.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 Desember 2023
2023-12-22 09:23:25

Ibrani 7-10

Card image
Truth Kids 21 Desember 2023 - KELUARGAKU MELAYANI TUHAN
2023-12-21 09:55:01


1 Petrus 4:11
”Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin.”

Risa keheranan melihat temannya Jane yang setiap Minggu rajin membantu kakak Sekolah Minggu. Jane sering menjadi singer untuk memuji Tuhan. Setelah selesai Sekolah Minggu Risa bertanya pada Jane, “Jane, aku heran deh. Kok kamu bisa rajin sih melayani. Apa kamu ga bosan atau malu saat tampil di depan?” Mendengar itu Jane tersenyum, “Nggak kok. Aku senang melayani Tuhan sama seperti keluargaku.” Risa semakin bingung, “Keluargamu? Mereka semua melayani Tuhan?”

Jane mengangguk semangat, “Iya, betul! Semuanya melayani Tuhan. Kata papa melayani itu bisa sebagai rasa syukur kita kepada Tuhan. Tuhan sudah terlebih dulu memberikan yang terbaik untuk kita dengan mengorbankan diri-Nya di kayu salib.” Risa mengerti sekarang mengapa Jane begitu senang melayani Tuhan. Itu karena kasih Tuhan dalam hidupnya. Lalu Risa berkata, “Aku juga mau bersyukur kepada Tuhan dengan melayani. Tolong ajari aku ya..” Jane mengangguk lalu menggenggam tangan Risa. Kemudian mereka pun pulang bersama.

Sobat Kids, siapa yang suka melayani di gereja seperti Jane? Jika Sobat Kids ingin melayani Tuhan di gereja seperti Jane kalian bisa bicara pada kakak Sekolah Minggu kalian, ya. Ayo kita bersyukur akan kasih Tuhan dengan melayani Dia.

Card image
Truth Junior 21 Desember 2023 - MENGINJIL DALAM GEREJA
2023-12-21 09:51:31


1 Petrus 4:11
”Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin.”

Salah satu tugas kita sebagai anak Allah adalah menginjil atau melaksanakan Amanat Agung dari Tuhan Yesus. Biasanya, menginjil atau memberikan Kabar Baik tentang Juruselamat kita, Tuhan Yesus, itu dilakukan di luar gereja. Tapi, kita juga masih perlu menginjil di dalam gereja, sebenarnya. Kenapa? Karena orang-orang yang ke gereja belum tentu semua sudah pasti hidup dalam kehendak Allah, sehingga mereka masih harus diajak untuk hidup benar.

Sobat Junior bisa mengambil bagian dalam kegiatan pelayanan di gerejamu. Tentu saja lakukan apa yang sesuai dengan bakat atau talentamu. Entah pelayanan yang terlihat seperti di atas mimbar atau bukan, semua nilainya sama di mata Tuhan, asalkan dilakukan dengan hati tulus dan motivasi yang benar, yaitu mengasihi Tuhan.

Tentu saja kalau kita mengambil bagian dalam pelayanan gereja, hidup kita harus jauh lebih diperhatikan lagi kesuciannya. Sebab, kita akan dilihat dan disorot oleh teman-teman kita, apakah kita menghidupi jalan yang Tuhan Yesus teladankan, atau kita seperti orang-orang munafik, imam besar, dan ahli Taurat zaman Perjanjian Lama, yang memiliki dua kehidupan berbeda saat di dalam dan luar gereja.

Saat teman-teman kita melihat kehidupan kita yang memancarkan terang Tuhan karena kita berusaha hidup kudus dan suci, kita menjadi kesaksian bagi mereka. Dan sebenarnya, kita juga sedang menginjili mereka dengan kesaksian hidup kita tersebut. Jangan ragu, malu, atau takut untuk terlibat dalam kegiatan pelayanan di gerejamu. Apa pun bentuknya, semua pasti bisa memuliakan Tuhan.

Card image
Truth Youth 21 Desember 2023 (English Version) - FULL OF LOVE
2023-12-21 09:49:09


"In all things I have shown you that by working hard in this way we must help the weak and remember the words of the Lord Jesus, how he himself said, 'It is more blessed to give than to receive.'" (Acts 20:35)

Indeed, there are many cases where a father does something cruel to his own child. However, there are also quite a few stories about a father's love for his own child. Some generously sell their land so that their child can go to school. There are also those who are willing to die for the safety of their own child. This is what is called love, when we prioritize giving what we have to others. Indeed, it is better to give than to receive.

Christmas is a special day when everyone rejoices because of the birth of Jesus Christ. Christmas is God's expression of love to humanity; God gives His only Son so that humanity does not perish in eternal punishment. In this regard, Christmas should be a great moment that is full of love. We express love to those around us without discrimination, giving them attention, and treating them like a friend. Christmas will only be an ordinary day if we do not give to those in need. Giving here is not just material and physical things but full attention to those who have been forgotten so far.

Christmas, which is a day full of love, should give us awareness that life in this world is not just ours. We live with so many people, with friends, family, church members, and community members. On this happy Christmas day, let us be a tangible manifestation of God's love to many people. Make peace with friends, family, and even with ourselves. Do not let this very special Christmas day be empty and meaningless. Love by giving, for God has loved us first even when we were not worthy of love.

WHAT TO DO:
1. Prioritize others by giving attention to others.
2. Understand that Christmas is a day full of love.
3. Forgive and love anyone who has hurt us.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Acts 22-23

Card image
Truth Youth 21 Desember 2023 - FULL OF LOVE
2023-12-21 09:46:46


”Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.” (Kisah Para Rasul 20:35)

Memang, ada banyak kasus di mana seorang ayah melakukan hal yang keji kepada anaknya sendiri. Namun, tidak sedikit juga kok peristiwa-peristiwa tentang kasih seorang ayah kepada anaknya sendiri. Ada yang dengan berbesar hati menjual sebidang tanahnya agar anaknya bisa sekolah. Ada pula yang rela mati demi keselamatan anaknya sendiri. Inilah yang disebut sebagai kasih, yaitu ketika kita mengutamakan untuk memberikan apa yang kita punya kepada orang lain. Sebab sejatinya, lebih baik memberi daripada menerima.

Natal adalah hari istimewa di mana semua orang bersukacita karena kelahiran Yesus Kristus. Natal adalah bentuk kasih Allah kepada umat manusia, Allah memberikan Anak-Nya Yang Tunggal agar manusia pun tidak binasa dalam siksaan kekal. Dalam hal ini, Natal seharusnya menjadi momentum besar yang full of love atau penuh dengan cinta. Kita menyatakan kasih kepada orang-orang di sekitar kita tanpa pandang bulu, memberikan mereka perhatian, dan memperlakukan mereka seperti seorang sahabat. Hari Natal hanya akan menjadi hari yang biasa-biasa saja apabila kita tidak memberi kepada mereka yang memerlukan. Memberi yang dimaksud bukan hanya sekadar materi dan hal fisik, tetapi perhatian penuh kepada mereka yang ternyata sejauh ini sudah terlupakan.

Hari Natal yang adalah hari penuh dengan cinta kasih, seyogyanya memberikan kita kesadaran bahwa hidup di dunia ini pun bukan hanya milik kita sendiri. Kita hidup dengan begitu banyaknya orang, dengan teman, keluarga, anggota gereja, dan anggota masyarakat. Di hari Natal yang bahagia, marilah kita menjadi wujud nyata kasih Allah kepada banyak orang. Berdamailah dengan sahabat, keluarga, bahkan dengan diri kita sendiri. Jangan sampai hari Natal yang sangat istimewa ini menjadi hari yang kosong dan tidak ada maknanya. Mengasihilah dengan memberi, sebab Allah pun telah lebih dahulu mengasihi kita bahkan ketika kita belum layak dikasihi.

WHAT TO DO:
1.Mengutamakan orang lain memberikan perhatian kepada sesama.
2.Memaknai bahwa Natal adalah hari yang penuh dengan kasih.
3.Mengampuni dan mengasihi siapa pun yang menyakiti kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kisah Para Rasul 22-23

Card image
Renungan Pagi - 21 Desember 2023
2023-12-21 09:44:14


Ketika mengalami pencobaan, mungkin merasa pencobaan yang kita alami bukan pencobaan biasa, tapi luar biasa. Sebelum berlarut-larut merasa demikian, mari lihat kisah Jean - Dominique Bauby. Pada tahun 1995 Jean terkena stroke yang menyebabkan kelumpuhan total, ia bisa berpikir jernih tapi sama sekali tidak bisa berbicara maupun bergerak.

Otot yang masih dapat diperintahnya hanyalah kelopak mata kiri. Jean berkomunikasi dengan cara seseorang menunjukkan huruf demi huruf dan Jean akan berkedip untuk huruf yang dipilihnya sampai tersusun kalimat. Dengan cara demikianlah Jean menulis artikel hingga menjadi buku. Jean meninggal tahun 1997 pada usia 44 tahun, dua hari setelah bukunya diterbitkan.

Dalam kelumpuhan totalnya, selain menulis buku, Jean mendirikan asosiasi penderita locked-in syndrome untuk membantu keluarga penderita. Ia merencanakan untuk menulis buku selanjutnya, ia hidup untuk mensyukuri hidup dengan melakukan kebaikan. Ia menulis, "Aku akan menjadi orang paling bahagia, jika aku bisa menelan ludahku".

Kita yang merasa sedang mengalami pencobaan luar biasa - mungkin saat tiba-tiba divonis kanker, atau banyak hal lainnya yang rasanya di luar kemampuan. Tetapi coba ingatlah, seberapa berat pencobaan saat ini, kita masih bisa menelan ludah bukan? Rasul Paulus mengingatkan ; "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." Kita pasti kuat, karena Tuhan selalu menyertai dan Dia berjanji menyediakan jalan keluar, sesuai dengan kehendak-Nya, bukan sesuai dengan kemauan kita.
(1 Korintus 10:13)

Card image
Quote Of The Day - 21 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-21 09:38:33


Kita tidak bisa menikmati apa pun dan siapa pun tanpa memiliki Allah dan menikmati Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 21 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-21 09:35:03


Selama kita masih hidup, kita tidak bisa lepas dari masalah sebab masalah yang Tuhan izinkan terjadi mendewasakan kita. Tetaplah percaya kepada Tuhan.

Card image
THE FINAL JOURNEY - 21 Desember 2023 (English Version)
2023-12-21 09:33:51


Satan always tries to pull believers out of fellowship with God, leading them back into fellowship with the power of darkness. Therefore, the Bible says in 1 Pet.5:9, “Resist him, firm in your faith.” Firm faith means a sincere commitment to obeying God’s will. In this context, “faith” is not just a belief that Jesus is the Lord and Savior. So, we must not be passive.  If we remain passive, we will undoubtedly become victims of the power of darkness. We were born with our conditions without asking for them. However, we can become extraordinary individuals in God’s hands, which is good news. The problem is whether we want to be shaped by God into beautiful vessels in the garden of the Lord. The decision comes from our freedom to choose.

“Resist him” means we must strive to be obedient. By being obedient to God, following in the footsteps of Jesus, Satan will flee. The Word of God says: “Submit yourselves therefore to God. Resist the devil, and he will flee from you. Draw near to God, and he will draw near to you. Cleanse your hands, sinners, and purify your hearts, you double-minded” (Jas. 4:7-8). This verse is the path the Lord shows, but it is not easy because following in the footsteps of Jesus is difficult. Satan is cunning, and his teachings everywhere seem to disturb the economy, health, family, career, etc. That is what is done by Satan.

However, the ultimate goal of the power of darkness is not the economy itself, ruined family, or shattered career, but to prevent us from becoming members of the Kingdom of God, not becoming perfect like the Father or similar to Jesus, not becoming corpus delicti. That’s why it is misguided with the phrase: “It’s not us who choose God, but God chooses us,” period. It’s true; it’s not us who choose God, but God who desires us, but don’t stop there. Because after we are selected, we have to choose God. So—especially for young people—aim first at your spiritual self as the focus. It doesn’t mean we don’t study or do business; no. But our hearts must be directed towards the Kingdom of Heaven.

The cunning of Satan is also spread through pulpit teaching: “Ask anything in the name of Jesus, and you will receive it” (John 14:13-14). But the following sentence or teaching, “If you abide in Me, and My Words abide in you,” is not taught. The condition is that we must first abide in the Lord. It isn’t easy, but don’t give up. Let’s get out of our ignorance; let’s change; let’s repent. So, we know what Satan is targeting against us. On the one hand, a group of people is prosperous, happy, abundant, wealthy, and without problems, but they are parked there. The essential thing is they do not desire the new heaven and earth, not becoming more like Jesus or becoming perfect like the Father. Generally, they are good people. On the other hand, a group of people are devastated: households, economies, and health, and they are also parked there. Both are the same.

Indeed, Satan directs humans not to become children of God with characters similar to Jesus or perfect like the Father. Being good is enough, and they are parked there and, if possible, become evil. With a chaotic life situation, evil can be perfected. Therefore, ministers of God must pay attention to them. The rich must also be noticed, and those who are poor and distressed must be more noticed. Their children need our support so we can provide affection through our good deeds, and they say, “There is still a God.” The church must genuinely support the congregation, especially those in distress. Don’t let them be disappointed with God because the church does nothing.

The problematic situation we face can be a means of maturation for us to be directed towards the new heaven and earth, embarking on a journey to the New Jerusalem. Indeed, this is our final journey, so let’s take the right path. If our character is improved, and we embark on a journey to the New Jerusalem, and we do all these activities entirely for the glory of God or the Kingdom of Heaven, the Lord will open the way. God owns heaven and earth, and all power is in His hands. We might be pessimistic today, “How can I rise with my current condition?” God has thousands of ways and even more than a million, and nothing is impossible for Him. Our character must be improved first; the direction of our life journey must be corrected first.

  THE DIFFICULT CIRCUMSTANCES WE FACE CAN SERVE AS A MEANS OF MATURATION TO BE DIRECTED TOWARD THE NEW HEAVEN AND EARTH, AND THIS IS OUR LAST JOURNEY.

Card image
PERJALANAN TERAKHIR - 21 Desember 2023
2023-12-21 09:29:34


Iblis selalu mencoba untuk menarik orang percaya keluar dari persekutuan dengan Tuhan, lalu masuk kembali dalam persekutuan dengan kuasa kegelapan. Maka Alkitab berkata dalam 1 Petrus 5:9, “Lawanlah dia dengan iman yang teguh.” Iman yang teguh artinya kesungguhan untuk menuruti kehendak Allah. Dalam hal ini, “iman” bukan sekadar keyakinan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat. Jadi kita tidak boleh pasif. Jika kita hanya bersikap pasif, maka kita pasti menjadi mangsa kuasa kegelapan. Kita dilahirkan dengan keadaan seperti masing-masing kita, tanpa kita minta. Tetapi di tangan Tuhan, kita ini bisa menjadi seseorang yang luar biasa. Ini kabar baiknya. Masalahnya, mau atau tidak kita dibentuk oleh Allah menjadi bejana yang indah di taman Tuhan. Keputusan itu berasal dari kebebasan kita memilih.

“Lawan dia,” artinya kita harus berusaha untuk taat. Dengan kita taat kepada Allah, sama dengan mengikut jejak Tuhan Yesus, Iblis akan lari. Firman Tuhan mengatakan: “Tunduklah kepada Allah dan lawanlah Iblis, maka ia lari dari padamu. Mendekatlah kepada Allah, dan Allah akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa, dan sucikanlah hatimu, kamu yang mendua hati,” Yakobus 4:7-8. Ini jalan yang Tuhan tunjukkan. Tetapi jalan ini tidak mudah, karena apa? Karena ikut jejak Tuhan Yesus itu memang sulit. Iblis itu cerdik. Sementara beredar di mana-mana bahwa pengajaran seakan-akan Iblis adalah yang mengganggu ekonomi, kesehatan, keluarga, karier, dan lain-lain. Iya, benar, itu bisa dikerjakan oleh Iblis.

Tetapi tujuan akhir kuasa kegelapan bukanlah ekonomi itu sendiri, bukan keluarga yang dihancurkan, bukan karier yang dikandaskan, melainkan agar kita tidak menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah, tidak menjadi sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus, tidak menjadi corpus delicti. Makanya disesatkan dengan kalimat: “Bukan kita yang memilih Tuhan, melainkan Tuhan memilih kita,” titik. Benar, bukan kita yang memilih Tuhan, namun Tuhan yang memilih kita, tetapi jangan berhenti sampai di situ. Sebab setelah kita dipilih, kita harus memilih Tuhan. Maka—khususnya bagi anak-anak muda—bidik dulu manusia batiniah kalian. Ini fokusnya. Bukan berarti lalu kita tidak studi, tidak bisnis; bukan. Tetapi hati kita harus diarahkan untuk Kerajaan Surga.

Kelicikan Iblis juga ditebarkan lewat mimbar yang mengajarkan: “Minta apa saja dalam nama Yesus, maka kamu akan menerimanya” (Yoh. 14:13-14). Tetapi tidak diajarkan kalimat atau ajaran selanjutnya yang mengatakan, Kalau kamu tinggal dalam Aku, Aku dalam kamu.” Syaratnya, kita harus tinggal dulu dalam Tuhan. Memang sulit, tetapi jangan menyerah. Ayo, kita keluar dari kebodohan kita, kita berubah, kita bertobat. Jadi kita tahu apa yang dibidik Iblis terhadap kita. Di satu sisi, sekelompok orang dibuat makmur, senang, limpah, kaya, tidak bermasalah, tetapi mereka diparkir di situ. Yang penting mereka tidak mengingini langit baru bumi baru, tidak makin serupa dengan Yesus atau makin sempurna seperti Bapa. Pada umumnya, mereka adalah orang-orang baik. Di sisi lain, sekelompok orang dibuat hancur-hancuran; rumah tangga, ekonomi, kesehatan, dan mereka juga diparkir di situ. Sama.

Iblis memang mengarahkan manusia untuk tidak menjadi anak-anak Allah yang berkarakter serupa dengan Yesus atau sempurna seperti Bapa. Cukup hanya menjadi baik, dan diparkir di situ. Kalau bisa, menjadi jahat. Dengan situasi hidup yang berantakan, itu bisa disempurnakan kejahatannya. Maka, para pelayan Tuhan harus memperhatikan mereka. Yang kaya, juga harus diperhatikan. Yang miskin dan susah, harus lebih diperhatikan. Yang anak-anaknya perlu topangan kita, supaya kita bisa memberikan belaian kasih sayang melalui perbuatan baik kita, dan mereka berkata: “Masih ada Tuhan.” Gereja harus benar-benar menopang jemaat. Jadi jemaat yang susah, harus mesti ditopang. Jangan sampai mereka menjadi kecewa kepada Tuhan karena gereja tidak berbuat apa-apa.

Keadaan sulit yang kita hadapi bisa menjadi sarana pendewasaan kita untuk diarahkan ke langit baru bumi baru, mengadakan perjalanan ke Yerusalem Baru. Sungguh, ini adalah perjalanan terakhir kita. Ayo, jangan sampai kita salah jalan. Jadi kalau karakter kita diperbaiki lalu kita mengadakan perjalanan ke Yerusalem Baru, dan kita melakukan kegiatan ini seluruhnya untuk kemuliaan Allah atau Kerajaan Surga, Tuhan akan membuka jalan. Allah yang mempunyai langit dan bumi, dan segala kuasa di tangan-Nya. Kita mungkin hari ini pesimis, “Bagaimana dengan kondisiku seperti ini aku bisa bangkit?” Tuhan punya bukan hanya 1000 jalan, namun lebih dari sejuta jalan. Dan tidak ada yang mustahil bagi Allah. Tetapi karakter kita diperbaiki dulu, arah perjalanan hidup kita harus diperbaiki dulu.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEADAAN SULIT YANG KITA HADAPI BISA MENJADI SARANA PENDEWASAAN KITA UNTUK DIARAHKAN KE LANGIT BARU BUMI BARU, DAN INI ADALAH PERJALANAN TERAKHIR KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 Desember 2023
2023-12-21 09:26:33

Ibrani 1-6

Card image
Truth Kids 20 Desember 2023 - KASIHI SEMUA ORANG
2023-12-20 10:00:19


Lukas 6:33
“Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian.”

Dave yang sedang berjalan di taman sekolah tiba-tiba terjatuh karena salah satu temannya, Frans, iseng menyandung kaki Dave. Saat Dave kesakitan karena kakinya terluka, Frans menertawakannya lalu pergi meninggalkan Dave sendirian.

Beberapa hari setelahnya saat istirahat sekolah banyak teman-teman Dave bermain di lapangan. Dave hanya melihat mereka bermain sambil memakan bekal yang dibawa dari rumah. Tak lama ada teman Dave yang jatuh cukup kencang dan ternyata itu adalah Frans. Teman-teman tidak ada yang berani mendekat karena Frans anak yang nakal.

Dave teringat Tuhan Yesus mengajarkan kalau kita harus mengasihi orang lain seperti diri sendiri. Walau Frans pernah menyakiti Dave, Dave tetap merasa perlu menolongnya. Dia mengambil obat luka dan plester yang ada di tasnya lalu menghampiri Frans yang sedang meringis sakit. Lalu Dave membantu Frans mengobati lukanya. Semenjak saat itu Frans mulai berubah menjadi lebih baik.

Sobat Kids, kebaikan Dave mengubah hidup Frans menjadi lebih baik. Sekarang apakah kamu memiliki musuh? Atau ada orang yang suka menyakitimu? Cobalah berbuat baik kepadanya, Tuhan pasti senang melihat kalian melakukannya.

Card image
Truth Junior 20 Desember 2023 - MENYATAKAN KASIH
2023-12-20 09:58:09


Lukas 6:33
“Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian.”

“Adik-adik, hari ini kita akan menggambar bersama. Kalian ingat membawa krayon, kan?” tanya kakak Sekolah Minggu dengan semangat. “Ingat, Kak!” seru adik-adik Sekolah Minggu kompak. “Aduh, aku lupa bawa krayonku. Gimana ini?” gerutu David setelah memeriksa isi tasnya. Mikha yang melihat David menggerutu bertanya, “David, kamu kenapa? Aku lihat kamu seperti sedang kesal,” tanya Mikha dengan lembut. “Aku lupa bawa krayonku. Jadi hari ini aku gak bisa ikut menggambar, dong,” jawab David lesu. “Ya sudah, kamu pakai krayonku saja. Aku tadi bawa dua kotak, jadi kamu bisa pakai yang satu ini,” seru Mikha dengan tulus. David yang melihat kebaikan Mikha jadi tersentuh, padahal David sering sekali menjahili Mikha di dalam kelas Sekolah Minggu. “Terima kasih, Mikha. Aku minta maaf, ya, selama ini aku selalu mengganggu kamu,” mohon David bersungguh-sungguh. “Sama-sama, David. Aku sudah mengampuni kamu, kok. Tuhan Yesus saja mau mengampuni sebanyak-banyaknya orang berdosa, masa aku gak bisa mengampuni kamu? Lain kali jangan diulangi lagi, ya…“ pinta Mikha lembut.

Dari kisah Mikha dan David, kita bisa belajar bahwa kita harus berbuat baik kepada orang lain walaupun orang itu pernah menyakiti kita. Tuhan Yesus saja tidak pernah membeda-bedakan orang yang datang meminta pertolongan-Nya. Siapapun mereka, dari mana saja asalnya, Tuhan Yesus selalu berbuat baik kepada mereka. Bahkan yang luar biasanya lagi, Tuhan Yesus rela mati di atas kayu salib demi menebus dosa kita semua.

Maka, sekarang tugas Sobat Junior sebagai anak-anak Allah adalah meneruskan kebaikan-Nya kepada sebanyak-banyaknya orang. Mari, Sobat Junior, kita bersemangat dalam berbuat baik. Setiap kali ada kesempatan berbuat baik, mari melakukannya dengan gembira. Siapapun juga yang membutuhkan kita, mari membantunya dengan tulus tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lainnya. Mari terus berbuat baik sebanyak-banyaknya.

Card image
Truth Youth 20 Desember 2023 (English Version) - A MANGER AND ITS TALE
2023-12-20 09:56:02


"who, though he was in the form of God, did not count equality with God a thing to be grasped, but emptied himself, by taking the form of a servant, being born in the likeness of men." (Philippians 2:6-8)

In a small manger, Jesus, the Son of God, lay peacefully, right after He glimpsed the world, even though He did not comprehend why He existed in this world. In a small manger, Jesus, the Son of God, was born as a tiny baby who might not have anticipated that His life would end tragically on a wooden cross, stained with blood. In a small manger, Jesus, the Son of God, was born into the world as a carpenter's son who lived a simple life. In a small manger, the little baby Jesus had started a new chapter of His life with something extraordinary, a new chapter of His life opened with simplicity. It all started from a small manger, a manger and its tale.

A manger is a place for animal feed. It is where Jesus was laid by His parents after being born into the world. Jesus could not choose which family to be born into; everything was arranged by God for a nobler purpose, to teach the art of simplicity and humility. Christmas, as a symbol of Jesus' birth, is a form of simplicity. Just as the Son of God came into the world with simplicity, Christians are also expected to recognize the humility of Jesus and live it out. Perhaps, we have become accustomed to a grand Christmas, traveling out of town, seeing the Christmas tree in a snowy land, or exchanging luxurious gifts. However, that is not the true Christmas. True Christmas is about simplicity and humility, teaching us to be simple with what we have, including loving those around us in a simple, sincere, and unconditional way.

WHAT TO DO:
1. Understand that true Christmas is about simplicity and humility.
2. Love others with simplicity, sincerity, and without conditions.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Acts 20-21

Card image
Truth Youth 20 Desember 2023 - PALUNGAN DAN CERITANYA
2023-12-20 09:53:42


"Yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." (Filipi 2:6-8)

Di sebuah palungan yang kecil, Yesus Sang Anak Allah dibaringkan dengan tenang, tepat setelah Ia melihat dunia walau Ia tak mengerti untuk apa Ia ada di dunia ini. Di sebuah palungan yang kecil, Yesus Sang Anak Allah lahir sebagai bayi mungil yang mungkin tidak menyangka bahwa hidup-Nya akan berakhir tragis di sebuah kayu salib dengan berlumuran darah. Di sebuah palungan yang kecil, Yesus Sang Anak Allah lahir ke dunia sebagai anak seorang tukang kayu yang hidup dengan sederhana. Di sebuah palungan yang kecil, Yesus sang bayi mungil telah memulai lembaran baru hidupnya dengan hal yang tidak biasa, lembaran baru hidup-Nya dibuka dengan kesederhanaan. Semuanya bermula dari palungan yang kecil, palungan dan ceritanya.

Palungan adalah tempat makan ternak. Di sanalah Yesus dibaringkan oleh orang tua-Nya setelah Ia dilahirkan ke dunia. Yesus tak dapat memilih dilahirkan di keluarga mana, semuanya telah diatur oleh Allah untuk tujuan yang lebih mulia, yaitu untuk mengajarkan seni kesederhanaan dan kerendahan hati. Natal sebagai simbol kelahiran Yesus pun adalah bentuk dari kesederhanaan. Sebagaimana Anak Allah datang ke dunia dengan sederhana, orang Kristen pun diharapkan untuk mengenali kerendahan Yesus dan menghidupinya. Mungkin, kita telah terbiasa dengan hari Natal yang megah, pergi ke luar kota, melihat pohon Natal di negeri bersalju, atau bertukar kado mewah. Namun, itu bukanlah Natal yang sejati. Justru, Natal yang sejati adalah kesederhanaan dan kerendahan hati yang mengajarkan kita untuk menjadi sederhana dengan apa adanya yang kita punya, termasuk mengasihi orang-orang di sekitar kita dengan sederhana, tulus, dan tanpa syarat.

WHAT TO DO:
1. Memahami bahwa Natal yang sejati adalah kesederhanaan dan kerendahan hati.
2. Mengasihi sesama dengan sederhana, tulus, dan tanpa syarat.

BIBLE MARATHON:
▪︎Kisah Para Rasul 20-21

Card image
Renungan Pagi - 20 Desember 2023
2023-12-20 09:51:14


Anda sedang jemu Berdoa? Yesus menyampaikan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan bahwa mereka harus selalu berdoa tanpa jemu-jemu. (Lukas 18:1). Apakah Anda sedang jemu berdoa, karena merasa doa tersebut sia-sia atau belum menghasilkan sesuatu yang Anda inginkan? Perumpamaan yang diambil dari catatan Lukas mengenai hakim yang tidak benar, membuat kita mengerti bahwa harus tetap berdoa dengan iman dan pengharapan kepada Allah.

"Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu." Hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun, dipakai Allah untuk menjelaskan kepada pendengar-Nya mengenai ketekunan dalam doa. Jika seorang hakim yang "sibuk dengan dirinya saja" akhirnya mau melakukan hal yang baik, meskipun terpaksa karena tidak mau disusahkan oleh si janda, terlebih dengan Allah yang baik itu. Bukankah Dia sanggup melakukan sesuatu, sebagai respons lanjutan dari tindakan membenarkan, kepada orang-orang yang tekun berdoa dan berharap hanya kepada-Nya?

Namun, sering kali orang percaya menghadapi kejenuhan dalam berdoa, bahkan terkadang ada yang menganggap bahwa Allah tak lagi peduli, juga tak mau mendengarkan seruan doanya. Dalam hal berdoa, Allah pasti mendengar doa-doa yang kita serukan di hadapan-Nya, tetapi perkara jawaban doa sepenuhnya menjadi kedaulatan Allah. Namun, ketika Allah melihat adanya iman dalam diri orang percaya, niscaya jawaban doa itu akan dinyatakan pada waktu yang tepat, menurut kehendak-Nya." (Lukas 18:1)

Card image
Quote Of The Day - 20 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-20 09:44:26


Orang yang menaruh perlindungan kepada Tuhan, tidak bisa hidup sembarangan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 20 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-20 09:41:17


Tuhan Yesus telah menebus dosa kita dengan harga yang lunas dibayar yaitu mati di kayu salib, karenanya fokus hidup kita hanya Tuhan.

Card image
OPPORTUNITY TO CHOOSE - 20 Desember 2023 (English Version)
2023-12-20 09:38:22


We should not and indeed cannot request which tribe, nation, or parents we are born into, nor can we ask for the genes and talents we inherit. But we are what we are now and must not view it negatively because we could think fatalistically. On the contrary, we should look at the possibility of becoming who we are optimistic because God allows us to fall or stand firm to become someone of high quality (noble) or lowly.  So, as long as we still have a beating heart, a pulsating pulse, and the breath of life, we still have the opportunity to become the kind of person we want to be.

We are grateful that we are now before God, listening to the Word of God that can direct us toward life. There are two paths in front of us: destruction or life, eternal humiliation or eternal glory. So, we must think positively that we still have the opportunity to improve ourselves and direct ourselves toward eternal glory. The God we worship, who created the heavens and earth, is good and Almighty. If God is only good but not Almighty, it cannot be relied upon. And if God is Almighty but not good, that is terrifying. We are grateful; our God is not only good but also Almighty.

We have a future and are confident that the future is in our hands. We believe in a living God who never abandons His work, is willing to deal with us, and provides life, eternal glory, blessings, and what is good for us. Meanwhile, if we look on the other side, there is death, destruction, and endless humiliation. Indeed, at this moment, when we live, the promotion from the side of evil forces that will lead people into eternal darkness, destruction, and endless humiliation is more attractive. It seems more promising. That is right in front of our eyes, and that is at present.

While life and eternal glory seem less attractive and have few enthusiasts, more is needed to motivate humans to choose it. Now, it depends on us how brave we are to believe that what God provides is far better and contrary to what the power of darkness offers. So, let us not hesitate to choose to follow Jesus Christ. The power of darkness is very clever and intelligent but deceitful. It provides and promises what seems reasonable. This individual is truly evil, a deceiver. God chose people who were allowed to hear the Gospel. This is referred to as the “chosen people.” But not all the chosen people are selected because not everyone who becomes a chosen person is faithful. So only some people who become a chosen person are faithful.

From these chosen people, they are offered whether they want to follow Jesus Christ sincerely or the world’s ways. Suppose they wish not to be like Jesus Christ; that means being like the world. So, don’t think that the chosen people can automatically be like Jesus Christ. We still have to choose which path to take. Jesus Christ chose the twelve disciples, but not all remained faithful until the end. Judas did not. So, in the Bible, it is said: “Be faithful until the end. Whoever is faithful, that person will be saved.”  So, everyone must choose whether to follow in the footsteps of Jesus Christ to be like Him or follow the ways of the world to be like the world.

Many people feel that if they have chosen and believe that Jesus is Lord and Savior, it is inevitable that they will automatically enter heaven. However, we are grateful that God advised us today from 1 Pet.5:8-9, “Be alert and vigilant! Your enemy, the devil, prowls around like a roaring lion, looking for someone to devour. Resist him steadfastly because you know your brothers and sisters worldwide suffer the same.” This verse is for Christians, not for non-Christians. Always be vigilant because the devil can devour us.  If we choose not to be consumed, we must fight back.  

SO, BY BEING CHOSEN BY GOD, WE ARE GIVEN THE OPPORTUNITY TO CHOOSE.

Card image
KESEMPATAN MEMILIH - 20 Desember 2023
2023-12-20 09:35:37


Kita tidak boleh dan memang tidak bisa meminta lahir dari suku apa, bangsa apa, orang tua siapa, dan bagaimana keadaannya. Bahkan kita juga tidak berhak untuk meminta mewarisi gen dan bakat apa. Tetapi kita sudah menjadi seperti sekarang dan kita tidak boleh melihat itu dari sisi negatif. Karena kita bisa berpikir fatalistik. Sebaliknya, kita harus melihat dari sisi positif, yaitu kemungkinan bisa menjadi apa kita. Karena Allah memberi kita kesempatan, baik untuk hancur maupun untuk kokoh berdiri, untuk menjadi seseorang yang berkualitas tinggi (mulia) atau hina. Jadi selama kita masih memiliki jantung yang berdetak, nadi yang berdenyut, dan memiliki nafas kehidupan, berarti kita masih memiliki kesempatan mau menjadi manusia yang bagaimana.

Kita bersyukur kalau kita sekarang ada di hadapan Allah, mendengarkan firman Tuhan yang bisa mengarahkan kita kepada kehidupan. Karena terbentang di depan kita ini dua jalan; jalan menuju kebinasaan atau kehidupan, kehinaan kekal atau kemuliaan kekal. Maka kita harus berpikir dengan sudut pandang positif bahwa kita masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri dan mengarahkan diri kepada kehidupan kemuliaan kekal. Allah yang kita sembah, yang menciptakan langit dan bumi, Allah yang bukan saja Maha Baik melainkan juga Maha Kuasa. Kalau Allah hanya baik tetapi tidak Maha Kuasa, tidak bisa diharapkan. Tetapi kalau Allah Maha Kuasa namun tidak baik, itu mengerikan. Kita bersyukur, Allah kita bukan saja Maha Baik melainkan juga Maha Kuasa.

Kita memiliki masa depan, dan yakin bahwa masa depan itu ada di tangan kita. Kita bukan saja memercayai ada Allah yang hidup, tetapi Allah yang tidak pernah meninggalkan perbuatan tangan-Nya, Allah yang mau berurusan, berperkara dengan kita, yang menyediakan kehidupan, kemuliaan kekal, berkat, dan apa yang baik untuk kita. Sementara itu kalau kita menoleh di jalan yang lain, tersedia juga kematian, kebinasaan, kehinaan kekal. Memang pada waktu sekarang ini ketika kita hidup, promosi dari pihak kuasa jahat yang akan menggiring orang ke dalam kegelapan abadi, kebinasaan, kehinaan kekal itu lebih menarik. Seperti lebih menjanjikan. Hal itu memang ada di depan mata, dan itu sekarang.

Sedangkan kehidupan, kemuliaan kekal seperti kurang menarik dan sangat sedikit peminatnya. Ini bisa tidak atau kurang merangsang manusia memilihnya. Sekarang tergantung kita, seberapa berani memercayai bahwa apa yang disediakan Tuhan itu bukan jauh lebih baik, melainkan bertolak belakang dari apa yang kuasa kegelapan sediakan. Jadi, jangan kita ragu untuk memilih untuk mengikut Tuhan Yesus. Kuasa kegelapan itu sangat cerdik, cerdas, tetapi menipu. Yang menyediakan dan menjanjikan apa yang kelihatannya baik. Oknum ini benar-benar jahat, penipu. Allah memilih orang-orang yang diberi kesempatan untuk mendengar Injil. Ini yang disebut sebagai “umat pilihan.” Tetapi tidak semua umat pilihan itu terpilih, karena tidak semua orang yang menjadi umat pilihan itu setia. Jadi tidak semua orang yang menjadi umat pilihan itu setia.

Dari orang-orang yang terpilih ini, ditawarkan apakah mau ikut Tuhan Yesus dengan sungguh-sungguh, atau ikut jalan dunia. Apakah mau serupa dengan Tuhan Yesus, atau tidak; berarti serupa dengan dunia. Jadi jangan berpikir bahwa umat yang terpilih ini otomatis bisa serupa dengan Tuhan Yesus. Tetap harus memilih mau ikut jalan yang mana. Dua belas murid itu dipilih Tuhan Yesus, tetapi tidak semuanya setia sampai akhir. Ternyata Yudas tidak. Maka di dalam Alkitab dikatakan: “Setialah sampai akhir. Barangsiapa yang setia, dia yang diselamatkan.” Jadi, setiap orang harus memilih, apakah mengikuti jejak Tuhan Yesus untuk serupa dengan Tuhan, atau jejak hidup anak dunia untuk serupa dengan dunia.

Banyak orang merasa kalau sudah memilih yakin bahwa Yesus Tuhan dan Juruselamat, itu pasti otomatis masuk surga. Namun, bersyukur kita dinasihati oleh Tuhan hari ini dari 1 Petrus 5:8-9, “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.” Ini ayat untuk orang Kristen, bukan untuk orang non-Kristen. Waspadalah selalu karena kita bisa ditelan oleh Iblis. Kalau kita memilih untuk tidak ditelan, berarti kita harus melawan. Jadi dengan kita dipilih oleh Tuhan, kita diberi kesempatan memilih.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JADI DENGAN KITA DIPILIH OLEH TUHAN, KITA DIBERI KESEMPATAN MEMILIH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 Desember 2023
2023-12-20 09:31:12

1 Petrus 1-5

Card image
Truth Kids 19 Desember 2023 - CERITAKAN KEBAIKAN TUHAN
2023-12-19 09:36:56


Kisah Para Rasul 10:42
“Dan Ia telah menugaskan kami memberitakan kepada seluruh bangsa dan bersaksi, bahwa Dialah yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati.”

Adik Rini sedang sakit, sudah dua hari dirawat di rumah sakit, tapi adiknya itu masih merasa sakit dan lemas. Rini dan keluarganya menjadi kuatir dan sedih. Saat malam hari, Rini mendekati adiknya yang terbaring di tempat tidur. Dan dia teringat kata-kata dari kakak Sekolah Minggu bahwa Tuhan Yesus sanggup memberi kesembuhan. Pada waktu itu juga Rini berdoa secara sungguh-sungguh kepada Tuhan Yesus sambil memegang tangan adiknya. Rini meminta pertolongan agar adiknya diberi kesembuhan oleh Tuhan.

Keesokan paginya keadaan adik Rini semakin membaik dan sehat. Rini dan keluarga merasa sukacita. Rini bercerita kepada keluarganya dan teman-temannya di sekolah, bahwa Tuhan Yesuslah yang menyembuhkan adiknya.

Sobat Kids, pernahkah kamu mengalami pertolongan atau kebaikan Tuhan dalam hidupmu? Jika iya, mari ceritakan kebaikan Tuhan dalam hidupmu kepada orang lain agar orang lain dapat melihat kuasa kasih Tuhan terjadi nyata dalam diri kita.

Card image
Truth Junior 19 Desember 2023 - BERSAKSI DENGAN KASIH
2023-12-19 09:32:42


Kisah Para Rasul 10:42
“Dan Ia telah menugaskan kami memberitakan kepada seluruh bangsa dan bersaksi, bahwa Dialah yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati."

Di sekolah, Lala memiliki seorang teman yang dikenal sebagai anak nakal dan sering dihukum oleh guru, namanya Kevin. Setiap Minggu, Lala sering bertemu dengan orang tua Kevin di gereja, tetapi Kevin tidak pernah muncul di Sekolah Minggu. Kevin tidak disukai oleh teman-temannya karena perilakunya yang nakal. Namun, Lala berbeda dari teman-teman lainnya. Lala ingin berteman dengan Kevin. Lala teringat bahwa sebelum dia mengenal Tuhan Yesus, dia juga bukan seorang anak yang baik. Dia sering membuat orang tuanya sedih. Oleh karena itu, Lala yakin bahwa jika dia bisa mengenalkan Tuhan Yesus kepada Kevin, Kevin pasti bisa menjadi lebih baik.

Setiap kali Kevin mendapat hukuman dari guru atau diejek oleh teman-temannya, Lala selalu memberikan dukungan dan mengingatkan Kevin untuk berdoa kepada Tuhan agar dia diubahkan. Lala juga sering menceritakan kebaikan-kebaikan yang dia terima dari Tuhan Yesus, dan mengajarkan Kevin tentang ajaran Tuhan Yesus. Lambat laun, Kevin mulai datang beribadah di gereja dan mulai berubah menjadi anak yang lebih baik. Guru-guru pun terkejut dengan perubahan sikap Kevin. Semua perubahan itu terjadi karena kesaksian dan dukungan dari Lala.

Sobat Junior, kita bisa belajar dari kisah Lala dan Kevin. Ketika kita memberikan kesaksian tentang Tuhan Yesus, kita sudah menjadi berkat bagi orang lain. Sobat Junior bisa mulai memberikan kesaksian di keluarga, sekolah, tempat les, atau di mana pun. Kita bisa mulai dengan hal-hal kecil, seperti mengajak orang lain untuk berdoa, membaca Alkitab, dan menceritakan tentang kebaikan dari Tuhan yang telah kita alami. Ayo, mari kita mulai memberikan kesaksian tentang Tuhan kepada orang-orang di sekitar kita, sehingga mereka juga bisa melihat dan merasakan kebaikan Tuhan dalam hidup mereka.

Card image
Truth Youth 19 Desember 2023 (English Version) - HIS HAPPINESS
2023-12-19 09:26:57


"She will bear a son, and you shall call his name Jesus, for he will save his people from their sins." (Matthew 1:21)

What are we eagerly anticipating this Christmas or in the month of December? Surely, among us, thoughts of break time, vacations, gathering with family, sleeping to our heart's content, or exchanging gifts with our loved ones cross our minds. Sometimes, when we think about Christmas, we tend to focus more on the ceremony. In our awareness, we understand and remember well that Christmas is a commemoration of the birth of Jesus Christ. Beneath the festivities, we often think about what we can gain during the month. Indeed, this culture has been passed down through generations, and celebrating the birth of Jesus Christ with joy is not a mistake. However, we must not forget the essence of His coming, that He came as the savior of our souls. Thus, we should interpret this history not just as an admired story but something to be lived out.

How do we live out the essence of Christmas itself? We should start by asking ourselves if our lives today show that we honor the presence of Jesus Christ in our lives. Or are we still living according to our own whims? It's futile to pray and celebrate Christmas when His presence is not celebrated in our conduct. How many Christmases have we gone through with commitments that end in inconsistency? At other times, we consistently grieve the heart of the Lord with sin and all our desires. It should be enough. Enough. We have done too much for our own pleasure. Let's make the meaning of Christmas this year by forming the joy of the Lord. Celebrate His presence every day, remember His love, and His sacrifice. Amen.

WHAT TO DO:
1. Remember that Christmas celebration is not about us.
2. Begin to live out the essence of the coming of Jesus Christ in our lives.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Acts 18-19

Card image
Truth Youth 19 Desember 2023 - HIS HAPPINESS
2023-12-19 09:20:32


"Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." (Matius 1:21)

Apa sih yang kita tunggu-tunggu dari hari natal atau bulan Desember? Pasti diantara kita berpikir break time, liburan, kumpul bersama keluarga, tidur sepuasnya, atau tukar kado bersama orang-orang yang kita cintai. Ketika kita memikirkan tentang hari natal terkadang kita lebih berfokus pada ceremony saja. Dalam sadar kita mengerti dan mengingat betul bahwa natal adalah peringatan tentang kelahiran Yesus Kristus. Di alam bawah sadar, kita lebih memikirkan apa yang kita bisa dapatkan di bulan tersebut. Memang, budaya ini sudah turun temurun dan merayakan kelahiran Tuhan Yesus dengan sukacita bukanlah sebuah kesalahan. Namun, kita tidak boleh melupakan esensi dari kedatangan-Nya yaitu Dia yang hadir sebagai penyelamat jiwa kita. Sehingga kita memaknai sejarah ini bukan menjadi cerita belaka yang kita kagumi, tetapi harusnya kita hidupi. Lantas bagaimana cara kita menghidupi esensi dari natal itu sendiri? Kita harus mulai untuk bertanya apakah kehidupan kita hari ini sudah menunjukkan bahwa kita menghormati kehadiran Tuhan Yesus di dalam hidup kita? Atau kita masih suka hidup suka-suka kita sendiri. Sia-sialah kita berdoa dan merayakan hari natal, ketika kehadiran natal tidak kita rayakan dalam tingkah laku hidup kita. Sudah berapa natal yang kita lewati dengan komitmen yang berujung ketidakkonsistenan. Tapi dilain waktu kita konsisten sekali mendukakan hati Tuhan dengan dosa dan segala keinginan kita. Harusnya, cukup. Cukup. Sudah terlalu banyak yang kita buat bagi kesenangan diri kita. Mari kita memaknai natal tahun ini dengan membentuk kebahagiaan Tuhan. Rayakan kehadiran-Nya setiap hari, ingat kasih-Nya dan pengorbanan-Nya. Amin.

WHAT TO DO:
1. Mengingat bahwa perayaan natal bukanlah tentang kita
2. Mulai menghidupi esensi kedatangan Tuhan Yesus dalam hidup kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎Kisah Para Rasul 18-19

Card image
Renungan Pagi - 19 Desember 2023
2023-12-19 09:08:53


Seorang teman menceritakan keinginannya, "Aku akan mengambil jatah cutiku di akhir tahun. Aku akan menghabiskannya untuk berlibur ke beberapa negara tetangga. Aku sudah mencatat barang yang ingin aku beli sebagai oleh-oleh. Aku ingin memajangnya untuk mempercantik rumah". Menjelang akhir tahun, ia jatuh sakit. Rencana liburannya gagal karena sakitnya tak kunjung sembuh. Maka katanya, "aku tidak menginginkan hal lain selain kesembuhan."

Orang sehat bisa memiliki seribu keinginan, tetapi orang sakit hanya memiliki satu keinginan, sembuh. Layaknya orang sakit yang merindukan kesembuhan inilah yang dilakukan oleh Daud. Daud merupakan salah satu raja terhebat dan terbaik. Namun, ia menginginkan dan meminta satu hal saja kepada Tuhan, yaitu ; "Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya."

Daud memiliki kerinduan senantiasa menjalin persekutuan dengan Tuhan. Bagi Daud, persekutuan dengan Allah adalah hal terpenting yang diperlukannya. Pun kerinduan di hatinya yang melebihi segalanya. Hidup di dalam Tuhan membuat Daud boleh merasa yakin bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkannya, apa pun pencobaan yang dialaminya. Bersama Tuhan membuatnya tidak ada alasan untuk berputus asa, sebab kemurahan Allah tersedia baginya.

Ketika membangun relasi dengan Tuhan melalui doa yang sehat dan senantiasa bergantung kepada-Nya, kita boleh selalu merasa optimis dalam segala keadaan. Tuhan akan menjadi terang, keselamatan, dan benteng hidup. Jika sudah demikian, apa lagi yang kita inginkan? Jika hidup terus didalam Tuhan, kita telah mendapatkan segalanya.
(Mazmur 27:4)

Card image
Quote Of The Day - 19 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-19 09:04:23


Orang yang rendah hati di mata Tuhan adalah orang yang sepenuhnya mengandalkan Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 19 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-19 09:02:47


Hati yang mengasihi Allah adalah satu-satunya persembahan yang dapat dinikmati Allah.

Card image
RACING AGAINST TIME - 19 Desember 2023 (English Version)
2023-12-19 08:58:56


In Jer.18:1-6, God likened Himself to a potter and us to clay. Clay is valuable as long as it can be shaped into a vessel. But once the clay hardens, it can’t become anything; it’s no longer malleable, utterly useless. It’s like cement mix; it’s easy to carve when wet but can’t be engraved when it dries. When wet, you can shape it with your hands, but even using iron or steel might not be possible when it’s already dry. So, this is important. Therefore, don’t procrastinate. We must change while there’s a chance to change, and  we are currently racing against time. Don’t let our time be seized by ambitions, desires for worldly things, or to satisfy our carnal desires.

Heb.12:16-17 says, “that no one is sexually immoral… or unholy like Esau, who sold his birthright for a single meal. For you know that afterward, when he desired to inherit the blessing, he was rejected and found no chance to repent, though he sought it with tears.” Esau didn’t get a chance anymore because he didn’t, from an early age, learn to be an obedient child to his parents. Consequently, he became corrupt, despised his birthright, and traded it for a bowl of soup.

Sin should be seen from two perspectives, two dimensions. First,  sin is in the form of actions or behavior or an expression of its sinful nature, already manifesting as deeds. Second,  sin that is nature or potential. Many people only resolve the first dimension, but their sinful nature is not fixed. If we ask for forgiveness for our sinful deeds, we must also look at and acknowledge how bad our condition is. So, every time we ask for forgiveness for our evil deeds, we also commit not to repeat that sin by killing the sinful nature. How? By the Word of Truth. By hearing the Word, we change our way of thinking and our paradigms, and it liberates us.

Therefore, Rom.1:16 says, “For I am not ashamed of the gospel, for it is the power of God for salvation…” In John 8:31-32, “If you abide in my word, you are truly my disciples, and you will know the truth, and the truth will set you free.” Of course, there is a process where someone kills the sinful nature. Suppose we have a sinful nature, for example, being temperamental and easily angered. In that case, when we make a mistake, we acknowledge that mistake and our sinful nature must also be acknowledged. Then, we strive to be vigilant so that the same sinful deed does not recur.

We don’t just lament our sinful deeds but also mourn the potential for sin that still exists in us, and we are undoubtedly aware. It is impossible not to be knowledgeable. Changing sinful nature is like living holy, perfect like the Father, similar to Jesus. Be sure to reach this level. Therefore, often, we must reflect on the Lord, not on humans. If we reflect on humans, we might feel better than them. But if we meditate on the Lord, we can see that we are not yet as God desires and have not completed the tasks that He has entrusted.

John 9:4 says, “We must work the works of him who sent me while it is day; night is coming when no one can work.” Don’t delay. Today, let’s complete our responsibilities. Don’t let us die, and our sinful nature has not changed. Don’t die with an unsettled path, so let’s change our sinful nature because it changes through a process. What damages Christianity is when the doctrine of the new birth is taught as a supernatural, spectacular event beyond the awareness of the person. 

Everything needs a process. So it is irresponsible if a doctrine says that, “God predestines certain people to be saved, and the fate of others is uncertain.” There must be concrete implications in life about these truths. There is a calling to be fulfilled. We are humans who can make mistakes, and we have made mistakes. In the future, let’s not make mistakes anymore, so let’s change; let’s repent. Remember, procrastination can be destructive.  

WE ARE CURRENTLY RACING AGAINST TIME, SO DON'T LET AMBITIONS FOR WORLDLY THINGS SEIZE OUR TIME OR SATISFY OUR CARNAL DESIRE.

Card image
BERKEJARAN DENGAN WAKTU - 19 Desember 2023
2023-12-19 08:47:43


Dalam Yeremia 18:1-6, Tuhan sedang mengumpamakan diri-Nya sebagai seorang tukang periuk dan kita sebagai tanah liat. Tanah liat itu berharga. Betul, selama masih bisa dibentuk menjadi bejana. Tetapi kalau tanah liat sudah mengeras, tidak akan bisa jadi apa-apa, sudah tidak terbentuk lagi, sama sekali tidak berguna. Seperti adukan semen. Kalau masih basah, gampang diukir, tetapi kalau sudah kering, tidak bisa diukir. Kalau masih basah, pakai tangan juga bisa, tetapi kalau sudah kering, pakai besi juga belum tentu mudah. Jadi, ini penting. Maka, jangan menunda. Selagi masih punya kesempatan berubah, kita harus berubah. Kita sedang berkejar-kejaran dengan waktu. Jangan sampai waktu kita tersita oleh ambisi, keinginan-keinginan untuk memiliki hal-hal duniawi atau memuaskan nafsu-nafsu daging kita.

Ibrani 12:16-17, “Janganlah ada orang yang menjadi cabul …” Cabul di sini tidak harus cabul seks secara fisik. Cabul di sini bisa berarti percintaan dunia. “…atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, …” Esau tidak mendapat kesempatan lagi, karena dia tidak jauh-jauh hari belajar menjadi anak yang dengar-dengaran bagi orang tuanya, sehingga ia menjadi rusak, dia memandang rendah hak kesulungannya dan menukarnya dengan semangkuk makanan.

Dosa itu harus dilihat dari dua perspektif, dua dimensi. Satu, dosa dalam bentuk perbuatan atau perilaku atau sudah merupakan ekspresi dari kodrat dosanya, sudah menjadi buah, menjadi perbuatan. Dua, dosa yang merupakan kodrat atau potensi. Banyak orang hanya menyelesaikan sampai dimensi pertama saja, tetapi kodrat dosanya tidak diselesaikan. Kalau kita minta ampun atas perbuatan dosa kita, kita juga harus melihat dan mengakui betapa buruknya keadaan kita ini. Jadi, setiap kali kita minta ampun atas perbuatan dosa, sekaligus kita berkomitmen untuk tidak mengulangi dosa itu dengan cara membunuh kodrat dosa ini. Dengan cara apa? Firman kebenaran. Dengan Firman yang kita dengar, mengubah cara berpikir, mengubah paradigma kita, dan itu memerdekakan kita.

Oleh sebab itu, di dalam Roma 1:16 dikatakan, “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan…” Dalam Yohanes 8:31-32, "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Tentu di situ juga ada proses di mana seseorang mematikan kodrat dosa. Kalau kita memiliki kodrat, misalnya temperamental, mudah marah, maka ketika kita melakukan kesalahan, kita mengakui dosa itu, kodrat dosa kita pun harus diakui, lalu berusaha untuk waspada agar tidak terulang perbuatan dosa yang sama.

Jadi, kita bukan hanya meratapi perbuatan dosa yang sudah kita lakukan, melainkan juga meratapi potensi dosa yang masih ada pada kita, dan kita pasti sadar. Tidak mungkin tidak sadar. Mengubah kodrat dosa sama juga dengan hidup suci, sempurna seperti Bapa, serupa dengan Yesus. Jangan tunda untuk mencapai level ini. Maka, sering kita ini harus bercermin pada Tuhan. Jangan bercermin pada manusia. Kalau bercermin pada manusia, kita bisa merasa lebih baik dari mereka. Tetapi kalau kita bercermin kepada Tuhan, kita bisa melihat bahwa kita belum seperti yang Allah kehendaki dan belum menyelesaikan tugas yang Allah titipkan.

Yohanes 9:4, “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja.” Jangan menunda. Hari ini kita selesaikan apa yang menjadi tanggung jawab kita. Jangan sampai kita meninggal dunia, kodrat kita belum berubah. Jangan sampai meninggal dunia jalannya masih belum lurus. Ayo kita mengubah kodrat, karena perubahan kodrat itu lewat proses. Yang membuat rusak kekristenan itu ketika diajarkan kelahiran baru itu kejadian yang adikodrati, spektakuler, di luar kesadaran orang tersebut.

Semua juga perlu proses, apalagi kalau diajarkan ajaran yang mengatakan, “Allah menentukan orang-orang tertentu yang selamat dan yang lain tidak jelas nasibnya.” Tidak ada tanggung jawab. Harus ada implikasi konkret dalam hidup mengenai kebenaran-kebenaran tersebut. Ada panggilan yang harus dipenuhi. Kita adalah manusia yang bisa salah, dan kita juga sudah pernah salah. Ke depan jangan berbuat salah lagi. Ayo, kita berubah; kita bertobat. Ingat, penundaan bisa membinasakan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA SEDANG BERKEJAR-KEJARAN DENGAN WAKTU. JANGAN SAMPAI WAKTU KITA TERSITA OLEH AMBISI, KEINGINAN-KEINGINAN UNTUK MEMILIKI HAL-HAL DUNIAWI ATAU MEMUASKAN NAFSU-NAFSU DAGING KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 19 Desember 2023
2023-12-19 08:21:29

Titus 1-3

Card image
Truth Kids 18 Desember 2023 - TEGURAN
2023-12-18 10:52:54


Matius 18:15
”Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.”

Secara tak sengaja Andi melihat Budi mengambil jajanan di kantin kejujuran tanpa memasukkan uang ke dalam kotak uang. Seharusnya setiap orang yang mengambil jajanan yang dijual di kantin kejujuran, mereka harus memasukkan uang sesuai dengan harga jajanannya. Memang di kantin kejujuran ini tidak ada orang yang menjaga kantin. Itulah sebabnya disebut kantin kejujuran. Murid-murid diharapkan membayar dengan jujur.

Awalnya Andi merasa itu bukan urusannya dan merasa ia mungkin salah lihat. Tapi di sisi lain, ia merasa benar-benar melihat bahwa Budi mengambil jajanan tanpa membayar. Karena merasa tidak tenang, akhirnya Andi mendatangi Budi yang sedang makan jajanan tersebut. “Budi, rasanya kamu belum bayar jajanan yang sedang kamu makan. Kok sudah kamu makan?” tanya Andi penasaran. “Hhmm… engga kok. Aku sudah bayar… maksudku, aku akan bayar. Kamu tahu dari mana?” jawab Budi dengan gugup. “Tadi aku sedang cari-cari kamu untuk ajak main. Dari jauh aku sudah lihat kamu sedang di kantin. Lalu kamu ambil jajanan tapi tidak bayar. Itu tidak baik, loh…” cerita Andi kepada Budi. “Aku lapar, tapi tidak bawa uang. Besok aku janji akan bayar deh,” akhirnya Budi mengakui kesalahannya. “Ini, pakai uangku dulu aja. Kamu harus masukkan uangnya di kantin hari ini,” kata Andi.

Sobat Kids, jika ada teman kita yang berbuat salah, kita harus menegurnya. Kita bisa mengajaknya berbicara empat mata. Maksudnya berdua saja, tidak perlu menceritakan kesalahan teman kita ke semua orang. Cukup menegurnya dengan baik-baik. Ingatkan perbuatan baik yang seharusnya dilakukan. Perbuatan yang sesuai dengan kehendak Tuhan.

Card image
Truth Junior 18 Desember 2023 - MENASIHATI
2023-12-18 10:50:50


Matius 18:15
”Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.”

Anak-anak Allah yang manis seharusnya membenci dosa. Justru bukan hanya benci dengan dosa, melainkan harus menjauhi dosa. Kalau mau jadi anak Allah, harus punya kesamaan seperti Allah yang benci dengan dosa. Karena jika ada dosa, hubungan Sobat Junior dan Allah akan sangat jauh. Allah benci dosa, tetapi tidak benci kepada manusia ciptaan-Nya yang penuh dosa. Bahkan, setiap manusia berdosa akan diampuni Allah apabila sungguh-sungguh ingin bertobat dari dosa.

Di sisi lain, supaya seseorang sadar dan bertobat akan dosa yang sudah terjadi, Allah memberi Sobat Junior tugas untuk membantu mengingatkan teman kita yang berbuat dosa. Allah mengajarkan kepada kita tentang pentingnya menjaga dan membantu saudara-saudara kita. Ketika seseorang membuat kesalahan, kita tidak hanya boleh marah atau mengabaikannya, tetapi kita juga diberi tugas untuk membantu mereka. Allah Bapa ingin Sobat Junior saling mendukung dan peduli satu sama lain.

Jadi, ketika teman atau saudara kita melakukan sesuatu yang salah, Sobat Junior bisa mendekati mereka dengan lembut dan berbicara secara pribadi, bukan mencela atau memarahi mereka di depan banyak orang. Dengan cara ini, Sobat Junior bisa membantu mereka memperbaiki kesalahan mereka dan mendukung mereka dalam iman mereka. Ingatlah, Sobat Junior, waktu menasihati orang lain, tanya Roh Kudus dulu apakah ini yang Allah inginkan atau bagaimana Semua nasihat hanya akan berguna bagi orang lain apabila Roh Kudus yang menggerakkan hati Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 18 Desember 2023 (English Version) - WORTH TO STEP
2023-12-18 10:48:59


"Count it all joy, my brothers, when you meet trials of various kinds, for you know that the testing of your faith produces steadfastness. And let steadfastness have its full effect, that you may be perfect and complete, lacking in nothing." (James 1:2-4)

In recent times, the developments in the world have been rapid. Acceleration has become the primary focus in every aspect, all for the sake of efficiency. Social interactions, too, have evolved with various concepts and methods. While the socializing style of a person from the 90s might not differ significantly from someone in the 80s, observing today's Generation Z reveals a truly felt acceleration. The presence of social media only amplifies this phenomenon. Of course, this acceleration doesn't come without risks. The most evident risk faced by today's youth is the diverse identity crisis. The abundance of information, coupled with inadequate filtering, leads young people to adopt multiple identities. This generates discomfort, and why? Because young people strive to quickly shift their hearts to their newfound identities. However, enjoying every step of our lives is far more captivating.

James 1:2-4 teaches us to live diligently and even consider it joyous when facing various trials. The Word of God aims to remind us that, fundamentally, humans must relish every phase of their lives, even the difficulties encountered in the process of living. Today's world, with its pursuit of efficiency through acceleration, alters our mindset to disdain the process. Yet, every process holds value, my friends. Verse 4 states, "And let steadfastness have its full effect, that you may be perfect and complete, lacking in nothing." This encourages us to continue the journey of life while savoring each step. Because doing so will lead us to our true identity, one that makes us complete, not in the eyes of the world but in the eyes of God. Let's bring this message to your community. Let this positive message be a Christmas gift in your community, and may we all realize that every step in our lives is precious.

WHAT TO DO:
1. Learn to be grateful.
2. Change the mindset that failure in God will make you grow.
3. Include God in your journey through His Word and prayer.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Acts 16-17

Card image
Truth Youth 18 Desember 2023 - WORTH TO STEP
2023-12-18 10:44:56


"Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.(Yakobus 1:2-4)

Hari-hari ini, perkembangan yang terjadi di dunia sangatlah pesat. Dalam segala hal atau aspek, percepatan menjadi hal utama. Alasannya sederhana, efisiensi. Begitu pula dalam pergaulan yang makin hari makin beragam konsep atau caranya. Kalau anak 90’an itu gaya bergaulnya mungkin gak akan beda jauh dengan anak 80’an. Tapi lihat gen Z hari ini, percepatannya benar-benar terasa. Ditambah lagi kehadiran media sosial yang tentu mempermudah ini semua dapat terjadi. Tentunya, percepatan ini datang bukan tanpa risiko. Sangat jelas risiko yang akan dialami oleh anak muda hari ini, yaitu beragam jati diri. Ya, informasi yang sangat banyak dengan filter yang belum mumpuni membuat anak-anak muda memiliki banyak jati diri. Ini tentu menimbulkan rasa tidak nyaman, kenapa? Karena anak-anak muda akan berusaha secepat mungkin untuk memindahkan hati mereka kepada jati diri mereka yang baru. Padahal, menikmati setiap langkah hidup kita itu lebih menarik lho.

Yakobus 1:2-4 mengajarkan kita untuk hidup tekun bahkan menganggap suatu kebahagiaan bila kita ada di dalam berbagai pencobaan. Firman Tuhan ini mau mengingatkan kita bahwa sejatinya, manusia itu harus menikmati seluruh fase hidup mereka. Termasuk hal-hal sulit yang dialami dalam proses kehidupan. Dunia hari ini dengan percepatannya yang mencari efisiensi mengubah pola pikir kita untuk tidak mencintai proses. Padahal setiap proses itu berharga lho teman-teman. Ayat 4 mengatakan, “Biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kita menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.” Ini mengingatkan kita untuk terus menjalani hidup sembari menikmati setiap langkah hidup kita. Karena hal tersebut akan membawa kita pada jati diri yang sejati, yang menjadikan diri kita utuh, bukan di mata dunia, tapi di mata Tuhan. Ayo, bawa hal ini ke dalam komunitasmu. Pesan yang baik ini, biarlah menjadi kado Natal di tengah komunitasmu dan semoga kita semua menyadari bahwa setiap langkah dalam hidup kita itu berharga.

WHAT TO DO:
1. Belajar bersyukur
2. Ubah mindset, bahwa kegagalan di dalam Tuhan akan membuatmu bertumbuh
3. Ajak Tuhan dalam perjalananmu melalui Firman-Nya dan berdoa.

BIBLE MARATHON
Kisah Para Rasul 16-17

Card image
Renungan Pagi - 18 Desember 2023
2023-12-18 10:41:35


"Tetapi makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu." Pernahkah Anda mengalami sebuah situasi di mana persoalan demi persoalan bergantian datang menimpa?

Anda sedang bergumul dengan sebuah masalah, belum selesai, tiba-tiba datang masalah baru yang lebih menyulitkan. Saking beratnya sampai-sampai rentetan masalah itu hampir-hampir membuat Anda menyerah. Sudah jatuh tertimpa tangga!. Mungkin itu peribahasa yang pas untuk menggambarkannya.

Situasi yang sama pernah melanda umat Israel. Tinggal sebagai orang asing di Mesir mereka harus mengalami derita sebagai budak dan dipaksa bekerja. Tak berhenti di situ, mereka pun bersiap menghadapi ancaman bahwa setiap bayi-bayi lelakinya akan dibunuh. Masalah datang bertubi-tubi dan mereka pun diliputi ketakutan luar biasa, tak ada lagi iman untuk berharap.

Namun, dalam derita dan tekanan itulah mereka menyaksikan Allah melimpahkan anugerah-Nya. Upaya sekeji apa pun yang dilakukan Firaun untuk menekan mereka tidak ada satu pun yang berhasil. Firaun dan Mesir justru menyaksikan bahwa tekanan itu malah membuat Israel semakin tumbuh berlipat ganda. Upaya Firaun untuk membunuh laki-laki Israel pun dipakai Allah untuk membangkitkan seorang pembebas bagi umat yang sedang teraniaya ini.

Keputusan mengikut Tuhan bisa jadi membawa kita banyak ditimpa masalah. Karena mempertahankan hidup bersih, mungkin dibenci, disingkirkan, dan teraniaya. Tekanan datang bertubi-tubi karena kesetiaan mempertahankan iman. Hari ini kita diingatkan janji Tuhan: berkali-kali tekanan datang namun Kerajaan Allah tetap bertahan. Aniaya boleh datang, namun Allah tetap bertindak dalam kasih karunia untuk menolong kita.
(Keluaran 1:12)

Card image
Quote Of The Day - 18 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-18 10:39:17


Semakin kita melihat kemuliaan Tuhan di dalam batin kita, semakin kita merasakan dunia bukan rumah kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 18 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-18 10:37:55


Tuhan menyediakan diri untuk dikenal, dan orang percaya yang mengalami perjumpaan dengan Tuhan pasti luar biasa.

Card image
COURSE OF TIME - 18 Desember 2023 (English Version)
2023-12-18 10:36:25


A crucial principle, an unalterable order, is that  processes run within the course of time, and God gives each person a limited timeframe, called “Hora” or duration. In this time duration, God wants to process us. There are moments, or Kairos, that God allows us to experience. There are various Kairos, and within each moment, God provides spiritual lessons gradually—an elevation process. This moment is called Chronos, chronology. If someone procrastinates, Hora and Kairos become vain, and Chronos doesn’t form.

Delaying becomes destructive, and the symptoms are already seen while still on Earth. We should already be able to see in ourselves whether we show symptoms of destruction or not. Therefore, the portrait or the mirror we need to look into is Jesus because our quality of life is measured against the standard of Jesus. So, if we are not like Jesus yet, we should be upset and anxious. Let’s not worry about unnecessary things; “…do not worry about what we will eat, what we will drink, but seek first the kingdom of God and His righteousness...” This means we should worry about whether we have become good citizens of the Kingdom of Heaven, and the standard for a good citizen of the Kingdom of Heaven is His Excellency, our Lord Jesus Christ.

If we have a growing spiritual standard, our prayers will no longer be filled with various requests; instead, we only want to hear His voice and please Him with genuine worship. That is where we offer a sacrifice—a heart that honors and loves Him. We ask only for one thing: “I want to be pleasing in Your sight, Father.” God knows we have problems, but if we are spiritually mature, we will not urge God by saying, “Lord, please make the way, hear my prayer, and answer me, Lord.”

In reality, we should entrust it to God while we continue to make efforts to solve our life problems responsibly. We surrender everything to God while we pack our things and do them early enough. Don’t procrastinate—many people who procrastinate packing. Pack soon so that we are still on time, for God gives us many opportunities, but if we don’t use them to the fullest, we will surely regret it.

That’s why Eph.5:15-17 says, “Look carefully then how you walk, not as unwise but as wise, making the best use of the time because the days are evil. Therefore, do not be foolish, but understand the will of the Lord.” Another verse says, “Awake, O sleeper, and arise from the dead… And Christ will shine on you.” ‘How you walk’ comes from the original word ‘peripateite,’ which speaks of habits. God wants us to pay attention to our habits. Then, the extraordinary statement, “…making the best use of the time…” is equivalent to saying don’t procrastinate!  If someone delays repentance or delays change, they are refusing to repent and change.

God still gives opportunities, but there is a limit. It’s not that God doesn’t want to change someone, but that person’s circumstances can’t change anymore. And usually when people are older, it’s harder to change. So, don’t be unchanging. Even if an eagle wants to learn to fly, its nest must first be destroyed by its mother. So that the eagle falls. When it falls, then it tries to fly.  Everything needs a process, but don’t forget, if we are too late in the process, we may not be able to change anymore. That’s why opportunities are precious.

Learning academically is good, but learning at the feet of the Lord will only stop (life-long learning) once we face the Lord.  We may not hold the titles of a bachelor’s, master’s, or doctoral degree in theology, but we must keep the title of being a beloved child of the Father. So, Jesus is correct in saying in Matt.18:3, “Truly, I say to you, unless you turn and become like children, you will never enter the kingdom of heaven.” A child here is a child aged 7-12, paidion, still teachable or flexible. So, we must have flexibility, and this flexibility is limited. If, at a certain age, someone can no longer undergo the process of change because their level of flexibility is low, they become unchangeable.  

THE PROCESS OF CHANGE OCCURS IN THE COURSE OF TIME, AND OUR TIME IS LIMITED.

Card image
PERJALANAN WAKTU - 18 Desember 2023
2023-12-18 10:33:07


Prinsip penting yang kita harus ingat, dan ini merupakan tatanan yang tidak bisa diubah adalah proses berlangsung dalam perjalanan waktu. Tuhan memberikan kepada kita, setiap orang, satu rentang waktu yang terbatas, namanya hora atau durasi. Di dalam durasi waktu ini, Allah mau memproses kita. Ada momentum-momentum yang Tuhan izinkan kita alami. Ini namanya kairos. Ada kairos-kairos. Di dalam setiap momentum (kairos) itu ada pelajaran rohani yang Tuhan berikan secara bertahap, proses naik. Ini namanya kronos, kronologi. Kalau seseorang menunda, maka hora menjadi sia-sia, kairos juga menjadi sia-sia, dan kronos tidak terbentuk.

Maka, penundaan itu membinasakan dan gejala pembinasaan itu mulai dapat dilihat sejak hidup di bumi. Seharusnya kita sudah bisa melihat diri kita, apakah kita ini memiliki gejala akan binasa atau tidak? Makanya, potret yang kita harus lihat, cermin yang harus kita lihat adalah Tuhan Yesus. Karena hidup yang berkualitas kita itu standarnya Yesus. Jadi, kalau kita belum seperti Yesus, kita harus gusar (upset), anxious (khawatir). Jangan kita khawatir untuk hal-hal yang tidak perlu kita khawatir; “... mengenai apa yang kita makan, apa yang kita minum, tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya…” Artinya yang harus kita khawatirkan adalah apakah kita sudah menjadi warga Kerajaan Surga yang baik? Dan standar warga Kerajaan Surga yang baik adalah Yang Mulia, wajah Tuhan kita, Yesus Kristus.

Kalau kita memiliki standar rohani yang sudah bertumbuh, maka doa kita tidak lagi dipenuhi dengan berbagai permintaan, tetapi kita hanya mau mendengar suara-Nya, mau menyenangkan hati-Nya dengan penyembahan yang tulus. Di situlah kita membawa korban, yaitu hati yang menghormati Dia, hati yang mengasihi Dia. Yang kita minta hanya satu, “Aku mau menjadi berkenan di hadapan-Mu, Bapa.” Bapa tahu kita punya masalah. Tetapi kalau kita dewasa rohani, maka kita tidak akan mendesak-desak Tuhan, “Tuhan, tolong buka jalan, dengarkan doaku dan jawab aku, ya, Tuhan.”

Sejatinya, kita harus menyerahkan ke tangan Tuhan, sambil kita tetap berusaha untuk menyelesaikan masalah-masalah hidup kita dengan tanggung jawab. Semua kita kembalikan ke Tuhan sambil kita berkemas-kemas. Tetapi jangan berkemas-kemasnya terlambat. Jangan menunda. Tidak sedikit orang yang berkemas-kemasnya menunda. Berkemas-kemas itu sejak dini, supaya kita jangan terlambat. Ada banyak kesempatan yang Tuhan berikan, namun kalau sampai kesempatan itu tidak kita tidak gunakan sebaik-baiknya, kita pasti akan menyesal.

Itulah sebabnya dikatakan di dalam kitab Efesus 5:15-17, “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.” Di dalam ayat yang lain dikatakan, “Bangunlah, kamu yang tidur, bangunlah dari antara orang mati … Terang akan bercahaya kepada kamu.” Kata ‘bagaimana kamu hidup’ berasal dari kata asli, peripateite. Kata itu bicara mengenai habit (kebiasaan). Tuhan mau kita benar-benar memperhatikan bagaimana kita berkebiasaan. Lalu kalimat yang luar biasa, “… pergunakanlah waktu yang ada,…” Ini sama dengan jangan menunda! Jadi, kalau orang menunda pertobatan, menunda untuk berubah, sebenarnya dia menolak bertobat, menolak untuk berubah.

Tuhan masih beri kesempatan, tetapi ada batasnya. Bukan karena Allah tidak mau mengubah seseorang, tetapi keadaan orang itu tidak bisa berubah lagi. Dan biasanya kalau orang sudah berusia, memang lebih sulit berubah. Jadi, jangan tidak berubah. Elang saja kalau mau belajar terbang harus dihancurkan dulu sarangnya oleh induknya. Sehingga elang itu jatuh. Waktu jatuh itu, barulah dia mencoba untuk terbang. Semua perlu proses, tetapi jangan lupa, kalau sampai terlambat berproses, kita tidak bisa berubah lagi. Makanya, kesempatan itu berharga.

Belajar secara akademis, baik, tetapi belajar di bawah kaki Tuhan tidak akan pernah berhenti (life-long learning) sampai kita menghadap Tuhan. Kita mungkin tidak menyandang gelar sarjana, magister, atau doktor teologi, tetapi kita harus menyandang gelar sebagai anak kesukaan Bapa. Jadi, tepat sekali Tuhan Yesus berkata dalam Matius 18:3, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.” Anak kecil di sini adalah anak usia 7-12 tahun, paidion, anak yang masih bisa dididik, masih lentur. Jadi, kita harus memiliki kelenturan, dan kelenturan tersebut, terbatas. Kalau di usia tertentu, seseorang sudah tidak bisa mengalami proses perubahan, karena tingkat kelenturannya rendah, sampai tidak bisa diubah lagi.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PROSES PERUBAHAN BERLANGSUNG DALAM PERJALANAN WAKTU, DAN WAKTU KITA TERBATAS.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 18 Desember 2023
2023-12-18 10:27:44

1 Timotius 1-6

Card image
Truth Kids 17 Desember 2023 - TANPA MENGHARAPKAN BALASAN
2023-12-17 10:06:32


Lukas 6:35
“Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.”

Aauumm! Suara singa sang raja hutan terdengar keras dari tengah hutan. Sang raja hutan tersebut sedang melindungi seekor rusa yang hendak diterkam oleh sekelompok serigala liar. Mendengar suara sang raja hutan, maka kelompok serigala itu mulai berlarian meninggalkan rusa. “Terima kasih, raja. Engkau telah menyelamatkan hidupku,” ujar sang rusa kepada singa sang raja hutan.

Waktu berlalu dan hutan itu dilanda kekeringan. Banyak binatang yang mati dan sang raja hutan mengalami kelaparan. Hingga suatu hari sang raja hutan bertemu dengan rusa yang pernah diselamatkannya. Singa tersebut menatap rusa dengan rasa lapar. Tampak hidangan lezat, sedang ada di depan mata singa. Sang raja hutan pun berkata, “Waktu lalu aku sudah menyelamatkanmu. Sekarang giliranmu menyelamatkan aku, rusa,” ujar sang singa sambil menerkam rusa.

Sobat Kids, saat menolong orang lain seharusnya kita tidak mengharapkan balasan apapun juga. Kita harus menolong dengan tulus. Bukan seperti cerita di atas tentang sang raja hutan yang meminta balasan. Kita harus melakukan perintah yang Tuhan berikan, seperti yang kita baca pada ayat firman Tuhan hari ini. Mengasihi musuh, berbuat baik tanpa mengharapkan balasan. Jika kita dapat lakukan itu maka kita akan menjadi anak-anak Allah.

Card image
Truth Junior 17 Desember 2023 - PEDULI TEMAN
2023-12-17 10:04:37


Lukas 6:35
“Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.”

Sobat Junior, kalian sudah diselamatkan oleh Tuhan Yesus dengan penebusan di atas kayu salib. Pengorbanan yang sangat besar dan tidak akan pernah bisa kita balas. Tanpa Tuhan Yesus yang menebus dosa manusia, kita akan berakhir pada kebinasaan kekal. Sungguh, Sobat Junior! Belas kasih Tuhan tak terbatas bagi umat-Nya supaya tidak satu orang pun binasa. Menjadi orang Kristen yang menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat tidak hanya berupa kata-kata saja. Ada tindakan yang harus kita buktikan kepada Tuhan Yesus. Apa itu, Sobat Junior? Jawabannya adalah menjalankan Amanat Agung Tuhan Yesus.

Peduli dengan keselamatan orang lain bukanlah hal yang tidak bisa dilakukan. Bukan juga hal yang hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa saja. Asal Sobat Junior tahu, peduli dengan keselamatan orang lain bisa dimulai dari kebiasaan kecil terhadap sesama. Misalnya apa, ya, Sobat Junior? Mulailah dengan memberi pinjam barang kamu kepada teman yang lagi butuh. Kalau kita meminjamkan barang kita, jangan harap akan diberi balasan, ya. Pinjamkan dengan tulus dan bersyukur pada Tuhan karena sudah diberi lebih supaya bisa membantu orang lain. Percayalah, jadi anak-anak Allah tidaklah sesulit yang Sobat Junior pikirkan. Selamat berjuang, Sobat Junior!

Card image
Truth Youth 17 Desember 2023 (English Version) - WATCH OUT!
2023-12-17 10:02:32


"Let no corrupting talk come out of your mouths, but only such as is good for building up, as fits the occasion, that it may give grace to those who hear." (Ephesians 4:29)

In a blink, we'll be embracing Christmas Day. It's a holiday moment when people gather in their communities, be it family, church, or even school friends. Joy is the hallmark of Christmas, for we commemorate the birth of our Savior, Jesus Christ. Today's reflection equips everyone about to rejoice together, enjoying and celebrating Christmas. Hopefully, you'll bring and receive something new for anyone you'll encounter on that day.

In Ephesians 4:29, the Apostle Paul says, "Let no corrupting talk come out of your mouths, but only such as is good for building up, as fits the occasion, that it may give grace to those who hear."

Typically, we, the youth, tend to forget to watch our words during enjoyable moments like Christmas. It can be regrettable if a moment that should be joyful turns hurtful, especially due to our speaking errors. Today's reflection aims to remind us all to learn together to guard our words. At the very least, if there are no kind words to speak, it's better to remain silent. Harmful words that come out of our mouths can destroy and hinder the growth of our spiritual maturity. The impact might make us accustomed to speaking negatively, becoming a part of our lives. Instead of building up so that others may receive grace, we end up demolishing the structure of that grace. Therefore, let's strive together to guard our words. Let's start something new this Christmas. Not only celebrating joyful moments but also, through our words, becoming givers of happiness.

WHAT TO DO:
1. Watch your speech.
2. Learn to stay silent.
3. Think before speaking.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Acts 14-15

Card image
Truth Youth 17 Desember 2023 - WATCH OUT!
2023-12-17 09:53:31


"Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia." (Efesus 4:29)

Tidak terasa sebentar lagi kita akan menyongsong hari Natal. Ini adalah momen liburan di mana orang-orang berkumpul dalam komunitasnya, baik itu keluarga, gereja, atau bahkan teman sekolah. Kegembiraan adalah ciri khas dari hari Natal, tentu karena kita memperingati hari tersebut sebagai hari kelahiran Juruselamat kita, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Renungan hari ini akan membekali temen-temen semua yang akan bergembira bersama menikmati dan merayakan hari Natal. Harapannya, semoga teman-teman mendapatkan dan memberikan sesuatu yang baru bagi siapa pun yang akan kalian temui nanti di hari itu.

Dalam Efesus 4:29, Rasul Paulus mengatakan, “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulut kita, tapi pakai perkataan yang baik untuk membangun, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.”

Biasanya, kita yang muda suka lupa nge-rem mulut kita pada momen-momen yang asyik seperti Natal ini. Tentu hal tersebut akan membuat kita menyesal jika momen yang seharusnya menjadi momen bahagia malah berubah menjadi momen yang melukai, apalagi hal tersebut terjadi karena kesalahan kita dalam berucap. Renungan hari ini mencoba mengingatkan kita semua untuk sama-sama belajar menjaga perkataan. Setidaknya, jika tidak ada kata yang baik yang bisa keluar dari mulut, maka lebih baik tidak berbicara. Karena kata-kata yang tidak baik yang keluar dari mulut akan menghancurkan, dan hal ini akan menghambat pertumbuhan tingkat kerohanian kita. Dampaknya bisa saja kita jadi terbiasa untuk berkata demikian, dan menjadi bagian dari hidup kita. Alih-alih membangun orang lain agar memperoleh kasih karunia, kita malah menghancurkan bangunan kasih tersebut. Maka dari itu, ayo kita sama-sama berjuang menjaga perkataan kita. Kita mulai hal yang baru di Natal kali ini. Bukan hanya merayakan momen gembira, tapi kita, melalui perkataan, menjadi pemberi kebahagiaan juga.

WHAT TO DO:
1. Jaga ucapan
2. Belajar diam
3. Berpikir sebelum berkata-kata

BIBLE MARATHON:
▪︎Kisah Para Rasul 14-15

Card image
Renungan Pagi - 17 Desember 2023
2023-12-17 09:45:37


"Ketika kita mengasihi seseorang atau pasangan, segala cara akan kita tempuh untuk memenuhi setiap keinginan dan kehendak orang yang kita cintai, atas dasar cinta inilah segala sesuatu tidak ada yang dirasa berat, bahkan akan rela mengorbankan apa saja, begitu juga jika sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, kita akan melakukan apa pun yang menjadi kehendak-Nya.

Seringkali begitu mudah berkata, "Aku mengasihi Tuhan!" Namun tidak mau melakukan kehendak-Nya dengan alasan bahwa kehendak Tuhan itu sangat berat, tetapi firman Tuhan berkata, "Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat, sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia."

Jika dengan kekuatan sendiri, memang tidak akan mampu melakukan kehendak Tuhan dengan sempurna. Tetapi jika sungguh-sungguh mencintai Tuhan, maka dengan dasar cinta yang kuat itulah kita dapat melakukan perintah Tuhan dengan mudah, dan Roh Kudus yang diberikan adalah Penolong yang sempurna bagi kita melakukan kehendak Bapa.
(1 Yohanes 5:3-4a)

Card image
Quote Of The Day - 17 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-17 09:39:00


Semakin seseorang memberi nilai tinggi terhadap dirinya, maka semakin ia menuntut harkat dirinya dihargai atau dinaikkan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 17 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-17 09:37:53


Ketika kita menyerah dengan penyerahan yang dewasa, maka semua masalah yang kita hadapi tidaklah menjadi sesuatu yang kita anggap mencelakakan.

Card image
INVOLVING OTHERS - 17 Desember 2023 (English Version)
2023-12-17 09:22:57


Matt.19:30 says, “But many who are first will be last, and many who are last will be first.” Reading this verse, some people might think, “Well, then, we can wait for later. Why bother striving now if we’ll end up being the last?” They must be foolish or fooled. We need to understand the meaning of this verse. First,  some come but are not earnest, so they do not achieve outstanding accomplishments. Doctrinally and theologically, the Law experts and Pharisees were considered significant. Still, they were not genuinely willing to hear what Jesus taught, so in the end, they were lost.

On the other hand, ordinary people, who may not have high theological knowledge, earnestly listened to Jesus and thus had a spiritual life that surpassed the experts in the Law and the Pharisees. That’s why Jesus said, “If your religious life is not better than that of the experts in the Law and the Pharisees, you will not enter heaven.” They may have been smarter initially, but in the end, they were surpassed by fishermen and ordinary people who listened to the Gospel and diligently studied.

Secondly,  people who lived in the time before us, when Christianity was ordinary, the world was not as wicked as it is today, and life was relaxed. However, in our time, where the world is exceedingly evil, some people are militant in living a holy life, even more righteous than those who lived before us. So, the Bible says that in the last days, there will be people who are purified and sanctified. Therefore, when reading this verse, we should interpret it correctly. Jesus spoke this in the context of the lives of the Jews and His disciples at that time.

Alternatively, it could mean that people who lived before us did not become holier than we, who live in a much more challenging world. It’s like someone who learns to swim in a swimming pool, and although they can swim well, they are not as good as someone swimming in the middle of four-meter-high waves. Our world has much more challenging waves, but we can still live a holy life. So, we can excel beyond those who came before us.

Now, regarding the parable of the laborers in the vineyard, we see that the landowner went early in the morning to hire workers and agreed with those who started working at nine, twelve, and three o’clock and those who began working at five o’clock. They all received the same pay of one denarius. Then, those who came first complained, “Why do we, who worked since nine in the morning, receive the same wage as those who came at five? If we had known, we could have started working at five.”

Matt.19:27–30 talks about wages, and Jesus wants to advise us, “When you work, don’t do it for wages. Every loyalty will receive its reward, but don’t be loyal because of the reward.” So, loyalty is essential, not because of the reward. It should be out of love and respect for God. Jesus wants to say, “Why did people protest about one denarius? Because they worked, looking at the wages, so they protested. They wouldn’t have protested if they hadn’t seen the wages.” John 9:4 says, “… while it is still day, night is coming when no one can work.” This statement is a simple example but naïve where people wait until they’re old, then serve, while  proper service is to please God at every moment.

Young people who do not serve because they feel they still have a chance to have fun have already been embraced by the world, corrupting their thinking. After their condition becomes corrupt and destroyed, they seek God. It’s too late! Be careful; even if someone has been a Christian since childhood and served during adolescence/youth, they can hardly change because of wrong understandings. Thank God if there is still a chance, and we repent. So, we must be willing to change because  our change will involve changing others; don’t delay. If we postpone, the impact will be tremendous. The consequences for others are also significant.  

OUR CHANGE WILL INVOLVE CHANGING OTHERS, SO DON'T DELAY.

Card image
MELIBATKAN ORANG LAIN - 17 Desember 2023
2023-12-17 09:14:25


Matius 19:30, “Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.” Membaca ayat ini, beberapa orang dapat berpikir, “Ya, kalau begitu nanti saja. Untuk apa dari sekarang kita sungguh-sungguh kalau akhirnya jadi yang terkemudian?” Mereka pasti orang bodoh atau dibodohi. Kita harus memahami pengertian ayat itu, yaitu: pertama, ada orang-orang yang memang lebih dulu, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh, sehingga tidak mencapai prestasi yang tinggi. Secara doktrin, secara teologi para ahli Taurat dan orang Farisi adalah orang-orang hebat, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh mau mendengar apa yang diajarkan Yesus. Akhirnya, mereka terhilang.

Di sisi lain, ada rakyat jelata, yang memang tidak berteologi tinggi, tetapi mereka dengar-dengaran kepada Tuhan Yesus, sehingga mereka memiliki kehidupan kerohanian yang melebihi para ahli Taurat dan orang Farisi. Itulah sebabnya, Yesus berkata, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari ahli Taurat dan orang Farisi, kamu tidak masuk surga.” Mereka memang lebih dulu pintar, tapi pada akhirnya mereka jadi tertinggal. Nelayan, rakyat jelata, bisa lebih dari ahli Taurat dan orang Farisi, mendahului mereka. Mengapa? Karena mereka mendengar Injil dan tekun belajar.

Yang kedua, orang-orang yang hidup di zaman sebelum kita, di mana kekristenannya biasa-biasa saja, dunia tidak sejahat hari ini, sehingga mereka hidup dengan santai, tetapi zaman kita ini, dunia jahat sekali. Ada orang-orang yang militan untuk hidup suci, lebih suci dari mereka yang hidup lebih dulu dari kita. Maka, Alkitab mengatakan, di zaman akhir nanti, ada orang yang dimurnikan, yang dikuduskan. Jadi, jangan kita membaca ayat ini dan mengartikan salah, sebab ini konteksnya diucapkan Tuhan di dalam kehidupan orang-orang Yahudi pada zaman itu, kehidupan murid-murid-Nya pada waktu itu.

Atau bisa berarti, orang-orang yang hidup di zaman sebelum kita ternyata tidak menjadi lebih suci dari kita yang hidup di tengah-tengah dunia yang berat. Ibaratnya orang yang belajar berenang di kolam renang, walaupun ia pintar berenang, tapi kalah dengan orang yang berenang di tengah-tengah ombak setinggi empat meter. Dunia kita berombak lebih dahsyat, tetapi kita bisa hidup suci. Jadi, kita bisa lebih dari mereka. Itu maksudnya.

Lalu tentang perumpamaan orang upahan di kebun anggur. Kita melihat di kebun anggur seorang tuan rumah pagi-pagi pergi mencari pekerja, lalu sepakat bertemu dengan pekerja-pekerja yang bekerja dari jam sembilan masuk kerja, lalu ada lagi yang jam dua belas masuk kerja, ada yang jam tiga masuk kerja; lalu ada yang jam lima, terakhir, masuk kerja, dapat juga sama-sama satu dinar. Lalu, yang datang lebih dulu protes, “Mengapa kami yang mulai bekerja sejak pukul sembilan pagi mendapatkan satu dinar yang sama besarnya dengan mereka yang masuk pukul lima? Kalau tahu begini lebih baik kami masuk dari pukul lima saja.”

Matius 19:27—30 bicara soal upah. Tuhan mau menasihati begini, “Kalau kamu bekerja, jangan karena upah. Setiap kesetiaan pasti mendapat upah, tetapi jangan karena upah itu kamu setia.” Jadi, kesetiaan karena upah, itu salah. Setia saja. Bukan karena upah, melainkan karena mengasihi dan menghormati Tuhan. Jadi di sini Tuhan mau mengatakan, “Mengapa orang protes soal satu dinar? Karena mereka bekerja melihat upah. Jadi, mereka protes. Kalau tidak melihat upah, mereka tidak protes.” Di Injil Yohanes 9:4 dikatakan, “…selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja.” Ini contoh sederhana, tetapi naif. Tunggu tua, nanti baru melayani. Pelayanan yang sesungguhnya adalah menyenangkan Tuhan di setiap saat.

Kalau orang-orang muda, tidak melayani karena merasa punya kesempatan untuk bersenang-senang. Dunia sudah memeluk mereka, merusak cara berpikirnya. Setelah keadaannya jadi rusak, hancur, baru mencari Tuhan. Terlambat! Hati-hati, orang yang dari kecil Kristen saja, dan di usia remaja/pemuda melayani, lalu bertobat, nyaris tidak bisa berubah, nyaris rusak, karena pengertian-pengertian yang salah. Puji Tuhan, kalau masih bisa ada kesempatan. Jadi, kita harus mau berubah. Karena perubahan kita akan melibatkan perubahan orang lain. Jangan menunda. Kalau kita menunda, nanti dampaknya luar biasa. Akibatnya untuk orang lain juga ada.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PERUBAHAN KITA AKAN MELIBATKAN PERUBAHAN ORANG LAIN, MAKA JANGAN MENUNDA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 Desember 2023
2023-12-17 05:00:13

Filipi 1-4

Card image
Truth Kids 16 Desember 2023 - MENGASIHI TANPA SYARAT
2023-12-16 09:57:09


Matius 22:39
“Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

Di sekolah, Tobi sering diejek oleh temannya karena warna kulitnya. Ia sangat sedih, tapi ia tidak mau membalas mengejek temannya. Suatu hari saat di kelas, ia sudah tidak tahan karena temannya terus-menerus mengejeknya dengan keterlaluan. Kemudian ia marah dan memberitahu temannya dengan nada yang keras, “Jika kamu masih mengejekku terus, aku akan lapor ke guru!” Temannya pun ketakutan dan minta maaf kepada Tobi. Tobi memaafkan dan mereka berjanji tidak mengulangi perbuatannya lagi.

Sobat Kids, Tobi diperlakukan tidak baik oleh teman-temannya. Namun, ia memaafkan temannya dan bahkan tetap mengasihi mereka yang sudah menyakiti hatinya. Jika kita mengasihi diri kita maka kita juga harus mengasihi orang lain sama seperti kita mengasihi diri kita sendiri.

Mengasihi sesama bukan hanya kepada mereka yang mengasihi kita, melainkan juga kepada mereka yang membenci kita. Jika kita memperlakukan diri kita dengan baik maka kita juga harus memperlakukan orang lain dengan baik. Mengasihi orang lain tanpa syarat merupakan salah satu cara kita melakukan kehendak Tuhan.

Card image
Truth Junior 16 Desember 2023 - T U L U S
2023-12-16 09:55:21


Matius 22:39
“Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

Kemarin kita sudah belajar mengenai Amanat Agung. Hari ini kita mau lanjut belajar cara melaksanakan Amanat Agung yang Tuhan sudah berikan kepada kita. Selain menjadi saksi melalui perbuatan dan perkataan, kita juga dapat melaksanakan Amanat Agung dengan mengasihi tanpa syarat. Maksudnya, saat kita mengasihi orang lain, kita harus mengasihinya dengan tulus. Tulus artinya tidak mengharapkan sesuatu.

Apakah Sobat Junior pernah mendengar peribahasa yang berbunyi “ada udang di balik batu?” Itu artinya ada maksud lain yang diharapkan saat seseorang berbuat baik. Jika seperti itu, artinya orang tersebut tidak tulus saat menolong atau melakukan sesuatu.

Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk mengasihi tanpa syarat. Tidak ada maksud lain saat kita mengasihi orang lain. Benar-benar tulus tanpa mengharapkan imbalan dari orang lain. Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita mengenai hukum kedua yang Tuhan ajarkan. Kasihi sesama manusia seperti dirimu sendiri. Tentu kita tidak mengharapkan hadiah dari diri kita sendiri, kan, Sobat Junior? Begitu juga saat kita mengasihi orang lain, kita tidak mengharapkan hadiah dari mereka. Yuk, kita kasihi sesama dengan kasih tulus seperti yang sudah diajarkan Tuhan Yesus.

Card image
Truth Youth 16 Desember 2023 (English Version) - FORGIVE NOT FORGET
2023-12-16 09:45:15


"Be kind and compassionate to one another, forgiving each other, just as in Christ God forgave you." (Ephesians 4:32)

Perhaps we've heard people say that one characteristic of someone who has forgiven is forgetting what has happened, erasing everything that hurt us. But in reality, the painful events become unforgettable memories deeply etched in our hearts. It is often difficult or impossible to forget them as they leave scars on our hearts. Here, we learn something slightly different. We might not be able to forget the bitter events in our lives, but we can change the way we view those painful experiences.

How can we forgive without forgetting the bitter events in our lives? The key is to see each painful event as a valuable lesson for transforming our character. For instance, if we encounter friends who take advantage of our kindness, we may feel hurt and inclined to distance ourselves from them. But hold on a moment. Perhaps God is testing the sincerity of our hearts in giving to others. Maybe we still give to someone because we seek recognition, respect, or acknowledgment. This indicates that our giving is not genuine, and we haven't learned to love our friends sincerely.

So, to forgive someone who has hurt us, we don't necessarily have to force ourselves to forget the incident. Instead, we learn from these events because every occurrence in our lives is not a coincidence; there are life lessons we can extract to improve ourselves first, not others. With such a perspective, we can be genuinely kind and sincere to those around us without pretending. God's love will radiate from our lives, and our friends will feel it.

WHAT TO DO:
Change our perspective to a more positive one in responding to past events.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Acts 12-13

Card image
Truth Youth 16 Desember 2023 - FORGIVE NOT FORGET
2023-12-16 09:39:18


"Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." (Ef.4:32)

Mungkin kita pernah dengar orang-orang mengatakan bahwa salah satu ciri seseorang yang sudah memaafkan adalah melupakan apa yang sudah terjadi. Melupakan segala sesuatu yang menyakitkan hati kita. Tapi kenyataannya peristiwa-peristiwa yang menyakitkan justru menjadi memori yang sangat berkesan dalam diri kita. Bahkan sangat sulit atau tidak mungkin untuk bisa kita lupakan, karena peristiwa-peristiwa itu meninggalkan goresan luka di hati kita. Di sini kita belajar sesuatu yang sedikit berbeda. Kita mungkin tidak bisa melupakan peristiwa-peristiwa pahit yang sudah terjadi dalam hidup kita, tapi kita bisa mengubah cara kita memandang peristiwa-peristiwa pahit yang sudah kita alami dengan cara pandang yang berbeda.

Bagaimana caranya kita bisa memaafkan tanpa melupakan peristiwa-peristiwa pahit dalam hidup kita? Caranya adalah memandang setiap peristiwa pahit itu sebagai pelajaran yang baik untuk mengubah karakter kita. Misalkan kita dipertemukan dengan teman-teman yang suka memanfaatkan kebaikan kita. Kita mulai merasa sakit hati dan timbul sikap ingin menjauhi mereka. Eits, tunggu dulu. Jangan-jangan Tuhan mau menguji hati kita dengan ketulusan hati dalam memberi sesuatu ke orang lain. Mungkin kita masih memberi sesuatu ke seseorang karena ingin dihargai, dihormati atau diakui. Justru hal itu menunjukkan kita belum memberi dengan ketulusan. Kita belum bisa mengasihi teman-teman kita dengan tulus.

Jadi untuk bisa memaafkan seseorang yang pernah menyakiti hati kita, tidak harus memaksa diri melupakan peristiwa itu. Tapi belajar dari peristiwa-peristiwa itu karena setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita bukan suatu kebetulan tapi ada pelajaran-pelajaran hidup yang bisa kita ambil, untuk memperbaiki diri kita dulu bukan orang lain. Dengan cara pandang demikian, maka kita bisa menjadi ramah dan tulus terhadap orang-orang di sekitar tanpa berpura-pura. Dan kasih yang dari Tuhan akan selalu terpancar dari kehidupan kita serta dirasakan oleh teman-teman kita.

WHAT TO DO:
Ubah sudut pandang kita menjadi lebih positif dalam menyikapi peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi.

BIBLE MARATHON:
▪︎Kisah Para Rasul 12-13

Card image
Renungan Pagi - 16 Desember 2023
2023-12-16 09:35:36


Bukan hal yang mengejutkan lagi, jika seseorang berhasil seringkali ia lupa diri, ia merasa bahwa keberhasilan yang diraihnya itu adalah hasil usahanya sendiri, karena kekuatan dan kehebatannya, hal ini bukan hanya mereka yang berhasil di bidang pekerjaan konvensional.

Hamba-hamba Tuhan pun merasa bahwa keberhasilannya dalam pelayanan adalah buah dari kerja kerasnya sendiri, bukan karena campur tangan Tuhan, mereka lupa dengan ayat ini: "Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa."

Alangkah baiknya jika memiliki pola pikir seperti Rasul Paulus yang menyadari bahwa dalam keadaan apa pun ia dapat bertahan karena kasih karunia Tuhan, "Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku."

Pengakuan Paulus ini merupakan suatu kebenaran, bahwa setiap keberhasilan yang diraihnya bukan karena kesanggupan, kekuatan dan kemampuan yang ia miliki, tapi karena kasih karunia Tuhan yang menyertainya, karena itu tidak ada alasan bagi siapa pun untuk bermegah dan menyombongkan diri apabila saat ini berhasil dalam apa saja yang dikerjakan, karena Roh Tuhan yang berperan besar dalam hidup setiap kita.

Tidak ada yang patut dibanggakan dalam diri ini, jangan pernah membanggakan diri karena merasa kuat, pintar, gagah, kaya atau hebat!. Yang Tuhan kehendaki dalam diri umat-Nya adalah hati yang penuh kerendahan di hadapan pencipta-Nya, kita harus ingat bahwa Tuhan dapat memakai siapa saja dan apa saja demi kepentingan-Nya, jadi jika berhasil, itu bukan karena siapa kita, tapi karena Tuhan berkenan memakai kita, karena itu bersyukurlah!"
(Yohanes 15:5 ; 1 Korintus 15:10)

Card image
Quote Of The Day - 16 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-16 09:29:40


Sebagai anak-anak Tuhan, pujian yang harus kita cari dan gumuli adalah pujian dari Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 16 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-16 09:26:21


Tidak ada kehidupan tanpa masalah. Tetapi, ingatlah selalu yang menjadi penghiburan kita; semua mendatangkan kebaikan dan semua dalam kendali Tuhan.

Card image
INSENSITIVE - 16 Desember 2023 (English Version)
2023-12-16 09:21:54


If the Word of God says that God works in all things, it means that in every event, He is speaking to us and making a statement in every occurrence; from small events considered trivial, God has a message there. We should believe that God speaks, especially in significant events that capture our attention and squeeze our emotions and feelings. It becomes a threat if we ignore what news God wants to tell us, what statement God wants to give us. 

Therefore, lots of advice and wisdom from God are overlooked because  most people do not appreciate and respect God or analyze the events and occurrences; then, they become insensitive and not wise, let alone in small or insignificant matters, even in the significant ones, they do not find wisdom behind those events. So, we must pay attention to every event in the world since there must be something that God wants to convey in significant events that happen in our personal lives—related to business, health, career, finances, and others.

God’s message always occurs in significant things that rob emotions and feelings. Even in small matters, God wants to speak to us, let alone the significant ones. There are many pearls God gives us daily, through every event. Remember this:  if God works in something, what He does is valuable, never without value. What a loss if those pearls are wasted in vain. Therefore, let us grasp the message and advice of God today.

If we don’t know what God wants to convey through an event, we must seriously analyze it, “Lord, why is this happening?” Often, God doesn’t answer immediately and seems silent. In His silence, it’s as if God wants to say, “Are you serious about dealing with what I’m doing?” We have to analyze it ourselves with God. Ask, and don’t have a mental block. Don’t think we won’t be able to hear the voice of God. The voice of God can be heard not only by those ‘gifted’ to listen to His voice but also by each child of God.

Every child of God has the right to hear the voice of God, depending on how seriously we deal with Him and how brave we are to cleanse our lives from sin. God is alive and real, so experience Him because there is a voice in every event. He wants to talk to us during an event because every occurrence has a statement, and it is not just so when we do our daily activities, such as in business, but indeed more than that  because God’s projection is of eternity, and He is eternal.

God is extraordinary, and each of us has a unique curriculum. God arranges a curriculum for each individual for the sake of that individual’s eternal life. Each event is organized and woven by God, which is truly remarkable. If we seriously pay attention to it, we can find God’s movement and maneuver that turn out to be active. He is not a silent God but an active God who works through His Spirit until we are forced to change.

A deed considered a ‘small mistake’ has already been reprimanded by God. So, we should not make mistakes, no matter how small they are,  because our small mistakes have an extraordinary impact. We are grateful if God continues to remind us; this prepares us to face Him. So, this must start from now, not later.  

MANY PEOPLE DO NOT ANALYZE THE EVENTS AND OCCURRENCES THAT HAPPEN IN LIFE AND THEN BECOME INSENSITIVE.

Card image
TIDAK PEKA - 16 Desember 2023
2023-12-16 08:45:03


Kalau firman Tuhan mengatakan bahwa Allah bekerja dalam segala perkara, berarti dalam setiap peristiwa Tuhan berbicara kepada kita, dan di setiap kejadian Tuhan memberi pernyataan. Dari peristiwa-peristiwa kecil, peristiwa-peristiwa yang dianggap remeh, peristiwa yang dianggap sederhana, Tuhan memiliki berita di situ, percayalah. Apalagi peristiwa-peristiwa besar yang menyita perhatian, yang memeras emosi dan perasaan kita, pasti Tuhan berbicara. Bahkan, menjadi ancaman kalau kita tidak memedulikan berita apa yang Tuhan mau sampaikan kepada kita, pernyataan apa yang Tuhan mau berikan kepada kita.

Sehingga, banyak nasihat dan hikmat dari Tuhan yang terlewati. Oleh karena banyak orang tidak menghargai Tuhan, tidak menghormati Tuhan, tidak memperkarakan peristiwa dan kejadian yang terjadi dalam hidupnya, maka ia menjadi tidak sensitif, tidak peka. Jangankan perkara kecil, dalam perkara besar pun dia tidak menemukan hikmat di balik peristiwa-peristiwa itu. Maka setiap peristiwa yang terjadi di dunia, kita harus perhatikan. Pasti ada sesuatu yang Tuhan mau sampaikan. Pasti demikian pula dalam peristiwa-peristiwa besar yang terjadi dalam hidup kita pribadi—menyangkut bisnis, kesehatan, karier, dana, dan lainnya.

Sesuatu yang merenggut emosi dan perasaan, hal-hal yang besar, pasti memuat pesan Tuhan di balik itu. Dalam perkara kecil saja Tuhan mau berbicara kepada kita, apalagi perkara besar. Dan betapa banyak mutiara yang Tuhan berikan kepada kita setiap hari, melalui setiap peristiwa yang terjadi. Ingat ini, kalau Allah bekerja dalam sesuatu, pasti apa yang Allah kerjakan itu bernilai; tidak mungkin tidak bernilai. Betapa rugi kalau mutiara-mutiara itu terbuang sia-sia. Oleh sebab itu, pesan dan nasihat Tuhan hari ini, mari kita camkan.

Jika kita belum tahu apa yang Tuhan mau sampaikan lewat suatu peristiwa, maka kita harus memperkarakannya dengan serius, “Tuhan, mengapa ini terjadi?" Sering Tuhan tidak menjawab langsung. Tuhan seakan berdiam diri. Dalam keberdiaman-Nya, seakan Tuhan mau berkata, "Apakah kamu serius mau berurusan dengan apa yang Kukerjakan?" Sebab kita harus memperkarakan itu sendiri dengan Tuhan. Tanyakan, dan jangan bermental blok. Jangan berpikir bahwa kita tidak akan bisa mendengar suara Tuhan. Seakan-akan suara Tuhan hanya dapat didengar orang-orang yang ‘berkarunia’ mendengar suara-Nya.

Suara Tuhan adalah hak setiap anak-anak Allah, tergantung seberapa kita serius berurusan dengan Tuhan, seberapa kita berani untuk mencuci hidup kita dari dosa. Tuhan itu hidup dan nyata. Maka, alami Tuhan. Jadi, di setiap peristiwa, ada suara. Peristiwa itu berbicara. Allah mau berbicara kepada kita. Di setiap kejadian, ada pernyataan. Jadi, bukan sekadar supaya kita tidak dagang rugi, tidak salah pilih barang waktu beli, namun pasti lebih dari itu. Sebab proyeksi Tuhan itu proyeksi kekekalan, karena Allah itu kekal.

Allah itu luar biasa. Dan setiap kita punya kurikulum yang khusus. Allah menyusun kurikulum untuk setiap individu demi hidup kekal individu tersebut. Peristiwa demi peristiwa dirangkai Tuhan, dirajut Tuhan. Betapa hebatnya itu. Jika kita serius memperhatikannya, maka kita bisa menemukan gerak Tuhan, manuver Tuhan yang ternyata aktif. Dia bukan Allah yang diam, tetapi Allah yang aktif, yang melalui Roh-Nya Dia bekerja. Sampai kita seperti dipaksa untuk berubah.

Suatu perbuatan yang rasanya merupakan ‘kesalahan kecil’ sudah Tuhan tegur. Maka sekecil apa pun kesalahan itu, kita tidak boleh melakukannya. Sebab kesalahan kecil yang kita lakukan, dampaknya luar biasa. Bersyukur kalau Tuhan masih terus mengingatkan kita. Dan ini adalah persiapan untuk kita menghadap Dia. Maka, ini harus dimulai sejak sekarang, bukan nanti.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

OLEH KARENA BANYAK ORANG TIDAK MEMPERKARAKAN PERISTIWA DAN KEJADIAN YANG TERJADI DALAM HIDUPNYA, MAKA IA MENJADI TIDAK PEKA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 Desember 2023
2023-12-16 07:23:04

Efesus 1-6

Card image
Truth Kids 15 Desember 2023 - MENJADI TELADAN SESAMA
2023-12-15 10:15:24


Kisah Para Rasul 1:8
“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”

Sobat Kids, saat di sekolah atau di tempat bermain, kita dapat bertemu dengan teman-teman. Jika kita perhatikan, teman-teman memiliki sifat yang bermacam-macam. Kebiasaan dan karakter antar teman masing-masing dapat berbeda-beda. Mungkin kalian pernah melihat teman yang menyontek, iseng kepada teman yang lain, bohong dan suka mengganggu orang lain. Nah, bagaimana sikap Sobat Kids? Apakah Sobat Kids ikut-ikutan atau sebaliknya?

Saat melihat lingkungan sekitar kita kurang baik, seharusnya kehadiran kita bisa mempengaruhi orang lain menjadi baik. Kehadiran kita bisa menjadi teladan yang baik. Saat teman lain menyontek, kita tidak mau ikut-ikutan. Saat teman lain berbohong, kita berani berkata jujur. Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk menjadi garam dan terang dunia.

Dimanapun kita berada, kita harus menjadi teladan yang baik untuk lingkungan kita. Kehadiran kita dapat membawa kasih dan kedamaian. Kita harus dapat menunjukkan karakter Yesus.

Yuk, Sobat Kids, jaga hati kita di dalam kasih Tuhan sehingga apa yang kita katakan dan lakukan bisa menjadi teladan di manapun kita berada. Orang lain dapat mengenal dan percaya Tuhan Yesus karena kita telah menjadi teladan.

Card image
Truth Junior 15 Desember 2023 - MENJADI SAKSI
2023-12-15 10:12:48


Kisah Para Rasul 1:8
“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”

Sebelum Tuhan Yesus naik ke surga, Tuhan Yesus memberi pesan terakhir kepada murid-murid-Nya. Pesan terakhir ini biasanya dikenal sebagai Amanat Agung. Amanat adalah perintah atau pesan yang diberikan seseorang yang biasanya memiliki kekuasaan lebih tinggi, kepada orang lain. Amanat yang diberikan Tuhan Yesus disebut Amanat Agung karena Tuhan Yesus sebagai pemberi amanat tersebut, memiliki posisi yang agung, kekuasaan yang tinggi, Pribadi yang agung.

Dalam Matius 28:19-20 terdapat Amanat Agung yang Tuhan Yesus sampaikan. “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Sobat Junior, maksud dari Amanat Agung itu bukanlah berarti kita harus pergi ke daerah atau negara lain, melainkan kita harus melakukan sesuatu agar banyak orang dapat mendengar tentang Tuhan Yesus. Bagaimana caranya? Salah satu caranya adalah dengan menjadi saksi Kristus melalui perbuatan dan perkataan kita. Tuhan telah memberikan Roh Kudus kepada kita untuk menjadi saksi bagi orang lain. Dengan perbuatan dan perkataan sopan yang kita ucapkan, orang lain dapat merasakan kasih Tuhan yang ada di dalam diri kita.

Card image
Truth Youth 15 Desember 2023 (English Version) - SECOND CHANCE
2023-12-15 10:03:54


"And the second is like it: 'Love your neighbor as yourself.' There is no commandment greater than these."
(Mark 12:31)

We have all been faced with someone whose attitude annoys us. Someone who is selfish, always feels right, and never wants to admit their mistakes. Moreover, we may have encountered people who are ungrateful for the help we have given. Even worse, some people we've helped end up speaking ill of us behind our backs. It hurts, doesn't it? The author has been in that position. That person is someone close to the author, someone the author has to face every day. Should the author distance themselves from that person? Initially, the author thought about avoiding that person, my friends. But the author contemplated one thing: perhaps the author had unintentionally behaved like that person.

As long as we are still breathing on this earth, each of us has a second chance to change for the better. God also gives us a chance to become better than before. Maybe in the past, we were worse than the people who annoyed us. When we were angry, we used to say hurtful words that hurt others, and we felt satisfied doing it. Yet, it hurt God's heart. So let's learn to be a blessing in our environment. If we can love God correctly, we can surely love those around us correctly.

WHAT TO DO:
Learn to control yourself when you want to get angry, calm your heart, and refrain from using harsh words.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Acts 10-11

Card image
Truth Youth 15 Desember 2023 - KESEMPATAN KEDUA
2023-12-15 10:01:39


"Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Markus 12:31)

Semua kita tentu pernah diperhadapkan dengan seseorang yang sikapnya sangat menjengkelkan kita. Seseorang yang egois, merasa paling benar dan tidak pernah mau mengalah jika sedang melakukan kesalahan. Tidak hanya itu, mungkin juga kita pernah bertemu dengan orang-orang yang tidak tahu bersyukur dengan pertolongan yang sudah kita berikan. Bahkan parahnya, ada orang-orang yang sudah kita tolong ternyata menjelek-jelekkan kita di belakang. Tentu sakit hati, bukan? Penulis pernah ada di posisi itu. Orang itu adalah orang terdekat penulis yang harus penulis hadapi setiap hari. Apakah penulis menjauhi orang tersebut? Awalnya penulis berpikir mau menjauhi orang tersebut teman-teman. Tapi penulis merenungkan satu hal yaitu mungkin penulis pernah tanpa sadar bersikap seperti dia.

Selama kita masih bernafas di bumi ini, setiap kita memiliki kesempatan kedua untuk berubah menjadi lebih baik. Tuhan juga memberi kita kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Mungkin sebelumnya kita lebih jahat dibanding orang-orang yang menjengkelkan kita. Ketika kita marah, kita suka melontarkan kata-kata yang menyakitkan hati orang lain dan kita merasa puas melakukan itu. Padahal itu melukai hati Tuhan. Jadi mari kita belajar untuk bisa menjadi berkat di lingkungan kita. Jika kita sedang marah dengan seseorang, belajarlah untuk diam dan tidak membalas. Kalau kita bisa mengasihi Tuhan dengan benar, kita juga pasti bisa mengasihi orang-orang di sekitar kita dengan benar.

WHAT TO DO:
Belajar untuk menguasai diri ketika ingin marah, teduhkan hati dan tidak mengeluarkan kata-kata kasar.

BIBLE MARATHON:
▪︎Kisah Para Rasul 10-11

Card image
Renungan Pagi - 15 Desember 2023
2023-12-15 09:56:55


"Seberapa lama kita menjadi Kristen, seberapa sibuk melayani pekerjaan Tuhan, seberapa pintar memainkan alat musik di gereja, seberapa bagus suara saat memimpin pujian atau seberapa tinggi ilmu teologia, tidak menjadi jaminan bahwa kehidupan kita berkenan pada Tuhan dan menyenangkan hati-Nya.

Karena yang menjadi perhatian Tuhan dan membuat mata-Nya tertuju kepada kita adalah ketaatan untuk hidup benar dalam melakukan kehendak-Nya, *"Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriakan mereka minta tolong"*. 

Memang bukanlah perkara yang mudah untuk hidup benar dan melakukan kehendak Tuhan dalam hidup ini, terlebih-lebih kita berada di tengah-tengah dunia yang dipenuhi dengan segala kecemaran dan hawa nafsu yang menuju kebinasaan. Tetapi pertolongan kita adalah dari Tuhan, DIA mendengar teriakan minta tolong, saat kita memerlukannya.

Pertanyaannya, sudahkah aktivitas-aktivitas rohani yang kita lakukan selama ini berjalan beriringan dengan ketaatan melakukan kehendak Tuhan?. Orang kristen disebut juga sebagai orang percaya, tapi bila pengiringan kepada Tuhan tidak disertai ketaatan, kita akan disebut sebagai orang yang tidak percaya, sebab ketidaktaatan adalah bukti ketidakpercayaan, sekalipun percaya dalam hati bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat". (Mazmur 34:16).

Card image
Quote Of The Day - 15 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-15 09:54:38


Kehausan akan Allah yang murni dan tulus tidak akan pernah ada dalam hidup kita sampai benar-benar kita bersedia meninggalkan segala dosa kesalahan, sekecil apa pun dosa itu.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 15 Desember 2021 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-15 09:50:51


Kalau kita tidak mengubah rutinitas kita, maka kita akan kehilangan momentum-momentum yang berharga. Harus diingat, bahwa setiap momentum adalah sarana Tuhan untuk dapat menggarap hidup kita.

Card image
SURE TO BE LOST - 15 Desember 2023 (English Version)
2023-12-15 05:01:15


In the conversation between Jesus and a rich man in Matthew chapter 19, the rich man was told to sell all his possessions. Why? Because he had to stop enjoying his possessions or the world – wealth, money, and status. His wealth was not meant to be hoarded but given to people experiencing poverty, those who couldn’t repay the kindness, and then come to Jesus and follow Him.  Following Jesus means adopting His way of life, which builds a proper relationship with God. Jesus sets the standard for a valuable life, as He is the person who has a proportional, genuine, and ideal relationship with the Father, “You abide in Me, I in You, yes, Father,” but also gives believers the opportunity “… so that they may abide in Us.” Extraordinary.

Don’t procrastinate because to detach from the love of the world requires a process that cannot happen quickly.  If we don’t start now to detach ourselves from the world, we will never enter heaven as members of the Kingdom, and this also includes materially poor people who still desire wealth. It’s not wrong to be wealthy; it should be. If we are rich, then our wealth must make us more effective for the work of God, not for us to feel more valuable and have a piece of heaven on earth. Now, we must honestly look at ourselves; what still excites us? God or something else? If something else makes us feel happy, it means we put something as a competitor to God.

If this rich man sells all his possessions and gives them to the poor, it does not mean his taste immediately changes, not necessarily, and it feels like it doesn’t. He can only truly break free from the world’s bond over time after following Jesus, hearing His truths until his taste changes and the focus of his life’s pursuit changes. So, if someone is urged into the church only to get multiplied material or physical blessings, that’s foolishness and can lead to deception and, ultimately, destruction.  Believers should be taught not to pursue anything other than a relationship with God or living in His presence.

We must take the step and be determined not to enjoy the world anymore. We must have the courage to leave the world, and then God will teach us the thirst for Him so that we can die before we die or finish before we finish.  People like this are entitled to have God, and God is willing to have them because a harmonious relationship will be established. Having a life partner, children, parents, friends, and companions is not wrong, but it’s not a problem if we don’t have all of them as long as we have God.

Having children or grandchildren is a pleasure; having a happy or harmonious family is a pleasure; having wealth, status, title, and higher education is a pleasure.  However, these pleasures should not be owned and make us feel complete. God is also pleased to see our happy family, our children, and grandchildren, and our successful careers or studies, all of which can certainly be offered for the benefit of the Kingdom of Heaven because “Whether we eat or drink or whatever we do, do it all for the glory of God.” If God doesn’t enjoy it, we are detached from His presence, which is challenging, but if we continuously learn the truth, we will understand and be able to do it.

Don’t procrastinate or say, “Just a while, please. It’s not that I don’t want to follow God truly, but I am still worldly right now. I’ll be serious later.”  Time change is swift, and the world’s pull is more robust, and those who like to procrastinate will undoubtedly be lost.  Those not lost in this world will not be destroyed after death, meaning that those with a quality life and a relationship with God will continue to have a relationship with God. It’s particular because when in this world, they sought His face.  

THE PACE OF CHANGE OF TIME IS SWIFT, AND THE WORLD'S PULL IS STRONGER; THOSE WHO LIKE TO PROCRASTINATE WILL UNDOUBTEDLY BE LOST.

Card image
PASTI TERHILANG - 15 Desember 2023
2023-12-15 04:54:53


Dalam percakapan antara Tuhan Yesus dengan seorang kaya di Matius 19, orang kaya itu disuruh menjual segala miliknya. Mengapa? Karena ia harus berhenti menikmati miliknya atau dunia ini; harta, uang, kedudukan. Kekayaannya bukan untuk disimpan, melainkan diberikan kepada orang miskin, kepada orang-orang yang tidak bisa membalas kebaikan, kemudian datang kepada Yesus dan ikut Yesus. Mengikut Yesus artinya ikut cara hidup-Nya yang membangun persekutuan yang benar dengan Allah. Hidup yang bernilai itu standarnya Yesus, karena Dialah sosok atau pribadi yang memiliki persekutuan dengan Bapa secara proporsional, secara benar, secara ideal, “Engkau tinggal dalam Aku, Aku dalam Engkau, ya, Bapa,” tetapi juga memberi peluang kepada orang percaya “…supaya mereka tinggal di dalam Kita.” Luar biasa.

Jangan menunda, sebab untuk bisa terlepas dari percintaan dunia, memerlukan proses, dan tidak bisa cepat. Kalau tidak mulai sekarang keluar dari keterikatan dengan dunia, maka kita tidak akan pernah masuk surga menjadi anggota keluarga Kerajaan. Ini termasuk orang-orang miskin secara materi, tetapi masih ingin kaya. Menjadi kaya itu tidak salah. Sebaiknya, bisa seharusnya. Kalau kita kaya secara materi, maka kekayaan itu harus membuat kita semakin efektif bagi pekerjaan Allah, bukan supaya lebih bernilai dan memiliki Firdaus di bumi. Sekarang kita harus jujur melihat diri kita, apa yang masih membuat kita ini bergairah? Tuhan atau apa? Sebab kalau ada sesuatu lain yang membuat kita merasa bisa bahagia, itu berarti kita meletakkan sesuatu sebagai saingan bagi Allah.

Kalau orang kaya ini menjual segala miliknya lalu membagikan kepada orang miskin, itu bukan berarti lalu selera jiwanya seketika berubah. Belum tentu, dan rasanya tidak. Dia baru bisa benar-benar terlepas dari ikatan dunia itu lewat perjalanan waktu setelah mengikut Yesus, mendengar kebenaran-kebenaran-Nya sampai selera jiwanya diubah, fokus pencarian hidupnya diubah. Jadi, kalau seseorang didorong ke gereja hanya supaya berkat materi, berkat jasmaninya, berlipat ganda, 30, 60, 100 kali lipat, itu pembodohan, sampai bisa tingkat penyesatan, dan dampaknya bisa kebinasaan. Justru orang percaya harus diajar tidak lagi memburu apa pun, kecuali persekutuan dengan Allah atau hidup di hadirat Allah.

Kita yang harus melangkah, bertekad tidak lagi menikmati dunia. Kita harus memiliki keberanian untuk meninggalkan dunia. Nanti Tuhan akan mengajarkan kepada kita kehausan akan Allah. Kita bisa mati sebelum mati atau selesai sebelum selesai. Orang-orang seperti ini baru berhak memiliki Allah dan Allah berhak memiliki dia. Hanya orang yang tidak memiliki siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa yang berhak memiliki Allah dan dimiliki Allah, karena akan terjalin sebuah hubungan yang harmoni. Tidak salah memiliki pasangan hidup, anak, orang tua, sahabat, dan teman-teman, tetapi kalaupun tidak memiliki mereka semua, juga tidak menjadi masalah, sebab yang penting kita memiliki Tuhan.

Punya anak itu kesenangan, punya cucu kesenangan; punya keluarga yang bahagia, harmoni itu kesenangan; memiliki materi, kedudukan, pangkat, pendidikan tinggi, kesenangan, tetapi jangan kesenangan itu kita miliki dan kita merasa di situ hidup kita menjadi lengkap. Tuhan pun senang melihat rumah tangga kita yang bahagia, Tuhan senang melihat anak cucu kita, Tuhan senang melihat sukses karier atau studi kita, yang tentu saja semua itu bisa dipersembahkan untuk kepentingan Kerajaan Surga, karena, “Baik kita makan atau minum atau melakukan segala sesuatu, kita lakukan untuk kemuliaan Allah.” Kalau Tuhan tidak ikut menikmatinya, berarti kita terlepas dari hadirat-Nya. Sulit sekali, tetapi kalau kita belajar kebenaran terus-menerus, maka kita akan mengerti dan bisa melakukannya.

Jangan menunda. Jangan berkata, “Sebentar deh. Bukan saya tidak mau ikut Tuhan sungguh-sungguh, tetapi sekarang saya masih duniawi. Nanti saya sungguh-sungguh.” Perubahan zaman sangat cepat, tarikan dunia lebih kuat, orang yang suka menunda akan terhilang. Orang yang sejak di dunia ini tidak binasa, nanti setelah mati tidak akan binasa. Artinya, orang yang sejak di dunia ini memiliki hidup yang berkualitas, hubungan dengan Tuhan, nanti akan tetap terus memiliki hubungan dengan Tuhan. Pasti, sebab ketika di dunia ia sudah mencari wajah-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PERUBAHAN ZAMAN SANGAT CEPAT, TARIKAN DUNIA LEBIH KUAT, ORANG YANG SUKA MENUNDA PASTI AKAN TERHILANG.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 Desember 2023
2023-12-15 04:45:54

Kolose 1-4
Filemon 1

Card image
Truth Kids 14 Desember 2023 - MENGASIHI SESAMA
2023-12-14 09:50:22


Lukas 19:10
”Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”

Doni dan Roni serta teman-temannya sedang bersepeda bersama di sekitar taman dekat perumahan. Saat sedang asyik bersepeda Roni tiba-tiba terjatuh dari sepeda. Dengan cepat Doni menolong Roni, mengangkat sepeda dan memapah Roni ke tempat duduk karena kakinya terluka.

Doni pun membantu membersihkan luka Roni dan memberi minum. Tak hanya itu Doni mengantarkan Roni sampai rumah. Doni memastikan Roni baik-baik saja sampai di rumah. Hal ini dilakukan Doni karena ia mengasihi Roni. Itu karena Doni cinta Tuhan sehingga Doni pun mengasihi sesama.

Sobat Kids, saat hati kita dipenuhi dengan kasih Tuhan, kita tidak akan mampu menyakiti sesama. Apalagi membiarkan orang lain atau teman celaka. Perbuatan Doni menolong Roni adalah salah satu contoh anak yang cinta Tuhan. Anak yang cinta Tuhan akan berusaha menolong dan memiliki belas kasihan kepada teman atau orang lain yang belum merasakan cinta Tuhan. Kita akan berusaha membagi dan menceritakan kasih dan kebaikan Tuhan kepada orang lain yang belum merasakannya. Jadi Sobat Kids, kita harus hidup dalam kasih Tuhan sehingga kita mampu mengasihi sesama.

Card image
Truth Junior 14 Desember 2023 - TERBEBAN
2023-12-14 09:41:01


Lukas 19:10
”Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”

Sobat Junior, apakah kalian masih ingat tokoh Alkitab yang sangat kaya dan memiliki badan yang pendek? Iya, dia bernama Zakheus. Zakheus bekerja sebagai pemungut cukai, bahkan ia memeras orang-orang miskin. Pada suatu hari, Tuhan Yesus lewat di kotanya dan ia ingin sekali melihat Tuhan. Namun, ia tidak bisa melihat karena badannya pendek. Karena keinginannya untuk dapat melihat Tuhan Yesus, Zakheus memanjat sebuah pohon dan akhirnya ia dapat melihat Tuhan Yesus. Tuhan Yesus pun melihat Zakheus yang ada di atas pohon tersebut dan berkata, “Turunlah, Aku harus menumpang di rumahmu hari ini.” Zakheus pun turun, dan orang-orang yang mengikuti Tuhan marah karena Tuhan akan pergi ke rumah Zakheus, orang yang berdosa itu.

Zakheus bertobat dan menuruti apa yang Tuhan Yesus perintahkan. Setengah harta miliknya akan diberikan kepada orang miskin, dan akan mengembalikan empat kali lipat kepada orang yang telah diperas oleh Zakheus.

Dari kisah Zakheus ini, kita belajar bahwa Tuhan mau menyelamatkan Zakheus meskipun ia orang berdosa. Karena tujuan Tuhan datang ke dunia bukan hanya menebus dosa kita, tetapi mencari dan menyelamatkan jiwa yang terhilang, jiwa yang belum mengenal Tuhan.

Begitu pun dengan kita, Sobat Junior. Kita juga harus mencari dan menyelamatkan teman-teman kita yang sudah lama tidak ke gereja atau beribadah lagi. Hal itu harus menjadi beban bagi kita, karena Tuhan mau kita menolong orang-orang yang sudah jauh untuk menjadi dekat kembali kepada Tuhan. Caranya dengan mendoakan mereka dan membagi waktu dengan mereka.

Card image
Truth Youth 14 Desember 2023 (English Version) - SHARING
2023-12-16 08:41:08


"Suppose a person has worldly possessions and sees a brother or sister in need but refuses to help—how can God’s love dwell in them?" (1 John 3:17)

Ely is one of the students living in the dormitory. He is an introvert, but kind and intelligent. Ely's introverted personality makes it difficult for him to socialize with other friends. Every day, Ely focuses only on his studies and speaks only when necessary. Ely is not like other friends who, when in the room, enjoy gossiping and joking. Because of his excellence in mathematics, one of his roommates named Eka asked Ely to teach him. However, at that time, Ely had to postpone it because he had to attend an extra class in a hurry. But Eka assumed that Ely was arrogant and unwilling to teach him. Eka told other friends that Ely was arrogant with his intelligence.

At one point, all dormitory students were allowed to go home to their respective families. Eka at that time did not have enough money for transportation to go home. He borrowed money from other friends, but no one lent him any. Fortunately, at that time, only the two of them were in the room preparing to go home. Ely noticed Eka's somewhat gloomy face. Ely knew the problems Eka was facing. He approached Eka and gave him money. Eka was silent, and he bowed his head in shame to accept the money considering what he had done to Ely. However, Ely did not harbor any resentment for what Eka had done to him. He sincerely wanted to help Eka.

Perhaps some of us have been bullied like Ely. But Ely's response pleases the heart of God because he was willing to help Eka even though Eka mistreated him. Friends, helping good people is easy. But helping those who mistreat us is difficult. But that's what God wants us to do. Let's learn to share sincerely with those who need help.

WHAT TO DO:
Have the courage to apologize and forgive someone.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Acts 8-9

Card image
Truth Youth 14 Desember 2023 - SHARING
2023-12-14 09:33:32


”Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?” (1 Yohanes 3:17)

Ely merupakan salah seorang mahasiswa yang tinggal di asrama. Dia seorang introvert, namun baik dan juga cerdas. Kepribadian Ely yang introvert membuat dia kesulitan untuk bergaul dengan teman-teman lain. Sehari-hari, Ely hanya fokus dengan pelajarannya dan hanya bicara ketika perlu saja. Ely tidak seperti teman-teman yang lain yang ketika di kamar, mereka suka bergosip dan bercanda. Karena kecerdasannya dalam pelajaran matematika, salah seorang temannya di kamar bernama Eka meminta Ely mengajarnya. Tetapi waktu itu Ely terpaksa menunda untuk mengajarnya karena buru-buru harus menghadiri extra class. Namun, Eka beranggapan bahwa Ely seorang yang sombong dan tidak mau mengajarnya. Eka mengatakan ke teman-teman yang lain bahwa Ely seorang yang sombong dengan kepintarannya.

Suatu waktu, semua anak-anak asrama diizinkan pulang ke rumah keluarga masing-masing. Eka waktu itu tidak mempunyai uang yang cukup untuk biaya transportasi pulang ke rumah. Dia meminjam uang dengan teman-teman yang lain, namun satu pun tidak ada yang meminjamkannya. Kebetulan waktu itu hanya mereka berdua di kamar untuk bersiap pulang. Ely menyadari wajah Eka yang agak muram ketika itu. Ely tahu masalah yang dihadapi Eka. Dia mendekati Eka dan memberikan uang kepadanya. Eka terdiam, dan tertunduk malu untuk menerima uang tersebut mengingat apa yang telah dia lakukan terhadap Ely. Namun, Ely tidak sedikit pun menyimpan sakit hati atas apa yang dilakukan Eka terhadapnya. Dia ikhlas mau membantu Eka.

Mungkin ada di antara kita pernah di-bully seperti Ely. Tapi respons Ely sangat menyukakan hati Tuhan karena dia mau menolong Eka meskipun Eka menjahati dirinya. Teman-teman, menolong orang yang baik dengan kita itu hal yang mudah. Tapi menolong orang yang menjahati kita itu yang sulit. Tapi itulah yang dikehendaki Tuhan untuk kita lakukan. Mari kita belajar berbagi dengan tulus kepada orang-orang yang memerlukan pertolongan.

WHAT TO DO:
Berani untuk meminta maaf dan memberi maaf terhadap seseorang.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Kisah Para Rasul 8-9

Card image
Renungan Pagi - 14 Desember 2023
2023-12-14 09:30:49


Dalam kehidupan sehari-hari ada banyak aturan-aturan yang dibuat dengan tujuan untuk ditaati, contohnya rambu-rambu lalu lintas, banyak orang patuh pada rambu-rambu hanya karena mereka takut pada polisi/petugas atau takut kena tilang/hukuman, jadi yang mendasari mereka untuk taat kepada peraturan bukanlah kesadaran dari dalam diri sendiri.

Itulah yang juga sering dilakukan oleh anak-anak Tuhan, kita melakukan kehendak Tuhan, jangan hanya karena takut tidak diberkati, takut sakit, takut miskin dan sebagainya, Bapa akan senang jika anak-anak-Nya melakukan kehendak-Nya dan taat kepada-Nya bukan karena rasa takut yang salah kepada-Nya.

Tetapi sebagai Bapa yang baik Dia lebih senang jika Ia dikasihi, dihormati dan dipercayai daripada ditakuti, dan tanda seorang anak mengasihi, menghormati dan mempercayai Bapanya adalah melalui ketaatannya, sebaliknya bukti anak yang tidak mengasihi, tidak menghormati dan tidak menghargai Bapanya adalah ketidaktaatan.

Dan jika tidak mengasihi Bapa dengan benar, hanya ketakutan saja, itu artinya kita mengasihi dunia ini, dan kasih akan Bapa tidak ada didalam diri kita. "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu." Jadilah anak-anak yang mengasihi Bapa dengan benar, bukan takut, tetapi menghormati-Nya, sehingga hati Bapa disenangkan.
(1 Yohanes 2:15)

Card image
Quote Of The Day - 14 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-14 09:24:53


Popularitas, kehormatan di mata manusia sangat membahayakan karena bisa menjadi jebakan untuk kita merasa diri terhormat.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 14 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-14 09:09:24


Kalau kita mau berubah, ubahlah rutinitas kita. Ini adalah hukum kehidupan yang merupakan kunci supaya kita bisa mengalami perubahan sesuai yang Tuhan inginkan.

Card image
STAY ALERT - 14 Desember 2023 (English Version)
2023-12-14 09:07:32


The Word of the Lord says, “…be on the alert, for you do not know the day nor the hour.” What does it mean to stay alert?  Staying alert is having an attitude of constant preparation as if there is no time left to change or repent. The five wise virgins could enter the wedding feast because when the lamp went out, they had a supply of oil, while the five foolish virgins who had no oil went to buy it. In the end, they ran out of time. Why? Because they procrastinated. Why didn’t they seek oil earlier? Now, there is no time left.

Matt.25:10-12 says, “And while they were going to buy, the bridegroom came, and those who were ready went in with him to the marriage feast, and the door was shut.” Then the other virgins came, saying, “Lord, lord, open to us!” But he answered, “Truly, I say to you, I do not know you.” They had no chance anymore. The loss of opportunity or the disappearance of opportunity is terrifying. That’s why we have to prepare ourselves well in advance.

In connection with this, knowing that  every action has its price is essential. If a sinful act grieves God’s heart, the consequence hinders our spiritual growth. Every mistake has a price to pay. Indeed, God can use such situations to make someone change and repent, but it is better not to sin in the first place. Many people delay living a holy life because they consider holiness difficult, challenging, or impossible. Indeed, no good thing comes cheap, but we can eventually do it with self-discipline and training.  We can overcome temptation by maintaining our purity.

The cost of a mistake is high. It grieves God, hinders our growth, and may lead to hell if there is no repentance. Grieving God can bring painful consequences, so avoid making mistakes again. “Seek first the kingdom of God” means living as good citizens of the Kingdom of God, which means other things must be ignored, and do not prioritize other things over the Kingdom of God because it is dangerous. We want to live without blemishes and stains, for it is more valuable than all wealth, positions, titles, and all other statuses considered precious in the eyes of humans.

We long to live in the fullness of the Holy Spirit; we must not touch sin. Therefore,  we must build a heart that fears God. Those who stay alert will always be in a crisis state regarding holiness. There are things we consider important in life but not urgent, while some are urgent but not essential. Ironically, matters of eternity (heaven/hell) are often regarded as critical but not urgent. In truth,  matters of eternity are always necessary and urgent. Therefore, they must be prioritized as if nothing else matters; whether we have a partner or not, have children or are infertile, or are rich or poor—none of it matters!

So, let’s learn to have the principle, “Today is my last day,” so we do not prioritize anything else. Don’t think seeking God and prioritizing His Kingdom is easy. If we think that making money or finding a life partner is difficult, building a career is complex, and so on, while seeking heaven is easy, and we think “God is just a prayer away; we can reach Him anytime,” that is wrong, and that means we are insolent to God and do not honor Him. God is always important and urgent; “God is our only need.” That is the most correct. Everything else is not a need. Even if we need them, the goal is to find God, please His heart, be effective for His work, and enter the Kingdom of Heaven.

Let’s be serious because we want to excel in the Kingdom of God and become prominent among His servants in the new heaven and earth. This is not because we crave positions or respect but because we want to maximize ourselves to find Him as if we won’t have a chance anymore.  We will undoubtedly have happiness when we feel we need no one and nothing else except God. We are taken from the dust and are utterly insignificant compared to God, who is Almighty and Majestic and has existed from eternity to eternity. So, it is extraordinary if we can become children of God, children of the Father who are attached to the Father and Jesus. Therefore, we will willingly lose anything and anyone for that.

  BEING ALERT IS HAVING AN ATTITUDE OF CONSTANT PREPARATION AS IF THERE IS NO TIME LEFT TO CHANGE OR REPENT.

Card image
BERJAGA-JAGA - 14 Desember 2023
2023-12-14 05:30:27


Firman Tuhan mengatakan, “…berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.” Apa itu berjaga-jaga? Berjaga-jaga adalah sikap yang selalu mempersiapkan diri seakan-akan tidak ada waktu lagi untuk berubah atau bertobat. Lima gadis yang bijaksana bisa masuk ke dalam pesta perjamuan karena ketika lampunya mati dia memiliki persediaan minyak, sedangkan lima gadis bodoh yang tidak memiliki persediaan minyak, sedang pergi mencari minyak. Akhirnya, tidak keburu waktunya. Mengapa? Karena mereka menunda. Mengapa tidak dari dulu mencari persediaan minyak? Sekarang tidak ada waktu lagi.

Matius 25:10-12, “Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu.” Mereka tidak punya kesempatan lagi. Kesempatan yang tidak ada lagi atau hilangnya kesempatan itu mengerikan. Makanya, harus jauh-jauh hari kita mempersiapkan diri.

Terkait dengan hal ini, perlu kita ketahui bahwa setiap perbuatan itu ada harganya. Kalau itu perbuatan dosa, yang mendukakan hati Tuhan, akibatnya menghambat pertumbuhan kedewasaan kita. Setiap kesalahan itu pasti ada harga yang harus dibayar. Memang keadaan itu pun bisa dipakai Tuhan untuk membuat seseorang berubah dan bertobat, tetapi lebih baik tidak usah berbuat dosa. Banyak orang menunda untuk hidup suci karena menganggap suci itu sulit, sukar bahkan mustahil. Memang tidak ada barang bagus harga murah, tetapi kalau kita melatih diri, akhirnya kita bisa dan biasa melakukannya. Kita bisa melewati pencobaan dengan tetap menjaga kesucian.

Harga sebuah kesalahan itu mahal. Mendukakan Tuhan, menghambat pertumbuhan, bahkan neraka kalau sampai tidak bertobat. Mendukakan Allah itu bisa mendatangkan pukulan yang menyakitkan. Jangan lakukan kesalahan lagi. Jadi, “Carilah dahulu Kerajaan Surga,” artinya, hiduplah sebagai warga Kerajaan Surga yang baik, artinya yang lain harus diabaikan. Jangan Kerajaan Surga tidak didahulukan, atau ditunda, yang lain didahulukan, bahaya itu. Kita mau hidup tidak bercacat, tidak bercela. Itu lebih dari semua kekayaan, kedudukan, gelar, lebih dari segala status yang dianggap berharga di mata manusia.

Kita rindu hidup dalam kepenuhan Roh Kudus, tetapi konsekuensinya adalah kita tidak boleh menyentuh dosa. Maka, kita harus membangun hati yang takut akan Allah. Orang yang berjaga-jaga akan selalu ada dalam suasana perasaan krisis kalau menyangkut kesucian. Dalam hidup ini, ada hal yang kita anggap penting, tetapi tidak mendesak. Ada yang mendesak, tetapi tidak penting. Ironis, sering kali hal kekekalan (surga/neraka) itu dianggap penting, tetapi tidak mendesak. Padahal yang benar, hal kekekalan itu selalu penting dan mendesak. Sehingga harus didahulukan. Seakan-akan yang lain tidak berarti; mau punya jodoh atau tidak; mau punya anak atau mandul; mau kaya atau miskin; mau apa pun, tidak penting!

Maka, coba kita belajar berprinsip, “Hari ini adalah hari terakhir kita,” supaya kita tidak mendahulukan yang lain. Jangan berpikir mencari Tuhan, mendahulukan Kerajaan Allah, itu gampang. Kalau cari uang susah, cari jodoh susah, karier susah, yang lain susah, tetapi kalau surga gampang; “Tuhan kan hanya sejauh doa, kapan saja juga dapat dijangkau.” Itu pemikiran yang salah. Berarti kita kurang ajar, tidak menghormati Tuhan. Tuhan itu selalu penting dan mendesak; “Tuhan satu-satunya kebutuhanku.” Itu paling benar. Yang lain, bukan kebutuhan. Kalaupun kita butuhkan, tujuannya untuk kita menemukan Allah, menyenangkan hati-Nya, efektif bagi pekerjaan-Nya dan masuk Kerajaan Surga.

Mari kita sungguh-sungguh, sebab kita mau berprestasi di Kerajaan Allah. Kalau boleh, kita menjadi salah seorang yang terkemuka dari hamba-hamba-Nya nanti di langit baru, bumi baru. Bukan haus kedudukan atau gila hormat, melainkan karena kita mau memaksimalkan diri untuk menemukan Dia dan seakan-akan kita tidak akan punya kesempatan lagi untuk itu. Kita pasti memiliki kebahagiaan ketika kita tidak merasa membutuhkan siapa-siapa, kecuali Tuhan. Kita ini diambil dari tanah liat. Dibanding dengan Allah yang Maha Agung, Maha Mulia, yang sudah ada dari kekal sampai kekal, kita ini tidak ada artinya sama sekali. Tetapi kalau kita bisa menjadi anak-anak Allah, menjadi anak Bapa yang melekat dengan Bapa dan Tuhan Yesus, itu luar biasa. Maka, kita akan rela kehilangan apa pun dan siapa pun demi itu.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

BERJAGA-JAGA ADALAH SIKAP YANG SELALU MEMPERSIAPKAN DIRI SEAKAN-AKAN TIDAK ADA WAKTU LAGI UNTUK BERUBAH ATAU BERTOBAT.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 Desember 2023
2023-12-14 05:05:16

Kisah Para Rasul 27-28

Card image
Truth Kids 13 Desember 2023 - BERBAGI
2023-12-14 09:01:53


Roma 14:15
“Sebab jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang engkau makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah engkau membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kristus telah mati untuk dia.”

Yoab sangat lapar setelah bermain sepak bola. Sesampainya di rumah Yoab melihat mama sedang memasak ayam goreng. Setelah beberapa saat ayam goreng tersaji di meja makan, Yoab langsung mengambil nasi dan mengambil 3 potong ayam goreng. Mama pun menegur Yoab, “Yoab yang lain belum makan. Kamu bisa ambil secukupnya. Ingat masih ada adik, ayah dan yang lain belum makan.

Yoab tidak mendengar mama. Dengan lahapnya ia memakan ayam goreng. Yoab menambah nasi dan ingin mengambil ayam goreng lagi. Adik datang ke meja makan untuk makan. Adik melihat ayam goreng tersisa satu yang hendak disantap Yoab. “Kakak, ayam gorengnya untuk aku, boleh? Aku lapar, Kak,” ujar adik. Yoab pun tersadar ia sudah mengambil terlalu banyak ayam goreng sehingga adiknya tidak kebagian.

Sobat Kids, apakah makanan kesukaanmu? Apakah ayam goreng, mie goreng atau coklat? Senang, ya, punya makanan kesukaan tapi alangkah lebih senang jika orang lain ikut menikmatinya. Dengan berbagi kasih dan menjadi berkat itulah contoh anak yang menyenangkan hati Bapa.

Card image
Truth Junior 13 Desember 2023 - MENGASIHI BUKAN MENYAKITI
2023-12-13 09:46:46


Roma 14:15
“Sebab jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang engkau makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah engkau membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kristus telah mati untuk dia.”

Suatu pagi di SD Negeri Makmur, satu per satu anak-anak mulai datang ke sekolah. Begitu juga Kevin, Jaya, dan Yahya, sudah tiba di sekolah. “Ayo, cepat, teman-teman! Sebentar lagi bel berbunyi,” kata Kevin kepada Jaya dan Yahya. Mereka pun pergi menuju kelasnya dan bel pun berbunyi. Sesampainya di kelas, mereka menghampiri Jono. Jono adalah anak yang sering diejek oleh Kevin dan teman-temannya.

Jono tertunduk karena takut kepada Kevin dan teman-temannya. Setiap hari, mereka mengejek dan menyuruh Jono untuk mengerjakan tugas mereka. Tapi, Jono tidak pernah marah atau melaporkan mereka kepada guru-guru. Bukan hanya itu saja, Jono juga sering berbagi kepada Kevin dan teman-temannya. Bagaimana dengan Sobat Junior? Apa yang akan kalian lakukan jika ada teman seperti Kevin dan teman-temannya? Apakah kalian akan membalas atau mengasihi seperti Jono?

Kita dapat belajar dari sikap Jono. Jono tetap mengasihi Kevin dan teman-temannya meskipun perbuatan mereka tidak baik kepada Jono. Sikap seperti Jono-lah yang Tuhan mau kita lakukan apabila kita dipertemukan dengan orang-orang yang menyakiti kita. Kita harus mengasihi mereka juga, walaupun mereka memperlakukan kita tidak baik. Tuhan tidak ingin kita menyakiti sesama kita, tetapi mengasihi mereka. Memang tidak mudah. Karenanya, mintalah Roh Kudus untuk memimpin kita agar kita dapat mengasihi orang lain.

Card image
Truth Youth 13 Desember 2023 (English Version) - BONDING
2023-12-14 09:00:59


"For to us a child is born, to us a son is given, and the government will be on his shoulders. And he will be called Wonderful Counselor, Mighty God, Everlasting Father, Prince of Peace." (Isaiah 9:5)

The Christmas atmosphere is increasingly felt, especially as we see many places like malls adorned with Christmas trees, Christmas songs playing, and many gathering with their families on Christmas day. In church, there are usually exciting Christmas events to participate in. For example, shared meals, Christmas greetings to friends, and some of us may even exchange gifts on Christmas day. Christmas is indeed very much associated with gifts or giving as a form of appreciation for someone. Giving and receiving Christmas gifts are certainly very enjoyable for us. Especially when we receive a gift from someone we love. It must be very meaningful in a relationship.

Gifts or offerings do not always have to be material or tangible items. Gifts can be in the form of attention, affection, and protection from someone. Do we know that the birth of Jesus is the most beautiful gift from the Heavenly Father? The Father wants to restore the broken relationship between humans and Him because humans have fallen into sin. The Father loves us so much that He is willing to give Jesus as our Redeemer. How do we repay the Father's kindness to us? The way is by emulating the life of Jesus.

The Father has taught us about sincere love. So, we also need to learn to love sincerely, whether it's with family, friends, or others. We should be good not only to those who are good to us but also to those who do not like us. That is sincere love. We want to be a gift to our family, friends, and others around us so that we can be a blessing to them.

WHAT TO DO:
1. Have the courage to apologize and forgive someone.
2. Learn to love sincerely without expecting kindness in return for our good deeds.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Acts 6-7

Card image
Truth Youth 13 Desember 2023 - BONDING
2023-12-13 09:35:09


"Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." (Yesaya 9:5)

Hari Natal sudah semakin terasa suasananya, apalagi kita melihat di banyak tempat seperti mal sudah banyak hiasan-hiasan pohon Natal, lagu-lagu Natal dimainkan dan banyak yang akan berkumpul bersama keluarga di hari Natal. Di gereja, biasanya banyak acara Natal yang seru dapat kita ikuti. Misalkan, acara makan bersama, memberi ucapan Natal kepada teman-teman bahkan tidak jarang di antara kita mungkin memberikan kado di hari Natal. Hari Natal memang sangat identik dengan kado atau pemberian sebagai bentuk apresiasi terhadap seseorang. Memberi dan menerima kado Natal tentu hal yang sangat menyenangkan bagi kita. Apalagi ketika kita menerima kado itu dari seseorang yang kita sayangi. Pasti sangat bermakna dalam sebuah hubungan.

Kado atau pemberian tidak selalu harus berbentuk materi atau barang-barang. Kado bisa berbentuk perhatian, kasih sayang dan perlindungan dari seseorang. Tahukah kita, kelahiran Tuhan Yesus adalah kado yang terindah dari Bapa di Surga. Bapa mau memulihkan hubungan yang selama ini telah rusak antara Bapa dan manusia karena manusia telah jatuh dalam dosa. Bapa sangat mengasihi kita sehingga Dia mau memberikan Tuhan Yesus sebagai penebus kita. Bagaimana pula kita membalas kebaikan Bapa kepada kita? Caranya adalah dengan meneladani kehidupan Tuhan Yesus.

Bapa sudah mengajarkan kita tentang kasih yang tulus. Jadi, kita juga harus belajar mengasihi dengan tulus, baik itu kepada keluarga, teman-teman dan orang lain. Kita baik bukan kepada orang yang baik kepada kita saja. Tetapi kita harus tetap baik kepada mereka yang tidak menyukai kita. Itulah kasih yang tulus. Kita mau menjadi hadiah buat keluarga, teman-teman dan orang lain di sekitar kita sehingga dapat menjadi berkat bagi mereka.

WHAT TO DO:
< 1. Berani untuk meminta maaf dan memberi maaf terhadap seseorang.
2. Belajar untuk mengasihi dengan tulus tanpa menuntut untuk dibalas dengan kebaikan yang kita lakukan.

BIBLE MARATHON:
▪︎Kisah Para Rasul 6-7

Card image
Renungan Pagi - 13 Desember 2023
2023-12-13 09:25:06


Tujuan kehendak Tuhan sesungguhnya semata-mata untuk kebaikan kita, tidak ada satu pun yang merugikan, apalagi mencelakai, tapi seringkali beranggapan bahwa kehendak Tuhan bertujuan mengekang dan membatasi kebebasan, padahal Tuhan memberikan 'rambu-rambu' atau aturan-aturan justru untuk memberkati dan melindungi dari hal-hal yang jahat, ketika kita taat melakukan kehendak Tuhan ada banyak keuntungan dan berkat yang tersedia. 

Jadi tidak ada kata rugi atau sia-sia!, Itulah sebabnya Daud berkata, "aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku." Karena itu harus punya banyak waktu bersekutu dengan Tuhan supaya kita dapat mengerti kehendak Tuhan. Banyak orang kristen membuang-buang waktu mereka untuk hal-hal yang tidak berfaedah dan melupakan persekutuan dengan Tuhan.

Perhatikanlah Maria saudara Marta yang lebih memilih duduk di kaki Tuhan daripada sibuk untuk hal yang tidak penting, "Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya," Itu adalah langkah awal mencari kehendak Tuhan, jadi jika tanpa ketaatan melakukan kehendak Tuhan, maka kekristenan tidak akan ada artinya!
(Mazmur 40:9 ; Lukas 10:39)

Card image
Quote Of The Day - 13 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-13 09:21:35


Orang yang percaya Tuhan dengan benar, pasti akan menerima segala keadaan hidup tanpa bersungut-sungut.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 13 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-13 09:19:48


Melakukan kehendak Bapa tidak cukup satu atau dua kali, tetapi sepanjang hidup kita adalah waktu untuk terus melakukan kehendak Bapa.

Card image
FEELING EMPTY - 13 Desember 2023
2023-12-13 09:16:17


Eternal life is a life of quality, a meaningful life, so our perspective on life must be changed, and it is crucial. If our perspective on life is constantly altered, we can truly understand how insignificant it is for someone not to have true communion with God. Our souls are empty if we do not have true communion with God.  But suppose someone’s way of thinking or paradigm has remained the same; in that case, they will never find the emptiness in their soul, the loneliness separated from God, the meaninglessness of life outside communion with God, which is contrary to the world’s paradigm.

The world has poisoned many people’s minds and built paradigms from a worldly perspective. Therefore, they will have the principle: how meaningless it is if someone does not have wealth, how unworthy a person is if others do not respect them, and how empty it is if someone does not have what others possess and almost all humans have gone astray here. Even sadder is that if someone wants to be a servant of God, they should advocate for people on how to have a quality life according to God’s version, but they are still worldly.

Undeniably, many servants of God initially entered Bible school because they wanted to change their fate. After their fate changed, their economy improved, and then they changed again: how to have a higher position, be more respected than the congregation and other ministers, and so on. Therefore, conflicts occur in local churches, theology schools, and synods because their understanding of eternal life is wrong, so they do not have a thirst for God.  People should feel empty and lonely if they do not have true communion with God. If someone already has true communion with God, let the house be small, even rented monthly, but their life is meaningful because they have God.

The psalmist has possessed this principle already since the Old Testament period, giving us a valuable lesson. Psalm 73:23-24, “Nevertheless, I am continually with you; you hold my right hand. You guide me with your counsel, and afterward, you will receive me to glory.” So, suppose someone understands how worthless life is when separated from the presence of God, how empty life is without living in true communion with Him, and how painful it is not to have communion with Him; they will have a great, extraordinary fear of eternity if they are separated from the presence of God.

On the contrary, we will see how beautiful communion with God is in eternity, which is fought hard for in this world. Why is it hard? Because we face many enemies, at least five: first,  the dark powers that try to pull us into communion with the power of darkness. Second,  we face ourselves that is already tainted by the world and have misguided thirsts, and our old human nature is evil, cunning, strong, solid, and knows which moments can bring us down. Third, from everything we have seen and heard,  the world’s influence tries to pull us so that we are carried away. Fourth,  disasters, dangers, and accidents. And fifth, people who intend harm to us.

So, it is not without reason that Jesus said, “Many are called, but few are chosen. So, strive!” We must strive with all our strength, attention, and potential, and should be prioritized and considered necessary. This is a misconception of many people; they need to know what is required and what is not. So, our perspective must change;  with a changed perspective, our soul’s taste also changes. With our soul’s taste changed, our focus of search also changed. If someone has not experienced a change in their way of thinking, they won’t be afraid to talk about hell, no matter how dreadful.

  PEOPLE ACTUALLY SHOULD FEEL EMPTY AND LONELY IF THEY DO NOT HAVE TRUE COMMUNION WITH GOD.

Card image
MERASA KOSONG - 13 Desember 2023
2023-12-13 09:12:46


Hidup kekal adalah hidup yang berkualitas, hidup yang bermutu, maka cara pandang hidup kita harus diubah. Itu yang penting. Kalau cara pandang hidup kita diubah terus-menerus, maka kita baru bisa mengerti betapa tidak berartinya kalau seseorang tidak memiliki persekutuan dengan Allah secara benar. Betapa kosong jiwa kita jika tidak memiliki persekutuan yang benar dengan Allah. Tetapi kalau cara berpikir atau paradigma seseorang belum diubah, maka ia tidak akan pernah menemukan kekosongan di dalam jiwanya, kesepiannya terpisah dari Allah, tidak berartinya hidup di luar persekutuan dengan Allah. Ini kebalikan dengan paradigma dunia.

Dunia telah meracuni pikiran banyak orang, dunia membangun paradigma dari sudut pandang dunia. Maka, mereka akan berprinsip: betapa tidak berartinya kalau orang tidak memiliki harta, betapa tidak bermutunya orang yang tidak terhormat di mata manusia, betapa kosongnya kalau orang tidak memiliki apa yang orang lain miliki. Dan hampir semua manusia sudah sesat di sini. Yang lebih menyedihkan, kalau seseorang mau menjadi pelayan Tuhan, yang mestinya menganjurkan bagaimana memiliki hidup yang berkualitas menurut versi Tuhan, tetapi ia masih ada di dalam area duniawi.

Tidak dapat dipungkiri, banyak pelayan Tuhan yang sejak semula masuk ke sekolah Alkitab karena mau mengubah nasib. Setelah nasibnya berubah, ekonominya menjadi lebih baik, lalu ia berubah lagi; bagaimana punya kedudukan lebih tinggi, bagaimana lebih terhormat dari jemaat dan para pendeta lain, dan lainnya. Maka, tidak heran terjadi pertikaian di dalam gereja lokal, di sekolah-sekolah teologi, di kelas sinode, karena hidup kekal yang dipahaminya itu salah, sehingga tidak memiliki kehausan akan Allah. Sejatinya, orang harus merasa kosong, merasa sepi, jika tidak memiliki persekutuan yang benar dengan Allah. Kalau sudah memiliki persekutuan yang benar dengan Allah, maka biar rumah sepetak, itu pun sewa dari bulan ke bulan, tetapi hidupnya dirasakan berarti, karena ia memiliki Tuhan.

Sebenarnya prinsip seperti ini sudah dimiliki pemazmur sejak periode Perjanjian Lama, dan itu sebenarnya sudah memberikan kita pelajaran yang mahal. Mazmur 73:26, “Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selamanya.” Maka, kalau orang sudah mengerti betapa tidak bernilainya hidup kalau terpisah dari hadirat Allah, kalau seseorang menyadari betapa kosongnya hidup jika tidak hidup dalam persekutuan yang benar dengan Allah, betapa menyakitkan keadaan tidak memiliki persekutuan dengan Allah, maka barulah dia memiliki kegentaran yang hebat, kegentaran yang luar biasa terhadap kekekalan, jika seseorang terpisah dari hadirat Allah.

Sebaliknya, ia akan bisa melihat betapa indahnya persekutuan dengan Allah di kekekalan nanti, yang di dunia ini diperjuangkan dengan berat. Mengapa dengan berat? Karena kita menghadapi banyak musuh, lima paling tidak. Pertama, kuasa gelap yang berusaha menarik kita masuk dalam persekutuan dengan kuasa kegelapan. Yang kedua, kita menghadapi diri kita sendiri yang sudah dicemari oleh dunia, sehingga memiliki kehausan-kehausan yang sesat. Dan manusia lama kita ini jahat, licik, kuat, menyatu dan tahu momentum mana yang bisa menjatuhkan kita. Yang ketiga, pengaruh dunia, dari segala hal yang dilihat, didengar, menarik supaya kita ini terbawa. Keempat, malapetaka, marabahaya, kecelakaan. Yang kelima, orang-orang yang bermaksud jahat kepada kita.

Jadi, bukan tanpa alasan kalau Tuhan Yesus berkata, “Banyak orang yang berusaha, tetapi tidak masuk. Maka, berjuanglah!” Artinya, dengan seluruh kekuatan, perhatian, potensi yang ada pada kita, dan ini mestinya didahulukan kalau kita menganggap itu penting. Inilah sesatnya banyak orang, mereka tidak tahu mana yang utama mana yang bukan. Maka cara pandang kita harus berubah. Dengan cara pandang yang berubah, maka selera jiwa kita juga berubah. Dengan selera jiwa kita berubah, maka fokus pencarian kita juga berubah. Kalau orang belum mengalami perubahan cara pandangnya, maka bicara tentang neraka sedahsyat-dahsyatnya pun, ia tidak takut.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEJATINYA, ORANG HARUS MERASA KOSONG, MERASA SEPI, JIKA TIDAK MEMILIKI PERSEKUTUAN YANG BENAR DENGAN ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 Desember 2023
2023-12-13 09:04:07

Kisah Para Rasul 24-26

Card image
Truth Kids 12 Desember 2023 - SENYUM TERINDAH
2023-12-12 09:51:42


Amsal 3:9
“Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu,”

Hari ini Rina merasa senang sekali. Besok adalah hari ulang tahunnya. Rina sudah membayangkan besok dia akan mendapatkan hadiah yang banyak dari orangtuanya, teman-teman, dan keluarganya. Keesokan harinya, hari yang dinanti pun tiba. Acara pesta ulang tahun Rina diadakan di rumah makan. Pestanya sangat meriah. Rina mendapatkan banyak hadiah.

Saat perjalanan pulang ke rumah, Rina melihat banyak anak yang sedang mengamen dan menjual minuman ringan di jalan. Anak-anak itu berpakaian lusuh dan badan mereka sangat kurus. Rina menjadi sedih melihat hal itu. Tanpa pikir panjang, Rina memanggil anak-anak itu. Dengan sukacita Rina berbagi makanan kepada anak-anak itu bahkan ia memberi hadiah dari teman-temannya untuk mereka.

Kedua orangtua Rina tersenyum sukacita melihat sikap Rina. Papa bertanya kepada Rina, “Rin, kenapa semua hadiah kamu berikan kepada mereka?” Rina pun menjawab,” Pa, Rina mau belajar berbagi semua barang kesayangan Rina dengan teman-teman yang membutuhkan. Senyum mereka adalah hadiah ulang tahun terindah Rina.

Sobat Kids, sikap Rina yang suka berbagi menunjukkan karakter Rina yang penuh kasih. Ia belajar menjadi berkat bagi orang lain, taat dan mau melakukan kehendak Tuhan. Semua Rina lakukan untuk Tuhan karena itu perintah-Nya.

Card image
Truth Junior 12 Desember 2023 - PIPA TUHAN
2023-12-12 09:47:37


Amsal 3:9
“Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu,”

Di sebuah negeri dongeng, ada beberapa pipa sedang bercakap-cakap. “Lihat wilayah barat sana, sangat kering dan panas,” kata sebuah pipa. Pipa sebelahnya menjawab, “Iya, betul. Tidak ada hewan bisa hidup dan tinggal di sana. Tidak ada air yang mengalir.” Tiba-tiba ada suara dari seekor rusa, “Itu karena pipa yang dipasang di sana tidak mau mengalirkan air. Ia menolak menjadi saluran untuk menjembatani supaya air yang dari sungai bisa sampai ke wilayah itu.”

Sobat Junior, kegunaan sebuah pipa adalah untuk menjadi penyalur atau perantara yaitu mengalirkan aliran air, misalnya. Jika sebuah pipa tidak melakukan tugas atau fungsinya, maka tidak ada kehidupan yang bisa berlangsung, seperti cerita dongeng di atas. Saat kita diberikan berkat jasmani yang melimpah oleh Tuhan, sebenarnya kita sedang dipercaya untuk menjadi pipa, yaitu menyalurkan berkat tersebut bagi orang lain. Kepada siapa berkat tersebut disalurkan, harus selalu kita tanyakan pada Tuhan. Ajaklah orang tuamu untuk selalu berdoa dan minta petunjuk Tuhan tentang siapa yang patut menerima aliran berkat tersebut.

Kalian juga bisa bertanya tentang keindahan berbagi dan apa yang bisa kalian lakukan untuk menjadi pipa bagi Tuhan di usia kalian yang masih sangat muda ini. Jika kalian membiasakan diri menjadi pipa Tuhan, pasti kalian diberkati oleh Tuhan secara luar biasa. Bukan berkat jasmani saja, melainkan juga berkat rohani yaitu sukacita, damai, perlindungan, dan hikmat yang dari Tuhan.

Card image
Truth Youth 12 Desember 2023 (English Version) - HAVE YOURSELF A REAL MEANING OF CHRISTMAS
2023-12-12 09:54:45


"Today in the town of David, a Savior has been born to you; he is the Messiah, the Lord." (Luke 2:11)

What does Christmas mean to you? What traditions do you follow every year on Christmas or leading up to it? What does the birth of Jesus mean to you? These are some things we can reflect on. Truly, the Christmas tradition is not just a dramatization of the birth of Jesus. It is more about how we can practice the tradition of loving and caring for our families. Not just at Christmas but in our daily lives. A beautiful Christmas is not about how extravagant the decorations and atmosphere are. Instead, it's about building a heavenly kingdom, joy, and peace within the family every day.

Understanding the arrival of the Savior in the family means being a peacemaker. Creating a beautiful Christmas in the family does not mean putting up the biggest and most luxurious Christmas tree. There is something even more beautiful than that—how every day, at every moment, we bring God into our families. There is joy and peace always, regardless of the seasons of our lives. Choosing to continue to love, even when we often get annoyed with our parents and siblings, is indeed the beautiful meaning of Christmas. In doing so, we establish a new Christmas tradition full of meaning. Thus, every year, we can evaluate how far our practice of love has come, and how truly aligned our lives are in the eyes of God. Each year, our Christmas will be full of learning and spiritual maturation. People say it's the "Season of Giving"; we can define giving here as giving and sharing love, time, sharing our life lessons with God, so that every member of our family can grow together in the Lord. This is the real meaning of Christmas.

WHAT TO DO:
1. Establishing a new Christmas tradition within the family, beyond mere celebration.
2. Sharing the journey of spiritual growth within the family, building each other up.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Acts 4-5

Card image
Truth Youth 12 Desember 2023 - HAVE YOURSELF A REAL MEANING OF CHRISTMAS
2023-12-12 09:53:17


"Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud." (Lukas 2:11)

Apa makna Natal bagimu? Apa tradisi yang tiap tahun kamu lakukan di hari Natal atau menjelang Natal? Apakah makna kelahiran Tuhan Yesus bagimu? Beberapa hal ini bisa kita renungkan. Sesungguhnya, tradisi Natal bukan sekadar drama kelahiran Tuhan Yesus. Tapi lebih dari itu, bagaimana kita bisa mempraktikkan tradisi mengasihi, peduli terhadap keluarga. Bahkan bukan saat Natal saja, tapi dalam keseharian kita. Natal yang indah bukan tentang seberapa heboh dekorasi dan suasana yang di bangun. Tapi setiap hari kita bisa membangun suasana kerajaan surga, sukacita damai, dalam keluarga.

Memaknai kedatangan Sang Juruselamat dalam keluarga, adalah dengan menjadi pembawa damai. Membangun Natal yang indah dalam keluarga, bukan berarti kita memasang pohon Natal sebesar-besarnya, semewah-mewahnya. Terlebih ada hal yang lebih indah dari itu, bagaimana setiap hari di setiap waktu kita menghadirkan Tuhan dalam keluarga. Ada sukacita dan damai sejahtera selalu, apa pun musim kehidupan kita. Memilih untuk tetap mengasihi, walaupun kita sering kesal dengan orang tua dan saudara kita. Sungguh, ini adalah makna Natal yang sangat indah. Dengan hal ini, kita menerapkan tradisi Natal yang baru yang penuh makna. Sehingga setiap tahun kita bisa meng-evaluasi, menguji sejauh mana praktik kasih kita, sejauh mana hidup kita benar di mata Tuhan. Setiap tahun, Natal kita pun nantinya akan penuh pembelajaran dan pendewasaan rohani. Orang mengatakan “Season of Giving“, kita boleh mendefinisikan, giving di sini untuk memberi dan berbagi kasih, waktu, sharing pembelajaran hidup kita bersama Tuhan, sehingga setiap anggota keluarga kita saling bertumbuh dalam Tuhan. This is the real meaning of Christmas.

WHAT TO DO:
1. Membangun tradisi Natal yang baru dalam keluarga, lebih dari sekadar perayaan
2. Saling sharing perjalanan pertumbuhan rohani dalam keluarga, agar saling membangun.

BIBLE MARATHON:
▪︎Kisah Para Rasul 4-5

Card image
Renungan Pagi - 12 Desember 2023
2023-12-12 09:49:41


Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu." Kalimat ini mengandung arti firman Tuhan yang kita dengar dan lakukan dalam hidup dan akan membuat hati kita bersih, pikiran bersih, dan perbuatan bersih juga, itulah sebabnya orang yang bersih kelakuannya, maka keturunannya akan berbahagia. "Orang benar yang bersih kelakuannya — berbahagialah keturunannya."

Di bagian lain juga dikatakan bahwa lebih baik orang miskin yang bersih kelakuannya dari pada orang yang berliku-liku jalannya, sekalipun ia kaya. Karena itu jangan kotori lagi hidup dengan segala sampah kehidupan yang akan membuat berkat Tuhan terhambat dan juga keturunan kita tidak akan bahagia karena firman Tuhan tidak membuat kelakuan bersih, mengabaikan firman Tuhan. Marilah kita mulai hidup bersih dihadapan Tuhan dengan menjadi pelaku kebenaran firman Tuhan.
(Amsal 20:7 ; Yohanes 15:3)

Card image
Quote Of The Day - 12 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-12 09:36:17


Kehidupan yang indah dan mulia dan yang agung adalah kehidupan yang memikirkan dan melakukan apa yang Allah pikirkan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 12 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-12 09:34:29


Kalau seseorang sungguh-sungguh menyerahkan hatinya kepada Tuhan, berarti ia memberi dirinya diubahkan terus, karakter dan kepribadiannya dibentuk menjadi seperti yang Tuhan kehendaki.

Card image
JANGAN MENUNDA - 12 Desember 2023
2023-12-12 09:31:37


Tanpa disadari, orang sering memahami kata binasa sekadar lenyap atau hilang. Ini pengertian yang tidak tepat. Binasa artinya tidak memiliki nilai sama sekali, tidak berarti. Bagaimana seseorang dapat dikatakan tidak bernilai? Yaitu kalau seseorang terpisah dari Allah dan tidak mendapat kesempatan lagi untuk diperdamaikan dengan Allah. Keadaan di mana seseorang tidak mendapat kesempatan lagi untuk diperdamaikan dengan Allah, terpisah dari hadirat Allah, atau terhilang dari hadirat Allah, merupakan kedahsyatan yang luar biasa, keadaan yang tidak terbayangkan, kedahsyatan yang dahsyat dan mengerikan. Tetapi, fakta ironis yang kita lihat dan kita temukan hari ini, banyak orang tidak takut terhadap realitas tersebut.

Bukan hanya orang ateis yang tidak percaya adanya Allah, yang tidak percaya adanya Tuhan, yang tidak percaya kitab suci yang diwahyukan oleh Allah, tetapi orang Kristen sendiri atau orang-orang beragama tidak benar-benar memiliki kegentaran, tidak memiliki ketakutan terhadap realitas terpisah dari hadirat Allah selama-lamanya itu. Lebih miris lagi, kalau di lingkungan gereja ada aktivis, bahkan pendeta yang tidak memiliki kegentaran yang proporsional, kegentaran yang benar terhadap realitas terpisah dari hadirat Allah itu selamanya.

Pertanyaannya, mengapa orang tidak memiliki perasaan gentar dan takut yang proporsional terhadap realitas terpisah dari Allah itu? Mengapa? Karena memang sejak hidup di bumi, ketika jantungnya masih berdetak, ketika nadinya masih berdenyut, ketika masih memiliki nafas, dia tidak menghayati betapa menyakitkan, betapa kosongnya seseorang yang tidak memiliki persekutuan dengan Allah. Hal ini disebabkan karena ruang hatinya telah diisi oleh berbagai kesenangan dunia, selera jiwanya telah dirusak oleh pengaruh dunia, sehingga kehausan jiwanya tidak ditujukan kepada Allah, tetapi ditujukan kepada dunia.

Alkitab berkata, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semua akan ditambahkan kepadamu,” artinya memang Kerajaan Allah harus diprioritaskan. Jangan ada unsur lain yang diprioritaskan yang mengisi ruangan hati kita dan membentuk selera jiwa kita sehingga kita tidak merasakan sakitnya, kosongnya, kalau tidak memiliki persekutuan yang benar dengan Allah. Sesatnya kehidupan banyak orang hari ini adalah merasa sakit, kosong jiwanya kalau tidak memiliki rumah pribadi, tidak memiliki teman hidup, belum memiliki keturunan, tidak terhormat, dihina orang. Ini pikiran yang sesat.

Kata ‘hidup kekal’ dalam Matius 19:16 (“Apa yang harus kulakukan supaya aku beroleh hidup yang kekal?”) sebenarnya bukan hanya menunjuk kehidupan terus-menerus nanti di surga. Hal ini yang membuat orang-orang Kristen atau orang-orang beragama, tidak merasa membutuhkan Tuhan sekarang ini. Mereka membutuhkan Tuhan nanti kalau sudah mati, di surga, karena tidak ingin masuk neraka. Bicara mengenai kekekalan itu bukan hanya ada di surga, tetapi terpisah dari Allah itu juga kekal karena sudah tidak ada kesempatan lagi direkonsiliasi atau dipulihkan. Hidup kekal juga menunjuk kehidupan hari ini, yaitu kehidupan yang berkualitas, kehidupan yang bermutu.

Jadi, kalau orang kaya ini berkata, “Apa yang harus kuperbuat supaya aku memperoleh hidup yang kekal?” maksudnya adalah, “Apa yang harus kuperbuat supaya hidupku berkualitas?” Kapan? Sekarang, sejak hidup di bumi, bukan nanti. Itulah sebabnya, jawaban Tuhan Yesus adalah, “Lakukan hukum. Hormati orang tuamu, jangan membunuh, jangan berzina, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta…” dan seterusnya. Kalau dalam kehidupan bangsa Israel, standar hidup bersekutu dengan Elohim Yahweh adalah melakukan hukum dan menjalankan ibadah sesuai dengan apa yang diajarkan Musa. Itu yang disebut dengan hidup yang berkualitas.

Rupanya orang ini sudah memiliki hidup yang berkualitas, menurut ukuran orang beragama atau menurut ukuran orang-orang Yahudi. Maka orang ini berkata, “Semuanya itu telah kuturuti, …” Jadi, secara hukum, secara agamani, ditinjau dari perspektif Yahudi, ia sudah berkualitas, tetapi dia merasa kurang. Selanjutnya Tuhan mengatakan, “Jikalau engkau hendak sempurna, …” Ini sebuah kualitas yang lebih tinggi dari kualitas orang beragama; lebih dari kualitas agama Yahudi (agama samawi), “Jual segala milikmu.” Kapan? Ya, sekarang. “Berikanlah kepada orang miskin.” Kapan? Sekarang. “…maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Kapan? Sekarang. Maka, jangan menunda dalam mengusahakan untuk memiliki hidup yang berkualitas, sebab penundaan itu yang menyebabkan kebinasaan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JANGAN MENUNDA UNTUK MEMILIKI HIDUP YANG BERKUALITAS, SEBAB PENUNDAAN MENYEBABKAN KEBINASAAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 12 Desember 2023
2023-12-12 09:24:24

Kisah Para Rasul 20-23

Card image
Truth Kids 11 Desember 2023 - SEPERTI TUHAN YESUS
2023-12-11 09:28:12


1 Petrus 1:18-19
“Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.”

Sobat Kids, nanti kalau sudah besar mau jadi apa? Mungkin ada yang mau jadi dokter, guru, youtuber, pilot, pengusaha, pendeta, dan masih banyak lagi. Kalian melihat orangtua pergi kerja setiap hari dan terkadang ada yang memakai seragam tertentu. Pasti keren ya, kalau kita bisa memakai seragam seperti polisi.

Nah, sebagai anak Allah, kita harus berbeda dengan dunia ini, loh! Tujuan kita bukan untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya atau pun supaya terlihat keren agar dipuji orang. Itu semua tidak akan membawa kita pulang ke rumah Bapa di surga. Tuhan Yesus mau kalau kita menjadi dokter, kita menjadi dokter yang mengasihi dan mengobati orang sakit dengan senang hati. Kalau jadi guru, kita menjadi guru yang mengajar murid dengan sabar. Apa pun pekerjaan kita nanti, pokoknya kita harus mengikuti teladan Tuhan Yesus.

Seperti potongan lagu ciptaan bapak Erastus Sabdono, “Seperti Yesus, seperti Yesus yang selalu menyukakan hati-Mu”. Mulai dari sekarang, kita harus belajar menjadi anak yang taat, dengar-dengaran pada orang tua. Kita juga mau seperti Yesus yang selalu membuat hati Bapa senang dalam semua perbuatan kita.

Card image
Truth Junior 11 Desember 2023 - MENENTUKAN PILIHAN
2023-12-11 09:25:50


1 Petrus 1:18-19
“Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.”

Ada dua orang anak yang bernama Beni dan Kia. Mereka sudah berteman sejak kecil, bahkan mereka selalu ke gereja bersama-sama. Namun, tiba-tiba Kia mulai menjauh dari Beni. Ia tidak bermain dan ke gereja bersama-sama lagi. Beni pun bingung dan mencari Kia hingga ke rumahnya, tapi tidak pernah ketemu. Ketika Beni datang ke rumah Kia, Kia dan keluarga sudah pindah dari rumah itu. Beni pun terdiam dan berpikir Kia menghindarinya. Beni bertanya-tanya terus dalam dirinya. Ia pun berdoa, supaya dia bisa bertemu dengan Kia, dan Kia dalam keadaan baik. Beni tetap berdoa dan mencari keberadaan Kia.

Akhirnya, suatu hari ketika Beni sedang mencari Kia di tempat bermain, Beni melihat Kia yang sedang duduk sendirian. Beni pun menghampiri Kia dan memeluk temannya yang sudah lama tidak bertemu. Kia berkata, “Maaf, Beni. Aku tidak pantas jadi temanmu lagi. Papaku sudah tidak bekerja karena usahanya bangkrut.” Jawab Beni, “Kamu jangan berkata seperti itu, Kia. Kita akan menjadi teman bagaimanapun keadaanmu, baik itu susah maupun senang. Aku tetap akan menjadi temanmu. Aku mau kita pergi ke Sekolah Minggu bersama lagi.”

Hari ini kita mau belajar dari kisah dua sahabat itu. Bahwa harta yang kita miliki itu tidak ada artinya daripada jiwa seseorang yang perlu diselamatkan. Beni bisa saja tidak mau berteman lagi kalau ia hanya melihat kekayaan temannya. Tetapi Beni lebih mementingkan jiwa Kia yang sudah lama tidak Sekolah Minggu. Ia ingat bahwa kita semua telah ditebus oleh darah Kristus bukan karena harta yang kita miliki. Jiwa seseorang lebih berharga dari segalanya.

Card image
Truth Youth 11 Desember 2023 (English Version) - GOD’S REPRESENTATIVE
2023-12-11 09:23:47


"My son, keep your father's command and do not forsake your mother's teaching." (Proverbs 6:20)

Let's reflect on one thing we remember from our parents' advice. If we can mention more than that, thank God. If we can't mention anything, perhaps we have been ignoring their words all this time. God entrusted us into the hands of our parents with a purpose, not casually. They are the right people to guide our lives on earth. So, the hope is that when we return to the Lord, we can be pleasing in His sight. Of course, with an effort to live a holy life throughout our lives.

Every family has different Christmas vacation traditions. But how beautiful it would be if we could continue to uphold them. Some spend their Christmas vacations out of town or abroad with their families. It doesn't matter, as long as it's with whom we go. There is much time for sharing. Because on other days, we are busy with our own affairs. Do you know that our parents will be happier when we choose to spend our vacation time with them, meet and gather together? In interpreting Christmas, we must not overlook its main essence, which is love, loving others, especially parents and family. There are times when we get annoyed with our parents, perhaps because they forbid us from this and that. They are not perfect, and we are all still in the process of forming characters like Christ. But we must be more mature in facing this; we should not continue to hate our parents by ignoring their words. But we can be wiser, if the values in the family align with the truth, we must obey them. As we grow older, our parents cannot understand 100 percent the issues we face and monitor us. However, we who choose to follow the Lord must be able to maintain the holiness of our lives well. We should be grateful that since childhood, we have been instilled with the values of truth in the family. The rest, we still have to continue to maintain and sharpen ourselves with the Word of God.

WHAT TO DO:
1. Reflect on the values in the family that align with the truth and that we can pass on to our descendants.
2. Having a difference of opinion with parents is normal, but don't be disrespectful and impolite to them.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Acts 1-3

Card image
Truth Youth 11 Desember 2023 - GOD'S REPRESENTATIVE
2023-12-11 09:21:01


"Hai anakku, peliharalah perintah ayahmu, dan janganlah menyia-nyiakan ajaran ibumu." (Amsal 6:20)

Coba kita renungkan masing-masing satu hal yang kita ingat nasihat orang tua kita ke kita. Kalau bisa sebutkan lebih dari itu, puji Tuhan, kalau kita gak bisa sebutkan apa-apa, jangan-jangan selama ini kita gak pernah menghiraukan perkataan mereka. Allah menitipkan kita di dalam tangan orangtua kita dengan sebuah tujuan, bukan sembarangan. Mereka adalah orang yang tepat untuk menuntun kehidupan kita di bumi. Sehingga harapannya saat kita kembali kepada Tuhan, kita bisa diperkenan masuk. Tentu dengan usaha untuk hidup kudus di sepanjang hidup kita.

Tradisi liburan Natal setiap keluarga berbeda. Tetapi alangkah indahnya kalau bisa terus kita jaga. Ada yang spend waktu liburan Natal ke luar kota atau ke luar negeri bersama keluarga. Tidak masalah, yang penting dengan siapa kita pergi. Banyak waktu bisa saling sharing. Karena di hari lain kita disibukkan dengan urusan masing-masing. Tahu gak sih, orang tua kita akan lebih senang saat kita memilih untuk menghabiskan waktu liburan kita dengan mereka, bertemu dan kumpul bareng mereka. Dalam memaknai Natal, jangan sampai kita melewatkan esensi utamanya, yaitu kasih, mengasihi sesama, terutama orang tua dan keluarga. Memang ada kalanya kita kesal dengan orang tua kita, mungkin karena melarang kita ini dan itu, mereka pun tidak sempurna, kita semua masih dalam proses pembentukan karakter seperti Kristus. Tapi, kita harus lebih dewasa dalam menghadapi hal ini, kita gak boleh terus membenci orang tua kita dengan mengacuhkan perkataan mereka. Tapi kita bisa lebih berhikmat, kalau memang nilai-nilai dalam keluarga sesuai kebenaran, ya kita harus menaatinya. Semakin dewasa, orang tua kita gak bisa 100 persen mengerti persoalan yang kita hadapi dan memantau kita. Tetapi, kita yang memilih untuk ikut Tuhan, harus bisa menjaga kekudusan hidup kita dengan baik. Kita harus bersyukur kalau sejak kecil kita sudah ditanamkan nilai-nilai kebenaran dalam keluarga, sisanya kita tetap harus terus menjaga dan mempertajam diri kita dengan Firman Tuhan.

WHAT TO DO:
1. Coba renungkan nilai-nilai apa dalam keluarga yang sesuai kebenaran dan bisa kita wariskan kepada keturunan kita nantinya.
2. Beda pendapat dengan orangtua itu wajar, tapi jangan sampai kita kurang ajar dan disrespect mereka.

BIBLE MARATHON:
▪︎Kisah Para Rasul 1-3

Card image
Quote Of The Day - 11 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-11 09:13:52


Semakin tidak dicari, surga semakin tidak dirindukan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 11 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-11 09:12:32


Hati yang diserahkan kepada Tuhan itu berarti hidup yang diserahkan kepada Tuhan, karena hati mewakili kehidupan.

Card image
CANNOT BE BOUGHT - 11 Desember 2023 (English Version)
2023-12-11 09:04:33


The opportunity the Lord gives to greater perfection and to please the Father cannot be bought because it is a grace, an invaluable blessing. The Lord provides His blessings daily through morning prayers or worship, and indeed, there is a visitation from the Lord to each individual. There is undoubtedly a spiritual, eternal blessing that the Father bestows. So, if we miss or neglect this opportunity, it truly signifies a misfortune, and it could even become a curse because we must choose between blessing and curse.

Furthermore, we will be blessed by the Lord through every event we hear, see, and especially experience. If we begin praying for the Lord’s guidance each morning, the blessings that the Lord provides will not pass away. They contain His words, advice, warnings, and instructions so that we can grow into perfection, and this is indeed what is meant by “storing up treasures in heaven.”  So, seize what the Lord provides at every moment of every day. The Lord indeed guides us to mature spiritually.

Becoming perfect like the Father and similar to Jesus means becoming precise and accurate in everything we do. Our actions, speech, and decision-making always align with God’s thoughts and feelings; perfection like the Father and the Holy Spirit guides us to have such spiritual intelligence, the ability to understand what God desires, what is good, pleasing, and perfect. The Holy Spirit undoubtedly gives us strength, and this is the eternal blessing that the Lord gives us, which we must accumulate: storing up treasures in heaven. It is spiritual maturity, perfection like the Father, and the ability to understand and do God’s will. Trust that the Holy Spirit indeed trains us every mome

Therefore, if our focus is on something other than the Lord and His Kingdom, we will surely miss it, and remember, we will never have the same opportunity again, though there may be other opportunities in the future;  each opportunity has specific spiritual and eternal blessings. They cannot be repeated as we journey through time, so at this opportunity, we realize how good our Father God is. He provides eternal, spiritual blessings, which become our possession or treasure. Therefore, we must focus only on the Lord and His Kingdom.

Regarding “lay up treasures in heaven,” Matt.6:21 says, “For where your treasure is, there your heart will be also.” So, if our treasure is a life pleasing to God, perfect like the Father, or similar to Jesus, our heart will be there. We don’t know how much time the Lord has given us; we don’t know, but we must think, reflect, and consider that today might be the last day the Lord gives us.

Be thankful if the Lord still gives us a new day, and we walk through that new day. But today, we must use it to the best of our ability and seize every spiritual blessing the Lord gives us. We must take advantage of this opportunity. Sit still seriously at the feet of the Lord. The Lord’s blessings will surely be missed if we are not focused.  So, take advantage of the opportunities the Lord gives, where the Lord wants us to receive His invaluable blessings, which cannot be bought with money or anything else, namely the gift of the cross of the Lord Jesus, His sacrifice that redeems our sins.

We are accompanied by the presence of the Holy Spirit in our lives every day, and the Holy Spirit, who is always active, guides us to all truth. The Father actively shows us all the truth, where we will grow mature, becoming perfect like Him and similar to Jesus. We must focus on these opportunities and don’t waste them. Be vigilant, stay awake, and pay attention to make our growth evident. We are living organisms that are continually progressive, developing, becoming more mature, perfect, and pleasing in the sight of the Lord.  

THE OPPORTUNITY THAT THE LORD GIVES US TO GROW INTO PERFECTION AND TO PLEASE THE FATHER CANNOT BE BOUGHT.

Card image
TIDAK TERBELI - 11 Desember 2023
2023-12-11 09:01:17


Kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita untuk bertumbuh menjadi semakin sempurna dan berkenan kepada Bapa, tidak dapat kita beli. Itu adalah anugerah, berkat yang tidak ternilai. Setiap hari Tuhan menyediakan berkat-Nya. Seperti melalui doa pagi atau ibadah, pasti ada lawatan Tuhan kepada masing-masing pribadi. Pasti ada berkat rohani, berkat kekal yang Bapa berikan. Jadi kalau kita melewatkan kesempatan ini, membuang kesempatan ini, artinya benar-benar suatu kemalangan. Bahkan bisa menjadi laknat dan kutuk. Sebab kita harus memilih antara berkat dan kutuk.

Selanjutnya, kita akan diberkati Tuhan melalui setiap kejadian yang kita dengar, kita lihat, apalagi yang kita alami, pasti kita dapat menemukan dan merasakannya. Jika kita mulai bangun pagi berdoa mohon pimpinan Tuhan, maka berkat-berkat yang Tuhan sediakan, tidak berlalu. Yang memuat firman, nasihat, teguran, arahan, supaya kita bertumbuh menjadi sempurna. Dan itulah sesungguhnya yang dimaksud dengan mengumpulkan harta di surga. Jadi, tangkap apa yang Tuhan sediakan setiap saat dalam setiap harinya. Tuhan pasti memberikan tuntunan kepada kita untuk bertumbuh dewasa rohani.

Menjadi sempurna seperti Bapa dan serupa dengan Yesus. Makin sempurna seperti Bapa artinya semakin tepat, semakin presisi, apa pun yang kita lakukan. Dalam bertindak, berucap, dalam mengambil keputusan selalu sesuai dengan pikiran perasaan Allah. Itu sempurna seperti Bapa. Dan Roh Kudus menuntun kita untuk memiliki kecerdasan rohani seperti itu; yaitu kemampuan mengerti apa yang Allah kehendaki, yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna. Dan Roh Kudus pasti memberikan kepada kita kekuatan. Inilah berkat kekal yang Tuhan berikan yang harus kita kumpulkan; mengumpulkan harta di surga. Yaitu kedewasaan rohani, sempurna seperti Bapa. Kemampuan untuk mengerti kehendak Allah dan melakukannya. Percayalah Roh Kudus melatih kita setiap saat.

Oleh sebab itu, kalau fokus kita tidak tertuju kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya, pasti akan terlewati. Dan ingat, kita tidak akan pernah memperoleh kesempatan yang sama. Walaupun di waktu-waktu mendatang ada kesempatan-kesempatan lain, tetapi setiap kesempatan memiliki berkat rohani, berkat kekal yang spesifik. Tidak dapat diulang seiring dengan perjalanan waktu yang kita jalani. Jadi pada kesempatan ini kita menyadari betapa baik Allah Bapa kita. Dia menyediakan berkat-berkat kekal, berkat-berkat rohani, yang itu menjadi milik atau harta kita. Karenanya, memang kita harus fokus ke Tuhan dan Kerajaan-Nya.

Terkait dengan, 'kumpulkan harta di surga,' Matius 6:21 mengatakan, “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” Jadi kalau harta kita adalah hidup berkenan kepada Allah, sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus, maka hati kita akan tertaruh di situ. Kita tidak tahu, hari yang Tuhan berikan kepada kita masih tersisa berapa lama lagi, kita tidak tahu. Tetapi, kita harus memikirkan, merenungkan dan menganggap bahwa mungkin hari terakhir yang Tuhan berikan adalah hari ini.

Bersyukur kalau Tuhan masih memberikan kita hari baru besok, dan kita meniti hari yang baru besok. Tetapi hari ini kita harus gunakan sebaik-baiknya, kita tangkap setiap berkat rohani yang Tuhan berikan. Kita manfaatkan kesempatan ini. Serius kita duduk diam di kaki Tuhan. Jika kita tidak fokus maka pasti berkat yang Tuhan sediakan akan terlewati. Maka jangan lewatkan kesempatan demi kesempatan yang Tuhan berikan di mana Tuhan mau kita menerima berkat-Nya yang sungguh tidak ternilai, yang sungguh tidak bisa dibeli dengan uang atau apa pun. Itu adalah pemberian anugerah salib Tuhan Yesus, kurban Tuhan Yesus yang menebus dosa kita.

Disertai dengan kehadiran Roh Kudus di dalam hidup kita setiap hari. Roh Kudus yang menuntun kita kepada seluruh kebenaran, Roh Kudus yang selalu aktif. Bapa aktif menuntun kita kepada seluruh kebenaran. Dan di situlah kita akan bertumbuh dewasa, makin sempurna seperti Bapa dan serupa dengan Yesus. Perhatikan kesempatan-kesempatan ini. Jangan disia-siakan. Waspada, berjaga dan perhatikan supaya nyata pertumbuhan kita. Kita adalah organisme yang hidup, yang terus progresif, terus berkembang makin dewasa, makin sempurna, dan makin berkenan di hadapan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KESEMPATAN YANG TUHAN BERIKAN KEPADA KITA UNTUK BERTUMBUH MENJADI SEMAKIN SEMPURNA DAN BERKENAN KEPADA BAPA, TIDAK DAPAT KITA BELI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 Desember 2023
2023-12-11 08:59:01

Roma 14-16

Card image
Truth Kids 10 Desember 2023 - ISTIMEWA
2023-12-10 09:27:29


1 Yohanes 5:19
“Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat.”

“Mami, kok boneka gajah sama semua?” tanya Ken saat mengunjungi toko souvenir di kebun binatang. “Betul, Ken. Ini namanya boneka, berbeda dengan manusia. Kalau manusia tidak ada yang sama. Muka, rambut, kulit, bahkan garis-garis halus yang ada di jari-jarimu ini, semua berbeda satu dengan yang lain. Ken pun tidak ada duanya. Hanya kamu satu-satunya, Ken, anak kesayangan Mami,” jawab Mami sambil memeluk Ken.

Sobat Kids, kita adalah sama-sama ciptaan Tuhan. Ya, manusia sama-sama memiliki kaki, tangan, rambut, dan anggota tubuh lainnya. Namun, perhatikan papa dan mama. Mereka berbeda mukanya, rambutnya, tingginya, sifatnya, kesukaan dan lain-lain. Seperti halnya kita berbeda dengan papa dan mama, kita pun berbeda dengan teman-teman kita.

Tuhan memberikan hal khusus kepada setiap manusia. Setiap kita memiliki kekurangan dan kelebihan. Mungkin kita punya teman yang suka mewarnai, sedangkan kita suka menulis. Ada teman yang suka bermain bola tapi ada juga yang pintar matematika. Masing-masing manusia memiliki keunikan dan keistimewaan agar kita saling tolong menolong dan mengasihi. Itulah bagian kita dalam pekerjaan Tuhan.

Card image
Truth Junior 10 Desember 2023 - KUASAI DIRIMU
2023-12-10 09:25:29


1 Yohanes 5:19
“Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat.”

Sobat Junior, kalian masih ingat tidak, salah satu murid Tuhan Yesus yang menjual Tuhan Yesus kepada imam kepala? Ia bernama Yudas Iskariot. Yudas Iskariot adalah salah murid Yesus yang juga dikasihi-Nya. Dia pun mendapatkan hak seperti 11 murid Tuhan lainnya, yaitu mendapatkan pengajaran langsung dari Tuhan. Bukan hanya itu saja, ia juga dapat melihat apa yang sudah Tuhan lakukan dan menemani Tuhan selama tiga tahun lebih dalam pelayanan yang Tuhan lakukan. Meskipun dia adalah salah satu murid Tuhan Yesus, dia juga melakukan kesalahan.

Yudas menjual Tuhan Yesus seharga 30 keping perak kepada imam-imam kepala yang membenci Tuhan Yesus. Dan akhirnya, Tuhan Yesus ditangkap ketika sedang berdoa di Taman Getsemani bersama murid-murid yang lain. Hal itu disebabkan Yudas Iskariot tidak dapat menguasai dirinya. Ia menukar Tuhan Yesus dengan uang. Namun, pada akhirnya Yudas Iskariot menyesali perbuatannya dan mengembalikan uang 30 keping perak itu kepada imam-iman kepala.

Dari cerita di atas, kita mau belajar supaya kita tidak melakukan hal yang dilakukan oleh Yudas Iskariot. Yudas sudah mengerti dan mengetahui pelayanan Tuhan Yesus, tetapi ia tidak dapat menguasai dirinya. Jadi, Sobat Junior, kita harus belajar untuk menguasai diri dan harus berhati-hati, sebab dunia ini berada di bawah kuasa si Iblis. Meskipun kita semua berasal dari Allah, tapi ada si Iblis yang akan selalu berusaha supaya kita jatuh dalam dosa dan terpengaruh oleh bujukan si iblis seperti Yudas Iskariot. Maka, berhati-hatilah dan kuasai dirimu.

Card image
Truth Youth 10 Desember 2023 (English Version) - QUALITY TIME
2023-12-10 09:19:21


"Therefore, as we have opportunity, let us do good to all people, especially to those who belong to the family of believers." (Galatians 6:10)

Time is something everyone needs – something precious, even more than money, as it cannot be repeated. Time can also be a constraint if not managed properly. When we talk about sharing, it's not just about money and energy, but time is also crucial, especially for the people around us whom we love. Do we know that they don't necessarily need material things, but it is more valuable when we can share our time with them?

Approaching Christmas, it's not just a routine celebration. The atmosphere and Christmas songs have been playing in malls for a month now. More than that, the public holidays on the calendar are not just for annual celebrations, but let's reflect on how much time we have fully given during the Christmas season to our families. It may be a small sacrifice, especially for those who are far from their families; perhaps we need to take extra leave from work to spend time with family. Choosing to spend time with family rather than going on a holiday with friends. There are many options during the Christmas and year-end holidays, but when we choose wisely and give meaning to the time that God has given us, as long as there is an opportunity, let's spend quality time with our families. You'll never know when God will call us. As noted in Galatians 6:10, as long as there is an opportunity, we should do good. "Good" here is quite general, but in the context of sharing time, we must be wise in mapping out our life's time. Work, study, and business are important, but there are intervals that we can wisely use. Maturely interpreting Christmas is not about the atmosphere and celebration, especially about our love within the family. How has our love been manifested in the family, and have we practiced it correctly?

WHAT TO DO:
1. Try to remember when was the last time we willingly gave our time for our family?
2. Always make time for family, especially parents, wherever we are.

BIBLE MARATHON:
▪︎ John 20-21

Card image
Truth Youth 10 Desember 2023 - QUALITY TIME
2023-12-10 09:17:02


Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman."(Galatia 6:10)

Waktu menjadi hal yang semua orang butuhkan. Sesuatu yang berharga, bahkan lebih dari uang, karena tidak bisa diulang. Waktu bisa menjadi salah satu kendala juga apabila tidak dikelola dengan baik. Kalau kita bahas tentang berbagi, bukan hanya masalah uang dan tenaga, tapi waktu pun hal yang sangat penting. Apalagi untuk orang-orang sekitar yang kita kasihi. Tahukah kita bahwa, mereka gak terlalu butuh kok kita berikan materi, tapi akan lebih berharga saat kita bisa membagikan waktu kita untuk mereka.

Menjelang Natal, tentu bukan sekadar perayaan rutinitas. Suasana dan lagu Natal yang mulai di putar di mal-mal sejak sebulan lalu. Lebih dari itu, tanggal merah di kalender bukan hanya untuk sekadar perayaan tahunan, tapi coba kita renungkan, seberapa kita sudah memberikan waktu kita sepenuhnya di saat-saat Natal dengan keluarga kita. Memang sebuah pengorbanan kecil, apalagi untuk yang sedang merantau jauh dari keluarga, mungkin kita harus ambil cuti kerja lebih demi spend time dengan keluarga. Memilih untuk spend time dengan keluarga dibanding pergi liburan dengan teman-teman kita. Banyak opsi yang bisa kita pilih saat liburan Natal dan akhir tahun. Tapi saat kita memilih dengan bijak dan memaknai waktu yang Tuhan sudah beri, selama masih ada kesempatan, yuk kita spend quality time dengan keluarga. You’ll never know, kapan Tuhan memanggil kita. Seperti yang dicatat dalam Galatia 6:10, selama masih ada kesempatan, kita harus berbuat baik. Baik di sini memang general, tapi dalam konteks berbagi waktu, kita harus bijak dalam memetakan waktu hidup kita. Pekerjaan, studi, bisnis, memanglah penting. Tapi ada waktu-waktu jeda yang dapat kita gunakan dengan bijak. Memaknai Natal dengan lebih dewasa, bukan tentang suasana dan perayaan, terlebih tentang kasih kita dalam keluarga. Bagaimana wujud kasih kita selama ini dalam keluarga, apakah sudah kita praktikkan dengan benar?

WHAT TO DO:
1. Coba ingat kembali, kapan terakhir kita rela memberikan waktu kita demi keluarga?
2. Selalu menyempatkan waktu untuk keluarga terutama orang tua, di mana pun kita berada

BIBLE MARATHON:
▪︎Yohanes 20-21

Card image
Quote Of The Day - 10 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-10 08:54:17


Selama seseorang masih mencari dan menuntut penghormatan dari manusia, ia tidak akan pernah menjadi orang percaya yang benar atau tidak dapat mengenakan kekristenan yang sejati.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 10 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-10 08:52:30


Kalau hanya menjadi orang baik yang bergereja belum berarti sudah ditebus dari cara hidup yang sia-sia. Cara hidup yang sia-sia adalah cara hidup orang yang hidup dalam kehendaknya sendiri, bukan dalam kehendak Allah.

Card image
NO MORE OPPORTUNITY - 10 Desember 2023 (English Version)
2023-12-10 08:50:08


In his letter, Paul declares his choice: “Indeed, I count everything as loss because of the surpassing worth of knowing Christ Jesus my Lord. For his sake, I have suffered the loss of all things and count them as rubbish so that I may gain Christ.” Paul explains his choice. If there is still an opportunity to choose,  choose the Lord, which involves letting go of everything. So, if one has not let go of everything, they have not chosen the Lord. 

Paul’s actions are a realization of his earlier writing in Phil.2:5-8, “Have this mind among yourselves, which is yours in Christ Jesus, who, though he was in the form of God, did not count equality with God a thing to be grasped, but emptied himself, by taking the form of a servant, being born in the likeness of men. And being found in human form, he humbled himself by becoming obedient to the point of death, even death on a cross.”

Jesus could have enjoyed the world. However, when offered the world’s beauty at the beginning of His ministry, He chose to worship and serve only God the Father. Lord Jesus teaches us to enjoy the Kingdom of God even while living on earth.  Hence, as long as there is an opportunity, we should present the Kingdom of God to enjoy it. The Kingdom of God is not about eating and drinking but about peace, joy, and righteousness by the Holy Spirit. Thus, we are not bound by the world like ordinary people. The life of Jesus is a model for us to follow. His principles and philosophy are clear. Among them, Jesus said, “Foxes have holes, and birds of the air have nests, but the Son of Man has nowhere to lay His head.” This statement is a life focused only on God and His Kingdom.

So, in John 4:34, Lord Jesus says, “My food is to do the will of him who sent me and to accomplish His work.” Indeed, the life demonstrated by Jesus is unconventional in the eyes of the world, but we have to put it on. We cannot avoid it because that is the life of the children of God. The Lord matures our understanding through various life issues and storms that make us soar higher and see the tragedy of life.

Notice that  people whose life principle is to use opportunities to enjoy the world’s pleasures think there will be an opportunity later to repent and change. This condition is also what has poisoned us for decades.  On the other hand, those with a life principle like Paul, living to serve the Lord, are more likely to think there will be no more opportunity to repent and change. Therefore, in his writing in Eph.5:15-16, Paul says, “Look carefully then how you walk, not as unwise but as wise, making the best use of the time, because the days are evil.” 

We must genuinely tidy up and “pack up,” which means being ready to depart. Ready today, not later, but now. Let’s imagine standing before the judgment seat of God. Are there still any sins or mistakes we have committed? Is there still any work we still need to do or complete? Therefore, the sin and mistake must be resolved, whether small or subtle and other people don’t need to know. We will lay out the case later in God’s court.

So, if a Christian still adheres to the philosophy of “how to enjoy the pleasures of the world,” they cannot be classified as a believer and should not claim to believe. A believer must believe everything the Lord says and do it; if we believe our home is in heaven, we are not from this world; our hearts cannot be biased. However, honestly, we are already biased, but thank God if we realize it. We must be bold not to look back because we still have the potential to do it. 

Therefore, heaven is not a second home; it is wrong to view heaven as a second home. Heaven is our only home, and the earthly home is just a stopover.  A Christian who feels they have two homes indeed does not have true loyalty to God because there must still be a love for the world or living in idolatry. People like this will not likely appreciate the Father’s House, so they do not long for it. Someone who does not respect the Father’s House does not love the Father. We should not think there is always an opportunity because we do not know when our life will end.  

PEOPLE WITH A LIFE PRINCIPLE TO SERVE THE LORD ARE LIKELIER TO THINK THERE WILL BE NO MORE OPPORTUNITY TO REPENT AND CHANGE.

Card image
TIDAK ADA LAGI KESEMPATAN - 10 Desember 2023
2023-12-10 08:46:53


Paulus dalam suratnya menyatakan pilihannya dengan mengatakan, “Malahan segala sesuatu kuanggap rugi karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah supaya aku memperoleh Kristus.” Ini pilihan. Mumpung ada kesempatan memilih. Tindakan memilih Tuhan dibayar dengan melepaskan segala sesuatu. Jadi kalau belum melepaskan segala sesuatu berarti belum memilih Tuhan.

Sebenarnya tindakan Paulus ini adalah realisasi dari tulisan sebelumnya di Filipi 2:5-8, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”

Yesus bisa menikmati dunia ini. Ketika ditawari keindahan dunia di awal pelayanan-Nya, tetapi Yesus memilih menyembah dan hanya berbakti kepada Allah Bapa saja. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa kita harus menikmati Kerajaan Allah sejak hidup di bumi ini. Itulah sebabnya selagi masih ada kesempatan, kita harus menghadirkan pemerintahan Kerajaan Allah untuk kita nikmati. Kerajaan Allah bukan soal makan dan minum, tetapi damai sejahtera, sukacita, dan kebenaran oleh Roh Kudus. Dengan demikian, kita tidak terikat oleh dunia seperti manusia pada umumnya. Dan kehidupan Yesus ini merupakan model dari kehidupan Anak Allah yang harus kita kenakan. Prinsip-Nya, filosofi-Nya jelas. Di antaranya Yesus berkata, “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Ini model kehidupan yang hanya difokuskan kepada Allah dan Kerajaan-Nya.

Maka di Yohanes 4:34 Tuhan Yesus berkata, “Makanan-Ku adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya,” Memang kehidupan yang diperagakan oleh Yesus adalah kehidupan yang tidak wajar di mata dunia. Tetapi kita harus mengenakannya. Kita tidak bisa menghindari, karena memang itulah kehidupan anak-anak Allah. Dan Tuhan mematangkan pengertian kita dengan berbagai persoalan hidup, badai-badai yang membuat kita terbang lebih tinggi dan melihat tragisnya hidup.

Coba perhatikan, orang yang prinsip hidupnya adalah menggunakan kesempatan untuk menikmati kesenangan dunia, adalah orang-orang yang berpikir bahwa masih ada kesempatan nanti untuk bertobat dan berubah. Dan itulah yang juga meracuni kita selama belasan bahkan puluhan tahun. Sebaliknya, orang yang memiliki prinsip hidup seperti Paulus, yaitu hidup untuk mengabdi dan melayani Tuhan, akan lebih cenderung berpikir bahwa tidak akan ada lagi kesempatan untuk bertobat dan berubah. Karenanya di dalam tulisannya di Efesus 5:15-16, Paulus mengatakan, “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.”

Kita harus benar-benar bebenah, “berkemas-kemas,” yang artinya siap berangkat. Siap, hari ini, bukan nanti, tetapi sekarang. Coba kita membayangkan diri berada di hadapan takhta pengadilan Allah, masih ada tidak, dosa atau kesalahan yang kita lakukan? Masih ada tidak, pekerjaan yang belum kita tunaikan, belum kita selesaikan? Maka sekecil apa pun, sehalus apa pun dosa dan kesalahan, harus dibereskan. Manusia lain tidak perlu tahu. Di pengadilan Tuhan nanti, baru kita gelar perkara.

Jadi kalau orang Kristen masih ada dalam filosofi “bagaimana menikmati kesenangan dunia,” ini adalah orang Kristen yang belum bisa digolongkan sebagai orang percaya dan jangan mengaku percaya. Sebab, orang percaya itu harus percaya semua yang dikatakan Tuhan dan melakukannya. Kalau kita percaya rumah kita di surga, kita bukan berasal dari dunia ini, hati kita tidak mungkin mendua. Tetapi sejujurnya, kita sudah mendua. Syukur kalau kita sadar. Maka kita harus nekat, supaya kita tidak balik ke belakang lagi. Sebab kita punya potensi balik ke belakang.

Jadi surga itu bukan rumah kedua, salah kalau kita memandang surga rumah kedua. Surga adalah rumah kita satu-satunya. Rumah di bumi adalah persinggahan. Orang Kristen yang merasa punya dua rumah adalah orang Kristen yang pasti tidak memiliki kesetiaan yang sejati. Pasti masih ada percintaan dunia atau hidup di dalam keberhalaan. Dan orang-orang seperti ini pasti kurang atau tidak menghargai Rumah Bapa. Maka, tidak merindukannya. Dan orang yang tidak menghargai Rumah Bapa adalah orang yang tidak mencintai Bapa. Jangan berpikir masih selalu ada kesempatan sebab kita tidak tahu kapan berakhirnya waktu hidup kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG MEMILIKI PRINSIP HIDUP UNTUK MENGABDI DAN MELAYANI TUHAN, AKAN LEBIH CENDERUNG BERPIKIR BAHWA TIDAK AKAN ADA LAGI KESEMPATAN UNTUK BERTOBAT DAN BERUBAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 Desember 2023
2023-12-10 08:37:52

Roma 11-14

Card image
Truth Kids 09 Desember 2023 - BERHARGA DI MATA TUHAN
2023-12-09 10:36:22


Mazmur 34:23
“TUHAN membebaskan jiwa hamba-hamba-Nya, dan semua orang yang berlindung pada-Nya tidak akan menanggung hukuman.”

Di sebuah desa tinggallah keluarga kecil yang bahagia. Keluarga itu terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang anak bernama Miranda. Miranda adalah anak yang pendiam dan cerdas. Keluarga Miranda rajin beribadah di gereja dan selalu berdoa bersama. Miranda senang berdoa dan membaca Alkitab. Lewat cerita-cerita di Alkitab, Miranda tahu kalau Tuhan mengasihi dirinya. Miranda mau mengasihi Tuhan dan menyenangkan hati Tuhan.

Suatu hari di sekolah, Miranda bertemu teman sekelasnya yang suka nakal kepada teman-teman di kelas. Pada saat itu, Miranda diejek oleh teman sekelasnya. Namun, dengan rasa kasih yang diajarkan orang tuanya, Miranda tidak membalasnya, melainkan ia hanya tersenyum. Miranda berdoa kepada Tuhan, “Tuhan, Mira mau mengasihi teman yang sudah mengejek Mira. Mira tidak mau membalas dan ikut-ikutan mengejek. Mira tahu Tuhan mengasihi kami semua dan Tuhan mau kami saling mengasihi.”

Sobat Kids, kita tidak boleh memiliki karakter yang buruk, karena Tuhan Yesus akan menjadi sedih. Seperti teman Miranda tadi yang suka iseng kepada teman-temannya. Sama seperti Miranda, kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh agar kita membuat Tuhan Yesus happy. Yuk, Sobat Kids, kita gunakan waktu yang ada untuk menjadi anak yang menyenangkan hati Tuhan, hari ini dan sampai selamanya. Tetap semangat!

Card image
Truth Junior 09 Desember 2023 - PERMATA YANG BELUM DIPOLES
2023-12-09 10:34:41


Mazmur 34:23
“TUHAN membebaskan jiwa hamba-hamba-Nya, dan semua orang yang berlindung pada-Nya tidak akan menanggung hukuman.”

Sebuah batu permata, misalnya berlian, harganya sangat mahal dan tinggi, terutama jika sudah menjadi perhiasan. Keindahan dan kemewahannya mengundang decak kagum bagi siapa pun yang melihatnya. Namun, ketika ia masih berbentuk bongkahan batu, biasanya tidak dengan mudah dikenali dan tidak dihargai seperti ketika ia sudah terpampang di atas cincin atau kalung emas. Perhiasan yang mewah lebih mudah dikagumi dan dikenali nilai tingginya dibandingkan dengan permata yang masih berupa batu bongkahan.

Ketika Sobat Junior melihat temanmu yang memiliki bakat menonjol, sedangkan kalian sepertinya tidak memiliki keistimewaan apa-apa, kalian merasa kurang berharga dari teman tersebut. Mereka seperti perhiasan mewah yang dikagumi dan ingin dimiliki oleh semua orang, tapi kalian seperti sebongkah batu yang menjadi beban dan tidak dilihat sama sekali.

Semua kita diciptakan Tuhan sama; sama-sama memiliki nilai tinggi dan berharga. Meskipun mungkin sepertinya orang lain lebih bersinar dan berkilau, bukan berarti kita tidak berharga. Kalau kita mengoptimalkan bakat dan kemampuan kita, pasti kita juga bisa berkilau dan memuliakan Tuhan. Karena, ibarat semua permata pasti berharga dan bernilai, kita (semua manusia) pun adalah permata. Pasti kita punya nilai yang tidak lebih rendah dari orang lain.

Jika kita hanyut dalam gaya hidup anak dunia, sama saja kita membiarkan diri kita tertutup tanah kotoran, sehingga tidak bisa terlihat pancaran kilaunya. Hanya kalau kita mendekat kepada Sumber Terang, kilau itu bisa terpancarkan. Sobat Junior mau kan, jadi permata yang berkilau indah seperti berlian?

Card image
Truth Youth 09 Desember 2023 (English Version) - SEASON OF LOVE
2023-12-09 09:51:31


"Love is patient; love is kind; love is not envious or boastful or arrogant or rude. It does not insist on its own way; it is not irritable or resentful; it does not rejoice in wrongdoing, but rejoices in the truth." (1 Corinthians 13:4-6)

Certainly, we have exchanged gifts as Christmas approaches, whether in school, with church friends, or family. Some families have the tradition of parents giving gifts to their children during the Christmas celebration. Another common practice is giving hampers or food to our loved ones as a way of expressing love and kindness to others. All of these are natural and easy to do. So, what is the challenge for us to love others?

The challenge often arises when the person has caused issues for us, or we often find them annoying. Even though we may not hate them or hold grudges, there's a small voice inside saying, "Ah, why should we love them, they're annoying." But we must remember the fundamental law of love that Jesus taught. Love is patient, kind, does not keep a record of wrongs, is not irritable, and does not rejoice in wrongdoing. Here is where we are tested – can we still love and give to those we find irritating. Often, those who annoy us come from those closest to us because we interact, communicate, and engage with them daily. Who are they? Certainly, parents, siblings, friends, those who interact with us every day. But we must remind ourselves as Christmas approaches that it's a season of love and giving. We are reminded of the fundamental and true law of love. This season, we can reflect and contemplate the difference in how we love and give this year compared to previous years. Is there positive change, or have we declined? The best gift we can give is to love others, even those who have hurt us.

WHAT TO DO:
What 'gift' can we give to those around us this year?

BIBLE MARATHON:
▪︎ John 18-19

Card image
Truth Youth 09 Desember 2023 - SEASON OF LOVE
2023-12-09 10:18:58


"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi ia bersukacita karena kebenaran." (1 Korintus 13:4-6)

Pasti kita pernah tukar kado, saat menjelang Natal. Entah dulu saat di sekolah, atau dengan teman gereja, keluarga. Ada juga yang tradisi dalam keluarga, saat perayaan Natal, orang tua memberikan kado untuk anak-anaknya. Atau yang sering terjadi, kita memberikan hampers atau makanan kepada orang-orang yang kita kasihi, sebagai bentuk kita mengasihi dan memberi kasih kita kepada sesama. Semua hal ini wajar saja dan mudah untuk dilakukan. Lalu, apa yang menjadi tantangan kita untuk mengasihi sesama?

Tantangan yang sering terjadi adalah jika orang tersebut pernah bermasalah dengan kita, atau kita sering bilang nyebelin. Walaupun kita tidak membenci sampai dendam, tapi ada sedikit suara dari hati kecil, “Ah, ngapain kita kasih, dia nyebelin.” Tapi kita harus ingat kepada hukum dasar kasih yang Tuhan Yesus ajarkan. Kasih itu sabar, murah hati, tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak pemarah. Di sinilah kita diuji, apakah kita tetap bisa mengasihi dan memberi kepada orang-orang yang menurut kita menyebalkan. Sering kali mereka yang nyebelin justru datang dari orang-orang terdekat kita, karena kita sering bersinggungan, sering berhubungan dan berkomunikasi dengan mereka. Siapa saja mereka? Tentunya ya, orang tua, saudara, sahabat, orang-orang yang setiap hari berinteraksi dengan kita. Tapi kita harus remind lagi diri kita di saat menjelang Natal, it’s a season of love and giving, kita diingatkan kepada hukum kasih yang mula-mula dan yang benar. Musim ini, kita pun bisa kembali berefleksi diri dan merenungkan, apa perbedaan kita mengasihi dan memberi tahun ini dibandingkan tahun-tahun yang lalu. Adakah perubahan yang baik atau justru merosot? The best gift yang kita bisa beri adalah mengasihi sesama walaupun mereka pernah menyakiti kita.

WHAT TO DO:
‘Hadiah’ apa yang bisa kita berikan tahun ini kepada orang-orang sekitar kita ?

BIBLE MARATHON:
▪︎Yohanes 18-19

Card image
Renungan Pagi - 09 Desember 2023
2023-12-09 09:34:20


Hidup ini adalah pelajaran, kalau kita disakiti belajar! kalau difitnah belajar! Jadikanlah hal-hal yang menyakitkan itu sebagai pelajaran dalam kehidupan agar kita benar-benar mengikuti jalan Tuhan dan hidup dalam kebenaran, menjadikan lebih kuat, lebih bertumbuh dan lebih matang, mengalami kedahsyatan Tuhan yang sempurna.

"Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari."

Jadi ingatlah, kita harus belajar, karena ada hal-hal yang belum bisa dilakukan dengan benar, mari belajarlah! Ketika disakiti, belajar! Jangan menyimpan sakit hati dan dendam, ketika difitnah orang, belajar! jangan berontak, tunduk pada Allah, nantikan pembelaan Tuhan, jangan menyimpan kepahitan.

Saat disakiti, dilukai, diperlakukan tidak adil, katakan pada Tuhan, "Ajar aku untuk bisa berdiri tegak dan menghadapi semuanya, sehingga aku dapat berkata: Engkau penyelamatku yang kunantikan sepanjang hari."
(Mazmur 25:4-5)

Card image
Quote Of The Day - 09 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-09 09:29:54


Keselamatan dalam Tuhan Yesus mengajarkan seseorang menanggalkan hasrat untuk dihormati manusia dan beralih untuk mencari penghormatan dari Allah dengan cara melakukan segala sesuatu untuk kepentingan-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 09 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-09 09:27:10


Kalau kita mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh dan mengalami-Nya, maka Tuhan akan melatih kita menjadi pribadi agung seperti Diri-Nya.

Card image
WHILE THERE IS STILL A CHANCE - 09 Desember 2023
2023-12-09 09:25:11


When said, “while there is still a chance,” it can have different meanings for two groups of people with varying life principles or philosophies. The first perspective, “while there is still a chance,” means  the opportunity to enjoy life on earth as much as possible, a fact that cannot be denied. Generally, almost all humans have this life philosophy or principle. In contrast, the second perspective is rare. “While there is still a chance” means the opportunity to fully serve and devote oneself to God, offering life to God.

However, almost all people have a wrong perspective. “While there is still a chance” from the first perspective, mentioned by Paul in 1 Cor. 15:32, “If, humanly speaking, I fought with beasts at Ephesus, what does it profit me? If the dead are not raised, ‘Let us eat and drink, for tomorrow we die.” This statement is the life philosophy of almost all humans. If based on behaviour, lifestyle, the way of life of humans in general, or the majority of humans, Paul could also use the opportunity for pleasures like most people. So, don’t think that Paul did not have the opportunity. He was in the field of God’s work, but the opportunity was there.

Don’t think that when someone dedicates themselves as a full-timer to God’s work, enters a Bible College, goes to a seminary, or becomes a pastor, the opportunity to enjoy life like other people is closed. No. It feels like if someone “gives themselves” to the field of God, it means being far from the world. That is a mistaken thought.  Because even though someone is in the field of God’s ministry, giving their life full-time, the term we often hear, “full-timer,” does not mean that the opportunity to enjoy life like most people is closed.

In Paul’s statement earlier, he wanted to show that he also had the opportunity or could use the opportunity to enjoy life like most people. “If by human reasoning.” Ei kata anthropon (Greek). But Paul chose another path, a different one. That’s why in Phil.1:21, Paul said, “For me, to live is Christ.”  Furthermore, 2 Cor.5:14-15 says, “For the love of Christ controls us because we have concluded this: that one has died for all. Therefore, all have died, and he died for all, that those who live might no longer live for themselves, but for him who for their sake died and was raised.” In 2 Tim. 4:7-8, Paul has finished the final race. His blood was poured out, willingly poured out for the devotion of his ministry to God.

What is said by, Paul is the standard life as a follower of Christ or a believer. Therefore, Paul could say, “Be imitators of me, as I am of Christ.” All of us are people who have been coloured. Indeed, first, by our parents, family environment, plus the genes we receive from our parents. We are also coloured by the influence of the world around us: philosophies and life principles. Among Christians, the life principles we inherit are mainly like this: enjoy the world while still alive—even though it is not spoken—and later want heaven after death. The difference is that we have a ministry. 

This principle seems true, but in reality, it is misleading. So, we often hear people say, “We still live in the world. Don’t talk about heaven, the new heaven, and earth continuously. Be realistic.” This opportunity should be used to deal with God correctly while still alive and still have a chance, and not later after death, to enjoy heaven because it means cunning and hypocritical.  If we still give opportunities hoping for the pleasures of life on earth, it means we have not served and devoted ourselves to God correctly, and this is not only for pastors but all of us who must live wholly for God because we are all royal priests.

Precisely, when there are many temptations to deviate from the path of God and many opportunities to enjoy the world, we still choose God and His Kingdom.  A person who doesn’t wholly choose God and His Kingdom now will not choose them forever. Indeed, people do not want to go to hell, so if asked to choose, they will choose heaven, but later, not now, for they have not decided yet. They only select in the mind, knowledge, and words, but not in behaviour entirely dedicated to God.  So, before the world swallows us, give ourselves to be grabbed by God. Now is the opportunity to show and prove that we love God and choose Him as the only choice.  

WHILE THERE IS STILL A CHANCE— MEANING NOW — IS THE TIME TO SHOW AND PROVE THAT WE LOVE GOD AND CHOOSE HIM AS THE ONLY CHOICE.

Card image
SELAGI MASIH ADA KESEMPATAN - 09 Desember 2023
2023-12-09 09:12:29


Kalimat “selagi masih ada kesempatan” bisa memiliki pengertian yang berbeda dari dua kelompok besar manusia yang memiliki perbedaan prinsip hidup atau filosofi hidup. Sudut pandang pertama, “selagi masih ada kesempatan” berarti kesempatan untuk menikmati kehidupan di bumi ini semaksimal mungkin. Dan itu fakta yang tidak bisa dibantah. Pada umumnya atau hampir semua manusia berfilosofi atau berprinsip hidup di bumi ini. Sedangkan _ sudut pandang kedua, ini langka. “Selagi masih ada kesempatan” artinya kesempatan untuk sepenuhnya mengabdi dan melayani Tuhan, mempersembahkan hidup bagi Tuhan. Namun, hampir semua manusia memiliki cara pandang yang salah.

“Selagi masih ada kesempatan” dalam sudut pandang pertama, disinggung oleh Paulus dalam 1 Korintus 15:32, “Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja, aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus. Apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka marilah kita makan dan minum sebab besok kita mati.”_ Ini filosofi hidup hampir semua manusia. Jika berdasarkan perilaku, cara hidup, gaya hidup manusia pada umumnya atau manusia kebanyakan, Paulus juga dapat menggunakan kesempatan untuk kesenangan-kesenangan hidup seperti kebanyakan manusia pada umumnya. Jadi, jangan kita berpikir Paulus tidak memiliki kesempatan. Ia ada di dalam ladang pelayanan pekerjaan Tuhan, tetapi kesempatan itu ada.

Jangan berpikir kalau orang sudah memberi diri menjadi full timer; sepenuh waktu untuk pekerjaan Tuhan, masuk Sekolah Tinggi Teologi, memasuki pendidikan seminari Alkitab, menjadi pendeta, lalu kesempatan untuk menikmati kesenangan hidup seperti kebanyakan manusia lain tertutup. Tidak. Rasanya kalau sudah “membuang diri” ke ladang Tuhan berarti jauh dari dunia. Itu pikiran yang keliru. Sebab walaupun seseorang ada di ladang Tuhan, memberikan hidup sepenuh waktu, istilah yang kita sering dengar “full timer,” itu bukan berarti menikmati kesenangan hidup seperti yang dinikmati manusia pada umumnya tertutup.

Dalam pernyataan Paulus tadi hendak ditunjukkan bahwa ia juga memiliki kesempatan atau bisa menggunakan kesempatan untuk menikmati kehidupan seperti manusia pada umumnya. “Jika oleh pertimbangan-pertimbangan manusia. Jika hanya oleh pertimbangan-pertimbangan manusia.” Ei kata anthropon. Tetapi Paulus memilih yang lain, yang berbeda. Itulah sebabnya di Filipi 1:21 Paulus mengatakan, “Bagiku hidup adalah Kristus.” Selanjutnya di 2 Korintus 5:14-15, “Kalau Yesus sudah mati untuk kita semua, kita tidak lagi hidup untuk diri sendiri, tetapi untuk Dia.” 2 Timotius 4:7-8, Paulus sudah menyelesaikan pertandingan akhir. Darahnya pun ditumpahkan, rela dicurahkan untuk pengabdian pelayanannya bagi Tuhan.

Ini adalah kehidupan standar sebagai pengikut Kristus atau sebagai orang percaya. Standarnya memang begitu. Oleh karenanya, Paulus bisa mengatakan, “Ikutilah teladanku seperti aku ikut teladan Kristus.” Semua kita adalah orang-orang yang telah diwarnai. Tentu yang pertama oleh orang tua kita, lingkungan keluarga, plus gen yang kita terima dari orang tua. Juga diwarnai oleh pengaruh dunia sekitar kita; filosofi-filosofi, prinsip-prinsip hidup. Dan di kalangan orang Kristen, prinsip hidup yang kita warisi itu kebanyakan begini: menikmati dunia selagi masih hidup—walaupun tidak diucapkan—dan nanti setelah mati menikmati surga. Bedanya, kita plus ada pelayanan.

Prinsip ini seolah-olah benar, padahal sejatinya, ini menyesatkan. Maka sering kita mendengar orang berkata, “Kita masih hidup di dunia. Jangan bicara surga, langit baru bumi baru terus. Yang realistis, lah.” Padahal justru selama masih hidup di dunia, harusnya kesempatan hidup ini digunakan untuk berurusan dengan Allah secara benar. Selagi masih ada kesempatan. Bukan nanti setelah mati, baru menikmati surga. Ini orang-orang licik dan munafik. Sebab kalau kita masih memberi peluang yang berharap ada kesenangan hidup di bumi, itu berarti kita belum mengabdi dan melayani Tuhan dengan benar. Ini bukan hanya untuk pendeta, melainkan semua kita harus 100% hidup untuk Tuhan. Karena semua kita imamat-imamat yang Rajani.

Justru ketika ada banyak godaan untuk menyimpang dari jalan Tuhan, ketika ada banyak kesempatan menikmati dunia, tetapi kita tetap memilih Tuhan dan Kerajaan-Nya. Orang yang sekarang tidak memilih Tuhan dan Kerajaan-Nya 100%, berarti ia tidak memilih Tuhan dan Kerajaan-Nya selamanya. Memang orang tidak ingin masuk neraka. Kalau disuruh memilih, ya memilih surga, nanti. Tetapi sekarang belum memilih. Atau sekarang sudah memilih surga, tetapi memilihnya di pikiran, di pengetahuan, di mulut. Tetapi bukan dalam perilaku yang 100% diabdikan ke Tuhan. Maka, sebelum kita ditelan oleh dunia, kita memberi diri ditelan oleh Tuhan. Sekarang ini adalah kesempatan untuk menunjukkan dan membuktikan bahwa kita mengasihi Allah dan memilih Dia sebagai satu-satunya pilihan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SELAGI MASIH ADA KESEMPATAN—YAITU SEKARANG—ADALAH WAKTU UNTUK MENUNJUKKAN DAN MEMBUKTIKAN BAHWA KITA MENGASIHI ALLAH DAN MEMILIH DIA SEBAGAI SATU-SATUNYA PILIHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 Desember 2023
2023-12-09 09:02:13

Roma 8-10

Card image
Truth Kids 08 Desember 2023 - KESEMPATAN BERUBAH
2023-12-08 09:49:50


Roma 7:5
“Sebab waktu kita masih hidup di dalam daging, hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh hukum Taurat, bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut.”

Kemarin kita sudah belajar bahwa kita semua adalah kesayangan Tuhan. Tetapi bagaimana kalau kita masih sering tidak mau taat, apakah Tuhan tetap sayang kita? Tentu saja, Sobat Kids. Tuhan tetap sayang kepada anak-anak yang terkadang masih suka tidak taat. Hmm, tapi apakah artinya kita boleh tidak taat setiap hari? Tentu tidak, ya, Sobat Kids. Jika kita masih senang berbuat dosa, lama kelamaan kita menjadi terbiasa dengan dosa. Hingga akhirnya kita tidak bisa lagi berubah menjadi baik.

Kebiasaan berbuat dosa akan membawa kita masuk dalam neraka. Kalian tidak mau masuk neraka, kan, Sobat Kids? Oleh sebab itu jangan sia-siakan kesempatan yang Tuhan berikan untuk berubah. Setiap kita diberikan kesempatan untuk berubah. Apalagi kita sudah memasuki penghujung tahun, sebentar lagi kita akan memasuki tahun yang baru. Mari tinggalkan semua kebiasaan buruk. Yuk, kita isi tahun yang baru dengan kebiasaan baru yang baik. Coba Sobat Kids pikirkan, kebiasaan buruk apakah yang hendak kalian tinggalkan? Gunakan kesempatan untuk berubah ini dengan sebaik mungkin.

Card image
Truth Junior 08 Desember 2023 - BERUBAH
2023-12-08 09:46:48


Roma 7:5
“Sebab waktu kita masih hidup di dalam daging, hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh hukum Taurat, bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut.”

Sobat Junior, dulu ada film kartun anak-anak mengenai pahlawan yang suka membela kebenaran. Tokoh pahlawan ini awalnya merupakan manusia biasa. Namun, mereka memiliki kekuatan super. Saat hendak menolong orang lain yang berada dalam bahaya, mereka akan berkata, “Berubah!” Dalam sekejap mereka pun berubah pakaian, mengenakan pakaian superhero. Tentu saja ini tidak benar-benar ada di dunia nyata karena ini adalah film kartun semata.

Di dalam film, para superhero tersebut dapat berkata, “Berubah!” lalu mereka akan berubah. Namun, dalam dunia nyata, ada yang tidak bisa diubah, Sobat Junior. Karakter dosa yang sudah melekat dalam diri kita bisa-bisa tidak dapat diubah lagi. Karakter dosa itu akan membuat jiwa manusia menjadi terhilang dan masuk dalam kengerian kekal. Kengerian kekal yang abadi yaitu neraka.

Jika kita masih mau hidup di dalam “daging,” suka-suka diri kita sendiri, maka lama-kelamaan karakter dosa itu tidak dapat berubah, Sobat Junior. Iihh… seram, kan, kalau kita masuk ke dalam kengerian kekal. Oleh sebab itu, kita harus berubah. Jangan sampai kita yang sekarang sudah percaya kepada Tuhan Yesus terhilang dalam kegelapan dunia. Yuk, kita berubah sekarang, Sobat Junior. Jangan ditunda lagi!

Card image
Truth Youth 08 Desember 2023 (English Version) - THE ONLY CHILD WITH LOVE FOR US
2023-12-08 09:44:10



"In this the love of God was made manifest among us, that God sent his only Son into the world so that we might live through him." (1 John 4:9)

Christmas Day is a moment commemorating the birth of the Savior into this transient world. Typically, every birth is prepared for as best and as beautifully as possible. However, the birth of Jesus into the world had no proper delivery place; instead, it happened in a humble manger with minimal provisions. Yet, the one born into the world was the King of all kings. Logically, one may wonder why a King, the Messiah, or the Savior is born without luxuries, especially when directly sent by God the Father, the creator of heaven and earth. This illustrates to all of us the simplicity within glory. However, the most crucial aspect is that God the Father willingly gave His only Son to be born into a sinful world for the sake of our salvation.

The surrender of His only Son is a testament to His immense love for all of us, granting us eternal life. It is written in 1 John 4:9, where He declares His love among us by sending His only Son so that we may obtain salvation. Essentially, parents with an only child would never easily let them go for the sake of others. This moment requires us to realize the immense love God has for us.

The surrender of His only Son also holds significance for families. In our families, we need to express and prove great love. We must be willing to sacrifice and demonstrate love to each family member in various positive ways, such as spending time together, listening to each other's stories, supporting in prayer, and more. Let us make this Christmas moment a precious meaning for our core family, so His love continues to flow in our lives. It doesn't need to be extravagant; our presence should be a genuine and positive impact, especially within our families. Merry Christmas with joy, peace, and warmth with your family. God bless.

WHAT TO DO:
1. Realize that God's love is immense, as He sent His only Son, Jesus, to redeem our sins.
2. Make Christmas a manifestation of genuine love, especially within our families.
3. Seek God for an extraordinary outpouring of love within the family, and reflect on ourselves to make Christmas more meaningful.
4. Christmas doesn't need extravagant celebrations; what matters is the essence of Christmas, being individuals who positively impact others, especially within our families.

BIBLE MARATHON:
▪︎ John 16-17

Card image
THE ONLY CHILD WITH LOVE FOR US - 08 Desember 2023
2023-12-08 09:39:39


“Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya.” (1 Yoh 4:9)

Hari Natal merupakan sebuah momentum tentang kelahiran Juruselamat manusia ke dalam dunia yang fana ini. Setiap momen kelahiran pada umumnya dipersiapkan sebaik dan seindah mungkin. Namun momen kelahiran Yesus ke dalam dunia tidak ada tempat persalinan yang layak, sebaliknya sangat amat sederhana di dalam kandang domba bahkan dengan perlengkapan seadanya. Padahal yang lahir atau datang ke dunia ini adalah Raja segala raja. Secara logika, penulis berpikir mengapa seorang Raja atau Mesias atau Juruselamat dilahirkan tanpa kemewahan, padahal Ia diutus langsung oleh Allah Bapa yang empunya langit dan bumi. Hal tersebut menunjukkan kepada kita semua mengenai kesederhanaan di dalam sebuah kemuliaan. Namun yang terpenting adalah Allah Bapa sangat rela memberikan anak-Nya yang tunggal untuk dilahirkan ke dunia yang penuh dosa demi rencana penyelamatan bagi kita semua.

Allah Bapa merelakan Anak-Nya yang Tunggal untuk datang ke dunia itu merupakan sebuah pembuktian akan kasih-Nya yang sangat besar bagi kita semua, supaya kita beroleh hidup yang kekal. Hal itu tertulis di dalam 1 Yoh 4:9, Dia memang menyatakan kasih-Nya di tengah-tengah kita dengan mengutus Anak-Nya yang Tunggal agar kita beroleh keselamatan. Pada dasarnya orang tua yang memiliki anak tunggal, tidak akan pernah mudah merelakannya pergi demi orang lain. Momen ini mengharuskan kita menyadari bahwa sungguh sangat besar kasih Allah untuk kita.

Penyerahan Anak-Nya yang Tunggal ini juga erat maknanya dengan keluarga. Di mana kasih yang besar juga perlu kita nyatakan dan buktikan di tengah-tengah keluarga kita. Kita rela berkorban dan menunjukkan kasih kepada setiap anggota keluarga kita dengan berbagai cara yang positif, misalnya: meluangkan waktu pergi bersama, mendengarkan cerita satu sama lain, mendukung dalam doa, dan lain sebagainya. Marilah kita menjadikan momen Natal ini menjadi makna berharga bagi keluarga inti kita, sehingga kasih-Nya terus mengalir dalam kehidupan kita. Tak perlu mewah, asalkan keberadaan kita menjadi kesaksian yang nyata dan berdampak positif bagi orang di sekitar kita terutama keluarga kita. Selamat menyambut Natal dengan penuh sukacita, damai sejahtera dan kehangatan bersama keluarga. Tuhan memberkati.

WHAT TO DO:
1. Kita menyadari bahwa Kasih Allah sangat besar bagi kita sehingga Ia rela mengirimkan Yesus Anak Tunggal-Nya untuk menebus dosa kita.
2. Momen Natal perlu kita jadikan sebagai suatu penyaluran kasih yang nyata juga di dalam keluarga kita.
3. Mintalah kepada Tuhan untuk pencurahan kasih yang luar biasa di tengah-tengah keluarga dan saling merefleksi diri agar Natal terasa maknanya
4. Natal tak perlu perayaan mewah, yang penting adalah makna Natal yaitu kita menjadi pribadi yang berdampak bagi orang lain khususnya di dalam keluarga kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yohanes 16-17

Card image
Renungan Pagi - 08 Desember 2023
2023-12-08 09:36:14


Manusia cenderung melihat orang lain berdasarkan kedudukan, status sosial atau martabatnya, dalam memperlakukan mereka, bahkan jika tahu seseorang buruk dimasa lalu, kita tetap akan menilainya sama, tidak berubah, sekalipun lama tidak berjumpa dengannya.

Namun berbeda dengan cara Allah menilai kita, DIA selalu melihat kedalaman hati seseorang, sikap batin yang benar dan kesetiaan melakukan kehendak-Nya yang akan membawa kita dapat berpikir dan merasakan apa yang ada didalam pikiran dan perasaan Allah. Sehingga cara kita menilai dan memperlakukan sesama tidak lagi menurut ukuran manusia pada umumnya.

"Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian. Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."

Jadi seseorang yang ada didalam Kristus adalah ciptaan baru, maka pola pikir dan sudut pandang-pun diperbaharui, menuruti pola pikir dan sudut pandang Tuhan. Dengan melihat sesuatu berdasarkan sudut pandang Tuhan, berarti mengkondisikan kehidupan kerohanian kita terus berjalan dalam pimpinan dan rencana Allah serta tidak mudah menghakimi dan menilai orang lain berdasarkan pikiran dan perasaan sendiri.
(2 Korintus 5:16-17)

Card image
Quote Of The Day - 08 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-08 09:32:55


Penghayatan kita akan keberadaan Allah yang hidup akan membuat kita merasa bahagia dan kuat sekali menghadapi hari esok.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 08 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-08 09:30:36


Kalau kuasa kegelapan, Iblis dan roh-roh jahat yang bergentayangan bisa dirasakan kehadirannya secara konkret, mereka nyata, tentu Tuhan lebih dari itu. Tuhan juga bisa sangat dirasakan kehadiran-Nya.

Card image
TODAY - 08 Desember 2023 (English Version)
2023-12-08 09:28:32


Heb. 3:15 says, “As it is said, ‘Today, if you hear his voice, do not harden your hearts as in the rebellion.'”

Heb. 4:7, “Again, he appoints a certain day, ‘Today,’ saying through David so long afterward, in the words already quoted, ‘Today, if you hear his voice, do not harden your hearts.’

These verses indicate that there is a specific time when God speaks. God has a schedule for each of us. So, if we hear the voice of God today, He desires that we honour Him. As parents, we can feel frustration, heartache, sadness, and even anger when we advise our children, but they refuse to understand, and this is similar to God.  When God schedules a time to speak to us, He desires us to show respect by listening to His voice.

If it is said that God has a time to speak, represented by the term “today,” it means there may be no other time, which is terrifying. The fact that someone misses the chance to receive blessings can undoubtedly happen. In the Bible, we find Esau, who lost his chance, even with tears, cries, and lamentations. Therefore, the Word of God also says, “Use the time that is available.” Jesus also said in John 9:4, “We must work the works of him who sent me while it is day; night is coming when no one can work.”

Each of us has the grace of God’s visitation. If God visits us, we should understand and accept His visitation. Don’t harden your heart like the Israelites in the wilderness, who eventually perished in the desert. Realize that the failure of the chosen people to reach the Promised Land is a fact, and it could happen to us, too. God led the people of Israel out of Egypt so that they could reach the Promised Land, but the reality is that most of them perished in the desert. Was it because God was powerless to lead them?

Wasn’t it easy for God to wreak havoc on Egypt, and in an instant, they could be free? Couldn’t God part the Red Sea? What was difficult for God to change the character of that nation miraculously? Changing that nation’s character and nature requires a response from the nation itself. The Word of God says that God made them wander in the desert for 40 years so that they would not regret reaching the Promised Land and finding out they were facing a strong nation. Although they could reach Canaan in just a few weeks, God made them wander in the desert for 40 years because God wanted to change their character from a nation of enslaved people to a sovereign nation inheriting the beautiful land of Canaan promised by God to their forefather, Abraham. Ironically, most of them perished in the desert. 1 Cor.10:5-6 says that all these things became examples for us who live in the last days. That means let’s not be like the Israelites who did not listen, and in the end, God decided they could not enter the land of Canaan. Likewise, in the life of Christians, they may not reach the land of Canaan because when God speaks at certain times, according to His schedule, they do not listen, and their hearts become hardened. So, let’s not be swallowed by this world and never reach the new heaven and earth; we must not take this lightly or trivialize it, for this is a fundamental matter. If the people of Israel moved from Egypt to Canaan, they had to cover a distance, but for us, there must be a change in character on our journey toward the new heaven and earth. If the Israelites, from a nation of enslaved people, could become a sovereign nation trusted to inherit the beautiful land of Canaan, so we, from sinful humans, become divine beings so that we can inherit the eternal Kingdom of God the Father, together with Jesus.

Therefore, there must be a change, and experiencing change requires advice, so there must be the voice of God through the Word, preaching, our conscience, or the events of life that unfold in our lives. So,  God should not need to strike us if we hear His voice and respond correctly. God will speak to us daily, as long as it is still called today, meaning as long as there is time, so we must hear His voice and obey it.  

IF IT IS SAID THAT GOD HAS A TIME TO SPEAK, REPRESENTED BY THE TERM “TODAY,” IT MEANS THERE MAY BE NO OTHER TIME.

Card image
HARI INI - 08 Desember 2023
2023-12-08 09:26:34


Ibrani 3:15, “Tetapi apabila pernah dikatakan: ‘Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman.”

Ibrani 4:7, “Sebab itu Ia menetapkan pula suatu hari, yaitu hari ini, ketika Allah setelah sekian lama berfirman dengan perantaraan Daud, seperti dikatakan di atas, pada hari ini jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu.”

Kalimat-kalimat itu jelas menunjukkan bahwa ada satu waktu Tuhan berbicara. Tuhan memiliki jadwal yang diberikan kepada masing-masing kita. Maka jika kita mendengar suara Tuhan hari ini, Tuhan menghendaki kita menghormati Dia. Sebagai orang tua, kita bisa merasakan kesal, sakit hati, sedih bahkan marah kalau kita menasihati anak-anak, tetapi anak-anak tidak mau mengerti. Demikian pula Tuhan. Ketika Tuhan menjadwalkan satu waktu berbicara kepada kita, Tuhan menghendaki agar kita menghargai Tuhan, dengan mendengarkan suara-Nya.

Kalau dikatakan bahwa Tuhan memiliki waktu untuk berbicara, dan diwakili dengan istilah “hari ini,” itu berarti bisa tidak ada waktu lain. Sebenarnya ini satu hal yang mengerikan. Fakta bahwa seseorang kehilangan kesempatan memperoleh berkat adalah sebuah hal yang pasti bisa terjadi. Dalam Alkitab, kita menemukan Esau yang kehilangan kesempatan, walaupun dengan meneteskan air mata, teriak dan ratap tangis. Maka, firman Tuhan juga mengatakan, “Pergunakanlah waktu yang ada.” Tuhan Yesus juga berkata di Yohanes 9:4, “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja.”

Setiap kita memiliki anugerah lawatan Tuhan. Kalau Tuhan melawat kita, hendaknya kita mengerti dan menerima lawatan Tuhan tersebut. Jangan keraskan hati seperti bangsa Israel di padang gurun, yang akhirnya mereka ditewaskan di padang gurun. Sadarilah bahwa kegagalan umat pilihan sampai ke Tanah Kanaan adalah sebuah fakta, dan hal itu bisa terjadi juga pada kita. Tuhan membawa bangsa Israel keluar dari Mesir agar mereka sampai Tanah Kanaan, tetapi faktanya sebagian besar mereka tewas di padang gurun. Apakah karena ketidakberdayaan Allah menuntun mereka?

Bukankah dengan mudah Tuhan mengobrak-abrik Mesir, dan dalam sekejap mereka bisa keluar dengan bebas? Bukankah Tuhan bisa membelah Laut Kolsom? Apa sulitnya bagi Tuhan untuk membawa bangsa Israel masuk Tanah Kanaan? Tidak sulit, tetapi yang Tuhan perkarakan itu karakter, watak manusia batiniah, kehidupan rohani dari bangsa itu. Bagi Tuhan, tidak sulit memberikan sepuluh tulah kepada bangsa Mesir dengan bervariasi. Tidak sulit bagi Tuhan untuk membelah Kolsom. Tidak sulit bagi Tuhan merubuhkan tembok Yerikho, dan mengeringkan Sungai Yordan, tetapi sulit bagi Tuhan untuk secara ajaib mengubah watak karakter bangsa itu, karena hal itu tidak di dalam kodrat-Nya. Untuk mengubah watak dan karakter bangsa itu, membutuhkan respons dari bangsa itu sendiri. Firman Tuhan mengatakan, agar bangsa itu nanti tidak menyesal ketika sampai Tanah Kanaan, dan ternyata yang dihadapi itu adalah bangsa yang kuat, maka Tuhan membuat mereka berputar-putar di padang gurun selama 40 tahun.

Walaupun sebenarnya mereka bisa menjangkau Kanaan hanya dalam beberapa minggu saja, namun Tuhan membuat mereka berputar-putar di padang gurun selama 40 tahun, sebab Tuhan mau mengubah karakter watak mereka, dari bangsa budak menjadi bangsa yang berdaulat mewarisi negeri Kanaan yang permai, yang dijanjikan Allah kepada nenek moyang mereka, Abraham. Ironis, sebagian besar mereka tewas di padang gurun. 1 Korintus 10:5-6 mengatakan bahwa semua itu menjadi contoh bagi kita yang hidup di zaman akhir ini. Artinya, jangan kita seperti bangsa Israel yang tidak dengar-dengaran, yang pada akhirnya Tuhan memutuskan tidak bisa masuk tanah Kanaan.

Demikian pula dengan kehidupan orang Kristen, yang akhirnya bisa tidak sampai tanah Kanaan, sebab ketika Tuhan berbicara pada waktu-waktu tertentu, sesuai jadwal Tuhan, kita tidak mendengarkan, dan mengeraskan hati. Maka, jangan sampai kita ditelan dunia ini, dan tidak pernah sampai langit baru bumi baru. Ini bukan hal yang bisa kita anggap sepele atau remeh. Ini hal yang sangat penting, sangat prinsip. Kalau bangsa Israel bergerak dari Mesir ke Kanaan, mereka harus menempuh jarak, tetapi kalau perjalanan kita menuju langit baru bumi baru harus mengalami perubahan karakter. Kalau orang Israel dari bangsa budak bisa menjadi bangsa berdaulat yang dipercayai mewarisi tanah Kanaan yang permai, kalau kita dari manusia berdosa menjadi manusia yang berkodrat ilahi, agar kita bisa mewarisi Kerajaan kekal Allah Bapa, bersama-sama dengan Tuhan Yesus.

Namun untuk itu harus ada perubahan. Mengalami perubahan tentu harus ada nasihat, ada suara Tuhan; baik melalui firman, khotbah, suara hati kita, dan melalui peristiwa-peristiwa hidup yang berlangsung dalam hidup kita. Jadi, mestinya Tuhan tidak perlu memukul kita, kalau kita mendengar suara-Nya, dan kita merespons dengan benar. Tuhan pasti berbicara kepada kita, setiap hari, selama masih disebut hari ini, artinya selama masih ada waktu. Kita harus mendengar suara-Nya dan menurut.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU DIKATAKAN BAHWA TUHAN MEMILIKI WAKTU UNTUK BERBICARA, DAN DIWAKILI DENGAN ISTILAH “HARI INI,” ITU BERARTI BISA TIDAK ADA WAKTU LAIN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 Desember 2023
2023-12-08 09:23:44

Roma 4-7

Card image
Truth Kids 07 Desember 2023 - KESAYANGAN
2023-12-07 09:44:00


1 Yohanes 4:19
”Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.”

Fina memiliki boneka kesayangan. Boneka kesayangannya akan ikut di mana pun Fina berada. Di rumah, saat mau tidur, boneka kesayangannya harus diletakkan di sampingnya. Pokoknya tidak boleh ketinggalan dan tidak boleh jauh-jauh dari Fina. Boneka kesayangannya itu adalah pemberian dari orang tuanya sewaktu Fina berulang tahun yang pertama. Sudah lima tahun boneka itu menemani Fina tidur setiap malamnya. Jika ada teman yang datang bermain ke rumah Fina, ia akan menyimpan boneka kesayangannya dengan hati-hati. Fina tidak mau boneka kesayangannya rusak akibat dimainkan teman-temannya. Fina selalu menjaga boneka kesayangannya dengan hati-hati; jangan sampai bonekanya rusak.

Sobat Kids, hidup kita sebagai anak-anak Allah, sangat disayang oleh-Nya. Rasa sayang Tuhan melebihi rasa sayang Fina kepada boneka kesayangannya. Tuhan begitu mengasihi kita. Tidak mungkin Tuhan dengan sengaja menginginkan hal buruk terjadi kepada kita. Hidup kita sangat berharga di mata Tuhan, Sobat Kids. Apa pun keadaan kalian saat ini, Tuhan sangat mengasihi kalian. Kalian semua adalah kesayangan Tuhan, Sobat Kids. So be happy…

Card image
Truth Junior 07 Desember 2023 - FIRST LOVE
2023-12-07 09:33:32


1 Yohanes 4:19
”Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.”

Ada lagu yang liriknya mengatakan “Burung pipit yang kecil dikasihi Tuhan, terlebih diriku dikasihi Tuhan.” Apa yang kita rasakan saat mendengar lagu ini? Betul sekali, Tuhan sangat mengasihi kita. Burung pipit dan bunga bakung saja diperhatikan Tuhan. Bahkan Ia mengetahui segala kebutuhan kita. Dalam ayat firman Tuhan hari ini, kita diajarkan untuk saling mengasihi sesama.

Mengapa kita harus mengasihi sesama? Kita harus mengasihi sesama karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Ayat firman Tuhan hari ini telah mengingatkan kita. Tuhan begitu mengasihi jiwa, karenanya tidak mungkin membinasakan jiwa itu dengan sengaja. Tidak mungkin Tuhan dengan sengaja menginginkan manusia masuk neraka. Buktinya Allah memberikan Putra Tunggal-Nya lahir di bumi ini. Dan bulan ini kita akan memperingati hari Natal, hari kelahiran Yesus. Sebegitu besarnya kasih yang Tuhan berikan kepada kita.

Allah Bapa telah memberikan contoh first love kepada kita, manusia. Sudah sepatutnya kita meneladani first love yang telah diberikan-Nya kepada kita. Yuk, Sobat Junior, di bulan yang penuh kasih ini kita berikan rasa kasih kita kepada sesama. Dimulai kepada orang tua dan saudara kandung kita (kakak atau adik), lalu kepada seluruh anggota keluarga lainnya. Ingatlah juga untuk menunjukkan rasa kasih kita kepada orang lain di sekitar. Sehingga, mereka dapat merasakan kasih yang Allah berikan terlebih dahulu kepada kita.

Card image
Truth Youth 07 Desember 2023 (English Version) - I AM PRECIOUS
2023-12-07 09:27:26


"Keep me as the apple of your eye; hide me in the shadow of your wings." (Psalm 17:8)

Christmas is indeed a memorable celebration for Christians. As reflected in yesterday's contemplation, the Christmas celebration is often made grand in various places. This often leads our thoughts towards the idea that, in welcoming Christmas, we must purchase new and nice items such as clothes, bags, shoes, dine at specific restaurants, and more. We tend to overlook the true meaning of Christmas, which is the birth of Christ as a turning point in our lives when we come to know Him. All the celebrations and attributes we prepare for Christmas are enjoyable, good, and special. However, beyond all that, God wants us to bring our hearts and lives to Him because we are precious in His eyes.

In Psalm 17:8, it is stated how precious we are. We are exceedingly valuable in the eyes of the Lord, the God who created us. In this Christmas moment, God yearns for us to bring our hearts and lives to Him, calling us to allow Him to keep us as the apple of His eye. He longs for us to fully depend on His protection and care. There is no need to doubt His faithfulness to us. Even though we may consider ourselves incapable of celebrating Christmas extravagantly at this moment, what matters most is that we improve ourselves during this special time.

Let us bring our hearts and lives to Him because we are exceedingly valuable and special to Him. Regardless of how broken our lives may be, He will open His arms to embrace us and accept us just as we are, as long as we genuinely repent and commit to a new life with Him. Direct our hearts and minds towards one goal that can provide complete peace: Jesus Christ. Remember how God created us in His image and likeness. The Word of God also reminds us that we are precious and very special creations. Stay spirited!

WHAT TO DO:
1. Realize that we are precious and special creations because we are created in His image and likeness.
2. Our lives belong to God; therefore, no matter how broken they may be, God is willing to accept us back as long as we genuinely repent.
3. Celebrate Christmas with the true understanding that we deserve the moment of the Savior's birth because we are valuable and special.

BIBLE MARATHON:
▪︎ John 13-15

Card image
Truth Youth 07 Desember 2023 - I AM PRECIOUS
2023-12-07 09:24:19


”Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu.” (Mazmur 17:8)

Natal memang sebuah perayaan yang berkesan bagi umat Nasrani. Seperti di renungan kemarin, perayaan Natal dibuat semewah mungkin di berbagai tempat. Hal ini sering kali menggiring pemikiran kita bahwa dalam menyambut Natal, kita harus membeli perlengkapan yang baru dan bagus seperti: baju, tas, sepatu, makan di restoran tertentu dan lainnya. Kita melewatkan makna Natal sesungguhnya, yaitu kelahiran Kristus menjadi titik balik perubahan hidup kita ketika mengenal-Nya. Semua perayaan dan atribut yang kita siapkan dalam menyambut Natal memang sebuah hal yang menyenangkan, baik dan istimewa. Namun lebih daripada itu semua, Tuhan ingin kita membawa hati dan hidup kita kepada-Nya karena kitalah yang teristimewa di mata-Nya.

Di dalam Mazmur 17:8 menyatakan bahwa betapa istimewanya kita. Kita terlalu berharga di mata Tuhan Allah yang menciptakan kita. Di momen Natal ini, Tuhan rindu kita membawa hati dan hidup kita serta memelihara kita seperti biji mata-Nya. Dia rindu kita bergantung seutuhnya kepada perlindungan dan pemeliharaan-Nya. Tidak perlu kita meragukan kasih setia- Nya untuk kita. Meskipun saat ini kita menganggap diri kita orang yang tidak mampu untuk merayakan momen Natal secara mewah, namun yang terpenting adalah kita membenahi diri kita pada momen spesial ini.

Mari kita membawa hati dan hidup kita kepada-Nya karena kita terlalu berharga dan istimewa bagi-Nya. Tak peduli seberapa hancur kehidupan kita, Dia akan membuka tangan-Nya untuk memeluk kita dan menerima kita apa adanya asalkan kita sungguh-sungguh mau menjalankan kehidupan baru bersama-Nya. Arahkanlah hati dan pikiran kita kepada satu tujuan yang dapat memberikan damai sejahtera yang seutuhnya yaitu Yesus Kristus. Ingatlah bagaimana Allah menciptakan kita serupa dan segambar dengan-Nya. Firman Tuhan juga mengingatkan kita bahwa kita adalah ciptaan yang berharga dan sangat istimewa. Tetap semangat!

WHAT TO DO:
1.Kita perlu menyadari bahwa kita ciptaan yang berharga dan istimewa karena kita tercipta serupa dan segambar dengan-Nya
2.Hidup kita ini milik Tuhan, maka sehancur-hancurnya hidup kita, Tuhan tetap mau menerima kita kembali asalkan kita sungguh-sungguh bertobat.
3.Rayakan Natal dengan satu pemikiran yang benar yaitu kita layak atas momen kelahiran Juruselamat karena kita berharga dan istimewa.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yohanes 13-15

Card image
Renungan Pagi - 07 Desember 2023
2023-12-07 09:20:52


Tuhan memerlukan kita semua untuk menyatakan keselamatan-Nya dan menggenapi rencana-Nya, bagi semua manusia ciptaan-Nya. Kita mungkin bukan seorang pendeta, lulusan sekolah theologia atau pelayan Tuhan di mimbar gereja, tetapi hanya seorang pedagang, profesional, siswa, ibu rumah tangga atau apapun jenis pekerjaannya.

Tuhan ingin kita menjadi saksi Kristus yang menyatakan Amanat Agung Tuhan, menjadikan semua bangsa murid-Nya, mengajarkan jiwa-jiwa untuk mengenal Pribadi Kristus, yang adalah Juruselamat manusia, dan hidup yang sesuai dengan kebenaran Injil, adalah cara menjadi saksi yang hidup, sebab tindakan nyata lebih banyak berbicara daripada ribuan kata-kata belaka.

"Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Ku-perintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Jadi sekalipun kita tidak bergelar pendeta atau pelayan mimbar, jika hidup mengabdi bagi Tuhan dan memiliki belas kasih Tuhan bagi jiwa-jiwa, maka percayalah kita semua adalah saksi Kristus yang Tuhan mau pakai dan utus bagi Injil Kerajaan-Nya.
(Matius 28:19-20)

Card image
Quote Of The Day - 07 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-07 09:15:44


Kalau hidup rohani kita sehat, kita akan menyadari bahwa Tuhanlah nafas hidup kita

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 07 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-07 09:10:28


Anak-anak Allah dianjurkan mengasihi semua orang, termasuk orang-orang yang memusuhinya.

Card image
UNDERSTANDING GOD'S FOOTSTEPS - 07 Desember 2023 (English Version)
2023-12-07 09:04:02


In our lives as children of God and as the chosen people beloved by the Father, there are undoubtedly essential moments that God allows us to experience or go through. Through those moments, God wants to direct us toward Himself or lead us into His great and glorious plans. Therefore, we must be able to grasp and use those moments correctly.  *Joseph, the son of Jacob,* experienced the pinnacle of suffering not only when he was thrown into a pit or when he was sold as an enslaved person but also when he entered prison accused of trying to assault Potiphar’s wife, who was a high official of Pharaoh. At that moment, Joseph’s life seemed to crumble, and the future of Jacob’s son appeared to be in complete darkness.

However, it turned out that it was a crucial moment that God allowed Joseph to experience to lift him. This moment later became the beginning of the salvation of the entire Jacob family and the reunion of Jacob with his beloved son.  God has many ways, and often, we do not understand His ways, but He never brings accidents to us because His plans are plans for peace and well-being, as written in the book of Jeremiah. 

David experienced the peak of suffering not only when he faced Goliath but also when his life was critical as he was hunted and threatened by Saul. His people fought against him. All of Saul’s forces pursued his life, so he faced a king with hundreds of soldiers or warriors. However, it was a moment for David to train for when he would become the King of Israel. The same goes for  Daniel‘s lion’s den, and the fiery furnace heated seven times for Shadrach, Meshach, and Abednego; those moments transformed their lives.

Each one of us certainly has moments in life. Suppose we can read God’s footprints in our lives; then, these are moments that God allows us to experience or go through, directing us toward Him, toward the prosperity of God, not worldly prosperity. Those Moments lead us to the fulfilment of God’s beautiful plans for His glory and the beauty of our lives. Let’s reflect on the events in our lives that we have experienced, which were God’s call to direct us toward His grand plan. If we have wasted these moments, let’s turn back.  There is still an opportunity for us as long as our hearts beat and alive.

Many people waste these precious moments, which are God’s eternal blessings. As a result, their lives do not undergo significant changes; they do not experience meaningful changes. God’s grand designs, which He has designed, are not fulfilled in their lives. Let’s examine our lives more carefully. If we have wasted these valuable moments and gained nothing—often even moving further away from God—those moments may not come again. Remember, those moments are precious, gracious, and eternal blessings God has provided. Let’s not squander them.

Not infrequently, disappointments we experience make us wonder what true Christianity is like. Life’s upheavals make us doubt the Christianity we live, the one we inherit from our predecessors, with all the doctrines and teachings we have absorbed filling our minds. Therefore, when we start entering a quiet space, a prayer room, going through long nights sitting silently at God’s feet, and in the disappointments we experience. In essence, these are crucial moments that begin to change our lives.

It turns out that the Christianity we live in is not the standard Christianity that Jesus taught. Our lives are connected to theological figures we have studied but not connected to God. Our emotions are connected to the charismatic church ceremonies that squeeze feelings, arouse emotions, and are spontaneous. Sometimes, we feel so anointed. But if we are honest, often it is just an outpouring of emotions wrapped in an understanding as if we have met God. A person genuinely connected to God will undoubtedly have tremendous reverence and cannot live in sin.  The holiness of God will pursue and ‘consume’ them. God can be felt and experienced if we are serious about building an interactive relationship with Him.  

EACH ONE OF US HAS A MOMENT IF WE CAN UNDERSTAND GOD'S FOOTSTEPS IN OUR LIVES.

Card image
MEMBACA JEJAK TUHAN - 07 Desember 2023
2023-12-07 08:41:50


Dalam perjalanan hidup kita sebagai anak-anak Allah, sebagai umat pilihan yang dikasihi oleh Bapa, pasti ada momentum-momentum penting yang Tuhan izinkan kita alami atau kita jalani, yang melaluinya Tuhan mau mengarahkan kita kepada-Nya atau mengarahkan kita kepada rencana-Nya yang agung, besar, dan mulia. Maka, kita harus dapat menangkap dan menggunakan momentum itu dengan benar. Yusuf, anak Yakub, mengalami puncak penderitaan bukan hanya pada waktu ia dibuang ke dalam sumur, atau pada waktu dia dijual menjadi budak, melainkan ketika dia masuk ke dalam penjara dengan tuduhan hendak memperkosa istri tuan Potifar yang adalah pejabat Firaun. Pada saat itu, langit hidup Yusuf menjadi rubuh. Masa depan hidup anak Yakub ini seolah gelap gulita.

Tetapi ternyata, itu momentum penting; momentum yang Tuhan izinkan dialami Yusuf untuk mengangkatnya, yang kemudian menjadi awal dari keselamatan seluruh keluarga Yakub, dan perjumpaan Yakub dengan anak kesayangannya ini. Allah memiliki banyak jalan, dan jalan-jalan-Nya sering tidak kita pahami. Tetapi, Allah tidak pernah mendatangkan kecelakaan kepada kita, sebab rancangan-rancangan-Nya adalah rancangan damai sejahtera, demikian dalam kitab Yeremia ditulis.

Daud, mengalami puncak penderitaan bukan hanya pada waktu dia menghadapi Goliat, tetapi ketika nyawanya seperti telur di ujung tanduk sebab dia dikejar, diburu nyawanya oleh Saul. Dia dilawan oleh bangsanya sendiri. Semua pasukan Saul memburu nyawanya. Seorang anak gembala menghadapi raja dengan ratusan tentara atau prajurit. Tetapi, ternyata itu momentum bagi Daud sebagai latihan untuk suatu saat dia menjadi Raja Israel. Demikian pula dengan gua singa Daniel dan dapur perapian yang dinyalakan (dipanaskan) 7 kali lipat bagi Sadrakh, Mesakh, Abednego; itulah momentum-momentum yang mengubah hidup mereka.

Setiap kita pasti memiliki momentum dalam menjalani hidup. Kalau kita bisa membaca jejak Tuhan di dalam hidup kita, pasti; momentum yang Tuhan izinkan kita alami atau kita jalani, yang mengarahkan kita kepada Tuhan, kepada kemakmuran Tuhan; bukan kemakmuran duniawi. Momentum yang mengarahkan kita kepada penggenapan rencana-rencana Allah yang indah bagi kemuliaan nama-Nya dan bagi keindahan hidup kita. Coba kita renungkan peristiwa-peristiwa hidup yang pernah kita alami, yang sebenarnya itu merupakan panggilan Tuhan untuk mengarahkan kita kepada rencana agung-Nya. Kalau kita telah menyia-nyiakan momentum itu, mari kita berbalik. Masih ada kesempatan selama kita masih memiliki kehidupan ini; selama jantung kita masih berdetak.

Banyak orang yang menyia-nyiakan momentum berharga yang merupakan berkat kekal yang Allah berikan itu. Sehingga, hidupnya tidak mengalami perubahan secara signifikan; tidak mengalami perubahan yang berarti. Rencana-rencana agung Allah yang didesain-Nya, tidak tergenapi dalam hidup kita. Mari kita periksa hidup kita dengan lebih teliti. Sebab kalau kita menyia-nyiakan momentum yang berharga itu dan kita tidak memperoleh apa-apa—bahkan tidak jarang yang malah menjadi lebih menjauh dari Tuhan—momentum itu tidak terulang lagi. Ingat, momentum itu mahal, itu kasih karunia, itu berkat abadi yang Allah sediakan. Jangan kita sia-siakan.

Malah tidak jarang kekecewaan yang kita alami itulah yang membuat kita bertanya-tanya, kekristenan yang benar itu bagaimana? Guncangan-guncangan hidup itu membuat kita meragukan kekristenan yang kita jalani, yang kita warisi dari pendahulu-pendahulu dengan semua doktrin dan pengajaran yang sudah kita serap memenuhi pikiran. Maka, ketika kita mulai memasuki ruang sepi, ruang doa, melewati malam panjang duduk diam di kaki Tuhan, juga dalam kekecewaan yang kita alami. Sejatinya, itulah momentum penting yang membuat hidup kita mulai berubah.

Ternyata, kekristenan yang kita jalani belum kekristenan standar yang diajarkan Tuhan Yesus. Hidup kita terkoneksi dengan tokoh-tokoh teologi yang kita pelajari, tetapi tidak terkoneksi dengan Tuhan. Emosi kita terkoneksi dengan seremonial gereja kharismatik yang memeras perasaan, membangkitkan emosi, spontan. Kadang-kadang, kita merasa begitu diurapi. Tetapi kalau jujur, sering kali itu hanya sebuah luapan dari emosi yang dibalut dengan pengertian seakan-akan kita berjumpa dengan Tuhan. Sebab, orang yang terkoneksi dengan Tuhan pasti memiliki kegentaran yang dahsyat dan ia tidak bisa hidup dalam dosa. Kesucian Allah akan mengejar dan “menghanguskan” dirinya. Allah itu bisa dirasakan dan dialami, jika kita serius membangun hubungan interaksi dengan Dia.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SETIAP KITA MEMILIKI MOMENTUM KALAU KITA BISA MEMBACA JEJAK TUHAN DI DALAM HIDUP KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 Desember 2023
2023-12-07 08:38:46

Roma 1-3

Card image
Truth Kids 06 Desember 2023 - MENYIA-NYIAKAN KESELAMATAN
2023-12-06 09:41:41


Ibrani 2:3
“… bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, …”

Siapa di antara Sobat Kids yang mau masuk surga? Wah…pasti semuanya angkat tangan, ya… Tapi kalau ditanya siapakah yang mau masuk neraka? Hmm… pasti tidak ada yang angkat tangan. Tuhan juga tidak mau seorang pun masuk neraka. Tidak ada orang yang ditentukan oleh Tuhan untuk masuk neraka. Tuhan sudah mati di kayu salib untuk menebus semua dosa manusia. Itu adalah bukti bahwa Tuhan tidak menginginkan satu manusia pun masuk ke dalam neraka.

Tuhan Yesus sudah memberikan keselamatan bagi semua manusia dengan cuma-cuma, gratis. Tapi bukan berarti harga keselamatan itu gratis, ya, Sobat Kids. Tuhan Yesus telah membayar harga keselamatan dengan darah dan nyawa-Nya. Harga yang sangat mahal. Oleh sebab itu kita tidak boleh menyia-nyiakan keselamatan yang telah diberikan kepada kita. Tuhan tidak pernah meminta kita untuk membayar harga keselamatan yang sudah diberikan-Nya. Kita yang harus sadar. Kita harus mengerjakan bagian kita sebagai respon terhadap keselamatan yang sudah diberikan secara gratis. Bagaimana caranya? Caranya adalah bersikap dengar-dengaran dan taat kepada orangtua; mengerjakan tugas di sekolah; membantu orangtua di rumah. Dan tentunya masih banyak lagi perbuatan baik yang kalian bisa lakukan, Sobat Kids. Jadi jangan sia-siakan keselamatan yang sudah Tuhan berikan kepada kita, ya.

Card image
Truth Junior 06 Desember 2023 - RESPONS
2023-12-06 09:39:46


Ibrani 2:3
“… bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, …”

Sobat Junior, apakah kalian masih ingat lagu lama yang liriknya “God is so good. God is so good. He’s so good to me?” Tentu kalian juga setuju dengan lirik tersebut. Tuhan itu baik untuk kita semua. Tuhan mau mati di kayu salib bagi semua orang, bukan hanya orang yang percaya kepada Tuhan, melainkan juga untuk orang yang belum percaya kepada-Nya. Keselamatan yang Tuhan berikan berlaku untuk semua orang yang mau percaya.

Keselamatan yang telah kita peroleh juga harus dijaga, ya, Sobat Junior. Jangan sampai kita menyia-nyiakan keselamatan yang diberikan Tuhan. Percaya kepada Tuhan bukan hanya mengaku dengan mulut kita bahwa Yesus adalah Tuhan, melainkan kita harus menunjukkan respons yang baik. Bagaimana caranya? Pertama, kita harus menjaga mata dan telinga dari tontonan yang kita lihat atau hal yang kita dengar sesuai dengan isi hati Tuhan. Kedua, belajar mengenal-Nya melalui Alkitab yang kita baca. Dan yang terakhir, miliki waktu “ngobrol” sama Tuhan.

Sobat junior, jadikan 3 langkah tadi sebagai cara kita bertanggung jawab dalam iman percaya kepada Tuhan. Tuhan tidak pernah menentukan manusia masuk neraka. Yang membuat diri seseorang diselamatkan atau tidak adalah respons dari orang tersebut. Tuhan ingin kita berjuang untuk mengasihi dan merespons keselamatan yang sudah disediakan-Nya.

Card image
Truth Youth 06 Desember 2023 (English Version) - SELF-REFLECTION
2023-12-06 09:31:26


"See if there is any offensive way in me, and lead me in the way everlasting!" (Psalm 139:24)

We have entered the month of December, signaling the imminent celebration of Christmas. Christmas tree decorations adorn various places we visit, be it churches, malls, hotels, restaurants, accompanied by the melodies of Christmas songs. We sense something special in welcoming this Christmas day. We feel that Christmas is a memorable moment every year, preparing numerous gifts for relatives, siblings, family, and friends. Not only that, there are many enjoyable activities during the Christmas season, including those in the church. We may participate in Christmas celebrations, either as organizers or performers of certain acts. All that we prepare and do above is not a transgression. However, there is something far more important we need to do in that moment as the year comes to an end.

Psalm 139:24 invites us to reflect on our life journey throughout the closing year, coinciding with the celebration of Christmas. In this verse, the Word of God encourages us to introspect whether our path aligns with the Father's will or veers onto a different course. How is the quality of our Christianity? While Christmas can be celebrated with various festivities, it is crucial for us to engage in self-reflection. To what extent have we filled our lives during the time granted by the Lord? These are questions only we can answer personally.

In this contemplation, we need to set aside time in the final month at the end of the year for introspection or self-reflection. If we feel our path aligns with the Father's will, we can maintain and enhance that quality. However, if we find our path still astray, we can ask the Lord for forgiveness and commit once more to becoming individuals more responsible for our Christianity. Christianity is not merely about religion; more importantly, it's about how we responsibly live our lives in accordance with God's design and will.

WHAT TO DO:
1. Acknowledge that Christmas in December provides an opportunity for self-reflection as the year ends.
2. Christmas celebrations can include various exciting activities, but it's crucial to focus on the true meaning of Christmas: recognizing the positive contributions in our lives.
3. Take time to sit in quiet reflection, considering the positive aspects of what has been done and identifying areas for improvement.

BIBLE MARATHON:
▪︎ John 11-12

Card image
Truth Youth 06 Desember 2023 - BERCERMIN DIRI
2023-12-06 09:26:11


"Lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!" (Mazmur 139:24)

Kita sudah memasuki bulan Desember yang menandakan bahwa sebentar lagi akan merayakan Natal. Hiasan pohon Natal sudah menghiasi berbagai sudut tempat yang kita kunjungi, baik itu gereja, mal, hotel, restoran dan lainnya serta diiringi oleh alunan lagu Natal. Kita merasakan sesuatu yang spesial dalam menyambut hari Natal ini. Kita merasa bahwa Natal adalah momen yang berkesan setiap tahunnya dan kita pun mempersiapkan banyak kado-kado untuk kerabat, saudara, keluarga dan teman-teman. Tak hanya itu, ada banyak aktivitas atau kegiatan menyenangkan selama momen Natal, termasuk di gereja. Bisa saja kita menjadi bagian dalam perayaan Natal yaitu menjadi panitia atau orang yang memberikan performance tertentu. Semua yang kita siapkan dan lakukan di atas bukanlah sebuah pelanggaran. Namun, ada hal yang jauh lebih penting, yang harus kita lakukan di momen tersebut sebagai penghujung akhir tahun.

Mazmur 139:24 mengajak kita untuk merenungkan perjalanan kehidupan kita selama satu tahun, yang ditutup bulan Desember sekaligus dalam perayaan Natal. Pada ayat tersebut Firman Tuhan mengajak dan mendorong kita untuk merefleksikan diri apakah jalan kita sudah seturut dengan kehendak Bapa atau serong ke jalan yang lain. Bagaimana kualitas kekristenan kita? Natal dapat kita rayakan dengan berbagai perayaan, namun penting bagi kita juga untuk bercermin diri. Sejauh apa kita mengisi kehidupan kita dalam waktu-waktu yang Tuhan berikan? Semua ini hanya kita yang dapat menjawab sendiri secara pribadi.

Di dalam renungan kali ini, kita perlu meluangkan waktu pada bulan terakhir di penghujung tahun untuk berdiam diri, merefleksikan atau bercermin diri. Kalau kita merasa jalan kita lurus seturut kehendak Bapa, maka kita dapat mempertahankan dan meningkatkan kembali kualitas itu. Namun, jika kita mendapati jalan kita masih serong, maka kita bisa minta Tuhan mengampuni dan kita membuat komitmen kembali untuk menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab terhadap kekristenan kita. Kekristenan tidak semata bicara soal agama, lebih penting dari itu yaitu bagaimana kita bertanggung jawab menjalani kehidupan kita seturut rancangan dan kehendak Allah Bapa.

WHAT TO DO:
1. Kita perlu menyadari bahwa Natal di Desember memberikan kesempatan kepada kita untuk bercermin diri di penghujung tahun.
2. Perayaan Natal boleh saja dilakukan dengan berbagai aktivitas seru, namun tetap perlu memandang makna Natal yang sesungguhnya yaitu melihat hal-hal positif apa yang sudah kita kontribusikan di hidup kita.
3. Ambillah waktu untuk duduk diam merenung dan refleksi diri hal positif apa yang sudah dilakukan dan hal apa yang masih perlu diperbaiki dalam diri kita

BIBLE MARATHON:
▪︎Yohanes 11 - 12

Card image
Renungan Pagi - 06 Desember 2023
2023-12-06 09:23:35


Kita mungkin sering bicara tentang Tuhan, mengajarkan kebenaran tentang Tuhan, bahkan dapat bersaksi tentang mukjizat yang kita alami, pertolongan Tuhan juga dialami dan rasakan, tetapi jika masih hidup dalam kemunafikan dan kebohongan, berhati-hatilah, jangan seperti ahli Taurat dan orang Farisi, yang pada akhirnya justru membuat nama Tuhan yang dipermalukan.

Oleh karena kebohongan selama ini, sehingga kita menjadi batu sandungan, bukan menjadi teladan dalam kebenaran. Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan."

Perkataan dalam PL ini yang kembali diucapkan Tuhan Yesus saat membuka topeng kemunafikan para ahli Taurat dan orang Farisi, "Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia."

Sebab itu, berhati-hatilah jika kita terus hidup dalam kebohongan dan berlaku munafik, jangan sampai Tuhan membongkar aib, maka kita akan dilecehkan dan direndahkan orang, serta hidup mempermalukan nama Tuhan.
(Yesaya 29:13; Matius 15:7-9)

Card image
Quote Of The Day - 06 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-06 09:12:37


Kalau Tuhan seakan-akan membuat kita dikalahkan dan disalahkan, itu karena kita harus rendah hati. Namun, Tuhan pasti membuat kita menang pada waktunya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 06 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-06 09:11:12


Kita harus selalu mempersiapkan diri untuk mengarungi jalan-jalan-Nya, bukan jalan-jalan kita sendiri. Harus diingat bahwa kita mengikut Tuhan, bukan Tuhan yang mengikut kita.

Card image
MORE ABLE TO SENSE - 06 Desember 2023 (English Version)
2023-12-06 09:08:18


The extraordinary thing in the life of believers is that we can become the Temple of God, where the Spirit of God dwells within us. In His presence, God indeed speaks. For the people of the Old Covenant, the Temple of God was a building, a sacred tent, like in Shiloh. However, for believers, our bodies are God’s Temple. Each person can deal with and interact with God, and He is pleased to be present in our lives and declare His will: what is good, pleasing, and perfect. Therefore, being God’s chosen people is extraordinary because God is willing to deal with each individual.

So, we can understand what God desires amid the issues and struggles we face. It can involve events involving others or our internal struggles or feelings. How blessed we are who hear and do the Word of God, and for us, it is not the Word in the law but in the sense of a particular, exceptional voice of God that everyone can hear. Therefore, only God can judge how wealthy each individual is in His sight because only He knows.

When we open our eyes in the morning and are given the time of that day, we must be grateful because God is willing to be present in our lives and is ready to deal with us. That is the opportunity for us to gather treasures in heaven.  So, it’s not the length of life—because everyone has the same length of time—but the depth of it. We must use our time every day, 24 hours, by doing the will of the Father. Since we wake up in the morning, we face moments or events and must choose whether to do God’s will.

So, when we wake up, pray, and prepare for the day, the morning prayer is meaningful. However, for some people, God seems dead, as if He is not there, but for us, He is alive. So, when we seriously discuss whether ‘this is pleasing to the Lord or not,’ we will increasingly feel His presence in our lives. Our life becomes valuable when we make our time worthwhile by doing God’s will.

A person who finds God will be marked by having the nature of God, and they will surely radiate the glory of God. The question is whether we have emitted the glory of God because we often go astray. However, we surely don’t want to go wrong again. A servant of God must present God’s presence when they are in the pulpit, and it can be realized if their life is trained to do the will of God from time to time. We should do God’s will throughout the time given.

We should pay attention to our habits. Don’t be like fools—those who refuse to be rebuked are unaware of their mistakes and refuse to change, but be like people who hear the Word and do it. We want to open our ears more to hear God’s voice more often, and this must not be speculation but must be trained every day.  Make use of the time available, meaning how to make our time valuable by doing God’s will; in this matter, it is up to us, not God, because God has undoubtedly provided His voice. It is up to us whether we will open our ears to hear the voice of God. Even an earnest person will not easily hear His voice, let alone someone who is not serious.  

We are on Earth, like dust, compared to the boundless universe, and we are dust within the dust. God Almighty is the Most-High and Most Holy, so don’t underestimate Him. 

Sometimes, God seems unresponsive if we are earnest, but we must not be offended. He is the Most-High and the Greatest. Who are we? But we know that God tests how faithful we are in seeking Him. While there is time and chance,  we must be reckless in waiting for God in this life and seek Him until there is no time without His presence. This is not a matter of whether our problems are complex or straightforward, critical or not, but whether we do God’s will in every moment. Believe that He is alive, meaning He is present in our lives.  

WHEN WE ARE SERIOUSLY QUESTIONING WHETHER 'THIS IS PLEASING TO THE LORD,' WE WILL INCREASINGLY BE ABLE TO FEEL HIS PRESENCE IN OUR LIVES.

Card image
SEMAKIN BISA MERASAKAN - 06 Desember 2023
2023-12-06 09:02:08


Yang luar biasa dalam hidup umat percaya adalah kita bisa menjadi bait Allah, di mana Roh Allah diam di dalam diri kita. Di dalam kehadiran-Nya, Allah pasti berbicara. Kalau umat Perjanjian Lama, bait Allahnya adalah gedung, kemah suci. Di Silo, misalnya. Tetapi bagi orang percaya, tubuhnyalah bait Allah. Setiap orang bisa berperkara, bisa berurusan, bisa berinteraksi dengan Allah. Allah berkenan hadir di dalam hidup kita dan menyatakan kehendak-Nya; apa yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna. Maka, menjadi umat pilihan Allah itu luar biasa. Karena kepada setiap individu, Allah mau berurusan.

Sehingga kita bisa mengerti apa yang Tuhan kehendaki dalam media persoalan dan pergumulan hidup yang kita alami, di mana ada momentum di situ. Hal itu bisa menyangkut peristiwa-peristiwa yang melibatkan orang lain, maupun pergumulan batin, perasaan kita yang kita sendiri menggumulinya. Maka, berbahagialah kita yang mendengarkan firman Tuhan dan melakukannya. Bagi kita, itu bukan firman dalam arti hukum, melainkan firman dalam arti suara Allah yang sangat spesifik, sangat khusus, yang bisa didengar setiap orang. Oleh sebab itu, yang bisa menilai seberapa kayanya masing-masing individu di hadapan Allah, hanya Tuhan, karena hanya Tuhan yang tahu.

Jadi kalau kita membuka mata pada pagi hari, kita diberi waktu hari itu, artinya kita harus bersyukur karena Allah mau hadir dalam hidup kita. Allah mau berurusan dengan kita. Di situlah kesempatan bagi kita untuk mengumpulkan harta di surga. Jadi bukan panjangnya hidup—sebab setiap kita punya panjang waktu yang sama—melainkan dalamnya hidup. Bagaimana kita memaknai waktu kita dalam setiap hari, yang kita diberikan 24 jam, yaitu dengan melakukan kehendak Bapa. Jadi begitu kita melek mata di pagi hari, dari menit pertama, menit kedua, menit ketiga, dan seterusnya, kita diperhadapkan pada momentum-momentum, peristiwa demi peristiwa dan pilihan untuk melakukan kehendak Allah atau tidak.

Jadi kalau kita bisa bangun pagi dan berdoa, mempersiapkan hari itu, betapa berartinya doa pagi itu. Namun bagi sebagian orang, Allah itu seperti mati, seperti tidak ada. Tetapi bagi kita, Dia hidup. Jadi ketika kita serius untuk memperkarakan “hal ini berkenan di hadapan Tuhan atau tidak,” kita akan makin bisa merasakan hadirnya Tuhan dalam hidup kita. Ketika kita membuat waktu kita bernilai karena melakukan kehendak Allah, maka hidup kita menjadi bernilai.

Orang yang menemukan Tuhan akan ditandai dengan memiliki sifat Tuhan. Orang yang memiliki sifat Tuhan, pasti memancarkan kemuliaan Tuhan. Pertanyaannya, seberapa kita sudah memancarkan kemuliaan Tuhan? Karena sering kita meleset. Tetapi tentu kita tidak mau meleset lagi. Apalagi sebagai hamba Tuhan, kehadirannya di mimbar itu harus kehadiran Allah. Hal itu bisa terwujud, kalau kehidupannya terlatih melakukan kehendak Tuhan dari hari ke hari, dari jam ke jam, dari menit ke menit. Dari 100 kesempatan yang Tuhan berikan di dalam waktu, dalam perjalanan waktu itu, seberapa kita melakukan kehendak Allah?

Maka perhatikan bagaimana kita berkebiasaan. Janganlah seperti orang bebal yang tidak mau ditegur, tidak mau menyadari salahnya, yang tidak mau berubah; bebal. Jadilah seperti orang arif yang mendengar firman dan melakukan. Kita mau semakin buka telinga, agar semakin sering mendengar suara Tuhan. Hal itu tidak boleh spekulasi, tetapi harus dilatih setiap hari. Pergunakanlah waktu yang ada, artinya bagaimana membuat waktu kita bernilai dengan melakukan kehendak Allah. Dalam hal ini, kita yang harus mengusahakan, bukan Tuhan. Karena Tuhan pasti sudah menyediakan suara-Nya. Tetapi apakah kita mau membuka telinga kita untuk mendengar suara Tuhan? Orang yang sungguh-sungguh saja, tidak mudah mendengar suara-Nya, apalagi yang tidak serius.

Kita ada di bumi yang seperti debu, jika dibanding jagat raya yang tidak terbatas. Dan kita adalah debu dalam debu. Allah semesta alam itu Maha Tinggi, Maha Suci. Jadi, jangan anggap remeh Tuhan.

Kalau kita sungguh-sungguh pun, Tuhan kadang-kadang seperti tidak menanggapi. Tetapi kita tidak boleh tersinggung. Dia Maha Tinggi, Dia Maha Besar. Siapa kita? Tetapi kita tahu bahwa Tuhan menguji seberapa kita setia mencari Dia. Seberapa kita nekat menantikan Tuhan dalam hidup ini. Carilah Dia sampai tidak ada waktu yang kita miliki tanpa Tuhan hadir dalam hidup kita. Mumpung masih ada kesempatan. Jadi bukan masalah sukar atau ringan masalah kita, kritis atau krisis atau tidak, tetapi apakah di dalam setiap momentum itu kita melakukan kehendak Allah. Percayalah bahwa Allah hidup, artinya Ia hadir di hidup kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KETIKA KITA SERIUS UNTUK MEMPERKARAKAN “HAL INI BERKENAN DI HADAPAN TUHAN ATAU TIDAK,” MAKA KITA AKAN SEMAKIN BISA MERASAKAN HADIRNYA TUHAN DALAM HIDUP KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 Desember 2023
2023-12-06 08:58:00

2 Korintus 10-13

Card image
Truth Kids 05 Desember 2023 - MENGASIHI
2023-12-05 10:30:02


Amsal 14:21
“Siapa menghina sesamanya berbuat dosa, tetapi berbahagialah orang yang menaruh belas kasihan kepada orang yang menderita.”

Di sebuah taman bermain, Lala Kelinci bertemu dengan teman baru yang bernama Soni Landak. Lala memperhatikan Soni yang tampak begitu berbeda dengannya. Bulu Lala halus dan putih, sedangkan Soni memiliki banyak duri berwarna cokelat. Lala berpikir, “Hmmm apakah aku harus tetap bermain dan berteman dengan Soni? Karena kita kan berbeda?” Lala terdiam sejenak… “Oh iya… harusnya aku ga boleh begitu, ya. Seharusnya aku tetap bermain dan mau berteman dengan dia. Meskipun aku dan Soni berbeda, aku harus bisa mengasihi Soni.

Sobat Kids, ada begitu banyak orang di dunia ini. Ada yang tinggi, ada yang berkebutuhan khusus, ada yang percaya pada Tuhan Yesus dan ada juga yang tidak percaya Tuhan Yesus. Tapi, Tuhan Yesus sendiri yang meminta kita untuk mengasihi semua orang. Termasuk mereka yang tidak percaya kepada-Nya. Kita mengasihi semua orang dan berteman dengan siapa saja. Walaupun berbeda-beda namun kita belajar untuk mengasihi mereka semua. Sobat Kids harus menunjukkan kasih Yesus dalam diri kita kepada mereka. Yuk, kita belajar mengasihi!

Card image
Truth Junior 05 Desember 2023 - RESPECT TO EACH OTHER
2023-12-05 10:28:19


Amsal 14:21
“Siapa menghina sesamanya berbuat dosa, tetapi berbahagialah orang yang menaruh belas kasihan kepada orang yang menderita.”

Laura dan May merupakan teman satu sekolah. Mereka akrab bermain dan belajar bersama-sama di sekolah. Namun, ada yang berbeda dari mereka berdua. Laura setiap minggu pergi ke gereja, sedangkan May pergi ke vihara. Murid-murid di sekolah tempat Laura dan May belajar memiliki kepercayaan yang berbeda-beda.

Laura sebagai pengikut Kristus, berusaha menjadi contoh yang baik bagi teman-temannya yang belum percaya. Ia tidak memaksa teman-temannya untuk datang ke gereja. Laura mengerti bahwa di Indonesia terdapat beberapa agama. Masing-masing agama diberikan kesempatan untuk beribadah sesuai dengan kepercayaannya. Sebagai warga negara yang baik, Laura juga mau menjaga kesatuan negara Indonesia. Ia tidak menghina teman-temannya. Justru ia berbuat baik kepada semua orang tanpa memandang agama mereka.

Teman-teman Laura merasakan kebaikannya. Laura sebisa mungkin akan membantu teman-teman yang membutuhkan pertolongan. Ia juga menghormati saat teman-temannya harus beribadah di rumah ibadah mereka.

Sobat Junior, mari kita saling mengasihi dan menghargai perbedaan yang ada di negara Indonesia. Kita harus saling menghormati teman-teman yang berbeda kepercayaan.

Card image
Truth Youth 05 Desember 2023 (English Version) - CHRISTMAS: DESIRING NONE TO PERISH
2023-12-05 10:32:18


"The Lord is not slow to fulfill his promise as some count slowness, but is patient toward you, not wishing that any should perish, but that all should reach repentance." (2 Peter 3:9)

One of the most widely recognized tenets of Christian doctrine is salvation in Christ. This doctrine underscores the importance of grace, namely, God's arbitrary determination and selection, and faith in Christ as the primary instrument determining human salvation. In other words, human salvation is preordained by God, and only those who believe are saved by Christ on the cross. Does this doctrine hold true? Does it align with the essence of Christmas, which is evidence of God's immense and sincere love for humanity? Let us turn to the Scriptures for guidance.

The Bible asserts in 2 Peter 3:9 that the Lord does not desire anyone to perish but wishes for all, without exception, to turn and repent. This conveys the message that the Lord does not discriminate or show partiality in the context of salvation. It is also in harmony with the character of a Loving God and His desire for all to be saved. Thus, God bestows His only Son to reconcile and unite us with Him in a holy love.

Guys, in essence, Christmas is tidings of joy and hope for humanity. The birth of the Messiah, the Lord and Savior of humanity, should fill the entire Earth with joy because His coming is tangible proof of God's immense love for us. God does not desire any of us to perish; hence, Jesus willingly sacrificed Himself for sinful humanity. Therefore, each of us should genuinely love God, dedicating our entire lives at every moment, in every place, and in everything we do, to please Him. Whether eating, drinking, studying diligently, or working conscientiously, manifest your sincere love for God every moment! Amen.

WHAT TO DO:
1. Do everything to please the Lord.
2. Guide our fellow beings to live righteously.

BIBLE MARATHON:
▪︎ John 9-10

Card image
Truth Youth 05 Desember 2023 - NATAL: TIDAK MENGHENDAKI SEORANG PUN BINASA
2023-12-05 10:24:02


"Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat." (2 Ptr. 3:9)

Salah satu pokok ajaran Kristen yang paling dikenal luas adalah keselamatan di dalam Kristus. Ajaran ini menekankan pentingnya kasih karunia berupa penentuan dan pemilihan Allah secara sepihak serta iman kepada Kristus sebagai instrumen utama yang menentukan keselamatan manusia. Dengan kalimat lain, keselamatan manusia itu sudah ditentukan oleh Allah sejak semula dan hanya orang berimanlah yang diselamatkan oleh Kristus di kayu salib. Bagi ajaran ini, Allah sudah menentukan sebagian orang selamat dan sebagian lagi binasa. Apakah ajaran ini benar? Apakah ajaran ini sesuai dengan maksud Natal yang merupakan bukti cinta kasih Allah yang begitu besar dan tulus kepada manusia? Mari kita lihat apa kata Alkitab.

Alkitab menegaskan dalam 2 Petrus 3:9 bahwa Tuhan tidak menghendaki seorang pun binasa, melainkan supaya semua orang tanpa terkecuali berbalik dan bertobat. Hal ini menyiratkan pesan bahwa Tuhan tidak pernah pilih-pilih dan tidak pandang bulu dalam konteks keselamatan. Hal ini juga selaras atau sesuai dengan karakter Allah yang Maha Kasih dan kehendak-Nya yang menginginkan semua orang selamat sehingga Allah mengaruniakan Putra Tunggal-Nya untuk memperdamaikan dan mempersatukan kita dengan Allah di dalam cinta kasih yang kudus.

Guys, sejatinya Natal merupakan kabar sukacita dan pengharapan bagi manusia. Kelahiran Sang Mesias, Tuhan dan Juruselamat manusia, seharusnya membuat seluruh bumi bergemar, sebab kedatangan-Nya merupakan bukti nyata bahwa Allah sangat mengasihi kita. Allah tidak menghendaki seorang pun dari kita binasa, yang karenanya Tuhan Yesus rela mati bagi manusia berdosa. Oleh sebab itu, sudah seharusnya setiap kita mengasihi Tuhan dengan tulus, mempersembahkan seluruh hidup tiap saat, di mana pun dan kapan pun, dalam segala hal, menyenangkan Tuhan. Makan, minum harus benar, belajar yang tekun, dan bekerja dengan baik. Wujudkan cinta kita yang tulus kepada Tuhan setiap saat! Amin.

WHAT TO DO:
1. Lakukan segala sesuatu untuk menyenangkan Tuhan
2. Arahkan sesama kita untuk hidup benar

BIBLE MARATHON:
▪︎Yohanes 9-10

Card image
Renungan Pagi - 05 Desember 2023
2023-12-05 10:19:26


Alangkah indahnya hidup, ketika Tuhan menjadikan kita bukan sekedar hamba-Nya melainkan juga sahabat-Nya, sehingga DIA mau memberitahukan hal-hal rahasia Kerajaan Surga yang didapatkan dari Bapa-Nya. Pastilah sesuatu yang sangat mulia dan berharga yang didengar Tuhan Yesus dari Bapa-Nya untuk diberitahukan pada kita, dan nilainya tidak akan dapat dibandingkan dengan harta dunia semahal apapun.

"Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku."

Kerelaan hati untuk melakukan apa yang diperintahkan-Nya, itulah kunci persahabatan kita dengan Tuhan Yesus, sebab seorang sahabat pasti memiliki kasih dan pengertian yang dalam dengan sahabatnya. Tuhan Yesus adalah Sahabat Sejati yang abadi. Mari alami keindahan persahabatan dengan Kristus dalam hidup ini.
(Yohanes 15:14-15)

Card image
Quote Of The Day - 05 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-05 10:17:28


Perjumpaan dengan Tuhan membuat kita tidak bisa lesu.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 05 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-05 10:03:03


Orang Kristen dewasa tidak akan kecewa ketika ia menjumpai kenyataan seakan-akan Tuhan tidak peduli pada dirinya, doa-doanya tidak dikabulkan, bahkan kadang-kadang Tuhan seakan-akan tidak hadir dalam hidupnya.

Card image
QUALITY OF TIME - 05 Desember 2023 (English Version)
2023-12-05 10:00:44


In His justice, we all have a gift, which is the same, namely time. Each of us has 24 hours a day and seven days a week. If God says, ‘No one can add even a single hour to their lifespan,’ it means no one can add minutes, hours, or days to their life. God gives time to each of us. Every person has the same amount of time every day. No one has more than 24 hours in a day. And each person has 60 minutes in an hour. But the value of each person’s time is different. The length and quantity are the same, but the value or quality is not.  The quality of a person’s time determines the outcome of their life, that is, their eternal state.

It is stirring if we contemplate and reflect on this seriously. While we are all on a journey through time, each of us will eventually reach the end of the conclusion of our time journey. So, whether the time God gives us is of quality or value or not depends on each individual. How we make our time valuable, of quality or not, depends on us. Here, the Word applies, ‘To whom much is given, much is required.’ God, indeed, has justice. But talking about the quality of time that someone has, of course, depends on each individual’s life.

We must understand how to make our time of quality and practice it earnestly.  Our time becomes of quality when used to do the will of the Father. Eph. 5:15-17, ‘Look carefully then how you walk, not as unwise but as wise, making the best use of the time, because the days are evil. Therefore, do not be foolish, but understand the will of the Lord.’ These days are evil, meaning the influence of the wicked world. So, our time must be wisely used and not made valueless; on the contrary, we make it valuable. Have we ever considered how much God’s will we have done in one day?

How much do we do God’s will if we go through the day with all its dynamics? We need to remember that doing the will of God is not only when we pray in the prayer room but also when we struggle with the dynamics of everyday life. Prayer is essential, and encountering God every day is necessary,  but the experiences of life, the events of life that we go through, are the media where God wants to reveal His will. He wants us to prove who we choose: God or something else, the will of God or something else, darkness or light. In every life event we go through, there is always this choice. But we often forget that our 70 years of life is like a drop in the ocean compared to eternity, and eternity cannot be compared to anything, so this should tremble us. 

Yet, these 70 years of life determine our eternal state. So, how much do we make our lifetime valuable? Our life becomes valuable if we choose God in every event involving others or in the turmoil of our thoughts and emotions. We want to be fortunate people. Therefore, don’t be like fools—those who refuse advice, are unaware of their mistakes, and refuse to change—we must be wise. The Word of God says that an intelligent person hears and does the Word of God.

The will of God in each person’s life is different. Why is it different? Because each person’s issues are various, and so are the media. Nothing in the universe is the same, and the Lord can create a program for each person. If His law represents the will of God, indeed, everything can be the same: don’t kill, don’t commit adultery, don’t steal, and so on. But each person is different when discussing God’s will— what God deems good, pleasing, and perfect.

  OUR TIME BECOMES OF QUALITY WHEN USED TO DO THE WILL OF THE FATHER.

Card image
KUALITAS WAKTU - 05 Desember 2023
2023-12-05 09:52:20


Di dalam keadilan-Nya, kita semua memiliki anugerah, yaitu waktu yang sama; 24/7 atau 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu. Kalau Tuhan berkata, “Tidak ada seorang pun dapat menambahkan sehasta saja dari umur hidupnya,” artinya tidak ada seorang pun yang bisa menambahkan menit, jam, hari hidupnya. Tuhan yang memberikan waktu kepada setiap kita. Setiap orang memiliki jumlah waktu yang sama setiap hari. Tidak ada orang yang memiliki lebih dari 24 jam dalam sehari. Dan setiap orang memiliki putaran menit sebanyak 60 menit dalam 1 jam. Tetapi berapa nilai waktu setiap orang, itu berbeda. Panjangnya sama, jumlahnya sama, tetapi nilainya beda. Kualitasnya beda. Dan kualitas waktu yang seseorang miliki, menentukan hasil kehidupan yang diraihnya; yaitu keadaan kekalnya.

Kalau kita menghayati hal ini dan merenungkan dengan sungguh-sungguh, ini menggetarkan. Sementara semua kita ada dalam perjalanan waktu, dan setiap kita pasti akan sampai pada ujung atau akhir perjalanan waktu kita. Jadi, apakah waktu yang Tuhan berikan bagi kita itu berkualitas atau bernilai atau tidak, itu tergantung setiap individu. Tergantung kita, bagaimana membuat waktu kita ini bernilai, berkualitas atau tidak, tergantung kita. Di sini berlaku firman, “Yang diberi banyak, dituntut banyak.” Allah tentu punya keadilan. Tetapi bicara mengenai kualitas waktu yang dimiliki seseorang, tentu tergantung kehidupan setiap individu.

Persoalannya, bagaimana membuat waktu kita berkualitas? Inilah yang kita harus camkan, dan harus amalkan dengan sungguh-sungguh. Waktu kita menjadi berkualitas kalau di dalam waktu itu kita melakukan kehendak Bapa. Efesus 5:15-17, “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.” Hari-hari ini adalah jahat, maksudnya pengaruh dunia jahat. Maka, waktu yang kita miliki, harus kita gunakan dengan bijak supaya kita tidak membuat waktu kita menjadi tidak bernilai; sebaliknya, supaya kita membuat waktu itu berharga. Pernahkah kita memperkarakan kalau Allah memiliki kehendak-Nya dalam satu hari itu sebanyak 100 butir dan kira-kira berapa persen yang kita lakukan?

Kalau kita melewati hari dengan segala dinamikanya, berapa persen kita melakukan kehendak Allah kalau ada 100 butir yang ada di situ? Perlu kita ingat bahwa melakukan kehendak Allah itu bukan hanya waktu kita berdoa di ruang doa, melainkan ketika kita di dalam pergumulan hidup, di dalam dinamika hidup sehari-hari. Doa itu mutlak. Bertemu dengan Tuhan setiap hari, itu mutlak. Tetapi pengalaman hidup, peristiwa-peristiwa hidup yang kita jalani, itu adalah media di mana Tuhan mau menyatakan kehendak-Nya. Dan media di mana Tuhan mau kita membuktikan siapa yang kita pilih: Tuhan atau yang lain, kehendak Tuhan atau yang lain, gelap atau terang. Di dalam setiap peristiwa kehidupan yang kita jalani, pasti ada pilihan ini. Namun, kita sering kali lupa bahwa 70 tahun umur hidup kita ini hanya setitik air di lautan dibanding dengan kekekalan. Karena kekekalan itu tidak bisa dibandingkan dengan apa pun. Hal ini seharusnya menggetarkan kita.

Padahal di 70 tahun umur hidup kita ini, menentukan keadaan kekal kita. Maka, betapa kita harus membuat waktu hidup kita menjadi bernilai. Dan hidup kita menjadi bernilai kalau di dalam setiap kejadian—baik yang menyangkut dengan orang lain, maupun yang ada dalam gejolak jiwa pikiran kita sendiri—kita memilih Tuhan. Kita mau menjadi manusia yang beruntung. Karena itu, janganlah seperti orang bebal—yaitu orang yang tidak mau dinasihati, orang yang tidak menyadari kesalahannya, orang yang tidak mau berubah—tetapi kita harus menjadi orang bijaksana. Dan firman Tuhan mengatakan bahwa orang yang bijaksana adalah orang yang mendengar firman Tuhan dan melakukan firman itu.

Kehendak Allah dalam hidup setiap individu, itu beda. Kenapa beda? Karena persoalan masing-masing orang juga beda. Medianya juga berbeda. Tidak ada di jagat raya ini yang sama. Dan Tuhan cakap sekali dalam membuat program untuk setiap orang. Kalau kehendak Tuhan diwakili oleh hukum-Nya, tentu semuanya bisa sama; jangan membunuh, jangan berzina, jangan mencuri, dan lain sebagainya. Tetapi kalau bicara mengenai kehendak Allah—yaitu apa yang dinilai Tuhan baik, berkenan, dan yang sempurna—setiap orang itu berbeda.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

WAKTU KITA MENJADI BERKUALITAS KALAU DI DALAM WAKTU ITU KITA MELAKUKAN KEHENDAK BAPA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 05 Desember 2023
2023-12-05 09:34:07

2 Korintus 5-9

Card image
Truth Kids 04 Desember 2023 - PEREMPUAN SAMARIA*
2023-12-04 10:44:16


Matius 18:11
“Karena Anak Manusia datang untuk menyelamatkan yang hilang.”

Sobat Kids, apakah kalian pernah mendengar cerita tentang perempuan Samaria di dekat sumur? Dalam Alkitab (Yohanes 4: 4-42) dikisahkan, pada tengah hari saat matahari bersinar dengan sangat terik, Yesus haus dan membutuhkan minum. Yesus berkata kepada seorang perempuan Samaria yang hendak menimba air di sumur, “Berilah Aku minum.” Namun, pada saat itu orang Yahudi tidak berteman dengan orang Samaria. Setelah bercakap-cakap, perempuan Samaria itu kemudian membantu Tuhan Yesus dan melakukan apa yang diperintahkan oleh Yesus. Walaupun dia tahu bahwa orang Samaria tidak berteman dengan orang Yahudi, tetapi perempuan Samaria itu percaya kepada Tuhan dan membantu memberikan air minum.

Sobat Kids, Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan semua orang. Baik orang dari suku A maupun B, C dan seterusnya. Kisah perempuan Samaria di atas adalah contoh jelas bahwa anugerah Tuhan untuk segala suku. Perempuan Samaria menjadi orang terhilang (seorang yang tadinya tidak mengenal kebenaran) yang ditemukan dan menjadi percaya kepada Yesus. Kita harus mengikuti jejak Tuhan Yesus, Sobat Kids. Kita juga harus berbuat baik kepada orang-orang yang belum mengenal Tuhan. Sehingga mereka bisa melihat kebaikan Tuhan melalui hidup kita.

Card image
Truth Junior 04 Desember 2023 - YANG TERHILANG YANG DISELAMATKAN
2023-12-04 10:42:40


Matius 18:11
“Karena Anak Manusia datang untuk menyelamatkan yang hilang.”

Suatu hari seorang guru bepergian bersama sepuluh orang muridnya. Mereka hendak melakukan kebaktian padang; kebaktian di suatu tempat alam terbuka. Mereka berencana mengadakan permainan bersama, bernyanyi, dan mendengarkan gurunya bercerita. Ibu guru selalu berpesan kepada kesepuluh muridnya untuk selalu berada di dalam rombongan. Mereka harus memberitahukan kepada ibu guru jika ingin pergi ke arah yang berbeda.

Setelah mereka berjalan kurang lebih 15 menit lamanya, akhirnya mereka sampai di tempat yang mereka inginkan. Setelah tikar digelar, semua anak-anak dikumpulkan. Ibu guru mulai memanggil nama muridnya satu per satu. Dan ternyataaaaa… Adi hilang!!! Ibu guru menghitung ulang dan benar muridnya hanya sembilan. Ibu guru sangat panik dan bertanya kepada semua murid apakah ada yang melihat Adi. Mereka semua juga bingung kemana Adi pergi. Akhirnya Ibu guru memberikan instruksi kepada sembilan muridnya untuk tetap duduk di tikar. Tidak ada yang boleh ke mana-mana sampai ibu guru kembali.

Ibu guru akan pergi sebentar menelusuri jalan yang sebelumnya dilewati. Ibu guru berteriak memanggil, “Adi… Adi...!” Ibu guru sangat panik, tapi Ibu guru ingat berdoa kepada Tuhan, dan akhirnya menjadi lebih tenang. Di tengah jalan, ibu guru mendengar suara isak tangis. Ketika ibu guru mendatangi suara tangis itu, ada seorang anak yang sedang duduk sendiri dan menangis. Lalu Ibu guru mendekati anak itu dan memanggil dengan lembut, “Adi…” Adi menoleh dan spontan memeluk ibu gurunya. Adi menangis dan minta maaf kepada ibu guru karena tidak taat untuk tetap berada dalam kelompok. Adi main-main ke taman lain dan alhasil lupa jalan ke kelompok teman-temannya. Ibu guru memeluk Adi dan merasa lega sekali Adi yang hilang bisa ditemukan dan dapat berkumpul kembali dengan murid-muridnya yang lain.

Nah, Sobat Junior, begitu juga dengan Tuhan Yesus. Dia sangat sayang anak-anak-Nya. Kalau ada satu saja yang tidak taat dan mau “lari” dari Tuhan, Tuhan selalu akan cari anak-Nya untuk kembali pada-Nya.

Card image
Truth Youth 04 Desember 2023 (English Version) - CHRISTMAS: HIS LOVE'S LIGHT IN DARKNESS
2023-12-04 10:23:35


"But God shows his love for us in that while we were still sinners, Christ died for us." (Romans 5:8)

December, a month eagerly awaited by Christians every year. The celebration of Christmas on December 25th is a joyous and profound day for Christians worldwide, marking the birth of the Messiah, the Savior of humanity, into the world. Christmas becomes the sole hope for humanity. Hence, people eagerly welcome the birth of Jesus Christ, the Messiah, the Savior of humanity.

Are we aware that Christmas holds a much deeper meaning than just an annual church celebration? Christmas is, in fact, God's effort to reach out to humanity in darkness, a tangible expression of God's profound love for humanity. Often, this understanding escapes our readings and interpretations of Christmas narratives, despite Christmas being an expression of the most genuine love in the midst of the relational tension between the Holy God and sinful humanity.

Understanding that Christmas is an expression of the most sincere love should make us even more eager to seek, know, and cultivate an increasingly intimate love relationship with God. Our life's journey becomes extraordinary when we realize the vast and sincere love He has for us, transforming us into individuals who love God more and more each day.

Guys, just as the Lord loves us sincerely, so should we sincerely love the Lord. There is no reason for us not to love the Lord sincerely. Therefore, with joy and love, we dedicate our entire lives to the Lord. In the end, each one of us who loves the Lord sincerely can say, "In every moment of my life and in everything I do, wherever I am, I do it only to bring joy to You. I truly love You, Lord, and for that, I will dedicate my entire life as a tangible proof that I love You sincerely, just as You love me with the grandeur and sincerity of Your love."

WHAT TO DO:
1. Dedicate your entire life to bring joy to the Lord.
2. Do everything to please the Lord.
3. Live a life pleasing to God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ John 7-8

Card image
Truth Youth 04 Desember 2023 - NATAL : TERANG CINTA-NYA DALAM KEGELAPAN
2023-12-04 10:18:26


"Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Rm. 5:8)

Desember, bulan yang ditunggu-tunggu tiap tahunnya oleh orang-orang Kristen. Perayaan Natal pada 25 Desember menjadi hari sukacita nan syahdu bagi umat Kristen di seluruh dunia, hari lahirnya Mesias, Sang Juruselamat manusia, ke dalam dunia. Natal menjadi satu-satunya pengharapan bagi manusia. Itulah sebabnya, manusia bergemar menyambut lahirnya Yesus Kristus, Sang Mesias, Juruselamat manusia.

Sadarkah kita bahwa ternyata Natal memiliki makna yang jauh lebih dalam dari sekadar perayaan tahunan gerejawi? Ternyata Natal merupakan usaha Allah untuk menyapa manusia yang berada dalam kegelapan sebagai wujud nyata bahwa Allah sangat mencintai manusia. Sering kali pemahaman ini luput dari pembacaan dan pemaknaan kita terhadap narasi-narasi tentang Natal, padahal Natal merupakan ekspresi dari cinta yang paling tulus yang pernah hadir di tengah-tengah ketegangan relasional antara Allah yang Maha Suci dan manusia yang penuh dosa.

Memahami bahwa Natal merupakan ekspresi dari cinta yang paling tulus yang pernah ada seharusnya membuat kita makin rindu untuk mencari, mengenal, dan menjalin hubungan cinta kasih yang makin hari makin intim dengan Tuhan. Perjalanan hidup kita akan menjadi perjalanan yang begitu istimewa ketika kita menyadari betapa besar dan tulus cinta-Nya kepada kita sehingga kita akan menjadi manusia-manusia yang makin hari makin mencintai Tuhan.

Guys, sebagaimana Tuhan mencintai kita dengan tulus, demikian juga mestinya kita tulus mencintai Tuhan. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mencintai Tuhan dengan tulus, yang karenanya dengan senang hati dan penuh cinta kita mempersembahkan seluruh hidup kita untuk Tuhan. Hingga pada akhirnya, tiap kita yang mencintai Tuhan dengan tulus dapat berkata, “Bahwa di tiap saat hidupku dan dalam segala hal yang aku lakukan di mana pun aku berada, aku lakukan hanya untuk membahagiakan-Mu. Aku sungguh mencintai-Mu, Tuhan, yang untuk itu aku akan mempersembahkan seluruh hidupku sebagai bukti nyata bahwa aku mencintai-Mu dengan tulus sebagaimana Engkau begitu mencintaiku dengan keagungan dan ketulusan cinta-Mu.”

WHAT TO DO:
1. Persembahkan seluruh hidup untuk membahagiakan Tuhan
2. Lakukan segala sesuatu untuk menyenangkan Tuhan
3. Jangan hidup agamawi

BIBLE MARATHON:
▪︎Yohanes 7-8

Card image
Renungan Pagi - 04 Desember 2023
2023-12-04 10:12:52


Jika kita mengikut Tuhan dengan setia dan hidup benar dihadapan-Nya, maka seharusnya tidak perlu kuatir tentang apapun juga, sebab Tuhan pasti akan memelihara kehidupan kita, memberi pertolongan tepat pada waktunya. Dan pasti tidak akan hidup berkekurangan atau kelaparan, jika hidup dalam rasa cukup dan selalu bersyukur, atas apapun yang diberikan Tuhan bagi kita.

Raja Daud berkata dalam mazmur pujian kepada Tuhan, "Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat."

Raja Daud bukanlah orang yang tidak pernah mengalami kesulitan dan kesukaran, bahkan dia pernah berada dalam "lembah kekelaman" namun dia tidak pernah takut dan kuatir, sebab dia tahu, Tuhan selalu menyertai hidup orang yang benar. Jadi Tuhan memelihara hidup orang benar, orang yang hidup dalam kebenaran.

Sebab jika mau jujur, sebagian besar kesusahan dan kesulitan hidup yang kita alami adalah karena tidak hidup dalam kebenaran, pola hidup tidak benar, pola makan tidak benar, pola pikir tidak benar dan gaya hidup tidak benar. Semua itu mendatangkan kesukaran dan membawa penderitaan. Saat ini, mari berkemas-kemas, berbenah diri, hiduplah benar dan menghidupi kebenaran Tuhan, maka kita tidak perlu lagi kuatir dan bergumul untuk hal-hal remeh duniawi, tetapi dengan sukacita dan damai sejahtera Tuhan, berjuang hidup berkenan di hadapan Bapa.
(Mazmur 37:25-26)

Card image
Quote Of The Day - 04 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-04 10:10:12


Sejatinya, Tuhan tidak perlu membuat goncangan-goncangan dalam hidup ini agar seseorang mencari ruangan-Nya; Kerajaan-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 04 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-04 10:08:11


Penyebab mengapa seseorang tidak menghayati kehadiran Allah adalah karena mereka menghendaki Allah menyertai mereka dengan cara yang mereka inginkan.

Card image
NO MORE TIME - 04 Desember 2023 (English Version)
2023-12-04 09:53:41


We must seriously think there will be no more time to improve ourselves or no more opportunity to save souls. And indeed, this world may end, whether due to disasters, war, or the Lord’s second coming or we depart from this world. And that is very logical and realistic. The power of darkness will give us many distractions and pleasures until we become unfocused on God. Today, we are busy wanting to build a house, and then the next day, we are busy wanting to buy a villa. We will be active again the day after tomorrow, choosing a vehicle, and next week, we are busy preparing for a trip.

Building a house is correct; buying a car or preparing for a vacation is not wrong, but remember to improve ourselves because we must always be spotless and blameless before the Lord. After we improve ourselves, we think about how to be an instrument in the hands of the Lord to help others. Satan can ruin our lives with many distractions so that we don’t set aside enough time to meet with God, not enough time to pray, to listen to the Word, or in fellowship with other believers, to build faith together. If our time is focused on gadgets, movies, entertainment, and various activities that do not create faith, the purity of our lives is in danger.




We must also have a burden for others so that they experience growth in maturity and purity, becoming members of the Royal Family in Heaven. We must have a burden not only for older people but also think about the fate of children from their youth. The fate of teenagers and young people today who have been embraced by social media, controlled by the influence of the evil world. And the elderly who are late in growing and in a crisis, who, if not changed significantly, will not enter the Kingdom of Heaven. Indeed, the state of the world today is terrible, and this is our burden.

Therefore, we must think as if there is no more time to improve ourselves and not be lulled into complacency. Come on, let’s fight for it earnestly! And let us earnestly fight as if there is no more time to save souls. Only some people can be saved. There are children of perdition, and some people do not want to change. Think as if there is no more time to improve ourselves to achieve the holiness that God desires and no more time to save souls. We see how powerful the work of the power of darkness is, but our God is more powerful, and He will surely be able to help and protect us.

Card image
TIDAK ADA WAKTU LAGI - 04 Desember 2023
2023-12-04 09:17:36


Kita harus berpikir dengan serius seakan-akan tidak ada waktu lagi untuk membenahi diri. Yang kedua, kita harus berpikir seakan-akan tidak ada kesempatan lagi untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Dan memang bisa terjadi dunia ini berakhir, entah karena bencana, entah karena perang atau kedatangan Tuhan yang kedua. Atau kita meninggal dunia. Dan hal itu sangat logis dan realistis. Kuasa kegelapan akan memberi kita banyak kesibukan, kesenangan, sampai kita menjadi gagal fokus ke Tuhan. Hari ini, kita sibuk mau bangun rumah. Besok, kita sibuk mau beli vila. Lusa, kita sibuk lagi mau pilih kendaraan. Minggu depan, kita sibuk mempersiapkan perjalanan.

Bukan tidak boleh membangun rumah, bukan salah membeli mobil atau mempersiapkan wisata, tetapi jangan sampai kita lupa untuk membenahi diri. Karena kita harus selalu didapati Tuhan tak bercacat tak bercela. Setelah kita membenahi diri, pasti seiring dengan itu kita memikirkan bagaimana menjadi alat di dalam Tuhan untuk membenahi orang lain. Setan bisa merusak hidup kita dengan banyak fokus sehingga kita tidak menyediakan waktu yang cukup bertemu dengan Tuhan, tidak cukup waktu untuk berdoa, untuk mendengarkan Firman atau dalam persekutuan dengan orang percaya lain yang baik, guna membangun iman bersama. Kalau waktu kita terfokus untuk gadget, film, tontonan dan berbagai kesibukan yang tidak membangun iman, kesucian hidup kita terancam.

Dan kalau kesucian hidup kita rusak, pasti tidak akan ada beban terhadap keselamatan jiwa orang lain. Jadi kalau kita benar-benar bertumbuh dalam kekudusan dan kesucian, maka salah satu ciri kesucian hidup yang benar adalah kepedulian kita terhadap orang, belas kasihan kita kepada orang. Memang, orang yang peduli dan penuh belas kasihan ke orang belum tentu memiliki kekudusan. Bisa karena ia memiliki nurani dan perasaan yang baik, dari gen orang tua yang baik, atau lingkungan yang mengajarkan. Banyak orang hatinya baik, bahkan sangat baik, tetapi belum tentu benar-benar memiliki kekudusan.

Namun, kalau seseorang punya kekudusan, pasti ia punya kepedulian terhadap orang lain. Menolong sesama itu menjadi kesukaan, kebahagiaan. Bukan lagi menjadi kewajiban, melainkan kebutuhan. Sebab kekudusan dari Allah pasti akan disertai perasaan Tuhan. Dalam kekudusan Tuhan, kita akan disertai hikmat dan marifat. Tidak mungkin orang yang setiap hari bertemu dengan Tuhan tidak mendapatkan ide-ide baru, kebenaran-kebenaran yang disingkapkan. Banyak orang pintar karena membaca buku, banyak orang cakap mengajar karena menimba pengetahuan dari berbagai sumber, tetapi tidak akan mungkin ia mendapatkan penyingkapan rahasia-rahasia firman jika tidak hidup di dalam kekudusan.

Jadi kesucian hidup kita akan melahirkan beban terhadap penderitaan orang lain. Kita tidak menginginkan seorang pun binasa dan perasaan ini tidak kita buat-buat, tetapi tulus. Bukan supaya sekadar jemaat banyak datang ke gereja. Atau bagi kita yang ada di lingkungan Sekolah Tinggi Teologi, bukan sekadar supaya mahasiswanya banyak, sehingga itu menambah harga diri kita. Jika demikian, artinya kita memanipulasi, kita menjual manusia untuk kepentingan dan kesenangan kita.

Kita juga harus terbeban untuk orang lain agar mereka mengalami pertumbuhan kedewasaan dan kesucian sehingga layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Kita harus memiliki beban bukan hanya untuk orang-orang tua, melainkan kita memikirkan juga nasib anak-anak, sejak mereka masih muda. Nasib remaja dan pemuda yang hari ini telah banyak dipeluk oleh media sosial, dikuasai oleh pengaruh dunia yang jahat. Dan orang-orang tua yang sudah terlambat bertumbuh dan dalam situasi krisis, yang jika tidak berubah secara signifikan, maka tidak akan masuk Kerajaan Surga. Sejatinya, keadaan dunia hari ini mengerikan sekali! Inilah yang menjadi beban kita.

Karenanya kita harus berpikir seakan-akan tidak ada waktu lagi untuk membenahi diri. Jangan terlena. Ayo, kita sungguh-sungguh berjuang untuk itu! Dan kita mau sungguh-sungguh berjuang seakan-akan tidak ada waktu lagi untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Memang tidak semua orang bisa kita selamatkan. Kenyataan ada anak-anak kebinasaan, ada orang-orang yang memang tidak mau berubah. Berpikirlah seakan-akan tidak akan ada waktu lagi untuk bebenah diri guna mencapai kesucian seperti yang Allah kehendaki. Seakan-akan tidak ada waktu lagi untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Kita melihat betapa dahsyatnya pekerjaan kuasa kegelapan. Tetapi Allah kita lebih dahsyat dan Dia pasti menolong kita. Allah yang dahsyat akan lebih dahsyat lagi melindungi kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS SUNGGUH-SUNGGUH BERPIKIR SEAKAN-AKAN TIDAK ADA WAKTU LAGI UNTUK MEMBENAHI DIRI DAN MENYELAMATKAN JIWA-JIWA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 04 Desember 2023
2023-12-04 09:13:45

2 Korintus 1-4

Card image
Truth Kids 03 Desember 2023 - SEORANG PENOLONG
2023-12-03 09:24:36


Matius 10:6
“… melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.”

Libur sekolah tiba. Luna dan keluarga pergi berlibur bersama ke Puncak. Luna sangat senang bisa berlibur dan jalan-jalan bersama keluarganya. Dalam perjalanan ke Puncak, mereka tersesat. Mereka masuk ke dalam pedesaan dan berhenti di depan rumah warga di desa itu.

Melihat ada yang berhenti di depan rumahnya, keluarlah seorang anak kecil dari rumah itu. “Halo, Bapak dan Ibu. Ada yang bisa aku bantu?” tanya Cio. Merekapun memberitahu bahwa mereka tersesat dan menanyakan jalan untuk ke Puncak. Cio pun memanggil papanya, “Papa… Papa… di depan ada orang yang tersesat karena ingin ke Puncak.” Lalu papa Cio datang dan memberitahukan jalan menuju Puncak. Luna mengucapkan terima kasih kepada Cio, “Cio, terima kasih, ya, karena sudah menolong kami. Kalau bukan kamu yang bantuin, pasti kami akan tersesat dan tidak tahu harus pergi kemana lagi.” Cio pun menjawab, “Sama-sama, Luna. Semoga kamu dan keluarga tiba dengan selamat di Puncak, ya.” Akhirnya Luna melanjutkan perjalanannya dan tiba di Puncak untuk berlibur.

Sobat Kids, dari cerita di atas kita belajar seperti Cio menjadi penolong yang baik tanpa membedakan apakah dia pengikut Tuhan Yesus atau bukan. Berkat Cio, Luna dan keluarganya yang tersesat, terbantu untuk kembali ke jalan yang benar. Kita juga harus bisa menjadi penolong yang baik bagi mereka yang tersesat. Tunjukkan kehidupan yang benar dan taat kepada Tuhan Yesus, sehingga kita dapat menjadi berkat bagi mereka.

Card image
Truth Junior 03 Desember 2023 - KASIH YANG TULUS
2023-12-03 09:22:18


Matius 10:6
“… melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.”

Wina lahir di sebuah keluarga yang kaya raya. Wina tinggal di rumah yang sangat besar, punya kamar sendiri, diisi boneka-boneka kesayangannya. Wina punya kakak tetapi tidak terlalu dekat dengan Wina, karena kakaknya sibuk kuliah. Papa dan mama Wina juga setiap hari sibuk bekerja; pergi pagi dan pulang malam. Bahkan mereka pulang saat Wina sudah tidur.

Walaupun memiliki kekayaan, ternyata Wina malah merasa sedih. Dia suka menyendiri di kamar tidurnya dan merasa hidupnya sepi karena tidak punya teman. Terkadang teman-temannya mau dekat dengan Wina hanya karena ia anak orang kaya. Wina sedih dan merasa kosong di hatinya. Sampai suatu ketika, papa dan mamanya mengenalkan seorang guru piano kepada Wina, namanya Miss Mita.

Wina sebenarnya segan untuk belajar piano. Tibalah hari pertama les piano. Wina sudah malas-malasan keluar dari kamarnya. Miss Mita menyapa Wina dengan ramah dan hangat, “Hai, Wina! Gimana, sudah siap belajar piano hari ini?” Miss Mita bertanya dengan senyuman. Wina merasa ada yang beda dengan Miss Mita. Ternyata benar! Miss Mita semakin dekat dengan Wina. Dan Wina sangat senang kalau Miss Mita datang untuk mengajarkan piano. Miss Mita banyak bercerita tentang kebaikan Tuhan kepada Wina, sehingga ia semakin mengerti arti hidupnya. Akhirnya Wina menerima Tuhan Yesus masuk ke dalam hatinya. Wina merasa hatinya tidak kosong seperti biasanya karena ada Tuhan Yesus. Miss Mita telah memberikan teladan kasih yang tulus kepada Wina. Miss Mita mengasihi orang yang “terhilang;” maksudnya orang yang belum mengenal Tuhan Yesus.

Card image
Truth Youth 03 Desember 2023 (English Version) - HOLY CHRISTMAS
2023-12-03 09:17:44


"I am praying for them. I am not praying nbthe world but for those whom you have given me, for they are yours." (John 17:9)

In the early days of December, we have learned two things: the meaning of Christmas is God's love for the world, leading to the bestowal of His only Son for our redemption, and Christmas brings hope for our eternal future. Now, let us explore how Christmas also leads us into sanctity.

The Christmas moment calls for us to remember the arrival and birth of the Lord Jesus, with the purpose of humanity's salvation. However, on the flip side, the arrival of the Lord Jesus brings a sword of separation between sanctity and sin. The Lord desires us to be freed from the world's chains that have bound us since conception, the seeds of sin within us. The Christmas moment serves as a reminder that we are presented with an opportunity to break free from the shackles of sin.

The question is, do we want to sanctify our Christmas moment? Certainly, Christmas allows us to enjoy ourselves, gather with family, and more. There's nothing wrong with that, but let us take a moment to reflect. Despite our inability to be saved because of sin, we are granted the chance to break free from sin and enter the sanctity of God.

Certainly, many of us might say, "We are far from sanctity, how can we enter the sanctity of God?" However, the Lord always proclaims that nothing is impossible for those who believe. It means we can enter the sanctity of God, even though it may be challenging. As long as we rely on God, we will undoubtedly be empowered to enter His sanctity.

WHAT TO DO:
Declare within ourselves that we are capable of living a holy life. Living a holy life simply means living in accordance with God's will, and it can start with small actions.

BIBLE MARATHON :
▪︎ John 5-6

Card image
Truth Youth 03 Desember 2023 - HOLY CHRISTMAS
2023-12-03 09:13:26


"Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu." (Yohanes 17:9)

Ada dua hal yang kita sudah pelajari di awal Desember ini: Makna Natal adalah kasih Allah akan dunia ini sehingga Allah mengaruniakan putra-Nya yang tunggal untuk menebus kita, dan Natal membawa pengharapan bagi kita di dalam masa depan kekal kita. Selanjutnya, kita akan belajar bagaimana Natal juga membawa kita ke dalam kesucian.

Momen Natal adalah momen agar kita mengingat akan kedatangan dan kelahiran Tuhan Yesus, dengan tujuan agar umat manusia diselamatkan. Namun di sisi lain, kedatangan Tuhan Yesus membawa pedang pemisahan antara kesucian dan dosa. Tuhan ingin agar kita terpisah dari belenggu dunia yang telah mengikat kita sejak dari kandungan, yang menjadi benih-benih dosa di dalam kita. Momen Natal adalah salah satu momen yang dapat mengingatkan kita bahwa kita dibawa pada suatu kesempatan untuk lepas dari belenggu dosa.

Masalahnya, apakah kita ingin menyucikan momen Natal kita? Momen Natal memang kita dapat gunakan untuk bersenang-senang, berkumpul bersama keluarga, dan lain sebagainya. Tidak salah, namun di sisi lain, marilah kita sejenak merenungkan, bahwa kita yang tidak dapat selamat oleh karena dosa, diizinkan untuk keluar dari dosa dan mendapat kesempatan untuk masuk dalam kesucian Allah.

Pastinya semua dari kita akan berkata, “Kita masih jauh dari kesucian, bagaimana kita masuk ke dalam kesucian Allah?” Namun, Tuhan selalu menyatakan bahwa tiada yang mustahil bagi mereka yang percaya. Artinya, kita bisa masuk ke dalam kesucian Allah, meskipun itu sulit. Asalkan kita bergantung pada Allah, maka kita pasti dimampukan untuk masuk ke dalam kesucian-Nya.

WHAT TO DO:
Katakan di dalam diri kita, bahwa kita mampu hidup suci. Hidup suci sederhananya adalah hidup seturut kehendak Allah, dan dapat dimulai dari melakukan hal-hal kecil.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yohanes 5-6

Card image
Renungan Pagi - 03 Desember 2023
2023-12-03 09:11:15


Ketika kita sungguh-sungguh memiliki pikiran Kristus dan hidup dalam pimpinan Roh Kudus, maka dalam menjalani hidup ini tidak akan lagi tertarik untuk melakukan kesenangan-kesenangan daging dan keinginan-keinginan duniawi; tidak ada lagi hawa nafsu untuk memuaskan hasrat yang egois dan kenikmatan untuk diri sendiri, kita bahkan merasa jijik pada kenajisan dan membenci dosa.

Dan sebaliknya ketika melakukan kehendak Allah, maka kita akan merasakan kenikmatan tersendiri, bahkan ingin memuaskan hasrat kita dengan kebaikan-kebaikan Tuhan, membuat rindu menyukakan hati Tuhan, menikmati keintiman dan kedekatan dengan Tuhan setiap saat, sampai sungguh-sunguh menyadari, kita tidak dapat hidup tanpa Tuhan.

"Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita. Sebab: "Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?" Tetapi kami memiliki pikiran Kristus."

Mari periksalah hidup masing-masing, sudahkan kita hidup dalam pimpinan Roh Allah dan memiliki pikiran Kristus? Sehingga hidup tidak lagi tertuju kepada kenikmatan dan kesenangan duniawi melainkan kepada hal-hal yang menyenangkan hati Tuhan.
(1 Korintus 2:10,12,16)

Card image
Quote Of The Day - 03 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-03 09:08:49


Dengan kesadaran oleh firman Tuhan dan kerelaan, seseorang sudah harus mengarahkan diri ke Kerajaan-Nya, tanpa pukulan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 03 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-03 09:07:30


Kita tidak perlu mencari bocoran apakah nama kita ada di dalam Kitab Kehidupan Anak Domba atau tidak, tetapi dengan berusaha melakukan kehendak Bapa, kita tahu bahwa nama kita tertulis di sana.

Card image
THE END OF HUMAN LIFE - 03 Desember 2023 (English Version)
2023-12-03 09:06:06


Luke 17:20-36 talks about the coming of the Kingdom of God. The Lord reminds us not to be swept away by the world’s affairs. In verses 26-27, the Lord says, ‘Just as it was in the days of Noah, so will it be in the days of the Son of Man. They were eating and drinking and marrying and being given in marriage, until the day when Noah entered the ark, and the flood came and destroyed them all.’ They were unaware because they were caught up in the busyness of life, in routine activities, living it until the Lord ends the history of this world.

Verses 28-29 say, ‘Likewise, just as it was in the days of Lot—they were eating and drinking, buying and selling, planting and building, but on the day when Lot went out from Sodom, fire, and sulfur rained from heaven and destroyed them all.’ These activities are routine life, everyday life activities that go on. The Lord also says, ‘Remember Lot’s wife.’ This warning should be taken seriously.  Let’s not be trapped in the cycle, in the cycle of life as commonly lived and experienced, until we are unaware of the end of our lives.

The end of life can be, first, the apocalypse or the coming of the Lord. Second, the day someone dies. Third, the point at which someone can no longer change, so they are still alive but spiritually dead. Remember! Not realizing that they live in the cycle of busyness, activities, and routines until the day they die or the apocalypse, the coming of the Lord, or the point at which they can’t change. They are still alive but already dead, meaning they can no longer change, and this is the level of someone who blasphemes against the Holy Spirit, where God can no longer work on them.

In Luke 18, Jesus gives a parable to emphasize that believers must always pray without becoming weary. Indeed, the intention of this prayer is not ceremonial because the Lord teaches us not the format of prayer sentences but the format of life; ‘Your kingdom come, Your will be done, on earth as it is in heaven.’ That is the formula of life, not just the format of prayer sentences. So, if the Lord emphasizes that believers must always pray, we must always build a relationship with God. Don’t worry, and don’t suspect God.

In that story, the widow truly bothered the judge. There may also be people who ask for their case to be justified or defended but not to the point of being a nuisance. And indeed, this judge has experienced dealing with people like this. But this widow is different; she troubles him to the point of stabbing. It is said, ‘Because this widow is bothering me, I will give her justice so that she will not beat me down by her continual coming.'”

People who dare still have a mind, but if someone is crazy, they don’t have a mind. When you meet a crazy person, you no longer need to use your mind. The world must evaluate us to the point of not having a mind. Aren’t you bored with morning prayers? Aren’t you bored with prayer? Aren’t you bored with daily worship? So, it’s beyond daring; it’s madness. God’s advice through that parable is for us to persevere! Persevere to the point of madness. So, we must bring ourselves to the level of daring and eventually ‘mad.’ 

In the next verse, it is written, ‘And the Lord said, “Hear what the unrighteous judge says. And will not God give justice to his elect, who cry to him day and night? Will he delay long over them? I tell you he will give justice to them speedily. Nevertheless, when the Son of Man comes, will he find faith on earth?” Finding faith on earth, the measure of which is faith like that of the widow.

So, in our struggle to seek God, we see reality as if our sincerity is meaningless, and God treats us the same as those who are not sincere. Ironically, our condition could be worse than those who do not seek God. So, we must change our perspective on life and possess an eternal perspective. God understands that if our condition is good, we can be lost. God is wise, knowledgeable, All-Knowing. So, we must not be influenced by our world of ease, eating, drinking, marrying, buying, selling, building, and planting. Don’t be carried away.

Remember, God speaks in every event; in every incident, He makes a statement and gives signals. Therefore, we should place our hope only in the new heaven and earth.

  LET'S NOT GET TRAPPED IN THE CYCLE OF LIFE AS COMMONLY LIVED AND EXPERIENCED BY PEOPLE UNTIL WE ARE UNWARE OF THE END OF OUR LIVES.

Card image
AKHIR HIDUP MANUSIA - 03 Desember 2023
2023-12-03 09:03:01


Kalau kita membaca Lukas 17:20-36, perikop itu berbicara mengenai kedatangan Kerajaan Allah. Tuhan mengingatkan kepada kita, agar kita tidak turut hanyut dengan keadaan dunia. Di ayat 26-27 Tuhan berkata, “Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia: mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua.” Mereka tidak menyadari karena berada dalam kesibukan hidup, dalam kegiatan rutin hidup, mereka menjalaninya sampai Tuhan mengakhiri sejarah dunia ini.

Ayat 28-29, “Demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot: mereka makan dan minum, mereka membeli dan menjual, mereka menanam dan membangun. Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua.” Kegiatan ini merupakan aktivitas kehidupan rutin, aktivitas kehidupan umum yang berlangsung. Tuhan juga mengatakan, "Ingatlah akan istri Lot." Peringatan ini patut kita sungguh perhatikan. Jangan kita terjebak dalam perputaran, dalam siklus kehidupan seperti yang dijalani dan dialami orang pada umumnya, sampai tidak menyadari akhir hidup kita.

Akhir hidup itu bisa berupa: yang pertama, kiamat atau kedatangan Tuhan. Yang kedua, hari kematian seseorang. Yang ketiga, titik di mana seseorang tidak bisa berubah lagi; jadi masih hidup, tetapi rohaninya mati. Ingat! Tidak menyadari bahwa dia hidup dalam siklus perputaran kesibukan, aktivitas, rutinitas, sampai hari meninggal dia atau kiamat, kedatangan Tuhan atau titik di mana mereka tidak bisa berubah. Masih hidup, tetapi sudah mati, artinya sudah tidak bisa berubah. Inilah tingkat seseorang yang menghujat Roh Kudus, di mana Allah tidak bisa menggarap dia lagi.

Di Lukas 18, Yesus memberikan perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Tentu maksud doa ini sudah pasti bukan doa ritual. Karena Tuhan mengajarkan kepada kita bukan format kalimat doa, tetapi format kehidupan; "Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga." Itu adalah formula kehidupan bukan format kalimat doa semata. Jadi kalau Tuhan menegaskan agar orang percaya selalu berdoa artinya kita harus selalu membangun hubungan dengan Allah. Jangan khawatir, jangan mencurigai Tuhan.

Dalam kisah tersebut, janda itu benar-benar mengganggu Sang Hakim. Mungkin ada juga orang-orang yang minta agar perkaranya dibenarkan atau dibela, tetapi tidak sampai tingkat mengganggu. Dan pasti Hakim ini sudah pengalaman menghadapi orang-orang seperti ini. Namun janda ini beda, ia menyusahkan sampai menikam. Dikatakan, "Karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia." Ia mengalah, ia kalah. "Supaya jangan terus saja dia datang." Rupanya janda ini datang terus. "Dan akhirnya menyerang aku." Sang Hakim sudah melihat tanda-tanda gila dari si janda tersebut.

Orang nekat masih punya pikiran, tetapi kalau orang gila tidak punya pikiran. Pokoknya kalau ketemu orang gila sudah tidak pakai pikiran. Kita harus dinilai oleh orang dunia sampai tidak punya pikiran. Apa tidak bosan ikut doa pagi? Apa tidak bosan doa? Apa tidak bosan kebaktian setiap hari? Jadi sudah di atas nekat, yaitu gila. Nasihat Tuhan melalui perumpamaan itu adalah agar kita bertekun! Bertekun sampai tingkat gila. Maka kita harus membawa diri kita sampai tingkat nekat dan sampai akhirnya “gila.”

Di ayat selanjutnya tertulis, “Kata Tuhan: "Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?" Mendapati iman di bumi yang ukurannya adalah iman seperti janda itu.

Jadi dalam pergumulan kita mencari Tuhan, kita melihat kenyataan seakan-akan kesungguhan kita itu tidak ada artinya. Seakan-akan Tuhan memperlakukan kita sama dengan mereka yang tidak sungguh-sungguh. Ironisnya, bisa-bisa keadaan kita lebih buruk dari mereka yang tidak mencari Tuhan. Maka kita harus mengubah cara pandang hidup kita, milikilah perspektif kekekalan. Tuhan mengerti bahwa kalau keadaan kita baik-baik, kita bisa terhilang. Tuhan itu cerdas, berhikmat, Maha Tahu. Jadi, kita jangan sampai terpengaruhi oleh dunia kita yang santai, makan minum, kawin dikawinkan, menjual membeli, membangun menanam. Jangan terbawa.

Ingatlah, dalam setiap peristiwa Tuhan bicara, dalam setiap kejadian Tuhan memberi pernyataan. Tuhan memberikan sinyal. Maka, hanya di langit baru bumi baru kita menaruh pengharapan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JANGAN KITA TERJEBAK DALAM SIKLUS KEHIDUPAN SEPERTI YANG DIJALANI DAN DIALAMI ORANG PADA UMUMNYA, SAMPAI TIDAK MENYADARI AKHIR HIDUP KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 Desember 2023
2023-12-03 08:55:09

1 Korintus 15-16

Card image
Truth Kids 02 Desember 2023 - PENGHUNI SURGA BERSUKA CITA
2023-12-02 10:40:54


Lukas 15:7
“Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”

Pada masa pandemi COVID-19 lalu, para dokter dan suster berjuang untuk mengobati setiap pasien yang terkena virus Corona. Ada kebiasaan unik yang dilakukan di beberapa rumah sakit yang merawat pasien COVID-19. Setiap ada pasien yang sembuh, maka para suster akan berbaris sepanjang lorong rumah sakit. Mereka bertepuk tangan saat pasien berjalan keluar dari rumah sakit. Mengapa? Karena mereka bersukacita, pasien yang tadinya sakit, sekarang sudah sembuh. Para dokter dan suster, bahkan pasien yang sudah sehat tersebut sangat bahagia karena perjuangan mereka sudah selesai. Mereka semua menang menghadapi penyakit COVID-19.

Sobat Kids, suasana bahagia yang dirasakan para dokter, suster, dan pasien yang sembuh tersebut, juga dirasakan penghuni surga. Bukan hanya karena ada yang sembuh dari penyakit parah, melainkan lebih dari itu. Sukacita di surga terjadi saat ada orang yang bertobat. Bahkan ayat firman Tuhan hari ini mengatakan rasa sukacitanya lebih besar dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan. Artinya pertobatan satu orang tersebut sangat penting dan berharga bagi Tuhan. Tuhan sangat merasa senang ketika ada orang yang bertobat. Semua penghuni surga merasakan sukacita saat ada orang bertobat. Pertobatan yang kalian lakukan sangat berharga, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 02 Desember 2023 - SUKACITA DI SURGA
2023-12-02 10:39:04


Lukas 15:7
“Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”

Ada dua sahabat karib namanya Budi dan Iwan. Mereka bersekolah di sekolah yang sama. Mereka juga punya teman di sekolah yang terkenal “nakal” namanya Ratno. Semua murid di sekolah kenal Ratno. Ia suka iseng dan mengganggu teman-temannya. Pokoknya banyak yang tidak suka dengan Ratno. Tetapi ada yang beda dengan Budi dan Iwan. Meskipun Ratno tidak menyenangkan, tetapi mereka tidak segan untuk mengajak Ratno ngobrol atau makan bersama-sama. Sayangnya, Ratno selalu membalas ajakan Budi dan Iwan dengan kasar. Teman-teman lain banyak yang bingung kenapa Budi dan Iwan masih ingin berteman dengan Ratno.

Pada suatu hari, ketika jam istirahat semua murid sedang berada di dalam kelas, tiba-tiba terdengar suara “Gubrakkk…..!” Sontak semua murid kaget dan melihat apa yang terjadi. Ternyata Ratno dengan sepedanya menabrak gerobak dan batang pohon di dekat gerobak itu. Ratno pun teriak kesakitan, “Aduh… aduh… sakit.” Teman-temannya melihat kejadian itu. Tidak ada yang bergerak menolong. Mereka bisik-bisik, “Sudah, biarin saja. Itu akibatnya kalau suka jahat dengan orang lain.”

Budi dan Iwan, mereka berdua berlari mendekati Ratno dan memberikan pertolongan. Ratno sangat terkejut melihat Budi dan Iwan yang datang menolong. “Mengapa kalian masih mau menolong saya?” Saya kan suka jahat sama kalian,” ujar Ratno. Budi dan Iwan menjelaskan bahwa mereka diajarkan di gereja kalau Tuhan sayang pada semua orang, baik ataupun tidak baik. Dan Tuhan bilang kalau ada satu orang bertobat, maka surga bersukacita. “Ayo, Ratno, nanti ikut kita ke gereja, yuk!” ajak Budi dan Iwan. Ratno pun menganggukkan kepalanya, “Maafin saya, ya, Budi, Iwan kalau saya suka jahat sama kalian.” Akhirnya mereka bertiga berpelukan. Setelah kejadian itu Ratno berubah menjadi anak yang baik dan mereka jadi bersahabat.

Nah, siapa yang di sekolah punya teman seperti Ratno? Jangan dibenci, ya, tapi didoakan. Satu jiwa berharga di mata Tuhan. Surga akan bersukacita jika ada satu jiwa yang berobat. Haleluyaaa.

Card image
Truth Youth 02 Desember 2023 (English Version) - HOPEFUL CHRISTMAS
2023-12-02 10:50:12


"Through him we have also obtained access by faith into this grace in which we stand, and we rejoice in hope of the glory of God." (Romans 5:2)

We have learned that the essence of Christmas is God's love for the world, and thus, God bestows grace upon humanity through the birth of the Lord Jesus Christ. Today, let us delve into the understanding that Christmas also brings hope, particularly for our future.

Speaking of hope, it is a sentiment of optimism or belief that something desired or anticipated will happen in the future. Hope can also signify the expectation or belief that good things will come, or that challenging or adverse situations will improve. Hope typically provides motivation, direction, and purpose in life.

Each of us undoubtedly hopes for things to get better. However, the reality is that the skies of our lives are not always clear. Sometimes, there are events or circumstances that cause us to stumble in life. Through this Christmas season, we are invited to foster hope for our future. Yet, this hope for our future extends beyond earthly realms, reaching beyond the grave.

We often think that Christmas brings new hope to the world, envisioning a better world, economic recovery, and improved living conditions. It is not wrong to think so, but Christmas actually focuses on what lies within our eternity. Christmas transforms our eternal future into something beautiful. The advent of the Lord Jesus in this world opens the gates of heaven for those who believe and follow His will.

WHAT TO DO:
Instill in our minds that the hope of Christmas resides beyond our earthly graves.

BIBLE MARATHON:
▪︎ John 3-4

Card image
Truth Youth 02 Desember 2023 - HOPEFUL CHRISTMAS
2023-12-02 10:49:30


"Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah." (Roma 5:2)

Kita sudah belajar, bahwa hal terutama dari Natal adalah kasih Allah atas dunia, yang oleh karena itu Allah memberikan kepada umat manusia anugerah melalui kelahiran Tuhan Yesus Kristus. Pada hari ini, kita akan belajar bahwa Natal juga memberi harapan bagi kita, khususnya masa depan kita.

Berbicara mengenai harapan, harapan adalah sebuah perasaan optimis atau keyakinan bahwa sesuatu yang diinginkan atau diharapkan akan terjadi di masa depan. Harapan juga dapat berarti ekspektasi atau keyakinan bahwa hal-hal yang baik akan datang, atau bahwa situasi yang sulit atau buruk akan membaik. Harapan biasanya dapat memberikan motivasi, arahan, dan tujuan dalam hidup.

Setiap kita pasti berharap segala sesuatu akan lebih baik. Walaupun demikian, kenyataannya langit hidup kita tidak selalu cerah. Terkadang, ada saja hal-hal atau kejadian yang membuat kita jatuh bangun di dalam hidup. Melalui momen Natal ini kita diajak untuk memiliki harapan akan masa depan kita. Namun, harapan akan masa depan kita ini bukan hanya yang ada di bumi ini, melainkan di balik kubur.

Kita sering berpikir bahwa Natal membawa pengharapan baru bagi dunia, yakni dunia menjadi lebih baik, ekonomi pulih, keadaan hidup makin nyaman. Tidak salah kita berpikir demikian, namun Natal sebenarnya berfokus pada apa yang ada di dalam kekekalan kita. Natal membawa masa depan kekal kita menjadi indah. Kedatangan Tuhan Yesus di dunia ini membuka pintu surga bagi mereka yang percaya dan melakukan kehendak-Nya.

WHAT TO DO:
Tanamkan di dalam pikiran kita, bahwa harapan Natal adalah di balik kubur kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yohanes 3-4

Card image
Renungan Pagi - 02 Desember 2023
2023-12-02 10:30:14



Ukuran hidup orang beriman bukanlah karena telah menghafal banyak ayat firman Tuhan, melainkan orang yang telah melakukan firman Tuhan dalam hidupnya, sebab iman tanpa perbuatan adalah "iman yang mati." "Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati."

Ukuran orang beriman juga bukan diukur dari berapa banyak waktu yang telah dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan rohani di gereja, tetapi tentang berapa banyak waktu yang telah kita pergunakan untuk membangun persekutuan dan menjalin hubungan pribadi yang intim dengan Tuhan setiap hari, ditengah kesibukan dan padatnya jadwal.

Sebab bagaimana lekatnya kehidupan kita dengan Tuhan yang akan menghasilkan dampak dari keimanan pada Allah yaitu hidup untuk mengejar perkenanan Tuhan setiap hari. "Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia."
(Yakobus 2:26; Ibrani 11:6)

Card image
Quote Of The Day - 02 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-02 10:24:48


Kita mungkin tidak menyandang gelar sarjana, magister, atau doktor teologi, tapi kita harus menyandang gelar sebagai anak kesukaan Bapa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 02 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-02 10:23:12


Setiap hari harus ada perjumpaan dengan Tuhan. Perjumpaan-perjumpaan yang riil dengan Tuhan akan membuka mulut Tuhan berbicara kepada kita dan kita dapat sungguh-sungguh mendengar suara-Nya.

Card image
RESTLESS SOUL - 02 Desember 2023 (English Version)
2023-12-02 10:19:46


In essence, with each passing day, we can increasingly realize how far the desired standards of Christianity by the Lord are from the lives of Christians today, including our personal lives.  As we become more acquainted with the truth, our souls become restless because we recognize how far we are from the standards the Lord desires. Our growth could be more active; the acceleration in our spiritual growth, which should correspond with our biological age and spiritual age, is not proceeding well. So, when we realize the slowness, delay, and lack of synchronization between biological age, spiritual age, and the spiritual life we should achieve, our souls become restless. Yet, the Lord desires this; our souls must be disturbed.

The Word of the Lord says, “Blessed are those who hunger and thirst for righteousness, for they shall be satisfied.” A thirsty and hungry body indicates a healthy body mechanism and a good metabolism. Therefore, when our souls are restless, it is a sign that we must achieve what we should but haven’t. There is a sluggishness in reaching what we should attain, a delay, an asynchrony between biological age, spiritual age, and the level we should get, and our souls become restless. But this is what the Lord desires; our souls must be troubled. The Lord promises to satisfy those who hunger and thirst for righteousness.  However, truly feeling hungry and thirsty for righteousness and genuinely experiencing a restless soul is difficult.

Someone still struggling with worldly pleasures, wanting to be respected and enjoy as much as the world provides, will not have a soul that hungers because they are thirsty for worldly matters. And what’s worse, very wicked, is when a servant of the Lord makes the ministry’s success and the church’s grandeur their delight. That’s where the devil cunningly deceives the servants of the Lord. Pride in having grand events, pride in the church having a large building with many congregants and various facilities makes it deviate so that all church instruments, both objects and human beings, are used not for the pleasure of God but for their pleasure.

All that is done for the glory of human, and that’s what we used to do. However, of course, now we must not do it anymore. That is just one symptom of the decline of Christianity that is currently happening. It is a decline in the standard of holiness, a decline from the focus of life. Let’s look at the standard taught by the Bible, where Jesus Christ said, “Store up treasures in heaven, not on earth.” Also, pay attention to what Paul said in Colossians 3:2-4, “Set your minds on things above, not on things on the earth. For you died, and your life is hidden with Christ in God. When Christ, who is our life, appears, you will also appear with Him in glory.”

However, how many of us genuinely long to meet the Lord? Yes, each of us has problems. But can we appreciate God and honour God properly?  Appropriately honouring God means thinking about things above and not being bound by the world. Even though we still live in a world where we must be responsible for making a living and working, the important thing is that we are not attached to anything. Even if we have problems, we do not idolize those problems, and we do not make those problems idols.

There is no other standard  because the proper Christian standard is our Lord Jesus Christ. The Bible says, “Whoever says he abides in Him ought to walk in the same way in which He walked” (1 John 2:6). Honestly, if we look at our lives, it feels far from that standard, even though our age may be over 50 years or even over 70 years. Can we catch up with this? The worrying thing is that only a few people are directed thoughtfully to this level.

There are lost years where we flirt with the world, indulge in the pleasures of hobbies, and indulge in the pleasures of movies. So, we must associate with God every day and experience the extraordinary holiness of God, and this is not just something related to logical or cognitive understanding but also goes beyond things that can be grasped with reason. God is extraordinary, and His dimension is transcendental. If we seek God every day and sit quietly at the feet of God, then we will understand the awe of God. We will understand what it means to tremble before the Lord and how glorious and awesome God is.  

THE MORE WE KNOW THE TRUTH, THE MORE OUR SOULS BECOME RESTLESS, FOR WE REALIZE HOW FAR WE ARE FROM THE STANDARDS THAT THE LORD DESIRES.

Card image
JIWA YANG MERONTA - 02 Desember 2023
2023-12-02 09:48:22


Sejatinya, tambah hari kita bisa semakin menyadari betapa jauh standar kekristenan yang dikehendaki oleh Tuhan dari kehidupan orang-orang Kristen hari ini, juga dari kehidupan kita pribadi. Semakin mengenal kebenaran, jiwa kita meronta, sebab kita menyadari betapa keadaan kita masih jauh dari standar yang Tuhan kehendaki. Kelambanan kita bertumbuh, akselerasi kita dalam bertumbuh, yang mestinya seiring dengan umur biologis, yang mestinya seiring dengan umur rohani, tetapi tidak berjalan dengan baik. Sehingga, ketika kita menyadari kelambanan, keterlambatan, ketidaksinkronan antara umur biologis, umur rohani, dengan kehidupan rohani kita, atau tingkat yang mestinya kita capai, jiwa kita meronta. Tetapi itu yang Tuhan kehendaki, jiwa kita harus meronta.

Firman Tuhan mengatakan, "Berbahagialah orang yang haus dan lapar akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan." Tubuh yang haus dan lapar menunjukkan mekanisme tubuh yang sehat, metabolisme tubuh yang baik. Jadi, ketika jiwa kita meronta itu pertanda bahwa kita mesti mencapai apa yang seharusnya kita capai, tetapi belum. Di situlah ada pengalaman haus dan lapar akan kebenaran. Dan Tuhan berjanji Ia akan memuaskan orang yang haus dan lapar akan kebenaran. Namun, untuk merasa haus dan lapar akan kebenaran dengan benar, sehingga mengalami jiwa yang meronta dengan benar, tidak mudah.

Orang yang masih bergelut dengan kesenangan dunia, dengan keinginan dihormati, untuk bisa meraih sebanyak-banyaknya apa yang dunia sediakan untuk dinikmati, maka dia tidak akan memiliki kehausan jiwa. Karena dia haus dengan perkara-perkara dunia. Dan paling jahat, sangat jahat, kalau seorang hamba Tuhan menjadikan keberhasilan pelayanan dan kemegahan gereja menjadi kesukaan. Di situlah liciknya setan menipu para hamba Tuhan. Kebanggaan memiliki acara-acara yang megah, kebanggaan gereja memiliki gedung besar, dengan jumlah jemaat yang banyak, dan berbagai fasilitas, membuatnya meleset sehingga semua perangkat gereja, benda maupun manusia, dipakai bukan untuk kesenangan Tuhan, tetapi bagi kesenangan dirinya sendiri.

Semua hal yang dilakukan bertujuan untuk kemegahan manusia, dan itu yang kita pernah lakukan. Namun, tentu sekarang kita tidak boleh lagi melakukannya. Itu baru satu gejala dari kemerosotan kekristenan yang sedang melanda. Sebenarnya, itu adalah kemerosotan standar kesucian, kemerosotan dari fokus hidup. Coba kita melihat standar yang Alkitab ajarkan, di mana Tuhan Yesus Kristus berkata, "Kumpulkan harta di surga, bukan di bumi." Perhatikan juga apa yang dikatakan Paulus di Kolose 3:2-4, “Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.”

Namun, berapa banyak di antara kita yang sungguh-sungguh merindukan bertemu dengan Tuhan? Benar, setiap kita punya persoalan. Tetapi, bisakah kita menghargai Tuhan, menghormati Tuhan secara patut? Menghormati Tuhan secara patut berarti memikirkan perkara-perkara yang di atas, dan tidak terikat dengan dunia. Walaupun kita masih hidup di dunia, di mana kita harus bertanggung jawab mencari nafkah, bekerja, tetapi yang penting kita tidak terikat dengan apa pun. Kalaupun kita punya masalah, tetapi kita tidak mendewakan masalah itu, tidak menjadikan masalah itu berhala.

Sebab standar Kristen yang sejati adalah Tuhan kita Yesus Kristus; tidak ada standar lain. Dan Alkitab mengatakan, "Barangsiapa mengatakan bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup" (1Yoh. 2:6). Sejujurnya, kalau kita melihat hidup kita, rasanya masih jauh dari standar itu, padahal usia kita bisa saja sudah di atas 50 tahun, atau bahkan di atas 70 tahun. Apa kita bisa mengejar ketinggalan ini? Hal yang mengkhawatirkan yaitu tidak banyak orang yang diarahkan dengan serius sampai ke tingkat ini.

Ada tahun-tahun yang terhilang, di mana kita bercumbu dengan dunia, bercumbu dengan kenikmatan-kenikmatan hobi, bercumbu dengan kenikmatan-kenikmatan film. Maka, kita harus bergaul dengan Tuhan setiap hari dan menghayati kekudusan Tuhan yang luar biasa. Ini bukan sekadar hal yang menyangkut pemahaman logika atau kognitif. Ini sudah di balik hal-hal yang dapat ditangkap dengan nalar. Allah itu luar biasa, dimensi-Nya itu transenden. Kalau kita tiap hari mencari Tuhan, duduk diam di kaki Tuhan, maka kita akan dapat mengerti kedahsyatan Allah. Kita akan memahami apa artinya gemetar di hadapan Tuhan dan memahami betapa Allah itu sungguh mulia dan dahsyat.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEMAKIN MENGENAL KEBENARAN, JIWA KITA MERONTA, SEBAB KITA MENYADARI BETAPA KEADAAN KITA MASIH JAUH DARI STANDAR YANG TUHAN KEHENDAKI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 Desember 2023
2023-12-02 10:46:41

1 Korintus 12-14

Card image
Truth Kids 01 Desember 2023 - YESUS SAYANG SEMUA
2023-12-01 09:37:43


Mazmur 116:15
“Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya.”

Sobat Kids, apakah kalian tahu, kisah dalam Alkitab tentang seorang perempuan yang hendak dilempari batu oleh banyak orang? Apakah Yesus juga ikut melempari perempuan berdosa tersebut? Tentu tidak, Sobat Kids. Justru Yesus berkata kepada mereka, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Setelah mereka mendengar perkataan Yesus, pergilah mereka seorang demi seorang. Tidak ada yang berani melemparkan batu karena mereka semua berdosa. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu. Yesus berkata kepada perempuan itu untuk pergi dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.

Yesus tidak hanya menyelamatkan satu perempuan berdosa. Yesus menyelamatkan banyak orang, bahkan semua orang di dunia ini. Hidup satu orang sangat berharga di hadapan Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan rela mati menebus dosa semua manusia. Hidup Sobat Kids juga sangat berharga di hadapan Tuhan. Oleh karena itu, kita sebagai anak-anak Allah, harus hidup taat dan mau dengar-dengaran kepada Tuhan. Kita harus menjadi anak-anak yang baik karena Yesus sudah berkorban untuk kita, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 01 Desember 2023 - BERHARGA
2023-12-01 09:33:19


Mazmur 116:15
“Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya.”

Hai, Sobat Junior!! Kalian tahu tidak artinya berharga? Hayooo… coba jawab masing-masing, ya. Berharga itu berarti sesuatu yang memiliki nilai lebih atau berarti, juga bernilai luar biasa. Contohnya, kalian berharga untuk papa mama kalian karena kalian sangat berarti untuk papa dan mama. Dan ternyata, Tuhan juga memandang kita dan orang-orang sekitar kita berharga di mata-Nya, berharga di hati-Nya.

Ada seorang anak kecil, namanya Alice. Usianya lebih kecil dari kalian. Alice bertanya kepada mamanya, “Ma, kenapa Tuhan Yesus mau mati di kayu salib, sakit-sakit sampai berdarah seperti itu?” Mamanya dengan lembut menjawab, “Tuhan Yesus mau mati di atas kayu salib karena sayang kita semua. Dan luar biasanya, Tuhan Yesus mati di atas kayu salib bukan hanya untuk orang baik-baik saja melainkan juga untuk orang-orang yang tidak baik. Alice bingung dan bertanya lagi, “Orang yang tidak baik juga, Ma? Kenapa Tuhan Yesus mau mati untuk mereka?”

“Mari kita ingat cerita salah satu penjahat yang disalib di sebelah Tuhan Yesus. Penjahat itu bertobat dan Tuhan mengampuni dia, padahal dia orang jahat. Seharusnya bisa saja Tuhan Yesus tidak peduli karena Tuhan juga sedang kesakitan di salib. Namun, Tuhan tetap menyelamatkan dia dan mengatakan kepada penjahat itu bahwa hari ini juga ia akan ada bersama-sama dengan Yesus di dalam Firdaus,” jelas mama kepada Alice.

Sebab bagi Tuhan Yesus semua jiwa itu berharga, yang artinya sangat bernilai untuk Tuhan. Itulah alasan Tuhan Yesus rela mati disalib. Bukan hanya untuk orang yang baik saja, melainkan yang tidak baik juga. Satu jiwa, siapapun dia, sangat berharga.

Card image
Truth Youth 01 Desember 2023 (English Version) - LOVELY CHRISTMAS
2023-12-01 09:29:36


"For God so loved the world, that he gave his only Son, that whoever believes in him should not perish but have eternal life." (John 3:16)

We find ourselves in the month of December, a time typically associated with the Christmas atmosphere. Yet, what comes to mind when we hear the word Christmas? Often, we envision it as a delightful season, adorned with Christmas-themed decorations like trees and various trinkets. Additionally, during this festive period, we gather with our families to celebrate. However, have we ever truly contemplated the real meaning of Christmas?

It is not unfamiliar to us; Christmas is a celebration of the birth of the Lord Jesus, who becomes our Savior. But what lies behind the arrival of the Lord Jesus into the world? The Word of God in John 3:16 states: "For God so loved the world, that he gave his only Son, that whoever believes in him should not perish but have eternal life." These are the words of the Lord Jesus spoken to Nicodemus, often associated with Christmas.

Upon careful reflection, the words of the Lord Jesus encapsulate the core message of Christmas: the immense love of God manifested through the birth of Jesus Christ as the Savior of humanity. Through Jesus, God bestows salvation upon all humankind. This is an expression of God's love for the world. Despite humanity's fall into sin, leading to the brokenness of this world, God continues to reveal His love. In essence, Christmas is a season that reminds us of the tremendous gift of God's love and the hope of eternal life through Jesus Christ.

WHAT TO DO:
Embed in our minds that Christmas is not merely a season for merriment; it is an occasion to internalize the true meaning of Christmas.

BIBLE MARATHON:
▪︎ John 1-2

Card image
Truth Youth 01 Desember 2023 - LOVELY CHRISTMAS
2023-12-01 09:27:30


"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yoh 3:16)

Kita telah sampai di bulan Desember, yang biasanya identik dengan suasana Natal. Namun, apa yang kita pikirkan ketika kita mendengar kata Natal? Kita biasanya berpikir bahwa Natal itu adalah suasana yang menyenangkan, di mana terdapat hiasan-hiasan bertema Natal di berbagai tempat seperti pohon Natal dan berbagai pernak-perniknya. Selain itu, pada suasana Natal kita juga berkumpul bersama keluarga kita dan merayakannya bersama. Namun, pernahkah kita sadar makna Natal sebenarnya?

Tentu tidak asing bagi kita, Natal adalah perayaan bagi kita merayakan kelahiran Tuhan Yesus yang menjadi Juruselamat kita. Namun, apa makna di balik datangnya Tuhan Yesus ke dunia? Firman Tuhan dalam Yohanes 3:16 berbunyi: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Ini adalah salah satu perkataan Tuhan Yesus ketika Ia berbicara dengan Nikodemus. Perkataan ini sering dikaitkan dengan Natal.

Jika kita merenungkan perkataan tersebut dengan saksama, sebenarnya perkataan Tuhan Yesus ini mengandung inti pesan Natal, yaitu kasih Allah yang besar yang dinyatakan melalui kelahiran Yesus Kristus sebagai Juruselamat manusia. Melalui Yesus, Allah mengaruniakan keselamatan bagi seluruh umat manusia. Ini adalah bentuk kasih Allah kepada dunia. Manusia yang telah jatuh dalam dosa yang mengakibatkan rusaknya dunia ini, tetapi Allah tetap menunjukkan kasih-Nya. Ini berarti, Natal adalah saat yang mengingatkan kita akan anugerah besar kasih Allah dan harapan hidup yang kekal melalui Yesus Kristus.

WHAT TO DO:
Tanamkan di dalam pikiran kita, bahwa Natal bukan sekadar musim untuk kita bersenang-senang. Tidak salah, namun kita harus menghayati arti Natal sebenarnya.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yohanes 1-2

Card image
Renungan Pagi - 01 Desember 2023
2023-12-01 09:14:34


Hidup sebagai orang percaya harusnya bukanlah kehidupan yang selalu meratap. Pujian yang kita nyanyikan pada Tuhan seharusnya bukan hanya lagu kesedihan yang tidak pernah berakhir. Mari belajar dari Yeremia, seorang nabi yang dikenal membuat kitab ratapan, tetapi perhatikanlah, dia bukan meratapi hidupnya dan nasibnya, melainkan meratapi bangsanya yang begitu degil sehingga mengalami penghukuman Tuhan, derita yang terjadi adalah karena kesalahan bangsanya sendiri.

Namun, tetap, ditengah ratapan dan penderitaan, inilah yang diingat dan diperhatikannya lebih dari keadaan yang sedang dihadapinya saat itu. "Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!"

Jadi dalam penderitaan dan kesesakan yang dialami karena kesalahan bangsanya, Yeremia tidak fokus pada apa yang dialaminya saat itu, tetapi fokus pada Tuhan, pada kebaikan, kesetiaan dan rahmat Tuhan yang tidak berkesudahan dan tiada habisnya bahkan selalu baru setiap pagi.

Bagaimana dengan kita? Cobalah untuk tidak selalu bersungut, mengeluh dan meratap serta terlalu fokus pada deritamu, mulailah fokus pada kasih setia, kebaikan dan rahmat Tuhan dalam hidupmu, sehingga melimpah ucapan syukur dan sukacita Tuhan dalam hidup kita, dan Tuhan pasti akan memperhatikan kehidupan kita dan menyertai selamanya.
(Ratapan 3:21-23)

Card image
Quote Of The Day - 01 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-01 09:12:15


Kita bisa tidak mengerti dengan hati kita, tapi kita bisa percaya dengan hati kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 01 Desember 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-12-01 09:10:48


Kita harus mengerti kalau Tuhan membawa kita ke dalam keadaan sulit adalah karena keadaan sulit tersebut bisa mendewasakan dan membuat kita mengenal Tuhan.

Card image
CREATING TIME - 01 Desember 2023 (English Version)
2023-12-01 08:59:49


Let’s make a whole and firm decision to make God everything in our lives. It means making God the sole purpose of our lives. We live because of and for Him. Because, indeed, we live through Him. Making God everything means He is our sole happiness. We can live without anyone, but we cannot live without God. Making God everything in life means loving God more than anyone or anything else. If we love something or someone, it is because we love Him. Loving God is beautiful. It’s the most incredible adventure in life when someone truly loves God with genuine love.

Anyone who has fallen in love understands the meaning of making someone they love everything in life. Therefore, it’s no wonder that people can do anything for the one they love. Why don’t we direct our love to God, reaching a level where we make God everything in our lives? You will never regret the adventure of living in love with God.  Loving the world can automatically happen because we are conditioned to live in a world that does not recognize God or does not want to know God.

We live in an environment where almost everyone loves the world. Loving the world and falling in love with the world can happen automatically, conditioned in such a way that people make something or someone everything. What becomes “everything” can be money, hobbies, someone, family, position, etc. Regarding this, Jesus said, “If you do not hate your father, mother, brother, sister, even your own life, you are not worthy of Me,” which means we must make God everything. If someone loves their spouse, children, or parents, it doesn’t necessarily mean they love God.

Love given to someone without loving God is vulnerable and fragile. We have witnessed passionate couples deciding to become husband and wife, but they broke up less than five years later. They divorce due to betrayal. But if someone loves God, they will surely love their life partner, parents, and children; their love will be vital. Because they are not afraid of their life partner, children, or parents, but they fear God. A child who respects and fears parents without loving God may eventually deny that respect, fear, and love for various reasons. It could be because of a life partner, economic situation, etc.

So, before this opportunity passes, let’s learn to love God more than anyone else.  We have to condition ourselves to love God. If we do not prepare ourselves, we will never love God. If we do not make our hearts burn with love for God, we will never love God. We must scratch our hearts deeply to love God until we cannot withdraw that love and until that love sinks into His heart. We bury His love in our hearts; this experience cannot be shared with words because everyone has to experience it themselves. 

If we love God, that is, making God everything in our lives, we will indeed become lovers of God, eternal lovers.  Someone who is not a lover of God on earth can’t become a lover of God in eternity. However, people who build love for God on earth are on the path to eternity as lovers of God, and if we become lovers of God, then the people we love will be dragged into being loved by God. We cannot protect our children 24 hours a day, even if they live in the same house as us. But if we become lovers of God, God will surely love the people we love without us asking for His help.

Let’s not hesitate and take action before our hearts freeze and we no longer have the flexibility to change because we are already bound to the world. So, while we can still make our hearts flexible and direct the trajectory toward heaven, let’s do it starting now. Do not delay. Let’s not say, “Later, when there’s a good time.”  A good time is not awaited but created. God has already provided a good time, and we must reach for it. There is no one greater than someone who becomes a lover of God.  

A GOOD TIME IS NOT AWAITED BUT CREATE.

Card image
MENCIPTAKAN WAKTU - 01 Desember 2023
2023-12-01 08:56:46


Mari kita mengambil keputusan yang bulat dan kuat untuk menjadikan Tuhan segalanya dalam hidup kita. Artinya Tuhan menjadi tujuan hidup kita satu-satunya. Kita hidup karena dan demi Dia. Karena memang kita hidup oleh Dia. Menjadikan Tuhan segalanya, artinya Dialah kebahagiaan kita satu-satunya. Kita bisa hidup tanpa siapa pun, tetapi kita tidak bisa hidup tanpa Tuhan. Menjadikan Tuhan segalanya dalam hidup, artinya kita mencintai Tuhan lebih dari mencintai siapa pun dan apa pun. Bahkan mestinya kalau kita mencintai, mengasihi sesuatu atau seseorang, itu dasarnya karena kita mencintai Dia. Mencintai Tuhan itu indah sekali. Sebuah petualangan yang paling hebat di dalam hidup ini, kalau seseorang bercinta dengan Tuhan dengan cinta yang benar.

Yang pernah jatuh cinta, pasti mengerti artinya menjadikan seseorang yang kita cintai sebagai segalanya di dalam hidup. Maka tidak heran kalau orang bisa melakukan apa pun demi cinta, demi orang yang dia cintai. Mengapa kita tidak mengarahkan cinta kita kepada Tuhan, sampai pada level di mana kita menjadikan Tuhan segalanya di dalam hidup kita? Percayalah, kita tidak akan pernah menyesal dengan petualangan hidup bercinta dengan Tuhan. Bercinta dengan dunia itu bisa otomatis, karena kita terkondisi atau dikondisi hidup dalam suasana dunia yang tidak mengenal Allah atau dunia yang tidak mau mengenal Allah.

Kita hidup di lingkungan di mana manusia hampir semuanya mencintai dunia. Hal mencintai dunia, bercinta dengan dunia, itu bisa otomatis, terkondisi sedemikian rupa, sampai orang menjadikan sesuatu atau seseorang sebagai segalanya. Yang menjadi “segalanya” itu bisa berupa uang, hobi, seseorang, keluarga, jabatan dan lainnya. Terkait dengan ini, Tuhan Yesus mengatakan, “Jika kamu tidak membenci ayahmu, ibumu, saudaramu laki-laki, perempuan, bahkan nyawamu sendiri, engkau tidak layak bagi-Ku,” itu artinya kita harus menjadikan Tuhan segalanya. Kalau orang mencintai istri, suami, anak, orang tua, maka belum tentu dia mencintai Tuhan.

Cinta yang diberikan kepada seseorang tanpa mencintai Tuhan, itu rentan dan rapuh. Kita tentu telah menyaksikan bagaimana pasangan pria wanita yang begitu menggebu-gebu dalam cinta, mengambil keputusan menjadi pasangan suami istri, namun tidak lebih dari 5 tahun kemudian gugur. Pecah, cerai karena pengkhianatan. Tetapi kalau seseorang mencintai Tuhan, dia pasti mencintai pasangan hidup, orang tua, anak, dan cintanya kokoh. Sebab dia tidak takut terhadap pasangan hidup, anak atau orang tua, tetapi dia takut Tuhan. Anak yang takut dan menghormati orang tua tanpa mengasihi Tuhan, bukan tidak mungkin ada saat ketika dia mengingkari hormat, takut dan cintanya itu karena satu dan lain hal. Bisa karena pasangan hidup, situasi ekonomi dan lainnya.

Jadi, sebelum kesempatan ini berlalu, mari kita belajar untuk mencintai Tuhan lebih dari mencintai siapa pun. Sebab untuk mencintai Tuhan, kita yang harus mengondisi diri kita sendiri. Kalau kita tidak mengondisi diri kita sendiri, kita tidak akan pernah mencintai Tuhan. Kalau kita tidak membuat hati kita membara mencintai Tuhan, kita tidak akan pernah mencintai Tuhan. Kita yang harus menggores hati kita sedalam-dalamnya untuk mencintai Tuhan, sampai tidak bisa menarik cinta itu, dan sampai cinta itu terbenam di dalam hati Tuhan. Karena kita membenamkan cinta-Nya di hati kita. Pengalaman seperti ini tidak bisa dibagikan dengan kata-kata, sebab setiap kita harus mengalami sendiri.

Kalau kita bercinta dengan Tuhan, yaitu menjadikan Tuhan segalanya di dalam hidup, pasti kita menjadi kekasih Tuhan; kekasih abadi. Tidak mungkin orang yang tidak menjadi kekasih Tuhan di bumi akan menjadi kekasih Tuhan di kekekalan. Tidak mungkin. Orang yang membangun kasih kepada Tuhan di bumi, berarti dia meniti jalan kekekalan menjadi kekasih Allah di keabadian. Dan kalau kita menjadi kekasih Tuhan, maka orang-orang yang kita kasihi pun akan terseret dikasihi Allah. Kita tidak bisa melindungi anak kita 24 jam, sekalipun mereka tinggal serumah dengan kita. Tetapi kalau kita menjadi kekasih Tuhan, maka Tuhan pasti akan mengasihi orang yang kita kasihi. Tanpa kita meminta pertolongan-Nya, Dia mengerti.

Jangan kita tidak mengambil keputusan dan melangkah. Sebelum hati kita membeku, artinya kita tidak lagi memiliki kelenturan untuk diubah karena sudah terikat dengan dunia, mumpung kita masih bisa membuat hati kita lentur dan mengarahkan parabola hati kita ke surga, lakukanlah mulai saat ini. Jangan menunda. Jangan kita mengatakan “Nanti kalau ada waktu yang baik.” Waktu yang baik bukan dinantikan, melainkan diciptakan. Waktu yang baik, Tuhan sudah sediakan, tinggal kita yang harus meraihnya. Tidak ada orang yang lebih hebat dari seorang yang menjadi kekasih Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

WAKTU YANG BAIK BUKAN DINANTIKAN, MELAINKAN DICIPTAKAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 01 Desember 2023
2023-12-01 08:49:31

1 Korintus 8-11

Card image
Truth Kids 30 November 2023 - MAU KE LB3
2023-11-30 10:08:12


2 Petrus 3:13
“Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.”

Sobat Kids, mungkin kalian sudah tidak asing dengan sebutan LB3 atau Langit Baru Bumi Baru. Tempat di mana kita akan berada bersama-sama dengan Tuhan dalam kekekalan. Semua Sobat Kids pasti ingin pergi ke sana, kan?Tentu, keinginan semua orang percaya adalah kembali bersama-sama dengan Tuhan.

Namun, untuk menuju ke sana kita harus memiliki kedekatan dengan Tuhan. Karena hanya orang-orang yang dekat pada-Nya yang memiliki kesempatan untuk masuk ke dalam Langit Baru Bumi Baru. Nah, untuk dekat dengan Tuhan, kita harus mulai membangun hubungan, supaya kita lebih mengenal Tuhan dan kehendak-Nya. Tantangan besar yang harus kita kalahkan agar bisa mendekat kepada Tuhan adalah dosa. Setiap hari kita akan menghadapi tantangan untuk tidak melakukan dosa. Meski demikian, terkadang kita tanpa sengaja melakukan dosa. Itulah sebabnya kita perlu bertobat, meminta ampun kepada Tuhan setiap hari. Kita mau terus dibersihkan dari dosa dan memiliki kesempatan untuk terus mendekat kepada Tuhan. Yuk berjuang!

Card image
Truth Junior 30 November 2023 - TIKET MASUK
2023-11-30 10:04:26


2 Petrus 3:13
“Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.”

Apakah Sobat Junior pernah mendengar dunia baru? Mungkin kita pernah menonton film yang menceritakan tentang dunia baru yang lebih bagus dan indah. Biasanya dunia baru ditempati karena dunia yang lama sudah tidak layak untuk ditinggali. Ternyata, Tuhan Yesus juga akan memberikan setiap kita langit dan bumi yang baru, loh. Karena langit dan bumi yang kita tempati saat ini penuh dengan kejahatan.

Oleh sebab itu, Tuhan akan memberikan langit dan bumi yang baru, sebuah tempat yang lebih indah, bagus, dan nyaman, untuk setiap orang yang baik dan mau taat kepada Tuhan. Kalau kita belum taat, masih suka melawan orang tua, tidak mau berbagi, pelit, malas belajar, tidak mau pergi ke Sekolah Minggu, berkata kasar, suka mengejek teman, maka kita tidak akan bisa masuk ke langit dan bumi yang baru nanti.

Karena semua orang yang berada di langit dan bumi yang baru adalah orang-orang yang baik, suka dengar-dengaran, tidak pelit, mau berbagi, tidak suka berkata kasar. Bayangkan saja kalau di langit dan bumi yang baru masih ada orang yang jahat dan nakal, pasti langit dan bumi yang baru tidak akan nyaman untuk ditempati.

Jadi, yuk, Sobat Junior, kita semua harus masuk ke langit dan bumi yang baru. Maka, kita harus melakukan hal-hal yang baik, supaya kita punya tiket masuk ke langit dan bumi yang baru.

Card image
Truth Youth 30 November 2023 (English Version) - HUMANIZING HUMANS
2023-11-30 09:55:49


"So whatever you wish that others would do to you, do also to them, for this is the Law and the Prophets." (Matthew 7:12)

"Hey, I don't want to talk about anyone, but you know, their personality is just terrible! They're so stingy! I can't stand them!" That's the conversation of someone who claims not to want to talk about the faults of others, yet ends up doing exactly that, isn't it? Sometimes when we talk about someone else or treat them coldly, we do it naturally, without any coercion. It feels like second nature, as if we've become accustomed to it. However, when we're treated the same way, we get angry. We understand very well that being treated poorly by others makes us uncomfortable, yet we do the same to others. This habit is very harmful and shows that we are also unkind to our fellow humans.

The Bible verse above states, "So whatever you wish that others would do to you, do also to them." This means that if we want to be treated kindly and humanely, we should treat others the same way and not act arbitrarily. No one is perfect, and everyone can make mistakes. As children of a good Father, we should emulate the character of Jesus Christ, who does not focus on the failures of others. Instead, He forgives and forgets. The Lord Jesus gave many people the opportunity to change their lives. If we become a blessing to others, they will do the same. Furthermore, God is pleased because no one is created to be evil. Keep striving to be a good person!

WHAT TO DO:
1. Treat others as you would like to be treated.
2. Practice tolerance towards our fellow human beings.

BIBLE MARATHON:
▪ Luke 23-24

Card image
Truth Youth 30 November 2023 - MEMANUSIAKAN MANUSIA
2023-11-30 09:51:55


"Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Matius 7:12)

“Eh, aku bukannya mau ngomongin orang ya. Tapi kalian tau gak, sifat itu orang jelek banget tahu! Dia tuh pelit banget! Aku sih ilfeel!” Itulah percakapan seseorang yang katanya tidak mau membicarakan keburukan orang lain, tapi akhirnya keburukan orang itu dibicarakan juga bukan? Terkadang waktu kita membicarakan orang lain, bahkan memberikan sikap dingin kepada orang lain kita bisa melakukannya dengan natural tanpa paksaan. Bahkan dengan spontanitas kita lakukan, seakan-akan sudah terbiasa melakukannya. Namun, giliran kita yang diperlakukan seperti itu, kita marahnya bukan main. Kita mengerti betul diperlakukan tidak enak oleh orang lain itu, membuat kita tidak nyaman, tapi kita juga melakukannya kepada orang lain. Kebiasaan ini sangat buruk, dan menunjukkan kalau kita pun jahat kepada sesama kita.

Ayat alkitab di atas mengatakan, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.” Artinya, kalau kita mau diperlakukan baik dan manusiawi, maka manusiakanlah orang lain, jangan bersikap seenaknya. Tidak ada manusia yang sudah sempurna, dan memang setiap orang bisa melakukan kesalahan. Sebagai anak Bapa yang baik, kita harus meneladani sifat Yesus Kristus yang tidak melihat kegagalan orang lain. Sebaliknya, Ia mengampuni dan melupakan. Tuhan Yesus memberikan kesempatan kepada banyak orang untuk mengubah kehidupannya. Kalau kita menjadi berkat untuk orang lain, maka orang lain pun juga akan melakukan hal yang sama. Lebih dari itu, perasaan Tuhan disenangkan karena tidak ada satu pun manusia yang diciptakan untuk menjadi orang jahat. Selamat berjuang untuk menjadi orang baik!

WHAT TO DO:
1. Tidak bersikap seenaknya kepada orang lain
2. Memiliki toleransi kepada sesama kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎Lukas 23-24

Card image
Renungan Pagi - 30 November 2023
2023-11-30 09:48:20


Setiap kita yang telah diselamatkan dan ditebus dari perbudakan dosa, seharusnya tidak lagi hidup didalam kebodohan yaitu dikuasai hawa nafsu sendiri, tetapi dimampukan untuk mengambil bagian dalam kekudusan Allah, yang berarti dapat hidup kudus dihadapan Tuhan, sebagaimana Allah yang memanggil kita adalah Allah yang Kudus.

"Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus."

Memperjuangkan kekudusan selama menumpang hidup didunia ini adalah sesuatu yang hampir mustahil untuk dilakukan, tetapi percayalah bahwa tidak ada yang mustahil bagi kita yang percaya kepada-Nya. Asalkan mau hidup sebagai anak-anak yang taat, jangan hidup sebagai anak-anak bodoh yang hidup menuruti hawa nafsu. Marilah berjuang dengan segenap hati, kita pasti bisa, karena Roh Kudus ada dalam hidup kita, DIA akan menolong untuk hidup Kudus.
(1 Petrus 1:14-16)

Card image
Quote Of The Day - 30 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-30 09:20:19


Orang yang membangun kasih kepada Tuhan di bumi, berarti dia meniti jalan kekekalan menjadi kekasih Allah di keabadian.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 30 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-30 09:18:52


Berdoa dengan mengucapkan kalimat doa itu berbeda. Doa itu sebuah dialog. Di dalam dialog itu ada perjumpaan antara Tuhan dengan kita.

Card image
ESCAPING - 30 November 2023 (English Version)
2023-11-30 09:09:25


People can feel nauseous, even vomit, when they smell a specific odor. However, over time, they can come to like it. It depends on how they direct their preferences. The problem is we have a habit of sinning, satisfying our ambitions ego, flaunting our temperaments, and indulging our flesh. Now that we are aware and genuinely want to repent so that we can experience a change to attain the holiness of God, whether we like it or not, we have to change our tastes. It’s not enough to say, “Lord, change my preferences.” We have to take action to change our preferences ourselves. What have been our hobbies? If a hobby is just for our pleasure, then we must abandon it. If we want to, we can.

But if someone says, “Oh, I can’t,” they can’t. It means they’ve already confined themselves with a mental block that they can’t break that habit. It depends on how determined we are. If we relate it to loving God, it depends on how much we love God. If we love God, then anything that can grieve God, hurt God’s heart, or make God uncomfortable, we leave behind. We let go of it; we cast it aside, even if it hurts our flesh. But there’s no choice.

If we genuinely want to be saved or give ourselves up to be saved, it means we have to cast everything aside. Don’t think believing in Jesus as Lord and Savior, rationally or verbally confessing it, means you are saved. Belief is action. If we say, “I believe Jesus is my Lord and Savior; there is no salvation outside of Jesus,” then we must follow God’s will. God’s will is for us to imitate and emulate His life. So, if someone claims to believe but is still entangled with the world, it means they haven’t truly accepted. Jesus said in Luke 14:33, “So likewise, whoever of you does not forsake all that he has cannot be My disciple.” So, this means God cannot change us.

He has already carried our sins, redeemed us, and set us free. It’s finished on the cross. But what’s not finished is the nature of our sin. Our inner state is not yet suitable to become members of the Kingdom of God because it needs to be rectified and matured. Therefore, if there are tastes within us that do not align with God’s holiness, they must be discarded. The Holy Spirit will surely help us; things that displease God in our lives, the Holy Spirit will make known. Ironically, people often don’t know because they don’t want to know. If people want to see, they will undoubtedly bring themselves to God and say, “Search me, O Lord, and know my heart; try me, and know my thoughts; and see if there be any wicked way in me, and lead me in the way everlasting” (Psalm 139:23-24).

As the psalmist says, “Search me, O God, and know my heart; test me and know my anxious thoughts. See if there is any offensive way in me, and lead me in the way everlasting!”  So, if someone honestly does not want to be examined by God because they don’t want to change, God cannot force them. God also has an order. Just as the devil cannot force people to do evil, God also does not want and will not force people to do good. The devil cannot force people into hell. God also does not force people into heaven.  Free will play a role.

But don’t forget, the devil tries to keep people from directing themselves to God and His Kingdom. From a young age, people are nurtured and sown by the powers of darkness so that they don’t have a foundation to accept the truth. And this is what concerns us. The power of darkness is harvesting many children. When they enter adolescence and youth, they can no longer be saved. They are already too corrupt. Their soul’s preferences are only directed towards the world. They may idolize movie stars or world figures, but they do not worship Jesus.

Our environment is so wicked its pull is more robust. So, it’s no wonder that parents are puzzled as to why their children don’t want to go to church. It’s because their soul’s preferences have been corrupted. For those whose soul’s preferences are corrupted or clouded, going to church is torture, torment, and imprisonment. The world has brainwashed them. And we must realize how corrupt the world around us is. Therefore, parents must be militant, bringing the atmosphere of heaven into the midst of the family. Parents must set an example of a life that radiates the glory of God. So that children can still be saved and influenced to seek God.

Praying, reading the Word, and listening to the Word should be something attractive.  In this dark world, where the devil offers various pleasures to keep us from focusing on God and corrupting our soul’s preferences, we must escape. Turn off all the pleasures, hobbies, and desires that do not align with God’s will. We direct the eyes of our hearts towards God so that we can feel our thirst for God until we have intimacy with God.  

IN THIS DARK WORLD, WHERE THE DEVIL OFFERS VARIOUS PLEASURES TO KEEP US FROM FOCUSING ON GOD AND CORUPTING OUR SOUL'S PREFERENCES, WE MUST ESCAPE.

Card image
MELARIKAN DIRI - 30 November 2023
2023-11-30 08:13:08


Orang bisa merasa mual, bahkan muntah, ketika dia mencium bau tertentu. Namun, lambat laun dia bisa menyukainya. Hal ini tergantung bagaimana dia mengarahkan seleranya. Masalahnya, kita memiliki kebiasaan berbuat dosa; memuaskan ambisi, ego, temperamen yang kita umbar, daging yang kita puaskan. Sekarang kita sadar dan mau bertobat sungguh-sungguh agar kita dapat mengalami perubahan untuk mencapai kesucian Tuhan. Mau tidak mau, selera kita harus kita ubah. Tidak cukup kita berkata, “Tuhan, ubah seleraku.” Kita sendiri yang harus bertindak mengubah selera kita. Hobi kita apa selama ini? Kalau hobi itu hanya untuk menyenangkan kita, maka harus kita tinggalkan. Kalau kita mau, pasti bisa.

Tetapi kalau seseorang berkata, “Wah, saya tidak bisa,” maka tidak bisa. Berarti ia sudah membelenggu dirinya dengan mental blok bahwa dia tidak bisa meninggalkan kebiasaan itu. Tergantung seberapa kita memiliki tekad. Kalau kita kaitkan dengan mengasihi Tuhan, hal ini tergantung seberapa kita mencintai Tuhan. Kalau kita mencintai Tuhan, maka apa pun yang dapat mendukakan Tuhan, melukai hati Tuhan, bahkan membuat Tuhan tidak nyaman, kita tinggalkan. Kita lepaskan, kita buang. Walaupun tentu itu menyakitkan daging kita. Tetapi tidak ada pilihan.

Kalau kita memang benar-benar mau menjadi orang-orang yang diselamatkan atau memberi diri diselamatkan, berarti kita harus membuang semuanya. Jangan kita berpikir kalau sudah percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara akal, secara pengakuan mulut, berarti sudah selamat. Percaya itu bertindak. Kalau kita berkata, “Aku percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatku; tidak ada keselamatan di luar Yesus,” maka kita harus mengikuti kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan adalah agar kita mencontoh, meneladani hidup-Nya. Jadi kalau ada orang mengaku percaya, tetapi hidupnya masih terikat dengan dunia, itu berarti belum percaya. Yesus berkata dalam Lukas 14:33, “Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.” Artinya kita tidak bisa diubah-Nya.

Dia sudah memikul dosa kita, menebus kita dan memerdekakan kita. Sudah selesai di kayu salib. Tetapi yang belum selesai adalah kodrat dosa kita. Keadaan batiniah kita yang belum layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Ini yang harus dibenahi dan didewasakan. Karenanya kalau ada selera-selera di dalam diri kita yang tidak sesuai dengan kekudusan Allah, harus dibuang. Roh Kudus pasti menolong kita, hal-hal apakah yang ada di dalam hidup kita yang Tuhan tidak berkenan, pasti Roh Kudus beri tahu. Ironis, selama ini orang tidak tahu, karena memang dia tidak mau tahu. Kalau orang mau tahu, dia pasti membawa dirinya kepada Tuhan dan berkata, “Periksa aku, Tuhan, selidiki aku.”

Seperti yang dikatakan pemazmur dalam Mazmur 139:23-24, “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” Jadi kalau orang memang tidak mau diselidiki Tuhan, karena memang tidak mau berubah, Tuhan tidak bisa paksa. Tuhan juga memiliki tatanan. Seperti Iblis tidak bisa memaksa orang berbuat jahat, Tuhan pun tidak mau dan tidak akan memaksa orang berbuat baik. Iblis tidak akan bisa memaksa orang masuk neraka. Tuhan juga tidak memaksa orang masuk surga. Kehendak bebas masing-masing itulah yang memainkan peranan.

Tetapi jangan lupa, Iblis berusaha supaya manusia tidak mengarahkan dirinya ke Tuhan dan Kerajaan-Nya. Dari kecil telah diasuh, disemai oleh kuasa gelap, agar tidak memiliki landasan untuk bisa menerima kebenaran. Dan ini yang menjadi kegelisahan kita. Banyak anak-anak yang sedang dituai oleh kuasa kegelapan. Masuk masa remaja, pemuda, mereka tidak bisa lagi diselamatkan. Sudah terlalu rusak. Selera jiwa mereka hanya tertuju kepada dunia. Mereka bisa memuja bintang-bintang film atau tokoh-tokoh dunia, tetapi tidak memuja Yesus.

Lingkungan hidup kita begitu jahat, lebih kuat tarikannya. Jadi tidak heran kalau ada orang tua bingung, kenapa anaknya tidak mau ke gereja. Itu karena selera jiwanya telah rusak. Bagi mereka yang selera jiwanya rusak atau keruh, ke gereja merupakan sebuah penderitaan, siksaan, penjara. Dunia telah menyemai mereka. Dan ini harus kita sadari, betapa rusaknya dunia sekitar kita ini. Maka orang tua harus militan, menghadirkan atmosfer surga di tengah-tengah keluarga. Orang tua harus memberi teladan contoh kehidupan yang memancarkan kemuliaan Allah. Supaya, anak-anak masih bisa diselamatkan dan dipengaruhi untuk mencari Tuhan.

Berdoa, membaca firman, mendengarkan firman, harus menjadi sesuatu yang menarik. Dunia yang gelap ini di mana Iblis menawarkan berbagai kesenangan supaya kita tidak fokus kepada Allah dan merusak selera jiwa kita, maka kita harus melarikan diri. Matikan semua kesenangan, hobi, keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Kita arahkan mata hati kita kepada Tuhan, agar kita merasakan kehausan kita akan Allah. Sampai kita memiliki intimasi dengan Allah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DUNIA YANG GELAP INI DI MANA IBLIS MENAWARKAN BERBAGAI KESENANGAN SUPAYA KITA TIDAK FOKUS KEPADA ALLAH DAN MERUSAK SELERA JIWA KITA, MAKA KITA HARUS MELARIKAN DIRI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 November 2023
2023-11-30 07:39:57

1 Korintus 5-8

Card image
Truth Kids 29 November 2023 - MANUSIA ALLAH
2023-11-29 09:13:18


2 Petrus 1:4
“Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.”

Petrus adalah salah satu dari 12 murid Yesus. Saat kita membaca Alkitab, kita dapat menemukan kalau Petrus kadang melakukan kesalahan. Petrus seringkali tidak mengerti apa maksud Tuhan di hidupnya. Salah satu kesalahan Petrus adalah menyangkal Yesus. Hatinya sangat sedih atas kesalahan itu. Petrus bertobat dan memohon ampun kepada Tuhan.

Petrus tidak menyerah atas kesalahan yang ia perbuat. Petrus terus bertobat meninggalkan dosa-dosanya. Ia hidup semakin kudus dalam tuntunan Roh Kudus. Petrus menjadi ‘manusia Allah’ (man of God) yaitu seorang yang hidup sejalan dengan Tuhan. Manusia yang sesuai dengan kehendak Allah.

Sobat Kids, apakah kamu mau menjadi seperti Petrus? Untuk menjadi seorang yang hidup sejalan dengan Tuhan, harus menanggalkan kodrat dosa. Tuhan itu kudus, sedangkan dosa membuat kita jauh dari-Nya. Yuk, Sobat Kids kita bertobat setiap hari dari dosa dan kesalahan kita. Seperti Petrus, kita mau menjadi manusia Allah. Manusia yang sesuai dengan kehendak Allah.

Card image
Truth Junior 29 November 2023 - DEKAT DENGAN TUHAN
2023-11-29 09:11:54


2 Petrus 1:4
“Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.”

Seorang anak kecil yang bernama Rian adalah anak yang baik hati, tetapi seperti anak-anak lainnya, kadang-kadang Rian melakukan kesalahan. Suatu hari, Rian datang ke Sekolah Minggu bersama teman-temannya. Guru Sekolah Minggu mengatakan bahwa Tuhan mau setiap orang membuat Tuhan happy lewat perbuatannya. Tapi kenyataannya, banyak orang sering melakukan kesalahan, sehingga hubungannya jadi tidak dekat lagi dengan Tuhan. Kemudian Guru Sekolah Minggu Rian menjelaskan, bahwa bertobat adalah cara untuk membuat hubungan orang yang bersalah menjadi dekat lagi dengan Tuhan.

Sobat Junior, bertobat adalah satu-satunya cara supaya hubungan kita jadi baik sama Tuhan. Karena orang yang bertobat pasti sadar bahwa ia telah berbuat salah kemudian meminta maaf kepada Tuhan.

Eits, setelah minta maaf harus berjanji, loh, untuk tidak melakukan kesalahan lagi. Itulah yang disebut bertobat. Misalnya saat kita berbohong, memarahi teman atau saudara yang tidak bersalah, tidak mau berbagi, suka melawan, maka kita harus bertobat. Kita harus belajar berkata maaf kepada orang yang kita lukai dan berkata kepada Tuhan saat berdoa, “Tuhan, aku minta maaf atas kesalahan-kesalahan yang pernah aku lakukan. Aku tahu itu tidak benar, dan aku ingin menjadi anak yang baik seperti yang Tuhan mau. Tolong aku untuk berhenti melakukan kesalahan.”

Dengan meminta maaf kepada orang lain dan Tuhan, kita bisa menjadi anak yang lebih baik lagi. Artinya, hubungan kita dengan Tuhan semakin dekat sudah pasti Tuhan happy dengan hidup kita.

Card image
Truth Youth 29 November 2023 (English Version) - HAND IN HAND
2023-11-29 09:10:22


"For each will have to bear his own load." (Galatians 6:5)

In our early days, during elementary school, we've all heard the proverb that says, "A burden shared is a burden halved." This saying holds tremendous moral value and has become an unwritten truth deeply embedded within our society. Yet, as children of God, we are held to a higher standard than the common moral demands. The Bible sets a different standard, "Let each one test their own work, and then their reason to boast will be in themselves alone and not in their neighbor." The Word of God strongly emphasizes that carrying the burdens of our neighbors, whom God has intentionally placed beside us, is a duty. Bearing one another's burdens means willingly offering ourselves to assist others according to the guidance of the Holy Spirit within us.

Therefore, it is essential for us, as children of God, to maintain an intimate relationship with the Lord, to the extent that we can comprehend His thoughts and feelings. This understanding allows us to see the individuals God has placed in our lives as vessels through which we can accomplish the salvation we have received from the Lord. Trusting God means following His steps. Believe that God is with you in every instance where you extend yourself to aid others, for He takes account of all that you do. It might be challenging to accept this truth when in fact, we are still in need of much help in our own lives. There are so many times in our lives when we search for answers in many places, when the only place we need to be looking is straight into the eyes of our Lord, Jesus Christ.

Know that He never leaves you alone, and when you are busy offering yourself to assist others, God will take care of your life. Until we can fully comprehend His words which say, "For when I am weak, then I am strong." Put your hand in God's hand, walk hand in hand with Him, and rely on Him in your journey to become a blessing to others.

WHAT TO DO:
1. Accept the weaknesses of others.
2. Involve God in everything.
3. Practice the Word of God.

BIBLE MARATHON:
▪ Luke 21-22

Card image
Truth Youth 29 November 2023 - HAND IN HAND
2023-11-29 07:56:07


"Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri.” (Galatia 6 : 5)

Dulu saat di kursi sekolah dasar pasti kita pernah mendengar sebuah pepatah yang mengatakan “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Pepatah ini memiliki nilai moral yang luar biasa, dan sudah menjadi kebenaran tidak tertulis yang sudah tertanam di tengah masyarakat. Namun sebagai umat Tuhan kita mempunyai tuntutan yang lebih dari apa yang dituntut oleh moral umum. Alkitab menyatakan standar yang berbeda, “Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri”. Firman Tuhan dengan tegas menyatakan bahwa menanggung beban sesama kita, yang secara khusus Tuhan tempatkan disamping kita, adalah sebuah kewajiban. Menanggung beban artinya memberi diri dengan rela untuk menolong orang lain sesuai dengan tuntunan Roh Kudus dalam setiap kita. Karena itu penting bagi kita sebagai anak-anak Tuhan memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan, sampai di titik dimana kita bisa memahami pikiran dan perasaan Tuhan. Sehingga kita beroleh pengertian yang baru, melihat orang-orang yang Tuhan tempatkan dalam hidup kita sebagai sarana untuk mengerjakan keselamatan yang telah kita terima dari Tuhan. Trusting God means following His steps. Percayalah Tuhan ada disetiap kali kita memberi diri untuk menolong orang lain, Dia memperhitungkan segala sesuatu yang telah kita lakukan. Mungkin akan sulit menerima kebenaran ini ketika pada faktanya hidup kita juga masih membutuhkan banyak pertolongan, kita merasa masih kesulitan untuk menjalani hidup. So many times in our lives where we search for answers in many places, when the only place that we need to be looking is straight in the eye of our Lord, Jesus Christ. Ketahuilah bahwa engkau tidak pernah Ia biarkan sendiri, dan ketika kita sibuk memberi diri untuk menolong orang lain, God will take care of your life. Sampai akhirnya kita dapat memaknai firman-Nya yang berkata, “Justru dalam kelemahan, kuasa-Ku menjadi sempurna”. Put your hand in God's hand, berjalan bersama dengan Dia yang bisa engkau andalkan dalam perjuanganmu menjadi berkat bagi orang lain.

WHAT TO DO:
1. Menerima kekurangan orang lain
2. Melibatkan Tuhan dalam segala hal
3. Belajar mempraktekkan firman Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎Lukas 21-22

Card image
Renungan Pagi - 29 November 2023
2023-11-29 07:50:03


Semua orang percaya pasti merindukan berjumpa Tuhan suatu saat nanti. Bahkan itulah tujuan hidup kita pada akhirnya, dapat bertemu Tuhan berhadapan muka, tinggal dalam Kerajaan-Nya yang kekal. Untuk memberi kemuliaan pada umat yang dikasihi-Nya, Bapa membayar harga penebusan kita dari dosa dengan mengorbankan Putra Tunggal-Nya, Tuhan kita Yesus Kristus.

"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Jadi Bapa ingin kita hidup bersama-Nya dalam kekekalan, dan Tuhan Yesus membayar harga penebusan itu dengan Nyawa-Nya.

Tetapi banyak diantara orang percaya yang tidak sungguh-sungguh mau berjumpa Bapa, tidak serius menghargai pengorbanan Yesus. Setelah menerima penebusan, merasa sudah diselamatkan, tetap menikmati dosa, tetap mencintai dunia dan kesenangan didalamnya, tidak merindukan Rumah Bapa yang kekal.

Semua terlihat dari cara hidup orang percaya yang tidak mau berubah, merasa cukup sudah beribadah bahkan melayani Tuhan, katanya, tetapi tidak mau melepas ikatan dosa yang menjadi kesenangannya. Waktunya sudah sangat singkat, mari segera bertobat dan tunjukkanlah sikap hidup orang percaya yang benar!. Menghargai kasih Bapa dan pengorbanan Tuhan Yesus.
(Yohanes 3:16)

Card image
Quote Of The Day - 29 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-29 07:47:12


Tuhan ingin keadaan kita baik-baik, tapi jangan sampai keadaan kita yang baik-baik itu membuat kita tidak setia kepada Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 29 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-29 04:56:00


Yang dimaksud dengan menjadi perawan suci tidak ada keterikatan apa pun di dalam hidup kita. Keterikatan kita hanya dengan Tuhan.

Card image
SATISFYING THE THIRST OF SOUL - 29 November 2023 (English Version)
2023-11-29 04:54:17


It’s not just our bodies that need food, but our spiritual selves, our inner selves, and our souls also need nourishment, spiritual nourishment. Therefore, the Word of the Lord in the Gospel of Matthew 4:4 says, “Man shall not live by bread alone, but by every word that proceeds out of the mouth of God.” The problem is that, in life, many people do not feel hunger and thirst in their souls. While their physical bodies can get hungry and be satisfied with food, their souls and inner selves don’t feel that hunger and thirst. Even when there is a hunger and a thirst, the object of desire is different. It’s the wrong object. The objects can be entertainment, material possessions, worldly wealth, honor, rank, titles, etc. People here go astray. And this is what happens in the lives of people who have lost the glory of God.

In reality, God created humans in such a way that they are “locked” in a manner that they cannot satisfy their souls, their inner selves, with anything other than God.  So, there is a void in the human soul that can only be filled by God. It cannot be filled by anything else. Therefore, an ordinary, spiritually healthy person should feel a hunger for God, a thirst for God. Nowadays, very few people genuinely hunger for God. Even if they can sense that their souls are hungry and thirsty for God, they don’t realize that only God can satisfy the thirst of their souls.  The devil offers various substitutes to satisfy the thirst of the human soul, and what the devil offers is misleading. It doesn’t improve the soul but instead damages it.

As written in Luke 4:4-8, when Jesus was taken to a high place, He was shown the wealth and beauty of the world. The devil said, “All this power and its glory I will give You, for it has been delivered to me, and I give it to whomever I wish. So, if You will worship me, it will all be Yours.” If Jesus had accepted that offer, His soul would have been corrupted, and this is also what the devil offers to humans. It’s not that humans worship the devil, but when humans desire the wealth of this world, it means they are trapped in the snares of darkness, which happens to many people in life. They become hungry and thirsty, but not for God; they thirst for something else. Their spiritual, inner, and soul appetites have been corrupted.

This condition is similar to someone addicted to alcohol, unable to go a day without drinking. Their bodily appetite has been misled. But they cannot get rid of it because they are bound, trapped by the wrong desire. The devil corrupts human desires, not only physical desires but especially spiritual ones. These desires should be directed toward God, but they are directed toward something else: the world. Ironically,  If someone is already hungry for other things, they cannot hunger for God. Both cannot coexist, especially when a person is addicted to sin. They cannot yearn for God. They cannot long for God. People like this cannot be lovers of God. Yet, as it should be, as stated in 2 Cor. 11:2-4, believers are betrothed to the Lord Jesus.

Their hearts should be bound only to the Lord Jesus. So, it’s not without reason that Paul said, “I am afraid that, as the serpent deceived Eve by his cunning, your thoughts will be led astray from a sincere and pure devotion to Christ.” Eve wanted to attain something she should not have. She wanted to be like God. It was already corrupt. Because of that, the appetites of the human soul became corrupted. Adam and Eve were corrupted, and all their descendants also became corrupted. That’s why the Bible says, “For all have sinned and fall short of the glory of God” (Romans 3:23).

Let’s honestly see how corrupted our souls are. We, who should always hunger for God, often do not feel a proportional hunger for God because we fill our hearts with desires that do not align with God’s will. Now, we can change that, although it requires a struggle, even a heavy struggle. We can redirect our desires from something wrong – a desire for sin – and aim them towards God.   

THE DEVIL OFFERS VARIOUS SUBSTITUTES TO SATISFY THE THIRST OF THE HUMAN SOUL, AND WHAT THE DEVIL OFFERS IS MISLEADING.

Card image
MEMUASKAN DAHAGA JIWA - 29 November 2023
2023-11-29 04:50:15


Bukan hanya tubuh kita yang membutuhkan makanan, melainkan manusia rohaniah kita, batin kita, jiwa kita juga membutuhkan makanan; makanan Rohani. Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan di Injil Matius 4:4, “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Masalahnya, yang terjadi dalam kehidupan, banyak orang tidak merasakan lapar dan haus di dalam jiwanya. Kalau fisiknya bisa lapar dan selalu dipenuhi dengan makanan, tetapi jiwa dan batinnya tidak haus dan lapar. Kalaupun ada kehausan dan kelaparan, maka objeknya pun beda. Objeknya salah. Objeknya adalah tontonan, hiburan, materi, kekayaan dunia, kehormatan, pangkat, gelar, dan lain sebagainya. Manusia di sini menjadi sesat. Dan inilah yang terjadi di dalam kehidupan manusia yang telah kehilangan kemuliaan Allah.

Sebenarnya, Tuhan menciptakan manusia dengan keadaan “terkunci” bahwa manusia tidak bisa memuaskan jiwa, batinnya dengan apa pun selain Tuhan. Jadi, ada kekosongan dalam jiwa manusia, yang hanya dapat diisi oleh Tuhan. Tidak dapat diisi oleh yang lain. Maka manusia yang normal, yang sehat rohaninya, dia akan bisa merasakan kehausan akan Allah, kehausan akan Tuhan. Sekarang ini, sangat sedikit orang yang benar-benar memiliki kehausan akan Allah. Walaupun ia dapat merasakan bahwa jiwanya sebenarnya haus dan lapar akan Tuhan, tetapi dia tidak menyadari bahwa yang bisa memuaskan dahaga jiwanya itu hanya Tuhan. Iblis menawarkan berbagai isian untuk memuaskan dahaga jiwa manusia, dan apa yang ditawarkan Iblis itu menyesatkan. Bukan memperbaiki jiwa, melainkan merusak jiwa.

Seperti yang tertulis di Lukas 4:4-8, ketika itu Yesus dibawa ke tempat tinggi, dan ditunjukkan kekayaan, keindahan dunia ini. Iblis berkata, "Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki. Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu." Kalau Yesus menerima tawaran itu, maka rusaklah jiwa-Nya. Ini juga yang ditawarkan Iblis kepada manusia. Memang tidak secara harfiah manusia menyembah Iblis, tetapi ketika manusia mengingini kekayaan dunia ini, artinya manusia terjebak dalam jebakan kuasa kegelapan. Ini yang banyak terjadi dalam kehidupan manusia. Manusia menjadi haus dan lapar, bukan kepada Tuhan, melainkan kepada objek lain. Selera rohani, selera batin, selera jiwanya telah dirusak.

Ini sama dengan orang yang kecanduan minuman keras, sampai tidak bisa tidak minum alkohol setiap hari. Selera tubuhnya telah disesatkan. Tetapi dia tidak bisa menghilangkan itu, karena sudah terbelenggu, terperangkap dengan selera yang salah. Iblis merusak selera manusia, bukan saja selera tubuh terlebih selera jiwa. Mestinya ditujukan kepada Tuhan, namun ditujukan kepada yang lain: dunia ini. Dan ironisnya, kalau seseorang sudah haus akan objek lain, dia tidak akan bisa haus akan Allah. Tidak bisa dua-duanya. Apalagi kalau orang sudah kecanduan dosa. Tidak mungkin dia haus akan Allah. Ia tidak bisa merindukan Allah. Orang-orang seperti ini tidak bisa menjadi kekasih Tuhan. Padahal mestinya, seperti yang dikatakan dalam 2 Korintus 11:2-4, orang percaya adalah mempelai Tuhan Yesus.

Hatinya harus terikat hanya kepada Tuhan Yesus. Jadi bukan tanpa alasan kalau Paulus berkata, “Aku takut kalau-kalau kamu disesatkan dari kesetiaanmu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdaya oleh ular.” Hawa mau mencapai apa yang seharusnya dia tidak capai. Hawa mengingini, bersama Adam tentunya, sesuatu yang mestinya dia tidak ingini. Dia mau menjadi seperti Allah. Sudah rusak. Gara-gara itu, selera jiwa manusia menjadi rusak. Adam dan Hawa rusak, dan seluruh keturunannya pun menjadi rusak. Karenanya Alkitab berkata, “Karena semua manusia telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah” (Rm. 3:23).

Mari kita melihat dengan jujur, betapa rusaknya jiwa kita. Kita yang mestinya selalu haus akan Allah, tetapi tidak merasa haus secara proporsional kepada Allah, karena kita mengisi hati kita dengan keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Sekarang kita bisa menggantinya, walaupun ini membutuhkan perjuangan, bahkan harus melakukan perjuangan berat. Kita bisa membelokkan keinginan kita kepada sesuatu yang salah tersebut—keinginan terhadap dosa—lalu kita arahkan kepada Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

IBLIS MENAWARKAN BERBAGAI ISIAN UNTUK MEMUASKAN DAHAGA JIWA MANUSIA, DAN APA YANG DITAWARKAN IBLIS ITU MENYESATKAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 29 November 2023
2023-11-29 04:45:30

1 Korintus 1-4

Card image
Truth Kids 28 November 2023 - HATI-HATI BERSIKAP DAN BERKATA-KATA
2023-11-28 09:47:46


Titus 3:2
“Janganlah mereka memfitnah, janganlah mereka bertengkar, hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah-lembut terhadap semua orang.”

“Hey, itu punyaku, jangan dipakai!” teriak Novi kepada adiknya, Febri. “Mana aku tahu itu punya Kakak. Kan, ada di laci aku,” balas Febri dengan nada lebih tinggi. “Ya sudah, pokoknya itu punya Kakak. Kembalikan!” seru Novi sambil merampas kotak pensil dari tangan Febri. Tarikan Novi begitu kuat sehingga Febri pun terjatuh dan menangis dengan keras.

Tante Lia datang ke kamar dan menemukan Febri menangis. Tante Lia menghampiri Febri dan Novi. Novi menjelaskan bahwa Febri memakai kotak pensilnya tanpa meminta izin. “Iya, tapi Kak Novi kasar sama aku, Tante,” jelas Febri. “Novi, kalau memang itu punya kamu, kan kamu bisa minta dengan baik-baik. Jangan berteriak atau menariknya seperti tadi,” nasihat Tante Lia. “Febri juga, kalau menemukan barang bukan milikmu, jangan langsung di pakai. Walaupun itu ada di laci kamu. Tanyakan dulu,” ujar Tante Lia.

Tante Lia meminta kedua keponakannya itu berbaikan. Sambil mengelus kepala mereka berdua ia berkata, “Sebisa mungkin jangan sampai kita bertengkar dengan orang lain, apalagi adik-kakak. Itu tidak baik. Juga hati-hati dalam berkata-kata dan bersikap. Ayo, sekarang saling minta maaf dan berbaikan.” Setelah itu Novi dan Febri saling meminta maaf dan berpelukan.

Card image
Truth Junior 28 November 2023 - PUTAR BALIK
2023-11-28 09:45:51


Titus 3:2
“Janganlah mereka memfitnah, janganlah mereka bertengkar, hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah-lembut terhadap semua orang.”

Apakah kalian masih ingat dengan lagu “Hati-hati gunakan tanganmu”? Di lagu ini, ada lirik yang mengatakan “Allah Bapa di surga melihat ke bawah, hati-hati gunakan tanganmu.” Kata “tangan” bisa diganti dengan mata, mulut, leher, dan tubuh. Artinya, kita harus berhati-hati dalam menggunakan semua anggota tubuh kita. Seluruh tubuh kita harus kita jaga dari perbuatan dosa. Ayat firman Tuhan mengingatkan kita untuk tidak memfitnah, bertengkar, dll. Seharusnya kita selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang.

Sudah hampir sebulan kita belajar tentang “U-turn.” Putar balik atau bertobat dari kesalahan yang kita lakukan. Seharusnya kita semakin berhati-hati dalam bertutur kata, bersikap, dan berperilaku. Ingatlah bahwa kita ini adalah anak-anak Allah. Kita mau selalu menyenangkan hati Bapa di surga. Kita mau menjadi anak yang dengar-dengaran dan taat kepada Bapa di surga. Anak yang baik, pasti tidak mau membuat Bapanya sedih. Sobat Junior bisa, kan? Pasti bisa!

Card image
Truth Youth 28 November 2023 (English Version) - BESTSELLING
2023-11-28 09:36:32


"We have different gifts, according to the grace given to each of us. If your gift is prophesying, then prophesy in accordance with your[a] faith;  (Romans 12:6).

For those of us with an interest in the culinary world or merely enthusiasts of diverse cuisines, the term "bestselling" is not foreign. It easily translates to a menu highly recommended by many who have dined at a particular restaurant or eatery. Delving deeper, these dishes are characterized by consistent flavors, ensuring that each patron experiences the same level of delight. It is fascinating how a dish with unwavering taste can be savored by countless individuals and then recommended to even more, expanding the circle of those who have relished its flavors.

Similarly, as children of God who have received the truth, our lives should be a source of delight for both the Lord and our fellow human beings. The initial step involves embracing constancy, treating everyone with the same spirit of love, and acting upon it. The attribute in question is the act of love, transformed into tangible deeds. Having already witnessed and experienced the goodness and love of the Lord, we have a comprehensive understanding of how to love others. Following the example of our merciful God, who bestows rain and sunshine upon all without discrimination, we ought to treat others in a similar manner, leaving no one out. Humility is the key to this endeavor. Humility leads to acceptance, allowing room for the mistakes of others in our lives. Acceptance is a reflection of our love for the Lord, who accepted us unconditionally.

Together, let's stride towards lives that are a delight to many, including our heavenly Father. Only through a life consistently lived in quality love can we become "bestselling," individuals recommended by the Lord to carry out His work.

WHAT TO DO:
1. Love those closest to you.
2. Cultivate humility.
3. Be open to the possibility of others making mistakes.

BIBLE MARATHON:
▪ Luke 19-20

Card image
Truth Youth 28 November 2023 - BESTSELLING
2023-11-28 09:44:08


“Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita.” (Roma 12:6)

Bagi kita yang memiliki minat dalam bidang kuliner, atau mungkin sekedar penggemar berbagai jenis makanan, pastinya tidak asing dengan istilah “best selling” atau dengan mudah dimengerti sebagai menu yang paling direkomendasikan oleh banyak orang yang telah mampir ke tempat makan atau restoran tersebut. Jika kita coba melihat lebih jauh, pastinya menu tersebut memiliki konsistensi yang baik dalam cita rasanya, sehingga setiap orang menangkap kenikmatan dalam level yang sama. Menarik bukan, bagaimana suatu makanan dengan konsistensi rasa yang tidak berubah dapat dinikmati banyak orang dan kemudian direkomendasikan supaya lebih banyak orang yang mengecap rasanya. Begitu juga dengan kita sebagai anak-anak Tuhan, yang sudah mendengar kebenaran, harusnya kehidupan kita bisa dinikmati baik oleh Tuhan maupun sesama kita. Langkah awal adalah memiliki sikap yang konstan, yang sama kepada semua orang. Sikap disini adalah sikap mengasihi dalam tindakan nyata. Kita terlebih dahulu sudah melihat dan mengalami kebaikan dan kasih Tuhan, artinya kita sudah memiliki gambaran utuh tentang bagaimana mengasihi orang lain. Allah dengan segala kemurahan-Nya, yang memberikan hujan dan panas bagi semua orang tanpa terkecuali, patutnya kita jadikan teladan untuk memperlakukan orang lain dengan cara yang sama tanpa terkecuali. Dalam hal ini kerendahan hati adalah kuncinya. Kerendahan hati akan membuahkan penerimaan, memberikan banyak tempat dalam hidup kita untuk kesalahan orang lain. Penerimaan adalah refleksi dari cinta kasih kita kepada Tuhan, yang telah lebih dulu menerima kita tanpa syarat. Mari kita melangkah bersama menuju hidup yang dapat dinikmati banyak orang, termasuk pribadi yang mulia, Allah Bapa kita disurga. Hanya dengan kehidupan yang konsisten dalam kasih yang berkualitas, kita bisa menjadi “bestselling”, orang-orang yang Tuhan rekomendasikan untuk mengerjakan pekerjaan-Nya.

WHAT TO DO:
1. Mengasihi orang terdekat
2. Merendahkan hati
3. Menerima kemungkinan seseorang berbuat kesalahan

BIBLE MARATHON:
▪︎Lukas 19-20

Card image
Renungan Pagi - 28 November 2023
2023-11-28 09:31:35


Salah satu tanggung jawab orang percaya yang bagi banyak orang dianggap paling berat, dan bahkan bagi sebagian orang dianggap sebagai sesuatu yang mustahil adalah "hidup yang tidak bercela." Banyak orang berpikir, bahwa hidup yang tidak bercela adalah hidup yang tidak pernah berbuat salah. Sedangkan semua manusia pernah dan sering melakukan kesalahan.

Tetapi kita harus tahu, jika kesalahan itu dilakukan berulang-ulang tanpa niat memperbaikinya, maka itu bukan lagi kesalahan, tetapi kebiasaan yang akhirnya menjadi zona nyaman, tidak dapat lagi diperbaiki, karena merasa nyaman hidup dalam kesalahan.

Setiap orang selalu ingin mencari kebahagiaan, dan banyak orang berbahagia dengan kebiasaan hidup yang salah, seperti selingkuh, korupsi, berdusta, bergosip, sombong dan masih banyak hal lainnya yang dianggap biasa di zaman ini dan hampir semua orang melakukannya, dan mereka merasa bahagia selama tidak ada peringatan Tuhan, maka kesalahan itu menjadi kebiasaan.

Padahal firman Tuhan berkata sebaliknya tentang kebahagiaan sejati yang harusnya menjadi bagian hidup orang percaya. "Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN. Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati, yang juga tidak melakukan kejahatan, tetapi yang hidup menurut jalan-jalan yang ditunjukkan-Nya."

Jadi, hidup tidak bercela seharusnya adalah kebahagiaan orang percaya, memegang peringatan-Nya, mencari Tuhan dengan segenap hati, tidak melakukan kejahatan dan hidup dijalan Tuhan. Jangan terbuai tipuan iblis, nyaman dalam dosa!
(Mazmur 119:1-3)

Card image
Quote Of The Day - 28 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-28 09:28:27


Jangan memberhalakan sesuatu, yang itu akhirnya akan melukai hati Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 28 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-28 09:26:56


Ketidaksetiaan adalah ketika seseorang masih membuka pintu hatinya untuk menikmati dunia ini.

Card image
INDEED, GOD WILL HELP - 28 November 2023 (English Version)
2023-11-28 09:42:51


In our relationship and interactions with God, there are two aspects that we must understand to experience God more deeply, and this is like a two-sided coin; they are inseparable. On the part of God, the first aspect, God’s holiness, and majesty, cannot be approached casually. God cannot be closed at our whims. God, indeed, has a divine order. That’s why the Word of God says, “Who shall ascend the hill of the Lord? And who shall stand in his holy place?” (Psalm 24:3). So, there are certain conditions that must be met to progress step by step, level by level, and course by course to reach God’s region. This aspect is non-negotiable.

The second aspect,  on the part of humanity, involves three elements—first, the sanctity of life and how we lead a genuinely clean life. Nothing we do should violate God’s holiness. The second is mental maturity. Extraordinary experiences with God often become matters of faith that shouldn’t be disclosed to others. But many people are not mentally mature; they leak such experiences because it could become a commodity for pride. They want to elevate themselves, gain recognition, and accumulate points for spectacular experiences with God. Paul had such experiences, but to prevent pride, he was given a thorn in the flesh. We often have excellent experiences with God when we interact with Him, and God wants us to keep them as matters of faith, an intimacy with God.

The third is  being attached to God. Those who want to enter God’s presence must be individuals who have settled within themselves. Such individuals are those who no longer feel indebted to anyone or anything except God. Even if they don’t have a home, a partner, a life partner, or other facilities, even if their problems aren’t resolved, they feel like everything is resolved when they approach God. After all, we believe God can handle it.

To truly experience God and have an intimate relationship with Him, we must pay attention to what we need to fulfil. God does not diminish the value or worth of what He possesses. Remember, only a pure heart can ascend to His holy mountain. On the human aspect, we must live a holy life, have mental maturity, and not be bound. We must face God with a worthy attitude, even if life’s burdens pile up. Therefore, we must keep our problems intact.

In ancient times, for instance, during Nehemiah’s time, when someone came before the king with a sad face, they could be punished, even sentenced to death, for not showing respect to the king. This event was meant to show that even when approaching a worldly king, one should not appear sad. Our relationship with God is not just the relationship between a king and subjects but the relationship between a Father and children.  But mature children stop whining and grumbling because they are confident that God is alive and powerful and will help them.

So, if it seems God is not helping, as if God hasn’t intervened yet, it’s because the time is incorrect. Our God is brilliant; He knows how to make our issues remain unresolved and persist. Those problems continually press us. However, in the meantime, God is working on something that cannot be accomplished without those problems. It’s like a skilled blacksmith making a knife. The iron must be heated to a certain degree and made thinner from a 1.5 cm thickness to a 0.5 cm thickness. The tip is sharpened, heated, dipped into water, then heated again, waiting until it turns reddish-purple, hammered until sparks, and finally plunged into cold water.

Hence, if people don’t see life from the perspective of eternity, it becomes heavy. But if we have an eternal perspective, life is short and tragic. No matter how happy we are, it will surely end. There are problems that we need help solving with our strength. So, may we be able to say, “Only Elohim Yahweh can help.” By doing so, we prove that we truly know the real God and are intimate with Him.   

MATURE BELIEVERS SURELY STOP WHINING AND GRUMBLING BECAUSE THEY ARE CONFIDENT THAT GOD IS ALIVE, ALMIGHTY, AND HE WILL SURELY HELP THEM.

Card image
YAKIN, ALLAH PASTI MENOLONG - 28 November 2023
2023-11-28 09:23:21


Dalam berhubungan dengan Allah, dalam berinteraksi dengan Allah ada dua aspek yang harus kita ketahui untuk bisa mengalami Tuhan lebih mendalam. Jadi ini seperti sekeping mata uang. Tidak terpisahkan. Dari aspek Allah ada tuntutan yang harus dipenuhi. Tetapi dari aspek kita, kita harus memenuhi tuntutan itu. Aspek pertama, aspek dari pihak Tuhan. Tuhan dalam kekudusan dan keagungan-Nya tidak bisa disentuh sembarangan. Allah tidak bisa dihampiri sesuka-suka kita. Allah pasti memiliki tatanan. Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan, "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" (Mzm. 24:3). Jadi ada semacam syarat yang harus dipenuhi untuk bisa menembus tahap demi tahap, tingkat lebih tinggi, lintasan demi lintasan untuk sampai kepada God's region (kawasan Tuhan). Aspek ini tidak bisa kita tawar, itu mutlak.

Yang kedua, aspek dari pihak manusia. Hal ini menyangkut tiga hal, yaitu: Yang pertama, kesucian hidup; bagaimana kita memiliki kehidupan yang benar-benar bersih. Jadi tidak boleh ada yang kita lakukan yang melanggar kekudusan Allah. Yang kedua, kedewasaan mental. Pengalaman-pengalaman yang dahsyat dengan Allah sering kali menjadi rahasia iman yang tidak boleh diceritakan kepada orang. Tetapi banyak orang yang tidak dewasa mental, bocor. Karena itu dapat menjadi komoditas untuk kesombongan. Karena mau mengangkat diri, mau dapat nilai, mendapat poin kredit pengalaman spektakuler dengan Tuhan. Paulus memiliki pengalaman ini, supaya dia tidak sombong, maka dia diberi duri dalam daging. Banyak perkara ajaib yang kita alami dengan Tuhan pada waktu kita berinteraksi dengan-Nya dan Tuhan menghendaki kita memiliki rahasia iman, keintiman dengan Tuhan.

Yang ketiga, keterikatan dengan Tuhan. Orang yang mau masuk hadirat Allah haruslah orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri. Orang yang selesai dengan dirinya sendiri adalah orang yang tidak lagi merasa berutang kepada siapa-siapa; tidak terikat dengan apa pun dan siapa pun kecuali dengan Tuhan. Walaupun ia belum punya rumah, belum punya pacar, belum punya jodoh, belum punya fasilitas lain, belum selesai masalahnya, dan lain sebagainya, tetapi kalau kita menghadap Tuhan seakan-akan semua sudah selesai. Lagi pula kita percaya, Tuhan mampu menyelesaikan.

Untuk bisa mengalami Tuhan dan memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan, maka kita harus memperhatikan apa yang harus kita penuhi. Allah tidak mengurangi harga dari nilai atau value yang Allah miliki. Ingat, yang boleh naik ke gunung kudus-Nya, hanyalah orang yang suci hatinya. Lalu dari aspek manusia, kita harus hidup kudus, dewasa mental, dan tidak ada keterikatan. Menghadap Tuhan dengan sikap hati yang pantas walaupun beban hidup masih bertumpuk-tumpuk. Maka, kita tidak boleh memberhalakan masalah.

Pada zaman dahulu, misalnya pada zaman Nehemia, ketika seseorang menghadap raja dengan muka muram, ia bisa dihukum, bahkan bisa sampai hukuman mati karena dianggap tidak menghormati raja. Peristiwa itu hendak menunjukkan bahwa menghadap raja dunia saja tidak boleh muram. Memang, hubungan kita dengan Allah bukan hanya hubungan Raja dengan rakyat, melainkan hubungan Bapa dan anak.

Tetapi anak-anak yang dewasa pasti berhenti merengek-merengek, berhenti bersungut-sungut karena ia yakin bahwa Allah itu hidup, yakin bahwa Allah itu Maha Kuat dan pasti menolongnya. Jadi kalau Tuhan seakan-akan tidak menolong, seakan-akan Tuhan belum turun tangan, karena memang waktunya belum cukup. Allah kita cerdas sekali, bagaimana Tuhan membuat persoalan kita tidak selesai, dipertahankan masih ada di dalam hidup kita. Kita terus ditekan oleh masalah itu. Tetapi sementara itu Tuhan mengerjakan sesuatu yang tidak bisa dikerjakan kalau tidak ada masalah. Ibarat seorang pandai besi yang mau membuat pisau, besi itu harus dipanasi dalam derajat tertentu. Dibuat tipis, dari besi tebal 1,5 Cm menjadi tipis 0,5 Cm. Ujungnya dibuat tajam, dipanasi lalu dimasukkan ke air, lalu dipanasi lagi, ditunggu menjadi merah ungu, lalu dipukul sampai ada percikan api, setelah itu dimasukkan lagi ke air dingin.

Maka, kalau orang tidak melihat hidup ini dari proyeksi kekekalan, memang menjadi berat. Tetapi kalau kita memiliki proyeksi kekekalan, hidup ini singkat dan tragis. Mau bahagia bagaimanapun, pasti berakhir. Ada masalah-masalah yang tidak bisa kita selesaikan dengan kekuatan kita. Kiranya kita dapat mengatakan, "Hanya Elohim Yahweh yang dapat menolong." Dengan demikian kita membuktikan bahwa kita benar-benar mengenal Allah yang benar; kita memiliki keintiman dengan-Nya.

ORANG PERCAYA YANG DEWASA PASTI BERHENTI MERENGEK-MERENGEK, BERHENTI BERSUNGUT-SUNGUT KARENA IA YAKIN BAHWA ALLAH ITU HIDUP, ALLAH ITU MAHA KUAT DAN PASTI MENOLONGNYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 November 2023
2023-11-28 09:20:35

Kisah Para Rasul 18-19

Card image
Truth Kids 27 November 2023 - ANAK BIJAKSANA
2023-11-27 09:39:53


Amsal 15:5
“Orang bodoh menolak didikan ayahnya, tetapi siapa mengindahkan teguran adalah bijak.”

Sobat Kids, ingatkah kalian tentang kisah saat Tuhan Yesus masih anak-anak, Ia sempat hilang di Yerusalem pada perayaan paskah? Setelah tiga hari akhirnya Yesus ditemukan berada di dalam bait Allah. Di sana, Yesus sedang bertanya jawab dengan ahli-ahli agama. Semua terheran-heran dengan ucapan dan jawaban Yesus yang penuh hikmat. Walaupun masih anak-anak, Yesus sudah penuh hikmat. Yesus menjadi anak yang bijaksana karena Dia dekat dengan Allah Bapa di surga dan melakukan kehendak-Nya.

Sobat kids, kitapun bisa menjadi anak-anak yang berhikmat dan bijaksana seperti Tuhan Yesus, loh. Tuhan adalah sumber hikmat, jika kita dekat dan melakukan apa yang Dia kehendaki maka hikmat itu akan mengalir dalam hidup kita. Jadi, yuk, kita terus berusaha mendekat kepada Allah dan menjauhi dosa! Kita mau menjadi anak-anak Allah yang bijaksana.

Card image
Truth Junior 27 November 2023 - MENJADI BIJAK
2023-11-27 09:37:40


Amsal 15:5
“Orang bodoh menolak didikan ayahnya, tetapi siapa mengindahkan teguran adalah bijak.”

Siapa di antara Sobat Junior yang lebih galak saat ditegur oleh orang tua? Hhmm… jika ada yang seperti itu, kalian harus bertobat, ya, Sobat Junior. Orang tua memiliki tugas untuk mendidik anak-anaknya. Jadi jika ada anak yang berbuat salah, sudah sepatutnya orang tua menegur dan mendidik. Diharapkan anak mendengar teguran orang tuanya dan berubah. Bagaimana dengan anak yang menolak didikan orang tuanya? Ayat firman Tuhan hari ini menegur kita dengan tegas.

Tentu kita mau bertumbuh menjadi anak yang pintar. Bahkan menjadi anak yang bijak, anak yang mengerti mana yang baik, dan mana yang tidak sesuai dengan firman Tuhan. Untuk menjadi anak bijak, kita perlu mengerti tentang kebenaran firman Tuhan. Oleh sebab itu, kita perlu membaca Alkitab setiap hari, Sobat Junior. Allah adalah sumber hikmat. Hanya oleh hikmat Tuhan, kita akan menjadi bijak. Mulai dari sekarang kalian harus mengisi pikiran dan hati kalian dengan kebenaran firman Tuhan sehingga kalian mengerti cara menyenangkan perasaan Tuhan setiap hari.

Card image
Truth Youth 27 November 2023 (English Version) - EXPENSIVE INSTRUMENT
2023-11-27 09:34:33


"And let each of you look not only to his own interests but also to the interests of others." (Philippians 2:4)

In the grand tapestry of existence, we often find ourselves pondering the purpose behind our present circumstances. Recognizing the divine intent behind our existence leads us to live centered around fulfilling our Father's will. In moments of introspection, we begin to question why, amidst the multitude of souls on this planet, the Lord has placed us in our current conditions. Today's truth reveals that you are an expensive instrument. We are the instruments of the Lord, fully redeemed at a high price for a profoundly valuable purpose. He has paid an exorbitant cost for each of our lives. Consequently, we should strive to align our lives with the Lord, particularly in the aspect of loving one another.

The wise have spoken of love as bearing one another's burdens. It implies that love entails maintenance. In the Bible, love and maintenance translate to prioritizing the interests of others above our own. We grapple with focusing our gaze solely on Him for a singular purpose: to attain the capacity to become God's expensive instrument. Trusting Him is unwavering. However, we must exercise caution in our interpretation of trust, for genuine faith is the primary fuel that empowers us to accomplish God's profoundly valuable purposes.

In his letter to the Philippians, Paul imparts his wisdom, encouraging them to love by setting their sights not only on their interests but on the interests of others as well. Those whom the Lord places in our lives should see Jesus Christ in the way we conduct our lives. It commences with the recognition that we are designed with purpose, to be God's expensive instrument.

WHAT TO DO:
1. Learn to internalize God's love.
2. Manifest love through deeds.
3. Look out for others out of love.

BIBLE MARATHON:
▪ Luke 16-18

Card image
Truth Youth 27 November 2023 - EXPENSIVE INSTRUMENT
2023-11-27 09:59:49


“dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” (Filipi 2 : 4)

In reality, as humans, we have so many times in our life where we’re looking for the reason why God put us in our situation today. Kesadaran akan tujuan dari keberadaan kita, akan membuat kita memiliki cara hidup yang berpusat pada melakukan kehendak Bapa. Dimasa-masa redup dalam hidup, kita akan mulai berpikir mengapa dari sekian banyak insan di dunia, Tuhan menempatkan kita di kondisi yang seperti ini. Today’s truth is you are an expensive instrument. Kita adalah alat-alat-Nya Tuhan, yang sudah dibayar lunas dengan harga yang mahal untuk tujuan yang bernilai tinggi tentunya. He pays too much for each of our lives. Harusnya kita saat ini berjuang menyelaraskan hidup kita dengan Tuhan, termasuk dalam hal mengasihi sesama. Kalau dulu orang bijak pernah berkata, to love is to carry, artinya dalam kasih selalu ada pemeliharaan. Dalam Alkitab mengasihi dan memelihara artinya menempatkan kepentingan sesama kita diatas kepentingan kita. Kita bergumul untuk memusatkan pandangan kita hanya kepada-Nya, untuk satu tujuan yaitu untuk beroleh kemampuan menjadi God’s expensive instrument. You can always trust Him. Namun hati-hati dengan definisi percaya yang kita genggam, karena iman yang benar adalah bahan bakar utama bagi kita untuk dapat mengerjakan tujuan-tujuan Allah yang bernilai tinggi. Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus menyampaikan nasihatnya agar mereka mulai melakukan kasih dengan put their eyes to other people too. Mereka yang Tuhan tempatkan di dalam hidup kita, harus melihat Yesus Kristus dalam bagaimana kita menjalani hidup kita, start with realizing that you’re made for purpose, to be an expensive instrument.

WHAT TO DO:
1. Belajar menghayati kasih Tuhan
2. Mewujudkan kasih dalam perbuatan
3. Memperhatikan orang lain karena kasih

BIBLE MARATHON:
▪︎Lukas 16-18

Card image
Renungan Pagi - 27 November 2023
2023-11-27 09:18:53


Hidup benar dalam takut akan Tuhan dan berjalan dalam kebenaran memang sulit, bahkan terasa mustahil dalam dunia yang makin rusak ini. Mungkin kita akan dianggap mahluk aneh dari planet lain yang terdampar di bumi.

Saat semua penduduk dunia menjalani irama hidup yang sia-sia, berusaha mencari jati diri menjadi terkenal, kaya raya, menjadikan uang segalanya sehingga menghalalkan segala cara supaya memiliki banyak uang, mulai dari menipu, menjual diri, sampai mempermalukan diri sendiri, selama bisa menghasilkan uang, akan dilakukan.

Dunia telah dirusak oleh dosa, dikuasai hawa nafsu, kedurhakaan, kenajisan dan kejahatan yang membuat manusia tidak lagi memiliki kasih dan penghargaan terhadap dirinya sendiri, kalau dirinya sendiri pun sudah tidak lagi dikasihi dan dihargai, tidak mungkin dia mengasihi dan menghargai orang lain.

Dan yang lebih parah adalah, tidak banyak lagi yang mengasihi dan menghargai Tuhan. Sebagian besar penduduk bumi sudah mulai menolak hidup beragama, yang pada akhirnya menolak keberadaan Tuhan sebagai Sang Pencipta dan Pemilik kehidupan.

Sebagai orang percaya yang mengenal Allah yang benar, kita bukan dari dunia, jadi sekalipun hidup di dunia, jangan mengasihi dunia dan hidup sama dengan penduduk dunia ini yang sedang lenyap menuju kebinasaan, kita harus hidup menurut kebenaran firman Tuhan, melakukan kehendak Allah.

"Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya."(1 Yohanes 2:15-17)

Card image
Quote Of The Day - 27 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-27 09:16:17


Dengan Tuhan menjadi kebahagiaan kita, Tuhan akan mencukupi kebutuhan kita dan tidak akan mempermalukan kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-27 09:14:16


Kesetiaan sejati ditandai dengan tidak adanya sesuatu di hati kita kecuali Tuhan dan Kerajaan-Nya.

Card image
SIMPLE MATTERS - 27 November 2023 (English Version)
2023-11-27 09:08:27


The spiritual blessings that God has provided for us are invaluable; they cannot be matched. They are exceedingly noble, precious, and highly precious. Yet, only some people genuinely discover them. And people must respond adequately to recognize and possess these invaluable eternal blessings. Very few people dare to invest their lives in these spiritual blessings, which are, in essence, eternal blessings. Quoting what the psalmist said, “It is in vain that you rise early and go late to rest, eating the bread of anxious toil, for he gives to his beloved sleep.” Beyond our knowledge, God provides blessings; it’s our eternal provision.

Many people think that entering heaven is easy. Believing in the Lord Jesus, attending church, and believing in salvation through His sacrifice on the cross should be enough. They are living the day, passing the time, waiting for death, and feeling that after death, they will enter heaven. We often see Christians caught up in rituals and liturgy, thinking that merely attending church shows their seriousness with God. That’s considered their provision for eternity. During a sermon, there may be wonderment, a sense of amazement about the explanations presented, especially if it’s something they’ve never heard before. But, to be honest, nothing is gained. Nothing changes in life.

In reality, whatever is conveyed from the pulpit – whether it’s ethical, cognitive, knowledge-based, or revelatory – the Holy Spirit transforms it into a blessing to change the congregation. As servants of God, we must always ask ourselves, “What should we do? What should we fulfil to enter into spiritual service?” Because the spirit is the life that can change and renew people. Therefore, the sermon must have an impact; it must bring about consequences, and it must provide something. So, when the congregation comes, they gain something as a provision for eternity. Because entering heaven is difficult, Jesus Himself said, “Many will seek to enter but will not.”

Speakers and ministers of God must genuinely target whether the congregation already has this provision for eternity. Matt.7:21 says, “Not everyone who says to me, ‘Lord, Lord,’ will enter the kingdom of heaven, but the one who does the will of My Father who is in heaven.” If someone calls Jesus “Lord,” they already believe Jesus is the Savior. But if they do not do the will of the Father, they will not enter heaven. And if we are asked if we have done the will of the Father, very few of us would dare to say “yes.” We should feel like people in debt—not living according to the flesh but living according to the spirit. So, to whom do we owe this debt? To the flesh or the spirit? If we feel satisfied by doing something, saying something, buying something, or gaining something, we are indebted to the flesh. But if we are indebted according to the spirit, then everything we want to say, do, think, and possess equips us to serve God.

We are confronted with this choice every moment, and if we seriously pay attention to this, being indebted to the spirit to live according to the spirit, we will surely do the will of the Father. So, if there’s a mistake, we resolve it, we ask for forgiveness. This struggle is part of the provision for eternity. Remember that the Word of God says, “And we know that in all things God works for the good.” The good thing here is to become like Jesus. God needs and uses every event or incident to equip believers. That’s where God provides the provision for eternity. There is a lot of provision for eternity and spiritual blessings that equip us.

However, we must enter this arena of struggle, this arena of striving within minutes; do we respond to one event with the right attitude or not? There’s no guarantee that someone who has prophesied, driven out demons, performed “many” miracles, yet lives in sin, falls into sin, or does something that is not pleasing to God. We must not fall into sin. Prepare ourselves. Be intimate with God. Be thankful if God doesn’t give us abundance so we don’t fall into sin.

Holiness begins with simple matters. Until we can fulfill the will of God, and this speaks about events in which we draw or discover spiritual blessings. And that is our provision for eternity. If we compare ourselves to people, we may feel better than them. But when we reflect on God, we understand where our deficiencies and weaknesses lie. Therefore, God provides His provision for eternity daily, and we must capture it. However, many people cannot understand it because they don’t see the wealth within it. Because we pray in the morning, also have personal prayers, and listen to sermons, through the life events we experience, we find blessings and wisdom in them. And it’s incredible, beyond our understanding, beyond our awareness. The Father knows what’s best for us.  

HOLINESS BEGINS WITH SIMPLE MATTERS.

Card image
PERKARA SEDERHANA - 27 November 2023
2023-11-27 09:04:16


Berkat rohani yang Allah sediakan bagi kita, tidak ternilai; tidak ada yang dapat dipadankan. Sangat mulia, sangat bernilai, sangat mahal. Tetapi, sangat sedikit orang yang benar-benar menemukannya. Dan orang harus memiliki respons yang memadai untuk mengenali dan memiliki berkat kekekalan yang tak ternilai tersebut. Sangat sedikit orang yang benar-benar berani menginvestasikan hidupnya untuk berkat-berkat rohani, yang sesungguhnya adalah berkat kekal. Mengutip apa yang dikatakan pemazmur, “Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah, sebab Ia, Allah, memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.” Di luar pengetahuan kita, Tuhan menyediakan berkat; bekal kekekalan.

Banyak orang berpikir masuk surga itu mudah. Percaya Tuhan Yesus, ke gereja, meyakini keselamatan di dalam Yesus oleh pengurbanan-Nya di kayu salib, cukup. Menjalani hari, melewati waktu, menunggu kematian, dan percaya kalau meninggal dunia, nanti masuk surga. Lalu kita bisa melihat orang-orang Kristen yang terjebak dalam seremonial atau liturgi. Merasa kalau sudah ke gereja, sudah menunjukkan keseriusannya dengan Tuhan. Dan itu dianggap sebagai bekal kekekalan. Mungkin pada waktu mendengar khotbah, ada ketakjuban, perasaan terpesona terhadap penjelasan yang dipaparkan, apalagi hal yang belum pernah didengarnya. Tetapi kalau jujur, tidak ada yang diperoleh. Tidak ada yang mengubah hidup.

Sejatinya, apa pun yang disampaikan lewat mimbar—apakah itu bersifat etis, kognitif, pengetahuan, pewahyuan, apa pun—Roh Kudus jadikan berkat untuk mengubah jemaat. Sebagai pelayan Tuhan, kita harus selalu mempertanyakan, “Apa yang harus kami lakukan, apa yang harus kami penuhi untuk masuk ke dalam pelayanan roh?” Sebab roh itu kehidupan yang bisa mengubah dan memperbarui orang. Maka khotbah harus membawa dampak, harus membawa akibat, harus memberi sesuatu. Sehingga jemaat datang, memperoleh sesuatu sebagai bekal kekekalan. Sebab, tidak mudah orang masuk surga. Tuhan Yesus sendiri yang berkata, “Banyak orang berusaha, tetapi tidak masuk.” Pembicara dan pelayan-pelayan Tuhan, harus sungguh-sungguh membidik apakah jemaat sudah cukup memiliki bekal kekekalan ini?

Matius 7:21, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga.” Kalau seseorang menyebut Yesus sebagai “Tuhan,” berarti dia sudah percaya bahwa Yesus adalah Juruselamat. Tetapi kalau dia tidak melakukan kehendak Bapa, tidak akan masuk surga. Dan kalau kita ditanya apakah sudah melakukan kehendak Bapa, sedikit sekali yang berani berkata “sudah.” Kita harus merasa sebagai orang-orang yang berutang. Bukan hidup menurut daging, tetapi hidup menurut roh. Jadi kepada siapa kita membayar utang itu? Ke daging atau ke roh? Kalau kita merasa bisa dipuaskan dengan melakukan sesuatu, mengucapkan sesuatu, membeli sesuatu, memperoleh sesuatu, berarti kita berutang kepada daging. Tetapi kalau kita berutang menurut roh, maka apa yang kita mau ucapkan, lakukan, pikirkan dan miliki, semua itu untuk melengkapi kita dalam melayani pekerjaan Tuhan.

Setiap saat kita diperhadapkan kepada pilihan ini. Dan kalau kita serius memperhatikan hal ini, berutang kepada roh untuk hidup menurut roh, pasti kita melakukan kehendak Bapa. Jadi kalau ada kesalahan, kita selesaikan, kita minta ampun. Perjuangan ini adalah bagian dari bekal kekekalan. Ingat firman Tuhan mengatakan, “Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan.” Kebaikan yang dimaksud adalah serupa dengan Yesus. Allah membutuhkan dan memakai setiap kejadian atau peristiwa untuk membekali orang percaya. Di situlah bekal kekekalan Allah sediakan. Ada banyak bekal kekekalan, berkat-berkat rohani yang membekali kita.

Namun, kita harus masuk dalam kancah pergumulan ini, kancah perjuangan ini dalam hitungan menit; apakah kita merespons satu kejadian dengan sikap hati yang benar atau tidak? Tidak jaminan orang yang sudah bernubuat, mengusir setan, mengadakan “banyak” mukjizat, namun hidup dalam dosa atau jatuh dalam dosa, atau melakukan sesuatu yang tidak berkenan di hadapan Allah. Jangan sampai kita berdosa. Persiapkan diri kita. Intimlah dengan Tuhan. Bersyukurlah kalau Tuhan membuat kita tidak kelimpahan, supaya kita jangan jatuh dalam dosa.

Kesucian dimulai dari perkara-perkara sederhana. Sampai kita bisa melakukan kehendak Allah. Itu bicara mengenai peristiwa yang di dalamnya kita menimba atau menemukan berkat rohani. Dan itu merupakan bekal kekekalan kita. Kalau kita bercermin kepada manusia, membandingkan dengan manusia, mungkin kita merasa lebih baik darinya. Tetapi kalau kita bercermin pada Tuhan, kita baru mengerti di mana letak kekurangan, kelemahan kita. Jadi, Tuhan menyediakan bekal kekekalan-Nya setiap hari dan kita harus menangkap itu. Namun, banyak orang tidak bisa mengerti karena tidak melihat kekayaan yang ada di dalamnya. Karena kita doa pagi, juga punya doa pribadi, mendengarkan khotbah, maka lewat peristiwa-peristiwa hidup yang kita alami, kita menemukan berkat di dalamnya, hikmat di dalamnya. Dan itu menakjubkan, di luar pengertian kita, di luar kesadaran kita. Percayalah, Bapa pasti tahu apa yang terbaik bagi kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KESUCIAN DIMULAI DARI PERKARA-PERKARA SEDERHANA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 November 2023
2023-11-27 09:01:20

2 Tesalonika 1-3

Card image
Truth Kids 26 November 2023 - BERUBAH
2023-11-26 10:08:19


1 Korintus 2:12
”Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita.”

Jeri terkenal sebagai anak yang teledor. Ia sering meletakkan barang tidak pada tempatnya. Suatu hari ia meletakkan gelas yang berisi air dekat buku ayah. Ayah yang sedang ke kamar tidak tahu apa yang terjadi. Jeri tidak sengaja menyenggol gelas dan buku ayah pun basah. Jeri merasa takut. Saat ayah kembali lagi dan ingin membaca buku, ayah kaget melihat tumpahan air membasahi bukunya. “Jeri, ada apa dengan buku Ayah? Mengapa buku Ayah basah, Nak?” tanya ayah dengan suara tegas. Ayah menghampiri Jeri yang semakin ketakutan. “Ayah, maafin Jeri, ya. Aku tidak sengaja menyenggol gelas dan airnya tumpah ke buku Ayah,” jelas Jeri sambil tertunduk bersalah.

“Jeri, Ayah sudah sering kali-kali katakan. Kamu harus hati-hati saat meletakkan barang. Letakkan barang pada tempatnya. Jangan sampai membahayakan dirimu atau orang lain. Jangan sampai merugikan orang lain. Sekarang kita bisa sama-sama belajar dari kejadian ini. Sejak kejadian itu, Jeri berubah. Ia lebih hati-hati ketika meletakan barang apa pun.

Sobat Kids, Tuhan mengizinkan sesuatu terjadi untuk mengubah seseorang. Yuk, kita lebih berhati-hati dalam segala hal. Mintalah Roh Kudus menuntun hidup Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 26 November 2023 - CERDAS ROHANI
2023-11-26 10:06:50


1 Korintus 2:12
“Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita.”

Dalam setiap tahun ajaran di sekolah, pasti Sobat Junior menghadapi yang namanya tes atau ujian, kan? Bentuk tes bisa bermacam-macam. Bentuk soalnya juga bisa pilihan ganda, isian, menjodohkan, dan soal uraian atau essay. Kenapa, sih, guru di sekolah harus memberikan tes? Tujuannya agar guru atau sekolah tahu tingkat pemahaman murid terhadap materi pembelajaran yang diberikan. Guru mengharapkan semua muridnya memiliki kecerdasan yang meningkat setiap tahunnya. Namun, jika kalian belum mengerti pelajaran atau tidak belajar saat menghadapi tes, sangat mungkin kalian akan mendapatkan nilai yang jelek di bawah KKM. Akibatnya, kalian akan mendapatkan remedial, sampai akhirnya kalian dapat mencapai KKM.

Sobat Junior, dalam kehidupan rohani, kita juga memiliki tes untuk meningkatkan kecerdasan rohani kita. Jika kita selalu bertobat atas kesalahan yang kita lakukan, maka kita akan memiliki kecerdasan rohani. Kita akan semakin mengerti keinginan Tuhan. Kita belajar dari setiap kesalahan yang kita lakukan. Sebagai anak-anak yang cerdas, pasti kalian tidak mau mengulangi kesalahan yang sama, kan? Jangan sampai kita mendapatkan remedial dalam hidup ini. Kita harus menjadi anak-anak Tuhan yang cerdas rohani, ya, Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 26 November 2023 (English Version)- YOU ARE NOT ALONE
2023-11-26 10:09:32


"And let us consider how to stir up one another to love and good works." (Hebrews 10:24)

There's a saying that goes, "If you want to go fast, go alone. If you want to go far, go together." This quote is quite profound. It reminds us that while walking alone might be faster, it doesn't guarantee that we'll reach as far as we could when we walk together. Moreover, going alone doesn't necessarily mean we're on the right path because sometimes, we need friends who can offer wise advice rather than judgment. Why can walking together take us further? It's because everyone has different experiences with God, and the experiences of others can help us grow into better individuals. When we walk alone, we might not have the chance for self-reflection and transformation.

Sometimes, the closer we are to our friends, the more they can act as our brakes. When we act wrongly, they can serve as reminders. However, the key here is to seek support from those who also love the Lord. The companions on our journey should be people who walk with God so that the distance we travel isn't a departure from God but a maturing process that keeps us aligned with His purposes. Hence, find the right community, befriend those who value you just as God values you. In every step of your journey, you can transform. Leave behind negative aspects of yourself, like a short temper, and become more patient and wise. It all depends on whom you confide in and walk with. Walk far with the right people, and that friendship will be beautiful because it's a lifelong one.

WHAT TO DO:
1. Seek friends who can help you grow.
2. Be selective in your friendships.

BIBLE MARATHON:
▪ Luke 13-15

Card image
Truth Youth 26 November 2023 - YOU ARE NOT ALONE
2023-11-26 09:53:31


"Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik." (Ibr 10:24)

Terdapat satu quotes yang mengatakan “Jika ingin berjalan cepat, maka jalanlah sendiri. Jika ingin berjalan jauh, maka jalanlah bersama-sama”, kutipan ini sangat bagus. Memberi tahu kita bahwa berjalan sendiri pun sebenarnya baik karena bisa lebih cepat, tapi belum tentu sejauh kalau kita berjalan bersama-sama. Lebih dari itu, berjalan sendiri belum tentu membuat kita jalan di tujuan yang benar karena terkadang kita membutuhkan teman yang bisa menasihati dengan bijaksana, bukan menghakimi. Mengapa berjalan bersama-sama bisa lebih jauh? Karena setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda-beda dengan Tuhan, dan pengalaman orang lain pun bisa membuat kita belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Kalau kita berjalan sendiri belum tentu kita bisa berkaca dan berubah.

Terkadang semakin kita dekat dengan sahabat kita, dia bisa menjadi rem kita. Kalau kita salah bertindak, dia mampu menjadi pengingat. Namun, yang penting dari hal ini adalah carilah dukungan dari orang-orang yang juga mengasihi Tuhan. Mereka yang menemani perjalanan kita juga harus orang yang bergaul dengan Tuhan, supaya jauhnya perjalanan kita bukan jauh pergi meninggalkan Tuhan, tapi semakin dewasa dan tetap dalam tujuan yang Tuhan berikan. Oleh sebab itu, berkomunitaslah di tempat yang tepat, bersahabatlah dengan orang yang bisa memandang kita berharga seperti Tuhan memandang kita berharga. Sehingga dalam setiap perjalanan kita, kita bisa berubah. Dari pribadi yang buruk, pelan-pelan kita tinggalkan. Dari pribadi yang mudah marah, menjadi lebih sabar dan bijaksana. Semua itu tergantung dengan siapa kita bercerita dan berjalan. Berjalanlah jauh dengan orang yang tepat, dan persahabatan itu akan menjadi indah karena menjadi sahabat kekal.

WHAT TO DO:
1. Mencari teman yang bisa membawa kita berubah.
2. Tidak sembarang bersahabat.

BIBLE MARATHON:
▪︎Lukas 13-15

Card image
Renungan Pagi - 26 November 2023
2023-11-26 09:50:55


Bagi orang percaya, ada hal yang paling penting harus kita jaga dihadapan Tuhan, yaitu kejujuran, kejujuran dalam perkataan, kejujuran dalam perbuatan, kejujuran dalam sikap hati dan orang yang jujur pasti adalah orang yang setia dalam iman percayanya kepada Tuhan. Orang jujur tidak hidup dalam kemunafikan, dan sebenarnya kita memang tidak dapat berdusta dihadapan Tuhan.

Meskipun mungkin sering berdusta pada orang lain, bahkan mencoba mendustai nurani sendiri demi menutupi dusta-dusta lainnya yang telah kita lakukan. Firman Tuhan berkata, "Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya, sambil menjaga jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia."

Jadi kejujuran itu erat kaitannya dengan kesetiaan, jika mulai tidak setia, maka kita akan pandai berdusta. Ingatlah, orang jujur yang akan ditolong Tuhan dan orang setia yang akan dipelihara jalan hidupnya oleh Tuhan, jangan terus hidup dalam dusta, sekalipun engkau bisa membohongi manusia, tetapi tidak akan dapat mendustai Tuhan.

Dan Tuhan adalah Allah yang mau mengerti bahwa kita kadang lemah dan terjatuh, mungkin hidup dalam dusta, mari mintalah bimbingan Roh Kudus, ditengah kekurangan dan kelemahan kita, supaya diberi kekuatan untuk melepaskan diri dari dusta, selama mau berjuang untuk berjalan dalam kejujuran, maka berkat Tuhan pasti sempurna dalam hidup kita. Bukan berkat jasmani saja tetapi berkat kehidupan yang berkemenangan, bebas dari kebohongan.
(Amsal 2:7-8)

Card image
Quote Of The Day - 26 November 2026 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-26 09:48:48


Semakin berat masalah kita, maka semakin besar juga kemuliaan Allah yang dapat kita lihat.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 26 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-26 09:46:08


Jika kita berkata, kita berharga di mata Tuhan, tetapi ketika ada ancaman kita takut, itu berarti kita tidak menghayati keberhargaan kita di mata Tuhan.

Card image
ASPIRING TO SIN NO MORE - 26 November 2023 (English Version)
2023-11-26 09:44:05


Often, we tend to be permissive and hesitate to state that we are sinful firmly. So, when we sin, when we make mistakes, the Holy Spirit rebukes us, reminding us that we should immediately acknowledge the sin and realize that we are in the dominion of darkness. We should seek forgiveness and strength from God so we do not commit the same sin again. The Word of God says in 1 John 3 that the one born of God no longer sin.  We should aspire to be people who do not sin anymore.

Why are we afraid to commit to live a holy life? Remember, the fearful are one type of people who will not enter heaven. The nervous are those who do not trust that God is alive. Indeed, belief takes time; it requires growth. But we must ignite and continuously fuel that longing so it never extinguishes. When we ignite that desire, the pain of making a mistake is profound. And this is what creates a trauma towards sin. This trauma will foster our desire not to sin. However, if someone does not commit to live a holy life, just occasionally, only momentarily, then when they sin, they will feel comfortable. So, this commitment depends on us, not on anyone else. It’s not easy, but it can be done.

In 1 John 3, it is said, “Everyone who does not practice righteousness is not of God, neither is he who does not love his brother.” So, there’s no compromise. If we do not practice righteousness, we are not of God. Then, in verse 9, it states, “Whosoever is born of God does not sin; for His seed remains in him, and he cannot sin, because he is born of God.” Amazing.  We must reach a state where we cannot sin anymore. Even to those who hurt us, we should not seek revenge or repay evil with evil.

The Lord says in 1 Pet. 1:16, “Be holy, for I am holy.” God would not command us to do something we cannot do. Do not consider God to be harsh, giving commands that we cannot fulfil. The Lord Almighty, Elohim Yahweh, our Lord, our Savior, Jesus Christ, is not like that. He gives commands that we can certainly fulfil. The Word of God in 2 Corinthians 6:17-18 states, “Therefore, come out from among them and be separate, says the Lord. Touch no unclean thing, and I will receive you. I will be a Father to you, and you will be my sons and daughters, says the Lord Almighty.”

It’s not easy, and Jesus himself said, “Strive to enter through the narrow gate. For many will seek to enter and will not be able.” Many people have the desire but lack the struggle. Without the struggle, it’s impossible. The Lord will surely help us. Our problems will be resolved if we have these three things. First, living a holy life. If we find this challenging, that’s true. In all honesty, being entirely blameless is impossible. Second, serving the Lord means doing something for His work. It doesn’t have to be within church activities, but wherever we are, we can find opportunities to serve the Lord. Third, being still.

Becoming perfect like the Father, like Jesus, to please God is difficult. But the Lord will surely help us. So, before this life ends, we should fulfil God’s will. Let’s not close our eyes without fulfilling God’s will. Please take a moment to examine our lives. Do we have a temporary commitment to living a holy life? We should constantly rekindle that commitment. How can God help us if we don’t allow ourselves? We are the ones who should truly help ourselves. We should ignite within ourselves a longing to live a holy life, a passion for holiness, a commitment we renew every day.

Happiness flows when we strive not to have faults or blemishes. Indeed, there are risks. Problems can arise. When we want to live holy, we may encounter people who make us frustrated, angry and irritated. We want to live holy, yet we have many opportunities to engage in corruption or adultery and commit many other sins. We may wonder why it turns out this way. That’s where we are taught to tear sin from within ourselves. As Christians,  we are always brought to two possibilities: to rip our sanctity by sinning or to tear sin from within ourselves. Therefore, we must build a permanent determination, a permanent passion. We are the ones who can ignite it or extinguish it.  

WE SHOULD ASPIRE TO BE PEOPLE WHO DO NOT SIN ANYMORE.

Card image
BERAMBISI TIDAK BERDOSA LAGI - 26 November 2023
2023-11-26 09:35:27


Sering kali kita bersikap permisif, kita tidak berani mengatakan dengan tegas bahwa kita kesetanan. Jadi ketika kita berbuat dosa, berbuat kesalahan, Roh Kudus tegur, ingatkan kita, harusnya kita langsung mengakui dosa itu dan menyadari kita kesetanan atau ada dalam penguasaan kuasa gelap. Kita minta ampun, minta kekuatan dari Tuhan, agar kita tidak melakukan dosa yang sama lagi. Firman Tuhan mengatakan dalam 1 Yohanes 3, bahwa orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi. Kita harus berambisi untuk menjadi orang yang tidak berbuat dosa lagi.

Mengapa kita takut berjanji hidup kudus? Ingat, penakut adalah salah satu jenis orang yang tidak akan masuk surga. Penakut adalah orang yang tidak memercayai Allah hidup. Memang, percaya itu perlu waktu, perlu pertumbuhan. Tetapi kita yang harus mengobarkan dan menyalakan terus kerinduan itu, sehingga tidak pernah padam. Kalau kita menyalakan kerinduan itu, begitu kita berbuat salah, sakitnya bukan main. Dan ini yang membuat kita trauma terhadap dosa. Trauma ini akan menciptakan kerinduan kita untuk tidak berbuat dosa. Tetapi kalau seseorang tidak punya komitmen untuk hidup suci, jadi hanya sesekali saja, sesaat insidentil, maka ketika ia berbuat dosa, dia akan merasa nyaman-nyaman saja. Jadi, komitmen itu tergantung kita, bukan tergantung siapa-siapa. Memang tidak mudah, tetapi bisa.

Dalam 1 Yohanes 3 dikatakan, “Setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah. Demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya.” Jadi, tidak ada kompromi. Kalau kita tidak melakukan kebenaran, berarti kita bukan berasal dari Allah. Lalu ayat yang ke-9, “Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi, sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia, dan dia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah.” Luar biasa. Jadi kita harus sampai pada keadaan di mana kita tidak bisa berbuat dosa lagi. Bahkan kepada orang yang menyakiti kita pun, kita tidak dendam. Tidak berusaha untuk membalas kejahatan dengan kejahatan.

Tuhan berkata 1 Petrus 1:16, “Kuduslah kamu sebab Aku kudus.” Tidak mungkin Allah perintahkan kita melakukan sesuatu yang tidak bisa kita lakukan. Jangan menganggap Tuhan itu kejam, memberi perintah yang tidak bisa kita lakukan. Tuhan semesta alam, Elohim Yahweh, Tuhan kita, Juruselamat kita, Yesus Kristus, tidaklah demikian. Dia memberi perintah yang pasti kita dapat lakukan. Firman Tuhan dalam 2 Korintus 6:17-18 mengatakan, “Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa."

Memang tidak mudah dan Yesus sendiri berkata, “Berjuanglah masuk jalan sempit. Karena banyak orang berusaha masuk, tetapi tidak bisa.” Banyak orang yang memiliki keinginan, tetapi tidak punya perjuangan. Tidak ada perjuangan, tidak bisa. Tuhan pasti tolong kita. Masalah kita akan selesai kalau kita punya tiga hal ini. Yang pertama, hidup suci. Kalau kita merasa ini suatu hal yang berat, benar. Bahkan sejujurnya, menjadi kudus tidak bercela itu mustahil. Kedua, melayani Tuhan, artinya berbuat sesuatu untuk pekerjaan-Nya. Tidak harus ada di dalam aktivitas gereja. Tetapi di mana pun kita berada, kita bisa punya kesempatan untuk melayani Tuhan. Ketiga, diam.

Menjadi sempurna seperti Bapa, serupa dengan Yesus, yang targetnya berkenan di hadapan Allah, tidak mudah. Tetapi Tuhan pasti akan menolong kita. Jadi sebelum berakhir hidup ini, kita sudah melakukan kehendak Allah. Jangan sampai kita menutup mata, lalu kita belum melakukan kehendak Allah. Coba, sekarang kita memeriksa hidup kita. Apakah kita memiliki tekad hidup suci yang temporal? Tekad itu harus kita kobarkan terus. Bagaimana Tuhan mau menolong kita, kalau kita tidak menolong diri kita sendiri? Jadi, kitalah yang harus benar-benar menolong diri kita sendiri. Kita yang harus mengobarkan dalam diri kita kerinduan untuk hidup suci, gairah untuk hidup suci, komitmen yang kita perbarui setiap hari.

Ada kebahagiaan yang mengalir pada waktu kita berusaha untuk hidup tidak bercacat tidak bercela. Benar. Tetapi risikonya ada. Ada saja masalah muncul. Mau hidup suci, justru muncul orang-orang yang membuat kita kesal, marah, jengkel. Kita mau hidup suci, justru punya banyak kesempatan untuk korupsi, berzina, dan melakukan banyak dosa lain. Kita bisa heran, mengapa jadi begini? Di situlah kita diajar merobek dosa di dalam diri kita. Sebab, orang Kristen pasti dibawa kepada dua kemungkinan; merobek kesucian hidupnya atau merobek dosa. Kalau orang merobek kesucian hidupnya dengan melakukan dosa, itu kodrat dosanya makin kuat. Tetapi kalau kita terus menjaga kekudusan, artinya kita merobek dosa di dalam diri kita. Jadi, kita harus membangun tekad yang permanen, gairah yang permanen. Kita sendiri yang bisa mengobarkannya atau mematikannya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS BERAMBISI UNTUK MENJADI ORANG YANG TIDAK BERBUAT DOSA LAGI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 November 2023
2023-11-26 09:29:43

1 Tesalonika 1-5

Card image
Truth Kids 25 November 2023 - HATI NURANI
2023-11-25 10:34:36


Kisah Para Rasul 24:16
“Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia.”

Niko sudah berjanji tidak mau iseng lagi kepada teman-temannya. Niko yang dulu adalah seorang anak yang sangat iseng dan senang mem-bully teman-teman. Setelah sering mengikuti Sekolah Minggu dan membaca Alkitab, Niko tahu yang dia lakukan salah dan membuat Tuhan sedih. Sekarang, di kelas yang baru, ia mau berubah. Niko bertobat dan mau lebih fokus pada pelajaran. Ia berdoa kepada Tuhan agar diberikan pimpinan dan kekuatan setiap hari agar Niko bisa tidak melakukan dosa.

Tadi pagi, Niko melihat tas Sheren terbuka. Niko berpikir dalam hatinya untuk berbuat iseng dan memasukkan benda ke dalamnya. Hmm.. benda apa ya yang akan membuat Sheren terkejut? Saat berpikir seperti itu, ada suara lain dalam hatinya yang mengingatkan Niko untuk tidak melakukan dosa. Ah! Niko terkejut. Benar! Aku kan sudah berjanji tidak mau iseng lagi.

Tuhan, maafkan aku ya, sudah berpikir untuk iseng lagi. Aku tidak mau melakukan dosa lagi. Kata Niko dalam hatinya.

Sobat Kids, saat kita bertobat kita akan terus belajar untuk tahu kehendak Tuhan dan melakukan apa yang Tuhan inginkan. Maka hati nurani kita akan terus berbicara jika kita ingin melakukan sesuatu. Apalagi kalau kita berbuat dosa, hati kita akan merasa tidak nyaman. Seperti ada suara dalam hati yang menegur kita dan mengingatkan kita bahwa perbuatan itu tidak boleh dilakukan.

Yuk, terus penuhi pikiran dan hati kita dengan kebenaran Firman Tuhan agar kita semakin mengerti kehendak Tuhan. Berusahalah senantiasa, setiap hari, untuk hidup benar di hadapan Tuhan.

Card image
Truth Junior 25 November 2023 - MURNI
2023-11-25 10:32:01


Kisah Para Rasul 24:16
“Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia.”

Seorang chef atau koki memerlukan pisau yang tajam untuk memotong bahan masakan agar menghasilkan bentuk makanan yang bagus. Seperti saat membuat sushi, seorang chef butuh pisau yang tajam untuk memotong sushi supaya bentuknya bagus. Jika menggunakan pisau yang tumpul, pasti tidak dapat menghasilkan bentuk sushi yang bagus. Untuk mendapatkan pisau yang tajam, pisau tersebut perlu diasah, Sobat Junior. Ada batu asahan atau alat khusus untuk membuat pisau semakin tajam.

Hati nurani kita akan semakin tajam jika kita asah. Namun, bagaimana caranya kita dapat mengasah hati kita? Tentu tidak dengan batu asah, Sobat Junior. Cara untuk membuat hati nurani kita tajam adalah dengan selalu bertobat atas kesalahan yang kita lakukan. Salah, minta maaf, tidak lakukan kesalahan lagi; begitu seterusnya, Sobat Junior. Sampai hati nurani kita menjadi murni, semakin bisa merasakan perasaan Tuhan.

Yuk, kita berusaha memiliki hati yang murni agar selalu dapat menyenangkan hati Tuhan.

Card image
Truth Youth 25 November 2023 (English Version) - REFLECTION
2023-11-25 10:22:55


"But each person is tempted when he is lured and enticed by his own desire." (James 1:14)

There was a teenager with a fervent spirit to serve in a church. They were a cheerful and multi-talented individual, contributing as an usher, singer, mentor, and helping with various tasks in the community, ranging from Sunday school to general services. However, regrettably, the teenager frequently moved from one church to another, claiming they weren't experiencing growth. The slightest friction or conflict with fellow servants would lead them to change churches. Oddly, this wasn't a one-time occurrence but a pattern of shifting from one community to another. When hearing their story, it seemed as though they genuinely loved the Lord, but it was their communities that didn't support them.

It might seem from this story that perhaps it was the communities at fault. However, one thing to remember is that loving the Lord isn't solely about church service; it's about personal transformation towards Christ-likeness. We can take on any role in the church, but if our behavior doesn't reflect the Christianity that the Lord teaches, then our service is in vain. The primary focus should be on ourselves.

We should examine the negative aspects within ourselves. We need to introspect, looking within to identify anything that might cause others to stumble. Perhaps it's our way of speaking, the negative thoughts we harbor towards others, or times when we hurt others with our actions. These negative habits should be addressed in our evening prayers. Reflect daily, engage in self-examination, so that we may become increasingly pleasing to the Lord and a blessing to others. Start by not blaming circumstances but by opening ourselves to change and divine formation.

WHAT TO DO:
1. Learn to introspect and reflect on your own actions.
2. Get to know yourself better.

BIBLE MARATHON:
▪ Luke 11-12

Card image
Truth Youth 25 November 2023 - BERKACA
2023-11-25 10:21:08


"Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya." (Yakobus 1:14)

Ada seorang anak remaja yang memiliki semangat tinggi untuk melayani di sebuah gereja. Dia anak yang periang dan multitalent sehingga bisa menjadi usher, singer, atau pun mentor. Dia bisa membantu banyak hal di komunitas bahkan terkadang lintas pelayanan. Dari sekolah minggu, remaja, sampai di ibadah umum. Namun, sayangnya remaja itu sering sekali pindah-pindah ke banyak gereja dengan alasan tidak bertumbuh. Gesekan sedikit atau konflik dengan pelayan lain langsung pindah gereja. Lebih aneh lagi, itu tidak terjadi di satu gereja, tapi terus berpindah dari komunitas ke komunitas. Kalau mendengar ceritanya, ia adalah remaja yang sangat mengasihi Tuhan, namun komunitasnya saja yang tidak mendukung.

Kalau dilihat dari cerita tersebut seakan-akan bisa komunitasnya yang salah. Namun, satu hal yang harus kita ingat bahwa mengasihi Tuhan itu bukan hanya tentang pelayanan gerejawi, tapi perubahan diri semakin ke arah Kristus. Kita bisa menjadi apa pun di gereja, tapi kalau kelakuan kita tidak mencerminkan kekristenan yang Tuhan ajarkan, maka sia-sialah pelayanan tersebut. Hal utama yang harus kita lihat itu diri kita sendiri.

Kita harus mengenali apa sikap negatif yang masih ada dalam diri kita. Berkacalah pada diri sendiri, apa yang ada dalam kita yang masih bisa menjadi batu sandungan bagi sesama. Mungkin cara bicara kita, isi hati kita yang sering berpikiran buruk terhadap orang lain, atau terkadang kita menyakiti dengan apa yang kita lakukan. Kebiasaan negatif ini yang harus kita cari sebelum tidur dalam doa. Tiap hari berkaca, tiap hari introspeksi diri agar semakin indah di hadapan Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama. Mulailah untuk tidak menyalahkan keadaan, tapi membuka diri untuk berubah dan dibentuk oleh Tuhan.

WHAT TO DO:
1. Belajar untuk introspeksi diri
2. Belajar untuk mengenali diri sendiri

BIBLE MARATHON:
▪︎Lukas 11-12

Card image
Renungan Pagi - 25 November 2023
2023-11-25 10:18:28


"Dalam hidup ini, janganlah memiliki keinginan untuk hidup menjadi seperti orang lain, jadi sering membanding-bandingkan hidup kita dengan orang lain, iri hati dan tidak suka melihat keberhasilan orang lain, padahal kita sendiri malas dan tidak mau berjuang, ingin menikmati hasil yang baik, tapi tidak mau menjalani prosesnya.

Seharusnya kita merasa terpicu semangat juangnya untuk mengembangkan potensi secara maksimal yang ada didalam hidup kita, sampai meraih keberhasilan sendiri, dan bagi orang percaya, selalu mengandalkan Tuhan dan menaruh harapan pada Tuhan.

Kita percaya campur tangan Tuhan disertai kemauan mengembangkan potensi yang sudah Tuhan taruh dalam hidup kita, akan menghasilkan kehidupan yang berkemenangan dan diberkati Tuhan.

"Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!. Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah."

Ada banyak orang seringkali malas, tidak mau berjuang, hanya terus membandingkan diri dengan orang lain, sehingga dia tidak mencapai potensi maksimal dalam hidupnya. Perhatikanlah firman Tuhan, orang yang mau berjuang dan tetap mengandalkan Tuhan dan menaruh harapan pada Tuhan, artinya mau terus belajar mengembangkan potensi, mau diproses dan dibentuk oleh Tuhan, maka dia akan mencapai potensi maksimal dalam hidupnya.
(Yeremia 17:7-8)

Card image
Quote Of The Day - 25 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-25 09:59:36


Jika saja Musa tidak masuk ke dalam rencana Allah dan pekerjaan Allah, maka Musa tidak akan pernah melihat kemuliaan yang dahsyat; demikian juga kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 25 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-25 09:57:52


Jika Tuhan memulihkan keadaan kita itu untuk hidup kekal kita.

Card image
DOMINION OF THE DEVIL - 25 November 2023 (English Version)
2023-11-25 09:55:51


Indeed, the true Christians desire to live righteously, longing for a holy life. However, this longing may only sometimes be constant. Sometimes, the desire to live righteously is present, but at other times, it may wane. The times of wavering desire outnumber the times of commitment. We are moved to live a righteous life, albeit temporarily only in church, when listening to the pastor’s sermon. But as soon as we leave the church, that fervour or spirit vanishes. It feels like this pattern occurs in the lives of many people, including the lives of servants of God. If we’re on an airplane and encounter turbulence, experiencing severe jolts while in the air, we may ask God for forgiveness for the sins and mistakes we still commit. Sometimes, this request is accompanied by a promise to live righteously and lead a holy life.
However, once the plane safely lands on the runway, those promises fade away. We feel safe; the turbulence is gone, and that is what we call situational determination or commitment. This pattern repeats in our lives over the years. As a result, we never truly live a holy life or righteously. This state is often accepted as usual and not lamented, as it is believed that others also commit sins, and everything is fine. It is not uncommon for Christians to trivialize their lives, not genuinely repenting. Such a life is complicated.  Those who do not have a permanent commitment to live a holy life will not be blessed.

The blessing here does not only pertain to food and drink, but it involves many aspects. Blessing means that a person can lead a life and grow in perfection to become like Jesus or perfect like the Father, worthy to be a member of the Kingdom of Heaven. It cannot be denied that many Christians are like this, feeling comfortable in their state and continuing to live in a way that doesn’t please God without repentance. Such people, if they do not repent, will enter hell because only the holy will enter heaven, not those who are half-holy.  So, if someone does not live in holiness, they cannot enter heaven.

In Revelation 21:8, it is said, “But the cowardly, the unbelieving, the vile, the murderers, the sexually immoral, those who practice magic arts, the idolaters, and all liars—they will be consigned to the fiery lake of burning sulphur. This is the second death.”

This is not to scare but to encourage us to live a holy life from now on. Don’t play around. So, we should not have commitments that are only situational. We determine our ambition, desire, and determination to please God. Don’t just say, “I am full of shortcomings and weaknesses, but I will repent later.” Don’t delay; it has to be now. Pay attention to foolish children in school who often procrastinate on their homework, and as a result, they cannot excel and may even struggle to pass. We should take our spiritual homework. When we have sinned, we should immediately deal with it. We should know our weaknesses as well. Especially if we indeed confess them before God. The Holy Spirit will undoubtedly speak; it’s impossible not to.

And this opportunity is precious. We cannot exchange it for anything. When someone is on their deathbed, only then do they realize the value of the time they had to mend their ways to please God. Incredibly, when their eyes close, they stand before the judgment seat of God. How dreadful that situation is. The problem is that we often justify ourselves and take a permissive attitude toward the sins we commit, using reasons such as it’s a process or it’s because of our weaknesses and shortcomings.

In reality, when we commit sins, there is the dominion of the Devil within it. As Peter just said, “You are the living Son of God. Messiah, the living Son of God.” Jesus always said, “It is not you who declared this, Peter, but my Father in heaven.” However, after some time, he tried to prevent Jesus from going to Jerusalem, and Jesus said, “Get behind me, Satan!” How could it switch from God to Satan so quickly? It can. Thus, it is we who determine who controls our lives.  We must allow ourselves to be fully controlled by the Lord.  

IN REALITY, WHEN WE SIN, THERE IS A DOMINION OF THE DEVIL WITHIN IT.

Card image
PENGUASAAN IBLIS - 25 November 2023
2023-11-25 09:51:37


Pasti orang Kristen yang benar merindukan hidup benar, merindukan hidup suci. Tetapi kerinduan itu bisa tidak konstan. Kadang-kadang rindu hidup benar, kadang-kadang tidak. Mungkin lebih banyak tidaknya. Hanya pada waktu di gereja mendengarkan khotbah pendeta, lalu tergerak mau hidup benar, tergerak sesaat hidup benar. Tetapi ketika keluar dari gereja, gairah atau semangat itu hilang atau lenyap lagi. Rasanya hal ini terjadi dalam kehidupan banyak orang, termasuk dalam kehidupan hamba Tuhan. Kalau kita naik pesawat terbang lalu ada turbulence, ada guncangan hebat di atas, kita minta ampun kepada Tuhan atas dosa, kesalahan yang kita masih lakukan. Lalu kadang-kadang disertai janji untuk hidup benar, hidup suci.

Tetapi setelah pesawat mendarat dengan baik di landasan pacu, lenyap janji itu. Sudah, aman. Sudah tidak ada dalam turbulence. Itu namanya tekad yang situasional, komitmen yang situasional. Dan itu terjadi dalam hidup kita selama bertahun-tahun. Akibatnya, kita tidak pernah hidup suci, kita tidak pernah hidup benar. Keadaan ini sering tidak diratapi, karena dianggap wajar. Yang lain juga berbuat dosa, dan aman-aman saja. Lalu tidak jarang orang-orang Kristen menggampangkan hidup ini, menganggap remeh hidup ini, tidak sungguh-sungguh mau bertobat. Betapa celakanya kehidupan seperti ini. Sebab dengan kehidupan yang tidak memiliki komitmen yang permanen untuk hidup suci, hidupnya tidak akan terberkati.

Tentu berkat di sini bukan hanya menyangkut makan minum, melainkan banyak aspek. Berkat di sini artinya seseorang bisa menjalani hidup, lalu bertumbuh dalam kesempurnaan untuk serupa dengan Yesus atau sempurna seperti Bapa, dan layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Faktanya, tidak bisa dibantah, banyak orang Kristen yang seperti itu, lalu merasa keadaannya nyaman-nyaman saja dan tetap hidup di dalam keadaannya yang tidak atau kurang menyenangkan hati Allah. Orang seperti ini—kalau ia tidak bertobat—masuk neraka. Sebab yang masuk surga adalah orang-orang kudus. Bukan orang-orang yang setengah kudus. Jadi kalau seseorang tidak hidup di dalam kekudusan, tidak bisa masuk surga.

Dalam Wahyu 21:8 dikatakan, “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji yang tega menyakiti sesama, orang-orang pembunuh (bukan hanya menghabisi nyawa orang, tetapi membenci seseorang). Orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala, dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang. Inilah kematian yang kedua.”

Mengerikan. Hal ini bukan untuk menakut-nakuti, melainkan mengajak kita untuk benar-benar hidup suci mulai sekarang. Jangan main-main. Jadi, kita tidak boleh punya komitmen yang hanya situasional. Kitalah yang menentukan ambisi, hasrat, keinginan, tekad untuk menjadi berkenan di hadapan Tuhan. Jangan hanya berkata, “Saya penuh kekurangan dan kelemahan. Tetapi nantilah saya bertobat.” Jangan nanti, harus sekarang. Perhatikan anak-anak yang bodoh di sekolah, bahkan tidak naik kelas, mereka sering menunda mengerjakan PR. Tidak mungkin jadi juara, bahkan sulit untuk bisa naik kelas. Kita jangan menyisakan pekerjaan rumah. Jadi begitu kita punya dosa, segera kita selesaikan. Dan kita tahu kelemahan kita apa. Apalagi kalau kita benar-benar memperkarakannya di hadapan Tuhan. Roh Kudus pasti bicara, tidak mungkin tidak.

Dan kesempatan ini berharga sekali. Tidak bisa kita tukar dengan apa pun. Waktu seseorang sekarat di ujung maut, baru ia mengerti betapa berharganya waktu yang dia miliki untuk bebenah diri supaya berkenan di hadapan Tuhan. Apalagi kalau sudah menutup mata, lalu dibawa di hadapan takhta pengadilan Allah. Betapa mengerikan keadaan itu. Masalahnya, kita sering membenarkan diri dan bersikap permisif terhadap dosa yang kita lakukan, dengan beralasan proses, kelemahan, kekurangan kita.

Sejatinya, ketika kita berbuat dosa, ada penguasaan Iblis di dalamnya. Seperti Petrus baru saja mengatakan, “Engkau Anak Allah yang hidup. Mesias, Anak Allah yang hidup.” Yesus lalu mengatakan, “Bukan kamu yang menyatakan ini, Petrus, tetapi Bapa di surga.” Tetapi beberapa waktu kemudian, dia mencegah Yesus ke Yerusalem dan Yesus berkata: “Enyah, Iblis!” Bagaimana bisa secepat itu beralih dari Allah ke Iblis? Bisa, ternyata. Maka, kita yang menentukan siapa yang mengendalikan hidup kita. Kita mesti membiarkan diri dikendalikan oleh Tuhan sepenuhnya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEJATINYA, KETIKA KITA BERBUAT DOSA, ADA PENGUASAAN IBLIS DI DALAMNYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 November 2023
2023-11-25 09:46:44

Kisah Para Rasul 17

Card image
Truth Kids 24 November 2023 - MENGENAL DIRI SENDIRI
2023-11-24 09:57:00


Roma 7:21
”Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku.”

Aurelia sedih sekali ketika dia tidak memiliki mainan sepatu roda seperti yang dimiliki teman-temannya. Berhari-hari dia terlihat cemberut dan sesekali menangis kepada mamanya. Mama menjelaskan bahwa dia tidak diizinkan main sepatu roda untuk keselamatannya. Mama khawatir kalau dia bisa jatuh dan terluka. Namun, Aurelia tidak mau mengerti karena ia merasa harus memiliki kepunyaan temannya.

Ketika Sekolah Minggu, kakak Sekolah Minggu bercerita tentang iri hati. Anak Allah tidak boleh memiliki sifat iri; sifat ingin memiliki kepunyaan orang lain. Tidak semua milik orang lain harus kita miliki juga. Semua yang Tuhan berikan untuk setiap orang baik adanya dan berbeda-beda. Aurelia mendengarkan cerita tersebut. Aurelia teringat akan dirinya yang ingin memiliki sepatu roda seperti teman-temannya.

Ternyata selama ini ia iri dengan teman-temannya dan itu perbuatan dosa. Aurelia segera minta maaf kepada mama karena sudah membuat mama sedih. Seharusnya Aurelia bersyukur dengan apa yang dia miliki saat ini. Lewat keadaan ini, Aurelia jadi tahu sifat buruk mana dalam dirinya yang harus diubah. Tuhan bisa memakai siapa pun dan keadaan apa pun untuk kita diubahkan lebih baik lagi sesuai kehendak-Nya.

Sobat Kids, jika kita selalu bertobat atas kesalahan yang kita lakukan, maka kita akan semakin mengenali kesalahan yang kita perbuat. Yuk, kita berusaha untuk menjadi lebih baik lagi.

Card image
Truth Junior 24 November 2023 - JAM TERBANG
2023-11-24 09:55:12


Roma 7:21
”Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku.”

Seorang pilot yang menerbangkan pesawat dengan jam terbang tinggi, pasti pengalaman dan pengetahuannya lebih baik dari pilot yang masih baru (belum banyak menerbangkan pesawat). Dari pengalaman selama ia menerbangkan pesawat tersebut, pasti banyak hal yang didapatkan, yang memperkaya pengetahuan dan kemampuannya. Seorang pilot yang ahli bisa lebih tepat dalam memprediksi kondisi pesawat apabila ada sesuatu yang kurang sesuai. Pasti lebih peka, meskipun tidak terlihat ada keanehan sedikit pun.

Jam terbang kita dalam pertobatan pun harus tinggi, Sobat Junior. Supaya kita bisa peka terhadap sekecil apa pun kesalahan yang kita lakukan. Semakin halus dan tidak terlihat kesalahan itu, biasanya tidak bisa dengan mudah kita sadari. Tapi kalau jam terbang pertobatan kita sudah tinggi, kita bisa mengenalinya dengan mudah. Karena selain kita sudah berpengalaman, kita biasanya lebih peka juga terhadap suara Roh Kudus yang mengingatkan kita ketika ada hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan-Nya.

Yuk, kita tambah terus jam terbang pertobatan kita dengan selalu datang kepada Tuhan dan meminta ampun, berjanji dan bertekad tidak mengulangi kesalahan yang sama. Meskipun kita jatuh di lubang yang serupa, jangan menyerah! Terus cari perkenanan Tuhan. Maka, kita akan menjadi seperti pilot yang handal dalam menerbangkan pesawat kehidupan kita.

Card image
Truth Youth 24 November 2023 (English Version) - GIVING ABOVE RECEIVING
2023-11-24 09:49:14


"Whatever you wish that others would do to you, do also to them, for this is the Law and the Prophets." (Matthew 7:12)

To inspire others to act kindly toward us, it is imperative that we first exhibit kindness towards them. Even if the kindness we extend isn't reciprocated, we should not be disheartened; rather, we should relinquish any expectations. Is life not fundamentally about giving? Giving our very best to others, giving our time to support them during their difficulties, giving encouragement to those in need. When we wholeheartedly live life, nothing is too arduous, including becoming a better person for others. It all commences with the self.

It is incumbent upon us to have a life principle: to be a good person when the world is not kind to us. It's no longer about responding to others' kindness but rather responding with kindness even when others act wickedly. When Jesus was spat upon, insulted, and hated, He did not respond with hatred but rather with even more love. If we only anticipate that others should be kind to us first, we may wait indefinitely. Ultimately, this world may be filled with takers rather than givers.

At some point, perhaps we may encounter a time when those around us respond maliciously to the good we've done. Many sacrifices will seem in vain as those around us mistreat and act wickedly. However, should we be disheartened? Absolutely not. Just as Jesus did, His life was a life of giving, not receiving. Life takes on a deeper significance when we live sincerely and do good without expecting reciprocation. Believe that there will be sincere individuals in our lives if we continue to act sincerely and benevolently towards others.

WHAT TO DO:
1. Act sincerely and justly while navigating through life in this world.
2. Live to give and to perform acts of kindness towards others, without expecting anything in return.

BIBLE MARATHON:
▪ Luke 9-10

Card image
Truth Youth 24 November 2023 - GIVING ABOVE RECEIVING
2023-11-24 09:18:37


”Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Matius 7:12)

Agar orang-orang berlaku baik kepada kita, kita harus terlebih dahulu berlaku baik bagi mereka. Jika pun mereka tidak kunjung berbuat baik kepada kita walau kita sudah berbuat baik kepada mereka, tak perlu berkecil hati dan ikhlaskanlah semua itu. Bukankah hidup ini adalah tentang memberi? Memberi segala sesuatu yang terbaik untuk sesama, memberi waktu kita untuk hadir di dalam kesusahan mereka, memberi semangat bagi mereka yang membutuhkan dukungan. Jika kita tulus menjalani hidup ini, sebenarnya tidak ada yang terlalu sulit dilakukan, termasuk menjadi pribadi yang baik untuk sesama. Semuanya perlu dimulai dari diri sendiri.

Kita harus memiliki prinsip hidup yaitu untuk menjadi orang yang baik saat dunia berlaku tidak baik untuk kita. Bukan lagi tentang orang lain berbuat baik makanya kita berbuat baik, melainkan berbuat baik walau orang lain telah berlaku jahat. Ketika Yesus diludahi, dicaci, dibenci, yang dilakukan oleh Yesus bukan kembali membenci mereka, justru Yesus semakin mengasihi mereka. Jika kita hanya mengharapkan orang berbuat baik terlebih dahulu kepada kita, mau sampai kapan pun kita tidak akan menemukannya. Bumi ini pada akhirnya hanya akan diisi oleh orang-orang yang meminta, bukan memberi.

Entah kapan, tetapi akan ada masanya ketika sesama kita berlaku jahat atas segala sesuatu yang baik yang telah kita lakukan. Banyak yang telah kita korbankan dan terasa sia-sia karena orang-orang di sekitar kita mempermainkan kita dan berlaku jahat. Namun, apakah kita perlu berkecil hati? Seharusnya tidak. Sebagaimana yang dilakukan Yesus, hidup-Nya adalah hidup untuk memberi, bukan untuk menerima. Kita akan lebih memaknai betapa indahnya kehidupan apabila kita hidup dengan tulus dan berbuat baik tanpa menuntut balas. Percayalah, akan ada orang yang tulus dalam hidup kita jika kita terus besikap tulus dan benar terhadap sesama.

WHAT TO DO:
1.Bersikap tulus dan benar dalam menjalani kehidupan di dunia.
2.Hidup untuk memberi dan terlebih dahulu melakukan kebaikan kepada sesama.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Lukas 9-10

Card image
Renungan Pagi - 24 November 2023
2023-11-24 09:12:54


Pada suatu masa dalam hidup ini, orang boleh saja meremehkan, tidak menghargai, bahkan diperlakukan tidak adil, orang yang kita percaya mengkhianati, rasanya seperti ada badai besar yang menerpa, bahkan seperti mau mati rasanya, tetapi kita tidak boleh menyerah, jangan berputus asa, karena di saat-saat di mana merasa sudah tidak ada jalan lagi, disitulah Tuhan membuka Tangan-Nya, menanti kita berlari kedalam pelukan-Nya.

Dan damai sejahtera-Nya akan dialirkan, sehingga kita memperoleh ketenangan dan dapat melihat jalan keluar yang telah disediakan-Nya. Sehingga kita dapat mengatasi hal apapun yang menekan dan menyesakkan, dapat melalui semua badai itu dengan berkemenangan, karena Tuhan tidak akan mengijinkan kita dicobai melampaui batas kekuatan sebagai manusia.

"Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya."

Karena dalam hidup yang singkat di bumi ini, kita tidak akan pernah lepas dari masalah hidup, yang terpenting adalah reaksi dan respon terhadap masalah itu, kita harus menyadari bahwa Tuhan selalu ada, dan DIA tidak pernah meninggalkan kita.
(1 Korintus 10:13)

Card image
Quote Of The Day - 24 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-24 09:10:25


Iblis pasti akan membangkitkan laskar-laskarnya untuk melawan kita, tetapi jangan lupa, Tuhan juga akan melindungi kita dari segala pencobaan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 24 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-24 09:08:47


Tuhan tidak peduli berapa nilaimu di mata manusia, Allah punya penilaian sendiri, jangan disesatkan oleh penilaian manusia.

Card image
WILLING TO LOSE - 24 November 2023 (English Version)
2023-11-24 09:07:25


The Devil has arrows that pierce our hearts, as stated in the Word of God, so we must be cautious of these arrows. From childhood, the Devil uses the world to nurture us. Desires, ambitions, and lust are planted in us like bullets, for instance, materialism, gambling, adultery, lack of self-control, pornography, and a desire to harm others. Matt.18:8-9 says, “If your hand or foot causes you to stumble, cut it off and throw it away. You should enter life maimed or crippled than to have two hands or two feet and be thrown into eternal fire. And if your eye causes you to stumble, gouge it out and throw it away. It is better for you to enter life with one eye than to have two eyes and be thrown into the fire of hell.”

We must be willing to lose a part of our body – which is equivalent to losing pleasure – for the sake of a holy life, for the sake of obedience. Perhaps for decades, we have been pursuing a life of holiness, but we struggle to kill this fleshly desire. We cannot achieve the holiness we dream of. We also ask the Lord to put it to death. Through a long journey, only then do we understand that we are the ones who must put it to death. So when we say, “Lord, put me to death,” it means we must put to death what is displeasing to the Lord within us. Just like saying, “Give us our daily bread,” it means we have to go to work. We do not expect the Lord to send rice from the sky or deposit money into our bank account.

Through this long journey, as the days go by and as it becomes more urgent for us, we must continue to strive to live in holiness. What we must do is to have the courage to cut off our fleshly desires. How do we do it? Make a promise.  If we have habits that displease the Lord, make a detailed promise by saying, “I will not do this again.” There may be one or two failures. If we fail, what does it mean? We tear apart our purity. But if we repent, like a piece of cloth, our purity is mended. And if we have the opportunity to sin, but we do not do it, then our purity becomes thicker until it cannot be torn. But if we frequently pull it, our purity will be shattered and cannot be put back together. So, we should be bold in making promises. Our flesh is cunning, evil, and knows its moments.

Life is tragic. Want to be rich, want to be poor, anything, it’s sad. The only thing that can make it not miserable is to meet the Lord and be taken to heaven. That’s it, there’s nothing better than that. Let’s change. Remember, no one can stop us from making God our only source of happiness. We can direct ourselves to God. If we dare to live a holy life, we cannot fail. We will indeed be protected and defended by the Lord. If we treat the Lord as special and unique, the Lord will also treat us as special and unique because God is holy to those who are holy. God acts twisted to those who act twisted.  If we believe in a living God who has the power to protect us and our descendants and the people we love, why don’t we prove it with our holy life?

We pray, “Lord, I promise to do what I cannot do. But I love You. I have no choice. I ask for help to fulfil this promise. I know I cannot fulfil this promise. But You can give me the strength to fulfil it.” On the other hand, the Devil will speak, and our flesh will speak, “Don’t make promises; you will surely break them. You will insult the Lord more. It’s better not to promise than to promise and not keep it.” That’s the voice of the Devil. The voice of the Holy Spirit says, “Do it. I will give you the ability.” Make a promise. Hurting yourself, cutting off your hand, and gouging out your eye is painful. But that’s how we show our love for the Lord. We kiss the Lord, and we embrace Him, even though we are hurt. But that hurt is a form of our love for the Lord. We are not afraid of being shot, not scared of being hurt. Do this for the Lord.  

WE MUST BE WILLING TO LOSE PARTS OF OUR BODIES – WHICH IS EQUIVALENT TO LOSING PLEASURES – FOR THE SAKE OF A HOLY LIFE, FOR THE SAKE OF OBEDIENCE.

Card image
RELA KEHILANGAN - 24 November 2023
2023-11-24 09:03:24


Iblis memiliki anak panah yang dihujamkan pada diri kita, demikian dikatakan dalam firman Tuhan, maka kita harus berhati-hati dengan anak panah-anak panah ini. Dari sejak masa kecil, dunia dipakai Iblis untuk mengasuh kita. Kita ditanamkan selera, ambisi, nafsu-nafsu, seperti peluru yang ditanamkan di dalam diri kita. Misalnya, materialistis, judi, zina, tidak bisa menguasai diri, pornografi, mau melukai orang. Matius 18:8-9 mengatakan, “Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang daripada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal. Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu daripada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua.”

Kita harus rela kehilangan bagian tubuh—yang sama dengan kehilangan kesenangan—demi kesucian hidup, demi ketaatan. Mungkin sudah puluhan tahun kita mengejar kesucian hidup, tetapi kita mengalami kesulitan untuk membunuh kedagingan ini. Kita tidak dapat mencapai kesucian yang kita mimpikan. Kita juga meminta Tuhan untuk mematikannya. Sampai melalui perjalanan panjang, baru kita mengerti bahwa kitalah yang harus mematikan itu. Jadi kalau kita berkata, “Matikan aku, Tuhan,” itu berarti kita harus mematikan apa yang Tuhan tidak berkenan yang ada di dalam diri kita. Seperti kalau kita berkata, “Berikanlah kami makanan kami pada hari ini secukupnya,” itu berarti kita harus pergi bekerja. Kita tidak mengharapkan Tuhan mengirimkan beras dari langit, atau tiba-tiba ada uang masuk ke rekening kita.

Lewat perjalanan panjang di mana hari makin senja buat kita, dan makin mendesak, maka kita harus terus mengampanyekan hidup di dalam kekudusan. Dan yang harus kita lakukan adalah berani memenggal nafsu kedagingan kita. Bagaimana caranya? Buatlah janji. Kalau kita punya kebiasaan yang Tuhan tidak berkenan, buatlah janji dengan mengatakan “Aku tidak akan melakukan ini lagi.” Sedetail-detailnya. Mungkin ada satu, dua gagal. Kalau gagal, artinya apa? Kita merobek kesucian. Tetapi kalau kita bertobat, seperti kain, kesucian itu menyambung lagi. Dan kalau kita punya kesempatan berbuat dosa, namun kita tidak lakukan, maka kesucian kita akan makin tebal sampai tidak bisa dirobek. Tetapi kalau kita sering merobeknya, kesucian kita akan hancur, tidak bisa disusun lagi. Jadi kita tidak boleh takut untuk membuat janji. Daging kita itu licik, jahat dan tahu momentumnya.

Hidup ini tragis. Mau kaya, mau miskin, apa pun, tragis. Yang bisa membuat tidak tragis hanya satu, yaitu bertemu Tuhan dan dijemput ke surga. Itu saja, tidak ada hal yang lebih baik dari itu. Mari kita berubah. Ingat, tidak ada orang yang bisa melarang kita menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kebahagiaan kita. Kita bisa mengarahkan diri kita kepada Tuhan. Kalau kita berani hidup suci, tidak mungkin kita gagal. Pasti kita dilindungi dan dibela Tuhan. Kalau kita memperlakukan Tuhan secara khusus dan istimewa, Tuhan juga memperlakukan kita secara khusus dan istimewa. Sebab Tuhan berlaku suci kepada orang yang suci. Tuhan berlaku belat-belit kepada orang yang belat-belit. Kalau kita percaya ada Allah yang hidup, yang berkuasa melindungi kita dan anak cucu kita dan orang-orang yang kita kasihi, mengapa kita tidak membuktikannya dengan kesucian hidup kita?

Kita naikkan doa, “Tuhan, aku berjanji atas apa yang tidak dapat kulakukan. Tetapi aku mencintai-Mu. Aku tidak punya pilihan. Aku minta tolong buat aku bisa memenuhi janji ini. Aku tahu aku tidak bisa memenuhi janji ini. Tetapi Engkau bisa beri aku kekuatan untuk bisa memenuhinya.” Di lain pihak, Iblis akan bicara, daging kita akan bicara, “Kamu jangan janji, kamu pasti akan mengingkarinya. Kamu akan lebih menghina Tuhan. Lebih baik kamu tidak janji, daripada kamu janji, kamu tidak tepati.” Itu suara setan. Suara Roh Kudus berkata, “Lakukan. Aku beri kamu kesanggupan.” Buat janji. Melukai diri, memenggal tangan, mencungkil mata adalah hal yang menyakitkan. Tetapi di situlah kita menunjukkan kecintaan kita kepada Tuhan. Kita cium Tuhan, kita peluk, walau kita terluka. Tetapi luka itu merupakan bentuk cinta kita kepada Tuhan. Kita tidak takut ditembak, tidak takut luka. Lakukanlah hal ini untuk Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS RELA KEHILANGAN BAGIAN TUBUH—YANG SAMA DENGAN KEHILANGAN KESENANGAN—DEMI KESUCIAN HIDUP, DEMI KETAATAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 November 2023
2023-11-24 09:00:48

Galatia 4-6

Card image
MENGERTI ISI HATI-NYA - 23 November 2023
2023-11-23 08:57:09


Efesus 5:17
“Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.”

Susan dan Santi sudah berteman dekat sejak kecil. Rumah mereka berdekatan, mereka juga bersekolah di tempat yang sama. Santi mengetahui makanan kesukaan Susan. Kebiasaan-kebiasaan Susan pun Santi tahu, begitu pula sebaliknya. Mereka dapat saling mengenal dengan baik karena mereka sering bersama dalam waktu yang cukup lama.

Nah, demikian pula dengan hubungan kita dan Tuhan, Sobat Kids. Jika kita sering berdoa, membaca Alkitab dan menghabiskan waktu bersama Tuhan, tentu kita akan mengenal Tuhan dengan baik. Kita bisa menjadikan Tuhan sebagai sahabat sejati kita.

Tuhan selalu ada beserta walau kadang kita tidak menyadarinya. Tuhan mengetahui semua kesukaan dan kesusahan kita, Sobat Kids. Apakah kita mau mengenal Tuhan lebih lagi sebagai sahabat kita? Jika mau, maka hal yang harus kita mulai lakukan adalah pertobatan. Kita harus bertobat setiap hari dari kesalahan dan dosa-dosa yang kita lakukan. Dosa menjauhkan kita dari Tuhan. Jika kita berhenti melakukan dosa, kita bisa semakin dekat dengan Tuhan dan dapat lebih mengenal Dia. Kita dapat mengetahui isi hati Tuhan. Kita akan menjadi semakin peka dengan suara dan kehendak Tuhan; sama seperti Susan dan Santi yang mengetahui kesukaan masing-masing.

Card image
Truth Junior 23 November 2023 - DENGAR SUARA TUHAN
2023-11-23 08:55:05


Efesus 5:17
“Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.”

Sobat Junior, apakah kalian pernah melihat magnet? Kalian tahu tidak, magnet punya sifat kemagnetan yang mampu menarik benda-benda lain yang ada di sekitarnya. Magnet adalah suatu objek yang di dalamnya terdapat medan magnet. Benda-benda yang bisa ditarik lebih kuat oleh magnet adalah benda berbahan logam. Ada yang tahu contoh benda berbahan logam? Salah satu contohnya adalah paku. Sobat Junior, ketika paku didekatkan dengan magnet, pastinya paku akan mencari di mana sumber medan magnet, dan akhirnya paku akan langsung menempel pada magnet. Wow, hebat, ya!

Sobat Junior, hubungan kita dengan Tuhan bisa dibandingkan seperti magnet dan paku. Seperti yang kita bahas tadi, magnet memiliki kemampuan untuk menarik benda-benda logam seperti paku. Tuhan memiliki kemampuan untuk menarik kita saat kita mencari-Nya dengan tulus. Sama seperti paku yang menempel pada magnet, ketika kita berusaha hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, hati kita akan semakin melekat pada-Nya. Bagaimana caranya? Salah satu cara terpenting adalah dengan belajar firman Tuhan.

Firman Tuhan adalah panduan hidup kita, dan melalui pembacaan dan pemahaman Alkitab, kita dapat mengenal lebih dalam tentang Tuhan dan apa yang Ia kehendaki dari kita. Namun, belajar firman Tuhan saja tidak cukup. Kita juga perlu menjauhi semua perbuatan dosa. Ini berarti kita harus berkomitmen untuk hidup dalam kekudusan dan taat pada ajaran-Nya. Ketika kita menjauhi dosa, kita akan semakin peka terhadap suara Tuhan dan mampu mengenali kehendak-Nya dengan lebih baik. Sobat Junior, jadilah seperti paku yang melekat pada magnet, melekat pada Tuhan dengan cinta dan kesetiaan.

Card image
Truth Youth 23 November 2023 (English Version) - THE FAITH COMPETITION
2023-11-23 08:50:42


"But you, O man of God, flee these things and pursue righteousness, godliness, faith, love, patience, gentleness. Fight the good fight of the faith; take hold of the eternal life to which you were called, and about which you made the good confession in the presence of many witnesses." (1 Timothy 6:11-12)

The race and the arena are not limited to athletes on the track; all humans are participants. This is the race of life. In the pursuit of our dreams, we often find ourselves racing towards our aspirations with unwavering determination. It feels as though we are in an arena, competing against many others to reach the dreams we've nurtured for years. In this race called life, we willingly sacrifice our precious sleep, studying and working diligently to achieve our goals, with the finish line of success marking the end of this competition.

As Christians, we each have our own racetracks, but ours is vastly different from that of the secular world. Our race is not just a place where we run to chase after earthly dreams and aspirations. It's a faith competition that continues until we close our eyes to this world. In our race, we are not only pursuing our worldly dreams but also striving for justice, worship, faithfulness, love, patience, and gentleness. Remember, our racetrack is a contest of faith to obtain eternal life.

An athlete in a footrace has a principle of relentlessly pursuing the finish line and their ultimate goal, undistracted by their surroundings. They run as fast as they can, paying no heed to things that would slow them down and lead to defeat. We, as children of God, should adopt a similar principle. We must set aside the distractions of the world, always striving for truth and eternal life. Life is not a game. It is the arena where we compete to become the best of the best until we reach the finish line and meet our eternal Beloved.

WHAT TO DO:
1. Keep running after righteousness and eternal life.
2. Stay focused on your life's purpose and avoid worldly distractions.

BIBLE MARATHON:
▪ Luke 7-8

Card image
Truth Youth 23 November 2023 - PERTANDINGAN IMAN
2023-11-23 08:48:30


"Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi." (1 Timotius 6:11-12).

Yang memiliki pertandingan dan arena lari bukan hanya seorang atlet lari, melainkan semua manusia pun memilikinya, namanya pertandingan kehidupan. Di dalam meraih cita-cita, tanpa disadari manusia berusaha berlari sekeras mungkin untuk menjemput cita-citanya itu. Ia merasa sedang berada di dalam arena lari dan harus mengalahkan banyak orang agar ia dapat menjemput cita-cita yang sudah diimpikannya bertahun-tahun. Di dalam pertandingan kehidupannya, ia merelakan waktu-waktu tidurnya untuk belajar dan bekerja keras mencapai tujuannya, sebuah garis finish kesuksesan yang menjadi tanda bahwa pertandingan sudah selesai.

Sebagai orang Kristen, kita memiliki arena lari masing-masing, tetapi arena lari kita sungguh jauh berbeda dengan orang-orang dunia. Arena lari kita adalah pertandingan yang bukan hanya tempat di mana kita lari untuk mengejar cita-cita dan mimpi-mimpi kita di dunia ini, melainkan arena lari kita adalah pertandingan iman hingga akhirnya nanti kita menutup mata. Arena lari kita selain berisi mimpi kita di dunia, harusnya berisi tindakan-tindakan yang kita lakukan untuk mengejar keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Ingat, arena lari kita adalah pertandingan iman untuk merebut hidup yang kekal.

Seorang atlet lari memiliki prinsip untuk terus mengejar garis finish, mengejar tujuan terakhir dan tidak terdistraksi oleh hal-hal di sekitarnya. Ia akan berusaha lari secepat mungkin, tidak mempedulikan hal-hal yang hanya akan memperlambat langkahnya dan membuatnya kalah. Kita pun sebagai anak Allah harus memiliki prinsip yang sama. Kita harus mengesampingkan hal-hal dunia yang pada akhirnya hanya akan memperlambat langkah kita. Ingat, kita sedang berada di dalam pertandingan iman! Kita harus mengejar kebenaran dan hidup yang kekal. Hidup ini tidak untuk main-main. Hidup ini adalah gelanggang pertandingan untuk menjadi yang terbaik dari yang terbaik. Hingga akhirnya kita mencapai garis finish dan bertemu dengan Dia, Kekasih Abadi kita.

WHAT TO DO:
1. Terus berlari untuk mengejar kebenaran dan hidup yang kekal.
2. Tidak terdistraksi oleh dunia dan tetap fokus pada tujuan hidup kita.

BIBLE MARATHON:
Lukas 7-8

Card image
Renungan Pagi - 23 November 2023
2023-11-23 08:46:22


Ada banyak dosa yang serius harus dijauhi dari kehidupan orang percaya. Hal ini pernah dikatakan oleh Rasul Paulus pada sidang jemaat di Korintus, ternyata kumpulan orang percaya banyak dicemari oleh dosa-dosa ini, sehingga Rasul Paulus memberikan peringatan keras untuk menjauhi orang-orang dengan karakter dosa ini, bahkan duduk makan bersama pun tidak diperbolehkan.

"Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu, sekali-kali makan bersama-sama."

Jadi orang-orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah pemabuk dan penipu ini ada dalam komunitas orang percaya, yang menyebut dirinya saudara. Mereka adalah penyusup yang mau merusak kehidupan umat Tuhan, kita harus berhati-hati, jangan bergaul dengan mereka, sebab dosa-dosa itu akan mencemari kehidupan orang percaya.

Kita memang tidak punya hak menghakimi, tetapi jangan sampai kita terseret ikut hidup di dalamnya dan membiarkan kecemaran itu berkembang dalam kehidupan umat Tuhan. Jangan kompromi dalam pergaulan di luar jemaat Tuhan, kita harus mempertahankan kesucian hidup karena memiliki panggilan untuk hidup dalam kekudusan.
(1 Korintus 5:11)

Card image
Quote Of The Day - 23 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-23 08:43:42


Perjumpaan pribadi dengan Tuhan akan melahirkan pengalaman-pengalaman adikodrati yang luar biasa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 23 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-23 08:42:02


Tidak ada peristiwa yang terjadi di luar rancangan Allah dan tidak ada peristiwa yang tidak ada berkat kekal-Nya.

Card image
DARING TO BETRAY ONESELF - 23 November 2023 (English Version)
2023-11-23 08:32:41


Someone who truly surrenders themselves to God, through a process, will reach a level where they feel that the only thing left in their life is God. When we are still spiritually immature, we possess many things, including God within us. But as time goes by, as we grow to enjoy the presence of God, the joy of God, and the values of the spiritual realm, the values of the Kingdom of Heaven, what remains in our lives is only God. However, this cannot be taught with words; it must be experienced.

Often, God leads us into difficult situations. But these situations lead us to be able to let go of pride, worldly affections, and the desires of the flesh, which ultimately help us understand that the only thing left in life is God. God becomes our only treasure and happiness.  A true believer will feel afraid if there is still something they think they possess and it is the source of their happiness, whether it’s wealth, possessions, pleasures, or pride. Frankly, we used to take pride in having titles. Then, subtly or openly, we would compete. But as time passes, when we begin to understand the truth, experience the Kingdom of Heaven, and receive the wounds, we direct ourselves towards heaven, and this is the nourishment for our souls.

We are afraid that we still have something. Until we are willing to lose anything and anyone if that is God’s will. It’s up to God, and this is the opposite of people afraid if they don’t have something that can make them happy.  As believers, we can have everything – titles, positions, wealth – but if we grow correctly, we may not feel we own them. If we think we own them, we reject living as redeemed children. Because as redeemed children bought by the blood of Jesus, we do not hold ourselves. Everything we have becomes God’s. That is the consequence of being a redeemed child.

At the end of our life’s journey, after a long voyage, we should reach this point. That only God remains in our lives. God becomes our only treasure and happiness. If not, it means we are betraying God.  Therefore, we must dare to betray ourselves to make God happy. How can this happen? We must learn the truth and be honest about our life’s circumstances. Is there still something that brings happiness in life? For those who often witness suffering and the tragedy of life, it prompts us to shift our hearts to a new heaven and earth. We cannot enjoy happiness in this broken world. Moreover, we cannot be happy while people around us live in suffering, especially many who live in the shadow of death, heading into eternal darkness.

In the end, we realize that everything the world offers is temporary. However, if someone never reaches this point – that in the end, only God remains in our lives – it means we are still in the grip of the world, and we have the wrong kind of Christianity: a false Christianity. False Christianity does not lead us to this level of surrender.  If we don’t want to reach this level of surrender, we can’t honour and love God correctly. We can’t serve God wholeheartedly and long to meet face-to-face with Jesus. We cannot long for our home in heaven.

In the past, when Christians faced persecution, it was because God wanted them to be purified. They faced persecution from the Roman Empire and the Jewish religion. But it cleansed Christians from the bonds of sin. Now, we do not meet physical persecution; instead, we can relax. And this poses a greater danger: the love of the world—unrestrained flesh desires. Hence, the Bible says it is difficult for a rich person to enter heaven.

Until we reach a mature level of self-surrender, we will not demand anything from God. We will not have the courage to ask for something or make a request. We will only try to understand God’s will and do His will.  The only strength we have is that we have the true God, and we will enter the Father’s palace in heaven. So, our longing in this world is to become pleasing children of God, worthy brides, and pure virgins in the presence of God so that we may be honoured with Jesus and thus be able to serve God the Father, Elohim Yahweh, for all eternity.  

WE MUST DARE TO BETRAY OURSELVES TO MAKE GOD HAPPY.

Card image
BERANI MENGKHIANATI DIRI - 23 November 2023
2023-11-23 08:24:48


Seseorang yang memiliki penyerahan diri yang benar kepada Allah—tentu melalui proses—akan sampai pada kawasan atau level yaitu ia akan merasa bahwa yang tersisa dalam hidupnya hanyalah Tuhan. Pada waktu kita masih belum dewasa rohani, banyak hal yang kita miliki, termasuk Tuhan di dalamnya. Tetapi seiring dengan perjalanan waktu, ketika kita makin bertumbuh menikmati hadirat Tuhan, sukacita Tuhan, nilai-nilai rohani; nilai-nilai Kerajaan Surga, maka yang tersisa dalam hidup kita hanyalah Tuhan. Namun hal ini tidak bisa diajarkan dengan kata-kata, tetapi harus dialami.

Sering Tuhan membawa kita kepada keadaan-keadaan yang sulit. Tetapi keadaan itu menggiring kita untuk bisa melepaskan kebanggaan-kebanggaan, percintaan dunia, keinginan-keinginan daging, yang kemudian akhirnya bisa mengerti bahwa yang tersisa dalam hidup ini hanyalah Tuhan. Tuhan menjadi satu-satunya harta kekayaan dan kebahagiaan kita. Orang percaya yang benar pasti merasa takut kalau masih ada sesuatu yang ia merasa memiliki, dan itu menjadi kebahagiaan hidupnya. Apakah itu harta, kekayaan, kenikmatan, keagungan, apa pun. Terus terang, dulu kita bangga punya gelar. Lalu secara terselubung atau pun terang-terangan, ikut berkompetisi. Tetapi seiring berjalannya waktu, ketika kita mulai lebih mengenal kebenaran, kita mulai menghayati Kerajaan Surga, ditambah dengan goresan-goresan luka, lalu kita mulai mengarahkan diri ke surga. Inilah vitamin bagi jiwa kita.

Kita takut kalau kita masih memiliki sesuatu. Sampai akhirnya, kita bersedia kehilangan apa pun dan siapa pun, kalau itu Tuhan kehendaki. Terserah Tuhan. Ini kebalikan dari orang yang merasa takut kalau ia tidak memiliki sesuatu yang dapat membahagiakan dirinya. Sebagai orang percaya, kita bisa memiliki segala sesuatu—gelar, pangkat, harta—tetapi kalau kita bertumbuh secara benar, kita bisa tidak merasa memilikinya. Kalau kita merasa memilikinya, berarti kita menolak hidup sebagai anak tebusan. Sebab sebagai anak tebusan yang ditebus oleh darah Yesus, artinya kita tidak memiliki diri kita sendiri. Segala sesuatu yang kita miliki menjadi milik Tuhan. Itu adalah konsekuensi menjadi anak tebusan.

Seharusnya di akhir pengembaraan hidup kita, setelah mengarungi perjalanan panjang, kita sampai pada kawasan ini. Bahwa yang tersisa dalam hidup ini hanyalah Tuhan. Tuhan menjadi satu-satunya harta kekayaan dan kebahagiaan. Kalau tidak begini, berarti kita mengkhianati Tuhan. Oleh sebab itu, kita harus berani mengkhianati diri kita sendiri untuk bisa membahagiakan Tuhan. Bagaimana ini bisa terjadi? Kita harus belajar kebenaran dan jujur terhadap keadaan hidup kita. Apakah masih ada yang menjadi kebahagiaan hidup? Bagi yang sering melihat penderitaan dan tragisnya hidup, hal itu memicu kita untuk memindahkan hati kita di langit baru bumi baru. Kita tidak bisa menikmati kebahagiaan di tengah-tengah dunia yang hancur ini. Selain itu, kita tidak bisa bahagia sementara orang di sekitar kita hidup di dalam penderitaan, terlebih lagi banyak orang yang hidup di bawah bayang-bayang maut menuju kegelapan abadi.

Pada akhirnya kita menyadari, semua yang dunia tawarkan, semu. Namun, jika seseorang tidak pernah sampai pada kawasan ini—bahwa akhirnya hanya Tuhan yang tersisa dalam hidup kita—berarti kita masih ada dalam belenggu dunia dan kita memiliki kekristenan yang salah; kekristenan yang palsu. Kekristenan yang palsu tidak membawa kita sampai pada tingkat penyerahan ini. *Kalau kita tidak mau sampai pada tingkat penyerahan ini, tidak mungkin kita dapat menghormati dan mengasihi Allah dengan benar. Tidak mungkin kita dapat mengabdi kepada Allah secara utuh dan memiliki kerinduan bertemu muka dengan muka dengan Tuhan Yesus. Kita tidak sanggup menghayati dunia ini bukan rumah kita dan tidak akan merindukan pulang ke surga.

Kalau dulu orang Kristen menghadapi aniaya, hal itu karena memang Tuhan mau mereka bersih. Yang mereka hadapi adalah aniaya kekaisaran Roma dan agama Yahudi. Tetapi itu membersihkan orang Kristen dari anasir kekafiran. Sekarang kita tidak menghadapi aniaya fisik, sebaliknya kita malah bisa rileks. Dan ini merupakan bahaya yang lebih besar. Apa? Percintaan dunia. Keinginan daging yang tidak disalibkan. Maka Alkitab katakan, orang kaya sukar masuk surga.

Sampai pada tahap penyerahan diri yang dewasa, kita tidak akan menuntut apa-apa dari Tuhan. Sampai kita tidak memiliki keberanian untuk meminta sesuatu, atau mengajukan suatu keinginan. Tetapi hanya berusaha untuk mengerti kehendak Allah dan melakukan kehendak-Nya. Satu-satunya yang kita miliki sebagai kekuatan adalah bahwa kita memiliki Allah yang benar, dan nanti kita akan masuk istana Bapa di surga. Maka kerinduan kita di dunia ini hanyalah bagaimana kita menjadi anak-anak Allah yang berkenan, mempelai yang layak, perawan suci di hadapan Tuhan. Sehingga layak dimuliakan bersama-sama dengan Yesus, yang karenanya dapat melayani Allah Bapa, Elohim Yahweh di kekekalan nanti.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS BERANI MENGKHIANATI DIRI KITA SENDIRI UNTUK BISA MEMBAHAGIAKAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 November 2023
2023-11-23 08:20:16

Galatia 1-3

Card image
Truth Kids 22 November 2023 - MENJADI BANGSAWAN ROHANI
2023-11-22 09:55:38


Wahyu 20:6
“Berbahagia dan kuduslah ia, yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama itu. Kematian yang kedua tidak berkuasa lagi atas mereka, tetapi mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya.”

Sobat Kids, kemarin kita bercerita tentang betapa pentingnya melakukan persiapan menuju langit baru dan bumi yang baru. Persiapan itu dilakukan sejak di bumi. Anak-anak Allah dipersiapkan bukan hanya sekadar masuk surga, tetapi menjadi bagian dari keluarga kerajaan Allah. Kita menjadi bangsawan-bangsawan surgawi. Bayangkan seperti Pangeran William dari kerajaan Inggris. Sebagai pangeran kerajaan Inggris pasti Pangeran William harus belajar dan berlatih semua kebiasaan yang harus dilakukan oleh seorang pangeran. Pangeran William tidak sembarangan hidup. Dia harus mengikuti aturan kerajaan.

Begitupun juga dengan kita, Sobat Kids. Kita adalah pangeran dan putri Kerajaan Surgawi yang akan bersama Tuhan. Raja kita Yesus Kristus, Raja di atas segala raja. Kita harus mengubah kebiasaan kita sampai kita layak memerintah bersama-sama dengan-Nya. Jika kita bisa masuk ke dalam Kerajaan Surgawi, berarti kita akan berjumpa dengan Tuhan setiap hari. Betapa senangnya! Oleh sebab itu, jagalah kehidupan kita baik-baik, ya, Sobat Kids. Hidup kudus, tidak berbuat dan tidak menyimpan dosa dalam diri kita.

Card image
Truth Junior 22 November 2023 - HIDUP BERKENAN
2023-11-22 09:49:52


Wahyu 20:6
“Berbahagia dan kuduslah ia, yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama itu. Kematian yang kedua tidak berkuasa lagi atas mereka, tetapi mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya.”

Sobat Junior, kita adalah anak-anak Allah yang memiliki Kerajaan Surga. Namun, tidak semua orang bisa masuk Kerajaan Surga. Orang-orang yang masuk ke dalam Kerajaan Surga adalah orang-orang yang selama hidup selalu berkenan di hadapan Tuhan dan menjauhi semua perbuatan dosa. Sedangkan orang-orang yang tidak hidup berkenan di hadapan Tuhan dan selalu melakukan dosa, pastinya akan binasa sebab tidak layak untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga.

Hidup berkenan di hadapan Tuhan, artinya Sobat Junior haruslah menjauhi semua perbuatan dosa. Lalu bagaimana kalau kita sudah terlanjur berbuat dosa? Apakah artinya akan binasa? Eittss, jangan sedih dulu, Sobat Junior. Kalau sudah terlanjur berbuat dosa dan menyadari kalau tindakan itu salah, Sobat Junior bisa bertobat. Bertobat adalah tindakan mengaku dosa dan meminta ampun atas kesalahan yang sudah kita perbuat, kemudian tidak melakukan perbuatan dosa itu kembali. Misalnya, jika Sobat Junior pernah mencuri, dan kemudian menyadari bahwa itu salah, Sobat Junior dapat bertobat dan memutuskan untuk tidak mencuri lagi.

Jadi, Sobat Junior, bertobat adalah langkah penting untuk bisa layak masuk Kerajaan Surga. Karena, bertobat bukan hanya tentang perubahan pikiran, tetapi juga perubahan sikap dan tindakan. Ketika kita benar-benar menyesal atas dosa-dosa kita dan meminta ampun dengan tulus, Tuhan akan memberikan pengampunan-Nya kepada kita, dan kita dilayakkan masuk Kerajaan Surga bersama-sama.

Card image
Truth Youth 22 November 2023 (English Version) - CURSED SPEECH
2023-11-22 09:43:20


"Pleasant words are like a honeycomb, sweetness to the soul and health to the bones." (Proverbs 16:24)

In the anime "Jujutsu Kaisen," Inumaki Toge is a character with a unique ability called cursed speech. With this power, he can make enemies submit and do whatever he says. Interestingly, to avoid cursing his friends, Inumaki Toge controls what he says. He knows exactly when he needs to speak. If it's not necessary, he remains silent and utters types of food he likes. Inumaki Toge takes great care to control his speech to ensure his friends are not harmed by his words.

From Inumaki Toge, we learn the importance of controlling what comes out of our mouths. We are expected to love the people around us, speak kind words, and be a blessing to them, not the other way around. When we know that our words can hurt, why do we still say hurtful things? There are boundaries that humans cannot cross because we are expected to live according to the will of God. Certainly, the will of God does not involve impure things but rather holy actions in line with the holiness of God.

Not only Inumaki Toge possesses cursed speech, but we as children of God also indirectly possess it. Our words can curse or bless people. It depends on what we choose—whether we want to curse or bless others. Proverbs 16:24 teaches that pleasant words are like a honeycomb, sweet to the soul, and health to the bones. This means that kind words can be a blessing to others and serve as medicine for the wounds in their lives. Therefore, let's learn to control what we say and have words that can build up and uplift others.

WHAT TO DO:
1. Control what we say at all times.
2. Speak words that build up and uplift others.

BIBLE MARATHON:
▪ Luke 5-6

Card image
Truth Youth 22 November 2023 - CURSED SPEECH
2023-11-22 09:41:10


"Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang." (Amsal 16:24)

Dalam anime “Jujutsu Kaisen”, Inumaki Toge adalah salah satu karakter yang memiliki kekuatan unik yaitu cursed speech. Dengan kekuatan ini, ia bisa membuat musuh takluk dan melakukan apa saja yang dikatakan olehnya. Menariknya, untuk menghindari memberikan kutukan kepada sahabat-sahabatnya, Inumake Toge mengontrol apa yang diucapkan olehnya. Ia tahu kapan persisnya ia harus berbicara. Jika tidak perlu, ia hanya diam dan mengucapkan jenis-jenis makanan yang disukainya. Inumake Toge benar-benar mengontrol ucapannya agar sahabat-sahabatnya tidak tersakiti oleh apa yang dikatakan olehnya.

Dari Inumaki Toge kita belajar tentang pentingnya mengontrol apa yang keluar dari mulut kita. Sejatinya, kita diharapkan untuk mengasihi orang-orang di sekitar kita, memberikan kata-kata yang baik dan menjadi berkat untuk mereka, bukan malah sebaliknya. Ketika kita sudah tahu bahwa apa yang kita ucapkan adalah hal yang menyakiti, mengapa kita masih saja mengatakan kata-kata jahat itu? Ada batasan-batasan yang tidak bisa dilewati manusia sebab manusia diharapkan untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah. Tentunya, kehendak Allah tidak berisi hal-hal najis, melainkan tindakan-tindakan kudus sesuai dengan Allah yang adalah kudus.

Bukan hanya Inumaki Toge saja yang memiliki cursed speech, tetapi kita sebagai anak-anak Allah pun secara tidak langsung memilikinya. Perkataan kita bisa mengutuk dan bisa memberkati orang. Tergantung apa yang kita pilih, apakah kita mau mengutuk orang atau justru memberkati mereka? Amsal 16:24 mengajarkan bahwa perkataan yang menyenangkan serupa sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang. Artinya, perkataan yang menyenangkan dapat menjadi berkat bagi sesama, bisa menjadi obat untuk luka-luka dalam kehidupan mereka. Oleh sebab itu, mari belajar mengontrol apa yang kita katakan, milikilah perkataan yang dapat membangun dan membangkitkan orang lain.

WHAT TO DO:
1. Mengontrol apa yang kita katakan setiap waktu.
2. Memberikan kata-kata yang membangun dan membangkitkan sesama.

BIBLE MARATHON:
▪︎Lukas 5-6

Card image
Renungan Pagi - 22 November 2023
2023-11-22 09:35:55


Menjadi kristen, pengikut Kristus, berarti siap memikul tanggung jawab untuk menjadi terang ditengah dunia yang gelap ini, sehingga semua orang melihat Terang Tuhan bersinar atas hidup kita, siap menjadi garam dunia sehingga dunia yang sudah penuh kebusukan moral dapat disehatkan kembali, dipulihkan dan dibawa untuk mengenal Tuhan lewat kehidupan kita.

"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

Menjadi pengikut Kristus, kristen yang sejati memiliki tanggungjawab yang besar, garam itu harus asin, memberi rasa artinya hidup kita harus berdampak, menjadi berkat, bukan jadi batu sandungan, terang itu menerangi, melenyapkan kegelapan, bukan malah hidup dalam kegelapan, bersembunyi dalam dosa, harus nampak perbuatan kita yang baik agar semua yang melihatnya, mempermuliakan Bapa yang disurga. Sadari tanggungjawabmu sebagai pengikut Kristus, maka hidup kekristenan kita berkenan dihadapan Tuhan.
(Matius 5:13-14,16)

Card image
Quote Of The Day - 22 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-22 09:32:41


“Tuhan beserta kita” bukan hanya kita kaitkan dengan berkat dan perlindungan yang Tuhan berikan, melainkan anugerah pendewasaan dan pendidikan yang Ia berikan kepada kita, yang mana itu tak ternilai.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 22 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-22 09:29:14


Perjumpaan secara pribadi dengan Allah itu yang mengubah hidup kita. Bukan hanya karakter kita yang diubah, tetapi seluruh masalah kita pun ditangani oleh Allah.

Card image
MATURE SURRENDER - 22 November 2023 (English Version)
2023-11-22 09:24:00


In truth, many people are not ready to become eternal beings, or they outright reject their existence as eternal beings. When we observe animals, as intelligent as they may be, they remain animals. One thing that distinguishes humans from animals is that animals lack awareness; they are incapable, and indeed, they are not endowed with the components to comprehend eternity. But when the time comes for someone to leave this world, yet they are unwilling, stagnation occurs. To fully cross over our hearts to the new heaven and new earth is not easy. Similarly, believing that God exists is one thing, but how we can have reverence for God as if we stand before His judgment is also not easy.

It’s easy to say, “I place the Lord before me,” but the reality is that we do not truly internalize God’s presence. We do not realize that God is alive, and His eyes watch us as though we’re on candid camera. What’s the proof? We speak, think, and act recklessly. Furthermore, since He is not visible, primarily through life experiences, sometimes we feel cornered. It’s as if God is not defending us. God appears to corner us and place us in situations where we are humiliated, defeated, and blamed, not just by outsiders but by those around us whom we’ve loved and trusted. Therefore, God remarkably processes us through all these events.

We might have experienced boredom at times. We are confused, wondering why we are bored. Eventually, we come to realize that  we are bored because of our pleasures, whether it’s honor, self-worth, family, service, and so on. But when we start seriously detaching from the world, having no pleasures other than God and His Kingdom, it’s as if we’re starting from scratch. There’s nothing we wish to retain. We are convinced that the true God is the God of Abraham, Isaac, Jacob, the God of Israel, the God, the Father in heaven who sent His Son. However, the most terrifying thing is that many people don’t think they’ll ever have to face God one day and be accountable for their lives.  If we always know that there is a living God, and we must safeguard His feelings, we will be careful with what we say and do.

Many people are not ready to be human beings. Their philosophy is, “Let’s eat and drink, for tomorrow we die.” They deal with God only because they want to save their earthly lives, just like the people of Israel in the Old Covenant, whose orientation was still toward worldly blessings. Yet, we are mandated by God to destroy the works of the devil. So, believers are indeed projected for that purpose.

Ministers of God usually “surrender their lives” for service. But this is often laden with personal agendas. However, we want to learn mature surrender. We must choose to whom we wish to surrender: the world or God. We cannot have both. Because, as God states in Matt.6:24, “No one can serve two masters.” If someone surrenders their life to the world, it’s easy. They can do whatever pleases their flesh and soul, whereas the flesh has recorded many desires and demands for satisfaction. But if we surrender our lives to God, it’s an issue because we will be bound.

We are no longer accessible. We have to be captives of God. As Paul said, “I do not know what I will experience, but prison and suffering await me. I have become a prisoner of the spirit.” This statement is a characteristic of someone who has surrendered to God. We must be bound. Mature self-surrender to God means we no longer have personal interests. And we can begin it when we pray and no longer dictate to God, even though we have many problems. For example, someone we love is sick, and God knows that if something happens, we’ll be devastated. We might want to ask God to heal them and extend their life. But now, we’ve learned  not to let our desires interfere with God’s wisdom. We must be ready to act according to whatever God wants.

When we surrender with maturity, then all the problems we face are not considered detrimental to us. We’ve genuinely submitted even though we need to keep learning proper surrender. So, whatever we experience, we believe it is God’s wisdom. It’s not easy, and God allows all these events because He wants to mature us. We will never regret having proper surrender. Indeed, what often weakens us is that the world around us may not understand us. We are considered strange, but this is the life that Jesus taught.  

MATURE SELF-SURRENDER TO GOD MEANS WE NO LONGER HAVE PERSONAL INTERESTS.

Card image
PENYERAHAN YANG DEWASA - 22 November 2023
2023-11-22 08:54:04


Sejatinya, banyak orang yang sebenarnya belum siap menjadi makhluk kekal atau sebenarnya menolak untuk menjadi makhluk kekal; tidak menerima keberadaannya sebagai makhluk kekal. Kalau kita melihat hewan atau binatang, secerdas-cerdasnya binatang, mereka tetap binatang, mereka tetap hewan. Satu hal yang membedakan manusia dengan hewan adalah hewan tidak menyadari, tidak mampu dan memang tidak diberi komponen untuk bisa menghayati kekekalan. Tetapi ketika titik di mana seseorang harus meninggalkan dunia, namun dia tidak mau, di situ terjadi stagnasi. Untuk menyeberangkan seutuhnya hati kita ke langit baru dan bumi baru, tidak mudah. Sama dengan kalau kita percaya Allah itu ada, tetapi bagaimana kita bisa memiliki kegentaran terhadap Allah, seakan-akan kita ada di hadapan pengadilan-Nya, itu pun tidak mudah.

Mudah mengatakan “Kutaruh Tuhan di mataku,” tetapi faktanya kita tidak sungguh-sungguh menghayati kehadiran Allah. Kita tidak menghayati bahwa Allah itu hidup, mata-Nya melihat seperti candid camera yang selalu mengawasi kita. Buktinya apa? Kita sembarangan berbicara, berpikir, dan bertindak. Apalagi Dia tidak kelihatan. Apalagi dalam pengalaman hidup, kadang-kadang kita terjepit. Tuhan seakan-akan tidak membela. Tuhan memojokkan dan membawa kita di satu situasi yang mana kita direndahkan, dikalahkan, disalahkan, bukan saja oleh orang luar, tetapi juga oleh orang di sekitar kita yang sudah begitu kita kasihi dan percayai. Maka Tuhan luar biasa memroses kita lewat segala kejadian.

Kita mungkin pernah melewati kejenuhan. Kita sendiri bingung, kenapa kita jenuh? Tetapi akhirnya kita tahu. Kita jenuh karena kita mempunyai kesenangan-kesenangan pribadi. Apakah itu kehormatan, nilai diri, keluarga, pelayanan, dsb. Tetapi ketika kita mulai serius meninggalkan dunia, tidak punya kesenangan selain Tuhan dan Kerajaan-Nya, kita seperti mulai dari nol. Tidak ada lagi yang mau kita pertahankan. Kita yakin, Tuhan yang benar adalah Allah Abraham, Ishak, Yakub, Allah Israel, Allah Bapa di Surga yang mengutus Putra-Nya. Namun yang paling mengerikan adalah banyak orang tidak berpikir bahwa suatu hari harus berhadapan dengan Allah dan harus mempertanggungjawabkan hidupnya. Kalau kita selalu di dalam kesadaran ada Allah yang hidup, di mana kita harus menjaga perasaan-Nya, kita akan bertanggung jawab kepada Allah atas semua yang kita lakukan, kita pasti hati-hati dengan apa yang kita ucapkan dan lakukan.

Banyak orang yang sebenarnya belum siap jadi manusia. Karena filosofinya, _“Mari kita makan dan minum, sebab besok kita mati.”_ Mereka berurusan dengan Tuhan hanya karena mau menyelamatkan nyawa di bumi. Seperti orang-orang Israel di Perjanjian Lama yang orientasinya masih berkat jasmani. Padahal kita yang diberi mandat oleh Tuhan untuk membinasakan pekerjaan Iblis. Jadi orang percaya itu memang hidupnya diproyeksikan untuk itu.

Para pelayan Tuhan biasanya “menyerahkan hidup” untuk pelayanan. Tetapi ini sering sarat dengan agenda pribadi. Namun kita mau belajar memiliki penyerahan yang dewasa. Kita harus memilih, kita mau menyerahkan diri ke siapa: dunia atau Tuhan. Tidak boleh dua-duanya. Karena, Tuhan berfirman di Matius 6:24, “Kamu tidak dapat mengabdi kepada dua tuan.” Kalau seseorang menyerahkan hidupnya kepada dunia, enak. Dia boleh berbuat apa saja yang cocok dengan daging dan jiwanya. Di mana daging yang sudah merekam banyak nafsu, dan menuntut untuk dipuaskan. Tetapi kalau kita menyerahkan hidup untuk Tuhan, itu masalah. Karena kita akan dibelenggu.

Kita sudah tidak merdeka lagi. Kita harus menjadi tawanan Tuhan. Seperti yang Paulus katakan, “Aku tidak tahu apa yang akan aku alami, tetapi penjara dan sengsara menanti aku. Aku sudah menjadi tawanan roh.” Ini adalah ciri dari orang yang menyerahkan diri kepada Tuhan. Kita mesti terbelenggu. Penyerahan diri yang dewasa kepada Tuhan berarti kita tidak punya kepentingan pribadi lagi. Dan kita dapat memulainya ketika berdoa sudah tidak mengatur Tuhan, walaupun kita banyak masalah. Misalnya ada orang yang kita kasihi sakit, Tuhan tahu kalau sampai ada apa-apa, kita bisa susah. Rasanya kita mau minta Tuhan menyembuhkan dia dan panjangkan umurnya. Tetapi sekarang kita sudah belajar, jangan sampai keinginan kita mengganggu kebijaksanaan Tuhan. Kita harus siap melakukan, terserah Tuhan mau apa.

Ketika kita menyerah dengan penyerahan yang dewasa, maka semua masalah yang kita hadapi tidaklah menjadi sesuatu yang kita anggap mencelakai. Kita serius sudah menyerah. Walaupun kita harus belajar terus untuk penyerahan yang benar. Jadi, apa pun yang kita alami, kita percaya itu kebijaksanaan Tuhan. Memang tidak mudah. Maka, Tuhan izinkan segala peristiwa terjadi, karena Tuhan mau mendewasakan kita. Kita tidak akan pernah menyesal memiliki penyerahan yang benar ini. Memang yang membuat kita sering lemah itu karena dunia sekitar kita bisa tidak mengerti kita. Kita dianggap aneh, tetapi inilah kehidupan yang Yesus ajarkan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PENYERAHAN DIRI YANG DEWASA KEPADA TUHAN BERARTI KITA TIDAK PUNYA KEPENTINGAN PRIBADI LAGI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun 22 November 2023
2023-11-22 07:30:14

Kisah Para Rasul 15-16

Card image
Truth Kids 21 November 2023 - PERSIAPAN
2023-11-21 10:06:56


1 Korintus 15:55
“Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?”

Sobat Kids, kalau kalian mau ada pertunjukan di sekolah, pasti kalian harus persiapan dari jauh-jauh hari untuk latihan, kan? Tidak mungkin kalian melakukan pertunjukan tanpa latihan. Baik itu penampilan Natal atau akhir semester. Hasilnya pasti akan berbeda antara pertunjukan yang banyak berlatih dengan yang tidak latihan sama sekali. Jika tidak latihan maka kalian akan kesulitan pada saat pertunjukan berlangsung. Semakin banyak latihan, semakin siaplah kalian untuk tampil.

Sama juga dengan hidup ini, Sobat Kids. Kita harus bersiap-siap menuju langit baru dan bumi yang baru. Kalian mau masuk surga, kan? Kita memang tidak tahu kapan Tuhan akan menjemput kita pulang ke rumah Bapa. Bisa saja masih lama, tetapi tidak ada seorang pun yang tahu pasti. Yang perlu kita lakukan adalah berkemas-kemas; bersiap-siap. Menuju ke surga itu butuh persiapan.

Kita harus layak untuk masuk ke Kerajaan Surga. Artinya kita harus hidup kudus di hadapan Tuhan; tidak boleh menyimpan kesalahan dalam hati kita. Kita harus berjuang untuk mengubah sikap kita seperti Tuhan Yesus, sehingga kita bisa menyenangkan hati Bapa dan layak bersama-sama dengan-Nya sampai selama-lamanya. Yuk, Sobat Kids terus berjuang, ya, untuk mengenal Allah dan melakukan kehendak-Nya sebagai bentuk persiapan kita menuju langit baru dan bumi yang baru.

Card image
Truth Junior 21 November 2023 - AKU SIAP!
2023-11-21 10:04:44


1 Korintus 15:55
“Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?”
Sebelum tidur, Sobat Junior biasanya akan berdoa, bukan? Ya, anak Allah yang baik harusnya berdoa sebelum tidur untuk mengucap syukur atas penyertaan Tuhan selama satu hari ini. Namun, dalam doa Sobat Junior bukan hanya tentang bersyukur saja. Ada juga satu hal penting yang tidak boleh dilupakan. Apa itu? Tentu saja mengaku dosa dan meminta ampun atas kesalahan yang kita perbuat selama satu hari itu. Kenapa Sobat Junior harus mengakui kesalahan kepada Tuhan? Alasannya, karena kita sadar bahwa kita adalah orang yang bisa berbuat salah. Coba bayangkan sepanjang hari ini, Sobat Junior sudah berbuat salah kepada siapa? Apakah sudah meminta ampun kepada Tuhan? Itu artinya dalam setiap kesalahan yang kita perbuat, kita perlu merenung agar kita sadar dan supaya kesalahan itu tidak terjadi di hari-hari selanjutnya. Jadi, sebelum tidur itu sangat penting untuk menilai diri sudah melakukan kesalahan dan kebaikan apa hari ini.

Sobat Junior, apabila kita setiap hari melakukan pertobatan dan memperbaiki diri, percayalah kalian sedang membiasakan diri untuk semakin sedikit melakukan kesalahan. Sampai pada akhirnya, kamu serupa dengan Tuhan Yesus. Serupa dengan Yesus yang tidak melakukan kesalahan. Hidup Sobat Junior menyenangkan hati Bapa, dan itu sangat berharga! Tahukah Sobat Junior, apabila setiap hari kita mengakui salah dan meminta ampun, maka jika sudah waktunya, Tuhan menjemput kita masuk ke Langit Baru Bumi Baru yang sedang dipersiapkan, dengan tegas Sobat Junior bisa berkata, “Aku siap!” Sebab, kita sudah membereskan semua kesalahan di hadapan Tuhan.

Card image
Truth Youth 21 November 2023 (English Version) - LOVE COACH
2023-11-21 10:02:14


"And the second is like it: 'Love your neighbor as yourself.'" (Matthew 22:39)

We often demand that others love us. However, the fact is that we don't love them. Is this fair? Certainly not. Life is about giving, not taking. Life is about loving, not constantly forcing others to love us. True and wise love is a love that does not expect anything in return. When we love someone, it is expected that we love them sincerely without hidden motives. If we love someone and demand them to love us in return, it means we are not loving them correctly.

Many people say to love yourself, prioritize yourself above others, because in the end, the only one who will witness the seasons of your life is yourself. This statement is true but not quite accurate. True love is about giving. Even when we have nothing, we strive to be a soothing balm to others. True love is what the Bible teaches, putting the interests of others above all else. This is what God and Christ did for the world, an extraordinary sacrifice for people who are actually unworthy of love.

We should be love coaches for others. It starts with learning what true love is and applying it to the people around us. By looking at our lives, indirectly we train them to do the same as we have done to them. Believe that love is like a fragrance that can spread and influence everyone. Love will never lose its effect, just as Jesus has become a love coach for us, we become love coaches for those around us. With the love we have, we become an example and bear good fruit for them to enjoy.

WHAT TO DO:
1. Be an example of Christ's love to the people around us.
2. Prioritize the interests of others above our own.

BIBLE MARATHON:
▪ Luke 3-4

Card image
Truth Youth 21 November 2023 - LOVE COACH
2023-11-21 09:59:00


Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (Matius 22:39)

Kita sering menuntut orang lain untuk mengasihi kita. Namun, faktanya kita tidak mengasihi mereka. Apakah ini adil? Tentunya tidak. Hidup ini adalah tentang memberi, bukan mengambil. Hidup ini adalah tentang mengasihi, bukan terus memaksa untuk menuntut dikasihi. Seyogyanya, kasih yang paling bijak dan sejati adalah kasih yang tidak menuntut balas. Ketika kita mengasihi seseorang, diharapkan untuk kita mengasihi mereka dengan tulus tanpa ada maksud tersembunyi di baliknya. Jika kita mengasihi seseorang dan kita menuntut mereka untuk mengasihi kita kembali, artinya kita tidak mengasihi mereka dengan benar.

Banyak orang berkata bahwa kasihilah dirimu sendiri, prioritaskan dirimu di atas kepentingan orang lain, sebab pada akhirnya yang akan menyaksikan musim-musim di hidupmu adalah dirimu sendiri. Pernyataan ini benar, tetapi kurang tepat. Sejatinya, mengasihi memanglah tentang memberi. Bahkan saat kita tidak memiliki apa-apa, kita mengusahakan kehadiran kita untuk menjadi obat penenang bagi orang lain. Kasih yang benar adalah yang diajarkan oleh Alkitab, yaitu kepentingan orang lain di atas segalanya. Sebab inilah yang dilakukan Allah dan Kristus kepada dunia, pengorbanan yang luar biasa untuk orang-orang yang sebenarnya tidak layak untuk dikasihi.

Kita harus menjadi love coach bagi orang lain. Dimulai dari belajar apa itu kasih yang sejati dan merealisasikan kepada orang-orang di sekitar kita. Dengan melihat kehidupan kita, secara tidak langsung kita melatih mereka untuk melakukan hal yang sama seperti yang sudah kita lakukan kepada mereka. Percayalah bahwa kasih itu seperti wewangian yang bisa menyebar dan memengaruhi semua orang. Kasih tidak akan pernah habis efeknya, seperti Yesus yang sudah menjadi love coach bagi kita, kita pun menjadi love coach bagi mereka di sekitar kita. Dengan kasih yang kita miliki, kita menjadi teladan dan buah yang baik untuk mereka nikmati.

WHAT TO DO:
1. Menjadi teladan dalam kasih Kristus kepada orang-orang di sekitar kita.
2. Memprioritaskan kepentingan orang lain di atas kepentingan kita sendiri.

BIBLE MARATHON:
Lukas 3-4

Card image
Renungan Pagi - 21 November 2023
2023-11-21 09:56:51


Hidup benar dalam takut akan Tuhan dan berjalan dalam kebenaran memang sulit, bahkan terasa mustahil dalam dunia yang makin rusak ini. Mungkin kita akan dianggap mahluk aneh dari planet lain yang terdampar di bumi. Saat semua penduduk dunia menjalani irama hidup yang sia-sia, berusaha mencari jati diri menjadi terkenal, kaya raya, menjadikan uang segalanya sehingga menghalalkan segala cara supaya memiliki banyak uang, mulai dari menipu, menjual diri, sampai mempermalukan diri sendiri, selama bisa menghasilkan uang, akan dilakukan.

Dunia telah dirusak oleh dosa, dikuasai hawa nafsu, kedurhakaan, kenajisan dan kejahatan yang membuat manusia tidak lagi memiliki kasih dan penghargaan terhadap dirinya sendiri, kalau dirinya sendiri pun sudah tidak lagi dikasihi dan dihargai, tidak mungkin dia mengasihi dan menghargai orang lain. Dan yang lebih parah adalah, tidak banyak lagi yang mengasihi dan menghargai Tuhan.

Sebagian besar penduduk bumi sudah mulai menolak hidup beragama, yang pada akhirnya menolak keberadaan Tuhan sebagai Sang Pencipta dan Pemilik kehidupan. Sebagai orang percaya yang mengenal Allah yang benar, kita bukan dari dunia, jadi sekalipun hidup didunia, jangan mengasihi dunia dan hidup sama dengan penduduk dunia ini yang sedang lenyap menuju kebinasaan, kita harus hidup menurut kebenaran firman Tuhan, melakukan kehendak Allah.

"Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya."
(1 Yohanes 2:15-17)

Card image
Quote Of The Day - 21 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-21 09:54:29


Lebih dari kehadiran Allah atas ciptaan-Nya yang bersifat material, maka lebih lagi kehadiran Allah dalam hidup umat yang setia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 21 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-21 09:49:57


Gereja harus memproduksi mengubah manusia-manusia menjadi segambar dan serupa dengan Allah.

Card image
LIFE THREATS - 21 November 2023 (English Version)
2023-11-21 09:48:23


As human beings, we can experience failure and mistakes in our relationships and interactions with God. If there is something we fear, that fear will diminish our respect and reverence for God. Because fearing means being less happy, we strive to amass as much wealth and abundance as possible. Feeling unhappy if we don’t satisfy our fleshly desires, we then indulge in them. However, we must never forget that  there is no threat in life other than being separated from God. Thus, God’s word in Luke 12:4 says, “…do not be afraid of those who can kill the body and after that can do no more,” which means there is no continuation into eternity.

We should consider separation from God as the only real threat to life. So when it comes to eternal fire, we should be fearful, even paranoid. But today, many people are not afraid of being separated from God.   If someone is not scared of the possibility of being separated from God, they also lack a proportional fear of God. Even though they may appear polite, ethical, good Christians, or even church activists or pastors, they are more afraid of many other things. For their interests and pleasures, they sacrifice the attention that should be given to spiritual matters to become children of God and worthy members of the Kingdom of Heaven.

We can observe this in how they value money wealth, or through their behavior, which shows that they do not fear God as they should. If they appear polite, it’s because they don’t want to be seen as immoral in the eyes of society or because they don’t want to go to jail, be opposed by people, and so on. But they are not afraid of being opposed by God. Or, to put it more accurately, they are not scared of becoming enemies of God, as Jas. 4:4 states, “You adulterous people, don’t you know that friendship with the world means enmity against God? Therefore, anyone who chooses to be a friend of the world becomes an enemy of God.” This verse applies to anyone. 

Just because we are well-versed in theology, we should not feel that we are superior to non-theological people. We see on social media how knowledgeable theological people behave. The problem is that  If we persistently do not have the proper fear of God, we never indeed seek salvation or how to become human beings restored to their original design, genuinely pleasing to God. Let’s learn to simulate as if we are in the presence of God. Do this when we pray, when we approach God. Are there any hidden sins? If there are, we should be afraid.

It’s not just worldly wealth but also pride and arrogance; all these things make us lack complete love, respect, and fear of God. If we do not accustom ourselves to this simulation in the presence of God, we will never have the proper fear, even at the end of our lives. Only later, when we are before the judgment seat, will we be afflicted. But by then, it will be too late. We will have been cast into eternal darkness. Only then will we regret why, during our time in the world, we did not honor Him, did not love Him, did not fear Him, and did not dedicate our entire lives to God. Even serving God was only for livelihood and sustenance.

If we look at the radicalism around us, it can dishearten Christian believers. However, we should not be afraid. In the past, during the time of the Roman persecutions, it was severe, but Christians remained faithful. We don’t need to engage in such discussions; sometimes, it’s better to stay silent. Refrain from making comments on social media, so that is why we need to “paint” every day. Paint the thoughts and feelings of God. The more we do this, the more beautiful our painting becomes. When we pass away, we will carry a beautiful painting in the eyes of God.

Now, the question is, how can we possess God, the source of all beauty, which also means having life? The formula is that we will never possess God until He possesses us entirely.  To be wholly owned by God means living only for His purposes. Indeed, God wants us to become His so that our spirits, given bodies through resurrection, will one day return to God and not be cast into the sea of fire. But God does not force this upon us. If someone insists on possessing themselves, they give themselves to the enemy or the adversary, which God allows. However, God will provide warnings beforehand. So, we must choose.

The mistake of many Christians is thinking they have already chosen God by becoming Christians. Choosing God means surrendering our entire lives to Him. Have we already submitted our whole lives? We must make a choice, and we should feel honored that God can possess us through the glorious death of Jesus Christ on the cross. If God does not possess someone, they are owned by the enemy or the adversary of God, as a person cannot stand in both territories. Light cannot be merged with darkness.

  THERE IS NO THREAT IN LIFE OTHER THAN BEING SEPARATED FROM GOD.

Card image
ANCAMAN HIDUP - 21 November 2023
2023-11-21 09:35:09


Sebagai manusia, kita bisa mengalami kegagalan dan kesalahan dalam berelasi, berinteraksi dengan Allah. Kalau ada sesuatu yang kita takuti, maka sesuatu itu akan mengurangi rasa hormat dan takut kita kepada Allah. Karena takut kurang bahagia, maka kita berusaha untuk punya uang sebanyak-banyaknya, harta selimpah-limpahnya. Merasa kurang bahagia kalau tidak memuaskan daging, maka kita akan memuaskan daging kita. Padahal harus selalu kita ingat bahwa tidak ada ancaman dalam hidup ini kecuali terpisah dari Allah. Maka, firman Tuhan katakan dalam Lukas 12:4, “… janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak bisa berbuat apa-apa lagi,” artinya tidak ada keberlangsungannya di kekekalan.

Mestinya kita memandang hal terpisah dari Allah sebagai ancaman hidup satu-satunya. Maka kalau bicara soal api kekal, kita gentar bahkan paranoid. Tetapi hari ini banyak orang yang tidak takut terhadap kenyataan terpisah dari Allah. Kalau seseorang tidak takut terhadap kenyataan keterpisahan dengan Allah, ia juga tidak memiliki perasaan takut secara proporsional kepada Allah. Walaupun kelihatannya dia santun, beretika, orang Kristen yang baik, mungkin juga kalau seorang aktivis gereja atau pendeta, tampak rohani. Mereka lebih takut kepada banyak hal sehingga demi segala kepentingan dan kesenangan, mereka mengorbankan perhatian yang seharusnya diberikan untuk perkara-perkara rohani, guna menjadi anak-anak Allah dan layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga.

Kita bisa melihat dari cara mereka menghargai uang, menghargai harta, atau dari perilakunya yang menunjukkan dia tidak takut akan Allah secara patut. Kalau dia santun, itu karena tidak mau dianggap tidak bemoral di mata masyarakat, atau karena tidak mau masuk penjara, dimusuhi orang, dan lain-lain. Tetapi dia tidak takut dimusuhi Allah. Atau kalimat yang tepat, tidak takut menjadikan dirinya musuh Allah, sebagaimana dikatakan dalam Yakobus 4:4, “Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.”

Ini berlaku untuk siapa saja. Jangan karena kita sudah berteologi, maka kita merasa sudah beda dengan manusia yang tidak berteologi. Faktanya, kita lihat di media sosial bagaimana kelakuan orang-orang yang pandai berteologi. Masalahnya, jika kita berlarut-larut tidak memiliki takut akan Allah secara benar, maka kita tidak pernah sungguh-sungguh membutuhkan keselamatan, bagaimana menjadi manusia yang dikembalikan ke rancangan semula dan menjadi seorang yang benar-benar berkenan. Mari kita belajar simulasi seakan-akan kita ada di hadapan takhta Allah. Lakukan itu waktu kita berdoa, kita menghadap Allah, kira-kira masih adakah dosa yang tersimpan? Kalau ada, kita harus merasa takut.

Bukan harta dunia saja, namun kebanggaan, kesombongan, semua itu membuat kita tidak bulat utuh mengasihi, menghormati dan takut akan Allah. Kalau kita tidak membiasakan diri untuk simulasi di hadapan Allah, pasti di ujung maut pun kita tidak pernah memiliki perasaan takut yang benar. Baru nanti ketika di hadapan pengadilan, kita bergetar hebat. Tetapi sudah terlambat. Sudah terbuang ke dalam kegelapan abadi. Baru kita menyesal mengapa ketika di dunia tidak menghormati Dia, tidak mengasihi Dia, tidak takut akan Dia, dan tidak membela Tuhan segenap hidup. Bahkan jadi pelayan Tuhan pun hanya karena nafkah dan rezeki.

Kalau kita melihat gerak radikalisme di sekitar kita, bisa membuat kecut hati orang-orang Kristen. Namun jangan takut, dulu penganiayaan zaman Roma juga dahsyat, tetapi orang Kristen tetap setia. Kita tidak usah ikut-ikut berbicara, diam saja. Jangan berkomentar di media sosial. Makanya kita belajar “melukis” setiap hari. Melukis pikiran dan perasaan Tuhan. Makin hari, makin bagus lukisan kita. Waktu kita meninggal, kita membawa lukisan yang indah di mata Allah.

Sekarang pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa memiliki Allah, sumber segala keindahan itu? Yang juga artinya memiliki kehidupan. Rumusnya adalah kita tidak pernah memiliki Allah sampai kita dimiliki oleh Dia sepenuhnya. Dimiliki Allah sepenuhnya artinya hidup hanya untuk kepentingan-Nya. Allah memang menghendaki agar kita menjadi milik Dia, agar roh kita yang diberi tubuh kebangkitan, nanti suatu hari kembali kepada Allah dan tidak terbuang ke dalam lautan api. Tetapi Allah tidak memaksa. Kalau seseorang masih berkeras memiliki dirinya sendiri, berarti memberi diri kepada pihak lawan atau pihak musuh, Allah membiarkan. Namun tentu saja Allah akan memberi peringatan-peringatan sebelumnya. Jadi kita harus memilih.

Salahnya banyak orang Kristen merasa sudah memilih Tuhan karena menjadi Kristen. Memilih Tuhan itu kalau kita menyerahkan seluruh hidup bagi Dia. Apakah kita sudah menyerahkan seluruh hidup? Kita harus memilih, dan seharusnya kita merasa terhormat bisa dimiliki oleh Allah lewat kematian Yang Mulia, Tuhan Yesus Kristus di kayu salib. Kalau seseorang tidak dimiliki oleh Allah, berarti ia dimiliki oleh musuh atau lawan Allah, sebab seseorang tidak bisa berdiri di dua wilayah. Harus memilih salah satu. Terang tidak bisa dipersekutukan dengan gelap.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TIDAK ADA ANCAMAN DALAM HIDUP INI KECUALI TERPISAH DARI ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 November 2023
2023-11-21 09:22:14

Yakobus 1-5

Card image
Truth Kids 20 November 2023 - MILIK TUHAN
2023-11-20 09:14:40


Imamat 20:26
“Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, TUHAN, kudus dan Aku telah memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain, supaya kamu menjadi milik-Ku.”

Sobat Kids, dalam satu hari kita mungkin bisa melakukan kesalahan. Bahkan kesalahan itu pun terkadang kita lakukan lagi dan lagi. Setiap kita melakukan kesalahan, Tuhan mau kita minta ampun dan tidak melakukannya lagi. Tapi kita sering melakukan kesalahan berulang-ulang walaupun sudah minta ampun sama Tuhan.

Sobat Kids, walaupun masih kecil, kalian harus belajar mengasihi Tuhan. Bagaimana caranya? Sebenarnya caranya mudah yaitu dengan tidak menyakiti hati Tuhan. Namun, saat melakukannya memang tidak mudah, Sobat Kids. Kita memang bisa bertobat dan minta ampun kepada Tuhan setiap kali kita berbuat salah. Namun, jangan menganggap setelah itu bisa bebas untuk melakukan dosa lagi. Tidak seperti itu, ya Sobat Kids. Tuhan mau kita bertobat setiap hari bahkan terus-menerus saat kita melakukan dosa lagi. Kita minta ampun sama Tuhan agar tidak ada lagi dosa dalam hidup ini. Kita pun harus menjaga hidup kita agar kudus, tidak melakukan dosa lagi.

Yuk, Sobat Kids, mulai sekarang terus belajar untuk menyenangkan hati Tuhan. Jaga perasaan Tuhan dengan hidup kudus, tidak melakukan dosa. Lakukanlah kehendak Tuhan karena kita ini adalah milik Tuhan.

Card image
Truth Junior 20 November 2023 - KUDUS
2023-11-20 09:16:10



Imamat 20:26 “Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, TUHAN, kudus dan Aku telah memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain, supaya kamu menjadi milik-Ku.”

Semua orang adalah makhluk yang berdosa. Namun, tidaklah baik bagi manusia untuk hidup di dalam dosa. Sebab, upah dari dosa adalah maut atau hidup dalam penderitaan selama-lamanya (Rm. 6:23). Bukan hanya itu saja, Sobat Junior, apabila ada orang-orang yang hidup dalam dosa, artinya dia akan terpisah dari Tuhan selama-lamanya. Terpisah dari Tuhan berarti kita masuk kepada bencana besar yakni api kekal. Sungguh menyeramkan sekali, Sobat Junior!

Karena kita adalah umat berdosa, apakah itu berarti semua orang akan menderita? Tentu tidak, Sobat Junior. Tuhan kita sungguh mengasihi umat-Nya. Tak satu orang pun Dia inginkan binasa dan menderita. Kalau Sobat Junior tahu, Dia ingin semua selamat dan mendapat hidup kekal yang menyenangkan dan bahagia di Langit Baru Bumi Baru. Hmm, apakah itu bisa dilakukan? Jawabannya: pasti bisa. Namun, pertanyaan penting untuk Sobat Junior adalah apakah kalian mau menjadi milik Tuhan? Menjadi milik Tuhan artinya Sobat Junior harus menjadi kudus seperti yang Tuhan inginkan. Hidup kudus bukanlah hal yang tidak bisa dilakukan. Dalam segala perbuatan, Sobat Junior bisa menunjukkan hidup kudus. Sangat mudah dilakukan, loh….. Misalnya perkataan Sobat Junior tidak menyakiti orang lain, tidak menjahili teman, mendengar firman Tuhan di Sekolah Minggu dengan tekun, menolong orang-orang yang butuh bantuan, mau dengar-dengaran perintah orang tua, dan masih banyak lagi. Sungguh sederhana, tetapi terlihat istimewa di mata Tuhan.

Card image
Truth Youth 20 Oktober 2023 - LET THEM BE
2023-11-20 09:24:10


"Jangan seorangpun menganggap engkau karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. Dari begitu banyaknya serial anime, sebagian besar memiliki alur cerita di mana tokoh utama termotivasi oleh orang-orang di sekitarnya, entah itu keluarga, teman, guru, dan sebagainya. Hingga pada titik terendahnya, muncullah kilas balik kehidupan orang-orang sekitarnya yang terlihat bekerja begitu keras dan tidak pantang menyerah. Tokoh utama yang tadinya berada di titik rendahnya kini bangkit dan kembali bersemangat lagi. Terkadang, inilah yang terjadi di dalam dunia nyata, dalam kehidupan kita sebagai manusia. Pada beberapa bagian kehidupan, kita mungkin tidak disemangati oleh orang-orang disekitar kita, tetapi entah kenapa kita termotivasi oleh kerja keras mereka dan perjalanan hidup yang naik turun yang sudah mereka lalui.

Orang-orang ini memiliki kehidupan dengan daya tarik tinggi, sehingga hidup mereka menjadi titik awal di mana orang lain bisa bersemangat lagi untuk menjalani hidup dan berjuang semakin gigih . Inilah yang dimaksud dengan teladan. Kita tidak bisa memaksa orang-orang untuk menjadi seperti apa yang kita mau. Mereka tentu memiliki jalan hidup sendiri yang ingin mereka capai sesuai dengan kehendak mereka. Daripada membuang waktu untuk memaksa mereka, ada baiknya kita yang memaksa diri kita sendiri untuk terus maju, dan biarkan hidup kita ini yang menjadi contoh untuk mereka. Biarkan mereka yang termotivasi dengan sendirinya, biarkan mereka yang dengan sendirinya merasakan buah dari kehidupan yang sudah sejauh ini kita perjuangkan. Di dalam kehidupan Kristen pun demikian. Kita tidak bisa memaksa orang lain untuk bertobat dan berbalik dari kehidupannya yang lama secara instan. Namun, kita bisa mengubah diri kita terlebih dahulu, menjadi semakin berkenan kepada Tuhan dan biarkan hidup kita sendiri yang menjadi wewangian harum kepada mereka di sekitar kita. Pada akhirnya, hidup yang kita perjuangkan pun akan menjadi buah bagi sesama, karena kita telah berhasil menjadi teladan.

WHAT TO DO:
1. Jangan memaksa, biarkan mereka di sekitar kita yang melihat hasil dari perjuangan kita.
2. Hidup menjadi teladan dan menghasilkan buah bagi sesama.

MARATHON:
▪︎Lukas 1-2

Card image
Renungan Pagi - 20 November 2023
2023-11-20 08:54:50


Orang yang biasa hidup dalam kebohongan, maka dalam hal yang kecil-pun dia akan berbohong dan untuk hal-hal yang tidak penting juga dia berbohong, lalu orang yang terbiasa berbohong akan sangat ahli mengelola cerita dan menjadikan kebohongannya sulit dibedakan dengan cerita yang sebenarnya, dan uniknya seorang yang terbiasa berbohong, akan tenang sekali saat menceritakan kebohongannya.

Sadarilah bahwa berbohong atau berdusta adalah dosa, bahkan lebih ngeri lagi, jika suka sekali berbohong atau berdusta, maka kita adalah anak iblis, sebab iblis adalah bapa segala dusta. Jadi sadarilah akibat kebohongan itu dikemudian hari, mungkin saat berbohong, untuk sementara masalah hilang, tetapi ketika terbongkar kebohongan kita, maka situasinya akan lebih buruk, menyakitkan dan menghancurkan keluarga, karier, pelayanan, yang akan berdampak juga pada seluruh kehidupan.

Tetapi kalau memilih jujur dan hidup benar, kelihatannya badai besar akan menerpa hidup kita, tetapi setelah badai pasti ada pelangi indah kemenangan yang Tuhan sediakan buat kita, karena itu sepahit-pahitnya kejujuran, selalu lebih manis hasilnya nanti daripada akibat kebohongan dan kecurangan.
(Yohanes 8:44; Ayub 8:6-7)

Card image
Quote Of The Day - 20 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-20 08:50:05


Orang yang mematikan keinginan-keinginan duniawi berarti dia menghidupkan Allah di dalam dirinya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 20 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-20 08:47:27


Proses menanggalkan manusia lama ini adalah proses untuk dilayakkan masuk Kerajaan Surga.

Card image
LEBIH DARI SEGALA SESUATU - 20 November 2023
2023-11-20 15:25:45


Segala keindahan dan kebaikan alam semesta ini tentu tidak akan dapat menandingi Allah yang menciptakannya. Tetapi kenyataannya, keindahan Tuhan hanya bisa dihayati oleh orang-orang yang benar-benar telah melepaskan dirinya dari kesenangan apa pun, dari percintaan dunia ini. Jadi, pengertian, pengetahuan, dan persetujuan kita belum pasti membuat kita benar-benar mengalami, menikmati, menghayati keindahan Tuhan itu. Sebab keindahan Tuhan hanya dapat dinikmati oleh mereka yang benar-benar menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kebahagiaan dan tujuan hidup. Dan sejatinya, ini tidak cukup direspons dengan kata “amin,” tetapi harus benar-benar kita alami.

Walaupun dari muda kita berkata, “Kaulah segalanya dalam hidup ini,” tetapi faktanya kita tidak benar-benar menjadikan Yesus segalanya. Ironis, sangat sedikit orang yang memiliki prinsip dan langkah seperti ini, bahwa Tuhan itu satu-satunya kebahagiaan, satu-satunya tujuan hidup. Pada umumnya dan hampir semua orang telah terikat oleh percintaan dunia, terikat oleh kesenangan dunia dan berbagai hal yang menurut dirinya membuat ia bahagia dan lengkap. Ini yang harus kita waspadai: ketika kita memuaskan satu kesenangan, kita menumbuhkan satu monster; dua kesenangan, dua monster; tiga kesenangan, tiga monster. Dan rata-rata kita pasti punya beberapa kesenangan.

Kalau bukan Tuhan yang menjadi kebahagiaan dan kesenangan kita, kita membuat atau membangun monster. Semakin kita memuaskan monster itu, semakin kuat dia. Jadi, jangan lagi berkata, “Sekali ini saja saya lakukan, nanti tidak lagi.” Sekali kita memberi umpan kepada monster itu, dia semakin kuat dan terus meningkatkan cengkeramannya di dalam hidup kita. Sampai kita tidak bisa lepas lagi. Ini mirip dengan orang-orang yang kecanduan. Seseorang bukan hanya kecanduan alkohol atau narkoba saja, melainkan kesenangan juga bisa menjadi ikatan. Keinginan dipuji, keinginan dianggap penting, dianggap terhormat, belum lagi kekayaan, kesenangan, keinginan daging, kuliner, dan seks. Itu semua bisa menjadi belenggu jika tidak ditempatkan secara proporsional. Misalkan ‘kuliner’, bukan berarti tidak boleh makan, tetapi ada etikanya. Seks bukan tidak boleh, tetapi ada etikanya.

Mari kita secara jujur mengakui bahwa kita belum menghayati keindahan Tuhan secara benar, dan belum menikmati-Nya. Karena kesenangan-kesenangan hidup telah menggeser selera kita dalam menikmati Tuhan. Itulah sebabnya Yesus berkata dalam Matius 16:26 maupun Markus 8:36, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya, dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” Ayat yang senada bunyinya di Lukas 9:25 “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?” Ayat-ayat ini secara tidak langsung mengemukakan bahwa lebih dari segala sesuatu yang dapat kita peroleh dan dapat kita miliki di dunia ini, tidak terpisah dari Allah adalah satu-satunya yang dibutuhkan oleh manusia. Itulah keindahan, itulah kebahagiaan sejati.

Lebih dari segala sesuatu yang dapat kita peroleh dan miliki di dunia ini, tetap ada dalam persekutuan yang intim dengan Allah adalah satu-satunya yang kita butuhkan. Jangan sampai kita terpisah dari Allah. Ini bukan hanya menyangkut berkat jasmani, bahkan berkat jasmani bagi umat Perjanjian Baru sudah tidak mendapat tempat lagi. Di atas segalanya yang penting adalah kita memiliki Tuhan; memiliki keintiman dengan Tuhan. Tetapi kita tidak bisa memiliki Tuhan kalau tidak dimiliki Dia sepenuhnya. Namun, banyak orang mau memiliki Tuhan—terutama berkat-Nya—tetapi tidak bersedia dimiliki oleh Dia. Itu adalah sikap semena-mena terhadap Tuhan. Kita akan memiliki Tuhan, memiliki berkat-Nya, memiliki tenaga-Nya, mengalami perlindungan, penjagaan-Nya, jika kita mau dimiliki Dia sepenuhnya.

Maka jangan heran kalau kita tidak pernah memiliki Allah, hal itu karena kita tidak pernah dimiliki oleh Dia. Terhadap dewa, ilah, allah yang disembah, orang mau memanfaatkan, manipulatif, oportunis. Seakan memang Allah diadakan untuk dirinya. Itu salah! Bukan Dia ada untuk kita, melainkan kita ada untuk Dia. Jangan terbalik. Tidak memiliki Allah artinya kematian, kehilangan nyawa. “Kematian” di sini pasti maksudnya bukan hanya kematian jasmani, melainkan kematian kedua yaitu lautan atau danau api. Keterpisahan dengan Allah adalah kematian kekal. Dan kita harus memandang ini sebagai satu-satunya ancaman dalam hidup. Tidak ada yang boleh dianggap sebagai suatu ancaman dalam realitas hidup ini selain terpisah dari Allah. Kalau orang menganggap ada ancaman lain selain dari Allah, tidak mungkin dia sepenuh hati memberikan hidupnya kepada Tuhan. Tidak mungkin. Dia pasti masih menyisakan sesuatu untuk yang dia takuti.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

LEBIH DARI SEGALA SESUATU YANG DAPAT KITA PEROLEH DAN MILIKI DI DUNIA INI, TETAP ADA DALAM PERSEKUTUAN YANG INTIM DENGAN ALLAH ADALAH SATU-SATUNYA YANG KITA BUTUHKAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 November 2023
2023-11-20 08:32:12

Kisah Para Rasul 13-14

Card image
Truth Kids 19 November 2023 - MENJAGA PERASAAN TUHAN
2023-11-19 11:11:40


Hakim-hakim 2:12
“Mereka meninggalkan TUHAN, Allah nenek moyang mereka yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir, lalu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa-bangsa di sekeliling mereka, dan sujud menyembah kepadanya, sehingga mereka menyakiti hati TUHAN.”

Hari ini tiba-tiba ada kuis matematika di kelas Dita. Dita sama sekali belum mempersiapkan kuis matematika itu. Teman-teman Dita juga tidak siap karena tidak ada informasi sebelumnya. Dita dan teman-temannya sedikit panik dan gelisah menghadapi kuis tersebut.

Teman-teman Dita banyak yang melakukan kecurangan dengan menyontek. Mereka takut mendapatkan nilai jelek. Dita berpikir untuk melakukan hal yang sama. Saat Dita mau mengambil buku untuk menyontek, suara hatinya berkata bahwa walaupun Tuhan tak terlihat secara nyata, tapi Tuhan melihat. Hati Tuhan akan sedih dan kecewa saat kita melakukan dosa. Tuhan mau kita taat kepadaNya. Akhirnya, Dita tidak jadi menyontek. Ia berusaha sebaik mungkin yang ia bisa dan mengerjakan kuis matematika itu dengan jujur.

Sobat Kids, Tuhan memang tidak terlihat oleh mata jasmani kita. Tapi kita percaya bahwa Tuhan adalah Maha Tahu. Tuhan tahu apapun yang kita lakukan di dunia ini. Tidak ada yang tersembunyi bagi Dia. Karenanya kita harus menjaga perasaan Tuhan. Saat kita melakukan dosa, Tuhan sangat sedih dan kecewa. Namun, saat kita melakukan perintah-Nya, kita menyenangkan hati Tuhan.

Card image
Truth Junior 19 November 2023 - PERASAAN
2023-11-19 11:09:40


Hakim-hakim 2:12
“Mereka meninggalkan TUHAN, Allah nenek moyang mereka yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir, lalu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa-bangsa di sekeliling mereka, dan sujud menyembah kepadanya, sehingga mereka menyakiti hati TUHAN.”

Siapa di antara Sobat Junior yang suka baperan (bawa perasaan)? Baper adalah perasaan sensitif berlebihan dan mendalam saat menghadapi sesuatu. Orang yang baperan sering merasa insecure (tidak nyaman dengan dirinya sendiri), memikirkan perkataan orang lain secara berlebihan. Sebenarnya baik jika kita memiliki perasaan. Namun jika perasaan itu berlebihan, maka tidak baik. Kita perlu menunjukkan perasaan hati kita; perasaan kecewa, sedih, marah ataupun perasaan lainnya. Tapi tidak boleh diekspresikan dengan cara yang tidak sehat.

Tuhan pun memiliki perasaan, Sobat Junior, sama seperti manusia. Hanya saja ekspresi wajah Tuhan tidak bisa terlihat seperti ekspresi orang sekitar kita. Tuhan juga bisa merasakan sedih, marah, dan takut, Sobat Junior. Seperti saat Tuhan marah melihat rumah ibadah dipakai untuk tujuan yang tidak tepat, mencari keuntungan dari orang yang ingin beribadah. Tuhan merasa sedih dan takut saat kematian-Nya sudah dekat. Setiap kita melakukan dosa, pasti Tuhan tidak bahagia. Kalian tidak mau melukai perasaan Tuhan, kan? Oleh sebab itu, jagalah sikap hati dan pikiran kita, Sobat Junior. Jangan sampai kita melakukan dosa dan membuat Tuhan tidak bahagia.

Card image
Truth Youth 19 November 2023 (English Version) - REFLECTION
2023-11-19 11:04:51


"But I live; yet not I, but Christ lives in me. And the life I now live in the flesh, I live by faith in the Son of God, who loved me and gave Himself for me." (Galatians 2:20)

When we look at puddles of water after the rain, we'll find reflections of trees, branches, and even our own faces in the water. Similarly, when we look in a mirror, we see many reflections of the real-life objects within the mirror. If we raise our hand, the duplicate figure in the mirror also raises its hand. If we smile, the duplicate figure in the mirror also smiles, and so on for other movements. This is called a reflection, where there's a reflection and an object that imitates the shape and movements of the primary subject.

In the Christian life, we may often be confused about what we should do in this very confusing world. A world that can make us happy one moment and lead us into temptation the next. As we grow into adulthood, we may wonder what we should do, and how we should interact with the world and the people in it who we encounter every day. The answer is very simple: we need to reflect Christ in our lives. We should mirror His way of life, how He treats others, and how He views this transitory world.

When confronted with many choices, our minds should no longer ask, "What should I do? Is this good or bad?" Instead, we should ask, "If Jesus were living in this era, experiencing the situations we're facing, what would He do?" This is the wisest choice. Life is too valuable to assess it solely in black and white. Jesus' life already provides us with the simplest example of how to live as children of God. When we choose to reflect ourselves in Him, we're making the best choice to build the character of Christ in our lives.

WHAT TO DO:
1. Make the life of Jesus a reflection of your own life on Earth.
2. Look at life as Jesus saw the world.

BIBLE MARATHON:
▪ Mark 15-16

Card image
Truth Youth 19 November 2023 - REFLECTION
2023-11-19 11:01:25


"Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku" (Galatia 2:20).

Jika kita melihat genangan air setelah hujan, pasti kita akan menemukan refleksi dari pepohonan, ranting-ranting, bahkan wajah kita sendiri di dalam genangan air itu. Begitu juga ketika kita berkaca di depan cermin, kita akan melihat banyak pantulan gambar dari kehidupan nyata yang berada di dalam cermin itu. Jika kita mengangkat tangan, sosok duplikat kita di dalam cermin itu pun akan ikut mengangkat tangannya. Jika kita tersenyum, sosok duplikat itu pun akan ikut tersenyum, dan begitulah seterusnya ketika kita melakukan gerakan-gerakan lain. Inilah yang namanya refleksi, ada pantulan dan ada objek yang mengikuti bentuk serta gerak-gerik subjek utama.

Di dalam kehidupan Kristen, sering kali mungkin kita bingung apa yang harus kita lakukan di dalam dunia yang sangat membingungkan ini. Dunia yang sebentar bisa membuat kita bahagia, lalu ternyata kita digiring ke dalam pencobaan. Ketika kita beranjak dewasa, kita pun bingung harus melakukan apa? Bagaimana cara bersikap terhadap dunia dan orang-orang di dalamnya yang berinteraksi setiap hari dengan kita? Jawabannya sangat sederhana, kita perlu merefleksikan Kristus ke dalam hidup kita. Bercermin dari cara-Nya hidup, cara-Nya memperlakukan orang lain, dan cara-Nya memandang dunia yang fana ini.

Ketika diperhadapkan pada banyak pilihan, pikiran kita tidak lagi bertanya, “Hal apa yang harus aku lakukan Apakah hal baik atau hal jahat?” Melainkan kita bertanya, “Jika Yesus hidup di zaman ini, hidup pada situasi yang kita alami, apa yang akan Yesus lakukan?” Inilah pilihan yang paling bijak. Sebab hidup ini terlalu berharga untuk menilainya hanya dari hitam dan putih. Pribadi Yesus sudah sangat cukup memberikan kita contoh paling sederhana untuk hidup sebagai anak Allah. Justru ketika kita memilih merefleksikan diri dengan diri-Nya, kita telah mengambil pilihan terbaik untuk membangun karakter Kristus di dalam hidup kita.

WHAT TO DO:
1. Menjadikan kehidupan Yesus sebagai cerminan kehidupan kita di bumi.
2. Memandang kehidupan ini sebagaimana Yesus memandang dunia.

BIBLE MARATHON:
▪︎Markus 15-16

Card image
Renungan Pagi - 19 November 2023
2023-11-19 10:57:35


Saat ini banyak orang suka berperang, tidak suka damai. Setelah Rusia menghancurkan Ukraina, menyusul Israel menghancurkan Gaza dengan alasan musuh-musuhnya ada disana sehingga perlu ditumpas habis. Hal kecil yang dimulai dari kebencian, tidak mau mengampuni akan menjadi kerusakan besar yang menghancurkan.

Firman Tuhan mengingatkan kita akan hal ini,"Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!. Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!"

Nampaknya peringatan ini pun sulit dilakukan oleh kita, anak-anak Tuhan, padahal Allah adalah sumber Damai Sejahtera, tetapi seringkali kita tidak suka damai. Jika disakiti, dilukai, dikhianati, maka kita akan membenci pada mereka yang melakukannya, tidak dapat kita ampuni perbuatan mereka, yang akhirnya tumbuh subur kepahitan dalam hidup kita, dendam yang tidak berakhir dan menghancurkan hidup sendiri.

Sebenarnya Tuhan memberikan peringatan ini untuk kebaikan kita sendiri, supaya tidak dikalahkan oleh kejahatan, maka lakukanlah yang baik terhadap mereka yang melakukan kejahatan, semuanya tergantung pada kita, apakah mau merasakan kedamaian? Maka usahakanlah hidup damai dengan semua orang. Jika kita melakukannya, percayalah hati Tuhan akan disenangkan dan kitapun beroleh kedamaian.
(Roma 10:17-18)

Card image
Quote Of The Day - 19 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-19 10:54:56


Orang yang mencintai kesenangan dunia dan mencintai dosa-dosa yang dia lakukan adalah orang-orang yang menghidupi nyawanya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 10 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-19 10:53:10


Hukum kita bukan pada kalimat-kalimat tetapi pada perasaan-Nya. The Lord is my Law.

Card image
LONGING FOR GOD - 19 November 2023 (English Version)
2023-11-19 10:51:36


Our relationship with God reaches its peak when we long for Him. In truth, not many believers genuinely have hearts that long for God because this cannot be built in a day, a week, a month, or a year.  Our hearts are already tied to many pleasures, and these pleasures shape our tastes and decorate our souls while simultaneously binding us. From a young age, we have been educated and nurtured by the world around us to enjoy particular objects. Therefore, it’s no wonder that among us, some find delight in vehicles, travel, jewelry, and so on, and this has become an integral part of someone’s life or can be considered inherent in them. However, when we know the true God, our relationship with Him should be like that between a husband and wife.

Interestingly, there’s no exclusive relationship that can represent our relationship with Christ except the relationship between a husband and wife. Eph. 5:31-32 states, “For this reason a man shall leave his father and mother and be joined to his wife, and the two shall become one flesh. This is a great mystery, but I speak concerning Christ and the church.”

So, there’s a mystery in the relationship between a husband and wife. True love, as designed by God from the beginning, is difficult to find, nearly impossible. Why? Because all humans have fallen into sin and have lost the glory of God. Losing the glory of God means not achieving moral purity to the extent that God desires. So, if a person has lost the glory of God or whose morality falls short of God’s standard, how can they love their partner with ideal love? But if married couples remain faithful and grow in spiritual maturity, then the realization of perfect love in the Bible is possible.

The fact we find in life is similar to what is described in the story of the wedding feast in Cana, where good wine is served first, followed by lesser-quality wine. Many married couples are like this. The first year is a honeymoon; the second year still feels like a honeymoon, but by the third year, it’s more like a vacation. As years pass, the enthusiasm fades, boredom sets in, and arguments arise, leading to infidelity. So, ideal love is impossible if one’s love for another person, including their partner, is imperfect. A married couple must grow and reach spiritual maturity to achieve ideal love.

Many Christians have a burning love for God in the beginning. They feel like attending church daily, reading the Bible exclusively, not watching television, and wanting to pray. But as time passes, that initial love begins to fade, and it turns bland. Ideally, this  love should continue and become permanent. The issue is that initial love is often situational. However, what God desires is a lasting love: intimacy.

So when the New Testament in the Bible speaks of the Kingdom of Heaven, our thoughts should not only be about entering Heaven and avoiding Hell. It’s not just that but becoming a member of the family of the Kingdom of God, being glorified with Jesus, and becoming the bride of Christ. As the verse says, “No one comes to the Father except through Me. I am the way, the truth, and the life.” Coming to the Father is a form of exclusivity, a unique intimacy. God wants us to be exclusive.

1 Cor.6:17 says, “But the person who is joined to the Lord is one spirit with Him.” The problem here is becoming one spirit with God. You may be able to do anything or eat everything because it’s lawful, but not all things are helpful. If it’s not beneficial, we shouldn’t do it.  Whether it’s valid or not depends on whether it honours God. We don’t want to be enslaved by anyone or anything else; the Lord enslaves us, and this is highly challenging, but we must strive. We must continue to present our lives before God, maintain our purity, and build our characteristics according to the guidance of the Holy Spirit until we meet the mysterious point with God.  

OUR RELATIONSHIP WITH GOD REACHES ITS PEAK WHEN WE LONF FOR HIM.

Card image
MERINDUKAN TUHAN - 19 November 2023
2023-11-19 10:49:30


Hubungan kita dengan Tuhan sampai pada puncak atau titik yang tinggi ketika kita merindukan Tuhan. Sejatinya, tidak banyak orang percaya yang sungguh-sungguh memiliki hati yang merindukan Tuhan. Hal itu tidak bisa kita bangun dalam satu hari, satu minggu, satu bulan, atau satu tahun. Tetapi ini harus kita bangun dari waktu ke waktu. Sebab hati kita telah terikat dengan banyak kesenangan, dan kesenangan-kesenangan itu menjadi selera yang menghiasi jiwa kita dan sekaligus membelenggu. Dari kecil, memang kita telah terdidik, diasuh oleh dunia sekitar kita untuk menyenangi objek-objek tertentu. Maka selera kita dibangun terhadap objek-objek tertentu tersebut. Jadi tidak heran kalau ada di antara kita yang kesenangannya kendaraan, wisata, perhiasan, dan lainnya.

Hal ini sudah menjadi bagian integral atau bisa dikatakan melekat, inheren dalam hidup seseorang. Tetapi ketika kita mengenal Tuhan yang benar, mengenal Allah yang benar, hubungan kita dengan Tuhan harus seperti hubungan suami istri. Rupanya tidak ada gambaran hubungan yang eksklusif yang dapat menunjukkan hubungan kita dengan Kristus selain hubungan suami istri; Efesus 5:31-32, “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan Ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dengan jemaat.”

Jadi ada rahasia hubungan antara suami istri. Sebenarnya, cinta sejati seperti yang dirancang Allah sejak semula, sulit ditemukan atau hampir tidak ditemukan. Mengapa? Karena semua manusia telah jatuh dalam dosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Kehilangan kemuliaan Allah ini maksudnya tidak mencapai moral kesucian seperti standar yang Allah kehendaki. Jadi kalau manusia yang telah kehilangan kemuliaan Allah atau moralitasnya kurang, tidak sesuai dengan standar Allah, bagaimana bisa mencintai pasangannya dengan cinta yang ideal? Tetapi kalau pasangan suami istri tetap setia, bertumbuh di dalam kedewasaan rohani, maka akan tercapainya cinta yang ideal, yang dimaksud di dalam Alkitab.

Fakta yang kita temukan di dalam kehidupan adalah seperti yang digambarkan di kisah perjamuan kawin di Kana, orang memberikan anggur yang baik dulu, kemudian anggur yang kurang baik. Dan kenyataannya, banyak pasangan begitu. Tahun pertama, masih bulan madu. Tahun kedua, bulan madu. Tahun ketiga, bulan-bulanan. Makin tahun, makin pudar. Apalagi kalau sudah mulai ada kebosanan. Mudah terjadi percekcokan, pertikaian, sampai perselingkuhan. Maka, cinta yang dia miliki terhadap sesama, juga dalam konteks ini kepada pasangan, tidak mungkin ideal juga. Kecuali sepasang suami istri sama-sama bertumbuh dewasa, nanti akan sampai pada titik idealisme cinta pasangan itu.

Banyak orang Kristen memiliki cinta mula-mula terhadap Tuhan yang begitu menggelora. Tiap hari rasanya mau ke gereja, baca Alkitab, tidak mau baca yang lain, tidak mau nonton TV, maunya berdoa. Tetapi seiring berjalannya waktu, cinta mula-mula itu mulai pudar. Dan itu bisa terjadi juga terhadap kita, termasuk para hamba Tuhan. Setelah pudar, menjadi tawar. Mestinya cinta itu tetap terbawa terus sampai menjadi permanen. Masalahnya, cinta mula-mula sering situasional sifatnya. Yang Tuhan kehendaki adalah cinta yang permanen kepada-Nya; intimasi.

Jadi kalau Alkitab Perjanjian Baru bicara soal Kerajaan Surga, pikiran kita jangan hanya hal masuk surga, terhindar dari neraka. Bukan hanya itu, melainkan menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah, dimuliakan bersama dengan Yesus, menjadi mempelai Kristus. Sama dengan firman yang mengatakan, “Tidak seorangpun sampai kepada Bapa kecuali melalui Aku. Akulah jalan, kebenaran, dan hidup.” Sampai kepada Bapa adalah bentuk eksklusivitas; keintiman yang khusus. Tuhan mau kita eksklusif.

1 Korintus 6:17, “Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.” Ini masalahnya, menjadi satu roh dengan Allah. Jadi semua bisa saja kita lakukan atau kita makan karena halal, tetapi tidak semua hal berguna. Kalau tidak berguna, kita tidak boleh lakukan. Berguna tidaknya, tergantung apakah ini memuliakan Tuhan atau tidak. Karena kita tidak mau diperhamba oleh siapa pun dan apa pun; kita diperhamba oleh Tuhan. Ini sulit sekali, tetapi kita harus berjuang. Berjuang terus untuk betul-betul mempersembahkan hidup kita dengan benar di hadapan Tuhan. Menjaga kesucian, membangun karakteristik sesuai dengan pimpinan Roh Kudus, sampai kita bertemu satu titik misteri dengan Allah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

HUBUNGAN KITA DENGAN TUHAN SAMPAI PADA PUNCAK ATAU TITIK YANG TINGGI KETIKA KITA MERINDUKAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 19 November 2023
2023-11-19 09:04:55

Kisah Para Rasul 11-12

Card image
Truth Kids 18 November 2023 - TIDAK MENGULANGI KEMBALI
2023-11-18 09:04:00


Daniel 9:13
“Seperti yang tertulis dalam kitab Taurat Musa, segala malapetaka ini telah menimpa kami, dan kami tidak memohon belas kasihan Tuhan, Allah kami, dengan berbalik dari segala kesalahan kami dan memperhatikan kebenaran yang dari pada-Mu.”

Siang ini, David melakukan kesalahan dengan berbohong kepada mamanya. David mengaku kalau nilai ulangan matematika nilainya bagus, padahal David mendapatkan nilai jelek. Sampai malam, hati David gelisah karena kebohongan yang dibuatnya. Tengah malam David terbangun karena tidak bisa tidur nyenyak. Kebohongan David membuat hati dan pikirannya tidak tenang. David pun berdoa meminta ampun akan kesalahan dan kebohongan yang dibuatnya.

Keesokan harinya di sekolah David ada ulangan Bahasa Inggris. Ternyata David juga mendapatkan nilai jelek. Hati David tidak tenang kembali; harus bohong lagi atau berkata jujur kepada mama. Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, hati dan pikiran David bingung dan gelisah. David tidak ingin berbuat dosa lagi. Akhirnya David memutuskan untuk berkata jujur kepada mamanya. David memilih untuk tidak bohong lagi.

Sobat Kids, pilihan David adalah pilihan yang Tuhan mau. Tuhan mau kita semua tidak mengulangi dosa lagi. Bertobat itu tidak hanya meminta ampun kepada Tuhan lalu besoknya diulang kembali. Bertobat yang benar itu meminta ampun atas setiap dosa yang telah kita lakukan dan tidak akan melakukan dosa itu lagi.

Card image
Truth Junior 18 November 2023 - SERIUS
2023-11-18 09:02:19


Daniel 9:13
“Seperti yang tertulis dalam kitab Taurat Musa, segala malapetaka ini telah menimpa kami, dan kami tidak memohon belas kasihan Tuhan, Allah kami, dengan berbalik dari segala kesalahan kami dan memperhatikan kebenaran yang dari pada-Mu.”

Sobat Junior, pasti kalian sering mendengar kata-kata motivasi “Jangan menyerah,” “Ayo, coba lagi,” “Kamu pasti bisa,” dan lainnya yang senada. Biasanya orang memberikan motivasi untuk menambah semangat bagi orang yang sedang berusaha melakukan sesuatu. Namun, kata-kata tersebut dapat kita gunakan dalam hal pertobatan, Sobat Junior.

Pertobatan yang benar bukan hanya dilakukan satu kali atas satu kesalahan. Keseriusan kita dibuktikan dengan sesering mungkin kita datang pada Tuhan untuk minta ampun. Jangan sampai kita merasa sudah benar dan merasa tidak perlu untuk meminta ampun kepada Tuhan.

Seperti kisah yang tertulis di ayat firman Tuhan hari ini. Bangsa Israel tidak berbalik dari segala kesalahan mereka dan tidak memperhatikan kebenaran dari Tuhan. Tuhan memang akan mengampuni semua kesalahan yang telah kita perbuat, tetapi kita yang harus datang dan meminta ampun terlebih dahulu. Dan jangan lupa bahwa ada akibat dari setiap kesalahan yang kita lakukan.

Sobat Junior, yuk, kita buktikan kepada Tuhan bahwa kita serius untuk bertobat. Datanglah kepada Tuhan sesering mungkin. Melalui doa, kita bisa membuktikan keseriusan kita untuk bertobat.

Card image
Truth Youth 18 November 2023 (English Version) - SIMPLE!
2023-11-18 07:50:09


"Rejoice in hope, be patient in tribulation, be constant in prayer." (Romans 12:12)

No matter how far a person goes in life, wherever they may go, one thing is certain: problems will never be absent. Problems are always present, whether in large or small forms, and in various types that challenge our faith as Christians. People tend to get frustrated when problems arise in their lives. However, the arrival of a problem in a person's life signifies that they are on a normal life path. It's problematic when someone's life is completely trouble-free, their path is smooth, and they're constantly experiencing worldly happiness.

When a person doesn't experience problems and their life is peaceful, two possibilities exist. First, they may have just passed through a major life storm, and the current phase of their life is peaceful before more challenges arrive. Second, problems don't enter their life because God has allowed them to live in abundance and luxury. In other words, God is no longer concerned with their life. In reality, it's the people who live close to God who are given many problems with the goal of developing them into faithful children who please Him.

When faced with problems, most people feel like they are at ground zero in their lives. However, we can change our perspective and consider problems as a permanent part of life throughout the ages. Problems arise because God is continuously working on our lives, day by day, making us special. We often view problems as something that will shatter our world. Why don't we consider problems as a way God loves us? Live with a simple mindset. Have problems? Face them, don't run away. It's that simple, as long as you always involve God and persevere in prayer to Him.

WHAT TO DO:
1. Believe that problems come as an expression of God's love for His people.
2. Persevere in prayer and continually rejoice in hope in God.

BIBLE MARATHON:
▪ Mark 14

Card image
Truth Youth 18 November 2023 - SIMPLE!
2023-11-18 07:45:55


"Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!" (Roma 12:12)

Sejauh apa pun manusia menjalani hidupnya, mau pergi ke mana pun ia, yang namanya masalah tidak akan pernah tidak ada. Masalah akan selalu ada, baik dalam bentuk yang besar dan kecil, hingga jenis-jenisnya yang beragam dalam menggoyahkan iman kita sebagai orang Kristen. Orang-orang cenderung frustrasi ketika masalah datang ke dalam hidupnya. Padahal, datangnya sebuah masalah ke dalam hidup manusia mengartikan bahwa manusia berada di dalam jalur hidup yang normal. Menjadi sebuah masalah, justru ketika di dalam hidup seseorang tidak ada masalah, jalan hidupnya santai dan selalu dihiasi dengan kebahagiaan dunia.

Ketika manusia tidak mengalami masalah dan hidupnya hanya tenang-tenang saja, ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, dia baru saja melalui badai yang besar di dalam hidupnya dan masa yang dialaminya memanglah masa tenang sebelum masalah lain datang lagi untuk semakin menguatkan dirinya. Kedua, masalah tidak datang ke dalam hidupnya karena Tuhan membiarkan hidupnya kesenangan-kesenangan itu. Dengan kata lain, Tuhan tidak lagi peduli dengan dirinya.

Sejatinya, justru orang-orang yang hidup dekat dengan Tuhanlah yang diberikan banyak sekali masalah, dengan tujuan untuk menggarap mereka menjadi anak-anak Allah yang setia dan berkenan pada-Nya.

Ketika dilanda masalah, rata-rata manusia merasa sudah berada di titik nol hidup mereka. Padahal, kita bisa mengubah cara pandang kita, bahwa masalah adalah bagian dari kehidupan yang akan selalu ada di sepanjang zaman. Hadirnya masalah pun karena Tuhan terus menggarap hidup kita hari ke hari, ini yang menjadikan kita istimewa. Acap kali kita menganggap masalah sebagai sebuah hal yang akan meruntuhkan dunia kita. Mengapa kita tidak menganggap bahwa masalah adalah cara Tuhan mengasihi kita? Hiduplah dengan mindset yang simple. Punya masalah? Ya hadapi, jangan lari. Sesederhana itu, asalkan selalu libatkan Tuhan dan bertekun di dalam doa pada-Nya.

WHAT TO DO:
1. Meyakini bahwa masalah datang sebagai bentuk kasih Tuhan kepada umat-Nya.
2. Bertekun dalam doa dan terus bersukacita dalam pengharapan kepada Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎Markus 14

Card image
Renungan Pagi - 18 November 2023
2023-11-18 07:43:44


Jika tidak memiliki fokus yang jelas dalam hidup ini, maka apapun yang kita kerjakan akan selalu berubah-rubah dan hati tidak tenang, karena tidak ada rencana yang jelas dan tidak ada tujuan yang pasti dalam menjalani hidup ini. Hidup yang seperti ini, akan membuat kita maju sedikit, kemudian bimbang lagi, berubah lagi fokusnya, sebab kita tidak memiliki tujuan yang jelas, dan pada akhirnya tidak pernah melangkah maju, karena hanya berjalan sedikit, bimbang, ragu, takut, kemudian kembali lagi kelangkah sebelumnya atau bahkan mundur.

Belajarlah untuk mengarahkan fokus hidup kepada tujuan Tuhan yang telah dirancang oleh Tuhan bagi kita, dengan cara masuk dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita dan melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Tuhan, fokuslah pada arahan Roh Kudus, maka di situlah kita akan menemukan tujuan hidup, yaitu berkumpul bersama Yesus dalam kemuliaan Tahta Allah Bapa.

"Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah."
(Ibrani 12:1-2)

Card image
Quote Of The Day - 18 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-18 07:41:22


Kenyataan yang kita temui, dunia semakin hari semakin jahat, maka kita harus mengalihkan pandangan kita jauh ke kehidupan kita berikutnya, yaitu kehidupan di Kerajaan Surga.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 18 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-18 07:40:13


Tujuan hidup kita hari ini hanya Tuhan dan Kerajaan-Nya. Kita tidak boleh punya tujuan hidup sendiri.

Card image
ETERNAL BLESSINGS - 18 November 2023 (English Version)
2023-11-18 07:38:16


We should be grateful for each new day that the Lord grants us. And there is not a single day when God does not provide blessings. As it is said in the book of Jeremiah, “His mercies never come to an end; they are new every morning.” So, every day, there are blessings. The blessings in question are eternal. If we focus solely on material needs like food and drink, those are temporary blessings. But they should not be our priority. We should feel a crisis, not because of our physical needs but because we have not aligned with God’s original plan.

We often feel crises about things we shouldn’t be anxious about, which can close our eyes to the real crises we should address and anticipate. In this regard, Jesus said, “And do not fear those who kill the body but cannot kill the soul. But rather fear Him who can destroy both soul and body in hell. Are not two sparrows sold for a copper coin? And not one falls to the ground apart from your Father’s will.” (Matt.10:28-29) But what’s being emphasized here is that our well-being in a material or financial sense is not an indicator of blessing.

Our primary blessing is eternal, everlasting, and something we can enjoy for all eternity. These blessings are wrapped within the events of our lives, in the occurrences we hear about, see, and, most importantly, those we experience. No event does not contain a divine message. Everything is significant in God’s plan. We must capture these blessings with our focus solely on God.

When we focus on God, we cannot be detached from thinking about holiness. Thinking about holiness means, firstly,  avoiding what is wrong and—secondly,  focusing on eternity, and this is the eternal blessing we can grasp. We must see, discern, feel, and seize eternal blessings in every life event and occurrence we experience. We should not only be concerned with significant issues that can take away our emotions and feelings and affect us physically, but also simple things we hear and see. The Holy Spirit nurtures us and speaks to us through every event. In the past, we might not have cared. Event after event passed us by because our focus was divided among many things. But when we genuinely deal with God, we observe each event.

Therefore, many things God gives us, much that we hear, and many rhemas (God’s spoken word) that come from the mouth of God. As a child, when we were still young or had our parents, we might have seen them as nitpicky. We were told to be careful, or the glass might break. When we ate, we made noise, and they would say, “Don’t slurp your food; it’s impolite.” But as we grow older, we realize that all these things make us more respectful human beings. Those were good parents. So, to the young ones, if your parents are nitpicky, be thankful to the Lord for having parents like that.

We have the Holy Spirit speaking to us. What the Holy Spirit says is full of value and quality through all life events.  Thus, refrain from talking excessively and meditate often. Later, at certain moments, we will have a dialogue with God. If there are things we have missed, God will speak to us.  

OUR PRIMARY BLESSING IS THE ETERNAL BLESSING, WHICH WE CAN POSSESS AND ENJOY FOR ALL ETERNITY. THIS BLESSING IS WRAPPED WITHIN LIFE'S EVENTS, THE OCCURRENCES WE HEAR ABOUT, SEE, AND MOST IMPORTANTLY, THOSE WE EXPERIENCE.

Card image
BERKAT KEKAL - 18 November 2023
2023-11-18 07:34:46


Kita harus bersyukur untuk hari baru yang masih Tuhan berikan. Dan tidak ada satu hari di mana Tuhan tidak menyediakan berkat. Seperti yang dikatakan di dalam kitab Ratapan, "Selalu baru setiap hari." Jadi, setiap hari pasti ada berkat. Dan berkat yang dimaksud adalah berkat kekal. Kalau hanya makan-minum itu adalah berkat sementara, berkat untuk pemenuhan kebutuhan fisik. Tetapi itu tidak boleh menjadi prioritas. Kita harus lebih memiliki perasaan krisis karena keadaan kita yang belum seperti rancangan Allah semula daripada berbagai pemenuhan kebutuhan jasmani. Kalau kita merasa ada perasaan krisis kita untuk hal lain, bukan terkait dengan Allah, maka fokus kita pasti menjadi bias atau salah.

Sejujurnya, sering kita merasa krisis untuk hal-hal yang kita tidak perlu merasa krisis. Inilah yang menutup mata kita terhadap krisis yang mestinya kita tanggulangi, yang mestinya kita antisipasi dari sekarang. Terkait dengan hal ini, Tuhan Yesus berkata, “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa. Takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun daripadanya tidak akan jatuh di luar kehendak Bapamu,” Matius 10:28-29. Tetapi yang hendak dikemukakan di sini bahwa keadaan baik secara lahiriah, secara materi, bukanlah ukuran berkat.

Berkat utama kita adalah berkat kekal, berkat abadi, berkat yang dapat kita miliki dan nikmati di dalam kekekalan. Berkat itu dibungkus di dalam peristiwa-peristiwa hidup, kejadian-kejadian yang kita dengar, kita lihat dan terutama yang kita alami. Tidak ada satu pun kejadian yang tidak memuat mutiara Tuhan. Setiap peristiwa, setiap kejadian ada mutiara Tuhan. Dan di situ Tuhan bicara kepada kita. Dan itulah _rhema;_ firman yang keluar dari mulut Allah. Dan itulah yang mestinya kita tangkap setiap saat. Namun sering kali berkat-berkat seperti ini berlalu dan tidak kita asup, tidak kita konsumsi. Mengapa? Karena fokus kita tidak pada Tuhan. Mestinya fokus kita hanya pada Tuhan.

Dan kalau fokus kita pada Tuhan, maka kita tidak lepas dari memikirkan kesucian. Memikirkan kesucian berarti, yang pertama, menghindarkan diri dari hal-hal yang salah. Yang kedua, fokus pada kekekalan. Itulah berkat kekal yang bisa kita tangkap. Mari kita melihat, menemukan, merasakan, dan meraih berkat kekal itu di setiap peristiwa dan kejadian hidup yang kita alami. Tidak hanya masalah-masalah besar yang merenggut emosi, perasaan kita, dan yang bisa mempengaruhi fisik kita, tetapi hal-hal sederhana yang kita dengar dan kita lihat. Roh Kudus mengasuh kita, Roh Kudus bicara pada kita. Dulu kita tidak peduli. Kejadian demi kejadian berlalu, karena fokus kita terbagi kepada banyak hal. Tetapi ketika kita mulai sungguh-sungguh berurusan, berperkara dengan Tuhan, kita memperhatikan setiap peristiwa.

Maka, banyak hal yang Tuhan berikan kepada kita, banyak yang kita dengar, banyak _rhêma_ (ucapan Tuhan) yang keluar dari mulut Allah. Kalau kita sebagai anak, waktu kita masih kecil atau masih memiliki orang tua, kita lihat ada orang tua yang cerewet. Cara kita pegang gelas kurang pas, pasti ditegur, "Hati-hati, perhatikan, nanti pecah.” Atau saat kita makan, kita bersuara, maka pasti mereka berkata, "Nak, jangan mengecap, tidak sopan." Tetapi setelah kita dewasa, kita sadar bahwa semua menjadikan kita manusia yang santun. Itu orang tua yang baik. Jadi, kepada yang muda-muda kalau orang tuamu cerewet, bersyukurlah kepada Tuhan untuk orang tua yang cerewet.

Kita punya Roh Kudus yang bicara. Apa yang dikatakan Roh Kudus pasti berisi, bernilai, berkualitas lewat semua peristiwa. Maka jangan banyak bicara. Sebab semakin kita banyak bicara, semakin kita tidak menangkap suara Tuhan, nasihat Tuhan, teguran Tuhan, padahal pesan Tuhan dapat kita terima lewat peristiwa-peristiwa hidup yang terjadi. Jangan banyak bicara, namun banyaklah merenung. Nanti di saat-saat tertentu, kita berdialog dengan Tuhan. Jika ada hal-hal yang terlewat, Tuhan akan bicara.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

BERKAT UTAMA KITA ADALAH BERKAT KEKAL, BERKAT YANG DAPAT KITA MILIKI DAN NIKMATI DI DALAM KEKEKALAN. BERKAT ITU DIBUNGKUS DALAM PERISTIWA-PERISTIWA HIDUP, KEJADIAN-KEJADIAN YANG KITA DENGAR, KITA LIHAT DAN TERUTAMA YANG KITA ALAMI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 18 November 2023
2023-11-18 07:31:39

Kisah Para Rasul 9-10

Card image
Truth Kids 17 November 2023 - HAMBAR
2023-11-17 10:19:22


Markus 9:50
“Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain.”

Siapa yang pernah mencoba makan garam tanpa apa-apa, hanya garam saja? Hihihi bagaimana rasanya? Tentu asin, ya, Sobat Kids. Bagi kalian yang suka asin, tentu garam enak rasanya. Tapi bagi kalian yang tidak suka makanan terlalu asin mungkin kalian tidak terlalu suka. Namun, jika makan masakan tanpa garam tentu tidak enak, kan? Iya, lah… akan menjadi kurang rasa, bahkan bisa terasa hambar, tidak ada rasa sama sekali. Kalau masakan yang hambar itu masih mudah, Sobat Kids, tinggal tambah garam atau gula. Tetapi kalau garam itu sendiri yang hambar, tidak ada cara lagi untuk membuat garam itu asin. Garam yang hambar itu akan dibuang karena sudah tidak memiliki rasa apa-apa.

Rasa dalam hati kita terkadang bisa seperti garam yang hambar itu, Sobat Kids. Maksudnya saat kita jelas-jelas menyakiti orang lain, kita tahu kita telah menyakiti mereka, tetapi kita tidak merasa apa-apa, tidak merasa bersalah. Wah… hati-hati dengan sikap hati seperti itu, ya, Sobat Kids! Jika kita tahu telah menyakiti atau membuat sedih seseorang, kita harus segera membereskannya. Kita harus meminta maaf kepada mereka. Jangan sengaja menjadikan rasa di hati kita hambar, tidak ada rasa sama sekali.

Card image
Truth Junior 17 November 2023 - HAMBAR
2023-11-17 10:17:50


Markus 9:50
“Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain.”

Siapa di antara Sobat Junior yang suka masak, atau membantu mama memasak di dapur? Ada beberapa acara atau kompetisi memasak bagi anak-anak. Bukan hanya orang dewasa saja yang dapat masak, melainkan sejak kecil pun anak-anak sudah ada yang jago memasak. Tentu penilaian juri yang terutama adalah rasa masakan yang dihasilkan para koki cilik. Sangat penting memiliki rasa enak. Bumbu-bumbu yang tepat harus dimasukkan ke dalam masakan tersebut. Jika tidak menggunakan bumbu, maka masakannya akan terasa hambar, tidak ada rasa apa-apa. Garam merupakan salah satu bumbu yang penting saat memasak. Namun, jika garam menjadi hambar atau tawar, bagaimana cara mengasinkannya? Tidak ada! Garam itu akan dibuang orang.

Sobat Junior, jika kita melakukan hal yang jelas-jelas menyakiti orang lain, kita sadar telah menyakiti mereka, maka kita harus membereskannya dengan orang tersebut. Bagaimana caranya? Tentu dengan meminta maaf kepada mereka. Seperti yang kemarin telah kita pelajari sama-sama, jangan tunda-tunda saat kita harus meminta maaf. Jangan sampai perasaan bersalah yang timbul dalam hati kita menjadi hambar. Maksudnya, kita belum minta maaf, tetapi kita sudah tidak merasa bersalah lagi; seperti okay-okay saja setelah melakukan kesalahan. Coba renungkan, apakah ada kesalahan yang kalian belum minta ampun? Minta ampunlah sekarang, jangan sampai perasaan kalian menjadi hambar.

Card image
Truth Youth 17 November 2023 (English Version) - SET YOUR PLAN WISELY
2023-11-17 10:16:16


"Without counsel plans fail, but with many advisers they succeed." (Proverbs 15:22)

The author is reminded of the saying "Parents have eaten the sour and sweet of life" when discussing various experiences or when seeking advice from those who are older. Experience is indeed a teacher in life. In our roles in life, we have experienced both success and failure. Success or failure can be influenced by how well we plan our goals. As young people, we often have plans for our lives. However, young people often forget to consider many factors when making their plans, resulting in failure.

Proverbs 15:22 advises us that plans will fail without counsel, but they will succeed with many advisers. This means that as humans, we must create well-thought-out plans, considering many factors or potential impacts. Moreover, we should discuss our plans with several people we trust to provide positive input based on their own experiences. The goal is to seek advice from many sources to minimize the chance of failure.

Life is about the goals we want to achieve. Healthy individuals need to have a plan for their life goals. Therefore, we should consider the advice of those around us, as Proverbs suggests.

WHAT TO DO:
1. Life should have goals, but we need to consider many factors wisely.
2. We need to realize that as humans, we have limitations, so we also need to seek the perspectives and opinions of others.
3. Failure is natural, but it can be minimized with wise planning.
4. Surround yourself with positive people who can provide constructive input.

BIBLE MARATHON:
▪ Mark 12-13

Card image
Truth Youth 17 November 2023 - SET YOUR PLAN WISELY
2023-11-17 10:12:08


"Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak." (Amsal 15:22)

Penulis teringat tentang istilah “Orang tua itu sudah banyak makan asam garam kehidupan” ketika kita sedang membahas mengenai berbagai pengalaman atau saat kita meminta pendapat mereka yang sudah lebih tua secara usia dibandingkan kita. Pengalaman memang guru dalam kehidupan. Di dalam menjalani peran kita di kehidupan ini, kita pasti pernah mengalami keberhasilan dan kegagalan. Keberhasilan atau pun kegagalan itu dapat dipengaruhi juga dari seberapa kita merancang sebuah tujuan. Sebagai anak muda, kita banyak memiliki rencana untuk kehidupan yang sedang dijalani. Namun tidak jarang, anak muda sering lupa mempertimbangkan banyak hal dalam membuat rancangan-rancangannya. Akibatnya kegagalanlah yang akan menjadi buahnya.

Kitab Amsal 15:22 memberikan nasihat kepada kita bahwa rancangan akan gagal jika tidak ada pertimbangan, tetapi akan terlaksana jika banyak penasihat. Hal tersebut memiliki makna bahwa sebagai manusia kita harus membuat rencana-rencana yang matang dengan mempertimbangkan banyak hal atau banyak dampak. Selain itu, kita juga perlu berdiskusi dengan beberapa orang yang kita percaya dapat membantu memberikan input-input positif berdasarkan pengalaman yang pernah mereka alami seperti kita. Tujuannya agar banyak yang memberikan nasihat kepada kita sehingga meminimalkan kegagalan.

Hidup ini berbicara mengenai goals-goals (target) yang ingin kita capai. Manusia yang “sehat” memang harus memiliki rancangan akan target hidupnya. Oleh karena itu, kita perlu mempertimbangkan nasihat-nasihat orang di sekitar kita seperti yang kitab Amsal sampaikan.

WHAT TO DO:
1. Hidup ini harus ada target, tapi perlu mempertimbangkan banyak hal secara bijaksana.
2. Kita perlu menyadari bahwa sebagai manusia memiliki keterbatasan, sehingga kita juga perlu melihat sudut pandang atau pendapat orang lain.
3. Kegagalan adalah kewajaran, tapi dapat diminimalisir dengan membuat rancangan yang bijaksana.
4. Carilah orang-orang yang positif sehingga dapat memberikan input yang positif dan membangun

BIBLE MARATHON:
Markus 12-13

Card image
Renungan Pagi - 17 November 2023
2023-11-17 10:06:50


Dasar hidup kristiani adalah salib, karena dari salib itulah segala sesuatu dimulai, dari salib itulah orang percaya, hidupnya dibaharui, dan karena salib itu lambang kematian, maka hidup lama kita telah mati, telah turut disalibkan saat Tuhan Yesus menyelesaikan penebusan manusia atas dosa dan maut diatas kayu salib.

Alkitab mengatakan ; "Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.". Dan itu artinya, "namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku."

Jadi Salib adalah awal hidup baru di dalam Kristus, kita ditebus menjadi milik Kristus, karena di salib itulah darah Kristus ditumpahkan dan lewat kuasa darah Kristus itulah kita dibebaskan dari perhambaan dosa, beroleh kemenangan atas maut dan kepastian hidup di dalam Tuhan. Jangan lupakan, bahwa hidupmu bukan lagi milik sendiri, hidup yang sedang kita hidupi ini adalah hidup Kristus didalam kita.
(Roma 6:6; Galatia 2:20)

Card image
Quote Of The Day - 17 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-17 10:04:23


Orang-orang yang mengarahkan hati kepada Tuhan adalah orang-orang memikirkan perkara langit baru dan bumi baru.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 17 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-17 10:02:44



Jika saat ini kita dalam keadaan terpuruk, jangan menyalahkan Tuhan, karena itu cara Tuhan untuk membawa kita kepada keadaan yang lebih baik.

Card image
LIVING IN DEVOTION - 17 November 2023 (English Version)
2023-11-17 09:56:41


If the disciples know who is with them in the boat, when the waves surge, the wind blows, and the water fills the boat, they will undoubtedly remain calm. If they believe that Jesus is the all-powerful Son of God, there should be no need to say, “Teacher, don’t you care if we drown?” We have undoubtedly had the experience when people are angry with God, asking, “Why, God, don’t you accompany us? Why has the situation turned out like this?” Or perhaps we’ve felt that way ourselves, so this is an indication, a clue that we do not have a life in God’s presence or an intimate relationship with God.

The third characteristic of those who live in God’s presence is that  they are not afraid of facing death. In Phil. 1:21, Paul says, “For to me, to live is Christ, and to die is gain.” And in another verse, Paul says, “But if I am to live on in the flesh, this will mean fruitful labor for me. Yet I don’t know what I will choose.” And many other verses show death as something beautiful. Paul was confident that death was beautiful. So, if someone is afraid of dying, something must be wrong in their life.  If someone lives in God’s presence, then death is not frightening. It can’t be proven, nor does it need to be. But people can sense or see it as it relates to the courage to face life.

Lastly, there’s  devotion. Those who truly know God, live in God’s presence or have an intimate relationship with God can’t help but live in devotion to God. So, how much do we genuinely respect God and consider Him valuable? And this needs to be experienced, not just fantasy, not merely belief. We believe that God is great and valuable, thinking about God’s greatness but not having a testimony in our hearts because there hasn’t been any encounter with Him.

All Christians can sing, “Then sings my soul, My Savior, God, to Thee, how great Thou art,” they can. However, how deeply someone truly grasps God’s greatness matters. Our worship is influenced by how deeply we realize God. In worship, we sing sincerely. It does need practice. We can pray for a long time because we value and respect God. He is magnificent, and He is glorious. We don’t want to rush to say “Amen” because our quality of life in God’s presence is high. Honestly, no matter how brave we are in facing life’s challenges, how much do we hate sin?

If we have low worth, we must develop our relationship with God or our life in God’s presence. We must double the time spent in worship, prayer, and fasting. Even if the improvement is only sometimes significant, change will come. So, Christianity is a dynamic way of life, and if someone isn’t experiencing growth or doesn’t question it, it would be terrifying if they closed their eyes someday. In a state of poverty, not contributing anything to God, it’s horrifying. Remember, we shouldn’t be the same as the world around us. Let’s have a different lifestyle and attitude compared to those who are not the chosen people.

The only world we have is God. In all our activities, our focus should be solely on God. And this is the standard. The Bible is clear, “Whether you eat or drink, or whatever you do, do all to the glory of God.” So, we must seriously examine ourselves and how deeply we’ve experienced life in God’s presence or whether our fellowship with God has become intimate.  May we be grateful for the circumstances of our lives, which are pushing us to be 24 hours in God’s presence, living a holy life.

We also recognize that there are desires within us that have not entirely died. As long as we still have earthly bodies, desires can be like thorns in our flesh. However, the life situations that God allows us to experience are encouraging us to be daring. God will always fulfill His promises. The Holy Spirit will always guide us to all truth. The Holy Spirit will speak and provide not just about worrying or still having great fears, impurities in our lives, fear of death, making calculations with God, or not giving our best in devotion. 

Opportunities to make our lives valuable in the eyes of God are limited. So, if we still have opportunities, we should value them. Every day, as we open our eyes in the morning, we should see the tremendous possibilities God has given us to walk intimately with Him.

  A PERSON WHO LIVES IN GOD'S PRESENCE OR HAS AN INTIMATE RELATIONSHIP WITH GOD CANNOT HELP BUT LIVE IN DEVOTION TO HIM.

Card image
HIDUP DALAM PENGABDIAN - 17 November 2023
2023-11-17 09:48:00


Kalau murid-murid mengenal siapa yang bersama mereka dalam perahu, maka ketika ombak bergelora, angin menghantam, dan air masuk memenuhi perahu, pasti mereka akan tetap tenang. Kalau mereka percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah yang berkuasa, mestinya tidak ada kalimat: “Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” Setiap kita pasti menemukan pengalaman ketika orang marah terhadap Tuhan; “Mengapa Tuhan tidak menyertai, kenapa keadaan menjadi begini?” Atau mungkin kita sendiri juga begitu. Itu merupakan indikasi, petunjuk bahwa kita tidak memiliki hidup dalam penyertaan Tuhan atau persekutuan yang intim dengan Allah.

Ciri yang ketiga dari orang yang hidup dalam penyertaan Tuhan adalah tidak takut menghadapi kematian. Dalam Filipi 1:21 Paulus mengatakan, “Karena bagiku hidup adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan.” Dan di dalam ayat yang lain, Paulus mengatakan, “Tetapi kalau aku disuruh memilih hidup atau mati, aku memilih bersama-sama dengan Tuhan.” Dan banyak ayat lain yang menunjukkan pengharapan kematian itu sebagai sesuatu yang indah. Paulus yakin bahwa kematian itu indah. Jadi kalau seseorang takut meninggal dunia, pasti ada yang salah dalam hidupnya. Kalau orang hidup di dalam penyertaan Tuhan, pasti kematian tidak menakutkan. Memang tidak bisa dibuktikan atau tidak perlu dibuktikan. Namun, orang nanti akan bisa mengendus, bisa melihat keistimewaan kita. Kesaksian di dalam batin ini menyangkut keberanian menghadapi hidup.

Yang terakhir, pengabdian. Orang yang benar-benar mengenal Tuhan, dan hidup di dalam penyertaan Tuhan atau memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan, maka tidak mungkin tidak hidup dalam pengabdian kepada Tuhan. Maka kalau kita menghayati keagungan Tuhan, pasti kita akan memberikan pengabdian yang limpah, sampai tidak terbatas. Seberapa kita betul-betul menghormati Tuhan, memandang Dia berharga, memandang Dia bernilai? Dan itu harus kita alami. Bukan fantasi, bukan sekadar keyakinan. Yakin Allah Maha Besar, yakin di dalam nalar lalu berfantasi tentang Allah yang besar, tetapi kita tidak memiliki kesaksian dalam batin karena tidak ada perjumpaan dengan Dia.

Semua orang Kristen juga bisa menyanyi, “Then sings my soul, My Saviour, God, to Thee, how great Thou art,” bisa. Namun, seberapa seseorang benar-benar menghayati kebesaran Allah tersebut? Penyembahan kita diendapi dengan sikap menghayati Tuhan atau tidak, itu pasti terasa. Ini pengalaman riil bergaul dengan Allah. Di dalam penyembahan, kita menyanyi dengan tulus. Tentu harus dilatih. Kita bisa berdoa tahan lama, karena kita menghargai dan menghormati Tuhan. Dia agung, Dia mulia. Rasanya kita tidak ingin cepat-cepat berkata, “Amin.” Beda dengan orang yang kualitas hidupnya dalam penyertaan Allah itu rendah, maka ia tidak betah berdoa. Sejujurnya, seberapa kita punya keberanian menghadapi hidup dengan segala tantangannya? Seberapa kita membenci dosa?

Kalau kita punya nilai rendah, berarti kita harus mengembangkan persekutuan dengan Allah atau mengembangkan kehidupan dalam penyertaan dengan Tuhan. Kita harus menggandakan waktu menyembah Tuhan, waktu berdoa, kalau perlu puasa. Walau peningkatannya kadang-kadang tidak signifikan, tetapi pasti ada perubahan. Jadi, kekristenan adalah sebuah jalan hidup yang dinamikanya itu nyata. Kalau seseorang tidak mengalami proses pertumbuhan dan ia juga tidak mempersoalkannya, betapa mengerikan kalau suatu kali dia menutup mata. Dalam keadaan miskin, tidak berbuat apa-apa bagi Tuhan, dia menghadap Tuhan, betapa mengerikan. Ingat, kita tidak boleh sama dengan dunia sekitar kita. Marilah kita memiliki pola dan gaya hidup yang berbeda dengan mereka yang bukan umat pilihan.

Satu-satunya dunia kita adalah Tuhan. Kalau kita melakukan berbagai kegiatan di dalam hidup ini, fokusnya hanya Tuhan. Dan ini standar. Alkitab pun jelas berkata, “Baik kau makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah.” Untuk itu, kita harus serius mengoreksi diri, seberapa kita benar-benar telah menghayati hidup dalam penyertaan Tuhan, apakah persekutuan kita dengan Tuhan sudah intim atau belum. Kiranya kita dapat bersyukur karena kondisi hidup kita sekarang ini justru mendorong kita untuk 24 jam di hadapan Allah, gerakan hidup suci.

Kita juga sadar ada keinginan yang belum mati total. Rasanya selama masih memiliki daging, keinginan bisa menjadi duri dalam daging. Namun, kondisi hidup yang Tuhan izinkan kita alami, kiranya membawa kita untuk nekat. Tuhan pasti memenuhi janji-Nya. Roh Kudus pasti membawa kita kepada seluruh kebenaran. Jadi kalau kita benar-benar mempersoalkan hal ini, Roh Kudus pasti bicara, memberitahu. Apakah itu kecemasan, kekhawatiran kita yang masih besar, hidup yang belum benar-benar bersih, atau masih punya ketakutan terhadap realitas kematian, masih perhitungan dengan Tuhan, tidak memberikan pengabdian yang terbaik; Roh Kudus pasti beri tahu.

Kesempatan untuk membuat hidup kita bernilai di hadapan Allah, itu terbatas. Jadi kalau kita masih memiliki kesempatan, kita harus menghargai kesempatan itu. Setiap hari ketika kita mulai membuka mata di pagi hari, lihatlah kemungkinan-kemungkinan besar yang Tuhan berikan kepada kita untuk dapat berjalan secara intim dengan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG HIDUP DALAM PENYERTAAN TUHAN ATAU MEMILIKI HUBUNGAN YANG INTIM DENGAN TUHAN, TIDAK MUNGKIN TIDAK HIDUP DALAM PENGABDIAN KEPADA TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 November 2023
2023-11-17 09:39:15

Kisah Para Rasul 7-8

Card image
Truth Kids 16 November 2023 - SEKARANG SAATNYA
2023-11-16 08:14:26


Matius 5:24
“… tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.”

Dalam kitab Markus 12 dan Lukas 21, dikisahkan tentang persembahan seorang janda (seorang wanita yang suaminya sudah meninggal). Pada saat itu Tuhan Yesus sedang memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam kotak persembahan. Banyak orang kaya memberi persembahan uang dengan jumlah yang banyak. Lalu datang seorang janda yang miskin dan ia memasukkan sedikit uang. Tuhan Yesus mengatakan bahwa janda miskin itu memberi lebih banyak daripada orang kaya. Mengapa? Karena orang kaya masih memiliki banyak uang di rumah, walaupun sudah memberikan banyak persembahan. Namun, janda miskin itu tidak memiliki uang lagi karena semuanya telah dimasukkan ke dalam kotak persembahan. Tuhan tidak melihat dari jumlah uang persembahannya, melainkan Tuhan melihat hati orang yang memberi persembahan.

Ayat firman Tuhan hari ini juga mengajarkan keadaan hati kita saat memberi persembahan. Selain harus memberi dengan tulus, kita tidak boleh menyimpan dosa dalam hati, Sobat Kids. Firman Tuhan mengajarkan, kita harus berdamai dahulu dengan saudara, atau mungkin orang lain, baru kita kembali untuk memberikan persembahan. Yuk, periksa hati kita sekarang. Apakah masih ada kesalahan dalam

Card image
Truth Junior 16 November 2023 - NO DELAY
2023-11-16 07:36:44


Matius 5:24
“… tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.”

Zaman Perjanjian Lama, orang-orang memberikan persembahan yang berbeda dengan kita di zaman sekarang ini. Bangsa Israel harus menyucikan atau membersihkan diri mereka sebelum memberikan persembahan. Ada hukum Taurat yang mengatur cara bangsa Israel memberikan persembahan kepada Tuhan Allah. Di zaman Perjanjian Baru, Tuhan Yesus juga mengajarkan cara persembahan. Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan bahwa saat memberikan persembahan kepada Tuhan, kita harus memiliki hati yang bersih. Jika ada kesalahan yang kita lakukan atau mungkin sebaliknya, orang lain yang melakukan kesalahan tetapi kita belum mengampuni mereka, kita harus berdamai dahulu. Kita harus memberikan pengampunan kepada orang yang berbuat salah kepada kita.

Bulan ini kita belajar mengenai pertobatan yang benar. Salah satu perbuatan yang kita bisa lakukan sebagai bukti bahwa kita telah melakukan pertobatan yang benar adalah meminta maaf. Meminta maaf secara langsung setelah kita melakukan kesalahan, tanpa menunda; no delay.

Sobat Junior, jangan merasa malu atau merasa kalian akan seperti kalah jika kalian yang meminta maaf terlebih dahulu. Justru dibutuhkan keberanian untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf. So, jangan tunda-tunda untuk minta maaf, ya, Sobat Junior. Lakukan segera!

Card image
Truth Youth 16 November 2023 (English Version) - FIGHT IN FAITH
2023-11-16 07:32:30


"Do not be anxious about anything, but in everything by prayer and supplication with thanksgiving let your requests be made known to God. And the peace of God, which surpasses all understanding, will guard your hearts and your minds in Christ Jesus." (Philippians 4:6-7)

From the previous reflection, we understand that life is never free from problems. Struggles often lead us into excessive worries. In this reflection, the writer is not saying that we should not be worried. In fact, feelings of fear and worry are very normal for human beings as a way of recognizing our weaknesses as humans. But what often happens is that our excessive worries make our lives deteriorate physically, psychologically, and spiritually. We become easily sick, experience prolonged stress, and may even leave our spiritual fellowship with God.

In Philippians 4:6-7, we are encouraged not to worry in life but to express our desires to God in prayer and thanksgiving. This means that in the midst of life's struggles, we need to maintain communication with God. This communication includes praying to convey our desires and being thankful that in our problems, God is always present.

Being thankful is not an easy thing to do when we are in the middle of a struggle. However, gratitude can train and help us see struggles from a positive perspective. When we are accustomed to looking at everything from a positive perspective, this will guard our hearts and fill them with peace. Remember to always bring our struggles with Jesus.

WHAT TO DO:
1. We need to realize that feelings of worry and fear are indeed normal, but if excessive, they can be damaging.
2. Make an effort to pray and be thankful in the midst of struggles.
3. Learn to see the positive side in every struggle we face.

BIBLE MARATHON:
▪ Mark 10-11

Card image
Truth Youth 16 November 2023 - FIGHT IN FAITH
2023-11-16 07:28:23


"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:6-7)

Dari renungan sebelumnya kita mengetahui bahwa hidup kita tidak pernah luput dari masalah. Pergumulan sering membuat kita terbawa arus kekhawatiran yang berlebihan. Di dalam renungan ini, penulis tidak mengatakan bahwa kita tidak boleh khawatir. Justru perasaan takut dan khawatir itu sangat wajar dimiliki oleh manusia sebagai bentuk kita menyadari kelemahan kita sebagai manusia. Tapi, yang sering terjadi kekhawatiran kita yang terlalu besar membuat hidup kita jadi merosot secara jasmani, psikologis dan rohani. Kita jadi mudah sakit, stres berkepanjangan dan bahkan bisa meninggalkan persekutuan rohani kita dengan Tuhan.

Di dalam Filipi 4:6-7, kita diajak untuk tidak perlu khawatir dalam menjalani hidup ini, tetapi kita perlu menyatakan keinginan kita kepada Allah dalam doa dan ucapan syukur. Hal ini berarti, di tengah pergumulan hidup, kita perlu tetap menjalin komunikasi kepada Allah. Komunikasi ini yaitu berdoa menyampaikan keinginan kita dan juga mengucap syukur bahwa di dalam permasalahan, Allah senantiasa tetap menyertai.

Bersyukur adalah tindakan yang tidak mudah dilakukan saat kita sedang berada dalam pergumulan. Namun, bersyukur dapat melatih dan membantu kita untuk melihat pergumulan dari sisi yang positif. Saat kita terbiasa melihat segala sesuatu dari sisi positif, maka ini akan memelihara hati kita dan akan penuh dengan damai sejahtera. Ingatlah untuk selalu membawa pergumulan kita bersama Tuhan Yesus.

WHAT TO DO:
1. Kita perlu menyadari bahwa rasa khawatir dan takut memang wajar, tapi jika berlebihan maka akan merusak
2. Upayakan berdoa dan bersyukur di tengah pergumulan
3. Belajar melihat dari sisi positif dalam setiap pergumulan kita

BIBLE MARATHON:
▪︎Markus 10:11

Card image
Renungan Pagi - 16 November 2023
2023-11-16 07:24:37


Kita boleh saja berkata aku orang kristen dan aku cinta Yesus, aku anggota gereja dan pelayan Tuhan digereja, tetapi kalau hatinya tidak melekat pada Tuhan, tidak memiliki keintiman dengan Tuhan, maka yang kita lakukan, sesungguhnya tidak akan berarti apa-apa. Sebab Tuhan Yesus pun menyatakan bahwa kita harus hidup didalam DIA, melekat pada-Nya, seperti ranting melekat pada pokok anggur.

"Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa."

Kalau kita hidup melekat pada Tuhan, maka tidak akan hidup sembarangan, akan senantiasa menjaga pikiran, perkataan dan perbuatan, kita selalu rindu bersekutu dengan Tuhan, bercakap-cakap dengan DIA dalam doa dan membaca Alkitab, membangun hubungan yang intim dengan Tuhan.

Setiap waktu akan dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam apapun yang kita pikirkan, katakan dan kerjakan, kemudian akan selalu rindu dapat mengerjakan yang terbaik buat Tuhan, yang juga akan berdampak bagi keluarga, orang-orang terdekat, umat Tuhan dan sesama, itulah buah kehidupan kita.
(Yohanes 15:4-5)

Card image
Quote Of The Day - 16 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-16 07:21:20


Kita selamat karena anugerah Tuhan, kita terima keselamatan karena iman. Tetapi kita harus bertumbuh untuk mencapai maksud keselamatan itu diberikan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 16 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-16 07:16:28


Jangan padamkan Roh oleh karena kita mengabaikan peringatan-peringatan

Card image
LIVING IN AN INTIMATE RELATIONSHIP - 16 November 2023 (English Version)
2023-11-16 04:58:51


We must wrestle earnestly to determine if God indeed accompanies us. In other words, whether we live in a genuine fellowship with God. We should not be satisfied with beliefs in our minds or fantasies. Beliefs in the mind can be situational; today, we believe; tomorrow, we may have less belief, or we may not think at other times. Fantasies are even more situational, as they lack a foundation. It’s not easy to indeed prove whether we are in God’s presence or not. To put it more accurately, we are indeed in an ideal fellowship with God.

We should feel indebted, uneasy, and uncomfortable before we can be sure we are in God’s presence or have an intimate relationship with Him. Many people don’t care about this. We often don’t question whether we have lived in God’s presence. Yet, this is the most fundamental issue. Especially for a servant of God, it’s crucial. If we don’t take this seriously, it isn’t very comforting. So, this reflection will genuinely change the map of our lives. It may sound like an exaggeration, but this is a fundamental and essential matter.

If someone asks us, “Does God accompany you?” Most of us would answer, “Amen.” But if asked, “What verification or proof do you have that you live in God’s presence?” How would we answer? The second question may not need to be answered or may not be answerable because each of us must have a testimony within ourselves that we live in God’s presence or have an intimate relationship with God, and this is not something that can be proven to others, or it doesn’t need to be proven to others. But we indeed have a testimony within ourselves. This inner testimony will color our lives and become apparent through the fruits of our lives.

As for the characteristics of someone living in God’s presence, the first is  *fearlessness.* In this case, when we are indeed in God’s presence, and we live in a profound realization of the reality of being in God’s presence, it is difficult for us to feel fear. It can happen, but it’s hard. It’s like when we are invited to ride a roller coaster. We are the ones who can gauge the level of courage in our hearts. There’s testimony within us, and we need to question ourselves. So, when we quickly feel afraid, anxious, or nervous, we can recognize ourselves. Seek God earnestly through His Word, prayer, meditation, and more. Eventually, we will feel the change.

The second characteristic is  hatred of sin. Usually, a person avoids sin primarily because they are afraid of being seen by others or due to shame. The reality is how resistant and repulsed we are by sin. The one who knows this best is whom? It’s ourselves. What’s your response or reaction to the impulse or lure of sin? People who aren’t afraid of God still easily sin. They may have a thousand and one excuses. For example, “I don’t want to sin, but I had to do it because I was cornered.” Or, “Lord, just this once. I won’t sin tomorrow.” But if we truly live in God’s presence and experience it deeply, we won’t say such things. There will be no justification like that.

We truly detest sin.  *The abhorrence of sin is an impartation of God’s holiness.* The Word of God in 1 Pet. 1:16 says, “Be holy, for I am holy.” Is it possible? It’s possible, and we must be able to. Because it is God who speaks, and God would not give us a command we cannot fulfil. Even if God provides us with a command we can’t execute, we should still carry it out. “Whatever You command me, Lord, I will do it.” That’s fidelity worthy of the God of the universe. If people can hurt themselves, die, or suffer for the sake of a king or a nation that has not done anything for them, then towards God, who has created us, saved us, to whom we owe our life and goodness, we should be willing to do anything.

So, if we still easily fall into sin, it means we have to assess ourselves honestly. Indeed, we have not lived in the ideal presence of God; we haven’t lived in an intimate fellowship with God. In this case, we must continually increase the intensity of prayer, meditation, and listening to the Word. So, later, we will see fundamental changes happening in our lives.  

WE MUST FEEL INDEBTED, FEEL HUMBLE, FEEL UNCOMFORTABLE BEFORE WE CAN BE TRULY SURE THAT WE ARE IN GOD'S PRESENCE OR IN AN INTIMATE RELATIONSHIP WITH GOD.

Card image
HIDUP DALAM HUBUNGAN YANG INTIM - 16 November 2023
2023-11-16 04:55:49


Kita harus bergumul dengan sungguh-sungguh, untuk mengetahui apakah kita benar-benar disertai Tuhan. Kalimat lain yang lebih tepat, apakah kita hidup dalam persekutuan yang benar dengan Allah. Jangan puas dengan keyakinan pikiran atau fantasi. Keyakinan di dalam pikiran itu bisa situasional. Hari ini yakin, besok kurang yakin, lain waktu bisa tidak yakin sama sekali. Fantasi lebih bersifat situasional, karena tidak memiliki dasar atau landasan. Tidak mudah untuk benar-benar membuktikan apakah kita ada di dalam penyertaan Tuhan atau tidak. Dengan kalimat yang lebih tepat, apakah kita benar-benar di dalam persekutuan yang ideal dengan Allah atau tidak.

Kita harus merasa berutang, merasa gusar, merasa tidak nyaman sebelum kita benar-benar yakin bahwa kita ada dalam penyertaan Tuhan atau berada di dalam hubungan yang intim dengan Tuhan. Banyak orang tidak peduli hal itu. Sejujurnya, kita pun tidak pernah atau kurang mempersoalkan apakah kita telah hidup di dalam penyertaan Tuhan atau tidak. Padahal ini adalah hal yang paling prinsip. Apalagi bagi seorang hamba Tuhan, itu mutlak. Kalau kita tidak sungguh-sungguh, mengerikan. Maka kiranya renungan ini benar-benar mengubah peta hidup kita. Kedengarannya hal ini seperti mengada-ada, tetapi ini hal yang prinsip dan fundamental.

Kalau seseorang bertanya kepada kita, “Apakah Anda disertai Tuhan?” Rata-rata kita akan menjawab, “Amin.” Kalau ditanya kemudian, “Apa verifikasi atau pembuktian bahwa Anda hidup di dalam penyertaan Tuhan?” Apa jawab kita? Pertanyaan yang kedua ini mungkin tidak perlu dijawab atau tidak bisa dijawab karena setiap kita harus punya kesaksian dalam batin bahwa kita hidup di dalam penyertaan Tuhan atau hidup dalam keintiman dengan Tuhan. Hal ini tidak bisa dibuktikan untuk orang lain, atau tidak perlu dibuktikan untuk orang lain. Tetapi kita pasti punya kesaksian dalam batin. Kesaksian di dalam batin ini pasti mewarnai hidup kita, pasti akan nampak dari buah-buah hidup.

Adapun ciri orang yang hidup dalam penyertaan Tuhan, yang pertama, tidak takut. Dalam hal ini, kalau kita benar-benar ada dalam penyertaan Tuhan dan kita hidup di dalam penghayatan terhadap realitas hidup dalam penyertaan Tuhan tersebut, maka sulit untuk kita memiliki perasaan takut. Bisa, tetapi sulit. Sebagaimana ketika kita diajak naik jet coaster. Kitalah yang bisa mengukur, seberapa tingkat keberanian di dalam batin kita. Ada kesaksian dalam batin. Kita harus memperkarakan itu. Jadi, ketika kita mudah takut, mudah gelisah, mudah cemas, tentu kita dapat yang mengenali diri sendiri. Carilah Tuhan dengan sungguh-sungguh lewat firman, doa, meditasi, dan lainnya. Sampai nanti kita akan bisa merasakan perubahan itu.

Yang kedua, membenci dosa. Biasanya seseorang tidak berbuat dosa dasarnya karena takut dilihat orang, malu. Yang benar adalah seberapa kita merasa resisten, jijik terhadap dosa? Yang tahu siapa? Tentu diri kita sendiri. Bagaimana respons atau reaksi kita terhadap impuls atau rangsang dosa? Orang-orang yang belum takut akan Allah, masih mudah berbuat dosa. Masih bisa, paling tidak dengan 1001 alasan. Misalnya, “Saya sebenarnya tidak mau berbuat dosa, tetapi karena kepepet, terpaksa saya lakukan.” Atau, “Tuhan, kali ini saja. Besok aku tidak berbuat dosa lagi.” Tetapi kalau kita hidup dalam penyertaan Tuhan, menghayati penyertaan Tuhan, dalam persekutuan yang intim dengan Tuhan, kita tidak akan berkata begitu. Tidak ada pembenaran seperti itu.

Kita benar-benar membenci dosa. Kebencian terhadap dosa sebenarnya impartasi dari kekudusan Allah. Firman Tuhan dalam 1 Petrus 1:16 mengatakan, “Kuduslah kamu sebab Aku kudus.” Apakah mungkin? Pasti mungkin dan kita harus bisa. Karena Tuhan yang berfirman, dan tidak mungkin Tuhan memberikan kita perintah yang kita tidak bisa lakukan. Bahkan, seandainya Tuhan memberikan kita perintah yang tidak bisa kita lakukan pun kita akan tetap melakukannya; “Apa pun yang Kau perintahkan padaku, Tuhan, kulakukan.” Dan itu adalah kesetiaan yang patut untuk Tuhan semesta alam. Kalau orang bisa melukai diri, mati atau menderita demi kepentingan seorang raja atau negara yang belum berbuat apa-apa untuk dirinya, maka kepada Tuhan yang jelas-jelas telah menciptakan kita, menyelamatkan kita, yang mana kita berutang kehidupan dan berutang kebaikan, mestinya kita bersedia melakukan apa pun.

Jadi, kalau kita masih mudah jatuh dalam dosa, berarti kita harus jujur mengukur diri kita sendiri. Pasti kita belum hidup dalam penyertaan Tuhan yang ideal, belum hidup dalam persekutuan yang intim dengan Tuhan. Dalam hal ini, kita harus terus menambah intensitas berdoa, meditasi, dan mendengar firman. Sehingga nanti kita akan melihat perubahan yang nyata terjadi di dalam hidup kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS MERASA BERHUTANG, MERASA GUSAR, MERASA TIDAK NYAMAN SEBELUM KITA BENAR-BENAR YAKIN BAHWA KITA ADA DALAM PENYERTAAN TUHAN ATAU BERADA DI DALAM HUBUNGAN YANG INTIM DENGAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 November 2023
2023-11-16 04:52:41

Kisah Para Rasul 4-6

Card image
Truth Kids 15 November 2023 - MENGINGAT-INGAT
2023-11-15 09:14:54


Mikha 7:9
“Aku akan memikul kemarahan TUHAN, sebab aku telah berdosa kepada-Nya, sampai Ia memperjuangkan perkaraku dan memberi keadilan kepadaku, membawa aku ke dalam terang, sehingga aku mengalami keadilan-Nya.”

Sobat Kids, kapan kita bisa bertobat? Apakah bertobat hanya bisa dilakukan di gereja, saat hari Minggu saja? Jawabannya tentu tidak, ya, Sobat Kids. Pertobatan yang benar itu bisa kita lakukan secara rutin setiap kali kita berdoa kepada Tuhan. Saat berdoa, kita bisa mengingat-ingat kesalahan apa saja yang telah kita perbuat hari itu. Terkadang kita tidak sadar sudah berbuat dosa. Ingat, dosa itu semua hal yang tidak menyenangkan hati Tuhan. Berdosa itu bukan hanya ketika kita mencuri, memukul teman, atau menyontek, Sobat Kids. Saat baru timbul pikiran jahat, itu juga sudah berdosa, Sobat Kids.

“Nanti kalau Mama suruh aku tidur siang, aku mau main aja di dalam kamar. Aku pura-pura tidur dulu, setelah itu baru deh aku main,” pikir Doni dalam hatinya. Menurut Sobat Kids, apakah pikiran atau rencana Doni itu baik? Tentu tidak, ya, Sobat Kids. Walaupun baru hanya timbul dalam pikiran Doni, itu juga sudah berdosa. Itu sebabnya kita harus mengingat-ingat kesalahan apa saja yang telah kita perbuat hari itu. Kita harus mengaku, meminta ampun, dan bertobat kembali setiap kita datang kepada Tuhan melalui doa.

Card image
Truth Junior 15 November 2023 - MINTA AMPUN SETIAP WAKTU
2023-11-15 09:12:18


Mikha 7:9
“Aku akan memikul kemarahan TUHAN, sebab aku telah berdosa kepada-Nya, sampai Ia memperjuangkan perkaraku dan memberi keadilan kepadaku, membawa aku ke dalam terang, sehingga aku mengalami keadilan-Nya.”

Sobat Junior, siapa yang kalau melakukan kesalahan sama orang lain, selalu minta maaf? Apakah kalian selalu minta maaf jika berbuat salah, atau kalian tidak mengakui kesalahan kalian? Tentu seharusnya kita harus meminta maaf apabila melakukan kesalahan. Begitu pula, ketika kita berbuat salah kepada Tuhan, saat kita melanggar perintah Tuhan. Ketika kita membuat hati Tuhan sedih karena sikap, perbuatan, dan perkataan kita, maka kita harus meminta ampun atau maaf kepada Tuhan. Terkadang dalam satu hari, bisa saja membuat kesalahan yang kita sengaja ataupun tidak kita sengaja. Maka dari itu, kita harus selalu minta ampun sama Tuhan.

Kenapa kita harus selalu minta ampun kepada Tuhan? Apakah tidak cukup ketika kita melakukan kesalahan, kita baru minta ampun sama Tuhan? Tentu itu tidak bisa, ya, Sobat Junior. Karena selama kita masih di bumi ini, masih ada kemungkinan kita berbuat kesalahan. Bisa saja karena terpengaruh oleh teman, orang-orang yang ada di sekitar, atau Iblis yang mau membuat kita jauh dari Tuhan. Makanya ketika kita berdoa, kita harus meminta ampun kepada Tuhan. Bukan hanya dengan meminta ampun saja, tetapi menyesali kesalahan dan tidak mengulanginya lagi. Sebab, meminta ampun bukan hanya dilakukan satu kali, melainkan dilakukan setiap waktu. Karena kita ini masih manusia yang penuh dosa, bukan hanya orang dewasa saja yang berbuat dosa. Sejak kita masih kecil pun, kita bisa melakukan dosa seperti marah-marah, tidak dengar-dengaran, mengejek, dan lain-lainnya. Makanya kita juga harus selalu meminta ampun sama Tuhan.

Card image
Truth Youth 15 November 2023 (English Version) - FULL OF WISDOM, NOT PLEASURE
2023-11-15 09:10:18


"But if any of you lacks wisdom, let him ask God, who gives generously to all without reproach, and it will be given him." (James 1:5)

In this life, we are never free from life's challenges. As long as we are in the world, there will always be many struggles we face. The issues or struggles we face often make us feel anxious and desperate. We seem to be in a boat going through a massive storm. Often, we find it difficult to think of a way out of our problems. We feel that there is no way out, and we are facing a dead-end. This is what we call a lack of wisdom in facing life.

James 1:5 invites us to seek this wisdom from the Source of all wisdom, God Himself. When facing problems, whether they are intentional or not, we sometimes feel unworthy in God's presence. This makes us ashamed or feel sinful to ask for God's favor. We then rely on our own strength and thoughts, and our peace vanishes.

In today's reflection, we need to make a commitment to always rely on God's wisdom. No matter what we experience, remember that He is a forgiving God. When we sincerely ask God for wisdom, He will show His mercy. He will be compassionate in granting us His wisdom.

WHAT TO DO:
1. Recognize that God is loving and full of wisdom.
2. Learn to always rely on God's wisdom to become wiser in addressing life's problems.
3. Ask God for wisdom sincerely through meaningful moments of meditation.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mark 8-9

Card image
Truth Youth 15 November 2023 - PENUH HIKMAT, BUKAN NIKMAT
2023-11-15 09:07:25


"Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, – yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit –, maka hal itu akan diberikan kepadanya." (Yakobus 1:5)

Di dalam kehidupan ini, tidak pernah kita luput dari permasalahan hidup. Selama masih ada di dalam dunia, maka selalu ada banyak pergumulan yang kita hadapi. Persoalan atau pergumulan yang kita hadapi sering kali membuat kita merasa cemas dan putus asa. Kita seperti berada di dalam perahu yang mengalami badai yang sangat besar. Tidak jarang, kita pun menjadi sulit untuk memikirkan jalan keluar untuk melewati masalah-masalah kita. Kita merasa bahwa tidak ada jalan keluar bahkan yang kita temui adalah jalan buntu. Inilah yang dinamakan; kita kurang memiliki hikmat dalam menghadapi kehidupan ini.

Yakobus 1:5 mengajak kita untuk meminta hikmat itu kepada Sumber segala hikmat yaitu Allah sendiri. Saat menghadapi masalah, baik yang kita sengaja maupun tidak, terkadang kita merasa tidak layak di hadapan Allah. Hal itu membuat kita menjadi malu atau merasa berdosa untuk meminta perkenanan Allah. Lalu kita mengandalkan kekuatan dan pikiran kita sendiri sehingga damai sejahtera pun menjadi lenyap.

Di dalam renungan kali ini, kita perlu memulai komitmen kita untuk selalu mengandalkan hikmat Tuhan. Apa pun yang kita alami, ingatlah bahwa Ia adalah Allah yang Maha Pengampun. Ketika kita sungguh-sungguh meminta hikmat Tuhan, maka Ia akan menunjukkan kemurahan hati-Nya. Ia akan berbelas kasihan untuk memberikan hikmat itu kepada kita.

WHAT TO DO:
1. Menyadari bahwa Allah itu kasih dan penuh hikmat
2. Belajar untuk selalu mengandalkan hikmat Tuhan agar kita dapat lebih bijaksana dalam melihat permasalahan hidup
3. Minta hikmat Tuhan dengan kesungguhan hati dengan memiliki saat teduh yang benar

BIBLE MARATHON:
▪︎Markus 8:9

Card image
Renungan Pagi - 15 November 2023
2023-11-15 09:02:40


Kehidupan setiap orang percaya akan Tuhan dengan segenap hati akan nampak dalam kehidupannya yang selalu mendahulukan Tuhan dalam segala hal, yang artinya apapun yang terjadi, Tuhan selalu menjadi yang terutama. Bahkan kita akan menyadari bahwa tidak dapat hidup tanpa Tuhan.

Ketika kita mendahulukan Tuhan lebih dari segalanya, lebih dari kepentingan, lebih dari keuntungan, lebih dari segala kebanggaan, maka Tuhan pasti akan memelihara dan memberkati kehidupan kita. Apapun yang dikerjakan, selalu kita arahkan bagi kemuliaan Nama Tuhan.

Alkitab berkata, "Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." Dan ingatlah bahwa segala sesuatu yang akan kita lakukan, kerjakanlah bagi kemuliaan nama Tuhan ; "Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah."
(Matius 6:33; 1 Korintus 10:31)

Card image
Quote Of The Day - 15 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-15 09:00:11


Semakin kita meninggalkan kesenangan pribadi, semakin kita bisa menikmati Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 15 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-15 08:58:52


Apakah kita sudah menjadi manusia seperti yang Tuhan kehendaki? Gumulkan dan perkarakan di hadapan Tuhan sebelum kesempatan itu tidak ada lagi.

Card image
EMPTINESS - 15 November 2023 (English Version)
2023-11-15 08:56:59


Our Lord’s statement, “I am with you always until the end of the world,” should be seen in the context of the Great Commission, i.e., “Therefore go, and make disciples of all nations.” That statement should be seen as an appointment of delegation. The world moves in its economic, social, political, and other dynamics, including those related to the environment, such as the earth’s ecosystem, natural disasters, weather anomalies, etc. These dynamics affect the world’s communities on a more global scale. An event that occurs in one place will affect another.

The dynamics of each person’s life cannot be separated from the dynamics of the global community. And God is present in the dynamics of each life.  God will lead us through the dynamics of life. Our school of life occurs throughout the dynamics of our individual lives and concerning our surroundings. We must experience God as we struggle through the dynamics of our life, within our environment, and towards our spiritual maturity.

“I am with you always” means “I will always be present in your life and teach you to be My disciple, and help you to teach others to be My disciples.” Therefore, we must experience God’s presence in our life, here and now. It’s a must. We should never be satisfied with our understanding of theological perspectives, assuming that this understanding is an encounter with God.   We must realize that there is an emptiness in our life that must be and can only be filled through encounters with God. God is willing to teach us to be His disciples, and this teaching will never stop.

Any global crisis experienced by the world should impact our lives; for example, a global economic crisis will have some impact on our finances. This type of situation requires new messages from God. Unfortunately, if a servant of God has never encountered God, they cannot deliver fresh inspiration from God. Therefore, we should ask ourselves, “All this time, have I truly experienced God’s presence?” God’s presence is here and now in our lives through all the crises we experience here and now.

Everything in our life is God’s work, and it must be done according to His plan as led by the Holy Spirit.  God will provide a portion of His presence in our lives according to what we need. Each portion is enough to answer our questions and solve our problems for the time. It will never fail. He is alive. He is real. Therefore, we must heed His Word as this will build up our knowledge.  We must meet with Him in prayer to build up our sensitivity to His presence in our lives. There is not one day when God doesn’t set a portion of His presence to instruct us.

A good teacher will ensure that the educational curriculum, along with all relevant subjects, is fully prepared for their students. A good parent will plan and prepare healthy and nutritious meals as their children require. God surpasses any good teacher or parent. As a Father, He guarantees His providence in our life. As a Teacher, He disciplines us. There is never a day that goes without His blessing. Yet, how is it that we do not experience any of these in our life? Because our attitude toward God is unacceptable. The only acceptable standing before God is placing  Him as our sole target in life.

As we meet with God, we build an exclusive and intimate relationship with Him. Therefore, we can find the meaning of life. It is not an exaggeration when the Word of God says, “So whether you eat or drink or whatever you do, do it all for the glory of God.” That is the standard. All other businesses in life must only support this. Therefore, we must not have any other desire than God. When God is the only target in our lives, all things that happen can be endured lightly. As we know, as long as we have God, anything in our life is nothing. This attitude lifts God. 

Note we are not embracing an ideality because God is not an ideality. We embrace a living, Almighty God. As we read through the Bible, we will be strengthened by the stories of the heroes of faith who fixed their eyes steadily upon the Almighty God. Remember the Psalmist said, “And earth has nothing I desire besides You.” God often  lets us experience hardships so that we will fix our eyes on Him alone. As we strive to desire God and God alone, then, every day, we will be able to feel and perceive His presence and discipline. The Holy Spirit will give us the understanding to piece together our day-to-day activities and to devote them to God alone. Then, because we know that hardships reinforce spiritual maturity through our experience of God’s presence and nutritious blessings for our eternal soul, even the most grievous hardship can be lightly endured as we know our hardships reinforce spiritual maturation.  

WE MUST REALIZE THAT THERE IS AN EMPTINESS IN OUR LIFE THAT MUST BE AND CAN ONLY BE FILLED THROUGH ENCOUNTERS WITH GOD.

Card image
RUANG KOSONG - 15 November 2023
2023-11-15 08:53:52


Ketika Tuhan berkata, “Aku beserta kamu senantiasa sampai akhir zaman,” konteksnya ada mandat, yang dikenal dalam bahasa Inggris sebagai The Great Commission; Amanat Agung; yaitu, “Jadikan semua bangsa murid-Ku.” Ini dalam penugasan. Dunia kita bergerak, ada dinamika hidup tidak pernah berhenti dalam berbagai aspek; ekonomi, sosial politik, dan lain sebagainya. Termasuk ekosistem bumi, bencana, anomali cuaca dan lain sebagainya. Dunia ini ada dinamikanya secara komunitas, dan makin mengglobal. Apa yang terjadi di sebuah tempat, pasti memengaruhi tempat lain.

Setiap kita punya dinamika hidup yang tidak lepas dari dinamika hidup yang berlangsung. Di dalam hal ini, Tuhan hadir. Tuhan menuntun kita bagaimana melewati perjalanan dalam dinamika hidup yang bergerak ini. Sekolah kehidupan kita tetap berlangsung dalam dinamika hidup kita pribadi, terkait dengan dinamika hidup yang berlangsung di dunia sekitar. Bagaimana kita bergumul dalam dinamika hidup terkait dengan dunia ini, terkait dengan lingkungan, dan bagaimana kita harus bertumbuh dewasa. Dari proses ini, kita harus mengalami Tuhan.

“Aku menyertai kamu,” artinya “Aku akan tetap hadir dan memuridkan kamu, dan menolong kamu memuridkan orang lain.” Maka kita harus mengalami kehadiran Tuhan di dalam hidup kita, di zaman dan di waktu kita. Harus. Kita tidak boleh puas dengan pengetahuan teologi yang dimiliki, yang kita maknai sebagai perjumpaan dengan Tuhan. Kita harus menyadari ada ruang kosong, ada bagian kosong dalam hidup kita yang harus dan hanya bisa diisi melalui perjumpaan dengan Tuhan. Tuhan mau memuridkan kita dan tiada henti menyekolahkan kita.

Kalau dunia mengalami krisis, kita juga mengalami krisis. Kalau dunia mengalami masalah ekonomi global, kita juga pasti mengalami. Di situasi seperti ini, harus ada pesan-pesan yang baru. Kalau seorang hamba Tuhan tidak mengalami perjumpaan dengan Tuhan, maka dia tidak bisa menyampaikan inspirasi baru yang dari Tuhan. Maka kita harus mulai bertanya, “Apakah saya mengalami penyertaan Tuhan selama ini?” Penyertaan yang real time saat ini dalam hidup kita, dalam masalah yang up to date yang kita alami.

Semua hal dalam hidup kita haruslah dalam desain Tuhan, karena ini pekerjaan-Nya dan tentu dalam tuntunan Roh Kudus. Hebatnya, Tuhan menyediakan porsi kehadiran-Nya dalam hidup kita sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Porsi kehadiran untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kita dan menyelesaikan masalah-masalah kita. Tidak akan meleset. Dia hidup. Dia nyata. Oleh sebab itu, firman Tuhan harus kita dengar, yang akan membangun bangunan pengertian secara nalar. Kita harus mengalami perjumpaan dalam doa yang membuat kita sensitif terhadap kehadiran Tuhan di dalam perjalanan hidup kita.

Tidak ada satu hari yang Tuhan tidak menyediakan porsi kehadiran-Nya untuk mendidik. Guru yang baik pasti menyediakan mata pelajaran, menyediakan kurikulum untuk pendidikan anak didiknya. Orang tua yang baik, menyediakan menu makanan bergizi yang dibutuhkan anak-anaknya. Allah lebih dari itu. Dia sebagai Bapa, menyediakan berkat pemeliharaan. Dia sebagai guru, menyediakan pendidikan. Tidak ada hari tanpa berkat Tuhan. Kenapa kita tidak mengalami itu? Karena kita bersikap salah terhadap Tuhan. Sikap benar yang harus kita miliki adalah * jadikan Dia satu-satunya tujuan hidup.

Ketika kita bertemu dengan Tuhan, kita memiliki satu hubungan yang eksklusif, yang intim dan di situlah kita menemukan makna hidup. Jadi tidak berlebihan firman Tuhan mengatakan, “Baik kau makan atau minum atau melakukan segala sesuatu, lakukan semua untuk kemuliaan Allah.” Ini standar. Yang lain harus menjadi dukungan. Maka jangan punya keinginan apa pun selain Tuhan. Ketika kita menjadikan Tuhan tujuan hidup satu-satunya, hidup kita menjadi ringan. Sebab, apa pun yang terjadi, tidak masalah, yang penting kita punya Tuhan. Kalau Tuhan kita perlakukan dengan sikap itu, Tuhan tersanjung.

Ingat, kita tidak bercumbu dengan bayang-bayang, karena Tuhan bukan bayang-bayang. Kita bercumbu dengan Allah semesta alam yang hidup. Kalau kita membaca Alkitab bagaimana tokoh-tokoh iman begitu kokoh, mereka memandang Tuhan begitu kuat, kita juga menjadi kuat. Ingat kalimat pemazmur, “Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.” Tuhan sering membiarkan masalah itu ada, supaya kita memandang Tuhan. Kalau kita menjadikan Tuhan tujuan kita, kita baru bisa merasakan, memahami kehadiran-Nya dan didikan-Nya setiap hari. Roh Kudus pasti memberi pengertian bagaimana kita merangkai semua kegiatan kita dan mengarahkannya ke Tuhan. Sehingga masalah yang paling berat pun jadi ringan, karena kita tahu di balik masalah ini ada pendewasaan, ada kehadiran Tuhan, ada nutrisi jiwa untuk kekekalan. Kita akan semakin peka untuk memaknai kejadian-kejadian di mana Tuhan menasihati kita, dan ini akan membuat kita dewasa.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS MENYADARI ADA RUANG KOSONG DALAM HIDUP KITA YANG HARUS DAN HANYA BISA DIISI MELALUI PERJUMPAAN DENGAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 November 2023
2023-11-15 08:50:27

Kisah Para Rasul 1-3

Card image
Truth Kids 14 November 2023 - JANGAN DITUNDA
2023-11-14 16:43:21


Roma 2:5
”Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan.”

Sobat Kids, pasti tahu cerita Musa membebaskan bangsa Israel dari Mesir, kan? Pada Alkitab dituliskan kalau ada sepuluh tulah (bencana) yang didatangkan Tuhan kepada bangsa Mesir. Bencana-bencana tersebut begitu parah berdampak pada bangsa Mesir. Namun, butuh sampai sepuluh kali diterpa bencana agar Firaun akhirnya mau membebaskan bangsa Israel dari perbudakan. Firaun mengeraskan hatinya. Ia tidak mau bertobat dari kesalahannya yaitu tidak mau membebaskan bangsa Israel.

Firaun sudah diberi peringatan oleh Musa, jika tidak bertobat dan melakukan hal yang Tuhan minta, maka akan ada bencana. Firaun tidak mau bertobat sehingga datanglah bencana. Kali kedua, ketiga sampai kesembilan Musa meminta Firaun untuk bertobat, Firaun tetap menolak. Begitu banyak bencana yang terjadi karena Firaun mengeraskan hatinya. Akhirnya, pada tulah kesepuluh, Firaun menyerah.

Sobat Kids, jika kita mengeraskan hati dan tidak mau bertobat, itu artinya kita seperti menumpuk kesalahan kita. Seperti Firaun yang mendatangkan begitu banyak bencana karena tidak mau bertobat. Kita masih bisa berubah, Sobat Kids. Jangan keraskan hatimu. Saat menyadari kita telah melakukan kesalahan, kita bisa langsung bertobat. Jika kita melakukan kesalahan, saat itu juga kita harus minta maaf dan berubah. Jangan ditunda, ya!

Card image
Truth Junior 14 November 2023 - POLAROID
2023-11-14 16:41:12


Roma 2:5
”Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan.”

Kamera Polaroid adalah sebuah kamera yang menghasilkan lembaran foto secara instan; tidak perlu dicuci cetak dahulu, sudah bisa langsung dipegang, tercetak di atas kertas foto. Apakah kalian pernah melihat, memegang, atau bahkan menggunakannya? Kamera Polaroid sangat disukai karena kelebihannya yang instan menghasilkan lembaran foto. Begitu pula dengan pertobatan, tidak perlu menunggu nanti atau waktu tertentu untuk meminta pengampunan dari Tuhan, Sobat Junior. Saat kita melakukan kesalahan, waktu kita menyadarinya, saat itu juga kita bisa langsung menujukan hati kita kepada Tuhan, dan meminta ampun atas kesalahan tersebut.

Dan tahukah kalian, bahwa Tuhan juga pasti langsung mengampuni kalian? Dengan catatan, kalian benar-benar tulus waktu meminta ampun, tidak berencana mengulangi atau berkeras hati tidak mau bertobat, ya. Walaupun mungkin akibat dari kesalahan itu tetap ada yang harus kita tanggung, tapi kita bisa menggunakan hal tersebut sebagai bekal untuk ke depannya agar kita tidak sembarangan lagi dalam bertindak, berucap, atau memikirkan sesuatu.

Sama seperti hasil instan dari kamera Polaroid yang tidak bisa diubah-ubah atau diedit seperti foto yang ada di gadget kita, hasil perbuatan salah kita pun akan apa adanya kita terima. Tapi Sobat Junior jangan lupa, Tuhan yang Maha Segalanya ada dan mengasihi kita. Kita pasti dijauhkan dari akibat-akibat yang mencelakai dan membahayakan keselamatan jiwa kita, karena kita milik-Nya. Tujukan selalu hatimu kepada-Nya, berniatlah untuk selalu mengasihi dan menyenangkan hati-Nya. Maka, kalian bisa mendapat berkat, sekalipun dari akibat kesalahanmu sendiri.

Card image
Truth Youth 14 November 2023 (English Version) - DON'T GO IT ALONE
2023-11-14 16:38:56


"Trust in the Lord with all your heart, and do not lean on your own understanding. In all your ways acknowledge Him, and He will make straight your paths." (Proverbs 3:5-6)

An undeniable law of nature is that moving something heavy requires great strength. To move a large elephant, you can't do it with just one hand; it takes many hands. To relocate a massive rock, you need a group of people to pull it. A wagon filled with a heavy load requires a team of people to pull it.

Our lives are often shadowed by problems that sometimes seem beyond our capacity. However, God allows these challenges to draw us back to Him and rely on Him. Remember that something incredibly heavy cannot be moved by one hand alone; it takes many hands. Our lives, filled with ups and downs and struggles, cannot be navigated by our own strength alone. We need God because, as humans who are essentially creations, we cannot be separated from the Creator. The Creator, God, wants us to remain dependent on Him.

The challenges in our lives teach us not to rely solely on our own knowledge or understanding but to rely on God's wisdom and guidance in every action and decision we make. When we fully depend on God and include Him in every aspect of our lives, He will guide and straighten our paths according to His plan. Although entirely depending on God may seem impractical for us, who often rely on our own thoughts, knowledge, and understanding, we must push ourselves to depend on Him. Don't face the complexities and challenges of this wicked world, which can bring you down, alone.

WHAT TO DO:
Rely on God in every step of your life.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mark 6-7

Card image
Truth Youth 14 November 2023 - JANGAN SENDIRIAN
2023-11-14 16:29:23


”Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” (Amsal 3:5-6)

Sebuah hukum alam yang tidak terbantahkan adalah, untuk memindahkan suatu yang memiliki beban yang besar, perlu kekuatan yang besar pula. Untuk memindahkan seekor gajah yang besar tidak mungkin dipindahkan dengan satu tangan, perlu banyak tangan untuk memindahkannya. Memindahkan sebuah batu yang besar perlu sekumpulan orang untuk menariknya. Gerobak yang bermuatan banyak diperlukan banyak orang pula untuk menariknya.

Hidup kita sering dibayang-bayangi oleh masalah yang terkadang, kita merasa masalah tersebut lebih dari apa yang kita mampu. Namun, sebenarnya Tuhan mengizinkannya agar kita kembali kepada Tuhan dan mengandalkan-Nya. Ingat, sesuatu yang sangat berat tidak dapat dipindahkan dengan tangan sendiri, perlu banyak tangan. Hidup kita yang penuh lika-liku dan pergumulan, tidak cukup dengan kekuatan sendiri, kita perlu Tuhan. Karena, sebagai manusia yang pada hakikatnya adalah ciptaan, kita tidak dapat lepas dari Sang Pencipta. Sang Pencipta, yakni Tuhan ingin agar kita selalu bergantung kepada-Nya.

Masalah hidup kita mengajarkan kita agar kita tidak mengandalkan pengetahuan atau pemahaman kita sendiri, tetapi untuk mengandalkan kebijaksanaan dan petunjuk Tuhan dalam setiap tindakan dan keputusan kita. Ketika kita sepenuhnya mengandalkan Tuhan dan memasukkan-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita, maka Tuhan akan membimbing dan meluruskan jalan kita sesuai dengan rencana-Nya. Memang, menggantungkan diri dan mengandalkan Tuhan sepenuhnya seperti hal yang terkesan tidak masuk akal bagi kita yang sering kali mengandalkan pemikiran, pengetahuan, dan pemahaman kita sendiri. Namun, kita harus mendorong diri kita agar kita mengandalkan Tuhan. Jangan sendirian menghadapi hiruk-pikuk dan lika-liku dunia yang jahat, yang dapat menjatuhkan kita.

WHAT TO DO:
Andalkan Tuhan dalam setiap langkah hidup kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Markus 6-7

Card image
Renungan Pagi - 14 November 2023
2023-11-14 15:57:42


Meskipun Tuhan menghendaki segala yang baik terjadi dalam hidup anak-anak-Nya, tetapi Tuhan tidak ingin kita menjadi anak-anak yang manja, karena itulah Tuhan ijinkan tekanan hidup, pergumulan dan persoalan untuk kita hadapi, bukan karena Tuhan menghukum, tetapi karena Tuhan menghendaki agar kita menjadi semakin kuat.

"Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan dikeluarkan-Nya mereka dari kecemasan mereka, dibuat-Nyalah badai itu diam, sehingga gelombang-gelombangnya tenang." Dan ketika hidup diberkati, ditolong oleh Tuhan, menikmati kemurahan Allah, kita akan menyadari bahwa segala berkat itu datangnya dari Tuhan.

Sehingga tidak lupa bersyukur dan tidak menjadi sombong. Ketika berhadapan lagi dengan tekanan dan persoalan hidup, maka Tuhan menghendaki agar kita semakin kuat dan dewasa dalam menyikapinya, sehingga tetap dapat bersyukur di tengah badai hidup sampai melihat pertolongan Tuhan akan dinyatakan lagi dalam hidup kita.
(Mazmur 107:28-29)

Card image
Quote Of The Day - 14 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-14 15:54:39


Kesetiaan kita sebagai mempelai Kristus dibuktikan dengan tidak mengingini siapa pun kecuali Tuhan Yesus Kristus.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 14 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-14 15:53:25


Kegagalan-kegagalan kita bisa diubah Tuhan menjadi sesuatu yang positif. Berpeganglah pada Tuhan.

Card image
DO NOT FEAR BEING HONEST - 14 November 2023 (English Version)
2023-11-14 15:51:27


Indeed, God fulfils His promises and proves His faithfulness. Before Jesus ascended to heaven, He promised He would be with believers, “I am with you always, even to the end of the age.” It’s as if God says, “Just as I have been with you all this time, I will continue to be with you.” The essential question we must address is how much we truly experience God’s presence.

Many Christians are uncertain whether God is with them, and some may even doubt whether God truly exists or whether God is a reality that can be experienced. While good Christians may not experience God’s presence, they don’t feel troubled or question it, neither to themselves nor to God. We can introspect on this by asking, “How much have I genuinely experienced God?” Discuss this with God by asking, “How can I experience Your presence, Lord?”

Do not be afraid to admit that until now, we have lacked the genuine experience of God. Even people with testimonies might have moments when they doubt God is still with them. The main point is how we can ultimately have a genuine encounter with God, a real interaction with Him. We should seek God so that we don’t fantasize about Him but genuinely experience Him. To achieve this, we must be willing to set aside time to cry out to the God who created heaven and earth; the God described in the Bible as the living God. And we should discuss this, “Where are You, God?” Do not be embarrassed to admit that, until now, we have not truly experienced God in an absolute sense.

We should be able to experience it. Servants of God who study the Bible study theology give the impression that they know God. However, in reality, they may intellectually know God cognitively but not necessarily in a personal encounter with God. Regardless of our age, we still need to seek the face of God, seek the presence of God. There are undoubtedly testimonies that we have experienced in life that are irrefutable evidence of God’s involvement, which shows God’s presence in our lives. But perhaps there is still a part of our lives that we feel is lacking and needs to be filled; that is, “I need to experience God.”

Because our experience with God must always be new, we don’t live in the past. We may have been sick and recovered; we may have faced serious problems, and God helped us. Whatever the testimonies are, we should not stand on past experiences solely in this context.  Every day, we should have a new experience with God, a fresh encounter with God. If not, there is a part of our lives that remains incomplete. We cannot fill the emptiness in our souls with past experiences, but we must fill it with new experiences with God. And God is willing to fill that void.

There is no time when God is not with us.  So, we should not allow a blank spot in our lives, as if there is an area where we can be disconnected from God. It’s certainly not because God has abandoned us, but we have left Him. Because God indeed fulfils His promises and demonstrates His faithfulness. God will show His greatness to accomplish what He says, “I am with you.” So, if we do not experience God’s presence, it’s not God’s fault, but something is wrong in our lives.  

DO NOT BE AFRAID TO ADMIT THAT, UP TO THIS POINT HONESTLY, WE HAVE LACKED THE EXPERIENCE OF GOD'S PRESENCE.

Card image
JANGAN TAKUT JUJUR - 14 November 2023
2023-11-14 15:39:10


Pasti Tuhan memenuhi janji-Nya dan membuktikan kesetiaan-Nya. Sebelum Yesus naik ke surga, Yesus berjanji bahwa Ia akan menyertai orang percaya; “Aku menyertai kamu senantiasa, sampai pada akhir zaman.” Seakan-akan Tuhan bicara, “Seperti Aku telah bersama-sama dengan kamu selama ini, Aku akan tetap bersama-sama dengan kamu.” Kita bisa mengerti mengapa murid-murid Yesus begitu berani memberitakan Injil, begitu berani berkorban, begitu kuat pengharapannya akan kedatangan Tuhan. Semua itu karena mereka benar-benar mengalami penyertaan Tuhan. Menjadi persoalan penting yang kita harus perkarakan pada kesempatan ini adalah seberapa kita sungguh-sungguh mengalami penyertaan Tuhan.

Banyak orang Kristen yang tidak yakin bahwa Allah menyertai dirinya, bahkan mungkin juga meragukan apakah Allah benar-benar ada, apakah Allah benar-benar suatu realitas, apakah benar-benar Allah suatu kenyataan yang bisa dialami. Sementara orang-orang Kristen yang baik-baik, tidak mengalami penyertaan Tuhan, tetapi tidak merasa gusar dan tidak memperkarakannya, tidak mempertanyakannya kepada diri sendiri dan tidak mempertanyakannya kepada Tuhan. Kita dapat memperkarakan hal ini terhadap diri sendiri dengan pertanyaan, “Seberapa aku sungguh-sungguh telah mengalami Tuhan?” Memperkarakan dengan Tuhan dengan pertanyaan, “Bagaimana aku bisa mengalami penyertaan-Mu, Tuhan?”

Jangan takut jujur untuk mengakui bahwa selama ini kita kurang mengalami penyertaan Allah. Bahkan orang-orang yang memiliki kesaksian-kesaksian, juga ada saat di mana mereka meragukan bahwa Allah masih menyertai mereka. Pada intinya adalah bagaimana pada akhirnya setiap kita benar-benar mengalami perjumpaan dengan Allah, berinteraksi dengan Allah secara nyata. Dan inilah yang harus benar-benar kita gumuli, supaya kita tidak berfantasi mengenai Allah, tetapi kita benar-benar mengalami Allah secara nyata dalam kehidupan ini. Untuk itu, kita harus benar-benar menyediakan waktu untuk berseru kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi, yang dikisahkan di dalam Alkitab bahwa Dia adalah Allah yang hidup. Dan kita memperkarakan ini, “Di manakah Engkau ya, Allah?” Jangan malu mengakui bahwa selama ini kita belum mengalami Tuhan secara nyata atau secara riil.

Mestinya kita bisa mengalami. Hamba-hamba Tuhan yang belajar Alkitab, belajar teologi, mengesankan bahwa mereka mengenal Allah. Namun sejujurnya, mereka mengenal Allah dalam ilmu, mengenal secara kognitif, tetapi belum tentu mengenal dalam perjumpaan secara pribadi dengan Allah. Umur berapa pun kita, tetap kita harus mencari wajah Tuhan yaitu mencari hadirat Tuhan. Memang ada kesaksian-kesaksian yang kita alami dalam hidup yang tidak terbantahkan bahwa itu campur tangan Tuhan, bahwa itu benar-benar menunjukkan kehadiran Tuhan di dalam hidup kita. Tetapi kiranya kita masih harus merasa ada bagian yang kurang di dalam hidup yang harus kita penuhi; yaitu, “Aku harus mengalami Tuhan.”

Sebab, pengalaman kita dengan Tuhan harus selalu baru. Kita bukan hidup di masa lalu. Pernah sakit, sembuh; pernah mendapat persoalan berat, Tuhan tolong. Apa pun kesaksiannya, jangan berdiri di atas pengalaman masa lalu semata-mata di dalam konteks atau masalah ini. Setiap hari harus ada pengalaman baru dengan Tuhan, perjumpaan dengan Tuhan. Jika tidak, ada bagian yang kurang dalam hidup kita. Kita tidak bisa mengisi kekosongan jiwa kita dengan pengalaman masa lalu, tetapi harus kita isi dengan pengalaman yang baru dengan Tuhan. Dan Tuhan berkenan menyediakan pengalaman baru itu, sebab Dia beserta kita.

Jadi, betapa malang kalau seseorang merasa hubungannya dengan Tuhan sudah cukup karena sudah punya pengalaman dengan Tuhan di masa lalu, dan bagian kosong di dalam dirinya diisi dengan pengalaman masa lalu. Mari kita sadari bahwa Dia yang berkata menyertai kita sampai kesudahan zaman berarti penyertaan-Nya terus-menerus tiada henti. Dan mestinya kita harus selalu merasa ada kekosongan dalam diri kita, yang hanya bisa diisi dengan atau oleh Tuhan dalam perjumpaan langsung, sehingga ada pengalaman baru dengan Tuhan. Dan Tuhan bersedia mengisi kekosongan itu dengan kehadiran-Nya.

Tidak ada waktu di mana Tuhan tidak menyertai kita. Jadi, jangan kita membiarkan ada blank spot di dalam hidup kita, seakan-akan ada wilayah di mana kita bisa tidak ada koneksi dengan Allah. Tentu bukan karena Tuhan meninggalkan kita, melainkan kita yang meninggalkan Dia. Sebab, Tuhan pasti memenuhi janji-Nya dan membuktikan kesetiaan-Nya. Tuhan pasti akan menunjukkan keagungan Pribadi-Nya untuk memenuhi apa yang Dia ucapkan, “Aku menyertai kamu.” Jadi kalau kita tidak mengalami penyertaan Tuhan, bukan salah Tuhan, melainkan pasti ada yang salah di dalam hidup kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JANGAN TAKUT JUJUR UNTUK MENGAKUI BAHWA SELAMA INI KITA KURANG MENGALAMI PENYERTAAN ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 November 2023
2023-11-14 15:35:35

Lukas 24
Yohanes 20-21

Card image
Truth Kids 13 November 2023 - BERHATI-HATI
2023-11-13 09:41:28


Amsal 14:16
“Orang bijak berhati-hati dan menjauhi kejahatan, tetapi orang bebal melampiaskan nafsunya dan merasa aman.”

Siapa yang kemarin sudah kapok dan berjanji tidak mau melakukan kesalahan yang sama? Kalian hebat, Sobat Kids! Namun, ada hal lain yang kalian harus ingat, Sobat Kids. Meskipun sudah berkali-kali bertobat atas kesalahan yang sama, bukan tidak mungkin kita masih bisa mengulanginya lagi. Iblis bisa mengecoh atau menipu kita, Sobat Kids. Iblis ingin kita terjebak ke dalam kesalahan yang sama terus menerus. Oleh sebab itu kita harus berhati-hati, Sobat Kids. Jangan sampai kita masuk ke dalam perangkap Iblis.

Coba kalian pikirkan, kesalahan apa yang sering kalian lakukan? Apakah melawan orangtua, tidak mau dengar-dengaran kepada mama papa, malas belajar, atau suka mengganggu teman? Coba kalian ingat-ingat. Jika kalian sudah sadar dengan kesalahan yang sering kalian perbuat, mulai sekarang lebih berhati-hatilah untuk menjauhi kesalahan itu. Hati-hati, ya, Sobat Kids!

Card image
Truth Junior 13 November 2023 - BERHATI-HATILAH
2023-11-13 09:39:53


Amsal 14:16
“Orang bijak berhati-hati dan menjauhi kejahatan, tetapi orang bebal melampiaskan nafsunya dan merasa aman.”

Pada hari Minggu yang cerah, Kino bersiap-siap untuk berangkat ke gereja bersama keluarganya. Ketika sudah siap, mereka pun berangkat pergi menuju ke gereja. Sesampainya di gereja, Kino pergi ke ruang Sekolah Minggu. Ia sangat bersemangat mengikuti Sekolah Minggu. Satu per satu pun teman Kino datang dan mereka saling menyapa. Tiba-tiba perut Kino berbunyi krukk..krukk...., “aduh kok lapar, ya? Padahal tadi di rumah aku sudah sarapan,” kata Kino dalam hati. Temannya pun mendengar perut Kino yang berbunyi. “Kino, perutmu kan bunyi. Bagaimana kalau kita beli jajanan di depan gereja? Ibadah Sekolah Minggu juga belum mulai!” kata Jojo kepada Kino. “Tapi aku tidak bawa uang. Aku hanya bawa uang persembahan saja,” jawab Kino. Sahut Jojo, “Tidak apa-apa, uang itu saja pakai dulu. Nanti sisanya baru kasih untuk persembahan, bagaimana? Aku juga pernah begitu, kok.” Kino terdiam sejenak dan berpikir lalu berkata, “Tidak boleh seperti itu, Jojo. Uang persembahan kita harus tetap untuk persembahan, ya. Seberapa orang tua kita berikan untuk persembahan, kita harus memberikan semua. Kalau kita menggunakan uang tersebut, berarti kita sudah berdosa.” Jojo pun tertunduk diam dan ia berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi.

Dari kisah di atas kita belajar bahwa kita harus berhati-hati, karena ada Iblis yang ingin kita melakukan kesalahan yang sama. Seperti Jojo, ia mau melakukan kesalahan yang sama. Maka dari itu, kita harus lebih berhati-hati karena Iblis selalu memperhatikan kita, meskipun kita sudah menyesal dan mencoba tidak mengulangi kesalahan tersebut. Oleh karena itu, kita harus lebih giat berdoa dan membaca firman Tuhan.

Card image
Truth Youth 13 November 2023 (English Version) - A BUILDING SPIRITUAL COMMUNITY
2023-11-13 09:37:14


"And let us consider how to stir up one another to love and good works, not neglecting to meet together, as is the habit of some, but encouraging one another, and all the more as you see the Day drawing near." (Hebrews 10:24-25)

We are probably familiar with the saying, "Bad company corrupts good character." This saying is rooted in God's Word, specifically in 1 Corinthians 15:33. In essence, it emphasizes the importance of choosing the right company.

We live in an increasingly wicked world. Many communities out there can be detrimental, leading us away from God. Therefore, we must be very cautious in choosing our associations and communities. One initial step is to join a spiritual community like a cell group (komsel).

But it doesn't stop there; we should remember that not all communities labeled as spiritual can build our spirituality. Many so-called spiritual communities or cell groups fail to nurture our spirituality. Yesterday, we learned about finding the right spiritual mentor for our lives, and one way to find them is through spiritual communities. Of course, not all of these communities genuinely build your spirituality; it's not just about the label "spiritual." So, how do you find a spiritual community that genuinely builds your spirituality?

The most important thing in finding the right spiritual community is to find one with a clear vision and purpose centered on God. Pray and ask God for guidance in determining if the chosen spiritual community meets your needs. Do not seek a spiritual community that is solely focused on socializing, eating together, going on vacations, and other activities that may deviate from the primary essence of a spiritual community, which is fellowship with God. It is not wrong to have fun with your spiritual community, but do not lose sight of the core essence of a spiritual community.

WHAT TO DO:
Seek God's guidance in determining what kind of spiritual community you should join.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mark 4-5

Card image
Truth Youth 13 November 2023 - KOMUNITAS ROHANI YANG MEMBANGUN
2023-11-13 09:34:00


"Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:24-25)

Tentu kita sudah tidak asing dengan kata “Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik”. Ya, perkataan tersebut merupakan firman Tuhan yang ditulis di dalam 1 Korintus 15:33. Pada intinya, perkataan tersebut menunjukkan betapa pentingnya untuk memilih pergaulan yang benar.

Kita berada di dunia yang semakin jahat. Banyak komunitas di luar sana yang dapat merusak kita, menjatuhkan kita sehingga kita jauh dari Tuhan. Dengan demikian, kita harus sangat berhati-hati dalam memilih pergaulan dan komunitas yang benar. Salah satu langkah awal kita adalah dengan bergabung dalam komunitas rohani seperti komsel.

Tidak berhenti di situ saja, karena kita harus ingat, bahwa tidak semua komunitas yang berlabel rohani pun dapat membangun kerohanian kita. Tidak sedikit komunitas rohani atau komsel yang juga tidak membangun kerohanian kita. Kemarin kita sudah belajar mengenai menemukan mentor spiritual yang tepat bagi kehidupan kita. Salah satu cara kita menemukannya adalah melalui komunitas rohani. Tentu, komunitas rohani yang benar-benar dapat membangun kerohanian kita, bukan sekadar label rohani. Pertanyaannya, bagaimana kita menemukan komunitas rohani yang dapat membangun kerohanian kita?

Hal terpenting untuk kita lakukan dalam menemukan komunitas rohani yang benar, adalah kita harus menemukan komunitas rohani yang memiliki visi dan tujuan yang jelas, yakni Tuhan. Kita dapat berdoa dan meminta petunjuk kepada Tuhan apakah komunitas rohani yang kita pilih sudah sesuai dengan apa yang kita perlukan. Jangan mencari komunitas rohani yang hanya sekadar berkumpul bersama, makan bersama, liburan bersama dan kegiatan lainnya, tetapi menghilangkan esensi utama dari komunitas rohani, yakni persekutuan dengan Tuhan. Tidak salah untuk kita have fun dengan komunitas rohani kita, tetapi jangan sampai jauh dari esensi utama dari komunitas rohani.

WHAT TO DO:
Mintalah petunjuk dari Tuhan, seperti apa komunitas rohani yang di dalamnya kita harus bergabung.

BIBLE MARATHON:
▪︎Markus 4-5

Card image
Renungan Pagi - 13 November 2023
2023-11-13 09:31:06


Kita harus memiliki roh yang takut akan Tuhan, sebab orang akan menjadi penuh hikmat, jika hidup takut akan Tuhan, dan kalau seseorang takut akan Tuhan, maka dia pasti akan hidup dalam kebenaran, Alkitab mengajarkan orang yang takut akan Tuhan tidak akan berjalan menyimpang dari kebenaran firman Tuhan. "Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat."

Bahkan ketika hidup takut akan Tuhan, maka kita akan bersikap tegas menyatakan tidak pada dosa dan kejahatan, sehingga kita tidak dapat dijerat oleh tipu daya iblis, bahkan hidup takut akan Tuhan sama artinya membuat hati Tuhan disenangkan oleh sikap hidup itu. "TUHAN senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, kepada orang-orang yang berharap akan kasih setia-Nya."
(Mazmur 147:11;.Amsal 8:13)

Card image
Quote Of The Day - 13 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-13 09:27:47


Kesetiaan kita kepada Bapa dibuktikan dengan ketaatan kita bertumbuh.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 13 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-13 09:26:21


Kalau Tuhan beri peringatan-peringatan lewat masalah, hal itu harus membuat mata kita terbuka, kita hidup dalam satu realitas.

Card image
SEIZING LIFE - 13 November 2023 (English Version)
2023-11-13 09:24:52


Once we learn to love God and feel the love in our hearts, when we make a mistake, we’ll be deeply disturbed. God allows us to feel His pain, and we will feel a tremendous sense of guilt, making sin the most traumatic thing for us. We become traumatized by sin, which is the path to achieving perfect holiness. In the past, we never felt that pain because when we sinned, we enjoyed it and didn’t care about hurting God’s heart. However, when we start to love God, there’s a love we need to protect amidst competitors where the Devil will offer attractions. And the most challenging competitor is ourselves.

The most challenging competitor is ourselves. The Devil will ride on our old selves. Our old selves become footholds—places for the Devil to stand—so we get caught up in our pleasures and self-satisfaction. That’s why Jesus said, “If you do not deny yourself, you are not worthy of Me.” Perhaps someone may ask, “Does God want to seize our lives to such an extent?”  God seizes our lives for our eternal salvation. He died on the cross to claim us, so legally, He has the right to possess us because He died on the cross to redeem our sins. But whether we offer ourselves to God or not is our free will. We can give it to ourselves for our pleasure; that is our freedom. God does not force.

Our hearts are within our dominion or sovereignty. God does not force us to give them to anyone, as God values the sovereignty entrusted to each human. God does not determine who is saved or who is not, but God establishes the law, the law of sovereignty. Whether we choose God or not, it’s our sovereignty. Ideally, if God has already bought us at a price, we should give our hearts to God. Speaking of the sovereignty of the heart, it is not just about being a good person who follows the laws. Because many Christians feel they are already saved or already predestined to be saved, and then they give their lives to following the law and being good people. That’s possible.

However, when we give our hearts to God, according to the standard that God desires, which is surrendering the sovereignty of our hearts to God, then we don’t just follow the law, but everything we do aligns with His thoughts and feelings. So, our standard is not just to be good and feel safe. Saved means returning to the original design, resembling Jesus, or being perfect like the Father.  *Sovereignty is given so that our hearts are wholly given to God.* If we give our hearts to God, loving God with all our heart, soul, mind, and strength, then we can say, “Your will be done, Father, not my will. Not your will according to the law, but your will according to your thoughts and feelings.”

At this level, we truly become God’s beloved. This kind of life is very challenging. That’s why the Holy Spirit is sealed within us, guiding us to all truth. We present our hearts to love God, so we willingly do His will. When it was said in the Old Testament, “Love the Lord your God with all your heart, soul, and mind,” it means we should follow the law. But in the New Testament, one more word was added: “mind, soul, heart and strength.” It means we should do what God thinks and desires.

Because if we only follow the law, we haven’t truly loved God according to the standards of the New Testament. From growing love for God to living in God’s sovereignty, learning to understand God’s will, and doing it, we reach a point: a broken heart. This broken heart cannot be faked. You must have seen the Christians cry, even wail in prayer, but their hearts are not broken proportionally. A servant of God must have a broken heart. It’s a must. This point of a broken heart must be experienced. One characteristic of a person with a broken heart is that they will be compassionate for others.

Because God’s feelings will be transmitted to their hearts, they can weep for others, even if they’re not family, not relatives. They can sacrifice without limits and are full of compassion. So, one day, God will say, “When I was hungry, you fed me. When I was naked, you gave me clothes.”  It’s impossible for someone who truly loves God not to have a broken heart and not to be compassionate toward others. God can’t invite those who lack compassion to be by His side for eternity. Theological schools don’t guarantee a broken heart. It often leads to pride.

If He gave His only begotten Son for us, why wouldn’t we be willing to give our hearts entirely to God?   

GOD SEIZES OUR LIVES FOR OUR ETERNAL SALVATION.

Card image
MEREBUT HIDUP - 13 November 2023
2023-11-13 09:21:49


Setelah kita belajar untuk mencintai Tuhan dan merasakan getar cinta dalam kalbu, maka ketika kita berbuat salah, kita akan merasa sangat terganggu. Kita diizinkan Tuhan merasakan luka Tuhan dan kita akan sangat merasa bersalah, sehingga dosa menjadi hal yang paling membuat kita trauma. Kita jadi trauma terhadap dosa, dan itu adalah jalan di mana kita mulai memiliki kesucian yang sempurna. Kalau dulu, kita tidak pernah merasakan luka itu. Karena ketika kita berbuat dosa, kita menikmati dosa dan tidak peduli dengan luka hati Tuhan. Namun, ketika kita mulai mencintai Tuhan, tentu ada cinta yang harus kita jaga, di tengah-tengah kompetitor yang mana Iblis akan menawarkan keindahan-keindahan. Dan yang paling berat yang kita hadapi adalah diri kita sendiri.

Pesaing yang paling berat adalah diri kita sendiri. Setan akan menunggangi manusia lama kita. Manusia lama kita menjadi foothold —tempat berpijak Iblis—agar kita asyik dengan kesenangan diri kita, kepuasan diri kita. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata, “Kalau kamu tidak menyangkal diri, kamu tidak layak bagi-Ku.” Mungkin ada yang bertanya, “Sebegitukah Tuhan mau merebut hidup kita?” Tuhan merebut hidup kita demi keselamatan kekal kita. Dia mati di kayu salib merebut kita, supaya secara hukum, Dia berhak memiliki kita karena Dia mati di kayu salib menebus dosa kita. Tetapi, apakah kita memberi diri untuk Tuhan atau tidak, itu merupakan kehendak bebas kita. Kita bisa berikan untuk diri kita sendiri, untuk kesenangan kita sendiri, itu kebebasan kita. Tuhan tidak memaksa.

Hati kita ada di dalam kekuasaan atau kedaulatan kita. Tuhan tidak paksa kita berikan kepada siapa, karena Tuhan menghargai kedaulatan yang dipercayakan-Nya kepada masing-masing manusia. Tuhan tidak menetapkan siapa yang selamat, siapa yang tidak selamat, tetapi Tuhan menetapkan hukumnya; hukum kedaulatan. Apakah kita memilih Tuhan atau tidak, itu kedaulatan kita. Mestinya kalau Tuhan sudah membeli kita dengan harga yang lunas dibayar, artinya kita harus memberikan hati kita kepada Tuhan. Bicara soal kedaulatan hati, ini bukan sekadar menjadi orang baik yang melakukan hukum-hukum. Sebab banyak orang Kristen merasa sudah selamat, apalagi merasa sudah ditentukan selamat, lalu dia memberikan hidupnya untuk melakukan hukum dan menjadi manusia baik-baik. Itu bisa.

Namun, kalau kita memberikan hati kita untuk Tuhan, dalam standar yang Tuhan kehendaki, yaitu kita menyerahkan kedaulatan hati kita untuk Tuhan, maka kita bukan hanya melakukan hukum melainkan semua yang kita lakukan sesuai pikiran dan perasaan-Nya. Jadi, standar kita bukan hanya jadi baik, lalu merasa sudah selamat. Selamat berarti dikembalikan ke rancangan semula; serupa dengan Yesus atau sempurna seperti Bapa. Kedaulatan diberikan supaya hati kita sepenuhnya diberikan kepada Tuhan. Kalau kita memberikan hati kepada Tuhan, mencintai Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, akal budi, dan kekuatan, maka kita bisa berkata, “Kehendak-Mu yang jadi, Bapa, bukan kehendakku. Bukan kehendak-Mu menurut hukum, melainkan kehendak menurut pikiran dan perasaan-Mu.”

Pada level ini barulah kita menjadi kekasih Tuhan. Sejujurnya, betapa sulitnya kehidupan semacam ini. Itulah sebabnya Roh Kudus dimeteraikan di dalam diri kita, yang menuntun kita kepada seluruh kebenaran. Hati ini kita persembahkan untuk mencintai Tuhan, supaya dengan rela kita melakukan kehendak-Nya. Kalau di Perjanjian Lama dikatakan, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi,” itu berarti kita harus melakukan hukum. Tetapi, ketika ayat itu ada di Perjanjian Baru, ditambahkan satu kata lagi: “akal budi, jiwa, segenap hati dan kekuatan.” Maksudnya, kita harus melakukan apa yang dipikirkan Allah, apa yang diingini Dia.

Sebab kalau hanya melakukan hukum, belumlah mencintai Tuhan dengan benar, untuk standar Perjanjian Baru. Dari cinta kepada Tuhan yang bertumbuh, sampai kita rela untuk hidup di dalam kedaulatan Allah, belajar mengerti kehendak Tuhan dan melakukannya, maka kita sampai pada satu titik: pecah hati. Pecah hati ini tidak bisa dibuat-buat. Pasti kita sudah pernah melihat orang Kristen menangis, bahkan meraung-raung dalam doa, namun hatinya tidak pecah secara proporsional. Seorang hamba Tuhan harus punya pecah hati. Harus. Titik pecah ini, harus dialami. Salah satu ciri orang yang hatinya pecah adalah dia akan penuh belas kasihan kepada orang.

Sebab, perasaan Allah akan ditularkan di hatinya. Dia bisa menangisi orang, walaupun bukan anak, bukan saudara. Dia bisa berkorban tanpa batas. Belas kasihan. Sehingga suatu hari Tuhan berkata, “Ketika Aku lapar, engkau beri Aku makan. Ketika Aku bertelanjang, kau berikan Aku pakaian.” Tidak mungkin orang yang menjadi kekasih Tuhan dengan benar, tidak pecah hati. Tidak mungkin orang pecah hati, tidak berbelas kasihan terhadap orang lain. Tidak mungkin Tuhan mengajak orang-orang yang tidak berbelas kasihan ada di samping-Nya, di kekekalan. Sekolah teologi tidak menjamin orang pecah hati. Yang ada, sering malah jadi sombong hati.

Kalau Dia memberikan Putra Tunggal-Nya untuk kita, mengapa kita tidak rela memberikan segenap hati kita untuk Tuhan?

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN MEREBUT HIDUP KITA DEMI KESELAMATAN KEKAL KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 November 2023
2023-11-13 09:18:11

Matius 28

Markus 16

Card image
Truth Kids 12 November 2023 - K A P O K
2023-11-12 09:47:58


Yohanes 5:14
Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: “Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.”

Apakah Sobat Kids masih ingat kisah Paulus, yang sudah kita pelajari bulan sebelumnya? Paulus menunjukkan sikap pertobatan yang benar. Ia merasa sangat menyesal karena telah menyakiti Tuhan dan orang-orang yang Tuhan kasihi. Ia melakukan itu karena ia belum mengerti kebenaran yang sesungguhnya. Paulus sangat menyesal, ia kapok (jera, tidak akan mengulanginya lagi) dan Paulus membuktikan pertobatannya dengan sungguh-sungguh. Paulus tidak lagi menyakiti orang-orang yang percaya kepada Tuhan. Malahan Ia memberitakan tentang Tuhan kemana-mana.

Pertobatan yang benar merupakan penyesalan yang bisa membuat kita kapok mengulangi kesalahan. Bagaimana dengan kalian, Sobat Kids?

Apakah ada kesalahan yang terus kalian lakukan lagi dan lagi? Yuk, kita bertobat sungguh-sungguh! Saat kita sudah diampuni, kita seperti sembuh dari dosa. Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk jangan berbuat dosa lagi. Seperti Paulus, kita harus benar-benar kapok dengan dosa yang sering kita lakukan.

Card image
Truth Junior 12 November 2023 - MENYESAL
2023-11-12 09:45:17


Yohanes 5:14
Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: ”Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.”

Sobat Junior, pernah tidak kalian menyesal setelah melakukan sesuatu yang salah? Ayo, coba diingat-ingat dulu! Sebab hari ini kita sama-sama mau belajar bahwa kita sering menyesal ketika melakukan sebuah kesalahan. Contohnya ketika ada PR, kita ingat bahwa ada PR yang harus kita selesaikan. Tetapi, kita menunda-nunda untuk mengerjakan PR itu. Dalam hati kita bicara, “Nanti aja deh aku buat PR-nya. Aku mau main dulu 30 menit, setelah itu baru mengerjakan PR.” Namun kenyataannya, kita lupa mengerjakan PR karena asyik bermain. Akhirnya kita capek, dan PR pun tidak jadi kita buat. Besoknya saat di sekolah, kita ditegur oleh ibu atau bapak guru karena tidak membuat PR. Karena sudah ditegur oleh guru dan mama papa, kalian menyesal dan bertekad tidak mengulanginya lagi. Tetapi apakah benar setelah kalian menyesal, kalian tidak mengulanginya kesalahan itu lagi?

Tentu setelah kita menyesal, kita tidak mengulangi kesalahan yang sama lagi. Sama seperti tokoh Yunus yang menyesal tidak mau mendengarkan perintah Tuhan untuk pergi ke Niniwe. Akibat dari tidak menaati perintah Tuhan, Yunus harus berada di dalam perut ikan besar selama tiga hari. Di dalam perut ikan, ia sungguh-sungguh berdoa dan minta ampun kepada Tuhan. Karena Tuhan melihat bahwa Yunus menyesal, ikan besar pun memuntahkan Yunus. Yunus pun pergi ke Niniwe sesuai dengan perintah Tuhan. Dari kisah Yunus, kita belajar bersama-sama bahwa ketika kita menyesali kesalahan kita, penyesalan yang dilakukan bukan hanya kita bicara, “Aku menyesal,” melainkan harus ada tindakan yang menyatakan bahwa kita benar-benar menyesali kesalahan kita.

Card image
Truth Youth 12 November 2023 (English Version) - THE RIGHT SPIRITUAL MENTOR
2023-11-12 09:35:32


"Remember your leaders, those who spoke to you the word of God. Consider the outcome of their way of life, and imitate their faith." (Hebrews 13:7)

A mentor is someone who possesses experience, knowledge, and broader insights in a particular field and is willing to guide, teach, and support others who want to learn and grow in that area. There are several reasons why we need mentors, including guidance, self-improvement, motivation, and support in life.

If we need mentors in our everyday life, whether in work, education, or other aspects, the same holds true for our spiritual life. We need to have a mentor who can support, guide, motivate, and encourage us in our spiritual journey. Of course, the best spiritual mentor for us is none other than Jesus Himself. Inside us, the Holy Spirit represents God in our lives, and the Holy Spirit will guide us. However, it's not impossible for God to use other people as His instruments to guide us, one of whom might be a spiritual mentor. The question then is how to choose the right mentor for our spiritual life? What are the criteria for a suitable spiritual mentor?

The right spiritual mentor for us is someone who can truly direct and guide our spiritual life towards intimacy with God. Furthermore, the right spiritual mentor is someone who can accept us as we are and motivate our spiritual life so that we can live according to what God desires.

How do we find the right spiritual mentor for us? We can begin our journey to find a spiritual mentor through spiritual communities like cell groups. Certainly, we need to seek God's guidance regarding the kind of spiritual mentor who is right for us, and God will surely reveal it.

WHAT TO DO:
Join a spiritual community like a cell group, where you can find your spiritual mentor.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mark 1-3

Card image
Truth Youth 12 November 2023 - MENTOR ROHANI YANG TEPAT
2023-11-12 09:32:12


"Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka." (Ibrani 13:7)

Mentor adalah seseorang yang memiliki pengalaman, pengetahuan, dan wawasan yang lebih luas dalam bidang tertentu dan bersedia untuk membimbing, mengajar, dan mendukung orang lain yang ingin belajar dan berkembang dalam bidang tersebut. Ada beberapa alasan mengapa kita perlu mentor, di antaranya adalah memandu dan membimbing kita, membantu kita dalam peningkatan diri, dan memotivasi serta mendukung kita dalam kehidupan.

Jika kita perlu mentor dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam pekerjaan, pendidikan, dan lain-lainnya, demikian pula dengan kehidupan spiritual kita. Kita perlu memiliki mentor untuk mendukung, memandu, dan memotivasi dalam kehidupan spiritual kita. Tentu mentor spiritual yang terbaik bagi kita tidak lain adalah Tuhan Yesus sendiri. Di dalam kita hadir Roh Kudus yang menjadi wakil Tuhan di dalam hidup kita, dan Roh Kudus pasti menuntun kita. Namun, bukan tidak mungkin Tuhan memakai orang lain menjadi perantara-Nya untuk membimbing kita, salah satunya melalui seorang mentor spiritual. Namun, pertanyaannya adalah bagaimana kita memilih seorang mentor yang tepat bagi kehidupan spiritual kita? Seperti apa kriteria seorang mentor yang tepat bagi kita?

Mentor spiritual yang tepat bagi kita adalah mentor yang dapat benar-benar mengarahkan dan membimbing kehidupan rohani kita menuju keintiman kepada Tuhan. Selain itu, mentor spiritual yang tepat bagi kita adalah mentor yang dapat menerima kita apa adanya, dan memotivasi kehidupan kita sehingga kita dapat menjalani kehidupan spiritual kita sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki.

Bagaimana kita menemukan mentor spiritual yang tepat bagi kita? Kita dapat memulai perjalanan kita menemukan mentor spiritual melalui komunitas-komunitas rohani seperti komsel. Tentu, kita perlu bertanya kepada Tuhan seperti apa mentor spiritual yang tepat bagi kita, dan Tuhan pasti menunjukkannya.

WHAT TO DO:
Bergabunglah ke dalam komunitas rohani seperti komsel, di mana kita bisa menemukan mentor spiritual kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎Markus 1-3

Card image
Renungan Pagi - 12 November 2023
2023-11-12 09:29:28


Tidak sedikit orang dalam zaman sekarang ini, demi mengejar keuntungan, seseorang berani untuk menghalalkan segala cara, berlaku curang, berkhianat, memfitnah, munafik, yang penting baginya adalah mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dan menjadi orang kaya yang memiliki banyak uang.

Ingatlah akan perkataan firman Tuhan ini ; "Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka."

Dalam hidup ini memang membutuhkan uang, karena memang uang diperlukan dalam segala sesuatu, namun jangan menjadikan uang segala-galanya, jangan menjadikan uang untuk membenarkan perbuatan yang salah. Sebab cinta uang akan membuat kita dapat melakukan segala kejahatan.
(1 Timotius 6:10)

Card image
Quote Of The Day - 12 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-12 09:26:59


Hidup ini tragis, namun kita bisa menikmatinya bersama Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 12 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-12 09:25:34


Jangan sampai kesempatan yang Tuhan berikan ini berlalu, kita tidak bisa mengulang kembali waktu yang sudah berjalan.

Card image
LOVING GOD PROPERLY - 12 November 2023 (English Version)
2023-11-12 09:22:46


We may admire a conglomerate with assets amounting to hundreds of trillions or an excellent official in the eyes of humans who has power and achievements in the world of politics and government. However, they are nothing compared to someone beloved of God.  There is no achievement that is nobler and superior to the achievement of someone who can reach the heart of God until He says, “You are in My heart, for I know I am in your heart.” God feels it. God knows who is in our hearts. He is not only omniscient but also feels because He has feelings, and He enjoys them. God knows when we throw Him away and consider Him worthless because there is something or someone more valuable than Him.

However, in His longsuffering, God waits for us to repent. In the Book of Amos, we discover the Israelites’ betrayal of God. They were depicted as prostitutes who prostituted themselves, and that hurt God’s heart. But God wanted to accept them back. God wants to welcome back this unfaithful wife who became a prostitute. God is willing to take us, even though we have betrayed Him. However, if we don’t use this opportunity well, then we will lose the opportunity forever. Therefore, we have to be serious and careful.

Don’t wait for a good time, because the good time is now. God’s Word says, “Do not harden your hearts!” When the Israelites were in the wilderness, God did not want anyone not to reach Canaan, but most of these people did not make it. It is not because God is unable but because the nation hardened its heart. Don’t let us be deceived by wrong teachings that say if we believe in Jesus as Lord and Savior, we will automatically go to heaven.

God will not admit those who betray Him and are unfaithful into His House. Let’s introspect ourselves on whether we are faithful to God. Attending church is not a measure that we are trustworthy. Our faithfulness must be measured by how constantly we put God in our hearts. People can put God for a moment in the church and then let Him go and put another thing in their hearts. We are betraying God. What we focus on is not something or someone but life’s problems, and this can also shackle our hearts because we focus more on problems than God.

Do not make God just a helper or protector in life. He is our only helper and protector, but make Him our only beloved. Make Him everything in our lives.  When we do not love God correctly, we betray and harm the people we love.* Because when we do not love God correctly, it means we bring disaster upon ourselves and those we love. What can we do to protect them? Remember, only God, with His mighty arm, can defend them.

There is no problem that the great God cannot solve. Nothing can touch us when we become His beloved. We don’t need money to love Him; we don’t need higher education, appearance, or physique. We only need a heart that we raise and say, “I love You, Lord, and I want to love You.” We can give our money, strength, thoughts, and feelings to God, but there are limits. What is limitless is our heart. A heart that we offer without limits. Don’t delay! Today,  we must start kindling our hearts to love Him, not for anyone, but because of His Word and for our eternal salvation. The love of God has been poured out upon us, which we should not waste. Love for God must always be nurtured and guarded.

Love must be guarded because the devil wants to snatch it away by offering other choices. He will provide beauty, luxury, comfort, and prosperity. And it’s not uncommon for people to start turning away and leaving God, even though they are still Christians, still going to church, but in reality, they have already turned away. They do not love God wholly or entirely. God is hurt and grieves because they do not preserve His feelings.  

WHEN WE DO NOT LOVE GOD CORRECTLY, WE BETRAY AND HARM THE PEOPLE WE LOVE.

Card image
MENCINTAI TUHAN DENGAN BENAR - 12 November 2023
2023-11-12 09:07:20


Kita mungkin kagum melihat seorang konglomerat dengan harta yang berjumlah ratusan triliun atau seorang pejabat yang agung di mata manusia, memiliki kekuasaan dan prestasi dalam dunia politik dan pemerintahan. Namun, mereka tidak ada artinya dibanding seorang yang menjadi kekasih Tuhan. Tidak ada prestasi yang lebih mulia dan yang lebih unggul dari prestasi seseorang yang mampu mencapai hati Tuhan. Sampai Tuhan berkata, “Engkau di hati-Ku, karena Aku tahu Aku di hatimu.” Tuhan merasa. Di hati kita ada siapa, Tuhan tahu. Dia bukan hanya Maha Tahu, tetapi Dia juga merasa. Karena Tuhan punya perasaan dan Tuhan menikmatinya. Tuhan tahu ketika kita mencampakkan Dia dan menganggap-Nya tidak bernilai, karena kita menganggap ada sesuatu atau seseorang yang lebih bernilai dari Tuhan.

Namun, dalam panjang sabar-Nya, Tuhan menanti kita bertobat. Dalam Kitab Amos, kita menemukan pengkhianatan bangsa Israel kepada Allah. Bangsa Israel digambarkan seperti perempuan sundal yang melacur diri, dan itu sangat melukai hati Tuhan. Tetapi Tuhan mau menerima mereka kembali. Tuhan mau menyambut kembali istri yang tidak setia, yang menjadi perempuan sundal ini. Dan Tuhan pun mau menerima kita kembali, walaupun kita telah berkhianat kepada-Nya. Tetapi kalau kesempatan ini tidak kita gunakan dengan baik, maka kita kehilangan kesempatan sampai selama-lamanya. Untuk itu, kita harus serius dan hati-hati.

Jangan menunggu waktu yang baik, karena waktu yang baik adalah saat ini. Firman Tuhan mengatakan, “Jangan keraskan hatimu!” Seperti ketika bangsa Israel ada di padang gurun, Tuhan tidak menginginkan seorang pun tidak mencapai Kanaan. Tetapi sebagian besar dari bangsa ini tidak mencapai Kanaan. Bukan karena Allah tidak sanggup, bukan karena Allah tidak mampu, tetapi karena bangsa itu mengeraskan hati. Jangan sampai kita ditipu dengan ajaran yang salah, seakan-akan kalau kita percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka otomatis masuk surga.

Tuhan tidak akan memasukkan ke dalam Rumah-Nya orang-orang yang mengkhianati Dia, yang tidak setia. Coba kita introspeksi diri; kira-kira sudah setiakah kita kepada Tuhan? Kedatangan kita ke gereja bukanlah ukuran bahwa kita sudah setia. Karena kesetiaan kita diukur dari detik ke detik, dari menit ke menit, dari jam ke jam, hari ke hari seberapa kita benar-benar menempatkan Tuhan di hati kita. Sebab bisa saja kita menempatkan Tuhan sesaat di gereja, setelah itu kita melepaskan-Nya dan menempatkan yang lain di dalam hati kita. Kita berkhianat. Mungkin yang kita tempatkan itu bukan sesuatu atau seseorang, melainkan masalah-masalah hidup yang juga bisa membelenggu hati kita karena kita lebih fokus kepada masalah daripada fokus kepada Tuhan.

Jangan jadikan Tuhan hanya menjadi penolong atau pelindung hidup. Jelas, Dia penolong kita satu-satunya. Jelas, Dia pelindung kita satu-satunya. Tetapi jadikanlah Dia Kekasih hidup satu-satunya. Jadikanlah Dia segalanya dalam hidup kita. Ketika kita tidak mencintai Tuhan dengan benar, sejatinya kita mengkhianati dan mencelakai orang-orang yang kita kasihi. Sebab ketika kita tidak mencintai Tuhan dengan benar, artinya kita mendatangkan malapetaka bagi diri sendiri dan bagi orang-orang yang kita cintai. Bisa apa kita melindungi mereka? Ingat, hanya Tuhan dengan lengan kuat-Nya yang bisa melindungi mereka.

Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan oleh Tuhan yang besar. Tidak ada yang bisa menyentuh kita, kalau kita menjadi kekasih-Nya. Kita tidak membutuhkan uang untuk mencintai Dia, tidak butuh pendidikan tinggi, penampilan atau perawakan. Kita hanya butuh hati yang kita angkat dan berkata, “Aku mencintai Engkau, Tuhan, dan aku mau mencintai Engkau.” Kita bisa memberikan uang, tenaga, pikiran, dan perasaan kita untuk Tuhan, tetapi itu ada batasnya. Yang tidak terbatas adalah hati kita. Hati yang kita persembahkan tanpa batas. Jangan menunda! Hari ini kita harus mulai mengobarkan hati kita untuk mencintai-Nya, bukan demi siapa-siapa, tetapi karena firman-Nya dan demi keselamatan kekal kita. Demi kasih Tuhan yang dicurahkan kepada kita, yang kita tidak akan sia-siakan. Kasih kepada Tuhan harus selalu kita pelihara dan kita jaga.

Cinta itu harus dijaga, karena setan mau merebut dengan memberikan pilihan-pilihan lain. Dia akan menawarkan keindahan, kemewahan, kenyamanan, kemakmuran. Dan tidak jarang orang mulai berpaling dan meninggalkan Tuhan. Walau mereka masih Kristen, masih ke gereja, tetapi sejatinya mereka sudah berpaling. Mereka tidak mencintai Tuhan seutuhnya atau sepenuhnya. Tuhan terluka, Tuhan berduka, karena mereka tidak menjaga perasaan-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KETIKA KITA TIDAK MENCINTAI TUHAN DENGAN BENAR, SEJATINYA KITA MENGKHIANATI DAN MENCELAKAI ORANG-ORANG YANG KITA KASIHI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 12 November 2023
2023-11-12 08:59:31

Lukas 23

Yohanes 18-19

Card image
Truth Kids 11 November 2023 - MENYESAL
2023-11-11 11:01:32


Mazmur 41:5
”Kalau aku, kataku: “Tuhan, kasihanilah aku, sembuhkanlah aku, sebab terhadap Engkaulah aku berdosa!”

“Yah… kok tadi aku melawan Mama, lagi, ya? Kan, baru saja kemarin aku minta maaf dan janji sama Mama untuk taat saat disuruh sesuatu. Mama suruh aku tidur siang, malah aku main terus,” ucap Dita dalam hati sambil menepuk keningnya. “Aku buat Mama sedih lagi, deh, hari ini. Aduh… nyesel banget deh sekarang. Aku harus minta maaf ke mama sekarang!” seru Dita sambil menghampiri Mamanya.

Apakah Sobat Kids pernah mengalami hal yang sama seperti Dita? Baru saja minta maaf, eh… tak lama kemudian melakukan kesalahan yang sama. Memang tidak mudah untuk mengubah kebiasaan buruk, Sobat Kids. Tetapi ketika tanpa sengaja kita mengulangi kesalahan, maka biasanya kita akan merasa lebih menyesal dan sedih, dibanding sebelumnya. Jika kalian merasakan seperti itu, lebih menyesal, hal tersebut awal tanda kita benar-benar ingin bertobat. Berusahalah agar tidak mengulang kesalahan yang sama lagi, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 11 November 2023 - MENGHAYATI PERTOBATAN
2023-11-11 10:59:45


Mazmur 41:5
”Kalau aku, kataku: “Tuhan, kasihanilah aku, sembuhkanlah aku, sebab terhadap Engkaulah aku berdosa!”

Pernahkah Sobat Junior melanggar janji yang sudah dibuat, misalnya kepada orang tua? Contohnya, kalian mendapat masalah karena tidur terlalu malam, sehingga kalian ditegur oleh guru dan orang tua. Setelah ditegur, kalian berjanji untuk tidak lagi mengulanginya. Tapi, karena keasyikan bermain atau menonton, kalian tidak sengaja melanggar janji tersebut sehingga tidur melewati jam atau waktu yang ditentukan. Akibatnya, kalian kembali terlambat masuk sekolah atau tidak sempat belajar untuk ujian. Bagaimana rasanya ketika kita melanggar janji yang sudah kita buat untuk kedua kalinya?

Jika kalian tidak merasa terganggu, itu berarti kalian tidak sungguh-sungguh waktu mengucapkan janji tersebut dan tidak berniat memperbaiki kesalahan itu. Mungkin kalian hanya asal-asalan berjanji dan bermaksud untuk bertobat. Tapi jika kalian merasa menyesal, bahkan rasanya lebih menyesal daripada ketika melakukan pelanggaran sebelumnya, maka kalian sesungguhnya sudah memiliki hati yang benar dalam sikap bertobat.

Memang pertobatan itu tidak semudah diucapkan atau kelihatannya. Pada saat menjalaninya, banyak dan mungkin selalu saja ada halangan yang membuat kita jatuh lagi, jatuh lagi. Tapi, Sobat Junior bisa menggunakan pengalaman tersebut sebagai pembelajaran. Apabila kita merasa lebih terganggu, lebih menyesal karena telah mengulangi kesalahan yang sama, setidaknya sikap hati kita sudah benar di hadapan Allah. Minta kembali pengampunan dari Tuhan, dan terus berjuang sampai bisa tidak mengulangi kesalahan tersebut.

Card image
Truth Youth 11 November 2023 (English Version) - THE NEW ME
2023-11-11 10:58:01


"Pray without ceasing. In everything give thanks: for this is the will of God in Christ Jesus concerning you." (1 Thessalonians 5:17-18)

Just like the result of renovating a house, the inhabitants will enjoy a new atmosphere that's better, more beautiful, and more comfortable. The new version of ourselves is the same. Physically, we remain the same, but our character and mindset change. We have new and better habits. Maybe in the past, we spent our leisure time hanging out and on social media, but now we use our free time for God, to listen to sermons, read the Bible, or have discussions with cell group friends, for example. Building new habits is also part of building the new version of ourselves. If we weren't used to morning prayers before, now we wake up earlier for morning prayer and feel like something is missing when we skip it or our quiet time.

You know, the achievement of our new selves is the impact. There's a certain joy in knowing that our new selves not only bring joy or blessings to others but also to ourselves. We have to keep praying, reflecting, questioning: Can God enjoy our new selves? Are we living up to His standards? To what extent? We mustn't be quick to be satisfied; we need to constantly review and question ourselves throughout our lives. Just like the paint on a newly renovated house may last a year but could fade or deteriorate over the years, it requires steps for maintenance to keep the house in good condition. Our lives are the same; there will be many obstacles and challenges, but how can we maintain ourselves so that we don't revert to our old selves but become renewed and increasingly passionate about seeking God, praying, reading the Bible, and doing things that are focused on eternity? If even the maintained can return to old habits, what will happen if there is no maintenance?

WHAT TO DO:
1. Continue to assess the quality of your spirituality before God as long as you live.
2. Keep praying for your life to remain guarded in the Spirit and truth.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matthew 27-28

Card image
Truth Youth 11 November 2023 - THE NEW ME
2023-11-11 10:55:57


”Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1 Tesalonika 5:17-18)

Seperti hasil renovasi rumah, penghuninya pasti akan menikmati suasana yang baru yang lebih baik, indah, dan lebih betah di rumah. Diri kita yang baru pun demikian. Secara fisik masih sama, tapi karakter dan pola pikir kita berubah. Adanya kebiasaan baru yang lebih baik. Mungkin kalau dulu kita menghabiskan waktu luang kita untuk nongkrong dan main media sosial saja, tapi sekarang kita menghabiskan waktu luang kita untuk Tuhan, untuk mendengarkan khotbah, membaca Alkitab, untuk saling sharing dengan teman komsel, misalnya. Membangun _habit_ baru juga bagian dari membangun diri kita yang baru. Kalau dulu tidak terbiasa doa pagi, sekarang terbiasa bangun lebih awal untuk doa pagi, bahkan merasa kehilangan sesuatu saat kita melewatkan doa atau saat teduh kita.

Tahu gak, pencapaian kita atas diri kita yang baru adalah dampaknya. Ada suatu kebahagiaan sendiri, saat diri kita yang baru gak cuma bisa dinikmati atau menjadi berkat untuk sesama, tapi kita harus terus berdoa, merefleksikan, mempertanyakan, apakah Tuhan sudah bisa menikmati diri kita yang baru? Apakah sudah sesuai standar- Nya? Sudah sejauh mana? Kita gak boleh cepat puas, harus terus kita tinjau dan pertanyakan sepanjang hidup kita. Seperti renovasi rumah, mungkin cat barunya masih bisa bertahan dalam setahun, tapi saat musim hujan bertahun-tahun ke depan pun masih bisa pudar dan rusak catnya, tapi ada langkah-langkah untuk me-maintain agar rumah tetap dalam kondisi bagus. Sama halnya dengan hidup kita, akan banyak rintangan dan tantangan yang pasti kita lalui, tapi bagaimana kita bisa me-maintain diri kita agar tidak kembali kepada diri kita yang lama, tapi semakin bisa diperbarui, semakin berapi-api dalam mencari Tuhan, berdoa, membaca Alkitab, dan melakukan hal-hal yang semakin berporos kepada kekekalan. Kalau dijaga saja masih bisa kita kembali ke habit yang lama, apalagi jika tidak dijaga.

WHAT TO DO:
1.Terus memperkarakan kualitas kerohanian kita di hadapan Tuhan, selama kita hidup
2.Terus berdoa untuk hidup tetap terjaga dalam Roh dan kebenaran

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matius 27-28

Card image
Renungan Pagi - 11 November 2023
2023-11-11 10:24:59


Dalam hidup ini kita harus punya motivasi yang tulus, ketulusan ini penting sebab tanpa ketulusan, maka akan berlaku sembarangan dalam hidup, kita akan menjadi orang percaya yang pandai bermain sandiwara. Padahal sadar dan tahu bahwa tidak ada yang tersembunyi dihadapan Tuhan.

Kehidupan orang percaya adalah mengabdi bagi Tuhan, sebagai hamba-hamba-Nya yang tulus, firman Tuhan berkata ; "jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita."

Ketulusan motivasi haruslah untuk menyukakan hati Tuhan dan supaya orang-orang yang ada di sekitar dan orang-orang yang kita jumpai dimanapun dapat memuliakan ajaran Allah dan Juruselamat, ketulusan akan membuat orang lain memuliakan Allah, dan hidup kita menjadi berkat bagi sesama.
(Titus 2:10)

Card image
Quote Of The Day - 11 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-11 10:22:47


Orang yang serius dengan Tuhan dan mau menjadi orang saleh Tuhan merupakan incaran kuasa gelap.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 11 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-11 10:17:48


Tidak salah mengejar kesuksesan di bumi, tetapi jangan sampai tenggelam dan menjadikan ini tujuan hidup. Karena kita ada karena Allah yang menghendaki.

Card image
BECOME GOD'S FRIEND - 11 November 2023 (English Version)
2023-11-11 09:13:23


When someone wants to follow the Lord Jesus, their economic life often does not recover, their health is not healed, their problems are never resolved, and often their situation is no different from those who are not genuinely diligent in seeking God. That is one reason that makes someone become weak and then stop persevering. There is one fundamental and valuable understanding in following God. Many cannot understand the truth that if one seeks God diligently, then their economy immediately recovers, gets healing, and problems are directly resolved. Then, people will flock to seek God with the wrong motives, not God, and this indeed strays.

What God wants in our lives is how we know Him and His heart, and from that knowledge, we put it into our lives. God wants us to be His children and have intimacy with Him. Therefore, we must have the characteristics and nature like Him, whether poor or rich, healthy or sick, living in trouble or not. So, let’s not be weak because God is worthy, and He’s worthy of our trust. Even though there are no outward signs of His presence and no special treatment from Him towards us, we still choose God.

If the maturation process goes well, happens correctly, and we grow up, we will be made by God as His friends. Jesus said, “I no longer call you servants but friends because a servant does not know his master’s business.” As in this life, we also sometimes find employers who accept and consider their subordinates friends because of their loyalty and defense. So when we become His friends, God will tell us His plans for our personal lives, extended families, communities close to us, and even God’s plans for this world.

However, God wants us to have high qualifications to be friends of God, namely only for those who choose God, live in holiness every day, are not tied to worldly romance, and do not abuse service for personal gain. The latter is scary because the temptation, potential, and opportunity are significant. So, we must truly direct ourselves to God and believe in the living God. We must learn to conduct ourselves as if we were living in the time of Moses when God wanted to take the Israelites out of Egypt. We become the Moses. So, let’s get out of Egypt.

We can also sometimes imagine ourselves like Noah, who was making an ark with the exact size and model God wanted, and that ark is our life. We invite people to enter the ark that we made.  Pure and sincere ministry like this will make us different from the world, but this doesn’t mean we want to say we are the most righteous or the best. But let us see later in God’s Judgment. But the map is clear. How evil this world is. For this reason, may God open our eyes to see the projects of His work, through which there will be people saved, from children, teenagers, young people, to the elderly. Especially now, the younger generation, even children who have been influenced by the power of darkness since childhood.

Maybe our situation is comfortable, but let us take our family’s pleasure for God’s work. There may be people who doubt it, but that doesn’t matter. We don’t need to be responsible to anyone. So, don’t think about nasty or negative views of others about us. We can see how Satan reaps people. In many places, even in remote areas, drugs have entered, and there is also free sex, and this is no joke. So, we must live holy and healthy and work hard. We have to save this young generation. For this reason, we must work hard for the glory of God.

  IF OUR MATURATION PROCESS TAKES PLACE CORRECTLY AND GROW MATURE; WE WILL INDEED BECOME GOD'S FRIENDS.

Card image
MENJADI SAHABAT TUHAN - 11 November 2023
2023-11-11 09:10:28


Ketika seseorang mau sungguh-sungguh mengikut Tuhan Yesus, sering kali ekonomi hidupnya tidak kunjung pulih, kesehatannya juga tidak kunjung disembuhkan, masalah pun tidak kunjung selesai, bahkan tidak jarang keadaannya tidak berbeda dengan mereka yang tidak sungguh-sungguh bertekun mencari Tuhan. Sejujurnya, hal itu menjadi satu alasan yang membuat seseorang menjadi lemah, lalu berhenti bertekun. Padahal, ada satu pengertian yang sangat penting dan berharga dalam mengikut Tuhan. Seseorang tidak dapat mengerti kebenaran ini bahwa kalau ia mencari Tuhan dengan tekun, lalu ekonominya segera pulih, kesembuhan dia peroleh, masalah segera selesai, maka orang akan berduyun-duyun mencari Tuhan dengan motif yang salah; bukan Tuhan. Sehingga, pasti meleset.

Sebab yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita adalah bagaimana kita mengenal Tuhan, mengenal hati-Nya, dan dari pengenalan akan Tuhan tersebut, kita kenakan dalam hidup kita. Sebab Allah menghendaki kita menjadi anak-anak-Nya, memiliki keintiman dengan-Nya. Maksudnya, agar kita berkarakteristik, bersifat, berkodrat seperti Dia. Entah kita miskin atau kaya, sehat atau sakit, hidup dalam masalah atau tidak. Maka, jangan kita menjadi lemah. Sebab Tuhan layak dan pantas kita percayai walaupun tidak ada tanda-tanda lahiriah kehadiran-Nya, tidak ada perlakuan istimewa Tuhan terhadap kita; kita tetap memilih Tuhan.

Kalau proses pendewasaan itu berlangsung dengan baik, berlangsung dengan benar, dan kita bertumbuh dewasa, pasti kita akan dijadikan Tuhan sahabat-Nya. Yesus berkata, “Kamu tidak lagi menjadi hamba-Ku, tetapi sahabat-Ku. Karena hamba tidak tahu yang dilakukan Tuannya.” Sebagaimana dalam kehidupan ini, kita juga kadang-kadang menemukan majikan yang menerima dan menganggap bawahannya sebagai sahabat, karena kesetiaan dan pembelaan bawahan itu. Maka ketika kita menjadi sahabat-Nya, di situlah Tuhan akan memberitahukan kepada kita rencana-rencana-Nya dalam hidup kita pribadi, keluarga besar, masyarakat yang dekat dengan kita, sampai rencana Allah atas dunia ini.

Namun, Allah mau kita punya kualifikasi tinggi untuk bisa menjadi sahabat Allah; yaitu hanya untuk mereka yang memilih Tuhan, hidup di dalam kekudusan setiap hari, tidak terikat dengan percintaan dunia, tidak menyalahgunakan pelayanan untuk kepentingan pribadi. Yang terakhir ini menakutkan, karena godaan, potensi dan kesempatannya besar. Maka, kita harus sungguh-sungguh mengarahkan diri kepada Tuhan dan meyakini Allah yang hidup. Kita harus belajar membawa diri seakan-akan kita hidup di zaman Musa, di mana Tuhan mau mengentaskan bangsa Israel dari Mesir. Kita menjadi Musa-Musa itu. Ayo, kita keluar dari Mesir.

Kita juga bisa terkadang membayangkan diri seperti Nuh yang sedang membuat bahtera dengan ukuran, model yang tepat seperti yang Allah kehendaki, dan bahtera itu adalah hidup kita. Dan kita mengajak orang untuk masuk ke bahtera yang kita buat. Kemurnian, ketulusan, pelayanan seperti ini akan membuat kita berbeda dengan dunia. Kita tidak mengatakan diri paling benar atau paling baik, tetapi kita lihat di pengadilan Tuhan nanti. Tetapi petanya jelas. Betapa jahatnya dunia ini. Untuk itu, kiranya Tuhan membukakan mata kita untuk melihat proyek-proyek pekerjaan Tuhan, yang melaluinya akan ada orang-orang yang diselamatkan; dari anak-anak, remaja, pemuda, sampai orang tua. Terutama sekarang generasi muda, anak-anak yang dari kecil sudah disemai oleh kuasa kegelapan.

Mungkin keadaan kita saat ini sudah nyaman, tetapi marilah kita mengambil apa yang menjadi kesenangan keluarga kita dan kesenangan kita, untuk pekerjaan Tuhan. Mungkin ada orang yang meragukan, tetapi hal itu tidak masalah. Kita tidak perlu bertanggung jawab kepada siapa pun. Jadi, jangan pikirkan pandangan buruk atau negatif tentang kita. Kita dapat melihat bagaimana orang-orang dituai oleh Iblis. Di daerah-daerah, di pelosok-pelosok di mana narkoba sudah masuk, juga seks bebas, dan ini tidak main-main. Jadi, satu, hidup suci. Dua, hidup sehat. Tiga, kerja keras. Kita harus selamatkan generasi muda ini. Untuk itu, kita harus kerja keras untuk kemuliaan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU PROSES PENDEWASAAN ITU BERLANGSUNG DENGAN BENAR, DAN KITA BERTUMBUH DEWASA, PASTI KITA AKAN DIJADIKAN TUHAN SAHABAT-NYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 November 2023
2023-11-11 09:06:48

Matius 27
Markus 15

Card image
Truth Kids 10 November 2023 - JANGAN ULANGI LAGI
2023-11-10 09:59:41


2 Tawarikh 7:14
”… dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.”

Minggu kemarin, Vania merasa sedih. Vania keasyikan menonton film kartun sehingga ia tidur terlalu malam. Akibatnya, Vania terlambat bangun pagi. Keluarga Vania menjadi terlambat untuk datang ke gereja. Ditambah, di perjalanan sangat macet sehingga mereka semakin terhambat. Sesampainya di gereja, Vania hanya bisa mengikuti sedikit kelas Sekolah Minggu. Saat berdoa penutup, Vania meminta maaf kepada Tuhan atas keteledorannya. Vania tidak mau terlambat lagi ke gereja.

Hari Sabtu berikutnya, Vania mengingatkan papa dan mama untuk tidur lebih cepat karena besok pagi akan pergi ke gereja. Vania berkata kalau dia tidak mau terlambat lagi, karena dirinya mau ikut Sekolah Minggu tepat waktu. Esok paginya, Vania dan keluarga bangun pagi dan segera bersiap-siap untuk pergi ke gereja. Vania berhasil sampai ke Sekolah Minggu tepat waktu, bahkan lebih pagi. Vania tersenyum sambil berdoa dalam hatinya, terima kasih Tuhan, aku mau selalu tepat waktu.

Sobat Kids, seperti Vania pada cerita di atas, kita bisa membuat komitmen untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Kita harus bertekad, benar-benar berubah dari kebiasaan salah atau kesalahan yang kita buat. Sobat Kids tahu kan, kesalahan itu menghasilkan dosa dan membuat kita jauh dari Tuhan? Tentu hal tersebut akan membuat hati Tuhan sedih. No! Kita tidak mau mendukakan hati Tuhan. Yuk, kita sungguh-sungguh bertobat dan berjanji tidak mengulangi lagi!

Card image
Truth Junior 10 November 2023 - JANGAN ULANGI
2023-11-10 09:57:43


2 Tawarikh 7:14
”… dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.”

Sobat Junior, siapa yang tidak pernah melakukan kesalahan? Sepertinya pasti semua pernah melakukan kesalahan, ya. Coba kalian ingat-ingat, kesalahan apakah yang pernah kalian lakukan tanpa sengaja secara berulang-ulang? Contohnya ketika waktunya belajar, tapi kalian malah asyik bermain HP sampai mama dan papa menegur kalian. Pernah tidak, kalian seperti itu? Dalam Alkitab, ada juga tokoh yang melakukan kesalahan berkali-kali. Siapakah dia?

Tokoh tersebut bernama Daud. Sobat Junior, tahu _kan_ tokoh Daud yang mengalahkan Goliat dan menjadi seorang raja menggantikan raja Saul? Ternyata Daud juga pernah melakukan kesalahan berkali-kali, dan itu membuat Tuhan sedih. Tuhan memakai nabi Natan untuk menegur Daud. Ketika nabi Natan menegur Daud, Daud pun terkejut karena nabi Natan mengetahui kesalahan yang ia lakukan. Nabi Natan pun menyuruh Daud untuk bertobat dan memohon ampun kepada Tuhan, serta tidak mengulangi kesalahan itu lagi.

Begitupun dengan kita. Ketika kita melakukan kesalahan, kita harus meminta maaf dan tidak mengulangi kesalahan itu lagi. Sebab, Tuhan mau kita tidak mengulangi kesalahan yang sama. Supaya kesalahan itu tidak terulang lagi, maka kita harus banyak berdoa dan membaca firman Tuhan. Apabila kita selalu dekat dengan Tuhan, hidup kita akan selalu dalam pimpinan Tuhan.

Card image
Truth Youth 10 November 2023 (English Version) - REBUILD MYSELF
2023-11-10 09:50:08


"But we all, with open face beholding as in a glass the glory of the Lord, are changed into the same image from glory to glory, even as by the Spirit of the Lord." (2 Corinthians 3:18)

Renovating a house is often more complex than building a new one from the ground up because you have to adapt to the existing structure and foundation. There are certain limitations to consider. Similarly, as human beings, it's often easier to educate and guide young children who haven't been deeply influenced by the world yet than it is to educate and guide adults, who typically have established patterns of thought and behavior. Remember this: when we decide to live with God, we must be willing to be renovated by Jesus. We need to open ourselves up and allow God to build a new version of ourselves according to the standards of Jesus.

Building something, of course, doesn't happen overnight. It takes time, but if we're willing to progress alongside God, we can witness small improvements in ourselves every step of the way. When we've developed ourselves to become more Christ-like, we'll have a character and personality that are more flexible to God's transformation. There will be limitations because our thought patterns have been shaped by the world over the years, but as long as there is a strong intent, we can be transformed. It means that we're more open and relaxed when facing life's challenges. It doesn't mean we don't think, but we know that every problem will mature us, that the purpose of every challenge is to strengthen our character, and it will sharpen us to be more like the character of Jesus. We'll have a principle that whatever happens, it's for our growth, and we'll get through it. Rebuilding ourselves doesn't mean having physical plastic surgery, but it means building a new quality and standard of life within ourselves, in accordance with the standards of Jesus. The results of this "renovation" won't only be enjoyed by us but also by God and the people around us.

WHAT TO DO:
1. Are you ready to allow yourself to be "renovated" by God?
2. During the process, there will be moments of weariness and stagnation, but in your daily prayers, reflect on the progress you've made.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matthew 25-26

Card image
Truth Youth 10 November 2023 - REBUILD MYSELF
2023-11-10 09:48:03


”Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.” (2 Korintus 3:18)

Dalam proyek renovasi rumah akan lebih rumit daripada membangun rumah dari tanah kosong. Karena harus menyesuaikan dari struktur dan fondasi rumah yang sudah ada, sehingga ada beberapa batasan yang harus diperhatikan. Sama dengan kita manusia, akan lebih mudah mendidik dan mengarahkan anak kecil yang belum diisi dan dipengaruhi oleh dunia, daripada mendidik dan mengarahkan orang dewasa, yang secara umum sudah memiliki struktur dan fondasi berpikir dan bertindak. Ingatlah satu hal ini, saat kita memutuskan untuk hidup ikut Tuhan, kita harus mau direnovasi oleh Tuhan Yesus. Kita harus membuka dan memberi diri untuk membangun diri kita yang baru yang sesuai standar Tuhan Yesus.

Yang namanya membangun, tentu tidak terjadi semalam seperti candi 1001 malam. Memerlukan waktu yang cukup lama, tapi kalau kita mau berproses bersama Tuhan, kita bisa terus mengamati progres-progres kecil dalam diri kita setiap waktu. Kalau kita sudah mengembangkan diri untuk menjadi seperti Kristus, kita pasti memiliki karakter dan kepribadian yang lebih flexible terhadap pembentukan dari Tuhan. Memang ada batasan-batasan, karena kerangka berpikir kita sudah bertahun-tahun dibentuk oleh dunia, tapi selama ada niat yang kuat, kita pasti bisa diubahkan. Istilah kata, kita lebih open dan lebih nyantai dalam menghadapi persoalan hidup. Bukan berarti kita gak memikirkan, tapi kita tahu setiap permasalahan akan mendewasakan kita, kita tahu tujuan dari setiap persoalan untuk membentuk karakter kita menjadi lebih kuat, akan mengasah kita supaya semakin serupa dengan karakter Tuhan Yesus. Kita akan memiliki prinsip, apa pun yang terjadi untuk mendewasakan dan pasti bisa kita lewati. Membangun ulang diri kita, bukan berarti secara fisik kita operasi plastik, tapi kita membangun kualitas dan standar hidup yang baru dalam diri kita, yaitu yang sesuai standar Tuhan Yesus. Hasil dari ‘renovasi’ diri kita, tentu gak hanya kita yang menikmati, tapi Tuhan dan lingkungan sekitar kita pun akan bisa menikmatinya.

WHAT TO DO:
1.Sudah siapkah kita memberi diri “direnovasi” oleh Tuhan?
2.Dalam proses pasti ada kalanya jenuh dan stagnan, tapi dalam doa sehari-hari kita bisa merefleksikan hal apa saja yang sudah berprogres dari diri kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matius 25-26

Card image
Renungan Pagi - 10 November 2023
2023-11-10 09:42:59


Jika kita bertahan melewati semua kesukaran sampai pada kesudahannya, tanpa mengeluh, selalu bersyukur, maka akan ada mahkota kehidupan yang menanti, karena itu kita harus mempertahankan iman sampai tetes darah penghabisan.

Alkitab mengajarkan kita bahwa orang yang bertahan sampai kesudahannya itulah yang beroleh selamatnya, dan Paulus berkata bagiku tersedia mahkota kebenaran. "Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat."

Karena itu jangan goyah iman kita, jangan berhenti melayani Tuhan, bangkitlah dan bersemangatlah, karena setiap perjuangan tersedia mahkota kekal dan abadi. Bersiaplah selalu agar kita mengakhiri pertandingan yang baik, dan mencapai garis akhir untuk menerima mahkota kebenaran.

"Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya."
(Matius 24:13; 2 Timotius 4:7-8)

Card image
Quote Of The Day - 10 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-10 09:38:54


Kalau seseorang sungguh-sungguh hidup kudus, hidup dalam ketaatan dan kepatuhan kepada Tuhan Yesus, tidak bisa tidak dia akan menghasilkan buah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 10 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-10 09:37:30


Semua tergantung kita bagaimana merespons rancangan Allah, tindakan-tindakan Allah yang membawa kita kepada rancangan-Nya.

Card image
SELF RECOGNIZING - 10 November 2023 (English Version)
2023-11-10 09:33:13


If today, we do not truly encounter God every day, then we will not recognize ourselves properly. Often, we unconsciously feel worried or afraid and don’t trust God. Do we realize that it hurts the Father’s heart? It’s as if He doesn’t exist, is not present, and doesn’t care, so there is a feeling of fear that creeps in and overwhelms us. The Bible says that one of the characteristics of those who go to hell is the coward (Rev. 21:8).

On the other hand, without realizing it, we are often arrogant, feeling better than others, more correct, innovative, and intelligent. The manifestation of this attitude will appear when we speak without hesitation in bringing people down, whether we call people’s names by initials or openly. We become arrogant, and God does not teach that. Without realizing it, we are still materialistic, hoping the world will provide completeness, joy, and happiness with various facilities.

Without realizing it, it turns out that we don’t love fellow people, especially if that person is hostile and malicious, ruins our good name, and assassinates our character. Maybe from our mouths, we say, “It’s okay,” but our hearts are angry and vengeful. Our hearts are cruel towards people who we think hurt and harm us. We are often not aware that there are still sins that we commit in our hearts and minds. Let’s honestly examine our minds.

We need enlightenment from God because the holiness to achieve is the holiness of God the Father himself. We should be holy like the holiness of the heavenly Father, so the standards are very high. Imagine if we didn’t truly encounter God, we couldn’t see our situation clearly; then we couldn’t find our true selves. Indeed, this endangers our eternal life because if we suddenly died, we would not be able to stand before God.

Therefore, an encounter with God is absolute. Not just offering prayers of supplication or worshiping God with song lyrics and melodies, but with an open heart. We want to be corrected by God and known by Him. Let’s pray that God will open the eyes of our understanding so that we can recognize ourselves completely, entirely, and clearly. If we are still committing sin or bad habits that are not pleasing to God, we immediately ask God for forgiveness, and we change ourselves. This process does not take place in just one week, one month, or one year, but it goes on until we close our eyes.

It is absolute to encounter God daily because we get enlightenment from God to know ourselves correctly. It is not enough to read books, study theology in the library, and listen to lectures; we must meet God directly and gain enlightenment from Him. Our world is now in darkness and chaos. People can say anything on social media and claim to understand God’s Word and be innovative. May the Holy Spirit help us to differentiate between the false and faithful servants of God.

All of us, as God’s congregation, must not depend on anyone, including the pastor. If previously, we came to the priest now and then to ask for prayer, but now should be no longer the case. It is time for each individual to seek and find God and have a personal encounter with Him. That is why we declare 24 hours before God, and this is for all of us, not just pastors or church activists, but all of us. We must have an intimate relationship with God, so the congregation should no longer depend on the pastor.

It’s not wrong to receive guidance or mentoring from the church through a pastor—it has to be that way—but as time goes by, we become mature, grow old, and soon die, so we must have a personal encounter with God. Don’t be a Christian who doesn’t grow and only depends on the pastor’s prayers and laying hands. God wants us to be able to meet God directly and have counsel from Him, and He will speak to us. So, seek God and find Him so that we can know ourselves well. Ask for forgiveness if we sin, and do not repeat wrong actions that do not please Him.  

THE DAILY ENCOUNTER WITH GOD IS ABSOLUTE BECAUSE WE GET ENLIGHTENMENT FROM HIM TO RECOGNIZE OURSELVES CORRECTLY.

Card image
MENGENALI DIRI - 10 November 2023
2023-11-10 09:26:52


Di dunia kita hari ini, kalau kita tidak sungguh-sungguh bertemu dengan Tuhan setiap hari, maka kita tidak akan mengenali diri kita sendiri dengan benar. Sering kita tanpa sadar merasa khawatir, takut, dan tidak mempercayai Allah. Sadarkah kita bahwa itu melukai hati Bapa? Seakan-akan Dia tidak ada, seakan-akan Dia tidak hadir, seakan-akan Dia tidak peduli, sehingga ada perasaan takut yang merambat dan menguasai kita. Padahal, salah satu ciri dari mereka yang masuk neraka adalah penakut (Why. 21:8).

Di sisi lain, tanpa kita sadari, kita sering sombong, merasa lebih baik dari orang lain, lebih benar, lebih cakap, lebih pandai, lebih cerdas. Manifestasi dari sikap itu akan nampak pada waktu kita berbicara dengan tidak segan-segan kita menjatuhkan orang. Entah kita menyebut nama orang dengan inisial atau terang-terangan. Kita menjadi sombong dan itu tidak diajarkan Tuhan. Tanpa kita sadari pula, kita masih materialistis, masih berharap bahwa dunia akan memberi kelengkapan, sukacita, dan kebahagiaan dengan berbagai fasilitas.

Tanpa disadari, ternyata kita belum benar-benar mengasihi orang, apalagi kalau orang itu memusuhi, menjahati, merusak nama baik kita, membunuh karakter kita. Mungkin dari mulut kita mengatakan, “Ya, tidak apa-apa,” tetapi hati kita marah, dendam. Ada kebengisan di hati kita terhadap orang-orang yang menurut kita melukai dan merugikan. Sering kita tidak sadar masih ada dosa-dosa yang kita lakukan di dalam hati dan batin kita. Mari kita jujur memeriksa batin kita.

Sejatinya, kita membutuhkan penerangan dari Tuhan, sebab kesucian yang dikehendaki Allah untuk dicapai adalah kesucian Allah Bapa sendiri. Kudus seperti Bapa kudus, suci seperti Bapa suci. Jadi tinggi sekali standarnya. Bayangkan kalau kita tidak benar-benar bertemu dengan Tuhan, kita tidak bisa melihat keadaan diri kita dengan jelas, maka kita tidak dapat menemukan keadaan diri kita dengan benar. Sungguh, itu membahayakan kehidupan kekal kita. Kalau tiba-tiba kita meninggal dunia, pasti kita tidak akan tahan berdiri di hadapan Allah.

Karenanya, perjumpaan dengan Tuhan itu mutlak. Bukan hanya menaikkan doa permohonan, atau menyembah Tuhan dengan syair lagu dan alunan nada, melainkan dengan hati yang terbuka. Kita mau dikoreksi oleh Tuhan, dikenali oleh Tuhan. Mari kita berdoa agar Tuhan membuka mata pengertian kita, agar kita bisa mengenali diri kita secara utuh, secara penuh, secara clear. Jika ada dosa-dosa yang masih kita lakukan atau kebiasaan-kebiasaan buruk yang tidak berkenan di hadapan Tuhan yang masih kita perbuat, kita segera minta ampun kepada Tuhan. Dan kita benar-benar mengubah diri. Proses ini tidak berlangsung hanya dalam satu minggu, satu bulan atau satu tahun. Ini berlangsung terus sampai kita mati, sampai kita menutup mata.

Perjumpaan dengan Tuhan setiap hari itu mutlak, karena pada saat itulah kita mendapatkan penerangan, pencerahan dari Tuhan untuk mengenali diri kita dengan benar. Tidak cukup dengan membaca buku, belajar teologi di perpustakaan, mendengar ceramah, tetapi kita harus bertemu langsung dengan Tuhan dan mendapatkan pencerahan dari Dia. Dunia kita sekarang berada dalam gelap dan kacau. Orang bisa bicara apa saja di media sosial dan mengaku mengerti firman Tuhan, mengaku dirinya cakap, pintar. Kiranya, Roh Kudus menolong kita untuk membedakan hamba Tuhan yang palsu dan hamba Tuhan yang sejati.

Semua kita sebagai jemaat Tuhan, sudah saatnya tidak bergantung kepada siapa pun, termasuk kepada pendeta. Kalau dulu sedikit-sedikit datang ke pendeta minta didoakan, maka sekarang tidak lagi begitu. Sudah saatnya masing-masing individu mencari dan menemukan Tuhan. Milikilah perjumpaan pribadi dengan Allah. Itulah sebabnya kita mencanangkan 24 jam di hadapan Allah. Maksudnya kita semua, bukan hanya pendeta atau aktivis gereja, tetapi semua kita. Semua kita harus memiliki intimasi, hubungan yang akrab, yang karib dengan Tuhan. Jadi, jemaat Tuhan jangan bergantung lagi kepada pendeta.

Bukan salah mendapat bimbingan atau mentoring dari gereja melalui pendeta, tidak salah—harus memang demikian—tetapi seiring berjalannya waktu, kita menjadi dewasa, menjadi tua dan tidak lama kita akan meninggal dunia, maka kita harus memiliki perjumpaan pribadi dengan Allah. Jangan menjadi Kristen yang tidak bertumbuh, yang hanya bergantung pada doa pendeta, tumpang tangan pendeta. Kita harus langsung bisa bertemu dengan Tuhan, bisa konseling dengan Tuhan dan Tuhan pasti berbicara kepada kita. Inilah yang Tuhan kehendaki. Maka, carilah Tuhan, temukan Tuhan, agar kita dapat mengenali diri kita sendiri dengan baik. Minta ampun jika berdosa dan jangan ulangi perbuatan yang salah, yang tidak berkenan di hadapan-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PERJUMPAAN DENGAN TUHAN SETIAP HARI ADALAH MUTLAK, KARENA PADA SAAT ITULAH KITA MENDAPATKAN PENCERAHAN DARI TUHAN. UNTUK MENGENALI DIRI KITA DENGAN BENAR.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 November 2023
2023-11-10 09:20:39

Yohanes 14-17

Card image
Truth Kids 09 November 2023 - MENGAKUI
2023-11-09 09:48:46


Imamat 5:5
”Jadi apabila ia bersalah dalam salah satu perkara itu, haruslah ia mengakui dosa yang telah diperbuatnya itu,”

“Maaf ya Toni, tadi aku tidak sengaja menendang kakimu saat bermain bola. Apakah kakimu tidak apa-apa?” ucap Kevin kepada Toni teman sekelasnya.

Siapa di sini yang tidak pernah berbuat salah? Wah, pasti setiap orang pernah berbuat salah, baik tidak sengaja maupun disengaja. Orang muda, orang tua, remaja, anak-anak pun pasti pernah berbuat salah. Hanya Tuhan Yesus yang tidak pernah berbuat salah. Setelah kita melakukan suatu kesalahan, apakah yang perlu kita lakukan, Sobat Kids? Tentu harus minta maaf, dong…

Apakah Sobat Kids termasuk anak yang sulit meminta maaf atau mudah meminta maaf? Ada beberapa orang yang sulit untuk meminta maaf walaupun sadar sudah melakukan kesalahan. Jangan seperti itu, ya, Sobat Kids. Jika kita sadar atau diingatkan seseorang bahwa kita bersalah, haruslah kita mengakui kesalahan kita. Segera! Jangan tunda-tunda untuk meminta maaf atas kesalahan yang sudah kita lakukan. Itu adalah tanda pertobatan yang benar. Setelah mengakui kesalahan yang dilakukan, kita harus memohon ampun kepada Tuhan, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 09 November 2023 - SAY SORRY TO GOD
2023-11-09 09:46:44


Imamat 5:5
”Jadi apabila ia bersalah dalam salah satu perkara itu, haruslah ia mengakui dosa yang telah diperbuatnya itu,”

Dalam Perjanjian Baru, ada perumpamaan tentang anak bungsu yang meminta harta warisan kepada bapanya. Setelah menghabiskan hartanya, ia baru menyadari bahwa ia telah berdosa. Akhirnya, ia kembali kepada bapanya. Ia mengakui dosanya, dan bapanya menerima serta memeluk anak bungsu itu.

Sering kali kita merasa takut berbuat salah. Mungkin kesalahan seperti memukul teman atau mengejek teman. Namun, saat kita mengakui kesalahan itu, kita pasti menerima konsekuensi dari guru atau orang tua. Hal itu juga mengajari kita bahwa mengejek teman itu salah, maka tidak boleh diulangi lagi.

Sobat junior pasti pernah mendengar lagu “Mata Tuhan Melihat.” Kita harus memperhatikan setiap tindakan kita. Pikirkan, apakah itu membuat hati Tuhan senang atau tidak? Jika kita sadar melakukan kesalahan, langsung akui di hadapan Tuhan. Say sorry to God. Belajar dari perasaan bersalah kita, bukan untuk membuat kita semakin kalah tetapi bangkit kembali untuk mengenal perasaan-Nya.

Card image
Truth Youth 09 November 2023 (English Version) - LIKE A LONG LOST SHEEP
2023-11-09 09:43:32


"That ye put off concerning the former conversation the old man, which is corrupt according to the deceitful lusts; And be renewed in the spirit of your mind; And that ye put on the new man, which after God is created in righteousness and true holiness." (Ephesians 4:22-24)

Have you ever heard the parable of the sheep and its shepherd in the Bible or in church sermons? The sheep represents us as humans, and the shepherd is Jesus. Have you ever watched or seen how sheep live in their habitat? Basically, sheep are animals with a sharp memory. According to studies, their memory is nearly equivalent to that of humans. They can remember dozens of people around them within a year, and they can even remember their shepherd. The shape of a sheep's pupil is designed in such a way that it has wide and sharp vision, reaching up to 320 degrees, allowing ewes to distinguish their lambs even from a distance.

Our spiritual lives are similar. Our old selves, the ones we were before we repented and knew the truth, are like sheep living without their shepherd. They don't know where their fold or their companions are. They can survive but are directionless. As Ephesians 4:22-24 states, we must put off our old selves, and our minds and feelings need to be updated. We need to press the reset button, removing all worldly pleasures and any lingering thoughts and feelings tied to worldly things. After resetting, our hearts and minds are renewed because we have Jesus in us. Just like sheep directed by their shepherd, we want to develop ourselves to be more like Christ. After repentance, our duties and responsibilities do not end there, but there is so much more we need to sharpen and develop within ourselves to be more effective in God's work. We need to fill our days being led by the Spirit and the truth. Always remember, we are not who we used to be, living aimlessly without clear direction. As the new creation, we are willing to be led and guided by the Lord.

WHAT TO DO:
1. In self-reflection, find the aspects that are still part of your old self.
2. Reset yourself and have the intention to be transformed and changed to become more like Christ.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matthew 23-24

Card image
Truth Youth 09 November 2023 - LIKE A LONG LOST SHEEP
2023-11-09 09:40:25


"Yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya" (Efesus 4: 22-24).

Sering gak sih mendengar perumpamaan domba dan gembalanya dalam Alkitab maupun khotbah di gereja? Domba menggambarkan kita sebagai manusia, dan gembala adalah Tuhan Yesus. Pernah gak sih, teman-teman menonton atau melihat cara domba hidup dalam habitatnya? Pada dasarnya, domba adalah hewan yang memiliki daya ingat yang tajam dan menurut studi hampir setara dengan daya ingat manusia, ia mampu mengingat puluhan orang di sekitarnya dalam setahun, sehingga ia pun bisa mengingat siapa gembalanya. Selain itu, bentuk pupil domba dirancang sedemikian rupa sehingga ia mampu memiliki penglihatan yang luas dan tajam, mencapai 320 derajat, sehingga induk domba mampu membedakan anaknya walaupun dari kejauhan.

Sama halnya dengan kehidupan kerohanian kita. Manusia lama kita, diri kita sebelum bertobat yaitu sebelum mengenal kebenaran secara benar, sama seperti domba yang hidup tanpa gembalanya. Ia gak tahu, di mana kandangnya dan kawanannya. Ia tetap bisa hidup, tapi tanpa arah. Seperti yang tercatat dalam Efesus 4:22-24, kita harus menanggalkan manusia lama kita, pikiran dan perasaan kita pun harus di-update. Kita harus tekan tombol reset, menghapus segala kesenangan-kesenangan yang berbau duniawi, pikiran dan perasaan kita yang masih nyantol terhadap hal-hal duniawi. Setelah reset, hati dan pikiran kita diperbarui karena ada Tuhan Yesus dalam diri kita. Seperti domba yang hidupnya diarahkan oleh gembalanya. Kita mau semakin mengembangkan diri kita supaya semakin serupa seperti karakter Kristus. Setelah pertobatan, tugas dan tanggung jawab kita tidak selesai sampai di situ saja, tapi banyak lagi hal yang harus semakin kita asah dan kembangkan dalam diri kita supaya semakin efektif untuk pekerjaan Tuhan. Kita harus mengisi hari hidup kita dipimpin oleh Roh dan kebenaran. Harus selalu diingat, kita bukanlah kita yang dulu, yang hidup suka-suka, sembarangan tanpa arah dan tujuan yang jelas. Kita yang baru, berarti kita mau dipimpin dan diarahkan Tuhan.

WHAT TO DO:
1. Perlu kita ingat, dalam berefleksi diri, temukan hal-hal yang masih belum berkenan yang masih menjadi manusia lama kita.
2. Reset diri kita dan miliki niat untuk dibentuk dan diubahkan agar semakin serupa dengan Kristus.

BIBLE MARATHON:
▪︎Matius 23-24

Card image
Renungan Pagi - 09 November 2023
2023-11-09 09:38:10


Dalam hidup ini harus menjadi berkat, artinya melalui hidup kita-orang akan melihat kasih Tuhan, melalui hidup-orang akan melihat komitmen yang benar, melalui hidup-orang akan melihat kesetiaan dan akhirnya memuliakan Bapa di sorga.

Tuhan Yesus mengajarkan hal yang penting bagi kita, yaitu ; "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

Inilah berkat yang terindah dalam hidup ini, kita harus menjadi terang bagi dunia, dimana harus dapat menjadi saksi Tuhan dan membawa jiwa kepada Tuhan, berkat ini tidak akan pernah bisa digantikan dengan apapun karena sifatnya kekal dan akan diwujudkan Tuhan dengan menerima mahkota kekal.
(Matius 5:16)

Card image
Quote Of The Day - 09 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-09 08:55:26


Pembaruan hidup kita harus terus berlangsung sampai kita benar-benar mengalami kematian daging.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 09 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-09 08:52:10


Seluruh hidup kita harus disita untuk diarahkan pada proses dinamika hidup yang Allah izinkan kita alami. Sebab di dalamnya Tuhan membawa kita kepada rencana-Nya yang terbaik.

Card image
PUTTING GOD BEFORE OUR EYES - 09 November 2023 (English Version)
2023-11-09 08:06:14


God wants us permanently to bond with Him like parents who wish to connect consistently with their children. Wherever the parents are, children always seem to be in their eyes and hearts. Of course, parents want their children to place them in their hearts as if their parents were always before their eyes. If that is what is expected, children will not only have a bond with their parents, but children can also always do what their parents want. If children place their parents in front of their eyes and hearts wherever they are, they will understand and always remember what their parents want them to do and not to do.

So do we with God. Many things in this life can captivate our hearts, and we can place those things before our eyes and in our hearts. If it is so, our relationship with God is not harmonious and not ideal. People who do not put God before their eyes and hearts must live carelessly and not pay attention to God’s feelings. Just as a child does not put their parents before their eyes, who do not put their parents in their heart, they will not remember what their parents want them to do.

If we put God before our eyes and our hearts, then we will try to do what He wants. Remember, it is our decision that determines it because God does not force someone to decide to place Him before their eyes and heart. People who don’t put God in their eyes and hearts live carelessly, not having a good or right relationship with God. So, if people don’t place God before their eyes and hearts, the Holy Spirit cannot lead them, and people like this are bound to slide toward eternal fire. That’s so terrible.

However, if a person places God before their eyes and deliberately places Him in their heart, then the Holy Spirit will guide that person. The Holy Spirit will remind us of everything He wants us to do and not to do. Furthermore, God will give us sensitivity to understand His will, which is good, acceptable, and perfect. The Holy Spirit will provide us with the passion to do God’s will, and He will also open the eyes of our understanding of what He wants us to do.

So, it is good news to know that it is up to us if we want to be holy and pious people, without blemish, sensitive to hearing God’s voice and understanding His will and plan for us to do and fulfill. So it’s not speculation or gambling, as if it were a gift and depends entirely on God, but it is a certainty, and it depends on the determination and efforts of each of us whether we are willing to place God in our eyes and hearts.

We have to map out our lives, and we must choose whether we want to direct our life toward God or the world, to the Kingdom of Heaven or the fires of hell. If someone is not alert or not on guard—a term we often hear, “What is essential is just to flow—then we will head towards eternal darkness because going to eternal darkness is easy, even if it can be automatic. The world will lead people towards eternal darkness. However, to direct our lives towards God and His Kingdom, it must be done consciously and deliberately. We must map out our time to commune with God, fill our minds with the Word, and not go where we should not go, not hear and see what we should not hear and see, because this is how we build the true sanctity and holiness God desires.

So, don’t blame God or anyone. Because we will never be able to blame God and anyone else when we are rejected from God’s presence. We are the ones who determine our destiny. We are the ones who must map out our eternal life amidst all the struggles and problems of life. Let us fix our eyes only on God and His Kingdom.  

PEOPLE WHO DO NOT PUT GOD BEFORE THEIR EYES AND IN THEIR HEARTS MUST LIVE CARELESSLY.

Card image
MENEMPATKAN TUHAN DI DEPAN MATA - 09 November 2023
2023-11-09 08:02:28


Tuhan menghendaki agar kita selalu ada ikatan dengan Dia. Seperti orang tua menginginkan ada ikatan hati dengan anaknya. Di mana pun orang tua berada, anak seperti selalu ada di matanya dan ada di dalam hatinya. Tentu orang tua menginginkan agar anak-anak juga menempatkan orang tua di dalam hatinya dan seakan-akan orang tua selalu di depan matanya. Jika demikian yang diharapkan, anak-anak selain memiliki ikatan hati dengan orang tua, tetapi anak-anak juga bisa selalu melakukan apa yang orang tua inginkan, apa yang orang tua kehendaki. Kalau anak-anak meletakkan orang tua di depan matanya dan di mana pun dia berada selalu menempatkan orang tua di hatinya, maka anak-anak akan mengerti, dan selalu ingat apa yang diinginkan orang tua untuk dilakukan dan hal-hal yang tidak patut untuk dilakukan.

Begitu pula kita dengan Tuhan. Banyak hal dalam hidup ini yang bisa memikat hati kita dan kita bisa menempatkan hal-hal itu di depan mata kita dan di hati kita. Jika demikian, hubungan kita dengan Tuhan pasti tidak harmoni, tidak ideal. Orang yang tidak menempatkan Tuhan di depan matanya, yang tidak menaruh Tuhan di dalam hatinya, pasti hidup ceroboh. Pasti tidak memperhatikan perasaan Allah. Sama seperti anak-anak yang tidak meletakkan orang tua di depan matanya, yang tidak menaruh orang tua di dalam hatinya, maka dia tidak akan ingat apa yang orang tua inginkan untuk dia lakukan.

Kalau kita meletakkan Allah di depan mata kita dan menempatkan Allah di dalam hati kita, maka kita akan berusaha melakukan apa yang Allah kehendaki. Ingat, keputusan kita yang menentukan. Jadi, apakah seseorang memutuskan tidak menempatkan Tuhan di depan matanya, tidak menempatkan Tuhan di hatinya, Allah tidak memaksa. Dan orang-orang seperti ini pasti hidup ceroboh, tidak memiliki hubungan dengan Allah secara baik atau secara benar. Jadi kalau orang memang tidak menempatkan Tuhan di depan matanya, tidak menaruh Tuhan di hatinya, Roh Kudus tidak bisa pimpin. Dan orang-orang seperti ini pasti meluncur menuju api kekal. Itu mengerikan sekali.

Namun, kalau seseorang menempatkan Tuhan di depan matanya dan dengan sengaja menempatkan Tuhan di dalam hatinya, maka Roh Kudus pasti memimpin orang ini. Roh Kudus akan mengingatkan kepada kita segala sesuatu yang Allah kehendaki untuk kita lakukan dan juga mengingatkan kita apa yang tidak patut kita lakukan, yaitu yang Tuhan tidak kehendaki. Selanjutnya, Tuhan pasti akan memberi kita kepekaan untuk mengerti kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna. Roh Kudus akan memberikan kepada kita gairah untuk melakukan kehendak Allah. Roh Kudus juga akan membuka mata pengertian kita untuk memahami, mengerti apa yang Allah kehendaki, guna kita lakukan.

Jadi, ini berita baik untuk kita semua bahwa menjadi orang kudus, orang saleh, orang yang tidak bercacat tidak bercela, peka mendengar suara Tuhan, mengerti kehendak dan rencana Tuhan untuk kita lakukan dan penuhi, semua itu tergantung kita. Jadi bukan spekulasi, bukan gambling, seakan-akan itu karunia dan tergantung sepenuhnya pada Allah. Itu adalah kepastian dan tergantung dari tekad dan usaha setiap kita. Apakah kita sungguh-sungguh mau menempatkan Tuhan di mata kita dan menempatkan atau menaruh Tuhan di hati kita?

Kita yang harus memetakan hidup kita. Kita harus memilih apakah mau mengarahkan hidup ini kepada Tuhan atau dunia; menuju Kerajaan Surga atau api neraka. Kalau seseorang tidak waspada, tidak berjaga-jaga—istilah yang sering kita dengar, “Yang penting mengalir saja—maka kita pasti menuju kegelapan abadi. Sebab untuk menuju ke kegelapan abadi itu mudah, bahkan bisa otomatis. Dunia akan mengarahkan orang menuju kegelapan abadi. Namun, kalau kita mau mengarahkan hidup kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya, maka kita harus melakukannya dengan sadar dan sengaja. Kita harus memetakan waktu kita untuk bersekutu dengan Allah. Mengisi pikiran kita dengan firman, tidak pergi ke tempat yang tidak patut kita pergi, tidak mendengar dan melihat apa yang tidak patut kita dengar dan lihat. Inilah caranya kita membangun kekudusan dan kesucian yang benar, yang Allah kehendaki.

Jadi, jangan salahkan Tuhan dan jangan salahkan siapa-siapa. Karena kita tidak akan pernah bisa menyalahkan Tuhan dan siapa-siapa, ketika kita ditolak dari hadapan Allah. Kitalah yang menentukan nasib kita sendiri. Kitalah yang harus memetakan hidup kekal kita, di tengah segala pergumulan dan persoalan hidup. Mari kita arahkan mata kita hanya kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG TIDAK MENEMPATKAN TUHAN DI DEPAN MATANYA, YANG TIDAK MENARUH TUHAN DI DALAM HATINYA, PASTI HIDUP CEROBOH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 November 2023
2023-11-09 07:58:19

Lukas 22

Yohanes 13

Card image
Truth Kids 08 November 2023 - PRANK
2023-11-08 10:44:02


Lukas 17:3
“Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia.”

Dion tertawa terkekeh-kekeh dari meja dapur. Diam-diam dia mengamati Kak Desi yang akan segera memakan telur dadar “spesial” buatannya. Ya, “spesial” karena Dion sengaja menambahkan lima sendok garam ke dalamnya. Dion merasa akan seru dan pasti lucu sekali ekspresi Kak Desi saat memakan telur dadar prank buatannya.

Hap! Kak Desi yang lapar dengan semangat menyuap telur ke mulutnya. “Ugh, apa ini?” keluh Kak Desi sambil berlari ke wastafel untuk memuntahkan telur yang rasanya sangat asin itu. Hahaha! Dion tertawa terguling-guling. Hoek! Terdengar suara Kak Desi muntah di wastafel. Kak Desi terdengar seperti kesakitan. Dion pun berhenti tertawa dan jadi merasa khawatir dengan Kak Desi.

Mama datang mendengar suara ribut-ribut di dapur. Mama menanyakan keadaan Kak Desi. Kak Desi yang terlihat pucat, memberitahukan kejadian telur prank Dion. Akibat ulahnya sendiri, Dion dimarahi mama dan disuruh membereskan dapur. Setelah membereskan dapur, Dion meminta maaf kepada Kak Desi dan mama. Dion sungguh menyesal telah merugikan Kak Desi dan mama. Dion tidak mau mengulanginya lagi. Sejak kejadian itu, Dion tidak mau lagi dengan sengaja merugikan orang lain hanya untuk kesenangannya sendiri. Dion tahu hal itu salah.

Sobat Kids, saat kita sungguh-sungguh menyesal kita pasti tidak mau mengulangi kesalahan yang sama lagi. Kita bertobat dan belajar untuk berubah. Kita berubah menjadi lebih baik dari hari ke hari. Yuk, kita bertobat dari kesalahan kita!

Card image
Truth Junior 08 November 2023 - KAU SAHABAT KU, KAU SAUDARA KU
2023-11-08 10:41:44


"Lukas 17:3
“Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia.”

“Hari ini… kurasa bahagia, berkumpul bersama saudara seiman. Tuhan Yesus t’lah satukan kita tanpa memandang di antara kita; bergandengan tangan dalam kasih dalam satu hati berjalan-jalan dalam kasih Tuhan. Kau sahabatku, kau saudaraku tiada yang dapat memisahkan kita…” Waktu di Sekolah Minggu sering kali dinyanyikan lagu “Kau sahabatku” ini. Biasanya kita pasti menunjuk teman yang berada di dekat kita, sambil saling bergandengan. Sahabat adalah teman yang memegang tangan kita untuk berjalan bersama-sama dan saling merangkul dalam duka maupun suka.

Sebenarnya, apa koneksinya dengan tema hari ini? Sobat Junior, coba kita baca lagi isi firman-Nya dalam Lukas 17:3. Di dalam ayat tersebut, terdapat dua hal yaitu: “tegorlah dia” dan “ampunilah dia.” Sebagian dari kita pasti memiliki teman. Tetapi, pernahkah terpikirkan tentang sahabat dalam iman? Firman tadi mengajarkan kita mengasihi sahabat, sama seperti Tuhan telah mengasihi kita lebih dahulu. Saat sahabat kita membuat kesalahan dan ia menyesal, maka kita juga harus mengampuninya, sama seperti yang Tuhan lakukan pada Petrus yang telah menyangkal-Nya tiga kali. Jika ada sahabat yang berbuat kesalahan, kita dapat menegurnya. Tentunya dengan cara yang lembut dan baik. Menjadi sahabat yang saling mendukung untuk hidup benar tidaklah mudah, tetapi Tuhan tidak pernah membiarkan kita berjalan sendiri.

Card image
Truth Youth 08 November 2023 (English Version) - RESET BUTTON
2023-11-08 10:39:54


"If we confess our sins, he is faithful and just and will forgive us our sins and purify us from all unrighteousness." (1 John 1:9)

In self-reflection, there are many aspects we can explore, and one of them is our mistakes and sins. We can't physically go back and become babies, and life is not designed that way by God. However, we can learn to improve the quality of our spiritual lives. Just as when our phone is full of memory or has been unused for too long and no longer functions properly, we must press the reset button to make it usable again. In self-reflection with God, we want to build self-awareness so that we can develop ourselves correctly in the presence of God. But before that, we must recognize what is wrong and not in line with God's will.

We want to find the right reset button within ourselves, and this can only be found when we face and meet with God. Just like our phone, we must first identify the dysfunctions that make us want to reset it. Perhaps it has a full memory, the battery drains quickly, or it takes a long time to load, and so on. We are similar in this regard; we must be aware of our mistakes and sins, confess them to God, and, most importantly, not repeat the same sins and mistakes. Are we still lying, even about small things? Are we still selfish? Do we still associate with the wrong crowd? There are many aspects we can examine because only we and God know them. We want to open ourselves up to be examined by God because we want to become more righteous in His presence. As stated in 1 John 1:9, God is faithful and just and will forgive all our sins because He is a faithful and just God. But it should be noted that the more we mature spiritually, the less easily God forgives us; there will be consequences to mature us. Yes, it's true, if every small mistake is easily forgiven, we humans tend to underestimate God's goodness.

WHAT TO DO:
1. Reset ourselves every day and identify even the smallest things that are wrong in our daily lives so that we can become more righteous and pure in the eyes of God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matthew 21-22

Card image
Truth Youth 08 November 2023 - RESET BUTTON
2023-11-08 10:36:54


"Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9)

Dalam berefleksi diri, banyak hal yang bisa kita kupas satu per satu, salah satunya adalah kesalahan dan dosa kita. Kita tentu gak bisa kembali menjadi baby secara fisik, dan mengulang kembali hidup kita. Tuhan gak mendesain kehidupan yang seperti itu. Tapi kita bisa belajar memperbaiki kualitas dalam diri kita yaitu kerohanian kita. Sama kalau handphone kita sudah full memory atau sudah kelamaan dipakai dan tidak berfungsi lagi, maka kita harus menekan reset button, agar bisa digunakan kembali. Dalam berefleksi diri dengan Tuhan, kita mau membangun self-awareness supaya kita semakin bisa mengembangkan diri secara benar di hadapan Tuhan. Tapi sebelum itu, kita harus mengetahui hal-hal apa saja yang masih salah dan tidak sejalan dengan kehendak Tuhan.

Kita mau menemukan reset button yang tepat dalam diri kita, dan ini hanya bisa kita temukan saat kita berhadapan dan bertemu dengan Tuhan. Sama seperti handphone kita, pasti kita harus menemukan dulu beberapa disfungsi yang membuat kita mau me-reset handphone. Mungkin, memori full, baterai cepat habis, loading lama, dsb. Kita pun demikian, kita harus aware terhadap kesalahan dan dosa kita, mengakuinya di hadapan Tuhan, dan penting untuk tidak mengulangi dosa dan kesalahan yang sama. Apakah kita masih sering berbohong walaupun dalam hal kecil, masih egois, masih bergaul dalam lingkungan yang salah, dan masih banyak lagi yang bisa kita list, karena hanya kita dan Tuhan yang tahu. Kita mau membuka diri untuk diselidiki oleh Tuhan, karena kita mau semakin benar di hadapan-Nya. Seperti yang tercatat dalam 1 Yohanes 1:9, Tuhan adalah Tuhan yang akan mengampuni segala dosa kita, karena Ia adalah Allah yang setia dan adil. Tapi perlu dicatat, semakin kita dewasa secara rohani, tak segampang itu Tuhan mengampuni kita, pasti ada konsekuensi untuk mendewasakan kita. Ya itu benar, kalau sedikit salah diampuni dengan mudah, maka kita manusia cenderung meremehkan. Ingatlah, Tuhan Allah kita memiliki tatanan dan tegas, sehingga kita gak boleh menggampangkan kebaikan-Nya.

WHAT TO DO:
Reset diri kita setiap hari dan temukan hal-hal sekecil apa pun yang salah dalam kehidupan kita setiap hari, sehingga kita bisa semakin dibenarkan dan bersih di hadapan Tuhan.

BIBLE MARATHON
Matius 21-22

Card image
Renungan Pagi - 08 November 2023
2023-11-08 10:34:14


Masalah apa pun yang sedang kita alami pasti mendatangkan kebaikan jika mampu melihat dan memandangnya dari sudut pandang yang benar, jika mampu meresponinya dengan sikap hati yang benar juga, sebesar apa pun masalah yang dialami saat ini pasti ada pelajaran berharga yang kita dapatkan.

Jika menyikapi masalah sebagai pembelajaran hidup dan bagian dari proses pendewasaan iman, maka kita percaya bahwa hal-hal yang baik pasti terjadi, tak perlu takut, kecewa dan marah kepada Tuhan jika sedang berada dalam masalah, jika Tuhan ijinkan masalah kita alami, percayalah Tuhan pasti memberikan jalan keluar yang terbaik.     

Tak banyak orang Kristen mampu menyikapi masalah dari sudut pandang yang benar!. Kebanyakan memberikan respons negatif terhadap masalah yang dialaminya, ada masalah sedikit saja mereka langsung mengeluh, mengomel, merengek-rengek, bersungut-sungut, tersinggung, marah, tak mau dinasihati, tak mau ditegur, lalu mogok ke gereja dan mogok dari pelayanan.

Bukankah ini menunjukkan bahwa kita masih berlaku seperti kanak-kanak alias tidak dewasa rohani, menjadi tua secara fisik adalah pasti bagi semua orang, tetapi menjadi dewasa rohani itu akibat mau berproses, salah satu prosesnya adalah melalui masalah, melalui masalah yang ada sesungguhnya Tuhan sedang menggiring kita untuk mendekat kepada-Nya, kalau mau jujur, tidak sedikit orang Kristen yang ngotot pergi ke gereja hanya karena mereka sedang mengalami pergumulan hidup (masalah) yang berat. 

"Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat." Jadi mulailah memandang masalah bukan sebagai persoalan sulit yang tidak terpecahkan, namun sebagai proses yang diijinkan Tuhan mendewasakan kita anak-anak-Nya.
(Ibrani 5:13-14)

Card image
Quote Of The Day - 08 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-08 10:31:46


Dosa yang kita lakukan, menimbulkan kehausan yang tidak pernah bisa dipuaskan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 08 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-08 10:29:41


Jangan teruskan rutinitas hidup kita yang salah, yang kita jalani selama ini. Ayo, kita datang kepada Tuhan.

Card image
WORTH DEFENDING - 08 November 2023 (English Version)
2023-11-08 10:13:08


Not everyone is worthy of being defended by God; there are conditions, namely, _first,_ people who defend God. God protects those who defend Himself. How can someone who only lives for themselves, selfish and cruel, then ask God to protect them? Because it means they control God as if God is serving them. The question is, who does such a person live for? God does not want that to happen in our lives, so we must want to serve God, for only those who defend God are defended by Him. On the other hand, people who do not support God are not worthy of being protected by Him.

If we bring our life problems to God, God will defend us if we don’t live for ourselves or our pleasure. However, for new Christians who don’t understand, God can still be tolerant. But if we are mature Christians who have been Christians for years or even decades, then we can no longer use God to defend us. We must defend God; then He will protect us, and this is an essential secret that believers must know because many don’t know how to live in God’s defense. They live happily, and then when trouble comes, they cry out to God, “Please, Lord, defend me.”

How do we defend God? By saving the souls that God loves. If we look at today, the power of darkness moves so powerfully to influence the world that it has become incredibly evil. It is terrible that humans are conditioned to not believe in God, then face problems continuously, and feel that God is unfair, so they are disappointed and then leave God. So, if today we see people who don’t want to go to church, it could be those who are protesting, “I don’t want to go to church. It’s useless. God is evil!” God wants to teach us to live the proper life.

The second one is pleasing Him in all the deeds we do. We don’t need to ask God for help because He will act. Just as parents know about the problems their children are facing, even if they haven’t told them, parents have offered help. So, the problem is, are our lives pleasing to Him? If our lives please God, then it is impossible for God not to defend us. Remember, it was the Christians that Saul persecuted. When Saul was on the way to the city of Damascus to slaughter the believers there, the Lord came to him, “Saul, Saul, why do you persecute Me?” 

Saul asked, “Who are you, Lord?” So, Jesus answered, “I am Jesus, whom you are persecuting.” So, persecuting believers is the same as crushing God. It is a form of God’s defense for believers. So, don’t stop crying out to God.

Third, make God our only happiness until we dare to say, “Lord, even if my problem remains like this, I still love and respect You.” If it comes to this, God surely intervenes and reaches into our lives. So, when we become God’s beloved, He will uniquely protect us. When we respect, appreciate, and love God, He will love us. Being God’s lover is fantastic, so we have nothing to fear. If we face big problems or hostile people who are much more robust, we believe that God is more significant than everything. He is more powerful than everything. So, let’s not be afraid.

When we become lovers of God, He will defend us. God won’t allow us to be humiliated. Let’s feel how extraordinary God’s help is, so now we have to learn to depend on God. Personal prayer is essential; express our problems in as much detail as possible, then leave it in God’s hands. Things that look closed, deadlocked, as if we are facing a wall, believe that God can destroy that wall, for He is our only Helper. Let’s prove that God will defend us, but don’t forget, live in defense of God, live a holy life, don’t offend Him with sin, make Him our only happiness, and always build intimacy with Him.

  ONLY PEOPLE WHO DEFEND GOD, LIVE HOLY LIVES AND MAKE HIM THE ONLY HAPPINESS, ARE WORTHY OF BEING PROTECTED BY HIM.

Card image
LAYAK DIBELA - 08 November 2023
2023-11-08 08:03:22



Tidak semua orang layak dibela Tuhan, ada syaratnya, yaitu: pertama, orang yang membela Tuhan. Tuhan membela orang yang membela diri-Nya. Bagaimana mungkin orang yang hidup untuk diri sendiri, egois, kejam, lalu minta dibela oleh Tuhan? Sebab, berarti ia menguasai Tuhan, seakan-akan Tuhan yang melayani dia. Pertanyaannya, orang seperti itu hidup untuk siapa? Tuhan tidak menghendaki hal itu terjadi dalam hidup kita. Maka, kita harus sungguh-sungguh mau melayani Tuhan. Hanya orang yang membela Tuhan, yang dibela oleh Tuhan. Sebaliknya, orang yang tidak membela Tuhan, pasti tidak layak dibela oleh Tuhan.

Kalau kita membawa masalah hidup kita kepada Tuhan, pasti Tuhan membela, asalkan kita tidak hidup untuk diri sendiri, dan kesenangan diri sendiri. Namun, bagi orang Kristen baru yang belum mengerti, Tuhan masih bisa toleransi. Tetapi kalau orang Kristen yang sudah dewasa, sudah sekian belas bahkan berpuluh tahun menjadi Kristen, maka tidak bisa lagi kita memanfaatkan Tuhan untuk membela kita. Kita yang harus membela Tuhan, maka Tuhan membela Kita. Ini rahasia penting yang harus diketahui oleh orang percaya. Karena banyak orang tidak tahu bagaimana mestinya hidup di dalam pembelaan Tuhan itu. Mereka hidup suka-suka, lalu ketika ada masalah datang, barulah mereka berseru kepada Tuhan, “Tolonglah, Tuhan, belalah aku.”

Bagaimana cara kita membela Tuhan? Caranya adalah dengan menyelamatkan jiwa-jiwa yang Tuhan kasihi. Sebab kalau kita melihat hari ini, kuasa kegelapan bermanuver begitu hebat memengaruhi dunia yang membuatnya jadi jahat luar biasa. Sangat mengerikan. Manusia dikondisi tidak percaya akan Allah, lalu bertubi-tubi menghadapi masalah, lalu merasa Tuhan tidak adil, sehingga mereka kecewa, lalu meninggalkan Tuhan. Maka kalau hari ini kita melihat ada orang-orang yang tidak mau ke gereja, itu bisa di antaranya adalah mereka yang unjuk perasaan; “Tidak mau ke gereja, percuma. Tuhan jahat!” Padahal justru di sini Tuhan mau mengajar kita untuk belajar memiliki hidup yang benar.

Yang kedua, menyenangkan Dia dalam segala perbuatan yang kita lakukan. Malah sebenarnya kita tidak perlu minta tolong Tuhan, karena Tuhan tidak pernah membiarkan kita. Sebagaimana orang tua yang mengetahui masalah yang dihadapi oleh anaknya, belum cerita pun orang tua sudah menawarkan bantuan. Jadi masalahnya, apakah hidup kita sudah menyenangkan Dia? Kalau hidup kita menyenangkan Tuhan, maka tidak mungkin tidak Tuhan bela kita. Ingat, orang-orang Kristen yang dianiaya Saulus. Ketika Saulus pergi ke kota Damsyik, dia hendak membantai orang percaya yang ada di sana, tetapi di tengah jalan Tuhan datang, “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?”

Saulus bertanya, “Siapa Engkau?” Maka Yesus menjawab, “Aku, Yesus, yang kau aniaya.” Jadi menganiaya orang percaya sama seperti menganiaya Tuhan. Itu merupakan bentuk pembelaan Tuhan bagi orang percaya. Maka jangan berhenti berseru kepada Tuhan.

Yang ketiga, menjadikan Tuhan kebahagiaan kita satu-satunya. Sampai kita berani berkata, “Tuhan, kalaupun masalahku tetap seperti ini, aku tetap mencintai Engkau dan aku tetap menghormati-Mu.” Kalau sampai begini, Tuhan tidak mungkin tidak campur tangan, dan turun dalam hidup kita. Tidak mungkin. Jadi ketika kita menjadi kekasih Tuhan, Tuhan pasti melindungi kita secara istimewa. Ketika Tuhan kita hormati, kita hargai, kita cintai, Ia pasti mencintai kita. Menjadi kekasih Tuhan itu luar biasa. Tidak ada yang perlu kita takutkan. Jadi sekarang kalau kita menghadapi masalah-masalah besar atau orang yang memusuhi kita jauh lebih kuat, percayalah Tuhan lebih besar dari segala-galanya. Dia lebih kuat dari segala-galanya. Jadi kita jangan takut.

Ketika kita menjadi kekasih Tuhan, Tuhan pasti membela kita. Tidak mungkin Tuhan membiarkan kita dipermalukan. Mari kita merasakan bagaimana pertolongan Tuhan yang luar biasa. Jadi sekarang kita harus belajar bergantung ke Tuhan. Doa pribadi itu penting sekali, ungkapkanlah masalah kita sedetail-detailnya, lalu serahkan di dalam tangan Tuhan. Apa yang rasanya tertutup, buntu, seakan kita menghadapi tembok, percayalah Tuhan bisa menghancurkan tembok tersebut. Hanya Dia penolong kita. Mari kita buktikan bahwa Tuhan pasti membela. Tetapi jangan lupa, hiduplah dalam pembelaan kepada Tuhan, hidup suci, jangan menyakiti hati Tuhan dengan dosa, jadikan Tuhan kebahagiaan kita satu-satunya, dan selalu membangun keintiman dengan-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

HANYA ORANG YANG MEMBELA TUHAN, YANG HIDUP SUCI DAN YANG MENJADIKAN TUHAN SATU-SATUNYA KEBAHAGIAAN YANG LAYAK DIBELA OLEH TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 November 2023
2023-11-08 07:57:42

Matius 26
Markus 14

Card image
Truth Kids 07 November 2023 - AUUMMM!
2023-11-07 09:46:11


1 Petrus 5:8
“Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.”

Siapa yang pernah nonton sirkus? Apakah Sobat Kids pernah menonton pertunjukan singa, atau mungkin harimau? Biasanya saat menonton pertunjukan singa atau harimau, kita harus melihatnya dari jauh. Singa dan harimau merupakan binatang buas, jadi kita tidak boleh berada dekat-dekat dengan mereka. Singa dan harimau yang melakukan pertunjukan berada dalam kandang besi yang tinggi dan besar. Sedangkan para penonton duduk di luar kandang. Singa akan masuk ke dalam arena pertunjukan dengan suara auman yang kencang, membuat jantung para penonton berdebar cepat. Singa tersebut seperti ingin menerkam manusia yang ada di dekatnya.

Sobat Kids, si Iblis juga seperti singa. Bukan karena bentuknya seperti binatang singa, melainkan sama-sama ingin mencari orang yang ingin diterkam lalu ditelannya. Mengapa demikian? Karena Iblis tidak senang jika ada anak-anak yang ingin hidup sesuai kehendak Tuhan. Iblis tidak senang jika kita hidup untuk Tuhan, Sobat Kids. Maunya Iblis adalah membawa kita jauh dari Tuhan. Jangan mau ditipu oleh Iblis, ya, Sobat Kids. Kita harus sadar dan berjaga-jaga agar kita tidak masuk perangkap Iblis dan melakukan perbuatan dosa yang membuat Tuhan sedih.

Card image
Truth Junior 07 November 2023 - WASPADA
2023-11-07 09:43:43


1 Petrus 5:8
“Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.”

Saat di sekolah, guru-guru membagikan hasil ujian kepada anak-anak. Alexa mendapat nilai 96, dan Anny mendapat 75. Mereka tidak melakukan remedial, tetapi satu sahabatnya, Rendy, mendapat nilai di bawah KKM. Ketika guru ingin membahas kembali hasil ujian, Alexa merasa nilainya sudah bagus berkata, “Untuk apa belajar lagi?” Anny yang mendengar Alexa berkata, “Kamu jangan tinggi hati, Xa.” Namun, Alexa tidak mendengarkan Anny sambil membuang muka dan menunjukkan nilainya kepada Rendy.

Cerita ini menegur kita untuk bersikap bijaksana. Tokoh Anny menjadi suatu berkat bagi kita. Ia bersikap rendah hati pada temannya. Jadi, sama seperti Tuhan yang selalu berbelas kasihan kepada sesama, Tuhan tidak pernah menunjukkan kekuasaan-Nya tetapi Tuhan rela mati untuk menebus dosa kita. Tuhan mau kita selalu teliti dalam bertindak, supaya sesuai dengan karakter Tuhan.

Semoga melalui cerita pendek ini, saat mendapat nilai bagus, kita mengucap syukur dalam hati dan tetap mengasihi teman kita yang nilainya masih di bawah KKM. Sikap waspada bisa kita tampilkan melalui kehidupan sehari-hari seperti di sekolah, rumah bersama keluarga, saat liburan, dan lain sebagainya.

Jadi, Sobat Junior, jagalah hati dan pikiran bukan pada saat kita sedang di gereja, tetapi juga ketika kita berjalan keluar, karena di situlah kesempatan bagi kita untuk melayani-Nya. Firman-Nya memberikan peringatan, yaitu jangan lengah ataupun bersantai dalam melawan Iblis.

Card image
Truth Youth 07 November 2023 (English Version) - RELAXATION
2023-11-07 09:32:13


"When you lie down, you will not be afraid; when you lie down, your sleep will be sweet." (Proverbs 3:24)

In the previous chapters, we discussed how prayer is not just about asking things from God; it's a conversation that helps us get to know God better. Prayer is one way we build a relationship with God. Just like we have close friends with whom we spend time chatting and sharing our joys and sorrows, God is also like that. He wants us to share with Him. He wants us to have time to talk with Him. However, we often make excuses that we're tired, don't have time, or we're lazy. Or perhaps we do pray, but our prayers aren't serious. They're hasty, and we just want to finish quickly. If we love God, we will definitely want to have a conversation with Him.

Friends, often we pray seriously only when we have problems. But when things are going fine, we become lazy to pray. Perhaps you pray regularly, but it's just about asking for food. Even then, you want to finish your mealtime prayer quickly because you're hungry. Some of us are even lazy to pray before going to sleep. So, it's not surprising that you often feel incapable of dealing with something. It's difficult for us to control ourselves, we become easily angered, and our attitudes don't align with God's will. All of this happens because we're not relying on God's strength in our lives. People who pray regularly are those who definitely rely on God. Every night, before going to sleep, we surrender our entire lives before God. So, once we've given everything to God, there's no need to worry. What's important is that we do our part, whether as students, as children, or as friends, by living responsibly. God will surely help us if we live responsibly. Whatever burdens our hearts and minds the most, that's what we should pray about.

WHAT TO DO:
1. Start the habit of praying for 5-10 minutes every day.
2. Learn to live responsibly and surrender to God what you can't handle.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matthew 18-20

Card image
Truth Youth 07 November 2023 - RELAXATION
2023-11-07 09:30:00


"Jikalau engkau berbaring, engkau tidak akan terkejut, tetapi engkau akan berbaring dan tidur nyenyak." (Ams. 3:24)

Kita sudah bahas di bab sebelumnya bahwa doa bukan hanya permintaan sesuatu kepada Tuhan, tetapi sebuah percakapan yang membuat kita semakin mengenal Tuhan. Berdoa adalah salah satu cara kita membangun hubungan dengan Tuhan. Sama seperti kita yang punya teman dekat, kita memberikan waktu untuk bisa ngobrol bahkan berbagi kisah suka dan duka kita kepada mereka. Tuhan juga seperti itu, Tuhan ingin kita bisa berbagi dengan Dia. Tuhan ingin kita punya waktu berbicara dengan Dia. Namun, kita sering memberi alasan capek, tidak punya waktu, malas atau mungkin kita berdoa, tapi doanya tidak serius. Doanya asal-asalan, pengen cepat selesai. Kalau kita mengasihi Tuhan, maka kita pasti mau ngobrol sama Tuhan.

Teman-teman, sering kali kita berdoa serius pada waktu kita lagi ada masalah saja. Tapi ketika kita berada dalam situasi yang fine-fine saja, kita jadi malas berdoa. Mungkin teman-teman rajin doa, tapi doa makan saja. Itu pun doanya cepat-cepat selesai karena sedang lapar. Bahkan masih ada yang malas untuk doa sebelum tidur. Jadi tidak heran kalau teman-teman sering merasa tidak mampu menghadapi sesuatu. Kita jadi susah untuk menguasai diri, suka marah-marah bahkan attitude kita juga tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Semua itu karena kita tidak mengandalkan kekuatan Tuhan di dalam kehidupan. Orang-orang yang rajin berdoa adalah orang-orang yang pasti mengandalkan Tuhan. Setiap malam, sebelum tidur kita menyerahkan seluruh keberadaan hidup kita di hadapan Tuhan. Jadi kalau kita sudah menyerahkan semuanya ke Tuhan, jangan dipikirkan lagi. Tapi, yang penting kita melakukan bagian kita, baik itu sebagai siswa, sebagai anak, sebagai teman dengan hidup bertanggung jawab. Tuhan pasti menolong kita, jika kita hidup bertanggung jawab. Teman-teman, apa yang paling membebani hati dan pikiran kita, justru itulah yang harus menjadi bahan doa kita.

WHAT TO DO:

1. Mulai bangun kebiasaan berdoa dari 5-10 menit setiap hari.
2. Belajar hidup bertanggung jawab dan menyerahkan kepada Tuhan apa yang tidak mampu kita lakukan.

BIBLE MARATHON:
▪︎Matius 18-20

Card image
Renungan Pagi - 07 November 2023
2023-11-07 09:23:27


Kedewasaan rohani seseorang tidak ditentukan dari faktor usia, ada banyak yang masih muda tapi sudah dewasa rohaninya, tetapi tidak sedikit orang yang sudah tua tapi tidak dewasa rohani alias masih kekanak-kanakan, kedewasaan berbicara tentang cara berpikir, mengambil keputusan, menyikapi masalah atau peristiwa yang terjadi, dan memperlakukan diri sendiri dan juga orang lain.

Alkitab menyatakan bahwa pada saat Kristus datang kembali untuk yang ke-2 kalinya Ia akan datang sebagai pengantin laki-laki sorgawi yang akan menjemput mempelai wanita-Nya. Mempelai wanita ini berbicara mengenai gereja-Nya yang sudah dewasa, bukan kanak-kanak, karena itu biarlah kita memiliki sikap seperti rasul Paulus ini: "Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu". Contoh ketidakdewasaan adalah ketika sedang menghadapi penderitaan atau masalah seringkali mengeluh, bersungut-sungut, mengomel dan menyalahkan Tuhan. 

Kedewasaan rohani seseorang bukan dilihat dari seberapa rajin ia berdoa, seberapa rajin beribadah atau ikut pelayanan, tetapi juga kesanggupannya menghadapi penderitaan sebagai proses dari Tuhan,  buang semua pikiran negatif yang ada, berhentilah mengeluh dan bersungut-sungut, tetaplah bertekun, sabar dan selalu tabah menjalani proses Tuhan.

"Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Dalam hal kejahatan hendaklah sama seperti anak kecil, tetapi menjadi orang dewasa dalam pemikiranmu!"
(1 Korintus 13:11; 1 Korintus 14:20)

Card image
Quote Of The Day - 07 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-07 09:19:28


Kualitas penyembahan kita tergantung dari kualitas hidup kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 07 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-07 09:17:09


Kita orang yang dipilih untuk mendengar Injil, dibawa masuk pada kehidupan dinamika hidup LB3.

Card image
THE DEFENDER - 07 November 2023 (English Version)
2023-11-07 09:14:42


Psalm 22:1-4 says, “My God, my God, why have you forsaken me? Why are you so far from saving me, so far from my cries of anguish? My God, I cry out by day, but you do not answer, by night, but I find no rest. Yet you are enthroned as the Holy One; You are the one Israel praises.”

Everyone has problems; when we face problems, we usually need a defender, especially if we are weak. Do we know that God will defend us if we ask for His defense? The problem is that many people do not dare to believe that a living God can protect them. They do not know how to fulfill the conditions in which someone is worthy of God’s defense. However, there are times when we seem to be ignored by God, as if He has abandoned us. Everyone must experience this kind of situation. At times like that, we often feel like we have no one and that God doesn’t defend us either.

Moments like that are the right time to learn to trust in God, and it is time for us to count the invisible God when we feel that God is not on our side, does not defend us, or even abandons us. Some of us may be in the valley of the shadow of death and wonder why God doesn’t seem to care. We have prayed, attended church, and maybe even fast, but God doesn’t seem to care. We must believe that God lives and will help, so don’t stop hoping in God.

Psa. 22:4-5, “In You our ancestors put their trust; they trusted and you delivered them. To You, they cried out and were saved; in You, they trusted and were not put to shame.” The psalmist had seen how the ancestors of the Israelites experienced God’s help, so they were not embarrassed. However, the psalmist himself felt he was being treated differently, and this is a picture of life experience. So, if we face a tight situation like the psalmist, let’s keep crying out to God. The psalmist shows his condition to be so severe that he describes it as poured out like water, and all his bones are out of joint.

In verses 14-15, the psalmist continues to complain, “My heart became like wax, it melted away in my bosom. My strength is dry as glass. My tongue stuck to the roof of my mouth, and in the dust of death, you laid me down.” We can imagine how painful a life experience like that would be. People who believe in God do not always experience good conditions. Then the psalmist says in verses 20-21, “Deliver Me from the sword—my precious life from the power of the dog. Save Me from the lion’s mouth and the horns of the wild oxen! You have answered Me.” There are times when God seems to throw us away, doesn’t care, and doesn’t defend us, but don’t stop crying out to God. In the end, we read the extraordinary sentence: “You have answered me.” God will surely help those who cry out to Him.

For those of us who are currently in a situation like the psalmist, disappointed with the situation, and usually, this spills over into disappointment with God, we must never forget that we are not alone in experiencing such a condition. Abraham had to leave the Ur of the Chaldeans to enter the land God showed him. However, he only saw that land once he died. It turns out that the land is the new heaven and earth, but Abraham did not become disappointed. It was never written that his belief receded, and he became disappointed in God.

Likewise, regarding the promise of offspring, he had to wait for a quarter of a century. A situation that, according to human understanding, is impossible to come true. God promised to give him as many children as the sand in the sea and the stars in the sky, but he did not have a single child. Did God humiliate Abraham? No. God settled His promise to Abraham. No prayer goes unanswered, no struggle that God does not defend. But the problem now is, are we worthy of God’s defense? God will not protect anyone who lives for themselves, their liking, happiness, self-esteem, or prestige. If God defends people like that without limit, He is being insulted and humiliated.

  NO PRAYER GOES UNANSWERED, NO STRUGGLE THAT GOD DOES NOT DEFEND.

Card image
SANG PEMBELA - 07 November 2023
2023-11-07 09:06:33


Mazmur 22:1-4, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. Allahku, aku berseru pada waktu siang, tapi Engkau tidak menjawab. Dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang. Padahal, Engkaulah yang kudus, yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.”

Pasti setiap orang punya masalah. Dan biasanya, ketika kita menghadapi masalah, kita membutuhkan pembela, apalagi kalau kita ada di pihak yang lemah. Tahukah kita bahwa Tuhan pasti membela kalau kita meminta pembelaan-Nya? Masalahnya, banyak orang tidak berani percaya ada Allah yang hidup, Allah yang bisa membela dan tidak tahu bagaimana memenuhi kondisi di mana seseorang layak dibela Tuhan. Namun, memang ada saat di mana kita seakan-akan tidak dipedulikan Tuhan, seakan-akan Tuhan meninggalkan kita. Keadaan seperti ini pasti dialami oleh setiap orang. Pada saat-saat seperti itu, sering kita merasa tidak memiliki siapa-siapa, dan kita merasa Tuhan tidak membela kita juga.

Sebenarnya, saat-saat seperti itu justru saat yang tepat untuk kita belajar menaruh percaya kita kepada Tuhan. Justru saat-saat di mana kita merasa Tuhan tidak di pihak kita, Tuhan tidak membela kita, bahkan meninggalkan kita, itulah saatnya kita belajar memercayai Allah yang tidak kelihatan. Pasti ada di antara kita yang sekarang ini ada di lembah kekelaman. Kita bertanya-tanya, mengapa Tuhan seakan-akan tidak peduli? Kita sudah berdoa, datang ke gereja, mungkin juga sampai puasa, tetapi Tuhan seakan-akan tidak peduli. Percayalah bahwa Tuhan yang hidup, Tuhan yang pasti menolong. Namun, jangan berhenti berharap kepada Tuhan.

Mazmur 22:4-5, “Kepada-Mu nenek moyang kami percaya; mereka percaya, dan Engkau meluputkan mereka. Kepada-Mu mereka berseru-seru dan mereka terluput. Kepada-Mu mereka percaya dan mereka tidak mendapat malu, yaitu nenek moyang kami yang percaya.” Pemazmur sudah melihat bagaimana nenek moyang bangsa Israel mengalami pertolongan Tuhan, sehingga tidak dipermalukan. Tetapi pemazmur merasa diperlakukan berbeda. Ini adalah gambaran dari pengalaman hidup. Jadi kalau saat ini kita sedang menghadapi keadaan terjepit seperti pemazmur, mari kita tetap berseru kepada Tuhan. Pemazmur menunjukkan keadaannya yang begitu parah yang dia gambarkan seperti air yang tercurah, dan segala tulangnya terlepas dari persendiannya.

Di ayat 14-15, pemazmur lanjut mengeluh, “Hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh dalam dadaku. Kekuatanku kering seperti beling. Lidahku melekat pada langit-langit mulutku, dan dalam debu maut Kau letakkan aku.” Dapat kita bayangkan betapa pedihnya pengalaman hidup seperti itu. Jelas bahwa orang yang percaya kepada Tuhan tidak selalu mengalami keadaan baik. Lalu pemazmur berkata di ayat 20-21, “Tetapi Engkau, Tuhan, janganlah jauh. Ya, kekuatanku, segeralah menolong aku. lepaskan aku dari pedang, dan nyawaku dari cengkeraman anjing. Selamatkan aku dari mulut singa, dan dari tanduk banteng. Engkau telah menjawab aku.” Ada saat di mana Tuhan seperti membuang, tidak peduli, dan tidak membela kita, tetapi jangan berhenti berseru kepada Tuhan. Namun, pada akhirnya kita baca kalimat yang luar biasa: “Engkau telah menjawab aku.” Tuhan pasti menolong orang yang berseru-seru kepada-Nya.

Bagi kita yang sekarang ini dalam keadaan seperti pemazmur, benar-benar kecewa terhadap keadaan, dan biasanya merembet menjadi kecewa kepada Tuhan, maka kita harus selalu ingat ternyata kita tidak sendirian yang mengalami kondisi seperti itu. Abraham harus keluar dari Ur-Kasdim untuk masuk ke negeri yang Allah tunjukkan. Namun, Abraham tidak pernah melihat negeri itu sampai meninggal dunia. Ternyata negeri itu adalah langit baru bumi baru. Tapi apakah Abraham menjadi kecewa? Tidak pernah ditulis kalau percayanya surut dan ia menjadi kecewa kepada Tuhan.

Demikian juga tentang janji keturunan yang harus ditunggunya selama seperempat abad. Keadaan yang menurut perhitungan manusia tidak mungkin bisa terwujud. Padahal, Allah berjanji akan memberikan anak sebanyak pasir di lautan dan bintang di langit, tetapi satu pun anak dia tidak punya. Apakah Tuhan mempermalukan Abraham? Tidak. Tuhan menjawab. Tidak ada doa yang tidak dijawab, tidak ada pergumulan yang tidak Tuhan bela. Tetapi masalahnya sekarang, apakah kita layak dibela Tuhan? Tentu Tuhan tidak akan membela orang sembarangan; yang hidup untuk dirinya sendiri, untuk kesukaan, kebahagiaan, harga diri, prestisenya sendiri. Sebab kalau Tuhan membela orang-orang seperti itu tanpa batas, berarti Tuhan dilecehkan, direndahkan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TIDAK ADA DOA YANG TIDAK DIJAWAB, TIDAK ADA PERGUMULAN YANG TIDAK TUHAN BELA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 November 2023
2023-11-07 09:00:35

Matius 25

Card image
Truth Kids 06 November 2023 - JEBAKAN IBLIS
2023-11-06 09:55:12


Ayub 2:3
Firman TUHAN kepada Iblis: ”Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ia tetap tekun dalam kesalehannya, meskipun engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya tanpa alasan.”

“Wah, coba lihat itu, Andi merusak gagang pintu. Sudah Andi kamu tidak usah bilang Mama. Nanti Mama marah-marah. Iya, kamu diam sajalah, kalau nanti ditanya, bilang tidak tahu saja, hi..hi..hi..” bisik Setan kepada Andi. “Uwow, susah banget ini soal ujiannya, Jess. Kamu nyontek saja biar nilainya tetap bagus. Masa Jesslyn nilainya 70 Harusnya 100 dong! Yuk, nyontek, yuk! He..he..he..” bisik Setan kepada Jesslyn yang sedang ujian.

Sobat Kids, jalan pintas seperti contoh di atas adalah jebakan-jebakan si Iblis kepada kita. Untuk itu kita harus berhati-hati dalam berpikir, berbicara dan dalam melakukan sesuatu. Jika kita selalu memilih cara yang ditawarkan si Iblis, kita masuk dalam jebakannya yaitu perangkap dosa dan terpisah dari Allah. Mengerikan, bukan? Nah, untuk itu jika kalian mulai berpikir mengambil jalan pintas yang tidak baik, ingatlah Iblis sudah mengintip, memanggil kita untuk ikut bersamanya. Segera berbalik, berdoa minta Tuhan menuntun kita keluar dari masalah dengan cara yang benar di hadapan Tuhan.

Card image
Truth Junior 06 November 2023 - JANGAN GOYAH
2023-11-06 09:52:35


Ayub 2:3
Firman TUHAN kepada Iblis: “Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ia tetap tekun dalam kesalehannya, meskipun engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya tanpa alasan.”

Shalom, Sobat Junior!! Apa kabarnya hari ini?? Bersyukur, ya, Tuhan Yesus selalu beserta dengan kita. Setelah kita belajar tentang bagaimana hidup benar di dalam Tuhan, selalu bertobat tidak melakukan dosa yang sama, pasti ada yang tidak suka kita lakukan itu. Siapakah dia yang tidak suka kita hidup benar?? Yes… si Iblis selalu ingin menggoda dan menjatuhkan kita.

Oleh karena itu, kita harus selalu waspada, jangan sampai kita masuk perangkap Iblis. Dia ingin kita melakukan kembali dosa-dosa yang sering kita lakukan. Bagaimana agar kita dapat tetap bertahan menghadapi godaan-godaan dari Iblis? Selalu memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan dengan cara setiap hari duduk di bawah kaki Tuhan berdoa, membaca firman Tuhan, dan minta Roh Kudus memberikan pengertian untuk setiap firman Tuhan yang dibaca.

Setiap Firman Tuhan yang kita baca pasti mengajarkan kebenaran, dan bukan hanya kita baca, tetapi juga harus kita lakukan dalam hidup kita sehari-hari.

Dalam Yakobus 1:22 tertulis, “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja, sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.”

Iblis tidak suka dengan anak-anak yang suka bertobat dan melakukan firman Tuhan. Maka, kalian akan merasa banyak tantangan yang harus dilewati. Tetapi yakinlah ketika kita hidup dekat dengan Tuhan, maka Tuhan akan selalu menjaga kita, melindungi kita, dan selalu mengingatkan kita kembali untuk hidup benar di hadapan-Nya. Sampai godaan Iblis itu tidak berarti apa-apa karena hidup kita sudah dipenuhi oleh kebenaran firman Tuhan. Jangan goyah, ya, Sobat Junior. Terus berjuang! Tuhan Yesus selalu menyertai.

Card image
Truth Youth 06 November 2023 (English Version) - FLASHBACK!
2023-11-06 09:50:45


"We know that in all things God works for the good of those who love Him, who have been called according to His purpose." (Romans 8:28)

Certainly, among us, there have been times when we felt incredibly down. Some of you might be experiencing it right now. We feel overwhelmed, perhaps even misunderstood by those closest to us. Some of us might be struggling with an overwhelming amount of homework assigned by our teachers, causing stress. We may feel helpless and incapable of completing it. On top of that, there may be problems with friends or family. It's as if we just want to give up, right? The author understands what you're going through. But don't get caught up in those problems. Don't let them get to you! If you ever feel alone, it's because you might not realize that there is a helping hand from God ready to assist you at any time.

Let's reflect on this: if we've made it this far, it's actually quite remarkable. It's evidence of God's perfect presence in each one of us, and we can overcome it, my friends. If we've overcome previous challenges, it means we can certainly overcome the ones today, tomorrow, and beyond. If we made mistakes yesterday, then today, we must strive not to repeat those mistakes. Some of you may have been mistreated by friends or disliked. Does that mean God doesn't understand us? God does understand, but He wants us to respond correctly to all circumstances. This means that if we're mistreated or disliked by friends, we shouldn't respond with hate. Remember, God wants us to learn to be patient, not to retaliate, and to forgive and let go of their mistakes. Believe me, everything that God allows to happen in our lives, He has a good purpose for us. We just need to learn to respond to it correctly.

WHAT TO DO:
1. Learn not to overthink.
2. Surrender all your worries to God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matthew 14-17

Card image
Truth Youth 06 November 2023 - FLASHBACK!
2023-11-06 09:48:19


"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28)

Tentu di antara kita pernah ada di titik di mana kita merasa down banget. Mungkin juga saat ini teman-teman sedang mengalaminya. Kita merasa sangat tertekan, bahkan mungkin tidak dimengerti oleh orang-orang terdekat kita. Mungkin ada di antara kita yang merasa capek belajar dengan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan guru begitu banyak sehingga kita jadi stres. Kita merasa susah dan tidak mampu untuk menyelesaikannya. Ditambah lagi dengan masalah dengan teman-teman atau dengan keluarga. Rasanya pengen nyerah aja ga sih? Penulis mengerti apa yang teman-teman alami. Tapi, jangan tenggelam dengan masalah-masalah itu. Jangan baperan! Kalau kita merasa sendirian itu karena kita tidak menyadari ada tangan Tuhan yang siap menolong kita kapan pun. Coba kita renungkan kembali, kalau kita bisa sampai pada titik ini, sebenarnya itu hal yang hebat. Itulah bukti penyertaan Tuhan yang sempurna atas setiap kita dan kita bisa melewatinya teman-teman. Kalau hal-hal yang sebelumnya saja kita bisa melewatinya, berarti kita juga pasti bisa melewatinya hari ini, besok dan seterusnya. Jika kemarin kita berbuat kesalahan, maka hari ini kita mau berjuang untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Mungkin ada di antara teman-teman yang dijahati teman, atau tidak disukai. Apakah itu artinya Tuhan tidak mengerti kita? Tuhan mengerti, hanya saja Tuhan mau kita merespons segala peristiwa itu dengan benar. Artinya, jika kita dijahati atau tidak disukai teman, kita jangan membalas dengan membenci juga. Ingatlah, Tuhan mau kita belajar untuk sabar, tidak membalas dan menyimpan kesalahan mereka. Percayalah, segala sesuatu yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita, Tuhan punya maksud yang baik buat kita. Kita yang harus belajar menyikapinya dengan benar.

WHAT TO DO:
1. Belajar tidak overthinking.
2. Serahkan semua kekhawatiran kita di hadapan Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎Matius 14-17

Card image
Renungan Pagi - 06 November 2023
2023-11-06 09:40:02


Kesetiaan adalah salah satu karakter penting yang harus dimiliki semua orang, sebab dalam hubungan dengan sesama, rumah tangga, bisnis, pekerjaan, terlebih-lebih dalam hubungan dengan Tuhan dan pelayanan, kesetiaan sangatlah diperlukan, semua orang percaya tahu bahwa kesetiaan adalah bagian dari buah Roh.

Namun tak mudah menjadi orang yang setia!. Ketika berada dalam situasi baik, enak dan nyaman adalah hal yang gampang untuk setia, namun bagaimana ketika 'perahu' hidup kita sedang dihantam oleh ombak, gelombang dan badai dahsyat, masihkah berlaku setia di hadapan Tuhan?

Terkadang orang menyatakan komitmen untuk setia mengiring Kristus dan melayani Dia dengan sungguh-sungguh, namun dalam prakteknya tidak sesuai dengan apa yang diucapkan!. Apalagi ketika terbentur dengan masalah, tantangan atau kesulitan, mereka mulai meragukan kasih dan kuasa Tuhan; ternyata berlaku setia di segala situasi tak semudah membalikkan telapak tangan!.

Karena itu jarang sekali didapati orang yang benar-benar setia. "Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?" Pengertian 'setia' adalah berpegang teguh pada janji, pendirian kokoh, tidak tergoyahkan, patuh, taat, tidak berubah, konsisten, layak dipercaya. 

Tuhan menginginkan anak-anak-Nya hidup setia di hadapan-Nya!. "Maka lakukanlah semuanya itu dengan setia, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri." Tuhan menyediakan berkat-berkat-Nya bagi orang yang setia! Bahkan mahkota kehidupan diberikannya pada orang yang setia.
(Ulangan 5:32; Amsal 20:6)

Card image
Quote Of The Day - 06 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-06 09:33:59


Karena kecerdasan Allah begitu hebat dan kemurahan-Nya begitu luar biasa, kesalahan kita pun bisa tetap dipakai Tuhan untuk menasihati kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 06 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-06 09:31:48


Hanya ada satu tempat di mana tidak ada dukacita yaitu di langit yang baru dan bumi yang baru.

Card image
BUILDING INTIMACY - 06 November 2023 (English Version)
2023-11-06 09:28:08


In society, we sometimes hear people say, “My parents are fussy,” this has become understood as a negative thing by young people. They have never been parents, so one day, when they become parents, they will understand the reasons for their parents’ anxiety and worry. Fussy parents must be understood as being responsible parents who care and want their children to avoid various disasters, socially and in other ways, and can have a promising future.

The church, which is the means of God, must continue to disturb the tranquility of the congregation’s worldly lives because this concerns not only the temporary condition on earth but also eternity. Even though God has rebuked us several times, we still harden our hearts. We will be left alone if we still live worldly; without realizing it, we have sold ourselves to the darkness’s powers. We are sealed as Satan’s possession and must be banished from God’s presence. However, if we want to learn to live in God’s truth, we may face some life problems, but it makes us lift our hearts and direct our gaze to God.

If people are accustomed to lifting their hearts to God, their belief in God’s existence will become stronger or greater daily. If not, God becomes a fantasy, which has been the case for centuries. Even in our environment, for many years, the church has only provided liturgical and prayer services for the sick or people with problems because the church is seen as a dealer of God’s power or hand to reach out and touch congregation members who need help. This religious activity continued over time until it became a profession for priests. Ultimately, this habit becomes a place for congregations wanting to be spiritual and godly.

It kept rolling, and extraordinary misdirection occurred without realizing it. Meanwhile, on the other hand, the church also provides a theological college to prepare leadership and HR cadres who will preach and carry out religious or church activities. The feel and atmosphere are identical to its predecessors, and everything went fine. But what worries us is, does the congregation have a promising, eternal future? The church must question it and then become fussy about this.

If we died today, would we all be sure we would go to heaven? Maybe most of us are rejected by God because the standard of Christianity we understand is still insufficient. A false Christian life has lulled us for too long. The sermons we hear do not suggest anything dangerous. The songs we sing do not imply anything that threatens us. Everything seems fine. But if we are honest, we have not done the Father’s will. We may be good Christians by ordinary standards, but we will never find in the Bible that Christians should be like the children of the world around us.

It is clearly said in Rom. 12:2 that we must be different. We must understand God’s will: what is good, pleasing, and perfect. We are all busy and can get drowned in our problems. What matters is whether we are in God’s will or plan, no matter where we are, what we are doing, sick or healthy, rich or poor. We must wake up and don’t fall asleep. We should not die and are not looked at or assessed by God, doing His will and fulfilling His plan. The problem is that religious life not accompanied by an encounter with God can make the church continue to exist, but all of that is just fantasy. If the pastor only fantasizes about God, what about the congregation? The characteristics of people who fantasize are simple but precise, namely fear of death.

When we say, “I love You, Lord,” we must have roots. We are not perfect yet, but we are still in the process. Every day, we say, “God, make me better than yesterday. Lord, I want to please You. Help me to love You, as humans should love You.” Let us care how deeply our hearts love God. Later, when stripped naked before God’s judgment, we will regret how great God is. We never have an uplifted heart except in times of need, trouble, urgent need, or suffering.

Even though the threat or the danger does not seem to exist, it is as if we are facing a threat. And actually, there is, so we always lift our hearts daily. Encountering God is the source of knowing Him because, in that encounter, there is spirit and passion, spirit of holiness, passion for mercy towards other people, and passion for God. Each encounter with God builds deeper intimacy.  

EACH ENCOUNTER WITH GOD BUILDS DEEPER INTIMACY.

Card image
MEMBANGUN KEINTIMAN - 06 November 2023
2023-11-06 09:26:03


Dalam kehidupan di masyarakat, kita kadang-kadang bahkan sering mendengar orang berkata, “Orang tuaku cerewet.” Lalu itu dipahami oleh orang-orang muda sebagai suatu hal yang negatif. Padahal mereka belum pernah menjadi orang tua. Suatu hari, ketika mereka menjadi orang tua, barulah mereka dapat mengerti alasan perasaan cemas dan khawatir orang tua. Orang tua yang cerewet harus dimengerti sebagai orang tua yang bertanggung jawab, yang peduli, yang sungguh-sungguh menginginkan anaknya dapat terhindar dari berbagai malapetaka, baik dalam pergaulan, maupun dalam hal-hal lain, serta memiliki masa depan yang baik.

Demikian pula dengan gereja yang berfungsi sebagai sarana Tuhan. Gereja harus terus mengganggu ketenangan hidup duniawi kita, sebab hal ini bukan hanya menyangkut keadaan kita sementara di bumi, melainkan juga di kekekalan. Kalau kita masih hidup secara duniawi padahal Tuhan sudah tegur beberapa kali, namun kita mengeraskan hati, maka kita akan dibiarkan. Tanpa kita sadari, sejatinya kita sudah menjual diri kepada kuasa kegelapan. Kita dimeteraikan menjadi milik Iblis, dan pasti terbuang dari hadirat Allah. Tetapi kalau kita mau belajar hidup di dalam kebenaran Tuhan, kita mungkin menghadapi beberapa masalah hidup, tapi sebenarnya hal itu membuat kita mengangkat hati, mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan.

Kalau seseorang terbiasa mengangkat hati ke Tuhan, maka keyakinannya akan keberadaan Allah semakin hari semakin kuat atau makin besar. Jika tidak, maka Tuhan itu menjadi fantasi. Dan ini yang terjadi selama berabad-abad. Bahkan di lingkungan kita juga, bukan hanya belasan tahun, tetapi puluhan tahun, gereja hanya menyediakan jasa liturgi, jasa berdoa untuk orang sakit atau orang yang bermasalah karena gereja dipandang sebagai _dealer_ dari kuasa Tuhan atau tangan Tuhan untuk terulur dan menjamah jemaat yang membutuhkan pertolongan. Kegiatan keagamaan ini bergulir terus dari waktu ke waktu sampai menjadi profesi bagi pendeta. Akhirnya, kebiasaan ini menjadi tempat berlabuh bagi jemaat yang mau beragama dan merasa ber-Tuhan.

Hal itu bergulir terus. Terjadi penyesatan yang luar biasa hebat, tanpa disadari. Sementara di pihak lain, gereja juga mengadakan pendidikan sekolah tinggi teologi untuk mempersiapkan kader-kader pemimpin, kader-kader SDM yang akan berkhotbah dan melakukan kegiatan di dalam keagamaan atau di dalam gereja. Tentu nuansa dan atmosfernya sama dengan para pendahulu. Semua berjalan baik-baik saja. Tetapi yang menjadi kegelisahan kita, apakah jemaat benar-benar memiliki masa depan yang baik, masa depan kekekalan? Gereja harus mempersoalkan, lalu menjadi cerewet untuk hal ini.

Sejujurnya, kalau kita meninggal dunia hari ini, apakah kita semua yakin masuk surga? Jangan-jangan sebagian besar ditolak oleh Tuhan. Sebab, standar kekristenan yang kita pahami masih sangat rendah. Kita sudah terlalu lama dininabobokkan dengan kehidupan kristiani palsu. Khotbah-khotbah yang kita dengar tidak mengisyaratkan sesuatu yang membahayakan. Lagu-lagu yang kita nyanyikan, tidak mengisyaratkan sesuatu yang mengancam kita. Semua sepertinya baik-baik saja. Tetapi kalau jujur, kita belum melakukan kehendak Bapa. Kita memang orang Kristen yang baik dalam standar umum, tetapi kita tidak akan pernah menemukan dalam Alkitab bahwa orang Kristen itu boleh seperti anak-anak dunia di sekitar kita.

Dalam Roma 12:2 jelas dikatakan bahwa kita harus berbeda. Kita harus mengerti kehendak Allah; apa yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna. Kita semua sibuk dan bisa tenggelam di dalam masalah kita. Tetapi, bukan soal kita di mana, sedang mengerjakan apa, sakit atau sehat, kaya atau miskin, tetapi apakah kita ada di dalam kehendak Allah dan rencana-Nya. Jadi, sadarlah; bangun, jangan tertidur. Jangan sampai kita meninggal dunia, kita tidak dipandang, tidak dinilai oleh Allah sudah melakukan kehendak Allah dan memenuhi rencana-Nya. Masalahnya, kehidupan keagamaan yang tidak disertai perjumpaan dengan Allah bisa membuat gereja tetap eksis, tetapi semua itu hanya fantasi.Kalau pendetanya saja berfantasi tentang Tuhan, bagaimana jemaatnya? Ciri dari orang yang berfantasi itu sederhana, namun presisi, yaitu takut mati.

Waktu kita berkata, “Aku mengasihi-Mu, Tuhan” kita harus punya akar. Memang kita belum sempurna, tetapi terus di dalam proses. Setiap hari kita berkata, “Tuhan, buat aku lebih baik dari kemarin. Tuhan, aku hanya ingin menyenangkan Engkau. Tolong aku mengasihi Engkau, sebagaimana seharusnya manusia mengasihi Engkau.” Jangan kita tidak peduli seberapa dalam hati kita mengasihi Tuhan. Nanti kalau ditelanjangi di depan pengadilan Tuhan, baru kita menyesal betapa agungnya Tuhan. Dan kita tidak pernah memiliki hati yang diangkat kecuali pada waktu kepepet, dalam kesulitan, dalam kebutuhan mendesak, dalam penderitaan.

Walau ancaman itu belum ada, bahaya seperti tidak ada, tetapi kita seakan-akan menghadapi ancaman. Dan memang sebenarnya ada, jadi setiap hari kita selalu mengangkat hati. Sebab perjumpaan dengan Allah adalah sumber pengenalan akan Allah. Karena di dalam perjumpaan itu ada spirit, ada gairah. Spirit kekudusan, gairah belas kasihan terhadap orang; gairah yang dari Tuhan. Setiap perjumpaan dengan Allah membangun keintiman yang semakin dalam.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SETIAP PERJUMPAAN DENGAN ALLAH MEMBANGUN KEINTIMAN YANG SEMAKIN DALAM.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 November 2023
2023-11-06 09:21:34

Matius 24

Card image
Truth Kids 05 November 2023 - MENANG DARI DOSA
2023-11-05 09:41:59


Ibrani 4:15
”Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”

Momo adalah seekor monyet kecil yang tinggal di hutan Asri. Momo memiliki kebiasaan buruk yaitu suka berbohong. Kebiasaannya itu membuat banyak hewan lain menjauhinya. Momo sedih ia tidak punya teman. Saat ia gembira tidak ada teman yang tertawa bersamanya. Saat ia sedih tidak ada yang menghiburnya. Momo menyadari dirinya harus berubah dan tidak lagi berbohong agar ia bisa mendapat teman.

Momo kemudian bertobat dan tidak lagi mau berbohong. Kini dirinya sudah mulai mendapat banyak teman. Namun, seringkali kesempatan untuk berbohong datang. Kemarin, Momo berbohong lagi kepada teman-temannya, ia berkata rumahnya besar bagai istana megah. Setelah berbohong, Momo merasa sedih. Aku tidak mau kehilangan teman-temanku karena kebohonganku. Tidak lama setelah itu, Momo meminta maaf karena sudah berbohong. Momo kemudian berkata jujur kalau ia merasa malu karena rumahnya hanya rumah pohon sederhana. Teman-teman Momo memaafkan Momo dan senang karena Momo sudah jujur.

Sobat Kids, saat kita bertobat dan tidak mau mengulang dosa yang sama, selalu ada godaan untuk kembali berbuat salah. Sama seperti Momo yang sudah terbiasa berbohong, mudah sekali bagi dia untuk kembali berbohong walaupun sudah berjanji untuk berkata jujur. Jangan menyerah untuk menang dari dosa ya, Sobat Kids. Ingat, Roh Kudus senantiasa mendampingi. Tuhan Yesus juga mengerti apa yang kita rasakan. Kita tidak sendiri dalam perjuangan untuk menang dari dosa ini.

Card image
Truth Junior 05 November 2023 - AKAR DOSA
2023-11-05 09:38:22


Ibrani 4:15
”Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”

“Aku punya mainan baru teman-teman,” kata Aria sambil menunjukkan mainan barunya. “Wah, bagus sekali mainan kamu,” jawab Rini. “Iya, dong. Ini harganya mahal. Aku tahu, pasti kalian tidak punya mainan seperti aku,” kata Aria dengan sombong. “Aria, tidak boleh sombong,” sahut Lala. Setelah ditegur oleh Lala, Aria merasa bersalah. Aria memang anak yang baik, tetapi kadang-kadang masih suka sombong.

Sobat Junior, tahukah bahwa perasaan kita seperti pepohonan? Ada akar-akar yang bisa tumbuh kuat di dalam hati kita. Nah, perbuatan dosa seperti sombong merupakan akar yang kurang baik. Jadi, kita harus bersihkan akarnya agar kita tidak merasa sombong lagi. Kalau akar-akar yang kurang baik terus-menerus ada di dalam hidup kita, akar itu akan semakin menjalar dan kuat sehingga kita jadi orang yang sombong dan jahat.

Maka, setiap hari akar-akar yang kurang baik, seperti kesombongan, marah, pelit, berkata kasar, harus kita bersihkan dengan bantuan teman yang tidak pernah meninggalkan kita, yaitu Roh Kudus. Jadi, setiap kali kita merasa sombong, iri, dan lain-lain, segera berdoa minta bantuan Roh Kudus.

Memang membuang akar dosa di dalam hidup kita itu susah. Tapi kita punya teman baik, yaitu Roh Kudus, yang bisa menolong kita. Dan kita punya Tuhan Yesus yang mengerti apa yang kita rasakan. Jadi, yuk, terus berjuang dan jangan pernah menyerah! Kita bisa membuang dan membersihkan akar dosa dengan bantuan Roh Kudus dan kasih Tuhan Yesus.

Card image
Truth Youth 05 November 2023 (English Version) - SMALL MATTER
2023-11-05 09:36:12


"Let us draw near with a true heart in full assurance of faith, with our hearts sprinkled clean from an evil conscience and our bodies washed with pure water." (Hebrews 10:22)

Sincerity of heart is a fundamental aspect of any relationship, whether it be within a family, a friendship, or a romantic partnership. A special friendship cannot endure without honesty, openness, trust, and sincerity. When we make mistakes, we must be willing to admit our faults honestly to those we care about. This is one way of building a healthy relationship with someone we hold dear. A good friendship is one where individuals are willing to build each other up. For instance, when a friend makes a mistake, we don't immediately blame them, but with humility, we offer advice with love and sincerity to help each other grow. This principle extends to building a relationship with God. If we desire a serious relationship with God, we commit to praying earnestly, earnestly striving to improve ourselves, and earnestly studying the truths found in God's Word.

Friends, when we commit to building a close relationship with God, we will be willing to live honestly before Him. We will no longer dare to lie to our parents, harbor resentment towards friends who have hurt us, or be careless with our words. If we have a close relationship with God, we will be afraid to commit even the slightest wrongdoing. Why? Because God knows what is in our hearts, what we are thinking, and what we do in secret. Perhaps our parents do not know, or we hide it from them, but God knows all that is hidden. Therefore, we must learn to be honest in all things before God. If we confess our mistakes honestly and sincerely before God, then God will surely forgive us.

WHAT TO DO:
1. Acknowledge your mistakes honestly in prayer before God.
2. Make a commitment to refrain from lying if you have a habit of doing so.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matthew 12-13

Card image
Truth Youth 05 November 2023 - SMALL MATTER
2023-11-05 09:32:31


”Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.” (Ibrani 10:22)

Ketulusan hati adalah hal yang sangat prinsip dalam sebuah hubungan, baik itu hubungan dalam keluarga, pertemanan, atau berpacaran. Sebuah hubungan pertemanan yang istimewa tidak mungkin dapat bertahan lama jika kita tidak memiliki kejujuran, keterbukaan, kepercayaan dan ketulusan dalam hubungan tersebut. Ketika kita melakukan kesalahan, kita harus berani mengakui kesalahan kita dengan jujur terhadap seseorang itu. Itu adalah salah satu cara kita membangun hubungan yang sehat terhadap seseorang yang kita anggap istimewa. Pertemanan yang baik adalah pertemanan yang mau saling membangun sesama. Misalkan jika teman kita melakukan kesalahan, kita tidak langsung menyalahkan mereka, tetapi dengan rendah hati mau menasihati dengan kasih dan ketulusan untuk saling membangun. Sama halnya dalam membangun hubungan dengan Tuhan. Kalau kita ingin membangun hubungan yang serius dengan Tuhan, tentu kita akan memiliki tekad untuk serius berdoa, serius untuk memperbaiki diri bahkan serius untuk belajar kebenaran firman Tuhan. Teman-teman, ketika kita memiliki komitmen untuk membangun hubungan kedekatan dengan Tuhan, tentu kita berani untuk hidup jujur di hadapan Tuhan. Kita tidak lagi berani berbohong dengan orang tua, kita tidak boleh membenci teman-teman yang menyakiti kita, bahkan kita juga akan selalu mau berhati-hati dalam berkata-kata. Jika kita memiliki kedekatan dengan Tuhan, maka kita takut melakukan kesalahan sekecil apa pun. Mengapa? Karena Tuhan tahu apa yang ada dalam hati kita, apa yang sedang kita pikirkan dan apa yang kita lakukan dalam diam-diam. Mungkin orang tua kita tidak tahu, atau kita sendiri yang menyembunyikan dari orang tua, tetapi Tuhan tahu semua yang tersembunyi. Oleh sebab itu, kita harus belajar jujur dalam segala hal di hadapan Tuhan. Jika kita mengakui kesalahan kita dengan jujur dan tulus di hadapan Tuhan, maka Tuhan pasti mengampuni kita.

WHAT TO DO:
1.Mengakui kesalahan dengan jujur di hadapan Tuhan dalam doa.
2.Komitmen untuk tidak berbohong lagi jika selama ini suka bohong.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matius 12-13

Card image
Renungan Pagi - 05 November 2023
2023-11-05 09:27:54


Alkitab menyatakan: "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Jadi iman merupakan dasar bagi orang percaya dalam menjalani hidup kekristenan, tetapi dalam kehidupan nyata banyak orang Kristen yang tidak hidup berdasarkan iman kepada Tuhan.

Hidupnya dikendalikan oleh situasi atau keadaan yang ada, itulah sebabnya ketika mengalami masalah atau kesulitan mereka akan mudah sekali bersungut-sungut, mengeluh dan mengomel karena pandangannya tertuju pada masalah.

Kekristenan sejati adalah ; sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat. Jika menjalani kehidupan kekristenan dengan normal, yaitu mengaktifkan iman, maka akan menjadi orang Kristen yang berkemenangan, karena dengan iman, kita sanggup melihat apa yang tidak sanggup dilihat oleh mata jasmani, mampu melihat sisi positif di balik permasalahan; mampu melihat bahwa ada di balik setiap peristiwa.

Orang Kristen yang hidup karena percaya memiliki keyakinan yang kuat bahwa ada Tuhan yang menyertai, dan memiliki keyakinan, alias tidak ragu atau bimbang, terhadap segala janji Tuhan, dengan iman kita akan terus bertekun dan menanti-nantikan Tuhan karena memahami bahwa waktunya adalah yang terbaik.
(2 Korintus 5:7; Ibrani 11:1)

Card image
Quote Of The Day - 05 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-05 09:24:11


Jika kita tidak menyadari kesalahan yang kita lakukan, maka kita akan terus melakukan keinginan dan pikiran dari Iblis; kerasukan Iblis.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 05 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-05 09:21:25


Betapa rentannya hidup di bumi ini, setiap saat bisa terjadi keadaan-keadaan yang merenggut kebahagiaan kita. Oleh sebab itu kita harus berkemas-kemas sejak sekarang.

Card image
SERIOUS HOLY LIVING - 05 November 2023 (English Version)
2023-11-05 09:19:44


2 Tim.3:1 says, “You should know this, Timothy, that in the last days there will be very difficult times.” 

What is meant as difficult times here are viewed from a spiritual perspective, not just economically, politically, or in other fields. It is indeed that everything becomes more complex in all aspects, but what is meant in this verse is in living a life of faith according to God’s will. The first characteristic of this state is lovers of self, and then lovers of money, and so on. We are in a selfish world where people only see their interests, and without us realizing it, this world’s atmosphere is genuinely poisoning us.

However, many Christians do not realize that they have been poisoned by this atmosphere of love of self, which makes the Spirit of God not comfortably reside within such Christians. If we walk with people whose behavior is destructive and who we don’t get along with, we won’t feel comfortable. We will stay away from and avoid walking with people like that. Likewise, the Holy Spirit is not comfortable living in the hearts of people who are selfish, cruel, heartless, and arbitrary towards others. It makes God unpleased, but this doesn’t mean we always have to give money to other people. We can translate our compassion into many actions.

We should have a deep fear when we reflect that one day, when we meet the Lord Jesus, it turns out that He is present in our lives, represented by people who need our helping hand. There are indeed people who are parasites whose living elements are symbiotic parasites. We must limit our help to such people to avoid destroying their character, and instead, we should give to those in need. Keep it from happening that we ignore those who should get our helping hand. How terrifying it is because it turns out that God is present there and sees us.

But we believe one thing, which is comforting, that the Holy Spirit will prevent us from that mistake. The Holy Spirit will give us sensitivity. But some of us have not been trained for long and always use rational considerations poisoned by egoism. People like this feel legitimate and safe with all their actions in life. They echo Cain’s words: “Am I my brother’s keeper?” God can say: “It should be, yes.” But God is gentle and does not force people to do things for Him.

We must do it sincerely because it is useless if an action is done forcefully. We are like’ feeding’ God when we do good, help people, bind up those whose hearts are hurt, and accompany those in despair. Remember, it doesn’t always have to be the money we give. There is a kind of thirst and hunger in God’s heart that cannot be filled just by singing praises like we do; it is not enough. God will truly enjoy our praise and worship if we live in holiness every moment. Our lives are in proper reverence for God and genuine love for Him; Only then will our worship praise be clean and fragrant. Because if not, then it is useless, and it’s rotten.

We mustn’t try to deceive God because following God means we must be all-out from second to second, minute to minute, which later will guide and lead us to become pious and holy people of God, and it becomes real in this life that we will be together with God. We can see heaven before we die, and there are indeed endless green fields and the palace of our Lord, Jesus Christ, and we will get thrones who are with Him in all suffering.

We are not perfect, but we have the Spirit of God. We should be serious about loving God and becoming like a poured wine and broken bread, and we do not need to explain to humans. Today’s conditions should make us serious about living a holy life, thinking about the new heaven and earth, seeing heaven before we enter, saving souls, and preparing the younger generation. We can only take refuge in God Yahweh and don’t have to defend ourselves in any way. God will make us powerless so that we can raise the Giant Elohim Yahweh, Giant above all giants, the Holy Giant. Take the opportunity. Have intimacy with God.  

TODAY'S WORLD CONDITIONS SHOULD MAKE US SERIOUS ABOUT LIVING A HOLY LIFE AND HAVING GREATER INTIMACY WITH GOD.

Card image
SERIUS HIDUP SUCI - 05 November 2023
2023-11-05 09:17:19


2 Timotius 3:1, "Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar."

Tentu masa yang sukar di sini ditinjau dari sudut atau perspektif rohani, bukan hanya sukar secara ekonomi, politik atau bidang lainnya. Tentu dalam segala aspek hidup semua bertambah sukar. Tetapi yang dimaksud sukar dalam ayat ini adalah sukar dalam menjalani kehidupan iman yang sesuai dengan kehendak Allah. Ciri pertama dari keadaan ini adalah mencintai diri sendiri. Baru kemudian menjadi hamba uang dan seterusnya. Kita ada dalam suasana dunia yang egois, suasana dunia di mana orang hanya melihat kepentingannya sendiri. Tanpa kita sadari, suasana dunia seperti ini benar-benar meracuni kita.

Namun, banyak orang Kristen yang tidak menyadari bahwa dirinya telah teracuni oleh suasana mencintai diri sendiri ini. Dengan keadaan ini, Roh Allah tidak nyaman tinggal di dalam diri orang Kristen seperti itu. Sebagaimana kalau kita berjalan bersama dengan orang yang perilakunya buruk, yang kita tidak cocok, maka kita tidak akan merasa nyaman. Bahkan kita akan berusaha menjauhi dan menghindari berjalan bersama orang seperti itu. Demikian pula Roh Kudus tidak nyaman tinggal di hati orang-orang yang egois, bengis, tega, dan semena-mena terhadap orang lain. Tuhan tidak disenangkan, tidak dibahagiakan. Ini bukan berarti kita selalu harus memberi uang kepada orang lain, namun belas kasihan kita bisa kita terjemahkan dalam banyak tindakan.

Seharusnya, ada perasaan takut yang mendalam ketika kita merenung bahwa suatu hari nanti ketika bertemu dengan Tuhan Yesus, ternyata Yesus hadir di dalam hidup kita yang diwakili oleh orang-orang yang memang membutuhkan uluran tangan kita. Memang, ada orang-orang yang bersifat benalu, yang unsur hidupnya simbiosis parasitisme, parasit. Dan kita harus membatasi bantuan kita untuk orang-orang seperti ini, karena selain merusak karakter dia, bagian yang mestinya kita berikan kepada orang lain, malah kita berikan kepada parasit itu. Tetapi jangan sampai ketika kita bertemu Tuhan nanti, kita melewati orang-orang yang mestinya mendapat uluran tangan kita. Padahal Tuhan ada di situ. Itu menakutkan, mengerikan sekali.

Namun kita percaya satu hal, dan ini menghibur, bahwa Roh Kudus akan menghindarkan kita dari kesalahan itu. *Roh Kudus akan memberi kita kepekaan*. Namun di antara kita ada yang sudah lama tidak terlatih. Selalu menggunakan pertimbangan akal yang telah teracuni oleh egoisme. Orang seperti ini merasa sah, aman-aman saja dengan seluruh tindakan hidupnya. Sebenarnya, mereka mengulang perkataan Kain: "Apakah aku penjaga adikku?" Tuhan bisa berkata: "Mestinya, ya." Tetapi Tuhan begitu lembut dan Dia tidak memaksa orang berbuat sesuatu bagi Tuhan.

Sebab adalah percuma jika suatu tindakan dilakukan dengan terpaksa. Kita harus melakukannya dengan tulus. Dan waktu kita berbuat kebaikan, menolong orang, membebat orang yang terluka hatinya, mendampingi orang yang putus asa, kita seperti ‘memberi makan’ Tuhan. Ingat, tidak selalu harus uang yang kita berikan. Ada semacam kehausan dan kelaparan di hati Tuhan yang tidak bisa diisi hanya dengan nyanyian pujian seperti yang kita lakukan, belum cukup. Pujian dan penyembahan kita menjadi benar-benar dinikmati oleh Allah kalau setiap saat kita hidup dalam kesucian. Hidup kita dalam penghormatan kepada Tuhan secara benar, mencintai Tuhan secara benar; baru pujian penyembahan kita itu bersih, harum. Sebab kalau tidak, percuma, busuk.

Jangan mencoba menipu Tuhan. Maka mengikut Tuhan itu memang harus all out. Dari detik ke detik, menit ke menit. Itu yang nanti akan membimbing, menuntun, membawa kita menjadi orang saleh, orang kudus Tuhan. Dan menjadi riil kehidupan ini, bahwa kita akan bersama-sama dengan Tuhan. Kita bisa melihat surga sebelum kita mati. Bahwa benar ada padang hijau tak bertepi, ada istana Tuhan kita, Yesus Kristus. Dan kita akan mendapatkan takhta-takhta, yaitu kita yang bersama-sama dengan Dia di dalam segala penderitaan.

Kita memang belum sempurna, tetapi kita punya Roh Allah. Kita serius mencintai Tuhan. Kita serius menjadi anggur yang tercurah dan roti yang terpecah yang tidak perlu kita uraikan kepada manusia. Kondisi dunia hari ini seharusnya membuat kita serius hidup suci, serius memikirkan langit baru bumi baru, serius melihat surga sebelum kita masuk, serius menyelamatkan jiwa-jiwa, serius mempersiapkan generasi muda. Kita hanya bisa berlindung kepada Elohim Yahweh. Kita tidak usah membela diri dengan cara apa pun. Tuhan akan membuat kita tidak berdaya, supaya kita bisa membangkitkan Raksasa Elohim Yahweh; Raksasa di atas segala raksasa, Raksasa Kudus. Jangan kehilangan kesempatan. Milikilah keintiman dengan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KONDISI DUNIA HARI INI SEHARUSNYA MEMBUAT KITA SERIUS HIDUP SUCI DAN SEMAKIN MEMILIKI KEINTIMAN DENGAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 05 November 2023
2023-11-05 09:09:23

Markus 13

Card image
Truth Kids 04 November 2023 - HARUS MENEPATI JANJI
2023-11-04 09:49:24


Matius 3:8
“Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.”

Ananta telah berjanji kepada mama untuk tidak bermain sepak bola di dalam rumah. Ia sedih karena telah membuat rumah berantakan. Namun, pada suatu hari, mama pergi meninggalkan Ananta di rumah sendiri. Ananta yang bosan, ingin berlatih sepak bola.

“Wah... cuaca di luar rumah panas sekali. Atau aku bermain bola di dalam rumah saja ya,” pikir Ananta dalam hati. “Jika aku bermain dengan pelan, sepertinya tidak apa-apa,” pikir Ananta kembali. Setelah bermain di dalam rumah beberapa saat, tiba-tiba mama pulang. Ananta kaget dan menendang bola terlalu keras. Daarrr! bola menghantam lemari pajangan. Mama masuk dan melihat Ananta sedang membereskan pajangan sambil memegang bola.

Mama pun bertanya, “Ananta, bukankah kamu sudah berjanji kepada Mama untuk tidak bermain sepak bola di dalam rumah?” Sambil tertunduk Ananta menjawab, “Iya, Ma. Aku minta maaf, ya, Ma. Aku tidak menepati janjiku.” “Mama mau kamu menepati janji yang sudah diucapkan. Ketika minta maaf artinya kamu tidak mengulangi kesalahan yang sama lagi. Sekarang kamu rapikan kembali semua barang-barang di rumah yang sudah berantakan akibat bermain bola.” “Baik, Ma,” ucap Ananta.

Sobat Kids, kita harus menepati janji. Harus berusaha semaksimal mungkin untuk menepatinya. Walaupun bukan berarti pasti selalu berhasil, kadang kita bisa jatuh dan melakukan kesalahan yang sama. Namun, kita tidak boleh menyerah, kita harus terus berusaha menepati janji kita.

Card image
Truth Junior 04 November 2023 - JANGAN MENYERAH
2023-11-04 09:46:06


Matius 3:8
“Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.”

Anto beberapa hari ini sedang libur sekolah. Ia pun pergi bersama keluarganya. Saat Anto berjalan-jalan di suatu tempat, dia melihat anak kecil yang terjatuh dari sepedanya. Anto tidak menolong anak kecil itu. Dia lanjut jalan menjauh begitu saja, padahal anak itu sudah menangis. Wahhh… kok gitu, ya? Tapi, kemudian apa yang terjadi? Anto diingatkan oleh Roh Kudus di dalam hatinya, “Mengapa tadi Anto tidak menolong anak kecil yang terjatuh itu?” Mendadak Anto teringat apa yang dia lakukan. Anto merasa sedih karena dia mengulangi lagi perbuatan yang tidak baik dengan tidak menolong. Dia seperti sombong. Anto merasa bersalah. Ia berdoa, mengucap syukur kalau Roh Kudus masih mengingatkannya untuk selalu bertindak benar. Anto menyesal, berdoa minta ampun kepada Tuhan dan berjanji tidak mengulangi lagi.

Sudah beberapa hari ini kita belajar tentang bertobat dan tidak melakukan lagi perbuatan dosa. Namun, jika Sobat Junior masih suka jatuh melakukan dosa yang sama, jangan pernah menyerah! Kembalilah kepada Tuhan dan selalu berhati-hati menjalani kehidupan sehari-hari, serta selalu berkomitmen melakukan hal-hal yang berkenan pada Tuhan.

Card image
Truth Youth 04 November 2023 (English Version) - QUALITY TIME
2023-11-04 09:43:07


"But when you pray, go into your room and shut the door and pray to your Father who is in secret. And your Father who sees in secret will reward you." (Matthew 6:6)

The school break is the most anticipated time for many students, including Alex. Alex had already planned that during the break, he wanted to spend quality time with his Mom and Dad by traveling abroad. This time was highly anticipated by Alex, and he couldn't wait to spend the holiday with the people he loved the most. Alex didn't want to miss a single beautiful moment with his parents. He had observed that they were often busy with work, so their time together was limited. He made the decision not to play with gadgets during the vacation. Therefore, Alex only brought a camera to record videos and capture images with his parents as mementos of the time spent with his loved ones. He didn't want to be distracted by the digital world. Thus, Alex made a commitment to focus on quality time with his family.

As children of God who love the Lord, we must also have quality time with God. This means building a relationship of quality with God. Like Alex, who wanted to make the most of his holiday to be with his loved ones, spending time with those we love is a way to show our appreciation. If we value God, we will undoubtedly set aside time to pray to Him. Friends, it's essential to understand that prayer is not just about asking God for things; it's a conversation that deepens our connection with Him. When we want to get to know someone better, we talk to them. Similarly, if we want to deepen our relationship with God, we must set aside time to talk to Him in our prayers.

WHAT TO DO:
1. Set aside time for personal prayer every day.
2. Make a commitment to pray consistently.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matthew 10-11

Card image
Truth Youth 04 November 2023 - QUALITY TIME
2023-11-04 09:38:33


"Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (Mat. 6:6)

Waktu libur semester adalah waktu yang paling dinanti-nantikan oleh banyak siswa termasuk Alex. Alex sudah merencanakan bahwa waktu libur nanti, dia ingin memanfaatkan waktu bersama Papa Mamanya ke luar negeri. Waktu itu adalah waktu yang paling ditunggu-tunggu oleh Alex bahkan dia tidak sabar untuk menghabiskan waktu libur bersama orang-orang yang paling disayanginya. Sebisa mungkin Alex tidak ingin kehilangan momen-momen yang indah bersama orang tuanya. Sebelumnya, Alex melihat mereka sibuk bekerja sehingga waktu kebersamaan mereka terbatas. Dia mengambil keputusan untuk tidak bermain gadget saat liburan. Oleh sebab itu, Alex hanya membawa sebuah kamera untuk merekam video dan menangkap gambar bersama orang tuanya sebagai kenang-kenangan bersama orang-orang yang disayanginya. Dia tidak ingin terdistraksi oleh dunia maya. Maka, Alex mengambil komitmen untuk tidak tergangggu dengan gadget karena itu adalah quality time bersama keluarganya.

Sebagai anak Tuhan yang mengasihi Tuhan, kita juga harus punya quality time bersama Tuhan. Kebersamaan dengan Tuhan yaitu membangun hubungan yang berkualitas dengan Tuhan. Seperti Alex, dia ingin menggunakan waktu libur sebaik-baiknya untuk bersama dengan orang-orang yang disayanginya. Memberikan waktu bersama orang-orang yang kita sayangi adalah bentuk penghargaan kita kepada mereka. Jika kita menghargai Tuhan, kita juga pasti memberikan waktu untuk berdoa kepada Tuhan. Teman-teman, satu hal yang kita harus tahu bahwa berdoa bukan hanya sekadar meminta sesuatu kepada Tuhan, tapi merupakan sebuah percakapan yang membangun kedekatan dengan Tuhan. Jika kita ingin mengenali seseorang, kita pasti mengajak seseorang bicara. Jika kita ingin mengenal Tuhan dengan lebih baik, maka kita pasti memberi waktu untuk berbicara dengan Tuhan dalam doa-doa kita.

WHAT TO DO:
1. Ambil waktu untuk doa pribadi setiap hari.
2. Punya komitmen untuk konsisten berdoa.

BIBLE MARATHON:
▪︎Matius 10-11

Card image
Renungan Pagi - 04 November 2023
2023-11-04 09:35:00


Meski diperhadapkan dengan tantangan dan ujian yang berat, rasul Paulus berkata, "Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.

Rasul Paulus sangat percaya bahwa penderitaan yang dialaminya itu tidak sebanding dengan kemuliaan yang Tuhan berikan kelak. "Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita."

Banyak orang Kristen yang menjalani hidupnya dengan letih lesu, keluh kesah, persungutan, omelan dan sebagainya, karena fokusnya hanya terfokus pada besarnya masalah dan situasi yang ada; mari belajar meneladani Rasul Paulus yang terus berjalan dengan iman setiap hari, rugi besar jika kita tidak sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, karena tanpa iman tidak akan mengalami kedahsyatan kuasa Tuhan dalam hidup ini!

(Roma 8:18; 2 Korintus 4:16)

Card image
Quote Of The Day - 04 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-04 09:16:42


Orang yang tidak bisa memeriksa hidup dengan benar, maka dia akan memadamkan Roh, sampai akhirnya menghujat Roh.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 04 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-04 09:21:03


Kita bukan saja harus dewasa mental tetapi juga dewasa rohani.

Card image
LIFE SUPRISES - 04 November 2023 (English Version)
2023-11-04 09:08:00


People often do not recognize the existence of reality if they never experience shock. Moreover, if they are always comfortable, everything is safe, and many supporting facilities exist. They will not be aware of reality. However, if a shock hits them, for example, falling bankrupt—previously living in a big house, now in a tiny rented house, stormed by floods, daily food is difficult—they will realize the reality. For those who have never been sick, the doctor suddenly says there is cancer or a tumor in the final stage, and then they realize it. Or if they are involved in legal problems where they have to face legal charges that could bring them to prison for long years, let alone the death penalty, they will realize the reality. Accidents result in the loss of body parts or being left by a loved one at an unexpected time. Many realities are like this.

We should not have to wait for reality or experience the reality of life like the above. We should already experience that reality when we present ourselves before God. God is a reality that is more powerful than all realities. We give ourselves before God in case there is something inappropriate that we are still doing because this is what happens, which will occur in human life, that we will face God’s Judgment Seat. After that, humans will face reality, eternal hell apart from God, or glory in the Kingdom of Heaven. Of course, glory in the Father’s Kingdom is a beautiful reality, which should be the only goal of our lives. Meanwhile, the reality of eternal fire, apart from God’s presence and endless humiliation, is a terrible negative reality. Truly horrible!

We have to start realizing reality, even though we don’t have to experience surprises or shocks in life. But praise God if we have to undergo a surprise that makes us sober and aware. God allows us to be surprised by problems that open our eyes to reality, which is a reminder. God reminds us that there is a reality in this life, meaning that humans are not always in good condition according to our standards or of humans in general. Still, we can also experience dire circumstances, according to our human standards.

However, no matter how bad the condition of humans on this earth is, it is nothing compared to the condition of being separated from God and thrown into eternal fire. That reality is what we must pay attention to. However, if we look at the lives of many Christians, they do not realize it, and maybe we often don’t know it, too. This state can be seen from our attitude toward life, actions, and words that do not show our respect for God or offer our compassion for others; on the contrary, what is shown are cruelty, hatred, and revenge. This characteristic can be seen by people who don’t care about eternity and don’t care about the horror of being separated from God.

We must not follow the wrong way of people whose behavior does not show that they fear God. We still want to devote our time to seeking God and keep correcting ourselves to live in His truth and holiness. It’s okay to be considered extreme and get fierce criticism. According to the Bible, we must arouse passion to seek God and live in sanctity, holiness, and pleasing before Him.

For humble people who want to learn, we can prove that the truths we hear from proper biblical sources direct us to positive change. We can listen to the testimonies of many people and how their lives were changed, but this is not for the pride of the ministry but so that we remain faithful amid challenging circumstances. Have a right relationship with God, and have intimacy with Him.  

WE HAVE TO START REALIZING REALITY, EVEN THOUGH WE DON'T HAVE TO EXPERIENCE SURPRISES OR THE SHOCKS OF LIFE.

Card image
KEJUTAN HIDUP - 04 November 2023
2023-11-04 09:05:38


Kalau seseorang tidak mengalami guncangan, sering ia tidak mengenali adanya realitas. Apalagi kalau selalu dalam keadaan nyaman, semua aman dan banyak fasilitas yang mendukung, maka ia tidak akan menyadari adanya realitas. Tetapi kalau ia terkena guncangan, misalnya jatuh bangkrut—yang tadinya tinggal di rumah besar, sekarang rumah kontrak kecil, banjir-kebanjiran, makan sehari-hari sulit—barulah ia menyadari adanya realitas. Atau seseorang yang tidak pernah sakit, tiba-tiba dokter mengatakan bahwa ada penyakit kanker atau tumor di stadium akhir, maka baru orang menyadarinya. Atau terlibat masalah hukum di mana ia harus menghadapi tuntutan hukum yang bisa membawanya ke jeruji penjara 10-15-20 tahun, apalagi hukuman mati, maka baru orang menyadari adanya realitas. Kecelakaan sampai kehilangan bagian tubuh. Atau ditinggal orang yang dicintai pada waktu yang tidak diduga. Banyak realitas seperti ini.

Tetapi mestinya kita tidak usah menunggu adanya realitas atau menghayati realitas hidup, namun kita sudah harus menghayati realitas itu ketika kita memperhadapkan diri kita di hadapan Tuhan. Tuhan adalah realitas yang lebih dahsyat dari segala realitas. Kita perhadapkan diri kita di hadapan Allah, kalau-kalau ada sesuatu yang tidak patut yang masih kita lakukan. Sebab ini yang terjadi, yang pasti akan terjadi dalam hidup manusia, bahwa kita akan menghadap takhta pengadilan Allah. Setelah itu manusia akan menghadapi realitas, neraka kekal terpisah dari Allah atau kemuliaan di dalam Kerajaan Surga. Tentu kemuliaan di dalam Kerajaan Bapa adalah realitas yang indah, yang mestinya menjadi tujuan hidup kita satu-satunya. Sedangkan realitas api kekal terpisah dari hadirat Allah, kehinaan kekal, itu realitas negatif yang mengerikan, dahsyat mengerikan!

Kita harus mulai menyadari realitas, walau tidak harus mengalami kejutan atau mestinya tidak perlu harus mengalami kejutan hidup. Tetapi kalau kita harus mengalami kejutan dan kejutan itu membuat kita siuman, sadar, puji Tuhan. Tuhan mengizinkan kita dikejutkan oleh masalah-masalah yang membuka mata kita terhadap realitas. Dan itu merupakan pengingat (reminder). Tuhan mengingatkan bahwa ada realitas dalam kehidupan ini. Artinya tidak selalu manusia bisa berkeadaan baik menurut ukuran kita atau ukuran manusia pada umumnya. Tapi kita bisa mengalami keadaan yang buruk, menurut ukuran kita atau ukuran manusia.

Namun, seburuk-buruknya keadaan manusia di bumi ini, tidak ada artinya dibanding dengan keadaan terpisah dari Allah, yang terbuang ke dalam api kekal. Realitas itulah yang harus benar-benar kita perhatikan. Namun, kalau kita melihat kehidupan banyak orang Kristen, mereka tidak menyadari hal ini. Bahkan mungkin kita sendiri juga sering tidak menyadari. Hal itu nampak dari sikap hidup, perbuatan, ucapan kita yang tidak menunjukkan hormat kita kepada Tuhan, yang tidak menunjukkan belas kasihan kita kepada orang lain; sebaliknya, yang justru menunjukkan kekejaman, kebencian, dendam. Ini adalah ciri orang-orang yang tidak peduli kekekalan. Tidak peduli kengerian terpisah dari Allah.

Kalau kita mendengar, melihat, bagaimana orang-orang berperilaku, tidak menunjukkan mereka takut akan Allah, kita tidak boleh ikut-ikutan yang salah. Kita tetap mau menyediakan waktu kita untuk mencari Tuhan, mengoreksi diri untuk hidup di dalam kebenaran dan kesucian Tuhan. Kita dianggap ekstrem tidak apa-apa. Dan mungkin juga mendapat berbagai celaan, tidak masalah. Kita yang harus mengobarkan gairah untuk mencari Tuhan, hidup dalam kekudusan dan kesucian, keberkenanan di hadapan Allah, sesuai dengan apa yang Alkitab ajarkan.

Bagi kita yang rendah hati, yang mau belajar, kita bisa membuktikan bahwa kebenaran-kebenaran yang kita dengar di Truth.id, Doa Pagi, Ibadah Raya, ABAM, Wanita Surgawi, dan lain-lain semua mengarahkan kita kepada perubahan yang positif. Dan ini menjadi kesaksian dari banyak orang yang sudah kita dengar lewat berbagai kesaksian; betapa hidup mereka diubah. Ini bukan untuk kesombongan kita, bukan untuk nilai diri, melainkan supaya kita tetap setia di tengah keadaan yang sulit. Milikilah hubungan yang benar dengan Tuhan, milikilah intimasi dengan-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS MULAI MENYADARI REALITAS, WALAU TIDAK HARUS MENGALAMI KEJUTAN ATAU MESTINYA TIDAK PERLU HARUS MENGALAMI KEJUTAN HIDUP.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 04 November 2023
2023-11-04 09:02:37

Matius 23
Lukas 20-21

Card image
Truth Kids 03 November 2023 - MAU BERJANJI
2023-11-03 10:34:00


2 Korintus 7:10
“Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian.”

Ananta adalah seorang anak laki-laki yang menyukai olahraga, terutama sepak bola. Ia mengikuti latihan sepak bola di sekolah. Sepulang sekolah, Ananta menceritakan keseruan berlatih sepak bola kepada Mama. Melihat Ananta yang senang bermain sepak bola, mama membelikan bola agar Ananta bisa berlatih di halaman rumah. “Terima kasih untuk bolanya, Mama. Aku senang sekali!” seru Ananta dengan semangat. “Iya, Nak. Kamu kalau mau latihan bola di halaman depan rumah, ya, Nak,” nasihat Mama kepada Ananta. “Baik, Ma!” jawab Ananta dengan cepat.

Suatu sore saat Mama sedang pergi, Ananta berlatih sepak bola di dalam rumah. Hal ini membuat rumah menjadi berantakan. Gelas-gelas di meja tak sengaja pecah saat bola hilang kendali. “Waduh! Bagaimana ini? Harusnya aku tidak main di dalam rumah,” seru Ananta. Saat Mama pulang, Ananta langsung menghampiri mama dan berkata, “Mama, aku minta maaf, ya, Ma. Aku main bola di dalam rumah dan memecahkan gelas, Ananta janji tidak akan latihan bola lagi di dalam rumah, Ma.” Mama pun menjawab, “Baik, Nak, kamu harus menepati janjimu, ya, Nak."

Sobat Kids, kita tidak boleh terus menerus melakukan kesalahan yang sama. Kita mau berubah dan menyenangkan hati Tuhan. Untuk itu kita harus berani berjanji untuk tidak melakukan kesalahan yang sama lagi. Mari berjuang!

Card image
Truth Junior 03 November 2023 - JANGAN ULANGI LAGI
2023-11-03 10:31:50


2 Korintus 7:10
“Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian.”

Ada kisah tentang seorang anak kelas 5. Dia sangat rajin mengikuti ibadah Sekolah Minggu, anaknya juga baik. Suatu ketika di sekolah, dia lupa mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) yang diberikan gurunya. Karena takut dimarahi, dia berbohong kepada gurunya. Gurunya memang tidak tahu kalau anak ini berbohong. Namun, hati anak itu merasa gelisah karena berkata tidak jujur kepada gurunya. Sesampainya di rumah, anak ini masuk ke dalam kamarnya. Dia menangis dan berdoa minta ampun kepada Tuhan. Dia berjanji tidak akan melakukannya lagi.

Kemarin kita belajar tentang bertobat. Bagaimana dengan Sobat Junior, apakah hari ini kalian masih melakukan dosa? Coba kalian ambil waktu sebentar untuk merenungkan dan bertanya kepada diri sendiri. “Apakah hari ini aku melakukan dosa?” Minta pertolongan Roh Kudus untuk mengingatkan kita, seperti yang ada di dalam ayat Alkitab Yohanes 14:26, “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”

Ketika Roh Kudus mengingatkan dosa yang kita lakukan, segeralah minta ampun dan berjanji untuk tidak melakukannya lagi. Minta pertolongan Tuhan supaya kita dapat hidup benar sesuai yang Tuhan inginkan dan kita tidak berbuat dosa lagi.

Card image
Truth Youth 03 November 2023 (English Version) - THINK CLEARLY
2023-11-03 10:28:43


"To understand one's way is wisdom for the prudent, but folly is an illusion to fools." (Proverbs 14:8)

In this increasingly modern era, many people seem to desire lives as convenient as instant noodles. Lives where satisfaction and fulfillment are just a moment away. Indeed, these instant solutions can appear to simplify our lives and save us precious time. However, we must ask ourselves, are these instant solutions truly healthy?

Likewise, in our lives as children of God, we should collectively realize that human thought processes are often swift, aiding us in making decisions when time is of the essence. Nevertheless, the repercussions of hasty thinking or rapid decision-making can detract from the essence of clear and rational thought.

It should be known that rapid or instant thinking, when it dismisses logical thought, can lead to stress for individuals. This is because it can force thoughts to jump to conclusions, potentially eliminating healthy and clear cognition. A lack of rational thinking arises from a lack of trust.

One of the positive impacts of self-reflection is that it helps us develop the ability to think clearly when devising a plan. In relation to our eternal lives in the LB3, clear thinking is necessary to make the right steps in our earthly journey. Rushing or seeking instant gratification to attain eternal life is not the way.

To maintain a clear mind, we must adhere to the thinking of Jesus Christ. Remember, when planning all His earthly ministries, Jesus always aligned them with the will of the Father. He said, "My food is to do the will of Him who sent Me and to accomplish His work."

Likewise, in our lives as Christians, we must align everything we do with the desires of our Heavenly Father. A clear mind, guided by the Holy Spirit, is the way to consider all plans and decisions in accordance with God's will.

WHAT TO DO:
1. Be kind to yourself and come to Jesus in prayer.
2. Recognize the goodness in your current circumstances, for God has a beautiful plan for you.
3. Make peace with the realities that unfold and strengthen your heart to go through the process with God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matthew 7-9

Card image
Truth Youth 03 November 2023 - THINK CLEARLY
2023-11-03 10:25:53


"Mengerti jalannya sendiri adalah hikmat orang cerdik, tetapi orang bebal ditipu oleh kebodohannya." (Amsal 14:8)

Hidup di era yang semakin modern seperti saat ini, banyak orang yang seakan-akan ingin memiliki hidup seperti mie instan. Yang hanya dalam sekejap bisa membuat kita puas dan kenyang. Memang terkadang yang instan ini terkesan lebih mempermudah dan membantu menghemat banyak waktu. Namun, pertanyaannya apakah yang instan ini sehat?

Sama halnya dalam kehidupan kita sebagai anak-anak Tuhan, perlu kita sadari bersama bahwa proses berpikir menusia memang cepat dan ini membantu kita dalam pengambilan keputusan saat keadaan sedang mendesak. Akan tetapi, dampak dari cara berpikir yang instan atau proses berpikir yang cepat ini dapat menghilangkan esensi dalam berpikir secara logis atau sehat.

Harus kita ketahui bersama, proses berpikir yang cepat atau instan dengan mengabaikan pikiran yang logis, hanya akan mengakibatkan munculnya hal-hal yang berdampak pada stres manusia. Karena pemikiran terkesan dipaksa untuk melompat pada kesimpulan sehingga memungkinkan untuk menghilangkan kognisi yang sehat dan jernih. Kurangnya berpikir rasional disebabkan adanya disfungsi kepercayaan.

Salah satu dampak positif dari refleksi diri yakni membantu kita untuk memiliki kemampuan berpikir dengan jernih dalam menyusun sebuah rencana. Berkaitan dengan kehidupan kekekalan setiap kita di LB3, maka diperlukan pemikiran yang jernih untuk menetapkan langkah-langkah yang tepat dalam menjalani kehidupan selama kita berada di bumi ini. Tidak bisa dengan tergesa-gesa, apalagi memilih cara instan untuk memperoleh kehidupan kekal itu.

Agar pikiran jernih, maka kita harus menjalankan konsep pemikiran dari Tuhan Yesus. Ingatlah, Tuhan Yesus dalam merencanakan segala tugas pelayanan-Nya di bumi selalu diselaraskan dengan kehendak Bapa. Yang dalam pernyataan Tuhan Yesus berkata: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” Demikian pula hidup kita sebagai orang Kristen, haruslah menyelaraskan segala sesuatu yang kita lakukan dengan keinginan Bapa di surga. Sehingga pikiran jernih yang dipimpin oleh Roh Kudus tentunya, menjadi cara agar kita mampu mempertimbangkan segala rencana ataupun keputusan dengan tepat sesuai kehendak Bapa.

WHAT TO DO:
1. Berbaik hati pada diri sendiri dan datang pada Tuhan Yesus dalam doa
2. Melihat sisi baik dari keadaan kita hari ini, sebab Tuhan punya rencana yang indah bagi kita
3. Berdamai dengan segala kenyataan yang terjadi dan mulailah kuatkan hati ikut prosesnya Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎Matius 7-9

Card image
Renungan Pagi - 03 November 2023
2023-11-03 10:23:11


Selain sandang, pangan dan papan yang merupakan kebutuhan pokok bagi manusia ada kebutuhan lain yang tak kalah penting yaitu hubungan  (relationship),  Tuhan tidak pernah menciptakan manusia dengan tujuan supaya ia hidup sendirian dan terasing tanpa bersentuhan dengan orang lain, karena itu kita membutuhkan kehadiran orang lain untuk saling berinteraksi dan bersekutu dalam kebersamaan atau kawan sekerja.

Bisa disebut sebagai bagian dari suatu persekutuan dan menjadi kawan sekerja apabila kita memiliki kebersamaan dan mengembangkan sikap seperti yang disampaikan oleh rasul Petrus: "Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati." Intinya kasih adalah landasan dasar terbentuknya sebuah persekutuan.

Sebaliknya jika tiap-tiap kita hanya memikirkan kepentingannya sendiri, egois dan tidak punya 'hati'  terhadap orang lain akan merusak dan menghancurkan sebuah persekutuan, jadi dalam suatu persekutuan kita tidak boleh lagi menonjolkan 'aku', melainkan 'kita' yang harus dikedepankan.

Rasul Paulus memperingatkan "Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat." Sebab kasih Tuhan dalam hidup ini sungguh tak terukur bagi kita semua.
(Roma 13:8; 1 Petrus 3:8)

Card image
Quote Of The Day - 03 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-03 10:20:46


Ciri orang yang belum sepenanggungan dengan Tuhan adalah tidak memiliki beban atas keselamatan orang lain.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 03 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-03 10:18:53


Tuhan cakap bagaimana mengubah setiap individu menjadi orang-orang yang istimewa di mata-Nya.

Card image
INTIMACY - 03 November 2023 (English Version)
2023-11-03 10:16:21


2 Chron.16:9a says, “For the eyes of the Lord range throughout the earth to strengthen those whose hearts are fully committed to Him.”

There is nothing to fear if we can be intimate with God because if we become His lover, He will defend us. When Abraham experienced a time of famine or drought, one fantastic thing is that he did not return to the Ur of the Chaldees but took the risk to enter Egypt. It turns out that a womanizing Pharaoh ruled Egypt then, and when he saw Sara, he wanted to make her his wife. God treated Abraham as unique. God assaulted Pharaoh and the land of Egypt. Abraham was all out for God, and then God restored him because he was God’s beloved.

We all have problems, right? And we often grumble and get angry. Why then not seek God? Wake up early, pray, and defeat drowsiness because that is one of the ways we show loyalty. Change our routine, pray, and encounter God. The Holy Spirit will guide us on how to meet God in morning prayer, the Words we hear, and through the life events we experience. God’s eyes range throughout the earth, including our country. He watches all to strengthen those whose hearts are fully committed to Him.

2 Chron.16:9b, “You have done a foolish thing, and from now on, you will be at war.” So, let’s not fight God. Abraham was a figure who did not fight God. He always did whatever he was told to do. God is alive and real, so we must discover His plan for our lives. God’s plan must, first, lead to changes in ourselves, nature, and the lives of the people we serve or influence. Second, God’s plan is great until we cannot do it ourselves without His intervention.

Like Moses, who was sent to Egypt to bring the Israelites out of Egypt, that was God’s great project. It was impossible for Moses, but not for God. Our problems are big, so leave them in God’s hands because our company and business belong to God, and everything we have belongs to God. And if we claim that it belongs to God and treat it correctly, then we don’t need to ask God for help; He will surely help. We do our part as best we can, and beyond our ability, God does the work. The important thing is not to let our businesses progress so that we forget ourselves and, instead, go to hell. God is very interested in helping us, but He is more interested in saving us in eternity.

Remember, no one can stop us from making God our happiness and treasure. So, wherever we are—whenever, what we are doing, sick or healthy, abundant or lacking—we are still in God’s presence. We should continue to appreciate the presence and existence of the living God to guard His feelings. One of the Bible’s characters, Joseph, could not have become a God-fearing person only in a few years. Since he was young, he was not involved in his older brothers’ crimes so that he could complain about them to his father, Jacob. When he had the opportunity to enjoy the satisfaction of the flesh, he said, “How then could I do such a wicked thing and sin against God?“

God takes into account the state of each individual. In Job Chapter 1, God allows Satan to tempt Job when He gathers the Beni Elohim—the sons of God, and Satan is there. It can be seen from this story that God tests each individual. Let us be ambitious to find God’s favor among humans, no matter what people say about us or against us because what is essential is that we are pleasing in His eyes. This holy ambition will save our lives and those we love because God also cares for and protects our children, grandchildren, and descendants.

If we become God’s beloved, we don’t need to cry out for help, for He knows what we need. To young people, don’t be arrogant. Don’t follow young people who don’t believe that God exists. We must believe in God, not because of what people say, but because we experience Him. This opportunity is costly and cannot be measured using money, for it is priceless. Sit quietly and wait for God’s help. He knows the right time to help us.

May God find us pleasing. Amid this dark world, God is comforted by the existence of sincere, holy human beings who seek Him earnestly, are merciful towards others, and pay attention to His work. Don’t delay! Today, we repent all our sins and have true intimacy with God.  

IF WE HAVE INTIMACY WITH GOD, BECOMING HIS BELOVED, HE WILL DEFEND US.

Card image
INTIMASI - 03 November 2023
2023-11-03 10:13:22


2 Tawarikh 16:9a, “Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia.”

Kalau sampai kita bisa intim dengan Tuhan, menjadi kekasih Tuhan, apa yang kita takutkan? Kalau kita memiliki intimasi dengan Allah, jadi kekasih Tuhan, pasti Allah akan membela kita. Ingat ketika Abraham masuk Mesir, pada masa paceklik atau kekeringan, satu hal yang menakjubkan, Abraham tidak kembali ke Ur-Kasdim. Dia mengambil risiko untuk masuk Mesir. Ternyata Mesir pada waktu itu diperintah oleh Firaun yang mata keranjang. Dia melihat Sara, dia mau menjadikan Sara sebagai istrinya. Tuhan memperlakukan Abraham istimewa. Tuhan obrak-abrik Firaun dan negeri Mesir. Abraham habis-habisan untuk Tuhan, maka Tuhan pulihkan, karena dia kekasih Tuhan.

Setiap kita punya masalah, bukan? Dan sering kali kita bersungut-sungut, marah. Mengapa tidak cari Tuhan? Bangun pagi, doa. Kalahkan rasa kantuk, sebab itu salah satu hal untuk kita menunjukkan kesetiaan. Ubah rutinitas, doa, temui Tuhan. Roh Kudus akan menuntun kita bagaimana menemui Tuhan; dalam doa pagi, atau firman yang kita dengar, dan lewat peristiwa hidup yang kita alami. Mata Tuhan menjelajah seluruh bumi, termasuk Jakarta, Bekasi, Tangerang, Medan, Kupang, seluruh Indonesia. Semua Tuhan perhatikan. Tuhan mau melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia.

2 Tawarikh 16:9b, “Dalam hal ini engkau telah berlaku bodoh! Oleh sebab itu, mulai sekarang ini engkau akan mengalami peperangan.” Maka, jangan kita melawan Tuhan. Abraham adalah sosok yang tidak melawan Tuhan. Disuruh apa saja, dia lakukan. Dia hidup, Dia nyata. Maka, harus kita temukan rencana Allah dalam hidup kita. Dan rencana Allah itu pasti, pertama, mengarahkan pada perubahan diri kita, perubahan kodrat, dan perubahan orang yang kita layani atau kita pengaruhi. Yang kedua, rencana Allah itu pasti besar. Sampai kita tidak sanggup mengerjakannya sendiri tanpa campur tangan Tuhan.

Seperti Musa yang disuruh ke Mesir membawa bangsa Israel keluar dari Mesir, itu adalah proyek Allah yang besar. Mustahil bagi Musa, tetapi tidak mustahil bagi Allah. Masalah kita besar, maka serahkan dalam tangan Tuhan. Sebab perusahaan kita, usaha kita adalah milik Tuhan, everything we have belongs to God. Dan kalau itu kita klaim milik Tuhan dan kita memperlakukan itu dengan benar, maka kita tidak perlu minta-minta tolong Tuhan, pasti Tuhan tolong. Kita kerjakan bagian kita dengan sebaik-baiknya. Di luar kemampuan kita, Tuhan yang mengerjakan. Yang penting jangan sampai usaha kita maju, jadi lupa diri, malah masuk neraka. Tuhan sangat tertarik menolong kita, tetapi Ia lebih tertarik menyelamatkan kita di kekekalan.

Ingat, tidak ada orang yang bisa melarang kita menjadikan Tuhan kebahagiaan kita dan tidak ada orang yang bisa menghalangi kita menjadikan Tuhan satu-satunya harta kita. Maka, di mana pun kita berada—kapan pun, sedang mengerjakan apa, sakit atau sehat, kelimpahan atau kekurangan—kita tetap di hadirat Tuhan. Dan terus menghayati kehadiran Allah, keberadaan Allah yang hidup itu, supaya kita menjaga perasaan-Nya. Salah satu tokoh dalam Alkitab, Yusuf, dia bisa menjadi seorang yang takut akan Allah itu bukan dalam 1, 2, 3 tahun. Sejak muda dia tidak ikut terlibat dengan kejahatan kakak-kakaknya, sehingga dia bisa mengadukan kejahatan yang dilakukan kakak-kakaknya. Maka ketika dia mendapat kesempatan menikmati kepuasan daging, Yusuf berkata, “Bagaimana aku bisa melakukan dosa sebesar ini di hadapan Allahku?”

Tuhan memperhitungkan keadaan setiap individu. Maka, di kitab Ayub 1, Allah mengumpulkan beni Elohim—anak-anak Allah, dan Iblis ada di situ—Allah mengizinkan Iblis untuk mencobai Ayub. Dari kisah itu nampak bagaimana Allah menguji setiap individu. Mari kita berambisi untuk ditemukan Tuhan berkenan di antara manusia. Tidak peduli apa kata manusia tentang kita atau terhadap kita, yang penting di mata Tuhan kita berkenan. Ini ambisi kudus yang akan menyelamatkan hidup kita, dan menyelamatkan orang-orang yang kita kasihi. Keturunan kita, anak cucu kita juga dipelihara dan dijaga Tuhan.

Kalau kita menjadi kekasih Tuhan, kita tidak perlu berseru-seru minta tolong, Tuhan tahu yang kita butuhkan. Orang-orang muda, jangan menjadi sombong. Jangan ikut-ikut orang-orang muda yang tidak percaya Allah itu ada. Tapi kita memilih percaya kepada Tuhan. Bukan apa kata orang, tapi karena kita sendiri mengalami Dia bahwa Dia nyata dalam hidup kita. Mahal sekali kesempatan ini. Tidak bisa diukur pakai uang, tidak ternilai. Duduk diam, menanti pertolongan Tuhan. Tuhan tahu waktu yang tepat menolong kita.

Kiranya Tuhan menemukan kita berkenan. Di tengah-tengah dunia yang gelap ini, Tuhan terhibur dengan adanya manusia-manusia yang tulus, yang kudus, yang mencari Allah dengan sungguh-sungguh, yang berbelaskasihan terhadap orang lain dan memperhatikan pekerjaan Tuhan. Jangan tunda! Hari ini, bertobatlah dari semua dosa kita. Miliki keintiman dengan Tuhan secara benar.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA MEMILIKI INTIMASI DENGAN ALLAH, MENJADI KEKASIH-NYA, ALLAH AKAN MEMBELA KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 November 2023
2023-11-03 10:07:42

Matius 22

Markus 12

Card image
Truth Kids 02 November 2023 - BERANI MENGAKU
2023-11-02 09:20:55


Roma 2:4
“Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?”

Sobat Kids, semua orang pasti pernah membuat kesalahan. Tapi, apa yang harus kita lakukan setelah kita membuat kesalahan? Ya, benar! Kita meminta maaf atas kesalahan kita. Sama seperti cerita di bawah ini.

Ada seorang anak bernama Bonita. Ia rajin mengikuti ibadah Sekolah Minggu. Saat Sekolah Minggu dimulai, Bonita bernyanyi dan menari dengan gembira bersama teman-temannya. Namun, saat mendengarkan firman Tuhan, Bonita terus mengajak temannya bicara. Kakak Sekolah Minggu mendatangi Bonita dan bertanya, “Bonita, apakah ini saatnya untuk mengobrol dengan temanmu?” Bonita pun menjawab, “Eh…hmm… gini, Kak. Sebenarnya ini bukan waktunya untuk mengobrol.”

“Betul, Bonita. Ini saatnya untuk mendengarkan firman Tuhan. Ayo kita dengarkan firman Tuhan dulu. Nanti setelah Sekolah Minggu, kamu bisa lanjutkan ngobrol dengan teman,” ujar kakak Sekolah Minggu memberi nasihat. “Baik, Kak. Aku minta maaf, ya, Kak,” jawab Bonita sambil menundukkan kepala karena malu. Kakak Sekolah Minggu menjawab dengan lembut, “Bagus, Bonita. Kamu mengakui kesalahanmu dan meminta maaf, tapi bukan hanya ke kakak, loh. Kamu juga harus minta maaf kepada Tuhan karena kamu melakukan kesalahan yang membuat Tuhan sedih. Berdoalah dan minta maaf kepada Tuhan setelah firman Tuhan selesai, ya, Bonita.”

Sobat Kids, ketika kita melakukan kesalahan, kita tidak perlu malu untuk mengakui. Segeralah meminta maaf. Kita semua pasti sering melakukan kesalahan, apalagi membuat Tuhan sedih. Nah… sekarang kita belajar mengakui kesalahan kita dan meminta maaf kepada Tuhan.

Card image
Truth Junior 02 November 2023 - BERTOBAT
2023-11-02 09:18:08


Roma 2:4
“Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?”

Sobat Junior, apakah hari ini kalian berbuat dosa? Apa sih, artinya dosa? Dosa itu artinya tidak tepat sasaran. Ibarat kita melihat panah tidak tertancap tepat pada titik sasarannya, atau bisa dikatakan meleset. Dosa itu tidak hanya kalau kita melakukan kejahatan besar, tetapi juga ketika kita melakukan hal-hal yang tidak benar, misalnya berbohong atau tidak berkata jujur. Mem-bully teman di sekolah juga sama, itu artinya kita berdosa. Mengapa demikian? Karena itu tidak benar dan tidak sesuai dengan firman Tuhan, artinya kita sudah melakukan hal yang tidak tepat sasaran.

Nahhh… kalau tahu kita masih melakukan dosa, jangan lupa untuk selalu minta ampun sama Tuhan dan bertobat. Bertobat itu apa, ya? Bahasa Yunani bertobat itu METANOIA, yang artinya perubahan, baik dari sikap kita, pola pikir kita, dan cara hidup kita.

Diceritakan ada seorang anak yang hidupnya serba kecukupan. Tanpa disadari, dia tumbuh menjadi anak yang sombong. Dia suka merendahkan teman-temannya, merasa sok jagoan, dan kalau di rumah sering kali bersikap tidak sopan. Apakah ini berdosa? Ya, jelas!

Suatu hari di ibadah Sekolah Minggu yang dia ikuti, kakak Sekolah Minggu bercerita tentang jangan berbuat dosa. Saat itu hatinya tersentuh oleh Roh Kudus. Dia merasa menyesal sekali dengan perbuatannya selama ini. Dia minta ampun sungguh-sungguh kepada Tuhan. Dia berubah dari anak yang sombong menjadi anak yang rendah hati, mulai mengasihi teman-temannya; tidak mem-bully lagi, dan bersikap sopan kepada orang tuanya. Dia benar-benar bertobat. Ketika dia lupa dan berdosa lagi, dia berdoa minta ampun sama Tuhan.

Mintalah pertolongan Tuhan agar kita dapat hidup benar sesuai dengan yang Tuhan inginkan. Ingat ya, kalau kita masih melakukan kesalahan, harus BERTOBAT.

Card image
Truth Youth 02 November 2023 (English Version) - HIDDEN MOTIVATION
2023-11-02 09:12:35


"For from within, out of the heart of man, come evil thoughts, sexual immorality, theft, murder." (Mark 7:21)

Every individual is driven by a set of values that influence them to achieve specific goals, and this is what we call motivation. It is these attitudes and values that compel a person to take action to accomplish their desires. Hence, a person's motivation influences every step they take in life.

Motivation, when seen in its meaning and function, is truly beneficial for humanity and is, in fact, essential. However, it cannot be denied that due to the fallen nature of humanity and the pervasive impact of sin, the content of an individual's motivation often tends to be misguided.

Due to sin, human motivation has become tainted with various forms of wickedness, making it challenging to find pure and true motivation. This is why self-reflection becomes immensely important, allowing us to delve into the depths of our hearts. Are the goals we aspire to achieve rooted in true motivation?

In the Christian perspective, genuine motivation is solely founded on pleasing the heart of our Heavenly Father. Thus, everything we do and all our goals must be rooted in God the Father. This can be achieved only by adopting the mindset and sentiments of Jesus Christ, who made the will of the Father the sole motivation for His ministry during His time on Earth.

If, as Christians, we do not adopt the way of life demonstrated by Jesus in all things, we can be certain that hidden motivations within our hearts may not reflect the values of truth but rather focus on self-interest or personal gain. This is what we must acknowledge and avoid through self-reflection.

Therefore, let us take the time to reflect and consider the motivations behind our service to the Lord. Let us ensure that we are not harboring hidden motivations with all their inaccuracies before the Lord.

WHAT TO DO:
1. Find a compelling reason before making decisions or taking actions.
2. Base everything on the glory of God and our Heavenly Father.
3. Gather with individuals who possess true motivation as well.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matthew 5-6

Card image
Truth Youth 02 November 2023 - HIDDEN MOTIVATION
2023-11-02 09:09:54


”Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan." (Markus 7:21)

Setiap orang didorong oleh serangkaian nilai-nilai yang memberikan pengaruh untuk mencapai suatu hal yang spesifik sesuai tujuan yang dibuatnya, inilah yang dimaksud dengan motivasi. Sikap dan nilai inilah yang membuat orang bergerak melakukan yang ia mau agar tujuannya tercapai. Itu sebabnya motivasi seseorang mempengaruhi segala gerak langkah hidupnya.

Motivasi jika dilihat dari makna dan fungsinya sangatlah baik untuk manusia, bahkan sangat diperlukan. Namun tidak bisa dipungkiri, akibat kejatuhan manusia kepada dosa berdampak pada segala aspek kehidupan manusia itu sendiri, termasuk muatan motivasi pada setiap individu cenderung telah salah.

Akibat dosa, motivasi pada manusia telah tercemar akan segala bentuk kejahatan, sudah sulit menemukan motivasi yang tulus dan benar. Itu sebabnya refleksi terhadap diri sendiri menjadi sangat penting, untuk melihat kedalaman isi hati kita. Apakah semua yang kita ingin capai itu sudah didasari oleh motivasi yang benar atau belum?

Sebuah motivasi yang benar dalam pandangan Kristen hanya dilandaskan pada menyukakan hati Bapa di surga. Maka segala sesuatu yang kita lakukan atau apa pun yang menjadi tujuan kita, harus bermuara pada Bapa di surga. Hal ini akan bisa diterapkan hanya jika kita mengenakan pikiran dan perasaan seperti Tuhan Yesus, yang menjadikan kehendak Bapa satu-satunya motivasi pelayanan selama Dia ada di bumi ini.

Jika kita sebagai orang Kristen tidak mengenakan cara hidup Tuhan Yesus dalam segala hal, sudah dapat dipastikan motivasi yang ada dalam hati kita termuat hal-hal terselubung yang tidak mencerminkan nilai-nilai kebenaran dan hanya mementingkan diri sendiri atau mencari keuntungan bagi diri kita sendiri. Inilah yang harus kita sadari dan hindari dengan cara merefleksikan diri.

Oleh karena itu, berilah waktu untuk kita kembali merenungkan atau merefleksikan diri, apa yang menjadi motivasi-motivasi dalam kita melayani Tuhan. Jangan sampai kita masih menyimpan segala bentuk motivasi terselubung dengan segala macam ketidaktepatannya di hadapan Tuhan.

WHAT TO DO:
1.Temukan alasan kuat sebelum melakukan atau memutuskan sesuatu
2.Dasari semua hal untuk kemuliaan Tuhan dan Bapa di surga
3.Kumpul bersama orang-orang yang memiliki motivasi yang benar juga

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matius 5-6

Card image
Renungan Pagi - 02 November 2023
2023-11-02 09:02:11


Setiap kasih yang Tuhan nyatakan selalu ada pesan yang hendak Tuhan sampaikan yaitu supaya mengikuti teladan-Nya dengan menyatakan kasih kepada sesama, sebagai bukti bahwa kita mengasihi Tuhan melalui ketaatan melakukan perintah-Nya dalam hal mengasihi.

Adalah sangat berbahaya seseorang mengatakan diri sangat 'rohani' dan memiliki persekutuan yang indah dengan Tuhan, jika ia sendiri memiliki banyak masalah dalam hal persekutuan dengan sesamanya, selalu menimbulkan keributan dan tidak pernah mau mengerti perasaan dan kepentingan orang lain, hanya kepentingan dirinya sendiri yang diperhatikan.

Firman Tuhan berkata, "Jikalau seorang berkata: 'Aku mengasihi Allah' dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya."
(1 Yohanes 4:20)

Card image
Quote Of The Day - 02 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-02 08:57:40


Masalah hidup yang Tuhan izinkan kita alami tidak mungkin menghambat pertumbuhan rohani kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 02 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-02 08:43:56


Dinamika hidup itu termasuk kurikulum yang Tuhan berikan yang memroses kita agar kita mendapatkan LB3. Itu tujuannya.

Card image
SPECIFICALLY - 02 November 2023 (English Version)
2023-11-02 08:40:45


Everyone has their theology according to their life experiences. Theology means the study or knowledge of God. The knowledge about God in one’s life is undoubtedly different from the other because it is related to one’s life struggles, so there are specifications. God wants to deal with each individual specifically because He creates a unique curriculum for each person. God wants to deal with us, so we will regret it if we only become Christians who know God from the words of books, people, preachers, or speakers. We have to encounter God directly.

If someone interacts with God, then everything must be put into proportion. Interaction with God is extraordinary because there is impartation or transmission. And later, while growing, we not only do not sin but cannot sin. Sin has become so disgusting because the presence of God thoroughly permeates all our nerves, and this is called a change in nature. So, if we become good people just because we are afraid of going to prison, embarrassed by our neighbors’ eyes, we are not yet genuinely holy.

It’s ironic if we believe that God exists but never encounter Him, though He genuinely wants to speak to each of us. Imagine, when we lie down in bed, God is beside us and says, “My child, you have not had a dialogue with Me. I want to tell you many things.” However, we still hold our cell phones, looking at other things. Therefore, don’t look at what God doesn’t enjoy. Because no matter how much theology we have or how much knowledge about God is in our minds, we still have to come to God, and it’s as if we don’t have any knowledge.

Remember this message: the only world I have is Jesus. My only world is the Father, my only Lord and God. We are grateful that God processes us in such a great way, which makes us seek Him. It doesn’t matter how much education we have attained or how many books have been written and read, how many thousands of sermons we have delivered, or how solid theological arguments we have, but when we are before God, we say, “I am nothing, Lord. Don’t leave me, Lord. Take my hand and lead me.”

We have five big enemies:

1 . The power of darkness.

2. Ourselves; our old self is evil and cunning. It is solid and knows which moment can bring us down.

3.. The influence of the wicked world.

4. Disaster, danger, accident, etc.

5. People who mean evil to us.

We are not afraid of humans but of God. We fear responding wrongly and must love those who hurt us, though guarding our hearts is difficult.

Let’s not feel calm because, to be honest, our standard of living is not yet as God intended. We must do the will of the Father. Have we done it yet? One of the characteristics of someone who has not done God’s will is fear of death. So, let us confess our sins, repent, and do not repeat them. How do we stop sinning? By promising. Mention our sins, ask for forgiveness in detail, and don’t do it again. Even if we do it again, we will get a kind of traumatic sickness to the point of severe phobias so that we won’t sin anymore until it’s not about not wanting to sin but not being able to sin, and this means our nature has changed.

The encounter with God changes nature, as said in 2 Pet.1:3-4, participating in the divine nature. We should get used to lifting our hearts and worshiping God. So, if there’s a problem, don’t just say, “Oh, God…” but then go down again. We must continue to learn to lift our souls and look at God as if there is a big problem and a severe threat around us. There are indeed five great enemies, and our world has more evil people, but if we walk with God, God will not let us be embarrassed.

We are dealing with a God who has feelings, so we should take care of His feelings and not do anything that makes Him sad. We interact with a living God whose mind has a design, and He wants to show what He plans in our lives individually. That is why Jesus said, “My food is to do the will of the Father” and “Finish His work.” We should change our life routine because we will be very sorry if we take this warning lightly.

Let us not have a false peace or calm by believing that if we believe in Jesus as Lord and Savior mentally or intellectually, we will go to heaven. The Bible consistently says that everyone is judged according to their deeds. So, our faith must be translated into actions. We are not recognized as believers if our actions do not show true faith. Paul said in 2 Cor.5:9-10, “So we make it our goal to please him, whether at home in the body or away from it. For we must all appear before the judgment seat of Christ, so that we may receive what is due us for the things done while in the body, whether good or bad.”  

GOD WANTS TO DEAL WITH EACH INDIVIDUAL SPECIFICALLY.

Card image
SECARA SPESIFIK - 02 November 2023
2023-11-02 07:26:41


Sejatinya, setiap orang memiliki teologinya sendiri sesuai dengan pengalaman hidupnya. Teologi artinya studi atau ilmu tentang Tuhan. Ilmu tentang Tuhan dalam hidupnya si A, tentu berbeda dengan si B. Hal ini terkait dengan pergumulan hidup orang itu. Ada spesifikasinya. Allah mau berurusan dengan setiap individu secara spesifik. Sebab Allah membuat kurikulum untuk setiap individu, dan itu unik. Tuhan mau berurusan dengan kita secara pribadi. Kita akan sangat menyesal kalau hanya menjadi orang Kristen yang punya pengetahuan tentang Tuhan dari kata buku, kata orang, kata pengkhotbah, kata pembicara. Sejatinya, kita harus bertemu Tuhan langsung.

Kalau seseorang berinteraksi dengan Allah, maka semua pasti diletakkan pada proporsinya. Interaksi dengan Tuhan itu luar biasa, karena ada impartasi; penularan. Sampai akhirnya dalam pertumbuhan, kita bukan hanya tidak berbuat dosa melainkan sampai tidak bisa berbuat dosa. Dosa jadi begitu menjijikkan. Seluruh saraf kita benar-benar diendapi oleh kehadiran Allah. Inilah yang namanya perubahan kodrat. Jadi, kalau kita menjadi orang baik hanya karena takut masuk penjara, malu dilihat tetangga, berarti kita belum kudus sekali.

Ironis, jika kita percaya ada Allah, tapi tidak pernah kita temui. Betapa Dia ingin berbicara kepada setiap kita. Bayangkan, ketika kita membaringkan tubuh di tempat tidur, Tuhan di samping kita dan berkata, “Anak-Ku, kau belum berdialog dengan Aku. Aku mau beri tahu banyak hal kepadamu.” Tetapi kita masih pegang HP, lihat yang lain. Maka, jangan melihat apa yang Tuhan tidak ikut menikmatinya. Sebab sebanyak apa pun teologi yang kita miliki, sebanyak apa pun ilmu tentang Tuhan yang ada di pikiran kita, kita tetap harus datang kepada Tuhan. Seakan-akan kita tidak punya ilmu apa-apa.

Ingat pesan ini: _the only world I have is Jesus. The only world I have is Father, my Lord, my God,_ satu-satunya Tuhan kita. Bersyukur kalau Tuhan memroses kita begitu hebat, yang membuat kita mencari Tuhan. Tidak peduli berapa tinggi pendidikan yang telah kita capai, berapa banyak buku yang telah kita tulis dan baca, berapa ribu khotbah yang telah kita sampaikan, berapa kokoh argumentasi teologi yang kita miliki. Tetapi kalau sudah di hadapan Tuhan, kita berkata, “I am nothing, Lord. Jangan tinggalkan aku, Tuhan. Pegang tanganku dan tuntun.”

Kita punya 5 musuh besar. Pertama, kuasa kegelapan. Kedua, diri kita sendiri; manusia lama kita ini jahat dan licik. Kuat menyatu dan tahu momentum mana yang bisa menjatuhkan kita. Licik. Ketiga, pengaruh dunia yang jahat. Keempat, malapetaka, marabahaya, kecelakaan, dan lain-lain. Kelima, orang-orang yang bermaksud jahat kepada kita. Bukan takut manusianya, tetapi kita takut Tuhan, kita takut merespons salah. Kita harus mengasihi orang-orang yang melukai kita, dan menjaga hati itu tidak mudah.

Jangan kita merasa tenang-tenang. Karena sejujurnya, standar hidup kita belum seperti yang Allah kehendaki. Kita harus melakukan kehendak Bapa. Sudah, belum? Apa salah satu ciri dari orang yang belum melakukan kehendak Allah? Takut mati. Maka, mari kita bertobat; mengakui dosa yang kita lakukan dan jangan mengulangi lagi. Bagaimana cara kita berhenti berbuat dosa? Berjanji. Sebutkan dosa kita, minta ampun secara detail dan jangan dilakukan lagi. Kalaupun kita melakukan lagi, pasti kita akan sakit sampai trauma dan fobia berat. Sehingga kita tidak melakukan dosa lagi. Sampai bukan tidak mau berbuat dosa, tetapi tidak bisa berbuat dosa. Ini berarti kodrat kita diubah.

Perjumpaan dengan Tuhan itu mengubah kodrat. Yang dikatakan di dalam 2 Petrus 1:3-4, mengenakan kodrat ilahi; _theios._ Biasakanlah mengangkat hati, menyembah Allah. Jangan kalau ada masalah, baru “Oh, Tuhan…” tetapi setelah itu turun lagi. Kita harus terus belajar mengangkat jiwa. Memandang Tuhan, seakan-akan ada masalah besar, ada ancaman berat di sekitar kita. Memang ada lima musuh besar. Dunia kita makin banyak orang jahat, tetapi kalau kita berjalan dengan Tuhan, percayalah, Tuhan tidak akan mempermalukan kita.

Kita berurusan dengan Tuhan yang memiliki perasaan. Jadi, jagalah perasaan-Nya. Jangan lakukan yang mendukakan hati Tuhan. Kita berinteraksi dengan Allah yang hidup, yang memiliki pikiran, yang memiliki rancangan dan Dia mau menunjukkan apa yang Dia rancang dalam hidup kita pribadi lepas pribadi. Itulah sebabnya Yesus berkata, yang pertama, “Makanan-Ku melakukan kehendak Bapa,” yang kedua, “Menyelesaikan pekerjaan-Nya.” Ubahlah rutinitas hidup kita. Kalau kita menganggap remeh peringatan ini, maka kita akan sangat menyesal.

Jangan memiliki damai semu, tenang semu karena merasa sudah percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pikiran atau akali, maka kita pasti masuk surga. Alkitab selalu bicara bahwa setiap orang dihakimi menurut perbuatan. Jadi iman kita harus diterjemahkan dalam perbuatan. Kalau perbuatan kita tidak menunjukkan iman yang benar, maka kita tidak diakui sebagai orang yang beriman. Paulus berkata dalam 2 Korintus 5:9-10, “Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya. Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.”

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ALLAH MAU BERURUSAN DENGAN SETIAP INDIVIDU SECARA SPESIFIK.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 November 2023
2023-11-02 07:22:08

Markus 11
Yohanes 12

Card image
Truth Kids 01 November 2023 -BERSIH-BERSIH TUBUH
2023-11-01 09:39:17


Matius 3:11
“Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.”

Sobat Kids, apakah kalian sudah mandi? Jangan malas mandi ya, karena mandi itu penting. Saat mandi, kita membersihkan bagian-bagian tubuh kita. Sehingga tubuh kita tetap sehat; bersih dari kotoran, kuman, dan virus yang ada di sekitar kita. Kita perlu mandi setiap hari agar tubuh kita bersih dan terhindar dari penyakit. Bukan mandi seminggu sekali, apalagi setahun sekali, wah jika seperti itu, betapa kotor dan baunya badan kita.

Nah, sama seperti badan, hati kita juga perlu dibersihkan setiap hari. Dibersihkan dari dosa yang sudah seperti kuman kotoran penyakit, Sobat Kids. Sering tanpa kita sadari debu menempel di tubuh kita, dosa juga sering kali kita lakukan tanpa sadar. Untuk itulah kita perlu bersih-bersih dari dosa setiap hari. Bagaimana caranya? Tentu dengan merenungkan tindakan kita setiap hari, lalu meminta ampun kepada Tuhan yang akan membersihkan kita dari segala dosa. Tapi ingat, ya, Sobat Kids, jangan karena Tuhan pasti mengampuni dosa, kita malah dengan sengaja berbuat dosa, itu merupakan kejahatan di mata Tuhan. Yuk, kita bersih-bersih!

Card image
Truth Junior 01 November 2023 - MESIN WAKTU DI HATI
2023-11-01 09:37:11


Matius 3:11
“Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.”

Sobat Junior, ada yang pernah mendengar kata “pertobatan?” Pertobatan itu seperti ketika kita punya mesin waktu di hati kita, tapi bukan mesin waktu yang bisa bawa kita ke masa lalu atau masa depan. Karena, mesin waktu ini hanya bisa membantu kita memperbaiki kesalahan kita.

Ada sebuah cerita singkat. Seorang anak bernama Kiko sangat senang bermain ke rumah temannya, Miko. Suatu hari, Kiko dan Miko berebut mainan, sehingga Kiko marah-marah kepada Miko. Sebenarnya Kiko tahu bahwa ia salah karena sudah marah-marah, tapi Kiko malu untuk minta maaf. Sampai akhirnya Kiko sadar bahwa ia harus minta maaf kepada Miko.

Cerita singkat di atas adalah contoh mesin waktu yang bekerja di hati Kiko, sehingga Kiko sadar akan kesalahannya dan mau menjadi lebih baik. Artinya, pertobatan itu tindakan yang kita lakukan setiap hari. Pertobatan juga ketika Sobat Junior mengambil keputusan yang baik setiap harinya. Jadi, pertobatan harus kita lakukan kapan saja dan di mana saja. Karena ketika kita bertobat, artinya kita minta ampun kepada Tuhan dan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Seperti mesin waktu yang mengulang setiap kejadian, kita juga mau taruh mesin waktu di hati kita untuk selalu mengulang pertobatan kepada Tuhan, supaya hati kita bersih setiap hari. Kalau hati sudah bersih, Tuhan pasti senang. Jadi walaupun kita tidak punya mesin waktu beneran, tapi kita punya hati yang bisa kita bersihkan setiap hari. Yuk, jadi anak yang baik dengan melakukan pertobatan terus-menerus!

Card image
Truth Youth 01 November 2023 (English Version) - SELF-REFLECTION
2023-11-01 09:32:27


"The heart of man plans his way, but the LORD establishes his steps." (Proverbs 16:9)

Getting to know others well is a task that most can undertake, and it isn't overly challenging. We can acquaint ourselves with others by observing their actions and behaviors, listening to their words, and watching how they treat those around them. These are all ways in which each of us can get to know someone else.

Yet, only a few individuals truly understand themselves. The inability to know oneself is commonly referred to as insecurity. If not addressed appropriately, insecurity can have long-lasting negative impacts on a person's life. Thus, it is essential for each of us to engage in the process of self-reflection in our lives.

Self-reflection is an opportunity for us to delve into the deepest recesses of our being. This process requires profound thought and a strong desire from each person. Psychologists state that self-reflection is a form of planned evaluation, in which individuals must ensure that their actions align with their initial goals.

As Christians, we too must take a moment for self-reflection, as a means of evaluating everything we have been doing. We must look deep into our hearts, examining our motivations, desires, personal agendas, and the goals we wish to achieve as Christians. It is important to remember and question ourselves, have we fulfilled God's calling in our lives? Have our actions pleased Him? Are all of our endeavors aligned with the Kingdom of God and eternity?

Hence, self-reflection serves as a valuable means to reassess all aspects of life. From this process, we hope to emerge with a strong resolve, enthusiasm to begin anew for the glory of God, and the ability to learn from past mistakes, focusing on the ultimate goal of becoming like our Heavenly Father.

WHAT TO DO:
1. Set aside time for self-meditation to facilitate prayer.
2. Self-evaluate by making a list of errors and promptly seeking solutions for improvement.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matthew 1-4

Card image
Truth Youth 01 November 2023 - REFLEKSI DIRI
2023-11-01 09:07:39


”Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi TUHANlah yang menentukan arah langkahnya." (Amsal 16:9)

Mengenal orang lain dengan baik, mungkin bisa dilakukan semua orang dan bahkan bukan sesuatu yang terlalu sulit. Sebab kita bisa mengenal orang lain dengan mengamati tindakan serta perilakunya, mendengarkan orang tersebut berbicara, dan memerhatikan bagaimana orang tersebut memperlakukan orang lain. Semua ini menjadi cara yang setiap kita bisa pakai untuk mengenal orang lain.

Namun, hanya sedikit orang yang mampu mengenal dirinya sendiri. Ketidakmampuan seseorang untuk mengenal diri sendiri dikenal dengan istilah insecure. Insecure bila tidak ditangani dengan tepat dapat berdampak buruk yang berkepanjangan pada kehidupan seseorang. Maka, sangat diperlukan tahap merefleksikan diri dalam hidup ini bagi setiap kita.

Refleksi diri adalah suatu kesempatan bagi kita untuk menengok ke bagian terdalam dari diri kita. Proses ini akan melibatkan pemikiran yang mendalam serta keinginan yang kuat dari diri setiap orang. Para ahli psikologi mengatakan bahwa refleksi diri merupakan bentuk evaluasi secara terencana, yaitu setiap individu yang melakukannya harus memastikan hal-hal yang dilakukannya selama ini sesuai dengan tujuan awal.

Kita sebagai orang Kristen juga perlu merefleksikan diri sesaat, sebagai cara mengevaluasi segala hal yang sedang kita lakukan selama ini. Melihat kembali ke dalam hati segala motivasi, keinginan, agenda-agenda diri, serta gol yang ingin dicapai sebagai orang Kristen. Mesti diingat serta dipertanyakan ulang pada diri kita, apakah kita sudah memenuhi panggilan Tuhan atas hidup kita? Sudahkah segala sesuatu yang kita lakukan menyenangkan hati-Nya? Apakah semua yang kita lakukan sudah mengarah hanya pada Kerajaan Allah atau kekekalan?

Oleh sebab itu, refleksi diri menjadi sarana yang baik untuk meninjau ulang kembali segala hal dalam kehidupan ini. Kita berharap dari proses ini lahir sebuah tekad yang kuat, antusias dalam memulai kembali hal yang baru untuk kemuliaan Tuhan, serta mampu belajar dari kesalahan di masa lalu untuk kembali fokus pada gol utama yakni kesempurnaan seperti Bapa di surga.

WHAT TO DO:
1.Sisihkan waktu untuk meditasi diri agar dapat berdoa.
2.Evaluasi diri dengan cara membuat list kesalahan dan cepat untuk cari solusi memperbaikinya.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Matius 1-4

Card image
Renungan Pagi - 01 November 2023
2023-11-01 08:59:51


Orang yang takut gagal, biasanya dimulai dari kebiasaan membangun opini dalam dirinya, seringkali cenderung membangun pertanyaan-pertanyaan yang memiliki jawaban yang negatif, misalnya "aduh bagaimana ya kalau saya gagal? bagaimana ya kalau nanti tidak disukai orang?"

Orang yang berhasil bukan tidak pernah gagal, tapi orang yang berhasil adalah orang yang tidak pernah menyerah dan tenggelam dalam kegagalannya, tetapi bangkit, belajar dan berjuang lagi, mari kita mau belajar untuk bekerja keras dalam hidup ini, belajar untuk siap berkeringat dalam menjalani perjuangan hidup, dan kekuatan menghadapi setiap tantangan adalah hikmat Tuhan.

Yakobus mengingatkan kita untuk memohon hikmat Tuhan ; Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, — yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit —, maka hal itu akan diberikan kepadanya. Mintalah hikmat Tuhan, agar kita diberikan kesanggupan menghadapi kegagalan dan berusaha bangkit kembali sampai kita meraih kemenangan.
(Yakobus 1:5)

Card image
Quote Of The Day - 01 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-01 08:51:31


Jika suatu peristiwa kita lihat, dengar, apalagi yang kita alami sesuai dengan kehendak Tuhan, pasti di dalamnya mengandung pesan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 01 November 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-11-01 08:49:10


Serius kita ikut Tuhan bukan di gereja, serius kita ikut Tuhan dari menit ke menit ketika kita di luar gereja.

Card image
RELATIONSHIP - 01 November 2023 (English Version)
2023-11-01 08:47:24


We all certainly believe that God exists. We also agree that He is living and real, just as natural as our parents or partners with whom we interact. Therefore, we have experience interacting with our parents or partners. Each child in a family must have unique interactions or reciprocal relationships with their parents, and it can be a long or lasting memory in life. We also have certainly felt the kindness of our parents, so we always want to repay their kindness by doing whatever we can to make them happy. The memories of interacting with our parents in the past are factual and real.

It should be the same with God, our Father, for He is the living God. It is impossible for a universe with such a perfect order to exist by itself. A Grand Designer with the most intelligent mind created all the planets that rotate in their orbits and trajectories with specific magnetic forces so they do not collide. Earth’s extraordinary ecosystem could not have existed by itself. Our body’s metabolism is a miracle that has never been explored and investigated. There is an invisible hand that created the universe and its contents, and especially humans.

If we believe that God exists, lives, and is omnipresent, then the consequence should be that we treat Him as a living and real Person. We must find a mechanism for interaction with God; each individual must be unique. There is a room that God has provided as wide as possible where we can meet and interact with Him. In this case, it is not just in the prayer room, but in all areas of our lives, and through everything we do, God is willing to be present there. He wants to interact with us because there is no life apart from Him, and we will die without interaction with Him.

In that interaction, the Father educates us. So, if He accompanies us, it is not only because He wants to protect and look after us but also educates us. In the Book of Heb. 12:3-7, the Word of God says, which father does not educate his children? He enlightens and chastens His children, disciplining them over and over again. For the 70 to 80 years of our lives, God educates us so that we become the human beings He wants us to be, unlike most humans who will not have the opportunity to be in the Father’s Mansion in eternity.

However, many people are busy with many things, so they always postpone when invited to seek God. The usual answer is “later,” while we don’t know when we will die. Satan shapes our inner man until we cannot interact with God. The human heart is petrified, like liver disease, which has become cirrhosis. Desperately sick. Fortunately, Peter still had a chance because he wept bitterly when the Lord looked at him, unlike Judas, who hanged himself. Judas used to love money and did not have the sensitivity to hear the Holy Spirit, so he is already in the stage of blasphemy against the Spirit. Delay after delay, then living haphazardly, grieves the Spirit to the point of extinguishing it. And ultimately, the Holy Spirit cannot work because he can no longer respond to the work of the Holy Spirit.

The Holy Spirit is the only representative of the Father and the Lord Jesus in working on the lives of humans or chosen people. If this sole representative is rejected, there will be no other representative. The question is, are we genuinely dealing with God? How seriously are we? If we only go to church once a week or more, it’s not something onerous because every religious person can do that. However, are we aware that God is alive, and do we place ourselves before the living God with all alertness and reverence for Him?

There is a candid camera, which is the eye of God that sees. So, how seriously do we believe that God exists? Because believing in Him is not only focused on belief in the mind or reason, but it must include the content of that belief, namely relationships. God is so glorious, and it’s not easy to find Him. It’s easier to find knowledge about Him. Even though people can spend hours in the library from Monday to Saturday and work on theological and scientific work for hours, they are not necessarily able to spend 30 minutes sitting silently at God’s feet.

So, it is unsurprising that many theologians may be able to argue so academically and solidly that they seem irrefutable but do not know God by encountering Him. We must understand that an encounter with God is a source of theology more than books or anything else. A person can have a wealth of knowledge about God but is inferior to a simple mother who only has a handful of theology through her encounter with God. We do not mean to minimize the meaning of theology, but every individual must experience an encounter with God because it has the power to change our lives.  

BELIEF IN GOD MUST INVOLVE THE CONTENT OF IT, NAMELY RELATIONSHIPS.

Card image
HUBUNGAN - 01 November 2023
2023-11-01 08:35:08


Pasti semua kita percaya bahwa Allah itu ada. Kita juga setuju bahwa Allah itu Allah yang hidup dan nyata. Senyata orang tua atau pasangan kita yang dengannya kita berinteraksi, demikian pula Tuhan. Yang karenanya kita memiliki pengalaman berinteraksi, berhubungan dengan orang tua atau pasangan. Setiap anak dalam satu keluarga pasti memiliki keunikan dalam berinteraksi atau berhubungan timbal balik dengan orang tua. Dan itu bisa menjadi kenangan panjang, bahkan kenangan abadi dalam hidup kita. Kita juga tentu telah merasakan kebaikan orang tua kita, yang kemudian ketika kita bisa membalas kebaikan mereka, kita mau melakukan apa saja yang dapat membuat mereka bahagia. Kenangan, goresan masa lalu bagaimana kita berinteraksi dengan orang tua merupakan suatu hal yang faktual, yang riil.

Mestinya dengan Allah juga demikian, sebagai Bapa kita. Dia Allah yang hidup. Tidak mungkin jagat raya dengan tatanan yang sedemikian sempurna itu ada dengan sendirinya. Ada Desainer Agung dengan pikiran Mahacerdas yang menciptakan semua planet yang berputar pada orbitnya, pada lintasannya, dengan kekuatan magnet tertentu, sehingga tidak bertabrakan satu dengan yang lain. Ekosistem bumi yang luar biasa pun tidak mungkin ada dengan sendirinya. Tubuh kita dengan metabolismenya ini pun merupakan sebuah keajaiban yang tidak pernah selesai dieksplorasi, diselidiki. Ada tangan yang tidak kelihatan—invisible hand—yang menciptakan jagat raya dengan isinya, dan khususnya manusia.

Kalau kita percaya Allah itu ada, hidup, dan juga maha hadir, maka konsekuensi seharusnya adalah kita memperlakukan Allah juga sebagai Pribadi yang hidup dan nyata. Kita harus menemukan mekanisme interaksi dengan Allah, yang setiap individu pasti unik. Ada ruangan yang Allah sediakan seluas-luasnya, di mana kita bisa menjumpai Tuhan dan berinteraksi dengan Dia. Dalam hal ini bukan di ruangan doa saja, melainkan dalam seluruh wilayah hidup kita dan melalui segala sesuatu yang kita lakukan, Allah berkenan hadir di situ. Ia mau berinteraksi dengan kita. Sebab di luar Dia, tidak ada kehidupan. Manusia mati tanpa interaksi dengan Dia.

Di dalam interaksi itu, Bapa mendidik. Jadi kalau Allah menyertai kita, itu bukan hanya dalam rangka Allah mau melindungi dan menjaga kita. Sebagai Bapa, Dia mendidik. Di dalam Ibrani 12:3-7, firman Tuhan mengatakan, bapak mana yang tidak mendidik anak-anaknya? Dia mendidik, menghajar anak-anak-Nya, memukul berulang-ulang. Di 70-80 tahun umur hidup kita, Allah mendidik, supaya kita menjadi manusia sesuai yang Dia inginkan. Bukan seperti manusia kebanyakan yang tidak akan mendapat kesempatan ada di Rumah Bapa di kekekalan.

Namun, banyak orang sibuk dengan segala urusan. Diajak mencari Tuhan, selalu menunda. Jawabnya “nanti.” Padahal, _satu,_ kita tidak tahu kapan meninggal. _Dua,_ Iblis membentuk manusia batiniah kita sampai tidak mampu berinteraksi dengan Allah. Hati manusia membatu, siapa yang dapat mengenalinya? Kalau ibarat penyakit hati, ini sirosis. Sudah membatu. Petrus ketika dilirik Tuhan, dia menangis tersedu-sedu. Berbeda dengan Yudas yang gantung diri. Karena Yudas terbiasa mencintai uang. Dia tidak memiliki kepekaan mendengar Roh Kudus. Dan ini adalah stadium menghujat Roh. Penundaan demi penundaan, lalu hidupnya sembarangan itu mendukakan Roh, sampai memadamkan. Dan akhirnya Roh Kudus tidak bisa bekerja, karena dia tidak mampu merespons pekerjaan Roh Kudus.

Roh Kudus adalah satu-satunya representatif atau wakil Bapa dan Tuhan Yesus dalam menggarap hidup manusia atau umat pilihan. Kalau satu-satunya representatif ini ditolak, tidak ada wakil lain. Pertanyaannya, apakah kita sungguh-sungguh berurusan dengan Tuhan? Seserius apa kita berurusan dengan Tuhan? Kalau hanya kebaktian ke gereja seminggu sekali atau lebih, itu bukan sesuatu yang sulit. Setiap orang beragama bisa lakukan demikian. Namun, apakah kita ada di dalam kesadaran bahwa Allah itu hidup, dan kita menempatkan diri di hadapan Allah yang hidup dengan segala kewaspadaan, dengan segala hormat kepada Tuhan?

Ada candid camera, yaitu mata Tuhan yang melihat. Jadi seberapa serius kita percaya bahwa Allah itu ada? Sebab percaya kepada Allah bukan hanya berorientasi pada keyakinan di dalam pikiran atau pengaminan akali. Percaya kepada Tuhan harus menyangkut isi dari percaya itu; yaitu hubungan. Betapa mulia Allah. Memang tidak mudah menemukan Allah. Lebih mudah menemukan ilmu tentang Allah. Orang bisa berjam-jam di ruang perpustakaan dari Senin sampai Sabtu. Orang bisa berjam-jam mengerjakan karya ilmiah teologi, tetapi 30 menit duduk di diam di kaki Tuhan, belum tentu sanggup.

Jadi, tidak heran banyak teolog yang bisa berargumentatif begitu akademis, begitu kokoh, rasa-rasanya tak terbantahkan, tetapi tidak mengenal Allah dari perjumpaan dengan Dia. Kita harus mengerti bahwa perjumpaan dengan Allah merupakan sumber teologi yang lebih dari buku atau apa pun. Orang bisa punya segudang pengetahuan tentang Allah, tetapi dia kalah dengan seorang ibu sederhana yang hanya memiliki segenggam teologi dari hasil perjumpaannya dengan Tuhan. Tidak mengecilkan arti teologi, tetapi perjumpaan dengan Allah ini yang harus mutlak dialami oleh setiap individu karena perjumpaan ini berkuasa mengubah hidup kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PERCAYA KEPADA TUHAN HARUS MENYANGKUT ISI DARI PERCAYA ITU; YAITU HUBUNGAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 01 November 2023
2023-11-01 08:31:36

Lukas 19

Card image
Truth Kids 31 Oktober 2023 - TETAP INGAT TUHAN
2023-10-31 08:48:07


2 Tesalonika 2:9-10
"Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka."

Sobat Kids, ternyata barang-barang seperti smartphone, tablet, smart TV dan lain-lain itu belum ada pada jaman kakek dan nenek kecil, loh. Karenanya, banyak orang tua, kakek dan nenek yang tidak mengerti dalam menggunakan smartphone.

Perkembangan teknologi yang begitu cepat, membuat terjadinya banyak kemajuan. Hmm.. bagaimana dengan di masa yang akan datang, ya? Di masa akan datang, akan ada lebih banyak lagi teknologi yang membuat kita terkagum-kagum. Teknologi-teknologi baru yang canggih, bisa jadi akan membuat kita fokus pada dunia ini dan melupakan Tuhan. Wah, gawat!

Orang bisa menganggap teknologi lebih canggih dan hebat dibanding Tuhan. Hal itu tidak benar, ya, Sobat Kids. Manusia dapat menciptakan banyak hal melalui kepandaiannya. Tetapi, kita harus ingat yang memberikan kepandaian dan menciptakan manusia adalah Tuhan. Tuhan memberikan manusia kepandaian agar bisa berkembang mengelola bumi. Jangan sampai teknologi yang ada sekarang malah membuat kita makin jauh dan melupakan Tuhan. Jika teknologi dan smartphone membuat kita jauh dari Tuhan, kita harus bertobat, Sobat Kids! Kita bersyukur atas semua pemberian Tuhan. Kita mau ingat kebaikan Tuhan di hidup kita dari dulu sampai sekarang.

Card image
Truth Junior 31 Oktober 2023 - ZAMAN PENUH KEPALSUAN
2023-10-31 08:45:57


2 Tes. 2:9-10
“Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka.”

Jane melihat sekelilingnya dengan penuh kekaguman. Ia sedang berada di sebuah pameran teknologi, di sebuah kota di benua Eropa. Banyak hal baru yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya. Betapa luar biasa pesat dan hebat perkembangan teknologi saat ini, pikirnya. Ia memandang seorang sosok di hadapannya, tapi saat ia mencoba menghampirinya, sosok tersebut menghilang. Ternyata itu hanya hologram saja, visualisasi buatan manusia yang memanipulasi pandangan mata.

Sobat Junior, mungkin 5-10 tahun ke depan, akan ada banyak hal yang membuat kita terkagum-kagum dan terheran-heran. Pasti banyak hal baru yang tidak masuk di akal, atau mungkin membuat kita tidak percaya. Tapi, dengan perkembangan yang ada sekarang, itu semua bisa saja diwujudkan. Tapi kita harus tetap selalu waspada. Tidak semua teknologi yang dikembangkan itu adalah sarana untuk mendekatkan diri kita pada Tuhan. Contoh sederhananya, gadget yang ada di tangan kalian sekarang inipun bisa saja membuat kalian jauh dari Tuhan, bukan?

Yang terpenting adalah selalu mencari dan memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan. Agar, apabila suatu ketika teknologi yang dikembangkan itu digunakan kuasa gelap untuk menjatuhkan, menipu anak-anak Allah seperti kita agar meninggalkan Tuhan, kita tidak terkecoh dan terpengaruh. Ingat, Iblis akan selalu berusaha menggagalkan manusia yang berusaha hidup benar.

Card image
Truth Youth 31 Oktober 2023 (English Version) - HOW TO BE MELLIFLUOUS PEOPLE?
2023-10-31 08:43:46


"But above all, my brothers, do not swear, either by heaven or by earth or by any other oath, but let your 'yes' be yes and your 'no' be no, so that you may not fall under condemnation." (James 5:12)

Friends, continuing from the previous writing, today we want to learn from the Bible about how to become "Mellifluous people." In the previous discussion, 'Mellifluous' was defined as a melodious sound that can be enjoyed by the listener. James in his letter provides a deeper understanding.

Mellifluous, as used by James, contains truth, honesty, and faith-building. This means it is not the same as the world's definition of 'melodious' (mellifluous), which focuses more on the content of our words as children of God. Let us reflect on ourselves; have our words always contained truth? Remember, only hearing the truth of God's word will sound melodious to those who love God. This means everything must begin with hearing God's word, as God's word contains the truth itself.

James also reminds us of the consequences if we do not speak truthfully, honestly, and faith-building. Awareness of this will help us have a new motivation to be different from the world. It is not impossible to make a difference, and the differences we make can bless others because the truth always brings goodness. Although being a person who speaks truth in the midst of the world's norms is not easy, it is not impossible to do. In fact, when we successfully strive to do so, it will make us interpret the truth in a different way.

So, let's be mellifluous people. If not us, then who? If not now, when? Friends, we will never know how much longer we have in this life. If we postpone being truthful today, and tomorrow never comes, it will be our biggest regret. God never promised an easy life, but He promised to always be with us until the end of our lives. Strive until every part of our lives can be enjoyed by God and others. That's how we can be a blessing to this world.

WHAT TO DO:
1. Begin faithfully reading God's word.
2. Practice every truth we have read and heard.
3. Ask the Holy Spirit to guide us in understanding the truth.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Malachi 1-4

Card image
Truth Youth 31 Oktober 2023 - HOW TO BE MELLIFLUOUS PEOPLE?
2023-10-31 08:40:33


"Tetapi yang terutama, saudara-saudara, janganlah kamu bersumpah demi sorga maupun demi bumi atau demi sesuatu yang lain. Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman." (Yakobus 5:12)

Teman-teman, menyambung tulisan sebelumnya, saat ini kita mau belajar dari Alkitab tentang bagaimana menjadi “Mellifluous people”. Di dalam pembahasan sebelumnya ‘Mellifluous’ didefinisikan sebagai suara yang merdu, yang dapat dinikmati oleh orang yang mendengarnya. Yakobus dalam suratnya menuliskan pengertian yang lebih mendalam.

Mellifluous dalam tulisan Yakobus mengandung kebenaran, kejujuran, dan membangun iman. Artinya tidaklah sama dengan pengertian ‘merdu’ (mellifluous) yang dunia sajikan, ‘merdu’ atau “nyaman terdengar di telinga” yang dimaksudkan di sini lebih menyoroti kepada isi dari perkataan (suara) kita sebagai anak-anak Tuhan. Mari kita kembali berkaca pada diri kita, apakah setiap perkataan kita telah berisi kebenaran? Ingatlah, hanya pendengaran akan kebenaran firman Tuhan yang akan terdengar merdu di telinga orang-orang yang mengasihi Tuhan. Berarti semua harus dimulai dengan pendengaran akan firman Tuhan, karena firman Tuhan memuat kebenaran itu sendiri.

Yakobus juga mengingatkan kita akan adanya konsekuensi jika kita tidak berkata-kata dengan benar, jujur, dan membangun iman. Kesadaran akan hal ini akan membantu kita memiliki motivasi baru untuk menjadi berbeda dengan dunia ini. Tidaklah menutup kemungkinan perbedaan yang kita lakukan dapat memberkati mereka, karena kebenaran selalu mendatangkan kebaikan. Walaupun menjadi orang yang berkata-kata dengan benar di tengah-tengah kewajaran dunia tidaklah mudah, tapi bukan sesuatu yang mustahil untuk dilakukan. Justru ketika kita berhasil berjuang untuk melakukannya, maka itu akan membuat kita memaknai kebenaran l dengan cara yang berbeda.

So, let’s be mellifluous people. Jika bukan kita, lalu siapa? Jika bukan sekarang, kapan lagi? Teman-teman, kita tidak akan pernah tahu berapa lama lagi kesempatan hidup yang masih kita miliki. Jika kita menunda menjadi benar hari ini dan ternyata hari esok tidak pernah datang, itu akan menjadi penyesalan terbesar. Tuhan tidak pernah menjanjikan kehidupan yang mudah, tetapi Ia berjanji akan selalu menyertai sampai akhir hidup kita. Berjuanglah, sampai seluruh bagian dalam hidup kita Tuhan bisa dinikmati oleh Tuhan dan sesama. Itulah caranya kita dapat menjadi berkat bagi dunia ini.

WHAT TO DO:
1. Mulailah setia membaca firman Tuhan
2. Praktikkan setiap kebenaran yang telah kita baca dan kita dengar
3. Mintalah Roh Kudus untuk menuntun kita dalam pengertian akan kebenaran tersebut.

BIBLE MARATHON:
▪︎Maleakhi 1-4

Card image
Renungan Pagi - 31 Oktober 2023
2023-10-31 08:36:17


Banyak orang hari-hari ini hidup dengan gengsi, tidak mau mengakui kesalahan, selalu merasa yang paling baik dan paling benar, padahal dengan mengakui kesalahan itu baik buat kita, karena hanya orang yang mengakui kesalahan akan diampuni dan justru akan lebih dihormati dan dipercaya kalau berani mengakui kesalahan lalu memperbaikinya.

Sehingga ketika datang kepada Tuhan dalam doa, ada kuasa yang besar yang mengalir dari setiap doa. Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.

Dengan mengakui kesalahan, maka hati menjadi tenang, dengan mengakui kesalahan, kita dapat membereskan masalah-masalah; ada banyak masalah tidak selesai-selesai, hanya karena tidak mau mengakui kesalahan, sehingga akhirnya masalah semakin besar dan menghancurkan segala sesuatunya.

Dengan mengakui kesalahan berarti dapat memperbaiki diri kita dan juga dapat memperbaiki hubungan-hubungan yang mungkin sudah kurang baik dengan Tuhan dan juga hubungan dengan sesama; Jika kita mengaku dosa, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa dan menyucikan kita dari segala kejahatan,

Orang yang tidak mau mengakui kesalahannya berarti tidak memerlukan pengampunan dan tidak mau diperbaiki. Jangan simpan terus kesalahanmu karena suatu saat jika dibuka oleh Tuhan, akan dipermalukan dan kita pun mempermalukan nama Tuhan.
(Yakobus 5:16; 1 Yohanes 1:9)

Card image
Quote Of The Day - 31 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-31 08:33:50


Kesibukan hidup menenggelamkan banyak orang dalam kesesatan sehingga mereka tidak pernah mencari Tuhan dengan benar, tetapi itulah kecerobohan hidup yang telah dianggap sebagai kewajaran hidup.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 31 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-31 08:32:12


Jangan kita tidak menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya dunia kita. Roh Kudus akan menolong kita untuk menyelenggarakan hidup dengan benar, yaitu serius berurusan dengan Tuhan.

Card image
SAFETY VALVE - 31 Oktober 2023 (English Version)
2023-10-31 08:30:42


When we truly seek God—going to church, living holy lives, giving in, avoiding unnecessary activities, focusing on work, family, and church or spiritual matters—it’s as if God ignores us and seems not to reward or care about us. However, we shouldn’t be weak. God allows us to live with issues just as Paul calls a thorn in the flesh. He said this in 2 Cor.12:7, “Because of these surpassingly great revelations, so to keep me from becoming conceited, I was given a thorn in my flesh, a messenger of Satan, to torment me.”

So, we definitely have problems, and these problems can be permanent. The issues can also be more than one. There is never a day without problems because the Lord Jesus Himself said in the Gospel of Matt.6:34, “Therefore do not worry about tomorrow, for tomorrow will worry about itself. Today has enough trouble of its own.” Don’t think that it’s an accident because God allows it. The thorn in the flesh could be our spouse, parents, in-laws, children, problems in the family, at work, and so on. So, if we deal with a good God, it doesn’t mean we don’t have any problems at all. It’s not like that.

Let’s not keep it in our hearts. We may have a problem at the office today, and on the next day, there is a problem in association, whatever it is. This thorn in the flesh is actually a safety valve, so we don’t focus on the world. If we don’t have a thorn in our flesh, we must look for it.” Where? The problems of others that God places along our path in life. Think about young people who can’t go to school, and then help them so they can go to school. Families on the verge of divorce, we help them reconcile, comfort those in sorrow, and give strength. And one miraculous thing is that God always helps when we help others.

This thorn in the flesh becomes a safety valve until it becomes glory. Paul had a thorn in his flesh so that he would not be arrogant. He apparently has the potential to be arrogant. Though he was a great apostle, God knows there was a seed of pride. Therefore, God gave him a thorn in the flesh, an uncomfortable situation, so he would not have been arrogant and ineffective in God’s work and could end up going to hell. Paul said in his letter, “No, I strike a blow to my body and make it my slave so that after I have preached to others, I myself will not be disqualified for the prize.”

Remember, especially for pastors and servants of God, even though we have preached and served God, we don’t necessarily go to heaven because we have to keep control of ourselves. We have to fight for it, so don’t stop dealing with God, and don’t let us get carried away by the traps that Satan sets. Don’t divide our focus into watching series films, the news, or constantly looking at gadgets. We must leave those things behind, focus on God, and make Him our only world.

So, there must be a thorn in the flesh and a problem. Don’t think the problem we had was an accident. We must accept the thorns in the flesh as vitamins and nutrients in life and soul. Remember, our God is brilliant. He understands how to put problems so that we grow up, or at least so that we don’t feel at home living on earth because our home is in heaven.

Lastly, if we have a problem and take it to God, it is impossible for God not to answer or not to intervene. Some problems can be permanent, but some issues must be resolved. We may be born disabled; that may be permanent, but when we are sick, we can recover. As for the difficulties that God allows to continue, they certainly do not endanger our lives or interfere with our lives so that we do not grow. So, if God puts a thorn in the flesh, it will not disturb our lives and scare us in the process of increasing our faith and growing our careers.

So, the Word of God says, “For those who are evil will be destroyed, but those who hope in the Lord will inherit the land” (Ps.37:9). This means that we will be blessed while on earth, GOD will uphold us, and if we die, we will enter the Kingdom of Heaven. So, let’s make GOD our only world. The Holy Spirit will help us to live our lives properly, namely to be serious about dealing with God.  

THIS THORN IN THE FLESH IS ACTUALLY A SAFETY VALVE SO THAT WE DON'T FOCUS ON THE WORLD.

Card image
KATUP PENGAMAN - 31 Oktober 2023
2023-10-31 08:28:13


Ketika kita sungguh-sungguh mencari Tuhan—ke gereja, hidup suci, mengalah, menghindari kegiatan yang tidak perlu, fokus pada pekerjaan, keluarga dan gereja atau urusan rohani—Tuhan seakan-akan juga tidak memberi perhatian kepada kita. Ini masalahnya, seakan-akan Tuhan tidak memberi penghargaan, tidak memedulikan kita. Tetapi, jangan kita menjadi lemah. Tuhan akan mengizinkan kita hidup dengan persoalan. Paulus menyebutnya sebagai duri dalam daging (torn in the flesh); 2 Korintus 12:7, “Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.”

Jadi, kita pasti punya masalah dan masalah itu bisa permanen, juga bisa lebih dari satu hal. Tidak pernah ada hari tanpa masalah, karena Tuhan Yesus sendiri yang mengatakan di Injil Matius 6:34, “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri.” Jangan menganggap itu kecelakaan, karena ada Tuhan yang mengizinkan. Duri dalam daging itu bisa pasangan hidup, orang tua sendiri, mertua, anak, persoalan di keluarga, di pekerjaan, dan lain-lain. Jadi, kalau kita berurusan dengan Tuhan yang baik, bukan berarti kita tidak punya masalah sama sekali. Tidak begitu.

Jangan kita simpan dalam hati. Hari ini masalah di kantor, besok di pergaulan, ada saja. Duri dalam daging ini sebenarnya katup pengaman, supaya kita tidak fokus ke dunia. Jadi, kalau kita tidak punya duri dalam daging berarti kita harus “mencari duri.” Di mana? Persoalan sesama yang Tuhan titipkan di sepanjang jalan hidup kita. Kita cari persoalan; kita memikirkan orang-orang muda yang tidak bisa sekolah, lalu bisa sekolah. Keluarga yang di ambang perceraian, kita damaikan. Mereka yang dalam duka, kita hiburkan dan beri kekuatan. Satu hal yang ajaib, Tuhan selalu menolong ketika kita menolong sesama.

Duri dalam daging ini menjadi pengatup pengaman sampai menjadi kemuliaan. Paulus punya duri dalam daging, supaya dia tidak sombong. Jadi, Paulus itu ternyata punya potensi sombong. Paulus adalah seorang rasul yang hebat, tapi Tuhan tahu ada benih kesombongan. Supaya rasul Paulus tidak sombong dan bisa tidak efektif untuk pekerjaan Tuhan, bisa-bisa masuk neraka, maka Tuhan beri duri dalam daging, keadaan tidak nyaman. Makanya, Paulus dalam suratnya berkata, "Aku menguasai diriku sepenuhnya, supaya aku yang sudah membawa orang ke surga, jangan aku sendiri ditolak."

Ingat, khususnya bagi para pendeta dan hamba Tuhan, sekalipun kita sudah khotbah, melayani Tuhan, belum tentu masuk surga. Karena kita harus tetap menguasai diri, mengendalikan diri. Kita harus berjuang untuk itu. Maka jangan berhenti berurusan dengan Tuhan, dan jangan sampai kita terbawa oleh menu-menu yang Iblis sediakan. Jangan fokus kita terbagi untuk menonton film seri, nonton berita, lihat gadget terus. Yang begini, harus kita tinggalkan. Kita harus fokus ke Tuhan dan menjadikan Tuhan satu-satunya dunia kita.

Jadi pasti ada duri dalam daging, pasti ada masalah. Jangan berpikir masalah itu kecelakaan. Tidak, duri dalam daging harus kita terima sebagai vitamin, sebagai nutrisi di dalam kehidupan, nutrisi dalam jiwa. Ingat, Tuhan kita sangat cerdas. Dia mengerti bagaimana menaruh masalah agar kita bertumbuh dewasa, dan paling tidak, agar kita tidak merasa betah hidup di bumi, karena rumah kita ada di surga.

Yang terakhir, kalau kita punya masalah dan membawanya kepada Tuhan, tidak mungkin Tuhan tidak menjawab, tidak mungkin Tuhan tidak campur tangan. Ada masalah yang memang bisa permanen, tetapi ada masalah yang memang harus diselesaikan. Kita mungkin terlahir cacat, itu permanen, tapi ketika kita sakit, kita bisa sembuh. Adapun masalah-masalah yang Tuhan biarkan itu berlangsung, pasti tidak membahayakan hidup kita dan tidak mengganggu hidup kita, sampai kita tidak bertumbuh. Jadi, kalau duri dalam daging itu Tuhan taruh, tidak akan mengganggu hidup kita dan membuat kita terganggu dalam proses bertumbuhnya iman, bertumbuh karier.

Maka, ada firman Tuhan yang mengatakan, “Sebab orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN akan mewarisi negeri” (Mzm. 37:9). Artinya akan diberkati selama di dunia, bagaimanapun akan ditopang TUHAN, dan kalau mati pasti masuk Kerajaan Surga. Jadi, jangan kita tidak menjadikan TUHAN sebagai satu-satunya dunia kita. Roh Kudus akan menolong kita untuk menyelenggarakan hidup dengan benar, yaitu serius berurusan dengan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DURI DALAM DAGING INI SEBENARNYA KATUP PENGAMAN, SUPAYA KITA TIDAK FOKUS KE DUNIA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 31 Oktober 2023
2023-10-31 08:13:05

Matius 20-21

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 Oktober 2023
2023-10-31 08:10:32

Matius 19
Markus 10

Card image
Truth Kids 30 Oktober 2023 - KEKUATAN SUPER
2023-10-30 12:10:04


Yesaya 40:31
"tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah."

Sobat kids, coba kita sebutkan kekuatan-kekuatan super dari superheroes yang biasa kita lihat di film. Ada yang bisa terbang, ada yang dapat berubah menjadi raksasa, ada yang bisa mengeluarkan petir dan mungkin masih banyak lagi, ya. Tetapi pernahkah kalian melihat orang yang benar-benar memiliki kekuatan super seperti itu di kehidupan sehari-hari Tentu tidak. Tidak pernah ada manusia yang bisa terbang, bukan? Kekuatan super yang sebenarnya, bukanlah hal-hal yang biasa kita lihat di film, Sobat Kids. Lalu apa, dong?

Kekuatan super yang sebenarnya dapat kita temukan dalam hidup sehari-hari. Contohnya, orang yang masih bisa tersenyum dan bersyukur walau sedang mengalami kesulitan. Atau orang-orang yang mau ikhlas memaafkan walau sudah dilukai atau diperlakukan tidak adil. Dan masih banyak lagi contohnya. Hal-hal seperti inilah yang masuk dalam kekuatan super. Semua orang bisa melakukannya jika mau mencoba. Tetapi, tidak semua orang mau karena sulit dan tidak nyaman.

Nah, Sobat Kids termasuk orang yang mana? Orang yang mau mempunyai kekuatan super atau tidak? Jika mau, ayo kita tekun melakukan hal-hal yang baik dan benar sesuai dengan tuntunan Tuhan. Walaupun sulit untuk dilakukan, tetapi kita tetap berusaha dan melakukannya dengan sukacita.

Card image
Truth Junior 30 Oktober 2023 - KEKUATAN BARU
2023-10-30 12:04:24


Yesaya 40:31
“tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”

“Iihh..kamu Nuno, kok diam saja, sih? Kan, tadi Andi memang sengaja sudah jahatin kamu. Masa kamu malah gak mau balas dia? Kenapa, sih? Jadi orang kok sabar banget?” keluh Budi yang kesal melihat sikap Nuno. Budi melihat dengan matanya sendiri saat Andi menghalangi jalan Nuno dengan kakinya. Nuno sampai terjatuh, dan dengkulnya menjadi lecet. Bukannya marah atau membalas perbuatan Andi, Nuno malah diam saja dan berusaha bangkit lagi sambil menahan rasa sakitnya.

Dengan tersenyum, Nuno menjawab Budi, “Iya, aku gak kenapa-napa kok. Hanya lecet sedikit. Andi belum mengerti bahwa yang ia lakukan ke aku akan membuat Tuhan Yesus sedih. Buat apa aku marah-marah atau membalas kejahilannya? Yang ada, nanti dia akan semakin senang melakukan hal yang jahat. Justru dengan aku diam saja, semoga dia jadi penasaran. Dia akan berhenti berbuat jahat, dan mencari tahu asal kesabaran yang aku miliki. Semoga dia jadi kenal Tuhan Yesus, Pribadi yang mengajari aku untuk sabar,” jelas Nuno kepada Budi. Budi pun mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju.

Meskipun tidak bisa terbang, tidak bisa menghilang, atau tidak punya kekuatan super, bukan berarti kelebihan yang ada pada orang-orang di sekitar kita tidak istimewa atau tidak berharga, Sobat Junior. Kelebihan yang dimiliki masing-masing orang itu dari Tuhan sendiri. Misalnya kesabaran dalam menghadapi sesuatu, sukacita di tengah penderitaan, dan hal ini lebih sulit untuk dimiliki oleh banyak orang dibandingkan hal-hal tadi.

Yuk, Sobat Junior, kita berdoa meminta kekuatan baru dari Tuhan, sehingga kita memiliki kekuatan untuk melakukan kehendak-Nya dalam hidup kita masing-masing.

Card image
Truth Youth 30 Oktober 2023 (English Version) - MELLIFLUOUS PEOPLE
2023-10-30 11:59:53


"Do not let any unwholesome talk come out of your mouths, but only what is helpful for building others up according to their needs, that it may benefit those who listen." (Ephesians 4:29)

The world is just too noisy lately, where it’s not easy to find “mellifluous people” around us. For things that are pleasing to the ear, fantasy story writers often use the word 'Mellifluous' to describe a melodious sound produced by something or someone. The ears are part of the human senses that serve as the gateway for sounds in the surrounding environment to enter. In the process of listening, there are five stages: receiving, understanding, evaluating, remembering, and responding. In short, every sound received by our sense of hearing will give us an understanding or meaning that is then evaluated in memory and produces a response from ourselves.

Therefore, what we hear will be embedded in our minds and will produce a response, whether in speech or actions. For example, when someone listens to fast-paced music, they will move their body to the rhythm. It is impossible for them to cry while listening to that music. If they cry, something is wrong with them. If we apply this to the lives of God's children today, isn't there a clear similarity? Many of God's children are no longer among the "mellifluous people," meaning they no longer produce a melodious voice of God that can be heard by those who love God.

So, what voices should we listen to? Let us remember that if we do not fill our minds with the hearing of God's voice through His Word, we cannot produce words and actions that can be enjoyed by God. In fact, the world is already too noisy with wicked things. Therefore, we, as disciples of Jesus, must stand out in our entire lives. By living beautifully and melodiously, we can be effective witnesses and glorify the name of the Lord.

WHAT TO DO:
1. Do not speak carelessly.
2. Do not fill yourself with useless things.
3. Live as people who proclaim the voice of truth.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Zechariah 11-14

Card image
Truth Youth 30 Oktober 2023 - MELLIFLUOUS PEOPLE
2023-10-30 11:51:44


"Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia." (Ef. 4:29)

The world is just too noisy lately, where it’s not easy to find “mellifluous people” around us. Untuk hal-hal yang nyaman terdengar oleh telinga, para penulis cerita-cerita fantasi biasa menggunakan kata ‘Mellifluous’ untuk menggambarkan suara merdu yang dihasilkan oleh sesuatu atau seseorang. Telinga adalah bagian dari indra manusia yang menjadi media masuknya suara-suara yang ada di sekelilingnya. Dalam proses mendengarkan ada lima tahapan yang terjadi yaitu receiving, understanding, evaluating, remembering, and responding. Singkatnya, setiap suara yang diterima oleh indra pendengaran kita akan memberi pengertian atau makna yang kemudian dievaluasi dalam ingatan dan menghasilkan respons dari diri kita.

Oleh sebab itu, apa yang kita dengar akan tertanam di pikiran kita dan menimbulkan respons, baik dalam ucapan maupun perbuatan kita. Contohnya, ketika seseorang mendengarkan sebuah alunan musik dengan tempo yang cepat, maka dia akan menggerakkan tubuhnya sesuai irama yang ada. Tidak mungkin ia akan menangis tersedu-sedu ketika mendengarkan musik tersebut. Kalau dia menangis, maka ada sesuatu yang salah dalam dirinya. Jika kita menarik kondisi ini pada kehidupan anak-anak Tuhan saat ini, tidakkah ada kesamaan yang terlihat jelas? Banyak anak-anak Tuhan yang bukan termasuk dalam mellifluous people, artinya mereka tidak lagi menyuarakan suara Tuhan yang merdu terdengar oleh orang-orang yang mengasihi Tuhan.

Jadi, suara apa yang seharusnya kita dengarkan? Mari kita ingat, kalau kita tidak mengisi pikiran kita dengan pendengaran akan suara Tuhan melalui firman-Nya, maka kita tidak bisa menghasilkan ucapan dan perbuatan yang dapat dinikmati oleh Tuhan. Pada faktanya, dunia sudah terlalu bising dengan hal-hal yang fasik. Maka, kita sebagai murid Tuhan Yesus haruslah tampil beda di dalam seluruh kehidupan kita. Dengan cara hidup yang indah dan merdu, maka kita dapat menjadi saksi yang efektif dan memuliakan nama Tuhan.

WHAT TO DO:
1. Jangan berkata-kata dengan sembarangan
2. Jangan mengisi diri dengan mendengarkan hal-hal yang tidak berguna
3. Hiduplah sebagai orang-orang yang menyuarakan suara kebenaran

BIBLE MARATHON:
▪︎Zakharia 11-14

Card image
Renungan Pagi - 30 Oktober 2023
2023-10-30 11:47:27


Perubahan hidup seseorang dimulai dari ketaatan pada firman Allah, ketaatan pada firman tidak hanya menjadi pendengar setia, tetapi juga melakukannya dalam hidup keseharian. Tuhan Yesus sendiri yang menekankan hal ini pada murid-murid-Nya;

"Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya."

Ketaatan ini, secara perlahan tetapi pasti akan membentuk kehidupan pada standar hidup tinggi, yang sudah Allah tetapkan, dan hal ini bisa menjadi mudah atau sukar, tergantung pada seberapa besar kita mengasihi Allah dan melakukan perintah-Nya dengan ketaatan tanpa syarat.

Sebab saat membuktikan kasih kita kepada Tuhan dengan melakukan kehendak-Nya, maka Bapa dan Kristus akan berdiam di dalam kita; "Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia." "
(Yohanes 14:15,21,23)

Card image
Quote Of The Day - 30 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-30 11:43:54


Kalau kita mencintai Tuhan dengan sungguh-sungguh, Dia akan membuat berbagai masalah dalam hidup kita supaya cinta kita menjadi bulat, tapi Dia akan melindungi kita dari semua bahaya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 30 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-30 11:39:29


Hidup memang selalu ada masalah, dan semua itu merupakan pergumulan hidup, di mana setan mau mengalihkan perhatian kita dari Tuhan.

Card image
NEVER ACCIDENTS - 30 Oktober 2023 (English Version)
2023-10-30 11:32:29


If we deal with good people, the fruit or result will be goodness or profit. However, if we deal with wicked people, the result will be losses and accidents. In the reality of this universe, two parties are opposite: the first is the good God, and the second is the evil power of darkness. But the problem is, who are we dealing with? Many people don’t want to deal with Satan or the forces of darkness because they know Satan is evil, but they also don’t want to deal with God.

Only a few people are fully willing to deal with God because God is invisible, and sometimes, it even seems like He doesn’t exist. Meanwhile, demons can appear in various forms and manifestations, so they are not recognized as demons. So, many people are half-heartedly dealing with Satan and not dealing with God entirely. God is very gentle, and if He rebukes, it’s done in gentleness, which gives an impression of a silent God. However, this doesn’t mean God doesn’t move at all but as if He doesn’t exist.

If we want to deal with God, we must do it seriously because God doesn’t want to do things half-heartedly, and we must be intelligent to see the manifestations or statements of the power of darkness in various forms. That is why we need a church whose pulpit must be the voice of God that tells the congregation the dangers that could cause them to be harmed or strayed. So, remember these two things:

Firstly, there are two individuals: God is the most kind, and Satan is the most wicked.

We not only enjoy and receive the benefits and goodness that we receive from God in our lives while on earth, but especially in the life to come in eternity. That’s precisely the essential thing. However, many people do not know their way of life. Their business is progressing and growing continuously, but their life is drifting, sinking, and busy with businesses, especially if they have become a conglomerate; they’re very hectic. However, when they died, they took nothing with them. What a shame.

Indeed, they are not bad people; they may be good people but do not deal appropriately with God. If they are Christian, they go to church and donate, give money to the church, and even tithe. They could even be church activists. It’s a pity for people like this. They usually can’t be reminded anymore because they are already confident and honorable.

Our world is only one, namely, God. This means we have to work, work well. God is not pleased if we don’t work. Laziness is a sin; beware of eating. Have no hatred towards people, be completely honest, and give in sincerely. The Holy Spirit will help each of us. We should attend church services and do morning prayer. This is proof that we make God our only world. However, later on, maybe people will be hostile to us because satan will move people against us, and God allows it so that we learn to love our enemies and those who hate us. We will see God’s defense so we can see God’s glory.

Second, change our lives now.

Don’t wait, let alone wait until in God’s court; that’s already too late. Be grateful for what you have, not afraid to face danger, increasingly confident that God is real, and not afraid to face death. This needs a process that starts at home, at work, and throughout our lives. Do what God tells us, for this is medicine. Our souls are healed because we please God. Meanwhile, Satan gives ‘medicine’ through the mouths of many people, through gadgets, spectacle, and conversations. It’s medicine from the devil which, if we’re not careful, we could take because we think it’s medicine, while it’s poison.

If we watch martial arts movies, we are taught revenge. So when at work we are hurt by someone, we respond with even worse. However, God teaches us, “If someone slaps you on your right cheek, turn to him the other also.” We read in the Bible that the people God protected were ultimately successful. Life always has problems, all of which are struggles, where Satan wants to divert our attention from God. Don’t let Satan shift our focus. Our attention must remain on God. We will not get an accident if we deal with God.  

WE WILL NOT GET AN ACCIDENT IF WE DEAL WITH GOD.

Card image
TIDAK AKAN CELAKA - 30 Oktober 2023
2023-10-30 11:26:44


Kalau kita berurusan dengan orang baik, pasti buah atau akibatnya adalah kebaikan atau keuntungan. Akan tetapi, kalau kita berurusan dengan orang yang tidak baik, orang yang jahat, hasilnya adalah kerugian, kecelakaan. Di dalam realitas jagat raya ini, ada dua oknum yang bertentangan sifatnya: yang pertama, Allah yang baik; yang kedua, kuasa kegelapan yang jahat. Tetapi masalahnya adalah selama ini kita sungguh-sungguh berurusan dengan siapa? Banyak orang memang tidak mau berurusan dengan setan atau kuasa kegelapan karena tahu setan itu jahat, tetapi juga tidak sungguh-sungguh mau berurusan dengan Allah.

Orang yang 100% mau berurusan dengan Allah, hanya sedikit. Sebab Tuhan itu tidak kelihatan, bahkan kadang-kadang seperti tidak ada. Sementara setan dapat tampil dalam berbagai bentuk, dalam berbagai wujud, dalam berbagai manifestasi, sehingga tidak dikenali sebagai setan. Sehingga banyak orang yang sebenarnya berurusan dengan setan, atau berurusan dengan setan secara setengah-setengah, dan tidak berurusan dengan Tuhan secara penuh. Tuhan sangat lembut. Jika Tuhan menegur, Tuhan menegur dalam kelembutan. Terkesan sebagai Allah yang diam (The silent God); bukan Allah yang tidak bergerak apa-apa, tetapi seakan-akan Allah itu tidak ada.

Kalau kita mau berurusan dengan Tuhan, kita harus berurusan secara serius, sungguh-sungguh, karena Tuhan tidak mau setengah-setengah. Dan kita harus cerdas untuk dapat melihat manifestasi atau penyataan-penyataan kuasa kegelapan dalam berbagai bentuk. Itulah sebabnya, dibutuhkan gereja yang mimbarnya harus menjadi suara Tuhan yang memberitahu kepada jemaat bahaya-bahaya yang dapat membuat jemaat celaka atau terhilang. Jadi, ingat kedua hal ini:

Yang pertama, ada dua oknum; Tuhan yang Maha Baik, dan setan yang maha jahat.

Keuntungan dan kebaikan yang kita peroleh dari Tuhan itu bukan hanya kita nikmati dan kita terima dalam kehidupan kita pada waktu di bumi, melainkan terutama nanti di kehidupan yang akan datang, di kekekalan. Justru itu yang penting. Namun, banyak orang yang tidak tahu jalan hidupnya. Usahanya maju, berkembang terus, tetapi hidupnya hanyut, tenggelam, sibuk dengan urusan demi urusan. Apalagi kalau sudah menjadi konglomerat, sibuk sekali. Tetapi ketika mati, dia tidak membawa apa-apa. Malang sekali.

Memang mereka bukan orang jahat, bisa juga orang baik, tetapi tidak berurusan secara benar dengan Tuhan. Mungkin ke gereja juga, kalau dia Kristen, bisa juga dia menyumbang, memberi uang ke gereja, memberikan perpuluhan. Bahkan bisa jadi mereka adalah aktivis. Sejatinya, orang-orang seperti ini kasihan, sebab biasanya mereka tidak bisa diingatkan lagi karena sudah percaya diri. Dan mereka juga sangat terhormat.

Dunia kita hanya satu; yaitu, Tuhan. Artinya kita harus bekerja baik-baik, harus bekerja. Kalau tidak bekerja, Tuhan tidak berkenan. Malas itu dosa. Makan juga harus diperhatikan, apa yang kita makan. Tidak memiliki kebencian terhadap orang, jujur sejujur-jujurnya dan mengalah dengan tulus. Roh Kudus pasti akan tolong setiap kita. Hadiri atau ikuti jam-jam kebaktian, bangun pagi, berdoa. Inilah bukti bahwa kita menjadikan Tuhan satu-satunya dunia kita. Namun nanti, kita mungkin akan dimusuhi orang, sebab setan akan menggerakkan orang memusuhi kita dan Tuhan mengizinkan itu. Supaya kita belajar mengasihi musuh, mengasihi orang-orang yang membenci kita. Dan kita akan melihat pembelaan Tuhan, supaya bisa melihat kemuliaan Tuhan.

Yang kedua, ubah hidup kita sekarang.

Jangan nanti, apalagi menunggu di pengadilan Tuhan, terlambat sudah. Bersyukur dengan apa yang ada, tidak takut menghadapi bahaya, makin yakin bahwa Allah itu nyata, tidak takut menghadapi kematian. Dan ini perlu proses, yang dimulai di rumah, di tempat kerja, dalam perjalanan hidup kita masing-masing. Lakukan apa yang Tuhan perintahkan, ini obat. Jiwa kita sembuh, karena kita menyenangkan Tuhan. Sementara itu, Iblis memberi ‘obat’ lewat mulut banyak orang, lewat gadget, lewat tontonan, lewat percakapan. Itu obat dari Iblis yang jika kita tidak hati-hati, kita telan karena kita pikir itu obat, padahal itu racun.

Kita menonton film silat, lalu diajari balas dendam. Maka ketika di tempat pekerjaan kita disakiti dan dilukai orang, kita balas dengan lebih menyakitkan lagi. Akan tetapi,Tuhan mengajar kita, “Jika kamu ditampar pipi kanan, beri pipi kiri.” Dalam Alkitab kita membaca orang-orang yang dilindungi Tuhan pada akhirnya tetap berjaya. Hidup memang selalu ada masalah, dan semua itu merupakan pergumulan hidup, di mana setan mau mengalihkan perhatian kita dari Tuhan. Jangan sampai fokus kita bisa dialihkan oleh setan. Perhatian kita harus tetap kepada Tuhan. Kita tidak akan celaka jika kita berurusan dengan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA TIDAK AKAN CELAKA JIKA KITA BERURUSAN DENGAN TUHAN.

Card image
Truth Kids 29 Oktober 2023 - ASLI, BUKAN BUATAN MANUSIA
2023-10-29 10:12:56


Wahyu 19:16
Dan pada jubah-Nya dan paha-Nya tertulis suatu nama, yaitu: “Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan.”

Riko, Abel dan Dante sedang bermain di rumah Riko. Mereka sedang bermain robot sambil berbicara tentang karakter superhero favorit mereka. “Superhero-ku, itu Optimus Prime.. pemimpin di film Transformers, dong. Kalau kalian siapa?” tanya Riko. Dante menjawab “Kalau aku lebih suka Iron Man. Dia hebat dan pintar sekali membuat robot.” Mendengar itu Abel berkata dengan semangat juga, “Kalau superhero-ku itu Tuhan Yesus.” Riko dan Dante keheranan. “Tuhan Yesus…?? Tuhan Yesus, kan, bukan superhero. Tuhan Yesus tidak memiliki kekuatan super...” ucap Riko.

“Kata siapa…?? Tuhan Yesus itu bisa berjalan di atas air, menyembuhkan orang sakit, bahkan membangkitkan orang yang sudah meninggal. Dan terutama Tuhan Yesus menebus dosa kita sehingga kita punya hidup yang baru,” jawab Abel. “Masa iya Tuhan Yesus seperti itu? Kamu tahu tentang Tuhan Yesus dari mana?” tanya Dante. “Iya, Tuhan Yesus sangat luar biasa. Aku mengenal Tuhan Yesus dari papa mama dan guru Sekolah Mingguku di gereja. Mereka tidak mungkin bohong.”

Sobat Kids, betul apa yang dikatakan Abel. Dunia dapat menipu dengan membuat kita kagum dengan superhero buatan manusia. Kita dibuat lupa dengan superhero sejati kita yaitu Tuhan Yesus. Jadi sebagai anak-anak Allah, kita harus pintar! Tanamkan di hati kalau hanya Tuhan Yesuslah superhero kita yang asli.

Card image
Truth Junior 29 Oktober 2023 - BERUBAH SEKARANG
2023-10-29 10:10:08


Wahyu 19:16
Dan pada jubah-Nya dan paha-Nya tertulis suatu nama, yaitu: “Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan.”

Sobat Junior, apakah kalian pernah berpikir, kenapa sih banyak sekali superhero yang muncul? Superhero bisa muncul di film, di komik, di online games, di peralatan makan, di pakaian, dan lain-lainnya. Hati-hati, Sobat Junior! Iblis mau menipu kita dengan memunculkan karakter-karakter fiksi yang tidak nyata untuk kita kagumi. Mengapa? Alasannya agar kita tidak fokus kepada Tuhan Yesus. Kita harus sadari akan hal ini, ya, Sobat Junior. Jangan sampai kita tertipu oleh Iblis. Tuhan Yesus adalah Pahlawan Sejati, Raja di atas segala raja. Tidak ada yang lainnya.

Ayat firman Tuhan hari ini juga mengingatkan kita akan hal tersebut. Jika selama ini kita lebih mengidolakan tokoh yang lain, atau mungkin artis lainnya, seperti K-Pop, lebih daripada Tuhan, maka kita harus bertobat, Sobat Junior. Jangan sampai kita berkeras hati dan mengganggap mengidolakan tokoh yang ada di dunia ini adalah hal yang wajar. Jika kita sampai berpikiran seperti itu, berarti kita sudah masuk dalam perangkap si Iblis. Kita tidak dapat masuk dalam langit baru dan bumi yang baru.

Bisa-bisa kita akan meluncur ke api kekal. Iihh…. serem, kan? Oleh sebab itu, kita harus berubah sekarang. Jangan ditunda-tunda, ya, Sobat Junior!

Card image
Truth Youth 29 Oktober 2023 (English Version) - PERFECT FAITH
2023-10-29 10:05:51


"You foolish person, do you want evidence that faith without deeds is useless?" (James 2:20)

In nearly all religions, especially in Christianity, faith occupies a central position in all its aspects. In Christianity, faith is seen as the foundation for one to know the Person of God, and even the Bible states that without faith, it is impossible to please God. Indeed, faith is the foundation for one to know God. However, many Christians misunderstand the meaning of faith. Faith is interpreted separately from actions, or it is believed that faith alone produces deeds and is not the result of human awareness. Let us examine what the Bible says.

We need to understand that the understanding of faith must start from a sincere and humble heart to understand the meaning of faith from the entire content of the Bible and not just the words of theologians, pastors, or anyone else. This cannot be based on just one verse, one paragraph, one book, or a few books. Many Christians have the wrong premise that only by faith alone can a person be justified and saved, which is incorrect. The Bible never teaches such a thing. So, it is not surprising to see Christians whose lives are passive, lazy, not working for salvation, wasteful, indulgent, reckless with their bodies, etc.

The Bible shows us that true faith is faith accompanied and proven by real actions. The model of perfect faith is found in the person of Jesus Christ, who said, "If it is possible, let this cup be taken from me. Yet not as I will, but as you will." James says that deeds complete faith. Those who truly believe in God will surely love God and their neighbors with real actions, proactively work for salvation, help others, be inclusive (open), humble, gentle, full of love, live a healthy life, be diligent, wise, generous, without calculation, and surely offer their entire lives to God. By doing all of that, a person fulfills God's will as a real proof that they truly love God (John 14:15 & 21; 15:10, 12, 17). Amen.

WHAT TO DO:
1. Study the Bible honestly, comprehensively, and completely.
2. Never affirm or accept teachings that are not in line with the Bible.
3. Practice the fruits of faith at all times.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Zechariah 6-10

Card image
Truth Youth 29 Oktober 2023 - IMAN YANG SEMPURNA
2023-10-29 09:57:39


”Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?” (Yakobus 2:20)

Hampir di semua agama, terutama dalam kekristenan, iman menempati posisi sentral dalam seluruh aspeknya. Di dalam kekristenan, iman dipandang sebagai dasar seorang dapat mengenal Pribadi Allah, bahkan Alkitab menyatakan bahwa tanpa iman mustahil seorang berkenan kepada Allah. Memang benar bahwa iman merupakan dasar seorang dapat mengenal Allah. Akan tetapi, banyak orang Kristen keliru dalam memaknai iman. Iman diartikan secara terpisah dari perbuatan atau semata-mata hanya imanlah yang menghasilkan perbuatan dan bukan karena kesadaran manusia. Mari kita periksa apa kata Alkitab.

Perlu kita pahami bahwa pengertian mengenai iman harus berangkat dari sikap hati yang jujur dan rendah hati untuk mengerti apa arti iman dari seluruh isi Alkitab dan bukan kata teolog, pendeta, atau siapa pun. Hal ini tidak bisa hanya berdasarkan satu ayat, satu paragraf, satu kitab, atau beberapa kitab. Banyak orang Kristen memiliki premis yang salah bahwa hanya oleh imanlah seorang dibenarkan dan diselamatkan, padahal ini keliru. Alkitab tidak pernah mengajarkan demikian. Maka, tidaklah mengherankan apabila kita melihat orang-orang Kristen yang hidupnya pasif, malas, tidak mengerjakan keselamatan, buas, boros, makan minum sembarangan, tidak menghormati dan merawat tubuh, dll.

Alkitab memperlihatkan kepada kita bahwa iman yang sejati adalah iman yang disertai dan dibuktikan dengan perbuatan nyata. Model dari iman yang sempurna ada di dalam Pribadi Tuhan Yesus, yang berkata, “Jikalau boleh, cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi biarlah kehendak-Mu yang terjadi, Bapa, bukan kehendak-Ku.” Yakobus berkata bahwa perbuatan-perbuatan itu menyempurnakan iman. Orang yang sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan pasti mengasihi Tuhan dan sesama dengan perbuatan yang nyata, proaktif mengerjakan keselamatan, suka menolong sesama, inklusif (terbuka), rendah hati, lembut, penuh cinta, hidup sehat, rajin, cerdas, suka memberi, tidak hitung-hitungan, dan pasti mempersembahkan seluruh hidupnya untuk Tuhan. Dengan melakukan semua itu, barulah seorang melakukan kehendak Tuhan sebagai bukti nyata bahwa ia sungguh-sungguh mengasihi Tuhan (Yoh. 14:15 & 21; 15:10, 12, 17). Amin.

WHAT TO DO:
1.Pelajari Alkitab secara jujur, utuh, dan menyeluruh
2.Jangan pernah mengaminkan dan menerima ajaran yang tidak sesuai dengan Alkitab
3.Praktikkan buah-buah iman setiap saat

BIBLE MARATHON:
▪︎ Zakharia 6-10

Card image
Renungan Pagi - 29 Oktober 2023
2023-10-29 09:54:23


Sangat terlihat seorang yang dewasa itu ketika menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan, dia tidak mau tunjukkan perasaannya kepada banyak orang, tetapi orang yang kekanak-kanakkan langsung katahuan, dia akan menunjukkan ketidaksukaan di depan orang. Dengan mendiamkan dan memusuhi orang yang tidak disukainya. Firman Tuhan berkata, "Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh."

Contoh yang sering kita jumpai, ada istri-istri yang ngambek, merajuk, memarahi suami di depan banyak orang, ada pula suami-suami membentak dan menyalahkan istri di depan banyak orang, sikap seperti itu adalah sikap yang sangat tidak dewasa. Tidak dapat dinasihati, tidak juga reda amarahnya ketika telah diberi penjelasan.

Dan firman Tuhan jelas menyatakan bahwa orang-orang yang tidak dapat menguasai dirinya sendiri adalah orang yang meledakkan amarahnya terhadap nasihat yang diberikan ; "Orang yang menyendiri, mencari keinginannya, amarahnya meledak terhadap setiap pertimbangan."

Mari kita belajar untuk dewasa, sehingga dapat menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan, mengendalikan emosi agar tetap stabil; walaupun memang terkadang yang terjadi tidak seperti apa yang kita harapkan, tapi belajarlah bersyukur, belajarlah untuk mengendalikan diri, karena begitulah kehidupan, banyak hal tidak terduga yang akan kita hadapi. Belajarlah menguasai diri.
(Pengkhotbah 7:9; Amsal 18:1)

Card image
Quote Of The Day - 29 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-29 09:50:34


Manusia yang berkualitas adalah manusia yang benar-benar mengasihi Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 29 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-29 10:16:46


Kita harus memberi diri kita dikuasai oleh Allah, dijajah, ditindas dan diperlakukan suka-suka oleh Allah, tetapi di situlah sesungguhnya ada kehidupan.

Card image
ADDICTED TO GOD - 29 Oktober 2023 (English Version)
2023-10-29 09:46:31


God said, “Come out from among them. Do not touch anything unclean; be holy for I am holy,” meaning that we cannot approach God without God’s standard of holiness, not ours. Matt 7:21 also says, “Not everyone who says to me, ‘Lord, Lord,’ will enter the kingdom of heaven, but only the one who does the will of my Father who is in heaven.” Doing the Father’s will is not only difficult but also abstract. For religions, in general, they are only required to obey the law. They clearly understand what it means to respect parents, don’t kill, don’t commit adultery, and don’t steal. Paul says in Philippians chapter 3, “As for righteousness based on the law, faultless.”

Our law is not just based on sentences but on God’s feelings. That means we must be able to ‘read’ God’s feelings, and that can be trained. If we invite God to be present in our lives, we can learn to understand His will and judge things wrong or right, not from our perspective, but from His perspective. However, behind the Lord Jesus’ statement, we can approach the Father, which was truly extraordinary. We pray that we can experience breakthrough after breakthrough in spirituality, and as our holiness increases and we are released from bondage, we will become more and more through it. This is an eternal achievement.

We can also support other family members by bringing God into the household. If a father keeps his mind on golf, a golf atmosphere will enter the house. Parents are really into games, so the gaming atmosphere enters the house. However, if parents are ‘addicted’ to God, the atmosphere of God’s presence will descend in the family. Indeed, our lives are not free from problems. However, all issues, no matter how serious, can be solved. No problems are unsolved, but there is no way out if people get to hell.

So, let’s invite God to be present in our lives and families so that everything will be blessed and we will not be embarrassed by God. We won’t. God is alive and real. We must have the courage to argue for God’s presence in our lives diligently. If someone from abroad comes to our family and changes the atmosphere of our house because they have given goodness to us and can give more, then God is more than that, and we want Him to come into our lives and change our lives.

We remember the story of Lot; when two messengers came, no one in that city greeted them. However, Lot welcomed them and forced them to stay at his house. The people of Sodom came banging on Lot’s house and asked them to come out because they wanted to ‘use’ (read: sodomize) the two messengers of God. It’s vile. Lot even gave two of his daughters to replace the two messengers. In Gen.19:4-8 it is written, “Before they had gone to bed, all the men from every part of the city of Sodom—both young and old—surrounded the house. They called to Lot, “Where are the men who came to you tonight? Bring them out to us so that we can have sex with them.” Lot went outside to meet them and shut the door behind him and said, “No, my friends. Don’t do this wicked thing. Look, I have two daughters who have never slept with a man. Let me bring them out to you, and you can do what you like with them. But don’t do anything to these men, for they have come under the protection of my roof.”

Lot is amazing; he defends his guests with all his strength and possessions. At the end of the story, we learn that these two guests saved Lot and his children. So, if we invite God to be present in our personal and family lives, it is impossible for the Father of the universe not to help us.  

IF PARENTS ARE ADDICTED TO GOD, THEN ATMOSPHERE OF GOD'S PRESENCE WILL DESCEND IN THE FAMILY.

Card image
KECANDUAN TUHAN - 29 Oktober 2023
2023-10-29 09:41:04


Tuhan berkata, “Keluarlah kamu dari antara mereka. Jangan menjamah apa yang najis, kuduslah kamu sebab Aku kudus,” berarti kita tidak bisa menghampiri Tuhan tanpa kekudusan standar Allah, bukan standar kita. Dalam Matius 7:21 pun dikatakan, “Bukan orang yang berseru kepada-Ku ‘Tuhan, Tuhan’ akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga.” Melakukan kehendak Bapa, bukan hanya sulit, melainkan juga abstrak. Kalau agama pada umumnya, mereka hanya dituntut untuk melakukan hukum. Mereka mengerti dengan jelas apa itu menghormati orang tua, jangan membunuh, jangan berzina, jangan mencuri. Makanya Paulus mengatakan dalam Filipi 3:6, “Ditinjau dari Taurat, aku tidak bercacat."

Hukum kita bukan hanya pada kalimat-kalimat, tetapi pada perasaan Tuhan. Itu berarti kita harus bisa ‘membaca perasaan Tuhan.’ Dan itu bisa dilatih. Kalau kita mengundang Tuhan, menghadirkan-Nya dalam hidup kita, maka kita bisa belajar untuk mengerti kehendak-Nya. Salah atau benar, bukan dari perspektif kita, tetapi dari perspektif-Nya. Namun, di balik pernyataan Tuhan Yesus itu, kita diberi peluang untuk menghampiri Bapa. Hal itu sungguh luar biasa. Kita berdoa agar kita bisa mengalami terobosan demi terobosan dalam kerohanian. Dan seiring dengan meningkatnya kekudusan kita, seiring dengan terlepasnya kita dari ikatan, kita akan semakin tembus. Ini prestasi kekal, prestasi abadi.

Menghadirkan Tuhan dalam rumah tangga membuat kita juga bisa menggarami anggota keluarga yang lain. Kalau seorang ayah pikirannya golf terus, maka atmosfer golf masuk di rumah itu. Orang tua yang kegilaan game, maka suasana game masuk di rumah. Namun, kalau orang tua ‘kecanduan’ Tuhan, maka suasana hadirat Allah pasti turun di dalam keluarga. Memang, hidup kita tidak lepas dari masalah. Namun, percayalah, semua masalah seberat apa pun, bisa diselesaikan. Tidak ada masalah yang tidak selesai. Namun, kalau orang sampai ke neraka, tidak ada jalan keluar.

Maka, mari kita mau mengundang Tuhan hadir dalam hidup kita masing-masing, di dalam keluarga kita, agar semua tergarami. Bagaimanapun, kita tidak akan dipermalukan Tuhan. Tidak akan. Allah itu hidup, Allah itu nyata. Kita harus berani dengan tekun memperkarakan kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Kalau seorang yang datang dari luar negeri bisa membuat rumah kita jadi berubah suasananya demi dia yang sudah menaruh kebaikan dan bisa memberi kebaikan lagi, Tuhan lebih dari itu. Dan kita mau mempersilakan Dia hadir di dalam hidup kita dan mengubah hidup kita.

Kita ingat kisah Lot, ketika dua utusan datang, tidak ada yang menyambut. Akan tetapi Lot menyambut mereka dan memaksa mereka untuk menginap di rumahnya. Orang-orang Sodom datang menggedor rumah Lot dan meminta kedua utusan itu untuk keluar karena mereka mau ‘memakai’ (baca: menyodomi) kedua utusan Allah itu. Benar-benar keji. Lot malah memberikan dua anak gadisnya guna mengganti kedua utusan tersebut. Dalam Kejadian 19:4-8 tertulis, “Tetapi sebelum mereka tidur, orang-orang lelaki dari kota Sodom itu, dari yang muda sampai yang tua, bahkan seluruh kota, tidak ada yang terkecuali, datang mengepung rumah itu. Mereka berseru kepada Lot: ‘Di manakah orang-orang yang datang kepadamu malam ini? Bawalah mereka keluar kepada kami, supaya kami pakai mereka.’ Lalu keluarlah Lot menemui mereka, ke depan pintu, tetapi pintu ditutupnya di belakangnya, dan ia berkata: ‘Saudara-saudaraku, janganlah kiranya berbuat jahat. Kamu tahu, aku mempunyai dua orang anak perempuan yang belum pernah dijamah laki-laki, baiklah mereka kubawa ke luar kepadamu; perbuatlah kepada mereka seperti yang kamu pandang baik; hanya jangan kamu apa-apakan orang-orang ini, sebab mereka memang datang untuk berlindung di dalam rumahku.'

Lot luar biasa, ia membela tamunya dengan seluruh kekuatan dan miliknya. Pada akhir kisah, kita tahu bahwa kedua tamu ini menyelamatkan Lot dan anak-anaknya. Maka, jika kita mengundang Tuhan hadir dalam kehidupan kita secara pribadi dan dalam kehidupan keluarga kita, Bapa semesta alam tidak mungkin tidak menolong kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU ORANG TUA KECANDUAN TUHAN, MAKA SUASANA HADIRAT ALLAH PASTI TURUN DI DALAM KELUARGA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 29 Oktober 2023
2023-10-29 09:36:22

Lukas 18

Card image
Truth Kids 28 Oktober 2023 - ASLI ATAU PALSU
2023-10-28 09:58:01


Yeremia 20:11
"Tetapi TUHAN menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu orang-orang yang mengejar aku akan tersandung jatuh dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka akan menjadi malu sekali, sebab mereka tidak berhasil, suatu noda yang selama-lamanya tidak terlupakan!"

Sobat Kids, pernahkah kalian memakai filter pada aplikasi tertentu di smartphone? Sekarang ini smartphone memiliki aplikasi tertentu yang dapat memberikan filter. Ada banyak filter yang membuat kita terlihat lucu, keren dan cantik. Sebenarnya memakai filter itu boleh-boleh saja tetapi ada beberapa orang yang malah berpikir mereka kurang keren, kurang lucu atau bahkan tidak cantik jika tidak pakai filter efek di kamera. Mereka lebih menyukai diri mereka yang palsu saat memakai filter, yang mereka pikir membuat diri mereka terlihat lebih baik. Sama seperti superhero, kita melihat mereka hebat-hebat di film, memiliki kekuatan super. Sedangkan diri kita biasa-biasa saja, sehingga kita sering tidak percaya diri.

Sobat Kids, perlu kita ingat, film superhero yang kita lihat di televisi itu hanya seni peran, mereka hanya berakting. Mereka terlihat hebat di televisi tetapi mereka bukanlah pahlawan yang asli. Salah satu pahlawan yang asli adalah orangtua dan guru kita di sekolah. Bahkan ada sebutan khusus untuk para guru yaitu pahlawan tanpa tanda jasa. Kalian masih ingat, kan, di awal bulan kita sudah belajar bahwa tukang sampah juga berjasa. Mereka adalah tokoh nyata yang sebenarnya dapat disebut pahlawan juga. Mereka memiliki super power dalam melakukan pekerjaan mereka. Jadi jangan sampai salah berpikir tentang superhero, ya, Sobat Kids. Kagumilah superhero yang memang benar-benar asli.

Card image
Truth Junior 28 Oktober 2023 - MENJADI PAHLAWAN
2023-10-28 09:55:29


Yeremia 20:11
“Tetapi TUHAN menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu orang-orang yang mengejar aku akan tersandung jatuh dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka akan menjadi malu sekali, sebab mereka tidak berhasil, suatu noda yang selama-lamanya tidak terlupakan!”

Kemarin kita sudah belajar untuk mengidolakan the real superhero; tokoh superhero sesungguhnya, yaitu Tuhan Yesus. Jadi, jangan mau lagi ditipu oleh dunia dengan mengagumi tokoh karakter manusia yang dibuat-buat atau fiksi semata, ya, Sobat Junior. Seharusnya, kita kagum dan mencontoh para superhero nyata yang ada di hidup kalian. Kita bisa mulai dari orang terdekat, yaitu mama dan papa.

Orang tua kita tidak pernah merasa letih dalam berjuang mendidik dan membesarkan kita. Sejak kita masih dalam kandungan, orang tua telah berusaha untuk menyiapkan yang terbaik untuk kita, anak-anaknya. Hingga usia kalian sekarang ini, Sobat Junior, orang tua kalian tidak pernah menyerah untuk membesarkan kalian. Kalian juga harus bersyukur untuk orang tua yang mengajarkan kalian tentang kebenaran Firman Tuhan. Mereka membawa kalian ke gereja atau Sekolah Minggu, hingga kalian dapat membaca renungan Truth Junior seperti sekarang ini.

Dengan kebenaran Firman Tuhan yang kalian baca setiap hari, Sobat Junior akan bertumbuh menjadi pahlawan yang gagah. Kalian mau, kan, Sobat Junior?

Card image
Truth Youth 28 Oktober 2023 ( English Version) WORDS OF FAITH
2023-10-28 09:52:56


"A gentle tongue is a tree of life, but perverseness in it breaks the spirit." (Proverbs 15:4)

Lately, there have been many speakers in church pulpits with diverse backgrounds, ranging from theologians, philosophers, activists, to professionals such as academics, entrepreneurs (businesspeople), public speakers, counselors, psychologists, historians, and even artists. This phenomenon is often criticized by many Christians, "Why are there so many speakers in church pulpits who are not pastors or theologians but rather speakers who are not qualified as servants of God or proclaimers of God's word? This is not their field." Such is the audience's critique of this phenomenon.

In essence, the church is the second institution created by God Himself, realized in the form of a community of believers. The preaching of God's Word in the church is a form of motivation or statements aimed at strengthening the faith of believers. It must be understood that God's personal communication, which brings us to church to listen, cannot be limited to a set of liturgical formalities because God is unlimited and cannot be restricted. God can speak through everything we see, hear, and experience, including other people's experiences, regardless of their background or past. However, the Bible should still be the standard, as not a few speakers mislead the congregation by teaching the Old Testament continuously and the Torah (tithing, firstfruits), Jabez's prayer, physical healing, and miracles.

Friends, in the end, each of us must be intelligent, open, inclusive, humanistic, gentle, friendly, and hospitable Christians. We must be hospitable and friendly in everything, whether in theology, behavior, and especially in our speech, in the pulpit, and wherever we are. Our words should comfort, bring refreshment, build, and strengthen our fellow listeners. We must welcome and embrace with open arms those who are 'different' from us because Jesus died for them too, and God loves them just as much as He loves us. Amen.

WHAT TO DO:
1. Diligently study the Bible and pray.
2. Speak words that build.
3. Be friendly and hospitable.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Zechariah 1-5

Card image
WORDS OF FAITH - 28 Oktober 2023
2023-10-28 09:48:26


”Lidah lembut adalah pohon kehidupan, tetapi lidah curang melukai hati.” (Amsal 9:10)

Akhir-akhir ini, muncul banyak pembicara di mimbar gereja dengan latar belakang yang beragam, mulai dari para teolog, filsuf, aktivis, sampai para profesional, seperti akademisi, pengusaha (pebisnis), public speaker, konselor, psikolog, sejarawan, bahkan seniman. Tidak jarang keadaan ini dikritisi oleh banyak orang Kristen, “Mengapa saat ini mimbar gereja dipenuhi dengan banyak pembicara yang bukan pendeta atau teolog, tetapi malah para pembicara yang tidak berkualifikasi sebagai hamba Tuhan atau pemberita firman Tuhan? Ini kan bukan bidang mereka.” Demikian kritik khalayak terhadap fenomena.

Pada hakikatnya, gereja merupakan lembaga kedua yang diciptakan oleh Allah sendiri yang direalisasikan dalam wujud persekutuan orang percaya. Pemberitaan Firman Tuhan di dalam gereja merupakan suatu bentuk motivasi atau kalimat-kalimat yang bertujuan untuk menguatkan iman orang-orang percaya. Harus dipahami bahwa Pribadi Tuhan yang oleh karena-Nya kita datang ke gereja untuk mendengar, bahwa Ia bersabda tidak dapat dibatasi dengan seperangkat formalitas liturgi sebab Tuhan tidak terbatas dan tidak dapat dibatasi. Tuhan dapat berbicara melalui segala hal yang kita lihat, dengar, dan alami, termasuk pengalaman orang lain, terlepas dari latar belakang atau masa lalunya. Akan tetapi, Alkitab harus tetap menjadi tolok ukurnya sebab tidak sedikit juga pembicara yang menyesatkan jemaat dengan mengajarkan Perjanjian Lama terus dan Taurat (persepuluhan, buah sulung), doa Yabes, kesembuhan fisik, dan mukjizat.

Teman-teman, pada akhirnya tiap kita harus menjadi orang Kristen yang cerdas, terbuka, inklusif, humanis, lembut, ramah (hospitable), dan bersahabat. Kita harus menjadi orang-orang Kristen yang hospitable dan friendly dalam segala hal, baik itu dalam teologinya, tingkah lakunya, dan terutama dalam tuturnya, di mimbar, bahkan di mana pun kita berada. Perkataan kita harus meneduhkan, mendatangkan kesejukan, membangun, serta menguatkan sesama kita yang mendengarkan. Kita harus menyambut dan menerima dengan tangan terbuka mereka yang ‘berbeda’ dengan kita sebab Tuhan Yesus mati untuk mereka juga dan Allah sangat mengasihi mereka sebagaimana Ia juga sangat mengasihi kita. Amin.

WHAT TO DO:
1.Tekun belajar Alkitab dan berdoa
2.Perkatakan kalimat-kalimat yang membangun
3.Bersikap ramah dan bersahabat

BIBLE MARATHON:
▪︎ Zakharia 1-5

Card image
Renungan Pagi - 28 Oktober 2023
2023-10-28 09:45:11


Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidak sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya. Kalau orang berkenan di hati Tuhan, maka Tuhan menetapkan, menjaga, melindungi, menguatkan dan meluruskan langkah-langkahnya, tidak hanya itu saja, Tuhan juga memberkati langkah-langkahnya.

"TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya." Bahkan apabila ia jatuh tidak akan sampai tergeletak, sebab Tuhan menopang tangannya, janji ini bukan untuk setiap orang kristen, tetapi berlaku bagi orang-orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya.
(Mazmur 37:23-24)

Card image
Quote Of The Day - 28 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-28 09:41:11


Kesungguhan mengasihi Tuhan dibuktikan dengan ketekunan meninggalkan segala sesuatu.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 28 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-28 09:39:34


Buang semua kesenangan yang mengganggu. Bangunlah hubungan keintiman dengan Tuhan dan kita harus tekun.

Card image
INVITING GOD PRESENT - 28 Oktober 2023 (English Version)
2023-10-28 09:37:45


Have we ever experienced or at least seen a family’s life change in a short time because of the presence of guests? If the guest is distinguished or from abroad, then one room is provided for that guest. A room previously a warehouse or place to store certain items is now used as a room for the guests. If the guest is from abroad, then the family starts preparing food that can be enjoyed by the guest, who is not used to eating the local food. If the guest stays for a month, the family situation changes.

If the guest has a significant role in the family’s economic life, they will try to make the guest comfortable and satisfied. Others can be ignored and left for this guest’s sake. The family will be available if this guest invites them to chat late into the night or even in the morning. The important thing is that the guest is satisfied. Then, when this guest sees that this family can be trusted, the guest will give capital of a certain amount of money. The amount given will be getting bigger along with increasing the guest’s trust. The question is, have we invited Jesus to live personally in our family and our lives and let Him change the lifestyle of our family and ourselves?

What is certain is that God can and has already given more than anyone and anything. Do we only meet God at church, then we never want anything to do with Him after that, or we only meet God for 1-2 hours; after that, we don’t make room for Him? Do we treat God like that in the home of each of us, the home of our lives? The Bible says God inhabits our bodies as His temple (1 Cor. 3:16; 1 Cor. 6:19-20). How much living space do we provide for Him?

If we build a relationship with someone who will be our life partner, then we will do anything to please them and be able to get them and make them happy next to us. If they don’t like a specific type of food, we will never take them to that restaurant. It seems simple, but do we treat God like this? He has feelings so He can be made grieved but also be pleased. This means that we must treat God truly as a feeling Person. He can sense or respond to our actions and react to and feel them.

If God has thoughts, He also has considerations. He designed what we should do and what He plans for our good, ultimately glorifying us with the Lord Jesus. The problem is, do we seriously consider God’s feelings and treat Him as a living Person? God the Father is enthroned in heaven, but His Spirit fills the universe. If God is omnipresent, we should be able to interact with Him concretely. But how difficult it is, we must break through to feel God’s presence. We must make breakthrough after breakthrough. If we pray, we try to experience God and will make it after a certain length: days, weeks, months, or even years.

Until later, when someone prays, there is a dialogue between that person and God. Theologians and those studying at Bible Colleges may be skilled at praying using language and prayer sentences. But praying is different from saying prayer sentences because prayer is a dialogue, where there is an encounter between God and us, like a meeting of two individuals. So we should not be satisfied with the level we have reached. If someone interacts with God, the weight differs from someone who does not interact. Servants of God who interact with God when they pray, lead prayers, sing, and preach, their fire cannot be the same as those who do not have a life of interaction with God because the enthusiasm and passion of their prayer cannot be made up.

So, meet God! How beautiful, great, and glorious it would be to meet God. It takes persistence and courage.  If we invite God into our personal lives, we must meet Him daily and live holy lives. Throw away all distracting pleasures and build an intimate relationship with God; we must be persistent. We are grateful that we have no other choice in this life.

We see life as increasingly tragic if we relate it to the fact that we must be apart from the people we love one day. We must save many lost young people. God is more than useful and valuable, and it’s amazing if we can bring Him into our lives, though it costs us all our lives. We can penetrate all barriers as our holiness increases and we are separated from the world’s bonds.  

IF WE INVITE GOD TO BE PRESENT IN OUR PERSONAL LIVES, WE MUST MAKE TIME TO MEET HIM EVERYDAY AND LIVE HOLY LIVES.

Card image
MENGUNDANG TUHAN HADIR - 28 Oktober 2023
2023-10-29 10:18:17


Pernahkah kita mengalami atau paling tidak melihat satu kehidupan keluarga yang dalam waktu singkat berubah oleh karena hadirnya tamu? Kalau tamu itu seorang yang terhormat atau tamu itu dari luar negeri, maka satu kamar dikosongkan untuk tamu itu. Yang tadinya menjadi gudang atau tempat menyimpan barang-barang tertentu, sekarang dijadikan kamar untuk tamu tersebut. Kalau tamu itu dari luar negeri, maka keluarga mulai menyiapkan makanan-makanan yang bisa dinikmati oleh tamu yang tidak biasa makan masakan Indonesia. Kalau sang tamu tinggal satu bulan, situasi keluarga itu berubah.

Kalau tamu itu adalah seorang yang memiliki peran besar dalam hidup ekonomi keluarga, kita akan usahakan agar dia nyaman dan puas. Yang lain bisa diabaikan, bisa ditinggalkan demi tamu ini. Kalau tamu ini mengajak ngobrol sampai jauh malam bahkan sampai menjelang pagi pun, dilayani. Yang penting dia puas. Yang kemudian ketika tamu ini melihat keluarga ini bisa dipercaya, dari modal puluhan juta, bisa dipercayakan modal beberapa miliar; dari beberapa puluh miliar, bisa dipercayai untuk menerima ratusan miliar. Pertanyaannya, pernahkah kita mengundang Yesus hidup dalam keluarga kita, dan dalam hidup kita secara pribadi? Dan membiarkan Tuhan mengubah gaya hidup keluarga dan kita sendiri?

Yang pasti, Tuhan bisa memberi lebih banyak dari siapa pun dan apa pun, dan sudah memberi lebih banyak dari siapa pun dan apa pun. Apakah kita hanya menemui Tuhan di gereja, lalu setelah itu kita tidak pernah mau berurusan dengan Dia? Atau menemui Tuhan hanya 1-2 jam, setelah itu kita tidak memberi ruang hidup kita untuk Tuhan. Apakah kita memperlakukan Tuhan seperti itu dalam hidup kita? Di dalam rumah hidup kita masing-masing, rumah diri kita ini. Sebab, Dia mendiami tubuh kita sebagai bait-Nya (1Kor. 3:16; 1Kor. 6:19-20). Seberapa luas ruangan hidup yang benar-benar kita sediakan untuk Dia?

Kalau kita membangun hubungan dengan seseorang yang akan menjadi teman hidup, maka kita akan berbuat apa pun demi menyenangkan dia dan bisa memperoleh dia, dan bisa membuat ia bahagia di samping kita. Kalau dia tidak suka jenis makanan tertentu, kita tidak akan pernah membawanya ke restoran itu. Kelihatannya sederhana. Tetapi apakah kita memperlakukan Tuhan seperti ini? Dia berperasaan. Dia bisa didukakan, tetapi Dia juga bisa disenangkan. Berarti kita harus memperlakukan Tuhan secara nyata sebagai Pribadi yang berperasaan. Ia bisa merasakan atau merespons tindakan kita. Ia bisa bereaksi terhadap tindakan kita dan merasakannya.

Kalau Tuhan memiliki pikiran, Ia memiliki pertimbangan. Dia merancang apa yang kita harus lakukan. Tentu apa yang Dia rancang demi kebaikan kita, yang nanti akhirnya akan membuat kita dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus. Masalahnya, apakah kita serius mempertimbangkan perasaan Tuhan? Memperlakukan Tuhan sebagai Pribadi yang hidup? Allah Bapa bertakhta di surga, tetapi Roh-Nya memenuhi jagat raya. Kalau Allah itu Maha Hadir, mestinya kita bisa berinteraksi dengan Dia secara konkret, riil. Tetapi faktanya, betapa sulit. Kita mau menerobos agar bisa merasakan kehadiran Tuhan. Kita melakukan terobosan demi terobosan. Kalau kita berdoa, kita mencoba menghayati Tuhan. Sehari, seminggu, sebulan, setahun, dua tahun, pasti akan tembus.

Sampai kalau nanti seseorang berdoa, ada dialog antara orang itu dengan Tuhan. Para teolog dan mereka yang belajar di Sekolah Tinggi Teologi, pasti cakap berdoa dengan bahasa dan kalimat doa. Tetapi berdoa dengan mengucapkan kalimat doa, itu berbeda. Doa itu sebuah dialog, ada perjumpaan antara Tuhan dengan kita. Perjumpaan dua pribadi. Maka kita tidak boleh merasa puas dengan level yang telah kita capai. Kalau seseorang sungguh-sungguh berinteraksi dengan Allah, maka bobotnya itu berbeda dengan orang yang tidak berinteraksi. Hamba Tuhan yang berinteraksi, waktu berdoa, pimpin doa, menyanyi, berkhotbah, apinya tidak bisa sama dengan mereka yang tidak memiliki kehidupan berinteraksi dengan Allah. Dan itu tidak bisa dibuat-buat. Semangat dan gairah doanya tidak bisa dibuat-buat.

Maka, temui Tuhan! Betapa indah, betapa agung, betapa mulianya kalau sampai kita bisa bertemu dengan Tuhan. Butuh ketekunan dan keberanian. Kalau kita mengundang Tuhan hadir dalam hidup kita pribadi, maka kita harus menyediakan waktu bertemu Tuhan setiap hari, dan kita harus hidup suci. Buang semua kesenangan yang mengganggu. Bangunlah hubungan keintiman dengan Tuhan dan kita harus tekun. Kita bersyukur kalau kita sudah tidak punya pilihan lain dalam hidup ini.

Kita melihat hidup ini makin tragis, jika kita mengaitkan dengan kenyataan bahwa kita harus berpisah dengan orang-orang yang kita kasihi suatu hari. Kita harus selamatkan banyak orang muda yang tersesat. Tuhan itu lebih dari berguna, lebih dari berharga. Dan kalau kita bisa menghadirkan Dia di dalam hidup kita, luar biasa. Namun, harganya seluruh hidup kita. Seiring dengan meningkatnya kekudusan kita dan terlepas dari ikatan dunia, maka kita bisa menembus tingkap demi tingkap itu.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA MENGUNDANG TUHAN HADIR DALAM HIDUP KITA PRIBADI, MAKA KITA HARUS MENYEDIAKAN WAKTU BERTEMU TUHAN SETIAP HARI, DAN KITA HARUS HIDUP SUCI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 Oktober 2023
2023-10-28 09:16:30

Yohanes 11

Card image
Truth Kids 27 Oktober 2023 - PAHLAWAN SEJATIKU
2023-10-27 09:54:52


Mazmur 31:7
”Engkau benci kepada orang-orang yang memuja berhala yang sia-sia, tetapi aku percaya kepada TUHAN.”

Sobat Kids, pahlawan terbaik dalam hidup kita adalah Tuhan Yesus. Pengorbanan-Nya di kayu salib memberikan kita keselamatan. Dosa kita dihapuskan, sehingga kita dapat masuk ke langit baru dan bumi yang baru. Jika Yesus tidak menyelesaikan tujuan Ia datang ke bumi ini, maka tidak akan ada satupun manusia yang bisa bersama dengan Allah Bapa di Surga. Manusia akan masuk ke dalam api neraka. Iihh… tak terbayang mengerikannya, jika kita terpisah dari Tuhan. Hanya Tuhan Yesus yang mampu menyelamatkan kita.

Mulai saat ini, jangan lagi mengidolakan tokoh superhero buatan manusia seperti yang kita tonton dari film. Jadikan Tuhan Yesus sebagai tokoh idola kita satu-satunya. Semua tokoh superhero lainnya tidak ada yang sanggup melawan dan mengalahkan Tuhan Yesus. Hanya Tuhan Yesus yang layak untuk kita banggakan dan kasihi. Dialah Juruselamat kita.

Card image
Truth Junior 27 Oktober 2023 - THE REAL ONE
2023-10-27 09:58:49


Mazmur 31:7
”Engkau benci kepada orang-orang yang memuja berhala yang sia-sia, tetapi aku percaya kepada TUHAN.”

Sobat Junior, sekarang kalian sudah lebih mengerti, kan, bahwa tokoh superhero yang ada di film hanyalah cerita belaka. Itu tidak pernah terjadi dalam kehidupan nyata. Mereka semua adalah tokoh yang berperan berdasarkan cerita pengarang. Kekuatan super yang mereka miliki juga hanya dalam cerita saja. Contohnya, tokoh superman yang sempat diperankan oleh beberapa orang. Dalam film tokoh superman digambarkan sebagai tokoh yang memiliki kekuatan super dan dapat terbang, nyatanya dalam kehidupan orang yang memerankan tokoh superman, dapat bertolak belakang. Tidak sedikit kisah sedih yang dialami oleh tokoh pemeran superman. Jika memang tokoh superhero yang ada di film benar, seharusnya hidup mereka tidak akan berakhir dengan kisah sedih.

Ini membuktikan bahwa tokoh superhero di film hanyalah karangan dari pengarang cerita yang kreatif. Pengarang itu dapat membuat cerita yang menarik, hingga banyak anak yang mengidolakan superhero buatan manusia.

Mulai saat ini, jangan lagi mengidolakan tokoh superhero buatan manusia seperti yang kita tonton dari film. Tetapi, jadikan Tuhan Yesus sebagai tokoh idola kita satu-satunya. Semua superhero mana pun tidak ada yang sanggup melawan dan mengalahkan Tuhan Yesus. Kekuatan dan kehebatan yang Tuhan Yesus miliki adalah benar-benar milik-Nya. Dan semua yang tertulis di dalam Alkitab mengenai mukjizat yang pernah Tuhan Yesus lakukan di bumi ini adalah benar adanya. The real one.

Card image
Truth Youth 27 Oktober 2023 (English Version) - AS BEAUTIFUL AS HIS PLAN
2023-10-27 09:50:19


"Not only that, but we rejoice in our sufferings, knowing that suffering produces endurance, and endurance produces character, and character produces hope." (Romans 5:3-4)

There was a woman who was preparing for a vacation at the beach. The holiday had been eagerly anticipated for a long time. She prepared herself by buying new clothes, preparing items for playing by the beach. She had a hard time sleeping because she kept thinking about the day so that it would come quickly. The day she would go on vacation finally arrived. Upon arriving at the beach, she was disappointed because the beach and the sea could only be seen from a distance with a small telescope because there was road construction. Many people started renting small telescopes. She also rented a small telescope to be able to see the beauty of the beach. While she was looking through the telescope, she said, "Huh! What is this? Everything is just blue water swaying. I can also see this in the bathtub!" She continued to complain because of her frustration. Suddenly, there was a man who invited her to go to the end of the road. At that moment, the woman shouted, "WOW! This view is so beautiful! Apparently, the view can be seen from a different perspective."

Let's apply this story to our lives. Often we say, "Why is God's situation like this? Why do I have to go through this? Why is my condition so bad?" The answer is only one, because our glasses are too small to see how big and beautiful God's plan is in each of our lives. We only have a small telescope to see our lives, but God has a big telescope to see our future story. So, don't complain if what we dream or prepare for doesn't come true because maybe today we don't understand how God is taking care of us with His great plan. Let's learn to look from a different perspective, that is, His perspective. Believe that God is truly alive, and His unseen hand will always lead us to His plan.

WHAT TO DO:
1. See everything from God's perspective.
2. Do not easily complain because His plan is not yet complete.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Haggai 1-2

Card image
Truth Youth 27 Oktober 2023 - SEINDAH ITU RENCANA-NYA
2023-10-27 09:33:00


”Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.” (Roma 5:3-4)

Terdapat seorang wanita yang bersiap-siap untuk berlibur ke pantai. Hari libur itu sudah menjadi hari yang ditunggu-tunggu sejak lama. Ia mempersiapkan diri dengan membeli baju yang baru, mempersiapkan barang-barang untuk bermain di pinggir pantai. Ia sampai sulit tidur karena terus memikirkan hari itu agar cepat datang. Tibalah hari di mana ia akan berlibur. Sesampainya di pantai, ia merasa kecewa karena pantai dan laut tersebut hanya bisa dilihat dari jauh dengan teropong kecil karena sedang ada perbaikan jalan. Banyak orang mulai menyewakan teropong-teropong kecil. Ia ikut menyewa teropong kecil agar bisa melihat indahnya pantai tersebut. Ketika ia sedang meneropong ia berkata, “Hah! Apa ini? Semua hanya air biru yang bergoyang. Ini juga bisa aku lihat di bak mandi!” Ia menggerutu terus-menerus karena kekesalannya. Tiba-tiba terdapat seorang pria yang mengajaknya pergi ke ujung jalan. Saat itu juga wanita itu berteriak, “WOW! Indah sekali pemandangan ini! Ternyata pemandangannya bisa dilihat dari sudut pandang lain.”

Coba kita tarik cerita ini ke hidup kita. Sering kali kita berkata, “Kenapa Tuhan keadaannya seperti ini? Kenapa aku harus melewati hal ini? Kenapa kondisiku seburuk ini?” Jawabannya hanya satu, karena kacamata kita terlalu kecil untuk dapat melihat betapa besar dan indahnya rencana Tuhan di dalam setiap kehidupan kita. Kita hanya memiliki teropong kecil untuk melihat kehidupan kita, tetapi Tuhan memiliki teropong yang besar untuk melihat jalan cerita kita ke depan. Jadi, jangan mengeluh kalau apa yang kita impikan atau persiapkan tidak terwujud, karena mungkin hari ini kita belum mengerti bagaimana cara Tuhan menjaga kita dengan rencana besar-Nya. Mari kita belajar untuk melihat dari sudut pandang lain, yaitu sudut pandang-Nya. Percayalah, bahwa Tuhan sungguh hidup dan tangan-Nya yang tidak kelihatan akan senantiasa membawa kita kepada rencana-Nya.

WHAT TO DO:
1.Melihat semua dari sudut pandang Tuhan
2.Jangan mudah mengeluh karena rencana-Nya belum selesai.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hagai 1-2

Card image
Renungan Pagi - 27 Oktober 2023
2023-10-27 09:25:02


Kita diajarkan untuk tidak menghakimi orang lain, tetapi kecenderungannya adalah menjauhi dan mengucilkan mereka yang kedapatan berdosa dan melakukan kejahatan. Bahkan penghakiman dari anak-anak Tuhan yang merasa dirinya adalah golongan orang-orang kudus dan benar, jauh lebih jahat daripada penghakiman orang-orang dunia, yang mengerti bahwa setiap orang masih bisa jatuh dalam dosa dan melakukan kesalahan.

Karena itu janganlah kita saling menghakimi lagi! Tetapi lebih baik kamu menganut pandangan ini: Jangan kita membuat saudara kita jatuh atau tersandung! Seperti yang terjadi pada perempuan yang kedapatan berzinah oleh para pemuka agama Yahudi di masa itu. Teladan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus adalah tidak menghakimi perempuan itu, tetapi IA memanusiakan perempuan itu dengan memberinya kesempatan untuk memulihkan hidupnya, jangan lagi berbuat dosa.

Penerimaan Tuhan Yesus menumbuhkan kepercayaan diri perempuan itu, dan inilah yang harus kita lakukan, menghargai dan menerima mereka yang dianggap pendosa, lalu membimbing mereka untuk dipulihkan dan hidup dalam kebenaran Tuhan.
(Yohanes 8:2-11; Roma 14:13)

Card image
Quote Of The Day - 27 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-27 09:21:49


Setitik kecintaan pada dunia, merusak kecintaan kepada Bapa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-27 09:20:23


Kalau kita tidak siap meninggal dunia berarti kita belum merespons realitas pengadilan Tuhan dengan benar.

Card image
SENSITIVE TO SIN - 27 Oktober 2023 (English Version)
2023-10-27 09:18:17


If we are not ready to die, it means we have not responded correctly to the reality of God’s judgment. So, this is different from someone alert, seriously paying attention to their life balance every day; they will be ready and rejoice because they have sown. Of course, we don’t want to die young and die quickly because we want to work and bear as much fruit as possible for God’s work. But even if we have to die and appear before God’s judgment Seat, we have sown a life that pleases God daily. If we sin, we ask for forgiveness and renew ourselves. We must seriously pay attention to the balance of our lives every day.  Before the final balance sheet of our lives is opened, we have to sort out our lives from one balance sheet to the next.

And if we see that our balance sheet is bad, we immediately fix it. It must become a permanent life and routine activity so that no sin is overlooked that is still attached to us so that when we appear before the Judgment Seat of God, we are ready. We have sown service: helping others, caring for the poor, saving people in trouble, and bringing them to the Kingdom of Heaven. Whatever problems we face—difficulties, struggles, issues, and all their needs—should not interfere with our efforts to look at the balance of our lives daily. Domestic or economic problems, whatever problems, should not distract us from paying attention to the balance of our lives before God.

However, if we consider being in God’s Court trivial, we will sacrifice it for mortal affairs, like Esau exchanging his birthright for a bowl of food. Imagine God’s feelings, how anxious He is watching us. The Lord Jesus died on the cross to atone for our sins. We are redeemed, and that is not only so that we are free from the sins we have committed but also that we are truly in a position to be people who please Him. Like prison, we were in prison. The Lord Jesus opened the prison door. Not only do we receive the gift of an open prison door, but we must also step out of that prison.  God not only provides forgiveness of sins for all our sinful acts but also frees us from our sinful nature so that we are pleasing.

We must seriously examine our lives so that no intentions or sinful natures remain within us  because it turns out that the sin that brings death is the nature of unresolved evil. If God forgives the sin we commit by washing away the blood of Jesus, our sinful nature must be erased by the Word. John 17:17 says, “Sanctify them by the truth; your Word is truth.” We must bring our situation before God to replace our sinful nature with divine nature because no more rebels exist in the Kingdom of Heaven. There are no longer people who do things that are not according to God’s will.

The attributes of God must replace every potential sin that exists within us so we know ourselves properly. We bring our inner balance before God, so we must have time to meet Him every day because it is impossible for Him not to speak.  God’s holiness will make us sensitive to sin. Ultimately, we become anti-sin. We will have that resistance if we are diligent every day before God. Not only don’t we want to sin, but we cannot sin. We know ourselves and will know if sin is still in us. There are baits that God has left for us to enjoy.

We must become sacrifices slain on the altar not to tear down holiness. What we must tear apart is sin, and when do we do it? We pull sin away when we can sin, but we refuse. Later, there is a more significant opportunity, and we’ll have a chance again. God allows us to be tempted by sin, and we must refuse. It hurts when we tear away sin; however, if we sin, we destroy sanctity.

So be thankful that we have torn our sinful nature to pieces before we close our eyes until it can no longer be put together. Remember this sentence: God gives circumstances or allows us to sin. We have to capture this process.  Sin, in the natural sense, cannot be torn away without self-denial. If we have a weakness for gambling, we will have a chance later. If we say “no,” we tear away that sin. However, if we gamble, we destroy the purity.  

GOD'S HOLINESS WILL MAKE US SENSITIVE TO SIN.

Card image
SENSITIF TERHADAP DOSA - 27 Oktober 2023
2023-10-27 09:15:06


Kalau kita tidak siap meninggal dunia berarti kita belum merespons realitas pengadilan Tuhan dengan benar. Maka berbeda dengan orang yang berjaga-jaga, serius memperhatikan neraca hidupnya setiap hari, ia pasti siap dan bersukacita karena ia telah menabur. Tentu kita tidak ingin mati muda lalu meninggal dalam waktu singkat, karena kita mau bekerja dan berbuah sebanyak-banyaknya untuk pekerjaan Tuhan. Tetapi kalaupun kita harus meninggal dan menghadap takhta pengadilan Tuhan, kita telah menabur dengan kehidupan yang menyenangkan Tuhan setiap hari. Kalau kita berbuat dosa, kita minta ampun, kita memperbarui diri. Kita harus serius memperhatikan neraca hidup kita setiap hari. Sebelum neraca akhir hidup kita dibuka, kita sudah harus membereskan hidup kita dari satu neraca ke neraca berikutnya.

Dan kalau kita melihat neraca hidup kita buruk, segera kita perbaiki. Dan itu harus menjadi kegiatan hidup tetap, kegiatan rutin, sehingga tidak ada dosa yang terlewatkan yang masih melekat di dalam diri kita. Supaya kalau kita menghadap takhta pengadilan Tuhan, kita siap, dan kita telah menabur pelayanan; yaitu menolong sesama, memperhatikan orang miskin, menyelamatkan orang-orang yang di dalam kesulitan dan membawanya ke Kerajaan Surga. Dan mestinya apa pun masalah yang kita hadapi—kesulitan, pergumulan, persoalan dan segala kebutuhannya—tidak mengganggu usaha kita untuk melihat neraca hidup kita setiap hari. Masalah rumah tangga, masalah ekonomi, masalah apa pun, mestinya tidak merusak perhatian kita untuk memperhatikan keadaan neraca hidup kita di hadapan Tuhan.

Namun, kalau kita sudah menganggap hal ada di pengadilan Tuhan itu perkara sepele, maka kita akan mengorbankan itu untuk perkara-perkara fana; ibarat Esau yang menukar hak kesulungannya dengan semangkok makanan. Bayangkan perasaan Tuhan, betapa gelisah-Nya Ia memperhatikan kita. Tuhan Yesus sudah mati di kayu salib menebus dosa kita. Kita ditebus, dan itu bukan hanya supaya kita bebas dari dosa-dosa yang sudah kita lakukan, tetapi juga supaya kita benar-benar berkeadaan menjadi orang-orang yang berkenan kepada-Nya. Seperti penjara, kita dulu di dalam penjara. Tuhan Yesus membongkar pintu penjara. Kita bukan hanya menerima anugerah pintu penjara terbuka, tetapi kita juga harus melangkah keluar dari penjara itu. *Tuhan bukan hanya menyediakan pengampunan dosa atas semua perbuatan dosa kita, melainkan Tuhan juga membebaskan diri kita dari kodrat dosa supaya kita berkenan.

Kita harus serius memeriksa hidup kita, supaya jangan ada niat, kodrat dosa yang tersisa di dalam diri kita. Sebab, ternyata dosa yang mendatangkan maut itu adalah kodrat dosa yang tidak diselesaikan. Kalau dosa-dosa yang kita lakukan, diampuni Tuhan dengan darah Yesus yang menghapus, tetapi kodrat dosa kita harus dihapus dengan firman. Yohanes 17:17 mengatakan, “Kuduskan mereka dalam kebenaran. Firman-Mu adalah kebenaran.” Bagaimana sifat dosa kita diganti dengan sifat Allah. Kita harus membawa keadaan kita itu di hadapan Tuhan, karena di Kerajaan Surga tidak ada lagi pemberontak. Tidak ada lagi orang-orang yang berbuat apa yang tidak sesuai kehendak Allah.

Juga setiap potensi dosa yang ada dalam diri kita, harus diganti oleh sifat-sifat Allah. Jadi, kita kenali diri kita dengan benar. Kita bawa neraca batin kita di hadapan Tuhan. Maka, setiap hari kita harus punya waktu bertemu Tuhan, sebab tidak mungkin Tuhan tidak berbicara. Kekudusan Tuhan akan membuat kita sensitif terhadap dosa. Yang akhirnya kita menjadi anti dosa. Kalau kita rajin setiap hari ada di hadapan Tuhan, kita baru merasakan resistensi itu. Bukan tidak mau berbuat dosa, melainkan tidak bisa berbuat dosa. Dan kita mengenali diri kita. Kalau masih ada dosa, kita tahu. Ada umpan-umpan yang dibiarkan Tuhan untuk bisa kita nikmati.

Kita harus menjadi kurban yang disembelih di atas mezbah. Sehingga jangan sampai kita merobek kekudusan. Yang harus kita robek adalah dosa. Kapan kita merobek dosa? Waktu kita punya kesempatan berbuat dosa, kita menolak. Nanti ada kesempatan yang lebih besar, kita robek lagi. Kita akan punya kesempatan. Tuhan membiarkan kita diumpani dosa. Kita harus menolak. Memang sakit ketika kita merobek dosa. Sebaliknya, kalau kita berbuat dosa, kita merobek kesucian.

Jadi bersyukur sebelum kita menutup mata, kita sudah merobek kodrat dosa kita berkeping-keping sampai tidak bisa menyatu lagi. Ingat kalimat ini: Tuhan memberi keadaan, atau mengizinkan keadaan untuk kita berbuat dosa. Kita harus menangkap proses ini. Sebab dosa, dalam arti kodrat, tidak bisa dirobek tanpa penyangkalan diri. Kalau kita punya kelemahan berjudi, kita punya kesempatan nanti. Kalau kita berkata “tidak,” kita merobek dosa itu. Namun, kalau kita berjudi, kita merobek kesucian.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEKUDUSAN TUHAN AKAN MEMBUAT KITA SENSITIF TERHADAP DOSA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 Oktober 2023
2023-10-27 09:12:10

Lukas 16-17

Card image
Truth Kids 26 Oktober 2023 - ELIA
2023-10-26 10:25:05


1 Raja-raja 17:22
“TUHAN mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali.”

Elia adalah seorang yang mengasihi Tuhan. Ia dikenal sebagai seorang nabi (sekarang ini seperti pendeta) yang taat melakukan kehendak Tuhan. Pada zaman Perjanjian Lama, seorang nabi bertugas untuk menyampaikan Firman Allah. Zaman dahulu belum ada kendaraan, Sobat Kids. Seorang nabi harus berjalan kaki dari satu daerah ke daerah lainnya. Jadi dalam suatu perjalanan sangat mungkin, persediaan makanannya habis.

Itu juga yang dialami oleh Nabi Elia. Suatu saat dalam perjalanannya, ia kehabisan makanan. Nabi Elia meminta makanan dari seorang ibu dan anak perempuan. Walaupun ibu tersebut hanya memiliki sedikit persediaan bahan makanan, ia mau memberikannya kepada Nabi Elia. Allah memberkati ibu itu. Ia dan anak perempuannya tidak kekurangan bahan makanan beberapa waktu lamanya.

Sesudah itu, anak perempuan dari ibu tersebut jatuh sakit hingga akhirnya meninggal. Sang ibu sangat sedih dan meminta bantuan dari Nabi Elia. Nabi Elia pun berdoa kepada Allah. Allah mendengarkan permintaan Nabi Elia dan anak perempuan itu pun hidup kembali. Wah… hebat sekali kuasa-Nya. Kisah ini benar-benar terjadi, Sobat Kids. Semua yang dituliskan dalam Alkitab adalah benar. Doa orang yang mencintai dan taat kepada Tuhan akan didengarkan-Nya. Elia menolong ibu dan anak perempuannya. Mereka mengalami kebaikan Tuhan melalui Nabi Elia.

Card image
Truth Junior 26 Oktober 2023 - API DARI SURGA
2023-10-26 10:22:05


1 Raja2 18:39
"Ketika seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah mereka serta berkata: “TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!”

Sobat Junior pernah mendengar nama Elia? Ia adalah pahlawan yang memiliki keberanian dan kekuatan yang luar biasa karena bimbingan dari Tuhan.

Suatu hari, tanah sekitar Elia sedang mengalami kekeringan yang hebat. Tidak ada hujan selama beberapa bulan, dan semua tumbuhan layu. Kekeringan mengancam nyawa manusia dan hewan. Orang-orang di desa mulai mengeluh dan kehilangan harapan. Namun, di tengah situasi sulit itu, Elia tetap teguh dalam imannya kepada Tuhan. Elia pergi ke raja Ahab, dan berkata, “Segera panggillah para nabi dari semua dewa, dan panggillah juga rakyat untuk berkumpul di atas gunung Karmel.”

Raja Ahab mengikuti perintah Elia, dan di atas gunung Karmel, Elia menantang para nabi dewa palsu untuk menghadapi sebuah ujian. “Kita akan menumpahkan korban untuk masing-masing dewa kita,” kata Elia, “dan Tuhan yang menjawab dengan mengirimkan api untuk membakar korban-Nya, Dialah yang benar-benar Allah yang sejati.”

Para nabi dewa palsu berusaha keras memohon kepada dewa-dewa mereka, tapi tidak ada api yang turun. Ketika giliran Elia untuk menumpahkan korban untuk Tuhan, Elia dengan percaya berdoa, “Ya, Tuhan, nyatakanlah bahwa Engkau adalah Allah yang sejati!”

Sobat Junior tahu apa yang terjadi? Tiba-tiba turunlah api yang besar dan menyala dari langit. Api itu dengan cepat membakar korban, bahkan mengeringkan air yang mengelilingi altar. Kemudian, hujan pun turun untuk pertama kalinya setelah berbulan-bulan kekeringan. Tanah yang kering dan gersang kembali hidup.

Dalam petualangannya sebagai superhero, Elia menunjukkan kepada kita bahwa keberanian, iman, dan kesetiaan kepada Tuhan adalah kekuatan sejati. Dia mengajarkan kita untuk selalu percaya kepada Tuhan.

Card image
Truth Youth 26 Oktober 2023 (English Version) - NOT MY WAY
2023-10-26 10:17:28


"Blessed is the man who trusts in the Lord, whose trust is the Lord. He is like a tree planted by water, that sends out its roots by the stream, and does not fear when heat comes, for its leaves remain green, and is not anxious in the year of drought, for it does not cease to bear fruit." (Jeremiah 17:7-8)

In our daily lives, it would be best if we had already learned to save our trust in God and also save our strength. So that when something bad happens in our lives, we don't just give up. We remember that we have saved trust and strength from long ago. Being rich in strength will support us in getting through many things. However, more than just trust and strength that we have saved, there is also one important thing to get through everything, and that is to see everything from God's perspective. Sometimes we put our plans into the journey so that when the route or conditions change, we curse.

We have to be strong enough to get through everything, and we also trust God. However, our trust must be based correctly, that is because we believe that God would not put us in the wrong place. Remember, it's not about how we control our life's journey. It's about how God controls our journey. Not my way, but His way. Trusting God wholeheartedly means we rely on God. Relying on His plans and His way of thinking. He is unwavering and perfect. Don't force God's thoughts that are beyond reason to accompany us. Like the verse above, blessed is the man who trusts in the Lord, whose trust is the Lord. Not relying on himself or the world. Therefore, we must not be blind. Blind to the presence of God. The eyes of our hearts must always be open to see God's plan and not let the world stand in front of our eyes and show us the way. Keep walking calmly in His way.

WHAT TO DO:
1. Learn to trust God's plans.
2. Do not rely on yourself.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Zephaniah 1-3

Card image
Truth Youth 26 Oktober 2023 - BUKAN CARAKU
2023-10-26 10:14:56


”Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.” (Yeremia 17:7-8)

Dalam menjalani hari-hari hidup kita, alangkah baiknya kalau kita sudah belajar untuk menabung rasa percaya kita kepada Tuhan, dan juga menabung kekuatan. Sehingga kalau sesuatu yang tidak baik terjadi di dalam hidup kita, kita tidak begitu saja menyerah. Kita ingat bahwa kita memiliki tabungan percaya dan kekuatan sejak dulu. Kaya akan kekuatanlah yang akan mendukung kita melewati banyak hal. Namun, lebih dari sekadar rasa percaya dan kekuatan yang kita tabung terdapat satu hal juga yang penting untuk melewati semua, yakni melihat segala sesuatu dari sudut pandang Tuhan. Terkadang kita menaruh rencana kita ke dalam perjalanan sehingga ketika rute atau keadaannya berubah, lalu kita akan mengutuk.

Kita memang kuat melewati semuanya dan kita juga percaya kepada Tuhan. Namun, rasa percaya kita harus berdasar dengan tepat yaitu karena kita percaya bahwa Tuhan tidak mungkin menempatkan kita di tempat yang salah. Ingatlah, bukan bagaimana kita menguasai perjalanan hidup kita.

Namun, bagaimana Tuhan menguasai perjalanan kita. Bukan cara kita, tapi cara-Nya. Percaya penuh kepada Tuhan artinya kita mengandalkan Tuhan. Mengandalkan rencana-Nya dan cara berpikir-Nya. Dia tidak luncas dan Dia sempurna. Jangan memaksakan pikiran Tuhan yang di luar akal menyertai kita. Seperti ayat Alkitab di atas, diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan. Bukan mengandalkan dirinya sendiri ataupun dunia. Oleh sebab itu, kita tidak boleh buta. Buta akan kehadiran Tuhan. Mata hati kita harus terus terbuka untuk melihat rencana Tuhan dan jangan biarkan dunia berdiri di depan mata dan memberikan jalan. Teruslah berjalan dengan keteduhan dengan cara-Nya.

WHAT TO DO:
1.Belajar percaya akan rencana Tuhan
2.Tidak mengandalkan diri sendiri

BIBLE MARATHON:
▪︎ Zefanya 1-3

Card image
Renungan Pagi - 26 Oktober 2023
2023-10-26 10:10:49


Orang yang terlihat senyum depan kita, belum tentu dia adalah orang baik, kadangkala yang tersenyum, justru dialah yang menusuk kita dari belakang. "Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi. Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah."

Kadangkala orang yang menegur dan mengkritik secara langsung di depan kita, adalah orang yang sungguh-sungguh mengasihi dan mencintai, yang ingin melihat hidup benar dan mengangkat kita ketika jatuh, bukan menghakimi dan menceritakan kejatuhan kepada banyak orang.
(Amsal 27:5-6).

Card image
Quote Of The Day - 26 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-26 10:07:31


Orang melihat apa yang kita kerjakan; Tuhan melihat alasan kita mengerjakannya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 26 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-26 10:04:42


Ada neraca kehidupan yang pasti nanti harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.

Card image
NOT SOMETHING TERRIFIC - 26 Oktober 2023 (English Version)
2023-10-26 10:03:02


Rev.20:11-15 says, “Then I saw a great white throne and him who was seated on it. The earth and the heavens fled from his presence, and there was no place for them. And I saw the dead, great and small, standing before the throne, and books were opened. Another book was opened, which is the book of life. The dead were judged according to what they had done, as recorded in the books. The sea gave up the dead that were in it, and death and Hades gave up the dead that were in them, and each person was judged according to what they had done. Then death and Hades were thrown into the lake of fire. The lake of fire is the second death. Anyone whose name was not found written in the book of life was thrown into the lake of fire.”

The Book of Revelation records a vision that will happen someday: everyone will stand before the throne to receive what they deserve. This is not fiction or fantasy but a reality that every person, every one of us, will face. Everyone, or almost everyone, knows, especially religious people, that everyone must appear before God’s Judgment Seat. It is certain. But ironically, they do not provide the correct response to the reality they will face.

Parents usually understand if they have naughty and irresponsible children. They try to advise their children to attend school, socialize, and be careful in their relationships. The children are advised to focus on studying for the sake of their future because if they don’t graduate and don’t have the skills, their life will be difficult, and they will be humiliated. But many children don’t want to understand. They ignore their parents’ advice. When they grow old and are imprisoned in ignorance and poverty and cannot get out of that situation, they regret it.

However, whatever happens on this earth is still temporary. It would be terrible if someone were before God’s Judgment Seat because we face eternal fate, a lasting situation almost everyone considers trivial today. Whatever failure a person experiences in this world, it is still not something terrible. It can still be overcome and will end. But if their names are not written in the Book of Life, they will be thrown into the lake of fire, forever separated from the presence of God. How terrible! Ironically, not many churches are voicing this matter firmly, clearly, and loudly.

The congregation gets the impression that getting to heaven is not that difficult. It is suggested that if people go to church and acknowledge Jesus as Lord and Savior, they will definitely go to heaven. So, it is unsurprising that priests at funerals, funeral homes, or consolation services easily say that the deceased is already in heaven with God. This is haphazard.

2 Cor.5:9-10, “So we make it our goal to please him, whether we are at home in the body or away from it. For we must all appear before the judgment seat of Christ, so that each of us may receive what is due us for the things done while in the body, whether good or bad.”

Our life must be accounted for before God because life is not free. Many people have become misguided and think that life is free. They were free to do whatever they wanted and were safe and ended up in the grave, and then who knows what next. They are unreasonable people because nothing can escape the precision of that court, and nothing can be hidden or can be bribed. How a horrible situation it was.

The world has colored us so that our lifestyle is like the lifestyle of those mindless people, and our lives are filled with many problems, busy lives, and needs, and thinking that things about God’s court can be removed, or at the very least, that thinking can be temporarily put aside. However, while we get rid of those things, the power of darkness binds us with sin, pleasure, and various things. Many people, or almost everyone, do not seriously prepare themselves for the day of Judgment. Therefore, we must honestly look at ourselves and how truly we have responded to the reality of God’s Judgment.  

WHATEVER FORM OF FAILURE IS EXPERIENCED IN THIS WORLD, IT IS STILL NOT SOMETHING HORRIBLE BECAUSE IT CAN STILL BE OVERCOME AND WILL END.

Card image
BUKAN SESUATU YANG DAHSYAT - 26 Oktober 2023
2023-10-26 09:57:19


Wahyu 20:11-15, “Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapan-Nya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya. Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu. Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya. Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.”

Kitab Wahyu mencatat suatu penglihatan yang akan terjadi atau pasti akan berlangsung suatu hari nanti, yaitu semua orang akan berdiri di hadapan takhta untuk menerima apa yang patut diterimanya. Ini bukan fiksi atau fantasi, melainkan realitas yang akan dihadapi oleh setiap orang, setiap kita. Semua orang atau hampir semua orang tahu, terutama orang-orang beragama, bahwa setiap orang harus menghadap takhta pengadilan Tuhan. Pasti. Tetapi ironis, mereka tidak memberikan respons yang benar terhadap realitas yang akan dihadapinya.

Sama seperti anak-anak yang nakal, yang tidak bertanggung jawab. Orang tua, dari perjalanan hidup, mengerti. Karenanya orang tua menasihati anak-anak untuk sekolah dengan baik, bergaul dengan baik, hati-hati dalam pergaulan. Anak-anak dinasihati untuk fokus belajar, demi masa depan. Kalau tidak lulus, tidak memiliki keahlian, hidup nanti akan susah, dipermalukan. Tetapi banyak anak yang tidak mau mengerti. Mereka menganggap sepele nasihat orang tua. Ketika mereka sudah menjadi tua, lalu mereka terpenjara di dalam kebodohan dan kemiskinan, di mana mereka tidak bisa keluar dari keadaan itu, barulah mereka menyesal.

Namun, apa pun yang terjadi di bumi ini, masih bersifat temporal atau sementara. Betapa mengerikan kalau seseorang sudah ada di hadapan takhta pengadilan Allah. Sebab yang dihadapi itu nasib kekal, keadaan kekal yang hari ini hampir semua orang menganggap sepele. Apa pun bentuk kegagalan yang dialami seseorang di dunia ini, masih bukan sesuatu yang dahsyat. Masih bisa ditanggulangi dan pasti akan berakhir. Tetapi kalau namanya sudah tidak tertulis di dalam kitab kehidupan, maka ia akan dilemparkan ke dalam lautan api, terpisah dari hadirat Allah selama-lamanya. Betapa mengerikan! Ironisnya lagi, tidak banyak gereja yang menyuarakan dengan tegas, jelas, dan keras akan hal ini.

Jemaat mendapatkan kesan bahwa ke surga itu tidak terlalu sulit. Dikesankan bahwa kalau orang sudah ke gereja, mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, pasti nanti masuk surga. Jadi, tidak heran kalau di pemakaman, di rumah duka, di kebaktian penghiburan, pendeta begitu mudah mengatakan bahwa almarhum atau almarhumah sudah ada di surga, di sisi Tuhan. Ini sembarangan.

2 Korintus 5:9-10, “Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya. Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.”

Ada neraca kehidupan yang pasti nanti harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Jadi, sebenarnya hidup ini tidak gratis. Dan banyak orang telah menjadi sesat dan berpikir bahwa hidup ini gratis. Dia bebas berbuat apa saja dan aman-aman saja, berakhir di kuburan, lalu entah nanti bagaimana. Mereka adalah orang yang tidak berakal. Tidak ada yang bisa lolos dari ketepatan pengadilan itu. Tidak ada yang bisa disembunyikan. Tidak ada yang bisa disuap. Dan betapa mengerikan keadaan itu.

Dunia telah mewarnai kita sehingga gaya hidup kita seperti gaya hidup orang yang tidak berakal tadi. Hidup kita diisi dengan banyak masalah, banyak kesibukan, banyak kebutuhan, dan menganggap hal di hadapan pengadilan Allah itu bisa disingkirkan. Paling tidak, berpikir sementara waktu bisa disingkirkan. Namun, sementara kita menyingkirkan hal itu, kuasa kegelapan membelenggu kita dengan dosa, kesenangan, dan berbagai hal. Banyak orang, hampir semua orang, tidak sungguh-sungguh serius mempersiapkan diri menghadapi hari pengadilan itu. Maka, kita harus jujur melihat diri sendiri, seberapa kita sungguh-sungguh telah merespons realitas pengadilan Tuhan ini.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

APA PUN BENTUK KEGAGALAN YANG DIALAMI SESEORANG DI DUNIA INI, MASIH BUKAN SESUATU YANG DAHSYAT, KARENA MASIH BISA DITANGGULANGI DAN PASTI AKAN BERAKHIR.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 Oktober 2023
2023-10-26 09:53:09

Lukas 14-15

Card image
Truth Kids 25 Oktober 2023 - FROM ZERO TO HERO
2023-10-25 09:44:58


Matius 26:33
Petrus menjawab-Nya: “Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.”

Sobat Kids, Petrus adalah orang yang pertama kali diajak menjadi murid Yesus. Awalnya Petrus adalah seorang nelayan, kemudian dia diajak untuk mengikuti Yesus. Petrus merupakan salah satu murid yang dekat dengan Yesus. Petrus sering ikut dan menemani Yesus saat Ia mengajarkan kebenaran Firman Tuhan dan melakukan banyak mujizat. Bahkan saat Yesus menyampaikan bahwa Ia akan ditangkap dan disalib, Petrus dengan yakin berkata bahwa dia akan membela Yesus.

Kenyataannya setelah Yesus ditangkap, Petrus berbohong sebanyak tiga kali. Ia takut mengakui bahwa ia adalah pengikut Yesus. Petrus takut akan ditangkap seperti Yesus. Namun, setelah itu Petrus menyesal dan ia mulai berubah. Dari seorang penakut menjadi seorang pemberani.

Setelah Yesus naik ke surga, Petrus dengan berani mengajarkan kebenaran Firman Tuhan kepada banyak orang. Petrus tidak takut saat ditangkap dan dipenjara karena mengajarkan Firman Tuhan. From zero to hero, maksudnya dari bukan siapa-siapa menjadi seorang pahlawan iman yang mengajarkan Firman Tuhan. Seorang penakut dapat berubah jika dia bersedia berubah menjadi pahlawan iman yang berani bagi Kerajaan Surga.

Card image
Truth Junior 25 Oktober 2023 - PETUALANGAN SUPERHERO PETRUS
2023-10-25 09:43:28


Matius 26:33
Petrus menjawab-Nya: “Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.”

Di dalam Alkitab, ada seorang tokoh bernama Petrus. Ia adalah salah satu pengikut Tuhan Yesus. Petrus bukanlah superhero dengan kostum super atau kekuatan fisik yang luar biasa, tapi Petrus memiliki keberanian dan iman.

Suatu hari, Petrus dan teman-teman pengikut Tuhan Yesus berada di kapal ketika badai dahsyat mengguncang perahu mereka. Angin kencang dan gelombang besar membuat semua orang ketakutan. Namun, dalam keadaan itu, Tuhan Yesus berjalan di atas air menuju kapal mereka. Saat melihat Tuhan Yesus, Petrus berteriak, “Tunjukkan padaku cara berjalan di atas air seperti Engkau, ya, Tuhan!” Kemudian Tuhan Yesus tersenyum dan berkata, “Datanglah!”

Dengan keberanian dan iman yang besar, Petrus melangkah keluar dari perahu dan berjalan di atas air menuju Tuhan Yesus. Dia merasa senang dan takjub karena berjalan di atas gelombang air. Tapi ketika dia melihat angin kencang, imannya sedikit goyah dan Petrus mulai tenggelam. Kemudian Tuhan Yesus segera mengulurkan tangan-Nya dan menolong Petrus. Kata Tuhan Yesus kepada Petrus, “Mengapa kamu ragu, hai kamu yang sedikit beriman?”

Akhirnya, pengalaman itu membuat Petrus belajar bahwa iman adalah hal penting untuk melakukan hal-hal yang luar biasa. Petrus sadar bahwa ia harus fokus kepada Tuhan Yesus dan memercayai Tuhan Yesus sepenuhnya, sehingga imannya menjadi kuat dan mampu melakukan hal-hal yang mustahil atau dianggap tidak mungkin bagi manusia.

Card image
Truth Youth 25 Oktober 2023 (English Version) - SAVING STRENGTH
2023-10-25 09:38:18


"But they who wait for the Lord shall renew their strength; they shall mount up with wings like eagles; they shall run and not be weary; they shall walk and not faint." (Isaiah 40:31)

In this uncertain world, many things happen beyond our comprehension and surprise us. There is a story of a man who lost his entire immediate family. Imagine, he was an older brother with four siblings and both parents still intact. However, due to a car accident, he lost all four siblings and both parents in an instant. Who would have thought he would have to navigate life alone so quickly? Even worse, he hadn't prepared for anything because he never expected this to happen. If God had told him everything before the accident happened, maybe everything would have been easier to bear, although still difficult. However, this condition is an accident, a disaster, a situation that we never expect to happen in our lives. Imagine if we were in that situation? Would we be ready to face it? Certainly not.

No one is ever ready to go through bad things in their life. But we can be prepared. Not ready, but learning to prepare or be vigilant. How do we prepare ourselves for anything that can happen? The way to do that is by saving strength. Save strength every day by building a strong bridge with God so that if something bad happens, that bridge will not collapse. We can still rely on God and trust Him completely. We want to learn not to suspect Him because He is truly All-Wise. Believe me, God allows things to happen in life for our good, as long as we are determined to genuinely love Him. From day to day, our prayers to God are how we save strength. So that when something happens in the future, we can draw from the wealth of strength we have been saving for a long time. We become accustomed to being strong with God. Maybe the situation doesn't get better. However, we can be stronger in facing it.

WHAT TO DO:
1. Save strength every day.
2. Build a bridge of relationship with God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Habakkuk 1-3

Card image
Truth Youth 25 Oktober 2023 - MENABUNG KEKUATAN
2023-10-25 09:33:33


”Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” (Yesaya 40:31)

Di dunia yang tidak menentu ini banyak hal terjadi di luar akal dan mengagetkan kita. Terdapat satu kisah seorang laki-laki yang kehilangan seluruh keluarga intinya. Bayangkan, dia adalah seorang kakak yang memiliki empat adik dengan dua orang tua yang masih lengkap. Namun, karena kecelakaan mobil dengan sekejap ia harus kehilangan empat adiknya dan dua orang tuanya. Siapa sangka ia akan mengarungi hidup hanya seorang diri secara cepat. Bahkan, ia belum mempersiapkan apa pun karena dia tidak pernah menyangka bahwa kejadian itu akan datang. Kalau Tuhan sudah memberitahu semua sebelum kecelakaan itu terjadi mungkin semua akan lebih mudah dilewati walaupun memang sulit. Namun, kondisi ini adalah kecelakaan, yakni celaka, suatu kondisi di mana kita tidak pernah harapkan hadir di dalam hidup kita. Bayangkan, kalau kita berada dalam kondisi tersebut? Apakah kita siap melewatinya? Tentu tidak.

Tidak ada orang yang pernah siap untuk melewati hal yang buruk di hidupnya. Namun, kita bisa bersiap-siap. Bukan siap, tapi belajar bersiap-siap atau siap siaga. Bagaimana cara kita siap siaga akan segala kejadian yang bisa terjadi? Caranya yaitu menabung kekuatan. Tabunglah kekuatan setiap hari dengan cara membangun jembatan yang kuat dengan Tuhan, agar jika terjadi hal yang buruk, maka jembatan itu tidak hancur. Kita tetap bisa bergantung dengan Tuhan dan percaya penuh kepada Dia. Kita mau belajar untuk tidak curiga kepada-Nya, karena Dia sungguh Maha Bijaksana. Percayalah, Tuhan mengizinkan hal-hal terjadi dalam hidup ini untuk kebaikan kita, asalkan kita bertekad untuk serius mengasihi Tuhan. Dari hari ke hari, doa kita kepada Tuhan adalah cara kita menabung kekuatan. Sehingga kalau sesuatu terjadi di depan, kita bisa mengambil hasil kekayaan dari kekuatan yang kita tabung sejak lama. Kita terbiasa kuat bersama Tuhan. Mungkin kondisi tersebut tidak bertambah baik. Namun, kita bisa lebih kuat melewatinya.

WHAT TO DO:
1.Menabung kekuatan setiap hari
2.Membangun jembatan hubungan dengan Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Habakuk 1-3

Card image
Renungan Pagi - 25 Oktober 2023
2023-10-25 09:27:04


Kita harus mengerti bahwa di dalam doa bukan berarti memaksa Tuhan untuk melakukan apa yang kita mau, justru di dalam doa, kita memaksa diri untuk ikut pada jalan, kehendak, rancangan dan nasihat yang Tuhan berikan.

Dan Tuhan Yesus adalah teladan dalam doa, ketika DIA berdoa di Getsemani, "Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Ku-kehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."

Jadi doa adalah jalan yang paling dahsyat untuk berjumpa Tuhan, karena dalam doa ada nasihat, ada hikmat, ada teguran, dalam doa juga ada dorongan untuk maju, melangkah dan melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan, karena itu jadilah orang percaya yang suka berdoa dan "tetaplah berdoa" setiap waktu.
(Matius 26:39; 1 Tesalonika 5:17)

Card image
Quote Of The Day - 25 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-25 09:22:47


Membuktikan kebenaran Allah tidak perlu dengan mukjizat, tapi dengan kekudusan hidup kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 25 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-25 09:21:39


Hidup ini luar biasa, dan menjadi petualangan yang hebat, kalau kita membuka diri dipimpin Roh Kudus untuk menjadi manusia Allah.

Card image
ACT PRECISELY - 25 Oktober 2023 (English Version)
2023-10-25 09:19:56


There are many media that God allows us to experience, where He will enable us to please Him. We must have a sense of crisis and be alert if one day we stand before God’s Judgment Seat and before the light of His holiness, we find that we have done precisely what He wanted. We are not ready to be human if we don’t take this matter seriously, and we will be finished off, thrown away, and become trash. God gives valuable time for human life and precious days with opportunities to please Him.

We must not waste it and think there is still a chance later to become a good person or a saint. If we don’t get used to it from now on, we will never have a rhythm that pleases God. It can never change from anthropocentric to theocentric because it takes time, so don’t take it for granted. When we are in the opportunities God gives us to please God or ourselves, we must choose to please God. Let us build and shape ourselves to please God until we are conditioned to become theocentric humans. This cannot be learned anywhere. We must know this through each individual’s life journey, and the only One who can teach this is the Holy Spirit, who will speak to us.

We don’t need the Holy Spirit if it only concerns the law. Any religion teaches that killing is a sin, disrespecting parents is wrong, and adultery and stealing are uncivilized. However, if we act appropriately according to God’s thoughts and feelings, we must be led by the Holy Spirit. Not killing, not committing adultery, not stealing, respecting parents, of course, these things are pleasing before God, but they are not enough to satisfy God.  What can satisfy God’s heart is our precise actions according to His thoughts and feelings. So, the more complicated our problems are – and we act according to God’s thoughts and feelings – the more pleasing God is. If we can forgive people who only look away, it is not comparable to if we can forgive people who spit before us. This is where the class of pious people is pleasing before God, not just the religious people.

We have to be precise in everything according to what God wants, so do not consider simple things lightly because we relate them to God’s feelings. That is what the Lord Jesus Christ meant in Matt.5:48, “You must be perfect as your Father in heaven is perfect.” Remember when Jesus said that God was distinguishing between the laws of the Torah, the laws taught to humans in general, and the laws that exist in Christianity, for instance, “an eye for an eye, a tooth for a tooth”, but God says, “Love your enemies.”

God has laws that legal sentences cannot reveal because it’s innerly. Committing adultery is not just having sex outside marriage. However, when we see the opposite sex and lust after them, we have already committed adultery. To kill means to end someone’s life, but God teaches, “When you hate, you are a murderer.” No law can solve this inner problem. It is abstract, but it does not become abstract if the Holy Spirit guides us in the concrete life we face and the dynamics of our lives.

That’s where people can feel the presence of God. Not only when praying or worshiping at church. However, when we live our lives and face various cases, incidents, and occurrences – kairos or moments – that become a medium for us to please God or ourselves, we can prove the presence of God.

Life is extraordinary and becomes a great adventure if we open ourselves to being led by the Holy Spirit to become humans of God. To become a human of God, there must be habituation until we have the habitat of God’s children. The question is, why can successful people—in spiritual occupations—perform stupid actions? Simple, because at every moment, they don’t learn precision. If they use every moment to train themselves to do exactly what God wants, they can’t sin. Why did they fall into such shameful sins, including embezzlement of money and acts that violate morals? The answer is that they didn’t train every moment to precision. It’s not without reason when God says, “Whoever is dishonest with very little will also be dishonest with much.” We must train ourselves from now on not to be guilty, not to sin, but to get used to living a holy life.

  WHAT CAN SATISFY GOD'S HEART IS IF OUR ACTIONS ARE PRECISE ACCORDING TO HIS THOUGHTS AND FEELINGS.

Card image
BERTINDAK PRESISI - 25 Oktober 2023
2023-10-25 09:16:14


Ada banyak media yang Tuhan izinkan kita alami, yang di situ Tuhan memberi kesempatan untuk menyenangkan Dia. Kita harus memiliki perasaan krisis, waspada dan berjaga, kalau suatu saat kita berdiri di hadapan takhta pengadilan Tuhan, di hadapan terang kekudusan-Nya, kita didapati bahwa kita telah melakukan apa yang presisi, yang tepat seperti yang Allah kehendaki. Jika kita tidak serius memperkarakan ini, berarti kita tidak siap menjadi manusia. Dan pasti akan dihabisi, dibuang; jadi sampah. Maka, betapa bernilainya waktu yang Tuhan berikan selama 70, 80, 100 tahun umur hidup manusia. Betapa berharganya setiap hari yang Tuhan berikan, setiap kesempatan yang ada di dalamnya untuk menyenangkan Dia.

Jangan sia-siakan! Jangan berpikir masih ada kesempatan nanti untuk menjadi orang baik, menjadi orang suci. Kalau kita tidak membiasakan diri mulai sekarang, kita tidak akan pernah punya irama menyenangkan Tuhan. Tidak pernah bisa mengubah dari antroposentris ke teosentris, karena itu perlu waktu. Jangan anggap remeh. Jadi ketika kita ada di dalam kesempatan-kesempatan yang Tuhan berikan untuk memilih menyenangkan Tuhan atau menyenangkan diri sendiri, kita memilih menyenangkan Tuhan. Mari kita membangun dan membentuk diri untuk menyenangkan Tuhan. Sampai kita terkondisi menjadi manusia yang teosentris. Ini tidak bisa dipelajari di mana pun. Ini harus kita pelajari lewat perjalanan hidup masing-masing individu. Dan yang bisa mengajar hal ini hanya Roh Kudus yang pasti berbicara kepada kita.

Kalau hanya menyangkut hukum, kita tidak membutuhkan Roh Kudus. Agama mana pun mengajarkan membunuh itu dosa, tidak menghormati orang tua itu salah, berzina, mencuri itu tidak beradab. Namun, kalau ketepatan bertindak sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah, harus dipimpin Roh Kudus. Tidak membunuh, tidak berzina, tidak mencuri, menghormati orang tua, tentu hal-hal itu berkenan di hadapan Allah, tetapi tidak cukup membuat puas hati Tuhan. Yang dapat membuat puas hati Allah, kalau tindakan kita presisi sesuai pikiran dan perasaan-Nya. Jadi memang semakin pelik masalah kita—yang sesuai pikiran dan perasaan Allah—semakin menyenangkan hati Tuhan. Kalau kita bisa mengampuni orang yang hanya membuang muka, itu belum sebanding dengan kalau kita bisa mengampuni orang yang meludahi muka. Di sinilah kelas orang-orang saleh yang berkenan di hadapan Tuhan, bukan kelas orang beragama saja.

Dalam segala hal kita harus presisi sesuai dengan apa yang Allah kehendaki. Hal sederhana, hal-hal yang dianggap sepele, tetapi tidak menjadi sederhana dan sepele karena kita mengaitkan dengan perasaan Allah. Itulah yang dimaksud oleh Tuhan Yesus Kristus, di Matius 5:48, “Kamu harus sempurna seperti Bapa di surga.” Ingat, pada waktu Yesus mengatakan itu, Tuhan sedang membedakan antara hukum Taurat atau hukum yang diajarkan kepada manusia pada umumnya, hukum yang ada di agama-agama samawi. Mata ganti mata, gigi ganti gigi, tetapi Tuhan mengatakan, “Kasihi musuhmu.”

Tuhan memiliki hukum yang tidak bisa diungkapkan oleh kalimat hukum, karena sifatnya batiniah. Berzina itu bukan hanya melakukan hubungan seks di luar nikah dengan orang yang bukan pasangannya. Namun, ketika kita melihat lawan jenis, dan kita mengingininya, kita sudah berzina. Membunuh berarti menghabisi nyawa orang, tetapi Tuhan mengajarkan, “Ketika kamu membenci, kamu adalah seorang pembunuh.” Tidak ada hukum yang bisa mengurai masalah batin ini. Ya, memang abstrak, tetapi tidak menjadi abstrak kalau Roh Kudus menuntun kita dalam kehidupan konkret yang kita hadapi, dalam dinamika kehidupan yang kita jalani.

Sebenarnya di situlah orang bisa merasakan kehadiran Allah. Bukan hanya pada waktu berdoa atau beribadah di gereja. Namun, ketika kita menjalani hidup dan menghadapi berbagai kasus, kejadian, peristiwa--kairos atau momentum—yang menjadi media untuk kita menyenangkan Tuhan atau menyenangkan diri sendiri, di situ kita bisa membuktikan kehadiran Allah.

Hidup ini luar biasa, dan menjadi petualangan yang hebat, kalau kita membuka diri dipimpin Roh Kudus untuk menjadi manusia Allah. Untuk bisa menjadi manusia Allah, harus ada pembiasaan sampai kita punya habitat anak-anak Allah. Pertanyaannya, mengapa orang sukses—secara jabatan rohani—bisa melakukan tindakan yang bodoh? Sederhana, karena di setiap momentum ia tidak belajar presisi. Kalau di setiap momentum ia gunakan untuk melatih diri melakukan apa yang tepat seperti yang Allah kehendaki, tidak mungkin ia berdosa. Kenapa ia bisa jatuh dalam dosa yang begitu memalukan, termasuk penggelapan uang dan perbuatan yang melanggar moral? Jawabannya adalah karena ia tidak melatih setiap momentum untuk presisi. Jadi bukan main-main kalau Tuhan berkata, “Jika kamu tidak setia dalam perkara kecil, kamu tidak setia dalam perkara yang besar.” Maka mulai sekarang, kita harus melatih diri untuk jangan bersalah, jangan berdosa, tetapi membiasakan untuk hidup suci.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

YANG DAPAT MEMBUAT PUAS HATI ALLAH, KALAU TINDAKAN KITA PRESISI SESUAI PIKIRAN DAN PERASAAN-NYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 Oktober 2023
2023-10-25 09:08:56

Lukas 12-13

Card image
Truth Kids 24 Oktober 2023 - DAUD Vs GOLIAT
2023-10-24 08:02:51


1 Samuel 17:37
Pula kata Daud: “TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu.” Kata Saul kepada Daud: ”Pergilah! TUHAN menyertai engkau.”

Sobat Kids, kalian pasti sudah pernah mendengarkan kisah Daud melawan Goliat. Daud muda yang belum pernah berlatih perang, mampu mengalahkan Goliat, sang raksasa yang sudah terlatih berperang. Daud bukan seperti superhero yang ada di film-film, Sobat Kids. Daud tidak memiliki kekuatan khusus untuk mengalahkan sang raksasa. Lalu apa yang menjadi senjata rahasia Daud?

Daud hanyalah seorang anak yang bertugas menjaga domba. Tetapi, ia melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Saat ada binatang buas datang menyerang kumpulan dombanya, dengan berani Daud melawan binatang itu. Singa yang buas dan beruang yang besar tidak mampu membuat Daud takut dan lari meninggalkan kawanan dombanya. Daud akan sekuat tenaga melawannya.

Begitu juga saat Goliat menghina bangsa Israel. Daud tidak tinggal diam. Daud dengan berani maju melawan Goliat. Ia hanya membawa umban (tali untuk melemparkan batu) dan lima batu licin yang dipilihnya dari dasar sungai. Daud sadar bahwa ia tidak memiliki kekuatan spesial, tetapi ia memiliki Allah yang berkuasa. Kekuatan dan penyertaan dari Allah adalah senjata rahasia Daud.

Card image
Truth Junior 24 Oktober 2023 - RAJA DAUD
2023-10-24 08:01:13


1 Samuel 17:37
Pula kata Daud: “TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu.” Kata Saul kepada Daud: ”Pergilah! TUHAN menyertai engkau.”

Kisah superhero hari ini terkenal dengan kisahnya saat melawan raksasa Goliat. Daud tidak mengandalkan dirinya, tetapi ia mengandalkan Allah. Roh Tuhan turun dengan kuasa di atasnya, seperti yang dapat kalian baca dalam I Samuel 17:45, “Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: ‘Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu.’”

Luar biasa, Tuhan memakai Daud menjadi pahlawan untuk bangsanya. Bahkan sampai akhirnya, Daud diurapi menjadi raja untuk bangsa Israel. Kalau kita ingat kembali kisah Daud sebelum menjadi raja, Daud hanya seorang yang bekerja menggembalakan domba di padang. Tubuhnya juga kecil, tidak gagah besar seperti kakak-kakaknya yang tinggi dan lebih cocok diurapi menjadi raja. Ternyata, Tuhan tidak memilih dari kondisi fisiknya, melainkan Tuhan melihat hati seperti yang terdapat dalam ayat berikut I Samuel 16:7, “Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: ‘Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."'

Demikian juga dengan kalian Sobat Junior. Janganlah berkecil hati atau minder tidak bisa apa-apa karena keterbatasan yang dimiliki. Bangunlah terus hubungan dengan Tuhan. Hati kita melekat sama Tuhan. Tuhan dapat pakai hidup kita juga secara luar biasa. Tuhan rindu melihat Sobat Junior bertumbuh dan menjadi berkat. Ketika Tuhan menyertai hidup kita, kita dapat Tuhan pakai menjadi hero untuk orang lain.

Card image
Truth Youth 24 Oktober 2023 (English Version) - SAVE TRUST
2023-10-24 05:55:50


"No temptation has overtaken you that is not common to man. God is faithful, and he will not let you be tempted beyond your ability, but with the temptation, he will also provide the way of escape, that you may be able to endure it." (1 Corinthians 10:13)

We are certainly familiar with the phrase "trust issue." This phrase is used when someone loses trust in others due to being lied to, disappointed, or betrayed. So when they start building new relationships, like with friends, it becomes challenging because they have had a bad experience. This is very likely to happen to all of us because there is no one on earth that we can fully understand and trust. Sometimes, we can even be disappointed by our parents. However, there is one person we should never doubt, and that is God. We may have trust issues with other humans, but not with God.

God is the only Person we should trust, and only He we should trust. However, trusting God cannot happen instantly. Therefore, we must learn to have a "savings account" from today, building intimacy with God and understanding His truth. We cannot trust blindly, but we must trust Him for the right reasons. What is the reason? The only reason is that we live with God every day, and He never leaves or forsakes us. Remember, we cannot suddenly trust God or suddenly believe. However, by building a true spiritual life with God, that is, living with God every second and every minute of our lives, we must always walk with God. Therefore, our trust is born from our intimacy with God, knowing His will for us to follow. Let's learn not to suspect God. If we are here until today, it is all because of God's goodness. Likewise, our future days ahead will definitely be in His perfect presence in every story of our lives. Amen.

WHAT TO DO:
1. Save trust every day by experiencing God's presence.
2. Do not suspect God even if the conditions are not good.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Nahum 1-3

Card image
Truth Youth 24 Oktober 2023 - MENABUNG KEPERCAYAAN
2023-10-24 05:53:23


”Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” (1 Korintus 10:13)

Kita pasti kenal kalimat “trust issue.” Kalimat ini digunakan ketika seseorang kehilangan kepercayaan oleh orang lain karena sering dibohongi, dikecewakan, atau dikhianati. Sehingga ketika ia memulai untuk menjalin hubungan yang baru seperti dengan teman, ini menjadi hal yang tidak mudah karena sudah memiliki pengalaman yang buruk. Hal ini sangat mungkin terjadi kepada kita semua karena memang tidak ada satu pun manusia di bumi ini yang sepenuhnya bisa kita mengerti dan percayai. Bahkan terkadang, kita bisa kecewa dengan orang tua kita. Namun, ada satu pribadi yang kita tidak boleh ragukan, yakni Tuhan. Kita mungkin bisa memiliki trust issue dengan manusia lain, tapi tidak dengan Tuhan.

Tuhan adalah satu-satunya Pribadi yang patut kita percayai dan hanya Dia yang harus kita percayai. Namun, percaya dengan Tuhan tidak bisa secara instan terjadi. Maka, kita harus belajar untuk memiliki “tabungan” sejak hari ini membangun keintiman dengan Tuhan, dan pengenalan akan kebenaran-Nya. Kita tidak bisa percaya buta begitu saja, tetapi kita harus memercayai-Nya dengan alasan yang benar. Apa alasannya? Satu-satunya alasan adalah kita hidup bersama Tuhan setiap hari dan Dia tidak pernah sekali pun meninggalkan dan mengewakan kita. Ingat, kita tidak bisa tiba-tiba percaya kepada Tuhan alias mendadak percaya. Namun, dengan membangun kehidupan rohani yang benar bersama Tuhan, yaitu melalui setiap detik dan setiap menit hidup kita harus selalu berjalan dengan Tuhan. Proses ini harus berlangsung di mana pun dan kapan pun kita berada. Sehingga, kepercayaan kita lahir dari keintiman kita dengan Tuhan, karena mengenal kehendak-Nya untuk kita lakukan. Mari kita belajar tidak mencurigai Tuhan. Kalau kita sudah ada sampai hari ini, semua ini karena kebaikan Tuhan. Begitu juga hari-hari kita ke depan nanti, pasti ada dalam penyertaan- Nya sempurna dalam setiap cerita hidup kita. Amin.

WHAT TO DO:
1.Menabung kepercayaan setiap hari dengan menghayati kehadiran Tuhan.
2.Tidak mencurigai Tuhan walaupun kondisi tidak baik-baik saja

BIBLE MARATHON:
▪︎ Nahum 1-3

Card image
Renungan Pagi - 24 Oktober 2023
2023-10-24 05:49:28


Setiap perkataan yang keluar dari mulut harus mencerminkan kedekatan kita dengan Tuhan. Mungkin saja ke gereja setiap hari, mendengar Firman Tuhan setiap hari, tetapi dari perkataan akan terlihat apakah kita benar-benar dekat dengan Tuhan atau tidak. Perkataan orang yang dekat dengan Tuhan akan lebih banyak berisi Firman Tuhan, dikatakan dengan akal budi, bukan asal bicara tanpa berpikir.

"Hati orang bijak menjadikan mulutnya berakal budi, dan menjadikan bibirnya lebih dapat meyakinkan. Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang." Jadi setiap perkataan yang kita katakan adalah kata-kata yang membangun iman dan membawa damai sejahtera, dan hidup pasti diwarnai oleh kasih, pengampunan, serta ucapan syukur kepada Tuhan.
(Amsal 16:23-24)

Card image
Quote Of The Day - 24 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-24 05:47:09


Perubahan panjang ke depan dimulai dari satu titik keputusan untuk berubah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 24 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-24 05:45:35


Dunia kita hari ini dunia yang rentan, menjadi rawan bagi iman Kristen. Tetapi kita memilih untuk setia kepada Tuhan.

Card image
PLEASING ONESELF - 24 Oktober 2023 (English Version)
2023-10-24 05:43:07


We must always be alert, on guard, according to God’s word, and have a sense of crisis. A positive or holy crisis is that we have fulfilled two things when we face God: First,  a life that pleases God and does not hurt His heart. God does not need any entertainment and cannot be pleased with anything more than human life, which has free will and directs it to do what pleases Him. That is the joy of God our Father and the Lord Jesus.

Every day, there is media and moment for us to please God in all events, incidents, or circumstances we experience. Whether we use the media as kairos or a moment to please ourselves or God depends on us.For the spiritually mature, when we can please God, it means pleasing ourselves. However, if they are still immature, pleasing God is not satisfying them. The spiritually immature person prefers to please themselves, no matter whether other people around them suffer losses or are harmed. They do not care, and they also don’t care about God’s feelings. If a situation like this continues, it will become a character so that they grow old, living egocentric, anthropocentric lives, self-centered, and unable to center on God.

Second, we must discover what God desires us to do His work or fulfill His plan. Every person must be special in God’s eyes, not only because our soul is eternal—which is why God the Father gave His only son, our Lord, Jesus Christ, to save us—but also because we are creatures who can please Him. No matter how beautiful God’s other creations are, they are nothing if compared to the entity called humans, who were given the ability to freely choose to do what God wants so that they please Him.

God proves the specialness of each individual by involving them in His work and plan. There is a purpose for every individual, namely divine purpose. So, everyone must discover God’s plan for their life. This is, of course, a high level because if someone has not been able to use or take advantage of the media that God gives every day—namely, to please Him—it is impossible for their heart’s eyes to open to discover God’s plan for that person’s life.

In the life of service, many people have not used opportunities or media daily to please God yet but have served “God’s work” by carrying out service activities in the church. They usually have a scholarly degree, knowledge of God or theology, skills in preaching techniques, counseling techniques, and so on. This doesn’t mean it is wrong, but unwittingly, deviations occur. The principle should be that we must first take advantage of every momentum, kairos, and opportunity to please God.

At the office, we are mistreated or oppressed by the superior. That is the media. How do we react to an oppressive boss? How do we respond to colleagues who want to put us down? How do we react to a colleague who betrays us, is jealous of our position, and slanders us? All of that is a medium for our spiritual growth. When we mature, we please God by living in holiness, which makes us happy. However, if we are immature, we will satisfy ourselves, not caring whether other people are hurt—even our spouse—and hurt God. There are many media that God provides. Let’s not assume that all of this happened by chance, let alone as an accident.

1 Pet.1:16 says, “Be holy for I am holy.” Remember Joseph’s words to Potiphar’s wife when he refused the temptation to sin, “How then could I do such a wicked thing and sin against God?” This matter is not just with Potiphar but with God.  God can be pleased by creatures called humans, who are given free will and choose to live in holiness. Not just not breaking the law or living without breaking the law, but always being precise.  

IF WE ARE SPIRITUALLY MATURE PEOPLE, WHEN WE CAN PLEASE GOD, IT MEANS PLEASING OURSELVES.

Card image
MENYENANGKAN DIRI SENDIRI - 24 Oktober 2023
2023-10-24 05:39:22


Kita harus selalu waspada, dan sesuai firman Tuhan, selalu bersikap berjaga-jaga atau memiliki perasaan krisis. Krisis yang positif, krisis yang kudus, bahwa jika kita menghadap Tuhan, benar-benar kita telah memenuhi dua hal. Yang pertama, hidup yang berkenan kepada Tuhan. Tidak menyakiti hati Tuhan, tidak melukai hati Tuhan, tetapi menyenangkan dia, menyukakan hati Tuhan. Tuhan tidak membutuhkan hiburan apa pun dan Tuhan tidak bisa disenangkan apa pun, lebih dari kehidupan manusia yang memiliki kehendak bebas dan mengarahkan kehendak bebas tersebut untuk melakukan apa yang menyenangkan hati-Nya. Itulah sukacita Allah, Bapa kita. Itu sukacita Tuhan Yesus.

Setiap hari ada media, dan momentum untuk kita bisa menyenangkan hati Tuhan dalam segala kejadian, peristiwa, atau keadaan yang kita alami. Tergantung kita, apakah kita menjadikan media itu kairos atau momentum untuk menyenangkan diri kita, atau menyenangkan hati Tuhan. Bagi orang dewasa rohani, ketika kita bisa menyenangkan Tuhan, itu berarti menyenangkan diri sendiri. Namun, kalau orang belum dewasa rohani, menyenangkan Tuhan itu tidak menyenangkan diri. Orang yang belum dewasa rohani lebih suka untuk menyenangkan diri sendiri; tidak peduli apakah orang lain di sekitarnya merugi atau dilukai. Tidak peduli. Bahkan dia juga tidak peduli perasaan Allah. Keadaan seperti ini kalau dibiarkan terus-menerus, akan menjadi karakter, sehingga orang-orang seperti itu sampai tua, hidupnya egosentris, antroposentris; berpusat pada diri sendiri, tidak mampu berpusat pada Allah.

Yang kedua, setiap kita harus menemukan apa yang Tuhan kehendaki untuk melakukan pekerjaan Tuhan atau memenuhi rencana Tuhan. Setiap orang pasti istimewa di mata Allah, bukan hanya karena jiwanya kekal—yang oleh karenanya Allah Bapa memberikan Putra Tunggal-Nya, Tuhan kita, Yesus Kristus untuk menyelamatkan kita—melainkan juga karena kita adalah makhluk yang bisa menyenangkan hati Allah. Seindah apa pun ciptaan Allah yang lain, tidak ada artinya dibanding dengan entitas yang disebut manusia yang diberi kemampuan Tuhan untuk dengan kehendak bebas memilih melakukan apa yang Tuhan kehendaki sehingga menyenangkan Dia.

Istimewanya setiap individu terbukti dengan Allah melibatkannya di dalam pekerjaan-Nya, di dalam rencana-Nya. Ada maksud tujuan ilahi atas setiap individu atau divine purpose. Maka, setiap orang harus menemukan apa rencana Allah di dalam hidupnya. Tentu ini adalah level yang tinggi. Kalau seseorang belum bisa menggunakan atau memanfaatkan media yang Tuhan berikan setiap hari—yaitu untuk menyenangkan Dia—tidak mungkin mata hatinya tercelik untuk menemukan apa rencana Allah di dalam hidup orang itu.

Kerusakan di dalam kehidupan pelayanan, banyak orang yang belum menggunakan kesempatan atau media dalam hidupnya setiap hari untuk menyenangkan hati Allah, tetapi sudah melayani “pekerjaan Tuhan;” melakukan kegiatan pelayanan di gereja. Tentu modalnya adalah gelar kesarjanaan, pengetahuan tentang Tuhan atau teologi, kecakapan teknik berkhotbah, teknik konseling, dan lain-lain. Bukan berarti ini salah, tetapi tanpa disadari, terjadi penyimpangan. Mestinya yang prinsip adalah setiap kita harus bisa memanfaatkan setiap momentum, setiap kairos, setiap kesempatan untuk menyenangkan hati Tuhan.

Ketika di kantor, kita diperlakukan tidak adil atau ditindas oleh pimpinan, itu adalah media. Bagaimana reaksi kita terhadap atasan yang menindas? Bagaimana reaksi kita terhadap rekan kerja yang mau menjatuhkan? Bagaimana reaksi kita terhadap teman sekantor yang berkhianat, yang cemburu, iri terhadap posisi kita lalu ia memfitnah? Semua itu adalah media untuk pertumbuhan rohani kita. Kalau kita dewasa, kita menyenangkan Tuhan dengan hidup di dalam kesucian, dan itu membahagiakan. Namun, kalau kita tidak dewasa, kita akan memuaskan diri, tidak peduli apakah orang lain dilukai—bahkan pasangan hidup kita sendiri—dan melukai Tuhan. Banyak media yang Tuhan sediakan. Jangan kita anggap semua itu terjadi kebetulan, apalagi sebagai suatu kecelakaan.

1 Petrus 1:16 mengatakan, “Kuduslah kamu sebab Aku kudus.” Ingat perkataan Yusuf kepada nyonya Potifar, ketika menolak ajakan untuk berbuat dosa, “Bagaimana aku melakukan dosa sebesar ini?” Ini urusannya bukan dengan bapak Potifar saja, melainkan dengan Allah. Allah bisa disenangkan oleh makhluk yang disebut manusia, yang diberi kehendak bebas, dan memilih untuk hidup dalam kekudusan. Bukan hanya tidak melanggar hukum, tidak hanya hidup tanpa pelanggaran terhadap hukum, tetapi selalu presisi.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

BAGI ORANG DEWASA ROHANI, KETIKA KITA BISA MENYENANGKAN TUHAN, ITU BERARTI MENYENANGKAN DIRI SENDIRI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 Oktober 2023
2023-10-24 05:34:33

Lukas 10

Card image
Truth Kids 23 Oktober 2023 - BERANI BERBUAT BENAR
2023-10-23 10:28:29


Kejadian 37:2
"Inilah riwayat keturunan Yakub. Yusuf, tatkala berumur tujuh belas tahun – jadi masih muda – biasa menggembalakan kambing domba, bersama-sama dengan saudara-saudaranya, anak-anak Bilha dan Zilpa, kedua isteri ayahnya. Dan Yusuf menyampaikan kepada ayahnya kabar tentang kejahatan saudara-saudaranya."

Meskipun Miko berbadan kecil, ia dipercayai oleh gurunya untuk menjadi ketua kelas. Ia rajin dan berani menegur teman-teman yang berbuat salah. Saat Dino membuat kelas menjadi gaduh, Miko menegurnya. Dino memiliki badan yang lebih besar dari Miko. Tentu ini bukan tugas yang mudah. Miko mungkin akan dimusuhi bahkan dijauhi teman-teman yang lain. Namun, Miko tidak takut menegur Dion. Sikap seperti Miko patut dicontoh.

Sobat Kids, pernahkah kalian merasa kesulitan mengerjakan tugasmu? Saat kamu mengerjakan tugas, temanmu mengajak bermain. Saat kamu menegur temanmu yang berbuat salah kamu malah dijauhi. Namun, Tuhan mengajarkan kita untuk tetap setia melakukan tugas dan sabar. Saat ada yang tidak suka dengan kita, kita diajar untuk tidak membalas.

Di dalam Alkitab ada tokoh yang sangat pemberani. Dia adalah Yusuf. Sejak muda Yusuf berani berkata benar. Saat kakak-kakaknya berbuat jahat, ia menyampaikan hal itu kepada ayahnya. Yusuf tidak ikut-ikutan berbuat jahat seperti saudara-saudaranya. Ia tetap melakukan hal yang benar.

Sobat Kids, yuk, kita tetap berani untuk melakukan yang benar. Walaupun orang-orang di sekitar kita berbuat jahat, kita mau tetap melakukan kebenaran Firman Tuhan.

Card image
Truth Junior 23 Oktober 2023 - YUSUF
2023-10-23 10:26:35


Kejadian 37:2
“Inilah riwayat keturunan Yakub. Yusuf, tatkala berumur tujuh belas tahun – jadi masih muda – biasa menggembalakan kambing domba, bersama-sama dengan saudara-saudaranya, anak-anak Bilha dan Zilpa, kedua isteri ayahnya. Dan Yusuf menyampaikan kepada ayahnya kabar tentang kejahatan saudara-saudaranya.”

Banyak kisah sedih yang dialami oleh Yusuf. Mulai dari tidak disukai oleh saudara-saudaranya, lalu dijual oleh saudara-saudaranya sendiri, hingga menjadi seorang budak bagi Potifar. Yusuf harus bekerja bagi Firaun, penguasa Mesir. Yusuf juga pernah difitnah oleh istri Potifar. Akibatnya ia harus dipenjara. Walaupun banyak kejadian sedih, Tuhan tidak pernah meninggalkan Yusuf.

Penjaga penjara menjadikan Yusuf sebagai penanggung jawab atas para tahanan lainnya. Yusuf juga mendapat hikmat dari Tuhan untuk mengartikan mimpi Firaun. Hingga akhirnya, Yusuf dijadikan seorang pemimpin besar di Mesir. Selama tujuh tahun, Yusuf membantu Mesir menyimpan kelebihan bahan makanan. Lalu saat terjadi kelaparan, saudara-saudaranya bertemu dengan Yusuf dan meminta makanan kepadanya. Mereka tidak mengenalinya tetapi Yusuf mengenalinya. Yusuf mengampuni saudara-saudaranya walaupun telah menjual dia menjadi budak. Yusuf berkata itu adalah cara Tuhan untuk menolong keluarganya dalam bencana kelaparan itu. Secara tidak langsung, Tuhan memakai Yusuf menjadi pahlawan untuk keluarganya.

Sobat Junior, Yusuf memberi teladan kepada kita. Walaupun hidupnya tidak mudah dan diperlakukan jahat oleh saudara-saudaranya sendiri, tetapi dia cinta dan setia kepada Tuhan.

Card image
Truth Youth 23 Oktober 2023 (English Version) - MASTERPLAN
2023-10-23 10:22:01


"For I know the plans I have for you, declares the Lord, plans for welfare and not for evil, to give you a future and a hope." (Jeremiah 29:11)

Have we ever thought, why are we in this world? Why are our circumstances like this? Why did God place me here? Why do I have to face this problem? Why do I have to do this? There are many questions that question ourselves. Honestly, we often do not understand what God plans for our lives. Often, God allows us to face and do something that is not in line with our expectations.

When the people of Israel were in exile, the Prophet Jeremiah delivered the word of the Lord, which says, "For I know the plans I have for you, declares the Lord, plans for welfare and not for evil, to give you a future and a hope." (Jeremiah 29:11). The people of Israel, due to their stubbornness, were brought by God into exile in Babylon. However, behind it, God prepared a great plan for the people of Israel. Until finally, as we know, the people of Israel became the nation where the Messiah was born.

The verse of the word that becomes our reflection today teaches us to understand and follow God's plan for us, even though we do not always understand God's intention. God has a unique masterplan for each person. But the question is, do we want to understand and follow God's masterplan? Maybe we will not understand God's plan a hundred percent, but what we need to realize is that God's plan is beautiful in its time. There will come a time when we will understand God's plan placed within us.

WHAT TO DO:
Learn to understand God's plan in every step of our lives.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Micah 5-7

Card image
Truth Youth 23 Oktober 2023 - MASTERPLAN
2023-10-23 10:19:00


”Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada- Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yeremia 29:11)

Pernahkah kita berpikir, mengapa kita ada di dunia ini? Mengapa keadaan kita seperti ini? Mengapa Tuhan menempatkan aku di sini? Mengapa saya harus menghadapi masalah ini? Mengapa saya harus melakukan ini? Ada lagi berbagai pertanyaan yang mempertanyakan diri kita sendiri. Jujur saja, kita sering tidak mengerti apa yang Tuhan rencanakan di dalam hidup kita. Tidak jarang, Tuhan mengizinkan kita menghadapi dan melakukan suatu hal yang tidak sesuai ekspektasi kita.

Ketika bangsa Israel berada di pembuangan, Nabi Yeremia menyampaikan firman Tuhan, yang berbunyi demikian, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yeremia 29:11). Bangsa Israel, akibat keras hati dan tegar tengkuk, dibawa Tuhan pada pembuangan di Babel. Namun, di baliknya Tuhan menyiapkan suatu rencana besar bagi bangsa Israel. Hingga akhirnya, seperti yang kita ketahui, bahwa bangsa Israel menjadi bangsa di mana Sang Mesias lahir.

Ayat firman yang menjadi renungan kita pada hari ini mengajarkan kepada kita agar kita dapat mengerti dan mengikuti rencana yang Tuhan taruh atas diri kita, meskipun kita tidak selalu mengerti apa maksud dari rencana Tuhan. Tuhan memiliki masterplan yang unik dalam setiap manusia. Namun, pertanyaannya adalah, apakah kita mau mengerti dan mengikuti masterplan-Nya Tuhan? Mungkin kita tidak bakal seratus persen mengerti rencana Tuhan, tetapi yang harus kita sadari bahwa rencana Tuhan adalah indah pada waktunya. Ada suatu saat, di mana kita akan mengerti rencana Tuhan yang ditaruh di dalam diri kita.

WHAT TO DO:
Belajar untuk memahami rencana Tuhan dalam setiap langkah hidup kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mikha 5-7

Card image
Renungan Pagi - 23 Oktober 2023
2023-10-23 10:15:20



Meskipun kita belum melihat, jangan mudah tertipu dengan fakta di sekitar, ada banyak orang berkata; bagaimana mungkin saya bisa kuat, kenyataannya saya difitnah, kenyataannya saya mengalami kerugian, kenyataannya saya sedang dihantam badai penyakit, dan sebagainya.

Firman Tuhan mengingatkan kita ; "Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan pada waktunya.

Jadi kalau kita belum melihat pertolongan Tuhan, hal itu bukan berarti tidak akan melihat pertolongan Tuhan, kalau belum melihatnya sekarang, maka bagian kita hanyalah tetap setia saja, berserah penuh pada Tuhan, tetap percaya dan tidak mencurigai Tuhan, tetap berjalan bersama Tuhan, maka akan dimampukan menghadapi semua itu dan tetaplah melakukan bagian kita, sampai menerima pertolongan pada waktu-Nya.
(Ibrani 4:16)

Card image
Quote Of The Day - 23 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-23 09:58:46


Kalau kita masih bisa salah untuk hal-hal tertentu, kita harus menangisi dan meratapi kelemahan tersebut, dan jangan mengulanginya lagi.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 23 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-23 09:52:18


Cara kita mengasihi diri sendiri, adalah cara yang harus kita berikan untuk orang lain.

Card image
SENGAJA MENCINTAI - 23 Oktober 2023
2023-10-23 10:31:07


Sejujurnya, kita masih suka tidak stabil; lagi mau ke gereja, pergi; lagi tidak mau, tidak pergi. Lagi niat berdoa, berdoa; tidak niat, juga tidak berdoa. Jangan sampai nanti ketika menghadap Tuhan, ternyata kita telah menolak cinta Tuhan, karena kita seperti domba yang lebih tertarik suara orang asing, bukan Gembala. Mencintai Tuhan harus dengan sengaja kita lakukan, bukan sekadar permainan perasaan. Dan ini menyangkut seluruh gerak kehidupan kita. Belajar mengasihi orang, jangan terikat dengan dunia, jangan terikat dengan konten gadget yang tidak membangun iman. Kita tidak akan menjadi rohani. Dan nanti ketika kita mendengar khotbah sebagus apa pun, kita tidak akan tersentuh. Karena kita punya pikiran dan perasaan biasa disentuh oleh yang lain, bukan oleh Tuhan.

Jadi, menggores cinta kita kepada Tuhan itu bukan hanya sesaat dengan membuat frekuensi cinta, tetapi harus ada tindakan konkret untuk menunjukkan cinta itu. Kita harus berkomitmen untuk menutup hati terhadap siapa pun dan apa pun. Jangan sampai Tuhan bertepuk sebelah tangan. Kita membaca dalam Alkitab, bagaimana Abraham atau Daud bergaul dengan Allah, dan terutama Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, Anak Allah, yang bergaul karib dengan Bapa-Nya, “Bapa tinggal di dalam Aku, Aku dalam Bapa.” Masalahnya, bagaimana hal itu bisa kita alami juga? Bagaimana menghidupkan Tuhan yang memang hidup itu di dalam hidup kita? Harus ada interaksi, yaitu kita bisa mencurahkan cinta kita kepada Tuhan, dan Dia juga merasakannya.

Mari kita sedang berjuang untuk menyelamatkan diri kita dari pengaruh dunia. Tentu Tuhan Yesus yang menyelamatkan kita dengan mati di kayu salib. Tetapi apakah kita mau keluar dari penjara dosa, penjara kedagingan, penjara nafsu, penjara kodrat dosa kita? Dulu pintu itu dikunci, tetapi Tuhan yang membongkar kunci dan sekarang pintu penjara itu terbuka. Apakah kita mau keluar atau masih ada di dalamnya? Tangan Tuhan terulur, dan Tuhan tidak paksa kita keluar. Firman Tuhan mengatakan, “Yesus telah memerdekakan kamu. Hendaklah kamu hidup di dalam kemerdekaan.”

Kalau kita masih gampang tersinggung, masih mudah tersulut marah, masih hidup dalam penipuan, perzinaan, materialistis, berarti kita masih di dalam penjara dan tidak layak masuk ke dalam Rumah Bapa. Sebab, Yerusalem Baru hanya dihuni oleh orang yang tidak bercacat tidak bercela. Suasana dunia kita ini jahat sekali. Kalau kita tidak punya komitmen yang kuat, kita akan terbawa oleh arus dunia. Jangan anggap semua sudah baik-baik saja. Makanya pendeta sendiri harus berjuang. Kita harus berubah. Gores hati kita untuk mencintai Tuhan. Bukan hanya punya sekadar niat sesaat, tetapi kita benar-benar memiliki komitmen, tekad untuk menggores hati kita dari menit ke menit, dari jam ke jam, dari hari ke hari.

Apa hebatnya hidup ini? Hidup ini tragis. Hanya ada satu jawabannya: Rumah Bapa. Maka, jangan sampai nanti di kekekalan, kita tidak diperkenan masuk Kerajaan Surga. Kepada setiap orang, Tuhan berkata: “Aku mati untukmu.” Maka, kita pun juga harus berani berkata, “Apa pun kulakukan demi keselamatanku dan sesama.” Namun, kalau kita belum bisa mengasihi diri sendiri dengan benar, bagaimana bisa mengasihi sesama? Karena firman Tuhan mengatakan, “Kasihilah sesamamu manusia seperti kamu mengasihi dirimu sendiri.”

Cara kita mengasihi diri sendiri, adalah cara yang harus kita berikan untuk orang lain. Bagaimana mencintai diri sendiri dengan baik? Keluar dari dosa dan jangan menyentuh apa yang najis. Jangan main-main dengan kehidupan ini. Tuhan seperti diam hari ini. Karena kita sudah diingatkan lewat hamba Tuhan, pendeta, dan peristiwa-peristiwa hidup. Mestinya kita tahu. Yang suatu hari nanti, kita tidak akan bisa mengelak. Kita tidak bisa berkata, “Saya tidak tahu,” tidak bisa. Mari kita minta Tuhan memperbarui hati kita.

Berkaryalah untuk Tuhan, tetapi, selamatkan diri kita dulu. Bereskan diri kita dahulu. Kalau kita sungguh-sungguh berusaha untuk didapati Tuhan tak bercacat, tak bercela, maka kita akan dijadikan kawan sekerja Allah. Dan kalau kita menjadi kawan sekerja Allah, kita akan diproteksi Tuhan secara khusus, istimewa. Serangan dari mana-mana datang, tetapi Tuhan pasti melindungi kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MENCINTAI TUHAN HARUS DENGAN SENGAJA KITA LAKUKAN, BUKAN SEKADAR PERMAINAN PERASAAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 Oktober 2023
2023-10-23 09:41:39

Yohanes 9-10

Card image
Truth Kids 22 Oktober 2023 - PEMIMPIN
2023-10-22 10:09:57


Keluaran 7:1
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu.

“Ya, jangan aku yang pimpin doa. Aku tidak bisa berdoa. Nanti harus bicara apa?” “Aku tidak bisa nyanyi. Aku malu, yang lain saja yang disuruh nyanyi ke depan.” Apakah Sobat Kids pernah merasakan hal seperti itu? Superhero kita hari ini juga awalnya pernah mengalami ketakutan seperti itu, Sobat Kids. Musa awalnya menolak saat diminta Tuhan untuk memimpin bangsa Israel. Banyak alasan yang Musa sampaikan; tidak bisa berbicara di depan orang; banyak orang lain yang lebih pandai daripadanya; dan lainnya. Tetapi Tuhan memiliki rencana yang spesial bagi Musa dan bangsa Israel.

Tuhan menunjukkan bahwa Ia yang akan memimpin Musa. Tuhan sendiri yang akan memberi kemampuan kepada Musa untuk memimpin bangsa Israel. Bahkan Tuhan memberikan beberapa bukti kepada Musa bahwa Tuhan berkuasa. Akhirnya Musa setuju untuk memimpin bangsa Israel. Ketakutan Musa berubah menjadi ketaatan kepada Tuhan. Selama Musa memimpin bangsa Israel, Tuhan selalu menyertainya. Tuhan tidak pernah meninggalkan Musa sendirian.

Sobat Kids, kalian juga harus belajar berani untuk melakukan kehendak Tuhan. Usia kalian bukan menjadi halangan. Tuhan dapat memakai kalian untuk menjadi pemimpin di usia kalian sekarang ini. Asalkan kalian mau dengar-dengaran dan taat kepada perintah-Nya, kalian pasti bisa. Semangat!

Card image
Truth Junior 22 Oktober 2023 - M U S A
2023-10-22 10:07:36


Keluaran 7:1
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu."

Luar biasa, ya, Tuhan mengangkat Musa menjadi Allah bagi Raja Firaun. Sobat Junior masih ingat, kan, cerita bayi Musa yang pada saat dilahirkan, ditaruh di dalam keranjang dan diapungkan di atas sungai Nil? Lalu, bayi itu ditemukan oleh putri Firaun, dan diberi nama “Musa” yang artinya “diangkat dari air”. Musa dibesarkan oleh putri Firaun dan hidup di Mesir. Musa melihat bahwa orang-orang Mesir bersikap jahat terhadap orang-orang Israel. Dia sedih karena orang-orang Mesir menjadikan orang-orang Israel budak mereka. Suatu hari, Musa melihat seorang Mesir memukuli seorang Israel. Dan untuk membela orang Israel, Musa membunuh orang Mesir itu. Ketika Firaun tahu, dia menjadi marah dan ingin membunuh Musa. Musa pun lari keluar ke kota Midian.

Sewaktu tinggal di Midian, Musa melihat semak yang terbakar namun api itu tidak membakar semak tersebut. Tuhan menampakkan diri dalam api itu dan berbicara kepada Musa. mengatakan kalau Tuhan tahu orang-orang Israel sedang menderita di Mesir, lalu Tuhan memerintahkan Musa untuk kembali ke Mesir dan mengatakan kepada Firaun agar membebaskan orang-orang Israel. Tuhan berjanji akan membantu Musa membebaskan orang-orang Israel dan memimpin mereka ke tanah perjanjian. Musa percaya kepada Tuhan dan kembali ke Mesir. Musa dan saudara lelakinya, Harun, menghadap Firaun dan meminta kepadanya agar membebaskan orang-orang Israel dan meninggalkan Mesir.

Kita tahu akhir dari kisah ini, setelah 10 tulah diberikan atas bangsa Mesir, orang Israel dapat keluar dari tanah Mesir. Musa-lah yang memimpin bangsa Israel. Bahkan oleh kuasa dari Tuhan Allah, Musa membelah laut Teberau menjadi dua.

Sobat Junior, dari seorang bayi yang harus disembunyikan di dalam keranjang, Musa tumbuh menjadi seorang pahlawan. Kalian pun dapat menjadi seorang pahlawan, asalkan kalian mau taat dan dengar-dengaran kepada Tuhan.

Card image
Truth Youth 22 Oktober 2023 (English Version) - STOP HOAX, TELL THE TRUTH
2023-10-22 10:02:32


"The integrity of the upright guides them, but the unfaithful are destroyed by their duplicity." (Proverbs 11:3)

A world that is becoming increasingly wicked leads us to a state where lies can become truth, and truth can become lies. We are certainly familiar with the word "hoax." Hoax is basically misleading and deceptive information, often used to deceive and manipulate people. Hoaxes can take various forms, from gossip or rumors, edited images and videos, fake news or stories, and so on.

In an era where technology is advancing rapidly, hoaxes can easily spread, whether through social media or other media. Even if unfiltered hoaxes have spread and been accepted by many people, hoaxes can seem like the truth. These are just hoaxes created by people with malicious intentions. Hoaxes actually originate from the evil one, namely Satan, who is constantly trying to manipulate us cleverly to keep us away from God.

As believers, we are required to proclaim the truth. How can we proclaim the truth? We must start by fighting the hoaxes within us, which is sin. The hoax proclaimed by Satan is that sin is something enjoyable. In fact, sin can lead us to destruction. Therefore, we must be brave in fighting the hoaxes within us, namely the nature of sin. Furthermore, we can proclaim the truth through our behavior. The risk is that we may have to face a world that has already spread many hoaxes. We may be labeled as liars even though we have proclaimed the truth. However, we must still have the integrity to proclaim the truth through our lives, because God has sent us to be a light in the midst of darkness (Matthew 5:14).

WHAT TO DO:
1. Fight the sin within us.
2. Pay attention to our words and actions.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Micah 1-4

Card image
Truth Youth 22 Oktober 2023 - STOP HOAX, TELL THE TRUTH
2023-10-22 09:59:06


”Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya.” (Amsal 11:3)

Dunia yang semakin jahat membawa kita pada suatu keadaan di mana dusta dapat menjadi kebenaran, dan kebenaran dapat menjadi dusta. Kita pastinya sudah tidak asing mendengar kata hoaks, atau yang sering ditulis H-O-A-X (Hoax). Hoaks pada dasarnya adalah informasi yang menyesatkan dan menipu, yang sering dipakai untuk mengecoh dan memanipulasi orang. Bentuk hoaks dapat bermacam-macam, mulai dari gosip atau rumor, gambar dan video yang telah diedit, berita atau cerita palsu, dan lain sebagainya.

Di zaman yang teknologinya semakin maju, hoaks dapat dengan begitu mudah menyebar, baik melalui media sosial maupun media lainnya. Bahkan, apabila hoaks yang tidak disaring, telanjur menyebar dan diterima oleh banyak orang, hoaks dapat seakan-akan menjadi suatu kebenaran. Ini baru hoaks yang diciptakan oleh manusia yang berniat jahat. Hoaks sesungguhnya berasal dari si jahat, yakni Iblis yang setiap saat berusaha dengan cerdiknya memanipulasi kita agar kita jauh dari Tuhan.

Sebagai orang percaya, kita dituntut untuk memberitakan kebenaran. Bagaimana kita memberitakan kebenaran? Kita harus mulai dengan melawan hoaks yang ada di dalam diri kita, yakni dosa. Hoaks yang diberitakan oleh Iblis adalah bahwa dosa itu sesuatu hal yang nikmat. Padahal, dosa dapat membawa kita pada kebinasaan. Untuk itu, kita harus berani melawan hoaks yang ada di dalam diri kita, yakni natur dosa. Selanjutnya, kita bisa memberitakan kebenaran melalui tingkah laku kita. Risikonya adalah, kita harus menghadapi dunia yang sudah telanjur banyak hoaksnya. Kita bisa saja dicap sebagai si pendusta meskipun kita sudah memberitakan kebenaran. Namun, kita harus tetap memiliki integritas untuk memberitakan kebenaran melalui kehidupan kita, karena Tuhan mengutus kita untuk menjadi terang di tengah kegelapan (Matius 5:14).

WHAT TO DO:
1.Lawan dosa yang ada di dalam diri kita.
2.Perhatikan perkataan dan tingkah laku kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mikha 1-4

Card image
Renungan Pagi - 22 Oktober 2023
2023-10-22 09:56:40


"Orang setia tidak pernah merugikan siapapun, tetapi orang yang hanya mau mencari untung, orang yang hanya mau mencari yang enak, akan membuat susah orang lain, sehingga ada orang yang berkata, "ini orang dulu baik sekali, tetapi sekarang kelihatan aslinya". Janji Tuhan tentang orang yang setia sampai akhir, adalah ; "Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan."

Kesetiaan tidak selalu membuat kita dapat melewati jalan yang mulus, namun keputusan dan iman yang tidak goyah, jiwa yang matang, dan kalau ada hal-hal yang mengecewakan dan menyakitkan dari orang-orang disekitar kita, maka tetaplah setia, karena karakter dan integritas kita adalah orang yang setia.
(Wahyu 2:10B)

Card image
Quote Of The Day - 22 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-22 09:53:22


Kurang ekstrem berkemas-kemas disebabkan karena fokus kita mulai bergeser; apalagi dosa, pasti membuat tumpul langkah kita berkemas-kemas.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 22 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-22 09:51:28


Domba yang baik adalah domba yang mengikut ke mana Sang Gembala menuntun dan selalu dengar-dengaran suara gembalanya; Gembala Agung, yaitu Tuhan Yesus.

Card image
LEWAT PERJUANGAN - 22 Oktober 2023
2023-10-22 09:44:04


Semakin kita mengenal kebenaran, semakin kita menghayati kehidupan, maka semakin terasa bahwa pelayanan pekerjaan Tuhan itu sangat berat. Beratnya bukan terletak pada kegiatan organisasi, masalah kebutuhan, keuangan, dan berbagai masalah teknis, melainkan pada tanggung jawab. Karena kita semakin bisa menghayati betapa dahsyatnya keadaan orang yang terpisah dari Allah. Apalagi dunia kita hari ini semakin tidak memedulikan Allah. Dari kanak-kanak, sajian konten di media sosial menyampaikan pesan yang secara implisit tidak disadari, yaitu: “Allah tidak ada, Allah tidak perlu ada.” Bukan Tuhan yang meninggalkan manusia, melainkan manusia yang meninggalkan Tuhan. Dan itu tragis. Dunia yang tidak menghayati kehadiran Allah, yang tidak memedulikan Tuhan, sehingga mereka juga tidak mempersoalkan kengerian, kedahsyatan kengerian terpisah dari Allah. Dan juga tidak memikirkan kedahsyatan, kemuliaan di dalam Rumah Bapa.

Ibarat domba, dunia—termasuk orang Kristen—sudah semakin tercerai-berai, semakin liar. Tidak bisa diarahkan untuk menuju satu tujuan yang benar. Domba yang baik adalah domba yang mengikut ke mana Sang Gembala menuntun dan selalu dengar-dengaran suara gembalanya; Gembala Agung, yaitu Tuhan Yesus. Dalam Yohanes 10:4-5 tertulis, Jika semua dombanya telah dibawa keluar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal.”

Ironis, makin banyak domba yang lari dari Gembala yang baik, lalu mengikuti orang asing. Dunia ini merupakan gambaran orang asing dengan prinsip-prinsip dan cara berpikir yang menyesatkan. Misalnya, harus punya uang banyak supaya bisa jalan-jalan, bisa punya fasilitas ini itu karena itulah kebahagiaan. Dan pada umumnya hampir semua orang begitu. Kondisi seperti ini sulit untuk membawa domba-domba itu ke arah yang benar. Apalagi kalau gembala kecil—hamba Tuhan atau pendeta—tidak memiliki arah perjalanan hidup yang benar. Tidak sedikit yang menjadikan pelayanan sebagai mata pencaharian dan untuk menikmati fasilitas. Kalaupun mereka membuat berbagai kegiatan, hal itu hanya untuk sebuah aktualisasi diri atau prestise. Mereka tidak serius untuk mengarahkan jemaat ke surga.

Mengemukakan hal ini kiranya menyadarkan kita betapa sulitnya masuk Kerajaan Surga. Seperti yang dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam Lukas 13:23-24, Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?" Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.” Di dunia yang semakin fasik, ada perasaan krisis apakah kita benar-benar sudah jadi manusia rohani, sudah benar-benar memiliki semacam sertifikat yang karenanya Tuhan berkata, “Aku kenal kamu.” Jangan sampai di hadapan Tuhan, kita dipermalukan. Yang berjuang sungguh-sungguh saja, tidak mudah. Apalagi kalau kita tidak berjuang. Kita tidak pernah rohani, karena kita hidup wajar seperti manusia lain.

Kita sudah deklarasikan dan terus kita mau mantapkan, ada di hadirat Tuhan 24 jam. Sehingga ketika kita mau berbuat sesuatu yang salah, kita takut. Kita mau bicara sesuatu yang akan merugikan seseorang yang tidak ada di situ, orang tidak dengar, kita takut. Kehidupan yang takut akan Allah, hidup di hadapan Tuhan itu harus dikembangkan terus. Namun, sedikit sekali orang yang benar-benar merindukan Tuhan, yang benar-benar hidup di hadirat Allah dan berjuang mematikan keinginan daging. Kita punya kesempatan berbuat dosa. Setiap hari ada peluang untuk memuaskan nafsu yang mana orang tidak lihat. Namun, karena kita mengembangkan hidup di hadirat Allah 24 jam setiap saat, kita takut. Ini bukan perjuangan yang mudah.

Belum lagi nanti Tuhan bicara, “Aku mau yang itu kamu lepaskan. Aku mau kamu buat ini,” kita lakukan. Berat, tetapi seperti kuncup bunga yang mulai berkembang merekah, cinta kita kepada Tuhan. Jadi cinta kita kepada Tuhan tidak bisa kita ciptakan dalam sekejap dengan frekuensi sesaat waktu kita di gereja, tetapi lewat perbuatan hidup, lewat perjuangan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

CINTA KITA KEPADA TUHAN TIDAK BISA KITA CIPTAKAN DALAM SEKEJAP, DENGAN FREKUENSI SESAAT WAKTU KITA DI GEREJA, TETAPI LEWAT PERBUATAN HIDUP DAN PERJUANGAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 Oktober 2023
2023-10-22 09:39:54

Yohanes 7-8

Card image
Truth Kids 21 Oktober 2023 - SANG RATU
2023-10-21 09:18:56


Ester 8:4
“Maka raja mengulurkan tongkat emas kepada Ester, lalu bangkitlah Ester dan berdiri di hadapan raja,”

Sobat Kids, superhero yang ada di dalam Alkitab tidak hanya laki-laki saja, tetapi ada juga superhero perempuan. Salah satunya bernama Ester. Apa yang dilakukan Ester sampai ia dapat dikatakan sebagai superhero?

Ester adalah anak yatim piatu berbangsa Yahudi yang tinggal di Persia. Ester memiliki sepupu yang bernama Mordekhai. Mordekhai merawat Ester setelah orangtua Ester meninggal. Mordekhai bekerja di istana. Saat raja Ahasyweros mencari ratu, Mordekhai meminta Ester mengikuti pemilihan ratu. Ester memiliki wajah yang cantik dan baik hati. Akhirnya Ester terpilih menjadi ratu.

Peraturan kerajaan pada zaman itu cukup ketat, Sobat Kids. Tidak ada yang boleh menghadap raja jika tidak dipanggil oleh raja. Tidak boleh sembarangan orang masuk melihat wajah raja. Jika raja berkenan ditemui, maka raja akan mengulurkan tongkat emasnya. Tetapi, jika tidak, orang tersebut dapat dimasukkan ke dalam penjara.

Suatu saat ada petinggi kerajaan yang bermaksud jahat terhadap Bangsa Yahudi. Ratu Ester yang seorang Yahudi, merasa kasihan terhadap rakyatnya. Ia berpuasa selama tiga hari untuk memohon bantuan dari Tuhan. Ester berdoa agar raja mau menemuinya. Setelah berpuasa, Ester memberanikan diri untuk menemui raja. Ia sudah siap berkorban, masuk penjara, jika raja tidak mau ditemui. Puji Tuhan, raja mengulurkan tongkat emasnya. Itu tanda raja berkenan ditemui. Ester pun menceritakan kepada raja tentang rencana orang jahat terhadap bangsa Yahudi. Karena keberaniannya Ester berhasil menyelamatkan bangsanya.

Card image
Truth Junior 21 Oktober 2023 - QUEEN ESTHER
2023-10-21 09:17:14


Ester 8:4
“Maka raja mengulurkan tongkat emas kepada Ester, lalu bangkitlah Ester dan berdiri di hadapan raja,”

Ester adalah seorang Yahudi yang tinggal di Persia. Orang tua Ester telah meninggal, jadi dia dirawat oleh sepupunya yang bernama Mordekhai. Ester diundang ke istana raja bersama perempuan-perempuan lainnya dalam kerajaan. Raja ingin memilih seorang ratu baru, dan akhirnya raja memilih Ester sebagai ratu yang baru.

Raja memiliki seorang hamba bernama Haman. Haman membantu raja memerintah negeri, dan raja memberi perintah kepada semua orang untuk sujud di hadapan Haman. Mordekhai tidak mau sujud di hadapan Haman. Dia hanya akan sujud di hadapan Tuhan.

Ini membuat Haman menjadi marah. Dia ingin menghukum Mordekhai dan semua orang Yahudi. Haman memberi tahu raja bahwa orang-orang Yahudi tidak mematuhi perintah raja. Karena itu, raja membiarkan Haman membuat hukum baru bahwa pada suatu hari tertentu, semua orang Yahudi akan dibunuh. Mordekhai mengetahui niat jahat dari Haman, dan Mordekhai meminta Ester untuk memikirkan tentang orang-orang Yahudi yang akan dibunuh. Mordekhai mengatakan, Tuhan mungkin menempatkan Ester di istana raja untuk menyelamatkan orang-orang Yahudi.

Ester tahu ia harus berbicara kepada raja, walaupun mungkin saja ia dihukum mati. Ester meminta semua orang Yahudi dan hamba-hambanya untuk berpuasa bersamanya, berdoa kepada Tuhan. Setelah berpuasa selama tiga hari, Ester percaya diri. Ketika Ester menghadap raja, raja mengulurkan tongkatnya yang berarti raja senang bertemu dengannya dan tidak akan menghukum mati. Akhirnya, Ester memberi tahu raja bahwa bangsanya dalam bahaya. Raja sangat terkejut dan memerintahkan para pengawal kerajaan memanggil Haman dan menjatuhkan hukuman mati atasnya. Raja pun membuat hukum baru yang melindungi orang-orang Yahudi. Iman Ester kepada Tuhan membuatnya berani berbicara kepada raja dan menyelamatkan bangsanya. Ester menjadi pahlawan bagi bangsanya karena Ester menjadikan Tuhan Pahlawan buat dirinya. Sobat junior juga, ya, jangan lupa selalu menjadikan Tuhan satu-satunya Hero dalam hidup kalian.

Card image
Truth Youth 21 Oktober 2023 (English Version) - SURRENDER
2023-10-21 09:14:56


"Commit your way to the Lord; trust in him, and he will act." (Psalm 37:5)

We are certainly not unfamiliar with the word "surrender." Surrender is often understood as a state of submission, letting go of control over something we cannot control, and entrusting our fate to something greater than us. In everyday life, this word is often used to refer to a situation where someone acknowledges their inability to face something. For example, in sports like boxing, someone surrenders because they can no longer fight their opponent.

When we hear the word "surrender," the things that usually come to mind for many people are something negative. Surrender is often associated with helplessness or defeat. However, surrender is not a bad thing for our spirituality, especially in our relationship with God. Surrender here means entrusting our fate, our life's journey, our will, only to God. It means that we open ourselves to be fully controlled by God. Thus, the surrender referred to is surrender to God.

Surrendering to God does not mean that we are passively submitting ourselves under God's control. God desires us to surrender actively, meaning we are willing to do what God wants in our lives, which means obeying whatever God commands. Surrendering to God also means having complete trust in God. We have learned not to doubt God. If we say we trust God, then we should not doubt Him, even though God's will often does not match our expectations. However, within it, we are taught to surrender to God.

WHAT TO DO:
Pray and ask God to lead us in every step of our lives.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jonah 1-4

Card image
Truth Youth 21 Oktober 2023 - MENYERAH
2023-10-21 09:12:34


”Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak.” (Mazmur 37:5)

Kita tentu tidak asing dengan kata ‘menyerah’. Menyerah sering dipahami sebagai keadaan pasrah, melepaskan kendali atas sesuatu yang tidak dapat dikendalikan, dan mempercayakan nasib kepada sesuatu yang berada di atas kita. Di dalam kehidupan sehari-hari, kata ini sering dipakai untuk menunjuk pada suatu keadaan di mana seseorang mengakui ketidakmampuan dirinya dalam menghadapi suatu hal. Misalnya, di dalam olahraga seperti tinju, seseorang menyerah karena ia tidak sanggup lagi melawan musuhnya.

Ketika mendengar kata ‘menyerah’, hal-hal yang biasanya di pikiran banyak orang adalah sesuatu yang negatif. Kata menyerah sering juga dikaitkan dengan keadaan tidak mampu atau kekalahan. Namun, menyerah bukanlah sesuatu hal yang buruk bagi kerohanian kita, khususnya dalam hubungan kita kepada Tuhan. Menyerah di sini maksudnya adalah memercayakan nasib kita, jalan hidup kita, kehendak kita, hanya kepada Tuhan. Artinya, kita membuka diri untuk dikendalikan sepenuhnya oleh Tuhan. Dengan demikian, menyerah yang dimaksud adalah menyerah pada Tuhan.

Menyerah pada Tuhan bukan berarti kita secara pasif memberi diri kita di bawah kendali oleh Tuhan. Tuhan menghendaki kita untuk menyerah secara aktif, artinya kita bersedia untuk melakukan apa yang Tuhan inginkan di dalam hidup kita, yang berarti kita menuruti apa pun yang Tuhan perintahkan. Menyerah pada Tuhan juga berarti percaya sepenuhnya kepada Tuhan. Kita sudah belajar agar kita tidak meragukan Tuhan. Kalau kita berkata kita percaya kepada Tuhan, maka sudah sepatutnya kita tidak meragukan-Nya meskipun kehendak Tuhan sering kali tidak sesuai ekspektasi kita. Namun, di dalamnya kita diajarkan agar kita menyerah pada Tuhan.

WHAT TO DO:
Berdoa dan mintalah kepada Tuhan agar kita dipimpin oleh-Nya dalam setiap langkah hidup kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yunus 1-4

Card image
Renungan Pagi - 21 Oktober 2023
2023-10-21 09:10:03


Jangan sampai dalam hidup kita ada kebohongan dan dusta, Alkitab juga mengingatkan soal kebohongan dan dusta, kalau suka berbohong dan suka berdusta, maka iblis yang menjadi bapa kita, karena dia adalah bapa dari segala pendusta.

"Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta."

Bahkan dalam kitab Wahyu dikatakan: orang yang mencintai dusta dan melakukannya, disamakan dengan anjing-anjing, penyihir, orang sundal dan penyembah berhala, "Tetapi anjing-anjing dan tukang-tukang sihir, orang-orang sundal, orang-orang pembunuh, penyembah-penyembah berhala dan setiap orang yang mencintai dusta dan yang melakukannya, tinggal di luar."

"Tinggal diluar", artinya pembohong atau orang yang suka dusta, tidak punya tempat dalam kerajaan sorga. Sebab itu, hati-hati! Jangan sampai kita sudah bertobat, sudah ikut pelayanan, sudah tinggalkan penyembahan berhala, tetapi tidak masuk sorga, hanya karena hidup dalam kebohongan dan dusta.
(Yohanes 8:44; Wahyu 22:15)

Card image
Quote Of The Day - 21 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-21 09:04:46


Kematian bukanlah keadaan gelap gulita, tetapi keadaan di mana kita akan mendapatkan kemuliaan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 21 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-21 09:01:14


Kita dirancang bukan untuk sementara waktu, melainkan untuk kekekalan.

Card image
TOUCHING GOD - 21 Oktober 2023 (English Version)
2023-10-21 08:37:09


Everyone can say, “I want to please You, Lord,” but how willing are we to please God? Like fragrance, it is a powerful fragrance. We all have the potential for that because this is not a gift but the result or fruit of life from individual steps. We will be very sorry when we close our eyes and look back at how short our 70 years of life are. However, we will be very fortunate if we become fragrant flowers before God in eternity.

God says, “I am He who searches hearts and minds.” And behind this statement, God wants to say, “I help you to know yourself. But remember, seek Me while I can be found.” If a person does not examine themselves properly, meaning they live in actions that grieve God’s heart, then gradually, they will grieve the Spirit and quench the Spirit. Having quenched the Spirit, they will blaspheme the Spirit. This means not appreciating the work of the Holy Spirit within them so that they cannot accept the work of the Holy Spirit within them or cannot collaborate with the Holy Spirit.

If we get used to collaborating with the Holy Spirit, we will have sensitivity, namely, understanding what God wants. On the other hand, if we reject the work of the Holy Spirit, we live carelessly and become blind. Like a hospital, the pastor, acting as a nurse, should consult with the Doctor above all doctors, and then, they convey a prescription that the congregation must redeem. Where do the congregations redeem this recipe? Not at the pharmacy but on the journey of our lives, such as at home, work, society, or on the go. However, if we only listen and agree but don’t do it, we are like receiving a doctor’s prescription but not redeeming it at the pharmacy.

We must be ambitious about reaching the peak of holiness that we can achieve according to our respective portions and parts. However, achieving the peak of devotion and touching God’s heart to be pleasing before God is not a gift but an opportunity that comes with responsibility. If we use this opportunity and fulfill the responsibility, we will achieve it. We should make God our only world because, in the end, we will die. We can take nothing with us, but if, as long as we live in friendship with the God of the universe, walk with our Lord and Savior, Jesus Christ, and please the Father, it will undoubtedly be an eternal provision.

Jer.17:9-10 says, “The heart is deceitful above all things and beyond cure. Who can understand it? I, the LORD, search the heart; I examine the mind to reward a man according to his way, by what his deeds deserve.” The Bible clearly says that the human heart is deceitful. We feel we’re humble, but we are not. We feel we have worked for God despite our personal agendas. We think loving, even though we want to take advantage of people. We want to show devotion, even though we still want honor. If we let it happen, eventually, our hearts will become stone. It can no longer be cured if it’s already like Cirrhosis in the liver.

We still have a chance today, so don’t waste this opportunity. Don’t let us close our eyes before God’s Judgment Seat; our actual situation will be revealed. What an indescribable regret. As written in Rev.2:23, we are grateful to have a God who searches our inner being. He is the Judge because He will reward everyone according to their actions and the results of their efforts. God wants to examine our minds because the state of our minds determines the steps of our actions, and we must be responsible for it.

This is what God wants, namely, so that we can have a life that pleases Him, and we can do that. So, don’t listen to the voice of the flesh, the deceptive devil who says, “You can’t.” This world has a powerful influence on us. So, we must be hard on ourselves so the world cannot be hard on us. Today, when we deal with God, we must open ourselves up, be naked before Him, and ask Him to tell us our situation. *We were designed not for temporal but for eternity.* So, open our thoughts and feelings to be guided by the Holy Spirit to recognize our actual state before God.  

HOW LUCKY IS THE PERSON WHO BECOMES A FRAGRANT FLOWER THAT TOUCHES GOD.

Card image
MENYENGAT TUHAN - 21 Oktober 2023
2023-10-21 08:32:01


Semua bisa berkata, “Aku mau menyenangkan-Mu, Tuhan,” tetapi seberapa kita mau menyengat Tuhan? Ibarat keharuman, itu keharuman yang sangat kuat. Sejatinya, semua kita berpotensi untuk itu. Sebab ini bukan karunia melainkan hasil atau buah kehidupan dari langkah individu. Kita akan sangat menyesal ketika kita menutup mata dan menengok betapa singkatnya 70 tahun umur hidup kita dan kita melihat kekekalan. Betapa beruntungnya orang yang menjadi bunga harum yang menyengat di hadapan Allah.

Tuhan berkata, “Aku menguji batin.” Dan di balik pernyataan ini Tuhan mau berkata, “Aku bantu kamu untuk mengenali diri. Tapi ingat, cari Aku selama atau selagi Aku bisa ditemui.” Sebab kalau orang tidak memeriksa dirinya dengan benar, artinya dia hidup dalam perbuatan-perbuatan yang mendukakan hati Tuhan, maka lambat laun dia akan mendukakan Roh, lalu dia akan memadamkan Roh. Setelah memadamkan Roh, dia akan menghujat Roh. Artinya, tidak menghargai karya Roh Kudus di dalam dirinya, sehingga ia tidak bisa menerima pekerjaan Roh Kudus di dalam dirinya atau tidak bisa berkolaborasi dengan Roh Kudus.

Padahal kalau kita membiasakan diri berkolaborasi dengan Roh Kudus, kita akan punya kepekaan, yaitu mengerti apa yang Allah kehendaki. Sebaliknya, kalau kita menolak pekerjaan Roh Kudus, kita hidup sembarangan, maka kita menjadi buta. Ibarat rumah sakit, pendeta seharusnya berbicara mewakili Dokter di atas segala dokter. Dan pendeta menyampaikan resep yang harus jemaat tebus. Di mana kita menebus resep ini? Di rumah, di pergaulan, di pekerjaan, di perjalanan waktu. Bukan di apotik, melainkan di perjalanan hidup kita. Namun, kalau kita hanya mendengar, setuju, dan tidak melakukan, maka kita seperti terima resep dokter dan tidak menebusnya ke apotik.

Kita harus berambisi bagaimana mencapai puncak kesucian yang bisa kita capai sesuai dengan porsi dan bagian kita masing-masing. Bagaimana kita bisa mencapai puncak pengabdian, dan itu menyengat hati Tuhan karena kehidupan kita yang berkenan di hadapan Allah. Ini bukan karunia. Ini adalah kesempatan yang di dalamnya ada tanggung jawab. Dan jikalau kita menggunakan kesempatan ini dan memenuhi tanggung jawab ini, maka kita pasti akan mencapainya. Maka, jadikan Tuhan satu-satunya dunia kita. Pada akhirnya, kita pasti meninggal dunia. Tidak ada yang dapat kita bawa, tetapi kalau selagi hidup kita bersahabat dengan Allah semesta alam, kita berjalan bersama Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, menyenangkan hati Bapa, itu pasti menjadi bekal abadi.

Yeremia 17:9-10, “Betapa liciknya hati, lebih licik daripada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya? Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya.” Alkitab jelas mengatakan bahwa hati manusia itu licik. Kita bisa merasa rendah hati, padahal belum. Merasa sudah bekerja buat Tuhan, padahal ada agenda-agenda pribadi. Merasa mengasihi, padahal kita mau memanfaatkan orang. Kita mau menunjukkan pengabdian, padahal kita masih ingin kehormatan. Kalau kita membiarkannya, akhirnya hati kita jadi membatu. Kalau ibarat penyakit, sirosis; sudah tidak bisa disembuhkan

Hari ini kita masih punya kesempatan. Jangan sia-siakan kesempatan ini. Jangan sampai kita menutup mata di hadapan takhta pengadilan Tuhan, baru terbongkar keadaan kita yang sebenarnya. Sungguh penyesalan yang tak tergambarkan. Seperti yang tertulis di dalam Wahyu 2:23, kita bersyukur memiliki Tuhan yang menguji batin. Dia Hakim, sebab Dia akan memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya. Tuhan mau memeriksa batin kita, sebab keadaan batin kita menentukan langkah perbuatan kita. Dan langkah perbuatan kita harus kita pertanggungjawabkan.

Hal ini yang Tuhan mau, yaitu agar kita bisa memiliki kehidupan yang menyengat Tuhan. Hal itu pasti bisa kita lakukan. Maka, jangan mendengar suara daging, setan yang menipu yang berkata, “tidak bisa.” Dunia ini kuat sekali memengaruhi kita. Maka kita harus keras terhadap diri sendiri supaya dunia tidak bisa keras terhadap kita. Jadi saat ini, ketika kita berurusan dengan Tuhan, kita harus benar-benar membuka diri, telanjang di hadapan Tuhan, dan meminta Tuhan memberitahu kepada kita bagaimana keadaan kita yang sebenarnya. Kita dirancang bukan untuk sementara waktu, melainkan untuk kekekalan. Jadi, bukalah pikiran dan perasaan kita untuk dituntun Roh Kudus, supaya bisa mengenali keadaan diri kita secara benar di hadapan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

BETAPA BERUNTUNGNYA ORANG YANG MENJADI BUNGA HARUM YANG MENYENGAT DI HADAPAN ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 Oktober 2023
2023-10-21 08:29:00

Matius 18

Card image
Truth Kids 20 Oktober 2023 - PAWANG BINATANG BUAS
2023-10-20 09:13:13


Daniel 1:8
”Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.”

Sobat Kids, apakah kalian pernah nonton sirkus hewan buas? ya hewan buas itu bisa mengikuti perintah orang yang memimpin acara itu. Orang tersebut sudah lama kenal dengan binatang buas tersebut. Orang tersebut juga melatih binatang buas itu menjadi lebih jinak. Biasanya orang tersebut disebut sebagai pawang. Makanya harimau dan singa itu mau mengikuti perintah yang diberikan oleh pawang. Tapi apa yang akan terjadi jika ada orang asing, orang yang tidak dikenal oleh harimau atau singa, datang mendekati binatang buas tersebut? Sudah pasti orang asing tersebut akan diterkam oleh harimau atau singa itu.

Namun, superhero kita hari ini berbeda, Sobat Kids. Walaupun ia bukan seorang pawang binatang buas, Daniel tidak diterkam saat dimasukkan ke dalam gua singa. Kok bisa? Itu karena Allah yang menjaga Daniel. Daniel menjaga dirinya untuk ikut perintah Allah. Daniel tidak mau makan makanan dan minum minuman yang disajikan oleh raja. Daniel mau menunjukkan bahwa dirinya kuat dan sehat bukan karena makanan dari istana raja, tetapi Tuhan Allah yang menjaga dan memberkatinya.

Sobat Kids, marilah kita lakukan perintah Tuhan. Kita mau belajar untuk menjaga diri kita dengan baik. Pasti Tuhan akan menjaga dan memberkati kita.

Card image
Truth Junior 20 Oktober 2023 - DANIEL AND THE LIONS DEN
2023-10-20 09:11:28


Daniel 1:8
”Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.”

Daniel adalah kisah terkenal lainnya di Alkitab. Setuju, tidak? Tentu saja, dong. Bagaimana bisa seorang manusia biasa tanpa alat dan tanpa kekuatan super, tidak meninggal di tengah-tengah kumpulan singa buas? Yuk, kita baca kisahnya di kitab Daniel pasal 6.

Daniel adalah seorang tokoh yang cerdas, sehingga menjadi orang kepercayaan raja Darius dalam pemerintahan. Bukan hanya cerdas, Daniel adalah seseorang yang sangat rajin beribadah menyembah Allah dan taat sepenuhnya kepada Allah Bapa. Sungguh sangat teladan bagi kita. Namun, ternyata tidak semua orang menyukai Daniel saat dia lebih disayangi oleh raja Darius. Oleh karena itu, musuh Daniel menjebak raja supaya mengeluarkan peraturan agar semua orang hanya boleh menyembah raja. Dengan peraturan itu, maka Daniel sebenarnya sedang dilarang untuk menyembah Allah Bapa.

Namun, Daniel tidak peduli dengan peraturan itu sebab dia akan tetap setia dan berani menyembah Allah Bapa yang akan menyelamatkan dan memelihara hidupnya. Akhirnya, Daniel ditangkap dan dihukum dengan cara dimasukkan ke dalam gua singa. Daniel menerima hukuman tersebut dan berserah diri pada perlindungan Allah. Tidak bisa dipungkiri bahwa Allah Bapa Maha Pengasih tidak akan membiarkan umat-Nya yang begitu setia akan binasa dengan cara demikian. Perlindungan Allah Bapa menyertai Daniel, hingga pada akhirnya ditemukan selamat walaupun di dalam gua singa-singa.

Daniel adalah salah satu superhero kuat di Alkitab. Bisa menang dari singa-singa tanpa alat dan senjata. Namun, jika Sobat Junior melihat Daniel yang begitu setia kepada Allah Bapa, Sobat Junior akan menjadi tahu bahwa Allah Bapa akan menjadi sumber perlindungan terkuat kita di kala susah kita.

Card image
Truth Youth 20 Oktober 2023 (English Version) - WITHOUT DOUBT
2023-10-20 09:09:35


"If any of you lacks wisdom, you should ask God, who gives generously to all without finding fault, and it will be given to you. 6 But when you ask, you must believe and not doubt, because the one who doubts is like a wave of the sea, blown and tossed by the wind" (James 1:5-6).

Doubt is a feeling of uncertainty, insecurity, or disbelief in something. Doubt is also a condition in which a person feels unaware or confused about something or when making decisions. Doubt can arise in various contexts in our lives, such as doubting one's abilities or self-worth, doubting what we believe in, and doubting what decisions to make.

Sometimes, as Christians, we doubt God, especially in a world that is advancing rapidly, and at the same time, becoming more evil. The advancement of information technology opens us up to various knowledge and unlimited information. Within it, we can discover various secrets that we never knew before. However, at the same time, the power of darkness uses it to distance us from God, making us doubt God with all the information we obtain from the world.

Doubt makes us like waves tossed by the sea (James 1:6) and has the potential to bring us down. The world entices and tosses us around to make us fall and no longer believe in God. However, God teaches us to always ask Him for wisdom. We must acknowledge that, no matter how smart we are, how wise we are, our wisdom is small and very inadequate compared to God. Therefore, we need to ask God for wisdom to face our doubts in the midst of this advancing world. Furthermore, we must be without doubt and have absolute trust in God, even though He is not visible and seems unreal. But our great God is worthy of such trust. Surely, God will prove Himself in our lives, as long as we do not doubt Him.

WHAT TO DO:
1. Remove doubts about God.
2. Train discipline in spiritual matters such as prayer, reading the Word, and participating in the right spiritual communities to help us not doubt God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Obadiah 1

Card image
Truth Youth 20 Oktober 2023 - TANPA RAGU
2023-10-20 09:05:29


”Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, — yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit —, maka hal itu akan diberikan kepadanya. Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin.” (Yakobus 1:5-6)

Keraguan adalah perasaan ketidakpastian, ketidakyakinan, atau ketidakpercayaan terhadap sesuatu. Keraguan juga merupakan kondisi di mana seseorang merasa tidak tahu atau bingung tentang suatu hal atau ketika mengambil keputusan. Keraguan bisa timbul dalam berbagai konteks dalam kehidupan kita, seperti meragukan kemampuan atau nilai diri sendiri, meragukan apa yang kita yakini, dan meragukan keputusan apa yang harus diambil.

Terkadang sebagai orang Kristen kita meragukan Tuhan, apalagi di dalam dunia yang semakin maju, dan di saat yang sama juga semakin jahat. Kemajuan teknologi informasi membukakan kita kepada berbagai ilmu pengetahuan dan informasi tanpa batas. Di dalamnya kita bisa mengetahui berbagai rahasia yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya. Namun, di saat yang sama, kuasa kegelapan memakainya agar kita jauh dari Tuhan, dengan membuat kita meragukan Tuhan dengan segala informasi yang kita peroleh dari dunia.

Keraguan membuat kita seperti terombang-ambing di dalam ombak (Yakobus 1:6), dan berpotensi menjatuhkan kita. Dunia menarik dan mengombang-ambingkan kita agar kita jatuh dan tidak lagi percaya kepada Tuhan. Namun, Tuhan mengajarkan kita agar kita selalu meminta hikmat kepada-Nya. Kita harus akui bahwa, sepintar apa pun diri kita, sebijaksananya diri kita, tetapi hikmat dan kebijaksanaan kita itu kecil dan sangat kurang dibandingkan dengan Allah. Oleh karena itu, kita perlu meminta kepada Allah agar kita diberikan hikmat dalam menghadapi keraguan kita di tengah dunia yang semakin maju ini. Selain itu, kita harus tanpa ragu-ragu dan mutlak percaya kepada Allah, meskipun Dia tidak kelihatan dan seperti tidak nyata. Namun, Tuhan kita yang besar layak dipercayai demikian. Niscaya, Tuhan pasti akan membuktikan diri-Nya di dalam kehidupan kita, asalkan kita tidak ragu akan diri-Nya.

WHAT TO DO:
1.Hilangkan rasa ragu akan Tuhan.
2.Latihlah disiplin dalam hal-hal rohani seperti berdoa dan membaca firman dan ikut dalam komunitas rohani yang benar agar membawa kita untuk tidak meragukan Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Obaja 1

Card image
Renungan Pagi - 20 Oktober 2023
2023-10-20 09:02:38


Di tengah situasi ekonomi yang sulit karena dampak dari pandemi Covid-19 banyak orang mengalami kemerosotan di segala bidang kehidupan,  karena keadaan ini ada banyak orang Kristen apatis terhadap perkara-perkara rohani!.

Mereka tak lagi bersemangat beribadah dan melayani pekerjaan Tuhan, dalam hal ini tak seharusnya pandemi ini membuat kita kehilangan semangat dan kerinduan mencari Tuhan!. Justru harus makin bersungguh-sungguh di dalam Tuhan dan semakin hidup melekat kepada Tuhan, bukan sebaliknya.

Sekalipun musim kehidupan di dunia ini berubah kita harus percaya bahwa punya Tuhan yang tidak pernah berubah kasih dan kuasa-Nya: "Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya." Kita punya Tuhan yang sangat ahli membuat keajaiban. 

Jangan pernah ragukan hal itu!. Asal kita sungguh-sungguh mempercayakan hidup ini kepada Tuhan sepenuhnya, apa pun yang rusak, hancur, dan tinggal puing-puing sekalipun, Tuhan sanggup membangun, memulihkan kembali seperti sediakala, bahkan jauh lebih baik dari sebelumnya.
(Ibrani 13:8)

Card image
Quote Of The Day - 20 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-20 08:54:13


Sekalipun kita dalam keadaan tidak nyaman, bukan berarti kita tidak bisa bahagia, sebab damai sejahtera-Nya ditinggalkan bagi kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 20 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-20 08:52:16


Menghujat Roh tidak menunjuk satu jenis perbuatan, tetapi satu tingkat keadaan ketika seseorang tidak lagi mampu bekerja sama dengan Roh Kudus.

Card image
MENGENAL DIRI DENGAN BENAR - 20 Oktober 2023
2023-10-20 08:44:49


Tuhan tidak berurusan dengan kita di waktu yang lalu; Tuhan tidak berurusan dengan kita 10 tahun, 5 tahun, 3 tahun, 2 tahun yang lalu, bahkan Tuhan tidak berurusan dengan kita kemarin. Tuhan berurusan dengan kita hari ini, bagaimana keadaan kita sekarang, dan bisa menjadi apa kita nanti. Namun, kalimat ini sebenarnya belum selesai. Ada implikasi yang penting di balik kalimat ini. Tuhan berurusan dengan kita hari ini berarti kita harus berkeadaan tidak melukai hati Tuhan saat ini. Tuhan mengampuni dosa-dosa yang telah kita lakukan di masa-masa yang lalu dan Tuhan bisa melupakannya. Bahkan Tuhan menganggapnya tidak pernah terjadi, Tuhan tidak mengingatnya. Tetapi itu tidak cukup.

Namun ironis, sedikit sekali orang yang serius memerhatikan perasaan Tuhan. Sejatinya, hampir setiap kita pernah berkeadaan seperti itu. Namun, setelah melalui proses hidup, kita melangkah untuk memperkarakan, mempersoalkan, memerhatikan perasaan Tuhan terhadap diri kita saat ini. Tuhan bersedia mengampuni dosa-dosa, kesalahan yang telah kita lakukan, melupakan dan tidak mengingatnya lagi. Namun, apakah kita sekarang ini dalam keadaan masih berdosa? Atau walaupun tidak melakukan dosa atau kesalahan yang telah kita lakukan, apakah kita memiliki tekad dan komitmen untuk tidak melakukan kesalahan yang sama? Apakah kita bersedia untuk tidak memiliki sikap hati yang bisa melukai Tuhan?

Apakah kita sungguh-sungguh mengenali diri kita dengan benar? Mungkin masih ada sikap hati, perbuatan kita yang belum, yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Maka firman Tuhan mengatakan, “Jika engkau mendengar suara Tuhan, Allahmu, pada hari ini…” berarti sekarang Tuhan mau berurusan dengan kita. Kesadaran ini harus kita miliki sebagai sikap hormat kita kepada Tuhan, dan sekaligus hati yang mengasihi Dia. Mestinya kalau kita sungguh-sungguh serius mau berurusan dengan Tuhan, kita berani berjanji untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Bahkan kita mau hidup dalam kesucian. Saat ini juga kita harus memeriksa adakah sikap hati kita yang tidak berkenan di hadapan Allah. Walaupun itu belum menjadi tindakan, masih di dalam pikiran.

Kita mau benar-benar bersih di hadapan Tuhan, yang karenanya seperti pemazmur berkata, “Selidiki aku, Tuhan, kenalilah aku, apakah jalanku serong.” Menyimpang sedikit atau meleset sedikit saja, Tuhan tidak berkenan. Sebagaimana kalau kita menghormati dan mengasihi seseorang, tentu kita tidak ingin sedikit pun melukai dan menyakiti hatinya. Demikian pula terhadap Tuhan. Namun, sedikit sekali orang yang sungguh-sungguh memerhatikan perasaan Tuhan, karena banyak orang lebih memerhatikan perasaannya sendiri. Menghitung untung rugi dari perspektif atau sudut pandangnya, bukan melihat Tuhan.

Hari ini kita mau berubah. Jangan sampai kita terus ada dalam keadaan tidak terbiasa memerhatikan perasaan Tuhan, sampai suatu saat kita tidak sanggup memerhatikan perasaan Tuhan. Kita menjadi buta dan tuli. Di Wahyu 2:23, dikatakan, “Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya.” Maka, kalau kita tidak terbiasa dengan jujur memeriksa batin kita, maka kita tidak akan pernah mengenal diri sendiri dengan benar dan tidak akan pernah memiliki kecerdasan rohani mengenali diri dengan benar. Sampai pada titik di mana kita tidak tahu kalau kita tidak tahu. Kita merasa tahu, tetapi sebenarnya kita tidak tahu.

Ingat, Tuhan tidak memaksa seseorang untuk mengoreksi dirinya. Maka, untuk dapat mengenali diri dengan benar, kita harus bekerja sama dengan Roh Kudus. Jika kita tidak pernah bekerja sama dengan Roh Kudus, maka kita bisa sampai pada tingkat menghujat Roh. Menghujat roh artinya tidak lagi mampu menerima pekerjaan Roh Kudus di dalam diri kita. Jadi, menghujat Roh tidak menunjuk satu jenis perbuatan, tetapi satu tingkat keadaan ketika seseorang tidak lagi mampu bekerja sama dengan Roh Kudus. Dan kalau sampai orang tidak dipimpin Roh Kudus, seperti yang Tuhan Yesus katakan, betapa gelapnya kegelapan itu.

Kalau kita pernah melihat orang seperti itu atau masih mampu melihat orang seperti itu, sebenarnya itulah isyarat bahwa kita masih mampu melihat diri kita sendiri. Namun, kalau seseorang sudah tidak mampu melihat orang yang tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu, dia pasti juga tidak mampu melihat dirinya dengan benar. Kita harus punya hati yang bersih, sikap hati yang benar, mulut yang bersih, pikiran yang bersih, tindakan yang bersih, yang menyenangkan hati Tuhan. Sehingga dapat menyengat hati Tuhan dengan kesucian hidup kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA TIDAK TERBIASA DENGAN JUJUR MEMERIKSA BATIN KITA, MAKA KITA TIDAK AKAN PERNAH MENGENAL DIRI SENDIRI DENGAN BENAR DAN TIDAK AKAN PERNAH MEMILIKI KECERDASAN ROHANI MENGENALI DIRI DENGAN BENAR.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 Oktober 2023
2023-10-20 08:41:30

Matius 17
Markus 9

Card image
Truth Kids 19 Oktober 2023 - SADRAKH, MESAKH DAN ABEDNEGO
2023-10-19 09:45:16


Daniel 3:28
Berkatalah Nebukadnezar: ”Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya, yang telah menaruh percaya kepada-Nya, dan melanggar titah raja, dan yang menyerahkan tubuh mereka, karena mereka tidak mau memuja dan menyembah allah mana pun kecuali Allah mereka."

Contoh superhero yang benar-benar nyata adalah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Cerita tentang mereka ada di dalam Alkitab. Mereka tidak mau menyembah patung yang dibuat oleh Raja Nebukadnezar. Sadrakh, Mesakh, dan Abednego setia kepada Tuhan. Mereka hanya mau menyembah Tuhan. Mereka lebih memilih untuk taat kepada Tuhan daripada Raja Nebukadnezar.

Raja Nebukadnezar memerintahkan agar mereka dihukum. Mereka bertiga dimasukkan ke dalam dapur api yang menyala-nyala. Wow, menakutkan sekali, bukan? Namun, karena mereka taat dan setia maka Tuhan melindungi mereka. Walaupun dapur apinya sudah dipanaskan tujuh kali lipat dari biasanya, api itu sedikitpun tidak dapat menghanguskan tubuh mereka. Bahkan rambut dan pakaian mereka tidak ada yang terbakar. Semua karena kuasa dan pertolongan Tuhan yang luar biasa dalam kehidupan mereka.

Sobat Kids, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego adalah superhero atau pahlawan iman yang tetap setia dan taat kepada Tuhan. Tuhan melindungi orang-orang yang setia dan taat kepada Tuhan. Yuk, kita berjuang untuk selalu taat kepada Tuhan!

Card image
Truth Junior 19 Oktober 2023 - SADRAKH, MESAKH DAN ABEDNEGO
2023-10-19 09:43:40


Daniel 3:28
Berkatalah Nebukadnezar: ”Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya, yang telah menaruh percaya kepada-Nya, dan melanggar titah raja, dan yang menyerahkan tubuh mereka, karena mereka tidak mau memuja dan menyembah allah mana pun kecuali Allah mereka."

Sobat Junior, rasanya sudah tidak asing lagi dengan ketiga tokoh yang luar biasa ini. Siapakah mereka? Tentu saja yang namanya Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Sobat Junior mesti tahu, nih... Apa sih yang membuat Sadrakh, Mesakh, dan Abednego patut untuk dijadikan contoh dan menjadi tokoh terkenal dalam Alkitab?

Ya, Sobat Junior mestinya kenal bahwa mereka adalah tiga pria cerdas, berani, dan setia pada Allah Bapa. Mereka bertiga dengan percaya sepenuhnya kepada Allah dan tidak ragu untuk menyerahkan nyawa membela Allah Bapa. Sungguh luar biasa, kan, Sobat Junior?!

Andaikan Sobat Junior ada di masa itu, coba bayangkan, deh... Sadrakh, Mesakh, dan Abednego disuruh menyembah patung karena perintah raja. Namun, mereka tetap setia kepada Allah dan percaya akan perlindungan Allah, sehingga menolak perintah raja. Apa akibat yang harus diterima Sadrakh, Mesakh, dan Abednego kalau menolak perintah raja Nebukadnezar di masa itu? Hukuman mereka adalah dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala dengan 7 kali lebih panas dari biasanya. Bahkan, Sobat Junior mesti tahu fakta bahwa api itu membakar mati orang-orang yang mengangkat Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Sedangkan, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego malah aman-aman saja, loh, Sobat Junior. Sungguh ajaib bukan, perlindungan Allah kepada Sadrakh, Mesakh, dan Abednego? Mereka bertiga keluar dari perapian dengan selamat dan tidak terbakar sedikit pun.

Sobat Junior, kisah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego yang begitu berani mempertaruhkan dirinya demi Allah adalah pahlawan yang sangat keren! Tanpa alat dan tanpa senjata, mereka berhasil mengalahkan raja. Mengalahkan raja yang dimaksud adalah, mampu menunjukkan kepada raja bahwa Allah yang mereka sembah lebih besar kuasa-Nya ketimbang apa pun di dunia ini. Hal ini dibuktikan dengan pujian raja Nebukadnezar kepada Allah yang disembah oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego.

Card image
Truth Youth 19 Oktober 2023 (English Version) - BUILDING RELATIONSHIP WITH GOD
2023-10-19 09:40:09


"Devote yourselves to prayer, being watchful and thankful." (Colossians 4:2)

If yesterday we learned to map out our life's time, over time, as we do it, it will form a habit. Having a holy life means having good habits. Mastering ourselves to have good habits. According to research, it takes 3 weeks for a person to form a new habit and 3 months to maintain it as a lifestyle. If we want to achieve a holy life, we must be willing to go through this formation.

Building a relationship takes time and commitment. Just like building relationships with friends, partners, or coworkers, we need time to understand and trust each other. Commitment is also needed to maintain the relationship. Similarly, if we want to build a true relationship with God, it must be intensive, every second, every time. Our God is not limited by space and time; we can meet Him anytime, anywhere. The problem lies in us; we are often occupied by other things that take our time away from maintaining a relationship with God. The second problem lies in our intentions; if we no longer have the intention, it will be difficult to start. Therefore, it is important for us to know what is right so that we don't rely on our mood alone, but we want to learn to force ourselves to have a true and intensive relationship with God. Having the right motivation, not because we want rewards from God, but truly because we cannot be separated from God, we indeed need God throughout our lives. Especially facing the increasingly chaotic and evil days ahead, we want to continue to be watchful, diligently meeting God in prayer, in everything we do.

WHAT TO DO:
Build prayer times and meet God from a young age.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Amos 5-9

Card image
Truth Youth 19 Oktober 2023 - BUILDING RELATIONSHIP WITH GOD
2023-10-19 09:37:25


"Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur." (Kolose 4:2)

Kalau kemarin kita sudah belajar untuk memetakan waktu hidup, lama-kelamaan jika kita lakukan, akan membentuk suatu habit atau kebiasaan. Memiliki kesucian hidup artinya kita juga memiliki kebiasaan yang benar. Menguasai diri untuk memiliki kebiasaan yang baik. Menurut riset, manusia butuh 3 minggu untuk membentuk kebiasaan baru dan butuh 3 bulan untuk terus mempertahankan kebiasaan baru menjadi gaya hidup. Kalau kita mau mencapai kesucian hidup, kita harus mau melalui proses pembentukan ini.

Membangun hubungan perlu waktu dan komitmen. Sama seperti kita membangun hubungan dengan teman, pacar, atau rekan kerja, tentu kita butuh waktu untuk saling mengerti dan percaya. Perlu komitmen juga untuk terus menjaga hubungannya. Sama halnya, kalau kita mau membangun hubungan yang benar dengan Tuhan, pasti harus intens, harus setiap detik setiap waktu. Tuhan kita gak dibatasi oleh ruang dan waktu, kita bisa menemui-Nya kapan pun dan di mana saja. Masalahnya hanya pada diri kita, sering kali kita disibukkan oleh hal lain yang menyita waktu kita untuk menjaga hubungan dengan Tuhan. Masalah kedua ada pada niat hati kita, kalau sudah gak niat, pasti akan susah untuk memulai. Oleh karena itu, penting untuk kita mengetahui mana yang benar, sehingga kita gak bergantung pada mood kita saja, tapi kita mau belajar untuk memaksa diri, untuk memiliki hubungan yang benar dan intens dengan Tuhan. Memiliki motivasi yang benar, bukan karena ingin mendapat reward dari Tuhan, tapi betul-betul karena kita memang gak bisa lepas dari Tuhan, memang kita memerlukan Tuhan di sepanjang kehidupan kita. Apalagi menghadapi hari-hari depan yang semakin kacau dan jahat, kita mau terus berjaga-jaga dengan rajin menemui Tuhan dalam doa, dalam apa pun yang kita lakukan.

WHAT TO DO:

Membangun jam-jam doa dan menemui Tuhan sejak muda.

BIBLE MARATHON:
▪︎Amos 5-9 "Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur." (Kolose 4:2) Kalau kemarin kita sudah belajar untuk memetakan waktu hidup, lama-kelamaan jika kita lakukan, akan membentuk suatu habit atau kebiasaan. Memiliki kesucian hidup artinya kita juga memiliki kebiasaan yang benar. Menguasai diri untuk memiliki kebiasaan yang baik. Menurut riset, manusia butuh 3 minggu untuk membentuk kebiasaan baru dan butuh 3 bulan untuk terus mempertahankan kebiasaan baru menjadi gaya hidup. Kalau kita mau mencapai kesucian hidup, kita harus mau melalui proses pembentukan ini. Membangun hubungan perlu waktu dan komitmen. Sama seperti kita membangun hubungan dengan teman, pacar, atau rekan kerja, tentu kita butuh waktu untuk saling mengerti dan percaya. Perlu komitmen juga untuk terus menjaga hubungannya. Sama halnya, kalau kita mau membangun hubungan yang benar dengan Tuhan, pasti harus intens, harus setiap detik setiap waktu. Tuhan kita gak dibatasi oleh ruang dan waktu, kita bisa menemui-Nya kapan pun dan di mana saja. Masalahnya hanya pada diri kita, sering kali kita disibukkan oleh hal lain yang menyita waktu kita untuk menjaga hubungan dengan Tuhan. Masalah kedua ada pada niat hati kita, kalau sudah gak niat, pasti akan susah untuk memulai. Oleh karena itu, penting untuk kita mengetahui mana yang benar, sehingga kita gak bergantung pada mood kita saja, tapi kita mau belajar untuk memaksa diri, untuk memiliki hubungan yang benar dan intens dengan Tuhan. Memiliki motivasi yang benar, bukan karena ingin mendapat reward dari Tuhan, tapi betul-betul karena kita memang gak bisa lepas dari Tuhan, memang kita memerlukan Tuhan di sepanjang kehidupan kita. Apalagi menghadapi hari-hari depan yang semakin kacau dan jahat, kita mau terus berjaga-jaga dengan rajin menemui Tuhan dalam doa, dalam apa pun yang kita lakukan. WHAT TO DO: Membangun jam-jam doa dan menemui Tuhan sejak muda. BIBLE MARATHON: ▪︎Amos 5-9

Card image
Renungan Pagi - 19 Oktober 2023
2023-10-19 09:33:40


Tuhan sendiri pernah mengatakan,  "Dan bangsa-bangsa yang tertinggal, yang ada di sekitarmu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, yang membangun kembali yang sudah musnah dan menanami kembali yang sudah tandus. Aku, TUHAN, yang mengatakannya dan akan membuatnya."

Maka sebagai orang percaya janganlah arah pandangan terfokus pada keadaan buruk yang kita lihat dengan mata jasmaniah, tetapi tujukanlah pandangan kepada Tuhan dan melihat segala sesuatu dalam sudut pandang Tuhan dengan mata rohaniah, sebab hidup kita adalah karena percaya, bukan karena melihat, karena itulah disebut sebagai orang percaya atau orang beriman.

Perhatikan!   "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Jadi bila masalah sepertinya tidak ada jalan keluar, dan hampir menyerah, percayalah di dalam Tuhan selalu ada jalan! Tak perlu takut dengan hidup ini karena kita punya Tuhan Sang Pengendali keadaan!
(Yehezkiel 36:36; Ibrani 11:1)

Card image
Quote Of The Day - 19 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-19 09:31:14


Ketika kita masih punya kesempatan untuk memilih, pilihlah untuk hidup sempurna.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 19 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-19 09:29:46


Setan tidak takut teologi. Namun, kalau setiap hari kita mendengar suara Allah dan kita turuti, maka setan takut.

Card image
THE HOLY SPIRIT DWELLING PLACE - 19 Oktober 2023 (English Version)
2023-10-19 09:28:13


Dark forces indeed program evil spirits to occupy humans, and they must have been designed with intelligence or ingenuity. So, let’s not be careless. There are dark forces that are sent to destroy our lives. Evil spirits can enter if the place is not filled. If the evil spirit enters again, it will come with the help of seven other spirits that cause a worse situation. Maybe we don’t realize we are heading towards worse because it’s not visible yet, but it could be dangerous. Moreover, Satan can use a priest good at talking and on social media, so the impact is significant. Of course, the devil understands how to employ someone with a strategic position.

Now, we must examine whether the spirit in us is the Spirit of God or not. On the other hand, the Holy Spirit seeks a comfortable dwelling place. He wants to use us as an instrument of glory for His name, so we must be truly alert to not fall into sin. We can control ourselves, be gentle, and be an example because we are humans without immunity. Even Jesus had no immunity, so Satan tempted Him to overthrow Him. However, Jesus used the weapon of the Word, and He can defeat the powers of darkness.

The tricky powers of darkness prevent many people from becoming generally morally evil. He makes them good and polite, but not up to the standard that God desires; that is, perfect like the Father and similar to Jesus. God desires holy, without blemish and spots (1 Pet. 1:16). He wants us to be holy by His standard of holiness. The devil can enter a person’s life, but it does not make that person savage or depraved; it is enough to make them satisfied with the condition of their life, which does not grow or achieve the goal of salvation God gave.

What’s horrible is when priests or servants of God who are good, not depraved, didn’t commit adultery, and were honest but they still want to enjoy life and live in normality. They did not bring the congregation to perfection. So, if we don’t meet God directly, we won’t find that atmosphere. We should set aside at least 30 minutes daily, and we will have supernatural experiences beyond reason. We will have inner testimony and sensitivity and discover the atmosphere of the Kingdom of Heaven. Only then can we distinguish whether the pastor is correct or not.

It’s okay for economic reasons or something else. However, we must reach the top regarding holiness or being pleasing. Our life is short. Nothing can satisfy us here, though we have treasures or wealth. But how beautiful it is in eternity; the time has no end, and there are edgeless green pastures. There, we will meet our parents, children, family, life partners, and friends without suffering or war and no poverty or disease. We want to go there, so we must care for ourselves by making no mistakes and not falling into sin, and this requires us to struggle seriously.

Rom. 3:23 says, “For all have sinned and fall short of the glory of God.” God wants us to have the glory of God, and to have it, we must have God’s morality and holiness. How can we have God’s holiness? If God fills us, how can we be filled with God? If the Word fills us. How can the Word fill us? If we hear the voice of the Spirit every day, it becomes Rhema. God’s Word says, “Man shall not live on bread alone, but on every Word that comes from the mouth of God (Rhema).” Then, how can we hear Rhema? Meet God. Feel and learn from Him.

Satan is not afraid of theology. However, if we hear God’s voice and obey it daily, Satan will fear us. Good sheep listen to the voice of their shepherd. If we hear God’s voice (Rhema), this does not make us mystical. We must hear God’s voice because the Holy Spirit was given to guide us to all truth. 1 Cor.6:19-20, “You were bought with a price fully paid. That you are not your own.” We have been bought so that the Holy Spirit can inhabit our bodies. If previously it was God’s temple where God lived, now He wants to dwell in our body because we have been bought.

So, the bodies of purchased believers want to be indwelt by the Holy Spirit. The Holy Spirit wants to fill our lives, not with temporary fullness. Indeed, there was a temporary fullness on the day of Pentecost, or certain times when people were filled with the Holy Spirit speaking in tongues. There are manifestations of spiritual gifts, but they are not permanent. So, don’t be surprised if someone once prophesied and spoke in tongues, but their behavior is now evil. It happened because he was not fulfilled permanently. Permanent filling of the Holy Spirit occurs when a person thinks as He thinks.

THE HOLY SPIRIT SEEKS A PLACE WHERE HE IS COMFORTABLE AND WANTS TO USE THAT PERSON AS AN INSTRUMENT OF GLORY FOR HIS NAME.

Card image
TEMPAT KEDIAMAN ROH KUDUS - 19 Oktober 2023
2023-10-19 09:23:55


Roh jahat memang diprogram oleh kuasa gelap untuk menempati manusia. Dan pasti dirancang dengan kecerdasan atau kecerdikannya. Jadi, jangan kita lengah. Ada kuasa kegelapan yang memang dikirim untuk merusak hidup kita. Roh jahat bisa masuk kalau tempat itu tidak diisi. Kalau dia masuki lagi, ada bantuan 7 roh lain masuk. Jadi, dia lebih jahat keadaannya. Mungkin sekarang kita tidak sadar bahwa kita sedang menuju lebih jahat. Belum kelihatan, tetapi bisa dalam kondisi bahaya. Apalagi setan bisa memakai seorang pendeta yang bisa pintar bicara, dan juga media sosial, maka dampaknya itu besar. Tentu Iblis mengerti bagaimana memakai seseorang yang memiliki tempat strategis.

Sekarang kita harus memeriksa diri sendiri. Roh yang ada pada kita, apakah Roh Allah atau bukan. Di sisi lain, Roh Kudus mencari tempat kediaman yang di dalamnya Roh Kudus nyaman. Roh Kudus mau memakai orang itu menjadi alat kemuliaan bagi nama-Nya. Untuk itu, kita harus sungguh-sungguh bersiaga supaya tidak jatuh dalam dosa, tidak mata duitan, tidak mata keranjang, supaya bisa menguasai diri, lemah lembut, supaya bisa menjadi teladan. Karena kita adalah manusia yang tidak diberi imunitas. Yesus pun tidak punya imunitas. Maka, Iblis mencobai Dia, supaya bisa menjatuhkan. Namun, Yesus memakai senjata Firman. Dengan Firman, Yesus bisa mengalahkan kuasa gelap.

Cerdiknya kuasa kegelapan, membuat banyak orang tidak menjadi jahat secara moral umum. Ia membuat orang baik-baik, santun, tetapi tidak sampai pada standar yang Allah kehendaki; yaitu sempurna seperti Bapa, serupa dengan Yesus. Yang dikehendaki Allah itu kudus, tak bercacat tak bercela (1 Ptr. 1:16). Tuhan menghendaki kita kudus dengan standar kekudusan Allah. Iblis bisa merasuki hidup seseorang, tetapi tidak membuat orang itu jadi biadab atau bejat, cukup membuat dia puas dengan keadaan hidupnya yang tidak bertumbuh, tidak mencapai maksud keselamatan yang diberikan Tuhan.

Yang mengerikan, pendeta atau hamba Tuhan. Pendeta itu baik, bukan pendeta bejat. Dia tidak berzina, jujur, tetapi dia masih mau menikmati hidup, mempunyai kewajaran. Dia tidak membawa jemaat kepada kesempurnaan. Maka, kalau kita tidak bertemu Tuhan langsung, kita tidak menemukan atmosfer itu. Maka, sediakanlah waktu minimal 30 menit setiap hari. Kita pasti akan punya pengalaman yang adikodrati; melampaui akal. Kita akan memiliki kesaksian dalam batin, punya kepekaan, dan kita akan menemukan atmosfer Kerajaan Surga. Baru kita bisa membedakan pendeta benar atau tidak.

Kalau untuk hal ekonomi atau untuk yang lain, bolehlah apa adanya. Namun, kalau kesucian, kekudusan, keberkenanan, kita harus sampai puncak. Hidup kita singkat. Seberapa puasnya punya rumah besar, mobil mewah, vila di Bali, atau deposito dalam jumlah besar? Namun, kekekalan—waktu yang tidak berakhir, di mana ada padang hijau yang tidak bertepi—betapa indahnya. Di sana kita akan bertemu orang tua, anak-anak, keluarga, pasangan hidup, sahabat kita tanpa penderitaan, tanpa perang. Tidak ada kemiskinan dan sakit-penyakit. Kita mau ke sana. Maka, jaga diri. Jangan salah, jangan jatuh dalam dosa. Kita harus serius bergumul.

Roma 3:23, “Karena semua manusia telah jatuh dalam dosa dan kehilangan kemuliaan Allah.” Tuhan mau kita punya kemuliaan Allah. Bagaimana agar kita bisa punya kemuliaan Allah? Kalau kita punya moralitas Allah, punya kesucian Allah. Bagaimana kita bisa punya kesucian Allah? Kalau Allah memenuhi kita. Bagaimana kita bisa dipenuhi Allah? Kalau firman memenuhi kita. Bagaimana firman bisa memenuhi kita? Kalau suara Roh kita dengar tiap hari; menjadi rhema. Firman Tuhan mengatakan, “Manusia hidup bukan hanya dari roti, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (rhema).” Lalu, bagaimana kita bisa mendengar rhema? Temui Tuhan. Rasakan dan belajar dari Tuhan.

Setan tidak takut teologi. Namun, kalau setiap hari kita mendengar suara Allah dan kita turuti, maka setan takut. Domba yang baik mendengar suara gembalanya. Kalau kita mendengar suara Tuhan (rhema), ini tidak membuat kita jadi mistis. Kita harus mendengar suara Tuhan, karena Roh Kudus diberikan untuk menuntun kita kepada seluruh kebenaran. 1 Korintus 6:19-20, “Kamu telah dibeli dengan harga yang lunas dibayar. Bahwa kamu bukan milik kamu sendiri.” Kita sudah dibeli, supaya Roh Kudus bisa mendiami tubuh kita. Kalau dulu bait Allah tempat Allah diam, sekarang tubuh kita, karena sudah dibeli.

Jadi, tubuh-tubuh orang percaya yang dibeli ini, mau didiami Roh Kudus. Roh Kudus mau memenuhi hidup kita, bukan dengan kepenuhan temporal. Memang ada kepenuhan temporal pada waktu hari Pentakosta, atau saat-saat tertentu orang dipenuhi Roh Kudus, berbahasa roh. Atau ada manifestasi karunia Roh, tetapi itu tidak permanen. Jadi, jangan heran kalau ada orang pernah bernubuat dan berbahasa roh, tetapi kelakuannya sekarang jahat. Itu terjadi karena dia tidak dipenuhi secara permanen. Kepenuhan Roh Kudus secara permanen terjadi ketika seseorang berpikir seperti Roh Kudus berpikir.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ROH KUDUS MENCARI TEMPAT KEDIAMAN YANG DI DALAMNYA ROH KUDUS NYAMAN. DAN ROH KUDUS MAU PAKAI ORANG ITU MENJADI ALAT KEMULIAAN BAGI NAMA-NYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 19 Oktober 2023
2023-10-19 09:18:04

Matius 16
Markus 8

Card image
Truth Kids 18 Oktober 2023 - MEMIMPIN HIDUP
2023-10-18 09:14:25


Hakim-Hakim 8:23
Jawab Gideon kepada mereka: “Aku tidak akan memerintah kamu dan juga anakku tidak akan memerintah kamu tetapi TUHAN yang memerintah kamu.”

Bangsa Israel seharusnya hanya menyembah Allah. Namun, mereka seringkali tidak taat dan menyembah patung. Allah menjadi sedih karena perbuatan orang Israel yang melawan perintah-Nya. Suatu saat tempat tinggal orang Israel dirusak oleh orang Midian. Orang Midian tidak percaya kepada Allah. Mereka seringkali berbuat jahat kepada orang Israel. Bahan makanan dan hewan ternak orang Israel diambil oleh orang Midian sehingga orang Israel kekurangan bahan makanan. Saat mengalami kesulitan, orang Israel baru ingat dan minta pertolongan dari Allah.

Allah memilih Gideon untuk melawan perbuatan jahat orang Midian. Gideon disuruh Allah untuk menyelamatkan orang Israel. Gideon bertugas untuk memimpin orang Israel. Mereka mengalahkan orang Midian yang jahat. Gideon mampu mengalahkan orang Midian karena ia dengar-dengaran dan taat kepada Allah. Kemudian orang Israel meminta Gideon untuk terus memimpin mereka. Namun, Gideon tahu bahwa hanya Allah yang seharusnya memimpin orang Israel, bukan dirinya sendiri. Gideon tidak menjadi sombong walaupun ia sudah menjadi pahlawan bagi orang Israel. Gideon mengingatkan orang Israel bahwa seharusnya hanya Tuhan yang memerintah atau memimpin atas orang Israel.

Sobat Kids, saat kita berhasil dalam sesuatu, misalnya di sekolah atau menang di perlombaan, kita tidak boleh sombong. Kita harus sadar bahwa Tuhan-lah yang memimpin hidup kita.

Card image
Truth Junior 2023 - GAGAH BERANI
2023-10-18 09:07:29


Hak. 8:23
Jawab Gideon kepada mereka: “Aku tidak akan memerintah kamu dan juga anakku tidak akan memerintah kamu tetapi TUHAN yang memerintah kamu.”

Sobat Junior, hari ini kita mau belajar dari kisah pahlawan lain yang ada di Perjanjian Lama. Namanya mungkin jarang terdengar, namun kisahnya menjadi bagian penting dalam perjalanan bangsa Israel. Siapakah namanya? Nama pahlawan itu adalah Gideon! Walaupun Gideon itu dijuluki sebagai pahlawan yang gagah berani, sebenarnya Gideon itu penakut dan gampang ragu. Saat malaikat Tuhan mendatanginya, Gideon sempat merasa rendah diri sebab dia hanya berasal dari keluarga yang tidak terpandang di suku Manasye. Dia juga paling muda. Tetapi Tuhan tidak memedulikan latar belakang Gideon. Justru lewat kelemahannya, Tuhan memakai Gideon dan menyatakan kuasa-Nya. Bahkan saat Gideon ragu-ragu atas keputusan Tuhan dan meminta konfirmasi, Tuhan pun mengabulkannya.

Jadi, Sobat Junior, mari kita belajar dari Gideon bahwa kita bisa menjadi superhero, meskipun kita terkadang merasa lemah atau takut. Percayalah bahwa ketika kita berserah kepada-Nya dan memercayai rencana-Nya, Tuhan akan memakai kita untuk melakukan hal-hal besar dan mengatasi setiap tantangan dalam hidup kita. Kalian dapat membaca keseluruhan cerita tentang Gideon dalam kitab Hakim-hakim 6-8. Yuk, kita teladani perubahan sikap Gideon dari yang rendah diri, kemudian berhasil menjadi pahlawan yang gagah berani. Selamat berjuang!

Card image
Truth Youth 18 Oktober 2023 (English Version) - TIME MANAGEMENT
2023-10-18 09:04:15


"Teach us to number our days, that we may gain a heart of wisdom." (Psalm 90:12)

One thing we cannot repeat in life is time. Consider how much time we waste and how much we use wisely. We can only control our time well, have good time management. If we listen to the advice of older people, they often have regrets about things they didn't do or did when they were younger. It's tragic because it can't be repeated, but we can improve it for today and tomorrow.

Perhaps if we can summarize, we young people who are still in school, college, and work have two types of time: productive and leisure. Productive times are when we fulfill our responsibilities, study, complete assignments, work, and so on. Whereas leisure time is free time, what do we do with our free time? In this freedom, our self-control is tested. Do we tend to spend our free time on things that are beneficial or not? It's not that it's not allowed, but if we check how much time we spend on social media, it's concerning. Nowadays, some jobs require constant connection to social media. But apart from that, only we know how we manage our free time. God gives us 24 hours a day, so let's pay attention to how we manage our time and ourselves. Like in Psalm 90:12, we want to have a heart of wisdom. Therefore, we want to carefully plan our time, so our lives become more directed towards eternal things rather than frivolous pursuits.

WHAT TO DO:
Map out your life's time management from an early age.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Amos 1-4

Card image
Truth Youth 18 Oktober 2023 - TIME MANAGEMENT
2023-10-18 09:02:17


"Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana" (Mazmur 90:12).

Satu hal yang gak bisa kita ulang dalam hidup ini adalah waktu. Coba renungkan, ada berapa banyak waktu yang kita buang sia-sia, dan ada berapa banyak waktu yang kita gunakan dengan baik. Yang kita bisa lakukan hanya mengontrol waktu kita dengan baik, memiliki time management yang baik. Kalau kita mendengar nasihat orang yang lebih tua, biasanya mereka akan ada beberapa penyesalan yang mereka gak lakukan atau mereka lakukan saat muda. Tragis, karena gak bisa diulang lagi, tapi kita bisa memperbaikinya untuk hari ini dan hari esok.

Mungkin kalau boleh disimpulkan, kita anak muda yang masih sekolah, kuliah, dan bekerja, memiliki 2 tipe waktu: productive and leisure. Waktu-waktu produktif adalah saat kita mengemban tanggung jawab kita, belajar, mengerjakan tugas, pekerjaan, dan seterusnya. Sedangkan leisure time, adalah waktu luang, hal-hal apa yang kita kerjakan saat mengisi waktu luang. Dalam kebebasan inilah pengendalian diri kita diuji, apakah kita cenderung menghabiskan waktu luang untuk hal-hal yang berfaedah atau tidak? Bukannya tidak boleh, tapi jika kita cek sekarang, social media mencatat berapa lama menghabiskan waktu menggunakan social media. Memang zaman sekarang, ada beberapa pekerjaan yang mengharuskan selalu terkonek dengan social media. Tapi terlepas dari itu, hanya kita yang tahu bagaimana kita mengelola waktu kosong kita. Tuhan memberikan kita 24 jam dalam sehari, maka perhatikanlah bagaimana kita mengelola waktu dan diri kita. Seperti dalam Mazmur 90:12, kita mau memiliki hati yang bijaksana. Oleh karena itu, kita mau betul-betul memetakan waktu kita dengan tepat, sehingga hidup kita semakin terarah kepada hal-hal kekekalan, bukan malah hal-hal yang sia-sia.

WHAT TO DO:
1. Memetakan waktu hidup sedari muda

BIBLE MARATHON:
▪︎Amos 1-4

Card image
Renungan Pagi - 18 Oktober 2023
2023-10-18 09:00:27


Jalinan hubungan kasih antara suami-istri dalam bahtera rumah tangga adalah seperti jalinan kasih antara Kristus dengan jemaat-Nya. Seperti istri tunduk pada suami, demikianlah jemaat Tuhan tunduk pada Kristus, seperti suami mengasihi istri, demikianlah Kristus mengasihi jemaat-Nya.

"Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya." Jadi betapa agung dan kudus hubungan suami-istri, jangan dinodai dengan percabulan, kecemaran dan hawa nafsu.

Janganlah rumah tangga kristen menjadi rumah tangga umumnya dunia, yang bebas selingkuh dan berbuat cabul. Siapapun yang melakukan hal-hal yang menodai kekudusan hubungan dalam pernikahan dan rumahtangganya, sama dengan melecehkan hubungannya dengan Kristus.
(Efesus 5:22-23)

Card image
Quote Of The Day - 18 Oktober 2023 - (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-18 08:52:11


Keadaan yang paling mengerikan dalam hidup adalah ketika seseorang tidak sanggup lagi mengingini Tuhan secara benar.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 18 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono
2023-10-18 08:46:46


Bahagianya hidup ini adalah, karena kita berjalan bersama Tuhan.

Card image
OPEN TO EVIL SPIRITS - 18 Oktober 2023 (English Version)
2023-10-18 08:45:02


However, ultimately, we will fall on one side; we must choose which side or pole we are on. In the Gospel of Matt.12:43-45, the Word of God says, “When an impure spirit comes out of a person, it goes through arid places seeking rest and does not find it. Then it says, ‘I will return to the house I left.’ When it arrives, it finds the house unoccupied, swept clean and put in order. Then it goes and takes with it seven other spirits more wicked than itself, and they go in and live there. And the final condition of that person is worse than the first. That is how it will be with this wicked generation.”

The conclusion from the above verse is clear: evil spirits need a place to live or stay. The question is whether the house of our lives is inhabited by evil spirits or the Spirit of God. Don’t think that if someone talks about God, it means that God’s Spirit is in that person. It’s not necessarily like that. Remember the temptation that Jesus experienced, which is written in Luke 4. Satan also used verses of God’s Word and could do theology. We can also see cruel, evil, or dishonest people using the name of God to elevate or actualize themselves. If a theologian or a servant of God, like Judas, who was close to Jesus, could be possessed by the devil, then each of us also has the potential to experience it.

The symptoms of someone being possessed by the devil do not have to be glaring, screaming hysterically, stripping naked, or other extreme actions and attitudes. A person who appears as a respectable person is not necessarily not possessed by evil spirits. The evil spirit is brilliant. His experience could be billions and trillions of years. He was truly reckless; the proof was that he dared to fight against the God of the universe. How intelligent he is, from the experience and the theological knowledge he has. So, evil spirits are not guaranteed to be far from people who can talk about God.

God does not inject us with an immune injection free from dark powers. There is always the potential for being possessed by dark forces unless we are careful. Therefore, the Word of God says: “Be alert and of sober mind. Your enemy, the devil, prowls around like a roaring lion looking for someone to devour.” We can be attacked because we are not immune, so we must be on guard.” This is the same as our body not being resistant to a type of disease or virus. So, what we do is to prevent it by staying away from it. If we get close, we will die. So remember, pastors and theologians are not immune to evil spirits.  

So, anyone is open to dark powers. That’s why we must hang out with God and encounter Him to distinguish between true and unrighteous pastors. We can know which teachings are heretical and which are not. If we believe that the Holy Spirit exists and God lives and promises to be with us, He will definitely speak and guide us. The Majesty of our Lord, Jesus Christ, said that the Spirit of Comfort, the Spirit of Companion (parakletos), will guide us to all truth. No matter how great a theologian is in mentoring, it is nothing compared to the Holy Spirit. So, it is an absolute thing for us to meet God every day, and we must not idolize any priest or servant of God.

We have to encounter God to find a pure atmosphere. We must check whether there is the Spirit of God or an evil spirit within us. We must do this seriously, for in the orientation of struggle, maybe God will still give us a chance until it is permanent. If a person allows themselves to be in a dirty place, after a long time, they will become permanent. The evil spirit is permanent there because it needs a home. So, don’t let us feel free from evil spirits just because we have repented. The new birth does not happen suddenly but must go through a process.

This evil spirit went out looking for a place, but he didn’t find it, because it’s not the place, so he had to return to where he was. He has to return, get the help of seven spirits, and become more evil. So, don’t be surprised if there are Christians who are said to have once repented, even served God, but now they can be even more evil. We can’t understand why they became that cruel. So, we must always be alert, and for that, we must always be connected to the Creator.  

ANYONE IS OPEN TO DARK POWERS. THAT IS WHY WE MUST ASSOCIATE AND ENCOUNTER GOD.

Card image
TERBUKA DIMASUKI ROH JAHAT - 18 Oktober 2023
2023-10-18 08:40:37


Bagaimanapun pada akhirnya kita akan jatuh di salah satu pihak; kita harus memilih di pihak mana, di kutub mana kita berada. Di dalam Injil Matius 12:43-45, firman Tuhan mengatakan, "Apabila roh jahat keluar dari manusia, iapun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian. Tetapi ia tidak mendapatnya. Lalu ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu kosong, bersih tersapu dan rapih teratur. Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula. Demikian juga akan berlaku atas angkatan yang jahat ini."

Kesimpulan dari ayat di atas dengan jelas adalah roh jahat membutuhkan tempat tinggal; tempat untuk berdiam. Pertanyaannya, rumah hidup kita ini didiami roh jahat atau Roh Allah? Jangan kita pikir kalau seseorang berbicara tentang Tuhan, berarti Roh Tuhan yang ada pada orang itu. Belum tentu. Ingat, pencobaan yang dialami Yesus seperti di Lukas 4, Iblis juga menggunakan ayat firman Tuhan, ia juga bisa berteologi. Kita juga bisa menyaksikan orang-orang bengis, orang-orang jahat, orang-orang yang tidak jujur memakai nama Tuhan untuk mengangkat diri, untuk beraktualisasi diri. Kalau seorang teolog, seorang pelayan Tuhan, seperti Yudas yang dekat dengan Yesus bisa kerasukan Iblis, maka setiap kita juga berpotensi kerasukan Iblis.

Gejala seseorang kerasukan Iblis tidak harus dengan mendelik-mendelik, berteriak-teriak histeris, membuka baju bertelanjang, atau dengan tindakan dan sikap ekstrem. Seorang yang memakai dasi, jas, tampil sebagai orang terhormat, belum tentu tidak kerasukan roh jahat. Roh jahat itu cerdas sekali. Pengalamannya bisa miliar dan triliun tahun. Ia benar-benar nekat, buktinya ia berani melawan Allah semesta alam. Betapa cerdasnya, dari pengalaman yang dia jalani, dari pengetahuan teologi yang dimilikinya. Jadi, kalau ada orang pintar berbicara tentang Tuhan, itu tidak jaminan roh jahat jauh dari dia.

Tuhan tidak menyuntik kita dengan suntikan imun bebas dari kuasa gelap. Selalu ada potensi kerasukan kuasa gelap, kecuali kita berjaga-jaga. Karenanya firman Tuhan berkata: “Lihat, ingat, waspada, berjagalah. Iblis, musuhmu, seperti singa yang mengaum. Kamu bisa diterkam, karena kamu tidak dibuat imun. Kamu yang harus berjaga-jaga.” Ini sama dengan tubuh kita yang tidak imun terhadap suatu jenis penyakit atau tidak imun terhadap satu virus. Maka, yang kita lakukan adalah mencegah virus itu masuk dengan cara menjauhi virus itu. Apabila kita mendekat, mati kita. Jadi ingat, pendeta tidak imun terhadap roh jahat. Teolog tidak imun terhadap roh jahat.

Jadi, siapa pun terbuka dimasuki kuasa gelap. Itulah sebabnya kita harus bergaul dengan Tuhan, harus bertemu dengan Tuhan. Supaya kita bisa membedakan pendeta yang benar dan yang tidak benar. Kita bisa mengetahui ajaran yang sesat dan yang tidak sesat. Kalau kita percaya Roh Kudus itu ada, benar memang ada, kalau kita percaya Allah hidup dan berjanji menyertai kita, maka Allah pasti berbicara, pasti menuntun. Karena Yang Mulia Tuhan kita, Yesus Kristus mengatakan bahwa Roh Penghibur, Roh Pendamping (parakletos); Roh Penghibur akan menuntun kita kepada seluruh kebenaran. Sehebat-hebatnya seorang teolog memberikan mentoring, tetap tidak ada artinya dibanding Roh Kudus. Jadi, mutlak setiap hari kita harus bertemu dengan Tuhan. Kita jangan mengultuskan pendeta atau hamba Tuhan mana pun.

Kita harus ketemu Tuhan, supaya bisa menemukan atmosfer yang murni. Ada Roh Allah atau tidak; ada roh jahat atau Roh Allah dalam diri kita, harus kita periksa. Hal itu harus serius kita lakukan. Dalam orientasi pergumulan, mungkin masih Tuhan beri kesempatan, sampai permanen. Kalau orang yang membiarkan dirinya ada di tempat kotor, lama-lama dia permanen. Roh jahat permanen di situ. Karena roh jahat ini butuh tempat. Jadi, jangan kita merasa bebas dari roh jahat karena pernah bertobat. Lahir baru bukan seketika mendadak, melainkan harus lewat proses.

Roh jahat ini keluar mencari tempat, dia tidak mendapatnya. Karena memang bukan tempatnya. Dia harus ke tempat semula. Dia harus balik dan menarik lagi, dia bisa diberi bantuan 7 roh lain yang lebih jahat. Maka, jangan heran kalau ada orang Kristen yang katanya dulu pernah bertobat, bahkan melayani Tuhan, sekarang bisa lebih jahat. Kita tidak bisa mengerti, mengapa dia jadi sebengis itu. Maka, kita harus selalu dalam keadaan siaga, dan untuk itu kita harus selalu terkoneksi dengan Sang Pencipta.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SIAPA PUN TERBUKA DIMASUKI KUASA GELAP. ITULAH SEBABNYA KITA HARUS BERGAUL DAN BERTEMU DENGAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 18 Oktober 2023
2023-10-18 08:23:01

Matius 15
Markus 7

Card image
Truth Kids 17 Oktober 2023 - SEMUA MILIK ALLAH
2023-10-17 10:57:00


Ayub 1:1
“Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.”

Ada seorang bapak yang seluruh tubuhnya luka-luka. Bayangkan, dari ujung kepala hingga telapak kakinya penuh dengan luka seperti bisul yang berbau busuk. Bahkan untuk menghilangkan rasa gatal pada bisul, bapak ini menggunakan sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya. Wah, mengapa bapak ini bisa terkena penyakit seperti itu?

Bapak itu adalah Ayub. Ayub merupakan orang yang jujur dan takut akan Allah. Ia menjauhi kejahatan. Ayub juga mengajarkan anak-anaknya untuk hidup benar di hadapan Allah. Jadi Ayub merupakan orang benar di mata Allah. Namun, si Iblis tidak senang melihat Ayub taat kepada Allah. Iblis berpikir Ayub akan meninggalkan Allah jika semua hartanya diambil dan diberikan penyakit. Tetapi Iblis salah, Sobat Kids. Walaupun semua harta Ayub diambil, bahkan semua anak-anak Ayub meninggal, Ayub tetap percaya dan takut kepada Allah. Ayub sakit dan luka-luka namun ia tidak marah-marah kepada Allah. Ayub tahu semua yang ia miliki adalah dari Allah. Jika Allah mau mengambilnya kembali, Ayub sadar ia tidak boleh marah-marah.

Sobat Kids, semua yang kita miliki hari ini adalah pemberian dari Allah. Semuanya milik Allah. Kita hanya diberikan kesempatan untuk menggunakannya sementara. Jadi kita mau belajar dari sikap pahlawan Ayub. Memakai berkat yang Tuhan berikan untuk menyenangkan Tuhan.

Card image
Truth Junior 17 Oktober 2023 - TAAT SEPERTI AYUB
2023-10-17 10:46:26


Ayub 1:1
“Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.”

Sobat Junior, siapa sih yang tidak tahu Avengers Team yang terdiri dari Iron Man, Captain America, Hulk, Thor, Black Widow, dan Hawkeye adalah sekelompok superhero yang terlihat sangat keren, bukan? Tapi tahukah Sobat Junior, kalau di dalam Alkitab ada seorang tokoh yang patut dianggap sebagai superhero? Namanya Ayub. Ayub adalah seorang laki-laki yang tinggal di tanah Us. Dia adalah orang yang sangat baik dan jujur, selalu berusaha melakukan apa yang benar di mata Tuhan. Ayub juga sangat takut akan Tuhan, dan dia selalu menjauhi segala bentuk kejahatan.

Suatu hari, Iblis merasa cemburu melihat betapa baiknya Ayub dan ingin mencobai kesetiaan Ayub pada Tuhan. Iblis berusaha membuat Ayub mengeluh dan meninggalkan kepercayaannya kepada Tuhan. Ayub kehilangan seluruh harta bendanya, kehilangan anak-anak dan istrinya, serta tubuhnya terkena barah yang busuk dari ujung kepala hingga telapak kaki. Namun, setelah kehilangan semuanya, Ayub tidak merasa sedih dan kecewa kepada Tuhan. Dia malah memuji Tuhan. Kok bisa ya Ayub tetap taat di tengah masalah yang dia hadapi? Itu karena Ayub memilih tetap bertahan dengan iman yang kuat. Dia tidak kehilangan kepercayaan kepada Tuhan, dan dia terus berserah diri kepada-Nya. Ayub disebut sebagai superhero bukan karena punya kekuatan super, tetapi karena kekuatan imannya. Ayub menunjukkan kepada kita bahwa ketika kita percaya pada Allah dan hidup dengan baik, kita bisa mengatasi setiap rintangan dan cobaan yang datang dalam hidup kita.

Yuk… Sobat Junior, kita belajar dari kisah Ayub. Jadilah superhero dalam kehidupanmu dengan selalu berusaha menjadi baik, jujur, dan takut akan Tuhan. Ketika kita memiliki iman yang kuat dan hidup dalam kebenaran, kita juga dapat menjadi pahlawan di mata Tuhan.

Card image
Truth Youth 17 Oktober 2023 (English Version) - LIKE WATER EXTINGUISHES FIRE
2023-10-17 10:41:27


"A gentle answer turns away wrath, but a harsh word stirs up anger." (Proverbs 15:1)

We often hear about fires, whether caused by carelessness or extreme heat due to weather. Even when aided by firefighters, there are still scars left from the flames. Did you know it takes cubic meters of water to extinguish a fire? Water soothes and extinguishes, which is why it's often seen as something that cools and relieves. Have you ever visited a place with a pool? It always feels cooler, even during the daytime, right? Recently, the government wanted to create artificial rain to reduce air pollution in Jakarta.

Our lives are similar. When conflicts arise, we want to learn to be gentle. This doesn't mean speaking softly, but responding to unpleasant situations without anger. It means having a long fuse, not easily getting angry when unpleasant things happen. Of course, this isn't achieved overnight, but it takes practice to continuously have the right response, one that soothes, eases the soul, and creates a comfortable and peaceful atmosphere. We want to be like water that is always beneficial to the environment. In times of disaster or "conflict," water extinguishes fires, cools the temperature, and cleanses the air. It's quite challenging to always have the right words and responses, but we want to learn to control ourselves because no one else can control us but ourselves. We mustn't worsen conflicts. We need to be wise in reading each situation and conflict. Sometimes we need to be firm but with the right words. Sometimes it's better to remain silent. Regardless, we want our responses to be a blessing and not provoke anger.

WHAT TO DO:
Learn to delay speaking when you feel angry, think first, and consider with God before deciding to get angry.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Joel 1-3

Card image
Truth Youth 17 Oktober 2023 - SEPERTI AIR MEMADAMKAN API
2023-10-17 10:36:10


”Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.” (Amsal 15:1)

Kita sering mendengar berita kebakaran, entah karena kecerobohan atau iklim yang ekstrem panas. Walaupun sudah ditolong dengan pemadam kebakaran, tapi pasti masih ada bekas-bekas yang gosong akibat dimakan si api. Tahu gak, butuh berkubik-kubik air sampai si jago merah padam. Air meredakan api, maka air sering digambarkan seperti sesuatu yang menyejukkan dan meredakan. Pernahkah kalian mengunjungi suatu tempat yang ada kolamnya, pasti akan terasa lebih sejuk walaupun saat siang hari, bukan? Bahkan baru-baru ini pemerintah mau mengadakan hujan buatan untuk mengurangi polusi udara yang begitu mencemari kota Jakarta.

Sama halnya dengan kehidupan kita. Saat ada konflik, kita mau belajar menjadi lemah lembut. Bukan berarti bicaranya pelan, tapi meresponi segala sesuatu bukan dengan amarah. Artinya, “sumbu” kita panjang, tidak mudah marah saat ada hal-hal yang tidak menyenangkan. Tentu hal ini gak dicapai dalam sehari semalam, tapi butuh latihan untuk terus memiliki respons yang benar, yang meredakan, melegakan jiwa, dan membuat suasana nyaman dan damai. Kita mau seperti air yang di mana pun ditempatkan ia selalu bermanfaat baik bagi alam dan sekitarnya. Saat ada bencana atau “konflik” alam, airlah yang memadamkan api, menyejukkan temperatur udara, dan membersihkan debu. Memang cukup sulit untuk selalu memiliki ketepatan dalam berbicara dan meresponi apa pun itu, tapi kita mau belajar untuk terus mengendalikan diri, karena gak ada yang bisa mengendalikan diri kita selain diri kita sendiri. Jangan sampai kita malah memperkeruh konflik. Kita harus cerdas dalam membaca setiap situasi maupun konflik. Ada kalanya harus tegas, tapi dengan tutur kata yang tepat, ada kalanya memang harus diam saja. Namun, apa pun itu, kita mau agar respons kita tetap menjadi berkat bukan malah membangkitkan amarah.

WHAT TO DO:
Belajar untuk men-delay ucapan saat kita mau marah, belajar untuk berpikir dulu dan mempertimbangkan dengan Tuhan sebelum kita memutuskan untuk marah.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yoel 1-3

Card image
Renungan Pagi - 17 Oktober 2023
2023-10-17 10:28:01


Dahulu, Tuhan pernah menyatakan pada Yosua ; "Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Ku-berikan kepada kamu, seperti yang telah Ku-janjikan kepada Musa." Dahulu itu benar digenapi dalam hidup Yosua sebagai pemimpin bangsa Israel menggantikan Musa.

Tetapi bukan berarti, jika kita terapkan dalam kehidupan sebagai umat perjanjian baru, kita pijak-pijak setiap tanah lalu berseru dalam nama Yesus akan jadi milik kita, tanpa kerja apapun.

Perkataan Tuhan harus dipahami dengan hikmat yang cerdas, itu artinya kalau mau bekerja keras, mau berjuang, dan hidup menuruti jejak Tuhan, maka Tuhan akan menyediakan apa yang kita perlukan. Sebab dimanapun berpijak, disitu hidup kita menjadi berkat, sehingga Tuhan pun memberkati.

Semakin luas tempat yang kita pijak, semakin luas pula menjangkau jiwa-jiwa untuk mengenal Pribadi Tuhan lewat hidup kita, yaitu dengan cara menjadi berkat bagi jiwa-jiwa dimanapun kaki berpijak, dimanapun berada dan apapun yang kita kerjakan mendatangkan berkat dan membuat banyak orang memuliakan Bapa.

Maka itulah yang dimaksud setiap tanah yang dipijak menjadi milik kita, dan tanah atau tempat kediaman itu akan tersedia bagi kita bukan hanya sementara didunia, tetapi sampai di keabadian nanti.
(Yosua 1:3)

Card image
Quote Of The Day - 17 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-17 10:24:10


Seleksi surga dimulai sejak kita di bumi.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 17 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-17 10:19:56


Kita orang-orang rusak, yang mestinya terbuang, tetapi Tuhan berkenan mengambil kita untuk memberi kita kesempatan berubah dan bertobat. Jangan sia-siakan kesempatan ini.

Card image
SELF - INTEREST - 17 Oktober 2023 (English Version)
2023-10-17 10:17:50


We must have the courage to lay down all our own interests, then look to God and ask: “What do you want me to do, Lord?” Someday, we will have to let go of everything, anything on this earth, and we don’t even have the power to defend our bodies, moreover, other people’s bodies, whether our family or people close to us. We must let go of all the possessions, achievements we have worked hard for since we were young, titles, ranks, positions, etc. We will face the Lord of the universe, the God who has all power, kingdom, and glory.

Only then do many people realize that we were created just for Him. We do not exist by ourselves. We are on this earth because Someone wants us to. Every person, when presented, is born on this earth by God, within which His plans are also contained, of course, a plan of peace. However, humans have gone astray in choosing their own path. They do not realize and do not want to admit they are present because Someone makes them. So, almost everyone lives only for their own interests.

Even when becoming a clergyman, active in church service activities, or serving God’s work, they are still in the shackles of the wrong way of thinking, namely, living for their own sake. We see the reality of how the church becomes a means for people to gain profit. The ministry of God’s work should be a medium and means for bringing people into the Kingdom of Heaven – that is, by continuing to teach so that the congregation experiences change until they are worthy of being members of God’s Royal family – turns into liturgy, becomes a way of life for religious people, not the way of life of members of God’s Royal family.

This happens because service becomes a means for people to seek their own interests. The church has become a place where people earn a living, ‘sell’ God with sermons or seminars, study about God to express it, and talk about history related to God, theology, and so on, all of which become selling material. That is indeed a fact, though not all clergy or pastors do that, but to be honest, we see the reality like this. The congregation is not directed to live in holiness, thinking about the new heavens and earth and being responsible for maximizing their potential to live for God’s sake alone.

Many congregations only fill their minds with theological knowledge, historical knowledge related to the church, and matters relating to spirituality and doctrine. This is not wrong; these are essential things that must be understood, but there must be a clear purpose for why we do this service. We must look at the goal of salvation, namely how humans are returned to God’s original design and how the congregation is truly changed to achieve a life similar to Jesus.

So that every congregation can say, “I no longer live, but Christ lives in me.”  They can radiate the glory of God in all their behavior, representing God amid society and the world with majesty and noble behavior as a child of God who represents the Father and the Lord Jesus. In the end, if someone truly continues to be changed and puts Christ in their life, then that will please God because people like this live only for God’s sake.

They do the same as the principle of the Lord Jesus, “My food is to do the will of Him who sent Me and to finish His work.” This life has no other purpose except for God’s interest. We must understand that all of us are God’s servants, His full-time workers. Live only for His sake. We are not great people but damaged people who should be thrown away, but God is willing to take us to allow us to change and repent. Don’t waste this opportunity, as Paul said in Phil 1:21, “For to me, to live is Christ, and to die is gain.” We want to use this opportunity to change, repent, and live only for God’s sake. If we have lived fully for God, our death will be the moment that we and God have been waiting for because it is happiness.

  HUMANS DO NOT REALIZE AND DO NOT WANT TO ADMIT THAT THEY ARE PRESENT BECAUSE THERE IS SOMEONE WHO MAKES THEM PRESENT AND EXISTS, SO ALMOST EVERYONE LIVES ONLY FOR THEIR INTERESTS.

Card image
KEPENTINGAN DIRI SENDIRI - 17 Oktober 2023
2023-10-17 10:12:56


Kita harus berani untuk meletakkan seluruh kepentingan kita pribadi dan memandang Tuhan dan bertanya: “Apa yang Engkau kehendaki untuk kulakukan, Tuhan?” Suatu hari nanti kita harus melepaskan segala sesuatu, apa pun di bumi ini. Bahkan kita tidak berkuasa mempertahankan tubuh kita sendiri. Apalagi tubuh orang lain, apakah itu keluarga kita, orang-orang dekat kita. Kita harus melepaskan semua harta, semua pencapaian yang kita telah susah payah gumuli sejak muda, gelar, pangkat, kedudukan dan lain sebagainya. Kita akan menghadap Tuhan semesta alam, Allah yang memiliki segala kuasa, Kerajaan dan kemuliaan.

Pada waktu itu barulah banyak orang menyadari bahwa memang kita ini tercipta hanya untuk Dia. Kita bukan ada dengan sendirinya. Kita ada di bumi ini karena ada yang menghendaki-Nya. Setiap orang ketika dihadirkan, dilahirkan di bumi ini oleh Allah, di dalamnya juga termuat rencana-rencana Allah; tentu rencana damai sejahtera. Namun, manusia telah sesat memilih jalannya sendiri. Manusia tidak menyadari dan tidak mau mengakui bahwa dia hadir karena ada yang menghadirkan dan dia ada karena ada yang mengadakan. Sehingga hampir semua orang hidup hanya untuk kepentingan diri sendiri.

Bahkan ketika menjadi seorang rohaniwan, atau orang yang aktif dalam kegiatan pelayanan gereja atau pelayanan pekerjaan Tuhan, di dalamnya dia masih ada dalam belenggu cara berpikir yang salah, yaitu hidup untuk kepentingan dirinya. Kita melihat kenyataan bagaimana gereja menjadi sarana orang untuk memperoleh keuntungan. Pelayanan pekerjaan Tuhan yang seharusnya benar-benar menjadi media dan sarana untuk membawa orang masuk ke dalam Kerajaan Surga—yaitu dengan terus mengajar agar jemaat mengalami perubahan sampai pada keadaan layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah—berubah menjadi liturgi, menjadi cara hidup orang beragama, bukan cara hidup anggota keluarga Kerajaan Allah.

Hal itu terjadi karena pelayanan menjadi sarana orang mencari kepentingan sendiri. Karena gereja menjadi tempat di mana orang sekadar mencari nafkah, orang yang ‘menjual’ Tuhan dengan khotbah atau seminar, mempelajari tentang Tuhan untuk bisa diutarakan, bicara mengenai sejarah yang terkait dengan Tuhan, teologi dan lain sebagainya yang itu semua menjadi bahan jualan. Memang hal itu adalah fakta. Tentu tidak semua rohaniwan atau pendeta berbuat demikian. Tetapi, sejujurnya, kita melihat kenyataan seperti ini. Sehingga jemaat tidak diarahkan untuk hidup di dalam kekudusan, memikirkan langit baru bumi baru dan bertanggung jawab memaksimalkan potensi untuk hidup bagi kepentingan Allah saja.

Banyak jemaat hanya diisi pikirannya dengan pengetahuan. Pengetahuan teologi, pengetahuan sejarah yang terkait dengan gereja dan terkait dengan hal-hal yang menyangkut kerohanian dan doktrin. Hal itu memang tidak salah, sebenarnya itu adalah hal-hal penting yang harus dipahami. Tetapi harus ada tujuan yang jelas, mengapa kita melakukan pelayanan tersebut. Kita harus melihat tujuan keselamatan, yaitu bagaimana manusia dikembalikan ke rancangan Allah semula, bagaimana jemaat benar-benar diubahkan, untuk bisa mencapai kehidupan yang serupa dengan Yesus.

Sehingga setiap jemaat dapat berkata, "Hidupku bukan aku lagi, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku." Di dalam seluruh perilakunya, mereka dapat memancarkan kemuliaan Allah, mewakili Tuhan di tengah-tengah masyarakat dan dunia dengan keagungan dan perilaku yang mulia, sebagaimana seharusnya seorang anak Allah mewakili Bapa dan mewakili Tuhan Yesus. Yang pada akhirnya kalau sungguh-sungguh seseorang terus diubahkan dan mengenakan Kristus di dalam hidupnya, maka hal itu benar-benar menyenangkan Tuhan. Karena orang-orang seperti ini pasti hidup hanya untuk kepentingan Tuhan.

Dalam prinsip seperti yang diucapkan Tuhan Yesus, "Makanan-Ku melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya."  Tidak ada tujuan lain dalam hidup ini, kecuali untuk kepentingan Tuhan. Kita harus mengerti bahwa semua kita adalah hamba-hamba Tuhan, fulltimer-Nya Tuhan. Hidup hanya untuk kepentingan Tuhan. Kita bukan orang-orang hebat. Kita orang-orang rusak, yang mestinya terbuang, tetapi Tuhan berkenan mengambil kita untuk memberi kita kesempatan berubah dan bertobat. Jangan sia-siakan kesempatan ini. Kita mau gunakan kesempatan ini untuk benar-benar berubah dan bertobat dan akhirnya kita hidup hanya untuk kepentingan Tuhan. Seperti yang dikatakan Paulus dalam Filipi 1:21, "Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." Kalau kita sudah hidup sepenuhnya bagi Tuhan, maka kematian kita menjadi saat yang kita dan Tuhan nantikan, karena itu adalah kebahagiaan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MANUSIA TIDAK MENYADARI DAN TIDAK MAU MENGAKUI BAHWA DIA HADIR KARENA ADA YANG MENGHADIRKAN DAN DIA ADA KARENA ADA YANG MENGADAKAN, SEHINGGA HAMPIR SEMUA ORANG HIDUP HANYA UNTUK KEPENTINGAN DIRI SENDIRI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 Oktober 2023
2023-10-17 10:08:22

Yohanes 6

Card image
Truth Kids 16 Oktober 2023 - APA PUN JUGA
2023-10-16 09:16:31


Kejadian 17:5
“Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa.”

Pasti Sobat Kids mengenal tokoh superhero yang satu ini, Abraham. Apa saja yang kalian ingat tentang Abraham? Dia dulunya bernama Abram sebelum diganti menjadi Abraham. Benar… Lalu Abraham meninggalkan tempat tinggalnya untuk menuju tempat yang Tuhan janjikan. Itu juga benar… Abraham menunggu-nunggu anak yang dijanjikan Tuhan untuk lahir. Itu juga benar, bahkan Abraham dan Sara harus menunggu lamaaa banget… sampai akhirnya Ishak lahir.

Apakah Sobat Kids masih ingat apa yang terjadi setelah Ishak lahir dan besar? Apa yang diminta Tuhan dari Abraham? Yup, benar… Tuhan meminta Abraham untuk menyerahkan Ishak, anak satu-satunya yang sudah ditunggu lama. Lalu, apakah Abraham menolak permintaan Tuhan? Tentu tidak! Abraham tetap taat kepada perintah Tuhan. Walaupun ia sayang kepada Ishak, Abraham tetap melakukan perintah Tuhan. Hanya seorang real superhero yang dapat melakukan hal tersebut, Sobat Kids!

Apapun juga yang Tuhan inginkan, harus kita lakukan, ya, Sobat Kids. Kita mau belajar untuk taat kepada Tuhan.

Card image
Truth Junior 16 Oktober 2023 - BAPA ABRAHAM
2023-10-16 09:15:04


Kejadian 17:5
“Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa.”

Sobat Junior pasti tahu dong dengan lagu “Bapa Abraham mempunyai banyak sekali anak-anak. Aku anaknya dan kau juga.; mari puji Tuhan …” Di antara Sobat Junior, siapa yang tahu apakah julukan dari bapak Abraham? Betul, bapak Abraham dikenal sebagai bapak orang beriman.

Ada banyak keteladanan yang bisa kita tiru dari kisah hidupnya bapak Abraham. Abraham merupakan seorang yang taat dan sangat mematuhi perintah Tuhan. Pertama, Abraham dengan yakin dan percaya menuruti perintah Tuhan untuk meninggalkan negeri Ur-Kasdim menuju tempat yang sama sekali tidak ia ketahui. Zaman dahulu, belum ada GPS atau peta online, Sobat Junior. Tidak bisa tahu arah tujuannya. Plus belum ada kendaraan atau transportasi seperti sekarang ini.

Kedua, Abraham tetap percaya bahwa ia akan mendapatkan anak walaupun usianya sudah tua. Biasanya jika sudah menjadi kakek nenek, tidak mungkin lagi memiliki anak. Tetapi, tidak ada yang mustahil bagi Allah.

Ketiga, setelah anaknya lahir, Abraham rela memberikan anaknya menjadi korban bakaran.

Wah, hebat, ya, bapak Abraham. Iman yang dimilikinya menjadikannya sebagai seorang pahlawan. Kesulitan apa pun yang dialaminya, tidak membuatnya menyerah dan meninggalkan Tuhan.

Card image
Truth Youth 16 Oktober 2023 (English Version) - YOU ARE WHAT YOU SPEAK
2023-10-16 09:12:37


"The mouth of the righteous is a fountain of life, but the mouth of the wicked conceals violence." (Proverbs 10:11)

One of humanity's greatest enemies is self-control. We tend to act recklessly, selfishly, and are never satisfied if we do not control ourselves. When we talk about living a holy life, we should pay close attention to every moment of how we live. Once we control ourselves from within, such as our thoughts and hearts, we should be more cautious about what we say. What comes out of our mouths, whether it's a blessing or a curse, often reflects who we are.

We, as children of God, want to continue to be a light in our surroundings. It's essential always to guard our words, so they are a source of blessing and strength for others. Proverbs 10:11 states that the mouth of the righteous is a fountain of life, meaning our daily actions determine the quality of our responses when interacting with others. If we consume the truth of God's Word every day, the likelihood of uttering curses or anger diminishes, even though as humans, we may lose control at times. However, imagine if we, who fill our minds and hearts with the truth, can still make mistakes; how much more likely are we to become angry and offended if we consume worldly things, satisfying our desires? It all comes back to what we spiritually consume. We can observe how Jesus lived; when He chose to remain silent when hurt, to continue loving even towards enemies. Let's learn not to respond according to the world's standards but to have the standards of Jesus in our lives.

WHAT TO DO:
1. Try making a list of what hinders us from controlling our speech.
2. Learn to have words of quality that bring blessings every day.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hosea 10-14

Card image
Truth Youth 16 Oktober 2023 - YOU ARE WHAT YOU SPEAK
2023-10-16 09:08:51


”Mulut orang benar adalah sumber kehidupan, tetapi mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman.” (Amsal 10:11)

Salah satu musuh terbesar manusia adalah penguasaan diri. Kita cenderung sembarangan, semaunya sendiri, dan tidak pernah puas, jika kita tidak mengendalikan diri. Kalau kita membahas tentang kesucian hidup, maka kita harus mau betul-betul memperhatikan detik demi detik cara kita hidup. Setelah kita mengendalikan dari dalam, seperti pikiran dan hati, kita seharusnya akan lebih waspada dalam hal berbicara. Apa yang keluar dari mulut kita, apakah itu berkat atau malah kutuk. Pasti kita sering mendengar istilah “You are what you speak”, apa yang kita bicarakan sedikit banyak mencerminkan siapa diri kita.

Kita sebagai anak-anak Tuhan mau terus menjadi terang di lingkungan sekitar kita. Penting banget untuk selalu menjaga perkataan kita, agar senantiasa menjadi berkat dan kekuatan bagi sesama kita. Amsal 10:11 mencatat bahwa mulut orang benar adalah sumber kehidupan, artinya cara kita hidup sehari-hari menentukan kualitas respons kita saat berinteraksi dengan orang lain. Kalau setiap hari kita mengonsumsi kebenaran firman Tuhan, kemungkinan untuk mengucapkan kutuk, amarah, akan lebih kecil, walaupun kita sebagai manusia bisa saja lepas kendali. Tapi, bayangkan, kalau kita yang sudah menjejali pikiran dan hati kita dengan kebenaran saja masih bisa salah, apalagi kalau kita mengonsumsi hal-hal duniawi, memuaskan keinginan, sehingga saat “disenggol” sedikit saja yang tidak sesuai dengan hati kita, pasti kita akan lebih mudah marah dan tersinggung. Semua kembali kepada apa yang kita konsumsi secara rohani. Kita bisa mengamati bagaimana cara Tuhan Yesus hidup, ketika Dia memilih untuk diam saat disakiti, memilih untuk tetap mengasihi walaupun terhadap musuh sekalipun. Mari kita belajar untuk tidak meresponi seperti standar umum dunia, tapi kita punya standar hidup yaitu standar hidup Tuhan Yesus.

WHAT TO DO:
1.Coba buat list, apa saja hal yang menghambat kita untuk mengontrol ucapan kita?
2.Belajar untuk memiliki kualitas perkataan yang membawa berkat dari hari ke hari.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hosea 10-14

Card image
Renungan Pagi - 16 Oktober 2023
2023-10-16 09:04:08


Jika tidak ada cinta, mana mungkin ada rindu. Jika kita sungguh-sungguh mencintai Tuhan, pasti ada rasa rindu kepada Dia dan rumah-Nya. Apakah Anda pernah begitu merindukan Tuhan? Manakah yang lebih kita rindukan: dua minggu tidak menyalurkan kesenangan pada hobby, kesenangan dunia, jalan-jalan dan sebagainya, atau dua minggu tidak datang ke rumah Tuhan?

Kerinduan yang mendalam kepada Tuhan akan mendorong setiap orang untuk hidup semakin dekat kepada-Nya dan menyenangkan hati-Nya. Membangkitkan semangat juang untuk melakukan apapun yang Tuhan inginkan, bukan keinginan sendiri.

Jika dalam hati tidak memiliki cinta yang besar kepada Allah, maka jangan berharap akan sungguh-sungguh merindukan-Nya. Karena itu, marilah kita bangkitkan rasa cinta yang tulus kepada Tuhan. Perasaan cinta dapat timbul di hati kalau seseorang mengerti betapa besarnya kebaikan dan kasih Allah dalam hidupnya, tak dapat tertandingi oleh apapun.

"Untuk pemimpin biduan. Nyanyian pengajaran bani Korah. Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?"
(Mazmur 42:1-2)

Card image
Quote Of The Day - 16 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-16 09:00:59


Orang yang mengalami Tuhan akan memiliki kehidupan yang begitu asyik dengan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 16 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-16 08:57:36


Seperti Musa membawa bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan menempuh perjalanan jarak, sekarang kita membawa umat pilihan untuk bersama-sama menuju langit baru dan bumi baru menempuh perjalanan iman.

Card image
PADANG HIJAU TAK BERTEPI - 16 Oktober 2023
2023-10-16 08:54:23


Tidak mudah memercayai Allah yang tidak kelihatan dan kadang seakan tidak ada. Bukan hanya pada zaman sekarang, rupanya sejak zaman Musa pun demikian. Ini sebuah warisan yang luar biasa dari jejak Allah yang luar biasa. Pada waktu itu, Firaun sendiri yang sudah menyaksikan tangan perkasa Elohim YAHWEH. Namun, tidak dipedulikan apalagi dipercayai oleh Firaun, karena Firaun punya urusan. Dia mau berjaya, negerinya mau besar, maka bangsa Israel diperbudak. Nyata-nyata tulah demi tulah diturunkan, tetapi Firaun masih menentang dan menantang Allah.

Seandainya Firaun punya nurani yang baik dan berkata, "Musa, engkau benar, Allahmu lebih dari semua allah di Mesir. Saya mau ikut menyembah Allahmu. Bawalah umat Israel, umat Allahmu ini ke Sinai untuk beribadah lalu lanjutkanlah perjalanan ke Kanaan, negeri yang Allahmu Elohim YAHWEH telah janjikan,” maka kisahnya menjadi berbeda. Firaun dan anak-anaknya serta seluruh tentara Mesir akan selamat. Namun, ia bisa begitu jahat, begitu bengis, dan tidak percaya.

Namun, rupanya bukan hanya Firaun, bangsa Israel pun pernah meragukan Allah. Pada waktu itu mereka ada di tepi Laut Teberau atau Laut Kolsom dan mereka sudah menyaksikan bagaimana Allah hadir, tangan-Nya turun yang membuat mereka bisa keluar berjaya dari bangsa Mesir. Bahkan mereka diberi bekal emas, perhiasan dari masyarakat Mesir. Namun, mereka masih tidak percaya, malah mereka mempersalahkan Musa. Bukan hanya saat itu, tetapi berkali-kali mereka mencobai Tuhan, artinya tidak memercayai kasih dan kehadiran Allah. Bahkan sempat mereka bertengkar dengan Musa dan berkata, "Apakah tidak ada kuburan di Mesir, sehingga kami harus terkubur di padang gurun?" Padahal mereka menyaksikan dan menikmati manna, burung puyuh dan daging yang diberikan untuk makanan mereka. Bukankah hal ini sama dengan kita hari ini?

Sebagai orang baik, kita di-bully atau dijahati, maka orang yang menjahati kita tidak bisa tidak akan kena celaka. Bukan kita mengharapkan mereka celaka, tentu tidak. Allah adalah Hakim dan Tuhan berkata, "Pembalasan adalah hak-Ku." Allah yang hidup tidak menghendaki kita berbuat sesuatu yang melukai orang. Biar Tuhan yang menjadi Hakim untuk menghukum dan melukai dia, kalau Tuhan mau melukai. Kadang-kadang di media sosial kita melihat maling yang tertangkap, lalu dipukuli sampai berdarah-darah. Ada pula yang sampai dibakar, motornya dibakar. Apakah orang yang membakar itu akan aman, bebas dari hukuman? Mungkin polisi tidak bisa menangkap karena tidak jelas siapa yang membakar, tetapi Tuhan tahu satu per satu, dan Tuhan akan membuat perhitungan.

Ternyata orang-orang baik pun bisa tidak memercayai Allah. Termasuk sebagian dari kita. Buktinya apa? Yang pertama, kita tidak militan hidup suci. Kedua, tidak tekun mencari Tuhan. Mestinya kita melaju dengan kecepatan penuh, tetapi kita tidak lakukan, yang berarti kita sedang tidak percaya. Tuhan tidak mau kita setengah percaya. Ketiga, pelit. Membangun rumah besar bisa, tetapi tidak memikirkan pekerjaan Tuhan. Barang mau selalu yang branded. Bukan tidak boleh, boleh kalau itu bagian kita, tetapi pikirkan orang lain juga; tetangga, saudara, keluarga atau siapa pun yang Tuhan kirimkan untuk kita tolong. Percayalah, kalau kita memikirkan pekerjaan Tuhan, kita tidak akan jadi miskin.

Tuhan sering tidak kelihatan walaupun kita sudah buat segalanya—hidup suci, berkorban, kerja keras—tetapi Tuhan seperti bayang-bayang. Kita tentu ingin Tuhan itu nyata, senyata pasangan yang hidup serumah, supaya kita lebih kuat, tetapi tidak demikian. Kita juga bertanya-tanya, mengapa Tuhan tidak kunjung menolong? Itu adalah fakta-fakta hidup yang hampir setiap kita mengalaminya. Namun, kita tetap memilih Tuhan. Kalau kita terus setia memercayai Dia, menjaga kesucian, kita selalu mencari Dia dalam doa, puasa, mendengarkan firman, lalu kita melayani Tuhan, maka kita akan melihat padang hijau tak bertepi.

Kita punya pengharapan. Kita berhadapan dengan satu Pribadi YAHWEH yang punya rancangan. Seperti Musa membawa bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan menempuh perjalanan jarak, sekarang kita membawa umat pilihan untuk bersama-sama menuju langit baru dan bumi baru menempuh perjalanan iman.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA TERUS SETIA MEMERCAYAI DIA, MAKA KITA AKAN MELIHAT PADANG HIJAU TAK BERTEPI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 Oktober 2023
2023-10-31 08:49:13

Matius 14
Markus 6
Lukas 9

Card image
Truth Kids 15 Oktober 2023 - BERANI SAKIT?
2023-10-15 09:00:34


Kisah Para Rasul 6:8
“Dan Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak.”

“Aduh, sakit!” teriak Daniel saat jempol kakinya tidak sengaja tertimpa botol minum. Sobat Kids, apakah kalian pernah tertimpa barang tanpa sengaja? Bagaimana rasanya jika tiba-tiba kita tertimpa barang? Misalkan ada kursi jatuh dan menimpa jari kaki kita, tentu sakit, bukan? Atau misalnya ada barang yang jatuh ke atas kepala kita, apakah yang akan terjadi? Bisa-bisa kepala kita benjol, deh. Pasti sakit dan ingin nangis rasanya.

Dalam Alkitab ada tokoh yang tidak takut saat dirinya disakiti oleh banyak orang, loh, Sobat Kids. Nama superhero yang kita mau pelajari hari ini adalah Stefanus. Stefanus merupakan salah satu orang yang dipilih untuk melayani orang-orang percaya waktu zaman dahulu, setelah Tuhan Yesus naik ke surga. Stefanus menceritakan kebenaran Firman Tuhan, bahkan ayat Alkitab hari ini mengatakan bahwa Stefanus melakukan banyak mujizat. Namun, orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus tidak senang terhadap perbuatan Stefanus. Mereka menyakiti Stefanus sampai akhirnya Stefanus meninggal.

Sobat Kids, kita juga mau terus berjuang untuk ikut Tuhan Yesus. Sampai kita besar nanti, bahkan sampai kapan pun, tidak ada yang dapat menggantikan Tuhan Yesus sebagai Juruselamat kita satu-satunya.

Card image
Truth Junior 15 Oktober 2023 - BERANI MENDERITA
2023-10-15 05:38:41


Kisah Para Rasul 6:8
“Dan Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak.”

Sobat Junior, coba kalian pejamkan mata dan bayangkan berada dalam situasi ketika orang-orang menatap kalian dengan pandangan marah. Orang-orang tersebut marah-marah atas kesalahan yang tidak pernah kalian lakukan. Bisakah kalian rasakan betapa sakit dan kecewanya kalian atas tuduhan orang-orang tersebut? Rasanya kalian ingin membela diri, tetapi tidak ada seorangpun yang memercayai kalian. Sobat Junior hanya bisa terdiam dan menahan tangis, sebab orang-orang tersebut menuduh dan langsung menghakimi kalian, tanpa tahu kebenarannya.

Di Alkitab, terdapat seorang tokoh yang mengalami hal serupa. Ia dituduh melakukan kejahatan yang tidak pernah dilakukannya hanya karena orang-orang saat itu tidak menyukai hikmat yang Tuhan percayakan atas dirinya. Orang tersebut bernama Stefanus, ia merupakan orang Kristen pertama yang berani mati untuk membela Tuhan Yesus. Stefanus dengan berani, berkhotbah di hadapan para pembenci Kristus. Stefanus dituduh atas kejahatan yang tidak pernah dilakukannya. Namun, ia diam dan menyerahkan pembelaannya kepada Tuhan. Hingga akhirnya ia mati dirajam batu, dan namanya pun dikenang dalam Alkitab.

Sobat Junior, ini adalah salah satu sifat pahlawan yang sebenarnya. Berani menderita untuk membela hal yang benar. Kisah ini bukan dongeng, melainkan sesuatu yang benar-benar terjadi. Yuk, kita tiru sifat kepahlawanan dari Stefanus. Berani dan rela menderita bagi Tuhan.

Card image
Truth Youth 15 Oktober 2023 - NOT OWNERS
2023-10-15 05:36:05


"For the love of money is a root of all kinds of evil. Some people, eager for money, have wandered from the faith and pierced themselves with many griefs." (1 Timothy 6:10)

There is not a single person in the world who wants to be poor. We all understand that we need money, and we can't survive without it. As we grow older, we become responsible for ourselves, even responsible for our parents. We all strive to get a good job with a good salary. We start businesses or invest. We do whatever it takes to survive. Is what we're doing wrong? Certainly not. However, let's look at the Word of God above, which says that the love of money is the root of all kinds of evil. Does this mean we shouldn't have a lot of money? That's not the case. We should have a lot of money, even an abundance of it, so we can be a blessing to others and not become stumbling blocks to our fellow human beings.

But we must not place money above everything else, to the point where our lives are solely about money. Our lives should be lived for God, but sometimes we live to become rich, to have money. If our concept is wrong, we will start to worship money. Be cautious because the love of money and the love of God are thin lines. We may think we're doing our best for God when, in reality, we're enriching ourselves. Therefore, start thinking that we are not the owners of this life. Even the money we earn is only entrusted to us by God. We are just His stewards. If God says, "Give," then we should give. Be wise in earning and using money. Why should we give 10% to the church but use the remaining 90% for our own pleasure? Don't love money because it's the root of all kinds of evil. Remember, 100% of our money belongs to God and is for God.

WHAT TO DO:
1. Realize that all the money we have belongs to God.
2. Be wise in earning and using money.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hosea 5-9

Card image
Truth Youth 15 Oktober 2023 - BUKAN PEMILIK
2023-10-15 05:32:39


”Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” (1 Timotius 6:10)

Tidak ada satu pun orang di dunia yang ingin menjadi orang miskin. Kita pasti mengerti betul bahwa kita membutuhkan uang, dan kita tidak bisa makan tanpa uang. Bertambah umur, maka bertambah dewasa juga kita memiliki keinginan untuk bertanggungjawab atas diri kita, bahkan bertanggungjawab atas orang tua kita. Semua kita berlomba-lomba untuk mendapatkan pekerjaan yang baik dengan gaji yang juga besar. Mulai membangun usaha atau melakukan investasi. Apa pun kita lakukan untuk bertahan hidup. Apakah hal yang kita lakukan salah? Tentu tidak. Namun, mari kita lihat Firman Tuhan di atas bahwa akar segala kejahatan adalah cinta uang. Apa berarti kita tidak boleh memiliki uang yang banyak? Bukan seperti itu. Kita harus memiliki uang yang banyak, bahkan sangat banyak agar kita bisa menjadi berkat bagi orang lain, dan tidak menjadi batu sandungan untuk sesama kita.

Namun, kita tidak boleh meletakkan uang di atas segalanya sampai hidup kita hanya untuk uang. Seharusnya hidup untuk Tuhan, tetapi kita malah hidup untuk menjadi kaya, untuk memiliki uang. Kalau konsep kita sudah salah, maka kita akan mulai menyembah uang. Berhati-hatilah dengan ini karena cinta uang dan cinta Tuhan itu tipis. Kita berpikir kita sedang maksimal untuk Tuhan, padahal kita sedang memperkaya diri kita sendiri. Oleh sebab itu, mulailah berpikir kalau kita bukan pemilik hidup ini. Bahkan uang yang kita dapatkan hanyalah titipan dari Tuhan. Kita hanya bendahara-Nya. Kalau Tuhan bilang, “Keluarkan”, barulah kita keluarkan. Bijaksanalah dalam mencari uang dan memakai uang. Untuk apa kita memberikan 10% kepada gereja, tetapi 90% uang sisanya untuk kita foya-foya? Jangan cinta uang karena itu akar dari segala kejahatan. Ingatlah, 100% uang kita hanyalah milik Tuhan dan untuk Tuhan.

WHAT TO DO:
1.Menyadari bahwa uang yang ada pada kita semua milik Tuhan.
2.Bijaksana dalam mencari uang dan memakai uang.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hosea 5-9

Card image
Renungan Pagi - 15 Oktober 2023
2023-10-15 05:30:01


Keangkuhan dan kesombongan adalah alat setan untuk membawa kita pada kehancuran hidup, karena ukuran hidupnya bukan pada Kristus, tetapi pada uang dan harta. Tidak sedikit orang punya prinsip: kalau seseorang makan dari meja saya, maka dia harus menghormati dan tunduk sama saya, ini yang disebut angkuh, sombong dan memandang rendah orang lain.

Rasul Petrus mengingatkan orang-orang yang congkak, "Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."

Hidup ini bukan soal banyaknya harta yang kita miliki, bukan soal jabatan tinggi yang dimiliki, tetapi bagaimana supaya menjadi berkat dan semakin menyatakan kemuliaan Tuhan.
(1 Petrus 5:5)

Card image
Quote Of The Day - 15 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-15 05:26:46


Kalau seseorang mewujudkan Tuhan dalam hidupnya, tidak mungkin dia hidup dalam dosa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 15 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-15 05:12:48



Tuhan tidak membutuhkan apa-apa, tetapi Tuhan senang melihat hati kita yang kita arahkan kepada Tuhan.

Card image
GOD AS SATISFACTION - 15 Oktober 2023 (English Version)
2023-10-15 05:09:58


God doesn’t need anything, but He loves to see our hearts that we turn to Him. Everything we give to God is limited. However, what is not limited is our heart. Whatever we offer, energy, time, and money are limited. However, if we give our heart and love to God, it is unlimited. In 1 Cor. 10:31, it is said, “So whether you eat or drink or whatever you do, do it all for the glory of God.”

It starts from us enjoying what we do and then being seen by those closest to us—partners, children, parents—extended family, neighbors, and people far away. Our lives must glorify God. If we see respectable people, they bow every time someone shakes their hands. Their attitude shows that they are noble. Our attitude and actions should make people discover and recognize that our God is noble, great, and honorable.

We cannot enjoy God as our satisfaction if we do not glorify Him. We use every media God provides since morning as a means to glorify Him. God will lead us to everyday situations, even to the extreme ones. Extreme cases usually make God appear more clearly.

In everyday situations, for example, if we are friendly toward people, our friendliness is enough to glorify God. While in extreme conditions, for example, when we are spat at but remain friendly, that situation makes God more glorified. This is the characteristic of people who surrender themselves to God. So far, when we talk about offering ourselves to God, our orientation is only towards people who don’t work secularly or work full-time in the church. If the category of self-surrender to God is only like that, what will happen to people who don’t become pastors? Who did they surrender themselves to?

Surrendering oneself to God means letting oneself be an instrument in God’s hands to glorify Him. Offering ourselves does not mean having to become a full-time church member, but every life event we experience becomes a means for us to glorify God. Let’s start today so that our lives can be changed. The Bible says, “God is glorified in Jesus.” The invisible God is radiated and demonstrated in the life of Jesus. When Jesus ascended to heaven, He handed us the task of salvation. Just as Jesus became the Temple of the Holy Spirit, radiating the glory of God, we, too, are the temple of the Holy Spirit who must radiate the glory of God. We must not radiate anything else because nothing else has the right to radiate in our lives.

If our body is the temple of the Holy Spirit, then we must not pollute this body with sins, no matter how small or subtle. So, we must be careful with what we do and say and all our decisions and actions. In 1 Cor.6:19, it says, “Do you not know that your bodies are temples of the Holy Spirit, who is in you, whom you have received from God? You are not your own; you were bought at a price. Therefore, honor God with your bodies.”

We must change starting today before our time runs out, and we have no more opportunities to glorify God. Only people who glorify God on earth are allowed to glorify God in eternity. If we fail to glorify God on earth, we will never glorify God in eternity. God will not bring people who do not glorify Him to Heaven, who only seek self-pleasure and satisfaction from the world.

Furthermore, 1 Cor.6:12 says, “All things are lawful for me, but all things are not helpful. All things are lawful for me, but I will not be brought under the power of any.” Everything is lawful, which means there is nothing wrong with it. However, I asked, “Is it useful or not? Useful for what?” If we relate it to verses 19-20, it is useful for glorifying God. Having hobbies or pleasure is not wrong, but we don’t want to be slaves. Whether it is useful or not is measured by whether it pleases or glorifies God. Remember, God does not force you. If we still want to do it ourselves, go ahead. This is actually the scary thing: God is gentle; He does not force us to do what pleases Him.  

WE CANNOT ENJOY GOD AS SATISFACTION IF WE DON'T GLORIFY HIM.

Card image
TUHAN SEBAGAI KEPUASAN - 15 Oktober 2023
2023-10-15 05:06:53


Tuhan tidak membutuhkan apa-apa, tetapi Tuhan senang melihat hati kita yang kita arahkan kepada Tuhan. Semua yang kita berikan kepada Tuhan, itu terbatas. Namun, yang tidak terbatas itu hati kita. Apa pun yang kita berikan; tenaga, waktu, uang, terbatas. Namun, kalau hati dan cinta kita, kita berikan kepada Tuhan, itu tidak terbatas. Dalam 1 Korintus 10:31 dikatakan, “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Alla.”

Dimulai dari kita yang menikmati apa yang kita lakukan, lalu dilihat oleh orang yang paling dekat—pasangan hidup, anak, orang tua—juga dilihat oleh keluarga besar, tetangga, dan orang jauh. Hidup kita haruslah hidup yang membuat Tuhan dimuliakan. Sebagaimana kita melihat orang terhormat, yang mana setiap kali ada orang bersalaman, menunduk. Setiap kali orang melewatinya, menunduk. Sikap menunduknya orang yang bersalaman atau melewatinya, menunjukkan orang ini mulia. Maka, dari sikap dan perbuatan kita, buatlah orang bisa menemukan dan mengenali bahwa Tuhan kita itu mulia, agung dan terhormat.

Kita tidak bisa menikmati Tuhan sebagai kepuasan kalau kita tidak memuliakan Dia. Dari melek mata pagi hari, setiap media yang Tuhan sediakan, jadikanlah sarana untuk memuliakan Dia. Tuhan akan membawa kita ke situasi-situasi yang normal, sampai ke situasi-situasi yang ekstrem. Biasanya situasi-situasi yang ekstrem membuat Tuhan akan nampak lebih jelas.

Situasi normal, misalnya: kalau kita ramah terhadap orang, keramahan kita itu cukup membuat Tuhan dimuliakan. Adapun situasi ekstrem, misalnya: ketika kita diludahi, tetapi tetap ramah, maka situasi itu membuat Tuhan lebih dimuliakan. Inilah ciri dari orang-orang yang menyerahkan diri untuk Tuhan. Selama ini kalau bicara soal menyerahkan diri kepada Tuhan, orientasi berpikir kita hanya pada orang yang tidak bekerja secara sekuler, orang yang bekerja secara fulltime dalam gereja. Kalau hanya mereka yang berkategori menyerahkan diri untuk Tuhan, bagaimana nasib orang yang tidak jadi pendeta? Mereka menyerahkan diri kepada siapa?

Menyerahkan diri kepada Tuhan artinya merelakan dirinya menjadi alat di dalam tangan Tuhan untuk memuliakan Allah. Menyerahkan diri tidak berarti harus menjadi fulltimer gereja, tetapi setiap peristiwa hidup yang kita jalani, sarana kita memuliakan Tuhan. Ayo kita mulai hari ini, supaya hidup kita diubahkan. Alkitab berkata, “Dia memancarkan kemuliaan Allah.” Allah yang tidak kelihatan, dipancarkan, diperagakan di dalam hidup Yesus. Ketika Yesus naik ke surga, Ia menyerahkan tugas penyelamatan kepada kita. Sama seperti Yesus menjadi bait Roh Kudus, memancarkan kemuliaan Allah, kita pun juga menjadi bait Roh Kudus yang harus memancarkan kemuliaan Allah. Kita tidak boleh memancarkan yang lain, karena tidak ada yang lain yang berhak dipancarkan dalam hidup kita.

Kalau tubuh kita adalah bait Roh Kudus, maka kita tidak boleh mengotori tubuh ini dengan dosa sekecil dan sehalus apa pun. Maka, kita harus berhati-hati dengan yang kita lakukan, ucapkan, segala keputusan dan tindakan kita. Dalam 1 Korintus 6:19 dikatakan, “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”

Sebelum waktu kita habis dan kita tidak punya kesempatan lagi untuk memuliakan Allah, kita harus berubah mulai hari ini. Hanya orang yang memuliakan Allah sejak di bumi, yang diperkenan memuliakan AllKalau kita gagal memuliakan Allah di bumi, maka kita tidak akan pernah Allah, orang yang hanya mencari kesenangan diri sendiri, mencari kepuasan dari dunia.

Selanjutnya, 1 Korintus 6:12 berkata, “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun.” Segala sesuatu halal, artinya tidak salah juga. Namun, aku bertanya, “Berguna tidak? Berguna untuk apa?” Kalau kita mengaitkan dengan ayat 19-20, berguna untuk memuliakan Allah. Tidak salah punya hobi ini dan itu, tidak salah punya kesenangan ini dan itu, tetapi kita tidak mau diperhamba. Berguna tidaknya, diukur dari apakah ini menyenangkan Tuhan atau tidak, memuliakan Tuhan atau tidak. Ingat, Tuhan tidak paksa. Kalau kita masih mau-maunya kita sendiri, ya sudah. Hal ini sebenarnya yang mengerikan; Tuhan itu lembut, Dia tidak memaksa kita melakukan apa yang menyenangkan Dia.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA TIDAK BISA MENIKMATI TUHAN SEBAGAI KEPUASAN KALAU KITA TIDAK MEMULIAKAN DIA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 Oktober 2023
2023-10-15 04:52:11

Matius 10

Card image
Truth Kids 14 Oktober 2023 - PANTANG MENYERAH
2023-10-14 09:53:47


Matius 11:11
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya.”

Sebelum Yesus memulai pelayanan-Nya, ada satu orang yang telah memperkenalkan tentang Yesus kepada orang banyak. Ia adalah Yohanes Pembaptis. Yohanes mengajak orang-orang untuk bertobat dan dibaptis. Bertobat artinya berhenti melakukan yang salah dan balik berbuat yang benar. Sebagai tanda bahwa mereka percaya kepada Tuhan dan mau bertobat, orang-orang memberi diri mereka untuk dibaptis. Yohanes membaptis mereka di Sungai Yordan. Oleh sebab itu Yohanes dikenal sebagai Yohanes Pembaptis. Yesus pun dibaptis oleh Yohanes Pembaptis.

Yohanes Pembaptis mengingatkan orang-orang yang datang kepadanya untuk melakukan Firman Tuhan dengan benar. Tidak hanya ingin dibaptis, melainkan juga harus melakukan kebenaran Firman Tuhan. Yohanes Pembaptis memberikan banyak nasihat kepada orang-orang. Yohanes Pembaptis tidak menyerah menceritakan tentang Tuhan, walaupun banyak orang yang tidak suka kepadanya. Sampai-sampai ia dimasukkan ke dalam penjara oleh raja yang berkuasa saat itu. Yohanes tetap berjuang untuk mengajarkan tentang Tuhan yang benar.

Sobat Kids, salah satu sikap sebagai pahlawan adalah tidak mudah menyerah untuk melakukan hal yang benar. Kita juga mau belajar bersikap sebagai pahlawan, tidak mudah menyerah saat mengalami kesusahan. Let’s go!

Card image
Truth Junior 14 Oktober 2023 - YOHANES PEMBAPTIS
2023-10-14 09:52:01


Matius 11:11
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya.”

Pernahkah Sobat Junior memiliki sebuah permohonan yang sangat kalian inginkan segera terjadi? Sebuah keinginan yang selalu kalian harapkan akan terkabul. Bahkan kalian rela melakukan apa saja, asalkan keinginan tersebut cepat tercapai. Di Alkitab, terdapat satu anak yang kelahirannya sangat diinginkan oleh orang tuanya. Kelahiran anak ini pun merupakan penggenapan nubuat dari para nabi terdahulu. Di zaman Perjanjian Lama telah dinubuatkan akan ada pembuka jalan bagi pelayanan sang Mesias. Dia adalah Yohanes Pembaptis, anak seorang imam yang taat. Bahkan, sang ayah rela berpuasa di bait Allah untuk meminta seorang anak.

Yohanes Pembaptis merupakan seorang nabi terakhir yang kisahnya diceritakan dalam Perjanjian Baru. Dengan kuasa sebagai seorang nabi, Yohanes Pembaptis memiliki tugas untuk membaptis orang-orang berdosa; bertobat dan mempersiapkan diri menyambut kedatangan Sang Mesias. Dengan tegas, Yohanes Pembaptis berkhotbah di antara orang banyak untuk segera bertobat, sebab Kerajaan Sorga telah datang. Yohanes Pembaptis merupakan sosok yang sederhana dan sangat rendah hati. Gaya hidup yang ditampilkan oleh Yohanes Pembaptis membuktikan bahwa ia adalah sosok yang merendahkan diri di hadapan Allah. Ia hanya mengenakan pakaian sederhana dan hanya memakan makanan yang sederhana. Bahkan di akhir hidupnya pun Yohanes Pembaptis memberikan teladan yang baik, yaitu tetap setia membela pekerjaan Tuhan sampai nafas terakhir.

Card image
Truth Youth 14 Oktober 2023 (English Version) - EMOTIONAL BULLETS
2023-10-14 09:50:18


"In your anger do not sin: Do not let the sun go down while you are still angry." (Ephesians 4:26)

Since childhood, we've been taught by our schools or parents to save. Saving is considered a good thing for the future, often associated with saving money. However, in our daily lives, we also save something unseen: kindness or resentment, depending on what enters our lives each day. These savings are like emotional bullets. Bullets that we will eventually "fire" at others through words or actions. Of course, not real weapons. Every time we experience hurt or something we didn't want, it's as if we're storing new bullets that we might shoot at others someday. If the situation is negative, like being scolded by parents or being bullied, we add those bullets to our souls. This is not a good thing. Every day, we should have bullets of kindness from God, such as forgiveness and sincerity. So, someday, if we're in certain situations, what comes out of our lives are good and wise things. We must take care of and maintain these emotional bullets. We shouldn't allow the devil to insert negative bullets. Every day, we should cleanse our souls so that what comes out of our lives is good and wise. Just as the Word of God above says, when we are angry, we should not sin. Don't let it linger. Resolve your anger, and turn it into a learning experience that makes you mature.

WHAT TO DO:
1. Save the right bullets: kindness and forgiveness in your soul.
2. Resolve your anger every day and don't carry it over to the next day.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hosea 1-4

Card image
Truth Youth 14 Oktober 2023 - PELURU EMOSI
2023-10-14 09:47:36


”Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.”(Efesus 4:26)

Dari semenjak kecil kita sering diajarkan oleh sekolah atau orang tua kita untuk menabung. Menabung adalah hal yang baik untuk masa depan. Sehingga konsep menabung hanyalah untuk uang saja. Padahal setiap hari hidup kita, kita juga menabung hal yang tidak kelihatan yakni menabung kebaikan atau kejahatan. Tergantung apa yang masuk ke dalam hidup kita hari itu. Fatalnya adalah tabungan kita setiap hari seperti peluru. Peluru yang suatu saat akan kita “tembakkan” kepada orang lain lewat perkataan ataupun tindakan. Pastinya bukan senjata sungguhan. Setiap kita menerima luka, ataupun hal yang tidak kita inginkan seakan-akan kita sedang menyimpan peluru baru yang suatu saat akan kita tembakkan kepada sesama kita. Kalau kejadian itu buruk seperti kita dimarahi orang tua, ataupun di- bully, peluru itu kita tambahkan ke jiwa kita. Ini bukanlah hal yang baik. Setiap hari seharusnya kita memiliki peluru kebaikan yang berasal dari Tuhan yaitu pengampunan dan ketulusan. Sehingga suatu saat kalau kita dalam situasi tertentu yang kita tembakkan kepada orang lain adalah hal yang baik. Peluru emosi ini harus kita jaga dan pelihara. Jangan sampai kita membiarkan Iblis untuk memasukkan peluru-peluru yang tidak baik. Setiap hari kita harus membersihkan jiwa kita agar suatu saat yang keluar dari hidup kita pun hal-hal yang baik dan bijaksana. Seperti Firman Tuhan di atas apabila kita marah, janganlah kita berbuat dosa. Jangan sampai berlarut-larut. Selesaikan amarah kita, dan jadikan itu pembelajaran yang mendewasakan.

WHAT TO DO:
1.Menabung peluru yang benar yaitu kebaikan dan pengampunan dalam jiwa kita.
2.Selesaikan setiap amarah setiap hari dan tidak membawanya ke hari yang lain.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hosea 1-4

Card image
Renungan Pagi - 14 Oktober 2023
2023-10-14 09:45:25


Daud berkata dulu aku muda, sekarang aku telah menjadi tua tetapi tidak pernah aku lihat anak cucu orang benar meminta-minta roti, artinya Tuhan itu terbukti di dalam janji-Nya, Tuhan itu terbukti di dalam kasih-Nya, Tuhan itu terbukti di dalam segala firman-Nya, bahwa apa saja yang Dia firmankan pasti terjadi.

"Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat."

Ini membuktikan bahwa Tuhan bisa diandalkan, berbeda dengan janji manusia, karena janji manusia tidak jelas dan tidak bisa diandalkan, tetapi kalau berpegang teguh kepada janji Tuhan, bahkan apa yang tidak pernah kita pikirkan itu yang Tuhan sediakan.
(Mazmur 37:25-26)

Card image
Quote Of The Day - 14 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-14 09:42:21


Orang yang mewujudkan Allah dalam hidupnya, pasti menjadi orang istimewa Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 14 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-14 09:40:41


Orang yang benar-benar berinteraksi dengan Allah adalah orang yang sungguh-sungguh mencari Allah.

Card image
TRUE SATISFACTION - 14 Oktober 2023 (English Version)
2023-10-14 09:38:33


The Lord Jesus said to the Samaritan woman at Jacob’s Wells near Sychar, as written in the Gospel of John chapter 4, “Everyone who drinks this water will be thirsty again, but whoever drinks the water I give them will never thirst. Indeed, the water I give them will become in them a spring of water welling up to eternal life.”

The enjoyment created by God, which we enjoy to the fullest here on earth, is limited. However, if we want the Creator, namely God Himself, we will enjoy true and unlimited satisfaction. We will enjoy God continuously, and will become our life. We must dare to believe that only God can satisfy the thirst of our souls. In general, the eyes of the human heart and understanding are blind. They are blinded by the way of thinking, principles, and philosophy of life absorbed from this world. In other words, humans have generally gone astray in their thoughts and soul appetites because, since childhood, people like us have been nurtured by this world.

Our principles, concepts, and life philosophies are absorbed from our environment, so we think: “I will be happy if I have this. I will be satisfied if I experience this. I will be at peace if I achieve this. I will be guaranteed if I have this.” Those things drive our lives from time to time until we close our eyes. This picture of life is written in Luke 12. This is not only for wealthy people but also for the poor who lack understanding.

The Lord Jesus said, “Watch out! Be on your guard against all kinds of greed.” We might say, “I am not greedy.” Do we understand what greed means in this context? Greed doesn’t mean just wanting a lot. So far, we know that “greed” is when we want a lot and are unsatisfied with what we already have. In Christianity, greed is when someone does not feel enough to have God only. Enjoy God, and that’s enough! However, we can hardly find philosophies and principles of life like this in human life today, not only in the congregation’s life but also in the life of God’s servants or pastors, who may not necessarily have reached this level.

This choice doesn’t differentiate between pastors or congregations; all of us must enter this area of life experience, namely that only God is unlimited and can satisfy our souls. When we drink the water of this world, we will be thirsty again and then look for another. However, if we drink water from God, we will no longer thirst and even emit divine radiance that blesses others. So, we must have the courage to change our thinking, concepts, and philosophy of life. Therefore, what we have to do, since morning when our eyes are wide open, we only serve God, and serving God means that whatever we do through various life events, we do it for God.

As it says in God’s words, “So whether you eat or drink or whatever you do, do it all for the glory of God.” So even though we don’t have activities within the church environment—not pastors, church activists, or councilors—make every life event we experience a service for God, and we must practice that. From our life experiences, we can reflect on ourselves and how difficult it is to put on the pure truth of God’s Word in our lives. However, thanks to God, over time, we seem to be “forced” by God to enter the maturation process.

The Lord Jesus has reminded us in Luke 12 that human life does not depend on wealth. However, it turns out that humans depend on material, not on their Creator. Finally, we read how the person died in ignorance. So, today, we must choose God as the only One who can satisfy our soul’s thirst, and we must dare to determine this. The Holy Spirit will help us so we don’t have to wait until we become full-time church members or pastors before we can please God. That doesn’t necessarily please God. However, whatever we live and do, we look at God and offer it to Him.  

IF WE ENJOY THE CREATOR, NAMELY GOD HIMSELF, THEN WE WILL ENJOY TRUE AND UNLIMITED SATISFACTION.

Card image
KEPUASAN SEJATI - 14 Oktober 2023
2023-10-14 09:34:51


Tuhan Yesus berkata kepada perempuan Samaria di Perigi Yakub dekat kota Sikhar, yang ditulis dalam Injil Yohanes 4, “Jika kamu minum air ini, kamu haus lagi. Tetapi jikalau kamu minum air yang Kuberikan kepadamu, maka air yang kamu minum akan memancar dari hidupmu. Kamu akan memperoleh kepuasan, dan kamu akan memancarkan air kehidupan itu.”

Apa pun yang kita nikmati dari apa yang Allah ciptakan, itu terbatas kenikmatannya. Sampai pada satu titik puncak. Tetapi jikalau kita menikmati Yang Menciptakan, yaitu Allah sendiri, maka kita akan menikmati kepuasan yang tiada batas; kepuasan yang sejati. Artinya kita akan menikmati terus-menerus, dan itu menjadi kehidupan kita. Kita harus berani memercayai hal ini bahwa hanya Tuhan yang dapat memuaskan dahaga jiwa kita. Pada umumnya, mata hati dan pengertian manusia sudah buta. Buta oleh cara berpikir, prinsip, dan filosofi hidup yang diserap dari dunia ini. Dengan kalimat lain, pada umumnya manusia telah sesat di dalam pikiran dan selera jiwanya. Sejak kecil, manusia seperti kita telah diasuh oleh dunia ini.

Prinsip-prinsip, konsep-konsep, filosofi hidup kita adalah prinsip, filosofi, dan konsep hidup yang kita serap dari lingkungan kita. Sehingga kita berpikir: “Kalau punya ini, aku bahagia. Kalau mengalami ini, aku puas. Kalau mencapai ini, aku akan tenang. Jika aku memiliki ini, aku terjamin.” Hal itu yang menggerakkan hidup kita dari hari ke hari, dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan, dari tahun ke tahun, sampai menutup mata. Gambaran hidup seperti ini ditulis oleh Lukas 12. Jadi ini bukan hanya untuk orang kaya, melainkan juga untuk orang miskin yang tidak memiliki pengertian.

Tuhan Yesus berkata, “Waspadalah kamu, berjaga-jaga terhadap segala ketamakan.”. Kita mungkin berkata, “Saya tidak tamak.” Mengertikah kita apa artinya tamak dalam konteks ini? Tamak bukan berarti hanya mengingini banyak. Sebab selama ini yang kita pahami, “tamak” adalah kalau kita mengingini banyak, tidak puas dengan apa yang sudah kita miliki. Di dalam kekristenan, tamak adalah ketika seseorang tidak merasa cukup dengan Tuhan saja. Menikmati Tuhan, itu cukup. Namun, filosofi dan prinsip hidup seperti ini nyaris tidak kita temukan dalam hidup manusia hari ini. Bukan hanya dalam kehidupan jemaat, juga dalam kehidupan hamba Tuhan atau dalam kehidupan pendeta, belum tentu sudah sampai pada tingkat ini.

Ini adalah pilihan. Tidak membedakan pendeta atau jemaat, semua kita harus masuk pada kawasan pengalaman hidup ini, yaitu hanya Tuhan yang tidak terbatas, hanya Tuhan yang dapat memuaskan jiwa kita. Kita minum air dunia ini, kita haus lagi, lalu akan mencari yang lain. Namun, kalau kita minum air dari Tuhan, kita tidak haus lagi, bahkan memancarkan pancaran-pancaran ilahi yang memberkati sesama. Maka kita harus berani mengubah cara berpikir, konsep, dan filosofi hidup kita. Oleh sebab itu, yang kita harus lakukan, di setiap pagi hari ketika kita melek mata adalah hanya melayani Tuhan. Melayani Tuhan artinya melalui berbagai peristiwa hidup, kita lakukan segala sesuatu untuk Tuhan.

Seperti yang dikatakan dalam firman Tuhan, “Baik kamu makan atau minum, atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua itu untuk kemuliaan Tuhan.” Jadi walaupun kita tidak memiliki kegiatan di dalam lingkungan gereja—bukan pendeta, bukan aktivis gereja, bukan majelis—tetapi jadikan setiap peristiwa hidup yang kita jalani adalah pelayanan bagi Tuhan. Dan itu kita harus latih. Dari pengalaman hidup yang kita jalani, tentu kita dapat berkaca kepada diri kita sendiri, betapa sulitnya mengenakan kebenaran firman Tuhan yang murni di dalam hidup. Namun, syukur kepada Tuhan, lewat perjalanan waktu, kita seperti “dipaksa” Tuhan untuk masuk dalam proses pendewasaan.

Tuhan Yesus sudah mengingatkan kita di Lukas 12 bahwa hidup manusia tidak bergantung dari kekayaan. Namun, ternyata manusia bergantung kepada materi, bukan bergantung kepada Penciptanya, Sang Khalik. Sampai akhirnya kita membaca bagaimana orang tersebut mati di dalam kebodohan. Maka, hari ini kita mau mengambil keputusan dan pilihan untuk memilih Tuhan sebagai satu-satunya yang bisa memuaskan dahaga jiwa kita. Ini harus berani kita pilih. Roh Kudus pasti menolong kita. Tidak menunggu kita menjadi fulltimer gereja atau menjadi pendeta, baru menyenangkan Tuhan. Sebab belum tentu itu menyenangkan Tuhan. Namun, apa pun yang kita jalani, apa pun yang kita lakukan, kita memandang Tuhan dan kita mempersembahkannya untuk Dia.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JIKALAU KITA MENIKMATI YANG MENCIPTAKAN, YAITU ALLAH SENDIRI, MAKA KITA AKAN MENIKMATI KEPUASAN YANG TIADA BATAS; KEPUASAN YANG SEJATI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 Oktober 2023
2023-10-14 09:29:41

Markus 4-5

Card image
Truth Kids 13 Oktober 2023 - BERUBAH
2023-10-13 09:43:16


Roma 1:1
”Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah.”

Superhero yang kita mau pelajari hari ini telah meninggal lebih dari seribu tahun yang lalu. Wah… lama sekali, ya… Tapi orang ini benar-benar pernah hidup, Sobat Kids. Bukan hanya cerita dongeng, tetapi benar-benar terjadi. Dia sempat mengalami buta selama beberapa hari. Sebelum mengenal Tuhan Yesus, dia pernah menyakiti banyak orang Kristen. Nah, kalian sudah bisa tebak, kan? Ya… superhero kita hari ini adalah rasul Paulus.

Sebelum Rasul Paulus mengenal Tuhan dengan benar, ia bernama Saulus. Dulu ia tidak mengerti kehendak Bapa dengan benar. Malahan ia menyakiti orang-orang yang percaya kepada Yesus. Namun, setelah ia mendengar suara Tuhan, Saulus berubah. Ia belajar kebenaran Firman Tuhan dengan sungguh-sungguh. Namanya berubah menjadi Paulus. Sikap dan perbuatannya juga berubah. Ia tidak lagi berbuat jahat kepada orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Rasul Paulus menjadi orang yang menceritakan tentang kebenaran Firman Tuhan. Kesulitan apa pun tidak membuat ia berhenti menceritakan kebenaran Firman Tuhan. Bahkan dimasukkan ke dalam penjara juga tidak membuat ia diam. Rasul Paulus terus berkeliling menceritakan tentang Tuhan Yesus.

Yuk, Sobat Kids, kita tiru sikap rasul Paulus yang dengan berani memberitakan tentang Tuhan Yesus kepada orang lain.

Card image
Truth Junior 13 Oktober 2023 - SIAPA SANGKA?
2023-10-13 09:40:43


Roma 1:1
”Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah.”

Sobat Junior, apakah kalian pernah diejek ataupun dihina karena menyembah Yesus? Hal yang seperti ini, bukan lagi sesuatu yang aneh. Mungkin beberapa di antara Sobat Junior pernah mengalaminya. Tuhan Yesus selalu mengajarkan bahwa kita harus selalu mengasihi orang-orang yang menghina dan mencela kita. Bahkan dalam Matius 10:22, Tuhan Yesus telah memperingati bahwa akan selalu ada orang yang menghina dan membenci orang-orang yang berdoa dalam nama Yesus. Dan ada satu tokoh besar Alkitab yang merupakan mantan seorang penghina Kristus, loh.

Orang tersebut adalah Rasul Paulus. Kisah Para Rasul 7:54 sampai pasal yang ke-9 merupakan pasal yang menceritakan kekejaman Rasul Paulus, yang saat itu masih bernama Saulus. Ia berusaha menganiaya orang-orang Kristen dengan menjebloskan jemaat Kristus ke penjara atau bahkan membunuh mereka. Namun, dengan kasih, orang-orang Kristen saat itu hanya membalas kekejaman Saulus melalui doa dan melimpahkan penghukuman akan kekejaman Saulus kepada Tuhan. Hingga suatu hari Tuhan menyatakan diri-Nya kepada Saulus, sehingga ia bertobat. Dan saat ini pun kita mengenal sosok Rasul Paulus sebagai tokoh yang luar biasa dipakai Tuhan. Rasul Paulus menyebarkan kebenaran Firman Tuhan kepada semua orang. Ia menjadi salah satu pahlawan yang berani berkeliling berbagai daerah agar banyak orang mengenal Tuhan Yesus Kristus.

Card image
Truth Youth 13 Oktober 2023 (English Version) - ALL FOR JESUS
2023-10-13 09:38:16


"Whatever you do, work at it with all your heart, as working for the Lord, not for human masters." (Collosians 3:23)

Many of us misunderstand our role on Earth. The work we do and the services we provide are often driven by the desire for recognition from others or our superiors. We do them to seek acknowledgment from the people around us. As a result, when we don't receive positive recognition, we become easily discouraged and disappointed. This negatively impacts our self-image.

The author discusses the Word of God in Collosians 3:23, stating that we need to focus on God. Whatever we do on this Earth is for the glory of God alone. We should do it with all our hearts because He has already done many good things within us. Now is the time for us to return it as our responsibility as believers.

When we do everything wholeheartedly for the Lord, we will strive to do our best. When we've done our part to the best of our ability, we'll find inner satisfaction that far surpasses human appreciation. Pursue that, because seeking recognition from humans can lead to disappointment. God blesses us.

WHAT TO DO:
1. Learn to focus on God.
2. Always remind yourself that your work and service are for God's glory.
3. When you do your part wholeheartedly, it shows your responsibility to God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Daniel 9-12

Card image
Truth Youth 13 Oktober 2023 - ALL FOR JESUS
2023-10-13 09:30:55


”Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” (Kolose 3:23)

Banyak dari kita yang salah kaprah dalam mengerjakan bagian kita di bumi. Pekerjaan yang kita kerjakan dan pelayanan yang kita jalani, sering kali kita melakukannya semata-mata untuk dilihat oleh sesama kita atau atasan kita. Kita mengerjakannya demi mendapat pengakuan dari orang-orang di sekitar kita. Akibatnya, ketika kita kurang mendapatkan pengakuan yang positif, maka kita akan menjadi mudah putus asa serta kecewa. Hal tersebut berdampak buruk bagi diri kita yaitu memiliki gambar diri yang negatif.

Penulis mengulas tentang firman Tuhan pada Kolose 3:23, bahwa kita perlu memandang kepada Tuhan. Apa pun yang kita kerjakan di bumi ini adalah untuk kemuliaan Tuhan semata. Kita perlu melakukannya dengan segenap hati karena memang Dia telah mengerjakan juga banyak hal-hal baik dalam diri kita. Inilah saatnya kita mengembalikannya sebagai bentuk tanggung jawab kita sebagai orang percaya.

Ketika kita mengerjakan segala sesuatu dengan segenap hati untuk Tuhan, maka kita akan berusaha melakukan juga semaksimal dan sebaik mungkin. Saat kita sudah melakukan bagian kita semaksimal mungkin, maka kita akan mendapatkan kepuasan batin yang tidak sebanding dengan apresiasi dari manusia. Kejarlah itu, karena ketika mengejar pengakuan dari manusia maka kita akan menjadi mudah kecewa. Tuhan memberkati kita.

WHAT TO DO:
1.Belajar untuk memandang kepada Tuhan
2.Selalu tanamkan di pikiran kita bahwa pekerjaan dan pelayanan kita untuk kemuliaan Tuhan
3.Ketika kita melakukan bagian kita dengan segenap hati, itu menunjukkan tanggung jawab kita kepada Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Daniel 9-12

Card image
Renungan Pagi - 13 Oktober 2023
2023-10-13 09:26:23


Sekecil apapun pekerjaan, Allah yang berjanji adalah Allah yang besar, dan ketika Allah yang besar memberkati pekerjaan kita, maka besar pulalah berkat yang diterima lewat pekerjaan kita.

"Sebab telah Kau-buat aku bersukacita, ya TUHAN, dengan pekerjaan-Mu, karena perbuatan tangan-Mu aku akan bersorak-sorai. Betapa besarnya pekerjaan-pekerjaan-Mu, ya TUHAN, dan sangat dalamnya rancangan-rancangan-Mu."

Oleh karenanya, dalam menjalani hidup ini tidak perlu mengeluh, jangan pernah minder dengan pekerjaan, sebab seandainya pun pekerjaan itu kecil dan sepele, kita punya Allah yang besar, dan kalau Allah yang besar yang memberkati pekerjaan kita, maka Ia akan menjadikan segalanya berhasil.
(Mazmur 92:4-5)

Card image
Quote Of The Day - 13 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-13 09:23:47


Jangan memanjakan daging, karena daging tidak pernah berkata “cukup.”

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 13 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-13 09:18:46


Sempurna seperti Bapa artinya kita bisa melakukan segala sesuatu selalu sesuai dengan pikiran perasaan Allah.

Card image
THIRST FOR GOD - 13 Oktober 2023 (English Version)
2023-10-13 09:16:55


The Word of God says, “What good is it for someone to gain the whole world, yet forfeit their soul?” A forfeited soul does not find God. There is one implicit thing behind the statement of the Lord Jesus. We are called to choose: a soul that perishes—the same as not finding God but gaining the world—or a soul that does not perish—meaning earning God but not having the world. It is becoming more apparent daily that we have no right to have anything except God. However, it was not misfortune; on the contrary, it was luck and honor.

Even if we have family, children, property, rank, title, and position, everything must be seen as belonging to God and an offering to Him. Our mistake is that we often feel entitled to have something, even if it’s a small piece. That is actually disrespect and impoliteness towards God. This may sound excessive, but it is standard. Even if we have a lot in the eyes of humans, we should not feel like we have it.

Finding God is not just our time at church, listening to sermons, and knowing about God. We indeed need and must go to church and get guidance to hear the word, who, and how God is. However, finding the permanent and true God who penetrates the soul and life is in the journey of everyday life, when we must choose what to watch or do and what aspirations or desires we should have because everything determines whether we choose God or not.

This is indeed a tough thing, especially for young people. However, if we understand this principle and struggle to live it from a young age, we will definitely find God. There may be a cry in our hearts, “Where is God? How do I find Him?” A theologian may have a wealth of knowledge from formal education and libraries. However, a simple mother who has never attended a Bible College but seeks God and encounters Him, no matter how small or minimally experienced, is more than a wealth of knowledge only in the mind.

So, we can find ordinary people who are polite, love others and God, and are willing to sacrifice for Him. While on the other hand, a theologian, a priest, feels entitled to money from church offerings and is served. What a shame! They are certainly capable of speaking and defending themselves. Let’s strive to find God and seriously examine ourselves,” Why am I not thirsty for God?” and it turns out that what makes us not thirsty for Him are:

First is pleasure or desire that God does not want, which unwittingly kills, robbing us of our thirst for God.

The second, which is more destructive, is sin. When we live in sin, we certainly do not thirst for God because sin is demanding, whether in the form of interest in objects or lust in the flesh.

We want to continue struggling to let go of everything to find and obtain God. So, our world is only God. We work, care for the household, and do other activities for God. On the other hand, whatever does not make us grow must be thrown away because if the vessels of our hearts are still filled with sinful interests, then there will undoubtedly be no thirst for God. So, if we seek God, people will see our lives, and the uniqueness of our lives is visible. Indeed, our lives will look abnormal to the world because we continue to be brought to perfection. However, we must do this for the rest of our lives, and we will see that we become sharper and more extreme daily.

Imagine, one day, our lives or this world will end, and this is bound to happen. We brought nothing When we were born, but now we have God, our only treasure. So, we can understand the spiritual inspiration that the psalmist received so that he could say, “Whom have I in heaven but You? And earth has nothing I desire besides You.” We mustn’t leave a slot or leak where we allow the world to enter our souls and minds. God must rule over our lives. The formula is God is our everything or nothing at all.  

IF THE VESSEL OF OUR HEART IS STILL FILLED WITH SINFUL INTERESTS, THEN THERE IS DEFINITELY NO THIRST FOR GOD. .

Card image
KEHAUSAN AKAN ALLAH - 13 Oktober 2023
2023-10-13 09:10:09


Firman Tuhan mengatakan, "Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia jika jiwa mereka binasa?" Jiwa yang binasa adalah jiwa yang tidak menemukan Allah. Di balik pernyataan Tuhan Yesus tersebut, sebenarnya ada satu hal implisit, yaitu di dalamnya kita dipanggil untuk memilih: jiwa yang binasa—yang sama dengan tidak menemukan Allah, tetapi memperoleh dunia—atau jiwa yang tidak binasa—artinya memperoleh Tuhan, tetapi tidak memiliki dunia. Sejatinya, semakin hari semakin jelas bahwa kita tidak berhak memiliki apa-apa kecuali Tuhan. Hal itu bukan kemalangan, sebaliknya, itulah keberuntungan dan kehormatan.

Kalaupun kita memiliki keluarga, anak, harta, pangkat, gelar, kedudukan, maka semua harus dipandang sebagai milik Allah, sebagai persembahan bagi Tuhan. Kesalahan kita, sering merasa berhak memiliki, walaupun itu sepotong kecil. Dan itu sebenarnya ketidakhormatan, ketidaksantunan terhadap Allah. Memang kedengarannya ini berlebihan, tetapi ini standar. Kalaupun kita memiliki banyak di mata manusia, kita harus tidak merasa memiliki.

Menemukan Tuhan itu bukan hanya pada waktu kita di gereja, mendengarkan khotbah, dan memiliki pengetahuan tentang Allah. Tentu perlu dan harus kita ke gereja dan mendapatkan tuntunan untuk mendengar firman, siapa, dan bagaimana Allah. Namun, menemukan Tuhan yang permanen, yang sejati, yang merasuk di dalam jiwa dan kehidupan adalah dalam perjalanan hidup setiap hari. Ketika kita memilih: apa yang kita tonton? Apa yang kita lakukan? Apa yang menjadi cita-cita kita? Apa yang menjadi keinginan kita? Sebab semua menentukan apakah kita memilih Tuhan atau bukan.

Memang ini merupakan hal yang sangat sulit, khususnya untuk orang muda. Namun, kalau sejak muda kita mengerti prinsip ini dan berjuang menjalaninya, kita pasti akan menemukan Tuhan. Mungkin ada jeritan di dalam hati kita, "Di mana Tuhan? Bagaimana aku menemukan Dia?" Seorang teolog bisa saja memiliki segudang pengetahuan yang dia timba dari pendidikan formal dan perpustakaan, tetapi seorang ibu sederhana yang tidak pernah mengecap bangku Sekolah Tinggi Teologi, tetapi mencari Tuhan dan bertemu dengan Tuhan, sekecil apa pun, seminim apa pun yang dialami, lebih berarti dari segudang pengetahuan yang hanya di pikiran.

Jadi kita bisa menemukan orang-orang awam yang santun terhadap sesama, mengasihi sesama, mencintai Tuhan, rela berkorban buat Tuhan. Sebaliknya, seorang teolog, pendeta, malah merasa berhak mendapat uang, berhak memiliki kolekte, berhak dilayani. Betapa celakanya! Ia tentu cakap untuk berbicara dan membela diri. Ayo, kita mau menemukan Tuhan. Kita harus serius memeriksa diri, “Mengapa aku tidak haus akan Tuhan?” Ternyata yang membuat kita tidak haus akan Tuhan itu adalah:

Pertama, kesenangan atau keinginan yang Tuhan tidak kehendaki. Tanpa kita sadari, itu membunuh, merampas kehausan kita akan Allah.

Kedua, ini yang lebih merusak, dosa. Ketika kita hidup dalam dosa, kita pasti tidak haus akan Allah. Sebab dosa itu menuntut. Apakah berbentuk sesuatu yang menjadi kegemaran, dalam wujud benda-benda atau nafsu di dalam daging, apa pun.

Kita mau terus berjuang untuk melepaskan segala sesuatu guna menemukan dan memperoleh Tuhan. Jadi, dunia kita hanya Tuhan. Kita bekerja, mengurus rumah tangga, dan beraktivitas yang lain semua untuk Tuhan. Sebaliknya, apa pun yang tidak membuat kita bertumbuh, harus kita buang. Sebab kalau bejana hati kita masih terisi dengan minat dosa, maka pasti tidak ada kehausan akan Allah. Maka, kalau kita benar-benar mencari Tuhan, hidup kita pasti terlihat oleh orang. Keunikan hidup kita pasti terlihat. Memang bagi dunia, kehidupan kita akan terlihat tidak normal karena kita terus dibawa kepada kesempurnaan. Namun, ini yang harus kita lakukan di sisa umur hidup kita, dan secara pasti melihat makin hari kita makin tajam, makin ekstrem.

Bayangkan, suatu saat hidup kita atau dunia ini akan berakhir. Ini pasti terjadi. Ketika lahir kita tidak membawa apa-apa, tetapi sekarang kita memiliki Tuhan, itulah harta kita satu-satunya. Jadi, kita bisa mengerti ilham roh yang diterima pemazmur sehingga dia bisa berkata, “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi.” Maka jangan beri celah, jangan ada kebocoran di mana kita memberi kesempatan udara dari dunia masuk di dalam jiwa dan pikiran kita. Tuhan yang harus berkuasa atas hidup kita. Rumusnya adalah Tuhan sepenuhnya atau tidak usah sama sekali.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU BEJANA HATI KITA MASIH TERISI DENGAN MINAT DOSA, MAKA PASTI TIDAK ADA KEHAUSAN AKAN ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 Oktober 2023
2023-10-13 09:06:18

Matius 13
Lukas 8

Card image
Truth Kids 12 Oktober 2023 - THE REAL SUPERHERO
2023-10-12 09:16:55


Roma 12:2
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”

Kukuruyuk… Pagi yang cerah mengawali langkah Laura ke sekolah. Laura sangat bersemangat karena hari ini adalah hari terakhir ujian di sekolah. Laura mengerjakan ulangan Pendidikan Seni Budaya dengan percaya diri dan bersukacita. Setelah diperiksa bapak guru, jawaban Laura benar semua dan mendapatkan nilai terbaik. Semua itu dapat terjadi di hidup Laura karena bantuan yang mama berikan setiap hari. Setiap malam mama Laura selalu mengajari Laura pelajaran sekolah. Mama Laura sangat memperhatikan pelajaran Laura yang semakin sulit karena Laura sudah naik ke kelas 3 SD.

Sobat Kids, superhero itu bukan saja yang ada di film kartun; tokoh karakter yang melawan kejahatan dan membela yang benar. Superhero itu bukan saja berpakaian menarik, mempunyai kekuatan super, melawan musuh lalu menang. Kisah Laura yang mendapatkan nilai terbaik adalah hasil dari usaha mama Laura mengajari Laura. Mama menjadi pahlawan yang membawa Laura kepada kehendak Allah.

Yuk, Sobat Kids, kita ubah cara berpikir kita! Superhero itu bisa kita temukan di sekitar kita; tidak hanya di film-film. Superhero adalah mereka yang membantu kita dalam berbagai hal. Amati sekitarmu, Sobat Kids. Siapa saja superhero yang membantu kalian saat ini?

Card image
Truth Junior 12 Oktober 2023 - PAHLAWAN SEHARI-HARI
2023-10-12 09:15:12


Roma 12:2
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”

Sobat Junior, tahukah kalian bahwa di sekitar kita ada banyak pahlawan? Mereka sangat dekat, loh, dengan kita. Pertama, ada pahlawan kebersihan. Mereka mau membantu membersihkan rumah, membuang sampah pada tempatnya, dan selalu merapikan meja jika sudah digunakan. Mereka senang jika melihat lingkungan indah dan bersih.

Kemudian, ada pahlawan persahabatan. Mereka selalu menghibur teman-temannya yang sedang sedih atau kesepian. Pahlawan persahabatan mau mendengarkan dengan penuh perhatian dan selalu memberikan senyuman untuk menghibur orang yang sedang sedih.

Tak lupa, ada pahlawan kejujuran. Mereka selalu berbicara dengan jujur dan tidak pernah menyembunyikan kebenaran. Sebab, pahlawan kejujuran tahu bahwa kejujuran sangat penting dan harus dilakukan.

Ada juga pahlawan kebaikan. Mereka selalu menolong orang lain. Misalnya menolong mama untuk membersihkan rumah, mengurus adik, dan menolong orang lain. Pahlawan kebaikan juga selalu berbagi apa pun yang dimilikinya, seperti makanan dan mainan.

Sobat Junior, menjadi pahlawan atau superhero tidak harus selalu menjadi orang dengan kekuatan super atau mengenakan jubah. Setiap orang bisa menjadi pahlawan dengan melakukan kebaikan dari hal-hal kecil yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Sobat Junior bisa menjadi pahlawan bagi teman, keluarga, dan lingkungan kita. Semua dimulai dari kebaikan kecil yang kita lakukan dengan tulus, karena setiap kebaikan pasti akan memberikan kebahagiaan dan manfaat bagi orang lain.

Card image
Truth Youth 12 Oktober 2023 (English Version) - I CARE ABOUT YOU!
2023-10-12 09:08:00


"The second is like it: 'You shall love your neighbor as yourself." (Matthew 22:39)

In recent news, we often come across various senseless events that result in conflicts and even deaths, even among those who have close relationships. There is a saying that goes, "You see the speck in your neighbor's eye but fail to notice the beam in your own eye." Often, as humans, we find it easier to see the negatives in others with whom we have relationships. This can happen in our friendships as well.

Matthew 22:39 says, "The second is like it: 'You shall love your neighbor as yourself.'" This Bible verse is not easy to follow, but we should try, as it is one way we can become agents of change as children of God in a world that is increasingly lacking in love and empathy. Loving others as we love ourselves means thinking before we act or speak to others. Will our actions and words hurt others or not?

In this reflection, we need to commit ourselves to show love to others through simple actions. Think before you act, maintain tone and word choice when communicating, train ourselves to find and see positive aspects in others. In other words, treat others as we would like to be treated (Luke 6:31).

WHAT TO DO:
1. Recognize that change cannot be demanded from others but must come from ourselves.
2. Start with yourself to see the positive aspects in others.
3. Train yourself to think before acting toward others.
4. Learn to put yourself in others' shoes (empathize).

BIBLE MARATHON:
▪︎ Daniel 6-8

Card image
Truth Youth 12 Oktober 2023 - I CARE ABOUT YOU!
2023-10-12 09:04:46


"Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Matius 22:39)

Dalam pemberitaan akhir-akhir ini sering kali muncul mengenai berbagai peristiwa membabi buta yang berujung pada perselisihan hingga kematian, padahal di antara mereka yang berselisih ada terjalin relasi yang dekat. Ada pepatah mengatakan “Selumbar di mata orang lain kita dapat lihat, tetapi gajah di pelupuk mata kita sendiri tidak kita lihat.” Tidak jarang sebagai manusia kita lebih mudah melihat hal yang negatif dari orang lain yang menjalin relasi dengan kita. Hal ini bisa saja terjadi dalam pertemanan kita dengan sesama.

Matius 22:39 mengatakan “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kutipan firman Tuhan itu memang tidak mudah kita jalani, namun patut kita coba sebagai salah satu cara kita menjadi agen perubahan sebagai anak-anak Allah di dunia yang semakin tipis rasa kasih dan empati. Mengasihi orang lain seperti kita mengasihi diri kita sendiri, yang bisa kita lakukan yaitu berpikir dulu sebelum kita bertindak atau mengeluarkan kata-kata terhadap orang lain. Apakah perbuatan dan perkataan yang akan kita lakukan akan menyakiti orang lain atau tidak?

Di dalam renungan kali ini, kita perlu memilih untuk memulai berkomitmen bersikap mengasihi sesama melalui hal-hal sederhana. Berpikir sebelum bertindak, menjaga intonasi dan pilihan kata saat berkomunikasi, melatih diri untuk mencari dan melihat hal-hal positif dalam diri orang lain. Dengan kata lain, kita memperlakukan orang lain sebagaimana kita juga ingin diperlakukan demikian oleh orang lain (Lukas 6:31).

WHAT TO DO:
1. Menyadari bahwa perubahan tidak mungkin dituntut kepada orang lain, tapi dari diri sendiri
2. Mulai dari diri sendiri untuk melihat hal positif dari orang lain
3. Melatih diri untuk berpikir dulu sebelum bertindak terhadap orang lain
4. Belajar untuk menempatkan diri kita di orang lain (berempati)

BIBLE MARATHON:
▪︎Daniel 6:8

Card image
Renungan Pagi - 12 Oktober 2023
2023-10-12 09:02:18


Mengingkari janji yang telah diucapkan sering kita lakukan, baik janji terhadap Tuhan maupun terhadap manusia. Dan akibat dari mengingkari atau melupakan janji adalah perceraian dalam rumah tangga, perpecahan dalam perusahaan, perselisihan antar saudara, perseteruan antara sahabat baik dan masih banyak lagi akibat lainnya.

Tetapi manusia sering kali mudah mengingkari janji dengan sesamanya dan melupakan begitu saja, lalu merasa apa yang dilakukannya sudah benar. Yakub pernah mengalami hal ini berkali-kali, selama 14 tahun mengabdi pada Laban, 10 kali Laban mengubah perjanjian upah yang seharusnya diberikan pada Yakub, bahkan untuk mendapatkan Rahel, dia harus menghabiskan waktu 14 tahun, karena perjanjian waktu yang diingkari oleh mertuanya itu.

Melalui pengalamannya itu, Yakub menemukan satu hal, bahwa hanya Tuhan yang tidak pernah mengingkari perjanjian-Nya. Apa yang Tuhan pernah janjikan kepada Abraham dan Ishak, ayah Yakub tetap diingatnya dengan menjaga hidup Yakub dari niat jahat Laban, mertuanya. Artinya walaupun telah berganti generasi, Allah tetap setia memegang perjanjian-Nya.

"Sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah." Jadi kita dapat mempercayai setiap janji Allah, karena DIA adalah Pribadi yang layak dipercaya. Kita pun harus mengikuti teladan-Nya, dengan berpegang teguh dan menepati setiap janji yang kita buat, baik terhadap Tuhan maupun terhadap sesama.
(2 Korintus 1:20)

Card image
Quote Of The Day - 12 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-12 08:32:43


Jangan bersahabat dengan orang yang tidak mengerti perjuangan tanpa batas.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 12 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-12 08:31:04


Banyak orang Kristen masih hidup di dalam kewajaran anak dunia. Tidak menyadari bahwa mereka belum mencapai standar yang Allah kehendaki, yaitu menjadi sempurna seperti Bapa dan serupa dengan Yesus.

Card image
CREATING THIRST - 12 Oktober 2023 (English Version)
2023-10-12 05:45:23


The sins we commit create thirst within us. If we enjoy being angry, we must be angry every day or at certain times. If it is materialism, then our thoughts are focused on money, and then we always want to increase the amount of money. There’s nothing wrong with raising the money, but don’t be greedy. Like ordinary people drink sweet, they can’t drink if it is not sweet. Gambling habits until we can’t help but gamble. It is more severe if it is embedded in the soul and related to the body’s metabolism, like cigarettes, drugs, and sex. We will always look for objects to satisfy that thirst. So, we have to break that cycle and habitat.

Instead, we must develop a holy thirst. The thirst for God is accompanied by a desire to live godly. Therefore, we have to change our current living habitat. We should force our DNA to change; the Holy Spirit will help us. Our way of thinking must change. Metamorphosis, or a change of mind, as said in Rom.12:2. We must tear down and destroy the walls in the mind so that growth occurs. However, this only happens to those who are humble. If we are stubborn, we will always end up in the wallow. Change our habitat and tastes.

Morning prayer is one means of changing the habitat. We can feel God’s presence until we can’t live among people who talk dirty gossip, like to gamble, and other sins. If it’s in business, associate as colleagues, but don’t befriend. So, the living habitat in heaven has started since we were on earth. It is said in the Word of God, “Thy kingdom come.” We must present the atmospheric atmosphere of the Kingdom of Heaven. God has provided, and we are the ones who open the chimney to fill the house of our lives, the home of our hearts. If we cover the chimney with worldly fog, the fog of sin, then the atmosphere of the Kingdom of God cannot be present.

We only want to be taken to a place we will never regret: the new heavens and earth, the Father’s House. Life is tragic no matter how much we can achieve, such as being rich, having a life partner, and having perfect children. However, we shouldn’t see life pessimistically but optimistically because we will enter a better world. We must not be arrogant because we are dust. Sooner or later, we will die, so there is nothing to be proud of. Age will wither us. From dust, we were taken, and to dust, we will return. Before entering the dust, we may get sick and go to the ICU first.

By saying this, it doesn’t mean we can’t enjoy life because anything becomes beautiful if we are together with God, and we will not be ashamed because the God we worship is alive. A perfect universe can’t exist by itself. There is an Almighty God who created it. Our body’s ideal metabolism is still a mystery to scientists because it is perfectly designed. Let’s put our trust in Him, and we must prove our belief by living holy lives, not hurting anyone, and loving those we must love because we deal with the Creator and know that we will receive priceless rewards.

Let’s think about changing our habits that are not pleasing to God and mustn’t do it again. People hate and insult us, but we don’t retaliate and keep silent and quiet. The important thing is that we please God. We do not violate rules, though we have opportunities for corruption. Though we have the chance to take revenge, we do not do it, and that pleases God. That’s the way to tear apart the sinful nature within us. If we keep pulling it until it breaks, it will make us unable to sin anymore. Therefore, do not tear our purity until it cannot be formed, and we can never be holy.

When do we tear apart the sinful nature? When we have the opportunity to sin, but we don’t. When we prevent our mouths from saying inappropriate words even though we are angry, it creates a divine nature that becomes solidified, formed, thick, and will never tear. So, our loyalty to God must continue to grow, and it’s not just about remaining Christian until we’re old, but it must also increase. If one only becomes a Christian but does not destroy their sinful nature, they are not faithful. Loyalty must be a growing process. We will be attached to God and be able to fulfill His Word, loving Him with all our heart, soul, mind, and strength.  

THE SINS WE COMMIT CREATE THIRST WITHIN US, AND WILL ALWAYS DEMAND TO BE SATISFIED.

Card image
MENCIPTAKAN KEHAUSAN - 12 Oktober 2023
2023-10-12 05:34:07


Dosa yang kita lakukan, menciptakan kehausan dalam diri kita. Kalau kita biasa menikmati kemarahan, maka kita harus marah setiap hari atau saat-saat tertentu. Kalau dosa itu adalah materialisme, maka pikiran kita tertuju kepada uang. Kita selalu mau menambah jumlah uang. Tidak salah menambah jumlah, tetapi jangan jadi kehausan. Seperti orang biasa minum manis, tidak bisa minum tidak manis. Kebiasaan judi, sampai kita tidak bisa tidak berjudi. Kalau itu melekat di dalam jiwa dan terkait dengan metabolisme tubuh—seperti rokok, narkoba, dan seks—itu lebih berat. Kita akan selalu mencari objek untuk memuaskannya, demi menghilangkan kehausan itu. Maka, kita harus memutuskan siklus dan habitat itu.

Sebaliknya, kita harus membangun satu kehausan yang kudus. Kehausan akan Tuhan yang pasti disertai dengan kerinduan untuk hidup suci. Maka, kita harus mengubah habitat hidup kita yang sekarang ini. Kita paksa DNA kita untuk berubah. Roh Kudus pasti menolong kita. Maka, cara berpikir kita harus diubah. Itu yang namanya metamorphoste, yang dikatakan dalam Roma 12:2 sebagai perubahan pikiran. Kita harus meremukkan, merobohkan tembok-tembok di dalam pikiran agar terjadi metamorphoste. Namun, hal ini hanya terjadi bagi mereka yang rendah hati. Kalau kita keras kepala, kita akan tetap kembali di kubangan itu. Ubahlah habitat dan selera kita.

Doa pagi merupakan salah satu sarana untuk mengubah habitat. Kita bisa merasakan hadirat Tuhan. Sampai kita tidak bisa hidup di tengah-tengah orang yang bicara kotor, bikin gosip, suka berjudi dan dosa lainnya. Kalaupun karena bisnis, kita hanya sebatas kolega, tetapi tidak bisa jadi sahabat. Jadi, habitat hidup di surga sudah mulai sejak kita di bumi. Maka dikatakan dalam firman Tuhan “Datanglah Kerajaan-Mu.” Menghadirkan suasana atmosfer Kerajaan Surga. Kita yang menghadirkan. Allah yang menyediakan. Kita yang membuka cerobong itu untuk memenuhi rumah hidup kita, rumah hati kita. Kalau kita menutup cerobong itu dengan kabut duniawi, kabut dosa, maka atmosfer Kerajaan Allah tidak bisa hadir.

Kita hanya mau dibawa ke tempat yang membuat kita tidak akan pernah menyesal: langit baru bumi baru, Rumah Bapa. Hidup ini tragis. Di dunia ini, kaya pun tragis. Punya pasangan hidup, punya anak yang sempurna, pun tragis. Kita mau senang seberapa? Tidak memandang hidup ini secara pesimis, sebaliknya, kita memandang hidup ini secara optimis karena kita punya kesempatan untuk masuk dunia akan datang yang lebih baik. Maka, jangan sombong. Kita ini debu, pasti mati. Cepat atau lambat, kita pasti mati. Apa yang dibanggakan? Usia akan membuat kita layu. Dari debu kita diambil, dan kita akan kembali kepada debu. Belum lagi sebelum masuk ke dalam debu, mungkin kita harus sakit, masuk ruang ICU.

Dengan mengatakan ini, bukan berarti kita tidak bisa menikmati hidup. Bisa, karena bersama dengan Tuhan, apa pun jadi indah. Kita pun tidak akan dipermalukan, karena Allah yang kita sembah itu hidup. Tidak mungkin alam semesta yang sangat sempurna, ada dengan sendirinya. Ada Allah yang Maha Cerdas yang menciptakannya. Metabolisme tubuh kita yang sempurna ini pun masih misteri bagi ilmuwan, karena yang menciptakan sangat sempurna. Ayo, kita mengambil keputusan untuk menaruh percaya kepada Dia. Kita harus membuktikan percaya kita dengan hidup suci. Tidak melukai siapa pun, mencintai orang-orang yang harus kita cintai, karena kita berurusan dengan Sang Khalik. Kita tahu bahwa upah yang akan kita terima tak ternilai.

Mari, pikirkan bagaimana mengubah kebiasaan apa yang kita lakukan yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Jangan lakukan lagi. Kita dimusuhi orang, dijahati orang, kita tidak membalas. Kita diam, diam, diam. Yang penting, kita menyenangkan hati Allah. Kita punya kesempatan korupsi, tetapi kita tidak korupsi. Kita punya kesempatan membalas dendam, tetapi kita tidak membalas dendam, itu menyenangkan hati Tuhan. Itu caranya merobek kodrat dosa di dalam diri kita. Kalau dirobek terus sampai hancur, membuat kita tidak bisa berbuat dosa lagi. Namun, jangan robek kesucian kita, sampai tidak bisa terbentuk dan kita tidak pernah bisa suci.

Kapan kita merobek kodrat dosa? Ketika kita punya kesempatan berbuat dosa, tetapi tidak kita lakukan. Ketika kita mencegah mulut kita untuk mengucapkan kata yang tidak patut walaupun marah. Hal itu membuat kodrat Allah, kodrat ilahi kita menjadi kokoh dan terbentuk; jadi tebal dan tidak akan pernah bisa robek. Jadi kesetiaan kita kepada Tuhan adalah kesetiaan untuk terus bertumbuh. Bukan sekadar tetap menjadi Kristen sampai tua, melainkan harus juga bertumbuh. Kalau hanya menjadi Kristen, tetapi tidak menghancurkan kodrat dosanya, dia tidak setia. Kesetiaan itu harus merupakan proses bertumbuh. Kita akan melekat dengan Tuhan dan bisa memenuhi yang dikatakan firman Tuhan, mencintai Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DOSA YANG KITA LAKUKAN, MENCIPTAKAN KEHAUSAN DALAM DIRI KITA, YANG SELALU MENUNTUT UNTUK DIPUASKAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 12 Oktober 2023
2023-10-12 05:29:17

Lukas 11

Card image
Truth Kids 11 Oktober 2023 - GURU SEKOLAH MINGGU
2023-10-11 10:24:32


Amsal 5:13
“… mengapa aku tidak mendengarkan suara guru-guruku, dan tidak mengarahkan telingaku kepada pengajar-pengajarku?”

Rani mengidolakan seorang penyanyi dari Korea yang sangat cantik, pintar dan berbakat. Rani bercita-cita ingin menjadi seperti penyanyi tersebut. Ia memperhatikan baik-baik warna baju, cara berpakaian, hingga model rambut idolanya. Rani iri melihat kehidupan idolanya yang sangat indah dan bisa jalan-jalan ke luar negeri. Saat pergi ke Sekolah Minggu Rani membawa koleksi foto idolanya. Ia sering melihat foto tersebut dan berbincang bersama temannya. Rani tidak memperhatikan Firman Tuhan yang disampaikan di Sekolah Minggu. Saat guru Sekolah Minggu bertanya, Rani tidak bisa menjawab karena ia asyik berbincang dengan teman-temannya.

Sobat Kids, pikiran Rani tentang artis idola yang sempurna adalah salah. Tahukah kalian setelah Allah selesai menciptakan Adam sebagai manusia pertama, Ia mengatakan bahwa ciptaan-Nya itu sungguh amat baik (Kejadian 1:31). Setiap manusia diciptakan dengan sungguh amat baik, bukan hanya artis idola saja.

Guru-guru Sekolah Minggu mengajarkan tentang Firman Tuhan. Mereka berjuang agar anak-anak yang datang ke Sekolah Minggu dapat mengerti tentang Firman Tuhan. Bukan hanya mengerti, tetapi juga melakukannya setiap hari. Guru-guru Sekolah Minggu kalian juga merupakan salah satu superhero, Sobat Kids. Mereka berjuang untuk membawa kalian ke Langit Baru dan Bumi yang Baru (LB3).

Card image
Truth Junior 11 Oktober 2023 - BECOMING A SUPERHERO
2023-10-11 10:22:05


Amsal 5:13
“... mengapa aku tidak mendengarkan suara guru-guruku, dan tidak mengarahkan telingaku kepada pengajar-pengajarku?”

Pada suatu hari, ada seorang anak yang ceria, penuh kasih, dan selalu siap membantu orang lain, namanya adalah Roni. Setiap hari Roni selalu menonton film superhero dan membayangkan menjadi salah satu dari mereka.

Suatu saat di Sekolah Minggu, kakak Sekolah Minggu menyalakan film tentang Tuhan Yesus. Setelah menonton, Roni jadi semakin kagum dengan Tuhan Yesus, karena Tuhan Yesus seperti superhero juga. Dari film tentang Tuhan Yesus, Roni mendapatkan satu pelajaran berharga, yaitu superhero sejati adalah seseorang yang memiliki kasih sayang tidak terbatas dan siap mengorbankan diri untuk menyelamatkan atau menolong orang lain.

Karena Tuhan Yesus sangat hebat, Roni ingin menjadi seperti Tuhan Yesus yang suka menolong orang lain. Akhirnya, Roni bertanya kepada kakak Sekolah Minggu, “Aku hanya seorang anak kecil, bagaimana aku bisa menjadi seperti Tuhan Yesus?”

Kemudian kakak Sekolah Minggu menjawab, “Roni sudah memiliki sifat-sifat superhero di dalam hatimu. Misalnya saja saat Roni menolong orang lain, mau berbagi, berkata yang baik, maka kamu sudah menjadi superhero.” Selain itu, kakak Sekolah Minggu juga mengajarkan bahwa superhero sejati tidak selalu orang yang punya kekuatan super, tapi superhero sejati adalah orang yang punya hati penuh kasih dan mau berbuat baik, seperti Tuhan Yesus.

Sejak saat itu, Roni berusaha menjadi superhero dengan taat kepada Tuhan Yesus. Roni membantu teman-temannya di sekolah, membantu orang tua, dan selalu menolong orang yang kesusahan.

Card image
Truth Youth 11 Oktober 2023 (English Version) - RELIEF IN FORGIVING
2023-10-11 10:19:18


"Bearing with one another and, if one has a complaint against another, forgiving each other; as the Lord has forgiven you, so you also must forgive." (Colossians 3:13)

In our relationships with others, we often encounter disappointing situations. We may feel that we have done many good things for others, but they don't reciprocate. We may feel that our sacrifices for others are significant, but they go unnoticed. Others may treat us without considering our feelings. It's not uncommon for us to hold grudges and contemplate retaliating against them.

In Colossians 3:13, the Word of God teaches us to be patient with how others treat us and to learn to forgive. Why? Because the Lord Jesus has already forgiven us through His sacrifice on the cross. None of us is without sin and death. Yet, God granted His only Son to forgive us.

Therefore, through this reflection, we are reminded of God's love in our lives. So, every time we are disappointed, remember that we have already been forgiven. Then, we can learn to forgive and avoid harboring negative feelings in our hearts and minds.

WHAT TO DO:
1. Recognize that we have been forgiven by the love of Jesus.
2. Continually remember that there is relief in forgiving.
3. Seek God's help to maintain a gentle heart.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Daniel 4-5

Card image
Truth Youth 11 Oktober 2023 - KELEGAAN DALAM MENGAMPUNI
2023-10-11 09:59:07



Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.” (Kolose 3:13)

Dalam relasi dengan sesama, sering kali kita menemukan kondisi yang mengecewakan. Kita merasa sudah melakukan banyak hal baik kepada orang lain, tetapi tidak berbalas demikian kepada kita. Kita merasa pengorbanan kita terhadap orang lain sudah sangat banyak, tetapi tidak dianggap. Sesama kita memperlakukan kita tanpa memikirkan perasaan kita. Tidak jarang juga kita menjadi memiliki dendam untuk melakukan hal serupa kepada mereka sebagai bentuk pembalasan.

Dalam Kolose 3:13, firman Tuhan mengajarkan kita untuk bersikap sabar terhadap segala perlakuan orang lain kepada kita dan belajar untuk mengampuni. Mengapa? Karena Tuhan Yesus telah terlebih dulu mengampuni kita melalui pengorbanan-Nya di kayu salib. Tidak ada satu pun dari kita luput dari dosa dan maut. Namun, Allah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal untuk mengampuni kita.

Oleh karena itu, melalui renungan ini kita diingatkan kembali akan kasih Tuhan dalam hidup kita. Jadi setiap kali kita dikecewakan, ingatlah bahwa diri kita terlebih dahulu sudah diampuni. Lalu kita belajar untuk mengampuni dan memperkatakan yang positif kepada orang tersebut. Di dalam mengampuni ada kelegaan karena kita tidak menaruh hal-hal negatif ke dalam hati serta pikiran kita.

WHAT TO DO:
1.Menyadari bahwa kita sudah diampuni oleh kasih Tuhan Yesus
2.Kita terus mengingat bahwa ada kelegaan dalam mengampuni
3.Meminta pertolongan Tuhan agar senantiasa diberikan kelembutan hati

BIBLE MARATHON:
▪︎ Daniel 4-5

Card image
Renungan Pagi - 11 Oktober 2023
2023-10-11 09:56:24


Sikap mementingkan diri sendiri masih menjadi dominasi sebagian besar manusia, apalagi di akhir zaman ini. Egoisme itu menjadi semakin nyata ketika semua di belahan dunia manapun mengalami bencana pandemi yang sama, yaitu Covid-19 yang baru saja berlalu. Kita melihat faktanya banyak yang mencari keuntungan pribadi di dalamnya.

Ada yang ingin tenar dengan menyebarkan berita-berita hoax dan diviralkan, disebarkan di seluruh medsos, ada kepentingan meraup keuntungan finansial dengan memanfaatkan kesusahan orang lain, ataupun kepentingan politik agar menjadi golongan yang dianggap paling baik dan dipuja banyak orang. Inilah dunia, tempat sementara dimana kita berada dalam kefanaan, tidak ada yang dapat diharapkan.

Sebagai warga Kerajaan Allah, mari belajar untuk memiliki pikiran dan perasaan Kristus selama masih menumpang di dunia ini. "dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus."

Apapun keadaannya, janganlah hanya memikirkan kepentingan dirimu sendiri, tunjukkanlah kasih Kristus bagi semua orang, sehingga hidup kita menjadi berkat.
(Filipi 2:4-5)

Card image
Quote Of The Day - 11 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-11 09:52:52


Selama kita masih memiliki kesenangan dan kebahagiaan yang dibangun oleh pengharapan dunia, kita tidak mungkin memiliki pengharapan yang bulat di balik kematian.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 11 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-11 09:49:09


Banyak orang tersesat tanpa dia sadari. Ketika memiliki pengetahuan tentang Allah, tetapi tidak memiliki perjumpaan yang proporsional, yang benar dengan Tuhan.

Card image
MUST CHANGE - 11 Oktober 2023 (English Version)
2023-10-11 09:44:00


Let’s question our state seriously, lest we become Christians who go to church diligently, become activists, and even pastors, but in the end, we are not accepted into the Eternal Tabernacle. All of us have the potential to enter the new heavens and earth and the most beautiful Father’s House, the beauty of which today is unimaginable. However, we also have the potential not to reach the Father’s House, meaning to be rejected. How terrible the situation is for people without more opportunities to improve themselves. People who are described in God’s Word as “unfaithful.” Because only those who are faithful to the end or loyal to death will be awarded the crown of life.

We must make every effort to avoid eternal fire or separation from God. How to? By living as holy as possible. The Holy Spirit must anoint us throughout our lives. Don’t talk carelessly or create conversation themes where God cannot convey His message. Our conversations must be what God is pleased with, so He joins in the dialogue, participates in the discussion, and conveys His messages. This fulfills the Word of God, “For where two or three gather in My name, there am I with them.”

Don’t put into our minds inappropriate things, which will distort so that we cannot perceive God’s voice. So, if all this time we have had difficulty hearing God’s voice, it is because our minds and hearts are full of fog: the fog of the world, the fog of ambition, desire, and everything that pollutes and defiles the mind so that we cannot catch God’s voice. Especially if we never come to the headquarters. Our headquarters is the Kingdom of Heaven. Especially for pastors and leaders, we must be lambs slain on the altar to create a fragrant incense that reaches the Father’s throne at all times so that the Father can send down His blessings every time we preach the Word. Also, God will lead and give the anointing in prayer, deliverance, and counseling.

We are just tools; God is the one who does it. So, if we become tools, our lives must be clean. Worldly thoughts must not pollute it, let alone sin. Remember, we also don’t know how long each of us will live and how old this world will be. Some of us perhaps have become complacent about filling our days in a slow, regular manner, unchanging cycle, and steady routine. People like this are being led to the eternal fire of hell. So, we must change our routine, life cycle, and habitat. The Word of God that we read today is an invitation to get out of the cycle of our life where Satan is leading us to eternal fire. Any church cannot guarantee that someone will go to heaven, but the church is tasked with conveying a message that keeps us from eternal fire. So, we must always listen.

The love of God to us is unimaginable. The Word of God in 2 Pet.3 says that He doesn’t want anyone to perish and go to eternal fire, but He wants them to repent. This shows how great His feelings and love are for humans. How successful our life is, how much money we have, and how happy our household is. All will end, and it must not be perfect. Though we have lots of money that can be spent daily, we need only three plates of food daily. Though we have many cars, we only use one to drive.

We must experience that the God of Israel, Elohim Yahweh, our Lord Jesus Christ, is a living God we can truly experience and feel. So, if we are in trouble suffering, don’t be disappointed in God. Suffering becomes a means to think about the new heaven and earth. The important thing is that we change. Our habits, habitat, and way of life must change. Do we think we are surely safe? No! God’s justice will pursue us. Don’t make God unhappy. Humble our hearts and think about the things above. We want to return to that beautiful place

  WE MUST CHANGE OUR ROUTINES, LIFE CYCLES, AND HABITATS TO CAPTURE GOD'S VOICE.

Card image
HARUS BERUBAH - 11 Oktober 2023
2023-10-11 09:39:26


Mari kita memperkarakan dengan sungguh-sungguh, jangan sampai kita sudah menjadi orang Kristen yang rajin ke gereja, menjadi aktivis, bahkan pendeta, tetapi akhirnya tidak diterima di Kemah Abadi. Semua kita berpotensi untuk masuk langit baru bumi baru, masuk Rumah Bapa yang maha indah, yang hari ini tidak terbayangkan keindahannya. Namun, kita juga punya potensi untuk tidak sampai ke Rumah Bapa, artinya ditolak. Betapa mengerikan keadaan orang yang tidak memiliki kesempatan lagi untuk memperbaiki diri. Orang-orang yang dikatakan di dalam firman Tuhan sebagai “tidak setia.” Sebab hanya orang yang setia sampai akhir atau setia sampai mati, yang akan dikaruniai mahkota kehidupan.

Kita harus melakukan usaha semaksimal mungkin untuk menghindarkan diri dari api kekal atau menghindarkan diri dari keterpisahan dengan Allah. Caranya bagaimana? Kita harus hidup sesuci-sucinya. Kita harus diurapi Roh Kudus di sepanjang waktu hidup kita. Jangan sembarangan bicara, jangan membuat tema-tema percakapan yang Tuhan tidak bisa menyampaikan pesan-Nya. Percakapan-percakapan kita haruslah percakapan yang Tuhan berkenan, sehingga Tuhan ikut berdialog, ikut berdiskusi, dan Tuhan menyampaikan pesan-pesan-Nya dalam diskusi itu. Hal itu memenuhi yang dikatakan firman Tuhan, Jika dua orang lebih berkumpul dalam nama-Ku, Aku hadir.”

Jangan memasukkan di pikiran kita hal-hal yang tidak patut, yang mana itu akan membuat distorsi, sehingga kita tidak bisa menangkap suara Tuhan. Jadi kalau selama ini kita sulit mendengar suara Tuhan, hal itu disebabkan karena pikiran dan hati kita penuh dengan kabut; kabut dunia, kabut ambisi, kabut keinginan, dan semua yang mengotori, menajiskan pikiran sehingga kita tidak bisa menangkap siaran Tuhan. Apalagi kalau kita tidak pernah datang ke markas. Markas besar kita adalah Kerajaan Surga. Khususnya bagi para pendeta dan pemimpin, kita harus menjadi domba yang disembelih di atas mezbah supaya menciptakan pedupaan harum sampai ke takhta Bapa setiap saat supaya Bapa dapat menurunkan berkat-Nya setiap kali kita menyampaikan pemberitaan firman. Juga dalam doa, pelepasan, dalam konseling, Tuhan akan memimpin dan memberi pengurapan.

Kita ini hanya alat, Tuhanlah yang melakukannya. Maka, kalau kita menjadi alat, hidup kita harus bersih. Tidak boleh dicemari oleh pikiran dunia, apalagi dosa. Ingat, kita juga tidak tahu sampai berapa umur hidup kita masing-masing dan umur dunia ini. Di antara kita, mungkin ada yang sudah terlena mengisi hari hidupnya secara langsam, teratur, dalam siklus yang tidak berubah, dalam rutinitas yang tidak berubah. Sebenarnya mereka sedang digiring menuju api kekal neraka. Maka, kita harus mengubah rutinitas, siklus hidup, dan habitat hidup kita. Firman Tuhan yang kita baca pada hari ini, merupakan ajakan untuk keluar dari siklus habitat hidup kita di mana Iblis sedang membawa kita ke api kekal. Gereja mana pun tidak dapat menjamin seseorang pasti masuk surga, tetapi gereja bertugas untuk menyampaikan pesan yang membuat kita terhindar dari api kekal. Maka, kita harus selalu dengar-dengaran.

Sayangnya Tuhan kepada kita tidak bisa kita bayangkan. Kalimat yang ada di dalam 2 Petrus 3:9, bahwa Ia tidak menginginkan seorang pun binasa, tidak bisa dibayangkan karena perasaan Allah besar dan kasih-Nya luar biasa. Ia tidak menginginkan seorang pun binasa. Ia tidak menghendaki kita menuju api kekal. Seberapa sukses hidup kita? Seberapa banyak uang kita, seberapa bahagia rumah tangga kita? Semua akan berakhir, dan itu pun pasti tidak sempurna. Sekalipun kita memiliki banyak uang yang bisa kita hamburkan setiap hari, nyatanya kita hanya butuh 3 piring nasi setiap harinya. Kita punya mobil banyak, tetapi hanya satu mobil yang bisa kita kendarai.

Kita harus mengalami bahwa Allah Israel, Elohim Yahweh, Tuhan kita Yesus Kristus, adalah Allah yang hidup, yang benar-benar bisa kita alami dan bisa kita rasakan. Maka, kalau kita sedang susah, menderita, jangan kecewa kepada Tuhan. Penderitaan itu menjadi sarana kita memikirkan langit baru bumi baru. Yang penting kita berubah. Kebiasaan, habitat, dan cara hidup kita harus berubah. Apa kita berpikir kita pasti aman? Tidak! Kita akan dikejar oleh keadilan Allah. Jangan membuat Tuhan tidak bahagia. Rendahkanlah hati kita dan pikirkanlah perkara-perkara yang di atas. Kita hanya mau kembali ke tempat yang indah itu.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS MENGUBAH RUTINITAS, SIKLUS HIDUP, DAN HABITAT HIDUP KITA, SEHINGGA KITA BISA MENANGKAP SUARA TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 Oktober 2023
2023-10-11 09:35:31

Matius 11

Card image
Truth Kids 10 Oktober 2023 - PENDETA
2023-10-10 09:28:10


2 Timotius 1:11
“Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru.”

Sobat Kids, apakah kalian tahu siapa itu pendeta? Pendeta adalah pemimpin gereja. Tidak hanya memimpin, seorang pendeta juga seorang pengajar dan pembimbing jemaat (orang-orang yang datang) melalui Firman Tuhan. Tidak itu saja, Sobat Kids, pendeta juga harus memberikan contoh yang baik dalam perkataan dan perbuatan sehari-hari. Pendeta bertugas mengajar dan mengenalkan kita kepada Allah yang benar. Ia juga mengajarkan kita harus hidup sesuai dengan perintah-Nya. Seorang pendeta terus mengajak dan mengingatkan kita untuk taat kepada Allah.

Kita harus menghargai pendeta atau pemimpin gereja, Sobat Kids. Tidak sembarangan orang dapat menjadi pendeta. Orang yang dapat menjadi pendeta adalah orang yang hidupnya sungguh-sungguh mau menyenangkan hati Tuhan. Kita patut berterima kasih akan kehadiran mereka di gereja. Mereka akan memberi teladan bagi kita dalam melakukan hal yang benar sesuai kehendak Allah. Melalui mereka, kita mengenal Allah dan mengetahui hal apa yang harus dilakukan agar segala yang kita lakukan berkenan kepada Allah. Pendeta juga merupakan superhero dalam hidup kita.

Card image
Truth Junior 10 Oktober 2023 - PEMBERITA KEBENARAN TUHAN
2023-10-10 09:25:36


2 Timotius 1:11
“Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru.”

Sobat Junior, tahu tidak, ada berapa agama di Indonesia ini? Ada 6 agama yang ditetapkan, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Dalam setiap agama, ada seorang pemuka agama yang dipercayakan untuk memimpin umat sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Contohnya, agama Kristen dipimpin oleh seorang pendeta; agama Islam dipimpin oleh seorang ulama atau ustad; agama Katolik dipimpin oleh Romo; agama Hindu dipimpin oleh pedanda; agama Buddha dipimpin oleh biksu; dan agama Konghucu dipimpin oleh xue shi. Itulah sebutan nama pemimpin dalam sebuah agama. Mereka adalah orang-orang yang akan memimpin umatnya untuk melaksanakan kegiatan ibadah dan mengenalkan ajaran-ajaran yang sesuai dengan agamanya masing-masing.

Jadi, pemimpin agama bagi kita sebagai orang Kristen adalah pendeta. Setiap Minggu, mama papa kita mendengarkan pendeta khotbah ketika kita sedang ibadah Sekolah Minggu. Pendeta dapat kita sebut sebagai pahlawan. Mengapa? Karena mereka yang menuntun kita untuk mengenal Tuhan Yesus. Bukan hanya itu, mereka juga harus memberikan teladan bagi setiap umatnya agar setiap umatnya dapat melakukan perintah Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Pendeta juga selalu mengingatkan kita apabila ada kesalahan yang kita perbuat. Jadi, pendeta juga dapat disebut pahlawan. Pahlawan yang memberitakan kebenaran Firman Tuhan dan menjadi teladan bagi setiap umatnya.

Card image
Truth Youth 10 Oktober 2023 (English Version) - THANK YOU, GOD!
2023-10-10 09:23:27


"In everything give thanks; for this is the will of God in Christ Jesus for you." (1 Thessalonians 5:18)

"Hmm, his daddy has such a nice car to take him to school. Meanwhile, I only ride on Papa's old motorcycle that sometimes breaks down on the way, and I even have to take shelter in a small hut when it's raining," Steve's little heart complained after seeing one of his classmates being dropped off at school by their parents. After finishing his classes that day, Steve was picked up by his father on the motorcycle. When they arrived home, his mother was surprised to see Steve looking gloomy and not as cheerful as before. Finally, she asked what had happened to make Steve look sad. Steve then asked his mother, "Doesn't God love them, so they're not blessed like his friend who has a rich and prosperous life?"

Hearing the question from her beloved son, Steve's mother smiled and replied, "God loves us very much, dear. It's just that God blesses us all in different ways. Steve must remember that God's blessings aren't just about wealth but also having the gift of life, having parents who love Steve, and having good friends. Out there, there are people who don't enjoy happiness like we do. So, whatever our situation, if we're always grateful, we'll surely enjoy God's goodness."

Sometimes, we are like Steve, constantly comparing our lives to others. We feel like we don't have this or that, which makes us forget to be grateful for what God has given us. Eventually, we lose our joy. So, starting today, let's learn to give thanks for the small things in our lives.

WHAT TO DO:
1. Start each morning by thanking God.
2. Avoid comparing your life to others'.
3. Learn to be responsible in small things.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Daniel 1-3

Card image
Truth Youth 10 Oktober 2023 - THANK YOU, GOD
2023-10-10 09:20:25


"Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tes. 5:18)

“Hmm, bagus banget ya papanya punya mobil yang bagus buat nganterin dia ke sekolah. Sedangkan aku cuma naik motor tua Papa yang kadang rusak di perjalanan, bahkan harus berlindung di pondok kecil jika lagi hujan.” Keluh hati kecil Steve setelah melihat salah seorang pelajar yang diantar oleh orang tuanya ke sekolah. Setelah usai waktu pembelajaran hari itu, Steve dijemput pulang oleh Papanya dengan menaiki motor. Setibanya di rumah, Mamanya heran melihat Steve yang berwajah muram dan tidak ceria seperti sebelumnya. Akhirnya, Mamanya bertanya apa yang telah terjadi sehingga membuat Steve kelihatan sedih. Steve pun bertanya ke Mamanya, “Apakah Tuhan tidak mengasihi mereka sehingga mereka tidak diberkati seperti temannya itu yang punya kehidupan yang kaya dan makmur?”

Mendengar pertanyaan putra kesayangannya itu, Mama Steve tersenyum sambil menjawab, “Tuhan sangat mengasihi kita, sayang. Hanya saja, cara Tuhan memberkati itu berbeda-beda terhadap setiap orang. Steve harus ingat, cara Tuhan memberkati kita bukan hanya dengan harta kekayaan, tetapi dengan napas hidup, punya orang tua yang menyayangi Steve, punya teman-teman yang baik. Di luar sana, ada orang-orang yang tidak menikmati kebahagiaan seperti kita. Jadi, apa pun keadaan kita, kalau kita selalu bersyukur, kita pasti akan menikmati kebaikan Tuhan.

Terkadang kita seperti Steve yang suka banget membandingkan hidup kita dengan orang lain. Kita merasa gak punya itu, gak punya ini, sehingga membuat kita lupa bersyukur dengan apa yang Tuhan sudah berikan kepada kita. Akhirnya, kita jadi hilang sukacita. Jadi mulai hari ini, mari kita belajar mengucap syukur dari hal-hal kecil dalam hidup kita.

WHAT TO DO:
1. Setiap kali bangun pagi, mulailah dengan mengucap syukur kepada Tuhan.
2. Tidak membandingkan keadaan hidup kita dengan orang lain.
3. Belajar hidup bertanggung jawab dari hal-hal kecil.

BIBLE MARATHON:
▪︎Daniel 1-3

Card image
Renungan Pagi - 10 Oktober 2023
2023-10-10 09:16:07


Mengampuni orang yang pernah menyakiti bukanlah hal yang mudah, tetapi bukan berarti tidak bisa, jika mau melakukannya. Kita dapat saja menyimpan dendam dan sakit hati, namun pernahkah kita berpikir sesungguhnya jika kita tidak mengampuni, itu bukan menyakiti hati orang itu, tetapi melukai diri sendiri berkali-kali, sementara orang itu tidak merasakan apa-apa, dia baik-baik saja.

Kita mungkin merasa tidak adil, mengapa harus mengampuni orang yang sangat membuat sakit hati, tetapi Tuhan Yesus telah memberikan teladan yang benar, ketika DIA disalibkan, doa-Nya kepada Bapa memohon pengampunan bagi orang-orang yang menyakiti-Nya, menyiksa-Nya, karena mereka tidak mengerti apa yang mereka lakukan.

"Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya." Artinya orang-orang yang menyakiti tidak tahu bahwa apa yang mereka perbuat telah meninggalkan bekas luka mendalam di hati, sehingga kita terus sakit hati dan terluka.

Mari belajar melepaskan pengampunan, bukan hanya karena orang itu layak diampuni, tetapi karena kita layak mendapatkan kedamaian dan ketenangan tanpa sakit hati dan dendam berkepanjangan dalam hidup kita.
(Lukas 23:34)

Card image
Quote Of The Day - 10 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-10 09:12:18


Hanya orang yang menoreh sejarah Kerajaan Allah dalam hidupnya yang akan masuk dalam Kerajaan Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 10 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-10 09:11:00


Pengharapan kita haruslah bagian dari kita memenuhi pekerjaan Allah. "Makanan-Ku melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Card image
COMMUNICATE WITH THE CREATOR - 10 Oktober 2023
2023-10-10 09:08:36


We unwittingly often think of God as an unfeeling person. We feel safe, though we don’t honor Him properly. We have no communication connection because we don’t have a relationship with God, so we also never enjoy the beauty of that connection. We need God only when we are in tight, complex conditions and don’t see a glimmer of light in finding a way out. God is often tolerant in that situation, and He forgives the foolishness of opportunistic people like this. However, God is not always tolerant. He has integrity, more precisely, order. There will be a moment when God says, “I never knew you.”

There is a point when the Holy Spirit will no longer work on someone because they have often grieved, then extinguished, and even reached the level of blasphemy Him. This means the Holy Spirit is no longer working on that person because they cannot collaborate. Holiness is a collaboration between us and the Holy Spirit. We cannot achieve holiness by our own strength. However, many people do not cooperate with the Holy Spirit. Instead, they are busy with many things. It is not wrong for us to be busy because we have to have a career, study, and earn a living. Being busy is the language of life, and it can be a signal for a diligent person and also as evidence of being responsible.

However, if we forget God so that we never know the connection with Him, never commune, or have personal fellowship, we will actually be lost. We may never receive another warning if we don’t heed this warning. God has integrity; He has order and cannot always be grieved and remain silent. He could go out. If He is extinguished, God can stop working on us. God is represented only by His Spirit, Holy Spirit, or Spirit of God. If people do not receive the process of the Holy Spirit, there will be no other ‘representative’ to work on us.

God is waiting for each of us individually; as told in Luke 15, the youngest son rebelled, but his father still awaited his return. However, this story’s relationship breakdown between the eldest and his father is more tragic. A party was held when the little brother came home, but the oldest child didn’t want to enter the house. He protested and humiliated his father. Even though they live in the same house, there is no sense of togetherness feeling. That’s proof of loss. The youngest was lost outside the house, but he returned home, while the eldest was lost in the house and may never return.

Don’t let us, as Christians, be lost in the house because there is no connection with God. One proof is that we don’t share the burden with God. Have we ever cried for lost souls and appreciated how precious a soul is? It is very ironic if the pastor, in their ministry activities, thinks about the progress of the church and the organization and is also busy looking for a position in the synod but does not love souls the way God feels. The difference is thin between God’s interests and personal agendas.

We need God so that if we make a mistake, He will rebuke and remind us. If we get close to God, we will realize that there are sins and mistakes within us. If we draw closer to God daily, there will be impartation and transmission of spirit from God to us. He’s alive and real. We touch God with a life that pleases Him, so we will definitely be remembered by Him. However, we are often stung by various pleasures, from one object to another, from one brand of car to another, from some money to another amount of money. However, have we ever considered touching God with our lives that please Him?

Don’t become eternal trash, and don’t be arrogant; we are nothing. If we please God, we become someone precious in His eyes. The advantages we have should not be wasted. Human beauty is like a grass flower that blooms in the morning, but in the afternoon, it withers and is thrown away. So, we must humble ourselves to God. Wail while God still opens His arms to embrace us again. God is all we need. May today be a turning point in our lives. We need God because He is our soul and life.

Humans become honorable and dignified when they communicate with the Creator. We can have a fellowship with the Creator. If not, it would be better if we never became human. If we have fellowship with God, then He will defend our lives. He is too strong and will also defend the interests of those we love. He will even remember our descendants. Encounter God every day and create a meeting room with Him. God loves us more than we can imagine. Those who run away from God’s presence often waste opportunities to meet Him but now want to change. Don’t be fooled by anyone, but meet God because He is the truest.

  HUMANS BECOME HONORABLE AND DIGNIFIED IF THEY COMMUNICATE WITH THE CREATOR.

Card image
BERKOMUNIKASI DENGAN SANG KHALIK - 10 Oktober 2023
2023-10-10 09:04:35


Tanpa sadar, kita sering menganggap Tuhan sebagai pribadi yang tidak berperasaan. Kita tidak menghormati Dia secara pantas dan kita merasa aman-aman saja. Kita tidak punya koneksi komunikasi. Karena kita tidak punya sambungan dengan Allah, maka kita juga tidak pernah menikmati indahnya sambungan atau koneksi tersebut. Kita memerlukan Tuhan hanya pada waktu kita terjepit, kondisi sulit, saat kita tidak melihat secercah cahaya dalam menemukan jalan keluar. Sering Tuhan toleransi dalam keadaan itu, dan Tuhan memaklumi kebodohan orang-orang yang oportunis seperti ini. Namun, Tuhan tidak selalu toleransi. Tuhan memiliki integritas; lebih tepatnya, tatanan. Ada titik di mana Tuhan berkata, “Aku tidak kenal kamu.”

Ada satu titik ketika Roh Kudus tidak akan menggarap seseorang, karena sudah sering mendukakan, lalu memadamkan, dan sampai tingkat menghujat. Artinya Roh Kudus sudah tidak bekerja, karena tidak bisa menggarap orang itu lagi. Orang itu tidak bisa diajak berkolaborasi. Kesucian itu sebenarnya kolaborasi antara kita dengan Roh Kudus. Kita tidak bisa mencapai kesucian dengan kekuatan sendiri. Namun, banyak orang tidak berkolaborasi dengan Roh Kudus, malah sibuk dengan banyak hal. Bukan salah jika kita sibuk. Kita harus berkarier, studi, dan mencari nafkah. Sibuk adalah bahasa kehidupan. Sibuk bisa menjadi isyarat bagi orang rajin, dan juga sebagai bukti orang yang tanggung jawab.

Namun, kalau sampai kita melupakan Tuhan sehingga kita tidak pernah mengenal koneksi dengan Allah, tidak pernah bersekutu, ber- fellowship secara pribadi, sejatinya kita terhilang. Kalau kita tidak memperhatikan peringatan ini, mungkin kita tidak akan pernah mendapat peringatan lagi. Allah memiliki integritas; Ia memiliki tatanan. Ia tidak bisa selalu didukakan, lalu diam. Dia bisa padam. Kalau sudah padam, Allah bisa berhenti menggarap kita. Allah hanya diwakili oleh Roh-Nya; Roh Kudus atau Roh Allah. Kalau sampai orang tidak menerima penggarapan Roh Kudus, tidak ada ‘perwakilan’ lain yang menggarap kita.

Allah menanti kita, pribadi lepas pribadi. Seperti yang dikisahkan di Lukas 15, anak bungsu itu sudah memberontak, tetapi ayahnya masih menunggu kepulangan anaknya. Namun, sejatinya yang lebih tragis dalam kisah tersebut adalah putusnya hubungan antara si sulung dengan Bapaknya. Ketika adiknya pulang, pesta diadakan. Si sulung tidak mau masuk rumah. Dia nyata-nyata unjuk rasa. Dia mempermalukan ayahnya. Walau mereka hidup di satu rumah, tetapi tidak ada rasa sepenanggungan dan seperasaan. Itu bukti daripada keterhilangan. Si bungsu hilang di luar kandang, tetapi ia kembali ke kandang. Si sulung hilang dalam kandang, dan mungkin tidak pernah pulang.

Jangan sampai kita sebagai orang Kristen, tetapi terhilang di dalam kandang. Tidak ada koneksi, sambungan dengan Allah. Salah satu buktinya adalah kita tidak sepenanggungan dengan Tuhan. Pernahkah kita menangisi jiwa yang terhilang? Pernahkah kita menghayati betapa berharganya satu jiwa? Ironis sekali kalau pendeta dalam kegiatan pelayanan memikirkan kemajuan gereja, kemajuan organisasi, dan juga sibuk mencari posisi dalam sinode, tetapi tidak mencintai jiwa seperti perasaan Allah. Tipis bedanya, antara untuk kepentingan Tuhan dengan agenda pribadi.

Kita memerlukan Tuhan agar kalau kita salah, Tuhan tegur dan ingatkan. Sebab kalau kita mendekat kepada Tuhan, kita pasti sadar bilamana ada dosa dan kesalahan di dalam diri kita. Kalau kita mendekat kepada Tuhan setiap hari, pasti ada impartasi, ada penularan spirit dari Tuhan ke kita. Dia hidup, Dia nyata. Kita menyengat Tuhan dengan kehidupan yang menyenangkan Dia. Maka, kita pasti akan diingat Tuhan. Namun, sering kita disengat oleh berbagai kesenangan, dari satu benda ke benda yang lain, dari satu merek mobil ke merek mobil lain, dari sejumlah uang dan sejumlah uang yang lain. Namun, pernahkah kita berpikir untuk menyengat Tuhan dengan kehidupan kita yang menyenangkan Dia?

Jangan jadi sampah abadi. Jangan sombong, kita bukan siapa-siapa. Kecuali kita menyenangkan Tuhan, maka kita menjadi seseorang yang benar-benar berharga di mata Tuhan. Kelebihan yang kita miliki jangan disia-siakan. Keelokan manusia seperti bunga rumput yang pagi mekar, sore akan layu dan dibuang. Maka, kita harus merendahkan diri ke Tuhan. Merataplah, selagi Tuhan masih membuka tangan untuk memeluk kita kembali. Hanya Tuhan yang kita butuhkan. Kiranya hari ini menjadi titik balik hidup kita. Kita membutuhkan Tuhan karena Dialah nyawa kita. Dialah kehidupan kita.

Manusia menjadi terhormat dan bermartabat kalau ia berkomunikasi dengan Sang Khalik. Bisa ber- fellowship dengan Sang Khalik. Jika tidak, lebih baik dia tidak pernah jadi manusia. Jika kita ber- fellowship dengan Allah, maka Dia akan membela hidup kita, Dia terlalu kuat. Dia juga akan membela kepentingan orang-orang yang kita kasihi. Bahkan Dia akan ingat anak cucu keturunan kita. Temuilah Tuhan setiap hari. Buatlah ruangan pertemuan dengan Tuhan. Tuhan mencintai kita lebih dari apa yang dapat kita bayangkan. Bagi kita yang lari dari hadirat Tuhan, yang sering menyia-nyiakan kesempatan untuk menemui Tuhan, saat ini kita mau berubah. Jangan ditipu oleh siapa pun. Temuilah Tuhan, karena Tuhan yang pasti paling benar.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MANUSIA MENJADI TERHORMAT DAN BERMARTABAT KALAU IA BERKOMUNIKASI DENGAN SANG KHALIK.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 Oktober 2023
2023-10-10 08:58:52

Matius 9
Lukas 7

Card image
Truth Youth 09 Oktober 2023 (English Version) - GUARD YOUR HEART
2023-10-09 10:33:12


"Above all else, guard your heart, for everything you do flows from it."
(Proverbs 4:23)

One morning, Elsi was taking a walk in her residential complex. As she strolled through the neighborhood, she noticed a luxurious house with a fence equipped with various security systems like CCTV and a security code. Elsi thought that there must be valuable items inside that house. So, the homeowner was very cautious and protected their possessions from potential burglars. It's possible that the house would be vulnerable to burglars if not properly protected.

Friends, our hearts are like that house. The thief is like the devil, always waiting for the right moment to enter and ruin our hearts. Therefore, it's crucial to guard our hearts. Why? Because if we guard our hearts well, storing what is good, we will radiate good behavior in our lives. Conversely, if we don't guard our hearts and allow feelings of hurt, anger, and resentment to fester, the devil can easily enter and destroy all the goodness within our hearts. We must manage our hearts by filtering what we hear and see so that the devil doesn't easily enter our hearts and steal our peace. So, let's surround our hearts by choosing the right companions. Let's filter what we hear and learn to live according to the truth of God's Word.

WHAT TO DO:
1. Choose the right companions.
2. Pray diligently and read the Word.
3. Be cautious about what you hear.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 47-48

Card image
Truth Youth 09 Oktober 2023 - PAGAR HATI
2023-10-09 09:50:39


”Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” (Amsal 4:23)

Di suatu pagi, Elsi sedang jalan pagi di kompleks perumahannya. Ketika dia sedang berjalan melewati kompleks perumahan itu, dia menyadari ada sebuah rumah mewah yang pagarnya diperlengkapi dengan berbagai sistem keselamatan seperti CCTV dan security code. Elsi berpikir bahwa tentu di dalam rumah itu tersimpan barang-barang berharga. Jadi, tuan rumah tersebut sangat berhati-hati dan menjaga harta miliknya supaya tidak mudah dimasuki pencuri. Bisa jadi rumahnya sangat mudah untuk dimasuki pencuri jika tidak dipagari dengan baik.

Teman-teman, rumah itu ibarat hati kita. Pencuri adalah Iblis yang selalu menunggu waktu tepat untuk masuk dan merusak suasana hati kita. Jadi, penting banget untuk kita menjaga hati kita. Kenapa? Karena jika kita menjaga hati kita dengan baik; menyimpan hal-hal yang baik, maka kita akan memancarkan perilaku hidup yang baik. Sebaliknya, jika kita tidak menjaga hati kita dengan membiarkan perasaan sakit hati, marah dan geram yang berlarut-larut tersimpan, maka Iblis mudah masuk dan merusak semua yang baik dalam hati kita. Kita harus bisa mengelola hati kita dengan memfilter apa yang kita dengar, apa yang kita lihat, supaya Iblis tidak mudah masuk hati kita dan mencuri damai sejahtera dari dalam hati kita. Jadi, mari kita memagari hati dengan memilih pergaulan yang benar. Mari filter apa yang kita dengar dan belajar hidup sesuai kebenaran firman Tuhan.

WHAT TO DO:
1.Memilih pergaulan yang benar.
2.Tekun berdoa dan membaca Firman.
3.Berhati-hati dengan apa yang didengar.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yehezkiel 47-48

Card image
Renungan Pagi - 09 Oktober 2023
2023-10-09 09:47:37



Setiap manusia yang masih hidup di dalam dunia ini pasti akan mengalami ketakutan yang sama terhadap tiga masalah ini, yaitu, takut hidup susah, takut sakit yang tidak dapat disembuhkan dan takut mati.

Kebanyakan persoalan hidup yang dihadapi berkaitan dengan ketiga hal yang menakutkan ini. Itu artinya banyak diantara kita, baik sebagai anak Tuhan ataupun anak dunia akan mengalami masalah yang sama. Yang seharusnya membedakan keberadaan kita adalah respon terhadap masalah yang terjadi.

Sebagai anak-anak Tuhan, sudah sering belajar tentang Ayub yang menunjukkan respon yang benar terhadap berbagai masalah yang terjadi dalam hidupnya, yaitu kesediaan untuk menerima segala sesuatu, baik ataupun buruk yang diijinkan Tuhan terjadi dalam hidup kita, sambil tetap bersyukur dan memuji Tuhan.

"Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, kamu telah mengetahui hal ini sebelumnya. Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh. Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya."

Apa yang sedang kita alami sekarang, ada banyak orang mengalami hal yang sama, bagaimana respon terhadap ujian-ujian kehidupan itu? Marah, bersungut, lari dari kenyataan, atau bersyukur, tetap memuji Tuhan dan tidak putus pengharapan kepada-Nya? Semua respon kita akan menunjukkan tingkat pengenalan akan Allah yang benar.
(2 Petrus 3:17-18)

Card image
Quote Of The Day - 09 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-09 09:45:21


Teologi yang benar adalah perjumpaan dengan Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 09 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-09 09:43:43


Perjumpaan dengan Tuhan itu mutlak, tidak bisa digantikan dengan sekadar liturgi seminggu sekali datang ke gereja, tetapi benar-benar mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Terutama melalui doa.

Card image
COMMUNICATION ABILITY - 09 Oktober 2023 (English Version)
2023-10-09 09:40:59


We all know that humans are great creatures, surpassing God’s other creations because only humans are given the same components that God Himself has, namely thoughts and feelings, from which they can create or produce desires or wills. Animals are only driven by the desire to fulfill physical needs to survive; what is extraordinary is that besides being able to meet physical needs, humans can explore everything God created to improve their welfare and physical quality of life. However, that is not yet something extraordinary or the primary goal.

As the masterpiece of God’s creation, humans must be able to communicate with their Creator. If this is not fulfilled, then all abilities owned become in vain. Animals can never communicate with their Creator, so how unfortunate it is if humans are given the ability to communicate with their Creator, but they do not do so. Human living standards have been so damaged that they are far from the standard God desires, but they feel that they are normal humans who are civilized and mannered.

Since humans fell into sin, they have fallen short of the glory of God. Humans cannot walk with God, so they cannot communicate ideally with Him. We find figures of faith in the Old Testament who could be friends of God, but they were not ideal people according to God’s original intention to create humans. Of course, God tolerates these Bible figures, even though they are below standards. However, God appreciates their advantages, such as Abraham having an extraordinary level of belief. Still, when viewed from the moral standards of the holiness of the New Testament people, he did not reach it because he had not only two women as wives but also concubines.

How great it would be for the New Testament people who wanted to be returned to God’s original design or be saved, meaning returned to their original design to rediscover or improve their quality of life. From lacking God’s glory to becoming a human with God’s glory. The measure of God’s glory referred to in the Bible is the morality of holiness, which is God’s standard. This is amazing. The more we understand the truth, the more we see this standard. In the past, we didn’t really care. Apart from not seeing examples, we have ups and downs and have a lousy track record, and it feels like we never understand what it means to be perfect like the Father or similar to Jesus. However, we are grateful because God guides us and enlightens our minds until we understand that holiness is possible, not a fairy tale, and we can achieve it. If we ignore this and don’t struggle, it means we fail to be human.

God’s standard human is Jesus Christ. He is a person who is filled with the Word, filled with God, so He has a divine nature. We can also experience and achieve what Jesus experienced and achieved. That is why the Word of God says, “ In your relationships with one another, have the same mindset as Christ Jesus.” We can have the mindset of Christ; we can be like Him. We can be perfect like the Father. Rom.8:28-29 says that we can be like Jesus. Jesus started as the firstborn, and He was able to live and achieve it, so we can.

The Lord Jesus Christ said in John 17:21, “Father, just as you are in me and I am in you. May they also be in us.” This is serious because Jesus has fellowship with the Father and can balance His holiness. If we follow in Jesus’ footsteps—that is, have morality and holiness like Him—we can also abide in the Father. That’s why Jesus said in John 14:6, “Jesus said to him, “I am the way and the truth and the life. No one comes to the Father except through Me.” Not just going to heaven, but reaching the Father, having a personal fellowship with Him, and communicating with Him because He is our Father.

Frankly, we’ve gone too far from God’s standard. Many of us have wasted time and opportunities so that we should be more mature than today, but we have not reached that maturity. God does not force us to become mature; God is also soft when He speaks, so we don’t hear and think it is unimportant or not a priority. We consider movies, traveling, hobbies, and various pleasures more important than God. We interact with our spouse, parents, children, neighbors, colleagues, friends, and objects that are a pleasure, but we do not interact with the living God. We will surely regret this with weeping and gnashing of teeth. So, change! And deal with God!  

THERE IS AN ESSENTIAL THING THAT IF IT IS NOT FULFILLED, THEN ALL THE ABILITIES THAT HUMANS HAVE BECOME USELESS, NAMELY THE ABILITY TO COMMUNICATE WITH THEIR CREATOR.

Card image
KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI - 09 Oktober 2023
2023-10-09 05:46:02


Kita semua tahu bahwa manusia adalah makhluk yang benar-benar hebat, melebihi semua ciptaan Allah yang lain. Karena hanya makhluk manusia yang diberi Tuhan komponen seperti yang Allah sendiri miliki, yaitu pikiran dan perasaan. Dari pikiran dan perasaan ini, manusia dapat menciptakan, memproduksi, membuahkan kehendak atau keinginan. Hewan hanya didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan fisik jasmani guna mempertahankan hidup. Ini yang luar biasa. Manusia memiliki kehendak yang bukan saja untuk memenuhi kebutuhan fisik atau kebutuhan jasmani, tetapi lebih dari itu. Manusia bisa mengeksplorasi semua yang Allah ciptakan guna meningkatkan kesejahteraan hidupnya, meningkatkan kualitas hidup secara fisik. Namun, itu belum sesuatu yang luar biasa, belum menjadi tujuan utama.

Ada satu hal penting yang kalau yang satu ini tidak dipenuhi, maka semua kemampuan yang dimiliki manusia menjadi sia-sia. Kemampuan itu adalah berkomunikasi dengan Penciptanya. Ini yang hebat. Hewan tidak akan pernah bisa berkomunikasi dengan Sang Khalik atau Penciptanya. Jadi kalau manusia yang diberi kemampuan untuk berkomunikasi dengan Penciptanya, tidak melakukan, betapa malang dan celakanya. Standar hidup manusia sudah begitu rusak, jauh dari standar yang Allah kehendaki. Namun, mereka merasa mereka ada sebagai manusia normal, yang beradab dan santun.

Sejak manusia jatuh dalam dosa, manusia kehilangan kemuliaan Allah, artinya kurang kemuliaan Allah. Manusia tidak bisa mengimbangi Allah, sehingga manusia tidak bisa berkomunikasi secara ideal dengan Allah. Di Perjanjian Lama kita menemukan tokoh-tokoh iman yang bisa dijadikan sahabat Tuhan, tetapi mereka bukanlah orang-orang atau manusia yang ideal sesuai dengan maksud Allah menciptakan manusia pada mulanya. Tentu Allah sangat bertoleransi terhadap tokoh-tokoh ini, walaupun mereka ada di bawah standar. Namun, Tuhan menghargai kelebihan yang mereka miliki. Misalnya, Abraham dengan tingkat percaya yang luar biasa, tetapi jika ditinjau dari standar moral kesucian umat Perjanjian Baru, Abraham tidak mencapainya. Abraham memiliki bukan saja dua wanita sebagai istri, melainkan juga gundik-gundik.

Betapa hebat umat Perjanjian Baru yang hendak dikembalikan ke rancangan Allah semula atau diselamatkan, artinya dikembalikan ke rancangan semula supaya menemukan kembali atau meningkatkan kualitas hidup. Dari kurang kemuliaan Allah, menjadi manusia yang memiliki kemuliaan Allah. Ukuran kemuliaan Allah yang dimaksud Alkitab adalah moralitas kesucian yang standar Allah. Ini luar biasa. Makin kita mengerti kebenaran, kita makin melihat standar ini. Yang dulu kita tidak terlalu peduli. Selain kita tidak melihat contoh, kita sendiri jatuh bangun dan memiliki jejak rekam yang buruk, dan rasanya kita tidak pernah mengerti apa artinya sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Namun, bersyukur karena Tuhan menuntun kita, membimbing kita, dan mencerahi pikiran kita, sampai kita mengerti bahwa kesucian itu suatu keniscayaan, bukan dongeng, dan bisa kita capai. Jika kita tidak memperhatikan hal ini dan tidak berjuang, berarti kita gagal menjadi manusia.

Manusia standar Allah adalah Yesus Kristus. Dia adalah Pribadi yang dipenuhi oleh firman, dipenuhi oleh Allah, sehingga memiliki kodrat ilahi. Kita juga bisa mengalami dan mencapai apa yang dialami dan dicapai oleh Yesus. Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” Kita bisa memiliki pikiran dan perasaan Kristus, bisa serupa dengan Dia. Kita bisa sempurna seperti Bapa. Roma 8:28-29 mengatakan bahwa kita bisa serupa dengan Yesus. Yesus sudah memulai sebagai yang sulung, dan Ia bisa menjalani serta mencapainya, maka kita juga bisa.

Tidak main-main kalau Tuhan Yesus Kristus berkata di Yohanes 17:21-22, “Engkau dalam Aku, Aku dalam Engkau, mereka di dalam Kita.” Yesus memiliki persekutuan dengan Bapa, karena Yesus bisa mengimbangi kesucian Allah. Jika kita mengikuti jejak Yesus—yaitu memiliki moralitas, kesucian seperti Yesus—maka kita juga bisa tinggal di dalam Bapa. Itulah sebabnya Yesus berkata di Yohanes 14:6, “Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Bukan hanya masuk surga, melainkan sampai kepada Bapa. Ber- fellowship secara pribadi dengan Bapa, berkomunikasi dengan Bapa karena Dia Bapa kita.

Sejujurnya, kita sudah terlalu jauh dari standar. Banyak di antara kita yang telah menyia-nyiakan waktu dan kesempatan, sehingga dengan usia yang mestinya kita lebih dewasa dari hari ini, tetapi kita tidak mencapai kedewasaan tersebut. Tuhan tidak memaksa kita menjadi dewasa, Tuhan juga lembut jika berbicara, sehingga kita tidak mendengar, dan menganggap itu hal yang tidak penting. Bukan prioritas. Kita menganggap film, jalan-jalan, hobi, dan berbagai kesenangan lebih penting dari Tuhan. Kita berinteraksi dengan pasangan hidup, orang tua, anak, tetangga, rekan, sahabat, juga dengan berbagai benda yang menjadi kesenangan, tetapi kita tidak berinteraksi dengan Allah yang hidup. Hal ini pasti akan kita sesali dengan ratap tangis dan kertak gigi. Maka, berubahlah! Berurusanlah dengan Dia!

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ADA SATU HAL PENTING KALAU YANG SATU INI TIDAK DIPENUHI, MAKA SEMUA KEMAMPUAN YANG DIMILIKI MANUSIA MENJADI SIA-SIA, YAITU KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI DENGAN PENCIPTANYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 Oktober 2023
2023-10-09 05:38:49

Matius 5-7

Card image
Truth Kids 08 Oktober 2023 - DOKTER DAN SUSTER
2023-10-08 09:47:29


Lukas 5:31
Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit;”

Sobat Kids, apa yang kalian rasakan saat sedang sakit? Tentu lemas, pusing dan tidak nyaman. Ketika sakit, kita menjadi tidak selera makan atau melakukan kegiatan apa pun. Kita hanya bisa terbaring di tempat tidur. Hal ini tentu saja membuat orang tua khawatir. Karena itu kita segera di bawa ke rumah sakit untuk diperiksa oleh dokter. Kemudian kita diberi obat agar cepat sembuh.

Jika ada orang yang sakit parah, dokter bisa meminta orang tersebut dirawat di rumah sakit. Para suster dan dokter akan merawat semua pasien (orang sakit) di rumah sakit sampai mereka sembuh. Dokter dan suster akan menolong orang-orang sakit. Apakah ada di antara Sobat Kids yang pernah dirawat di rumah sakit? Semoga kalian sehat-sehat selalu, ya.

Pekerjaan sebagai dokter dan suster dapat disebut juga sebagai superhero, Sobat Kids. Mereka berjuang untuk merawat orang sakit hingga sembuh. Selain itu, mereka juga harus menjaga kesehatan agar dapat membantu orang sakit. Jika dokter dan susternya sakit semua, bisa-bisa tidak ada orang yang bisa membantu pasien di rumah sakit. Wah…bahaya, kan, Sobat Kids. Ingatlah untuk berterima kasih kepada superhero kita, para dokter dan suster.

Card image
Truth Junior 08 Oktober 2023 - PAHLAWAN KESEHATAN
2023-10-08 09:42:59


Lukas 5:31
”Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit;”

Sobat Junior, masih ingat tidak beberapa tahun yang lalu, di seluruh dunia tersebar virus, yaitu COVID-19? Kala itu, semua orang tidak boleh berdekatan, harus jaga jarak. Kalau mau keluar rumah, kita harus memakai masker. Bukan hanya itu saja. Orang yang bekerja di kantor, harus bekerja di rumah, dan anak-anak yang belajar di sekolah, harus belajar dari rumah secara online. Kita semua tidak berkumpul seperti biasanya. Kita hanya dapat menghubungi keluarga dan teman dengan menelpon saja.

Namun, ada hal positif dari pandemi COVID-19 yaitu orang-orang dapat menghabiskan waktu bersama keluarganya. Tetapi, ada orang-orang yang tidak bisa berkumpul dengan keluarga mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berani mempertaruhkan nyawa mereka untuk membantu orang-orang yang terkena COVID-19. Mereka adalah orang-orang yang bekerja di bidang kesehatan seperti dokter, perawat, dan lainnya. Mereka juga dapat disebut sebagai pahlawan dalam bidang kesehatan yang menjadi wakil Tuhan untuk membantu umat manusia yang mengalami sakit.

Jadi, Sobat Junior, kita harus menghormati orang-orang yang bekerja di bidang kesehatan. Sebab, tanpa mereka, tidak ada yang dapat membantu orang sakit. Tentu kita tidak akan cepat sembuh dari sakit kita. Apabila orang sakit ingin sembuh, ia harus pergi ke dokter. Maka apabila Sobat Junior lagi sakit, selain kita berdoa kepada Tuhan, kita juga harus ke dokter supaya cepat sembuh. Mereka adalah pahlawan kesehatan kita.

Card image
Truth Youth 08 Oktober 2023 (English Version) - HEART'S HOLINESS-
2023-10-08 09:41:10


"Let all bitterness and wrath and anger and clamor and slander be put away from you, along with all malice. Be kind to one another, tenderhearted, forgiving one another, as God in Christ forgave you." (Ephesians 4:31-32)

We have all experienced events that hurt our hearts and feelings. Perhaps in friendships, we've been betrayed, or in our families, we've been disregarded, leading to feelings of disappointment, anger, and bitterness. As humans, these feelings are normal. However, if we don't manage our hearts and emotions correctly, if we keep sinking into anger, that anger will eventually turn into resentment, hatred, and bitterness in our lives. Consequently, we will lose peace in our daily lives. When we lose peace, we tend to hurt those around us. Unconsciously, we hurt others through our words, actions, and attitudes.

Do we know that all bitterness, anger, and hatred are like trash that contaminates our hearts? Do we want to continue storing this trash and let it pollute our hearts? Our hearts are where the Holy Spirit resides. The Holy Spirit cannot dwell in a filthy heart. Without the help of the Holy Spirit, we cannot love those who hurt us. Therefore, we must dispose of the garbage of anger, resentment, and bitterness from our hearts before we can live kindly toward others. Only those who guard the holiness of their hearts can forgive others, just as God forgave us in Christ.

WHAT TO DO:
1. Learn to self-reflect daily.
2. Pray for the Holy Spirit's empowerment to forgive.
3. Be discerning about what is worth hearing and what is not.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 44-46

Card image
Truth Youth 08 Oktober 2023 - KEKUDUSAN HATI
2023-10-08 09:37:28


”Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” (Efesus 4:31-32)

Kita semua tentu pernah mengalami peristiwa-peristiwa yang membuat hati dan perasaan kita terluka. Mungkin dalam pertemanan, kita pernah dikhianati, dalam keluarga kita tidak dianggap, sehingga semua itu membuat kita merasa kecewa, marah dan pahit. Sebagai manusia semua itu adalah perasaan yang wajar. Namun, jika kita tidak mengelola hati dan perasaan kita dengan benar; terus tenggelam dalam kemarahan, maka rasa marah itu pada akhirnya akan menjadi dendam, kebencian dan kepahitan dalam hidup kita. Akibatnya, kita akan kehilangan damai sejahtera dalam menjalani hari-hari kita. Kalau kita kehilangan damai sejahtera, kita cenderung akan melukai orang-orang di sekitar kita. Tanpa disadari, kita melukai sesama baik dari perkataan, tindakan, dan sikap-sikap kita.

Tahukah kita? Segala kepahitan, kemarahan dan kebencian adalah sampah-sampah yang membuat hati kita tidak kudus. Maukah kita terus menyimpan sampah-sampah itu dan membiarkannya mengotori ruang hati kita? Ruangan hati kita adalah tempat Roh Kudus berdiam. Roh Kudus tidak mungkin tinggal di ruangan hati yang kotor. Tanpa pertolongan Roh Kudus, maka kita tidak mampu mengasihi orang-orang yang menyakiti hati kita. Oleh sebab itu, kita harus membuang sampah-sampah kemarahan, kegeraman dan kepahitan dari hati kita, barulah kita bisa hidup ramah terhadap yang lain. Hanya orang-orang yang menjaga kekudusan hatinya yang mampu mengampuni sesamanya, sebagaimana Allah di dalam Kristus juga telah mengampuni kita.

WHAT TO DO:
1.Belajar untuk selalu ambil waktu evaluasi diri setiap hari.
2.Berdoa minta Roh Kudus memampukan untuk bisa mengampuni.
3.Berani untuk memfilter apa yang bisa didengar dan tidak perlu didengar.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yehezkiel 44-46

Card image
Renungan Pagi - 08 Oktober 2023
2023-10-08 09:34:00


Saat mencapai suatu keberhasilan dalam hidup secara ajaib dalam pandangan orang lain, selalu akan ada suara sumbang yang dapat membuat kita kesal. Ada yang menuding korupsi, di curigai memakai kuasa gelap, bahkan difitnah pandai mencari muka pada atasan. Saat menghadapi semua hal seperti ini, reaksi apa yang akan kita tunjukkan?

Elia pernah mengalami keberhasilan yang luar biasa dalam pelayanannya sebagai Nabi Tuhan. Dengan kuasa Tuhan dia mampu mengalahkan 450 nabi Baal di bukit Karmel dan menyembelih mereka di sungai Kison, namun ketika mendengar Izebel marah dan berniat membalas dendam, Elia sangat ketakutan, sampai memohon kepada Tuhan untuk mengambil nyawanya.

Saat itu Elia mengalami rasa putus asa, karena serangan musuh yang menurut pikirannya harus dihadapi seorang diri, padahal dengan pengalamannya bersama Tuhan, seharusnya dia tahu, bahwa Tuhan selalu bersamanya, menghadapi situasi sesulit apapun.

Jadi ingatlah ketika tudingan, serangan, fitnahan ditujukan pada kita saat melakukan apa yang benar di mata Tuhan, jangan putus asa, tetaplah kuat, sebab Tuhan menyertai dan bersama DIA, kita akan mampu menanggung segala perkara yang diijinkan Tuhan terjadi dalam hidup kita. "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."
(Filipi 4:13)

Card image
Quote Of The Day - 08 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-08 09:26:00


Jalani hidup dengan dinamis menuju Kerajaan Surga dan jadikan Tuhan satu-satunya tujuan hidup ini.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 08 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-08 09:18:09


Setiap kita harus berurusan dengan Allah dan bertanya, "apa yang harus kulakukan, Tuhan, untuk memenuhi kehendak dan rencana-Mu?"

Card image
LIVING IN OBEDIENCE - 08 Oktober 2023 (English Version)
2023-10-08 09:13:55


John 1:12, “Yet to all who did receive Him, to those who believed in His name, He gave the right to become children of God.”

Most Christians agree this verse is understood that if someone accepts Jesus as Lord and Savior, then they become children of God. This has become a final general understanding, which is ingrained and penetrates the souls of almost all Christians. So, it is not surprising that if someone goes to church or becomes a Christian, they automatically claim to be a child of God. The question is, are we sure that one day we will be recognized by God as His children when we die? Let’s try to take this matter seriously. Does God recognize us as His children? Don’t take this matter lightly.

Jesus said, “Make every effort to enter through the narrow door, because many, I tell you, will try to enter and will not be able to.” The Lord Jesus said that statement when someone asked, “Lord, are only a few people going to be saved?” God’s statement shows that entering heaven is not easy. But Satan misguided people’s minds, assuming that entering heaven is easy. He said that when someone accepts Jesus as Lord and Savior, they automatically become a child of God. After becoming children of God, they are recognized by God as His children because they accept Jesus, then they enter heaven. This lie makes people feel they have the privilege or right to go to heaven because they are Christian.

We must have God’s blood of life within us that can only be obtained by absorbing the Word. The “Word” here is the voice of God that guides someone so that they have His genes and become a teknon (child) of God. It cannot happen or occur through Bible College, being diligent in church, or being a church member. The Holy Spirit will lead us to train us how to become children of God. Of course, we can also find traces of God in the Bible, where we can see God’s actions and deeds in the lives of faith figures, both in the Old and New Testaments. In history, there are God’s Words to the people, specific in their time.

We can extract valuable lessons from the historical story in the context of the character’s life struggles. For example, in the story of Abraham, Joseph, or David, how David or Moses dialogued with God. Here, we must have skills in extracting, picking, and distilling the truth from each event. We should also take heed of what Jesus said. When the Lord Jesus said to His disciples in Luke 19:33-34, “As they were untying the colt, its owners asked them, “Why are you untying the colt?” They replied, “The Lord needs it.” This is a special verse. Don’t use that verse to take someone’s stuff and say, “God needs it.” However, we can extract from the verse that we must obey God’s commands without argument.

Each individual is different. Therefore, the Holy Spirit is sealed in our lives because He will guide us to all truth. So, Bible verses come alive if the Holy Spirit brings them to life. The problem is the world has become corrupt, and the Bible is only used as knowledge. So that the Holy Spirit, without realizing it, is ignored. So, we must do theology correctly, which is an encounter with God. The journey from time to time, through life’s problems and struggles, is when we discover the dynamics of life walking with God, through or in the Holy Spirit.

For example, we will know what love is when we experience it, not just by being explained. Someone is called a child of God if they experience the fullness of God. God’s character and genes flow through the maturing process. It’s not just about believing in Jesus as Lord and Savior, for it’s impossible. So the disciples asked, “Who then can be saved?” Jesus looked at them and said, “With man, this is impossible, but with God, all things are possible.” The Holy Spirit is powerful and can guide us from time to time. So, we must not stop and must continue to grow through change until we experience the fullness of God.

Each individual’s problems are different, but we can solve them according to the guidance of the Holy Spirit so that everything we do is always by God’s mindset. If there is a question, “Is there another rebellion in heaven?” the answer is impossible. Because selection has started since we lived on Earth, it never misses precision. Not just in carrying out the law but precisely as God wants. So how great it would be if we became God’s house. God inhabits humans who live in obedience, which is trained from time to time until we experience the fullness of God.  

GOD INHABITS HUMANS WHO LIVE IN OBEDIENCE, TRAINED FROM TIME TO TIME UNTIL WE EXPERIENCE THE FULLNESS OF GOD.

Card image
HIDUP DALAM PENURUTAN - 08 Oktober 2023
2023-10-08 09:10:35


Yohanes 1:12, “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.”

Sebagian besar orang Kristen setuju, ayat ini dipahami bahwa kalau seseorang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka dia menjadi anak-anak Allah. Hal ini sudah menjadi pengertian umum yang sudah final, yang mendarah daging dan merasuk di dalam jiwa hampir semua orang Kristen. Jadi, tidak heran kalau orang ke gereja atau menjadi Kristen, otomatis ia sudah mengaku sebagai anak Allah. Pertanyaannya, yakinkah kita kalau suatu hari ketika meninggal, kita diakui oleh Allah sebagai anak-anak-Nya? Coba kita perkarakan hal ini dengan serius. Apakah Allah mengakui kita adalah anak-anak-Nya? Jangan anggap remeh hal ini.

Yesus berkata, “Berjuanglah masuk jalan sempit. Karena banyak orang berusaha masuk, tetapi tidak masuk.” Tuhan Yesus berkata ketika ada orang bertanya, “Sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Pernyataan Tuhan menunjukkan bahwa masuk surga itu tidak mudah. Setan yang membuat pikiran seseorang sesat, dengan asumsi bahwa masuk surga itu mudah. Karena seseorang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, lalu otomatis ia menjadi anak-anak Allah. Setelah menjadi anak-anak Allah, diakui oleh Allah sebagai anak-Nya karena menerima Yesus, lalu masuk surga. Jadi merasa memiliki privilege atau hak istimewa untuk masuk surga karena beragama Kristen.

Kita harus punya darah kehidupan Allah di dalam diri kita. Tidak ada jalan lain kecuali menyerap firman. “Firman” di sini adalah suara Tuhan yang menuntun seseorang sehingga memiliki gen-Nya Allah, menjadi teknon (anak) Allah. Tidak bisa terjadi atau berlangsung melalui sekolah teologi. Tidak cukup. Tidak bisa terjadi hanya karena rajin gereja, menjadi anggota gereja. Namun, kita harus dipimpin Roh Kudus. Roh Kudus akan melatih kita bagaimana menjadi anak-anak Allah. Tentu di dalam Alkitab, kita juga dapat menemukan jejak Allah; tindakan dan perbuatan Tuhan dalam hidup tokoh-tokoh iman, baik di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Di dalam sejarah ada perkataan-perkataan Tuhan untuk orang-orang pada zaman itu.

Tetapi, dari kisah sejarah dalam konteks pergumulan hidup tokoh tersebut, kita bisa mengekstrak pelajaran yang sangat berharga. Seperti misalnya kisah Abraham, Yusuf atau Daud; bagaimana Daud berdialog dengan Allah atau Musa berdialog dengan Allah. Di sini kita harus memiliki kecakapan dalam mengekstrak, menarik kebenaran, menyuling kebenaran dari setiap peristiwa-peristiwa itu. Juga apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus. Kalau Tuhan berkata kepada murid-murid-Nya dalam Lukas 19:33-34, “Ketika mereka melepaskan keledai itu, berkatalah orang yang empunya keledai itu: "Mengapa kamu melepaskan keledai itu?" Kata mereka: "Tuhan memerlukannya." Ini adalah ayat khusus. Kita tidak bisa menggunakan ayat itu ketika mengambil mobil seseorang di pinggir jalan dan berkata, “Tuhan memerlukannya.” Namun, kita bisa mengekstrak ayat tersebut bahwa kita harus menuruti apa yang diperintahkan-Nya tanpa bantah.

Tentu bagi setiap individu berbeda. Itulah sebabnya mengapa Roh Kudus dimeteraikan di dalam hidup kita, karena Roh Kudus yang akan menuntun kita kepada seluruh kebenaran. Maka, ayat-ayat Alkitab menjadi hidup di dalam hidup kita, kalau Roh Kudus menghidupkannya. Masalahnya, dunia sudah menjadi rusak, Alkitab hanya dijadikan ilmu. Sehingga Roh Kudus tanpa disadari, disingkirkan. Maka, kita harus berteologi dengan benar. Teologi yang benar adalah perjumpaan dengan Tuhan. Perjalanan detik ke detik, menit ke menit, lewat persoalan-persoalan hidup dan pergumulannya, yaitu saat kita menemukan dinamika hidup berjalan dengan Tuhan, melalui atau di dalam Roh Kudus.

Misalnya, kasih itu apa? Tidak bisa dijelaskan. Namun, kita akan tahu, kalau kita mengalami. Seseorang disebut sebagai anak-anak Allah, kalau ia mengalami kepenuhan Allah. Karakter Allah, gen Allah mengalir lewat proses pendewasaan. Bukan sekadar sudah percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Makanya mustahil. Sehingga para murid bertanya, “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” Yesus memandang mereka dan berkata, “Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin.” Karena Roh Kudus itu powerful, yang menuntun kita dari menit ke menit, dari detik ke detik. Maka, kita tidak boleh berhenti dan harus terus bertumbuh mengalami perubahan, sampai mengalami kepenuhan Allah.

Persoalan yang dihadapi masing-masing individu, berbeda. Namun, di dalam persoalan itu kita bisa menyelesaikannya sesuai dengan pimpinan Roh Kudus, sehingga segala sesuatu yang kita lakukan, selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Kalau ada pertanyaan, “Apakah di surga ada pemberontakan lagi?” Maka jawabnya adalah tidak mungkin. Karena seleksinya sudah dimulai sejak kita hidup sekarang di bumi. Tidak pernah meleset; presisi. Bukan hanya dalam melakukan hukum, tetapi tepat seperti yang Allah kehendaki. Jadi betapa hebatnya kalau kita menjadi menjadi rumah Allah. Allah mendiami manusia yang hidup dalam penurutan; yang dilatih dari menit ke menit sampai kepenuhan Allah terjadi atas diri kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ALLAH MENDIAMI MANUSIA YANG HIDUP DALAM PENURUTAN; YANG DILATIH DARI MENIT KE MENIT, DARI JAM KE JAM, SAMPAI KEPENUHAN ALLAH TERJADI ATAS DIRI KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 Oktober 2023
2023-10-08 09:04:37

Matius 12
Markus 3
Lukas 6

Card image
Truth Kids 07 Oktober 2023 - AKU MAU MENJADI SUPERHERO
2023-10-07 10:54:13


Roma 13:1
”Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.”

Sobat Kids, siapa orang nomor satu di negeri ini? Eits... maksudnya, satu-satunya orang yang memegang komando tertinggi di negara kita. Orang tersebut adalah presiden. Presiden bertanggungjawab untuk memimpin agar negara kita aman, nyaman dan bersih. Untuk mencapainya, presiden harus mengerjakan banyak tugas. Wah, sudah seperti superhero, ya seorang presiden itu.

Pejabat-pejabat negara membantu presiden dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin negara. Seperti superhero yang memiliki kemampuan khusus, para pejabat negara juga memiliki bidang keahlian masing-masing. Mereka bekerja bahu-membahu menopang presiden untuk menjadikan negeri ini aman dan semakin maju.

Sobat Kids, para presiden dan pejabat negara dahulu juga seorang anak-anak seperti kalian. Jika kalian ingin menjadi presiden atau pejabat negara seperti menteri, kalian harus belajar untuk taat kepada pemerintah. Contohnya saat pemerintah memberikan peraturan tidak boleh membuang sampah sembarangan, kalian harus bisa nih membuang sampah pada tempatnya. Kita bisa mulai taat dari hal-hal kecil.

Sobat Kids, meskipun kalian tidak bercita-cita menjadi presiden, kalian harus tetap taat kepada peraturan pemerintah. Kita semua sebagai warga negara Indonesia harus taat kepada peraturan yang ada di negara kita.

Card image
Truth Junior 07 Oktober 2023 - TUNDUK PADA PEMERINTAHAN
2023-10-07 10:49:13


Roma 13:1
”Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.”

Sobat Junior, dalam renungan hari ini, kita mau belajar tentang pemerintah. Mengapa kita harus tunduk kepada pemerintahan? Tunduk itu maksudnya kita menghormati orang-orang yang menjalani pemerintahan di negara kita. Siapa saja pemerintahan yang ada di negara kita ini? Tentu ada presiden, wakil presiden, menteri-menteri, dan para pejabat lainnya. Mereka punya tugas dan tanggung jawab untuk menjalankan negara kita demi agar negara kita menjadi negara yang lebih maju, dan semua masyarakatnya merasa damai dan bahagia. Namun, masih ada orang-orang yang di pemerintahan tidak melakukan tugas dan tanggung jawab sehingga membuat masyarakat tidak damai. Hal itu bukan sebagai alasan untuk kita tidak tunduk kepada pemerintahan, sebab masih ada orang-orang yang bekerja di pemerintahan melakukan tugas dan tanggung jawab mereka dengan baik dan benar.

Jadi Sobat Junior, mengapa kita harus tunduk kepada pemerintahan? Karena firman Tuhan hari mengajarkan kita untuk tunduk kepada pemerintahan. Selama kita masih ada di dunia ini, maka harus kita harus hormat kepada pemerintahan yang ada. Tentu pemerintahan yang ada saat ini adalah pemerintahan yang Tuhan tetapkan untuk mengatur manusia. Saat kita tunduk kepada pemerintah, itu sama dengan kita taat kepada hukum Tuhan. Karena aturan yang dibuat oleh pemerintah, tentu untuk kebaikan semua orang. Yuk, kita belajar taat sama aturan pemerintah karena mereka juga seorang pahlawan yang memimpin umat manusia lebih baik.

Card image
Truth Youth 07 Oktober 2023 (English Version) - TAKE CONTROL
2023-10-07 10:37:00


"Finally, brothers, whatever is true, whatever is honorable, whatever is just, whatever is pure, whatever is lovely, whatever is commendable, if there is any excellence, if there is anything worthy of praise, think about these things." (Philippians 4:8)

How many times have we slandered others? Indirectly, slander can occur even if it's only in our thoughts. When we accuse others and think things that should not be thought about them, we are engaging in slander. Although it may seem trivial, it is a significant issue. Many crimes originate from the human mind. When someone intends to kill, evil seeds have already sprouted in their head. The scariest devil isn't the kind that can frighten us in the real world, like ghosts or spirits. Instead, the most frightening devil comes from within our minds. That's why Paul warned the Philippian church to focus on whatever is good, right, noble, just, pure, lovely, commendable, and praiseworthy.

In reality, what resides in the human mind doesn't simply appear there without a cause. Everything first enters through our eyes and ears, then influences our hearts and minds. So, it's not surprising that someone who prays, worships, and fasts consistently has a good life, an undistracted mind, and words filled with blessings. All this is because they control what enters through their eyes and ears. If someone constantly watches inappropriate things and listens to worldly songs that don't bring blessings, it's no wonder if their life becomes chaotic, and they can only speak about negative and hurtful things. From now on, we must guard our minds. Remove all distractions that lead our lives to gradually sink into sin, which ultimately leads to destruction. Instead, we should have full control over our thoughts by feeding our minds with nourishment for our souls and spirits. This way, we can keep ourselves from a life that is not in line with God's will.

WHAT TO DO:
1. Take control of your thoughts at all times.
2. Feed your mind with healthy spiritual nourishment through prayer, reading the Bible, and listening to God's Word.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 41-43

Card image
Truth Youth 07 Oktober 2023 - PEGANG KENDALI
2023-10-07 10:33:58


”Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” (Filipi 4:8)

Sudah berapa kali kita memfitnah orang lain? Secara tidak langsung, fitnah dapat terjadi walau hanya melalui pikiran saja. Ketika kita menuduh orang lain dan berpikir yang seharusnya tidak dipikirkan tentang dia, artinya kita sudah melakukan fitnah. Walau terlihat sepele, tetapi ini adalah masalah yang besar. Sebab, banyak kejahatan yang berasal dari pikiran manusia. Ketika seseorang memiliki niat untuk membunuh, pasti ada benih-benih yang jahat yang sudah terlebih dahulu muncul di dalam kepalanya. Setan yang paling menakutkan bukanlah setan yang bisa menakuti kita di dunia nyata seperti kuntilanak atau pocong. Justru, setan yang paling menakutkan adalah yang bersumber dari pikiran kita. Oleh sebab itu, tidak heran Paulus memperingatkan kepada jemaat Filipi untuk memikirkan segala yang baik, benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, dan sebagainya.

Sejatinya, apa yang berada di dalam pikiran manusia, ia tidak langsung berada di situ tanpa aba-aba. Semuanya telah lebih dulu masuk melalui mata dan telinga, lalu memengaruhi hati dan pikiran kita. Jadi tidak heran jika seseorang yang selalu berdoa, beribadah, dan berpuasa memiliki kehidupan yang baik, pikirannya tidak terdistraksi, hingga perkataannya selalu berisi berkat. Semua disebabkan karena ia mengontrol apa yang masuk melalui mata dan telinganya. Jika seseorang selalu menonton hal yang tidak senonoh dan mendengarkan lagu-lagu duniawi yang tidak memberkati, maka tidak heran apabila hidupnya berantakan dan ia hanya bisa memperkatakan hal-hal yang buruk dan menyakiti sesamanya. Mulai dari sekarang, kita harus menjaga pikiran kita. Singkirkan semua distraksi yang membawa hidup kita kepada dosa yang lambat laun akan membuat kita binasa. Harusnya, kita memegang kendali penuh atas pikiran kita dengan memberikan pikiran kita makanan-makanan yang sehat bagi jiwa dan roh kita. Dengan demikian, kita akan berhasil menjaga diri kita dari kehidupan kotor yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.

WHAT TO DO:
1.Memegang kendali atas pikiran kita setiap saat.
2.Memberikan pikiran kita makanan yang sehat bagi jiwa dan roh kita dengan berdoa, membaca Alkitab, dan mendengarkan firman.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yehezkiel 41-43

Card image
Renungan Pagi - 07 Oktober 2023
2023-10-07 10:26:26


Hati-hati dengan keberadaan kita, jangan-jangan sedang berjalan ke neraka. Nasihat dan tuntunan Allah untuk hidup benar sudah diberikan dalam Firman-Nya, harusnya kita kenakan kebenaran itu untuk hidup dalam takut akan Tuhan dan menjadi rambu agar tidak terus menerus hidup dalam dosa. Sampai titik tertentu dalam hidup ini, Allah membiarkan kita melakukan apa yang disukai, karena kitalah yang membuat pilihan itu.

Lalu akhirnya pilihan itu membuat terbiasa dan nyaman berbuat dosa, sama sekali tidak takut akan Tuhan. Keadaan inilah yang membuat kita sedang meluncur ke neraka, tanpa disadari. Tuhan tidak lagi mencegah kita berbuat dosa, sebab bukankah sudah cukup mendengarkan kebenaran yang seharusnya menegur dan memperingatkan, tetapi kita memilih untuk mengabaikannya.

Dan Firman Tuhan berkata "mutiara bukan untuk babi dan barang yang kudus bukan untuk anjing!" "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu."

Periksalah diri masing-masing, apakah kita adalah anjing atau babi yang tidak layak menerima kesucian firman Tuhan, karena kita sendiri yang menganggap remeh, dengan mengabaikan dan tidak melakukan firman Tuhan itu.

Dan Pribadi Tuhan yang ada dalam firman-Nya, jauh lebih berharga dari mutiara dan kekudusan-Nya tidak dapat dikotori oleh dosa. Jadi apakah anda memilih hidup sebagai babi atau anjing, atau sebagai anak-anak Tuhan? pilihan ada di tangan kita.
(Matius 7:6).

Card image
Quote Of The Day - 07 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-07 10:17:09


Ketika setiap hari kita semakin masuk ke dalam hadirat-Nya, ke dalam persekutuan dengan Tuhan, maka kita akan semakin kudus, semakin melepaskan dosa, dan semakin meninggalkan ketertarikan kita dengan dunia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 07 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-07 10:14:52


Kalau kita melihat diri kita tidak dalam situasi menyongsong kedatangan Tuhan itu ada sesuatu yang salah, berarti kita masih terikat dengan dunia.

Card image
CONQUER THE WORLD - 07 Oktober 2023 y
2023-10-07 10:12:36



Our world today is increasingly ungodly and evil. The more wicked we are, the less we fear God and don’t care about His will; God is considered absent or does not need to exist. If we go to countries where Christianity has become bankrupt—meaning the churches have become empty—we find very few people who seek God and are devoted. We can feel an atheistic atmosphere where people do not believe in the existence of God. Such an atmosphere exists in many countries, including countries previously known as Christian countries, even sending missionaries to the East, Asia, and Indonesia.

This can also be felt in today’s social environment or in every content on our gadgets, which is also seen by children, which suggests that God is not present or no need to exist. Amid a world like this, we must strengthen our hearts to trust God even though He does not reveal Himself spectacularly in our lives. Though the people around us imply God does not need to exist, we are still determined to seek God and His presence and learn about Him as found in His word.

Don’t let us be defeated by the atmosphere of the world around us; instead, we must conquer and defeat this atheistic world that increasingly does not believe God exists. Luckily, we live in Indonesia, where our state principle of recognizing God’s existence, namely “Belief in the One and Only God,” so that people still carry out their religious activities. However, the reality that we encounter is that even though some or most of them are looking for God, worshipping and practicing their religion, their actions and attitudes often do not show that God exists.

In our world, which is so ungodly and atheistic, we must have integrity and continue to trust God. We must show a different life amid our extended family, work, and social environment where we do not capture the atmosphere that truly believes in God. We should have integrity in choosing God and continue to seek Him even though we walk on a deserted road and only a few people walk there, but still, we want to be serious about it. We make ourselves pleasing before God without looking at or judging others. We fight to be worthy of being members of God’s Kingdom family. Whatever happens around us—in the household, at work, in business, and every situation—we do not doubt God; we believe He exists and lives. God is worthy of trust even though sometimes it seems like He is not there or not present, but we trust in the living God.

Prayer and meeting together stimulate us to appreciate God’s existence, moreover fasting. Therefore, we should keep integrity not to be similar to this world, as said in Rom.12:2, “Do not conform to the pattern of this world but be transformed by the renewing of your mind. Then you will be able to test and approve what God’s will is—his good, pleasing and perfect will.” We must have integrity to believe in God and follow in the footsteps of the Lord Jesus Christ, and the Holy Spirit must guide us.

Let us make God and His Kingdom our only goal of life and our world. For this reason, we must constantly relate and interact with Him. We are not just making God a fantasy and a pile of doctrines in our minds but a reality we experience and interact with in real life. We don’t just hear the pastor’s sermon, spiritual seminars, or read spiritual books; we also hear the Holy Spirit speak directly. This effectively changes us to become people of God according to His original design. Don’t back down, but have firm hearts; even though the people around us don’t seek or care about God, we are still determined to seek Him with our whole lives

LET US NOT BE DEFEATED BY THE ATMOSPHERE OF THE WORLD AROUND US, INSTEAD, WE MUST CONQUER THIS ATHEISTIC WORLD.

Card image
MENAKLUKKAN DUNIA - 07 Oktober 2023
2023-10-07 10:08:41


Dunia kita hari ini adalah dunia yang semakin fasik dan jahat. Semakin fasik artinya semakin tidak takut akan Allah dan tidak peduli kehendak Allah; Allah juga seakan-akan dianggap tidak ada atau tidak hadir. Kalau kita pergi ke negara-negara yang kekristenannya telah menjadi bangkrut—artinya gereja-gereja menjadi sepi—kita temukan sedikit sekali orang yang mencari Tuhan dan berbakti. Kita bisa merasakan suasana ateis, suasana di mana orang-orang tidak memercayai adanya Allah. Suasana seperti itu ada di banyak negara, termasuk negara yang dulunya dikenal sebagai negara Kristen, bahkan mengirim misionaris atau _zending_ ke Timur, ke Asia, juga ke Indonesia.

Hal itu juga terasa dalam lingkungan pergaulan hidup hari ini. Hal ini juga terasa dalam setiap sajian yang ada di gadget kita, yang juga dilihat anak-anak, yang mengisyaratkan seakan-akan tidak ada Tuhan, seakan-akan Allah tidak hadir atau dianggap tidak perlu ada. Di tengah suasana dunia seperti ini, kita harus meneguhkan hati untuk tetap memercayai Allah walaupun Allah tidak menyatakan diri secara spektakuler di dalam hidup kita. Orang-orang di sekitar kita mengisyaratkan seakan-akan Allah itu tidak perlu ada, tetapi kita tetap bertekad untuk mencari Tuhan, mencari hadirat Tuhan, belajar mengenai Tuhan yang terdapat di dalam firman-Nya.

Jangan sampai kita dikalahkan oleh suasana dunia sekitar kita. Sebaliknya, kita yang harus menaklukkan dan mengalahkan dunia yang ateis ini. Dunia yang semakin tidak memercayai bahwa Allah itu ada. Beruntung kita hidup di Indonesia, yang sila pertama dari dasar negara Pancasila mengakui adanya Tuhan, "Ketuhanan Yang Maha Esa," maka tampak orang-orang masih melakukan kegiatan agamanya. Namun demikian, kenyataan yang kita jumpai walaupun mereka sebagian atau sebagian besar mencari Tuhan, seakan-akan beribadah, menunaikan agamanya, tetapi sering perbuatan dan sikapnya tidak menunjukkan Tuhan itu ada.

Di dunia kita yang sedemikian fasik, ateis ini, kita harus berintegritas tetap memercayai Allah. Di lingkungan keluarga besar, pekerjaan, pergaulan di mana kita tidak menangkap atmosfer orang-orang yang benar-benar memercayai Tuhan, maka kita harus menampilkan hidup yang berbeda. Kita berintegritas dalam memilih Tuhan dan tetap mencari Tuhan walaupun kita berjalan di jalan yang sepi, hanya sedikit orang yang ada di situ; namun kita mau sungguh-sungguh di situ. Tanpa melihat kanan kiri, tanpa menghakimi orang lain, kita menjadikan diri kita berkenan di hadapan Allah.  Kita perjuangkan diri kita layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Apa pun yang terjadi di sekitar kita—dalam rumah tangga, pekerjaan, bisnis, dan dalam setiap keadaan—kita tidak meragukan Allah, kita yakin Allah itu ada dan hidup. Ia layak dipercayai walaupun kadang-kadang seperti tidak ada, kadang-kadang seperti tidak hadir, tetapi kita memercayai Allah yang hidup.

Doa dan pertemuan bersama merangsang kita untuk menghayati dan menghargai keberadaan Allah, apalagi puasa. Karenanya, tetaplah berintegritas, jangan serupa dengan dunia ini. Demikian dalam Roma 12:2 dikatakan, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Kita harus memiliki integritas untuk meyakini, memercayai Allah dan mengikut jejak Tuhan Yesus Kristus. Roh Kudus pasti akan menuntun kita.

Mari kita menjadikan Tuhan dan Kerajaan-Nya sebagai satu-satunya tujuan hidup dan satu-satunya dunia kita. Untuk itu, kita harus selalu berhubungan dan berinteraksi dengan Tuhan. Bukan hanya menjadikan Tuhan sebagai fantasi dan tumpukan doktrin di dalam pikiran kita, melainkan sebagai realitas yang kita alami, yang dengan-Nya kita berinteraksi secara nyata. Kita bukan hanya mendengar khotbah pendeta atau seminar-seminar rohani, atau membaca buku-buku rohani, melainkan kita mendengar langsung Roh Kudus berbicara. Hal itu yang sangat efektif mengubah kita agar kita menjadi manusia Allah sesuai rancangan Allah semula. Jangan mundur, kuatkan, teguhkan hati kita, walaupun orang di sekitar kita tidak mencari dan tidak peduli Tuhan, tetapi kita tetap bertekad untuk mencari Tuhan dengan segenap hidup.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JANGAN KITA DIKALAHKAN OLEH SUASANA DUNIA SEKITAR KITA. SEBALIKNYA, KITA YANG HARUS MENAKLUKKAN DUNIA YANG ATEIS INI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 Oktober 2023
2023-10-07 10:04:24

Yohanes 5

Card image
Truth Kids 06 Oktober 2023 - MAMAKU SUPERHERO BAGI ORANG LAIN
2023-10-06 10:29:20


Markus 10:43
“Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,”

Betapa hebatnya mamaku, dia menjadi superhero bagi orang lain. Mama bekerja membersihkan rumah dan membantu pekerjaan rumah di rumah orang lain. Ia ahli dalam pekerjaannya sehingga selalu dicari oleh orang lain untuk membantu mereka. Pekerjaan mamaku memang tidak mudah. Mama harus berangkat kerja pagi-pagi dan pulang saat sore hari. Tetapi mamaku selalu senang dan bahagia mengerjakan tugasnya. Mama sering bercerita kepadaku, kalau pemilik rumah senang sekali saat mama membantu pekerjaan rumahnya.

Mama memang superhero bagiku karena dia merawatku. Namun, dia juga menjadi superhero bagi keluarga lain saat mama bekerja di tempat kerjanya. Walaupun mamaku bekerja sebagai asisten atau pembantu rumah tangga, aku tetap bangga kepadanya. Mama sering mengingatkan aku agar tidak perlu malu dengan pekerjaan apapun. Selama pekerjaan itu dilakukan dengan tanggung jawab dan jujur, kita tidak perlu malu. Contohnya pekerjaan sebagai asisten atau pembantu rumah tangga. Asisten atau pembantu rumah tangga dapat menjadi superhero bagi keluarga yang dibantunya.

Sobat Kids, orang-orang yang membantu pekerjaan rumah tangga di sebuah keluarga, juga termasuk seorang superhero. Jika di rumah kalian ada asisten atau pembantu rumah tangga, kalian harus berterima kasih kepada mereka, ya. Mereka adalah salah satu superhero yang dapat kalian temui sehari-hari.

Card image
Truth Junior 06 Oktober 2023 - MENGHORMATI DAN MENGASIHI
2023-10-06 10:27:16


Maleakhi 3:5

“Aku akan mendekati kamu untuk menghakimi dan akan segera menjadi saksi terhadap tukang-tukang sihir, orang-orang berzinah dan orang-orang yang bersumpah dusta dan terhadap orang-orang yang menindas orang upahan, janda dan anak piatu, dan yang mendesak ke samping orang asing, dengan tidak takut kepada-Ku, firman Tuhan semesta alam.”

“Mbak…tolong cuci bajuku, dong... tadi aku jatuh saat main di lapangan,” pinta Adi kepada mbak Ida. “Siap, Bos!” ujar mbak Ida dengan tersenyum. Mbak Ida adalah asisten atau pembantu rumah tangga di keluarga Adi. Kedua orang tua Adi bekerja di kantor, jadi mereka perlu asisten atau pembantu rumah tangga untuk mengurus rumah selama mereka bekerja. Sejak pagi hari, mbak Ida sudah bangun. Ia membantu mama Adi untuk menyiapkan sarapan dan bekal makanan untuk dibawa semua anggota keluarga, baik ke sekolah maupun ke kantor. Setelah Adi dan kedua orang tuanya berangkat, mbak Ida merapikan dan membersihkan rumah. Ia membantu mengerjakan seluruh pekerjaan yang ada di rumah. Bahkan, sering kali bekerja hingga malam hari.

Sering kali kita lupa dengan seseorang yang juga berperan penting. Ia juga membantu orang tua kita dalam membersihkan dan menemani kita saat di rumah. Orang yang dapat dianggap sebagai superhero tersebut adalah asisten atau pembantu rumah tangga. Kita harus berterima kasih akan keberadaan mereka di dalam keluarga, Sobat Junior. Kita juga harus menghormati dan mengasihi mereka.

Card image
Truth Youth 06 Oktober 2023 (English Version) - THE TRUE GOD
2023-10-06 10:24:21


"I praise you, for I am fearfully and wonderfully made. Wonderful are your works; my soul knows it very well." (Psalm 139:14)

As humans grow, they slowly begin to search for their identity. For instance, they may look at figure A and figure B and start emulating their style, speech, and thought patterns. Eventually, they reach a point where they're exhausted because they're not being themselves but are mere copies of others. They lose their direction, unsure of where their life is heading, who they will become, and how their life will be when they grow older. Many people prefer to be someone else rather than themselves because they lack self-belief. They feel inadequate and unworthy of being exposed to many people. However, within them lies a uniqueness that can bring happiness to others, beautiful colors of life that can paint the lives of others. The problem is they don't believe in themselves. Negative thoughts swirl in their heads, causing them to shut themselves off and become someone else, losing their true identity.

Many people search for their identity by following trends here and there, but they may not necessarily find the missing pieces of themselves. If we truly know our God, then we will also truly know ourselves. If we believe in the right God, we can believe in ourselves rightly. The psalmist truly understood this. Therefore, he realized that everything he did was marvelous and wonderful, not solely because of his own efforts, but because God reigns in his life. We can see how crucial it is to have God as the ruler of our lives. By having Him, we can truly possess ourselves with a clear life direction. Thus, we can have self-belief because we are not afraid of where life will take us.

WHAT TO DO:
1. Place God as the foremost in your life.
2. Learn self-confidence by understanding the importance of having the right God.

BIBLE MARATHON:
▪︎Ezekiel 39-40

Card image
Truth Youth 06 Oktober 2023 - THE TRUE GOD
2023-10-06 10:19:57


"Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya." (Mazmur 139:14)

Seiring bertumbuhnya manusia, ia perlahan mulai mencari jati dirinya. Misalnya melihat tokoh A dan tokoh B lalu mengikuti gaya mereka, cara berbicara mereka, dan berpikir seperti mereka berpikir. Hingga tiba pada satu titik di mana akhirnya ia jenuh karena tidak menjadi dirinya sendiri, tetapi ia hanya menjiplak orang lain. Lalu akhirnya hilang arah, entah mau dibawa ke mana hidupnya, akan jadi apa ia nantinya, dan bagaimana hidupnya ketika sudah tua nanti. Banyak orang lebih suka menjadi orang lain ketimbang menjadi dirinya sendiri, karena ia pun tidak percaya dengan dirinya, ia merasa dirinya rendah dan tidak layak diekspos oleh banyak orang. Padahal, dalam dirinya ada keunikan yang bisa membuat orang lain bahagia, ada warna-warna indah dari hidupnya yang bisa mewarnai hidup orang lain. Masalahnya, ia tidak percaya pada dirinya sendiri. Banyak pikiran negatif di dalam kepalanya yang membuat ia menutup dirinya hingga ia menjadi orang lain dan tidak mengenal dirinya sendiri.

Banyak orang mencari jati dirinya dengan mengikuti tren ini dan itu, padahal belum tentu ia menemukan kepingan dirinya yang hilang di sana. Padahal, jika kita mengenal Tuhan kita dengan benar, maka kita pun akan mengenal diri kita sendiri dengan benar. Jika kita pun percaya pada Tuhan yang benar, maka kita dapat percaya pada diri kita sendiri dengan benar. Pemazmur benar-benar mengetahui hal ini. Oleh sebab itu, ia menyadari bahwa segala sesuatu yang ia lakukan dengan dahsyat dan ajaib bukanlah semata oleh dirinya sendiri, melainkan karena Tuhan bertakhta di dalam hidupnya. Kita bisa melihat betapa pentingnya memiliki Tuhan sebagai pemegang kehidupan kita. Dengan memiliki-Nya, kita bisa memiliki diri kita sendiri dengan benar dan arah hidup kita jelas. Maka, kita dapat percaya dengan diri kita sendiri, karena kita tidak takut hidup akan membawa kita kepada arus yang mana.

WHAT TO DO:
1. Menaruh Tuhan sebagai yang terutama dalam hidup kita.
2. Belajar percaya diri dengan memahami pentingnya memiliki Tuhan yang benar.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yehezkiel 39-40

Card image
Renungan Pagi - 06 Oktober 2023
2023-10-06 10:10:34


Prinsip firman Tuhan adalah apapun yang kita lakukan, lakukan seperti untuk Tuhan, "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." Sementara orang dunia hanya bisa berkata, "Your customer is your king." Perlakukanlah customer kamu seperti raja, karena mereka mementingkan orang yang mendatangkan keuntungan bagi dirinya, tetapi bagi kita "Customer is not a king but we are the children of the King."

Anak-anak Tuhan harus "work extra mild," kalau orang dalam dua jam bisa mengerjakan dua puluh soal, kita harus dalam waktu dua jam bisa mengerjakan dua puluh lima soal, karena kita adalah anak-anak Raja, karenanya kualitas harus berbeda, anak Tuhan harus lebih hebat dan unggul dalam kualitas kehidupan di setiap aspeknya, sehingga nama Tuhan dipermuliakan.
(Kolose 3:23)

Card image
Quote Of The Day - 06 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-06 10:07:34


Tidak mungkin orang yang tidak merindukan Tuhan, diperkenan bertemu Dia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 06 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-06 10:05:18


Kita berani berjanji untuk hidup suci karena kita mencintai Tuhan dan percayalah Tuhan akan memberikan kita kesanggupan atau kemampuan untuk itu.

Card image
DESERTED ROAD - 06 Oktober 2023
2023-10-06 10:03:08



Following God is a truly deserted path. This means that very few people want to follow His way. It’s like a restaurant that doesn’t sell well, and no one wants to eat there; it’s deserted. So, suppose we are now serious about seeking God in group prayer every morning, personal prayer, fasting prayer, Sunday and midweek services, and other activities. In that case, it turns out that not many people participate. How many of the tens of millions of Christians in Indonesia, at home and abroad, join in prayer? Either prayer through streaming or prayer with other servants of God via different channels. How many thousands? If honestly, maybe very few.

How many people diligently study God’s word? Perseverance means not just listening but wanting to learn and understand the secrets of God’s Word. How many people really want to live holy lives according to God’s holiness and sanctity? How many people really want to follow in the Lord Jesus’s footsteps, live Him in their lives today, be truly pleasing to God, and be God’s favorite child? Not many. And honestly, almost none.

Many Christians came diligently to church, but not many truly wanted to live a holy life without blemish, perfect like the Father, similar to Jesus, who put on and lived the life of Jesus within themselves. That’s why God’s Word says, “Make every effort to enter through the narrow door because many, I tell you, will try to enter and will not be able to.” The road is crowded and narrow, and few people want to enter and walk on it. This is truly a deserted road.

We will feel, experience, and see this deserted road when we begin in earnest. If we don’t really mean it, then we will never understand. However, when we want to live holy lives, really prepare ourselves to go home to heaven, pack our bags, really dedicate our lives to serving God, pay attention to lost souls, care for those who suffer, and lift those who suffer, then we found out how almost no one was with us. Even then, we get persecution, pressure, bullying, and slander until we become confused, “Why is it like this?” However, that is the right path in following God.

We must be loyal with high integrity and willing to remain faithful on this lonely road. In a restaurant not crowded with visitors, we find endless green fields at the end of the road and see the Kingdom of Heaven. Indeed, this is what God desires. We hope this reflection will provide strong spiritual inspiration to change our lives. If we are diligent and always listen to God’s advice under the guidance of the Holy Spirit, then it is impossible for our lives not to change. Indeed, nothing is instant because everything requires a process.

Persevere! We will definitely change after one or more years, and then, we will continue our fellowship in the Father’s House later in eternity. Before the sun rises, we have come to our Father in heaven and enjoy the rising presence of the Father in our lives. So, stay faithful. Have integrity on this deserted road, and don’t get carried away by the world’s offers that seem pleasant but end in misery.  

WE MUST BE FAITHFUL WITH HIGH INTEGRITY AND WANT TO REMAIN FAITHFUL ON THIS DESERTED ROAD.

Card image
JALAN YANG SEPI - 06 Oktober 2023
2023-10-06 09:59:46


Saudaraku,
Mengikut Tuhan adalah jalan yang benar-benar sepi. Artinya, sangat sedikit orang yang mau ikut di jalan Tuhan. Seperti restoran yang tidak laku, tidak ada yang mau makan di sana, sepi. Jadi, kalau kita sekarang serius mencari Tuhan dalam doa bersama setiap pagi, doa pribadi, doa puasa, ibadah raya di hari Minggu, ibadah tengah minggu, dan kegiatan lain, ternyata tidak banyak orang yang ikut. Dari sekian puluh juta orang Kristen di Indonesia, baik yang di dalam maupun di luar negeri, berapa banyak yang ikut doa? Baik doa melalui Truth.id atau doa dengan hamba Tuhan lain melalui kanal yang berbeda. Berapa ribu? Kalau boleh jujur, mungkin sangat sedikit.

Berapa banyak orang yang tekun untuk belajar firman Tuhan? Tekun, artinya bukan sekadar mendengar, melainkan mau belajar dan mengerti rahasia firman Tuhan. Berapa banyak orang yang sungguh-sungguh mau hidup kudus sesuai dengan kekudusan dan kesucian Allah? Berapa banyak orang yang mau sungguh-sungguh mengikuti jejak Tuhan Yesus, benar-benar mau menghidupkan Yesus di dalam hidupnya hari ini, untuk benar-benar menjadi berkenan di hadapan Allah, menyenangkan hati Tuhan, menjadi anak kesukaan Tuhan? Tidak banyak. Bahkan sejujurnya, hampir tidak ada.

Kalau hanya orang Kristen yang datang—dan rajin—ke gereja, banyak sekali. Masih cukup banyak. Namun, yang benar-benar mau hidup kudus tak bercacat tak bercela, sempurna seperti Bapa, serupa dengan Yesus, yang mengenakan dan menghidupkan hidup Yesus di dalam dirinya, tentu jumlahnya tidak banyak. Itulah sebabnya Firman Tuhan mengatakan, “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.” Jalan yang sesak, jalan yang sempit, sedikit orang yang mau masuk dan berjalan di dalamnya. Sungguh, ini jalan yang sepi.

Kita akan merasakan, mengalami dan melihat jalan yang sepi ini, ketika kita mulai sungguh-sungguh. Kalau tidak sungguh-sungguh, maka kita tidak akan pernah mengerti. Namun, ketika kita sungguh-sungguh mau hidup suci, sungguh-sungguh mempersiapkan diri pulang ke surga, berkemas-kemas, sungguh-sungguh mempersembahkan hidup untuk melayani Tuhan, memperhatikan jiwa-jiwa yang terhilang, memperhatikan mereka yang menderita dan mengangkat mereka yang menderita; baru kita tahu, betapa hampir tidak ada orang yang bersama dengan kita. Bahkan kemudian kita malah mendapat aniaya, tekanan, bullying, fitnah. Sampai kita menjadi bingung, “Mengapa jadi begini?” Namun, di situlah jalan yang benar dalam mengiring Tuhan.

Kita harus setia dengan integritas yang tinggi, bahwa kita mau tetap setia di jalan yang sepi ini. Di restoran yang tidak ramai pengunjungnya, tetapi di ujung jalan kita menemukan padang hijau yang tidak bertepi. Kita menemukan Kerajaan Surga. Sungguh, hal inilah yang dikehendaki oleh Tuhan. Kiranya renungan ini akan memberikan inspirasi-inspirasi rohani yang kuat, yang mengubah hidup kita. Kalau kita tekun dan selalu mendengar nasihat-nasihat Tuhan, dengan tentu dalam pimpinan Roh Kudus, maka tidak mungkin hidup kita tidak berubah. Memang tidak ada yang instan, karena semua memerlukan proses.

Bertekunlah! Satu, dua, tiga, empat, lima, enam tahun pasti kita berubah. Kemudian, kita lanjutkan persekutuan kita ini nanti di kekekalan, di Rumah Bapa. Sebelum matahari terbit kita sudah datang kepada Bapa di surga dan menikmati terbitnya kehadiran Bapa di dalam kehidupan kita. Jadi, tetaplah setia. Berintegritaslah di jalan sepi ini. Jangan terbawa oleh tawaran dunia yang kelihatannya menyenangkan, tetapi sejatinya berakhir pada kesengsaraan.

Kita harus setia dengan integritas yang tinggi, bahwa kita mau tetap setia di jalan yang sepi ini.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 Oktober 2023
2023-10-06 09:55:59

Matius 8
Markus 2

Card image
Truth Kids 05 Oktober 2023 - GURUKU, SUPERHERO KU
2023-10-05 15:15:02


Efesus 4:11
“Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,”

Sobat Kids, siapa sih, superhero yang selalu membantu kita di sekolah Ya, betul! Superhero itu adalah guru. Guru adalah superhero kita di sekolah. Mulai saat kita kecil, di kelas playgroup atau kelompok bermain, guru-lah yang mengajak kita bermain, berkenalan dengan teman lain, bahkan bernyanyi. Lalu masuk ke TK (taman kanak-kanak) atau Kindergarten (K1 & K2). Di sana kita diajarkan tentang warna, angka, dan benda-benda yang ada di sekitar. Awalnya kita tidak bisa menghitung, membaca, ataupun menulis. Guru-lah yang mengajar dan membantu kita hingga kita bisa pintar.

Guru adalah superhero yang keren dan hebat. Mereka terus mengajar kita tanpa lelah. Maka dari itu, Sobat Kids, kalian harus sayang dan hormat kepada guru. Bagi Sobat Kids yang sudah sekolah, kalian harus dengar-dengaran kepada guru. Perhatikan guru yang sedang menjelaskan pelajaran di sekolah sehingga kalian dapat mengerti semua pelajaran. Guru kita pasti akan senang jika murid-muridnya memperhatikan dan menjadi pandai. Ingatlah untuk berterima kasih setelah diajari oleh guru kalian, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 05 Oktober 2023 - Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
2023-10-05 15:15:43


Efesus 4:11
“Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,”

Sobat Junior, apakah kalian tahu lagu “Hymne Guru?” Bagian akhir liriknya berbunyi, “engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa.” Guru sering disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka selalu berjuang dari pagi, mengajar dan menemani kita hingga pulang sekolah. Guru juga tidak lelah dalam menegur kita untuk menjadi murid yang baik. Saat melakukan kesalahan, guru pasti memberikan pengertian. Guru akan mengingatkan kita untuk tidak mengulang kembali kesalahan yang sama.

Ibu dan bapak guru kita di sekolah harus berjuang dalam mendidik semua murid. Mereka harus datang lebih pagi dan pulang lebih sore dari murid. Belum lagi guru-guru kita yang tinggal jauh dari sekolah. Mereka harus menempuh perjalanan panjang, melewati macet setiap hari. Tidak sedikit guru yang juga memiliki anak di rumah. Mereka harus meninggalkan anak-anak mereka sendiri, demi mendidik anak-anak didik mereka di sekolah. Para guru memberikan hidup mereka demi murid-muridnya.

Kita harus bersyukur dan menghormati guru-guru di sekolah, ya, Sobat Junior. Tidak hanya melalui sapaan saat bertemu dengan mereka, melainkan dengan melaksanakan semua tugas yang guru kita berikan. Kita juga harus menyenangkan pahlawan tanpa tanda jasa.

Card image
Truth Youth 05 Oktober 2023 (English Version) - HEALTHY MIND
2023-10-05 08:55:01


"Do not be anxious about anything, but in everything by prayer and supplication with thanksgiving let your requests be made known to God. And the peace of God, which surpasses all understanding, will guard your hearts and your minds in Christ Jesus." (Philippians 4:6-7)

Living in this ever-evolving age, especially in the digital realm, makes us increasingly worried about the lives we lead. We worry about what we've experienced in the past, our current lives, and the uncertain future. Seeing our friends' posts on social media can disturb our thoughts, making us wonder, "Why isn't my life as good as theirs? When can I travel abroad like them? Why are they so cool, and I'm not?" Eventually, we start comparing our lives to others'. Sometimes, we chase things that are not meant for us yet. We often become unhappy because we have too many desires and thoughts swirling in our heads. Meanwhile, our own lives, which we don't even realize, are better than those of less fortunate people out there.

The Bible teaches us not to be anxious about everything. This doesn't mean we shouldn't work or live a carefree life, wasting time, assuming that God has provided everything for us. Such thinking is erroneous. Humans have always been created as workers by God, and they must earn their livelihood through work. However, we should not be overly ambitious in pursuing things that God has not yet provided. Cultivate a lifestyle of gratitude! Train our minds to understand that everything has its time, and what we have now is a trust from God that should be well cared for. With a healthy mind that is always grateful for everything we have, we can live a happier life. As Paul said to the Philippian church, "And the peace of God, which surpasses all understanding, will guard your hearts and your minds in Christ Jesus."

WHAT TO DO:
1. Train your mind to be thankful in all circumstances.
2. Understand that everything has its time, and God provides according to our readiness.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 36-38

Card image
Truth Youth 05 Oktober 2023 - HEALTHY MIND
2023-10-05 08:50:58



"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:6-7)

Hidup dalam zaman yang terus berkembang saat ini, terlebih dalam dunia maya, membuat kita semakin khawatir akan kehidupan yang kita jalani. Baik tentang apa yang telah kita lalui di masa lampau, kehidupan zaman ini, hingga kehidupan di masa mendatang yang masih abu-abu. Dengan melihat posting-an teman-teman di dunia maya, pikiran kita dapat terusik dan kita mulai bertanya-tanya “Mengapa hidupku tidak sebaik dia? Kapan aku bisa keluar negeri seperti dia? Mengapa dia sangat keren dan aku tidak?” Lalu, pada akhirnya kita mulai membanding-bandingkan hidup yang kita punya dengan hidup yang dimiliki orang lain. Terkadang, manusia suka mengejar hal-hal yang sebenarnya belum waktunya ia dapat. Manusia juga suka tidak bahagia karena ia memiliki terlalu banyak keinginan dan terlalu banyak yang dipikirkan dalam kepalanya. Padahal, hidup yang ia jalani tanpa disadari sudah lebih jauh baik dari orang lain di luar sana yang kurang beruntung.

Alkitab mengajarkan kita untuk tidak khawatir akan segala hal. Bukan dalam arti bahwa kita tidak perlu bekerja, hidup santai saja, dan membuang banyak waktu karena Tuhan sudah menyediakan segala sesuatu. Pemikiran ini sungguh keliru. Manusia sejak awal diciptakan Tuhan sebagai seorang pekerja, dan ia harus memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dengan bekerja. Namun, jangan terlalu ambisius mengejar hal-hal yang belum waktunya diberikan Tuhan untuk kita. Bangunlah gaya hidup yang selalu bersyukur! Latihlah pikiran kita untuk memahami bahwa segala sesuatu indah pada waktunya, dan apa yang kita miliki sekarang adalah titipan Tuhan yang harus dijaga sebaik mungkin. Dengan memiliki pikiran yang sehat, yang selalu bersyukur atas segala sesuatu yang kita punya, maka kita dapat hidup lebih bahagia. Seperti yang dikatakan Paulus kepada jemaat di Filipi, “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”

WHAT TO DO:
1. Melatih pikiran untuk selalu bersyukur di segala keadaan.
2. Memahami bahwa segala sesuatu ada waktunya, dan Tuhan memberikan apa yang dibutuhkan manusia sesuai dengan kesiapannya masing-masing.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yehezkiel 36-38

Card image
Renungan Pagi - 05 Oktober 2023
2023-10-05 08:48:25



Ada banyak orang menjadi stress, sebenarnya bukan karena besarnya masalah, tetapi karena tidak memiliki kebijaksanaan dalam mengatur segala sesuatu dalam hidupnya, oleh sebab itu kita harus bijaksana mengatur waktu dan prioritas hidup dengan baik.

"Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan."

Hidup ini semakin hari semakin berat, karena itu janganlah menjalaninya dengan kekuatan sendiri, tetapi bangunlah keintiman dengan Tuhan Yesus setiap hari dan senantiasa meminta hikmat Roh Kudus memimpin langkah kita.

Karena orang yang memiliki keintiman dengan Tuhan yang dapat mengerti hikmat dan kebijaksanaan dari Tuhan memimpin hidupnya dan akan melihat keberhasilan dan kemenangan di dalam Tuhan.
(Efesus 5:15-17)

Card image
Quote Of The Day - 05 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-05 08:45:54


Kita harus keras terhadap diri sendiri, supaya dunia tidak bisa menarik kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 05 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-05 08:42:33


Orang-orang yang tidak memiliki niat untuk melakukan kehendak Allah dan memenuhi rencana Allah, menjadi sampah yang dibuang.

Card image
WILL NOT BE EMBARRASSED - 05 Oktober 2023
2023-10-05 08:40:02


Not many people dare to be serious in dealing with God. God gets a minimal share or quota. That is an arbitrary attitude toward God. This happens because of disbelief or lack of trust. Believing in an invisible God is not easy, but He is alive and must be truly experienced. We can read God’s clear footsteps in the Bible, and those who trust Him are not embarrassed. However, in reality, many people’s belief is not quality and not serious yet. The quota for being serious with God is minimal, so many of their lives are humiliated.

However, if we go through days of embarrassment and stumble, that doesn’t necessarily mean God is punishing us. Even though we believe in God completely, He may allow us to experience situations that make us feel embarrassed, but definitely not in the end. Even if we stumble, we won’t be hurled down. The Word of God says a righteous person falls seven times but rises again. There is the psalmist’s experience in Psalm 22, “My God, my God, why have you forsaken me? Why are you so far from saving me, so far from my cries of anguish? My God, I cry out by day, but you do not answer; by night, but I find no rest. Yet you are enthroned as the Holy One; You are the One Israel praises. In You, our ancestors put their trust; they trusted, and You delivered them. To You, they cried out and were saved; in You, they trusted and were not put to shame.”

Here is a part where the psalmist feels abandoned by God and feels like He doesn’t care about him. Then, the psalmist compares it with the experience of figures of faith, the experience of Israel’s ancestors who were not ashamed and were spared from various disasters. There is a gap between the experience of Israel’s ancestors and the psalmist’s. Isn’t this our problem, too? We may not say it, but in our hearts, we say, “Is God serious about dealing with me?” Until finally, we doubt Him, “Does God exist or not?”

This can happen when we give a minimal quota or carelessly deal with God. We still make room for another thing, which becomes our hope for life in our strength or our way. That is an arbitrary attitude toward God. We must realize why we don’t mean it. Is it because we feel that God is less mighty we don’t dare to put all our hope in God? Do we feel like God is favoritism? Where is God? How can we believe in a God like this? We forget God’s promise to Abraham that he would have as many children as the stars in the sky and the sand in the sea, and he waited for a quarter of a century. Why that long? So that he does not view God as cheap. God is worthy of trust, whatever the circumstances. This is an important and valuable lesson.

Today, we may have economic, family, and business problems, and God does not seem to help immediately, and our situation is even getting more and more difficult. Our fate seems unnoticed. These are all facts of living in the company of God. Don’t easily believe if a servant of God says, “Don’t worry, God will help you soon.” The word “soon” should not be said because that means we control God. Remember, God has the most appropriate way and time to help us; each of us is different. Even though today’s living conditions make us embarrassed, in the end, we are not.

So, don’t be halfhearted, but we must fully trust God. We don’t need to look back or talk about it anymore. The same God who rescued the Israelites from the pursuing army of Pharaoh, who released Shadrach, Meshach, and Abednego from the fiery furnace, will protect and deliver us, too. We must be role models and examples for our children and grandchildren. That’s what makes us wholly put our hope in God. If someone completely trusts God, they must live a holy life and not hurt Him. Their life must be dedicated to God’s work. We owe God life and goodness, and we will never be able to repay His great kindness.

If we struggle, and God allows it to drag on, He wants us to trust Him in situations where He does not seem to protect us, like the psalmist’s complaint. If we depend on God, trust, and deal entirely with Him, then we cannot live in sin. Believing in God also requires appropriateness. If our life is dirty, we don’t love God or care about God’s work, then we don’t deserve to believe in Him. Indeed, immature Christians just believe. However, mature Christians must understand that we are only worthy of God’s protection if we have the right heart and life.

Isaiah 49:14-15 says, “But Zion said, “The Lord has forsaken me, the Lord has forgotten me.” “Can a mother forget the baby at her breast and have no compassion on the child she has borne? Though she may forget, I will not forget you!” Rebuild our trust in God. He will not embarrass us. Don’t look at people who don’t care about God and don’t believe in Him. Don’t say, “It’s useless to believe in God.” The living God can certainly be trusted. Whatever and however our circumstances are, God must be our support, but we must make Him everything in our lives. So, don’t take God for granted.  

THOSE WHO PUT THEIR TRUST IN HIM WILL NOT BE EMBARRASSED.

Card image
TIDAK AKAN DIPERMALUKAN - 05 Oktober 2023
2023-10-05 08:36:39


Tidak banyak orang yang berani sungguh-sungguh dalam berurusan dengan Tuhan. Tuhan mendapat bagian atau kuota yang sangat terbatas. Sejatinya, itu adalah sikap semena-mena terhadap Tuhan. Hal itu terjadi karena tidak percaya atau kurang percaya. Memang tidak mudah memercayai Allah yang tidak kelihatan, tetapi Allah itu hidup, harus benar-benar dialami. Dalam Alkitab, kita dapat membaca jejak Tuhan yang jelas, bahwa orang yang menaruh percaya kepada-Nya tidak dipermalukan. Namun kenyataannya, banyak orang yang percayanya itu tidak berkualitas, belum sungguh-sungguh. Kuota yang disediakan untuk serius dengan Allah sangat minim. Sehingga banyak di antara mereka yang hidupnya dipermalukan.

Namun, bukan berarti kalau kita melewati hari-hari yang kita mendapat malu dan terseok-seok, berarti Tuhan menghukum kita. Belum tentu. Sekalipun kita sudah percaya sepenuhnya, tetapi bisa saja Tuhan mengizinkan kita mengalami keadaan yang kita seakan-akan mendapat malu. Namun akhirnya, pasti kita tidak dipermalukan. Kalaupun jatuh, kita tidak akan terkapar. Orang benar jatuh 7 kali, kata firman Tuhan, bangkit lagi. Ada pengalaman pemazmur di Mazmur 22, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang. Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel. Kepada-Mu nenek moyang kami percaya; mereka percaya, dan Engkau meluputkan mereka. Kepada-Mu mereka berseru-seru, dan mereka terluput; kepada-Mu mereka percaya, dan mereka tidak mendapat malu.”

Jadi di sini ada bagian pemazmur merasa ditinggalkan oleh Allah, merasa Tuhan tidak memedulikan dia. Lalu pemazmur membandingkan dengan pengalaman tokoh-tokoh iman, pengalaman nenek moyang Israel yang terluput dari berbagai bencana dan mereka tidak mendapat malu. Seperti ada kesenjangan dari pengalaman nenek moyang Israel dengan pengalaman pemazmur. Bukankah ini sebenarnya juga persoalan kita? Kita tidak mengucapkannya, tetapi di dalam hati kita berkata, “Tuhan ini serius tidak, berurusan dengan aku?” Sampai akhirnya kita meragukan-Nya, “Tuhan itu ada tidak, sebenarnya?”

Hal ini bisa terjadi ketika kita memberikan kuota yang minim, asal-asalan berurusan dengan Tuhan. Kita masih memberi ruangan lain, yang menjadi pengharapan hidup kita dengan kekuatan sendiri atau cara sendiri. Sesungguhnya, itu adalah sikap semena-mena terhadap Tuhan. Sadari, mengapa kita tidak sungguh-sungguh? Apakah karena kita merasa Tuhan kurang manjur, sehingga kita tidak berani menaruh seluruh pengharapan kepada Tuhan? Apa merasa Tuhan pilih kasih? Di mana Tuhan? Bagaimana bisa memercayai Allah yang model begini? Kita lupa, janji Allah kepada Abraham, bahwa dia akan punya anak sebanyak bintang di langit dan pasir di laut, dan Abraham menunggu selama seperempat abad. Mengapa selama itu? Supaya ia jangan memandang Tuhan itu murahan. Tuhan layak dipercayai, apa pun keadaannya. Ini pelajaran penting dan berharga.

Hari ini kita mungkin dalam kesulitan ekonomi, masalah keluarga, masalah bisnis, dan Tuhan tidak segera menolong. Keadaan kita berlarut-larut semakin sulit. Nasib kita tidak diperhatikan. Ini semua fakta hidup di dalam mengiring Tuhan. Jangan mudah percaya jika ada hamba Tuhan yang berkata, “Tenang, Tuhan akan tolong segera.” Kata “segera” tidak boleh dikatakan. Sebab itu berarti kita mengatur Tuhan. Ingatlah, Tuhan punya cara dan waktu yang paling tepat untuk menolong kita, dan setiap kita pasti berbeda. Walaupun kondisi hidup hari ini membuat kita malu, tetapi pada akhirnya kita tidak dipermalukan.

Jadi, jangan setengah-setengah. Kalau percaya, harus sepenuhnya. Kita tidak usah menoleh ke belakang, tidak usah membicarakannya lagi. Allah yang sama, yang meluputkan bangsa Israel dari kejaran tentara Firaun, yang melepaskan Sadrakh, Mesakh, dan Abednego dari dapur api, akan melindungi dan membebaskan kita juga. Kita harus menjadi teladan dan contoh bagi anak cucu kita. Itu yang membuat kita 100% menaruh harapan kita kepada Tuhan. Kalau seseorang memercayai Allah 100%, dia harus hidup suci dan tidak boleh melukai Tuhan. Hidupnya harus dipersembahkan untuk pekerjaan Tuhan. Kita berutang kehidupan, berutang kebaikan, dan kita tidak akan pernah bisa membalas kebaikan Tuhan yang begitu besar.

Jika kita ada dalam pergumulan, dan Tuhan biarkan seperti berlarut-larut, hal itu karena Tuhan mau kita memercayai Allah dalam keadaan-keadaan seakan-akan Tuhan tidak melindungi. Seperti keluhan pemazmur. Kalau kita bergantung kepada Tuhan, memercayai Tuhan, kita berurusan sepenuhnya dengan Tuhan, maka kita tidak bisa hidup dalam dosa. Percaya kepada Tuhan pun membutuhkan kepantasan. Kalau hidup kita kotor, tidak mencintai Tuhan, tidak peduli pekerjaan Tuhan, maka kita tidak pantas percaya kepada-Nya. Memang untuk Kristen kanak-kanak, pokoknya percaya saja. Namun, untuk Kristen dewasa, harus mengerti bahwa kita layak menerima perlindungan Tuhan kalau kita memiliki hati dan hidup yang benar.

Yesaya 49:14-15 dikatakan, “Sion berkata: "TUHAN telah meninggalkan aku dan Tuhanku telah melupakan aku." Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.” Bangunlah kembali kepercayaan kita kepada Tuhan. Dia tidak akan mempermalukan kita. Jangan melihat orang-orang yang tidak peduli Tuhan dan tidak memercayai-Nya. Jangan berkata, “Percuma percaya Tuhan.” Allah yang hidup, pasti bisa dipercayai. Apa pun dan bagaimanapun keadaan kita, Tuhan pasti topang, tetapi kita harus menjadikan Tuhan segalanya dalam hidup kita. Jangan menganggap remeh Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG MENARUH PERCAYA KEPADA-NYA TIDAK DIPERMALUKAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 05 Oktober 2023
2023-10-05 08:33:38

Yohanes 2-4

Card image
Truth Kids 04 Oktober 2023 - TAATILAH ORANG TUA
2023-10-04 09:37:03


Kolose 3:20
“Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan.”

Kemarin kita sudah belajar bahwa Tuhan Yesus adalah superhero nomor satu kita. Tentu tidak ada superhero lain yang dapat mengalahkan Tuhan Yesus. Namun, bukan berarti tidak ada superhero lainnya, Sobat Kids. Ada orang-orang yang dapat kita sebut sebagai superhero, contohnya orang tua kita. Orang tua kita dapat disebut sebagai superhero bagi kita. Mengapa? Mama dan papa sudah mengasihi, menjaga, dan memelihara kalian sejak mereka tahu ada bayi kecil dalam kandungan mama. Selama sekitar 9 bulan, mama dan papa merawat kalian agar dapat tumbuh dan lahir dengan sehat.

Perjuangan mama dan papa tidak hanya sampai kalian lahir, Sobat Kids. Kalian dibesarkan, diberi susu dan makanan bergizi agar kalian dapat bertumbuh menjadi anak yang pintar. Bahkan kalian juga diajarkan tentang Tuhan Yesus. Sehingga sekarang kalian dapat membaca Truth Kids ini. Itu artinya mama dan papa memberikan yang terbaik agar kalian dapat mengenal Tuhan Yesus sebagai Juruselamat satu-satunya bagi kalian. Ikuti ayat firman Tuhan hari ini, ya, Sobat Kids. Taatilah orang tua kalian. Itulah yang Tuhan Yesus mau.

Card image
Truth Junior 04 Oktober 2023 - PAHLAWAN HIDUPKU
2023-10-04 09:34:23


Kolose 3:20
“Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan.”

Sobat Junior, apakah kalian tahu lagu “Hymne Guru?” Bagian akhir liriknya berbunyi, “engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa.” Guru sering disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka selalu berjuang dari pagi, mengajar dan menemani kita hingga pulang sekolah. Guru juga tidak lelah dalam menegur kita untuk menjadi murid yang baik. Saat melakukan kesalahan, guru pasti memberikan pengertian. Guru akan mengingatkan kita untuk tidak mengulang kembali kesalahan yang sama.

Ibu dan bapak guru kita di sekolah harus berjuang dalam mendidik semua murid. Mereka harus datang lebih pagi dan pulang lebih sore dari murid. Belum lagi guru-guru kita yang tinggal jauh dari sekolah. Mereka harus menempuh perjalanan panjang, melewati macet setiap hari. Tidak sedikit guru yang juga memiliki anak di rumah. Mereka harus meninggalkan anak- anak mereka sendiri, demi mendidik anak-anak didik mereka di sekolah. Para guru memberikan hidup mereka demi murid-muridnya.

Kita harus bersyukur dan menghormati guru-guru di sekolah, ya, Sobat Junior. Tidak hanya melalui sapaan saat bertemu dengan mereka, melainkan dengan melaksanakan semua tugas yang guru kita berikan. Kita juga harus menyenangkan pahlawan tanpa jasa.

Card image
Truth Youth 04 Oktober 2023 (English Version) - HOLD BACK!
2023-10-04 09:32:36


"Know this, my beloved brothers: let every person be quick to hear, slow to speak, slow to anger; for the anger of man does not produce the righteousness of God." (James 1:19-20)

Humans have various emotions, be it sadness, anger, happiness, fear, and more. Unconsciously, we often express our emotions candidly, without much thought. Emotions are, fundamentally, a natural part of being human, and we should be grateful for having emotions, allowing us to express our feelings anytime. However, there are moments when humans are required to restrain their emotions. For example, a high school student feeling sad but has to hold back tears because they are in class, and the teacher is explaining a lesson. Although human emotions are natural, people need to know when and where to express them.

In reality, our emotions can stem from both our thoughts and feelings. When we get angry, something seems to overflow from within our hearts. However, we can control it with our thoughts, choosing not to vent our anger at inappropriate times. Human emotions come in two types: those that have a negative impact and those that have a positive impact. It is a significant mistake to express negative emotions towards others. While we may feel compelled to express our emotions spontaneously, the problem arises when we do not realize that our outburst might hurt those around us.

James 1:19-20 teaches us to be slow to speak, slow to anger, because human anger does not produce the righteousness of God. As thinking beings, we are expected to use our minds to choose when and what to express from our emotions and what should be held back. Remember not to hurt the people around you. Strive to have a positive impact on others. It all begins with our emotions and controlled actions.

WHAT TO DO:
1. Control negative emotions at all times.
2. Have a positive impact on others through controlled emotions and actions.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 33-35

Card image
Truth Youth 04 Oktober 2023 - DITAHAN DULU
2023-10-04 09:30:32


"Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah." (Yakobus 1:19-20)

Manusia memiliki berbagai macam emosi, entah itu sedih, marah, bahagia, takut, dan lain sebagainya. Tanpa disadari, kita sering mengeluarkan emosi dari pikiran kita secara gamblang, tanpa pikir panjang. Karena pada dasarnya, emosi adalah hal natural yang dimiliki manusia dan berbahagialah manusia karena ia memiliki emosi sehingga dapat mengutarakan perasaannya setiap saat. Namun, ada saat-saat tertentu ketika manusia dituntut untuk menahan emosinya. Misalnya, seorang anak SMA yang sedang bersedih, tetapi mau tidak mau ia harus menahan tangisnya karena sedang berada di dalam kelas dan guru sedang menjelaskan mata pelajaran. Walau emosi manusia adalah hal yang natural, tetapi manusia harus tahu kapan dan di mana emosi itu diekspresikan.

Sejatinya, emosi yang kita miliki dapat bersumber dari pikiran dan juga perasaan. Ketika kita marah, ada sesuatu yang terasa meluap-luap dari dalam hati. Namun, kita bisa mengendalikannya dengan pikiran kita. Menggunakan pikiran kita untuk memilih tidak meluapkan amarah itu di saat yang tidak tepat. Emosi manusia memiliki dua jenis, ada yang berdampak buruk dan ada yang berdampak baik. Sebuah kesalahan besar apabila kita meluapkan emosi yang berdampak buruk bagi sesama kita. Mungkin kita bisa saja meluapkan emosi kita dengan spontan. Masalahnya, ketika kita meluapkan emosi itu, kita tidak tahu kalau ternyata kita akan menyakiti orang-orang disekitar kita.

Yakobus 1:19-20 mengajarkan kita untuk lambat berkata-kata, lambat untuk marah, karena amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. Sebagai manusia yang diberikan kemampuan untuk berpikir, tentu kita diharapkan untuk menggunakan pikiran kita untuk memilih mana yang harus kita luapkan dari emosi kita dan mana yang seharusnya ditahan dulu. Ingat, jangan sampai kita menyakiti orang-orang di sekitar kita. Berikanlah dampak yang baik bagi sesama. Semuanya dimulai dari emosi dan tindakan kita yang selalu kita jaga.

WHAT TO DO:
1. Mengendalikan emosi negatif setiap saat.
2. Berdampak baik bagi sesama lewat emosi dan tindakan yang terkontrol.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yehezkiel 33-35

Card image
Renungan Pagi - 04 Oktober 2023
2023-10-04 09:27:51


Masa lalu adalah bagian yang tidak dapat diubah dalam hidup kita, tidak dapat mengulang atau bahkan menghapusnya, mungkin masa lalu buruk atau bahkan memalukan, tetapi kita tidak dapat mengubahnya.

Inilah yang dilakukan Rasul Paulus, yang dapat kita teladani ; "Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus."

Jadi kita memang tidak dapat kembali pada masa lalu untuk memperbaikinya, tetapi yang dapat kita lakukan adalah melupakan apa yang sudah berlalu, yang ada dibelakang, berjanjilah tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, dan selanjutnya memandang kedepan, berlari mengejar ketertinggalan, merespons panggilan surgawi dari Tuhan
(Filipi 3:13-14)

Card image
Quote Of The Day - 04 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-04 09:24:44


Orang tidak akan punya tindakan yang benar, kalau tidak memiliki sikap hati yang benar.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 04 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-04 09:22:19


Orang-orang yang melakukan kehendak Allah dan memenuhi rencana-Nya, akan diperkenankan tinggal di dalam Kerajaan Surga.

Card image
FANTASIZING VS INTERACTING - 04 Oktober 2023 (English Version)
2023-10-04 09:20:42


Many people don’t realize that they still fantasize about God. This especially happens to those who only reason about God, learning about God in thought but not in concrete life, especially for those who feel that doing theology is enough. They think that they already believe in God by using this theology. The truth is many people fantasize. They felt that they were already Godly by knowing God. They thought they already knew and were known by God, even though they only fantasized. They can preach, give seminars, become pastors, become lecturers, and even become chairpersons of a Bible College; it’s not impossible, but God, for them, is still in fantasy or half fantasy.

If someone truly interacts with God, the characteristics are truly living in holiness. Of course, only the person can recognize themselves because others cannot see purity. Who can see the depths of our lives? Even if they can see what is visible in our lives as entirely as possible, they cannot see into the depths of our hearts. The depth of the sea can be measured, but who knows the human heart? People who interact with God must live in holiness and have feelings of fear and tremble of God.

They will be careful in speaking and saying things. Although it cannot be denied, we still sometimes miss, even if we are careful. So, if our conscience is correct and clean, we can differentiate between the lives of people who interact with God and those who only fantasize. So, don’t believe easily, no matter how high a person’s knowledge is, how many degrees they have, how skilled they are in languages, and so on. Our conscience must speak. However, what we observe most must be ourselves. Are we still fantasizing about God, or have we interacted with Him?

Secondly, those who truly interact with God will genuinely seek Him, and it is impossible for them not to have hours of prayer. Not just praying for a moment or joining in morning prayers or prayer services, but seriously seeking God. People who can leave their blanket to pray in the morning, in general, or almost certainly want to seek God. We must prepare to listen to God’s word and seek the truth. There is usually a certain motivation if one only studies theology formally. Villagers with no future look for free schools to get a degree. However, their words and behavior are cruel towards other people.

If a person is elegant and intellectual, his words will surely edify others. We must always seek the Word and never be satisfied with the knowledge we already have. Meet the living God and dialogue with Him. Seek His face and His presence always. It does require persistence. Don’t be satisfied even though we already have a degree or have written many books because the truth that comes from God never dries up. We need God’s voice as we journey through life, especially with the various problems. Always need God and wait for His voice through prayer, reading the Bible, and hearing sermons.

Whoever we are, we must continue to thirst for the Word. Not only from books and what we hear from sermons and seminars, but we seriously want to hear God speak directly. If we believe that God is alive, that there is a Holy Spirit, and that the Lord Jesus Christ promises to be with us until the end, then we can dialogue with Him. People who interact with God will try to live holy lives and not hurt His heart. So, the characteristics must be to live a blameless life, guarding our mouths, attitudes, and actions; then, our lives and actions become majestic, elegant, and noble.

Thirdly, people interacting with God will be willing to do anything for His work. Their hearts will be full of compassion towards others, even towards those who are hostile to them; they would not pray for them to get an accident. They still forgave them and prayed that they would not be harmed. They can have compassion for their children and family because if that person is evil, what will happen to their family? We imagine that it’s not just those who hurt us, but it’s a pity for their children; they must reap what their father and mother sow. It’s terrifying.

So, people who truly interact with God will be full of mercy. They will be willing to do anything for God’s work, and it even becomes an honor if they can suffer for God.   

WHOEVER WE ARE, WE MUST CONTINUE TO THIRST FOR THE WORD SO THAT WE CAN REALIZE WHETHER WE ARE STILL FANTASIZING ABOUT GOD OR ALREADY INTERACTING WITH HIM.

Card image
BERFANTASI VS BERINTERAKSI - 04 Oktober 2023
2023-10-04 09:48:01


Banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya sebenarnya masih berfantasi tentang Tuhan.  Hal itu khususnya terjadi atas mereka yang hanya menalar Allah, belajar tentang Tuhan dalam pikiran, bukan dalam kehidupan konkret. Terutama bagi mereka yang merasa bahwa berteologi itu cukup. Jadi, mereka merasa dengan berteologi itu mereka sudah ber-Tuhan. Sejatinya, banyak orang berfantasi. Dia merasa sudah ber-Tuhan dengan memiliki pengetahuan tentang Tuhan tersebut. Dia merasa bahwa dia sudah mengenal dan dikenal oleh Allah, padahal ia hanya berfantasi. Mereka bisa berkhotbah, memberi seminar, jadi pendeta, jadi dosen Sekolah Tinggi Teologi, bahkan bisa menjadi Ketua STT; bukan tidak mungkin, bisa, tetapi Tuhan masih dalam fantasi atau setengah fantasi.

Kalau seseorang benar-benar berinteraksi dengan Allah, maka cirinya adalah: yang pertama, benar-benar hidup di dalam kekudusan. Tentu, yang bisa mengenali hanya diri orang itu, sebab kesucian tidak bisa dilihat oleh orang lain. Siapa yang bisa melihat sedalam-dalamnya kehidupan kita? Kalaupun dia bisa melihat selengkap-lengkapnya apa yang kelihatan dalam hidup kita, mereka tidak bisa melihat ke kedalaman hati. Kedalaman laut bisa diukur, tetapi hati manusia, siapa tahu? Orang yang berinteraksi dengan Allah pasti orang yang hidup di dalam kesucian. Mereka pasti memiliki perasaan takut dan gentar akan Allah.

Dia akan berhati-hati dalam berbicara dan berkata-kata. Walaupun tidak dapat disangkal, sekalipun sudah berhati-hati, masih kadang-kadang meleset. Jadi, kalau nurani kita masih benar, masih bersih, kita bisa membedakan kehidupan orang yang benar-benar berinteraksi dengan Allah dan orang yang hanya berfantasi. Jadi, jangan mudah percaya. Mau setinggi apa pun ilmu seseorang, sebanyak apa pun gelarnya, seahli apa pun dalam bahasa dan lain sebagainya. Nurani kita yang harus bicara. Namun, yang paling kita amati haruslah diri kita sendiri. Apakah kita masih berfantasi dengan Allah atau sudah berinteraksi?

Yang kedua, orang yang benar-benar berinteraksi dengan Tuhan adalah orang yang sungguh-sungguh mencari Tuhan. Ia tidak mungkin tidak memiliki jam-jam doa. Bukan hanya berdoa sesaat atau ikut-ikutan doa pagi atau kebaktian doa, tetapi serius mencari Tuhan. Orang yang bisa meninggalkan selimut untuk berdoa pagi, pada umumnya atau hampir bisa dipastikan sungguh-sungguh mau mencari Tuhan. Kita sungguh-sungguh harus menyediakan diri untuk mendengarkan firman Tuhan, mencari kebenaran. Kalau hanya belajar teologi secara formal, biasanya banyak motivasi di dalamnya. Orang kampung yang tidak punya masa depan, maka untuk punya masa depan, ia mencari sekolah yang gratis, lalu bisa mendapat gelar S1-S2-S3. Namun, lihat perkataannya, keji dan kejamnya terhadap orang lain.

Kalau orang betul-betul elegan dan intelek, pasti perkataannya akan membangun sesama. Kita harus selalu mencari firman dan kiranya jangan puas dengan ilmu yang telah kita miliki. Temuilah Tuhan yang hidup dan berdialog dengan Dia. Carilah wajah-Nya dan hadirat-Nya selalu. Memang perlu ketekunan. Jangan puas walaupun kita sudah punya gelar, sudah menulis banyak buku, sebab kebenaran yang datang dari Allah tidak pernah kering. Seiring dengan perjalanan hidup kita, apalagi dengan 1001 masalah yang muncul, tentu kita membutuhkan suara Tuhan. Selalu kita membutuhkan Tuhan dan menantikan suara-Nya, lewat doa, membaca Alkitab, dan mendengar khotbah.

Siapa pun kita, harus terus haus akan firman. Bukan hanya dari buku dan apa yang kita dengar dari khotbah dan seminar, tetapi kita serius mau mendengar langsung Tuhan berbicara. Kalau kita percaya Allah itu hidup, percaya ada Roh Kudus, dan yakin Tuhan Yesus Kristus berjanji menyertai kita sampai kesudahan zaman, maka kita bisa berdialog dengan Tuhan. Orang yang berinteraksi dengan Tuhan, tentu dia akan berusaha hidup suci dan tidak melukai hati Tuhan. Maka cirinya pasti hidup tidak bercela, menjaga mulut, sikap, dan perbuatan; supaya agung, elegan dan luhur hidup dan tindakan kita.

Ketiga, orang yang berinteraksi dengan Allah akan rela berbuat apa pun untuk pekerjaan Tuhan. Hatinya akan penuh belas kasihan terhadap orang lain. Bahkan terhadap orang-orang yang memusuhi dirinya, dia tidak akan mendoakan dan berharap celaka bagi mereka. Dia tetap mengampuni, dan mendoakan agar jangan mereka celaka. Dia bisa memiliki belas kasihan terhadap anak-anak dan keluarganya, sebab kalau ia jahat seperti ini, apa jadinya mereka. Kita membayangkan, bukan dirinya saja yang melukai kita, tetapi kasihan anak-anaknya, mereka harus menuai apa yang bapak ibunya tabur. Mengerikan. 

Jadi, orang yang sungguh-sungguh berinteraksi dengan Tuhan akan penuh belas kasihan. Dia akan rela berbuat apa saja untuk pekerjaan Tuhan. Bahkan merupakan suatu kehormatan kalau kita bisa menderita bagi Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SIAPA PUN KITA, HARUS TERUS HAUS AKAN FIRMAN, SEHINGGA KITA BISA MENYADARI APAKAH KITA MASIH BERFANTASI ATAU SUDAH BERINTERAKSI DENGAN-NYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 04 Oktober 2023
2023-10-04 09:15:09

Matius 4
Lukas 4-5

Card image
Truth Kids 03 Oktober 2023 - SUPERHERO NOMOR SATU
2023-10-03 09:27:54


Matius 27:54
Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata: ”Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah.”

Dari hari pertama, sudah banyak tokoh superhero di film yang kita sebutkan. Sobat Kids tentu tahu, kan, bahwa mereka semua adalah tokoh buatan? Artinya keberadaan tidak benar-benar terjadi, hanya karangan manusia biasa. Ada orang yanmemilikig ide untuk membuat dan menggambar tokoh yang ada dalam pikiran mereka. Setelah itu mereka mencari aktor (pemeran tokoh dalam film) untuk beraksi sesuai dengan cerita yang dibuat sang pengarang. Semua tempat kejadian, dibuat di lokasi tempat membuat film. Jadi, jangan mengidolakan tokoh-tokoh dalam film superhero, Sobat Kids, mereka hanya pemain film.

Hanya ada satu Superhero yang tidak ada tandingannya. Dia adalah Tuhan Yesus! Tuhan Yesus benar-benar seorang Superhero, sebab semua yang terjadi di dalam Alkitab adalah benar. Cerita-cerita yang ada di dalam Alkitab tentang Tuhan Yesus memang benar-benar terjadi saat Tuhan Yesus hidup di bumi ini. Seperti yang ayat firman Tuhan hari ini katakan, awalnya kepala pasukan dan prajurit tidak percaya Yesus. Namun, setelah melihat dengan mata mereka sendiri dan mengalami gempa bumi setelah Yesus mati di kayu salib, mereka menjadi percaya dan mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah. Tuhan Yesus adalah superhero nomor satu kita.

Card image
Truth Junior 03 Oktober 2023 - KEKUATAN YANG TAK TERTANDINGI
2023-10-03 09:24:09


Matius 27:54
Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata: ”Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah.”

Ada satu kalimat yang mungkin tidak asing di telinga kita. “Jika kita berbuat baik kepada sesama, maka orang lain juga akan baik kepada kita.” Dunia mengartikan kalau kebaikan dibalas dengan hal yang baik. Sebaliknya, perbuatan tidak baik, dibalas dengan tidak baik juga. Namun, itu kata dunia, Sobat Junior. Hal itu akan berbeda kalau kita adalah anak-anak Allah. Ia mengasihi dan peduli kepada kita karena kasih-Nya tak terbatas pada kita. Ia juga menerima kita apa adanya, bahkan Ia selalu mengampuni dosa-dosa kita.

Dalam Alkitab, Tuhan menunjukkan perbuatan baik bukan hanya kepada teman yang baik kepada kita, melainkan juga mengasihi musuh ataupun orang yang berbuat tidak baik pada kita. Mengapa kita membahas kebaikan? Karena Tuhan adalah Superhero satu-satunya yang memiliki kekuatan mengasihi tak terbatas. Tuhan adalah idola kita. Kasih-Nya tak terbatas dalam mengampuni kita. Ia mengasihi kita terlebih dahulu.

Tokoh-tokoh Alkitab lainnya juga mengidolakan Tuhan dan menjadi pengikut-Nya. Mereka melakukan perbuatan baik terhadap sesama, bahkan juga kepada orang yang membenci mereka. Tidak ada superhero lain yang memiliki kekuatan seperti Tuhan Yesus.

Card image
Truth Youth 03 Oktober 2023 (English Version) - SELF-DOUBT
2023-10-03 09:20:36


"I can do all things through him who strengthens me." (Philippians 4:13)

In our youth, many of us find ourselves trapped in anxiety, commonly known as the quarter-life crisis. At this stage, people often overthink their uncertain future, exacerbated by the expectations of those around them.

Among all the negative thoughts that arise in humans, one of the most potent is self-doubt. If not managed well, self-doubt can lead to questioning opinions, beliefs, convictions, and even decisions we make.

Even though some may feel they know themselves well and have their future plans well-prepared, all of it can crumble when we sink into self-doubt or doubt about ourselves. This can lead to a loss of identity, our likes, our desires in life, and even an inability to understand what God has prepared for us.

Therefore, it is essential to have the ability to overcome self-doubt. First, do not compare yourself to others. Second, do not overly focus on others' strengths. Third, forget and forgive your past mistakes. Respond positively when faced with negative reactions from those around you.

Believe that God has allowed us to be on this earth for a unique purpose and plan that no one else has. Therefore, discover that uniqueness and calling with God. Entrust all our worries to the One who can strengthen us. God is our Creator; trust that He knows what is best for us. Never doubt God!

WHAT TO DO:
1. Place yourself in a supportive environment and strive to live without fear of God.
2. Forgive yourself for past mistakes and forgive all who have wronged you.
3. Keep moving, even if it's one step at a time, with God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 31-32

Card image
Truth Youth 03 Oktober 2023 - SELF DOUBT
2023-10-03 09:14:40


“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Filipi 4:3)

Di usia kita sebagai pemuda, banyak di antara kita yang terjebak dalam kegelisahan atau yang biasa kita kenal dengan istilah quarter life crisis. Pada posisi ini akan membuat orang yang mengalaminya merasa overthinking dalam memikirkan masa depan yang belum pasti, apalagi diperburuk oleh ekspektasi orang-orang disekitar kita. Dari setiap pikiran negatif yang timbul pada manusia, salah satu yang terkuat adalah self-doubt. Perasaan meragukan diri sendiri jika tidak bisa diatasi dengan baik akan menimbulkan berbagai macam tindakan, seperti sering mempertanyakan opini, kepercayaan, pendirian, bahkan keputusan yang kita ambil.

Meski saat ini mungkin bagi sebagian orang telah merasa cukup mengetahui diri sendiri dan merasa setiap rencana-rencana di masa yang akan datang sudah dipersiapkan dengan matang, tetapi semua itu bisa menjadi kacau di saat kita tenggelam dalam self-doubt atau keraguan akan diri sendiri. Hal ini akan berdampak pada kehilangan identitas diri kita, apa yang kita sukai, apa yang kita inginkan dalam hidup, bahkan sampai kita tidak mampu memahami apa yang Tuhan telah persiapkan bagi diri kita.

Maka, penting sekali agar kita memiliki kemampuan untuk mengatasi pikiran yang meragukan diri sendiri. Hal yang bisa kita lakukan adalah, pertama, jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Kedua, kita jangan terlalu fokus pada kelebihan orang lain. Ketiga, lupakan dan ampuni masa lalu yang buruk. Mari responi dengan baik jika mendapat reaksi negatif dari orang sekitar.

Percayalah, Tuhan saat mengizinkan kita hadir di bumi ini pasti dengan memiliki keunikan serta tujuan yang tidak ada pada orang lain. Maka, temukan keunikan dan panggilan itu bersama Tuhan. Serahkanlah segala kekhawatiran kita kepada Dia yang sanggup memberi kekuatan pada kita. Tuhan adalah Pencipta kita, percayalah Dia tahu yang terbaik bagi kita. Jangan ragukan Tuhan!

WHAT TO DO:
1. Tempatkan diri kita kepada lingkungan yang suportif dan berjuang hidup takut akan Tuhan.
2. Saatnya memaafkan diri sendiri dari kesalahan masa lalu dan ampuni semua orang yang berbuat salah kepada kita.
3. Tetaplah bergerak, walau hanya selangkah demi selangkah bersama Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yehezkiel 31-32

Card image
Renungan Pagi - 03 Oktober 2023
2023-10-03 09:09:58


Kita harus mengerti bahwa tempat yang menyenangkan dan terbaik, bukanlah ketika dipuji karena jabatan tinggi, atau setiap orang menyapa dengan begitu sopan karena harta kekayaan yang kita miliki. Tempat terbaik dan menyenangkan adalah di dalam hadirat Tuhan, ketika berada dekat dengan Tuhan, seperti pemazmur berkata.

"Untuk pemimpin biduan. Menurut: Yedutun. Mazmur Daud. Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah."
(Mazmur 62:1, 5-6)

Card image
Quote Of The Day - 03 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-03 09:07:07


Orang yang masih materialistis, tidak akan mengerti firman.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 03 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-03 09:05:44


Manusia bukan hanya diberikan kemampuan untuk survive memenuhi kebutuhan jasmaninya, tetapi juga untuk melakukan kehendak Allah dan memenuhi rencana-Nya.

Card image
ALWAYS MAKE REASON - 03 Oktober 2023 (English Version)
2023-10-03 09:00:21


We are grateful that we still have a feeling of needing God. Many people’s eyes have become blind, their feelings have become dull, and God is just a word that decorates the lives of religious people who are viewed as foolish. There are quite a few or not infrequent views that Christians who go to church are deceived by their pastors. Some priests deceive and manipulate spiritual power for personal gain, and the church’s greatness, leading to self-magnification, but not all priests are like that.

Some people are really anti-church and, always have reasons not to go to church, and don’t seek God earnestly. They can’t even pray before eating or sleeping; they don’t know what conversation or dialogue with God is. They think God does not exist or does not need to exist. In fact, how terrible the situation of people like this is when one day they face God, they discover that God exists, and it turns out they have wasted the opportunity to repent and develop themselves into human beings according to His design.

How regretful they are! Indeed, the regret is unimaginable, making them experience gnashing of teeth and wailing, deep sadness, but they cannot repeat the life they have lived. We are grateful that we still have the eyes of our hearts to seek God. However, we must continue to sharpen the eyes of our hearts and truly understand God’s heart and thoughts about us. We certainly cannot understand the thoughts of God’s heart that surpass all understanding, but we are certainly allowed to know for matters related to our lives.

That is why the Psalmist teaches us to pray, “Search me, O God, and know my heart, and see if there is any wicked or hurtful way in me.” We must truly bring ourselves to God. Suppose we don’t really examine ourselves properly. In that case, it turns out that when we face God, there are still inappropriate things that we do, things that are displeasing before Him, even hurting Him; how horrible that situation will be!

If someone is used to doing everything for their pleasure and enjoying it, they will not be able to glance at God’s thoughts and feelings. If this is done continuously, their hearts’ eyes will become dark, and their thoughts and feelings will become dull. They then became evil people in the church and the ministry. Remember, this can happen to any of us. We cunningly do everything and always have a reason why we do them.

May our hearts be enlightened by God so that we can understand if there is something that He disapproves of that we are still doing. We will no longer make any excuses. If God doesn’t like it, or if it could hurt His heart or make His heart uncomfortable, then we don’t do it. Whatever it is. We don’t need to defend ourselves; no need to look for justifications; if it doesn’t please God, don’t do it. The problem is, how do we know whether it is pleasing to God or not?

We can see the behavior of Christians, pastors, and theologians, which clearly shows that this is not the behavior of an ethical person. In the eyes of the world, it is already a minus, let alone in the eyes of God. However, they do it continuously and always have a reason. So, don’t let us feel like we are defending God, serving God, or making sacrifices, but we’re not. Because it turns out that we are not serving God, but we are in a situation that really hurts His heart.

People like this usually do not have earnest prayer. They say a few sentences carelessly, bringing up their issues, but don’t have a moment of silence before God to be corrected. May we continue to sharpen the eyes of our hearts so that we can recognize that things in our lives are inappropriate before God and are displeasing before Him. We build a life that pleases God from the small things in our daily lives.  

DON'T DO ANYTHING THAT DOESN'T PLEASE GOD, AND WE NO LONGER MAKE EXCUSES, DEFEND OURSELVES, OR SEEK JUSTIFICATIONS.

Card image
SELALU BERALASAN - 03 Oktober 2023
2023-10-03 08:55:30


Kita bersyukur kalau kita masih memiliki perasaan membutuhkan Tuhan. Banyak orang yang mata hatinya telah menjadi buta, perasaannya telah menjadi tumpul, dan bagi mereka Tuhan itu hanya satu kata yang menghiasi kehidupan orang-orang beragama yang mereka pandang bodoh. Bahkan tidak sedikit atau tidak jarang yang memandang bahwa orang-orang Kristen yang ke gereja adalah orang-orang yang telah ditipu oleh pendetanya. Memang ada pendeta yang menipu, yang memanipulasi kekuasaan rohani untuk kepentingan pribadi, kebesaran gereja yang berujung pada kebesaran diri, tetapi tentu tidak semua pendeta seperti itu.

Ada orang yang benar-benar anti gereja dan mereka selalu memiliki alasan untuk tidak ke gereja, mengapa mereka tidak mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh. Bahkan mereka tidak sanggup berdoa sebelum makan atau sebelum tidur, mereka tidak mengenal apa itu percakapan atau dialog dengan Tuhan. Mereka menganggap Tuhan itu tidak ada atau tidak perlu ada. Sejatinya, betapa mengerikan keadaan orang-orang seperti ini, yang ketika suatu hari menghadap Tuhan, mereka baru tercelikkan bahwa ternyata Tuhan ada, dan ternyata mereka telah menyia-nyiakan kesempatan untuk bertobat dan membangun diri menjadi manusia yang sesuai dengan rencana Allah.

Betapa menyesalnya! Sungguh, penyesalan itu tidak terbayangkan yang membuat mereka mengalami yang namanya kertak gigi dan ratap tangis; penyesalan yang begitu dalam, tetapi tidak dapat mengulang kehidupan yang sudah dijalaninya. Bersyukur kalau kita masih memiliki mata hati untuk mencari Tuhan. Namun, mata hati kita harus terus kita pertajam. Kita harus benar-benar bisa mengerti hati dan pikiran Tuhan tentang kita. Kita pasti tidak bisa mengerti pikiran hati Tuhan yang melampaui segala akal, tetapi untuk hal yang terkait dengan hidup kita, pasti kita diperkenan mengetahuinya.

Yang karenanya Pemazmur mengajari kita berdoa, "Ujilah aku, periksa diriku Tuhan, apakah jalanku serong." Kita harus sungguh-sungguh membawa diri kita kepada Tuhan. Sebab kalau kita tidak sungguh-sungguh memeriksa diri dengan benar, ternyata ketika kita berhadapan dengan Tuhan, dan masih ada hal-hal yang tidak patut yang masih kita lakukan, hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Allah, bahkan melukai Dia, betapa mengerikannya keadaan itu!

Namun, kalau seseorang sudah biasa melakukan segala sesuatu untuk kesenangan diri sendiri, dan dia menikmatinya, maka dia tidak akan dapat melirik pikiran dan perasaan Allah. Kalau terus menerus hal itu dilakukan, maka mata hatinya menjadi gelap, pikiran dan perasaannya juga menjadi tumpul. Ia menjadi seorang yang jahat di dalam gereja dan jahat di dalam pelayanan. Ingat, hal itu bisa terjadi atas setiap kita. Dengan kelicikan, kita melakukan segala sesuatu dan selalu punya alasan mengapa buat begini atau begitu.

Kiranya hati kita diterangi oleh Tuhan, sehingga kita bisa mengerti jika ada sesuatu yang Tuhan tidak berkenan yang masih kita lakukan. Kita tidak akan lagi membuat alasan apa pun. Pokoknya kalau Tuhan tidak berkenan, atau kalau itu bisa melukai hati Tuhan atau membuat hati Tuhan tidak nyaman, maka kita tidak lakukan. Apa pun. Tidak usah membela diri, tidak usah mencari pembenaran, kalau itu tidak membuat Tuhan berkenan, kita tidak lakukan. Masalahnya, bagaimana kita tahu kalau hal itu berkenan di hadapan Tuhan atau tidak?

Kita bisa melihat perilaku orang-orang Kristen, pendeta, teolog yang jelas menunjukkan bukan perilaku seorang yang layak disebut orang yang beretika. Di mata dunia saja sudah minus, apalagi di mata Tuhan. Namun, mereka melakukan itu terus-menerus, dengan selalu punya alasan. Maka, jangan sampai kita merasa kita sedang membela Tuhan, melayani Tuhan, berkorban apalagi, tetapi ternyata tidak. Karena ternyata kita bukan sedang melayani Tuhan, tetapi kita sedang ada dalam keadaan yang benar-benar melukai hati Tuhan.

Biasanya orang-orang seperti ini tidak memiliki doa yang sungguh-sungguh. Mereka mengucapkan beberapa kalimat secara sembarangan, membawa persoalan-persoalan pribadi, tetapi tidak memiliki saat berdiam diri di hadapan Tuhan untuk dikoreksi. Kiranya mata hati kita, kita pertajam terus supaya kita dapat mengenali kalau ada hal-hal dalam hidup kita yang benar-benar tidak patut di hadapan Allah, hal yang benar-benar tidak berkenan di hadapan Tuhan. Sebab dari perkara kecil dalam keseharian hidup, kita membangun kehidupan yang menyenangkan hati Allah.

KITA TIDAK BOLEH LAGI MEMBUAT ALASAN APA PUN, TIDAK USAH MEMBELA DIRI ATAU MENCARI PEMBENARAN, KALAU ITU TIDAK MEMBUAT TUHAN BERKENAN, KITA TIDAK LAKUKAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 Oktober 2023
2023-10-03 08:52:55

Matius 3
Markus 1
Lukas 3

Card image
Truth Kids 02 Oktober 2023 - PAHLAWAN YANG ASLI
2023-10-02 10:13:21


Kolose 1:11
“… dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar,”

Sabtu pagi Miko sedang asyik menonton film superhero di televisi. Papa datang menghampiri lalu duduk di samping Miko. Miko yang senang melihat kedatangan papanya lalu bercerita dengan semangat mengenai kekuatan superhero yang dilihatnya di televisi.

Tak lama terdengar suara truk di depan rumah. Papa melihat sekilas ke jendela lalu memanggil Miko dan berkata, “Miko, coba lihat keluar jendela. Apa yang kamu lihat?” Miko berdiri lalu melihat ke depan lalu menjawab, “Di depan ada tukang angkut sampah, Pa. Kenapa?” Papa tersenyum lalu berkata, “Mereka itu salah satu superhero.” Miko terlihat bingung dan merasa aneh. “Masa, orang yang mengangkut sampah kotor dan bau itu superhero, sih, Pa?” protes Miko.

“Superhero yang ada di televisi itu hanya peran. Pahlawan asli itu seperti mereka yang membersihkan lingkungan kita dari sampah. Walaupun pekerjaannya sering dianggap rendah tapi sebenarnya mereka sangat membantu. Bayangkan kalau mereka tidak ada; akan bagaimana jadinya?” kata papa kepada Miko. “Hmm, pasti banyak sampah yang mengotori lingkungan, ya, Pa,” jawab Miko. “Betul, lingkungan kita akan kotor, bau dan banyak penyakit. Jadi superhero yang asli bukanlah mereka yang bisa terbang atau memiliki kekuatan super di televisi, melainkan orang-orang yang memiliki hati untuk melakukan tugasnya dengan tekun dan sukacita."

Card image
Truth Junior 02 Oktober 2023 - INVISIBLE & INVINCIBLE
2023-10-02 10:03:50


Kolose 1:11
“… dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar,”

“Kenapa di kamarmu banyak sekali poster Iron Man? Kamu suka Iron Man, ya?” tanya Indra penasaran kepada Lodi, temannya, saat berkunjung ke rumah Lodi. “Iya, aku suka sekali Iron Man. Keren banget kalau aku bisa seperti itu,” jawab Lodi. “Menurutku, ibumu lebih hebat, Lodi,” Indra merespons kembali cerita Lodi. “Hebat kenapa?” Lodi pun heran mendengar apa yang Indra sampaikan. “Ibumu memiliki kekurangan yaitu tidak bisa mendengar dan sulit berbicara, tapi dia bisa berjuang demi menghidupi keluarga dan membuatmu bisa sekolah. Itu hal yang keren juga, loh?!” Indra menjelaskan.

Sobat Junior, sering kali gambaran kita terpaku pada gambaran yang hanya sebatas mata kita melihat saja, dan lupa memperhatikan sekitar kita. Sebenarnya banyak sosok atau orang yang patut kita kagumi dan dukung lebih jauh, terutama keluarga dan saudara kita yang berjuang dengan hebat untuk bertahan hidup. Meskipun mereka penuh kekurangan atau punya kelemahan, tapi mereka tidak menyerah dan tetap bertekun menjalani kesehariannya. Mari kita ambil sedikit waktu untuk merenungkan, siapa saja dalam hidup kalian yang seperti itu. Adakah sosok yang patut dikagumi karena kegigihannya? Bisa jadi itu orang tua, saudara, keluarga besar, atau mungkin tetangga kalian.

Kekuatan yang sesungguhnya adalah ketika kita tetap dengan tekun mengerjakan hal yang dipercayakan kepada kita. Apalagi kalau itu termasuk hidup kudus atau hidup dalam kesucian. Itu bukan hal yang mudah, loh, Sobat Junior. Mari kita hargai kekuatan yang tak terlihat (invisible) dan tak terkalahkan (invincible).

Card image
Truth Youth 02 Oktober 2023 (English Version) - ALREADY MATURE
2023-10-02 09:55:57


"We know that in all things God works for the good of those who love him, who have been called according to his purpose." (Romans 8:28)

Every person experiences the struggles of life differently. In these struggles, some will choose to fight to endure, while others will choose to surrender and avoid them. The outcome of these struggles depends on how mature someone is in dealing with them.

Choosing to follow Jesus or becoming a Christian does not exempt us from life's struggles. On the contrary, one challenge after another will become a daily bread for followers of Jesus. We must joyfully face every challenge that comes our way because it is an opportunity to prove how mature we are in following Jesus.

Spiritual maturity is our responsibility as Christians because it is a struggle we must all go through. Spiritual maturity to be achieved is not a gift; it is the fruit of a tested life. If God considers this process of maturation essential, then we must adopt the same mindset.

God uses many struggles and challenges to promote our spiritual growth. This trains us to always have the mindset to see the good in every situation. For all the struggles we face, everything is by God's permission. One thing is certain: God will work in all things for good.

Only those who love God by aligning their thoughts and feelings with Christ will be able to see the good beyond the dark clouds. This is the fruit of spiritual maturity that every believer should aim for, and it should be felt by those around us.

WHAT TO DO:
1. Avoid having negative preconceptions about every event. Ensure there is a purpose of God in every happening.
2. Continually align your thoughts and feelings with God through prayer and Bible reading.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 28-30

Card image
Truth Youth 02 Oktober 2023 - SUDAH DEWASA
2023-10-02 09:52:29


“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28)

Setiap orang pasti mengalami pergumulan hidup masing-masing. Dalam pergumulan tersebut ada orang yang akan memilih berjuang agar tetap bertahan atau memilih untuk menyerah dan menghindar dari pergumulan tersebut. Pergumulan yang kita alami bisa menjadikan kita pemenang jika kita mau memilih berjuang, tetapi akan membuat kita lemah jika kita menghindarinya. Semua ini tergantung seberapa seseorang itu dewasa dalam menyikapinya.

Memilih menjadi pengikut Tuhan Yesus atau menjadi orang Kristen tidak membuat kita terhindar dari pergumulan. Sebaliknya, pergumulan demi pergumulan akan menjadi makanan sehari-hari bagi pengikut Tuhan Yesus. Kita harus dengan sukacita menghadapi segala pergumulan yang datang menghampiri, sebab ini merupakan sarana bagi kita untuk membuktikan seberapa kita sudah dewasa dalam pengiringan akan Tuhan Yesus.

Menjadi dewasa rohani merupakan bagian tanggung jawab kita sebagai orang Kristen, sebab ini adalah sebuah perjuangan yang harus dijalani oleh kita. Kedewasaan rohani yang ingin dicapai bukanlah sebuah karunia, melainkan buah kehidupan yang sudah teruji. Jika Tuhan saja mengganggap proses pendewasaan ini urusan yang penting bagi-Nya, maka kita pun harus memiliki pola berpikir yang sama. Allah memakai banyak pergumulan serta persoalan untuk pertumbuhan kedewasaan rohani kita. Hal ini melatih diri kita untuk selalu memiliki pikiran untuk mampu melihat yang baik dalam setiap situasi pergumulan. Sebab semua pergumulan yang kita hadapi, semua pasti seizin Tuhan. Satu hal yang pasti adalah bahwa Allah akan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. Hanya orang-orang yang mengasihi Allah dengan menerapkan keselarasan pikiran dan perasaan dengan Kristus, yang akan mampu melihat hal baik di balik kabut yang gelap. Hal ini adalah buah kedewasaan rohani yang harus dicapai setiap orang percaya dan harus bisa dirasakan oleh orang sekitar lainnya.

WHAT TO DO:
1. Jangan memiliki prasangka buruk kepada setiap kejadian. Pastikan ada tujuan Tuhan dalam peristiwa yang terjadi.
2. Selalu selaraskan pikiran dan perasaan dengan Tuhan, melalui doa dan pembacaan Alkitab.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yehezkiel 28-30

Card image
Renungan Pagi - 02 Oktober 2023
2023-10-02 09:49:55


Walaupun beriman kepada Tuhan dan percaya bahwa hidup kita milik Tuhan, tetapi seringkali menggunakan waktu untuk hal-hal yang sia-sia dan hanya untuk kesenangan daging. Sadarkah, bahwa semakin banyak hal yang sia-sia yang kita lakukan dalam hidup, maka semakin iman tidak ada gunanya sama sekali.

Karena Alkitab berkata; "Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?"

Oleh karena itu, mari kita mengisi hidup dengan hal-hal yang baik, sesuai dengan kehendak Tuhan, tunjukkanlah bahwa perbuatan sesuai dengan iman kita. Mengerjakan tugas serta tanggung jawab keseharian hidup dengan benar dihadapan Tuhan.
(Yakobus 2:17,20)

Card image
Quote Of The Day - 02 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-02 09:46:37


Kekristenan bukan hanya soal menyanyi lagu rohani, ke gereja, aktif dalam kegiatan pelayanan, bahkan tidak cukup jadi pendeta melainkan kehidupan pribadi kita harus selalu tepat.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 02 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-02 09:45:02


Kehidupan harus berlangsung, harus berjalan terus, maka kita harus bekerja mencari nafkah. Tetapi dalam memenuhi kebutuhan jasmani kita bertujuan agar kita dapat melakukan kehendak Allah.

Card image
IN HARMONY WITH GOD - 02 Oktober 2023 (English Version)
2023-10-02 09:42:44


Generally, many Christians do not feel responsible for God’s work but rather for their own family. Though it’s not wrong, they did not take responsibility for God’s work on their shoulders. They usually think that it is the responsibility of the pastor or servant of God. Even God’s servants do not necessarily have that burden, and quite some of them feel they have the right to be provided for, paid, and served.

Luke 22:25-30 says, “Jesus said to them, “The kings of the Gentiles lord it over them; and those who exercise authority over them call themselves Benefactors. But you are not to be like that. Instead, the greatest among you should be like the youngest and the one who rules like the one who serves. For who is greater, the one who is at the table or the one who serves? Is it not the one who is at the table? But I am among you as one who serves. You are those who have stood by me in my trials. And I confer on you a kingdom, just as my Father conferred one on me, so that you may eat and drink at my table in my kingdom and sit on thrones, judging the twelve tribes of Israel.”

We should have the ambition to become prominent people in the Kingdom of Heaven because God wants it that way. “So that you may eat and drink at my table” refers to honorable people, people close to Him, and high-ranking officers in the Kingdom of God. Who are they? “You are those who have stood by me in my trials.” The people who are on the same burden as God will be glorified by Him. God makes them distinguished not only in the eyes of the angels and the heavenly inhabitants in the Kingdom of Heaven but also in the world.

Although, of course, God’s enemies—those who are moved by the power of darkness—will undoubtedly try to destroy them. However, it is indeed a sign that God accompanies them. People whom God accompanies do not mean they do not face challenges. When God’s Words say, “So whether you eat or drink or whatever you do, do it all for the glory of God,” the meaning is clear that we have no right to live for ourselves. We only live for God. The problem is, so far, it has been given the impression that there are two groups in the church: the group of priests or clergies (full-timers) and the lay people.


Moreover, those who do not intend to do that, who do not learn to submit themselves, will never understand what it means to live for God, just said in Phil.1:21, “For to me, to live is Christ and to die is gain.” If we are on the same burden as God, God will not embarrass us because we will get special treatment. To us, Jesus would say, “I no longer call you servants because a servant does not know his master’s business. Instead, I have called you friends, for everything I learned from My Father I have made known to you.”

Confessing that Jesus is Lord and Savior is a dead price. However, how do we embody this recognition in our actions? Not just declaring with words: “Jesus is Lord and Savior,” but let’s declare it in deeds so that people who see our lives can know and feel that Jesus, Lord and Savior, has taken our lives. What an honor it would be if we could suffer with Him. Even though we are attacked from various sides, we still will not die because God protects us.

How can we be on the same burden as God? We must have fellowship with God by hearing the Word, coming to church, and praying together. Later, we will be given a burden by the Holy Spirit. This cannot be instant or sudden; it must go through a process. So, the congregation must mature so that their offerings smell good, with the right motives. Let it be small but meaningful, pleasing in God’s eyes. What is essential is that our hearts are taken care of first, not the amount of money. Remember, we cannot repay God’s kindness, so it’s amazing if we can have the same burden as God. Let’s be people like that by associating with God until we harmonize with Him.  

WE MUST ASSOCIATE WITH GOD UNTIL WE CAN HARMONIZE WITH HIM.

Card image
SEHATI DENGAN TUHAN - 02 Oktober 2023
2023-10-02 09:39:53


Pada umumnya, banyak orang Kristen tidak merasa bertanggung jawab atas pekerjaan Tuhan. Mereka bertanggung jawab atas keluarga mereka sendiri. Ya, memang harus begitu. Namun, mereka tidak mengambil tanggung jawab dalam pekerjaan Tuhan di atas pundak mereka. Entah prinsip apa yang memengaruhi pikiran banyak orang tersebut sehingga mereka berpikir itu bukan tanggung jawabnya. Mereka pikir itu adalah tanggung jawab pendeta atau hamba Tuhan. Padahal, hamba Tuhan pun belum tentu memiliki beban itu. Bahkan tidak sedikit pendeta yang merasa dirinya berhak dicukupi, berhak digaji, berhak dilayani.

Lukas 22:25-30, “Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung. Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan. Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan. Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.”

Mengapa kita tidak berambisi menjadi orang terkemuka di Kerajaan Surga? Bukan karena kita gila hormat, tetapi karena memang Allah menghendaki demikian. “Duduk semeja dengan Tuhan,” menunjuk orang-orang terhormat, orang-orang yang dekat dengan Tuhan, perwira-perwira tinggi di dalam Kerajaan Allah. Siapakah mereka? “Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami.” Orang yang sepenanggungan dengan Tuhan adalah orang yang akan dimuliakan Tuhan. Bukan hanya di mata malaikat-malaikat dan penghuni surga nanti di Kerajaan Surga, melainkan di dunia pun Tuhan menjadikan dia terpandang.

Walaupun tentu musuh-musuh Allah—yaitu orang-orang yang digerakkan kuasa kegelapan—pasti berusaha untuk menghancurkan. Namun, itu sebenarnya merupakan tanda bahwa orang itu memang disertai Allah. Orang yang disertai Allah bukan berarti tidak mendapatkan tantangan. Ketika firman Tuhan mengatakan, “Baik kau makan atau minum atau melakukan segala sesuatu, lakukan semuanya untuk Tuhan,” artinya jelas bahwa kita tidak berhak hidup untuk diri sendiri. Kita hanya hidup bagi Tuhan. Masalahnya, selama ini dikesankan adanya dua kelompok dalam gereja, yaitu kelompok imam atau para pendeta (full timer), dan kelompok awam.

Sejatinya, semua orang percaya harus menjadi full timer. Sebab, kata firman Tuhan, “Kamu telah dibeli dan harganya lunas dibayar. Bahwa kamu bukan milik kamu sendiri.” Seperti budak-budak yang dibeli oleh seorang majikan, dia tidak berhak atas dirinya. Budak tidak memiliki martabat, kebebasan, tidak punya kepentingan sendiri, tetapi kepentingan majikannya. Ironis, standar seperti ini hilang dan hanya dikenakan untuk para ‘imam’ dalam gereja, yaitu pendeta-pendeta. Padahal, belum tentu mereka benar-benar melayani Tuhan dengan segenap hati. Orang yang mengerti, menghayati dan berusaha melakukannya saja, tidak mudah. Dia harus belajar menaklukkan dirinya setiap hari, sampai memiliki ketertundukan total kepada Tuhan.

Apalagi bagi mereka yang tidak berniat untuk itu, yang tidak belajar menundukkan diri, pasti mereka tidak pernah mengerti apa artinya hidup bagi Tuhan, seperti yang dikatakan Paulus dalam Filipi 1:21, “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Kalau kita sepenanggungan dengan Tuhan, maka Tuhan tidak akan membuat kita dipermalukan. Kita akan mendapatkan perlakuan istimewa. Kepada kita, Yesus akan berkata, “Aku tidak memanggil kamu hamba, tetapi sahabat. Karena hamba tidak tahu apa yang dilakukan tuannya, tetapi sahabat tahu.”

Mengaku Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat merupakan harga mati. Namun, bagaimana mewujudkan pengakuan itu di dalam perbuatan kita? Bukan hanya mendeklarasikan dengan perkataan: “Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat,” melainkan mari kita mendeklarasikan dalam perbuatan, supaya orang yang melihat hidup kita bisa tahu dan merasakan bahwa hidup kita disita oleh Yesus, Tuhan dan Juruselamat. Sungguh suatu kehormatan kalau kita bisa menderita bersama Dia. Walau kita diserang dari berbagai pihak, tetap tidak bisa mati, sebab Tuhan menjaga kita.

Masalahnya, bagaimana kita bisa sepenanggungan dengan Tuhan? Caranya, kita harus bersekutu dengan Tuhan. Mendengar firman, datang ke gereja, dan doa bersama. Nanti kita akan diberi beban oleh Roh Kudus. Hal ini tidak bisa instan atau mendadak, harus lewat proses. Maka, jemaat harus didewasakan, supaya persembahan mereka berbau harum, dengan motif hati yang benar. Biar kecil, tetapi berarti. Di mata Tuhan itu menyenangkan. Yang penting hati kita dulu dibereskan, bukan jumlah uangnya. Ingat, kita tidak bisa membalas kebaikan Tuhan. Maka kalau kita bisa merasa sepenanggungan dengan Tuhan, luar biasa. Mari menjadi orang yang sepenanggungan. Caranya bagaimana? Kita harus bergaul dengan Tuhan, sampai kita bisa sehati dengan Dia.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS BERGAUL DENGAN TUHAN, SAMPAI KITA BISA SEHATI DENGAN DIA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 Oktober 2023
2023-10-02 09:34:40

Matius 2

Card image
Truth Kids 01 Oktober 2023 - MENJADI SUPERHERO
2023-10-01 09:55:13


Pengkhotbah 7:19
“Hikmat memberi kepada yang memilikinya lebih banyak kekuatan dari pada sepuluh penguasa dalam kota.”

Sobat Kids, apa yang kalian bayangkan jika kalian mendengar kata superhero? Mungkin terbayang sosok Spiderman, Avengers, Superman, dan lain sebagainya. Saat kita melihat film, biasanya sosok superhero memiliki kekuatan super unik yang mungkin berbeda dengan superhero lainnya. Misalnya ada superhero yang bisa terbang, ada yang bisa melintasi waktu, ada yang bisa mengecilkan tubuh, ada yang bisa menjadi raksasa. Film superhero membuat kita berpikir hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menjadi pahlawan.

Sobat Kids, semua orang diciptakan luar biasa oleh Tuhan. Setiap kita memiliki keunikan masing-masing. Mungkin kita tidak bisa terbang seperti Superman, kita tidak memiliki kekuatan super untuk membasmi kejahatan seperti Spiderman, tetapi kita bisa memilih untuk tidak berbuat jahat, dan menolong orang yang kesusahan sesuai dengan kemampuan kita, Sobat Kids. Menolong orang lain itu tidak selalu harus melakukan hal-hal yang besar atau membutuhkan banyak uang. Jika kamu di rumah menolong mama merapikan mainan dan kamar kalian, itu artinya kalian sudah menjadi superhero buat mama. Nah, coba Sobat Kids cari, hal apa lagi yang bisa kalian lakukan untuk menolong orang lain? Kalian bisa mulai dari area rumah kalian sendiri. Yuk, kita jadi superhero untuk keluarga kita!

Card image
Truth Junior 01 Oktober 2023 - SPECIAL POWER
2023-10-01 09:53:08


Pengkhotbah 7:19
“Hikmat memberi kepada yang memilikinya lebih banyak kekuatan dari pada sepuluh penguasa dalam kota.”

Siapa di antara Sobat Junior yang memiliki kekaguman akan tokoh tertentu misalnya superhero yang ada di film atau buku-buku? Kenapa kalian mengagumi atau menyukai mereka? Biasanya karena kekuatan khusus yang mereka miliki, ya. Ada yang bisa terbang, ada yang tenaganya luar biasa besar, ada juga yang dikisahkan memiliki kepintaran khusus untuk merakit atau membuat benda-benda unik. Kita mengagumi mereka karena kita tidak memiliki kemampuan tersebut, sehingga kita juga ingin menjadi seperti mereka.

Tapi, apakah Sobat Junior tahu bahwa Tuhan sebenarnya memberikan kepada kita masing-masing keistimewaan juga? Yang tentu saja berbeda dengan orang lain. Misalnya ada di antara Sobat Junior yang pintar bermain alat musik, ada juga yang hebat dalam belajar bahasa. Perbedaan kemampuan tersebut menandakan bahwa Tuhan memang menciptakan kita secara istimewa, Sobat Junior.

Tidak perlu menggantungkan kekaguman kita pada tokoh-tokoh fiksi yang kita lihat di film atau baca di buku. Kita sendiri juga bisa menjadi tokoh pahlawan yang istimewa, jika kita menggunakan bakat, talenta, atau kemampuan istimewa kita secara optimal untuk melakukan apa yang Tuhan ingini. Kagumlah akan Sang Pencipta kita, bukan hanya kepada ciptaan-Nya saja.

Card image
Truth Youth 01 Oktober 2023 (English Version) - FILTER YOUR THOUGHTS
2023-10-01 09:51:46


"Do not be conformed to this world, but be transformed by the renewal of your mind, that by testing you may discern what is the will of God, what is good and acceptable and perfect." (Romans 12:2)

Every thought a person possesses has the potential to guide and lead them to take action. When someone has an idea they want to bring to life, their thoughts process it repeatedly until that idea becomes reality. Therefore, the ability to use one's mind correctly is crucial, and having a filter in one's thoughts is the key.

The simple meaning of "filter" is a tool to screen or sift. Just as some office spaces have indoor air filters, designed to sift out impurities from the air, which plays a significant role in human health. Likewise, the filter in our minds is useful for screening and sifting out everything that is not right for our lives.

The world today is increasingly unstoppable in coloring the thoughts of humans, with frightening information, fake news, and even impure information. If we as Christians cannot filter all of this, we may end up being tainted by an untrue world. The inability to filter the world's influence on our thoughts can result in harm to ourselves and potentially others.

What we can do is choose every piece of information we hear and see because the windows for world information are our ears and eyes. It is essential to let in only information that is good and beneficial for our journey with God. Do not clutter our minds with things that do not make us love God more.

Furthermore, base our thinking on the truth of God's Word. If we only anticipate worldly information without filling our minds with God's Word, it will also be in vain. Therefore, let us fill our minds with the truth and let the truth transform us, making us more perfect in the eyes of the Father.

WHAT TO DO:
1. Regularly read the Bible, for it is the filter of life.
2. Avoid associations that lead our minds away from God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 25-27

Card image
Truth Youth 01 Oktober 2023 - MEMFILTER PIKIRAN
2023-10-01 09:47:41


“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2)

Setiap pemikiran yang dimiliki seseorang berpotensi untuk mengarahkan serta menuntun mereka untuk melakukan sebuah tindakan. Seperti saat seseorang mempunyai ide yang ingin diwujudkan, pikiran akan memprosesnya berulang-ulang sampai ide tersebut dapat terwujudkan. Maka, kemampuan untuk menggunakan pikiran secara benar sangatlah penting dan memiliki filter dalam pikiran menjadi kuncinya.

Arti sederhana dari “filter” adalah alat untuk menyaring atau menampis. Seperti beberapa ruangan perkantoran memiliki alat filter udara dalam ruangan, yang bertujuan untuk menyaring kotoran dari udara yang perannya sangat besar bagi kesehatan manusia. Demikian pula filter dalam pikiran kita, yang berguna untuk menyaring dan menampis segala hal yang tidak benar bagi kehidupan kita.

Saat ini dunia semakin tidak terbendung dalam mewarnai pikiran manusia, dengan informasi yang menakutkan, berita bohong, bahkan sampai informasi yang tidak suci. Jika kita sebagai orang Kristen tidak mampu memfilter semua itu, bisa-bisa kita ikut terwarnai oleh dunia yang tidak benar. Kurangnya kemampuan memfilter dunia terhadap pikiran dapat menimbulkan kerugian untuk diri sendiri bahkan mungkin bisa berimbas kepada kerugian orang lain.

Yang dapat kita lakukan adalah memilih setiap informasi yang kita dengar dan lihat, sebab jendela masuk informasi dari dunia adalah telinga dan mata. Penting untuk memasukkan semua informasi yang baik dan berguna bagi pengiringan kita kepada Tuhan. Jangan kotori pikiran kita dengan hal-hal yang tidak membuat kita semakin mengasihi Tuhan.

Selanjutnya, dasarkan landasan berpikir kita dengan kebenaran firman Tuhan. Sebab, jika kita hanya mengantisipasi informasi dunia saja, tanpa kita mengisi pikiran dengan firman Tuhan, maka juga akan sia-sia. Oleh sebab itu, mari isi pikiran kita dengan kebenaran dan biarkan kebenaran itu yang mengubah diri kita, agar semakin sempurna di hadapan Bapa.

WHAT TO DO:
1. Rajin selalu membaca Alkitab, sebab Alkitab adalah filter kehidupan
2. Hindari pergaulan yang membawa pikiran kita menjauhi Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎Yehezkiel 25-27

Card image
Renungan Pagi - 01 Oktober 2023
2023-10-01 09:43:48


Jati diri adalah sesuatu yang dicari oleh orang-orang dunia ini agar mendapat pengakuan dan penghargaan, seringkali sampai menghalalkan segala cara untuk mendapatkan jati dirinya. Padahal yang mereka dapatkan semua adalah semu dan fana.

Bagi orang percaya yang menjadi milik Kristus, jati diri kita adalah "ciptaan baru" yaitu kehidupan yang harus memiliki pola hidup yang baru dengan Kristus sebagai role modelnya. Seperti yang dikatakan firman Tuhan, "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."

Jati diri inilah yang harus kita tunjukkan pada dunia, yaitu kehidupan yang mempermuliakan nama Tuhan, hidup yang terus diubahkan menjadi serupa dengan Yesus dan sempurna seperti Bapa.
(2 Korintus 5:17)

Card image
Quote Of The Day - 01 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-01 09:41:02


Kehidupan yang berkualitas adalah hidup dalam ketertundukan kepada Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 01 Oktober 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-10-01 09:39:18


Kehendak dan niat manusia bukan hanya untuk mempertahankan hidup tetapi dapat diarahkan untuk lebih dari pemenuhan kebutuhan jasmani yaitu melakukan kehendak Allah.

Card image
DEALING WITH THE FATHER - 01 Oktober 2023
2023-10-01 09:37:16


When the Lord Jesus said, “What good will it be for someone to gain the whole world, yet forfeit their soul?” This can also mean, “What’s the use of enjoying momentary pleasure, but after that, we don’t have happiness forever?” God does not want us to be like Esau, who momentarily enjoyed a bowl of food, but lost his birthright. Losing one’s soul means having no salvation and being separated from God forever. It is said in Heb.11:20, “By faith, Isaac blessed Jacob and Esau in regard to their future.” Actually, that blessing was reserved for Jacob and Esau. But unfortunately, in the end, Esau did not get his share of the blessing.

God loves us so much, as in 2 Pet.3:9-10, “He does not want anyone to be destroyed.” He wants us to enjoy a beautiful eternity. Therefore, Jesus died on the cross, and He said in John 14:1-3, “Do not let your hearts be troubled. You believe in God; believe also in me. My Father’s house has many rooms; if that were not so, would I have told you that I am going there to prepare a place for you? And if I go and prepare a place for you, I will come back and take you to be with me that you also may be where I am.”

However, whether someone finally ends up together with God depends on each individual responding to His goodness and mercy. So if someone perishes, it is not God’s will but that person’s choice. We must be able to perceive God’s message and provide the correct response, then become users of the Word, grace, and salvation because this cannot happen automatically. Not only confidently believing in the mind that Jesus is the Savior but also in the actions that show that belief. Believing means surrendering oneself, where there are affairs, activities, and relationships in it, and it must be built in certain errands between the Father and us.

What business do we have with the Father? If it’s only going to church, it does not fulfill what the Father intended. So, if we say, “I believe,” we must enter into errands with the Father in whom we believe. “I believe in the Lord Jesus” must have something to do with Him, our Lord and Savior. “I believe in the Holy Spirit,” what is our business with the Holy Spirit? Don’t say, ” When it comes to the Holy Spirit, that’s charismatic or Pentecostal people’s business.” That’s all of our business, too.

We must know what business we have with the Father, the Lord Jesus, and the Holy Spirit, whom we believe because quite a few Christians have never dealt with the Holy Spirit, so they have never had an experience with Him. The Holy Spirit reminds everything; it is said in the Bible, “The Holy Spirit will guide you into all the truth.” “He will remind you of everything I have said to you.” God’s Word says, “Every kind of sin and slander can be forgiven, but the blasphemy against the Spirit will not be forgiven,” because blaspheming the Holy Spirit not only refers to an action but refers to a situation when someone can no longer respond to Him and continue to reject Him—to the level of never hearing His voice anymore. People like that cannot receive the process of the Holy Spirit.

People who can no longer receive the process of the Holy Spirit have no chance at all because the Holy Spirit represents God the Father and Lord Jesus, that is, the Spirit of the Father, or the Spirit of God in life. So, people who do not have personal prayer cannot understand the Holy Spirit because they have never heard Him. So, when they hear the sermon, it will only exist in their mind and then disappear. The spiritual books read only provide input for a moment and then forgotten. It should be the Holy Spirit who reminds us. Everything we hear will be reminded of us in the context of the struggles we experience. For example, if God’s Word says, “Love your enemies,” we must meet an enemy, and then the Holy Spirit will remind us, “Love your enemies.” The Word became united in our souls and became our life.

God gives us an opportunity. If we succeed, that Word becomes us. So, it is unsurprising that the Bible says, “I no longer live, but Christ lives in me.” However, those who never interact with the Holy Spirit and never pray never hear His voice. When we say, “I believe in God,” we deal with the Father, which means to be returned to the original design. Our lives must be consumed in the process of becoming like Jesus. We must invest time, give serious attention, and be careful; momentary pleasures can make us miss great opportunities.

Many things fill our lives, which are not a place for God to visit or the Holy Spirit to speak. We are often in areas where the Holy Spirit cannot be present. We do not provide space and time for the Holy Spirit to deal with us. Believe that we will be pleased and happy with God through whatever God gives us. Remember, don’t design; don’t make something our happiness. God wants to deal with us; sometimes, He wants a personal encounter with us, meaning no one except us and Him are present.  

BELIEVING IN THE FATHER MEANS SELF-SURRENDERING AND HAVING ERRANDS BETWEEN US.

Card image
BERURUSAN DENGAN BAPA - 01 Oktober 2023
2023-10-01 09:32:44


Ketika Tuhan Yesus berfirman, “Apa gunanya orang beroleh segenap dunia kalau jiwanya binasa?” sebenarnya kalimat itu juga bisa berarti, “Apa gunanya kamu menikmati kesenangan sesaat, namun setelah itu kamu tidak memiliki kebahagiaan selamanya?” Tuhan tidak mau kita seperti Esau yang sesaat menikmati semangkok makanan, tetapi kehilangan hak kesulungannya. Kehilangan jiwa berarti tidak memiliki keselamatan, terpisah dari Allah selama-slamanya. Dalam Ibrani 11:20, dikatakan, “Karena iman maka Ishak, sambil memandang jauh ke depan, memberikan berkatnya kepada Yakub dan Esau.” Sebenarnya berkat itu disediakan untuk Yakub dan Esau. Namun sayang sekali, pada akhirnya Esau tidak memperoleh bagian berkat.

Tuhan sangat mengasihi kita, seperti yang dikatakan dalam 2 Petrus 3:9-10, “Tuhan tidak menginginkan seorang pun binasa.” Tuhan menghendaki kita menikmati kekekalan yang indah, maka Yesus mati di kayu salib. Tuhan Yesus berkata di Yohanes 14:1-3, "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.”

Namun, apakah akhirnya seseorang bersama dengan Tuhan atau tidak, hal itu tergantung setiap individu dalam merespons kebaikan dan kemurahan Tuhan. Jadi kalau sampai ada yang binasa, pasti bukan kehendak Tuhan, tetapi pilihan orang itu. Kita harus dapat menangkap pesan Tuhan ini dan memberikan respons yang benar; menjadi pengguna firman, pengguna anugerah, pengguna keselamatan. Sebab ini tidak bisa terjadi secara otomatis. Tidak hanya di dalam pikiran, yakin percaya Yesus adalah Juruselamat, tetapi harus di dalam tindakan yang menunjukkan percayanya itu. Percaya itu berarti menyerahkan diri dan di dalamnya ada urusan, aktivitas, relasi yang harus terbangun dalam urusan tertentu antara Bapa dan kita.

Urusan apakah yang kita miliki dengan Bapa? Kalau hanya ke gereja, ini belumlah memenuhi yang dimaksud oleh Bapa. Jadi, kalau kita berkata, “Aku percaya,” berarti kita harus masuk dalam urusan dengan Bapa yang kita percayai. “Aku percaya kepada Tuhan Yesus,” harus ada urusan dengan Yesus yang adalah Tuhan dan Juruselamat kita. “Aku percaya kepada Roh Kudus,” lalu apa urusan kita dengan Roh Kudus? Jangan berkata, “Itu urusan orang kharismatik, urusan orang pentakosta kalau bicara Roh Kudus.” Itu urusan kita semua.

Pertanyaan yang harus direnungkan, apa urusan yang kita miliki dengan Bapa, Tuhan Yesus Kristus, dan Roh Kudus yang kita percayai? Sejatinya, tidak sedikit orang Kristen yang tidak pernah berurusan dengan Roh Kudus, sehingga tidak pernah memiliki pengalaman dengan Roh Kudus. Padahal, Roh Kuduslah yang mengingatkan segala sesuatu, yang dikatakan, “Roh Kudus akan menuntun kamu kepada segala kebenaran.” “Ia akan mengingatkan kepadamu segala sesuatu yang Aku katakan.” Firman Tuhan mengatakan, “Semua dosa diampuni, kecuali menghujat Roh Kudus,” karena menghujat Roh Kudus bukan hanya menunjuk suatu perbuatan, tetapi menunjuk suatu keadaan ketika seseorang tidak dapat lagi merespons pekerjaan Roh Kudus, karena terus menolak—sampai level tidak pernah mendengar lagi—suara Roh Kudus. Tidak bisa menerima penggarapan Roh Kudus.

Orang yang tidak bisa lagi menerima penggarapan Roh Kudus adalah orang yang tidak memiliki kesempatan sama sekali. Bapa dan Tuhan Yesus diwakili oleh Roh Kudus, Roh-Nya Bapa, Roh Allah di dalam kehidupan. Maka, orang yang tidak memiliki doa pribadi, tidak dapat mengerti Roh Kudus, karena tidak pernah mendengar Roh Kudus. Sehingga khotbah yang didengar hanya akan ada di pikiran dan kemudian lenyap. Buku rohani yang kita baca, hanya memberikan input sesaat, lalu kita lupa. Seharusnya, Roh Kudus yang mengingatkan kita. Semua yang kita dengar akan diingatkan, dalam konteks pergumulan yang kita alami. Misalnya, kalau firman Tuhan mengatakan, “Kasihi musuhmu,”. maka kita harus bertemu musuh. Roh Kudus akan mengingatkan, “Kasihi musuhmu.” Firman itu menjadi daging, menyatu dalam jiwa kita. Firman menjadi kehidupan kita.

Tuhan memberi kita kesempatan. Kalau kita berhasil, firman itu menjadi diri kita. Jadi tidak heran kalau Alkitab berkata, “Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus.” Namun, orang tidak pernah bergaul dengan Roh Kudus, tidak pernah doa, maka ia tidak pernah mendengar suara Roh Kudus. Ketika kita berkata, “Aku percaya kepada Allah,” berarti kita berurusan dengan Bapa. Urusannya adalah harus dikembalikan ke rancangan semula. Hidup kita harus disita dalam proses untuk serupa dengan Yesus. Kita harus menginvestasikan waktu, perhatian yang benar-benar serius. Waspadalah, kesenangan-kesenangan sesaat dapat membuat kita kehilangan kesempatan besar.

Sejatinya, banyak hal yang memenuhi hidup kita dan tidak menjadi tempat bagi Tuhan melawat dan Roh Kudus bicara. Kita sering berada di tempat yang Roh Kudus tidak bisa hadir. Kita tidak menyediakan ruangan dan waktu untuk Roh Kudus berurusan dengan kita. Percayalah, bahwa kita akan senang dan bahagia bersama Tuhan, melalui apa pun yang Tuhan berikan kepada kita. Ingat, jangan mendesain, jangan membuat sesuatu menjadi kebahagiaan. Tuhan mau berurusan dengan kita secara pribadi. Ada saat-saat yang Tuhan mau ada perjumpaan pribadi dengan kita, artinya tidak seorang pun hadir di situ kecuali kita dan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PERCAYA KEPADA BAPA BERARTI MENYERAHKAN DIRI DAN DI DALAMNYA ADA URUSAN YANG HARUS TERBANGUN ANTARA BAPA DAN KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 01 Oktober 2023
2023-10-01 09:28:10

Matius 1
Lukas 2

Card image
Truth Kids 30 September 2023 - TETAP HAPPY
2023-09-30 09:34:54


2 Korintus 8:2
“Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.”

Keluarga Rendi berencana untuk pergi ke tempat wisata saat liburan di luar kota. Hal ini sudah direncanakan jauh-jauh hari karena papa dan mama sibuk dengan pekerjaan di kantor. Rendi pun sudah menabung agar dia bisa membeli souvenir di tempat wisata nanti tanpa meminta uang dari orangtuanya. Namun, mendekati hari kepergian, keluarga Rendi dikejutkan dengan berita yang datang dari kampung halaman ayahnya Rendi. Ternyata kakek Rendi terjatuh dan harus masuk ke rumah sakit. Keluarga Rendi segera pergi mengunjungi kakek, kata dokter, ada retak di tulang kaki kakek. Rendi bersedih dan teringat kenangan saat kakek menemaninya bermain.

Rendi sangat menyayangi kakek. Ketika papa mau membelikan kursi roda untuk kakek, Rendi berkata pada papa untuk memakai uang tabungannya juga. Papanya pun bertanya, “Bukankah uang ini untuk tamasya nanti?” Rendi menjawab, “Aku akan lebih bahagia jika uang ini bisa membantu kesembuhan kakek, Pa.” Keluarga Rendi akhirnya tidak jadi tamasya ke tempat wisata. Walaupun begitu, Rendi senang semua keluarganya bisa berkumpul bersama menemani kakek.

Sobat Kids, terkadang apa yang kita senangi atau yang kita inginkan, belum tentu kita dapatkan. Tetapi bisakah kita seperti Rendi? Dalam kekecewaan atau kesedihannya karena tidak jadi berwisata dan kakeknya sakit, tetapi bisa menemukan sukacita dan pengharapan untuk kesembuhan kakeknya. Ayo, kita belajar tetap bersyukur walaupun kita tidak bisa mendapatkan apa yang kita inginkan sehingga sukacita itu tetap ada dalam hati kita.

Card image
Truth Junior 30 September 2023 - SUKACITA DALAM SEGALA HAL
2023-09-30 09:33:17


2 Korintus 8:2
“Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.”

Di ruang Sekolah Minggu, anak-anak sudah berkumpul dan bermain bersama, bahkan ada yang saling bercerita dengan temannya. “Debora, aku mau cerita, nih!” kata Dona. “Wah, kamu mau cerita apa? Cerita sedih atau senang?” tanya Debora. Dona pun berkata, “Mungkin dua-duanya, ya,” Dona pun mulai bercerita kepada Debora.

“Dua hari yang lalu, aku senang banget bisa memenangkan lomba dan mendapatkan juara 1 menggambar saat mengikuti perlombaan di sekolah. Tapi aku sedih, karena kemarin aku ikut lomba menggambar di sebuah mal, aku tidak bisa jadi juara 1. Padahal, aku sudah memberikan gambar yang terbaik, tapi tetap gagal, sehingga hanya mendapatkan juara 3,” cerita Dona. “Selamat ya, kamu sudah meraih juara. Juara 3 itu juga sudah mengagumkan, Dona. Kamu sangat hebat,” kata Debora menyemangati Dona. Dona pun mengiyakan apa yang dikatakan oleh Debora. “Yuk, kita siap-siap karena sudah mau mulai ibadah Sekolah Minggunya,” ajak Debora.

Dari cerita di atas kita dapat belajar, bahwa kita sukacita bukan hanya ketika kita dapat melakukan sesuatu dan kita bisa berhasil mencapainya. Tetapi, kita juga harus sukacita ketika apa yang kita lakukan tidak memberikan hasil sesuai dengan keinginan kita. Jadi, sukacita itu harus dalam segala hal; baik yang kita lakukan berhasil atau tidak berhasil. Itu adalah sukacita yang Tuhan Yesus mau kita lakukan sebagai murid-murid-Nya.

Card image
Truth Youth 30 September 2023 (English Version) - GOD'S TOOL FOR THE WORLD
2023-09-30 09:30:56


"You are the light of the world. A city set on a hill cannot be hidden." (Matthew 5:14)

One thing we must understand is that God yearns for His character to be known by all humanity. God wants each of us to experience His love, patience, and acceptance of our existence – everything that pertains to God's character. However, all this is hindered by sin, preventing humans from fully comprehending that God has bestowed all good things upon us.

The world has been contaminated by various sins, and more and more people are indulging in and even living in sin. The world and its pleasures must be our enemies as believers. However, let's not misunderstand this. "The world" here refers to the spirit or desire of the Evil One that leads us away from God, not to the people of the world.

We are called not to shun the world in the sense of its people; on the contrary, we are called to be God's instruments to shine light and spread the salt of His character to many. In doing so, we introduce or demonstrate God's love, patience, and all that is good in His character to the world.

People dwelling in this dark world need the light of God to escape from the darkness and live in His light again. Thus, as believers, we must be trustworthy tools for God in the world. All of this, of course, is for the glory of the Father in heaven.

Hence, to be trusted by God, we must have humility and a reverent attitude toward Him. As a result, our actions in every moment impact many people and become blessings to the world. God wants us to be instruments for His glory in eternity. In eternity, we become beautiful vessels together with the Father. Remember, there is life there. So, we must be formed while we're on this earth, becoming instruments of His glory, becoming steady and permanent rhythms. Of course, in a natural way, not contrived.

WHAT TO DO:
1. Always consider God's feelings when making decisions.
2. Be God's instrument at home, school, church, and wherever you are.
3. Remember that our entire body is God's tool. So, don't act on your own whims.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 23-24

Card image
Truth Youth 30 September 2023 - ALAT TUHAN BAGI DUNIA
2023-09-30 09:28:24


“Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.” (Matius 5:14)

Satu hal yang harus kita pahami, bahwa Tuhan sangat rindu Pribadi-Nya dikenal oleh semua manusia. Tuhan ingin setiap kita merasakan kasih, kesabaran, dan penerimaan Tuhan atas keberadaan kita, yaitu semua hal yang ada pada diri Allah. Namun, semua itu terhalang oleh keberdosaan, yang membuat manusia tidak mampu memahami bahwa Tuhan telah mencurahkan segala yang baik bagi kita.

Dunia telah tercemari oleh beragam dosa, yang semakin hari semakin banyak orang menikmati dan bahkan hidup dalam dosa. Dunia dan segala kesenangannya haruslah menjadi musuh kita sebagai orang percaya. Namun, kalimat ini jangan disalahpahami. “Dunia” di sini adalah spirit atau gairah dari si Jahat yang membuat kita menjauh dari Tuhan, bukan menunjuk kepada sesama kita sebagai manusianya.

Kita dipanggil bukan untuk menjauhi dunia dalam arti orang-orangnya, justru kita dipanggil menjadi alat Tuhan untuk menerangi serta menggarami banyak orang. Sebab dengan cara demikian kita memperkenalkan atau mendemonstrasikan kasih, kesabaran serta semua hal yang baik pada Pribadi Tuhan kepada dunia.

Orang-orang yang tinggal di dalam dunia yang gelap ini, memerlukan terang Tuhan untuk bisa keluar dari gelap dan hidup kembali dalam terang-Nya. Maka, kita sebagai orang percaya harus bisa dipercayai untuk menjadi alat Tuhan bagi dunia. Yang semua itu tentu untuk kemuliaan Bapa di surga.

Oleh karena itu, untuk bisa dipercayai Tuhan, maka kita harus memiliki kerendahan hati dan sikap yang takut akan Dia. Sehingga tindakan dalam kehidupan kita di setiap saat berdampak bagi banyak orang dan menjadi berkat bagi dunia. Tuhan ingin kita ini menjadi alat kemuliaan-Nya di kekekalan. Di kekekalan nanti, kita menjadi bejana indah yang bersama-sama dengan Bapa. Ingat, di sana ada kehidupan. Maka, kita sudah harus terbentuk sejak kita di bumi ini, menjadi alat kemuliaan-Nya, menjadi irama yang tetap dan yang permanen. Tentu secara natural, bukan dibuat-buat.

WHAT TO DO:
1. Selalu pertimbangkan perasaan Tuhan dalam mengambil keputusan.
2. Menjadi alat-Nya Tuhan di rumah, sekolah, gereja, dan di mana pun berada.
3. Ingat seluruh tubuh kita adalah alat Tuhan. Maka, jangan suka-suka sendiri.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yehezkiel 23-24

Card image
Renungan Pagi - 30 September 2023
2023-09-30 09:23:20


Roh Kudus tidak memaksa, namun kita yang harus berambisi. Dan ambisi kita satu-satunya adalah bagaimana kita menjadi seorang yang istimewa di mata Allah.

Card image
Quote Of The Day - 30 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-30 09:21:36


Roh Kudus tidak memaksa, namun kita yang harus berambisi. Dan ambisi kita satu-satunya adalah bagaimana kita menjadi seorang yang istimewa di mata Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 30 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-30 09:19:54


Kebahagiaan kita hanya Tuhan, entah nanti apa yang terjadi, kita hadapi. Yang penting dari hari ke hari, kita belajar dari Roh Kudus untuk mengenakan hidup-Nya Yesus.

Card image
BEAUTIFUL PAINTING OF LIFE - 30 September 2023 (English Version)
2023-09-30 09:17:58


The quality of our life depends on each of us. Life is like a painting, and the beauty of our life depends on us, but many people don’t realize that painting beauty requires hard work. We cannot live as we please, which will automatically paint a beautiful scene. Painting beauty requires an expensive stake. We must have the courage to throw away everything that makes our paintings less beautiful.

A beautiful life painting before God is born from a life always before Him. If we maintain our life before God, always in His presence, we must retain holiness and not do things He does not enjoy; then the painting will be beautifully drawn. Our hard work is how we consistently live in God’s presence and not carelessly. We must live in divine courtesy, which means politeness as children of God who have a divine nature and must always act according to His thoughts and feelings.

So, it is clear that to knit the beauty of our paintings, we should live in the presence of God, like David, who is pleasing because he lives before God and has a pleasing heart. It is often said in the Bible that a person pleases God because they live before God, which is what we must continue to develop. We must be twenty-four hours in God’s presence, unceasingly, constantly. This is what God wants in our lives. If we live before God, we will be careful in everything we do.

And without us knowing it, we are knitting a beautiful painting. Painting the life of someone in God’s presence must be beautiful. A beautiful picture in one’s life must always occur, not just occasionally. Like a metered taxi, it’s already running; whether speeding or not, the taxi meter is still running. Of course, the meter will also be faster if we go fast. So, we knit a beautiful painting in our life, every time and moment. There is no time when we do not knit a picture before God. There is no time when we do not knit or paint; it must be done every time.

Therefore, we must be cautious about everything we do, think, and say all the time, and it depends on how strong our interest is to have a beautiful painting. Like a competition, we must really take advantage of every opportunity every time there is. Everyone’s life portrait will be displayed one day, and everyone will see it. It is at that time that people will receive praise from God.

In general, people seek praise and honor from others. However, we want to learn to seek recognition from God and not make it a problem if no one praises or respects us. Maybe we are even looked down upon, not dignified, not noble, and have no value in the eyes of humans. That’s okay. But we continue to struggle, continue to struggle to have value before God. God will help us because the Father wants us to be superior, noble, and valuable.

That is why the Holy Spirit is sealed within us to guide us to all truth, which is the same as guiding us so that we become extraordinary human beings. God wants this to make us human beings of value, and only those whose life paintings are beautiful will be preserved for eternity. This is powerful and thrilling.

So, if someone lives carelessly and does not paint a beautiful painting in God’s eyes, God will not place them in the Kingdom of Heaven. Only those whose paintings are beautiful will continue to be brought into the Kingdom of Heaven and become beautiful paintings in eternity and will continue to become more perfect. Therefore, let’s really pay attention to this every moment, every second, every minute when the painting process is in progress. Don’t forget that the painting process is ongoing every second, every minute. So don’t dirty the canvas of our lives with inappropriate actions.

A BEAUTIFUL PAINTING OF LIFE BEFORE GOD WAS BORN FROM A LIFE ALWAYS BEFORE GOD.

Card image
LUKISAN INDAH KEHIDUPAN - 30 September 2023
2023-09-30 09:14:57


Bagaimana kualitas hidup kita, tergantung kita masing-masing. Hidup bagai sebuah lukisan, dan seberapa indahnya lukisan hidup kita, tergantung kita. Namun yang tidak disadari oleh banyak orang adalah bahwa melukis keindahan membutuhkan kerja keras. Kita tidak bisa hidup suka-suka kita sendiri. Lalu dengan sendirinya nanti terlukis, tergambar, pemandangan yang indah di dalam hidup kita. Melukis keindahan itu perlu pertaruhan yang mahal. Di dalam pertaruhan itu kita harus berani membuang segala hal yang membuat lukisan kita tidak indah.

Lukisan hidup yang indah di hadapan Allah terlahir dari kehidupan yang selalu ada di hadapan Allah. Kalau kita mempertahankan hidup di hadapan Allah, selalu di dalam hadirat Tuhan, berarti kita harus terus menjaga kekudusan dan tidak melakukan hal-hal yang Tuhan tidak ikut menikmatinya; maka lukisan akan tergambar indah dengan sendirinya. Jadi kerja keras kita adalah bagaimana kita selalu menghayati bahwa kita ada di hadapan Allah. Kalau kita ada di hadapan Allah, jangan coba-coba hidup sembarangan. Kita harus hidup dalam kesantunan ilahi. Kesantunan ilahi artinya kesantunan sebagai anak-anak Allah yang berkodrat ilahi, yang harus selalu bertindak sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah.

Jadi jelas, bagaimana kita merajut keindahan lukisan kita, yaitu kita hidup di hadirat Allah. Seperti Daud yang berkenan di hadapan Allah adalah karena ia hidup di hadapan Allah. Daud memiliki hati yang berkenan. Berkali-kali di Alkitab dikatakan bahwa seseorang itu berkenan kepada Allah karena ia hidup di hadapan Allah. Inilah yang kita harus terus kembangkan. Dua puluh empat jam di hadirat Allah, tiada henti, terus-menerus di hadapan Allah. Ini yang Allah kehendaki di dalam hidup kita. Kita hayati kehidupan di hadapan Allah. Kita berhati-hati dalam segala sesuatu yang kita lakukan.

Dan tanpa kita sadari, kita sedang merajut lukisan yang indah. Lukisan hidup seseorang yang ada di hadapan Allah, pasti indah. Lukisan yang indah dalam hidup seseorang harus berlangsung setiap saat, bukan hanya sesekali; tetapi setiap saat. Ibarat naik taksi argonya sudah jalan, entah jalannya ngebut atau tidak ngebut, argo taksi tetap jalan. Tentu kalau jalannya ngebut, argonya juga lebih cepat. Jadi setiap saat kita merajut lukisan yang indah dalam hidup kita, setiap saat. Tidak ada saat di mana kita tidak merajut lukisan di hadapan Allah. Tidak ada saat di mana kita tidak merajut, tidak ada waktu di mana kita tidak melukis; setiap saat kita melukis.

Karenanya kita harus benar-benar berhati-hati atas segala sesuatu yang kita lakukan, kita pikirkan, kita ucapkan, di setiap waktu. Sekarang tergantung seberapa kuat minat kita untuk memiliki lukisan yang indah. Ibarat sebuah kompetisi, kita harus sungguh-sungguh memanfaatkan setiap kesempatan, setiap waktu yang ada. Suatu hari nanti lukisan hidup setiap orang akan terpampang dan semua orang akan melihatnya. Pada waktu itulah orang akan mendapatkan pujian dari Tuhan.

Pada umumnya, orang mencari pujian dan kehormatan dari manusia. Namun, kita mau belajar mencari pujian dari Allah. Walau tidak ada manusia yang memuji dan menghormati kita, jangan jadikan itu masalah. Bahkan mungkin kita dipandang rendah, tidak bermartabat, tidak mulia, tidak memiliki nilai di mata manusia, tidak apa-apa. Tetapi kita terus berjuang, terus bergumul untuk memiliki nilai di hadapan Allah. Tuhan akan menolong kita. Karena Bapa memang menghendaki agar kita menjadi orang-orang yang unggul, yang mulia, yang berharga.

Itulah sebabnya Roh Kudus dimeteraikan di dalam diri kita untuk menuntun kita kepada seluruh kebenaran, yang sama artinya menuntun kita agar kita menjadi manusia yang luar biasa. Ini yang Allah kehendaki, sehingga kita menjadi manusia yang bernilai. Hanya mereka yang lukisan hidupnya indah yang akan dilestarikan di kekekalan. Ini dahsyat dan menggetarkan.

Maka kalau seseorang sembarangan hidup, tidak melukis lukisan indah di mata Allah, Tuhan tidak akan pajang, Tuhan tidak akan taruh di dalam Kerajaan Surga. Hanya orang-orang yang lukisannya indah, yang akan terus dibawa ke dalam Kerajaan Surga dan terus menjadi lukisan indah di kekekalan, yang terus menjadi lebih sempurna di kekekalan. Oleh sebab itu, mari kita benar-benar memperhatikan hal ini setiap saat, setiap detik, setiap menit ketika proses melukis itu sedang berlangsung. Jangan lupa setiap detik, setiap menit, proses pelukisan itu sedang berlangsung. Jadi jangan mengotori kanvas hidup kita dengan perbuatan yang tidak patut.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

LUKISAN HIDUP YANG INDAH DI HADAPAN ALLAH TERLAHIR DARI KEHIDUPAN YANG SELALU ADA DI HADAPAN ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 September 2023
2023-09-30 09:10:45

Lukas 1
Yohanes 1

Card image
Truth Kids 29 September 2023 - HADIAH YANG TAK TERLIHAT
2023-09-29 09:54:35


Kolose 3:23
“Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”

Sobat Kids, pernahkah kalian memberikan hadiah pada seseorang? Jika pernah, coba sebutkan dalam hati, hadiah apa yang kalian berikan pada orang lain? Nah, jika sudah disebutkan, coba ingat-ingat, apa yang kita rasakan saat memberikan hadiah itu? Tentu kita merasa senang dan bahagia, ya, Sobat Kids. Tetapi tahukah kalian bahwa kita bisa memberikan hadiah yang tak terlihat pada orang lain?

Banyak orang menganggap hadiah yang berharga itu adalah hadiah yang mahal, atau hadiah yang langka, mainan baru, makanan enak dan sebagainya, bukan?? Tetapi hari ini kita mau belajar bahwa hadiah yang dapat memberikan sukacita itu bukan hanya hadiah-hadiah mahal, atau makanan yang enak. Ada hadiah berharga yang tak terlihat! Hadiah seperti perhatian kita, waktu, kepedulian kita, juga doa kita untuk orang lain. Hal ini sering kali kita lupakan, Sobat Kids, tetapi sebenarnya memiliki dampak yang besar.

Kita hanya bisa memberi 1 mainan kepada satu teman. Namun kita bisa mendoakan teman-teman kita sebanyak banyaknya, dan Tuhan pasti mendengarnya. Jika kita peduli pada mama papa, kita akan membantu menjaga kebersihan rumah. Itu tidak hanya menyenangkan papa dan mama tetapi juga menyenangkan Tuhan. Wah, banyak bukan, hadiah tak terlihat yang bisa kita berikan untuk orang lain? Ayo, kita mulai beri hadiah tak terlihat untuk orang-orang di sekitar kita, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 29 September 2023 - LAKUKANLAH UNTUK TUHAN
2023-09-29 09:50:48


Kolose 3:23
“Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”

Dino dan Dina, mereka sudah berteman sejak kecil. Mereka selalu bersama, mengerjakan tugas bersama, bahkan jalan-jalan bersama. Suatu hari, keluarga Dino dan Dina makan bersama di restoran sebuah mal yang sangat bagus. Mereka pun memesan makanan. Mereka merasa sangat senang. Dino melihat sekeliling restoran, sebab tempatnya sangat bagus dan nyaman sekali. Lalu Dino melihat keluar, nampak ada seorang bapak yang sedang menarik sebuah gerobak sampah. Dino pun berpikir, “Aku ingin sekali memberikan sesuatu pada Bapak itu. Tapi bagaimana caranya?” Ia pun bercerita pada Dina dan Dina memberikan saran, “Bagaimana kalau kita memesankan makanan untuk Bapak itu?” Dino pun setuju dan ia meminta izin kepada papa mamanya untuk memesankan makanan buat bapak itu. Orang tua Dino pun setuju dan ikut senang. Akhirnya mereka memesan makanan.

Setelah makanan selesai dimasak, mereka pun memberikannya kepada bapak itu. Dino berkata, “Dina, aku sukacita sekali bisa memberikan makanan untuk Bapak itu.” Dina pun menjawab, “Sama, aku juga ikut sukacita bisa bantu Bapak itu. Ternyata membantu atau memberi kepada orang lain lebih sukacita daripada makanan tersebut hanya kita nikmati sendirian.”

Sobat Junior, ternyata sukacita itu bisa datang ketika kita memberikan sesuatu atau menolong orang yang sangat membutuhkan. Karena itu, ayat renungan hari ini mengatakan bahwa apa pun yang kita lakukan, harus dilakukan dengan segenap hati seperti untuk Tuhan, bukan untuk manusia. Seperti Dino dan Dina yang memberikan makanan kepada orang lain yang membutuhkan, mereka melakukan bukan untuk mendapatkan pujian dari manusia, melainkan untuk Tuhan. Itulah yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan.

Card image
Truth Youth 29 September 2023 (English Version) - BECOMING AN ADVERSARY, NOT A FRIEND
2023-09-29 09:48:16


"Do not be conformed to this world, but be transformed by the renewal of your mind, that by testing you may discern what is the will of God, what is good and acceptable and perfect." (Romans 12:2)

As Christians, we are taught from a young age not to have enemies. Whether in our family, school, or church friendships. Having enemies indicates that we're not liked by others. There's even a saying, "A thousand friends are too few, one enemy is too many." This saying intends to teach that having enemies is indeed undesirable, even just one.

But, do you know, my friends, that nowadays we need to have an enemy? There's one that we should consider as a common enemy. In the Bible, Ephesians 6:12 states that our enemy is the rulers and authorities of the dark world. This represents the Evil One, who since the beginning of the world has tempted humanity to fall into sin.

The world today offers many pleasures, luxuries, and all sorts of beautiful things. However, they're all traps set by the Devil to distract many people from focusing on the beauty of God. These worldly pleasures are what we, as Christians, need to be cautious of, so that we don't fall into the traps the world offers, which will only bring about God's wrath.

Therefore, these worldly pleasures that lead to destruction must become the enemy of every Christian. We must not be friends with the world; instead, we should see these worldly pleasures as adversaries. This is because by doing so, we can love God and make Him the only pleasure in our lives. Let's strive to always live according to God's will and desire. Remember, Jesus is the true friend in every Christian's life.

WHAT TO DO:
1. Identify worldly pleasures that contradict God's Word. Afterward, avoid and never attempt those sinful things.
2. Spend more time reading the Bible, engaging in spiritual communities, and cultivating love for God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 21-22

Card image
Truth Youth 29 September 2023 - MENJADI LAWAN, BUKAN KAWAN
2023-09-29 09:45:40


“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2)

Sebagai orang Kristen, kita sudah dari kecil diajarkan untuk tidak memiliki musuh. Baik di pertemanan rumah, di sekolah, dan di gereja. Sebab jika kita memiliki musuh, itu menandakan kita tidak disukai oleh orang lain. Bahkan ada pepatah mengatakan: “seribu teman itu sedikit, tapi satu musuh terlalu banyak”. Pepatah ini ingin mengajarkan bahwa memang tidak baik memiliki musuh, walau hanya satu. Tapi tahukah teman-teman, bahwa saat ini kita harus memiliki musuh? Ada yang pantas kita jadikan musuh bersama. Di dalam Alkitab, pada surat Efesus 6:12, dituliskan bahwa yang menjadi musuh adalah penguasa dan penghulu dunia yang gelap ini. Ini merupakan gambaran dari si Jahat, yang sejak dari mula dunia ini diciptakan sudah membuat manusia tergoda untuk jatuh pada dosa.

Dunia saat ini menawarkan banyak kesenangan, kemewahan, dan segala macam hal yang indah. Namun, itu semua hanya perangkap dari Iblis untuk menarik banyak manusia hanya fokus pada kesenangan dunia ini, tanpa mempedulikan keindahan pada diri Tuhan. Kesenangan dunia inilah yang harus diwaspadai oleh kita orang-orang Kristen, agar jangan mau terjebak akan penawaran yang dunia ini berikan, semua itu hanya akan mendatangkan murka dari Allah.

Oleh karena itu, kesenangan dunia ini yang akan membawa kepada kebinasaan harus menjadi musuh setiap orang Kristen. Tidak boleh sedikit pun kita berteman dengan dunia ini, tetapi kita harus jadikan kesenangan dunia ini sebagai lawan. Sebab hanya dengan cara demikian, kita bisa mengasihi Tuhan dan menjadikan Ia satu-satunya kesenangan dalam hidup kita. Mari berjuang untuk selalu hidup dalam penurutan akan kehendak Allah untuk menjadi kerinduan setiap kita. Ingatlah, Tuhan Yesus adalah teman sejati dalam hidup setiap orang Kristen.

WHAT TO DO:
1. Kenali kesenangan dunia yang bertentangan dengan firman Tuhan. Setelah itu jauhi dan jangan pernah untuk mencoba hal-hal yang salah itu.
2. Perbanyak waktu untuk baca Alkitab, bersekutu dalam komunitas rohani dan miliki cinta kepada Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yehezkiel 21-22

Card image
Renungan Pagi - 29 September 2023
2023-09-29 09:42:48


"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus."

Pernyataan firman Tuhan untuk tidak kuatir tentang apapun juga, memberikan jaminan rasa aman dan tentram sekalipun ditengah tantangan hidup yang sering membuat kita gundah dan takut, bahkan hampir putus harapan. Itu sebabnya Tuhan memberikan Damai Sejahtera-Nya untuk memberikan ketenangan dan kelegaan sehingga tidak mencurigai Tuhan dalam segala kehendak-Nya.

Damai Sejahtera Tuhan membuat kita dapat menyatakan segala hal dihadapan Tuhan dengan permohonan dan ucapan syukur, sehingga kita percaya bahwa Tuhan akan memberikan pertolongan tepat pada waktu-Nya dan sesuai dengan cara-Nya.
(Filipi 4:6-7)

Card image
Quote Of The Day - 29 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-29 09:39:45


Dalam proses pembentukan kita, bukan hanya Allah melalui Roh Kudus yang berperan, kita juga berperan, maka seharusnya ini lebih membuat kita terpacu untuk memberi diri dibentuk Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 29 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-29 09:37:59


Kita harus terus ada di dalam kesadaran bahwa kita adalah orang-orang yang memang dipersiapkan untuk dimuliakan. Maka kita harus memaksa diri untuk berubah.

Card image
NO OTHER CHOICE - 29 September 2023 (English Version)
2023-09-29 09:08:46


We must truly separate ourselves from the world; in this case, we have no other choice. This doesn’t make us ridiculous, but we are present amid the world to be light and salt, to be God’s witnesses, where our lives become God’s means to touch those around us. So, if we are in the midst of the world, where we come into contact with people, we are there to be witnesses, to be channels of blessing. We must not be the same as the world. Like it or not, we must socialize amid society, extended family, work, and campus, but remember that we are here to be witnesses because we are God’s messengers.

So, if God’s Word says, “So whether you eat or drink or whatever you do, do it all for the glory of God,” we fulfill God’s word. We must separate ourselves from the world and avoid activities that do not make our faith grow. Indeed, we must give time to socialization and not be exclusive until people see us as arrogant or become a stumbling block. Socializing is fine, but there are limits, and surely, the Holy Spirit will guide us.

The Holy Spirit helps us to shape our lives according to the pattern of Jesus’ life when He lived 2000 years ago. The life of Jesus is applied in our lives, and each one is unique; no one is the same. If the process takes place correctly, only then can we experience what is called a new birth. The new birth is not something simple or straightforward as has been formulated: “Believe in Jesus, you will be saved.” What is believing?

If we look back at the faith life of Christians in the early centuries, their life was not comfortable at all. They experienced persecution, swords, nakedness, and various other persecutions. They must risk their wealth, family, and even their lives to believe in Jesus. The beliefs of the Roman church at that time were not like the Christians today. If God’s word says, ” You are more than conquerors,” we must be more than those who are victorious economically, politically, etc. Why? Because nothing can separate us from the love of Christ.

Many believers whose economy is weak, their education low, and their appearance unattractive are outwardly inferior to the world’s children. However, God’s Word says that we are more than victorious people. Why? Because the Holy Spirit works on us to put on the life of Jesus. Therefore, let’s enjoy the dynamics of life walking with the Holy Spirit. The problem is how situational we are; when in church, we are so excited. However, as soon as we exit the church room, everything is gone. We must understand that we are God’s chosen people, prepared to enter the palace of God the Father and inherit glory with the Lord.

What a calling! So, we must continue to be aware that we are people prepared to be glorified. So, we have to force ourselves to change. We must have seen the expanse of green fields with no edge and imagined how beautiful palaces are beyond our understanding today. Therefore, our lives must be genuinely correct. Let’s get out of this earthly Egypt and into the heavenly Canaan! Life is tragic.

If we have a college degree, a job with a very high salary, a good partner, and intelligent and healthy children, but all that doesn’t make us happy, why? Because we will never be satisfied with a title, salary, happy family, or whatever. Our happiness is only God, and we will face whatever will happen later. The important thing is that from day to day, we learn from the Holy Spirit to put on the life of Jesus. Looking to tomorrow, sometimes our hearts become discouraged because of our heavy burden, but when we remember how Moses brought the Israelites out of Egypt to Canaan—by bringing two million people—without any provisions, our hearts become strong. Just do it; the important thing is not to make God sad.

When we aspire to be better daily, God always points out inappropriate or deviating things, even though people may think they are okay. Still, God is not comfortable with that attitude or those words. The Holy Spirit will lead us, and we will marvel at His miraculous, extraordinary work and how He shapes us. Our bad character is eroded until we are at a level where we can say, “I no longer live, but Christ lives in me.” Nothing pleases the Father more than this. Therefore, if God gives us a new day, we are grateful and determined to live holier and more pleasing.  

WE MUST TRULY SEPARATE OURSELVES FROM THE WORLD AND HAVE NO OTHER CHOICE.

Card image
TIDAK ADA PILIHAN LAIN - 29 September 2023
2023-09-29 09:05:40


Kita harus sungguh-sungguh memisahkan diri dari dunia. Dalam hal ini, kita tidak memiliki pilihan lain. Ini tidak membuat kita menjadi konyol. Kita hadir di tengah-tengah dunia untuk menjadi terang dan garam, menjadi saksi Tuhan, saksi Kristus, di mana hidup kita menjadi sarana Tuhan untuk menjamah orang di sekitar kita. Jadi, kalau kita ada di tengah-tengah dunia, di mana kita bersentuhan dengan orang, kita hadir untuk menjadi saksi, menjadi saluran berkat. Kita tidak boleh sama dengan dunia. Mau tidak mau, kita memang harus bergaul di tengah-tengah masyarakat, keluarga besar, pekerjaan, kampus, tetapi ingat bahwa kita hadir untuk menjadi saksi. Karena kita adalah utusan Tuhan.

Jadi, kalau firman Tuhan mengatakan, "Baik kamu makan atau minum, atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah," di situ kita memenuhi firman Tuhan tersebut. Kita harus memisahkan diri dari dunia, maka kegiatan-kegiatan yang tidak membuat iman kita bertumbuh, harus kita hindari. Memang kita harus memberi waktu dalam pergaulan, jangan eksklusif sampai orang memandang kita sombong atau kita menjadi batu sandungan. Bergaul, boleh, tetapi ada batas. Pasti Roh Kudus akan menuntun kita.

Roh Kudus menolong kita bagaimana membentuk hidup kita dengan pola kehidupan Yesus yang pernah Yesus jalani 2000 tahun yang lalu. Bagaimana kehidupan Yesus diselenggarakan di dalam hidup kita, dan setiap orang pasti khusus, tidak ada yang sama. Jika proses itu berlangsung dengan benar, maka kita baru bisa mengalami apa yang disebut kelahiran baru. Sebab kelahiran baru bukan sesuatu yang sederhana atau mudah seperti yang selama ini dirumuskan: "percaya Yesus, pasti selamat.” Percaya itu apa?

Kalau kita menengok kembali kehidupan iman orang Kristen di abad mula-mula, kehidupan mereka tidak nyaman sama sekali. Mereka mengalami aniaya, pedang, ketelanjangan, dan berbagai aniaya lain. Mereka harus mempertaruhkan harta, keluarga, bahkan nyawa demi percayanya kepada Yesus. Percayanya orang Roma waktu itu, bukan percayanya orang Kristen hari ini. Kalau firman Tuhan mengatakan, "Kamu lebih dari pemenang," artinya kita harus lebih dari orang-orang yang menang secara ekonomi, politik, dan lain-lain. Mengapa? Karena tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus.

Sejatinya, banyak di antara orang percaya yang ekonominya lemah, pendidikannya rendah, penampilan tidak menarik, secara lahiriah kalah dengan anak dunia. Namun, firman Tuhan mengatakan bahwa kita lebih dari orang-orang menang. Kenapa? Karena Roh Kudus menggarap kita untuk mengenakan hidup Yesus. Untuk itu, mari kita menikmati dinamika hidup berjalan dengan Roh Kudus. Masalahnya, betapa situasionalnya kita di gereja, begitu bersemangat. Lalu begitu kita keluar dari ruang gereja, semua lenyap. Renungkan bahwa kita adalah orang-orang yang dipilih Tuhan, dipersiapkan untuk masuk istana Allah Bapa, dipersiapkan mewarisi kemuliaan bersama dengan Tuhan.

Betapa hebat panggilan ini! Jadi, kita harus terus ada di dalam kesadaran bahwa kita adalah orang-orang yang memang dipersiapkan untuk dimuliakan. Maka kita harus memaksa diri untuk berubah. Kita harus sudah melihat hamparan padang hijau yang tak bertepi dan sudah membayangkan bagaimana istana indah yang di luar pengertian kita hari ini. Makanya, hidup kita harus benar-benar benar. Ayo, kita keluar dari Mesir dunia ini dan menuju Kanaan surgawi! Hidup ini tragis.

Seandainya kita punya gelar sarjana, bekerja dengan gaji sangat besar, pasangan yang baik, anak-anak yang pandai dan sehat, tetapi semua itu tidak membuat kita bahagia, kenapa? Karena kita tidak akan pernah puas dengan gelar, jumlah gaji, keluarga bahagia, apa pun. Kebahagiaan kita hanya Tuhan, entah nanti apa yang terjadi, kita hadapi. Yang penting dari hari ke hari, kita belajar dari Roh Kudus untuk mengenakan hidup-Nya Yesus. Menatap hari esok, kadang-kadang hati menjadi kecut, karena berat beban yang kita pikul, tetapi ketika kita ingat bagaimana Musa membawa bangsa Israel keluar dari Mesir ke Kanaan—dengan membawa dua juta orang—tanpa bekal, hati kita menjadi kuat. Jalani saja, yang penting jangan sampai kita mendukakan Tuhan.

Setiap hari, kita berambisi menjadi lebih baik, dan Tuhan selalu menunjukkan hal-hal yang tidak patut atau meleset, walaupun itu mungkin dipandang orang tidak salah, tapi Tuhan tidak nyaman dengan sikap itu atau ucapan itu. Roh Kudus akan pimpin kita dan kita akan mengagumi karya Roh Kudus yang begitu ajaib, luar biasa; bagaimana Roh Kudus membentuk kita. Karakter kita yang buruk, dikikis, sampai kita pada satu level di mana kita bisa berkata, _"Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang tinggal di dalam aku."_ Tidak ada hal yang lebih menyenangkan hati Bapa selain hal ini. Makanya, kalau Tuhan kasih kita hari yang baru, kita berterima kasih dan bertekad hidup lebih kudus dan lebih berkenan lagi.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS SUNGGUH-SUNGGUH MEMISAHKAN DIRI DARI DUNIA, DAN DALAM HAL INI, KITA TIDAK MEMILIKI PILIHAN LAIN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 29 September 2023
2023-09-29 09:02:59

Maleakhi 1-4

Card image
Truth Kids 28 September 2023 - MENDUKAKAN HATI TUHAN
2023-09-28 10:49:35



2 Timotius 2:22
“Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.”

Sobat Kids, hal apa yang membuat kalian merasa senang? Apakah saat mendapatkan mainan baru? Apakah saat jalan-jalan ke tempat wisata? Atau saat makan makanan enak? Kebahagiaan di dunia ini seringkali tentang kesenangan yang hanya dapat dinikmati di dunia ini. Misalnya dapat barang atau mainan bagus, bisa makan yang enak-enak, jalan-jalan dan jajan.

Hati-hati, ya, Sobat Kids. Jika kita mengejar kebahagiaan seperti cara orang dunia berpikir, maka artinya kita sedang mendukakan hati Tuhan. Mengapa demikian? Kita tidak memikirkan kesenangan Tuhan, yang kita pikirkan hanyalah diri kita sendiri. Itu yang menyebabkan hati Tuhan berduka atau sedih. Sobat Kids, terkadang sebagai manusia, kita sering memilih jalan yang salah. Akibatnya sering membuat hati Tuhan sedih. Jangan sampai Tuhan sedih, ya, Sobat Kids. Saat kita merasa bahagia, seharusnya Tuhan juga merasakan bahagia.

Card image
Truth Junior 28 September 2023 - SUKACITA YANG MEMBAWA KESEDIHAN
2023-09-28 10:45:52



2 Timotius 2:22
“Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.”

Sobat Junior, tahu tidak kalau sukacita yang kita miliki itu bisa saja membuat Tuhan sedih? Memang bisa, ya? Kita harus tahu dulu sukacita seperti apa yang membuat Tuhan sedih. Itulah yang mau kita pelajari bersama-sama hari ini.

Sukacita atau kebahagiaan itu pasti yang diinginkan oleh semua orang. Bahkan Tuhan juga mau semua kita merasakan sukacita. Melalui renungan kemarin, kita belajar bahwa sesungguhnya sukacita itu sederhana, yaitu berasal dari Tuhan. Tetapi Sobat Junior perlu tahu, bahwa selama kita ada di dunia ini, dunia juga menawarkan sukacita, loh. Makanya kita harus berhati-hati. Apakah sukacita yang kita miliki ini berasal dari dunia ini atau berasal dari Tuhan?

Sukacita yang berasal dari dunia ini biasanya sesuai dengan keinginan kita. Contohnya makanan, jalan-jalan ke luar negeri, beli mainan yang mewah, atau lainnya. Hal-hal itu bisa membuat kita bahagia. Lalu apakah kita tidak boleh melakukan hal tersebut? Tentu boleh, tidak salah melakukan hal tersebut. Asalkan hal tersebut memang diizinkan atau diperintahkan oleh Tuhan.Tuhan mau kita bukan mencari kebahagiaan yang ada di dunia ini, karena hal tersebut dapat membuat Tuhan Yesus menjadi sedih. Jika kita hanya mengharapkan kebahagiaan dari dunia, hal itu akan membuat kita lupa bahwa sukacita yang sesungguhnya berasal dari Tuhan. Jadi, pastikan sukacita yang kita rasakan tidak membuat Tuhan sedih, ya, Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 28 September 2023 (English Version) - WALKING WITH THE LORD
2023-09-28 22:29:42


"The fear of the LORD is the beginning of wisdom, and the knowledge of the Holy One is understanding." (Proverbs 9:10)

The path every believer must take is certainly not easy. Choosing to follow in God's footsteps is a challenging and precious endeavor. This is because the path God wants us to take will undoubtedly require us to give up many pleasures within ourselves. Because following in the footsteps of the Lord requires a willing heart to leave behind all forms of worldly beauty.

God never promised that the path we walk would be smooth or without obstacles. In fact, sometimes God leads us down rugged, rocky, and steep paths. However, in treading those paths, God's promise is that He will guide our steps. This is a hope we should be thankful for, that God will never abandon those who consistently walk with Him in their lives.

Walking with the Lord means journeying under His guidance and fellowship throughout our lives. Moreover, it means walking in the right direction, always focused on God and following His lead. By walking with the Lord, a person can experience the living God. Many people are preoccupied with their own fantasies of God, but they don't genuinely experience Him. To walk with God, a believer must live in holiness, purity, and must not have any attachment to the world. This is what it means to fear the Lord.

Fearing the Lord will give us the wisdom to step and choose only what pleases God. It also signifies that without God leading, we cannot accomplish anything. This has implications for every aspect of a believer's life, with God's involvement guiding every aspect, resulting in goodness and for His glory alone.

WHAT TO DO:
1. Have the "will" to be led by God.
2. Strive to live a holy life and fear God in all aspects of your activities.
3. Abandon anything that would hurt God's heart.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 18-20

Card image
Truth Youth 28 September 2023 - MELANGKAH BERSAMA TUHAN
2023-09-28 10:34:55


“Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.”(Amsal 9:10)

Jalan yang harus ditempuh oleh setiap orang percaya tentu tidaklah mudah. Memilih mengikuti jejak Tuhan merupakan perjuangan yang berat dan mahal harganya. Hal ini dikarenakan jalan yang Tuhan inginkan kita lalui pasti menggores banyak kesenangan dan kenikmatan yang ada pada diri setiap kita. Sebab perjalanan mengikut jejak Tuhan diperlukan kerelaan hati untuk meninggalkan segala bentuk keindahan dunia ini.

Tuhan tidak pernah menjanjikan jalan yang akan kita tempuh itu rata atau tanpa hambatan, malah terkadang Tuhan membawa kita kepada jalan yang terjal, berbatu, bahkan curam. Namun, dalam menapaki jalan tersebut, janji Tuhan adalah Ia akan menuntun langkah-langkah kaki kita. Ini adalah pengharapan yang patut kita syukuri, yakni Tuhan tidak akan meninggalkan orang yang dalam hidupnya selalu melangkah bersama-Nya. Melangkah bersama Tuhan artinya berjalan dalam tuntunan dan persekutuan dengan Tuhan selama hidup kita. Kemudian yang terpenting, kita akan berjalan ke arah yang benar dengan selalu berfokus pada Tuhan dan mengikuti pimpinan-Nya. Dengan berjalan bersama Tuhan, maka seseorang dapat mengalami Allah yang hidup. Banyak orang sibuk dengan fantasi sendiri dalam ber-Tuhan, tetapi tidak sungguh-sungguh mengalami Tuhan. Untuk berjalan dengan Tuhan, orang percaya harus hidup dalam kekudusan, kesucian, dan tidak boleh ada percintaan dunia. Inilah yang disebut takut akan Tuhan.

Takut akan Tuhan akan memberikan kepada kita hikmat untuk melangkah serta memilih segala hal yang menyenangkan hati Allah saja. Hal ini juga menunjukkan bahwa tanpa Tuhan yang memimpin maka kita tidak dapat berbuat apa-apa. Hal ini dapat berimplikasi kepada segala aspek kehidupan orang percaya, yakni dengan keterlibatan Tuhan memimpin langkah dalam segala aspek kehidupan kita, artinya akan mendatangkan kebaikan dan untuk kemuliaan-Nya saja.

WHAT TO DO:
1. Miliki rasa “mau” untuk dipimpin oleh Tuhan.
2. Berjuang untuk hidup kudus dan takut akan Tuhan dalam seluruh aktivitas kehidupan kita.
3. Tinggalkan semua hal yang akan melukai hati Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yehezkiel 18-20

Card image
Renungan Pagi - 28 September 2023
2023-09-28 10:32:28


Menyandang gelar sebagai anak-anak Tuhan seringkali membuat kita merasa bangga tetapi kebanggaan itu seringkali tidak disertai perbuatan yang membuat Tuhan bangga akan kita sebagai anak-anak-Nya.

Bahkan Tuhan seringkali bersedih melihat tingkah laku anak-anak-Nya yang tidak hidup melakukan kehendak Bapa, tetapi hidup menurut suka-suka mereka dan bahkan terbawa gaya hidup dunia yang pada akhirnya membuat nama Tuhan dipermalukan.

Jika mengakui bahwa kita adalah anak-anak Tuhan, marilah mulai membuat Tuhan bangga memiliki kita sebagai anak-anak-Nya melalui sikap hidup perbuatan, yang memancarkan Pribadi Kristus, seperti Rasul Paulus berkata.

"Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku." Buatlah Tuhan bangga memiliki kita sebagai anak-anak-Nya.
(Galatia 2:20)

Card image
Quote Of The Day - 28 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-28 10:28:51


Kuasa gelap selalu membuat gerakan-gerakan yang membuat kita lupa, bahwa kita ada di dalam persimpangan opsi kekekalan; dalam kemuliaan atau kehinaan kekal.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 28 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-28 10:26:52


Biarpun kita tidak berpendidikan tinggi, tetapi kalau kita mencari Tuhan setiap hari, maka kita akan memiliki pikiran ilahi. Jadi, jangan kita terkubur dalam penderitaan, lalu kita menjadi orang yang memanjakan perasaan.

Card image
ALL WILL END - 28 September 2023 (English Version)
2023-09-28 10:24:40


We understand the unfortunate situation experienced by people persecuted, slandered, and mistreated from the world’s perspective. However, if we look at it from the perspective of eternity, this situation is very conducive to making them feel heartbroken with the world. If that’s the case, they start thinking about eternal life. Conversely, if things are good and everything goes smoothly, they might not consider eternity. We were created not for temporary life but for eternal life.

We must seriously direct ourselves to God to take lessons from this life’s circumstances and think about things above, not things on earth. This will make us—those who experience suffering—seriously think about eternity. God is good and wants our situation to be good, but of course, it must be from His perspective, not ours. We must hear God’s pure voice to become spiritually intelligent. Even though we are not highly educated, we will have divine thoughts if we seek God daily.

So, don’t let us be buried in suffering, then we become people who indulge our feelings so that we become easily offended and easy to blame others. We indeed may suffer by others, but must not repay but leave revenge in God’s hands and don’t think they will be harmed, let that matter between them and God personally. Our business is with God, namely how to have a clean heart without grudges or hatred and have the purity of thoughts and feelings of Christ.

All our suffering and problems will end, and it is impossible for God not to help us. The living and powerful God will provide a way out, never leave, and let us down. If we honestly remember the past, we can see how God spared us from terrible difficulties! How God provides a way out of difficult struggles, which we think that we will be broken. However, we see how God’s love helps us from a really down situation, and then He lifts us.

If we are as we are today, we know this is all because of God’s incomparable mercy, and there is nothing in us that we can be proud of. Nothing can proudly say, “I am great. All because of me.” Remember, only God can help us with all life’s problems. Therefore, let’s now direct our lives to take refuge in God. Don’t let ourselves drown in suffering; we must refuge in God. Ask God for wisdom and discernment about what we should do and understand what He means behind all these problems.

Many people will regret it later when they realize that they have passed a path of life without a goal. The goal of our life must be God only. We are grateful to have a living God. He will protect and be with us. God is good, and He wants us to be well. So, it is wrong if now we feel that our situation is not good because it is a good condition that God allows for our eternity. May God open our eyes of understanding to understand what is best and most important that God has given us.  

DON'T LET US SINK INTO SUFFERING, BUT BELIEVE THAT ALL OUR SUFFERING AND PROBLEMS WILL END.

Card image
SEMUA AKAN BERAKHIR - 28 September 2023
2023-09-28 10:20:22


Kita mengerti betapa malang keadaan yang dialami orang yang teraniaya, yang difitnah, yang diperlakukan tidak adil, dari kacamata dunia. Namun, jika kita melihat dari kacamata kekekalan, keadaan itu sangat kondusif untuk bisa membuat mereka menjadi patah hati dengan dunia. Dan kalau sudah begitu, baru mereka mulai memikirkan kehidupan kekal. Namun, kalau keadaan serba baik, semua serba lancar, mereka bisa saja tidak akan memikirkan kekekalan. Padahal kita diciptakan bukan untuk kehidupan sementara, melainkan untuk kehidupan kekal.

Maka, kita harus serius mengarahkan diri kepada Tuhan. Supaya kita mengambil hikmah dari keadaan hidup ini, guna memikirkan perkara-perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Dan ini akan membuat kita—yang mengalami penderitaan—untuk serius memikirkan kekekalan. Allah itu baik. Dia ingin keadaan kita baik-baik, tetapi tentu harus baik dari sudut pandang Tuhan, bukan dari pandangan kita. Itulah sebabnya kita harus mendengar suara Tuhan yang murni supaya kita menjadi cerdas; cerdas secara rohani. Biarpun kita tidak berpendidikan tinggi, tetapi kalau kita mencari Tuhan setiap hari, maka kita akan memiliki divine thought; pikiran ilahi.

Jadi, jangan kita terkubur dalam penderitaan, lalu kita menjadi orang yang memanjakan perasaan. Sehingga kita menjadi gampang tersinggung, lebih mudah menyalahkan orang lain. Memang, kita bisa menderita karena orang lain, tetapi kita tidak perlu menuntut pembalasan. Kita serahkan pembalasan ke dalam tangan Tuhan. Jangan berpikir agar mereka celaka. Itu urusan mereka dengan Tuhan secara pribadi. Urusan kita adalah dengan Tuhan yaitu bagaimana memiliki hati yang bersih tanpa dendam, tanpa kebencian, memiliki kemurnian pikiran dan perasaan Kristus.

Semua penderitaan dan masalah kita akan berakhir. Percayalah, tidak mungkin Tuhan tidak menolong kita. Tuhan yang hidup, Tuhan yang berkuasa, Tuhan yang pasti memberikan jalan keluar. Tuhan yang tidak akan pernah meninggalkan dan tidak akan mengecewakan kita. Kalau kita jujur mengingat masa lalu, kita bisa melihat bagaimana Tuhan melewatkan kita dari kesulitan-kesulitan. Itu bukan hanya dahsyat, melainkan dahsyat sekali! Bagaimana Tuhan memberikan jalan keluar dari pergumulan-pergumulan yang sulit, yang kita sendiri berpikir bahwa kita akan hancur. Namun, kita melihat bagaimana kasih Tuhan itu menolong dari keadaan yang betul-betul terpuruk, lalu Tuhan mengangkat kita.

Jadi kalau hari ini kita ada sebagaimana ada, kita tahu ini semua karena kemurahan Tuhan yang tiada tara. Tidak ada sesuatu dalam diri kita yang dapat kita banggakan, tidak ada. Tidak ada sesuatu yang membuat kita bisa menepuk dada dan berkata, “Aku hebat. Semua karena aku.” Tidak, tidak ada. Ingat, hanya Tuhan yang menolong kita dari segala persoalan hidup. Oleh sebab itu, mari sekarang kita mengarahkan hidup kita untuk berlindung kepada Tuhan. Jangan membiarkan diri kita tenggelam dalam penderitaan, tetapi kita harus berlindung kepada Tuhan. Minta hikmat dan ma'rifat kepada Tuhan untuk apa yang harus kita lakukan dan untuk mengerti apa maksud Tuhan di balik semua masalah tersebut.

Banyak orang nanti akan menyesal, ketika melewati jalan panjang hari hidupnya, karena jalan yang telah dilaluinya adalah jalan hidup tanpa tujuan. Tujuan hidup kita harus Tuhan; Tuhan saja. Kita bersyukur memiliki Tuhan yang hidup, Allah yang hidup. Dia akan melindungi dan menyertai kita. Allah yang baik, dan Dia ingin keadaan kita baik-baik. Jadi kalau sekarang kita merasa keadaan kita tidak baik-baik, itu salah, karena itu adalah keadaan baik yang Tuhan izinkan demi kekekalan kita. Kiranya Tuhan membuka mata pengertian kita untuk memahami apa yang terbaik, apa yang terutama, yang Allah berikan kepada kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JANGAN MEMBIARKAN DIRI KITA TENGGELAM DALAM PENDERITAAN. PERCAYALAH, SEMUA PENDERITAAN DAN MASALAH KITA AKAN BERAKHIR.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 September 2023
2023-09-28 10:14:03

Nehemia 11-13
Mazmur 126

Card image
Bacaan Alkitab Setahun 27 September 2023
2023-09-27 09:52:11

Nehemia 8-10

Card image
Truth Kids 27 September 2023 - BERSUKACITA DI DALAM TUHAN
2023-09-27 09:18:37


Mazmur 43:4
“Maka aku dapat pergi ke mezbah Allah, menghadap Allah, yang adalah sukacitaku dan kegembiraanku, dan bersyukur kepada-Mu dengan kecapi, ya Allah, ya Allahku!”

Sobat Kids, ayat firman Tuhan hari ini adalah bagian dari kitab Mazmur. Apakah kalian tahu siapa yang menulisnya? Ya, benar. Raja Daud yang menulisnya. Sebagai seorang raja, Daud memiliki kuasa dan harta yang banyak. Segala makanan yang diinginkannya dapat dibuatkan oleh para pelayan. Raja Daud bisa hidup bersenang-senang tanpa perlu memikirkan hari esok. Dia adalah orang nomor satu di kerajaannya, sudah pasti dia boleh mendapat yang terbaik.

Namun, ternyata sukacita Daud tidak terletak pada segala kesenangan dunia, Sobat Kids! Raja Daud menulis, kesukaannya adalah saat ia pergi ke mezbah Allah. Raja Daud menemukan sukacitanya saat ia menyembah Allah. Ia gembira jika dapat memuji dan bersyukur kepada Allah dengan nyanyiannya. Wow!

Sobat Kids, kita juga dapat mengikuti Raja Daud yang bersukacita di dalam Tuhan. Kita mau mencari Tuhan, menghadap-Nya dengan hati yang bersyukur. Bersukacita dan bergembira di dalam Tuhan, sebab Dia sungguh amat baik. Sukacita ini berbeda dari sukacita sementara yang dunia tawarkan. Sukacita ini tinggal tetap di hati kita, membawa kita semakin dekat dengan Tuhan. Hingga akhirnya kita dapat seirama dengan kehendak-Nya.

Card image
Truth Junior 27 September 2023 - SUKACITA ITU SEDERHANA
2023-09-27 09:13:54


Mazmur 43:4
“Maka aku dapat pergi ke mezbah Allah, menghadap Allah, yang adalah sukacitaku dan kegembiraanku, dan bersyukur kepada-Mu dengan kecapi, ya Allah, ya Allahku!”

Nina adalah anak yang sangat rajin sekolah, hormat kepada mama papa, rajin baca Alkitab, berdoa dan selalu ikut kegiatan yang diadakan di Sekolah Minggu. Setiap Nina ulang tahun, keluarganya selalu bertanya, “Nina, kamu mau minta hadiah apa?” Nina pun menjawab, “Aku tidak perlu hadiah apa-apa, Mama Papa. Tuhan sudah berikan hadiah yang paling indah. Kan sudah ada Papa dan Mama yang membuat Nina mengerti tentang Tuhan Yesus. Itu yang membuat Nina bersyukur dan bersukacita selalu.”

Siang hari yang cerah, setelah Nina pulang sekolah, ia mendapatkan kejutan dari keluarga. Saat ia membuka pintu, semua keluarganya menyambut, “Surprise, Nina!” Nina pun terkejut dan ia menangis terharu karena diberi kejutan oleh keluarganya pada hari ulang tahunnya. Semua keluarga menyanyikan lagu 'selamat ulang tahun' dan membawakan kue dengan lilin untuk ditiup oleh Nina. Nina pun mengucapkan terima kasih kepada keluarganya, dan mereka pun berdoa.

Dari cerita Nina, kita belajar bahwa sukacita itu sederhana. Sederhananya seperti apa? Seperti yang dirasakan oleh Nina. Nina bersyukur dan bersukacita punya keluarga yang diberikan oleh Tuhan. Itu berarti sukacita Nina berasal dari Tuhan bukan berasal dari kebahagiaan yang berupa materi seperti mainan, makanan, atau hal lainnya. Jadi Sobat Junior, sesungguhnya sukacita itu sederhana, yaitu apa yang Tuhan berikan. Hal itulah yang membuat kita selalu sukacita.

Card image
Truth Youth 27 September 2023 (English Version) - POWERFUL WAY TO CHANGE FATE
2023-09-27 09:49:29


"I can do all things through Christ who strengthens me." (Philippians 4:13)

Have you ever felt like you're nobody in this world? Then you look at others' lives and think theirs seem happier, better, smarter, and with more advantages? You feel like your life is the hardest, the toughest, the most suffering. But is that really true? Maybe it's just our feeling or do we think that God intends that for us? It's highly unlikely that God intends for us to live miserable lives. If that's the case, why do we still feel sorrowful and distressed with many problems in our lives? We know that everything that happens works for our good and peace. Why do we still doubt anything negative that happens in our lives? Don't let us focus on our own strength, which is detached from His strength and doubting His plan.

God is too strong and too amazing for us to doubt, His power is incredibly immense and sophisticated to make us worry and doubt in this life. The problem is, we always rely on our own strength and doubt His power. Always remember that in this life, we have an incredibly miraculous strength, which is the strength of God Himself. Life is all about how we can discover the truth of His Word and do everything in life according to His will. That's our only duty. If we want to change our fate, let's change our perspective on His greatness first. That's the most powerful way to change our fate, because by changing our perspective on Him, everything we think and do will be solely for His glory, and everything that happens will only be for our good. Doing everything to please Him will never make Him treat us badly. Let's continuously learn to find His will.

WHAT TO DO:
1. Read God's Word every day.
2. Perform acts of kindness every day.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 16-17

Card image
Truth Youth 27 September 2023 - CARA AMPUH MENGUBAH NASIB
2023-09-27 09:03:30


"Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13)

Pernahkah merasa kalau di dunia ini kita bukan siapa-siapa? Lalu kita melihat kehidupan orang lain yang kita pikir rasanya kehidupan mereka lebih bahagia, lebih baik, lebih pintar, dan kelebihan lainnya? Kita merasa hidup kita yang paling berat, yang paling susah, yang paling menderita. Namun, apakah benar seperti itu? Mungkin itu perasaan kita saja atau kita merasa Tuhan berniat seperti itu pada kita. Rasanya tidak mungkin kalau Tuhan berniat untuk memberikan hidup yang membuat kita menjadi sengsara. Kalau begitu mengapa kita masih merasa berduka dan merana dengan banyak masalah dalam hidup ini? Kita tahu bahwa segala sesuatu yang terjadi mendatangkan kebaikan dan damai sejahtera untuk kita. Mengapa kita masih meragukan segala hal yang tidak baik dalam kehidupan kita ini? Jangan sampai kita terfokus pada kekuatan manusia kita sendiri, yang terlepas dari kekuatan-Nya dan kita tidak yakin akan rencana-Nya.

Allah terlalu kuat dan terlalu dahsyat untuk kita ragukan, kuasa-Nya teramat besar dan teramat canggih untuk membuat kita menjadi khawatir dan ragu dalam hidup ini. Masalahnya, kita selalu mengandalkan kekuatan kita sendiri dan meragukan kekuatan-Nya. Pandanglah selalu bahwa dalam hidup ini kita memiliki kekuatan yang teramat ajaib yaitu kekuatan Allah sendiri. Hidup ini hanya tentang bagaimana kita bisa menemukan kebenaran firman-Nya dan melakukan segala sesuatu dalam hidup sesuai dengan mau-Nya, itu saja tugas kita. Kalau kita mau mengubah nasib kita, ubahlah lebih dulu pandangan kita akan kebesaran-Nya. Itu cara paling ampuh yang mengubah nasib kita, karena dengan mengubah pandangan kita pada-Nya, maka segala sesuatu yang kita pikirkan dan kita lakukan hanya untuk kemuliaan-Nya dan segala sesuatu yang terjadi hanya untuk kebaikan kita. Melakukan segala sesuatu untuk menyenangkan-Nya gak mungkin membuat Ia menjadi jahat pada kita. Mari terus menerus kita belajar menemukan kehendak-Nya.

WHAT TO DO:
1. Membaca firman Tuhan setiap hari
2. Melakukan kebaikan setiap hari

BIBLE MARATHON:
▪︎Yehezkiel 16-17

Card image
Renungan Pagi - 27 September 2023
2023-09-27 09:50:10


Allah kita adalah Allah yang setia, Dia takkan memberkati kita hari ini lalu besok Dia mengambil kembali berkat itu sambil berkata, "Aku berubah pikiran." Allah bukanlah manusia yang dengan mudah mengkhianati janji-Nya dan memberikan rasa tidak aman bagi kita, Tuhan Allah selalu menepati janji-Nya, bagaimana dengan kita? adakah selalu setia?

Bahkan Alkitab mengatakan, "jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya." Jadi kesetiaan Allah tidak akan pernah berubah, sebab Dia sungguh-sungguh ada dan tidak pernah meninggalkan kita, Dia akan selalu menggenapi janji-Nya dalam hidup kita bahkan sampai pada kekekalan nanti.

Mahkota kemuliaan menanti di Kerajaan-Nya, jika kita tetap setia, hidup didalam kebenaran Tuhan dan melakukan kehendak Bapa. Demikianlah kesetiaan Allah menyertai hidup kita, menjadikan berkat pemeliharaan-Nya dan janji penyertaan-Nya digenapi dalam hidup kita. Karena itu janganlah mempermainkan kasih setia Tuhan, tetapi belajarlah untuk menjadi pribadi yang tetap setia dalam hidupmu.
(2 Timotius 2:13)

Card image
Quote Of The Day - 27 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-27 08:39:40


Ketika seseorang bersikap pasif, sejatinya ia sedang membawa diri ke dalam kekekalan yang menuju kehinaan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-27 08:38:01


Perubahan itu membutuhkan perjuangan. Kalau perjuangan kita rendah, maka tingkat perubahannya juga rendah; dan sebaliknya.

Card image
FOR ETERNITY - 27 September 2023 (English Version)
2023-09-27 08:36:28


God wants us to be well because He is a good God who wants us to be well. However, according to God’s sight, we must also be willing to know and understand what and how is good. Sometimes, God seems to change from our perspective, but He doesn’t. Like a child who sees candy, chocolate, and toys as good, parents usually give what their children see as good and feel a need to please them. However, good parents, of course, will not always behave like that.

As time goes by and children get older, parents can start to change. This does not mean parents are inconsistent, but must have order and wisdom. Parental change is for the child’s good, not the parent’s sake. Then, if the child is already a teenager, the parents can change again. Those who were allowed to play now can’t play as they please. Especially if the parents have a business in which the children must be involved, then the children must, of course, start helping their parents.

Likewise, in our Christian life. When someone becomes a Christian, they always talk about miracles, God’s wonders, and amazing help in their life, and they judge God’s goodness from that life experience. However, God will not easily answer prayer after they start becoming mature. Sometimes, He allows Christians to drag on in life’s problems, struggles, and needs; when they pray, they don’t get an answer. God brings the Christians to life circumstances where they have to endure unpleasant days, uncomfortable conditions, and even suffering.

However, it was for our goodness because God gives good to those He loves from His perspective, not ours. So, we must understand it properly and not look at a case from our perspective but from God’s. We must understand what is good according to God, not us. God’s Word says, “For I know the plans I have for you,” declares the Lord, “plans to prosper you and not to harm you, plans to give you hope and a future.”

Believe that God never acts without a plan; on the contrary, He acts with a purpose, which is a divine purpose. We are grateful to have a God like this who is actually amazing. If we look at worship in primitive religions, what they are asking about is a way out of the life problems they are currently facing on earth. When they were sick, they asked for healing. If they experience a famine with no rain, they ask their god for lots of rain and a good harvest. The Israelites still have a similar pattern because they have a thinking orientation that is still towards physical blessings. However, for the New Testament people, we are designed to inherit the world to come: the new heavens and earth.

God designed good conditions for eternity, not just today, where needs are met and bodies are healthy. God’s chosen people who are very loved have a hopeful future, so what we experience is valuable because there must be a divine design there. Nothing happens outside God’s plan for those who love Him. Some people see that some Christians experience difficult circumstances and judge it as an accident. It’s not true because it’s undoubtedly in God’s frame and certainly not a design for accidents but peace. We must not see the peace from the world’s version, and the peace of God is not temporary but for the life to come. Of course, peace, first, cannot be seen from the world’s version. Second, this peace is not temporary but for the life to come.

So, we must try to understand what God wants behind all this. We will never find the answer without asking God, coming to Him, taking matters to Him in prayer, or sitting quietly at His feet. So, there must be a moment when we are in the presence of God to question the journey of life we are currently on.  

GOD DESIGNED GOOD CONDITIONS FOR ETERNITY.

Card image
UNTUK KEKEKALAN - 27 September 2023
2023-09-27 08:32:13


Sejatinya, Tuhan sungguh menginginkan agar keadaan kita baik-baik, karena Allah adalah Allah yang baik dan Dia menghendaki supaya keadaan kita baik-baik. Namun, kita juga harus mau memahami dan mengerti, apa dan bagaimana baik menurut pandangan Tuhan. Kadang dari sudut pandang kita, Tuhan itu seakan-akan berubah, tetapi sebenarnya tidak. Seperti seorang anak kecil yang memandang bahwa yang baik itu gulali, permen, coklat, dan mainan. Pasti orang tua akan memberikan apa yang anak-anak pandang baik dan yang dirasa sebagai kebutuhan yang dapat menyenangkan hatinya. Namun, orang tua yang baik, tentu tidak akan bersikap terus-menerus begitu.

Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya usia anak, maka orang tua bisa mulai berubah. Di sini bukan berarti orang tua tidak konsisten, tetapi orang tua pasti memiliki tatanan dan kebijaksanaan. Sebenarnya, perubahan orang tua itu demi kebaikan anak, bukan demi selera orang tua. Lalu, kalau anak itu sudah mulai usia remaja, orang tua bisa berubah lagi. Yang tadinya boleh main-main, sekarang tidak boleh main-main dengan sesuka hatinya. Apalagi kalau orang tua memiliki bisnis atau usaha yang anak-anak harus terlibat, maka anak-anak tentu harus mulai membantu orang tua.

Demikian pula dengan kehidupan kita dalam kekristenan. Ketika seseorang baru menjadi Kristen, bicaranya selalu mukjizat, keajaiban-keajaiban Tuhan, serta pertolongan Tuhan dalam hidupnya yang menakjubkan, dan mereka menilai kebaikan Tuhan dari pengalaman hidup itu. Namun, setelah dipandang Tuhan harus akil balik, Tuhan tidak akan dengan mudah menjawab doa. Kadang-kadang Tuhan membiarkan orang Kristen tersebut berlarut-larut dalam persoalan hidup, dalam pergumulan, dalam kebutuhan. Ketika mereka berdoa, Tuhan juga tidak kunjung menjawab. Tuhan mulai membawa orang Kristen tersebut kepada keadaan hidup di mana dia harus melewati hari-hari yang tidak menyenangkan, keadaan yang tidak nyaman, bahkan penderitaan.

Namun, ternyata itu yang baik. Sebab Tuhan memberikan yang baik kepada orang-orang yang dikasihi-Nya dari perspektif Allah, bukan dari perspektif kita. Maka, kita harus memahami hal itu dengan benar. Kita tidak boleh memandang satu kasus dari perspektif kita; harus dari perspektif Tuhan. Kita harus mengerti apa yang dipandang baik menurut Tuhan, bukan menurut kita. Firman Tuhan mengatakan, “Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”

Percayalah, Tuhan tidak pernah bertindak tanpa rencana, sebaliknya, Ia bertindak dengan suatu maksud; ada tujuan ilahi. Kita bersyukur memiliki Allah seperti ini. Ini sebenarnya luar biasa. Kalau kita melihat penyembahan dalam agama-agama primitif, yang mereka persoalkan adalah jalan keluar dari persoalan hidup yang mereka hadapi sekarang ini di bumi. Sakit, lalu datang kepada sesembahannya minta kesembuhan. Mengalami paceklik, tidak ada hujan panjang, minta kepada sesembahannya agar hujan panjang dan panen yang baik. Bangsa Israel pun masih memiliki pola mirip itu. Sebab, mereka memiliki orientasi berpikir masih kepada berkat jasmani atau berkat fisik. Namun, bagi umat Perjanjian Baru adalah umat yang memang didesain untuk mewarisi dunia yang akan datang; langit baru bumi baru.

Allah merancang keadaan baik untuk kekekalan, bukan hanya sekadar hari ini, kebutuhan terpenuhi, dan tubuh sehat. Namun, bagaimana umat pilihan yang sangat dikasihi oleh Tuhan itu memiliki masa depan yang penuh harapan. Jadi apa yang kita alami, itu bukan sesuatu yang tidak bernilai, karena di sana pasti ada rancangan ilahi. Ingat, tidak ada sesuatu yang terjadi di luar rancangan Allah, bagi orang yang mengasihi Tuhan. Memang, di sini kita melihat kenyataan adanya orang-orang Kristen yang mengalami keadaan sulit dan menilainya sebagai sebuah kecelakaan. Padahal itu pasti ada di dalam bingkai Allah, tentu bukan rancangan kecelakaan melainkan rancangan damai sejahtera. Tentu damai sejahtera, yang pertama, tidak boleh dilihat dari versi dunia. Yang kedua, damai sejahtera ini bukan sementara, melainkan untuk kehidupan yang akan datang.

Jadi, sekarang kita harus serius berusaha untuk mengerti apa yang Tuhan kehendaki di balik semua ini. Tanpa bertanya kepada Tuhan, tanpa datang kepada Tuhan, tanpa memperkarakan kepada Tuhan dalam doa, duduk diam di kaki Tuhan, kita tidak akan pernah menemukan jawabannya. Jadi, harus ada momentum di mana kita ada di hadirat Tuhan untuk memperkarakan atau mempersoalkan perjalanan hidup yang sedang kita jalani.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ALLAH MERANCANG KEADAAN BAIK UNTUK KEKEKALAN.

Card image
Truth Kids 26 September 2023 - TETAP BERGEMBIRA
2023-09-26 10:11:44


Kisah Para Rasul 2:26
“Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram,”

Kita bersyukur masa pandemi COVID-19 sudah berlalu. Kita tidak lagi diwajibkan untuk memakai masker saat tubuh kita sehat. Hanya orang yang sedang sakit atau tidak enak badan yang wajib memakai masker. Dengan dilepasnya masker, kita dapat kembali melihat senyuman di wajah seseorang. Wajah bahagia seseorang dapat terlihat jelas. Begitu pula dengan wajah seseorang yang sedang sakit.

Jika saat ini kalian dalam kondisi yang kurang sehat, jangan khawatir, Sobat Kids. Kalian dapat memikirkan cerita atau peristiwa lucu yang pernah kalian alami. Agar kita bisa cepat sembuh, kita perlu tertawa bahagia. Kalian juga bisa ingat kebaikan yang diterima dari Tuhan Yesus.

Perasaan bahagia akan membantu proses kesembuhan kita. Kalian masih ingat renungan kemarin, kan? Hati yang gembira adalah obat yang manjur. Dengan hati yang bersukacita, tubuh kita akan merasa sehat. Keep happy and keep healthy, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 26 September 2023 - THE KINDNESS
2023-09-26 10:09:53


Kisah Para Rasul 2:26
“Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram,”

“Huah… selamat pagi, Joy!” sapa kakek Torta yang merupakan sebuah pohon meranti tua di hutan tropis Greenwide. “Huam selamat pagi, Kek. Apakah kakek tidur dengan nyenyak ?” “Hohoho tentu saja, Nak. Tetapi aku merasakan beberapa hari belakangan ini tidurku sering terusik oleh tiupan angin yang tiada henti. Hal itu membuat daun-daunku berguguran. Kau tahu, musim kemarau akan tiba sehingga arus angin tak terkontrol.” “Apakah yang akan terjadi denganmu, Kek, jika daun-daunmu berguguran semua?” “Tentu akan ada banyak kesulitan. Salah satunya adalah aku akan mati kelaparan karena tak dapat memproduksi makanan. Tetapi di hutan ini terdapat pohon yang dapat bertahan hidup tanpa keberadaan daun-daun mereka saat musim kemarau tiba. Kau dapat melihat sekumpulan pohon jati tua di sana, yang tentu usianya lebih tua dariku. Setiap musim kemarau tiba, dengan sengaja pohon-pohon jati tersebut merontokkan daun-daun mereka untuk menghemat kandungan air dalam batang mereka, begitulah cara mereka bertahan hidup. Tetapi yang perlu kau ketahui, Nak, setiap pohon yang kehilangan daun-daun mereka pasti mengalami penderitaan. Mereka harus menahan lapar karena daun merupakan bahan pokok untuk berfotosintesis. Tetapi pohon-pohon jati itu dapat dengan sabar menahan semua penderitaannya untuk melewati musim kemarau yang panjang. Dan daun-daun yang berguguran tersebut akan menjadi pupuk kompos yang menyelamatkan pohon-pohon di sekitarnya. Contohnya, pohon-pohon kecil yang baru tumbuh itu. Aku cukup kagum dengan para pohon jati tersebut. Sebab di samping penderitaan yang dialaminya, mereka tetap memberikan kehidupan untuk pohon-pohon di sekitarnya.”

Yuk, Sobat Junior, kita juga mau belajar memberi kebaikan bagi orang lain.

Card image
Truth Youth 26 September 2023 - DO NOT DOUBT THE LORD
2023-09-26 10:08:05


"What then shall we say to these things? If God is for us, who can be against us?" (Romans 8:31)

When we start thinking about ourselves, the future, and what currently doesn't seem to align with our desires, we might become confused, pessimistic, or even feel hopeless. Yet, time and again, we hold onto the belief that God is good. Yes, God is indeed good. God surely provides for all the needs of His children. God hears the prayers and cries from us. However, have we been on His side all this time? Being on His side means doing everything for His glory alone. Being on His side means pleasing His heart. While facing the troublesome world might feel difficult, have we truly thought and felt in alignment with Him in every decision and action? If we always act according to His command, there's nothing to worry about anymore. Don't worry, because what He says is definitely true. If we live in Him every moment and every step, then He will definitely defend and provide for us. Just like our scripture for today, if God is for us, who can be against us?

So, in life, if we need to worry, worry about not being on His side. Not being on His side means committing sins or doing things that displease Him. God is great, mighty, and extraordinarily amazing. Everything is possible with Him. However, have we truly surrendered ourselves to be used by Him? Have we fully surrendered ourselves to be instruments for His glory? If not, let's take steps to surrender ourselves more, so that only God is in control of our lives. Remember, our task is to discover and fulfill His will.

WHAT TO DO:
1. Pray and fully surrender yourself to Him.
2. Commit to leaving behind sin.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 13-15

Card image
Truth Youth 26 September 2023 - JANGAN MERAGUKAN TUHAN
2023-09-26 10:02:37


"Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?" (Roma 8:31)

Ketika kita mulai memikirkan tentang diri sendiri, masa depan, dan apa yang ada saat ini yang mungkin tidak sesuai dengan keinginan kita, maka kita bisa jadi galau, pesimis, atau bahkan rasanya tidak memiliki harapan. Namun, lagi dan lagi kita selalu yakin bahwa Tuhan itu baik. Yes, Tuhan itu memang baik. Tuhan pasti mencukupi setiap kebutuhan anak-anak-Nya. Tuhan mendengar doa dan seruan dari kita. Namun, apakah selama ini kita sudah berada di pihak-Nya? Berada di pihak-Nya berarti melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan-Nya saja. Berada di pihak-Nya berarti menyenangkan hati-Nya. Walau mungkin rasanya sulit menghadapi dunia yang menyebalkan ini, tapi apakah di setiap keputusan dan di setiap tindakan kita sudah sepikir dan seperasaan juga dengan-Nya? Kalau kita selalu melakukan sesuatu berdasarkan komando-Nya, maka tidak ada lagi yang perlu kita khawatirkan. Jangan khawatir, karena yang Ia katakan itu pasti benar. Kalau kita hidup di dalam-Nya setiap waktu dan setiap saat, maka Dia akan membela dan mencukupi kita, bahkan seperti ayat perikop kita hari ini, jika Allah ada di pihak kita, siapa yang akan melawan kita?

Maka dalam hidup kalau kita harus khawatir, khawatirlah jika kita tidak ada di pihak-Nya. Tidak di pihak-Nya berarti melakukan dosa atau melakukan hal yang tidak berkenan untuk-Nya. Allah itu hebat, dahsyat, dan luar biasanya bukan main. Segala sesuatu sanggup dilakukan oleh-Nya. Namun, apakah kita sudah benar-benar menyerahkan diri kita untuk dipakai oleh-Nya? Apakah kita sudah benar-benar menyerahkan diri kita untuk sepenuhnya menjadi alat bagi kemuliaan-Nya? Jika belum, yuk kita lebih lagi menyerahkan diri kita, agar Allah saja yang mengatur hidup kita. Ingatlah, bahwa tugas kita yaitu menemukan dan melakukan kehendak-Nya.

WHAT TO DO:
1. Berdoa dan menyerahkan diri sepenuhnya pada-Nya
2. Bertekad untuk meninggalkan dosa

BIBLE MARATHON:
▪︎Yehezkiel 13-15

Card image
Renungan Pagi - 26 September 2023
2023-09-26 09:55:01


Sebagai orang percaya, kita pasti selalu datang beribadah di gereja, dan biasa dilakukan pada hari Minggu, namun pernahkah bertanya pada diri sendiri, mengapa kita beribadah? Apakah karena kebiasaan, kewajiban atau karena musik di gereja sedap didengar, karena kotbah pendetanya lucu, atau karena bisa berkumpul dan bertemu teman-teman dan lain sebagainya, banyak alasan lainnya.

Seharusnya kita memperhatikan sikap hati ketika datang beribadah kepada Tuhan yaitu karena kita mengasihi Tuhan dan rindu berjumpa dengan Dia lewat ibadah. Pemazmur berkata, "Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!" Orang yang beribadah karena mengasihi Tuhan tidak akan hitung-hitungan untung rugi dan tidak akan bersungut-sungut, hatinya bersukacita karena Tuhan kebahagiaannya.
(Mazmur 100:2)

Card image
Quote Of The Day - 26 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-26 09:52:50


Kalau seseorang bisa dewasa rohani dengan mudah, maka ia tidak menghargai nilai-nilai rohani.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-26 09:51:23


Ketika kita serius mau menanggalkan beban dan dosa, maka Tuhan akan membuka mata pengertian kita untuk melihat hal-hal apakah yang masih mengikat kita.

Card image
GOD'S PROCESS - 26 September 2023 (English Version)
2023-09-26 09:48:39


We are like living in a lake with many problems and struggles. This world is a lake of life, not Paradise, Eden, or a garden without problems. What humans are waiting for are only three things. The first is a problem. Second, sickness, and third, the process of aging and death. Indeed, this is the reality of life, which also makes us conclude that life is tragic. So, if we now have problems, that is something we cannot help but experience. It is an integral part of our lives, inseparable.

If we equip ourselves with this understanding, when we face problems, we will become stronger and more resilient. Woe to the person who teaches others that life can be without problems. It’s impossible. Even if we don’t have personal issues, we must worry about other people’s problems. Many people, when they live without problems, don’t feel they need anyone. They don’t even feel they need God. Even if they go to church, the basis is not because they want to need God but because it is the duty of a human who believes in God. People like this usually use the church for pleasure, interests, and self-satisfaction.

Many people grab and take whatever is in them for their pleasure, without questioning God what they should do as a blessed person. Ironically, many people don’t understand this. However, the important thing is that we must realize that there will be problems in life. The problem’s size is relative, but what is certain is that no temptation exceeds our strength. So, if we are in serious trouble now, don’t blame God.

Don’t let us say, “Does God exist?” This is the language of people who do not know God. We should believe that God exists; then, automatically, we have a rhythm that trusts Him. We definitely have problems, so if there are people who have no problems, they must pay attention to two things. The first is the issue of holiness or sanctity. Second, other people’s problems. We always have these two problems until we close our eyes, living in holiness, carrying our crosses, and other people’s burdens.

If God says, “Everything will be added to you if you put the Kingdom of God first,” He will not make it difficult for us to fulfill our physical needs if we truly put the Kingdom of God first. This was meant by God so that the focus of our search is the treasure in heaven. The addition that God promises is not so that we can enjoy a comfortable life on earth like the human version outside the chosen people, but so that we, first, question the sanctity of life. Second, care about other people’s salvation.

We must understand that God cannot perfect and change people without problems. Problems are God’s means to perfect us and His facility to give eternal blessings, that is, mature us. Ironically, when many people face problems, they feel the sky of their life is falling. They felt that their life was over. We should not think that our life is over because God has many ways to help us.

So, if we are currently in a struggle, we should, firstly, accept that fact. Then secondly, we must discover which part of our life is being processed by God. God knows how to destroy our pride, habits of deception and lying, or other sins that we must put away. Apparently, through those incidents, God wants to make us grow and mature in Him, and there must be a blessing in it.

The problem is that we often feel that God has abandoned us. Why? Because the situation dragged on, it was as if we would die to death from this problem. We must believe that the living God will not destroy our lives with heavy problems. God knows how to shape and perfect us through these problems. So, we must believe that behind our painful circumstances, there are eternal blessings. Remember, God will definitely solve our problems in His time. A new problem arises: many people cannot wait for God’s help.

Humans want to hurry while God processes us to mature through problems within a certain time and in a certain way. Of course, God knows that. We must know God’s time, scenario, and schedule. Satan will deceive us by persuading us to force God to help us immediately so we must not follow him. God is wise, and He knows. There must be a way out, and God’s help comes in His time.

  GOD PROCESSES US TO MATURE THROUGH PROBLEMS WITH A SPECIFIC TIME DURATION AND METHOD.

Card image
PROSES TUHAN - 26 September 2023
2023-09-26 09:45:18


Kita hidup di telaga, di mana banyak persoalan dan pergumulan. Dunia ini adalah telaga kehidupan; bukan Firdaus, bukan Eden, bukan taman tanpa persoalan. Yang ditunggu manusia itu hanya tiga hal. Yang pertama, persoalan. Yang kedua, sakit. Yang ketiga, proses penuaan dan meninggal dunia. Sungguh, inilah realitas hidup dan ini juga yang membuat kita dapat menyimpulkan bahwa hidup ini tragis. Jadi, kalau sekarang kita memiliki persoalan, itu adalah hal yang tidak bisa tidak harus kita alami. Itu adalah bagian integral dalam hidup kita; bagian yang tidak terpisahkan.

Kalau kita melengkapi diri kita dengan pemahaman ini, maka ketika kita menghadapi masalah, kita menjadi lebih kuat dan tabah. Celakalah orang yang mengajarkan orang lain bahwa menjalani hidup itu bisa tanpa persoalan. Tidak mungkin. Bahkan kalau kita tidak memiliki persoalan pribadi, kita harus mempermasalahkan persoalan orang lain. Banyak orang yang ketika hidup tanpa persoalan, mereka jadi tidak merasa membutuhkan siapa-siapa, bahkan tidak merasa membutuhkan Tuhan. Kalaupun ke gereja, dasarnya bukan karena mau membutuhkan Tuhan, tetapi karena menjadi kewajiban manusia ber-Tuhan. Biasanya orang-orang seperti ini memanfaatkan gereja juga untuk kesenangan, kepentingan dan pemuasan diri sendiri.

Banyak orang merenggut, meraih apa pun yang ada pada dirinya untuk kesenangan sendiri, tanpa mempertanyakan kepada Tuhan apa yang harus dia lakukan sebagai seorang yang diberkati. Ironis, banyak orang tidak mengerti atau tidak memahami hal ini. Namun, yang penting kita harus menyadari bahwa dalam hidup pasti ada masalah. Memang besar kecilnya masalah itu relatif, tetapi yang pasti, tidak ada pencobaan yang melampaui kekuatan kita. Kalau sekarang kita ada dalam persoalan berat, jangan menyalahkan Tuhan.

Jangan kita berkata, “Tuhan itu ada tidak, sih?” Ini adalah bahasa orang yang tidak mengenal Tuhan. Mestinya kita yakin bahwa Allah itu ada. Lalu, dengan otomatis kita memiliki irama yang memercayai Dia. Kita pasti punya persoalan. Kalau orang tidak memiliki persoalan, maka dia harus memperhatikan dua hal. Yang pertama, persoalan kekudusan atau kesucian. Yang kedua, persoalan orang lain. Kita selalu punya dua persoalan ini. Sampai menutup mata, persoalan kita adalah bagaimana hidup dalam kekudusan dan bagaimana memikul beban orang lain atau memikul salib.

Jika Tuhan berkata, “Semua ditambahkan kepadamu kalau kamu mendahulukan Kerajaan Allah,” artinya Tuhan tidak akan membuat kita sulit terkait dengan pemenuhan kebutuhan jasmani kalau kita sungguh-sungguh mendahulukan Kerajaan Allah. Hal itu dimaksudkan oleh Tuhan supaya fokus pencarian kita adalah harta di surga. Penambahan yang Tuhan janjikan itu bukan supaya kita bisa menikmati hidup nyaman di bumi seperti versi manusia di luar umat pilihan, tetapi supaya kita: yang pertama, mempersoalkan kesucian hidup. Yang kedua, memperkarakan orang lain.

Penting sekali untuk kita pahami bahwa Tuhan tidak bisa menyempurnakan dan mengubah orang tanpa masalah. Ternyata, masalah adalah media Tuhan untuk menyempurnakan kita; fasilitas Tuhan untuk memberikan berkat kekal. Artinya, mendewasakan kita. Ironis, banyak orang ketika menghadapi persoalan, dia merasa langit hidupnya rubuh. Dia merasa bahwa hidupnya sudah selesai di situ. Kita tidak boleh merasa hidup kita sudah berakhir. Tuhan punya banyak cara untuk menolong kita.

Jadi kalau sekarang kita dalam pergumulan, mestinya, yang pertama, kita menerima kenyataan itu. Lalu yang kedua, kita harus menemukan bagian mana dalam hidup kita yang sedang diproses oleh Tuhan. Tuhan tahu bagaimana menghancurkan kesombongan kita, merusak kebiasaan kita menipu dan berbohong, atau dosa-dosa lain yang sebenarnya harus kita tanggalkan. Ternyata, melalui kejadian-kejadian itu, Tuhan mau membuat kita bertumbuh dan dewasa di dalam Tuhan. Ada berkat di dalamnya.

Masalahnya, sering kali kita merasa Tuhan itu meninggalkan kita. Mengapa? Karena situasi berlarut-larut, seakan-akan sampai mati kita akan terus didera oleh masalah itu. Kita harus percaya bahwa Tuhan yang hidup, tidak akan merusak hidup kita dengan persoalan-persoalan yang berat. Tuhan tahu bagaimana membentuk kita, menyempurnakan kita lewat masalah-masalah tersebut. Jadi, percayalah, di balik keadaan kita yang menyakitkan, ada berkat kekal. Ingat, Tuhan pasti menyelesaikan masalah kita pada waktu-Nya. Di sini muncul persoalan baru, yaitu banyak orang tidak sabar menunggu pertolongan Tuhan.

Manusia mau cepat-cepat. Padahal, Tuhan proses kita untuk dewasa lewat persoalan dengan durasi waktu dan cara tertentu. Tentu Tuhan tahu itu. Kita harus tahu time table Tuhan; waktu Tuhan, skenario Tuhan, jadwal Tuhan. Setan akan menipu dengan membujuk-bujuk kita untuk bisa memaksa Tuhan agar Tuhan segera menolong. Jangan kita ikuti. Tuhan itu bijaksana. Tuhan tahu. Pasti ada jalan keluar dan pertolongan Tuhan pada waktu-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN PROSES KITA UNTUK DEWASA LEWAT PERSOALAN DENGAN DURASI WAKTU DAN CARA TERTENTU.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 September 2023
2023-09-26 09:40:36

Nehemia 6-7

Card image
Truth Kids 25 September 2023 - BERGEMBIRA
2023-09-25 09:45:15


Amsal 17:22
“Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.”

Siapa di antara Sobat Kids yang pernah sakit? Wah, rasanya hampir semua orang pernah mengalami sakit, ya. Bisa sakit yang parah sehingga harus dirawat di rumah sakit atau hanya sekadar sakit biasa seperti flu, batuk, atau pilek. Apapun nama penyakitnya, semua orang akan setuju bahwa sakit itu tidak enak rasanya.

Firman Tuhan hari ini memberikan resep yang paling hebat untuk mengobati sakit penyakit. Obat yang manjur adalah hati yang gembira. Ya, obatnya hanya hati yang gembira, merasa bahagia atau senang. Para ahli kesehatan mengatakan saat seseorang merasa bahagia, gembira, senang, tubuh akan menghasilkan hormon endorfin. Hormon endorfin adalah zat yang berfungsi menghilangkan rasa sakit dan memberikan energi positif (energi yang baik) dalam diri seseorang. Tertawa mampu menekan rasa sakit dan meningkatkan kemampuan organ tubuh kita untuk melawan rasa sakit. Tertawa juga mampu meningkatkan fungsi organ tubuh kita.

Kalian mau tetap sehat, kan, Sobat Kids? Bergembiralah!

Card image
Truth Junior 25 September 2023 - HUKUM TARIK MENARIK
2023-09-25 09:41:46


Amsal 17:22
“Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.”

Tahu tidak, Sobat Junior. Di dalam ilmu sains, terdapat prinsip ilmiah law of attraction atau dikenal juga sebagai Hukum Tarik-Menarik. Dalam prinsip ilmiah ini, keadaan pikiran dan fisik manusia dapat dipengaruhi oleh kekuatan pikiran. Kesehatan fisik dan mental atau pikiran manusia dapat dipengaruhi oleh pikiran kita. Pikiran positif yang memengaruhi suasana hati, dapat meningkatkan hormon endorfin. Salah satu fungsi hormon endorfin adalah meningkatkan kekebalan tubuh, sehingga kita tidak mudah terserang penyakit. Pikiran positif juga membantu mempercepat proses penyembuhan tubuh. Itulah sebabnya jika tubuh seseorang sedang tidak fit atau sedang sakit, maka proses penyembuhan akan terbukti lebih cepat jika orang tersebut selalu gembira dan tidak terfokus kepada penderitaan yang dialaminya.

Temuan sains ini membuktikan secara ilmiah perkataan Amsal 17:22 yang ditulis ribuan tahun sebelumnya. Kondisi hati juga sangat memengaruhi keadaan mental dan fisik kita. Hati yang gembira merupakan obat yang ampuh untuk menepis segala macam penyakit fisik yang dapat mengganggu keadaan mental kita. Begitupun sebaliknya, jika kondisi hati kita bersungut-sungut, maka akan memberikan dampak negatif kepada kesehatan fisik maupun mental. Untuk itulah Sobat Junior, apa pun kondisi keseharian yang kita alami, tetaplah selalu bersukacita dan gembira. Hati yang gembira merupakan obat untuk segala jenis penyakit.

Card image
Truth Youth 25 September 2023 (English Version) - A LITTLE TURN, A LOT OF PAIN
2023-09-25 09:39:29


"Therefore submit to God. Resist the devil and he will flee from you." (James 4:7)

In life, we often find ourselves trapped in various things, whether it's getting caught up in doing wrong, seizing opportunities for self-gain, or getting entangled in situations that compromise our integrity. Typically, we get trapped when we lose focus on God. We become ensnared because we think about ourselves, worry about the future, and doubt His power, which leads us to do things that disappoint God and start falling into sin. The devil is no longer just an intangible ghost or a visible presence when passing by. The devil can also take the form of thoughts hidden behind our hidden motives. It can lead us away from what is right and pleasing to Him. Therefore, stay watchful always. Remember, we must have full awareness of God who accompanies us every moment and every step, so that our thoughts are governed by His Word.

Don't let our thoughts stray even a little from the truth towards worldly matters, because if we turn too far, we'll be dragged and trapped even deeper by the devil's snares. How can we ensure our minds remain directed towards Him? Of course, by having personal prayer time, dedicating time to read the Bible, and filling our minds with the message of God's Word. Don't stray far from God, it's really dangerous. A little turn can cause a lot of pain. Being close to God is incredibly beautiful. So, don't let your mind wander, because it can be painful.

WHAT TO DO:
1. Have personal time with God.
2. Maintain full awareness of staying close to Him.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 9-12l

Card image
Truth Youth 25 September 2023 - MELENG SEDIKIT, RASANYA NYER
2023-09-25 09:31:29


“Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!” (Yakobus 4:7)

Dalam hidup ini sering kali kita suka terjebak dalam banyak hal, dimulai dari terjebak untuk melakukan hal yang tidak baik, terjebak mengambil kesempatan untuk keuntungan diri sendiri atau dalam situasi dan kondisi yang menggagalkan integritas kita dengan kebenaran yang kita pahami. Biasanya kita terjebak ketika kita tidak lagi fokus pada Tuhan. Kita terjebak karena kita memikirkan diri sendiri, mengkhawatirkan masa depan, dan meragukan kuasa-Nya sehingga kita melakukan beberapa hal yang mendukakan hati Tuhan dan mulai jatuh dalam dosa. Iblis bukan lagi hantu yang berwujud tak kasat mata atau bisa dilihat kalau lagi berpapasan. Iblis juga bisa berwujud pikiran yang bersembunyi di balik maksud-maksud terselubung kita. Iblis bisa menyeret kita untuk menjauhkan diri kita dari hal yang benar dan menyenangkan Tuhan. Maka dari itu, berjaga-jagalah senantiasa. Ingat, kita harus memiliki kesadaran penuh akan Allah yang membuat kita setiap waktu dan setiap saat berjalan selalu bersama-Nya dan ke arah-Nya, sehingga pikiran kita dikuasai oleh firman itu sendiri.

Jangan sampai kita memalingkan -walau hanya sedikit- pikiran kita dari kebenaran ke hal yang bersifat duniawi, karena kalau sampai kita memalingkan terlalu jauh, maka kita akan terseret dan terperangkap lebih dalam masuk jebakan Iblis. Bagaimana caranya supaya pikiran kita terus terarah pada-Nya? Tentu saja dengan memiliki jam doa pribadi, memiliki waktu untuk membaca Alkitab, dan memiliki waktu untuk mengisi pikiran kita dengan pemberitaan firman Tuhan. Jangan jauh-jauh deh dari Tuhan, bahaya banget. Meleng sedikit rasanya nyeri. Kalau dekat dengan Tuhan itu indahnya bukan main kok. Jadi, jangan sampai meleng ya, karena nyeri.

WHAT TO DO:
1. Memiliki waktu pribadi dengan Tuhan
2. Berkesadaran penuh untuk selalu dekat dengan-Nya

BIBLE MARATHON:
▪︎Yehezkiel 9-12

Card image
Renungan Pagi - 25 September 2023
2023-09-25 09:27:48


Jika memahami hati Tuhan, seharusnya apa yang kita hadapi dalam hidup di dunia ini bukanlah suatu masalah yang besar, sebab masalah terbesar bagi kita adalah ketika gagal melakukan kehendak Allah dan hidup terpisah dari hadirat Allah. Sebab faktanya banyak orang sulit mengendalikan hawa nafsu kedagingan yang ada dalam dirinya, persoalan utama adalah selalu menyerah pada keinginan daging dan hidup dalam dosa.

Sedangkan masalah kehidupan yang kita alami hanyalah alat penggarapan yang dipakai Tuhan untuk membuat kita semakin dewasa dalam iman, dan melalui masalah itu hidup kita akan terus dimurnikan, sehingga semakin hari akan semakin indah dihadapan-Nya.

Ayub mengatakan, "hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau," jadi melalui masalah itulah Ayub lebih mengenal dan memahami siapa Allah yang dia sembah.
(Ayub 42:5)

Card image
Quote Of The Day - 25 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-25 09:24:54


Jangan karena kenyamanan dan kebahagiaan duniawi membelenggu, sehingga kita tidak merasa membutuhkan siapa-siapa, bahkan tidak membutuhkan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 26 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-25 09:22:23


Kita tidak boleh sama dengan dunia. Setiap hari, kita berambisi menjadi lebih baik, dan Tuhan selalu menunjukkan hal-hal yang tidak patut, walaupun itu mungkin dipandang orang tidak salah, tapi Tuhan tidak nyaman dengan sikap itu atau ucapan itu.

Card image
RADIATE GLORY - 25 September 2023 (English Version)
2023-09-25 09:20:44


The love of the world or things we find interesting will add value to our lives. Sin is this bondage with our flesh, so we must fight to put it away. The Holy Spirit will help us to take it off, and He will tell us when we tend to it. We may not have made a mistake, but a trend already exists. We must lay aside burdens and sins with our eyes fixed on Jesus. Why? Because Jesus is the model of life, we must have “Fix our eyes on Jesus, the pioneer and perfecter of faith.” So, if we want to have faith, we have to look at the life of Jesus because that is the ideal, perfect life of faith, and we have to achieve it.

People may see us as strange if we really want to follow in Jesus’ footsteps. Many people believe in God but have much compromise with the world. They don’t dare be the same color as Jesus; they still want to match the world’s color. The danger or threat that many Christians are not aware of is the normality of life. We still tend to sin to satisfy the lusts of the flesh. However, we want to learn to follow in the footsteps of the Lord Jesus. We may seem “weird” to others, but we are not ridiculous. People who learn the truth will see that the person who follows in Jesus’ footsteps has greatness.

God’s glory cannot radiate through our lives if we still have worldly ties and do things He doesn’t want. Though we can act like pious people or become spiritual, we still won’t blossom. If we are still tied to the love of the world, we cannot be like Jesus, will not be able to radiate His glory, and cannot be ambassadors for Christ. God is present and reveals Himself wherever we are.

Therefore, the preaching of God’s word must always enlighten the mind. This is possible if the Words spoken are from the heart of God and are accompanied by the Holy Spirit. So we can say, “I changed.” However, if it’s only theological knowledge, it will not change people. From a change of mind, there is repentance or metanoia to paranoia. Paranoia means distortion of the mind; paranoid. The term paranoid seems negative, but not in Christianity. We must get to the level of mind distortion because we differ from the world.

However, many of us still have low levels of mental disorders, though we should have high ones because we are not from this world, so we must have characteristics that are not the same as the world. Remember, a process is needed to have different characteristics: metanoia from slanting to straightening it. And after being straight, people see us slanted. We must be considered mentally disturbed according to the world but sane in the eyes of God. The standard must surely be as God desires, and this requires serious effort. This is indeed a narrow path, and we must fight for it. Struggle after struggle makes us experience change.

So, change requires struggle. If our struggle is low, then the level of change will also be low, and vice versa. This is also related to a person’s commitment. So, if we don’t want to change, God doesn’t force us. However, if we firmly commit to change, God will make something happen. We must be more and more different from the world because the world is deceiving. We must have the courage to follow the way of the Lord Jesus. It is okay if we are considered as having a mental disorder or the digression of the mind.

However, others will feel we do not hurt, threaten, or bring disaster. Many people around us have not been able to follow Jesus because they don’t know Jesus, so they can’t. We won’t be able to explain them using lots of words, but with one or two actions, they saw Jesus because our deeds speak louder than our sermons in the pulpit. So, the Word of God in Matt.5:14-15 came true. Seeing our acts, they see heaven. If Christ is our life, we must live the life of Jesus. So, when Jesus reveals Himself, we will also reveal ourselves with Him in glory; indeed, that is our hope. So, have fun with God.

  THE GLORY OF GOD CANNOT RADIATE IN OUR LIVES IF WE ARE STILL TIED TO THE WORLD AND DO WHAT GOD DOESN'T WANT.

Card image
MEMANCARKAN KEMULIAAN - 25 September 2023
2023-09-25 09:18:07


Percintaan dengan dunia atau hal-hal yang menurut kita menarik, itu yang akan memberi nilai di dalam hidup kita. Dosa adalah ikatan dengan daging kita ini. Kita harus berjuang untuk menanggalkan itu. Roh Kudus pasti menolong kita untuk menanggalkan itu. Roh Kudus akan menunjukkan ketika kita punya kecenderungan. Belum sampai berbuat salah, tetapi sudah ada kecenderungan. Kita harus menanggalkan beban dan dosa dengan mata yang tertuju kepada Yesus. Mengapa? Karena Yesus adalah model kehidupan yang harus kita miliki; “yang memimpin kita dalam iman, dan membawa iman kita itu kepada kesempurnaan.” Jadi, kalau mau memiliki iman, kita harus melihat kehidupan Yesus, karena itu adalah kehidupan keberimanan yang ideal, yang sempurna, dan kita harus mencapai kehidupan seperti itu.

Kalau kita benar-benar mau mengikuti jejak Yesus, pasti orang melihat kita aneh. Banyak orang yang mengaku percaya terlalu kompromi dengan dunia. Tidak berani sewarna dengan Yesus; masih mau sewarna dengan dunia. Bahaya atau ancaman yang tidak disadari oleh banyak orang Kristen adalah kewajaran hidup. Sejatinya, kita masih punya kecenderungan untuk berbuat dosa, untuk memuaskan hawa nafsu daging. Namun, kita mau belajar untuk ikut jejak Tuhan Yesus. Kita mungkin jadi terlihat “aneh” bagi orang lain, tetapi tidak konyol. Bagi orang yang belajar kebenaran, ia justru akan melihat bahwa sosok orang yang mengikuti jejak Yesus itu memiliki keagungan.

Jadi, selama kita masih punya ikatan dunia, masih melakukan perbuatan-perbuatan yang Tuhan tidak kehendaki, pasti kemuliaan Allah tidak bisa memancar dari hidup kita. Mungkin kita bisa berlaku jadi orang saleh, atau jadi rohaniwan, tetapi tetap tidak akan merekah. Selama kita masih ada ikatan dengan percintaan dunia, kita tidak bisa serupa dengan Yesus. Kita tidak akan bisa memancarkan kemuliaan Allah. Kita tidak bisa menjadi utusan Kristus. Padahal seharusnya, di mana kita hadir, di situ Allah hadir. Di mana kita berada, di situ Tuhan menyatakan diri-Nya.

Oleh sebab itu, pemberitaan firman Tuhan harus selalu mencerahi pikiran. Hal itu mungkin terjadi kalau firman yang disampaikan merupakan firman dari hati Tuhan, dan disertai Roh Kudus. Sehingga kita bisa berkata, “Aku berubah.” Namun, kalau hanya ilmu teologi yang dipaparkan, tentu saja tidak akan membuat orang berubah. Dari perubahan pikiran, terjadi pertobatan atau metanoia, sampai menjadi paranoia. Paranoia artinya penyimpangan pikiran; paranoid. Istilah paranoid terkesan negatif, tetapi tidak dalam kekristenan. Kita harus sampai ke level penyimpangan pikiran, karena kita tidak sama dengan dunia.

Namun, banyak di antara kita yang gangguan mentalnya masih rendah. Padahal seharusnya kita punya gangguan mental yang tinggi. Karena kita bukan dari dunia ini, maka kita mesti punya karakteristik yang tidak sama dengan dunia. Ingat, untuk memiliki karakteristik yang tidak sama, perlu proses; metanoia. Dari miring, kita mau diluruskan. Setelah lurus, justru orang melihat kita miring. Kita harus mengalami gangguan mental, menurut dunia, tetapi menjadi waras di mata Tuhan. Tentu standarnya harus seperti yang Allah kehendaki. Ini perlu usaha yang sungguh-sungguh. Memang ini jalan sempit dan kita harus berjuang. Perjuangan demi perjuangan itulah yang membuat kita mengalami perubahan.

Jadi, perubahan itu membutuhkan perjuangan. Kalau perjuangan kita rendah, maka tingkat perubahannya juga rendah; dan sebaliknya. Sebenarnya hal ini juga terkait dengan komitmen seseorang. Jadi kalau kita memang tidak mau berubah, Allah tidak memaksa. Namun, kalau kita punya komitmen kuat untuk berubah, Tuhan akan buat sesuatu. Kita harus semakin berbeda dengan dunia, karena dunia itu menipu. Kita harus berani untuk mengikuti jalan Tuhan Yesus. Kita dianggap sebagai punya kelainan mental, tidak apa-apa. Penyimpangan pikiran, tidak apa-apa.

Namun, orang lain akan merasakan satu hal: kita tidak menyakiti mereka, tidak mengancam, dan tidak mendatangkan bencana. Banyak orang di sekitar kita belum bisa mengikut Yesus. Mereka tidak kenal Yesus, maka tidak bisa. Kita mau menjelaskan pakai 1000 kata pun, tidak akan bisa, tetapi dengan satu, dua perbuatan, mereka melihat Yesus. Sebab perbuatan kita bersuara lebih keras daripada khotbah kita di mimbar. Maka firman Tuhan dalam Matius 5:14-15, terwujud. Melihat perbuatan kita, mereka melihat surga. Jikalau Kristus adalah hidup kita, kita pasti menampilkan kehidupan Yesus. Maka ketika Yesus menyatakan diri, kita pun akan menyatakan diri bersama-sama dengan Dia di dalam kemuliaan. Sungguh, itu adalah pengharapan kita. Jadi, asyiklah dengan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SELAMA KITA MASIH PUNYA IKATAN DUNIA, MASIH MELAKUKAN PERBUATAN YANG TUHAN TIDAK KEHENDAKI, PASTI KEMULIAAN ALLAH TIDAK BISA MEMANCAR DARI HIDUP KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 September 2023
2023-09-25 09:10:59

Nehemia 1-5

Card image
Truth Kids 24 September 2023 - PELAYANAN YANG MUDAH
2023-09-24 10:10:57


1 Petrus 4:10
“Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.”

“Menurutku dokter adalah pekerjaan yang paling hebat. Nanti kalau sudah besar, aku mau menjadi dokter,” kata Doni kepada teman-temannya. “Aku rasa dokter kalah dengan presiden. Harusnya presiden dong yang pekerjaannya paling hebat. Negara bisa berantakan kalau tidak ada presiden,” ujar Peter dengan semangat. “Kalian salah semua. Pekerjaan yang paling hebat adalah seorang komedian. Coba kalian bayangkan jika semua orang di dunia ini tidak ada yang tersenyum atau tertawa. Iihh… semua orang bermuka serius, serem kan.. hehehe…,” canda Jordi kepada teman-temannya.

Sobat Kids, ayat firman Tuhan hari ini mengajarkan kita untuk melayani orang lain. Kemarin kita sudah belajar, untuk melayani bisa dimulai sejak sekarang ini. Kalian tidak perlu menunggu sampai dewasa nanti. Coba pikirkan, apa saja yang kalian mampu kerjakan sendiri dengan usia kalian masing-masing? Apakah melipat pakaian sendiri, mengerjakan PR sendiri, menyiapkan buku sekolah sendiri, atau hal lainnya? Apa pun itu, lakukanlah yang terbaik, yang kalian bisa lakukan. Kemampuan masing-masing manusia akan berbeda-beda. Usia juga dapat mempengaruhi kemampuan kalian. Jika Sobat Kids masih belum sekolah, jangan khawatir. Kalian juga sudah dapat melayani, kok. Bagaimana caranya? Caranya dengan tersenyum. Berikan senyuman terbaik kalian kepada orang lain. Pasti orang yang kalian berikan senyum akan ikut tersenyum. Dengan demikian kalian pun sudah melayani. Mudah, kan?

Card image
Truth Junior 24 September 2023 - SIMBIOSIS MUTUALISME
2023-09-24 10:08:37


1 Petrus 4:10
“Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.”

Sobat Junior, apakah kalian pernah memperhatikan mengapa kupu-kupu sangat menyukai bunga? Jika Sobat Junior berkunjung ke suatu tempat yang memiliki banyak bunga, pada umumnya Sobat Junior juga akan melihat kupu-kupu beterbangan. Wah… seakan-akan keberadaan kupu-kupu tidak dapat dipisahkan dari bunga, ya, Sobat Junior. Pasti di antara kalian ada yang sudah mengetahui bahwa bunga merupakan makanan pokok dari kupu-kupu. Satu tangkai bunga memiliki zat yang disebut nektar. Nektar merupakan makanan utama kupu-kupu. Jika tidak ada bunga, sudah dipastikan kupu-kupu tidak dapat bertahan hidup. Bukan hanya kupu-kupu saja yang diuntungkan, melainkan bunga pun juga mendapatkan keuntungan yang sama dari kupu-kupu yang menghisap nektarnya.

Ketika kupu-kupu menghisap nektar bunga, secara tidak sengaja kupu-kupu membantu proses penyerbukan pada bunga yang nantinya sangat membantu dalam proses pembuahan. Hubungan yang dihasilkan ini saling menguntungkan dan terjadi hubungan timbal balik yang positif. Hal ini sama dengan hubungan kita terhadap sesama, loh, Sobat Junior. Tuhan sudah memberikan potensi pada setiap pribadi, dan potensi tersebut harus dikembangkan agar bisa menolong atau melayani sesama. Salah satu cara yang paling mudah untuk dilakukan dan dapat dilakukan di mana saja adalah tersenyum. Saat kita tersenyum kepada orang lain, orang tersebut akan membalas senyuman kita. Ini pun dapat dikatakan kita sudah melayani, Sobat Junior. Kita bisa membuat orang merasa bahagia hanya melalui senyuman. Yuk, berikan senyum termanismu pada siapa saja yang Sobat Junior temui hari ini.

Card image
Truth Youth 24 September 2023 (English Version) - DIVINE ORIGINS
2023-09-24 10:05:47


"You are from God, little children, and have overcome them; because greater is He who is in you than he who is in the world." (1 John 4:4)

In a world filled with distractions and uncertainties, it's important for us, the youth, to realize that we are from God. 1 John 4:4 reminds us that true joy comes from living in the divine truth of our origin.

Life's journey might seem confusing at times, but understanding that we are created by a loving God with purpose can provide clarity. Embracing our identity as children of God gives us the strength to face challenges with resilience and confidence. We aren't here by chance; we are here with intention.

Consider this: every talent, passion, and dream within us has been woven into our beings by our Creator. We aren't mere accidents; we are intentional masterpieces. This truth should illuminate our lives, driving us to live purposefully and pursue excellence in all we do.

As we grow and learn, let's remain rooted in our faith. When doubts arise, remember that the handiwork of God resides within us. The choices we make, the friendships we form, and the way we impact the world should all reflect our understanding of our divine origin.

Let's face challenges with spirit and determination, knowing that we are equipped with qualities from our heavenly Father. Let's live out our divine identity in a way that glorifies God and inspires others to seek their true origins as well. In every step we take, let's remember the profound truth of 1 John 4:4. Remember that our joy, purpose, and fulfillment come from living in the reality of our divine origin.

WHAT TO DO:
1. Face challenges with courage and determination.
2. Cultivate daily gratitude for happiness.
3. Spread goodness for meaningful relationships.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 5-8

Card image
Truth Youth 24 September 2023 - DIVINE ORIGINS
2023-09-24 10:02:41


"Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia." (1 Yohanes 4:4)

Di tengah dunia yang penuh dengan gangguan dan ketidakpastian, penting bagi kita, para pemuda, untuk menyadari bahwa kita berasal dari Allah. Ayat 1 Yohanes 4:4 mengingatkan kita bahwa sukacita sejati datang saat kita hidup dalam kebenaran asal ilahi.

Perjalanan hidup mungkin terasa membingungkan kadang-kadang, tetapi memahami bahwa kita diciptakan oleh Allah yang penuh kasih dan berdasarkan tujuan dapat memberikan kejelasan. Menggenggam identitas kita sebagai anak-anak Allah memberi kita kekuatan untuk menghadapi tantangan dengan ketabahan dan keyakinan. Kita tidak hadir secara kebetulan; kita hadir dengan rencana.

Pikirkanlah: setiap bakat, hasrat, dan impian dalam diri kita telah disematkan ke dalam diri kita oleh Pencipta kita. Kita bukanlah sekadar kejadian acak; kita adalah mahakarya yang disengaja. Kebenaran ini seharusnya menyala dalam diri kita untuk menjalani hidup dengan tujuan, berusaha untuk mencapai keunggulan dalam segala hal yang kita lakukan.

Saat kita tumbuh dan belajar, mari tetap berakar dalam iman kita. Ketika keraguan muncul, ingatlah bahwa karya tangan Tuhan ada dalam diri kita. Pilihan yang kita buat, pertemanan yang kita bentuk, dan cara kita memengaruhi dunia seharusnya semua mencerminkan pemahaman kita tentang asal ilahi kita.

Mari hadapi tantangan dengan semangat dan tekad, dengan mengetahui bahwa kita dilengkapi dengan sifat-sifat Bapa surgawi kita. Mari hidup dengan identitas ilahi kita dalam cara yang memuliakan Allah dan menginspirasi orang lain untuk mencari asal mereka yang sejati juga. Dalam setiap langkah yang kita ambil, mari ingat kebenaran mendalam dari 1 Yohanes 4:4. Ingatlah bahwa sukacita, tujuan, dan pemenuhan kita datang dari hidup dalam realitas asal ilahi kita.

WHAT TO DO:
1. Hadapi tantangan dengan keberanian dan tekad
2. Tanamkan rasa syukur tiap hari untuk kebahagiaan
3. Sebarkan kebaikan karena akan berdampak pada hubungan bermakna

BIBLE MARATHON:
▪︎Yehezkiel 5-8

Card image
Renungan Pagi - 24 September 2023
2023-09-24 09:59:02


Ada banyak orang yang menyebut dirinya sebagai hamba Tuhan, pelayan Tuhan, dan anak Tuhan, tetapi seringkali hidup mereka tidak berpadanan dengan sebutan itu, dan tidak setia dalam melakukan kehendak Tuhan, sehingga hidupnya tidak menjadi berkat.

Bahkan orang disekitarnya akan berkata, orang itu sudah melayani Tuhan, tetapi hidupnya tidak berubah, tetap berzinah, tetap berdusta, perkataannya kasar, dan kelakuannya sangat memalukan, tidak ada bedanya dengan kehidupan tren dunia saat ini.

Rasul Paulus mengingatkan jemaat Filipi untuk hidup berpadanan dengan Injil Kristus, "Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil."

Jadi kita harus berjuang bersama-sama untuk memiliki iman yang teguh melakukan apa yang didapatkan dari berita Injil itu, dan kita harus hidup melakukan kehendak Tuhan, berpadanan dengan panggilan sebagai hamba Tuhan, pelayan Tuhan, anak-anak Tuhan, sehingga hidup kita menyenangkan hati Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama.
(Filipi 1:27)

Card image
Quote Of The Day - 24 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-24 09:56:21


Ketika kita hidup di hadirat Allah, maka akan terkoreksi hal-hal yang Tuhan tidak berkenan, sekecil apa pun dosa itu dan sehalus apa pun kesalahan itu.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 24 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-24 09:52:12


Banyak orang nanti akan menyesal, ketika melewati jalan panjang hari hidupnya, karena jalan yang telah dilaluinya adalah jalan hidup tanpa tujuan.

Card image
TAKING LIFE - 24 September 2023 (English Version)
2023-09-24 09:50:47


If we look at the figures of faith in the Bible, they look like people with mental disorders. For us today, of course, they are good people. However, in their day, they were like people with schizophrenia, who suffer from severe mental disorders that affect behavior, emotions, and communication; then, they are considered to have hallucinations, delusions, confused thinking, and changes in behavior.

For example, Noah. He received orders from God to build an ark, not on the beach, but on the mainland. Noah certainly conveyed God’s message to his contemporaries. In the Book of Jude, it is said that he was a preacher of truth. Noah preached what his contemporaries could not understand. They could not imagine how there could be a flood reaching the land to make the ark float. So, Noah is like a person who has a mental disorder.

It is the same if we look at the history of Abraham’s life. He is comfortable living in a family environment, a fertile and developed Sumerian valley community. Then, he left the region of Ur to go to the land that God would show him. Abraham left the area of Ur in the hope of a better land. He obeyed and just believed in God Yahweh, who called him out. It is not impossible that Abraham also faced obstacles from their extended family.

Shadrach, Meshach, and Abednego were told to worship the statue in the valley of Dura, but they refused. Even when the king gave them a second chance, they still refused. They said, “But even if he does not, we want you to know, Your Majesty, that we will not serve your gods or worship the image of gold you have set up.” So is Daniel. Though no one was allowed to worship Gods other than the God the king determined, he still turned his face to the holy city and prayed, and finally, he was put in the lion’s den.

This teaches us a lesson we can draw from: put the truth in life. What are we putting on? One sentence: They are people filled with God, and God takes their whole lives. This is one thing that most people do not understand. Today, we compromise too much with the world around us. We often practice conformism adjustment, making us not struggle to defend the faith. Talking about faith, the point is our sincerity in obeying the Father in heaven.

Jude 1:3b says, “Urge you to contend for the faith that was once for all entrusted to God’s holy people.” Maintain the faith. However, we must understand that faith means obedience to God’s will, so don’t give it another meaning. The devil cleverly interprets faith as just a belief, even though it’s different. Faith is not just an agreement of the mind and also not just a belief in reason. In Luke 18:8, God’s word says, “I tell you He will see that they get justice, and quickly. However, when the Son of Man comes, will he find faith on the earth?“

All Christians may have it if it were just belief, agreement of thought, or belief in reason. This makes us have to examine ourselves seriously to determine whether the faith we have is the faith intended by God. In the story of Noah, if we read in detail in the book of Genesis 6-7, he had to make an ark according to God’s design. Because if not, when the flood comes, the ship will be destroyed and unable to pass through the waves. Likewise, with our faith, it must be the faith that is by God’s design.

Heb.12:1 says, “Therefore since we are surrounded by such a great cloud of witnesses, let us throw off everything that hinders and the sin that so easily entangles. And let us run with perseverance the race marked out for us.” We must be sure how much we have left behind the burdens and sins that hinder us from having perfect faith because we must join a mandatory race.

Our God is silent, so if we deal with Him earnestly, we also deal with Him quietly, and this includes when we correct ourselves to know whether we still have ties to this world or have the tendency to make mistakes. We must be serious, and when we are serious about letting go of burdens and sins, God will open the eyes of our understanding to see the things that still bind us.  

THE PREOCCUPATION OF THOSE WHO ENJOY GOD WILL TAKE AWAY THEIR WHOLE LIVES.

Card image
MERENGGUT HIDUP - 24 September 2023
2023-09-24 09:47:49


Kalau kita melihat tokoh-tokoh iman di dalam Alkitab, mereka terlihat seperti orang-orang yang memiliki gangguan mental. Bagi kita hari ini, tentu mereka orang baik-baik. Namun, pada zamannya, mereka seperti orang yang terkena schizophrenia; orang yang kena gangguan mental berat yang memengaruhi perilaku, memengaruhi emosi dan komunikasi, lalu mereka dianggap memiliki halusinasi, delusi, kekacauan berpikir dan perubahan perilaku.

Misalnya, Nuh. Nuh mendapat perintah dari Tuhan untuk membuat bahtera. Bukan di pinggir pantai, melainkan di daratan. Nuh tentu menyampaikan pesan Tuhan kepada orang sezamannya, yang di dalam Kitab Yudas dikatakan bahwa Nuh adalah pemberita kebenaran. Nuh memberitakan apa yang tidak bisa dimengerti oleh orang-orang sezamannya. Mereka tidak bisa membayangkan bagaimana bisa ada air bah menjangkau daratan sampai membuat bahtera itu terapung. Jadi, Nuh seperti orang yang memiliki gangguan mental.

Kalau kita melihat sejarah hidup Abraham, juga begitu. Sudah nyaman hidup di tengah-tengah lingkungan keluarga, masyarakat di lembah Sumeria yang subur dan maju. Kemudian meninggalkan wilayah Ur itu untuk pergi ke negeri yang Tuhan akan tunjukkan. Abraham meninggalkan wilayah Ur dengan harapan akan memiliki negeri yang lebih baik. Abraham taat dan percaya saja kepada Elohim Yahweh yang memanggilnya keluar. Bukan tidak mungkin Abraham juga mendapat hambatan dari keluarga besar mereka.

Sadrakh, Mesakh, Abednego ketika disuruh menyembah patung di lembah Dura, tetapi mereka menolak. Sampai raja memberi kesempatan untuk kedua kali, mereka tetap menolak. Bahkan mereka mengatakan, “Kalaupun Allah yang kami sembah tidak menolong, kami tetap tidak menyembah patung itu.” Demikian juga Daniel. Dalam beberapa waktu, tidak boleh ada orang yang menyembah allah lain, selain allah yang ditentukan oleh raja. Namun, Daniel tetap berkiblat ke kota suci dan berdoa. Akhirnya ia dimasukkan ke dalam gua singa.

Hal Ini memberi pelajaran bagi kita yang tentu kita bisa menimba, meneguk kebenaran yang terdapat di dalam hidup mereka. Apa yang kita teguk? Satu kalimat: mereka adalah orang-orang yang asyik dengan Tuhan. Keasyikan itu betul-betul merenggut hidup mereka. Ini satu hal yang pasti tidak akan bisa dimengerti oleh kebanyakan orang. Hari ini, kita terlalu kompromi dengan dunia sekitar. Kita sering melakukan konformisme; penyesuaian. Maka, kita tidak berjuang untuk mempertahankan iman. Bicara soal iman, maksudnya adalah bicara mengenai kesungguhan kita dalam menaati Bapa di surga.

Yudas 1:3b, “Supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus.” Mempertahankan iman. Namun, kita harus memahami bahwa yang dimaksud iman adalah penurutan terhadap kehendak Allah. Jangan diberi pengertian yang lain. Sebab, setan itu dengan cerdiknya mengartikan iman itu hanya sekadar keyakinan, padahal tidak sama. Iman juga bukan sekadar persetujuan pikiran. Iman juga bukan sekadar pengaminan akali. Di dalam Lukas 18:8, firman Tuhan mengatakan, “Aku berkata kepadamu: Yesus, Anak Manusia, akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia, Yesus, itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?”

Kalau hanya keyakinan, persetujuan pikiran, atau pengaminan akali, tentu semua orang Kristen memilikinya. Ini membuat kita harus serius memeriksa diri. Apakah iman yang kita miliki itu adalah iman yang dimaksud oleh Tuhan? Dalam kisah Nuh tadi, kalau kita membaca secara detail di dalam kitab Kejadian 6-7, Nuh harus membuat bahtera sesuai dengan desain Tuhan. Sebab kalau tidak, ketika air bah datang, kapal itu akan hancur. Kapal itu pasti tidak akan sanggup melewati gelombang ombak. Demikian juga dengan iman yang kita miliki, itu harus iman yang sesuai dengan desain Allah.

Ibrani 12:1, “Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.” Kita harus benar-benar mengoreksi seberapa kita benar-benar telah meninggalkan beban dan dosa yang merintangi kita, untuk bisa memiliki iman yang sempurna. Ingat, ini adalah perlombaan yang wajib.

Allah kita adalah Allah yang diam, senyap. Maka, kalau kita berurusan dengan Tuhan secara serius, artinya kita juga berurusan secara senyap. Di dalamnya, termasuk ketika kita mengoreksi diri kita. Seberapa kita masih memiliki ikatan dengan dunia ini, seberapa kita masih memiliki kecenderungan berbuat salah. Maka, kita harus benar-benar serius. *Ketika kita serius mau menanggalkan beban dan dosa, maka Tuhan akan membuka mata pengertian kita untuk melihat hal-hal apakah yang masih mengikat kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG ASYIK DENGAN TUHAN, MAKA KEASYIKANNYA PASTI MERENGGUT HIDUPNYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 September 2023
2023-09-24 09:01:22

Ezra 7-10

Card image
Truth Kids 23 September 2023 - MELAYANI
2023-09-23 10:20:28


Roma 7:6
”Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat."

Apakah Sobat Kids sudah tersenyum kepada orang lain? Bagaimana terhadap orangtua kalian? Apakah kalian sudah mengatakan rasa sayang kalian kepada mereka? Tahukah kalian bahwa hanya dengan membuat orang lain merasa sukacita, itu sudah bisa dikatakan melayani? Yup… betul, melayani. Melayani bukan hanya dapat dilakukan orang dewasa saja, melainkan anak-anak pun dapat melayani sejak kecil. Melayani Tuhan bukan hanya dilakukan di gereja seperti bapak atau ibu pendeta. Bukan juga hanya seperti bapak atau ibu yang memimpin pujian saat ibadah. Bukan pula hanya seperti kakak Sekolah Minggu yang bercerita dan memimpin pujian di gereja.

Sekarang pun Sobat Kids dapat melayani dalam keadaan kalian masing-masing. Saat membuat orangtua merasa sukacita karena kalian sudah melakukan tugas tanpa disuruh, itu sudah termasuk melayani. Saat merapikan mainan setelah bermain, itupun sudah bisa dikatakan melayani. Jadi tidak perlu menunggu kalian dewasa untuk melayani Tuhan. Yuk, mulai dari sekarang kita melayani Tuhan. Kerjakan tugas kalian dengan usaha yang terbaik.

Card image
Truth Junior 23 September 2023 - MELAYANI
2023-09-23 10:17:46


Roma 7:6
”Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat.”

Kemarin kita sudah belajar bahwa sukacita dapat dibagikan kepada orang lain. Tahu kan Sobat Junior bahwa hanya dengan membuat orang lain merasa sukacita, itu sudah bisa dikatakan melayani? Kalian tidak perlu menunggu hingga dewasa untuk bisa mulai melayani, Sobat Junior. Sejak saat ini. kalian pun sudah dapat melayani Tuhan. Melayani bukan hanya di gereja seperti pendeta, pemimpin pujian, melainkan dapat dilakukan di luar gereja. Maksud dari pelayanan sesungguhnya adalah melayani hati dan perasaan Bapa di surga.

Kok bisa, hanya dengan membuat orang lain merasa sukacita. itu sudah bisa dikatakan melayani? Iya…, bisa kok, Sobat Junior. Contohnya saat kalian berkunjung ke panti werdha. Panti werdha adalah rumah untuk para kakek dan nenek yang sudah tidak memiliki keluarga untuk mengurus mereka. Kurang lebih. panti werdha ini sama seperti panti asuhan. Panti asuhan untuk anak-anak, sedangkan panti werdha untuk para kakek-nenek. Terkadang kakek dan nenek merasa kesepian, mungkin karena tidak ada keluarga yang mengunjungi mereka. Saat kita dapat menemani mereka, dengan ngobrol dan nyanyi-nyanyi misalnya, kakek-nenek akan merasa senang. Mereka akan merasa sukacita. Itu sudah dapat dikatakan melayani, Sobat Junior.

Lakukan apa saja yang kalian bisa untuk melayani Tuhan, buatlah orang-orang sekitarmu merasa sukacita karena kehadiran-Mu. Pasti nama Tuhan akan dipermuliakan.

Card image
Truth Youth 23 September 2023 (English Version) - TRUE VALOR
2023-09-23 10:12:41


"Better is a poor person who walks in his integrity than one who is crooked in speech and is a fool." (Proverbs 28:6)

In a world that often celebrates success at any cost, maintaining integrity can be a daunting challenge. For us who are making life choices, it's essential to uphold an honest character. Proverbs 28:6 reminds us that true wealth isn't found in material possessions, but in the richness of character.

One aspect of integrity is having the courage to say "no" when confronted with situations that compromise our principles. Peer influence and societal expectations can be influential, making it difficult to stand firm. However, this verse teaches us that a person of integrity gains more lasting benefits than someone who bends their principles for temporary gain.

Upholding an honest character means making choices that align with the values of truth, even if it means sacrificing short-term gains. It means refusing to engage in dishonest activities. Being willing to say "no" to actions that compromise our integrity is where true courage lies.

As young people, we have the power to be role models for our peers. Upholding integrity might not always be popular, but it's the path to genuine recognition and self-esteem. Each time we choose honesty over falsehood, we're building a foundation of character that will serve us throughout life.

Let our actions be guided by our unwavering commitment to integrity. Remember that our true worth isn't determined by the wealth we accumulate, but by the magnificence of our character. Dare to say "no" to compromise, and we'll find a life filled with satisfaction and genuine purpose.

WHAT TO DO:
1. Courageously say "no."
2. Commit to being an example.
3. Self-evaluate daily.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezekiel 1-4

Card image
Truth Youth 23 September 2023 - TRUE VALOR
2023-09-23 10:07:15


”Lebih baik orang miskin yang bersih kelakuannya dari pada orang yang berliku-liku jalannya, sekalipun ia kaya.” (Amsal 28:6)

Di dunia yang sering kali menghargai kesuksesan dengan segala cara, menjaga integritas bisa menjadi tantangan yang menakutkan. Bagi kita yang sedang menjalani pilihan-pilihan hidup, penting untuk menjaga kepribadian yang jujur. Amsal 28:6 mengingatkan kita bahwa kekayaan sejati tidak terletak pada harta benda, melainkan pada kekayaan karakter.

Salah satu aspek dari integritas adalah memiliki keberanian untuk mengatakan “tidak” saat dihadapkan pada situasi yang mengancam prinsip kita. Pengaruh dari teman sebaya dan harapan masyarakat bisa sangat berpengaruh, membuat sulit untuk teguh pada pendirian. Namun, ayat ini mengajarkan bahwa orang yang memiliki integritas mendapatkan lebih banyak keuntungan nyata yang bertahan lama daripada seseorang yang melengkungkan prinsip-prinsipnya demi keuntungan sementara.

Menjaga kepribadian yang jujur berarti membuat pilihan yang sejalan dengan nilai-nilai kebenaran, meskipun berarti mengorbankan perasaan kita sendiri karena keuntungan sementara tersebut. Ini berarti menolak untuk terlibat dalam kegiatan yang tidak jujur. Berani untuk mengatakan “tidak” pada tindakan yang melanggar integritas kita, karena di situlah letak keberanian sejati.

Sebagai pemuda, kita memiliki kekuatan untuk menjadi teladan bagi teman-teman sebaya kita. Menjunjung tinggi integritas mungkin tidak selalu populer, tetapi itu adalah jalan menuju penghargaan yang tulus dan penghargaan diri. Setiap kali kita memilih kejujuran daripada kepalsuan, artinya kita sedang membangun fondasi karakter yang akan melayani kita sepanjang hidup.

Jadi, biarlah tindakan kita dipandu oleh komitmen kita yang teguh pada integritas. Ingatlah bahwa ukuran sejati dari nilai kita tidak ditentukan oleh kekayaan yang kita kumpulkan, melainkan oleh kemuliaan karakter kita. Beranilah mengatakan “tidak” pada kompromi, maka kita akan menemukan kehidupan yang penuh dengan kepuasan dan tujuan yang sejati.

WHAT TO DO:
1.Berani berkata “tidak”
2.Berkomitmen untuk menjadi contoh
3.Evaluasi diri setiap hari

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yehezkiel 1-4

Card image
Renungan Pagi - 23 September 2023
2023-09-23 10:02:29


Hidup ini bukan sekedar bagaimana supaya kita diberkati, bagaimana supaya melihat banyak mukjizat, bagaimana supaya pelayanan penuh dengan kemenangan, tetapi bagaimana kita punya hati yang mengasihi jiwa-jiwa, yaitu rindu agar hidup menjadi berkat. Kita memang diakui menjadi anak-anak Abraham karena iman, tetapi itu juga berarti menjadi berkat bagi banyak orang, seperti Abraham.

"Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: "Olehmu segala bangsa akan diberkati". Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu."

Kalau kita punya hati seperti ini, maka otomatis akan berjuang hidup untuk Tuhan, tidak akan hitung-hitungan dengan Tuhan, bahkan kita akan berjuang sungguh-sungguh untuk membawa kebenaran, membawa kasih, membawa berita sukacita kepada orang yang belum menerimanya.
(Galatia 3:8-9)

Card image
Quote Of The Day - 23 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-23 09:58:19


Mata Tuhan melihat bukan hanya apa yang kelihatan oleh mata jasmaniah, melainkan juga gerak pikiran dan perasaan kita, semua hal di dalam diri kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 23 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-23 09:56:42


Jangan mengotori kanvas hidupmu dengan perbuatan yang tidak patut.

Card image
FRUITFUL LIFE - 23 September 2023 (English Version)
2023-09-23 09:54:25


John 15:5 says, “I am the vine; you are the branches. If you remain in Me and I in you, you will bear much fruit; apart from Me, you can do nothing.”

Our business with God is not only on Sundays or two hours at church. Our business with God is in every second and minute of our life. Clinging to the vine means we are always in fellowship with God. While doing various jobs and activities, we are always aware that we are before God and clinging to the vine. So, everything we do must be according to God’s will. Meanwhile, the dark powers often try to drag us out of God’s presence by giving us pleasures, hobbies, and activities that don’t make us grow in God. There are always offers like that, so we must be careful because it is no coincidence that at one time, we get the opportunity to do something fun to obtain satisfaction.

“Remain in Me” means we stay focused on God. When facing a problem, we don’t see it as a difficulty but face it responsibly. We look to God and always live in truth and holiness. “Fight the problem of life with holiness,” and never leave God’s presence. Keep in God’s presence, even though our problems are piled up with painful disappointments, unfair treatment, betrayal, etc. Don’t leave God’s presence, but stay in it always.

God’s Word says we must remain in Jesus to bear much fruit. Here, perseverance is required. The dark powers try to take us out of God’s heart and presence, so we must remain in Him: “I want to be in God’s presence and remain in it. I do not want to leave the presence of God but remain in it.” If someone does not attach to the vine, they will not bear fruit and be cut off.

John 15:6 says, “If you do not remain in me, you are like a branch that is thrown away and withers; such branches are picked up, thrown into the fire, and burned.”

If a person does not produce the fruit that God desires, it means that they produce another fruit, namely, a life that only does their desires. Meanwhile, the true fruit is a life that does God’s will. Remember, the Lord Jesus said, “Not everyone who says to me, ‘Lord, Lord,’ will enter the kingdom of heaven, but only the one who does the will of my Father who is in heaven.” That is, people who produce fruit are those who do the will of God. So, remember, anything that doesn’t bear fruit will be thrown away. Thrown into the fire, then burned. Let’s examine each of us, whether we have done God’s will or not.

If we have not done God’s will, we must ask God for forgiveness and want to change. God’s Word says, “If you remain in me and my words remain in you, ask whatever you wish, and it will be done for you.” This verse is often quoted, and people feel they have the right to ask for anything in the name of Jesus, and the Father will surely give. So many people think they can hold God hostage with or in the name of Jesus Christ. We cast out demons in the name of Jesus; that’s right, instantly, they will come out. However, that doesn’t mean we can ask for anything, and it will be given. Don’t threaten God.

The verse that says, “Ask whatever you wish, and it will be done for you,” cannot be separated from the previous sentence: “If you remain in me and my Words remain in you, ask whatever you wish, and it will be done for you.” If we live in God, faithfully pray, and read the Word, we will surely do God’s will because we are sensitive to His will and do it. So, if God’s Word says, “Ask whatever you wish, and it will be done for you,” it only applies to those who abide in God’s Word and have produced the good fruits of life.

People like this will not ask for something contrary to God’s will, so, in this case, the Word of God applies, “This is to my Father’s glory that you bear much fruit, showing yourselves to be my disciples.” God is glorified If we diligently hear the Word, live in prayer, have sensitivity, understand, and do God’s will. When we do according to God’s will, that is the fruit of life. So, ask for anything, meaning whatever is by God’s will, it will be given. Here, God the Father is glorified if we bear much fruit. The lives of people like this will surely win souls and be a blessing to others.  

THE LIVES OF FRUITFUL PEOPLE ARE SURE TO WIN SOULS AND BECOME BLESSINGS TO OTHERS.

Card image
KEHIDUPAN YANG BERBUAH - 23 September 2023
2023-09-23 09:51:33


Yohanes 15:5, "Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak. Sebab di luar Aku, kamu tak dapat berbuat apa-apa.”

Urusan kita dengan Tuhan bukan pada hari Minggu saja, itu pun hanya dua jam di gereja. Urusan kita dengan Tuhan itu per detik, per menit hidup kita. Menempel pada pokok anggur, berarti kita selalu bersekutu dengan Tuhan. Sementara kita melakukan berbagai pekerjaan dan kegiatan, kita selalu dalam penghayatan kita ada di hadapan Allah; bahwa kita sedang melekat pada pokok anggur. Supaya, setiap hal yang kita lakukan, harus sesuai dengan kehendak Tuhan. Sementara itu, kuasa gelap sering kali mencoba mau menyeret kita keluar dari hadirat Allah, dengan memberikan kesenangan-kesenangan, hobi-hobi, dan kegiatan-kegiatan yang tidak membuat kita bertumbuh dalam Tuhan. Selalu saja ada tawaran seperti itu. Jadi, tidak kebetulan kalau pada suatu kali kita mendapat kesempatan untuk melakukan satu kesenangan guna memperoleh kepuasan. Hati-hati!

“Tetap tinggal di dalam Aku,” artinya kita tetap fokus kepada Tuhan. Jadi, masalah, yang sedang kita hadapi, kita tidak menganggapnya sebagai suatu kesulitan, sementara kita menghadapinya dengan tanggung jawab. Kita memandang Tuhan dan selalu hidup di dalam kebenaran, hidup di dalam kekudusan. Maka, “lawanlah masalah hidup dengan kekudusan.” Jangan pernah keluar dari hadirat Allah. Tetaplah tinggal di hadirat Allah, walaupun masalah kita bertumpuk-tumpuk, kekecewaan yang menyakitkan, mendapat perlakuan tidak adil, pengkhianatan, dan lain sebagainya. Jangan keluar dari hadirat Allah, tetaplah tinggal di dalam hadirat Tuhan 24/7.

Firman Tuhan jelas mengatakan bahwa kita harus tetap tinggal di dalam Yesus supaya berbuah banyak. Di sini dibutuhkan ketekunan. Banyak tarikan yang membuat kita keluar dari hati dan hadirat Allah. Maka, kita harus tetap di dalam pendirian: “Aku mau ada di hadirat Allah dan tetap ada di hadirat Allah. Aku tidak mau keluar dari hadirat Allah, tetapi tetap tinggal di hadirat Allah.” Kalau seorang tidak menempel pada pokok anggur, ia tidak menghasilkan buah, maka ia akan dipotong.

Yohanes 15:6, “Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.”

Jika seseorang tidak menghasilkan buah seperti yang Allah kehendaki, berarti dia menghasilkan buah yang lain; yaitu kehidupan yang hanya melakukan keinginannya sendiri. Sedangkan buah yang benar adalah kehidupan yang melakukan kehendak Allah. Ingat Tuhan Yesus berkata, “Bukan orang yang berseru kepada-Ku ‘Tuhan, Tuhan’ yang akan masuk Kerajaan Surga, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah." Artinya, orang yang menghasilkan buah adalah orang yang melakukan kehendak Allah. Jadi ingat, yang tidak berbuah, akan dibuang. Dicampakkan ke dalam api, lalu dibakar. Mari kita periksa diri kita masing-masing, apakah kita sudah melakukan kehendak Allah atau belum.

Kalau belum, kita minta ampun kepada Tuhan dan kita mau berubah. Firman Tuhan mengatakan, “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku, firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki dan kamu akan menerimanya.” Ayat ini sering dipungut, lalu orang merasa berhak minta apa saja di dalam nama Yesus, dan Bapa mesti memberi. Sehingga banyak orang berpikir bisa menyandera Allah dengan atau di dalam nama Yesus Kristus. Kita mengusir setan dalam nama Yesus, itu benar, seketika setan bisa keluar. Namun, bukan berarti kita bisa minta apa saja, dan pasti diberikan. Jangan mengancam Tuhan.

Ayat yang mengatakan, “Mintalah apa saja yang kamu kehendaki dan kamu akan menerimanya,” tidak boleh dilepaskan dari kalimat sebelumnya: Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.” Kalau kita tinggal di dalam Tuhan—setia berdoa dan membaca firman—maka kita pasti melakukan kehendak Allah. Sebab kita sensitif, peka terhadap kehendak Allah, dan melakukan kehendak Allah. Jadi kalau firman Tuhan mengatakan, “Mintalah apa saja yang kamu kehendaki dan kamu akan menerimanya,” ini hanya berlaku untuk orang-orang yang tinggal di dalam firman Tuhan, yang sudah menghasilkan buah-buah kehidupan yang baik.

Sebab orang-orang seperti ini tidak akan meminta sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Allah. Maka, dalam hal ini, kata firman Tuhan, “Bapa-Ku dipermuliakan. Yaitu jika kamu berbuat banyak, dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.” Jadi, bagaimana Allah dimuliakan? Kalau kita tekun mendengar firman, hidup dalam doa, memiliki kepekaan, mengerti kehendak Allah, dan melakukannya. Ketika apa yang kita lakukan seturut, sesuai dengan kehendak Allah, itulah buah-buah kehidupan. Maka, minta apa saja, artinya apa saja yang sesuai dengan kehendak Allah, akan diberikan. Di sini Allah Bapa dipermuliakan, jika kita berbuah banyak. Kehidupan orang-orang seperti ini pasti memenangkan jiwa dan menjadi berkat bagi orang lain.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEHIDUPAN ORANG-ORANG YANG BERBUAH PASTI MEMENANGKAN JIWA DAN MENJADI BERKAT BAGI ORANG LAIN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 September 2023
2023-09-23 09:37:17

Ester 6-10

Card image
Truth Kids 22 September 2023 - TERSENYUM
2023-09-22 09:43:44


Mazmur 106:5
“supaya aku melihat kebaikan pada orang-orang pilihan-Mu, supaya aku bersukacita dalam sukacita umat-Mu, dan supaya aku bermegah bersama-sama milik-Mu sendiri.”

Siang itu udara sangat panas. Matahari bersinar terik. Orang-orang yang sedang menunggu bus mulai berkeringat. Ada yang mengambil tisu dan mengelap keringatnya. Beberapa orang mengipas-ngipas wajahnya. Hampir semua wajah orang yang sedang menunggu bus itu terlihat kesal. Hanya ada satu wajah yang tetap bahagia, yaitu anak kecil yang sedang digendong oleh ibunya. Mereka juga sedang menunggu bus. Anak kecil itu tersenyum dan tertawa kecil melihat rambut orang-orang di sekitarnya yang terbang tertiup angin. Saat anak kecil itu tersenyum dan menatap orang lain, maka orang itu pun ikut tersenyum. Wajah yang awalnya sedang kesal karena kepanasan, berubah menjadi tersenyum akibat wajah lucu anak kecil tersebut.

Sobat Kids, rasa sukacita dapat dibagikan kepada orang di sekitar kita. Bagaimana caranya? Seperti cerita di atas, anak kecil dapat membagikan sukacita dengan memberikan senyuman kepada orang lain. Kalian juga mau belajar untuk membagikan sukacita kepada orang lain, bukan? Cara mudahnya adalah dengan tersenyum kepada semua orang. Khusus bagi orangtua, Sobat Kids dapat memeluk mereka dan katakan, “I love you, Mom and Dad.” Pasti mereka akan merasakan sukacita.

Card image
Truth Junior 22 September 2023 - SUKACITA
2023-09-22 09:41:05


Mazmur 106:5
“supaya aku melihat kebaikan pada orang-orang pilihan-Mu, supaya aku bersukacita dalam sukacita umat-Mu, dan supaya aku bermegah bersama-sama milik-Mu sendiri.”

Bulan lalu kita merayakan kemerdekaan Indonesia. Banyak lomba yang diadakan untuk memeriahkan kemerdekaan Indonesia. Bagaimana dengan Sobat Junior, lomba apa saja yang kalian ikuti? Setiap daerah atau sekolah mengadakan lomba masing-masing. Apakah di daerah kalian ada yang mengadakan lomba menahan tertawa? Ada orang yang bertugas untuk membuat peserta tertawa. Para peserta yang mengikuti lomba ini, harus menahan tawa mereka. Walaupun ada gerakan lucu, peserta lomba tidak boleh tertawa. Pemenangnya adalah peserta yang dapat menahan tawa paling lama. Banyak peserta yang kalah dalam lomba ini karena tidak dapat menahan tawa mereka.

Sobat Junior, sukacita dapat dibagikan kepada orang sekitar. Lomba menahan tawa merupakan bukti bahwa sukacita dapat dibagikan. Dengan seseorang bertingkah lucu, orang lain dapat tertawa. Merasa sukacita dan tertawa, dapat membuat tubuh kita sehat, loh. Sukacita yang dibagikan manusia saja dapat membuat kita ikut merasa sukacita, apalagi sukacita yang diberikan Tuhan kepada kita, Sobat Junior. Coba ingat-ingat kebaikan yang sudah Tuhan berikan dalam hidup kita. Sejak kita lahir hingga saat ini, kasih Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Kita patut bersukacita atas semua berkat dan kasih yang Tuhan berikan. Jadi, apa pun kesedihan yang kalian rasakan saat ini, cobalah untuk tersenyum. Rasakan sukacita di dalam Tuhan. Semua bisa dilewati.

Card image
Truth Youth 22 September 2023 (English Version) - SAY NO!
2023-09-22 09:37:27


"The integrity of the upright guides them, but the unfaithful are destroyed by their duplicity." (Proverbs 11:3)

As young individuals, we have the power to shape our character by embracing enduring values. One crucial aspect of having enduring character is integrity, and one example of integrity is having the courage to say "no" when faced with situations that challenge our values.

In Proverbs 11:3, we are reminded that the integrity of an honest person guides their path, while those who are unfaithful are ruined by their deceit. This verse underscores the importance of integrity as a guiding force in our lives. Choosing honesty over deception, even when it's difficult, is a testament to our commitment to having genuine character.

Saying "no" can indeed be tough, especially when it means going against the flow or disappointing others. However, these moments define our integrity. When we bravely say "no" to dishonesty, manipulation, or peer pressure, we strengthen our commitment to being individuals of integrity.

To be honest with others, we must develop a strong sense of self-awareness and a firm understanding of our values. When faced with decisions, we should ask ourselves whether our actions align with our principles. Remember, integrity is not just about what we do when others are watching, but also about our choices when no one is looking.

On this journey to integrity, let's support each other. Encourage our peers to stand by their beliefs and make honest choices. As we grow in our commitment to honesty, we'll become a light in a world that sometimes feels dim due to compromise.

WHAT TO DO:
1. Learn to be honest with our feelings.
2. Learn to say "no" to negative things.
3. Stand strong with our commitment.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Lamentations 3-5

Card image
Truth Youth 22 September 2023 - SAY NO !
2023-09-22 09:34:42


"Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya." (Amsal 11:3)

Sebagai anak muda, kita memiliki kekuatan untuk membentuk karakter kita dengan merangkul nilai-nilai yang tahan uji dari waktu ke waktu. Salah satu aspek penting dari memiliki sifat tahan uji adalah integritas, dan salah satu contoh dari integritas adalah memiliki keberanian untuk “mengatakan tidak” ketika dihadapkan pada situasi yang menguji nilai-nilai kita. Dalam Amsal 11:3, kita diingatkan, “Integritas orang jujur menuntun jalannya, tetapi orang yang berkhianat, binasa oleh kecurangan mereka.” Ayat ini menekankan pentingnya integritas sebagai kekuatan pemandu dalam hidup kita. Memilih jujur daripada tipu daya, bahkan ketika sulit, adalah bukti komitmen kita untuk menjadi individu yang memiliki karakter sejati. Mengatakan “tidak bisa” memang sulit, terutama ketika itu berarti melawan arus atau mengecewakan orang lain. Namun, saat-saat inilah yang menentukan integritas kita. Ketika kita berani mengatakan tidak pada ketidakjujuran, manipulasi, atau tekanan teman sebaya, artinya kita memperkuat komitmen kita untuk menjadi individu yang jujur.

Untuk menjadi orang yang jujur kepada orang lain, tentu kita harus mengembangkan rasa kesadaran diri yang kuat dan pemahaman yang kokoh tentang nilai-nilai kita. Ketika dihadapkan pada keputusan, kita seharusnya bertanya pada diri sendiri apakah tindakan kita sejalan dengan prinsip-prinsip kita. Ingatlah, integritas bukan hanya tentang apa yang kita lakukan ketika orang lain sedang memperhatikan, tetapi juga tentang pilihan kita ketika tidak ada yang melihat. Dalam perjalanan menuju integritas ini, mari saling mendukung. Dorong teman-teman sebaya kita untuk berpegang pada keyakinan mereka dan membuat pilihan yang jujur. Saat kita tumbuh dalam komitmen kita terhadap kejujuran, maka kita akan menjadi cahaya di dunia yang kadang-kadang terasa redup karena kompromi.

WHAT TO DO:
1. Belajar jujur dengan perasaan kita sendiri
2. Belajar berkata tidak pada hal-hal negatif
3. Harus berani berjuang dengan komitmen

BIBLE MARATHON:
▪︎Ratapan 3-5

Card image
Renungan Pagi - 22 September 2023
2023-09-22 09:23:49


Kehidupan orang percaya seharusnya bukan hanya dipenuhi kehidupan doa, tetapi harus disertai berjaga-jaga dalam menjalankan kehidupan di dunia yang makin penuh dengan pekerjaan iblis. Sebab waktu yang semakin singkat membuat iblis bekerja keras mencari mangsa yang dapat ditelannnya supaya semakin banyak yang dapat dibawanya untuk menghuni neraka.

Rasul Petrus mengingatkan pada kita semua, "Sadarlah dan berjaga-jagalah! lawanmu, si iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." Jadi perlu sadar dan berjaga-jaga agar tidak menjadi mangsa si iblis dan menemani dia di neraka. Roh Kudus akan menjadi penolong bagi kita untuk berjaga setiap waktu.
(1 Petrus 5:8)

Card image
Quote Of The Day - 22 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-22 09:20:53


Kesucian hidup harus menjadi atmosfer yang membahagiakan kita, di mana kita bisa hidup dan menikmatinya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 22 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-22 09:19:07


Kalau kita ada di tengah-tengah dunia, di mana kita bersentuhan dengan orang, kita hadir untuk menjadi saksi, menjadi saluran berkat.

Card image
PRACTICING AND STRUGGLING - 22 September 2023 (English Version)
2023-09-22 09:17:00


John 15:1-4 says, “I am the true vine, and my Father is the gardener. He cuts off every branch in Me that bears no fruit, while every branch that does bear fruit, He prunes so that it will be even more fruitful. You are already clean because of the Word I have spoken to you. Remain in Me, as I also remain in you. No branch can bear fruit by itself; it must remain in the vine. Neither can you bear fruit unless you remain in Me.”

We are the chosen people, and not everyone is chosen, just as written in Eph.1:4-5 which says only certain people are determined to be the chosen people. However, being determined as the chosen people does not mean automatically going to heaven. Still, given the opportunity to grow and bear fruit, we must understand what “bearing fruit” means. We must be grateful because we are the chosen people; like branches, we are planted on the vine. Jesus is the vine, and we are the branches. Not everyone has this opportunity or gift.

It is God’s prerogative to choose the chosen people, and if it says, “Jesus is the true vine, and the Father is the gardener,” this means it is the Father’s business, not anyone else’s, not even Jesus’, and Jesus is the vine. As the chosen people are depicted as branches attached to the vine, we must bear fruit. The fruit in question must be according to God’s intention, namely the divine character, the character of God. The blood of Jesus Christ saves us who have fallen short of the glory of God, and then we become children of God.

We should continue to experience the process of change to be perfect like the Father or similar to Jesus. Perfect like the Father means everything we do is always according to God’s mindset. So, the fruit is the sensitivity to act always according to God’s mindset, and Jesus became the model of the human desired by God, whose principle is “My food is to do the will of the Father and complete His work.” It takes a process to have a life like this. A branch cannot bear fruit if it is not attached to the vine and continues to absorb its nutritional elements.

Likewise, a Christian will not be fruitful and have the sensitivity to understand and do God’s will without practicing and struggling every day. This is a gift, but it also gives us responsibility. Ironically, many Christians do not understand this. They live carelessly, not trying to be sensitive to God’s will that should be done. Whatever problem we face right now, we must make the right decision according to God’s will.

We should question what to decide or do, no matter what comes in life right now, which then becomes the practice for us to do according to God’s will. Bearing fruit is practicing sensitivity to God’s will, which makes us more adept at understanding and doing it. God’s Word says that if we struggle for it, we will bear fruit, and God will help us to bear more excellent fruit. He will cleanse the elements of sin, the old self aspects within us, so that we will bear abundant fruit.

The Word of God says, “Every branch that does bear fruit, He prunes so that it will be even more fruitful.” So, people who try to understand and do God’s will, they will produce more fruit. Conversely, people who do not bear fruit like or according to the fruit that God wills, they will be cut off and thrown away. The Lord Jesus said, “I am the true vine.” Where there is a true vine, there is also a false vine. Don’t cling to the fake vine. This world is a false vine, and Satan is the gardener. Do not cling to and absorb worldly things that make one bear evil fruits, the fruits of life that are not by the holiness and sanctity of God.

We should remember that each of us has to choose and never think that after becoming a Christian, we are immune to sin and will automatically become fruitful. That is not right, and many people think shallowly that when we believe in Jesus as Lord and Savior, we will surely go to heaven even though there is no effort. Then, they added “Good deeds do not save.” Our belief must have content, and the content is if we believe correctly, we struggle to understand God’s will and do it.   

WE WILL NOT BEAR FRUIT AND HAVE THE SENSITIVITY TO UNDERSTAND AND DO GOD'S WILL WITHOUT DAILY PRACTICING AND STRUGGLING.

Card image
BERLATIH DAN BERJUANG - 22 September 2023
2023-09-22 09:08:44


Yohanes 15:1-4, “Akulah pokok anggur yang benar, dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah dipotong-Nya, dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.”

Kita adalah umat pilihan. Tidak semua orang menjadi umat pilihan. Di dalam Efesus 1:4-5 tertulis bahwa hanya orang-orang tertentu yang ditentukan menjadi umat pilihan. Ditentukan menjadi umat pilihan bukan berarti ditentukan masuk surga. Ditentukan menjadi umat pilihan, artinya ditentukan untuk memiliki kesempatan guna bertumbuh, dan kesempatan untuk dapat berbuah. Masalahnya, apa maksud “berbuah” di sini? Kita adalah orang-orang yang benar-benar harus bersyukur, karena kita adalah umat pilihan. Ibarat ranting, kita adalah ranting yang ditanam di pokok anggur. Yesuslah pokok anggur itu, dan kita rantingnya. Tidak semua orang memiliki kesempatan atau anugerah ini.

Hanya orang-orang yang dikhususkan, dan ini tergantung hak prerogatif Allah. Dikatakan di sini, “Yesuslah pokok anggur yang benar, dan Bapa pengusahanya.” Di sini sebenarnya hendak diberitahukan kepada kita, bahwa ini bisnis milik Bapa, bukan milik siapa-siapa, bahkan bukan milik Yesus sendiri melainkan milik Bapa, dan Yesus adalah pokok anggurnya. Sebagai umat pilihan yang digambarkan sebagai ranting yang menempel pada pokok anggur, kita dituntut untuk berbuah. Tentu buah yang dimaksud haruslah buah sesuai dengan maksud Tuhan; yaitu karakter ilahi, karakter Allah, yaitu sebagai manusia yang berdosa, yang telah kehilangan kemuliaan Allah, diselamatkan oleh darah Yesus Kristus, lalu kita menjadi anak-anak Allah.

Supaya kita mengalami terus proses perubahan, guna kita bisa sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Sempurna seperti Bapa, artinya dalam segala sesuatu yang kita lakukan, selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Kepekaan untuk bisa bertindak selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah, inilah buah itu. Yesus menjadi model manusia yang Allah kehendaki, yang prinsip-Nya adalah "Makanan-Ku melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” Untuk memiliki kehidupan seperti ini, berproses. Seperti ranting tidak bisa berbuah jika tidak menempel pada pokok anggur dan terus menyerap unsur-unsur nutrisi dari pokok anggur tersebut.

Demikian juga seorang Kristen tidak akan berbuah, tidak akan memiliki kepekaan untuk mengerti kehendak Allah dan melakukan kehendak Allah, tanpa berlatih dan berjuang setiap hari. Ini anugerah, tetapi anugerah ini memberi kita tanggung jawab. Ironis, banyak orang Kristen tidak memahami ini. Mereka hidup sembarangan, tidak berusaha bagaimana memiliki kepekaan terhadap kehendak Allah guna dilakukan. Apa pun masalah yang sedang kita hadapi saat ini, kita harus mengambil keputusan yang tepat, yang sesuai dengan kehendak Allah.

Apa pun yang sedang terjadi dalam hidup kita saat ini, kita harus memperkarakan apa yang harus kita putuskan atau lakukan, dan itu menjadi latihan kita untuk bertindak sesuai dengan kehendak Allah. Berlatih untuk memiliki kepekaan terhadap kehendak Allah dan melakukan kehendak Allah, membuat kita makin cakap mengerti kehendak Allah dan melakukan kehendak Allah. Itulah buahnya. Firman Tuhan mengatakan kalau kita sungguh-sungguh berjuang, maka kita akan berbuah, dan Tuhan akan menolong agar kita bisa berbuah lebih lebat. Tuhan akan membersihkan unsur-unsur dosa, unsur-unsur manusia lama di dalam diri kita, agar kita berbuah lebat.

Dikatakan di dalam firman Tuhan, “Setiap ranting yang berbuah dibersihkan, supaya lebih banyak berbuah.” Jadi, orang yang berusaha untuk mengerti kehendak Allah dan melakukan kehendak Allah, dia akan berbuah lebih banyak. Sebaliknya, orang yang tidak berbuah seperti atau sesuai buah yang dikehendaki Allah, akan dipotong dan dibuang. Menarik di sini, Tuhan Yesus berkata, “Akulah pokok anggur yang benar.” Kalau ada pokok anggur yang benar, maka ada pokok anggur yang palsu. Jangan menempel pada pokok anggur yang palsu. Dunia ini adalah pokok anggur yang palsu, Iblislah pengusahanya. Jangan menempel dan menyerap hal-hal duniawi dari dunia yang membuat seseorang menghasilkan buah-buah kejahatan; buah-buah kehidupan yang tidak sesuai dengan kekudusan dan kesucian Allah.

Ingat, setiap kita harus memilih. Jangan pernah berpikir setelah menjadi Kristen, kita kebal terhadap dosa dan kita akan menjadi orang yang otomatis berbuah. Ini salah. Banyak orang berpikir dangkal. Kalau sudah percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, yakin pasti masuk surga. Padahal tidak ada usaha. Lalu ditambah lagi dengan pernyataan, “perbuatan baik tidak menyelamatkan.” Padahal percaya itu ada isinya. Apa isi percaya kita? Kalau kita percaya dengan benar, kita berusaha mengerti kehendak Allah dan melakukannya. Inilah isinya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA TIDAK AKAN BERBUAH DAN TIDAK AKAN MEMILIKI KEPEKAAN UNTUK MENGERTI DAN MELAKUKAN KEHENDAK ALLAH, TANPA BERLATIH DAN BERJUANG SETIAP HARI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 September 2023
2023-09-22 09:05:01

Ester 1-5

Card image
Truth Kids 21 September 2023 - SYUKUR
2023-09-21 09:19:30


Mazmur 139:14
“Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.”

Malam hari sudah tiba. Setelah seharian Max beraktivitas, kini saatnya ia bersiap-siap untuk beristirahat. Max dibantu mama membersihkan dirinya, memakai pakaian tidur dan menyikat gigi. Sebelum tidur, Max mengajak mama untuk berdoa. Mama mengingatkan Max untuk bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan atas kebaikan-Nya pada hari ini. Max mengangguk sambil melipat tangan lalu menutup mata.

Max mulai berdoa, ia menyapa Tuhan Yesus. Max lanjut dengan berterima kasih kepada Tuhan Yesus karena sudah menemani Max sepanjang hari ini. Max berterima kasih atas setiap nafas yang telah Tuhan berikan. Max berterima kasih atas tubuhnya yang sehat. Ia juga bersyukur atas makanan yang enak yang dibuat mama. Kemudian Max mengakhiri doanya dengan bersyukur atas mama dan papa yang mengasihinya. Max dan mama sama-sama mengucap amin.

Sobat Kids, bersyukur adalah salah satu jalan pintas untuk hidup yang selalu berbahagia. Sudahkah kalian bersyukur atas keadaan kalian pada hari ini? Baik dalam suka maupun duka, kita mau tetap bersyukur. Sepenuh hati berterima kasih kepada Tuhan atas kebaikan-Nya di hidup kita.

Card image
Truth Junior 21 September 2023 - AKU ISTIMEWA
2023-09-21 09:16:52


Mazmur 139:14

“Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.”

Sobat Junior, cobalah datangi tempat umum yang juga ramai dikunjungi orang-orang. Perhatikanlah orang-orang di sana. Sobat Junior pasti pernah melihat beragam manusia dengan berbagai macam bentuk badan, tinggi badan, gaya rambut, dan warna kulit. Setiap orang memiliki ciri khas fisik tersendiri. Ada yang alisnya tebal, lengannya berotot, badannya kekar, ada juga yang kurus, dan banyak lagi ciri–ciri lainnya. Kalaupun mungkin ada kemiripan, mungkin hidungnya sama, tetapi kulitnya berbeda. Mungkin mukanya mirip, tetapi tinggi dan jenis kelaminnya berbeda. Bahkan kembar siam pun tidak akan pernah sama persis. Dan yang paling unik, tak ada dua orang yang memiliki sidik jari yang sama. Wahhh… kok bisa, ya? Yups… itu karena setiap laki-laki maupun perempuan, baik itu anak-anak maupun orang dewasa, masing-masing kita merupakan ciptaan yang unik.

Coba deh, baca baik-baik ayat firman Tuhan hari ini, “Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib,” Mazmur 139:14.

Tuhan senang melihat keunikan dari setiap individu. Sobat Junior tidak perlu merasa iri atau malah rendah diri kalau kamu berbeda. Sebaliknya, Sobat Junior harus menunjukkan keunikan kita dengan melayani TUHAN sesuai dengan kemampuan kita. Jadi, Sobat Junior, jadilah bangga dengan keunikan yang Tuhan berikan padamu. Manfaatkan keunikanmu untuk melayani Tuhan dan orang lain. Ingatlah bahwa Tuhan senang melihatmu menjadi dirimu yang sejati dan menghargai setiap individu lain seperti yang Dia ciptakan.

Card image
Truth Youth 21 September 2023 (English Version) - CHOOSING WHAT'S RIGHT
2023-09-21 09:14:13


"The path of the righteous is level; you make level the way of the righteous." (Isaiah 26:7)

If we try to view life in black and white, perhaps the current state is gray. Everything seems gray. We can no longer distinguish what's sinful or not because the world has blurred everything into shades of gray. It's true that it's okay to have friends, right? It's fine to joke around and tease friends, right? Is it wrong to lie for a good cause? And many questions that start with "Is it wrong?" Everything seems permissible. However, not everything that seems permissible is truly meant to be lived. Having friends is good, but having the wrong friends can lead to ruin. Similarly, joking around might be okay, but joking to the point of using foul language and bullying is not funny. In fact, we might hurt God's heart. But nowadays, these things are considered normal, right?

Often, there are small actions we take without considering whether God approves or not. Therefore, walking in righteousness should become a habitual practice in the midst of this gray world. We have to choose whether we want to live in darkness or in the light because living in gray areas is also living in darkness, allowing the Devil to lurk at our doorstep. Instead, we need to stand firmly to follow God. The world shouldn't transform us to be its reflection, but God should take over our lives, above all else. Like the Bible verse mentioned above, the path of the righteous is level. It's upright, like wearing blinders so we don't easily sway.

WHAT TO DO:
1. Learn to be resolute with yourself.
2. Don't easily be swayed by the world's trends.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Lamentations 1-2

Card image
Truth Youth 21 September 2023 - MEMILIH YANG BENAR
2023-09-21 09:12:28


"Jejak orang benar adalah lurus, sebab Engkau yang merintis jalan lurus baginya." (Yesaya 26:7)

Kalau kita mencoba melihat hidup ini dengan warna hitam atau putih, mungkin keadaan hari ini adalah abu-abu. Segala sesuatunya abu-abu. Kita tidak bisa lagi melihat itu dosa atau pun bukan dosa karena dunia seakan-akan membuat segalanya menjadi abu-abu. Memang salah berteman? Tidak salah. Memang salah bercanda dan mengatai teman? Kalau lucu, kenapa tidak? Memang salah kalau berbohong demi kebaikan? Dan banyak lagi pertanyaan yang dimulai dengan, “Memang salah?” Segala sesuatunya seakan-akan baik. Namun, ternyata tidak semuanya benar untuk dihidupi. Berteman adalah hal yang baik. Namun, berteman dengan orang yang salah akan membawa kita kepada kebinasaan. Begitu juga dengan hal seperti bercanda, tidak salah. Namun, kalau bercanda sampai berbahasa kasar dan menghina sampai mem-bully, itu tidaklah lucu. Bahkan, kita bisa menyakiti hati Tuhan. Namun, kenyataannya hal tersebut saat ini wajar, bukan?

Terkadang banyak hal kecil yang kita lakukan, tanpa mempertimbangkan apakah Tuhan senang atau tidak. Oleh sebab itu, berjalan dalam kebenaran harus menjadi hal yang biasa kita lakukan di tengah-tengah dunia yang abu-abu. Kita harus memilih mau hidup dalam kegelapan atau terang, karena tanpa kita sadari hidup dalam jalur abu-abu juga termasuk kegelapan, karena kita membiarkan Iblis mengintip di depan pintu. Sebaliknya, kita harus tegas untuk mengikut Tuhan. Dunia tidak boleh mengubah kita menjadi manusia segambar dengannya, tetapi Tuhan harus mengambil alih hidup kita, lebih dari segalanya. Seperti ayat Alkitab yang dikatakan di atas yaitu jejak orang benar adalah lurus. Tegak lurus, bagaikan memakai kacamata kuda, sehingga kita tidak mudah terombang-ambing.

WHAT TO DO:
1. Belajar tegas dengan diri sendiri 2. Tidak mudah terbawa oleh arus dunia

BIBLE MARATHON:
▪︎Ratapan 1-2

Card image
Renungan Pagi - 21 September 2023
2023-09-21 09:08:47


Ketika kita dipilih oleh Tuhan, dipisahkan dari dunia, supaya hidup bukan lagi bagian dari dunia ini, tetapi menjadi saksi Kristus dan melalui hidup kita nama Tuhan dipermuliakan. Tuhan Yesus berkata pada murid-murid-Nya, "Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu."

Hidup sebagai orang-orang terpilih tidaklah mudah, harus benar-benar menampilkan gaya hidup orang-orang pilihan. Hidup kita bahkan akan menghadapi proses pelatihan melalui tantangan dan masalah kehidupan yang harus dihadapi.

Tetapi kita harus tetap berdiri teguh, jangan mudah goyah, jangan mudah terseret oleh kedagingan dan hawa nafsu yang akan menjerumuskan kedalam dosa. Membuat lupa kalau kita ini orang-orang pilihan. Sadarilah bahwa Kristus yang telah memilih kita untuk menjadi milik-Nya, jangan lagi hidup serupa dengan dunia, sebab kita bukan dari dunia.
(Yohanes 15:19)

Card image
Quote Of The Day - 21 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-21 09:02:36


Remukkan dirimu untuk menjadi berkat bagi sesama.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 21 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-21 08:55:19


Tuhan aktif bicara, tetapi sering kali telinga kita tuli karena kita mendengar kebisingan suara lain.

Card image
WRONG DECISION - 21 September 2023 (English Version)
2023-09-21 08:38:16


Many people make wrong decisions and, of course, as a result, suffering. One of the most common wrong decisions is to choose a life partner or soul mate. Many women choose the wrong man as their husband, and not a few have repeated the mistake. If they chose the wrong choice, mate, then, of course, they experienced suffering and followed with a divorce and, after a divorce, remarried. Unfortunately, they chose the wrong partner again. This should be an expensive lesson for us. Wrong choices and decisions become losses in life. So, we must distance ourselves from wrong choices and decisions.

Wrong decisions and choices are caused by not walking with God. The Holy Spirit will lead someone to the truth and is very active. He will not leave us even for a second. He always speaks and guides in all the truth. So, why don’t we walk with God or the Holy Spirit so we won’t make any wrong decisions? How can we make the correct choice and decision?

First, we must have the right purpose in life. If our life goals are wrong, that mistake will color all our actions and decisions. Therefore, our goal in life should be only one: God and His Kingdom, and that must become our focus or projection and not let us have other goals in life. Having another life goal not only means that our decisions and choices will be wrong, but more terrifying is that the goal will lead us to eternal fire. On the contrary, the true purpose of life directs us to become pleasing children of God and worthy to be members of the Heavenly Royal Family.

Why get married if then our lives are taken away? Many women have lost their lives after marrying the wrong man. There is no happiness; instead, their life is threatened daily. Her life is held captive by a husband who does not fear God, captive by the powers of darkness. However, if they have the right goals in life, they will see if the person who will be their life partner is someone who can be invited together to grow in God, reach a level of spiritual maturity, and move towards His Kingdom.

Decisions and choices must be based on this: “God is my goal, and the Kingdom of Heaven is the direction of my life.” By doing this, we will always consider our decisions and choices based on God’s feelings; “Do I please God with this decision?” Many people behave towards others without considering God’s feelings. They know that hating is wrong, but because they do not respect God and do not make Him their goal, they continue to hate others without considering that it will drag them into eternal fire. Take care of God’s feelings, not just to satisfy our feelings, and He will uniquely look after those whose lives are like this; they are blessed and protected until eternity.

Second, we should be sensitive through prayer because encountering God will build sensitivity. People can’t have sensitivity if they do not live in prayer; therefore, we must view the morning prayer as obligatory. We should never stop praying because it is the breath of a believer. We should force ourselves to experience an encounter with God that makes us sensitive to hearing His voice and know how to make decisions and choices. Apart from praying together in the morning, we also have private prayer hours. Take time to pray privately because that’s where we will get the sensitivity to hear God’s voice. God is active in speaking, but often, our ears are deaf because we hear other noises.

In this case, we do not respect God’s voice given for our salvation, so don’t take it for granted. Prayer is not an easy job. It is not just kneeling and folding hands. There is a dialogue in it. Even though sometimes it seems like we are talking to an empty room, we should not stop seeking God. We seek Him and realize that He is truly what we need, more than our breath and blood. We long for God’s presence, and there are many blessings that we never imagined through that private prayer. So, seek God’s presence.

Third, study the Bible. Reading and listening to God’s Word will make us wise. We have to read and listen to the Word until we become addicted.

Fourth is listening to sermons. We must take the time to hear the sermon, which will be enlightening. God will change our lives so that we can understand what He wants.  

WRONG CHOICES AND DECISIONS BECOME LOSSES IN LIFE.

Card image
KEPUTUSAN YANG SALAH - 21 September 2023
2023-09-21 05:53:59


Banyak orang yang salah mengambil keputusan. Sebagai akibatnya, tentu penderitaan. Yang paling banyak dalam hal ini adalah salah mengambil keputusan memilih teman hidup atau jodoh. Banyak wanita salah memilih pria sebagai suami. Juga, tidak sedikit pula yang kesalahannya berulang. Salah memilih jodoh, pertama. Kemudian, ia mengalami penderitaan tentunya. Sehingga terjadi perceraian. Setelah terjadi perceraian, menikah lagi. Malangnya, salah lagi memilih jodoh. Ini harus menjadi pelajaran yang mahal untuk kita. Pilihan dan keputusan yang salah menjadi kerugian di dalam hidup. Jadi, kita harus menjauhkan diri dari keputusan, pilihan dan keputusan yang salah.

Keputusan dan pilihan yang salah disebabkan karena seseorang tidak berjalan dengan Tuhan. Roh Kudus akan menuntun seseorang kepada kebenaran. Roh Kudus itu aktif. Tidak ada satu detik pun Ia meninggalkan kita. Dia selalu berbicara dan menuntun kita kepada seluruh kebenaran. Lalu, mengapa kita tidak berjalan dengan Tuhan atau berjalan dengan Roh Kudus, agar kita tidak mengambil keputusan-keputusan yang salah? Bagaimana kita bisa memiliki keputusan dan pilihan yang benar?

Yang pertama, kita harus memiliki tujuan hidup yang benar. Kalau tujuan hidup seseorang salah, maka kesalahan itu akan mewarnai seluruh tindakan dan keputusannya. Tujuan hidup kita hanya satu, Tuhan dan Kerajaan-Nya. Itulah fokus kita, itu proyeksi kita. Harus. Jangan kita memiliki tujuan hidup yang lain. Memiliki tujuan hidup yang lain bukan hanya membuat keputusan dan pilihan kita akan salah dalam perjalanan hidup ini, tetapi yang lebih mengerikan adalah tujuan hidup yang salah akan membawa dirinya kepada api kekal. Sebaliknya, tujuan hidup yang benar mengarahkan kita menjadi anak-anak Allah yang berkenan dan dilayakkan menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga.

Untuk apa menikah kalau kemudian kehidupan kita direnggut? Banyak wanita yang kehilangan kehidupan setelah menikah dengan pria yang salah. Tidak ada kebahagiaan, malah hidupnya terancam terus setiap hari. Hidupnya ditawan oleh suami yang tidak takut akan Allah; ditawan oleh kuasa kegelapan. Namun, kalau ia memiliki tujuan hidup yang benar, maka ia akan melihat apakah yang akan menjadi teman hidupnya itu seorang yang bisa diajak bersama bertumbuh dalam Tuhan, mencapai tingkat kedewasaan rohani, dan menuju Kerajaan-Nya.

Dalam mengambil keputusan dan pilihan, harus didasari ini: “Tuhan adalah tujuanku, Kerajaan Surga adalah arah tujuan hidupku.” Kalau tujuan hidup kita adalah Tuhan dan Kerajaan-Nya, maka kita akan selalu mempertimbangkan keputusan dan pilihan kita berdasarkan perasaan Tuhan; “Apakah dengan keputusan ini aku menyenangkan Tuhan?” Banyak orang bersikap terhadap orang lain, tanpa mempertimbangkan perasaan Allah. Tahu bahwa membenci itu salah, tetapi karena memang tidak menghormati Tuhan dan tidak menjadikan Tuhan sebagai tujuan, maka terus saja dia menaruh kebencian kepada orang tanpa mempertimbangkan bahwa kebencian tersebut akan menyeretnya ke dalam api kekal. Jagalah perasaan Tuhan. Bukan hanya untuk memuaskan perasaan sendiri. Hidup orang-orang seperti ini akan terpelihara oleh Allah secara khusus. Hidup yang diberkati dan terlindungi sampai di kekekalan berlaku bagi orang yang sungguh-sungguh menjaga perasaan Tuhan.

Yang kedua, memiliki kepekaan. Caranya? Hiduplah di dalam doa. Perjumpaan dengan Tuhan akan membangun kepekaan atau sensitivitas di dalam diri kita. Orang yang tidak hidup dalam doa, tidak mungkin memiliki kepekaan. Jadi, doa pagi itu harus kita pandang wajib. Berdoa itu tidak ada liburnya karena doa adalah napas orang percaya. Paksalah diri kita dan alami perjumpaan dengan Tuhan yang membuat kita memiliki kepekaan mendengar suara Tuhan; apa yang harus kita lakukan dalam mengambil keputusan dan pilihan. Selain doa bersama pagi hari, kita juga punya jam doa pribadi. Sediakan waktu untuk berdoa secara pribadi. Karena di situlah kita akan mendapatkan kepekaan mendengar suara Tuhan. Tuhan aktif bicara, tetapi sering kali telinga kita tuli karena kita mendengar kebisingan suara lain.

Dalam hal ini, berarti kita tidak menghargai suara Tuhan yang diberikan demi kepentingan dan keselamatan kita. Jangan anggap remeh. Doa itu bukan pekerjaan yang mudah. Tidak sekadar berlutut, lipat tangan. Di dalam doa, ada dialog. Walaupun kadang-kadang kita seperti bicara kepada ruangan kosong, tetapi jangan kita berhenti untuk mencari Tuhan. Kita mencari Tuhan dan menyadari bahwa Tuhan itu benar-benar kita butuhkan lebih dari kita membutuhkan napas dan darah kita. Kita merindukan kehadiran Tuhan. Ada banyak berkat yang tidak pernah kita bayangkan melalui doa pribadi tersebut. Carilah hadirat Tuhan.

Yang ketiga, belajar Alkitab. Membaca dan mendengarkan firman Tuhan akan membuat kita cerdas. Kita harus membaca dan mendengarkan firman sampai menjadi kecanduan.

Yang keempat, mendengarkan khotbah. Kita harus menyediakan waktu untuk mendengar khotbah, yang akan mencerdaskan. Hidup kita akan diubah Tuhan, sehingga kita bisa mengerti apa yang Allah kehendaki.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PILIHAN DAN KEPUTUSAN YANG SALAH MENJADI KERUGIAN DI DALAM HIDUP.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 September 2023
2023-09-21 05:43:30

Zakharia 10-14

Card image
Truth Kids 20 September 2023 - MENGELUH Vs BERSYUKUR
2023-09-20 08:30:25


Mazmur 97:12
“Bersukacitalah karena TUHAN, hai orang-orang benar, dan nyanyikanlah syukur bagi nama-Nya yang kudus.”

“Aduh, ban sepedanya kempes lagi! Aku gak mau gowes sepeda yang ban-nya kempes gini, ih!” keluh Nita sambil cemberut. Padahal satu menit sebelumnya, senyum ceria masih tergores di wajahnya. Nita dan adiknya, Dio berencana main sepeda keliling komplek rumah. Mendengar keluhan kakaknya, Dio pergi memberi tahu Pak Gudi, sopir mereka. Dio meminta tolong Pak Gudi untuk memperbaiki ban sepeda Nita.

Kemudian Dio mendekati Nita yang masih duduk di teras sambil terus merungut. “Kak Nita, bersyukur ya ban sepedanya kita temukan kempes saat masih di rumah. Kalau sudah jauh, pasti lebih lelah kita mendorong bawa pulang.” hibur Dio. “Dio sudah minta Pak Gudi untuk betulkan sepeda Kak Nita. Sudah, Kak Nita jangan cemberut lagi. Kita bersyukur aja deh, masih bisa main mainan yang lain. Yuk, kita coba main mainan Dio yang kemarin Papa belikan.” ajak Dio.

Sobat Kids, pasti ada masalah yang datang dalam hidup kita. Kita bisa memilih bagaimana bersikap menghadapi masalah tersebut. Mau mengeluh dan membuat hati semakin berduka cita, atau mau bersyukur dan bersukacita menghadapi semua. Tentu kita mau bersyukur dan bersukacita, ya! Kita bersyukur karena Tuhan selalu menyertai kita. Rasa syukur kita kepada Tuhan membuat hati Sobat Kids bahagia. Mengucap syukurlah atas setiap hal yang Tuhan izinkan. Yuk, kita belajar mengucapkan syukur kepada-Nya.

Card image
Truth Junior 20 September 2023 - BERSUKACITA SELALU
2023-09-20 08:28:31


Mazmur 97:12
“Bersukacitalah karena TUHAN, hai orang-orang benar, dan nyanyikanlah syukur bagi nama-Nya yang kudus.”

Sobat Junior, apakah kalian tahu kalau Tuhan kita adalah sumber kebaikan dan kebahagiaan? Ya, Dia sangat luar biasa dan kudus. Ayat firman Tuhan hari ini mengajak kita untuk bersukacita karena Tuhan. Bayangkan saat Sobat Junior mendapat hadiah yang kalian sukai atau saat kalian bermain di taman dengan teman-temanmu. Tentu kalian akan merasa begitu senang dan bahagia, bukan? Nah, kebahagiaan itu hanya sebagian kecil dari yang Tuhan berikan kepada kita.

Tuhan adalah sumber sukacita sejati. Ketika kita bersukacita karena Tuhan, hati kita dipenuhi dengan kegembiraan yang tak tergantikan. Kita bisa merasa bahagia dan bersyukur karena Dia ada dalam hidup kita. Selain itu, kita juga diajak untuk menyanyikan syukur bagi nama-Nya yang kudus. Maksudnya bagaimana? Menyanyikan syukur artinya kita mengucapkan terima kasih dan memuji Tuhan dengan lagu atau kata-kata yang indah. Contohnya, kita bisa menyanyikan lagu pujian. Kita bisa mengatakan, “Terima kasih, Tuhan, karena Engkau baik dan selalu menyertai kami. Engkau luar biasa!” Ketika kita menyanyikan syukur, kita mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan kita kepada Tuhan. Kita menunjukkan betapa besar dan penting kehadiran-Nya dalam hidup kita.

Jadi, Sobat Junior, marilah kita bersukacita karena Tuhan. Nyanyikan syukur bagi nama-Nya yang kudus. Bergembiralah dan teruslah memuji-Nya dengan lagu dan ucapan yang indah. Tuhan senang melihat kita bahagia dan bersyukur kepada-Nya.

Card image
Truth Youth 20 September 2023 (English Version) - TRUTH AND LIES
2023-09-20 08:21:17


"You are the salt of the earth. But if the salt loses its saltiness, how can it be made salty again? It is no longer good for anything, except to be thrown out and trampled underfoot." (Matthew 5:13)

We certainly already know that lying is a sin, and as Christians, we're prohibited from lying. We learn this from Sunday School, church sermons, school lessons, and various other sources. But often, what we learn doesn't align with our actions.

Indeed, being a truthful person, both in actions and words, is challenging for us. Especially in an increasingly wicked world where falsehood can even become a new truth. Often, when one behaves truthfully, they end up being disadvantaged. However, in reality, when we act with honesty, which means having truthful actions and words, we're actually proclaiming the truth to others. This means that we're used by God as instruments to radiate His light.

A truthful person will eventually shine. They might be initially harmed through slander and other means, but in the end, their honesty will yield results. As Christians, we are required to be honest in our behavior, whether through our actions or words. We must remember that lying comes from the devil, and if we lie, we are children of the devil. Of course, we don't want to be children of the devil.

Remember, honesty might be painful at the beginning, but it will lead to blessings in due time. Lies might seem fine initially, but they lead to destruction in the end. Truth brings blessings, lies bring destruction.

WHAT TO DO:
Let's learn to be honest in our words and actions.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 51-52

Card image
Truth Youth 20 September 2023 - JUJUR MUJUR, DUSTA BINASA
2023-09-20 08:15:58



”Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. (Matius 5:13)

Kita pasti sudah tahu bahwa bohong itu dosa, dan sebagai orang Kristen kita dilarang berbohong. Kita belajar dari Sekolah Minggu, khotbah di gereja, pelajaran di sekolah, dan berbagai hal lainnya bahwa bohong itu dosa, dan akibatnya bisa fatal. Namun, kenyataannya, apa yang kita pelajari dan apa yang kita lakukan sering kali tidak sesuai.

Memang, menjadi seseorang yang jujur, baik dalam perbuatan dan perkataan adalah hal yang sulit bagi kita. Apalagi di dunia yang semakin jahat, di mana kebohongan bahkan bisa menjadi sebuah kebenaran. Tidak jarang, ketika orang berperilaku jujur, malah dirugikan. Namun, sebenarnya, ketika kita berperilaku jujur, yakni memiliki perbuatan dan perkataan yang jujur, kita sedang memberitakan kebenaran kepada sesama. Artinya, kita digunakan Tuhan sebagai alat untuk memancarkan terang-Nya.

Orang yang jujur pasti akan kelihatan ‘sinar’nya. Ia mungkin pada awalnya akan dirugikan, baik itu dengan fitnah dan lainnya, tetapi pada akhirnya akan terbukti juga bahwa kejujurannya akan membuahkan hasil. Sebagai orang Kristen, kita dituntut agar kita jujur dalam perilaku kita, baik itu melalui perbuatan maupun perkataan kita. Kita harus ingat, bahwa kebohongan itu datangnya dari setan dan kalau kita berbohong, maka setanlah bapak kita. Tentu kita tidak mau menjadi anak dari setan.

Ingat, jujur memang sakit pada awalnya, tetapi akan mujur pada waktunya. Dusta atau bohong mungkin akan baik-baik saja pada awalnya, tetapi ujungnya adalah binasa selamanya. Jujur mujur, dusta binasa.

WHAT TO DO:
Mari belajar untuk jujur dalam perkataan dan perbuatan kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yeremia 51-52

Card image
Renungan Pagi - 20 September 2023
2023-09-20 08:14:01


Bagi banyak orang, pada umumnya selalu takut menghadapi kematian. Itu sebabnya banyak yang menjadi stress ketika menerima vonis dokter bahwa hidupnya sisa beberapa saat saja. Ada juga beberapa orang yang begitu sombong karena kaya raya, segala sesuatu bisa didapatkan dengan mudah, sehingga dia merasa tidak butuh Tuhan dalam hidupnya.

Tetapi waktu dihadapkan pada detik-detik kematian, mereka gemetar ketakutan, barulah panggil pendeta atau pemimpin rohani untuk minta didoakan. Bersyukur, jika masih ada kesempatan, bagaimana kalau tidak? Sadarilah, sekaya dan sehebat apapun manusia tidak akan dapat menghindari kematian, tidak dapat membeli umur panjang. Tidak dapat dicari dengan usaha manusia untuk menambah umur. Hanya Tuhanlah sang pemilik kehidupan kita.

Jangan terlalu terbuai dengan kekuatanmu, kesenangan dunia yang dapat kau nikmati kapan saja, lalu melupakan Tuhan pemilik hidupmu. Firman Tuhan menyatakan, "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?" Uang dan kekayaan tidak dapat membeli nyawa.

Usia ada batasnya, dan pada akhirnya kita harus menghadap Sang Pencipta. Kematian tubuh jasmani bukanlah masalah besar, karena akan kembali kepada debu, tetapi yang penting, kemana roh akan pergi? Jika selama hidup di dunia ini kita dekat dengan Tuhan, maka kematian tidak akan menakutkan, sebab kematian adalah awal perjumpaan kita dengan Tuhan."
(Markus 8:36)

Card image
Quote Of The Day - 20 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-20 08:11:16


Tuhan memanggil kita untuk tinggal di dalam-Nya agar kita menjadi pertolongan bagi sesama.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 20 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-20 08:09:49


Kalau kita berkarier, mencari nafkah, itu dasarnya bukan karena kita sedang mencari pemenuhan kebutuhan jasmani, melainkan supaya kita bisa melewati hidup guna fokus kehidupan yang akan datang.

Card image
BROKEN HEART TO THE WORLD - 20 September 2023 (English Version)
2023-09-20 08:07:15


We must continue to develop the correct perspective, namely the way of thinking in the dimension of eternity. Not many people have been through this boundary because human vision or philosophy generally reaches things on this earth. Since childhood, we have been influenced by the world and exposed to the world’s way of thinking, namely the mortal dimension of thought. Everything is only oriented towards fulfilling physical needs, and that grips and shackles our souls for years, even decades. We are used to enjoying life with this dimension, so our activities are only focused on fulfilling physical needs; this includes self-esteem, dignity, prestige, and honor, which exist in the oriented environment of this mortal world.

God always directs us to think in an eternal dimension. That is why our Majesty, Lord Jesus Christ, in Matt.6:19-21 said, “Do not store up for yourselves treasures on earth, where moths and vermin destroy, and where thieves break in and steal. But store up for yourselves treasures in heaven, where moths and vermin do not destroy, and where thieves do not break in and steal. For where your treasure is, there your heart will be also.”

So, if we have a career and earn a living, it is not because we seek to fulfill physical needs but to get through life to focus on the life to come. It is difficult to move our hearts into the Kingdom of Heaven, but if we are truly committed, pray, and ask God’s help, He will surely help us. God will create an atmosphere of life where we reach the point of heartbreak against the world. If we haven’t broken our hearts against the world, we haven’t been able to move our hearts to the Kingdom of Heaven, where there is nothing more that we expect from this world.

We must appreciate the tragedy of life in our own lives and the lives of others, especially if God brings us to a situation where we are at our lowest point. In such a situation, we can feel broken hearts to the world, and in the process of maturing or perfecting, which God is doing, we are forced by Him to look to the future. However, if our conditions are excellent and comfortable, we tend to look back and enjoy what is in the world.

Disappointment with the world begins with humans and circumstances—for example, prolonged poverty, an illness that does not heal, or being betrayed by someone we trust. In such a situation, it is our potential to experience heartbreak against the world if we hear the true Word of God because it will surely lead us to an understanding of the transience of life and eternity. If we can serve God’s work and witness many suffering, we will be heartbroken there until we can say to them, “Let me show you a place where there is no suffering, tears of sorrow, no death, and separation.”

God will lead us to be able to see eternity and move our hearts into it. We hope to break through the boundaries without having to experience disappointment and suffering. Whether our house is big or small is no longer affected if we have crossed the border, and we must realize that everything must be for God’s sake.

Remember! Do not let momentary pleasure spoil the eternal one. We should be grateful if God takes us on an increasingly complex journey in life, and we must finish it well. Be thankful in whatever our circumstance is. Why? If it weren’t for God, we wouldn’t be where we are today, and most importantly, we know the truth and are prepared to enter the new Heaven and Earth. God’s hands protect us perfectly. So, the current situation we view as imperfect, flawed, invalid, incomplete, and failed is nothing compared to if we are rejected in eternity.  

IF WE HAVE NOT YET BROKEN HEARTS AGAINTS THE WORLD, WE CANNOT MOVE OUR HEARTS TO THE KINGDOM OF HEAVEN.

Card image
PATAH HATI TERHADAP DUNIA - 20 September 2023
2023-09-20 08:04:26


Kita harus terus mengembangkan cara pandang yang benar yaitu cara berpikir dimensi kekekalan. Tidak banyak orang yang sudah menembus batas ini. Pada umumnya penglihatan atau pandangan manusia, hanya sampai pada apa yang ada di bumi ini. Karena memang sejak kita kanak-kanak, kita sudah dipengaruhi oleh dunia, terpapar oleh cara pikir dunia, yaitu dimensi berpikir fana. Semua hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan jasmani dan itu mencengkeram, membelenggu jiwa kita selama bertahun-tahun, belasan tahun, bahkan sampai puluhan tahun. Maka, kita sudah terbiasa menikmati hidup dengan dimensi ini. Sehingga aktivitas dan kegiatan-kegiatan hidup kita hanya tertuju pada pemenuhan kebutuhan jasmani; di dalamnya termasuk harga diri, martabat, prestise, kehormatan, yang ada di dalam lingkungan orientasi dunia fana ini.

Tuhan selalu mengarahkan kita untuk berpikir dengan dimensi kekekalan. Itulah sebabnya Tuhan kita Yang Mulia Yesus Kristus, di Matius 6:19-21 berkata, “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di surga; di surga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.”

Jadi, kalau kita berkarier, mencari nafkah, itu dasarnya bukan karena kita sedang mencari pemenuhan kebutuhan jasmani, melainkan supaya kita bisa melewati hidup guna fokus kehidupan yang akan datang. Memang, betapa sulitnya memindahkan hati di dalam Kerajaan Surga, tetapi kalau kita berkomitmen sungguh-sungguh mau dan kita berdoa, kita mohon pertolongan Tuhan untuk itu, pasti Tuhan akan menolong kita. Tuhan akan membuat suasana hidup di mana kita sampai pada titik patah hati terhadap dunia. Kalau kita belum patah hati terhadap dunia, kita belum bisa memindahkan hati kita di Kerajaan Surga. Artinya, tidak ada lagi yang kita harapkan dari dunia ini.

Kita harus bisa menghayati tragisnya hidup; dalam hidup kita sendiri maupun hidup orang lain. Apalagi kalau kita dibawa Tuhan ke situasi di mana kita benar-benar berada di titik terendah. Di situ kita sungguh bisa merasakan patah hati terhadap dunia. Jadi di dalam proses pendewasaan, proses penyempurnaan, yang Tuhan kerjakan, kita dipaksa Tuhan untuk melihat ke depan. Namun, kalau keadaan sudah baik, sudah nyaman, bisa ada kecenderungan kita menoleh lagi ke belakang. Menikmati lagi apa yang bisa dinikmati dari dunia.

Kekecewaan terhadap dunia dimulai dalam bentuk kekecewaan terhadap manusia, dan keadaan—misalnya, kemiskinan yang berkepanjangan, sakit yang tidak sembuh, dikhianati oleh orang yang kita percayai. Sebenarnya itu adalah potensi kita untuk mengalami patah hati terhadap dunia. Namun, keadaan-keadaan seperti itu juga belum tentu membuat seseorang patah hati, kecuali dia mendengar firman Tuhan yang benar. Sehingga dia bertumbuh dalam pengertian tentang kesementaraan hidup dan mengenai kekekalan; hal itu akan pasti mengantar kita kepada keadaan patah hati. Ditambah lagi kalau kita memiliki kesempatan melayani pekerjaan Tuhan dan menyaksikan penderitaan banyak orang; di situ kita patah hati. Sampai kita bisa berkata, “Mari aku tunjukkan tempat di mana kamu tidak mengalami penderitaan, tidak ada air mata dukacita, tidak ada kematian, tidak ada perpisahan.”

Tuhan akan mengantar kita untuk bisa melihat kekekalan dan memindahkan hati di kekekalan. Kita berharap bisa menembus batas tanpa harus mengalami kekecewaan dan penderitaan. Kalau kita sudah melintasi batas, rumah kita besar atau kecil sudah tidak terpengaruhi. Sadarilah bahwa semuanya harus untuk kepentingan Tuhan.

Ingat! Kesenangan sesaat, jangan merusak kenikmatan kekal. Maka, kita bersyukur kalau Tuhan membawa kita kepada perjalanan hidup yang makin berat. Tetapi inilah cara finishing well; kita mau diakhiri dengan baik. Jadi apa pun keadaan kita hari ini, kita bersyukur. Mengapa? Kalau bukan karena Tuhan, kita tidak ada seperti hari ini. Yang terutama, kita mengenal kebenaran dan dipersiapkan masuk langit baru bumi baru. Tangan Tuhan yang memelihara kita dengan sempurna. Jadi keadaan yang sekarang yang kita pandang tidak sempurna, cacat, invalid, tidak lengkap, gagal; belum apa-apa dibanding kalau nanti kita ditolak di kekekalan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA BELUM PATAH HATI TERHADAP DUNIA, KITA BELUM BISA MEMINDAHKAN HATI DI KERAJAAN SURGA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 September 2023
2023-09-20 08:01:43

Zakharia 5-9

Card image
Truth Kids 19 September 2023 - USIA ANAK-ANAK
2023-09-19 10:09:18


Markus 9:42
“Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut.”

Sobat Kids, pada usia anak-anak, kita senang bermain dan belajar. Umumnya, orang tua hanya mewajibkan anak untuk menuntut ilmu di sekolah. Namun, karena kemiskinan dan tanggung jawab orang tua yang kurang, ada juga anak-anak yang terpaksa bekerja untuk membantu keluarganya. Tentu keadaan ini sangat tidak ideal.

Ada kisah mengenai Iqbal Masih, seorang anak dari kota kecil di Pakistan. Sejak usia 4 tahun, Iqbal dipaksa bekerja di pabrik karpet untuk membantu melunasi hutang orang tuanya. Iqbal harus bekerja selama 14 jam setiap harinya dengan upah yang sangat sedikit. Keadaan ini membuat pertumbuhan badannya terhambat, Iqbal bertubuh kecil dan pendek bagi anak seusianya. Pada usia 10 tahun, Iqbal terlepas dari perbudakan dan tidak lagi harus bekerja di pabrik karpet. Memperbudak dan mempekerjakan anak-anak adalah tindakan yang melanggar hukum. Iqbal kemudian bersekolah dan menjadi aktivis sosial yang menyuarakan pembebasan bagi anak-anak yang dipaksa bekerja. Menurut Iqbal, anak-anak seharusnya bersekolah bukan bekerja.

Sobat Kids, dari kisah hidup Iqbal kita belajar hal yang luar biasa. Beban yang tidak seharusnya dipikul oleh anak-anak, dapat menghilangkan sukacita. Terkadang kita menyepelekan kebebasan kita dalam belajar dan bermain. Kita sembarangan mengerjakan tugas sedangkan di luar sana mungkin ada anak yang bersekolah saja sulit. Yuk, Sobat Kids kita mau sungguh-sungguh belajar dengan baik di sekolah. Kita juga mau bersyukur atas apapun keadaan kita saat ini.

Card image
Truth Junior 19 September 2023 - BERTANGGUNG JAWAB
2023-09-19 10:07:23


Markus 9:42
“Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut.”

“Aduh… kenapa sih harus aku lagi, aku lagi yang mesti kerjain semua kerjaan di rumah? Cuci piring, jemur pakaian, menyapu dan ngepel, belum lagi harus jagain dan temanin adik main. Kan aku maunya main dengan teman-temanku, bukan cuma main sama adik saja,” keluh Anto dalam hati.

Apakah Sobat Junior juga merasakan hal yang sama seperti Anto? Mungkin jenis pekerjaan rumahnya berbeda, tetapi kalian merasa banyak tugas, selain tugas sekolah, yang harus dikerjakan oleh kalian di rumah. Sobat Junior, sebagai bagian dari anggota keluarga di rumah, kalian juga harus bertanggung jawab atas hal-hal yang terjadi di rumah. Contohnya, kalian maunya tinggal di rumah yang bersih, bukan? Berarti kalian juga harus ikut membersihkannya. Setelah mandi, tentu kalian ingin mengenakan pakaian yang bersih, bukan? Tentu dibutuhkan orang yang mengerjakannya: mencuci pakaian kotor, menjemurnya lalu menyetrika setelah pakaian kering. Pekerjaan apa yang bisa Sobat Junior lakukan? Mungkin mencuci dan menyetrika belum dapat kalian lakukan, tetapi kalian dapat menjemur pakaian yang sudah dicuci.

Janganlah sukacita kalian hilang karena harus melakukan banyak pekerjaan di rumah. Orang tua kalian juga harus bekerja untuk menghidupi seluruh anggota keluarga. Semua anggota keluarga harus bekerja bersama-sama sesuai dengan bagiannya masing-masing. Walaupun masih anak-anak, kalian harus belajar untuk bertanggung jawab.

Card image
Truth Youth 19 September 2023 (English Version) - MONEY IS A SERVANT
2023-09-19 10:05:02


Do not love money, but be content with what you have. For God has said, "I will never leave you nor forsake you." (Hebrews 13:5-6)

We might have heard the saying or quote, "Money isn't everything," but it's often countered with, "Everything needs money." Realistically, money can buy everything we want and need. Furthermore, many people think that money can buy happiness, power, health, and more. However, this thinking potentially turns us into servants of money. Even the Word of God states that the love of money is the root of all evil (1 Timothy 6:10).

Money is indeed necessary for survival in this modern world. Money is used to buy homes, food, clothing, and other necessities. However, we must understand one crucial thing: money is a servant. It means we use money as a tool, not the other way around. Thus, we can wisely use money. The Bible even provides us with basic teachings on how to use money. God's Word states that we need to use dishonest wealth, which is money, wisely (Luke 16:9).

If we know and understand that money is our servant, what should we do? We should manage it well. But it doesn't mean we can mistreat money just because it's our servant. We also need to manage money well, as it's part of our worship to God. Additionally, we need to internalize that everything we possess is temporary entrusted by God. This means we involve God in managing our money.

WHAT TO DO:
Let's learn to manage money wisely. We can start with small steps like saving.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 50

Card image
Truth Youth 19 September 2023 - UANG ADALAH HAMBA
2023-09-19 10:02:00


Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: ”Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: ”Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” (Ibrani 13:5-6)

Mungkin kita pernah dengar kata mutiara atau quotes yang berbunyi, “Uang bukanlah segalanya,” tetapi dibalas dengan “segalanya butuh uang”. Secara realistis, memang uang dapat membeli segala yang kita inginkan dan butuhkan. Lebih dari itu, banyak orang juga berpikir bahwa uang dapat membeli kebahagiaan, kekuasaan, kesehatan, dan lain-lain. Namun, sebenarnya pemikiran tersebut berpotensi membuat kita menjadi hamba uang. Bahkan, firman Tuhan menyatakan bahwa akar dari segala kejahatan ialah cinta uang (1 Tim. 6:10)

Uang memang diperlukan agar kita dapat bertahan hidup di dunia yang modern ini. Uang digunakan untuk membeli tempat tinggal, makanan, pakaian, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Namun, kita harus memahami satu hal penting, bahwa uang itu adalah hamba. Artinya, kita menggunakan uang sebagai alat, bukan kita yang diperalat uang. Dengan demikian, kita dapat secara bijaksana dalam menggunakan uang. Alkitab bahkan memberi kita pengajaran dasar bagaimana kita menggunakan uang. Firman Tuhan menyatakan bahwa kita perlu menggunakan mamon yang tidak jujur, yakni uang untuk digunakan secara bijak (Lukas 16:9).

Kalau kita tahu dan memahami bahwa uang itu hamba kita, lalu apa yang kita harus lakukan? Tentu kita harus mengelolanya dengan baik. Bukan berarti kalau uang itu hamba lalu kita semena-mena terhadap uang. Kita juga perlu mengelola uang secara baik, karena itu merupakan bagian dari ibadah kita kepada Tuhan. Selain itu, kita harus menghayati bahwa segala yang kita miliki ini hanyalah titipan sementara dari Tuhan. Artinya, di dalam pengelolaan uang, kita harus melibatkan Tuhan.

WHAT TO DO:
Mari belajar untuk mengelola uang dengan baik. Kita bisa lakukan dari hal kecil, misalnya menabung.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yeremia 50

Card image
Renungan Pagi - 19 September 2023
2023-09-19 09:59:13


Saat menerima Yesus menjadi Tuhan dan Juruselamat dalam hidup kita, lalu hidup sebagai orang kristen, tidak serta merta menjadikan otomatis selamat dan berhak masuk surga, hidup kekal dalam Kerajaan Allah. Tetapi respon yang benar terhadap anugerah keselamatan yang telah diberikan Allah Bapa kepada kita itulah yang menentukan, apakah layak masuk dalam Kerajaan Allah sebagai anggota keluarga Allah.

Alkitab dengan jelas menyatakan "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku ; Tuhan, Tuhan! akan masuk kedalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga."

Jadi jelas, respon terhadap anugerah keselamatan yang ditunjukkan dengan perbuatan hidup melakukan kehendak Bapa selama hidup di bumi ini, dan kehendak Bapa adalah segala sesuatu yang tertulis dalam Firman-Nya, sampai akhirnya kita menggenapi perkataan Tuhan Yesus, "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."
(Matius 7:21, Matius 5:48)

Card image
Quote Of The Day - 19 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-19 09:39:18


Kemegahan kita sebagai orang percaya adalah ketika kita bisa membawa kebaikan Tuhan melalui kehidupan kita kepada sesama.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 19 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-19 09:37:23


Kecintaan kita kepada Tuhan harus melebihi kecintaan kita kepada siapa pun dan apa pun. Kita harus terikat dengan Tuhan begitu rupa, karena itu adalah cara mengasihi Tuhan dengan benar.

Card image
MENIKMATI TUHAN - 19 September 2023
2023-09-19 09:34:00


Hal-hal kecil dan sederhana, pasti Roh Kudus beritahu kita, kalau hal itu tidak membuat hati Tuhan nyaman. Kita mengakui kesalahan dan minta ampun. Selanjutnya, kita jalani hidup. Nanti akan ada pilihan-pilihan lagi. Kita harus serius menjaga perasaan, jangan ada benci dan dendam, jangan mengucapkan kata-kata yang tidak perlu. Di situ cinta kita kepada Tuhan meningkat, bertambah. Seiring dengan cinta kita yang meningkat, selera kita akan Tuhan juga meningkat. Kita bisa menikmati Tuhan. Jika demikian, barulah kita memberi nilai tinggi Tuhan. Sampai kita berkata, “Aku tidak bisa hidup tanpa Engkau, Tuhan. Kuperlu Kau lebih dari napas dan darah di dalam tubuhku.”

Selanjutnya, kita akan memiliki api penyembahan. Api penyembahan kita akan menyala karena cinta kita kepada Tuhan. Apabila selera kita ditujukan kepada Dia, maka kita menjadikan Tuhan bernilai tinggi. Di dalam perjalanan hidup, jika kita memiliki hati seperti ini, maka kita pasti memiliki pengalaman riil dengan Allah. Tidak mungkin kita tidak ada pengalaman dengan Tuhan. “Pengalaman” di sini bukan hanya masalah kesembuhan, masalah ekonomi dipulihkan, tetapi bagaimana Tuhan mengubah karakter kita. Lalu kita juga akan melihat bagaimana tangan pemeliharaan Tuhan atas hidup kita dan orang-orang yang kita kasihi.

Di situlah timbul kekaguman kita akan Dia. Kebenaran-kebenaran yang Tuhan berikan itu sangat menakjubkan. Karakter yang diubah, tangan pemeliharaan Tuhan atas kita dan orang-orang yang kita kasihi, begitu sempurna. Selanjutnya, firman yang mencerahi pikiran kita. Jika hal itu terus bertumbuh di dalam hidup kita, di mana bejana hati kita akan hanya diisi oleh Tuhan, maka keindahan dunia menjadi pudar di mata kita. Memang sulit bagi orang-orang muda yang mungkin belum menjalani hidup panjang, apalagi kalau dari muda dipengaruhi oleh lingkungan yang materialistis. Namun, nanti kalau mereka sudah dewasa rohani, mereka akan tahu bahwa yang kita butuhkan hanya Tuhan.

Ingat! Jangan lagi kita menoleh ke belakang, dan jangan sampai ada sesuatu yang kita ingini. Sebab kalau ada sesuatu yang menarik hati kita, lalu kita mengingininya, maka mata kita menjadi tidak tajam melihat Tuhan, dan telinga kita menjadi tidak tajam mendengar suara-Nya. Mari kita berambisi untuk benar-benar memiliki hati yang menyembah, yang bisa dirasakan oleh Allah. Sebagaimana kita juga bisa merasa kalau ada orang yang mencintai, menghormati, menghargai kita. Walaupun kadang-kadang manusia bisa munafik. Pura-pura menghormati, padahal tidak. Kita bisa saja tertipu, tetapi Tuhan tidak akan bisa tertipu. Tuhan bisa merasakan bahwa kita mencintai Dia atau tidak. Tuhan bisa merasakan bahwa kita menjadikan Dia kesukaan, kebahagiaan kita. Tuhan tahu, Tuhan merasa kalau kita menyanjung dan mengagumi Dia.

Hal itu harus berlangsung di setiap saat, di mana ada api penyembahan yang menyala karena kita cinta Tuhan, ada kerinduan akan Allah, dan Tuhan menjadi gairah kita. Apalagi kalau sudah makin tua, yang kita punya pengalaman banyak bersama Tuhan; membentuk karakter, memberikan tangan pemeliharaan, dan memberikan firman yang membuat kita mengagumi Tuhan. Ini bukan karunia khusus untuk orang-orang tertentu. Ini adalah kepercayaan, sekaligus tanggung jawab. Oleh sebab itu, kita tidak boleh mengisi hati dan perasaan kita dengan hal-hal yang tidak patut.

Kita bisa mulai sekarang. Jangan tunggu besok atau nanti. Saat ini, kita sudah bisa membuka hati kita, meremukkan dan memecahkannya untuk Tuhan, dan mengatakan: “Aku mencintai Engkau, Tuhan.” Kita tidak akan pernah menyesal. Mari kita tetapkan hati kita untuk mencintai Tuhan. Tidak mungkin Tuhan tidak menolong. Bayangkan, betapa indahnya menjadi kekasih Tuhan. Kita membayangkan kalau kita bisa menjadi orang yang benar-benar tidak bercacat dan tidak bercela, betapa indahnya. Lalu kita menjadi kekasih Tuhan. Tuhan bisa menikmati hidup kita setiap saat.

Maka, kita harus berlatih, bagaimana frekuensi perasaan yang ada pada waktu kita berdoa dan ketika kita ada di tempat kerja, tetap terjaga. Cinta kita kepada Tuhan, kita jaga. Harus ada keinginan kuat atau ambisi kuat untuk menjadi kekasih Tuhan. Masalahnya, sering kali kita punya perasaan tidak stabil; situasional. Maka, kita harus membangun kehidupan kita. Bagaimana kualitas penyembahan kita kepada Tuhan, bukanlah karunia. Bertekunlah terus, sampai suatu saat kita melihat perbedaan antara kita yang sungguh-sungguh tekun mencintai Tuhan dengan orang yang tidak sungguh-sungguh. Walau kelihatannya saat ini kita sering diperlakukan Tuhan seakan-akan sama dengan orang lain. Jangan kita menjadi lemah. Sejatinya, di situ kesetiaan kita diuji, kecintaan kita diuji. Hal ini adalah cara Tuhan untuk mendewasakan cinta kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEIRING DENGAN CINTA KITA YANG MENINGKAT, SELERA KITA AKAN TUHAN JUGA MENINGKAT; SEHINGGA KITA BISA MENIKMATI TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 19 September 2023
2023-09-19 09:22:34

Zakharia 1-4

Card image
Truth Kids 18 September 2023 - HARTA ABADI
2023-09-18 09:59:00


Lukas 12:34
“Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.”

Kakak Sekolah Minggu bertanya kepada adik-adik di kelasnya, “Adik-adik, siapa yang nanti kalau sudah gede mau jadi orang kaya?” “Sayaa!” ujar adik-adik sambil mengangkat tangan mereka. “Siapa yang kalau sudah gede mau punya rumah besar?” tanya Kakak Sekolah Minggu lagi. Banyak anak Sekolah Minggu yang mengangkat tangannya. “Siapa yang kalau sudah besar nanti mau hidup senang dan bahagia selamanya?” “Sayaa!” jawab adik-adik sambil mengangkat tangan.

“Nah, sekarang… Siapa yang mau hidup untuk Tuhan Yesus?” tanya Kakak Sekolah Minggu. Kelas menjadi hening, satu anak mencoba bertanya, “Maksudnya gimana, Kak?” “Hmm… maksudnya, kalau mau hidup untuk Tuhan Yesus itu menjadikan Tuhan Yesus saja harta kita. Mau nanti kita kaya, banyak uang, punya rumah besar atau tidak, itu semua bukan masalah. Bukan itu yang penting, tapi dekat dengan Tuhan Yesus, itu yang paling penting!” jelas Kakak Sekolah Minggu. “Oh.. begitu, Kak. Kalau itu sih aku mau!” kata anak Sekolah Minggu sambil mengangkat tangan.

Sobat Kids, hidup yang berkualitas bukan hanya hidup dikelilingi harta dunia. Hidup bahagia akan kita dapatkan dengan memiliki harta abadi. Tuhan Yesus-lah harta abadi kita. Yuk Sobat Kids, kita mencari Tuhan, kita mau menjadikan Dia satu-satunya harta milik kita.

Card image
Truth Junior 18 September 2023 - ORANG SUKSES
2023-09-18 09:55:50


Lukas 12:34
“Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.”

Menurut Sobat Junior, apakah ciri-ciri orang sukses? Hal apa yang membuat seseorang dapat disebut sebagai orang sukses? Apakah karena dia memiliki banyak mobil keren, rumah besar bertingkat dengan kolam renang dan lapangan olahraga? Atau apakah sukses itu seperti seorang konglomerat, orang yang memiliki banyak perusahaan, karyawan, dan menghasilkan keuntungan trilyunan rupiah? Dunia memiliki pendapatnya sendiri, Sobat Junior. Namun, jika kita memiliki pola pikir yang sama dengan dunia, kita akan kehilangan sukacita. Sukses menurut Tuhan bukanlah harus seperti demikian, Sobat Junior.

Pola pikir bahwa kesuksesan adalah kaya secara materi, hidup nyaman dan bahagia di dunia, merupakan hal yang salah, Sobat Junior. Itu tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Tidak salah untuk menjadi kaya secara materi, bahkan kalau bisa, kita memiliki harta yang banyak agar dapat mendukung pekerjaan Tuhan. Tapi jika kaya adalah tujuan hidup kita dan syarat agar disebut berhasil, itu yang menjadi salah. Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita bahwa hati kita jangan berada pada harta kita. Jika kita menganggap harta kita adalah uang, maka hati kita akan cinta kepada uang. Semuanya akan diukur dengan uang, uang, dan uang.

Anak-anak Allah dapat dikatakan sukses jika dapat melakukan kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan yang mana saja? Semuanya. Wah… banyak sekali, ya. Tenang, Sobat Junior. Tidak semuanya langsung harus dilakukan dalam satu hari. Kalian renungkan, sifat mana yang kalian mau perbaiki? Itulah yang kalian usahakan. Misalnya kalian mau mengurangi sifat cepat marah atau ngambek, berarti kalian harus berjuang agar lebih sabar, tidak cepat marah, lebih pengertian. Jika berhasil mengubah satu sifat itu, kalian dapat disebut sukses, Sobat Junior. Yuk, kita ciptakan kesuksesan lainnya.

Card image
Truth Youth 18 September 2023 (English Version) - REJECTING SIN
2023-09-18 09:53:46


"And he said to all, 'If anyone would come after me, let him deny himself and take up his cross daily and follow me."(Luke 9:23)

We are humans with a sinful nature. This means our lives tend to incline toward sin. Surely, we understand that sin is something detested by God, and the wages of sin is death (Romans 6:23). Therefore, whether we like it or not, we must kill our sinful nature and replace it with a divine nature. However, of course, this is not an easy task. It requires effort and a gradual process to kill our sinful nature.

One thing we need to know as an initial step in killing our sinful nature is by rejecting sin. Rejecting sin means refusing and denying all desires, actions, and thoughts that could displease the heart of God. How do we reject sin? Certainly, this is not an easy thing to do because each of us has different struggles in facing sin and the deeply rooted sinful nature within us. But what's clear is that the first thing we need to do is to identify the sins we commit. Once we've identified those sins, we must ask for forgiveness before God and make a commitment not to commit them again.

However, it's not enough to just acknowledge sin; we also need to take action. Our action should involve seriously rejecting any potential sin that could arise within us. If there's a sinful desire that can emerge within us at any moment, we must reject it. For instance, if there's a temptation to use harsh words, we must reject it.

WHAT TO DO:
Identify common sins, then learn to reject them.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 49

Card image
Truth Youth 18 September 2023 - MENOLAK DOSA
2023-09-18 09:50:06


Kata-Nya kepada mereka semua: ”Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku." (Lukas 9:23)

Kita adalah manusia yang telah memiliki kodrat dosa. Artinya, hidup kita memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa. Kita pastinya sudah memahami bahwa dosa adalah sesuatu yang dibenci Allah, dan upah dari dosa adalah maut (Roma 6:23). Oleh karena itu, kita mau tidak mau harus membunuh kodrat dosa kita dan menggantikannya dengan kodrat ilahi. Namun, tentunya hal ini tidak mudah dilakukan. Diperlukan perjuangan dan proses yang bertahap agar kita bisa membunuh kodrat dosa.

Ada hal yang harus kita ketahui sebagai langkah awal kita untuk membunuh kodrat dosa, yakni dengan menolak dosa. Menolak dosa berarti menolak dan menyangkali segala keinginan, perbuatan, pikiran yang dapat mendukakan hati Tuhan. Bagaimana cara kita menolak dosa? Tentu, ini bukanlah hal yang mudah, karena masing-masing kita memiliki pergumulan yang berbeda-beda di dalam menghadapi dosa dan kodrat dosa yang sudah mengakar di dalam diri kita. Namun, yang jelas hal yang perlu kita lakukan pertama-tama adalah mengidentifikasi dosa yang kita lakukan. Kalau kita sudah mengidentifikasi dosa yang kita lakukan, kita harus meminta ampun di hadapan Tuhan, dan buat komitmen untuk tidak melakukannya lagi.

Tidak cukup sampai di mengakui dosa, tetapi kita juga perlu bertindak. Tindakan kita adalah dengan serius menolak segala potensi dosa yang dapat muncul di dalam diri kita. Kalau ada keinginan dosa yang muncul di dalam diri kita setiap saat kita harus menolaknya. Misalnya, ada keinginan untuk berkata kasar, kita harus menolaknya.

WHAT TO DO:
Identifikasi dosa yang sering dilakukan, lalu belajar untuk menolaknya.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yeremia 49

Card image
Renungan Pagi - 18 September 2023
2023-09-18 09:39:04


Hampir semua orang didunia ini menginginkan kebahagiaan dalam hidup, sehingga mereka berusaha mencari kebahagiaan dengan berbagai cara, tapi umumnya tidak ada yang menemukan kebahagiaan sejati, meskipun ada toko bahagia, tapi ternyata mereka tidak menjual kebahagiaan, hanya nama tokonya saja "Toko Bahagia".

Tuhan Yesus telah memberitahukan bahwa kebahagiaan sejati hanya dapat kita alami jika melakukan firman Tuhan, "Tetapi Ia berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya." Artinya kita mendengar dan melakukannya dalam hidup ini.

Bahkan bukan saja menjadi orang yang berbahagia tetapi juga bijaksana. "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu." Jadi jika hidupmu ingin menemukan kebahagiaan sejati dan bijaksana, menjadi berkat bagi orang lain, jadilah pelaku Firman Tuhan.
(Lukas 11:28 ; Matius 7:24)

Card image
Quote Of The Day - 18 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-18 09:33:43


Kibarkan bendera Tuhan di dalam hidup kita, yang mana pasti menggetarkan kuasa kegelapan, karena ini akan mempercepat kedatangan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 18 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-18 09:31:22


Manusia harus belajar bagaimana mengemudikan hidupnya secara benar sesuai dengan kehendak yang menciptakan kehidupan itu dan mengarahkannya ke arah yang benar.

Card image
SHACKLES OF FEELINGS - 18 September 2023 (English Version)
2023-09-18 09:29:31



It is impossible not to face problems in life, and our feelings are disturbed when facing them. Don’t expect to always live in a world with pleasant circumstances. Surely, we will encounter situations where our feelings are disturbed, which can cause hatred, anger, resentment, anxiety, worry, fear, or other discomfort. If not handled, it will become a disease in our souls. There are not a few people whose lives become shackled or confined by themselves, that is, by feelings that make them unhappy and uncomfortable. Many negative feelings shackle their life.

Those who suffer from this situation could become stressed or even depressed to the extent of being mentally ill or become insane. When facing problems and disturbing feelings, it is hard to sleep sound, even if we cannot sleep or eat. How, then, can we be released from shackles concerning our feelings? We must properly set our mindset and have a proper perspective in life. Though it looks philosophical, this is truly strong if obeyed.

Children should have been taught how to view life properly from childhood, and parents must lay the proper foundation of thinking in them. So, when they are in their teens or youth, they will have resilience when facing shocks. A way of thinking that leads to the correct way of looking at life, namely that life cannot be separated from God, must be developed from an early age. God must be everything in our lives, and this must be put on, exhibited, and translated into the concrete lives of parents. Therefore, children must be able to smell the presence of God in their lives and their parents’ behavior. This is what is meant by laying the foundation for thinking.

People who make God their goal and everything in this life will be sturdy. Remember, this world makes our souls increasingly unhappy with many problems and pressures. So, we must commit to returning to the pattern and the way of life God wants. We would not necessarily be happy if we wished for an abundant life in terms of wealth, which finally turns out not.

However, whatever our circumstances are today, if we make God the goal of life, we will become strong and sturdy in facing life’s problems. Though issues can disturb our feelings, they will not easily shackle us whenever or wherever they come. If we have a proper thinking structure, we can quickly be released from all the shackles that want to bind our feelings.

If God is the goal and everything in our life, we cannot sin. We are not only sturdy but also more righteous and holier before God. Though experiencing “unfortunate” circumstances, always suffering, falling, and being oppressed, we have more potential to think about the life to come. Those who have the potential to be all out and make God everything are brokenhearted in this world.

We will be strong if God becomes our life’s goal. Our God, Savior, and King, Jesus Christ, will never leave us as long as we remain faithful and truly walk with Him, and we also must live in holiness. If parents can radiate an excellent spiritual life, children will absorb it, becoming an eternal legacy. Then, for all of us who may be almost too late, let’s make God the purpose of our life. Whatever happens in this life doesn’t matter as long as we can still be with God until one day; we are not afraid of anything, even death, because we truly experience, not just believe, God is truly with us.  

IF WE HAVE THE RIGHT-THINKING BUILDING, WE CAN EASILY BE RELEASED FROM ALL THE SHACKLES THAT BIND OUR FEELINGS.

Card image
BELENGGU PERASAAN - 18 September 2023
2023-09-18 05:30:53


Di dalam hidup, kita tidak mungkin tidak menghadapi masalah. Di dalam masalah, perasaan kita bisa terganggu. Jangan berharap hidup di dunia dengan keadaan yang menyenangkan selalu. Pasti kita akan menghadapi situasi-situasi di mana perasaan kita terganggu yang bisa memunculkan kebencian, kemarahan, dendam, kecemasan, kekhawatiran, ketakutan, atau rasa tidak nyaman lain. Yang jika itu tidak ditanggulangi, maka itu akan bisa menjadi penyakit di dalam jiwa kita. Tidak sedikit orang yang hidupnya menjadi terbelenggu atau terkungkung oleh dirinya sendiri, yaitu oleh keadaan perasaan yang membuat ia tidak bahagia, yang membuat ia merasa tidak nyaman. Banyak perasaan negatif yang membelenggu hidupnya.

Sampai pada tingkat seseorang menjadi stres bahkan depresi, bahkan bukan tidak mungkin menjadi benar-benar sakit jiwa tingkat akut atau menjadi gila. Ketika kita menghadapi masalah yang mengganggu perasaan, memang dapat membuat kita tidak tidur nyenyak, bahkan tidak bisa tidur, tidak enak makan, sampai tidak bisa makan sama sekali. Lalu, bagaimana kita dapat lepas dari berbagai belenggu yang menyangkut perasaan kita? Caranya adalah menyusun cara berpikir yang benar, memiliki cara pandang yang benar terhadap hidup ini. Kedengarannya hal ini filosofis, tetapi ini akan kuat sekali kalau dituruti.

Dari kecil, mestinya anak-anak sudah diajar bagaimana memandang hidup dengan benar. Orangtua harus meletakkan landasan berpikir yang benar pada anak-anak. Sehingga ketika mereka di usia remaja atau pemuda menghadapi guncangan, mereka memiliki ketahanan. Cara berpikir yang harus dibangun sejak dini adalah cara memandang hidup yang benar, yaitu bahwa hidup ini tidak bisa dipisahkan dari Tuhan. Tuhan harus menjadi segalanya di dalam hidup kita, dan ini harus dikenakan, diperagakan, diterjemahkan di dalam kehidupan konkret para orangtua. Oleh sebab itu, mutlak anak-anak harus dapat mencium kehadiran Tuhan di dalam hidup dan juga perilaku orangtua. Hal ini yang dimaksud cara meletakkan landasan bangunan berpikir.

Orang yang menjadikan Tuhan sebagai tujuan dan segalanya dalam hidup ini, akan sangat kokoh. Ingat, makin hari, dunia ini makin membuat jiwa kita merasa tidak bahagia. Banyak masalah, banyak tekanan. Maka, mari kita berkomitmen untuk kembali kepada pola hidup yang Allah kehendaki. Pola hidup itu adalah Tuhan. Tidak ada pola hidup yang lain. Seandainya kita memiliki kehidupan yang berlimpah secara harta kekayaan, itu pun belum tentu membuat kita bahagia. Bahkan kenyataannya tidak.

Namun, siapa pun dan bagaimanapun keadaan kita hari ini, kalau kita menjadikan Tuhan adalah tujuan hidup, kita akan menjadi orang yang kokoh dan kuat dalam menghadapi masalah-masalah hidup. Percayalah, kita tidak akan mudah terbelenggu oleh perasaan-perasaan negatif. Sebab sampai kapan pun dan di mana pun, kita pasti menghadapi masalah yang dapat mengganggu perasaan kita. Namun, kalau kita memiliki bangunan berpikir yang benar, maka kita dapat dengan mudah terlepas dari segala belenggu yang mengikat kita; belenggu perasaan.

Kalau Tuhan menjadi tujuan hidup kita, Tuhan segalanya dalam hidup kita, kita tidak bisa berbuat dosa. Kita bukan hanya kokoh, tetapi kita juga makin benar, makin kudus di hadapan Tuhan. Bahkan bagi kita yang mengalami keadaan yang serba “malang,” selalu menderita, selalu jatuh, selalu tertindas, sejatinya kita lebih berpotensi untuk memikirkan kehidupan yang akan datang. Harus diakui, orang-orang yang mencari Tuhan all-out adalah orang-orang yang patah hati. Tentu saja tidak semua, tetapi hanya bagi orang yang patah hati dengan dunia ini, orang-orang yang berpotensi untuk menjadikan Tuhan segalanya.

Tuhan harus menjadi tujuan hidup kita, dan hal ini akan membuat kita menjadi kuat. Percayalah bahwa Tuhan kita, Juruselamat kita, Yesus Kristus, Raja kita, tidak pernah meninggalkan kita, selama kita mau tetap setia dan sungguh-sungguh berjalan dengan Tuhan. Tentu kita harus hidup di dalam kekudusan dan kesucian. Kalau orangtua dapat memancarkan kehidupan rohani yang baik, maka anak-anak akan menyerap dan itu menjadi warisan abadi. Lalu bagi kita semua yang mungkin hampir terlambat, ayo jadikan Tuhan tujuan hidup kita. Apa pun yang terjadi dalam hidup ini, tidak masalah, selama kita masih terus bisa bersama-sama dengan Tuhan. Yang sampai suatu saat, kita tidak takut menghadapi apa pun, bahkan kematian, karena kita benar-benar mengalami, bukan hanya percaya, bahwa Allah sungguh beserta dengan kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA MEMILIKI BANGUNAN BERPIKIR YANG BENAR, KITA DAPAT DENGAN MUDAH TERLEPAS DARI SEGALA BELENGGU YANG MENGIKAT KITA; BELENGGU PERASAAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 18 September 2023
2023-09-18 05:27:43

Hagai 1-2

Card image
Truth Kids 17 September 2023 - HATI BERSYUKUR = BERSUKACITA
2023-09-17 13:16:00


Filipi 4:4
“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”

Pada hari Minggu sore, Miko duduk santai dengan papanya di teras rumah. Tiba-tiba Miko berkata, “Pa, enak sekali ya, si Roni temanku, orangtuanya sangat kaya. Apapun yang diminta Roni pasti diturutin oleh orangtuanya. Bahkan liburan sekolah tahun ini Roni sekeluarga berlibur keluar negeri. Enak, ya, Pa… kalau kita banyak uang, apapun yang kita mau bisa kita dapatkan dengan mudah.”

Papa Miko hanya tersenyum mendengar ucapan anaknya. “Miko, uang atau harta memang bisa membeli barang apapun yang kita mau. Dengan banyak uang, mudah untuk kita dapatkan sesuatu. Tetapi, uang tidak bisa membeli sukacita sesungguhnya yang dari Tuhan. Memang sih dengan uang mereka juga bisa bersukacita, tetapi itu akan sementara. Sukacita yang sebenarnya adalah hati yang selalu bersyukur atas pemberian Tuhan. Nah, hal ini tidak bisa dibeli oleh uang. Kalau Miko memiliki hati bersyukur, apapun yang Tuhan berikan kepada kita, maka kita akan tetap bersukacita. Karena sukacita tidak tergantung dari uang atau materi, melainkan hati yang bersyukur. Itu tuh yang membuat kita memiliki sukacita di hati.” jelas papa.

Sobat Kids, milikilah hati yang bersyukur atas pemberian Tuhan. Otomatis kalian akan bersukacita. Sukacita dari Tuhan tak bisa dibeli dengan uang atau harta. Yuk, kita belajar bersyukur!

Card image
Truth Junior 17 September 2023 - H A R T A
2023-09-17 09:11:32


Mazmur 62:11
“Janganlah percaya kepada pemerasan, janganlah menaruh harap yang sia-sia kepada perampasan; apabila harta makin bertambah, janganlah hatimu melekat padanya.”

“Berapa harga outfit lu?” Apakah Sobat Junior pernah mendengar pertanyaan itu? Ada tren anak-anak dunia yang mengukur gaya seseorang dengan mahalnya harga outfit (baju, celana/rok, jaket, tas, topi, sepatu/sandal, jam tangan, kalung, cincin, dll) yang seseorang pakai. Semakin mahal jumlah harga outfit yang dikenakan, seseorang akan merasa bahagia, keren, dan kaya. Harganya bisa mulai dari ratusan ribu, jutaan, bahkan puluhan juta rupiah dan lebih.

Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk tidak menaruh harapan dan jangan melekatkan hati kita kepada harta, hal yang sia-sia. Materi adalah kebahagiaan; itu merupakan konsep berpikir yang salah. Mahalnya outfit yang kita kenakan tidak akan menentukan kita bisa masuk surga, Sobat Junior. Banyaknya harta yang orang miliki juga tidak dapat membeli tiket untuk masuk ke surga. Jangan sampai pola pikir kalian salah, ya, Sobat Junior.

Kebahagiaan kita adalah melakukan perbuatan yang membuat Tuhan bahagia. Itulah kebahagiaan yang sesungguhnya, Sobat Junior. Apakah Tuhan akan bahagia dengan mahalnya outfit yang kita pakai? Tentu tidak. Bagaimanapun kondisi keuangan keluarga kalian saat ini, bersyukurlah. Tuhan tidak akan membiarkan anak-anak-Nya kekurangan. Jika saat ini Tuhan mengizinkan kalian memiliki harta yang melimpah, jangan sombong. Jangan sampai kalian lebih mencintai harta daripada Tuhan. Cintailah Tuhan yang akan memberikan kita kebahagiaan sebenarnya.

Card image
Truth Youth 17 September 2023 (English Version) - ORDERLINESS
2023-09-17 09:09:03


"For God gave us a spirit not of fear but of power and love and self-control." (2 Timothy 1:7)

What comes to mind when you hear the word "orderliness"? Surely, it's not far from a state or condition where each person adheres to norms and laws to maintain order. Orderliness is a concept of great significance in our lives, whether in personal life, family, society, or the broader world.

Orderliness creates a stable framework, helps maintain balance, and provides structure in all things. In personal life, orderliness encompasses daily routines, goals, and values that guide our lives. By having a well-organized schedule and wisely managing time, we can achieve more and avoid unnecessary chaos. In work, orderliness is crucial for efficiency and productivity. Organizing tasks, planning work, and executing according to a plan contribute to better outcomes and prevent confusion. In society, orderliness creates security and comfort for all its members. Adhering to laws and regulations, and respecting the rights and responsibilities of each individual, helps maintain harmony and prevent conflicts.

As believers, we need to live in orderliness. 2 Timothy 1:7 states that God has given us a spirit of order, not fear. This means that as believers, we are called to live in order, not fear. Here, orderliness means recognizing that as believers, we create an orderly atmosphere in every aspect of our lives. We follow rules, organize our lives systematically, and more, all to create order because we do it to glorify God, not out of fear of consequences due to disorder.

WHAT TO DO:
Let's organize our lives, starting with small things, to bring order.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 47-48

Card image
Truth Youth 17 September 2023 - T E R T I B
2023-09-17 09:06:30


"Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7)

Apa yang muncul di benak kita ketika mendengar kata tertib? Pastinya, tidak jauh dari keadaan atau kondisi di mana masing-masing orang menaati norma dan hukum yang berlaku demi menjaga keteraturan. Ketertiban adalah suatu konsep yang memiliki arti penting dalam kehidupan kita, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, maupun dunia secara luas.

Ketertiban menciptakan kerangka kerja yang stabil, membantu menjaga keseimbangan, dan memberikan struktur dalam segala hal. Di dalam kehidupan pribadi, ketertiban mencakup rutinitas harian, tujuan, dan nilai-nilai yang memberi arah pada hidup kita. Dengan memiliki jadwal yang teratur dan mengatur waktu dengan bijak, maka kita dapat mencapai lebih banyak hal dan menghindari kekacauan yang tidak perlu. Di dalam pekerjaan, ketertiban sangat penting untuk mencapai efisiensi dan produktivitas. Mengatur tugas-tugas, merencanakan pekerjaan, dan bekerja sesuai dengan rencana membantu mencapai hasil yang lebih baik dan menghindari kebingungan. Di dalam masyarakat, ketertiban menciptakan keamanan dan kenyamanan bagi semua warganya.

Mengikuti hukum dan peraturan, serta menghormati hak dan kewajiban masing-masing individu akan membantu menjaga harmoni dan mencegah konflik.

Sebagai orang percaya, kita perlu hidup dalam ketertiban. 2 Timotius 1:7 menyatakan bahwa Allah memberikan kita roh ketertiban, bukan ketakutan. Artinya, sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam ketertiban, bukan ketakutan. Ketertiban di sini berarti kesadaran bahwa sebagai orang percaya kita menciptakan suasana tertib di dalam setiap aspek kehidupan kita. Kita menaati aturan, mengatur hidup kita dengan tertib, dan lain-lain demi menciptakan ketertiban karena kita melakukan itu untuk memuliakan Allah, bukan karena kita takut karena kita akan mendapatkan konsekuensi dari ketidaktertiban.

WHAT TO DO:
Mari atur hidup kita, mulai dari hal-hal kecil agar hidup kita tertib.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yeremia 47-48

Card image
Renungan Pagi - 17 September 2023
2023-09-17 08:57:49


Sifat kanak-kanak yang masih terdapat dalam diri orang dewasa seringkali menjengkelkan. Orang itu mudah sekali tersinggung lalu merajuk, suka memaksakan kehendak, susah diatur dan tidak bisa ditegur, masih banyak lagi yang kita sebut dengan sifat kekanakan.

Tetapi ada juga hal baik dari sifat kanak-kanak, biasanya mereka jujur, polos, mudah memaafkan, kalau marah hanya sebentar, lalu baik lagi. Jadi kita bisa menyelidiki diri masing-masing, apakah sifat kanak-kanak yang kita miliki itu berdampak negatif atau positif.

Rasul Paulus mengajarkan kepada jemaat Korintus untuk dewasa dalam hal kasih, baik itu kasih kepada Allah maupun kasih kepada manusia. "Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu."

Kasih yang bertumbuh dewasa, dapat membuat pengenalan akan Allah menjadi sempurna, sehingga kita melakukan segala sesuatu yang dikehendaki Allah, buka sekedar takut dihukum, mau diberkati, tetapi karena kita Mengasihi Allah.

Dan semakin mengasihi Tuhan, kita tidak lagi menuntut Tuhan menunjukkan Kasih-Nya dengan harus memberkati, harus menjawab doa sesuai keinginan, tetapi mempercayai bahwa apapun yang Tuhan berikan dalam hidup adalah pernyataan kasih-Nya bagi kita.
(1 Korintus 13:11)

Card image
Quote Of The Day - 17 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-17 08:48:55


Tuhan Yesus rindu untuk menghadirkan diri-Nya di tengah-tengah dunia hari ini, di dalam dan melalui kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 17 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-17 08:46:00


Tuhan harus menjadi segalanya di dalam hidup kita, dan ini harus dikenakan, diperagakan, diterjemahkan di dalam kehidupan konkret kita.

Card image
FEELING IS GRACE - 17 September 2023 (English Version)
2023-09-17 08:44:21


The feeling is God’s grace given to humans, but many people do not realize it. We can feel, love, or admire someone or something with our feelings. God gives us feelings so we can enjoy life because we cannot enjoy life if we don’t have it. Many people don’t appreciate this gift or use it properly or wisely. We are grateful because we know Jesus, our Lord, and Savior, who teaches us the truth and equips us with the Holy Spirit, enabling us to practice that truth.

Luke 4:8 says, “Jesus answered, “It is written: ‘Worship the Lord your God and serve him only!” The word “worship” in that verse is proskuneo, “gives high value,” and that word is related to feelings. It’s impossible to properly respect another person who is considered of a higher rank or age without having love. The basis of worship is love, and the thing of loving is the sovereign territory of each individual. God does not force or arrange humans. It is humans themselves who must move their feelings.

Those who love God are lucky and blessed, so we must strive for this. We must deliberately and consciously move our hearts to love God. The problem is, since childhood, we have been in an environment of people who actually don’t know God properly. We look at the way of life of those around us and what they see as pleasing, honorable, and valuable, and we are carried away building these values because life is a process of imitation.

We unknowingly also develop a love for certain objects, which later on creates tastes. Many people are already in love and have developed worldly tastes. Our worldly love and taste have developed values in our minds and souls, making us unable to worship God properly. Most people treat God as if He doesn’t exist. They claim to be believers, but they treat God as if He doesn’t exist, and though they claim to be religious, their behavior doesn’t show He exists.

Our feelings are a form of God’s trust in us because it is up to us to have what content in it, where we direct it, whom we love, and what kind of taste we have. So, talking about a heart of worship is not just about the time we are at church singing spiritual songs or saying sentences of prayer, but the quality of our soul or feelings at any time.

One day, when we face God, His majesty and glory must be very powerful; how grateful we will be if we fill our feelings well. We love God, and He becomes our taste and passion in life. If we really move our hearts to love God and we can taste Him, becoming the taste of our feelings, then we will definitely appreciate Him properly. Let’s examine each of us to know what is most valuable. Sometimes, the mouth and feelings are out of sync. The mouth says, “I admire and respect You, Lord. I love you. I need you. I need you more than my breath.” Thoughts may agree, but our feelings don’t because we question this only when in church.

We, unfortunately, don’t struggle with it daily; when God gives choices or allows us to choose: to pray or watch TV, read the Bible, or read something else, be honest or dishonest. If we respect God, we must be honest. If we respect God, we mustn’t touch sin, even though it hurts our flesh. If we love God, we don’t sin, even though we lose. That proves our love for God, where we build our love for Him step by step.

If we don’t start from now on, as we get older, our hearts will become less flexible to the point where we cannot love God. We cannot love God wholly because the chambers of our hearts are already filled with various attractive things. We have to fight to make our hearts whole to love God. It turned out to be a process from time to time. Holiness is very personal; remember, our love for God increases every time we question this. If we have that commitment, God will allow us to struggle to choose what pleases us or Him.  

GOD PUTS FEELINGS IN THE HUMAN'S HEART SO THEY CAN ENJOY LIFE. THIS IS GRACE AND A FORM OF GOD'S TRUST IN THEM.

Card image
PERASAAN ADALAH ANUGERAH - 17 September 2023
2023-09-17 08:37:41


Ada satu anugerah yang Tuhan berikan kepada insan manusia, tetapi hal ini tidak disadari oleh banyak orang, yaitu perasaan. Dari perasaan ini, kita bisa mencintai sesuatu atau seseorang, bisa mengagumi sesuatu atau seseorang, dan merasakan sesuatu atau seseorang. Perasaan, Tuhan taruh di dalam hati manusia, supaya manusia dapat menikmati kehidupan. Sebab tanpa perasaan, manusia tidak akan dapat menikmati kehidupan. Banyak orang tidak menghargai anugerah ini, sehingga tidak menggunakan perasaannya secara benar atau secara bijaksana. Kita bersyukur karena kita mengenal Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita, yang mengajarkan kepada kita kebenaran dan melengkapi kita dengan Roh Kudus, yang memampukan kita untuk mengenakan atau melakukan kebenaran itu.

Lukas 4:8, “Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” Kata “menyembah” di dalam Lukas 4:8 ini adalah proskuneo; memberi nilai tinggi. Kata “menyembah” ini terkait dengan perasaan. Seseorang tidak mungkin menghormati dengan benar orang lain yang dianggap lebih tinggi martabatnya atau usianya, tanpa memiliki cinta, tanpa memiliki kasih. Tidak mungkin. Dasar dari penyembahan itu cinta, kasih. Adapun hal mencintai adalah wilayah kedaulatan masing-masing individu. Allah tidak memaksa, Allah tidak mengatur. Manusia itu sendiri yang harus menggerakkan perasaannya.

Betapa beruntungnya dan terberkatinya orang yang mencintai Tuhan. Hal ini harus kita upayakan. Kita yang harus menggerakkan hati kita untuk mencintai Dia. Kita yang harus dengan sengaja dan sadar menggerakkan hati kita untuk mencintai Tuhan. Masalahnya, sejak kecil kita ada di lingkungan orang-orang yang sebenarnya tidak mengenal Allah dengan benar. Kita melihat cara hidup orang di sekitar kita, apa yang mereka pandang bahagia, apa yang mereka pandang kehormatan atau menjadi kehormatan, apa yang mereka pandang bernilai. Lalu, sejak kecil kita terbawa membangun nilai-nilai tersebut. Sebab pada dasarnya, hidup ini proses meniru.

Tanpa kita sadari, kita juga membangun kecintaan kepada objek-objek tertentu. Dari kecintaan itu terbangun cita rasa atau selera. Sehingga banyak orang terlanjur jatuh cinta pada cita rasa dunia dan membangun selera. Cinta dan selera kita terhadap dunia, membangun nilai-nilai di dalam pikiran dan jiwa kita dan itulah yang membuat kita tidak bisa menyembah Tuhan dengan benar. Sejatinya, sebagian besar manusia memperlakukan Tuhan seakan-akan tidak ada. Ber-Tuhan katanya, tetapi hidupnya tidak menunjukkan bahwa dia ber-Tuhan. Beragama, tetapi perilakunya tidak menunjukkan bahwa Tuhan itu ada.

Perasaan kita ini merupakan bentuk kepercayaan Tuhan. Apa isi perasaan kita, diarahkan ke mana, kepada siapa kita mencinta, dan apa yang menjadi selera dari perasaan kita ini, tergantung kita. Jadi, kalau bicara mengenai hati yang menyembah, sebenarnya bukan hanya bicara mengenai waktu kita di gereja menyanyikan lagu rohani atau mengucapkan kalimat-kalimat penyembahan, melainkan kualitas hati atau perasaan kita setiap saat.

Suatu hari, ketika kita berhadapan dengan Tuhan, keagungan dan kemuliaan-Nya pasti dahsyat sekali, betapa bersyukurnya kita kalau kita mengisi perasaan kita dengan baik. Kita mencintai Tuhan. Tuhan menjadi selera dan gairah hidup kita. Sebab jikalau kita benar-benar menggerakkan hati kita untuk mencintai Dia dan kita bisa mencicipi Tuhan, menjadi selera perasaan kita, maka kita pasti menghargai Dia secara patut. Mari kita periksa diri kita masing-masing, apa yang menurut kita paling berharga sebenarnya. Kadang-kadang antara mulut dengan perasaan pun tidak sinkron. Mulut mengatakan, “Kukagum, hormat akan Engkau. Aku mencintai Engkau. Aku perlu Engkau. Kuperlu Kau lebih dari nafasku.” Pikiran setuju, tetapi perasaan kita tidak. Sebab, kita memperkarakan hal tersebut hanya pada waktu di gereja.

Jujurnya, kita tidak menggumulinya dalam hidup setiap hari, yaitu ketika Tuhan memberi pilihan-pilihan atau Tuhan memberi kita kesempatan untuk memilih: berdoa atau menonton; baca Alkitab atau baca yang lain; jujur atau tidak jujur. Kalau kita menghormati Tuhan, kita harus jujur. Kalau kita menghormati Tuhan, kita tidak menyentuh dosa, walaupun itu melukai daging kita. Kalau kita mencintai Tuhan, kita tidak berbuat dosa, walaupun kita rugi. Hal itu merupakan bukti cinta kita kepada Tuhan dan di situlah kita membangun kecintaan kepada Tuhan tahap demi tahap.

Kalau kita tidak mulai sejak sekarang, sementara usia kita bertambah meningkat, maka semakin kurang kelenturan hati kita sampai pada titik tertentu kita tidak bisa mencintai Tuhan. Kita tidak mampu mencintai Tuhan dalam tingkat tinggi, karena ruangan hati kita telah dipenuhi dengan banyak ketertarikan. Kita harus berjuang terus, bagaimana hati kita menjadi utuh mencintai Tuhan. Hal itu ternyata lewat proses dari menit ke menit, dari jam ke jam. Kekudusan itu sangat pribadi sifatnya. Ingat, setiap kali kita betul-betul memperkarakan hal ini, maka cinta kita kepada Tuhan bertambah. Kalau kita punya komitmen itu, maka Tuhan akan memberi kita kesempatan bergumul untuk memilih apa yang menyenangkan kita atau yang menyenangkan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PERASAAN TUHAN TARUH DI DALAM HATI MANUSIA, SUPAYA MANUSIA DAPAT MENIKMATI KEHIDUPAN. DAN INI MERUPAKAN ANUGERAH DAN BENTUK KEPERCAYAAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 September 2023
2023-09-17 08:31:30

Ezra 4-6
Mazmur 137

Card image
Truth Kids 16 September 2023 - KEDAMAIAN HATI
2023-09-16 11:32:04


Maleakhi 2:16a
“Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel”

Beberapa minggu ini, Cika selalu tampak murung saat Sekolah Minggu. Kak Lala, kakak Sekolah Minggu, memperhatikan Cika yang tidak ceria seperti biasanya. Kak Lala mendatangi Cika dan bertanya, mengapa Cika kelihatan murung. Awalnya Cika tidak mau bercerita. Tapi kak Lala tidak berputus asa. Dengan lemah lembut dan penuh kesabaran kak Lala mendekati Cika. Lama-kelamaan hati Cika luluh dan akhirnya menceritakan penyebab hatinya bersedih.

Sambil menangis dan dengan suara yang pelan, Cika bercerita kepada kak Lala. Belakangan ini Cika sedih karena orangtuanya sering bertengkar. Cika merasa tidak nyaman melihat hal tersebut. Kak Lala memeluk Cika dan menenangkan Cika, “Setiap orang dewasa memiliki persoalan yang mungkin saat ini Cika belum bisa mengerti. Sebagai anak yang baik, Cika bisa mendoakan papa mama supaya tidak bertengkar lagi, ya.” hibur kak Lala.

Sobat Kids, kalian mungkin belum bisa memahami masalah orang dewasa. Karenanya, mungkin ada hal yang membuat kalian menjadi sedih. Namun, jangan sedih berlama-lama, ya. Kalian bisa bercerita kepada Tuhan melalui doa. Pasti Tuhan akan menolong keluarga kalian dan memberikan rasa damai di hati. Lalui masalah ini bersama dengan Tuhan yang akan melindungimu.

Card image
Truth Junior 16 September 2023 - TIDAK PERNAH DITINGGALKAN
2023-09-16 11:30:31


Maleakhi 2:16
“Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel – juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman TUHAN semesta alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat!”

Sobat Junior, jika kalian masih memiliki papa dan mama dengan lengkap, bersyukurlah. Banyak anak-anak yang hidup dengan keluarga yang sudah tidak lengkap lagi. Mungkin ada yang salah satu orang tuanya meninggal, ada pula yang orang tuanya berpisah atau bercerai. Seperti ayat firman Tuhan hari ini katakan, Tuhan membenci perceraian. Ketika laki-laki dan perempuan menikah, mereka menjadi suami istri yang seharusnya bersatu sampai selamanya hingga ada salah satu di antara suami istri tersebut meninggal. Namun, ada beberapa peristiwa yang akhirnya menyebabkan suami istri bercerai."

Anak-anak yang tinggal dalam keluarga yang orang tuanya tidak lengkap, akan merasa sedih. Melihat orang tua yang bertengkar, tentu akan menghilangkan sukacita anak-anak. Bagaimana dengan kondisi kedua orang tua kalian, Sobat Junior? Kalian sebagai anak-anak, dapat berdoa untuk kedua orang tua kalian. Jika orang tua Sobat Junior ada yang berpisah, jangan menyalahkan diri kalian sendiri. Itu adalah keputusan yang orang tua kalian ambil. Orang tua kalian akan bertanggung jawab dengan keputusan yang mereka ambil. Jangan sampai sukacita kalian hilang setiap hari karena perpisahan orang tua. Mintalah kekuatan dari Tuhan agar kalian dapat melalui masa-masa sulit dan sedih. Ingatlah bahwa kalian memiliki Bapa di surga, yang selalu peduli dan memperhatikan kalian. Bapa di surga tidak akan pernah meninggalkan kalian, anak-anak-Nya. Kalian begitu istimewa di hadapan Bapa.

Card image
Truth Youth 16 September 2023 (English Version) - MIND RENEWAL
2023-09-16 11:28:38


"Do not be conformed to this world, but be transformed by the renewal of your mind, that by testing you may discern what is the will of God, what is good and acceptable and perfect." (Romans 12:2)

In the journey of life, integrity stands as a guiding principle that shapes our character. As young individuals, we often find ourselves struggling with internal battles – the struggle to uphold our values and maintain integrity in a world filled with distractions and temptations.

Our fiercest battles don't always involve external forces but often entail contending with conflicting desires within ourselves. This internal struggle can be likened to a battle against oneself. Choosing to uphold integrity means confronting weaknesses, doubts, and desires within ourselves that might lead us astray.

Romans 12:2 encourages us with these words: "Do not be conformed to this world, but be transformed by the renewal of your mind." This transformation involves a drastic change in our thought patterns. Remember, we're called to challenge societal norms and align our thinking with what is noble and true.

Integrity is the cornerstone of this transformation. It's a commitment to living consistently with our values, even when no one is watching. When we battle against our own inclinations, choose honesty over deceit, and stand firm in the face of challenges, our integrity shines as evidence of our character.

In the battle against oneself, integrity is our shield. As young warriors with noble souls, we embrace the challenge to shift our thinking and stand against the current of the world. By upholding our integrity, we not only grow individually but also contribute to a better world collectively. Let's strive for this true transformation, transcending the ordinary and becoming extraordinary.

WHAT TO DO:
1. Change your thought patterns.
2. Commit each day to take bold steps.
3. Pray.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 44-46

Card image
Truth Youth 16 September 2023 - MIND RENEWAL
2023-09-17 13:18:00


"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2)

Dalam perjalanan hidup, integritas berdiri sebagai prinsip panduan yang membentuk karakter kita. Sebagai individu muda, kita sering kali merasa berjuang dengan pertempuran batin - perjuangan untuk mempertahankan nilai-nilai kita dan menjaga integritas dalam dunia yang penuh dengan gangguan dan godaan.

Pertempuran paling sengit kita tidak selalu melawan kekuatan eksternal, tetapi seringkali melawan keinginan-keinginan yang saling bertentangan dalam diri kita. Perjuangan internal ini dapat disamakan dengan pertarungan melawan diri sendiri. Pilihan untuk mempertahankan integritas berarti berhadapan dengan kelemahan-kelemahan, keraguan, dan keinginan-keinginan dalam diri kita yang mungkin menyesatkan.

Roma 12:2 mendorong kita dengan kata-kata ini: “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu.” Transformasi ini melibatkan perubahan drastis dalam cara berpikir kita. Ingat, kita dipanggil untuk mengatasi norma-norma sosial dan menyelaraskan pemikiran kita dengan apa yang mulia dan benar.

Integritas adalah batu penjuru dari transformasi ini. Ini adalah komitmen untuk hidup konsisten dengan nilai-nilai kita, bahkan ketika tidak ada yang menyaksikan. Ketika kita berjuang melawan kecenderungan kita sendiri, memilih kejujuran daripada kecurangan, dan tetap teguh di tengah-tengah tantangan, maka integritas kita bersinar sebagai bukti karakter kita.

Dalam pertempuran melawan diri sendiri, integritas adalah perisai kita. Sebagai pejuang muda berjiwa besar, kita merangkul tantangan untuk mengubah cara berpikir kita dan kokoh melawan arus dunia. Dengan menjunjung tinggi integritas kita, kita tidak hanya tumbuh secara individu, tetapi juga berkontribusi untuk dunia yang lebih baik secara kolektif. Mari berjuang untuk transformasi sejati ini, melampaui yang biasa dan menjadi luar biasa.

WHAT TO DO:
1. Mengubah pola pikir
2. Berkomitmen setiap hari untuk berani melangkah
3. Berdoa

BIBLE MARATHON:
▪︎Yeremia 44-46

Card image
Renungan Pagi - 16 September 2023
2023-09-16 11:22:49


Dalam dunia kita mengenal hukum karma, setiap orang akan menerima balasan setimpal dengan perbuatannya, apakah itu perbuatan jahat atau perbuatan baik. Dalam Alkitab kita mengenal hukum tabur tuai, namun sebenarnya kedua hal ini adalah sama, bahwa Tuhan membalas setiap orang setimpal dengan perbuatannya.

"Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya."

Meskipun tidak langsung saat itu juga, saat kita pikir aman-aman saja berbuat dosa, tidak ada hukuman, ingat Tuhan yang menguji hati, DIA yang tahu semua perbuatan kita, dan akan mendapat balasannya setimpal, apakah perbuatan jahat atau baik. Tuhan pasti akan membalasnya.

Karena itu jangan mempermainkan anugerah Tuhan, bahkan Tuhan menyatakan dalam firman-Nya, "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu."

Jangan sampai tersesat dan terlambat bertobat, kita akan menerima balasan Tuhan, apa yang kita tabur akan kita tuai, bukan hanya dalam kehidupan selama dibumi ini tetapi sampai pada kekekalan. Apa yang sudah kita tabur selama menjalani hidup didunia ini?

Jika menabur menurut keinginan daging, maka akan menuai kebinasaan, tetapi jika menabur menurut keinginan Roh Kudus, maka akan menuai hidup yang kekal. Jadi perhatikanlah apa yang kita tabur dalam kesempatan hidup yang Tuhan berikan dibumi ini, supaya tidak menuai kebinasaan didalam kekekalan.
(Yeremia 17:10 ; Galatia 6:7-8)

Card image
Quote Of The Day - 16 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-16 11:03:47


Seberapa dalam, seberapa tinggi pengetahuan kita tentang Tuhan menjadi tidak ada artinya jika dibandingkan dengan bagaimana kita bisa memperagakan hidup Tuhan di dalam diri kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 16 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-16 11:01:15


Kalau kita sudah mengerti kebenaran, tetapi tidak menjaga kesehatan tubuh, tentu juga akan jatuh sakit. Karena tidak bertanggung jawab menjaga pola makan dan pola hidup yang baik

Card image
HAVE SENSITIVITY - 16 September 2023 (English Version)
2023-09-16 10:56:15


To recognize the Shepherd’s voice, the second aspect is that we must have a prayer hour. There is an encounter with God in praying, so we become accustomed to His voice. The prayer life is extraordinary—many spiritual blessings and experiences are unspeakable when we pray. Third, don’t have the pleasure that God doesn’t enjoy. The fourth is to live holy and flawless without blemish. Only then will we be sensitive to grasping God’s voice in our lives daily.

God is maneuvering, moving in our life experience, and we can draw the wisdom He wants to give. Surely, God speaks through the events of life. Catch it so that next time, we will have sensitivity. When we want to make decisions, we act and have intelligence. We can understand what God wants: what to say, when, where, what we should decide, and how we choose and act.

We do admit that not all problems can be easily solved. Some issues require time, and we must survive these problems, and of course, we need God’s advice. However, many people want problems to be solved quickly. It can’t be. Why? Because the problem matures us. So, if we face a problem, we must hear God’s voice to know what we should do to deal with it because there must be an upbringing and lesson in that problem that God gives.

So, have sensitivity to hear God’s voice and enjoy His blessings in these problems. There is God’s blessing that He gives. This is the beauty of living as a Christian because God works in all things to bring goodness, so there must be a spiritual blessing in it. If we are currently facing complicated problems, we are foolish if we want to stop being human and give up, and it would be better to die because, in that problem, there must be God’s advice. We must hear the voice of God to know what we should do in the life struggles we face.

We must find out where God wants us to go through that problem because the good Shepherd leads us to green grass and calm waters, but that doesn’t make our lives safe without problems. The green grass speaks of the truth of the Word. Clear water can also symbolize the truth of the Word and the Holy Spirit. We will be ushered into the environment or atmosphere of that spiritual blessing. But for that direction, God allows problems to occur, so we are led to that place. Many people have forgotten God because they have a comfortable life, have no problems, and are physically and spiritually healthy.

So, God must make something so that our attention is directed to Him and led by Him in the right direction. Green grass and calm water must indicate spiritual blessings—God’s direction to a beautiful eternal life. So, we must hear the voice of God and remember that He surely speaks. God tells us what to do and directs us to a beautiful eternal life. Now the question is, have we been good sheep? That’s the problem. If a sheep goes astray, it is not blessed, does not grow in faith, and can even be led to eternal darkness, and unfortunately, this is what happens in the lives of many Christians.

They feel that they are blessed with a comfortable life, physically and spiritually healthy, even though they are not necessarily healthy spiritually. Physical health can be seen and measured. However, for spiritual health, only God knows. If someone doesn’t question it, they will never know it. Therefore, we believe God is alive and real and never leaves us. He continues to be beside us and guide us. If we are good sheep, we must desire to drink water, namely God as the living water. Good sheep must hear the shepherd’s voice to do things according to the will of God.

Every day, God trains us to hear His voice, and we can do His will correctly and well because we hear His voice. In every event, we begin to be on guard about our reaction. Sometimes, we still go wrong, but we realize where we are going wrong and are willing to change. Furthermore, when we face the same problem or case in the future, we already know and can learn to avoid inappropriate actions, deeds, and choices. The more anxious or riled up we are, the more we can’t hear His voice. Instead, we can hear God’s voice if we listen to God’s Word, pray, not have pleasures that God doesn’t like, and live a holy life.  

HAVE SENSITIVITY TO HEARING GOD'S VOICE AND ENJOY HIS BLESSINGS IN EACH PROBLEM.

Card image
MEMILIKI KEPEKAAN - 16 September 2023
2023-09-16 10:54:11


Untuk dapat mengenali suara Gembala, aspek yang kedua, kita harus punya jam doa. Dalam berdoa ada perjumpaan dengan Tuhan, sehingga kita menjadi terbiasa terhadap suara Tuhan. Kehidupan doa itu sungguh luar biasa. Banyak berkat rohani, pengalaman-pengalaman rohani yang tidak terkatakan pada waktu kita berdoa. Yang ketiga, jangan punya kesenangan yang mana Tuhan tidak ikut menikmatinya. Yang keempat, hidup suci; tak bercacat tak bercela. Barulah kita akan memiliki kepekaan untuk bisa menangkap suara Tuhan di dalam kehidupan kita setiap hari.

Allah sedang bermanuver, Allah sedang bergerak dalam pengalaman hidup kita, dan kita bisa menimba hikmat yang Tuhan mau berikan. Pasti Tuhan berbicara lewat peristiwa-peristiwa kehidupan. Tangkap itu. Sehingga selanjutnya, kita akan punya kepekaan. Waktu kita mau mengambil keputusan, kita bertindak, kita punya kecerdasan. Kita mengerti apa yang Allah kehendaki; bicara apa, kapan, di mana, apa yang harus kita putuskan, bagaimana pilihan kita, bagaimana kita bertindak.

Tentu kita mengakui bahwa tidak semua masalah dapat dengan mudah kita selesaikan. Ada masalah-masalah yang membutuhkan waktu, dan memang kita harus bertahan di dalam masalah tersebut. Tentu kita membutuhkan nasihat Tuhan. Namun, banyak orang mau masalahnya cepat selesai. Tidak bisa begitu. Mengapa? Karena masalah itu mendewasakan kita. Jadi, kalau kita menghadapi masalah, kita harus mendengar suara Tuhan, apa yang harus kita lakukan dalam menghadapi masalah itu. Sebab di dalam masalah tersebut pasti ada didikan dan pelajaran yang Tuhan berikan. Pasti.

Jadi, miliki kepekaan mendengar suara Tuhan, dan nikmati berkat-berkat Tuhan di dalam persoalan-persoalan tersebut. Ada berkat Tuhan yang Tuhan berikan. Justru ini indahnya hidup sebagai orang Kristen. Dalam segala hal, Allah turut bekerja mendatangkan kebaikan. Maka, pasti ada berkat rohani yang ada di dalamnya. Jika saat ini kita sedang menghadapi masalah-masalah pelik dan rasanya mau berhenti jadi manusia, putus asa, lebih baik mati, kita bodoh sekali. Sebab di dalam masalah itu, pasti ada nasihat Tuhan. Kita harus mendengar suara Tuhan. Apa yang kita harus lakukan dalam kasus pergumulan hidup yang kita hadapi.

Kita harus temukan, Tuhan mau bawa kita ke mana, lewat masalah itu. Sebab Gembala yang baik menuntun kita ke rumput yang hijau dan air yang tenang, tetapi itu tidak membuat hidup kita lantas jadi aman, tidak bermasalah. Rumput yang hijau itu bicara soal kebenaran firman. Air yang tenang juga bisa melambangkan kebenaran firman dan Roh Kudus. Kita akan dihantar ke dalam lingkungan, suasana berkat rohani itu. Namun untuk ke arah itu, Tuhan mengizinkan masalah terjadi, supaya kita tergiring ke tempat itu. Karena banyak orang yang kalau hidupnya sudah nyaman, tidak memiliki masalah, sehat jasmani rohani, mereka jadi lupa akan Tuhan.

Jadi, Tuhan harus membuat sesuatu supaya perhatian kita terarah kepada Tuhan dan dibawa Tuhan ke arah yang benar. Rumput yang hijau, air yang tenang, itu pasti menunjuk berkat rohani. Pengarahan Tuhan kepada kehidupan kekal yang indah. Jadi, kita harus mendengar suara Tuhan. Ingat, Tuhan pasti berbicara. Tuhan pasti memberitahukan apa yang kita harus lakukan dan Tuhan mengarahkan kita kepada kehidupan kekal yang indah. Sekarang pertanyaannya, apakah kita sudah menjadi domba yang baik? Itu masalahnya. Karena kalau domba yang sesat, ia tidak terberkati, tidak bertumbuh imannya, bahkan tergiring menuju kegelapan abadi. Hal ini yang terjadi dalam kehidupan banyak orang Kristen.

Mereka merasa dirinya terberkati dengan kehidupan yang nyaman, jasmani rohaninya sehat, padahal belum tentu rohaninya sehat. Kesehatan jasmani bisa dilihat, bisa diukur. Namun, kesehatan rohani, hanya Tuhan yang tahu. Kalau seseorang tidak sungguh-sungguh mempersoalkannya, ia tidak akan pernah tahu. Oleh sebab itu, percayalah Tuhan itu hidup, Tuhan itu nyata, Ia tidak pernah meninggalkan kita. Dia terus di samping kita, terus menuntun kita. Kalau kita menjadi domba yang baik, kita harus memiliki kerinduan untuk meneguk air, yaitu Tuhan sebagai air kehidupan. Domba yang baik pasti mendengar suara gembala. Segala hal yang dia lakukan, seturut kehendak Allah.

Setiap hari Tuhan melatih kita untuk bisa mendengar suara Tuhan, dan kita bisa melakukan kehendak Tuhan dengan tepat dan baik; karena kita mendengar suara-Nya. Di setiap peristiwa yang terjadi, kita mulai berjaga-jaga, reaksi kita apa. Jujur, kadang-kadang kita masih saja meleset, tetapi kita sadar di mana kemelesetan kita, dan kita mau berubah. Selanjutnya, ketika besok kita menghadapi masalah atau kasus yang sama, kita sudah tahu dan bisa belajar untuk menghindari tindakan, perbuatan, pilihan yang tidak tepat. Makin kita gelisah, makin kita gusar, makin kita tidak mendengar suara-Nya. Sebaliknya, mendengarkan firman Tuhan, berdoa, tidak memiliki kesenangan yang Tuhan tidak menyukai dan hidup kudus, membuat kita dapat mendengar suara Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MILIKI KEPEKAAN MENDENGAR SUARA TUHAN, DAN NIKMATI BERKAT TUHAN DI DALAM SETIAP PERSOALAN KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 September 2023
2023-09-16 10:48:31

Ezra 1-3

Card image
Truth Kids 15 September 2023 - SUKACITA TUHAN
2023-09-16 10:39:48


Amsal 29:22
“Si pemarah menimbulkan pertengkaran, dan orang yang lekas gusar banyak pelanggarannya.”

Sudah seminggu lebih Doni tinggal di rumah baru. Ia dan keluarganya pindah dari kota besar ke suatu desa. Mereka harus pindah karena papa Doni ditugaskan di desa ini. Pindah ke lingkungan yang baru, sangat tidak menyenangkan bagi Doni. Doni merasa sedih dan kehilangan sukacita.

Lingkungan desa ini jauh dari fasilitas umum. Untuk ke sekolah saja, Doni harus menempuh perjalanan selama hampir 1 jam. Belum lagi jalan yang ditempuh pun tidak bagus. Bahkan untuk main games online sangat susah karena daerahnya susah sinyal. Doni juga merasa tidak cocok dengan teman-teman sekitarnya. Mereka bermain di ladang atau di lapangan yang becek. Hati Doni sangat sedih, Doni sering menangis dan merengek untuk kembali ke tempat yang lama. Papa dan mama hanya bisa menghibur Doni. Mereka memberi pengertian bahwa dimanapun dan bagaimanapun tempat tinggal sekarang seharusnya tidak mempengaruhi sukacita di hati. Karena sukacita yang sejati hanya ada di dalam Tuhan.

Sobat Kids, sumber sukacita kita adalah di dalam Tuhan Yesus, bukan karena dipengaruhi oleh keadaan dan lingkungan. Jadi hadirkanlah Tuhan Yesus dalam hati kita selalu, supaya kita bisa hidup dalam sukacita Tuhan.

Card image
Truth Junior 15 September 2023 - RUMPUT LIAR DI PADANG
2023-09-16 10:36:20


Amsal 29:22
“Si pemarah menimbulkan pertengkaran, dan orang yang lekas gusar, banyak pelanggarannya.”

Suatu hari, seekor kelinci sedang asyik mencari makanan di suatu padang rumput. Datanglah tupai dan mengajaknya pergi ke bukit seberang. “Hai, Kelinci! Ikut aku, yuk, di seberang ada taman yang indah sekali. Banyak rumput segar, buah-buahan manis, dan sayur-mayur yang besar di sana,” ajak sang tupai. Sang kelinci pun ikut ke sana, lalu pulang dan memberi tahu kepada keluarganya. Sejak saat itu, ia selalu pergi ke bukit seberang dan tidak lagi berkeliaran di padang rumput. Bulunya menjadi lebih halus, warnanya menjadi lebih indah, dan sang kelinci pun dikagumi oleh teman-temannya.

Sobat Junior, lingkungan kita sangat berpengaruh untuk menentukan seperti apa kita. Jika lingkungan kita kotor, maka kita juga akan hidup dalam kekotoran. Tapi kalau lingkungan kita bersih, pasti kita juga lebih bersih dan nyaman. Sayangnya, lingkungan keluarga kita, tidak bisa kita pilih atau ubah. Mungkin ada di antara Sobat Junior yang harus berjuang sendiri untuk hidup suci, tanpa teladan dari orang tua atau saudara maupun keluarga. Tapi, bukan berarti itu akan menghambat Sobat Junior untuk menjadi anak Allah. Justru Tuhan memakai situasi itu untuk memurnikan Sobat Junior, loh.

Lain halnya dengan pergaulan. Pertemanan adalah lingkungan yang bisa kita pilih. Oleh sebab itu, hindarilah pergaulan yang menjadikan lingkunganmu penuh dosa dan kedagingan. Pilihlah lingkungan yang bersih, yang bisa membuatmu semakin mencintai Tuhan. Rumput liar tumbuh di padang karena tidak ada yang mengurusnya. Tapi taman yang terawat, menumbuhkan berbagai tanaman yang indah dan bermanfaat. Mari kita jaga hidup kita, agar menjadi taman yang indah di mata-Nya.

Card image
Truth Youth 15 September 2023 (English Version) - UNYIELDING PURSUIT
2023-09-16 10:34:39


"Whoever says he abides in him ought to walk in the same way in which he walked." (1 John 2:6)

On the journey to integrity, one often finds themselves engaged in an internal battle – a struggle against oneself. This battle isn't far from the advice found in 1 Thessalonians 5:6, which reminds us to remain vigilant and self-aware, always watchful.

The journey to integrity is noble but requires continual self-examination and discipline. It's easy to lose sight of our values in a world full of distractions and temptations. Yet, as individuals striving to grow, we must always remember the essence of integrity – doing what's right when no one is watching.

Integrity isn't just about our actions; it's also about our thoughts and intentions. The battle against ourselves starts in the depths of our minds, where the choices we make are born. When we choose honesty over deceit, humility over pride, and authenticity over pretense, we move closer to victory in this internal conflict.

As young people, we stand at a crossroads where the choices we make today shape our character for the future. Let's facing this battle with courage and steadfastness, knowing that the path of integrity leads to a meaningful and honorable life. Every small victory in our internal struggle brings us closer to becoming individuals of unwavering integrity.

So, remember the words of 1 Thessalonians 5:6: "Therefore let us not sleep, as others do, but let us watch and be sober." Let's stay vigilant in the battle against ourselves, guarded against temptations that seek to divert us from our path of integrity. Through unwavering commitment, we shape a character that shines brightly in a world often seeking shortcuts.

WHAT TO DO:
1. Realize that we belong to Christ.
2. Bravely resist worldly desires that only gratify ourselves.
3. Imitate Christ.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 40-43

Card image
Truth Youth 15 September 2023 - UNYIELDING PURSUIT
2023-09-16 10:32:34


"Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6)

Dalam perjalanan menuju integritas, sering kali seseorang mendapati diri mereka terlibat dalam pertempuran internal – sebuah perjuangan melawan diri sendiri. Pertarungan ini tidak jauh berbeda dengan nasihat yang terdapat dalam 1 Tesalonika 5:6, yang mengingatkan kita untuk tetap waspada dan memiliki kesadaran diri, selalu berjaga-jaga.

Perjalanan menuju integritas adalah perjalanan yang mulia, tetapi memerlukan pemeriksaan diri dan disiplin yang berkelanjutan. Memang mudah untuk kehilangan pandangan terhadap nilai-nilai kita di dunia yang penuh dengan gangguan dan godaan. Namun, sebagai individu muda yang berusaha untuk berkembang, kita harus selalu ingat esensi dari integritas – melakukan yang benar ketika tidak ada yang melihat.

Integritas tidak hanya tentang tindakan kita, tetapi juga tentang pikiran dan niat kita. Pertempuran melawan diri kita sendiri dimulai di kedalaman pikiran kita, tempat di mana pilihan yang kita buat, lahir. Saat kita memilih kejujuran daripada penipuan, kerendahan hati daripada kebanggaan dan otentisitas daripada kepura-puraan, artinya kita semakin mendekati kemenangan dalam konflik internal ini.

Sebagai generasi muda, kita berdiri di persimpangan jalan, di mana pilihan yang kita buat hari ini membentuk karakter kita di masa depan. Marilah kita menghadapi pertempuran ini dengan keberanian dan keteguhan, mengetahui bahwa jalan integritas mengarah kepada kehidupan yang penuh makna dan terhormat. Setiap kemenangan kecil dalam perjuangan internal kita, membawa kita lebih dekat untuk menjadi individu dengan integritas yang teguh.

Maka, ingatlah kata-kata dalam 1 Tesalonika 5:6: “Sebab itu kita tidak boleh tidur seperti orang lain, tetapi hendaklah kita berjaga-jaga dan sadar.” Marilah kita berjaga-jaga dalam pertempuran melawan diri kita sendiri, terjaga dari godaan yang mencoba mengalihkan kita dari jalan integritas kita. Melalui komitmen yang tidak goyah, artinya kita membentuk karakter yang bersinar terang di dunia yang sering mencari jalan pintas.

WHAT TO DO:
1. Menyadari bahwa kita adalah milik Kristus
2. Berani melawan keinginan duniawi, yang hanya menyenangkan diri sendiri
3. Meneladani Kristus

BIBLE MARATHON:
▪︎Yeremia 40-43

Card image
Renungan Pagi - 15 September 2023
2023-09-16 10:30:09


Pengalaman pahit dalam menjalani kehidupan seringkali menjadikan kita lemah, tawar hati dan tidak sedikit juga yang putus asa. Menganggap hidupnya adalah tragedi yang tidak dapat diperbaiki lagi sehingga banyak diantaranya yang memutuskan untuk mengakhiri kehidupan dan masih ada diantara orang-orang percaya yang juga memiliki pemikiran yang sama, disaat merasa tidak kuat lagi menanggung beban kehidupan.

Sesungguhnya jika menaruh pengharapan didalam Tuhan dan percaya kepada-Nya, maka kita akan mencari Tuhan dan menantikan pertolongan-Nya yang akan diberikan tepat pada waktunya. DIA adalah Allah yang layak kita percayai, jangan mencurigai Tuhan sehingga menjadi bimbang dan putus pengharapan kepada-Nya.

"Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah."

Sekalipun masalah belum selesai tetapi tahu dengan kekuatan Allah, kita akan dimampukan untuk menghadapinya dan akan terus "berjalan dan tidak menjadi lelah" sebab kita tahu Tuhan menyertai dan tidak akan pernah meninggalkan.

Sebab itu jika hidupmu saat ini tengah bergumul dengan beban yang terasa begitu berat seakan tidak ada pertolongan lagi, carilah Tuhan, datanglah kepada-Nya, nantikanlah DIA.
(Yesaya 40:31)

Card image
Quote Of The Day - 15 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-16 10:28:14


Kalau kita sungguh-sungguh mau memperkarakan bagaimana kita memperagakan hidup Yesus, maka hal-hal yang tidak patut sekecil atau sehalus apa pun itu, kita tidak lakukan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 15 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-16 10:26:23


Perjuangan sehebat apa pun dari manusia tidak akan bisa menyelamatkan dirinya kalau tidak ada kasih karunia, yaitu korban Tuhan Yesus di kayu salib.

Card image
LISTENING TO THE VOICE OF THE SHEPHERD - 15 September 2023 (English Version)
2023-09-16 10:24:46


John 10:3-4, “The gatekeeper opens the gate for him, and the sheep listen to his voice. He calls his sheep by name and leads them out. When he has brought out all his own, he goes ahead of them, and his sheep follow him because they know his voice.”

In Israel, sheep of a flock are known to have a unique characteristic: they know the voice of their shepherd. If, for example, five herds are grazing together in a field, how can a shepherd separate their flock from the rest? They will use their voice, which is known primarily by their sheep. The Lord Jesus used this common knowledge to form a background for one of His parables when He spoke about the Good Shepherd and His sheep. Now, the issue at hand is what a good sheep means. It is said in John 10:14 that a good sheep is the one who listens and knows the voice of their shepherd.

So now, we should ask, how can we have the experiences to know the voice of the Good Shepherd? How can we distinguish God’s voice from others? These outstanding issues must be considered seriously, as we cannot. Indeed, we must not cease listening to our Lord’s voice. The Lord desires us to always listen to His voice since failure to listen means a possibility to get separated from The Shepherd. Remember.

Therefore, how can we readily listen to the voice of God? It is important to remember that God never ceases to speak to us. From the time we wake up, we will enter a new day; we will face many problems and struggles, one after another. There is God’s voice that we must listen to. The voice of God will guide our actions and decisions. Surely, we fail as we are often unable to feel the presence of God, or we think that God has forsaken us. We fail as we do not use our ‘spiritual ears’ to listen to God’s will. We must train ourselves to hear His voice. We must believe that God is always present in our lives and always with us. God will guide us so we can always make the right decisions.

How can we discern the voice of the Lord from others? First, we must possess the right perspectives. To have the correct views, we must hear the true Word of God to develop our spiritual quotient. To all servants of God, note how great our responsibility is! We should never preach a sermon derived from our thoughts, but we must always preach anything the Lord desires. A preacher must be able to listen to God’s voice so that they fully understand the essence of their sermon. Therefore, they need always to be blameless and without faults so that the congregation can understand the truth flowing out of God’s heart. This will develop their perspectives and build up their spiritual quotient.  

If we carefully observe, many people raised in Christian homes become pastors yet possess no spiritual quotient. It is evident from the choices they have made that injure and offend others. These people do not listen to the voice of The Shepherd. Any actions that hurt and offend others are devoid of the anointing of the Holy Ghost. The spiritual quotient guides parents in counseling their children. Faith is built up as people hear the true Word of God. Those who sincerely hunger and thirst for righteousness, that is, having a sincere desire to please God, will find the true servants of God. 

So, to all servants of God, let us earnestly strive to be without faults. Do not let any meaningless speech come out of our mouth. Be blameless. Only deliver a sermon as led by the Holy Spirit and as needed by the people. This will build up our spiritual quotient, and this spiritual quotient will enable us to discern between the voice of the Lord and others. We must stop living carelessly. 

  ANY ACTIONS THAT INJURE OR OFFEND OTHERS ARE A MARK OF THOSE WHO DO NOT LISTEN TO THEIR SHEPHERD.

Card image
MENDENGAR SUARA GEMBALA - 15 September 2023
2023-09-16 10:21:26


Yohanes 10:3-4, “Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.”

Ada satu karakteristik domba yang ada di Israel, yaitu mengenal suara gembalanya. Jadi, kalau ada lima gembala berkumpul, dan domba-domba mereka bercampur, bagaimana untuk memisahkan domba-domba tersebut? Masing-masing gembala memiliki suara yang dikenal oleh domba-dombanya. Tuhan Yesus mengangkat ini sebagai perumpamaan ketika Yesus berbicara mengenai gembala yang baik. Sekarang yang kita persoalkan adalah bagaimana caranya untuk menjadi domba yang baik? Di Yohanes 10:3-4 dikatakan bahwa domba yang baik adalah domba yang mendengar dan mengenal suara gembalanya.

Sekarang pertanyaannya, bagaimana kita bisa memiliki pengalaman mengenal suara Sang Gembala? Bagaimana kita bisa membedakan antara suara Tuhan dan bukan suara Tuhan? Ini pertanyaan yang bagus yang harus serius kita perkarakan, karena kita tidak bisa dan memang tidak boleh berhenti mendengar suara Tuhan. Tuhan menghendaki kita selalu mendengar suara-Nya. Sebab kalau kita tidak mendengar suara-Nya, artinya kita bisa terpisah dari Gembala. Ingat, selain Gembala yang baik, ada gembala yang jahat, yang mau menuntun manusia ke dalam kegelapan abadi; terpisah dari Allah. Ingat, kuasa kegelapan tidak pernah berhenti bekerja.

Jadi, bagaimana kita bisa memiliki kepekaan untuk mendengar suara Tuhan? Hal penting yang harus kita ingat adalah bahwa Tuhan tidak pernah berhenti berbicara. Begitu kita bangun tidur, kita memasuki hari yang baru, kita menjalani persoalan demi persoalan, pergumulan demi pergumulan, pasti ada suara Tuhan yang mesti kita dengar. Suara Tuhan akan menuntun setiap kita bagaimana bertindak dan mengambil keputusan. Memang, sering kali kita gagal, karena kita merasa Tuhan tidak ada, atau Tuhan meninggalkan kita. Hal itu bisa terjadi karena kita tidak memasang telinga rohani kita untuk mendengar apa yang Tuhan kehendaki di dalam hidup kita. Tentu di sini kita perlu latihan. Kita harus percaya bahwa Tuhan pasti hadir di dalam hidup kita, pasti menyertai kita. Tuhan pasti menuntun kita agar kita tidak salah mengambil keputusan.

Bagaimana kita bisa membedakan suara Tuhan dan bukan suara Tuhan? _lYang pertama, kita harus memiliki bangunan berpikir yang benar. Untuk memiliki bangunan berpikir yang benar, maka kita harus mendengar firman yang benar sehingga kita memiliki kecerdasan rohani. Bagi para hamba Tuhan, ingat, betapa besar tanggung jawab kita! Kita bukan hanya bisa bicara di mimbar, menyampaikan apa yang menurut kita patut disampaikan, tetapi kita harus mendengar apa yang Tuhan kehendaki untuk kita sampaikan. Seorang pembicara mutlak sekali harus bisa mendengar suara Tuhan, sehingga benar-benar mengerti apa yang harus dikhotbahkan. Maka, setiap hari harus hidup di dalam kekudusan dan kesucian. Supaya jemaat menangkap kebenaran yang benar-benar dari hati Tuhan dan itu mencerdaskan pikiran mereka, membangun kecerdasan rohani atau spiritual quotient.

Coba kita serius perhatikan, ada orang-orang Kristen yang dari kecil Kristen, bahkan menjadi pendeta, tetapi tidak punya kecerdasan. Bagaimana kita dapat tahu hal itu? Hal itu terlihat dari keputusan-keputusan hidupnya yang menyakiti dan merugikan sesama. Orang seperti ini pasti tidak mendengar suara Gembala. Tindakan yang melukai atau menyakiti sesama merupakan ciri dari orang yang tidak diurapi Roh Kudus. Orangtua yang memiliki kecerdasan, akan menuntun dia bagaimana menasihati anak-anak. Jika jemaat datang ke gereja mendengar firman yang benar, maka akan membangun iman mereka. Bagi kita yang sungguh-sungguh haus dan lapar akan kebenaran, artinya rindu menjadi orang yang berkenan kepada Allah, pasti dipertemukan dengan hamba-hamba Tuhan yang sejati.

Jadi, bagi hamba-hamba Tuhan, mari sungguh-sungguh untuk hidup suci. Jangan ucapkan kata-kata yang tidak perlu dan berbuat salah. Sampaikanlah firman yang sesuai dengan apa yang Roh Kudus kehendaki dan jemaat perlu untuk mendengarnya. Hal itu akan membangun kecerdasan rohani dan kecerdasan rohani inilah yang memampukan kita untuk dapat membedakan antara suara Tuhan dan bukan. Jangan lagi kita hidup sembrono.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TINDAKAN YANG MELUKAI ATAU MENYAKITI SESAMA MERUPAKAN CIRI DARI ORANG YANG TIDAK MENDENGAR SUARA GEMBALANYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 September 2023
2023-09-16 10:17:17

Deniel 10-12

Card image
Truth Kids 14 September 2023 - MENJAGA HATI
2023-09-14 09:08:21


Amsal 4:23
“Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.”

Sobat Kids, siapa yang suka dengar musik? Ayo… angkat tangan. Hampir setiap kita pasti senang mendengar musik. Namun sayangnya, tidak semua musik itu bagus untuk kita dengar. Menyedihkan sekali melihat anak-anak kecil zaman sekarang. Mereka menyanyikan lagu-lagu orang dewasa. Lagu-lagu tersebut tidak membawa mereka semakin mengenal dan mencintai Tuhan. Iblis membuat anak-anak Tuhan terlena dengan kesenangan dunia, di antaranya melalui musik dan film. Sampai tanpa sadar kita dibuat tidak membutuhkan Tuhan atau tidak ingat kepada Tuhan.

Hal tersebut sangat menyedihkan karena Tuhanlah yang memberi kita hidup dan menyelamatkan kita. Seharusnya seluruh hati dan apapun kesenangan kita itu harus bisa dinikmati juga oleh Tuhan. Jagalah hati kita agar kita tidak melakukan hal-hal yang Tuhan tidak sukai. Jagalah hati kita untuk semakin menjadi anak-anak Tuhan yang menyenangkan hati-Nya. Pilih untuk menyaring musik dan tontonan yang kita nikmati, ya, Sobat Kids!

Card image
Truth Junior 14 September 2023 - MENDENGAR YANG BAIK
2023-09-14 09:06:56


Amsal 4:23
“Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.”

Sobat Junior, hafalkan ayat hari ini, ya. Amsal 4:23. Hal-hal yang kita isi ke dalam hati kita, akan memancar keluar di kehidupan kita. Maksudnya, kalau hati kita baik, pasti keluarnya baik. Tetapi jika hati kita jahat, pasti keluarnya hal-hal yang tidak baik atau jahat juga. Penting sekali untuk menjaga hati kita. Caranya bagaimana, ya? Salah satu caranya adalah dengan menjaga apa yang kita lihat dan kita dengar, Sobat Junior.

Tanpa disadari, kalau Sobat Junior suka mendengar lagu-lagu yang liriknya tidak baik atau lirik dengan kata-kata kasar, maka hal itu akan sangat berpengaruh ke alam bawah sadar pikiran kita. Apa alam bawah sadar itu? Alam bawah sadar atau pikiran bawah sadar adalah proses berpikir yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa dipikir sebelumnya; di luar kesadaran seseorang dalam berpikir dan menunjukkan perasaannya. Walaupun dilakukan tanpa disadari atau terjadi secara otomatis, alam bawah sadar dianggap memberikan dampak pada perilaku manusia.

Sobat junior harus waspada. Jangan asal dengar karena enak lagunya, tapi ternyata mengandung hal-hal yang tidak baik. Dan akhirnya, membawa dampak yang tidak baik kepada perilaku Sobat Junior. Misalnya, tanpa disadari Sobat Junior menjadi sulit dinasihati oleh papa dan mama, akibat sering mendengarkan lagu yang tidak baik. Kalian berubah dari anak yang mudah menerima nasihat, menjadi anak yang keras hati. Hati-hati, ya! Jangan mau digoda oleh Iblis lewat hal-hal yang kelihatannya enak dan nyaman buat kita, tetapi ternyata ujungnya mendatangkan keburukan untuk kita. Ingat selalu, ya, Amsal 4:23, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.”

Card image
Truth Youth 14 September 2023 (English Version) - INNER VIGILANCE
2023-09-14 09:04:35


"Therefore let us not sleep, as others do, but let us watch and be sober." (1 Thessalonians 5:6)

Integrity, the essence of our character, reflects our unwavering commitment to moral principles. As young people navigating life's challenges, we often find ourselves in a battle against our own desires, testing our integrity. This internal struggle, the battle against ourselves, is at the core of our journey as followers of Christ.

In 1 John 2:6, we're reminded, "Whoever says he abides in him ought to walk in the same way in which he walked." This verse encapsulates the subject matter of our contemplation: recognizing that our lives belong to Christ. Having integrity means upholding this truth in every aspect of our lives, even when faced with internal chaos. Christ's life is the ultimate example of righteousness. He resisted every temptation and faithfully fulfilled His purpose, showing us the path to truth. When tempted by worldly desires, remember that Christ's heritage calls us to rise above internal conflicts.

The notion that our lives belong to Christ isn't just a concept; it's a driving force that gives us resilience. It reminds us that we are accountable to a higher purpose, motivating us to conquer inner conflicts. As we strive to live like Jesus, our actions become a testament to our commitment to integrity. In this tireless struggle, we draw strength from knowing that Christ walks with us through our battles. Let's embrace our identity as noble souls bound to Christ by fighting against our inner tendencies to honor the One who gave us life.

WHAT TO DO:
1. Self-reflect.
2. Be watchful.
3. Bravely fight with commitment.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 37-39

Card image
Truth Youth 14 September 2023 - INNER VIGILANCE
2023-09-14 09:00:37


Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar." (1 Tesalonika 5:6)

Integritas, esensi karakter kita, mencerminkan komitmen tak tergoyahkan kita pada prinsip-prinsip moral. Sebagai kaum muda yang mengarungi tantangan hidup, kita sering kali berada dalam pertarungan melawan keinginan sendiri yang menguji integritas kita. Pertempuran internal ini, pertarungan melawan diri sendiri, adalah inti dari perjalanan kita sebagai pengikut Kristus.

Dalam 1 Yohanes 2:6, kita diingatkan, “Barangsiapa mengatakan bahwa ia tetap tinggal di dalam Dia, ia harus hidup sama seperti Kristus.” Ayat ini mencakup materi subjek renungan kita: mengenali bahwa hidup kita milik Kristus. Memiliki integritas berarti menjunjung kebenaran ini dalam semua aspek kehidupan kita, bahkan saat dihadapkan dengan kekacauan batin. Hidup Kristus adalah contoh utama ketakwaan. Ia menolak setiap godaan dan dengan setia menggenapi tujuan-Nya, menunjukkan kita jalan menuju kebenaran. Saat kita tergoda oleh keinginan duniawi, ingatlah bahwa warisan Kristus memanggil kita untuk bangkit melampaui konflik internal.

Pemikiran bahwa hidup kita milik Kristus bukanlah sekadar konsep, melainkan kekuatan penggerak yang memberi kita daya juang. Ini mengingatkan kita bahwa kita bertanggung jawab pada tujuan yang lebih tinggi, yaitu mendorong kita untuk mengatasi konflik batin. Saat kita berusaha hidup seperti Yesus, maka tindakan kita menjadi kesaksian komitmen kita pada integritas. Dalam perjuangan tak kenal lelah ini, kita meraih kekuatan dari pengetahuan bahwa Kristus berjalan bersama kita melalui pertempuran kita. Mari sambut identitas kita sebagai jiwa mulia yang terikat pada Kristus dengan berjuang melawan kecenderungan dalam diri kita demi menghormati Dia yang memberi kita hidup.

WHAT TO DO:
1. Introspeksi diri
2. Berjaga-jaga
3. Harus berani berjuang dengan komitmen

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yeremia 37-39

Card image
Renungan Pagi - 14 September 2023
2023-09-14 08:58:07


Dapatkah kita membedakan batu giok yang asli dan yang palsu? Pasti tidak, karena kita bukanlah seorang yang ahli dalam menganalisa batu giok. Tetapi seseorang yang menjadi ahli mengenali dan membedakan batu giok asli dan palsu, pastilah karena dia telah belajar memahami apapun tentang batu giok asli itu, mulai dari teksturnya hingga tingkat kemurniannya.

Dan diperlukan waktu yang cukup lama sampai sang ahli bisa mengenali batu giok itu asli atau palsu hanya dengan melihatnya tanpa menyentuhnya. Demikianlah kita juga akan dapat mengenal Tuhan dengan benar dan memahami kehendak dan rencana-Nya dalam hidup kita, jika memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan.

"TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." Ketika kita telah memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan dan terus menerus membangun roh dengan Kebenaran Firman Tuhan yang murni.

Bergaul dengan Firman Tuhan bukan sebagai pendengar saja tetapi sebagai pelakunya, maka percayalah saat dalam kehidupan kita diperhadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit, maka hikmat Roh Kudus akan membantu mengambil keputusan yang benar, karena keintiman hubungan dengan Tuhan membuat kita mengerti serta memahami kehendak dan rencana Allah di dalam hidup kita.
(Mazmur 25:14)

Card image
Quote Of The Day - 14 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-14 08:53:33


Orang dapat menemukan Yesus dalam hidup kita justru bukan dari cakap bicara kita, melainkan dari sikap hidup kita dimana semakin orang mendekati hidup kita, semakin mereka menemukan keagungan Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 14 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-14 08:48:35


Apa pun yang terjadi dalam hidup ini, tidak masalah, selama kita masih terus bisa bersama-sama dengan Tuhan.

Card image
IN HIS TIME - 14 September 2023 (English Version)
2023-09-14 08:16:01


There are times when God allows us to be in some distressing circumstances. These circumstances may drag on for a long time. Hardships and adversities are not uncommon experiences for humans. We have seen that evil and injustice are becoming more common these days. Some people are even victims to those closest to them, their spouses who have vowed to protect and love them. These situations may cause a person to lose hope and doubt the existence and reality of God, especially after many prayers, petitioning God for His help, yet His help never comes.

It is written in Psalms 83:1, “O God, do not remain silent; do not turn a deaf ear, do not stand aloof, O God.” This verse is a cry of someone who was oppressed, suffered a great injustice, and was persecuted, yet God seemed to remain silent or stood aloof – a situation where God seems unconcerned or ignorant of us. 

This is similar to the narrative of Lazarus. At the time of Lazarus’ illness, Martha and Maria wrote to Jesus, “Lord, the one you love is sick.” Next, in John 11:4-6, it is said, “This sickness will not end in death. No, it is for God’s glory so that God’s Son may be glorified through it.” Now Jesus loved Martha and her sister and Lazarus. So, when He heard that Lazarus was sick, He stayed where He was two more days.” Jesus deliberately lingered. He could have left for Bethany immediately, to pray for Lazarus, but He lingered for two days.  

But what happened next? Lazarus died. But the Lord Jesus Himself plainly said in verse 14, “Lazarus is dead, and for your sake I am glad I was not there, so that you may believe.” It was not a coincidence that Lazarus died. God allowed it to happen. Yet Martha and Mary accused Jesus of being responsible for Lazarus’ death, saying, “Lord, if you had been here, my brother would not have died.” Instead of getting angry from this accusation, Jesus said, “Your brother will rise again.” Then Martha told Him, “I know he will rise again in the resurrection on the last day.” Martha reasoned with the Lord, uncertain that Jesus would raise Lazarus. 

We believe that anything in our lives is under God’s control, in His knowledge, and under His government. However, in practice, this is not that easy. As our problems and struggles consume our minds, we become disheartened and discouraged. Naturally, we will ask, “Where are You, Lord? Why did You let this happen to me?” We have forgotten that His Word states that “in all things, He works.” Our knowledge and belief are superficial, as seen from the fact that we get easily discouraged as if there is no God when we are faced with distressful and irresolvable situations.

The journey of our faith is akin to the Israelites whom God brought out of Egypt to the land of Canaan. They were led by the pillar of cloud and fire and brought to the shore of the Red Sea. Then came Pharaoh and his army, ready to wipe them out. The Israelites were enslaved. They were not used to any battle. But Pharaoh led an army of horses, chariots, horsemen, and troops. Yet God had a way to help. He used the situation to open their eyes to see His glory before continuing their journey across the dangerous desert. They would finally witness the glory of God when He parted the Red Sea.

They could walk on dry land. Not muddy, but dry. Indeed, Pharaoh’s men, who persecuted them, were after them. But God blocked them so they couldn’t get through to the Israelites. Therefore, don’t be afraid. If we are indeed on God’s side, He is with us. It will not always be that way when God seems silent and aloof. God will surely act in His time.

It is said in Psalms 83:17-18, “May they ever be ashamed and dismayed; may they perish in disgrace. Let them know that You, whose name is the Lord, are the Most High over all the earth.” The Lord wills to show His glory in and through our lives. Therefore, whenever we suffer any injustice, we should not retaliate. Let us suffer any injustice silently and wait in silence. As we wait silently, God will come down from His holy throne. Remember, injustice will never last as God, the living God, protects us. Therefore, live in His presence 24/7.  

ALTHOUGH, AT TIMES, GOD SEEMS SILENT AND ALOOF, IT WILL NOT ALWAYS BE THAT WAY. GOD WILL SURELY ACT IN HIS TIME.

Card image
PADA WAKTU-NYA - 14 September 2023
2023-09-14 08:09:16


Kita kadang-kadang diizinkan Tuhan mengalami keadaan-keadaan yang sulit. Keadaan itu bisa terjadi secara berlarut-larut atau dalam waktu yang lama. Inilah yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Kita bisa melihat kenyataan banyak orang begitu jahat terhadap sesamanya. Bukan hanya terhadap orang lain, terhadap pasangan sendiri yang dulu dicintai, yang dulu berjanji untuk melindungi, mengasihi, tetapi kemudian dijadikan korban. Keadaan seperti ini membuat seseorang bisa menjadi putus asa dan mulai meragukan apakah Tuhan benar-benar ada, apakah Tuhan benar-benar hidup. Sudah berdoa, sudah minta pertolongan Tuhan, tetapi Tuhan tidak kunjung menolong.

Di dalam Mazmur 83:2 tertulis, “Ya Allah, janganlah Engkau bungkam, janganlah berdiam diri dan janganlah berpangku tangan, ya Allah!” Nyanyian ini merupakan seruan dan jeritan, menunjukkan adanya keadaan-keadaan ketika seseorang tertindas, diperlakukan tidak adil, teraniaya, tetapi Tuhan seakan-akan berpangku tangan atau berdiam diri. Keadaan yang seakan-akan Tuhan tidak peduli atau melupakan kita.

Seperti yang terjadi dalam kisah Lazarus. Saat itu, Lazarus sakit. Lalu berkirim suratlah Marta, Maria kepada Yesus, “Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.” Selanjutnya dalam Yohanes 11:4-6 dikatakan, Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan. Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus. Namun setelah didengar-Nya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada.” Jadi, Yesus seperti sengaja mengulur waktu. Mestinya Yesus bisa segera berangkat ke Betania untuk mendoakan Lazarus, tetapi ternyata dua hari Yesus sengaja menunda.

Lalu, apa yang terjadi? Lazarus mati. Yesus sendiri berkata dengan terus terang dalam ayat 14-15, “Lazarus sudah mati; tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya.”  Keadaan Lazarus meninggal dunia memang diizinkan Tuhan. Jadi, bukan terjadi secara kebetulan. Marta dan Maria secara tidak langsung menyalahkan Yesus, katanya, “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.” Namun, Yesus tidak marah. Yesus berkata, “Saudaramu akan bangkit.” Marta berkata kepada-Nya: “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.” Ia tetap mendebat Tuhan karena ia tidak yakin bahwa Yesus akan membangkitkan.

Kita percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup kita berada di dalam kontrol Tuhan, pengetahuan Tuhan, dan kendali Tuhan. Namun, untuk mempraktikkannya, tidak mudah. Ketika kita memiliki persoalan, pergumulan berat dan itu menyita pikiran dan perasaan kita, kita juga bisa menjadi kecil hati dan kecut. Lalu kita berkata, “Tuhan, Engkau di mana? Mengapa Engkau biarkan semua ini terjadi?” Kita lupa apa yang dikatakan oleh firman Tuhan bahwa Allah bekerja dalam segala sesuatu. Kita tahu dan percaya, tetapi hanya dengan mulut. Sebab faktanya, ketika kita di dalam situasi sulit yang tidak kunjung selesai, lalu makin tidak melihat jalan keluar, kita menjadi kecil hati, seakan-akan Tuhan tidak ada.

Sebagaimana kisah bangsa Israel yang dibawa oleh Tuhan dari Mesir ke Kanaan. Mereka berjalan dituntun tiang awan dan tiang api, dan mereka dibawa Tuhan ke pantai laut Teberau. Sementara Firaun dengan algojo-algojonya datang, siap membantai mereka. Mereka bangsa budak yang tidak biasa berperang, sementara Firaun memiliki pasukan berkereta perang, berkuda, dan tentu senjata lengkap. Namun, Tuhan punya banyak cara untuk menolong. Justru keadaan itu merupakan cara Tuhan membuka mata bangsa Israel untuk melihat kebesaran Allah, sebelum mereka melanjutkan perjalanan panjang melewati gurun yang ganas. Akhirnya, mereka betul-betul melihat kemuliaan Allah ketika laut Kolsom terbelah.

Mereka bisa masuk ke dalam laut yang sudah menjadi kering. Kering, bukan berlumpur. Memang orang-orang yang selama itu menganiaya mereka, laskar-laskar Firaun, mengejar. Tuhan tutup dengan tiang awan, sehingga mereka tidak bisa menembus barisan Israel. Maka, jangan takut. Kalau kita memang ada di pihak Tuhan, Tuhan pasti menyertai kita. Kalau Tuhan seakan-akan bungkam, berdiam diri, tidak selalu begitu. Pasti Tuhan akan bertindak pada waktu-Nya.

Dalam Mazmur 83:18-19 dikatakan, “Biarlah mereka mendapat malu dan terkejut selama-lamanya; biarlah mereka tersipu-sipu dan binasa, supaya mereka tahu bahwa Engkau sajalah yang bernama TUHAN, Yang Mahatinggi atas seluruh bumi.” Tuhan mau menyatakan kemuliaan-Nya di dalam dan melalui hidup kita. Jadi, ketika kita diperlakukan tidak adil, jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Baiklah kita diam, diam, dan diam. Dengan kita berdiam diri, Allah turun. Ingat, tidak selamanya begitu, karena ada Tuhan yang hidup yang pasti melindungi kita. Maka, hiduplah selalu dalam hadirat-Nya, 24 jam.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU TUHAN SEAKAN-AKAN BUNGKAM, BERDIAM DIRI, TIDAK SELALU BEGITU. PASTI TUHAN AKAN BERTINDAK PADA WAKTU-NYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 September 2023
2023-09-14 08:04:57

Daniel 7-9

Card image
Truth Kids 13 September 2023 - HATI-HATI GUNAKAN MATA
2023-09-13 05:43:44


Matius 5:29
“Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.”

Sobat Kids, saat ini banyak sekali hiburan yang dapat kita lihat. Film atau video singkat melalui media sosial seperti Instagram, TikTok & YouTube bisa kita nikmati. Namun sayangnya, video-video tersebut belum tentu baik untuk kita. Tanpa sadar, tontonan yang kita lihat bisa mempengaruhi tindakan kita. Contohnya kalau kamu melihat video tentang orang yang review mainan, maka tanpa sadar kamu juga ingin memiliki mainan tersebut. Dan akhirnya kamu akan minta mainan terus ke mama dan papa. Tidak salah membeli mainan, namun jika ingin memiliki mainan hanya karena ingin punya seperti orang lain, itulah yang salah.

Di dunia maya atau internet, banyak gambar yang tidak pantas untuk dilihat oleh anak kecil. Misalnya orang bertengkar, berkata-kata kasar, atau bercanda yang tidak sopan. Tanpa kita sadari, kita akan ikut terpengaruh untuk berbuat yang tidak baik juga. Bisa saja tontonan kita akan membuat kita menjadi gampang marah. Berkata-kata kasar karena meniru yang kita lihat. Iihh… ngeri ya, Sobat Kids. Oleh karena itu, hati-hati gunakan matamu. Pilihlah tontonan kalian. Hal-hal yang baik dan membuat kita semakin mengasihi Tuhan adalah hal-hal yang perlu kita lihat.

Card image
Truth Junior 13 September 2023 - WARNING
2023-09-13 05:25:27


Matius 5:29
“Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.”

Awasss!! Hati–hati, ya, Sobat Junior, di era zaman sekarang ini yang serba digital. Coba kalian pikirkan, berapa lama dalam 1 hari kalian habiskan waktu kalian main dengan gadget kalian, baik untuk bermain game online atau sekadar melihat media sosial alias medsos? Hayoooo…. Kalau kalian habiskan waktu kalian sering–sering dengan gadget, lebih banyak efek negatifnya, loh.

Sekarang ini banyak kasus anak-anak yang mengalami perubahan sikap karena sosial media. Hanya karena komentar-komentar negatif di sosial media, mereka merasa insecure; tidak aman, sakit hati, dan sedih yang mendalam. Banyak juga informasi-informasi atau konten yang memberikan konsep yang salah.

Sesuatu hal yang dilihat dan didengar berkali-kali dalam jangka waktu yang cukup lama, akhirnya bisa dianggap sebagai kebenaran, padahal itu sangat menyesatkan. Misalnya konsep yang mengatakan “cari Tuhan nanti saja, sekarang masih muda. Nikmati masa muda dengan melakukan hal-hal yang dianggap keren di mata orang dunia.” Atau dikatakan “tenang saja, umur masih panjang. Sekarang baru umur 10 tahun, kok.” Pemikiran tersebut tidak tepat, Sobat Junior. Tuhan bisa panggil kita kapan saja, tanpa memandang usia.

Jadi daripada sering-sering main gadget dan lihat-lihat sosial media yang tidak jadi berkat, lebih baik membaca firman Tuhan, mendengar khotbah yang sesuai usia kalian. Kalian akan menjadi pribadi yang lebih baik setiap hari.

Card image
Truth Youth 13 September 2023 (English Version) - RESOLUTE JOURNEY
2023-09-13 05:22:57


"The temptations in your life are no different from what others experience. And God is faithful. He will not allow the temptation to be more than you can stand. When you are tempted, he will show you a way out so that you can endure." (1 Corinthians 10:13)

In this fast-paced world, maintaining integrity often poses a difficult challenge, especially when it comes to self-control. As young people, we are constantly faced with trials and temptations that test our resolve. However, 1 Corinthians 10:13 reminds us that no trial is too heavy for us to bear. "The temptations in your life are no different from what others experience. And God is faithful. He will not allow the temptation to be more than you can stand. When you are tempted, he will show you a way out so that you can endure."

When we experience moments of difficulty, it's important to remember that our integrity and self-control are intertwined. The journey to maintaining our integrity may not be easy, but it's also noble. As young people striving to live purposefully and meaningfully, we must hold steadfast to our values and beliefs.

Self-control doesn't mean weakness or limitations; rather, it gives us the strength to overcome obstacles and emerge stronger. Through self-control, we gain the power to face the trials that come our way. When we resist the urge to compromise our values, we grow into individuals who are resilient and steadfast.

Let's embrace this journey with courage and determination. Every trial is an opportunity to grow. When faced with temptation, remember the promise of 1 Corinthians 10:13. We are not alone in our struggles. With God's guidance, we can endure and overcome challenges, emerging with our integrity intact.

WHAT TO DO:
1. Reflect on your life's values.
2. Make a list of things that can disturb you.
3. Self-evaluate.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 33-36

Card image
Truth Youth 13 September 2023 - RESOLUTE JOURNEY
2023-09-13 05:17:25


"Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13)

Dalam dunia yang serba cepat ini, menjaga integritas seringkali menjadi tantangan yang sulit, terutama ketika berbicara tentang menjaga kendali diri. Sebagai generasi muda, kita terus dihadapkan pada ujian dan godaan yang menguji tekad kita. Namun, 1 Korintus 10:13 mengingatkan kita bahwa tidak ada ujian yang terlalu berat bagi kita untuk ditanggung. “Tidak ada pencobaan yang menimpa kamu, yang melebihi kekuatan manusia biasa. Dan Allah setia, yang tidak akan membiarkan kamu dicobai melebihi kekuatanmu. Tetapi pada waktu kamu dicobai, Ia akan memberikan jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”

Ketika kita mengalami momen-momen kesulitan, penting untuk diingat bahwa integritas dan kendali diri kita saling terkait. Perjalanan menuju mempertahankan integritas kita mungkin tidak mudah, tetapi juga mulia. Sebagai generasi muda yang berusaha menjalani kehidupan dengan tujuan dan makna, kita harus berpegang teguh pada nilai dan keyakinan kita.

Kendali diri tidak berarti kita lemah atau terbatas; sebaliknya, hal itu memberi kita kekuatan untuk mengatasi rintangan dan muncul lebih kuat. Melalui kendali diri, kita mendapatkan kekuatan untuk menghadapi ujian yang kita hadapi. Ketika kita menolak hasrat untuk mengorbankan nilai-nilai kita, artinya kita tumbuh menjadi individu yang tangguh dan tegar.

Mari kita sambut perjalanan ini dengan keberanian dan keteguhan hati. Setiap ujian adalah peluang untuk tumbuh. Ketika dihadapkan pada godaan, ingatlah janji 1 Korintus 10:13. Kita tidak sendirian dalam perjuangan kita. Dengan bimbingan Allah, kita dapat bertahan dan mengatasi tantangan yang muncul dengan integritas yang utuh.

WHAT TO DO:
1. Merenungkan nilai-nilai dalam hidup kamu
2. Buat list hal-hal apa saja yang dapat mengganggu kamu
3. Evaluasi diri

BIBLE MARATHON:
▪︎Yeremia 33-36

Card image
Renungan Pagi - 13 September 2023
2023-09-13 05:13:45


Masih banyak orang kristen yang hidup di dalam dua sisi kehidupan yang berbeda. Ketika ada di dalam gereja ditampilkanlah sisi hidup yang terlihat baik, suci, ramah apalagi jika terlibat dalam kegiatan pelayanan, akan menjadi lebih ramah dan lebih peduli, tetapi tidak ada yang pernah menyangka bahwa ketika tidak ada lagi di gereja, maka sisi kehidupan yang sesungguhnya terlihat nyata.

Di rumah menjadi seorang pemarah, tidak mau ditegur, di tempat kerja menjadi penggossip dan selalu mengeluh untuk hal-hal yang tidak memuaskan hatinya, lalu di lingkungannya menjadi biang onar, tetapi ketika tiba lagi waktunya beribadah, semua berubah total, seolah dalam tubuhnya dikendalikan remote kontrol yang bisa mengatur tingkah lakunya sesuai kebutuhan.

Orang-orang seperti ini mungkin tidak pernah menyadari bahwa bisa menutupi apa yang kita lakukan dari mata orang lain, tetapi tidak dapat ditutupi dari mata Tuhan. "Karena segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan segala langkah orang diawasi-Nya." Jadi segala jalan orang terbuka di hadapan Tuhan. Kita tidak dapat memiliki dua sisi kehidupan yang berbeda. Sebab hidup sepenuhnya adalah milik Tuhan.
(Amsal 5:21)

Card image
Quote Of The Day - 13 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-13 05:01:51


Keselamatan dalam Yesus Kristus bukan hanya menyelamatkan jiwa dari api kekal, melainkan menyelamatkan karakter kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 13 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-13 05:00:04


Cara berpikir yang harus dibangun sejak dini adalah cara memandang hidup yang benar, yaitu bahwa hidup ini tidak bisa dipisahkan dari Tuhan.

Card image
MENJADI BERKAT - 13 September 2023
2023-09-13 04:56:08


Jangan sampai ada kebahagiaan yang melampaui kebahagiaan kita akan Tuhan. Kalau kita menjadi kekasih Tuhan, kita tidak minta tolong apa-apa pun, Tuhan pasti menolong. Tuhan pasti membela kita karena kita adalah anak kesukaan, anak kesayangan Tuhan. Jadi yang pertama, jangan memberontak kepada Tuhan, yaitu dengan hidup suci. Jaga perkataan, perbuatan, seluruh perilaku hidup kita. Yang kedua, jadikan Tuhan sebagai kebahagiaan hidup satu-satunya. Kebahagiaan yang lebih dari segala kebahagiaan, sehingga kita rela kehilangan siapa pun dan apa pun, asal tidak kehilangan Tuhan.

Namun, ini penting untuk kita ketahui bahwa Tuhan bertindak sesuai dengan jadwal-Nya. Jadi, jangan berpikir bahwa kita bisa mengatur Tuhan. Kalau kita sudah berusaha hidup suci dan mencintai Tuhan lebih dari apa pun dan siapa pun, maka Tuhan menggarap kita. Bagaimana menjadikan kita sebagai anak-anak yang berkualitas melalui masalah-masalah hidup yang kita hadapi. Saat ini, pasti ada di antara kita yang punya masalah-masalah berat. Rasanya langit hidup sudah hampir rubuh, bahkan rubuh. Ingat, tidak ada sesuatu yang boleh kita katakan rubuh.

Selama kita masih bersama dengan Tuhan, kita masih eksis, kita masih hidup. Kita percaya bahwa kita dipelihara Tuhan, dengan pemeliharaan-Nya yang sangat sempurna. Jadi, kalau kita ada dalam keadaan terancam dan rasanya hancur, percayalah itu hanya ‘nyaris.’ Tuhan sering mengizinkan kita dalam keadaan seperti itu. Seperti bangsa Israel yang sengaja dibawa Tuhan di pantai laut Kolsom. Mereka berjalan sesuai dengan petunjuk Tuhan. Namun, tentara Firaun masih bisa mengejar, mereka tidak bisa lari ke kanan atau ke kiri karena perbukitan terjal tinggi, kecuali tenggelam ke laut Teberau.

Mengapa Tuhan mengizinkan hal itu? Karena Tuhan mau menunjukkan kemuliaan-Nya. Seperti Tuhan sengaja membawa bangsa Israel ke tempat di mana tidak ada air. Tuhan mau menunjukkan kemuliaan-Nya. Jadi, kalau Tuhan membawa kita ke dalam satu situasi yang kita rasanya akan hancur, itu hanya nyaris. Tuhan pasti akan memedulikan kita. Tidak bisa tidak, Tuhan tidak mungkin tidak membela kita. Tuhan itu bukan saja baik, tetapi sangat baik. Jadi, kalau kita sudah hidup suci, kita mencintai Tuhan dengan benar, jalan saja; kita pasti aman.

Tuhan menjadikan keadaan-keadaan yang sulit itu untuk mendewasakan kita. Namun, ingat, jangan memaksakan waktu dan cara yang kita mau. Bagian kita adalah hidup suci dan menjadikan Tuhan kebahagiaan. Di luar itu, biar Tuhan yang beracara; bukan kita. Dua hal ini akan menggiring kita ke Rumah Bapa dan itu adalah nilai yang tinggi sekali, tak bisa diukur oleh apa pun. Lalu kita mau mencintai Tuhan lebih dari mencintai siapa pun dan apa pun. Kita harus terus kembangkan itu dalam diri kita. Nanti Tuhan akan menjadi lebih nyata dalam hidup kita.

Kalau Tuhan kita rasakan lebih nyata, hati kita semakin kuat. Ketika kita menghadapi persoalan-persoalan berat, ancaman-ancaman yang nyaris membuat kita jatuh, tetapi kita tidak akan jatuh, karena Tuhan genggam tangan kita, Tuhan akan melindungi dan menjagai kita. Percayalah. Satu hal yang indah sekali adalah ketika kita nanti melihat pertolongan Tuhan pada waktunya. Kita akan melihat bukti pertolongan Tuhan, yaitu waktu Tuhan membela kita. Pada saat itu, kita merasa berutang.

Kita merasa berutang kebaikan, sampai merasa berutang kehidupan. Kalau sudah merasa berutang, kita tidak lagi berurusan dengan Tuhan hanya untuk meminta berkat, untuk mengeksploitasi Tuhan atau memanfaatkan Tuhan. Sekarang kebalikannya, kita yang mau dimanfaatkan oleh Tuhan. Tadinya kita selalu hanya mengharapkan pembelaan dari Tuhan, tetapi sekarang yang kita lakukan, kita membela Tuhan. Dari menuntut pembelaan Tuhan, sekarang kita memberi pembelaan untuk Tuhan.

Sejatinya, Tuhan tidak butuh tenaga kita. Namun, dalam anugerah-Nya, Tuhan berkenan memberikan kepada kita kesempatan untuk melayani dan membela Tuhan. Ini yang luar biasa. Kesempatan seperti ini adalah kesempatan yang tidak pernah akan terulang selama-lamanya, jika kita tidak memanfaatkannya. Jadi, setelah kita hidup suci, kita menjadikan Tuhan kebahagiaan kita, kita menjadi kekasih Tuhan, pasti Tuhan membela. Setelah Tuhan membela, kita merasa berutang. Berutang kebaikan dan pembelaan Tuhan. Kalau kita sudah berutang pembelaan Tuhan, maka kita sekarang akan ganti membela Tuhan.

Cara membela Tuhan adalah dengan menjadi berkat bagi orang di sekitar kita, yang kepada mereka, kita memancarkan kemuliaan Allah. Hal ini menjadi kebahagiaan hati Tuhan, kalau diri-Nya dipancarkan di dalam dan melalui hidup kita. Dengan cara demikian, kita melayani Tuhan, yaitu melayani perasaan-Nya. Tuhan mau menjangkau, menjamah orang-orang di sekitar kita melalui kita, di dalam hidup kita. Ingat, ini adalah kesempatan yang berharga. Jika kita melakukannya, maka kita menjadi orang yang layak disambut dalam kemuliaan bersama dengan Tuhan Yesus nanti.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

CARA MEMBELA TUHAN ADALAH DENGAN MENJADI BERKAT BAGI ORANG DI SEKITAR KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 September 2023
2023-09-13 04:51:34

Daniel 4-6

Card image
Truth Kids 12 September 2023 - AKU BERHARGA
2023-09-12 05:32:37


Amsal 14:31
“Siapa menindas orang yang lemah, menghina Penciptanya, tetapi siapa menaruh belas kasihan kepada orang miskin, memuliakan Dia.”

Thomas menangis tersedu-sedu di sekolah. Ibu guru yang melihat hal tersebut langsung mendekatinya dan bertanya, “Thomas, kenapa kamu menangis?” Dengan sedih Thomas menceritakan perlakuan teman-teman kepadanya. “Bu, mereka bilang aku gendut dan hitam. Aku malu, Bu. Mereka berkata kasar kepadaku.” Ibu guru mengerti perasaan Thomas dan memegang bahunya dengan lembut, “Sabar, ya, Thomas. Kita tidak bisa meminta orang sama seperti kita. Kadang memang ada anak-anak yang perkataannya kasar dan melukai. Mungkin dia sering dimarahi di rumah. Atau dia memang tidak tahu bahwa itu perbuatan yang salah. Sabar, ya, Nak.” ujar ibu guru.

Kemudian ibu guru melanjutkan, “Thomas harus tetap ingat bahwa kamu berharga di mata Tuhan. Kalau mereka menghina kamu sebenarnya tanpa sadar mereka menghina Penciptamu, yaitu Tuhan. Tuhan sayang sekali dengan Thomas. Tetapi Iblis ingin membuat Thomas percaya bahwa kamu tidak berharga, sehingga Thomas tidak bisa melihat kebaikan yang Tuhan sudah berikan kepadamu. Jangan terpengaruh, ya. Ingat, Tuhan sayang kamu dan kamu berharga di mata Tuhan.” tegas ibu guru.

“Kalau mereka menghina kamu lagi, kamu harus bilang ke mereka; aku ini ciptaan Tuhan sama seperti kamu, kalau kamu menghina aku maka kamu menghina Tuhan. Nanti Ibu juga akan panggil dan tegur teman-teman yang sudah menghina kamu.” Thomas melihat gurunya dan sudah tidak menangis lagi. Hatinya terhibur dengan perkataan gurunya tersebut. Sekarang ia tahu, apapun keadaan dirinya, Tuhan sayang kepadanya dan dia berharga di mata Tuhan.

Card image
Truth Junior 12 September 2023 - STOP BULLYING
2023-09-12 05:31:04


Amsal 14:31
“Siapa menindas orang yang lemah, menghina Penciptanya, tetapi siapa menaruh belas kasihan kepada orang miskin, memuliakan Dia.”

Sobat Junior, apakah kalian pernah mendengar kata “bullying?” Kalian tahu tidak, artinya bullying? Bullying atau perundungan adalah segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus-menerus.

Tidak baik, ya, Sobat Junior jika mem-bully teman–teman, karena Tuhan tidak senang dengan sikap seperti itu. Banyak anak-anak seusia kalian yang hari-hari ini mengalami depresi. Apa itu depresi? Depresi itu keadaan yang membuat diri kita tertekan, dan akhirnya bisa mengalami gangguan jiwa. Kasihan, kan, Sobat Junior? Maka dari itu, mari kita gunakan mulut kita untuk berkata-kata yang membawa berkat, berkata tentang firman Tuhan, dan tidak berkata kasar dengan mulut kita, apalagi mem-bully orang lain.

Ingatlah firman Tuhan yang terdapat dalam Amsal 13:3, “siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan.” Mari kita sama–sama praktik, ya, Sobat Junior. Jagalah mulut kita, agar tidak dipakai untuk mengeluarkan perkataan yang tidak sesuai dengan firman Tuhan. Jika kalian pernah melakukan bullying kepada teman, jangan lupa minta maaf, ya.

Card image
Truth Youth 12 September 2023 (English Version) - UNTIL THE END
2023-09-12 05:29:08


"Everyone who competes in the games goes into strict training. They do it to get a crown that will not last, but we do it to get a crown that will last forever." (1 Corinthians 9:25)

In life's journey filled with challenges, integrity is crucial, especially in self-control. Just like athletes strive for peak performance, we must also master self-control to effectively navigate this race of life.

1 Corinthians 9:25 reminds us, "Everyone who competes in the games goes into strict training. They do it to get a crown that will not last, but we do it to get a crown that will last forever." This verse urges us to recognize that we're not just spectators but participants in the race of life. With integrity, we're called to exercise self-control, making choices that align with our values and aspirations.

Self-control doesn't mean rejecting life's pleasures; rather, it empowers us to make wise decisions. In a world brimming with distractions, the ability to say "no" to instant gratification can steer us towards long-term success. Imagine an athlete resisting temptations, enduring rigorous training for victory. Similarly, self-control enables us to stay focused on our goals, even amidst challenges.

Adolescence is a time of discovery, where the temptation to follow impulses can be strong. Yet, as we practice self-control, we lay a strong foundation for our future. We experience deferred satisfaction and understand that each decision molds us into someone meaningful.

So, let's equip ourselves with the shield of integrity and self-control. Remember, we're running a race with purpose, where every step holds significance. Through each choice, big or small, we honor our commitment to live with integrity. As teenagers aspiring for unwavering excellence, let's run this race with perseverance and finish magnificently.

WHAT TO DO:
1. Commit to integrity.
2. Evaluate our integrity daily.
3. Exercise self-control in all things.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 31-32

Card image
Truth Youth 12 September 2023 - UNTIL FINISH
2023-09-12 05:26:40


"Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi." (1 Korintus 9:25)

Dalam perjalanan hidup yang penuh tantangan, integritas adalah hal yang penting untuk kita miliki, terutama dalam pengendalian diri. Seperti atlet yang berusaha untuk mencapai puncak prestasi, kita juga harus menguasai pengendalian diri agar dapat menjalani perlombaan hidup ini dengan efektif. 1 Korintus 9:25 mengingatkan kita, “Setiap orang yang berkompetisi dalam perlombaan, menahan diri dalam segala sesuatu. Mereka melakukannya untuk mendapatkan sebuah mahkota yang fana, tetapi kita melakukannya untuk mendapatkan sebuah mahkota yang kekal.” Ayat ini mendorong kita untuk menyadari bahwa kita bukan hanya penonton, tetapi peserta dalam perlombaan hidup ini. Dengan integritas, kita dipanggil untuk menjalani pengendalian diri, yaitu membuat pilihan-pilihan yang sejalan dengan nilai dan aspirasi kita.

Pengendalian diri bukan berarti menolak kenikmatan hidup, melainkan memberi kita kekuatan untuk membuat keputusan bijaksana. Di dunia yang penuh dengan distraksi, kemampuan untuk berkata “tidak” terhadap kepuasan instan dapat mengarahkan kita pada kesuksesan jangka panjang. Bayangkan seorang atlet yang menahan diri dari godaan, menjalani latihan yang keras demi kemenangan. Demikian pula, pengendalian diri akan memungkinkan kita fokus pada tujuan kita, bahkan di tengah tantangan.

Remaja adalah masa penemuan, di mana godaan untuk mengikuti dorongan dapat begitu kuat. Namun, ketika kita berlatih mengendalikan diri, maka kita membangun dasar yang kuat untuk masa depan kita. Kita menerima kepuasan yang ditunda dan memahami bahwa setiap keputusan membentuk kita menjadi seseorang yang berarti.

Jadi, mari kita lengkapi diri kita dengan tameng integritas dan pengendalian diri. Mari ingat bahwa kita menjalani perlombaan dengan tujuan, di mana setiap langkah memiliki arti. Melalui setiap pilihan, yang besar atau kecil, kita menghormati komitmen kita untuk hidup dengan integritas. Sebagai remaja yang berusaha untuk keunggulan yang tak goyah, mari kita jalani perlombaan ini dengan ketekunan dan selesaikan dengan gemilang.

WHAT TO DO:
1. Memulai komitmen untuk berintegritas
2. Evaluasi setiap hari integritas yang kita mulai
3. Kendalikan diri dalam segala hal

BIBLE MARATHON:
▪︎Yeremia 31-32

Card image
Renungan Pagi - 12 September 2023
2023-09-12 05:23:32


Janji yang paling sering didengungkan dalam banyak pengajaran di gereja-gereja Tuhan pada umumnya adalah Tuhan memberikan jaminan kemenangan bagi umat-Nya, bahkan menyatakan bahwa kita adalah umat pemenang dan posisinya lebih dari pemenang.

Tetapi mengertikah arti dari kata "pemenang" itu sesungguhnya? Seorang layak disebut pemenang jika dia telah berjuang mengalahkan apa yang menjadi rintangan dan tantangannya hingga dia menjadi juara, pribadi yang sanggup mengungguli lawan-lawannya.

Bagaimana mungkin kita menyebut diri pemenang namun belum pernah berjuang, dan tidak pernah mengalahkan tantangan dan lawan-lawannya. "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia."

Jadi pemenang atas pencobaan tujuannya adalah supaya kita tahan uji sehingga dipantaskan menerima mahkota kehidupan. Sebagaimana Tuhan Yesus Kristus telah menang, atas dosa dan maut, dengan perjuangan dan pengorbanan-Nya yang besar di kayu salib karena DIA mengasihi kita.

Demikianlah kita akan meraih kemenangan dan layak mendapatkan mahkota kehidupan jika berjuang dan berkorban melakukan seluruh kehendak Tuhan yang benar dengan ketaatan karena kita mengasihi DIA.
(Yakobus 1:12)

Card image
Quote Of The Day - 12 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-12 05:20:59


Kita tidak boleh hanya sekadar menjadi baik sebagai orang beragama, tetapi harus mengalami sentuhan Roh Kudus yang membawa kita kepada perubahan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 12 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-12 05:18:36


Bicara mengenai hati yang menyembah, sebenarnya bukan hanya bicara mengenai waktu kita di gereja menyanyikan lagu rohani atau mengucapkan kalimat-kalimat penyembahan, melainkan kualitas hati atau perasaan kita setiap saat.

Card image
A LIFE PLEASING TO GOD - 12 September 2023 (English Version)
2023-09-12 05:16:18


Sometimes in life, we or many people feel that God does not protect them. Especially when we are afflicted with many troubles, there is no help from God. We have spent many hours praying, yet we cannot see His help, mainly when the afflictions are seen to be threatening and dragging on for a long time, as well as when we suffer many injustices, losses, and injuries. We may feel that God is not here to protect us. We have prayed, but He has not acted, and yet, those who injure us seem to get even stronger, even to the point of being defended by many parties, while we feel as if we are being cornered with no way out. 

God would never not hear our prayers. He is merciful towards all people. However, do we deserve His mercy? God cannot be treated by any beings as they please. He is the Glorious God who limits Himself within His own rules and orders, and He cannot, and will not, act outside these boundaries. The Lord said in Isaiah 59 that sin separates God from His people. Therefore, how can we receive His protection when our life displeases Him? If God gives whatever is asked by a person who lives according to their own will and is injurious towards others, then He must be enslaved by and under the control of such a person. This is impossible.

For new Christians, God considers their spiritual immaturity and unrefined characters when dealing with their wrongdoings. Therefore, at times, God still protects and defends them. However, those who should have reached spiritual maturity yet choose rebellion and hostility toward God do not deserve God’s protection, defense, and mercy. God cannot be taken advantage of. Although God may provide us all benefits in the world, and He is above all, He cannot be exploited. His order regulates God’s actions.

Therefore, we must be righteous if we desire God’s protection and defense. Our lives must be pleasing to Him. To deserve His blessings, protection, and mercy, we must remember this: God cannot be exploited. We cannot take advantage of nor exploit God as we please. But we are His beloved if our life is pleasing in His sight. He will surely rescue us from our troubles even when we do not pray for them. Thus, stop rebelling against God. Stop sinning against Him. Draw near to God and live a holy and righteous life if we are now in a situation, threatening, without any way out. Then, let Him be our only joy and happiness. 

We are grateful when we are faced with many afflictions when we are brought into situations where there is no apparent way out. There should be no happiness and joy apart from God. Then, we will draw near to God and enjoy Him. This is a true blessing. Some people must experience such afflictions before they let God be their only happiness and joy and share a spiritual journey where God is their sole happiness and joy. God desires nothing for us but this: that He is our only joy. Other sources of joy, whether it is a life free from troubles, a peaceful life, or even a comfortable life on this earth, will only lead us to hell. Idolatry is a result of the inability of a person to have God as their only joy and heaven as their hope and destination.

A husband can be our idol. There is nothing wrong with having a good husband who loves God and his family. But, if we cherish the excellent husband more than we cherish God, deem the good husband is enough for us, or desire his companion on this earth more than God’s, then we have fallen into idolatry. We may also idolize our children by spending all our time, thoughts, and efforts on them that we have no time to spend on God. I’m afraid that’s not right. Surely, we should spend our time, thoughts, and energy on our children, but to first spend them on God is indispensable. Even parents can be idols. Anything that brings us the most happiness and joy is our idol.

This attitude is not fitting for God’s children. For this reason, Jesus said, “If anyone comes to me and does not hate father and mother, wife and children, brothers and sisters, even their own life, such a person cannot be, is not worthy for Me.” Therefore, our love for God must exceed our love for others. Our desire for God must exceed our desire for others. We must be committed to God in such a way that shows righteous love towards Him.

  IF WE LIVE PLEASINGLY TO GOD, WE DON'T NEED TO ASK FOR HELP; GOD WILL HELP US BECAUSE WE ARE HIS BELOVED.

Card image
HIDUP BERKENAN - 12 September 2023
2023-09-12 05:12:41


Dalam kehidupan, sering kita merasa atau ada banyak orang merasa Tuhan tidak membela dirinya. Hal itu terjadi ketika kita ada di dalam satu persoalan dan Tuhan tidak kunjung menolong. Kita sudah berdoa, sudah minta tolong kepada Tuhan, tetapi Tuhan tidak kunjung menolong. Apalagi kalau kita menghadapi keadaan yang benar-benar mengancam nyawa dan kehidupan, lalu keadaan itu berlarut-larut. Hal inilah yang membuat kita merasa Tuhan tidak membela kita atau ketika kita diperlakukan tidak adil; orang menjahati diri kita, dirugikan, dilukai, dll. Kita berdoa, tetapi Tuhan seakan-akan tidak bertindak apa-apa. Orang yang menyakiti kita malah kelihatan lebih kuat, lebih dibela orang, dianggap benar oleh orang, sementara kita tersudut atau terpojokkan.

Tuhan tidak pernah tidak mendengar doa kita. Tuhan adalah Tuhan yang membelaskasihani orang. Masalahnya, apakah kita layak dibelaskasihani oleh Tuhan? Tuhan bukanlah Pribadi yang bisa diperlakukan suka-suka manusia. Tuhan adalah Pribadi Agung yang memiliki tatanan. Dia tidak bertindak di luar tatanan dan aturan-Nya. Tuhan berfirman dalam Yesaya 59 bahwa yang menjadi pemisah antara Allah dan umat adalah dosa. Jadi, bagaimana kita bisa menerima pembelaan Tuhan kalau kita hidup tidak berkenan di hadapan Tuhan? Kalau orang yang hidup sewenang-wenang dan kejam terhadap sesama, lalu minta perlindungan Tuhan dan dengan mudahnya Tuhan melindungi, berarti Tuhan diperbudak oleh orang-orang ini. Tuhan bisa dibawahi oleh orang-orang jahat ini. Orang-orang jahat ini dikendalikan oleh Iblis. Maka, jelas tidak mungkin.

Memang ada orang-orang Kristen baru yang karakternya masih buruk, tetapi Tuhan bisa memberikan pembelaan walaupun dia masih tidak dewasa bahkan melakukan kesalahan. Namun, karena ketidakdewasaan. Kalau sudah dianggap mestinya dewasa, tetapi ia masih tidak hidup berkenan kepada Allah, kehidupannya memberontak dan melawan Allah, maka ia tidak layak dilindungi, tidak layak dibela, tidak layak dibelaskasihani. Tuhan tidak bisa dimanfaatkan. Tentu Tuhan lebih dari bermanfaat. Tuhan itu segalanya di dalam hidup kita. Namun, Tuhan tidak bisa dipermainkan atau diperalat. Tuhan punya aturan, punya format baku dalam bertindak.

Jadi, kalau kita mau dibela oleh Tuhan, maka kita harus hidup benar, hidup berkenan di hadapan Tuhan. Supaya layak diberkati, layak dilindungi, layak dibelaskasihani oleh Tuhan, ingat kalimat ini: Tuhan tidak bisa diperalat. Kita tidak bisa memanfaatkan, mengeksploitasi Tuhan sesuka kita. Namun, kalau kita hidup berkenan di hadapan Tuhan, kita tidak meminta pertolongan pun akan ditolong Tuhan, karena kita adalah kekasih Tuhan. Jadi, jangan memberontak. Jangan berbuat dosa. Kita yang sekarang dalam keadaan terjepit, tersudut dalam persoalan, dalam ancaman, merapatlah kepada Tuhan, dan hiduplah di dalam kekudusan dan kesucian. Selanjutnya, jadikan Tuhan kebahagiaan kita satu-satunya.

Kita bersyukur kalau menghadapi masalah, sampai kita dibawa ke situasi yang memang tidak ada jalan keluar, tidak ada kebahagiaan selain Tuhan. Lalu kita merapat kepada Tuhan, dan bisa menikmati Tuhan. Ini adalah berkat, sebenarnya. Ada orang-orang yang harus diperlakukan seperti itu, baru ia bisa menjadikan Tuhan kebahagiaan dan bisa memiliki pengalaman spiritualitas atau pengalaman rohani di mana Tuhan menjadi kebahagiaannya. Ini yang sebenarnya Tuhan kehendaki dalam hidup kita, yaitu Tuhan menjadi kebahagiaan kita. Sebab kalau kebahagiaan kita itu hidup tanpa masalah, hidup dalam ketenangan, hidup dalam kenyamanan di bumi ini, kita bisa masuk neraka. Kalau seseorang tidak merasa Tuhan sebagai kebahagiaannya dan surga sebagai tujuan pengharapan, ia akan memberhalakan sesuatu.

Suami, bisa jadi berhala. Tidak salah memiliki suami yang baik, yang cinta Tuhan, mencintai keluarga. Namun, kalau dengan keadaan suami yang begitu baik lalu jadi tidak lagi menghargai Tuhan, merasa cukup dengan suami, dan rasanya ingin hidup seribu tahun di bumi dengan suami yang baik seperti itu, artinya dia memberhalakan suami. Anak juga bisa menjadi berhala. Begitu fokus ke anak, sampai tidak memiliki waktu untuk Tuhan. Ini salah. Fokus ke anak itu mutlak, harus, tetapi fokus untuk Tuhan harus lebih mutlak. Orangtua juga bisa jadi berhala. Jadi, kalau kita merasa bahagia dan kebahagiaan itu menjadi puncak kebahagiaan kita, berarti kita memberhalakan sesuatu itu.

Hal ini adalah hal yang tidak pantas bagi anak-anak Allah. Itulah sebabnya Yesus berkata, “Kalau kamu tidak membenci ayahmu, tidak membenci ibumu, tidak membenci saudaramu laki-laki dan perempuan bahkan nyawamu sendiri, kamu tak dapat, kamu tidak layak bagi-Ku.” Jadi, kecintaan kita kepada Tuhan harus melebihi kecintaan kita kepada siapa pun dan apa pun. Ketertarikan kita dengan Tuhan harus melebihi ketertarikan kita terhadap apa pun dan siapa pun. Kita harus terikat dengan Tuhan begitu rupa, karena itu adalah cara mengasihi Tuhan dengan benar.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA HIDUP BERKENAN DI HADAPAN TUHAN, KITA TIDAK MEMINTA PERTOLONGAN PUN AKAN DITOLONG TUHAN, KARENA KITA ADALAH KEKASIH TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 12 September 2023
2023-09-12 05:08:07

Daniel 1-3

Card image
Truth Kids 11 September 2023 - KASIH TAK BERSYARAT
2023-09-11 10:36:25


Mazmur 117:2
“Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!”

Sobat Kids, apakah kalian sayang papa dan mama? Tentu saja sayang, ya, jawabannya. Anak-anak sangat sayang kepada orangtuanya. Papa dan mama adalah orang pertama yang memperkenalkan tentang kasih. Mereka menjaga dan merawat kalian. Orangtua tidak akan membiarkan anak-anaknya terluka. Kasih sayang itu yang membuat anak-anak sangat sayang dengan orangtuanya. Tidak peduli papa dan mama itu kaya atau miskin, cantik atau jelek. Apapun keadaan papa dan mama, seorang anak akan tetap sayang tak bersyarat. Maksud dari tak bersyarat adalah sayang tanpa mengharapkan sesuatu dari orangtua.

Awal tahun ini banyak pemberitaan di TV dan media sosial mengenai seorang anak yang merawat ibunya. Ibunya ini mengalami gangguan jiwa, maksudnya pikirannya tidak bisa berpikir seperti manusia normal. Jadi anak tersebut harus menyuapi ibunya, menjaga ibunya, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Anak itu melakukan semuanya karena rasa sayangnya kepada ibunya. Walaupun ibunya tidak bisa membalas rasa sayang anaknya (karena sedang sakit jiwa), anak tersebut tetap merawat ibunya tanpa mengharapkan apapun.

Yuk, Sobat Kids, kita lebih menyayangi orang tua kita. Kita berikan kasih yang tak bersyarat kepada orang tua dan Tuhan yang telah lebih dahulu menyayangi kita.

Card image
Truth Junior 11 September 2023 - KASIH SEJATI
2023-09-11 10:32:27


Mazmur 117:2
“Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!”

Sobat Junior masih ingat, kan, ayat Alkitab yang mengatakan “karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, maka Allah Bapa memberikan anak-Nya yang Tunggal, Tuhan Yesus Kristus supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa tetapi akan beroleh hidup yang kekal?” Kasih Allah Bapa kepada kita anak-anak-Nya begitu besar. Walaupun kita kadang masih dosa, Allah tetap memberikan pengampunan kepada kita, anak-anak-Nya yang Dia kasihi. Itulah kasih sejati. Kalian tahu tidak, artinya kasih sejati? Kasih sejati itu adalah kasih yang diberikan tanpa syarat atau kasih yang tidak bersyarat. Allah mau kita memiliki hati seperti hati-Nya yang penuh dengan kasih tidak bersyarat. Hmmm… seperti apa, ya, kasih tidak bersyarat itu?

l Ada seorang anak bernama Michael. Dia duduk di kelas 5 SD. Terkadang di sekolah Michael mendapat perlakuan yang tidak baik dari teman-temannya karena Michael tidak mau ikutan bermain game online bersama mereka. Michael sering diejek oleh teman-temannya, tetapi Michael selalu mengampuni teman-temannya dan tidak marah. Ternyata sikap Michael ini diperhatikan oleh guru di sekolah. Gurunya pun bertanya, “Mengapa kamu tidak membalas perlakukan teman-temanmu? Kenapa kamu tidak marah? Lalu Michael menjawab, “Tuhan mengajarkan saya untuk selalu mengampuni, Bu. Tidak boleh membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi melawan kejahatan dengan kebaikan.

“Dalam Roma 12:17 dikatakan: ‘Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang.’ Jadi saya mau belajar untuk melakukan yang Tuhan suruh, Bu.” Ibu guru senang sekali dengan sikap Michael. Michael sudah menunjukkan kepada teman-temannya kasih sejati seperti kasih Tuhan Yesus kepada kita, kasih yang tidak bersyarat! Mari kita sama-sama praktikkan, ya, Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 11 September 2023 (English Version) - THE KEY TO LIFE
2023-09-11 10:24:15


"A man without self-control is like a city broken into and left without walls." (Proverbs 25:28)

If we want to enter a house, enjoy sitting on a comfortable sofa, watch TV, play with pets, and more, we definitely need to unlock the front door with a key. Without unlocking it, we can't access all the facilities inside the house. So, we need the house key to enjoy everything it offers. Similarly, when it comes to self-control, there's a primary key we can use to control many aspects of our lives.

In the Bible, this key is referred to as the "tongue" or "mouth." Unbeknownst to us, much evil originates from a person's tongue or what they say. Aside from being used as a taste organ for eating, the tongue and mouth can indirectly control one's desires, actions, behaviors, way of speaking, and much more. Even cases of murder can happen due to misunderstandings between different groups when they can't control what comes out of their mouths.

Think of a horse's bit—a small piece in its mouth. With that small bit, the rider can guide and control the entire horse's body. Similarly, with our tongue and mouth, self-control allows us to make choices that align with our values and aspirations. Self-control doesn't mean rejecting life's pleasures; it empowers us to make wise decisions. In a world filled with distractions, the ability to say "no" to instant gratification can lead us to long-term success. Imagine an athlete resisting temptations, enduring tough training for victory. Likewise, self-control enables us to focus on our goals, even amidst challenges.

Teenage years are a period of discovery, where the temptation to follow impulses can be strong. However, when we practice self-control, we lay a strong foundation for our future. We experience delayed gratification and understand that each decision shapes us into someone meaningful.

So, let's equip ourselves with the shield of integrity and self

WHAT TO DO:
1. Start a commitment to integrity.
2. Regularly evaluate the integrity we've started.
3. Exercise self-control in all things.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 28-30

Card image
Truth Youth 11 September 2023 - KUNCI KEHIDUPAN
2023-09-11 10:21:07


Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya." (Amsal 25:28).

Jika kita ingin masuk ke dalam rumah, menikmati duduk di sofa yang nyaman, menonton TV, bermain dengan hewan peliharaan, dan lainnya, pasti kita perlu terlebih dahulu membuka pintu utama rumah tersebut dengan kunci. Jika tidak dibuka dengan kunci, kita tidak bisa mengakses seluruh fasilitas yang ada di dalam rumah tersebut. Jadi, kita memerlukan kunci rumah agar kita bisa menikmati semua hal yang disediakan di dalamnya. Begitu pula dengan perihal mengendalikan diri, ada satu kunci utama yang bisa kita gunakan agar kita bisa mengendalikan banyak aspek kehidupan kita.

Di dalam Alkitab, kunci ini disebut sebagai “lidah” atau “mulut”. Tanpa disadari, banyak kejahatan yang bersumber dari lidah manusia atau yang diucapkannya. Selain digunakan sebagai indera pengecap untuk makan, dari lidah dan mulut manusia, ia sendiri bisa mengeluarkan banyak sekali kata-kata sesuai dengan kehendaknya, apa yang ingin ia ucapkan dan tidak. Lidah dan mulut manusia secara tidak langsung dapat mengontrol dirinya sendiri, hawa nafsunya, tindakannya, tingkah lakunya, caranya bertutur dan masih banyak lagi. Bahkan, kasus pembunuhan dapat terjadi hanya karena selisih paham antar suku, ketika mereka tidak mampu mengontrol apa yang keluar dari mulut mereka sendiri.

Seumpama kekang yang ada pada mulut kuda, oleh karena kekang kecil itulah seluruh tubuhnya justru bisa diarahkan dan dikendalikan oleh kusir. Begitu pula dengan lidah dan mulut manusia. Pengendalian diri tersulit bukan ketika kita berbuat baik saja, melainkan ketika kita mengontrol apa yang kita katakan, karena mulut kitalah yang menjadi kunci kehidupan yang berkualitas agar menjauh dari segala jenis dosa. Masalahnya sekarang adalah, apakah kita mau menyadari ini dan melakukannya? Tidak mudah memang, tapi dapat dilalui jika kita berkomitmen dan terus berproses.

WHAT TO DO:
1. Menyadari bahwa mengendalikan lidah atau mulut kita adalah kunci dari kehidupan yang berkualitas.
2. Berkomitmen dan terus berproses mengontrol apa yang diucapkan dan dilakukan.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yeremia 28-30

Card image
Renungan Pagi - 11 September 2023
2023-09-11 10:18:20


Banyak orang kristen ketika menginjili orang lain selalu memakai iming-iming bahwa saat menerima Yesus menjadi Tuhan dan Juruselamat, maka hidup kita akan diberkati secara ekonomi, keluarga dipulihkan, tidak akan susah lagi dalam hidup sehingga menarik banyak orang menjadi kristen bukan untuk mengikut Kristus tetapi untuk bebas dari kesulitan dan masalah hidup.

Berkat bagi mereka adalah ketika Tuhan menyelesaikan perkara-perkara jasmaniah dan diberkati secara finansial. Yang sebenarnya adalah Tuhan Yesus Kristus tidak menawarkan keselamatan sebagai jalan untuk bebas dari kesulitan hidup, sembuh dari sakit, dan akan meraih sukses secara finansial.

Yang Tuhan berikan adalah Nyawa-Nya sendiri sebagai tebusan atas dosa-dosa kita, dan memberikan Hidup-Nya sendiri sebagai gaya hidup baru yang harus kita ikuti hingga sampai pada tujuan hidup kekristenan yaitu menjadi serupa dengan Tuhan Yesus.

"Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." Itulah janji berkat yang Tuhan berikan, apa yang telah dicuri oleh iblis yang mencoba membunuh iman dan membinasakan, di pulihkan oleh Tuhan, jika memahami perkataan Tuhan Yesus dengan benar maka kita tidak akan pernah kecewa.
(Yohanes 10:10)

Card image
Quote Of The Day - 11 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-11 10:00:56


Orang yang menyadari bahwa pasti ada akhir dari perjalanan hidupnya, akan memiliki hati yang bijaksana.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 11 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-11 09:59:35


Kalau kita menjadi domba yang baik, kita harus memiliki kerinduan untuk meneguk air, yaitu Tuhan sebagai air kehidupan.

Card image
FAITHFUL PROMISE - 11 September 2023 ( English Version)
2023-09-11 09:57:50


John 21:15-17 says, “When they had finished eating, Jesus said to Simon Peter, “Simon son of John, do you love me more than these?” “Yes, Lord,” he said, “you know that I love you.” Jesus said, “Feed my lambs.” Again, Jesus said, “Simon, son of John, do you love me?” He answered, “Yes, Lord, you know that I love you.” Jesus said, “Take care of my sheep.” The third time he said to him, “Simon, son of John, do you love me?“

Just like a pair of brides who make their wedding vows in front of a pastor, the bridegroom says out loud, “I accept you as my wife, both in joy and sorrow, in abundance and poverty, in health or sickness, and faithful to you as long as I live.” There is no intention for both of them to be unfaithful. Have we ever convinced God that we love Him and remain faithful? Not many have the intention to convince their love for God. However, if people love God, they will not be afraid to be faithful to Him.

We have flesh that can sin and still have sinful desires. However, we don’t want to hurt God because He is our life. We will not give the flesh a chance to sin. So, if we are still afraid or doubtful as if there is life outside God, there is happiness outside Him, then our love for Him is not true and proper. Being a child of God is superior to being a government official. The position as an official is only temporary, while as children of God is eternal.

So, choose God and move our love to Him. Then, we want to develop that love dynamically, walk with Him truly, and don’t sin. Our flesh wants to be satisfied, but we choose to kill it, and if it insists, we say “no.” Sin wants to make us addicted, so do not let us be addicted to sin and be in debt to the flesh. We owe the spirit to please God, so now, we want to think about what is God’s pleasure. People whose hearts love God, their love is getting whole day by day, and the more mature our love, the more God has us. How can God possess us? If we surrender our hearts entirely to Him. Now, we must be honest: Are idols still in our hearts?

When Jesus asked Peter, “Do you love Me, Peter?” God wanted his firmness towards God and himself. Before Jesus was crucified, Peter said: “Lord, I am ready to go with You to prison and to death.” However, apparently, it was situational; Petrus was not ready. God wanted Peter to be firm toward God and himself. As soon as Peter expressed his firmness, Jesus said, “Very truly I tell you, when you were younger, you dressed yourself and went where you wanted; but when you are old, you will stretch out your hands, and someone else will dress you and lead you where you do not want to go” (John 21:18).

We have been addicted to many inappropriate things, bound to many things, and they become idols. Our love is incomplete, and honestly, we have done wrong. Now, we want to move our hearts and love to God until we are addicted to doing the will of the Father. If we become lovers of God like this, then we will be special before Him. Remember how Abraham became God’s lover, and he was so cared for. Abraham was special, so God remembered his posterity.

God remembered the covenant with His friend Abraham. Why? Because Abraham was willing to give the best he had, the one he loved the most: Isaac. We never read that Abraham negotiated with anyone in the Bible, and it was great. He valued God more than anyone else. Are there Isaacs in our lives that must be sacrificed? The Isaac could be fleshly desires, hobbies, money, desires, and goals. God is great, rich, and awesome. What do we need that God cannot fulfill? So, why don’t we dare to decide to love God?

We don’t know what the future will be like, but if we love God, we say, ” I offer my tomorrow, week, month, year, and my whole life. The important thing is to please You.” However, on average, we are still worldly, unsure whether heaven is more beautiful. Our hearts are still bound in the world. Therefore, we have to untie the bondage.  

PEOPLE WHO TRULY LOVE GOD ARE NOT AFRAID TO PLEDGE FAITHFUL TO GOD.

Card image
BERJANJI SETIA - 11 September 2023
2023-09-11 09:55:42


Yohanes 21:15-17, “Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?”

Sebagaimana sepasang kekasih yang mengucapkan janji pernikahan di depan pendeta, dengan lantang ia berkata, “Aku menerima engkau sebagai istriku, baik dalam suka dan duka, dalam kelimpahan maupun kekurangan, dalam keadaan sehat atau sakit, dan setia kepadamu selama aku hidup.” Tidak terbersit pikiran untuk tidak setia. Lalu, pernahkah kita meyakinkan kepada Tuhan bahwa kita sungguh mencintai-Nya dan tetap setia? Jarang ada orang yang masuk di situasi di mana dia mau meyakinkan cintanya kepada Tuhan. Maka, kalau orang benar-benar mencintai Tuhan, pasti ia tidak takut berjanji setia kepada Tuhan.

Kita punya daging yang bisa berbuat dosa dan masih ada hasrat dosa di dalam hati. Namun, kita tidak mau melukai Tuhan, karena Tuhan adalah kehidupan kita. Kita tidak akan memberi peluang kepada daging untuk berbuat dosa. Jadi, kalau kita masih takut-takut atau ragu-ragu, seakan-akan ada kehidupan di luar Tuhan, ada kebahagiaan di luar Tuhan, maka cinta kita kepada-Nya belumlah cinta yang benar dan pantas. Menjadi anak Allah itu unggul, lebih dari menjadi seorang menteri. Jabatan sebagai seorang menteri hanya 5 tahun, tetapi sebagai anak-anak Allah, itu abadi.

Jadi, pilihlah Tuhan, ayo kita pindahkan cinta kita kepada Tuhan. Lalu kita mau berdinamika, mengembangkan cinta itu. Kita mau sungguh-sungguh berjalan bersama Tuhan. Ingat, jangan berbuat dosa. Daging kita memang senang dipuaskan, tetapi kita memilih mematikan daging. Kalau dia mendesak, kita bilang “tidak.” Sebab dosa itu pasti mencandui kita. Maka, jangan sampai kita kecanduan dosa dan berutang kepada daging. Kita berutang kepada roh untuk menyenangkan Tuhan. Sekarang kita mau memikirkan apa yang menjadi kesenangan Tuhan. Orang yang hatinya mencintai Tuhan, pasti semakin hari makin bulat. Semakin matang cinta kita, semakin kita dimiliki Tuhan. Bagaimana Tuhan dapat memiliki kita? Kalau kita menyerahkan hati kita sepenuhnya bagi Tuhan. Sekarang kita harus jujur, masih adakah berhala-berhala di dalam hati kita?

Ketika Yesus bertanya kepada Petrus, “Apakah engkau mengasihi Aku, Petrus?” Tuhan mau ketegasan Petrus terhadap Tuhan dan ketegasan Petrus terhadap dirinya sendiri. Sebelum Yesus disalib, Petrus berkata: “Tuhan, jangankan penjara, mati pun aku bersedia.” Namun, rupanya itu situasional, Petrus belum siap. Tuhan mau Petrus punya ketegasan terhadap Tuhan dan tegas terhadap dirinya sendiri. Begitu Petrus menyatakan ketegasannya, Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." (Yoh. 21:18).

Kita sudah pernah kecanduan dengan banyak hal yang tidak patut. Terikat dengan banyak hal, yang itu menjadi berhala. Cinta kita tidak utuh. Sejujurnya, kita telah berbuat salah. Sekarang kita mau memindahkan hati dan cinta kita kepada Tuhan. Sampai kita kecanduan untuk melakukan kehendak Bapa. Kalau kita menjadi kekasih Tuhan seperti ini, maka kita akan istimewa di hadapan Allah. Ingat, bagaimana Abraham menjadi kekasih Allah dan bagaimana Allah begitu memperhatikan Abraham. Betapa istimewanya Abraham, sampai anak cucunya, diingat.

Allah ingat perjanjian dengan sahabat-Nya, Abraham. Mengapa? Karena Abraham rela memberikan yang terbaik yang dia miliki, yang paling dia cintai: Ishak. Tidak pernah kita baca di Alkitab ada rundingan Abraham dengan siapa pun. Itu hebat. Dia menghargai Allah lebih dari siapa pun. Adakah Ishak-Ishak dalam hidup kita yang harus dipersembahkan? Ishak itu bisa berupa nafsu daging, hobi, uang, keinginan-keinginan dan cita-cita. Tuhan itu hebat, kaya, besar, dan dahsyat. Apa yang kita butuhkan yang Tuhan tidak bisa penuhi? Mengapa kita tidak berani mengambil keputusan mencintai Tuhan?

Kita tidak tahu hari esok bagaimana, tetapi kalau kita mencintai Tuhan, kita berkata, “Hari besok, minggu, bulan, tahun, dan seluruh hidupku, aku persembahkan. Yang penting menyenangkan Engkau.”

Namun, rata-rata kita masih duniawi. Tidak yakin surga itu lebih indah. Hati kita masih terikat di dunia. Ingat, kita harus melepaskan ikatan itu.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG BENAR-BENAR MENCINTAI TUHAN, TIDAK TAKUT BERJANJI SETIA KEPADA TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 September 2023
2023-09-11 09:51:21

Yoel 1-3

Card image
Truth Kida 10 September 2923 - DIMULAI SEJAK KECIL
2023-09-10 09:39:10


Amsal 19:20
“Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan.”

Sobat Kids, jika kita mau ahli dalam hal-hal tertentu, kita harus berlatih sejak kecil. Misalnya, jika kita ingin ahli bermain piano, kita harus mulai belajar piano sejak kecil. Mengapa? Karena otot jari anak-anak lebih lentur dibandingkan otot jari orang dewasa. Sehingga akan lebih mudah dalam mempelajari piano, Sobat Kids. Demikian juga hal apa pun yang baik, harus mulai dilakukan saat kita masih kecil, seperti kalian sekarang ini.

Sobat Kids, ayo, kita semangat untuk mulai menanamkan hal baik dan benar dalam diri kita semua. Biarlah diri kita memiliki hati yang mau diajar, baik oleh Tuhan, orangtua, atau guru. Sehingga kita bisa bertumbuh menjadi pribadi yang baik. Jika kalian mulai belajar sejak sekarang ini, pasti kalian akan menjadi anak yang bijak, yang mengerti kehendak Tuhan di masa depan nanti. Selamat belajar!

Card image
Truth Junior 10 September 2023 - AKU MAU DIBENTUK
2023-09-10 09:34:55


Amsal 19:20
“Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan."

Sobat Junior, ada kelebihan yang kalian miliki dan membuat kalian istimewa. Salah satunya adalah kalian mudah dibentuk dan dididik. Apa sih, artinya mudah dibentuk dan dididik? Secara singkat, itu berarti bahwa kalian memiliki kemampuan yang luar biasa untuk belajar dan tumbuh. Kalian bisa dengan cepat memahami pengetahuan dan keterampilan baru. Namun, untuk bisa dibentuk dan dididik, Sobat Junior harus mendengar nasihat dan menerima didikan. Hal tersebut akan membantu Sobat Junior bertumbuh menjadi orang bijak di masa depan.

Jika Sobat Junior melihat sekitar, orang yang paling banyak memberi nasihat dan didikan adalah orangtua. Kalau Sobat Junior perhatikan, mama dan papa pasti akan memberi tahu satu per satu tentang hal yang harus dilakukan, dan juga hal yang tidak boleh dilakukan. Walaupun kebanyakan anak-anak sekarang tidak mau mendengar nasihat dan didikan dari orangtua, Sobat Junior jangan menjadi demikian. Sobat Junior haruslah berbeda dengan anak-anak dunia yang tidak mau dengar-dengaran. Kalian harus menjadi anak-anak Tuhan yang bijaksana. Caranya dengan mendengar nasihat dan didikan.

Apa sih, fungsinya nasihat dan didikan? Pertama, supaya memberi tahu Sobat Junior tentang hal yang benar dan salah. Bukan hanya itu, nasihat dan didikan memberi tahu Sobat Junior tentang hal yang membuat Bapa tersenyum dan bersedih. Kedua, dengan adanya nasihat dan didikan, maka Sobat Junior akan selalu diingatkan untuk kembali berbuat benar jika lupa dan telanjur berbuat salah. Untuk itu, teruslah membuka diri kalian terhadap pengetahuan dan pengalaman baru.

Sobat Junior adalah anak-anak Tuhan yang akan membentuk dunia ini. Dengan tekad dan semangat, Sobat Junior bisa meraih segala impian dan menginspirasi orang lain di sekitarmu. Tetaplah mudah dibentuk dan dididik, dan jadilah versi terbaik dari diri Sobat Junior!

Card image
Truth Youth 10 September 2923 (English Version) -
2023-09-10 09:32:14


"Why should I pardon someone who cheats with dishonest scales or weights?" (Micah 6:11)

Humans are creatures that seem to love finding trouble. Sometimes, trouble should not even exist, yet people mischievously create problems for themselves. Strange, isn't it? Well, it's a bit different, but that's the uniqueness of humans. They search for problems, they create problems, and then they get angry at God for the "problems they created themselves." In the end, people perceive God as the source of their problems. However, God gives humans free will to choose; it's not God who chooses. It's like being given freedom, yet still misbehaving. Hahaha.

Humans should realize two important things. First, God is indeed the captain of life, but humans hold the steering wheel to go left or right, forward, or even stop in the open sea. Second, in the waves of this world's life, God might send storms to test our faith. But remember, God is the captain. No matter what waves of life lie ahead, we don't need to be afraid. Even if the problems of this world make us feel like we're drowning, that's okay. God can teach us how to swim. Navigating our sea of life with God's strength and the abilities He's given us. Trust me, you will never walk alone; you will never swim alone.

Stop blaming God endlessly. Try thinking again; maybe we're the ones who mischievously dived into the storm. We know that if we choose Option A or B, we'll surely fall. Yet, we still stubbornly choose that option. When it's like this, please stop blaming God and start introspecting. If we've already fallen due to our own mistakes, always remember that He will never let us walk or swim alone. Fighting!!!

WHAT TO DO:
1. Stop blaming God for all the storms in our lives.
2. Realize that God never leaves us in the storms we face.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 25-27

Card image
Truth Youth 10 September 2023 - SUKA NYARI MASALAH
2023-09-10 09:26:46


"Masakan Aku membiarkan tidak dihukum orang yang membawa neraca palsu atau pundi-pundi berisi batu timbangan tipu?" (Mik. 6:11).

Manusia adalah makhluk yang suka nyari masalah. Kadang masalah tuh seharusnya gak ada, tapi manusia suka nakal membuat masalah untuk dirinya sendiri. Aneh ya? Ya agak laen sih, tapi itulah uniknya manusia. Dia sendiri yang nyari masalah, dia sendiri juga yang membuat masalah, lalu dia sendiri juga yang marah ke Tuhan karena “masalah yang dia buat sendiri”. At the end, manusia menganggap bahwa Tuhan adalah sumber masalahnya. Padahal, Tuhan memberi manusia kehendak bebas untuk memilih, bukan justru Tuhan yang memilih. Ibaratnya udah dikasih kebebasan, tapi malah ngelunjak. Hahaha.

Manusia harus sadar dua hal penting. Pertama, Tuhan memang nahkoda kehidupan, tapi manusia yang memegang kemudi mau ke kanan atau ke kiri, maju, atau justru berhenti di laut lepas. Kedua, dalam gelombang kehidupan dunia ini, Tuhan mungkin bisa aja memberi badai buat mengetes iman kita. Namun, jangan lupa, Tuhan itu nahkoda. Mau bagaimana pun ombak kehidupan di depan, kita tidak perlu takut. Kalaupun segala masalah kehidupan di dunia ini membuat kita sampai tenggelam, that’s okay. Tuhan bisa ajarin kita cara berenang. Mengarungi laut hidup kita dengan kekuatan dari Tuhan, dengan kemampuan yang Tuhan kasih untuk kita. Trust me, you will never walk alone, you will never swim alone.

Jangan terus-terusan nyalahin Tuhan. Coba deh pikir lagi, siapa tahu kita sendiri yang petakilan buat nyemplungin diri ke dalam badai. Kita sudah tahu, kalau kita memilih pilihan A atau B, maka kita pasti jatuh. But, at the end, kita masih aja kegatelan buat memilih pilihan itu. Kalau udah kayak begini, please stop menyalahkan Tuhan dan mulailah introspeksi diri. Kalau kita udah telanjur jatuh karena kesalahan kita sendiri, ingat terus bahwa He will never let us walk alone and swim alone. Fighting!!!

WHAT TO DO:
1. Berhenti menyalahkan Tuhan atas segala badai kehidupan kita.
2. Menghayati bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita dalam badai hidup yang kita alami.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yeremia 25-27

Card image
Renungan Pagi - 10 September 2023
2023-09-10 09:11:43


Ketika menjalani kehidupan ini, banyak orang tidak suka dekat-dekat dengan Tuhan, kecenderungan mereka adalah menjauhi Tuhan. Sebab menurut pikiran mereka yang sia-sia, dekat dengan Tuhan berarti hidup terikat dengan banyak aturan kebenaran dan tidak bebas melakukan dosa dan pelanggaran. Padahal seharusnya hidup dalam kebenaran akan memberikan kemerdekaan.

Tuhan Yesus mengatakan tentang hal ini kepada orang-orang Yahudi, "Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."

Kita dimerdekakan dari perbudakan dosa, dimerdekakan dari ikatan-ikatan perbuatan daging. Tetapi manusia memang lebih suka hidup dalam kebenarannya sendiri, lebih suka diperbudak oleh dosa, hawa nafsu dan keinginan dagingnya. Betapa mengerikan jika kita orang percaya tetap memiliki pikiran dan perasaan seperti manusia pada umumnya.

Mari kita mau terus mencari Tuhan dan kehendak-Nya untuk kita lakukan dalam hidup dan terus mendekat, makin dekat pada Tuhan, supaya kita memiliki kemerdekaan sejati dan hidup dalam kebenaran.
(Yohanes 8:31-32)

Card image
Quote Of The Day - 10 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-10 09:06:33


Apa pun yang bernilai di mata manusia dalam hidup ini, tidak ada nilainya jika tanpa Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 10 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-10 09:03:44


Kalau orang berjumpa dengan Tuhan, tidak bisa tidak, pasti akan memancar keluar keagungan, kemuliaan Allah di dalam hidupnya.

Card image
FROZEN HEART - 10 September 2023 (English Version) -
2023-09-10 09:00:16


Rom. 8:28, “And we know that in all things God works for the good of those who love him, who have been called according to his purpose.” 

It was clearly said only for those who love Him and not for everyone. This means how valuable it is in the sight of God, the people who love Him. So, people who are lucky, blessed, protected, and glorified by God are those who love Him. The matter of loving God is within the authority or sovereignty of each individual because God did not make human beings governed by something from the outside. Human regulates themselves through free will. If a person in their decisions, actions, fate, and destiny are determined by something outside themselves, then they do not need to be responsible.

However, it is written repeatedly in the Bible that humans must be accountable for their lives before God. This means humans have free will. In 2 Cor.5:9-10, God’s Word says, “So we make it our goal to please him, whether we are at home in the body or away from it. For we must all appear before the judgment seat of Christ, so that we may receive what is due us for the things done while in the body, whether good or bad.”

Humans are not responsible for other people’s actions, but each individual is accountable for their actions, according to what they have done in their life, good or bad. So, there are no factors outside the individual; no external factors determine the fate of any person. That person chooses their destiny. Speaking of the heart, it’s an area where God will surely uphold His justice. God has sovereignty, and in His sovereignty, He laid down the order that humans should be held accountable for what they do. Here, God gives humans sovereignty to regulate themselves and determine their fate or circumstances.

Whether a person wants to love God depends on no one, not even God, but on that person. God has the integrity of the greatness of personality, so He won’t force someone to love Himself. Only humans with character, integrity, and morality will not force people to love themselves. If someone forces others to submit for their pleasure or personal interests or forces people to respect, praise, or love them, we can be sure that person is evil, despotic, or cruel. People like that will have the heart to bring others down to achieve their desires.

Our God is not like that. He does not force us to love Him. We must move ourselves to love God. This principle is important; whether we want to love God depends on ourselves. We have the right to choose which object we will love. So, when God in His word says, “Love the Lord your God,” we must move ourselves to love Him. By carrying out this law, surely, we will fulfill the second law, which is to love our neighbor as ourselves. Do not let us become passive because loving God is a gradual process in which that love can mature or mature.

So, first, we are the ones who move. Second, we must mature. The question is, have we moved our love to God? Because many objects around us fascinate and stimulate us to love. The problem is that we have already fallen in love with the world, so the rhythm of our soul is polluted because we enjoy that love with all its charms and all the stimuli or impulses. Even though God’s word says, “If anyone loves the world, love for the Father is not in them.” There is no room for love for the Father because it has been filled for the world.

Do not let our hearts become frozen for God but melted for the world. People like this will be incapable of loving God anymore. They are already shackled, trapped by the world. So, we must move our hearts to love God so that we will be taken to the Eternal Home when we die. After that, we enter the dynamics of developing that love so that our love becomes mature.  

WE MUST MOVE OURSELVES TO LOVE GOD.

Card image
HATI YANG BEKU - 10 September 2023
2023-09-10 08:57:31


Roma 8:28, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”

Jelas dikatakan, bagi mereka yang mengasihi Dia, jadi bukan untuk semua orang. Ini berarti betapa bernilainya di hadapan Allah, orang yang mengasihi Dia. Jadi, orang yang pasti beruntung, pasti diberkati Tuhan, pasti dilindungi Tuhan, dan pasti diangkat Tuhan dalam kemuliaan adalah orang yang mengasihi Dia. Hal mengasihi Tuhan adalah hal yang ada di dalam otoritas atau kedaulatan masing-masing individu. Karena, Tuhan tidak menjadikan manusia sebagai makhluk yang diatur oleh sesuatu atau entitas dari luar. Manusia mengatur dirinya sendiri; kehendak bebas. Kalau seseorang di dalam keputusan, tindakan, nasib, dan takdirnya ditentukan oleh sesuatu di luar dirinya, maka ia tidak perlu bertanggung jawab.

Namun, di Alkitab ditulis berulang-ulang bahwa manusia harus mempertanggungjawabkan hidupnya di hadapan Tuhan. Ini berarti, manusia memiliki kehendak bebas. Dalam 2 Korintus 5:9-10, firman Tuhan mengatakan, “Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya. Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.”

Itu berarti manusia tidak bertanggung jawab atas perbuatan orang lain, tetapi setiap individu bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat. Jadi, tidak ada faktor di luar diri individu; tidak ada faktor eksternal yang menentukan nasib setiap orang. Orang itu yang menentukan nasibnya sendiri. Bicara mengenai hati, itu wilayah individu. Di mana Tuhan akan pasti menegakkan keadilan-Nya. Allah memiliki kedaulatan, dan di dalam kedaulatan Allah, Ia menetapkan tatanan bahwa manusia harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Di sini manusia diberi kedaulatan oleh Allah untuk mengatur dirinya dan menentukan nasibnya atau menentukan keadaannya.

Apakah seseorang mau mengasihi Tuhan atau tidak, itu tidak tergantung siapa pun, bahkan juga tidak tergantung Tuhan. Ingat, hal itu tergantung dari manusia itu sendiri. Tuhan memiliki integritas keagungan kepribadian. Tidak mungkin Tuhan memaksa seseorang untuk mencintai diri-Nya. Manusia saja yang berakhlak, berintegritas, dan bermoral, pasti tidak akan memaksa orang untuk mencintai dirinya. Kalau seseorang memaksa orang lain untuk tunduk demi kesenangannya, kepentingannya pribadi, atau memaksa orang untuk menghormati dirinya, memuji dirinya, mencintai dirinya, bisa dipastikan orang itu jahat, lalim, kejam. Orang seperti itu, akan tega menjatuhkan orang lain, demi mencapai apa yang diinginkannya.

Allah kita tidak demikian. Allah tidak memaksa kita untuk mencintai-Nya. Kita sendirilah yang harus menggerakkan diri kita untuk mencintai Tuhan. Sesungguhnya, ini prinsip penting, kita mau mengasihi Tuhan atau tidak, tergantung diri kita sendiri. Kita berhak memilih objek mana yang akan kita cintai. Jadi, kalau Tuhan di dalam firman-Nya mengatakan, “Kasihilah Tuhan Allahmu,” artinya bahwa kita harus menggerakkan diri kita untuk mencintai Dia. Melakukan hukum ini, pasti kita akan memenuhi hukum yang kedua, yaitu mengasihi sesama seperti diri kita sendiri. Jangan sampai kita menjadi pasif, karena mengasihi Tuhan itu merupakan proses bertahap di mana cinta itu bisa menjadi matang atau dewasa.

Jadi, yang pertama, kita yang menggerakkan. Kedua, harus kita dewasakan. Pertanyaannya, apakah kita sudah menggerakkan cinta kita kepada Tuhan? Sebab di sekitar kita banyak objek yang memesona dan merangsang kita untuk membangkitkan cinta kepada apa yang di sekitar kita. Masalahnya, kita sudah telanjur jatuh cinta dengan dunia. Sehingga irama jiwa kita dikotori karena menikmati cinta itu dengan segala pesona, dan segala rangsang atau impuls. Padahal firman Tuhan mengatakan, “Barangsiapa mencintai dunia ini dan apa yang ada di dalamnya, cinta Bapa tidak ada pada orang itu.” Jadi, tidak ada ruangan cinta untuk Bapa, karena ruangan cintanya telah terisi untuk dunia.

Jangan sampai hati kita menjadi beku untuk Tuhan, tetapi lumer untuk dunia. Orang-orang seperti ini akan tidak mampu mencintai Tuhan lagi. Mereka sudah terbelenggu, terperangkap oleh dunia. Jadi, kita harus menggerakkan hati kita untuk mencintai Tuhan, supaya saat kita meninggal dunia, kita dibawa ke Rumah Abadi. Setelah itu, baru kita memasuki dinamika mengembangkan cinta itu, supaya cinta kita matang dan dewasa.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA SENDIRILAH YANG HARUS MENGGERAKKAN DIRI KITA UNTUK MENCINTAI TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 September 2023
2023-09-10 04:59:38

Yehezkiel 46-48

Card image
Truth Kids 09 September 2023 - KEPOLOSAN HATI
2023-09-09 10:13:33


1 Petrus 2:2
“Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan”

Hari itu ada kumpul keluarga besar di rumah Andi. Andi senang karena Karen dan Ken, sepupunya datang berkunjung. Saat sedang bermain, tiba-tiba Karen mengeluarkan permen dari kantung celananya. “Sst, Andi, aku bawa permen. Nih, buat kamu. Jangan bilang-bilang, ya!” kata Karen sambil memberikan permen kepada Andi. “Terima kasih, Kak” Andi senang mendapat permen, tanpa pikir panjang ia langsung mengunyahnya.

Tidak lama, mama Andi datang menghampirinya. Mama bertanya, “Lho, Andi, kamu makan apa?” “Ini, Ma aku makan permen dari Kak Karen” jawab Andi dengan jujur. Mama tersenyum melihat kepolosan Andi. “Andi, lain kali permennya disimpan saja, ya. Andi bisa titipkan ke mama. Andi tidak boleh sering-sering makan permen, karena Andi harus menjaga kesehatan,” terang mama. “Oh, oke, Ma. Nanti kalau Andi dapat permen lagi, Andi titip ke mama, ya.”

Sobat Kids, kita diajar menjadi anak-anak yang jujur dan taat. Tuhan menginginkan kita hidup dalam kebenaran. Usahakan selalu berkata jujur dan patuh kepada orangtua, walaupun orang lain mengajarkan sebaliknya. Jangan biarkan hal buruk mengotori hati kalian yang bersih, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 09 September 2023 - POLOS
2023-09-09 10:11:27


1 Petrus 2:2
“Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan”

Setelah puas bermain di playground, Nathan dan kakaknya kembali ke rumah, lalu duduk di sofa. Nathan dengan penasaran bertanya kepada kakaknya, “Kak, apakah orang dewasa akan bahagia kalau bermain di playground sepanjang hari seperti kita tadi?” Kakak Nathan menjawab, “Nathan, bagi anak-anak memang terasa sangat menyenangkan dan begitu seru, tetapi bagi orang dewasa, mungkin tidak lagi menyenangkan seperti yang kamu rasakan saat ini.” Nathan kembali bertanya, “Itu berarti bahagia setiap orang berbeda-beda, ya, Kak?” Kakak Nathan dengan lembut berkata, “Ya, Nathan, kamu benar. Cara seseorang mendapatkan rasa bahagia, pastinya berbeda dengan orang lain. Mungkin saja ada anak yang lebih senang jika dibelikan es krim daripada mainan. Atau ada yang lebih senang jika diajak ke playground daripada pergi beli makanan. Dan masih banyak lagi. Sama halnya dengan orang dewasa, Nathan.” Nathan kembali menjawab, “Kalau begitu, kenapa kebanyakan anak-anak sangat mudah merasa bahagia walau hanya bermain di playground saja, Kak?” Kakaknya kembali menjawab, “Nathan, itu dikarenakan anak-anak masih sangat polos. Polos artinya sangat sederhana. Itu berarti, dengan hal-hal yang sederhana dan mudah dilakukan, sudah bisa membuat kalian merasa bahagia. Sungguh istimewa, bukan?”

Sobat Junior, anak-anak memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang dewasa. Apa itu? Polos, dan memiliki pemikiran yang sederhana. Oleh sebab itu, kalian perlu menjaga pikiran dan mengisinya dengan kebenaran firman Tuhan. Jangan sampai pikiran kalian diisi dengan hal-hal yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, hingga membuat Tuhan sedih. Baca Alkitab setiap hari, ya, Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 09 September 2023 (English Version) - ONE MOUTH, TWO OUTCOMES
2023-09-09 10:07:57


"Death and life are in the power of the tongue, and those who love it will eat its fruits." (Proverbs 18:21)

In a drought-stricken village, there was a spring that served as their life source. However, this spring only flowed every six months. Thus, the villagers eagerly awaited its flow. They even prepared many water containers to last them six months. When the time came, the spring started flowing. They rejoiced and busily collected the water. Yet, something strange happened. In the next ten minutes, the spring released salty water, and in the ten minutes after that, it released fresh water and salty water simultaneously. The villagers were utterly confused by this new occurrence.

What comes out of someone's mouth (their words) reveals what's in their heart. In other words, if someone tends to speak harsh, wicked, or vulgar words, that reflects the contents of their heart. It's impossible for someone to have a good heart but spew out impure words. This is the meaning behind the analogy of fresh and salty water above, alluded to by James (James 3:11). A freshwater spring cannot produce saltwater, and vice versa. We cannot bring blessings and curses from the same mouth. How can we praise God with one breath and speak poorly with the next?

Have we been using one mouth with two outcomes? Praising God with one breath and cursing others with the same mouth? Let's learn to guard our words and hearts, so we become upright individuals who consistently use our mouths to bring blessings wherever we go.

WHAT TO DO:
1. Guard your words to avoid uttering curses towards others.
2. Protect your heart so that everything that comes out of your mouth is a blessing.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 22-24

Card image
Truth Youth 09 September 2023 - SATU MULUT DUA CABANG
2023-09-09 10:05:12


"Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya." (Amsal 18:21)

Di sebuah desa yang sangat gersang, terdapat mata air yang menjadi sumber kehidupan mereka. Namun, mata air ini hanya mengalir setiap enam bulan sekali. Oleh karena itu, penduduk desa sungguh sangat menantikan mata air itu mengalir. Mereka bahkan menyiapkan banyak sekali tong penampung air sebagai stock selama enam bulan ke depan. Hingga saatnya tiba, mata air itu mulai mengeluarkan air. Mereka bersorak gembira dan mulai sibuk menampung begitu banyak air yang keluar. Namun, suatu kejanggalan mulai terjadi. Pada sepuluh menit berikutnya, mata air tersebut mengeluarkan air asin, dan pada sepuluh menit berikutnya mata air tersebut mengeluarkan air tawar dan air asin pada saat yang bersamaan. Seluruh penduduk desa sangat kebingungan atas hal yang baru terjadi pada mereka.

Apa yang keluar dari mulut seseorang (perkataannya), itulah yang berada di dalam hatinya. Dengan kata lain, jika seseorang cenderung berkata kasar, jahat, kotor, maka itulah yang memenuhi isi hatinya. Tidak mungkin seseorang memiliki hati yang baik, tetapi apa yang keluar dari mulutnya adalah perkataan yang najis. Begitulah maksud perumpamaan tentang air tawar dan asin di atas, yang disinggung oleh Yakobus (Yak. 3:11). Tidak mungkin mata air tawar akan mengeluarkan air asin, atau justru sebaliknya. Seharusnya, mata air tawar hanya mengeluarkan air tawar saja, tidak mengeluarkan air asin. Kita tidak bisa mengeluarkan berkat dan kutuk dari mulut yang sama. Bagaimana bisa dari mulut yang sama kita memuji Tuhan dan dari mulut yang sama pula kita berkata-kata yang tidak baik?

Apakah selama ini kita memiliki satu mulut dua cabang? Yaitu kita memuji Tuhan dan mengutuk sesama dengan mulut yang satu? Ayo, belajar menjaga perkataan dan hati kita, biarlah kita menjadi orang yang lurus, yang selalu menggunakan mulut kita untuk menjadi berkat di mana pun kita berada.

WHAT TO DO:
1. Menjaga perkataan agar tidak mengeluarkan kutuk bagi orang lain.
2. Menjaga hati agar apa yang keluar dari mulut, sejatinya semuanya adalah berkat.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yeremia 22-24

Card image
Renungan Pagi - 09 September 2023
2023-09-09 10:03:21


Kebimbangan adalah salah satu faktor penghalang untuk memperoleh jawaban doa, seperti surat Yakobus katakan, "Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan."

Ketika kita datang pada Tuhan dengan iman, tetapi tetap bimbang, apakah Tuhan akan mendengarkan, apakah Tuhan akan menjawab doaku, itu bukan iman yang benar. Kita hanya berkata bahwa beriman, tetapi meragukan kasih dan kuasa Tuhan. Jadi jangan salahkan Tuhan jika DIA tidak menjawab doamu. Semua karena kebimbangan lebih menguasai hatimu dibandingkan dengan imanmu.

Kalau kita beriman, harus percaya bahwa Tuhan sungguh ada dan DIA berkuasa menjawab doamu. Dan iman tanpa kebimbangan adalah iman yang memiliki pengertian yang benar, yaitu Tuhan selalu memberikan yang terbaik yang kita perlukan, bukan hal yang baik menurut keinginan kita.

Sebab iman yang benar berarti tunduk pada kedaulatan Tuhan, menerima semua keputusan Tuhan, karena kita percaya penuh bahwa keputusan Tuhan adalah yang terbaik.
(Yakobus 1:6-7)

Card image
Quote Of The Day - 09 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-09 10:00:44


Ketika kaki berlutut, hati menjadi kuat.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 09 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-09 09:58:12


Dengan sikap membutuhkan Tuhan yang semakin tinggi persentasenya, kita tidak bisa berbuat dosa lagi, sebab kita akan memiliki perasaan takut akan Allah.

Card image
NOT CHANGE - 09 September 2023 (English Version)
2023-09-09 09:52:06


We thank God when He opens our eyes of understanding to see His work. We see the maneuvers of God, but at the same time, we also see the tricks of the powers of darkness. Today, we see how people who study theology and the Bible have high degrees but instead show attitudes that don’t mean that they are children of God. It isn’t very comfortable. Suppose we look at it from a general ethics point of view; in that case, it’s inappropriate, especially if we look at it from the ethics of holiness, God’s sanctity, which teaches meekness and humility. Not the other way around, harsh, violent, cruel, lust to kill, desire to destroy others, humiliate, kill people’s character to the level of slandering.

This gives us an idea of how many people feel connected to God just because they have knowledge of God in their heads. Now, we must realize how important it is to encounter God—encounter Him. The encounter with God is not just reasoning Him in our minds or our heads. Encounter with God will make us fear Him. We can’t help it. This will prevent us from sinning in front or behind people. This will make us careful in saying words and sentences and throwing things on social media—the map is clear.

This phenomenon occurs all over the world, and it can also happen to us. We can also intelligently climb social covertly. We intelligently also want to seek praise, flattery, and honor. We can also unknowingly become materialistic, respectful, or have attitudes that God does not like. How terrible it would be if our condition would be exposed later before the throne of God’s judgment. Truly, embarrassing and awful. It’s not only uncomfortable but also terrible.

We must have an encounter with God. God is alive and present, so we have to deal with Him. We interact with God to see ourselves clearly, naked and exposed. If there are sins that we still commit today, we want to repent earnestly. The truth is, there must still be sins that we commit. Of course, there are still errors, so when we talk about holiness, sanctity, and perfection, it doesn’t mean we’re already holy or perfect. However, we continue to strive for improvement every day.

From that encounter, we will and can experience the holiness of God, the purity of His heart, the humility and sincerity of the Lord Jesus, and the majesty and greatness of His Person, which cannot be explained in words but will be reflected in our lives. So, if a person encounters God, it is inevitable; it will radiate out the majesty and glory of God in their life. Their soul’s greatness, love and compassion for others, intelligence in understanding the Bible, and life certainly changed others.

If someone doesn’t change, they can’t change other people. The person whose change in reason is due to the reasoning of God in their head can only fill others with a cognitive understanding of reasoning. So, the important thing is how we want to live righteously and pleasingly before God. Let’s start today; we want to walk in holiness. Whoever we are, young and old, big and small, male and female, rich and poor, let’s live holy. Let’s be witnesses in the society where God placed us.

We can radiate the glory of God, the sincerity and the humility of the Lord Jesus that He demonstrated. That is what we are now showing, and it satisfies God’s heart. Not because we become great pastors or leaders of this and that organization. It’s not enough; we can give money for diaconal ministries or social activities. What matters is how we live the life of Jesus. Of course, it includes us sacrificing our time, energy, thoughts, and money. This is what God wants us to do. So, while there is still a chance, let’s earnestly seek God and stay in His presence always.  

IF SOMEONE DOESN'T CHANGE, THEY CAN'T CHANGE OTHER PEOPLE.

Card image
TIDAK BERUBAH - 09 September 2023
2023-09-09 09:46:49


Kita bersyukur kepada Tuhan kalau Tuhan membuka mata pengertian kita melihat pekerjaan Tuhan. Kita melihat manuver Tuhan, tetapi sekaligus kita juga melihat manuver kuasa kegelapan. Dewasa ini kita melihat bagaimana orang-orang yang belajar teologi, belajar Alkitab, memiliki gelar tinggi, tetapi justru mempertontonkan sikap yang benar-benar tidak menunjukkan sebagai anak-anak Allah. Hal itu sebenarnya memalukan. Dilihat dari etika umum saja tidak patut, apalagi dilihat dari etika kekudusan, kesucian Allah yang mengajarkan kelemahlembutan dan kerendahan hati. Bukan sebaliknya, keras, kasar, bengis, nafsu membunuh, nafsu merusak orang lain, merendahkan, membunuh karakter orang sampai tingkat memfitnah.

Hal ini memberikan kepada kita gambaran, betapa banyak orang merasa sudah berhubungan dengan Tuhan hanya karena memiliki pengetahuan tentang Tuhan di kepalanya. Sekarang kita harus mulai menyadari betapa pentingnya bertemu dengan Tuhan. Benar-benar bertemu dengan Tuhan. Perjumpaan dengan Tuhan bukan hanya menalar Tuhan di pikiran atau di kepala kita. Perjumpaan dengan Tuhan akan membuat kita takut akan Tuhan. Tidak bisa tidak, ini akan mencegah kita berbuat dosa, di depan orang maupun di belakang orang. Hal ini akan membuat kita berhati-hati dalam mengucapkan kata, kalimat, melemparkan sesuatu di media sosial. Jelas sekali petanya.

Fenomena ini terjadi di seluruh dunia dan juga bisa terjadi atas diri kita. Kita juga dengan cerdas bisa panjat sosial secara terselubung. Kita sendiri dengan cerdas juga mau mencari pujian, sanjungan dan kehormatan. Kita sendiri juga bisa tanpa sadar menjadi materialistis, bisa gila hormat atau memiliki sikap-sikap yang Tuhan tidak berkenan. Betapa mengerikan kalau nanti di hadapan takhta pengadilan Tuhan, dibuka keadaan kita itu. Sungguh, malu dan mengerikan. Bukan hanya malu, tetapi juga mengerikan.

Jadi, kita harus benar-benar memiliki perjumpaan dengan Tuhan. Tuhan itu hidup dan hadir, maka kita harus berurusan dengan Tuhan. Kita berinteraksi dengan Tuhan, supaya kita dapat melihat diri kita sendiri dengan jelas, telanjang, dan terbuka. Jika ada dosa-dosa yang masih kita lakukan, hari ini kita mau serius bertobat. Sejatinya, pasti masih ada dosa-dosa yang kita lakukan. Pasti, masih saja ada kemelesetan. Jadi, kita yang bicara mengenai kekudusan, kesucian, kesempurnaan, bukan berarti sudah suci, atau sudah sempurna, belum. Namun, kita terus berjuang untuk setiap hari mengalami peningkatan.

Dari perjumpaan itulah kita akan dan bisa menghayati kekudusan Allah, kemurnian hati Allah, kelemahlembutan dan ketulusan hati Tuhan Yesus, keagungan dan kebesaran Pribadi-Nya, yang itu tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, tetapi akan tercermin dalam hidup kita. Jadi, kalau orang berjumpa dengan Tuhan, tidak bisa tidak, pasti akan memancar keluar keagungan, kemuliaan Allah di dalam hidupnya. Kebesaran jiwanya, kasih dan belas kasihannya kepada orang lain, kecerdasannya memahami Alkitab, dan kehidupannya pasti mengubah orang lain.

Sebab kalau seseorang tidak berubah, dia tidak bisa mengubah orang lain. Orang yang perubahannya di dalam nalar karena menalar Tuhan di dalam kepalanya, hanya bisa mengisi orang juga dengan pengertian kognitif di dalam nalar. Maka, yang penting adalah bagaimana kita mau hidup benar, hidup berkenan di hadapan Tuhan. Mari mulai hari ini, kita mau benar-benar melangkah hidup dalam kekudusan. Siapa pun kita, tua muda, besar kecil, laki-laki perempuan, kaya miskin, ayo, kita hidup suci. Mari kita menjadi saksi di tengah-tengah masyarakat di mana Tuhan menempatkan kita.

Kita bisa memancarkan kemuliaan Allah, ketulusan hati Tuhan Yesus, kerendahan hati Tuhan Yesus yang pernah diperagakan oleh Yesus. Hal itu yang sekarang kita peragakan dan itu yang memuaskan hati Allah. Bukan karena kita menjadi pendeta hebat. Bukan karena kita menjadi pemimpin organisasi ini-itu. Bahkan tidak cukup, kita bisa memberikan uang untuk pelayanan diakonia atau untuk kegiatan sosial. Yang penting adalah bagaimana kita memperagakan kehidupan Yesus. Tentu di dalamnya termasuk kita mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan uang kita. Ini yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan. Jadi, selagi masih ada kesempatan, ayo kita sungguh-sungguh mencari Tuhan dan tinggal di hadirat-Nya selalu.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU SESEORANG TIDAK BERUBAH, DIA TIDAK BISA MENGUBAH ORANG LAIN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 September 2023
2023-09-09 09:43:46

Yehezkiel 43-45

Card image
Truth Kids 08 September 2023 - PEMBAWA KEBAHAGIAAN
2023-09-08 09:00:34


Pengkhotbah 3:4
“ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari”

Nenek dan Kakek Manda terlihat sangat bahagia saat Manda berkunjung ke rumah mereka. Kakek mengajak Manda bermain sambil tersenyum lebar. Nenek segera memasak makanan yang enak kesukaan Manda. Mereka begitu senang dapat bermain dengan cucunya.

Sobat Kids, pernahkah kalian memperhatikan wajah kakek dan nenek saat kalian mengunjungi mereka? Tentu tampak wajah senang dan bahagia. Rasa kangen karena lama tidak bertemu akhirnya bisa hilang dengan kehadiran kalian. Tawa bahagia dari kalian saat diajak bercanda oleh orangtua, kakek atau nenek dapat menular kepada mereka. Menceriakan suasana dan membawa kebahagiaan.

Hal itu merupakan kelebihan yang kalian miliki, Sobat Kids. Sebagai anak-anak, kalian bisa melakukan hal-hal yang membawa kebahagiaan. Tentu perbuatan yang kalian lakukan harus sesuai dengan kehendak Bapa, ya, Sobat Kids. Mengasihi orang lain, berbicara sopan, hormat kepada orang tua. Semua itu hal yang baik. Jika perbuatan kalian tidak sesuai dengan kehendak Bapa, kalian malah akan membawa kesedihan bagi orang lain. Oleh sebab itu, penting untuk tahu perbuatan apa saja sih yang sesuai dengan kehendak Bapa. Yuk, kita mau jadi anak yang membawa kebahagiaan bagi orang lain.

Card image
Truth Junior 08 September 2023 - MAGNET TAWA
2023-09-08 08:56:38


Pengkhotbah 3:4
“ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari;”

Sobat Junior, siapa yang suka melakukan hal-hal yang menyenangkan? Tentu saja semua pasti menjawab “saya.” Usia Sobat Junior adalah masa-masa yang penuh dengan semangat dalam mencari kebahagiaan dan tawa. Misalnya, jika kalian sedang libur sekolah, pasti ingin jalan-jalan, bermain, menghabiskan waktu dengan kegiatan yang seru, bukan? Nikmatilah, selagi kalian masih bisa, Sobat Junior. Karena ketika kalian sudah besar nanti, waktu kalian untuk bersenang-senang akan lebih berkurang, dan kesempatannya belum tentu sebanyak sekarang. Sebab, kalian sudah memiliki banyak beban yang harus dipikul sebagai orang dewasa.

Seperti yang firman Tuhan katakan, kebahagiaan akan membuat tubuh kita menjadi sehat. Banyak-banyaklah mencari dan melakukan hal yang membuatmu bahagia. Tapi ingat, harus selalu sesuai dengan kehendak Tuhan, ya! Jangan melakukan yang menyenangkan kita sesaat, misalnya kesenangan yang didasarkan oleh kedagingan dan hawa nafsu yang membinasakan. Sukacita yang Sobat Junior rasakan, harus selalu menjadi rasa syukur dan mengingatkan kita kepada kebaikan Allah Bapa yang mengasihi kita.

Dalam keadaan sulit dan berat sekalipun, kita bisa tetap tertawa dan merasa bahagia. Kenapa? Karena ada Tuhan Yesus dalam hidup kita. Jika Tuhan Yesus menjadi segalanya dalam hidup kita, maka apa pun yang terjadi, semua bisa disyukuri dan dinikmati, sebab kita tidak sendiri. Ada Tuhan Yesus yang turut merasakan apa yang kita rasakan.

Card image
Truth Youth 08 September 2023 (English Version) - PATIENCE AS THIN AS TISSUE
2023-09-08 08:54:39


"The one who is patient is better than a warrior, and one who controls his temper is mightier than one who captures a city." (Proverbs 16:32)

In the many situations we encounter, we often respond without thinking deeply first. We might respond with anger, jealousy, gossip, or other destructive behaviors. Sometimes, our patience is as thin as tissue paper—highly sensitive and uncontrollable. We don't consider the impact on others and ourselves; we only hurt and leave scars on hearts.

There's no need to search far for a solution to this problem. Let's go back two thousand years, to when Jesus began ministering to many and teaching them. The book of Mark records many instances of the disciples' misunderstanding of His teachings and commands. Despite their failure to respond correctly—even doing the opposite of what Jesus instructed—He did not become angry or throw tantrums. Instead, in their shortcomings, Jesus called them (Mark 1:16–20; 2:13–14; 3:13) and gathered them into His family (Mark 3:34–35). Jesus' response to situations that could have tested His patience and self-control was not destructive.

Unbeknownst to us, with our vulnerable emotions and tissue-thin patience, we end up hurting ourselves. We may think that by releasing our emotions onto others, everything will be resolved, and we'll feel relieved. Instead, we only harm ourselves, corrupt our character, and distance ourselves from Him. Let's become aware of this and learn from Jesus, who controlled His responses and actions towards others. Jesus considered others' feelings and preserved Himself from self-inflicted wounds. So, when are you ready to change?

WHAT TO DO:
1. Learn self-control from Jesus' example—don't hurt others or yourself.
2. Stop injuring yourself with destructive actions to avoid growing distant from Him.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 19-21

Card image
Truth Youth 08 September 2023 - KESABARAN SETIPIS TISU
2023-09-08 08:49:33


"Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." (Amsal 16:32)

Dalam banyaknya situasi yang kita alami, secara tidak langsung kita sering meresponinya tanpa berpikir panjang terlebih dahulu. Entah dengan amarah, dengki, gossip, atau perilaku destruktif lainnya. Terkadang, kita memiliki kesabaran setipis tisu dibelah dua, sangat sensitif dan tidak terkontrol. Kita tidak memikirkan dampaknya bagi orang lain dan bagi diri kita sendiri, hanya melukai dan meninggalkan bekas yang menggores hati.

Tidak perlu repot mencari solusi masalah ini, mari kita kembali ke dua ribu tahun silam, saat Yesus mulai melayani banyak orang dan menjadi guru bagi banyak orang. Kitab Markus mencatat begitu banyak kesalahpahaman murid-murid Yesus tentang ajaran-Nya dan perintah-Nya, tetapi para murid tidak menanggapi bahkan melakukan hal sebaliknya dari apa yang diperintahkan oleh Yesus. Namun, menanggapi kegagalan para murid-Nya, Yesus tidak marah dan membanting meja. Justru dalam segala kekurangan para murid, Yesus memanggil mereka (Markus 1: 16–20; 2: 13–14; 3:13) dan mengumpulkan mereka menjadi anggota keluarga-Nya (Markus 3: 34–35). Tidak ada tindakan destruktif di dalam respons Yesus terhadap hal-hal yang sebenarnya bisa mengguncang kesabaran-Nya dalam mengendalikan diri. Tanpa kita sadari, dengan emosi kita yang begitu rentan, yaitu kesabaran setipis tisu dibelah dua, justru kita melukai diri kita sendiri. Kita berpikir dengan kita meluapkan emosi itu kepada orang lain, maka semuanya sudah selesai dan kita akan lega. Namun sebaliknya, kita hanya melukai diri sendiri, membuat diri menjadi jahat, dan membuat kita semakin jauh dari-Nya. Yuk, kita sadari ini, belajar seperti Yesus yang bisa mengontrol respons dan tindakan-Nya terhadap orang lain. Yesus menjaga perasaan orang lain dan Ia juga menjaga diri-Nya untuk tidak terlukai oleh tindakan-Nya sendiri. So, kapan kamu mau berubah?

WHAT TO DO:
1. Belajar mengontrol diri dari teladan kehidupan Yesus, yaitu tidak menyakiti orang lain dan diri-Nya sendiri.
2. Berhenti melukai diri dengan tindakan destruktif, agar kita tidak semakin jauh dari-Nya.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yeremia 19-21

Card image
Renungan Pagi - 08 September 2023
2023-09-08 08:14:33


Di tengah situasi dunia yang serba tidak menentu dan mudah sekali berubah, kita sebagai orang percaya harus memiliki hati yang bijaksana dalam menyikapi segala sesuatunya, sebab kalau tidak, akan mudah hanyut oleh derasnya arus dunia yang membawa kita semakin jauh dari Tuhan. Dan hanya hikmat Tuhan yang dapat menjadikan kita hidup bijaksana menghadapi arus zaman.

Jika kita tidak punya hati yang bijaksana akan mudah sekali kecewa, sakit hati, marah, benci dengan keadaan ini, benci pada orang-orang yang mengecewakan dan akhirnya putus asa, mengasihani diri sendiri, lalu mengikuti keinginan daging. 

Rasul Paulus menasihati, "karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." Berjalanlah bersama Tuhan dalam melewati kehidupan dunia yang makin kacau ini. 
(Efesus 5:15-16)

Card image
Quote Of The Day - 08 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-08 08:12:33


Salah satu kebodohan orang percaya adalah mendengarkan bisikan Iblis.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 08 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-08 08:10:28


Orang yang bersungguh hati terhadap Allah adalah orang yang setiap saat menghayati kehadiran Allah dan terus memperkarakan, apakah tindakannya berkenan di hadapan Tuhan atau tidak.

Card image
LOOKING FOR ADDITIONS - 08 September 2023 (English Version)
2023-09-08 08:08:30


Pride comes from the attitude of the heart that does not need God. Arrogant people are those who feel they don’t need God. In general, as religious people, we dare not say that we do not need God. But the question is, how many percent of us feel we need Him? Because the percentage of needing God dramatically determines the attitude of our hearts toward Him. We must question this: What portion do we need God? To feel of need God wholly (100%) requires spiritual maturity and process.

As time passes, we grow up and realize how vulnerable and helpless we are. The fact of life, namely humans coming and going, thrills our souls, coupled with seeing the reality of life that we or what other people experience. In truth, the knowledge of God also grows, and the attitude of feeling the need for God also increases. We need God more than our breath and blood because our breath will disappear, and our blood is no longer needed. So, it’s no exaggeration when the psalmist says in Ps. 73:25, “Whom have I in heaven but you? And earth has nothing I desire besides you.”

The problem is that the rhythm of human life is to find what can be supported according to them. We must work and have money, education, skills, and degrees to make a living, but that’s not everything. Everything is only God; God knows we need money, facilities, etc. He promises everything is added, but don’t look for the addition until we don’t make Him everything. Don’t let it be when we are on the edge of death; only then do we realize that God is everything. It’s too late. Since now, when our bodies are healthy and have jobs, money, and facilities, we have humbly said, “Hold my hand, Lord. Don’t pass me by.”

Ironically, God is often treated as an addition, so people do not need Him and will not attend church if they only experience trivial things. If we feel we need God, we will not miss every opportunity to pray, listen to the word, or attend church. When we do that, it is as if our life circumstances are no different from those who are not diligent in seeking God. However, if we are faithful, God will mark us, and we will surely see the difference between people who seek God and those who do not, like a deer that longs for water because water is everything, its life.

However, many people do not make God everything. For them, having God or not is the same. Seeking God or not looks the same. The average state of our world is like that. God seems to be silent because that is the order. God does not break order. The Holy Spirit warns, but Satan, with the power of darkness, also influences people to live not according to God’s will. There are maneuvers, both the Holy Spirit and the forces of darkness. We have to choose: whose side do we want? Looking for God or not? When seeking God, it is as if our situation is similar to people who do not. The Bible says that God will make those who seek Him to find Him. If we don’t see it now, we should persevere, and then the difference between those who seek God and those who don’t will become apparent.

Even if it is not visible from that person’s life, their children and grandchildren will become a map of the life journey of their grandparents. Today, we must make a decision. Be humble, and don’t be arrogant. The one who lives carelessly reaps what they sow. We don’t want to be careless. Not only while we live in this world but also in eternity. We know there is a judgment after death, eternal disgrace, or eternal glory. Rank, title, and wealth become meaningless after we enter eternity. How dire it was.

Those of us who are still breathing, who still have a beating heart, a throbbing pulse, let’s experience this and be aware of it. Then we say: “I need you, Lord. While in this world, let alone later behind the grave. You’re the only one I need. I need you more than my breath and my blood.” Only Christians like this can glorify and worship God properly, live holy from minute to minute, hour to hour, and live humbly. Remember, God’s Word says, “God opposes the proud but shows favor to the humble.”

Humility is not a gift. Do not think people can be humble because of grace. Humility is a choice, and the Holy Spirit will help us. With an attitude of needing God that the percentage is getting higher, we can’t sin anymore because we will have a feeling of fear of God. However, we will also have high serenity. We will not fear any danger. Incredibly, we will prove how God is alive and real.  

GOD PROMISES EVERYTHING IS ADDED, BUT DON'T LOOK FOR THE ADDITION UNTIL WE DON'T MAKE GOD EVERYTHING.

Card image
MENCARI TAMBAHAN - 08 September 2023
2023-09-08 08:05:46


Kesombongan berangkat dari sikap hati tidak membutuhkan Tuhan. Orang yang sombong adalah orang yang merasa tidak membutuhkan Tuhan. Pada umumnya, sebagai orang beragama, kita tidak berani berkata kalau kita tidak membutuhkan Tuhan. Namun pertanyaannya, berapa persen kita merasa membutuhkan Tuhan? Sebab, persentase membutuhkan Tuhan sangat menentukan sikap hati kita kepada Tuhan. Ini yang harus kita sungguh-sungguh persoalkan: berapa persen kita membutuhkan Tuhan? Untuk bisa merasa membutuhkan Tuhan sepenuhnya (100%) tentu membutuhkan kedewasaan rohani dan proses.

Seiring dengan perjalanan waktu, kita bertumbuh dewasa, kita menyadari betapa rentan dan tidak berdayanya kita. Fakta kehidupan, yaitu manusia datang silih berganti, menggetarkan jiwa kita. Ditambah dengan melihat realitas hidup yang kita alami, atau yang orang alami. Maka sejatinya, pengenalan akan Tuhan juga bertumbuh dan bertumbuh pula sikap perasaan membutuhkan Tuhan. Kita membutuhkan Tuhan lebih dari kita membutuhkan napas dan darah kita. Ketika napas kita lenyap, darah tidak dibutuhkan lagi. Jadi, tidak berlebihan ketika pemazmur mengatakan di Mazmur 73:25-26, “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.”

Masalahnya, irama hidup manusia adalah mencari apa yang menurut dia bisa menjadi topangan. Kita memang harus bekerja, punya uang, pendidikan, keahlian, gelar untuk mencari nafkah, tetapi itu bukan segalanya. Yang segalanya itu hanya Tuhan dan Tuhan tahu kita membutuhkan uang, fasilitas, dan lain-lain. Tuhan berjanji semua ditambahkan, tetapi jangan mencari tambahannya sampai kita tidak menjadikan Tuhan segalanya. Jangan sampai ketika kita ada di ujung maut, baru kita menyadari bahwa Tuhan segalanya. Terlambat. Sejak sekarang, ketika tubuh kita sehat, punya pekerjaan, punya uang, dan punya fasilitas, kita sudah berkata dengan ratapan, “Pegang tanganku, Tuhan. Jangan Tuhan lalui.”

Ironis, Tuhan sering diperlakukan sekadar tambahan. Ada, ya syukur, karena lebih lengkap. Tidak ada, ya tidak apa-apa. Maka, orang bisa tidak ke gereja hanya karena hal-hal sepele. Kalau kita merasa memerlukan Tuhan, kita pasti tidak akan melewatkan setiap kesempatan untuk berdoa, mendengarkan firman, dan ke gereja. Sewaktu kita melakukan itu, kita melihat seakan-akan keadaan hidup kita tidak berbeda dengan mereka yang tidak rajin mencari Tuhan. Namun, kalau kita setia terus, Tuhan menandai kita. Kita pasti akan melihat perbedaan, orang yang mencari Tuhan dan yang tidak mencari Tuhan. Sebagaimana rusa yang merindukan air, karena air itu segalanya, kehidupannya.

Namun, banyak orang tidak menjadikan Tuhan segalanya. Punya Tuhan, tidak punya Tuhan, sama saja rasanya. Mencari Tuhan, tidak mencari Tuhan, kelihatannya sama saja. Rata-rata keadaan dunia kita seperti itu. Tuhan seakan-akan diam, karena itu tatanan. Tuhan tidak melanggar tatanan. Roh Kudus pasti mengingatkan, tetapi setan dengan kuasa kegelapan juga mempengaruhi orang untuk hidup tidak sesuai dengan kehendak Allah. Ada manuver, baik Roh Kudus maupun kuasa kegelapan. Kita harus memilih, mau di pihak siapa? Mencari Tuhan atau tidak? Mencari Tuhan seakan-akan keadaan kita sama seperti orang yang tidak mencari Tuhan. Siapa bilang? Alkitab berkata, bahwa orang yang mencari Tuhan akan dibuat Tuhan menemukan Dia. Kalau sekarang belum tampak, tunggu 2, 3, 5, 10 tahun atau lebih, maka akan makin nampak perbedaan antara orang yang mencari Tuhan dan yang tidak.

Kalau pun tidak tampak dari hidup orang itu, anak cucunya akan menjadi peta dari perjalanan hidup kakek-nenek moyangnya. Hari ini, kita harus mengambil keputusan. Rendahkan hati, jangan sombong. Orang yang hidup sembarangan, menuai apa yang dia tabur. Kita tidak mau ceroboh. Bukan hanya sementara kita hidup di dunia, melainkan juga di kekekalan nanti. Kita tahu, ada pengadilan setelah kematian; kehinaan kekal atau kemuliaan kekal. Pangkat, gelar dan materi menjadi tidak ada artinya setelah kita masuk kekekalan. Betapa mengerikan keadaan itu. Kita yang masih bernafas, yang masih memiliki jantung yang berdetak, nadi yang berdenyut, mari kita menghayati hal ini dan menyadarinya. Lalu kita berkata: “Engkau kubutuhkan, Tuhan. Selama di dunia ini apalagi nanti di balik kubur. Hanya Engkau yang kubutuhkan. Engkau kuperlukan lebih dari napas dan darahku.” Maka, orang Kristen seperti ini baru bisa memuliakan Tuhan, baru bisa menyembah Tuhan dengan benar, baru bisa hidup suci dari menit ke menit, dari jam ke jam; baru bersikap rendah hati. Ingat firman Tuhan mengatakan, “Allah menentang orang congkak, tetapi memberikan kasih karunia kepada orang yang rendah hati.”

Rendah hati itu bukan karunia. Jangan berpikir, orang bisa rendah hati karena karunia. Rendah hati itu pilihan. Roh Kudus akan menolong kita. Dengan sikap membutuhkan Tuhan yang semakin tinggi persentasenya, kita tidak bisa berbuat dosa lagi, sebab kita akan memiliki perasaan takut akan Allah. Namun, kita juga akan memiliki ketenangan yang tinggi. Kita tidak akan takut menghadapi bahaya apa pun. Luar biasanya, kita akan membuktikan bagaimana Tuhan itu hidup dan nyata.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN BERJANJI SEMUA DITAMBAHKAN, TETAPI JANGAN MENCARI TAMBAHANNYA SAMPAI KITA TIDAK MENJADIKAN TUHAN SEGALANYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 September 2023
2023-09-08 05:47:49

Yehezkiel 40-42

Card image
Truth Kids 07 September 2023 - HAL BAIK
2023-09-07 09:25:19


Filipi 4:8
"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."

Ayah Nina adalah seorang pelukis. Ratusan lukisan pemandangan indah sudah dilukis oleh ayahnya. Nina senang melihat lukisan ayahnya yang begitu indah, terkadang Nina juga ikut melukis di kertasnya sendiri. Pernah suatu hari Nina bertanya kepada ayahnya, “Ayah, apa yang ayah pikirkan saat melukis pemandangan indah?” “Ayah membayangkan hal-hal yang indah juga, Nak. Pemandangan di taman saat matahari terbenam. Indahnya hamparan bunga di kaki bukit, dan masih banyak lagi.” Jawab ayah dengan ceria. “Wah, pantas saja hasil lukisannya indah, ternyata Ayah juga memikirkan hal-hal yang indah, ya.” ujar Nina sambil ikut tersenyum.

Sobat Kids, hari ini kita belajar untuk memikirkan hal-hal yang indah dalam pandangan Allah, Bapa kita. Mari kita memikirkan hal-hal yang baik dan terpuji, membantu sesama, atau merenungkan Firman Tuhan. Dengan pikiran terisi hal-hal positif, kita dapat menghasilkan keindahan dalam hidup kita. Kita dapat menjadi berkat bagi orang di sekitar kita. Hal ini tentunya sesuai dengan keinginan Allah. Dia tersenyum ketika kita melakukan hal-hal yang indah di mata-Nya.

Card image
Truth Junior 07 September 2023 - POSITIVE THINKING
2023-09-07 09:36:15


Filipi 4:8
“Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.”

Sobat Junior, dalam dunia ini banyak kesulitan yang harus kita hadapi. Kesulitan dari masing-masing kalian, pasti berbeda-beda. Mungkin sebagian dari kalian menghadapi tantangan dalam pertemanan. Ada teman yang sering mengejek atau mengajak kalian berbuat yang tidak baik. Ada juga yang menghadapi kesulitan dalam keluarga. Bahkan ada juga yang menghadapi kesulitan untuk melepaskan kebiasaan bermain dengan handphone berjam-jam.

Kita telah mengetahui bahwa tidak ada yang tersembunyi di mata Tuhan. Ia selalu tahu apa yang kita pikirkan, katakan, dan lakukan, atau kegiatan yang telah kita rencanakan. Kita juga sering mendengar bahwa Tuhan tidak pernah diam. Ia selalu memperhatikan, menunggu dan memiliki rencana untuk kita, bahkan Ia tidak pernah berhenti memeluk kita saat sedih. Apa pun yang harus kalian hadapi saat ini, Sobat Junior, tetaplah ingat kepada Tuhan.

Seperti ayat firman Tuhan hari ini katakan, kita harus memikirkan hal-hal yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua kebajikan dan semua yang patut dipuji. Jangan pikirkan hal yang lain, ya, Sobat Junior. Keep thinking positively.

Card image
Truth Youth 07 September 2023 (English Version) - GOD IS THAT CLOSE!
2023-09-07 09:19:46


"I answer: If you eat or drink or do anything else, do it all for the glory of God." (1 Corinthians 10:31)

For most people, secular life is often considered inferior to spiritual life, as it involves activities outside of church. Spiritual life, on the other hand, is viewed as higher and better because it pertains to the relationship with God and serving Him. This dualistic thinking indirectly undermines the way Christians view the world. However, the Bible teaches that everything we do should be done for God (1 Corinthians 10:31).

Secular life may seem ordinary and disconnected from God. However, when we offer our work and activities to God, our secular life unconsciously transforms into a spiritual one. In fact, our entire life should be a spiritual life because we do it for God. Therefore, there should no longer be a distinction between spiritual and secular life; they should be united as a complete "spiritual life."

Offering our perceived secular life to God doesn't stop at work or similar activities. Rather, we offer our daily life—eating, drinking—everything for God's glory. Without us realizing, God is present in our daily lives. God, whom we consider distant, is actually present when we eat, ride public transportation, work on school tasks until late at night, and even when we're asleep and unaware. God is that close! So, how can we not offer our seemingly simple, ordinary, and secular lives to God as a truly spiritual life? Remember, God is that close!

WHAT TO DO:
1. Transform secular life into a complete spiritual life.
2. Realize that God is close, and live life as an offering to Him.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 15-17

Card image
Truth Youth 07 September 2023 - TUHAN SEDEKAT ITU
2023-09-07 09:17:15


"Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah." (1 Korintus 10:31)

Bagi sebagian besar orang, kehidupan sekuler dipandang lebih rendah daripada kehidupan rohani karena hanya diisi oleh aktivitas-aktivitas di luar gereja. Sedangkan kehidupan rohani dipandang lebih tinggi dan lebih baik daripada kehidupan sekuler karena menyangkut hubungan dengan Tuhan dan pelayanan terhadap-Nya. Pemikiran dualisme seperti ini secara tidak langsung menggerogoti cara berpikir umat Kristen dalam memandang dunia. Padahal, Alkitab mengajarkan bahwa segala sesuatu yang kita lakukan harus dilakukan untuk Tuhan (1 Korintus 10:31).

Kehidupan sekuler memang terlihat terlalu biasa dan tidak ada hubungannya dengan Tuhan. Namun, ketika kita mempersembahkan pekerjaan dan aktivitas kita untuk Tuhan, maka kehidupan sekuler kita pun tanpa sadar akan ber-transformasi menjadi kehidupan rohani. Bahkan, seharusnya seluruh kehidupan kita adalah kehidupan rohani, karena kita melakukannya untuk Tuhan. Jadi, tidak ada lagi perbedaan antara kehidupan rohani dan sekuler, karena sejatinya semuanya harus dipersembahkan kepada Tuhan dan menjadi satu sebagai “kehidupan rohani” seutuhnya.

Mempersembahkan kepada Tuhan kehidupan yang kita anggap sekuler, tidak hanya berhenti pada pekerjaan atau semacamnya. Justru, yang kita persembahkan kepada Tuhan adalah kehidupan keseharian kita, baik kita makan dan minum, semuanya hanya untuk kemuliaan Tuhan. Secara tidak kita sadari, Tuhan pasti hadir dalam kehidupan keseharian kita. Tuhan yang kita anggap tidak dapat diraih itu, tetapi Ia justru hadir saat kita makan, berada di angkutan umum, mengerjakan tugas sekolah hingga larut malam, bahkan saat kita terlelap dalam mimpi dan tidak menyadari apa-apa. Tuhan sedekat itu! Jadi bagaimana tidak, kita mempersembahkan seluruh kehidupan kita yang kita anggap sederhana, biasa saja, dan yang kita anggap sekuler untuk Tuhan sebagai kehidupan yang rohani? Ingat, Tuhan sedekat itu!

WHAT TO DO:
1. Men-transformasikan kehidupan sekuler menjadi kehidupan rohani seutuhnya.
2. Menghayati bahwa Tuhan itu dekat dan hidup kita adalah persembahan untuk-Nya.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yeremia 15-17

Card image
Renungan Pagi - 07 September 2023
2023-09-07 09:14:18


Setiap manusia memiliki keterbatasan usia, durasi waktu hidup yang diberikan Sang Pemilik kehidupan. Pemazmur percaya benar akan hal itu, karena itu dia berdoa, "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian rupa, hingga kami beroleh hati yang bijaksana."

Menghitung hari bukan berarti setiap tanggal di kalender kita tandai dan menghitung hari-hari yang berlalu, tetapi arti secara etimologis adalah setiap hari datang kepada Tuhan dalam doa dan memohon hikmat Tuhan agar dapat mengisi hari-hari hidup untuk menyenangkan hati-Nya, sehingga kita semakin berkenan kepada Tuhan.

Semakin memohon hikmat Tuhan, maka kita akan menjadi orang-orang yang bijaksana, yaitu orang yang mampu bertindak tepat di setiap keadaan atau situasi, merespon dengan sikap hati yang benar setiap peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam hidup ini, menyadari bahwa Tuhan punya maksud dan tujuan dalam setiap situasi yang sedang kita hadapi. Lalu bagaimana caranya supaya memiliki hati bijaksana?

Yaitu ketika kita hidup takut akan Tuhan. Takut disini berarti menghormati Tuhan dengan sepantasnya, menghargai kehadiran-Nya dalam hidup kita, mendekat pada Tuhan dalam doa dan membaca Alkitab, merenungkan firman-Nya siang dan malam, serta melakukannya, karena  "Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian."

Hikmat yang sejati hanya dapat kita peroleh melalui hubungan karib dengan Tuhan, karena Dia adalah Sumber Hikmat. Salomo adalah contoh orang yang memiliki hikmat yang luar biasa. Hikmat diperoleh karena Salomo memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, memiliki keintiman dengan Tuhan.

Namun ketika ia mulai menyimpang dari jalan Tuhan dan meninggalkan-Nya, maka pada saat itulah Salomo berjalan menuju kepada kehancuran, jadi memiliki hati bijaksana adalah hasil dari orang yang berproses: taat dan hidup dekat dengan Tuhan!
(Mazmur 90:12 ; Amsal 9:10)

Card image
Quote Of The Day - 07 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-07 09:11:00


Betapa terhormatnya ketika kita diperkenan memercayai dan melayani Dia, maka jangan kehilangan kesempatan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 07 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-07 09:09:04


Mata Tuhan melihat bukan hanya apa yang kelihatan oleh mata jasmaniah, melainkan juga gerak pikiran dan perasaan kita, semua hal di dalam diri kita.

Card image
FOOLISH DREAMS - 07 September 2023 (English Version)
2023-09-07 09:06:59


1 Pet.1:24-25, “For, “All people are like grass, and all their glory is like the flowers of the field; the grass withers, and the flowers fall, but the word of the Lord endures forever.” These are the Words that the Gospel has spoken to you.”

Let’s reflect on a tragic reality that should be able to terrify our souls, namely the reality of humans who come and go, one after another. Remember the people we used to know who are dead: grandparents, parents, siblings, and friends, including people who used to be famous and who once lived, are now gone. On the other hand, comes the new ones: children, grandchildren, relatives, and friends. Then, there will be new popular people who will experience the same situation or fate, and we are one of them.

Everything that lives is like grass. Let’s not look at this exaggeration because, from the eyes of God, life on earth is truly like grass, and all its glory is like a grass flower that dries up, and the flowers fall. This reminds us of what the LORD said in Genesis 2, “You must not eat from the tree of the knowledge of good and evil, for when you eat from it you will certainly die.” Indeed, on the day humans ate the fruit, they began to experience the process of dying. This fact should make us not arrogant and look up to God.

We are like other humans, come and go, but the thing is, where are we going? This is what we have to think about. This is not because we are religious people or Christians, but because we are human beings, which the Bible says are like grass blooms in the morning and is thrown away in the evening. Let’s think about it and remember to be humble before God. If in James it is said, “… like vapor…” When people are on the verge of death and look at past days, they can only realize that life is like vapor. Even now, if we look at our children, it feels like just yesterday we were carrying them and going between schools; now they are teenagers and youths. Some even are married and have children.

If we are not made aware of this Word of God, we can drift off into foolish dreams. We feel as if this road has no end. Get up early, do activities, come home in the afternoon or evening, eat with family, and do home activities before finally going to bed. The next day, it happened again. We are rolled up in a life cycle that seems to have no end. Satan makes people roll up in this cycle by thinking as if they have no end in life’s journey.

The psalmist says in Ps.90:10, “Our days may come to seventy years, or eighty if our strength endures; yet the best of them are but trouble and sorrow, for they quickly pass, and we fly away.” In verse 12, he continues, “Teach us to number our days, that we may gain a heart of wisdom.” Because if we don’t count the days, we will drift away in the life cycle. We become unwise and careless with what we say and do, thinking this road has no end.

In Luke 12, we find the portrait of the man for whom he thought the road had no end. He is a rich man who is not satisfied with his possessions. He will overhaul his barns to build a bigger one and store all his grain and goods. Then he said, “I’ll say to myself, “You have plenty of grain laid up for many years. Take life easy; eat, drink, and be merry.” The question is, until when?

And it goes on to say, “… God said to him, ‘You fool! This very night, your life will be demanded from you. Then who will get what you have prepared for yourself?” Interestingly, there is a word, “… this very night…” Night refers to darkness. This could mean circumstances he did not expect outside of his awareness while sleeping. Night can also denote ignorance out of foolishness. So, let’s not be foolish but be wise.

Remember, this life comes and goes, and we are one of those who will surely die. Don’t be foolish and have foolish dreams. Don’t think as if the road has no end. We never know what will happen in the future. So, we must look for a strong hand to support us, sustain our lives on this earth, and maintain us until after the grave. Therefore, we sincerely say: “Hold my hand, Lord.” God will hold us who always live in His presence.   

DON'T BE FOOLISH AND HAVE FOOLISH DREAMS BY THINKING AS IF THIS PATH HAS NO END.

Card image
MIMPI BODOH - 07 September 2023
2023-09-07 05:09:53


1 Petrus 1:24-25, “Sebab: "Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur, tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya." Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu.”

Mari kita merenungkan satu realitas yang tragis yang mestinya hal itu bisa mendahsyatkan jiwa kita, yaitu kenyataan manusia yang datang dan pergi, silih berganti. Coba ingat, orang-orang yang dulu pernah kita kenal, yang sekarang sudah meninggal dunia; kakek, nenek,orangtua, saudara, teman. Di sisi lain, hadir yang baru; anak, cucu, saudara, teman. Termasuk juga orang-orang yang dulu pernah popular; artis, atlet, politisi atau pengusaha. Yang pernah hidup sekarang telah tiada. Lalu muncul lagi atlet baru, artis baru, politisi baru, dan mereka pun akan mengalami keadaan atau nasib yang sama. Dan kita, pasti salah satu di antaranya.

Semua yang hidup adalah seperti rumput. Jangan kita pandang ini berlebihan. Dari kacamata Tuhan, itu seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, menjadi kering dan bunga gugur. Hal ini mengingatkan kita pada apa yang dikatakan TUHAN di Kejadian 2:17, “Jangan makan buah ini, sebab pada hari kamu memakannya, kamu akan mati.” Memang, pada hari manusia makan buah itu, mereka mulai mengalami proses kematian. Kenyataan ini mestinya membuat kita tidak sombong dan membuat kita menengadah kepada Tuhan.

Kita seperti manusia lain, datang dan pergi. Tetapi masalahnya, kita pergi ke mana? Ini yang harus sungguh-sungguh kita pikirkan. Ini bukan karena kita orang beragama atau karena kita orang Kristen, tetapi karena kita adalah manusia yang Alkitab katakan seperti rumput yang pagi mekar, sore sudah dibuang. Mari sungguh-sungguh kita renungkan dan camkan agar kita bisa bersikap rendah hati di hadapan Allah. Kalau dalam Yakobus 4:14 dikatakan, “… seperti uap…” Ketika seorang di ujung maut, dan dia menatap hari-hari yang telah dilalui, maka dia baru bisa menyadari bahwa hidup benar-benar seperti uap. Sekarang saja, kalau kita melihat anak-anak kita, rasanya baru kemarin kita gendong dan antar sekolah, sekarang mereka sudah remaja, ada yang sudah jadi pemuda. Bahkan, ada yang sudah menikah dan mempunyai anak.

Kalau kita tidak disadarkan dengan Firman Tuhan ini, kita bisa hanyut dalam mimpi; mimpi bodoh. Kita merasa, seakan-akan jalan ini tidak berujung. Bangun pagi, melakukan aktivitas, pulang sore atau malam, makan bersama keluarga, beraktivitas sebelum akhirnya tidur. Besoknya terulang begitu lagi. Kita tergulung dalam suatu siklus yang seakan-akan siklus atau perputaran hidup tersebut tidak berujung. Setan membuat manusia tergulung dalam siklus tersebut dengan pemikiran seakan-akan, dia tidak memiliki ujung perjalanan hidup.

Pemazmur mengatakan dalam Mazmur 90:10, “Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.” Di ayat 12, ia melanjutkan, “Ajar kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” Sebab kalau kita tidak menghitung hari, maka kita akan terhanyut dalam siklus hidup. Kita menjadi tidak bijaksana, menjadi ceroboh, sembarangan dengan apa yang kita ucapkan, lakukan, dan pikirkan. Seakan-akan jalan ini tidak ada ujungnya.

Di Lukas 12, kita menemukan potret dari orang yang dia pikir jalan ini tidak ada ujungnya. Seorang kaya yang tidak puas dengan harta yang dia miliki. Ia mau merombak lumbung-lumbungnya untuk mendirikan yang lebih besar, dan menyimpannya di dalamnya segala gandum dan barang-barangnya. Lalu dia berkata, “Hai jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!” Pertanyaannya, sampai kapan?

Padahal selanjutnya dikatakan, “… firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?” Menarik di sini ada kata, “… pada malam ini…” Malam menunjuk kegelapan. Ini bisa berarti keadaan yang tidak dia duga, pada waktu dia tidur, di luar sadarnya. Malam juga bisa menunjukkan ketidaktahuan karena kebodohan. Maka, kita jangan bodoh. Kita harus bijaksana.

Ingat, hidup ini datang silih berganti dan kita salah satunya. Pasti mati. Jangan menjadi bodoh dan memiliki mimpi bodoh. Jangan berpikir seakan-akan jalan ini tidak ada ujungnya. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di depan. Maka, kita harus mencari tangan yang kuat yang bisa menopang kita. Menopang hidup kita di bumi ini, juga menopang hidup kita di balik kubur. Karenanya, kita dengan tulus berkata: “Pegang tanganku, Tuhan.” Tuhan pasti akan memegang kita yang selalu hidup dalam hadirat-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JANGAN MENJADI BODOH DAN MEMILIKI MIMPI BODOH DENGAN BERPIKIR SEAKAN-AKAN JALAN INI TIDAK ADA UJUNGNYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 September 2023
2023-09-07 05:03:03

Yehezkiel 37-30

Card image
Truth Kids 06 September 2023 - BERPIKIR SEDERHANA
2023-09-06 09:10:05


1 Korintus 14:20
“Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu”

Sobat Kids, apakah kalian pernah bermain di taman? Taman indah yang dipenuhi dengan bunga warna-warni dan pohon yang tinggi. Sobat Kids berada di taman itu dengan hati yang gembira, tertawa dan berlarian menikmati kebebasan tanpa merasa khawatir. Sobat Kids tersenyum ketika menyaksikan burung-burung kecil yang bebas beterbangan di sana.

Sobat Kids, kalian adalah anak-anak yang memiliki kemampuan untuk berpikir secara sederhana. Kalian dapat melihat keindahan dalam hal-hal kecil, seperti burung-burung yang beterbangan atau bunga-bunga yang bermekaran. Ini adalah kelebihan kalian dibanding orang dewasa, yaitu pola pikir yang sederhana. Anak-anak tidak memiliki pikiran yang rumit, juga tidak memikirkan kekhawatiran yang tidak perlu. Semakin bertambah dewasa, kalian akan terus belajar akan kelebihan yang kalian miliki. Jagalah pola pikir kalian sesuai dengan usia kalian masing-masing. Isi pikiran kalian dengan kebenaran Firman Tuhan. Sehingga pemikiran kalian akan sesuai dengan kebenaran Firman-Nya.

Card image
Truth Junior 06 September 2023 - BERPIKIR SEDERHANA
2023-09-06 09:08:19


1 Kor. 14:20
“Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!”

Secara pengalaman, pasti orang dewasa memiliki lebih banyak pengalaman daripada anak-anak. Tentu saja, kan orang dewasa lahir lebih dahulu. Orang dewasa sudah melalui banyak peristiwa dalam kehidupannya. Pengalaman anak-anak, pasti lebih sedikit dibandingkan orang tuanya. Makanya sering kali anak-anak belum mampu berpikir panjang dalam membuat keputusan. Contohnya saat kita malas belajar dan inginnya main terus. Kita berpikir “tidak apa-apa, nanti-nanti saja belajarnya.” Kita sering kali mengabaikan, akibat malas belajar, nanti bisa saja kita tidak mengerti pelajaran di sekolah dengan baik. Orang tua pasti akan mengingatkan kita untuk belajar, karena pemikiran mereka sudah dewasa. Orang dewasa tahu bahwa rajin belajar akan menentukan masa depan seorang anak.

Anak-anak pada umumnya tidak ada yang memiliki cita-cita untuk berbuat jahat. Kejahatan yang terjadi, lebih banyak dilakukan oleh orang dewasa. Itu disebabkan anak-anak berpikir secara sederhana. Ini adalah kelebihan yang dimiliki anak-anak, Sobat Junior. Oleh sebab itu, pikiran kita harus diisi dengan kebenaran firman Tuhan supaya tidak tersesat kepada kejahatan. Yuk, Sobat Junior, kita baca renungan Truth Junior setiap hari. Begitu juga dengan Alkitab, kita harus membacanya setiap hari. Pikiran kita terus diasah, agar sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.

Card image
Truth Youth 06 September 2023 (English Version) - CHRISTIAN ANTHROPOLOGY (PART 3): WOMEN AND LIFE
2023-09-06 09:06:16


"God blessed them and said to them, 'Be fruitful and increase in number; fill the earth and subdue it. Rule over the fish in the sea and the birds in the sky and over every living creature that moves on the ground" (Genesis 1:28).

In the previous reflections, we learned about the immense value of life in the eyes of God. No human has the right to exploit other creations. God's mandate to humans to rule over the Earth and all creation should be understood correctly—to nurture, care for, govern, and protect.

Speaking of the proper understanding of life cannot be separated from the presence of Eve as the first woman and the mother of all living beings. This text holds a profound and beautiful meaning about the woman's role in giving and nurturing life, explaining the close connection between women's physiological and psychological characteristics and life.

In a society that often abuses the Earth and its creatures, Christians are called to live according to God's original design—as representatives of God. We witness how the world's oppressive system places men as the pinnacle creation, often leading men to behave oppressively, cruelly, ruthlessly, and vilely towards all forms of life, including women—who give and nurture life. Without realizing it, by acting oppressively, unfairly, and cruelly towards women, we are placing ourselves in a heavy matter with God, as women play an incredibly significant role in the sustenance and preservation of all creation.

Therefore, let us repent from the world's oppressive mindset and return to God's grand mandate to nurture, care for, and protect all life. Always remember that we are called to care for and love all of creation with God's profound love. Cultivate a heart that recognizes the immense value of life and a gentle, loving heart capable of loving all creatures. Amen.

WHAT TO DO:
1. Train ourselves to be just and loving towards all creation.
2. Love all creation with genuine love and gentleness.
3. Create an atmosphere of love, warmth, and tenderness wherever we are.

BIBLE MARATHON:
▪︎Jeremiah 12-14

Card image
Truth Youth 06 September 2023 - ANTROPOLOGI KRISTEN (BAGIAN 3) : PEREMPUAN DAN KEHIDUPAN
2023-09-06 09:02:50


Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi” (Kej. 1:28).

Pada renungan sebelumnya, kita sudah belajar tentang betapa berharganya kehidupan di mata Allah. Tidak satu kali pun manusia berhak mengeksploitasi ciptaan lain. Mandat Tuhan Allah kepada manusia untuk menguasai bumi dan seluruh ciptaan harus dimaknai secara benar, yakni untuk memelihara, merawat, mengatur, dan menjaganya.

Berbicara tentang pemaknaan yang benar terhadap kehidupan tidak dapat dipisahkan dari keberadaan sosok Hawa sebagai perempuan pertama sekaligus ibu dari segala yang hidup. Teks tersebut sebenarnya memiliki pemaknaan yang sangat agung, indah, dan mendalam mengenai sosok perempuan dan kaitannya dengan kehidupan. Dalam studi, perempuan ternyata merupakan sosok ciptaan yang dirancang khusus sebagai pemberi sekaligus pemelihara kehidupan sehingga tidak heran kita melihat karakteristik fisiologis dan psikologis perempuan sangat erat dengan kehidupan.

Di tengah masyarakat yang semena-mena terhadap bumi dan seluruh ciptaan, orang-orang Kristen dipanggil untuk hidup seperti rancangan-Nya yang semula, yakni sebagai manusia Allah. Kita menyaksikan bagaimana sistem dunia yang semena-mena ini menempatkan laki-laki sebagai ciptaan puncak sehingga sering kali laki-laki suka berbuat semena-mena, kejam, bengis, dan keji terhadap kehidupan ciptaan lain, termasuk perempuan, yang adalah pemberi sekaligus pemelihara kehidupan. Tanpa kita sadari, dengan kita berbuat semena-mena, tidak adil, apalagi kejam terhadap perempuan, kita telah menempatkan diri kita dalam suatu perkara yang berat dengan Allah sebab sosok perempuan memegang peranan yang amat sangat penting dalam keberlangsungan dan terpeliharanya kehidupan seluruh ciptaan.

Oleh sebab itu, marilah kita bertobat dari jalan pikiran dunia yang semena-mena dan kembali kepada mandat agung Tuhan untuk memelihara, merawat, dan menjaga seluruh kehidupan. Ingatlah senantiasa bahwa kita dipanggil untuk merawat dan mencintai seluruh ciptaan dengan cinta kasih Tuhan yang agung. Milikilah hati Tuhan yang mampu melihat betapa berharganya kehidupan serta hati yang lembut dan penuh cinta untuk mampu mencintai seluruh makhluk. Amin.

WHAT TO DO:
1. Disiplin membina diri untuk bersikap adil dan penuh cinta terhadap seluruh ciptaan
2. Mengasihi seluruh ciptaan dengan cinta dan kelembutan yang tulus
3. Ciptakan suasana yang penuh cinta, kehangatan, dan kelembutan di mana pun kita berada.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yeremia 12-14

Card image
Renungan Pagi - 06 September 2023
2023-09-06 08:59:46


Keberadaan Bait Allah sejak dibangun oleh Salomo waktu itu, kerinduan hati Allah untuk tinggal bersama umat-Nya. Secara sangat terbatas, hal itu diwakili oleh bangunan yang megah di Yerusalem saat itu. Tetapi, saat ini Allah Bapa telah melakukan hal yang lebih ajaib melalui karya keselamatan yang dikerjakan oleh Putra-Nya, Tuhan Yesus Kristus.

Kita ditebus oleh kuasa Darah-Nya, lalu saat Tuhan Yesus yang telah mati, dibangkitkan dan naik ke surga, Roh Kudus diberikan bagi kita. Maka tubuh kita pun menjadi bait Allah, yakni tempat Roh Allah berdiam, tinggal didalamnya. "Tidak tahukah, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu."

Memelihara bait Allah sama artinya dengan membuat tubuh ini mempermuliakan Tuhan, lewat apa yang kita pikirkan, katakan dan lakukan. Biarkan Roh Kudus berkuasa atas tubuh ini sehingga hawa nafsu dan keinginannya terus dimatikan setiap hari dan kita berjalan dalam tuntunan Roh Kudus, dengan rela menyerahkan hidup dalam kendali Roh Kudus.

Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, — dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!
(1 Korintus 3:16-17 ; 6:19)

Card image
Quote Of The Day - 06 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-06 09:15:37


Kesembuhan dan materi ternyata tidak dapat menjadi gambaran bahwa kita telah dipulihkan oleh Tuhan; namun karakter kita yang berubahlah yang membuktikannya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 06 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-06 08:46:06


Jangan kita memperkarakan orang lain. Perkarakan diri kita sendiri dalam hidup kita sendiri. Maka, pertanyaannya adalah apakah hidup kita benar-benar sudah berkenan di hadapan Tuhan.

Card image
THE GREAT ADVENTURE OF LIFE - 06 September 2023 (English Version)
2023-09-06 08:43:51


Many people feel they don’t have an excellent opportunity to have a great adventure in life because they think they have failed as housewives, business people, students, and employees, and those who are sick or look bad in the eyes of humans. They feel they are nobody and have nothing, especially if they go through years of being looked down upon and getting a bad label from their family and other people, even though they have God the Father who loves them very much.

We can still have significant life adventures, no matter our circumstances. The great adventure of life is the life adventure of people enjoyed by the Owner of Life, God. We will be preserved until eternity. Humans like us—who have a life that goes with God—are enjoyed by Him and will continue in eternity. So, let’s start today with a new zest for life because we still have a great chance at life to build a very quality life.

Time is grace; within it, we have moments or kairos or the right opportunity to do what God wills. Our grand adventure is doing what God wants in our lives and completing His work. Everyone must have a special and unique work from God. Therefore, everyone has to question about it to Him. So, if someone wants to understand God’s plan and work entrusted to them, they must start by doing God’s will in every case of life experienced daily.

And in the end, everyone will have to choose, thirst for God or the world, thirsty for a holy life, or for doing things that satisfy oneself. Every moment has an opportunity to do God’s will or not. However, if we look at God, we see what we can do to please God; from this, we experience the process of God’s fullness. The habit of living to do the will of the Father makes us divine in nature (Gr. Theios). Jesus, our Lord, has accomplished that. Thus, He becomes the source of salvation or aitios, composer, author, or cause of a situation.

Ultimately, everyone will have to choose: thirst for God or the world, a holy life, or for doing things that satisfy oneself. Every moment has an opportunity to do God’s will or not. However, if we look at God, we see what we can do to please God; from this, we experience the process of God’s fullness. The habit of living to do the will of the Father makes us divine in nature (Gr. Theios). Jesus, our Lord, has accomplished that. Thus, He becomes the source of salvation or aitios, composer, author, or cause of a situation.

The essence of the salvation that Jesus did was to change us, and of course, His Majesty, Our Lord, Jesus Christ, must be the model. We must not listen to slander from Satan, who says, “You are useless and worthless. God forgot you.”  We are valuable, and God loves us, and we still have a chance to be great people before Him. Don’t just believe in this reflection; we must respond well and change. However, this depends on our intentions. So, don’t get caught up in so-called passivity. We must make ourselves alive and active and direct ourselves to spiritual matters.

Remember the Words of the Lord Jesus in Matt.5:20, “For I tell you that unless your righteousness surpasses that of the Pharisees and the teachers of the law, you will certainly not enter the kingdom of heaven.” This statement of the Lord Jesus contains a call for us to have an extraordinary life that is more than scribes, Pharisees, and religious figures. So, don’t turn off this voice of God. Make the rest of our lives worthy and become a great adventure. We begin by walking with God every day. No life is more valuable than a life that walks with God. This is indeed abstract, but it becomes real if we do and experience it.

If we are thirsty for God and longing for change, we will get confirmation from the Holy Spirit. Remember, God is alive and real. Even though our life is tragic in the world’s judgment, it does not become tragic if we seek refuge in God. God has the power to turn clay into beautiful vessels; He can change us. Don’t let us remain unchanged. Our only world is God, nothing else. This is a high spiritual level, but we must reach it.  

WHATEVER AND HOWEVER OUR CIRCUMSTANCES TODAY, WE CAN STILL HAVE A GREAT ADVENTURE IN LIFE.

Card image
PETUALANGAN HIDUP YANG HEBAT - 06 September 2023
2023-09-06 09:19:51


Sampai saat ini, banyak orang yang merasa tidak punya kesempatan besar untuk memiliki petualangan hidup yang hebat. Karena mereka merasa gagal menjadi ibu rumah tangga, gagal sebagai pebisnis, mahasiswa, karyawan, belum lagi kalau sakit-sakitan, atau berpenampilan buruk di mata manusia. Apalagi kalau mereka melewati tahun-tahun di mana mereka direndahkan dan mendapat label yang buruk dari keluarga dan orang lain. Mereka merasa bukan siapa-siapa, tidak punya apa-apa, padahal sesungguhnya mereka memiliki Allah Bapa yang sangat mengasihinya.

Sejatinya, apa pun dan bagaimana pun keadaan kita hari ini, kita tetap bisa memiliki petualangan hidup yang hebat. Yang kehebatannya tidak dapat dinilai oleh mata manusia, tetapi dinilai oleh Allah. Petualangan hidup yang hebat itu adalah petualangan hidup orang yang dinikmati oleh Sang Pemilik Kehidupan, yaitu Allah. Kita akan dilestarikan di keabadian. Makhluk manusia seperti kita—yang memiliki kehidupan yang berjalan dengan Tuhan—dinikmati Tuhan dan akan terus dilanjutkan di kekekalan. Jadi, ayo kita mulai hari ini dengan semangat hidup yang baru karena kita masih memiliki kesempatan hidup yang hebat. Kesempatan hidup untuk membangun kehidupan yang sangat berkualitas.

Waktu adalah anugerah. Di dalam waktu, kita memiliki momentum atau kairos; atau kesempatan yang tepat untuk melakukan apa yang Allah kehendaki. Jadi, petualangan hebat kita itu ketika kita melakukan apa yang Allah kehendaki di dalam hidup kita masing-masing dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Setiap orang pasti memiliki pekerjaan khusus dan khas dari Allah, dan setiap orang harus memperkarakannya. Maka, kalau seseorang mau mengerti apa rencana Allah dan pekerjaan Allah yang dipercayakan kepadanya, tentu ia harus mulai dari melakukan kehendak Allah di dalam setiap kasus hidup yang dialaminya setiap hari.

Dan pada akhirnya, setiap orang akan harus memilih, haus akan Allah atau haus akan dunia; haus hidup suci atau haus melakukan hal-hal yang memuaskan diri sendiri. Jadi, di dalam setiap momentum ada kesempatan untuk melakukan kehendak Allah atau menolak. Namun, kalau kita memandang Tuhan, maka kita melihat apa yang dapat kita lakukan untuk menyenangkan hati Tuhan. Dari hal ini, kita mengalami proses kepenuhan Allah. Kebiasaan hidup melakukan kehendak Bapa itu membuat kita menjadi berkodrat ilahi (Yun. theios). Dan Yesus, Tuhan kita, telah berhasil mencapai itu. Maka, Dia menjadi pokok keselamatan atau aitios; penggubah, komposer, atau penyebab suatu keadaan.

Jadi, keselamatan yang dikerjakan Yesus, pada intinya itu untuk mengubah kita. Tentu Yang Mulia Tuhan kita, Yesus Kristus, harus menjadi modelnya. Maka, jangan kita mendengar fitnah dari Iblis yang berkata, “Kamu tidak berguna. Kamu tidak berharga. Allah melupakan kamu.” Jangan didengar. Yang benar adalah kita berharga dan Allah mengasihi kita. Kita masih punya kesempatan untuk menjadi orang hebat di hadapan Allah. Jangan hanya mengaminkan renungan ini, tetapi berikanlah respons yang baik, dan berubahlah. Namun, hal ini tergantung dari niat kita. Jangan terjebak dalam apa yang disebut pasivitas; pasif. Kita harus membuat diri kita itu hidup; aktif. Yang kita arahkan kepada perkara-perkara rohani; aktif.

Ingat perkataan Tuhan Yesus di Matius 5:20, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari hidup keagamaan ahli Taurat dan orang Farisi, kamu tidak masuk surga.” Pernyataan Tuhan Yesus ini sebenarnya memuat panggilan agar kita memiliki hidup yang luar biasa. Lebih dari ahli Taurat dan orang Farisi, lebih dari tokoh-tokoh agama samawi. Maka, jangan padamkan suara Tuhan ini. Di sisa umur hidup kita, jadikanlah hidup kita ini bernilai, agar menjadi petualangan yang hebat. Kita mulai dengan berjalan bersama Tuhan setiap hari. Tidak ada kehidupan yang lebih bernilai dari kehidupan yang berjalan dengan Tuhan. Hal ini memang abstrak, tetapi tidak menjadi abstrak kalau kita melakukan dan mengalaminya.

Kalau kita haus akan Tuhan, rindu berubah, kita pasti mendapatkan konfirmasi dari Roh Kudus. Ingat, Tuhan itu hidup. Tuhan itu nyata. Walau dalam penilaian dunia, hidup kita tragis, tetapi tidak menjadi tragis kalau kita mengungsi ke Tuhan. Sebab Tuhan berkuasa mengubah tanah liat menjadi bejana yang indah; Tuhan berkuasa mengubah kita. Jangan tidak berubah. Dunia kita satu-satunya adalah Tuhan, tidak ada yang lain. Ini adalah tingkat rohani yang tinggi, tetapi kita harus mencapainya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

APA PUN DAN BAGAIMANA PUN KEADAAN KITA HARI INI, KITA TETAP BISA MEMILIKI PETUALANGAN HIDUP YANG HEBAT.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 September 2023
2023-09-06 08:32:04

Yehezkiel 34-36

Card image
Truth Kids 05 September 2023 - LOLA DAN MELI
2023-09-05 09:07:36


Ibrani 8:12
"Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka."

Namaku Lola dan ini adikku, Meli. Kami selalu bersama. Meli berumur 3 tahun dan aku berumur 6 tahun. Saat papa dan mama pergi ke gereja, aku dan adikku juga ikut. Kami mengikuti ibadah Sekolah Minggu. Kami senang karena bisa mendengarkan firman Tuhan yang diceritakan oleh kakak Sekolah Minggu dengan lucu. Di Sekolah Minggu, aku menjaga Meli supaya duduk manis mendengarkan cerita firman Tuhan. Namun, di tengah-tengah cerita firman Tuhan, Meli mengeluarkan mainannya. Meli bermain bersama temannya saat firman Tuhan.

Lalu aku berkata kepada Meli, “Meli, kakak ambil ya mainan kamu. Kamu tidak mendengarkan firman Tuhan.” Nada suaraku yang sedikit tinggi membuat Meli kaget dan menangis. Akhirnya Meli pergi duduk menjauh dariku. “Waduh… harusnya aku tadi tidak marah-marah ke Meli. Pasti dia sedih karena aku marahi. Aku akan minta maaf kepada adikku supaya ia ceria lagi. Aku pun segera mendekati Meli dan meminta maaf kepadanya. “Meli, maafin kakak, ya. Tadi kakak marah sama kamu,” ujarku sambil memeluknya. Meli pun tersenyum kembali.

Sobat Kids, dari cerita di atas, kita belajar bahwa Meli adalah anak yang cepat melupakan kesalahan orang lain. Demikian juga dengan Tuhan Yesus yang sayang pada kita. Jika kita mengakui kesalahan kita, Tuhan Yesus pasti mau melupakan kesalahan kita. Ayo, Sobat Kids, kita juga belajar melupakan kesalahan orang lain, ya!

Card image
Truth Junior 05 September 2023 - CEPAT MELUPAKAN
2023-09-05 09:05:47


Ibrani 8:12
“Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka.”

Setelah kita belajar untuk memaafkan, maka juga perlu untuk melupakan kesalahan teman kita. Tuhan telah mati untuk kita, Ia menebus dosa kita dengan kematian dan kebangkitan-Nya. Tuhan Yesus tidak pernah mengingat dosa-dosa kita, tetapi menerima dan menuntun kita untuk berbalik pada-Nya. Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita akan Tuhan yang panjang sabar. Padahal, sering kali kita berbohong dan melakukan kesalahan lainnya. Namun, kasih-Nya tidak pernah meninggalkan kita.

Coba bayangkan jika Tuhan terus mengingat-ingat kesalahan yang pernah kita perbuat. Apakah kalian bisa bayangkan berapa banyak kesalahan yang pernah kita perbuat sejak dari kecil hingga usia kita sekarang ini? Belum lagi kesalahan kita saat dewasa nanti. Seharusnya, secara jumlah, dosa yang kita perbuat bertambah sedikit. Tapi pasti masih ada saja dosa yang mungkin akan kita lakukan nanti.

Seperti Tuhan yang tidak mengingat dosa-dosa kita, kita seharusnya juga tidak mengingat-ingat kesalahan orang lain kepada kita. Yuk, kita cepat memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain, Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 05 September 2023 (English Version) - CHRISTIAN ANTHROPOLOGY (PART 2): VALUING LIFE
2023-09-05 09:04:01


"If the rainbow is in the clouds, I will see it and remember the everlasting covenant between God and all living creatures of every kind on the earth." (Genesis 9:16)

The Bible is the sole sacred text that narrates the origin of Earth and all creation. This time, we will focus on God's mandate for humans to rule over the Earth and all creation. Interpretations of the creation story may vary, but both readings and interpretations tend to be anthropocentric, leading to humans abusing the rest of creation.

Such interpretations are misguided; God's intention is to bring harmony to all of His creation. While the words "rule over" are derived from the Hebrew root word "radah," which indeed means to rule over or subdue, it can also mean to govern. The term "govern" is more appropriate as it reflects the magnificence of God's character, acknowledging that all life is precious to Him. Thus, the existence of humanity should be interpreted as beings specially created in God's image, tasked with the responsibility to nurture, govern, and care for all life on Earth. This is the principal responsibility of rulership—not exploitation.

God has established an everlasting covenant between Himself and all creation, showcasing that all life is immensely precious to Him. Without this awareness, a Christian will fail to become a true representative of God. Hence, we must hold the same interpretation and treatment towards all life. Christians should treat all creation as God does, recognizing their worth. God's design of humans as Earth's stewards needs to be deeply understood and taken seriously, as it is both an extraordinary and noble responsibility. May each of us find, interpret, and embrace our true calling as God's representatives while living in this world. Amen.

WHAT TO DO:
1. Nurture, care for, and protect all life wherever we are.
2. Treat all of creation as God treats them.
3. Diligently study the Bible and pray.

BIBLE MARATHON:
▪︎Jeremiah 9-11

Card image
Truth Youth 05 September 2023 - ANTROPOLOGI KRISTEN (BAGIAN 2) : BERHARGANYA KEHIDUPAN
2023-09-05 09:01:39


"Jika busur itu ada di awan, maka Aku akan melihatnya, sehingga Aku mengingat perjanjian-Ku yang kekal antara Allah dan segala makhluk yang hidup, segala makhluk yang ada di bumi." (Kej. 9:16).

Alkitab merupakan satu-satunya kitab suci yang mengisahkan asal-usul penciptaan bumi dan seluruh ciptaan. Kali ini, kita akan menyoroti mandat Tuhan Allah untuk menguasai bumi dan seluruh ciptaan. Pembacaan dan pemaknaan terhadap kisah penciptaan memang beragam, tetapi, baik pembacaan maupun pemaknaannya, sering kali cenderung antroposentris dan faktanya mengakibatkan manusia menjadi makhluk yang semena-mena terhadap seluruh ciptaan.

Tentu hasil penafsiran yang demikian tidaklah benar, sebab Tuhan menghendaki terciptanya keharmonisan antar ciptaan. Kata menguasai dan menaklukkan berasal dari akar kata Ibrani 'radah' yang memang berarti menguasai dan menaklukkan, tetapi juga bisa berarti mengatur. Diksi “mengatur” lebih tepat untuk memperlihatkan keagungan karakter Allah yang memandang bahwa seluruh kehidupan sangat berharga di mata-Nya. Maka, keberadaan manusia pun mestinya dimaknai sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan secara khusus menurut gambar dan rupa-Nya sebagai penguasa di bumi yang bertanggung jawab untuk memelihara, mengatur, serta menjaga seluruh kehidupan di bumi. Inilah tanggung jawab utama sosok penguasa, bukan malah mengeksploitasi.

Tuhan Allah pun telah mengadakan perjanjian kekal antara Allah dengan seluruh ciptaan sebagai bukti bahwa seluruh kehidupan sangatlah berharga di mata-Nya. Tanpa kesadaran tersebut, seorang Kristen akan gagal menjadi manusia Allah. Oleh sebab itu, kita juga harus memiliki pemaknaan dan perlakuan yang sama terhadap seluruh kehidupan. Orang-orang Kristen harus memperlakukan seluruh ciptaan sebagaimana Allah memandang mereka semua berharga. Rancangan Allah atas keberadaan manusia sebagai penguasa di bumi perlu kita maknai dengan serius, sebab rancangan tersebut merupakan suatu rancangan sekaligus tanggung jawab yang sangat agung dan mulia. Kiranya setiap kita boleh menemukan, memaknai, dan menghidupkan panggilan sejati kita sebagai manusia Allah selama hidup di dalam dunia ini. Amin.

WHAT TO DO:
1. Mengatur, menjaga, dan memelihara seluruh kehidupan di mana pun kita berada
2. Memperlakukan seluruh ciptaan sebagaimana Tuhan memperlakukan mereka
3. Tekun mempelajari Alkitab dan berdoa

BIBLE MARATHON:
▪︎Yeremia 9-11

Card image
Renungan Pagi - 05 September 2023
2023-09-05 08:42:47


Percabulan adalah dosa yang mengikat, sulit sekali orang yang melakukan percabulan untuk melepaskan diri dari kebiasaannya itu. Perhatikan ketika Rasul Paulus memberi peringatan keras untuk menjauhi percabulan dan mengikatkan diri pada Tuhan, bukan pada perempuan cabul. Peringatan ini jelas ditujukan pada jemaat laki-laki di Korintus, yang masih terikat dalam dosa percabulan.

Atau tidak tahukah kamu, bahwa siapa yang mengikatkan dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia? Sebab, demikianlah kata nas: "Keduanya akan menjadi satu daging." Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.

Jadi mereka yang mengikatkan diri dengan perempuan cabul, menjadi satu daging dengan dia. Kedaginganmu yang dipuaskan, membuat engkau terikat dalam kenajisan, sulit untuk hidup dalam kekudusan. Tetapi jika kita mengikatkan diri pada Tuhan, maka kita menjadi satu roh dengan Tuhan, dengan demikian kita pasti mudah untuk hidup dalam kekudusan, sebab Tuhan adalah kudus.

Perhatikan lagi peringatan Rasul Paulus selanjutnya, "Jauhkanlah dirimu dari percabulan!, setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri." Jadi apakah engkau dapat menikmati hidup dengan berdosa pada dirimu sendiri? Segeralah bertobat dan mengikatkan diri pada Tuhan, supaya hidupmu dipenuhi damai sejahtera Tuhan.
(1 Korintus 6:16-18)

Card image
Quote Of The Day - 05 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-05 08:39:21


Tuhan punya banyak cara untuk menolong kita, namun jika suatu keadaan Tuhan izinkan, itu merupakan cara Tuhan membuka mata rohani kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 05 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-05 08:37:22


Kita mau mengibarkan bendera Tuhan di dalam hidup kita. Yang mana itu menakutkan bagi kuasa kegelapan, karena orang-orang seperti ini akan mempercepat kedatangan Tuhan. Maka, jangan lupa waktu untuk bertemu Tuhan secara pribadi.

Card image
WALK WITH GOD - 05 September 2023 (English Version)
2023-09-05 08:35:56


What is needed by the congregation in preaching God’s Word is the pure voice and expression of God, not human thoughts. This is a tough job for the preachers of the Word in the pulpit. It is not difficult if we only talk about knowledge about God, learning about God, theology studied in the Bible College, or things read from books or heard from priests or other preachers. There is much material to prepare and deliver to the congregation. However, this would be very difficult if a preacher had to convey what God wanted them to say, and the price is also costly. It’s not enough, just a theological college or knowledge absorbed from various sources. What is most needed is someone who walks with God all the time.

We must live a holy life according to God’s standards to always walk with Him. The Word of God says, “Be holy because I am holy,” so we must be completely detached from this world. If that is truly done, namely walking with God every moment, living in communion and His presence, then we can be gripped, possessed, and filled with the Holy Spirit. That’s what the Bible says: “filled of or in the fullness of God.” Jesus is the Great Person filled by God, the true model for our lives today. God’s Word says, “Out of his fullness, we have all received grace in place of grace already given.”

Filled with the fullness of God is not just for pastors who deliver the word in the pulpit. Eph.3:19 says, “And to know this love that surpasses knowledge—that you may be filled to the measure of all the fullness of God.” Remember, all of us are God’s witnesses and His open letters. The standard we must achieve is that God is always present wherever we are so that, wherever we are, we represent the Father in heaven. We become the messengers of Jesus Christ, our Lord, wherever we are, carrying out any activities. The Lord Jesus said, “As the Father has sent Me, I am sending you.” We are the messengers of the Lord Jesus wherever and whenever we are.

How difficult it is to be someone who lives in the fullness of God, become His representative, witness, and present Him wherever we are. It is difficult because we are often unstable, and the environment greatly influences our situation. So situational. When in church, we can act like angels, but outside, we can’t remember that we are in the presence of God. We must continue to be in the 24-hour movement in God’s presence to realize that we are in an area where He is always present. We are not in a no man’s land but always in a place where God is present. We must always guard every movement of our thoughts, feelings, reflections of our hearts, words, and deeds. Indeed, no one can judge us because no one can follow our life journey 24 hours. We also should not easily judge others. Not easily, meaning it’s not impossible at all.

Walking with God every moment is a great adventure in life. However, the way of life of the world’s children that has possessed us can be a barrier to having meaningful or valuable life adventures. Generally, people feel they have been content or have worthwhile experiences when they graduate from college, have complete facilities, or become an official. That’s fine, but don’t make it our goal. Each of us has to be an expert in what we do, but it wouldn’t be a great adventure if we weren’t filled with God.

Let us be aware. It’s simple, not grandiose. Starting from home, always utter nicely to our spouse, children, parents, household assistants, drivers, and garbage collectors. We also behave well at work to our subordinates, colleagues, superiors, and anybody. Don’t do undignified acts as children of God because we represent the Father, and He will make us light because a burning lamp can’t be closed under a bushel.

  WALKING WITH GOD EVERY MOMENT IS A GREAT ADVENTURE IN LIFE.

Card image
BERJALAN BERSAMA TUHAN - 05 September 2023
2023-09-05 08:33:50


Khususnya dalam pemberitaan firman Tuhan, jemaat pasti membutuhkan suara Tuhan atau firman Tuhan yang murni, yang dari Tuhan, bukan pikiran manusia. Memang ini adalah pekerjaan yang sangat berat bagi para pemberita firman yang ada di mimbar. Kalau hanya berbicara atas pengetahuan tentang Tuhan, ilmu tentang Tuhan, teologi yang dipelajari di sekolah tinggi teologi, hal yang dibaca dari buku atau didengar dari pendeta atau penceramah lain, itu sangat mudah. Terlalu banyak bahan yang akan bisa disediakan dan disampaikan kepada jemaat. Namun, kalau seorang pemberita firman harus menyampaikan apa yang Tuhan kehendaki untuk disampaikan, pasti ini akan berat sekali. Harganya juga sangat mahal. Maka, tidak cukup hanya sekolah teologi, atau pengetahuan yang diserap dari berbagai sumber. Hal yang paling dibutuhkan adalah seorang yang berjalan dengan Tuhan setiap saat.

Tentu untuk berjalan dengan Tuhan setiap saat, maka seseorang harus benar-benar hidup suci, hidup kudus dalam standar Allah. Sebab firman Tuhan mengatakan, “Kuduslah kamu sebab Aku kudus.” Artinya, seseorang harus benar-benar tidak terikat dengan dunia ini. Jika hal itu benar-benar dilakukan, yaitu setiap saat berjalan dengan Tuhan, hidup dalam persekutuan dengan Tuhan, hidup di hadirat Tuhan, maka ia bisa dicengkeram, dirasuki Roh Kudus, dipenuhi Roh Kudus. Itulah yang Alkitab katakan “dipenuhi oleh Allah” atau “kepenuhan oleh Allah.” Yesus adalah Pribadi Agung yang dipenuhi oleh Allah dan itu menjadi model yang benar bagi hidup kita saat ini. Firman Tuhan mengatakan, “Karena dari kepenuhan-Nya, kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia.”

Kepenuhan Allah bukan hanya untuk pendeta yang menyampaikan firman di mimbar. Itu tentu mutlak. Efesus 3:19 berkata, “Aku berdoa supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.” Ingat, semua kita adalah saksi-saksi Tuhan dan surat yang terbuka. Maka, standar yang kita harus capai adalah di mana kita hadir, di situ juga Allah hadir. Sehingga, di mana pun kita berada, kita mewakili Bapa di surga. Di mana pun kita berada dan melakukan berbagai aktivitas, di situ kita menjadi utusan Yesus Kristus, Tuhan kita. Tuhan Yesus berkata, “Seperti Bapa mengutus Aku, Aku mengutus kamu.” Tidak pernah kita tidak menjadi utusan Tuhan Yesus di mana pun dan kapan pun.

Betapa sulitnya menjadi seorang yang hidup dalam kepenuhan Allah. Menjadi perwakilan Tuhan, menjadi saksi Tuhan yang di mana pun berada menghadirkan Tuhan. Betapa sulitnya, karena kita sering tidak stabil. Keadaan kita sangat terpengaruhi oleh lingkungan. Jadi situasional. Waktu di gereja, kita bisa berakting bagai malaikat, tetapi di luar gereja, kita bisa tidak ingat kalau kita sedang ada di hadapan Tuhan. Maka, kita sedang terus menggerakkan gerakan 24 jam di hadirat Allah, untuk menghayati bahwa kita ada di wilayah di mana Allah selalu hadir. Kita tidak berada di daerah yang tak bertuan, tetapi kita selalu ada di daerah yang bertuan di mana Allah hadir. Kita harus selalu menjaga setiap gerak pikiran, perasaan kita, renungan hati, perkataan dan perbuatan kita. Memang tidak ada orang yang bisa menilai kita, karena tidak ada orang yang bisa mengikuti perjalanan hidup kita 24 jam. Sebaliknya, kita juga tidak boleh dengan mudah menilai orang lain. Tidak dengan mudah, artinya bukan tidak bisa sama sekali.

Berjalan bersama Tuhan setiap saat adalah petualangan hidup yang hebat. Namun, cara hidup anak dunia yang telah merasuki kita bisa menjadi penghalang untuk kita memiliki petualangan hidup yang berarti atau bernilai. Umumnya, seseorang merasa memiliki isi atau petualangan hidup yang bernilai kalau lulus dari perguruan tinggi, memiliki fasilitas lengkap, atau menjadi seorang pejabat. Bukan tidak boleh, tetapi jangan jadikan hal itu sebagai tujuan. Masing-masing kita tentu harus ahli di bidangnya, tetapi hal itu tidak menjadi petualangan yang hebat kalau kita tidak dipenuhi oleh Allah.

Mari kita sadar. Sederhana saja dan tidak perlu muluk-muluk. Dimulai di rumah, kita mau selalu menjaga perkataan terhadap pasangan hidup, anak, orangtua, asisten rumah tangga, sopir, dan tukang sampah. Di tempat kerja, kita juga menjaga perkataan kepada bawahan, rekan kerja, atasan; siapa pun. Perbuatan-perbuatan yang tidak bermartabat anak Allah, jangan dilakukan, karena kita mewakili Bapa. Tuhan pasti akan menjadikan kita terang, karena tidak mungkin pelita yang menyala, ditutup di bawah gantang.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

BERJALAN BERSAMA TUHAN SETIAP SAAT ADALAH PETUALANGAN HIDUP YANG HEBAT.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 05 September 2023
2023-09-05 08:31:13

Yehezkiel 31-33

Card image
Truth Kids 04 September 2023 - AKU MEMAAFKAN BONI
2023-09-04 10:48:15


Efesus 4:32
“Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.”

Boni adalah sahabatku. Kami selalu bermain bersama saat di sekolah maupun di rumah. Rumah kami bersebelahan, terkadang aku bermain di rumah Boni atau Boni datang bermain ke rumahku. Kemarin, Papa membelikanku mainan mobil truk. Mainan itu adalah oleh-oleh Papaku dari Malang. Aku senang sekali dan ingin mengajak Boni untuk bermain bersama.

Sore hari aku membawa mobil truk mainan milikku ke rumah Boni. “Bonii… ayo, kita main truk baru,” ajakku kepada Boni. “Wahh… bagus sekali mainanmu. Aku boleh pinjam, kan?” tanya Boni dengan semangat. Tentu saja aku menjawab, “Boleh, dong. Kita main sama-sama, yuk.” Lalu kami bermain bersama di rumah Boni. Tak lama, papa dan mama memanggilku untuk mengajak pergi. Jadi truk baruku ditinggal di rumah Boni, “Boni, aku titip mainanku, ya.” Boni pun menjawab “Okee… aku pasti jaga mainanmu.”

Saat Boni bermain sendirian, tak sengaja roda truknya terlepas sehingga truknya tidak bisa jalan lagi. Boni sedih karena sudah merusaknya. Esoknya, Boni datang ke rumahku. “Aku minta maaf, ya, karena rodanya lepas,” kata Boni sambil tertunduk sedih. Ada perasaan kecewa dalam diriku. Tapi… aku bisa melihat kalau Boni sungguh menyesal. Maka aku memilih untuk memaafkan Boni, “Tidak apa-apa, Boni. Aku memaafkan kamu. Ayo kita pasang rodanya dan bermain bersama lagi.”

Card image
Truth Junior 04 September 2023 - MENDENGAR DAN MEMAAFKAN
2023-09-04 10:42:10


Efesus 4:32
“Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.”

Sewaktu kecil, kita mudah memaafkan teman yang tidak sengaja merusak barang kesayangan kita. Tidak perlu waktu lama bagi seorang anak kecil untuk memaafkan dan melupakan pertengkaran yang terjadi. Tanpa disadari, dengan mudah mereka bermain bersama kembali. Inilah kelebihan anak-anak dibanding orang dewasa.

Mendengar dan memaafkan, kedua hal yang sangat erat agar kita mau selalu menuruti kehendak Tuhan dalam hidup kita. Kita mau memberikan telinga untuk mendengar penjelasan dari orang yang berbuat salah atau menyakiti hati kita. Kemudian, kita memaafkan kesalahan orang tersebut. Ingatlah, Sobat Junior, setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Begitu juga diri kita sendiri. Ada saatnya kita yang berbuat salah, dan tanpa disadari, kita menyakiti perasaan orang lain. Saat kita bersalah, tentunya kita berharap dimaafkan, bukan? Jadi, jangan menyimpan rasa marah dalam diri kita.

Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk bersikap ramah kepada orang lain, dan saling mengampuni seperti kita sudah diampuni oleh Tuhan. Coba sekarang kalian pikir-pikir. Adakah rasa dendam yang kalian simpan dalam hati? Jika ada, yuk, kita lepaskan dendam tersebut dan belajar untuk memaafkan orang yang bersalah pada kita.

Card image
Truth Youth 04 September 2023 (English Version) - CHRISTIAN ANTHROPOLOGY (PART 1): ETERNAL CREATURES
2023-09-04 10:40:20


"Just as people are destined to die once, and after that to face judgment" (Hebrews 9:27).

Throughout the history of Christianity, various denominations and teachings have emerged, resulting in various doctrines such as Christology, Soteriology, Pneumatology, and more. Among these doctrines lies the doctrine of humanity, also known as anthropology. Anthropology originates from the Greek words "anthropos," meaning human, and "logos," meaning knowledge or science. Therefore, anthropology can be understood as the study of humans or the study of humanity.

True to its name, anthropology delves into the intricacies of human behavior, characteristics, and diversity. However, Christian anthropology studies humans from their origins based on the perspective of biblical truth. Only the Bible narrates God's entire plan for humanity, starting from creation, the fall, and humanity's salvation through Christ. One crucial aspect, often overlooked, is that humans are essentially eternal beings. Humans were designed and created as beings of eternity, unable to be destroyed. Yet, sin has disrupted this design, and Christ seeks to restore it through His redemption of humanity.

This understanding is vital for us to grasp and internalize, as it determines the direction of an individual's life. Failure to comprehend and internalize it could lead to adversity in life and future calamity, as misunderstanding and misinterpretation equate to failing to live as the extraordinary eternal beings that God designed us to be, His elevated children. Hence, as we journey through life, we must remain focused on the essence of humanity as eternal creatures, enabling us to comprehend our life's purpose and align it with eternity. Amen.

WHAT TO DO:
1. Always remember that we are eternal creatures.
2. Act with care and consideration.
3. Diligently study the Bible and pray.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 6-8

Card image
Truth Youth 04 September 2023 - ANTROPOLOGI KRISTEN (BAGIAN 1) : MAKHLUK KEKAL
2023-09-04 10:36:30


"Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi" (Ibr. 9:27).

Di sepanjang sejarah kekristenan, muncul berbagai aliran dan dengan demikian lahir juga berbagai pengajaran atau doktrin, seperti kristologi, soteriologi, pneumatologi, dll. Di antara doktrin-doktrin tersebut, terdapat doktrin manusia atau yang disebut dengan antropologi. Antropologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu anthropos yang berarti manusia dan logos yang berarti pengetahuan atau ilmu. Jadi, antropologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari manusia atau kajian tentang manusia.

Sesuai dengan namanya, antropologi mempelajari tentang seluk-beluk manusia, seperti perilaku dan karakteristik, serta keberagaman manusia. Namun, antropologi Kristen mempelajari manusia dari asal-usulnya berdasarkan perspektif kebenaran Alkitab. Hanya Alkitab yang mengisahkan seluruh rancangan Allah atas manusia, mulai dari penciptaan, kejatuhan, dan keselamatan manusia di dalam Kristus. Salah satu hal yang penting, tetapi sering luput dari pemaknaan, ialah bahwa sejatinya manusia adalah makhluk kekal. Manusia dirancang dan diciptakan sebagai makhluk kekal yang tidak dapat binasa. Akan tetapi, dosa telah merusak rancangan ini dan Kristus hendak mengembalikan rancangan itu melalui penebusan-Nya atas manusia. Hal tersebut sangatlah penting untuk kita pahami dan maknai sebab kebenaran tersebut akan menentukan arah hidup seseorang. Kegagalan dalam memahami dan memaknainya dapat mendatangkan kecelakaan dalam hidup dan malapetaka kelak di kekekalan, sebab apabila kita keliru dalam memahami dan memaknainya, itu sama saja dengan kita gagal hidup menjadi manusia yang dirancang Allah sebagai makhluk kekal yang luar biasa, anak-anak Allah yang Maha Tinggi. Oleh sebab itu, dalam menjalani hidup, kita harus tetap berfokus pada hakikat manusia sebagai makhluk kekal sehingga kita dapat mengerti tujuan hidup kita dan mengarahkannya pada kekekalan. Amin.

WHAT TO DO:
1. Senantiasa mengingat bahwa kita adalah makhluk kekal
2. Berhati-hati dalam bertindak
3. Tekun belajar Alkitab dan berdoa

BIBLE MARATHON:
▪︎Yeremia 6-8

Card image
Renungan Pagi - 04 September 2023
2023-09-04 10:31:43



Apakah berhutang itu dosa?, memang tidak ada ayat dalam Alkitab yang menyatakan bahwa berhutang itu dosa, kita berdosa kepada Tuhan apabila berhutang kepada orang lain dan tidak membayar (tidak mengembalikan) hutang tersebut, bahkan pemazmur menyebutnya sebagai orang fasik, "Orang fasik meminjam dan tidak membayar kembali,..." karena itu "Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga..."

Walaupun hutang bukanlah perbuatan dosa, akan tetapi sangat berbahaya, dan hutang yang tidak dikembalikan akan menjadi dosa, dan menjadi batu sandungan bagi orang lain, bagi orang-orang yang belum percaya, dan tidak sedikit orang kristen yang berlaku demikian: berhutang sana-sini tapi tidak mau melunasinya sehingga menjadi bahan omongan orang atau tetangga.

Karena itu buatlah perencanaan keuangan keluarga dengan baik dan pastikan setiap hutang yang ada pada kita terbayar dengan tepat waktu, jangan sampai ingkar.
(Mazmur 37:21A ; Roma 13:8)

Card image
Quote Of The Day - 04 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-04 10:28:50


Dimensi penyembahan kita tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita setiap hari.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 04 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-04 10:27:10


Seberapa dalam, seberapa tinggi pengetahuan kita tentang Tuhan menjadi tidak ada artinya jika dibandingkan dengan bagaimana kita bisa memperagakan hidup Tuhan di dalam diri kita.

Card image
WHOLE-HEARTED - 04 September 2023 (English Version)
2023-09-04 10:24:44



2 Chron.16:9 says, “For the eyes of the Lord range throughout the earth to strengthen those whose hearts are fully committed to Him.”

God is love and wants to bestow His strength on those whose hearts are fully committed to Him. God’s eyes search for God-fearing people with an open heart toward Him. So, how seriously we want to deal with God determines the goodness of blessings from Him. Do not let the world’s pleasures steal our hearts, let alone by lust and sin. Don’t get stolen! Therefore, today, let’s set our hearts serious about dealing with God.

If we have a heart for God, we will surely think about Him. While we work or do various activities, we will remain in one feeling that God is always present. So, everything we do must always be considered, whether it is pleasing before God. Does it please God or offend Him? We must think carefully to know that we truly walk together with God.

Being sincere towards God is not enough only to be marked by coming to church every Sunday, in the middle of the week, or even every day. Being a church activist, even a pastor, does not necessarily mean having a sincere life toward God. A person passionate about God always lives His presence and continues to consider or question whether their actions are pleasing to Him. People serious about God will try to understand what He wants in their lives and His plan that must be completed.

If we do it earnestly, we will miss and look forward to meeting with God, and that death does not frighten us anymore; even in fact, we look forward to the day when the Lord Jesus will take us home. This doesn’t mean we don’t want to live long. We want to live as long as possible to do more for God. However, if we have to die, then it is not something we are afraid of.

Let’s set our hearts to be serious about God. Let’s not live normally like other humans, who, though they are not atheists, not non-religious infidels, are religious; they don’t believe in God. Remember, the important thing is to worship God properly. It is unclear what religion Abraham belonged to, but he must have believed in God. He associates with God and interacts with Him, so the dynamics of his life are the dynamics of a believer’s life. That is what the Bible means; he became the father of believers. So, we who want to be children of Abraham, spiritual Israelites who become God’s people, must follow in Abraham’s footsteps. Abraham had to leave the Ur of the Chaldees to find the land God had promised, his life shrouded, gripped by His will. Abraham left the Ur of the Chaldeans to find a land that GOD would show him, even though until the end of his life, he did not find that land or had not found that land, but that land existed. Before he died, as it is said in Hebrews 11, Abraham saw it all from a distance and welcomed it.

We must be serious about God. We must live in His will and plans. Do we know what God’s will and plan is? Peace. He wants to bring us into the Father’s House. The Father wanted nothing more than this. He wants us to be His children according to the standards of Jesus. Because by doing so, we can be qualified to become members of the family of God’s Kingdom. So, the Father doesn’t want to please Himself arbitrarily by forcing us to live holy lives without blemish and then to be forced to live for His sake. Remember, God is excellent and perfect, and He is love.

If God wants us to live holy, without blemish or spot, serving the Father, because that’s life. There is no life outside of this, only destruction. Since we are committed to being serious about God and living it from minute to minute, from hour to hour, our lives must change. This is what God wills.  

PEOPLE WHO ARE SERIOUS ABOUT GOD WILL TRY TO UNDERSTAND WHAT HE WANTS IN THEIR LIFE AND HIS PLAN THEY MUST COMPLETE.

Card image
BERSUNGGUH HATI - 04 September 2023
2023-09-04 10:50:25


2 Tawarikh 16:9 dikatakan, "Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia."

Tuhan adalah kasih, Allah adalah kasih. Allah ingin melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia. Mata Tuhan menjelajah mencari orang yang takut akan Tuhan yang bersungguh hati terhadap Dia. Maka, seberapa kita bersungguh hati mau berurusan dengan Allah, itu menentukan kebaikan berkat dari Tuhan. Jangan sampai hati kita tercuri oleh kesenangan-kesenangan dunia, apalagi oleh nafsu-nafsu dan dosa. Jangan sampai tercuri! Karenanya hari ini, mari kita tetapkan hati untuk bersungguh-sungguh berurusan dengan Allah.

Jadi, kalau kita memang bersungguh hati terhadap Allah, pasti kita akan memikirkan Dia setiap saat. Sementara kita bekerja atau melakukan berbagai aktivitas, kita akan tetap di dalam satu penghayatan bahwa Allah senantiasa hadir. Maka, segala sesuatu yang kita lakukan harus selalu kita pertimbangkan; apakah hal ini berkenan di hadapan Tuhan atau tidak? Apakah ini menyenangkan Tuhan atau melukai hati-Nya? Selalu kita harus pertimbangkan dengan baik. Sehingga kita benar-benar tahu bahwa kita hidup berjalan bersama dengan Tuhan.

Bersungguh hati terhadap Allah tidak cukup ditandai dengan datang ke gereja setiap Minggu dan di pertengahan minggu atau bahkan setiap hari. Menjadi aktivis gereja, bahkan menjadi pendeta, belumlah tentu memiliki kehidupan yang bersungguh hati terhadap Allah. Orang yang bersungguh hati terhadap Allah adalah orang yang setiap saat menghayati kehadiran Allah dan terus mempertimbangkan atau memperkarakan, apakah tindakannya berkenan di hadapan Tuhan atau tidak, menyenangkan Tuhan atau tidak. Orang yang bersungguh hati terhadap Tuhan akan berusaha mengerti apa yang Allah ingini dalam hidupnya dan rencana-Nya dalam hidup yang harus diselesaikannya.

Jika kita melakukannya dengan sungguh-sungguh, maka perjumpaan dengan Tuhan akan benar-benar kita rindukan, kita nantikan; itu berarti kematian sama sekali tidak menakutkan kita, bahkan kita menantikan hari di mana kita dijemput pulang oleh Tuhan Yesus. Ya, tentu kita tidak ingin umur pendek. Sebisa-bisanya kita panjang umur dan dengan umur panjang kita dapat berkarya lebih banyak bagi Tuhan. Namun, kalau memang kita harus meninggal dunia, maka itu bukan sesuatu yang kita takutkan.

Mari, kita menetapkan hati untuk bersungguh-sungguh terhadap Tuhan. Jangan kita hidup wajar seperti manusia lain. Memang mereka bukan orang ateis, bukan orang kafir yang tidak beragama; mereka beragama, tetapi mereka tidak ber-Tuhan dengan benar. Ingat, yang penting adalah ber-Tuhan dengan benar. Abraham tidak jelas apa agamanya, tetapi dia pasti ber-Tuhan. Ia bergaul dengan Allah, berinteraksi dengan Allah, maka dinamika hidupnya adalah dinamika hidup orang beriman. Sebenarnya itulah yang dimaksud Alkitab, yaitu dia menjadi bapa orang percaya. Maka, kita yang mau menjadi anak-anak Abraham, yaitu Israel-Israel rohani yang menjadi umat Allah, harus mengikuti jejak Abraham. Abraham harus meninggalkan Ur-Kasdim untuk menemukan negeri yang Allah janjikan, hidupnya diselimuti, dicengkeram oleh keinginan atau kehendak Allah. Abraham meninggalkan Ur-Kasdim untuk menemukan negeri yang akan ALLAH tunjukkan, yang walaupun sampai akhir hayatnya, ia tidak menemukan negeri itu atau belum menemukan negeri itu, tetapi negeri itu sungguh ada. Sebelum meninggal, seperti yang dikatakan di dalam Ibrani 11 bahwa dari jauh Abraham melambai-lambai.

Kita harus bersungguh hati terhadap Tuhan. Kita harus hidup di dalam kehendak dan rencana-rencana-Nya. Tahukah kita, apa kehendak dan rencana Allah? Damai sejahtera. Dia hanya ingin membawa kita masuk ke dalam Rumah Bapa. Bapa tidak menginginkan lebih dari ini. Ia ingin kita menjadi anak-anak Allah yang berstandar Yesus. Sebab dengan demikian, kita dapat dilayakkan untuk menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Jadi, Bapa bukan sewenang-wenang mau menyenangkan diri-Nya dengan memaksa kita untuk hidup kudus, hidup tak bercacat tak bercela, lalu dipaksa hidup untuk kepentingan-Nya. Ingat, Allah itu baik, sangat baik. Allah itu kasih.

Kalau Allah menghendaki kita hidup kudus, tak bercacat tak bercela, melayani Bapa; karena itulah kehidupan. Tidak ada kehidupan di luar ini, hanya ada kebinasaan. Sejak kita memiliki komitmen untuk bersungguh hati terhadap Tuhan dan kita menjalaninya dari menit ke menit, dari jam ke jam, hidup kita pasti berubah. Hal ini yang Tuhan kehendaki.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG BERSUNGGUH HATI TERHADAP TUHAN AKAN BERUSAHA MENGERTI APA YANG ALLAH INGINI DALAM HIDUPNYA DAN RENCANA-NYA DALAM HIDUP YANG HARUS DISELESAIKANNYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 04 September 2023
2023-09-04 09:23:45

Yehezkiel 28-30

Card image
Truth Kids 03 September 2023 - AKU TIDAK MEMBALASNYA
2023-09-03 10:21:50


Roma 12:19
“Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.”

Jane bingung, kotak pensil miliknya hilang. Jane mencari ke dalam tas, ke kolong meja sekolah, tetap tidak ada. Padahal ia ingat menaruh kotak pensil di atas meja. Jane pun pergi ke ruang guru untuk memberi tahu ibu guru. Saat ia kembali ke kelas, kotak pensilnya sudah berada di atas meja kembali. Ah, rupanya ada temannya yang sengaja menyembunyikan kotak pensilnya.

Jane merasa sedikit sedih dan kesal, namun Jane tidak mau membalas perbuatan temannya. Ia memilih untuk memaafkan siapa pun yang telah melakukan perbuatan tersebut. Tidak lama, ibu guru masuk ke dalam kelas dan Jane menjelaskan jika kotak pensilnya sudah ditemukan. Ibu guru kemudian berkata kepada teman-teman sekelas Jane, bahwa tidak baik menyembunyikan barang milik teman. Walaupun tidak ada yang melihat, namun Tuhan melihat. Ibu guru juga berpesan agar jangan diulangi perbuatan yang mengganggu orang lain.

Siang hari pada saat pulang sekolah, Gea mendatangi Jane dan meminta maaf. Gea meminta maaf karena sudah iseng menyembunyikan kotak pensil Jane. Jane pun memaafkan dan berpesan agar Gea tidak iseng lagi. Sobat Kids, kita tidak perlu membalas perbuatan teman kita yang tidak baik. Kita bisa memaafkan mereka. Meskipun hati kita sedih, tapi Tuhan akan lebih sedih jika kita membalas perbuatan mereka.

Card image
Truth Junior 03 September 2023 - PENUH KASIH
2023-09-03 10:20:05


Roma 12:19
“Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.”

Sobat Junior, tahu gak kalau anak-anak punya kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang dewasa? Penasaran apa saja kelebihannya? Salah satu kelebihan yang keren banget adalah anak-anak gak suka mendendam. Memangnya, apa, sih, mendendam itu? Mendendam itu seperti menyimpan kekesalan atau kemarahan di hati dalam waktu yang lama. Misalnya, kalau ada teman yang buat kesalahan, orang dewasa sering kali marah dan kesal dalam waktu yang panjang. Bisa berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Tapi anak-anak beda. Mereka cepat memaafkan dan tidak menyimpan dendam atau kemarahan.

Kenapa, sih, gak boleh mendendam? Karena kalau kita mendendam, hati kita jadi penuh dengan kebencian dan gak bisa bahagia. Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk saling memaafkan dan mencintai satu sama lain. Anak-anak punya hati yang suci dan penuh kasih, jadi mereka gak suka simpan dendam. Mereka cepat memaafkan teman mereka dan kembali ceria.

Jadi, mari kita belajar seperti anak-anak yang tidak suka mendendam. Kita harus belajar untuk cepat memaafkan dan memberi kesempatan pada teman kita untuk memperbaiki kesalahan mereka. Kalau kita gak mendendam, hati kita akan bahagia dan penuh dengan cinta.

Yuk, mari kita bertindak seperti anak-anak yang disebut Tuhan Yesus: tidak mendendam, cepat memaafkan, dan saling mencintai. Dengan begitu, kita bisa punya hati yang penuh sukacita dan kasih seperti anak-anak yang luar biasa! Tuhan Yesus juga memiliki hati seperti anak-anak yang penuh kasih. Ia tidak dendam kepada orang-orang yang menyalibkan dan menghina-Nya.

Card image
Truth Youth 03 September 2023 (English Version) - FROM ASHES TO ASHES
2023-09-03 10:12:32


"Then the LORD God formed a man from the dust of the ground and breathed into his nostrils the breath of life, and the man became a living being." (Genesis 2:7)

Lately, many media outlets have covered the deteriorating air quality in major cities due to air pollution. Research even ranks Jakarta as having the worst air pollution. Visible as dew in the morning, those white streaks in the sky are actually clumps of pollution. Some studies suggest that continuously inhaling polluted air is equivalent to smoking a pack of cigarettes a day. Interestingly, these air particles are microscopically small, so small that we can't see them with the naked eye, and they can disappear in an instant. Yet, the quality they carry can have positive or negative impacts on the environmental ecosystem.

Humans are similar. We're created from dust and will return to dust when we die. Physically, we're temporary; our time on Earth is limited. Everything we possess and feel will vanish, and we can't take them with us in death. However, one thing that remains eternal is the quality of our life while on Earth. It's not about material quality but rather our character, our spiritual quality. Simply put, we might question within ourselves, "When I pass away, what will people remember about me? What impact and fruits will others experience from my life?" We don't seek praise or recognition, but we also don't want to leave negative legacies. When we have true integrity as children of God, those around us will see God in us. Having integrity as children of God means living life to the fullest during our temporary existence, enhancing the quality of our spiritual life, and striving to resemble the life of Jesus. Thus, even though we may become mere specks of dust, others will feel the impact of our life and sense God's presence within us.

WHAT TO DO:
Don't focus solely on physical and transient matters; instead, focus on the quality of our spirit and eternal aspects.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 4-5

Card image
Truth Youth 03 September 2023 - FROM ASHES TO ASHES
2023-09-03 10:03:13


"Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup." (Kejadian 2:7)

Akhir-akhir ini, banyak media meliput kualitas udara di kota-kota besar semakin memburuk akibat polusi udara. Bahkan riset mencatat, kota Jakarta menempati peringkat pertama, polusi udara terburuk. Secara kasat mata terlihat seperti embun di pagi hari, padahal asap-asap putih di langit adalah gumpalan polusi. Ditambah lagi, ada yang melakukan studi kalau kita terus menerus menghirup udara kotor, setara dengan mengonsumsi sebungkus rokok per hari. Padahal ya, secara partikel zat, ukuran udara sangat mikro, kalau hanya 1 zat, secara kasat mata pun gak terlihat, dan keberadaannya pun bisa hilang begitu saja. Namun, kualitas yang dikandungnya bisa berdampak baik ataupun buruk bagi ekosistem lingkungannya.

Manusia pun demikian. Kita diciptakan dari debu dan nanti saat meninggal pun menjadi debu. Secara fisik kita hanya sementara, keberadaan kita di muka bumi ini terbatas, ada jangka waktunya. Semua hal yang kita rasakan kita miliki akan lenyap begitu saja, tidak bisa kita bawa mati. Namun, satu hal yang kekal adalah kualitas hidup kita di sejak di bumi ini. Bukan perkara kualitas hidup secara materi, tapi secara karakter kita, secara kualitas kerohanian kita. Simpelnya, kita bisa mempertanyakan hal ini dalam hati, “Kalau suatu saat aku meninggal, kira-kira apa yang akan orang ingat tentang aku? Dampak dan buah-buah apa saja yang orang lain rasakan atas kehidupanku?” Kita gak berharap pujian atau minta pengakuan, tapi tentu kita gak mau membuahkan hal-hal yang busuk dan kita pun gak mau diingat orang karena keburukan kita. Karena saat kita memiliki integritas hidup yang benar sebagai anak Allah, orang sekitar kita akan melihat siapa Tuhan dalam diri kita. Memiliki integritas sebagai anak-anak Allah, artinya kita mau maksimal di kehidupan yang sementara ini, dengan semakin membenahi kualitas kehidupan kerohanian kita, berusaha semakin serupa dengan kualitas hidup Tuhan Yesus. Sehingga, walaupun nantinya kita hanya akan menjadi butiran debu, tetapi orang lain akan merasakan dampak hidup kita, bisa merasakan kehadiran Tuhan dalam hidup kita.

WHAT TO DO:
Jangan terfokus pada kualitas fisik saja dan hal-hal yang fana, tapi fokuslah kepada kualitas roh kita dan hal-hal yang kekal.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yeremia 4-5

Card image
Renungan Pagi - 03 September 2023
2023-09-03 10:00:10



Pergaulan dan lingkungan dapat mengangkat kita, tetapi pergaulan dan lingkungan dapat juga merusak, Alkitab mengatakan, "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi!. Ada di antara kamu yang tidak mengenal Allah. Hal ini kukatakan, supaya kamu merasa malu."

Banyak orang seharusnya lebih bahagia dari pada sekarang, banyak orang seharusnya tidak menderita seperti sekarang, banyak orang seharusnya tidak dipenjara, tetapi banyak diantara mereka menjadi seperti itu karena pengaruh lingkungan dan pergaulan.

Jadi, janganlah salah bergaul dengan mereka yang tidak mengenal Allah, memberikan dampak buruk bagi kita. Tetapi bergaullah dengan Tuhan, maka kitalah yang akan memberi pengaruh pada lingkungan pergaulan dan bukan sebaliknya.
(1 Korintus 15:33-34)

Card image
Quote Of The Day - 03 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-03 09:52:40


Tidak mungkin orang yang hidup dalam dosa bisa meningkatkan dimensi kualitas penyembahannya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 03 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-03 09:51:15


Apa pun yang bernilai di mata manusia dalam hidup ini, tidak ada nilainya jika tanpa Tuhan.

Card image
HALF - HEARTED - 03 September 2023 (English Version)
2023-09-03 09:39:21


If we make doing God’s will an honor, we have the beautiful secret of life: life’s true glory. It is more noble, majestic, and valuable than anything and anyone. May we have this passion or desire in our hearts, and if we truly understand this and are willing to experience it, we will ask our heavenly Father, “Father. What do You want me to do?” It is not easy to understand God’s will. Father in heaven will not trust His holy, great, and glorious will to the half-hearted who do not love Him with all their heart, soul, mind, and strength.

The will of God will be revealed to those pleasing before God, meaning serious people. We may not be perfect, but we can be determined to love God and truly love Him with all our heart, soul, mind, and strength. Surely, the Holy Spirit will help us to love God, God the Father, and our Lord Jesus Christ with all our heart, soul, mind, and strength. As the Lord Jesus said, “The Spirit of truth comes. He will guide you into all the truth.” So, we must have the courage to be determined that it is an honor and glory of our life to do what God the Father wants.

If we see this as noble, more valuable than a mate, spouse, family, possessions, and wealth, even more valuable than our own lives, we will try to seek, find, and understand God’s will, what He wants us to do. The Holy Spirit must tell, from minute to minute, from hour to hour. We must hold this principle firmly that our honor is only when we do the will of the Father and must never forget that it is our only glory. People with this kind of honor will be brought into the Kingdom of Heaven and receive God’s glory. So, while we still have a chance, let’s seriously fight for it.

Let’s think about it and live it if one day we meet the Father in heaven and meet face to face with the Lord Jesus, and we have been active since in this world in seeking, finding, and understanding God’s will and doing it, how happy we are. We can say, “I have finished my work, Lord Jesus. I have done what You have done while You were on earth, putting on a body of flesh like us. I have done my duty well, Lord.” Wow, how beautiful. We kiss the feet of the Lord Jesus and say, “My work is finished, Lord.”

That is why there should not be God’s will in our lives that is overlooked, escapes, we don’t understand, or don’t do it. Don’t let anything that the Father wants us to know and do instead pass or escape because we only want to do our own will. Many Christians, and it’s safe to say most of them, don’t understand what God wants in their lives or what they are entrusted to accomplish or fulfill. It must be unique and specific. For example, God gives someone the task of saving their parents-in-law, and so on.

Don’t let this time pass and God does not trust us to understand what He wants, what He has planned, and His work for us to know and fulfill. Don’t let that happen. This should be a warning that sends our feelings into a crisis. We must be able to catch what God wants us to do. What He plans for us to fulfill, do not pass by. Remember, when it’s gone, we can’t catch any more moments or kairos that God has given us. It is priceless and immeasurable. So, we must be alert to see what God wants in our lives.

Just as employees must prepare themselves to be called by their employer, we, too, must always train ourselves to hear what the Father wants to convey to us. What the Father wants us to know and understand things to do. Don’t let this opportunity pass. How wonderful it would be if we got used to understanding God’s will, understanding what the Father wants us to do. This is an act of packing up, a preparation to face the judgment seat of God, and we will receive glory together with the Lord Jesus.  

FATHER IN HEAVEN WILL NOT TRUST HIS NOBLE WILL TO THE HALF-HEARTED.

Card image
SETENGAH-SETENGAH - 03 September 2023
2023-09-03 09:36:11


Rahasia kehidupan ini indah sekali, yaitu menjadikan hal melakukan kehendak Allah sebagai kehormatan. Itulah kemuliaan hidup sebenarnya. Artinya, hal yang mulia, agung, dan berharga, lebih dari apa pun dan siapa pun. Kiranya kita memiliki gelora, gairah ini di dalam hati. Jika kita sungguh-sungguh memahami ini dan mau mengalaminya, kita akan bertanya kepada Bapa di surga, “Apa yang Bapa ingini harus aku lakukan? Apa yang Bapa kehendaki yang harus aku perbuat?” Memang tidak mudah mengerti kehendak Allah itu. Bapa di surga tidak akan memercayakan kehendak-Nya yang kudus, agung, dan mulia kepada orang yang setengah-setengah. Artinya, orang-orang yang tidak mencintai Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan kekuatan.

Kehendak Tuhan akan dinyatakan kepada orang-orang yang berkenan di hadapan Tuhan, artinya orang yang serius. Kita bisa berkeadaan belum sempurna, tetapi kita bisa bertekad untuk mengasihi Tuhan dan benar-benar mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan kekuatan. Pasti Roh Kudus akan menolong kita bagaimana mengasihi Tuhan, Allah Bapa dan Tuhan kita Yesus Kristus dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan. Seperti yang disabdakan Tuhan Yesus, “Roh Kudus akan menuntun kita kepada seluruh kebenaran Allah.” Jadi, kita harus berani bertekad, bahwa yang menjadi kehormatan dan kemuliaan hidup kita adalah melakukan apa yang Bapa ingini, apa yang Tuhan ingini.

Kalau hal ini kita pandang mulia, lebih berharga dari jodoh, teman hidup, keluarga, harta, kekayaan, bahkan kita memandang hal ini lebih berharga dari nyawa kita sendiri, pasti kita akan berusaha mencari, menemukan dan mengerti kehendak Allah itu; apa yang Bapa ingini untuk kita lakukan. Roh Kudus pasti memberitahu, dari menit ke menit, dari jam ke jam. Prinsip ini harus kita genggam, kita pegang teguh, bahwa kita memiliki kehormatan hanya kalau kita melakukan kehendak Bapa. Ingat, itulah kemuliaan kita. Orang-orang yang memiliki kehormatan seperti ini, akan benar-benar dibawa ke dalam Kerajaan Surga dan akan mendapat kemuliaan Allah. Maka, selagi masih memiliki kesempatan, mari kita serius berjuang.

Coba kita renungkan dan hayati, kalau suatu hari kita bertemu dengan Bapa di surga, kita bertemu muka dengan muka dengan Tuhan Yesus, dan jika kita sudah giat sejak di dunia ini dalam mencari, menemukan dan mengerti kehendak Allah serta melakukannya, betapa berbahagianya kita. Kita bisa berkata, “Aku sudah menyelesaikan pekerjaanku, Tuhan Yesus. Aku sudah melakukan apa yang Engkau juga pernah lakukan selama Engkau di bumi mengenakan tubuh daging seperti kami. Aku telah menyelesaikan tugasku dengan baik, Tuhan.” Wah, betapa indahnya. Kita cium kaki Tuhan Yesus dan berkata, “Telah usai tugasku, Tuhan.”

Itulah sebabnya jangan ada kehendak Tuhan dalam hidup kita yang terlewati, yang lolos, yang tidak dimengerti dan kita tidak lakukan. Jangan sampai ada sesuatu yang Bapa ingini untuk kita tahu dan lakukan justru lewat, lolos, karena kita hanya mau melakukan kehendak kita sendiri. Banyak orang Kristen dan bisa dikatakan sebagian besar mereka belum benar-benar mengerti apa yang diingini Allah dalam hidup mereka atau apa yang dipercayakan kepadanya untuk diselesaikan atau dipenuhi. Pasti itu unik dan spesifik. Misalnya, Tuhan memberi tugas kepada seseorang untuk menyelamatkan mertuanya dan lain sebagainya.

Jangan sampai waktu ini berlalu dan kita tidak dipercayai Allah mengerti apa yang Dia ingini, apa yang Bapa rencanakan dan pekerjaan-Nya untuk kita ketahui dan penuhi. Jangan sampai itu terjadi. Ini harus menjadi suatu peringatan yang membuat perasaan kita menjadi krisis. Kita harus bisa menangkap apa yang Allah ingini untuk kita lakukan. Apa yang Bapa kehendaki untuk kita perbuat. Apa yang Dia rencanakan untuk kita penuhi, jangan berlalu. Ingat, kalau sudah berlalu, kita tidak bisa menangkap lagi momentum atau kairos yang Tuhan berikan. Itu tak ternilai harganya, tak terukur. Jadi kita berjaga-jaga untuk melihat apa yang Tuhan kehendaki di dalam hidup kita.

Kalau seorang pegawai atau karyawan, dia pasti mempersiapkan diri dipanggil majikan atau tuannya, kita juga begitu, selalu mempersiapkan diri untuk mendengar apa yang Bapa mau sampaikan kepada kita. Apa yang Bapa mau katakan kepada kita untuk kita ketahui dan pahami guna kita lakukan. Jangan sampai kesempatan ini berlalu. Betapa indahnya kalau kita membiasakan diri mengerti kehendak Allah, memahami apa yang Bapa ingini dan kita lakukan. Sejatinya, inilah bentuk dari berkemas-kemas. Bentuk dari persiapan untuk menghadap takhta pengadilan Tuhan dan kita akan menerima kemuliaan bersama-sama dengan Tuhan Yesus.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

BAPA DI SURGA TIDAK AKAN MEMERCAYAKAN KEHENDAK-NYA YANG MULIA KEPADA ORANG YANG SETENGAH-SETENGAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 September 2023
2023-09-03 09:33:10

Yehezkiel 25-27

Card image
Truth Kids 02 September 2023 - HATI YANG LEMBUT
2023-09-02 08:47:05


Matius 5:5
”Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.”

Jaden selalu berbuat sesuka hatinya. Saat papa dan mama menegur dan memberinya nasihat, dia menjadi kesal dan tidak mau menurut. Jaden selalu menganggap dirinya paling benar dan pintar, padahal yang dilakukannya hal yang salah dan tidak baik. Tidak ada yang mau berteman dengannya karena Jaden sering tidak memedulikan perasaan orang lain.

Sobat Kids, sikap Jaden tidak patut kita tiru, ya. Sebagai anak-anak Allah, kita harus memiliki hati yang lembut. Maksudnya, jika kita melakukan kesalahan lalu ditegur atau dinasihati, kita harus dengan lembut hati menerima teguran itu. Lalu meminta maaf dan tidak mengulanginya lagi. Salah satu contoh kita memiliki hati yang lembut adalah mau diajar. Kita belajar untuk merubah kebiasaan kita yang buruk.

Siapa di antara kalian yang terkadang masih bersikap seperti Jaden? Jika ada, _yuk_, kita berdoa pada Tuhan. Kita minta ampun atas kesalahan serta minta pimpinan Tuhan agar kita bisa berubah. Kita mau berusaha menjadi anak yang lebih baik.

Card image
Truth Junior 02 September 2023 - MEMBUAT BEJANA
2023-09-02 08:43:55


Matius 5:5
”Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.”

Sobat Junior, pernahkah kalian melihat perkakas yang dibuat dari tanah liat? Bagaimana bentuk dan teksturnya? Perkakas dari tanah liat biasanya keras dan memiliki bentuk serta ukuran yang bermacam-macam. Asal mulanya hanya dari sebongkah tanah liat yang dibentuk oleh penjunan, tapi bisa menghasilkan berbagai perkakas dengan beragam bentuk dan ukuran. Keren, ya, Sobat Junior?

Seperti tanah liat yang lunak dan mudah dibentuk saat diberi air, begitu pula Sobat Junior saat ini yang mau hidup dalam kekudusan. Memang saat dibentuk, tidak enak rasanya. Sakit, lelah, sangat jauh dari nyaman. Waktu Sobat Junior rela mengalah kepada teman atau saudaramu yang melanggar hakmu, saat itu Sobat Junior seperti tanah liat yang sedang dibentuk. Jika Sobat Junior tidak mengeraskan hati dan tidak menolak pembentukan tersebut, maka nanti akan menjadi perkakas berguna yang indah; Tuhan sebagai Penjunan berhasil membentuk Sobat Junior menjadi sesuatu yang indah di mata-Nya.

Orang yang sudah dewasa, lebih sulit untuk mengalami pembentukan, tidak seperti Sobat Junior yang ibaratnya masih seperti tanah liat yang lunak. Jangan sampai kalian terlanjur keras sampai usiamu dewasa, karena pembentukan yang dijalani pasti lebih sakit. Tanah liat yang lunak dan mudah dibentuk adalah kelembutan hati manusia dalam menerima didikan Tuhan. Jadilah pribadi yang memiliki kelembutan hati, agar Tuhan senantiasa dapat membentuk kita. Jangan hanya sewaktu masih kecil saja, tapi pertahankan itu hingga kalian dewasa, ya.

Card image
Truth Youth 02 September 2023 (English Version) - BLACK OR WHITE
2023-09-02 08:40:40


"See, I set before you today life and prosperity, death and destruction." (Deuteronomy 30:15)

We know that life is full of choices, and God has given us free will to choose. Therefore, the decisions are in our hands. Usually, the choices are either good or bad. However, as humans, we tend to choose shades of gray—half-hearted decisions. We might want to do something wrong but not to the extreme. On the other hand, we might want to choose what's right but still be willing to engage in some bad behaviors. However, God has already provided clear choices: either black or white. It's similar to parents advising us not to lie, but sometimes we still choose to lie for what we perceive as a good reason.

In reality, our integrity as children of God is tested here. We know that God desires us to choose the path of following Him, to live holy lives on Earth. God doesn't say that living a holy life can wait, that we can enjoy ourselves while we're young and worry about holiness later. Remember, the choices are always clear and distinct—either a holy life or not at all. Following God requires an extreme and all-out commitment; it's not a half-hearted endeavor. If we possess true integrity as children of God, we'll know which choice to make and be willing to accept all the consequences and discomforts that come with it. That's why it's crucial to keep building our faith strength, so that we're not easily swayed by worldly influences. As our spiritual maturity grows, temptations become thinner and more ambiguous. For instance, we might want to serve in the church. While it's a good choice when categorized as right or wrong, the true intention behind it—only we and God know that. Is our service genuinely for God and His work, or is it merely for personal pride? The choice may seem good, but it can become wrong if our intentions aren't genuine or if they're misguided.

WHAT TO DO:
Learn to discern choices that align not only with what's right but also with God's will.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Jeremiah 1-3

Card image
Truth Youth 02 September 2023 - BLACK OR WHITE
2023-09-02 08:36:55


”Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan." (Ulangan 30:15)

Kita tahu bahwa hidup ini penuh pilihan dan Tuhan memberikan kita kehendak bebas untuk memilih. Jadi pilihan dan keputusannya di tangan kita. Biasanya pilihannya either baik atau buruk. Namun, sebagai manusia, kita sering untuk memilih yang abu-abu, setengah-setengah, ingin melakukan yang buruk, tapi gak mau terlalu extreme. Di sisi lain, ingin memilih yang baik, tapi juga masih mau melakukan some bad things. Padahal, Tuhan sudah memberi pilihan yang jelas, either kita pilih black or white. Sama seperti orangtua yang menasihati kita untuk tidak berbohong misalnya, tapi terkadang kita masih memilih untuk bohong dengan alasan demi kebaikan.

Sebenarnya, dari hal ini, integritas kita diuji sebagai anak-anak Tuhan. Kita tahu, yang Tuhan kehendaki ialah memilih jalan hidup ikut Tuhan, hidup kudus sejak di bumi. Tuhan gak bilang, hidup kudusnya nanti saja, kalau masih muda masih bisa happy-happy aja, enjoy, YOLO saja di bumi. Ingat, pilihannya selalu jelas dan tegas, antara hidup kudus atau gak sama sekali. Ikut Tuhan memang harus extreme dan all out, gak bisa suam-suam kuku. Kalau kita memiliki integritas yang benar sebagai anak Tuhan, kita tahu pilihan mana yang harus dipilih dan bersedia menyanggupi segala bentuk konsekuensinya beserta ketidaknyamanannya. That’s why penting banget untuk terus membangun kekuatan iman kita, sehingga kita gak mudah digoyahkan oleh pengaruh-pengaruh duniawi. Semakin tinggi level kita, godaan itu akan semakin tipis dan ambigu. Misalnya, kita mau pelayanan di gereja, memang kalau dibilang pilihan baik atau buruk tentu pilihan yang baik. Namun, intensi sesungguhnya, hanya kita dan Tuhan yang tahu. Apakah kita pelayanan benar-benar untuk melayani Tuhan dan pekerjaan-Nya, atau hanya untuk kebanggaan diri? See, pilihannya memang baik, tapi bisa menjadi pilihan yang salah saat intensi kita pun tidak tulus atau saat intensi kita salah.

WHAT TO DO:
Belajar melatih kepekaan untuk memilih pilihan yang bukan sekadar benar, tapi tepat sesuai kehendak Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yeremia 1-3

Card image
Renungan Pagi - 02 September 2023
2023-09-02 08:29:10


Ada banyak orang menipu orang lain melalui tingkahnya yang rajin ke gereja dan rajin beribadah, bahkan rajin terlibat dalam pelayanan, selalu bersikap baik dalam gereja, tetapi di luar gereja pekerjaannya menipu bahkan menjadi penipu juga dalam lingkungan gereja. "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri."

Artinya setiap kita orang percaya yang melakukan aktivitas rohani dan kegiatan ibadah, tetapi tidak pernah menjadi pelaku dari kebenaran firman Tuhan yang kita terima, maka sebenarnya kita telah menjadi penipu, dan yang kita tipu adalah diri sendiri, sebab kita tidak akan dapat menipu Tuhan.

Kita tidak bisa berkata kepada orang lain, bahwa kita memiliki sikap hati yang tertuju kepada Tuhan, sementara perbuatannya tidak menunjukkan hal yang seperti itu, semua hanyalah tipuan, hidup menjadi sebuah drama dimana kita menjadi pemeran utamanya.

Ingat, kita dapat menipu diri sendiri dan orang-orang disekitar, tetapi tidak akan pernah bisa menipu Tuhan. Mari berhenti menjadi penipu, dan mulailah sungguh-sungguh menjadi pelaku firman Tuhan.
(Yakobus 1:22)

Card image
Quote Of The Day - 02 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-02 08:22:30


Ketika kita membelaskasihani sesama, maka Tuhan pun akan membelaskasihani kita dan orang-orang yang kita cintai.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 02 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-02 08:20:44


Jangan karena kenyamanan dan kebahagiaan di dunia ini atau kebahagiaan duniawi membelenggu, mencengkeram sehingga kita tidak merasa membutuhkan siapa-siapa, bahkan tidak membutuhkan Tuhan.

Card image
HURTING GOD - 02 September 2023 (English Version)
2023-09-02 08:18:51


God doesn’t enjoy even making Him grieve if we desire something useless for our faith growth or the salvation of others. What we have should be useful for our life, such as clothes and vehicles, but it should not be for prestige. This is personal. We shouldn’t judge others because everyone has their portion. We should not envy those with more luxurious stuff because luxury is relative, depending on each necessity, and it is personal.

If someone still commits sins, they do not respect God. When we hurt someone, we hurt God; no matter how painful, we shouldn’t repay even if we are hurt. We must also learn to forgive sincerely, be calm, and not be angry. If God wants us to do something, we should not refuse. When God tells us to help someone—for example, to pay their children’s school fees—we have to do it because if the money is still in our account, it’s not ours. However, when our money is given to the needy or for ministry, it becomes our money and pleases God.

If we want to honor God, don’t do it with a confused, hateful, vengeful, or hurt heart. A heart of worship is clean from the love of the world and sin, which is awakened through time. We can’t live holy in one day, right? And it takes time not to covet the world. As time goes by, we experience many struggles in life, and those struggles mature us. So, the more spiritually mature, the more qualified the heart of worship we have. In the short span of our life, we must have a heart of worship because it will make us worthy to enter the Kingdom of Heaven.

There is indeed singing in Heaven, not just singing, but what matters is the attitude of the heart. In this world, some people can’t sing well or mute. However, what matters is having a pleasing heart of worship before God. So, let’s fix our heart attitude so that its quality will increase. Surely, we will be able to feel it and stay calm in danger. The more we live holy, not bound by the world’s love, the more our belief in God’s existence will strengthen. That’s why the love of the world does not bind those who live holy; surely, their prayers are more accurate. This cannot be learned in one month or year because the quality of our daily life determines. Our life is valuable if we have a heart of worship.

As humans, we can feel whether people value or respect us. How sickening it would be if they uttered sentences of respect and flattery, but their behavior betrayed and stabbed us. How evil people like that are. It is better not to praise than to praise, but also to harm, hurt, betray, or stab. What a hypocrite such a person is. So, to the God of the universe who created the heavens and the earth, the Omniscient One, we shouldn’t carelessly treat Him in our attitude of life and heart every day.  

Ironically, Christians consider it normal and natural if they live carelessly on ordinary days but go to church on Sundays to praise God. How can someone honor God with words on Sundays but does not honor Him properly in daily life? But it is considered normal. Now, we want to finish our life well. We must seriously correct ourselves. Even though we may undergo a simple life, we become great and glorious people before God. Don’t be inferior!

We must seriously fight. Later, we will appreciate God’s presence more. The more we live holy, the more we live out the existence of God. So, we must constantly remind ourselves that we are in the presence of God, and His eyes see us. No matter how beautiful this world is, it is not as beautiful as a worshiping heart. God enjoys the beauty of our hearts more than anything else. No matter how musical the symphony sounds, our behavior and actions are far more harmonious. No matter how fragrant the flowers that God created are, they are no more fragrant than the deeds and behavior of a worshiping heart. Let us become a beautiful sight in God’s eyes, a sweet symphony that He hears nicely. We want to become fragrant flowers and enchanting dances at every step of our lives. That is why our life must change.  

WHEN WE HURT SOMEONE, WE HURT GOD.

Card image
MELUKAI TUHAN - 02 September 2023
2023-09-02 08:16:22


Kalau kita masih mengingini sesuatu yang Tuhan tidak menikmati sesuatu itu—karena tidak berguna untuk pertumbuhan iman kita dan tidak berguna untuk keselamatan orang lain—Tuhan berduka. Sesuatu yang kita miliki haruslah sesuatu yang memang berguna untuk kita menjalani hidup. Baju dan kendaraan, kita memerlukannya, tetapi bukan untuk sebuah prestise. Namun, hal ini sifatnya pribadi dan kita tidak bisa menghakimi orang, karena setiap orang memiliki porsi masing-masing. Kalau orang porsinya kendaraan roda dua, dia tidak bisa mengkritik orang yang punya roda empat sebagai mewah. Kemewahan itu relatif, tergantung kebutuhan individu dan ini pribadi sifatnya.

Namun, kalau seseorang masih melakukan dosa, berarti ia tidak menghormati Tuhan. Ketika kita melukai seseorang, kita melukai Tuhan. Walaupun kita disakiti sesakit apa pun, jangan membalas. Kita juga harus belajar untuk mengampuni dengan tulus. Jangan mulut mengampuni, tetapi hati panas. Ingat, kita harus teduh. Kalau Tuhan menghendaki kita berbuat sesuatu, jangan kita menolak. Ketika Tuhan menyuruh kita membantu seseorang—misalnya untuk bayar uang sekolah anak—kita harus lakukan, karena kalau uang itu masih di rekening kita, itu belum uang kita. Namun, ketika uang kita ditransfer ke orang tersebut atau untuk pelayanan, maka uang itu baru menjadi uang kita. Hal itu menyenangkan Tuhan.

Kita mau menghormati Tuhan. Jangan dengan hati galau, penuh kebencian, dendam, atau sakit hati. Hati yang menyembah adalah hati yang bersih dari percintaan dunia dan dosa, yang terbangun lewat proses perjalanan waktu. Bagaimana seseorang bisa hidup suci? Tidak bisa dalam satu hari, bukan? Bagaimana orang bisa tidak mengingini dunia? Perlu waktu. Seiring dengan perjalanan waktu, kita mengalami banyak pergumulan hidup, dan pergumulan itu mendewasakan kita. Jadi makin dewasa rohani, hati yang menyembah pun makin berkualitas. Di singkatnya umur hidup kita, harus punya hati yang menyembah, sebab kita akan dilayakkan masuk Kerajaan Surga dengan hati yang menyembah.

Memang ada nyanyian di surga, tetapi bukan sekadar nyanyi, melainkan sikap hati. Ini yang penting. Di dunia ini ada orang bisu atau orang yang selalu fals, mereka tidak bisa bernyanyi. Namun, kalau hati yang menyembah, itu pasti berkenan di hadapan Tuhan. Jadi, mari kita benahi sikap hati kita supaya kualitas hati kita meningkat. Pasti kita akan bisa merasakannya. Dalam bahaya, apakah kita bisa tetap teduh? Semakin kita hidup suci, tidak terikat percintaan dunia, maka keyakinan kita akan keberadaan Allah pun semakin menguat. Makanya, orang kudus, orang yang tidak terikat percintaan dunia, pasti doanya lebih tepat. Ini tidak bisa dipelajari dalam satu bulan, satu tahun, karena yang menentukan adalah kualitas hidup kita hari demi hari. Hidup kita berharga kalau kita punya hati yang menyembah.

Sebagai manusia, kita bisa merasakan kalau orang menghargai atau menghormati kita atau tidak. Betapa memuakkannya, kalau mereka mengucapkan kalimat-kalimat menghormati, menyanjung, tetapi perilakunya mengkhianati dan menikam kita. Betapa jahatnya orang-orang seperti itu. Lebih baik tidak usah memuji-muji daripada memuji, tetapi juga melukai, menyakiti, mengkhianati, atau menikam. Betapa munafiknya orang seperti itu. Maka, kepada Tuhan semesta alam yang menciptakan langit dan bumi, Yang Maha Tahu, bagaimana kita bisa sembarangan memperlakukan Dia dalam sikap hidup dan sikap hati setiap hari?

Ironis, selama ini betapa dianggap normal dan wajarnya orang-orang Kristen yang hidup sembarangan pada hari-hari biasa, tetapi ke gereja memuji Tuhan. Bagaimana seseorang bisa menghormati Allah dengan perkataan, tetapi dalam kehidupan setiap hari tidak menghormati Dia secara patut? Lalu, hal itu dianggap biasa. Sekarang kita mau mengakhiri sisa umur hidup kita dengan baik. Kita harus mengoreksi diri dengan serius. Walaupun untuk itu kita tidak bisa beli mobil bagus, tidak bisa beli rumah, hanya kontrak, tetapi kita menjadi orang-orang yang agung dan mulia di hadapan Allah. Jangan minder!

Kita harus serius berjuang. Nanti kita akan lebih menghayati Allah itu hadir. Makin kita hidup suci, makin kita menghayati keberadaan Allah. Maka, kita harus selalu mengingatkan diri kita bahwa kita ada di hadapan Allah. Mata Tuhan melihat. Seindah apa pun jagat ini, pasti tidak seindah hati yang menyembah. Allah menikmati keindahan hati kita lebih dari apa pun. Semerdu apa pun suara simfoni, jauh lebih merdu perilaku dan perbuatan kita. Seharum apa pun bunga yang Allah ciptakan, tidak lebih harum dari perbuatan dan perilaku dari hati yang menyembah. Biarlah kita menjadi pemandangan indah di mata Allah, menjadi simfoni yang merdu yang manis Tuhan dengar. Kita mau menjadi bunga harum, menjadi tarian yang memesona di setiap langkah hidup kita. Maka, hidup kita harus berubah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KETIKA KITA MELUKAI SESEORANG, KITA MELUKAI TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 September 2023
2023-09-02 08:14:02

Yehezkiel 23-24

Card image
Truth Kids 01 September 2023 - PERCAYA PENUH
2023-09-01 09:55:11


Matius 18:3
lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga."

Dulu ada seorang bapak bernama Charles Blondin. Dia adalah seorang pemain akrobat asal Perancis. Banyak orang mengagumi keahlian Pak Blondin. Pak Blondin ahli dalam berjalan di atas seutas tali di ketinggian. Ia dikenal karena kehebatannya melintasi air terjun Niagara dengan seutas tali. Tetapi ketika Pak Blondin mengajak penonton untuk ia gendong dan bersama menyebrangi air terjun menggunakan tali yang sama, orang-orang menolak karena takut. Kecuali seorang anak kecil.

Anak itu mau ikut digendong oleh Pak Blondin dan menyeberangi air terjun dengan seutas tali. Mengapa anak ini tidak takut? Karena dia adalah anak dari Pak Blondin. Dia percaya penuh pada kemampuan papanya. Anak ini yakin papanya tidak akan membiarkannya terjatuh. Sampai akhirnya mereka pun dapat menyeberang dengan selamat.

Sobat Kids, sebagai anak-anak Allah, kita perlu percaya penuh pada-Nya. Seperti anak Pak Blondin pada cerita di atas. Apapun masalah dan ketakutan yang kalian hadapi saat ini, percayalah penuh bahwa Tuhan ada bersama kita. Dia akan menjaga kita dan menuntun kita keluar dari bahaya.

Card image
Truth Junior 01 September 2023 - SEPERTI ANAK-ANAK
2023-09-01 09:51:53


Matius 18:3
lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”

Sobat Junior, mari kita renungkan bersama-sama. Tuhan Yesus pernah bilang kalau kita nggak jadi kayak anak-anak, kita nggak bisa masuk ke Kerajaan Surga, loh. Maksudnya apa, ya? Tahukah Sobat Junior, bahwa anak-anak punya beberapa sifat yang istimewa dan penting dalam iman? Mereka punya kepercayaan yang besar dan tidak ada keraguan di hatinya. Anak-anak juga punya sikap yang patuh, dengan senang hati mengikuti petunjuk orang tua mereka.

Jadi, ketika Tuhan Yesus bilang kita harus jadi kayak anak-anak, Tuhan sebenarnya mau mengajak kita untuk punya kepercayaan yang besar dan tanpa keraguan kepada Tuhan. Artinya, kita harus percaya dengan sepenuh hati dan tidak ada keraguan yang menghalangi kita untuk dekat dengan Tuhan. Selain itu, kita juga harus punya sikap yang patuh dan taat kepada Tuhan Yesus. Anak-anak biasanya nurut dan ikut petunjuk orang tua mereka tanpa banyak berpikir. Begitu juga dengan kita, kita harus mau nurut dan taat kepada Tuhan Yesus, atau mengikuti apa yang Tuhan ajarkan.

Jadi, kalau kita tidak mau jadi seperti anak-anak dalam iman kita, kita tidak bisa masuk ke dalam Kerajaan Surga. Kita harus punya kepercayaan yang besar dan tanpa rasa ragu kepada Tuhan Yesus, serta sikap yang patuh dan taat kepada-Nya. Yuk, kita berusaha jadi kayak anak-anak dalam iman kita; percaya dengan sepenuh hati dan nurut kepada Tuhan Yesus. Dengan begitu, kita bisa mendekat ke Kerajaan Surga dengan penuh sukacita.

Card image
Truth Youth 01 September 2023 (English Version) - KNOW YOUR WEAKNESSES
2023-09-01 09:48:12


"He gives strength to the weary and increases the power of the weak." (Isaiah 40:29)

There are people who are in their twenties but still don't truly know themselves. How can that be? One thing we can observe is that sometimes we meet individuals much older than us who still stubbornly harden their hearts and remain stubborn when given good advice. Imagine if they had recognized their weaknesses when they were younger, engaged in self-introspection, and, most importantly, known God properly. In that case, the tendency to self-improve would still exist and be easier to change. As we grow older, our character and personality become more established, making it more difficult to change and mold them.

Before we truly know ourselves, we must first know our Creator. It's like we need to find out why God created us, what His purpose is for us—we need to ponder on that. As noted in Isaiah 40:29, God gives us strength, regardless of our condition and past. From there, we start digging into ourselves, one way being to recognize our weaknesses. You know, usually the people closest to us are the ones who can see this. That's why when we're corrected by those who truly know us, we shouldn't be sensitive; rather, we should consider it as input. If it's true, we can take action to rectify it. God has a special plan for us as an extension of His work, but this can't be accomplished if we don't truly know ourselves. Slowly we will realize why certain things were allowed to happen, one of them being to further transform and shape us according to His plan. To truly know oneself means to be honest with oneself, and that is one aspect of our integrity as children of God.

WHAT TO DO:
1. Create a list of our perceived weaknesses.
2. Weakness doesn't mean we're feeble; when we strive to improve, we become stronger individuals.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Isaiah 64-66

Card image
Truth Youth 01 September 2023 - KNOW YOUR WEAKNESSES
2023-09-01 09:45:16


"Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya." (Yesaya 40:29)

Ada orang-orang yang sudah berumur puluhan tahun, tapi mereka masih tidak mengenali diri mereka sendiri dengan benar. Kok bisa ya? Salah satu hal yang bisa kita amati, misal kita menemui orang yang jauh lebih tua dari kita, tapi masih saja suka mengeraskan hati dan keras kepala, saat diberi masukan yang baik. Coba bayangkan kalau mereka sudah mengenali kelemahan mereka sejak masih muda, sering mengintrospeksi diri, dan yang paling penting lagi, mengenal Tuhan secara benar, kecenderungan untuk bebenah diri masih ada, dan masih lebih mudah untuk diubah. Kalau sudah semakin tua, sudah semakin terbentuk karakter dan kepribadian seseorang, maka akan semakin sulit untuk diubah dan dibentuk.

Sebelum kita mengenali diri kita secara benar, kita harus mengenal Sang Pencipta kita dengan benar. Ibaratnya, kita harus mau cari tahu mengapa Tuhan menciptakan kita, tujuannya apa, kita harus gumuli itu. Karena seperti yang dicatat dalam Yesaya 40:29, Tuhan yang memberi kita kekuatan, bagaimanapun kondisi dan masa lalu kita. Dari situ, kita mulai menggali lagi diri kita, salah satunya dengan mengenali kelemahan dalam diri kita. Tahu gak, biasanya orang terdekat yang sering bergaul sama kita akan tahu kok. That’s why, kalau misal sedang ditegur oleh orang-orang yang memang betul-betul mengenal kita, jangan baperan, anggap saja sebagai suatu masukan. Kalau memang benar, kita bisa mulai take action untuk membenahinya. Tuhan mempunyai rencana khusus untuk kita sebagai perpanjangan tangan untuk pekerjaan-Nya, tapi hal ini gak bisa berjalan, kalau kita gak mengenali diri kita dengan benar. Pelan-pelan kita akan menyadari kenapa hal-hal tertentu dibiarkan terjadi, salah satunya untuk semakin mengubah kita dan membentuk kita sesuai dengan rencana-Nya. Dengan mengenali diri sendiri secara benar artinya kita jujur terhadap diri sendiri, dan itulah salah satu integritas kita sebagai anak-anak Allah.

WHAT TO DO:
1. Coba buat list, apa saja yang kita rasa menjadi kelemahan diri kita?
2. Kelemahan bukan berarti kita lemah dan tak berdaya, tapi saat kita berusaha untuk membenahinya, di situlah kita menjadi pribadi yang lebih kuat.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yesaya 64-66

Card image
Renungan Pagi - 01 September 2023
2023-09-01 09:41:28


Kehidupan orang percaya di dunia ini, hanyalah merupakan kehidupan yang bersifat sementara atau tempat lewat saja (passing by), karena dunia ini bukanlah tempat kehidupan kekal. Pada saatnya dunia dan semua yang ada didalamnya akan kita tinggalkan.

Oleh sebab itu firman Tuhan berkata, "Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." Dunia hanyalah sarana perjalanan untuk menuju satu tempat yang kekal yang bernama sorga, tempat kita melakukan persiapan untuk menuju sorga itu.

Karena itu jangan kumpulkan kekayaan bagimu didunia ini, tetapi kumpulkanlah harta disurga, supaya disitulah hati kita akan berada, dan ingatlah selalu bahwa tempat tinggal yang kekal bagi kita adalah di sorga, bersama dengan Tuhan.
(Matius 6:20-21)

Card image
Quote Of The Day - 01 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-01 09:36:55


Orang yang menjadi manusia sesuai standar Allah pasti memanusiakan manusia; berbelaskasihan terhadap sesama.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 01 September 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-09-01 09:34:05


Kalau kita masih menikmati dosa dalam bentuk batiniah—kesombongan, keangkuhan, dendam—dan kita mengecap sesuatu yang kita nikmati di dalam daging, maka roh kita mati. Paling tidak padam.

Card image
A HEART OF WORSHIP - 01 September 2023 (English Version)
2023-09-01 09:32:15


As God’s children, chosen people, or who want to be allowed to enter the Father’s House, we must have a heart of worship. This is not addressed to everyone because the Holy Spirit will never train them to worship God. Those who worship God are the chosen people who respond to God’s formation, receive the guidance of the Holy Spirit, and have hearts that worship. Having a heart of worship is a long struggle throughout life. The mistake of many people is that when a person can say a word—among them saying the word “hallelujah”—or a sentence of worship, they feel they have worshiped God. Also, following the liturgy with lyrics and praise containing worship, they think they have worshiped God.

How can people invite others to worship or praise God if they do not or have not praised Him? Worshiping God is a matter-of-heart attitude, and it needs a long formation process throughout a lifetime to have it. Let’s learn about the word “worship.” In Luke 4:8, the Lord Jesus said, “It is written: ‘Worship the Lord your God and serve Him only!” Worship God only. The word “worship” in the original text is proskuneo, meaning “submit,” parallel to the word shachah in Hebrew. In its broadest sense, it means “to give high value.”

So, proskuneo is the attitude of the heart that appreciates and respects God. This is not easy because the world does not respect God; we see human lifestyles that dishonor God from childhood, and we rarely find people who honor God appropriately. The influence of the world around us—lifestyles or patterns of life of others—has poisoned the chosen people so that they unknowingly form a heart or mind that does not appreciate or even respect God.

Especially in our world today, as said in 2 Pet.3:3, in the last days, scoffers will appear with their ridicule, namely those who live according to their lusts, who ridicule God with words and deeds. This is already the pinnacle of evil, reminding us of Genesis chapter 6 before God ended world history, where human crime was extraordinary. The Bible says that every inclination of the thoughts of the human heart is only evil. The Lord regretted that he had made human beings on the earth, and His heart was deeply troubled. This was the time when people dishonored God.

Without realizing it, we could have also been exposed to a virus that does not or lacks respect for God, and of course, people whose hearts are exposed to this virus cannot worship God properly. So, it is useless to sing worship songs with full verses of worship or even with precise musical accompaniment. We mustn’t think our God is like gods or foreign gods who enjoy receiving offerings through ceremonial rituals. This usually occurs in certain religions or beliefs, where worship is carried out with drums, dance, and sacrifices, regardless of the quality of human life that does the worship. We must enter into the pure Christian life, enter into a 24-hour movement in the presence of God, meaning that we learn to respect Him wherever and whenever we are. We must always realize that God is present so that we guard our words, actions, and thoughts. This is not easy, and it requires struggle.

The world virus includes two things. First, the love of the world. It concerns bonds in the flesh, then in the soul. A heart of worship does not want anything, and this can only be for the level of a mature Christian. Young people or new Christians cannot be invited to reach that level. To be God’s lover, we must have the courage not to desire anything, so all we want is to do what God wants. Though sometimes God is silent, and we are confused, too, we must keep respecting Him. God has the right to be quiet, but He is never silent. One cannot have a high quality of worship if they still have desires not according to God’s will.

The world virus includes two things. First, the love of the world. It concerns bonds in the flesh, then in the soul. A heart of worship does not want anything, and this can only be for the level of a mature Christian. Young people or new Christians cannot be invited to reach that level. To be God’s lover, we must have the courage not to desire anything, so all we want is to do what God wants. Though sometimes God is silent, and we are confused, too, we must keep respecting Him. God has the right to be quiet, but He is never silent. One cannot have a high quality of worship if they still have desires not according to God’s will.

Second, sin. Sins in the flesh include food and sex. If the flesh is satisfied or we taste it, we are addicted. We must understand that our flesh will keep demanding when satisfied because it becomes addicted. If we want to change from being addicted to sin to living in holiness, we must refuse when we have the opportunity to sin. Then, our joy will be great. Sin in the soul includes a heart that loves to be honored. Therefore, many will look for reasons or make any effort to become respectable through education, lots of money, or popularity. There is pleasure in repaying evil for evil, and our souls enjoy it.

ONE CANNOT HAVE A HIGH QUALITY OF WORSHIP IF THEY STILL HAVE DESIRES THAT ARE NOT ACCORDING TO GOD'S WILL.

Card image
HATI YANG MENYEMBAH - 01 September 2023
2023-09-01 09:29:40


Sebagai anak-anak Allah atau umat pilihan, atau mereka yang mau dilayakkan masuk Rumah Bapa, kita mutlak harus memiliki hati yang menyembah. Hal ini tidak ditujukan kepada semua orang, karena mereka tidak akan pernah dilatih Roh Kudus untuk menyembah Allah. Sebab yang menyembah Allah, hanya mereka yang menjadi umat pilihan, yang merespons pembentukan Allah, yang menerima pimpinan Roh Kudus, sehingga memiliki hati yang menyembah. Memiliki hati yang menyembah adalah pergumulan panjang; sepanjang umur hidup. Kesalahan banyak orang adalah ketika seseorang bisa mengucapkan kata—di antaranya mengucapkan kata “haleluya”—kalimat penyembahan, maka ia merasa sudah menyembah Allah. Juga dengan mengikuti liturgi dengan syair, pujian yang memuat penyembahan, merasa sudah menyembah Allah.

Bagaimana orang bisa mengajak orang lain menyembah Tuhan atau memuji Tuhan, kalau dirinya sendiri tidak atau belum memuji Tuhan? Jadi, menyembah kepada Tuhan adalah soal sikap hati. Untuk memiliki sikap hati yang menyembah, perlu proses pembentukan panjang di sepanjang umur hidup seseorang. Mari kita belajar mengenai kata “menyembah.” Kalau kita membaca Lukas 4:8, Tuhan Yesus berkata, “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” Harus. Kata “menyembah” di dalam teks aslinya proskuneo, yang pengertian singkatnya berarti “tunduk.” Sejajar dengan kata shachah di dalam bahasa Ibrani. Dalam pengertian luasnya, berarti “memberi nilai tinggi.”

Jadi, proskuneo adalah sikap hati bagaimana seseorang menghargai dan menghormati Tuhan. Tidak mudah. Karena dunia sekitar kita adalah dunia yang tidak menghormati Allah. Dari sejak kanak-kanak, kita melihat peragaan manusia yang tidak menghormati Allah. Jarang sekali kita menemukan orang yang menghormati Allah dengan benar. Sehingga, pengaruh dunia sekitar kita—dari peragaan dan gaya hidup atau pola hidup sesama—telah meracuni umat pilihan, sehingga tanpa disadari membentuk hati atau batin yang tidak menghargai, kurang bahkan tidak menghormati Dia.

Apalagi di dunia kita sekarang, yang di dalam 2 Petrus 3:3 dikatakan bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. Jadi, mengejek Tuhan bukan hanya dengan perkataan, melainkan dengan perbuatan. Ini sudah merupakan puncak kejahatan. Hal ini mengingatkan kita akan Kejadian 6 sebelum Tuhan mengakhiri sejarah dunia, kejahatan manusia luar biasa. Alkitab mengatakan bahwa segala kecenderungan hati manusia selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah TUHAN; bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. Inilah zamannya, ketika orang tidak menghormati Allah.

Sejatinya, tanpa kita sadari, kita juga telah terpapar virus tidak atau kurang menghormati Allah. Tentu orang yang hatinya terpapar virus ini tidak bisa menyembah Allah dengan benar. Bernyanyi lagu penyembahan dengan syair penuh kalimat penyembahan, atau dengan iringan musik yang presisi pun, percuma. Jangan berpikir Allah itu seperti ilah, dewa-dewa asing yang senang menerima persembahan dalam bentuk ritual seremonial. Biasanya di agama-agama atau keyakinan tertentu, penyembahan dilakukan dengan genderang, tarian, dan kurban-kurban, tanpa memedulikan kualitas hidup manusia yang memberikan penyembahan itu. Kita harus masuk ke dalam kehidupan Kristen yang murni. Kita masuk dalam gerakan 24 jam di hadirat Allah; maksudnya kita belajar menghormati Tuhan di mana pun dan kapan pun kita berada, kita menghayati Allah hadir supaya kita menjaga perkataan, perbuatan dan pikiran kita. Memang itu tidak mudah, membutuhkan perjuangan.

Virus dunia meliputi dua hal. Pertama, percintaan dunia. Menyangkut ikatan di dalam daging, lalu di dalam jiwa. Hati yang menyembah adalah hati yang sampai titik tidak mengingini apa pun, dan ini pasti tingkat orang Kristen yang sudah dewasa. Tentu kalau orang-orang muda atau orang Kristen baru belum bisa diajak untuk sampai tingkat itu. Namun, kalau kita mau menjadi kekasih Tuhan, harus berani tidak mengingini apa pun. Jadi, yang kita ingini hanya melakukan apa yang Allah kehendaki. Kadang-kadang Tuhan diam dan kita juga bingung, tetapi kita harus menghormati Allah. Allah berhak seakan-akan diam, tetapi sejatinya Allah tidak pernah diam. Seseorang tidak bisa memiliki kualitas menyembah yang tinggi kalau masih memiliki keinginan-keinginan yang tidak sesuai kehendak Allah.

Yang kedua, dosa. Dosa dalam daging meliputi kuliner dan seks. Kalau sudah dipuaskan atau kita cicipi, lalu ketagihan. Kita harus mengerti bahwa ketika daging kita dipuaskan, dia akan menuntut karena daging kita jadi kecanduan. Kita mau mengubah dari kecanduan berbuat dosa, menjadi kecanduan hidup di dalam kekudusan. Caranya bagaimana? Ketika kita punya kesempatan berbuat dosa, kita menolak. Maka, sukacita kita akan menjadi besar. Dosa dalam jiwa meliputi hati yang senang dihormati. Maka seseorang akan cari gara-gara atau usaha apa pun agar menjadi terhormat; lewat pendidikan, uang banyak, atau popularitas. Ada kesenangan bisa membalas kejahatan dengan kejahatan dan jiwa kita menikmatinya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SESEORANG TIDAK BISA MEMILIKI KUALITAS MENYEMBAH YANG TINGGI KALAU MASIH MEMILIKI KEINGINAN-KEINGINAN YANG TIDAK SESUAI KEHENDAK ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 01 September 2023
2023-09-01 09:20:18

Yehezkiel 21-22

Card image
Truth Kids 31 Agustus 2023 - APA ITU KEHENDAK ALLAH?
2023-08-31 10:00:03


Ibrani 10:36
“Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.”

Selesai ibadah Sekolah Minggu, Riri bertanya kepada mama, “Ma, kata kakak Sekolah Minggu kita harus hidup sesuai dengan kehendak Tuhan… tapi bagaimana kita tahu kehendak Tuhan?” Mama tersenyum mendengar pertanyaan anaknya. “Jika kita pikirkan memang sulit untuk membayangkan apa itu kehendak Tuhan. Tetapi Tuhan memakai banyak cara untuk menuntun dan mengajar kita akan kebenaran, sehingga kita bisa mengambil keputusan sesuai dengan kehendak Tuhan.”

Mendengar itu Riri bertanya lagi, “Misalnya seperti apa, Ma?” Sambil berjalan mama menjelaskan, “Jika kamu harus memilih makan makanan sehat atau junk food, kira-kira mana yang Tuhan kehendaki kita makan?” Riri menjawab, “Tentu makanan sehat Ma…” Mama tersenyum, “Itu betul… memang Tuhan tidak mengatakan secara langsung dan hal itu tidak tertulis dalam Alkitab. Tuhan memakai dokter dan ahli gizi untuk mengajar kita tentang makanan yang membuat kita sehat. Tuhan tentu mau tubuh kita sehat. Jadi, kita merawat tubuh dengan memakan makanan yang sehat, kan? Seperti itulah kita bisa mengerti dan mengenali mana kehendak Tuhan.”

Sobat Kids, tentu dengan penjelasan tadi kalian jadi lebih mengerti bagaimana mengenali kehendak Tuhan. Kita memiliki kebebasan dalam menuruti kehendak Tuhan. Tentu Tuhan akan senang jika kita menggunakan kebebasan yang diberikan-Nya dengan benar.

Card image
Truth Junior 31 Agustus 2023 - B E B A S
2023-08-31 09:57:04


Ibrani 10:36
“Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.”

Apakah Tuhan pernah memaksa kita untuk menuruti kehendak-Nya? Tuhan tidak menciptakan manusia sebagai robot yang hanya menjalankan perintah. Manusia memiliki kehendak bebas untuk menentukan kehidupannya masing-masing. Sebagai anak-anak-Nya, tentu kita seharusnya memiliki keinginan untuk menuruti semua kehendak-Nya.

Kita memang tidak bisa melihat Tuhan secara langsung. Terkadang, kita merasa sulit untuk mengerti kehendak-Nya. Namun, bukan berarti kita buta sama sekali terhadap-Nya. Kita punya kebebasan untuk mencari tahu dan mengerti kehendak Tuhan. Sobat Junior bisa mengetahui kehendak Tuhan melalui Alkitab. Bacalah Alkitab setiap hari. Berdoalah agar Tuhan memberikan pengertian, sehingga kita tahu apa yang harus dilakukan. Kita juga harus tekun untuk belajar mengerti kehendak Tuhan, sehingga kita bisa hidup seturut dengan kehendak Tuhan.

Ingat, ya, Sobat Junior, kebebasan yang kita miliki jangan dipakai suka-suka sendiri; melakukan apa yang diri kita inginkan. Sebaliknya, kebebasan yang Tuhan berikan kepada kita, hendaknya dipakai untuk menuruti setiap kehendak-Nya. Kita mau menyenangkan hati Tuhan setiap hari.

Card image
Truth Youth 31 Agustus 2023 (English Version) - HOPE THAT NEVER FADES
2023-08-31 09:54:31


"Therefore it is said, 'Awake, O sleeper, and arise from the dead, and Christ will shine on you.'" (Ephesians 5:14)

In a world filled with attachments, true freedom may feel elusive. We often find ourselves entangled in the pursuit of temporary pleasures, material possessions, and the approval of others. Our souls yearn for something deeper, something that can break the chains of worldly life and offer everlasting freedom.

Where can we find such liberation? The answer lies in being unattached to anything but Christ. When we surrender our desires and ambitions to Him, we discover boundless freedom. The Apostle Paul, in his letter to the Ephesians, reminds us to wake up from our slumber and allow Christ's light to shine on us.

In our journey of faith, there may be moments when we are tempted to give up and despair. Struggles, disappointments, and failures can weigh us down, threatening to extinguish the flame of hope within us. Yet, let us hold on to the hope that never fades, the hope offered by Christ. His light pierces even the darkest corners of our lives, igniting a fire of perseverance within us.

As we fix our gaze on Him, the true source of freedom, our attachments to worldly things diminish. The allure of wealth, success, and recognition loses its grip as we find our identity and worth solely in Christ. We no longer chase fleeting pleasures but seek eternal treasures found in Him.

Today, let us wake up from the slumber of attachments. Let us embrace the freedom that comes from an unbounded relationship with the One who loves us unconditionally. When the world tempts us to give up and despair, let us remember that our hope in Christ never fades. May His light guide, empower, and lead us to a life filled with true freedom.

WHAT TO DO:
1. Meditate on God's word.
2. Strengthen your hope in Christ.
3. Surrender everything to Him.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Isaiah 60-63

Card image
Truth Youth 31 Agustus 2023 - HARAPAN YANG TAK PERNAH LUNTUR
2023-08-31 09:49:23


Itulah sebabnya dikatakan: ”Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu.”(Efesus 5:14)

Di dunia yang penuh dengan keterikatan, kebebasan sejati terasa sulit dicapai. Sering kali kita merasa terikat pada pencarian kesenangan sesaat, kepemilikan materi, dan pengakuan orang lain. Jiwa kita merindukan sesuatu yang lebih, sesuatu yang dapat mematahkan belenggu kehidupan dunia ini dan memberikan kebebasan yang abadi.

Namun, di mana kita dapat menemukan pembebasan tersebut? Jawabannya terletak pada: tidak terikat pada apa pun selain Kristus. Ketika kita menyerahkan keinginan dan ambisi kita kepada-Nya, kita menemukan kebebasan yang tak terhingga. Rasul Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, mengingatkan kita untuk bangun dari tidur kita dan membiarkan terang Kristus menerangi kita.

Dalam perjalanan iman kita, mungkin ada saat-saat ketika kita tergoda untuk menyerah dan berhenti. Perjuangan, kekecewaan, dan kegagalan dapat membebani kita, mengancam untuk memadamkan nyala harapan di dalam kita. Namun, mari kita berpegang pada harapan yang tak pernah luntur yang Kristus tawarkan. Terang-Nya menembus bahkan sudut tergelap dalam hidup kita, menyalakan api ketekunan di dalam diri kita.

Ketika kita menatap-Nya, sumber kebebasan sejati, keterikatan kita pada hal-hal dunia berkurang. Daya tarik kekayaan, kesuksesan, dan pengakuan kehilangan genggamannya, karena kita menemukan identitas dan keberhargaan kita hanya dalam Kristus. Kita tidak lagi mengejar kesenangan sesaat, tetapi mencari harta abadi yang terdapat dalam-Nya.

Hari ini, mari kita bangun dari tidur keterikatan. Mari kita memeluk kebebasan yang datang dari hubungan tak terbatas dengan Dia yang mengasihi kita tanpa syarat. Ketika dunia menggoda kita untuk menyerah dan berhenti, marilah kita ingat bahwa harapan kita dalam Kristus tidak akan pernah luntur. Kiranya terang-Nya membimbing, memberdayakan, dan memimpin kita menuju kehidupan yang penuh dengan kebebasan sejati.

WHAT TO DO:
1. Merenungkan firman Tuhan
2. Menguatkan harapan dalam Kristus
3. Menyerahkan segalanya kepada Kristus

BIBLE MARATHON:
▪︎Yesaya 60:63

Card image
Renungan Pagi - 31 Agustus 2023
2023-08-31 09:43:57


Seorang wanita yang terlihat cantik apabila ia hidup dalam kepatuhan kepada suaminya. Patuh bukan berarti harus selalu mengalah atau takluk di bawah laki-laki. Patuh yang dimaksud adalah bagaimana wanita menghargai ketetapan Tuhan dalam menjalani kodratnya yaitu sebagai penolong yang sepadan bagi laki-laki. Penolong dalam hal apa?, penolong bagi suaminya dalam melakukan kehendak TUHAN.

Dalam keberadaannya sebagai isteri ia harus tunduk dan patuh kepada suaminya. Seperti yang telah dikatakan dalam firman Tuhan "Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat.

Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu". Tunduk berarti menghargai suami sebagai kepala dalam keluarga yang sedang dibangun dengan tujuan bersama-sama hidup melakukan kehendak Tuhan. (Efesus 5:22-24).

Card image
Quote Of The Day - 31 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-31 09:35:18


Kalau kita tidak mengondisi hidup kita untuk hidup di dalam kehendak dan rencana-Nya, dunia yang akan mengondisi dan menenggelamkan kita bersamanya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 31 Agustus 2023 (
2023-08-31 09:30:19


Kita harus memiliki prinsip: “hanya Tuhan segalanya dalam hidup kita."

Card image
SERIOUSNESS LEVEL - 31 Agustus 2023 (English Version)
2023-08-31 09:28:13


In distress, where nothing we can hope for anymore, we cry out: “There is nothing more to wait for, nothing on this earth.” Is that right? Is it true that we project, direct, and focus our lives on this one, which is considered necessary? Or are there many other needs that are unnecessary? If we express or declare that to God, while our circumstances do not match the content of the sentences in our prayers, it means we are hypocrites.

But this prayer can also be a “positive trap” whereby we are directed and conditioned to have the right goals and colour in life. This is related to how high the level of seriousness we deal with God. We have a life journey and experiences with various objects and activities, so we understand how to be serious in our studies, career, business, building relationships with business relations, and so on. The problem is God seems to be silent. If someone considers God nothing, then He is nothing to that person. If we believe God to be alive, real, have personality, and treat Him as a living person, He will become living for us.

A businessman seriously works hard for the benefit of money for his personal life, family, and other goals. Because of this, they usually look at the bank balance, the trade balance of their business, whether profit or loss. They continue to squirm about developing their business so as not to decline, let alone lose. But have we ever seriously questioned our eternal treasure? How much treasure do we have in eternity? If later we meet God, how satisfied is God to see us?

We can question this as long as we still have a chance to live. If we are found to be displeased before God, we still have the opportunity to make peace and be reconciled. Let us not be poor in eternity. We must have the principle: “Only God is everything in my life.” How much do we need God? Our awareness of needing God determines the level of our seriousness with Him. And that level of seriousness parallels our awareness of our need for God. Many people do not need God except when tight in a crisis. People like this are tricky.

Ironically, we often treat God carelessly; we undermine Him, but God is silent. This is terrible. Therefore, we must have awareness and awaken our passion to feel the need for God. Why don’t we see God as the only One we need more than anyone or anything else? If one sows a life that requires God and is serious about dealing with Him, only then can they praise God, saying, “Lord, I adore You.” He cares not only for heart disease, kidney disease, cancer, and lungs; even one of our hair is cared for. So, don’t doubt God’s love. 

Our seriousness level with God depends on how much we inflame our love for Him. So, it is not about how big our problem makes us serious with God or how high our aspirations make us involve God and are serious with Him, but it is about how much we love God.

God allowed us to manage and direct our hearts, whether we love Him or not. If we love God, how much our love for Him depends on us. We must determine our heart to say, “I love You, God.” Don’t let us never find that love. God loves us, then we must continue to increase our love to the point that there is an encounter with Him, and from that encounter, exclusivity is established. God has His exclusivity for each individual.

This purity of our love will make God our eternal lover. It’s a treasure that is more than anything else. We deal with God not because of His blessings, not because we glance at His purse and His power purse, but because of Himself. This is not something that can only be understood by reason but must be experienced. Encounter God every day, and we must deliberately and consciously surrender our hearts to Him. Do not be arrogant. One will wail with tears if they do not obey this Word.  

THE LEVEL OF AWARENESS THAT WE NEED GOD DETERMINES OUR SERIOUSNESS WITH HIM.

Card image
TINGKAT KESERIUSAN - 31 Agustus 2023
2023-08-31 09:25:39


Dalam kesesakan, ketika tidak ada yang bisa kita harapkan lagi, kita berseru: “Tiada yang kunanti lagi, apa pun di bumi ini.” Apakah benar demikian? Benarkah kita memproyeksikan, mengarahkan, memfokuskan hidup kita pada satu ini, yang kita anggap sebagai keperluan? Atau ternyata masih banyak keperluan lain? Ini malah sebenarnya bukan sesuatu yang dipandang perlu. Kalau kita mengutarakan atau menyatakan itu kepada Tuhan, sedangkan keadaan kita tidak sesuai dengan muatan kalimat dalam doa kita, berarti kita munafik.

Tetapi doa ini juga bisa menjadi “jebakan yang positif” di mana dengan mengutarakan hal itu, maka kita diarahkan dan dikondisikan untuk memiliki tujuan hidup yang benar, untuk memiliki warna hidup yang benar. Hal ini terkait dengan seberapa tinggi tingkat keseriusan kita berurusan dengan Allah. Kita memiliki perjalanan hidup, pengalaman dengan berbagai objek dan kegiatan. Maka tentu kita mengerti bagaimana serius dalam studi, karier, bisnis, menggalang hubungan dengan relasi bisnis, dan lain sebagainya. Masalahnya, Tuhan itu seakan-akan diam. Kalau seseorang menganggap sepi Tuhan, maka sepilah Tuhan untuknya. Kalau kita menganggap Tuhan itu hidup, nyata, berpribadi, dan kita sungguh-sungguh memperlakukan Dia sebagai Pribadi yang hidup, maka menjadi hiduplah Allah bagi kita.

Seorang pengusaha, demi keuntungan uang untuk hidup pribadinya, keluarga, dan berbagai cita-cita lain, dia bekerja dengan serius. Karenanya, dia selalu melihat saldo bank yang dimiliki, neraca dagang bisnisnya, untung atau rugi. Dia menggeliat terus, bagaimana mengembangkan bisnisnya supaya tidak mundur, apalagi rugi. Tetapi pernahkah kita serius mempersoalkan rekening kekekalan kita? Sudah seberapa banyak harta yang kita miliki di kekekalan? Kalau nanti kita berjumpa dengan Tuhan, seberapa puas Tuhan melihat kita?

Selagi kita masih memiliki kesempatan hidup, yaitu ketika jantung kita masih berdetak, nadi kita masih berdenyut, nafas di paru-paru kita mengembang, berarti kita masih memiliki kesempatan untuk memperkarakan hal ini. Jika kita ternyata kurang berkenan di hadapan Allah, kita masih memiliki kesempatan untuk berdamai, berekonsiliasi. Jangan kita menjadi miskin di kekekalan. Kita harus memiliki prinsip: “hanya Tuhan segalanya dalam hidup kita.” Seberapa kita merasa perlu Tuhan? Karena tingkat kesadaran kita dalam memerlukan Allah menentukan tingkat keseriusan kita dengan Dia. Dan tingkat keseriusan itu paralel dengan tingkat kesadaran perlunya kita akan Allah. Banyak orang tidak merasa memerlukan Allah, kecuali dalam kondisi kepepet, dalam kondisi krisis. Orang-orang seperti ini curang.

Ironis, kita sering memperlakukan Tuhan secara sembarangan, kita anggap remeh, dan Tuhan diam. Ini justru mengerikan. Karenanya, kita harus memiliki kesadaran dan membangkitkan gairah kita untuk merasa perlu Tuhan. Mengapa kita tidak memandang Tuhan sebagai satu-satunya yang kita perlukan lebih dari siapa pun dan apa pun? Kalau seseorang menabur kehidupan yang memerlukan Tuhan dan serius berurusan dengan Tuhan, barulah ia bisa menyanjung Tuhan, dan berkata, “Lord, I adore You.” Dia peduli bukan hanya sakit jantung, ginjal, kanker, paru-paru, bahkan selembar rambut kita pun diperhatikan-Nya. Jangan meragukan kasih Tuhan.

Bagaimana kita bisa serius dengan Tuhan, tergantung seberapa kita mengobarkan cinta kita kepada Tuhan. Bukan seberapa besar masalah kita, sehingga kita baru serius dengan Tuhan. Bukan seberapa tinggi cita-cita kita, sehingga kita melibatkan Tuhan dan serius dengan Dia. Tapi seberapa kita mencintai Tuhan.

Allah memberi kita kebebasan untuk mengelola dan mengarahkan hati kita; apakah kita mencintai Tuhan atau tidak. Dan kalau kita mencintai Tuhan, seberapa besar bara cinta kita kepada Tuhan, itu tergantung kita. Kita yang harus menetapkan hati “aku mencintai Tuhan.” Jangan sampai kita tidak pernah menemukan cinta itu. Tuhan itu mencintai kita, Tuhan itu mengasihi kita. Maka kita harus terus meningkatkan cinta kita, sampai titik puncak, sehingga ada pertemuan. Dari pertemuan ini, terjalin eksklusivitas hubungan. Dan bagi masing-masing individu, Tuhan memiliki eksklusivitasnya.

Kemurnian cinta kita ini akan menjadikan Tuhan kekasih abadi kita. Itu harta, lebih dari apa pun. Kita berurusan dengan Tuhan bukan karena berkat-Nya, bukan karena melirik dompet-Nya dan dompet kuasa-Nya, melainkan karena Tuhan sendiri. Ini bukan sesuatu yang hanya dipahami dengan nalar, pikiran, tetapi ini sesuatu yang harus kita alami. Temui Tuhan setiap hari. Kita harus sengaja dan sadar menyerahkan hati kita untuk Tuhan. Jangan sombong. Saudara akan meratap dengan ratap tangis, kalau saudara tidak mau menuruti firman ini.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TINGKAT KESADARAN KITA DALAM MEMERLUKAN ALLAH MENENTUKAN TINGKAT KESERIUSAN KITA DENGAN DIA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 31 Agustus 2023
2023-08-31 09:13:07

Yehezkiel 18-20

Card image
Truth Kids 30 Agustus 2023 - IZIN ORANG TUA
2023-08-30 08:18:35


Markus 14:38
“Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah.”

Vera dan Queenza sedang mengobrol sambil melihat gadget milik Queenza. “Tuh aplikasi ini bagus, kan? Lihat deh,” kata Queenza ceria. “Wah… iya ya, seru sekali kelihatannya,” ucap Vera. “Iya, kamu juga bisa kok. Tinggal unduh saja… mudah banget” ucap Queenza. “Hehe… iya, nanti aku tanya mamaku dulu, ya,” jawab Vera. “Iihh… kenapa harus tanya mama kamu dulu? Udah, kamu unduh aja,” ucap Queenza. “Tidak Queen, mama mengajarkan untuk hati-hati dalam mengunduh aplikasi. Jadi aku harus tanya mama dulu. Apakah aplikasi itu baik untuk aku pakai atau tidak? Karena kata mama ada aplikasi-aplikasi yang kelihatannya bagus tetapi membawa pengaruh yang tidak baik untuk kita nantinya,” jawab Vera dengan senyuman.

Sobat Kids, siapa yang kalau menggunakan gadget bertanya dulu ke papa mama, seperti yang dilakukan oleh Vera? Tindakan Vera itu tepat, ya, Sobat Kids. Patut kita tiru demi menjaga mata dan telinga kita agar tidak terpengaruh oleh hal-hal yang buruk. Banyak pengaruh buruk dari gadget yang dapat merusak hidup kita. Mulai sekarang, kita harus hati-hati dalam memakai gadget. Kalian harus izin dulu kepada orang tua saat ingin memakai dan mengunduh aplikasi yang baru. Orang tua akan memilihkan aplikasi yang terbaik untuk kalian.

Card image
Truth Junior 30 Agustus 2023 - BERJAGA-JAGALAH
2023-08-30 08:13:07


Markus 14:38
“Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah.”

“Kok anak-anak itu membahayakan diri mereka, Ma? Kan, berhenti di tengah jalan raya hanya untuk joget-joget tidak jelas, itu berbahaya. Ini lagi, ada pengendara sepeda motor yang balapan dengan truk, lalu menghadang jalannya truk. Apakah mereka tidak takut tertabrak, ya?” tanya Nova keheranan saat ia melihat-lihat video di internet. Mama yang duduk di samping Nova menjawab, “Ya, itulah yang sudah menjadi kebiasaan salah anak-anak zaman sekarang. Mereka tidak peduli dengan keselamatan. Yang mereka pikirkan hanya jumlah orang yang melihat video mereka. Makanya kamu harus hati-hati dengan tontonan yang kamu lihat. Jangan sampai kamu ikut-ikutan seperti mereka. Apa yang kamu lihat akan memengaruhi cara berpikir kamu,” nasihat Mama kepada Nova.

Sobat Junior, tanyakan kepada orang tua kalian jika ada hal-hal yang tidak dimengerti ketika kalian menggunakan gadget. Banyak sekali konten yang tidak jelas maksudnya. Mereka hanya ingin mendapat banyak views (orang yang melihat konten).

Mintalah persetujuan orang tua untuk konten yang kalian mau lihat, Sobat Junior. Pastikan kalian melihat konten sesuai dengan usia kalian. Jagalah pikiran kita agar tidak jatuh ke dalam dosa.

Card image
Truth Youth 30 Agustus 2023 (English Version) - UNLEASHING TRUE FREEDOM: BREAKING THE CHAINS OF ATTACHMENTS
2023-08-30 08:11:01


"Let this mind be in you which was also in Christ Jesus." (Philippians 2:5)

In a world that often interprets freedom as independence and the pursuit of personal desires, we easily get entangled in the allure of attachments. We are frequently bombarded with messages suggesting that fulfillment and happiness can be found by clinging to material possessions, relationships, or our own ambitions. However, the true freedom we seek can only be discovered by freeing ourselves from the bonds of these attachments.

The Apostle Paul, in his letter to the Philippians, empowers us with these strong words: "Let this mind be in you which was also in Christ Jesus" (Philippians 2:5). Jesus, the perfect example of true freedom, did not cling to worldly things. He lived in love and compassion, giving without expecting anything in return.

To truly experience freedom, we must follow the example of Christ. We need to release our attachments and place our trust in God, who offers a purpose and fulfillment greater than anything the world can provide. This is not an easy journey, as attachments can be deeply ingrained within us. However, by surrendering ourselves to God and cultivating a healthy community, we can find the strength to liberate ourselves.

Independence is not about distancing ourselves from others; it's about surrounding ourselves with a supportive community that nurtures our growth in God. We need fellow believers who can walk alongside us, offering guidance, accountability, and encouragement. Together, we can strive to free ourselves from worldly attachments and experience the freedom that comes from living in alignment with God's will.

As the younger generation, let us transcend the temporary pleasures and attachments that hinder our true freedom. Let us pursue a life centered on Christ, fostering healthy relationships and deep connections with God. Through this, we will discover a freedom that surpasses the limitations of this world and leads us to a life of abundance and significance in Him.

WHAT TO DO:
1. Release attachments.
2. Seek a healthy community.
3. Follow the example of Christ's sacrifice.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Isaiah 57-59

Card image
Truth Youth 30 Agustus 2023 - UNLEASHING TRUE FREEDOM: BREAKING THE CHAINS OF ATTACHMENT
2023-08-30 08:08:09


"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus." (Filipi 2:5)

Dalam dunia yang sering mengartikan kebebasan sebagai kemandirian dan pengejaran keinginan pribadi, kita mudah terjerat rayuan keterikatan. Kita sering dibanjiri pesan yang mengatakan bahwa kita bisa menemukan pemenuhan dan kebahagiaan dengan melekat pada harta benda, hubungan, atau ambisi kita sendiri. Namun, kebebasan sejati yang kita cari hanya bisa ditemukan dengan membebaskan diri dari belenggu keterikatan ini.

Rasul Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, menguatkan kita dengan kata-kata yang kuat ini: “Pikiranmu haruslah seperti pikiran Kristus Yesus” (Flp. 2:5). Yesus, contoh sempurna dari kebebasan sejati, tidak melekat pada hal-hal duniawi. Ia hidup dalam kasih dan penuh belas kasihan, memberi tanpa mengharapkan balasan apa pun.

Untuk benar-benar mengalami kebebasan, kita harus mengikuti teladan Kristus. Kita perlu melepaskan keterikatan kita dan meletakkan kepercayaan kita pada Allah, yang menawarkan tujuan dan pemenuhan yang lebih besar daripada apa pun yang dunia ini bisa berikan. Ini bukan perjalanan yang mudah, karena keterikatan dapat tertanam kuat dalam diri kita. Namun, dengan menyerahkan diri kepada Allah dan mengembangkan komunitas yang sehat, kita dapat menemukan kekuatan untuk membebaskan diri.

Kemandirian bukanlah tentang menjauhkan diri dari orang lain; melainkan tentang mengelilingi diri dengan komunitas yang mendukung pertumbuhan kita dalam Tuhan. Kita membutuhkan sesama orang percaya yang dapat berjalan bersama kita, menawarkan panduan, pertanggungjawaban, dan dorongan. Bersama-sama, kita dapat berjuang untuk membebaskan diri dari keterikatan duniawi dan mengalami kebebasan yang datang dari hidup dalam keselarasan dengan kehendak Allah.

Sebagai generasi muda, mari kita melampaui kesenangan dan keterikatan sementara yang menghalangi kebebasan sejati kita. Mari kita mengejar kehidupan yang berpusat pada Kristus, membina hubungan yang sehat dan koneksi yang dalam dengan Allah. Melalui hal ini, kita akan menemukan kebebasan yang melampaui batasan dunia ini dan membawa kita ke kehidupan yang berkelimpahan dan bermakna di dalam-Nya.

WHAT TO DO:
1. Lepaskan keterikatan.
2. Mencari komunitas yang sehat
3. Ikuti teladan pengorbanan Kristus.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yesaya 57-59

Card image
Renungan Pagi - 30 Agustus 2023
2023-08-30 08:04:24


Ketika seorang suami mengharapkan istrinya tunduk, dalam hal kesetiaan dan menghargai, menghormatinya sebagai kepala keluarga, maka suami pun harus berlaku mengasihi istrinya. Menjaga kesetiaan selama hidup rumah tangga didalam Tuhan. Karena firman Tuhan untuk para suami demikian.

"Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya, Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat."

Jadi rasa kasih yang suami berikan kepada istrinya seperti dia mengasihi tubuhnya sendiri, jangan merawat tubuhmu karena mengasihi perempuan lain selain istrimu. Kalau engkau mengkhianati istrimu, itu berarti mengkhianati dirimu sendiri, dan mengkhianati Tuhan. Rumah tangga kristen dibangun diatas dasar Kristus dan kasih setia-Nya bagi kita umatNya.
(Efesus 5:25, 28-29)

Card image
Quote Of The Day - 30 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-30 08:00:25


Keyakinan kita akan Allah yang hidup tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita yang harus menuruti kehendak Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 30 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-30 07:58:18


Jangan anggap murah dan remeh Tuhan. Kalau di bumi tidak menyenangkan Tuhan dengan mengabdi dan melayani Tuhan, di surga kita tidak bisa mendadak menyenangkan Tuhan.

Card image
WORK FOR HIM - 30 Agustus 2023 (English Version)
2023-08-30 07:48:51


There are no double standards in Christianity, but only one, namely the life of Jesus—His way of thinking and lifestyle—which all Christians must put on, whether they are a congregation, a church activist, or someone with a synodal position. All believers are disciples of Jesus, and as disciples, we are not limited by theological education or certain positions. All must enter and experience the process of spiritual maturity to become perfect like the Father and similar to Jesus, take part in God’s holiness and put on the divine nature. The standards are all the same, so don’t make unscriptural rules.

In 1 Cor. 6:19-20, the Word of God says, “Do you not know that your body is a temple of the Holy Spirit who is in you, whom you have received from God? You are not your own; you were bought at a price. Therefore, glorify God with your body.” All believers are God’s servants. Don’t make new rules and standards as if there are people who are more legitimately called “servants of God” while others are not. Such double standards ostensibly divided Christianity into castes, and that is wrong. When God says, “Be holy because I am holy” (1 Pet. 1:16), this standard of holiness is the same for all believers.

The problem is, many Christians are still sleeping—because they feel they are not God’s servants or messengers—even though there is a great war raging out there between the powers of darkness with their minions against the Kingdom of Light and God’s servants who the Bible says as, “Those who care nothing for their life.” We must truly understand that if we don’t serve God, one day, we will tremble because we will be useless in the Kingdom of Heaven or eternity. We can’t be useful in Heaven if we are useless on Earth. Don’t think that God is cheap and trivial. If we don’t please God on Earth by serving and devoting ourselves to Him, we cannot suddenly please Him in Heaven.

The rhythm of such a person’s life is not the rhythm of pleasing God but pleasing themselves, and they must serve other masters. Satan injects this foolishness, for he is indeed a deceiver. He breathes out voices that fill the souls and minds of many Christians, and he is good at making believers move away from God. The most terrible deceit is loving the world, while on the other hand, believers must be warriors, true soldiers. Do not let us die but not be considered soldiers, or don’t let us who should be soldiers turn out bothering amid the war. Therefore, as a soldier, we must be mature.

Remember, only those who mature can suffer; who can feel the pain of self-denial, renounce the pleasures of the world, become poured wine and broken bread, learn to deny self, not to repay evil for evil, leave the lusts of the flesh, and speak no words in vain. If we can reach this level of suffering, surely, we will be glorified together with Jesus. However, not many Christians reach this level. So, before it’s too late, let’s repent and catch up to fulfil our part because all of us are soldiers.

Consider how many people have a difficult life, economic difficulty, and eating. Many people suffer; the most terrible is many are being herded into eternal darkness. Then, what should we do? Of course, we can’t help everyone, but we can work to keep as many people as possible from the eternal fire. This is the burden of the Lord Jesus, but if we don’t commit yet, we don’t fight against the powers of darkness, but if we grow up, we will feel the responsibility. From the pain of self-denial, God will train us. Jesus has suffered for us, so the question, “Have we suffered for Jesus?”  

WE CANNOT HELP EVERYONE, BUT WE CAN WORK TO KEEP AS MANY PEOPLE AS POSSIBLE FROM THE ETERNAL FIRE.

Card image
BERKARYA BAGI DIA - 30 Agustus 2023
2023-08-30 07:46:22


Di dalam kekristenan tidak ada standar ganda. Kita hanya memiliki satu standar, yaitu kehidupan Yesus—cara berpikir dan gaya hidup-Nya—yang harus dikenakan oleh semua orang Kristen. Apakah dia seorang jemaat, aktivis gereja atau seorang yang memiliki jabatan sinode, hanya ada satu standar, yaitu kehidupan Yesus. Dan semua orang percaya adalah murid-murid Yesus. Sebagai murid, dalam hal ini kita tidak dibatasi oleh pendidikan teologi atau jabatan tertentu. Semua harus memasuki dan mengalami proses pendewasaan rohani untuk menjadi sempurna seperti Bapa, serupa dengan Yesus, mengambil bagian dalam kekudusan Allah dan mengenakan kodrat ilahi. Standarnya sama. Jangan membuat aturan yang tidak Alkitabiah.

Di dalam 1 Korintus 6:19-20 firman Tuhan mengatakan, “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” Semua orang percaya adalah hamba-hamba Tuhan. Jangan membuat aturan dan ukuran baru, seakan-akan ada orang-orang yang lebih sah disebut “hamba Tuhan” dan yang lain kurang. Standar ganda seperti itu seolah-olah membagi kekristenan dalam beberapa kasta, dan itu salah. Itu keliru. Ketika Tuhan berkata, “kuduslah kamu sebab Aku kudus” (1Ptr. 1:16), standar kekudusan ini untuk semua orang percaya, sama.

Masalahnya, banyak orang Kristen masih tidur—karena merasa bukan hamba Tuhan atau utusan Tuhan—padahal di luar sana sedang berkecamuk perang besar antara kuasa kegelapan dengan antek-anteknya, dan Kerajaan Terang dengan hamba-hamba Tuhan yang dikatakan oleh Alkitab sebagai “orang-orang yang tidak menyayangkan nyawanya.” Tidak mengancam atau menakut-nakuti, kalau kita tidak melayani Tuhan, maka suatu kali kita akan gemetar. Kita tidak berguna di Kerajaan Surga atau di kekekalan. Sebab kalau kita di bumi tidak berguna, tidak mungkin berguna di surga. Jangan anggap murah dan remeh Tuhan. Kalau di bumi tidak menyenangkan Tuhan dengan mengabdi dan melayani Tuhan, di surga kita tidak bisa mendadak menyenangkan Tuhan.

Irama hidup orang seperti itu bukan irama menyenangkan Tuhan, melainkan irama menyenangkan diri sendiri, dan ia pasti mengabdi kepada tuan lain. Ini kebodohan yang disuntikkan oleh Iblis. Iblis itu memang penipu. Ia mengembuskan suara-suara yang memenuhi jiwa dan pikiran banyak orang Kristen. Setan itu pintar membuat yang namanya “penghalusan.” Dan penghalusan yang paling mengerikan adalah mencintai dunia. Padahal orang percaya harus menjadi pejuang, the true soldier. Jangan sampai kita meninggal, kita tidak dipandang atau belum dipandang sebagai laskar. Jangan kita ini mestinya jadi laskar, tapi di tengah-tengah kesibukan perang malah merepotkan. Makanya kita mesti dewasa; as a soldier must be mature.

Ingat, hanya orang yang bertumbuh dewasa yang bisa menderita; yang merasakan sakitnya menyangkal diri, meninggalkan kesenangan dunia, menjadi anggur yang tercurah dan roti yang terpecah, belajar menyangkal diri, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, meninggalkan nafsu-nafsu daging, tidak mengucapkan kata-kata sembarangan. Kalau kita bisa sampai di tingkat menderita ini, pasti kita dimuliakan bersama dengan Yesus. Namun, tidak banyak orang Kristen yang sampai di tingkat bisa menderita. Jadi, sebelum terlambat, mari kita bertobat dan mengejar ketinggalan kita untuk memenuhi apa yang menjadi bagian kita. Semua kita adalah laskar.

Coba kita renungkan, betapa banyak orang yang hidupnya susah, ekonominya susah, makan pun susah. Banyak orang menderita. Dan yang paling mengerikan, mereka tergiring menuju kegelapan abadi. Lalu, apa yang harus kita perbuat? Tentu kita tidak bisa menolong semua orang, tetapi kita bisa berkarya untuk membuat sebanyak mungkin orang terhindar dari api kekal. Inilah beban Tuhan Yesus. Kalau kita belum punya beban, kita tidak berperang melawan kuasa kegelapan. Kalau kita bertumbuh dewasa, maka beban itu akan kita rasakan. Dan dari sakitnya menyangkal diri ini Tuhan akan melatih. Yesus telah menderita bagi kita. Pertanyaannya, “Apakah kita sudah menderita bagi Yesus?”

Tuhan Yesus memberkati
< Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA TIDAK BISA MENOLONG SEMUA ORANG, TETAPI KITA BISA BERKARYA UNTUK MEMBUAT SEBANYAK MUNGKIN ORANG TERHINDAR DARI API KEKA

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 Agustus 2023
2023-08-30 07:42:56

Yehezkiel 16-17

Card image
Truth Kids 29 Agustus 2023 - HATI-HATI GUNAKAN GADGET-MU!
2023-08-29 09:48:57


Roma 16:17
“Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka!”

Alvin gemar bermain game pada gadget miliknya. Mama sering menasehati Alvin untuk tidak bermain game terlalu lama. Akan tetapi Alvin tidak mau mendengarkan nasehat mama. Ketika mama sibuk mengurus rumah atau saat Alvin sendiri di kamar, dia kembali bermain game sepuasnya tanpa mengenal waktu. Saking serunya bermain game, suatu hari Alvin lupa mengerjakan PR, serta lupa belajar untuk ujian. Hasilnya, nilai ujiannya jelek. Ibu guru pun menegur Alvin karena dia tidak mengerjakan PR. Saat mengetahui hal itu tentu mama menegur keras dan menyita gadget Alvin. Alvin tidak bisa bermain game lagi.

Sobat Kids, boleh-boleh saja bermain game di gadget kita. Tetapi kita harus bijaksana dalam menggunakan gadget tersebut. Lihat contoh cerita Alvin di atas; karena Alvin tidak bijaksana menggunakan gadget, dia mendapatkan kerugian. Bukan saja dimarahi mama dan Ibu guru, nilai-nilai pelajarannya pun menjadi jelek. Sebagai anak-anak Allah, mari kita belajar bijaksana dalam menggunakan gadget kita. Agar penggunaan gadget kita pun tidak membuat Tuhan kecewa dan merugikan diri kita sendiri.

Card image
Truth Junior 29 Agustus 2023 - TAK SEBAGUS ASLINYA
2023-08-29 09:46:31


Roma 16:17
“Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka!”

“Yah… follower akun sosmedku masih kalah dibanding Della. Bagaimana ya, caranya supaya follower aku semakin banyak? Video yang terakhir aku upload, juga cuma sedikit yang likes. Hhmm… Aku tidak bisa sekeren Della, dong. Mana Della lebih cantik, mukanya mulus… aahh… aku jadi iri sama dia,” ujar Nita sambil melihat-lihat akun sosmed teman-temannya.

Sobat Junior, apakah ada di antara kalian yang kurang lebih merasakan hal yang sama seperti Nita? Suka melihat-lihat akun sosmed, merasa kurang percaya diri karena gambar yang di-upload teman-teman terlihat lebih keren, dan merasa tidak ada yang memperhatikan kalian, jika jumlah likes posting-an hanya sedikit? Mungkin di antara kalian ada yang pernah merasakan seperti itu atau mungkin juga tidak. Bagus bila kalian tidak merasakan hal di atas. Namun, jika kalian pernah atau bahkan sedang merasakan hal seperti itu, kalian harus hati-hati, Sobat Junior.

Kemarin kita sudah belajar agar tidak masuk perangkap si Iblis. Iblis senang merusak perasaan kita melalui handphone. Hal-hal yang kalian lihat di sosmed (sosial media) belum tentu semuanya benar. Banyak aplikasi yang berfungsi untuk mempercantik foto wajah, membuat tubuh kita terlihat lebih kurus, sehingga foto-foto yang ada terlihat bagus. Padahal, aslinya belum tentu sebagus fotonya. Jangan sampai tertipu, ya, Sobat Junior. Kalian harus menghindari penggunaan gadget yang tidak tepat. Gunakan kebebasan dalam menggunakan gadget secara bijak.

Card image
Truth Youth 29 Agustus 2023 (English Version) - BREAKING FREE: EMBRACING TRUE FREEDOM
2023-08-29 09:43:31


"Bear one another's burdens, and so fulfill the law of Christ." (Galatians 6:2)

Being attached to something is like an unseen shackle that holds us back. Imagine being tied to something, unable to free yourself. It hinders us from experiencing the true freedom that God desires for us.

In Galatians 6:2, the Apostle Paul encourages us, "Bear one another's burdens, and so fulfill the law of Christ." When we are not attached to any addiction, we are free to bear each other's burdens, offering support, encouragement, and love. Our focus shifts from self-centered desires to genuine acts of service.

True freedom begins when we decide to break free from attachments and liberate ourselves from their grip. It requires a firm decision to no longer be controlled by these destructive habits. Like a bird unable to soar high with a heavy burden tied to its feet, we cannot fully embrace the abundant life God has in store for us while being bound by addictions.

To experience true freedom, let us embark on a journey of healing and restoration. First, acknowledge these addictions and seek help and support from trusted friends, family, or professionals. Second, surrender these addictions to God, allowing His strength to sustain us in our weakness. Third, replace the addictions with healthy habits and personal growth, such as spending time in God's Word, cultivating meaningful relationships, and pursuing our passions.

Embracing true freedom means living a life unattached to any addictions. Let us make the decision to break free, fulfill God's purposes for our lives, and have a positive impact on others in this journey. You are destined to live in freedom, joy, and purpose in Christ!

WHAT TO DO:
1. Acknowledge your addictions and seek help.
2. Surrender your life to God.
3. Start making lifestyle changes.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Isaiah 53-56

Card image
Truth Youth 29 Agustus 2023 - BREAKING FREE: EMBRACING TRUE FREEDOM*
2023-08-29 09:38:29


Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." (Galatia 6:2)

Menjadi terikat pada sesuatu, bisa seperti belenggu tak terlihat yang menahan kita. Bayangkan terikat pada sesuatu, tidak bisa membebaskan diri. Hal ini menghalangi kita untuk mengalami kebebasan sejati yang diinginkan Allah untuk kita.

Dalam Galatia 6:2, Rasul Paulus mendorong kita, “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” Ketika kita tidak terikat pada kecanduan apa pun, kita bebas untuk memikul beban sesama, memberikan dukungan, dorongan, dan kasih. Fokus kita berubah dari keinginan yang berpusat pada diri sendiri, menjadi tindakan pelayanan yang tulus.

Kebebasan sejati dimulai ketika kita memutuskan untuk mematahkan belenggu kecanduan dan membebaskan diri kita dari cengkeramannya. Ini membutuhkan keputusan yang teguh untuk tidak lagi dikendalikan oleh kebiasaan yang merusak ini. Seperti burung yang tidak dapat terbang tinggi dengan beban berat yang terikat pada kakinya, kita tidak dapat sepenuhnya merangkul kehidupan berlimpah yang Allah sediakan bagi kita sambil terikat oleh kecanduan.

Untuk mengalami kebebasan sejati, mari mulai perjalanan penyembuhan dan pemulihan. Pertama, akui kecanduan tersebut dan carilah bantuan dan dukungan dari teman-teman terpercaya, keluarga, atau profesional. Kedua, serahkanlah kecanduan itu kepada Allah, izinkan kekuatan-Nya untuk mempertahankan kita dalam kelemahan kita. Ketiga, gantikan kecanduan dengan kebiasaan dan pengembangan diri yang sehat, seperti menghabiskan waktu dalam firman Tuhan, memupuk hubungan yang bermakna, dan mengejar passion kita.

Merangkul kebebasan sejati berarti menjalani hidup tanpa terikat pada kecanduan apa pun. Mari memutuskan belenggu, menepati tujuan Allah bagi hidup kita, dan memberikan dampak positif kepada orang lain dalam perjalanan ini. Kamu ditakdirkan untuk hidup dalam kebebasan, sukacita, dan tujuan hidup di dalam Kristus!

WHAT TO DO:
1. Akui kecanduan dalam dirimu dan cari bantuan
2. Serahkan hidupmu pada Allah
3. Mulai ganti gaya hidup

BIBLE MARATHON:

▪︎Yesaya 53-56

Card image
Renungan Pagi - 29 Agustus 2023
2023-08-29 09:34:05


Setiap orang pasti pernah mengalami kekhawatiran akan hidup, masa depan, kebutuhan sehari-hari, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Sering kali semua itu menimbulkan ketakutan dalam hidup. Namun sebaiknya, jangan terlalu cemas karena kita memiliki Allah yang tidak hanya menciptakan tetapi juga memelihara kehidupan.

Jadi, apa pun yang kita alami, semua itu bukanlah kebetulan semata, ada tangan Tuhan yang memelihara dan menuntun. Seharusnya, hal ini memberi pegangan kepada kita agar tidak perlu khawatir terhadap hari depan dan segala persoalannya. Selama kita telah melakukan bagian kita untuk bekerja, berusaha, serta berserah kepada kedaulatan-Nya.

Percayalah, Tuhan akan memelihara dengan cara yang ajaib. Hiduplah sebagai orang yang berkenan dihadapan Tuhan, supaya setiap langkah hidup kita ditetapkan-Nya."TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan unjuk kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya."

Mari kita berserah penuh hanya kepada tangan pemeliharaan Tuhan dan tekun mengerjakan bagian kita dengan sungguh-sungguh. Sekalipun ada saat-saat kita terjatuh, Tangan Tuhan akan menopang agar tidak jatuh tergeletak."
(Mazmur 37:23-24)

Card image
Quote Of The Day - 29 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-29 09:29:55


Betapa indahnya hidup ketika hadirat Allah terus menaungi kita kapan pun dan di mana pun kita berada.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 29 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-29 09:28:17


Kalau kita tidak mengondisi hidup kita untuk bisa berjalan dengan Tuhan, hidup di dalam kehendak dan rencana-Nya, dunia mengondisi kita dan kita akan terbawa oleh suasana dunia ini.

Card image
CONDITIONING LIFE - 29 Agustus 2023 (English Version)
2023-08-29 09:26:36


When Noah was building the ark, he was like a person with an abnormal psyche, and likewise, Lot, who believed the two guests who had just arrived. When everyone was not allowed to pray, Daniel kept praying, even though what he was facing was a powerful king. Shadrach, Meshach, and Abednego did not even want to join in worshiping Nebuchadnezzar’s statue erected in the Dura Valley; they were still determined to worship only God, Elohim Yahweh. Abraham had to leave his hometown and family for the land that God, Elohim Yahweh, would show him, and Paul had an unnatural life in the eyes of the people of his day.

They are people who fellowship with God and walk in His plan. They are lucky people because they chose the right path, and their choice was correct. What about us today? Have we left the normalcy of life? Unfortunately, over time we realize that we have not lived in God’s will, and we understand that we are still far from the standard of someone who walks with God and lives in His will and plan. If we keep on this path, what future will we have, and what kind of humans will we be?

On the other hand, there is also a bit of fear if we don’t live normally because we could be called strange and shunned by our relatives. Though it is difficult, take action to walk with God and live according to His will and plan in this evil world. There may still be turbidity in our souls, and there is still lust in our flesh—because of records from the past and our fleshly life—but we choose to truly live a holy life without blemish or spot, leaving the world. This will take courage, and we must be able to condition our own lives to walk with God and live according to His will and plan because if not, the world will condition us, and we will be carried away by its atmosphere.

We must have the courage to leave our living routines and way of thinking because we must change and condition our lives to motivate us to walk with God, living in His will and plan. Our routine must not keep us from changing, though there are things we must not leave behind and cannot escape—something for which we are responsible—but there are other things we must leave behind, like spectacles, songs, hobbies, and unnecessary meetings. We must condition our life if we want to change.

The Holy Spirit will help us; therefore, we need time to sit quietly at God’s feet. The Holy Spirit will speak and lead us until our differences are significant compared to the world’s children and must become more apparent. Do not worry about what people think of us. We should even be proud to be “freaks,” but it does not cause people to get hurt or stumble, but our states are different from others. Satan will see it as harmful. So, he often attacks those who intend to condition themselves to become good children of God and walk with Him in His will and plan.

Don’t expect the change to be drastic or radical, but what important thing is we have to start and don’t delay. It’s not easy, but if we dare to condition our lives and thoughts, then there are times when we are still bothered by people around us who arouse hatred, revenge, and anger, but we still have to control ourselves because we can do it. We must become people who are truly like the Israelites who were packing up from Egypt to Canaan. How much we really pack up and are serious about experiencing change depends on how dare we condition our own lives.

Remember this; it’s not enough for us to say, “Lord, hold the wheel of my life.” Because God has given each of us the rudder, so we are the ones who have to direct it ourselves, but the Holy Spirit will guide us. The direction of our life’s satellite dish depends on us, so direct it to God and His Kingdom, then condition ourselves there.

  WE CAN'T CHANGE IF WE DON'T CONDITION OUR LIFE.

Card image
MENGONDISI HIDUP - 29 Agustus 2023
2023-08-29 09:17:09


Pada waktu Nuh membuat bahtera, ia seperti orang yang mengalami kejiwaan yang tidak wajar. Sama dengan Lot, yang memercayai dua tamu yang baru datang. Ketika semua orang tidak boleh berdoa, Daniel tetap berdoa, padahal yang dihadapinya adalah seorang raja yang kuat. Sadrakh, Mesakh, Abednego pun tidak mau ikut menyembah patung yang didirikan di Lembah Dura oleh Nebukadnezar, mereka tetap nekat hanya menyembah Allah, Elohim Yahweh. Abraham harus meninggalkan kampung halaman dan keluarganya untuk ke negeri yang akan ditunjukkan oleh Allah, Elohim Yahweh. Paulus memiliki kehidupan yang tidak wajar di mata orang pada zamannya.

Mereka adalah orang-orang yang bergaul dengan Tuhan dan berjalan di dalam rencana Tuhan. Sejatinya, mereka adalah orang-orang yang beruntung, karena mereka memilih jalan yang benar, pilihan mereka tepat. Bagaimana dengan kita hari ini? Sudahkah kita meninggalkan kewajaran hidup? Tapi makin hari makin kita menyadari bahwa pada umumnya kita belum hidup tidak wajar, makin mengerti betapa kita telah jauh dari standar seorang yang berjalan dengan Tuhan dan hidup di dalam kehendak dan rencana-Nya. Masalahnya, kalau kita mengikuti terus jalan ini, mau jadi apa kita ke depan? Jadi manusia macam apa kita?

Di sisi lain, ada sedikit ketakutan juga, kalau kita hidup makin tidak wajar, nanti kita akan dijuluki aneh dan dijauhi kerabat. Sejujurnya, tidak mudah untuk melangkah, mengambil tindakan berjalan dengan Tuhan, hidup di dalam kehendak dan rencana-Nya di tengah-tengah dunia yang sangat fasik ini. Sementara masih ada kekeruhan di dalam jiwa kita, masih ada nafsu di daging kita—karena rekaman dari masa lalu dan hidup kedagingan kita—tapi kita memilih untuk benar-benar hidup suci, tak bercacat tak bercela, meninggalkan dunia. Untuk itu, dibutuhkan keberanian dan kita harus bisa mengondisi hidup kita sendiri. Sebab kalau kita tidak mengondisi hidup kita untuk bisa berjalan dengan Tuhan, hidup di dalam kehendak dan rencana-Nya, dunia mengondisi kita dan kita akan terbawa oleh suasana dunia ini.

Maka kita harus benar-benar mau mengubah cara berpikir dan rutinitas hidup kita, sebab kalau kita mau benar-benar berubah dan mau mengondisi hidup kita supaya terpacu untuk berjalan dengan Allah hidup dalam kehendak dan rencana-Nya, kita harus berani meninggalkan rutinitas. Rutinitas membuat kita tidak bisa berubah. Memang ada hal-hal yang tidak boleh kita tinggalkan dan tidak bisa—hal-hal yang merupakan tanggung jawab kita—tetapi ada hal-hal lain yang mesti kita tinggalkan; seperti tontonan, lagu, hobi, pertemuan yang tidak perlu. Kita tidak bisa berubah kalau kita tidak mengondisi hidup kita.

Roh Kudus pasti akan menolong kita, maka perlu ada waktu duduk diam di kaki Tuhan, di situ Roh Kudus akan pasti berbicara dan memimpin Saudara. Sampai begitu jelas perbedaan kita dibanding anak dunia. Harus makin jelas perbedaannya. Tidak perlu pusing apa penilaian orang terhadap kita. Kita harus bangga menjadi “orang aneh.” Bukan aneh yang membuat orang terluka atau tersandung, tapi pasti kita memiliki keadaan yang tidak sama dengan orang lain. Hal itu akan dipandang oleh setan sebagai membahayakan. Maka sering orang-orang yang berniat untuk mengondisi dirinya menjadi anak-anak Allah yang baik, yang mau berjalan dengan Tuhan di dalam kehendak dan rencana Allah, serangannya pasti banyak.

Jangan berharap perubahan itu terjadi secara drastis, radikal. Yang penting, harus dimulai, jangan menunda. Tidak mudah, tapi kalau kita berani mengondisi hidup dan pikiran kita, ada kalanya kita masih terganggu oleh orang-orang di sekitar kita yang membangkitkan kebencian, dendam, kemarahan. Tapi kita tetap harus mengendalikan diri, karena kita yang menguasai diri kita. Kita harus menjadi orang yang benar-benar seperti bangsa Israel yang berkemas-kemas keluar dari Mesir menuju Kanaan. Seberapa kita betul-betul berkemas-kemas dan serius untuk mengalami perubahan, tergantung seberapa kita berani mengondisi hidup kita sendiri.

Ingat ini, tidak cukup kita berkata, “Tuhan, pegang kemudi hidupku.” Karena Tuhan sudah memberikan kemudi itu kepada masing-masing kita. Maka kita yang harus mengarahkannya. Roh Kudus yang akan menuntun kita. Kita arahkan ke mana parabola hidup kita, tergantung kita. Pindahkan kiblat kita ke Tuhan dan Kerajaan-Nya, lalu kondisikan diri kita untuk mengarahkan diri ke sana.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA TIDAK BISA BERUBAH KALAU KITA TIDAK MENGONDISI HIDUP KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 29 Agustus 2023
2023-08-29 09:14:47

Yehezkiel 13-15

Card image
Truth Kids 28 Agustus 2023 - HARGAI PEMBERIAN ORANG LAIN
2023-08-28 10:18:18


Lukas 16:10
”Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.”

“Pa.. tablet Angga lemot deh. Sepertinya harus diganti dengan yang lebih canggih.” ucap Angga sambil menghampiri papanya. “Mana mungkin lemot, Nak. Papa kan membeli yang bagus untuk kamu. Coba bawa ke sini tablet-nya,” jawab papa pada Angga. Angga pergi sejenak untuk mengambil tablet-nya di kamar.

Papa terkejut melihat kondisi tablet Angga yang banyak lecet dan ujung layarnya agak retak. “Aduh, Angga... tablet ini belum lama Papa beli untuk kamu, tetapi sudah seperti ini kondisinya. Lecet dan retak, kenapa bisa seperti ini?” tanya papa sambil memeriksa tablet itu. Angga merasa bersalah dan menunduk ke lantai. “Iya, itu karena tablet-nya jatuh Pa.” Papa menghela nafas “Jika kondisinya seperti ini tentu saja tablet-nya bisa lemot karena ada komponen yang rusak di dalamnya, Papa tidak akan membelikan yang baru sampai kamu bisa menghargai dan merawat barang pemberian orang lain. Tablet ini akan Papa perbaiki ke tempat service.”

Sobat Kids, hal yang dialami oleh Angga seringkali terjadi juga pada kita, bukan? Barang milik kita harus dirawat agar bisa dipakai dalam waktu lama. Dengan merawat barang, kita menghargai pemberian orang lain. Jika sikap kita acuh seperti Angga, ayo berubah. Mari kita hargai hal-hal kecil yang Tuhan percayakan pada kita.

Card image
Truth Junior 28 Agustus 2023 - BATASI WAKTU
2023-08-28 10:16:04


Lukas 16:10
”Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.”

“Beni… Beni… bangun!” seru ibu guru kepada Beni yang tertidur di kelas saat pelajaran berlangsung. “Ah..ah… maaf, Bu. Aku ngantuk sekali,” jawab Beni sambil menguap dan menggosok matanya. “Memangnya semalam kamu tidur jam berapa?” tanya ibu guru. “Hhmm… hhmm… rasanya aku baru tidur sekitar jam 12 malam, Bu,” jawab Beni sambil tertunduk karena tahu ia salah. “Kamu ngapain saja, sampai semalam itu?” tanya ibu guru heran. Aku main game online, Bu. Rasanya belum lama mainnya, tapi pas lihat jam ternyata sudah jam 12 malam. Aku main sampai lupa waktu. Jadi aku kurang tidur, Bu,” jelas Beni kepada ibu guru.

Sobat Junior, apakah kalian pernah mengalami hal yang sama seperti Beni? Main handphone sampai lupa waktu. Merasa baru sebentar pegang handphone, tetapi ternyata kita sudah membuang waktu berjam-jam dengan handphone kita itu. Baru scroll-scroll sebentar lihat video yang lucu atau yang sedang viral, atau baru mabar (main bareng) sebentar, tahu-tahu sudah lewat tengah malam. Jangan sampai kita masuk dalam perangkap Iblis melalui handphone, ya, Sobat Junior. Iblis ingin kita lupa waktu dan bermain handphone terus. Kita harus bijak dalam memakai handphone. Kalian bisa memasang alarm batas waktu bermain. Begitu alarm berbunyi, kalian harus stop bermain. Sepakati waktu main kalian dengan orangtua. Jangan lupa juga untuk merawat handphone yang sudah dipercayakan ke kalian, ya.

Card image
Truth Youth 28 Agustus 2023 (English Version) - UNCHAINED: EMBRACING TRUE FREEDOM
2023-08-28 10:12:23


”But not everyone possesses this knowledge. Some people are still so accustomed to idols that when they eat sacrificial food they think of it as having been sacrificed to a god, and since their conscience is weak, it is defiled.” (1 Corinthians 8:7)

In 1 Corinthians 8:7, Apostle Paul discusses the issue of attachment and freedom: "But not everyone possesses this knowledge. Some people are still so accustomed to idols that when they eat sacrificial food, they think of it as having been sacrificed to a god, and since their conscience is weak, it is defiled." Here, Paul highlights the importance of understanding our freedom in Christ and the impact of our actions on others.

Today's topic is freedom from addictions. Addictions can take various forms, whether it's drug abuse, gaming addiction, or even social media obsession. These attachments can consume our thoughts, time, and energy, hindering our ability to grow in our relationship with God and limiting our potential to influence the world around us.

True freedom lies in freeing ourselves from the shackles of these addictions. It is about realizing that our worth and identity are not found in what we possess or how others perceive us, but in being children of the Almighty God. When we break free from the false promises of addictions, we open ourselves to experience the true joy and fulfillment that can only be provided by God.

As young people, it is important to understand that true freedom comes from surrendering our desires and attachments to God. It's about letting Him be the center of our lives, filling the voids, and healing the weaknesses within us. When we seek God's guidance and rely on His strength, we can break the chains that bind us and experience a life free in Christ.

Let us embrace true freedom by living a life unattached to any addictions. Let us make the decision to break the bonds, fulfill God's purposes for our lives, and have a positive impact on others in this journey. You are destined to live in freedom, joy, and purpose in Christ!

WHAT TO DO:
1. Acknowledge your addictions and seek help.
2. Surrender your life to God.
3. Start making lifestyle changes.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Isaiah 50-52

Card image
Truth Youth 28 Agustus 2023 - UNCHAINED : EMBRACING TRUE FREEDOM
2023-08-28 10:07:23


”Tetapi bukan semua orang yang mempunyai pengetahuan itu. Ada orang, yang karena masih terus terikat pada berhala-berhala, makan daging itu sebagai daging persembahan berhala. Dan oleh karena hati nurani mereka lemah, hati nurani mereka itu dinodai olehnya.” (1 Korintus 8:7)

Dalam 1 Korintus 8:7, Rasul Paulus membahas masalah keterikatan dan kebebasan: “Tetapi bukan semua orang yang mempunyai pengetahuan itu. Ada orang, yang karena masih terus terikat pada berhala-berhala, makan daging itu sebagai daging persembahan berhala. Dan oleh karena hati nurani mereka lemah, hati nurani mereka itu dinodai olehnya.” Di sini, Rasul Paulus menyoroti pentingnya memahami kebebasan kita dalam Kristus dan dampak dari tindakan kita bagi orang lain.

Topik kita hari ini adalah kebebasan dari kecanduan. Kecanduan dapat mengambil berbagai bentuk, baik itu penyalahgunaan narkoba, kecanduan bermain game, atau bahkan obsesi media sosial. Keterikatan-keterikatan ini dapat menguasai pikiran, waktu, dan energi kita, menghambat kemampuan kita untuk tumbuh dalam hubungan dengan Allah dan membatasi potensi kita untuk memengaruhi dunia di sekitar kita.

Kebebasan sejati terletak pada membebaskan diri dari belenggu-belenggu kecanduan ini. Ini tentang menyadari bahwa nilai dan identitas kita tidak ditemukan dalam apa yang kita miliki atau bagaimana orang lain memandang kita, tetapi dalam menjadi anak-anak Allah Yang Maha Tinggi. Ketika kita melepaskan diri dari janji-janji palsu kecanduan, kita membuka diri untuk mengalami sukacita dan pemenuhan sejati yang hanya bisa diberikan oleh Allah.

Sebagai anak muda, penting untuk memahami bahwa kebebasan sejati berasal dari penyerahan keinginan dan keterikatan kita kepada Allah. Ini tentang membiarkan Dia menjadi pusat kehidupan kita, mengisi kekosongan dan menyembuhkan kelemahan dalam diri kita. Ketika kita mencari petunjuk Allah dan mengandalkan kekuatan-Nya, kita dapat mematahkan belenggu-belenggu yang mengikat kita, dan mengalami kehidupan yang bebas dalam Kristus.

WHAT TO DO:
1. Pelajari kebebasan sejati dalam Kristus.
2. Sadari keterikatanmu dan lakukan perubahan yang diperlukan.
3. Hiduplah sesuai kehendak Tuhan dalam kebebasan.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yesaya 50-52

Card image
Renungan Pagi - 28 Agustus 2023
2023-08-28 10:04:19


Ada dua hal yang sangat berbahaya dalam hidup kekristenan, yaitu kejahatan dan kepalsuan, kejahatan itu jelas-jelas jahat, jelas-jelas bertentangan dengan firman; dan perlu kita waspadai juga kepalsuan, sebab seuatu yang palsu kadang mirip dengan yang asli, sehingga tanpa disadari telah tertipu oleh kepalsuan itu, dan kepalsuan juga sama dengan hidup dalam kemunafikan.

Alkitab mengatakan bahwa kejahatan itu harus dibuang dari hidup kita dan terimalah kebenaran firman Tuhan, "Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri."

Jadi saat menerima firman Tuhan itu harus dilakukan, jangan hanya didengar dan dikagumi saja, supaya kita tidak menjadi penipu yang hidup dalam kepalsuan, dan hasil nyata yang terlihat setelah engkau menjadi pelaku firman Tuhan, rela membuang segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang banyak itu dari hidupmu.
(Yakobus 1:21-22)

Card image
Quote Of The Day - 28 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-28 10:00:20


Kalau orang tidak hidup dalam atmosfer kekudusan Allah, tidak mungkin dia bisa masuk surga.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 28 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-28 09:58:23


Indahnya hidup ini, berharganya hidup ini adalah kalau kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan.

Card image
BETRAYING - 28 Agustus 2023 (English Version)
2023-08-28 09:56:23


Decide to honour God with unlimited capacity, intensity, and portions; this is up to us. Don’t be deceived by the wrong voices who want to trap and fool us. Ironically, many people feel they have respected God but actually have not yet properly respected Him. We think we already love God, even though we don’t love or fear Him as we should. It is not easy for those who want to truly respect and love God and ask for a God-fearing heart, especially if they don’t think it is worth doing.

If we consider fellowship with God and spiritual matters expensive, we will do whatever it takes. Though we don’t like it at first, and it’s hard, over time, of course not, because everything we usually do will be light and even become a favorite. God abundantly gives His presence and surely wants to find us, but we do not want to encounter Him, even though the beauty and value of this life is when one experiences an encounter with God.

Supposedly, everything becomes meaningless as long as we can have God and fellowship with Him because He is everything and the answer to our whole life. If God’s Word says, “My flesh and my heart may fail, but God is the strength of my heart and my portion forever,” it means that if we can already have God and live in fellowship with Him, others are not a problem; whatever happens. Don’t be half-hearted in trusting God.

We shouldn’t just say: “Life is a choice,” while, in fact, we don’t choose. In a Christian environment, no one wants to betray God but does not dare to take a clear position. The devil makes us go round and round, instilling the thought that we will not betray God by doing that. However, if we are not on God’s side, we build a direction of disloyalty and betrayal. If we are serious, God will not embarrass our lives, but everything has an order. People who put God’s Kingdom first, God will surely add.

If we still carry the wrong way of life as we have lived in the past, we can never become someone who truly experiences God. We may have been praying for hours, days, or weeks, but God is as if doesn’t exist. God seems not to defend His work, but we must still choose to believe. Remember that Abraham had to wait 25 years for his son to be born, and David also had to pretend to be insane, fleeing to an enemy country, before becoming king, even though he had been anointed. God, who promised, is faithful, so He is worthy of our trust even though there are no signs of His faithfulness or presence. If we keep believing in Him, then one day, we can prove that He can be trusted, and it turns out that He is present. We must have the courage to trust the living God through difficult circumstances. This is what should make us tremble.

In the era of early church persecution, Jesus seemed to have lost to the god Zeus, but look how loyal the believers are. Though fried alive, beheaded, and burned alive, they still believe in God. This is awesome. Now we are not facing persecution but face an evil world. Do we dare to keep our sanctity? If it was physical abuse in the past, we now face mental abuse, which could be heavier. But when we trust and honour God, we will dare to face it no matter what it takes.

Though hear the Word every Sunday, and be in church, why can’t some people be all out for God? It was because they allowed themselves to exist in a state of uncertainty. Satan is so cunning; he can trick anyone, pastors, lecturers, heads of Bible colleges. We want to take as many souls as possible and as quickly as possible while we are still alive. However, we must start by living a holy life first. However, if we delay being as fast as possible at the pole of God’s holiness, our speed will be slower daily, and it can even stop at one point and can’t reach the top. That’s why we must keep chasing starting from now on.  

WE ARE BUILDING A DIRECTION OF DISLOYALTY AND BETRAYAL IF WE ARE NOT ON GOD'S SIDE.

Card image
BERKHIANAT - 28 Agustus 2023
2023-08-28 09:50:26


Ambil keputusan untuk menghormati Allah dengan kapasitas, intensitas, porsi yang tidak terbatas. Itu tergantung kita. Jangan ditipu oleh suara-suara salah di sekitar yang ingin menjebak dan membodohi kita. Ironis, kita merasa sudah menghormati Tuhan, padahal belum sepatutnya menghormati Dia. Kita merasa sudah mencintai Tuhan, padahal kita belum mencintai Tuhan sebagaimana seharusnya. Atau sebenarnya kita belum takut akan Allah sebagaimana mestinya. Yang sungguh-sungguh mau menghormati dan mencintai Tuhan dengan sungguh-sungguh, yang sungguh-sungguh minta agar memiliki hati yang takut akan Allah, pun tidak mudah meraihnya. Apalagi kalau kita tidak menganggap itu berharga.

Kalau kita menganggap hal bersekutu dengan Allah, hal perkara rohani adalah hal yang mahal, maka apa pun kita lakukan. Mungkin pada mulanya kita tidak suka dan berat. Tapi lama-lama, tentu tidak. Karena semua yang biasa kita lakukan, akan menjadi ringan dan menjadi kesukaan. Allah memberi begitu limpah hadirat-Nya. Allah pasti menjumpai kita. Tapi, kita yang tidak menjumpai Tuhan. Padahal indahnya hidup ini, berharganya hidup ini adalah kalau kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan.

Mestinya, semua menjadi tidak berarti asal kita bisa memiliki Tuhan dan bersekutu dengan Dia. Tuhan harus menjadi segalanya, Tuhan adalah jawaban seluruh kehidupan kita. Maka kalau firman Tuhan mengatakan “sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selamanya,” artinya kalau aku sudah bisa memiliki Tuhan, hidup dalam persekutuan dengan Tuhan, yang lain tidak menjadi masalah; apa pun yang terjadi. Jangan setengah-setengah dalam memercayai Tuhan.

Ingat, jangan hanya bicara: “hidup adalah pilihan,” tapi sejatinya kita tidak memilih. Kalau di lingkungan orang Kristen, tidak ada orang yang mau tidak ber-Tuhan. Tapi juga tidak berani mengambil posisi yang jelas. Iblis membuat kita berputar-putar, dan menanamkan pikiran bahwa kita tidak akan berkhianat kepada Tuhan. Padahal ketika kita tidak sungguh-sungguh ada di pihak Tuhan, itu berarti kita sedang membangun arah tidak setia dan berkhianat. Kalau kita serius, Tuhan tidak permalukan hidup kita. Namun segala sesuatu itu ada tatanannya. Orang yang mendahulukan Kerajaan Allah, kepadanya pasti Allah tambahkan.

Jadi kalau kita masih membawa cara hidup yang salah yang telah kita jalani di waktu-waktu yang lalu, maka kita tidak akan pernah bisa menjadi seorang yang benar-benar mengalami Tuhan. Mungkin kita telah doa berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu, tapi Tuhan seakan-akan tidak ada, itu. Tuhan seakan-akan tidak membela pekerjaan-Nya. Tapi kita harus tetap memilih percaya. Ingat bagaimana Abraham selama 25 tahun menunggu anaknya lahir. Juga Daud yang harus pura-pura gila, lari ke negeri musuh sebelum jadi raja, walaupun sudah diurapi. Tapi Dia yang berjanji, itu setia. Maka Dia layak kita percayai walaupun tidak ada tanda-tanda kesetiaan Allah atau kehadiran-Nya. Kalau kita tetap percaya kepada-Nya, maka suatu saat kita bisa membuktikan bahwa Dia bisa dipercayai dan ternyata Dia hadir. Melewati keadaan berat, kita harus berani untuk mengambil keputusan memercayai Allah yang hidup. Ini yang seharusnya membuat kita gentar.

Pada zaman penganiayaan di gereja mula-mula, Yesus seakan-akan kalah terhadap dewa Zeus. Tapi lihat bagaimana kesetiaan mereka. Digoreng hidup-hidup, dipancung, dibakar hidup-hidup, namun mereka tetap memercayai Tuhan. Ini luar biasa. Sekarang kita tidak menghadapi penganiayaan. Kita menghadapi dunia yang jahat seperti hari ini, beranikah kita mempertahankan kesucian? Kalau dulu yang dihadapi adalah penganiayaan fisik, sekarang kita menghadapi penganiayaan batin. Bisa lebih berat. Tapi kalau kita memercayai Allah, kita menghormati Dia, apa pun kita lakukan.

Dengar firman setiap Minggu, ada di gereja, tapi kenapa ada orang tidak bisa all out untuk Tuhan? Hal itu karena dia membiarkan dirinya ada dalam keadaan ketidakpastian. Setan begitu liciknya, ia bisa meliciki pendeta, dosen, ketua sekolah tinggi teologi, siapa pun. Mumpung kita masih hidup, kita mau merenggut jiwa sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya. Namun, kita harus memulai dengan hidup suci dulu. Maka, ketika kita menunda untuk secepat-cepatnya ada di kutub kekudusan Allah, makin hari kecepatan kita akan makin lambat. Bahkan bisa berhenti di satu titik dan tidak bisa sampai puncak. Makanya mulai sekarang, kita terus berkejar-kejaran.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KETIKA KITA TIDAK SUNGGUH-SUNGGUH ADA DI PIHAK TUHAN, BERARTI KITA SEDANG MEMBANGUN ARAH TIDAK SETIA DAN BERKHIANAT.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 Agustus 2023
2023-08-28 09:47:36

Yehezkiel 9-12

Card image
Truth Kids 27 Agustus 2023 - TAS MODEL BARU
2023-08-27 09:39:37


Ibrani 13:5
Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: ”Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”

“Mama, aku ingin beli tas yang seperti ini!” ucap Cindy sambil menunjukkan gambar tas sekolah model terbaru. “Loh, Sayang, tas yang kemarin itu kan masih bagus,” jawab mama. “Ahh.. Cindy mau tas yang baru ini!” rengek Cindy sambil memegang tangan mama. Melihat Cindy merengek, mama pergi ke dalam kamar Cindy lalu mengeluarkan kotak dus berisi tas-tas milik Cindy yang tak terpakai. “Lihat, ini semua tas ini milikmu. Semua kondisinya masih sangat bagus, dan sekarang kamu ingin membeli tas baru. Mau diapakan tas yang lama? Dibiarkan menumpuk seperti ini?” tanya mama agak kesal. Mendengar mama, Cindy sedih tetapi kata-kata mama benar. Semua tas miliknya masih bagus. “Kita harus belajar bersyukur dengan apa yang kita miliki dan merawatnya. Kita tidak boleh serakah dan harus bijaksana dalam membeli barang, Cindy.” nasihat mama.

Sobat Kids, dari cerita Cindy di atas, kita bisa belajar untuk lebih berhati-hati dalam menginginkan sesuatu untuk dibeli atau dimiliki. Betul kata mama Cindy kalau kita harus bersyukur dengan apa yang kita punya dan merawatnya. Semua itu pemberian dari Tuhan. Nah, jika Sobat Kids ingin membeli sesuatu, pikirkan terlebih dahulu apakah kita benar-benar membutuhkannya atau hanya sekedar ingin saja? Sehingga kita bisa memilih untuk membeli sesuatu sesuai kebutuhan kita.

Card image
Truth Junior 27 Agustus 2023 - MENAHAN DIRI
2023-08-27 09:37:44


Ibrani 13:5
Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”

“Pa, bolehkah aku membeli mainan ini?” tanya Anya sambil menunjukkan video yang ia lihat di salah satu media sosial. Mainan ini sedang viral, Pa. Hampir semua temanku sudah punya. Kalau aku tidak punya, nanti aku ketinggalan zaman… Boleh ya, Pa…?” bujuk Anya ke papanya. Papa melihat live video yang ditunjukkan Anya lalu berkata, “Wah… harganya mahal sekali. Buat apa kamu beli mainan ini? Anya, kamu tidak harus ikut-ikutan orang lain. Saat teman beli sesuatu, bukan berarti kamu harus ikut beli juga. Itu sifat yang tidak baik. Tidak semua yang viral harus kamu ikuti. Itu sebabnya papa dan mama tidak mengizinkan kamu menggunakan gadget lama-lama. Banyak pengaruh buruk yang bisa memengaruhi kamu. Kamu juga harus mencukupkan diri dengan hal-hal yang kamu sudah miliki sekarang. Kita harus belajar hemat. Kalau tidak penting, tidak perlu dibeli,” nasihat papa.

Sobat Junior, kita perlu melatih diri kita dalam memiliki atau mengingini sesuatu. Jangan mengingini hal-hal yang sifatnya tidak penting, memboroskan uang, dan tidak berguna. Gunakan kebebasan kita untuk tidak menuruti keinginan dalam membeli sesuatu yang sifatnya pemborosan. Kita harus bersyukur atas hal-hal yang kita miliki sekarang ini. Masih banyak anak atau keluarga lain yang tidak seberuntung kita. Masih banyak anak-anak yang kekurangan, sulit untuk sekolah, bahkan sulit untuk membeli makan sehari-hari. Yuk, kita gunakan kebebasan dalam memiliki barang dengan bijaksana; hanya yang benar-benar dibutuhkan, bukan menuruti keinginan kita.

Card image
Truth Youth 27 Agustus 2023 (English Version) - UNLEASHING TRUE FREEDOM: WALKING IN THE SPIRIT
2023-08-27 09:33:45


"For He is our God, and we are the people of His pasture, and the sheep of His hand. Today, if you will hear His voice." (Psalm 95:7)

In a world that often defines freedom as the absence of rules and restrictions, it is crucial for us as young people to understand the true essence of freedom. Our environment favors rebellion and autonomy, but the Bible presents a different perspective. True freedom, as desired by God, is found in surrendering ourselves to His perfect will and cherishing a life of holiness.

In Psalm 95:7, the psalmist invites us to acknowledge the authority and guidance of our Creator: "For He is our God, and we are the people of His pasture, and the sheep of His hand." This verse reminds us that our lives do not belong to us; we belong to God. Our lives have purpose and meaning, and we are called to live in alignment with His design.

Living a life of holiness provides freedom because it acknowledges that every human being is fearfully and wonderfully made in the image of God. When we respect and cherish life, from the moment of conception to our last breath, we honor the divine humanity in each person. This view frees us from the bondage of selfishness, enabling us to love and serve others selflessly.

As young believers, we are called to be free men and women who walk according to the guidance of the Spirit within us. The Holy Spirit empowers us to make choices that align with God's Word and purpose. Through obedience to Him, we find true freedom, freedom from the chains of sin and worldly desires.

Let us embrace a life of holiness and walk in the Spirit, guided by the wisdom of God. In doing so, we will find an abundant life, true freedom that arises from aligning our hearts with the heart of our Creator.

WHAT TO DO:
1. Seek the guidance of the Spirit within us for each action we take.
2. Evaluate our deeds daily through prayer.
3. Equip ourselves by reading the Bible daily.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Isaiah 47-49

Card image
Truth Youth 27 Agustus 2023 - UNLEASHING TRUE FREEDOM : WALKING IN THE SPIRIT
2023-08-27 09:30:59


"Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya!" (Mazmur 95:7)

Di dunia yang sering mendefinisikan kebebasan sebagai ketiadaan aturan dan pembatasan, sangat penting bagi kita anak muda untuk memahami esensi sejati kebebasan. Lingkungan kita menyukai pemberontakan dan otonomi, tetapi Alkitab menunjukkan perspektif yang berbeda. Kebebasan sejati, seperti yang dikehendaki oleh Allah, ditemukan dalam menyerahkan diri kepada kehendak-Nya yang sempurna dan menghargai kesucian hidup.

Dalam Mazmur 95:7, penulis Mazmur mengundang kita untuk mengakui otoritas dan petunjuk Pencipta kita: “Sebab Dialah Allah kita, dan kita adalah umat-Nya, kawanan domba yang dipelihara-Nya.” Ayat ini mengingatkan kita bahwa hidup kita bukanlah milik kita sendiri; kita milik Allah. Kehidupan kita memiliki tujuan dan makna, dan kita dipanggil untuk hidup selaras dengan rancangan-Nya.

Kesucian hidup memberikan kebebasan karena mengakui bahwa setiap manusia dibentuk dengan indah menakjubkan dalam gambar Allah. Ketika kita menghormati dan mengasihi hidup, mulai dari saat pembuahan hingga nafas terakhir, kita menghormati cap kemanusiaan yang ilahi dalam setiap orang. Pandangan ini membebaskan kita dari belenggu egoisme, memungkinkan kita untuk mencintai dan melayani sesama tanpa pamrih.

Sebagai pemuda yang beriman, kita dipanggil untuk menjadi pria dan wanita yang bebas, yang berjalan sesuai dengan petunjuk Roh di dalam kita. Roh Kudus memberdayakan kita untuk membuat pilihan yang sejalan dengan firman dan tujuan Allah. Melalui ketaatan kepada-Nya, kita menemukan kebebasan sejati, kebebasan dari belenggu dosa dan keinginan duniawi.

Marilah kita memeluk kesucian hidup dan berjalan dalam Roh, dipandu oleh hikmat Allah. Dengan melakukannya, kita akan menemukan hidup yang berlimpah, kebebasan sejati yang muncul dari penyelarasan hati kita dengan hati Pencipta kita.

WHAT TO DO:
1. Bertanya kepada Roh yang ada di dalam diri kita untuk setiap tindakan yang ingin kita lakukan
2. Evaluasi setiap hari perbuatan kita lewat doa
3. Bekali diri kita dengan baca Alkitab setiap hari

BIBLE MARATHON:
▪︎Yesaya 47-49

Card image
Renungan Pagi - 27 Agustus 2023
2023-08-27 09:25:33


Kaum pria pada umumnya akan mengukur dan menilai kecantikan wanita dari apa yang terlihat secara kasat mata dan dari sisi penampilan fisiknya: paras yang ayu dan body yang seksi, kulit yang putih, yang dapat memancing birahi. Padahal firman Tuhan mengatakan, "Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji."

Jadi penampilan fisik yang terlihat, apabila tidak disertai dengan sikap dan perbuatan baik yang didasari dengan takut akan Tuhan, adalah suatu kebohongan dan kesia-siaan. Meskipun tidak bisa dipungkiri, sebagian besar laki-laki justru meyukai hal yang bohong dan sia-sia tersebut.

Pernikahan Kristen bukanlah menuntut kebahagiaan oleh karena penampilan fisik semata, tetapi saling memberi kebahagiaan dengan tujuan menyenangkan hati Tuhan lewat rumah tangga yang dibangun.

Suami yang memiliki sikap bijaksana akan mengasihi istri seperti Kristus mengasihi jemaat-Nya, dengan mengasihi dan menghormati istrinya sebagai teman pewaris, maka doanya tidak akan terhalang.

"Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah!. Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang."
(Amsal 31:30 ; 1 Petrus 3:7)

Card image
Quote Of The Day - 27 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-27 09:22:06


Atmosfer kekudusan Allah bisa dihadirkan kalau kita membayar harganya, yaitu kesucian hidup.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-27 09:20:47


Jangan memberi ruangan manusia lama yang dihinggapi oleh kuasa kegelapan untuk menipu atau mengganggu kita.

Card image
POSISI YANG JELAS - 27 Agustus 2023
2023-08-27 09:15:42


Kalau kita sungguh-sungguh percaya bahwa Allah itu ada, kita percaya bahwa ada kekekalan—surga kekal, neraka kekal—dan bahwa manusia adalah makhluk kekal—artinya kematian tidak menghilangkan kesadaran karena manusia memang diciptakan sebagai makhluk kekal yang dirancang untuk segambar dan serupa dengan Allah—dan kalau kita percaya bahwa manusia akan berdiri di hadapan takhta pengadilan Allah, dan pasti kita akan sampai di ujung perjalanan hidup kita, maka pasti kita menyerahkan hidup kita seluruhnya tanpa ragu-ragu atas apa yang kita percayai itu. Jangan membuka peluang untuk menjadi ragu-ragu. Jangan memberi ruangan untuk kita menjadi kurang percaya, kemudian kita tidak memiliki posisi yang jelas. Kuasa kegelapan berusaha agar kita tidak ada di posisi yang jelas.

Kita jangan diperbodoh atau dibodohi oleh kuasa kegelapan. Ingat, bahwa manusia menentukan nasibnya sendiri. Allah memberikan tatanan, tetapi Allah tidak menentukan apakah seseorang mau taat atau tidak taat, tetapi manusia itu sendiri yang menentukannya. Allah tidak memaksa. Allah adalah Pribadi Yang Agung. Tentu Ia tidak memaksa orang untuk mencintai diri-Nya. Allah tentu memiliki keagungan harga diri, nilai diri, martabat yang agung. Tidak memaksa manusia atau makhluk ciptaan untuk mencintai Dia, walaupun tentu Allah menghendaki dan Allah mau menikmati cinta manusia itu. Jadi, mari kita berpikir teduh. Jangan kita terdistrak oleh berbagai masalah yang terjadi di dalam hidup sekitar kita ini, yang menyita pikiran dan perhatian kita, apa pun masalah itu.

Kita tetapkan hati kita untuk mengambil keputusan pada posisi yang jelas. Kalau percaya bahwa Allah itu ada, percaya saja. Allah itu bukan hanya baik, tapi sangat baik. Dia bukan hanya setia; melainkan sangat setia. Dia sangat mencintai kita. Jadi kalau kita datang kepada Tuhan, Tuhan pasti menyambut kita. Serusak apa pun kita, kalau masih mau diperbaiki, artinya mau minta ampun, Tuhan pasti mengampuni. Kita percaya ada Allah yang hidup. Tidak ada pilihan untuk tidak percaya. Dan ingat, tidak ada yang melarang kita percaya kepada Allah. Tidak ada yang bisa mencegah kita memercayai Allah, apalagi menghalangi Allah hadir dalam hidup kita.

Jangan memberi ruangan manusia lama yang dihinggapi oleh kuasa kegelapan untuk menipu atau mengganggu kita. Ini bukan hal sederhana, ini pergumulan. Dan kita harus menang terhadap pergumulan itu. Sehingga kita tidak lagi percaya dengan perasaan, tapi dengan iman. Jangan mengharapkan ada sesuatu yang spektakuler, percaya saja.

Prinsip-prinsip begitu harus kita pahami, dan kita serahkan hidup kita sepenuhnya. Hal itu harus setiap hari di-update. Tidak memberi ruangan dunia untuk kita. Kita berprinsip bahwa Allah yang menciptakan kita dan Ia menghendaki kita segambar dan serupa dengan Dia. Keselamatan dalam Yesus Kristus adalah proses untuk menjadi segambar, serupa dengan Allah, berkodrat ilahi. Kita akan menghadap takhta pengadilan Allah. Yang kita hadapi kekekalan yang dahsyat; surga kekal atau neraka kekal. Hal itu sudah menyatu di dalam diri kita. Menyatu permanen, mencengkeram jiwa hidup kita. Mewarnai hidup kita, menggerakkan hidup kita. Dan kita tetapkan posisi kita, bahwa kita ada di pihak Tuhan.

Seperti yang dikatakan di dalam Yosua 24:15, “tetapi aku dan keluargaku akan mengabdi kepada TUHAN!” Ini satu keputusan. Sejujurnya, banyak orang percaya yang belum punya posisi yang kokoh, termasuk para pendeta dan aktivis. Kalau kita belum memiliki posisi yang kokoh, kita pasti memberi ruangan pada dunia. Karena kita tidak yakin bahwa di dalam Tuhan itu ada kehidupan. Tidak sepenuh hati memercayai bahwa di dalam Tuhan itu ada sukacita, damai sejahtera, kehidupan, semua yang baik. Kita masih bisa ditipu oleh dunia.

Ketika kita berani memilih untuk berada di posisi Kerajaan Terang, maka kesucian kita tidak setengah-setengah, pembelaan kita untuk Tuhan tidak setengah-setengah, kita tidak hanya mau menjadi anggota masyarakat, tapi menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Bahkan kita memiliki target menjadi salah satu perwira tinggi di dalam Kerajaan Surga. Pasti menjadi manusia yang unggul di mata Tuhan. Mengapa orang tidak berani mengambil posisi itu? Jawabnya adalah karena tidak percaya sepenuhnya, kurang percaya kepada Allah. Mengapa orang kurang percaya kepada Allah? Karena kurang atau tidak menghormati Dia. Kalau kita menghormati Allah, apa pun kita lakukan untuk Dia.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JANGAN MEMBERI RUANGAN UNTUK KITA MENJADI KURANG PERCAYA, KEMUDIAN TIDAK MEMILIKI POSISI YANG JELAS.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 Agustus 2023
2023-08-27 09:11:07

Yehezkiel 5-8

Card image
Truth Kids 26 Agustus 2023 - APA JADWALKU HARI INI?
2023-08-26 09:50:24


Kolose 4:5
“Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada.”

Luna tidak sengaja menjatuhkan bukunya dari tas. Sari yang melihatnya, mengambil buku tersebut dan memberikannya pada Luna. “Terimakasih, Sari.” ucap Luna. “Sama-sama, Luna, tapi tadi itu buku apa? Kok sepertinya berbeda dengan buku pelajaran kita?” tanya Sari. “Oh… ini buku jadwal kegiatanku sehari-hari,” jawab Luna sambil menunjukkan isi buku tersebut pada Sari. “Wah.. banyak sekali yang kamu harus lakukan, ya... main gadget-pun hanya dibatasi 1 jam saja sehari. Harusnya mamamu memberikan waktu main lebih lama…” ucap Sari dengan iba. “Ini bukan buatan mamaku, Sar. Ini aku sendiri yang membuatnya. Satu jam cukup kok buat aku bermain. Sisanya aku ingin pakai untuk melakukan hal yang lebih bermanfaat, seperti membantu mama di rumah,” jawab Luna dengan ceria.

Sobat Kids, kita perlu mencontoh sikap Luna. Walaupun masih kecil, Luna memiliki ide untuk membuat jadwal kegiatannya. Hal ini ia lakukan agar waktu yang dimilikinya tidak terbuang percuma atau digunakan untuk hal yang tidak perlu. Dia memilih sendiri kegiatan-kegiatan yang menurutnya penting dan bermanfaat untuk dilakukan. Siapa yang mau bijaksana seperti Luna? Ayo, kita belajar membuat jadwal keseharian kita mulai dari sekarang!

Card image
Truth Junior 26 Agustus 2023 - WAKTU BERHARGA
2023-08-26 09:48:39


Kolose 4:5
“Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada.”

“Aduh, banyak sekali tugas yang aku harus kumpulkan!” seru Anto kesal. “Kenapa sih, harus banyak tugas di sekolah?” lanjutnya dalam hati.

Mama yang sedang lewat di depan kamar Anto, melihat sikap kesal anaknya. “Kamu kenapa, Anto? Muka kamu terlihat sedang kesal,” tanya mama. “Ini, loh, Ma. Kan aku belum lama masuk sekolah, tapi sudah banyak tugas yang harus dikumpulkan,” ujar Anto sambil menunjukkan tugas-tugas di sekolahnya. “Loh, tugas matematika ini belum kamu selesaikan? Kan ibu guru sudah memberikan tugas ini sejak minggu lalu? Lalu tugas Bahasa Indonesia ini juga sudah diinfokan sejak 3 hari lalu. Kenapa kamu belum menyelesaikannya? Tidak heran kamu kesal karena banyak tugas. Ditambah tugas IPA yang kamu terima kemarin. Kamu sendiri yang menunda-nunda menyelesaikan tugasmu. Begitu kamu dapat tugas, seharusnya langsung dikerjakan. Jangan tunggu sampai batas akhir pengumpulannya. Jangan suka menunda pekerjaan. Kamu sendiri yang akan kesulitan,” nasihat mama kepada Anto.

Sobat Junior, kita memiliki kebebasan dalam menentukan aktivitas sehari-hari. Lakukanlah tugas yang harus kalian kerjakan. Jangan menunda menyelesaikan tugas karena waktu pengumpulannya masih lama. Begitu kalian mendapat tugas dari guru, langsung kerjakan dan selesaikan. Sehingga, tidak banyak tugas yang menumpuk seperti yang Anto alami. Kita harus pergunakan waktu yang ada sebaik-baiknya, karena waktu yang telah berlalu tidak bisa diulang. Waktu merupakan hal yang berharga, Sobat Junior. Kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Waktu yang terbuang percuma, tidak dapat kita gunakan lagi. Oleh sebab itu, gunakan waktu dengan baik, ya!

Card image
Truth Youth 26 Agustus 2023 (English Version) - PURE LIFE, TRUE FREEDOM
2023-08-26 09:45:47


"Then the children of Israel cried out to the LORD, saying, 'We have sinned against You because we have both forsaken our God and served the Baals!'" (Judges 10:10)

As young individuals seeking true freedom, we often think that liberation lies in freeing ourselves from boundaries and limitations. However, there is a deeper understanding of freedom that we need to explore. It is the freedom that comes from living a holy and pure life.

In Judges 10:10, we find a verse that illustrates this concept: "Then the children of Israel cried out to the LORD, saying, 'We have sinned against You because we have both forsaken our God and served the Baals!'" This verse reminds us that sinning and turning away from God leads to bondage, not freedom. By embracing a life of purity, we find the path to true freedom.

A life lived in purity brings freedom from the chains of guilt and regret. When we embrace purity, we align our lives with God's plan for us. We become free from the thorns of sin and find joy in our relationship with our Creator. A pure life gives us the freedom to pursue our goals and destiny without the burden of shame holding us back.

Living a pure life means being cautious and afraid of sin. It does not mean living in constant fear, but rather having a deep reverence for God and His commands. It means acting with good intentions, seeking truth, and avoiding situations that compromise our purity.

Today, as young people seeking true freedom, let us embrace a life of purity. Let us pursue righteousness and truth, knowing that in doing so, we find true liberation. May we become a generation that understands the importance of living a life free from impurity and experience true freedom that comes from a vibrant relationship with God.

WHAT TO DO:
1. Be careful in our actions.
2. Evaluate our deeds daily through prayer.
3. Equip ourselves by reading the Bible daily.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Isaiah 44-46

Card image
Truth Youth 26 Agustus 2023 - PURE LIFE, TRUE FREEDOM
2023-08-26 09:39:55


Lalu berserulah orang Israel kepada TUHAN, katanya: ”Kami telah berbuat dosa terhadap Engkau, sebab kami telah meninggalkan Allah kami lalu beribadah kepada para Baal.” (Hakim-hakim 10:10)

Sebagai individu muda yang mencari kebebasan sejati, kita sering berpikir bahwa pembebasan terletak dalam membebaskan diri dari batasan dan pembatasan. Namun, ada pemahaman yang lebih dalam tentang kebebasan yang perlu kita eksplorasi. Itu adalah kebebasan yang datang dari menjalani kehidupan yang kudus dan murni.

Dalam Hakim-hakim 10:10, kita menemukan ayat yang menerangkan konsep ini: “Maka berserulah orang Israel kepada TUHAN: ‘Kami telah berbuat dosa terhadap-Mu, karena kami telah meninggalkan Allah kami dan beribadah kepada Baal-baal.’” Ayat ini mengingatkan kita bahwa berbuat dosa dan berpaling dari Allah mengarah pada perbudakan bukan kebebasan. Melalui mempertahankan kesucian hidup, kita menemukan jalan menuju kebebasan yang sejati.

Hidup yang dijalani dengan kemurnian membawa kebebasan dari belenggu rasa bersalah dan penyesalan. Ketika kita merangkul kemurnian, kita menyelaraskan hidup kita dengan rencana Allah untuk kita. Kita menjadi bebas dari duri-duri dosa dan menemukan sukacita dalam hubungan dengan Pencipta kita. Hidup yang murni memberi kita kebebasan untuk mengejar tujuan dan takdir kita tanpa beban malu yang menghambat kita.

Menghidupi kehidupan yang murni berarti berhati-hati dan takut akan berbuat dosa. Ini tidak berarti hidup dalam ketakutan konstan, tetapi lebih kepada memiliki rasa takut yang mendalam kepada Allah dan perintah-Nya. Ini berarti berbuat dengan niat yang baik, mencari kebenaran, dan menghindari situasi yang mengorbankan kemurnian kita.

Hari ini, sebagai anak muda yang mencari kebebasan sejati, marilah kita merangkul kesucian hidup. Mari kita mengejar kemurnian dan kebenaran, dengan sadar bahwa dengan melakukannya, kita menemukan pembebasan yang sejati. Semoga kita menjadi generasi yang memahami pentingnya menjalani hidup yang bebas dari kekotoran, dan mengalami kebebasan sejati yang datang dari hubungan yang hidup dengan Allah.

WHAT TO DO:
1. Tidak sembarangan dalam bertindak
2. Evaluasi setiap hari perbuatan kita
3. Bekali diri kita dengan baca Alkitab setiap hari dan jangan lupa berdoa

BIBLE MARATHON:
▪︎Yesaya 44-46

Card image
Renungan Pagi - 26 Agustus 2023
2023-08-26 09:34:16


Seorang pahlawan hanya punya dua prinsip, yaitu hidup atau mati, seperti Rasul Paulus berkata, "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah."

Seorang pahlawan iman adalah seorang yang rela mati untuk Tuhan dan Alkitab berkata orang yang rela kehilangan nyawanya untuk Kristus justru akan mendapatkannya.

Tetapi seorang pahlawan iman juga harus berani hidup untuk Tuhan, karena saat kita diberi kesempatan hidup, maka itu artinya memberi buah yang dapat dinikmati oleh Tuhan dan sesama, yaitu buah pertobatan, buah kehidupan dan buah pelayanan, semua hanya bagi kemuliaan nama Tuhan.
(Filipi 1:21-22)

Card image
Quote Of The Day - 26 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-26 09:25:49


Kita hidup suci, bukan karena kita mau diberkati dengan berkat-berkat jasmani, melainkan karena kita mau menyenangkan hati Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 26 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-26 09:22:32


Tidak ada yang dapat melarang kita untuk mencintai Tuhan. Setan tidak bisa melarang. Tuhan juga tidak memaksa. Jadi, tergantung diri kita sendiri.

Card image
WITHIN OUR AUTHORITY - 26 Agustus 2023 (English Version)
2023-08-26 09:20:51


We are often tempted to make out in a fantasy and emotional relationship with God. When we are in church, we sing with all hearts and souls and are accompanied by tears, saying, “I love you,” but after that, we don’t live it out in our life journey. Our old self often deceives us; it’s indeed cunning. The mood we have is not constant or has no stability. If the Bible says, “Love the Lord your God with all your heart and with all your soul and with all your mind,” we must prepare seriously. As soon as we wake up, we must maintain our love’s stability. We can forget because we are busy with routine activities; therefore, God’s Word also says, “So prepare your minds for action,” meaning we are serious about paying attention to our existence before God.

It can’t be denied that the world is indeed beautiful if we see it with physical eyes. However, we no longer see it as beautiful if seen with spiritual eyes. We know what is invisible, which is even more fanatical and extreme, so we must manage our feelings and thoughts. This is a great gift; firstly, the door would not have been opened without the grace of the Lord Jesus Christ completed on the cross. Second, not everyone becomes the elect where we can know the only true God, Elohim Yahweh, and the only Lord, Master, and our King, Jesus Christ.

How incredible it is. If people squander this opportunity, they can’t help but weep and gnash of teeth regretfully. Don’t take it for granted because we will not clap one hand if we are serious about managing our thoughts and feelings to love God, and He will surely welcome us. Remember, this is not fantasy. We can feel the beating of God’s love in our hearts. When we wake up, our eyes are fixed on Him and not thinking about what God does not want us to think about—not contemplating what we are not allowed to contemplate. Don’t say words or sentences that we shouldn’t say—moreover, wanting something that God does not wish us to have or doing something that does not follow His standard of holiness. We must seriously do it from minute to minute.

The problem is not a few Christians who have no feelings for God because their hearts are filled with various worldly desires that corrupt their appetite. Let’s earnestly change the direction of our hearts. Don’t go towards anyone or anything but to God. Don’t idolize anything or anyone; surely, God will protect us if we direct our hearts to Him. He will not embarrass us; even though it often seems like we have lost, humiliated, and oppressed for a while, we want to remain loyal and prove our loyalty.

Remember, this is temporary. There comes a time when we won’t have another chance and only have one option limited. Maybe young people cannot fulfill it, but if they want, the Holy Spirit will help. God wants our hearts to have eternal love with Him. We must believe that when we return to heaven, God will welcome us because we are His beloved. Do not fail to decide to love God with all heart, all soul, mind, and all strength.

As our knowledge of God increases, our intimacy with Him grows, so we feel the beat and love of God within us, and we can have a witness inside us that God is alive and real. Many Christians are simply religious. How many of them have truly experienced that God exists? They could say they believe that God exists. However, seeing their actions from the attitude of their hearts does not show that they believe God exists. The proof is they are afraid, worried, and anxious about their life on Earth, whereas God must grab us because He is stronger than anyone and anything. Why are we afraid of this temporary life?

Furthermore, they were also afraid of death. Yet if we believe God exists, He will provide heaven for us so that we are not only ready to die but happy to die. Although, of course, we don’t want to die quickly because we want to be fruitful for His work. Our hearts and minds are in our authority, not in God. God gave each of us sovereignty; therefore, if a person’s heart is in the dominion of God, then if they can love or hate Him, it means that God is in control and must be responsible for the fate of each individual.

Remember! Nothing can prevent us, even Satan, from loving God, but He doesn’t force us. So, it all depends on us. It’s unsurprising if there are people who grow up and become more perfect and more pleasing, but there are also people who don’t grow or get more perfect because everything depends on their response to God, whether they want to love Him.

  OUR HEARTS AND MINDS ARE IN OUR AUTHORITY.

Card image
ADA DALAM KEKUASAAN KITA - 26 Agustus 2023
2023-08-26 09:16:12


Kita sering tergoda untuk bermesraan secara fantasi dan emosional dengan Tuhan. Pada waktu kita di gereja, kita menyanyi dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, disertai derai air mata, sambil berkata, “Aku mencintai Engkau,” tetapi setelah itu kita tidak menghayatinya dalam perjalanan hidup. Manusia lama kita sering menipu diri kita dan itu memang licik. Suasana jiwa yang kita miliki, tidak konstan atau tidak punya stabilitas. Kalau Alkitab berkata, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, jiwa, akal budi,” artinya kita harus siapkan dengan serius. Begitu kita bangun tidur pada pagi hari, kita yang harus terus menjaga stabilitas cinta kita. Kita bisa lupa, karena sibuk dengan segala kegiatan rutinitas. Firman Tuhan juga berkata, “Siapkanlah akal budimu,” berarti kita serius memperhatikan keberadaan kita di hadapan Tuhan.

Ketika kita melihat dunia dengan mata jasmani, kita tidak bisa menyangkal, indah. Namun, dengan mata rohani, kita tidak lagi menilainya indah. Kita melihat apa yang tidak terlihat. Ini lebih fanatik lagi, lebih ekstrem. Kita yang harus mengelola perasaan dan pikiran kita. Ini anugerah yang besar. Yaitu, pertama, tanpa kasih karunia, tanpa anugerah yang diselesaikan Tuhan Yesus Kristus di kayu salib, pintu ini tidak terbuka. Kedua, tidak semua orang menjadi umat pilihan. Di mana kita dapat mengenal satu-satunya Allah yang benar, Elohim Yahweh, dan satu-satunya Tuhan, Majikan, Raja kita, Yesus Kristus.

Betapa luar biasa. Jadi kalau orang menyia-nyiakan kesempatan ini, tidak bisa tidak, ratap dan kertak gigilah penyesalannya. Jangan anggap remeh. Kita tidak bertepuk sebelah tangan. Kalau kita serius mengelola pikiran dan perasaan kita untuk mencintai Tuhan, pasti Tuhan menyambut. Ingat, ini bukan fantasi. Kita bisa merasakan detak cinta Tuhan di dalam hati. Ketika kita bangun pagi hari, mata kita tetap tertuju kepada Tuhan. Tidak memikirkan apa yang Allah tidak kehendaki kita pikirkan. Tidak merenungkan apa yang tidak boleh kita renungkan. Jangan mengucapkan kata, kalimat yang tidak boleh kita ucapkan. Apalagi mengingini sesuatu yang Tuhan tidak kehendaki atau berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan standar kesucian Allah. Dengan serius kita kelola itu dari menit ke menit.

Masalahnya, tidak sedikit orang Kristen yang tidak punya rasa sama sekali terhadap Tuhan. Karena hatinya diisi dengan banyak keinginan, seleranya dirusak oleh berbagai nafsu duniawi. Mari kita sungguh-sungguh mengubah arah hati kita. Jangan ke arah siapa pun dan apa pun. Kita arahkan ke Tuhan. Jangan memberhalakan apa pun dan siapa pun. Pasti Tuhan menjagai kita, kalau kita mengarahkan hati kepada Tuhan. Ia tidak akan mempermalukan kita. Walaupun sering sementara waktu kita seperti kalah, dipermalukan, dan tertindas, tetapi kita mau tetap setia dan membuktikan kesetiaan kita.

Ingat ini temporal. Ada saatnya kita tidak akan punya kesempatan lagi; kita hanya punya satu kali kesempatan dan terbatas. Mungkin bagi anak-anak muda, belum sanggup memenuhinya, tetapi kalau kalian mau, Roh Kudus akan tolong. Tuhan mau hati kita sampai memiliki cinta yang abadi dengan Tuhan. Percayalah kalau nanti kita pulang ke surga, Tuhan akan menyambut karena kita adalah kekasih-Nya. Jangan tidak mengambil keputusan untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan kita.

Seiring dengan bertambahnya pengenalan kita akan Tuhan, semakin lekatnya keintiman kita dengan Allah, maka kita merasakan detak dan cinta Tuhan di dalam diri kita. Sehingga kita bisa memiliki kesaksian di dalam batin bahwa Allah itu hidup dan nyata. Banyak orang Kristen hanya beragama. Berapa banyak mereka yang benar-benar mengalami bahwa Allah itu ada? Mereka bisa saja berkata yakin bahwa Allah itu ada. Namun, dari perbuatannya, dari sikap hatinya, tidak menunjukkan bahwa mereka percaya bahwa Allah itu ada. Buktinya? Mereka takut, khawatir, dan cemas atas hidupnya di bumi. Padahal, Allah pasti genggam kita. Allah lebih kuat dari siapa pun dan apa pun. Mengapa kita gentar menghadapi hidup yang sementara ini?

Selanjutnya, mereka juga takut mati. Padahal kalau kita yakin Allah itu ada, Ia menyediakan surga bagi kita. Sehingga kita bukan hanya siap mati, melainkan senang mati. Walaupun tentu kita tidak ingin meninggal cepat karena kita mau berbuah bagi pekerjaan-Nya. Hati dan pikiran kita ada dalam kekuasaan kita. Bukan kekuasaan Tuhan. Karena Tuhan memberikan kepada masing-masing kita kedaulatan. Kalau hati seseorang dalam kekuasaan Tuhan, maka jika dia bisa mencintai Tuhan atau membenci Tuhan, artinya Tuhan yang mengatur dan harus bertanggung jawab atas nasib setiap individu.

Ingat! Tidak ada yang dapat melarang kita untuk mencintai Tuhan. Setan tidak bisa melarang. Tuhan juga tidak memaksa. Jadi, tergantung diri kita sendiri. Sehingga tidak heran jika ada orang bertumbuh dewasa, makin sempurna, makin berkenan, tetapi ada orang yang tidak bertumbuh, tidak makin sempurna. Karena semua tergantung responsnya terhadap Tuhan; apakah dia mencintai Tuhan atau tidak.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

HATI DAN PIKIRAN KITA ADA DALAM KEKUASAAN KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 Agustus 2023
2023-08-26 04:59:30

Yehezkiel 1-4

Card image
Truth Kids 25 Agustus 2023 - MENAHAN AMARAH
2023-08-25 09:52:15


Efesus 4:26
“Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.”

Didi terburu-buru berlari menuju toilet karena sedang sakit perut. Saat perjalanannya ke toilet, Didi tidak sengaja menyenggol tangan Roni yang sedang memegang coklat. Roni langsung marah-marah kepada Didi. “Hei! memang kamu tidak lihat kalau jalan? Coklatku sampai jatuh. Kamu harus ganti!” ujar Roni dengan kesal.

“Iya, maaf. Aku terburu-buru mau ke toilet karena aku sakit perut,” jawab Didi. “Aku tidak peduli kamu mau sakit perut atau sakit kepala yang penting kamu ganti coklatku sekarang!” sahut Roni dengan muka yang kesal.

Sobat Kids, tidak ada gunanya kita cepat marah atau menjadi pemarah karena sifat cepat marah mengakibatkan pertengkaran. Tuhan tidak menyukai seorang pemarah. Sifat yang cepat marah akan mengakibatkan banyak pelanggaran, menyakiti hati teman, orang tua, terutama hati Tuhan. Sobat Kids, mari kita belajar mengendalikan emosi dan amarah, ya…

Card image
Truth Junior 25 Agustus 2023 - BOLEH GAK SIH MARAH?
2023-08-25 09:49:17


Efesus 4:26
“Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.”

Apakah Sobat Junior pernah marah atau melihat orang lain marah? Boleh tidak kita marah? Marah adalah bentuk emosi seorang manusia, jadi marah boleh saja, apalagi ada hal-hal yang tidak baik terjadi pada kita. Seperti waktu Sobat Junior dimarahi oleh papa dan mama, karena ada hal yang salah. Tentunya kemarahan papa dan mama kita, bertujuan demi kebaikan kita. Sobat Junior juga bisa marah, namun marahnya tidak boleh berlebihan, karena marah itu harus bisa dikendalikan.

Contohnya situasi yang dialami Dina, membuat dia marah. Saat pulang sekolah, Dina menemukan mainan kesayangannya, boneka beruang, rusak dan sobek. Dia marah dan mulai berteriak-teriak, melempar barang. Dina menunjukkan kemarahannya dengan cara yang tidak baik. Karena khawatir, ayah Dina mengajaknya untuk duduk dan tarik napas dalam-dalam supaya membantu Dina merasa lebih tenang. Setelah itu, ayah Dina menanyakan kejadian yang Dina alami. Ayahnya pun mengingatkan Dina kalau marahnya tidak akan memperbaiki boneka itu. Ia mengajak Dina untuk berpikir positif dan mencari solusi yang lebih baik. Mereka berdua mengambil keputusan untuk memperbaiki boneka bersama-sama atau mencari boneka yang baru.

Sobat Junior, marah itu wajar karena kita diciptakan Tuhan dengan perasaan. Kita bisa meluapkan emosi kita ketika kita merasakannya. Namun, penting bagi kita untuk belajar mengelola kemarahan agar tidak melukai dan menyakiti perasaan orang lain. Lebih baik mencari solusi terhadap masalah yang terjadi. Hati-hati dalam menunjukkan sikap kita, ya, Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 25 Agustus 2023 (English Version) - LIVING WORDS, TRUE FREEDOM
2023-08-25 09:45:27


"Therefore, by Him let us continually offer the sacrifice of praise to God, that is, the fruit of our lips, giving thanks to His name." (Hebrews 13:15)

In our journey of faith, one of the deepest and most precious freedoms we can experience is the freedom found in Christ. As young people, we often long for the freedom to do as we please, but true freedom is not found in fulfilling our desires; it is found in understanding the holiness of life and the power of our words.

The Bible reminds us in Hebrews 13:15, "Therefore by Him, let us continually offer the sacrifice of praise to God, that is, the fruit of our lips, giving thanks to His name." Our words carry tremendous weight and have the power to build up or tear down. When we acknowledge the holiness of life, we begin to understand that our words can bring life or death to those around us.

True freedom is not about saying whatever comes to mind or succumbing to the pressure to please others. True freedom is about cultivating a heart sensitive to the Spirit of God and being wise in choosing our words. We have the power to refrain from speaking hurtful words, to choose love over hatred, encouragement over discouragement, and truth over lies.

As young people, let us embrace the holiness of life and the freedom it brings. Let us be aware of the impact of our words on others. May our words be filled with goodness, compassion, and grace, reflecting the character of our loving Savior.

Today, let us pause and reflect on the words we speak. Do they build up and give life, or do they hurt? Let us seek God's guidance to guard our tongues and help us use our words to bring hope and healing to those we encounter. May we experience true freedom that comes from a life marked by love and words that glorify God.

WHAT TO DO:
1. Be conscious that every word in our mouth carries great power.
2. Practice speaking positively every day.
3. Equip ourselves by reading the Bible daily and do not forget to pray.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Isaiah 41-43

Card image
Truth Youth 25 Agustus 2023 - LIVING WORDS, TRUE FREEDOM
2023-08-25 09:43:10


Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya (Ibrani 13:15)

Dalam perjalanan iman kita, salah satu kebebasan yang paling mendalam dan berharga yang dapat kita rasakan adalah kebebasan yang ditemukan dalam Kristus. Sebagai anak muda, kita sering kali merindukan kebebasan untuk berbuat sesuka hati, tetapi kebebasan sejati terletak bukan dalam memenuhi keinginan kita, tetapi dalam memahami kesucian hidup dan kekuatan kata-kata kita.

Alkitab mengingatkan kita dalam Ibrani 13:15, “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.” Kata-kata kita memiliki bobot yang luar biasa dan memiliki kekuatan untuk membangun atau meruntuhkan. Ketika kita mengakui kesucian hidup, kita mulai memahami bahwa kata-kata kita dapat membawa hidup atau kematian bagi orang di sekitar kita.

Kebebasan sejati bukanlah tentang mengatakan apa saja yang terlintas dalam pikiran atau menyerah pada tekanan untuk berusaha menyenangkan orang lain. Kebebasan sejati adalah tentang memupuk hati yang peka terhadap Roh Allah dan bijaksana dalam memilih kata-kata kita. Kita memiliki kekuatan untuk menahan diri dari mengucapkan kata-kata yang salah, memilih kasih daripada kebencian, dorongan daripada penghamburan, dan kebenaran daripada kebohongan.

Sebagai anak muda, mari kita memeluk kesucian hidup dan kebebasan yang dibawanya. Yuk, kita menyadari dampak kata-kata kita bagi orang lain. Semoga kata-kata kita penuh dengan kebaikan, belas kasihan, dan kasih karunia, karena dengan demikian, kita mencerminkan karakter Juruselamat kita yang penuh kasih.

Hari ini, ayo kita berhenti sejenak dan merenungkan kata-kata yang kita ucapkan. Apakah mereka membangun dan memberi kehidupan, ataukah mereka menyakiti? Marilah kita meminta pimpinan Allah untuk melindungi lidah kita dan membantu kita menggunakan kata-kata kita untuk membawa harapan dan kesembuhan bagi mereka yang kita temui. Semoga kita mengalami kebebasan sejati yang datang dari hidup yang ditandai oleh kasih dan kata-kata yang memuliakan Allah.

WHAT TO DO:
1. Miliki kesadaran bahwa tiap kata dalam mulut kita memiliki kekuatan dahsyat
2. Melatih perkataan kita setiap harinya
3. Bekali diri kita dengan baca Alkitab setiap hari dan jangan lupa berdoa

BIBLE MARATHON:
▪︎Yesaya 41-43

Card image
Renungan Pagi - 25 Agustus 2023
2023-08-25 09:35:23


Ketika beribadah seharusnya kita mengerti bahwa Tuhan menyatakan Pribadi-Nya ditengah ibadah, bahwa agung rahasia ibadah kita sebab ada kehadiran Tuhan dan harus disertai dengan ucapan syukur, rasa cukup menerima kebaikan Tuhan ketika beribadah kepada Tuhan.

Firman Tuhan berkata, "Karena itu saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati."

Jadi ibadah sejati dimulai ketika hidup kita semakin diubahkan, semakin serupa dengan Kristus, sehingga banyak orang dapat mempermuliakan nama Tuhan ketika melihat kehidupan kita.
(Roma 12:1)

Card image
Quote Of The Day - 25 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-25 09:28:57


Ketika hati kita pecah di hadapan Tuhan, maka kita baru bisa mengecap manisnya madu Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 25 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-25 09:27:08


Orang yang mengenal Allah akan menemukan satu titik kehausan, dan ia merasakan bahwa kehausan itu hanya dapat diisi oleh Tuhan.

Card image
AS MUCH AS POSSIBLE - 25 Agustus 2023 (English Version)
2023-08-25 09:23:45


Matt. 22:37-38 says, “Love the Lord your God with all your heart and with all your soul and with all your mind.’ This is the first and greatest commandment.” 

These sentences in God’s statement are essential because it is the most significant Law. God opens an unlimited room behind this sentence, where we can enter and find God’s unlimited wealth. Let’s think. God actually doesn’t need anything or anyone because He owns everything and His wealth goes beyond what we can think of, but if He opens Himself up to want to enjoy us, this means He wants or are willing to, “as if” He needs something, and that something is our love.

Someone doesn’t know God properly if they still feel they need something else, whatever it is. Those who know God will find a point of thirst and think that only God can satisfy them. So, it’s not nonsense; it’s not just words when the psalmist says, “Whom have I in heaven but you? And earth has nothing I desire besides you.” The psalmist must have reached the point of thirst and the realization that only God can fill this thirst. So, the psalmist could also say, “As the deer longs for streams of water, so I long for you, O God.” May God help us not only to say this sentence grandiosely but with a proper understanding, even though it is not perfect yet.

Such is the truth that there is a thirst in our souls that only God can fulfil or satisfy. Remember, the person who can get to thirst like this has learned to live life drinking various pleasures and finally can say, “Only God can satisfy my soul.” Our love for God will not be one-sided because He opens up and says, “Love the Lord your God.” Of course, this is not arbitrary because the Lord Jesus Himself conveyed what God wanted.

How terrible if, in the 70-80 years of this life, we are filled with various desires, develop different appetites until we have no desire for God, are unable to love Him, and then until the time is up, we finally lose this precious opportunity forever. Don’t let us be like the rich man in Luke 16 who said, “Father Abraham, have pity on me and send Lazarus to dip the tip of his finger in water and cool my tongue, because I am in agony in this fire.” He has already lost his chance, even just a fingertip or water drop. We shouldn’t just get a water drop from God but as much as possible from what He has provided while living on earth.

The wealth that we can drink as much as possible is God himself. If we know the true God correctly, our souls will eventually thirst, and we know that only God is what we need. God gave Himself for us to enjoy. Suppose God says, “All heart, all soul, all mind,” that is the price we must pay, the stake to fulfil. Remember, it is we who must meet the stake, not God. 

Likewise, God’s Word says, “No one can serve two masters,” meaning we must wholly love God or not at all. The problem is many Christians who don’t take it seriously say, “What the hell is this? How can we not have pleasures as humans? Should we be as extreme, as passionate as that?” Yes! God said, “No one can serve two masters.

The psalmist does not just talk nonsense and say, “Whom have I in heaven but you? And earth has nothing I desire besides you.” In heaven, of course, we will already have Him. On earth, when we still have the opportunity to have anything and anyone, we still choose to only have God. That means 100% of our attention must be directed only to Him. “All heart, all soul, all mind,” that’s our part. We must manage our hearts, souls, and minds properly.

  THE WEALTH THAT WE CAN DRINK AS MUCH AS POSSIBLE IS GOD HIMSELF.

Card image
SEBANYAK-BANYAKNYA - 25 Agustus 2023
2023-08-25 09:19:57


Matius 22:37 berkata, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.”

Kalimat-kalimat di dalam pernyataan Tuhan ini sangat penting, karena ini adalah hukum yang terutama. Di balik kalimat ini, sebenarnya Tuhan membuka ruangan yang tidak terbatas di mana kita bisa masuk ke dalamnya dan menemukan kekayaan Allah yang tidak terbatas. Coba kita renungkan bahwa Allah sebenarnya tidak membutuhkan apa-apa dan siapa-siapa, karena Allah memiliki segala sesuatu. Tentu kekayaan Allah melampaui apa yang dapat kita pikirkan, tetapi kalau Allah membuka diri untuk mau menikmati kita, ini berarti Allah mau, Allah berkenan, “seakan-akan” membutuhkan sesuatu, dan sesuatu itu adalah cinta kita, kasih kita.

Kalau seseorang masih merasa membutuhkan sesuatu, apa pun itu, berarti dia belum mengenal Allah secara benar. Orang yang mengenal Allah akan menemukan satu titik kehausan, dan ia merasakan bahwa kehausan itu hanya dapat diisi oleh Tuhan. Jadi, bukan omong kosong, bukan sekadar perkataan kalau pemazmur berkata, “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi.” Pemazmur pasti sudah sampai kepada titik kehausan dan kesadaran bahwa kehausan itu hanya bisa diisi oleh Tuhan. Maka, pemazmur juga bisa berkata, “Seperti rusa merindukan sungai yang berair, demikian jiwaku merindukan Engkau.” Kiranya Tuhan menolong kita untuk tidak hanya mengucapkan kalimat ini secara muluk-muluk, melainkan dengan satu penghayatan yang benar, walaupun memang belum sempurna.

Sejatinya, demikianlah kebenaran itu bahwa memang ada kehausan dalam jiwa kita yang hanya bisa dipenuhi atau dipuaskan oleh Tuhan. Ingat, orang yang dapat sampai pada kehausan seperti ini adalah orang yang sudah belajar menjalani hidup dengan meneguk berbagai kesenangan, dan yang akhirnya dia bisa berkata, “Hanya Tuhan yang bisa memuaskan jiwaku.” Cinta kita kepada Tuhan tidak akan bertepuk sebelah tangan, karena Tuhan yang membuka diri dan berkata, “Kasihilah Tuhan Allahmu.” Tentu ini bukan sembarangan, karena Tuhan Yesus menyampaikan apa yang Allah kehendaki.

Betapa mengerikannya, kalau di 70-80 tahun umur hidup ini, kita dipenuhi dengan berbagai keinginan, membangun berbagai selera sampai tidak memiliki keinginan terhadap Tuhan, tidak mampu mencintai Allah dan kemudian sampai lewat waktu, akhirnya kita kehilangan satu-satunya kesempatan yang sangat berharga ini selama-lamanya. Jangan sampai kita menjadi seperti orang kaya di Lukas 16:24 yang berkata, “Bapak Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.” Ujung jari, setetes, tetapi dia sudah kehilangan kesempatan. Selagi masih hidup di bumi, jangankan setetes, sejatinya, sebanyak apa pun kita bisa meneguk semua yang Allah sediakan.

Kekayaan yang bisa kita teguk sebanyak-banyaknya adalah Tuhan sendiri. Kalau kita mengenal Allah yang benar dengan benar, akhirnya ada kehausan dalam jiwa kita. Selanjutnya, kita memiliki kesadaran bahwa yang kita butuhkan ternyata hanya Tuhan. Allah memberi diri-Nya untuk kita nikmati. Kalau Tuhan mengatakan, “Segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi,” itu adalah harga yang harus kita bayar. Itu pertaruhan yang harus kita penuhi. Ingat, pertaruhan itu tidak dipenuhi oleh Allah; tetapi kita yang harus memenuhinya. Demikian juga firman Tuhan mengatakan, “Kamu tidak dapat mengabdi kepada dua tuan,” berarti kita harus mencintai Tuhan 100% atau tidak usah sama sekali. Masalahnya, banyak orang Kristen yang tidak serius berkata, “Apa-apaan ini? Masa kita tidak boleh punya kesenangan sebagai manusia? Seekstrem, sefanatik itukah?” Ya, karena Tuhan yang bicara, “Kamu tak dapat mengabdi kepada dua tuan.”

Pemazmur tidak sekadar omong kosong dan berkata, “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi.”. Di surga, tentu kita sudah akan memiliki Dia. Di bumi, ketika kita masih memiliki kesempatan memiliki apa pun dan siapa pun, tetapi kita tetap memilih untuk memiliki Tuhan saja. Itu berarti 100% perhatian kita, harus diarahkan hanya kepada-Nya. “Segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi,” itu bagian kita. Kita yang harus mengelola hati, jiwa, dan akal budi kita dengan benar.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEKAYAAN YANG BISA KITA TEGUK SEBANYAK-BANYAKNYA ADALAH TUHAN SENDIRI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 Agustus 2023
2023-08-25 09:11:31

Ratapan 3-5

Card image
Truth Kids 24 Agustus 2023 - MENDENGARKAN ORANGTUA
2023-08-24 08:15:57


Yohanes 14:26
“tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dia-lah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”

Dengan lahap Soni memakan coklat yang dia ambil dari dalam lemari es. Nyamm.. nyamm.. enakk... Tiba-tiba, datanglah mama Soni ke dapur dan melihat Soni sedang makan coklat. “Soni, jangan makan coklat banyak-banyak, nanti sakit gigi,” nasihat mama Soni. Bukannya mendengarkan nasihat mama, Soni malah menjawab., “Mama jangan larang Soni. Soni tidak sakit gigi.”

Malamnya Soni tidak bisa tidur karena giginya sakit. Pipinya menjadi bengkak. Soni menangis dan berteriak memanggil, “Mama.. mama… tolong Soni. Gigi Soni sakit.” Lalu mama Soni mencoba mengobati gigi Soni sambil berkata, “Makanya Soni taat sama orang tua. Kalau tadi siang Soni mengikuti perkataan Mama, Soni tidak akan sakit gigi.” “Iya, Mama. Maafkan Soni. Soni janji akan taat sama Mama,” jawab Soni menyesal.

Sobat Kids, bagaimana dengan kalian? Apakah kalian sudah taat pada orang tua? Tidak taat kepada orang tua adalah perbuatan yang menyakiti hati Tuhan. Taat kepada orang tua adalah perintah Tuhan yang harus kita lakukan.

Card image
Truth Junior 24 Agustus 2023 - JANGAN SEMBARANGAN PERCAYA
2023-08-24 08:14:34


Yohanes 14:26
“tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”

“Dian, aku dengar dari internet bahwa ada monster yang berkeliaran di sekolah kita! Mereka mengatakan monster itu sangat berbahaya, bisa memakan manusia!” seru Doni dengan semangat. Dian menjadi sangat takut setelah mendengar itu. Sepulang sekolah Dian langsung bertanya pada papanya tentang berita itu. “Pa, apa benar ada monster berbahaya di dekat sekolah?” Papa tersenyum mendengar pertanyaan Dian dan berkata, “Dian, jangan terburu-buru percaya pada kabar atau berita yang belum kamu pastikan kebenarannya. Papa yakin hal itu hanyalah berita yang dibuat oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Mana mungkin ada monster berkeliaran di sekolah kamu? Lagipula, sekolah kamu memiliki kamera mengawas. Pasti akan terlihat di kamera pengawas jika benar-benar ada monster.”

Dengan lega, Dian berkata, “Terima kasih, Pa! Sekarang aku tahu pentingnya tidak sembarangan percaya pada kabar burung (kabar yang sekilas terdengar).” Papa tersenyum bangga, “Hebat sekali, Dian! Ingatlah, selalu minta bantuan Roh Kudus untuk memimpinmu dalam mengerti sesuatu. Roh Kudus adalah sumber kebenaran yang selalu siap membimbingmu.” Dian mengangguk.

Sejak hari itu, Dian menjadi lebih berhati-hati dalam menerima informasi. Ia selalu menanyakan kepada orang yang dipercayainya dan selalu meminta bantuan Roh Kudus dalam memahami sesuatu.

Sobat Junior, cerita di atas mengajarkan kita untuk tidak boleh sembarangan percaya dengan apa yang kita dengar, baca, atau lihat. Kita harus selalu menanyakan kepada orang yang kita percayai, apakah hal tersebut benar. Selain itu, kita juga harus meminta bantuan Roh Kudus agar kita dapat memahami kebenaran yang sejati. Dengan cara ini, kita akan menjadi pribadi yang bijaksana, cerdas, dan penuh kasih.

Card image
Truth Youth 24 Agustus 2023 (English Version) - SACRED FREEDOM UNLEASHED
2023-08-24 08:10:46


"For out of the heart come evil thoughts, murder, adultery, sexual immorality, theft, false witness, slander." (Matthew 15:19)

In this world, where freedom is often misunderstood as the absence of rules, it is essential for us to understand the true meaning of freedom. Matthew 15:19 reminds us of Jesus' words: "For out of the heart come evil thoughts, murder, adultery, sexual immorality, theft, false witness, slander." These words draw our attention to the subject of freeing ourselves from impurity. To experience true freedom, we must acknowledge and embrace the sanctity of life.

Every life is sacred, as it is a gift from God. When we respect the sanctity of life, we develop deep respect for ourselves and others. This acknowledgment empowers us to make choices that reflect God's love and honor His creation.

Liberating ourselves from impurity involves breaking free from the bondage of sinful behavior and destructive thought patterns. It involves purifying our hearts, minds, and actions, aligning them with God's truth. The sanctity of life reminds us that our bodies are temples of the Holy Spirit, deserving of respect, honor, and purification.

By embracing the sanctity of life, we find true freedom. We break the chains of impurity and experience the liberating power of God's grace. Let us commit to living in the freedom that comes from embracing the sanctity of life and walking in the path of truth, without doubt and fear, for the Holy Spirit will guide each of us who is willing to walk in that path.

WHAT TO DO:
1. Be aware that living a holy life is the best offering to God.
2. Commit to living a holy life every day.
3. Equip ourselves by reading the Bible daily, and don't forget to pray.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Isaiah 38-40

Card image
Truth Youth 24 Agustus 2023 - SACRED FREEDOM UNLEASHED
2023-08-24 08:08:29


"Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat." (Matius 15:19)

Di dunia ini, dimana kebebasan sering disalahartikan sebagai ketiadaan aturan, penting bagi kita untuk memahami makna sejati kebebasan. Matius 15:19 mengingatkan kita akan perkataan Yesus: “Karena dari dalam hati timbul pikiran-pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, kesaksian palsu, dan fitnah.” Kata-kata ini menarik perhatian kita pada subjek membebaskan diri dari kecemaran. Untuk merasakan kebebasan sejati, kita harus mengakui dan memeluk kesucian hidup.

Setiap kehidupan adalah sakral, karena merupakan anugerah dari Allah. Ketika kita menghormati kesucian hidup, kita mengembangkan rasa hormat yang mendalam terhadap diri sendiri dan sesama. Pengakuan ini memberdayakan kita untuk membuat pilihan yang mencerminkan kasih Allah dan memuliakan ciptaan-Nya.

Membebaskan diri dari kecemaran melibatkan pembebasan dari belenggu perilaku berdosa dan pola pikir yang merusak. Ini melibatkan penyucian hati, pikiran, dan tindakan kita dengan menyelaraskannya dengan kebenaran Allah. Kesucian hidup mengingatkan kita bahwa tubuh kita adalah tempat Roh Kudus, yang patut dihormati, dihargai, dan disucikan.

Dalam memeluk kesucian hidup, kita menemukan kebebasan sejati. Kita mematahkan belenggu kecemaran dan mengalami kekuatan pembebasan dari kasih karunia Allah. Marilah kita berkomitmen untuk hidup dalam kebebasan yang datang dari memeluk kesucian hidup dan berjalan di jalan kebenaran, tanpa ragu dan gentar karena Roh Kudus akan menuntun setiap kita yang mau berjalan di jalan tersebut.

WHAT TO DO:
1. Miliki kesadaran bahwa hidup suci adalah persembahan yang terbaik bagi Allah
2. Berkomitmen untuk hidup suci setiap harinya
3. Bekali diri kita dengan baca Alkitab setiap hari dan jangan lupa berdoa

BIBLE MARATHON:
Yesaya 38-40

Card image
Renungan Pagi - 24 Agustus 2023
2023-08-24 08:06:07


Tantangan dan ujian dalam hidup ini memang akan selalu ada dan semakin terasa diakhir zaman ini, tapi janganlah sampai kita menjadi kecewa dengan Tuhan dan berbalik mencintai dunia, melainkan harus semakin bergantung kepada Tuhan, percaya bersama Tuhan, dapat melalui pencobaan dan pergumulan hidup, sehingga semakin hari semakin menjadi dewasa didalam Kristus dan memiliki karakter Ilahi.

Ingatlah akan firman Tuhan ini, "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya."

Kita memang masih hidup di dunia dan berkarya di dunia, tapi jangan sampai mencintai dunia; orang yang mencintai dunia akan menuju kepada kebinasaan, tapi orang yang melakukan kehendak Allah akan tetap hidup selama-lamanya.
(1 Yohanes 2:15-17)

Card image
Quote Of The Day - 24 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-24 08:03:40


Jangan punya kesibukan yang tidak perlu; yang tidak membuat kita semakin sempurna.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 24 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-24 08:02:08


Kita harus lebih dari sekadar menjadi orang baik-baik yang tidak melanggar hukum, tetapi yang dalam segala hal yang kita lakukan selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah.

Card image
SHARING HIS PEACE - 24 Agustus 2023 (English Version)
2023-08-24 07:54:58


We can measure whether a decision is according to God’s will if there is a disturbance when we want to make a decision. Of course, that can only be felt by those who used to enjoy the peace of God. If people wish for the world’s joys—money, flattery, possessions, titles—then their feelings cannot be measured. However, if we are used to enjoying the peace of God from a character that is constantly being changed, then this can indicate whether what we want to do is according to God’s will.

Many people have an atmosphere of joy that is “supported” by the facilities of the world, not by the peace of God. So, they can’t use their feelings as an indicator. We must be more than just good people who do not break the law but who, in everything we do, always conform to the mindset of God.

One of the secrets to focusing on praying is immersing ourselves in one case; for example, “Are there still any defects in my character?” The problem is, are we interested in it or not? Women can look in the mirror for more than 30 minutes, but if they look in the mirror spiritually, facing God, they could lose focus only after a few minutes. This is basically because they had no intention. Spiritual beauty is eternal. Then, from spiritual beauty, we can enjoy peace, and by enjoying peace, we build a habitat. So, the sentence, “Your Kingdom Come,” is the effort we have to do, presenting the habitat of the Kingdom of God in life. Let’s mourn our situation because we are serious about changing.

Build a life habitat according to God’s mindset and beautify our spiritual face because it is an eternal treasure. The certainty of entering heaven starts from building this habitat, and we cannot make the habitat of God’s Kingdom without enjoying His peace. First, we cannot enjoy the peace of God without good character, and all events in this life can be God’s means for us to be trained to build a character by God’s will. God surely wants us to respond according to His will, starting from a small matter. If we have started saying, “I want to be beautiful in front of You, Lord. I want to live without blemish and spot,” then the Holy Spirit will guide our lives.

Second, we cannot enjoy the peace of God if the world binds us. The Word of God says, “I am a jealous God;” “Or do you think the Scripture says without reason that the Spirit He caused to dwell in us yearns with envy?” Why is that? Because our spirit comes from God, He wants it to return to Him. He jealously desires because He loves us.

We shouldn’t depend on our joyful atmosphere on the world’s goods but only on God.  If we can close our eyes and ears to toxic surroundings and say, “You are my happiness, God”—and indeed, we will go home alone without a spouse, children, or anyone else—then we become God’s lover, in an exclusive relationship with Him. Even though we don’t have anyone or anything, we have God as our Lover. Create a whole relationship with God; then, it is impossible for Him not to share His joy with us. However, if we are used to enjoying the world’s pleasures, then God cannot share His peace.

When we make God our happiness, not because of other facilities, surely, He will share His joy with us. If we love or are loved by someone, we will share what we have for that person, for they are our happiness and joy. God is more than that. Remember this sentence: if we make God our happiness, He will share His peace with us. This is what will make our relationship with God genuinely exclusive. It is not only us who long for His coming, but He also longs for the encounter with us.

We must be committed and serious about emptying the vessel of our hearts of various pleasures until we can say, “I only want to enjoy You, Lord.” God will not allow His joy, peace, or Himself to be tasted by those with much pleasure. Remember, the Bible says, “No one can serve two masters.” God will not force us if we continue to harden our hearts and say “no” through our uncooperative attitude toward Him.  

IF WE MAKE GOD OUR HAPPINESS, HE WILL SHARE HIS PEACE.

Card image
MEMBAGI DAMAI SEJAHTERA-NYA - 24 Agustus 2023
2023-08-24 05:05:23


Ketika kita mau mengambil keputusan, tetapi ada sesuatu yang menggelisahkan, itu bisa menjadi ukuran apakah keputusan itu sesuai kehendak Allah atau tidak. Tentu hal itu hanya bisa dirasakan oleh mereka yang biasa menikmati damai sejahtera Allah. Kalau orang biasa menikmati sukacita dunia—uang, sanjungan, harta, gelar—maka perasaannya tidak bisa jadi ukuran. Namun, kalau kita terbiasa menikmati damai sejahtera Allah dari karakter yang diubahkan terus, maka hal itu akan bisa menjadi indikator apakah yang kita mau lakukan sesuai dengan kehendak Allah atau tidak.

Banyak orang memiliki suasana sukacita yang “ditopang” oleh fasilitas dunia, bukan oleh damai sejahtera Allah. Sehingga, ia tidak bisa menjadikan perasaannya sebagai indikator. Kita harus lebih dari sekadar menjadi orang baik-baik yang tidak melanggar hukum, tetapi yang dalam segala hal yang kita lakukan selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah.

Salah satu rahasia mengapa kita bisa berdoa dengan fokus, adalah tenggelamkan diri kita dengan satu kasus; misalnya, “Apakah masih ada cacat karakterku?” Masalahnya, kita tertarik dengan hal ini atau tidak? Para wanita bisa melihat cermin lebih dari 30 menit, tetapi kalau bercermin rohani, artinya menghadap Tuhan, baru 3 menit pun sudah hilang fokus. Karena memang dasarnya ia tidak niat. Padahal, kecantikan rohani itu kekal. Lalu, dari kecantikan rohani, kita dapat menikmati damai. Dengan menikmati damai, kita membangun habitat. Jadi kalimat, “Datanglah Kerajaan-Mu,” itulah usaha yang kita harus lakukan; menghadirkan habitat Kerajaan Allah dalam hidup. Ayo, kita mau ratapi keadaan kita karena kita serius mau berubah. Bangunlah habitat kehidupan yang sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Mari kita percantik wajah rohani kita karena itu adalah harta abadi. Kepastian masuk surga dimulai dari membangun habitat ini. Kita tidak bisa membangun habitat Kerajaan Allah tanpa menikmati damai sejahtera-Nya. Yang pertama, kita tidak bisa menikmati damai sejahtera Allah tanpa karakter yang baik. Segala kejadian dalam hidup ini dapat menjadi sarana Allah agar kita dilatih membangun karakter yang sesuai dengan kehendak Allah. Tentu Allah menghendaki kita memiliki respons yang sesuai dengan kehendak-Nya, dimulai dari perkara kecil. Kalau kita sudah mulai berkata, “Aku mau cantik di hadapan-Mu, Tuhan. Aku mau hidup tak bercacat, tak bercela,” maka Roh Kudus akan menuntun hidup kita.

Yang kedua, kita tidak bisa menikmati damai sejahtera Allah kalau terikat dengan dunia. Firman Tuhan berkata, “Aku Allah yang cemburu;” “Bukan tanpa alasan kalau Kitab Suci berkata: roh yang ditempatkan dalam diri kita diingini-Nya dengan cemburu.” Mengapa demikian? Karena roh kita berasal dari Allah dan Allah ingin roh itu kembali kepada-Nya. Diingini-Nya dengan cemburu, karena apa? Karena Dia sayang kita.

Maka, jangan menggantungkan suasana sukacita kita pada barang-barang dunia. Sukacita kita harus berasal hanya dari Tuhan saja. Kalau kita bisa tutup mata dan telinga terhadap keadaan sekitar yang toxic dan berkata, “Engkau kebahagiaanku, Tuhan”—dan memang kita akan pulang sendiri tanpa suami, anak, atau siapa pun—maka kita menjadi kekasih Tuhan, menjadi hubungan yang eksklusif dengan-Nya. Walaupun kita tidak punya siapa-siapa, tidak punya apa-apa, tetapi kita punya Tuhan sebagai kekasih. Buatlah hubungan yang eksklusif dengan Tuhan, maka Tuhan tidak mungkin tidak membagi sukacita-Nya kepada kita. Namun, kalau kita terbiasa menikmati sukacita dunia, maka Tuhan tidak akan dapat membagi damai sejahtera-Nya.

Ketika kita menjadikan Tuhan kebahagiaan kita, bukan karena fasilitas yang lain, pasti Tuhan membagi sukacita-Nya untuk kita. Sebagaimana kalau kita mencintai seseorang dan dicintai seseorang, maka kita akan membagi apa yang kita miliki untuk orang itu, demi kebahagiaan dan sukacitanya. Allah lebih dari itu. Ingat kalimat ini: kalau kita menjadikan Tuhan kebahagiaan, Tuhan akan membagi damai sejahtera-Nya kepada kita. Hal inilah yang akan membuat hubungan kita dengan Tuhan menjadi benar-benar eksklusif. Bukan hanya kita yang merindukan kedatangan-Nya, tetapi Tuhan pun merindukan perjumpaan dengan kita.

Kita harus berkomitmen dan serius untuk mengosongkan bejana hati kita dari berbagai kegemaran, sampai kita bisa berkata, “Aku hanya ingin menikmati Engkau, Tuhan.” Tuhan tidak akan membiarkan sukacita, damai sejahtera-Nya atau diri-Nya dikecap oleh orang yang mengecap banyak kesenangan. Ingat Alkitab berkata, "Kamu tak dapat mengabdi kepada dua tuan.” Kalau kita tetap mengeraskan hati dan berkata “tidak” lewat sikap kita yang tidak kooperatif dengan Tuhan, maka Tuhan tidak akan memaksa.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA MENJADIKAN TUHAN KEBAHAGIAAN, TUHAN AKAN MEMBAGI DAMAI SEJAHTERA-NYA KEPADA KITA. DAMAI SEJAHTERA-NYA* Ketika kita mau mengambil keputusan, tetapi ada sesuatu yang menggelisahkan, itu bisa menjadi ukuran apakah keputusan itu sesuai kehendak Allah atau tidak. Tentu hal itu hanya bisa dirasakan oleh mereka yang biasa menikmati damai sejahtera Allah. *Kalau orang biasa menikmati sukacita dunia—uang, sanjungan, harta, gelar—maka perasaannya tidak bisa jadi ukuran.* Namun, kalau kita terbiasa menikmati damai sejahtera Allah dari karakter yang diubahkan terus, maka hal itu akan bisa menjadi indikator apakah yang kita mau lakukan sesuai dengan kehendak Allah atau tidak. Banyak orang memiliki suasana sukacita yang “ditopang” oleh fasilitas dunia, bukan oleh damai sejahtera Allah. Sehingga, ia tidak bisa menjadikan perasaannya sebagai indikator. *Kita harus lebih dari sekadar menjadi orang baik-baik yang tidak melanggar hukum, tetapi yang dalam segala hal yang kita lakukan selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah.* Salah satu rahasia mengapa kita bisa berdoa dengan fokus, adalah tenggelamkan diri kita dengan satu kasus; misalnya, “Apakah masih ada cacat karakterku?” Masalahnya, kita tertarik dengan hal ini atau tidak? Para wanita bisa melihat cermin lebih dari 30 menit, tetapi kalau bercermin rohani, artinya menghadap Tuhan, baru 3 menit pun sudah hilang fokus. Karena memang dasarnya ia tidak niat. Padahal, kecantikan rohani itu kekal. Lalu, dari kecantikan rohani, kita dapat menikmati damai. *Dengan menikmati damai, kita membangun habitat.* Jadi kalimat, _“Datanglah Kerajaan-Mu,”_ itulah usaha yang kita harus lakukan; menghadirkan habitat Kerajaan Allah dalam hidup. Ayo, kita mau ratapi keadaan kita karena kita serius mau berubah. *Bangunlah habitat kehidupan yang sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah.* Mari kita percantik wajah rohani kita karena itu adalah harta abadi. Kepastian masuk surga dimulai dari membangun habitat ini. Kita tidak bisa membangun habitat Kerajaan Allah tanpa menikmati damai sejahtera-Nya. _Yang pertama,_ *kita tidak bisa menikmati damai sejahtera Allah tanpa karakter yang baik.* Segala _kejadian_ dalam hidup ini dapat menjadi sarana Allah agar kita dilatih membangun karakter yang sesuai dengan kehendak Allah. Tentu Allah menghendaki kita memiliki respons yang sesuai dengan kehendak-Nya, dimulai dari perkara kecil. Kalau kita sudah mulai berkata, “Aku mau cantik di hadapan-Mu, Tuhan. Aku mau hidup tak bercacat, tak bercela,” maka Roh Kudus akan menuntun hidup kita. _Yang kedua,_ kita tidak bisa menikmati damai sejahtera Allah *kalau terikat dengan dunia.* Firman Tuhan berkata, “Aku Allah yang cemburu;” “Bukan tanpa alasan kalau Kitab Suci berkata: roh yang ditempatkan dalam diri kita diingini-Nya dengan cemburu.” Mengapa demikian? Karena roh kita berasal dari Allah dan Allah ingin roh itu kembali kepada-Nya. Diingini-Nya dengan cemburu, karena apa? Karena Dia sayang kita. Maka, jangan menggantungkan suasana sukacita kita pada barang-barang dunia. Sukacita kita harus berasal hanya dari Tuhan saja. Kalau kita bisa tutup mata dan telinga terhadap keadaan sekitar yang toxic dan berkata, “Engkau kebahagiaanku, Tuhan”—dan memang kita akan pulang sendiri tanpa suami, anak, atau siapa pun—maka kita menjadi kekasih Tuhan, menjadi hubungan yang eksklusif dengan-Nya. *Walaupun kita tidak punya siapa-siapa, tidak punya apa-apa, tetapi kita punya Tuhan sebagai kekasih.* Buatlah hubungan yang eksklusif dengan Tuhan, maka Tuhan tidak mungkin tidak membagi sukacita-Nya kepada kita. Namun, kalau kita terbiasa menikmati sukacita dunia, maka Tuhan tidak akan dapat membagi damai sejahtera-Nya. Ketika kita menjadikan Tuhan kebahagiaan kita, bukan karena fasilitas yang lain, pasti Tuhan membagi sukacita-Nya untuk kita. Sebagaimana kalau kita mencintai seseorang dan dicintai seseorang, maka kita akan membagi apa yang kita miliki untuk orang itu, demi kebahagiaan dan sukacitanya. Allah lebih dari itu. Ingat kalimat ini: *kalau kita menjadikan Tuhan kebahagiaan, Tuhan akan membagi damai sejahtera-Nya kepada kita.* Hal inilah yang akan membuat hubungan kita dengan Tuhan menjadi benar-benar eksklusif. Bukan hanya kita yang merindukan kedatangan-Nya, tetapi Tuhan pun merindukan perjumpaan dengan kita. Kita harus berkomitmen dan serius untuk mengosongkan bejana hati kita dari berbagai kegemaran, sampai kita bisa berkata, “Aku hanya ingin menikmati Engkau, Tuhan.” Tuhan tidak akan membiarkan sukacita, damai sejahtera-Nya atau diri-Nya dikecap oleh orang yang mengecap banyak kesenangan. Ingat Alkitab berkata, "Kamu tak dapat mengabdi kepada dua tuan.” Kalau kita tetap mengeraskan hati dan berkata “tidak” lewat sikap kita yang tidak kooperatif dengan Tuhan, maka Tuhan tidak akan memaksa. Tuhan Yesus memberkati Pdt. Dr. Erastus Sabdono KALAU KITA MENJADIKAN TUHAN KEBAHAGIAAN, TUHAN AKAN MEMBAGI DAMAI SEJAHTERA-NYA KEPADA KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 Agustus 2023
2023-08-24 05:01:11

Ratapan 1-2

Card image
Truth Kids 23 Agustus 2023 - SARUNG TANGAN
2023-08-23 09:35:41


Amsal 24:14
“Ketahuilah, demikian hikmat untuk jiwamu: Jika engkau mendapatnya, maka ada masa depan, dan harapanmu tidak akan hilang.”

Sobat Kids, apakah kalian pernah melihat sarung tangan yang dapat mengambil buku, menggaruk kepala, menyendok nasi, bermain bola, dan juga mengerjakan pekerjaan rumah? Bagaimana mungkin sarung tangan bisa melakukannya? Kan, sarung tangan hanya terbuat dari kain; tidak punya tulang, daging, atau otot untuk menggerakkannya.

Oh… ternyata sarung tangan dapat bergerak karena ada telapak tangan di dalamnya. Jadi tangan tersebutlah yang melakukan semua kegiatan tadi. Sarung tangan tidak dapat melakukan apa-apa jika tidak ada telapak tangan di dalamnya. Sarung tangan tidak dapat melakukan apapun sendiri. Tanpa tangan di dalamnya, sarung tangan tidak lebih dari sepotong kain saja.

Demikian juga hidup kita, Sobat Kids. Tanpa Tuhan, kita dapat berbuat apa-apa. Tuhanlah sumber segalanya. Jika tanpa Tuhan, kita hanya manusia yang tidak berarti. Maka teruslah berdoa meminta hikmat dan tuntunan dari Tuhan. Serahkan masa depan kita kepada Tuhan. Termasuk cita-cita kita. Terus berjuang melakukan perintah Tuhan dan memberikan yang terbaik. Tuhan pasti menuntun kita.

Card image
Truth Junior 23 Agustus 2023 - CITA-CITAKU
2023-08-23 09:33:49


Amsal 24:14
“Ketahuilah, demikian hikmat untuk jiwamu: Jika engkau mendapatnya, maka ada masa depan, dan harapanmu tidak akan hilang.”

Saat beribadah bersama orang tuanya, Junio mendengar suatu hal yang ia tidak mengerti. Selesai ibadah, ia bertanya kepada papa mamanya. “Ma, tadi aku mendengar soal ‘panggilan’ yang disampaikan pendeta tadi sewaktu khotbah. Maksudnya apa, sih, Ma?” Mama tersenyum dan merasa senang atas pertanyaan Junio. “Begini, Nak. Misalnya Junio dari dulu bercita-cita ingin menjadi koki atau jurumasak. Junio senang kegiatan memasak, karena Junio terbiasa membantu Mama memasak di dapur. Karena cita-cita ini, Junio ingin menempuh pendidikan di bidang kuliner, nantinya. Misalnya mengambil bidang pendidikan yang berkaitan dengan dunia kuliner, supaya Junio bisa mewujudkan cita-cita Junio menjadi koki. Tapi, sebenarnya bisa saja Tuhan tidak menghendaki Junio menjadi seorang koki. Tuhan yang memiliki rancangan indah atas hidup kita, Ia paling tahu dan pasti memberikan yang terbaik. Kemampuan Junio memasak boleh diasah dan dipertajam. Tapi, sebagai ciptaan-Nya, kita harus bertanya kepada Tuhan, apa yang Ia inginkan atas hidup kita.”

“Jadi, aku belum tentu bisa jadi koki, ya, Ma?” tanya Junio heran. “Bukan begitu.. Keinginan kita, bukan sesuatu yang mutlak, yang harus kita wujudkan. Yang penting adalah keinginan Tuhan, mau menjadi apa kita nanti, harus terserah Tuhan, Junio. Kalau ternyata Tuhan menghendaki Junio jadi aparat keamanan atau berprofesi di bidang medis, juga bisa saja. Kalaupun Junio jadi polisi, tapi polisi yang jago masak. Keren, bukan?” tanya Mama. “Wah, iya, ya. Jadi, yang dimaksud ‘panggilan’ tadi itu adalah kita harus selalu tanya sama Tuhan ya, Ma, Tuhan mau kita melakukan apa?” Mama Junio menjawab, “Betul. Itu yang akan menyenangkan hati Tuhan.”

Card image
Truth Youth 23 Agustus 2023 (English Version) - LIBERATED AND GROWING
2023-08-23 09:30:47


"Doing what is right and just is more pleasing to the LORD than sacrifice." (Proverbs 21:3)

We often hear many words from others like "let it be, don't get involved, you might be seen as nosy; take care of yourself, don't meddle in others' affairs; it's not your business, why should you fight for it?" These phrases sometimes make us hesitant or even withdraw from pursuing righteousness and justice. Often, we feel that these things aren't a part of our life's journey. We get trapped in the world's analogies and thoughts, thinking that it's enough to just take care of our own matters, fearing the negative labels people around us might give us.

The Word of God in Proverbs 21:3 encourages us to be able to pursue righteousness and justice because it's more pleasing to the Lord. This asks us to live in genuine freedom from the worry of others' judgments. When we're liberated from those thoughts, we no longer worry about practicing righteousness and justice towards ourselves and those around us.

Look to God and His command for us to carry out this righteousness and justice. When we are free to do that, we are actually growing in faith and our understanding of God. Congratulations on liberating yourself and growing in the Lord.

WHAT TO DO:
1. Let's liberate ourselves from the worry of the world's negative opinions.
2. Start by writing down small acts of righteousness we want to do each day.
3. Pray and practice the small acts of righteousness we've written above.
4. Join a positive community to find freedom and growth.

BIBLE MARATHON:
▪ Isaiah 35-37

Card image
Truth Youth 23 Agustus 2023 - MERDEKA SERTA BERTUMBUH
2023-08-23 09:27:31


Melakukan kebenaran dan keadilan lebih dikenan TUHAN dari pada korban” (Amsal 21:3)

Kita sering kali mendengar banyak perkataan orang lain seperti “sudah, jangan ikut-ikutan, nanti dikira kepo; urus diri sendiri saja, jangan mengurus urusan orang lain; bukan bagian kamu, kenapa harus kamu perjuangkan?” Kalimat-kalimat tersebut terkadang membuat kita menjadi enggan bahkan mundur untuk melakukan suatu kebenaran dan keadilan. Sering kali kita merasa hal tersebut bukan bagian dalam perjalanan hidup kita. Kita terkurung dalam analogi dan pemikiran dunia bahwa cukuplah dengan mengurus urusan pribadi kita saja, karena takut dengan label negatif yang diberikan orang sekitar kepada diri kita.

Firman Tuhan pada Amsal 21:3 mendorong kita untuk dapat melakukan kebenaran dan keadilan, karena itu lebih dikenan Tuhan. Hal ini meminta kita untuk bisa hidup dalam kemerdekaan yang hakiki terhadap perasaan atau pikiran khawatir akan penilaian orang terhadap kita. Ketika kita sudah merdeka terhadap pikiran tersebut, maka kita tidak khawatir lagi untuk menjalankan kebenaran dan keadilan terhadap diri serta orang sekitar kita.

Pandanglah kepada Tuhan dan perintah-Nya untuk kita menjalankan kebenaran dan keadilan tersebut. Saat kita sudah merdeka dalam menjalankan hal itu, maka sebenarnya kita juga sedang bertumbuh di dalam iman serta pengenalan kita akan Tuhan. Selamat memerdekakan diri dan bertumbuh di dalam Tuhan.

WHAT TO DO:
1. Mari merdekakan diri kita dari pikiran khawatir akan pandangan negatif dunia terhadap kita
2. Mulailah tulis kebenaran-kebenaran kecil yang ingin kita lakukan setiap hari
3. Doakan dan jalankan kebenaran-kebenaran kecil yang telah kita tuliskan di atas
4. Bergabunglah dalam komunitas yang positif sehingga kita merdeka dan bertumbuh

BIBLE MARATHON:
▪︎Yesaya 35-37

Card image
Renungan Pagi - 23 Agustus 2023
2023-08-23 09:23:22



Manusia memiliki kecenderungan melakukan kesalahan dalam setiap aspek kehidupan. Pikiran dan perasaan bisa salah, prediksi bisa salah, bahkan tindakan kita sebagai manusia sangat mungkin bisa salah, akan tetapi firman Tuhan selalu benar, firman Tuhan tidak pernah salah. Kebenaran yang mutlak ada di dalam firman Tuhan.

"Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil, dengan tiada digentarkan sedikit pun oleh lawanmu. Bagi mereka semuanya itu adalah tanda kebinasaan, tetapi bagi kamu tanda keselamatan, dan itu datangnya dari Allah."

Karena itu sungguh tidak ada ruginya jikalau kita hidup berpadanan dengan firman Tuhan atau Injil Kristus, sebab semuanya itu akan mendatangkan keselamatan dari Allah.
(Filipi 1:27-28)

Card image
Quote Of The Day - 23 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-23 09:21:14


Bernilainya hidup ini adalah ketika kita terus mengalami pertumbuhan di dalam kekudusan dan kesucian, dan layak masuk ke dalam Rumah Bapa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 23 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-23 09:17:49


Kalau orang tidak hidup di dalam habitat yang benar—yaitu di dalam hadirat Allah—dan tidak menikmati hadirat Allah, tidak bisa masuk ke Kerajaan Surga.

Card image
CHARACTER CHANGE - 23 Agustus 2023 (English Version)
2023-08-23 09:11:01


John 14:27 says, “Peace I leave with you; My peace I give to you. I do not give to you as the world gives. Do not let your hearts be troubled; do not be afraid."

This verse is very popular, but if we are honest, not many Christians have experienced this God’s kind of peace. We believe the Lord Jesus will surely fulfil His promises because it is impossible for Him to break them, so every believer should be able to enjoy and have this peace. However, in reality—whether as Christians since childhood or as God’s servants who learn to know life—we see that not many people enjoy and have this peace; very few people experience it.

Even though this is the peace from God’s heart that He shares with us. The peace enjoyed by God the Father and the Lord Jesus, and also by the inhabitants of Heaven, then left and given to us. However, people who can reach God’s peace or are allowed to enjoy the heavenly honey are those who are used to enjoying God’s love while living on Earth, where they already have a habitat, a living environment with the proper intake of soul food, because this is not physical honey. Remember, it is impossible for someone not in a spiritual habitat—or the habitat of the Kingdom of Heaven, and does not enjoy God’s peace—to enter the Kingdom of Heaven and enjoy the perfect heavenly honey or joy.

We can see those who will enter Heaven from their life habitat or environment on Earth. This is, of course, not about the physical environment, household, or association but rather the personal environment, whether one enjoys God’s presence, joy, and peace. People who do not live in the right habitat—in God’s presence—and do not enjoy it cannot enter the Kingdom of Heaven. Just as seawater fish cannot live in freshwater, and vice versa. So, don’t think we can carelessly live today with the habitat of the world’s children; then, later, we can go to Heaven when we die. That’s impossible! If someone thinks that way, they insult God and belittle the Kingdom of Heaven.

The Lord Jesus said in John 14:1-3, “I go and prepare a place for you, I will come back and welcome you into My presence, so that you also may be where I am.”

However, not everyone will be picked up by God because He only picks those who seriously question the peace that God has left behind. Those who seriously try to live in His habitat, the habitat of God’s peace. So, we mustn’t let the busy ministry trap us in its activities so we don’t enjoy God’s peace. This peace cannot only be talked about because it’s about feelings, but must be truly experienced.

Why can’t we enjoy the peace of God? The first is character. An evil character is impossible to enjoy peace. It’s impossible. The peace of God can only be enjoyed by those with good natures in God’s eyes. So, the enjoyment of heavenly honey can be gradual or progressive; just as when our character changes, the peace of God we enjoy also increases. The goodness standard of our nature is, of course, the standard of the Lord Jesus. The more we are similar to Jesus, the more we have characteristics like Him, and our peace will increase. The character of Jesus is in everything He does, which is always according to God’s mindset.

In other words, we can enjoy the touch of God’s peace when we do the will of the Father. So, if we only do the Law, it means we have not yet enjoyed the peace of God. Remember, each of us faces daily choices, decisions, and actions based on our responses. If we respond correctly, God will give us a gift; that is, we will feel the peace of God. However, when we do wrong, God gives punishment; that is, we feel sad because of that mistake. So, if we only do the Law or do good according to it, the reward has not been adequately felt. However, the gift will be felt when we experience sharp things—for example, hurt, harmed, humiliated, or slandered—but we don’t retaliate.  

WE CAN ENJOY THE INCREASE OF THE PEACE OF GOD ALONG WITH THE CHARACTER CHANGES.

Card image
PERUBAHAN KARAKTER - 23 Agustus 2023
2023-08-23 09:06:51


Yohanes 14:27, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”

Ayat ini sangat populer, tetapi kalau kita jujur, tidak banyak orang Kristen yang benar-benar memiliki dan mengalami damai sejahtera yang dimaksud oleh Tuhan ini. Kita percaya Tuhan Yesus pasti memenuhi janji-Nya. Tuhan Yesus tidak mungkin mengingkari janji-Nya. Jadi, mestinya setiap orang percaya bisa menikmati dan memiliki damai sejahtera ini. Namun, kenyataannya—baik sebagai orang Kristen sejak kecil atau sebagai pelayan Tuhan yang belajar mengenal kehidupan—kita melihat bahwa tidak banyak orang yang benar-benar menikmati dan memiliki damai sejahtera ini. Faktanya, sangat sedikit orang yang benar-benar mengalaminya.

Padahal ini adalah damai sejahtera dari hati Tuhan yang dibagikan-Nya kepada kita. Damai yang dinikmati oleh Allah Bapa, yang dinikmati Tuhan Yesus, yang pasti dinikmati penduduk surga, lalu damai itu juga ditinggalkan dan diberikan bagi kita. Tentunya, orang yang bisa atau boleh menggapai damai sejahtera Tuhan atau yang diperkenan menikmati madu surgawi adalah mereka yang sudah terbiasa menikmati madu Tuhan selama hidup di bumi. Di mana mereka sudah memiliki habitat, lingkungan hidup dengan asupan makanan jiwa yang benar. Sebab ini bukan madu secara fisik. Ingat, tidak mungkin orang yang tidak ada dalam habitat rohani—habitat Kerajaan Surga, yang tidak menikmati damai sejahtera Allah—bisa masuk ke dalam Kerajaan Surga dan menikmati madu surgawi atau sukacita surgawi yang sempurna.

Orang yang pasti masuk surga, dapat dilihat dari habitat atau lingkungan hidupnya selama hidupnya di dunia. Tentu ini bukan lingkungan secara fisik, rumah tangga, atau pergaulan, melainkan lingkungan hidup pribadinya. Apakah dia menikmati hadirat Allah, sukacita, dan damai sejahtera Allah, atau tidak? Jelas kalau orang tidak hidup di dalam habitat yang benar—yaitu di dalam hadirat Allah—dan tidak menikmati hadirat Allah, tidak bisa masuk ke Kerajaan Surga. Sebagaimana ikan air laut tidak bisa hidup di dalam air tawar; dan sebaliknya. Maka, jangan kita berpikir, bisa sembarangan hidup hari ini dengan habitat anak dunia, lalu nanti mati bisa masuk surga. Hal itu tidak mungkin! Kalau ada orang yang berpikir begitu, berarti ia melecehkan Allah dan meremehkan Kerajaan Surga.

Yohanes 14:1-3, Tuhan Yesus berkata, “Aku pergi menyediakan tempat bagimu. Kalau Aku sudah pergi menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang, Aku akan menjemput kamu, supaya di mana Aku ada, kamu ada.”

Tentu tidak semua orang akan dijemput oleh Tuhan. Tentu yang dijemput Tuhan adalah orang yang serius mempersoalkan damai sejahtera yang Tuhan tinggalkan itu. Orang-orang yang serius berusaha supaya dapat hidup di dalam habitat-Nya; habitat damai sejahtera Allah. Maka, jangan sampai kesibukan pelayanan menjebak kita dalam aktivitas pelayanan sehingga kita tidak menikmati damai sejahtera Tuhan. Damai sejahtera ini bukan sesuatu yang bisa dipercakapkan semata, karena ini bicara mengenai perasaan, maka harus sungguh dialami.

Mengapa kita tidak bisa menikmati damai sejahtera Allah? Yang pertama karakter. Karakter yang buruk tidak mungkin bisa menikmati damai sejahtera. Tidak mungkin. Damai sejahtera Allah hanya bisa dinikmati oleh mereka yang berkarakter benar, artinya baik di mata Allah. Jadi, nikmatnya madu surgawi itu bisa bertahap atau progresif. Seiring dengan perubahan karakter kita, maka bertambah pula damai sejahtera Allah yang kita nikmati. Tentu kebaikan karakter kita standarnya adalah Tuhan Yesus. Semakin kita serupa dengan Yesus, semakin kita memiliki karakteristik seperti Tuhan Yesus, semakin damai sejahtera kita bertambah. Karakter Yesus adalah dalam segala hal yang dilakukan, selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah.

Dengan kata lain, kita bisa menikmati sentuhan damai sejahtera Allah, ketika kita melakukan kehendak Bapa. Jadi kalau hanya melakukan hukum, artinya kita belum sampai menikmati damai sejahtera Allah. Ingat, setiap kita diperhadapkan tiap hari dengan pilihan, keputusan, dan tindakan-tindakan yang berdasarkan respons kita. Kalau kita merespons dengan benar, Tuhan kasih hadiah, yaitu kita merasakan damai sejahtera Allah. Namun, ketika kita berbuat salah, Tuhan kasih hukuman, yaitu kita merasa duka karena kesalahan itu. Jadi, kalau hanya melakukan hukum atau perbuatan baik berdasarkan hukum, itu hadiahnya belum terasa dengan benar. Namun, ketika kita mengalami hal-hal yang tajam—misalnya disakiti, dirugikan, dihina, difitnah—tetapi kita tidak membalas, hadiahnya akan terasa.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEIRING DENGAN PERUBAHAN KARAKTER, MAKA BERTAMBAH PULA DAMAI SEJAHTERA ALLAH YANG BISA KITA NIKMATI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 Agustus 2023
2023-08-23 09:03:33

Yeremia 51-52

Card image
Truth Kids 22 Agustus 2023 - SAYANGI DIRI
2023-08-22 09:11:17


Amsal 19:8
“Siapa memperoleh akal budi, mengasihi dirinya; siapa berpegang pada pengertian, mendapat kebahagiaan.”

Saat pulang sekolah Doni sangat bahagia sekali. Papa akan mengajaknya ke Puncak. Saat Doni dan keluarganya mau jalan ke tempat wisata, tiba-tiba hujan deras turun sehingga mereka menunda kepergian mereka. Muka Doni terlihat cemberut dan sedih. Doni langsung mengambil gadget dan bermain games sambil menunggu hujan reda. Papa sudah berkata kepada Doni untuk istirahat terlebih dahulu sebelum berangkat ke Puncak. Tetapi Doni terus bermain games. Ia tidak menaati ucapan papa.

Akhirnya saat hujan sudah reda, mata Doni perih dan kepalanya terasa pusing. Akhirnya Doni berkata kepada papa, “Papa, kepala Doni pusing… dan mata Doni perih.” “Mengapa Doni tidak dengar perintah Papa? Doni asyik bermain games. Kamu tidak menjaga mata dan tubuhmu sendiri. Sebaiknya kita undur waktu ke Puncak. Sekarang kita harus ke klinik dulu,” jawab Papa.

Sobat Kids, Tuhan memberikan kebebasan untuk kita mengasihi diri sendiri. Jika tidak ada hal berguna yang bisa dilakukan, lebih baik kita mengistirahatkan tubuh. Melihat gadget terus menerus akan merusak mata, dan menurunkan daya penglihatan. Lebih baik kita memejamkan mata dan tidur daripada hanya sekadar menghabiskan waktu dengan menggunakan gawai kita. Yuk, kita jaga tubuh kita agar tetap sehat.

Card image
Truth Junior 22 Agustus 2023 - SELF-LOVE
2023-08-22 09:09:49


Amsal 19:8
“Siapa memperoleh akal budi, mengasihi dirinya; siapa berpegang pada pengertian, mendapat kebahagiaan.”

Pernahkah Sobat Junior merasa sangat lelah? Terkadang karena banyaknya aktivitas, kita sering mengabaikan kesehatan dan keseimbangan dalam hidup kita. Padahal kita punya kebebasan dalam mengasihi diri sendiri; maksudnya merawat dan menyayangi diri. Mengasihi diri sendiri bukan berarti hanya melakukan hal-hal yang menyenangkan atau memanjakan diri tanpa batas. Tetapi mengenali kebutuhan diri kita dan mengambil tindakan yang sehat dan bermanfaat untuk tubuh dan pikiran kita.

Saat Sobat Junior merasa lelah dan tidak ada kegiatan yang mendesak, lebih baik kalian memberi waktu istirahat kepada tubuh atau diri sendiri. Tubuh yang segar dan cukup beristirahat akan membantu kita dalam melakukan segala hal dengan lebih baik. Jika kita terus-menerus menatap layar gadget, itu dapat merusak mata dan menurunkan daya penglihatan kita. Itu namanya kita tidak mengasihi diri sendiri. Oleh karena itu, lebih baik memejamkan mata dan memberi waktu bagi mata kita untuk beristirahat.

Sobat Junior, mari kita menggunakan kebebasan yang Tuhan berikan kepada kita untuk mengasihi dan merawat diri sendiri. Caranya dengan memberi waktu istirahat yang cukup, menjaga keseimbangan dalam penggunaan gadget, dan melakukan kegiatan yang bermanfaat. Dengan demikian, kita dapat hidup dengan lebih sehat, bahagia, dan produktif. Ingatlah bahwa mengasihi diri sendiri bukanlah egoisme, tetapi merupakan cara untuk memberikan yang terbaik bagi diri kita dan orang-orang di sekitar kita.

Card image
Truth Youth 22 Agustus 2023 (English Version) - BOLD DECISIONS
2023-08-22 09:07:47


"Pursue justice, and justice alone, so that you may live and possess the land the LORD your God is giving you." (Deuteronomy 16:20)

When a teenage child enters grade 12, they must immediately choose and decide where they will go after finishing school. Will they go to college or work first? If their choice is college, then they must consider and decide on the major and university they will attend. Even if their choice is to work, they also need to decide on the type of job they want to pursue. Life in this world is about choices and decisions. Whatever we are going through, we will inevitably face many choices, and we are obligated to make decisions.

The writer reflects on the Word of God in Deuteronomy 16:20, which tells us to pursue justice. This means that we should also be able to decide to treat anyone we encounter fairly. Just as God is a just judge, we also need to treat others justly. It's not about becoming judges ourselves, but we need to learn to see everything objectively so that we don't stray to the right or left.

The purpose of treating others justly is a difficult decision, but it doesn't mean it's impossible to achieve. When we see someone else doing something unjust, like bullying someone else, that's when we need to make a decision about our stance. Will we help stop the bullying or remain silent to protect ourselves? The outcome depends on the decisions we make. Whether our decisions are right or wrong, it depends on the truth of God's will as written in His word. Let us together become more sensitive and brave to make decisions in line with the truth of God's Word.

WHAT TO DO:
1. Realize that our decisions should be based on the truth of God's Word.
2. Begin to treat others fairly.
3. Let's nurture empathy for people around us.
4. Starting today, let's be brave to make small positive decisions.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Isaiah 32-34

Card image
Truth Youth 22 Agustus 2023 - BERANI MEMUTUSKAN
2023-08-22 09:05:29


“Semata-mata keadilan, itulah yang harus kaukejar, supaya engkau hidup dan memiliki negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu.” (Ulangan 16:20)

Seorang anak remaja saat memasuki jenjang kelas 12 harus segera memilih dan memutuskan ke mana ia akan melangkah setelah menyelesaikan sekolah. Apakah akan kuliah atau bekerja terlebih dahulu? Jikalaupun pilihannya adalah kuliah, maka anak tersebut harus memikirkan dan memutuskan jurusan serta universitas yang menjadi tujuannya. Kalaupun pilihannya adalah bekerja, ia juga perlu memutuskan pekerjaan apa yang ingin ia jalani. Kita hidup di dunia ini adalah tentang pilihan dan keputusan. Apapun yang kita sedang jalani, kita pasti diperhadapkan pada banyak pilihan dan kita wajib membuat keputusan.

Penulis mengulas tentang Firman Tuhan pada Ulangan 16:20, bahwa kita perlu mengejar keadilan. Hal ini berarti bahwa kita harus juga bisa memutuskan diri untuk berlaku adil kepada siapa pun yang kita jumpai. Sama halnya seperti Tuhan Allah adalah hakim yang adil, kita pun perlu memperlakukan sesama dengan adil. Bukan menjadikan diri kita hakim, tetapi kita perlu belajar untuk melihat segala sesuatu secara objektif sehingga kita tidak menyimpang ke kanan dan ke kiri.

Tujuan dari memperlakukan sesama secara adil ini merupakan sebuah keputusan yang sulit, tetapi bukan berarti tidak dapat diupayakan. Saat kita melihat orang lain melakukan hal yang tidak adil misal: bullying kepada orang lain, maka saat itu kita harus membuat keputusan bagaimana sikap kita? Membantu menghentikan bullying atau membiarkan agar kita aman? Semua hasil bergantung pada keputusan yang kita buat. Benar atau tidak keputusan yang kita buat, bergantung kepada kebenaran kehendak Tuhan yang tertuang dalam firman-Nya. Mari bersama-sama kita lebih peka dan berani untuk membuat keputusan sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan.

WHAT TO DO:
1. Menyadari bahwa membuat keputusan harus didasari oleh kebenaran Firman Tuhan
2. Memulai diri untuk bersikap adil kepada orang lain
3. Mari kita tumbuhkan rasa empati terhadap orang di sekitar kita
4. Mulai hari ini beranilah untuk membuat keputusan-keputusan kecil yang positif

BIBLE MARATHON:
▪︎Yesaya 32-34

Card image
Renungan Pagi - 22 Agustus 2023
2023-08-22 08:37:56


Setiap orang harus memiliki tekad untuk membuat hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini. Kebaikan ini bukan sekedar perbaikan ekonomi, kesehatan tubuh dan moral pada umumnya, tetapi lebih kepada perubahan karakter yang harus semakin hari semakin serupa dengan Kristus.

Karena itulah setiap hari kita harus dituntun oleh firman Tuhan dan Roh Kudus, sebab perubahan dimulai dari merubah pola pikir, satu-satunya cara mengubahnya hanya melalui kebenaran firman Tuhan yang kita lakukan dengan pertolongan kuasa Roh Kudus.

Ketika punya tekad yang kuat, harus disertai dengan nekat melakukannya. Sebab jika hanya bertekad saja, maka seringkali menjadi lemah dan putus asa, karena kita berpikir betapa sukarnya melakukan firman Tuhan. Hal ini akan membuat kita tidak pernah dapat berubah, sebab selalu ada alasan membenarkan diri dalam kewajaran sebagai manusia pada umumnya.

Itu sebabnya Tuhan Yesus menekankan dalam perkataan-Nya, "Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat " Jadi perlu tekad yang sangat kuat dan nekat untuk berjuang mengubah diri menjadi serupa dengan Kristus sehingga dapat bersama DIA dalam keabadian.
(Lukas 13:24).

Card image
Quote Of The Day - 22 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-22 08:33:29


Bahagianya hidup ini adalah karena kita berjalan bersama Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 22 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-22 08:30:26


Kalau kita melekat dengan Tuhan, walaupun kita jatuh bangun, kita berusaha mengasihi Tuhan, maka Tuhan selalu buka jalan.

Card image
THE KEY OF LIFE - 22 Agustus 2023 (English Version)
2023-08-22 08:28:51


We don’t need to worry about anything if we can make God’s heart pleased and happy. We fight all problems with the sanctity of life, no matter how heavy. Our love and relationship with God will surely be more adequately developed if we genuinely live holy, without blemish and spot, not bound by the love of the world, more divine, and free from the world. Our love for God awakens, and we may even say, “Why can I love God in such a way?” we also can’t no longer leave that love. This means the passions we used to have for hobbies or pleasures are gone. This is truly amazing.

It is truly extraordinary to imagine that we could have a life like this, becoming the lover of God the Father and the Lord Jesus. There is no problem that God can’t solve, so we must be grateful if allowed to go through heavy issues, even the ones we cannot solve, because miraculously, we can still get through them. This will make us more and more convinced that being God’s lover is everything in this life, and each of us must have a problem, and we may sometimes feel we can’t take it anymore and want to give up. Do not give up! Remember, there is a strong hand that can support and help. However, the problem is, are we worthy of being helped or cared for by God?

If we are attached to God, even though we have ups and downs, but still strive to love God, He will always make a way. If we become lovers of God, no problem cannot be solved, and there are no unmet needs. The most beautiful thing is that we will be together with God in heaven with the people we love. So, being a lover of God is the key to life because He will love and protect those we love in His miraculous ways. However, we must never forget to live holy and genuinely not be bound by the world.

People who genuinely become God’s lovers must have their hearts bloom to love Him, and this blossoming love will produce deeds that spread aroma or fragrance before God, and He is pleased. So, we should long to have a life like this. No problem can’t be solved because God will destroy all of the issues of our life and will reveal His glory in our lives. We have to seriously struggle with this from minute to minute, from hour to hour, because these things cannot happen in our lives by chance but must be fought for.

Therefore, we must have prayer time, reading God’s Word, and listening to sermons. When our love blooms, we don’t need to be asked to pray, read the Bible, or listen to sermons, because our souls will thirst to do them. It’s automatic. Then, the peak is that we will always long to meet  God, so there must be something wrong if we don’t. Therefore, we must force ourselves to look to God and put Him first. These steps will later become a rhythm in which we don’t need to force ourselves to pray and work for God because we will be moved to pray, seek, and serve Him.

If we become lovers of God, He must impart, move, and transmit His spirit into our lives. Therefore, let’s protect ourselves from unclean things and keep our hearts from being tied to the love of the world. We must be ambitious about becoming people who charm God’s heart; it is extraordinary if we can do it. We don’t need to ask for God’s help; He will help, and we don’t have to force Him to bless us; He will bless us. Let’s have the ambition to be pleasing children of God.  

BEING A LOVER OF GOD IS THE KEY OF LIFE.

Card image
KUNCI KEHIDUPAN - 22 Agustus 2023
2023-08-22 08:26:13


Kalau hati Tuhan dapat disenangkan, dibahagiakan oleh kita, maka kita tidak perlu khawatir akan hal apa pun. Semua persoalan, seberat apa pun, kita lawan dengan kesucian hidup. Hanya kalau seorang hidup benar-benar kudus, tak bercacat, tak bercela, tidak terikat dengan percintaan dunia, makin hari makin kudus, makin tak bercacat, tak bercela, makin tidak terikat dunia, pasti relasi dengan Tuhan akan semakin terbangun dengan benar. Percintaan kita dengan Tuhan akan pasti terbangun. Sampai pada satu titik kita berkata, “Mengapa aku bisa mencintai Tuhan begitu rupa?” Sampai kita juga tidak bisa menarik cinta itu. Artinya, kalau dulu kita punya hobi, kesenangan-kesenangan, tetapi sekarang gairah kita padam terhadap kesenangan-kesenangan tersebut. Hal ini sungguh luar biasa.

Bayangkan kalau kita dapat memiliki kehidupan seperti ini dan dikasihi oleh Allah, dikasihi oleh Tuhan Yesus; menjadi kekasih Tuhan Yesus, pasti sangat luar biasa. Apa masalah kita yang tidak bisa diselesaikan oleh Allah? Maka, sekarang kita harus bersyukur karena masih diberikan kesempatan melewati masalah-masalah berat, bahkan melewati hal-hal yang tidak mampu kita selesaikan. Namun ajaibnya, kita tetap bisa melewatinya. Maka, hal itu akan membuat kita semakin yakin bahwa menjadi kekasih Tuhan itu benar-benar segalanya di dalam hidup ini. Setiap kita pasti punya masalah. Mungkin kita merasa tidak sanggup lagi, rasanya kita mau angkat tangan saja; give up. Jangan putus asa! Ingat, ada tangan yang kuat yang mampu menopang dan pasti menolong. Namun, masalahnya di sini adalah apakah kita benar-benar layak ditolong, layak dipelihara, layak dijaga oleh Tuhan?

Kalau kita melekat dengan Tuhan, walaupun kita jatuh bangun, kita berusaha mengasihi Tuhan, maka Tuhan selalu buka jalan. Kalau kita menjadi kekasih Tuhan, tidak ada persoalan yang tak dapat diselesaikan. Tidak ada kebutuhan yang tidak terpenuhi. Lalu, yang paling dahsyat yaitu kita akan bersama-sama dengan Tuhan di surga, juga akan bersama dengan orang-orang yang kita kasihi. Jadi, menjadi kekasih Tuhan adalah kunci kehidupan. Tuhan akan mengasihi orang-orang yang kita kasihi, melindungi mereka dengan cara-cara Tuhan yang ajaib. Namun ingat, kita harus sungguh-sungguh hidup suci dan tidak terikat dengan dunia.

Orang yang sungguh-sungguh menjadi kekasih Tuhan, hatinya akan merekah mencintai Tuhan. Tentu cinta yang merekah ini akan membuahkan perbuatan-perbuatan yang menebar aroma, menyebarkan wewangian di hadapan Allah dan Bapa juga disenangkan. Betapa kita harus rindu mempunyai kehidupan yang seperti ini. Percayalah, tidak ada masalah yang tidak bisa ditaklukkan. Tuhan akan menaklukkan semua masalah hidup kita. Tuhan akan menyatakan kemuliaan-Nya di dalam hidup kita. Hal ini harus kita gumuli dengan serius dari menit ke menit, dari jam ke jam, karena hal ini tidak bisa terjadi dalam hidup kita secara kebetulan, tidak bisa. Harus kita perjuangkan!

Maka, kita harus punya jam doa, membaca firman Tuhan dan mendengarkan khotbah. Ketika cinta kita merekah, tidak disuruh berdoa, kita pasti berdoa. Tidak perlu disuruh membaca Alkitab dan mendengarkan khotbah, pasti akan ada kehausan dalam jiwa kita untuk membaca Alkitab dan mendengarkan khotbah. Itu otomatis. Lalu, yang paling puncak adalah kita akan merindukan bertemu dengan Tuhan. Jadi, kalau sampai kita tidak merindukan bertemu dengan Yesus, berarti ada sesuatu yang salah di dalam hidup kita. Karenanya, kita harus memaksa diri untuk memandang Tuhan, mengutamakan Tuhan. Langkah-langkah ini nanti akan menjadi irama di mana kita tidak perlu memaksa diri berdoa, bekerja untuk Tuhan, tetapi kita akan tergerak untuk berdoa, tergerak mencari Tuhan, dan tergerak melayani Tuhan.

Kalau kita menjadi kekasih Tuhan, Tuhan pasti mengimpartasikan, memindahkan, menularkan spirit-Nya di dalam hidup kita. Oleh sebab itu, mari kita menjaga diri kita dari hal-hal yang najis. Mari kita menjaga hati kita untuk tidak terikat dengan percintaan dunia. Kita harus berambisi bagaimana kita dapat menjadi orang yang mempesona hati Allah. Kalau sampai kita dapat mempesona hati Allah, itu luar biasa. Tidak usah kita minta tolong, Tuhan pasti tolong. Tidak harus memaksa Tuhan agar memberkati kita, Tuhan pasti berkati. Ayo kita berambisi untuk menjadi anak-anak Allah yang berkenan kepada-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MENJADI KEKASIH TUHAN ADALAH KUNCI KEHIDUPAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 Agustus 2023
2023-08-22 08:18:34

Yeremia 49-50

Card image
Truth Kids 21 Agustus 2023 - BERPRESTASI
2023-08-21 09:36:08


Roma 12:11
“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.”

Diceritakan di sebuah desa ada anak bernama Rahel yang sangat rajin membantu orangtuanya berkebun. Selesai berkebun, Rahel akan menggunakan waktunya untuk belajar. Namun, saudara laki-lakinya, Robert, tidak mau membantu apalagi mengerjakan tugas rumah. Robert hanya bermain saja. Nasihat kedua orang tuanya tidak didengar. Pada saat pembagian hasil belajar bulan lalu Robert tidak bisa naik kelas. Ia harus mengulang pelajaran. Ia menjadi sekelas dengan adiknya, Rahel. Penyesalan Robert sudah terlambat. Ia harus menerima akibat pilihannya yang salah. Tidak mau mendengarkan nasihat orangtua.

Sobat Kids, kita bisa memilih untuk menjadi anak rajin atau malas dalam belajar. Kita bersekolah demi kebaikan diri kita sendiri. Kita dilatih untuk bertanggung jawab. Sebagai anak-anak Allah seharusnya kita juga belajar sebaik mungkin, Sobat Kids. Jika kita bisa berprestasi, mengapa tidak kita lakukan? Memang tidak mudah untuk menjadi juara. Namun, jika kita berjuang dan berdoa, pasti usaha kita tidak akan sia-sia.

Di awal tahun ajaran baru ini marilah kita bertekad untuk belajar lebih sungguh dari tahun sebelumnya. Terus semangat belajar hingga akhir tahun ajaran nanti. Sampai kita bisa naik kelas dengan prestasi yang lebih baik. Semangat!

Card image
Truth Junior 21 Agustus 2023 - LIFE IS A CHOICE
2023-08-21 09:34:34


Roma 12:11
“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.”

Tahukah Sobat Junior, kalau sebenarnya kita ini hidup dalam dunia yang penuh dengan pilihan? Yups… benar sekali. Setiap hari, kita dihadapkan pada banyak pilihan. Contohnya, kita diberi pilihan antara rajin atau malas saat kita sedang belajar, atau saat mengerjakan tugas sekolah, mengikuti ujian, dan banyak lagi. Tentu saja kita semua punya kebebasan untuk menentukan pilihan-pilihan kita.

Sobat Junior bisa memilih menjadi “rajin,” atau sebaliknya menjadi “malas.” Tuhan juga memberikan kita kebebasan untuk memilih. Manusia diberi kebebasan untuk memilih menjadi baik atau jahat. Setiap pilihan pasti ada konsekuensi serta pertanggungjawabannya. Tuhan tidak merancang manusia untuk berbuat jahat, tetapi itu adalah pilihan manusia sendiri. Kalau manusia memilih menjadi jahat, maka konsekuensinya adalah terpisah dari Tuhan.

Kadang-kadang, kita bisa saja tergoda untuk memilih pilihan yang kelihatan mudah dan menyenangkan kita sesaat, tapi sebenarnya tidak sesuai kehendak Bapa. Namun, kita juga bisa memilih jalan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Walaupun hal itu tidak mudah, Dia akan memberikan bimbingan, kekuatan, dan berkat-Nya dalam hidup kita.

Jika Sobat Junior merasa telah mengambil pilihan yang salah, jangan berlarut dalam kesedihan. Sobat Junior dapat bertobat, meminta pengampunan-Nya, dan meminta petunjuk agar dapat kembali ke jalan yang benar. Ingatlah bahwa hidup ini adalah tentang membuat pilihan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam setiap keputusan yang kita ambil, kita akan bertanggung jawab dan menghadapi konsekuensi. Marilah kita berhati-hati dan bijaksana dalam memilih, memohon pertolongan Tuhan, dan hidup dalam kehendak-Nya.

Card image
Truth Youth 21 Agustus 2023 (English Version) - SPEAK UP!
2023-08-21 09:30:55


"You have seen the wrong done to me, O LORD; judge my cause." (Lamentations 3:59)

Many people around us say, "If someone treats you poorly, just keep quiet, don't retaliate, let God be the one to repay them." While such expressions may seem positive, they can also make us individuals who are afraid to express our opinions as someone who has been wronged by others. Repayment against those who treat us unfairly is indeed in God's hands. However, we can also dare to "SPEAK UP!" and courageously express our thoughts and feelings or speak up when we experience injustice.

Lamentations 3:59 says, "You have seen the wrong done to me, O LORD; judge my cause." We need to cry out to the Lord in prayer and supplication when facing injustice. However, this feeling of discomfort or unease also needs to be followed by the courage to "SPEAK UP!" The goal of SPEAK UP is not to rebel but to have the courage to express our thoughts and feelings or to give our opinion when faced with injustice.

In this reflection, we need to realize that a sense of fairness and just treatment needs to be present in our lives. At the same time, we should apply the same principle in our relationships with others. We should also treat others fairly, becoming an example to others.

"So whatever you wish that others would do to you, do also to them, for this is the Law and the Prophets." (Matthew 7:12)

WHAT TO DO:
1. Recognize that we need to be treated and treat others fairly.
2. Speaking up does not mean rebelling but expressing our opinions.
3. Have the courage to open our hearts to God about things that make us uncomfortable.
4. Write down things that make us feel unfair and pray about them.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Isaiah 29-31

Card image
Truth Youth 21 Agustus 2023 - SPEAK UP!
2023-08-21 09:27:02


"Engkau telah melihat ketidakadilan terhadap aku, ya TUHAN; berikanlah keadilan!" (Ratapan 3:59)

Banyak sekali orang di sekitar kita yang mengatakan “Kalau dia memperlakukanmu dengan tidak baik, sudah diam saja, jangan dibalas, biar Tuhan nanti yang membalas.” Ungkapan seperti itu memang merupakan ungkapan yang terkesan positif, tetapi sebetulnya dapat juga membuat kita menjadi pribadi yang tidak berani untuk mengekspresikan pendapat kita sebagai seorang yang dirugikan akibat perlakuan orang lain. Pembalasan terhadap mereka yang memperlakukan kita secara tidak adil memang merupakan haknya Tuhan. Namun kita juga boleh untuk berani menyampaikan perasaan ketidaknyamanan kita terhadap hal-hal yang dilakukan orang lain kepada kita. Kita adalah manusia yang diciptakan setara dengan manusia lainnya dan sepatutnya kita dapat menghormati orang lain.

Ratapan 3:59 mengatakan, “Engkau telah melihat ketidakadilan terhadap aku, ya TUHAN; berikanlah keadilan!” Kita perlu berseru kepada Tuhan dalam doa dan permohonan saat mengalami ketidakadilan. Akan tetapi rasa sesak atau tidak nyaman ini juga perlu diikuti dengan keberanian untuk berani “SPEAK UP!” Tujuan dari SPEAK UP ini bukan bermaksud sebagai bentuk pemberontakan, namun keberanian kita mengekspresikan pikiran dan perasaan kita atau berpendapat saat kita mengalami ketidakadilan.

Di dalam renungan kali ini, kita perlu menyadari bahwa rasa dan perlakuan adil perlu untuk kita miliki. Namun, hal yang sama juga perlu kita terapkan dalam relasi dengan orang lain. Kita perlu juga melakukan keadilan terhadap orang di sekitar kita sehingga kita menjadi teladan bagi orang lain.

Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka (Matius 7:12).

WHAT TO DO:
1. Menyadari bahwa kita perlu diperlakukan dan memperlakukan orang lain secara adil.
2. Speak up bukan berarti memberontak, melainkan mengekspresikan pendapat kita.
3. Berani membuka hati kepada Tuhan terhadap hal-hal yang tidak nyaman.
4. Tulislah hal-hal yang membuatmu merasa tidak adil, dan doakan itu.

BIBLE MARATHON:
Yesaya 29-31

Card image
Renungan Pagi - 21 Agustus 2023
2023-08-21 09:23:38



Kita semua pasti pernah mendengar istilah lip service, yaitu saat seseorang mengatakan sesuatu yang menyenangkan, tetapi tidak melakukan apa pun untuk membuktikan perkataannya. Pola dunia saat ini banyak mengandalkan lips service, yaitu janji di mulut saja.

Produk-produk yang kita beli juga ternyata tidak semuanya sesuai dengan apa yang mereka katakan dalam iklan. Bahkan ada pekerjaan yang menuntut para pekerjanya untuk mempunyai kemampuan berbicara semanis mungkin, sekalipun nantinya tidak sesuai dengan apa yang diucapkannya. Ini kondisi yang menyedihkan. Bagaimana dengan kita?

Hari ini kita belajar bahwa sikap hidup orang percaya tidak hanya mengandalkan bibir yang manis, tapi juga didukung dengan perilaku manis yang sesuai dengan bibirnya. Ingatlah bahwa bukan orang yang berkata, "Tuhan, Tuhan!" yang akan masuk ke dalam kerajaan Sorga, melainkan mereka yang hatinya sungguh-sungguh bertobat dan percaya, serta melakukan kehendak Bapa di surga.
(Matius 7:21)

Card image
Quote Of The Day - 21 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-21 08:53:04


Orang-orang yang melibatkan diri dalam masalah-masalah rohani, masalah pelayanan atau masalah Tuhan adalah orang-orang yang sudah tidak lagi memikirkan dirinya sendiri, tetapi memikirkan orang lain.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 21 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-21 08:50:03


Ketika kita makin suci, makin bersih, dan makin tidak mencintai dunia, maka kita makin mengasihi Tuhan.

Card image
BECOME GOD'S FRAGRANCE - 21 Agustus 2023
2023-08-21 08:48:03


If we love God or become His lover, He also loves those we love. We can see—and experience—those who genuinely love and respect God, their children, and grandchildren are not shamed. In the story about Lot, when God wanted to destroy Sodom and Gomorrah, He remembered Abraham and helped Lot. We must admit that we can never guard our loved ones for 24 hours because our abilities and strengths are limited, especially if they are out of town or abroad, far from our reach. We can’t do anything about it. However, God’s strong hand can protect our family and our loved ones.

Being God’s lover is beautiful and extraordinary because we and our beloved ones are indeed loved and given the privilege by Him. However, it is not easy to become God’s lover. Therefore, though we are already Christians, church activists or even pastors are not necessarily lovers of God. Then, how can we become lovers of God? First, we must live as holy as possible. Second, don’t be attached to the world. This is indeed not easy because we face the influence of the evil world around us, and we also have to face the flesh or our old self, which does not want to be subject to and governed by anyone.

So, we must move our lives to live in holiness from minute to minute, from hour to hour. Furthermore, we must correct ourselves if there is something within us that we love more than God. We must be alert to this because that means idol, which can cause us to fail to be God’s lover. Many people may say, “Jesus, you are the Lover of my soul,” but the problem is whether God recognizes them as the beloved. They may feel that they have made God their lover, even though it is only fantasy.

Becoming God’s lover is not just a dynamic in the mind alone or the liturgy, but the dynamics of life from second to second, how we live in God’s will, and it’s so beautiful. If we are committed to stepping into God’s lover in the right way, nothing can be against us. People can bully and harm us, but it’s only temporary because God will defend and stand for us, so we can’t be resisted. God said, “And all these things will be added unto you,” meaning that God will give us valuable things so we can put God’s Kingdom first. Let us not doubt and not believe that if we truly become God’s lover, He will love us and those we love, such as our spouses, children, in-laws, great-grandchildren, and offspring.

There is a Creator in this universe, and that Creator is also the Host of it. We must realize He will always want to deal with us, and there is no neutral area where people can act as pleased. Wherever and whenever we are, we are always in God’s presence. Our lives cannot be built only by praying or going to church but must be lived daily, from minute to the next, hour to hour, in communion with God, and we always hope to be under His protection. Therefore, we must live according to God’s will because some people are distorted, so they are not worthy of protection.

In Isaiah 59:1-2, the Word of God says: “ Surely the arm of the LORD is not too short to save, nor His ear too dull to hear. But your iniquities have built barriers between you and your God, and your sins have hidden His face from you, so that He does not hear.”

Let us truly live in God’s truth, which is neither non-negotiable nor can be reduced. Our holiness or sanctity must be perfect, not more bound by the things of the world. We will love God more if we become holier and cleaner and do not love the world. We truly love God if we don’t touch sins, are pure in mind, utterance, and act, leave the world’s love, and have no hobbies or pleasures that consume hearts and minds. Like a blooming flower, the more we love God, our life is fragrant, and the Heavenly Father smells our fragrance. We carry the fragrance of God in our lives every day. Imagine if our lives become the fragrance of God; then God’s defence of us must be extraordinary.   

IF OUR LIVES BECOME THE FRAGRANCE OF GOD, THEN HIS DEFENCE OF US MUST BE EXTRAORDINARY.

Card image
MENJADI KEHARUMAN TUHAN - 21 Agustus 2023
2023-08-21 08:45:16


Kalau kita mengasihi Tuhan atau menjadi kekasih Tuhan, maka Tuhan juga mengasihi orang-orang yang kita kasihi. Kita bisa melihat—dan mengalami—kenyataan bahwa orang yang benar-benar mengasihi dan menghormati Tuhan, anak cucunya tidak dipermalukan. Dari kisah mengenai Lot, ketika Allah mau menghancurkan Sodom dan Gomora, Allah mengingat Abraham, yang karenanya Allah menolong Lot. Harus kita akui bahwa kita tidak akan pernah bisa menjaga orang yang kita kasihi selama 24 jam. Ingat, kemampuan dan kekuatan kita terbatas. Apalagi kalau mereka berada di luar kota, di luar negeri, artinya jauh dari jangkauan kita. Kita tidak bisa berbuat apa-apa. Namun, kita percaya tangan Allah yang kuat pasti bisa melindungi keluarga dan orang-orang yang kita kasihi.

Menjadi kekasih Tuhan itu sangat indah dan luar biasa, karena kita akan pasti dikasihi Tuhan dan diistimewakan. Bahkan, orang-orang yang kita kasihi juga akan diperlakukan istimewa dan khusus. Namun, tidak mudah bagi kita untuk menjadi kekasih Tuhan. Sebenarnya banyak orang Kristen—pendeta, aktivis, pelayan—yang belum tentu menjadi kekasih Tuhan. Lalu, bagaimana kita bisa menjadi kekasih Tuhan? Yang pertama, kita harus hidup sekudus-kudusnya. Yang kedua, jangan terikat dengan dunia. Memang hal itu tidak mudah, karena kita menghadapi pengaruh dunia yang jahat di sekitar kita. Lalu kita juga harus menghadapi kedagingan atau manusia lama kita yang tidak mau tunduk dan diatur oleh siapa pun.

Maka, kita harus sungguh-sungguh menggerakkan hidup kita untuk hidup di dalam kekudusan dari menit ke menit, dari jam ke jam. Selanjutnya, kita juga harus mengoreksi diri kita, kalau-kalau ada sesuatu di dalam diri kita yang kita cintai melebihi kecintaan kita kepada Tuhan. Waspadalah, itu artinya berhala dan kita dapat gagal menjadi kekasih Tuhan. Dinamika hidup kita pasti akan berubah, waktu kita mau menjadi kekasih Tuhan. Banyak orang bisa berkata, “Yesus, Engkaulah kekasih jiwaku,” tetapi apakah Tuhan mengakuinya sebagai kekasih? Itu masalahnya. Banyak orang merasa sudah menjadikan Tuhan kekasihnya, padahal itu di dalam fantasi.

Menjadi kekasih Tuhan itu bukan dinamika di dalam pikiran semata-mata, atau di dalam liturgi, melainkan dinamika hidup dari detik ke detik, bagaimana kita hidup di dalam kehendak Allah. Ini indah sekali. Kalau kita berkomitmen untuk melangkah menjadi kekasih Tuhan dengan benar, tidak ada yang bisa lawan kita. Orang bisa menindas, mem-bully, menekan kita, tetapi itu hanya sementara waktu. Ingat, Tuhan akan membela, akan berdiri di pihak kita. Tidak bisa dilawan. Tuhan berkata, “Semua akan ditambahkan kepadamu,” maksudnya adalah apa pun yang berguna untuk kita bisa mendahulukan Kerajaan Allah, Tuhan berikan. Jadi, jangan kita ragu dan tidak percaya bahwa kalau kita sungguh-sungguh menjadi kekasih Tuhan, Tuhan bukan hanya mengasihi kita, melainkan juga mengasihi orang-orang yang kita kasihi; pasangan hidup, anak, menantu, cicit, dan keturunan kita.

Di alam semesta ini ada Penciptanya, dan Sang Pencipta sekaligus menjadi Tuan Rumah jagat raya ini. Sadarilah, Dia akan selalu mau berurusan dengan kita. Tidak ada daerah netral di mana orang bisa atau boleh suka-suka sendiri. Di semua tempat di mana pun dan kapan pun, kita ada di dalam cengkeraman kehadiran Allah. Kehidupan kita tidak bisa dibangun hanya dengan berdoa atau ke gereja, tetapi harus dalam kehidupan yang setiap hari, menit ke menit, jam ke jam dalam persekutuan dengan Tuhan. Kita berharap, kita berlindung kepada Tuhan. Oleh karena itu, kita harus hidup sesuai kehendak Allah. Sebab ada orang-orang yang tidak layak dilindungi, karena hidupnya menyimpang.

Yesaya 59:1-2 firman Tuhan mengatakan: “Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.”

Mari, kita benar-benar hidup di dalam kebenaran Tuhan. Hal ini tidak bisa ditawar, juga tidak bisa dikurangi. Kesucian atau kekudusan kita harus sempurna, tidak terikat dengan perkara-perkara dunia. Ketika kita makin suci, makin bersih, dan makin tidak mencintai dunia, maka kita makin mengasihi Tuhan. Semakin kita tidak menyentuh dosa, bersih dalam pikiran, ucapan, dan tindakan, lalu meninggalkan percintaan dunia, tidak punya hobi atau kesenangan yang menyita pikiran dan hati kita. Di sinilah kita berarti mengasihi Tuhan. Seperti bunga yang merekah, semakin kita mencintai Tuhan, semakin hidup kita wangi dan Bapa di surga mencium keharuman kita. Kita membawa keharuman Tuhan dalam hidup kita setiap hari. Bayangkan, kalau hidup kita menjadi keharuman Tuhan, maka pembelaan Tuhan atas kita pasti luar biasa.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU HIDUP KITA MENJADI KEHARUMAN TUHAN, MAKA PEMBELAAN TUHAN ATAS KITA PASTI LUAR BIASA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 Agustus 2023
2023-08-21 08:42:10

Yeremia 46-48

Card image
Truth Kids 20 Agustus 2023 - BEBAS MEMILIH
2023-08-20 10:24:34


Amsal 10:17
“Siapa mengindahkan didikan, menuju jalan kehidupan, tetapi siapa mengabaikan teguran, tersesat.”

Sobat Kids, siapa yang suka menyesal saat salah mengambil keputusan? Contohnya saat mama sudah bilang jangan main game, namun kalian tidak mau dengar-dengaran. Sedikit demi sedikit mata akan menjadi rusak jika terlalu lama menatap layar handphone. Akibatnya penglihatan kalian menjadi kurang jelas dan harus menggunakan kacamata.

Kita memiliki kebebasan untuk menaati atau melanggar perintah yang diberikan. Baik dari papa dan mama bahkan guru di sekolah. Walaupun kita memiliki kebebasan dalam mengikuti perintah, pilihlah yang benar sesuai dengan firman Tuhan. Pilihlah untuk taat pada didikan. Jangan sampai kita memilih yang salah dan akhirnya kita “tersesat”. Maksudnya tersesat dalam mengikuti perintah Tuhan. Suka-suka sendiri dalam menentukan pilihan. Kita bukan menuju surga, malah menuju ke neraka. Kalian tidak mau salah arah, kan, Sobat Kids? Oleh sebab itu gunakan kebebasan dalam memilih, dengan memilih yang benar.

Card image
Truth Junior 20 Agustus 2023 - MENGIKUTI PERINTAH
2023-08-20 10:22:42


Amsal 10:17 “Siapa mengindahkan didikan, menuju jalan kehidupan, tetapi siapa mengabaikan teguran, tersesat.”

Hampir semua kota yang ada di dunia ini menggunakan lampu lalu lintas untuk mengatur pengendara di jalan raya. Lampu lalu lintas memiliki 3 warna lampu dan arti masing-masing. Baik di Indonesia maupun negara lain, memiliki arti warna lampu yang sama. Lampu merah artinya harus berhenti. Lampu kuning artinya hati-hati, dan lampu hijau artinya jalan. Tugas para polisi terbantu dengan adanya lampu lalu lintas tersebut. Sayangnya, masih banyak pengguna jalan yang tidak mengikuti aturan tersebut. Banyak pengendara yang menerobos lampu merah. Mereka memilih untuk tidak mengikuti perintah atau peraturan yang sudah ada.

Sobat Junior, memang kita memiliki kebebasan, termasuk dalam mengikuti perintah. Kita manusia dan bukannya robot, jadi kita memiliki kebebasan. Kita punya kebebasan untuk menaati atau melanggar perintah yang diberikan. Jika kita mengaku anak-anak Allah, apa iya kita mau memilih untuk melanggar perintah-Nya? Tentu tidak, bukan? Kita mau menggunakan kemerdekaan dalam mengikuti perintah dengan memilih yang benar sesuai dengan firman Tuhan. Taat pada didikan. Saat orang tua ataupun guru memberikan perintah, kita akan menaatinya. Begitu juga dengan setiap perintah yang Tuhan berikan. Kita mau berjuang untuk menaati setiap perintah yang Tuhan berikan.

Card image
Truth Youth 20 Agustus 2023 (English Version)- BREAKING FREE OF ADDICTION
2023-08-20 10:17:20


"Therefore, put to death what is earthly in you: sexual immorality, impurity, passion, evil desire, and covetousness, which is idolatry." (Colossians 3:5)

In essence, humans are creatures who are never satisfied. Let's observe ourselves; for example, in terms of food, we know we should live healthily and choose nutritious food, but occasionally, we let ourselves enjoy junk food, and if we are not firm and limit the amount of junk food we consume, we will keep craving it. It's natural; humans tend to enjoy things that satisfy their physical desires. Whether it's sin related to food, sex, finance, lying, or anything else, sin tends to make us addicted.

If we keep getting addicted, we will gradually become greedy. Therefore, the Word of God often reminds us to release all forms of carnality while we are on this earth. One of them is letting go and freeing ourselves from covetousness and desires of the flesh. Surely, it is not an easy task, especially for young people like us, who still have strong egos and feel that we haven't tried this and that. Let us be grateful that we understand this so that we know what to do. As recorded in Colossians 3:5, covetousness for worldly things is the same as idolatry, which betrays and disappoints God. Every day we must fight against the monsters within ourselves, train ourselves to kill these monsters every day, so that our tendencies to commit sins decrease. This is similar to someone who is freeing themselves from the bondage of smoking or drugs, which can even take years to completely break free. In the early stages, they may seem like they are "craving" because they have become so used to consuming cigarettes/drugs. Some even need rehabilitation programs that help them stay away from drug addiction. Likewise, we have the church, communities, and people around us who help our spiritual growth, acting as "rehabilitation centers" that help protect us from succumbing to sinful addictions and becoming greedy.

WHAT TO DO:
Learn to be more firm with ourselves in fighting the monsters that can lead us to greed.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Isaiah 25-28

Card image
Truth Youth 20 Agustus 2023 - BREAKING FREE OF ADDICTION
2023-08-20 10:14:29


"Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala." (Kolose 3:5)

Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang tidak pernah merasa puas. Coba amati diri kita sendiri, misal dalam hal makanan, kita tahu harus hidup sehat memilih makanan yang sehat, tetapi sesekali kita membiarkan untuk menikmati junk food misalnya, kalau kita tidak tegas dan membatasi jumlah junk food yang kita konsumsi, pasti kita akan terus ketagihan. Memang sangat lumrah, manusia cenderung menikmati hal-hal yang memuaskan daging. Entah itu dosa dalam hal makanan, seks, keuangan, berbohong atau apa pun itu, dosa cenderung membuat kita ketagihan.

Kalau terus menerus ketagihan, kita lama kelamaan menjadi serakah. Oleh karena itu, firman Tuhan sering mengingatkan kita untuk melepaskan segala bentuk kedagingan sejak kita di bumi. Salah satunya adalah melepaskan dan memerdekakan diri dari keserakahan atas keinginan daging. Tentu bukan hal yang mudah apalagi untuk anak muda seperti kita, masih punya ego yang tinggi, merasa belum pernah mencoba hal ini dan itu.

Bersyukurlah, kita sudah mengerti akan hal ini, sehingga kita tahu harus berbuat apa. Seperti yang tercatat dalam Kolose 3:5, keserakahan atas hal-hal yang berbau duniawi sama saja dengan penyembahan berhala yang akan menduakan dan mendukakan Tuhan.

Setiap hari kita harus berjuang melawan monster dalam diri kita sendiri, melatih diri untuk mematikan monster ini setiap hari, sehingga kecenderungan kita untuk berbuat dosa semakin berkurang dan berkurang. Sama halnya dengan orang yang sedang melepaskan diri dari keterikatan merokok atau narkoba, perlu -bahkan- bertahun-tahun untuk betul-betul bisa lepas.

Biasanya di fase awal mereka akan seperti orang “sakau”, karena begitu terbiasa mengonsumi rokok/narkoba. Bahkan ada tempat rehabilitasi yang memberikan program dan menjaga mereka supaya tidak kembali pada kecanduan narkoba. Begitupun dengan kita, ada gereja, komunitas, orang-orang sekitar yang membantu pertumbuhan rohani kita, yang menjadi “wadah rehabilitasi” yang membantu menjagai kita dari kecanduan berbuat dosa sehingga kita gak sampai jadi serakah.

WHAT TO DO:
Belajar lebih tegas kepada diri sendiri, untuk melawan monster-monster yang bisa mengarahkan kita kepada keserakahan dalam diri.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yesaya 25-28

Card image
Renungan Pagi - 20 Agustus 2023
2023-08-20 10:02:27


Semua keberhasilan dan kesuksesan yang Tuhan izinkan dalam hidup kita, tujuannya supaya menjadi berkat buat orang lain, bukan supaya kita sombong dan memandang rendah orang lain.

Sebab semua harta kekayaan yang Tuhan percayakan, bukan milik kita, Tuhan memberi kesempatan menjadi pengelola yang baik, dan pemberian bagi pekerjaan Tuhan ataupun menolong sesama haruslah disertai kerelaan dan sukacita, jangan merasa terpaksa.

"Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu. Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan."

Berusahalah untuk menjadikan diri kita sebagai orang yang peduli dengan mereka yang membutuhkan pertolongan, biarlah melalui hidup kita, banyak orang dapat tertolong dan menerima kasih karunia Tuhan.
(2 Korintus 8:12-13)

Card image
Quote Of The Day - 20 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-20 09:53:58


Orang yang tidak berdoa, tidak mungkin berani mengandalkan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 20 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-20 09:52:40


Ciri orang yang menemukan Tuhan adalah menjadi seperti Tuhan. Kurang dari itu, berarti belum menemukan Tuhan.

Card image
FINDING GOD - 20 Agustus 2023 (English Version)
2023-08-20 09:51:02


One of the things that has deceived many Christians is the teaching that finding God is easy. This has caused many people to procrastinate and think, “I will earnestly seek God later; that’s easy.” This is deceiving. God’s Word says, “Seek Me, and you will find Me.” That verse is not a promise of ease to get or obtain God, but it wants to say that we will find God if we seek Him. However, the price we must pay is high, and the path we must walk is heavy. People who have sought God for years understand how frustrating obtaining or reaching God is. It’s truly disappointing even arose the question, “Why is God so hard to find? I’ve attended church, prayed, and fasted, but God doesn’t seem to come out of His hiding place. It’s as if He’s in a high place that can’t be reached and doesn’t come down.”

This does not mean to make us have a mental block and say, “Okay, then we don’t need to seek God.” However, this is so that we know how precious God is. We cannot reach or gain God while still sharing our hearts with the world. We cannot walk with God while we are still living in sin, or there are other things that God is not pleased with. So, the problem is not in God’s hiding but in us who do not deserve to reach Him.

God says in 2 Corinthians 6:17-18, “Therefore, “Come out from them and be separate, says the Lord. Touch no unclean thing, and I will receive you.” And, “I will be a Father to you, and you will be my sons and daughters, says the Lord Almighty.” And also said in Isaiah 59:1-2, “Surely the arm of the Lord is not too short to save, nor his ear too dull to hear. But your iniquities have separated you from your God; your sins have hidden his face from you so that He will not hear.”

We must remember that the problem is not with God but with us. Our hearts are often not unanimous, and we still like improper things before God in all forms. This proves that we have not truly sought God. If we still hope to have or can have pleasures outside of God, we have not wholeheartedly found and experienced God. We should know the standard that should be adopted, “If anyone does not hate father and mother, wife and children, brothers, and sisters—yes, even their own life—such a person cannot be My disciple” It’s as if we no longer have the world because the price is our life without limits until we say, “I have lost all things. I consider them garbage, that I may gain Christ.”

Though not intended to tyrannize people at the Bible Colleges, ironically, those people suggest that knowing God or finding Him is easy, which later this teaching deceives the congregation. It is as if achieving the knowledge of God is the same as reaching Him. There is only one characteristic of a person who attains God: the ‘like God,’ having the character of the Lord Jesus, full of compassion, loving fellow neighbours, humble, not wounding, and not thorny.

Even in the Bible College and church environment, it turns out that there are people who are full of ambition and want to get something that can satisfy and please them with various facilities. Imagine what will happen to the congregation. This angers us if the priests are still trying to get something out of which they feel they have pleasure, profit, and happiness. So, having understood this truth, we will not give room to anyone other than God. We must remember this, whoever we are! We will be very sorry if we don’t give God all our hearts.

The world is already headed for darkness, eternal destruction, eternal darkness; it is already corrupt, so it needs excellent and perfect people, not only those who are capable of speaking about God but who have found Him. Remember, the characteristic of people who find God is like Him, so anything less than that means they haven’t found God yet.  

THE WORLD IS ALREADY HEADED FOR DARKNESS, ETERNAL DESTRUCTION, SO WHAT IS NEDDED IS NOT ONLY CAPABLE PEOPLE TO TALK ABOUT GOD BUT WHO HAVE FOUND HIM.

Card image
MENEMUKAN TUHAN - 20 Agustus 2023
2023-08-20 09:48:27


Salah satu hal yang telah menipu banyak orang Kristen adalah ajaran yang mengatakan bahwa untuk menemukan Tuhan adalah suatu hal yang mudah. Maka, banyak orang yang menunda dan berpikir, "Nanti saja aku sungguh-sungguh mencari Tuhan, mudah kok." Ini sebenarnya menipu. Firman Tuhan mengatakan, "Carilah Aku, maka kamu akan mendapatkan Aku." Ayat itu bukan sebuah janji kemudahan untuk mendapatkan atau memperoleh Tuhan. Melainkan janji bahwa pasti kita akan menemukan Tuhan kalau kita sungguh-sungguh mau mencari Dia. Namun, harga yang harus kita bayar atau jalan yang harus kita lalui, itu mahal dan berat. Orang yang sudah melewati tahun-tahun mencari Tuhan, tentu mengerti bagaimana frustrasinya memperoleh atau mendapatkan Tuhan atau mencapai Tuhan. Benar-benar frustrasi. Sampai pada pertanyaan, "Bagaimana ya Tuhan itu, mengapa Dia sulit sekali didapatkan? Saya sudah ke gereja, doa, puasa, tetapi Tuhan seperti tidak keluar dari persembunyian-Nya. Seakan-akan Dia berada di tempat tinggi yang tak terhampiri dan tidak turun."

Hal ini tidak bermaksud membuat kita menjadi ber-mental block dan berkata, "Ya sudah, kalau begitu tidak usah mencari Tuhan.” Namun, hal ini supaya kita tahu, betapa berharganya Tuhan itu. Sebab kita tidak bisa menggapai, mendapatkan Tuhan, sementara kita masih membagi hati kita kepada dunia. Kita tidak bisa berjalan dengan Tuhan, sementara kita masih hidup di dalam dosa atau ada hal-hal yang Tuhan tidak berkenan. Jadi, masalahnya bukan terletak pada Tuhan yang bersembunyi, melainkan terletak pada kita yang tidak layak memperoleh atau mendapatkan Dia.

Tuhan berfirman dalam 2 Korintus 6:17-18, "Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa." Juga di Yesaya 59:1-2 dikatakan, "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu."

Masalahnya bukan terletak pada Tuhan, melainkan pada kita. Ini yang harus kita ingat! Sering hati kita belum bulat. Kita masih menyukai hal-hal yang tidak patut di hadapan Allah dengan segala bentuk. Sebenarnya kita belum sungguh-sungguh mencari Tuhan. Ketika kita berharap masih memiliki atau bisa memiliki kesenangan-kesenangan di luar Tuhan, berarti kita belum segenap hati untuk menemukan dan mengalami Tuhan. Padahal, ukuran yang harus kita kenakan adalah “Jika kamu tidak membenci ayah, ibu, saudaramu laki-laki dan saudaramu perempuan, bahkan nyawamu sendiri, kamu tidak layak bagi-Ku.” Seakan-akan kita tidak punya dunia lagi. Sebab harganya yaitu seluruh hidup kita tanpa batas. Sampai kita dapat berkata, "Kulepaskan semuanya dan kuanggap sampah supaya aku memperoleh Kristus."

Bukan bermaksud menzalimi orang-orang yang ada di Sekolah Tinggi Teologi, tetapi ironis, justru orang-orang yang ada di Sekolah Tinggi Teologi yang mengisyaratkan bahwa mengenal Allah atau menemukan Allah itu gampang. Itu yang kemudian menipu jemaat. Seakan-akan pengetahuan tentang Allah yang dicapai itu sama dengan mencapai Allah. Padahal, ciri orang yang mencapai Tuhan, hanya satu saja, yaitu 'seperti Tuhan;' berkarakter Tuhan Yesus. Penuh belas kasihan, penuh kasih terhadap sesamanya, rendah hati, tidak melukai, tidak berduri.

Bahkan di lingkungan Sekolah Tinggi Teologi, di lingkungan gereja, ternyata masih penuh dengan ambisi di mana orang mau memperoleh sesuatu yang dapat memuaskan dan menyenangkan dirinya dengan berbagai fasilitas. Bayangkan, jadi apa jemaat? Kalau para pendeta masih mencoba untuk memperoleh sesuatu yang dari dalamnya mereka merasa punya kesenangan, keuntungan, kebahagiaan, justru ini yang membuat kita benar-benar gusar. Jadi, setelah mengerti kebenaran ini, kita tidak akan memberikan ruangan untuk siapa pun selain Tuhan. Siapa pun kita, ingat hal ini! Kita akan sangat menyesal kalau kita tidak memberikan seluruh ruangan hati kita untuk Tuhan.

Dunia sudah menuju kegelapan, menuju kebinasaan kekal, kegelapan abadi, dunia sudah luar biasa rusak, maka dibutuhkan bukan hanya orang-orang baik, melainkan orang-orang sempurna. Dibutuhkan bukan hanya orang-orang yang cakap berbicara tentang Tuhan, melainkan orang yang telah menemukan Tuhan. Ingat, ciri orang yang menemukan Tuhan adalah menjadi seperti Tuhan. Kurang dari itu, berarti belum menemukan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DUNIA SUDAH MENUJU KEGELAPAN, MENUJU KEBINASAAN KEKAL, MAKA DIBUTUHKAN BUKAN HANYA ORANG-ORANG YANG CAKAP BERBICARA TENTANG TUHAN, MELAINKAN ORANG YANG TELAH MENEMUKAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 Agustus 2923
2023-08-20 09:44:45

Yeremia 41-45

Card image
Truth Kids 19 Agustus 2023 - BERTEMAN BAIK
2023-08-19 11:36:20


Ibrani 6:10
“Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang.”

Wahyu adalah seorang anak yang pemalu. Seringkali Wahyu merasa minder saat bertemu teman-temannya. Ia memiliki warna kulit yang berbeda dari teman-temannya di sekolah. Banyak yang menjauhinya dan tidak mau berteman dengan Wahyu. Tetapi ada satu teman sekelasnya yang sering memperhatikan dia saat di sekolah. Namanya Jimi. Jimi merasa kasihan dan ingin berteman dengan Wahyu. Jimi juga teringat bahwa guru Sekolah Minggunya bercerita untuk mengasihi orang lain. Saat mengasihi orang lain kita berbuat baik kepada semua orang, bersikap ramah, tanpa memandang warna kulit, asal daerah, ataupun agama. Maka Jimi pun memberanikan diri untuk berteman dengan Wahyu.

Sobat Kids, dari cerita di atas kita diingatkan bahwa mengasihi sesama tidak boleh memilih-milih. Tuhan Yesus sudah lebih dulu mengasihi kita tanpa memandang keadaan tubuh kita. Yuk, Sobat Kids, kita belajar mengasihi sesama dengan kebebasan yang Tuhan Yesus berikan kepada kita. Semangat!

Card image
Truth Junior 19 Agustus 2023 - KEMERDEKAAN
2023-08-19 11:34:37


Ibrani 6:10
“Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang.”

Bangsa Indonesia baru saja memperingati hari kemerdekaan yang ke-78. Para peserta upacara bendera di istana kepresidenan banyak yang menggunakan pakaian adat. Indonesia memang dikenal sebagai negara kepulauan yang memiliki banyak pulau. Oleh sebab itu, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, budaya, dan agama. Kalian masih ingat semboyan bangsa Indonesia, bukan? Benar! Bhinneka Tunggal Ika; berbeda-beda, tetapi tetap satu jua. Sebagai warga negara Indonesia, kita harus hidup rukun satu dengan yang lain.

Firman Tuhan juga mengajarkan kita untuk menunjukkan kasih kepada semua orang. Kita dapat berbuat baik kepada semua orang. Bersikap ramah, sopan, dan melakukan perilaku yang baik tanpa memandang suku, ras, ataupun agama seseorang. Kemerdekaan yang sudah bangsa Indonesia raih, dan kemerdekaan (kehendak bebas) yang Tuhan berikan kepada kita harus kita isi dengan hal yang benar. Kasihilah sesama manusia di bumi ini. Sehingga sebagai sebuah bangsa kita menjadi kuat, tidak ada perpecahan di antara warga negara Indonesia. Dan setiap perbuatan baik yang kita lakukan, tidak akan dilupakan oleh Tuhan. Ia akan mengingat setiap perbuatan baik yang Sobat Junior lakukan.

Card image
Truth Youth 19 Agustus 2023 (English Version) - DARE TO FIGHT FOR JUSTICE
2023-08-19 11:32:37


"If your brother becomes poor and sells part of his property, then his nearest redeemer shall come and redeem what his brother has sold." (Leviticus 25:25)

We all know and realize that we live in a world full of injustice, in any aspect of life, we often encounter it, whether it's injustice towards others or even towards ourselves. Perhaps if it's on a small scale, we can tolerate it and say, "It's okay." After all, righteousness teaches us to turn the other cheek when one is slapped (Matthew 5:39). It means not responding to evil with evil. Remember, God teaches us to be wise as serpents and innocent as doves, which means having sensitivity and spiritual intelligence in every situation.

There are many people out there who are bold enough to hold mass demonstrations to fight for truth and justice. A few years ago, the Black Lives Matter movement gained momentum in response to the release of the perpetrator of George Floyd's murder, an African American/minority in the United States. The hope was that there would be no more similar cases, no more discrimination against minority races, and that it would be voiced that black lives also matter. This movement had a significant impact, making the whole world aware of the issue, although it's still possible that similar cases exist. Take a closer look around us, and we will find injustices, no matter how small they are. Our response and actions may not be as big as starting a movement, campaign, or demonstration, but even just gently and wisely rebuking those who commit injustice is already a way of speaking up for justice. We may not be able to guarantee that this person will not repeat the same mistakes, but at least we minimize the injustices in our surroundings.

WHAT TO DO:
Take a look at ourselves and identify what makes us hesitant to speak up against injustice in our surroundings.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Isaiah 20-24

Card image
Truth Youth 19 Agustus 2023 - DARE TO FIGHT FOR JUSTICE
2023-08-19 11:23:56


Apabila saudaramu jatuh miskin, sehingga harus menjual sebagian dari miliknya, maka seorang kaumnya yang berhak menebus, yakni kaumnya yang terdekat harus datang dan menebus yang telah dijual saudaranya itu." (Imamat 25:25)

Kita semua tahu dan sadar, bahwa kita hidup di dunia yang penuh ketidakadilan, dalam hal apa pun itu, pasti sering kita jumpai, entah itu ketidakadilan terhadap orang lain atau bahkan yang menimpa diri kita sendiri. Mungkin kalau kadarnya kecil, kita masih bisa toleransi dan bilang “Ya sudahlah". Karena memang, kebenaran pun mengajarkan kita untuk memberi pipi kiri, saat pipi kanan ditampar (Mat 5:39). Artinya, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Ingat, Allah mengajarkan kita untuk cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati, artinya memiliki kepekaan dan kecerdasan rohani atas apa yang pantas untuk kita lakukan di setiap situasi.

Banyak orang di luar sana yang berani sampai mengadakan demo massal untuk membela kebenaran untuk mendapatkan keadilan. Beberapa tahun lalu sempat ramai gerakan Black Lives Matters, sebuah gerakan aktivis yang menanggapi kasus pembebasan pelaku pembunuhan George Floyd, seorang berkulit hitam/minoritas di Amerika Serikat. Harapannya, tidak ada lagi kasus serupa, diskriminasi terhadap ras-ras minoritas, dan menyuarakan bahwa nyawa orang berkulit hitam pun berharga. Dengan gerakan ini cukup besar dampaknya, bahkan seluruh dunia menjadi aware akan hal ini, walaupun tidak menutup kemungkinan masih ada kasus-kasus serupa. Coba lebih perhatikan sekitar kita, apakah hal-hal ketidakadilan yang masih sering ada, hal sekecil apa pun itu, pasti ada. Respons dan tindakan kita mungkin memang tidak sebesar harus memulai suatu gerakan, kampanye, atau demo, tetapi sesimpel kita menegur dengan kasih dan hikmat kepada orang yang melakukan ketidakadilan. Itu pun sudah bentuk kita berani untuk menyuarakan ketidakadilan. Memang kita tidak bisa menjamin apakah selanjutnya, orang ini masih melakukan hal yang sama, tetapi paling tidak kita meminimalisir ketidakadilan yang ada di lingkungan sekitar kita.

WHAT TO DO:
Cobalah cek dan ricek lagi hal-hal apa yang membuat kita susah untuk menyuarakan ketidakadilan di lingkungan sekitar?

BIBLE MARATHON:
▪︎Yesaya 20-24

Card image
Renungan Pagi - 19 Agustus 2023
2023-08-19 11:17:43


Kita tidak bisa menjadi orang kristen yang hanya datang beribadah, duduk diam dan mendengar firman Tuhan saja, tetapi harus mulai menjadi Kristen yang sesungguhnya, yaitu menjadi pengikut Kristus mengikuti teladan hidup-Nya, semakin serupa dengan Kristus setiap hari, sebab itulah yang Tuhan inginkan.
<"Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa."

Menjadi pelayan Tuhan dalam arti yang sesungguhnya bukanlah sekedar aktif dalam kegiatan pelayanan gerejawi seperti menjadi pemusik, pemuji, penyambut tamu, pengkotbah dan lainnya, tetapi dalam kehidupan setiap hari sebagai pelayan Tuhan melakukan perintah Tuhan, Majikan kita, berusaha memuaskan dan menyenangkan hati-Nya, sehingga kita mendapat perkenanan Bapa di surga.
(Yohanes 12:26)

Card image
Quote Of The Day - 19 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-19 11:14:33


Ciri orang yang belum menjadikan Tuhan sebagai pegangan dengan benar adalah hidup dalam ketakutan, kekhawatiran, dan cemas.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 19 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-19 11:09:43


Keyakinan kita akan Allah yang hidup tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita yang harus menuruti kehendak Allah.

Card image
NOT TOUCHING SIN - 19 Agustus 2023
2023-08-19 11:06:17


The danger in the Christian life is living in normalcy, like humans in general, with their style and way of life. We must struggle to find God’s children’s kind and way of life according to the standard that He wants. We must have a new habitat and new habituation that are continually updated. It’s not easy, truly not easy, because we are used to the pattern and lifestyle like others have lived for years. The style or way of life, habits, or habituation of life like that is already inherent in the soul, and if this situation continues, surely, we will fail to become pleasing children of God.

Let’s be serious about questioning, what if Jesus lived in our time now? How did Jesus discuss, say sentences, deal with the opposite sex, use social media, at work, and have a career? What would He do? What are His ways and lifestyle? If Jesus were present to be a pastor of the congregation or chairman of the synod, what would His style and way of life be? How did He react when He was bullied or slandered? That’s what we have to take seriously. Each of us indeed has different circumstances, but we can put on the life of Jesus in our own lives.

Our world today is so evil, but the currents of this world must not carry us away. Remember, the current of this world is powerful and massive, and almost everyone is carried away. We also see that human evil these days is increasing, and it happens either outside the church environment or inside it, amid gatherings of people who are supposed to be godly. Even within the clergy alone, we can see the clashes and divisions. Now the world is getting worse and worse, but the currents of this world must not carry us away. We are not immune to sin and have no anti-sin medicine. We can also sin and be carried away, so we must build the steadfastness of faith and integrity until it becomes a kind of anti-sin formula so that we will never touch sin.

Let’s learn to guard our words from second to second, minute to minute, and hour to hour. Don’t say a word that God doesn’t want us to say. We also care for our fingers and don’t type anything on social media that God doesn’t want us to, either a sentence, even a word, moreover a narration. Learn to forgive those around us; who hurt, humiliate, slander, and even destroy our good name. Let no grudges or hatred or expectation those who hurt us will experience calamity and disaster. We shouldn’t do that. Let’s strive to purify our minds and avoid inappropriate things or see the wrong things.

Jesus clearly said, “Be perfect, therefore, as your heavenly Father is perfect” (Matt. 5:48). This is surely God’s will for us to do on earth, not in another realm or another world, but here on earth. Remember, your heavenly Father said in 1 Pet. 1:16, “Be holy, for I am holy.” And in 2 Cor. 6:17-18, the Word of God clearly says, “Therefore, “Come out from them and be separate, says the Lord. Touch no unclean thing, and I will receive you.” And, “I will be a Father to you, and you will be my sons and daughters, says the Lord Almighty.”

When should we be out from them? Of course, now, when we are still living in this world. Don’t touch what unclean means; we must be holy all our lives. We find so many people are persecuted. The weak are harmed by the strong or wives whose husbands are abusive. Let’s take refuge only in God. However, we don’t deserve God’s protection if we don’t live a holy life, rebel against Him, or don’t want to listen to Him. So, our belief in the living God cannot be separated from our lives, which must obey His will. If we say: “I believe in You, Lord,” we surrender our lives entirely to Him, meaning we must abide by His will. So, let’s get serious about changing our lives.  

WE ARE THE ONES WHO MUST BUILD A STRONG FAITH UNTIL WE DO NOT TOUCH SIN.

Card image
TIDAK MENYENTUH DOSA - 19 Agustus 2023
2023-08-19 11:03:07


Bahaya dalam hidup kekristenan adalah hidup di dalam kewajaran, hidup seperti manusia pada umumnya hidup, dengan gaya dan cara hidupnya. Maka, kita harus berjuang untuk menemukan gaya dan cara hidup anak-anak Allah, sesuai dengan standar yang Allah kehendaki. Kita harus memiliki habitat yang baru, habituasi yang baru dan terus dibarui. Hal ini tidak mudah, benar-benar tidak mudah. Karena kita sudah terbiasa dengan pola dan gaya hidup yang kita jalani seperti yang orang lain jalani selama belasan bahkan puluhan tahun. Gaya dan cara hidup itu, kebiasaan hidup atau habituasi kehidupan seperti itu, sudah menyatu di dalam jiwa. Kalau keadaan ini terus berlanjut, pasti seseorang gagal untuk menjadi anak-anak Allah yang berkenan di hadapan-Nya.

Mari kita serius untuk memperkarakan, bagaimana seandainya Yesus hidup di zaman kita sekarang? Bagaimana Yesus berdiskusi, mengucapkan kalimat, menghadapi lawan jenis, mengisi media sosial, dalam bekerja, berkarier? Apa yang kira-kira Dia lakukan? Bagaimana cara dan gaya hidup-Nya? Seandainya Yesus hadir menjadi seorang pendeta, gembala jemaat, ketua sinode, bagaimana gaya dan cara hidup Tuhan Yesus? Bagaimana reaksi Tuhan Yesus ketika Ia di-bully, difitnah? Itu yang kita harus perkarakan dengan serius. Masing-masing kita memang memiliki keadaan yang berbeda, tetapi kita bisa mengenakan kehidupan Yesus di dalam hidup kita masing-masing.

Dunia kita hari ini sudah begitu jahat, sangat jahat, tetapi kita tidak boleh terbawa dalam arus dunia ini. Ingat, arus dunia ini kuat sekali, besar sekali dan hampir semua orang terbawa. Kita juga melihat bahwa kejahatan manusia hari-hari ini begitu hebat. Bukan hanya di luar lingkungan gereja, melainkan juga di dalam gereja, di tengah-tengah perhimpunan orang-orang yang mestinya menjadi orang saleh. Di lingkungan para pendeta saja, kita dapat melihat pertikaian dan perpecahan yang terjadi. Sekarang dunia bertambah jahat sekali, tetapi kita jangan sampai terbawa oleh arus dunia ini. Ingat, kita bukan manusia yang kebal dosa. Kita bukan manusia yang memiliki anti dosa. Kita bisa berbuat dosa dan ada kemungkinan kita bisa terbawa. Kita yang harus membangun kekokohan iman, integritas sampai itu menjadi anti dosa, sehingga kita tidak akan menyentuh dosa.

Mari kita belajar dari detik ke detik, dari menit ke menit, dari jam ke jam, menjaga perkataan kita. Jangan ucapkan kata yang Tuhan tidak kehendaki kita ucapkan. Kita juga menjaga jemari kita, jangan menulis sesuatu di media sosial yang Tuhan tidak kehendaki kita tulis. Jangankan sebuah narasi, sebuah kalimat pun tidak. Jangankan sebuah kalimat, satu kata pun tidak. Belajarlah mengampuni orang-orang di sekitar kita; yang melukai, merendahkan, memfitnah, dan yang menghancurkan nama baik kita. Jangan ada dendam, kebencian, lalu timbul harapan agar orang-orang yang melukai kita mengalami malapetaka dan bencana. Jangan kita lakukan hal itu. Mari kita kuduskan pikiran kita dari hal-hal yang tidak patut, mata kita dari hal-hal yang tidak patut, dan itu harus sungguh-sungguh kita perjuangkan.

Yesus, jelas berkata, "Kamu harus sempurna seperti Bapa" (Mat. 5:48). Pasti ini kehendak Allah untuk kita lakukan di bumi, bukan di alam lain atau di dunia lain, tetapi sejak di bumi. Ingat, Bapa di surga berkata dalam 1 Petrus 1:16, "Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." Di dalam 2 Korintus 6:17-18 firman Tuhan mengatakan jelas sekali, "Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Maha Kuasa."

Keluar dari antara mereka, sejak kapan? Tentu sejak kita masih hidup di dunia ini. Jangan menyentuh apa yang najis artinya kita harus menjadi suci di dalam seluruh kehidupan kita. Kenyataan yang kita dapati, begitu banyak orang teraniaya. Ibu-ibu yang teraniaya oleh suami. Orang-orang yang teraniaya oleh orang-orang lain yang lebih kuat. Mari, kita berlindung hanya kepada Tuhan. Namun, kita tidak layak menerima perlindungan Tuhan, kalau kita tidak hidup kudus, kalau kita memberontak kepada Allah, tidak dengar-dengaran. Jadi, keyakinan kita akan Allah yang hidup tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita yang harus menuruti kehendak Allah. Kalau kita berkata: "Aku percaya pada-Mu Tuhan," itu berarti kita juga menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan. Itu berarti, kita harus sungguh-sungguh menuruti apa yang Allah kehendaki. Mari kita serius untuk mengubah hidup kita. 

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA YANG HARUS MEMBANGUN KEKOKOHAN IMAN, SAMPAI KITA TIDAK AKAN MENYENTUH DOSA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 19 Agustus 2023
2023-08-19 10:59:54

Habakuk 1-3

Card image
Truth Kids 18 Agustus 2023 - HATI-HATI DALAM BERTEMAN
2023-08-18 09:56:13


Amsal 13:20
“Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang.”

Sobat Kids, mungkin kalian memiliki banyak teman. Kalian juga mungkin selalu bersama-sama dengan teman-teman. Tidak ada salahnya memiliki banyak teman tetapi kalian harus bisa lebih berhati-hati dalam memilih teman. Untuk membedakan teman yang baik dan tidak baik, itu dapat dilihat dari perbuatan dan ucapan mereka.

Jika ada teman kalian yang suka iseng bahkan suka melakukan hal-hal yang jahat, maka sebaiknya kalian tidak perlu berteman dekat dengan mereka. Begitu juga jika ada teman yang suka berkata-kata kasar, jauhilah mereka. Mengapa? Karena kebiasaan yang buruk akan merusak kebiasaan yang baik. Contohnya, ketika kita berteman dengan teman-teman yang suka berkata kasar, kita akan merasa okay-okay saja bila berkata kasar. Kita menjadi terbiasa untuk mengucapkan kata-kata kasar. Atau, okay kok kalau isengin teman. Lama-lama kita juga akan ikut menjadi tidak baik. Hati-hati dalam berteman, ya, Sobat Kids.

Pilihlah teman yang sama-sama ingin menyenangkan hati Tuhan. Teman yang sama-sama mau berjuang menuju Langit Baru dan Bumi yang Baru, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 18 Agustus 2023 - MENJADI BIJAK
2023-08-18 09:54:04


Amsal 13:20
“Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang."

Siapa yang tahu cerita film Tarzan? Dikisahkan bahwa pesawat yang ditumpangi Tarzan dan kedua orang tuanya mengalami kecelakaan. Hanya Tarzan seorang yang selamat. Waktu itu ia masih bayi dan belum mengerti apa-apa. Akhirnya, Tarzan diselamatkan dan diasuh oleh seekor gorila. Karena sejak bayi hingga dewasa diasuh oleh seekor binatang, cara bicara dan berjalan Tarzan mirip dengan gorila. Selama masa kecilnya, ia bergaul dengan binatang, sehingga pola hidupnya juga seperti binatang. Sampai akhirnya, ia bertemu manusia yang menyadarkannya bahwa ia seorang manusia. Mulai saat itu, Tarzan mengubah pola hidupnya, kembali sebagai seorang manusia.

Sobat Junior, saat memilih teman, baik di sekolah maupun di lingkungan rumah, pilihlah teman yang tidak membawa pengaruh buruk. Jika kalian merasa ada hal-hal yang membuat kalian tidak nyaman, segera sampaikan kepada orang tua. Ceritalah kepada orang tua kalian, tentang dengan siapa saja kalian berteman atau menghabiskan waktu. Terlebih lagi, kalian baru sekitar sebulan kembali masuk sekolah. Mungkin kalian banyak bertemu teman baru. Dengan siapa kita bergaul, dapat memengaruhi kebiasaan kita. Seperti firman Tuhan yang telah mengingatkan kita hari ini, bergaullah dengan orang bijak, orang yang suka dengan kebenaran firman Tuhan, sehingga kita juga menjadi bijak.

Card image
Truth Youth 18 Agustus 2023 (English Version) - WE OVER ME
2023-08-18 09:50:53


"Do not merely look out for your own personal interests, but also for the interests of others." (Philippians 2:4)

Have you often heard the phrase "We Over Me," which is usually used to advise couples who are about to get married? However, this advice is not only for couples; it applies to our daily lives as well. Let's check, do we pay more attention to our own interests than those of people around us? Starting from the moment we wake up, for example, if our parents ask us to drop off our sibling at school when we had plans to meet a friend. Which response do we choose?

From this, we can assess whether we tend to prioritize our interests and self-satisfaction over those of others who need our help. While the world's teachings may suggest that being free from ourselves means achieving unlimited freedom, being able to do whatever we want, the truth according to God is different. Being free from ourselves means having a heart of empathy towards others, loving others as we love ourselves. At this stage, it means we are free from ourselves. If we still feel reluctant to help, even though in the end, we help a friend, but not wholeheartedly, it means we are still not free from ourselves. We still consider ourselves more important than others. We still love ourselves more than we love others. Yet, it is clear that the Word of God says, "Love your neighbor as yourself" (Matthew 22:39). When the level of our love is balanced, it means we will bear burdens, feel what others feel, and support the interests of others just as we do for ourselves. When someone else faces a problem, we can start to respond, "What if I were in their position?"

WHAT TO DO:
Learn to practice empathy towards others, so we can prioritize mutual interests.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Isaiah 15-19

Card image
Truth Youth 18 Agustus 2023 - WE OVER ME
2023-08-18 10:00:20


"Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga." (Filipi 2:4)

Sering gak sih mendengar kata: We Over Me yang biasanya digunakan untuk menasihati pasangan-pasangan yang mau menikah? Namun, wejangan ini gak berlaku hanya untuk pasangan saja, ini berlaku juga dalam kehidupan kita sehari-hari. Coba kita cek lagi, apakah hari ini kita lebih banyak memperhatikan kepentingan diri kita sendiri dibandingkan orang sekitar kita? Mulai dari bangun pagi, misal orang tua meminta kita untuk mengantarkan saudara kita ke sekolah, padahal seharusnya hari ini kita mau janjian dengan teman. Respons mana yang kita pilih?

Dari hal ini kita bisa mulai menilai, apakah kita lebih sering mementingkan kepentingan dan kepuasan diri sendiri dibandingkan orang sekitar yang membutuhkan bantuan kita. Kalau ajaran dunia mungkin mengajarkan kalau merdeka dari sendiri adalah mencapai kebebasan tanpa batas, bisa melakukan apa pun yang kita mau, tetapi kebenaran Tuhan tidak begitu. Merdeka dari diri sendiri artinya kita memiliki hati dan berempati kepada orang lain, mengasihi orang lain sama seperti kita diri kita sendiri. Sampai ditahap ini, artinya kita telah merdeka dari diri sendiri. Kalau kita masih ada rasa keberatan untuk menolong walaupun pada akhirnya kita menolong teman kita misalnya, tetapi masih tidak sepenuh hati, artinya kita masih belum merdeka dari diri sendiri. Kita masih menganggap diri kita lebih penting daripada orang lain. Kita masih mengasihi diri kita sendiri lebih dari kita mengasihi sesama. Padahal sudah jelas, firman Tuhan katakan, “Kasihilah sesama seperti mengasihi diri sendiri” (Matius 22:39). Kalau kadar mengasihinya seimbang, artinya kita akan sebeban, seperasaan, dan sepenanggungan terhadap kepentingan sesama kita. Setiap ada masalah yang menimpa sesama, kita bisa mulai merespons, “Gimana ya kalau aku ada di posisi dia?”

WHAT TO DO:
Belajar melatih empati terhadap sesama, sehingga kita bisa lebih mementingkan kepentingan bersama.

BIBLE MARATHON:
Yesaya 15:19

Card image
Renungan Pagi - 18 Agustus 2023
2023-08-18 09:45:08


Orang yang berjiwa kerdil adalah orang yang ketika ada tantangan, ada masalah dan kesulitan hidup, cenderung mudah menyerah, mudah putus asa dan berusaha lari dari kenyataan. Sebagai orang yang beriman kepada Kristus, jangan berjiwa kerdil, kita punya Tuhan yang hidup, punya Tuhan yang besar, Tuhan yang akan selalu menyediakan jalan keluar dari setiap persoalan hidup.

Tetapi bersama Tuhan kita pun harus berjuang hingga meraih kemenangan. *"Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya."

Hati kita mungkin sedih, air mata juga mengalir, beban hidup terasa berat, tetapi langkah harus tetap teguh dan percaya bahwa Allah yang kita sembah, adalah Allah yang tidak pernah gagal dalam menolong.
(1 Korintus 10:13)

Card image
Quote Of The Day - 18 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-18 09:41:53


Jangan coba-coba melawan orang yang mengandalkan Tuhan, sebab ada kekuatan besar di belakangnya, yaitu Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 18 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-18 09:40:15


Hidup kita menjadi berharga kalau kita ada dalam perjuangan untuk menjadi serupa dengan Yesus atau sempurna seperti Bapa.

Card image
HABITUATION - 18 Agustus 2023 (English Version)
2023-08-18 09:38:23


We must build a life habit that is always in contact with God and stop becoming religious people that only carry out religion with rituals or ceremonies like attending church and then feel that they have fulfilled their duties as religious persons. It shouldn’t be like that. We must make or build habituation of new and true religious living. We must stop being religious with a sacred pattern that is shallow, poor, and even in a false direction. This does not mean we are anti-religious but rather build quality religious habituation.

A person who believes in God surely has faith and good morals according to the laws of that religion. As Christians, we must interact with God at all times so that we are always appreciative that we live in His presence and must have good morals. The good measure here is the character or morals of the Lord Jesus, who became human and gave an example of how to be a perfect human according to the will of the Father. Jesus is the Savior who changes our lives from human beings with a sinful nature to a divine nature with the help of the Spirit of God or the Holy Spirit.

This will take up our entire life, but we will begin to have preoccupations that we have never experienced and lived before. We become people who might be seen as extreme, intolerant, and weird. However, we don’t become “eccentric” and have a life that becomes a stumbling block. Let’s start building a new habitat for true Christianity, where we all strive to live Jesus until it becomes our daily habituation. We must not stop learning but always feel thirsty and hungry for the truth and feel lacking because we have not achieved what God wants.

God’s holiness is unlimited. Therefore, as long as we live along our life path, we must continue to grow and never stop. So, if we look back, we can say, “I am doing better today than yesterday, and I have to be better tomorrow than today.” We must make this our sole purpose in life. We can’t participate in fasting prayers or listen to sermons if we don’t experience significant changes, namely, life changes to live Jesus. It is useless to be Christians if we are not similar to Jesus.

Indeed, talking about being similar to Jesus is abstract because we have different characteristics. However, being similar to Jesus is doing everything according to God’s thoughts and feelings; thus, we please God, and the Holy Spirit must help us. We still have the opportunity to experience change as long as we are still alive. We are living organisms, so we should not be satisfied with being in a church organization but must become living organisms where the Holy Spirit works within us and makes us more and more perfect daily.

God the Father continues to work on us through every event and all circumstances so that we can become humans of God. This is the Gospel that becomes our joy. Salvation can only be realized through Jesus Christ, and it is not just going to heaven and avoided from hell. Salvation means returning to God’s original design, becoming perfect like the Father. This is good news and eternal blessings from God, our Father, given to us daily. The Lord Jesus will guide us to be His disciples, meaning how to continue to grow and develop to be similar to Him.

Let us focus on God amid busy lives, struggles, and problems because time is short, so we should not just talk but concretely step packing up. When packing up, we strive to be found pleasing to God. This is the beauty of life. Our life becomes valuable if we struggle to be similar to Jesus or perfect like the Father, which is the same as putting on the divine nature to become humans of God.  

We must build habituation of true religious life, where we must constantly interact with God to feel we always live in His presence  

WE MUST BUILD HABITUATION OF TRUE RELIGIOUS LIFE, WHERE WE MUST CONSTANTLY INTERECT WITH GOD TO FEEL WE ALWAYS LIVE IN HIS PRESENCE.

Card image
HABITUASI - 18 Agustus 2023
2023-08-18 09:35:50


Kita harus membangun kebiasaan atau habituasi dalam kehidupan yang bersentuhan dengan Allah setiap saat. Kita harus berhenti beragama yang hanya melaksanakan keberagamaan itu dengan ritual atau seremonial, di mana sebagai orang percaya ia pergi ke gereja, lalu merasa cukup sudah memenuhi tugas sebagai orang beragama. Sejatinya, tidak demikian. Kita harus membuat atau membangun habituasi atau kebiasaan hidup keberagamaan yang baru, yang benar. Kita harus berhenti beragama dengan pola keberagamaan yang dangkal, miskin, bahkan ke arah palsu. Hal ini bukan berarti kita anti agama, melainkan membangun habituasi (kebiasaan) beragama yang berkualitas.

Tentu sebagai orang yang ber-Tuhan, maka seseorang akan beriman dan berakhlak baik, sesuai dengan hukum di dalam agama itu. Sebagai orang Kristen, kita harus berinteraksi dengan Allah setiap saat, sehingga kita selalu ada di dalam penghayatan bahwa kita hidup di hadirat Allah dan kita harus berakhlak baik. Adapun ukuran baik di sini adalah akhlak atau moral-Nya Tuhan Yesus. Yesuslah Tuhan kita, Yesuslah yang menjadi manusia yang memberi teladan bagaimana menjadi manusia yang sempurna sesuai dengan kehendak Bapa. Yesuslah Juruselamat yang mengubah hidup kita dari manusia yang berkodrat dosa menjadi manusia yang berkodrat ilahi oleh pertolongan Roh Allah atau Roh Kudus.

Hal ini akan menyita seluruh kehidupan kita, tetapi kita akan mulai memiliki keasyikan yang belum pernah kita alami dan jalani sebelumnya. Kita menjadi orang yang mungkin dipandang ekstrem, fanatik, aneh. Namun, kita tidak menjadi “nyentrik” dan memiliki kehidupan yang menjadi batu sandungan. Mari, kita mulai membangun habitat baru kekristenan yang sejati, di mana kita semua berusaha untuk menghidupkan Yesus di dalam hidup kita, sampai itu menjadi habituasi kita setiap hari. Kita tidak boleh berhenti belajar, tetapi kita selalu harus merasa haus dan lapar akan kebenaran. Artinya, kita harus selalu merasa kurang karena kita belum mencapai apa yang sebenarnya Allah kehendaki.

Kekudusan Allah itu tidak terbatas. Karenanya, selama kita hidup, yaitu di sepanjang jalan hidup kita, kita harus terus bertumbuh dan tidak pernah berhenti. Sehingga, kalau kita menoleh ke belakang, kita dapat berkata, “Keadaanku hari ini lebih baik dari kemarin dan aku harus menjadi lebih baik besok, lebih dari hari ini.” Hal ini harus kita jadikan tujuan hidup kita satu-satunya. Percuma kita ikut doa puasa, atau mendengarkan khotbah-khotbah kalau kita tidak mengalami perubahan yang signifikan; yaitu perubahan hidup untuk sungguh-sungguh menghidupkan Yesus di dalam hidup kita. Percuma kita beragama Kristen, kalau kita tidak serupa dengan Yesus.

Memang, bicara soal bagaimana serupa dengan Yesus itu abstrak. Sebab masing-masing kita punya karakteristik yang berbeda. Namun, pada intinya, serupa dengan Yesus adalah melakukan segala sesuatu yang selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Dengan demikian kita menyenangkan hati Tuhan. Roh Kudus pasti menolong kita. Selagi kita masih bisa melihat matahari di ufuk timur, kita masih memiliki jantung yang berdetak, nadi yang berdenyut dan napas yang berkembang di paru-paru kita berarti kita masih memiliki kesempatan untuk mengalami perubahan. Kita adalah organisme yang hidup. Kita jangan puas dengan ada di dalam organisasi gereja, tetapi kita harus menjadi organisme yang hidup di mana Roh Kudus bekerja di dalam diri kita dan membuat kita makin hari makin sempurna.

Allah Bapa terus menggarap kita melalui setiap peristiwa, segala keadaan, sehingga kita bisa menjadi man of God (manusia Allah). Ini menjadi kesukacitaan kita. Inilah Injil itu. Hanya melalui Yesus Kristus, keselamatan dapat terwujud. Ingat, keselamatan bukan hanya masuk surga dan terhindar dari neraka. Keselamatan artinya dikembalikan ke rancangan Allah semula, menjadi sempurna seperti Bapa. Inilah kabar baik dan berkat kekal dari Allah yang menjadi Bapa kita, diberikan kepada kita setiap hari. Tuhan Yesus akan menuntun kita menjadi murid-Nya, artinya bagaimana terus bertumbuh, berkembang menjadi serupa dengan Yesus.

Mari kita fokus. Di tengah-tengah berbagai kesibukan hidup, berbagai pergumulan dan persoalan hidup, kita tetap fokus kepada Tuhan. Waktu ini singkat. Maka, kita benar-benar berkemas-kemas, bukan hanya bicara, tanpa langkah konkret dalam berkemas-kemas. Di dalam berkemas-kemas itu, kita terus berusaha untuk didapati Tuhan berkenan. Inilah keindahan hidup itu. Hidup kita menjadi berharga kalau kita dalam perjuangan untuk menjadi serupa dengan Yesus atau sempurna seperti Bapa atau yang sama dengan mengenakan kodrat ilahi yaitu menjadi manusia Allah (man of God).

KITA HARUS MEMBANGUN HABITUASI HIDUP KEBERAGAMAAN YANG BENAR, DI MANA KITA HARUS BERINTERAKSI DENGAN ALLAH DI SETIAP SAAT, SEHINGGA KITA SELALU ADA DI DALAM PENGHAYATAN BAHWA KITA HIDUP DI HADIRAT ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 18 Agustus 2023
2023-08-18 09:32:16

2 Raja-raja 24-25
2 Tawarikh 36

Card image
Truth Kids 17 Agustus 2023 - HATI-HATI GUNAKAN MATAMU
2023-08-17 09:48:15


Matius 6:22
“Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu;”

Sobat Kids, kita adalah makhluk ciptaan Tuhan. Tuhan memberikan sepasang mata untuk melihat. Untuk itu kita harus menggunakan mata kita untuk melihat yang baik. Dalam kehidupan kita sehari-hari pasti kalian suka menonton, kan? Nah, hari ini kita mau belajar tentang kebebasan dalam memilih tontonan.

Menurut ahli kesehatan, lamanya waktu yang kita gunakan untuk menonton, baik menggunakan TV atau gadget, akan berpengaruh terhadap perkembangan otak. Semakin lama waktu yang kita habiskan untuk menonton, akan menghambat perkembangan otak kita. Wah… bahaya, ya! Nanti kita jadi sulit untuk berpikir dan fokus saat belajar.

Makan sambil nonton juga berbahaya, Sobat Kids. Siapa di sini yang kalau makan harus sambil menonton? Jika tidak sambil nonton, maka kalian tidak mau makan. Bila ada yang seperti itu, kalian harus menghentikan kebiasaan tersebut.

Mulai dari sekarang jangan sembarangan menggunakan mata untuk melihat maupun menonton hal-hal yang tidak baik. Ketika kita menonton maka kita harus terlebih dahulu membedakan mana yang perlu ditonton dan yang tidak perlu ditonton. Kalian harus izin kepada orang tua saat mau menonton. Pasanglah alarm agar kalian tidak lupa waktu saat menonton. Sepakati waktu nonton kalian dengan orang tua. Hati-hati gunakan matamu, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 17 Agustus 2023 - KACAMATA KUDA
2023-08-17 09:45:20


Matius 6:22
“Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu;”

“Ha ha ha.. Ha ha haa!!!” Dewo tertawa terpingkal-pingkal saat menonton TV. Ia sangat suka menonton, karena ia merasa terhibur dengan apa yang dilihatnya. Orang tua Dewo pun tidak jarang memarahinya karena Dewo sulit diatur. Sering kali ia menolak mengerjakan kewajibannya seperti mengerjakan PR, karena ia ingin terus menonton.

Sobat Junior, Tuhan memberikan kepada manusia sebuah anugerah yang tak ternilai dan tak tergantikan. Anugerah itu harus dimanfaatkan, untuk menentukan hidup kekal kita. Apakah itu? Anugerah itu adalah WAKTU. “Waktu” adalah sesuatu yang ketika sudah lewat, tidak akan pernah kembali atau terulang. Waktu akan berjalan terus, dan kita tidak bisa menghentikan atau menunda setiap detik yang terlewat. Begitu berharga dan pentingnya waktu, sehingga akhir hidup kita bisa ditentukan dari cara kita mengisi waktu kita tersebut.

Kalau kalian menghabiskan waktu dengan kegiatan yang menyenangkan daging dan hawa nafsu kalian saja, maka kalian akan menuai akibatnya di kekekalan nanti, yaitu terpisah dari Allah Bapa. Tentu saja kalian tidak mau demikian, bukan?

Setiap detik yang berlangsung dalam hidup kita, bisa kita manfaatkan dengan baik. Daripada menonton tayangan hiburan yang belum tentu mendidik kita, lebih baik kita mencari tayangan lain yang berguna dan bisa bermanfaat, serta memberikan dampak baik bagi kerohanian kita. Daripada menonton acara komedi yang berisi candaan orang dewasa, lebih baik kita mencari tutorial (video yang mengajarkan hal tertentu) untuk dipelajari. Dengan menonton hal-hal yang berguna, kemampuan dan pengetahuan kita akan bertambah. Maka, kita juga dapat memaksimalkan potensi yang Tuhan percayakan kepada kita agar berbuah dan menghasilkan suatu karya bagi Kerajaan-Nya.

Card image
Truth Youth 17 Agustus 2023 (English Version) - STOP GASLIGHTING
2023-08-17 09:43:03


is one who deceives their neighbor     and says, “I was only joking!” (Proverbs 26:19)

In recent years, on social media, there has been a trend in discussing toxic relationships, gaslighting, playing the victim, and more. These issues don't just occur in romantic relationships; they also happen in our daily lives with parents, siblings, friends, where unconsciously, we may manipulate others to get what we want. If we still engage in such behaviors, it means we have not been freed from ourselves. Many things can be observed in our lives, such as manipulating our parents to allow us to stay out late, taking advantage of our friends by always hitching rides, or exploiting our friends to do our schoolwork. These may seem like small things, but they are still forms of manipulation. Another common issue is blaming others for our own mistakes. The fact is, most people always believe they are right.

If we truly want to learn to be free from ourselves, it means we want to stop manipulating others for our own benefit. It means taking responsibility for ourselves and our mistakes, having the courage to admit them instead of blaming circumstances or other people. Do you know the impact of gaslighting others continuously? Without realizing it, this person will doubt their actions and thoughts, unable to think clearly, and it can harm their mental health. Slowly, we are poisoning their minds. Proverbs 26:18-19 says, "Like a maniac shooting flaming arrows of death is one who deceives their neighbor and says, 'I was only joking!'" Our role in our surroundings is to be the salt, not poison. We may think that blaming others frees us from guilt, but this is not the definition of being free from ourselves. It will only delay our awareness and change. Therefore, every day, we should strive to be free from ourselves, including not blaming and manipulating others.

WHAT TO DO:
Start small, pay attention to every action of ours, are there still small manipulations?

BIBLE MARATHON:
▪︎ Isaiah 12-14

Card image
Truth Youth 17 Agustus 2023 - STOP GASLIGHTING!
2023-08-17 09:37:46



Demikianlah orang yang memperdaya sesamanya dan berkata: “Aku hanya bersenda gurau.” (Amsal 26:19)

Beberapa tahun terakhir, di sosial media lagi tren membahas toxic relationship, gaslighting, playing victim, dst. Padahal ini gak cuma terjadi saat berpacaran, dalam kehidupan sehari-hari pun dengan orang tua, dengan saudara, dengan teman, kita tanpa sadar mungkin memanipulasi, demi mendapatkan apa yang kita mau. Kalau masih demikian, artinya kita belum terbebas dari diri sendiri. Banyak hal yang bisa kita amati dalam hidup kita, misalnya kita memanipulasi orang tua kita supaya kita diperbolehkan pulang malam, memanfaatkan teman kita karena kita mau nebeng terus, atau memanfaatkan teman kita untuk mengerjakan tugas sekolah. Mungkin terlihat hal kecil, tetapi ini pun bentuk manipulasi. Satu lagi yang paling sering, yaitu menyalahkan orang lain karena kesalahan kita sendiri. Memang faktanya, manusia pada umumnya selalu merasa paling benar.

Kalau kita mau belajar untuk merdeka dari diri sendiri, artinya kita mau berhenti memanipulasi orang demi kepentingan kita. Belajar untuk bertanggung jawab atas diri sendiri juga bertanggung jawab atas kesalahan diri sendiri, dengan berani mengakuinya bukan malah menyalahkan keadaan atau orang lain. Tahu gak sih dampaknya kalau kita terus menerus gaslighting orang lain? Tanpa sadar orang ini akan meragukan tindakan dan pikiran mereka sendiri, gak bisa berpikir jernih, yang bisa mengganggu kesehatan mental mereka. Perlahan kita sama saja meracuni pikiran mereka. Amsal 26:18-19 mencatat bahwa, “Seperti orang gila menembakkan panah api, panah dan maut, demikianlah orang yang memperdaya sesamanya dan berkata:”Aku hanya bersenda gurau.” Padahal peran kita di lingkungan sekitar kita untuk menjadi garam bukan malah meracuni. Mungkin kita sempat berpikir kalau kita menyalahkan orang lain, kita merasa bebas dari perasaan bersalah, tetapi ini bukanlah definisi dari merdeka atas diri sendiri. Ini hanya akan menunda kita sadar dan berubah. Oleh karena itu, kita setiap hari mau berjuang untuk merdeka dari diri sendiri salah satunya dengan tidak menyalahkan dan memanipulasi orang lain.

WHAT TO DO:
Starts small, mulailah perhatikan setiap tindakan kita apakah masih ada manipulasi-manipulasi kecil?

BIBLE MARATHON:
▪︎Yesaya 12-14

Card image
Renungan Pagi - 17 Agustus 2023
2023-08-17 09:34:39


Orang yang tinggi hati, biasanya merasa dirinya yang paling hebat, paling pandai, paling benar dan menganggap orang lain tidak berharga, tidak benar dan memandang rendah, padahal yang sebenarnya orang yang tinggi hati itu membuat orang lain tidak menghargainya.

Firman Tuhan mengingatkan tentang orang yang congkak dan tinggi hati, yaitu kesombongan ; "Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan."

Orang yang tinggi hati, sifat dan karakternya serta perkataannya adalah hal-hal yang tidak menjadi berkat, hal-hal yang justru menjengkelkan hati banyak orang. Dan tanpa disadari kesombongan itu ujung-ujungnya adalah kehancuran.
(Amsal 16:18)

Card image
Quote Of The Day - 17 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-17 09:31:27


Cara kita memisahkan diri dari dunia, harus dengan sengaja kita lakukan, tidak bisa “mengalir saja,” dan hal itu menunjukkan seberapa kita serius berurusan dengan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 17 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-17 09:54:41


Kita adalah orang-orang yang mengembara di dunia untuk mencapai kesucian. Ingat, rumah kita di surga. Kita mau didapati tak bercacat, tak bercela.

Card image
CORRECT FREQUENCY - 17 Agustus 2023 (English Version)
2023-08-17 09:25:28


Each of us individually must truly experience an encounter with God. We must earnestly seek God and experience Him in a real way, not only because we read the Bible, hear sermons or people’s testimonies, but because we need Him so that we truly experience an encounter with Him. Encounters with God surely build intimacy, closeness, and attachment to Him. Do we know that God gave Himself for us and does not limit Himself? God gives us how much we want to be close or attached to Him. But the problem is with us.

Not many people seriously question the existence of God. Those in the Bible colleges ask about the knowledge of God to have a rational understanding, in the mind or reason, and things about God that are written in the Bible. Then formulating it into teachings, doctrines, and scientific articles can also elevate one’s degree because those who study at a theological college have a degree, which certainly gives value to life in church society.

They are satisfied with the knowledge of God. Still, they are not serious about seeking Him and encountering Him because the Grade Point Average, or the grades they get from academic activities, will determine their graduation and success in obtaining a degree. However, it was not assessed how much the student experienced an encounter with God. We can see how far it is from the standard if we see it with spiritual eyes. So, it is understandable why the congregation is brought to a condition where it does not need to encounter God because what is done in the church, in the liturgy, is considered sufficient as a medium to meet God. The liturgy has become a means for them to meet God.

Everything is a formality, so without realizing it, it has created a picture of the formal relationship between people and God. However, daily encounters with God will build intimacy, and we can find the right frequency. We will know when to cry and when not. God enjoys sincerity because if the frequency is fake, it’s hypocritical. This also includes when singing, where our hearts and body movements must be balanced. Don’t be like the one playing the part. Don’t act as someone praying when you want to, while prayer is dialogue. We must encounter God daily and dialogue with Him to find the language of that encounter, which is unique for each individual, and no one is the same.

We will regret it if we never find the right frequency, and this means our relationship isn’t right, and we don’t deserve to meet Him. People who don’t have the right frequency must be hypocrites. God enjoys if we sincerely say, “I want to please You, Lord.” Conversely, if people pretend and there is no sincerity, God does not feel it, and there’s no way they’d be allowed into heaven. We don’t always have to cry, but crying is the language of intimacy. It’s like when we meet a friend we haven’t seen for so long, we can cry, but if we meet someone who isn’t very close, we won’t cry even though we haven’t seen each other for years.

Tears are the language of emotions. Though invisible, tears show our emotions. When dealing with God, we touch Him with our whole body, soul, and spirit. Charismatic people generally think that we don’t have anointing if we don’t cry. So, they provoke the anointing by crying. God understands if they are still children or new Christians. However, we shouldn’t be like that if we are spiritually mature. Our cries must come from the heart and have a fit frequency with God. However, it doesn’t mean those who pray without tears are not close to God.

Let us meet God every day until we find the right frequency. God is alive and real. We can touch His presence, and He can also touch our hearts until we have the right frequency. Not fantasy or made up because it must be in line with the Holy Spirit. We shouldn’t release our emotions excessively because the atmosphere is so good that we aren’t in line with the Holy Spirit. We wander in the world to attain perfection and holiness and are packing up. Remember, our home is in heaven, so we want to be found without blemish. If we take this matter seriously, we will reach the top, and there will be tears because, firstly, to attain holiness, and secondly, we struggle in ministry but remember, God cares about our feelings.  

DAILY ENCOUNTERS WITH GOD WILL BUILD INTIMACY AND FIND THE RIGHT FREQUENCY.

Card image
FREKUENSI YANG BENAR - 17 Agustus 2023
2023-08-17 09:20:42


Kita masing-masing secara individu harus benar-benar mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Kita harus serius mencari Tuhan, mengalami Tuhan secara riil, bukan hanya karena kita membaca Alkitab, mendengar khotbah atau kesaksian orang, melainkan karena kita benar-benar membutuhkan Dia sehingga kita benar-benar mengalami perjumpaan dengan Allah. Perjumpaan demi perjumpaan, pasti membangun keintiman, kedekatan, kelekatan dengan Tuhan. Tahukah kita bahwa Tuhan memberi diri bagi kita? Tuhan tidak membatasi diri-Nya. Seberapa banyak kita mau, Tuhan beri. Seberapa kita mau dekat, seberapa kita mau lekat, Tuhan sediakan. Tetapi masalahnya ada pada kita.

Tidak banyak orang yang sungguh-sungguh mempersoalkan atau memperkarakan mengenai keberadaan Allah. Kalau di sekolah teologi atau di sekolah Alkitab, mereka mempersoalkan ilmu tentang Tuhan; bagaimana bisa memiliki pemahaman secara rasio, secara pikiran di dalam nalar, hal-hal mengenai Tuhan, hal-hal mengenai Allah yang ditulis di Alkitab. Lalu merumuskan menjadi ajaran, doktrin, buku karya ilmiah, di mana itu juga bisa mengangkat derajat karena seseorang yang belajar di sekolah tinggi teologi memiliki gelar, dan gelar pasti memberi nilai di dalam kehidupan di masyarakat gereja.

Mereka puas dengan pengetahuan mengenai Allah, tetapi kurang sungguh-sungguh untuk mencari Tuhan dan mengalami perjumpaan dengan Allah. Sebab Indeks Prestasi atau nilai yang mereka peroleh dari kegiatan akademis, itulah yang akan menentukan kelulusan mereka, keberhasilan mereka dalam meraih gelar kesarjanaan. Namun, tidak dinilai seberapa mahasiswa tersebut mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Jika kita melihat dengan lensa mata rohani, betapa jauh dari standar. Jadi bisa dimengerti mengapa jemaat dibawa kepada kondisi di mana tidak merasa perlu ada perjumpaan dengan Allah. Karena apa yang dilakukan di dalam gereja, di dalam liturgi, sudah dirasa cukup menjadi media bertemu dengan Tuhan. Liturgi itu sudah menjadi sarana mereka bertemu dengan Tuhan.

Semua serba formalitas, sehingga hal itu tanpa disadari telah membuat gambaran bagaimana hubungan antara umat dan Allah yang begitu formal. Namun, perjumpaan demi perjumpaan dengan Tuhan setiap hari akan membangun keintiman dan kita dapat menemukan frekuensi yang benar. Kapan menangis, kapan tidak. Tuhan menikmati ketulusan itu. Sebab kalau frekuensi palsu, itu munafik. Ini juga termasuk waktu kita menyanyi. Hati dan gerakan tubuh kita harus seimbang. Jangan jadi orang yang memainkan peranan. Ketika mau berdoa, kita berperan sebagai pendoa. Padahal doa itu dialog. Kita harus memiliki perjumpaan dengan Tuhan setiap hari, memiliki dialog dengan Tuhan, sehingga kita menemukan bahasa perjumpaan itu, yang masing-masing individu pasti khas, tidak ada yang sama.

Kita akan menyesal kalau tidak pernah menemukan frekuensi yang pas. Berarti hubungan kita tidak benar dan kita tidak layak bertemu Dia, itu masalahnya. Orang yang tidak memiliki frekuensi yang pas, pasti munafik. Kalau kita dengan tulus mengatakan, “aku mau menyenangkan-Mu, Tuhan,” Tuhan menikmati. Sebaliknya, kalau orang pura-pura dan tidak ada ketulusan, Tuhan tidak merasakan. Tidak mungkin dia diperkenankan masuk surga. Tidak harus menangis, tetapi tangisan itu bahasa keintiman. Seperti ketika kita bertemu sahabat yang sudah 20 tahun tidak ketemu, kita bisa menangis, tetapi kalau bertemu orang yang tidak intim, walau kita sudah tidak bertemu 30-40 tahun, maka kita tidak akan menangis.

Air mata adalah bahasa emosi. Emosi tidak kelihatan, tetapi air mata menunjukkan emosi kita. Kita berurusan dengan Allah, kita menyentuh Allah dengan segenap tubuh, jiwa, dan roh. Sebagai orang kharismatik pada umumnya berpendapat kalau tidak menangis, berarti tidak ada urapan. Jadi, kita memancing urapan dengan menangis. Kalau itu kanak-kanak, masih Kristen baru, Tuhan maklum. Namun, kalau sudah dewasa rohani, mestinya sudah tidak lagi. Tangisan kita harus lahir dari hati dan memiliki frekuensi yang pas dengan Tuhan. Jadi, tidak semua orang yang berdoa tanpa air mata berarti tidak dekat dengan Tuhan.

Ayo, jumpai Tuhan tiap hari sampai kita menemukan frekuensi itu. Allah itu hidup, Allah itu nyata. Kita bisa menyentuh hadirat Tuhan dan Tuhan juga bisa menyentuh hati kita, sampai kita memiliki frekuensi yang pas. Tidak fantasi, tidak dibuat-buat. Harus seiring dengan Roh Kudus. Jangan karena suasananya begitu bagus, kita melepaskan emosi sampai berlebihan sehingga tidak seiring dengan Roh Kudus. Kita adalah orang-orang yang mengembara di dunia untuk mencapai kesempurnaan, kesucian. Kita berbenah, kita berkemas-kemas. Ingat, rumah kita di surga. Kita mau didapati tak bercacat, tak bercela. Kalau kita serius memperkarakan ini, kita sampai di puncak, pasti ada air mata. Air mata karena, pertama, untuk mencapai kesucian. Kedua, dalam pelayanan. Namun ingat, Tuhan memedulikan perasaan kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PERJUMPAAN DEMI PERJUMPAAN DENGAN TUHAN SETIAP HARI AKAN MEMBANGUN KEINTIMAN DAN MENEMUKAN FREKUENSI YANG BENAR.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 Agustus 2023
2023-08-17 09:15:25

Yeremia 38-40
Mazmur 74, 79

Card image
Truth Kids 16 Agustus 2023 - HATI-HATI GUNAKAN TELINGA
2023-08-16 10:27:04


Amsal 18:15
“Hati orang berpengertian memperoleh pengetahuan, dan telinga orang bijak menuntut pengetahuan."

Sobat Kids, ada banyak hal yang dapat mempengaruhi hidup kita. Ayat firman Tuhan hari ini mengajarkan kita untuk berhati-hati terutama dalam pendengaran kita. Kita harus gunakan telinga kita ini untuk mendengarkan hal-hal yang baik. Salah satunya ketika kita mendengarkan lagu. Kita sebagai anak-anak Allah harus berhati-hati dalam mendengarkan lagu. Dengarkanlah lagu yang baik dan patut untuk didengar sesuai dengan usia kalian.

Kalian dapat meminta orang tua untuk memilihkan lagu-lagu yang pantas kalian dengar sesuai dengan usia. Kita tidak perlu ikut-ikutan menghafal lirik lagu-lagu orang dewasa yang sedang viral atau trend. Kebanyakan isi lirik lagu tersebut tidak pantas untuk kalian dengar. Belum lagi lagunya tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Lagu-lagu yang kita dengar akan mempengaruhi suasana hati kita, Sobat Kids. Contohnya saat kita mendengarkan lagu bernada ceria, hati kita akan ikut merasa ceria. Saat mendengarkan lagu bernada sedih atau lagu dengan kata-kata yang marah-marah, kita akan ikut sedih atau marah juga. Jadi, hati-hati gunakan telingamu!

Card image
Truth Junior 16 Agustus 2023 - GUNAKAN TELINGAMU
2023-08-16 10:24:05


Amsal 18:15
“Hati orang berpengertian memperoleh pengetahuan, dan telinga orang bijak menuntut pengetahuan.”

Sobat Junior, siapa yang suka mendengarkan lagu? Rasanya semua orang suka mendengarkan lagu. Lagu apa yang kalian paling suka? Apakah lagu bahasa Inggris? Lagu Sekolah Minggu? Lagu rohani? Atau lagu-lagu zaman sekarang, yang orang bilang lagu galau? Hayo… Lagu mana yang kalian suka?

Sebenarnya dari mendengar sebuah lagu, kita bisa belajar. Contohnya lagu dalam bahasa Inggris, kita bisa belajar bahasa Inggris dari cara pengucapannya. Kita juga dapat belajar arti liriknya dalam bahasa Indonesia.

Hari ini kita mau belajar bahwa kita harus menggunakan telinga kita untuk mendengar hal-hal baik. Termasuk dalam memilih lagu. Memang tidak ada yang melarang kita mau mendengarkan lagu apa pun. Tetapi, sebuah lagu dapat memengaruhi suasana hati kita. Contohnya, kita mendengarkan lagu galau. Lagu tersebut bisa jadi memengaruhi suasana hati. Awalnya merasa sukacita, namun setelah mendengar lagu itu, kita menjadi sedih. Maka dari itu, Sobat Junior, gunakanlah telinga kita untuk mendengarkan lagu yang baik. Contohnya, kita mendengar lagu “Rumahku Bukan Di Sini.” Dari lagu itu, kita belajar dan diingatkan bahwa rumah kita bukanlah di dunia ini, melainkan ada di surga bersama Bapa. Ayo, ajak teman-teman kita untuk mendengarkan lagu yang baik dan benar sesuai kebenaran firman Tuhan.

Card image
Truth Youth 16 Agustus 2023 (English Version) - FREEDOM FROM CARNAL DESIRES
2023-08-16 10:17:12


"For to set the mind on the flesh is death, but to set the mind on the Spirit is life and peace." (Romans 8:6)

Human beings, fallen into sin, have a tendency to act contrary to what God desires. This is referred to as the desires of the flesh. The desires of the flesh have taken root in the lives of fallen humans, often causing them to be unaware of their actions that hurt God's heart.

The sacrifice of Jesus on the cross for all humanity opened the door for us to return to God. However, one condition for us to return to God is to let go of our fleshly desires. God gives us the strength and opportunity to gradually release our fleshly desires until we have the desires of the Spirit, which are aligned with what God wants.

Desires that come from the flesh refer to the tendencies of humans influenced by carnal passions and selfish impulses. This includes worldly desires, the pursuit of pleasure for its own sake, and efforts to satisfy ourselves without considering God's will. On the other hand, desires that come from the Spirit refer to desires influenced by the Holy Spirit. This involves living in God's will and following the teachings and principles given by the Holy Spirit. These desires direct us to a meaningful, peaceful life in accordance with God's plan.

By letting go of our fleshly desires, we free ourselves from those desires. It means we no longer follow every whim offered by our flesh. Instead, we should direct our desires toward God.

WHAT TO DO:
Examine ourselves, what are our desires that displease God? We can ask God to give us guidance on which desires are His will and which are not.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Isaiah 9-11

Card image
Truth Youth 16 Agustus 2023 - MERDEKA DARI KEINGINAN DAGING - 16 Agustus 2023
2023-08-16 10:09:54


"Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera." (Roma 8:6)

Manusia yang jatuh di dalam dosa membuat dirinya memiliki kecenderungan untuk berbuat yang tidak sesuai dengan apa yang Allah inginkan. Ini disebut dengan keinginan daging. Keinginan daging telah mengakar di dalam hidup manusia yang telah jatuh, sehingga sering kali manusia tidak sadar akan perbuatannya yang melukai hati Allah.

Pengorbanan Tuhan Yesus di atas kayu salib bagi semua umat manusia membuka pintu bagi kita agar kita kembali kepada Allah. Namun, salah satu syarat agar kita bisa kembali kepada Allah adalah melepaskan keinginan daging kita. Allah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada kita untuk melepaskan keinginan daging kita secara bertahap, sampai kita memiliki keinginan Roh, yakni keinginan yang sesuai dengan yang Allah kehendaki.

Keinginan yang berasal dari daging mengacu pada kecenderungan manusia yang terpengaruh oleh hawa nafsu dan dorongan egois dari dirinya sendiri. Ini mencakup nafsu duniawi, pencarian kenikmatan semata, dan upaya untuk memuaskan diri sendiri tanpa mempertimbangkan kehendak Allah. Sebaliknya, keinginan yang berasal dari Roh mengacu pada keinginan yang dipengaruhi oleh Roh Kudus. Ini melibatkan hidup dalam kehendak Allah dan mengikuti ajaran dan prinsip yang diberikan oleh Roh Kudus. Keinginan ini mengarahkan kita kepada hidup yang penuh makna, damai, dan sesuai dengan rencana Allah.

Dengan kita melepaskan keinginan daging kita, berarti kita memerdekakan diri kita dari keinginan tersebut. Artinya, kita tidak lagi menuruti segala hawa nafsu yang diinginkan daging kita. Sebaliknya, kita harus mengarahkan keinginan kita kepada Tuhan.

WHAT TO DO:
Periksa diri kita, apakah ada keinginan-keinginan kita yang tidak berkenan kepada Tuhan. Kita bisa bertanya kepada Tuhan, agar Tuhan memberi petunjuk kepada kita manakah yang merupakan kehendak-Nya atau bukan.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yesaya 9-11

Card image
Renungan Pagi - 16 Agustus 2023
2023-08-16 10:05:22


Iman adalah kunci untuk meraih berkenan kepada Tuhan, dan menerima upah karena kesungguhan hati kita mencari DIA. "Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia."

Jadi, kita harus sungguh-sungguh mencari Tuhan untuk semakin mengenal Pribadi-Nya, sehingga kita pun memahami pikiran dan perasaan Tuhan. Jadi apapun yang firman Tuhan katakan, pasti akan dipercayai dan dipegang teguh dalam hidup orang yang beriman.

Dan imannya ditunjukkan dalam perbuatan setiap hari sesuai kehendak-Nya, imannya bukan iman yang mati, tetapi iman yang hidup, apapun kehendak Tuhan pasti akan dilakukannya, sebab apapun yang difirmankan Tuhan pasti akan terjadi.
(Ibrani 11:6)

Card image
Quote Of The Day - 16 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-16 09:57:17


Ketika kita melepaskan ikatan dosa, ikatan percintaan dunia, maka ada keringanan di dalam diri kita; dan kalau ada keringanan seperti ini, maka ada keriangan dalam hidup kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 16 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-16 09:54:58


Roh Kudus tidak mungkin tidak memberitahu kalau ada sesuatu di dalam hidup kita yang Bapa tidak berkenan, sehingga tidak ada orang yang nanti di hadapan Allah dapat berkata, “Saya tidak tahu ada kesalahan ini.”

Card image
TORN APART - 16 Agustus 2023 (English Version)
2023-08-16 09:51:54


One thing that makes us serious about dealing with God or becomes a sign that we are serious about Him is that we are truly ready to be before His Judgment Seat. The powers of darkness often whisper one word that makes us not take our dealings with God seriously. The word is: “Later!” This makes many procrastinate, keeping people from being fully serious with God. Therefore, not only should we think, ‘Maybe today is my last day’—which is not necessarily what people want to contemplate and think about—but we must have time to have an encounter with God, then really imagine and contemplate as if we were already before the Judgment Seat of Christ.

At that time, anything in our lives that God is not pleased with will be corrected. No matter how small or subtle, sins and mistakes can be fixed, but it depends on how seriously we present ourselves before God and open ourselves up for scrutiny. It is impossible for the Holy Spirit not to tell us that there is something in our lives that the Father is not pleased with so that no one who will be before God can say, “I did not know there was this mistake. I didn’t know that you didn’t like this.” God will tell us until we feel the things that can tear our chastity. God forgives and forgets when we ask for forgiveness for our sins and mistakes, and our hearts can be torn apart when we sin again, whether by saying inappropriate words, thinking what is wrong, or misbehaving. Some actions may not be categorized as sins but are enough to make our holiness vulnerable. If we continue to do those actions, other activities will be born later and surely be torn apart. We must train ourselves to have the habit of not touching things that can tear our chastity.

Our old self is cunning and can lead us to stages that make us sin. So, the sentence: “And lead us not into temptation, but deliver us from the evil one,” means that we must stay away from things that can lead us into sin. This is essential for us to pay attention to in living this life. How can we have that sensitivity? That is when we bring ourselves to appreciation, contemplation as if we were already in God’s presence. Not later, but now. Not only “maybe today is my last day,” but at this moment, if I am before God—and indeed, we must always be before God—what is wrong in my life? We will be delighted when we open ourselves up and are not found to be incorrect. Or if something goes wrong, we must immediately ask God for forgiveness and commit to repenting.  

Our old self is still going intense and demanding. Our old humans can become the Devil’s base. So, when we open ourselves before God, He examines us, and we can see that there is a base, maybe, the base of our lust, materialism, arrogance, and flattery. If we can destroy the base, the demons will have no footing and cannot maneuver inside us. This is not easy because the death of the worldly appetite must go through a heavy and protracted struggle, so it can not disappear automatically.

If we still like to be respected, there must be a struggle where we can be appreciated, but we don’t take the opportunity. By doing that, we can destroy the devil’s base. It was tough. Moreover, if we postpone repentance and live a holy life, we will never live a holy life forever. We must hurry up and be careful; the old self is sneaky! So, there must be time and always think as if we were in God’s presence, just as said in Ephesians, “Be very careful, then, how you live.” Let’s get used to living 24 hours in God’s presence and bring ourselves before God and examine whether there is anything wrong that we are still doing. God seems silent though we seriously ask Him, so we must sit quietly, waiting for Him, and He will surely show it to us, and then we will know what things can tear our holiness.  

WE MUST TRAIN OURSELVES TO HAVE THE HABIT OF NOT TOUCHING THINGS THAT CAN TEAR OUR CHASTITY.

Card image
TERKOYAK - 16 Agustus 2023
2023-08-16 09:48:53


Salah satu hal yang membuat kita benar-benar menjadi serius berurusan dengan Tuhan atau sekaligus menjadi tanda bahwa kita serius dengan Tuhan adalah bahwa kita benar-benar siap ada di hadapan takhta pengadilan Tuhan. Kuasa kegelapan sering membisikkan satu kata yang membuat kita tidak serius berurusan dengan Tuhan. Kata itu adalah: “Nanti!” Sebenarnya, inilah yang membuat banyak orang menunda, membuat orang tidak 100% serius dengan Allah. Oleh sebab itu, kita bukan hanya berpikir ‘mungkin hari ini adalah hari terakhirku’—yang mana ini pun belum tentu orang mau merenung dan memikirkannya—melainkan kita harus memiliki waktu mengadakan perjumpaan dengan Tuhan, lalu benar-benar membayangkan dan merenungkan seakan-akan kita sudah ada di hadapan takhta pengadilan Kristus.

Pada saat itu, kita akan benar-benar terkoreksi; apa-apa yang masih ada dalam kehidupan kita, yang Tuhan tidak berkenan. Sekecil apa pun dosa dan kesalahan, sehalus apa pun itu, bisa terkoreksi. Tentu tergantung seberapa kita benar-benar serius memperhadapkan diri di hadapan Tuhan dan membuka diri untuk diperiksa, diteliti. Roh Kudus tidak mungkin tidak memberitahu kalau ada sesuatu di dalam hidup kita yang Bapa tidak berkenan, sehingga tidak ada orang yang nanti di hadapan Allah dapat berkata, “Saya tidak tahu ada kesalahan ini. Saya tidak tahu ternyata ini hal yang Engkau tidak berkenan.” Tuhan pasti memberitahu kepada kita. Sampai nanti kita akan bisa merasakan hal-hal yang bisa mengoyak kesucian kita.

Ketika kita minta ampun atas dosa dan kesalahan kita, Tuhan ampuni, Tuhan lupakan. Maka hati kita bisa robek atau terkoyak pada waktu kita berbuat dosa lagi; apakah itu mengucapkan kata yang tidak patut, memikirkan apa yang tidak patut, apalagi bertindak sesuatu yang tidak patut. Tetapi kadang, memang ada perbuatan-perbuatan yang tidak berkategori dosa, tetapi sudah cukup membuat kesucian kita bisa rentan. Kalau kita sampai membiarkan perbuatan itu kita lakukan, nanti lahir perbuatan lain, pasti jadi robek. Kita harus melatih diri untuk memiliki kebiasaan tidak menyentuh hal-hal yang bisa membuat kesucian kita terkoyak.

Manusia lama kita itu licik. Ia bisa membawa kita ke tahap-tahap yang membuat kita berbuat dosa. Jadi kalimat: “dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan tetapi lepaskan kami daripada yang jahat,” maksudnya kita harus menjauhi hal-hal yang bisa membawa kita ke dalam perbuatan dosa. Ini hal yang sangat penting untuk kita perhatikan dalam menjalani kehidupan ini. Bagaimana kita bisa memiliki kepekaan itu? Yaitu ketika kita membawa diri kita pada penghayatan, perenungan seakan-akan kita sudah ada di hadirat Allah. Bukan nanti, melainkan saat ini. Bukan hanya “mungkin hari ini hari terakhirku,” bukan hanya itu, melainkan di saat ini kalau aku di hadapan Tuhan—dan memang kita harus selalu ada di hadapan Tuhan—apa yang salah dalam hidupku? Kita akan bahagia sekali ketika kita membuka diri dan tidak didapati salah. Atau kalau ada salah, kita harus segera minta ampun kepada Tuhan dan berkomitmen untuk serius bertobat.

Manusia lama kita masih kuat dan itu menuntut. Manusia lama kita bisa menjadi pangkalan Iblis. Jadi, waktu kita membuka diri di hadapan Tuhan, Tuhan periksa, kita bisa melihat adanya pangkalan. Mungkin pangkalan nafsu, materialisme, senang hormat dan disanjung. Kalau kita bisa menghancurkan pangkalan itu, setan tidak punya tempat berpijak. Dia tidak bisa bermanuver di dalam diri kita. Hal ini memang tidak mudah, karena matinya selera-selera tadi, harus lewat pergumulan berat dan panjang. Hal itu tidak bisa lenyap secara otomatis.

Jika kita masih senang dihormati, maka harus ada pergumulan di mana kita mendapat kesempatan dihormati, tetapi kita tidak mengambil kesempatan itu. Dari hal itu, kita bisa menghancurkan pangkalan itu. Hal itu memang berat. Apalagi kalau kita menunda pertobatan, menunda hidup suci, maka selamanya kita tidak pernah hidup suci. Harus secepatnya. Hati-hati, manusia lama itu licik! Jadi, harus ada waktu dan selalu diadakan, seakan-akan kita ada di hadapan Tuhan. Seperti yang dikatakan dalam Efesus, “perhatikanlah dengan saksama bagaimana kamu hidup.” Maka, mari kita membiasakan diri untuk hidup 24 jam di hadirat Allah. Kita harus membawa diri di hadapan Tuhan dan benar-benar memeriksakan diri, adakah sesuatu yang salah yang masih kita lakukan? Yang bertanya serius saja, kadang-kadang Tuhan seperti diam. Maka kita harus duduk diam menantikan Tuhan. Tuhan pasti akan menunjukkannya kepada kita. Selanjutnya, kita akan tahu hal-hal apa yang dapat mengoyak kekudusan kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS MELATIH DIRI UNTUK MEMILIKI KEBIASAAN TIDAK MENYENTUH HAL-HAL YANG BISA MEMBUAT KESUCIAN KITA TERKOYAK.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 Agustus 2023
2023-08-16 09:46:01

Yeremia 35-37

Card image
Truth Kids 15 Agustus 2023 - M A K A N
2023-08-15 10:16:45


Roma 6:12
“Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya.”

Kemarin kita sudah belajar tentang kebebasan dalam menggunakan mulut. Hari ini kita mau belajar kebebasan dalam mengonsumsi makanan. Siapa di antara Sobat Kids yang suka makan? Burger, pizza, spaghetti, siomay, sushi, mie, bakso, sosis, martabak dan masih banyak makanan lezat lainnya. Semua yang lezat pasti dimakan. Tetapi bagaimana dengan sayuran dan buah? Apakah kalian suka makan sayuran dan buah?

Tuhan menciptakan tubuh kita dengan sempurna. Tugas kitalah untuk menjaga dan merawat tubuh ini agar tetap sehat. Kita diberi kebebasan dalam memilih makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh kita, Sobat Kids. Bukan hanya sekadar memuaskan lidah tetapi berdampak buruk bagi kesehatan. Kita harus memilih makanan yang sehat, baik, dan aman bagi tubuh. Sehingga tubuh kalian akan tetap sehat sampai kalian tua nanti. Pasti tidak enak, kan, kalau sakit-sakitan? Oleh sebab itu kita harus menjauhi makanan yang terlihat lezat tapi sebenarnya tidak baik untuk kesehatan kita. Sobat Kids dapat bertanya kepada papa dan mama tentang mana saja makanan yang baik untuk kesehatan, dan makanan yang buruk bagi kesehatan tubuh kita.

Card image
Truth Junior 15 Agustus 2023 - HEALTHY LIFE
2023-08-15 10:14:05


Roma 6:12
“Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya.”

“Ma… aku mau dong makanan yang sedang viral itu,” ujar Deni sambil menunjuk penjual makanan yang ada di pinggir jalan. Mama pun menoleh ingin tahu makanan apa yang hendak dibeli Deni. Sekilas, makanan tersebut memiliki beberapa warna yang sangat menarik. Namun, wangi dari makanan itu seperti bau kimia atau obat-obatan. “Den, bagaimana jika kita cari resepnya di internet dan belanja bahan-bahannya? Sebelum kembali ke rumah, kita bisa mampir ke toko bahan kue. Pasti seru jika kita mencoba untuk membuatnya sendiri. Dan lagi, kita tahu pasti bahan-bahan yang akan dipakai. Kita tahu keamanan makanan yang kita masukkan ke dalam tubuh ini,” ide mama kepada Deni. “Wah, boleh juga tuh, Ma. Pasti seru jika kita buat sendiri, ya. Tidak akan kalah enak dengan yang dijual di tempat itu, deh…” ujar Deni dengan semangat.

Sobat Junior, kita memiliki kebebasan dalam mengonsumsi makanan. Bukan berarti kita boleh mengonsumsi semua makanan yang terlihat lezat, tetapi ternyata berbahaya bagi kesehatan tubuh kita. Pilihlah makanan sehat, baik, dan aman bagi tubuh. Kalian juga dapat meniru Deni. Kalian dapat membuat makanan sendiri bersama dengan orang tua. Kebetulan, lusa kita akan memperingati hari kemerdekaan bangsa Indonesia. Kalian dapat mengisi hari libur kalian dengan kegiatan yang seru bersama keluarga. Dengan mengonsumsi makanan sehat, maka tubuh kita akan sehat. Dengan tubuh yang sehat, kita dapat melakukan berbagai kegiatan. Stay healthy, everyone.

Card image
Truth Youth 15 Agustus 2023 (English Version) - BAD OR GOOD OBSESSION?
2023-08-15 10:10:57


"For while we were living in the flesh, our sinful passions, aroused by the law, were at work in our members to bear fruit for death." (Romans 7:5)

What do you think obsession is? Usually, obsession is associated with repetitive thoughts, ideas, desires, or impulses that can be disturbing, difficult to control, and hard to stop. Moreover, it is also defined as an idea or feeling that strongly dominates one's mind. This means that obsession is a state where we are possessed by thoughts, desires, and feelings about something. Perhaps among us who are reading this, some have desired something to the point of being willing to spend time, energy, thoughts, and even money on it. We think about it day and night, sometimes disturbing ourselves because it's so difficult to stop.

Actually, obsession is not always about negative things. However, the question is, where do we direct our obsessions? Unfortunately, many of us often direct ourselves toward the wrong obsessions. We direct our obsessions toward worldly things, which are, in fact, temporary in nature. When we get what we obsess about, instead of feeling satisfied, we might move on to obsessing about something else. This is a trap of the power of darkness to keep us bound by our sins.

We can be obsessed with positive things, such as working diligently to help others or studying hard to achieve high achievements. However, whatever our obsession is, we should direct everything to God. It means our only obsession should be God. We learned yesterday about being free from ourselves, which means we must break free from our sins, our attachment to the world, and thus release all our worldly obsessions.

WHAT TO DO:
Identify our obsessions, whether there are obsessions that disturb our relationship with God or make us less spiritual. If so, repent and release those obsessions.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Isaiah 4-8

Card image
Truth Youth 15 Agustus 2023 - BAD OR GOOD OBSESSION
2023-08-15 10:06:48


"Sebab waktu kita masih hidup di dalam daging, hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh hukum Taurat, bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut." (Roma 7:5)

Menurut kalian, apa sih obsesi itu? Biasanya, obsesi itu sering dikaitkan dengan pikiran, gagasan, keinginan, atau dorongan yang berulang-ulang dan terkadang mengganggu, sulit dikendalikan, dan sulit dihentikan. Selain itu, ada juga yang mengartikan bahwa obsesi merupakan ide atau perasaan yang sangat merasuki pikiran. Ini berarti, obsesi merupakan sebuah keadaan di mana kita dirasuki oleh pikiran, keinginan, dan perasaan akan suatu hal. Mungkin dari antara kita yang membaca ini pernah menginginkan sesuatu sampai rela menghabiskan waktu, tenaga, pikiran, bahkan uang demi sesuatu tersebut. Kita memikirkannya siang malam, sampai terkadang mengganggu diri kita, saking sulitnya kita menghentikannya.

Sebenarnya, obsesi tidak selalu hal-hal yang sifatnya negatif. Namun, pertanyaannya adalah, mau diarahkan ke mana obsesi kita? Sayangnya, banyak dari kita sering kali mengarahkan diri kepada obsesi yang salah. Kita mengarahkan obsesi kita kepada hal-hal dunia, yang sebenarnya sifatnya sementara.

Ketika kita mendapatkan apa yang kita obsesikan itu, bukannya puas, malah kita bisa mengobsesikan hal yang lain. Ini sebenarnya adalah jebakan kuasa kegelapan agar kita terus terbelenggu oleh keberadaan dosa kita.

Kita boleh terobsesi kepada hal-hal positif, misalnya kita rajin bekerja supaya kita bisa membantu sesama, atau rajin belajar supaya kita bisa mendapat prestasi yang tinggi. Namun, apa pun obsesi kita, kita mau mengarahkan semuanya kepada Tuhan. Artinya, sudah seharusnya obsesi kita hanyalah Tuhan.

Kita sudah belajar kemarin tentang merdeka dari diri sendiri, artinya kita harus melepaskan belenggu dosa kita, ikatan kita dengan dunia, dengan demikian semua obsesi duniawi kita harus kita lepaskan.

WHAT TO DO:
Identifikasi obsesi kita, apakah ada obsesi yang mengganggu hubungan kita dengan Tuhan, atau membuat kita menjadi tidak rohani? Kalau ada, segera bertobat dan lepaskan obsesi tersebut.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yesaya 4-8

Card image
Renungan Pagi - 15 Agustus 2023
2023-08-15 10:01:45


Kebohongan dan dusta adalah hikmat dari setan atau iblis, sebab iblis adalah bapa segala dusta, sehingga jika hidup kita penuh kebohongan dan sering berdusta, berhati-hatilah jangan sampai itu menjadi kebiasaan yang membinasakan nurani kita dan menjadi keji dimata Tuhan.

"Bibir yang mengatakan kebenaran tetap untuk selama-lamanya, tetapi lidah dusta hanya untuk sekejap mata. Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang berlaku setia dikenang-Nya." Orang yang sering berdusta adalah orang yang tidak berlaku setia, yang sama artinya dengan orang yang suka berkhianat.

Mengkhianati istri atau suami, mengkhianati keluarga dan teman, pada akhirnya mengkhianati Tuhan. Menganggap Tuhan dapat dibohongi, itulah kekejian dimata Tuhan. Mari buanglah dusta dan kebohongan, supaya kita dapat masuk kekekalan dengan mendapat perkenanan Tuhan sebab bibir kita mengatakan kebenaran dan berlaku setia.
(Amsal 12:19,22)

Card image
Quote Of The Day - 15 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-15 09:52:00


Jangan puas dengan ada di dalam organisasi gereja, tapi kita harus menjadi organisme yang hidup di mana Roh Kudus bekerja di dalam diri kita dan membuat kita makin hari makin sempurna.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 15 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-15 09:50:16


Setiap hari kita harus memeriksa hal-hal apakah yang tidak patut yang masih kita lakukan, untuk kita akui kesalahannya dan kita ubah.

Card image
R E S P O N S E - 15 Agustus 2023 (English Version)
2023-08-15 09:48:36


In the story of Lot and his family, there was a time when two men sent by God urged Lot to leave his house. But we must note that the two delegates didn’t force Lot to go initially. Only when there was no time left to linger, they forced Lot to leave Sodom quickly. Lot, his two daughters, and his wife finally left Sodom Gomorrah. But, as we know the story, Lot’s wife turned into a pillar of salt. Only if Lot left his house that night – the two guests came into Lot’s house in the evening, then the misfortunes would never befall his family; his wife would not turn into a pillar of salt and the inappropriate relations between Lot and his daughters would never occur.

This story in the Bible is very tragic. Lot was not an evil person. Amongst the residents of the city of Sodom and Gomorrah, Lot was counted as righteous. It was evident when Lot welcomed the two men who came to the town, while others were indifferent towards them. The Bible mentions that Lot bowed down and welcomed the two guests to stay in his home. In this matter, Lot clearly risked his life. However, as he was too slow and did not respond quickly to God’s calling, Lot must pay a great price. We must pay attention to this matter. 

We know that we live in the passage of time. We also know that death is a certainty and can happen anytime. Remember, death is not something we can predict. We also know that after death, we must stand before God’s judgment seat, where all our life will be laid bare, and we will be judged (2 Cor. 5:9-10). We are even responsible for every word that we speak. Therefore, everything has its consequences. We will be judged according to what we do, both righteous and evil acts. However, how many of us who are truly observant of this fact are truly responsive and thus reactive to it?

Our response truly shows or proves how much we honor and respect God. It shows how much we believe in His word. We cannot say we honor God when we do not believe in His word. Procrastination, unresponsiveness, or indifference to God’s Word and to anything He’d like us to do is disrespectful towards God. At the same time, our sole purpose in life is to be molded back into God’s original plan, to be a person who is in line with His plan and worthy to be a part of God’s Kingdom. We may not be able to convey His glory and majesty now. Neither can we convey the terror of eternal separation from God.

Remember, although time goes by, one day, it will stop. We won’t be able to add one cubit to our stature. This is a terrifying reality. But whom do we trust? Is there any guarantee that God is right? The guarantee is our earnestness to be responsive to God’s word, which is marked by a transformation in our actions, by less and less fascination with the things of this world. Our Lord Jesus taught us that we must be perfect as our Father in heaven is perfect. It means heaven is not a physical destination but a fruit. Our first objective must be to transform our life. When our life is transformed, we are worthy to be with the Lord. However, it is not easy to transform our life. The Lord Jesus said, “Truly I tell you, unless you change and become like little children, you will never enter the kingdom of heaven.” (Matthew 18:3).

To repent, which means to turn around (Hebrew: shub, Greek: metanoia), means transforming of the mind. Therefore, the word “child” in that text is paidion, means a child between the age of 7-14 years, the age at which a person can be effectively taught. Therefore, there is a period in one’s life, where they can be taught. If a person is earnest and committed to turning their life around, they will be easily molded even though they are advanced in years and has experienced many of God’s disciplines. On the other hand, a young person, who is between 30-40 years old, who is foolish, may be very difficult to change. We must be honest and search our hearts to see whether there is a real transformation in our life; if not, we must strive for it. We must search our hearts daily for everything we have done where we are not supposed to, so we can confess it and turn our life around. We must be responsive when God shows us our wrong doing.   

OUR RESPONSES SHOW OR PROVE HOW MUCH WE HONOR GOD.

Card image
RESPONS - 15 Agustus 2023
2023-08-15 09:45:44


Mengamati kisah mengenai Lot, yaitu mengenai dua utusan Allah di mana kedua utusan ini sudah mendesak Lot untuk segera meninggalkan rumah. Namun, kalau kita teliti, kedua utusan ini tidak memaksa, pada mulanya, tetapi ketika keadaan mendesak, maka kedua utusan itu memaksa Lot untuk segera meninggalkan Sodom. Akhirnya, memang Lot dengan dua anak gadisnya dan istrinya meninggalkan Sodom Gomora. Tetapi kita mengetahui kisah Lot ini, bagaimana istri Lot akhirnya menjadi tiang garam. Seandainya Lot sejak semalam ketika diberitahu—kedua tamu itu masuk rumah Lot ketika hari sudah menjelang malam—Lot sudah pergi dari rumah itu, maka tidak akan pernah terjadi bencana atas keluarga Lot; istrinya menjadi tiang garam dan terjadi hubungan yang tidak patut antara Lot dan dua anak gadisnya.

Ini kisah di Alkitab yang benar-benar sangat tragis. Lot memang bukan orang jahat. Di antara orang-orang di kota Sodom Gomora, Lot orang baik. Dapat dibuktikan dengan dua utusan yang datang ke tempat mereka, tidak ada seorang pun yang memedulikan, tetapi Lot tunduk. Dikatakan di dalam Alkitab, bahwa Lot sujud dan mengajak kedua tamu tersebut masuk ke dalam rumahnya. Dalam hal ini, Lot juga mempertaruhkan nyawanya. Namun, sikap lambat, tidak respons cepat terhadap ajakan atau panggilan Tuhan itu, harus Lot bayar dengan harga yang mahal. Hal ini harus kita perhatikan dengan sangat serius.

Kita sudah tahu bahwa kita hidup di perjalanan waktu. Kita juga sudah tahu bahwa kematian adalah satu hal yang pasti akan terjadi dan bisa datang setiap saat. Ingat, hal kematian tidak bisa diprediksi. Kita juga tahu bahwa setelah kematian, setiap kita harus menghadap takhta pengadilan Allah, seluruh isi kehidupan kita akan dibuka dan kita diadili (2 Kor. 5:9-10). Bahkan, satu kata yang kita ucapkan, harus kita pertanggungjawabkan. Jadi, tidak ada sesuatu yang gratis dalam hidup ini. Kita harus mempertanggungjawabkan apa yang kita lakukan, baik atau jahat. Namun, seberapa banyak di antara kita yang betul-betul memperhatikan fakta itu, betul-betul responsif dan reaktif?

Respons kita sangat menunjukkan atau membuktikan seberapa kita menghormati Tuhan. Hal ini sama dengan seberapa kita memercayai perkataan-Nya. Kalau kita tidak memercayai perkataan Tuhan, itu sama saja dengan tidak menghormati Tuhan. Sikap menunda, tidak responsif, tidak reaktif terhadap firman Tuhan, terhadap kehendak Tuhan yang harus kita lakukan, sebenarnya merupakan sikap tidak atau kurang menghormati Allah. Padahal, kita mau supaya dikembalikan ke rancangan Allah semula, menjadi manusia sesuai kehendak Allah, diperkenan menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Di mana keagungan dan kemuliaannya tidak dapat kita bayangkan saat ini. Namun, juga kita tidak akan bisa membayangkan betapa ngerinya kekekalan seseorang yang terpisah dari hadirat Allah selamanya.

Ingat, waktu ini akan berjalan terus dan suatu kali akan berhenti. Kita tidak akan bisa menambah sehasta saja waktu umur hidup kita. Itu kengeriannya luar biasa, saat kita tidak bisa menambah sehasta saja umur hidup kita. Hal itu mengerikan sekali. Namun, masalahnya, kepada siapa kita percaya? Jaminannya apa kalau Tuhan itu benar? Kalau kita sungguh-sungguh mau responsif kepada firman Tuhan, maka kelakuan kita pasti akan berubah, ditandai dengan ikatan kita kepada hal-hal dunia semakin jauh. Yesus mengajar kita harus sempurna seperti Bapa. Sebenarnya surga itu buahnya, bukan dalam arti tujuan secara fisik. Tujuan kita itu pada mulanya adalah hidup kita diubah. Dengan hidup kita diubah, maka kita layak untuk bersama Tuhan. Masalahnya, mengubah hidup ini memang tidak mudah. Yesus berkata, “Kalau kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil, kamu tidak masuk surga,” (Matius 18:3).

Bertobat, artinya berbalik (Ibr. _shub;_ Yun. _Metanoia_), artinya perubahan pikiran. Maka, kata “anak” di dalam teks itu adalah paidion, artinya anak usia 7-14 tahun, usia yang efektif untuk dididik. Jadi ada satu periode, satu masa ketika seseorang itu bisa dididik. Walau kita sudah tua dan sudah melewati proses dididik Tuhan, tetapi kita dapat tetap mudah dibentuk, asal kita mau serius dan berkomitmen untuk mengubah hidup kita. Namun, seseorang yang belum tua, masih umur 30-40 tahun, tetapi dasar bandelnya dari sejak remaja, maka bisa saja sudah tidak bisa diperbaiki. Kita mesti mengoreksi diri dan jujur, apakah ada perubahan signifikan, perubahan yang nyata di dalam hidup kita. Kalau tidak, kita harus menggeliat. Setiap hari kita harus memeriksa hal-hal apakah yang tidak patut yang masih kita lakukan, untuk kita akui kesalahannya dan kita ubah. Kalau Tuhan menegur kita atas kesalahan yang kita lakukan, maka kita harus responsif.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

RESPONS KITA SANGAT MENUNJUKKAN ATAU MEMBUKTIKAN SEBERAPA KITA MENGHORMATI TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 Agustus 2023
2023-08-15 09:19:30

Yeremia 32-34

Card image
Truth Kids 14 Agustus 2023 - KEBEBASAN MENGGUNAKAN MULUT
2023-08-14 10:12:43


1 Petrus 3:10
“Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu.”

Adakah di antara Sobat Kids yang suka makan cabai? Siapa yang bisa makan makanan pedas? Mungkin sedikit sekali dari kalian yang bisa makan cabai atau sambal karena tidak tahan dengan rasa pedasnya. Sedangkan orang dewasa banyak yang suka makan cabai atau sambal. Banyak orang dewasa yang suka makanan pedas karena mereka sudah terbiasa makan cabai sejak lama. Jadi tidak heran mereka akan senang sekali makan cabai ataupun makanan pedas lainnya.

Kebiasaan yang dilatih sejak kecil akan mempengaruhi kebiasaan kita sehari-hari. Contohnya seperti makan cabai, Sobat Kids. Hari ini kita tidak mau latihan makan cabai. Namun, hari ini kita mau latihan untuk menggunakan kebebasan dalam berbicara. Kita mau gunakan bibir, lidah, dan mulut kita untuk mengucapkan kata-kata yang baik dan sopan. Jika ada orang-orang di sekitar kalian yang suka mengucapkan kata-kata kasar, janganlah ikuti mereka. Kalian jangan ikuti, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 14 Agustus 2023 - MANIS DIDENGAR-NYA
2023-08-14 10:10:41


1 Petrus 3:10
”Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu.”

Lidah adalah indra pengecap rasa manis, asam, asin dan pahit. Bibir dan lidah kita berguna untuk berbicara, makan, minum dan lain sebagainya. Dalam ayat firman Tuhan hari ini, kita diajarkan untuk memakai lidah dan bibir dengan baik. Zaman sekarang pasti banyak bahasa gaul yang semakin berkembang. Namun, sering kali salah, hingga membuat orang yang mendengarnya kesal dan tidak senang hati. Misalnya saat berbicara kasar atau memanggil teman kita dengan sebutan nama binatang. Dunia menganggap kata-kata kasar seperti itu merupakan hal yang biasa. Tetapi kita berbeda dengan dunia ini, Sobat Junior.

Lidah memang anggota tubuh yang berukuran kecil, tetapi memiliki dampak yang besar. Kita memang memiliki kebebasan untuk menggunakan lidah untuk hal yang jahat atau baik. Tetapi kita mau belajar untuk menggunakan lidah dan bibir kita untuk mengucapkan kata-kata yang baik dan sopan. Kebiasaan ini harus dibangun sejak kecil, Sobat Junior. Kita harus melatih, agar diri kita tidak terpengaruh dengan bahasa gaul ataupun kata-kata yang tidak sopan. Kuasailah lidah dan bibir kita, agar setiap kata yang kita ucapkan manis di dengar-Nya.

Card image
Truth Youth 14 Agustus 2023 (English Version) - FREEDOM FROM OURSELVES
2023-08-14 10:06:45


"For the death he died, he died to sin, once for all, but the life he lives, he lives to God." (Romans 6:10)

Within us, there is a sinful nature that enslaves us. Sin binds us, so unconsciously, our behaviors, words, and attitudes are influenced by it. Through the sacrifice of Jesus, a way was opened for us to break free from the bondage of sin. The question is, are we willing to break free from sin?

Today, we will learn two things from Romans 6:11: how we die to sin and live to God. First, we must die to sin. Dying to sin means that sin no longer has power over us. Romans 6:11 teaches that when we believe in Jesus Christ as our Savior, it means we die to sin. Sin is what separates us from God and leads to the consequence of death. However, through faith in Christ, we are saved from the power of sin and death. This is a fundamental change in the life of believers, as they are given a new life in Christ.

Breaking free from sin is not enough by simply believing in Jesus as Lord and Savior; we must also live for God. Living for God means we live to love, glorify, and serve God in all aspects of our lives. Living for God is based on having a close relationship with Him through Jesus Christ, following His will, and living according to the principles He taught in His word.

Both of the above require our response. So, what is our response? We must be willing to let go of our sins and live for God.

WHAT TO DO:
Make a commitment to leave our sins and live for God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Isaiah 1-3

Card image
Truth Youth 14 Agustus 2023 - MERDEKA DARI DIRI SENDIRI
2023-08-14 10:02:33


"Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus."
(Roma 6:11)

Di dalam diri kita, terdapat kodrat dosa yang membuat diri kita menjadi budaknya. Dosa membelenggu kita sehingga tanpa kita sadari, tingkah laku kita, perkataan, dan sikap hati kita terpengaruhi olehnya. Melalui pengorbanan Tuhan Yesus, kita dibukakan jalan agar kita bisa lepas dari belenggu dosa. Pertanyaannya, apakah kita bersedia melepaskan diri dari dosa?

Hari ini kita akan belajar dua hal dari Roma 6:11, yakni bagaimana kita mati bagi dosa dan hidup bagi Allah. Pertama, kita harus mati bagi dosa. Mati bagi dosa berarti dosa tidak lagi memiliki kuasa atas kita. Roma 6:11 mengajarkan bahwa ketika kita percaya pada Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita, maka artinya kita mati bagi dosa. Dosa adalah pemisahan kita dari Allah dan membawa akibat dosa, yaitu maut. Namun, melalui iman kepada Kristus, kita diselamatkan dari kuasa dosa dan kematian. Ini adalah perubahan yang mendasar dalam kehidupan orang percaya, karena mereka diberikan hidup baru dalam Kristus.

Melepaskan diri dari dosa tidak cukup hanya dengan percaya Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, tetapi kita juga harus hidup bagi Allah. Hidup bagi Allah berarti kita hidup untuk mengasihi, memuliakan, dan melayani Allah dalam segala aspek kehidupan kita. Hidup bagi Allah adalah hidup yang didasarkan pada hubungan yang dekat dengan-Nya melalui Yesus Kristus, dengan mengikuti kehendak-Nya dan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip yang Dia ajarkan dalam firman-Nya.

Dua hal di atas memerlukan respons kita. Lalu, apa respons kita? Maka, kita harus bersedia meninggalkan dosa-dosa kita dan hidup bagi Allah.

WHAT TO DO:
Miliki komitmen agar kita meninggalkan dosa kita dan hidup bagi Allah.

BIBLE MARATHON:
▪︎Yesaya 1-3

Card image
Renungan Pagi - 14 Agustus 2023
2023-08-14 09:53:35


Jangan biasakan dalam gereja saling mencari kelemahan dan kekurangan orang lain, jangan saling menjatuhkan, tetapi harus saling melayani dan saling menguatkan, saling membangun dan menyembuhkan satu dengan yang lainnya.

Pelayanan yang sesungguhnya akan terlihat ketika kita membawa dampak dan peduli dengan orang-orang yang ada disekitar. Dan peduli itu bukan karena "kepo" ingin tahu keadaan seseorang untuk di-gossip-kan, tetapi memperhatikan agar dapat menolong jika diperlukan. Sebab kita semua adalah satu, tubuh Kristus, dan tubuh Kristus itu ada bagian-bagiannya yang harus saling melengkapi, bukan saling menyakiti.

"Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita. Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya."
(1 Korintus 12: 26-27)

Card image
Quote Of The Day - 14 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-14 09:49:15


Jangan berpikir kita tidak bisa hidup suci karena melihat dunia sekitar yang begitu rusak, dan melihat diri sendiri yang masih jatuh bangun; kita tidak boleh putus asa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 14 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-14 09:50:15


Memang, tidak ada seorang pun yang bermaksud untuk masuk ke dalam kehinaan yang kekal, tetapi ketika seseorang bersikap pasif, sebenarnya ia membawa diri, tergiring, terkondisi atau terhanyut ke dalam kekekalan yang menuju kehinaan.

Card image
THE TOP DECISION - 14 Agustus 2023 (English Version)
2023-08-14 09:38:10


The free will that God has given to each of us is grace as well as honor. Naturally, with this grace comes responsibilities. With this free will, God gives us options that we must choose responsibly. Every decision we take determines the direction of our life, even our eternal destiny. We must pay attention to this matter. In the story of Adam and Eve, God seemed to let Adam and Eve eat the fruit from the tree of the knowledge of good and evil. But honestly, God had first told them. Remember, God had warned them. However, He gave them the freedom to choose what to do with His command. And this freedom to choose was, truly an honor.

The problem is whether we will use our free will to be honorable or disgraced. The power of darkness strives to persuade us not to consider this matter seriously, and bring us into passivity. To be passive is also a choice. When a person decides not to choose – which, in essence, is a choice made – this world will drag them away. We must remember that we cannot take a neutral position. Therefore, we must choose to be righteous and follow God’s will. Those who choose to be passive or neutral do not value the honor given to them. They are not trustworthy.   

Ironically, that many people stay in passivity without even realizing it. Therefore, we must choose. Many of life’s options, such as study options, careers, residency, and spouses, are important. But, the options to spend eternity in glory or shame are the most important, and we direct our life towards one of these options.  

Anything may lead us into passivity: shows that do not support our growth into spiritual maturity, hobbies that do not support our growth in the faith, and others, not to mention problems that may take all our thoughts and attention, greatly influence our feeling and emotion. All these can bring us into passivity. Remember, the devil will always strive to divert our attention away from these two eternal options: eternal glory or eternal shame. As we open our eyes in the morning, we are always brought into these two options. Therefore, we must map our life. Not only 24-hour a day mapping, but every minute and every second must be carefully mapped. 

Prayer is important. So are attending church services, reading the Bible, and listening to sermons. We must pay attention to how we map our time. Therefore, we must strive to burn our hearts to love God. Do not delay striving to be worthy in His sight. Do not wait. We must say in our prayer, “There is nothing great in my life but You, O Lord; I want to be worthy in Your sight, to please and satisfy You. You are my only greatness. You, and You alone, O Lord.” We must not waste this precious time and opportunity. We must earnestly strive to accelerate into eternal glory.

We must not drown. Not only when problems inundate us but also when we are given riches, honors, and high status. The Holy Spirit will help us. When we are being ‘passive’, God may rebuke us. But, at times, we do not listen to His warning so He may discipline us through problems we encounter. Essentially, our only purpose in life is to please Him alone. Our only commitment is to seek Him. Before we sleep, our only thought is, “I love you, Lord.” We do not give any opportunity for vanity. We risk all our life only for God and His Kingdom.  

THE OPTIONS TO SPEND ETERNITY IN GLORY OR SHAME ARE THE MOST IMPORTANT, AND WE DIRECT OUR LIFE TOWARD ONE OF THESE OPTIONS.

Card image
PILIHAN UTAMA - 14 Agustus 2023
2023-08-14 09:35:18


Kehendak bebas yang Tuhan berikan kepada kita adalah anugerah, sekaligus kehormatan. Tentu anugerah yang di dalamnya termuat tanggung jawab. Dengan kehendak bebas yang kita miliki, kita diberikan Tuhan opsi atau pilihan. Di situlah letaknya kita harus bertanggung jawab. Di dalam keputusan-keputusan yang kita ambil, di situ kita mengarahkan hidup dan kita menentukan “nasib” kita. Kita menentukan “keadaan kekal” kita dan itu harus selalu kita ingat. Dalam kisah Adam dan Hawa, sepertinya Allah membiarkan Adam dan Hawa memetik buah yang dilarang dikonsumsi, tetapi Allah sudah menasihati lebih dahulu. Ingat, Allah sudah memberi peringatan. Selanjutnya, Allah memberi kebebasan dan sebenarnya itu kehormatan.

Masalahnya, apakah kita menggunakan kehendak bebas kita untuk menjadi manusia yang terhormat atau terhina? Kuasa kegelapan berusaha membuat orang tidak memperhatikan hal ini dengan serius. Kita juga sering dibawa dalam keadaan pasif, artinya pasivitas. Kepasifan itu sebenarnya juga pilihan. Ketika seseorang tidak bermaksud memilih—sejatinya itu pun pilihan—pasti ia terhanyut oleh dunia. Ingat, kita tidak bisa netral, maka kita harus memilih hal yang benar dan sesuai kehendak Tuhan. Orang yang pasif atau netral artinya seperti tidak menghargai kehormatan yang diberikan oleh Tuhan dan sekaligus dia tidak bertanggung jawab atas kehendak bebas yang dimilikinya.

Ironis, banyak orang dalam keadaan pasif tanpa dia sadari. Maka, kita harus memilih. Masalahnya, apa pilihan dalam kita menggunakan kehendak bebas? Kalau pilihan studi, pekerjaan, tempat tinggal, bahkan jodoh, itu sebenarnya masih opsi yang tidak berisiko tinggi. Namun, opsi atau pilihan utama yang kita harus pilih, dan mengarahkan diri pada opsi itu adalah kekekalan dalam kemuliaan atau kekekalan dalam kehinaaan. Memang, tidak ada seorang pun yang bermaksud untuk masuk ke dalam kehinaan yang kekal, tetapi ketika seseorang bersikap pasif, sebenarnya ia membawa diri, tergiring, terkondisi atau terhanyut ke dalam kekekalan yang menuju kehinaan. Kuasa gelap dengan sangat cerdik dapat membuat seseorang lupa opsi yang terpenting ini yaitu opsi utama ini dengan berbagai kesibukan yang dijalani setiap orang.

Gadget, tontonan yang tidak memiliki manfaaat kedewasaan rohani, hobi-hobi yang tidak membuat kita bertumbuh dalam iman, sebenarnya semua hal itu dapat membuat kita menjadi pasif. Belum lagi, masalah-masalah yang menguras perhatian, yang menusuk tajam perasaan, yang membuat gelora emosi, maka kita dibuat hanyut dan pasif. Ingat, setan selalu membuat gerakan-gerakan yang membuat kita lupa bahwa kita ada di dalam persimpangan opsi kekekalan; dalam kemuliaan atau dalam kehinaan. Karenanya, kita harus memetakan hidup kita. Bukan hanya 24 jam 1 hari, melainkan dari menit ke menit, dari detik ke detik kita mengarahkan hidup kita. Jadi, begitu kita buka mata pada pagi hari, sejatinya kita sudah dibawa ke medan pemilihan itu.

Doa itu penting, ke gereja itu penting, membaca Alkitab itu, mendengar khotbah itu penting. Kita harus dengan serius memetakan waktu kita. Maka sekarang yang harus kita lakukan adalah membuat hati kita membara untuk mencintai Tuhan. Jangan menunda untuk menjadi seorang yang berkenan di hadapan Tuhan. Jangan tunggu nanti. Dalam doa kita berkata, “Tidak ada hal besar dalam hidupku kecuali Engkau, Tuhan; kecuali berkenan di hadapan-Mu, menyenangkan Engkau, memuaskan Engkau. Satu-satunya hal besarku, hanya Engkau, Tuhan.” Jangan sia-siakan waktu dan kesempatan yang sangat berharga ini. Kita harus sangat serius agar kita punya akselerasi menuju kekekalan kemuliaan itu cepat.

Kita tidak boleh tenggelam, bukan hanya ketika kita berada di dalam masalah, tetapi juga ketika kita sedang kelimpahan harta, terhormat, naik pangkat, itu pun kita tidak boleh tenggelam. Roh Kudus pasti akan menolong kita. Waktu kita pasif, Tuhan bisa tegur kita. Namun, kadang kita tidak mau dengar ‘alarm’ Tuhan, maka kita digebuk lewat masalah. Jangan tunggu digebuk oleh Tuhan. Pokoknya, tujuan kita hanya berkenan kepada Allah. Kita hanya berkomitmen untuk mencari Tuhan. Sebelum tidur kita sudah memikirkan Tuhan: “Aku mengasihi-Mu, Tuhan.” Tidak ada kesempatan untuk hal yang tidak-tidak. Seluruh hidup kita harus dipertaruhkan hanya untuk Tuhan dan Kerajaan-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PILIHAN UTAMA YANG KITA HARUS PILIH DAN MENGARAHKAN DIRI PADA OPSI ITU ADALAH KEKEKALAN DALAM KEMULIAAN ATAU KEKEKALAN DALAM KEHINAAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 Agustus 2023
2023-08-14 09:07:02

Yeremia 30-31

Card image
Truth Kids 13 Agustus 2023 - BERHARGANYA WAKTU
2023-08-13 10:09:19


Efesus 5:16
“dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.”

Olivia senang sekali menonton video YouTube di handphone mamanya. Cukup banyak waktu yang dihabiskannya untuk menonton video dalam satu hari. Berkali-kali mama melarang Olivia untuk tidak terlalu banyak menonton video sebelum tidur. Namun, ia selalu merengek dan menangis untuk meminta menonton. Mama mengingatkan bahwa besok pagi ia harus bangun pukul enam pagi. Sekolah akan mengadakan acara wisata ke kebun binatang bersama. Olivia tidak mendengarkan nasihat mamanya.

Keesokan harinya, Olivia tidak bisa bangun pukul enam pagi dan sangat mengantuk. Olivia menangis karena tertinggal bus dari sekolah sehingga ia tidak ikut pergi ke kebun binatang. Olivia menyesal tidak mendengarkan nasihat mamanya. Mulai dari kejadian itu, Olivia tidak mau menghabiskan waktunya menonton YouTube sekalipun dia menyukainya. Ia sadar masih banyak kegiatan yang lebih berguna dibandingkan menonton video saja. Ia bisa mengisi kegiatannya dengan belajar, bermain bersama teman atau bermain sepeda yang bisa membuat badannya lebih sehat. Yuk, Sobat Kids, gunakan waktu kalian yang berharga untuk hal-hal yang berguna.

Card image
Truth Junior 13 Agustus 2023 - MENGHARGAI WAKTU
2023-08-13 10:07:37



Efesus 5:16
“…dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.”

Waktu adalah benda kecil, namun memiliki peran penting dalam hidup kita. Sering kita merasa waktu berlalu sangat cepat, berawal pagi hari hingga bertemu lagi malam hari. Pernahkah mempertanyakan, apakah waktu kita pakai sudah bermanfaat bagi rohani kita? Atau hanya sekadar menghabiskan waktu saja. Saat sekolah, kita mempunyai 7-8 jam untuk memperhatikan pelajaran. Namun, sering kali kita tidak fokus memperhatikan guru yang mengajar. Atau bahkan bermain dengan teman, yang akhirnya mengabaikan guru kita. Oleh karena itu, ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk mempergunakan waktu sebaik-baiknya.

Kegiatan rutin apa saja yang akan kalian lakukan selama satu hari? Berdoa pagi, sarapan, siap-siap ke sekolah, berangkat sekolah, belajar di sekolah, pulang sekolah istirahat, makan malam bersama orang tua, mengerjakan tugas, lalu tidur malam. Mungkin rutinitas kalian kurang lebih seperti itu.

Dalam mempersiapkan diri untuk berkenan di hadapan Tuhan, kita harus sadar bahwa waktu di dunia tidaklah selamanya. Karena itu, perhatikan waktu yang kita pakai. Selain mengisi waktu dengan kegiatan rohani seperti pergi ke gereja atau mengikuti kegiatan di gereja lainnya, kita dapat melakukan hal bermanfaat lainnya. Contohnya dengan menyediakan waktu untuk bersama orang tua atau saudara. Hal itu juga penting, Sobat Junior. Bercakap-cakap dengan orang tua dan saudara, atau bermain bersama mereka juga dapat kalian lakukan untuk mengisi waktu.

Card image
Truth Youth 13 Agustus 2023 (English Version) - DON'T STOP FIGHTING
2023-08-13 10:04:40


"Let him turn away from evil and do good; let him seek peace and pursue it." (1 Peter 3:11)

Life is not always pleasant, and it's not easy to navigate. Almost every aspect of life requires a struggle to overcome challenges and problems that arise. Life must be lived with effort and consistency in upholding true values. One way we can do this is by praying and expressing gratitude as we go through life. This approach can help us stay motivated.

Someday, we will realize the value of every minute and second we have. Not just the years, months, weeks, and days, but even the minutes and seconds are precious and determine our eternal condition. Therefore, if God grants us a new day, let's use this opportunity to strive to improve ourselves.

When we hear words like "holy, sacred," we shouldn't become discouraged or mentally blocked, thinking that it's impossible for us to achieve such a state, as if those words are unattainable. Holiness is something natural, something we experience and live out. With holiness, there should be no room for sin to enter or remain in our lives. Let's not cause God sorrow by holding onto all kinds of sin in our lives.

Therefore, we must be honest in examining and correcting ourselves, whether there are things we do that displease God. Many sinful desires exist in our lives. There are many opportunities to please our ego, ambitions, and fleshly desires. We must maintain our integrity and live in the holiness and sacredness of God.

Thus, the struggle against sin can only be done by choosing to live a holy and blameless life before God. This fight against sin should always rely on the Holy Spirit, not on our own strength. The Holy Spirit will guide us in all of Christ's righteousness, and we will see that we can accomplish the Father's will.

WHAT TO DO:
1. Struggle by setting aside time to commune with God in prayer.
2. Struggle by continuously filling our minds and hearts through Bible reading.
3. Grow together with a community that desires to fight against sin.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Song of Solomon 5-8

Card image
Truth Youth 13 Agustus 2023 - JANGAN BERHENTI BERJUANG
2023-08-13 10:12:55


“Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya.” (1 Petrus 3:11)

Kehidupan memang tidak selalu menyenangkan dan tidak mudah untuk dijalani. Hampir dalam seluruh aspek kehidupan diperlukan perjuangan untuk mampu melewati segala ujian serta masalah yang hadir. Kehidupan harus dijalani dengan usaha keras dan kekonsistenan akan nilai-nilai kehidupan yang benar. Salah satu cara yang dapat setiap orang lakukan adalah dengan berdoa dan mengucap syukur saat menjalani kehidupan. Cara ini bisa membantu kita menjadi lebih semangat.

Suatu hari nanti kita akan melihat dan menyadari betapa berharganya setiap menit dan detik kita. Bukan hanya tahun, bulan, minggu dan hari, melainkan menit dan detik kita pun sangat berharga, dan itu menentukan keadaan kekal kita. Oleh sebab itu, kalau hari ini Tuhan memberikan kita hari yang baru, kita mau menggunakan kesempatan ini untuk berjuang membenahi diri.

Mendengar kata “suci, kudus,” kita jangan menjadi down, memiliki mental block bahwa rasanya tidak mungkin bisa kita capai, seakan-akan itu adalah kata keramat. Kesucian itu sesuatu yang natural, sesuatu yang kita alami dan jalani. Dengan itu, dosa tidak boleh sedikitpun masuk atau sampai menetap dalam kehidupan setiap kita. Jangan sampai Tuhan bersedih hanya karena kita masih menggenggam segala macam dosa di kehidupan ini.

Karenanya, kita harus jujur dalam memeriksa dan mengoreksi diri kita, apakah ada hal-hal yang kita lakukan yang tidak berkenan di hadapan Tuhan? Banyak keinginan dosa yang ada di dalam kehidupan kita. Ada banyak kesempatan yang terbuka untuk menyenangkan ego, ambisi, dan daging kita. Kita harus tetap ada di dalam integritas kita untuk hidup di dalam kekudusan dan kesucian Tuhan.

Oleh karena itu, perjuangan melawan dosa hanya bisa dilakukan dengan memilih hidup kudus dan tidak bercacat di hadapan Tuhan. Perjuangan melawan dosa ini harus selalu mengandalkan Roh Kudus, jangan menggunakan kekuatan sendiri. Sebab, Roh Kudus akan menuntun kita kepada segala kebenaran Kristus, yang kelak kita akan melihat kehendak Bapa dapat kita lakukan.

WHAT TO DO:
1. Berjuang dengan sediakan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan dalam doa.
2. Berjuang dengan selalu isi pikiran dan hati kita melalui pembacaan Alkitab.
3. Bertumbuhlah bersama komunitas yang sama-sama ingin berjuang melawan dosa.

BIBLE MARATHON:
▪︎Kidung Agung 5-8

Card image
Renungan Pagi - 13 Agustus 2023
2023-08-13 09:58:24


Saat ini semakin sedikit orang tergerak untuk melakukan kebaikan, menunjukkan kepedulian bagi mereka yang lemah dan tak berdaya. Karena memang dalam dunia sekarang banyak penipuan yang dilakukan untuk sekedar memanfaatkan kebaikan seseorang.

Tetapi saat kasih menjadi jati diri pengikut Kristus, sebagaimana Allah adalah Kasih, maka seseorang akan memiliki kepedulian terhadap sesama sekalipun kepeduliannya tidak menghasilkan keuntungan, bahkan sebaliknya menuntutnya untuk banyak berkorban. Dan seharusnya kerugian tidak pernah membuat pengikut Kristus jera melakukan kasih.

"Kamu adalah garam dunia, jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang." Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk menjadi garam yang menghilangkan rasa tawar. Jadikanlah kasih Kristus untuk menggarami dunia yang semakin tawar saat ini.
(Matius 5:13)

Card image
Quote Of The Day - 13 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-13 09:55:29


Orang yang bertahan dalam tekanan dan penderitaan sampai akhir, diselamatkan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 13 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-13 09:53:17


Kalau seseorang menjadikan Kekristenan hanya payung sementara menghadapi kesulitan hidup, maka ia belum menemukan jalan atau jurusan yang benar.

Card image
EMPTYING THE VESSEL - 13 Agustus 2023
2023-08-13 09:51:29


The church history shows church figures drive the deviation of Christianity. Ironically, the Christian areas had been occupied by the non-Christian nation. Even the center of the Eastern Church, the Byzantine church, the most magnificent church in the world, namely the Hagia Sophia church, has become a place of worship for other religions. Our lives are no different from other societies with non-Christian faiths if we don’t find the meaning of this life. The books of the Old Testament and the New Testament direct us to find the meaning of life. Remember, the meaning of life is only one, namely God. The meaning of life can be found when someone has a relationship with God; less than that, we will not find the true meaning of life.

Grateful, as time goes by and as we get older, God can sometimes awaken us through a painful process, but in the end, we find that the meaning of life is an encounter with God. He wants to acknowledge us as His children and is willing to be called Father. Remember, we must meet Him personally, not from what is said by the pastor, theologian’s doctrine, book, or literature. So, we don’t need to be ashamed to admit that theology does not make us meet God.

As parents, if we love God so strongly and become a model of someone who meets God, our children and grandchildren will be imparted. However, if our love is thin, our children and grandchildren will not get the message, which means they are not imparted. So, we must experience a real encounter with God. How unfortunate if one day we die and are not recognized by God because, since our life now, we have not interacted well with Him. Intimacy cannot be sudden. Remember, we cannot pretend to be familiar; pretend to know God. God is alive and real, so we must interact with Him in a real way in living this life.

So the older we get, the vessel of our life must have been emptied of wrong hobbies, passions, and ambitions. So that only God fills our vessels. If we don’t empty it immediately, the vessel in our hearts will be filled with things we can no longer let go of. That’s the problem. If we don’t do it, we can never set an example for our family and relatives to be their role models. Humans are small and meaningless. For example, when a disaster hits a person, they no longer remember the material possessions or the position they are proud of because that has no meaning. Remember, we are not afraid of death if we have emptied the vessels of our hearts. So, do not let us die if we still hold something.

If we still hold something, we will not be God’s bride, which means we are betraying. God wants our hearts to be entirely given only to Him or not at all because we cannot serve two masters. May God enlighten us if there are inappropriate things within us that disturb God’s feelings. We want to commit to being holy in all things, as holy as possible, so the older we get, the less we can sin. So, continuous practice is needed to experience an encounter with God and have an exclusive relationship with Him; that is the true meaning of life.

God cannot ‘possess’ a person whose heart is dirty and has a love of the world. So, if we still want this or that, love this or that, not to mention the desire to get honour, praise, and flattery, then we become damaged. What are we actually looking for again? Various worldly pleasures and satisfactions will not satisfy us, instead shackling. So, empty the vessels of our hearts to return to heaven. If we want to be filled with the Holy Spirit, our life must be holy, and we must not love the world. Likewise, if we want to be wise in advising children, in work, and business, the Holy Spirit will surely fill us as long as we truly live in holiness.  

EMPTY THE VESSELS OF OUR HEARTS TO RETURN TO HEAVEN.

Card image
MENGOSONGKAN BEJANA - 13 Agustus 2023
2023-08-13 09:47:14


Sejarah gereja menunjukkan penyimpangan orang-orang Kristen yang dimotori oleh tokoh-tokoh gereja. Ironis, lambat laun wilayah-wilayah Kristen tidak lagi menjadi wilayah Kristen. Bahkan pusat gereja timur, Bizantium di mana terdapat gereja yang paling megah di dunia, yaitu gereja Hagia Sophia, telah berubah menjadi tempat ibadah agama lain. Sejujurnya, kehidupan kita pun tidak beda dengan masyarakat lain yang beragama non-Kristen, karena kita tidak menemukan makna dari hidup ini. Padahal, kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mengarahkan kita untuk menemukan makna hidup. Ingat, makna hidup itu hanya satu, yaitu Tuhan. Ketika seseorang memiliki hubungan atau relasi dengan Allah, itulah makna hidup. Kurang dari itu, kita tidak menemukan makna hidup yang benar.

Bersyukur, dengan seiring berjalannya waktu di mana kita semakin tua, Tuhan terkadang dapat menyadarkan kita lewat proses yang menyakitkan, tetapi pada akhirnya kita menemukan bahwa makna hidup adalah perjumpaan dengan Tuhan. Berarti, Dia mau mengakui kita sebagai anak-anak-Nya dan bersedia dipanggil Bapa. Ingat, kita harus bertemu dengan Dia secara pribadi; bukan dari apa kata pendeta, doktrin teolog mana pun, buku apa, atau literatur yang mana. Jadi, kita tidak perlu malu untuk mengakui bahwa ilmu teologi ternyata tidak membuat kita bertemu Tuhan.

Sebagai orangtua, kalau kita mencintai Tuhan dengan begitu kuat dan menjadi model dari seorang yang berjumpa dengan Allah, maka anak cucu kita akan terimpartasi. Namun, kalau cinta kita tipis, maka anak cucu kita tidak mendapatkan pesan, artinya tidak terimpartasi. Maka, kita harus mengalami perjumpaan dengan Tuhan secara nyata. Betapa malangnya kalau suatu hari kita meninggal dunia dan tidak dikenal oleh Tuhan. Sebab sejak hidup kita sekarang ini kita tidak berinteraksi dengan baik kepada Tuhan. Keintiman itu tidak mungkin mendadak. Ingat, kita tidak bisa sok akrab, sok kenal dengan Tuhan. Allah itu hidup dan nyata, maka kita harus berinteraksi dengan-Nya secara nyata dalam menjalani hidup ini.

Maka semakin tua, sebenarnya bejana hidup kita harus sudah dikosongkan dari hobi, nafsu, dan ambisi yang salah. Supaya hanya Tuhan yang mengisi bejana kita. Kalau kita tidak segera mengosongkan, maka bejana hati kita akan dipenuhi dengan berbagai hal yang tidak bisa kita lepaskan lagi. Itu masalahnya. Kalau kita tidak nekat, maka kita tidak akan pernah bisa menjadi teladan bagi keluarga dan kerabat kita; maka entah siapa yang akan menjadi teladan mereka. Manusia itu kecil, tidak ada artinya. Misalnya, ketika orang terkena bencana, maka ia tidak ingat lagi materi yang dimilikinya ataupun jabatan yang membanggakannya. Karena semuanya itu menjadi tidak ada artinya lagi. Ingat, kita tidak takut mati, kalau kita sudah mengosongkan bejana hati kita. Jangan sampai kita meninggal, tetapi masih menggenggam sesuatu.

Kalau kita masih menggenggam sesuatu, maka kita tidak akan menjadi mempelai Tuhan, artinya kita berkhianat. Tuhan mau hati kita sepenuhnya diberikan hanya bagi Dia atau tidak usah sama sekali, karena kita tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Kiranya kita diberi pencerahan oleh Tuhan, jika ada hal-hal yang tidak patut di dalam diri kita yang mengganggu perasaan Tuhan. Kita mau berkomitmen untuk harus kudus di dalam segala hal, sekudus-kudusnya, supaya semakin berumur, kita semakin tidak bisa berbuat dosa. Maka, memang diperlukan latihan terus agar kita dapat mengalami perjumpaan dengan Tuhan, sehingga kita dapat memiliki relasi yang eksklusif dengan Tuhan; itulah arti makna hidup yang sejati.

Tuhan tidak bisa ‘merasuki’ orang yang hatinya kotor dan punya percintaan dunia. Maka, kalau kita masih ingin begini, ingin begitu; mau begini, mau begitu, belum lagi ingin dapat kehormatan, pujian, sanjungan, maka kita jadi rusak. Apa sebenarnya yang kita cari lagi? Berbagai kesenangan dan kepuasan dunia tidak akan memuaskan, malah membelenggu. Maka, kosongkan bejana hati kita untuk pulang ke surga. Kalau kita mau dipenuhi Roh Kudus, maka hidup kita harus kudus dan tidak boleh mencintai dunia. Demikian juga kalau kita mau berhikmat dalam menasihati anak, dalam bekerja, dan bisnis, Roh Kudus pasti akan memenuhi kita asalkan kita benar-benar hidup di dalam kekudusan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KOSONGKAN BEJANA HATI KITA UNTUK PULANG KE SURGA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 Agustus 2023
2023-08-13 09:43:56

Yeremia 26-29

Card image
Truth Kids 12 Agustus 2023 - DOSA DALAM HATI
2023-08-12 09:58:34


Amsal 3:13-14
“Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas.”

Romi memiliki seorang adik bernama Tomi. Sejak memiliki adik, Romi merasa mama dan papa lebih menyayangi adiknya yang masih bayi. Romi sayang kepada adiknya. Dia tidak pernah menolak jika mama dan papa meminta untuk menjaga adiknya. Namun, di dalam hatinya ada perasaan sedih dan kecewa karena mama dan papa lebih banyak memperhatikan adiknya. Saat ada keluarga lain yang datang berkunjung, mereka sering memuji adiknya yang lucu.

Sobat Kids, lewat kisah Romi kita belajar sesuatu. Sekalipun Romi tidak melakukan kenakalan atau berbuat jahat kepada adiknya, namun Romi memiliki perasaan iri hati kepada adiknya. Perasaan iri hati itu sudah disebut dosa. Tidak ada yang tahu perasaan kita selain Tuhan. Dosa tidak selalu terlihat terang-terangan dari perbuatan. Jika ada hal . yang membuat hati kita tidak bersih, itu juga bisa disebut berbuat dosa. Yuk, sama-sama kita jaga hati kita. Kita mau hati kita bersih agar kita dapat semakin mengasihi Tuhan.

Card image
Truth Junior 12 Agustus 2023 - SELALU BERTANYA
2023-08-12 09:56:26


Amsal 3:13-14
“Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas.”

“Kak, kita buat video, yuk?!” Bonita mengajak kakaknya untuk menari, seperti yang dibuat teman-temannya di salah satu aplikasi terkenal saat itu. “Video apa, Dek?” Kakak Bonita bertanya penasaran. “Itu loh, yang nari-nari begini. Teman-temanku sudah buat. Seru, deh, Kak!” Bonita membujuk kakaknya.

“Tidak mau, ah!” Kakak Bonita menolak. “Loh kenapa tidak mau, Kak?” Bonita berwajah sedih. “Itu bukan hal yang baik untuk dilakukan. Kamu lebih baik jangan tiru apa yang diperbuat teman-temanmu,” Kakak Bonita menjelaskan. “Tidak baik bagaimana, Kak? Kan kita hanya menari saja. Salahnya di mana?” Bonita terlihat bingung. “Pertama, lagu yang dipakai di video itu, lagu orang dewasa; tidak cocok didengarkan oleh anak seusia kalian. Kedua, gerakan tariannya juga itu bukan gerakan tangan yang memuji atau memuliakan Tuhan. Kakak tahu karena Kakak belajar, Dek. Kalau tangan kita bergerak-gerak seperti itu, sama saja lambang pemujaan terhadap kuasa gelap. Meskipun dilakukan oleh hampir semua orang, bukan berarti hal tersebut patut ditiru. Ingat, kita harus berhati-hati, jangan sembarangan mengikuti apa yang dunia sedang lakukan.” Kakak Bonita panjang lebar menjelaskan.

Sobat Junior, Kakak Bonita menasihati Bonita agar ia lebih waspada dalam melakukan segala sesuatu. Banyak hal yang dunia ini tawarkan, dan kalau kita tidak berhati-hati, kita bisa terjebak dalam dosa. Apa yang terlihat tidak salah, belum tentu baik untuk dilakukan. Selalu lah bertanya pada orang dewasa yang kalian percayai, apakah yang kalian ingin lakukan memuliakan Tuhan atau tidak. Ingat, dunia begitu liciknya membuat semua hal menjadi tidak jelas; kejahatan dan penyembahan berhala yang terselubung ada di mana-mana.

Card image
Truth Youth 12 Agustus 2023 (English Version) - INTENTIONS ARE NOT ENOUGH
2023-08-12 09:51:29


"Whoever keeps away from evil, guards his life; he who guards his life keeps himself from death." (Proverbs 16:17)

Sometimes it's annoying when we have friends who make plans but end up only discussing it without taking any real action. Isn't that true? For example, they want to go on a vacation together. They've chosen a date and time, but when the day comes, there are many excuses for not being able to join. The plan remains just an intention, but there's no real action to make it happen.

The word "intention" means the desire in one's heart to do something. Many people out there always say, "What matters is the intention." This statement seems nice, but if we look at reality, intentions often remain mere desires in our minds and are not put into action. Taking the next steps is needed to turn those intentions into reality.

For us who are striving to follow the footsteps of Jesus, we are not exempt from the tendency of sin within us. This tendency of sin within us is called the sinful nature. This sinful nature is caused by the misuse of the free will that God gave to Adam and Eve. As a result of their disobedience, the consequence of sin has been passed down to all humanity, making everyone have the sinful nature.

One truth we need to know is that through Jesus' death on the cross, all the consequences of sin were borne by Jesus. From the first man, Adam, to the last man, whoever committed wrongdoing, from birth until possibly committing wrongdoing again, all of these consequences have been paid for. However, it is our responsibility to have a righteous inner self. To have thoughts and feelings as God desires, so that our will always aligns with God's thoughts and feelings.

So, if we realize this opportunity, we will be willing to leave everything behind to achieve the purpose of salvation that God has given us, which is to have thoughts and feelings that align with the Father's will. And this is not just about intentions; it requires determination to strive for what Jesus has shown us.

WHAT TO DO:
1. Don't underestimate sinful habits, immediately commit to change and repent.
2. Use each day for things that align with God's will and do what pleases Him.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Song of Solomon 1-4

Card image
Truth Youth 12 Agustus 2023 - NIAT AJA GAK CUKUP
2023-08-12 09:48:57


“Menjauhi kejahatan itulah jalan orang jujur; siapa menjaga jalannya, memelihara nyawanya.” (Amsal 16:17)

Kadang suka sebal jika punya teman yang kalau merencanakan sesuatu, tapi ujung-ujungnya hanya sebatas wacana saja. Benar, tidak? Misalnya ingin liburan sama-sama. Sudah pilih hari dan waktu, namun saat harinya, ada banyak alasan untuk tidak bisa ikut. Rencana hanya sebatas niat saja, namun tidak ada tindakan nyata untuk mewujudkannya.

Kata “niat” memiliki arti keinginan dalam hati untuk melakukan sesuatu. Banyak orang di luar sana selalu berkata “yang penting sudah ada niat.” Kalimat ini terkesan baik, namun jika kita lihat pada kenyataannya, sering kali niat hanya sebatas keinginan dalam pikiran saja, tidak sampai diwujudkan. Diperlukan langkah selanjutnya untuk mewujudkan niatan tersebut menjadi kenyataan.

Bagi kita yang sedang berjuang dalam mengikut jejak Tuhan Yesus, kita pun tidak terlepas dari kecenderungan dosa yang ada di dalam diri kita. Kecenderungan dosa dalam diri kita disebut dengan kondrat dosa atau _sinful nnature_ Kodrat dosa ini disebabkan penyalahgunaan kehendak bebas yang Allah berikan kepada Adam dan Hawa, sehingga upah dari ketidaktaatan mereka menyebabkan seluruh keturunan manusia memiliki kodrat dosa.

Satu kebenaran yang harus kita ketahui bersama ialah dengan kematian Yesus di kayu salib, semua akibat dosa dipikul oleh Tuhan Yesus. Semua manusia, dari manusia pertama, Adam, sampai manusia terakhir; akibat perbuatan salah kita, sejak kita lahir sampai nanti, jika mungkin kita masih berbuat salah. Tetapi yang menjadi tanggung jawab kita adalah bagaimana kita memiliki batin yang benar. Memiliki pikiran, perasaan seperti yang Allah kehendaki, supaya kehendak kita selalu sesuai dengan pikiran, perasaan Allah.

Jadi kalau kita menyadari kesempatan ini, kita akan rela meninggalkan apa pun demi tercapainya maksud keselamatan yang Tuhan berikan, yaitu memiliki pikiran, perasaan sesuai dengan kehendak Bapa. Dan hal ini tidak cukup dengan niat saja, melainkan dibutuhkan tekad untuk berjuang mengenakan apa yang telah diteladankan oleh Tuhan Yesus.

WHAT TO DO:
1. Jangan meremehkan kebiasaan bersalah, segera buat komitmen untuk berubah dan bertobat.
2. Gunakan setiap hari untuk hal-hal yang sesuai kehendak Tuhan, dan lakukan apa yang Tuhan juga ikut disenangkan.

BIBLE MARATHON:
▪︎Kidung Agung 1-4

Card image
Renungan Pagi - 12 Agustus 2023
2023-08-12 09:45:36


Membangun Bait Suci dalam pengertian yang benar bagi umat Perjanjian Baru bukanlah hanya berbicara membantu pelayanan pembangunan gereja atau melakukan kegiatan gerejawi.

Sebab Alkitab berkata tubuh adalah Bait Allah, tempat tinggal Roh Kudus. Sudahkah kita terus membangunnya menjadi tempat tinggal kesukaan Tuhan? Atau malah melalaikannya dengan hidup sembrono, sehingga Bait Allah dalam diri kita menjadi reruntuhan?

"Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, — dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!"

Marilah membangun Bait Allah dalam diri kita dan terus melakukannya dengan cara menjalin hubungan pribadi dengan Allah setiap hari, sehingga tubuh kita menjadi tempat kediaman Roh Kudus yang disukai oleh Tuhan dan memberikan kesenangan bagi-Nya.
(1 Korintus 6:19-20)

Card image
Quote Of The Day - 12 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-12 09:42:50


Salah satu hal yang menipu banyak orang Kristen adalah konsep yang mengajarkan mudahnya menemukan Tuhan, sehingga banyak orang menunda mencari Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 12 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-12 09:40:22


Mencari Tuhan bukanlah usaha untuk menempatkan Tuhan demi keuntungan dan kesenangan bagi diri sendiri, tetapi usaha menempatkan diri secara benar di hadapan-Nya untuk kepentingan-Nya.

Card image
MEANING OF LIFE - 12 Agustus 2023 (English Version)
2023-08-12 09:19:38


After going through long years of life’s journey, a human child should be able to find the meaning of life. The question “What is the reason I live?” was found, but ironically, many people do not see it. The world is getting closer to destruction. From the map of the prosperity of life and the comfort of life, it is clear that the world is not getting better. Tensions, crises, and various human life problems continue to escalate. What is happening in our world today should give us a sign or signal that what God has said must be fulfilled, and that means the world will come to the end of its life.

Seeing the proof of the fulfillment of the prophecies of God’s words, in the end, the destruction of the world must also occur, but people in this world are not vigilant. On the other hand, humans are even more evil. Ironic, but it’s a fact. People should be more aware that the world will end. God made a sign, as said in Rev.3:20, “Here I am! I stand at the door and knock. If anyone hears My voice and opens the door, I will come in and eat with that person, and they with Me.”

This verse is usually delivered during a revival service, which basically invites people to open their hearts and accept God into their hearts. Looking at the context of this verse, this verse is actually not for individuals and not for the human heart. The Laodicean church, which received this letter from God, is the last church. This is a warning for the end-time church and also for us. The “door” in this verse also does not refer to the door of the heart but the door to the world. The Lord is already standing at the door, and He is coming soon. This is the same as what is said in the Gospel of Matthew chapter 25 about the wise and the foolish virgins. These are the last chapters of Matthew’s Gospel, which also speak of the end times.

The five wise virgins pointed out the Christians who would later be worthy to enter the Kingdom of Heaven. The five foolish virgins also pointed out Christians who participate in the community but have no oil supply, so they will never enter the banquet. In this parable, before the bride arrives, there is a voice; “At midnight, the cry rang out: ‘Here’s the bridegroom! Come out to meet him!” This is a warning. Remember, as said in the Bible, that the coming of God is like a thief. From then until now, it’s the same; thieves generally come at night.

We should be aware of the signs God has given us, but the world is becoming increasingly unconscious. The world is getting worse. The principles of worldly life increasingly grip humans. The philosophy of materialism grips human life, so they cannot have a good conscience to interact or deal with God. Relationship with God is broken, even though they are diligent in church, but have no relationship with Him. God gives a warning, but people are not aware of it. The world should be able to catch the warning, then learn how to find the meaning of life. However, the world is getting further and further from the truth and is getting lost.

So, we should start asking, “Is my life just like this?” The life that God created is actually extraordinary and wonderful. It is ironic because the world has fallen; it cannot bring humans to the peak of enjoyment, does not become an ideal place to live in, and even becomes a valley of tears. We do not become pessimistic about seeing this life; instead, we are realistic. The speed of crime is beyond our expectations, and for young people, if they don’t seek God from a young age and find the meaning of life, they will never find it forever.

Our lifetime is very short, and after that comes eternity that is not limited. So, in this short lifetime, we must find life’s meaning. We cannot find life’s meaning in ourselves or from the world around us but only in God. So, a person must really find God to understand the meaning of life. Finding God is not the same as finding religion or becoming religious. For centuries, Christianity has been rolling in a rhythm of life that is not in line with God’s will.

They view that the truth claimed by the church is a measure of truth that makes a person also considered righteous in God’s eyes and is undoubtedly expected to enter heaven. God’s judgment on a person is not based on their theological knowledge or on which church and denomination they belong to, but God’s judgment is done based on deeds. For the elect, the standard of their deeds is to do the will of the Father.  

WE MUST TRULY FIND GOD TO UNDERSTAND THE MEANING OF LIFE.

Card image
MAKNA HIDUP - 12 Agustus 2023
2023-08-12 05:04:07


Setelah melewati tahun-tahun panjang perjalanan hidup, mestinya seorang anak manusia dapat menemukan makna hidup. Pertanyaan “Apa alasan aku hidup?” ditemukan. Namun ironis, banyak orang tidak menemukan. Dunia semakin menuju kehancuran, tidak bisa tidak. Dari peta kemakmuran hidup, dari peta kenyamanan hidup, jelas dunia tidak semakin baik. Ketegangan dan krisis dan berbagai persoalan hidup manusia, terus naik, bereskalasi. Apa yang terjadi di dunia kita hari ini, mestinya memberikan kepada kita isyarat atau sinyal bahwa apa yang difirmankan Tuhan, pasti digenapi. Itu berarti dunia pasti akan sampai akhir dari kehidupan.

Melihat bukti-bukti penggenapan nubuatan firman Tuhan, maka pada akhirnya, kehancuran dunia juga pasti terjadi, tetapi manusia di dunia ini tidak waspada. Sebaliknya, manusia malah bertambah menjadi jahat. Ironis, tetapi inilah faktanya. Mestinya, manusia makin sadar bahwa dunia akan berakhir. Tuhan memberikan isyarat, seperti yang dikatakan di dalam Wahyu 3:20, “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetuk. Jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.”

Biasanya ayat ini disampaikan pada waktu KKR atau kebaktian penyegaran iman, yang pada intinya mengundang orang untuk membuka hati, menerima Tuhan masuk di dalam hatinya. Melihat konteks dari ayat ini, sebenarnya ayat ini bukan untuk individu, dan bukan hati manusia. Jemaat Laodikia, yang menerima surat dari Tuhan ini adalah jemaat terakhir. Ini peringatan untuk jemaat akhir zaman; juga untuk kita. “Pintu” dalam ayat ini juga bukan menunjuk pintu hati, melainkan pintu dunia. Tuhan sudah berdiri di muka pintu, Ia akan segera datang. Ini sama seperti yang dikatakan di dalam Injil Matius 25, mengenai gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh. Ini adalah pasal-pasal terakhir di Injil Matius, yang juga berbicara mengenai akhir zaman.

Lima gadis bijaksana menunjuk orang-orang Kristen yang nanti layak masuk ke dalam Kerajaan Surga. Lima gadis bodoh juga menunjuk orang-orang Kristen yang ikut di dalam komunitas, tetapi tidak memiliki persediaan minyak sehingga mereka tidak akan pernah masuk ke dalam pesta perjamuan. Di dalam perumpamaan ini, sebelum mempelai itu datang, ada suara; “Waktu tengah malam, terdengarlah suara orang berseru: mempelai datang, songsonglah dia! Mempelai datang, songsonglah dia!”. Ini adalah peringatan. Ingat apa yang dikatakan Tuhan bahwa kedatangan Tuhan seperti pencuri. Dari dulu sampai sekarang, sama. Pada umumnya, pencuri datang pada malam hari.

Mestinya dengan isyarat yang Tuhan berikan, kita sadar tetapi dunia makin tidak sadar. Dunia makin jahat. Prinsip-prinsip hidup duniawi makin mencengkeram manusia. Filosofi materialisme mencengkeram hidup manusia, sehingga manusia tidak mampu memiliki nurani yang baik untuk berinteraksi atau berurusan dengan Allah. Hubungan dengan Allah putus, walaupun mereka rajin ke gereja, tetapi tidak memiliki hubungan dengan Allah. Tuhan memberikan peringatan, tetapi manusia tidak menyadari peringatan itu. Mestinya dunia bisa menangkap peringatan itu, lalu belajar bagaimana menemukan makna hidup. Namun, dunia sudah makin jauh dari kebenaran dan makin terhilang.

Jadi, mestinya kita mulai bertanya, “Apakah hidupku hanya seperti ini saja?” Hidup yang Tuhan ciptakan itu sebenarnya luar biasa, indah sekali. Ironis, karena dunia yang sudah jatuh, maka dunia yang tidak bisa membawa manusia kepada kenikmatan puncak, tidak menjadi tempat hunian yang ideal; bahkan menjadi lembah air mata. Kita tidak menjadi pesimis melihat hidup ini, tetapi justru kita realistis melihat hidup. Kecepatan kejahatan melampaui yang kita duga. Bagi orang muda, kalau sejak muda tidak sungguh-sungguh mencari Tuhan dan menemukan makna hidup, kalian tidak akan pernah menemukan sampai selama-lamanya.

Waktu hidup kita hanya sepotong, setelah itu kekekalan yang tidak terbatas. Jadi, di sepotong umur hidup kita ini, kita harus menemukan makna hidup. Makna hidup tidak kita temukan dalam diri kita atau dalam dunia sekitar kita. Makna hidup hanya kita temukan di dalam Tuhan. Maka, seseorang harus benar-benar menemukan Tuhan, baru dia bisa mengerti makna hidup. Menemukan Tuhan tidak sama dengan menemukan agama atau beragama. Berabad-abad kekristenan bergulir dalam irama hidup yang tidak sesuai dengan apa yang Allah kehendaki.

Mereka memandang bahwa kebenaran yang diklaim oleh gereja merupakan ukuran kebenaran yang membuat seseorang juga bisa dianggap benar di mata Allah, dan tentu diharapkan masuk surga. Padahal, penghakiman Tuhan atas seseorang tidak didasarkan pada pengetahuan teologinya, atau pada gereja dan denominasi mana dia berasal, tetapi penghakiman Tuhan dilakukan atas perbuatan. Ingat, bagi umat pilihan, standar perbuatannya adalah melakukan kehendak Bapa.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS BENAR-BENAR MENEMUKAN TUHAN, BARU BISA MENGERTI MAKNA HIDUP.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 12 Agustus 2023
2023-08-12 04:57:07

Yeremia 23-25

Card image
Truth Kids 11 Agustus 2023 - KEBEBASAN YANG BENAR
2023-08-11 09:46:01


Kisah Para Rasul 24:16
“Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia.”

Pada hari Jumat, Rina bingung. Besok, hari Sabtu, ia diajak kakaknya untuk pergi menonton film di bioskop. Namun, di hari Senin nanti akan ada ujian akhir semester. Rina sudah menunggu film tersebut sejak lama. Tetapi, ia juga harus belajar untuk ujian. Pada hari Senin, mata pelajaran yang diujikan adalah matematika, pelajaran yang sulit bagi Rina. Mama Rina memberikan kebebasan kepada Rina untuk memilih, mau ikut menonton atau mau belajar untuk persiapan ujian.

Kebebasan yang diberikan mama kepada Rina, mengajarkannya untuk bertanggung jawab dalam pilihannya. Rina mengambil waktu sejenak untuk berpikir. Akhirnya ia memutuskan untuk tidak ikut menonton di bioskop bersama kakaknya. Ia memilih belajar untuk ujiannya.

Sobat Kids, saat ada kebebasan untuk memilih, jangan tutup telinga kita untuk mendengar suara nurani. Tuhan dapat berbicara melalui hati nurani kita. Maksudnya, dalam diri kita seperti ada yang mengingatkan untuk memilih kebenaran daripada kesenangan sementara. Jangan sampai salah memilih, ya, Sobat Kids. Gunakanlah kebebasan dengan benar. Bertanggung jawablah atas pilihan kita.

Card image
Truth Junior 11 Agustus 2023 - HATI NURANI
2023-08-11 09:43:14


Kis. 24:16
“Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia.”

Apakah Sobat Junior pernah melihat film kartun yang tokoh utama karakternya sedang dalam kebingungan? Biasanya saat tokoh kartun bingung mau memilih yang baik atau jahat, akan muncul tokoh menyeramkan berwarna merah dan menyuruhnya untuk berbuat jahat. Lalu muncul pula malaikat berwarna putih terang yang menyuruhnya untuk tidak mendengarkan bujukan si jahat, dan memilih melakukan hal yang benar.

Ilustrasi di atas dapat menggambarkan tentang adanya hati nurani dalam diri kita, Sobat Junior. Semua firman Tuhan yang telah kalian dengar selama ini harusnya menjadi dasar untuk berbuat benar. Sayangnya sering kali “daging” kita masih suka melakukan dosa.

Dalam menggunakan kebebasan dengan benar, peran hati nurani sangat penting. Jika muncul “malaikat terang” dalam pikiran kita, yang mengingatkan kita untuk berbuat benar, jangan mengacuhkan hal tersebut. Tuhan dapat berbicara atau mengingatkan kita melalui hati nurani kita. Pastikan kita mengisi hati dengan kebenaran firman Tuhan, sehingga yang timbul dari dalam hati kita sesuai dengan kehendak-Nya. Selamat dengar-dengaran, Sobat Junior!

Card image
Truth Youth 11 Agustus 2023 (English Version) - DON'T GIVE ROOM
2023-08-11 09:40:25


And he said to the human race,     “The fear of the Lord—that is wisdom,     and to shun evil is understanding.”
(Job 28:28)

When building a house, there are many things to consider. Starting from the construction budget, house design, workers, the quality of materials, and so on. This is done so that the house can be well and comfortably inhabited. Nothing should be overlooked. Because if something is neglected, it will create a vulnerability in the house that may lead to damage later. The damage caused by our negligence, even if it seems trivial, can result in further losses.

Similarly, in our lives as children of God. The house represents us, and we must pay attention to ourselves comprehensively. Starting from our character, values in life, and what nourishes our souls every day. These are what should be taken seriously.

The vulnerability within us represents the sins we allow to dominate our lives. Life, unconsciously, often leads many people into sin. The devil, in his cunningness, always wants to lead people into sin. The consequence of sin is death, and it separates humans from God.

Committing sin may seem pleasurable for some people. However, without realizing it, it will have terrible consequences. People who act this way certainly do not fear God. They only seek to satisfy their fleshly desires. As children of God, we must be different from them. We must suppress all fleshly desires by not giving any room for sin.

Therefore, if we find multiple vulnerabilities within ourselves that could become a pathway for sin to enter our lives, we must immediately address them. This can only be achieved by building a relationship with God and developing a fear of God. By not giving room for sin, we are not compromising with worldly pleasures.

WHAT TO DO:
1. Build a relationship with God through regular prayer.
2. Develop a fear of God through daily Bible reading.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ecclesiastes 9-12

Card image
Truth Youth 11 Agustus 2023 - JANGAN KASIH CELAH
2023-08-11 09:35:12


“tetapi kepada manusia Ia berfirman: Sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi” (Ayub 28:28)

Saat mendirikan sebuah rumah, banyak hal yang harus diperhatikan. Mulai dari dana pembangunan, design rumah, tukang kerjanya, kualitas materialnya, dan lain sebagainya. Hal ini diperuntukkan agar rumah dapat dihuni dengan baik dan nyaman. Tidak boleh ada yang terlewatkan. Sebab jika ada yang diabaikan, maka akan menimbulkan celah rumah tersebut untuk rusak di kemudian hari. Kerusakan yang disebabkan oleh kelalaian kita, walaupun terlihat sepele, tapi jika dibiarkan begitu saja, akan menyebabkan kerugian lainnya.

Sama seperti rumah yang harus diperhatikan dengan baik secara keseluruhan dan jangan sampai ada celah untuk rusak, demikian juga pada kehidupan kita sebagai anak-anak Tuhan. Rumah menggambarkan diri kita yang harus diperhatikan secara menyeluruh. Mulai dari karakter diri, nilai-nilai dalam hidup, dan apa yang menjadi konsumsi jiwa kita setiap hari. Itulah yang harus diperhatikan degan serius.

Celah pada diri kita menerangkan dosa yang kita izinkan untuk menguasai kehidupan kita. Hidup ini tanpa disadari sering kali membuat banyak manusia jatuh ke dalam dosa. Iblis dalam kecerdikannya, selalu ingin menggiring manusia masuk ke dalam dosa. Akibat dari dosa itu, manusia akan mengalami kematian dan terpisah dari Allah.

Melakukan dosa bagi sebagian orang, pasti sesuatu yang menyenangkan. Namun tanpa disadari, akan membawa akibat yang mengerikan. Orang-orang yang demikian tentu tidak takut akan Allah. Mereka hanya ingin memuaskan keinginan dagingnya saja. Tentu kita sebagai anak-anak Allah harus berbeda dengan mereka. Kita harus mematikan segala keinginan daging kita dengan cara tidak memberikan celah sedikitpun kepada dosa.

Oleh karena itu, jika pada diri kita masih ditemukan celah demi celah yang bisa menjadi jalan masuk dosa ke dalam kehidupan, harus segera dibereskan. Hal ini hanya bisa diperoleh dengan membangun hubungan bersama Tuhan. Serta, miliki sikap hati yang takut akan Tuhan. Dengan kita tidak memberikan celah kepada dosa, kita sedang tidak berkompromi kepada kesenangan dunia.

WHAT TO DO:
1. Bangun hubungan dengan Tuhan melalui jam-jam doa setiap saat.
2. Miliki sikap hati yang takut akan Tuhan melalui pembacaan Alkitab setiap hari.

BIBLE MARATHON:
▪︎Pengkhotbah 9-12

Card image
Renungan Pagi - 11 Agustus 2023
2023-08-11 09:05:56


Memahami hati dan pikiran Tuhan bukanlah hal yang mudah, tetapi tidak mustahil untuk dilakukan.g Dibutuhkan segenap hati dan segenap hidup kita untuk menjalin hubungan intim dengan Tuhan sepanjang waktu dan harus dilakukan dengan konsisten dan berkelanjutan sampai kita mencapai pengenalan akan Allah yang benar dan memahami hati dan pikiran-Nya.

Mari belajar memahami isi hati Tuhan dan melakukannya, agar hati Tuhan disenangkan. "Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah."

Caranya adalah dengan selalu bergaul erat dengan Tuhan melalui doa, membaca dan merenungkan Firman Tuhan, lalu dilakukan dalam hidup setiap hari, sehingga apapun yang kita lakukan hanya bagi kemuliaan nama Tuhan.
(1 Korintus 10:31)

Card image
Quote Of The Day - 11 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-11 09:03:27


Kesetiaan kita kepada Tuhan ditandai dengan kerinduan kita bertemu muka dengan muka dengan Tuhan Yesus.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 11 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-11 09:01:58


Pengudusan oleh darah Yesus menghapus dosa, tetapi pengudusan dengan Firman Tuhan adalah pembaharuan pikiran.

Card image
PROBLEM NET - 11 Agustus 2023
2023-08-11 08:59:53


One thing we know, agree, experience, and prove is that we are never out of the problem. Subconsciously, we have hopes that we can live life without problems. Indeed, we don’t want to or deliberately bring ourselves into trouble but don’t expect that we can live without problems. We must always prepare ourselves to consider that problems will exist and that we will experience them. Let’s erase that voice of hope because God’s Word clearly says in Matthew 6:34, “Therefore do not worry about tomorrow, for tomorrow will worry about itself. Each day has enough trouble of its own.” That means distress is a part of life that will never be separated from the life of every human being.

We must understand that a problem is part of the blessing; just like an athlete who trains every day, or for a boxer to be able to withstand punches, they must be beaten frequently to be strong and stand up for the fight. God wants us to be strong people in Him. Of course, it means strong spirituality. It’s not enough just to be in the prayer room, read the Bible, and listen to sermons. Praying, reading the Bible, and hearing sermons are obligatory. However, we must also experience the dynamics of life journeys where we experience problems.

God’s Word says, “for tomorrow will worry about itself. Each day has enough trouble of its own.” What’s remarkable here is that the portion of the problem is sufficient—a day’s problems, enough for a day. So, the burden of daily issues, problems, and difficulties is enough. It is so great that the Lord of the universe arranges everything. That is why in 1 Cor.10:13, the Word of God says, “No temptation has overtaken you except what is common to mankind.” Remember, problems are common. We often see or experience it ourselves when we get life’s issues, then we say, “Wow, that’s hard. It’s tough,” even though God’s Word says problems are common to every human being.

Ordinary temptations are meant for humans; no temptation is beyond human power. God sees and pays attention to our lives, meaning He is still in His perfect control, and remember that God is faithful. God must have given His net so each of us has it. So, if a problem stone is bigger than the hole in our life’s net, surely it cannot enter. There must be stones thrown every day. It is a blessing stone. Sometimes we say in our hearts, “Oh, if possible, don’t experience something like this.” Our old selves often intimidate us.

God didn’t make walls; He only made nets. If it’s a wall, then it’s anti-problem. Let’s not think God gave us a wall of anti-problem. God provides a net to measure how big a problem we can bear. God must protect us with a net, not with a wall. Remember, the temptations we experience are ordinary, so if we get angry and shout, “Why, God?” we think God is not wise.

God gives trials that don’t exceed our strength, but that doesn’t mean that the constant difficulties we experience are light. The weight of the problem must be in line with each spiritual maturity, so each problem trains us. When we are humiliated or slandered and must not repay evil for evil, we are being trained. 1 Pet.1:6 says, “In all this, you greatly rejoice, though now for a little while you may have had to suffer grief in all kinds of trials…” “For a little while” means temporarily, not for long. So, everything must have an end.

God tests or allows trials to improve the quality of our faith, while Satan tempts us to bring us down. God uses “negative” circumstances, which make us grieve, to increase and prove the purity of our faith. Then, the following sentence, “… of greater worth than gold, which perishes even though refined by fire—may result in praise, glory, and honor when Jesus Christ is revealed.” Have we ever seen the traditional process of processing gold? God wants to purify us so our negative things can be knocked out. Problems can tear down the unclean elements within us.

So, we can’t say, “Lord, make me grow up,” without any problems. Sometimes we don’t know why this or that happened, but it turns out that God made a net. It’s impossible not to have a problem, but it turns out that the problem is the nutrition for the soul and a means of training. This world is our training center to prepare us to enter the new heavens and earth.  

THE PORTION OF THE PROBLEM GIVEN IS ENOUGH BECAUSE GOD HAS GIVEN US NETS, NOT WALLS.

Card image
JARING MASALAH - 11 Agustus 2023
2023-08-11 08:53:36


Satu hal yang kita pasti tahu, setuju, alami, dan buktikan adalah bahwa kita tidak pernah luput dari masalah. Sejujurnya, di alam bawah sadar, kita memiliki harapan supaya bisa menjalani hidup tanpa masalah. Memang kita tidak ingin atau sengaja membawa diri kita kepada masalah, tetapi jangan berharap kita bisa hidup tanpa masalah. Kita harus mempersiapkan diri untuk selalu mempertimbangkan bahwa masalah pasti ada dan pasti akan kita alami. Mari kita hapus suara harapan itu, karena firman Tuhan jelas mengatakan dalam Matius 6:34, “Sebab itu janganlah kamu khawatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” Itu berarti kesusahan adalah bagian hidup yang tidak akan pernah lepas dari kehidupan setiap manusia.

Jadi, yang kita harus pahami adalah masalah merupakan bagian dari berkat. Sebagai seorang atlet, di setiap hari ada latihan. Bagaimana seorang petinju bisa tahan pukulan? Tentu ia harus dipukuli sering-sering, supaya ia dapat menjadi kuat dan tahan dalam pertandingan. Tuhan mau kita menjadi orang-orang kuat di dalam Tuhan. Tentu artinya kuat dalam spiritualitas. Hal itu tidak cukup hanya di dalam kamar berdoa, baca Alkitab, dengar khotbah. Berdoa, wajib; membaca Alkitab, mesti; mendengar khotbah harus. Namun, pengalaman atau perjalanan hidup di mana kita mengalami masalah-masalah, adalah dinamika yang pasti kita alami.

Firman Tuhan mengatakan, “Hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” Yang luar biasa di sini adalah porsi masalah yang diberikan itu, cukup. Kesusahan sehari, cukuplah untuk sehari. Jadi, beban dari masalah, persoalan, kesulitan yang kita hadapi setiap hari itu, cukup. Begitu hebatnya Tuhan semesta alam mengatur semuanya. Itulah sebabnya dalam 1 Korintus 10:13 firman Tuhan mengatakan, “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa.” Ingat, masalah adalah hal yang biasa. Kita sering melihat atau kita sendiri mengalami ketika mendapatkan persoalan hidup, lalu kita berkata, “Wah, berat. Luar biasa,” padahal firman Tuhan mengatakan, masalah itu biasa bagi setiap manusia.

Pencobaan yang biasa, yang memang diperuntukkan bagi manusia. Tidak ada pencobaan yang melampaui kekuatan manusia. Percayalah, Dia melihat dan memperhatikan hidup kita, artinya kita tetap dalam kontrol-Nya yang sempurna. Ingat, Allah itu setia. Tuhan pasti memberi jaring-Nya. Setiap kita punya jaring. Jadi, kalau ada batu masalah yang lebih besar dari lubang jaring hidup kita, pasti tidak bisa masuk. Pasti setiap hari ada batu yang dilempar. Sebenarnya, itu adalah batu berkat. Kadang kita mengatakan di dalam kedalaman hati kita, “Aduh, kalau boleh jangan mengalami yang seperti ini.” Manusia lama kita memang sering mengintimidasi kita.

Tuhan tidak membuat tembok, tetapi Tuhan hanya membuat jaring. Kalau tembok, itu anti masalah. Jangan kita berpikir Tuhan memberi kita tembok anti masalah. Tuhan memberikan jaring untuk mengukur seberapa besar masalah yang kita bisa pikul. Tuhan pasti melindungi kita dengan jaring, bukan dengan tembok. Ingat, pencobaan-pencobaan yang kita alami adalah pencobaan biasa. Jadi kalau kita marah sambil berteriak, “Mengapa, Tuhan?” berarti kita menganggap Tuhan tidak bijaksana.

Tuhan memberikan pencobaan yang tidak melampaui kekuatan, tetapi itu bukan berarti terus-menerus pencobaan yang kita alami, ringan. Beratnya persoalan pasti sesuai dengan umur kedewasaan rohani kita masing-masing. Jadi, persoalan itu melatih kita. Bagaimana saat kita direndahkan, dihina, difitnah, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Kita dilatih. 1 Petrus 1:6 mengatakan, “Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berduka cita oleh berbagai-bagai pencobaan...” Seketika itu artinya sementara, tidak lama. Jadi, semua pasti ada akhirnya.

Tuhan menguji atau mengizinkan pencobaan untuk meningkatkan kualitas iman kita. Setan mencobai untuk menjatuhkan. Jadi Tuhan memakai keadaan yang “negatif,” yang membuat kita berduka, untuk meningkatkan, membuktikan kemurnian iman kita. Lalu, kalimat berikutnya, “… yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api, sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya." Apakah kita pernah melihat proses orang mengolah emas secara tradisional? Tuhan mau memurnikan kita, supaya hal-hal negatif dalam diri kita, bisa dirontokkan. Jadi, masalah bisa merontokkan unsur-unsur kenajisan di dalam diri kita.

Maka, kita tidak bisa berkata, “Tuhan, buat aku dewasa,” tanpa ada masalah. Kadang-kadang kita tidak tahu mengapa terjadi begini atau begitu, tetapi ternyata Tuhan membuat jaring. Tidak mungkin tidak ada masalah, tetapi ternyata masalah itu nutrisi jiwa dan sarana latihan. Dunia ini merupakan training center kita untuk mempersiapkan kita masuk langit baru bumi baru.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PORSI MASALAH YANG DIBERIKAN ITU, CUKUP, KARENA TUHAN SUDAH MEMBERIKAN KITA JARING, BUKAN TEMBOK.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 Agustus 2023
2023-08-11 08:48:36

Yeremia 18-22

Card image
Truth Kids 10 Agustus 2023 - MENJAGA PIKIRAN
2023-08-10 10:19:19


Mazmur 139:23-24
“Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!”

Saat Mila berjalan ke arah warung, ia melihat seorang ibu berjalan di depannya. Tanpa ibu itu sadari, selembar uang lima puluh ribu miliknya terjatuh. Terlintas dalam pikiran Mila untuk mengambil uang itu diam-diam. Ia ingin membeli mainan di warung tetapi mamanya tidak memberikan uang lebih. Namun, terlintas dalam benaknya cerita Sekolah Minggu tentang menjadi anak yang jujur.

Akhirnya, Mila mengambil uang itu dan menyerahkannya kepada ibu tersebut. Mila lebih memilih menjadi anak yang jujur serta memiliki pikiran yang baik. Dengan memiliki pikiran yang baik maka akan memunculkan perbuatan atau karakter yang baik pula. Saat ibu itu menerima uangnya, ia berterima kasih dan memuji Mila. Katanya, Mila hebat sudah berperilaku dengan jujur.

Sobat Kids, pilihlah pikiran yang baik atau sesuai dengan kehendak Tuhan. Dengan menjaga pikiran, kita juga menjaga perilaku kita. Sehingga kita bisa menjadi anak yang menyenangkan hati Tuhan.

Card image
Truth Junior 10 Agustus 2023 - PIKIRKAN YANG BENAR
2023-08-10 10:04:33


Mazmur 139:23-24
“Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!”

Weekend adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh orang-orang agar dapat jalan-jalan bersama keluarga. Di tengah kota, ada sebuah taman yang sangat indah. Banyak pepohonan, bunga-bunga bermekaran, dan banyak orang yang sedang berlari, berjalan, bahkan duduk-duduk bersama. Bimo pun datang ke taman tersebut untuk berolahraga. Karena kelelahan, Bimo duduk di sebuah bangku taman. Tanpa sengaja, Bimo melihat sebuah dompet di depannya. Bimo pun bertanya-tanya, “Kira-kira ini dompet siapa, ya?”

Lalu ia mengambil dompet itu dan melihat isi dompet itu, ternyata ada banyak uang di dalamnya. Bimo pun berpikir, “Kalau aku ambil 1 lembar aja, bisa gak, ya? Kan, uangnya banyak. Apabila aku ambil 1 lembar, seharusnya tidak apa-apa, lah.” Dia berbicara lagi dalam hati, “Ah, tidak. Hal seperti itu tidak boleh kupikirkan. Aku harus mencari pemilik dompet ini.”

Akhirnya Bimo pun memutuskan untuk mengembalikan dompet kepada pemiliknya, tanpa mengambil 1 lembar pun uang yang ada di dalamnya. Setelah berusaha mencari, puji Tuhan akhirnya Bimo menemukan pemiliknya dan segera menyerahkan dompet tersebut kepada pemiliknya.

Dari cerita Bimo di atas, kita belajar bahwa terkadang pikiran bisa membuat kita melakukan hal-hal yang baik atau yang jahat. Awalnya Bimo sempat berpikir untuk mengambil 1 lembar uang yang ada di dalam dompet. Namun, ia berpikir lagi bahwa ia harus mengembalikan dompet tersebut pada pemiliknya.

Oleh karena itu Sobat Junior, kita perlu Roh Kudus untuk selalu menuntun pikiran kita, supaya selalu berpikir yang benar dan baik, bukan pikiran berbuat jahat. Maka, kita harus selalu berdoa dan membaca Alkitab. Mintalah Roh Kudus untuk memimpin pikiran kita agar tetap berpikir hal-hal yang benar, bahkan sesuai dengan kehendak Bapa di sorga.

Card image
Truth Youth 10 Agustus 2023 (English Version) - GET CLOSE TO GOD FIRST
2023-08-10 10:02:25


"Through love and faithfulness, sin is atoned for; through the fear of the LORD, evil is avoided." (Proverbs 16:6)

There are so many diverse people on Earth, coming from various social backgrounds, cultures, educations, environments, and so on. This diversity makes humanity very multifaceted. But if we have the same God, is there anything that can unite us from all the diversity? If we read today's passage, "through the fear of the LORD, evil is avoided," there you go! So actually, all people on Earth who fear the LORD will definitely avoid evil. It's clear, isn't it? If someone is evil, it means they are not afraid of the LORD! So, if we confess to be believers and have God, then we will certainly avoid evil. Not to mention, committing evil deeds. The thought of becoming evil or engaging in wrongdoing won't even cross our minds because our focus is on how to please God.

Pleasing God will never make us become bad, mischievous, disobedient to parents, hurt others, steal, lie, or anything similar. Certainly, we will only do what is good according to His will. However, there are also things that seem good but have bad motives. So, even goodness must align with what God wants. How can we know what God wants? It's very simple. If we know what our parents want, for example, surely we must get to know them and get close to them so that we understand what they desire. It's the same with knowing what God wants. We must get to know God first, build an intimate relationship with Him, and then we'll truly understand what God wants in our lives. So, let's genuinely acknowledge God by not being evil.

WHAT TO DO:
1. Build a close relationship with God through daily prayer.
2. Talk to God every day.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ecclesiastes 5-8

Card image
Truth Youth 10 Agustus 2023 - AKRAB DULU SAMA TUHAN
2023-08-10 09:57:35


"Dengan kasih dan kesetiaan, kesalahan diampuni, karena takut akan TUHAN orang menjauhi kejahatan." (Amsal 16:6)

Manusia di bumi ini banyak banget dan beragam banget, mulai dari latar belakang sosialnya, budaya, pendidikan, lingkungan, dan lain-lain. Keberagamanan ini membuat manusia menjadi sangat majemuk. Tapi sebenarnya kalau kita punya Tuhan yang sama, ada tidak yang menyamakan kita dari manusia lainnya yang sangat majemuk itu? Kalau kita baca ayat perikop kita hari ini, “karena takut akan TUHAN orang menjauhi kejahatan,” nah, lho?! Jadi sebenarnya semua manusia di bumi ini kalau takut akan TUHAN, pasti menjauhi kejahatan. Jelas banget ya, kalau dia jahat, dia berarti gak takut sama Tuhan! Maka, kalau kita mengaku orang percaya dan punya Tuhan, sudah pasti kita menjauhi kejahatan. Boro-boro deh, berbuat jahat. Kepikiran untuk jadi orang jahat atau melakukan kejahatan saja, sampai tidak terpikir, karena yang kita pikirkan adalah bagaimana cara untuk menyenangkan Tuhan saja.

Menyenangkan Tuhan tidak mungkin membuat kita menjadi orang yang tidak baik, nakal, membantah orang tua, melukai orang lain, mencuri, berbohong, atau yang lainnya. Tentunya, kita akan melakukan hal yang baik-baik saja seturut kehendak-Nya. Karena, ada juga hal yang kelihatannya baik, tapi motivasinya tidak baik. Jadi, baik itu juga harus sesuai sama yang Tuhan mau. Bagaimana caranya supaya kita tahu apa yang Tuhan mau? Simpel banget. Kalau kita tahu apa yang orang tua kita mau, misalnya, tentu kita harus kenal sama orang tua kita dan akrab sama orang tua kita sehingga kita paham apa yang mereka inginkan. Untuk tahu apa yang Tuhan mau, juga sama. Kita harus kenal dulu sama Tuhan, menjalin hubungan yang akrab sama Tuhan, baru kita memahami apa sebenarnya yang Tuhan mau dalam hidup kita. Jadi, yuk, kita benar-benar mengakui Tuhan dengan tidak menjadi orang yang jahat.

WHAT TO DO:
1. Membangun hubungan yang akrab sama Tuhan
2. Ngobrol sama Tuhan setiap hari

BIBLE MARATHON:
▪︎Pengkhotbah 5-8

Card image
Renungan Pagi - 10 Agustus 2023
2023-08-10 10:27:03


Salah satu persoalan yang serius dalam kehidupan manusia hari-hari ini adalah hidup dengan kebohongan, kepalsuan dan kemunafikan. Hal ini bisa terjadi ditengah kehidupan keluarga, didalam bisnis, didalam pekerjaan maupun di dalam meniti karier.

Dan yang lebih menakutkan lagi, terjadi di dalam pelayanan, sehingga ada banyak orang yang menyebut dirinya pelayan Tuhan, tetapi masih hidup di dalam kebohongan, kepalsuan dan kemunafikan.

Sadarilah, bahwa tidak ada satu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan Tuhan, pada waktunya semua akan terbuka. "Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab."

Bertobatlah selagi masih ada kesempatan yang Tuhan berikan untuk memperbaiki diri, sebab segala yang kita lakukan harus di pertanggungjawabkan dihadapan Tuhan pada waktunya.
(Ibrani 4:13)

Card image
Quote Of The Day - 10 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-10 09:47:26


Kesalahan banyak orang Kristen adalah hanya mendengar firman Tuhan dan mengamininya, tetapi tidak melakukannya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 10 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-10 09:44:50


Pengenalan akan Tuhan, yaitu pikiran yang dipenuhi kebenaran, menentukan kualitas hidup manusia.

Card image
HOLY HOPE - 10 Agustus 2023 (English Version)
2023-08-10 09:41:57


The Word of God says hope is sanctifying if we put it in glory with the Lord Jesus when He comes the second time. Hope like that will condition us to live more carefully and more seriously. So, besides we continue to learn to develop a 24-hour life in God’s presence, we also live a holy life. We must be cautious with our words, attitudes, actions, and thoughts. We lift our hearts to only focus on God and look forward to the coming of the Lord Jesus. Let’s not assume that there is something that makes us happier than our encounter with the Lord Jesus.

Whoever we are, young and old, men and women, must develop a burning love for the Lord Jesus. Many do not long to encounter the Lord Jesus because the world has poisoned their hearts and minds. The appetites of their soul are filled with worldly pleasures. Maybe we have also gone through years where we didn’t long to meet the Lord Jesus, even though we were pastors, Bible college lecturers, or church activists. Though we are not perfect yet, our longing to meet God can begin to blossom because that is our only happiness hope.

We mustn’t wait for something that we think can make us pleased. We may be able to enjoy worldly life, but we don’t want to choose that. We must earnestly choose 24 hours in God’s presence and maintain chastity. So, seek God’s face until we truly find Him. If not, we mustn’t stop praying or meditating until we hear His voice. Don’t make God just a discussed and debated science; we must experience Him realistically.

We must have the courage to tell God about our longing to experience Him. We can see how evil the world is and the movement of the powers of darkness that want to silence the holy life movement, the 24-hour movement before God. On the other hand, we can also see the days ahead and how the Father will help and protect us. There is no need to repay evil for evil. Still, we will prove that the 24-hour movement in God’s presence is not a movement to cover up sins or tend to be controversial or seek attention.

So, we must redouble our search for God so that there will appear to be a movement of people toward Heavenly Canaan. We must dare to leave the normalcy of life and not be afraid. If we put our hope into meeting the Lord Jesus, the words “pack up” manifested in action, namely that we are heading for the New Heavens and Earth. We will not worry about the damage to our name in whatever circumstances because we long to meet God.

However, we must pay attention to one thing: when we met the Lord Jesus, He would ask us, “Do you put on My life?” God knows very well whether we have put on His life or not. How afraid we are if we don’t put on His life. Nothing is more satisfying to the hearts of the Father and the Lord Jesus than we put on the life of His. Remember, if we put on the life of Jesus, we automatically desire to meet God. It is the attitude of packing up. Don’t be mentally blocked with the assumption that it’s impossible sanctity can be perfect.

The Bible says, “Be perfect, therefore, as your heavenly Father is perfect,” meaning everything we do is not off the mark, precise as God wills. We can live as extreme as possible by God’s wishes, not hypocritically. Seeing this world that is getting damaged, we must separate ourselves and leave the normality of life so that we have a different lifestyle and people see we are “packing up.” Everything we do is not to show off but because we want to invite as many people as possible into the New Heavens and New Earth.

Life beyond the grave is truly wonderful. We have experienced a lot of suffering while on this earth, and it is our preparation for heaven. That is what makes us excited to live. We have the Kingdom and will be the princes or princesses of the Kingdom of Heaven. Then, in the end, people will admit that those who seek God are fortunate. However, we should also keep working hard, earning lots of money, have serious studies, careers, and be careful in social interactions.  

DON'T LET THERE BE ANYTHING THAT MAKES US HAPPIER THAN OUR ENCOUNTER WITH THE LORD JESUS BECAUSE THAT IS OUR ONLY HOPE, THE HOLY HOPE.

Card image
HARAPAN YANG KUDUS - 10 Agustus 2023
2023-08-10 09:36:59


Firman Tuhan mengatakan bahwa harapan itu menguduskan jika kita menaruh harapan pada kemuliaan bersama dengan Tuhan Yesus ketika Tuhan datang yang kedua kali nanti. Harapan seperti itu akan mengondisikan kita untuk hidup lebih berhati-hati, untuk hidup lebih bersungguh-sungguh. Jadi, selain kita terus belajar untuk mengembangkan kehidupan 24 jam di hadirat Tuhan, kita juga menggerakkan hidup suci. Kita harus sangat hati-hati dengan perkataan, sikap, perbuatan dan pikiran kita. Kita angkat hati kita untuk hanya terarah kepada Tuhan dan menantikan kedatangan Tuhan Yesus. Jangan kita menganggap ada sesuatu yang lebih membahagiakan kita lebih dari perjumpaan kita dengan Tuhan Yesus.

Siapa pun kita, tua-muda, pria-wanita, kita harus mengembangkan di dalam diri kita cinta yang membara kepada Tuhan Yesus. Banyak orang yang tidak merindukan bertemu dengan Tuhan Yesus karena hati dan pikirannya telah diracuni oleh dunia. Selera jiwanya dipenuhi dengan kesenangan dunia. Mungkin, kita juga pernah melewati tahun-tahun di mana kita tidak sungguh-sungguh rindu bertemu dengan Tuhan Yesus, walaupun kita adalah seorang pendeta, dosen STT, atau aktivis. Sekarang pun, kita belum sempurna, tetapi kerinduan untuk bertemu dengan Tuhan mulai bersemi di hati kita. Ingatlah bahwa pengharapan kebahagiaan kita hanya itu.

Jangan menantikan sesuatu yang kita anggap dapat membahagiakan. Secara duniawi, mungkin kita bisa menikmati hidup hari ini lebih dari waktu-waktu yang lalu, tetapi kita tidak memilih itu. Kita harus memilih untuk sungguh-sungguh 24 jam di hadirat Tuhan; bagaimana kita bisa menjaga kesucian. Maka, carilah wajah Tuhan sampai benar-benar menemukan Dia. Kalau belum, jangan berhenti—lewat doa, meditasi—sampai kita mendengar suara-Nya. Jangan menjadikan Tuhan sekadar ilmu yang dibicarakan, didebatkan, tetapi harus kita alami dengan nyata.

Kita harus berani mengatakan kepada Tuhan tentang kerinduan kita untuk mengalami-Nya. Kita dapat melihat betapa jahatnya dunia ini. Gerakan kuasa kegelapan yang mau membungkam gerakan hidup suci, gerakan 24 jam di hadapan Allah. Namun di sisi lain, kita juga dapat melihat hari-hari ke depan, bagaimana Bapa pasti menolong dan melindungi kita. Tidak usah membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi kita akan buktikan bahwa gerakan 24 jam di hadapan Tuhan bukan gerakan untuk menutup-nutupi dosa, bukan gerakan untuk sengaja kontroversial atau cari perhatian.

Maka, kita harus menggandakan pencarian kita akan Allah, supaya kelihatan bahwa ada gerakan orang yang sedang menuju Kanaan Surgawi. Kita harus berani meninggalkan kewajaran hidup. Jangan takut. Kalau kita menaruh pengharapan untuk bertemu Tuhan Yesus, maka ucapan "berkemas-kemas" betul-betul kita wujudkan dalam tindakan, yaitu bahwa kita sedang menuju Langit Baru Bumi Baru. Kita tidak akan pusing nama baik kita dirusak, dengan keadaan apa pun yang kita alami, karena kita merindukan bertemu dengan Tuhan.

Namun, satu hal harus kita perhatikan, yaitu ketika kita bertemu dengan Tuhan Yesus, pertanyaan Tuhan Yesus kepada kita adalah, "Apakah kamu mengenakan hidup-Ku?" Tuhan pasti yang paling tahu apakah kita sudah mengenakan hidup-Nya atau belum. Betapa takutnya kita jika kita tidak mengenakan hidup-Nya. Tidak ada hal yang lebih memuaskan hati Bapa dan Tuhan Yesus kecuali kita dapat mengenakan hidup-Nya. Ingat, kalau kita sungguh-sungguh mengenakan hidup Yesus, otomatis kita berkerinduan bertemu dengan Tuhan. Hal itu adalah sikap berkemas-kemas. Jangan bermental blok dengan asumsi bahwa suci itu tidak bisa sempurna, itu tidak mungkin.

Alkitab yang bicara, “Kamu harus sempurna seperti Bapa," artinya, segala sesuatu yang kita lakukan tidak meleset, presisi seperti yang Allah kehendaki. Kita benar-benar bisa hidup sesuai dengan keinginan Allah, senekat-nekatnya, tetapi bukan munafik. Melihat dunia yang semakin rusak ini, kita harus memisahkan diri dan meninggalkan kewajaran hidup, agar kita punya gaya hidup yang berbeda dan orang melihat kita sedang "berkemas-kemas. Semua kita lakukan bukan untuk pamer, melainkan karena kita mau mengajak orang sebanyak mungkin masuk Langit Baru Bumi Baru.

Kehidupan di balik kubur, itu luar biasa indahnya. Banyak penderitaan yang kita alami selama di bumi ini, bukan? Namun, semua ini justru mempersiapkan kita ke surga. Yang membuat kita semangat hidup. Kita punya Kerajaan, kita akan menjadi pangeran-pangeran Kerajaan Surga. Kemudian pada akhirnya, orang akan mengakui bahwa orang yang mencari Tuhan, sangat beruntung. Namun, sekarang kita juga tetap bekerja keras, cari uang yang banyak, studi yang sungguh-sungguh, karier yang sungguh-sungguh, dan berhati-hati dalam pergaulan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JANGAN ADA SESUATU YANG LEBIH MEMBAHAGIAKAN KITA LEBIH DARI PERJUMPAAN KITA DENGAN TUHAN YESUS; ITULAH SATU-SATUNYA HARAPAN KITA, HARAPAN YANG KUDUS.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 Agustus 2023
2023-08-10 09:34:07

Yeremia 14-17

Card image
Truth Kids 09 Agustus 2023 - PIMPINAN TUHAN
2023-08-09 09:39:55


Efesus 4:29
“Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.”

Doni dan Didi, adiknya, terlalu asik bermain di ruang tamu sampai tidak sengaja Didi menyenggol vas bunga milik mama. Prang! Vas bunga pun jatuh dan pecah berkeping-keping. Doni melihat adiknya yang kaget dan takut dimarahi. Tidak tega rasanya untuk mengadu ke mama. Kebetulan mama Doni sedang pergi, jadi Doni mencoba memperbaiki vas itu dengan lem. Dengan hati-hati Doni menyusun satu-persatu kepingan vas sampai tersusun utuh kembali.

Sore harinya mama Doni pulang. Mama Doni bertanya-tanya mengapa Doni dan Didi bersikap tidak seperti biasanya. Saat mama menghampiri dan menyapa mereka, mereka hanya tersenyum kecil. Kemudian mama meletakkan tas diatas meja dan melihat vas bunganya tampak retak. Mama kaget lalu memanggil Doni dan adiknya. Doni bingung antara berbicara jujur atau tidak. Jika jujur ia merasa kasihan dengan adiknya, jika berbohong itu juga tidak baik. Sebelum keluar kamar Doni berdoa supaya Tuhan memimpinnya. Akhirnya Doni berkata jujur dan menjelaskan bahwa adik tidak sengaja menyenggol vas bunga sampai terjatuh. Doni mohon kepada mamanya untuk tidak memarahi adiknya. Ia juga bersalah karena tidak bisa menjaga adik dengan baik.

Sobat Kids, gunakanlah mulut yang Tuhan berikan untuk berkata jujur. Apa pun masalah yang kalian hadapi saat ini, mintalah pimpinan Tuhan. Tuhan akan menolong kita melakukan hal yang sesuai dengan kehendak-Nya.

Card image
Truth Junior 09 Agustus 2023 - KAMU PILIH MANA? YES OR NO?
2023-08-09 09:37:30


Efesus 4:29
“Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.”

Sobat Junior, saat kalian sedang ujian di sekolah, pasti kalian diminta untuk menjawab semua pertanyaan yang ada. Jenis soal yang diberikan guru bisa beragam. Ada pilihan ganda, isian, esai, atau soal cerita. Untuk menentukan jawaban yang benar, tentu kalian harus benar-benar teliti dalam membaca soal. Hal itu sama seperti kehidupan kita. Kita harus memilih yang baik agar terhindar dari pengambilan keputusan yang salah.

Kenapa kita harus memilih? Karena kita memiliki kebebasan. Dalam berbicara pun demikian. Kita juga harus memilih. Apakah kita berbicara menggunakan kata-kata yang baik atau perkataan kotor? Sobat Junior pilih yang mana; orang yang bicaranya kasar atau orang yang bicaranya baik? Tentu kalian pilih orang yang bicaranya baik.

Begitu pula dengan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus tidak memerintahkan kita untuk berkata-kata yang kasar atau jahat kepada orang lain. Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita supaya tidak mengeluarkan kata-kata kotor atau kasar dari mulutku kita, tetapi kita haruslah berkata yang baik. Perkataan yang baik dapat mendukung orang yang sedang kesusahan, membuat orang lebih semangat, dan manfaat lainnya. Maka dari itu, Sobat Junior, yuk kita belajar untuk menggunakan kata-kata yang baik. Jika sedang marah atau kesal, jangan sampai kita mengeluarkan perkataan yang kotor atau jahat, yang bisa membuat orang sedih dan terluka. Sebab, jika orang lain terluka karena apa yang kita ucapkan atau lakukan, pasti Tuhan Yesus juga sedih. Pilihlah untuk berbicara benar.

Card image
Truth Youth 09 Agustus 2023 (English Version) - ALWAYS NEAR THE SOURCE OF THE SPIRIT
2023-08-09 09:30:08


"But I say, walk by the Spirit, and you will not gratify the desires of the flesh." (Galatians 5:16)

In this world, we are filled with various things that occupy us. These things shape the way we think, so sometimes we desire things beyond our abilities, leading to negative outcomes that harm others. Moreover, we often want to follow our own will. When there is a problem with someone, we might get angry, curse, speak foul words, and gratify the desires of our flesh. We may feel the urge to vent all the frustrations within us, leading to sin. Is it alright to be angry? If we read Ephesians 4:26-27, it says, "Be angry and do not sin; do not let the sun go down on your anger, and give no opportunity to the devil."

If we feel angry, we must not sin. We must control ourselves not to gratify the desires of our flesh that want to curse and speak foul words to others. So, how can we resist gratifying the desires of our flesh? If we read the verse in our passage today, it says, "walk by the Spirit." Therefore, our lives must be filled with the Spirit that governs us. How can we be filled with the Spirit? Of course, by staying near to the source of the Spirit itself, by reading the Bible, praying, and listening to God's word. We should not let ourselves be filled with another 'spirit' that would turn us into monsters! So, before another spirit takes over us and becomes a part of our character, let's train ourselves to always be filled with the Spirit, by staying close to the source of that Spirit.

WHAT TO DO:
1. Continuously pray and read the Bible.
2. Remember and meditate on the Bible verses we often read.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ecclesiastes 1-4

Card image
Truth Youth 09 Agustus 2023 - SELALU DEKAT DENGAN SUMBER ROH
2023-08-09 09:32:33


"Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging." (Galatia 5:16)

Di dunia ini, kita dipenuhi beragam hal yang mengisi diri kita. Hal-hal tersebut membentuk jalur berpikir yang menguasai diri kita, sehingga terkadang kita menginginkan sesuatu di luar dari kemampuan kita, yang akan melahirkan hal tidak baik dan merugikan orang lain. Tak hanya itu, kita juga kadang sering kali ingin mengikuti maunya kita sendiri. Kalau ada masalah sama orang lain, kita suka mau marah, memaki-maki, berkata kotor, dan menuruti keinginan daging kita. Rasanya kita mau melampiaskan semua kekesalan dalam diri kita yang menciptakan dosa. Sebenarnya marah itu boleh gak, sih? Kalau kita baca di ayat Efesus 4:26-27 bunyinya, “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.”

Kalau kita mau marah, janganlah sampai berbuat dosa. Kita harus mengendalikan diri kita untuk tidak menuruti keinginan daging kita yang mau memaki-maki dan berkata kotor pada orang lain. Nah, gimana sih caranya supaya kita gak menuruti keinginan daging kita? Kalau kita baca di ayat perikop kita hari ini, dikatakan: “hiduplah oleh Roh.” Maka, hidup kita harus dipenuhi oleh Roh yang menguasai diri kita. Bagaimana caranya supaya hidup kita dipenuhi oleh Roh? Ya, tentunya berada selalu dekat dengan sumber Roh itu sendiri, dengan membaca Alkitab, berdoa, dan mendengarkan firman Tuhan. Jangan sampai diri kita dipenuhi oleh ‘roh’ lain yang membuat kita menjadi monster! Jadi, sebelum roh lain itu terparti di dalam diri kita dan menjadi sebuah pribadi, yuk kita latih diri kita untuk selalu dipenuhi roh, dengan terus mendekat kepada sumber Roh tersebut.

WHAT TO DO:
1. Terus-menerus berdoa dan membaca Alkitab
2. Ingat-ingat ayat Alkitab yang sering kita baca

BIBLE MARATHON:
▪︎Pengkhotbah 1-4

Card image
Renungan Pagi - 09 Agustus 2023
2023-08-09 09:34:54


Hidup ini akan menjadi berarti, jika kita dapat menjadi perpanjangan tangan kasih Tuhan, untuk menyalurkan segala yang baik, yang telah kita terima dari Tuhan. Karena itulah Tuhan mau menguduskan kita, supaya tidak menjadi orang percaya yang asal hidup, asal melayani dan asal bertindak, tetapi dipenuhi dengan pelbagai kebajikan.

"Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan." Kiranya hidup kita akan punya makna, hidup membawa kedamaian dan bahkan menghadirkan suasana sorga dimanapun berada.
(2 Korintus 9:8)

Card image
Quote Of The Day - 09 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-09 09:12:07


Nantikan kedatangan Tuhan Yesus, dan jangan pernah menganggap ada kebahagiaan yang lebih berharga daripada perjumpaan dengan Tuhan Yesus.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 09 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-09 09:09:46


Suatu bangsa tidak akan bertobat dan mengalami pembaharuan kalau hanya didoakan, tetapi juga harus digarami oleh orang percaya yang bekerja keras memberi sepenuh hidupnya bagi Tuhan.

Card image
HOLINESS POLE - 09 Agustus 2023 (English Version)
2023-08-09 09:07:22


We must always be aware and remember that the winnowing period is in progress. That is a time that conditions the separation of those who want to live holy lives and those who don’t. The world will be shaken with many shocks and is now shaking from various aspects of life. The war in Europe that is still going on between Russia and Ukraine is a clear signal to us that the world is ending. Not to mention the threat of nuclear war that has not subsided. If one time a nuclear war occurs, the map of life on Earth changes completely. Unimaginable.

Economic, political, social, and moral aspects are always upheaval—also the ecosystem of this earth. Earthquakes occur more, and more plate shifts under the earth occur, which cause tsunamis, global warming, and so on. From the moral aspect, we see that human depravity is getting worse. Arbitrary human behavior, no compassion for others. This also occurs among Christians, who speak love fluently, but it is far from being implemented in practice.

This condition will lead humans to choose to be at the pole of holiness or evil, and this will allow people to be as evil as possible, not only among non-religious people but even among Christians. We can see the arbitrariness of one person against another. We are conditioned to choose whether to be at the pole of evil or holiness. Of course, we must choose to be on the side of righteousness. For that, we must fight hard because our world today is vulnerable to the life of the Christian faith. From what we see and hear, especially in social media, this is a window for many things, so it depends on whether we want to purify ourselves by the Word.

The world’s conditions and influences are so evil, so we must fortify ourselves with more serious efforts. We must multiply our prayers and search for the truth of the Word. We ask God to give us new revelations from the Bible that produce teachings that we can use as the sword of the Spirit to face the influences of this truly evil and powerful world. Indeed, the people who choose the pole of holiness are very few because it is unpopular, but we still choose to be in it.

One of the movements we do and continue to do until the world ends or until we die is 24 hours in God’s presence. We always live in the presence of God, either while working or busy doing everything, we are always aware that we are before God, and at the same time, we maintain holiness. Indeed, we still have bad character, even very bad, but we ask for the help of the Holy Spirit so that we can live a life that is flawless and without blemish. Let’s multiply our efforts to seek God and be more serious about seeking Him.

To be at the pole of holiness is not easy because we will face the powers of darkness that will continue to terrorize and intimidate. The power of darkness wants to stimulate our old self to be awakened, while the world will intensively influence us so that our mood is cloudy and we want the world’s pleasures again, which means looking back. Terrifying. On the other hand, Satan does not need to attack violently or be urgent and is sharply hostile if we become “mediocre” Christians.

The powers of darkness will not only use non-religious people but even the religious, theologians, and priests can also be used to hinder the movement of the holy life, the 24-hour movement in God’s presence. This can happen, but we look to God all the time. As it says in God’s Word, “In fact, everyone who wants to live a godly life in Christ Jesus will be persecuted;” The dark powers do the persecution is not always physical but can also be mental or inner. We should take refuge in the living God who never leaves us.

So, we can’t help but have to make a decision. If not, then we must be carried away by the currents of the evil world, surely be carried away. We must decide to choose the pole of holiness, no matter what. Remember, this decision must be renewed daily while we receive the Word revealed by God, which is helpful for our lives today. It takes compelling revelations of the truth of the Word, which have the power to change us.  

WE MUST DECIDE TO CHOOSE THE POLE OF HOLINESS, NO MATTER WHAT.

Card image
KUTUB KEKUDUSAN - 09 Agustus 2023
2023-08-09 09:04:16


Kita harus selalu sadar dan ingat bahwa masa penampian sedang berlangsung. Artinya, suatu masa yang mengondisi terpisahnya mereka yang sungguh-sungguh mau hidup kudus dan yang tidak. Dunia akan diguncang dengan berbagai guncangan dan sekarang sedang berguncang. Berguncang dari berbagai aspek kehidupan. Perang di Eropa yang sekarang masih berlangsung antara Rusia dan Ukraina, itu merupakan sinyal yang jelas bagi kita bahwa dunia pasti berakhir. Belum lagi ancaman perang nuklir yang belum reda. Kalau sampai satu kali perang nuklir terjadi, peta kehidupan di bumi berubah total. Tidak terbayangkan.

Aspek ekonomi, politik, sosial, moral, semuanya juga selalu bergolak. Juga ekosistem bumi ini. Dengan makin banyaknya gempa bumi, makin banyaknya terjadi pergeseran lempengan di bawah bumi yang menimbulkan tsunami global, global warming dan lain sebagainya. Dari aspek moral, kita melihat kebejatan manusia yang semakin parah. Perilaku manusia yang semena-mena, tidak berbelas kasihan terhadap orang lain. Juga di lingkungan orang-orang Kristen sendiri, yang fasih mengucapkan kata kasih, tetapi di dalam praktiknya jauh dari implementasinya.

Kondisi ini akan membawa manusia untuk memilih berada di kutub kekudusan atau kutub kejahatan. Di mana hal ini membuka peluang untuk orang bisa menjadi jahat, sejahat-jahatnya. Bukan hanya di kalangan orang di luar orang beragama, juga di lingkungan orang Kristen yang beragama pun kita dapat melihat kesewenang-wenangan seseorang terhadap sesamanya. Kita dikondisi untuk memilih, mau berada di kutub kejahatan atau kutub kekudusan. Tentu saja kita harus memilih untuk berada di kutub kekudusan. Untuk itu, kita harus berjuang keras, sebab dunia kita hari ini adalah dunia yang rawan terhadap kehidupan iman Kristen. Dari apa yang kita lihat dan dengar, apalagi dalam dunia media sosial, ini menjadi jendela bagi banyak hal; apakah orang mau diracuni oleh dunia atau mau menguduskan diri oleh firman.

Oleh karena keadaan dunia begitu rupa, pengaruh dunia begitu jahat, maka kita harus membentengi diri dengan usaha yang lebih serius. Kita harus memultiplikasi, kita gandakan doa-doa dan pencarian kita akan kebenaran firman. Kita minta Tuhan untuk memberi penyingkapan-penyingkapan baru dari Alkitab yang membuahkan ajaran yang bisa kita pakai sebagai pedang Roh untuk menghadapi pengaruh dunia yang benar-benar jahat dan kuat ini. Memang orang-orang yang memilih kutub kekudusan, sangat sedikit karena hal ini tidak populer. Namun, kita tetap memilih untuk berada di kutub kekudusan.

Salah satu gerakan yang kita lakukan dan terus kita lakukan dan sampai dunia kiamat atau sampai kita meninggal adalah; 24 hours in the presence of God (24 jam di hadapan Allah). Selalu menghayati kita hidup di hadirat Allah. Sementara kita bekerja, kita melakukan segala kesibukan, kita selalu dalam kesadaran bahwa kita ada di hadapan Allah dan sekaligus di situ kita menjaga kekudusan. Memang kita masih berkarakter buruk, bahkan sangat buruk, tetapi kita minta pertolongan Roh Kudus agar kita bisa mewujudkan kehidupan yang tak bercacat tak bercela. Mari gandakan, multiplikasikan usaha kita mencari Tuhan. Kita harus makin serius mencari Tuhan.

Untuk berada di kutub kekudusan memang tidak mudah. Kita akan menghadapi kuasa kegelapan yang terus akan meneror, mengintimidasi. Kuasa kegelapan yang mau merangsang manusia lama kita dibangkitkan, sementara dunia akan gencar memengaruhi kita agar suasana jiwa kita keruh, sehingga kita bisa memiliki kesenangan-kesenangan dunia lagi; yang berarti menoleh ke belakang. Mengerikan. Sebaliknya, kalau kita menjadi orang Kristen “biasa-biasa saja,” setan tidak perlu menyerang secara hebat, tidak perlu mendesak, dan memusuhi secara tajam.

Kuasa kegelapan akan memakai, bukan hanya orang-orang yang tidak beragama, bahkan orang-orang beragama, teolog, dan pendeta bisa dipakai untuk menghalangi lajunya gerakan hidup suci, gerakan 24 jam di hadapan Allah. Ini bisa terjadi, tetapi kita memandang Tuhan terus. Seperti yang dikatakan dalam Firman Tuhan; “Orang yang mau hidup suci harus memberi diri teraniaya;” “Orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh, harus mengalami penganiayaan.” Penganiayaan tidak selalu bersifat fisik, tetapi juga bisa bersifat jiwa, batin; bagaimana kuasa kegelapan meneror kita. Kiranya kita berlindung kepada Tuhan, Allah yang hidup yang tidak pernah meninggalkan kita.

Jadi, tidak bisa tidak, kita harus mengambil keputusan. Kalau tidak, maka kita pasti terbawa oleh arus dunia yang jahat, pasti terbawa. Kita harus mengambil keputusan untuk memilih kutub kekudusan, apa pun yang terjadi. Ingat, keputusan ini harus dibarui setiap hari, sementara kita menerima firman yang disingkapkan oleh Allah, yang berguna untuk kehidupan kita di zaman sekarang ini. Dibutuhkan penyingkapan-penyingkapan kebenaran firman yang berdaya guna, yang berkuasa, mengubah kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS MENGAMBIL KEPUTUSAN UNTUK MEMILIH KUTUB KEKUDUSAN, APA PUN YANG TERJADI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 Agustus 2023
2023-08-09 09:00:12

Yeremia 10-13

Card image
Truth Kids 08 Agustus 2023 - BERKATA JUJUR
2023-08-08 08:57:51


1 Yohanes 1:9
“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”

“Nano, papa dan mama pergi belanja dulu. Kamu jangan lupa kerjakan PR dan merapikan mainan, ya, Nak, "kata mama kepada Nano. Nano pun menjawab, “Oke, Ma”.

Namun, setelah papa mama pergi Nano berkata dalam hatinya, “Lebih baik aku lanjut bermain aja deh… daripada aku kerjakan tugasku. Aku malas nih kerjakan tugas.” Nano pun segera larut dalam keseruan bermain. Tiba-tiba ia mendengar suara mobil papa mama. Nano cepat-cepat membereskan mainannya tapi ia lupa mengerjakan PR. Sambil membereskan belanjaan, mama bertanya kepada Nano, “Nano, kamu sudah buat PR, Nak?” “Emm… sudah kok, Ma. Aku sudah mengerjakan PR.” jawab Nano bohong.

Malam harinya, Nano cepat-cepat membuat PR, tapi ia sudah sangat mengantuk saat mengerjakannya. Tok...tok...tok… mama mengetuk pintu kamarnya. “Nano, kenapa kamu belum tidur, Nak?” tanya mama penasaran. “Ah… eh… hmm… aku belum mengerjakan PR, Ma. Tadi aku main terus. Maafin aku ya, Ma. Tadi aku tidak berkata yang jujur kepada Mama,” Nano mengaku salah dengan wajah tertunduk. “Kamu hebat sudah berani mengakui kesalahanmu. Tapi kamu tidak boleh berbohong lagi, ya,” jawab mama.

Sobat Kids, kita harus berani berkata jujur dan mengakui kesalahan kita. Saat kita mengakui kesalahan kita, Tuhan akan mengampuni dosa kita.

Card image
Truth Junior 08 Agustus 2023 - PERIKSA DIRIMU
2023-08-08 08:55:30


1 Yohanes 1:9
“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”

Sobat Junior, apakah kalian punya handphone (HP)? Mungkin ada yang sudah diperbolehkan punya HP sendiri. Atau mungkin kalian belum punya HP karena belum diizinkan papa mama.

Apabila Sobat Junior sudah dipercaya memiliki HP, seandainya suatu hari kamu sedang berjalan sambil main HP lalu kakimu tersandung dan terjatuh, HP-mu pun ikut jatuh, pasti kalian langsung periksa HP kalian, bukan? Apakah HP-nya aman? Apakah tergores? Apakah masih bisa digunakan? Apakah ada yang rusak? Tentu kalian akan memastikan HP tersebut masih dapat berfungsi dengan baik.

Seharusnya kita juga memeriksa diri kita, seperti memeriksa HP yang jatuh tersebut. Kenapa? Apakah memeriksa diri sendiri itu penting?

Memeriksa itu artinya kita melihat dengan teliti, atau menyelidiki sesuatu. Lalu kenapa kita perlu memeriksa diri kita? Karena Tuhan memberikan kita kehendak bebas. Tuhan mau kita menggunakan kehendak bebas itu sesuai dengan perintah Tuhan. Maka dari itu, kita perlu yang namanya memeriksa diri. Itu hal yang penting. Karena dengan memeriksa diri, kita mengetahui apakah kita benar-benar menggunakan kehendak bebas dengan baik atau tidak. Apakah sesuai kehendak Tuhan atau tidak? Apabila kita salah dalam menggunakan kehendak bebas, maka kita harus meminta ampun kepada Tuhan. Dan berjanji untuk menggunakan kehendak bebas sesuai kehendak Tuhan.

Card image
Truth Youth 08 Agustus 2023 (English Version) - HABIT OF REFUSING SIN
2023-08-08 08:53:11


"Afterward, Jesus found him in the temple and said to him, 'See, you are well! Sin no more, that nothing worse may happen to you." (John 5:14)

As long as humans are on this earth, it is said that they cannot escape from committing sins. There are sins that bind us, and we live in them, but there are also times when we fall into sin. So, what is the true nature of humans? Hmm, if we look at Jesus, who once became human, is it possible that He sinned? John 8:46 says, "Which one of you convicts me of sin? If I tell the truth, why do you not believe me?"

Who among you can accuse me of sin?" So, when Jesus was human, He did not sin. If that's the case, can we as humans not sin too?

Actually, even when Jesus was human, He could have sinned. But Jesus chose to obey God the Father and chose not to sin. So, as humans, we can also choose to obey God the Father and choose not to sin. However, it is really difficult to choose obedience and choose not to commit sins. Therefore, we need to practice having a habit of refusing sin. Every time we are about to fall into sin, we say, "No, I don't want to sin." This is undoubtedly very difficult, and sometimes we still fall into sin. If that happens, let's make things right, ask for forgiveness, and try even harder to reject sin. Every time we fall into sin, ask for forgiveness from God. If we fall again, ask for forgiveness again. Repeatedly, until we can be free from that sin. Only with the guidance of God the Father through the Holy Spirit residing within us can we overcome that sin. So, let's be obedient to the Father at all times.

WHAT TO DO:
1. Reflect on the areas where we often fall into sin.
2. Ask for forgiveness and try harder if we fall into sin again.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Proverbs 30-31

Card image
Truth Youth 08 Agustus 2023 - HABIT MENOLAK DOSA
2023-08-08 08:46:46


Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: ”Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.” (Yohanes 5:14)

Selama masih menjadi manusia di bumi ini, konon katanya manusia tidak terlepas dari berbuat dosa. Ada dosa yang mengikat kita dan kita hidup di dalamnya, namun ada juga yang jatuh dalam dosa. Nah, sebenarnya apakah natur manusia itu pasti berbuat dosa? Hmm, kalau kita melihat Yesus yang dahulu menjadi manusia, mungkin gak sih, Tuhan Yesus berdosa? Yohanes 8:46 mengatakan, “Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Apabila Aku mengatakan kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya kepada-Ku? Siapakah di antara kamu yang dapat menyatakan bahwa Aku berdosa?” Nah lho, Yesus yang dahulu adalah manusia, tidak berbuat dosa, lho. Kalau begitu, mungkinkah kita juga yang sebagai manusia, tidak berbuat dosa?

Sebenarnya Tuhan Yesus pun sewaktu menjadi manusia, bisa-bisa saja berbuat dosa. Tapi Tuhan Yesus memilih untuk taat pada Allah Bapa dan memilih untuk tidak berbuat dosa. Jadi, sebenarnya sebagai manusia, kita juga bisa memilih untuk taat pada Allah Bapa dan memilih untuk tidak berbuat dosa. Tapi, nyatanya sulit banget untuk memilih taat dan memilih untuk tidak melakukan dosa. Maka, kita perlu latihan untuk punya habit menolak dosa. Setiap kali kita mau terjerumus untuk melakukan dosa, kita bilang “tidak, aku tidak mau berbuat dosa.” Hal ini pastinya sangat sulit, dan kadang kita masih tetap jatuh dalam dosa. Kalaupun demikian, tetaplah kita bereskan, minta ampun, dan berusaha lagi lebih kuat untuk menolaknya. Setiap kali jatuh dalam dosa, minta ampun sama Tuhan. Kalau kita jatuh lagi, minta ampun lagi. Terus-menerus, sampai kita bisa lepas dari dosa itu sendiri. Hanya dengan pimpinan Allah Bapa melalui Roh Kudus yang bersemayam dalam diri kita maka kita mampu menang melawan dosa itu. Yuk, setiap saat kita taat sama Bapa.

WHAT TO DO:
1. Koreksi diri dalam hal apa kita sering jatuh dalam dosa
2. Minta ampun dan berusaha lebih kuat jika jatuh lagi dalam dosa

BIBLE MARATHON:
▪︎Amsal 30-31

Card image
Renungan Pagi - 08 Agustus 2023
2023-08-08 08:44:29


Orang yang curang, suka berdusta, awalnya dipercayai, bahkan untuk sementara dikagumi, karena mulut manisnya, tetapi ketika sudah mulai terbongkar segala bentuk kebohongan dan kecurangannya, akhirnya tidak bisa dipercaya lagi.

Dalam kehidupan sebagai hamba-hamba Kristus, yang terpenting adalah kita harus bisa dipercaya dan menjadi berkat. "Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah. Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai."

Jadi semua kita yang adalah hamba Kristus, harus menjadi pribadi yang dapat dipercaya, jika sudah tidak bisa dipercaya, maka Tuhan pun tidak akan lagi mempercayai kita untuk pekerjaan-Nya yang mulia. Karena itu harus berhenti dalam segala kecurangan, dusta dan mulai hidup dalam ketulusan dan kejujuran.
(1 Korintus 4:1-2)

Card image
Quote Of The Day - 08 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-08 08:37:23


Jika kita menaruh pengharapan kepada Tuhan, maka hal itu akan mendorong dan mengkondisi kita untuk hidup lebih bersungguh-sungguh.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 08 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-08 08:16:37


Tidak ada wilayah dan waktu dalam hidup ini yang bisa dikatakan "daerah netral" di mana orang percaya boleh hidup untuk dirinya sendiri.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 Agustus 2023
2023-08-08 08:09:26

Yeremia 7-9

Card image
Truth Kids 07 Agustus 2023 - MARAH-MARAH
2023-08-07 09:42:32


Filipi 1:10
“sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus,”

Hai Sobat Kids, namaku Reina. Aku memiliki seorang adik kecil berusia 2 tahun, namanya Reino. Kami sering bermain bersama di ruang bermain. Terkadang aku juga mengajak Reino untuk membaca buku bersama. Walaupun Reino lebih sering diurus oleh mama, aku senang jika dapat membantu. Aku pun sering merapikan kembali buku-buku atau mainan setelah dimainkan Reino.

Suatu hari Reino tidak sengaja menumpahkan air dari gelas minumnya. “Waduh, Reino! Kok kamu pegang gelasnya miring-miring gitu? Jadi tumpah, basah semua ini mainannya!” teriakku memarahi Reino. “Lihat ini Buku kakak juga jadi rusak, nih!” ujarku kesal. Ingin rasanya aku memarahi Reino lebih lagi. Namun saat aku membersihkan tumpahan air, aku berpikir dalam hatiku. Apakah tindakanku memarahi Reino sudah benar? Apakah dengan marah-marah ke Reino, akan membuat masalah selesai? Lalu, apakah Tuhan Yesus mau aku marah-marah?

“Reino, maafkan Kakak, ya. Tadi Kakak marah ke Reino. Padahal kamu tidak sengaja menumpahkan air,” ujarku meminta maaf sambil memeluk Reino yang menangis.

Sobat Kids, dari cerita di atas, kita belajar untuk tetap memilih yang baik saat ada masalah. Reina mungkin salah saat memarahi adiknya, tetapi ia sadar kalau itu tidak baik dan belajar untuk meminta maaf. Ia berubah menjadi kakak yang tidak langsung marah-marah saat adiknya melakukan kesalahan. Marilah kita belajar untuk memilih melakukan yang benar walau saat menghadapi masalah sekalipun.

Card image
Truth Junior 07 Agustus 2023 - MAAF, YA...
2023-08-07 09:32:58


Filipi 1:10
“.. sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus,”

“Ma, aku minta maaf,” kata Nadia kepada mama. “Minta maaf untuk apa?” tanya mama. “Tadi, kan, Nadia marah-marah sama Mama. Padahal Mama cuma suruh Nadia mandi,” jawab Nadia lembut. “Iya, Mama maafin. Memangnya Nadia lagi kenapa hari ini?” tanya mama lagi. “Aku kesal. Habisnya lagi asyik nonton TV, Mama suruh aku mandi terus. Padahal filmnya sedikit lagi mau selesai,” jawab Nadia. “Iya, Nak. Film itu masih bisa dilihat lagi. Sedangkan kalau kamu mandinya terlalu sore, nanti keburu malam,” jelas mama. “Iya, Ma. Nadia minta maaf, ya. Harusnya aku tidak usah marah-marah,” sahut Nadia.

Sobat Junior, memang sesuatu yang terjadi tidak sesuai keinginan kita, rasanya membuat kita kesal dan mau marah. Tapi tindakan Nadia sangat bagus, loh. Nadia sadar dengan kesalahannya dan segera minta maaf kepada mama.

Terkadang kita melakukan hal yang sama ke Tuhan. Mungkin kita tidak marah-marah atau membentak Tuhan, tetapi kita tidak bertindak seperti apa yang Tuhan mau.

Pada kenyataannya, banyak loh, yang lupa minta ampun ke Tuhan. Padahal, kita sering sekali berbuat salah kepada Tuhan. Bahkan kalau kita berbuat salah kepada orang lain, Tuhan pun sedih. Jadi, kita juga tetap harus belajar untuk minta maaf kepada Tuhan. Setelah minta maaf, mari kita belajar untuk tidak mengulangi kesalahan kita lagi.

Card image
Truth Youth 07 Agustus 2023 (English Version) - FREE FROM THE NATURE OF SIN
2023-08-07 09:29:34


"For the law of the Spirit of life has set you free in Christ Jesus from the law of sin and death." (Romans 8:2)

On a truly tiring day in the majestic city of Corinth, a Jewish Christian with a robust appearance pondered many things in his mind. Day after day, from morning till evening, he tirelessly wrote many messages that troubled his heart. Despite being a tentmaker, it turned out he had a talent for writing. Sometimes, he forgot to eat and drink as he diligently penned down his concerns and desires for the people he cared for in various places. In one of his writings to them, he said, "For the law of the Spirit of life has set you free in Christ Jesus from the law of sin and death." People called him Paul, who is still known today as one of the apostles of Jesus Christ, whose writings greatly contributed to the New Testament of the Bible.

As a Jew, Paul knew well that humans lived under the law known as the Law of the Torah. However, after the coming of Jesus, the law was fulfilled, and Jesus provided humans with the Spirit of life that would set them free from the law of sin and death. This was an important message delivered by Paul, the tentmaker who became an apostle of Jesus Christ. This message is recorded in his letter to the congregation in Rome, a place that Paul eagerly wished to visit. The important message given by Paul shows his concern for the congregation in Rome. He wanted them to know that they were free from the nature of sin, thanks to the Spirit of life within them. Through his letter, Paul wanted the congregation to live in the Spirit, as it was the Spirit that set them free. Paul's message was not only meant for the congregation in Rome but for all Christians. So, let's live according to the Spirit, the Spirit that has freed us from the bondage of sin and death!

WHAT TO DO:
1. Have a life led by the Spirit of the Lord
2. Not be bound by the bondage of sin

BIBLE MARATHON:
▪︎ Proverbs 27-29

Card image
Truth Youth 07 Agustus 2023 - BEBAS DARI KODRAT DOSA
2023-08-07 09:27:09


"Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut." (Roma 8:2)

Pada suatu hari yang sebenarnya melelahkan di kota megah Korintus, seorang Yahudi Kristen dengan perawakan gagah, merenungkan begitu banyak hal di dalam kepalanya. Tak jemu-jemu setiap hari, pada pagi-pagi benar hingga petang, ia menuliskan begitu banyak pesan yang mengganggu hatinya. Walau ia adalah seorang pembuat tenda, ternyata ia memiliki bakat dalam bidang tulis-menulis. Kadang ia lupa untuk makan dan minum, ia terus telaten menuliskan begitu banyak keresahan hatinya dan kehendaknya kepada orang-orang yang dikasihinya di berbagai tempat. Dalam satu tulisannya kepada mereka, ia mengatakan bahwa “Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.” Orang-orang memanggilnya Paulus, yang hingga saat ini dikenal sebagai salah satu rasul Yesus Kristus yang tulisannya bersumbangsih besar dalam Alkitab Perjanjian Baru.

Sebagai seorang Yahudi, Paulus paham betul bahwa manusia hidup di bawah hukum yang dikenal sebagai Hukum Taurat. Namun, setelah kedatangan Yesus, hukum itu disempurnakan, dan Yesus pun memberikan manusia Roh yang memberi hidup dan akan memerdekakan manusia dari hukum dosa dan maut. Itulah satu pesan yang sangat penting yang diberikan oleh Paulus, si tukang tenda yang menjadi Rasul Yesus Kristus. Pesan ini termuat di dalam suratnya kepada jemaat di Roma, tempat yang sangat diimpikan Paulus untuk disinggahinya. Pesan penting yang diberikan oleh Paulus merupakan bentuk kepeduliannya kepada jemaat Roma. Ia ingin mereka tahu bahwa mereka sudah bebas dari kodrat dosa, oleh karena Roh di dalam diri mereka yang memberi hidup. Melalui surat yang ditulisnya, Paulus ingin agar jemaat dapat hidup di dalam Roh, karena Roh inilah yang memerdekakan mereka. Pesan Paulus pun tidak hanya berhenti bagi jemaat Roma, namun diperuntukkan bagi semua orang Kristen. Jadi, yuk hidup menurut Roh, yaitu Roh yang telah membebaskan kita dari belenggu dosa dan maut!

WHAT TO DO:
1. Memiliki hidup yang dipimpin oleh Roh Tuhan
2. Tidak terikat dengan belenggu dosa

BIBLE MARATHON:
▪︎Amsal 27-29

Card image
Renungan Pagi - 07 Agustus 2023
2023-08-07 09:24:17


Kita semua diciptakan Tuhan bukan sebagai pemilik atas segala sesuatu, kita bukan tuan, bukan orang hebat yang memiliki segalanya, tetapi hanyalah ditetapkan sebagai pengelola, sebagai hambanya Tuhan.

Alkitab mengingatkan bahwa segala sesuatu yang harus dilakukan seorang hamba kepada tuannya adalah taat dan senantiasa menyenangkan hati tuannya. Tetapi bukan menjilat, dan hanya dilakukan ketika dihadapan tuannya dan dilihat oleh tuannya saja.

"Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah."

Jika memiliki kesadaran bahwa kita adalah hamba Tuhan, maka tidak mungkin menjadi sombong dan merasa berjasa atas semua yang kita lakukan bagi pekerjaan Tuhan.

Karena dengan menyadari bahwa kita adalah hamba Tuhan, berarti menyadari bahwa segala sesuatu yang kita kerjakan adalah untuk menyenangkan hati Majikan Agung, yaitu Tuhan Yesus Kristus, dan segala sesuatu yang kita miliki dalam hidup semata-mata hanya karena kebaikan dan kemurahan hati Tuhan, Sang Majikan.
(Efesus 6:5-6)

Card image
Quote Of The Day - 07 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-07 09:19:37


Hidup orang percaya yang benar itu pasti fungsional.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 07 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-07 09:16:00


Untuk menjadi satu roh dengan Tuhan, tubuh kita harus kudus.

Card image
PERSEVERANCE - 07 Agustus 2023 (English Version)
2023-08-07 09:13:12


Spiritual growth is a gradual process like the human body grows strictly. This means that though growth is going on, it’s barely detectable. Our body’s cells die daily, but new cells are born or created. Our spiritual life also grows gradually and strictly. The problem, which many people often think, is that growth must be radical according to its version, so when they do not see radical changes, doubts arise about whether there is a growth process in their spiritual life. One of the follies of believers is to hear the devil’s voice which says, “It doesn’t make any difference whether you pray or not. Do the prayer or study the Word later, not now. You’ve been worshiping for a year, participating in fasting prayer, but nothing changes, right? Meanwhile, see your friends who don’t go to church, don’t participate in fasting prayers; they are doing well.”

It’s a trick of the Devil. Then some start to be unfaithful and no longer persevere. A person like this then leaves the fellowship, leaves the hours of prayer, and leaves the perseverance to study the Word. Years later, we see that person is still spiritually stunted. However, for those willing to persevere, years later, we see them, and indeed we can feel the changes. Maybe some of us are just learning to pray and complain about the difficulty concentrating or having wandering minds. So, we must learn to pray diligently until one day, we can pray in an atmosphere where our minds no longer wander. This cannot be shared but must be experienced by ourselves.

This also applies to holiness. In the past, it was easy for us to make mistakes or make things easy. We let our feelings run wild. However, if we persevere, we will reach a particular stage where we can’t go wild or touch sin anymore. We try to love God and say, “I love You, Lord.” But in reality, we still have many things that attract attention that captivate the heart. If we persevere and keep learning, we will come to a level where we cannot withdraw our love for Him. Though we have been in bed and not slept yet, we can say with tears: “I love you, Lord.” Why is it like this? It turns out to be a rigorous gradual process that we live by.

Therefore, we must not leave communion with God but come to Him daily. So, we must go through this gradual process with one significant word “perseverance.” If someone can easily be spiritually mature, pure, and close to God, they don’t appreciate spiritual values. Just like if one gets pearls easily, then those pearls become worthless. However, it would be different when they had to dive at a depth of several meters with the risk of their life; then, the pearl would be precious. Remember, God, has an order; “Seek the Lord while He may be found;” “Persevere.” All of that indicates that there must be an effort from us that wants to be serious and requires perseverance.

All of our problems have only one solution, namely God. We want to learn to live in holiness and fellowship with God until we can understand His will and what He has planned in life for us to fulfill. God does not complicate our lives, and He wants to make us His co-workers to serve Him. So, we must experience this gradual growth process in real life. The problem is, often, we don’t recognize ourselves and ask why God allows us to experience painful things. The answer is that there are still “sicknesses” in the soul that we don’t recognize.

To be honest, we are often stubborn and don’t want to discover the disease in our souls to be seriously treated. Meanwhile, solving character problems cannot be done quickly because it requires a gradual process. So, we must be diligent and faithful to sit quietly at God’s feet. It sounds simple but hard to do. Let’s ask God’s mercy. Remember, the secret is: “Hold my hand.” We must experience God for real. So, even though we are experiencing the fog of life, no matter how dark it is today, if we hold on to God, surely we can get through it. Don’t expect it to be over in a year or more. However, we certainly won’t be crushed; Impossible.

WE MUST UNDERGO THE STRICT GRADUAL PROCESS TOWARD FAITH PERFECTION WITH PERSEVERANCE.

Card image
KETEKUNAN - 07 Agustus 2023
2023-08-07 09:09:11


Pertumbuhan rohani merupakan proses yang berlangsung secara bertahap, yaitu bertahap ketat. Sebagaimana tubuh manusia yang bertumbuh secara ketat. Artinya, ada pertumbuhan yang berlangsung, tetapi nyaris tidak terdeteksi. Setiap hari ada sel-sel tubuh kita yang mati, tetapi ada sel-sel baru yang dilahirkan atau diciptakan. Kehidupan rohani kita juga bertumbuh bertahap secara ketat. Masalahnya, yang sering dipikirkan oleh banyak orang adalah pertumbuhan itu harus radikal sesuai dengan versinya. Ketika ia tidak melihat perubahan yang radikal, maka timbul keraguan, apakah ada proses pertumbuhan di dalam hidup rohaninya? Salah satu kebodohan orang percaya adalah mendengar suara Iblis yang berkata, “Kamu berdoa atau tidak berdoa, tidak ada bedanya. Nanti saja doanya, nanti saja sungguh-sungguh belajar firmannya. Kamu sudah setahun beribadah, ikut doa puasa, lalu apa perubahanmu? Tidak ada, kan? Sementara kamu lihat temanmu yang tidak ke gereja, tidak ikut doa puasa, keadaan mereka baik-baik saja.”

Itu adalah tipuan Iblis. Lalu ada orang-orang yang mulai tidak setia, tidak tekun lagi. Kalau orang seperti ini kemudian meninggalkan persekutuan, meninggalkan jam doa, dan meninggalkan ketekunan belajar firman, maka 5, 10 tahun kita jumpai, orang itu tetap kerdil rohaninya. Namun, bagi orang yang mau bertekun, 5-10 tahun kita jumpai, pasti kita bisa rasakan perubahannya. Mungkin ada di antara kita yang baru belajar berdoa dan mengeluh sering sulit konsentrasi atau pikiran mengembara. Maka, kita harus belajar berdoa dengan tekun. Sampai suatu hari, kita bisa berdoa di satu kawasan di mana pikiran kita tidak bisa mengembara lagi. Hal ini tidak bisa dibagikan, tetapi kita harus mengalaminya sendiri.

Ini juga berlaku untuk hal kekudusan. Dulu, kita mudah berbuat salah atau menggampangkan sesuatu. Kita biarkan perasaan kita menjadi liar. Namun, kalau kita tekun, maka kita akan sampai pada tahap tertentu di mana kita tidak bisa liar lagi, tidak bisa menyentuh dosa lagi. Kita berusaha untuk mencintai Tuhan dan kita berkata, “Aku cinta pada-Mu, Tuhan.” Tetapi kenyataannya, kita masih punya banyak hal yang menarik perhatian, yang memikat hati. Kalau kita mau bertekun dan belajar terus, maka kita akan tiba di suatu level di mana kita tidak bisa menarik cinta kita kepada-Nya. Kita belum terlelap tidur, peluk guling, kita bisa berkata dengan air mata: “Aku cinta Engkau, Tuhan.” Mengapa bisa begini? Ternyata itu adalah proses bertahap ketat yang kita jalani.

Karenanya, kita tidak boleh meninggalkan persekutuan dengan Tuhan. Setiap hari kita harus datang kepada Tuhan. Jadi, proses bertahap ini harus kita jalani dan satu kata yang sangat penting adalah “ketekunan.” Kalau seseorang bisa dewasa rohani, suci, dekat dengan Tuhan dengan mudah, maka ia tidak menghargai nilai-nilai rohani. Sama seperti kalau seseorang mendapatkan mutiara dengan mudah, maka menjadi tidak berharga mutiara itu. Namun, akan berbeda ketika dia harus menyelam di kedalaman sekian meter dengan pertaruhan nyawa, maka mutiara itu menjadi sangat berharga. Ingat, Tuhan punya tatanan; “Carilah Aku selama berkenan ditemui;” “Bertekunlah.” Semua itu mengisyaratkan harus ada usaha dari kita yang mau sungguh-sungguh dan pasti membutuhkan ketekunan.

Sebenarnya, semua masalah kita itu hanya ada satu penyelesaiannya, yaitu Tuhan. Kita mau belajar untuk hidup dalam kekudusan, hidup dalam persekutuan dengan Tuhan sampai kita dapat mengerti kehendak Tuhan; apa yang Dia rencanakan dalam hidup untuk kita penuhi. Tuhan tidak membuat hidup kita menjadi rumit. Sejatinya, Tuhan mau menjadikan kita sebagai kawan sekerja-Nya untuk melayani dan mengabdi kepada Dia. Maka, proses pertumbuhan bertahap ini harus kita alami secara nyata dalam kehidupan kita. Masalahnya, sering kita tidak mengenali diri, mengapa Tuhan izinkan kita mengalami hal-hal yang menyakitkan. Ternyata, jawabannya adalah karena masih ada “penyakit-penyakit” dalam jiwa yang tidak kita kenali.

Sejujurnya, kita ini sering keras kepala dan tidak mau cari tahu penyakit apa di dalam jiwa kita yang harus dibenahi secara serius. Sedangkan penyelesaian masalah karakter itu tidak bisa secara cepat, karena membutuhkan proses bertahap yang ketat. Maka, kita harus tekun dan setia untuk duduk diam di kaki Tuhan. Kedengarannya hal ini sederhana, tetapi berat menjalaninya. Mari kita minta belas kasihan Tuhan. Ingat, rahasianya adalah: “Pegang tanganku.” Kita harus mengalami Tuhan dengan nyata. Maka, walau kita mengalami kabut hidup sekelam apa pun hari ini, tetapi kalau kita pegang Tuhan, pasti kita bisa melewatinya. Jangan harap setahun, 2 tahun selesai. Mungkin 5, 6, 7 tahun. Namun, kita pasti tidak akan terkapar; tidak mungkin.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PROSES BERTAHAP KETAT MENUJU KESEMPURNAAN IMAN HARUS KITA JALANI DENGAN KETEKUNAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 Agustus 2023
2023-08-07 09:05:52

Yeremia 4-6

Card image
Truth Kids 06 Agustus 2023 - MEIMEI DAN MELDA
2023-08-06 09:37:06


Kolose 3:9
“Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya,”

Sekolah tempat yang menyenangkan. Ada banyak hal yang bisa dilakukan di sekolah. Aku dan teman-teman bisa belajar, bermain dan bahkan makan bersama-sama. Namaku Meimei. Aku senang berada di sekolah, karena aku bisa bertemu dengan teman-temanku. Ini sahabatku, namanya Melda. Kami selalu bersama, apalagi rumah kami dekat, jadi kemanapun kami selalu bersama.

Saat istirahat sekolah, aku dan Melda membuka bekal dan saling berbagi makanan. Namun, di sisi sebelah sana nampak teman-teman sedang menertawakan Bona. "Eh, Melda.. kira-kira ada apa, ya?" tanyaku kepada Melda. “Mei, ayo kita lihat ke sana” ajak Melda kepadaku. "Wah, Mei, ternyata Bona tidak bawa bekal makanan. Iih.. kenapa sih mereka harus ketawain Bona? Kasihan tau…,” lanjut Melda dengan gemas. “Melda, bagaimana kalau kita berbagi sebagian makanan kita kepada Bona? Pasti Bona senang,” usulku. “Boleh tuh, Mei. Yuk, kita berbagi makanan dengan Bona," jawab Melda dengan semangat.

Sobat Kids, saat ada teman yang mengalami kesusahan, kita harus membantu. Seperti yang dilakukan Meimei dan Melda. Bukan seperti yang dilakukan teman-teman mereka. Kita tidak boleh menertawakan teman yang sedang mengalami kesusahan. Kita harus berusaha untuk melawan keinginan berbuat dosa. Bersama tuntunan Roh Kudus, pasti bisa!

Card image
Truth Junior 06 Agustus 2023 - MARAH DAN KESAL
2023-08-06 09:35:28


Kolose 3:9
“Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya,”

“Uuuhh… Sengaja aku cepat pulang karena tidak sabar mau main mobilan kesukaanku,” kata kakak setelah pulang dari sekolah. Namun kakak bingung, sebab mainan mobil kesukaannya tidak ada.

“Mama, kok, mobil mainan kesukaanku tidak ada di atas meja belajarku?” tanya kakak pada mama. “Oh, iya. Tadi adik pinjam. Adik lagi main di ruang tamu,” jawab mama.

Kakak segera mendatangi adik dengan wajah yang kesal. “Adik, kenapa kamu tidak bilang kalau pinjam mainan mobil kesayanganku?” tanya kakak pada adik.

“Waktu aku mau main, Kakak belum pulang sekolah, jadi aku langsung pinjam,” kemudian adik mengembalikan mainan kakak. “Aku tidak suka sama kamu. Seharusnya kamu bilang dulu kalau mau pinjam,” kakak berkata sambil marah-marah kepada adik.

Sobat Junior, mungkin kadang-kadang kita seperti kakak. Ketika menghadapi situasi yang kurang kita suka, kita langsung marah-marah dan kesal. Apakah kalau kita marah dan kesal salah? Jika berlebihan, tentu saja salah. Apalagi jika kita marah dan kesal untuk hal yang sepele atau hal yang tidak begitu penting.

Memiliki sifat sedikit-sedikit marah dan kesal juga tidak baik, loh. Hal tersebut tidak membawa sukacita bagi orang lain. Mungkin saat Sobat Junior merasa tidak suka terhadap situasi atau tindakan orang lain, kita dapat mengatakannya dengan sopan. Tuhan Yesus juga akan lebih senang jika kita belajar untuk tidak cepat marah dan kesal, tetapi kita memperlihatkan perasaan kita melalui komunikasi yang teduh dan sabar. Yaitu menyampaikan kepada orang lain dengan nada yang baik dan sopan.

Card image
Truth Youth Youth 06 Agustus 2023 (English Version) - UNLIMITED FREEDOM
2023-08-06 09:32:57


"If I sin, you observe me and will not acquit me of my iniquity." (Job 10:14)

We are people who are already free. In other words, we have been freed from all the chains of sin. However, the story of our lives does not end there. It does not mean that we are completely free and do not need to do anything and just live according to our own desires. Through His death on the cross, Jesus Christ opened the way for us to live as free people. But there must be a response and actions we take to become God's pleasing children.

Like a very thick book, the story of our lives has just begun. The death of Jesus on the cross is not the end of the struggle of human life. Instead, everything is just beginning. There are still many empty pages of life that we need to fill, pages that we need to be accountable for. All must be filled with good decisions and actions that please Him, that align with His will.

Life is a struggle. Christ has already granted us freedom. But have we fought for the freedom He has given? Have we lived out that freedom correctly, creating beautiful pages of life for the people around us and for Him? If not, then let's fight for all of that! In the end, we are creating our own life book, which contains the story of our lives while we are still on earth. Whether the contents of the life book are beautiful or not depends on how much effort we put into creating it through all our actions and decisions. So, as long as we are still alive on this earth, let's fight for the freedom given by Christ, follow His will, and be people who are free without limits, creating beautiful and noble pages of life!

WHAT TO DO:
1. Do not live our lives in a free lifestyle without being under God's guidance.
2. Be brave to free ourselves from the bonds of the world within us.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Proverbs 24-26

Card image
Truth Youth 06 Agustus 2023 - MERDEKA TANPA BATAS
2023-08-06 09:29:53


"kalau aku berbuat dosa, maka Engkau akan mengawasi aku, dan Engkau tidak akan membebaskan aku dari pada kesalahanku." (Ayub 10:14)

Kita adalah orang-orang yang sudah merdeka. Dengan kata lain, kita telah bebas dari segala belenggu dosa. Namun, kisah kehidupan kita tidak hanya berhenti di situ saja. Bukan berarti kita sudah bebas total dan kita tidak perlu melakukan apa-apa lagi lalu hanya hidup sesuai dengan keinginan kita sendiri. Yesus Kristus oleh kematian-Nya di kayu salib telah membukakan jalan bagi kita untuk hidup sebagai orang-orang yang merdeka. Namun, harus ada respons dan tindakan yang kita lakukan untuk berproses menjadi anak Allah yang berkenan bagi-Nya.

Ibarat sebuah buku yang sangat tebal, kisah hidup kita baru saja dimulai. Kematian Yesus di kayu salib bukanlah sebuah akhir perjuangan kehidupan manusia. Justru, semuanya baru dimulai. Masih ada banyak sekali lembar-lembar kehidupan yang masih kosong dan perlu kita isi, perlu kita pertanggungjawabkan. Semuanya harus diisi dengan keputusan dan tindakan yang baik, yang menyenangkan hati-Nya, yaitu segala jenis perbuatan yang tidak meleset dari kehendak-Nya.

Hidup ini adalah perjuangan. Kristus pun sudah memberikan kemerdekaan. Namun, sudahkah kita memperjuangkan kemerdekaan yang Dia berikan? Sudahkah kita menghidupi kemerdekaan itu dengan benar, menciptakan lembar-lembar kehidupan yang indah bagi orang-orang di sekitar kita dan bagi-Nya? Jika belum, maka perjuangkanlah semua itu! Pada akhirnya, kita menciptakan buku kehidupan kita sendiri, yang di dalamnya berisi kisah kehidupan kita selama masih di bumi. Indah atau tidak isi buku kehidupan itu, tergantung pada seberapa besar usaha kita menciptakannya melalui segala tindakan dan keputusan kita. Jadi, selama masih hidup di bumi, perjuangkanlah kemerdekaan yang diberikan oleh Kristus, lakukanlah kehendak-Nya dan jadilah orang merdeka tanpa batas dengan menciptakan lembar-lembar kehidupan yang indah dan mulia!

WHAT TO DO:
1. Tidak menjalankan kehidupan kita dengan gaya hidup yang bebas dan tidak dalam pimpinan Tuhan.
2. Berani melepaskan diri dari ikatan dunia yang ada dalam diri kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎Amsal 24-26

Card image
Renungan Pagi - 06 Agustus 2023
2023-08-06 09:27:02


Orang beriman bukanlah orang yang hanya menghafal firman Tuhan saja, melainkan orang yang mempraktekkan firman Tuhan dalam hidupnya, karena iman bukan diukur dari berapa banyak firman Tuhan yang kita hafal.

Rasul Yakobus memperingatkan tentang iman yang harus disertai perbuatan; "Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman."

Iman bukan diukur dari berapa banyak waktu yang kita luangkan untuk kegiatan-kegiatan rohani, tetapi iman adalah soal bagaimana kita melekat dan menjalin hubungan pribadi yang intim dengan Tuhan. Dan Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati. Karena itu hidupkanlah imanmu dengan perbuatan yaitu melakukan Firman Tuhan.
(Yakobus 2:17,24)

Card image
Quote Of The Day - 06 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-06 09:24:43


Lepaskan diri kita dari segala ikatan dunia, bertindaklah, maka kita bisa mengalami bahwa hidup suci itu bisa kita lakukan.

Card image
Quote Of The Day - 06 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-06 09:24:33


Lepaskan diri kita dari segala ikatan dunia, bertindaklah, maka kita bisa mengalami bahwa hidup suci itu bisa kita lakukan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 06 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-06 09:22:58


Kemalasan adalah suatu dosa, sebab orang malas membuat dirinya tidak efektif bagi Tuhan dan tidak bertanggung jawab kepada-Nya secara benar.

Card image
THE HAPPINESS OF LIFE - 06 Agustus 2023 (English Version)
2023-08-06 09:20:32


We certainly realize that the journey of Christians is still far,  but we must go through it until one day, we can feel how happy the hope is to enter the Father’s House. We could start from now on to feel the happiness of the Father’s House. How glad it is when the time comes for us to enter the Father’s House and are recognized as children of God, princes and princesses of the Kingdom of Heaven. We have to be able to feel that; if we have not tasted it, our spiritual life is not mature. Indeed, we are all still in the process, but in truth, we could start to feel how happy it is to enter the Father’s House, to be glorified together with the Lord Jesus. Happiness is already in our hearts.

Let’s see, honestly, how tragic life is. Maybe our personal lives are not tragic, our economy is good, and our households are not in trouble, but how tragic it is when looking at the lives of the people around us. How dangerous the world is today. Therefore, we who live the tragedy of life try to grasp as many people as possible and take them into the Kingdom of Heaven, not to join a church denomination to get money or a great name, but we think about how people can be saved.

All of us must become witnesses, not through words that generate debate, but through deeds. The mouth mustn’t have much to say. We do not need to shout on social media, but be quiet like our God is also silent. However, our actions are not silent; we keep moving to be able to save as many people as possible and take them into the Kingdom of Heaven. We think about how children begin to know God from an early age. We pay attention to Sunday School and public education that we can achieve. We prepare young people to become ministers of God, no matter how much the price or hard it is to do.

This will allow us to see the glory of God within us. We can penetrate the limits of life that have never been done before, which is happiness when we remember the glory of God in the Kingdom of Heaven. Of course, if we choose this, we must not touch sin, no matter how small or subtle. People may say anything to us, but we must not be distracted. Do not repay evil for evil, not even hidden hatred, because each person will be responsible to God, not accountable to any human being, including us.

Do not repay evil for evil even when we are hurt, harmed, or oppressed because it is God’s right to repay; He is the judge. We must strive for holiness and sanctity from second to the next, from minute to the next. We must take life seriously and be serious about covering our mouths, not saying inappropriate words, or typing on social media. Remember, we must keep our minds clean from unclean things; hatred, revenge, adultery, fornication, or desires that do not follow God’s will. We must guard everything. We are the ones who should keep it, not God. God equips us with the Word and the Holy Spirit to guide us, but we must protect our thoughts because our body is the temple of the Holy Spirit.

We not only don’t commit sins physically but must also take care of the garden of our hearts. It becomes fun if we have lived it, then later, it will develop the longing in us to save souls, meaning that they also do the same thing that we do; maintain holiness to prepare to face the throne of God’s judgment. We can see heaven within us and can feel happiness. Remember, we can’t encounter the Lord Jesus face to face if we do not have the same face as Him. We must ask for the guidance of the Holy Spirit to know whether we already have God’s face in our lives. If not, we must fight for it while there is still a chance.

Remember, life’s worth is not because we have high degrees or many titles or because we have property, a house, a car, and other facilities. The value of life is not because we become high-ranking officials, have power, are beautiful or handsome, have a harmonious household, or are successful in our careers. The happiness of this life is because we walk with God. The value of this life is that we continue to experience growth in holiness and sanctity, worthy of entering the Father’s House so that it becomes our hope and joy.  

THE HAPPINESS OF THIS LIFE IS BECAUSE WE WALK WITH GOD.

Card image
BAHAGIANYA HIDUP - 06 Agustus 2023
2023-08-06 09:17:19


Kita tentu menyadari betapa masih jauh perjalanan banyak orang Kristen, termasuk setiap kita, tetapi kita harus jalan terus. Sampai suatu saat kita bisa merasakan betapa membahagiakan pengharapan masuk Rumah Bapa. Namun, sejak sekarang kita sudah mulai bisa merasakan kebahagiaan Rumah Bapa. Sampai nanti pada waktunya kita masuk Rumah Bapa, diakui sebagai anak-anak Allah, pangeran-pangeran Kerajaan Surga, putri-putri Kerajaan Surga, betapa itu membahagiakan. Kita harus dapat merasakan hal itu. Kalau kita belum merasakan, berarti kehidupan rohani kita belum matang. Memang, kita semua masih terus di dalam proses, tetapi sejatinya kita sudah mulai bisa merasakan betapa bahagianya masuk Rumah Bapa, dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Kebahagiaan itu sudah ada di dalam hati kita.

Mari kita melihat dengan jujur, betapa tragisnya hidup ini. Mungkin hidup kita secara pribadi tidak tragis, ekonomi kita baik, rumah tangga kita juga tidak bermasalah, tetapi melihat kehidupan manusia di sekitar kita, betapa tragisnya. Betapa membahayakannya dunia hari Ini. Karenanya, kita yang menghayati tragisnya hidup, kita berusaha menangkap sebanyak mungkin orang masuk Kerajaan Surga. Bukan masuk denominasi gereja atau supaya dapat uang atau mendapat nama besar. Bukan itu, tetapi kita memikirkan bagaimana orang-orang bisa diselamatkan.

Maka, semua kita harus jadi saksi. Tidak melalui perkataan yang menghasilkan perdebatan, tetapi melalui perbuatan. Mulut tidak usah banyak bicara. Di media sosial tentu juga tidak perlu berkoar-koar, tetapi diam dan senyap seperti Allah kita juga senyap (The Silent God). Namun, perbuatan kita tidak senyap, kita bergerak terus untuk bisa menyelamatkan sebanyak mungkin orang masuk ke dalam Kerajaan Surga. Kita pikirkan bagaimana anak-anak mulai mengenal Tuhan sejak dini. Kita perhatikan Sekolah Minggu dan pendidikan umum yang bisa kita capai. Kita persiapkan orang-orang muda untuk menjadi pelayan-pelayan Tuhan. Berapa pun harganya, seberapa pun susah dan beratnya kita lakukan.

Hal ini yang akan membuat kita bisa melihat kemuliaan Allah di dalam batin kita. Kita bisa menembus batas kehidupan yang belum pernah kita tembus, yaitu kebahagiaan ketika kita mengingat kemuliaan bersama Tuhan di Kerajaan Surga. Tentu jika kita memilih hal ini, kita tidak boleh menyentuh dosa, sekecil apa pun, sehalus apa pun. Orang boleh mengatai kita apa pun, kita tidak boleh terganggu. Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan, bahkan kebencian yang terpendam pun tidak. Sebab masing-masing orang akan bertanggung jawab kepada Tuhan, tidak bertanggung jawab kepada manusia mana pun, termasuk terhadap kita.

Bahkan ketika kita disakiti, dilukai atau ditindas, jangan membalas kejahatan dengan kejahatan, karena Tuhan yang berhak membalas, Tuhan yang menjadi Hakim. Kekudusan, kesucian, harus kita perjuangkan dari detik ke detik, dari menit ke menit. Kita harus serius menjalani hidup, serius untuk mengikat mulut, tidak mengucapkan kata yang tidak patut, atau jari-jari kita tidak menulis apa yang tidak patut di media sosial. Ingat, pikiran kita harus terus kita bersihkan dari hal-hal yang najis; dari kebencian, dendam, perzinaan, percabulan atau keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah, semua harus kita jaga. Kita yang menjagainya, bukan Tuhan. Tuhan melengkapi kita dengan firman dan Roh Kudus yang menuntun kita, tetapi kita sendiri yang harus menjagai pikiran kita. Tubuh kita adalah bait Roh Kudus.

Kita bukan hanya tidak melakukan dosa-dosa secara fisik, tetapi juga taman hati kita harus kita jaga. Hal itu menjadi keasyikan, kalau kita sudah menjalaninya. Lalu nanti berkembang dengan adanya kerinduan kita untuk menyelamatkan jiwa-jiwa, artinya supaya jiwa-jiwa juga melakukan hal yang sama yang kita lakukan; menjaga kekudusan untuk mempersiapkan diri menghadap takhta pengadilan Tuhan. Kita bisa melihat surga di dalam batin kita. Kita bisa merasakan kebahagiaan. Ingat, kita tidak mungkin bisa bertemu dengan Tuhan Yesus muka dengan muka, kalau kita tidak berwajah sama dengan Dia. Kita harus meminta petunjuk Roh Kudus, apakah kita telah memiliki wajah Tuhan di dalam hidup kita? Jika tidak, kita harus berjuang, mumpung masih ada kesempatan.

Ingat, berharganya hidup ini bukan karena kita bergelar tinggi atau banyak gelarnya. Berharganya hidup ini bukan karena kita punya fasilitas harta, rumah, mobil dan lain-lain. Berharganya hidup ini bukan karena kita menjadi pejabat tinggi, punya kekuasaan atau kita cantik, ganteng. Bukan karena kita punya rumah tangga yang harmonis atau sukses dalam karier. Bahagianya hidup ini adalah karena kita berjalan bersama Tuhan. Bernilainya hidup ini adalah karena kita terus mengalami pertumbuhan di dalam kekudusan dan kesucian, layak masuk ke dalam Rumah Bapa. Sehingga hal itu menjadi pengharapan dan sukacita kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

BAHAGIANYA HIDUP INI ADALAH KARENA KITA BERJALAN BERSAMA TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 Agustus 2023
2023-08-06 08:57:40

Yeremia 1-3

Card image
Truth Kids 05 Agustus 2023 - MENINGGALKAN DOSA
2023-08-05 09:15:38


2 Petrus 1:4
“Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.”

Sobat Kids, sebelum bertobat, Paulus adalah orang yang sangat jahat. Dia menyakiti orang yang percaya kepada Yesus. Sebelum bertobat, Paulus dikenal juga dengan nama Saulus. Dulu ia akan memasuki rumah demi rumah mencari orang yang percaya kepada Tuhan. Laki-laki dan perempuan ditangkapnya dan dimasukkan ke dalam penjara. Namun, Saulus dipilih oleh Tuhan Yesus untuk menjadi saksi-Nya. Saat Saulus hendak pergi ke kota Damsyik, di tengah jalan tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilinginya. Itulah awal perjumpaan Saulus dengan Tuhan Yesus.

Setelah berjumpa dengan Tuhan Yesus, Paulus berubah. Ia berusaha melakukan kehendak Tuhan Yesus. Teman-teman lama Paulus bingung atas perubahan sikap Paulus. Setelah percaya Tuhan, Paulus-lah yang dikejar orang-orang untuk ditangkap. Itu karena ia menceritakan tentang Tuhan Yesus kepada orang lain.

Saulus berubah menjadi Paulus. Ia meninggalkan dosa. Ia tidak lagi berbuat hal-hal yang menyedihkan hati Tuhan. Paulus memilih untuk berusaha meninggalkan dosa. Yuk, Sobat Kids, kita juga berjuang meninggalkan dosa. Walaupun sulit, kita mau terus berusaha lebih baik setiap harinya. Sampai kita bisa menjadi anak-anak yang menyenangkan hati Allah.

Card image
Truth Junior 05 Agustus 2023 - NARAPIDANA
2023-08-05 09:12:49


2 Petrus 1:4
“Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.”

Apakah Sobat Junior tahu penjara? Atau pernah melewati penjara? Biasanya penjara adalah tempat untuk menghukum narapidana, yaitu orang yang melanggar hukum tertentu. Jadi, setiap orang yang ada di penjara, merupakan orang yang melakukan pelanggaran atau kesalahan. Setelah bebas dari penjara, seharusnya narapidana menjadi warga yang baik, tidak melakukan kesalahan lagi. Namun, masih ada saja narapidana yang tetap melakukan kesalahan setelah keluar dari penjara. Hal ini karena orang tersebut memilih untuk tetap melakukan kesalahan.

Sobat Junior, sebenarnya kita pun pernah menjadi orang yang dihukum. Ya, benar sekali. Kita pernah menjadi orang yang ada di bawah hukum dosa. Namun, Tuhan Yesus datang untuk menebus kita. Artinya, kita tidak lagi berada di bawah hukum dosa. Eits, belum selesai. Walaupun Tuhan Yesus sudah menebus dosa, kita tetap memiliki tugas, loh. Yaitu tidak melakukan dosa lagi.

Seperti seorang narapidana yang sudah keluar dari penjara dan tidak boleh mengulang kesalahan, kita pun sama. Setelah dosa ditebus, bukan berarti kita bebas melakukan hal-hal yang kita mau lakukan. Namun, setiap perkataan, tindakan, dan apa pun yang kita pikirkan, haruslah sesuai dengan kehendak Allah. Karena Tuhan tidak mau melihat kita berada lagi di bawah hukum dosa. Tuhan sudah membebaskan kita, maka kita harus berusaha untuk menjaga diri agar tidak melakukan dosa dan kesalahan.

Card image
Truth Youth 05 Agustus 2023 (English Version) - FREE FROM THE BONDS OF THE WORLD
2023-08-05 09:08:30


"He has redeemed my soul from going down to the pit, and my life shall look upon the light." (Job 33:28)

Living in bondage can be distressing. It's like an intricate tangle of threads that is difficult to unravel; it takes patience and precision to untangle each strand. This is what actually happens in human life. Whether we realize it or not, the world is increasingly showing many pleasures to entangle us, to bind us. If we get entangled in the bonds of this world and refuse to free ourselves, our lives will become more tangled, just like the illustration of the thread that is hard to unravel one by one.

Whether we like it or not, we need to build a clear, right, and holy Christian life. We should not let the sins of the world entangle us, making it difficult for us to break free. If we have been entangled in the bonds of the world for quite some time, we need a long process and extraordinary perseverance to live free from the bonds of the world. In the end, we cannot continue to be in a "bound" situation, as all our deeds will be accounted for before the throne of Christ in the future. If we can start freeing ourselves from the bonds of the world from today, why should we postpone it?

God has given us the freedom to live and do what we want. However, it does not mean that we can live carelessly and hurt His heart. If we live freely, doing many things that deviate from His will, instead of becoming more free, we become more entangled in the bonds of sin in the world. Therefore, draw near to God, for He is the one who grants true freedom. Make an effort from an early stage to release our lives from the complexity of the bonds of the world that can entangle us even deeper day by day. Come on, be free from the bonds of the world and continue to please the heart of God!

WHAT TO DO:
1. Do not live our lives in a free lifestyle without being under God's guidance.
2. Be brave to free ourselves from the bonds of the world within us.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Proverbs 21-23

Card image
Truth Youth 05 Agustus 2023 - BEBAS DARI IKATAN DUNIA
2023-08-05 09:06:24


"Ia telah membebaskan nyawaku dari jalan ke liang kubur, dan hidupku akan melihat terang." (Ayub 33:28)

Hidup di dalam keterikatan memang meresahkan. Ibarat benang kusut yang sangat sulit untuk diuraikan, butuh kesabaran dan ketelitian agar untaian benang itu dapat terurai satu per satu. Begitu pula yang sebenarnya terjadi dengan kehidupan manusia. Sadar atau tidak, semakin hari dunia semakin memperlihatkan banyak kesenangan agar kita terjerat di dalamnya, agar kita terikat di dalamnya. Jika kita terjerat ke dalam ikatan dunia ini, dan kita pun tidak mau lepas darinya, pasti hidup kita akan semakin kusut, sama seperti ilustrasi benang yang sangat sulit diurai satu per satu.

Mau tidak mau, kita harus membangun kehidupan Kristen yang jelas arahnya, yang benar, dan kudus. Jangan sampai semakin hari dosa dunia menjerat kita sehingga kita terikat dan sulit untuk lepas darinya. Jika kita sudah terjerat cukup lama ke dalam ikatan dunia, kita memerlukan proses yang panjang dan ketekunan yang luar biasa agar kita dapat hidup bebas dari ikatan dunia. Sebab pada akhirnya, kita pun tidak bisa terus menerus berada dalam situasi “terikat” karena semua perbuatan kita akan kita pertanggungjawabkan di hadapan takhta Kristus kelak. Jika kita bisa mulai melepaskan diri dari ikatan dunia sejak hari ini, mengapa harus menunda lagi?

Tuhan memberikan kita kebebasan untuk hidup dan melakukan apa yang kita mau. Namun, bukan berarti kita hidup suka-suka kita dan melukai hati-Nya. Jika kita hidup bebas sesuka kita dan melakukan banyak hal yang melenceng dari kehendak-Nya, alih-alih makin bebas, justru kita makin terjerat ke dalam ikatan dosa dunia. Oleh karena itu, dekatkan diri kepada Tuhan, karena Dia-lah yang memberikan kebebasan sejati. Berusahalah sejak dini untuk melepaskan hidup kita dari kekusutan ikatan dunia yang semakin hari bisa menjerat kita lebih dalam. Yuk, bebas dari ikatan dunia dan terus menyenangkan hati Tuhan!

WHAT TO DO:
1. Tidak menjalankan kehidupan kita dengan gaya hidup yang bebas dan tidak dalam pimpinan Tuhan.
2. Berani melepaskan diri dari ikatan dunia yang ada dalam diri kita

BIBLE MARATHON:
▪︎Amsal 21-23

Card image
Renungan Pagi - 05 Agustus 2023
2023-08-05 09:20:27


Cinta sangatlah mempengaruhi hidup manusia; cinta dapat menjadikan seseorang bersemangat, tapi cinta juga dapat menjadikan seseorang putus asa; kekuatan cinta sungguh luar biasa.

Wajar kalau kita perlu memperhatikan betul siapa atau apa yang kita cintai, karena hal itu akan sangat menentukan arah dan bagaimana hidup kita; ketika mencintai yang positif, otomatis dampaknya akan positif, tapi ketika mencintai yang negatif, otomatis dampaknya akan negatif.

Kalau dunia tidak mencintai kita, tetapi membenci, itulah yang seharusnya, karena kita bukan dari dunia ini, seperti perkataan Tuhan Yesus; "Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu."

Jadi ketika kita mencintai Tuhan, berarti dibenci oleh dunia, tetapi hidup akan menjadi semakin benar dan kudus, berkualitas Ilahi, karena orang yang mencintai Tuhan pasti melakukan kehendak Tuhan, sehingga hidupnya diberkati dan menjadi berkat.

Tetapi jika kita mencintai dunia, maka hidup akan diperbudak oleh dunia dan menyukai dosa, sehingga ujungnya berakhir dengan kebinasaan, Ingat! Kita tidak dapat mencintai kedua-duanya, dan seharusnya hanya mencintai Tuhan, sebab kita bukan berasal dari dunia ini.
(Yohanes 15:19)

Card image
Quote Of The Day - 05 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-05 05:24:49


Apa yang Tuhan inginkan dalam hidup kita tidak muluk-muluk; dan hal itu dimulai dari kehidupan kita dari menit ke menit yang benar-benar kita jaga, agar tidak ada dosa sekecil apa pun yang kita lakukan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 05 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-05 05:19:28


Dosa yang dilakukan dengan tubuh ini merupakan tindakan tidak menghormati Tuhan.

Card image
ALREADY MATURE - 05 Agustus 2023 (English Version)
2023-08-05 05:17:26


It’s hard to deny that when God brings us to heavy problems, He wants us to experience Him. If there are no serious problems, we often don’t involve God because we feel we don’t need Him. Of course, this is for those who are not truly mature. God can allow someone to experience significant, heavy problems so that they involve Him and experience Him there. But if we are grown up and seen by God as mature, we don’t have to experience serious problems which always involve Him, but we bring ourselves to a situation where God must be involved. So, when we are immature, God teaches us to apply Him in life so that we experience God through big, heavy, complicated, and complex problems. In truth, they were the ones who received the grace.

However, if we have started growing up, we no longer need to be brought into heavy problems to involve God and experience Him. We are the ones who get ourselves into a struggle in which God must be involved, namely, the ministry of God’s work. If we were not looking for problems earlier, God would have allowed us to experience problems. Now we are looking for a problem, namely ministry. We think about how souls are saved, how children and teenagers can know God, and how young people are prepared to become superior, good human beings. Here we are involved in a problem, and surely God is involved in it because this is His work.

We must first ask God properly and seriously what we should do and not carelessly create ministry projects without God’s recommendation, confirmation, or approval. People who involve themselves in spiritual or ministry issues or God’s matters must be mature and no longer think of themselves but think of others. However, don’t be surprised if people like this will get a great attack from the power of darkness. The powers of darkness will raise people who will attack, destroying their life. Those people are used by the powers of darkness to kill people involved in God’s matters or ministry.

But don’t be afraid; stay focused on ministry, and don’t get distracted. Like Nehemiah rebuilding Jerusalem’s broken walls, he faces enemies: Tobiah, Sanballat, and their friends. He kept working while facing the Jews, disloyal Jewish leaders, who were busy taking care of themselves and even committing violations against God’s law. Nehemiah remained firm, looking at God, and God was with him.

Though our spiritual level is different, it’s time for us to enter the problems where God must be involved, namely, the ministry of God’s works. Each of us must ask God what He wants us to do. We must earnestly struggle to find the project of God Himself. Do not do our project or create God’s works in our mind but let God tell us what He wants us to do. We must know the tasks God entrusts us to do and not let us die, not knowing what we should do on Earth.

Everyone must have God’s plan. The first plan is that each of us must grow perfectly like the Father, similar to Jesus, and live according to God’s will; that is certain. After that, we must discover God’s plan in our life. Do not let us die in a state of not doing God’s work. There must be a job that God the Father wants each of us to do. We must have a special place to serve God and do the exceptional job that He has entrusted us. Remember, each of us must have specifications, specialties, or privileges. God must know what is unique for each of us for His glory.

It is an honour if we are allowed to take part in God’s work. We should ask God, make a case, and question it to work for Him seriously. One time later, when we face God, we can say, “My task is finished, Lord.” For those who are in the process of experiencing God to mature, keep on going, and for those who have started to enter into the ministry, find the ministry of God’s work.

  THOSE WHO INVOLVE THEMSELVES IN GOD'S MINISTRY OR MATTERS MUST BE MATURE AND NO LONGER THINK OF THEMSELVES BUT THINK OF OTHERS.

Card image
SUDAH DEWASA - 05 Agustus 2023
2023-08-05 09:21:02


Sulit dibantah kenyataan bahwa ketika Tuhan membawa kita kepada persoalan-persoalan berat, itu karena Tuhan mau kita mengalami Dia. Kalau tidak ada masalah-masalah berat, sering kita kurang melibatkan Tuhan karena kita merasa tidak membutuhkan Dia. Tentu ini untuk mereka yang belum benar-benar matang atau belum benar-benar dewasa. Tuhan bisa mengizinkan seseorang mengalami persoalan-persoalan yang besar, yang berat, supaya melibatkan Tuhan, dan di situ mereka mengalami Tuhan. Tetapi kalau kita sudah dewasa, kita dipandang Tuhan sudah matang, maka sejatinya kita tidak harus mengalami persoalan berat untuk selalu melibatkan Tuhan. Tetapi kita membawa diri kepada suatu situasi, di mana Tuhan pasti terlibat di dalamnya. Jadi, ketika kita belum matang, belum dewasa, Tuhan mengajar kita untuk melibatkan Tuhan di dalam kehidupan agar kita mengalami Tuhan, yaitu lewat persoalan-persoalan besar, berat, rumit dan sukar. Sejatinya, mereka adalah orang-orang yang menerima anugerah.

Namun, kalau kita sudah mulai dewasa, tidak perlu lagi kita dibawa ke dalam persoalan berat untuk kita melibatkan Tuhan dan mengalami-Nya. Kita yang membawa diri kita masuk dalam pergumulan di mana Tuhan pasti terlibat di dalamnya, yaitu pelayanan pekerjaan Tuhan. Kalau tadi kita tidak mencari masalah, Tuhan izinkan kita mengalami masalah. Sekarang kita yang cari masalah, yaitu pelayanan. Kita memikirkan bagaimana jiwa-jiwa diselamatkan, bagaimana anak-anak mengenal Tuhan, bagaimana remaja-remaja bisa mengenal Tuhan, bagaimana pemuda-pemuda dipersiapkan menjadi manusia-manusia yang unggul, yang baik di masa depan. Di sini kita terlibat dalam persoalan dan pasti Tuhan terlibat di dalamnya, karena ini pekerjaan Tuhan.

Tentu saja kita harus bertanya kepada Tuhan dengan benar dan serius, apa yang kita harus lakukan? Jangan sembarangan membuat proyek-proyek pelayanan tanpa rekomendasi dari Tuhan, tanpa konfirmasi dari Tuhan, tanpa persetujuan dari Tuhan. * Orang-orang yang melibatkan diri dalam masalah-masalah rohani, masalah pelayanan atau masalah Tuhan haruslah orang-orang yang sudah dewasa, yang sudah tidak lagi memikirkan dirinya sendiri, tetapi memikirkan orang lain. Namun, jangan heran jika orang-orang seperti ini akan mendapatkan serangan yang hebat dari kuasa . Kuasa kegelapan akan membangkitkan orang-orang yang akan menyerang, menghancurkan hidupnya. Orang-orang itu benar-benar dipakai oleh kuasa kegelapan untuk menghancurkan orang-orang yang sedang melibatkan diri dalam persoalan Tuhan atau pelayanan.

Namun jangan takut, tetaplah fokus pada pelayanan agar jangan sampai terganggu. Seperti Nehemia yang membangun tembok Yerusalem yang rusak, dia menghadapi musuh Tobias, Sanballat dan teman-temannya. Ia tetap bekerja, sementara ia menghadapi orang-orang Yahudi, pemuka-pemuka Yahudi yang tidak loyal, tidak setia, sibuk mengurusi dirinya sendiri, bahkan melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap hukum Tuhan. Nehemia tetap kokoh memandang Tuhan, dan Tuhan menyertai dia.

Level hidup kerohanian kita tentu berbeda. Tetapi sudah saatnya kita masuk dalam persoalan atau masalah, di mana Tuhan pasti terlibat di dalamnya, yaitu pelayanan pekerjaan Tuhan. Masing-masing kita harus bertanya kepada Tuhan, apa yang Tuhan mau kita harus lakukan? Kita harus sungguh-sungguh menggumuli hal ini agar kita menemukan proyek yang dari Tuhan sendiri. Jangan membuat proyek sendiri, jangan mengarang-ngarang pekerjaan Tuhan dalam pikiran kita. Biar Tuhan yang menyatakan, apa yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan. Proyek apa yang masing-masing kita bisa dipercayai oleh Tuhan guna kita tunaikan. Jangan sampai kita meninggal dunia dalam keadaan yang tidak tahu apa yang mestinya kita lakukan selama kita hidup di dunia.

Setiap orang pasti memiliki rencana Allah. Rencana yang pertama adalah setiap kita harus bertumbuh sempurna seperti Bapa, serupa dengan Yesus, hidup sesuai dengan kehendak Allah, itu pasti mutlak demikian. Setelah itu masing-masing kita harus menemukan rencana Allah di dalam hidupnya. Jangan sampai kita meninggal dunia dalam keadaan tidak mengerjakan pekerjaan Allah. Pasti ada pekerjaan yang Allah Bapa kehendaki untuk masing-masing kita tunaikan. Masing-masing kita pasti punya tempat khusus untuk mengabdi kepada Tuhan dan mengerjakan pekerjaan khusus yang Allah percayakan kepada kita masing-masing. Ingat, masing-masing kita pasti memiliki spesifikasi, kekhususan, atau keistimewaan. Tuhan pasti tahu apa yang menjadi keistimewaan kita masing-masing bagi kemuliaan Allah.

Adalah suatu kehormatan kalau kita diperkenankan mengambil bagian di dalam pekerjaan Tuhan. Tanyakan kepada Tuhan, perkarakan, persoalkan dengan serius, supaya kita dapat berkarya bagi Tuhan. Suatu kali ketika kita menghadap Tuhan, kita bisa berkata, “Telah usai tugasku, Tuhan.” Bagi yang sedang dalam proses mengalami Tuhan supaya dewasa, jalani terus. Bagi yang sudah mulai masuk dalamnya terdapat di dalam tubuh pelayanan, temukan pelayanan pekerjaan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG MELIBATKAN DIRI DALAM PELAYANAN ATAU MASALAH TUHAN HARUSLAH ORANG YANG SUDAH DEWASA, YANG SUDAH TIDAK LAGI MEMIKIRKAN DIRINYA SENDIRI, TETAPI MEMIKIRKAN ORANG LAIN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 05 Agustus 2023
2023-08-05 04:58:22

Zefanya 1-3

Card image
Truth Kids 04 Agustus 2023 - KEHENDAK BEBAS
2023-08-04 08:23:22


Matius 20:15
“Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?”

Ibu guru membagikan selembar kertas kepada setiap murid. Ibu guru membebaskan para murid untuk berkreasi menggunakan kertas tersebut. Hasilnya sangat beragam. Ada murid yang melipat-lipat kertas menjadi kipas. Ada murid yang merobek kertas menjadi bentuk bebek. Ada pula yang menggambar buah-buahan di atas kertas tersebut. Saat diberikan kebebasan, murid-murid menggunakan kertas yang diberikan sesuai kehendak mereka masing-masing. Hal ini sama seperti kehendak bebas yang Tuhan berikan kepada manusia.

Kita diberikan kehendak bebas oleh Tuhan. Kita dapat memilih sesuai dengan kehendak kita masing-masing. Misalkan, mau memilih berkata jujur atau bohong itu terserah kita. Namun, maukah kita memilih taat kepada Tuhan? Jika memilih berkata jujur, kita taat kepada Firman Tuhan. Jika memilih berkata bohong, tentu kita melakukan dosa dan melanggar perintah Tuhan.

Tentu kita mau memilih menjadi anak yang taat kepada Tuhan. Untuk menjadi taat, butuh perjuangan. Berjuang dalam setiap pilihan yang kita ambil setiap hari. Jadi, setiap saat kalian harus memilih, pilihlah untuk menjadi anak yang taat kepada Firman Tuhan, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 04 Agustus 2023 - BEBAS YANG BENAR
2023-08-04 08:21:01


Matius 20:15
“Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?”

Sobat Junior, apakah kalian sudah berdoa mengundang Tuhan Yesus masuk dalam hati? Setelah berdoa mengundang Tuhan Yesus dalam hati, jangan lupa untuk hidup benar sesuai dengan Firman Tuhan. Setiap manusia memiliki kehendak bebas untuk bisa memilih melakukan apa saja, termasuk melakukan hal-hal yang tidak baik. Contohnya seperti mudah marah, sombong, iri hati, melawan orang tua, dan malas belajar. Tentunya manusia juga bisa melakukan hal-hal baik. Contohnya berdoa, membaca Alkitab, menolong orang tua, rajin belajar, taat akan perintah orang tua, suka memberi, ramah, dan hal-hal baik lainnya. Mana yang Sobat Junior pilih?

Mari Sobat Junior, kita pakai kehendak bebas kita dengan benar. Pilihlah yang baik dan berkenan di hadapan Tuhan. Ingat!!! Lawan kita, si Iblis, tidak suka kalau kita hidup benar. “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1Ptr. 5:8). Jangan sampai kita salah pilih dalam menggunakan kehendak bebas. Karena yang akan disukakan bukannya hati Tuhan, melainkan Iblis yang mau merenggut kita dari kasih-Nya. Selalu pilih yang baik dan berkenan bagi Allah agar kita menyukakan hati-Nya.

Card image
Truth Youth 04 Agustus 2023 (English Version) - TRUE FREEDOM
2023-08-04 08:19:04


"Into your hand I commit my spirit; you have redeemed me, O LORD, faithful God." (Psalm 31:5)

In a remote village in India, there lived a Christian man with his wife and two children. This village was inhabited by people who had not yet known Christ, and this family was the only Christian family in the village. Feeling disturbed by the presence of this Christian family, the village chief and the villagers decided to approach their house and dragged them to the center of the village, forcing them to renounce their faith in Christ.

The village chief threatened the head of the family, stating that if he did not abandon his faith, he would kill both his children and wife. Instead of being shaken in his faith, the head of the family remained steadfast and refused to deny Christ. Eventually, the village chief killed both the children and the wife. Not stopping there, the village chief gave him one last chance, threatening to kill him if he did not renounce his faith in Christ. With a resolute heart, he rejected the village chief's offer, and in the end, he was killed. His last words were that he would not leave Jesus, even though he was the only one left. This man's name was Nokseng. The tragic story of his family became the origin of the song "I Have Decided to Follow Jesus," and the content of this song became Nokseng's last words before he saw his children and wife die, and eventually, he himself was killed.

What's interesting about this story is that Nokseng gave everything he had for Christ. This is the characteristic of someone who is truly free, someone who does not prioritize themselves but prioritizes God in every action and decision. Like David and Christ, who surrendered their lives to the LORD (Psalm 31:5; Luke 23:46), this is true freedom, when we put to death personal desires for the genuine work of God in our lives.

WHAT TO DO:
Be brave to put to death our personal desires for the work of God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Proverbs 18-20

Card image
Truth Youth 04 Agustus 2023 - TRUE FREEDOM
2023-08-04 08:16:54


"Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku; Engkau membebaskan aku, ya TUHAN, Allah yang setia." (Mazmur 31:5)

Di sebuah pedalaman India, hiduplah seorang Kristen yang tinggal bersama dengan istri dan kedua anaknya. Desa ini didiami oleh orang-orang yang belum mengenal Kristus, dan keluarga ini adalah satu-satunya keluarga Kristen di desa tersebut. Karena merasa terganggu oleh kehadiran keluarga Kristen ini, kepala desa dan para warga memutuskan untuk menghampiri rumah keluarga Kristen ini dan menyeret mereka ke tengah desa untuk memaksa mereka meninggalkan kepercayaan mereka terhadap Kristus.

Sang kepala desa mengancam kepala keluarga tersebut, jika ia tidak meninggalkan kepercayaannya, maka kepala desa akan membunuh kedua anaknya dan istrinya. Alih-alih terguncang imannya, kepala keluarga tersebut tetap mengukuhkan imannya dan menolak untuk menyangkal Kristus. Pada akhirnya, kepala desa membunuh kedua anak dan istrinya. Tidak berhenti di situ, kepala desa memberikannya kesempatan terakhir, kepala keluarga tersebut diancam untuk dibunuh jika ia tidak meninggalkan kepercayaannya terhadap Kristus. Dengan hati yang teguh, ia menolak tawaran kepala desa, dan akhirnya ia pun mati dibunuh. Kata-kata terakhir yang disampaikannya adalah bahwa ia tidak akan meninggalkan Yesus, walaupun ia sendiri, satu-satunya yang tersisa. Pria ini adalah Nokseng. Kisah tragis keluarganya merupakan cikal bakal lagu “I have decided to follow Jesus,” dan isi dari lagu ini pula yang menjadi kata-kata terakhir Nokseng sebelum ia melihat anak dan istrinya meninggal, hingga pada akhirnya ia sendiri pun dibunuh.

Hal menarik dari kisah ini adalah Nokseng memberikan segala yang ia punya demi Kristus. Inilah ciri dari orang yang merdeka, yaitu mereka yang tidak mementingkan dirinya sendiri, melainkan mementingkan Tuhan dalam setiap tindakan dan keputusan mereka. Seperti Daud dan Kristus yang menyerahkan hidup kepada TUHAN (Mzm. 31:5; Luk. 23:46), itulah kemerdekaan yang sejati, yaitu ketika kita mematikan keinginan pribadi untuk pekerjaan Tuhan yang nyata di dalam hidup kita.

WHAT TO DO:
Berani untuk mematikan keinginan pribadi kita demi pekerjaan Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎Amsal 18-20

Card image
Renungan Pagi - 04 Agustus 2023
2023-08-04 08:08:07


Tuhan membekali manusia dengan akal budi untuk menimbang setiap tindakan yang hendak kita lakukan. Oleh sebab itu jangan sampai bertindak sembarangan sesuai kehendak hati sendiri. Sebagai anak tebusan, milik Tuhan.

Firman Tuhan menyatakan; "namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku."

Tindakan-tindakan yang sembarangan dan sesuka hati sendiri, seperti pemborosan uang yang adalah berkat Tuhan untuk kenajisan dan pencemaran, makan secara berlebihan yang membahayakan kesehatan, memiliki hobby dan kesenangan yang selalu menuntut dipuaskan, itu berarti kita tidak hidup oleh iman dalam Anak Allah sebab menganggap seolah Tuhan itu tidak ada dan bertindak sembarangan, sesuai maunya kita.

Selalu ingat, iman tidak bertindak sembarangan, tetapi perbuatan menuruti kehendak Tuhan harus terbukti dalam iman kita, sebab iman tanpa perbuatan, pada hakekatnya adalah iman yang mati. Jadi bukti kita beriman dalam Anak Allah terlihat dari tindakan yang penuh pertimbangan, tidak sembarangan, sebab ada konsekuensi yang akan kita tanggung, apabila bertindak sembarangan.
(Galatia 2:20 ; Yakobus 2:17)

Card image
Quote Of The Day - 04 Agustus 2023 (Pdt.Dr.Erastus Sabdono)
2023-08-04 08:01:33


Yang terbaik, yang terindah dan yang paling mulia dalam hidup ini adalah mengerti apa yang Dia kehendaki dan melakukannya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 04 Agustus 2023 (Pdt.Dr.Erastus Sabdono)
2023-08-04 07:59:22


Mempersembahkan tubuh sebagai korban yang hidup, kudus, dan yang berkenan kepada Allah memiliki makna bahwa tubuh kita harus digunakan untuk kepentingan pekerjaan Tuhan.

Card image
ACHIEVEMENT IN ETERNITY - 04 Agustus 2023 (English Version)
2023-08-04 07:57:19


A tenacious merchant will continue to serve customers who come even though the shop’s opening hours are almost up. Not infrequently, if the store is already closed, customers can be served through home delivery. The question for each of us is, why don’t we do the same for God? We must have passion or ambition to become high-ranking officers of the Kingdom of Heaven so that later in God’s court, when our names are called, God will give us a ‘reward’ or honour as a ‘prominent’ person. This doesn’t mean we want to be snobby, but the Father will be very proud if we—His children—achieve in eternity. We must maintain life’s sanctity if we truly aspire to accomplish it in eternity. Then we do whatever God wants and will never regret doing it.

When a person is on the verge of death and knows that what is needed is only God, he will regret why he did not seek God earnestly. Ironically, many people think God is cheap. They carelessly utter sentences and words, write something on social media, act rashly, and have no conscience. Let’s have the ambition to become prominent people in the Kingdom of Heaven so that we can imagine and live it from now on because this is not a fantasy. Glory with God is real and certain, and there is a grandeur in celebrating the feast of the Lamb of God, which is Jesus’ encounter with faithful believers in the Kingdom of the Father in heaven.

How unimaginably beautiful it was. The world’s majesty of high-ranking officials and nobility today is nothing. However, simple people who may not be honorable and worthy in the eyes of humans turn out to be respected and prominent in the Kingdom of Heaven. This is certain, not speculation; life and the Kingdom of Heaven are to come. Therefore, first, we must truly keep life, and second, we must earnestly live in sacrifice for God. Remember, “If indeed we share in His sufferings, we may also share in His glory” (Rom. 8:17).

Maybe now, we serve God because we are still carried away and don’t have purity of heart yet, because we are still immature. The old character or nature has not yet disappeared either. Some may have their father as a priest, so they are carried away, even becoming a substitute for their father as a shepherd. This does not necessarily mean they serve in earnest. This person will not be prominent in the Kingdom of Heaven later. If our situation today is still like that, let’s change. Now we have to learn not to have the instincts of our old selves anymore.

Our instincts must be spiritual and ambitious, so if we are now in the midst of our family, oppressed, humiliated, and trampled on, our name is damaged amid the extended family, that situation can be fuel to fly high. Just keep silent and wait until we all face God’s judgment. However, if now we are honourable, flattered, exalted, and prominent in the eyes of humans, maybe we will even become sluggish. We should have the ambition to become prominent in the Kingdom of Heaven.

We are grateful that at this time, we are being persecuted, oppressed, poor, do not have anything, are dishonorable, and not known by anyone; as long as we live in holiness, there must be a place where we serve God, and are appointed by Him there. It is impossible not to have the opportunity to serve God or to have the chance to take up the cross; it’s impossible! People who already live comfortably cannot carry the cross because they carry many burdens and want prestige or a great name.

However, if we sincerely want to win souls, surely God will read our hearts. So, if we live holy lives, we will have a place in ministry. However, people with a place in ministry do not necessarily have the right heart. We want to be exceptional people in God’s eyes. So, don’t get stuck looking for human praise or flattery. We must be truly honest with ourselves to have value later in God’s court. Our life is short, so we should use this life to serve God as much as possible.  

IF WE TRULY HAVE THE AMBITION TO ACHIEVE ACHIEVEMENT IN ETERNITY, THEN WE MUST TRULY MAINTAIN THE SANCTITY OF LIFE.

Card image
PRESTASI DI KEKEKALAN - 04 Agustus 2023
2023-08-04 07:52:50


Seorang pedagang yang ulet akan tetap melayani pelanggan yang datang walau jam buka toko sudah hampir selesai. Tidak jarang, apabila toko terlanjur tutup, maka pelanggan dapat dilayani di rumah. Pertanyaan bagi setiap kita, mengapa kita tidak melakukan hal yang sama untuk Tuhan? Kita harus memiliki gairah atau ambisi untuk menjadi perwira tinggi Kerajaan Surga. Sehingga pada waktu nanti di pengadilan Tuhan, ketika nama kita dipanggil, Tuhan akan memberikan ‘reward’ atau kehormatan kepada kita sebagai orang ‘yang terkemuka.’ Dalam hal ini, kita bukan gila hormat, atau gila pangkat, tetapi kita mau menjadi kesukaan Bapa. Karena Bapa akan sangat bangga kalau kita—anak-anak-Nya—berprestasi. Berprestasi di dalam kekekalan. Jika kita sungguh-sungguh berambisi berprestasi dalam kekekalan, maka kita pasti sungguh-sungguh menjaga kekudusan hidup. Lalu, apa pun yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan, kita lakukan. Kita tidak akan pernah menyesal melakukan hal ini.

Sebab, ketika orang di ujung maut dan tahu bahwa yang dibutuhkan hanya Tuhan, dia akan menyesal kenapa tidak mencari Tuhan sungguh-sungguh. Ironis, banyak orang menganggap Tuhan itu murahan. Maka mereka sembarangan mengucapkan kalimat, kata, atau menuliskan sesuatu di media sosial, sembarangan bertindak, tidak punya nurani. Mari, kita berambisi menjadi orang terkemuka di dalam Kerajaan Surga. Sehingga kita sudah bisa membayangkan dan menghayati sejak sekarang, karena memang ini bukan fantasi. Kemuliaan bersama Tuhan itu nyata dan pasti. Di mana ada kemeriahan pesta Anak Domba Allah, yaitu perjumpaan Yesus dengan orang percaya yang setia di dalam Kerajaan Bapa di surga.

Betapa hal itu tidak terbayangkan keindahannya. Keagungan pejabat tinggi dan keagungan bangsawan dunia hari ini, tidak ada artinya. Namun, orang-orang sederhana yang mungkin tidak dikenal oleh manusia lain, tidak terhormat dan tidak berharga di mata manusia, ternyata menjadi orang-orang terhormat dan terkemuka di Kerajaan Surga. Sesuatu yang pasti, bukan spekulasi, pasti; adanya kehidupan yang akan datang, adanya Kerajaan Surga. Karenanya, pertama, kita harus benar-benar menjaga kehidupan. Dan yang kedua, kita harus sungguh-sungguh hidup dalam pengorbanan bagi Tuhan. Ingat, “Karena hanya orang yang menderita bersama Tuhan Yesus yang dimuliakan” (Rm. 8:17).

Mungkin saat ini kita melayani Tuhan karena masih ikut-ikutan, terbawa. Dan kita belum memiliki kemurnian hati, karena belum dewasa atau belum matang. Karakter atau sifat lama juga belum hilang. Bisa juga karena bapaknya pendeta, anaknya ikut melayani, terbawa. Bahkan jadi pengganti bapaknya sebagai gembala. Tapi belum tentu dia melayani dengan sungguh-sungguh. Di Kerajaan Surga nanti, orang seperti ini tidak akan menjadi yang terkemuka. Kalau keadaan kita hari ini masih seperti itu, mari kita berubah. Sekarang kita harus belajar untuk tidak punya naluri manusia lama lagi.

Naluri kita harus naluri rohani. Kita harus berambisi. Jadi kalau kita sekarang berada di tengah-tengah keluarga, dan ditindas, dihina, diinjak-injak, nama kita rusak di tengah keluarga besar, hal itu sebenarnya bisa menjadi bahan bakar untuk terbang tinggi. Jangan membalas, tunggu sampai kita semua menghadap pengadilan Tuhan. Tapi kalau sekarang kita adalah orang terhormat, disanjung, diagungkan, terkemuka di mata manusia, mungkin kita malah akan melempem. Lalu mengapa kita tidak berambisi menjadi orang terkemuka di Kerajaan Surga?

Jadi bersyukur kalau saat ini kita teraniaya, tertindas, miskin, tidak punya apa-apa, tidak terhormat, tidak dikenal siapa-siapa, asalkan kita hidup dalam kekudusan, kesucian maka pasti ada tempat di mana kita mengabdi kepada Tuhan, dan kita diangkat Tuhan di situ. Tidak mungkin tidak ada kesempatan melayani Tuhan. Tidak mungkin tidak punya kesempatan memikul salib, tidak mungkin! Orang yang sudah hidup nyaman, bisa tidak memikul salib. Kelihatannya pikul banyak beban, tetapi beban itu dipikulnya karena ia mau punya prestise, nama besar.

Namun, kalau kita tulus mau memenangkan jiwa-jiwa, pasti Tuhan membaca hati kita. Jadi, kalau kita hidup kudus, kita pasti punya tempat dalam pelayanan. Namun, orang yang punya tempat dalam pelayanan, belum tentu punya hati yang benar. Kita mau menjadi orang-orang istimewa di mata Allah. Maka, jangan kita terjebak mencari pujian, sanjungan manusia. Kita harus betul-betul jujur dengan diri sendiri, supaya ketika kita nanti di pengadilan Tuhan, kita punya nilai. Hidup kita itu singkat. Betapa kita ingin agar hidup ini benar-benar kita pakai untuk mengabdi kepada Tuhan, sebanyak-banyaknya yang kita bisa lakukan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JIKA KITA SUNGGUH-SUNGGUH BERAMBISI BERPRESTASI DALAM KEKEKALAN, MAKA KITA PASTI SUNGGUH-SUNGGUH MENJAGA KEKUDUSAN HIDUP.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 04 Agustus 2023
2023-08-04 07:49:34

2 Raja-raja 22-23
2 Tawarikh 34-35

Card image
Truth Kids 03 Agustus 2023 - MENERIMA YESUS
2023-08-03 09:23:10


Roma 7:6
“Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat.”

Sobat Kids, apakah kalian mirip dengan mama atau papa? Hmm…. Coba Sobat Kids perhatikan mama atau papa. Lalu bandingkan dengan diri kalian. Pasti mirip, kan? Sobat kids, setiap anak pasti mirip dengan orang tuanya. Hal ini terjadi karena anak-anak adalah keturunan dari orangtuanya. Kemiripan anak dan orangtua dapat terlihat dari kondisi fisik yang sama. Misalnya rambut yang sama-sama lurus atau keriting, warna kulit yang sama, bentuk wajah yang mirip dan masih banyak lagi. Bahkan dari kebiasaan-kebiasaan juga dapat ditemukan kesamaan, seperti suka tertawa dengan suara keras dan lain sebagainya. Manusia berasal dari keturunan yang sama yaitu Adam. Namun, Adam telah berdosa dan menurunkan dosa itu kepada keturunannya, termasuk kita. Hal ini disebut dengan dosa keturunan. Karena itu, setiap kita adalah manusia yang berdosa. Dosa membawa kita pada hukuman kekal. Karena itu, Yesus Kristus menyelamatkan manusia dengan cara mati di kayu salib. Nah, agar kita tidak binasa, kita harus menerima Yesus sebagai Juruselamat, Sobat Kids. Kita mau menjadi anak-anak Allah yang taat dan dapat hidup bersama dengan Bapa di surga nanti.

Card image
Truth Junior 03 Agustus 2023 - B E B A S
2023-08-03 09:20:42


Roma 7:6
"Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat.”

Tuhan Yesus mati di atas kayu salib untuk menanggung dosa dunia ini. Tuhan Yesus telah menjadi Juruselamat bagi kita, manusia berdosa; manusia yang hidup di dalam hukuman dosa, sebagai hamba dosa. Tidak terbayang, Sobat Junior, kalau Tuhan Yesus tidak mati di kayu salib. Jika Yesus tidak menebus dosa kita, pasti kita akan langsung masuk neraka. Seram sekali, bukan? Terima kasih kepada Bapa di surga yang telah merelakan Anak-Nya Yang Tunggal bagi kita.

Apakah kalian hafal ayat dari Yohanes 3:16? “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Bersyukurlah, karena dengan menerima pengorbanan Tuhan Yesus, kita semua dilepaskan dari kutuk dosa. Mari berdoa kepada Tuhan dengan sungguh–sungguh. Jadikan Ia sebagai Juru Selamat kalian secara pribadi satu-satunya, sejak hari ini sampai selamanya.

Bukan tanpa alasan kalian menjadi orang percaya, bahkan membaca renungan ini. Tuhan memiliki maksud yang mulia atas setiap kehidupan orang yang mengasihi-Nya. Datanglah kepada-Nya untuk mengerti apa yang Tuhan mau kerjakan dalam hidup kalian.

Card image
Truth Youth 03 Agustus 2023 (English Version) - COMPLETE FREEDOM
2023-08-03 09:15:08


"May God Himself, the God of peace, sanctify you through and through. May your whole spirit, soul, and body be kept blameless at the coming of our Lord Jesus Christ." (1 Thessalonians 5:23)

Christian freedom is often understood only in spiritual matters. For hundreds of years until now, the paradigm of Christianity has been greatly influenced by dichotomous and dualistic thinking, where there is always a principle of division that is opposite or contrary, such as the belief that the spirit and soul are good while the body is evil. This is a mistaken paradigm that does not align with the Bible, as the Bible never says that the body is evil. In fact, the Bible says that our bodies are the temple of the Holy Spirit and members of Christ (1 Corinthians 6:15, 19). It was the Greek philosophy that declared the body to be evil.

In the writings of the Apostle Paul, he repeatedly emphasized teachings about the body or the theology of the body to the congregations he served in Rome, Corinth, and Thessalonica, as well as to Timothy, his spiritual son. The Apostle Paul demonstrated how valuable our bodies are in the eyes of God, so much so that for this reason, God sent His only Son, Jesus Christ, to set us free from sin. Moreover, God's Spirit, the Holy Spirit, is pleased to dwell in our bodies. It is a significant mistake to understand the body with the Greek philosophical paradigm.

True Christian freedom is comprehensive and all-encompassing. Christian freedom includes freedom in the spirit, soul, and body. Therefore, God has set us free entirely from sin so that we are no longer bound by it. Instead, we understand the truth, return to God, and live only for His glory. From now on, do not live to surrender our bodies to sinful desires but live to offer our bodies as instruments of truth and living sacrifices for God's glory. This is true Christian freedom. Take care of our bodies as an expression of gratitude to God and honor God with our bodies. Amen.

WHAT TO DO:
1. Diligently pray and study the Bible.
2. Take care of the body by living a healthy lifestyle.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Proverbs 15-17

Card image
Truth Youth 03 Agustus 2023 - COMPLETE FREEDOM
2023-08-03 09:10:46


"Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa, dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita." (1 Tes. 5:23)

Kemerdekaan Kristen sering kali dipahami hanya sebatas perkara-perkara kebatinan atau kerohanian. Sejak ratusan tahun yang lalu hingga kini, paradigma kekristenan sangat dipengaruhi dengan paradigma dikotomis dan dualistis, sehingga selalu saja ada prinsip pembagian yang bertolak belakang atau bertentangan, seperti roh dan jiwa itu baik, sedangkan tubuh itu jahat. Ini adalah paradigma yang keliru dan tidak sesuai dengan Alkitab sebenarnya, sebab tidak pernah satu kali pun Alkitab mengatakan bahwa tubuh itu jahat. Justru Alkitab mengatakan bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus dan anggota Kristus (1Kor. 6:15, 19). Adalah filsafat Gerika yang mengatakan bahwa tubuh itu jahat.

Dalam tulisan-tulisan Rasul Paulus, berkali-kali ia menuliskan pengajaran tentang tubuh atau teologi tubuh kepada para jemaat yang dilayaninya di Roma, Korintus, dan Tesalonika, juga kepada Timotius, anak rohaninya. Rasul Paulus memperlihatkan betapa berharganya tubuh kita di hadapan Allah sehingga untuk itu Allah mengutus Putra Tunggal-Nya, Yesus Kristus, untuk membebaskan kita dari dosa. Bahkan Allah berkenan Roh-Nya, yakni Roh Kudus, bersemayam dalam tubuh kita. Adalah kekeliruan besar apabila tubuh ini dipahami dengan paradigma filsafat Gerika. Kemerdekaan Kristen yang sejati pasti bersifat utuh dan menyeluruh.

Kemerdekaan Kristen itu mencakup kemerdekaan dalam roh, jiwa, dan tubuh. Oleh sebab itu, Allah memerdekakan kita secara utuh dan menyeluruh dari dosa supaya kita tidak lagi dibelenggu olehnya, melainkan supaya kita mengerti kebenaran, kembali kepada Allah, dan hidup hanya untuk kemuliaan Allah. Maka, mulai sekarang jangan lagi hidup untuk menyerahkan tubuh kita pada keinginan dosa, melainkan hiduplah untuk menyerahkan tubuh kita sebagai senjata kebenaran dan persembahan yang hidup untuk kemuliaan Allah. Inilah kemerdekaan Kristen yang sejati. Rawatlah tubuh kita sebagai wujud terima kasih kita kepada Allah dan muliakanlah Allah dengan tubuh kita. Amin.

WHAT TO DO:
1. Tekun berdoa dan mempelajari Alkitab
2. Merawat tubuh dengan hidup sehat

BIBLE MARATHON:
▪︎Amsal 15—17

Card image
Renungan Pagi - 03 Agustus 2023
2023-08-03 09:08:06


Hidup dengan kelimpahan secara materi, seringkali menjadi tolak ukur kebahagiaan dan keberhasilan banyak orang d.c.didunia ini. Semakin kaya seseorang, semakin bahagialah hidupnya, disanjung dan dihormati orang. Tetapi ironisnya, biasanya mereka semakin kikir untuk berbagi dan peduli pada sesamanya.

Kalau memberi untuk pekerjaan Tuhan, biasanya orang kaya menuntut penghormatan dan ingin ikut mengatur jalannya aturan pelayanan dalam gereja. Dan tidak sedikit juga hamba-hamba Tuhan akhirnya menghamba pada mereka, mengingat hutang budi oleh sebab pemberian mereka. Karena itulah banyak orang suka menjadi kaya, supaya bahagia dan dihormati.

Pandangan itu adalah gaya hidup dunia, yang seharusnya tidak ditiru oleh orang-orang kaya yang hidupnya dalam berkat Tuhan, sebab Tuhan tidak menghendaki kita serupa dengan dunia. Realita inilah yang menggelitik pengkotbah untuk mengingatkan ; "Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya — juga itu pun karunia Allah."

Jadi jika seseorang menerima kekayaan dan harta benda dari Tuhan dan diizinkan menikmatinya, haruslah ia bersyukur, sebab sukacita yang diperoleh dari hasil jerih payahnya adalah karunia Tuhan. Dengan mengingat bahwa Allah adalah sumber segala berkat.

Maka sudah semestinya berkat itu kita pergunakan dengan penuh tanggungjawab, mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan. Sebab tanpa Tuhan, sesungguhnya kita adalah manusia yang fana dan masih suka hidup dalam dosa, kita tidak berdaya mengupayakan hidup yang berguna dan bahagia.

Harta kekayaan hanyalah sarana, sedangkan kebahagiaan sejati hanya ada didalam Tuhan, sebab kekayaan hanya sementara, akan kita tinggalkan semuanya, tetapi kebahagiaan dalam Tuhan itu kekal, sampai nanti kita berjumpa dengan DIA dalam keabadian.
(Pengkotbah 5:19)

Card image
Quote Of The Day - 03 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-03 09:04:06


Kualitas pujian penyembahan kita tidak dipisahkan dari kualitas hidup setiap hari.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 03 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-03 09:02:17


Dengan penebusan oleh darah Yesus, maka tubuh kita adalah Bait Roh Kudus. Allah berkenan hadir dalam hidup kita, menyatu dengan kita dalam persekutuan setiap saat. Itulah sebabnya, tidak bisa tidak, tubuh yang kita kenakan ini tidak boleh dicemari dosa sama sekali.

Card image
MULTIPLY THE SEARCH FOR GOD - 03 Agustus 2023 (English Version)
2023-08-03 08:55:32


The seriousness level of a person with God can be very relative because everyone has a different level, depending on their spiritual age or the age of spiritual maturity. Each person experiences a process of growth in spiritual maturity so that their level of seriousness continues to grow dynamically. However, we must ask whether, according to our spiritual age, our seriousness already pleases God. We must seriously correct ourselves and bring it before the Father, begging to be examined and repaired; is our seriousness in dealing with God already pleasing before Him?

Many things can make us less or even not serious. The powers of darkness will try to damage and distract our minds so that we don’t focus on God but on many other things. Moreover, if we live in sin, surely our seriousness is not solid or whole, incomplete, and even destroyed. Therefore, we must guard our minds and hearts seriously. Because if we allow ‘unclean animals’ to enter our minds, our seriousness can be shattered. We must drive out the unclean things that arise, either hatred, revenge, thoughts of adultery, or arrogance.

As 1 John 2:16 says, “For everything in the world—the lust of the flesh, the lust of the eyes, and the pride of life—comes not from the Father but from the world.” So, do not desire something which God doesn’t want. We should use the things we hope for the glory of God, not just for our pleasure, let alone for self-esteem. It’s time we don’t want something only for our heart’s delight. Each of us has different facilities and portions of blessings. Do not arbitrarily judge those with better facilities or treasures than us as show-offs or sinful. Everyone has their struggles and problems that we shouldn’t judge. However, the important thing is that we don’t covet things just for pleasure, let alone prestige.

We are approaching a world that will be increasingly chaotic in all aspects and will be destroyed. We are chasing time, fixing ourselves to please God, and bringing as many people as possible to truly repent and live a holy life without blemish or spot. The original truth of God is needed to make this happens because we cannot stand on inherited doctrines that do not change human life. We shouldn’t be like Europe or Western countries, where Christianity has gone bankrupt where they become as if they never understood the existence of God. The main point, they do not want to understand there is a God, and most become free thinkers because God has been eliminated and thrown away.

We are grateful that Indonesia still has a solid religious atmosphere, and we are driven to go to church to seek God. So, let’s multiply our search for God, search for His presence. Therefore, we must be very serious and not let us not have hours of prayer, including worship, because this can show our seriousness. Indeed, no one took our attendance, and everything seemed calm and safe. However, if we are serious and want to commit to seeking God, we must be serious about providing our time,

So, if God allows us to seek Him, let us not waste this opportunity. We have to question how serious we are with God. The Holy Spirit must guide us on how serious we are in interacting, in dealing with God. God will show us if we are less serious enough in His eyes. Surely God will tell us where our lack of seriousness or mistake lies. Surely God will show us what hinders us from being serious. The Holy Spirit must tell us if we want to deal with God. Let’s examine ourselves on how serious we are with God.  

WE ARE CHASING TIME, IMPROVING OURSELVES TO PLEASE GOD, SO WE MUST MULTIPLY OUR SEARCH FOR GOD.

Card image
MELIPATGANDAKAN PENCARIAN AKAN TUHAN - 03 Agustus 2023
2023-08-03 08:53:21


Tingkat keseriusan seseorang dengan Tuhan itu bisa sangat relatif. Sebab setiap orang memiliki keseriusan yang berbeda, tergantung dari umur rohani, atau usia kedewasaan rohani masing-masing, artinya setiap individu mengalami proses pertumbuhan kedewasaan rohani, sehingga tingkat keseriusannya juga terus berkembang, berdinamika. Namun, yang kita harus persoalkan adalah apakah kita benar-benar memiliki keseriusan yang berkenan di hadapan Tuhan? Tentu sesuai dengan usia rohani seseorang. Maka, di sini kita harus serius untuk mengoreksi diri, dan membawanya ke hadapan Bapa, memohon untuk diperiksa dan dikoreksi; apakah keseriusan kita dalam berurusan dengan Tuhan itu sudah berkenan di hadapan-Nya?

Banyak hal yang bisa membuat kita menjadi kurang serius, bahkan tidak serius. Kuasa kegelapan akan berusaha untuk merusak, men- distract pikiran kita supaya kita tidak fokus kepada Tuhan, tetapi kepada banyak hal lain. Apalagi kalau kita hidup dalam dosa, pasti keseriusannya tidak kokoh, tidak bulat, tidak utuh, bahkan hancur. Maka, kita harus menjaga pikiran dan hati kita dengan sungguh-sungguh. Sebab kalau kita membiarkan ada ‘binatang-binatang najis’ masuk di dalam pikiran, maka dapat hancur berkeping-keping keseriusan kita. Hal-hal najis yang muncul, harus kita halau; apakah itu kebencian, dendam, pikiran zina, gila hormat.

Sebagaimana 1 Yohanes 2:16 katakan, “Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.” Maka, keinginan untuk memiliki sesuatu barang yang mana jika Tuhan tidak kehendaki, jangan diingini. Seharusnya, barang yang kita ingini itu pun harus kita gunakan untuk kemuliaan Tuhan. Bukan untuk sekadar kesenangan kita, apalagi untuk harga diri. Sudah saatnya kita tidak mengingini sesuatu untuk kesenangan hati kita. Setiap kita punya fasilitas dan porsi berkat yang berbeda pula. Kalau seseorang naik kendaraan roda dua, tidak bisa semena-mena mengatakan mereka yang naik roda empat sebagai mewah dan berdosa. Setiap orang punya pergumulan dan persoalannya sendiri yang tidak bisa kita nilai. Namun, yang penting, jangan kita mengingini barang hanya untuk kesenangan kita, apalagi untuk prestise.

Kita sedang mendekati dunia yang akan hancur. Dunia yang akan makin kacau dalam segala aspek. Kita sedang berkejar-kejaran dengan waktu, membenahi diri untuk bisa berkeadaan berkenan di hadapan Allah. Dan membawa sebanyak mungkin orang bertobat, benar-benar bertobat, hidup suci, hidup kudus tak bercacat tak bercela. Dan tentu untuk ini harus ada kebenaran yang murni dari Tuhan. Kita tidak bisa berpijak pada doktrin-doktrin warisan, yang ternyata tidak mengubah hidup manusia. Jangan kita seperti Eropa atau negara-negara Barat, di mana kekristenan benar-benar telah bangkrut. Manusia menjadi seakan-akan tidak pernah mengerti ada Tuhan. Poin utamanya, mereka memang tidak mau mengerti ada Tuhan. Kebanyakan menjadi free thinker, karena Tuhan telah dieliminir, dibuang.

Kita bersyukur, kita berada di Indonesia, yang masih ada dalam suasana keberagamaan yang kental dan kita tergiring untuk ke gereja, untuk mencari Tuhan. Maka, mari kita lipatgandakan pencarian kita akan Tuhan, pencarian kita akan hadirat Tuhan. Oleh sebab itu, kita harus sangat serius. Jangan sampai kita tidak memiliki jam doa, termasuk juga dalam beribadah. Sebab hal ini dapat menunjukkan tingkat keseriusan kita. Memang tidak ada yang mengabsen dan kelihatannya semua tenang-tenang dan aman-aman saja. Namun, kalau kita serius dan mau berkomitmen mencari Tuhan, pasti kita harus serius menyediakan waktu kita.

Jadi, kalau Tuhan memberikan kita kesempatan untuk mencari Tuhan, jangan sampai kita sia-siakan kesempatan ini. Kita harus sungguh memperkarakan seberapa kita serius dengan Tuhan. Percayalah, Roh Kudus pasti menuntun kita seberapa kita benar-benar serius dalam berinteraksi, dalam berurusan dengan Tuhan. Jika tidak atau kurang serius di mata Tuhan, Tuhan pasti akan menunjukkan kepada kita. Pasti Tuhan akan memberitahu, di mana letak ketidakseriusan atau kemelesetan kita. Pasti Tuhan akan menunjukkan apa yang menjadi penghalang kita serius. Roh Kudus pasti beritahu, kalau kita sungguh-sungguh mau berurusan dengan Tuhan. Mari, kita periksa diri, seberapa kita serius dengan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA SEDANG BERKEJAR-KEJARAN DENGAN WAKTU, MEMBENAHI DIRI UNTUK BISA BERKEADAAN BERKENAN DI HADAPAN ALLAH, MAKA KITA HARUS MELIPATGANDAKAN PENCARIAN KITA AKAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 Agustus 2023
2023-08-03 08:50:17

Nahum 1-3

Card image
Truth Kids 02 Agustus 2023 - KESELAMATAN
2023-08-02 10:24:46


Roma 6:14
“Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.”

Sobat Kids, apa yang terjadi jika seseorang melanggar hukum? Pasti orang tersebut harus menerima hukuman atas pelanggarannya, kan? Nah, demikian juga dengan manusia. Karena kejatuhan Adam ke dalam dosa, semua manusia keturunannya juga berdosa. Manusia harus menerima hukuman akibat dosa.

Kematian Yesus di kayu salib menjadi cara Tuhan menyelamatkan umat manusia. Bisa saja Yesus menolak untuk disalib. Namun, kematian Yesus membuktikan bahwa Ia taat sepenuhnya kepada Allah Bapa. Keselamatan yang diberikan ini sangat mahal harganya. Kita tidak akan bisa membayar atau membalas dengan cara apa pun. Keselamatan ini memungkinkan kita, suatu saat nanti, bisa bersama-sama dengan Tuhan Yesus dan Allah Bapa di Kerajaan Surga.

Oleh sebab itu Sobat Kids, jangan sia-siakan pengorbanan Tuhan Yesus bagi kita. Karena pengorbanan-Nya, kita dibebaskan dari hukuman kekal. Kita harus menghargai pengorbanan Tuhan Yesus. Caranya kita harus semakin dekat dengan Tuhan dan melakukan firman-Nya. Bacalah Alkitab setiap hari. Berdoalah senantiasa. Kita mau berjuang untuk menjaga keselamatan yang sudah diberikan kepada kita.

Card image
Truth Junior 02 Agustus 2023 - KARYA TERBESAR
2023-08-02 10:21:59


Roma 6:14
“Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.”

Sobat Junior, apakah kalian sudah mempraktikkan untuk tidak melakukan dosa? Tahu tidak, kalau ada satu orang yang rela memberikan hidup, bahkan nyawa-Nya untuk kita semua, supaya kita tidak lagi hidup di dalam kuasa dosa? Sobat junior pasti tahu, kan, siapa Dia?? Iya, benar! Namanya Tuhan Yesus. Dia rela mati di atas kayu salib untuk kita, supaya kita bebas dari kuasa dosa.

Benar-benar luar biasa, ya, Sobat Junior. Tuhan Yesus rela kesakitan dicambuk, dipakaikan mahkota duri di kepala-Nya, sampai dipaku kaki dan tangan-Nya untuk kita semua. Dia tidak marah-marah dan membalas dendam kepada yang berbuat semua itu. Tuhan Yesus tetap diam supaya kita semua diselamatkan dari kuasa dosa. Haleluyaaa… Puji Tuhan… Kita bebas dari kuasa dosa karena Tuhan Yesus mati, dikuburkan, dan bangkit pada hari ketiga. Bahkan, Ia naik ke surga. Itulah karya terbesar yang dilakukan Tuhan Yesus untuk kita semua.

Jangan sia-siakan pengorbanan yang telah Tuhan Yesus lakukan. Semua yang dijalani Tuhan Yesus tidaklah mudah dan sederhana; tidak ada manusia yang dapat menanggung apa yang Tuhan Yesus jalani, Sobat Junior. Oleh sebab itu, hendaknya kita menghargai semua pengorbanan Tuhan Yesus dengan tidak terus-menerus hidup dalam dosa.

Card image
Truth Youth 02 Agustus 2023 (English Version) - NATURE OF TRUTH
2023-08-02 10:18:00


"And you will know the truth, and the truth will set you free." (John 8:32)

Talking about Christian freedom, we cannot separate it from John 8:32, which says, "... and the truth will set you free." Reflecting on the previous reflection, this verse intends to convey that someone is liberated through the truth they hear. In connection with that, the church must stand with the responsibility to proclaim the truth. However, unfortunately, many churches practice various deviations. Therefore, the congregation must be wise enough to identify or recognize the nature of the truth, as the truth possesses distinct characteristics.

In this reflection, there are at least 2 important natures of truth that we need to know and understand. First, truth aligns with facts. In the context of Christianity, the truth does not violate the laws sown by God. If someone claims to live recklessly in the name of God, it is certainly not the truth. Second, truth is pragmatic. It means that truth has a real and positive impact. Truth that is only theoretical without any practice is not the truth. If explained more broadly, truth surely impacts changing a person's life, just like the truth of Christ that changed the lives of His followers in the past.

The truth only sets someone's life free when it is correctly understood, leading to fruitful and tangible changes in their life. This truth is also highly relevant to the lives of young Christians today. Young Christians who understand the truth will live responsibly. They will be people with great character, full of love, gentleness, patience, fairness, taking care of their bodies well, and maximizing and dedicating their entire lives to God's glory because they know they have been set free by God. Therefore, let us be wise young Christians capable of recognizing, understanding, and living in the truth. Amen.

WHAT TO DO:
1. Diligently pray and study the Bible.
2. Be discerning and selective in listening to sermons.
3. Persevere in producing the fruits of the Spirit.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Proverbs 12-14

Card image
Truth Youth 02 Agustus 2023 - NATURE OF TRUTH
2023-08-02 10:10:28


"dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."
(Yoh. 8:32)

Berbicara mengenai kemerdekaan Kristen, tidak terlepas dari Yohanes 8:32 yang berbunyi, “… dan kebenaran akan memerdekakan kamu.” Menilik renungan sebelumnya, ayat ini hendak menyatakan bahwa seseorang dimerdekakan melalui kebenaran yang didengarnya juga. Berkaitan dengan itu, maka gereja harus berdiri dengan tanggung jawab untuk memberitakan kebenaran. Namun sayangnya, banyak gereja justru malah mempraktikkan berbagai macam penyelewengan. Oleh sebab itu, jemaat harus cerdas untuk mampu mengidentifikasi atau mengenali natur kebenaran, sebab kebenaran itu memiliki sejumlah ciri yang khas.

Dalam renungan ini, terdapat paling tidak 2 natur kebenaran yang penting untuk kita kenali dan mengerti. Yang pertama, kebenaran itu sesuai dengan fakta. Dalam konteks Kristen, kebenaran itu tidak melanggar hukum tabur tuai Allah. Jikalau seorang mengatasnamakan Allah untuk hidup sembarangan, itu pasti bukan kebenaran. Yang kedua, kebenaran itu pragmatis. Artinya kebenaran itu berdampak secara nyata, dan tentunya positif. Kebenaran yang hanya bersifat teori tanpa ada praktiknya bukanlah kebenaran. Jika diuraikan lebih luas lagi, kebenaran itu pasti berdampak untuk mengubah hidup seseorang sebagaimana kebenaran Kristus yang mengubahkan hidup para pengikut-Nya di masa lampau.

Kebenaran itu baru memerdekakan hidup seseorang apabila dimengerti dengan benar, sehingga hidupnya berbuah dan melahirkan perubahan-perubahan hidup yang nyata. Kebenaran itu juga tentunya sangat relevan bagi kehidupan generasi muda Kristen hari ini. Generasi muda Kristen yang mengerti kebenaran, pasti hidupnya bertanggung jawab. Ia pasti seorang yang berkarakter agung, penuh cinta kasih, lemah lembut, sabar, adil, merawat tubuhnya dengan baik, dan memaksimalkan serta mempersembahkan seluruh hidupnya untuk kemuliaan Tuhan, sebab ia tahu bahwa ia adalah orang yang telah dimerdekakan oleh Allah. Oleh sebab itu, jadilah generasi muda Kristen yang cerdas untuk mampu mengenali, mengerti, dan melakukan kebenaran. Amin.

WHAT TO DO:
1. Tekun berdoa dan mempelajari Alkitab
2. Cermat dan selektif dalam mendengar khotbah
3. Bertekun dalam buah-buah Roh

BIBLE MARATHON:
▪︎Amsal 12—14

Card image
Renungan Pagi - 02 Agustus 2023
2023-08-02 09:54:48


Jika mau jujur, ada saat-saat dimana kita sulit mengucap syukur, saat keadaan tidak baik menurut perasaan, saat mengalami musibah, saat menghadapi situasi yang tidak sesuai harapan, lalu sepertinya Tuhan diam dan tidak peduli dengan kita.

Rasul Paulus mengajarkan kebenaran kepada jemaat di Tesalonika; "Bersukacitalah senantiasa, Tetaplah berdoa, Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."

Dalam situasi yang sangat sulit sekalipun, bersuka cita senantiasa, tetap berdoa dan mengucap syukur dalam segala hal adalah kehendak Tuhan untuk kita lakukan. Bukan bersukacita, berdoa dan bersyukur atas segala kesulitan itu, tetapi dalam menghadapi, menjalani dan melewati semuanya itu.

Tuhan menghendaki kita tetap bersukacita, berdoa dan bersyukur, yang menyatakan bahwa kita berserah dan mengandalkan Tuhan sepenuhnya serta rela menjalani proses penggarapan Tuhan itu.

Percayalah, kita pasti akan menerima pertolongan Tuhan pada waktunya. Kesulitan dan kesukaran adalah alat Tuhan untuk mendewasakan dan membentuk kita menjadi pribadi yang tekun dan tahan uji." (1 Tesalonika 5:16-18)

Card image
Quote Of The Day - 02 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-02 09:49:21


Semakin kita bersungguh-sungguh dengan Allah, sejatinya masalah kita pun semakin cepat selesai.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 02 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-02 09:39:46


Kalau orang tidak memiliki pengertian keselamatan yang benar, maka ia tidak akan pernah mengusahakan diri untuk semakin sempurna.

Card image
HOW SERIOUS ARE WE? - 02 Agustus 2023 (English Version)
2023-08-02 09:37:05


Let’s ask each of us: Do we believe that God exists? Do all our hearts, souls, and minds truly believe that He exists? God’s Word says, “And without faith, it is impossible to please God because anyone who approaches Him must believe that He exists and that He rewards those who earnestly seek Him.” (Heb. 11:6). So, the next question is, have we truly sought Him? As parents, we can feel when our children seek and miss us. What’s more, Lord.

The Omniscient God can read and recognize our hearts. Of course, God can also feel; do we genuinely believe He exists and lives? He also understands we need, love, respect, and genuinely fear Him. If we only confess that God exists, many people can do it. But the problem is, do we seek Him after acknowledging His existence? This is what we have to check in our life. How diligently do we seek Him? God’s Word says, “For the eyes of the LORD roam to and fro over all the earth, to show Himself strong on behalf of those whose hearts are fully devoted to Him.” (2 Chron. 16:9a).

We should believe that one day, all creatures on earth will understand and know perfectly how awesome and glorious God is who created the heavens and the earth, which is now as if it does not exist or is hidden. However, this depends on the determination and intention of each individual, namely how dare one believes in God and invests time, mind, energy, and whatever is owned to seek Him earnestly. Not everyone who comes to church is seeking God because our sincerity to seek Him is proven or real in our daily lives, how we place God correctly in every aspect of our life.

Supposedly, there is no other interest in this life besides God. To know God and truly please Him should be life’s most vital and only ambition. We can charm God among hundreds of millions of people in this country or billions on earth, and He must seek those who truly seek Him. The conversation between the LORD and Satan in Job 1:7-8 says, “Where have you come from?” said the LORD to Satan. “From roaming through the earth,” he replied, “and walking back and forth in it.” Then the LORD said to Satan, “Have you considered My servant Job? For there is no one on earth like him, a man who is blameless and upright, who fears God and shuns evil.”  

We can read in verse 8 how the LORD praised Job. This means God marked Job and called him “My servant.” Meaning even though Job had abundant possessions, he did not become a “servant of the world.” The world or family does not bind him. It is also said, “There is no one on earth like him.” Remember, GOD judges and makes comparisons. Paul also describes himself as an athlete. He is not a runner who has no goal. He knew exactly where he was going. If people run only to get a mortal crown, Paul advises, “Run as fast as you can for the sake of an eternal crown.”

“The eyes of the LORD roam…” to find out if anyone is really seeking Him, and His eyes were upon Job. Apparently, Job is a person who deserves praise from GOD. The question is, are we among the believers who deserve praise from GOD? We don’t have to be highly educated or have money because what is needed is only heart and intention, and we must start now. Don’t wait for later because we don’t know when we die.

In another verse, the LORD says, “Test me in this,” says the Lord Almighty, “and see if I will not throw open the floodgates of heaven and pour out so much blessing.” Don’t be half-hearted or lukewarm. Prove our daily seriousness in dealing with God, where we always obey what He wants us to do. Though all of us can make mistakes, we choose not to. Remember, don’t give in to our weaknesses and flesh. We must be victorious!  

OUR EARNESTNESS SEEKS GOD IS TANGIBLE IN OUR DAILY LIVES.

Card image
SEBERAPA KESUNGGUHAN KITA? - 02 Juli 2023
2023-08-02 09:33:51


Mari kita bertanya kepada diri kita masing-masing: Apakah kita benar-benar yakin bahwa Allah itu ada? Apakah segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi kita benar-benar memercayai bahwa Allah itu ada? Firman Tuhan mengatakan, “Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” (Ibr. 11:6). Maka pertanyaan yang berikutnya adalah apakah kita sudah sungguh-sungguh mencari Dia? Sebagai orangtua, kita pasti bisa merasakan ketika anak kita mencari dan merindukan kita. Apalagi, Tuhan.

Tuhan yang Maha Tahu pasti dapat membaca dan mengenali hati kita. Tentu Tuhan juga dapat merasakan, apakah kita sungguh-sungguh memercayai bahwa Dia ada, dan hidup. Dia juga mengerti, apakah kita sungguh-sungguh membutuhkan Dia, mencintai, menghormati, dan sungguh-sungguh takut akan Dia. Kalau kita hanya mengaku bahwa Tuhan itu ada, maka banyak orang yang bisa melakukannya. Tetapi masalahnya, apakah setelah kita mengakui keberadaan-Nya, kita juga sungguh-sungguh mencari Dia? Ini yang harus benar-benar kita periksa dalam hidup kita. Seberapa tekun kita mencari Dia? Firman Tuhan mengatakan, “Mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia.” (2 Taw. 16:9a).

Percayalah, suatu hari, semua makhluk di muka bumi akan mengerti dan mengenal dengan sempurna betapa dahsyat dan mulia Allah yang menciptakan langit dan bumi ini. Yang sekarang ini seakan-akan tidak ada atau tersembunyi. Sejatinya, hal ini tergantung dari tekad dan niat masing-masing individu, yaitu seberapa berani ia memercayai Allah dan menginvestasikan waktu, pikiran, tenaga dan apa pun yang ada padanya, untuk sungguh-sungguh mencari Tuhan. Sejujurnya, tidak semua orang yang datang ke gereja itu sungguh-sungguh mencari Tuhan. Sebab, kesungguhan kita mencari Tuhan terbukti atau nyata dalam kehidupan kita setiap hari. Yaitu bagaimana kita dapat menempatkan Tuhan secara benar dalam setiap aspek kehidupan kita.

Seharusnya, tidak ada kepentingan lain dalam hidup ini selain Tuhan. Bagaimana kita mengenal Tuhan dan bagaimana kita benar-benar bisa menyenangkan hati-Nya, harus menjadi ambisi yang paling kuat dan satu-satunya dalam hidup. Dari 8 miliar manusia di muka bumi, dan dari 270 juta manusia di Indonesia, kita dapat mempesona Allah. Tuhan pasti mencari orang-orang yang sungguh-sungguh mencari-Nya. Ingat, dalam percakapan TUHAN dengan Iblis yang terdapat dalam Ayub 1:7-8 tertulis, “Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Dari mana engkau?" Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi." Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.”

Lalu, satu hal yang kita bisa baca di dalam ayat ke-8b, adalah bagaimana TUHAN memuji Ayub. Ini berarti, Ayub ditandai oleh TUHAN dan TUHAN menyebutnya dengan panggilan, “hamba-Ku.” Berarti, walaupun Ayub banyak harta, hidupnya juga limpah, tetapi Ayub tidak menjadi “hamba dunia.” Ia tidak terikat dengan dunia atau keluarga. Juga dikatakan bahwa: “Sebab, tiada seorang pun di bumi seperti dia.” Ingat, TUHAN menilai dan TUHAN membuat perbandingan. Paulus juga menggambarkan dirinya sebagai seorang atlet. Ia bukan pelari yang tidak ada tujuan. Ia tahu dengan jelas di mana tujuannya. Kalau hanya demi mendapatkan mahkota fana, orang bisa berlari sedemikian rupa, maka Paulus menasihati, “Demi mahkota kekal, larilah secepat-cepatnya.”

“Mata TUHAN menjelajah” untuk mencari, apakah ada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. Dan mata TUHAN tertuju kepada Ayub. Ternyata, Ayub seorang yang patut mendapatkan pujian dari TUHAN. Pertanyaan kepada setiap kita, apakah kita termasuk orang percaya yang layak mendapat pujian dari TUHAN? Kita tidak harus berpendidikan tinggi, atau memiliki uang, sebab yang dibutuhkan hanya hati dan niat. Dan kita harus mulai sejak sekarang. Jangan menunggu nanti, karena kita tidak tahu kapan kita meninggal.

Di ayat lain TUHAN berkata, “Uji Aku, apakah Aku tidak membuka tingkap langit kalau kamu taat, menuruti apa yang Kuperintahkan.” Jangan setengah-setengah; panas tidak, dingin pun tidak. Maka buktikanlah keseriusan kita dalam berurusan dengan Tuhan melalui kehidupan kita setiap hari, di mana kita selalu menuruti apa yang Tuhan mau kita lakukan. Semua kita juga bisa berbuat salah, tetapi kita memilih untuk tidak berbuat salah. Ingat, jangan mengalah dengan kelemahan dan kedagingan kita. Kita harus menang!

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KESUNGGUHAN KITA MENCARI TUHAN NYATA DALAM KEHIDUPAN KITA SETIAP HARI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 Juli 2023
2023-08-02 09:23:34

2 Tawarikh 32-33

Card image
Truth Kids 01 Agustus 2023 - MANUSIA BERDOSA
2023-08-01 10:07:40


Yohanes 8:34
Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.”

“Bohong, bohong, bohong itu dosa…” Sobat Kids, apakah kalian tahu lagu itu? Saat kalian tidak mengatakan hal yang sebenarnya, nah itulah berbohong. Banyak manusia berkata bohong agar terhindar dari kesulitan. Mereka menutupi hal yang sebenarnya terjadi. Namun, dengan berkata bohong, manusia menjadi berdosa.

Dosa membuat kita semakin jauh dari Tuhan. Ayat Firman Tuhan hari ini mengatakan, dengan melakukan dosa, manusia menjadi hamba dosa. Hamba dosa maksudnya manusia menjadi terikat dengan dosa yang dilakukannya. Berulang-ulang melakukan berbagai dosa dan terus jauh dari Tuhan. Aduh, jangan sampai kita menjadi hamba dosa, ya Sobat Kids!

Ayo kita berjuang untuk lepas dari ikatan dosa! Kita tidak mau lagi menjadi hamba dosa. Kita mau dekat dengan Tuhan dan melakukan perintah-Nya. Untuk itu, kita harus berani berkata tidak kepada perbuatan-perbuatan dosa. Berbohong termasuk di dalamnya. Ingat, bohong itu dosa, Sobat Kids!

Card image
Truth Junior 01 Agustus 2023 - HAMBA DOSA
2023-08-01 10:03:55


Yohanes 8:34
Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.”

Hai, Sobat Junior!! Apakah kalian tahu pengertian hamba? Hamba itu artinya kita menjadi bawahan, dan bahkan dapat berarti “budak.” Jadi kalau kita suka melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan firman Tuhan, itu artinya kita sudah melakukan dosa. Dan jika kita tidak berhenti melakukan perbuatan dosa, lama-lama kita akan menjadi hamba dosa.

Kalau kita menjadi hamba dosa, itu bahaya sekali, Sobat Junior. Hal ini berarti kita menjadi budak dosa. Jadi, dosa yang menjadi bos kita, loh… Mengerikan sekali kalau hidup kita diatur oleh dosa. Kita menjadi orang yang tidak bisa bebas dari dosa. Kalian tidak mau menjadi hamba dosa, bukan?

Mari kita bersama berdoa, mohon Tuhan mengampuni dosa-dosa kita. Tuhan pasti akan memimpin dan menolong kita agar menang dari dosa. Kematian Tuhan Yesus di kayu salib telah memungkinkan kita untuk terlepas sepenuhnya dari belenggu dosa. Artinya, kita sudah tidak lagi ada dalam kutuk perbudakan dosa. Kita bisa hidup tanpa dosa, asalkan kita menjadikan Tuhan segalanya dalam hidup kita. Semangat, Sobat Junior. Kita mau berjuang untuk hidup berkemenangan, dan tidak jadi hamba dosa lagi. SAY NO TO SINS!!

Card image
Truth Youth 01 Agustus 2023 (English Version) - THE TRUE MEANING OF CHRISTIAN FREEDOM
2023-08-01 09:59:18


"So if the Son sets you free, you will be free indeed." (John 8:36)

One of the frequently proclaimed words from the pulpits of churches is the word of freedom, that we have been set free from sin, released from the chains of sin, and so on. At first glance, this statement is not wrong since it is based on the accountable biblical foundation of the Christian faith. However, upon closer examination, this statement does not lead the listeners to God. On the contrary, some people misuse this freedom as an excuse for their wickedness. They cover their wickedness while feeling righteous under the name of God's grace. These people do not understand the true meaning of Christian freedom.

Guys, freedom does not mean being absolutely lawless. Freedom does not mean being an antinomian (someone against the law) like in the time of the apostles. Like a fish, a fish is considered free as long as it is in the water. Outside the water, it is not free at all and could even lose its life.

In this universe, there are orders, principles, or natural laws that bind humans. We know them as God's law or order. In the context of Christian freedom, the freeing law of God is explained in 1 Peter 2:16. This verse is very clear that as people who have been liberated from the bondage of the law of sin, we are no longer bound by the law of sin and become slaves to sin, but we are bound by God's law, which liberates us as slaves to God. The Cross of Christ has set us free from the law of sin and brought us to God. Therefore, let us live as people who have been liberated by the Cross of Christ. This is the true meaning of Christian freedom.

WHAT TO DO:
1. Do not eat and drink carelessly.
2. Do not live according to the law.
3. Live according to the Gospel and the teachings of Christ and the apostles.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Proverbs 8-11

Card image
Truth Youth 01 Agustus 2023 - THE TRUE MEANING OF CHRISTIAN FREEDOM
2023-08-01 09:55:57


"Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka." (Yoh. 8:36)

Salah satu firman atau sabda yang sering disampaikan dari mimbar-mimbar gereja adalah sabda kebebasan, bahwa kita sudah dimerdekakan dari dosa, kita sudah dilepaskan dari belenggu dosa, dan sebagainya. Kalau dilihat sekilas, firman tersebut tidak salah sebab memang memiliki dasar Alkitab yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan iman Kristen. Namun, jika diamati, firman ini ternyata tidak membawa kehidupan orang-orang yang mendengarnya kepada Tuhan. Justru sebaliknya, mereka malah menyalahgunakan kemerdekaan itu sebagai pembenaran atas kedurjanaan mereka. Mereka menutupi kedurjanaannya selagi merasa diri benar atas nama kasih karunia Allah. Orang-orang seperti ini tidak mengerti makna kebebasan Kristen yang sejati.

Guys, kebebasan bukan berarti kita lepas dari hukum secara mutlak atau absolut. Kebebasan bukan berarti kita menjadi seorang antinomianis (seorang yang anti terhadap hukum) seperti pada zaman para rasul. Ibarat ikan, seekor ikan dikatakan bebas selama ia berada di dalam air. Di luar air, ia sama sekali tidak bebas, bahkan bisa kehilangan nyawa.

Di alam semesta ini terdapat tatanan, dalil, atau hukum alam yang mengikat manusia. Kita mengenalnya sebagai hukum atau tatanan Allah. Dalam konteks kebebasan Kristen, hukum Allah yang membebaskan itu dijelaskan dalam 1 Petrus 2:16. Ayat ini sangat jelas, bahwa sebagai orang yang telah dibebaskan dari belenggu hukum dosa, kita tidak lagi terikat pada hukum dosa sehingga menjadi hamba dosa, melainkan terikat pada hukum Allah yang memerdekakan sebagai hamba Allah. Salib Kristus telah memerdekakan kita dari hukum dosa dan membawa kita kepada Allah. Oleh sebab itu, marilah kita hidup sebagai orang-orang yang telah dimerdekakan oleh salib Kristus. Inilah makna kemerdekaan Kristen yang sejati.

WHAT TO DO:
1. Jangan makan dan minum sembarangan
2. Jangan hidup menurut Taurat
3. Hiduplah sesuai dengan Injil dan ajaran Kristus serta para rasul

BIBLE MARATHON:
▪︎Amsal 8—11

Card image
Renungan Pagi - 01 Agustus 2023
2023-08-01 09:53:34


Pemazmur berkata; "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nya-lah keselamatanku." Dan kita setuju dengan pernyataan itu. Pertanyaannya, "Apakah benar merasa tenang di dekat Tuhan?" Dalam kondisi seperti apakah yang membuat kita disebut dekat dengan Tuhan?

Apakah sekarang kita sudah merasakan dekat dengan Tuhan? Coba periksa diri dan dengan jujur mengakui apakah sudah memiliki kedekatan dengan Tuhan, sehingga perasaan kita menjadi tenang. Sebab perasaan dapat menipu, merasa dekat dengan Tuhan padahal nyatanya hidup jauh dari Tuhan.

Ini yang dinyatakan Tuhan Yesus pada orang Farisi; "Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku." Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang munafik di mata Tuhan.

Hanya perasaan saja dekat dengan Tuhan karena sudah aktif beribadah, giat melakukan pekerjaan Tuhan, tetapi hidup tidak mengalami perubahan mempermuliakan Tuhan. Kita memisahkan hidup rohani di gereja dengan hidup sekuler diluar gereja. Setelah selesai ibadah, pelayanan, kita kembali hidup dalam dosa tanpa ada niat bertobat.

Kita tidak betah diam dikaki Tuhan, merasakan dan menikmati hadirat Tuhan dalam doa, pujian dan penyembahan, bercakap-cakap dengan Tuhan, tidak suka dan malas membaca Alkitab, yang didalamnya nyata kebenaran Tuhan, lalu bagaimana mungkin menyatakan bahwa kita dekat dengan Tuhan? Bukankah itu berarti benar yang Tuhan katakan bahwa kita adalah orang-orang munafik.

Marilah yang sudah mengecap kebaikan Tuhan, jangan lagi hidup dalam kemunafikan, sebab akan sia-sia ibadah dan pelayanan yang kita kerjakan, jika Tuhan menilai kita sebagai orang yang munafik.

Mulailah membangun kedekatan dengan Tuhan yang benar-benar mendatangkan ketenangan di hati, saat itulah Tuhan akan menyatakan Pribadi-Nya, kehendak-Nya dan hikmat-Nya bagi kita, dan itulah yang membuat kita memiliki ketenangan dalam menjalani kehidupan di bumi ini setiap hari dalam situasi apapun.
(Mazmur 62:1 ; Matius 15:7-8)

Card image
Quote Of The Day - 01 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-01 09:41:56


Pengenalan akan Allah menentukan kualitas hidup seseorang.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 01 Agustus 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-08-01 09:39:16


Allah bisa mengasihi atau menyayangi seseorang dan membawanya ke surga, tetapi Allah juga bisa membuang seseorang ke dalam api kekal. Hal ini tergantung respon individu terhadap Allah.

Card image
THE STAKES - 01 Agustus 2023 (English Version)
2023-08-01 09:37:37


Following God is not easy or free because it means we are betting. Indeed, salvation starts from the work of Jesus on the cross, and it is a gift. However, after we hear the Gospel and decide to believe in Jesus as Lord and Savior and follow Him, the stakes are all of our lives, and it’s absolute. So, we must put off ourselves or the same as deny or empty ourselves so that we can put on His life, namely the mindsets of the Lord Jesus Christ when He became human, which is the fullness of God, where the Word fills Jesus; So, what He did or said, all a demonstration of that Word.

It’s the same with us. If the Bible says that we are an open letter, it does not refer to our or anyone else’s letter but God’s. So, if we become God’s letter, we live only to do what He wants. We only wish to—and should—undergo God’s life. We should demonstrate the unseen holiness of God that humans, in general, do not recognize. Jesus is called the “Faithful Witness” because He proves or shows who the true God is. The true God is the God of Israel, Elohim Yahweh (Rev. 1:5; 2:13; 3:14). Jesus became a faithful witness for God the Father, and we become faithful witnesses for the Lord Jesus.

In Rev.1: 5, it says, “and from Jesus Christ, who is the faithful Witness, the firstborn from the dead, and the ruler of the kings of the earth. To him who loves us and has freed us from our sins by His blood.” So, in the Bible, we find the statement that Jesus is the faithful Witness. In Rev.3:14, we are called by Jesus as faithful witnesses; meaning we demonstrate the life of the Father; His holiness, majesty, and glory. If the Israelites were witnesses to prove or show who the true God is, then as believers, we demonstrate and establish how the true God is.

Jesus Christ demonstrated the first as a faithful witness, and we must also be faithful witnesses. That’s the stake. So, if the Majesty, Our Lord Jesus Christ, said in Matt.16:24, “Then Jesus said to his disciples, “Whoever wants to be my disciple must deny themselves and take up their cross and follow Me.” Self-denial means completely emptying oneself. We must discard the world’s thinking and philosophy and put on God’s way of life and mindset so that we also experience the fullness of God, just as Jesus did.

We must be very ambitious to be filled with God so that when it’s said that the Temple of the Holy Spirit is in our lives is not nonsense but real. God’s Word says, “Do you not know that your bodies are temples of the Holy Spirit, who is in you.” (1 Cor. 6:19). The Spirit of God dwells within us, not to be grieved, but to please God’s heart. God’s Word says, “Do not grieve the Holy Spirit of God.” Another verse says, “Do not quench the Spirit.” And the last one, “Don’t blaspheme the Holy Spirit.”

Blaspheming the Holy Spirit means no longer being able to accept the work of the Holy Spirit because their mind is filled with concepts that are not from God. This is for people outside Christianity and those within the church, including theologians who think they are excellent and capable and know themselves. We can distinguish whether a servant of God is truly filled with true concepts, pure truth from God or not is from their deeds; “By their fruit, you will recognize them.” We can see one’s quality from their words. Let’s check ourselves. So that we can honestly say, “I no longer live, but Christ lives in me.”

For that, we must seriously deal with God, make Him the only goal of our life, and earnestly walk towards the heavenly Canaan. So, let’s continue to clean up to let go and put off all sins, all habits that God doesn’t want, and the bonds of worldly love. The Holy Spirit will help us, but remember, the stakes are all life; “Whoever loses their life for Me will find it,” where God’s life is applied in our lives; though this sounds abstract, they become real if we do and experience them.

FOLLOWING GOD MEANS TAKING A STAKE WHICH IS OUR WHOLE LIFE.

Card image
PERTARUHAN - 01 Agustus 2023
2023-08-01 09:30:48


Mengikut Tuhan bukan hal yang mudah atau gratis, karena mengikut Tuhan berarti kita memberikan pertaruhan. Memang keselamatan dimulai dari karya Yesus di kayu salib dan itu adalah pemberian cuma-cuma. Namun, setelah kita mendengar Injil dan kita memutuskan percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dan ikut Tuhan, pertaruhannya adalah segenap hidup kita. Hal ini mutlak atau absolut. Maka, kita harus menanggalkan diri kita atau sama dengan menyangkal diri atau mengosongkan diri, supaya kita bisa mengenakan hidup-Nya, yaitu pikiran dan perasaan Tuhan Yesus Kristus ketika menjadi manusia, yang itu adalah kepenuhan Allah, di mana Firman memenuhi Yesus; apa yang Dia lakukan, apa yang Yesus lakukan, ucapkan, semua merupakan peragaan Firman itu.

Demikian pula kita. Kalau Alkitab berkata bahwa kita menjadi surat yang terbuka, itu bukan menunjuk surat kita sendiri atau surat siapa-siapa, melainkan surat Tuhan. Maka, kalau kita menjadi surat Tuhan, berarti kita hidup hanya untuk melaksanakan apa yang Tuhan kehendaki. Kita hanya mau—dan mestinya—menyelenggarakan hidup-Nya Tuhan. Kesucian Allah yang tidak dapat dilihat oleh mata dan tidak dikenali manusia pada umumnya, itu yang kita peragakan. Itulah sebabnya Yesus disebut sebagai “Saksi yang setia,” sebab Yesus membuktikan atau menunjukkan siapa Allah yang benar. Allah yang benar adalah Allah Israel, Elohim Yahweh (Why. 1:5; 2:13; 3:14). Yesus menjadi Saksi yang setia bagi Allah Bapa, dan kita menjadi saksi yang setia untuk Tuhan Yesus.

Di dalam Wahyu 1:5 tertulis, “Dan dari Yesus Kristus Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja di bumi. Bagi Dia yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya.” Jadi di dalam Alkitab, kita menemukan pernyataan bahwa Yesus adalah Saksi yang setia. Juga di dalam Wahyu 3:14, kita disebut oleh Yesus sebagai saksi yang setia; artinya kita memperagakan kehidupan Yesus; kekudusan, kesucian, keagungan dan kemuliaan-Nya. Kalau bangsa Israel menjadi saksi untuk membuktikan atau menunjukkan siapa Allah yang benar, maka sebagai orang percaya, kita menunjukkan dan membuktikan bagaimana Allah yang benar itu.

Yang pertama diperagakan oleh Yesus Kristus sebagai Saksi yang setia, lalu kita yang harus menjadi saksi yang setia. Itulah pertaruhannya. Jadi, kalau Yang Mulia Tuhan kita Yesus Kristus berkata dalam Matius 16:24, “Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” Menyangkal diri bukan hanya menolak tindakan yang bertentangan dengan hukum. Menyangkal diri artinya benar-benar mengosongkan diri. Cara berpikir dan filosofi dunia, harus kita buang dan kita mengenakan cara hidup dan cara berpikir Tuhan. Sehingga kita juga mengalami kepenuhan Allah, seperti Yesus juga mengalami kepenuhan Allah.

Kita harus sangat berambisi untuk dipenuhi oleh Allah, sehingga sebutan Bait Roh Kudus di dalam hidup kita itu bukan omong kosong, melainkan nyata. Firman Tuhan mengatakan, “Kamu bait Roh Kudus. Roh Allah yang diam di dalam kamu” (1Kor. 6:19). Roh Allah diam dalam diri kita, bukan untuk kita dukakan, melainkan kita mau menyukakan hati Allah. Firman Tuhan mengatakan, “Jangan mendukakan Roh Allah.” Di ayat lain dikatakan,  “Jangan memadamkan Roh Allah.” Dan yang terakhir, “Jangan sampai menghujat Roh Kudus.”

Menghujat Roh Kudus artinya tidak lagi bisa menerima karya Roh Kudus karena pikirannya dipenuhi oleh konsep-konsep yang bukan dari Allah. Ini bukan hanya untuk orang-orang di luar Kristen, tetapi juga yang di dalam gereja, termasuk para teolog yang merasa diri hebat dan cakap, merasa dirinya tahu. Kita bisa membedakan apakah seorang hamba Tuhan benar-benar dipenuhi konsep yang benar, kebenaran yang murni dari Allah atau tidak adalah dari perbuatannya; “Dari buahnya kamu mengenal dia.” Dari perkataan seseorang, nampak kualitasnya. Mari kita memeriksa diri kita sendiri. Sehingga kita benar-benar bisa berkata, “Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku.”

Untuk itu kita harus serius berurusan dengan Allah. Menjadikan Tuhan satu-satunya tujuan hidup kita dan sungguh-sungguh berjalan menuju Kanaan surgawi. Maka, mari kita bebenah terus untuk melepaskan dan menanggalkan semua dosa, semua kebiasaan yang Tuhan tidak kehendaki dan ikatan percintaan dunia. Roh Kudus pasti akan menolong kita untuk itu. Namun ingat, pertaruhannya adalah segenap hidup; “Orang yang rela kehilangan hidup akan memperoleh hidup.” Di mana hidup-Nya Tuhan dikenakan di dalam hidup kita. Kalimat-kalimat ini memang terdengar abstrak, tetapi tidak menjadi abstrak kalau kita melakukan dan mengalaminya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MENGIKUT TUHAN BERARTI MEMBERIKAN PERTARUHAN; DAN PERTARUHANNYA ADALAH SEGENAP HIDUP.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 01 Agustus 2023
2023-08-01 09:25:04

2 Raja-raja 20-21

Card image
Truth Kids 31 Juli 2023 - LB 3 TUJUANKU
2023-07-31 09:35:09


1 Yohanes 2:16
“Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.”

Sobat Kids, kemarin kita belajar mengenai benda-benda yang Tuhan percayakan dan titipkan pada kita. Hari ini kita mau belajar, apa sih tujuan kita sebagai anak-anak Allah di dunia ini? Tujuan kita bukan hanya untuk menjadi dewasa, pintar dan kaya raya di dunia. Tujuan utama kita ada di dunia ini adalah menjadi seperti Yesus. Menjadi anak-anak Allah yang taat sehingga kita bisa membuktikan bahwa Iblis bersalah. Hingga pada akhirnya kita bisa masuk ke LB3-Langit Baru Bumi Baru. Hidup bersama Tuhan Yesus sebagai Pemimpin kita yang kekal. Itulah satu-satunya tujuan utama kita, Sobat Kids.

Yuk, sejak kecil kita jadikan LB3 tujuan utama hidup kita. Dalam hidup kita sehari-hari, kita mau menjadi hadiah terbaik bagi orang tua terlebih lagi bagi Tuhan. Saatnya kita melakukan semua yang sudah kita pelajari selama bulan ini. Kita mau melakukan perintah Tuhan setiap hari dan menjadi hadiah terbaik. Selamat berjuang, Sobat Kids!

Card image
Truth Junior 31 Juli 2023 - MISI RAHASIA
2023-07-31 09:32:22


1 Yohanes 2:16
“Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.

“Selamat pagi, Adik-adik semua. Hari ini kita mau melakukan misi rahasia. Misi ini tidak boleh diberitahu kepada orang lain, tetapi harus kita lakukan,” kata kakak Sekolah Minggu.

“Wah, misi rahasia. Aku suka, Kak. Pasti aku akan berhasil melakukan misi tersebut,” jawab Daniel. “Aku juga pasti bisa, Kak. Aku akan jadi pemenangnya,” balas Paulus.

“Eits, misi ini bukan sebuah perlombaan, tetapi misi ini harus dilakukan oleh semua. Hadiahnya pun rahasia. Semua yang berhasil melakukan misi ini, akan menjadi pemenang. Namun, misi ini susah-susah, gampang, loh. Apakah Adik-adik semua yakin berhasil?” tanya kakak Sekolah Minggu lagi. “YAKIN!” jawab anak Sekolah Minggu dengan kompak.

“Oke, jadi misi rahasia ini adalah mengumpulkan Harta Karun Surga," Kakak Sekolah Minggu berkata sambil mendekati anak-anak. “Apa? Maksudnya gimana, Kak?” tanya Jessy.

“Harta Karun Surga ini hanya bisa didapat dengan clue lima indra manusia!” seru Kakak Sekolah Minggu. “Aku tahu. Mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit, Kak,” jawab Matteo.

“Betul, tapi belum selesai. Jadi, kelima indra pada diri kita harus melakukan yang baik. Kakak akan bantu adik-adik semua dengan memberi satu kunci rahasia, yaitu mata. Adik-adik semua harus menggunakan mata dengan baik, tidak boleh melihat hal-hal yang tidak baik. Selanjutnya. adik-adik cari tahu sendiri dan laksanakan sendiri. Minggu depan semua harus memberikan laporannya kepada kakak. Siappp?”

Sobat Junior, ternyata kehidupan kita adalah sebuah misi, yaitu misi mengumpulkan harta surgawi. Artinya, setiap hari kita harus melakukan hal-hal yang baik supaya Tuhan senang. Hal ini bisa dimulai dari hal-hal sederhana, seperti menjaga perkataan agar tidak menyakiti orang lain, dan lain sebagainya. Yuk, latih terus diri kita agar dapat menjadi hadiah terbaik.

Card image
Truth Youth 31 Juli 2023 (English Version) - THE PRICE OF MINISTRY
2023-07-31 09:26:04


"I tell you that in the same way there will be more rejoicing in heaven over one sinner who repents than over ninety-nine righteous persons who do not need to repent." (Luke 15:7)

In our journey as Christians, we are called to give our lives fully in ministry. This is a noble task that requires commitment and dedication. However, amidst the challenges and demands, we may feel tired and weary. Imagine yourself as a traveler with a torch in the middle of a dark forest. Every step you take helps light the way for those who are lost. Even though you're tired, you have to continue carrying the torch, right? It's the same for us who serve God. The service we do not only helps others find Him but also keeps our path focused on Him. So, how can we endure and find new strength in serving God?

We may face disappointment when our efforts seem in vain. However, don't let it make us weary and choose to give up. Remember, serving Him also helps us to stay on the path towards God. If the things that disappoint us seem big and numerous, then we should also be 'big' and make a great effort to overcome them. Eventually, our efforts will find a breakthrough. Trust that we will never be alone through it all. The torch is like the Holy Spirit that, if we continue to hold onto, will light the way and help others find their way to God.

Therefore, let us embrace those challenges, knowing that every step we take in serving God has an eternal impact. Let us seek strength from the Creator, for He promises to renew our strength and hold us in His righteous hand.

WHAT TO DO:
1. Keep the fire from God strong in serving Him.
2. Be wise in stepping forward as it has an eternal impact.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Proverbs 4-7

Card image
Truth Youth 31 Juli 2023 - THE PRICE OF MINISTRY
2023-07-31 09:21:48


Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan. (Lukas 15:7)

Dalam perjalanan kita sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk memberikan hidup sepenuhnya dalam pelayanan. Ini adalah tugas mulia, yang membutuhkan komitmen dan dedikasi. Namun, di tengah tantangan dan tuntutan itu, kita mungkin merasa lelah dan lesu. Coba bayangin kalau kamu seorang pejalan kaki dengan obor di tengah hutan gelap. Setiap langkahmu membantu menerangi jalan bagi orang yang tersesat. Meskipun lelah, kamu mau gak mau harus tetap bawa obor itu, kan? Sama seperti kita yang melayani Tuhan. Pelayanan yang kita lakukan bukan hanya membantu orang lain untuk menemukan Dia, akan tetapi juga menjaga jalan kita tetap tertuju pada-Nya. Lalu, bagaimana kita dapat bertahan dan menemukan kekuatan baru dalam melayani Tuhan?

Kita mungkin menghadapi kekecewaan ketika upaya kita tampak sia-sia. Namun, janganlah hal tersebut membuat kita lelah dan memilih berhenti. Ingat, melayani Dia juga membantu kita untuk terus ada di dalam jalan menuju Tuhan. Kalau hal-hal yang membuat kita kecewa itu tampak besar dan banyak, mestinya kita juga harus menjadi ‘besar’ dan memiliki banyak usaha untuk mengalahkan itu semua. Sampai nantinya usaha kita akan menemukan titik terang. Percayalah, kita tidak akan pernah sendiri melalui ini semua. Obor itu ibarat Roh Kudus yang jika kita terus pegang, akan menerangi jalan kita dan membantu orang lain juga menuju Tuhan.

Oleh karena itu, mari kita sambut tantangan-tantangan itu, dengan menyadari bahwa setiap langkah yang kita ambil dalam melayani Allah memiliki dampak kekal. Marilah kita mencari kekuatan dari Sang Pencipta, karena Dia berjanji akan memperbarui kekuatan kita dan memegang kita di tangan-Nya yang benar.

WHAT TO DO:
1. Menjaga api dari Tuhan agar tetap kuat dalam melayani Tuhan
2. Bijaksana dalam melangkah karena memiliki dampak kekal

BIBLE MARATHON:
▪︎Amsal 4-7

Card image
Renungan Pagi - 31 Juli 2023
2023-07-31 14:09:50


Tuhan Yesus menyatakan pada Petrus tentang apa yang diperbuatnya saat itu, ketika DIA membasuh kaki murid-murid-Nya; Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang Ku-perbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak."

Seringkali Tuhan mengijinkan hal-hal yang tidak dimengerti terjadi, mungkin kita bertanya, mengapa ini terjadi padaku? Saat membaca pernyataan Tuhan Yesus ini maka diingatkan, bahwa saat sedang ada dalam situasi itu, kita tidak mengerti, namun jika terus menghadapi dan menjalaninya bersama Tuhan, berserah pada pengaturan Tuhan, pada akhirnya akan mengerti maksud Tuhan di balik setiap peristiwa yang kita alami. Keyakinan akan Firman Tuhan menjadi pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita akan merubah cara pandang terhadap apapun yang sedang terjadi.

Kita akan mengerti bahwa ada rancangan Tuhan yang indah dari setiap kejadian yang kita alami bersama Tuhan. Kita akan kagum dengan Karya Tuhan yang hebat atas hidup kita.

Dan semua itu pada akhirnya juga akan menghasilkan perubahan karakter, yang semakin dibersihkan, dikuduskan dan menjadi serupa dengan Yesus, mengikuti teladan hidup-Nya dan memperoleh perkenanan Bapa, sehingga hidup dapat dinikmati oleh Tuhan dan sesama.
(Yohanes 13:7)

Card image
Quote Of The Day - 31 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-31 09:09:17


Siapa pun dan apa pun tidak bisa menjadi landasan sumber kebahagiaan kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 31 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-31 14:02:08


Kalau kita diproses dari menit ke menit, dari jam ke jam, terimalah proses itu karena merupakan bagian dari jalan untuk menjadi orang yang dipercayai Tuhan.

Card image
FULFILLMENT OF GOD'S PROMISE - 31 Juli 2023 (English Version)
2023-07-31 09:00:57


Many Bible College students pray: “Lord, use me,” while glancing at the great pastor with a large church building. “Lord, use me,” glancing at the priest whose car is good. “Lord, use me,” while looking at pastors who preach in large buildings and are admired. Why is that so? Because they want to be a prominent person. Matt.20:26-28 says, “Not so with you. Instead, whoever wants to become great among you must be your servant, and whoever wants to be first must be your slave—just as the Son of Man did not come to be served, but to serve, and to give his life as a ransom for many.”

People who have grown up, overcome the flesh, and defeated egoism, enter the stage of siding with God. At this level, God will equip them with anything. This is the level of someone on God’s side, let alone giving money; they even gave their lives. But ironically, let alone their lives, many Christians don’t even want to give up their feelings. So, if we are processed from minute to minute, from hour to hour, we should accept it because it is part of the path to becoming someone God can trust.

Questions usually given to immature Christians are, “Do you believe in God? Do you believe Jesus suffered for the salvation of humanity?” However, the questions for mature Christians are, “Can God trust you? Have you suffered for Him?” God knows the depths of our hearts. If we are immature, then if we are blessed, we can be arrogant and oppress people. So, we are grateful that we face difficulties rather than not having difficulties—a healthy body, abundant money, a prosperous family—but going straight to hell.

If we are concerned about God’s work, we don’t need to worry about ourselves because God will work on and take care of our lives. No matter how small, God can make us instruments in His hands. Nothing is wasted. We will never retire until our hearts stop beating, so as long as we still have breath, we must be helpful to God’s work. Our character must be continuously improved. God wants to make us His instruments if we have great character and mental greatness like Jesus so that God can trust us.

Whatever we have should bless the work of God until our lives become God’s work, and only then will we become high-ranking officers of the Kingdom of God. God has prepared a portion of glory that is incomparable, but also a portion of suffering. However, we cannot bear this portion of suffering if we are not mature. Self-denial and taking up the cross are absolute. Taking up the cross is the suffering we endure for God’s work. So let us not be poor in eternity because we didn’t bring any offerings. We are useless for God’s work if we are still busy with ourselves.

We must continue to change. So the first step, get up early and pray because God will correct and examine us there. But surprisingly, people are busy with issues that don’t need to be a problem. Examine our lives, mouths, words, attitudes, and actions; that’s it first. No need to be grandiose. Though we have problems, we must believe that God will help! If we have a true heart, our spiritual maturity will increase, and God will surely help us to be useful. Don’t doubt God. We are grateful because God is still merciful in allowing us to repent and change. So, now we strive to finish what we have to finish.

It is impossible for God not to use us if our lives are straight. We shouldn’t be mean, forgive the guilty, and not repay evil with evil. Be generous to difficult people, and bear the burden on those who we are entrusted to bear. God will cause us to meet the “Lazarus” standing at the door of the house. Remember, no one has ever become poor because of supporting others. God marks us, and He feels what we do for those people. God himself feels. How foolish we are if we do not want to do it.

Please don’t make our life in vain; remember that we still have a chance. Don’t look back and say, “If only…” No need. What has happened, let it happen. Find our place to serve God and realize that we are unique. He is the Lion of Judah; He is the Mighty God. So, grow up, and God will open closed doors which never be opened. We will see the fulfillment of God’s promises if we also fulfill what we should do.  

WE WILL SEE THE FULFILLMENT OF GOD'S PROMISES IF WE ALSO FULFILL WHAT WE SHOULD DO.

Card image
PEMENUHAN JANJI TUHAN - 31 Juli 2023
2023-07-31 08:55:52


Banyak mahasiswa sekolah Alkitab berdoa: “Tuhan, pakailah aku,” sambil melirik pendeta besar yang punya gedung gereja besar. “Tuhan, pakailah aku,” sambil melirik pendeta yang mobilnya bagus. “Tuhan, pakailah aku,” sambil melihat pendeta yang khotbah di gedung-gedung besar dan dielu-elukan. Dasarnya karena apa? Karena dia mau menjadi orang yang terkemuka. Matius 20:26-28 berkata, “Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

Orang yang sudah bertumbuh dewasa, yang sudah mengalahkan kedagingan, mengalahkan egoisme, maka dia masuk tahap berpihak pada Tuhan. Di tingkat ini baru Tuhan lengkapi dia dengan apa pun. Ini tingkat orang yang berpihak pada Tuhan; jangankan uangnya, nyawanya pun dia persembahkan. Namun ironis, jangankan nyawanya, perasaannya pun dia tidak mau persembahkan. Makanya kalau kita diproses dari menit ke menit, dari jam ke jam, terimalah proses itu karena merupakan bagian dari jalan untuk menjadi orang yang dipercayai Tuhan.

Maka, untuk orang Kristen yang belum dewasa, kita bertanya, “Apakah Anda percaya Tuhan? Apakah Anda percaya Yesus menderita untuk keselamatan manusia?” Namun, kalau sudah dewasa pertanyaannya begini, “Apakah Anda bisa dipercayai Tuhan? Apakah Anda sudah menderita untuk Dia?” Tuhan tahu kedalaman hati kita. Kalau kita tidak dewasa, maka jika kita diberkati, kita sombong, menindas orang. Bersyukur kalau kita menghadapi kesulitan daripada tidak punya kesulitan—tubuh sehat, uang banyak berlimpah, keluarga sejahtera—tetapi kita bablas masuk neraka.

Kalau kita memusingkan pekerjaan Tuhan, kita tidak perlu pusing dengan diri sendiri. Allah yang akan menggarap dan mengurus hidup kita. Sekecil apa pun, Tuhan bisa menjadikan kita sebagai alat di dalam tangan Tuhan. Tidak ada yang dibuat sia-sia. Kita tidak akan pernah pensiun sampai jantung kita berhenti berdetak. Selama kita masih punya nafas, kita harus berguna untuk pekerjaan Tuhan. Maka karakter kita harus diperbaiki terus. Tuhan mau menjadikan kita instrumen-Nya, kalau kita memiliki keagungan karakter, keagungan mental seperti Yesus, sehingga bisa dipercayai Tuhan.

Apa pun yang kita miliki harus memberkati pekerjaan Tuhan. Sampai hidup kita menjadi pekerjaan Tuhan. Baru kita menjadi perwira tinggi Kerajaan Allah. Tuhan siapkan porsi kemuliaan itu tiada tara, tetapi juga porsi penderitaan. Namun, porsi penderitaan ini tidak bisa kita pikul kalau tidak dewasa. Menyangkal diri, memikul salib, itu mutlak. Memikul salib adalah penderitaan yang kita pikul demi pekerjaan Tuhan. Maka jangan kita jadi orang miskin di kekekalan. Karena kita tidak membawa persembahan apa pun. Kita tidak berguna untuk pekerjaan Tuhan kalau kita masih sibuk dengan diri sendiri.

Kita harus terus berubah. Jadi langkah pertama, pagi bangun, berdoa. Karena di situ Tuhan akan koreksi, memeriksa kita. Tetapi heran, orang sibuk dengan persoalan-persoalan yang sebenarnya tidak perlu jadi persoalan. Periksa hidup kita, mulut kita, perkataan kita, sikap dan perbuatan kita, itu dulu. Tidak usah muluk-muluk. Setiap kita punya persoalan. Tetapi percayalah, Tuhan pasti tolong! Kalau kita punya hati benar, kedewasaan rohani kita bertambah, Tuhan pasti tolong supaya kita berguna. Jangan ragukan Tuhan. Kita bersyukur karena Tuhan masih berbelas kasihan memberi kita kesempatan bertobat dan berubah. Maka, sekarang kita berusaha untuk menyelesaikan apa yang harus kita selesaikan.

Tuhan tidak mungkin tidak memakai kita kalau hidup kita lurus. Jangan jahat. Ampunilah orang yang bersalah, jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Bermurah hatilah terhadap orang susah. Pikullah beban atas orang-orang yang memang dipercayakan untuk kita pikul bebannya. Allah akan pertemukan kita dengan Lazarus-Lazarus yang berdiri di depan pintu rumah. Ingat, tidak pernah ada orang menjadi miskin karena menopang orang lain. Allah menandai dan Allah merasakan apa yang kita lakukan untuk orang-orang itu. Allah sendiri yang merasakan. Bodoh kalau kita tidak mau melakukannya.

Jangan buat hidup kita ini sia-sia. Ingat, kita masih punya kesempatan. Jangan menengok ke belakang dan berkata, “Seandainya…” Tidak usah. Yang sudah terjadi, biarkan terjadi. Temukan tempat kita untuk melayani Tuhan. Sadarilah bahwa kita ini istimewa. Dia adalah Singa dari Yehuda; Dia, Allah yang perkasa. Bertumbuhlah dewasa. Tuhan akan membuka pintu-pintu yang tertutup, yang tidak pernah bisa dibuka. Kita akan melihat pemenuhan janji Tuhan, kalau kita juga memenuhi apa yang seharusnya kita lakukan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA AKAN MELIHAT PEMENUHAN JANJI TUHAN, KALAU KITA JUGA MEMENUHI APA YANG SEHARUSNYA KITA LAKUKAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 31 Juli 2023
2023-07-31 08:52:21

Yesaya 64-66

Card image
Truth Kids 30 Juli 2023 - SEMUA TITIPAN TUHAN
2023-07-30 09:43:05


Pengkhotbah 8:13
“Tetapi orang yang fasik tidak akan beroleh kebahagiaan dan seperti bayang-bayang ia tidak akan panjang umur, karena ia tidak takut terhadap hadirat Allah.”

Sobat Kids, pernahkah kalian benar-benar bersyukur atas semua yang kalian miliki saat ini? Kalian memiliki orang tua yang mengasihi kalian. Kalian memiliki tempat tinggal yang melindungi dari panas dan hujan. Kalian memiliki mainan. Mungkin juga kalian memiliki kendaraan yang bisa mengantar ke sekolah atau ke manapun dibutuhkan. Kalian tercukupi makan dan minum setiap hari dan masih banyak lagi yang mungkin kalian miliki.

Kita harus tahu semua itu adalah pemberian dan titipan dari Tuhan. Semua yang kita miliki bukan untuk dipamerkan kepada orang lain. Kita harus menggunakannya dengan baik karena semua itu milik Tuhan. Jika kita sembarangan dan tidak merawatnya dengan baik, tentu kita melawan Tuhan. Contohnya, jika kita memiliki rumah dan rumah itu tidak kita rawat dan tidak kita jaga kebersihannya, lama kelamaan rumah akan kotor dan menimbulkan banyak penyakit bagi yang tinggal di dalamnya. Tentu kita tidak mau hal tersebut terjadi. Jadi jika Tuhan menitipkan sesuatu pada kita, haruslah kita jaga dan merawatnya.

Card image
Truth Junior 30 Juli 2023 - BUAT TUHAN HAPPY
2023-07-30 09:40:49


Pengkhotbah 8:13
“Tetapi orang yang fasik tidak akan beroleh kebahagiaan dan seperti bayang-bayang ia tidak akan panjang umur, karena ia tidak takut terhadap hadirat Allah.”

“Ade, tadi belajar apa di Sekolah Minggu?” tanya mama kepada Ade. “Aku tadi belajar tentang menjadi hadiah terbaik, Ma,” jawab Ade. “Hadiah terbaik untuk siapa?” tanya mama lagi. “Kata kakak Sekolah Minggu, untuk Tuhan, Ma, tapi juga untuk sesama. Terus kakak Sekolah Minggu bilang, yang jadi hadiah terbaik itu kita, Ma. Memangnya Tuhan Yesus lagi ulang tahun, ya, Ma?” Ade bertanya karena penasaran.

“Tuhan Yesus sedang tidak ulang tahun, tapi maksud kakak Sekolah Minggu, kita mau buat Tuhan happy setiap hari. Makanya kita menjadi hadiah terbaik. Terus apa lagi, kata kakak Sekolah Minggunya?” ucap Mama kepada Ade.

“Iya, kata kakak Sekolah Minggu, kita harus belajar bersyukur dan jadi anak yang baik. Tidak buat Tuhan sedih. Terus kalau punya mainan atau barang bagus, harus belajar untuk rela memberi dan meminjamkan. Gitu, Ma,” ujar Ade mencoba mengingat-ingat.

Sobat Junior, segala sesuatu yang kita lakukan, harus kita lakukan untuk Tuhan. Semua yang baik di dunia ini adalah milik Tuhan. Orang tua yang sedang bersama kita, milik Tuhan; baju-baju dan mainan bagus yang kita punya, juga milik Tuhan, loh. Maka kita gunakan semua milik Tuhan dengan baik; buat Tuhan happy. Kalau kita sudah bisa melakukannya, maka kita akan menjadi hadiah terbaik untuk Tuhan Yesus.

Card image
Truth Youth 30 Juli 2023 (English Version) - HIS PERFECT HAND
2023-07-30 09:38:32


"We know that in all things God works for the good of those who love him, who have been called according to his purpose." (Romans 8:28)

"Why did God bring me into this situation? Haven't I been serving? Haven't I given my whole life to God? Why does God still not accompany me? Why doesn't God accompany me?" That's roughly the complaint of someone who feels not accompanied by God. Being a Christian since childhood or serving God does not mean that we already understand God's will. Do we know that God's presence cannot only be seen by how fortunate our lives are, but how God is involved in every event and in every story of our lives?

Nothing happens by chance. Even if it happens because of our mistakes, it still brings goodness to us. We must remember that there is a perfect hand, unseen but always accompanying every step of our lives, as the above scripture says that God works in all things for the good of those who love Him. Emphasize: "for those who love Him." Only those who love God can see everything bringing goodness. On the contrary, someone who does not love God will see the events in their life as mere curses.

To see everything as good depends on how we view it. Like when we sit in a car, we have the choice to either look at the rocks on the right or the beautiful scenery on the left. Let us learn to see everything from God's perspective. God would never lead us into an accident or a curse. Believe that everything is good.

WHAT TO DO:
1. See everything from God's perspective.
2. Believe that nothing happens without God's knowledge.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Proverbs 1-3

Card image
Truth Youth 30 Juli 2023 - KESEMPURNAAN TANGAN-NYA
2023-07-30 09:35:57


"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28)

“Kenapa Tuhan membawa aku dalam kondisi yang seperti ini? Bukannya aku sudah pelayanan? Sudah memberikan seluruh hidup untuk Tuhan? Kenapa tetap saja Tuhan tidak menyertai aku? Mengapa Tuhan tidak menyertai aku?” Kira-kira begitulah keluhan seseorang yang merasa tidak disertai oleh Tuhan. Sudah menjadi Kristen sejak kecil ataupun melayani Tuhan, bukan berarti sudah mengerti kehendak Tuhan. Tahukah kita bahwa penyertaan Tuhan tidak hanya dapat dilihat dari seberapa beruntung hidup kita, namun seberapa Tuhan berperkara dalam setiap kejadian dan dalam setiap cerita di hidup kita?

Tidak ada sesuatu yang terjadi dengan kebetulan. Walaupun itu terjadi karena kesalahan kita, itu pun mendatangkan kebaikan bagi diri kita. Kita harus mengingat bahwa ada tangan yang sempurna, yang tidak kelihatan, tetapi selalu menyertai setiap langkah hidup kita, seperti firman Tuhan di atas yang mengatakan bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia. Garis bawahi: “bagi mereka yang mengasihi Dia.” Hanya orang-orang yang mengasihi Tuhan, yang bisa melihat segala hal mendatangkan kebaikan. Sebaliknya, orang yang tidak mengasihi Tuhan, akan melihat kejadian dalam hidupnya sebagai kutukan belaka.

Untuk melihat semua baik adanya, tergantung bagaimana kita memandang. Seperti ketika kita duduk di dalam mobil, kita memiliki pilihan mau melihat bebatuan di sebelah kanan ataupun pemandangan indah di sebelah kiri. Mari kita belajar untuk melihat segala hal dari sudut pandang Tuhan. Tuhan tidak mungkin membawa kita ke dalam sebuah kecelakaan ataupun kutuk. Percayalah, semua baik adanya.

WHAT TO DO:
1. Melihat segala hal dari sudut pandang Tuhan
2. Percaya bahwa tidak ada yang terjadi tanpa sepengetahuan Tuhan

BIBLE MARATHON
▪︎ Amsal 1-3

Card image
Renungan Pagi - 30 Juli 2023
2023-07-30 09:33:18


Alkitab mengajarkan prinsip bersyukur, yaitu bukan hanya saat keadaan kita baik dan menyenangkan, tetapi bersyukur dalam segala hal dan atas segala sesuatu, karena itu kita dapat bersyukur di tengah masalah apapun.

Perhatikan hal mendasar tentang ucapan syukur ini ; "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." Mengucap syukur dalam segala keadaan, baik ataupun buruk kelihatannya, tetap bersyukur adalah kehendak Tuhan untuk kita lakukan.

Kita harus bersyukur walaupun belum melihat pertolongan Tuhan, tetap mengucap syukur dan percaya bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan dan membiarkan, kita bersyukur juga karena percaya ada Tuhan yang selalu menyertai langkah-langkah hidup kita."
(1 Tesalonika 5:18)

Card image
Quote Of The Day - 30 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-30 09:28:55


Hubungan eksklusif dengan Tuhan akan membuahkan impartasi spirit dari Tuhan kepada kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 30 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-30 09:27:11


Kalau kita mau menjadi manusia yang berguna, mental karakter kita harus diubah.

Card image
USEFUL INSTRUMENT - 30 Juli 2023 (English Version)
2023-07-30 09:24:35


Every child of God is expected to be an instrument or tool in the hands of the Father because no children of God are not designed for the work of the Father in Heaven. All of us should be useful for God’s kingdom, for it is impossible for people who are not useful to the Kingdom of God to be glorified together with the Lord Jesus. So, open our hearts to understand this so we don’t lose the opportunity to become instruments in God’s hands for His Kingdom. Rom.8:17 says if we suffer with Jesus, we are also glorified together with Him; this is not suffering because of our mistakes, just as Jesus suffered, it was not His fault, but He suffered for others.

In Matt.20:28, the Majesty our Lord Jesus Christ said, “Just as the Son of Man,” meaning Jesus “came not to be served but to serve, and to give His life a ransom for many.” So the suffering referred to in Rom.8:17 is suffering for others, for the salvation of other people’s souls, the same as for the Kingdom of Heaven. Shouldn’t we all follow in the footsteps of the Lord Jesus? Where do we follow in His footsteps? Of course, until Golgotha. Not just at the gates of Jerusalem when people hailed Him and said, “Hosanna! Hosanna!” but we must also be with Him when walking on the Via Dolorosa to the cross.

Many people didn’t make it to Golgotha; they only got to the gates of Jerusalem. Some even haven’t entered the Garden of Gethsemane yet. Why? Because they are immature and selfish, they only care about their interests. Not yet mature or not yet whole soul; still irritable, snobbish, and satisfying the flesh. They cannot be counted on to be a friend of Jesus. Many people do not understand or do not want to understand that all of God’s children must become useful instruments for the Kingdom of Heaven.

Jesus clearly said, “As the Father has sent me, I am sending you” (John 20:21). The Lord Jesus did not send anyone but us. All believers should be messengers representing the Lord Jesus. Therefore, there is no acceptable excuse when people say, “I can do nothing for You, Lord.” It’s actually not “can’t” do anything but “don’t want to.” Immature, selfish, and egocentric, then they can’t be used. Don’t say, “I’m poor; I’m old.” That’s the Devil’s way of shackling us in ignorance so we don’t take the golden opportunity God gives us.

If we are still selfish and seeking our pleasure, we will spend our money not on God but on ourselves. We must be wasteful for ourselves but not for God. One day we will regret it very much when we see the glory of God, and we know how dignified it is to be able to do something for Him. How great it is to be able to do something for His Kingdom. Satan undermines God’s work through people who corrupt the congregation’s trust in the church. When pastors enrich themselves or are just busy building buildings, and facilities, all of which are for the splendor, the greatness of the pastor, the congregation can lose faith.

God often brings a person to complex and complicated problems—poverty, oppression, rejection, and so on—all of which become God’s tools for maturity. After they are mature then, God can trust them. So now we can be grateful if problems oppress us, difficult circumstances, the economy, etc. because it means we are mature. So, when we are processed, we should change, don’t think God likes to make us suffer, poor, stranded, or trampled on. God’s way of making us mature is so that we may become like the wine poured out and the bread is broken.

Some say, “Lord, I will serve You if this problem is over .” Not necessarily after the problem is over; they serve God. God must be able to read one’s heart, so we don’t need to promise or crap like that. “If I had a car, Lord, I would pick up the congregation to church.”

Ironically, many Christians do not believe in God. If we want to be good human beings, our mental character must be changed; giving in, having no worldly pleasures, loving God, and being willing to die or do whatever for God’s work; only then God believes in us. However, today, as written in 2 Tim.3:1-5, people have become selfish, love money, and love themselves, so it’s hard to find people like the poured wine or broken bread. We can get carried away unless we want to separate ourselves from the world. We are still in the midst of the world, so our time before God in prayer and studying God’s word must be sufficient to grow amid a storm or world chaos so that our spiritual wings can grow and fly high.

  EVERY CHILD OF GOD MUST BECOME A USEFUL INSTRUMENT FOR THE KINGDOM OF HEAVEN.

Card image
ALAT YANG BERGUNA - 30 Juli 2023
2023-07-30 09:21:52


Setiap anak-anak Allah diharapkan menjadi instrumen atau alat di dalam tangan Bapa. Tidak ada anak-anak Allah yang tidak dirancang untuk suatu pekerjaan bagi Bapa di surga. Jadi, semua kita ini mestinya berguna bagi Kerajaan Allah. Tidak mungkin orang yang tidak berguna bagi Kerajaan Allah akan dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus. Maka, bukalah hati untuk mengerti ini, agar kita jangan kehilangan kesempatan untuk menjadi instrumen atau alat di dalam tangan Tuhan bagi Kerajaan-Nya. Roma 8:17 firman Tuhan mengatakan bahwa jika kita menderita bersama-sama dengan Yesus, kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Yesus, ini bukan penderitaan karena kesalahan kita. Seperti Yesus menderita, itu bukan karena kesalahan-Nya. Dia menderita bagi orang lain.

Di dalam Matius 20:28, Yang Mulia Tuhan kita Yesus Kristus berkata, “Sama seperti Anak Manusia,” artinya Yesus “datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani, dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Jadi penderitaan yang dimaksud di dalam Roma 8:17 adalah penderitaan bagi orang lain, bagi keselamatan jiwa orang lain; yang sama dengan bagi Kerajaan Surga. Bukankah kita semua harus mengikut jejak Tuhan Yesus? Sampai di mana jejak-Nya kita ikuti? Tentu sampai Golgota. Bukan hanya sampai di pintu gerbang Yerusalem, ketika orang mengelu-elukan Dia dan berkata, “Hosana! Hosana!” Namun, juga harus bersama dengan Yesus pada waktu berjalan di jalan Via Dolorosa sampai ke kayu salib.

Banyak orang tidak sampai Golgota, mereka hanya sampai pintu gerbang Yerusalem. Belum sampai masuk Taman Getsemani juga. Mengapa? Karena tidak dewasa, egois, hanya melihat kepentingan diri sendiri. Belum matang, belum utuh jiwanya; masih mudah tersinggung, gila hormat, apalagi masih memuaskan daging. Itu tidak bisa diperhitungkan untuk menjadi sahabat Yesus. Hal inilah yang tidak dipahami oleh banyak orang atau tidak dimengerti atau tidak mau dimengerti, bahwa semua anak-anak Allah harus menjadi alat yang berguna bagi Kerajaan Surga.

Jelas Yesus berkata, “Seperti Bapa mengutus Aku, Aku mengutus kamu,” Yohanes 20:21. Tuhan Yesus tidak mengutus siapa-siapa. Tuhan Yesus mengutus kita. Semua orang percaya mestinya menjadi utusan, mewakili Tuhan Yesus. Maka, tidak ada alasan yang bisa diterima ketika orang berkata, “Saya tidak bisa berbuat apa-apa untuk-Mu, Tuhan.” Bukan “tidak bisa” berbuat apa-apa, melainkan dia “tidak mau.” Tidak dewasa, egois, egosentris, maka tidak bisa dipakai. Jangan berkata, “Aku miskin, aku sudah tua.” Itu cara Iblis membelenggu kita dalam kebodohan, sehingga kesempatan emas yang Tuhan berikan tidak kita gunakan dengan sungguh-sungguh.

Kalau kita masih egois, masih mencari kesenangan diri sendiri, uang kita pasti kita belanjakan bukan untuk Tuhan, tetapi untuk diri sendiri. Pasti kita boros untuk diri sendiri, tetapi tidak boros untuk Tuhan. Suatu hari kita akan menyesal sekali, ketika kita melihat kemuliaan Allah dan kita baru tahu betapa bermartabatnya bisa berbuat sesuatu untuk Tuhan. Betapa agungnya bisa berbuat sesuatu untuk Kerajaan-Nya. Setan merusak pekerjaan Tuhan melalui orang-orang yang membuat kepercayaan jemaat kepada gereja jadi rusak. Ketika pendeta memperkaya diri, atau hanya sibuk membangun gedung, fasilitas, yang semua itu untuk kemegahan, kebesaran seorang pendeta, jemaat bisa kehilangan kepercayaan.

Tuhan sering membawa seseorang kepada persoalan-persoalan sulit dan rumit—apakah itu kemiskinan, ketertindasan, ketertolakan, dan lain sebagainya—yang semua itu ternyata menjadi alat Tuhan untuk mendewasakan. Setelah dewasa, baru Tuhan percayai. Jadi kita sekarang bisa bersyukur kalau kita ditindas dengan masalah, dengan keadaan sulit, ekonomi sulit, dan lain-lain karena berarti kita sedang didewasakan. Jadi ketika kita diproses, berubahlah. Jangan kita pikir Tuhan senang membuat kita menderita, miskin, terlunta-lunta, terinjak-injak. Itu semua merupakan cara Tuhan untuk membuat kita dewasa. Supaya dari egosentris menjadi teosentris. Supaya kita menjadi seperti anggur yang tercurah, roti yang terpecah.

Ada orang-orang yang berkata, “Tuhan, kalau masalahku ini selesai, aku melayani Engkau.” Belum tentu setelah masalahnya selesai, dia melayani Tuhan, belum tentu. Tuhan pasti bisa baca hatinya dia. Kita tidak usah janji-janji, gombal begitu. “Kalau aku punya mobil, Tuhan, aku mau jemput jemaat ke gereja.”

Ironis, banyak di antara orang Kristen yang tidak dipercayai Tuhan. Kalau kita mau menjadi manusia yang berguna, mental karakter kita harus diubah. Benar-benar mengalah, tidak punya kesenangan dunia, mencintai Tuhan, rela mati atau apa pun demi pekerjaan Tuhan, baru Tuhan percayai. Namun, dunia kita hari ini, seperti yang ditulis dalam 2 Timotius 3:1-5, orang menjadi egois, cinta uang, cinta diri sendiri. Sudah sulit dicari orang yang menjadi seperti anggur tercurah, roti terpecah. Kita bisa terbawa, kecuali kita mau memisahkan diri dengan dunia. Kita tetap ada di tengah-tengah dunia, tetapi waktu kita ada di hadapan Tuhan dalam doa dan belajar firman Tuhan harus memadai. Sehingga kita mampu bertumbuh di tengah-tengah badai, di tengah-tengah kekacauan dunia, agar sayap rohani kita berkembang dan bisa terbang tinggi.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SETIAP ANAK-ANAK ALLAH HARUS MENJADI ALAT YANG BERGUNA BAGI KERAJAAN SURGA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 Juli 2023
2023-07-30 09:18:36

Yesaya 59-63

Card image
Truth Kids 29 Juli 2023 - TIDAK MEMANDANG PERBEDAAN
2023-07-29 11:07:26


Lukas 6:36
“Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.”

Jeremy melihat Kevin sedang memberikan makanan pada Dimas. Mereka mendengar kabar kalau keluarga Dimas sedang kesusahan. Namun, tak lama setelah itu Jeremy mendekati Kevin. “Eh, Kev, kamu abis ngapain?” tanya Jeremy. Lalu Kevin menjawab, “Aku tadi ngasih beberapa makanan titipan mamaku dan mainan untuk keluarga Dimas.” Jeremy lalu berkata, “Ih, tapi kan Dimas itu orang baru dan agamanya sendiri beda sama kita, Kev.” Kevin lalu menjawab, “Iya, aku tahu, Jer. Tapi Tuhan mengajarkan kita untuk tidak membeda-bedakan. Jika kita tahu ada seseorang yang sedang kesulitan, kita harus membantunya tanpa memandang perbedaan kita.”

Nah, Sobat Kids, siapa yang kalau berteman atau menolong, hanya kalau dia satu agama, satu suku dengan kita? Hari ini kita belajar dari Kevin, ya, Sobat Kids. Kita tidak boleh membeda-bedakan suku, agama, ataupun budaya. Seperti Tuhan yang mengasihi semua manusia, kita harus juga mengasihi dan peduli dengan sesama tanpa memandang perbedaan di antara kita. Sikap kita yang murah hati akan menjadi berkat bagi sesama.

Card image
Truth Junior 29 Juli 2023 - HADIAH APA YANG PALING INDAH?
2023-07-29 11:02:31


Lukas 6:36
“Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.”

Hari itu Kristian sangat senang karena bisa berkunjung ke rumah kakek. Kristian juga senang, karena bisa berkunjung di hari ulang tahun kakek. Kristian sudah mempersiapkan kado yang hendak diberikan kepada kakek. Namun, di perjalanan, kado yang Kristian bawa terjatuh dan isinya pecah, karena berisi gelas kaca. Kristian pun sedih karena hadiah tersebut tidak bisa diberikan lagi kepada kakek.

Kristian datang dengan wajah sedih saat sampai di rumah kakek. Lalu kakek bertanya apa yang sudah terjadi. Setelah tahu kejadian tersebut, kakek pun tersenyum. Kakek berkata, “Kristian, cucu Kakek. Terima kasih, ya, sudah membawakan kado buat Kakek. Kakek senang sekali dengan kado yang kamu berikan.” Kristian pun kaget mendengar perkataan kakek. Lalu Kristian menjawab, “Kakek, kan, aku belum kasih kadonya karena sudah pecah di jalan.”

Lalu kakek tertawa, “Ah, masa. Kakek sudah menerima kado itu, kok.” Kristian pun semakin bingung dengan ucapan kakek. Akhirnya kakek memeluk Kristian dan berkata, “Cucu Kakek ini menjadi hadiah yang paling indah dan terbaik. Kakek senang karena memiliki cucu yang jujur, baik, dan suka menolong.”

Sobat Junior, yuk, kita belajar seperti Kristian yang bisa menjadi anak yang jujur, baik, suka menolong. Bahkan Kristian menjadi hadiah terindah untuk kakek dan keluarganya. Kita juga mau belajar untuk menjadi hadiah terindah untuk Tuhan dan orang terdekat kita.

Card image
Truth Youth 29 Juli 2023 (English Version) - CHARGE YOUR SPIRIT!
2023-07-29 10:59:54


"I can do all things through him who strengthens me." (Philippians 4:13)

One thing we often forget as followers of God is that we cannot walk on our own. This sometimes happens without our realization. Suddenly, we become lazy in serving, lazy in prayer, and gradually lose our love for God. So, it's not surprising when we see our friends who used to be devoted to service and spirituality suddenly prefer to associate with the world. It doesn't happen overnight. It's the result of someone not seeking strength from God.

We may consider it a trivial matter, but our decline in the presence of God leads to destruction. Like a power bank, in order to be used as a source of strength for others, we cannot suddenly have power. We have to charge ourselves to God, who gives us strength. What do we charge? We charge ourselves with serenity to overcome various challenges and strength to withstand every trial that comes our way. As children of God, our focus should be to stay close to God and maximize our lives every day. Charge yourself with God in the morning, afternoon, and night until it brings forth new strength and blessings each time.

On the contrary, if we are consumed with ourselves, even if we serve in the church and engage in worship, we won't be accustomed to living with God. What helps us become strong individuals is not just the church liturgy but intimacy with God. So, let's charge our spirits! Don't be lazy to pray, read the Bible, and introspect yourself.

The closer we are to God, the better we understand His desires. Moreover, we also become more mature individuals in His presence. Amen.

WHAT TO DO:
1. Seek strength from God to face everything.
2. Don't be lazy to pray, read the Bible, and introspect yourself.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Psalms 141-150

Card image
Truth Youth 29 Juli 2023 - CHARGE YOUR SPIRIT!
2023-07-29 11:12:43


"Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13)

Satu hal yang sering kita lupakan dalam menjadi pengikut Tuhan adalah kita tidak mampu berjalan dengan kekuatan diri kita sendiri. Hal ini terkadang datang tanpa sepengetahuan diri kita. Tiba-tiba kita malas melayani, tiba-tiba malas berdoa, dan lama-lama jadi tidak mengasihi Tuhan. Maka, tidak wajar kalau kita memiliki teman yang tadinya pelayanan, tadinya rohani, kok tiba-tiba lebih memilih untuk bergaul dengan dunia. Itu bukan terjadi karena sekejap saja. Itu tabungan seseorang yang tidak mau meminta kekuatan dari Tuhan.

Kita berpikir ini adalah hal yang sepele. Padahal, kemunduran kita akan Tuhan menghasilkan kebinasaan. Ibarat powerbank, untuk digunakan dan menjadi kekuatan bagi orang lain, kita tidak bisa tiba-tiba memiliki daya. Kita harus charge kepada Tuhan yang memberikan kekuatan. Apa yang kita charge? Keteduhan dalam melewati banyak hal, kekuatan agar tidak mudah goyah dalam menghadapi setiap cobaan yang terjadi. Fokus kita sebagai anak Tuhan ke depan hanyalah diam di kaki Tuhan dan memaksimalkan diri dalam hari hidup kita. Charge diri kita pagi, siang, dan malam dengan Tuhan sampai menghasilkan kekuatan yang baru, bahkan berkat yang baru setiap waktu.

Namun, sebaliknya, kalau kita sibuk dengan diri sendiri, walaupun kita melayani di gereja, dan sering beribadah, maka tetap saja kita tidak terbiasa hidup bersama Tuhan. Yang membantu kita menjadi pribadi yang kuat bukan hanya liturgi gereja, tetapi keintiman dengan Tuhan. Yuk, charge spirit kita! Jangan malas untuk berdoa, baca Alkitab, dan introspeksi diri. Semakin dekat dengan Tuhan, semakin mengerti apa yang Tuhan inginkan. Lebih dari itu, kita juga semakin menjadi pribadi yang dewasa di hadapan-Nya. Amin.

WHA TO DO:
1. Meminta kekuatan dari Tuhan untuk menghadapi segala hal
2. Tidak malas untuk berdoa, baca Alkitab, dan introspeksi diri.

BIBLE MARATHON:
▪︎Mazmur 141-150

Card image
Renungan Pagi - 29 Juli 2023
2023-07-29 10:51:38


Tanpa pengorbanan, takkan dapat melihat janji-janji Tuhan digenapi dalam hidup kita; Tuhan sudah mengorbankan Diri-Nya untuk menebus, menang atas dosa dan maut, maka kita harus mengikuti teladan hidup-Nya, berani berkorban, menyalibkan daging dan hawa nafsu, agar dapat hidup dalam pimpinan Roh Kudus dan melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan.

Alkitab menyatakan; "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup juga dipimpin oleh Roh." Janganlah terus tinggal dalam dosa dan kesalahan, padahal tahu, Tuhan Yesus telah disalibkan untuk menebus hidup kita, supaya jangan lagi hidup menurut kedagingan.

Sadarilah, bahwa setiap kali mengikuti hawa nafsu kedagingan dan kembali jatuh dalam dosa, kita mengkhianati Tuhan dan menyalibkan DIA berkali-kali. Apakah hatimu tidak gelisah, jika engkau terus hidup dalam dosa?

Kalau demikian berarti engkau masih hidup dalam daging dan tidak memberi dirimu dipimpin oleh Roh Allah. Jika menyatakan diri sebagai milik Kristus, mari salibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
(Galatia 5:24-25)

Card image
Quote Of The Day - 29 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-29 10:49:02


Cinta kita kepada keluarga, orang tua, saudara, anak, dan sesama, haruslah merupakan ekspresi dari cinta yang Tuhan taruh di dalam diri kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 29 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-29 10:46:39


Kita harus merasa membutuhkan Tuhan, karena kesempatan mengenal Allah itu terbatas. Tuhan sendiri yang bicara, “Carilah Aku selama Aku berkenan ditemui.” Jadi, ada saat di mana Allah tidak dapat ditemui.

Card image
L O S S - 29 Juli 2023 (English Version)
2023-07-29 10:45:04


The Lord Jesus said in John 14:1-3, “Believe in Me. In My Father’s house are many mansions.” However, many Christians are not interested in those mansions. They do not understand that the wealth of the world is temporary. Moth and rust can destroy, and thieves can steal and break in. Ironically, they feel that the world’s treasures make them happy and more valuable than anything. Meanwhile, the wealth behind the blue sky is unclear and unconvincing, so they are not interested in what God has promised in the new heavens and earth. Many Christians do not grow in their belief in God, so they don’t want to do what He wants.

God wants us to live in holiness and sanctity, but for many reasons, people don’t want to live it. Many Christians say, “That is impossible. It is impossible. It’s heavy. Not now, just later. I can’t now. My situation forces me not to be able to live holy,” or whatever the reason is. So, our interests do not meet or connect with God’s interests. Especially young people. Maybe they feel it’s not time to talk about eternity or heaven. Moreover, if they hear the voice of the Devil who cunningly says, “It’s not time to talk about eternity, about heaven,” then they will delay living a holy life.

Delaying the holy life will be very detrimental because each age phase, one has to attain sainthood at certain levels. There is a kind of quota that must be met. So, by delaying, we cannot catch up in time, but many people take this for granted. Let’s catch up before our time is up. God wants to give His love; every day, He translates and expresses His love in gifts. However, if we replace every momentum God provides with something else, we will lose eternal blessings, whereas God gives His blessings without limits.

We must always ask, “What must I hear, Lord? What should I understand? What shall I do, Lord? Even then, the Father still asked, “Are you serious?” Sometimes what we say is different from what is in our hearts, and if we are honest, we are not serious, and there is an element of rhetorical prayer there. God’s guidance is His eternal blessing, and remember, we have limited opportunities to have Him, meaning to learn to know Him and understand His will for us to do. Our appreciation of how precious God is in our lives can make us understand that He is more than the breath and blood in our bodies.

It is a reality, meaning our feelings live it. If we come to this feeling, we can feel God’s goodness or love poured on us. Only then can we understand how valuable every truth we understand is and how precious God’s presence we experience when we pray. We must feel the need for God because the opportunity to know Him is limited. God Himself spoke, “Seek Me as long as I am willing to be found.” So, there is a time when God cannot be found. We must meet God while He still allows us to meet Him.

Maybe we have prayed for one hour, day, week, or two weeks as if God didn’t exist. Let us not be discouraged. Sit still, and keep on praying. So, if we say, “Our Father who art in heaven,” we are sure He immediately hears because He didn’t betray us, and He’s loyal. So don’t listen to the slander from our old self: “He doesn’t hear” or “It’s not the time. Just put it off later.” Satan has many reasons to make us stop praying, but we must keep on praying. He never refuses us but wants to see our seriousness because the standard for God is all heart, all soul, all mind, and all strength. He loves us and wants to pour out His love without limits and ceasing.

However, do we understand His love? Do we know Him? Do not let our interests are not the same as His interests. God cannot pour out His love if our interests differ. Busy people see physical bread, not spiritual bread. So, God reminded us, “Gather up treasure in heaven, not on earth.” The more we collect treasures in heaven, that is, live in holiness and sanctity, the more we move our hearts in the Kingdom of Heaven. But the problem is, do we put the Kingdom of Heaven first?

God’s eternal blessings are poured out on us depending on how much we love God. We are not worthy if we don’t love, respect, and fear God. We are imperfect, but we can burn our hearts to love God, and no one can stop us from loving Him. God must respond to our sincere heart, so don’t wait for us to be perfect, because as long as we genuinely want to love Him, He will respond, and do not be afraid because He is on our side.  

IF WE REPLACE EVERY MOMENTUM THAT GOD PROVIDES WITH SOMETHING ELSE, WE WILL LOSE ETERNAL BLESSINGS.

Card image
KEHILANGAN - 29 Juli 2023
2023-07-29 10:33:08


Tuhan Yesus berkata di Yohanes 14:1-3, “Percayalah pada-Ku. Di Rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal.” Namun, banyak orang Kristen yang tidak tertarik dengan rumah tinggal itu. Mereka tidak mengerti bahwa kekayaan dunia itu sementara. Ngengat dan karat bisa merusak, pencuri bisa mencuri dan membongkarnya. Ironisnya, mereka merasa bahwa harta dunia itu membahagiakan. Lebih bernilai dari apa pun. Sedangkan kekayaan di balik langit biru, tidak jelas, tidak meyakinkan, sehingga tidak tertarik dengan apa yang Allah janjikan di langit baru bumi baru. Banyak orang Kristen yang tidak bertumbuh dalam keyakinannya terhadap Allah, sehingga tidak mau menuruti apa yang Tuhan kehendaki.

Allah menghendaki kita hidup dalam kekudusan dan kesucian, tetapi dengan banyak alasan, orang tidak mau menjalaninya. Banyak orang Kristen berkata, “Hal itu tidak mungkin. Itu mustahil. Itu berat. Jangan sekarang, nanti saja. Saya tidak bisa. Situasiku memaksaku untuk tidak bisa hidup kudus,” atau apa pun alasannya. Maka, minat kita dengan minat Allah, tidak bertemu atau tersambung. Apalagi anak-anak muda. Mungkin mereka merasa belum waktunya bicara soal kekekalan, soal surga. Apalagi kalau mereka mendengar suara Iblis yang dengan licik mengatakan, “Belum waktunya bicara soal kekekalan, soal surga,” maka pasti mereka menunda hidup kudus.

*Padahal menunda hidup kudus itu akan sangat merugikan. Karena setiap fase usia, seseorang harus mencapai kesucian dalam tingkat-tingkat tertentu. Ada semacam kuota yang harus dipenuhi. Dengan menunda, maka pada waktunya kita tidak bisa mengejarnya. Banyak orang anggap sepele hal ini. Mari kita mengejar ketinggalan sebelum waktu kita usai, habis. Allah mau memberikan kasih-Nya dan setiap hari Allah menerjemahkan, mengekspresikan kasih-Nya dalam pemberian-pemberian. Namun, jika setiap momentum yang Allah sediakan, kita gantikan dengan hal lain, kita kehilangan berkat kekal. Padahal, Allah memberikan berkat-Nya tanpa batas.

Kita harus selalu bertanya, “Apa yang harus aku dengar, Tuhan? Apa yang harus aku pahami? Apa yang harus aku lakukan, Tuhan? Itu pun Bapa masih tanya, “Kamu serius?” Kadang-kadang yang kita ucapkan, tidak sama dengan hati ini. Kalau jujur, kita kurang serius sebenarnya. Ada basa-basi, ada unsur retorika doa di situ. Petunjuk Tuhan adalah berkat kekal-Nya. Ingat, kita punya kesempatan terbatas untuk memiliki Dia, artinya untuk belajar mengenal Dia, memahami kehendak-Nya untuk kita lakukan. Penghayatan betapa berharganya Allah dalam hidup kita, sampai kita bisa mengerti bahwa Dia lebih dari nafas dan darah di tubuh kita.

Hal itu sebuah realitas. Artinya, perasaan kita benar-benar menghayati hal itu. Jika kita sampai pada penghayatan ini, kita baru bisa merasakan kebaikan Tuhan atau kasih Tuhan yang dicurahkan kepada kita. Kita baru bisa mengerti betapa berharganya setiap kebenaran yang kita pahami, betapa berharganya hadirat Allah yang kita alami pada waktu kita berdoa. Kita harus merasa membutuhkan Tuhan, karena kesempatan mengenal Allah itu terbatas. Tuhan sendiri yang bicara, “Carilah Aku selama Aku berkenan ditemui.” Jadi, ada saat di mana Allah tidak dapat ditemui. Selagi Tuhan masih memberi kesempatan untuk ditemui, kita menemui Dia.

Mungkin kita pernah berdoa satu jam, satu hari, seminggu, dua minggu, seakan-akan Allah tidak ada. Jangan kita menjadi tawar hati. Duduk diam, terus berdoa. Jadi kalau kita berkata, “Bapa kami yang di surga,” kita yakin Dia langsung mendengar. Dia tidak berkhianat kepada kita. Dia setia. Jadi, jangan mendengar fitnah dari manusia lama kita: “Dia tidak mendengar” atau “Ini bukan waktunya. Tunda saja, nanti.” Setan itu banyak alasan membuat kita berhenti berdoa, tetapi kita berdoa terus. Dia tidak pernah menolak. Dia mau melihat keseriusan kita. Sebab standar untuk Allah adalah segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, segenap kekuatan. Dia mengasihi kita. Dia mau mencurahkan kasih-Nya tanpa batas dan tiada henti.

Namun, apakah kita mengerti kasih-Nya? Apakah kita mengenal Dia? Jangan kepentingan kita tidak sama dengan kepentingan-Nya. Kalau kepentingan kita berbeda, Allah tidak tahu bagaimana mencurahkan kasih-Nya. Orang sibuk melihat roti jasmani, tetapi tidak melihat roti rohani. Maka Tuhan ingatkan, “Kumpulkan harta di surga, bukan di bumi.” Semakin kita mengumpulkan harta di surga, yaitu hidup dalam kekudusan dan kesucian, semakin kita memindahkan hati di Kerajaan Surga. Tetapi masalahnya, apakah kita mendahulukan Kerajaan Surga?

Berkat kekal Allah tercurah bagi kita, tetapi tergantung seberapa kita mengasihi Tuhan. Kalau kita tidak mengasihi Allah, kita tidak menghormati Dia, kita tidak takut akan Dia, artinya kita tidak layak. Setiap kita belum sempurna, tetapi kita bisa membakar hati kita untuk mencintai Tuhan. Tidak ada orang yang bisa melarang kita untuk mencintai Tuhan. Hati yang tulus pasti akan direspons Tuhan. Jangan menunggu kita sempurna. Asal kita sungguh-sungguh mau mengasihi Tuhan, Tuhan merespons. Jangan takut, Dia di pihak kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JIKA SETIAP MOMENTUM YANG ALLAH SEDIAKAN, KITA GANTIKAN DENGAN HAL LAIN, KITA KEHILANGAN BERKAT KEKAL.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 29 Juli 2023
2023-07-29 10:26:36

Yesaya 54-58

Card image
Truth Kids 28 Juli 2023 - TIDAK MENYALAHKAN ORANG LAIN
2023-07-28 09:19:42


Mazmur 71:17
“Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib;”

Pagi itu Siska diantar ke sekolah oleh papanya. Sesampainya di sekolah, Siska melihat teman-temannya diantar menggunakan mobil-mobil yang bagus. Sedangkan Siska diantar dengan mobil yang sudah tua. “Wah… enak sekali teman-temanku diantar dengan mobil mewah, bagus sekali,” ujar Siska dalam hati. Tiba-tiba dari belakang, pundak Siska ditepuk oleh Rina temannya. Mereka saling menyapa dan bersama-sama berjalan menuju ke kelas.

Dalam perjalanan menuju ke kelas, Siska menyadari sesuatu. Walaupun ia tidak naik mobil mewah seperti teman-temannya, ia tetap bersyukur memiliki keluarga dan teman-teman yang menyayanginya. Ia tidak mau menyalahkan orang tuanya karena tidak memiliki mobil mewah. Siska bersyukur atas keadaannya saat ini, dan semua yang Tuhan berikan dalam hidupnya. Dalam hati Siska meminta maaf kepada Tuhan atas pikirannya yang salah.

Sobat Kids, kita harus mengucap syukur atas apapun yang Tuhan percayakan pada kita. Kita tidak boleh menyalahkan keluarga atau Tuhan jika kita tidak memiliki keadaan seperti yang kita mau. Segala hal yang kita miliki saat ini adalah berkat dari Tuhan.

Card image
Truth Junior 28 Juli 2023 - MENJADI ANAK YANG HEBAT
2023-07-28 09:18:03


Mazmur 71:17
“Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib;”

“Huhuhu… Aduh, sakit sekali kakiku,” kata Paul sambil menangis. Saat itu Paul baru belajar mengayuh sepeda, sehingga saat hendak belok, Paul terjatuh. Kemudian datanglah Emi bertanya. “Paul, kamu terjatuh, ya?” “Iya, Emi. Sakit sekali. Kakiku luka,” jawab Paul sambil menahan sakit. “Uhhh … Sabar, ya. Ini karena salah jalannya. Dasar jalan yang tidak bagus,” kemudian Emi menginjak-injak jalanannya. “Sudah, sudah. Jalannya sudah aku injak-injak. Biar saja, biar jalannya tahu rasa,” kata Emi lagi. “Emi, ini bukan salah jalannya, kok. Aku baru belajar mengayuh sepeda. Karena belum lancar, jadi aku terjatuh,” jelas Paul.

Sobat Junior, di dalam hidup ini pasti ada suka dan duka. Ada hal yang membuat kita senang, tetapi ada juga hal yang membuat sedih. Jujur saja, mungkin kita pernah seperti Paul, jika terjadi hal kurang baik, kita langsung menyalahkan kejadian tersebut. Mungkin saat mengalami kejadian yang membuat kita sedih, kita langsung menyalahkan orang lain, keadaan, dan lain-lain. Kita lupa kalau lewat kejadian yang membuat sedih, Tuhan juga mau mengajar kita untuk menjadi lebih baik supaya kita bisa belajar menjadi anak Tuhan yang kuat dan semangat menjalani kehidupan. Jadi, Sobat Junior, mari kita belajar untuk menerima kejadian yang tidak baik, karena Tuhan mau mengajar kita menjadi anak yang hebat.

Card image
Truth Youth 28 Juli 2023 (English Version) - SERVE UNTIL THE END
2023-07-28 09:14:33


"Do not be slothful in zeal, be fervent in spirit, serve the Lord." (Romans 12:11)

If we have ever served in a community or church, we will inevitably experience moments of weariness or encounter problems that make us consider ceasing our service to God. It is not uncommon for some servants of God in the church to say, "I think I need to take a break," or "I think God wants me to stop serving. This is no longer my place." There are various reasons that may arise for someone to stop serving.

The question is, how do we know the right time to stop serving in the church? The answer is only God knows, and we should not pretend to know better. If we decide to be servants of God, it means we cannot be casual about it. We shouldn't lose our enthusiasm at the slightest inconvenience or get offended easily and refuse to serve. Those are just superficial aspects of service visible to the eye. But in reality, our lives are meant to serve God. We are born on this earth to fulfill whatever God desires, whether it's in the church or in our daily lives. Serving God is paramount.

Therefore, serve until the end. What does that mean? It means giving our all, even our lives. We can only stop serving God when we have completed the task He has given us. However, as long as we are alive, whatever we do, whether in the church or outside of it, is an expression of our love for God. Don't let your zeal fade away. Let our serving spirit always burn for the glory of God. Don't let the devil find a place in our hearts and make us lazy in living for God.

WHAT TO DO:
1. Understand that life is a service to God.
2. Maintain the fire of intimacy with God to avoid becoming lazy in serving Him.

BIBLE MARATHON:
Psalms 134-140

Card image
Truth Youth 28 Juli 2023 - MELAYANI SAMPAI HABIS
2023-07-28 09:10:32


"Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11)

Kalau kita pernah atau sedang melayani dalam sebuah komunitas ataupun gereja, kita pasti akan mengalami masa-masa kejenuhan atau terdapat masalah yang membuat kita berhenti melayani Tuhan. Tidak jarang beberapa pelayan Tuhan di gereja berkata, “Kayaknya aku harus istirahat dulu,” “Kayaknya Tuhan mau aku berhenti melayani. Ini sudah bukan tempat aku lagi.” Masih ada berbagai alasan yang muncul untuk seseorang berhenti melayani.

Pertanyaannya, bagaimana kita mengetahui waktu yang tepat untuk berhenti dalam pelayanan gerejawi? Jawabannya adalah hanya Tuhan yang tahu, dan kita tidak boleh sok tahu. Kalau kita mengambil keputusan untuk menjadi pelayan Tuhan, berarti kita tidak boleh sembarangan. Dikit-dikit tidak mood, langsung tidak mau pelayanan. Tersinggung sedikit, tidak mau pelayanan. Itu baru perkara pelayanan yang dilihat oleh mata. Namun nyatanya, hidup kita ini adalah untuk melayani Tuhan. Kita lahir di muka bumi ini hanya untuk memenuhi apa pun yang Tuhan inginkan. Mau di gereja ataupun dalam kehidupan sehari-hari, melayani Tuhan adalah yang terutama.

Oleh sebab itu, melayanilah sampai habis. Apa yang habis? Nyawa kita. Kita baru bisa berhenti melayani Tuhan ketika kita sudah menyelesaikan tugas yang Dia berikan. Namun, kalau sekarang kita masih hidup, maka apa pun yang kita lakukan, baik di gereja ataupun di luar gereja, itu semua bentuk kita mengasihi Tuhan. Jangan sampai kendur. Biarlah jiwa melayani kita selalu menyala untuk kemuliaan nama Tuhan. Jangan biarkan Iblis bersandar dalam hati kita dan membuat kita malas untuk hidup bagi Tuhan.

WHAT TO DO:
1. Mengerti bahwa hidup adalah pelayanan bagi Tuhan
2. Menjaga api kita dengan keintiman agar tidak malas melayani Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎Mazmur 134-140

Card image
Renungan Pagi - 28 Juli 2023
2023-07-28 09:07:11


Alkitab berkata ; "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu IA tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai IA akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya."

Namun seringkali pencobaan itu terjadi karena kita tidak dapat menguasai diri, karena punya ambisi-ambisi pribadi, memiliki keinginan memuaskan hawa nafsu dan lebih mementingkan kesenangan untuk diri sendiri, yang akhirnya membuat semakin jauh dengan Tuhan.

Kita tidak melihat jalan keluar yang Tuhan sediakan, karena tidak mau datang berdoa dan bersyukur kepada Tuhan, merasa berdoa hanyalah buang waktu, malas berdialog dengan Tuhan, karena tidak suka membaca Alkitab. Merasa tahu semuanya, kita bisa karena kemampuan dan kepandaian sendiri dan akhirnya memang hanya hidup untuk diri sendiri, memuaskan diri sendiri.

Tuhan menginginkan agar kita selalu memiliki waktu bercakap-cakap dengan DIA, berdoa, baca Alkitab, saat teduh dan intim dengan Tuhan, tetapi setelah berdoa, kita harus sadar, berjaga-jaga, waspada dan menjaga diri dari berbagai godaan iblis yang senang mencobai kehidupan.

Karena itu sangat penting kita memiliki hubungan yang semakin dekat dengan Tuhan, jika ada dosa yang merintangi kedekatan dengan Tuhan, datanglah dengan pengakuan dan mohon pengampunan.

Dengan berkata, "Benar Tuhan, saya tidak bisa jaga diri, saya terlalu berambisi, saya selalu jatuh dengan hawa nafsu yang menuntut dipuaskan, saya terlalu menghalalkan segala cara, ampuni saya Bapa dan Roh Kudus pimpinlah jalan saya." Dengan memohon pengampunan, maka kita sedang menyatakan kerelaan untuk diperbaiki oleh Tuhan.
(1 Korintus 10:13)

Card image
Quote Of The Day - 28 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-28 09:00:03


Kalau ada hubungan dengan seseorang atau sesuatu dalam hidup kita yang lebih eksklusif dari hubungan kita dengan Tuhan, itu berarti ketidaksetiaan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 28 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-28 08:58:09


Tidak ada yang Allah ingini, yang mendatangkan celaka, rugi, dan menyakitkan. Namun, tidak dapat disangkal, kadang-kadang Allah mengizinkan hal yang menyakitkan terjadi untuk sementara, tetapi kenikmatannya untuk kekekalan.

Card image
SERVE UNTIL THE END - 28 Juli 2023
2023-07-28 08:56:15


"Do not be slothful in zeal, be fervent in spirit, serve the Lord." (Romans 12:11)

If we have ever served in a community or church, we will inevitably experience moments of weariness or encounter problems that make us consider ceasing our service to God. It is not uncommon for some servants of God in the church to say, "I think I need to take a break," or "I think God wants me to stop serving. This is no longer my place." There are various reasons that may arise for someone to stop serving.

The question is, how do we know the right time to stop serving in the church? The answer is only God knows, and we should not pretend to know better. If we decide to be servants of God, it means we cannot be casual about it. We shouldn't lose our enthusiasm at the slightest inconvenience or get offended easily and refuse to serve. Those are just superficial aspects of service visible to the eye. But in reality, our lives are meant to serve God. We are born on this earth to fulfill whatever God desires, whether it's in the church or in our daily lives. Serving God is paramount.

Therefore, serve until the end. What does that mean? It means giving our all, even our lives. We can only stop serving God when we have completed the task He has given us. However, as long as we are alive, whatever we do, whether in the church or outside of it, is an expression of our love for God. Don't let your zeal fade away. Let our serving spirit always burn for the glory of God. Don't let the devil find a place in our hearts and make us lazy in living for God.

WHAT TO DO:
1. Understand that life is a service to God.
2. Maintain the fire of intimacy with God to avoid becoming lazy in serving Him.

BIBLE MARATHON:
Psalms 134-140
July 28, 2023

Card image
MENIKMATI KASIH ALLAH - 28 Juli 2023
2023-07-28 09:15:44


Tentu semua kita sudah sangat hafal dengan pernyataan bahwa Allah itu kasih (1 Yoh. 4:8). Namun, pernahkah kita merenungkan bagaimana Allah menunjukkan dan melimpahkan kasih-Nya kepada kita setiap hari? Allah menginginkan kita menikmati kasih-Nya secara limpah, tetapi berapa banyak kita yang sungguh-sungguh menghayati dan mengalami kasih Allah itu? Ironis sekali, jika kita berkata “Allah itu kasih,” tetapi kita tidak menikmati limpah kasih-Nya. Bahkan tidak jarang di antara kita yang merasa ada tembok yang memisahkan dirinya dengan Allah. Kita memang bisa mengatakan bahwa Allah itu kasih dan menunjukkan kasih-Nya dengan memberikan Putra Tunggal-Nya, seakan-akan kasih Tuhan itu seperti sebuah titik. Padahal, Allah itu hidup, hadir menyertai kita, bersama kita. Kasih Allah bukan seperti satu titik, tetapi seperti garis panjang.

*Allah Bapa menginginkan kita menikmati kasih-Nya yang terus mengalir dengan limpah setiap hari.* Contoh sederhana yang kita pasti bisa mengerti dan alami dan rasakan: kasih orangtua terhadap anak. Sebagai orangtua, kita ingin mewujudkan, menerjemahkan kasih kita kepada anak dalam bentuk menyiapkan makanan, membelikan barang, dan tiada henti. Bukan seperti titik, tetapi seperti garis panjang. Sebagai anak, kita mengerti dan mengalami bagaimana orangtua melimpahkan kasihnya kepada kita.

Betapa jahat Iblis yang merusak gambar Allah di dalam pikiran manusia. Hal itu berhasil dilakukan atas banyak orang. Gambar Allah yang salah di dalam pikiran kita bisa disebabkan oleh banyak faktor. Mungkin karena sejak kecil kita tidak pernah merasakan kasih orangtua. Kalau yang punya Ayah dan merasakan kasih Ayah, dia bisa memiliki gambar diri Ayah. Waktu kita disakiti orang di sekolah, Ayah datang melabrak anak yang menyakiti kita. Kita punya gambar diri Ayah. Namun, ada orang yang tidak memiliki gambar diri orangtua. Ayah yang berkhianat, yang meninggalkan anak, yang memukul Ibu di depan anak.

Jadi, sejujurnya, banyak orang Kristen yang tidak memiliki gambar Allah yang benar di benaknya. Mereka mengatakan, “Allah itu baik,” tetapi mereka sebenarnya tidak bisa menghayati kebaikan Allah itu. Apalagi mereka yang didera masalah. Dari waktu ke waktu mereka sudah berdoa, juga minta didoakan pendeta, tetapi mereka tidak melihat jalan keluar. Apalagi peristiwa-peristiwa yang menyakitkan. Anak yang mereka kasihi meninggal dunia, atau orang yang mereka kasihi meninggal dunia. Mereka bisa marah terhadap Tuhan. Bahkan mungkin juga dendam. Hanya tidak berani menyatakan itu di dalam perkataan, tetapi dendam. “Mengapa, Tuhan? Mengapa?” Jadi kalau ke gereja, orang menyanyi “Allah baik,” mungkin dia ikut menyanyi, tetapi ada kemarahan di dalam hatinya. Lalu, bisa terjadi konflik batin antara apa yang didengar dan diucapkan, berbeda dengan apa yang dia rasakan.

Allah itu seperti Bapa yang mengasihi kita tiada batas dan tiada henti. Bukan hanya memberikan Putra Tunggal-Nya di kayu salib untuk menebus dosa kita, melainkan apa pun Dia bisa berikan. Alkitab menulis kalau Anak-Nya Yang Tunggal dianugerahkan, maka apalah artinya yang lain? Pasti Bapa bisa berikan. Kasih Allah bukan seperti titik, tetapi garis panjang. Nanti makin dewasa rohani, kita akan semakin tidak memiliki kecurigaan terhadap Allah. Sama sekali tidak ada kecurigaan, karena Allah memang tidak patut dicurigai. Allah bukan hanya baik, melainkan sangat baik.

Lalu, mengapa orang tidak dapat menikmati kasih Allah? Karena ia tidak mengenal Allah, sehingga ia tidak bisa memahami karakter, sifat, kehendak, dan rencana Allah. Sebagaimana seorang anak yang tidak bertumbuh dewasa dalam karakter, dia tidak akan pernah bisa memahami orangtua. Ketika dewasa dia mengonsumsi narkoba. Apa yang orangtua mau beri, anak tidak suka, karena selera anak dan orangtua tidak sama. Tahukah kita, apa yang Allah ingini? Yang Allah ingini di dalam hidup kita itu keselamatan kekal. Allah tentu tertarik melindungi ekonomi kita, kesehatan kita, keluarga kita, tetapi Allah lebih tertarik menyelamatkan hidup kekal kita.

Tidak ada yang Allah ingini yang mendatangkan celaka, rugi, dan menyakitkan. Namun, tidak dapat disangkal, kadang-kadang Allah mengizinkan hal yang menyakitkan terjadi untuk sementara, tetapi kenikmatannya untuk kekekalan. Maka, kita harus mengenal Allah dengan benar. Allah mengingini kesucian dalam hidup kita, lebih dari sukses karier, sukses studi, atau keberhasilan apa pun dalam hidup. Allah menghendaki kehidupan kekal kita indah. Tuhan berkata, “Kalau kamu tahu keindahan kekekalan yang bisa kamu nikmati, kamu rela kehilangan apa pun sekarang.” Namun masalahnya, banyak orang tidak percaya Tuhan. Bagaimana dengan kita?

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ALLAH BAPA MENGINGINKAN KITA MENIKMATI KASIH-NYA YANG TERUS MENGALIR DENGAN LIMPAH SETIAP HARI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 Juli 2023
2023-07-28 08:50:02

Yesaya 49-53

Card image
Truth Kids 27 Juli 2023 - MENGUCAP SYUKUR
2023-07-27 09:54:38


Kolose 3:16
“Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.”

Keluarga Doni sedang makan malam di luar. Tiba-tiba ada seorang anak kecil yang mengamen di dekat meja makan Doni. Doni kaget melihat tangan anak kecil itu hanya satu. Suara anak itu merdu. Mama mengeluarkan uang untuk Doni berikan ke anak itu. Muka anak kecil itu sangat gembira saat Doni memberikan uang.

“Ma, kenapa mama kasih banyak uang ke anak itu? Di mana mamanya?” tanya Doni kebingungan. “Mama memberikan uang itu karena Mama menghargai usaha anak itu. Walaupun anak itu secara fisik tidak lengkap, tapi ia tidak menggunakan kekurangannya untuk meminta-minta. Sebaliknya, meskipun dalam kekurangan, anak itu tetap berusaha dan bekerja. Doni harus mengucap syukur, diberikan anggota tubuh yang lengkap. Kamu harus menggunakan tangan, kaki, dan anggota tubuh yang lainnya dengan baik. Jangan menjadi anak yang malas,” jelas mama kepada Doni.

Sobat Kids, jadilah anak yang selalu mengucap syukur dalam segala hal. Tidak suka mengeluh dan tidak mudah menyerah. Mengucap syukur dalam segala hal, baik keadaan yang senang atau susah, karena itu yang dikehendaki Tuhan.

Card image
Truth Junior 27 Juli 2023 - PERCAYA
2023-07-27 09:43:05


Kolose 3:16
“Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.”

Diah tersenyum saat mengingat masa kecilnya. Dulu saat Diah kecil, orangtuanya tidak dapat membelikan barang-barang yang bagus. Mereka pun jarang makan di restoran karena keuangan keluarga mereka sangat terbatas. Diah hanya dapat menghirup harumnya aroma masakan dari restoran yang ia lewati bersama mamanya. Kedua orangtuanya lebih memilih menggunakan uang untuk menyekolahkan Diah di sekolah terbaik. Orangtua Diah mengajarkannya untuk tetap mengucap syukur dengan keadaan keluarga mereka. Diah diajarkan untuk belajar dan berdoa; berusaha yang terbaik dan bertanggung jawab.

Sekarang Diah telah menjadi dewasa. Ia sudah bekerja dan memiliki posisi tinggi di kantornya. Penghasilannya dia gunakan untuk menyenangkan kedua orangtuanya yang sudah mendidiknya sejak kecil. Dulu ia tidak mengerti semua didikan dan teguran orangtuanya. Sekarang setelah dewasa, ia baru dapat memahami semua yang dilakukan orangtuanya.

Sobat Junior, seorang anak yang ingin menjadi hadiah terbaik, mudah mengucap syukur atas segala hal yang terjadi. Meskipun kelihatannya bukan berkat, tetaplah bersyukur. Percayalah hidup kalian ada dalam tangan Tuhan. Selama kalian bertanggung jawab dan mengikuti perintah Tuhan, pasti Tuhan pelihara.

Card image
Truth Youth 27 Juli 2023 (English Version) - THE SHIELD OF THE LORD
2023-07-27 09:41:28


"The LORD is my strength and my shield; my heart trusts in him, and he helps me. My heart leaps for joy, and with my song I praise him." (Psalm 28:7)

For three days, we have learned about worshiping, praying, and praising God. We have learned to worship and praise God in every step of our lives, in our speech, actions, and daily routines. We have also been taught to build a relationship with God, to praise Him, even when we have to go through problems and difficulties that God allows to refine us.

By praying, praising, and worshiping God, we are actually placing ourselves under the shield of the Lord. What does it mean to bring ourselves under the shield of the Lord? There are several things we can learn from bringing ourselves under the shield of the Lord.

Bringing ourselves under the shield of the Lord means depending on and surrendering ourselves to be under God's protection. Our world is becoming more wicked, and we cannot face the influence of this wicked world with our own strength. Remember, God is our source of strength, and we should depend on Him, who will surely give us strength in our journey of life. Praying, worshiping, and praising God are our steps to build a relationship with Him, who is our source of strength and protection.

Bringing ourselves under the shield of the Lord also means leaving our old lives behind. We must leave behind our sins and actions that hurt God's heart. If we continue to live in sin, we make ourselves unworthy of God's protection. Therefore, we must cast off our sins, which make us unworthy in the presence of God.

WHAT TO DO:
Engage in activities that build our spiritual life, such as praying, reading the Bible, and participating in spiritual communities, because these activities will fortify our spirituality.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Psalms 120-133

Card image
Truth Youth 27 Juli 2023 - PERISAI TUHAN
2023-07-27 10:00:18


"TUHAN adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada-Nya." (Maz. 28:7)

Selama tiga hari, kita sudah belajar mengenai menyembah, berdoa, dan memuji Tuhan. Kita belajar untuk menyembah dan memuji Tuhan dalam setiap langkah hidup kita, dalam ucapan kita, perbuatan kita, dan keseharian kita. Kita juga diajarkan untuk membangun hubungan dengan Tuhan, memuji Tuhan, meskipun kita harus melewati masalah dan kesulitan hidup, yang sebenarnya Tuhan izinkan untuk memproses kita menjadi lebih baik.

Dengan kita berdoa, memuji, dan menyembah Tuhan, sebenarnya kita sedang membawa diri kita untuk berada di dalam perisai Tuhan. Apa maksudnya kita membawa diri di dalam perisai Tuhan? Ada beberapa hal yang kita bisa pelajari dari membawa diri ke dalam perisai Tuhan.

Membawa diri kita ke dalam perisai Tuhan berarti kita menggantungkan diri kita, menyerahkan diri kita untuk berada dalam lindungan Tuhan. Dunia kita semakin jahat, kita tidak mungkin bisa menghadapi pengaruh dunia yang sangat jahat ini dengan kekuatan sendiri. Ingat, Tuhan adalah sumber kekuatan kita, sudah seharusnya kita bergantung kepada Tuhan, yang pasti memberikan kita kekuatan di dalam langkah hidup kita. Berdoa, menyembah, dan memuji Tuhan merupakan langkah kita untuk membangun hubungan dengan Tuhan, yang merupakan sumber kekuatan dan perlindungan kita.

Membawa diri ke dalam perisai Tuhan, berarti kita juga harus meninggalkan kehidupan kita yang lama. Kita harus meninggalkan dosa-dosa kita, perbuatan-perbuatan kita yang melukai hati Tuhan. Kalau kita masih terus hidup di dalam dosa, maka kita menjadikan diri kita tidak layak untuk dilindungi oleh Tuhan. Untuk itu, kita harus menanggalkan dosa-dosa kita, yang membuat kita tidak layak di hadapan Tuhan.

WHAT TO DO:
Lakukanlah kegiatan-kegiatan yang membangun rohani kita, seperti berdoa, membaca Alkitab, dan ikut dalam komunitas rohani, karena kegiatan-kegiatan tersebut akan membentengi kerohanian kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎Mazmur 120-133

Card image
Renungan Pagi - 27 Juli 2023
2023-07-27 10:01:14


Jika kita selalu memperingati peristiwa kenaikan Yesus Kristus setiap tahun, maka seharusnya memahami benar dengan keyakinan dalam hati, yaitu bahwa keselamatan dan kehidupan disorga adalah kepastian, sebab Yesus sudah mati untuk menebus kita dari cara hidup yang sia-sia dan dari perhambaan dosa. Dan Yesus juga telah bangkit dari kematian, mengalahkan maut, serta naik kesorga untuk menyediakan tempat bagi kita.

Kita yang telah menerima Anugerah-Nya, memiliki tanggung jawab untuk mengerjakan keselamatan dengan hidup takut akan Tuhan dan melakukan kehendak Bapa, agar tidak sia-sia pengorbanan Kristus di kayu salib dan kita dilayakkan untuk masuk dalam kemuliaan bersama dengan Yesus, saat DIA datang kembali menjemput kita.

Ingatlah, Tuhan Yesus berkata: "Akulah jalan, dan kebenaran, dan hidup, tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada."
(Yohanes 14:3,6)

Card image
Quote Of The Day - 27 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-27 09:22:26


Ketika mata Tuhan mencari orang yang takut akan Tuhan, apakah Tuhan mendapati kita?

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-27 09:21:05


Apa pun yang terjadi, kita harus menemukan Tuhan, sehingga masalah-masalah yang kita hadapi tidak menjadi masalah asal kita menemukan Tuhan.

Card image
OUR WHOLE BEING - 27 Juli 2023 (English Version)
2023-07-27 09:19:17


Nobody wants to buy a worthless item, even though the price is low or freely given. But the problem is that God or spiritual matters are often treated like that, proven by often treating Him improperly. We must be responsible for working and caring for the household as well as possible and the rest for spiritual activities. We should care for our household and business, and that’s all for God, and we can do this through the process. This may be difficult to understand for new Christians, but later they will know that God is their only passion. We have to change, and we are the ones who change ourselves.

In the past, we used to wait for God’s visit. God has prepared His visit, but we do not accept the visit. We usually look forward to good days, though every day is good. What makes the day good or not depends on us. We have to make a decision. We don’t change because we don’t have the intention or determination. We don’t set our hearts on fire, so we have to set ourselves on fire. If we are serious, we seek God whenever the time is available though it doesn’t make us easy to become spiritual or find God because He is not cheap.

He is the Elohim Yahweh, the God of Israel, who delivered the Israelites from Egypt. He once parted the Red Sea, tore down the walls of Jericho, and He is the same God we worship. So, God’s price is all our heart, soul, mind, and strength. Everyone should and surely be able to find all of it. The Holy Spirit must lead. We will regret it very much later when we see the glory of God, how noble and glorious He is. If now we give a minimal portion for Him, then how sorry we are. We are grateful to hear warnings like today because this will stimulate us. However, we won’t be able to if we don’t set ourselves on fire and don’t inflame our spirits.

God said, “Love the Lord your God…” meaning that we have to make ourselves love Him. “… with all your heart, all your soul, all your mind, and all your strength.” However, many people think God is cheap, so they give away a minimal portion. In fact, “our whole being” is the price we must pay to reach God. When we go through life and solve our problems, it is often as if God is not present there. That will make us try to fill our day by not directing it to God, especially in dealing with problems that are easy to solve. Sometimes we are so tired that God seems to let those who betray us win. We also feel as if God is not defending us. There, we should learn to trust God, not suspect Him, and keep directing ourselves to Him.

Many people are confused, unable to answer, “Why does God seem to have died for me? God is so real and alive for others but not for me.” Maybe some of us also feel that way. Even though we try to serve God as sincerely as possible, sacrifice everything, and defeat our interests, sometimes we feel like God is not defending us. Though we are silent, there is some anger; honestly, there’s a hint of anger, and only later do we understand God teaches us to be faithful, and in such a situation, we must still trust God.

If we want to reach God, it seems too high, and we will not reach it. Then Satan cunningly whispered, “What are the benefits of being close to God? How much does God mean to you?” However, today we say, “God is everything.” Achieve the purpose of salvation, to be in the same image and likeness of God, perfect like the Father, divine in nature, and becoming pleasing children of God is success above all success.

He is All-Wise, beyond what we think, and He’s loyal. He gives us comfort, and we will see the glory of God revealed until we experience how He is sufficient for all ministry needs beyond what we think. So, let’s not suspect God or don’t wholeheartedly love Him. What we are doing now is that no matter what happens, we must find God so that the problems we face are not a problem as long as we find God. Whatever the problems in our lives, Elohim Yahweh is with us if we persevere with Him. We will not be ashamed and can prove and experience that God lives!  

“OUR WHOLE BEING” IS THE PRICE WE MUST PAY TO REACH GOD.

Card image
SEGENAPNYA KITA - 27 Juli 2023
2023-07-27 09:12:27


Jika suatu barang dipandang tidak bernilai, maka tidak usah mahal, murah pun tidak dibeli. Tidak usah murah, diberi gratis pun tidak diterima. Namun masalahnya, Tuhan atau perkara rohani pun sering diperlakukan seperti itu. Buktinya? Kita sering memperlakukan Tuhan secara tidak patut. Bisnis segiat-giatnya, kerja sekeras-kerasnya, harus. Mengurus rumah tangga, harus. Namun selebihnya, semua untuk kegiatan rohani. Bahkan, mestinya rumah tangga dan bisnis kita urus, itu pun semua untuk Tuhan. Bagaimana itu bisa? Lewat penggarapan. Bagi orang Kristen yang masih baru, sulit mengerti hal ini, tetapi nanti mereka akan tahu bahwa Tuhan itu gairah hidupnya. Jadi, dunia kita satu-satunya itu Tuhan. Kita harus berubah dan yang mengubah diri kita itu, kita sendiri.

Kalau dulu kita menanti lawatan Tuhan. Sejatinya, Tuhan sudah menyediakan lawatan-Nya. Kita yang tidak menerima lawatan itu. Kita menanti hari baik, padahal setiap hari adalah hari baik. Yang menjadikan hari tersebut baik atau tidak, tergantung kita. Kita harus mengambil keputusan. Kita tidak berubah karena kita tidak memiliki niat, tekad. Kita tidak membuat hati kita membara. Kita yang harus membuat diri kita membara. Kalau kita serius, maka pagi, siang, sore atau malam, seberapa banyak waktu yang tersedia, kita mencari Tuhan. Itu pun tidak membuat kita dengan mudah menjadi rohani atau mudah menemukan Tuhan. Tuhan itu tidak murahan.

Dia Elohim Yahweh, Allah Israel, yang benar-benar pernah membebaskan bangsa Israel dari Mesir. Dia benar-benar pernah membelah Laut Kolsom. Dia merobohkan tembok Yerikho. Dia Allah yang sama yang kita sembah. Jadi, harganya Tuhan itu segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan segenap kekuatan kita. Setiap orang harus dan pasti bisa menemukan segenapnya itu. Roh Kudus pasti memimpin. Kita akan sangat menyesal nanti kalau kita melihat kemuliaan Allah, betapa agungnya, betapa mulia-Nya Tuhan. Jika sekarang kita memberikan porsi yang sangat terbatas untuk Dia, maka betapa menyesalnya kita. Bersyukur kita mendengar peringatan-peringatan seperti hari ini, karena ini akan menstimulasi kita. Namun, kalau kita tidak membuat diri kita membara, tidak mengobarkan semangat, tidak akan bisa.

Tuhan berkata, “Kasihilah Tuhan Allahmu …” berarti kita yang harus membuat diri kita mengasihi Tuhan. “…dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan segenap kekuatan.” Jadi, ini masalahnya: banyak orang menganggap Tuhan itu murah, sehingga mereka memberikan porsi yang sangat terbatas. *Padahal, “segenapnya kita” adalah harga yang harus kita bayar untuk mencapai Allah.* Jadi, ketika kita menjalani hidup, kita menyelesaikan masalah-masalah yang kita harus hadapi, di situ sering seakan-akan Tuhan tidak hadir. Hal itu yang akan membuat kita mencoba untuk mengisi hari kita dengan tidak menujukannya bagi Tuhan. Apalagi dalam menghadapi masalah-masalah yang tidak mudah kita urai. Kadang-kadang kita sudah begitu lelah dan Tuhan seperti membiarkan orang yang mengkhianati kita malah menang. Kita juga merasa seakan-akan tidak dibela Tuhan. Sejatinya, di situ kita belajar memercayai Allah, tidak mencurigai Dia, dan tetap mengarahkan diri kita kepada Tuhan.

Banyak orang bingung, tidak bisa menjawab, “Mengapa Tuhan seakan-akan mati untukku? Tuhan begitu nyata dan hidup untuk orang lain, tetapi untukku mati.” Mungkin ada di antara kita yang merasakan seperti itu. Walaupun kita berusaha semurni-murninya melayani Tuhan, setulus-tulusnya, berkorban segalanya, mengalahkan kepentingan sendiri, tetapi kadang-kadang kita merasa Tuhan seperti tidak membela. Kita diam, tetapi ada sedikit kemarahan. Tidak jujur, memang, tetapi ada sedikit kemarahan. Baru di kemudian hari kita mengerti, Tuhan mengajari kita untuk setia. Dalam situasi seperti itu, kita harus tetap percaya Tuhan.

Kalau kita mau mencapai Tuhan, rasanya sudah terlalu tinggi, tidak akan sampai. Lalu dengan liciknya Iblis berbisik, “Apa sih untungnya dekat Tuhan? Seberapa sih, berartinya Tuhan untukmu?” Namun, hari ini kita katakan, “Tuhan itu segalanya.” Mencapai maksud keselamatan; segambar dan serupa dengan Allah, sempurna seperti Bapa, berkodrat ilahi, menjadi anak-anak Allah yang berkenan, itu sukses di atas segala sukses. Itu keberhasilan di atas segala keberhasilan.

Dia Maha Bijaksana, melampaui yang dapat kita pikirkan. Dia setia. Dia memberi kita penghiburan dan kita akan melihat kemuliaan Allah dinyatakan. Sampai kita mengalami bagaimana Tuhan mencukupi semua kebutuhan pelayanan di luar yang kita pikirkan. Maka, jangan kita mencurigai Tuhan, lalu kita tidak segenap hati mencintai Dia. Yang kita lakukan sekarang adalah apa pun yang terjadi, kita harus menemukan Tuhan, sehingga masalah-masalah yang kita hadapi, tidak menjadi masalah, asal kita menemukan Tuhan. Apa pun persoalan hidup kita, kalau kita bertekun dengan Tuhan, Elohim Yahweh menyertai kita. Kita tidak akan dipermalukan, dan dapat membuktikan dan mengalami bahwa Allah itu hidup!

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

“SEGENAPNYA KITA” ADALAH HARGA YANG HARUS KITA BAYAR UNTUK MENCAPAI ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 Juli 2023
2023-07-27 09:08:12

2 Raja-raja 19
Mazmur 46, 80, 135

Card image
Truth Kids 26 Juli 2023 - TIDAK MEMAKSA
2023-07-26 09:11:12


Amsal 4:7
“Permulaan hikmat ialah: perolehlah hikmat dan dengan segala yang kauperoleh perolehlah pengertian.”

Pagi itu, Vira pergi ke pasar bersama mama untuk membeli kue dan keperluan makan malam. Keluarga Vira akan merayakan ulang tahun mama hari ini. Di pasar, Vira membantu mama membawakan beberapa kantong belanja. Selesai belanja, Vira melewati toko mainan. Ia melihat boneka kesukaannya. Dengan spontan Vira berhenti sejenak dan memanggil mamanya untuk membelikan boneka kesukaannya. “Yah… uang di dompet mama sudah tidak cukup untuk membeli boneka itu. Nanti saja saat kita ke pasar lagi, baru kita beli boneka itu, ya, Vir,” jawab mama. Sebenarnya hati Vira kecewa, tetapi ia tidak menangis atau merengek. Ia tidak memaksakan keinginannya.

Di malam hari, saat acara makan malam Vira bertanya kepada mamanya, “Mama mau hadiah apa dari Vira?" Dengan senyuman yang lembut mama menjawab, “Vira, kamu sudah memberikan hadiah yang terbaik tadi pagi. Saat Vira menjadi anak yang taat di pasar. Vira sudah membantu mama, kamu lebih memilih dengerin kata Mama dan tidak memaksakan kehendak Vira. Terima kasih buat hadiah terbaiknya, ya," jawab mama sambil memeluk Vira.

Sobat Kids seperti cerita Vira di atas, Tuhan juga ingin kita memberikan hadiah terbaik. Caranya dengan tidak memaksakan kehendak kita. Kita mau belajar menjadi anak yang taat dan dengar-dengaran kepada Tuhan.

Card image
Truth Junior 26 Juli 2023 - MASUK PERANGKAP
2023-07-26 09:08:23


Amsal 4:7
“Permulaan hikmat ialah: perolehlah hikmat dan dengan segala yang kauperoleh perolehlah pengertian.”

“Yah… masa video yang aku posting, baru dapat sedikit likes. Ma, ayo dong, minta teman-teman Mama untuk nonton video aku dan kasih likes. Jangan lupa follow akun aku. Temanku sudah dapat banyak likes dan followers. Nanti aku kalah deh, sama Intan,” ujar Andin kepada mamanya.

“Andin, kehebatan seseorang tidak ditentukan oleh banyaknya likes dan followers di akun sosmed. Tidak sedikit orang yang membeli likes dan followers agar dianggap terkenal. Itu tidak benar. Jika kamu ingin menjadi hebat, banyak cara lain yang kamu bisa lakukan. Kamu bisa ikut perlombaan. Kan, kamu suka menggambar, lebih baik kamu latih bakat gambar kamu. Nanti kalau ada lomba, kita bisa ikut,” jelas mama kepada Andin.

Sobat Junior, gadget dapat memberikan pengaruh negatif jika tidak dipergunakan dengan benar. Kalian perlu diskusi dengan orang tua mengenai penggunaan gadget. Jika kalian sudah diberikan gadget sendiri oleh orang tua, kalian harus bertanggung jawab saat menggunakannya. Bagi Sobat Junior yang belum memiliki gadget, kalian tidak perlu memaksa untuk diberikan. Kalian harus mengerti bahaya yang dapat ditimbulkan dari gadget. Jangan sampai kalian masuk dalam perangkap gadget dan tidak bisa lepas darinya. Hati-hati, ya, Sobat Junior. Mintalah pengertian agar kalian dapat mengerti yang benar sesuai dengan kehendak Tuhan.

Card image
Truth Youth 26 Juli 2023 (English Version) - SONGS OF LIFE
2023-07-26 09:01:53


"My mouth is filled with your praise, declaring your splendor all day long." (Psalm 71:8)

Yesterday, we learned about prayer, and two days ago, we learned about worship. Today, we will learn how to praise God in every step of our lives.

Psalm 71:8, the verse that is our reflection for today, teaches us several things. First, this verse teaches us to fill our mouths with praise. What does it mean? It means we should use our mouths to reflect our gratitude and recognition of God's power and grace in our lives. Do not use our mouths for useless things like gossiping or speaking harshly, as all these things hurt God's heart.

Second, we are taught to praise God not only in good times but also in the midst of difficulties and life's challenges. When we face difficulties, we can praise God because He is our refuge and comfort. When we feel overwhelmed, we can praise God because He is the source of our strength and hope.

Third, we are taught that praise and glory to God are not limited to worship times alone but should be a part of our daily lives. Every word and action should reflect our honor and devotion to Him. Our daily behavior, our daily words, our posts on social media, all of them are our praise to God. If we act recklessly, speak without restraint, and write whatever we want on social media, it means we are not praising God.

Therefore, we must always remember this: Our praise is not just singing in church or reciting hymns, but also in every aspect of our lives, our actions, our words. So, let us fill our lives with praise to God.

WHAT TO DO:
Fill ourselves with spiritual things by praying, listening to worship songs, listening to edifying sermons that can direct us to praise and worship God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Psalm 119

Card image
Truth Youth 26 Juli 2023 - NYANYIAN HIDUP
2023-07-26 08:58:23


"Mulutku penuh dengan puji-pujian kepada-Mu, dengan penghormatan kepada-Mu sepanjang hari." (Maz. 71:8)

Kemarin kita sudah belajar bagaimana kita berdoa, dan dua hari yang lalu, kita sudah belajar mengenai penyembahan. Pada hari ini, kita akan belajar bagaimana kita memuji Tuhan dalam setiap langkah hidup kita.

Mazmur 71:8, ayat yang menjadi renungan kita pada hari ini mengajarkan beberapa hal kepada kita. Pertama, ayat ini mengajarkan kita agar mulut kita penuh dengan pujian. Apa artinya? Artinya adalah kita harus memakai mulut kita untuk mencerminkan sikap syukur dan pengakuan kita akan kuasa dan anugerah-Nya dalam kehidupan kita. Jangan gunakan mulut kita untuk hal-hal yang tidak berguna, seperti gosip, berkata kasar, yang semuanya itu melukai hati Tuhan.

Kedua, kita diajarkan bahwa pujian kepada Allah bukan hanya dilakukan dalam keadaan baik saja, melainkan juga di tengah kesulitan dan tantangan hidup. Ketika kita menghadapi kesulitan, kita dapat memuji Tuhan karena Dia adalah tempat perlindungan dan penghiburan kita. Ketika kita merasa terdesak, kita dapat memuji Tuhan karena Dia adalah sumber kekuatan dan pengharapan kita.

Ketiga, kita diajarkan bahwa pujian dan kemuliaan kepada Allah tidak terbatas pada waktu-waktu ibadah saja, tetapi harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita. Setiap kata dan tindakan kita, harus mencerminkan penghormatan dan pengabdian kepada-Nya. Tingkah laku kita setiap hari, perkataan kita setiap hari, tulisan kita di media sosial, adalah pujian kita kepada Tuhan. Kalau kita bertindak seenaknya sendiri, berkata-kata sembarangan, menulis sesukanya di media sosial, itu sama artinya kita tidak memuji Tuhan.

Untuk itu, kita harus ingat selalu hal ini: Pujian kita bukan sekadar nyanyian di gereja atau lantunan syair dan nada semata, melainkan juga dalam setiap kegiatan kita, tindakan kita, perkataan kita. Maka, isilah hidup kita dengan pujian kepada Tuhan.

WHAT TO DO:
Isilah diri kita dengan hal-hal yang rohani dengan berdoa, mendengarkan lagu rohani, mendengarkan khotbah yang membangun, yang bisa mengarahkan kita untuk memuji dan menyembah Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎Mazmur 119

Card image
Renungan Pagi - 26 Juli 2023
2023-07-26 08:48:59


Rasul Paulus memperingatkan cara bergaul jemaat Korintus dengan keras: "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi! Ada di antara kamu yang tidak mengenal Allah. Hal ini kukatakan, supaya kamu merasa malu."

Pergaulan yang salah akan membuat kita tersesat! Karena itu harus menjaga pergaulan, jangan sampai pola hidup baik dan benar kita dirusakkan oleh pengaruh buruk orang-orang yang tidak mengenal Allah dan suka berbuat dosa. Seperti orang yang pernah terlibat narkoba, pornografi, pergaulan bebas yang merusak, biasanya sudah menjadi candu yang menuntut dipuaskan.

Mereka harus menjauhi pergaulan buruk yang menyesatkan, yang akan menyeret mereka terjerumus lebih dalam. Paulus sungguh-sungguh memperingatkan, sampai mereka merasa malu, sehingga mereka bertobat dan tidak mengulanginya lagi.

Kita memang harus menjadi saksi bagi orang-orang berdosa, tetapi bukan berarti harus bergaul dengan mereka, lalu duduk setiap hari dengan mereka, curhat dengan mereka dan lama-lama kita merasa nyaman dengan kumpulan orang berdosa. Bukan kita yang membawa mereka pada pertobatan, tetapi kita yang tersesat pada akhirnya.

Jika kita berkata rindu membawa mereka kepada Tuhan, kuduskan dulu hidupmu, benahi dulu hidupmu, dalam pimpinan Roh Kudus, dengan gaya hidup Kristus, kita dapat membawa dampak dalam pergaulan, ketika mereka melihat hidupmu memuliakan nama Tuhan bukan mempermalukan nama Tuhan. Barulah hidupmu menjadi saksi Kristus.
(1 Korintus 15:33-34)

Card image
Quote Of The Day - 26 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-26 08:45:38


Jangan menuntut Tuhan berbuat baik karena Tuhan sudah sangat baik, yang harus kita lakukan adalah bertumbuh dan mengalami perjumpaan dengan Dia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 26 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-26 08:43:26


Hidup dalam kelegaan adalah perhentian dari hati yang memiliki banyak keinginan.

Card image
DARE TO STAKE THE WHOLE LIFE - 26 Juli 2023 (English Version)
2023-07-26 08:41:44


The God of the universe is more than all values, and finding Him is more than any achievement, but there is no easy way to experience Him. We are often deceived by the word “grace.” The word “grace” is often suggested and even explained as something that makes it easy for someone to achieve something of value, in this case, salvation; the return of humans to God’s original design; or God himself, as if salvation is easy to achieve because of grace. However, grace does not make us automatically achieve the purpose of salvation given. Grace doesn’t change us, but our relationship with God does. Our condition has not changed; we still put on the old self and sinful nature but are accepted by God.

God accepts us though our condition is sinful and immature, and our relationship with Him is not yet mature or ideal. Just like a toddler is perfect as a child to a parent. Parents of 5-6 years old children have a relationship with their beloved child, though not yet a mature relationship. Grace changes our relationship with God, and He accepts us; we are justified or considered righteous, though our circumstances are not yet truly true.

Since then, we have entered the process of becoming God’s children. Being children of God is not only in status; de jure but also de facto. Precisely the journey of our life becomes difficult because, for us, the target that we must achieve is to return us to God’s original design, perfect like the Father and similar to Jesus, putting on the divine nature. Of course, as our maturity grows, we have a relationship with God that is more ideal, mature, and harmonious. This is a challenging life journey because we are chosen to become the chosen people.

We are not chosen to definitely get to heaven but chosen to be children of God, and the standard set is holy, blameless (Eph.1:4-5). Precisely our journey becomes heavier than those who are not chosen. For the not chosen people, it is enough for them to be good, and they can enter the world to come as members of the society of the Kingdom of Heaven. However, the chosen people must be perfect and are projected to become the Royal Heavenly Family members. So, we can no longer live generally like other humans, but many or most Christians do not understand this.

So, it is not without reason that the Lord Jesus Christ said: “The road you are walking is narrow.” When people ask in the context of salvation in Jesus Christ, “Lord, are only a few people being saved?” Salvation is not just being a member of society but being a member of the family of God’s Kingdom. “Strive to enter the narrow way or gate,” Luke 13:24. “Many people are trying to get in, but can’t. Many are called, few are chosen.” To achieve a high achievement, we must work hard. Expertise must be cultivated very, very seriously. How much investment do we make to find God? Satan makes us dull by fulfilling many activities that do not lead to the Kingdom of Heaven, eternity, and the Lord Jesus.

Our life must become the work of God. Many Christians still treat God like a cheap thing. The hours of their lives are filled with things that keep them from growing in the knowledge of God and not getting closer to Him. Do not have hobbies, lots of unnecessary viewing, and hanging out with people that don’t make us grow in faith, except for meeting people who can talk about the Word, or because we have to visit our family, visit our parents, strengthen our weak siblings because that’s part of the ministry. So, we can no longer live normally. Our lives must be charted. It may seem small, but be serious about it because that’s where we prove our seriousness with God.

So, when God says, “Unless you give up everything you have, you can’t be My disciple,” we must leave everything. We focus on God amid our ungodly, selfish world, with its many worldly entertainments and pleasures. We invest our time, thoughts, and energy in Him, and God becomes our only world, as extremes and fanatics as possible. Not many of us have experienced God because we know Him only from sermons, books, or testimonies but do not experience Him. We think it’s too difficult, but if we think that experiencing God is very valuable, we must be willing to risk our whole life.

  IF WE THINK EXPERIENCING GOD IS VERY VALUABLE, WE MUST BE WILLING TO RISK OUR WHOLE LIFE.

Card image
BERANI MEMPERTARUHKAN SELURUH HIDUP - 26 Juli 2023
2023-07-26 08:36:43


Allah semesta alam itu lebih dari segala nilai. Menemukan Allah itu lebih dari segala prestasi. Tidak ada cara mudah untuk mengalami Tuhan. Sering kali kita tertipu dengan kata “anugerah,” tertipu dengan kata “kasih karunia.” Kata “anugerah, kasih karunia” sering dikesankan bahkan dijelaskan sebagai sesuatu yang membuat seseorang mudah mencapai hal yang bernilai, dalam hal ini keselamatan; dikembalikannya manusia ke rancangan Allah semula; atau Allah sendiri. Seakan-akan keselamatan itu mudah dicapai, karena anugerah atau kasih karunia. Anugerah tidak membuat kita otomatis mencapai maksud keselamatan diberikan. Anugerah tidak mengubah kita. Yang diubah adalah hubungan kita dengan Allah. Keadaan kita belum berubah, masih mengenakan manusia lama, masih berkodrat dosa, tetapi diterima oleh Allah.

Tentu saja dengan keadaan kita yang masih berkodrat dosa, belum dewasa, hubungan kita dengan Allah belum hubungan yang dewasa atau ideal, tetapi walaupun demikian, Allah menerima kita. Sama seperti anak usia 5 bulan, 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, sempurna sebagai anak, bagi orangtua. Umur 5-6 tahun, orangtua memiliki relasi dengan anak, kesayangan. Namun, belum relasi yang matang atau dewasa. Anugerah, mengubah relasi kita dengan Allah, kita diterima Allah; kita dibenarkan atau dianggap benar, walau keadaan kita belum benar-benar benar.

Sejak itu, justru kita masuk proses untuk menjadi anak-anak Allah. Menjadi anak-anak Allah bukan hanya secara status; bukan saja secara de jure, tetapi juga secara de facto. Justru perjalanan hidup kita menjadi sulit, menjadi berat, sebab bagi kita, target yang harus kita capai itu dikembalikannya kita ke rancangan Allah semula, sempurna seperti Bapa, serupa dengan Yesus, mengenakan kodrat ilahi. Tentu seiring dengan pertumbuhan kedewasaan kita, kita memiliki hubungan dengan Allah makin ideal, makin matang, makin harmoni. Ini perjalanan hidup yang berat, sebab kalau kita menjadi umat pilihan, kita dipilih.

Bukan dipilih untuk pasti bisa masuk surga; dipilih untuk menjadi anak-anak Allah dan ditetapkan. Yang ditetapkan itu standarnya: kudus, tak bercela (Ef. 1:4-5). Justru perjalanan kita menjadi lebih berat dari orang yang bukan umat pilihan. Kalau bukan umat pilihan, cukup menjadi baik dan mereka bisa saja masuk dunia yang akan datang sebagai anggota masyarakat Kerajaan Surga. Namun, kita harus sempurna dan kita diproyeksikan untuk menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Jadi, kita tidak bisa lagi hidup wajar seperti manusia lain. Banyak orang Kristen atau sebagian besar orang Kristen, tidak mengerti hal ini.

Maka, bukan tanpa alasan kalau Tuhan Yesus Kristus, berkata: Jalan yang kalian tempuh itu jalan sempit.” Ketika orang bertanya dalam konteks keselamatan dalam Yesus Kristus, “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Keselamatan bukan hanya menjadi anggota masyarakat, tetapi menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. “Berjuanglah untuk masuk jalan atau pintu yang sesak itu,” Lukas 13:24. “Banyak orang berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. Banyak yang dipanggil, sedikit yang dipilih.” Untuk mencapai sebuah prestasi tinggi, kita harus kerja keras. Keahlian, harus diusahakan dengan sangat-sangat serius. Berapa banyak investasi yang kita berikan untuk menemukan Allah? Setan membuat kita tumpul dengan memenuhi banyak kesibukan yang tidak mengarah kepada Kerajaan Surga, kekekalan, dan Tuhan Yesus.

Hidup kita harus menjadi pekerjaan Allah. Banyak orang Kristen yang sebenarnya masih memperlakukan Tuhan seperti barang murah. Jam-jam hidup kita isi untuk hal yang membuat kita tidak bertumbuh dalam pengenalan akan Allah, tidak makin dekat. Hobi-hobi, banyak menonton yang tidak perlu, mengopi dan kumpul dengan orang yang tidak membuat kita bertumbuh dalam iman, jangan lakukan. Kecuali bertemu orang-orang yang memang bisa bicara tentang Firman. Atau karena harus mengunjungi keluarga, mengunjungi orangtua, menguatkan saudara yang lemah, itu bagian dari pelayanan, tentunya. Jadi, kita tidak bisa lagi hidup wajar. Hidup kita harus dipetakan. Kelihatannya itu perkara kecil, tetapi jangan main-main. Di situlah kita membuktikan keseriusan kita dengan Tuhan. Kita tidak bisa hidup wajar lagi.

Maka kalau Tuhan berkata, “Kalau kamu tidak melepaskan dirimu dari segala milikmu, kamu tak dapat jadi murid-Ku.” Berarti kita harus meninggalkan semuanya. Di tengah-tengah dunia kita yang fasik, egois, dengan banyak hiburan dunia dan kesenangannya, kita memilih untuk fokus kepada Tuhan. Kita investasikan waktu, pikiran, tenaga kita untuk Dia; Tuhan menjadi dunia kita satu-satunya, seekstrem-ekstremnya, sefanatik-fanatiknya. Sejujurnya, berapa banyak di antara kita yang mengalami Tuhan? Tidak banyak. Kita mengenal Allah hanya dari khotbah, buku, atau kesaksian. Kita sendiri tidak mengalami Tuhan. Kita pandang itu terlalu sulit, tetapi kalau kita menganggap hal mengalami Tuhan itu sangat bernilai, maka kita pasti berani mempertaruhkan seluruh hidup kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA MENGANGGAP HAL MENGALAMI TUHAN ITU SANGAT BERNILAI, MAKA KITA PASTI BERANI MEMPERTARUHKAN SELURUH HIDUP KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 Juli 2023
2023-07-26 08:32:50

Yesaya 44-48

Card image
Truth Kids 25 Juli 2023 - MENDENGARKAN NASIHAT ORANGTUA
2023-07-25 09:43:42


Amsal 1:8
“Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu.”

Sobat Kids, setiap anak yang mau menjadi hadiah terbaik bagi orang tua dan Tuhan, maka anak tersebut mau mendengarkan dan menerima didikan dari ayahnya. Anak itu juga tidak akan mau menyia-nyiakan ajaran dari ibunya. Karena anak itu percaya bahwa didikan kedua orangtuanya adalah yang terbaik untuk dirinya.

Ayat firman Tuhan hari ini mengajar kita untuk mendengarkan didikan orangtua. Contohnya, saat makan tidak boleh sambil nonton. Artinya saat makan, Sobat Kids harus duduk dan makan sendiri tanpa nonton TV maupun film di gadget. Saat makan juga tidak boleh sambil lari-lari atau bermain. Ayo… siapa di antara Sobat Kids yang makannya masih disuapin? Yuk, saatnya kalian harus bisa makan sendiri tanpa disuapin. Kegiatan makan hanya makan saja. Tidak boleh makan sambil nonton atau bahkan sambil lari-larian. Setelah selesai makan, barulah kalian dapat nonton atau bermain. Tentunya dengan izin dari orangtua. Ingat, ya, Sobat Kids, kalian harus mendengarkan nasihat orangtua.

Card image
Truth Junior 25 Juli 2023 - LATIH DIRI
2023-07-25 09:41:26


Amsal 1:8
“Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu.”

Generasi alpha adalah anak yang lahir di tahun 2010 ke atas. Berarti, kalian termasuk dalam generasi alpha, Sobat Junior. Tiap generasi memiliki keunikan dan tantangannya sendiri. Kalian, generasi alpha, lahir saat teknologi sudah berkembang dengan cepat. Tanpa ada orang yang mengajari kalian, pasti kalian sudah dapat mengoperasikan gadget. Bahkan, mungkin kalian lebih jago dalam menggunakan gadget daripada orangtua kalian, ya, kan?

Namun, di balik kemampuan kalian untuk mengoperasikan gadget, ada tantangan besar yang kalian harus hadapi. Apakah tantangan besarnya? Kecanduan gadget. Iya, kecanduan; artinya tidak bisa lepas dari gadget. Jika tidak main gadget dalam satu hari atau saat weekend, kalian akan merasa gelisah, bahkan marah-marah. Sampai ada anak yang merasa sesuatu hilang dari hidupnya, tidak tahu harus melakukan apa jika tidak bermain gadget.

Ketergantungan bermain gadget harus dihindari, ya, Sobat Junior. Kalian harus mendengarkan didikan ayah dan ibu. Jika mereka melarang untuk bermain gadget atau membatasi penggunaannya, taatilah mereka. Itu semua demi kebaikan kalian. Kalian bisa melakukan kegiatan lain tanpa gadget. Olahraga, membuat prakarya, menggambar, bermain musik, dan masih banyak kegiatan lain yang kalian bisa lakukan tanpa gadget. Latih diri kita untuk mendengar dan menaati nasihat orangtua.

Card image
Truth Youth 25 Juli 2023 (English Version) - PRAY WITHOUT CEASING
2023-07-25 09:38:28


"This is what the Lord Almighty says: 'I will send the sword, famine, and plague against them and I will make them like figs that are so bad they cannot be eaten." (Jeremiah 29:17)

As Christians, we inevitably face problems. God allows problems not only to refine us but also to build our relationship with Him. Often, when we are in comfortable situations, we forget about God. By experiencing various problems, we are trained to rely on God and build a relationship with Him.

How do we build a relationship with God? One way is through prayer. In Jeremiah 29:17, God instructs the people of Israel, who were in exile, to continue praying and crying out to Him. God allowed the people of Israel to be in exile so that they would return to Him.

The problems and difficulties we face are actually a means to build our relationship with God. The people of Israel, who were once stubborn and rebellious against God, were allowed to experience unpleasant circumstances, being exiled to Babylon. Problems and difficulties can urge us to return to God, to pray, and cry out to Him. We, who were too comfortable in our comfort zone, need to be pushed to return to God.

Then, after our problems have passed, do we stop praying? Certainly not. Problems and difficulties serve as triggers for us to build a relationship with God. However, afterwards, we must learn to build a relationship with God even when we are not facing difficulties and problems. That is what God truly desires. Therefore, let us pray without ceasing, not only when we are in trouble but also when we are not in trouble.

WHAT TO DO:
Learn to establish a regular prayer time.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Psalms 112-118

Card image
Truth Youth 25 Juli 2023 - BERDOA SENANTIASA
2023-07-25 09:35:20


"Beginilah firman TUHAN semesta alam: Sesungguhnya, Aku akan mengirim pedang, kelaparan dan penyakit sampar ke antara mereka, dan Aku akan membuat mereka seperti buah ara yang busuk dan demikian jeleknya, sehingga tidak dapat dimakan." (Yer. 29:17)

Sebagai orang Kristen, tentu kita pasti menghadapi masalah. Tuhan mengizinkan masalah, selain untuk memproses diri kita, juga supaya kita membangun hubungan dengan Tuhan. Sering kali ketika kita berada dalam keadaan yang nyaman, kita lupa akan Tuhan. Dengan kita berada di dalam berbagai masalah, maka kita dilatih untuk mengandalkan Tuhan, serta membangun hubungan dengan-Nya.

Bagaimana cara kita membangun hubungan dengan Tuhan? Salah satu caranya adalah dengan berdoa. Di dalam Yeremia 29:17, Tuhan mengajarkan bangsa Israel yang sedang dalam pembuangan agar terus berdoa dan berseru kepada Tuhan. Bangsa Israel diizinkan Tuhan berada di dalam pembuangan, dengan tujuan supaya bangsa Israel kembali kepada Tuhan.

Masalah dan kesulitan yang kita alami sebenarnya merupakan sarana supaya kita membangun hubungan dengan Tuhan. Bangsa Israel, yang sebelumnya tegar tengkuk dan memberontak kepada Tuhan, diizinkan untuk mengalami hal yang tidak enak, yakni dibuang ke Babel. Masalah dan kesulitan dapat mendorong kita supaya kita kembali kepada Tuhan, berdoa, dan berseru kepada-Nya. Kita yang sebelumnya terlalu nyaman dengan zona nyaman kita, harus dipaksa agar kita kembali kepada Tuhan.

Lalu, setelah masalah kita berlalu, apakah kita berhenti berdoa? Tentu tidak. Masalah dan kesulitan merupakan sebuah trigger supaya kita membangun hubungan dengan Tuhan. Namun, setelah itu, kita harus belajar untuk membangun hubungan dengan Tuhan, meskipun kita tidak berada dalam kesulitan dan masalah. Itulah yang sebenarnya diinginkan Tuhan. Untuk itu, marilah kita berdoa senantiasa, bukan hanya ketika di dalam masalah, tetapi juga ketika kita tidak berada di dalam masalah.

WHAT TO DO:
Belajarlah untuk membangun jam doa dengan rutin.

BIBLE MARATHON:
▪︎Mazmur 112-118

Card image
Renungan Pagi - 25 Juli 2023
2023-07-25 09:32:12


Ada sebagian besar orang ketika hidupnya diberkati Tuhan, makin sukses, makin kaya, di pelayanan-pun makin dipakai Tuhan, makin merasa berjasa telah menolong orang lain dan membantu pelayanan gereja, justru makin sulit untuk menguasai diri dan mengontrol emosi. Mudah menjadi marah dan menganggap orang lain tidak sebaik dirinya.

Firman Tuhan menyatakan, "Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya." Sebuah kota yang roboh temboknya berarti kota itu akan mudah dikuasai oleh musuh dan ditaklukan untuk direbut.

Demikianlah kita jika hidup tidak ada tembok penjagaan dari kebenaran firman Tuhan, maka kita akan mudah dikuasai hawa nafsu dan ditaklukan oleh kuasa dosa, yang akhirnya membuat kita terhilang dari kasih Tuhan. Karena itu berusahalah untuk mengusai diri dan selalu mengendalikan emosi. Supaya tembok perlindungan Tuhan dalam hidupmu tidak roboh.
(Amsal 25:28)

Card image
Quote Of The Day - 25 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-25 09:29:59


Orang yang mengosongkan diri agar Tuhan hidup di dalam dirinya, adalah orang yang pasti dilindungi Bapa, diistimewakan oleh Allah, karena dia adalah anggota keluarga Kerajaan yang suatu hari akan dijemput-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 25 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-25 09:39:01


Jika jumlah bilangan orang yang tidak menyayangkan nyawa atau rela kehilangan kesenangan dunia seperti Tuhan Yesus sudah genap atau memenuhi kuota maka sejarah dunia bisa diakhiri.

Card image
STRUGGLING TOGETHER - 25 Juli 2023 (English Version)
2023-07-25 09:26:11


Why don’t people long for the Lord Jesus? Because they don’t struggle together with God. They are not in a struggle together with God. Why are people not in the struggle together with God? Because generally, they have their struggles. Why do people have their struggles? Because they only think what human thinks, not what God thinks. So, we should think about God’s word, not only when we are in church—for pastors, not only during sermon preparation—but all the time. Supposedly, when we leave the church, we must still consider: “Is this God’s mind or not? This decision suits God or not?” In all things. It is indeed not easy for us, so we must be trained.

Having the same mind as God makes us in arms with God. One mind with God makes us not have our struggles. We don’t have our own business. Shouldn’t we, who were redeemed by the blood of Jesus, belong to God and live for Him who died for us? However, this standard is already considered non-existent. He died for us, meaning we are all dead. And when we live, we live for Him who has died for us. This is how we should live, but this is no longer the standard for many people. Even those who become pastors and claim to be full-timers can also still have their businesses within the church.

How can we purify our motives or think what God thinks in a world with many problems? The problems are the media in which we have to choose between what God thinks or what humans think. If we are just in our room, or meditating in the middle of a forest, and have no problem, then we have no choice; whether we follow God’s thoughts or human minds. We are not tested. It should start with a small thing where the world’s children can also have ethics. What God and humans think is different. Our considerations must be by God’s considerations, and of course, the medium is life experience or our daily life journey.

“Everyone who follows Me must deny himself. Take up his cross and follow Me.” Self-denial is not an attitude of rejecting unlawful acts. Denying self is the same as putting off the human mind. Henceforth, we must put on the mind of God every day, from one choice to another, from one decision to another. “Because whoever wants to save a life, he will lose it. But whoever loses his life for My sake will find it.” Life here is psuke; pleasures, our worldly tastes, and this must be removed. We should strive to be able to put on our new self so that one day we can say, “My life is no longer me, but Christ.”

Another verse says, “What good is it for a man to gain the whole world but lose his soul?” We have dynamics in The Kingdom of Heaven; our thoughts and feelings still exist. We can still enjoy eating, drinking, cultural arts, and natural beauty. We have life and souls. But no such dynamic exists in hell, and people lose their lives. People can have money and possessions, go anywhere, and buy anything. However, it’s terrible if they don’t have the dynamics of life and enter eternal fire one day. Today we may not be able to go where we want and never see Europe or America, let alone Alaska, but when we die, we see the glory of God and enter the Kingdom of Heaven.  

Do not be arrogant! Own a feeling of burden and crisis, and keep practicing. We must fight and struggle to think what God thinks so we don’t lose eternal hope.  

HAVING THE SAME MIND AS GOD MAKES US STRUGGLE TOGETHER WITH HIM AND HAVE NO STRUGGLE OF OUR OWN.

Card image
SEPERJUANGAN - 25 Juli 2023
2023-07-25 09:22:38


Mengapa orang tidak rindu bertemu dengan Tuhan Yesus? Karena tidak seperjuangan dengan Tuhan. Sungguh, tidak seperjuangan dengan Tuhan. Mengapa orang tidak seperjuangan dengan Tuhan? Karena umumnya mereka punya perjuangan sendiri. Kenapa orang punya perjuangan sendiri? Karena dia hanya memikirkan apa yang manusia pikirkan, bukan yang Tuhan pikirkan. Jadi, bukan hanya waktu di gereja, kita memikirkan firman Tuhan—bagi para pendeta, bukan hanya pada waktu di dalam persiapan khotbah—namun setiap saat. Seharusnya, ketika kita keluar dari gereja, kita pun tetap harus memperhitungkan: “Ini pikiran Allah atau bukan? Keputusan ini sesuai dengan Tuhan atau tidak?” Dalam segala hal. Memang tidak mudah bagi kita dan hal itu harus dilatih.

Sepikiran dengan Tuhan, membuat kita seperjuangan dengan Tuhan. Sepikiran dengan Tuhan, membuat kita tidak punya perjuangan sendiri. Kita tidak punya bisnis sendiri. Bukankah kita yang ditebus oleh darah Yesus, mestinya kita dimiliki Tuhan, dan kita hidup untuk Dia yang sudah mati bagi kita? Namun, standar ini sudah dianggap tidak ada. Dia sudah mati untuk kita, artinya kita semua sudah mati. Dan kalau kita hidup, kita hidup untuk Dia yang sudah mati untuk kita. Mestinya begitulah cara kita menjalani hidup ini, tetapi hal ini sudah tidak menjadi standar bagi banyak orang. Bahkan orang yang menjadi pendeta pun, yang mengaku full timer, dia juga bisa punya bisnis sendiri di dalam gereja.

Sekarang, bagaimana kita dapat memurnikan motivasi atau memikirkan apa yang Allah pikirkan? Itulah sebabnya kita ada di tengah-tengah dunia dengan 1001 masalah. Karena masalah-masalah itu adalah media di mana kita harus memilih antara apa yang dipikirkan Allah dan apa yang dipikirkan manusia. Kalau kita hanya di ruangan gelap, meditasi di tengah hutan, maka kita tidak punya persoalan, tidak punya pilihan. Tidak teruji, apakah kita mengikuti pikiran Allah atau pikiran manusia. Dan itu dimulai dari soal kecil yang anak dunia atau orang dunia pun dapat punya etika. Apa yang dipikirkan Allah dan manusia, itu jelas berbeda. Pertimbangan kita harus sesuai dengan pertimbangan Tuhan. Tentu, medianya adalah pengalaman hidup, perjalanan hidup kita setiap hari.

“Setiap orang yang mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya. Memikul salibnya dan mengikut Aku.” Menyangkal diri itu bukan sikap menolak perbuatan melanggar hukum. Menyangkal diri itu sama dengan menanggalkan pikiran manusia. Untuk kemudian, kita harus mengenakan pikiran Allah setiap hari; dari satu pilihan ke pilihan lainnya, dari satu keputusan ke keputusan lainnya. “Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawa, ia akan kehilangan nyawa. Tetapi barangsiapa kehilangan nyawa karena Aku, ia akan memperolehnya.” Nyawa di sini adalah psuke; kesenangan, selera duniawi kita. Hal ini yang harus ditanggalkan. Lalu kita berjuang untuk dapat mengenakan manusia baru, sehingga suatu saat kita bisa berkata, “Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus.”

Ayat lain mengatakan, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya?” Kerajaan Surga adalah tempat di mana kita memiliki dinamika; pikiran dan perasaan kita masih eksis. Kita masih bisa menikmati makan, minum, seni budaya, keindahan alam. Kita punya hidup, punya nyawa. Tetapi kalau di neraka, tidak ada dinamika itu. Di neraka, orang kehilangan nyawa. Orang bisa punya uang, harta, mau pergi ke mana saja, mau beli apa saja, bisa. Namun, kalau suatu hari dia tidak punya dinamika hidup, masuk api kekal, mengerikan. Hari ini mungkin kita tidak bisa pergi ke mana kita mau, tidak pernah melihat yang namanya Eropa atau Amerika, apalagi Alaska, tetapi ketika kita mati, kita melihat kemuliaan Allah dan masuk Kerajaan Surga.

Jangan sombong! Milikilah perasaan beban dan krisis, dan mari kita berlatih terus. Kita harus berjuang terus. Kita berjuang untuk memikirkan apa yang Allah pikirkan, supaya kita jangan kehilangan pengharapan abadi di kekekalan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEPIKIRAN DENGAN TUHAN, MEMBUAT KITA SEPERJUANGAN DENGAN TUHAN DAN TIDAK PUNYA PERJUANGAN SENDIRI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 Juli 2023
2023-07-25 09:17:27

Yesaya 40-43

Card image
Truth Kids 24 Juli 2023 - TAAT DAN KASIH
2023-07-24 10:15:37


Efesus 6:1
“Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.”

Sobat Kids, apakah kalian taat dan menuruti perintah orangtua di rumah? Firman Tuhan hari ini mengajarkan kita untuk taat kepada orangtua. Kalian pasti sayang kepada papa dan mama, kan? Apabila kalian mengatakan benar-benar sayang, maka kalian harus menunjukkan rasa sayang itu. Bagaimana caranya? Salah satu caranya adalah menuruti setiap perintah orangtua.

Walaupun terkadang perintah orangtua tidak menyenangkan bagi kita, tetap saja kita harus taat. Misalnya, kenapa, sih, mama tidak izinkan main sepeda ke jalan raya Alasannya adalah karena hal itu berbahaya bagi kalian. Seorang anak yang ingin menjadi hadiah terbaik, mau taat dan turut perintah orangtua. Dengan taat kepada orangtua, kita akan membuat mereka bahagia. Ini juga merupakan rasa kasih sayang kita kepada orangtua. Yuk, Sobat Kids, kita taat kepada orangtua! Karena firman Tuhan mengajarkan demikian.

Card image
Truth Junior 24 Juli 2023 - T A A T
2023-07-24 10:14:10


Efesus 6:1
“Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.”

“Ah… Mama kuno!” seru Anto, “masa mau main gadget saja gak boleh. Kan zaman sekarang sudah canggih. Kalau aku tidak punya sosmed, bisa-bisa aku dikatai teman-teman.” Anto merasa kesal dengan mamanya karena dilarang bermain sosial media. Teman-temannya yang lain sedang lomba mendapatkan likes terbanyak dari video yang mereka posting di akun sosial media mereka masing-masing. Dengan sabar mama memberitahu Anto bahwa Ivan, teman sekelas Anto, baru saja mengalami kecelakaan. Tubuh Ivan terserempet mobil saat ia sedang mencoba membuat video di tengah jalan raya. Ivan pun harus dirawat di rumah sakit akibat ulahnya yang tidak bertanggung jawab. Demi videonya viral dan mendapatkan banyak likes, ia membuat dirinya celaka. “Mama harap kamu mengerti kenapa kamu belum diizinkan punya akun sosial media sendiri. Belum waktunya,” jelas mama dengan lembut.

Sobat Junior, seorang anak yang ingin menjadi hadiah terbaik, mau taat dan turut perintah orangtua. Meskipun terkadang tidak menyenangkan, percayalah bahwa orangtua memberikan perintah atau larangan demi kebaikan kita. Ingat ayat firman Tuhan hari ini, ya. Taatilah orangtua kalian karena harusnya demikian.

Card image
Truth Youth 24 Juli 2023 (English Version) - YOUR ACTIONS, YOUR WORSHIP
2023-07-24 09:57:28


"God is Spirit, and those who worship Him must worship in spirit and truth." (John 4:24)

What is the first thing that comes to mind when we hear the word "worship?" Most Christians think that worship is a formal activity. Going to church, participating in the liturgy held in the church, singing hymns of praise, and so on. Many Christians also feel that by participating in church ministry, both as activists and pastors, it is a form of worshiping God by serving the work of the church. However, is worship just that?

All the things mentioned above are not wrong. However, that is only a small part of our worship to God. Worship is essentially an attitude of the heart, elevating or ascribing high value to the object of our worship (Greek: Proskuneo). However, many Christians assume that ascribing high value is limited to coming to church and singing hymns of praise.

Jesus never taught a fixed liturgy or sequence for us to worship God. Unlike the Jews who at that time used various means to worship God. In John 4:24, when Jesus was talking to a Samaritan woman, He said that worship is no longer about a specific place but in spirit and truth.

What does it mean to worship in spirit and truth? The Lord teaches us to radiate the love of Christ with our lives. Our words, actions, and behavior are actually the means by which we worship. It means that worshiping God is not limited to liturgy and specific means, but it originates from within us. How our words and actions are in our daily lives reflect how we worship God. Therefore, let us carefully examine our words and actions. Have we truly "worshiped" God?

WHAT TO DO:
Carefully examine our words and behavior, then reflect on whether they please God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Psalms 107-111

Card image
Truth Youth 24 Juli 2023 - PERBUATANMU, PENYEMBAHANMU
2023-07-24 09:53:01


"Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." (Yoh 4:24)

Apa yang pertama kali muncul di dalam pikiran kita ketika kita mendengar kata “menyembah?” Kebanyakan orang Kristen berpikir bahwa menyembah adalah sebuah kegiatan yang sifatnya formal. Datang ke gereja, kemudian mengikuti liturgi yang diselenggarakan di dalam gereja, melantunkan syair lagu pujian, dan seterusnya. Banyak orang Kristen juga merasa dengan mengambil bagian di dalam pelayanan gereja, baik sebagai aktivis maupun pendeta, adalah bentuk menyembah Tuhan dengan melayani pekerjaan gereja. Namun, apakah menyembah hanya sekadar itu saja?

Semua yang disebutkan di atas tidaklah salah. Namun, itu baru bagian kecil dalam menyembah Tuhan. Menyembah pada dasarnya merupakan sikap hati berupa meninggikan, atau memberi nilai tinggi terhadap objek yang kita sembah (Yunani: Proskuneo). Namun, tidak sedikit orang Kristen beranggapan, memberi nilai tinggi hanya sebatas datang ke gereja dan melantunkan syair lagu pujian.

Tuhan Yesus tidak pernah mengajarkan liturgi atau urutan yang tetap dalam kita menyembah Tuhan. Tidak seperti orang Yahudi yang kala itu menggunakan berbagai sarana untuk menyembah Tuhan. Di dalam Yohanes 4:24, ketika Tuhan Yesus bercakap-cakap dengan seorang perempuan Samaria, Tuhan Yesus berkata bahwa menyembah tidak lagi di tempat mana pun, melainkan di dalam roh dan kebenaran.

Apa maksudnya menyembah dalam roh dan kebenaran? Tuhan mengajarkan kepada kita agar hidup kita memancarkan kasih Kristus. Perkataan kita, perbuatan dan tingkah laku kita, sebenarnya itulah sarana kita untuk menyembah. Artinya, menyembah Tuhan tidak sebatas liturgi dan sarana-sarana tertentu, melainkan berasal dari diri kita sendiri. Bagaimana perkataan dan perbuatan kita sehari-hari, itulah yang mencerminkan bagaimana kita menyembah Tuhan. Untuk itu, marilah kita perhatikan dengan saksama perkataan serta perbuatan kita. Apakah kita benar sudah “menyembah” Tuhan?

WHAT TO DO:
Teliti dengan saksama perkataan dan tingkah laku kita, lalu renungkan apakah semuanya itu menyenangkan Tuhan?

BIBLE MARATHON:
▪︎Mazmur 107-111

Card image
Renungan Pagi - 24 Juli 2023
2023-07-24 09:40:23


Kalau kita memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, hati penuh dengan firman Tuhan, pikiran penuh dengan kasih Tuhan, maka perkataan kita adalah perkataan yang berkualitas, membangun dan memberkati.

Sebaliknya kalau hubungan dengan Tuhan tidak baik, kita memang berdoa, tetapi tidak merasakan kehadiran Tuhan, tidak berjumpa dengan Tuhan, maka perkataan yang keluar dari mulut adalah perkataan yang menyakiti, merendahkan, dan menjadi batu sandungan sehingga perkataan kita adalah perkataan yang sia-sia.

Rasul Petrus mengingatkan : "Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu."

Jadi kualitas hubungan kita dengan Tuhan itu dekat atau tidak, dapat terlihat dari ucapan dan perkataan yang keluar dari mulut. Karena itu jika hidupmu ingin menjadi berkat, bergaullah intim dan dekat dengan Tuhan dalam doa dan firman-Nya, sehingga hidupmu menjadi berkat.
(1Petrus 3:10)

Card image
Quote Of The Day - 24 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-24 09:34:13


Kita tidak bisa menghidupkan Tuhan dalam hidup kita kalau kita masih menyimpan gairah-gairah dunia, kesenangan dunia, dan terikat dengan segala hiburan dunia ini.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 24 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-24 09:32:05


Pembebasan dari dosa yang melekat dalam diri manusia harus melalui proses natural, yaitu pemuridan yang dituntun oleh Tuhan Yesus sendiri melalui Roh Kudus.

Card image
DEVIL TARGET - 24 Juli 2023 (English Version)
2023-07-24 09:30:30


The devil tries to hinder us and become a stumbling block so that we do not aim ourselves at the goal of God’s purpose in our life. We aim to become God’s children who deserve to be God’s Royal Family members. Heaven is not a cheap matter, as some teachings make people assume that grace makes Heaven easy to reach. This is misleading. The teachings have dominated big churches for hundreds, even thousands of years. They teach that it’s as if Heaven is easy to reach because of Jesus’ death on the cross.

Jesus’ death on the cross opened the door to Heaven but did not make it easier for people to enter it. If Jesus did not die on the cross, the door was closed, and there was no chance of going to Heaven. The death of Jesus on the cross has made Heaven reachable or achievable. However, even though the door is open, entering Heaven is not easy. For those who lived in the Old Testament era before the time of Jesus, if they did the Torah law well, even though no one could do it well, God provided a solution: their sins were poured onto the slaughtered lamb.

So, there is forgiveness too. Don’t think there was no forgiveness in the Old Testament: God who made atonement, the removal of sins through the lamb’s blood. However, the sheep’s blood is just a voucher because what can wash away sins is the blood of Jesus. So, don’t be surprised when Jesus died on the cross and was resurrected, His resurrection brought godly people to heaven. If Jesus does not descend into the kingdom of death, all the pious people are still kept in prison except Enoch, Moses, and Elijah. So, the Bible says, “He brought the captives up.”

So, Jesus’ death did not make it easier for people to enter heaven, but it opened the door that was previously wholly closed, making it possible for people to reach heaven. For the Old Testament people who did the law well, there was the lamb’s blood to settle wrongdoings if they failed. We live in the New Testament now, and there are two groups of humans: those who are chosen and those who are not. The chosen ones don’t mean automatically entering Heaven. Still, they are prepared to understand the purpose of salvation and fulfill God’s original plan to become in His same image and likeness.

Not everyone is chosen. Those chosen ones must reach the standard: perfect, like the Father and similar to the Son of God. And those who are not chosen do not mean they will go to hell. They will be judged according to their deeds. If they love their neighbors as much as themselves, they too can enter heaven as members of society, and both are equally difficult. People must do good and be judged according to deeds. Jesus died for everyone, including those who were not chosen. He bears their sins on the cross, but this doesn’t mean they can enter heaven easily; they are judged according to their deeds.

We are athletes chosen with perfect standards, that is like the Father. No conveniences because we are the ones who are a danger to the kingdom of darkness and are being targeted by the devil trying to get in the way. How does he hinder us? If we read Matthew 16 earlier, that is by making our way of thinking or point of view wrong. For example, Peter didn’t know which way to go. He even thinks Jesus has the wrong concept.

Today’s Christianity is so far if compared to the standard we should understand and live.  We are accustomed to fake menus, and humans are corrupted. We watch movies and social media and hear song lyrics daily, all of which become stumbling blocks to seeing God’s glory. Our taste buds are constantly spoiled by shows, branded goods, and various pleasures, leaving us no destination. Praise God if we still have a conscience to seek Him and meet a church that leads us to the new heavens and earth to have a continuously changing way of thinking.

We are expected to continue moving forward and changing, even though we have not been able to fix our attention on eternity. We are often distracted by various life problems even though they should be able to spur us to see the Kingdom of Heaven. Life is tragic. The more we see the tragedy of life, the more we fix our eyes on heaven; for “the world is not my home.” People are distracted by many things until they cannot think about eternity. Many people don’t want to go to hell but don’t long for the Kingdom of Heaven. Beware! Because we are poisoned by what we see and hear daily and the atmosphere of wicked association.  

WE ARE TARGETED BY SATAN, WHO TRIES TO PREVENT US FROM REACHING OUR TARGET BY MAKING OUR WAY OF THINKING OR POINT OF VIEW WRONG.

Card image
DITARGET IBLIS - 24 Juli 2023
2023-07-24 09:27:45


Iblis berusaha untuk menghambat, menjadi batu sandungan supaya kita tidak mengarahkan diri pada tujuan, maksud-maksud Allah di dalam hidup kita, yaitu agar kita menjadi anak-anak Allah yang layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Surga bukan perkara murahan. Ada ajaran-ajaran yang membuat orang berasumsi bahwa anugerah itu membuat surga menjadi mudah dicapai. Ini menyesatkan. Ajaran-ajaran yang menguasai gereja-gereja besar dan yang sudah berumur ratusan tahun, bahkan ribuan tahun. Seakan-akan surga itu mudah dicapai, karena kematian Yesus di kayu salib.

Kematian Yesus di kayu salib tidak memudahkan orang masuk surga, tetapi membuka pintu. Kalau Yesus tidak mati di kayu salib, pintu tertutup; tidak ada kesempatan untuk masuk surga sama sekali. Tetapi dengan kematian Yesus di kayu salib, maka surga bisa diraih, surga bisa dicapai. Pintu surga terbuka, tetapi bukan mempermudah. Orang-orang yang hidup di zaman Perjanjian Lama sebelum zaman Yesus, jika mereka melakukan hukum Taurat dengan baik, walaupun tidak seorangpun bisa melakukan hukum Taurat dengan baik, tetapi Tuhan memberikan solusi: dosa mereka ditimpakan pada domba yang disembelih. Itu solusinya.

Jadi, ada pengampunan juga. Jangan berpikir di Perjanjian Lama tidak ada pengampunan. Tuhan yang mengadakan pendamaian, penghapusan dosa lewat darah domba. Namun, darah domba itu sebenarnya hanya voucher. Sejatinya, yang bisa menghapus dosa, darah Yesus. Maka jangan heran ketika Yesus mati di kayu salib lalu bangkit, kebangkitan-Nya membawa orang-orang saleh naik ke surga. Sebab kalau Yesus tidak turun ke kerajaan maut, orang-orang saleh semua ditawan. Yang tidak hanya Henokh, Musa, dan Elia. Maka Alkitab mengatakan, “Ia membawa tawanan-tawanan naik.”

Jadi, kematian Yesus tidak mempermudah orang masuk surga, tetapi membuka pintu yang tadinya tertutup sama sekali, sehingga orang tidak mungkin mencapai surga. Umat Perjanjian Lama yang melakukan hukum dengan baik, jika gagal, ada darah domba yang menyelesaikan. Kita hidup di Perjanjian Baru, sekarang. Ada dua kelompok manusia. Yang dipilih dan yang bukan umat pilihan dipilih itu bukan dipilih masuk surga. Dipilih untuk mengerti maksud keselamatan. Dipilih untuk memenuhi rencana Allah semula, yaitu menjadikan manusia segambar dan serupa dengan Allah.

Tidak semua orang dipilih. Ada orang-orang tertentu yang dipilih; mereka adalah orang-orang yang memang ditetapkan standarnya serupa dengan Anak Allah. Ditetapkan standarnya untuk sempurna seperti Bapa. Umat yang tidak dipilih, bukan berarti lalu masuk neraka. Mereka akan dihakimi menurut perbuatan. Jika mengasihi sesama seperti diri sendiri, mereka juga bisa masuk surga sebagai anggota masyarakat. Sama-sama sulit. Orang harus berbuat baik, dihakimi menurut perbuatan. Yesus mati bagi semua orang, termasuk untuk orang yang tidak terpilih. Dosa mereka juga dipikul Yesus di kayu salib. Bukan berarti lalu bisa masuk surga dengan mudah; tetapi dihakimi menurut perbuatan.

Kita adalah atlet, kita adalah orang-orang yang dipilih dengan standar sempurna seperti Bapa. Tidak ada kemudahan. Kita adalah orang-orang yang membahayakan bagi kerajaan kegelapan. Kita ditarget Iblis yang berusaha untuk menghalangi. Bagaimana cara menghalanginya? Kalau kita membaca Matius 16 tadi, dengan cara membuat cara berpikir atau sudut pandang kita salah. Sebagai contoh, Petrus tidak tahu arah mana yang harus dituju. Bahkan Petrus berpikir Yesus memiliki konsep yang salah.

Betapa jauhnya standar yang seharusnya kita pahami dan kita jalani dibanding dengan kekristenan yang kita kenal hari ini. Hal ini juga karena kita sudah terbiasa dengan menu palsu. Manusia dirusak. Setiap hari kita melihat film, media sosial, mendengar syair lagu, yang semua menjadi batu sandungan untuk kita bisa melihat kemuliaan Tuhan. Selera kita terus dirusak oleh tontonan, barang branded, dan berbagai kesenangan, sehingga kita tidak memiliki tujuan. Puji Tuhan, kalau kita masih menjadi orang yang memiliki nurani untuk mencari Tuhan, dan bertemu gereja yang mengarahkan ke langit baru bumi baru. Sehingga kita memiliki cara berpikir yang sedang berproses berubah.

Diharapkan kita maju terus, berubah terus walaupun kita belum betul-betul bisa memancangkan perhatian kepada kekekalan. Kita sering terdistrak oleh berbagai masalah hidup. Walaupun mestinya masalah hidup itu bisa memacu kita melihat Kerajaan Surga. Hidup ini tragis. Semakin kita melihat tragisnya hidup, semakin kita memancangkan perhatian kita ke surga; sebab “dunia bukan rumahku.” Kita terdistrak oleh banyak hal. Sampai ada orang-orang yang tidak mampu berpikir kekekalan. Tidak mau masuk neraka, tetapi tidak merindukan Kerajaan Surga. Waspadalah, karena setiap hari kita diracuni oleh apa yang kita lihat, kita dengar, dan suasana pergaulan yang fasik.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA DITARGET IBLIS YANG BERUSAHA UNTUK MENGHALANGI KITA MENCAPAI TARGET DENGAN CARA MEMBUAT CARA BERPIKIR ATAU SUDUT PANDANG KITA SALAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 Juli 2023
2023-07-24 09:24:58

Yesaya 37-39
Mazmur 76

Card image
Truth Kids 23 Juli 2023 - BERDOA KEPADA TUHAN
2023-07-23 10:00:30


Yeremia 29:12
“Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu;”

Sobat Kids, ayat firman Tuhan di atas mengingatkan kita untuk senang berdoa. Kita berdoa hanya kepada Tuhan. Saat kita berdoa kepada Tuhan maka hati kita senang. Begitu juga dengan hati Tuhan. Tuhan juga akan ikut senang. Dalam berdoa kita berkomunikasi, mengobrol, kepada Tuhan.

Seorang anak yang ingin menjadi hadiah terbaik, akan senang berdoa. Tanpa disuruh lagi, kita harus memiliki keinginan untuk berdoa. Kita dapat berkata apapun kepada Tuhan di dalam doa. Tentunya dengan kalimat yang sopan, ya, Sobat Kids. Atau masih adakah di antara kalian yang bingung harus bicara apa saat berdoa? Jika ya, kalian anggap saja berbicara dengan teman baik. Jadi Sobat Kids bisa berbicara, bercerita, atau bertanya kepada Tuhan dalam doa kalian. Kalimatnya tidak perlu panjang-panjang. Tidak perlu juga dengan kata-kata yang indah.

Ketahuilah bahwa Tuhan mengerti doa yang kita ucapkan. Bahasa apapun yang kalian ucapkan saat berdoa, Tuhan mengerti. Ia adalah Tuhan yang Mahatahu. Yuk, kita berdoa kepada Tuhan setiap hari.

Card image
Truth Junior 23 Juli 2023 - SENANG BERDOA
2023-07-23 09:58:47


Yeremia 29:12
“Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu;”

Kemarin kita telah belajar untuk menjadikan kegiatan membaca firman Tuhan sebagai kegiatan favorit. Senang membaca firman Tuhan, jangan hanya dilakukan kemarin, ya, Sobat Junior. Kita harus melakukannya setiap hari, terus-menerus, sehingga itu menjadi kebiasaan dan gaya hidup kita. Selalu membaca firman Tuhan.

Hari ini kita mau belajar untuk senang berdoa. Siapa yang masih suka menolak kalau disuruh pimpin doa? Biasanya alasannya adalah tidak tahu harus bicara apa saat berdoa. Bingung mau bicara apa?

Sobat Junior, saat berdoa kita berkomunikasi dengan Tuhan; berbicara atau seperti ngobrol dengan Tuhan. Kalian bebas mau sampaikan apa saja kepada Tuhan dalam doa kalian. Bahasa apa pun yang kalian pakai, Tuhan mengerti. Bahkan Tuhan mengerti tetesan air mata yang mengalir saat kita menangis dan tidak sanggup berkata-kata karena merasa sangat sedih.

Seorang anak yang ingin menjadi hadiah terbaik, akan senang berdoa. Ia akan senang berkomunikasi dan menjalin hubungan dua arah dengan Tuhan. Mulailah untuk rutin berdoa setiap hari, Sobat Junior. Sehingga kalian berani untuk memimpin doa di depan orang, karena kalian punya hubungan yang dekat dengan Tuhan.

Card image
Truth Youth 23 Juli 2023 (English Version) - THE HARDEST LESSON
2023-07-23 09:55:28


"Lips that speak the truth will endure forever, but a lying tongue is but for a moment."
(Proverbs 12:19)

Friends, have you ever felt sad when you were lied to by a friend or anyone else? It feels disappointing, angry, and annoyed because you feel deceived by untrue words. Actually, we don't want to be treated like that, but why are there always people who behave like that? But let other people's characters be our experiences and lessons. If we feel that what others possess or do is not good, well, simply "don't do the same thing." Train ourselves to do good and be good. It feels wonderful to live with God, filled with holiness and purity.

However, behind the joy and beauty of it, we need to struggle. It can be said that the struggle is even "life-or-death." Struggling to live a holy and pure life is extremely difficult. According to you, what is the hardest lesson in school? Physics? Mathematics? Ah, those are still easy. We can still work on them with extra effort. We can still strive for high grades. But the lesson of becoming holy and pure, there is nothing that can compare to its difficulty.

So in this life, everything is easy, which means everything "can be overcome." At least, if we experience something in life, at least we are still breathing and we still have one nose. But to achieve a life without blemish and without fault, our entire life, our entire existence is consumed and parked only to please Him. Yet, that is the best thing in our lives. It is the best and worthy. If you have ever received a gift that you thought was the best thing in your life, becoming holy and pleasing Him is even better than that. Believe it!

WHAT TO DO:
1. Have an open heart to be transformed to become more like Him.
2. Have a heart that always wants to draw near to Him.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Psalms 104-106

Card image
Truth Youth 23 Juli 2023 - PELAJARAN YANG PALING SULIT
2023-07-23 09:52:37


"Bibir yang mengatakan kebenaran tetap untuk selama-lamanya, tetapi lidah dusta hanya untuk sekejap mata." (Amsal 12:19)

Teman, kalian pernah kan merasa sedih kalau kalian dibohongi oleh teman kalian atau siapa pun? Rasanya kecewa, marah, dan kesal karena merasa didustai oleh perkataan yang tidak benar. Sebenarnya, kita gak mau diperlakukan seperti itu, tapi kenapa ada saja orang yang bertingkah seperti itu? Tapi biarlah karakter orang lain itu bisa jadi pengalaman dan pembelajaran untuk kita. Kalau kita rasa hal yang dimiliki atau dilakukan orang lain itu tidak baik, ya sudah, sesimpel “jangan melakukan hal yang sama.” Latihlah diri kita untuk melakukan yang baik-baik dan menjadi yang baik-baik saja. Senang, rasanya indah hidup sama Tuhan, yang isinya kekudusan dan kesucian hidup.

Tapi, di balik rasa senang dan indahnya itu, tentu kita perlu berjuang. Bisa dikatakan perjuangannya itu bahkan kayak “mati-matian.” “Mati-matian untuk hidup kudus dan hidup suci, itu sama sekali tidak gampang. Menurut kalian, pelajaran apa yang paling susah di sekolah? Fisika? Matematika? Ah, itu masih gampang. Masih bisa kita kerjain dengan usaha lebih. Kita masih bisa mengupayakan mendapat nilai tinggi. Tapi pelajaran untuk menjadi kudus dan suci, itu susahnya tidak ada yang menandingi.

Maka dalam hidup ini, semuanya mudah, artinya semuanya “bisa dilewati.” Setidaknya, kalau kita sampai kenapa-napa dalam hidup, at least kita masih bernafas dan hidung kita masih satu. Tapi untuk mencapai kehidupan yang tidak bercacat dan tidak bercela, segenap hidup kita, seluruh kehidupan kita menjadi tersita dan terparkir hanya untuk menyenangkan-Nya. Namun, hal itu adalah hal yang terbaik dalam hidup kita. Itu sudah yang paling baik dan sepatutnya. Kalau kalian pernah mendapat hadiah yang kalian pikir paling baik dalam hidup kalian, menjadi suci dan menyenangkan-Nya lebih daripada itu. Percaya, deh!

WHAT TO DO:
1. Memiliki hati yang terbuka untuk diubahkan menjadi semakin serupa dengan-Nya
2. Memiliki hati yang terus ingin dekat dengan-Nya

BIBLE MARATHON:
▪︎Mazmur 104-106

Card image
Renungan Pagi - 23 Juli 2023
2023-07-23 09:45:20


Kita harus menjadi orang percaya yang senantiasa meneladani Kristus dan harus memberi teladan di manapun berada, sebab Tuhan Yesus mengatakan bahwa kita adalah garam dan terang dunia.

Dengan menjadi teladan hidup yang benar, orang lain dapat melihat perbuatan kita yang baik dan memuliakan Bapa yang disorga. Apapun yang kita pikirkan, katakan dan lakukan, haruslah membuat nama Tuhan dipermuliakan, bukan dipermalukan.

"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.

Jangan menjadi batu sandungan, jangan sampai menjadi bahan tertawaan orang karena sering berbicara tentang Yesus, tapi dalam hidupnya penuh dengan kemunafikan.
(Matius 5:13-16)

Card image
Quote Of The Day - 23 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-23 09:39:46


Selagi masih memiliki kesempatan untuk bisa berubah, kita yang harus dengan sengaja melepaskan semua keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Harus dengan sengaja, sadar dan rela!

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 23 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-23 09:36:17


Sebagaimana Tuhan Yesus bisa menemukan kemuliaan Allah yang hilang dan tampil sebagai pemenang, demikian juga kita bisa meraih hal yang sama.

Card image
MUST MATCH - 23 Juli 2023 (English Version)
2023-07-23 09:22:57


A good sports coach or athlete trainer will feel a burden and a crisis if they want to take their athletes to the actual match. They must make the athletes excel in fulfilling the government’s target, and the highest achievement is winning a gold medal. Therefore, they strive for their athletes to train earnestly to achieve good performance or the highest achievement. A good servant of God must also have a sense of crisis and burden to make the congregation achieve the highest achievements. The achievement that the congregation must achieve is pleasing to God, and this will also motivate God’s servant to achieve a life that pleases God.

In his letter, Paul said, “Therefore I do not run like someone running aimlessly; I do not fight like a boxer beating the air.” There is a goal or a target to achieve. As time goes by, our faith life grows, and God works more and more in our lives, so we increasingly understand the target we must achieve. If a servant of God preaches only from the books read and hears from others but does not hear what God wants to convey, the congregation will not change. No matter how great and complete the material presented by a speaker is, if it does not come from the heart of God and is not accompanied by the power of the Holy Spirit, it will not change.

The difficulty of preaching is not how to prepare sermon material and convey it using the homiletic method or the method of speech science. The difficulty of preaching is not in the pulpit when delivering the sermon. However, the difficulty of preaching is how to live each day walking with God, having an encounter, and experiencing Him so that we receive the impartation or transmission of His character traits. We can certainly find a target and goals to achieve and strive for. Thus, we have a burden and a feeling of crisis regarding achieving spiritual accomplishment. So, we must seriously fill our days with following God and have explicit goals.

Paul said, “I’m not a boxer who punches, not a runner who doesn’t know where the finish line is.” However, the average person doesn’t know where the finish line is. They move from one pleasure to the next, from one dream or goal or desire to the next dream. It was as if their life path had no end, though there was an end. Let’s be aware. The problem is, how seriously do we deal with God? Our life’s purpose should be God, but do we have true seriousness in dealing with Him?

We have to be serious if we want to achieve high targets and achievements. Seriously train, and prepare ourselves for the match. Most people generally don’t have a purpose in life, but we do have projections. Our life is not for this earth but for the new heavens and earth.  We must have the quality of being God’s children to achieve a good life, enter the Father’s House, or be qualified to become a member of God’s Kingdom family.

In Matt.16:21, God said He must go to Jerusalem and suffer many things from the elders, chief priests, and scribes and then be killed and raised on the third day. That is the purpose or target of the Father sending His Son. The devil had several times prevented Jesus from reaching the peak of His work, namely dying on the cross and being resurrected. When Jesus declared this to His disciples, “But Peter pulled Jesus aside.” The word “but” indicates the opposite. So, Peter disagrees with Jesus. “…and rebuked Him….” Peter blamed Jesus as if He needed to be corrected. As if He was wrong.

Never, Lord!” he said. “This shall never happen to you!” There is a conflict here between God’s plan that must be fulfilled with Peter’s intention and his wishes on behalf of the other disciples. “Then Jesus turned and said to Peter: Get behind me, Satan! You are a stumbling block to me; you do not consider God’s concerns but merely human concerns.” Very few people have the same life goal as the mind and feelings of God.

The devil is working hard. Therefore, we must practice daily thinking about what God thinks. So it’s not just for a moment when we are in church, hear the Word, and think about what the preacher said. However, in every step of our life-our, our reactions to events, decisions, and choices that we have to make must be by what God thinks, not what humans think. So, listen to the Word, which will guide us in choosing what God thinks, not what human thinks. It is absolute to sit quietly at God’s feet to have the sensitivity to distinguish what is according to God’s thoughts and what is not.  

OUR REACTIONS THAT MUST BE DECIDED TOWARD AN EVENT, DECISION, OR CHOICE IN EVERY STEP OF OUR LIFE MUST BE BY THE THOUGHT OF GOD, NOT HUMANS.

Card image
HARUS SESUAI - 23 Juli 2023
2023-07-23 09:17:44


Pelatih sebuah cabang olahraga atau pelatih atlet yang baik, akan merasakan beban dan perasaan krisis jika hendak menghantar atletnya ke medan laga. Biasanya pelatih yang baik, sesuai dengan tuntutan pemerintah, menarget atletnya untuk berprestasi. Tentu prestasi tertinggi adalah meraih medali emas. Karenanya ia mengusahakan agar atletnya berlatih sungguh-sungguh untuk bisa mencapai prestasi yang baik, prestasi yang setinggi-tingginya. Pelayan Tuhan yang baik, harus juga memiliki perasaan krisis dan beban, bagaimana supaya jemaat bisa mencapai prestasi setinggi-tingginya. Prestasi yang harus dicapai oleh jemaat adalah berkenan kepada Tuhan. Hal ini juga akan memotivasi para pelayan Tuhan atau hamba Tuhan, untuk benar-benar mencapai kehidupan yang berkenan kepada Tuhan.

Di dalam suratnya, Paulus mengatakan, “Aku bukan pelari tanpa tujuan dan petinju yang sembarangan saja memukul.” Ada tujuan yang harus dicapai; ada target yang harus diraih. Seiring dengan bergulirnya waktu, bertumbuhnya kehidupan iman kita, dan semakin banyaknya penggarapan Tuhan di dalam hidup, kita semakin mengerti target yang harus kita raih. Sebagaimana seorang hamba Tuhan yang berkhotbah hanya dari buku yang dibaca, dari apa yang didengar orang lain, tetapi tidak mendengar apa yang Tuhan mau sampaikan, maka jemaat tidak berubah. Sehebat dan selengkap apa pun materi yang disampaikan oleh seorang pembicara, jika tidak berasal dari hati Tuhan dan tidak disertai kuasa Roh Kudus, tidak akan mengubah.

Sulitnya berkhotbah itu bukan bagaimana menyusun bahan khotbah dan menyampaikannya dengan metode homiletik atau metode ilmu bicara. Sulitnya berkhotbah bukan pada waktu di mimbar waktu menyampaikan khotbah. Namun, sulitnya berkhotbah adalah bagaimana hidup setiap hari berjalan dengan Tuhan, benar-benar memiliki perjumpaan dengan Tuhan dan mengalami Tuhan, sehingga ia menerima impartasi atau penularan sifat-sifat karakter Allah di dalam hidupnya. Kita pasti dapat menemukan target yang harus diraih; sasaran yang harus dicapai, dan berjuang untuk hal itu. Dengan demikian, kita memiliki beban dan perasaan krisis bagaimana kita dapat mencapai prestasi rohani. Maka, kita harus serius mengisi hari hidup dalam mengikut Tuhan dan memiliki tujuan yang jelas.

Seperti yang Paulus kemukakan, “Aku bukan petinju yang sembarangan memukul, bukan pelari yang tidak tahu di mana garis akhirnya.” Namun, rata-rata orang tidak tahu di mana garis akhirnya. Rata-rata orang bergerak dari satu kesenangan ke kesenangan berikut, dari satu mimpi atau cita-cita atau keinginan ke mimpinya yang berikut. Seakan-akan jalan hidupnya tidak berujung. Padahal, ada ujungnya. Mari kita sadar. Masalahnya, seberapa kita serius berurusan dengan Allah? Tujuan hidup kita itu Tuhan, mestinya. Apakah kita memiliki keseriusan yang benar dalam berurusan dengan Tuhan?

Kalau mau mencapai target tinggi, prestasi tinggi, harus serius. Serius berlatih, serius mempersiapkan diri dalam gelanggang. Banyak orang, pada umumnya, tidak memiliki tujuan hidup, tetapi kita memiliki proyeksi. Hidup kita bukan untuk di bumi ini, melainkan untuk di langit baru bumi baru. Untuk mencapai kehidupan yang dilayakkan, masuk Rumah Bapa atau dilayakkan menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah, kita harus memiliki kualitas sebagai anak-anak Allah.

Di Matius 16:21, Tuhan mengatakan bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala, dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Itu adalah tujuan atau maksud Bapa mengutus Putra-Nya. Iblis sudah beberapa kali menghalangi Yesus agar tidak sampai pada puncak karya-Nya, yaitu mati di kayu salib dan dibangkitkan. Yesus menyatakan ini kepada murid-murid-Nya. “Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping.” Kata “tetapi” menunjukkan kebalikan. Jadi, Petrus tidak seiring dengan Yesus. “... dan menegur Dia…” Petrus mempersalahkan Yesus, seakan-akan Yesus perlu diluruskan. Seakan-akan Yesus salah.

“Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu. Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” Di sini terjadi konflik antara rencana Tuhan yang harus digenapi, dengan maksud Petrus, serta keinginan-keinginannya yang mewakili murid-murid lain. “Maka, Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: Enyahlah, Iblis! Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku. Sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” Memang sedikit sekali orang yang memiliki tujuan hidup yang sepikiran dan seperasaan dengan Allah.

Iblis giat berusaha. Untuk itu, kita harus berlatih setiap hari untuk memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah. Jadi bukan hanya sesaat waktu kita di gereja, kita mendengar firman, memikirkan apa yang disampaikan pengkhotbah. Namun, dalam setiap langkah hidup kita—reaksi kita terhadap suatu peristiwa, keputusan dan pilihan yang harus kita tentukan—harus sesuai dengan apa yang dipikirkan oleh Allah, bukan yang dipikirkan oleh manusia. Jadi, mutlak mendengar firman, yang akan memandu kita dalam menjalani hidup, bagaimana memilih apa yang dipikirkan Allah, bukan yang dipikirkan manusia. Mutlak untuk duduk diam di kaki Tuhan, guna memiliki kepekaan untuk membedakan apa yang sesuai dengan pikiran Allah dan yang tidak sesuai dengan pikiran Allah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DALAM SETIAP LANGKAH HIDUP KITA—REAKSI KITA TERHADAP SUATU PERISTIWA, KEPUTUSAN DAN PILIHAN YANG HARUS KITA TENTUKAN—HARUS SESUAI DENGAN APA YANG DIPIKIRKAN OLEH ALLAH, BUKAN YANG DIPIKIRKAN OLEH MANUSIA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 Juli 2023
2023-07-23 09:13:59

Yesaya 35-36

Card image
Truth Kids 22 Juli 2023 - TIMO DAN KEBIASAANNYA
2023-07-22 10:25:06


Mazmur 1:2
“tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.”

Setelah bangun pagi, Timo segera bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Setelah semuanya selesai, Timo langsung duduk di ruang makan menunggu papa dan mama untuk sarapan bersama. Timo sudah berusia delapan tahun, Sobat Kids. Itulah sebabnya ia sudah bisa mandi dan memakai baju sendiri. Sejak kecil ia diajarkan untuk melakukan tanggung jawabnya sendiri. Selain itu ada kebiasaan lain yang kita bisa ikuti dari Timo. Setiap hari Timo membaca Alkitab dan menulisnya di sebuah buku kecil. Timo sangat rajin membaca Firman Tuhan, Sobat Kids. Papa dan mama selalu mengajak Timo untuk membaca Alkitab sebelum tidur di malam hari.

Bagaimana dengan kalian, Sobat Kids? Apakah kalian juga suka membaca dan melakukan seperti yang Timo lakukan? Kalau belum, yuk, kita mulai membaca firman Tuhan setiap hari. Seorang anak yang ingin menjadi hadiah terbaik, akan mencintai firman Tuhan dan rajin membaca Alkitab setiap hari.

Card image
Truth Junior 22 Juli 2023 - FAVORIT
2023-07-22 10:21:07


Mazmur 1:2
“tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.”

Siapa di antara Sobat Junior yang ngefans dengan boy band atau girl band dari luar negeri? Jika ada salah satu grup penyanyi yang kalian sukai, pasti kalian hafal lirik lagu-lagu yang mereka nyanyikan, bukan? Walaupun liriknya dalam bahasa asing, kalian dengan mudah menghafalnya. Dengan cepat kalian akan mengingat irama dan setiap kata dalam lagu tersebut, bahkan setiap gerakannya. Betul, kan? Karena sangat suka dengan grup penyanyi tersebut, membuat kita mudah mengingat semua lirik lagu yang mereka nyanyikan. Siang dan malam, lagu-lagu band kesayangan akan didengarkan terus menerus.

Sekarang pertanyaannya, bagaimana dengan firman Tuhan? Apakah kita mendengarkan atau membaca firman Tuhan berulang-ulang; siang dan malam selalu membaca firman Tuhan? Coba kita sama-sama renungkan, Sobat Junior. Kita mengaku sayang Tuhan. Apakah perbuatan kita sehari-hari mencerminkan cinta kepada Tuhan dan firman-Nya? Jangan-jangan kita lebih cinta kepada band favorit kita daripada kepada Tuhan.

Seorang anak yang ingin menjadi hadiah terbaik, akan mencintai firman Tuhan, rajin membaca Alkitab serta merenungkannya. Bukan hanya membaca firman Tuhan seminggu sekali saat di gereja, melainkan membaca firman Tuhan setiap hari. Yuk, kita berjuang untuk menjadi hadiah terbaik dengan mencintai firman Tuhan. Membaca firman Tuhan menjadi kegiatan favorit kita.

Card image
Truth Youth 22 Juli 2023 - NAIK ANAK TANGGA, YUK!
2023-07-22 10:11:54


"Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi." (Amsal 10:19)

Siapa yang tidak tahu istilah, “lidah tidak bertulang?” Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti “lidah tak bertulang” adalah mudah saja mengatakan (menjanjikan) sesuatu. Nah, kita sering banget, gampang banget mengatakan sesuatu. Kadang suka keceplosan, kadang gak dipikir dulu, kadang kata-kata terucap begitu saja. Tapi firman Tuhan berkata, “siapa yang menahan bibirnya, berakal budi.” Nah, kadang kita perlu sedikit tarik nafas setiap kita mau mengatakan sesuatu, yang sekiranya mungkin menyakiti atau kita tidak tahu persis kebenaran dari kata yang kita ucapkan. Memang itu sangat sulit untuk dilakukan, karena biasanya reaksi yang diberikan oleh ucapan kita itu spontanitas, jadi kadang terucap begitu saja tanpa berpikir terlalu panjang. Nah, maka dari itu, mari kita belajar untuk menarik sedikit napas, ketika kita mendengar sesuatu, atau ketika kita ingin bereaksi terhadap apa yang kita dengar dan lihat.

Ini butuh latihan. Jadi, harus sering kali dilatih dan diuji untuk menahan diri mengucapkan sesuatu yang tidak perlu. Nah, sering kali dalam latihan tersebut, kita suka gagal, suka salah, dan lainnya. Tapi, jangan khawatir, kita punya waktu selama hidup untuk melatih diri kita, asalkan kita punya progresivitas yang baik selama kita hidup. Artinya, kalau kita gagal dalam latihan untuk menahan diri, kita langsung bereskan dengan minta ampun, dan bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama lagi. Gagal lagi, minta ampun lagi. Gagal lagi, minta ampun lagi. Pokoknya hidup itu menaiki anak tangga saja setiap harinya. Menaiki anak tangga berarti naik satu anak tangga, naik satu anak tangga yang lain, begitu seterusnya. Kalau kita gagal pada anak tangga yang satu ini, kita bereskan dulu. Kita latih dan kita uji lagi, baru naik lagi ke anak tangga selanjutnya. Yuk, kita coba!

WHAT TO DO:
1. Menarik nafas kalau ingin mengatakan sesuatu yang belum pasti atau tidak nyaman
2. Minta ampun setiap kali gagal latihan dan coba lagi

BIBLE MARATHON:
▪︎Mazmur 95-103

Card image
Renungan Pagi - 22 Juli 2023
2023-07-22 10:04:51


Paulus berkata, "Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus, penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?" Dengan tegas dia mengatakan bahwa penderitaan, bahaya bahkan kematianpun tidak dapat memisahkan dia dari Kristus.

Ini adalah pernyataan yang luar biasa dari seorang yang sudah "Mengalami Tuhan", telah merasakan kasih setia dan anugerah keselamatan yang besar dari Tuhan. Baginya sekali memilih Yesus akan tetap ada didalam Yesus.

Sekali memilih hidup dalam kebenaran akan tetap berjalan dalam kebenaran, sampai kematian pun menjadi keuntungan bagi Paulus, sebab dia tahu kematian adalah awal hidupnya bersama Tuhan dalam kekekalan.

Marilah kita ikuti teladan Paulus yang mengikuti teladan Yesus Kristus. Jangan menjadi orang percaya yang hanya mengaku percaya Yesus, namun tidak melakukan apa yang diperintahkan-Nya.

Tidak mengikuti teladan Yesus, bahkan hidup kita sangat bertentangan dengan ketetapan firman Tuhan. Ingatlah selalu kasih setia dan anugerah yang besar yang telah diberikannya bagi kita.
(Roma 8:35).

Card image
Quote Of The Day - 22 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-22 09:57:27


Iman yang benar ditandai dengan kerelaan kita melepaskan segala sesuatu.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 22 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-22 09:53:16


Kalau seseorang sungguh-sungguh telah beriman, maka ia tidak akan mengkhianati Tuhan dan meninggalkan imannya.

Card image
GOD ACCOMPANIES - 22 Juli 2023 (English Version)
2023-07-22 09:40:26


Don’t be afraid of tomorrow, both on this earth and in eternity, because God is almighty and capable of protecting our fate and offspring. Remember that since God loved Abraham, Lot, his nephews, and his descendants were all preserved. The Bible says many times, “God remembered Abraham.” God remembered Abraham because he carried His mandate. He shouldered God’s plan that must be fulfilled and must become the father of many nations, as the father of the faithful. His life must be an example, a portrait, a prototype of believers.

He had to leave the Ur of the Chaldees to have a lifestyle different from that of his family and ancestors. He had to wait for a child for a quarter of a century and endure heavy trials. Today, as children of Abraham in faith, can learn from him. Abraham became the model, the prototype of the believer, and he paid the price so God would remember him. Wouldn’t we be happy if God would remember us and our offspring? We should pay the price for the salvation of our offspring with the sanctity of life and closeness to God of the universe, even though that is not the primary goal.

Our primary goal is to please and serve God, so don’t lose the opportunity. Life is serious, so do not return to the land of eternity empty-handed because we do nothing during life. Repent, start from the good life, and don’t sin again because sin keeps us buried in foolishness, and God can never trust us because only the saints can walk with Him. We must start with good character and not with skills, money, or anything else we can donate to the church, but it must start with our character. Therefore, we must become holier and more blameless, and when we understand the truth, we believe God will make us sufficient.

No one can escape God’s judgment, and we will be in His court sooner or later, so we should have some trepidation about it. We may have a big name, or as a leader, a successful business person on earth, but it is horrifying if it turns out that we are found rotten and shameful before God’s court, where nothing can be covered up. Let us not be disgraced in eternity, and don’t go home empty-handed. The souls we save become treasures or gems of God. We must change before this time passes to be precious in God’s eyes.

When we are burdened and participate in God’s suffering, He must guard us. We may not have anything, but if we sincerely say, “Here I am, send me,” God will defend us. “Make disciples of all nations,” not just converting people to Christianity. A disciple studies, so we have to become disciples first. We must be able to do what our Master sets an example for and commands; only then can we be an example and become a model for how people form and build themselves up. So, it was no exaggeration that Paul said, “Brothers and sisters, join in following my example, and observe those who walk according to the pattern you have in us.”

Paul is already in heaven, but some people live like him and become an example. They are capable of speaking and whose heart is like Paul, who said, “My life is not me anymore, but Christ lives in me.” Paul also said, “To me, to live is Christ, and to die is gain.” All of us can be like Jesus and imitate Paul’s life. This is the opportunity God has given us to change. We must change and keep changing while we still have the time and chance.

Maybe now our lives are in ruins, like a messy tilted house. However, that does not rule out the possibility for us to be restored. Let us sincerely say, “I want to share in Your work, Lord. What should I do?” Don’t think we have no money, look bad, or are uneducated, because each of us is special. If we can’t save many people, even a few are extraordinary. If we can’t save a few people, even one person around us, who can be taken to the Kingdom of God, that’s worth more than all the treasures in the world. We must start with ourselves. We must repent and don’t sin anymore.

Save ourselves, and then we become an instrument to save others. What is needed is not money, looks, or education but the surrendering heart so God forms or processes us. Starting today, let’s have the character of God so we can have a burden like the one in His heart. He lives and is present and hears our slightest voice. The mighty God can restore us, and we will experience the sentence “I am with you always” if we become instruments in God’s hands as His messengers. If God is with us, then it is everything.  

WE WILL EXPERIENCE THE SENTENCE “I am with you always” IF WE BECOME INSTRUMENTS IN GOD'S HANDS AS HIS MESSENGERS.

Card image
TUHAN MENYERTAI - 22 Juli 2023
2023-07-22 09:36:58


Jangan takut hari esok, baik di bumi ini sampai di kekekalan, jangan takut. Nasib kita, anak cucu keturunan kita, Allah sangat sanggup pelihara. Dia Maha Kuasa. Ingat, mengapa Abraham begitu dicintai Tuhan. Lot, keponakannya, anak cucu keturunannya, semua terpelihara. Berapa banyak kalimat dalam Alkitab yang mengatakan, “Allah mengingat Abraham.” Allah mengingat Abraham karena Abraham membawa mandat-Nya. Abraham memikul rencana Allah yang harus dipenuhi. Dia harus menjadi bapak banyak bangsa, bapak orang beriman. Maka, hidupnya harus menjadi teladan, contoh, potret, prototipe orang beriman.

Dia harus meninggalkan Ur-Kasdim supaya punya gaya hidup yang tidak sama dengan keluarganya, nenek moyangnya. Dia harus menunggu anak selama seperempat abad. Dia harus mengalami ujian-ujian berat. Hari ini, kita sebagai anak-anak Abraham dalam iman, bisa belajar. Abraham menjadi model, prototipe orang beriman, dan dia bayar harganya. Maka, Allah mengingat. Tidakkah kita senang jika Tuhan akan mengingat kita dan anak cucu keturunan kita? Kita bayar harga keamanan keturunan kita dengan kesucian hidup dan kedekatan kita dengan Allah semesta alam, walaupun itu bukan tujuan utama.

Tujuan utama kita adalah menyenangkan Dia dan melayani Dia. Jangan kehilangan kesempatan. Hidup ini tidak main-main. Jangan pulang ke negeri kekekalan dengan tangan kosong. Karena kita tidak berbuat apa-apa selama hidup. Bertobatlah, dimulai dari kehidupan yang benar. Jangan berbuat dosa lagi, karena dosa membuat kita terkubur dalam kebodohan, dan kita tidak akan pernah bisa dipercayai Tuhan. Sebab hanya orang-orang kudus yang bisa berjalan dengan Tuhan. Hal itu harus dimulai dari karakter yang baik. Bukan dimulai dari kecakapan, uang, atau apa pun yang bisa kita sumbangkan ke gereja. Tapi harus dimulai dari karakter, watak kita. Karenanya, kita harus berproses untuk benar-benar makin kudus, makin tak bercacat tak bercela. Ketika kita mengerti kebenaran, kita percaya Tuhan akan cukupi kita.

Tidak ada yang bisa menghindarkan diri dari pengadilan Tuhan. Cepat atau lambat kita ada di pengadilan Tuhan. Miliki kegentaran akan hal itu. Di bumi, kita memiliki nama besar, atau sebagai seorang pimpinan, pengusaha sukses, tetapi kalau ternyata di hadapan pengadilan Tuhan di mana tidak ada yang bisa kita tutupi, dan ternyata kita didapati busuk, memalukan. Jangan sampai kita dipermalukan dalam kekekalan. Jangan pulang dengan tangan kosong. Jiwa-jiwa yang kita selamatkan menjadi harta, permata Tuhan. Berharga di mata Allah. Maka, berubahlah, sebelum waktu ini berlalu.

Ketika kita memiliki beban dan mengambil bagian dalam penderitaan Tuhan, kita pasti dijagai Tuhan. Kita mungkin tidak punya apa-apa, tetapi kalau tulus berkata, “Ini aku, utuslah aku,” Tuhan akan bela kita. “Jadikan semua bangsa murid-Ku,” bukan sekadar membuat orang jadi Kristen. Murid itu belajar. Maka, kita harus jadi murid dulu. Kita harus bisa melakukan apa yang Sang Guru kita teladankan dan perintahkan, baru kita bisa menunjukkan diri bagaimana kita menjadi teladan, menjadi model bagaimana orang membentuk, membangun dirinya. Maka, tidak berlebihan Paulus berkata, “Ikuti teladanku dan orang-orang yang hidup sama seperti kami, jadi teladanmu.”

Paulus sudah di surga, tetapi ada orang-orang yang hidupnya seperti Paulus yang menjadi teladan. Bukan hanya cakap berbicara, tetapi orang yang hatinya seperti Paulus yang berkata, “Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku.” Paulus berkata, “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Semua kita bisa menjadi seperti Yesus dan mencontoh kehidupan Paulus. Ini kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita untuk berubah. Kita harus berubah dan terus berubah. Mumpung kita masih memiliki hari dan kesempatan.

Barangkali saat ini hidup kita porak-poranda. Ibarat rumah, mungkin sudah miring, sudah berantakan. Namun, itu tidak menutup kemungkinan untuk kita dipulihkan. Marilah dengan tulus kita berkata, “Aku mau mengambil bagian dalam pekerjaan-Mu, Tuhan. Apa yang harus aku lakukan?” Jangan berpikir tidak punya uang, berpenampilan buruk, tidak berpendidikan, karena setiap kita ini istimewa. Kalau tidak bisa menyelamatkan 100 orang, 10 orang itu sudah luar biasa. Tidak bisa menyelamatkan 10 orang, satu orang di sekitar kita yang bisa diantar ke Kerajaan Allah, itu nilainya lebih dari semua harta di dunia. Walau hanya satu. Tentu dimulai dari diri kita sendiri. Bertobat. Jangan berbuat dosa lagi.

Selamatkan diri kita. Setelah itu, jadilah alat untuk menyelamatkan orang lain. Tidak dibutuhkan uang, penampilan, atau pendidikan. Hati yang diserahkan, sehingga kita dibentuk Tuhan, diproses. Mulailah hari ini memiliki karakter, sifat-sifat Allah, sehingga kita bisa memiliki beban seperti beban yang ada di dalam hati Tuhan. Dia hidup, Dia hadir. Dia mendengar suara kita sekecil apa pun. Allah yang berkuasa bisa memulihkan kita. Kalimat “Aku menyertai kamu,” akan kita alami kalau kita menjadi alat di dalam tangan Tuhan sebagai utusan-Nya. Kalau Allah menyertai kita, itu segalanya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALIMAT “AKU MENYERTAI KAMU,” AKAN KITA ALAMI KALAU KITA MENJADI ALAT DI DALAM TANGAN TUHAN SEBAGAI UTUSAN-NYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 Juli 2023
2023-07-22 09:27:05

Yesaya 31-34

Card image
Truth Kids 21 Juli 2023 - KELUARGA PAK YOSEPH
2023-07-22 09:58:45


1 Samuel 12:24
“Hanya takutlah akan TUHAN dan setialah beribadah kepada-Nya dengan segenap hatimu, sebab ketahuilah, betapa besarnya hal-hal yang dilakukan-Nya di antara kamu.”

Di sudut kota Jakarta, tinggallah sebuah keluarga yang sangat sederhana. Pak Yoseph dan istri memiliki dua orang anak, yaitu Dani dan Dian. Dani dan Dian adalah saudara kembar dan bersekolah di tempat yang sama. Pak Yoseph bekerja sebagai seorang tukang ojek dan istrinya bekerja sebagai penjual makanan ringan di rumah. Pak Yoseph ini sangat taat kepada Tuhan, begitupun dengan kedua anaknya. Pak Yoseph dan istrinya selalu mengajarkan Dani dan Dian menjadi anak yang rajin beribadah kepada Tuhan Yesus.

Pak Yoseph dan istrinya mengajarkan anak-anak mereka untuk selalu beribadah setiap hari. Hmm… apakah maksudnya mereka pergi ke gereja setiap hari? Bukan demikian, Sobat Kids. Ibadah bukan hanya pergi ke gereja di hari Minggu, melainkan perbuatan dan sikap kita setiap hari. Sebenarnya ibadah adalah menyenangkan hati Tuhan Yesus dalam setiap perkataan, perbuatan, dan pikiran kita. Jadi kita dapat melakukan ibadah setiap hari, di mana saja kita berada. Menolong orang lain yang membutuhkan bantuan juga termasuk ibadah, Sobat Kids. Bersikap sopan kepada orang tua juga merupakan ibadah.

Card image
Truth Junior 21 Juli 2023 - BERIBADAH SETIAP WAKTU
2023-07-21 09:47:30


1 Samuel 12:24
“Hanya takutlah akan TUHAN dan setialah beribadah kepada-Nya dengan segenap hatimu, sebab ketahuilah, betapa besarnya hal-hal yang dilakukan-Nya di antara kamu.”

Di sebuah kota kecil, ada seorang anak bernama Rina yang sangat senang mengikuti Sekolah Minggu. Setiap Minggu, Rina selalu bersemangat untuk pergi ke gereja dan belajar tentang Tuhan. Namun, setelah pulang dari gereja, Rina sering kali lupa untuk mengingat Tuhan dalam kehidupan sehari-harinya.

Suatu hari, di Sekolah Minggu, kakak Sekolah Minggu menjelaskan tentang ayat 1 Samuel 12:24. Kakak Sekolah Minggu menjelaskan bahwa ibadah bukan hanya dilakukan di gereja, tetapi juga harus dilakukan setiap saat dalam hidup kita. Bahkan, ibadah juga bisa dalam setiap tindakan dan perbuatan yang kita lakukan, baik di rumah, di sekolah, atau di tempat lainnya. Rina mendengarkan dengan seksama dan memahami bahwa mengingat Tuhan dalam setiap tindakan adalah sangat penting.

Setiap hari, Rina mulai rajin berdoa dan membaca Alkitab setiap pagi, sebelum berangkat sekolah. Ia juga belajar untuk menghormati orang lain dan melakukan perbuatan baik. Saat ia merasakan kesulitan atau merasa sedih, ia selalu berdoa dan meminta bantuan dari Tuhan. Seiring berjalannya waktu, Rina merasa semakin dekat dengan Tuhan. Ia juga merasa Tuhan membantunya dalam kehidupan sehari-hari.

Sobat Junior, dari cerita Rina di atas, kita bisa belajar bahwa ibadah itu bukan hanya kegiatan santai yang dilakukan setiap hari tertentu, melainkan harus menjadi suatu nafas dalam hidup kita. Kita harus selalu mengingat Tuhan dalam setiap tindakan dan perbuatan yang kita lakukan, baik di rumah, di sekolah, atau di tempat lainnya. Kita harus belajar untuk selalu berdoa dan membaca Alkitab setiap hari, serta melakukan perbuatan baik kepada sesama dan menjadi hadiah yang terbaik untuk mereka.

Card image
Truth Youth 21 Juli 2023 (English Version) - WE ARE FORCED TO BE GREAT!
2023-07-21 09:43:16


"Let no one despise you for your youth, but set the believers an example in speech, in conduct, in love, in faith, in purity." (1 Timothy 4:12)

In today's era, millennials are no longer just kids who read books and play. The world of technology is rapidly advancing, and we can maximize our potential through various media. We can watch YouTube, read articles, listen to podcasts, and obtain a wealth of information from various sources. That's why millennials nowadays can't afford not to be smart. Usually, young people today are expected to do many things. They must be able to do this, they must be able to do that. On one hand, these expectations sometimes create fear. But on the other hand, the world's expectations of millennials today hold their own value. What kind of value? Yes, because we are expected to do many things, let's prove ourselves by giving 100% even if expected only 80%. If we are expected to give 100%, don't worry, we can still give 150% in this life.

Living entirely dependent on God makes us want to do many things to the best of our ability. It's like "we are forced to be great." Therefore, the demands made by the world are opportunities for us to set a good example in speech, in conduct, in love, in faith, and in purity. Whatever we do, we should not do it half-heartedly. We must give our all, 100%. Or if there is a higher number, that's fine too. The main thing is wherever we are and wherever we go, always remember Him, so that we can do everything solely for Him.

WHAT TO DO:
1. Start realizing that whatever we do is only for God.
2. Set an example, starting with speaking good words.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Psalms 89-94

Card image
Truth Youth 21 Juli 2023 - KITA TERPAKSA HEBAT, DEH!
2023-07-21 09:38:26


"Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Timotius 4:12)

Di zaman sekarang, anak milenial bukan lagi anak yang hanya membaca buku dan bermain. Dunia teknologi berkembang pesat, dan kita bisa memaksimalkan potensi kita melalui banyak media. Kita bisa menonton Youtube, kita bisa membaca artikel, kita bisa mendengarkan podcast, kita bisa memperoleh banyak informasi dari berbagai macam sumber informasi. Karena itu, anak milenial zaman sekarang sudah gak bisa lagi gak pintar. Biasanya, anak zaman sekarang diekspektasikan banyak hal. Harus bisa ini, harus bisa itu. Di satu sisi, ekspektasi itu terkadang membuat ketakutan sendiri. Tapi di sisi yang lain, ekspektasi dunia terhadap anak milenial zaman sekarang punya nilai tersendiri, lho. Nilai tersendiri yang bagaimana? Iya, karena kita dituntut banyak hal, sekalian saja kita buktikan bahkan kalau kurang, kita lebihkan. Kalau masih kurang, kita persembahkan yang lain. Maksudnya apa, sih? Dengan banyaknya tuntutan anak milenial ini, tanpa sadar itu merupakan sarana kita untuk menjadi teladan yang baik. Kalau kita diekspektasikan 80%, kita kasih diri kita 100%. Kalau kita dieskpektasikan 100%, tenang, kita masih bisa memberi 150% dalam hidup ini.

Hidup bergantung sepenuhnya dengan Tuhan, menjadikan kita ingin melakukan banyak hal semaksimal mungkin. Istilahnya “kita terpaksa hebat.” Karena itu, tuntutan yang diajukan oleh dunia ini adalah kesempatan kita untuk menjadi teladan yang baik dalam perkataan, dalam tingkah laku, dalam kasih, dalam kesetiaan, dan dalam kesucian kita. Kalau melakukan apa pun itu, jangan setengah-setengah. Harus all out 100%. Atau kalau ada angka yang lebih tinggi, juga boleh. Intinya, di mana pun kita berada dan ke mana pun kita pergi, jangan lupa untuk mengingat-Nya selalu, sehingga kita mampu melakukan segala sesuatu hanya untuk-Nya.

WHAT TO DO:
1. Mulai menyadari apa pun yang kita lakukan hanya untuk Tuhan
2. Menjadi teladan dimulai dari perkataan baik yang keluar dalam diri kita

BIBLE MARATHON:
▪︎Mazmur 89-94

Card image
Renungan Pagi - 21 Juli 2023
2023-07-21 09:35:10


"Orang yang berbahagia adalah orang yang merenungkan Taurat Tuhan siang dan malam. "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam."

Arti kata "siang dan malam", ini berbicara tentang waktu yang ada pada kita yang diberikan oleh Tuhan, setiap orang mendapat waktu yang sama dari Tuhan yaitu 24 jam sehari. Tuhan tidak memberikan waktu seminggu sekaligus untuk kita jalani, tetapi hari ke hari, kita harus menjalaninya bersama Tuhan siang dan malam dan penyertaan Tuhan itu kita rasakan ketika memiliki perenungan akan firman-Nya dalam setiap aspek kehidupan.

Karena itu apakah kita mengisi waktu-waktu dengan hal-hal yang baik, Kudus dan berkenan kepada Tuhan, atau mengisinya dengan hal-hal yang najis, mendukakan Tuhan dan tidak berkenan pada-Nya? Semua itulah sebenarnya yang akan menentukan hidup bahagia atau tidak. Jadi jika kita ingin berbahagia, hiduplah dalam firman Tuhan setiap hari.
(Mazmur 1:1-3)

Card image
Quote Of The Day - 21 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-21 09:32:15


Jangan setengah-setengah dalam memercayai Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 21 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-21 09:29:53


Melakukan kehendak Bapa berarti bukan hanya menurut hukum, tetapi juga dalam segala hal selalu sesuai dengan keinginan atau kehendak Bapa.

Card image
UNLIMITED - 21 Juli 2023 (English Version)
2023-07-21 09:27:37


We are not forced to be God’s messenger because the desire and willingness must come from ourselves. However, the Father will surely be pleased if we are willing to. Our money, ability, skill, and talent will not be enough to satisfy God’s heart because everything can be limited, but what is unlimited is our heart. We can make our hearts as comprehensive, wide, deep, and high as possible to love God so we can have a burden like Him. However, if we don’t want to, we limit our love for God and give our heart to many things in this world, then we lose the opportunity to be dignified as heavenly royalty.

Only the nobles can enter the Father’s House and be glorified with Jesus. The nobles are those mentioned in Rom.8:17, who suffered with the Lord Jesus. Don’t be a Christian who only asks, demands, and talks about protection. God’s inclusion is always associated with His protection and blessings. We shouldn’t have to worry about that or behave like that. Like parents who already prepare insurance for education before the children attend school or even before the child is born, they have prepared clothes and diapers.

Our Father in Heaven must be more than that. The Lord said, “Is there any child whose mother left it when it was suckled?” There isn’t any. No mother leaves the child. She is nursing. But if there were, God said: “I will never leave you.” We leave God and do not want to bear with Him. We want to be accompanied and protected, but we don’t want to understand what God’s inclusion is for—the suffering God allows us to experience or the cross we carry produces glory.

Paul said, “I consider that our present sufferings are not worth comparing with the glory that will be revealed in us.” This doesn’t mean to hurt us, but so that the glory that the Father promised to His Only Begotten Son, the Lord Jesus Christ, can be passed on to Him, together with us if we bear with God. Many of us are still far from the standard. We want to be loved, blessed, and protected, to see and experience miracles. However, we don’t understand that we must have a character like Jesus and feel and bear with Him. Therefore, the sanctity of life is absolute, which is having a character like Jesus.

“Go and make disciples of all nations” is not a commandment. However, in Indonesian translation, it is an imperative sentence, but in the original text is a participle; “while you’re going.” Not an instruction. So, automatically wherever we go, we will salt the world unless we become complacent and light up the world unless we go out. Wherever we are, we will influence people unless the world influences us. We can’t help it; we must bless people. We must impact places where we fulfill our calling—whatever our status or occupation is.

Wherever we are, there is the reign of God, and He is always with us. God accompanies us to “Make disciples of all nations.” God is concerned with the salvation of people’s souls because He doesn’t want them to perish. Do we think this is also our problem? Or do we have problems of our own? People who are busy with themselves will not be busy with God. So, we must be finished with ourselves—be enough with what we have, and don’t let us drown in a problem, even if we have one.

Each of us must have a serious or painful problem, whether a business or household problem. However, if we become God’s messengers, God will say: “Whoever hurts you hurts Me.” It doesn’t take money, higher education, specific abilities, or skills to love God, but an open heart, as wide, high, or deep as possible, says, “I love You, Lord.”  

WHAT WE HAVE, SUCH AS MONEY, CAPABILITY, SKILL, OR TALENT, WILL NOT BE ENOUGH TO SATISFY GOD'S HEART BECAUSE ALL OF THEM ARE LIMITED, BUT WHAT IS UNLIMITED IS OUR HEART.

Card image
TIDAK TERBATAS - 21 Juli 2023
2023-07-21 05:32:21


Kita tidak dipaksa untuk mau menjadi utusan Tuhan. Kemauan dan kerelaan itu harus lahir dari diri kita sendiri. Namun, jika kita mau dan rela, pasti Bapa disenangkan. Uang kita tidak akan cukup untuk bisa memuaskan hati Allah. Kemampuan, kecakapan, bakat, talenta, tidak akan cukup untuk memuaskan hati Allah. Semua bisa terbatas, tetapi yang tidak terbatas adalah hati kita. Kita dapat membuat selebar-lebarnya, seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, setinggi-tingginya hati kita untuk mencintai Tuhan, bisa. Sehingga kita bisa punya beban seperti beban yang ada di hati Tuhan. *Namun, kalau kita memang tidak ingin, kita membatasi cinta kita kepada Tuhan dan kita memberikan hati kita kepada banyak hal yang ada di dunia ini, maka kita kehilangan kesempatan untuk bermartabat sebagai bangsawan surgawi*.

Sebab, hanya para bangsawanlah yang akan diperkenan masuk ke dalam Rumah Bapa, dimuliakan bersama Yesus. Bangsawan-bangsawan itu adalah orang-orang yang dikatakan di dalam Roma 8:17, yang menderita bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Jangan menjadi orang Kristen yang hanya meminta, menuntut, bicara soal perlindungan, penyertaan Tuhan selalu dikaitkan dengan perlindungan-Nya, berkat-Nya. Hal itu tidak usah kita persoalkan, mestinya. Seperti orangtua yang mendampingi anak yang belum mengerti sekolah, namun orangtua sudah memasukkan asuransi pendidikan. Bahkan anak belum lahir, baju, popok sudah disiapkan orangtua.

[ Bapa di surga pasti lebih dari itu. Tuhan berfirman, “Apakah ada anak yang ditinggalkan ibunya ketika dia disusui?” Tidak ada. Tidak ada ibu yang meninggalkan anak yang disusuinya. Tetapi seandainya ada, Tuhan berfirman: “Aku tidak pernah meninggalkan kamu.” Kitalah yang meninggalkan Tuhan. Kita tidak mau sepenanggungan dengan-Nya. Mau disertai, mau dilindungi, tetapi kita tidak mau mengerti untuk apa penyertaan Tuhan itu. Sebenarnya, penderitaan yang Tuhan perkenan kita alami atau salib yang kita pikul, itu mengerjakan kemuliaan.

Seperti yang dikatakan oleh Paulus, “Penderitaan zaman sekarang tidak sebanding dengan kemuliaan yang kita peroleh.” Jadi, bukan bermaksud mau menyakiti kita, tetapi supaya kemuliaan yang Bapa janjikan untuk Putra Tunggal-Nya, Tuhan Yesus Kristus, bisa diwariskan kepada Tuhan Yesus bersama dengan kita, jika kita sepenanggungan dengan Tuhan. Sejatinya, banyak di antara kita yang masih jauh dari standar. Kita hanya mau disayang-sayang, diberkati, dilindungi, melihat dan mengalami mukjizat. Namun, kita tidak mengerti bahwa kita harus berkarakter seperti Yesus, berperasaan seperti Yesus, dan sepenanggungan dengan Dia. Karenanya, kesucian hidup itu mutlak. Kesucian, sama dengan berkarakter seperti Yesus.

“Pergilah, jadikan semua bangsa murid-Ku,” itu bukan kalimat perintah sebenarnya. Dalam bahasa Indonesia, itu kalimat perintah. Namun, dalam teks aslinya berbentuk participle; “sementara kamu pergi.” Bukan perintah. Jadi, otomatis ke mana pun kita pergi, kita akan menggarami dunia, kecuali jika kita menjadi tawar. Di mana pun, kita menerangi dunia, kecuali kita padam. Di mana pun kita berada, kita akan memengaruhi orang, kecuali kita yang terpengaruhi dunia. Tidak bisa tidak, kita pasti memberkati orang. Di tempat di mana kita memerankan panggilan kita—sebagai praktisi hukum, tenaga medis, pengusaha, supir online, ibu rumah tangga, pejabat pemerintah, aparat keamanan, politisi, atau apa pun—kita harus berdampak.

Sebab di mana pun kita berada, di situ ada pemerintahan Allah. Di mana pun kita berada, Tuhan senantiasa menyertai kita. Tuhan menyertai kita dalam rangka: “Jadikan semua bangsa murid-Ku.” Sebab Tuhan punya masalah dengan keselamatan jiwa orang yang tidak diingini-Nya satu pun binasa. Apakah kita menganggap ini juga masalah kita? Atau kita punya masalah sendiri? Orang yang sibuk dengan dirinya sendiri, tidak akan sibuk dengan Tuhan. Maka, orang harus selesai dengan dirinya sendiri. Cukupkan dengan apa yang ada pada kita. Kalaupun kita punya masalah, jangan sampai kita tenggelam dengan masalah itu.

Setiap kita pasti punya masalah. Masalah berat atau masalah menyakitkan. Apakah itu masalah bisnis, masalah rumah tangga, dan lain sebagainya. Namun, kalau kita menjadi utusan Tuhan, Tuhan akan berkata: “Siapa yang menyakiti kamu, menyakiti Aku.” Tidak dibutuhkan uang, pendidikan tinggi, kemampuan atau kecakapan tertentu untuk mengasihi Tuhan, tetapi hati yang dibuka selebar-lebarnya, seluas-luasnya, setinggi-tingginya, sedalam-dalamnya, dan berkata, “Aku mencintai Engkau, Tuhan. Aku mengasihi Engkau.”

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

UANG, KEMAMPUAN, KECAKAPAN, BAKAT, TALENTA KITA TIDAK AKAN PERNAH CUKUP UNTUK MEMUASKAN HATI ALLAH, SEBAB SEMUA TERBATAS, TETAPI YANG TIDAK TERBATAS ADALAH HATI KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 Juli 2023
2023-07-21 05:21:57

Yesaya 28-30

Card image
Truth Kids 20 Juli 2023 - DENGARKAN PERINTAH ORANGTUA
2023-07-20 09:39:56

Yosua 1:8
“Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.”

Huu.. huu…Terdengar suara tangisan dari kamar Jodi. Ia menangis karena dimarahi oleh ayahnya. Kenapa, ya, Jodi menangis? Ternyata sebelumnya, Jodi sedang makan sambil bermain. Akibat keasyikan bermain, ia menyenggol piring sehingga makanannya tumpah. Lantai ruang makan menjadi kotor dan lengket. Namun, Jodi tidak mau membersihkan tumpahan makanan tersebut.

Melihat perbuatan anaknya, ayah Jodi menegur Jodi dan memintanya membersihkan tumpahan itu. Namun, Jodi tidak mau mendengar. Ia malas mengambil sapu dan alat pel. Jodi malah memanggil mama dan meminta mama yang membersihkannya. Melihat sikap Jodi, ayah menegurnya dengan keras. Karena kesal, Jodi masuk ke kamarnya dan menangis. Sobat Kids, jangan meniru perilaku Jodi, ya! Jika kebiasaan malas terus dilakukan, kita tidak akan menjadi berkat. Bagaimana kalian dapat menjadi hadiah terbaik di keluarga jika kalian bersikap seperti Jodi? Mulai sekarang berubah, ya. Saat makan, kalian harus duduk tenang. Jika tidak sengaja menumpahkan sesuatu, kalian harus segera membersihkannya. Bertanggung jawab dan tidak malas. Dengarkan perintah dan nasihat orang tua kalian, karena itu demi kebaikan diri kalian sendiri.

Card image
Truth Junior 20 Juli 2023 - KEBAHAGIAAN MAMA PAPA
2023-07-20 09:31:55

Yosua 1:8
“Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.”

Hai, hai, hai… Bayangkan jika kita berperilaku ceroboh dan sembrono dalam segala hal yang kita lakukan. Bagaimana perasaan orangtua kita, ya? Mereka pasti merasa khawatir dan sedih melihat kita melakukan hal-hal yang tidak baik. Misalnya ketika Sobat Junior bermain tanpa berhati-hati hingga cidera. Ataupun bermain sampai lupa waktu, padahal belum menyelesaikan semua tugas Sobat Junior. Hal seperti itu sebenarnya memberikan beban pada orang tua Sobat Junior. Setiap orangtua ingin anaknya tumbuh menjadi orang yang bertanggung jawab.

Sobat Junior bisa menjadi hadiah terbaik jika disertai dengan motivasi yang kuat untuk menyenangkan keluarga atau orangtua. Bagaimana caranya? Pertama, Sobat Junior harus mengerti pentingnya berperilaku baik dan bertanggung jawab. Tentu saja harus belajar dari pengalaman dan pelajaran yang telah diberikan selama di sekolah, rumah, dan juga Sekolah Minggu.

Kedua, Sobat Junior harus menunjukkan rasa sayang dan penghargaan kepada orangtua dengan perbuatan nyata. Mari bantu orangtua dalam mengerjakan pekerjaan di rumah, belajar dengan tekun, dan membagi waktu dengan baik untuk bercerita dengan papa dan mama. Dengan begitu, orangtua akan merasa dicintai dan dihargai.

Ketiga, kalian harus berjanji untuk tidak berperilaku ceroboh dalam setiap perbuatan. Mari berpikir sejenak sebelum bertindak. Apakah tindakan Sobat Junior akan menyenangkan atau menyusahkan orangtua? Dengan berperilaku bertanggung jawab, Sobat Junior akan menjadi pribadi yang kuat, disiplin, dan membawa kebahagiaan yang tak terhingga bagi orang-orang sekitarmu.

Card image
Truth Youth 20 Juli 2023 (English Version) - A NEW LIP HABIT
2023-07-20 09:23:58

"Let no corrupting talk come out of your mouths, but only such as is good for building up, as fits the occasion, that it may give grace to those who hear." (Ephesians 4:29)

As teenagers, we certainly have many habits. Starting from the habit of washing hands before eating, washing dishes after finishing a meal, and other positive habits. However, we also often hear teenagers who have the habit of "cursing." Cursing has become a habit for many teenagers' lips, and we need to replace this bad habit with a new one. So, what is the new habit for our lips?

Many people say that good sentence delivery arises from frequent reading and having a good vocabulary. As teenagers in the stage of growth and development, we need to hone ourselves and explore several good and positive things that align with His desires. Don't forget, we also need to fill ourselves with a spiritual mindset that comes from the Word of God.

To have good speech on our lips, we need a wealth of good words that come from good sources. Because if we frequently read, see, or hear good things, they will take root in our minds, and what we speak will be a wealth of good words. To start a new speaking habit, we need to start a new habit. The new habit is to read, see, or hear good things. And certainly, the Word of God is the best thing that should consume our thoughts and emotions.

Adorn our mindset with positive, good, and truthful things that align with the truth of God's Word. Let our words be a pleasant aroma, a melodious tone, and a warm touch for many people. So, let's learn to have a new lip habit.

WHAT TO DO:
1. Read, see, and hear good things.
2. Have good words at all times.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Psalms 81-88

Card image
Truth Yourh 20 Juli 2023 - KEBIASAAN BIBIR YANG BARU
2023-07-20 09:18:26


"Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia." (Efesus 4:29)

Sebagai anak remaja, kita pastinya punya banyak kebiasaan. Mulai dari kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, mencuci piring setelah selesai makan, dan kebiasaan positif lainnya. Namun, kita juga sering kan mendengar anak remaja yang punya kebiasaan untuk “mengumpat?” Mengumpat ini sudah menjadi kebiasaan bibir banyak anak remaja, dan kita perlu mengganti kebiasaan buruk yang satu ini dengan kebiasaan yang baru. Apa ya kebiasaan yang baru untuk bibir kita?

Banyak orang bilang, cara penyampaian kalimat yang bagus, terucap karena orang itu sering membaca dan punya perbendaharaan kata yang baik. Sebagai anak remaja yang berada pada masa pertumbuhan dan perkembangan hidup, kita perlu banyak mengasah diri kita dan mengeksplorasi diri kita pada beberapa hal yang baik dan tentunya positif, yang selaras dengan keinginan-Nya. Jangan lupa, diri kita pun perlu dipenuhi oleh cakrawala berpikir rohani yang berasal dari firman Tuhan.

Nah, untuk memiliki ucapan bibir yang baik, kita perlu banyak perbendaharaan kata baik, yang berasal dari hal yang baik juga. Karena kalau kita sering membaca, melihat, atau mendengar hal yang baik, maka itu akan bersarang dalam pikiran kita, sehingga yang kita ucapkan adalah perbendaharaan kata yang baik. Untuk memulai kebiasaan berbicara yang baru, kita perlu memulai kebiasaan yang baru. Kebiasaan yang baru itu adalah membaca, melihat, atau mendengar hal yang baik. Dan pastinya firman Tuhan adalah hal terbaik yang harus menjadi konsumsi pikiran dan perasaan kita.

Hiasilah cakrawala berpikir kita dengan hal-hal yang positif, baik, dan tentunya sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Jadikanlah ucapan kita sebagai aroma yang wangi dihirup, nada yang merdu didengar, dan sentuhan yang hangat untuk banyak orang. Jadi, yuk, kita mau belajar untuk memiliki kebiasaan bibir yang baru.

WHAT TO DO:
1. Membaca, melihat, dan mendengar hal yang baik.
2. Memiliki perkataan yang baik setiap saat.

BIBLE MARATHON:
▪︎Mazmur 81-88

Card image
Renungan Pagi - 20 Juli
2023-07-20 09:11:33


Kehidupan kristiani adalah sebuah perjalanan iman kepada Tuhan. Seperti perjalanan Abraham, adalah perjalanan iman yang benar. Iman itu selain keyakinan mempercayakan kehidupan kepada Tuhan, pemilik hidup kita, juga keyakinan bahwa kehendak Tuhan adalah yang terbaik yang harus kita terima dengan percaya, dan dilakukan dengan segenap ketaatan.

Iman yang benar bertumbuh dari pendengaran akan firman Kristus, seperti yang dikatakan firman Tuhan, "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus". Rasa percaya yang bertumbuh dengan benar bukan karena mendengar berita-berita yang dipercayai sebagai kebenaran, tetapi karena mendengar "firman Kristus"*. Firman Kristus ini harus dilakukan, diwujudkan dalam perbuatan yang menunjukkan kepada siapa kita beriman.

Iman juga adalah ketaatan melakukan kehendak Allah, apapun resikonya, jangan banyak bertanya, mengeluh atau protes kepada Tuhan jika DIA sedang menguji imanmu, karena banyak orang kristen menuntut agar Tuhan segera menjawab doanya, menyembuhkan penyakitnya, memulihkan ekonominya, tetapi mereka tidak mau taat melakukan kehendak-Nya. Abraham adalah pribadi yang taat, apapun yang dikehendaki Tuhan, dilakukannya dengan tepat, itu sebabnya Abraham disebut Bapa semua orang beriman dan menjadi Sahabat Tuhan.
(Roma 10:17 ; Yakobus 2:23)

Card image
Quote Of The Day - 20 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-20 09:06:09


Berlatih setiap hari sampai kita memiliki irama sebagai seorang yang hidup di dalam pemerintahan Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 20 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-20 09:03:27


Gelar, pangkat, harta dan apa pun yang ada pada kita, tidak menjadi kesenangan yang mengikat, melainkan menjadi alat untuk mengabdi dan melayani Tuhan.

Card image
TIDAK LAYAK - 20 Juli 2023
2023-07-20 08:55:31


Dari sekian banyak kalimat yang sering kita dengar atau bahkan kita ucapkan adalah kalimat “Allah beserta kita; God be with us.” Biasanya kalimat itu diambil dari Injil Matius 28:18-20, yang memuat atau berisi Amanat Agung Tuhan Yesus. “Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Kalimat “Tuhan beserta kita” merupakan kalimat yang sangat populer di telinga kita, dan mungkin juga akrab di bibir atau di mulut kita. Kalimat ini diucapkan oleh Tuhan dalam konteks ketika Tuhan memberikan Amanat Agung kepada orang percaya. Dimulai dari deklarasi bahwa segala kuasa di surga dan di bumi di dalam tangan Tuhan. Bicara mengenai kuasa, jangan hanya dikaitkan dengan mukjizat, tetapi harus dikaitkan dengan kemampuan untuk menyelamatkan manusia. Jadi, Tuhan menyatakan bahwa Dia berkuasa untuk menyelamatkan manusia. Tidak keliru jika dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat spektakuler. Tidak salah dikaitkan dengan mukjizat, tetapi lebih dari hal yang bersifat spektakuler, lebih dari hal yang bersifat mukjizat, Tuhan menekankan kemampuan-Nya untuk menyelamatkan dunia.

Dan indahnya, penyelamatan dunia itu dipercayakan kepada kita, seperti yang dikatakan di dalam Yohanes 20:21, “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, Aku mengutus kamu.” Damai sejahtera itu pun diberikan dalam konteks dengan mandat utusan tersebut. Jadi, kita tidak layak menerima damai sejahtera, tanpa menjadi utusan; kita tidak layak disertai, tanpa memenuhi Amanat Agung. Coba kita hayati, betapa sabar-Nya Tuhan ketika menyertai kita. Memberi kesehatan, melapangkan jalan studi, melapangkan jalan karier, memberkati bisnis kita, membuka pintu-pintu yang tertutup sehingga kita bisa memiliki bisnis, usaha yang bagus. Namun, kita tidak mengerti bahwa itu semua memiliki tujuan.

Tuhan memakai hidup kita untuk memenuhi proyek mulia, proyek agung Allah, yaitu menyelamatkan umat manusia. Satu jiwa manusia nilainya lebih dari semua harta di dunia ini jika dikumpulkan. Satu jiwa. Apalagi 1000 jiwa, apalagi 100.000 jiwa, apalagi satu juta jiwa, dan seterusnya. Dalam 2 Petrus 3:9, firman Tuhan mengatakan, “Bapa tidak menghendaki seorangpun binasa.” Banyak orang tidak mengerti atau tidak mau mengerti betapa jahatnya kuasa kegelapan. Kalau kasih Allah bisa tidak terukur, kejahatan oknum itu juga tidak terukur. Kejahatan kuasa gelap itu bisa dihayati ketika seseorang masuk ke dalam api kekal, terpisah dari Allah. Yang dikalimatkan Tuhan Yesus dengan “ratap tangis dan kertak gigi, api yang tidak padam, ulat yang tidak bisa mati,” yang menunjukkan penderitaan yang tak terperi, tidak terbayangkan.

Sama dengan kita bisa menghayati lebih ketika kita ada di dalam Kerajaan Bapa di surga, menyaksikan kemuliaan Allah, merasakan dan menikmati keindahan Kerajaan Surga, baru kita bisa mengerti betapa sayang Tuhan kepada kita. Bapa tidak menghendaki seorang pun binasa. Tuhan Yesus sendiri menerima proyek itu dari Bapa. Lalu, tongkat estafet tugas itu dipercayakan kepada orang percaya. Tentu tidak semua orang percaya mengerti dan mau menerima tugas agung ini. Suatu hari, banyak orang akan sangat menyesal ketika menyaksikan keagungan Allah dan bisa menghayati nilai jiwa manusia, ketika menyaksikan manusia yang terpisah dari Allah begitu mengerikan, dan menyaksikan manusia yang tidak terpisah dari Allah, begitu mulia. Baru mengerti betapa tinggi nilai manusia.

Seiring berjalannya waktu, bertumbuh dalam pengertian akan kebenaran, kiranya kita semakin mengerti nilai jiwa manusia. Kita belum terlambat, selama kita masih memiliki waktu. Pertanyaannya, seberapa kita benar-benar bisa menghayati nilai jiwa seorang anak manusia? Kalau kita hidup dalam persekutuan dengan Tuhan, dan Tuhan berkemurahan mengimpartasikan perasaan-Nya, maka kita baru bisa mengerti betapa besar kasih Allah kepada setiap jiwa. Kalau seseorang bisa mengerti itu, maka dia akan rela berbuat apa pun, rela kehilangan apa pun demi penyelamatan jiwa-jiwa. Orang-orang seperti ini akan menjadi sahabat Allah, menjadi kekasih Allah. Orang-orang istimewa di hadapan Allah. Bukan hanya sejak di bumi, tetapi di kekekalan.

Sebelum kesempatan untuk sepenanggungan dengan Tuhan berlalu, buka hati kita. Karena kitalah orang-orang yang dibidik untuk meneruskan karya keselamatan Allah dalam Yesus Kristus itu; bukan orang lain. Di bawah kolong langit ini, tidak ada nama yang di dalamnya manusia dapat memperoleh keselamatan selain nama Yesus Kristus. Keselamatan hanya dalam Yesus Kristus. Dia yang memiliki kuasa, hak, kemampuan untuk menyelamatkan dunia. Dari karya salib-Nya, yang memberi jalan akses orang menemukan Bapa juga kuasa yang diberikan kepada orang percaya untuk meneruskan karya keselamatan ini sampai ke ujung bumi.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA TIDAK LAYAK MENERIMA DAMAI SEJAHTERA, TANPA MENJADI UTUSAN; KITA TIDAK LAYAK DISERTAI, TANPA MEMENUHI AMANAT AGUNG.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 Juli 2023
2023-07-20 05:32:36

Hosea 8-14

Card image
Truth Kids 19 Juli 2023 - PERASAAN ORANGTUA
2023-07-19 09:49:01


Daniel 12:10
“Banyak orang akan disucikan dan dimurnikan dan diuji, tetapi orang-orang fasik akan berlaku fasik; tidak seorang pun dari orang fasik itu akan memahaminya, tetapi orang-orang bijaksana akan memahaminya.”

Daud adalah anak bungsu dari delapan bersaudara. Ayah Daud bernama Isai. Mereka tinggal di kota Betlehem. Pada saat itu, sedang terjadi perang antara bangsa Israel dan bangsa Filistin. Ketiga kakak tertua Daud, yaitu Eliab, Abinadab dan Syama turut pergi berperang. Daud bertugas untuk menggembalakan domba-domba milik ayahnya. Setiap hari ia pergi menggembalakan domba. Ia menjalankan tugasnya dengan baik.

Namun, tampaknya ada yang berbeda dengan ayah Daud. Isai tampak khawatir akan keadaan ketiga kakak Daud di medan perang. Maka Isai mengutus Daud untuk mengantarkan makanan dan melihat keadaan kakak-kakaknya di sana. Daud tidak menolak, ia mau menuruti perintah ayahnya walaupun itu bukanlah tugasnya. Ia ingin ayahnya merasa tenang karena ia yakin keadaan kakaknya baik-baik saja.

Sobat Kids, hari ini kita belajar untuk dapat bersikap bijaksana dalam menjaga perasaan orangtua kita. Sama seperti Daud, kita dapat membantu orangtua kita. Kita lakukan dengan tulus karena kita mengasihi orangtua kita. Tuhan pun pasti juga akan disenangkan dengan tindakan kita membantu orangtua.

Card image
Truth Junior 19 Juli 2023 - I'M SORRY, MOM
2023-07-19 09:46:48


Daniel 12:10
“Banyak orang akan disucikan dan dimurnikan dan diuji, tetapi orang-orang fasik akan berlaku fasik; tidak seorang pun dari orang fasik itu akan memahaminya, tetapi orang-orang bijaksana akan memahaminya.”

“Boneka, Ma….boneka.... Lala pokoknya mau boneka Hello Kitty, titik!” teriak Lala sambil menarik-narik baju mamanya. “Lala… bukannya kamu sudah punya banyak boneka, ya, di kamar? Kenapa mau beli lagi?” Mama mencoba membujuk Lala. “Huaaa.. Mama jahat…” jawab Lala sambil menangis.

“Lala, kemari, Nak,” Papa meminta Lala untuk menghampirinya. Dengan perlahan Lala menghampiri papanya dengan perasaan takut dimarahi. “Lala, kenapa Lala bilang Mama jahat? Padahal Mama hanya tidak membelikanmu boneka. Kenapa Lala semarah itu?” tanya papa dengan lembut. Lala diam sambil menunduk. “Lala bayangin, deh. Bagaimana perasaan Lala kalau Mama teriak Lala jahat? Lala pasti sedih, kan?” lanjut papa bertanya kepada Lala. Lala pun mengangguk. “Begitu juga dengan Mama. Mama pasti sedih dengan ucapan Lala tadi,” kata papa memberi penjelasan. Lala terdiam mendengar ucapan papa.

“Pa, Lala salah. Seharusnya Lala gak teriakin Mama kayak tadi. Mama pasti sedih. Pa… Lala harus minta maaf sama Mama sekarang,” jawab Lala sambil berlari menghampiri sang Mama.

Sobat Junior, siapa yang pernah buat papa dan mama sedih seperti yang Lala lakukan? Setelah tahu berbuat salah, Sobat Junior langsung minta maaf, tidak? Apa yang dihadapi Lala, juga sering kita alami di rumah, ya? Terkadang kita bisa melukai perasaan papa dan mama tanpa kita sadari. Nah, sebagai anak-anak yang sayang orangtua, kita harus berhati-hati dalam tindakan dan perkataan kita. Jangan sampai perkataan kita melukai perasaan mereka. Kita harus mengasihi papa dan mama seperti Tuhan mengasihi kita, sehingga kita menjadi hadiah terbaik bagi orangtua dan Tuhan.

Card image
Truth Youth 19 Juli 2023 (English Version) - A TONGUE WITHOUT BONES
2023-07-19 09:43:54


"For the lips of a priest should guard knowledge, and people should seek instruction from his mouth, for he is the messenger of the LORD of hosts." (Malachi 2:7)

"I don't want to go to that community anymore! Because they bully and often talk about others," said a young man who felt disappointed because his church friends did not use their mouths wisely. Have we ever thought that our words reflect the presence of God in someone's life? From our mouths, there can be hope or insults for others. Unfortunately, we often underestimate this matter. On Sundays, we sing and worship God. However, on regular days, we casually talk about the faults of others or make jokes about our friends. Unknowingly, we can hurt their hearts. We should realize that as servants of God, we cannot speak carelessly. We must be extremely cautious because our words should bring blessings to others. As the verse above states, "For the lips of a priest should guard knowledge, and people should seek instruction from his mouth, for he is the messenger of the LORD of hosts."

A priest is not just a pastor standing in front and preaching. Rather, every believer who believes in God is an open letter, where every word we speak will be heard and read by others. Therefore, be careful in speaking. Do not let the Devil work through our tongues. This boneless tongue can wound someone's heart. Let every word we speak come from the heart of God, so that when we speak, everyone will be blessed. Furthermore, what we say will surely be held accountable before the Lord one day. So, be cautious in using your mouth!

WHAT TO DO:
1. Learn not to speak casually.
2. Remember that our words determine who our God is.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Psalms 78-80

Card image
Truth Youth 19 Juli 2023 - LIDAH TIDAK BERTULANG
2023-07-19 09:35:31


"Sebab bibir seorang imam memelihara pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan TUHAN semesta alam." (Maleakhi 2:7)

“Aku tidak mau pergi ke komunitas itu lagi! Karena mereka mem-bully, dan sering ngomongin orang,” begitulah kata seorang pemuda yang merasa kecewa karena teman gerejanya tidak menggunakan mulut dengan bijaksana. Pernahkah kita berpikir bahwa perkataan kita mencerminkan kehadiran Tuhan dalam hidup seseorang? Dari mulut kita, terdapat harapan ataupun hinaan bagi orang lain. Sayangnya, kita sering kali menyepelekan hal tersebut. Hari Minggu kita bernyanyi dan menyembah Tuhan. Namun, hari biasa kita sembarangan membicarakan keburukan orang lain atau membuat lelucon tentang teman kita. Tanpa sadar, kita dapat menyakiti hatinya. Harusnya kita menyadari, kalau kita pelayan Tuhan, artinya kita tidak boleh sembarangan dalam berbicara. Bahkan, harus sangat berhati-hati, karena jangan sampai perkataan kita tidak membawa berkat bagi orang lain. Seperti ayat di atas mengatakan, “Sebab bibir seorang imam memelihara pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan TUHAN semesta alam.”

Imam itu bukan hanya pendeta yang berdiri di depan dan berkhotbah. Namun, setiap kita yang percaya kepada Tuhan adalah surat yang terbuka, di mana setiap perkataan kita akan didengar dan dibaca oleh orang lain. Oleh sebab itu, berhati-hatilah dalam berbicara. Jangan biarkan Iblis bekerja atas lidah kita. Lidah yang tidak bertulang ini bisa menyayat hati seseorang. Jadikanlah setiap perkataan kita lahir dari hati Tuhan, di mana setiap kita berbicara, setiap orang pun akan diberkati. Lebih dari itu, apa yang kita katakan, pasti akan kita pertanggungjawabkan suatu saat nanti di hadapan Tuhan. Jadi, hati-hati gunakan mulutmu!

WHAT TO DO:
1. Belajar tidak berbicara dengan sembarangan
2. Mengingat bahwa perkataan kita menentukan siapa Tuhan kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎Mazmur 78-80

Card image
Renungan Pagi - 19 Juli 2023
2023-07-19 09:32:13



Seringkali Tuhan mendidik kita melalui kesulitan hidup, atau melalui orang lain yang melukai, menyakiti, mengkhianati, menipu dengan tujuan indah. Tuhan sedang mencabut kesombongan, ketidak sabaran, emosi dan keegoisan, tetapi seringkali kita begitu keras kepala, mudah sakit hati dan menyimpan kepahitan.

Bahkan menyalahkan Tuhan dan kita berontak dalam pendidikan Tuhan. Ingatlah firman Tuhan mengatakan : "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."

Jadi kalau kita mengerti rencana dan pendidikan Tuhan, maka pasti akan menerima dan menjalani pendidikan Tuhan itu dengan bersyukur dan terasa menyenangkan, karena justru dengan pendidikan Tuhan, kita akan dijadikan-Nya menjadi pribadi yang indah dan berdampak membuat nama Tuhan dipermuliakan.
(Ibrani 12:5-6)

Card image
Quote Of The Day - 19 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-19 09:29:36


Jika kita bisa menikmati kesucian berarti kita menikmati Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 19 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-19 09:26:22


Orang percaya harus melepaskan segala sesuatu untuk merespons anugerah Tuhan.

Card image
DELIBERATELY AND CONSCIOUSLY - 19 Juli 2023 (English Version)
2023-07-19 09:24:00


Church traditions are often equated with the power of the Bible. The face of Christianity has changed. Therefore, we must come to the Owner of the truth, namely the Father: He is the One who has the Logos and the Word. Jesus was the first human to become the temple of God. For which He said, “Destroy this temple, and I will raise it again in three days.” It is the time for God not to live in a building but in a body, and Jesus was the first human to be inhabited by the Word or Logos, or the wisdom of God so that He demonstrated the life of His Father. That is why in the Bible, in the book of Revelation, it is said several times, “Jesus Christ, who is the faithful witness.”

Witness of whom? The Father’s Witness. Jesus radiates God’s glory, as Paul said, “God’s glory displayed in the face of Christ.” If we return to the Bible, we must also be God’s Tabernacle, God’s temple, so that we radiate the face of the Father. Jesus said, “As the Father sent Me, I am sending you. As I was a faithful witness of the Father, and now I have ascended to heaven, you who are still living on earth are witnesses of the Father substituting Me. Radiate the Father’s face.” That is just one of the truths that God will reveal.

We have inherited the liturgies of various churches that have changed faces over time. We want to go back to the Bible. Our songs must match the Bible’s breath and sound. The New Testament people have to long for the Kingdom of Heaven; they have to feel no longer comfortable living on earth. We must have burdens and defend God’s work with our blood and lives. We pray that we have hearts like the heart of the Lord Jesus and express the feelings of our Father in heaven. Therefore, we must continue to seek the face of God and make ourselves available to sit quietly at God’s feet.

God’s intelligence won’t flow within us if we don’t empty ourselves because we feel we’re smart enough. God does not take our consciousness, so we are still in awareness and can have a dialogue with the Holy Spirit in that awareness. Since the Holy Spirit is within us, we must become the Tabernacle of the Lord. The priests must have stability in life every day. Being holy must be stable; our flesh should not seize emotions, let alone other spirits. Be stable so that the pulpit is also stable and the Holy Spirit leads us so that we will have an encounter with Him.

Do not be arrogant, because unwittingly, we are sometimes secretly arrogant, especially if there are brilliant past achievements. That precisely makes the Holy Spirit quenched, for He has no channel. Therefore, we must sit quietly at God’s feet to realize how great God’s wisdom is and how insignificant we are. We must realize that we are foolish. The devil knows where we turn to, left or right. He knows our moves, but if the Holy Spirit leads us, the Devil can’t read; he can’t beat us. That’s why we must be controlled by the Holy Spirit so that God’s wisdom flows, and it depends on how controlled we are by God’s Word or Logos.

God gave us the freedom to manage and direct our hearts, whether we want to love Him or not, and if we love Him, it depends on us on how big our love for Him is. How serious we are with God depends on how deeply we need Him. How can we feel the need for Him so we can be serious? It depends on how much we love Him. If people are already in love, they don’t see the person as rich or poor; or their appearance. Then, why don’t we dedicate our whole hearts to God? He cannot wholly control us if our hearts are not on Him.

We deal with God not because of His blessings or because we glance at His power wallet but because of Himself. People who look at God as if dead, He died for that person. However, those who see God live, He lives for them. Where are we going? Only death awaits us. We can rekindle our love for God while there is still a chance. If the heart and the pulse stop beating, there will be no more breath in the chest, and we will no longer be able to meet Him. He longs for our eternal salvation. We must not only be present in church but give our heart only to Him so we can have Him. However, we cannot have Him if He cannot have our hearts. We must deliberately and consciously surrender our hearts to God. Do not be arrogant.  

WE CAN'T HAVE HIM IF HE CAN'T HAVE OUR HEARTS. SO, WE MUST DELIBERATELY AND CONSCIOUSLY SURRENDER OUR HEARTS TO HIM.

Card image
SENGAJA DAN SADAR - 19 Juli 2023
2023-07-19 09:20:58



Sering tradisi gereja disamakan dengan kekuatan Alkitab. Padahal, wajah kekristenan telah berubah. Sekarang kita harus datang kepada Pemilik kebenaran, yaitu Bapa. Bapa yang memiliki logos, Bapa yang memiliki firman. Yesuslah manusia pertama yang menjadi bait Allah. Yang karenanya Dia berkata, “Rubuhkan bait Allah ini. Aku bangunkan dalam 3 hari.” Sudah saatnya Allah tidak mendiami gedung, tetapi mendiami tubuh dan Yesuslah manusia pertama yang didiami firman atau logos, atau hikmat Allah. Sehingga Yesus memperagakan kehidupan Bapa-Nya. Itulah sebabnya dalam Alkitab di kitab Wahyu beberapa kali dikatakan, “Yesus saksi setia.”

Saksi siapa? Saksi Bapa. Yesuslah yang memancarkan kemuliaan Allah. Yang Paulus katakan, “Kita melihat kemuliaan Allah dalam wajah Yesus.” Kalau kita kembali ke Alkitab, bahwa kita juga harus menjadi tabernakel Allah, bait Allah. Supaya kita memancarkan wajah Bapa. Yesus berkata, “Seperti Bapa mengutus Aku, Aku mengutus kamu. Seperti Aku menjadi saksi setia Bapa, sekarang Aku naik ke surga, kamu yang masih tinggal di bumi, kamu menjadi saksi Bapa menggantikan Aku. Pancarkan wajah Bapa.” Itu baru satu dari kebenaran yang Tuhan akan singkapkan.

Kita telah mewarisi liturgi dari bermacam-macam gereja yang berubah wajah di setiap masa. Kita mau kembali ke Alkitab. Lagu-lagu kita harus sesuai dengan nafas Alkitab, harus sesuai dengan suara Alkitab. Kalau bagi umat Perjanjian Baru, harus merindukan Kerajaan Surga, harus tidak betah lagi hidup di bumi. Kita membela pekerjaan Tuhan dengan darah dan nyawa kita. Kita memiliki beban. Kita berdoa agar kita punya hati seperti hati-Nya Tuhan Yesus. Kita mengekspresikan perasaan Bapa di surga. Makanya, kita harus terus mencari wajah Tuhan. Terus menyediakan diri, duduk diam di kaki Tuhan.

Kalau kita tidak mengosongkan diri, maka kecerdasan Allah tidak mengalir dalam diri kita, karena kita merasa sudah cukup cerdas. Tuhan tidak mengambil kesadaran kita. Kita masih di dalam kesadaran, tetapi di dalam kesadaran itu, kita punya dialog dengan Roh Kudus. Karena Roh Kudus di dalam diri kita, maka kita harus jadi tabernakel-Nya Tuhan. Bagi para pendeta, harus punya stabilitas hidup setiap hari. Suci itu sucinya stabil, emosi jangan sampai dihinggapi oleh kedagingan kita apalagi roh lain. Stabil, supaya di mimbar juga stabil. Roh Kudus yang pimpin kita, supaya ada perjumpaan kita dengan Roh Kudus.

Jangan sombong. Tanpa kita sadari, kita diam-diam sombong, apalagi kalau ada prestasi masa lalu yang cemerlang. Justru itu yang membuat Roh Kudus jadi padam. Dia tidak punya saluran. Maka, kita harus banyak duduk diam di kaki Tuhan, supaya menyadari betapa besar hikmat Allah dan betapa tidak berartinya kita. Kita harus sadar bahwa kita ini bodoh. Kita mau belok kanan-belok kiri, Iblis bisa tahu. Dia tahu jurus kita, tetapi kalau Roh Kudus yang pimpin kita, Iblis tidak bisa baca, dia tidak bisa kalahkan kita. Makanya kita harus dikuasai Roh Kudus supaya hikmat Allah mengalir. Tergantung seberapa kita dikuasai oleh Firman, oleh Logos, oleh Allah itu.

Allah memberi kita kebebasan untuk mengelola dan mengarahkan hati kita; apakah kita mau mencintai Tuhan atau tidak, dan kalau kita mencintai Tuhan, seberapa besar bara cinta kita kepada Tuhan, tergantung kita. Seberapa serius kita dengan Tuhan, tergantung seberapa dalam kita memerlukan Dia. Bagaimana kita bisa merasa memerlukan Dia sehingga kita bisa serius? Tergantung seberapa kita mencintai-Nya. Kalau orang sudah cinta, orang tidak melihat dia kaya atau miskin; atau penampilannya. Lalu, mengapa kita tidak mempersembahkan hati kita seluruhnya untuk Tuhan? Kita tidak bisa dikuasai Allah sepenuhnya kalau hati kita mendua.

Kita berurusan dengan Tuhan bukan karena berkat-Nya, bukan karena melirik dompet kuasa-Nya, melainkan karena Tuhan sendiri. Orang yang memandang Allah seakan-akan mati, Allah mati bagi orang itu. Namun, orang yang memandang Allah hidup, Allah hidup baginya. Kita mau ke mana? Hanya kematian yang menunggu kita. Kita bisa mengobarkan cinta kita kepada Tuhan, selagi masih ada kesempatan. Kalau jantung berhenti berdetak, nadi berhenti berdenyut, tidak ada lagi nafas di dalam dada, kita tidak akan bisa lagi menjumpai Dia. Dia sangat mengingini keselamatan kekal kita. Bukan hanya kehadiran kita di gereja, tetapi hati ini yang kita berikan hanya kepada-Nya, supaya kita bisa memiliki Dia. Namun, kita tidak bisa memiliki Dia kalau Dia tidak bisa memiliki hati kita. Kita harus sengaja dan sadar menyerahkan hati kita untuk Tuhan. Jangan sombong.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA TIDAK BISA MEMILIKI DIA KALAU DIA TIDAK BISA MEMILIKI HATI KITA. MAKA, KITA HARUS SENGAJA DAN SADAR MENYERAHKAN HATI KITA UNTUK TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 19 Juli 2023
2023-07-19 09:16:48

Hosea 1-7

Card image
Truth Kids 18 Juli 2023 - PERCAYA TUHAN YESUS
2023-07-18 09:35:56


Ayub 27:6
”Kebenaranku kupegang teguh dan tidak kulepaskan; hatiku tidak mencela sehari pun dari pada umurku.”

Suatu hari, mama Wendy ada urusan penting tapi tidak dapat mengajak Wendy ikut serta. Wendy terpaksa dititipkan selama setengah hari di rumah oma. Oma tinggal sendirian. Siang itu, oma ada kegiatan doa di tempat ibadahnya. Oma mengajak Wendy pergi ke tempat ibadahnya. Sesampainya di rumah ibadah oma, ada juga beberapa anak seumuran Wendy yang sedang berdoa di samping orang tuanya. Mereka berdoa dengan cara yang berbeda dengan Wendy. Oma dan orang-orang tersebut belum percaya kepada Tuhan Yesus. Saat oma mengajak Wendy ikut berdoa, Wendy menolak ajakan oma dengan sopan. “Maaf, Oma. Aku sudah percaya pada Tuhan Yesus. Aku berdoa dalam hati pada Tuhan Yesus saja, ya.” Mendengar itu oma mengangguk dan tersenyum lalu melanjutkan doanya.

Sobat Kids, seperti yang Wendy lakukan, kita tetap bisa melakukan ajaran sesuai firman Tuhan. Sejak masih kecil, kita tetap ikut Tuhan Yesus. Jika ada anggota keluarga kalian yang belum percaya kepada Tuhan, kalian harus tetap sayang kepada mereka. Kita mau belajar untuk berbuat yang benar sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus.

Card image
Truth Junor 18 Juli 2023 - PENYEMBAHAN SESUNGGUHNYA
2023-07-18 09:29:45



Ayub 27:6
”Kebenaranku kupegang teguh dan tidak kulepaskan; hatiku tidak mencela sehari pun dari pada umurku.”

“Yoga, ayo ambil dupa itu lalu ikut sembahyang bersama saudara-saudara yang lain,” ujar papa Yoga. Yoga merasa tindakan tersebut bukan hal yang tepat untuk dilakukan, sebab dari apa yang Yoga tahu, itu berarti menyembah allah lain atau sama dengan menyembah berhala. Yoga pun menolak dengan hormat, “Maaf, Pa, Yoga tidak ikut sembahyang, ya. Yoga berdoa dari sini saja,” Yoga menjelaskan kepada papanya.

Sobat Junior, apabila kita diajak atau disuruh melakukan hal-hal yang berlawanan dengan kehendak Tuhan, kita boleh berkata “tidak.” Tetapi, tentu saja dengan cara yang halus dan sopan, ya, terutama jika kita sedang berbicara dengan orangtua. Jangan sampai kita melukai hati Tuhan karena kita lebih menaati perintah yang salah daripada menuruti larangan-Nya. Seandainya Yoga dipaksa untuk melakukan hal yang merupakan kekejian di mata Tuhan, ia tidak akan menjual imannya dengan alasan apa pun. Tapi, memang tidak mudah jika orangtua atau keluarga kita sendiri yang meminta kita melakukannya. Itu adalah harga yang harus kita bayar, Sobat Junior.

Hidup di dunia ini pun demikian. Akan ada banyak tawaran atau desakan agar kita melanggar perintah Tuhan atau menyangkali iman kita. Tapi, semua itu pasti bisa kita lewati. Jika kita menghargai perasaan Tuhan lebih dari apa pun, maka Tuhan akan selalu melindungi dan menjaga kita. Harga yang kita bayar untuk membela perasaan Tuhan, pasti Tuhan gantikan dengan berkat-berkat yang luar biasa. Tapi, bukan berarti berkat tersebut dalam bentuk berkat jasmani, ya. Banyak sekali berkat rohani yang nilainya justru melebihi harta apa pun di bumi ini.

Card image
Truth Youth 18 Juli 2023 (English Version) - OBEDIENCE AND HOLINESS
2023-07-18 09:24:39


"Consecrate yourselves and be holy because I am the LORD your God." (Leviticus 20:7)

A young child in the process of n to walk will inevitably stumble and fall. It is impossible for a child to immediately run smoothly after one practice of standing and walking. In this process, there must be parents accompanying them, and they cannot be left alone. The child simply follows the instructions of their parents in learning to walk. Another analogy is a high school student who often protests every school rule mentioned by their teacher. "Why can't we ride motorcycles? Why can't we have long hair?" and so on. The student finds it difficult to be obedient. The teacher often explains that all rules are for the common good. As long as they obey, it will end well.

Likewise, in our lives as believers in Jesus, we often find it difficult to be obedient to every word of God. Obedience to the Father's will is the most challenging part of a believer's life. As a result, we also struggle to live a holy life that the Father desires. Obedience and holy living go hand in hand. Why should we live holy? The answer is because the Father is holy, and we must be perfect like Him.

In Leviticus 20:7, we are reminded of a command to live in holiness because God is holy. Holiness in daily life does not mean displaying prayers loudly in front of many people like the Pharisees did, but it goes beyond that. Holy living becomes evident when we behave politely, help others, speak positively, control our emotions, and more, even if our surroundings make us uncomfortable.

WHAT TO DO:
1. Realize that our lives must be holy because God is holy.
2. Understand that obedience and nn are a necessity for Christians.
3. Keep rising when we fall in the process of pursuing a holy life.
4. Seek positive communities that can help us in the process of holy living.

▪︎ Psalms 73-77

Card image
Truth Youth 18 Juli 2023 - TAAT DAN KUDUS
2023-07-18 09:18:21


”Maka kamu harus menguduskan dirimu, dan kuduslah kamu, sebab Akulah Tuhan Allahmu.” (Imamat 20:7)

Seorang anak kecil yang sedang dalam proses belajar berjalan, pastilah mengalami jatuh bangun. Tidak mungkin dalam satu kali latihan berdiri dan berjalan, anak itu langsung lancar berlari. Dalam proses tersebut, pastilah ada orangtua yang mendampinginya, dan tidak mungkin dilepas begitu saja. Si anak hanya mengikuti arahan orangtuanya saja dalam belajar berjalan. Analogi lain yaitu murid yang duduk di bangku SMA, sering protes akan setiap tata tertib yang ada di sekolah yang dibacakan gurunya. “Kenapa sih, gak boleh bawa motor? Kenapa sih, rambut gak boleh panjang?” Dan lain sebagainya. Murid tersebut sulit untuk bisa belajar taat. Guru sering menyampaikan alasan bahwa semua tata tertib untuk kebaikan bersama. Selama taat, pastilah berakhir baik.

Demikianlah dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen yang percaya kepada Tuhan Yesus, sering kali kita sulit untuk taat akan setiap perkataan firman Tuhan. Ketaatan untuk melakukan kehendak Bapa menjadi bagian tersulit dalam hidup orang percaya. Akibatnya, kita juga sulit menerapkan hidup kudus yang Bapa inginkan. Taat dan hidup kudus merupakan satu rangkaian. Mengapa kita harus hidup kudus? Jawabannya, karena Bapa kudus, dan kita harus sempurna seperti Dia.

Dalam Imamat 20:7, kita diingatkan mengenai suatu perintah untuk untuk hidup dalam kekudusan, karena Allah adalah kudus. Kekudusan dalam kehidupan sehari-hari bukan berarti harus menunjukkan doa di hadapan banyak orang dengan suara lantang, seperti yang orang Farisi lakukan, tetapi harus lebih dari itu. Kekudusan hidup menjadi nyata saat kita bisa berperilaku sopan, menolong sesama, berkata positif, mengontrol emosi, dan lainnya, sekalipun sekitar kita membuat kita tidak nyaman.

WHAT TO DO:
1.Menyadari bahwa hidup kita harus kudus karena Allah kudus
2.Menyadari taat dan hidup kudus adalah sebuah keharusan bagi orang Kristen
3.Terus bangkit jika kita jatuh ke dalam proses menuju hidup kudus
4.Carilah komunitas yang positif, sehingga bisa membantu kita untuk berproses hidup kudus

BIBLE MARATHON:
▪︎ Mazmur 73-77

Card image
Renungan Pagi - 18 Juli 2023
2023-07-18 09:10:31


Alkitab berkata, "Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu." Itulah firman iman, yang kami beritakan. Artinya sebagai orang percaya harus menjaga perkataan kita, karena firman iman itu ada di dalam mulut kita, jadi di balik setiap perkataan ada kuasa.

Dan kalau firman itu dekat di dalam mulut dan hati kita, seharusnya tidak ada lagi perkataan sia-sia, perkataan kotor dan persungutan yang keluar dari mulut kita, sebab firman iman yaitu perkataan Tuhan sebagai kebenaranlah yang ada dalam perkataan dan keluar dari hati.

Jadi setiap perkataan yang diucapkan akan menjadi kenyataan pada waktunya, jika selalu bersungut, maka hari-hari hidup akan dipenuhi keadaan yang tidak menyenangkan, kalau kata-kata adalah perkataan sia-sia, perkataan kotor, maka hidup pasti dipenuhi kemarahan, kepahitan, tidak bersyukur.

Dan hari-hari yang kita jalani terasa sangat berat. Oleh sebab itu, biasakanlah perkataan selalu penuh syukur, membawa damai, menjadi berkat, membangun, menghidupkan dan memberi semangat bagi mereka yang lemah.
(Roma 10:8)

Card image
Quote Of The Day - 18 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-18 09:06:52


Setiap orang memiliki panggilan untuk melayani Tuhan dan memiliki tempat khusus untuk melayani Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 18 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-18 09:03:24


Kenyataan bahwa seseorang sudah selamat, dibuktikan dengan perjuangannya mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar.

Card image
SERIOUSNESS LEVEL - 18 Juli 2023 (English Version)
2023-07-18 09:01:22


We must always be concerned about this question: “Is it true that focusing our lives on being perfect like the Father and similar to Jesus is the ultimate need? Or it turns out that there are still many other needs. Ironically, it is even seen as something not necessary. So, we should question how seriously we deal with God. We all have a life journey, experiences with various objects and activities. We understand how to be serious in our studies, career, and business and build business relationships, even with officials to support our business. Of course, we also understand what it means to be serious about building a relationship with someone with whom we express love and then build a household.

Now the question is, how seriously do we deal with God? God is a God who seems to be silent. He becomes ignored by those who ignore Him but alive to those who consider Him a living Person. God is dead for those who consider Him dead, but if they consider Him alive, they must experience and encounter Him. Have we ever seriously questioned how our state would be later in eternity? How satisfied is God to see us?

We still have the opportunity to question this as long as we still have a chance to live. If we are displeased before God, we still have the opportunity to be reconciled because no matter how big our sins are, God wants to forgive us. The Word of God says, “If we are faithless, He remains faithful.” Do not let us be poor in eternity. We must have the principle “Only God is everything in our life.” How much do we need God? Our seriousness with God is determined by the level of our feelings and awareness of needing Him.

Many people don’t feel they need God unless in a tight spot or a crisis. People like this are cunning. They seek God when facing serious problems but don’t seek Him earnestly if in good states. Have we ever committed to waking up before 5 am for daily prayer? People might see it as outrageous. However, if we feel we need God more than anything and anyone, we could even wake up at 4 am. People say they can’t get up early but could wake up early to watch a football match. They are serious about football because it is considered necessary.

Our God is silent. He is silent though we treat Him carelessly or take Him for granted. This is terrible. Therefore, we must have awareness, awaken our passion to feel the need for God, and want to be serious with Him. Notice when a man or a woman is in love. Anything is done for the one they love. If parents love children, whatever they do is for their children’s sake. A weak and cowardly woman will become brave, like a mighty warrior, when her child is threatened. Then, why don’t we see God as what we need more than anyone and anything else? What do we will say before God when we meet Him?

Don’t let it happen that when we die, we realize that no one except God can help and save us. The Devil misled Many Christians with a simple whisper, “You know, it is the same whether you are serious about God or not.” Whereas what we sow, we reap. If a person sows a life that feels the need of God and is serious about dealing with Him, they will reap the glory. 

So, why don’t we draw closer to God? Why are we not serious as if we want to be abandoned by Him, though He never leaves us?

Don’t doubt God’s love because He cares not only about the disease of our heart, kidneys, pancreas, lungs and even about a single of our hair. Don’t let us be unable to trust Him anymore because we haven’t trusted Him for too long. Let’s ignite our hearts to love Him. Our seriousness with God depends on how much we ignite our love for Him. It’s not how big our life’s problem is to make us earnest with God or how high we aspire so that we involve God and are serious with Him, but how much we love God.  

THE LEVEL OF OUR SERIOUSNESS WITH GOD IS DETERMINED BY THE LEVEL OF OUR FEELINGS AND AWARENESS OF NEEDING HIM.

Card image
TINGKAT KESERIUSAN - 18 Juli 2023
2023-07-18 08:55:25


Menjadi pertanyaan yang harus selalu kita perkarakan, “Apakah benar kita memfokuskan hidup kita untuk menjadi sempurna seperti Bapa dan serupa dengan Yesus sebagai kebutuhan utama? Atau ternyata masih banyak keperluan lain? Bahkan ironisnya, hal itu malah sebenarnya bukan sesuatu yang kita pandang perlu dan penting. Maka, perkarakan juga, seberapa serius kita berurusan dengan Allah? Kita memiliki perjalanan hidup, pengalaman dengan berbagai objek dan kegiatan. Kita mengerti bagaimana serius dalam studi, serius dalam karier, serius dalam berbisnis, serius membangun hubungan dengan relasi-relasi bisnis, relasi-relasi pejabat yang bisa men-support bisnis kita. Tentu kita juga mengerti apa artinya serius menggalang hubungan dengan seseorang, yang dengannya kita menyatakan cinta sampai kemudian membangun rumah tangga.

Sekarang pertanyaannya adalah seberapa serius kita berurusan dengan Tuhan? Tuhan itu Tuhan yang seakan-akan diam; the silent God; Allah yang senyap. Kalau seseorang menganggap sepi Tuhan, maka sepilah Tuhan untuknya. Kalau ia menganggap Tuhan itu hidup, nyata, berpribadi, dan sungguh-sungguh memperlakukan Dia sebagai Pribadi yang hidup, maka menjadi hiduplah Allah baginya. Jadi, Allah seakan-akan mati bagi orang yang menganggap Allah itu mati, tetapi bagi orang-orang yang memperlakukan Allah itu hidup, dia pasti mengalami perjumpaan dengan Allah dan mengalami Tuhan. Pernahkah kita serius mempersoalkan berapa saldo yang kita miliki di kekekalan? Seberapa puas Tuhan melihat kita?

Selagi kita masih memiliki kesempatan hidup, yaitu ketika jantung kita masih berdetak, nadi kita masih berdenyut, masih ada napas di paru-paru kita mengembang, kita masih memiliki kesempatan untuk memperkarakan hal ini. Jika kita ternyata kurang berkenan di hadapan Allah, kita masih memiliki kesempatan untuk berdamai, untuk rekonsiliasi. Sebesar apa pun dosa kita, Tuhan mau mengampuni. Karena firman Tuhan mengatakan, “Walaupun kita tidak setia, Dia tetap setia.” Jangan sampai kita miskin di kekekalan. Kita harus memiliki prinsip “Hanya Tuhan segalanya dalam hidup kita.” Seberapa kita merasa memerlukan Tuhan? Karena tingkat perasaan dan kesadaran kita dalam memerlukan Tuhan menentukan tingkat keseriusan kita dengan Tuhan.

Banyak orang tidak merasa memerlukan Allah, kecuali dalam kondisi terpepet, dalam kondisi krisis, baru sungguh-sungguh. Orang seperti ini curang. Kalau ada masalah-masalah berat, ia mencari Tuhan, tetapi ketika tidak ada masalah, dia tidak mencari Tuhan dengan sungguh. Pernahkah kita berkomitmen untuk setiap hari bangun sebelum pukul 5 pagi untuk doa pagi? Yang mungkin dipandang orang, itu keterlaluan. Namun, kalau kita merasa memerlukan Allah lebih dari apa pun dan siapa pun, maka jangankan pukul 5 pagi, pukul 4 pun kita bangun. Orang berkata tidak bisa bangun pagi, tetapi untuk menonton pertandingan sepak bola pukul 4 pagi, dia bangun sejak pukul 3. Karena bola itu dianggap perlu, maka dia serius soal bola.

Tuhan kita adalah Tuhan yang senyap. Ketika kita memperlakukan Tuhan secara sembarangan, kita anggap remeh, Tuhan diam. Ini justru mengerikan. Karenanya, kita harus memiliki kesadaran, membangkitkan gairah kita untuk merasa perlu Tuhan, dan mau serius dengan Tuhan. Perhatikan kalau pria atau wanita sedang jatuh cinta. Apa pun dilakukan demi orang yang dia cintai. Kalau orangtua sayang anak, apa pun dia lakukan demi anak. Seorang wanita lemah dan penakut pun jadi pemberani, bak pendekar sakti ketika anaknya terancam. Lalu, mengapa kita tidak memandang Tuhan sebagai yang kita perlukan lebih dari siapa pun dan apa pun? Kira-kira apa yang kita mau katakan di hadapan Tuhan saat nanti bertemu dengan Tuhan?

Jangan sampai, ketika kita mati, baru kita sadar bahwa tidak ada yang dapat menolong dan menyelamatkan, kecuali Tuhan. Sejatinya, banyak orang Kristen yang sebenarnya sudah disesatkan oleh Iblis dengan bisikan sederhana, “kamu sungguh-sungguh dalam Tuhan atau tidak, sama saja.” Padahal apa yang kita tabur, itu kita tuai. Kalau seseorang menabur kehidupan yang merasa memerlukan Tuhan dan serius berurusan dengan Tuhan, maka ia akan menuai kemuliaan. Jadi, mengapa kita tidak mendekat kepada Tuhan lebih erat? Kenapa kita tidak serius seakan-akan hendak ditinggalkan Allah, walaupun Allah tidak pernah meninggalkan kita?

Dia peduli bukan hanya masalah sakit jantung, ginjal, pankreas, paru-paru, bahkan selembar rambut pun diperhatikan. Jangan meragukan kasih Tuhan. Jangan sampai kita tidak sanggup lagi memercayai Dia karena kita sudah terlalu lama tidak memercayai Dia. Ayo, kobarkan hati untuk mencintai Dia. Kita bisa serius dengan Tuhan, tergantung seberapa kita mengobarkan cinta kita kepada Tuhan. Bukan seberapa besar masalah hidup kita, sehingga kita baru serius dengan Tuhan. Bukan seberapa tinggi cita-cita, sehingga kita melibatkan Tuhan dan serius dengan Dia, tetapi seberapa kita mencintai Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TINGKAT PERASAAN DAN KESADARAN KITA DALAM MEMERLUKAN TUHAN MENENTUKAN TINGKAT KESERIUSAN KITA DENGAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 18 Juli 2023
2023-07-18 05:26:23

2 Raja-raja 18
2 Tawarikh 29-31
Mazmur 48

Card image
Truth Kids 17 Juli 2023 - AKU BERBEDA
2023-07-17 09:40:24


Lukas 17:4
“Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia.”

“Aku tidak mau bagi stikernya, abis kamu jahat, sih!” Hayoo… siapa yang suka begitu? Sikap seperti itu tidak sesuai dengan ajaran kasih Tuhan Yesus, loh. Kebaikan adalah salah satu nilai dalam kasih. Jika kalian berbuat baik hanya kepada orang yang baik, itu sama saja dengan dunia ini. Semua orang bisa berbuat yang sama, membalas kebaikan dengan kebaikan. Apa bedanya dengan kita anak-anak Allah? Nah, Tuhan Yesus membawa sesuatu yang berbeda, yaitu balaslah kejahatan dengan kebaikan!

Sobat Kids, kalau kita membalas kejahatan dengan kejahatan, kita sama saja seperti orang jahat. Dan siapakah bapa orang jahat? Ya, si Iblis. Tuhan mengasihi kita dan mengampuni kesalahan kita berkali-kali. Ketika ada orang yang menyakiti kalian, Sobat Kids harus mampu mengampuni. Ayat firman Tuhan hari ini menjelaskan bahwa kita harus mengampuni orang yang menyesal. Walaupun orang itu sudah berbuat salah berpuluh-puluh kali, kita harus tetap mengampuninya. Jadi saat ada teman yang berbuat jahat, ingatlah pesan ini; aku berbeda! Aku tetap mengasihimu, teman!

Card image
Truth Junior 17 Juli 2023 - MENGAMPUNI LEBIH SUNGGUH
2023-07-17 09:33:46


Lukas 17:4
“Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata : Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia."

Sobat Junior, siapa yang tahu arti mengampuni? Benar banget, mengampuni adalah memaafkan orang lain yang telah berbuat salah kepada kita. Misalkan ada teman Sobat Junior yang berbohong pada Sobat Junior, atau bahkan melukai kalian dengan sengaja. Nah, kalau sudah begitu, Sobat Junior harus apa? Membalas perbuatan mereka atau malah mengampuni mereka dengan tulus? Pastinya Sobat Junior akan mengampuni mereka dengan tulus, dong. Terkadang mengampuni seseorang yang sudah melukai kita itu susah, apalagi kalau itu orang terdekat kita. Tetapi Sobat Junior harus ingat, Tuhan Yesus saja menasihati murid-murid-Nya untuk memiliki sikap yang suka mengampuni orang bersalah. Tuhan Yesus tidak mau kita punya sikap yang dendam atau malah benci. Kita harus rela mengampuni, jika orang tersebut benar-benar mengakui kesalahannya. Karena kita semua pasti pernah berbuat salah juga.

Lalu, bagaimana kalau dia tidak mengakui kesalahannya atau tidak meminta maaf kepada kita? Tetap juga harus kita ampuni, Sobat Junior. Pengampunan yang Tuhan ajarkan atau perintahkan untuk kita lakukan, adalah pengampunan yang tak bersyarat. Ingat ketika Tuhan Yesus disalib? Ia mengampuni semua orang, tanpa kecuali.

Sobat Junior, jika kita ingin menjadi hadiah terbaik, berarti kita harus rela mengampuni orang-orang yang melukai kita. Termasuk orang-orang yang kita percayai seperti orang tua, saudara kandung, atau keluarga besar. Ketika kita memilih untuk mengampuni, kita mampu menjaga hubungan yang baik dengan mereka dan menjadi teladan bagi orang lain. Yuk, Sobat Junior, kita belajar untuk selalu menjadi hadiah terbaik dengan mengampuni orang lain dengan tulus.

Card image
Truth Youth 17 Juli 2023 (English Version) - NOT TO BE TAKEN LIGHTLY
2023-07-17 09:23:41


"For it is written: 'Be holy, because I am holy.'" (1 Peter 1:16)

Our God is a living God. As His servants, we must remember that we cannot live without interacting with the living God. He is a Person. He is called "person" because He has thoughts and feelings. Therefore, we must genuinely consider His feelings and strive to keep ourselves holy in His presence. We must not hurt or position ourselves as opponents of God.

In the Bible, there is the story of Aaron's sons, Nadab and Abihu. They were priests whom God had chosen and appointed to bring offerings from the Israelites. However, God killed them with fire because they offered unauthorized fire before the Lord when presenting their offerings (Leviticus 3:4). They made the mistake of violating God's holiness by offering fire that did not come from the altar of incense in the Tabernacle. Their second mistake was burning incense, which should have been done only by the high priest, Aaron. Therefore, their actions were considered rebellion.

From their story, we can draw the lesson that their mistakes had to be paid for dearly with their lives. We must remember that serving God cannot and should not be taken lightly. If there is careless behavior, it will have a significant impact on our lives as servants of God. Carelessness or taking things lightly in serving God shows that we do not properly value God through obedience and holiness.

Only those who strive for a holy life and are willing to participate in God's holiness can walk with God as His servants with divine standards. Therefore, to be servants of God in accordance with His will, we cannot be casual about it. Remember that everything we think, say, and do must be measured, accounted for, and considered whether they align with His heart or not. This is what the Lord desires—that we be holy because He is holy.

WHAT TO DO:
1. Sanctify ourselves by always longing to read the Bible and pray.
2. Dare to choose what is right when faced with choices that can hurt God's heart.
3. Always bear in mind that every choice we make should please the Lord.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Psalms 69-72

Card image
Truth Youth 17 Juli 2023 - TIDAK BISA SEMBARANGAN
2023-07-17 09:20:22


"Sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:16)

Tuhan kita adalah Tuhan yang hidup. Sebagai para pelayan-Nya, kita harus mengingat bahwa kita tidak bisa hidup tanpa berinteraksi dengan Allah yang hidup. Dia adalah Pribadi. Disebut “pribadi” karena memiliki pikiran dan perasaan. Maka, kita harus benar-benar mempertimbangkan perasaan dan menjaga diri agar tetap kudus di hadapan-Nya. Jangan sampai kita melukai apalagi memosisikan diri sebagai lawan dari Tuhan.

Di dalam Alkitab, terdapat kisah anak-anak Harun yakni Nadab dan Abihu. Mereka adalah imam yang Allah sudah pilih dan tetapkan untuk membawa persembahan dari umat Israel. Namun, Allah membunuh mereka dengan api karena mempersembahkan api asing kepada Allah ketika membawa persembahan (Bil. 3:4). Mereka melakukan kesalahan dengan melanggar kekudusan Tuhan melalui mempersembahkan api yang bukan berasal dari mezbah ukupan di Kemah Suci. Kesalahan mereka yang kedua adalah dengan membakar ukupan yang seharusnya hanya boleh dilakukan oleh imam besar, yakni Harun. Maka, tindakan mereka dianggap sebagai pemberontakan.

Dari kisah mereka, kita dapat menarik pelajaran bahwa kesalahan mereka harus dibayar dengan sangat mahal, yakni kematian. Kita harus ingat bahwa melayani Allah tidak bisa dan tidak boleh dengan sembarangan. Sebab jika terdapat tindakan sembrono, maka akan berdampak besar kepada kehidupan kita sebagai pelayan Tuhan. Kesembronoan atau sembarangan dalam melayani Tuhan, menunjukkan kita tidak menghargai Tuhan dengan pantas dalam hal ketaatan maupun kekudusan.

Hanya orang-orang yang berjuang untuk hidup kudus atau mau mengambil bagian dalam kekudusan Allah yang dapat berjalan bersama dengan Allah sebagai pelayan-Nya yang berstandar ilahi. Oleh sebab itu, untuk menjadi pelayan Tuhan yang sesuai kehendak-Nya, kita gak bisa sembarangan. Ingatlah, bahwa segala sesuatu yang kita pikirkan, ucapkan, dan lakukan harus diukur, diperhitungkan, serta dipertimbangkan, apakah yang kita lakukan selaras dengan hati-Nya atau tidak. Inilah yang Tuhan inginkan, yakni kita harus kudus sebab Allah kudus adanya.

WHAT TO DO:
1. Menguduskan diri dengan rindu selalu membaca Alkitab dan berdoa.
2. Berani memilih kebenaran saat diperhadapkan dengan pilihan yang dapat melukai hati Tuhan.
3. Selalu kenakan pemikiran bahwa Tuhan harus disenangkan oleh setiap pilihan yang kita ambil.

BIBLE MARATHON:
▪︎Mazmur 69-72

Card image
Renungan Pagi - 17 Juli 2023
2023-07-17 09:17:19


Banyak orang percaya yang menganut keyakinan bahwa keselamatan itu adalah anugerah Tuhan yang berlaku sekali untuk selamanya, sehingga sekali selamat maka selamanya tetap selamat (Once Saved Always Saved - OSAS) Padahal sebenarnya tidaklah demikian.

Rasul Paulus dengan jelas menyatakan bahwa kita harus mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar, Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir.

Itu berarti keselamatan dapat hilang jika tidak berjuang untuk mempertahankannya. Dengan cara menjaga hidup terus melakukan apa yang dikehendaki Tuhan dan hidup dalam kekudusan, setelah kita menerima keselamatan.

Marilah tetap teguh menjaga keimanan kita, yaitu iman yang disertai dengan perbuatan-perbuatan yang menyenangkan hati Tuhan dan tetap berjaga-jaga mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar. Supaya pada waktunya kita berkenan dihadapan Bapa.
(Filipi 2:12)

Card image
Quote Of The Day - 17 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-17 09:13:04


Tidak ada orang yang hidup dalam dosa yang bisa menikmati Tuhan sebagai kebahagiaan hidup satu-satunya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 17 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-17 09:13:32


Manusia yang menjadi obyek keselamatan harus merespons keselamatan tersebut dengan tanggung jawab.

Card image
THE SECRET OF LIFE - 17 Juli 2023 (English Version)
2023-07-17 09:03:01


People who truly set their heart on loving God will become like Him, being noble, holy, sincere, merciful, and has the traits of the loved God. Remember, this is a choice, not a gift, because everyone is given by God the opportunity for that. The problem is, does someone choose and use the opportunity well? This makes us happy that no one or anyone can stop us from loving God. There are distractions of the powers of darkness to make us not love God, but the devil cannot undo or take away our determination to love Him. It is we who must make our love for God burn.

While we are not yet noble and our old self traits are still attached, we may still commit many sins and mistakes. However, if we set our hearts to love God, He will work on our lives. How true it is, as said in Rom.8:28, “And we know that in all things God works for the good of those who love Him.” We can see the said goodness in verse 29, “Conformed to the image of His Son.” That’s why God put feelings in us, and we are in the image of God, meaning we can have God’s thoughts and feelings. If we want to be serious and have a strong determination, nothing can prevent us from thinking about God and seeking to know Him.

The Devil can tempt us to get distracted and focus on something else. However, he cannot stop us if we want to focus on God. Nothing can hinder us from seeking God, thinking about Him, and knowing and loving Him. Don’t let the world take our hearts because the Devil is trying to grasp our hearts by showing the world’s beauty. Many people are attracted to, interested in, and then enjoy this world so that their soul appetite becomes perverted and corrupted, and their heart is focused on the world.

Remember, God’s Word says the world’s desire is destructive; “The world and its desires pass away, but whoever does the will of God lives forever.” (1 John 2:17). Since we have God’s attributes, we will have eternal life and become noble. One will have the same quality as the object they put their hearts in. In Luke 4:5-8, the Lord Jesus was taken to a high place and shown to Him the beauty and the glory of the world, and the Devil offered it to Him and gave it to Him, as long as He wanted to worship him.

However, Jesus said, “It is written: ‘Worship the Lord your God and serve Him only.” To worship means to give high value or proskuneo. We worship the object we highly value and love. The things we love will give us traits and existence, so if someone loves the world, its characteristics will be absorbed. What terrifying! If a person loves the world, then their life quality is like the world.

If people truly love God, they will become as glorious as God. They become holy and sincere and have those great qualities of God. So, the state of a person’s eternal fate is determined by that person. That’s why God gives feelings and thoughts so we can have free will to consider, make up our minds, and choose. It is not God who chooses or determines, but we.

We used to say, “Move my heart to love You, Lord.” If God moves someone to love Him and does not move another, He determines that someone can enter heaven while others do not because they are not moved to love God. So, a person whose heart is not moved by God to love Him indeed cannot be said guilty because God did not touch and work on him. Conversely, those God touches to be able to love Him do not deserve to be rewarded because God does it, not they. The truth is that humans must choose and determine who they love. This is what God wants in our life.  

PEOPLE WHO TRULY SET THEIR HEART ON LOVING GOD WILL BE LIKE GOD, BEING NOBLE, HOLY, SINCERE, MERCIFUL, AND HAVE THE QUALITIES OF THE GOD THEY LOVE. THIS IS THE SECRET OF LIFE.

Card image
RAHASIA KEHIDUPAN - 17 Juli 2023
2023-07-17 09:00:06


Orang yang benar-benar menetapkan hati mengasihi Tuhan akan menjadi seperti Tuhan; berkeadaan mulia, kudus, berhati tulus, berbelaskasihan, dan memiliki sifat-sifat Tuhan yang dia cintai. Ingat, hal ini adalah pilihan, bukan anugerah. Sebab, semua orang diberi Tuhan kesempatan untuk itu. Masalahnya, apakah seseorang memilih dan menggunakan kesempatan itu dengan baik? Ini benar-benar membahagiakan kita, bahwa tidak ada orang atau siapa pun yang dapat melarang kita mengasihi Tuhan. Memang ada gangguan-gangguan yang kuasa kegelapan lakukan agar kita tidak mengasihi Tuhan, tetapi dia tidak bisa membatalkan, atau mencabut tekad kita yang teguh untuk mengasihi Allah. Kita yang harus membuat cinta kita kepada Tuhan itu membara, menyala.

Sementara kita berkeadaan belum mulia, sementara sifat-sifat manusia lama kita masih melekat di dalam diri ini, mungkin saja kita masih bisa melakukan banyak dosa dan kesalahan, tetapi kita menetapkan hati mengasihi Tuhan, di situ Tuhan akan menggarap hidup kita. Sungguh benar seperti yang dikatakan di dalam Roma 8:28, "Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia." Kebaikan yang dimaksud dapat kita lihat di ayat 29, yaitu "serupa dengan Yesus." Itulah sebabnya Tuhan menaruh perasaan di dalam diri kita. Kita segambar dengan Allah, artinya kita bisa memiliki pikiran dan perasaan Tuhan. Kalau kita mau serius dan bertekad kuat, maka tidak ada hal apa pun yang bisa menghalangi kita untuk memikirkan Allah dan mencari pengenalan akan Allah.

Iblis bisa saja menggoda agar kita teralihkan dan fokus kepada yang lain. Namun, kalau kita memang mau fokus kepada Tuhan, Iblis tidak bisa menghalangi kita. Tidak ada yang bisa menghalangi dan melarang kita untuk mencari Tuhan, memikirkan tentang Tuhan, mengenal Tuhan dan mengasihi Dia. Jangan sampai hati kita telanjur direbut oleh dunia. Sebab, Iblis memang berusaha merebut hati kita dengan mempertontonkan atau menunjukkan keindahan dunia. Faktanya, banyak orang yang terpikat, tertarik, lalu menikmati dunia ini sehingga selera jiwanya menjadi sesat, selera jiwanya menjadi rusak, sehingga hatinya terfokus kepada dunia.

Ingat, firman Tuhan mengatakan keinginan dunia ini membinasakan; "Dunia dengan segala keinginannya akan binasa, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah hidup selama-lamanya" (1Yoh. 2:17). Hidup kekal, menjadi mulia, karena kita memiliki sifat-sifat Allah. Jadi, kepada siapa hati seseorang tertaruh, dia akan berkualitas seperti objek yang kepadanya ia menaruh hatinya. Di dalam Lukas 4:5-8, Tuhan Yesus dibawa ke tempat tinggi dan kepada-Nya ditunjukkan keindahan dunia, kemuliaan dunia (the glory of the world), dan Iblis menawarkan keindahan dunia kepada Yesus dan memberikannya, asal Yesus mau menyembah kepada Iblis.

Namun, Yesus berkata, "Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti." Menyembah artinya memberi nilai tinggi atau proskuneo. Kepada objek apa kita memberi nilai tinggi, di situlah kita menyembah. Apa yang kita sembah, pasti itulah yang kita cintai. Hal-hal yang kita cintai, itulah yang akan memberi sifat-sifat dan keberadaan. Jadi, kalau seseorang mencintai dunia, maka sifat-sifat dunia akan diserapnya. Mengerikan! Jika seorang mencintai dunia, maka kualitas hidupnya seperti dunia.

Maka, kalau orang sungguh mencintai Tuhan, ia akan menjadi mulia seperti Allah mulia. Ia menjadi kudus, menjadi tulus, dan memiliki sifat-sifat Allah yang agung itu. Jadi, bagaimana nasib atau keadaan kekal seseorang, ditentukan oleh diri orang itu sendiri. Makanya Allah memberi perasaan dan pikiran. Dari pikiran dan perasaan inilah manusia bisa memiliki kehendak bebas. Dia dapat mempertimbangkan, mengambil keputusan dan memilih. Bukan Allah yang memilih, bukan Allah yang menetapkan, melainkan manusia itu sendiri.

Dulu kita sering berkata, "Gerakkan hatiku mencintai-Mu, Tuhan." Kalau Tuhan yang menggerakkan seseorang bisa mencintai Dia dan yang lain Tuhan tidak menggerakkan, berarti Tuhan menetapkan seseorang bisa masuk surga dan yang lain tidak pernah masuk surga, karena tidak digerakkan untuk mencintai Tuhan. Maka, orang yang hatinya tidak digerakkan Allah untuk mencintai Allah, tentu tidak bisa dikatakan bersalah karena Allah tidak menjamah dan menggarap dirinya. Sebaliknya, orang yang disentuh Allah untuk bisa mencintai Allah, tidak layak mendapatkan upah karena Allah yang mengerjakan bukan dirinya sendiri. Yang benar adalah manusia harus memilih dan menetapkan siapa yang dicintainya. Inilah yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG BENAR-BENAR MENETAPKAN HATI MENGASIHI TUHAN AKAN MENJADI SEPERTI TUHAN; BERKEADAAN MULIA, KUDUS, BERHATI TULUS, BERBELASKASIHAN, DAN MEMILIKI SIFAT-SIFAT TUHAN YANG DIA CINTAI. INILAH RAHASIA KEHIDUPAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 Juli 2023
2023-07-17 08:51:47

Yesaya 23-27

Card image
Truth Kids 16 Juli 2023 - TEMAN YANG BAIK
2023-07-16 10:10:29


1Korintus 15:33
“Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”

Suatu hari Kiki tidak masuk sekolah karena sakit. Nathan, teman sebangkunya, duduk sendirian sepanjang pelajaran. Saat istirahat, Dona, Andi, dan Lena mendatangi Nathan. Dona bertanya kepada Nathan, “Kiki kan selalu jahil sama kamu. Dia sering membuat kamu sedih. Kamu pasti senang dia tidak masuk sekolah.” Lalu teman-teman yang lain pun ikut membicarakan keburukan Kiki. Nathan hanya menggeleng dan permisi untuk ke toilet. Ia tidak mau ikut-ikutan membicarakan keburukan teman. Sepulang sekolah, Nathan menjenguk Kiki di rumahnya. Rupanya Kiki sakit demam karena terlalu banyak memakan jajanan es. Kiki berterima kasih kepada Nathan sudah mau menjenguknya.

Sobat Kids, Nathan tidak membalas perlakuan buruk Kiki kepadanya. Malahan Nathan membalas dengan berbuat baik. Bersikap baik terhadap teman yang telah menyakiti kita memang tidaklah mudah. Tetapi bisa dilakukan. Tuhan Yesuslah teladan kita. Ingat, kita adalah hadiah indah yang Tuhan berikan bagi keluarga, teman, dan orang-orang di sekitar kita. Dengan menjaga perbuatan dan memilih melakukan sikap yang baik, Sobat Kids akan terus menjadi hadiah yang indah.

Card image
Truth Junior 16 Juli 2023 - PENENTUAN
2023-07-16 10:08:16


1 Korintus 15:33
“Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”

Pernahkah Sobat Junior kebingungan harus memilih ingin membeli mainan seperti apa ketika berkunjung ke mal atau toko bermain? Ada begitu banyak pilihan yang menarik, sampai kalian tidak tahu harus memilih yang mana. Semua jenis-jenis permainan yang ada sangat memanjakan mata dan menggiurkan. Namun, pertanyaannya adalah apakah semua permainan tersebut berguna dan sesuai dengan kebutuhan Sobat Junior?

Yang perlu Sobat Junior ketahui, ada begitu banyak pilihan-pilihan yang akan kita temui. Semua pilihan-pilihan tersebut sangat menarik dan terkesan baik, tetapi semua pilihan baik tersebut belum tentu berguna untuk hidup kalian. Termasuk ketika Sobat Junior menentukan ingin berteman dengan seseorang. Jika Sobat Junior salah menentukan teman, maka secara bertahap teman yang buruk akan merusak kebiasaan-kebiasaan baik kalian. Seperti berteman dengan orang yang suka menyontek, lambat-laun kalian dapat terpengaruh oleh gaya hidupnya. Begitupun dengan teman yang suka berkata kasar, memaki, mencuri, mengejek dan sebagainya. Bisa-bisa kalian akan mengikuti kebiasaan-kebiasan mereka. Oleh sebab itu, kalian harus memilih bergaul dengan siapa saja. Ini adalah faktor penentu agar kalian tidak terpengaruh hal-hal buruk.

Card image
Truth Youth 16 Juli 2023 (English Version) - LIVING AS TRUE SERVANTS OF GOD
2023-07-16 10:05:17


"On the contrary, in every way we commend ourselves as servants of God: in great endurance; in troubles, hardships, and distresses; in beatings, imprisonments, and riots; in hard work, sleepless nights, and hunger; in purity, understanding, patience, and kindness; in the Holy Spirit and in sincere love." (2 Corinthians 6:4-6)

Being a servant of God is no longer limited to the status of a pastor's child, a church council member, or those who study in Bible school. Instead, anyone who declares Jesus as the King of their life is a servant of God. Therefore, being a servant of God is an extraordinary honor that must be accompanied by living in a manner that aligns with God's desires.

However, many Christians do not consider living as servants of God to be something important. As a result, they choose to live the same worldly lives that almost everyone leads. Moreover, many feel that being a servant of God will result in rejection from their surroundings or being seen as spiritually pretentious by those around them.

Walking with God should be the desire of each of us, which means being able to walk alongside God every day. By experiencing a life that walks with God, we can truly become servants of God who can prove the existence of the living God. This can be achieved through a holy life and a heart overflowing with patience.

We must make walking with God through the struggle for a holy life and the cultivation of a patient heart our one and only desire and agenda. We must earnestly contemplate this and make it our collective prayer to become servants of Jesus, for this is the Father's desire.

A group of people who are truly willing to be separated from the world is the true life of servants of God. Although we live in the midst of the world and engage in activities like everyone else, our hearts must be transferred to the Kingdom of Heaven. To walk with God as true servants, we must live in holiness. There should be no sin or affection for the world, and our hearts should be filled with patience in all things.

WHAT TO DO:
1. Realize that we are all servants of God.
2. Guard ourselves by avoiding associations that undermine our service to God.
3. Do not be ashamed to live differently from the world, even if ridiculed for being a servant of God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Psalms 62-68

Card image
Truth Youth 16 Juli 2023 - HIDUP SEBAGAI PELAYAN TUHAN YANG BENAR
2023-07-16 09:59:02


"Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran, dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga-jaga dan berpuasa; dalam kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran, dan kemurahan hati; dalam Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik." (2 Korintus 6:4-6)

Menjadi seorang pelayan Tuhan, sudah tidak dibatasi oleh status anak pendeta, anak majelis gereja, atau mereka yang belajar di sekolah Alkitab saja. Melainkan setiap orang yang mengaku Tuhan Yesus sebagai Raja dalam hidupnya, maka ia adalah seorang pelayan Tuhan. Maka, menjadi seorang pelayan Tuhan merupakan sebuah kehormatan yang luar biasa, tentu harus diimbangi dengan mengisi hidup secara benar sesuai keinginan Tuhan.

Namun, banyak dari orang Kristen tidak menganggap hidup sebagai pelayan Tuhan sebagai sesuatu yang penting. Karenanya, mereka lebih memilih mengenakan kehidupan anak-anak dunia sebagaimana yang dijalani hampir oleh setiap orang. Bahkan, tidak sedikit yang merasa jika menjadi pelayan Tuhan, akan tertolak oleh lingkungan atau dianggap sok rohani oleh sekitarnya.

Berjalan dengan Allah harus menjadi kerinduan setiap kita, yaitu bagaimana bisa berdampingan dengan Allah setiap hari. Sebab dengan mengalami hidup yang berjalan dengan Allah, barulah kita dapat menjadi pelayan Tuhan yang bisa membuktikan keberadaan Allah yang hidup. Hal ini dapat diperoleh dengan hidup yang kudus dan hati yang limpah akan kesabaran.

Kita harus menjadikan hal berjalan dengan Allah melalui perjuangan untuk hidup kudus dan menempa hati agar penuh dengan kesabaran, menjadi kerinduan dan agenda kita satu-satunya. Kita harus menggumuli hal ini dengan sungguh-sungguh, dan menjadi doa kita bersama untuk bisa menjadi pelayan dari Tuhan Yesus, sebab inilah keinginan Bapa.

Kumpulan orang yang benar-benar bersedia dipisahkan dari dunia adalah kehidupan para pelayan Tuhan yang sesungguhnya. Walaupun kita hidup di tengah-tengah dunia dan juga melakukan kegiatan seperti orang lain lakukan, tetapi hati kita harus dipindahkan ke Kerajaan Surga. Untuk dapat berjalan dengan Allah sebagai pelayan yang benar, kita harus hidup dalam kekudusan. Tidak boleh ada sedikit pun dosa atau percintaan dengan dunia, dan harus memiliki hati yang penuh dengan kesabaran akan segala hal.

WHAT TO DO:
1. Sadari bahwa kita semua adalah pelayan Tuhan.
2. Jaga diri dengan hindari pergaulan yang merusak pelayanan kita kepada Tuhan.
3. Jangan malu untuk hidup berbeda dari dunia, sekalipun diejek karena menjadi pelayan Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎Mazmur 62-68

Card image
Renungan Pagi - 16 Juli 2023
2023-07-16 09:55:59


Pengertian "jatuh dalam dosa" dan "hidup dalam dosa" sangatlah jauh berbeda. Jika orang jatuh, maka pasti ia akan segera bangkit berdiri dari kejatuhan itu, entah ia bangkit sendiri atau ditolong oleh orang lain, yang pasti ia tidak akan tinggal dalam kejatuhannya.

Kalau orang hidup dalam dosa, maka memang itulah hidupnya berkubang didalam dosa, ia nyaman dalam dosanya, tidak mau menolong dirinya sendiri ataupun ditolong orang lain.

Orang percaya memang masih mungkin jatuh dalam dosa dan harus segera bangkit kembali tetapi seharusnya tidak akan mungkin lagi hidup didalam dosa, sebab kebenaran Firman Tuhan akan memerdekakan dan menguduskan hidupnya dari dosa.

"Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Itu artinya kebenaran firman Tuhan itulah yang dihidupinya dalam pertobatan setiap hari, bukan lagi hidup dalam dosa tanpa pertobatan.
(Yohanes 8:31-32)

Card image
Quote Of The Day - 16 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-16 09:50:21


Orang percaya yang benar-benar menghayati bahwa ia tidak bisa berlindung kepada Tuhan tanpa kekudusan, akan merindukan pulang ke surga, dan benar-benar bisa merasakan bahwa dunia ini bukanlah rumahnya.

Card image
Mutiara Suara kebenaran - 16 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-16 09:48:21


Keadaan manusia hari ini adalah hasil atau akibat dari keputusannya. Tuhan tidak bisa dipersalahkan.

Card image
THE UNSEEN - 16 Juli 2023 (English Version)
2023-07-16 09:15:35


The purpose of our Christianity is to become new human beings in God, not just a member of a particular church. Not only converting from another religion and now becoming Christianity, though seen as good in the view of people in general, we are still broken but just not yet gotten unveiled. It is not enough if we were previously gamblers, cheaters, or adulterers, but not anymore now. The new human being must be in a continuous process and must be continuously upgraded.

Paul wrote, “So we fix our eyes not on what is seen, but on what is unseen, since what is seen is temporary, but what is unseen is eternal.” Let’s look with faith at what Paul meant, “The unseen thing.” The unseen thing is the Kingdom of Heaven. Ironically, many churches and Christian fellowships do not invite the congregation to see the “unseen.” Instead, what is considered is only life today, namely on earth. Good fortune, success in studies and career needs to be met, and various facilities. Indeed, it is not wrong because we do have to pay attention to it. However, these are not the actual purposes of the Christian faith.

The unseen, namely the Kingdom of Heaven, where God will be crowned as King. Though unseen, the place exists, so it’s up to us to believe it. Some of us who have experienced this long-life journey must have experienced God—especially those who pray diligently. There are certain atmospheres and specific experiences that are extraordinary and spectacular. God exists and is real, but He is not cheap, so He cannot be experienced by anyone randomly. Our lives must change if we focus on unseen things and aim to live in eternity.

So, like it or not, we must be upgraded to be more righteous, humbler, holier, more patient, more understanding of others, and more forgiving, and it is unstoppable until we die. That’s why 2 Cor. 4:16 says, “Therefore we do not lose heart. Though outwardly we are wasting away, yet inwardly we are being renewed day by day.” Outwardly, we are no longer as good-looking as we used to be, but our compassion for others is getting bigger. People like this deserve to go to heaven. So, what is essential for us is that we can go through life each day, eat and drink, and the world does not bind our hearts.

This is no joke, not just for parents, but also for young people because we must die, so we should be ready. Whenever we die, we should have the certainty of being received into the Father’s House. We should be afraid now, and it turns out we are right than never being afraid then living carelessly. We must be willing to learn to understand, believe, and accept the reality that there is a life to come. People out there don’t think about eternity. So, let us not get carried away with them. Remember, don’t get confused about whether we are accepted when we are at the edge of death.

Christianity teaches us not to doubt, speculate, or chancy. Salvation is a certainty. However, how do we ensure that? Salvation becomes a certain possession if we pass the test every day. If our daily tests are wrong, how can we go to heaven? Easily offended or angry. We lose. When neighbors are fussy, we are too; fight back when harmed. We’ve lost again. So, we must always be willing to be upgraded. Indeed, we can’t imagine what God has prepared for us.

So, don’t be afraid or worry about tomorrow because nothing can oppose us if we become lovers of God and become the apple of His eye. Indeed, it seems that we are not advanced compared to others, not special. For example, as a wife, we give in when our husband is abusive. Just be silent; it’s okay to be persecuted because life on this earth is not long. The greatness of our souls is beautiful and valuable in the eyes of God. This is a concrete life practice to become an excellent human being. If we failed to be patient yesterday, then upgrade to be patient. If yesterday we sinned, today we commit to stop sinning for the sake of eternity.  

OUR LIFE MUST CHANGE IF WE PAY ATTENTION TO UNSEEN THINGS AND HAVE A PURPOSE OF LIVING IN ETERNITY.

Card image
YANG TIDAK KELIHATAN - 16 Juli 2923
2023-07-16 09:12:03


Tujuan kita menjadi orang Kristen adalah agar kita menjadi manusia baru di dalam Tuhan. Bukan hanya menjadi anggota gereja tertentu. Bukan hanya, dulu agamanya A sekarang ikut agama Kristen. Tentu tidak cukup demikian. Bahkan, tidak cukup walau dinilai baik menurut kacamata manusia, tetapi sebenarnya kita ini bobrok, hanya tidak ketahuan saja. Dulu main judi, sekarang tidak main judi. Dulu diam-diam selingkuh, berzina, sekarang tidak. Tidak cukup sampai di situ. Manusia baru itu tentu harus berproses tiada henti. Jadi terus berproses, tidak boleh berhenti; harus di- upgrade terus.

Paulus menulis, “Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.” Mari kita melihat dengan iman istilah “apa yang tidak kelihatan” yang dimaksud oleh Paulus. Yang tidak kelihatan adalah Kerajaan Surga. Ironis, banyak gereja dan persekutuan Kristen yang tidak mengajak jemaat melihat “yang tidak kelihatan” itu. Sebaliknya, yang diperhatikan hanya kehidupan hari ini yaitu di bumi saja. Bagaimana rezeki lancar, sukses dalam studi dan kariernya, kebutuhan terpenuhi, punya berbagai fasilitas. Memang hal itu tidak salah, karena kita memang harus memperhatikan itu. Namun, itu semua bukan tujuan yang benar dalam iman kekristenan.

Ada yang tidak kelihatan, yaitu Kerajaan Surga. Di mana, Tuhan akan bertakhta sebagai Raja. Sekarang memang tidak kelihatan, tetapi tempat itu sungguh-sungguh ada. Tergantung kita yang mau percaya atau tidak. Sebagian kita yang telah mengalami perjalanan panjang hidup ini, pasti mengalami Tuhan. Apalagi orang yang rajin berdoa. Ada suasana-suasana tertentu, pengalaman-pengalaman tertentu yang bersifat luar biasa, spektakuler. Allah itu ada dan nyata, tetapi Ia tidak murahan, maka Dia tidak bisa dialami oleh sembarang orang. Kalau kita memperhatikan hal-hal yang tidak kelihatan, punya tujuan hidup di kekekalan, hidup kita pasti berubah.

Maka, mau tidak mau kita harus di- upgrade untuk menjadi lebih benar, lebih rendah hati, lebih suci, sabar, lebih mengerti orang lain, dan lebih mengampuni. Hal itu tidak pernah berhenti sampai kita meninggal dunia. Makanya di dalam 2 Korintus 4:16 dikatakan, “Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.” Secara lahiriah memang sudah tidak secantik dulu, tetapi belas kasihannya untuk sesama semakin besar. Nah, orang-orang seperti ini yang layak untuk masuk surga. Jadi, yang penting bagi kita adalah hari ke hari bisa dilewati, bisa makan-minum, dan hati kita tidak terikat dunia.

Hal ini tidak main-main dan bukan hanya untuk orangtua, tetapi untuk orang muda juga. Sebab kita pasti mati. Jadi kita mestinya siap-siap. Kapanpun kita meninggal, kita memiliki kepastian diterima di Rumah Bapa. Lebih baik kita takut sekarang, tetapi berubah menjadi benar daripada kita tidak pernah takut sehingga kita hidup sembarangan. Kita harus mau belajar untuk mengerti, percaya, dan menerima realitas bahwa ada kehidupan yang akan datang. Di luar sana, orang tidak memikirkan kekekalan. Namun, jangan sampai kita terbawa arus mereka. Ingat, jangan sampai ketika berada di ujung maut kita bingung: “Aduh, aku diterima gak ya?”

Di dalam kekristenan, kita diajar bukan untuk ragu-ragu, spekulasi, untung-untungan. Keselamatan adalah sebuah kepastian. Namun, bagaimana cara kita memastikannya? Keselamatan menjadi milik yang pasti apabila setiap hari kita lulus ujian. Kalau tes harian kita sudah jelek, mana mungkin bisa masuk surga? Tersinggung sedikit, langsung marah. Kita kalah. Tetangga cerewet, kita ikut cerewet; dia menjahati kita, kita lawan. Kita kalah lagi. Maka, kita harus selalu bersedia di-upgrade. Pasti kita tidak bisa membayangkan apa yang Tuhan sediakan untuk kita.

Maka, jangan takut, jangan kita khawatir akan hari esok. Kalau kita jadi kekasih Tuhan, jadi biji mata-Nya, tidak ada yang bisa lawan kita. Memang kelihatannya, kita seperti tidak maju dibanding yang lain, tidak istimewa. Misalnya, sebagai seorang istri, kita mengalah ketika suami kasar. Kita diam, teraniaya tidak apa, karena hidup di bumi ini tidak lama. Kebesaran jiwa kita, indah dan berharga di mata Tuhan. Ini praktik hidup yang konkret untuk menjadi manusia yang unggul. Kalau kemarin kita gagal sabar, sekarang kita harus upgrade untuk bisa sabar. Kalau kemarin kita berbuat dosa, hari ini kita berkomitmen berhenti berbuat dosa karena demi kekekalan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA MEMPERHATIKAN HAL-HAL YANG TIDAK KELIHATAN, PUNYA TUJUAN HIDUP DI KEKEKALAN, HIDUP KITA PASTI BERUBAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 Juli 2023
2023-07-16 09:07:02

Yesaya 18-22

Card image
Truth Kids 15 Juli 2023 - TUGASKU
2023-07-15 10:09:23


1 Korintus 15:58
“Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”

Eli bangun saat hari masih subuh. Ia mengawali hari dengan berdoa. Setiap pagi sebelum ke sekolah, ia membantu ibunya terlebih dahulu. Keluarga Eli memiliki usaha katering. Mereka memasak makanan dalam jumlah besar. Walaupun sedikit repot, Eli tetap semangat pergi ke sekolah.

Di sekolah, Eli dikasihi oleh guru dan teman-temannya. Eli merupakan anak yang periang dan cerdas. Nilai-nilai dan tugasnya baik. Selain rajin, ia juga senang membantu teman-temannya. Sepulang sekolah, Eli lanjut membantu ibu dan makan siang. Saat sore hari, Eli mandi dan mengerjakan tugas sekolah. Kemudian Eli makan malam, menonton sebentar bersama keluarga, berdoa dan tidur.

Sobat Kids, seorang anak yang ingin menjadi hadiah terbaik akan semangat dalam mengerjakan tugas. Pada cerita Eli di atas, Eli bersemangat mengerjakan tugas-tugasnya. Baik di rumah maupun di sekolah. Eli menjadi hadiah yang indah bagi orang tuanya, guru dan teman-temannya. Apa yang ia perbuat tentu juga menyenangkan Bapa di surga. Sobat Kids mau juga kan, menjadi hadiah terbaik? Yuk, kita lakukan setiap tugas kita dengan hati yang gembira!

Card image
Truth Junior 15 Juli 2023 - TRUTH OR DARE?
2023-07-15 10:07:25


1Korintus 15:58
“Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”

Sobat Junior, apakah kalian tahu atau pernah melakukan permainan truth or dare? Dalam permainan itu, Sobat Junior harus memilih salah satu bagian dari opsi; tantangan atau kejujuran? Kedua pilihan tersebut akan menentukan akhir cerita dari permainannya. Jika Sobat Junior memilih opsi tantangan, artinya kalian harus siap melakukan semua tantangan yang diajukan oleh lawan bermain. Jika Sobat Junior memilih kejujuran, artinya kalian harus menjawab semua pertanyaan yang diajukan dengan jujur. Apa pun pilihannya, akan ada konsekuensi yang harus kita tanggung.

Begitupun ketika kita mau menentukan ingin menjadi siapa dan seperti apa nanti. Sobat junior, kalian harus bisa mengambil keputusan yang tepat dan benar. Setiap keputusan yang Sobat Junior pilih, pasti memiliki konsekuensinya masing-masing. Jika Sobat Junior memutuskan ingin menjadi anak baik yang dikasihi Tuhan, pasti kalian tidak akan menyia-nyiakan waktu. Kalian akan terus belajar dan mengembangkan potensi, sebab Sobat Junior memiliki target untuk menggunakan bakat tersebut untuk membantu. Konsekuensi yang harus ditanggung adalah Sobat Junior harus rela capek dan rela mengorbankan waktu untuk mempelajari hal baru. Ingatlah bahwa jerih payah kalian tidak akan sia-sia.

Card image
Truth Youth 15 Juli 2023 (English Version) - FROM THE EYES TO THE HEART
2023-07-15 10:05:41


"Your eye is the lamp of your body. When your eyes are healthy, your whole body also is full of light. But when they are unhealthy, your body also is full of darkness. See to it, then, that the light within you is not darkness." (Luke 11:34-35)

We often hear that the eyes are the lamp of the body. But do you know what a lamp really is? A lamp is an oil-fueled light, often used in the past when there was no electricity. It means it was used as a source of illumination in the darkness. As stated in Luke 11:34, our eyes are the lamps of our bodies. The rapid response of our vision stimulates our brain and nerves to guide our actions. Have you ever seen how toddlers quickly imitate movements, words, and actions that they see in front of them? That's a representation of how quickly the response comes from the eyes to the heart, and then manifests through our actions.

What we see can influence not only our physical lives but also our spiritual lives. Especially in today's era, there is widespread and easy access to information through gadgets and social media. However, as we reflected upon yesterday, we want to learn to maintain our integrity, to choose whom we follow or unfollow. The choice is in our hands, but we want to grow and keep growing. Thus, we will have a different standard than the general standards and morals. While the world teaches us to do or, in this context, to see what we enjoy seeing, our standard is different. We should ask whether what we see pleases or displeases God's heart. If what we enjoy is darkness, then our entire life will be in darkness. But if we enjoy the light, then our whole life will be filled with light. Just imagine a situation where there's a power outage and we can't see anything, which means we can bump into anything. But if the lights are on, we can see everything clearly. That's why we need to pay close attention to what we "consume" visually, meaning with our eyes, as it will affect our hearts and subsequent actions.

WHAT TO DO:
Be careful in choosing what we watch, read, and everything else we see.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Psalms 56-61

Card image
Truth Youth 15 Juli 2023 - DARI MATA TURUN KE HATI
2023-07-15 10:02:41


"Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu. Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan." (Lukas 11:34-35)

Kita sering mendengar mata adalah pelita tubuh. Tetapi tahu gak sih, apa sebenarnya pelita itu? Pelita adalah lampu berbahan bakar minyak, sering digunakan di zaman dulu saat belum ada listrik. Artinya digunakan untuk alat penerangan dalam kegelapan. Seperti yang firman Tuhan catat dalam Lukas 11:34, pelita tubuh kita adalah mata kita. Respons penglihatan begitu cepat menstimulasi otak dan saraf kita untuk mengemudikan tindakan kita. Pernah lihat gak, anak balita, yang begitu cepat meniru gerakan, ucapan, tindakan apa pun yang mereka lihat di depan matanya? Begitulah gambaran cepatnya respons dari mata lalu turun ke hati, lalu keluar melalui tindakan kita.

Apa yang kita lihat dapat memengaruhi seluruh kehidupan bukan jasmani saja, tetapi rohani kita juga. Apalagi di zaman sekarang, begitu banyak dan mudah penyebaran dan mengakses informasi melalui gadget dan social media. Namun, seperti perenungan kemarin, kita mau belajar untuk tetap memiliki integritas diri, memilih untuk mem-follow atau unfollow. Pilihan di tangan kita, tetapi yang kita mau adalah bertumbuh dan semakin bertumbuh. Maka, kita akan tahu standar yang berbeda dengan standar dan moral umum. Kalau dunia mengajarkan lakukan atau dalam konteks ini, lihatlah apa yang kita senang untuk lihat, tetapi standar kita berbeda yaitu, apakah hal yang kita lihat mendukakan atau justru menyukakan hati Tuhan? Jika apa yang kita nikmati adalah kegelapan, maka secara keseluruhan hidup kita pun berada di jalan yang gelap. Tetapi kalau yang kita nikmati adalah terang, maka secara keseluruhan hidup kita pun akan terang. Bayangkan saja kalau di situasi mati lampu, kita gak bisa lihat apa-apa, sehingga apa pun bisa kita tabrak. Tetapi kalau lampu nyala, maka kita bisa melihat segala sesuatunya dengan jelas. That’s why, perhatikan dengan sungguh-sungguh apa yang kita “konsumsi” secara visual, artinya dengan mata, karena akan memengaruhi hati dan tindakan kita selanjutnya.

WHAT TO DO:
Cermatlah dalam memilih tontonan, bacaan, dan hal-hal apa pun yang kita lihat.

BIBLE MARATHON:
▪︎Mazmur 56-61

Card image
Renungan Pagi - 15 Juli 2023
2023-07-15 09:55:42


Kehidupan orang yang beriman kepada Tuhan tidaklah berarti akan selalu aman. Tidak ada kesukaran, penyakit, kesulitan hidup dan hal-hal tidak menyenangkan lainnya. Sebab iman itu adalah mempercayakan secara penuh hidup kepada Tuhan, Pribadi yang kita percayai dan juga menyatakan penurutan terhadap kehendak Allah.

Seperti kata firman Tuhan, "Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Ini adalah iman Abraham, bapa segala orang yang percaya.

Dalam penundukkan diri pada kehendak Allah itu pasti banyak tantangan yang harus dihadapi dan ada banyak waktu mungkin kita gagal juga untuk bertahan. Karena itu hidup dalam iman mengandung perjuangan dan tanggung jawab, menghadapi tantangan dan pencobaan sampai kita didapati berkenan di hadapan Tuhan.

Orang yang beriman adalah hidup menjunjung tinggi kebenaran dan mengikuti apa kata Tuhan. Dan contoh iman yang benar adalah seperti iman Abraham, sehingga oleh karena imannya itu, Allah memperhitungkan segala yang dilakukannya sebagai kebenaran.
(Roma 4:20-22)

Card image
Quote Of The Day - 15 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-15 09:52:20


Kita harus sampai pada penghayatan—ketika kita berkata, "aku perlu Kau, Tuhan”—bahwa kita tidak bisa hidup dalam kehidupan yang tidak menyenangkan hati Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 15 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-15 09:49:41


Jika kasih karunia tanpa tanggung jawab, justru membuat kasih karunia itu sendiri menjadi tidak berharga.

Card image
GOD EXAMINES THE MIND - 15 Juli 2023 (English Version)
2023-07-15 09:37:24


A flight engineer not only has to be a genius but also meticulous. He must be able to inspect aircraft engine components and ensure that the aircraft is airworthy because it can carry dozens and hundreds of passengers. If we drive a car on the roads or the damaged ground, we can pull over or stop on the spot, but it’s not the case if we’re on an airplane, so a flight engineer must not only be a genius but also super thorough for the plane’s safety.

The question is, have we ever seriously questioned what our plane of life is like? We need the guidance of the Holy Spirit so that we recognize our actual condition. Not only intellectually intelligent but spiritually intelligent, having spiritual quotient (SQ). Good spiritual intelligence is essential to recognize and diving deeply into our condition. God’s Word says, “The heart is deceitful above all things.” (Jer. 17:9). In the next verse, God’s Word says, “I the Lord search the heart and examine the mind” (Jer. 17:10).

God examines the mind. So, humans must be aware of and manage their minds well. We ask the Holy Spirit to give us the ability, spiritual genius, spiritual intelligence, thoroughness, and honesty to know ourselves. May we be serious about contemplating, creating a simulation in our minds, namely: if I were to face the Lord of the universe, what would we be like? How terrible if we still do inappropriate things, which are still left in our lives. Therefore, we ask for the guidance of the Holy Spirit so that we seriously examine ourselves and are guided by Him to recognize our condition before God. With God’s intelligent and perfect sights, surely we can recognize our situation as it is, and we must ask the Holy Spirit to help us.

We must feel that we still make mistakes and still have inaccuracies in what we do. Perhaps, we don’t commit the sins of shameful moral transgression or break the law anymore. We never do it, but there may still be sin hidden in our hearts, such as veiled arrogance, insincerity, desire to be honorable, happiness to be praised or flattered, pride in achievements or experiences that we feel happy when people know about them.  The achievements, either by ourselves or our families or others who have blood relations with us that we can tell others to be our pride. We must be honest that there are many inaccuracies that we still often make that we may not be aware of,

All will be exposed and naked before God, and that is what we should continue to consider. We have to make a simulation in our minds and imagine that we are in the presence of the Most Holy God. Nothing is hidden before God. Don’t let it turn out that there is still rottenness in us that we keep or maintain. How terrible it is if we are not ready to stand before God’s judgment. We should be truly clean before God, without blemishes and spots, so God will be pleased. The Holy Spirit must open our minds to recognize ourselves correctly.

Let’s not quickly feel complacent with what we have achieved. Even though we have become diligent congregation members, active activists, or even honorable pastors, we do not settle for those states. However, bring our lives to God and continue to question whether there is still something inappropriate that we are still doing. Someone who truly respects God will try to be pleasing to Him. A person who truly loves God will strive to be children of God who please the Father’s heart.

A person who fears God will submit themselves and fight how to live pleasing and satisfying the Father’s heart. Indeed, happy are those who satisfy and please the Father’s heart because they will be a beautiful tool in the Kingdom of the Father in heaven all the time, endlessly pleasing Him. May we become instruments that satisfy and make the heart of our Father in Heaven happy. So, don’t have a greater longing than this, which should become our only longing, namely how we always please our heavenly Father.  

GOD EXAMINES THE MIND, SO HUMANS MUST BE AWARE OF AND MANAGE THEIR MINDS WELL.

Card image
TUHAN MENGUJI BATIN - 15 Juli 2023
2023-07-15 09:34:44


Seorang teknisi pesawat terbang bukan hanya harus orang yang genius, melainkan juga teliti. Ia harus bisa memeriksa komponen mesin pesawat terbang dan memastikan bahwa pesawat itu laik terbang. Sebab bisa membawa—bukan saja puluhan, melainkan ratusan penumpang. Kalau naik mobil di jalan beraspal atau di tanah rusak, kita bisa menepi atau berhenti di tempat, tetapi kalau pesawat tidak bisa. Jadi, harus benar-benar presisi. Bukan hanya genius, melainkan juga super teliti, demi keselamatan pesawat itu.

Pertanyaannya, pernahkah kita sungguh-sungguh memperkarakan bagaimana dengan pesawat hidup kita ini? Kita membutuhkan tuntunan Roh Kudus, agar kita mengenali keadaan diri kita dengan benar. Bukan saja cerdas secara intelektual, tetapi cerdas secara rohani, memiliki kualitas spiritual quotient (SQ), kecerdasan rohani yang baik untuk bisa mengenali dan menyelami sedalam-dalamnya keadaan diri kita. Firman Tuhan mengatakan, "Betapa liciknya hati, lebih licik dari segala sesuatu" (Yer. 17:9). Di ayat selanjutnya, firman Tuhan mengatakan, "Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin atau menguji hati manusia." (Yer. 17:10)

Tuhan yang menguji batin. Maka, manusia harus menyadari dan mengelola batinnya dengan baik. Kita memohon Roh Kudus memberikan kita kemampuan, kegeniusan rohani atau kecerdasan rohani sekaligus ketelitian dan kejujuran mengenal diri kita. Kiranya kita mau serius untuk merenungkan, membuat simulasi di dalam pikiran, yaitu: kalau aku berhadapan dengan Tuhan semesta alam, kira-kira bagaimana? Betapa mengerikan kalau masih ada hal yang tidak patut yang kita lakukan, yang masih tersisa di dalam hidup kita. Karenanya, kita mohon petunjuk Roh Kudus agar kita benar-benar serius memeriksa diri dan dituntun oleh Roh Kudus untuk mengenali keadaan kita di hadapan Tuhan. Dengan kacamata Allah yang cerdas dan sempurna, pasti kita bisa mengenali keadaan kita sebagaimana adanya. Kita harus meminta agar Roh Kudus menolong kita.

Sejujurnya, kita pasti merasa bahwa masih saja ada kemelesetan yang kita lakukan dalam hidup ini. Masih saja ada ketidaktepatan yang kita lakukan. Mungkin, kita tidak melakukan dosa-dosa pelanggaran moral yang memalukan dan bahkan melanggar hukum, kita tidak melakukan lagi. Kita tidak pernah melakukannya, tetapi bisa saja masih ada dosa yang tersembunyi di dalam hati kita; kesombongan terselubung, ketidaktulusan, hasrat menjadi orang terhormat, senang dipuji, senang disanjung, bangga dengan prestasi, bangga dengan pengalaman yang kita merasa senang kalau orang tahu prestasi kita, pengalaman kita, istimewa kita; baik kita sendiri atau istimewa keluarga atau istimewa orang-orang yang memiliki hubungan darah dengan kita, yang kita bisa jual menjadi kebanggaan kita. Kita harus jujur bahwa banyak ketidaktepatan yang masih sering kita lakukan dan mungkin tidak kita sadari.

Di hadapan Tuhan semua akan terbuka dan telanjang. Itulah yang harus terus kita pertimbangkan. Kita yang harus membuat simulasi di dalam pikiran kita, kita bayangkan kita ada di hadapan Allah Yang Maha Kudus. Tidak ada sesuatu yang tersembunyi di hadapan Allah. Jangan sampai ternyata masih ada kebusukan-kebusukan di dalam diri kita yang masih kita simpan atau kita pertahankan. Betapa mengerikan hal itu ketika kita ada di hadapan Allah. Kita mau menjadi seorang yang benar-benar bersih di hadapan Allah, yang tidak bercacat dan tidak bercela agar Tuhan pasti berkenan, Roh Kudus pasti berkenan. Roh Kudus pasti membukakan pikiran kita untuk dapat mengenali diri kita dengan benar.

Mari kita tidak cepat merasa puas diri dengan apa yang telah kita capai. Sudah menjadi jemaat yang rajin, sudah menjadi aktivis yang giat, sudah menjadi pendeta yang terhormat; jangan puas dengan keadaan-keadaan ini. Namun, bawalah hidup kita kepada Tuhan dan terus perkarakan, apakah masih ada sesuatu yang tidak pantas, sesuatu yang tidak patut yang masih kita lakukan? Seseorang yang benar-benar menghormati Allah akan berusaha untuk berkeadaan berkenan kepada Tuhan. Seorang yang sungguh-sungguh mencintai Tuhan akan berusaha untuk menjadi anak-anak Allah yang menyukakan hati Bapa.

Seorang yang sungguh-sungguh takut akan Allah, akan menundukkan diri dan berjuang bagaimana hidup menyukakan, memuaskan hati Bapa. Sungguh, berbahagialah orang-orang yang memuaskan, menyukakan hati Bapa sebab ia akan menjadi perkakas indah di dalam Kerajaan Bapa di surga sepanjang waktu, tiada henti menyenangkan Bapa. Kiranya kita dapat menjadi instrumen yang memuaskan dan membahagiakan hati Bapa di surga. Maka, jangan ada kerinduan lebih besar dari hal ini. Bahkan, hal ini yang harus menjadi kerinduan kita satu-satunya, bagaimana kita dapat selalu menyukakan, membahagiakan hati Bapa di surga.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN YANG MENGUJI BATIN. MAKA, MANUSIA YANG HARUS MENYADARI DAN MENGELOLA BATINNYA DENGAN BAIK.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 Juli 2023
2023-07-15 09:28:56

Yesaya 13-17

Card image
Truth Kids 14 Juli 2023 - HADIAH TERBAIK
2023-07-14 12:57:13


Amsal 13:4
“Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan.”

Ayah memberi hadiah sekotak besar crayon kepada kakak. Sekotak itu berisi puluhan warna. Sedangkan kepada adik, ayah menghadiahkan sekotak kecil crayon berisi empat warna. Kakak gembira mendapat hadiah yang besar. Ia membayangkan banyak hal yang hendak ia gambar menggunakan crayon berwarna-warni tersebut. Kakak begitu asyik membayangkan sampai hari sudah malam dan ia tertidur. Esoknya, kakak masih membayangkan dan belum menggambar. Sampai akhirnya lama-lama dia merasa malas dan tidak menggambar apa-apa.

Adik juga merasa senang mendapat hadiah crayon. Walau hanya sedikit, adik tidak mempermasalahkannya dan langsung mulai menggambar. Setiap hari, adik bisa menggambar sampai lima lembar. Lama-kelamaan, gambarnya sudah sangat banyak dan hasilnya semakin lama semakin bagus. Sampai akhirnya ayah memuji gambar adik yang sangat indah.

Sobat Kids, seorang anak yang ingin menjadi hadiah terbaik akan rajin belajar. Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita akan perbedaan antara pemalas dan orang rajin. Kalau si pemalas, ia hanya ingin sesuatu tetapi tidak pernah dilakukannya. Ingin belajar, ingin beresin mainan, ingin buat PR, ingin bantu orang tua, dan masih banyak lagi. Semua keinginannya sia-sia; tidak pernah dilakukan. Sedangkan orang yang rajin, pasti melakukan keinginannya. Langsung dilakukannya. Langsung ambil buku untuk belajar. Menyelesaikan PR dan merapikan buku pelajaran sebelum bermain. Kalian mau menjadi hadiah terbaik, kan, Sobat Kids?

Card image
Truth Junior 14 Juli 2023 - BELAJAR DARI HAL KECIL
2023-07-14 12:53:58


Amsal 13:4
“Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan.”

Ini kisah tentang dua sahabat, yaitu seekor Kelinci dan Kura-kura. Di desa Animaloka, terdapat dua sahabat yang memiliki kebiasaan yang sangat bertentangan. Rio yang merupakan seekor kura-kura, memiliki kekurangan sebagai makhluk paling lambat sedesa. Sedangkan sahabatnya, Jona, merupakan seekor kelinci dikenal sebagai makhluk tercepat di seluruh desa. Karena kekurangan Rio, dia selalu mempersiapkan segala keperluan hidupnya lebih awal, dan memang dikenal sebagai makhluk yang rajin. Beda halnya dengan Jona, ia sangat meremehkan segala sesuatu, sebab ia dapat menyelesaikan semua pekerjaannya dengan cepat.

Hingga suatu hari… “Jona, kau tahu selama tiga bulan ke depan akan ada kekeringan massal di seluruh desa? Kita harus mengumpulkan makanan sebanyak-banyaknya dari sekarang!” seru Rio kepada Jona. “Kau tahu, itu masih lama. Jadi untuk apa aku merepotkan diri mempersiapkan hal yang akan terjadi di masa depan?” ujar Jona yang meremehkan seruan Rio. Tanpa disadari, hari kekeringan tersebut pun tiba. Sayangnya, Jona tidak mempersiapkan cadangan makanannya dengan baik. Persediaan makanannya hanya cukup untuk satu bulan saja. Dan Jona sangat menyesal karena sempat meremehkan perkataan Rio.

Sobat Junior, dari cerita Rio dan Jona kita belajar untuk tidak meremehkan segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita. Walaupun hal tersebut merupakan perkara remeh yang dapat kita selesaikan dengan cepat, tetapi alangkah baiknya jika kita mempersiapkan diri jauh sebelum waktu yang ditentukan, bukan?

Card image
Truth Youth 14 Juli 2023 (English Version) - LIVING HOLINESS IS ESSENTIAL
2023-07-14 12:40:58


"How can a young person stay on the path of purity? By living according to your word." (Psalm 119:9)

A room or a place is considered clean when it meets certain cleanliness standards and follows standard operating procedures (SOPs). Perhaps, on a personal level, each person has a different level of cleanliness, making it relative. For example, according to person A, a table is considered clean if it's empty without any items on it. But according to person B, as long as there are items on the table, it's considered tidy as long as they are not too many or piled up. This is the cleanliness standard for objects or rooms. Now, when we want to know the standard for living a holy life, there is no relative standard. The standard is only one and absolute: living according to the example of Jesus Christ as revealed in the Word of God.

Through stories, history, and knowledge, we know how Jesus lived, the journey of His life. However, let's reflect on how far we have put into practice the holy life modeled by Jesus. Starting a holy life is not difficult, but what's challenging is maintaining it. It's similar to starting to clean our house. It's not a difficult task, right? Folding blankets, sweeping, mopping, washing dishes, doing laundry , tidying the table, and so on are things that can be learned and relatively easy to do. But the question is, amidst our daily busyness, can we continue to be disciplined and committed to doing them?

When it comes to cleaning the house, it is a form of serving our family, parents, and ourselves. We train ourselves to make time for cleaning to lighten the burden of our parents and family, as well as to ensure our own comfort. When it comes to achieving cleanliness or purity in life, it is a way of serving God's feelings, maintaining our integrity and identity as children of God. Indeed, we live in an imperfect world where worldly influences are strong and pull us. However, that is the challenge for us to remain principled in maintaining the holiness of our lives.

WHAT TO DO:
Examine again what makes it difficult for us to maintain the holiness of our lives?

BIBLE MARATHON:
▪︎ Psalms 50-55

Card image
Truth Youth 14 Juli 2023 - KEKUDUSAN HIDUP ITU MUTLAK -
2023-07-14 11:37:12


"Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih?Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu." (Mazmur 119:9)

Suatu ruangan atau tempat dikatakan bersih karena ada standar kebersihannya, ada SOP-nya. Mungkin kalau secara pribadi, tingkat kebersihan masing-masing orang berbeda, sehingga bisa relatif. Misalkan menurut si A, meja dikatakan bersih apabila kosong tidak ada barang di atasnya. Tetapi menurut si B, kalau ada barang di atas meja, itu bersih-bersih saja, asalkan tidak terlalu banyak dan menumpuk. Ini standar kebersihan untuk barang atau ruangan. Nah, kalau kita mau mengetahui standar kesucian atau kekudusan hidup, pastinya gak ada standar yang relatif. Standarnya hanya satu dan mutlak, yaitu teladan hidup Tuhan Yesus sesuai firman Allah.

Secara kisah, sejarah, pengetahuan, kita tahu betul cara Tuhan Yesus hidup seperti apa, kisah perjalanan hidup-Nya seperti apa. Namun, coba pikirkan, sudah sejauh mana kita mempraktikkan teladan hidup kudus ala Tuhan Yesus? Untuk memulai hidup kudus, bukanlah suatu hal yang susah, tetapi yang susah adalah mempertahankannya. Sama halnya dengan kita memulai untuk bisa bersih-bersih rumah. Bukan suatu hal sulit kan, untuk dilakukan? Melipat selimut, mengepel, menyapu, cuci piring, cuci baju, merapikan meja, dsb adalah hal yang bisa dan relatif mudah untuk dipelajari. Namun, yang menjadi pertanyaan, dalam kesibukan kita sehari-hari, bisakah kita terus disiplin dan komitmen untuk melakukannya?

Hal membersihkan rumah, adalah bentuk kita melayani keluarga, orang tua, dan diri sendiri. Kita melatih untuk menyediakan waktu bersih-bersih, untuk meringankan tugas orang tua, keluarga, dan kenyamanan diri sendiri. Dalam hal mencapai kebersihan atau kesucian hidup, adalah wujud kita melayani perasaan Bapa, menjaga integritas dan identitas diri kita sebagai anak Bapa. Memang, kita hidup di dunia yang sudah tidak ideal, dimana keduniawian begitu kuat menarik kita. Namun, di situlah tantangannya bagi kita tetap berprinsip untuk menjaga kekudusan hidup.

WHAT TO DO:
Cobalah periksa lagi hal-hal apa yang membuat kita susah untuk mempertahankan kekudusan hidup?

BIBLE MARATHON:
▪︎Mazmur 50-55

Card image
Renungan Pagi - 14 Juli 2023
2023-07-14 10:45:30


"Saat kita mendengar kata "berhala" pasti yang terpikir adalah patung-patung yang disembah, dan sebagai orang percaya pasti sudah tahu bahwa kita tidak boleh menyembah berhala, yang patut kita sembah hanyalah Tuhan Yesus Kristus.

Tetapi Alkitab menyatakan bahwa ada perbuatan-perbuatan yang jika dilakukan, maka itu sama dengan penyembahan berhala, karena itulah, maka harus dimatikan dalam diri kita. "Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah [atas orang-orang durhaka]."

Jadi sebenarnya berhala bukan hanya berupa benda-benda seperti patung, pohon dan lainnya yang kita sembah, tetapi segala sesuatu yang duniawi yang mengikat hati dan lebih menarik hati melebihi kasih dan ketertarikan kita kepada Tuhan. Karena itu berhati-hatilah menempatkan segala sesuatu, jangan sampai itu menggantikan posisi Tuhan sebagai yang terutama didalam hidup kita.
(Kolose 3:5-6)

Card image
Quote Of The Day 14 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-14 10:43:02


Jika seseorang benar-benar mengalami perjumpaan dengan Tuhan, pasti ia bisa memilih pasangan hidup yang sesuai dengan kehendak Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 14 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-14 10:41:06


Kehendak bebas artinya manusia dapat memilih taat kepada Allah atau memberontak kepada-Nya. Dengan demikian, kehendak bebas berarti manusia menentukan nasib dan keadaan diri sendiri.

Card image
HEARING GOD'S VOICE - 14 Juli 2023 (English Version)
2023-07-14 10:35:17


Very few people follow Jesus and hear His voice because it’s indeed difficult. The Holy Spirit is gentle, not pushy, so if someone from a young-age lives truly in obedience, they can hear the voice of the Spirit clearly, and it’s getting clearer. Ironically, most people listen to the voice of the world with all its philosophies that give birth, produce, and create passion and taste. They definitely couldn’t hear the voice of the Holy Spirit very well, and they were more sensitive to the sounds of the world and its tastes.

We are people who have gone astray, but God calls us through various life events, then we decide to follow the Lord Jesus. God gives His word; we also prepare to approach God in prayer. That’s where God changes us. In the process, we find how to get back on the right track. It turns out that to be able to hear God’s voice and follow in the footsteps of the Lord Jesus; we must turn off all desires. However, on the other hand, this makes people suspicious of teachings like this because they are considered to violate the nature of life.

Arguments that we often hear are “As human beings, we must have desires” or “Live normally like humans in general; the important thing is not to break the law.” Yet when the blood of the Lord Jesus redeems us, we are no longer our own (1 Cor. 6:19-20). Other similar verses, for example: “My life is no longer me, but Christ lives in me. To me, to live is Christ, and to die is gain. If He died for us, we would all be dead. If we live, we live for Him.” This means we have no right to have pleasure from ourselves. We must have the courage to make the decision not to have desires. If there is a desire within us, we must question it with God, whether He wants it or not.

If we dare to do that, our life will be abundant. We can enjoy anything without humiliation because we have become part of God. God defends us without limits because we also give life without limits to Him until we can say, “I will do whatever You want, Lord. I numb all desire and only see what You want me to do.” This is the pinnacle of one’s repentance, which in Greek is called metanoia or a change of mind whose end is to live only to do the will of the Father.

When our thinking patterns are changed, our soul tastes also change so that we can genuinely live only to understand the will of the Father and do it. People like this fulfill John 6:56: “ Whoever eats My flesh and drinks My blood remains in Me, and I in them.” God does not want us to have another one. So, we cannot serve two masters. God alone, or nothing at all. 99% is not enough; it must be 100%. So, there is no word “abundance” outside of God. We experience abundance when we only want God. What we desire must be helpful to God’s work. Don’t be proud of anything other than pleasing God.

So, we need an encounter with God, which will make us understand this because we sit quietly at God’s feet. No one can teach this; it must be God Himself through the Holy Spirit. So, it is too much if we still sin. Being wrong is not only when doing anything illegal or violating norms but even doing good things in general moral terms but not in God’s standards, let alone to the point where we violate them. We not only do not make mistakes, but we want to enter and reach out to the heart of God.

If we follow Jesus, we also follow His Words in John 4:34, “My food, is to do the will of Him who sent Me and to finish His work.” Then, what do we eat? Most of the time, our food is our desires and pleasures, i.e., the influences of the world around us. Let us fight to start taking off, knocking out, and shedding all desires that are not by God’s will. Change our taste in life so we can be separated from this world.

Starting today, fight not to have desires outside of God’s will. Everything we desire must be according to God’s will to hear the voice of the Holy Spirit, for that is how we organize life according to His will. Do not think that grace makes our life easy, and we can easily go to heaven, get a blessing, and experience miracles. It is wrong! The consequence of grace is that we must follow in God’s footsteps because grace is given so that we can follow in the footsteps of the Son of God so that we can become legitimate children of God.  

WE MUST TURN OFF ALL DESIRES TO BE ABLE TO HEAR GOD'S VOICE AND FOLLOW IN THE FOOTSTEPS OF THE LORD JESUS.

Card image
MENDENGAR SUARA TUHAN - 14 Juli 2023
2023-07-14 10:29:35


Kenyataan yang kita temui, sangat sedikit orang yang benar-benar mengikut Yesus dan mendengar suara-Nya, karena memang tidak mudah. Roh Kudus itu lembut, tidak memaksa. Jadi, kalau seseorang dari muda hidup benar-benar dalam penurutan, maka dia bisa mendengar suara Roh dengan jelas, dan semakin jelas. Ironis, kebanyakan orang lebih mendengar suara dunia dengan segala filosofinya yang melahirkan, menelurkan, membuahkan, menciptakan gairah, menciptakan selera. Mereka pasti tidak bisa mendengar suara Roh Kudus dengan baik. Mereka lebih sensitif terhadap suara dunia dan seleranya.

Sejujurnya, kita ini orang-orang yang pernah tersesat, tetapi Tuhan memanggil kita melalui berbagai peristiwa hidup, lalu kita mengambil keputusan untuk mengikut Tuhan Yesus. Tuhan memberikan firman-Nya, kita juga menyediakan diri menghampiri Tuhan dalam doa. Di situ Tuhan mengubah kita. Di dalam proses itulah kita menemukan bagaimana kembali kepada jalur yang benar. Ternyata untuk bisa mendengar suara Tuhan dan mengikut jejak Tuhan Yesus, kita harus mematikan semua keinginan. Namun, di sisi lain, inilah yang membuat orang curiga terhadap ajaran seperti ini, karena dianggap menyalahi kodrat kehidupan.

Argumen yang sering kita dengar, “Namanya juga manusia, pasti punya keinginan” atau “Hiduplah wajar seperti manusia pada umumnya, yang penting tidak melanggar hukum.” Padahal ketika kita ditebus oleh darah Tuhan Yesus, kita bukan milik kita sendiri (1Kor. 6:19-20). Ayat-ayat lain yang senada, misalnya: “Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup dalam aku. Bagiku hidup adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan. Kalau Dia sudah mati bagi kita, kita semua sudah mati. Kalau kita hidup, kita hidup untuk Dia.” Berarti kita tidak berhak untuk punya kesenangan dari diri sendiri. Kita harus berani mengambil keputusan untuk tidak punya keinginan. Kalau ada keinginan di dalam diri kita, maka harus kita persoalkan dengan Tuhan, Tuhan mengingininya atau tidak.

Percayalah, kalau kita berani melakukan itu, hidup kita menjadi limpah. Kita bisa menikmati apa saja dan kita tidak akan dipermalukan. Sebab kita menjadi bagian dari Tuhan. Tuhan membela kita tanpa batas, karena kita juga memberi hidup tanpa batas kepada Tuhan. Sampai kita bisa berkata, “Apa pun yang Kau kehendaki, kulakukan, Tuhan. Aku mematikan semua keinginan, aku hanya melihat apa yang Kau kehendaki untuk kulakukan.” Inilah puncak dari pertobatan seseorang; yang dalam bahasa Yunani disebut metanoia atau perubahan pikiran yang ujungnya adalah hidup hanya untuk melakukan kehendak Bapa.

Ketika pola berpikir kita diubah, maka selera jiwa kita berubah, sehingga kita benar-benar hidup hanya untuk mengerti kehendak Bapa dan melakukannya. Orang-orang seperti inilah yang memenuhi Yohanes 6:56, “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.” Tuhan benar-benar tidak mau diduakan. Maka, kita tak dapat mengabdi kepada dua tuan. Tuhan saja, atau tidak usah sama sekali. 99% pun tidak cukup, harus 100%. Jadi, tidak ada kata “kelimpahan” di luar Tuhan. Kelimpahan itu kita alami ketika kita hanya menginginkan Tuhan saja. Apa yang kita ingini harus berguna untuk pekerjaan Tuhan. Jangan ada kebanggaan apa-apa, senangkan hati Tuhan saja.

Maka, perlu perjumpaan dengan Tuhan. Kita bisa dipojokkan sampai bisa memahami ini, karena kita duduk diam di kaki Tuhan. Hal ini tidak bisa diajarkan oleh siapa pun; harus Tuhan sendiri, yaitu melalui Roh Kudus. Maka, kalau sampai kita berbuat dosa, itu sudah keterlaluan. Tidak berbuat salah secara hukum, secara moral umum saja, itu belum memenuhi standar Allah, apalagi sampai kita melanggar. Kita bukan hanya tidak melakukan kesalahan, tetapi kita mau masuk di hati Tuhan dan merogoh hati-Nya.

Kalau kita mengikut Yesus, kita ikuti juga ucapan-Nya di Yohanes 4:34, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” Lalu, makanan kita apa? Sering kali, makanan kita adalah keinginan dan kesenangan kita sendiri yaitu pengaruh dunia di sekitar kita. Mari, berjuanglah untuk mulai menanggalkan, merontokkan, meluruhkan segala keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Ubahlah selera hidup kita, supaya kita bisa dipisahkan dari dunia ini.

Mulai hari ini berjuanglah untuk tidak punya keinginan di luar kehendak Tuhan. Semua yang kita ingini harus sesuai dengan kehendak Tuhan supaya kita bisa mendengar suara Roh Kudus; yaitu bagaimana kita menyelenggarakan hidup sesuai dengan kehendak Allah. Jangan berpikir anugerah membuat hidup kita mudah. Masuk surga, mudah. Dapat berkat, mudah. Mengalami mukjizat, mudah. Keliru! Konsekuensi anugerah adalah kita harus mengikut jejak Tuhan, karena anugerah itu diberikan supaya kita bisa mengikuti jejak Anak Allah, agar kita menjadi anak-anak Allah yang berkualitas Anak Allah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

UNTUK BISA MENDENGAR SUARA TUHAN DAN MENGIKUT JEJAK TUHAN YESUS, KITA HARUS MEMATIKAN SEMUA KEINGINAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 Juli 2023
2023-07-14 10:21:14

2 Tawarikh 28
2 Raja-raja 16-17

Card image
Truth Kids 13 Juli 2023 - DENGAR-DENGARAN ORANGTUA
2023-07-13 09:41:19


Imamat 19:32
“Engkau harus bangun berdiri di hadapan orang ubanan dan engkau harus menaruh hormat kepada orang yang tua dan engkau harus takut akan Allahmu; Akulah TUHAN.”

Berulang kali Doni dinasihati orang tuanya untuk menjaga sikapnya. Sayangnya, Doni tidak mau dengar-dengaran terhadap orang tuanya. Prang …!! Tiba-tiba terdengar suara pot tanaman pecah. Doni yang memecahkannya tidak peduli dan berlari keluar rumah. Ia tidak meminta maaf ataupun membersihkan pecahan pot yang berserakan di teras rumahnya.

“Aduh…!! Apa ini?” teriak mama sambil menahan sakit. Kaki mama menginjak pecahan pot bunga yang dipecahkan Doni. Karena sedang membawa banyak barang, mama tidak melihat ada pecahan pot bunga. Pandangan mata mama tertutup barang-barang yang dibawanya. Akibatnya, telapak kaki mama terluka dan mengeluarkan darah.

Mendengar teriakan mama, Doni masuk kembali ke dalam rumah. Doni tertunduk sedih saat melihat kaki mamanya yang berdarah. Ia sadar itu akibat kesalahannya. Doni menyesal ia tidak taat kepada nasihat orang tuanya.

Sobat Kids, seorang anak yang mengasihi Tuhan, pasti akan berusaha menjaga perasaan orang tua dan keluarganya. Anak harus hormat kepada orang tua. Sebagai anak, kita harus dengar-dengaran kepada orang tua. Jangan sampai kita mengecewakan atau bahkan melukai orang tua kita. Kan, kita sayang papa dan mama, oleh sebab itu kita mau menuruti dan taat kepada mereka.

Card image
Truth Junior 13 Juli 2023 - HUKUM YANG KELIMA
2023-07-13 09:38:35


Imamat 19:32
“Engkau harus bangun berdiri di hadapan orang ubanan dan engkau harus menaruh hormat kepada orang yang tua dan engkau harus takut akan Allahmu; Akulah TUHAN.”

Sobat Junior, adakah di antara kalian yang merasa kesal jika selalu diomeli oleh mama dan papa ketika kalian berbuat salah? Wah, pasti kalian pernah mengalaminya, bukan? Tahu tidak, Sobat Junior, Alkitab mengajarkan kita untuk selalu tunduk dan hormat kepada orang tua, loh. Iya, perintah ini dapat kita temukan dalam sepuluh perintah Allah di Keluaran 20: 2-17. Dalam hukum yang kelima, sangat jelas tertulis kalau kita harus selalu menghormati orang tua dan tidak diperkenankan untuk melawan mereka.

Tentu perintah kelima dari sepuluh hukum ini tidak hanya berlaku untuk mama dan papa kita saja, tetapi kita harus menghormati orang yang usianya lebih tua dari kita. Seperti kakak, oma, opa, om, tante, dan yang lainnya. Membantah ataupun mencemooh mereka, sangat tidak diperkenankan. Dalam hukum ini, kita dididik untuk menjadi anak yang taat dan menyayangi orang tua dengan tulus dan pantas. Rasa hormat yang kita berikan kepada mereka merupakan bentuk penghormatan kepada Tuhan.

Oleh sebab itu, kita harus selalu bersikap hormat dan baik kepada siapa pun yang lebih tua dari kita. Pasti Tuhan disenangkan jika kita bersikap demikian. Kita telah menjaga dan menjunjung tinggi kehormatan Tuhan, lewat sikap yang kita tunjukkan.

Card image
Truth Youth 13 Juli 2023 (English Version) - A HEALTHY RELATIONSHIP
2023-07-13 09:35:08


"I give you a new commandment: Love one another. As I have loved you, so you must love one another." (Jbbohn 13:34)


According to the WHO, a person is considered healthy when their condition is optimal in terms of physical, mental, and social well-being, not just the absence of disease or disability. Meanwhile, a relationship is the ongoing interaction between two or more individuals that facilitates the process of getting to know one another. Therefore, a healthy relationship is a connection between two parties that enables mutual growth, provides positive benefits to each other, creates a sense of safety, and allows individuals to be themselves without fear. The keywords here are "mutual," "process," and "optimal" or "perfect" condition. Let's take a moment to reflect on whether we have been practicing this in our relationships with others.

If we already have, that's great. But if not, let's work on improving how we build relationships with others. The Word of God emphasizes repeatedly the importance of loving one another as we love God. Of course, we cannot love everyone equally, but there are souls entrusted to us and deliberately brought into our lives. It means that we should be sensitive in providing appropriate responses. It's not just about choosing a life partner in consultation with God, but also about choosing with whom God wants us to associate.

Loving God is a broad concept, not just something we express with our words or during prayer, but something that encompasses our entire 24-hour lives. It requires a comprehensive commitment and is not situational; it's a process. Just like two people who are in a "courtship" and whose love grows over time, leading them to decide to get married, they both commit to loving each other forever, in any situation. It may be more challenging when we choose to love in unpleasant or unsupportive situations. But one thing is certain: our goal is to have a healthy relationship that is in an optimal condition. So, no matter the process, we want to remain faithful until we reach our goal.

WHAT TO DO:
Reflect on what obstacles hinder us from building healthy relationships with those around us?

BIBLE MARATHON:
▪︎ Psalms 43-49

Card image
Truth Youth 13 Juli 2023 - A HEALTHY RELATIONSHIP
2023-07-13 09:29:22


"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34)

Menurut WHO, seseorang dikatakan sehat apabila keadaannya sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan (cacat). Sedangkan hubungan adalah kesinambungan interaksi antara dua orang atau lebih, yang memudahkan proses pengenalan satu dengan yang lain. Jadi, hubungan yang sehat adalah hubungan antara dua pihak yang mampu untuk saling bertumbuh, memberikan manfaat positif satu sama lain, memiliki rasa yang aman, dan bisa menjadi diri sendiri tanpa rasa takut. Kata kuncinya adalah “saling, proses,” dan “keadaan yang baik” atau “sempurna.” Coba kita renungkan sejenak, dari penjelasan tersebut, kira-kira apakah sudah kita praktikkan dalam kita berhubungan dengan sesama kita?

Kalau sudah, good. Tetapi kalau belum, ayo kita benahi dulu cara kita menjalin hubungan dengan sesama. Firman Tuhan menekankan berulang kali tentang pentingnya mengasihi sesama, seperti kita mengasihi Tuhan. Tentunya, kita gak bisa mengasihi semua orang. Tetapi ada jiwa-jiwa yang dititipkan Tuhan dan sengaja dipertemukan dengan kita. Artinya, di situlah kita harus peka dalam memberi respons yang tepat. Bukan hanya dalam memilih pasangan hidup kita bergumul dengan Tuhan, tetapi memilih dengan siapa Tuhan mau kita bergaul, juga merupakan hal penting.

Jadi, mengasihi Tuhan itu merupakan hal yang luas, bukan sekadar di mulut atau saat kita berdoa, melainkan terlebih dalam 24 jam kehidupan kita seperti apa. Menyeluruh, bukan situasional dan butuh proses. Sama seperti dua sejoli yang sedang “pendekatan” dan semakin lama kasihnya semakin bertumbuh dan akhirnya memutuskan untuk menikah, mereka sama-sama berkomitmen untuk mengasihi satu sama lain selamanya, dalam situasi apa pun. Memang akan lebih sukar saat kita tetap memilih untuk mengasihi di saat situasi tidak menyenangkan atau tidak mendukung. But one thing, tujuan kita mau memiliki hubungan yang sehat, yang keadaannya sempurna. Sehingga apa pun prosesnya, kita mau tetap setia sampai tujuan kita tercapai.

WHAT TO DO:
Coba renungkan, hal-hal apa yang menghalangi kita untuk menjalin hubungan yang sehat dengan lingkungan sekitar kita ?

BIBLE MARATHON:
▪︎Mazmur 43-49

Card image
Renungan Pagi - 13 Juli 2023
2023-07-13 09:24:13


"Dari mulut manusia ada dua hal yang paling berbahaya; gosip dan fitnah, yang seringkali seiring; perkataan penggosip biasanya berisi fitnah, dan biasanya fitnah disebarkan lewat gosip. Alkitab mengatakan, "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya."

Itu berarti hidup dan mati kita, bahkan hidup dan mati orang lain pun dapat ditentukan oleh lidah atau perkataan kita. Sebab jika menggosipkan sesuatu yang belum jelas dan belum tentu benar, maka kita sama dengan memfitnah, dan jika itu tersebar, kita sudah membunuh karakter orang itu, dia akan dibenci, dihujat dan dijauhi orang oleh karena gossip dan fitnah yang kita ciptakan, sebaliknya jika orang lain berbuat hal itu kepada kita.

Jadi benarlah firman Tuhan, bahwa hidup dan mati seseorang dapat ditentukan lewat lidahnya atau perkataannya. Hari-hari ini banyak orang kecewa sampai mundur dari pelayanan karena gosip atau fitnah; banyak rumah tangga hancur; hubungan antara orang tua dan anak hancur, hubungan persahabatan dan persaudaraan pun hancur, karena gosip atau fitnah.

Janganlah kita menjadi penggosip atau pemfitnah, dan ketika kita mendengar gosip atau fitnah, hendaknya selidiki dulu sambil meminta petunjuk Tuhan, sehingga pikiran kita tidak mudah disesatkan, melainkan tetap tertuju kepada Tuhan.
(Amsal 18:21)

Card image
Quote Of The Day - 13 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-13 09:20:32


Beranilah menginvestasikan waktu, tenaga, pikiran, apa pun yang Tuhan kehendaki untuk bisa menemukan dan mengalami Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 13 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-13 09:18:42


Iman adalah tindakan ekstrem menaati apa yang diinginkan oleh Allah Bapa, bukan sekadar keyakinan dalam pikiran.

Card image
ABUNDANCE - 13 Juli 2023 (English Version)
2023-07-13 09:14:50


The Lord Jesus said, “I came that they may have life, and have it in abundance.” We may have heard that verse repeatedly since we were young until now; up to one point, we questioned where the abundance was, what form it was in, and who were the people who had it. In the church, we look for people who have experienced and obtained that abundance and can imitate and ask how to have it. The verse often becomes a theory filling out the mind.

Those who adhere to the Prosperity Theology and most Christians believe that abundance means that there is no shortage in life on this earth, or at the very least, sufficient; no less. Then when we die, we go to heaven. This is messed up, not clear. However, after going through long wanderings, and life’s struggles, we finally understand that abundance is only experienced by those who can hear God’s voice. John 10:10 says, ” I came that they may have life, and have it in abundance.” The word ‘life’ in this verse uses the word zoe; while the word ‘abundance’ comes from the word perisson or perisos, which means very high in quality; not quantity.

Verse 10 cannot be separated from the previous verse, verse 4, “When he has brought out all his own, he goes on ahead of them, and his sheep follow him because they know his voice.” Follow Him because they know the shepherd’s voice. “But they will never follow a stranger; in fact, they will run away from him because they do not recognize a stranger’s voice.” We need to ask ourselves, who have we followed so far? Whose voice do we hear? Many Christians, including us, have gone astray, and are still lost. If they become Christians, attend church, or are active in ministry, moreover become pastors, they feel they have followed God. Moreover, if they used to come from another religion and then became a Christian, and they previously lived in a moral transgression and then became a good person, they feel that they have followed God.

Following the Lord Jesus is not simple because it means following in His footsteps; we must hear His voice to do it. The Lord Jesus continues to speak within us through the Holy Spirit because He said He sent the Holy Spirit to teach us everything. The Holy Spirit is called the Parakletos. God’s promise is fulfilled by the presence of Parakletos, not Perikletos; “But when he, the Spirit of truth, comes, he will guide you into all the truth. He will not speak on his own; he will speak only what he hears, and He will tell you what is yet to come.“

The Holy Spirit must speak to us, but in the noise of this life, we often don’t hear that voice. The thing that most keep theologians from hearing His voice is the science of theology. Theology is not wrong, but without the Holy Spirit, it makes our ears deaf because it relies on the mind based on theological formats. The more proficient we are in theology, the less we hear the voice of the Holy Spirit because everything is formatted in systematic reasoning of the mind. So, we must give the most expansive possible space to communicate with the Holy Spirit. This can’t be through school or literature because this is supernatural and indeed subjective.

If the Bible says, “Very early in the morning, … Jesus got up, …prayed,” it must not be just 5 minutes. It also says, “All night,” that’s certainly not just 10 minutes. How about us? How long can we sit quietly at God’s feet? That’s why it’s no wonder that many Christians—including pastors—can’t afford to sit still because they have substituted an encounter with God to hear His voice with knowledge. It doesn’t mean knowledge is wrong. We must know it, but without the guidance of the Holy Spirit, it’s useless. Even at the extreme, though one is not academically knowledgeable, they are capable if they walk by the Holy Spirit. People who look for the truth will be met with those who understand correct theology and have balance.

Someone can experience abundance if they follow God. We must understand that following God is not enough to become a Christian, an activist, or a pastor. Not enough. Remember, everyone has a different experience in following God because everyone has a different existence and has family, ethnicity, and place background. Their personality or life situation is also different. However, the Holy Spirit will guide each person to live as Jesus did when He was on earth.  

SOMEONE CAN EXPERIENCE ABUNDANCE IF THEY FOLLOW GOD.

Card image
KELIMPAHAN - 13 Juli 2023
2023-07-13 09:10:35


Tuhan Yesus berkata, “Aku datang untuk memberi hidup, supaya mereka memiliki hidup itu dalam segala kelimpahan.” Sejak remaja, muda, dewasa muda, dan tua seperti hari ini, mungkin kita sudah berulang-ulang mendengar ayat itu. Sampai satu titik kita mempersoalkan di mana kelimpahan tersebut, apa bentuk kelimpahan tersebut, siapa orang yang pernah memiliki kelimpahan tersebut. Kalau di gereja, tentu kita mencari orang yang mengalami, memperoleh kelimpahan itu dan kita bisa mencontoh dan bertanya, bagaimana memiliki kelimpahan tersebut. Kita melihat bahwa ayat itu sering hanya menjadi teori yang mengisi pikiran.

Bagi mereka yang menganut Teologi Kemakmuran dan sebagian besar orang Kristen, mereka memercayai bahwa kelimpahan tersebut artinya di dalam hidup di bumi ini tidak berkekurangan. Paling tidak, pas; tidak kurang. Lalu kalau meninggal dunia, masuk surga. Sebenarnya itu kacau, tidak jelas. Namun, setelah melalui pengembaraan panjang, pergumulan hidup, akhirnya kita memahami bahwa kelimpahan itu hanya dialami oleh orang yang bisa mendengar suara Tuhan. Kalau kita membaca Yohanes 10:10 dikatakan, “Aku datang supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” Kata ‘hidup’ dalam ayat ini menggunakan kata zoe; sedangkan kata ‘kelimpahan’ berasal dari kata perisson atau perisos, yang artinya sangat tinggi kualitasnya; very high in quality; bukan dalam kuantitas.

Ayat 10 tidak bisa dipisahkan dari ayat sebelumnya, ayat ke-4, “Jika semua domba-Nya telah dibawanya keluar, Ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti Dia.” Mengikuti Dia, karena mereka mengenal suara Gembala itu. “Tetapi orang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari daripadanya, karena suara orang-orang asing itu tidak mereka kenal.” Kita perlu bertanya kepada diri kita masing-masing, selama ini kita mengikut siapa? Suara siapa yang kita dengar? Banyak orang Kristen, termasuk kita, pernah sesat. Atau sekarang banyak orang Kristen yang masih sesat. Kalau menjadi Kristen, sudah ke gereja apalagi aktif dalam pelayanan, terlebih lagi menjadi pendeta, mereka merasa sudah mengikut Tuhan. Apalagi kalau dulu dari agama lain lalu menjadi Kristen, sebelumnya hidup dalam pelanggaran moral lalu jadi orang baik, maka ia merasa sudah mengikut Tuhan.

Padahal, mengikut Tuhan Yesus tidaklah sesederhana itu. Mengikut Tuhan berarti mengikut jejak-Nya. Supaya kita bisa mengikut jejak-Nya, berarti harus mendengar suara-Nya. Tuhan Yesus tetap bersuara di dalam diri kita melalui Roh Kudus. Tuhan Yesus sendiri yang mengatakan bahwa Ia akan mengutus Roh Kudus, yang akan mengajarkan segala sesuatu kepada kita. Roh Kudus yang disebut Parakletos. Janji Tuhan itu dipenuhi dengan hadirnya Parakletos, bukan perikletos; “Apabila Ia datang, yaitu roh kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran. Sebab Dia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya, dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.”

Roh Kudus pasti berbicara kepada kita, tetapi dalam kegaduhan hidup ini, kita sering tidak mendengar suara itu. Hal yang paling membuat para teolog tidak mendengar suara-Nya adalah ilmu teologi. Teologi tidak salah, tetapi kalau teologi tanpa Roh Kudus, itu membuat telinga kita jadi tuli. Karena mengandalkan pikiran berdasarkan format-format teologi. Semakin cakap berteologi, semakin tidak mendengar suara Roh Kudus karena semua diformatkan dalam penalaran sistematika pikiran. Jadi, kita harus memberi ruangan seluas-luasnya untuk berkomunikasi dengan Roh Kudus. Ini tidak bisa lewat bangku sekolah, tidak bisa lewat literatur. Karena ini bersifat supranatural. Memang subjektif dan adikodrati.

Kalau Alkitab mengatakan, “Yesus pagi-pagi bangun lalu berdoa,” pasti bukan 5 menit. Juga dikatakan, “Semalam-malaman,” itu tentu bukan 10 menit. Bagaimana dengan kita? Berapa lama kita dapat duduk diam di kaki Tuhan? Makanya tidak heran banyak orang Kristen—termasuk pendeta—tidak sanggup duduk diam karena mereka telah menggantikan perjumpaan dengan Tuhan untuk mendengar suara Tuhan dengan pengetahuan. Bukan pengetahuan yang salah, kita harus punya pengetahuan, tetapi tanpa pimpinan Roh Kudus, percuma. Bahkan ekstremnya, orang tidak memiliki pengetahuan secara akademis, tetapi dia berjalan dengan Roh Kudus, pasti dia cakap. Biasanya orang yang betul-betul mencari kebenaran, akan dipertemukan orang yang mengerti teologi yang benar, yang juga memiliki keseimbangan.

Kelimpahan bisa dialami seseorang kalau dia mengikut Tuhan. Kita harus memahami bahwa ikut Tuhan itu tidak cukup menjadi orang Kristen, menjadi aktivis, bahkan menjadi pendeta. Belum cukup. Ingatlah, setiap individu itu punya pengalaman yang berbeda dalam mengikut Tuhan. Karena setiap orang memiliki keberadaan yang berbeda; latar belakang keluarga, latar belakang suku, latar belakang tempat, lalu situasi hidup personalitinya atau kepribadiannya, berbeda. Namun, Roh Kudus akan menuntun orang tersebut bagaimana hidup seperti yang dijalani oleh Yesus ketika Ia ada di bumi.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KELIMPAHAN BISA DIALAMI SESEORANG KALAU DIA MENGIKUT TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 Juli 2023
2023-07-13 09:06:24

Mikha 1-7

Card image
Truth Kids 12 Juli 2023 - BUKAN KARENA TAKUT
2023-07-12 09:30:51


Imamat 19:3
“Setiap orang di antara kamu haruslah menyegani ibunya dan ayahnya dan memelihara hari-hari sabat-Ku; Akulah TUHAN, Allahmu.”

Din! Nanti kita main ke taman, yuk. Kita bisa main sambil jajan es krim di sana,” ajak Caca pada Dina. Dina terlihat berpikir sebentar lalu menjawab, “Sepertinya aku gak ikut, deh. Nanti Mama marah kalau aku jajan sembarangan.” Caca sedikit kecewa, ia menyenggol Dina sambil iseng meledek, “Ah, takut banget sih, sama mama kamu. Gak apa-apa kali jajan. Gak usah bilang-bilang mama kamu.” Dina hanya tersenyum lalu berkata, “Aku gak mau bukan karena takut sama mama, tetapi karena aku sayang mama, papa. Jadi aku gak mau buat mereka marah, sedih dan kecewa, Ca. Jadi, mainnya nanti lagi, ya. Aku mau kerjain PR setelah pulang sekolah.”

Sobat Kids, kita bisa melihat sikap Dina pada cerita di atas. Walaupun diejek, Dina tidak marah dan tetap melakukan hal yang benar. Kita harus mencontoh Dina. Sebagai anak-anak Allah yang mengasihi orang tua, kita pasti juga mau menyenangkan orang tua kita. Jadilah anak yang taat pada orang tua bukan karena takut, melainkan karena kita mengasihi mereka.

Card image
Truth Junior 12 Juli 2023 - SEPASANG MATA YANG MELIHAT
2023-07-12 09:29:14


Imamat 19:3
“Setiap orang di antara kamu haruslah menyegani ibunya dan ayahnya dan memelihara hari-hari sabat-Ku; Akulah TUHAN, Allahmu.”

“Bagaimana kalau sehabis pulang sekolah, kita main dulu ke mal?” usul salah satu teman Rika. “Ayo, ayo. Pasti seru. Aku dengar, ada tempat bermain yang baru di mal sebelah,” ajakan tersebut disambut dengan antusias oleh teman-teman Rika yang lain. Rika pun merasa galau. Kalau ia ikut ke mal bersama teman-temannya, itu berarti ia melanggar janji yang sudah dibuat kepada orang tuanya. Beberapa minggu lalu, baru saja ada insiden yang tidak mengenakkan, sehingga Rika diberi peringatan oleh orang tuanya supaya tidak main ke mal tanpa didampingi orang dewasa.

“Rika, kamu ikut, kan?” tanya Audrey yang mengajak. Rika pun tersadar dari lamunannya dan menjawab, “Sepertinya aku langsung pulang saja, deh.” “Loh, kenapa kamu tidak ikut? Takut dimarahi, ya? Tenang, kita tidak akan mengadukan kamu kok, ke orangtuamu kalau kamu ikut.” Rika pun terbujuk dan sepakat untuk ikut.

Sepulang sekolah, saat berjalan kaki menuju mal tersebut, perasaan Rika tidak enak dan damai sejahteranya hilang. Sebelum melangkah masuk mal, Rika pun berhenti dan berpamitan kepada teman-temannya. Rika tidak mau melanggar janji yang telah ia buat kepada orang tuanya, meskipun kemungkinan besar mereka tidak tahu bahwa ia telah mengingkarinya.

Sobat Junior, Rika berusaha menghargai orangtuanya dengan cara yang begitu indah. Ia sangat memedulikan perasaan orang tuanya dan ingin menjaga agar mereka tidak sedih dan kecewa dengan perbuatannya. Lagipula, selalu ada mata yang melihat apa pun yang kita perbuat, bukan? Kalau kita melakukan perbuatan yang menyakiti hati orang tua, hati Tuhan pun ikut sedih, loh.

Card image
Truth Youth 12 Juli 2023 (English Version) - PROVE IT THROUGH SMALL THINGS!
2023-07-12 09:26:51


"If you love Me, keep My commands." (John 14:15)

When it comes to love, whether it's towards family, parents, friends, or significant others, it can be seen through our actions and real-life responses as an expression of our love. We all care for our parents, but what is the tangible evidence? The evidence is that we follow the rules they set, we listen to their advice, which is undoubtedly for our own good as well. However, one inherent trait of human beings, one that is even ingrained, is rebellion—a desire for freedom or resistance. Perhaps not to the extent of mass rebellion, but even in small things. For example, parents often remind us, "Don't stay up too late," but many of us tend to ignore and choose to stay up late anyway.

If we can't even obey human beings who are visibly present in our daily lives, then how can we truly obey our unseen God? Have you ever contemplated why we are placed in our current family and social environment? Whatever the conditions may be, one thing we can understand is that our current environment is the most suitable and effective container for testing our loyalty in obeying God—a place where we can practice and sharpen ourselves. Start by obeying the visible and apparent regulations, such as household rules, school rules, campus rules, and workplace rules. Often, it is the small things we fail to obey.

Living rightly before God means being genuinely clean and accurate. For example, if we comply with general moral rules within the family, such as not smoking or engaging in immoral behavior, extreme things that we may not even consider doing. However, how many small things do we still overlook every day? It could be consuming unhealthy food, having a disorganized lifestyle, which gradually shapes our routines and character. It is from these small things that we train ourselves to improve and become accustomed to addressing our spiritual lives and obeying God's commands.

WHAT TO DO:
Start small, begin with obedience in small things, so that we become accustomed to obeying God's commands.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Psalms 28-42

Card image
Truth Youth 12 Juli 2023 - BUKTIKAN DARI HAL-HAL KECIL
2023-07-12 09:24:19


"Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku." (Yohanes 14:15)

Dalam hal mengasihi, entah itu terhadap keluarga, orang tua, sahabat, teman, pacar, pasti dapat dilihat dari tindakan dan respons nyata sebagai wujud kita mengasihi. Pasti kita semua sayang terhadap orang tua kita, tetapi apa wujud nyatanya? Wujudnya yaitu kita menuruti peraturan yang mereka buat, kita mendengarkan nasihat-nasihat mereka, yang pastinya demi kebaikan kita juga. Namun, memang salah satu sifat manusia yang kita miliki bahkan melekat, adalah rebel, yaitu sikap mau bebas atau memberontak. Mungkin bukan sampai hal seekstrem pemberontakan massa, tetapi dari hal kecil. Misalkan orang tua sering mengingatkan kita, “Jangan tidur terlalu malam,” tetapi terkadang banyak dari kita suka mengabaikan dan memilih untuk tetap tidur larut malam.

Kalau mematuhi manusia yang terlihat secara mata jasmani yang kita temui setiap hari saja kita tidak bisa, lalu bagaimana kita mau sungguh-sungguh mematuhi Allah Tuhan kita yang tidak terlihat? Pernah gak sih, kita merenungkan, mengapa kita ditempatkan di keluarga dan lingkungan pertemanan seperti sekarang? Apa pun dan bagaimanapun kondisinya, tetapi satu hal yang bisa kita pahami, lingkungan kita saat ini adalah wadah yang paling tepat dan efektif untuk menguji kesetiaan kita mematuhi Tuhan, tempat kita berlatih dan semakin diasah. Mulai mematuhi hal-hal peraturan yang ada dan terlihat, misal peraturan di rumah, di sekolah, kampus, di kantor. Sering kali hal-hal yang tidak kita patuhi, justru hal-hal kecil.

Hidup benar di hadapan Tuhan berarti harus benar-benar bersih dan tepat. Misalkan, kita mematuhi peraturan umum di keluarga, secara moral umum, tidak boleh merokok, ikut pergaulan bebas, dan hal-hal yang ekstrem yang mungkin memang kita gak mungkin lakukan. Namun, seberapa banyak kita masih mengabaikan hal-hal kecil setiap hari yang kita lakukan, mulai dari mengonsumsi makanan yang tidak sehat, pola hidup yang masih berantakan, yang lama-kelamaan membentuk rutinitas dan karakter kita? Justru dari hal kecil inilah, kita terlatih untuk membenahi diri dan menjadi terbiasa untuk membenahi kehidupan spiritual kita dan menaati perintah Tuhan.

WHAT TO DO:
Starts small, mulailah patuh dari hal-hal kecil, sehingga kita terbiasa untuk mematuhi perintah Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎Mazmur 38-42

Card image
Renungan Pagi - 12 Juli 2023
2023-07-12 09:21:37


Pemazmur telah menyatakan bahwa "TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya."

Kalau orang berkenan di hati Tuhan, maka Tuhan menetapkan, menjaga, melindungi, menguatkan dan meluruskan langkah-langkahnya, Tuhan memberkati langkah-langkahnya, bahkan apabila ia jatuh tidak akan sampai tergeletak, sebab Tuhan menopang tangannya.

Perlu kita ketahui, bahwa janji ini bukan untuk setiap orang kristen, tetapi janji ini berlaku bagi orang-orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya. Karena itu, kita harus berusaha hidup di dalam jalan-jalan Tuhan, sehingga didapati berkenan kepada-Nya.
(Mazmur 37:23-24)

Card image
Quote Of The Day - 12 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-12 09:19:08


Milikilah perasaan krisis terhadap waktu.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 12 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-12 09:16:46


Mereka yang dinyatakan sebagai orang benar adalah mereka yang bukan saja dibenarkan karena darah Tuhan Yesus, melainkan juga sungguh-sungguh memiliki kehidupan yang benar sebagai hasil dari perjuangannya mengikut Tuhan Yesus.

Card image
PRICE OF SUCCESS - 12 Juli 2023 (English Version)
2023-07-12 08:39:06


How wonderful it will be to get out of the shackles of worldly thinking that still views life from the perspective of mortality. The perspective of mortality means that life is only filled with the desire to fulfill physical or material needs, but if we can get out of these shackles, we can cross boundaries. This doesn’t mean that worldly things are unnecessary, but true believers must be cared for by God—no matter what their state is—the important thing is that we are effective for the Kingdom of Heaven. No matter what our social life rate is, either high, middle, or even low, the important thing is that we continue to be perfected to become people worthy of entering the Father’s House as members of the family of God’s Kingdom. In this case, we are not thinking fatalistically as if we don’t need this world.

We must work hard and live responsibly according to the third pillar of the Church of Gospel Truth Voice. Of course, if people work hard and are responsible, God will bless them. So actually, there is a law of nature which is the order that God made that if people work hard, they will get what they deserve. It’s not something mystical like giving tithes, diligently attending church, and one could become wealthy. We should not follow such ways of thinking, but instead, let’s think as children of God with proportional spiritual intelligence.

Let’s think, what can we regret the most before closing our eyes? The truth is what we most regret when we fail to achieve things of eternal value. When a person is on the verge of death and has to give up everything, they realize that what is needed is eternal things. Certainly, they regretted the most when they didn’t use their time on earth to collect treasures in heaven.

God reminded us of one thing: if we want to be successful, look at the faith figures in the Bible and how much they paid the price for their success. For example, Abraham. He is a successful human figure, so he is called the father of believers. This is no joke. It must be extraordinary to be called “the father of believers.” That is, our belief must refer to Abraham’s model of belief. Abraham is called the father of believers because of his actions. What did Abraham do? He is willing to lose anything for what he believes in. This is truly a true belief. Wasn’t Abraham called a friend of God, a believer, when he offered up his son, Isaac? Let’s think about how great this person is. There was, indeed, nothing that Abraham loved more than Isaac.

When God asked Abraham to offer up his son, Isaac, there was no argument there. There is no bargaining with God, and Abraham answered, “Yes.” Then we later understand one thing: if we believe in the Lord Jesus with true f, we must be willing to lose anything. The hardest thing is losing ourselves, self-esteem, feelings, lust, or ego, but without doing this, we cannot believe correctly in the Lord Jesus. A person who believes correctly must kill themselves and live Jesus. There is no more prosperous life than this.

So, when the Bible says, “Store up for yourselves treasures in heaven,” it means that we are gathering the character of Christ within us and living it out. Remember, Christ’s character cannot live within us if we still have our character. God often overcomes our old self with blows or chastisement. This is simultaneous with the way we view everything from the eternal angle. With the guidance of the Holy Spirit, we should be able to measure how ‘successful’ we have been. The Holy Spirit will surely tell us if our character is still untrue.

Are we aware that we still often wear our old selves? We often don’t care about that, and Satan deceives us by saying, “It’s okay; you will repent later. Now do it first. It’s okay; there’s still time.” The more we delay means, the more we are bound, or if later we stop that sin, we can’t reach the maximum; our life achievements will not be high. Stop sinning. Don’t take God for granted, and don’t delay repentance. God the Father wants us to succeed in His version. Let us not think with human minds but think with divine thoughts.  

IF WE WANT TO BE SUCCESSFUL, LOOK AT THE FIGURES OF FAITH IN THE BIBLE AND HOW MUCH THEY PAID FOR THEIR SUCCESS.

Card image
HARGA KEBERHASILAN - 12 Juli 2023
2023-07-12 08:36:41


Kalau kita bisa keluar dari belenggu cara berpikir duniawi yang masih memandang hidup dari perspektif kefanaan, sungguh betapa indahnya. Perspektif kefanaan artinya hidup yang hanya diisi dengan keinginan untuk memiliki pemenuhan kebutuhan jasmani, kebutuhan materi, tetapi kalau kita bisa keluar dari belenggu ini, maka kita bisa menembus batas. Bukan berarti hal duniawi itu tidak penting, tetapi orang percaya yang benar pasti dipelihara Tuhan—entah jadi kepala, badan, atau ekor—yang penting kita efektif untuk Kerajaan Surga. Entah kita naik mobil mewah, setengah mewah, motor, atau kendaraan umum, yang penting kita terus disempurnakan untuk menjadi orang yang layak masuk ke dalam Rumah Bapa sebagai anggota keluarga Kerajaan Allah. Kita tidak sedang berpikir fatalistik, seakan-akan kita tidak butuh dunia ini.

Kita harus bekerja keras, hidup bertanggung jawab sesuai dengan pilar ketiga Gereja Suara Kebenaran Injil. Tentu kalau orang bekerja keras dan bertanggung jawab, Tuhan pasti berkati. Jadi sebenarnya ada hukum alam yang sudah merupakan tatanan yang Tuhan buat. Bahwa kalau orang bekerja keras, pasti memperoleh apa yang patut diterimanya. Bukan secara mistik karena memberikan perpuluhan, rajin ke gereja, maka seseorang jadi direktur. Kita tidak ikuti cara-cara berpikir seperti itu. Mari kita berpikir sebagai anak-anak Allah dengan kecerdasan rohani yang proporsional.

Mari kita merenung, apa yang bisa paling kita sesali sebelum menutup mata? Sejatinya, yang paling kita sesali adalah ketika kita gagal mencapai hal-hal yang bernilai kekal. Ketika seseorang berada di ujung maut dan dia harus melepaskan segala sesuatu, maka dia sadar bahwa yang dibutuhkan adalah hal-hal kekekalan. Pastinya, yang paling dia sesalkan adalah ketika dia tidak menggunakan waktunya untuk mengumpulkan harta di surga.

Tuhan ingatkan satu hal, yaitu: kalau kita mau berhasil, lihatlah tokoh-tokoh iman dalam Alkitab, bagaimana dan berapa mereka membayar harga keberhasilannya. Misalnya, Abraham. Ia merupakan sosok manusia yang sukses, sehingga disebut sebagai bapak orang percaya. Ini tidak main-main. Kalau sampai disebut “bapak orang percaya,” itu pasti luar biasa. Artinya, percaya kita harus mengacu pada model percayanya Abraham. Abraham disebut bapak orang percaya, karena tindakannya. Apa yang dilakukan Abraham? Dia rela kehilangan apa pun demi yang dipercayainya. Ini baru percaya yang benar. Bukankah Abraham disebut sebagai sahabat Allah, sebagai orang percaya, ketika ia mempersembahkan anaknya, Ishak? Mari kita renungkan betapa hebat pria satu ini. Pasti tidak ada sesuatu yang lebih disayangi Abraham, selain Ishak.

Ketika Allah meminta Abraham untuk mempersembahkan anaknya, Ishak, tidak ada adu argumentasi di situ. Tidak ada tawar-menawar dengan Tuhan. Jawaban Abraham hanya, “ya.” Lalu satu hal yang kemudian kita peroleh adalah kalau kita percaya Tuhan Yesus dengan percaya yang benar, maka kita harus rela kehilangan apa pun. Hal yang paling berat yaitu kehilangan diri kita sendiri; harga diri, perasaan, nafsu, atau ego, tetapi tanpa melakukan hal ini, artinya kita tidak percaya dengan benar kepada Tuhan Yesus. Sebab orang yang percaya dengan benar, haruslah membunuh dirinya dan menghidupkan Yesus di dalam hidupnya. Sungguh, tidak ada hidup sukses yang lebih dari ini.

Jadi kalau Alkitab mengatakan, “Kumpulkan harta di surga,” berarti kita mengumpulkan karakter Kristus di dalam diri kita, menghidupkan karakter Kristus. Ingat, karakter Kristus tidak bisa hidup di dalam diri kita, kalau kita masih memiliki karakter kita sendiri. Maka, Tuhan sering mengatasi manusia lama kita dengan pukulan-pukulan, dengan hajaran-hajaran. Ini simultan dengan cara kita memandang segala sesuatu dari sudut kekekalan tadi. Percayalah, oleh pimpinan Roh Kudus, mestinya kita bisa mengukur seberapa kita telah ‘sukses.’ Mestinya kita bisa, karena Roh Kudus pasti beritahu, “Yang ini kamu belum benar. Yang itu bukan karakter Kristus. Yang ini, watakmu, karaktermu yang belum kamu salibkan.” Pasti Tuhan akan bicara kepada kita.

Sadarkah kita bahwa kita masih sering mengenakan manusia lama? Jujur saja kita sering kali tidak peduli hal itu. Setan menipu dengan mengatakan, “Tidak apa-apa, nanti kamu bertobat. Sekarang lakukan dulu. Tidak apa-apa, kan masih ada waktu.” Padahal semakin kita menunda, artinya semakin kita terikat. Ataupun kalau nanti kita berhenti dari dosa itu, kita tidak bisa sampai maksimal; prestasi hidup kita tidak akan sampai tinggi. Berhentilah berbuat dosa. Jangan anggap remeh Tuhan. Jangan menunda pertobatan. Allah Bapa ingin kita berhasil dengan versi Tuhan. Jangan kita berpikir dengan pikiran manusia, tetapi kita harus berpikir dengan pikiran ilahi.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA MAU BERHASIL, LIHATLAH TOKOH-TOKOH IMAN DALAM ALKITAB, BAGAIMANA DAN BERAPA MEREKA MEMBAYAR HARGA KEBERHASILANNYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 12 Juli 2023
2023-07-12 08:33:35

2 Tawarikh 27
Yesaya 9-12

Card image
Truth Kids 11 Juli 2023 - CITA-CITAKU
2023-07-11 08:36:20


Mazmur 94:11
“TUHAN mengetahui rancangan-rancangan manusia; sesungguhnya semuanya sia-sia belaka.”

Di dalam Alkitab, pada kitab Perjanjian Lama, terdapat kisah tentang Daud. Ia adalah seorang raja yang takut akan Tuhan. Jika Sobat Kids membaca kitab Mazmur, kalian akan menemukan banyak tulisan Raja Daud. Raja Daud memiliki cita-cita untuk membangun Bait Suci. Bait Suci adalah bangunan yang didirikan sebagai rumah Tuhan. Ia ingin dapat membangun Bait Suci sampai selesai.

Raja Daud menyiapkan bahan-bahan untuk membangun Bait Suci. Batu, kayu, dan bahan-bahan lainnya. Tukang-tukang terbaik untuk membangun Bait Suci juga sudah dikumpulkan Daud. Mereka sudah siap, tinggal mulai membangun Bait Suci. Tetapi Tuhan mempunyai rencana yang berbeda, Sobat Kids. Tuhan memilih Salomo, anak Daud, untuk membangun Bait Suci sampai selesai.

Sobat Kids, apakah yang menjadi cita-cita kalian? Kalian harus berdoa, tanya Tuhan, apakah cita-cita kalian sudah sesuai dengan kehendak-Nya? Bukan keinginan kita yang terjadi, melainkan keinginan Tuhanlah yang terjadi. Cita-cita kita harus sesuai dengan kehendak Tuhan.

Card image
Truth Junior 11 Juli 2023 - CITA-CITAKU
2023-07-11 08:28:23


Mazmur 94:11
“TUHAN mengetahui rancangan-rancangan manusia; sesungguhnya semuanya sia-sia belaka.”

Sobat Junior, kalian pasti punya cita-cita, kan? Cita-cita yang ingin kalian capai suatu saat nanti. Mungkin ada yang cita-citanya mau jadi pilot, dokter, guru, polisi, tentara, content creator, gamer, atau yang lainnya. Seseorang bisa mencapai cita-cita, jika ia rajin dan mau selalu berusaha. Selain itu, cita-cita yang kita punya, kita harus tanyakan kepada Tuhan. Wah, kenapa, ya, kita harus tanya kepada Tuhan? Ini jawabannya Sobat Junior: karena apa yang kita siapkan untuk masa depan kita, harus sesuai dengan kehendak Tuhan. Sebab, sering kali apa yang dirancang atau disiapkan manusia, tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.

Dalam kitab Mazmur 94:11 dikatakan bahwa TUHAN mengetahui rancangan-rancangan manusia, sesungguhnya semuanya sia-sia belaka. Artinya, yang ada dipikirkan manusia itu sia-sia apabila tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Cita-cita yang ingin dicapai, bisa saja gagal kita capai apabila cita-cita tersebut hanya untuk keinginan kita, bukan kehendak dari Tuhan.

Kita harus ingat, tujuan hidup kita ini hanyalah untuk menyenangkan hati Tuhan. Jadi, semua yang kita lakukan atau cita-cita yang kita miliki, harus sesuai dengan kehendak Tuhan, bahkan dapat menyenangkan hati-Nya.

Card image
Truth Youth 11 Juli 2023 (English Version) - WHOLEHEARTED LOVE FOR GOD
2023-07-11 08:23:58


"Love the Lord your God with all your heart and with all your soul and with all your strength." (Deuteronomy 6:5)

In our journey of faith, we are called to love God with all our heart, soul, and strength. The Bible reminds us in Deuteronomy 6:5 that we should love God with all our heart, soul, and strength. This command is not merely a suggestion but a profound invitation to surrender ourselves completely to God.

Loving God with all our heart means giving Him our deepest affections, desires, and emotions. It involves surrendering our hearts to Him and allowing Him to be the center of our lives. Our love for God should be passionate and sincere.

Loving God with all our mind involves using our thoughts and intellect. It means seeking an intimate knowledge of Him through His Word, contemplating His truths, and growing in wisdom and understanding. Our minds should be constantly renewed by His presence, aligning our thoughts with His thoughts.

Loving God with all our strength means dedicating our physical abilities, talents, and resources to serve Him. We should use every ounce of energy and opportunity to glorify and serve Him through acts of kindness, worship, and service. We learn to give our all to bring glory to His name.

As we strive to love God with our whole heart, mind, and strength, let us remember that He loved us first and gave Himself for us. May our devotion to Him be marked by gratitude and deep reverence for the One who loves us unconditionally. Let us daily seek to love God with undivided hearts and steadfast commitment, for in Him we find fulfillment and true purpose in life.

WHAT TO DO:
1. Set aside time to pray and love God every day.
2. Read and reflect on God's Word regularly.
3. Use your talents and resources to serve and help others with love.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Psalms 34-37

Card image
Truth Youth 11 Juli 2023 - WHOLEHEARTED LOVE FOR GOD
2023-07-11 08:21:36


"Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu." (Ulangan 6:5)

Dalam perjalanan iman kita, kita dipanggil untuk mencintai Allah dengan sepenuh hati, jiwa, dan kekuatan kita. Alkitab mengingatkan kita dalam Ulangan 6:5 bahwa kita harus mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan kita. Perintah ini bukanlah saran semata, melainkan undangan yang mendalam untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah.

Mengasihi Allah dengan sepenuh hati berarti kita memberi-Nya kasih sayang, keinginan, dan emosi terdalam kita. Ini melibatkan penyerahan hati kita kepada-Nya, membiarkan-Nya menjadi pusat kehidupan kita. Kasih kita kepada Allah haruslah penuh semangat dan ketulusan.

Mengasihi Allah dengan segenap akal budi kita melibatkan penggunaan pikiran dan intelektualitas kita. Ini berarti berusaha mengenal-Nya secara intim melalui firman-Nya, merenungkan kebenaran-Nya, dan bertumbuh dalam kebijaksanaan dan pengertian. Pikiran kita harus senantiasa diperbarui oleh kehadiran-Nya, menyelaraskan pemikiran kita dengan pemikiran-Nya.

Mengasihi Allah dengan segenap kekuatan berarti melibatkan kemampuan fisik, bakat, dan sumber daya kita. Kita harus menggunakan setiap energi dan kesempatan untuk memuliakan dan melayani-Nya, baik melalui perbuatan baik, ibadah, atau pelayanan. Kita belajar untuk memberikan segalanya demi membawa kemuliaan kepada nama-Nya.

Ketika kita berusaha untuk mengasihi Allah dengan sepenuh hati, akal budi, dan kekuatan kita, marilah kita ingat bahwa Dia lebih dulu mengasihi kita dan memberikan diri-Nya bagi kita. Semoga pengabdian kita kepada-Nya diberkati dengan rasa syukur dan rasa takut yang mendalam bagi Dia yang mengasihi kita tanpa syarat. Marilah kita setiap hari berusaha untuk mengasihi Allah dengan hati yang tak terbagi dan komitmen yang teguh, karena di dalam-Nya kita menemukan pemenuhan dan tujuan hidup yang sejati.

WHAT TO DO:
1. Sisihkan waktu untuk berdoa dan mengasihi Allah setiap hari.
2. Baca dan renungkan firman Allah secara teratur.
3. Gunakan bakat dan sumber daya yang dimiliki untuk melayani dan membantu orang lain dengan kasih.

BIBLE MARATHON:
▪︎Mazmur 34-37

Card image
Renungan Pagi - 11 Juli 2023
2023-07-11 08:19:18


Hari-hari ini ketika segala sesuatu sedang menuju kehancuran, ada banyak orang percaya yang terganggu dengan keadaan ini dan menjadi kecewa. Mereka bukan berjalan makin dekat pada Tuhan, tetapi malahan melangkah menjauhi Tuhan.

Akibatnya hidup mereka tidak pernah diubahkan untuk persiapan takdir abadi, hidup mereka hanya mengejar sesuatu yang fana. Firman Tuhan berkata : "TUHAN beserta dengan kamu bilamana kamu beserta dengan Dia. Bilamana kamu mencari-Nya, Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi bilamana kamu meninggalkan-Nya, kamu akan ditinggalkan-Nya."

Sadarilah, dunia sedang menuju kebinasaan dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Jangan biarkan diri kita ditarik untuk hanyut didalamnya. Jangan anggap remeh perkataan Tuhan dan terus menikmati dosa dalam dunia, waktu kita dapat berakhir kapan saja, hargailah waktu dan kesempatan yang masih Tuhan berikan.

Dan hanya perjumpaan dengan Tuhan yang dapat mengubah hidup agar tidak cinta dunia. Karena itu, selama masih ada waktu, carilah Tuhan setiap hari dalam doamu, mendekatlah pada-Nya, maka kita akan selalu ada di dalam hadirat-Nya, sampai di keabadian.
(2 Tawarikh 15:2).

Card image
Quote Of The Day - 11 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-11 08:14:41


Suatu anugerah jika kita bisa memiliki kerinduan, keinginan, hasrat yang kuat untuk menyenangkan hati Tuhan. Bukan hanya perkataan di mulut, melainkan benar-benar gairah yang menyala di hati kita untuk dapat menyenangkan hati Bapa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 11 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-11 08:12:58


Manusia harus menanggung akibat dari keputusannya dan tindakannya. Sebab manusia adalah makhluk yang harus bertanggung jawab atas tindakannya.

Card image
ACHIEVE AS MUCH AS POSSIBLE - 11 Juli 2023 (English Version)
2023-07-11 08:00:53


No parent wants their child to fail. They want their children to be successful, prosperous, and achieve the highest achievements. So as with God. God, even more, wants us to be able to achieve as high achievement as possible. However, that success that has perfect quality must be according to the standards of God the Father. We must understand what God wants and the success of His version. Remember, the only opportunity to live on earth is no more than 100 years, and God does not want us to achieve an outstanding achievement on this earth but not of eternal value.

We must remember that we are eternal beings and see everything from an eternal perspective. Not many people have been able to go across or cross boundaries. The meaning of this “crossing the border” is no longer having the perspective of mortality but always looking at everything from the perspective of eternity. This can only be experienced by people willing to learn the truth of God’s Word and associate with Him to experience a real encounter. Indeed, this takes time and goes through a process. When the Lord Jesus said in the Gospel of Matt.6:19-21, He directed us to have an eternal perspective or perspective. “Store up for yourselves treasures in heaven.” Then it ends in verse 21, “For where your treasure is, there your heart will be also.” In Colossians chapter 3, the Apostle Paul wrote, “Set your minds on things above, not on earthly things.”

If we are honest, though we have been Christians for years, talked about heaven, or heard about this, still difficult to move our hearts to the Kingdom of Heaven. This happens because we still have many interests and preferences in the facilities and entertainment of this world. This may seem exaggerated, hypocritical, or unrealistic to many believers. However, we still have to commit to forcing ourselves because if we follow the desires of the flesh and the soul and the tastes that have been formed since childhood, we cannot cross the border. We must try to direct our hearts to God; then make commitments, promises, oaths, or agreements with God. Furthermore, we will find one thing. For those who are serious about making a pact with God, He will help them to be able to fulfill it. 

Although we cannot fulfill it, we must be intentional and determined. There seems to be an element of hypocrisy, but if we are serious about achieving what God wants, God shakes our lives with many life problems, struggles, and pains. The more we can fulfill what we commit to God will allow us to cross boundaries. Though we are not perfect now, our longing for God will become more robust, and our courage to be picked up by God to return to the Father’s House will surely increase, and God judges good and appreciates our courage.

It must be driven by a heart that loves God and has realistic spiritual thoughts, not worldly ones. If we talk about the new heaven and earth, or eternity, often considered a dream, unrealistic. However, if we learn the truth and calculate that our life on this earth is only 100 years at most, while indeed, human beings are eternal beings. So, it is realistic if we choose eternal life beyond the grave and prepare ourselves to face eternity. One of the characteristics of a person who has been able to see everything with an eternal perspective is that they find life tragic.

Seeing people in trouble and suffering, we see life’s tragedy. However, when we see fortunate people, luxury homes, parties, luxury cars, etc., we also see the tragedy of life because everything will end. So, if we can live life from this point of view, then we will understand the version of success, the true version of success according to God. The Christian life is always directed towards eternity or the life to come. Ironically, many Christians cannot be released. Remember, the Father chastens us for our good and success so that we may share in His holiness.  

GOD DOES NOT WANT US TO ACHIEVE AS MUCH AS POSSIBLE WHAT CAN BE ACHIEVED HERE ON EARTH THAT IS NOT OF ETERNAL VALUE.

Card image
MERAIH SEBANYAK-BANYAKNYA - 11 Juli 2023
2023-07-11 07:58:35


Tidak ada orangtua yang menghendaki anaknya gagal. Orangtua pasti menghendaki anaknya berhasil, sukses, dan dapat mencapai prestasi setinggi-tingginya. Demikian pula dengan Tuhan. Apalagi Tuhan, Ia menghendaki kita mampu mencapai prestasi atau keberhasilan setinggi-tingginya yang dapat kita capai. Tentu saja dalam hal ini yang dimaksud adalah keberhasilan dan sukses yang berkualitas sempurna, sesuai dengan standar Allah Bapa, sesuai dengan standar Tuhan. Maka, dalam hal ini kita harus belajar untuk sungguh-sungguh mengerti apa yang Allah kehendaki; bagaimana versi keberhasilan menurut Tuhan itu. Ingat, kita hanya punya satu kali kesempatan hidup di bumi, yang tidak lebih dari 100 tahun. *Tuhan tidak menginginkan kita meraih sebanyak-banyaknya apa yang dapat diraih di bumi ini, tetapi tidak meraih apa yang bernilai kekal.

Harus diingat, kita adalah makhluk kekal. Maka, kita harus melihat segala sesuatu dari sudut pandang kekekalan. Tidak banyak orang yang sudah bisa menyeberang, melintasi batas. Maksudnya “melintas batas” ini adalah tidak lagi memiliki sudut pandang kefanaan, tetapi memandang segala sesuatu selalu dengan sudut pandang kekekalan. Hal ini hanya bisa dialami oleh orang yang mau belajar kebenaran firman Tuhan dengan benar dan bergaul dengan Tuhan, sehingga mengalami perjumpaan yang nyata dengan Tuhan. Memang hal ini perlu waktu dan melewati sebuah proses. Sebenarnya ketika Tuhan Yesus berkata di Injil Matius 6:19-21, Tuhan Yesus mengarahkan kita untuk memiliki sudut pandang atau cara pandang kekekalan. “Kumpulkan harta di surga, bukan di bumi.” Lalu diakhiri di ayat 21 dalam konteks ini, “Di mana ada hartamu, di situ hatimu berada.” Di Kolose 3:2 Rasul Paulus menulis, “Pikirkan perkara yang di atas, bukan yang di bumi.”

Kalau jujur kita akui, bertahun-tahun menjadi orang Kristen, berbicara mengenai surga, atau mendengar mengenai hal ini, tetapi hati kita masih sulit kita pindahkan ke Kerajaan Surga. Hal itu terjadi karena kita masih punya banyak kegemaran dan kesukaan dari fasilitas dan hiburan dunia ini. Mungkin bagi banyak orang percaya, hal ini terkesan berlebihan, munafik, dan tidak realistis. Namun, kita tetap harus berkomitmen memaksakan diri. Kalau kita masih mengikuti keinginan daging, keinginan jiwa dengan seleranya yang terbentuk sejak kanak-kanak, maka kita tidak akan bisa menembus batas. Namun, kita harus mencoba untuk mengarahkan hati kepada Tuhan, lalu kita membuat komitmen-komitmen, janji-janji, sumpah atau perjanjian dengan Tuhan. Selanjutnya, kita akan menemukan satu hal dalam hidup ini, bahwa orang yang serius mengadakan perjanjian dengan Tuhan, maka Tuhan akan menolongnya untuk bisa memenuhinya.

Walaupun kita tidak akan sanggup memenuhinya, tetapi kita harus berniat dan bertekad. Terkesan ada unsur munafik, tetapi kita serius mau mencapai apa yang Tuhan kehendaki, lalu apa yang terjadi? Tuhan mengguncang hidup kita dengan banyak persoalan, dengan banyak pergumulan, kepedihan hidup. Semakin kita bisa memenuhi apa yang kita komitmenkan, kita janjikan kepada Tuhan, proses inilah yang membuat kita bisa melintasi batas. Walaupun tentu sekarang kita belum sempurna, tetapi kerinduan kita akan Tuhan akan menjadi semakin kuat. Keberanian kita untuk dijemput pulang Tuhan ke Rumah Bapa pun bertambah pasti. Percayalah, Tuhan menilai baik dan menghargai kenekatan kita.

Memang harus didorong oleh hati yang mencintai Tuhan dan memiliki pikiran realistis rohani. Realistis rohani, bukan realistis duniawi. Sebab kalau kita bicara soal langit baru bumi baru, surga, kekekalan, itu dianggap mimpi; tidak realistis. Namun, kalau kita belajar kebenaran, maka kita pasti berhitung di mana hidup kita di bumi ini paling lama hanya 100 tahun dan sungguh menghayati manusia sebagai makhluk kekal. Maka, adalah realistis kalau kita memilih kehidupan di balik kubur yang kekal itu dan mempersiapkan diri untuk menghadapi kekekalan. Salah satu ciri dari orang yang sudah bisa melihat segala sesuatu dengan perspektif kekekalan adalah dia menemukan tragisnya hidup.

Melihat orang susah, orang menderita, di sana kita melihat tragisnya hidup. Namun, ketika kita melihat orang beruntung; rumah mewah, pesta, kendaraan mobil mewah, dan lain-lain, kita melihat juga tragisnya hidup, karena semua akan berakhir. Maka, jika kita bisa menghayati hidup dari sudut pandang ini, barulah kita mengerti versi keberhasilan, versi sukses yang benar menurut Tuhan. Hidup kekristenan itu selalu diarahkan kepada kekekalan atau kehidupan yang akan datang. Ironisnya, banyak orang Kristen yang belum bisa dientaskan. Ingatlah, Bapa menghajar kita untuk kebaikan kita, untuk keberhasilan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN TIDAK MENGINGINKAN KITA MERAIH SEBANYAK-BANYAKNYA APA YANG DAPAT DIRAIH DI BUMI INI, TETAPI TIDAK MERAIH APA YANG BERNILAI KEKAL.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 Juli 2023
2023-07-11 07:55:36

Amos 6-9

Card image
Truth Kids 10 Juli 2023 - SUNGGUH-SUNGGUH MENCARI TUHAN
2023-07-10 10:00:22


Amos 5:4
"Sebab beginilah firman TUHAN kepada kaum Israel: “Carilah Aku, maka kamu akan hidup!”

Yoel dan Riki tinggal bertetangga. Mereka duduk di kelas yang sama. Yoel adalah anak yang sopan dan taat kepada Tuhan. Ia senang berdoa dan membaca Alkitab. Setiap hari Minggu, Yoel bersama kedua orang tuanya pergi ke gereja. Riki adalah anak yang cuek dan suka sembarangan dalam bertindak. Orang tua Riki tidak mengharuskannya untuk berdoa ataupun ke gereja. Walaupun demikian, Yoel dan Riki tetap berteman dan saling menghormati.

Suatu hari pada saat ujian, ada soal yang sangat sulit. Riki, yang duduk di sebelah Yoel, dengan cuek menyontek. Yoel kaget melihat perbuatan Riki. Yoel ingin ikut menyontek agar hasil ulangannya bagus. Namun, Yoel teringat ajaran orang tuanya untuk hidup jujur dan tidak boleh curang. Yoel berpikir dalam hatinya, menyontek itu dosa. Aku tidak mau melakukan dosa. Lebih baik aku mendapat nilai biasa saja daripada harus menyontek. Aku masih bisa belajar lebih baik agar nilai-nilaiku semakin bagus.

Sobat Kids, cerita hari ini mengajarkan pentingnya mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh. Caranya dengan membaca Alkitab, membaca renungan Truth Kids, dan berdoa setiap hari. Meskipun kita mengalami godaan untuk berbuat yang tidak baik, kita dapat menolaknya. Lewat tuntunan Roh Kudus dan ajaran orang tua, kita belajar apa yang menjadi kehendak Tuhan. Sehingga kita tidak salah dalam memilih dan dapat menjauhi dosa.

Card image
Truth Junior 10 Juli 2023 - MENJALIN HUBUNGAN DENGAN TUHAN
2023-07-10 09:57:24


Amos 5:4
"Sebab beginilah firman TUHAN kepada kaum Israel: “Carilah Aku, maka kamu akan hidup!”

Ada seorang anak yang sangat pintar bernama Doni. Selain pintar, Doni anak yang rajin berdoa, membaca Alkitab, dan setiap Minggu ia selalu pergi Sekolah Minggu. Sebelum Doni melakukan kegiatan seperti belajar, bermain, dan yang lainnya, Doni selalu menyempatkan untuk berdoa kepada Tuhan. Pada suatu hari, ketika Doni bersama keluarga sedang berjalan-jalan ke mal, Doni melihat sebuah mainan yang sangat bagus. Melihat anaknya sedang memperhatikan sesuatu, papa Doni bertanya, “Doni, kamu lihat apa?” “Lihat itu, Pa. Mainan itu bagus sekali, Pa,” sahut Doni. Papa pun menjawab, “Iya, mainan itu bagus, tetapi mainan punyamu di rumah lebih bagus, Doni.” Doni terdiam dan berkata dalam hatinya, “Benar juga kata Papa. Mainanku di rumah banyak dan lebih bagus.” Doni pun mengajak papanya untuk pergi ke tempat yang lain, karena Doni tahu bahwa apa yang dikatakan oleh papanya adalah kehendak dari Tuhan.

Sobat Junior, kita mau belajar dari cerita Doni. Apa pun keadaannya, kita harus tetap belajar untuk memiliki hubungan yang akrab dengan Tuhan. Dengan memiliki hubungan yang benar dengan Tuhan, kita bisa membedakan mana kehendak Tuhan, dan mana kehendak manusia. Seperti Doni, jika Doni tidak memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, mungkin ia akan menangis dan tetap minta dibelikan mainan tersebut. Namun, karena ia memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, ia tahu apa yang dikatakan oleh ayahnya itu adalah kehendak Allah. Mari kita sama-sama belajar seperti Doni yang punya hubungan dekat dengan Tuhan, sehingga kita mengerti apa yang Tuhan inginkan. Karena itulah yang Tuhan mau, supaya kita mempunyai hubungan yang dekat dengan-Nya.

Card image
Truth Youth 10 Juli 2023 (English Version) - SURRENDERED HEARTS: LOVING GOD WITH ALL YOUR BEING
2023-07-10 10:02:11


"For out of the heart come evil thoughts—murder, adultery, sexual immorality, theft, false testimony, slander. These are what defile a person; but eating with unwashed hands does not defile them." (Matthew 15:19-20)

In a world filled with self-interest and personal ambitions, it is easy for us to lose sight of the true purpose of our existence. As servants of God, our calling is to offer our lives fully, dedicating every aspect of our lives to serve Him. One crucial aspect of this commitment is to love God with all our heart, mind, and strength.

In Matthew 15:19-20, Jesus reminds us that what comes out of the heart can defile us. It is a powerful reminder that our deepest desires and intentions shape our actions and influence the lives of those around us. Our hearts must always be right before God and our fellow human beings.

Loving God with all our heart means surrendering our desires, ambitions, and fears to Him. It involves placing God at the center of our affections and allowing His love to guide and transform us from within. When our hearts align with His will, our actions will reflect His character and love.

Loving God with all our mind involves seeking a deep understanding of His Word and His ways. It means nurturing a thirst for wisdom and truth, allowing our minds to be renewed by the power of His teachings. As we grow in knowledge of God, we gain insight into His heart and align our thoughts with His.

Loving God with all our strength means dedicating our physical and emotional energy to serve Him. It means using our gifts, talents, and resources to honor Him and bless others. When we surrender our strength to God, He equips us with His power, enabling us to serve wholeheartedly and impact lives for His glory.

As we embrace the call to love God with all our heart, mind, and strength, let us continually examine our hearts before Him. Let us seek His guidance, repent from wrong motives, and allow His love to flow through us. May our lives be a testimony to the transformative power of surrendering our hearts as servants of God.

WHAT TO DO:
1. Surrender your heart to God.
2. Increase your knowledge about Him.
3. Serve God and others with your strength.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Psalms 28-33

Card image
Truth Youth 10 Juli 2023 - SURRENDERED HEARTS: LOVING GOD WITH ALL YOUR BEING
2023-07-10 09:44:15


"Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang." (Matius 15:19-20)

Dalam dunia yang dipenuhi dengan kepentingan dan ambisi pribadi, mudah bagi kita untuk kehilangan tujuan sejati dari eksistensi kita. Sebagai hamba Tuhan, panggilan kita adalah untuk memberikan hidup kita sepenuhnya, mendedikasikan setiap aspek hidup kita untuk melayani-Nya. Salah satu aspek penting dari komitmen ini adalah mencintai Tuhan dengan segenap hati, pikiran, dan kekuatan kita.

Dalam Matius 15:19-20, Tuhan Yesus mengingatkan kita bahwa apa yang keluar dari hati, dapat mencemari kita. Ini adalah pengingat yang kuat bahwa dalam pikiran terdalam, keinginan, dan niat kita membentuk tindakan kita, serta memengaruhi kehidupan orang di sekitar kita. Hati kita harus selalu benar di hadapan Tuhan dan sesama.

Mencintai Tuhan dengan segenap hati berarti menyerahkan keinginan, ambisi, dan ketakutan kita kepada-Nya. Ini melibatkan meletakkan Tuhan di pusat kasih sayang kita, dan membiarkan cinta-Nya memandu dan mentransformasi kita dari dalam. Ketika hati kita sejalan dengan kehendak-Nya, maka tindakan kita akan mencerminkan karakter dan kasih-Nya.

Mencintai Tuhan dengan segenap pikiran, berarti mencari pemahaman mendalam akan firman-Nya dan jalan-jalan-Nya. Ini melibatkan memelihara kehausan akan hikmat dan kebenaran, dan membiarkan pikiran kita diperbarui oleh kuasa ajaran-Nya. Ketika kita bertumbuh dalam pengetahuan tentang Allah, kita memperoleh wawasan tentang hati-Nya dan mengarahkan pikiran kita sesuai dengan-Nya.

Mencintai Tuhan dengan segenap kekuatan, berarti mendedikasikan energi fisik dan emosional kita untuk melayani-Nya. Ini berarti menggunakan karunia, bakat, dan sumber daya kita untuk memuliakan-Nya dan memberkati sesama. Ketika kita menyerahkan kekuatan kita kepada Allah, maka Ia membekali kita dengan kuasa-Nya, memungkinkan kita melayani dengan ikhlas dan memengaruhi kehidupan demi kemuliaan-Nya.

Ketika kita merangkul panggilan untuk mencintai Tuhan dengan segenap hati, pikiran, dan kekuatan, marilah kita terus memeriksa hati kita di hadapan-Nya. Marilah kita mencari petunjuk-Nya, bertobat dari motivasi yang salah, dan membiarkan kasih-Nya mengalir melalui kita. Semoga hidup kita menjadi kesaksian atas kuasa transformatif, dengan menyerahkan hati kita sebagai hamba Tuhan.

WHAT TO DO:
1. Menyerahkan hati kepada Tuhan
2. Meningkatkan pengetahuan kita tentang Dia
3. Melayani Tuhan dan sesama dengan kekuatan kita

BIBLE MARATHON:
▪︎Mazmur 28-33

Card image
Renungan Pagi - 10 Juli 2023
2023-07-10 09:41:12


Waktu-waktu ini adalah saat yang genting dan sangat menentukan nasib kekal. Jika kita tidak sungguh-sungguh mengelola hidup dengan benar dihadapan Tuhan, bahkan dipengaruhi oleh nilai-nilai dunia, maka kita akan menganggap kebenaran Tuhan adalah suatu kebodohan.

Hati kita lebih banyak menyerap "sampah" dunia dan pengaruhnya membuat kita jadi bebal, tidak dapat dinasihati dan diperingatkan lagi. Firman Tuhan berkata, "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat."

Jangan anggap remeh setiap kebenaran firman Tuhan yang kita baca dan dengar, serap dengan baik, minta hikmat Roh Kudus untuk dapat memahami sehingga dapat melakukannya dalam hidup setiap hari. Sebab melakukan kebenaran firman Tuhan itu adalah bagian dari proses pengudusan hidup didalam Tuhan. Waktunya sudah sangat singkat. Jangan tunda waktu untuk bertobat.
(Efesus 5:15-16)

Card image
Quote Of The Day - 10 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-10 09:38:21


Semakin banyak penggarapan Tuhan dalam hidup kita, semakin banyak beban dan perasaan krisis dalam hidup ini.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 10 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-10 10:08:03


Penebusan atas orang yang mendengar Injil berarti panggilan untuk sempurna seperti Bapa dan hidup dalam pengabdian sepenuhnya kepada Tuhan.

Card image
LIFE MAPPING - 10 Juli 2023 (English Version)
2023-07-10 09:35:05


Everyone has a uniqueness in fellowship with God. What is important here is how unanimous, whole, and strong we want to seek God. We must fulfill our part to round off and make our search for God whole. That is our part that God will not do in us, so we have to make it ourselves. We must decide to leave all the pleasures of the world—all the things that used to be fun and make us happy, which now most people enjoy.

We must consciously and willingly have the principle that we only need God. Indeed, we are not whole yet, but we must have the courage to decide first because we learn from God’s word that He is the water of life and only Him we need. There are verses in the Bible that God is our main and only need as written in Psalm 73, “Whom have I in heaven but you? And earth has nothing I desire besides You.” And also, in Psalm 42, “As the deer pants for streams of water, so my soul pants for You, my God.”

Let’s not wait to be extreme, passionate, earnest, and burning in God. If we wait for that, we will never experience it forever. Indeed, God sometimes surprises us, whether His word touches us or the miracles we see or experience, then encourages us to seek Him. It can, but not always. What is certain, we must make ourselves burning to seek God. We must make ourselves extreme and fanatical, that is, by giving up all that which is pleasing according to the general concept. We let go and say, “Lord, You are all I need.”

When we enter that area, we can feel that we continue to grow and prove that we need Him more than our breath and blood. Don’t be late, because if it’s too late, our hearts are used to being shared with the world, and we can’t love God anymore. So, don’t consider repenting today with the next week, month, or year the same. Not the same. The sooner we repent, the sooner we let go of the love of the world, and the sooner we build ourselves up.

Don’t wait for that time, but create it. That is why God gave us free will so that we can map our lives. It is not God who maps our lives, though God has beautiful plans and provides beautiful maps of life. We must determine; whether we accept His mapping or make our mapping. How extraordinary, beautiful, and great it would be if we dared to make a decision: “You are the only one I need, Lord. No other.”

We can taste and experience God that He is alive and present, and there is an encounter between our feelings and God’s. There is an encounter between our minds and God’s thoughts when we discover what He has designed in our lives. How beautiful it is to live like this, for we can experience the glory of God, that He is incredible, and no need to wait for us to die; even now, we can see and experience the glory of God and tremble. When we pray to God, we tremble because He is awesome. Supposedly, it is not a unique experience but a common thing that the living and present God can touch us. That is why we must earnestly seek Him.

Take time every day, 1 hour, or 30 minutes at least, sitting quietly before God. Think of God day and night. When we work or do everything, we do it for God. We believe in Him, the living and real God, and we will find Him. Indeed He is present, and we can find Him. So, change our routine of life. Amid a world that does not care about God, we seek Him. We should do this as passionately and exceptionally as possible.

It is hard to see the difference whether we have true happiness in God or there is still our benefit in doing His works, and this indeed makes our lives not normal. God is so precious, great, and glorious, and only He is worthy to receive the offering of our whole life without limit. We will gladly give up anything to God if we encounter Him and see His majesty and glory.

When we seek and feel the awesomeness of God, then we feel how disgusting sin is and are willing to leave it. When we find God and have an emotional encounter with God, we don’t need to be forced to live holy. We will fear to sin, and when we encounter Him, there is no need to be forced to leave the love of the world, for indeed, the world’s beauty will fade in our eyes.   

INDEED, GOD HAS BEAUTIFUL PLANS AND PROVIDES BEAUTIFUL MAPS OF LIFE, BUT WE MUST DETERMINE WHETHER WE ACCEPT HIS MAPPING OR CREATE OUR MAPPING

Card image
PEMETAAN HIDUP - 10 Juli 2023
2023-07-10 09:31:17


Setiap orang memiliki keunikan, kekhasan dalam bersekutu dengan Tuhan. Yang penting di sini adalah seberapa bulat, utuh dan kuat kita mau mencari Tuhan. Ada bagian yang harus kita penuhi untuk membulatkan, membuat utuh pencarian kita akan Allah. Itu bagian kita yang Tuhan tidak akan kerjakan di dalam diri kita. Kita yang harus membuatnya sendiri. Ketika kita mengambil keputusan untuk meninggalkan semua kesenangan dunia—semua hal yang dulu menyenangkan, membahagiakan kita, yang sekarang pada umumnya orang memandang itu sebagai kebahagiaan atau kesenangan—itu sepenuhnya bagian kita.

Kita harus dengan sadar, rela, memiliki prinsip bahwa hanya Tuhan yang kita butuhkan. Memang mungkin kita belum merasa penuh, tetapi harus berani mengambil keputusan dulu, karena kita belajar dari firman Tuhan, bahwa Tuhan adalah air kehidupan. Hanya Tuhan kita butuhkan. Sebagaimana ditulis dalam Mazmur 73, “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi.” Juga di Mazmur 42, “Seperti rusa merindukan sungai yang berair, demikian jiwaku merindukan Engkau.” Tentu banyak ayat lain yang menunjukkan bahwa Tuhan adalah kebutuhan utama dan satu-satunya.

Jangan kita menunggu jadi ekstrem, fanatik, sungguh-sungguh, menyala-nyala di dalam Tuhan. Jika kita hanya menunggu hal itu, selamanya kita tidak akan pernah mengalami. Memang, kadang-kadang Tuhan memberikan kejutan. Entah firman Tuhan yang menyentuh kita, mukjizat yang kita lihat atau alami, lalu mendorong kita untuk mencari Tuhan. Memang bisa, tetapi tidak selalu begitu. Yang pasti, kita yang harus membuat diri kita membara mencari Tuhan. Kita yang harus membuat diri kita ekstrem dan fanatik, yaitu dengan menanggalkan semua yang menurut konsep umum membahagiakan. Kita tanggalkan dan berkata, “Hanya Engkau, Tuhan, yang kuperlukan.”

Saat kita masuk ke wilayah itu, kita bisa merasa terus bertumbuh dan membuktikan ternyata Dia kita butuhkan lebih dari nafas dan darah kita. Jangan terlambat, sebab kalau sampai terlambat, hati kita sudah biasa terbagi dengan dunia, kita tidak bisa mencintai Tuhan lagi. Jadi, jangan pikir bertobat hari ini dengan minggu depan, bulan depan, atau tahun depan, sama. Tidak sama. Semakin cepat kita bertobat, semakin dini kita melepaskan percintaan dunia, maka semakin cepat pula kita membangun diri.

Jangan menunggu waktu itu, tetapi kita yang harus menciptakannya. Itulah sebabnya Tuhan memberi kehendak bebas atas kita. Supaya dengan kehendak bebas itu, kita memetakan hidup kita. Bukan Tuhan yang memetakan hidup kita. Memang Tuhan memiliki rancangan-rancangan yang indah, menyediakan peta-peta kehidupan yang indah, tetapi kita yang harus menentukan; apakah kita menerima pemetaan Tuhan atau membuat pemetaan sendiri. Betapa luar biasa, indah, dan hebatnya kalau kita berani mengambil keputusan: “Hanya Engkau, Tuhan, yang kubutuhkan. Tidak ada yang lain.”

Kita akan bisa mengecap Tuhan, mengalami Tuhan, bahwa Dia hidup, Dia hadir. Sampai terjadi perjumpaan antara perasaan kita dengan perasaan Tuhan. Ada perjumpaan antara pikiran kita dengan pikiran Tuhan, ketika kita menemukan apa yang Allah rancang di dalam hidup kita. Betapa indahnya hidup seperti ini. Kita bisa mengalami kemuliaan Tuhan, bahwa Allah itu dahsyat. Tidak usah menunggu kita meninggal dunia, sekarang pun kita sudah bisa melihat dan mengalami kemuliaan Allah dan gemetar. Waktu kita doa menghadap Tuhan, kita gemetar. Allah itu dahsyat. Seharusnya, itu bukan satu pengalaman yang istimewa, melainkan suatu hal standar bahwa Allah yang hidup dan hadir, bisa menyentuh kita. Itulah sebabnya kita harus sungguh-sungguh mencari Tuhan.

Sediakanlah waktu setiap hari 1 jam, 30 menit paling sedikit, duduk diam di hadapan Tuhan. Pikirkan Tuhan siang dan malam. Kita bekerja atau melakukan segala sesuatu, kita lakukan untuk Tuhan. Meyakini Dia Allah yang hidup dan nyata. Meyakini bahwa kita akan menemukan Dia. Pasti Dia hadir dan kita bisa menemukan Dia. Maka, ubahlah rutinitas hidup kita. Di tengah-tengah dunia yang tidak memedulikan Tuhan, kita mencari Tuhan. Sefanatik-fanatiknya, seekstrem-ekstremnya kita lakukan ini.

Kebahagiaan di dalam Tuhan, tipis sekali dengan kebahagiaan dalam sukses pelayanan pekerjaan Tuhan, yang di dalamnya masih ada unsur di mana kita diuntungkan. Ini memang membuat hidup kita jadi tidak normal. Betapa berharga, agung dan mulianya Allah. Hanya Dia yang layak untuk memperoleh persembahan segenap hidup kita tanpa batas. Jadi, kalau kita berjumpa dengan Tuhan, melihat keagungan dan kemuliaan-Nya, kita akan rela melepaskan apa pun demi Dia.

Saat kita mencari dan merasakan kedahsyatan Tuhan, baru kita merasa betapa menjijikkan dosa itu dan kita rela tinggalkan. Ketika kita menemukan Tuhan, ada perjumpaan secara emosi (perasaan) dengan Allah, kita tidak perlu dipaksa untuk hidup suci. Kita akan takut berbuat dosa. Ketika kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan, tidak usah dipaksa meninggalkan percintaan dunia, pasti keindahan dunia menjadi pudar di mata kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MEMANG TUHAN MEMILIKI RANCANGAN-RANCANGAN YANG INDAH, MENYEDIAKAN PETA-PETA KEHIDUPAN YANG INDAH, TETAPI KITA YANG HARUS MENENTUKAN; APAKAH KITA MENERIMA PEMETAAN TUHAN ATAU MEMBUAT PEMETAAN SENDIRI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 Juli 2023
2023-07-10 09:27:55

Amos 1-5

Card image
Truth Kids 09 Juli 2023 - HORMATI ORANGTUA
2023-07-09 10:03:06


Matius 15:4
“Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati.”

Sobat Kids, peran orangtua dalam hidup kita sangat besar. Kita bisa ada seperti saat ini, itu karena orangtua yang merawat dan menjaga kita. Mungkin saat ini ada Sobat Kids yang memiliki orang tua yang lengkap. Ada juga yang hanya memiliki papa atau hanya memiliki mama. Atau mungkin ada beberapa anak yang dibesarkan oleh kakek, nenek, atau om dan tante karena sudah tidak memiliki orangtua. Apa pun keadaannya, kalian patut bersyukur pada Tuhan. Tuhan memberikan kasih-Nya dan berkat-Nya melalui papa dan mama atau anggota keluarga lain yang Tuhan percayakan merawat hidup kalian.

Tuhan menginginkan kita untuk menghormati orangtua, seperti ayat yang sudah ditulis di atas. Tuhan tidak meminta kita menghormati orangtua yang baik saja. Tidak juga untuk menghormati orangtua yang percaya kepada Tuhan Yesus saja. Apa pun keadaan orangtua kita, baik atau buruk, kita diminta Tuhan untuk tetap menghormati dan mengasihi mereka. Seperti kasih Tuhan pada kita semua yang tidak bersyarat, demikianlah kita harus mengasihi dan menghormati orangtua kita. Jika kita melihat kehidupan orangtua kita yang kurang baik, berdoalah pada Tuhan agar orangtua kita dibimbing Tuhan. Sehingga orangtua kita juga dapat mengenal kebenaran Firman Tuhan dan melakukannya.

Card image
Truth Junior 09 Juli 2023 - MELAWAN ARUS
2023-07-09 10:01:23


Matius 15:4
“Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati.”

“Kak, ambilkan Mama air minum,” Joshua mendengar suara mama dari kamar, memanggil kakaknya. Tidak ada jawaban ataupun gerakan dari sang kakak. Joshua pun mengintip ke arah kamar mamanya. “Kaaak, dengar Mama, tidak? Ambilkan air minum!” suara mama terdengar semakin keras karena kesal. Joshua melihat ke arah kakaknya yang berada di ruang tengah, yang tidak berkutik sama sekali. Joshua pun bergegas bangun dari tempat duduknya, ke arah tempat penyimpanan gelas untuk mengambilkan mamanya segelas air.

Tiba-tiba sang kakak menegurnya, “Kamu mau apa? Sudah, biarkan saja mama ambil air sendiri. Tidak usah dibantu.” Joshua pun merasa bingung karena sang kakak melarangnya membantu mama. “Tapi, Kak, biar bagaimanapun, mama adalah orangtua kita.” ujar Joshua sambil tetap menuangkan segelas air dan mengantarkannya ke kamar mama.

Mama Joshua adalah seorang ibu yang tidak bertanggung jawab; setiap hari pergi keluar rumah dan tidak pernah merawat anak-anaknya dengan kasih dan perhatian. Sementara, papa mereka juga sibuk mencari nafkah bagi keluarganya. Joshua dan kakaknya terlantar dan tidak ada yang mengasuh. Sering kali sang kakak yang harus menggantikan peran mama mereka di rumah. Tapi Joshua akhirnya bertumbuh menjadi anak yang mandiri dan tegar. Tidak heran kalau sang kakak merasa kesal dan menolak untuk melayani mamanya. Tapi Joshua yakin, seburuk apa pun orangtuanya, mereka tetap harus dihormati dan dikasihi, karena itulah yang diajarkan di Sekolah Minggu tempat mereka bergereja. Dengan demikian, kasih Tuhan akan mengalir lewat dirinya, memberkati keluarganya.

Card image
Truth Youth 09 Juli 2023 (English Version) - SURRENDERING IN LOVE: EMBRACING LIFE AS A SERVANT OF GOD
2023-07-09 09:56:42


"Therefore consider the goodness and severity of God: on those who fell, severity; but toward you, goodness, if you continue in His goodness. Otherwise you also will be cut off." (Romans 11:22)

Deep within our hearts, we long to live a life pleasing to God. We desire to offer ourselves as willing servants, surrendering our will to His divine plan. As we embark on this journey, we are called to love God with all our heart, mind, and strength.

Behind God's boundless love for us, there is firmness that shapes and molds us into His image. It is a love that calls us to obedience and teaches us to live in a way that glorifies Him. This love is not passive but an active force that compels us to surrender our entire lives to God.

Loving God with all our heart means giving Him our affection and wholehearted devotion. It involves building a deep and intimate relationship with Him, allowing His love to penetrate every aspect of our being. Loving God with all our mind requires us to engage our thoughts in understanding His word, seeking wisdom and understanding through prayer, and studying the Bible. Loving God with all our strength means serving Him wholeheartedly, utilizing our gifts and talents for His glory.

As we offer ourselves to love God wholeheartedly, let us remember that His love is not only gentle and full of mercy but also firm and steadfast. Through His steadfast love, we find the strength to live in obedience to His will. May our lives bear witness to the transformative power of His love as we surrender ourselves joyfully, embracing the path that draws us closer to Him.

WHAT TO DO:
1. Make a daily commitment to love Him wholeheartedly.
2. Begin preparing ourselves through prayer and reading the Bible.
3. Never hesitate to start serving Him.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Psalms 22-27

Card image
Truth Youth 09 Juli 2023 - SURRENDERING IN LOVE : EMBRACING LIFE AS A SERVANT OF GOD
2023-07-09 09:49:07


"Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamu pun akan dipotong juga."
(Roma 11:22)

Di dalam lubuk hati kita, kita pasti rindu untuk menjalani hidup yang berkenan kepada Allah. Kita berkeinginan untuk menawarkan diri kita sebagai hamba yang rela menyerahkan kehendak kita kepada rencana ilahi. Saat kita memulai perjalanan ini, kita dipanggil untuk mencintai Allah dengan seutuh hati, pikiran, dan kekuatan.

Di balik kasih Allah yang tak terbatas terhadap kita, terdapat kekokohan yang membentuk dan membentuk kita menjadi gambar-Nya. Ini adalah kasih yang memanggil kita untuk taat, mengajarkan cara hidup yang memuliakan-Nya. Kasih ini bukanlah kasih yang pasif, melainkan kekuatan aktif yang memaksa kita untuk menyerahkan seluruh hidup kita kepada Allah.

Mencintai Allah dengan seutuh hati berarti memberi-Nya kasih sayang dan pengabdian yang penuh. Ini melibatkan hal membina hubungan yang dalam dan intim dengan-Nya, membiarkan kasih-Nya meresap ke dalam setiap aspek diri kita. Mencintai Allah dengan segenap pikiran berarti mengharuskan kita untuk menggerakkan pikiran kita dalam memahami firman-Nya, mencari hikmat dan pengertian melalui doa, dan mempelajari Alkitab. Mencintai Allah dengan segenap kekuatan kita, itu termasuk melayani-Nya dengan sepenuh hati, memanfaatkan karunia dan bakat kita untuk kemuliaan-Nya.

Saat kita mempersembahkan diri kita untuk mencintai Allah dengan sepenuh hati, marilah kita ingat bahwa kasih-Nya tidak hanya lembut dan penuh belas kasihan, tetapi juga kokoh dan teguh. Melalui kasih-Nya yang teguh, maka kita menemukan kekuatan untuk hidup dalam ketaatan kepada kehendak-Nya. Semoga hidup kita menjadi kesaksian akan kuasa transformasi kasih-Nya, saat kita menyerahkan diri kita sebagai hamba yang bergembira, merangkul jalan yang membawa kita semakin dekat kepada-Nya.

WHAT TO DO:
1. Membuat komitmen setiap hari untuk mencintai Dia seutuhnya
2. Mulai persiapkan diri kita lewat doa dan baca Alkitab
3. Jangan pernah ragu untuk memulai melayani-Nya

BIBLE MARATHON:
▪︎Mazmur 22-27

Card image
Renungan Pagi - 09 Juli 2023
2023-07-09 10:10:02


Pernahkah berpikir apakah perbedaan hikmat dan pengetahuan? Pengetahuan diidentikkan dengan informasi yang tepat, sedangkan hikmat didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan informasi yang tepat itu pada waktu dan cara yang tepat.

Di kitab Amsal, Raja Salomo tidak membedakan keduanya; istilah pengetahuan dan hikmat dipakai silih berganti untuk mewakili makna yang sama yakni bijaksana.

Hikmat Salomo diberikan oleh Tuhan, sebab dia memintanya dan pada prakteknya berawal dari kemampuan untuk melihat dan mendengarkan, tetapi mendengar bukan asal saja, melainkan mendengarkan dengan penuh perhatian.

Orang yang bodoh tidak berhikmat, tidak bersedia mendengarkan siapa pun termasuk Tuhan. Orang yang tidak mendengarkan Tuhan, Sang Sumber hikmat, adalah orang yang tidak takut kepada Tuhan.

Ada orang yang kaya namun bodoh dan ada orang yang berpendidikan tinggi tetapi bodoh; ternyata, kaya dan cerdas tidak sama dengan bijaksana. Hikmat tidak diperoleh lewat kekayaan atau kecerdasan; hikmat didapatkan dari takut akan Tuhan.

Orang yang takut akan Tuhan adalah orang yang dipimpin oleh Tuhan; setiap langkah yang diambilnya merupakan hasil tuntunan Tuhan dan Tuhan tidak akan membiarkannya tersesat.
(Amsal 1:7)

Card image
Quote Of The Day - 09 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-09 09:40:11


Kalau kita menyadari bahwa kita bukan siapa-siapa—bahkan kita berhutang kehidupan dan kebaikan kepada-Nya—barulah kita bisa merendahkan diri dengan benar di hadapan Tuhan dan bersikap rendah hati.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 09 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-09 09:38:28


Permohonan ampun yang dewasa dan bertanggung jawab harus disertai pertobatan dan kesediaan berubah.

Card image
ENCOUNTER IN THOUGHTS AND FEELINGS - 09 Juli 2023 (English Version)
2023-07-09 09:35:59


Jeremiah 29:13-14, “If you seek Me, you will find Me; when you ask Me with all your heart. I will let you find Me, says the LORD, and I will restore your fortunes and will gather you from all the nations and all the places where I have driven you, says the LORD, and I will return you to the place from whence I throw you away.”

These two verses, out of many others, show that God can indeed be found by those who seek God with all their hearts. May God give us the passion and enthusiasm to seek Him until we find Him. We can’t live holy and leave the love of the world if we do not have an encounter with God. No matter how much knowledge a person has about God or how much theology a person has, it will not be enough to make that person respect or fear God properly.

This is an essential key in the Christian life. But sadly, this has been abandoned by many, abandoned by theologians and church leaders. Hence, the church experienced degradation or decline over the centuries. The sentence “Seek Me, you will find Me” should not only be understood as learning about God or studying theology. Seeking God must be a substantial effort to find Him so that all components of ourselves are involved, both body, soul, and spirit. Because God has thoughts and feelings, the encounter with God should be an encounter in thoughts and feelings.

Encounter in feelings, meaning we feel what God feels; encounter in mind, meaning that we can understand what He wants in our lives for us to do. God’s plans for us to fulfill in this life. This can’t be found in literature books, can’t. It won’t be enough to listen to people preach; it can’t. There must be a direct encounter with Him. If God’s word says “Taste,” we feel something, both our body, soul, and spirit.

Unfortunately, supernatural things that can’t be proven or verified scientifically are considered nonsense and dangerous in Colleges of Theology. So, for people who study theology, the higher the semester, the higher the strata—bachelor’s degree, master’s degree, doctoral degree—getting further away from real experiences with God. They are increasingly away from what is seen as subjectivity. However, God is personal. The encounter with God is always subjective but not consistently wrong. Indeed one’s experience should not be imposed on others, but it can be a consideration. Everyone’s subjectivity becomes the basis for that Person’s growth. How degenerate Christian values are when knowledge about God or theology obtained at the Colleges of Theology or from scientific, theological journals is considered a discovery of God. It only involves ratios or thoughts. If so, even people who are not Christian can also make theological journals like that.

John 21:25 says, “Jesus did many other things as well. If every one of them were written down, I suppose that even the whole world would not have room for the books that would be written.” What God says has many dimensions that can be infinite. Each Person must be able to find that dimension according to the life experience he has experienced. Everyone discovers the riches of God’s words, the riches of God’s word he experienced. If one billion people? 10 billion people? The wealth of God’s word is limitless, and each person has subjectivity, which becomes the foundation and the path for a person to build themselves up.

We want to remember seriously; there must be a direct encounter with God. Direct experience with God. We must honestly treat God as a living, natural, and present Person. He must allow Himself to be found by those who earnestly seek Him. The problem is, how much passion do we have to seek God? People who seek God want to feel His feelings; indeed, they guard their lives not to hurt God. People who earnestly seek God, trying to find what He designed and planned in each individual’s life to do.   

GOD HAS THOUGHTS AND FEELINGS, SO THE ENCOUNTER WITH HIM SHOULD ALSO BE IN THOUGHTS AND FEELINGS.

Card image
PERJUMPAAN DALAM PIKIRAN DAN PERASAAN - 09 Juli 2023
2023-07-09 09:33:31


Yeremia 29:13-14, “Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati. Aku akan memberi kamu menemukan Aku, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan memulihkan keadaanmu dan akan mengumpulkan kamu dari antara segala bangsa dan dari segala tempat ke mana kamu telah Kuceraiberaikan, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan mengembalikan kamu ke tempat yang dari mana Aku telah membuang kamu."

Ini adalah dua ayat dari sekian ayat lain yang menunjukkan bahwa Tuhan pasti dapat ditemukan oleh orang-orang yang mencari Tuhan dengan segenap hati. Kiranya Tuhan memberikan kepada kita gairah, semangat untuk mencari Tuhan sampai kita benar-benar menemukan Tuhan. Kita tidak mungkin bisa hidup suci dan meninggalkan percintaan dunia, kalau kita tidak mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Sebanyak apa pun ilmu tentang Tuhan yang dimiliki seseorang, atau sebanyak apa pun teologi yang dimiliki seseorang, tidak akan cukup membuat orang itu menghormati Tuhan secara patut, tidak cukup membuat orang itu takut akan Allah secara benar.

Ini adalah kunci penting dalam hidup kekristenan. Namun sayangnya, hal ini telah ditinggalkan oleh banyak orang; ditinggalkan oleh para teolog, para pemimpin gereja. Karenanya, gereja mengalami degradasi atau kemerosotan selama berabad-abad. Kalimat “Cari Aku, kamu akan menemukan Aku,” hal ini tidak boleh hanya dipahami belajar tentang Tuhan atau belajar ilmu teologi. Mencari Tuhan haruslah usaha yang konkret untuk menjumpai Dia, sehingga ada keterlibatan seluruh komponen diri kita, baik tubuh, jiwa, dan roh. Karena Allah memiliki pikiran dan perasaan, maka mestinya perjumpaan dengan Allah merupakan perjumpaan di dalam pikiran dan perasaan.

Perjumpaan dalam perasaan, artinya kita merasakan apa yang dirasakan Tuhan; perjumpaan dalam pikiran, artinya kita bisa mengerti apa yang Dia ingini, Dia kehendaki di dalam hidup kita untuk kita lakukan. Rencana-rencana Allah untuk kita penuhi di dalam hidup ini. Hal ini tidak bisa ditemukan melalui buku literatur, tidak bisa. Tidak akan cukup hanya mendengarkan orang berkhotbah, tidak bisa. Harus ada perjumpaan langsung dengan Dia. Kalau firman Tuhan mengatakan “Kecaplah,” berarti ada sesuatu yang kita rasakan, baik tubuh, jiwa, dan roh kita.

Memang menyedihkan sekali kalau di lingkungan Sekolah-sekolah Tinggi Teologi, hal yang bersifat supranatural yang tidak bisa dibuktikan atau diverifikasi ala sains dianggap nonsens dan dipandang membahayakan. Jadi, kita bisa melihat orang-orang yang belajar teologi, makin tinggi semesternya, semakin tinggi stratanya—sarjana S1, magister S2; doktor S3—makin menjauhi pengalaman-pengalaman riil dengan Tuhan. Mereka makin menjauhi apa yang dipandang sebagai subjektivitas. Padahal, Allah itu Pribadi. Perjumpaan dengan Allah selalu subjektif; tetapi subjektif juga tidak selalu salah. Memang pengalaman seseorang tidak boleh dipaksakan dikenakan ke orang lain, tetapi bisa menjadi pertimbangan. Subjektivitas setiap orang menjadi dasar orang itu bertumbuh. Betapa merosotnya nilai-nilai kekristenan ketika pengetahuan tentang Tuhan atau teologi yang diperoleh di bangku Sekolah Tinggi Teologi atau dari jurnal-jurnal ilmiah teologi dianggap sebagai penemuan dengan Tuhan. Hanya melibatkan rasio atau pikiran. Jika demikian, orang yang tidak beragama Kristen pun juga bisa membuat jurnal-jurnal teologi semacam itu.

Yohanes 21:25 tertulis, “Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.” Apa yang dikatakan Tuhan memiliki banyak dimensi yang bisa tidak terbatas. Setiap orang harus dapat menemukan dimensi itu, sesuai dengan pengalaman hidup yang dia alami. Setiap orang menemukan kekayaan perkataan Tuhan; kekayaan firman Tuhan dia alami. Kalau satu miliar orang? 10 miliar orang? Kekayaan firman Tuhan tidak terbatas, dan masing-masing orang punya subjektivitas, di mana subjektivitas tersebut menjadi landasan sekaligus jalur seseorang membangun dirinya.

Sekarang, kita mau serius mengingat, harus ada perjumpaan secara langsung dengan Tuhan. Pengalaman secara langsung dengan Tuhan. Di sini setiap kita dituntut untuk sungguh-sungguh memperlakukan Allah sebagai Pribadi yang hidup, yang nyata, dan hadir. Dia pasti memberi diri-Nya ditemukan oleh orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. Masalahnya, seberapa kita memiliki gairah untuk mencari Tuhan? Orang yang mencari Tuhan adalah orang yang mau merasakan perasaan-Nya pasti mereka benar-benar menjaga hidupnya agar jangan sampai melukai Tuhan. Orang yang sungguh-sungguh mencari Tuhan, berusaha menemukan apa yang Dia rancang, yang direncanakan dalam hidup masing-masing individu untuk dilakukan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KARENA ALLAH MEMILIKI PIKIRAN DAN PERASAAN, MAKA MESTINYA PERJUMPAAN DENGAN ALLAH MERUPAKAN PERJUMPAAN DI DALAM PIKIRAN DAN PERASAAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 Juli 2023
2023-07-09 09:27:48

Yesaya 5-8

Card image
Truth Kids 08 Juli 2023 - BERKAT BAGI KELUARGA
2023-07-08 09:47:53


Yehezkiel 18:20
“Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.”

Sobat Kids, di dalam Alkitab kita dapat membaca tentang kisah Yusuf. Yusuf anak yang takut akan Allah. Walau dibenci oleh saudara-saudaranya, Yusuf tetap setia kepada Allah. Yusuf kemudian dijual dan menjadi budak di negeri Mesir. Walau di tanah asing dan dalam pencobaan, Yusuf tetap menjauhi dosa dan mencari Allah. Ia bersungguh-sungguh dalam setiap pekerjaan yang diberikan Allah kepadanya.

Apakah yang akan terjadi bagi Yusuf, yang dengan setia hidup seturut kehendak Allah? Ya, tentu Allah memberkati dia. Allah memberkati pekerjaannya, Yusuf diangkat menjadi pemimpin di Mesir. Allah juga melindungi Yusuf dan keluarganya dari bencana kelaparan. Mereka hidup dengan berkecukupan dan aman. Begitu nyata kasih dan penyertaan Tuhan dalam hidup Yusuf. Sehingga tidak hanya Yusuf, tapi keluarganya juga diberkati oleh Allah.

Sobat Kids, cerita hidup Yusuf mengajarkan kita untuk selalu taat dan setia kepada Allah. Dalam keadaan apapun tetaplah setia kepada-Nya. Apabila kita hidup sesuai dengan kehendak Allah, maka kita akan dikasihi oleh Allah. Melalui kita, keluarga mendapatkan berkat dari Allah. Allah pun akan melindungi, menyertai dan mengasihi kita dan keluarga. Sobat Kids, kalian mau, kan, menjadi berkat bagi keluarga?

Card image
Truth Junior 08 Juli 2023 - ANAK KESUKAAN TUHAN
2023-07-08 09:41:32


Yehezkiel 18:20
“Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.”

Mona adalah anak yang taat kepada orang tua. Dia selalu berusaha melakukan sesuatu yang membuat senang hati papa dan mamanya. Di pagi cerah, Mona pun bersiap untuk berangkat ke sekolah bersama papanya. Di tengah perjalanan, Mona melihat ada seorang nenek yang akan menyeberang jalan. Mona pun berkata kepada papanya, “Papa, stop. Stop, Pa!” Karena kaget, papanya langsung memberhentikan mobilnya. “Ada apa, Mona?” tanya papanya. “Itu, Pa. Ada nenek yang mau menyeberang, tapi karena ramai, nenek itu tidak bisa menyeberang,” jawab Mona. Mona dan Papanya pun membantu nenek tersebut untuk menyeberang. Setelah itu, Papa Mona berkata, “Papa bangga dengan kamu, Mona. Tetap seperti itu ya, Mona.” sambil memeluk Mona. “Iya, Papa. Aku mau selalu menyenangkan hati Tuhan dan hati papa dan mama,” jawab Mona sambil tersenyum.

Dari cerita Mona, kita belajar bahwa sebagai anak, kita harus menjadi anak yang bisa membuat hati Tuhan dan orang tua senang. Tentu untuk menjadi anak kesukaan bagi Tuhan tidaklah mudah. Pasti ada yang tidak suka dengan yang kita lakukan, yaitu si Iblis. Maka dari itu, kita harus memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, supaya kita dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah dan dapat menjadi anak kesukaan Tuhan. Hal itu akan menjadi hadiah terindah bagi papa dan mama.

Card image
Truth Youth 08 Juli 2023 (English Version) - TRUE LOVE
2023-07-08 09:39:09


"For God did not send His Son into the world to condemn the world, but that the world through Him might be saved." (John 3:17)

In our journey of faith, one of the greatest commandments that Jesus has given us is to love God with all our heart, mind, and strength. This is our calling to fully dedicate ourselves to Him, acknowledging His sovereignty and boundless love for us. John 3:17 reminds us of God's purpose in sending His Son, Jesus, into the world—not to judge us but to save us through His love by willingly paying the price on the cross. Just as God loves us with all that He has, we are also encouraged to do the same with all our heart, mind, and strength.

Loving God with all our heart requires a sincere and deep relationship with Him. It is not merely an ordinary relationship but one that truly walks with Him 24/7. How do we do it? By dedicating all our time and making Him the priority, the sole reason for our existence. This can be achieved through prayer, worship, and letting our actions, deeds, words, and thoughts reflect our love for Him.

Loving God with all our mind involves engaging our thoughts in understanding His word, seeking His wisdom, and growing in knowledge about Him. Through studying the Bible, we gain insights into His character, promises, and His will for our lives. Our mind is a gift from God, and when we use it to know Him more deeply, our thoughts align with His truth.

Loving God with all our strength means surrendering our will to Him and using our abilities and resources to serve Him and others. It's about offering our time, talents, and possessions to advance His kingdom and bring glory to His name. When we realize that everything we have comes from God, we can be faithful stewards, using our strength to honor Him.

WHAT TO DO:
1. Acknowledge that the Father loved us first.
2. Take serious steps to love the Father as Jesus does.
3. Practice this through prayer, worship, and reading the Bible.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Psalms 18-21

Card image
Truth Youth 08 Juli 2023 - CINTA SEUTUHNYA
2023-07-08 09:36:02


"Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia." (Yohanes 3:17)

Dalam perjalanan iman kita, salah satu perintah terbesar yang diberikan Tuhan Yesus kepada kita adalah untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan kita. Ini adalah panggilan kita untuk sepenuhnya mendedikasikan diri kepada-Nya, mengakui kedaulatan-Nya dan kasih-Nya yang tak terbatas kepada kita. Yohanes 3:17 mengingatkan kita akan tujuan Allah dalam mengutus Anak-Nya, Tuhan Yesus, ke dalam dunia yaitu bukan untuk menghakimi kita, melainkan untuk menyelamatkan kita melalui kasih-Nya, dengan rela membayar harga di atas kayu salib. Sama seperti Allah yang mengasihi kita dengan segenap kepunyaan-Nya, kita juga didorong untuk dapat melakukan hal tersebut dengan segenap hati, akal budi, dan kekuatan.

Mengasihi Allah dengan segenap hati membutuhkan hubungan yang tulus dan dalam dengan-Nya. Hubungan yang tulus bukanlah sekadar hubungan biasa, melainkan hubungan yang benar-benar membuat kita berjalan bersama Dia 24 jam. Caranya seperti apa? Caranya adalah dengan mendedikasikan segenap waktu kita, dan membuat Dia menjadi prioritas, juga satu-satunya alasan kita hidup. Hal ini nanti dapat terwujud melalui doa dan penyembahan yang terpancar melalui perbuatan, tindakan, ucapan, dan pikiran.

Mengasihi Allah dengan segenap akal budi kita, melibatkan pemikiran kita dalam memahami firman-Nya, mencari kebijaksanaan-Nya, dan bertumbuh dalam pengetahuan tentang Dia. Melalui mempelajari Alkitab, kita memperoleh wawasan tentang karakter-Nya, janji-Nya, dan kehendak-Nya bagi hidup kita. Akal budi kita adalah anugerah dari Allah. Dan ketika kita menggunakannya untuk mengenal-Nya lebih dalam, maka pikiran kita menjadi selaras dengan kebenaran-Nya.

Mengasihi Allah dengan segenap kekuatan, berarti menyerahkan kehendak kita kepada-Nya dan menggunakan kemampuan, serta sumber daya kita untuk melayani-Nya dan sesama. Ini tentang menawarkan waktu, bakat, dan harta kita untuk memajukan kerajaan-Nya dan memuliakan nama-Nya. Ketika kita menyadari bahwa segala sesuatu yang kita miliki berasal dari Allah, maka kita dapat menjadi pengurus yang setia, dalam menggunakan kekuatan kita untuk memuliakan-Nya.

WHAT TO DO:
1. Menyadari bahwa Bapa telah mengasihi kita terlebih dahulu
2. Ambil langkah serius untuk mencintai Bapa seperti Tuhan Yesus
3. Lakukan hal tersebut lewat doa dan penyembahan, juga membaca Alkitab

BIBLE MARATHON:
▪︎Mazmur 18-21

Card image
Renungan Pagi - 08 Juli 2023
2023-07-08 09:33:02


Bill Gothard mengatakan setiap pagi ia membiasakan diri merendahkan dirinya dalam doa kepada Tuhan, setiap pagi ia mengakui kelemahan dan ketidaklayakannya kepada Tuhan, Bill Gothard berkata, "Bila Saya tidak merendahkan diri maka akan ada orang yang dengan senang hati akan merendahkan saya". Dari pada direndahkan lebih baik kita merendahkan diri di hadapan Tuhan.
Rasul Petrus mengajarkan hal ini, "Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."

Segala sesuatu yang dilakukan berulang-ulang akan menjadi kebiasaan, kebiasaan-kebiasaan dalam hidup itulah yang akan disebut sebagai karakter kita. Bila membiasakan diri untuk hidup dalam kerendahan hati maka lambat laun kita akan memiliki karakter kerendahan hati. Kerendahan hati bukanlah sebuah karunia Roh melainkan karakter yang harus terus dilatih.
(1 Petrus 5:5)

Card image
Quote Of The Day - 08 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-08 09:29:52


Sadari berkat pemeliharaan Tuhan yang tiada henti yang dilimpahkan kepada kita, dan kita memperoleh apa yang sebenarnya tidak layak kita peroleh—kita diberkati Tuhan, bahkan Tuhan mengangkat kita dari lumpur dosa dan tidak jarang kita juga menjadi orang-orang yang terhormat di mata manusia lain—semua ini karena kebaikan dan kemurahan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 08 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-08 09:28:09


Seharusnya proses kasih karunia menitik beratkan pada pembentukan karakter.

Card image
THE LOST - 08 Juli 2023 (English Version)
2023-07-08 09:24:46


The mark or characteristic of a lost person, not just not going to church or living in morally immoral acts. The proper standard of a lost person is when they do not live according to God’s will. So, in the Christian context, the context of God’s children, even though one is a person with good dignity and politeness, if they do not walk with the same mind and feelings as God, it means they are lost. The standard is in one mind and feeling with God; this is not an exaggeration because the Lord Jesus said, “Be perfect, therefore, as your heavenly Father is perfect.” So, we mustn’t miss it.

Being perfect like the Father does not mean we want to compete with the Father, who is God, but everything we think, contemplate, say, and decide must always be by God’s thoughts and feelings. In other words, we must have the thoughts and feelings of Christ, as said in Phil.:5-7, “In your relationships with one another, have the same mindset as Christ Jesus.” Remember, the unlost person’s mark knows where they are going home and longing for it. Ironically, very few Christians struggle to have a life with the same thoughts and feelings as God, considering it unnecessary, cheap, or complex.

Who wants to follow this? Like goods, it will not be in demand if its usage is unclear, especially if it is expensive. However, if the item is considered useful and valuable, it is worth purchasing, though expensive. Anything is at stake. There is a saying that health is the most expensive treasure. So, no matter how much the budget has to be budgeted—people dare to pay the cost of staying away from death. It’s different if something is no longer considered valuable; though it’s cheap, nobody wants to buy it, even if given free, moreover expensive.

Do we view “Living with the same thoughts and feelings as God, perfect like the Father, living in sanctity and holiness,” as valuable? Do we see it as essential? If we view it as important and valuable, we will pay no matter how much it is or how hard we should strive. Are we aware we are insulting and demeaning God when we look at holiness as unimportant? Holiness is the dignity of God. So, we don’t respect God if we don’t view holiness as valuable and expensive. So, don’t expect to be respected by God if we don’t respect Him.

People who do not respect God will be thrown as eternal trash, becoming wood in the fire. Some of us are people whose lives are not clean but feel safe and comfortable. Even though we diligently attend church daily, we are lost if our life is not by God’s thoughts and feelings. We are lost and not honorable if we do not live in God’s holiness. If now, we are still considered honorable because there is still a chance for us to be honorable. The characteristic of a lost person is evident; that is, they don’t know where to go home. The symptom of people who don’t know where to go home is that they don’t want to go home.

Compare that with Paul, who said, “To die is gain. If I have to choose, I choose with God.” Death should be a moment to look forward to, but in human life in general, it is a frightening ghost. This includes the lost Christians. If we talk about the future, it means the future beyond or after the grave, not before the grave. Do not let us be deceived by our old self, where the devil has roots. So, after reading this reflection, we can say, “That’s true, yes.” But it’s gone on the next day. The atmosphere of heart-piercing truth disappears, and we return to the old habits because we don’t keep them in our hearts.

So, when God says, “Set your mind on things above,” He means in eternity, not on earth. Since childhood, people are surrounded by the atmosphere of the world and its conditions, and they are only brought into this atmosphere of worldly thinking, so they can never cross boundaries. Remember, our world will one day become a lake of fire, and we don’t know how much time is left. The map of our tomorrow is determined by what we do today. Satan deceives by saying, “That’s later; we are still on earth. Be realistic.” Precisely what is realistic is the projection in eternity. If our projection is only today’s world, we are not realistic. When we die, we take nothing with us and face eternity. Think about it!  

THE CHARACTERISTIC OF A LOST PERSON IS EVIDENT, THAT IS, THEY DON'T KNOW WHERE TO GO HOME. THE SYMPTOM OF PEOPLE WHO DON'T KNOW WHERE TO GO HOME IS THAT THEY DON'T WANT TO GO HOME

Card image
YANG TERHILANG - 08 Juli 2023
2023-07-08 09:11:22


Ciri atau standar dari orang yang terhilang, bukan hanya tidak ke gereja atau hidup dalam perbuatan-perbuatan yang melanggar moral. Sebenarnya, standar yang benar atas orang yang terhilang adalah ketika orang tersebut tidak hidup menurut kehendak Allah. Maka, di dalam konteks Kristen, konteks anak-anak Allah, walaupun dia orang yang bermartabat baik, santun, tetapi kalau dia tidak berjalan sepikiran dan seperasaan dengan Tuhan, berarti dia terhilang. Sebab, standarnya adalah sepikiran dan seperasaan dengan Tuhan. Ini tidak berlebihan, karena Tuhan Yesus berbicara kepada kita: “Kamu harus sempurna seperti Bapa.” Jadi, tidak boleh meleset.

Sempurna seperti Bapa bukan bermaksud kita mau menyaingi Bapa yang adalah Allah, tetapi segala sesuatu yang kita pikirkan, renungkan, ucapkan, dan putuskan harus selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Dengan kalimat lain, kita harus memiliki pikiran dan perasaan Kristus, seperti yang dikatakan dalam Filipi 2:5-7, _“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.”_ Ingat, ciri orang yang tidak terhilang adalah dia tahu ke mana dia pulang dan merindukan rumah. Ironis, sedikit sekali orang Kristen yang bergumul untuk memiliki kehidupan yang sepikiran dan seperasaan dengan Allah, karena menganggap itu bukan hal penting; dianggap murahan atau dianggap sukar.

Siapa yang mau mengikuti hal ini? Seperti barang; sudah mahal, tidak jelas kegunaannya, maka pasti tidak akan diminati. Namun, kalau barang itu dipandang berguna dan berharga, mahal pun dibeli. Apa pun dipertaruhkan. Ada pepatah yang mengatakan bahwa kesehatan adalah harta termahal. Maka, berapa pun anggaran yang harus dianggarkan—biaya menjauhi kematian—orang berani pertaruhkan. Berbeda halnya kalau sesuatu sudah tidak dipandang berharga, murah pun tidak dibeli; bahkan diberi gratis pun tidak diterima. Apalagi mahal.

Pertanyaannya, “Hidup sepikiran dan seperasaan dengan Allah, sempurna seperti Bapa, hidup dalam kekudusan dan kesucian,” apakah kita pandang berharga? Apakah kita pandang penting? Kalau kita pandang penting dan berharga, maka seharusnya berapa pun kita bayar, bagaimana pun kita usahakan. Sadarkah kita bahwa ketika kita memandang kesucian bukan hal yang berharga, sejatinya kita melecehkan dan merendahkan Allah? Kesucian itu martabat Tuhan. Jadi, kalau kita tidak memandang kesucian itu berharga dan mahal, berarti kita tidak menghormati Tuhan. Jadi, jangan berharap dihormati Tuhan, kalau kita tidak menghormati Dia.

Orang yang tidak menghormati Tuhan akan dibuang menjadi sampah abadi, jadi kayu di api kekal. Sebagian kita adalah orang-orang yang hidupnya tidak bersih, tetapi merasa aman dan nyaman. Walaupun rajin ke gereja setiap hari, tetapi kalau hidup kita tidak sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah, kita terhilang. Kalau kita tidak hidup dalam kekudusan Allah, kita terhilang dan bukan orang terhormat. Kalau sekarang masih dipandang terhormat, karena masih ada kesempatan bagi kita untuk jadi terhormat. Ciri dari orang terhilang sangat jelas, yaitu ia tidak tahu pulang ke mana. Gejala orang yang tidak tahu pulang ke mana adalah tidak ingin pulang.

Bandingkan dengan Paulus yang mengatakan, “Mati adalah keuntungan. Kalau aku disuruh memilih, aku memilih bersama Tuhan.” Kematian seharusnya menjadi momentum yang ditunggu, tetapi dalam kehidupan manusia pada umumnya, itu justru merupakan hantu yang menakutkan. Termasuk bagi orang-orang Kristen yang terhilang. Kalau kita bicara mengenai hari depan, itu adalah hari depan di balik kubur; after the grave, bukan before the grave. Jangan sampai kita ditipu manusia lama kita yang di dalamnya Iblis berpangkalan. Jadi, setelah membaca renungan ini, kita bisa berkata, “Benar juga, ya.” Tetapi besok, lenyap. Atmosfer dari kebenaran yang menusuk hati, hilang. Kita kembali kepada tekukan, kebiasaan lama, karena kita tidak menyimpannya dalam hati.

Jadi, kalau Tuhan berkata, “Pikirkan perkara yang di atas,” itu maksudnya di kekekalan, bukan yang ada di bumi. Karena dari kecil memang dilingkupi atmosfer suasana dunia dan kondisinya, manusia hanya dibawa kepada atmosfer berpikir duniawi ini, sehingga tidak pernah bisa melintas batas. Ingat, dunia kita ini suatu hari akan menjadi lautan api. Kita tidak tahu sampai kapan rentang waktu yang tersisa. Peta hari esok kita, ditentukan oleh apa yang kita lakukan hari ini. Setan menipu dengan mengatakan, “Itu kan nanti, kita masih di bumi. Realistislah.” Justru yang realistis itu proyeksinya di kekekalan. Kalau proyeksi kita hanya dunia hari ini, kita tidak realistis. Pada waktu kita mati, kita tidak membawa apa-apa, dan kita menghadapi kekekalan. Pikirkan itu!

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

CIRI DARI ORANG TERHILANG SANGAT JELAS, YAITU IA TIDAK TAHU PULANG KE MANA. GEJALA ORANG YANG TIDAK TAHU PULANG KE MANA ADALAH TIDAK INGIN PULANG.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 Juli 2023
2023-07-08 09:02:08

Yesaya 1-4

Card image
Truth Kids 07 Juli 2023 - HADIAH BAGI PAPA DAN MAMA
2023-07-07 09:20:03


Amsal 17:6
“Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu dan kehormatan anak-anak ialah nenek moyang mereka.”

Sobat Kids, coba tanyakan kepada papa dan mama, kira-kira hadiah apa yang ingin mereka dapatkan jika kamu sudah besar nanti? Apakah papa dan mama ingin mobil atau rumah yang besar? Ah, tentu saja tidak. Papa dan mama pasti hanya ingin kamu tumbuh dewasa menjadi anak yang takut akan Tuhan. Anak yang bertanggung jawab dan mandiri serta melayani Tuhan dengan semua bakat dan kemampuan yang kamu miliki.

Orangtua membesarkan kita dengan rasa cinta yang besar. Mereka rela bekerja keras, mencari uang untuk memenuhi kebutuhan kita. Pergi kerja pagi-pagi dan pulang kerja di malam hari. Rasa lelah yang mereka rasakan tidak membuat mereka bermalas-malasan kerja. Orangtua tidak meminta anaknya membalas dengan uang atau barang-barang yang mahal. Mereka hanya ingin melihat anak-anaknya tumbuh dewasa dengan baik dan menyenangkan hati Tuhan. Sobat Kids, diri kalianlah yang merupakan hadiah terindah bagi papa dan mama. Yuk, semangat terus, ya. Kita mau menjadi hadiah bagi papa dan mama.

Card image
Truth Junior 07 Juli 2023 - KEBAHAGIAAN ORANG TUA
2023-07-07 09:17:53


Amsal 17:6
“Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu dan kehormatan anak-anak ialah nenek moyang mereka.”

Sobat Junior, pernahkah kalian membentak, membanting barang atau marah-marah kepada mama atau papa? Mungkin ada saja anak yang pernah melakukan hal itu karena kesal tidak dituruti keinginannya. Namun, jangan sampai kamu melakukan hal seperti itu, ya!

Hari ini kita mau sama-sama belajar bahwa sesungguhnya anak-anak merupakan kebahagiaan dari orangtua. Mengapa? Karena anak-anak itu adalah pemberian dari Tuhan. Makanya banyak orang tua berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Kebahagiaan orangtua adalah anak-anak mereka. Melihat anak senang, akan membuat orangtua merasa senang juga.

Sayangnya, sering kali anak-anak membuat orangtua sedih. Anak-anak suka marah-marah, memberontak atau melakukan hal-hal yang membuat orangtua merasa terluka. Yuk, kita bertobat, Sobat Junior. Jangan lagi melawan atau membuat hati orangtua kita sedih. Ayat firman Tuhan hari ini mengatakan bahwa mahkota orangtua adalah anak-anak. Artinya, anak-anak merupakan harapan bagi orangtua untuk dapat mengikuti teladannya dan tetap menjaga nama baik keluarga. Jadi, Sobat Junior, meskipun keinginanmu belum papa mama turuti, kita tidak boleh marah ataupun kesal kepada mereka, ya. Pasti ada alasannya, kenapa orangtua kita tidak langsung mewujudkan keinginan kita. Yang paling penting, bawalah dalam doa setiap kali kalian punya keinginan. Perkarakan dulu dengan Tuhan, maka Ia akan bekerja lewat orangtuamu.

Card image
LET'S SPREAD THE GOSPEL TOGETHER - 07 Juli 2023 (English Version)
2023-07-07 09:11:25


"To them it was revealed that, not to themselves, but to us they were ministering the things which now have been reported to you through those who have preached the gospel to you by the Holy Spirit sent from heaven things which angels desire to look into." (1 Peter 1:12)

The condition of the world is not getting better; on the contrary, it offers things that are displeasing to the Lord. It is easy to find deviant behaviors happening around us. This is indeed the work of the Devil, especially targeting us, the young generation. It is easier for us to share information about useless applications, inappropriate videos, online shopping links, and so on with others, rather than sharing positive and constructive information.

In 1 Peter 1:12, we are reminded of the commandment to serve others by proclaiming the Gospel. Why? Because the Gospel is a truth that we should share so that others can receive salvation in the Lord Jesus.

The examples mentioned above, such as sharing various links that are of little benefit, can make us dependent or addicted to this world. It makes us waste our time in vain. Instead, we should use that time to read and spread the truth of God's word.

As the younger generation, we must demonstrate our distinctiveness from this world. Think before forwarding various information, whether it provides positive benefits for ourselves and others. Let us encourage ourselves to start spreading the news of the Gospel. May God bless us all.

WHAT TO DO:
1. Realize that the world's offerings are actually the poison we like and deviate from the word of God.
2. Think before acting, so that we do not misstep in spreading information to others.
3. Pray for God's help to cultivate positive motivation within us.
4. Join a community that encourages us to grow in the truth of the Gospel.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Psalms 9-17

Card image
Truth Youth 07 Juli 2023 - AYO! BERSAMA SEBARKAN INJIL
2023-07-07 09:07:39


"Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat." (1 Petrus 1:12)

Kondisi dunia tidak semakin baik, namun sebaliknya, semakin menawarkan hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan. Mudah sekali kita temukan perilaku menyimpang terjadi di sekitar kita. Inilah memang yang sedang dikerjakan Iblis, terkhusus bagi kita anak-anak muda. Lebih mudah kita meneruskan informasi aplikasi-aplikasi yang kurang bermanfaat, link video-video yang tidak baik, link belanja online, dan lain sebagainya kepada sesama kita, daripada informasi positif dan membangun.

Dalam 1 Petrus 1:12 kita diingatkan mengenai suatu perintah untuk melayani orang lain dengan memberitakan Injil. Mengapa? Karena Injil merupakan sebuah kebenaran yang harus kita bagikan, agar orang lain dapat menerima keselamatan di dalam Tuhan Yesus.

Berbagai contoh yang disebutkan di atas, yaitu meneruskan berbagai link yang kurang bermanfaat, dapat membuat kita menjadi ketergantungan atau kecanduan terhadap dunia ini. Hal itu membuat kita membuang waktu secara sia-sia. Padahal, seharusnya bisa kita gunakan untuk membaca dan menyebarkan kebenaran firman Tuhan.

Sebagai generasi muda, kita harus menunjukkan kualitas kita yang berbeda dengan dunia ini. Berpikirlah dahulu sebelum meneruskan berbagai informasi, apakah memberikan manfaat positif atau tidak bagi diri kita, serta orang lain. Doronglah diri kita untuk mulai menyebarkan berita Injil. Kiranya Tuhan memberkati kita sekalian.

WHAT TO DO:
< 1. Menyadari bahwa racun yang dunia tawarkan, justru yang sangat kita sukai dan menyimpang dari firman Tuhan
2. Berpikir dahulu sebelum bertindak, sehingga kita tidak salah langkah dalam menyebarkan informasi kepada orang lain
3. Berdoa untuk meminta pertolongan Tuhan, untuk menumbuhkan motivasi yang positif dalam diri kita
4. Bergabung dalam komunitas yang mengajak kita bertumbuh dalam kebenaran Injil

BIBLE MARATHON:
▪︎Mazmur 9 - 17

Card image
Renungan Pagi - 07 Juli 2023
2023-07-07 09:05:01


Ada orang ketika sedang mengalami kesulitan, kesusahan, maka perilakunya sangat baik, rendah hati dan sabar. Ada orang ketika baru memulai karier, baru memulai pelayanan, sikapnya lemah lembut, sopan, tidak punya musuh dan kepada semua orang sikapnya sangat ramah.

Tetapi ketika dia mulai diberkati, banyak orang-orang besar di sekitarnya, maka sikapnya berubah menjadi sangat tidak ramah, tidak menerima teguran, merasa diri paling benar dan sombong. Firman Tuhan mengingatkan kita, "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan; dan hanya TUHAN sajalah yang maha tinggi pada hari itu."

Ingat! Orang yang diberi banyak akan dituntut banyak. Karena itu kalau kita diberi banyak, sudah ada diatas, janganlah sombong!. Kalau diberi banyak artinya kita harus sadar, bahwa perlu lebih banyak lagi berbuat sesuatu untuk kerajaan sorga, bukan untuk kejayaan kita.
(Yesaya 2:11,17)

Card image
Quote Of The Day - 07 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-07 09:00:59


Ketika kita dalam perjumpaan dengan Tuhan setiap hari—tentu dilengkapi dengan pengertian mengenai karya Tuhan yang luar biasa, kasih Tuhan, kemurahan Tuhan—maka kita dapat menyadari betapa kecilnya kita ini di hadapan Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 07 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-07 08:59:13


Fokus hidup orang percaya adalah menjadi sempurna seperti Bapa dan mengarahkan diri pada Langit Yang Baru dan Bumi Yang Baru.

Card image
DIGNIFIED LIFE - 07 Juli 2023 (English Version)
2023-07-07 09:14:46


There is no dignified life except being shared with God. A person who has a shared feeling with God is truly dignified. That person is highly noble and dignified, more than any human being, whose dignity is built by title, education, economy, rank, power, appearance, etc. Let us strive for it while we still have a chance to live and achieve a life of high dignity. Don’t let us lose our chance. A life with high dignity is a life in sharing with God. Sharing burden means we feel what God feels; bear it as He does. This is something special, and we can achieve it as long as with the correct, proportional, and maximum effort.

Luke 22:28-30, “You are those who have stood by me in my trials. And I confer on you a kingdom, just as my Father conferred one on me, so that you may eat and drink at my table in my kingdom and sit on thrones, judging the twelve tribes of Israel.”

We hardly believe that believers are allowed to sit at the same table with God, meaning to be honored guests. Even will sit on the throne. If we read in the book of Revelation, there are thrones. Of course, besides the thrones of the Father and the Lord Jesus, which are the objects of our worship, there are thrones of those who are rulers and kings. However, do we believe in this? How much do we believe in this, that there is a life to come where there is the reign of God? Of course, Jesus Christ will be the King, receiving all power in heaven and on earth from God the Father, and will hold control of the Kingdom of God. 

We are little kings, rulers who are entrusted with governing society. This is a high dignity, which one can earn in eternity. A person can be highly dignified in the eyes of people today because of wealth, position, degree of education, rank, and so on, but that won’t last long. Everything must end. However, being a glorified person with the Lord Jesus is eternal. Grateful we have the opportunity to do that. The elect is the people who are prepared, if they want, to receive glory together with the Lord Jesus, but how much do we believe in this, and how willing are we to invest our life, time, energy, and mind in this?

This is not nonsense. These are God’s words that will indeed be fulfilled. The Bible notes that in the end times, there will be a great apostasy. Matt.24:12, “Because of the increase of wickedness, the love of most will grow cold.” Because the sorrow increases, the number of people who rebel against God also increases. The number of people who betrayed God also increased. They are Christians, of course, who do not convert to other faith, remain Christians and go to church. Maybe still active in ministry, even becoming a pastor, but they did not remain with God. That is, not in shared feelings with God.

We can choose not to be in a shared relationship with God, choose a comfortable life, and don’t need to ask God, “What must I do, Lord?” However, if we ask a question, God answers by placing us in specific tasks that can make life difficult and prevent us from enjoying the world. We choose God, and we want to ask Him, “What must I do for You, Lord?” This is an option. This is not something that can happen by itself. The question is, have we ever chosen to live in sharing with God? Have we ever questioned this?

Ironically, people, in general, are busy with their pleasure and satisfaction. Buy things, build buildings. Not that they shouldn’t, but they forget God’s work. Let’s not offer money to God, like giving money to parking attendants or paying household assistants. What an inappropriate thing! Today, let’s question this to ourselves. Otherwise, we will be very sorry. At the edge of death, we go home with poverty. As happened in the life of a rich man in Luke 12. What is at issue is how he builds this and that. It doesn’t mean forbidden; it is good if it is for the sake of God’s glory.

Luke 12:18, “Then he said, ‘This is what I’ll do. I will tear down my barns and build bigger ones, and there I will store my surplus grain.” There is nothing wrong until here. Entrepreneurs must expand their business to be significant, but do not do as this man in the next verse, “And I’ll say to myself, “You have plenty of grain laid up for many years. Take life easy; eat, drink, and be merry” He should have said, “My soul, many things belong to the Lord in trust with you for a long time. Come on, work hard. Don’t be busy eating, drinking, and having fun, but share the burden with God.”

  A LIFE OF HIGH DIGNITY IS TO LIVE IN SHARING THE BURDEN WITH GOD

Card image
HIDUP YANG BERMARTABAT - 07 Juli 2023
2023-07-07 08:52:12


Tidak ada hidup yang bermartabat kecuali sepenanggungan dengan Tuhan. Orang yang memiliki perasaan sepenanggungan dengan Tuhan adalah orang yang sungguh-sungguh bermartabat. Bermartabat tinggi, mulia. Lebih dari manusia mana pun di bumi ini, yang martabatnya dibangun oleh gelar, pendidikan, ekonomi, pangkat, kekuasaan, penampilan, dan lain sebagainya. Selagi kita masih memiliki kesempatan hidup dan mencapai kehidupan yang bermartabat tinggi, mari kita usahakan itu. Jangan sampai kita kehilangan kesempatan. Hidup yang bermartabat tinggi adalah hidup sepenanggungan dengan Tuhan. Sepenanggungan, artinya ikut merasakan apa yang Tuhan rasakan; memikul beban seperti yang Tuhan pikul. Ini adalah sesuatu yang istimewa dan bisa kita capai, asal kita sungguh-sungguh berusaha dengan usaha yang benar, proporsional, dan maksimal.

Lukas 22:28-30, “Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.”

Kita nyaris tidak percaya bahwa orang percaya diperkenankan duduk semeja dengan Tuhan, artinya menjadi tamu-tamu kehormatan. Bahkan akan duduk di atas takhta. Kalau kita membaca dalam kitab Wahyu, ada takhta-takhta. Tentu selain takhta Bapa dan Tuhan Yesus yang menjadi objek penyembahan kita, ada takhta-takhta orang-orang yang menjadi penguasa, raja-raja; “r” kecil. Namun, apakah kita yakin akan hal ini, seberapa kita percaya akan hal ini, bahwa ada kehidupan yang akan datang di mana ada pemerintahan Allah? Tentu Yesus Kristus yang akan menjadi Raja, menerima segala kuasa di surga dan di bumi dari Allah Bapa, yang akan memegang pucuk pimpinan Kerajaan Allah.

Kita adalah raja-raja kecil, penguasa-penguasa yang dipercayai untuk mengatur masyarakat. Ini martabat yang tinggi, yang bisa diperoleh seseorang di dalam kekekalan. Seseorang bisa bermartabat tinggi di mata manusia hari ini karena kekayaan, kedudukan, gelar dari pendidikan, pangkat, dan lain sebagainya, tetapi itu tidak lama. Semua pasti berakhir. Namun, menjadi orang yang dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus, itu kekal. Bersyukur, kita mendapat kesempatan untuk itu. Umat pilihan adalah umat yang dipersiapkan, jika mau, untuk menerima kemuliaan bersama-sama dengan Tuhan Yesus, tetapi seberapa kita percaya akan hal ini dan seberapa kita bersedia menginvestasikan hidup, waktu, tenaga, pikiran untuk ini?

Ini bukan omong kosong. Ini adalah perkataan Tuhan yang pasti akan digenapi. Alkitab mencatat bahwa di akhir zaman akan terjadi kemurtadan besar. Matius 24:12, “Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.” Karena kedurhakaan bertambah-tambah, maka orang yang memberontak kepada Allah juga bertambah. Orang yang berkhianat kepada Allah juga bertambah. Mereka adalah orang-orang Kristen tentunya, yang tidak pindah agama, tetap menjadi Kristen dan ke gereja. Mungkin masih aktif dalam pelayanan, bahkan mungkin jadi pendeta. Tetapi mereka tidak tetap tinggal bersama-sama dengan Tuhan. Artinya, tidak sepenanggungan dengan Tuhan.

Setiap kita bisa memilih untuk tidak sepenanggungan dengan Tuhan; memilih hidup nyaman. Tidak usah bertanya kepada Tuhan, “Apa yang harus kulakukan, Tuhan?” Kalau kita bertanya, lalu Tuhan memberikan jawaban dengan menempatkan kita di tugas-tugas tertentu, itu bisa merepotkan hidup dan membuat kita tidak menikmati dunia. Namun, kita tidak memilih itu. Kita mau bertanya, “Apa yang harus kulakukan, untuk-Mu, Tuhan?” Ini adalah pilihan. Ini bukan sesuatu yang bisa terjadi dengan sendirinya. Pertanyaannya, pernahkah kita memilih hidup sepenanggungan dengan Tuhan? Pernahkah kita memperkarakan ini?

Ironis, pada umumnya tidak. Pada umumnya, orang sibuk dengan kesenangan dan kepuasannya sendiri. Beli barang-barang, bangun gedung-gedung. Bukan tidak boleh, tetapi mereka melupakan pekerjaan Tuhan. Jangan kita mempersembahkan uang kepada Tuhan seperti memberi uang kepada tukang parkir atau menggaji asisten rumah tangga. Sungguh hal yang tidak patut. Hari ini mari kita mempertanyakan hal ini kepada diri kita masing-masing. Kalau tidak, kita akan sangat menyesal. Di ujung maut, kita pulang dengan kemiskinan. Seperti yang terjadi dalam kehidupan seseorang kaya di Lukas 12. Yang dipersoalkan adalah bagaimana dia membangun ini dan itu. Bukan tidak boleh, kalau itu untuk kepentingan kemuliaan Allah, tentu harus dilakukan.

Lukas 12:18, “Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.”_ Sampai di sini tidak salah. Pengusaha harus mengekspansi bisnisnya menjadi besar, tetapi jangan lakukan seperti orang ini di ayat berikutnya, “Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!” Mestinya ia berkata, “Hai jiwaku, ada banyak barang milik Tuhan yang dipercayakan kepadamu untuk waktu lama. Ayo, kerja keras. Jangan sibuk makan minum dan bersenang-senang, tetapi sepenanggunganlah dengan Tuhan.”

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

HIDUP YANG BERMARTABAT TINGGI ADALAH HIDUP SEPENANGGUNGAN DENGAN TUHAN

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 Juni 2023
2023-07-07 08:52:53

2 Raja-raja 15
2 Tawarikh 26

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 Juli 2023
2023-07-06 09:48:07

Yunus 1-4

Card image
Truth Kids 06 Juli 2023 - MEMIMPIN HIDUPKU
2023-07-06 09:45:22


Ayub 1:21
katanya: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!”

Zizi adalah anak yang takut akan Tuhan. Zizi senang berdoa dan membaca Alkitab. Setiap hari, Zizi berusaha melakukan kehendak Tuhan. Zizi bangun pagi, menyapa Tuhan dengan berdoa lalu bersiap ke sekolah. Di sekolah, Zizi belajar dengan sungguh-sungguh, sopan dalam bercakap-cakap serta ramah kepada teman-temannya. Di rumah, Zizi tidak ragu membantu papa dan mama, mengerjakan tugas dari sekolah, kemudian membaca Alkitab dan berdoa. Dalam doanya, Zizi berterima kasih kepada Tuhan. Zizi bersyukur atas kesempatan hidup yang diberikan Tuhan, dan ia mau melakukan segala sesuatu dalam pimpinan Tuhan.

Sobat Kids, perbuatan dan doa Zizi sangat boleh kita tiru! Tahukah kalian, manusia diciptakan secara khusus, berbeda dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. Tuhan memiliki rencana khusus bagi setiap manusia. Jika Tuhan izinkan kita ada di bumi ini, dan kita bisa bertambah besar hingga sekarang ini, pasti ada rencana Tuhan bagi masing-masing kita, Sobat Kids.

Rencana Tuhan terhadap kalian akan berbeda dengan rencana Tuhan bagi kakak atau adik kalian. Rencana Tuhan juga akan berbeda bagi papa, mama. Lalu, bagaimana kita dapat tahu rencana Tuhan bagi hidup kita? Berdoalah setiap hari, Sobat Kids. Minta Tuhan memimpin hidup kita. Melalui Roh Kudus serta melalui orang tua, Tuhan akan beri tuntunan apa yang harus kita lakukan setiap hari.

Card image
Truth Junior 06 Juli 2023 - HIDUPKU HANYA MILIK-MU
2023-07-06 09:43:42


Ayub 1:21
katanya: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!”

Berdasarkan data dari Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jumlah bayi yang lahir di Indonesia mencapai 10.000 orang per hari. Wow… banyak sekali, ya, Sobat Junior. Coba kalau dikalikan selama setahun, berarti akan ada penambahan penduduk sedikitnya 3.660.000 orang. Jumlah itu hampir sama dengan jumlah penduduk di satu negara, yaitu Singapura. Betapa banyaknya jumlah penduduk di Indonesia. Tidak heran Indonesia menjadi negara keempat yang memiliki jumlah penduduk terbanyak sedunia.

Sobat Junior, seorang bayi ada di bumi ini dengan izin dari Tuhan. Kita bisa lahir dan hidup hingga sekarang, itu semua izin dari Tuhan. Sejak keluar dari kandungan ibu kita hingga dibesarkan sampai saat ini, itu adalah berkat dari Tuhan. Tuhan yang memberi kehidupan kepada kita.

Lalu, apakah yang Tuhan ingin kita lakukan dalam hidup ini? Masing-masing dari kita memiliki rencana atau cita-cita sendiri-sendiri. Namun, yang terpenting bukanlah mencapai cita-cita pribadi kita, melainkan lebih dari itu. Seharusnya kita mencapai apa yang Tuhan mau dari hidup kita masing-masing. Yuk, kita berdoa! Mintalah pengertian dari Tuhan sehingga kita dapat mengerti kehendak-Nya dalam hidup kita. Hidup kita adalah milik-Nya.

Card image
Truth Youth 06 Juli 2023 (English Version) - EMPATHY IN SERVICE
2023-07-06 09:42:09


"Do not merely look out for your own personal interests, but also for the interests of others." (Philippians 2:4)

Since our time in school, we often hear advice from our teachers that we should be willing to help and share with others. The same advice is given by our parents at home. In other words, we are taught not to be selfish and to have empathy towards others. Empathy means being able to feel and understand what others are going through or experiencing.

In Philippians 2:4, the writer reminds us that in our service, we also need to consider the interests of others. This means that we cannot only focus on our own interests, as that would demonstrate a selfish attitude.

As Christians, we often forget that true service happens in our daily lives, alongside other people. It would be great if we could also lead those around us to experience love and receive salvation from the Lord Jesus. Let us start with the simplest acts of showing empathy in our service, such as listening to those in need of our ears, and always striving to help and do good to others. By doing so, we build empathy in our service. Let's serve with empathy!

WHAT TO DO:
1. Recognize that the truth of God's Word that we have received should be shared with others, so that they may receive salvation.
2. Develop empathy in our service by learning to listen to others.
3. Pray and ask God to put compassion in our hearts for the interests of others. 4. Write down the acts of kindness we will do each day.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Psalms 1-8

Card image
Truth Youth 06 Juli 2023 - EMPATI MELAYANI
2023-07-06 09:40:12


"Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga." (Filipi 2: 4)

Sejak kita duduk di bangku sekolah, kita sering mendengar nasihat dari guru-guru kita kalau kita harus mau membantu dan berbagi dengan orang lain. Demikian juga saat kita di rumah, orangtua juga menasihati yang sama. Dengan kata lain, kita diajar untuk tidak egois atau punya empati terhadap orang lain. Empati artinya kita bisa merasakan apa yang dialami atau dirasakan orang lain.

Dalam Filipi 2:4, penulis mengingatkan bahwa dalam pelayanan kita juga perlu memperhatikan kepentingan orang lain. Hal ini bermakna bahwa kita tidak bisa hanya fokus pada kepentingan kita sendiri, karena itu menunjukkan sikap egois.

Kita sebagai seorang Kristen, sering kali lupa kalau pelayanan sesungguhnya yaitu di dalam kehidupan kita sehari-hari yang berdampingan dengan orang lain. Alangkah baiknya ketika kita juga bisa membawa orang sekitar kita untuk merasakan kasih dan memperoleh keselamatan dari Tuhan Yesus. Mari kita mulai dari hal paling sederhana dalam menunjukkan empati di pelayanan kita yaitu mendengarkan orang lain yang membutuhkan telinga kita, dan senantiasa berlomba untuk menolong serta melakukan kebaikan bagi sesama. Dengan begitu, artinya kita sudah membangun empati dalam pelayanan kita. Semangat melayani dengan empati!

WHAT TO DO:
1. Menyadari bahwa kebenaran firman Tuhan yang kita peroleh harus dibagi kepada orang lain, agar mereka memperoleh keselamatan
2. Kembangkan rasa empati dalam pelayanan dengan belajar mendengarkan sesama
3. Berdoa dan meminta Tuhan menaruh rasa belas kasihan dalam hati kita terhadap kepentingan orang lain
4. Tulislah kebaikan apa yang akan kita lakukan di setiap harinya

BIBLE MARATHON:
▪︎Mazmur 1-8

Card image
Renungan Pagi - 06 Juli 2023
2023-07-06 09:37:20


"Kenapa orang menjadi tidak setia? Jawabannya karena pikirannya liar, menginginkan segala sesuatu yang negatif dan tidak terkendali. Kemudian kedagingan menguasainya dan menuntut dipuaskan, akhirnya terjadilah pengkhianatan terhadap kebenaran dan kesucian Tuhan.

Itu sebabnya Rasul Paulus menasihatkan, "Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia". Sebagai anak-anak Tuhan, kita sudah harus berubah, tinggalkan gaya hidup yang lama yang tidak mengenal Allah.

Karena itu harus sadar bahwa segala sesuatu dimulai dari pikiran. Jika pikiran hanya diisi dengan hal-hal duniawi, pikiran yang sia-sia, tidak berguna, maka perbuatan kita pun akan penuh dengan perbuatan daging, memuaskan hawa nafsu, dan hal-hal yang tidak diinginkan Tuhan.

Itu sebabnya isilah pikiran kita dengan Firman Tuhan, yang adalah Kebenaran, maka kebenaran itu akan mengubahkan pola pikir dan firman Kebenaran itu akan menghasilkan kehidupan dalam kekudusan.
(Yohanes 17:17 ; Efesus 4:17-24)

Card image
Quote Of The Day - 06 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-06 09:35:00


Hati kita ladang Tuhan yang harus ditanami dengan kebenaran dan disirami dengan hadirat Allah. Jangan memberi kesempatan siraman yang lain masuk ke dalam hidup kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 06 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-06 09:33:31


Berkat jasmani pasti Tuhan sediakan dan Tuhan berikan kepada mereka yang bertanggung jawab dalam hidup, bukan hanya orang percaya, melainkan juga untuk semua orang. Ada pun kasih karunia hanya untuk umat pilihan.

Card image
MANAGING THE MINE - 06 Juli 2023 (English Version)
2023-07-06 09:29:48



Jeremiah 11:20, “But you, Lord Almighty, who judge righteously and test the heart and mind, let me see your vengeance on them, for to You I have committed my cause.”

Jeremiah 17:10, “I the Lord search the heart and examine the mind, to reward each person according to their conduct, according to what their deeds deserve.”

Revelation 2:23, “I will strike her children dead. Then all the churches will know that I am he who searches hearts and minds, and I will repay each of you according to your deeds.”

Grace doesn’t change lives; it changes our relationship with God. We become children of the Father in heaven. Remember, it’s only the relationships that change, not the existence. Through the centuries, the average church believed in easy salvation “Only by grace are you saved,” meaning that as long as someone becomes a Christian and believes in Jesus, they will go to heaven. That sentence is only partially true. Salvation is not because of good deeds; of course, 100% true. If Jesus did not die on the cross, we would still perish no matter how good we are. However, we must learn to understand that the death of Jesus does not automatically change our nature. So, God said, “Make disciples of all nations.” Go to school, study, grow, and receive the Father’s cultivation so that we may share in God’s holiness.

The question is, how much time do we spend dealing with God? Going to church once a week is surely not enough. We must direct our whole life to this process. So, the Lord Jesus said in Luke 14:33, “In the same way, those of you who do not give up everything you have cannot be My disciples.” Are we aware that being chosen people is extraordinary? Not everyone becomes the chosen people. Only the chosen ones. Another wrong teaching preached from the pulpit was, “Because Jesus is victorious, so are we.” Jesus has been victorious for Himself so that He can complete His messianic task and become a bridge so we can meet the Father. However, we haven’t been victorious yet; we just got the blessing of His victory.

Indeed there is a verse written in Rom.8:37, “No, in all these things we are more than conquerors through him who loved us.” That verse is only for the Roman church, who were persecuted but still believed in God. So in verses 38-39, it says, “For I am convinced that neither death nor life, neither angels nor demons, neither the present nor the future, nor any powers, neither height nor depth, nor anything else in all creation, will be able to separate us from the love of God that is in Christ Jesus our Lord.” Who does the phrase “more than a conqueror” mean? Remember, we haven’t been victorious yet. We must understand that the victorious One is the Lord Jesus because He completed His task on the cross. From His victory, we have the facility to meet the Father and can be educated. So, many things and events in this life that we will experience to prove that we can also be victorious.

If God’s word says, “I examine the mind,” will He test our minds later when we are dead? Certainly not, but He does it every day because He is faithful. Like a father who loves his children or a mother who cares for her children, the children are cared for daily. Does the mother dress her child only when they go to a party or when going to the family home? Of course, every day treated, that’s parents. God must be more than that. He tests our minds every day. The problem is, are we serious about facing Him to be tested inside? God tests our minds, even in every moment. God will tell us whenever we are wrong.

We must earnestly seek God and experience Him in a real way, not only because we read the Bible, hear sermons or people’s testimonies, but because we are aware that we need Him to truly experience an encounter with Him. God gives Himself to us without limits. God provides Himself for us, depending on how much we want to be close and attached to Him. Each encounter builds intimacy, closeness, and attachment to God, and we can find the right frequency.

We must encounter God daily and dialogue with Him to find the language of that encounter, which is unique for each individual; no one is the same. God enjoys our sincerity. If the frequency is fake, it means it’s hypocritical. God examines the inner heart, whether we seek Him or are hypocrites.   

GOD EXAMINES THE INNER HEART, WHETHER WE SEEK HIM OR ARE HYPOCRITES

Card image
TUHAN MENGUJI BATIN - 06 Juli 2023
2023-07-06 09:27:29


Yeremia 11:20, “Tetapi, TUHAN semesta alam, yang menghakimi dengan adil, yang menguji batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasan-Mu terhadap mereka, sebab kepada-Mulah kuserahkan perkaraku.”

Yeremia 17:10, “Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya.”

Wahyu 2:23, “Dan anak-anaknya akan Kumatikan dan semua jemaat akan mengetahui, bahwa Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya.”

Anugerah tidak mengubah hidup, tetapi mengubah hubungan kita dengan Allah. Kita menjadi anak-anak Bapa di surga. Ingat, yang diubah hanya relasinya, bukan keberadaannya. Rata-rata gereja selama berabad-abad meyakini keselamatan dengan mudah. “Hanya oleh kasih karunia kamu diselamatkan,” artinya asal seseorang jadi Kristen, percaya Yesus, pasti masuk surga. Kalimat itu baru benar sebagian. Keselamatan bukan karena perbuatan baik, tentu 100% benar. Kalau Yesus tidak mati di kayu salib, maka mau sebaik apa pun, kita tetap binasa. Namun, kita harus belajar mengerti bahwa kematian Yesus tidak secara otomatis mengubah kodrat kita. Maka, Tuhan berkata, “Jadikan semua bangsa murid-Ku.” Sekolah, belajarlah, bertumbuhlah, terima didikan Bapa, supaya kita boleh mengambil bagian dalam kekudusan Allah.

Pertanyaannya, berapa banyak waktu yang kita gunakan untuk berurusan dengan Tuhan? Apa cukup dengan seminggu sekali kita pergi ke gereja? Tentu saja hal itu tidak cukup. Seluruh hidup kita harus kita arahkan untuk proses ini. Maka, Tuhan Yesus berkata di Lukas 14:33, “Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.” Sadarkah kita bahwa menjadi umat pilihan itu luar biasa? Tidak semua orang menjadi umat pilihan. Hanya orang-orang yang terpilih. Ajaran salah lainnya adalah ketika diembuskan dari mimbar gereja, “Karena Yesus menang, kita pun ikut menang.” Yesus telah menang untuk Diri-Nya, supaya Dia menyelesaikan tugas kemesiasan-Nya dan menjadi jembatan agar kita dapat menemui Bapa. Namun, kita belum menang. Kita baru mendapat berkat dari kemenangan-Nya.

Memang ada ayatnya, tertulis di dalam Roma 8:37, “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.” Sebenarnya, ayat itu hanya untuk jemaat Roma yang dianiaya, tetapi tetap percaya kepada Tuhan. Sehingga di ayat 38-39 dikatakan, “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” Maksud kalimat “lebih dari pemenang” itu siapa? Ingat, kita ini belum menang. Kita harus mengerti bahwa yang telah menang adalah Tuhan Yesus, karena Dia berhasil menyelesaikan tugas-Nya di kayu salib. Dari kemenangan-Nya, kita mendapat fasilitas bertemu Bapa dan bisa dididik. Maka, banyak hal, peristiwa-peristiwa dalam hidup ini yang akan kita alami untuk membuktikan bahwa kita juga dapat menang.

Kalau firman Tuhan berkata, _“Aku menguji batin.” Apakah Tuhan menguji batin nanti waktu kita sudah mati? Pastinya tidak, tetapi di setiap hari, karena Dia setia. Seperti bapak sayang anak-anaknya atau seperti ibu merawat anak-anaknya, setiap hari dirawat. Apakah ibu mendandani anaknya hanya pada waktu mau pergi pesta atau hanya ketika anak mau pergi ke rumah keluarga? Tentu setiap hari dirawat, itulah orangtua. Tuhan pasti lebih dari itu. Dia menguji batin kita setiap hari. Masalahnya, apa kita serius menghadap Dia untuk diuji batin? Tuhan menguji batin kita, bahkan di setiap saat. Di setiap langkah kita yang salah, Tuhan pasti beritahu.

Kita harus serius berusaha mencari Tuhan, mengalami Tuhan secara riil, bukan hanya karena kita membaca Alkitab, mendengar khotbah atau kesaksian orang, tetapi karena kita sadar benar-benar membutuhkan-Nya, sehingga kita benar-benar dapat mengalami perjumpaan dengan Allah. Tuhan memberi Diri-nya bagi kita tanpa batas. Seberapa kita mau dekat, seberapa kita mau lekat, Tuhan sediakan. Namun, masalahnya ada pada kita. Perjumpaan demi perjumpaan pasti membangun keintiman, kedekatan, kelekatan dengan Tuhan dan kita dapat menemukan frekuensi yang benar.

Kita harus memiliki perjumpaan dengan Tuhan setiap hari, memiliki dialog dengan Tuhan, sehingga kita dapat menemukan bahasa perjumpaan itu, yang masing-masing individu pasti khas, tidak ada yang sama. Tuhan menikmati ketulusan kita. Sebab kalau frekuensi palsu, berarti itu munafik. Tuhan menguji batin, apakah kita sungguh mencari Dia atau munafik.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN MENGUJI BATIN, APAKAH KITA SUNGGUH MENCARI DIA ATAU MUNAFIK.

Card image
Truth Kids 05 Juli 2023 - SEMUA BAIK ADANYA
2023-07-05 09:34:24


Yesaya 48:17
Beginilah firman TUHAN, Penebusmu, Yang Mahakudus, Allah Israel: “Akulah TUHAN, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh.”

Robin menangis kesakitan karena giginya berlubang. Rasanya sakit sekali sampai ia tidak bisa masuk sekolah hari itu. Papa dan mama membawanya ke dokter gigi. Robin sangat takut pergi ke dokter gigi. Papa membujuk Robin dengan berkata, “Robin, tidak apa-apa. Dokter tahu yang terbaik untuk mengobati sakit gigimu. Kalau kamu tidak ke dokter nanti gigimu tidak akan sembuh-sembuh. Apakah kamu mau merasakan sakit terus seperti ini?” Robin menggelengkan kepala. Rasa sakit gigi ini benar-benar membuatnya tidak ingin makan dan tidak bisa sekolah.

Akhirnya Robin mau pergi ke dokter gigi. Dokter pun mulai memeriksa gigi Robin. Setelah itu dokter bertanya, “Robin, apakah setiap malam kamu sikat gigi?” “Mmm... itu, Dok. Aku seringkali malas sikat gigi. Padahal Papa dan Mama selalu mengingatkan aku untuk sikat gigi,” jawab Robin dengan jujur. “Oh, begitu, toh. Nah, akibat Robin tidak sikat gigi maka gigimu diserang kuman dan menjadi berlubang. Mulai hari ini kamu harus rajin sikat gigi, ya, sebelum tidur supaya tidak sakit lagi,” pesan dokter gigi. Robin menyesal tidak menuruti nasihat papa dan mama. Robin tidak ingin sakit gigi lagi. Kejadian ini menyadarkan Robin untuk mengikuti setiap nasihat papa dan mama, walau kadang rasanya malas tapi semua itu untuk kebaikan dirinya sendiri.

Card image
Truth Junior 05 Juli 2023 - PEMBELAJARAN
2023-07-05 09:32:56


Yesaya 48:17
Beginilah firman TUHAN, Penebusmu, Yang Mahakudus, Allah Israel: “Akulah TUHAN, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh.”

Siapa di antara Sobat Junior yang pernah dimarahin sama papa atau mama? Hayoo…. Pasti tidak enak, ya. Kadang membuat kita menjadi sedih. Atau mungkin sampai berpikir bahwa papa, mama jahat karena sudah marah-marah kepada kalian. Tapi, tahukah kalian, sebenarnya pada saat papa, mama marah kepada kalian, hati mereka sedih juga, loh. Kok bisa? Itu karena mereka sayang sama kalian. Terkadang papa, mama marah dan memberi disiplin kepada kalian semua, untuk kebaikan kalian di kemudian hari. Agar kalian tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Papa, mama rindu supaya anaknya tumbuh menjadi anak yang luar biasa. Anak yang hidup untuk menyenangkan hati Tuhan. Tuhan Yesus berlaku sama juga kepada kita. Tuhan izinkan kita melalui hal-hal yang kadang tidak enak dan kadang membuat kita sedih dan marah. Tuhan Yesus izinkan itu terjadi demi kebaikan kita, supaya tujuan kita untuk semakin serupa dengan Yesus dapat tercapai. Jadi, kalau ada kejadian yang tidak mengenakkan terjadi dalam hidup Sobat Junior, jangan langsung sedih dan marah sama Tuhan. Cobalah berdiam diri, berdoa, dan membaca Firman Tuhan. Kalian akan semakin mengerti apa yang ingin Tuhan ajarkan kepada kalian. Tetap semangat, ya..!!!

Card image
Truth Youth 05 Juli 2023 (English Version) - FREEDOM OF SERVICE
2023-07-05 09:30:43


"Brothers and sisters, you have been called to freedom. But do not use your freedom as an opportunity for the flesh; rather, serve one another humbly in love." (Galatians 5:13)

We feel proud when Indonesia achieved independence from foreign colonization in 1945. We can enjoy the freedom with a much more comfortable life like the present. However, have we ever reflected on how complex it was for the heroes to fight for that independence? It feels like there is no freedom without sacrifice. We are often reminded every time we commemorate Indonesian Independence Day to fill that freedom with our best, with our achievements and contributions as citizens.

In Galatians 5:13, the writer reminds us that our lives have been set free through the death of Jesus on the cross. However, we need to remember that although salvation is freely given, it doesn't mean we are free to use it without responsibility. Many young Christian people nowadays fall into various sins in their lives. They think that since they have been saved, they can simply ask for forgiveness when they sin. This is a wrong perspective. We should view salvation as a gift and fill it with good deeds in serving others in love. Why should we use love? Because God first gave us love. One example of serving in love is preparing our hearts and ears to listen to the stories of friends who are facing difficulties.

WHAT TO DO:
1. Recognize that salvation, which sets us free from sin, is a gift from God.
2. Recognize that our gratitude for being set free from sin is shown by serving others, which also sets them free.
3. Pray to be given genuine love for others.
4. Start improving our service to others, rather than not doing it at all.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Job 39-42

Card image
Truth Youth 05 Juli 2023 - MERDEKA PELAYANAN
2023-07-05 09:27:46


"Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih." (Galatia 5:13)

Kita merasa bangga saat Indonesia telah berhasil merdeka dari penjajahan bangsa asing pada tahun 1945. Kemerdekaan itu bisa kita nikmati dengan kehidupan yang jauh lebih nyaman seperti sekarang ini. Namun, pernahkah kita merenungkan betapa sulitnya para pahlawan memperjuangkan kemerdekaan itu? Rasanya, gak ada kemerdekaan tanpa pengorbanan. Kita sering diingatkan setiap kali memperingati Hari Kemerdekaan RI, yaitu untuk mengisi kemerdekaan itu dengan sebaik-baiknya, dengan prestasi dan unjuk kerja kita sebagai anak bangsa.

Dalam Galatia 5:13, penulis mengingatkan bahwa hidup kita telah merdeka melalui kematian Yesus di kayu salib. Namun, kita perlu ingat bahwa meskipun keselamatan itu diberikan secara cuma-cuma, bukan berarti kita merdeka untuk tidak mengisinya dengan baik. Banyak anak muda Kristen akhir-akhir ini justru jatuh ke dalam berbagai dosa dalam hidupnya. Mereka menganggap karena sudah diselamatkan, maka ketika melakukan dosa, tinggal minta pengampunan. Hal ini adalah pandangan yang salah. Seharusnya, kita menyikapi keselamatan itu sebagai anugerah dan perlu kita isi dengan baik dalam pelayanan kepada sesama di dalam kasih. Mengapa harus pakai kasih? Karena terlebih dahulu Tuhan memberikan kasih itu kepada kita. Salah satu contoh pelayanan dalam kasih yaitu menyiapkan hati dan telinga untuk mendengarkan cerita teman yang sedang kesulitan.

WHAT TO DO:
1. Menyadari bahwa keselamatan yang memerdekakan kita dari dosa adalah anugerah Tuhan
2. Menyadari bahwa bentuk syukur kita merdeka dari dosa yaitu mengisinya dengan pelayanan yang juga memerdekakan orang lain
3. Minta melalui doa agar diberikan kasih yang tulus kepada sesama
4. Mencoba memulai suatu pelayanan kita kepada sesama adalah lebih baik, daripada tidak sama sekali.

BIBLE MARATHON:
▪︎Ayub 39 – 42

Card image
Renungan Pagi - 05 Juli 2023
2023-07-05 09:25:03



Sebagai orang percaya dengan status anak-anak Tuhan, seringkali kita menuntut sesuatu yang lebih. Berharap hidup tanpa masalah, tidak akan mengalami kesulitan, hidup nyaman dan senang, kalau sampai susah, maka kita akan menuntut Tuhan untuk segera menyelesaikan masalah dan melepaskan dari kesusahan. Dan konsep berpikir inilah yang membuat kita salah dalam memahami maksud dan rancangan Tuhan yang sesungguhnya sebagai anak-anak-Nya.

Seharusnya kita tahu bahwa semua masalah yang terjadi dalam hidup ini adalah alat Tuhan untuk mendidik kita menjadi anak-anak yang dewasa, kuat dan berkemenangan, karena telah melalui semua itu bersama Tuhan. Itu membuktikan juga bahwa dalam segala situasi, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita.

Hal itu akan selalu membuat kita sadar, bahwa ketika menikmati kenyamanan dan berkat, semuanya juga karena anugerah dan rahmat-Nya, sehingga kita tidak melupakan untuk tetap hidup mengasihi Tuhan. Kesadaran itu akan membuat kita mengerti bahwa dalam segala hal, baik ataupun buruk yang terjadi dalam hidup kita, Allah turut bekerja didalamnya untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi DIA.
(Roma 8:28)

Card image
Quote Of The Day - 05 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-05 09:19:41


Kepercayaan kepada Allah harus bertumbuh, tidak boleh berhenti. Sebab percaya itu sesuatu yang hidup dan memiliki dinamika yang tidak pernah berhenti sampai kita bertemu dengan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 05 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdon
2023-07-05 09:18:08


Keselamatan disediakan agar kita memiliki hubungan kembali dengan Allah.

Card image
NO FUTURE - 05 Juli 2023 (English Version)
2023-07-05 09:15:50


We must realize that God’s work on our shoulders is excellent and has an eternal impact. It is related to the destiny and eternal state of humans. We must never forget this. Do not allow our minds to be distracted, miss, or be led astray, focused on organizational activities motivated by personal interests; for money, material gain, honor, greatness, or popularity. Therefore, if we are committed to praying every morning, praying and fasting, and approaching God, He can’t remain silent if we are wrong. But the problem is, are we serious about preparing to get up early to approach God? 

This is something serious. If the church only organizes religious activities, frenetic liturgies, and good praise services, then the congregation is satisfied; it comes again next week, but they don’t become quality Christians; then what is all this being done for? God’s grace changes our relationship with God but does not change our lives. It would be a lie if people said, “Relax, be safe, you go to heaven.” That’s perverted. Such theological formats exist in the minds of many theologians, which are only answered on paper but not worked out in life. May we understand that grace does change our relationship with God, but it does not automatically change our lives.

This world is already too broken. Can people who don’t have prayer times, have reckless mouths, wild eyes, and are dishonest then be confident will go to Heaven? Such a person insults God and belittles Heaven. The Bible clearly says that nothing unclean can enter the new Jerusalem. We all have problems but don’t let us get carried with our daily problems, so we ignore our actual value in God’s eyes. Do not let us escape the various problems of the mortal world, but we ignore eternal problems. We cannot change without an encounter with God. Do not be arrogant because sometimes people are impudent towards God.

A stressed business person can’t sleep for days because they are summoned by the antigraft office even though they’re not necessarily going to jail. People are stressed when called by the antigraft office but still can sleep soundly if called by God. We should be aware that God can call us anytime. People don’t immediately ask for forgiveness and clean it up when they sin but still can sleep soundly. If we pray every morning, ask for forgiveness, and pray to fast for forgiveness, we can sleep soundly, and whenever God calls, we are ready. Remember, there is no promising future in eternity if we still sin.

We must be willing to learn step by step to live in fear of God. Encountering God will make us afraid of sinning. In terms of human interaction, there are not a few, and in general, the more intimate, the less respectful. However, it is different when it comes to a relationship with God. First, the closer to God, the more afraid we are to sin. Second, the closer we are to God, the more we prove that what we need is only God. The dependence of our soul is only on God alone. Furthermore, a person like this is no longer bound by the love of the world.

If we are closely attached to God, the more we fear God, and we can feel more and more that He is all we need, then we won’t betray Him. We have to come to the area of feeling that God touches. We will find out that He is the only Lover of our souls. The rich man written in Luke 16 said, “I need water,” definitely not mineral water. Here, the water denotes God Himself, the Water of Life. Don’t wait for us to die; realize He is the only one we need. Indeed, for the young, especially if they have a lot of pleasure, wealth, entertainment, rank, title, and popularity, their thirsty eyes and door are closed. However, suppose we are serious about opening it; in that case, we can achieve a supernatural experience beyond the mind to realize that our spirit only needs God in this life.

This is not nonsense. Each of us must experience this. Many believers have not reached this limit because they are shackled with many worldly pleasures, meaning they have not become good lovers of God. It’s not merely a religious activity that makes people go to church, sing, and then go home. This school of life must graduate people who excel in God’s eyes.  

THERE IS NO GOOD FUTURE IN ETERNITY IF WE STILL SIN.

Card image
TIDAK ADA HARI DEPAN - 05 Juli 2023
2023-07-05 09:12:03


Kita harus menyadari bahwa pekerjaan Tuhan yang ada di pundak kita adalah pekerjaan yang besar, yang pastinya memiliki dampak kekekalan. Ini terkait dengan nasib dan keadaan kekal manusia. Kita harus selalu mengingat ini. Jangan sampai pikiran kita disimpangkan, meleset atau disesatkan, terfokus pada kegiatan organisasi yang dimotivasi kepentingan pribadi; untuk keuntungan uang, materi, kehormatan, kebesaran, atau popularitas. Karenanya, kalau kita komitmen untuk berdoa setiap pagi, doa puasa, menghampiri Tuhan, maka tidak mungkin Tuhan berdiam diri kalau kita salah. Namun masalahnya, apakah kita benar-benar serius mempersiapkan diri bangun pagi untuk menghampiri Tuhan?

Ini tidak main-main. Kalau gereja hanya menyelenggarakan kegiatan agama, liturgi dengan hingar-bingar, penyelenggaraan pelayanan puji-pujian yang bagus, lalu jemaat merasa puas, minggu depan datang lagi, tetapi mereka tidak menjadi orang Kristen yang berkualitas, maka untuk apa semua itu diadakan? Anugerah yang Tuhan berikan itu tidak mengubah hidup kita, tetapi mengubah hubungan kita dengan Allah. Bohong kalau orang berkata, “Tenang, aman, kamu masuk surga.” Sesat itu. Format-format teologi semacam itu memang ada di pikiran banyak teolog, yang hanya dijawab di atas kertas, tetapi tidak digumuli di dalam kehidupan. Kiranya kita bisa mengerti bahwa anugerah memang mengubah relasi kita dengan Allah, tetapi tidak otomatis mengubah hidup kita.

Sudah terlalu rusak dunia ini. Apakah orang yang tidak punya jam doa, mulutnya bocor, matanya genit, tidak jujur, lalu bisa yakin pasti masuk surga? Orang seperti ini sebenarnya menghina Tuhan dan merendahkan surga. Jelas Alkitab berkata bahwa tidak ada yang najis yang dapat masuk ke Yerusalem Baru. Setiap kita pasti punya persoalan, tetapi jangan hanyut dengan permasalahan harian kita sampai tidak memperhatikan berapa nilai diri kita yang sebenarnya di mata Tuhan. Jangan sampai kita lolos dari berbagai persoalan dunia fana, tetapi tidak memikirkan persoalan kekal. Sebab tanpa perjumpaan dengan Tuhan, kita tidak akan bisa berubah. Jangan sombong. Kadang-kadang manusia itu bersikap kurang ajar terhadap Tuhan.

Seorang pengusaha yang stres, tidak bisa tidur berhari-hari, karena mau dipanggil KPK. Padahal belum tentu juga nanti masuk penjara. Dipanggil KPK, tidak bisa tidur. Mau dipanggil Tuhan, kok bisa tidur nyenyak? Sadarkah kita bahwa setiap saat kita bisa dipanggil Tuhan? Coba pikirkan baik-baik, ketika kita berbuat dosa, tetapi tidak segera minta ampun dan membereskan dosa tersebut, kok bisa tidur nyenyak? Kalau setiap pagi kita doa, kita minta ampun, doa puasa minta ampun, maka kita bisa tidur nyenyak. Kapan saja Tuhan panggil, kita sudah siap. Ingat, tidak ada hari depan baik di kekekalan kalau kita masih berbuat dosa.

Kita memang harus bersedia belajar _step by step_ untuk bisa hidup dalam takut akan Allah. Perjumpaan dengan Tuhan akan membuat kita takut berbuat dosa. Kalau hubungan interaksi antar manusia, tidak sedikit dan pada umumnya, makin akrab makin kurang hormat. Namun, berbeda kalau hubungan dengan Tuhan. Yang pertama, makin dekat dengan Tuhan, kita makin takut berbuat dosa. Kedua, makin kita dekat dengan Tuhan, makin kita membuktikan bahwa yang kita butuhkan ternyata hanya Tuhan. Ketergantungan jiwa kita hanya terhadap Allah saja. Selanjutnya, pasti orang seperti ini tidak terikat lagi dengan percintaan dunia.

Kalau kita dekat melekat dengan Tuhan, makin takut, makin gentar akan Allah, dan kita makin bisa merasakan bahwa hanya Dia yang kita butuhkan, maka tidak mungkin kita berkhianat. Kita harus benar-benar sampai pada kawasan, wilayah perasaan yang disentuh oleh Tuhan. Kita akan menemukan ternyata hanya Dia satu-satunya kekasih jiwa kita. Orang kaya yang ditulis di Lukas 16 berkata, “Aku butuh air,” pastinya ini bukan air mineral. Di sini, air menunjuk Allah sendiri; air kehidupan. Jangan kita menunggu meninggal dunia baru menyadari bahwa hanya Dialah satu-satunya yang kita butuhkan. Memang kalau masih muda, apalagi banyak kesenangan, banyak kekayaan, banyak hiburan, punya pangkat, gelar, popularitas, maka mata kehausannya tertutup, pintu kehausannya tertutup. Namun, kalau kita serius untuk membukanya, maka kita bisa mencapai pengalaman adikodrati, supranatural, di luar pikiran, sampai ke dalam kesadaran bahwa roh kita hanya membutuhkan Allah dalam hidup ini.

Hal ini bukan omong kosong. Setiap kita harus mengalami ini. Banyak orang percaya yang belum sampai batas ini, karena mereka dibelenggu dengan banyak kesenangan dunia, artinya belum menjadi kekasih Tuhan yang baik. Ini bukan sekadar kegiatan agama yang membuat orang pergi ke gereja, menyanyi, lalu pulang. Ini sekolah kehidupan, harus meluluskan orang-orang yang unggul di mata Allah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TIDAK ADA HARI DEPAN BAIK DI KEKEKALAN KALAU KITA MASIH BERBUAT DOSA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 05 Juli 2023
2023-07-05 09:08:01

2 Raja-raja 14
2 Tawarikh 25

Card image
Truth Kids 04 Juli 2023 - RENCANA TERBAIK
2023-07-04 10:54:28


Yesaya 55:8
“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.”

Seorang bapak bertanya kepada anak perempuannya, “Nak, apakah kamu sayang Papa?” Sang anak menjawab dengan penuh semangat, “Tentu, Pa. Aku sayaaaang sekali sama Papa.” Sang bapak bertanya kembali, “Maukah kamu memberikan kalungmu kepada Papa?” Anak perempuan tersebut terdiam. Dia sangat menyayangi papanya, namun dia juga menyukai kalung tersebut. Hal ini berlangsung setiap hari, sang anak terus terdiam saat kalung plastik kesayangannya diminta sang bapak.

Hari ketiga sang bapak bertanya hal yang sama, “Nak, maukah kamu memberikan kalungmu kepada Papa?” Dengan berat hati anak perempuan tersebut melepaskan kalung yang dimilikinya dan menyerahkan kepada papanya. “Pa, aku sayang papa dan juga kalung ini. Tetapi kalau memang papa memintanya akan kuberikan,” katanya dengan raut muka sedih. Sang bapak tersenyum melihatnya.

Tanpa disadari sang anak, sang bapak mengeluarkan kalung emas yang indah dari kantongnya. “Nak, sebenarnya Papa sudah ingin memberikan kalung ini sejak hari pertama Papa minta kalungmu. Ini kalung emas buatmu,” ujar sang bapak sambil tersenyum. Sang anak langsung memeluk sang bapak. Ia menyesal karena sempat sedih dan meragukan papanya. Namun, lewat kejadian ini dia belajar untuk mempercayai bahwa papanya selalu memberikan yang terbaik baginya.

Sobat Kids, hubungan kita dengan Tuhan seringkali seperti cerita di atas. Terkadang kita merasa sedih saat Tuhan seperti meminta atau mengambil sesuatu dari kita. Padahal sebenarnya Tuhan sudah mempersiapkan yang terbaik untuk kita. Ingat rencana Tuhan yang terbaik.

Card image
Truth Junior 04 Juli 2023 - RENCANA-NYA
2023-07-04 10:44:15


Yesaya 55:8
“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.”

Sobat Junior, kalian pernah salah jalan alias nyasar, tidak? Pasti rasanya bingung; pusing, bagaimana ini? Dan kalian bertanya-tanya, apakah bisa sampai tujuan tepat waktu? Atau malah kadang ada yang marah-marah karena nyasar, lalu memutuskan tidak melanjutkan perjalanan.

Sama loh, Sobat Junior, dengan hidup ini. Kalau kita tidak libatkan Tuhan dalam perjalanan hidup kita, bisa-bisa kita nyasar, deh. Jadi kalau Sobat Junior sedang bingung dengan pilihan dalam hidup, misalnya nanti ingin melanjutkan ke sekolah mana, orangtua memang punya pilihan, tetapi kita juga punya pilihan yang berbeda. Ingat, datang berdoalah sungguh-sungguh kepada Tuhan. Mintalah pimpinan dari Tuhan agar Ia menaruh kehendak-Nya dalam hati kalian, sehingga tujuan hidup kalian sesuai dengan kehendak Tuhan. Tuhan akan menunjukkan jalan-jalan-Nya kepada kita.

Rancangan Sang Maha Kuasa bukan rancangan kita. Dan pastinya, rancangan Bapa pasti yang terbaik buat kita, anak-anak-Nya. Aminnn…

Card image
Truth Youth 04 Juli 2023 (English Version) - RISE ABOVE: THE POWER OF SERVANTHOOD
2023-07-04 10:42:16


"For who is greater, the one who is at the table or the one who serves? Is it not the one who is at the table? But I am among you as one who serves." (Luke 22:27)

Imagine yourself like a mesmerizing fireworks display, illuminating the night sky, capturing everyone's attention. Similarly, when we serve God with humility and selflessness, our lives become a sign of His beautiful love and grace, drawing others closer to Him. As young people seeking to find our way in the midst of uncertainty, it is important for us to discover life's purpose and the path we should follow. Our reflection today revolves around giving our lives as servants of God, and specifically, we will explore the sub-topic of the call to serve God. In Luke 22:27, Jesus reminds us, "For who is greater, the one who is at the table or the one who serves? Is it not the one who is at the table? But I am among you as one who serves."

In a world obsessed with titles, positions, and power, Jesus teaches us a valuable lesson. True service to God is not about seeking recognition or climbing the ladder of success. It is about humbling ourselves, taking on the role of a servant, and faithfully serving God through serving others around us. The Kingdom of God operates on different principles from the world. It values a humble heart, sincere service, and dedication to loving others, just as Jesus first loved us.

Friends, let us not be tempted by the allure of status and fame. Instead, let us embrace our call to serve God with love and humility. Whether through acts of kindness, attentive listening, or using our unique talents to uplift others, let us remember that our impact is not measured by titles or positions, but by the lives we touch.

WHAT TO DO:
1. God sees the heart in service. Learn to be sincere.
2. Train ourselves to be sincere, and this can only be taught by God through the Holy Spirit. Pray!

BIBLE MARATHON:
▪︎ Job 35-38

Card image
Truth Youth 04 Juli 2023 - RISE ABOVE: THE POWER OF SERVANTHOOD
2023-07-04 10:39:11


"Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan." (Lukas 22:27)

Bayangkan dirimu seperti kembang api yang mempesona, menerangi langit malam, menarik perhatian semua orang. Begitu juga ketika kita melayani Tuhan dengan kerendahan hati dan tanpa pamrih, kehidupan kita menjadi tanda kasih dan anugerah-Nya yang indah, membawa orang lain lebih dekat kepada-Nya. Sebagai kaum muda yang berusaha menemukan jalan hidup di tengah ketidakpastian, penting bagi kita untuk menemukan tujuan hidup dan jalur yang harus kita ikuti. Renungan kita hari ini adalah memberikan hidup sebagai pelayan Tuhan dan secara khusus, kita akan menjelajahi sub topik panggilan untuk melayani Tuhan. Dalam Lukas 22:27, Tuhan Yesus mengingatkan kita, “Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.”

Di dunia yang terobsesi dengan gelar, jabatan, dan kekuasaan, Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita pelajaran yang berharga. Pelayanan yang sejati kepada Tuhan bukanlah tentang mencari pengakuan atau naik tangga kesuksesan. Ini tentang merendahkan diri, mengambil peran sebagai pelayan, dan dengan setia melayani Tuhan melalui sesama di sekitar kita. Kerajaan Allah beroperasi dengan prinsip yang berbeda dari dunia. Dia menghargai sikap hati yang rendah hati melayani dengan tulus, dan dedikasi untuk mengasihi orang lain, sama seperti Tuhan Yesus yang telah mengasihi kita terlebih dahulu.

Teman-teman, janganlah kita tergoda oleh daya tarik status dan ketenaran. Sebaliknya, mari kita merangkul panggilan kita untuk melayani Tuhan dengan kasih dan kerendahan hati. Baik melalui perbuatan baik, mendengarkan dengan penuh perhatian, atau menggunakan bakat unik kita untuk mengangkat orang lain. Mari kita ingat bahwa dampak kita tidak diukur dari gelar atau jabatan, melainkan dari kehidupan yang kita sentuh.

WHAT TO DO:
1. Tuhan melihat hati dalam melayani. Belajarlah untuk bersikap tulus.
2. Latih diri kita untuk tulus, dan ini hanya dapat diajarkan oleh Tuhan melalui Roh Kudus. Berdoalah!

BIBLE MARATHON:
▪︎Ayub 35-38

Card image
Renungan Pagi - 04 Juli 2023
2023-07-04 10:35:20


Dalam hidup ini seringkali mengabaikan hal-hal kecil, padahal semua perkara kecil baik positif maupun negatif berpotensi menjadi besar, jadi harus bijaksana dalam memperhatikan semua hal-hal kecil dalam hidup kita.

Demikian juga dalam keseharian hidup ini, jangan sampai kelalaian kecil merusak pekerjaan Allah yang besar dalam hidup kita, sebagaimana dosa sedikit saja kita meleset dari rancangan Tuhan, dapat mengakibatkan dampak buruk yang teramat besar, bahkan mempengaruhi nasib kekal kita.

Seperti pepatah dunia yang sering kita dengar, karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Inilah yang diperingatkan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus yang terlibat dalam percabulan, bagi mereka mungkin itu hanya sedikit ragi, tapi dampaknya dapat mengkhamirkan seluruh adonan. "Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul."

Artinya, jangan anggap kecil dosa dalam hidup kita, karena dampaknya adalah kerusakan yang besar, jadi harus dibuang dan ditinggalkan, lalu masuk dalam hidup yang baru bersama Tuhan dalam kemurnian dan kebenaran.
(1 Korintus 5:6-9)

Card image
Quote Of The Day - 04 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-04 10:30:53


Orang yang terkena tipu daya percintaan dunia tidak akan memiliki kasih.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 04 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-04 10:24:47


Ketika kita menjadikan Tuhan kebahagiaan kita bukan fasilitas yang lain, pasti Tuhan membagi sukacita-Nya untuk kita.

Card image
SEPARATION - 04 Juli 2023
2023-07-04 10:00:38


“Those who are in the realm of the flesh cannot please God. You, however, are not in the realm of the flesh but are in the realm of the Spirit, if indeed the Spirit of God lives in you. And if anyone does not have the Spirit of Christ, they do not belong to Christ.” Whose? Belong to themselves. So, we must control our minds, eyes, and ears from the principle of ‘as please.’ There is indeed a verse that says, “Therefore, there is now no condemnation for those who are in Christ Jesus,” so the statement appears that believers do not need to struggle to live in the Lord because we are right before Him. Ironically, this is taught on church pulpits.

Especially if we have been Christians since childhood and have been poisoned by teachings that are not from the pure Bible, then we feel that we don’t have to strive anymore. We feel satisfied with our spiritual life, confident that we believe in Jesus as Lord and Savior and are saved. This is a complete hoax. We must struggle. Jesus fought for us to reconcile us to God. He justifies us, but we have not been righteous, so a struggle must exist. Do we know how expensive this struggle is? Luke 14:33 says, “You must give up everything you have.”

It means for the sake of the change process, whether we work in business or our career, everything is done only for God; remember, we are the future people. Our future is not here on earth but later beyond the grave. “For those who are led by the Spirit of God are the children of God,” so those who are still led by the flesh are not children of God. However, in general, Christians have claimed to be children of God. We are still disobedient in God’s eyes if our minds are only filled with theology. The separation must occur and start from our determination because only those who thirst and hunger for the truth are satisfied. So, we must study the Word and pray; then, we have sensitivity and can see what is good and evil—not according to the law, but God’s thoughts.

We previously felt that our policies were the wisdom of the Holy Spirit, even though, to be honest, many of our decisions were filled with personal intentions. May the Holy Spirit make us understand that it turns out that our selfishness still strongly controls us and that our spirit dies, meaning our spiritual instincts do not have power over us. We must go through the process until we can experience the separation between the old self and the new one, to quote the Word that says, ” I have died, and my life is now hidden with Christ in God.”

Without Christ’s resurrection, there is no hope for the future. No matter how well a person can live, all will go to hell. It is not because of good deeds that one enters heaven, but by accepting and believing in Jesus and being reconciled to God. We are not only expected or required to be good but to be perfect. Set our hearts and minds not on worldly matters; “For you died, and your life is now hidden with Christ in God.”

Now, before we are raptured, we must have been first lifted from the world, separated from our flesh human. Don’t wait for the rapture because we will not be lifted before we lift ourselves from the flesh and the love of the world. We can’t do it ourselves because our flesh and spirit are still united. That’s why we are easily angry and offended and still fall into sin. If we have started to separate, we can’t touch sin or even cannot. We also can’t take revenge, talk carelessly, and covet the world. Remember! The beauty and the comfort we have today are nothing compared to the coming glory.

There must be separation from our flesh. God usually crushes our flesh through problems. For example, a woman whose husband betrays and has rebellious children has no family or falls into poverty. We have no one; then we come to God and see the glory there. Of course, we don’t have to be crushed. We are pursuing time. The older we get, if our flesh and spirit are still united, they could never be separated again. The problem is not many people are interested in this. If Abraham were not interested in the land that God wanted to show, then he would not have left the Ur of the Chaldeans and his relatives. He was comfortable in the Ur of the Chaldeans in a respectable family.

However, he chose that land because he believed it existed. Do we believe there is a better life in the future? Life is tragic. We will lose anything and anyone, but we can have everything and encounter our loved ones in the new heavens and earth. Repent and separate ourselves from our flesh. Don’t look back at our lives in the past. See our life today and in the future so that we who have separated ourselves from the flesh can meet Him when He comes.  

WE SHOULD GO THROUGH THE PROCESS UNTILL EXPERIENCING A SEPARATION BETWEEN THE OLD SELF AND THE NEW ONE.

Card image
PEMISAHAN - 04 Juli 2023
2023-07-04 09:54:47


“Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. Tetapi kamu tidak hidup dalam daging melainkan dalam roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, dia bukan milik Kristus.” Milik siapa? Milik dirinya sendiri. Maka, kita harus menguasai pikiran, mata, telinga kita dari prinsip ‘suka-sukaku.’ Memang ada ayat mengatakan, “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada dalam Kristus Yesus,” sehingga muncul pernyataan bahwa orang percaya tidak perlu berjuang untuk hidup di dalam Tuhan, karena kita sudah benar di hadapan Allah. Ironis, ini diajarkan dari mimbar-mimbar gereja.

Apalagi kalau kita sudah menjadi Kristen dari kecil yang sudah teracuni oleh ajaran yang tidak sesuai Alkitab yang murni, maka kita merasa sudah tidak perlu berjuang lagi. Kita merasa puas dengan hidup rohani kita, merasa yakin sudah percaya Yesus Tuhan dan Juruselamat, merasa sudah selamat; ini benar-benar tipuan. Kita harus berjuang. Yesus berjuang untuk kita, guna mendamaikan kita dengan Allah. Dia membenarkan kita, tetapi kita belum benar. Harus ada perjuangan. Tahukah kita betapa mahalnya perjuangan ini? Maka, Lukas 14:33 mengatakan, “Kamu harus melepaskan dirimu dari segala milikmu.”

Artinya, kalau kita kerja, bisnis, karier, semua hanya untuk Tuhan, demi proses perubahan itu. Ingat, kita adalah manusia masa depan. Masa depan kita bukan di bumi ini, melainkan nanti setelah kubur. “Semua orang yang dipimpin Roh Allah adalah anak-anak Allah,” jadi kalau masih dipimpin daging, bukan anak-anak Allah. Namun, pada umumnya orang Kristen sudah mengaku sebagai anak-anak Allah. Kalau hanya pikiran kita yang diisi ilmu teologi, kita tetap manusia durhaka di mata Allah. Harus terjadi pemisahan dan harus dimulai dari tekad kita. Sebab, hanya orang yang haus dan lapar akan kebenaran, yang dipuaskan. Maka, kita harus belajar Firman, berdoa, baru kita punya kepekaan dan bisa melihat apa yang baik, apa yang jahat—bukan menurut hukum, tetapi menurut pikiran Allah.

Dahulu kita merasa punya kebijakan-kebijakan yang kita yakini sebagai hikmat Roh Kudus, padahal kalau jujur, banyak keputusan kita yang penuh dengan niat pribadi. Kiranya kita dibuat mengerti oleh Roh Kudus. Keakuan ternyata masih sangat menguasai diri kita sehingga roh kita mati; bukan berarti mati secara fisik, melainkan naluriah rohani kita tidak berkuasa menguasai. Sebenarnya proses yang harus kita jalani harus sampai kita bisa mengalami pemisahan antara manusia lama dengan manusia baru, sehingga kita bisa mengutip firman yang mengatakan, “Aku sudah mati, hidupku tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.”

Tanpa kebangkitan Kristus, tidak ada harapan masa depan. Semua masuk neraka. Mau berbuat sebaik apa pun, masuk neraka. Bukan karena perbuatan baik seseorang masuk surga, tetapi dengan menerima Yesus dan percaya pada-Nya, diperdamaikan dengan Allah. Kita bukan hanya diharapkan atau dituntut jadi baik, tetapi harus sempurna. Tetapkan hati dan pikiran kita, bukan pada perkara duniawi; “Sebab kamu telah mati, dan hidupmu sekarang tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.”

Sekarang sebelum kita diangkat, kita harus sudah diangkat dulu; diangkat dari dunia, terpisah dari manusia daging kita. Jangan menunggu pengangkatan. Kita tidak akan diangkat, sebelum kita mengangkat diri dari daging, dari percintaan dunia. Memang ini mustahil bisa kita lakukan sendiri. Masih banyak yang menyatu, daging dan roh kita. Makanya kita berangasan, tersinggung, masih jatuh dalam dosa dengan mudah. Kalau sudah mulai terpisah, kita tidak bisa menyentuh dosa, bahkan tidak bisa. Dendam juga tidak bisa, tidak sembarangan bicara, tidak mengingini dunia. Ingat! Keindahan, kenyamanan yang kita miliki hari ini, tidak ada artinya dibanding kemuliaan nanti.

Harus ada pemisahan dengan daging kita. Biasanya Tuhan meremukkan daging kita lewat masalah. Dikhianati suami, anak memberontak, tidak punya famili, atau jatuh miskin. Kita tidak punya siapa-siapa, lalu kita datang ke Tuhan. Di situ kita melihat kemuliaan. Tentu kita tidak harus diremukkan. Kita berkejar-kejaran dengan waktu. Semakin kita berumur, kalau daging dan roh kita menyatu, bisa sampai tidak bisa dipisah lagi. Masalahnya, tidak banyak orang tertarik hal ini. Kalau Abraham tidak tertarik dengan negeri yang Allah mau tunjukkan, maka dia tidak akan tinggalkan Ur-Kasdim dan sanak familinya. Dia sudah nyaman di Ur-Kasdim dalam satu keluarga yang terhormat.

Namun, dia memilih negeri itu karena percaya ada negeri itu. Apakah kita percaya bahwa ada kehidupan yang akan datang yang lebih baik? Hidup ini tragis. Kita akan kehilangan apa pun dan siapa pun, tetapi kita bisa memiliki segalanya dan perjumpaan dengan orang-orang yang kita kasihi di langit baru bumi baru. Bertobatlah dan pisahkan diri dari daging kita. Jangan lihat hidup kita 1-5-10-15-20 tahun yang lalu. Lihat hidup kita hari ini dan ke depan. Supaya kalau Kristus datang, kita yang sudah memisahkan diri dari kedagingan, bisa dipertemukan dengan Dia.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PROSES YANG KITA JALANI HARUS SAMPAI KITA BISA MENGALAMI PEMISAHAN ANTARA MANUSIA LAMA DENGAN MANUSIA BARU

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 04 Juli 2023
2023-07-04 10:56:40

2 Raja-raja 12-13
2 Tawarikh 24

Card image
Truth Kids 03 Juli 2023 - BOBI YANG KECIL
2023-07-03 10:37:29


Yeremia 29:11
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan penuh harapan.”

Ada seorang anak bernama Bobi. Bobi sangat bahagia memiliki papa, mama dan kakak yang mengasihinya. Bobi dan kakaknya bersekolah di sekolah yang sama. Saat jam istirahat, Bobi menangis dan menghampiri kakaknya. Kakak bertanya, “Bobi, mengapa kamu menangis?” Bobi menjawab, “Aku sedih, kak. Badanku kecil dan berbeda dengan teman-teman sekelas. Kenapa aku berbeda, ya, Kak? Aku juga mau punya badan besar seperti kakak atau teman-teman.” “Bobi, tahukah kamu, kalau sebenarnya ada rencana Tuhan yang indah untuk kamu. Meskipun kamu berbeda denganku atau teman-teman sekelas, tetap saja kamu berharga di mata Tuhan. Apalagi buat papa dan mama; kamu sangat berharga. Kamu adalah hadiah terbaik yang Tuhan hadirkan di keluarga kita,” nasihat Kakak Bobi.

Sobat Kids, Tuhan telah merncanakan sesuatu yang indah di dalam hidup kita. Masing-masing kita dilahirkan dalam keluarga yang menyayangi kita. Setiap kehidupan kita pasti memiliki maksud dan rencana Tuhan. Begitupun dengan setiap kalian, pasti ada rencana Tuhan dalam hidup kalian. Yuk, berdoa agar kita dapat mengerti rencana Tuhan dalam hidup kita.

Card image
Truth Junior 03 Juli 2023 - TIDAK SIA-SIA
2023-07-03 10:33:18


Yeremia 29:11
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”

Anto pernah berpikir kalau dia ada di dunia ini hanya kebetulan saja. Anto merasa papa dan mamanya tidak terlalu peduli pada dirinya. Orangtuanya selalu sibuk dengan urusan mereka sendiri. Suatu ketika, Anto mendengar papa dan mamanya bercerita di kamar. Mereka sedang ada masalah dalam pekerjaan mereka, dan hal itu membuat papa dan mamanya sangat sedih. Anto memutuskan untuk ke kamarnya dan berdoa. Anto berdoa dengan sungguh–sungguh kepada Tuhan untuk pekerjaan papa dan mamanya. Anto rindu supaya papa dan mamanya tidak sedih lagi.

Setelah beberapa lama waktu berlalu, Anto mendapat kabar gembira dari papa dan mamanya. Masalah dalam pekerjaan papa dan mamanya sudah dapat teratasi. Saat mendengar hal itu, Anto ikut merasa senang sekali. Papa dan mamanya tidak sedih lagi. Dan sekarang, papa dan mamanya dapat meluangkan waktu untuk Anto.

Anto bercerita kepada papa dan mamanya kalau Tuhan menjawab doa Anto. Papanya berkata, “Wah, luar biasa! Tuhan pakai kamu sebagai alat dalam keluarga kita untuk berdoa kepada Tuhan.” Lalu papa dan mamanya memeluk Anto dan bersama berkata, “Tuhan baik. Rencana-Nya selalu baik.” Tahukah kamu, Sobat Junior? Kehadiran kamu di dunia ini pasti ada tujuannya. Tidak ada yang sia–sia dalam Tuhan, loh! Tanyalah kepada Tuhan dalam doamu, apa yang bisa kamu lakukan untuk keluarga atau orangtua yang kamu kasihi.

Card image
Truth Youth 03 Juli 2023 (English Version) - UNLEASHING THE POWER OF SELF-LESS LOVE: ANSWERING GOD'S CALL
2023-07-03 10:30:43


Just as the Son of Man did not come to be served, but to serve, and to give his life as a ransom for many." (Matthew 20:28)

In our journey of faith, we are called to serve, to respond to God's call with humility and love. Jesus, in Matthew 20:28, declared, "Just as the Son of Man did not come to be served, but to serve, and to give his life as a ransom for many."

Imagine a teenager who selflessly volunteers in their community, helping those in need. By dedicating their time and energy, they become hope and love in their community. This analogy illustrates how serving others becomes a fundamental aspect of our lives as young people, transforming us into instruments of God's love.

The call to serve is not limited to specific individuals; it is a universal invitation given to all believers, including us as young people. As we serve our families, friends, and communities, we can find deep joy that comes from selfless giving. Through acts of kindness and service, we can embody the teachings of Christ and reflect His character to the world.

By embracing the call to serve from a young age, we can develop compassionate hearts and empathy, which strengthen our spiritual growth. Serving others becomes a way to build meaningful relationships, strengthen bonds of brotherhood and sisterhood, and ignite positive change in our surroundings.

When we selflessly do everything for others, we unleash the power that comes from God. We release the power of selfless love. This will bring us to the joy that God provides, and this power will certainly be felt by the people we serve. Our journey may not always be easy in doing this, but it will never leave us lacking or in loss. Let us be enthusiastic in preparing ourselves to fulfill this call as young people.

WHAT TO DO:
1. Ask God how to love selflessly.
2. Prepare your heart to love selflessly by reading the Bible every day.
3. Make daily reports to God tprayerhrough .

BIBLE MARATHON:
▪︎ Job 31-34

Card image
Truth Youth 03 Juli 2023 - UNLEASHING THE POWER OF SELF-LESS LOVE: ANSWERING GOD'S CALL
2023-07-03 10:23:13


"Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Matius 20:28)

Dalam perjalanan iman, kita dipanggil untuk melayani, menjawab panggilan Tuhan dengan rendah hati dan kasih. Tuhan Yesus, dalam Matius 20:28 menyatakan, “Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

Bayangkan seorang remaja yang dengan tanpa pamrih menjadi sukarelawan di daerahnya, membantu mereka yang membutuhkan. Dengan mendedikasikan waktu dan energinya, mereka menjadi harapan dan kasih di komunitas mereka. Analogi ini menggambarkan bagaimana pelayanan kepada sesama menjadi aspek fundamental dalam kehidupan kita sebagai anak muda, mengubah mereka menjadi instrumen kasih Tuhan.

Panggilan untuk melayani tidak terbatas pada individu tertentu; ini adalah undangan universal yang diberikan kepada semua orang percaya, termasuk kita yang masih muda. Saat kita melayani keluarga, teman, dan komunitas kita, kita dapat menemukan sukacita yang mendalam yang datang dari memberi dengan tanpa pamrih. Melalui tindakan kebaikan dan pelayanan, kita dapat menggambarkan ajaran Kristus dan mencerminkan karakter-Nya kepada dunia.

Dengan merangkul panggilan untuk melayani sejak usia muda, kita dapat mengembangkan hati yang penuh belas kasih dan empati, yang memperkuat pertumbuhan spiritual kita. Melayani orang lain menjadi cara untuk membangun hubungan yang bermakna, memperkuat ikatan persaudaraan, dan menyalakan perubahan positif di sekitar kita.

Di saat kita melakukan segala hal untuk orang lain tanpa pamrih, kita seperti melepaskan kekuatan yang ada dari Tuhan. Melepaskan kekuatan cinta yang tidak egois. Hal ini akan membawa kita kepada sukacita yang Tuhan sediakan dan kekuatan ini pasti dapat dirasakan oleh orang-orang yang kita layani. Perjalanan kita mungkin tidak mudah dalam melakukan ini, namun hal ini tidak akan pernah membuat kita rugi atau kekurangan. Yuk, kita mau semangat mempersiapkan diri untuk memenuhi panggilan ini sebagai anak muda.

WHAT TO DO:
1. Tanya Tuhan bagaimana mengasihi tanpa pamrih
2. Persiapkan hati untuk mengasihi tanpa pamrih dengan baca Alkitab setiap hari
3. Buat laporan harian ke Tuhan lewat doa setiap hari

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ayub 31-34

Card image
Renungan Pagi - 03 Juli 2023
2023-07-03 09:51:05


Menjadi "budak" adalah hal yang tidak menyenangkan, baik dalam keadaan maupun status. Sebab seorang budak tidak memiliki hak apapun atas hidupnya sendiri. Seluruh hidupnya adalah milik tuannya dan tergantung penuh pada kehendak tuannya untuk mengatur hidupnya.

Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah, jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita.

Demikianlah seharusnya kita sebagai hamba atau "budak" Tuhan yang telah lunas ditebus dari perbudakan dosa oleh Darah Anak Domba yang mulia. Status dan keadaan kita bukanlah hal yang memalukan dan tidak berharga, walaupun hidup sekarang bukan milik kita sendiri, tetapi milik Tuhan Majikan Agung dan seluruh hidup kita hanyalah melakukan kehendak-Nya supaya hati-Nya disenangkan.

Hamba Tuhan seharusnya memiliki jati diri sebagai pribadi yang tidak curang, tulus dan setia, taat kepada tuannya dan tidak membantah supaya dapat hidup berkenan kepada Tuan, Junjungan kita, Allah semesta alam.
(Titus 2:9-10)

Card image
Quote Of The Day - 03 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-03 09:40:49


Orang yang belum peka terhadap kebutuhan orang lain adalah pribadi yang tidak bisa mengerti pikiran dan perasaan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 03 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-03 09:36:37


Jangan bengkok, jangan jahat, hiduplah di dalam kekudusan dan kesucian. Jangan lawan Tuhan, lawan masalahmu dengan kesucian.

Card image
CONCRETE LIFE - 03 Juli 2023 (English Version)
2023-07-03 09:32:35


Are we aware that the original face of Christianity has changed from time to time? We who live in the 21st century have inherited a Christianity that has changed a lot. However, we will find true Christianity if we want to seek God and want to find the true face of Christianity. Regarding returning to the Bible or back to the Bible, it’s not just talking about teaching, which the standard, size, and parameters of the Bible are usually the teachings that the churches have recognized as biblical or pure or original truth. We want to go back to the Bible, not based on existing teachings, but to the Bible according to what it writes. May the Holy Spirit help us earnestly seek God, who does not change, is omnipresent, and speaks. The Holy Spirit must guide us back to the original face of Christianity. 

Anything less than this is not Christianity. Anything less than this is fake. Please do not replace the face of Christianity with religion, liturgy, law, or good ethical behavior, no matter how good it is, because it is not the standard of truth. The Gospel is good news. Of course, not good according to anyone, but according to God. Through the Gospel, humans can be returned to God’s original design to be worthy of occupying the world to come. Grace can change our relationship with God, who was previously an enemy because of sin. Still, through the sacrifice of the Lord Jesus, we become partners, reconciled, and justified. Being justified doesn’t mean that we are automatically righteous.

Grace does not change our nature and character automatically but changes our relationship with God. By grace, we become children of God and receive the seal of the Holy Spirit, which means the potential to experience change so that we are truly righteous, not just justified. Furthermore, we can exist as children of God, not only the status we acknowledge but our actual existence as children of God. That is why the Lord Jesus said: “Make disciples of all the nations.” It must be through the process.

Indeed, similar to Jesus is abstract. However, it does not become abstract when the process takes place in each individual and experiences changes or renewal of life. At last, we can call out on Him, “Abba, O Father.” Christianity must be formulated in concrete personal life according to each state. Nothing is the same because everyone has different struggles. However, the All-Powerful, Omnipresent Holy Spirit, the Spirit of God Himself, will lead us to perfection. This is a process that must occur or take place in our lives. The process that makes a person experience separation from the old self to become the new human. No, not just to be better, more moral, and more virtuous, but the old self was utterly abandoned.

This process is felt and cannot be told or disclosed to others because the work of the Holy Spirit is so personal and confidential, very secret in someone’s life, that the person becomes a new human. When people talk about the new birth, many books or scientific papers write about it. However, that does not answer salvation because the answer is the concrete process of each individual; that is, they experience a process under the leadership of the Holy Spirit. So, when we trust Jesus, we are reconciled to God. However, our state is still the old self.

We should be able to see the two humans within us. We have to go through a process of growth until separation occurs. Separation begins through a process, but of course, not instantly. The process must continue growing and changing until separation happens. This is the new birth, namely becoming children of God; as Paul said, “I died to this life, and my real life is hidden with Christ in God. It is no longer I who live, but Christ lives in me.”

The Lord Jesus said, “No one can serve two masters,” meaning we cannot put on both the old self and the new one. We still wear the body of sin but must not obey it. Romans 7 is the process that Paul went through; he said, “I want to do what is good, but I don’t,” he has started to find two human beings within himself. It clearly says in Galatians, “Let the Holy Spirit guide your lives. Then you won’t be doing what your sinful nature craves. The sinful nature wants to do evil, which is just the opposite of what the Spirit wants. And the Spirit gives us desires that are the opposite of what the sinful nature desires. These two forces are constantly fighting each other, so you are not free to carry out your good intentions.”

Indeed, most of us are still united, not yet separated. How did the separation process occur? If we are serious about learning the truth because the truth will set us free, John 8:31-32. The Word separates “soul and spirit.” We also must live in prayer because we will begin to be sensitive to what is according to God’s will and what is not. This is what Paul meant, “I know what is good, but I do evil.” Not talking about the law but about God’s will and what is good, acceptable, and perfect. However, it must start first with the effort to be good. People can’t be perfect if they’re not good first.  

CHRISTIANITY MUST BE FORMULATED IN THE CONCRETE LIFE OF EACH PERSON

Card image
KEHIDUPAN KONKRET - 03 Juli 2023
2023-07-03 09:28:12


Sadarkah kita bahwa wajah kekristenan yang asli telah berubah dari masa ke masa? Kita yang hidup di abad 21, sebenarnya telah mewarisi kekristenan yang telah banyak berubah. Namun, kalau kita sungguh-sungguh mau mencari Tuhan dan mau menemukan wajah asli dari kekristenan, kita pasti menemukannya. Mengenai kembali ke Alkitab atau back to the Bible, itu bukan hanya bicara soal pengajaran yang biasanya standar, ukuran, parameter dari Bible adalah ajaran-ajaran yang telah diakui oleh gereja-gereja sebagai kebenaran yang alkitabiah atau kebenaran yang murni atau asli. Kita mau back to the Bible bukan berdasarkan ajaran yang sudah ada, melainkan kita kembali ke Alkitab sesuai dengan apa yang Alkitab tulis. Kiranya Roh Kudus menolong untuk kita serius mencari Tuhan, Allah yang tidak berubah, Maha Hadir, dan berbicara. Roh Kudus pasti menuntun agar kita kembali kepada wajah kekristenan yang asli.

Kurang dari ini, bukanlah kekristenan. Kurang dari ini, palsu. Inilah wajah kekristenan. Jangan digantikan keberagamaan, liturgi, hukum, atau etika budi pekerti yang baik. Sebaik apa pun, itu bukan standar kebenaran. Injil itu kabar baik. Tentu bukan baik menurut siapa pun, melainkan baik menurut Allah. Melalui Injil, manusia dapat dikembalikan ke rancangan Allah semula, untuk layak menempati dunia yang akan datang. Anugerah bisa mengubah relasi atau hubungan kita dengan Allah yang tadinya sebagai musuh karena dosa, tetapi oleh kurban Tuhan Yesus, kita menjadi sekutu; diperdamaikan; dibenarkan. Dibenarkan bukan berarti otomatis kita ini benar.

Anugerah tidak mengubah kodrat dan karakter kita secara otomatis, tetapi mengubah relasi atau hubungan dengan Allah. Dengan anugerah, kita menjadi anak-anak Allah. Kita menerima meterai Roh Kudus artinya potensi untuk mengalami perubahan supaya kita benar-benar benar, bukan hanya dibenarkan. Selanjutnya, kita bisa berkeberadaan sebagai anak-anak Allah. Bukan hanya status yang kita akui, melainkan berkeberadaan sungguh-sungguh sebagai anak-anak Allah. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata: “Jadikan semua bangsa murid-Ku.” Harus berproses.

Memang serupa dengan Yesus itu abstrak. Namun, tidak menjadi abstrak ketika proses itu berlangsung dalam setiap individu dan mengalami bagaimana perubahan atau pembaruan hidup. Akhirnya kita bisa memanggil, “Abba, ya Bapa.” Kekristenan harus dirumuskan dalam kehidupan konkret pribadi demi pribadi. Tdak ada yang sama, karena setiap orang memiliki pergumulan yang berbeda-beda. Namun, Roh Kudus yang Maha Kuat, Maha Hadir, yang adalah Roh Allah sendiri, akan menuntun kita kepada kesempurnaan. Ini proses yang harus terjadi atau berlangsung dalam hidup kita. Proses yang membuat mengalami pemisahan dari manusia lama menjadi manusia baru. Bukan sekadar menjadi lebih baik, lebih bermoral, lebih berbudi pekerti, tidak. Manusia lama benar-benar ditinggalkan.

Proses itu dirasakan dan tidak bisa diceritakan, diungkapkan kepada orang lain karena ada karya Roh Kudus yang begitu pribadi sifatnya dan confidential; sangat rahasia dalam hidup seseorang. Sehingga dia menjadi manusia baru. Kalau orang bicara soal kelahiran baru, ada banyak buku atau karya ilmiah menulis tentang hal itu. Namun, itu tidak menjawab keselamatan. Sebab, yang menjawab adalah proses konkret setiap individu, yaitu dia mengalami proses dalam pimpinan Roh Kudus. Jadi, ketika kita percaya Yesus, kita diperdamaikan dengan Allah. Namun, keadaan kita masih manusia lama.

Kita harus bisa melihat dua manusia itu di dalam diri kita. *Kita harus mengalami proses pertumbuhan sampai terjadi Tentu tidak dalam sekejap, tetapi lewat proses, mulai ada pemisahan. Terus bertumbuh, prosesnya harus semakin berubah, sampai bisa terpisah. Inilah lahir baru yaitu menjadi anak-anak Allah; seperti Paulus yang mengatakan, “Aku telah mati, hidupku tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku.”

Tuhan Yesus berkata, “Kamu tak dapat mengabdi kepada dua tuan,” berarti kita tidak bisa mengenakan manusia lama, tetapi juga manusia baru. Kita memang masih mengenakan tubuh dosa, tetapi kita tidak boleh menurutinya. Roma 7 adalah proses yang dialami Paulus, dia berkata, “Aku tahu apa yang baik, tetapi yang jahat kulakukan,” dia sudah mulai menemukan dua manusia di dalam dirinya. Jelas dikatakan di dalam Galatia, “Hiduplah oleh roh maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan roh, dan keinginan roh dengan keinginan daging. Karena keduanya bertentangan, sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.”

Memang sebagian kita rata-rata masih menyatu, belum sampai berpisah. Bagaimana proses perpisahan itu terjadi? Jika, pertama, kita sungguh-sungguh serius belajar kebenaran, karena kebenaran akan memerdekakan kita, Yohanes 8:31-32. Firman itu memisahkan, “jiwa dan roh.” Kedua, hidup di dalam doa. Kita akan mulai punya kepekaan merasakan apa yang sesuai kehendak Allah, apa yang tidak. Inilah yang dimaksud Paulus, “Aku tahu apa yang baik, tetapi yang jahat kulakukan.” Pasti tidak bicara mengenai hukum. Itu bicara mengenai apa kehendak Allah; apa yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna. Namun, harus dimulai dulu dari usaha untuk menjadi baik. Orang tidak mungkin sempurna kalau tidak baik.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEKRISTENAN HARUS DIRUMUSKAN DALAM KEHIDUPAN KONKRET PRIBADI DEMI PRIBADI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 Juli 2023
2023-07-03 09:16:10

2 Raja-raja 9-11

Card image
Truth Kids 02 Juli 2023 - BUKAN MILIKKU
2023-07-02 10:10:16


Yesaya 45:12
“Akulah yang menjadikan bumi dan yang menciptakan manusia di atasnya; tangan-Kulah yang membentangkan langit, dan Akulah yang memberi perintah kepada seluruh tentaranya.”

Ada yang tahu tidak, siapa yang menciptakan semut, harimau, pohon kelapa, dan burung pipit? Wah… tentu saja Tuhan yang menciptakan semuanya itu. Lalu bagaimana dengan manusia, siapa yang menciptakannya? Tentu Tuhan, dong. Tuhan menciptakan semua yang ada di bumi ini. Itu artinya Tuhan adalah pemilik dari semua yang ada di bumi ini.

Hari ini kita mau belajar dari kisah bapak Abraham dan ibu Sara yang menantikan lahirnya seorang anak. Saat Ishak lahir, mereka sangat bahagia dan sangat menyayangi Ishak. Namun, suatu hari bapak Abraham diperintahkan untuk menjadikan Ishak sebagai korban persembahan bagi Tuhan. Tentu ini bukanlah hal yang mudah bagi bapak Abraham. Namun, bapak Abraham adalah orang yang taat. Ia mengerti bahwa Ishak adalah milik Tuhan. Maka kapan saja Tuhan menginginkan Ishak tentu bapak Abraham akan memberikannya.

Wah… hebat, ya, bapak Abraham. Yuk, kita belajar dari bapak Abraham yang taat dan tidak marah kepada Tuhan. Walaupun Tuhan mau mengambil Ishak dari keluarganya, bapak Abraham tetap taat. Ishak adalah kepunyaan Tuhan, bukan milik bapak Abraham sendiri. Kita pun demikian, Sobat Kids. Anak adalah milik Tuhan, bukan hanya milik orangtua. Semuanya adalah milik Tuhan.

Card image
Truth Junior 02 Juli 2023 - MILIK-NYA
2023-07-02 10:07:38


Yesaya 45:12
“Akulah yang menjadikan bumi dan yang menciptakan manusia di atasnya; tangan-Kulah yang membentangkan langit, dan Akulah yang memberi perintah kepada seluruh tentaranya.”

Sobat Junior, apakah kalian suka mendengarkan musik? Jenis musik apa pun yang kalian suka dengar, pasti ada orang yang menciptakannya. Kan, tidak mungkin tiba-tiba musik itu muncul sendiri? Para pencipta musik memiliki hak yang disebut hak cipta. Hak cipta melindungi karya-karya kreatif yang dihasilkan seseorang; contohnya lagu, buku, film, dan karya seni lainnya. Seorang pencipta memiliki hak atas karya yang diciptakannya.

Begitu juga dengan anak-anak, Sobat Junior. Anak adalah milik Tuhan, bukan orangtua atau manusia siapa pun. Mengapa bukan orang tua? Karena Tuhanlah Sang Pencipta. Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong. Kemudian berfirmanlah Allah, maka jadilah bumi beserta dengan isinya termasuk manusia. Sebagai hasil ciptaan-Nya, manusia berarti milik Tuhan. Dan seharusnya kita mengabdi, melayani Sang Pencipta. Kita adalah milik-Nya.

Tapi bukan berarti kita tidak perlu menghargai orangtua yang membesarkan dan merawat kita. Justru kita bisa mengabdi kepada Sang Pencipta dengan mengasihi dan menghormati orang tua kita, yang juga adalah pemberian dari Tuhan kepada kita. Mari kita mengasihi Tuhan dengan cara mengasihi orangtua kita yang kelihatan di bumi ini.

Card image
Truth Youth 02 Juli 2023 (English Version) - EMBRACING THE CALL TO SERVE GOD
2023-07-02 10:05:34


"Whoever serves me must follow me, and where I am, there will my servant be also. Whoever serves me, the Father will honor" (John 12:26).

As believers, we are called to dedicate our lives as servants of God, to devote ourselves to His purposes and will. Serving God is not a burden but a privilege and a pathway to receive joy from Him. Like a dedicated athlete who practices diligently and gives their best in the game, as young people, we are called to serve God with the same passion and commitment. Our service to Him should be like a beloved sport, where we strive hard, consistently practice, and give our best to praise and glorify Him. In John 12:26, Jesus said, "Whoever serves me must follow me, and where I am, there will my servant be also. Whoever serves me, the Father will honor."

This verse reminds us that serving God goes hand in hand with following Him. It is not merely about fulfilling religious duties or rituals but a sincere commitment to walk in His footsteps and alongside Him. Our service should reflect the love of God, carried out faithfully and wholeheartedly.

Serving God faithfully means obeying His Word, seeking His guidance in every aspect of life. It involves humility and willingness to prioritize His will above our own desires. When we serve God sincerely, our actions become a testimony of His love and grace, drawing others closer to Him.

Let us embrace the call to serve God wholeheartedly, acknowledging that our service is an opportunity to praise and glorify Him. When we serve faithfully, we can trust that the Father sees and acknowledges our efforts. May our lives be a reflection of His love as we walk in the footsteps of Jesus, our ultimate example as servants.

WHAT TO DO:
1. Prepare your heart to receive His calling.
2. Fulfill the calling by constantly seeking Him through prayer.
3. Read the Bible and pray every morning as a commitment to journey with Him.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Job 25-30

Card image
Truth Youth 02 Juli 2023 - EMBRACING THE CALL TO SERVE GOD
2023-07-02 10:02:17


"Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa" (Yohanes 12:26).

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mengabdikan hidup kita sebagai hamba Tuhan, mendedikasikan diri kita untuk tujuan dan kehendak-Nya. Mengabdi kepada Tuhan bukanlah suatu beban, melainkan sebuah keistimewaan dan jalan untuk mendapatkan sukacita dari-Nya. Seperti seorang atlet yang berdedikasi, berlatih dengan tekun dan memberikan yang terbaik dalam pertandingan, maka sebagai anak muda, kita dipanggil untuk melayani Tuhan dengan gairah dan kesungguhan yang sama. Pelayanan kita kepada-Nya seharusnya seperti olahraga yang kita cintai, dimana kita berusaha keras, berlatih secara konsisten, dan memberikan yang terbaik untuk memuji dan memuliakan-Nya. Di dalam Yohanes 12:26, Yesus berkata, “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.”

Ayat ini mengingatkan kita bahwa melayani Tuhan sejalan dengan mengikut-Nya. Ini bukan hanya tentang melaksanakan kewajiban atau ritual keagamaan, melainkan komitmen tulus untuk berjalan dalam jejak-Nya dan bersama dengan-Nya. Pelayanan kita harus mencerminkan kasih yang dari Tuhan, yang dilakukan dengan setia dan tulus hati.

Melayani Tuhan dengan setia berarti taat kepada Firman-Nya, mencari petunjuk-Nya dalam segala aspek kehidupan. Ini melibatkan kerendahan hati dan kesediaan untuk mengutamakan kehendak-Nya di atas keinginan kita sendiri. Ketika kita melayani Tuhan dengan tulus, maka tindakan kita menjadi kesaksian tentang kasih dan anugerah-Nya dan menarik orang lain lebih dekat kepada-Nya.

Marilah kita menerima panggilan untuk melayani Tuhan dengan sepenuh hati, mengakui bahwa pelayanan kita adalah kesempatan untuk memuji dan memuliakan-Nya. Saat kita melayani dengan setia, kita dapat percaya bahwa Bapa melihat dan mengakui usaha kita. Semoga hidup kita menjadi cermin dari kasih-Nya saat kita berjalan di jejak Tuhan Yesus, teladan utama kita sebagai hamba.

WHAT TO DO:
1. Mempersiapkan hati untuk menerima panggilan-Nya
2. Penuhi panggilan itu dengan selalu bertanya kepada-Nya melalui doa
3. Baca Alkitab dan doa pagi setiap hari sebagai bentuk komitmen kita berjalan bersama-Nya

BIBLE MARATHON:
▪︎Ayub 25-30

Card image
Renungan Pagi - 02 Juli 2023
2023-07-02 09:55:00


Kita boleh saja berkata saya anak Tuhan, saya pelayan Tuhan yang sudah lama melayani, tetapi kalau kualitas hidup tidak jelas, tidak berpadanan dengan firman Tuhan, maka hidup akan menjadi bahan tertawaan orang.

Kalau kualitas hidup jelas, maka orang lain dapat melihat hidup kita dengan kesaksian yang hebat bahwa Yesus benar-benar hidup dalam hidup kita. Sebagaimana Tuhan Yesus berkata, bahwa DIA datang memberikan hidup-Nya, itulah hidup yang berkualitas, bukan sekedar kelimpahan secara materi.

Jadi kualitas hidup tidak ditentukan oleh berapa lama menjadi kristen, berapa lama melayani, apa jabatan dalam gereja, tetapi ditentukan oleh kualitas hubungan kita dengan Tuhan, sebab pengalaman pribadi dengan Tuhan akan terpancar keluar lewat perkataan dan perbuatan dalam keseharian hidup kita.
(Yohanes 10:10B)

Card image
Quote Of The Day - 02 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-02 09:52:00


Kalau seseorang belum bisa memandang hidup dari sudut kekekalan, tidak mungkin bisa hidup benar.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 02 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-02 09:49:34


Apa pun masalahmu, kalau kamu konek dengan Tuhan pasti selesai.

Card image
BE VALUABLE - 02 Juli 2023 (English Version)
2023-07-02 09:45:30


Why are so many inborn Christians who don’t grow until they are old? They may become wiser, intelligent, and capable, but not spiritual. This happened because they did not have a heart that could be sprinkled with Words for their growth. Their mind still gives room to this world. The Word of God in Luke 16:11 says, “And if you are untrustworthy about worldly wealth, who will trust you with the true riches of heaven?” In other words, “If you are still not right, your perspective on seeing the world is not right; you cannot understand, accept, and have real wealth.” The real treasure is God, represented by the word alithenon, the truth, or the Rhema. 

Maybe we are a bit late, but we still have the opportunity to enjoy Christianity from second to second, from minute to minute, from hour to hour, and prove that He is alive and with us. If we don’t experience God’s presence daily, how can we be different from other humans who don’t have Immanuel? Didn’t we receive the seal of the Holy Spirit? Even our bodies are allowed to be His temple. If the Holy Spirit is present in our lives, we should experience God. So don’t take this lightly.

We must seek God’s presence and seek His face. If we believe that Jesus was resurrected, He is not a God of the dead; we should be able to walk with Him and experience Him. When we say, “Hold my hand, Lord,” we will experience God’s presence in our lives, meaning that there is His intervention in the various problems of life that we experience. However, we must be serious, militant, extreme, and passionate. Extreme, positive bigots that don’t hurt other people. Extremes in longing and positive ambition to experience God.

The truth is we are worthless human beings. However, when we seek God, we become valuable because we have Him. It doesn’t matter if we have nobody or nothing as long as we walk with God. He is the life. One day when we are on the verge of death, dying, and having to let go of everything-even our lives, we know that He is more valuable than our lives and is all we need. We sincerely say, “Please allow me to always be in Your presence, Father.”

The Lord Jesus said in John 4:23-24, “But the time is coming—indeed it’s here now—when true worshipers will worship the Father in spirit and in truth. The Father is looking for those who will worship him that way. For God is Spirit, so those who worship him must worship in spirit and in truth.” There is a time when people deal with God, not with liturgical, ceremonial, or ritual media, but encounter Him at any time. A worship that is not regulated by systems and methods, not limited by space and time, but by the life of a person who knows their God. 

Let us encounter God. We must allocate (set aside) the space of our lives to seek Him. The Holy Spirit will help us to deal with God and have an encounter with Him. Many of us are lost without realizing it; that is when we do not find the face of God and His presence and do not feel His presence. Then, in whose presence are we? Who are we walking with? Enjoying God is not only in the service but in life second by second, minute by minute, hour by hour.

Ironically, many Christians have not reached this stage because they enjoy their Christianity only in church. After leaving the church, they no longer need to deal with God proportionally. They are busy with all activities of life. That doesn’t mean we shouldn’t be busy; we must be busy. People who are not busy are lazy. However, don’t let the busyness of life make us forget what is most important in life. There must be longing and determination to seek God. If someone is used to enjoying worldly pleasures, they cannot enjoy God, and when on the verge of death or have died, they feel thirsty but cannot and do not deserve to drink from God.

So, if people don’t seek God earnestly for years, they won’t understand the language of intimacy with Him. They have never understood what the enjoyment of prayer is and cannot pray. Ironically, most Christians have not experienced an encounter. They only meet with the liturgy. In church, they fantasize about God but have not encountered Him. What’s the proof? First, they are still easy to sin. Second, they are afraid of anything, the peak of which is the fear of death. Death should be our pleasure, so there must be something wrong if we fear death.

We must enjoy God; all the events we experience are the means to discover God’s moves and maneuvers until we understand, “This is God’s will.” Any state we face, good, pleasant, or even complex, can become the vehicle of God’s presence. So, we must be sensitive to His presence in our lives. Walk with God starting today; then, He will defend us.  

WE BECOME VALUABLE WHEN WE SEEK GOD BECAUSE WE HAVE HIM. .

Card image
MENJADI BERHARGA - 02 Juli 2023
2023-07-02 09:41:32


Mengapa ada banyak orang dari kecil sampai tua Kristen, tetapi tidak bertumbuh? Mungkin dia menjadi lebih bijak, lebih cerdas, lebih cakap, tetapi tidak menjadi rohani. Hal itu terjadi karena dia tidak memiliki hati yang bisa ditaburi firman guna pertumbuhannya. Pikirannya masih memberi ruangan terhadap dunia ini. Maka, firman Tuhan dalam Lukas 16:11 mengatakan, “Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?” Dengan kalimat lain, “Kalau kamu masih belum beres, cara pandangmu melihat dunia belum beres, kamu tidak bisa mengerti, menerima, dan memiliki harta yang sesungguhnya.” Harta yang sesungguhnya adalah Tuhan, yang diwakili dengan kata alithenon; the truth, kebenaran, rhema.

Mungkin kita agak terlambat, tetapi kita masih punya kesempatan untuk menikmati kekristenan dari detik ke detik, dari menit ke menit, dari jam ke jam, dan membuktikan bahwa Dia hidup, Dia menyertai kita. Kalau kita tidak mengalami kehadiran Allah dalam hidup kita setiap hari, apa bedanya kita dengan manusia lain yang tidak memiliki Imanuel? Bukankah kita menerima meterai Roh Kudus? Bahkan tubuh kita diperkenan menjadi bait Roh Kudus. Kalau Roh Kudus hadir di dalam hidup kita, mestinya kita mengalami Allah. Maka jangan anggap enteng hal ini.

Kita harus mencari hadirat Tuhan dan mencari wajah-Nya. Kalau kita percaya bahwa Yesus bangkit, Dia bukan Tuhan yang mati, mestinya kita bisa berjalan dengan Tuhan dan mengalami-Nya. Mestinya ketika kita berkata, “Pegang tanganku, Tuhan,” maka kita akan mengalami kehadiran Tuhan di dalam hidup kita; artinya ada campur tangan Tuhan dalam berbagai persoalan hidup yang kita alami. Namun, kita harus sungguh-sungguh, militan, ekstrem, dan fanatik. Tentu ekstrem, fanatik yang positif yang tidak melukai orang lain, tidak menyakiti sesama. Ekstrem di dalam kerinduan, ambisi yang positif untuk mengalami Tuhan.

Sejatinya, kita adalah manusia yang tidak berharga. Namun, ketika kita mencari Tuhan, kita menjadi berharga karena kita memiliki Dia. Kita bisa tidak memiliki siapa-siapa atau apa-apa, tetapi jangan tidak berjalan dengan Tuhan. Dialah kehidupan. Suatu saat ketika kita di ujung maut, sekarat, ketika harus melepaskan segalanya—bahkan nyawa kita, kita baru tahu ternyata Dia lebih berharga dari nyawa kita dan hanya Dia yang kita butuhkan. Dengan tulus kita katakan, “Izinkan aku selalu ada di hadirat-Mu, Bapa.”

Tuhan Yesus berkata di Yohanes 4:23-24, “Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” Ada saatnya orang berurusan dengan Allah, bukan dengan media liturgi, seremonial, ritual semata, melainkan berjumpa setiap saat. Ibadah yang tidak dibatasi ruangan dan waktu, tidak diatur sistem dan cara, tetapi kehidupan seorang yang mengenal Allahnya.

Mari, temui Tuhan. Kita harus mengalokasi (menyisihkan) waktu ruangan hidup kita dengan serius untuk mencari Tuhan. Roh Kudus akan menolong kita untuk berurusan, berhadapan dengan Tuhan dan mengalami perjumpaan dengan-Nya. Sebenarnya, tanpa disadari banyak di antara kita yang terhilang, yaitu ketika kita tidak menemukan wajah Tuhan serta kehadiran-Nya, dan tidak merasakan hadirat-Nya. Lalu, kita di hadirat siapa? Kita berjalan dengan siapa? Menikmati Tuhan bukanlah di kebaktian, melainkan dalam hidup detik ke detik, menit ke menit, jam ke jam.

Ironis, banyak orang Kristen yang belum sampai tahap ini, karena mereka menikmati kekristenannya hanya di gereja. Keluar dari gereja, mereka merasa tidak perlu lagi berurusan dengan Allah secara proporsional. Mereka sibuk dengan segala kegiatan hidup. Bukan berarti tidak boleh sibuk; kita harus sibuk. Orang yang tidak sibuk adalah orang yang malas. Namun, jangan sampai kesibukan hidup membuat kita lupa apa yang terpenting di dalam hidup. Harus ada kerinduan, tekad mencari Tuhan. Kalau seseorang sudah terbiasa meneguk kesenangan dunia, ia tidak sanggup meneguk Tuhan. Ketika berada di ujung maut atau sudah mati, ia baru merasa kehausan, tetapi ia tidak sanggup dan memang tidak layak meneguk Allah.

Maka, kalau orang bertahun-tahun tidak mencari Tuhan dengan serius, dia tidak akan bisa mengerti bahasa-bahasa keintiman dengan Allah. Dia tidak pernah mengerti apa itu kenikmatan doa dan tidak bisa berdoa. Ironisnya, sebagian besar orang Kristen belum berjumpa dengan Tuhan. Mereka hanya berjumpa dengan liturgi. Di gereja mereka berfantasi tentang Tuhan, tetapi sejatinya belum mengalami perjumpaan. Buktinya apa? Pertama, mereka masih mudah berbuat dosa. Kedua, mereka takut apa pun; yang puncaknya adalah takut mati. Padahal, mati itu mestinya jadi kesenangan kita. Kalau sampai takut mati, pasti ada sesuatu yang salah.

Kita harus menikmati Tuhan. Semua peristiwa yang kita alami merupakan sarana yang di dalamnya kita menemukan gerak Tuhan, manuver Tuhan. Sampai kita mengerti, “Ini Tuhan menghendaki.” Bukan hanya keadaan yang baik, yang menyenangkan. Kesulitan-kesulitan yang kita hadapi pun menjadi kendaraan Tuhan hadir. Maka, kita harus memiliki kepekaan untuk bisa melihat kehadiran Tuhan di dalam hidup kita. Berjalanlah dengan Tuhan mulai hari ini, maka kita akan dibela Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KETIKA KITA MENCARI TUHAN, KITA MENJADI BERHARGA KARENA KITA MEMILIKI DIA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 Juli 2023
2023-07-02 09:37:23

2 Raja-raja 5-8

Card image
Truth Kids 01 Juli 2023 - AKU ADALAH HADIAH TERBAIK
2023-07-01 09:43:42


Yesaya 49:15
“Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.”

“Wah.. hadiah ini untukku?” ujar Riko senang. Siapa di antara Sobat Kids yang pernah mendapatkan hadiah dari papa, mama? Kalian pasti senang saat papa dan mama memberikan hadiah yang kalian sukai. Tetapi, tahukah Sobat Kids, kalau ada hadiah terbaik yang Tuhan berikan kepada papa dan mama, loh. Yaaa… betul, hadiah terbaik itu adalah kita; seorang anak yang lahir dari perut mama. Papa dan mama menantikan kita dan berdoa kepada Tuhan untuk mendapatkan hadiah terbaik dari-Nya.

Papa dan mama sangat senang saat kita lahir ke dunia ini. Sobat Kids harus tahu bahwa kita adalah hadiah terbaik bagi mereka. Orangtua sangat sayang kepada kita. Mereka mendapatkan kepercayaan dari Tuhan untuk merawat, mengasihi, dan mendidik anak-anaknya. Sampai besar nanti papa, mama tidak akan melupakan kita. Jadi, ingat ya, setiap Sobat Kids adalah hadiah terbaik bagi keluarga.

Card image
Truth Junior 01 Juli 2023 - SEDALAM LAUTAN
2023-07-01 09:41:37


Yesaya 49:15
“Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.”

“Sedalam-dalam lautan lebih dalam kasih Yesusku; seindah-indah pelangi lebih indah kasih Yesusku.." lirik lagu ini pasti sudah tidak asing bagi kita. Allah Bapa telah lebih dulu mencintai kita sebagai anak-anak-Nya. Ia menjaga dan membentuk kita dalam kandungan ibu, bahkan Ia rela mati untuk menyelamatkan kita.

Sobat Junior, anak adalah sebuah hadiah dan berkat bagi orangtua. Tuhan memberikan anak dalam sebuah keluarga. Tuhan memberikan kepercayaan kepada orangtua untuk merawat, membesarkan, dan mendidik anaknya. Bagi orangtua, tugas tersebut tidaklah mudah. Namun, mereka sadar bahwa anak adalah titipan dari Tuhan. Orangtua harus bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan Tuhan. Orangtua akan mengasihi anaknya dengan kasih yang dari Tuhan. Kasih orangtua pun tidak terbatas, Sobat Junior. Sedalam lautan, begitu juga kasih orangtua kepada anak.

Bersyukurlah atas kedua orangtua kalian, Sobat Junior. Bagaimanapun kondisi orangtuamu saat ini, hormatilah mereka. Kita mau belajar menjadi anak yang merupakan hadiah terbaik untuk orangtua kita. Selamat berjuang.

Card image
Truth Youth 01 Juli 2023 (English Version) - BENEVOLENCE
2023-07-01 08:49:48


"And let each of you look not only to his own interests, but also to the interests of others." (Philippians 2:4)

"Kebajikan" (benevolence). In Christianity, this word is rarely heard, both from the church pulpit and fellowships. The word "kebajikan" is most commonly emphasized in Chinese teachings, such as Confucianism and Buddhism. The spirit of benevolence forms the foundation of interpersonal relationships in Chinese culture. Although seldom heard, benevolence is actually the essence of all teachings in the Abrahamic religions, including Christianity. The Bible contains numerous teachings on benevolence.

According to the Indonesian dictionary (KBBI), kebajikan means a good deed or something that brings goodness. In reality, almost all religious teachings originate and evolve from the values or spirit of benevolence. A religion that does not teach about benevolence cannot be considered a religion or is insufficient to be called one. Such a religion is impoverished and feeble, not suitable for humanity.

The Bible, as the written word of God, contains many teachings about benevolence, as found in the Ten Commandments and Philippians 2:4. In both sources, noble values of benevolence are mentioned, which have the power to govern and transform a society into one that is virtuous and culturally advanced. In the light of the Gospel, Jesus said that the core of the Law is to love God with all one's heart and to love others as oneself. This means that a Christian should strive for benevolence to the maximum for the well-being and goodness of others. Paul also emphasizes that in interpersonal relationships, a Christian should not live self-centeredly but should live altruistically, not only focusing on their own lives but also considering and helping others' lives.

This is one of the important paradigms that serves as the foundation for a Christian's ministry, that the spirit of heavenly benevolence expressed through Christ should be the solid basis for us to serve others. God's grace, which liberates us from the bondage of sin and brings us into a new life, can only be responded to with faith and genuine acts of love toward others. Therefore, serving is not a burden or obligation but an expression of our gratitude for God's grace. Praise be to the Triune God. Amen.

WHAT TO DO:
1. Diligently study the Word of God and pray.
2. Work hard and take responsibility in life.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Job 17-24

Card image
Truth Youth 01 Juli 2023 - BENEVOLENCE
2023-07-01 08:46:30


"Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga." (Flp. 2:4)

“Kebajikan.” Dalam kekristenan, kata ini jarang sekali terdengar, baik dari mimbar gereja maupun persekutuan. Kata “kebajikan” paling sering dikumandangkan dalam ajaran-ajaran Tiongkok, seperti Konfusianisme dan Buddhisme. Semangat kebajikan menjadi dasar dari hubungan antarmanusia dalam kebudayaan masyarakat Tiongkok. Meskipun jarang terdengar, kebajikan ternyata menjadi intisari dari seluruh ajaran agama Samawi, salah satunya kekristenan. Alkitab memuat banyak sekali ajaran mengenai kebajikan.

Menurut KBBI, kebajikan berarti perbuatan baik atau sesuatu yang mendatangkan kebaikan. Sebenarnya, hampir semua ajaran agama berakar dan berkembang dari nilai atau semangat kebajikan. Agama yang tidak mengajarkan tentang kebajikan tidak dapat atau tidak cukup syarat untuk disebut sebagai agama. Agama semacam itu adalah agama yang miskin dan kerdil, tidak cocok bagi manusia.

Alkitab sebagai sabda Allah yang tertulis, memuat banyak pengajaran tentang kebajikan, seperti yang termuat dalam 10 Hukum Allah dan Filipi 2:4. Pada kedua sumber ini, termuat nilai kebajikan yang agung yang mampu mengatur dan mengubah suatu masyarakat menjadi masyarakat yang berbudi luhur, serta berkebudayaan tinggi. Dalam terang Injil, Tuhan Yesus berkata bahwa titik berat ajaran Taurat adalah mengasihi Tuhan dengan seluruh hidup dan mengasihi sesama seperti diri sendiri. Itu berarti seorang Kristen harus mengusahakan kebajikan secara maksimal bagi kesejahteraan dan kebaikan sesamanya. Paulus pun menegaskan bahwa dalam hubungan antarmanusia, janganlah seorang Kristen hidup egosentris, melainkan hendaknya ia hidup altruis; tidak hanya berfokus pada kehidupannya sendiri, tetapi juga memikirkan dan menolong kehidupan orang lain.

Inilah salah satu paradigma penting yang menjadi dasar seorang Kristen menggelar pelayanannya, yakni bahwa semangat kebajikan dari surga yang dinyatakan melalui Kristus harus menjadi dasar yang kokoh bagi kita untuk melayani sesama. Kasih karunia Allah yang membebaskan kita dari belenggu dosa dan membawa kita pada kehidupan yang baru, hanya dapat direspons dengan iman serta perbuatan kasih yang nyata kepada sesama. Oleh sebab itu, melayani bukanlah suatu beban ataupun keharusan, melainkan sebuah perwujudan terima kasih kita atas kasih karunia Allah. Terpujilah Allah Tritunggal. Amin.

WHAT TO DO:
1. Tekun mempelajari Firman Tuhan dan berdoa
2. Bekerja keras dan bertanggung jawab dalam hidup

BIBLE MARATHON:
▪︎Ayub 21

Card image
Renungan Pagi - 01 Juli 2023
2023-07-01 08:43:26


Apapun yang kita terima, dimata Tuhan itulah yang terbaik, itulah yang paling pas, paling cocok dalam hidup kita, tidak perlu kecewa dan kemudian merasa kurang dengan apa yang kita terima, karena Tuhan tidak pernah merancangkan kekurangan buat anak-anak-Nya.

Karena itu bersyukurlah untuk suami, isteri, anak-anak, orang tua, pekerjaan, ekonomi dan semua yang Tuhan berikan, memang kadangkala tidak mengerti mengapa semua masalah bisa terjadi, tetapi satu yang bisa kita lakukan adalah bersyukur dan mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah kehendak Tuhan.
(1 Tesalonika 5:18)

Card image
Quote Of The Day - 01 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-01 08:29:50


Seorang yang mengutamakan orang lain akan terus berusaha bagaimana hidupnya menjadi berkat bagi sesama.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 01 Juli 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-07-01 08:22:52


Semakin tinggi prosentase seseorang merasa membutuhkan Allah, dia akan semakin menghormati Tuhan, semakin mencintai Tuhan, semakin takut akan Allah.

Card image
TO APPRECIATE CHRISTIANITY
2023-07-01 08:20:05


Christianity is not a ceremonial or a ritualistic religion. Neither is it a liturgy or ordinance of worship and procedures of praying. Christianity is a way of life. It means, Christianity must be appreciated as a way of life, from one minute to the next, and from one hour to the next. Indeed, our way of life should not be guided, controlled, overshadowed, or pressured by the law, but it should be guided and overshadowed by the Holy Spirit where a person is accepted to walk with the Lord.  

This is the meaning of the Lord Jesus is the Emmanuel (which means God is with us). With His advent in the world, His death that atones our sins and justifies us before God, and His resurrection that validates His victory of His obedience, even obedience unto death on the cross, the curtain of God’s temple was torn in two, from top to bottom. The great divider that separated God and human was torn. Now humans can have a fellowship with God. Before the atonement by the blood of Jesus, the High Priest was the only one who could meet with God, and only once every year. 

When the curtain that separates the Holy Place from the Most Holy Place was torn, which signifies the willingness of God to be present in our lives – Immanuel in human’s lives – then, humans can walk with God. This is good news. We must welcome and accept this good news so that we can truly experience it. We should not only acknowledge the good news or study it as a systematic theology, but also experience it as a reality for each person. This reality is the experience that we must strive for and appreciate. We must appreciate Christianity as not only an enjoyment of church services or liturgies, but as a walk and a fellowship with the Lord from one second to the next, then one minute to the next, from one hour to the next, and finally from one day to the next.

As we remember our journey in life, the long years that have passed, we may have some regrets of our half-heartedness in walking with God. Christianity was seen to be only about intellectual knowledge, a subject that can be logically formulated, and services from which we can enjoy some benefits. But now, as time goes by, along with every event that God has used to mold us, and by His grace, we understand that the living God, the Most Holy God, the Most-High who lives in unapproachable light, is willing to be present in humans’ life in and through His Holy Spirit to walk with us.

But we must compel ourselves to walk with God every day, to live in His presence every day. If it can be said of Enoch that he walked with God (or halak in Hebrew; to walk, to live together), then we, as the God’s chosen people of the New Testament who have received His Holy Spirit, should be able to surpass Enoch. We will deeply regret passing this opportunity. Indeed, seeking the Lord is like searching and finding a needle in a haystack, but we must believe in His promise – and He doesn’t lie, He will fulfill His promise, that is, “If you look for Me wholeheartedly, you will find Me.”

So, starting from now on, let us be committed to earnestly seek the Lord until we can grasp that we need Him more than breath and more than the blood flowing in our body, even He is more precious than our soul. For what good will it be for someone to gain the whole world, yet forfeit their soul? Remember, our soul is more valuable than all the riches of this world. If we can grasp this fact, then we will be able to grasp that God’s worth is invaluable for us. Do not belittle God. Don’t consider Him as easy to get. He is more valuable than our soul. 

Jesus said in Matthew 4:4, “People do not live by bread alone, but by every word that comes from the mouth of God.” The word ‘word’ comes from the Greek word rhema which means God’s word, God’s voice, and even God Himself. We cannot live without God. As our body cannot live without bread, neither can our soul and spirit live without God. The knowledge about God alone cannot give us life, but if that knowledge is interpreted by the revelation by the Holy Spirit, it will become our spiritual food and it will give us life. This can only happen when we honor God.

  WE CAN APPRECIATE CHRISTIANITY BY WALKING WITH GOD FROM ONE SECOND TO THE NEXT.

Card image
MENIKMATI KEKRISTENAN - 01 Juli 2023
2023-07-01 08:14:25


Kekristenan bukanlah agama seremonial atau agama ritual, juga bukan agama liturgi atau tata cara sembahyang. Ini berarti bahwa kekristenan tidak cukup diwakili dengan penyelenggaraan sebuah seremonial, ritual, liturgi, atau tata cara ibadah atau tata cara sembahyang. Kekristenan adalah jalan hidup. Artinya, kekristenan harus dinikmati dalam perjalanan hidup dari jam ke jam, dari menit ke menit. Tentu perjalanan hidup kita bukanlah perjalanan hidup yang dituntun, diatur, dibayang-bayangi, dan ditekan oleh hukum, melainkan jalan hidup yang dituntun, dibayang-bayangi oleh Roh Kudus di mana seseorang diperkenan untuk berjalan bersama dengan Tuhan.

Itulah arti Yesus adalah Sang Imanuel, berarti Allah beserta kita. Dengan kedatangan Tuhan Yesus ke dunia, kematian-Nya yang menebus dosa manusia dan membenarkan manusia di hadapan Allah, dan kebangkitan-Nya yang menunjukkan kemenangan bahwa Dia taat sampai mati bahkan mati di kayu salib, maka tirai bait Allah terbelah. Batas yang selama ini menghalangi hubungan antara Allah dan manusia, dirobek. Manusia bisa bersekutu dengan Allah. Dahulu sebelum ada penebusan oleh darah Yesus, hanya imam besar yang bisa bertemu dengan Allah, itu pun satu tahun sekali.

Dengan dirobeknya tirai yang membatasi antara Ruang Suci dan Ruang Maha Suci yang mengisyaratkan bahwa Allah berkenan hadir—Imanuel dalam kehidupan manusia—maka manusia bisa berjalan dengan Tuhan. Ini kabar baik. Kita harus menyambut kabar baik ini dan menerima, sehingga kita benar-benar mengalami. Bukan sekadar teori atau sebuah penjelasan format sistematika teologi yang mengisi pikiran, melainkan sebuah kenyataan yang dialami oleh setiap individu. Inilah yang menjadi pergumulan hidup kita dan sekaligus menjadi kesukaan kita. Jangan menikmati kekristenan hanya di acara kebaktian atau pada waktu kita menyelenggarakan dan mengikuti liturgi. Namun, nikmati kekristenan dengan berjalan dan bersekutu dengan Tuhan dari detik ke detik, dari menit ke menit, dari jam ke jam, dari hari ke hari.

Kalau kita mengingat perjalanan hidup yang telah kita jalani dalam tahun-tahun panjang dahulu, mungkin ada penyesalan mengapa kita tidak sungguh-sungguh, tidak benar-benar berjalan dengan Tuhan. Kekristenan dipahami di dalam nalar, dirumuskan di dalam kognitif rasio, dan kita menikmati kekristenan di dalam kebaktian karena ada banyak kepentingan atau ada kepentingan kita di dalamnya. Sekarang, seiring berjalannya waktu, lalu proses kehidupan yang Allah berkenan kita jalani, dan oleh belas kasihan-Nya, maka kita mengerti bahwa Allah yang hidup, Allah yang Maha Kudus, Allah yang Maha Tinggi, Allah yang Maha Suci di terang yang tak terhampiri berkenan hadir di dalam kehidupan umat manusia di dalam dan melalui Roh Kudus untuk berjalan bersama dengan kita.

Namun, kita harus memaksa diri untuk mengalami bagaimana berjalan dengan Tuhan setiap hari, bagaimana bisa hidup di hadirat Tuhan setiap hari. Kalau Henokh bisa dikatakan berjalan dengan Allah—yang di dalam bahasa aslinya halak; berjalan, artinya hidup bersama—maka, kita sebagai umat pilihan Perjanjian Baru yang menerima meterai Roh Kudus mestinya bisa lebih dari Henokh. Kita akan sangat menyesal kalau menyia-nyiakan kesempatan ini. Memang mencari Tuhan seperti mencari dan menemukan jarum di antara tumpukan jerami, tetapi percayalah, sesuai yang dijanjikan Tuhan dan Dia tidak berdusta, Dia pasti penuhi, yaitu “Carilah Aku, maka Aku akan membuat engkau menemukan Aku. Carilah Aku, maka kamu akan mendapatkan.”

Maka, mari mulai saat ini, kita berkomitmen untuk mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh sampai kita bisa menghayati bahwa ternyata Dia kita butuhkan lebih dari napas dan lebih dari darah yang mengalir di tubuh kita. Ternyata Dia lebih berharga dari nyawa kita. Sebab apa gunanya orang memperoleh seluruh dunia kalau jiwanya binasa? Ingat, jiwa kita berharga lebih dari seluruh kekayaan dunia ini. Jika kita menghayati hal itu, maka kita juga bisa mengerti betapa berharganya Tuhan bagi kita. Jangan anggap remeh Tuhan. Jangan pandang Dia murahan. Dia lebih berharga dari nyawa kita.

Yesus berkata di Injil Matius 4:4, “Manusia hidup bukan hanya dari roti, tetapi juga dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah.” Firman itu dalam teks aslinya adalah rhema; perkataan Allah, suara Allah, juga bisa berarti Allah sendiri. Kita tidak bisa hidup tanpa Allah. Sebagaimana tubuh tidak bisa hidup tanpa roti, demikian pula jiwa dan roh kita tidak bisa hidup tanpa Allah. Pengetahuan tentang Allah tidak membuat kita hidup, tetapi pengetahuan tentang Tuhan yang diterjemahkan, yang diwahyukan oleh Roh Kudus di dalam hidup kita menjadi makanan rohani, itulah yang menghidupkan. Hal itu sungguh bisa terjadi kalau kita menghormati Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA BISA MENIKMATI KEKRISTENAN DENGAN BERJALAN BERSAMA TUHAN DARI DETIK KE DETIK.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 01 Juli 2023
2023-07-01 08:10:07

2 Raja-raja 1-4

Card image
Truth Kids 30 Juni 2023 - HATI-HATI DALAM BERGAUL
2023-06-30 09:28:13


1 Korintus 15:33
“Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”

Sobat Kids, ayat firman Tuhan di atas telah mengingatkan kita supaya berhati-hati dalam bergaul dan berteman. Tuhan tidak bermaksud untuk melarang kita berteman dengan orang lain. Namun, Tuhan mengingatkan supaya kita berhati-hati dalam memilih teman. Ia tidak ingin kita melakukan sesuatu yang salah.

Jika Sobat Kids melihat ada teman yang memiliki kebiasaan buruk, tidak perlu diikuti. Jika mereka sudah sangat memberikan pengaruh buruk, kalian bisa menjauh dari mereka. Kebiasaan anak dunia berbeda dengan kebiasaan kita sebagai anak Allah. Oleh sebab itu kita tidak perlu ikut-ikutan dengan kebiasaan dunia.

Tujuan hidup kita adalah menyenangkan Tuhan, dalam setiap perkataan, perbuatan, dan bahkan dalam pikiran kita. Jika dalam pikiran saja kita sudah memikirkan hal-hal yang tidak pantas atau buruk, itu artinya kita sudah menyakiti perasaan Tuhan. Jangan sampai terpengaruh teman yang buruk, ya, Sobat Kids. Ingat, kalian harus berhati-hati dalam bergaul.

Card image
Truth Junior 30 Juni 2023 - BERHATI-HATILAH MEMILIH TEMAN
2023-06-30 09:25:48


1 Korintus 5:9
“Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul.”

Rasul Paulus dalam suratnya di 1 Korintus 5:9 menasihati kita, bahwa kita lebih baik tidak bergaul atau tidak berteman dengan orang-orang cabul. Orang-orang cabul artinya orang-orang yang melanggar kesopanan dan kesusilaan; suka berpikir kotor. Mengapa lebih baik kita tidak berteman dengan orang-orang seperti itu? Karena jika kita bergaul dengan orang seperti itu, ada kemungkinan kita malah mengikuti perbuatan orang-orang cabul itu. Hal itu membuat Allah tidak senang, karena kita sudah melanggar perintah-Nya. Maka dari itu, Sobat Junior, kita harus berhati-hati dalam berteman. Karena ada Iblis yang sedang memperhatikan kita, dan berusaha menggoda kita agar melanggar perintah Allah.

Topik yang kita pelajari selama bulan ini adalah untuk membekali kita supaya mendapat informasi yang benar. Konsep berpikir dan berperilaku kita harus sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Sebab, dunia mempunyai pandangannya sendiri dan sering kali bertentangan dengan Firman Tuhan. Oleh sebab itu, Sobat Junior perlu membaca Alkitab dan renungan ini setiap hari agar kalian mengerti kebenaran firman Tuhan, ya. Kiranya Roh Kudus membimbing kalian untuk hidup kudus.

Card image
Truth Youth 30 Juni 2023 (English Version) - THE RIGHT PLACE TO SHARE
2023-06-30 09:23:11


"Do not envy the wicked or desire their company; for their hearts plot violence." (Proverbs 24:1-2)

For those of us who do not want to grow in the Lord, being friends with anyone is not a problem. However, if we want to live for the Lord, we need to carefully consider who our closest companions are. Do you know that sharing our lives through conversations and daily hangouts is not just about sharing life stories? Instead, we are sharing our lives, we are imparting the spirit within us, and so is the other person. Whoever our friend is, that will shape who we are. To become individuals continuously perfected by the Lord, we must have the right place to share our stories. Remember, anyone can be a friend to us, but not everyone can be the right place to share. Why? Because their input may not help us understand the path God wants us to take. It could even lead us to resent God's plans. For example, when we were young, spending time with cool friends was normal, right? Every day we would go out and meet them, especially if we stayed out late and forgot about our parents. These things may become ordinary until we forget what is good in God's eyes. Our thoughts are only about what is good according to our friends. Gradually, we become deaf to God's voice. Therefore, black and white cannot be united. Does that mean we should hate them? Certainly not. We should still bless them but not become their close friends. For those of us who are mature and strong in our faith, we may not be easily swayed. However, if we are still unstable, it is better not to test ourselves. Choose the right friends to share life with, to share failures, and to grow together as better individuals.

WHAT TO DO:
1. Do not choose the wrong friends to share our stories.
2. Do not let ourselves be led into bad habits due to wrong friendships.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Job 13-16

Card image
Truth Youth 30 Juni 2023 - TEMPAT BERBAGI YANG TEPAT
2023-06-30 09:20:07


"Jangan iri kepada orang jahat, jangan ingin bergaul dengan mereka. Karena hati mereka memikirkan penindasan." (Amsal 24:1-2a)

Untuk kita yang tidak mau bertumbuh di dalam Tuhan, bersahabat dengan siapapun tidak menjadi sebuah masalah. Namun, kalau kita mau hidup untuk Tuhan, siapa orang terdekat kita harus sangat dipertimbangkan. Tahukah kita, curhat, nongkrong setiap hari, itu bukan hanya berbagi cerita hidup. Namun, kita berbagi hidup, kita menularkan spirit yang ada di dalam kita, begitu juga dengan dia. Siapa teman kita, akan menjadikan siapa kita. Untuk menjadi pribadi yang terus disempurnakan oleh Tuhan, kita harus memiliki tempat berbagi cerita yang tepat. Ingat, semua orang bisa menjadi teman bagi kita. Namun, tidak semua orang bisa menjadi tempat berbagi. Mengapa? Karena belum tentu input dari dia bisa membuat kita mengerti jalan yang Tuhan inginkan. Bisa sebaliknya membuat kita semakin membenci rencana Tuhan. Seperti contoh, ketika kita masih muda menghabiskan waktu bersama teman-teman asik bukan? Setiap hari kita keluar rumah bertemu dengan dia, lebih lagi kalau kita keluar malam sampai lupa orang tua. Hal-hal tersebut bisa menjadi hal yang biasa, sampai kita lupa apa yang baik menurut Tuhan. Apa yang masuk ke dalam pikiran kita hanya tentang apa yang baik menurut teman kita. Lama-kelamaan kita jadi tuli akan suara Tuhan. Oleh sebab itu, hitam dan putih tidak bisa dipersatukan. Apakah artinya kita jadi membenci? Tentu tidak. Kita tetap harus memberkati dia tapi tidak untuk menjadi sahabatnya. Untuk kita yang sudah dewasa dan kuat imannya mungkin kita tidak mudah terbawa arus. Namun, kalau kita masih tidak stabil lebih baik untuk tidak mencobai diri. Pilihlah teman yang tepat untuk berbagi hidup, berbagi kegagalan, dan sama-sama menjadi pribadi yang lebih baik.

WHAT TO DO:
1. Tidak memilih teman yang salah untuk berbagi cerita
2. Jangan membiarkan diri kita terjerumus dalam kebiasaan yang buruk karena persahabatan yang salah.

BIBLE MARATHON:
▪︎Ayub 13-16

Card image
Renungan Pagi - 30 Juni 2023
2023-06-30 09:13:29


"Dalam pelayanan menuntut resiko, dalam pelayanan ada harga yang harus dibayar, statement dari Billy Graham adalah: to receive Christ cost nothing, to follow Christ cost something, but to serve Him cost everything.

Kalau kita mau menerima Yesus itu gratis, kalau mau mengikut Yesus ada harga yang harus dibayar, tetapi kalau mau mengiring Dia, kalau mau melayani Dia, maka kita harus rela untuk kehilangan segala-galanya, kalau rela kehilangan segala-galanya untuk Kristus, maka disitu kita akan mendapat kepastian untuk menerima segala-galanya.

Ini bukan berarti kita tidak boleh mencintai keluarga, bekerja dan menjadi sukses, tetapi "rela kehilangan segalanya" maksudnya adalah tidak terikat dengan semuanya itu, sebab kita menyadari segalanya adalah milik Tuhan, termasuk nyawa pun Tuhan yang punya. Jadi tidak perlu ada kebanggaan diri atau kesombongan dan merasa berjasa karena telah mengikut Tuhan dan melayani pekerjaan-Nya". (Matius 16:24-25).

Card image
Quote Of The Day - 30 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-30 09:10:11


Kepercayaan diri bukan dibangun di atas keangkuhan dan pengandalan kekuatan diri serta pengalaman, melainkan dibangun di atas kerendahan hati dan pengandalan akan kekuatan Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 30 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-30 09:08:31


Kalau kita mengingat kebaikan Tuhan, maka hal itu menyadarkan kita, bahwa kita berhutang kehidupan, kita berhutang kebaikan.

Card image
LOOK UPWARD - 30 Juni 2023 (English Version) -
2023-06-30 09:06:50


Psalm 90:12 says, “Teach us to number our days, that we may gain a heart of wisdom.” The word “number” can mean to mark, derived from the phrase manas (Heb. מָנָה); mark, to weigh out; measure the weight. God provides not only physical blessings to meet physical needs, but He also provides spiritual blessings, which are blessings for our eternal preparation. We are not temporary beings but eternal beings. So, every day God provides His eternal blessings for us. We are grateful that God processed us through all suffering, disappointment, and bitterness so that we realize that we used to be wrong. The standard for believers should be to think about things above, not on earth.

Jesus said in Matt.4:4, “Man shall not live on bread alone, but on every word (Rhema) that comes from the mouth of God;” Rhema is a word related to the educative work of the Holy Spirit, namely the Holy Spirit who speaks to someone. It’s no exaggeration when Paul says, “So whether you eat or drink or whatever you do, do it all for the glory of God.” Married or not, have children or not, whatever we do, it’s all for the glory of God because our life belongs to Him, so it’s only for God’s pleasure. We have been bought at a price paid in full, so if people focus only on meeting physical needs, they will surely lose eternal blessings, and that’s wretched.

God has an order, as in His words: “The unclean cannot enter the Kingdom of Heaven.” God can’t say, “Never mind,” so He said, “Come out from them and be separate. Touch no unclean thing, and I will receive you.” And, “I will be a Father to you, and you will be my sons and daughters,” We must stop sinning. Chastity is a certainty. If we practice every day, surely, we can achieve it. Take care of our mouths, eyes, ears, behavior, and thoughts. God will educate us through the Holy Spirit.

God’s Word says, “Set your minds on things above, not on earthly things,” meaning that we must give ourselves to be shaped by God. It says in God’s words, “Teach us to number our days;” teach me to mark and measure the blessing daily. Each day is His eternal blessing. Our age is short, only 70 years; let us count, observe, and understand the blessings that God provides for us every day. How many of us wake up every morning and start praying to prepare ourselves to receive the blessings that God will give us that day?

If we encounter God every morning, it will stimulate us to deal with Him. Don’t let one day when we see the glory of God, and we regret it because we don’t seek Him every day. Only at that time do we understand how valuable, precious, and immeasurable eternal blessings, that turns out, have been wasted. How sorry we are. God is present in our life. We see God as the Most Generous but consider Him cheap, so we don’t experience the living God.

If God reminds us of various problems and the heavy struggles of life, the answer is for us to look up. It has been formatted since childhood that our focus is only “today” and mind the things on earth, not those above. The Psalmist says, “Teach us to number our days;” mark, see, and measure the weight of the day; this means that there is a weight and a blessing in a day. This relates to what is said in the verse that human life is only 70 years and quickly passes. We must be serious because God deals with everyone. God deals with people regardless of whether they want to deal with him. Remember, God prepared our eternity.

We must maximize all potential, work as well as possible, and earn a living as earnestly as possible. However, that is not the purpose of our life. We make a living physically is also for our eternal living. “Store up for yourselves treasures in heaven” means to grow continuously in holiness and sanctity. The word “holy” is abstract. Sometimes it can also be absurd or nonsense; however, the fact is that the Bible repeatedly mentions it. If we are serious about storing treasures in heaven, maintaining holiness, and continuing to live righteously. In that case, we will have a heavenly feeling instinct and begin to realize that we are not of this world.

The Lord Jesus said, “But store up for yourselves treasures in heaven, where moths and vermin do not destroy, and where thieves do not break in and steal. For where your treasure is, there your heart will be also,” meaning when we live more righteously, maintain holiness, seriously build a life that is without blemishes or spots, our hearts have been moved in the Kingdom of Heaven. In Matthew 6, God said, “No one can serve two masters.” This is a biblical standard. The next verse, “Do not worry about your life, what you will eat or drink. See, your heavenly Father feeds the birds and clothes the flowers in the field.” If God keeps them—moreover, we who have eternity. But the problem is, do we question our eternity?  

IF GOD REMINDS US OF VARIOUS PROBLEMS AND HEAVY LIFE STRUGGLES, THE ANSWER IS THAT WE LOOK UP.

Card image
TENGADAH KE ATAS - 30 Juni 2023
2023-06-30 09:32:15


Mazmur 90:12 mengatakan, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” Kata “menghitung” itu bisa berarti menomori, menandai. Berasal dari kata manah (Ibr. מָנָה); menandai, to weight out; mengukur beratnya. Jadi, setiap hari Tuhan menyediakan berkat kekal-Nya untuk kita. Kita bukan makhluk sementara, kita adalah makhluk kekal. Allah menyediakan berkat, bukan hanya berkat jasmani untuk pemenuhan kebutuhan jasmani, terlebih lagi Allah juga menyediakan berkat-berkat rohani, yaitu berkat untuk persiapan kekekalan kita. Mestinya standar orang percaya adalah pikirkan perkara yang di atas, bukan di bumi. Kita bersyukur bahwa kita diproses Tuhan melalui segala penderitaan, kekecewaan, kepahitan. Sehingga kita sadar bahwa dulu kita salah.

Yesus berkata dalam Matius 4:4, “Manusia hidup bukan hanya dari roti saja, tetapi juga dari setiap rhema;” rhema itu firman terkait dengan pekerjaan Roh Kudus yang mendidik, yaitu Roh Kudus yang berbicara kepada seseorang. Bukan berlebihan kalau Paulus berkata, “Baik kau makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah.” Menikah atau tidak, punya anak atau tidak, apa pun yang kita lakukan, semua untuk kemuliaan Allah karena hidup kita adalah milik Tuhan, hanya untuk kesenangan Allah. Kita telah dibeli dengan harga yang lunas dibayar. Kalau seseorang fokusnya hanya pemenuhan kebutuhan jasmani, dia pasti melewati dan kehilangan berkat-berkat kekal. Itu celaka.

Allah memiliki tatanan, seperti dalam firman-Nya: “Yang najis tidak bisa masuk ke dalam Kerajaan Surga.” Allah tidak bisa “tidak apa-apa;” maka Allah berfirman, “Keluar kamu dari antara mereka, jangan menjamah apa yang najis. Maka Aku akan menerima kamu sebagai anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan.” Kita harus berhenti berbuat dosa. Kesucian itu sebuah keniscayaan. Kalau kita berlatih setiap hari, pasti kita tahu bahwa kesucian itu bisa kita capai. Jaga mulut, mata, telinga, perilaku, dan pikiran. Tuhan akan mendidik kita melalui Roh Kudus.

Firman Tuhan mengatakan, “Pikirkan perkara yang di atas, bukan yang di bumi,” artinya kita harus memberi diri dibentuk Tuhan. Dikatakan dalam firman Tuhan, “Ajar aku menghitung hari;” ajar aku menandai, mengukur beratnya setiap hari. Setiap hari ada berkat kekal-Nya. Umur kita singkat hanya 70 tahun, biar kita menghitung, menandai, mengerti berkat yang Tuhan sediakan bagi kita setiap hari. Berapa banyak di antara kita yang setiap bangun pagi, mulai berdoa mempersiapkan diri untuk menerima berkat yang Tuhan akan berikan bagi kita hari itu?

Apabila setiap pagi kita menghadap Tuhan, hal itu akan merangsang kita untuk berurusan dengan Tuhan. Jangan sampai suatu hari ketika kita melihat kemuliaan Allah, kita baru menyesal karena kita tidak mencari Tuhan setiap hari. Ketika itu kita baru mengerti betapa tak bernilai, betapa berharganya, tak dapat diukur berkat kekal itu dan ternyata kita telah sia-siakan. Betapa menyesalnya. Allah hadir dalam hidup kita. Kita memandang Allah Maha Murah, tetapi kita membuat Dia murahan, sehingga kita tidak mengalami Allah yang hidup.

Kalau Tuhan ingatkan kita dengan berbagai persoalan, pergumulan hidup yang berat, jawabannya adalah supaya kita tengadah ke atas. Sebab fokus kita ukurannya hanya “hari ini.” Itu sudah terformat sejak kecil. Memikirkan perkara-perkara yang di bumi, bukan yang di atas. Pemazmur mengatakan, “Ajar aku menghitung hari;” menandai, melihat, mengukur beratnya hari; berarti hari itu ada beratnya, ada berkatnya. Ini terkait dengan apa yang dikatakan di dalam ayat itu bahwa hidup manusia hanya 70 tahun, berlalunya buru-buru. Jangan main-main. Tuhan berurusan dengan setiap orang. Orang itu mau berurusan atau tidak, Tuhan tetap berurusan dengan dia. Ingat, Allah mempersiapkan kekekalan kita.

Kita harus memaksimalkan semua potensi, bekerja sebaik-baiknya, mencari nafkah segiat-giatnya. Namun, bukan itu tujuan hidup kita. Kita mencari nafkah fisik pun, demi nafkah kekal kita. “Kumpulkan harta di surga,” artinya bertumbuhlah terus dalam kekudusan dan kesucian. Kata “kudus, suci” itu abstrak. Kadang-kadang juga bisa absurd; dianggap yang tidak-tidak, tetapi, ini kenyataan yang berulang-ulang Alkitab katakan. Kalau kita serius mengumpulkan harta di surga, menjaga kekudusan dan terus hidup benar, kita akan memiliki naluri perasaan surgawi. Kita mulai bisa menghayati bahwa kita bukan dari dunia ini.

Tuhan Yesus berkata, “Kumpulkan harta di surga, bukan di bumi. Di bumi, ngengat dan karat bisa merusak, pencuri bisa mencuri serta membongkarnya. Sebab di mana ada hartamu, di situ hatimu berada,” berarti ketika kita makin hidup benar, menjaga kekudusan, serius membangun kehidupan yang tidak bercacat, tidak bercela, hati kita telah terpindahkan di Kerajaan Surga. Di dalam Matius 6:24, Tuhan berkata, “Kamu tak dapat mengabdi kepada dua tuan.” Ini standar Alkitab. Ayat berikutnya, “Jangan kuatir atas apa yang kamu makan dan minum. Lihat, burung di udara Dia pelihara, bunga di padang Dia dandani.” Allah pelihara. Apalagi kita yang punya kekekalan. Namun masalahnya, apakah kita mempersoalkan kekekalan kita?

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU TUHAN INGATKAN KITA DENGAN BERBAGAI PERSOALAN, PERGUMULAN HIDUP YANG BERAT, JAWABANNYA ADALAH SUPAYA KITA TENGADAH KE ATAS.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 Juni 2023
2023-06-30 06:38:30

Obaja 1
Mazmur 82-83

Card image
Truth Kids 29 Juni 2023 - JANGAN MENGHINA
2023-06-29 10:02:29


Yudas 1:23
“selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api. Tetapi tunjukkanlah belas kasihan yang disertai ketakutan kepada orang-orang lain juga, dan bencilah pakaian mereka yang dicemarkan oleh keinginan-keinginan dosa.”

Saat dalam perjalanan menuju rumah nenek, di sebuah lampu merah Shinta melihat ada orang berpakaian perempuan tiba-tiba menghampiri mobil Sintha dan langsung menyanyi. Mama memberi uang kepada orang tersebut. “Ma, orang tadi sebenarnya laki-laki atau perempuan? Kalau laki-laki kenapa berpakaian perempuan? Tetapi kalau perempuan kenapa suaranya seperti laki-laki?” tanya Sintha penasaran. “Orang tadi laki-laki, Sintha. Hanya saja dia berpakaian perempuan. Hal itu memang tidak baik. Jangan ditiru. Kalau perempuan, ya, harus berpakaian perempuan. Kalau laki-laki, ya, harus berpakaian laki-laki; tidak boleh sebaliknya. Tetapi Sintha juga tidak boleh menghina atau membenci walaupun ada orang yang bersikap atau berpakaian salah, ya,” jelas mama Shinta.

Sobat Kids, yuk, kita sama-sama belajar untuk tidak menghakimi apabila ada teman atau orang yang menyimpang seperti cerita di atas. Kita tidak perlu menghina atas kesalahan yang mereka perbuat. Buatlah hal ini menjadi pengingat agar kita berjuang untuk hidup benar di hadapan Tuhan.

Card image
Truth Junior 29 Juni 2023 - MENGASIHI BUKAN MENJAUHI
2023-06-29 10:00:44


Yudas 1:23
“selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api. Tetapi tunjukkanlah belas kasihan yang disertai ketakutan kepada orang-orang lain juga, dan bencilah pakaian mereka yang dicemarkan oleh keinginan-keinginan dosa.”

Suatu hari, Mona tanpa sengaja melihat temannya yang bernama Desi sedang bersama dengan seorang laki-laki. Mona pun melihat bahwa temannya dengan laki-laki tersebut, sedang melakukan hal yang tidak baik. Mona mendatangi mereka dan memanggil Desi, temannya itu. Tapi, Desi tidak mau menoleh ke arah Mona.

Keesokan harinya, Mona bertemu Desi di sekolah, dan Mona menanyakan kejadian kemarin. Desi pun terdiam dan tidak menjawab pertanyaan Mona. Menurut Sobat Junior, apa yang harus Mona lakukan? Apakah Mona harus tetap berteman, atau menjauhi Desi karena sudah melakukan hal yang tidak baik? Ayo, apa yang harus Mona lakukan?

Mungkin ada yang berpendapat lebih baik dijauhi atau tidak perlu lagi berteman dengannya supaya kita tidak ikut melanggar perintah Allah. Lalu ada yang bilang, kita harus tetap mengasihi dan tidak menghakimi perbuatan yang dia lakukan.

Nah, jawabannya adalah kita harus mengasihi Desi atau orang-orang yang telah berbuat dosa. Seperti halnya kisah perempuan yang ditangkap karena berbuat dosa yang terdapat dalam Yohanes 7:53 - 8:11. Tuhan tidak menghukum perempuan tersebut, meskipun banyak orang mau melempari perempuan tersebut dengan batu. Tuhan mengajarkan kita untuk mengasihi orang yang berbuat dosa, bukan membenci atau menjauhi orang tersebut. Yang harus kita benci atau jauhi adalah perbuatan dosanya, bukan orangnya. Ayo, kita belajar mengasihi orang-orang yang telah berbuat dosa dan menyelamatkan mereka dari dosa tersebut. Sebab, Tuhan mengasihi semua orang, termasuk mereka yang sudah berbuat dosa. Tetapi ingat, mengasihi bukan berarti menerima tindakan mereka dan mendukungnya, loh. Kita harus tetap menyatakan kebenaran dengan memberi nasihat dan teguran yang membangun.

Card image
Truth Youth 29 Juni 2023 (English Version) - LOVING WITHOUT BURDENS
2023-06-29 09:56:53


"Love is patient, love is kind. It does not envy, it does not boast, it is not proud." (1 Corinthians 13:4)

Usually, pastors or spiritual leaders in our church tell us to "socialize and be friends based on love" so that our friendships can grow, not disappoint, and mutually love the Lord more. However, if we think about it deeply, love is not that simple, is it? Love requires sacrifice, patience, and the willingness to put aside our ego. Sometimes, our friendships with people who do not bring spiritual growth can last longer than our friendships in the church. Why is that? It's because when we base our friendships on love, God will work on each of us. Our friends, who may have negative traits, become our ministry project to transform them through our lives. What used to be a friendship for the sake of fun becomes a mutual desire to change.

It is in vain if we have friendships without growth. Instead of going to heaven together, we end up being friends with the devil. Therefore, the above verse says that love is patient, kind, not envious, not boastful, and not proud. We should emphasize these qualities in our friendships—patience to accept their faults, kindness to prioritize their eternal salvation, not being envious or proud, even if we feel we are better than them.

Everything we do should be based on love. Thus, from "I live for myself" it turns into "your failure is my failure." My growth should become your growth. This kind of friendship will be more difficult to navigate, with many problems and even conflicts. However, believe that our love will heal everything, mature us, and perfect one another.

WHAT TO DO:
1. Learn to make love the focus of our friendships.
2. Do not easily waver when going through God's process.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Job 9-12

Card image
Truth Youth 29 Juni 2023 - MENGASIHI TANPA BEBAN
2023-06-29 09:54:02


"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong." (1 Kor 13:4)

Pada umumnya, rohaniwan atau kakak rohani kita di gereja mengatakan “bergaul dan bersahabatlah dengan berlandaskan kasih” agar persahabatan kita bertumbuh, tidak mengecewakan, sama-sama semakin mengasihi Tuhan. Namun, kalau dipikirkan lebih dalam, kasih tidak sesederhana itu bukan? Kasih membutuhkan pengorbanan, membutuhkan kesabaran, butuh menghilangkan ego kita. Terkadang, persahabatan kita dengan seseorang yang tidak mendatangkan pertumbuhan secara iman bisa lebih lama dibandingkan persahabatan kita di gereja. Kenapa bisa seperti itu? Karena ketika kita bersahabat dengan landasan kasih, Tuhan akan memproses masing-masing kita. Sahabat kita yang memiliki sifat yang buruk mau tidak mau menjadi proyek pelayanan kita untuk kita ubahkan juga lewat hidup kita. Yang tadinya bersahabat hanya karena mau senang-senang saja, jadi berubah menjadi mau sama-sama berubah.

Sia-sialah kalau kita bersahabat tanpa pertumbuhan. Bukan sama-sama masuk surga, sebaliknya sama-sama bersahabat dengan Iblis. Oleh sebab itu, ayat di atas berkata kasih itu sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, dan tidak sombong. Dalam persahabatan kita pun harus menekankan ini, sabar untuk menerima kesalahannya, murah hati untuk mengutamakan keselamatan kekalnya, tidak cemburu, dan tidak sombong kalau mungkin kita merasa lebih dari dia. Apapun yang kita perbuat semua berlandaskan kasih. Sehingga, dari aku hidup untuk diriku sendiri, berubah menjadi kegagalanmu, menjadi kegagalanku. Pertumbuhanku, harus menjadi pertumbuhanmu. Persahabatan jenis ini akan lebih sulit dilalui, banyak masalah terjadi, bahkan gesekan. Namun, percayalah rasa kasih kita akan mengobati segalanya, akan mendewasakan, dan menyempurnakan satu dengan yang lain.

WHAT TO DO:
1. Belajar menjadikan kasih sebagai fokus persahabatan
2. Tidak mudah goyah ketika di proses oleh Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ayub 9-12

Card image
Renungan Pagi - 29 Juni 2023
2023-06-29 09:51:28


Firman Tuhan harus menjadi petunjuk jalan hidup, jangan kita berjalan jauh dari firman Tuhan, karena firman Tuhan jelas berkata selama hidup tidak menyimpang dari jalan-jalan-Nya maka diberkatilah langkah-langkah kita.

Karena itu, janganlah melanglah kalau jalan itu bukan jalan Tuhan, marilah kita mau jadikan firman Tuhan sebagai peta, petunjuk arah, penuntun dan hikmat dalam langkah-langkah keseharian. Sebab firman Tuhan itu pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita.
(Mazmur 119:105)

Card image
Quote Of The Day - 29 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-29 09:49:08


Roh Kudus tidak akan memakai orang-orang malas untuk menyampaikan kehendak-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 29 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-29 09:47:22


Orang yang hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allah akan memberi diri tunduk kepada pengaturan Allah.

Card image
A SHORT LIFE - 29 Juni 2023 (English Version)
2023-06-29 09:45:20


Those who do not truly live that life is short, who do not realize that they are on a time journey that has an end and do not know when its end is, indeed: Firstly, do not have proportional alertness. Secondly, they do not appreciate the priceless opportunities which God gives to prepare them for their eternal life. This is proven that many people are arrogant before God, especially those with positions and power or successful in material terms, and they generally do not question eternity. They have no fear of eternal things. They think they are creatures that die today, are buried tomorrow, and then finished. They forget they are immortal beings who must be held accountable for their actions and words.

All of us must appear before the judgment seat of God. If the Lord Jesus said, “…everyone will have to give account on the day of judgment for every empty word they have spoken,” so, we should not live carelessly because if we don’t manage this life related to its short time and the opportunities that God gives to experience the process of change, we will tremble later before God’s judgment. Dark powers will make us have pseudo-peace and serenity, mainly if we are used to solving problems, such as legal issues and other problems related to security forces, companies, families, etc. We can unwittingly become arrogant and feel that everything can be passed quickly.

Indeed, we can get through all the problems in this life but do not be careless before God’s judgment. Do not fight against God! Nothing can be proud of; though they are good-looking, rich, and intense, everything will end because they will finally be buried and become skulls, and only bones remain. However, those who are not rich, do not have a position, and do not have more value in the eyes of humans can also be arrogant. They may not be arrogant before humans openly, but they are arrogant if they do not humble before God or feel the need for Him. So, we must continue to grow in appreciation of how short our life on this earth is.

The Lord said how meaningless humans are with 70-80 years of life span, then vanish like a vapor. May this awareness enable us to say, “I need You, Lord, more than the breath and blood in my body; I need You, Lord. It means nothing though I have everything but do not have You, Lord. Satan will always try to get us to delay repentance, which eventually, we cancel forever. He could inject ideas with the thought, “There is still time to change.” Once we procrastinate, we will not be able to repent because we don’t have the right rhythm of repentance since we were young.

Satan makes our hearts become less flexible day by day. Don’t think repenting today is the same as the next five years. It is undoubtedly different. We live in a world with all its evil influences, and someone could arrive at the point of no return, and that’s the time the devil is waiting for when we can no longer change. We have become too worldly or materialistic and have fleshly, solid desires. Our spiritual appetite is weak because all thought about is the enjoyment of life, whether position, money, honor, or whatever. So, we couldn’t get out of it; we were already at the point of no return. If someone already has the wrong rhythm, they will still be in that rhythm till old age, especially when it comes to the concept of thinking related to the taste of the soul; it certainly won’t change easily.

We should live this life like riding a bicycle in general, not a circus bicycle that can go backward. We either continue to move forward and up, to the point of no return, or down, getting worse and worse to the point of no return. The problem is that our time is decreasing; we are often unaware of it. Everything feels fine. Satan also whispered, “You are not a bad person. You’re nice. You are safe because you’ve already given offerings to the church. If you’ve gone to church, you have been born again.” Even though God wants us to continue to grow and become more and more perfect daily, there must always be improvement every day because the life standard of the chosen is to be like Christ.

WE ARE ARROGANT WHEN WE DO NOT HUMBLE OURSELVES BEFORE GOD AND DO NOT FEEL THE NEED FOR HIM. SO, WE MUST GROW IN APPRECIATION OF HOW SHORT OUR LIFE IS.

Card image
SINGKATNYA HARI HIDUP - 29 Juni 2023
2023-06-29 09:41:51


Orang yang tidak menghayati dengan benar singkatnya hidup ini, bahwa ia ada di dalam perjalanan waktu yang pasti ada ujungnya dan tidak tahu kapan ujungnya, adalah orang yang pasti: Pertama, tidak memiliki sikap berjaga-jaga yang proporsional. Kedua tidak menghargai kesempatan-kesempatan yang tidak ternilai, yang Allah berikan untuk mempersiapkan diri bagi hidup kekalnya. Buktinya, banyak orang yang angkuh dan sombong di hadapan Tuhan, terutama mereka yang memiliki kedudukan dan kekuasaan. Apalagi kalau orang tersebut juga sukses dalam hal materi. Pada umumnya mereka tidak mempersoalkan kekekalan. Dari pernyataan-pernyataannya, dia tidak punya kegentaran terhadap hal-hal kekekalan. Dia pikir dirinya itu makhluk yang hari ini mati, besok dikubur, selesai. Dia lupa kalau dirinya adalah makhluk kekal yang harus mempertanggungjawabkan, bukan hanya perbuatan, melainkan juga setiap kata yang diucapkan.

Semua kita harus menghadap takhta pengadilan Allah. Kalau Tuhan Yesus berkata, “Setiap kata yang diucapkan seseorang, harus dipertanggungjawabkan,” maka betapa kita tidak boleh sembarangan hidup. Kalau kita tidak sungguh-sungguh mengelola hidup ini terkait dengan singkatnya waktu hidup dan kesempatan-kesempatan yang Tuhan berikan untuk mengalami proses perubahan, maka kita pasti akan gemetar di hadapan pengadilan Tuhan. Kuasa gelap akan membuat kita memiliki damai semu, ketenangan semu. Apalagi kalau kita sudah biasa menyelesaikan masalah dengan baik; masalah hukum, masalah yang terkait aparat keamanan, masalah perusahaan, masalah keluarga dan lain-lain. Tanpa sadar kita bisa menjadi tinggi hati dan merasa semua bisa dilewati dengan mudah.

Memang kita bisa melewati semua masalah dalam hidup ini, tetapi kalau di hadapan pengadilan Tuhan, kita tidak bisa sembarangan. Jangan lawan Tuhan! Orang mau sombong apa? Walaupun dia cantik dan ganteng, kaya, kuat, tetapi semua akan berakhir. Sampai akhirnya dikubur, jadi tengkorak, tinggal tulang-belulang. Namun, bagi mereka yang tidak kaya, tidak berkedudukan, tidak punya nilai lebih di mata manusia, itu pun bisa sombong. Mungkin tidak sombong di hadapan manusia terang-terangan, tetapi ketika seseorang tidak merendahkan diri di hadapan Tuhan, tidak merasa membutuhkan Tuhan, sejatinya ia sombong. Maka, kita harus bertumbuh terus dalam penghayatan terhadap betapa singkatnya hidup kita di bumi ini.

Betapa tidak berartinya manusia dengan 70-80 tahun masa hidup. Lalu, setelah itu lenyap, seperti uap, demikian firman Tuhan. Kiranya kesadaran ini membuat kita bisa berkata, “Aku memerlukan Engkau, Tuhan, lebih dari napas dan darah di dalam tubuhku, aku membutuhkan Engkau, Tuhan. Apa artinya aku memiliki semuanya, tetapi tidak memiliki Engkau, Tuhan.” Setan akan mencoba mengusahakan kita untuk selalu menunda pertobatan, yang akhirnya kita membatalkan pertobatan untuk selamanya. Setan bisa saja menyuntikkan ide dengan pikiran, “Masih ada waktu untuk berubah.” Begitu kita punya kebiasaan menunda, maka kita tidak akan sanggup untuk bertobat karena kita tidak punya irama pertobatan yang benar sejak muda.

Setan membuat kita memiliki hati yang makin hari makin tidak lentur. Jangan kita berpikir bahwa bertobat hari ini sama dengan 5 tahun ke depan. Pasti itu berbeda. Apalagi kita hidup di dunia dengan segala pengaruh jahatnya. Seseorang akan sampai pada tingkat point of no return; titik tidak balik. Itu waktu yang ditunggu setan, titik di mana kita tidak bisa berubah. Terlalu duniawi, terlalu materialistis, serta keinginan-keinginan daging yang kuat. Kalau seseorang sudah punya irama yang salah, hari tuanya dia akan tetap di irama itu. Apalagi kalau soal konsep berpikir yang terkait dengan selera jiwa, pastinya tidak akan mudah berubah. Selera rohaninya lemah karena yang dia pikir hanya tentang kenikmatan hidup, entah itu kedudukan, entah itu uang, entah itu kehormatan, apa pun. Maka, ia sampai tidak bisa lepas dari itu; point of no return.

Hidup ini harusnya kita jalani seperti naik sepeda pada umumnya, bukan sepeda sirkus yang bisa mundur. Kita akan terus maju dan naik sampai titik point of no return, atau turun, makin jahat sampai point of no return. Masalahnya, waktu kita makin menurun, kita sering tidak sadar. Semua dirasa baik-baik saja. Setan juga berbisik, “Kamu bukan orang jahat. Kamu orang baik. Aman saja. Kamu sudah memberi persembahan ke gereja, kan? Kamu sudah ke gereja, kan? Berarti kamu sudah lahir baru.” Padahal Tuhan menghendaki kita untuk bertumbuh terus dan makin hari makin sempurna. Sebab kehidupan orang pilihan, standarnya adalah seperti Kristus. Setiap hari harus ada peningkatan demi peningkatan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KETIKA SESEORANG TIDAK MERENDAHKAN DIRI DI HADAPAN TUHAN, TIDAK MERASA MEMBUTUHKAN TUHAN, SEJATINYA IA SOMBONG. MAKA, KITA HARUS BERTUMBUH DALAM PENGHAYATAN TERHADAP BETAPA SINGKATNYA HIDUP KITA INI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 29 Juni 2023
2023-06-29 09:35:21

2 Tawarikh 19-23

Card image
Truth Kids 28 Juni 2023 - KELUARGA BARU
2023-06-28 09:53:11


Kejadian 2:24
“Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.”

Sobat Kids, Tuhan pertama kali menciptakan manusia hanya ada Adam dan Hawa. Laki-laki dan perempuan menikah membuat keluarga baru. Mereka menjadi suami dan istri. Sama seperti ayah dan ibu kalian, Sobat Kids. Namun, Iblis ingin merusak rencana yang Tuhan tetapkan bagi manusia. Ada buku cerita dan film-film, bahkan film kartun, yang mengatakan bahwa boleh saja laki-laki dan laki-laki atau perempuan dan perempuan menjadi suami istri. Jadi diceritakan seorang anak memiliki dua ayah atau dua ibu sebagai orangtuanya. Wah, ini hal yang sangat keliru, ya, Sobat Kids. Itu adalah tipu daya Iblis yang hendak membuat manusia melanggar perintah Tuhan. Sama ketika Iblis menipu Hawa untuk memakan buah yang dilarang Tuhan. Iblis bilang tidak apa-apa, padahal itu hal yang dilarang oleh Tuhan.

Sobat Kids harus bersyukur memiliki ayah (seorang laki-laki) dan ibu (seorang perempuan). Kalian harus berdoa untuk ayah dan ibu kalian agar pernikahan mereka selalu diberkati Tuhan. Tidak mudah, loh, untuk menjadi ayah dan ibu. Oleh sebab itu Sobat Kids harus berdoa untuk kedua orangtua kalian. Ayah, ibu, dan anak membentuk keluarga yang takut akan Tuhan.

Card image
Truth Junior 28 Juni 2023 - BERKATA "TIDAK"
2023-06-28 09:50:55


Pengkhotbah 3:1
“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ini ada waktunya.”

“Kemarin saat ujian sekolah, salah satu temanku memaksaku untuk memberikan contekan kepadanya.” Diva bercerita kepada Ratni. “Wah, lalu apa yang kamu lakukan?” tanya Ratni kepada Diva. “Awalnya aku pikir tidak apa-apa memberikan contekan. Namun, aku teringat nasihat Ibu Guru, kalau kita tidak boleh memberikan contekan kepada orang lain," Diva menjelaskan. “Betul, itu. Itu sebuah kecurangan dan juga tindakan yang mencelakakan orang karena itu artinya kita membantu dia menjadi orang yang malas dan ceroboh, "Ratni mendukung Diva. “Iya. Ibu Guru bilang, harus tegas menolak perbuatan yang kurang baik, termasuk menyontek.”

Sobat Junior, benar yang dikatakan oleh Diva dan Ratni. Sebab, tindakan tidak terpuji, seperti menyontek, dapat membuat orang menjadi tidak bertanggung jawab dengan dirinya sendiri. Kita mau belajar untuk menolak segala macam tindakan yang kurang baik. Banyak sekali tindakan yang kurang baik seperti menyontek, berkata kasar, berbohong, bertingkah laku yang tidak sepantasnya.

Salah satu contoh bertingkah laku yang tidak sepantasnya adalah ketika kita melakukan tindakan tidak sesuai dengan usia kita. Misalnya saja pacaran. Padahal, kita masih anak-anak dan tugasnya adalah belajar, bukan berpacaran. Jadi, kita harus menolak tindakan yang belum waktunya. Coba bayangkan, jika saat usia anak-anak, Sobat Junior sudah pacaran. Apakah Sobat Junior bisa fokus belajar? Pasti akan sulit, kan? Jadi, selain berkata “TIDAK” pada menyontek, kita juga mau belajar untuk berkata “TIDAK” kepada tindakan yang belum pada waktunya, termasuk berpacaran. Tunggu sampai kalian dewasa nanti, baru kalian boleh mulai berpikir ke arah situ, ya.

Card image
Truth Youth 28 Juni 2023 (English Version) - EVANGELISM IN SOCIAL CIRCLES
2023-06-28 09:48:28


"My dear children, do not let anyone lead you astray. The one who does what is right is righteous, just as Christ is righteous." (1 John 3:7)

The most important calling in the life of a Christian is to evangelize. Christians have a faith calling to be evangelists. In the history of our country, many evangelists have preached the Gospel throughout the nation. Indeed, evangelism in our country began with foreign missionaries who came and preached here. One characteristic of an evangelist is their courage to proclaim the Gospel before many people, and especially the courage to live as witnesses of the Gospel.

It is regrettable that many Christians today do not understand the most important calling of their faith, which is to be evangelists. Furthermore, there is a misconception about evangelists, thinking that the status of an evangelist is reserved only for official church officials within the clergy. As a result, young Christians are afraid to live righteously and be witnesses of the Gospel in their social circles, as written in 1 John 3:7-10. However, this verse clearly states that this important calling is for all Christians, not just for clergy or church officials, but for every believer.

In truth, the status of an evangelist applies to all Christians. Therefore, there should be no dualism in Christianity that distinguishes clergy from the congregation. Everyone has the same demands, burdens, and responsibilities. All Christians should be evangelists and witnesses of the Gospel wherever they are, including in their social circles. That is why young Christians must have the courage to remain faithful to living in righteousness even when their social environment is not aligned with the truth.

Just as evangelists boldly proclaim the truth of the Gospel, so too must evangelists in social circles display courage and integrity in speaking the truth. Each of us should be evangelists who genuinely proclaim the Gospel through our words. Let all our words be a Gospel that brings salvation to our social circles. Amen.

WHAT TO DO:
1. Think carefully before speaking.
2. Always remember our status as evangelists.
3. Speak to build up others.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Job 1-4

Card image
Truth Youth 28 Juni 2023 - PENGINJIL DALAM PERGAULAN
2023-06-28 09:38:18


"Anak-anakku, janganlah membiarkan seorang pun menyesatkan kamu. Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar." (1 Yoh. 3:7)

Panggilan yang paling penting dalam kehidupan seorang Kristen adalah menginjil. Orang-orang Kristen memiliki panggilan iman untuk menjadi penginjil. Dalam sejarah tanah air, banyak penginjil telah memberitakan Injil ke seluruh negeri. Memang penginjilan di tanah air bermula dari para misionaris mancanegara yang datang dan menginjil di sini. Salah satu karakteristik yang khas dari seorang penginjil adalah keberaniannya memberitakan Injil di hadapan banyak orang dan terutama keberanian untuk hidup sebagai saksi Injil.

Sangat disayangkan bahwa orang-orang Kristen hari ini tidak mengerti panggilan terpenting imannya, yakni menjadi penginjil. Belum lagi miskonsepsi mengenai penginjil, yakni bahwa status penginjil hanya berlaku bagi para pejabat resmi gereja dalam susunan kependetaan. Akibatnya, para pemuda Kristen tidak berani hidup benar dan menjadi saksi Injil dalam pergaulan sebagaimana yang tertulis dalam 1 Yohanes 3:7-10, padahal ayat ini dengan jelas menyatakan panggilan terpenting sebagai orang Kristen; bukan hanya kepada rohaniwan atau pejabat gereja, tetapi kepada seluruh orang Kristen.

Sejatinya, status penginjil itu dikenakan pada seluruh orang Kristen. Dengan demikian, tidak ada lagi dualisme di dalam kekristenan yang membedakan rohaniwan dengan jemaat. Semuanya memiliki tuntutan, beban, dan tanggung jawab yang sama. Semua orang Kristen harus menjadi penginjil dan saksi Injil di mana pun mereka berada, termasuk dalam pergaulan. Itulah sebabnya, para pemuda Kristen harus berani untuk tetap setia hidup dalam kebenaran meskipun lingkungan pergaulannya tidak benar.

Sebagaimana penginjil memberitakan kebenaran Injil dengan berani, demikian juga penginjil dalam pergaulan, yang mencakup keberanian dan integritas dalam berkata benar. Hendaknya setiap kita menjadi penginjil yang memberitakan Injil secara nyata dalam perkataan. Biarlah seluruh perkataan kita menjadi Injil yang menyelamatkan pergaulan kita. Amin.

WHAT TO DO:
1. Berpikir dengan matang sebelum berkata-kata
2. Senantiasa mengingat status diri sebagai penginjil
3. Berkata-katalah untuk membangun orang lain

BIBLE MARATHON:
Ayub 1—4

Card image
Renungan Pagi - 28 Juni 2023
2023-06-28 09:57:14


Tidak ada seorangpun yang berlaku adil kemudian mengalami kekurangan, kelimpahan pasti akan menyertai keadilan.

Karena itu setiap suami, istri, orang tua dan anak-anak, para pemimpin, pengusaha, semua kita harus bersikap adil, jangan menekan orang lain.

Kita yang sudah diperlakukan adil oleh Tuhan, harus mempraktekkan keadilan itu di manapun Tuhan tempatkan, hindarilah untuk hidup serakah, egois dan menekan orang lain.
(Mazmur 24:4-5)

Card image
Quote Of The Day - 28 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-28 09:25:10


Kehidupan doa membuat seseorang menjadi peka terhadap kehendak Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 28 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-28 09:23:17


Dipimpin Roh Allah berarti segala sesuatu yang dilakukan sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah.

Card image
WE CAN ENJOY - 28 Juni 2023 (English Version)
2023-06-28 09:21:32


If God exists and lives, surely, He will fulfill what He promised, that He will be with us until the end of time. He is with us, so we should be able to enjoy Him, and our circumstances should be fine. Even though there are struggles, problems, or difficulties, our souls should remain calm and enjoy what the Lord Jesus promised, where the peace that God gives us is not the same as the one provided by the world. That peace is a comfortable, calm, and happy atmosphere without being influenced by the surrounding environment. In other words, God wants us to enjoy Him, and of course, He wants to be able to enjoy us too.

Good parents want to see their children grow up and be independent, happy, and successful, and God is more than that. How do we trust God that He is good? God does not manipulate, take advantage of and intimidate us. Don’t imagine that He is like the gods of many gods in many religions. Our God is the Creator of the heavens and earth. He is Love, the Most loving and Most kind. He wants us to be okay without demanding anything. He created us not to intimidate, take advantage of, or exploit us. But there is a law that cannot be violated, canceled, rejected, or replaced, that the condition of created people will be fine if they are in true fellowship with their Creator.

The human was created in the likeness and image of God. Humans are social creatures, so they can’t live alone; they need others to socialize, interact, and fellowship. God also turns out to be a Person who wants to fellowship. He had children and angels, and also heavenly beings. God has fellowship with them. God created humans—special children who were created to be good and were placed on earth—so that God could have fellowship. That is why it is said in the Word of God, “God walking in the garden in the breeze of the day.” So, God was also present in the Garden of Eden for fellowship. He wants us to fellowship with Him. The problem is whether our fellowship with Him is already correct.

God wants us to be well. Even though there are many problems, we are still well. Even when the issues we face result from mistakes, wrong decisions, greed, or wild thoughts that we do without asking His guidance, God still wants to be with us, giving us strength and comfort. Starting today, let’s question whether our fellowship with God is correct. 2 Cor.6:17 says, “Therefore come out from among them and be separate, says the Lord. Touch no unclean thing, and I will receive you.”  

 The phrase “come out from among them” can mean physically so that we don’t get close to associating with people who poison our minds and affect our lifestyle. Although, of course, we cannot escape from friendship with the people around us. However, we do not live the same as those who are not the elect. That’s why it’s essential to understand what God wants in our lives for us to do every moment. It is important to question our lives before God, whether our path is acceptable to Him or not. Each of us has a different spiritual age. Of course, what God wants in each of our lives is different. However, the principle is not to be conformed to this world so that we understand God’s will, what is good, pleasing, and perfect (Rom. 12:2).

“What is good” is, of course, the size in general. Everyone must know what is good. But increasing to the level of “what pleases” is the spiritual age of each individual. So, we must continue to grow to a perfect level. This should be the struggle of our lives every day. If we go through that, God will guard and protect us. Though we may fall, we don’t lie down. Even if we are crushed, we are in God’s hands. God knows if we are in a crisis or a critical situation. He wants us to be well. So, as long as there is still a chance to repent, God wants to change us. We don’t need to ask for help if we become good children of God because we will be cared for, guarded, and defended by Him. Don’t waste this opportunity. Change while there is still time. He is the God that is alive and real. He wants us to be well, but we can’t be well if we don’t have proper fellowship with Him.

IF GOD EXISTS, LIVES, AND FULFILLS WHAT HE PROMISED, THEN WE SHOULD BE ABLE TO ENJOY HIM AND BE FINE. HOWEVER, WE CANNOT BE WELL IF WE DO NOT FELLOWSHIP PROPERLY WITH HIM.

Card image
BISA KITA NIKMATI - 28 Juni 2023
2023-06-28 09:17:59


Kalau Allah benar-benar ada dan hidup, pasti Dia memenuhi apa yang dijanjikan bahwa Dia menyertai kita sampai kesudahan zaman. Dia beserta kita, maka mestinya Dia bisa kita nikmati dan keadaan kita mestinya baik-baik. Walaupun tentu ada pergumulan, persoalan, kesulitan, atau masalah, tetapi mestinya jiwa kita tetap teduh, tetap tenang, dan menikmati apa yang juga dijanjikan oleh Tuhan Yesus, bahwa damai sejahtera yang diberikan Tuhan kepada kita tidak sama dengan damai sejahtera yang diberikan dunia. Artinya, damai sejahtera atau suasana nyaman, teduh, tenang, bahagia, tanpa dipengaruhi oleh situasi lingkungan di sekitar kita. Dengan kalimat lain, Allah ingin bisa kita nikmati dan tentu saja Allah ingin bisa menikmati kita.

Orangtua yang baik, pada akhirnya, tidak mengingini apa-apa kecuali melihat anaknya dewasa, mandiri, bahagia, sukses. Tuhan lebih dari itu. Seberapa kita memercayai Tuhan bahwa Tuhan itu baik? Tuhan tidak memanipulasi, memanfaatkan dan mengintimidasi kita. Jangan membayangkan Tuhan seperti ilah banyak dewa dalam banyak agama. Allah kita adalah pencipta langit dan bumi. Kasih adanya; Maha Kasih, Maha Baik. Dia hanya ingin kita berkeadaan baik-baik. Tanpa menuntut apa-apa, sebenarnya. Dia menciptakan kita bukan untuk mengintimidasi, memanfaatkan, mengeksploitasi, menghisap kita. Tetapi ada hukum yang tidak bisa dilanggar dan tidak bisa dibatalkan, ditolak, atau diganti, bahwa keadaan umat ciptaan akan baik-baik kalau di dalam persekutuan yang benar dengan Khaliknya.

Manusia diciptakan menurut rupa dan gambar Allah. Manusia itu makhluk sosial; tidak bisa hidup sendiri, berarti membutuhkan orang lain untuk bersosialisasi, berinteraksi, ber- fellowship. Allah juga ternyata Pribadi yang mau ber- fellowship. Dia punya anak-anak, malaikat-malaikat; ada makhluk-makhluk surgawi. Dengan mereka, Allah ber- fellowship. Allah menciptakan manusia—anak istimewa yang ditaruh di bumi, yang diciptakan sungguh amat baik—supaya Allah bisa ber- fellowship. Itulah sebabnya dikatakan di dalam firman Tuhan, “Tuhan Allah berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk.” Jadi, Tuhan juga hadir di Taman Eden untuk ber- fellowship. Tuhan mau kita ber- fellowship dengan Dia. Masalahnya, apakah fellowship kita dengan Dia sudah benar?

Tuhan mau keadaan kita baik-baik. Walaupun banyak masalah, tetap kita baik-baik. Bahkan ketika masalah yang kita hadapi itu akibat kesalahan, keputusan yang keliru, keserakahan, atau liarnya pikiran yang kita lakukan tanpa minta petunjuk-Nya, Tuhan tetap mau bersama dengan kita, memberikan kekuatan dan penghiburan. Mulai hari ini mari kita benar-benar mempersoalkan apakah fellowship kita dengan Tuhan itu sudah benar atau belum? 2 Korintus 6:17, “Sebab itu: keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan, demikianlah firman Tuhan, Yang Maha Kuasa.”

Kalimat “keluarlah kamu dari antara mereka” bisa berarti secara fisik agar kita jangan dekat bergaul dengan orang yang meracuni pikiran, dan memengaruhi gaya hidup kita. Walau tentu kita tidak bisa melepaskan diri dari pertemanan dengan orang-orang di sekitar kita. Namun, jangan hidup sama seperti mereka yang tidak atau bukan umat pilihan. Itulah sebabnya menjadi hal yang sangat penting, untuk mengerti apa yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita untuk kita lakukan setiap saat. Penting untuk memperkarakan hidup kita di hadapan Tuhan, apakah jalan kita sudah diperkenan Dia atau tidak. Masing-masing kita punya usia rohani yang berbeda. Tentu apa yang dikehendaki oleh Allah dalam hidup kita masing-masing pun berbeda. Namun, prinsipnya yaitu jangan serupa dengan dunia ini supaya kita mengerti kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna (Rm. 12:2).

“Yang baik” tentu ini ukuran secara umum. Semua orang pasti tahu apa yang baik. Tetapi meningkat ke level “apa yang berkenan,” ini sesuai dengan usia rohani masing-masing individu. Maka, kita harus terus bertumbuh sampai level sempurna. Hal ini yang mestinya menjadi pergumulan hidup kita setiap hari. Jika kita menjalani hal itu, Tuhan akan kawal dan lindungi kita. Percayalah, kita jatuh pun tidak tergeletak. Kalaupun hancur, kita hancur di tangan Tuhan. Ia ingin keadaan kita baik-baik. Maka, selama masih ada kesempatan untuk bertobat, Tuhan mau mengubah kita. Kita tidak perlu minta tolong, kalau kita jadi anak-anak Allah yang baik, kita akan dipelihara, dijagai, dan dibela Tuhan. Allah tahu kalau keadaan kita krisis dan kritis. Jangan sia-siakan kesempatan ini. Selagi masih ada waktu, berubahlah. Dia hidup, Dia Allah yang nyata. Dia ingin kita berkeadaan baik-baik, tetapi kita tidak bisa baik-baik, kalau kita tidak bersekutu dengan benar dengan Dia.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU ALLAH BENAR-BENAR ADA DAN HIDUP DAN DIA MEMENUHI APA YANG DIJANJIKAN-NYA, MAKA MESTINYA DIA BISA KITA NIKMATI, DAN KEADAAN KITA MESTINYA BAIK-BAIK. NAMUN, KITA TIDAK BISA BAIK-BAIK, KALAU KITA TIDAK BERSEKUTU DENGAN BENAR DENGAN DIA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 Juni 2023
2023-06-28 09:13:32

1 Raja-raja 22
2 Tawarikh 18

Card image
Truth Kids 27 Juni 2023 - PASANGAN SEPADAN
2023-06-27 13:53:51


Kejadian 2:18
TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”

Doni menghadiri pernikahan kakak sepupunya bersama kedua orangtuanya. Di acara pernikahan itu ia bertanya, “Ma, mengapa kalau menikah itu pengantinnya laki-laki dan perempuan? Boleh gak laki-laki menikah dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan?” tanya Doni kepada mamanya. “Doni, Tuhan menciptakan manusia sepasang dan sepadan yaitu laki-laki dan perempuan. Jadi orang yang mau menikah harus sepasang, yaitu laki-laki dengan perempuan. Tidak boleh laki-laki dengan laki-laki, atau perempuan dengan perempuan. Contohnya pasangan kakek nenek, dan papa mama. Pasangannya juga harus sama-sama takut dan cinta Tuhan Yesus, itulah yang dinamakan pasangan yang sepadan,” jelas mama kepada Doni.

Sobat Kids, Tuhan merancang kehidupan manusia dengan sempurna. Kalian perlu tahu bahwa Tuhan merancang laki-laki dan perempuan sebagai pasangan yang sepadan. Namun, bukan berarti kalian sudah harus memikirkan tentang pasangan. Tentu saja kalian tidak perlu memikirkan pasangan kalian sejak sekarang. Usia kalian masih sangat jauh dari pernikahan. Bahkan kalian tidak perlu memikirkan tentang pacaran juga. Mungkin orang dunia sering bertanya, “Siapa pacar kamu sekarang?” Itu karena mereka tidak mengerti rencana Tuhan dalam hidup mereka. Tidak perlu memikirkan pacar-pacaran sekarang ini. Nanti saja saat kalian sudah dewasa. Sobat Kids, fokus kalian sekarang adalah bertumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan hati Bapa di surga.

Card image
Truth Junior 27 Juni 2023 - LAWAN JENIS, BUKAN SESAMA JENIS
2023-06-27 13:51:31


Kejadian 2:18
TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”

Hari ini mari kita mengingat lagi bahwa Tuhan menciptakan manusia itu sepasang dengan berbeda jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Mengapa Allah ciptakan sepasang manusia? Mengapa Allah tidak menciptakan hanya laki-laki saja atau menciptakan perempuan saja? Atau kalian pernah dengar kata “homo” atau “lesbian”, dimana laki-laki dengan laki-laki dan perempuan dengan perempuan? Benar atau tidak, Tuhan ciptakan manusia seperti itu?

Nah, hari ini kita sama-sama mau belajar dan mengingat lagi bahwa Allah menciptakan pasangan itu bukan laki-laki dengan laki-laki ataupun perempuan dengan perempuan. Tetapi Allah menciptakan sepasang manusia yaitu laki-laki yang berpasangan dengan perempuan. Allah menciptakan manusia yang sepasang itu berbeda, antara laki-laki dan perempuan, yaitu untuk saling melengkapi. Manusia ditugaskan untuk memenuhi bumi dengan cara menghasilkan keturunan.

Pasangan sejenis tidak akan dapat menghasilkan keturunan. Memang usia kalian masih jauh untuk memikirkan tentang pasangan. Fokuslah dengan tugas kalian sebagai seorang anak. Namun, kalian perlu tahu apa yang sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Jangan sampai cara berpikir dunia yang salah memengaruhi kehidupan kalian ke depannya, ya.

Card image
Truth Youth 27 Juni 2023 (English Version) - RESISTING THE CURRENT
2023-06-27 13:46:46


"So I tell you this, and insist on it in the Lord, that you must no longer live as the Gentiles do, in the futility of their thinking." (Ephesians 4:17)

Imagine standing at a busy street corner, waiting for the traffic light to change. The crowd around you starts moving, following the flow of people crossing the street. Everyone seems to be moving in the same direction, carried by the crowd. However, when you pause for a moment, you realize that following the current may not always lead you to where you truly want to be. Sometimes, living a different life means going against the current and taking the less-traveled path. This will undoubtedly give us a different perspective from most people. Just like the lives of young people today, who are easily influenced by trends and the mainstream through social media, peers, and current social norms, which can have a strong influence and tempt us to follow the current and eventually blend into the crowd. If only this crowd led us towards God's purpose in our lives, this reflection would stop here. However, when we look at these days, the crowd mostly leads us to something that only satisfies our hearts and minds. This is disheartening to God.

In Ephesians 4:17, the Apostle Paul tells the Ephesian congregation not to "live any longer as the Gentiles do, in the futility of their thinking." In other words, this verse reminds us that we must live a different life from the crowd that leads us away from God due to their self-centered pursuits that satisfy their own desires and thoughts.

Living differently requires courage and conviction. It may mean standing firm for what is right when those around you choose the easier path. It may mean making choices that honor God, even if those choices are not mainstream.

Remember, this is not about rebellion or seeking attention; it is about reflecting the love and truth of Jesus in a world that desperately needs it.

WHAT TO DO:
1. Have the courage to take steps to be different.
2. Prepare our hearts to make choices that truly please God, not the other way around.
3. Seek wisdom from God so that our different choices truly please Him.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Job 1-4

Card image
Truth Youth 27 Juni 2023 - RESISTING THE CURRENT
2023-06-27 07:32:12


Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia (Efesus 4:17)

Bayangkan kamu berdiri di sudut jalan yang ramai, menunggu lampu lalu lintas berubah warna. Kerumunan di sekitarmu mulai bergerak, mengikuti arus orang yang menyeberangi jalan. Semua orang tampak bergerak ke arah yang sama, terbawa oleh arus kerumunan. Namun, saat kamu berhenti sejenak, kamu menyadari bahwa mengikuti arus mungkin tidak selalu membawa kamu ke tempat yang sebenarnya kamu inginkan. Terkadang, memiliki kehidupan yang berbeda berarti menentang arus dan mengambil jalan yang jarang dilalui. Tentunya, hal ini akan memberikan kita perspektif yang berbeda dengan kebanyakan orang. Seperti kehidupan anak muda saat ini yang mudah terbawa oleh tren dan arus mainstream melalui media sosial, teman sebaya, dan norma-norma sosial hari ini dapat memberikan pengaruh yang kuat, membuat godaan bagi kita untuk mengikuti arus dan akhirnya, menyamar menjadi bagian dari kerumunan. Jika saja kerumunan ini membawa kepada tujuan Allah dalam hidup kita, mungkin renungan ini akan berhenti di sini. Namun, kalau kita melihat hari-hari ini, kerumunan tersebut kebanyakan membawa kita kepada sesuatu yang hanya memuaskan hati dan pikiran kita. Hal tersebut adalah hal yang mendukakan hati Allah.

Dalam Efesus 4:17 rasul Paulus berkata kepada jemaat di Efesus untuk “Tidak lagi hidup sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia.” Dengan kata lain, ayat tersebut mengingatkan bahwa kita harus memiliki kehidupan yang berbeda dari kerumunan yang membawa kita jauh dari Allah karena tujuan mereka yang hanya memuaskan hati dan pikirannya sendiri.

Hidup secara berbeda membutuhkan keberanian dan keyakinan. Mungkin berarti berdiri teguh untuk apa yang benar, ketika orang di sekitarmu memilih jalan yang lebih mudah. Mungkin berarti membuat pilihan yang memuliakan Allah, meskipun pilihan tersebut tidak mainstream.

Ingatlah, ini bukan tentang memberontak atau mencari perhatian; ini tentang mencerminkan kasih dan kebenaran Yesus dalam dunia yang sangat membutuhkannya.

What to Do:
1. Berani mengambil langkah untuk menjadi yang berbeda
2. Siapkan hati kita untuk memilih pilihan yang tentunya menyukakan hati Allah, bukan sebaliknya
3. Minta hikmat dari Allah agar pilihan kita yang berbeda benar-benar menyukakan hati-Nya

Bible Marathon:
Ayub 1-4

Card image
Renungan Pagi - 27 Juni 2023
2023-06-27 05:49:23


Orang yang memiliki kasih dan ketulusan, tidak akan mengasihi supaya mendapat untung, tetapi mengasihi dengan kesadaran bahwa Tuhan sudah terlebih dahulu mengasihi dirinya dengan kasih yang sempurna.

Mengasihi dengan kesadaran bahwa sekalipun gagal, Tuhan tetap merangkul dan mengasihi kita, karena itu ada kerinduan yang dalam untuk menyatakan kasih Tuhan kepada sesama.
(Roma 22:9-10)

Card image
Quote Of The Day - 27 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-27 05:45:10


Ketenangan yang kita miliki bukan karena Tuhan berkuasa kita dari masalah dengan kekuatan-Nya dan dapat memenuhi segala kebutuhan, melainkan karena kita dapat menikmati Tuhan sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-27 05:41:30


Kehidupan yang tidak memiliki kesenangan selain menyukakan hati Allah Bapa merupakan gaya hidup yang tidak wajar menurut dunia.

Card image
GOD IS SILENT - 27 Juni 2023 (English Version)
2023-06-27 05:38:57


It is good to silently wait for God’s help, though difficult. When serious or unsolved problems hit us, the threats against us get stronger and more threatening, then doubts can arise against God. Almost all Christians who God processes experience times like that. Disbelief arises towards God’s faithfulness, whether He exists, lives, and cares about us.

We talk about God, who is Almighty, while we experience unresolved problems, either economic, family, or work. Sometimes we feel God is too late to help us, but God is never late. However, God is also in no hurry, for He is on time to help us. God will surely help. Remember what happened in John 11 about Lazarus, who was sick? God was told that Lazarus was ill; God did not come soon. M, Lanzarus died. God seemed to buy time until Lazarus died. Martha told Jesus, “Lord if you had been here, my brother would not have died.” God was blamed because Martha demanded God act according to her way and schedule.

Don’t we also often act like Martha? Maybe we have such a state and ask God, “Lord, why did you make this situation drag on like this? I am adrift in uncertainty.” God seems silent, but it does not mean He does not care because He works accurately. He wasn’t in a rush, nor was He slow. Suppose we see God as slow because we are not smart. On the other hand, it’s rare when someone has a problem, and God helps; then they say, “God, You help me so quickly, even though I’m still patiently waiting.” Never. What often happens is, “God, why is Your help slow?” People want God’s help as soon as possible, even though He has a schedule in our life struggles and plans to change us.

One important sentence we must understand is that if the circumstances around us do not change—such as living situations, economy, household, spouse, parents, children, boss, subordinates, friends, colleagues, or anyone who disturbs our lives— we must change first. Don’t demand that our circumstances and environment change; don’t demand that others change while we haven’t changed ourselves. If God allows a situation to happen, He wants to process us. So, we must understand what God wants in our lives through that struggle. We should not rush to force God to change our circumstances. What we have to do is change ourselves.

If our physical lungs have problems, we can have problems breathing and even die suddenly. However, if our spiritual lungs are damaged, we can appear to be in good health and still live life, and everything can run well, though, in fact, terrible. What good is it if our physical lungs are healthy but our spiritual lungs are sick? The breath of our spiritual life is incorrect, so we ask God not to call us home before we truly experience spiritual healing. Often when we are in serious trouble, we want it to pass quickly while the problem is allowed to happen to heal our spiritual life. We must have the courage to say, “Lord, don’t take this issue before I become more righteous and holier, and love You more, fear You, and become perfect in You.”

We must dare to say so. If we now face serious problems, that seem to take away happiness and the joy of life, we understand that God allows these to happen for our eternal destiny. So, if we claim to believe in God, we must also acknowledge and believe in His wisdom. What God allows us to experience brings goodness. We shouldn’t pretend to know, be smart, or be wise. We must believe what God is doing is good.

Suppose we see Joseph’s story, how his brothers almost killed him. He was thrown into a well, then lifted from the well; instead of being helped, he was sold as a enslaved person. The life of Joseph was destroyed. He was separated from his parents, from Jacob, who loved him very much. Joseph became enslaved. Then at Potiphar’s house, he was comfortable for a while. Maybe he had thought this was the dream from God come true that he would become a ruler, and his brothers and even his parents would also bow down to him. However, what happened was that his fate worsened. He became a man without a future.

It turns out that being in prison is the ladder for Joseph to reach the fulfilment of God’s plan. He met the king’s food and beverage official there, who then took him to meet Pharaoh. So, there is no reason to doubt the God of the universe. If we are down today, it is as if the sky of our lives is falling; believe that God has many ways to save us. Don’t just say, “I believe,” but genuinely believe that He is the living God with the power to help. We must believe that He cares.  

THOUGH GOD IS SILENT, IT DOESN'T MEAN HE DOESN'T CARE BUT BECAUSE HE WORKS WITH ACCURACY.

Card image
ALLAH DIAM - 27 Juni 2023
2023-06-27 05:32:50


Adalah baik menanti dengan diam pertolongan Tuhan, tetapi ini tidak mudah. Ketika kita dilanda persoalan atau masalah berat yang tidak kunjung selesai, lalu ancaman terhadap kita semakin kuat, semakin mengancam, maka timbul keraguan terhadap Tuhan. Timbul ketidakpercayaan terhadap kesetiaan Allah, apakah Allah benar-benar ada, hidup, dan memedulikan kita. Hampir semua orang Kristen yang diproses Tuhan, mengalami masa-masa seperti itu.

Bicara mengenai Tuhan yang Maha Kuasa, Maha Kuat, tetapi kita sendiri mengalami masalah yang tidak kunjung selesai. Masalah ekonomi, keluarga, pekerjaan. Kadang kita merasa Tuhan terlambat menolong kita, tetapi sejatinya Tuhan tidak pernah terlambat. Namun, Tuhan juga tidak buru-buru. Tuhan tepat waktu menolong kita. Tuhan pasti menolong. Ingat, yang terjadi di Yohanes 11 mengenai Lazarus yang sakit? Tuhan diberitahu bahwa Lazarus sakit, Tuhan tidak segera datang. Akhirnya, Lazarus meninggal. Tuhan seperti mengulur waktu sampai Lazarus meninggal. Marta berkata kepada Yesus, “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.” Tuhan dipersalahkan. Marta menuntut Tuhan agar Tuhan bertindak sesuai dengan cara dan jadwalnya.

Bukankah kita juga sering bertindak seperti Marta? Mungkin kita mengalami keadaan seperti ini? Kita bertanya, “Tuhan, mengapa Engkau membuat keadaan ini berlarut-larut demikian? Aku terkatung-katung dalam ketidakpastian.” Tuhan seperti diam; seperti The Silent God Allah diam, bukan berarti Allah tidak peduli, melainkan karena Allah bekerja dalam ketepatan. Dia tidak buru-buru, juga tidak lambat. Kalau kita memandang Tuhan itu lambat, karena kita tidak cerdas. Sebaliknya, jarang ketika seseorang punya masalah, lalu Tuhan tolong, dia berkata, “Tuhan, cepat sekali menolong saya, padahal saya masih sabar menunggu.” Tidak pernah. Yang ada, “Tuhan kok lambat, ya?” Orang mau ditolong Tuhan secepat-cepatnya, padahal Tuhan memiliki jadwal dalam pergumulan hidup yang kita hadapi. Tuhan punya rancangan-rancangan untuk mengubah kita.

Satu kalimat penting yang harus kita tangkap, yaitu kalau keadaan sekitar kita tidak berubah— situasi hidup, situasi ekonomi, situasi rumah tangga, pasangan hidup, orangtua, anak, bos, bawahan, teman, kolega, atau siapa pun yang mengganggu hidup kita—maka kita yang berubah dulu. Jangan menuntut keadaan dan lingkungan kita berubah, jangan menuntut orang lain berubah, sementara kita sendiri belum berubah. Kalau Tuhan mengizinkan satu keadaan terjadi di dalam hidup kita, Tuhan mau proses kita. Maka, kita harus mengerti apa yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita melalui pergumulan itu. Mestinya kita tidak buru-buru memaksa Tuhan mengubah keadaan kita. Yang kita harus lakukan adalah mengubah diri kita.

Kalau paru-paru jasmani kita bermasalah, kita bisa terengah-engah, bahkan bisa mati mendadak. Namun, kalau paru-paru rohani kita yang rusak, kita kelihatannya sehat-sehat saja. Bisa tetap menjalani hidup, semua bisa running well. Padahal, mengerikan. Untuk apa paru-paru jasmani kita sehat, tetapi paru-paru rohani kita sakit? Nafas hidup rohani kita tidak benar. Kita minta kepada Tuhan agar jangan memanggil kita pulang sebelum kita benar-benar mengalami kesembuhan secara rohani. Sering kali kita itu dalam persoalan berat, mau cepat-cepat persoalan itu berlalu atau lewat. Padahal, persoalan itu diizinkan terjadi untuk menyembuhkan kehidupan rohani kita. Kita harus berani berkata, “Tuhan, jangan angkat masalah ini sebelum saya menjadi lebih benar, sebelum saya menjadi lebih kudus, sebelum saya menjadi makin mengasihi Engkau, takut akan Engkau, dan sempurna di dalam Engkau.”

Kita harus berani mengatakan begitu. Kalau sekarang kita menghadapi masalah-masalah berat, yang sepertinya menyita kebahagiaan dan merenggut sukacita hidup, kita mengerti bahwa demi nasib kekal kitalah Tuhan mengizinkan kejadian itu terjadi. Jadi kalau kita mengaku percaya Tuhan, itu berarti kita juga mengakui, memercayai kebijaksanaan-Nya. Apa yang Tuhan izinkan kita alami, itu mendatangkan kebaikan. Kita tidak boleh sok tahu, sok pintar, sok cerdas. Kita harus percaya apa yang Tuhan lakukan, itu baik adanya.

Kalau kita memperhatikan kisah Yusuf, bagaimana Yusuf nyaris dibunuh oleh kakak-kakaknya. Dia dibuang ke dalam sumur, lalu diangkat dari sumur, bukannya ditolong, dijual jadi budak. Langit hidup Yusuf rubuh. Dia terpisah dari orangtua; dari Yakub yang sangat mencintai dia. Yusuf menjadi budak. Lalu di rumah Potifar, nyaman sejenak. Mungkin Yusuf sempat berpikir, inilah waktunya mimpi yang pernah dia terima dari Tuhan terwujud bahwa dia akan menjadi penguasa, dan saudara-saudaranya bahkan orangtuanya juga akan sujud kepadanya. Namun, yang terjadi justru nasib Yusuf makin memburuk. Yusuf menjadi manusia tanpa masa depan.

Ternyata, justru di penjara itulah tangga untuk mencapai penggenapan rencana Allah. Di sana Yusuf bertemu dengan pejabat makanan dan minuman raja, yang kemudian mengantar Yusuf bertemu Firaun. Maka, tidak ada alasan untuk meragukan Tuhan semesta alam. Kalau kita terpuruk hari ini, seakan-akan langit hidup kita rubuh, percayalah bahwa Tuhan punya banyak jalan dan cara untuk menyelamatkan kita. Jangan hanya berkata, “Aku percaya,” tetapi benar-benar yakini bahwa Dia adalah Allah yang hidup, yang berkuasa menolong. Percayalah, pasti Dia peduli.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ALLAH DIAM, BUKAN BERARTI ALLAH TIDAK PEDULI, MELAINKAN KARENA ALLAH BEKERJA DALAM KETEPATAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 Juni 2023
2023-06-27 05:28:15

1 Raja-raja 20-21

Card image
Truth Kids 26 Juni 2023 - MERAWAT TUBUH
2023-06-26 09:41:57

1 Korintus 15:40
“Ada tubuh sorgawi dan ada tubuh duniawi, tetapi kemuliaan tubuh sorgawi lain dari pada kemuliaan tubuh duniawi.”

Sobat Kids, Tuhan menciptakan perempuan dan laki-laki dengan keunikan masing-masing. Contohnya anak laki-laki memiliki rambut pendek sedangkan anak perempuan biasanya memiliki rambut panjang. Bentuk wajah laki-laki dan perempuan juga berbeda. Tuhan menghendaki kita menghargai dan menerima keberadaan diri kita sesuai dengan jenis kelamin yang Tuhan sudah berikan kepada kita. Kita tidak perlu mengubah bentuk tubuh yang Tuhan sudah berikan. Tuhan sudah menciptakan setiap tubuh kita dengan sempurna. Tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang persis sama seperti kita.

Sobat Kids, dengan menjaga tubuh berarti kita sudah menghargai karya ciptaan Tuhan. Bagaimana cara menjaga tubuh kita?Caranya antara lain dengan rajin membersihkan tubuh kita, mandi dan keramas. Seluruh tubuh kita, dari ujung kepala hingga ujung kaki harus dijaga tetap bersih. Sehingga tidak ada kuman yang menyebabkan bau badan. Juga tidak ada kutu yang bersarang di rambut kita. Kuku jari-jari kita juga perlu dibersihkan, Sobat Kids. Jika kukunya sudah panjang, minta tolong kepada mama untuk memotong kuku tersebut. Sehingga tidak ada kuman yang bersarang di balik kuku. Begitu juga dengan telinga kita, kotorannya perlu dibersihkan. Mintalah tolong kepada mama untuk membersihkannya secara berkala. Yuk, kita hargai tubuh yang sudah Tuhan berikan kepada kita dengan merawat tubuh ini.

Card image
Truth Junior 26 Juni 2023 - HARGAILAH DIRIMU
2023-06-26 09:45:07


1 Korintus 15:40
“Ada tubuh sorgawi dan ada tubuh duniawi, tetapi kemuliaan tubuh sorgawi lain dari pada kemuliaan tubuh duniawi.”

Sobat Junior, apakah kalian tahu cerita tentang bebek buruk rupa? Ada induk bebek yang bertelur sepuluh butir, dan semuanya menetas. Namun, dari sepuluh telur tersebut, ternyata ada satu ekor yang berbeda dengan induknya dan saudara-saudaranya. Dia memiliki wajah yang berbeda; bentuknya lebih besar dan warnanya abu-abu. Setiap hari dia bertanya, kenapa dia berbeda. Dan dia pun diejek oleh bebek-bebek lain karena ia berbeda dengan saudara-saudaranya. Dia pun sedih, sehingga pergi meninggalkan keluarganya. Di perjalanan, dia menyeberangi sungai. Tanpa sengaja, dia melihat bayangannya di air sungai tersebut. Lalu, terkejutlah bebek abu-abu, ternyata wajahnya berubah menjadi angsa yang cantik. Akhirnya, dia menyadari bahwa dirinya adalah seekor angsa, bukan seekor bebek.

Siapa yang pernah merasa, “kenapa aku tidak secantik atau seganteng temanku?” Sama seperti yang dirasakan oleh bebek buruk rupa itu. Mungkin ada beberapa Sobat Junior yang merasa seperti itu. “Kenapa aku berbeda dengan yang lain? Lebih enak jadi perempuan saja” atau “lebih enak jadi laki-laki saja.”

Hari ini kita belajar dari cerita di atas. Kita harus menghargai apa yang ada pada diri kita, meskipun berbeda dengan yang lain. Sebab, tubuh yang kita miliki selama di dunia, itu hanyalah sementara. Makanya kita tidak perlu mengubah tubuh kita, karena tubuh kita yang sekarang ini adalah pemberian Tuhan, dan itu yang terbaik yang Tuhan berikan bagi kita. Mari kita sama-sama menghargai dan menjaga tubuh yang Tuhan berikan kepada kita. Tubuh yang sempurna akan kita kenakan ketika kita di surga nanti.

Card image
Truth Youth 26 Juni 2023 (English Version) - DON'T STAY THERE!
2023-06-26 09:35:57


"And are confident that you yourself are a guide to the blind, a light to those who are in darkness." (Romans 2:19)

There is a saying that goes, "If your friend slips, you will help them. But if your best friend slips, you will laugh at them, then help them." It may be funny to think about this. However, in general, if someone is friends, when one falls, the other will fall too. Fall into what? The circle of mistakes. It is not uncommon that if we have friends who are used to speaking rudely, sooner or later we will adopt their bad habits. Conversely, if our friend starts to learn to live righteously, chances are we will follow suit. Have we ever thought that friendship is not only about being in the same frequency, but when our friend is in the wrong frequency, we can be the person who leads them back to the right path instead of joining them in darkness.

Therefore, to guide our friends to the light, we must first leave the darkness. As stated in the above verse, "You are a guide to the blind, a light to those who are in darkness." Whoever our friend may be, they are our responsibility. So, let us be the alarm that tells them that it is no longer the time for them to be in the wrong place. However, remember, do not judge their mistakes and failures because everyone has their own time to process themselves into better individuals. Make sure you become a friend who not only wants their happiness but also cares for their eternal salvation.

WHAT TO DO:
1. Save our friends from darkness.
2. Remind ourselves not to live in darkness.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Esther 6-10

Card image
Truth Youth 26 Juni 2023 - JANGAN DI SITU!
2023-06-26 09:33:00


"Dan yakin, bahwa engkau adalah penuntun orang buta dan terang bagi mereka yang di dalam kegelapan." (Roma 2:19)

Ada pepatah yang berkata “Kalau teman kamu terpeleset, kamu akan menolongnya. Namun, kalau sahabat kamu yang terpeleset, kamu akan menertawakannya, setelah itu baru menolongnya.” Kalau ingat hal ini adalah hal yang lucu. Namun, pada umumnya kalau seseorang bersahabat, ketika yang satu jatuh, kemungkinan sahabatnya juga akan ikut jatuh. Jatuh dalam lingkaran apa? Lingkaran kesalahan. Tidak jarang kalau kita memiliki teman yang terbiasa berbicara kasar, cepat atau lambat kita akan ikut kebiasaan buruknya. Namun, sebaliknya kalau teman kita mulai belajar hidup benar, kemungkinan besar kita akan mengikutinya. Pernahkah kita berpikir bahwa persahabatan itu bukan hanya tentang ketika kita dalam frekuensi yang sama, tetapi ketika teman kita berada dalam frekuensi yang salah, kita bisa menjadi orang yang membawa dia kembali kepada jalur yang benar. Bukannya kita malah ikut masuk dalam kegelapan.

Oleh sebab itu, untuk menuntun sahabat kita kepada terang, kita harus lebih dulu meninggalkan kegelapan. Seperti yang dikatakan pada ayat di atas “Engkau adalah penuntun orang buta dan terang bagi mereka yang di dalam kegelapan.” Siapa pun teman kita, dia adalah tanggung jawab kita. Jadi, pastikan kita menjadi alarm yang memberitahu dia bahwa, ini bukan saatnya lagi dia ada di tempat yang salah. Namun, ingat, jangan menghakimi kesalahan dan kegagalannya karena setiap orang punya waktunya masing-masing untuk memproses diri menjadi orang yang lebih baik. Pastikan diri kamu menjadi sahabat yang bukan hanya ingin dia bahagia, tetapi juga menyayangi keselamatan kekalnya.

WHAT TO DO:
1. Menyelamatkan teman kita dari kegelapan
2. Mengingatkan diri untuk tidak hidup dalam kegelapan

BIBLE MARATHON:
* Esther 6-10

Card image
Renungan Pagi - 26 Juni 2023
2023-06-26 09:29:05


Kita memahami bahwa sebagai orang percaya harus menjadikan firman Tuhan sebagai pelita bagi kaki dan terang bagi jalan kita, Yesus berkata: kamu sudah bersih oleh firman yang Ku-katakan kepadamu, Daud berkata: dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuan tetap bersih? Yaitu dengan menjaganya sesuai dengan firman Tuhan.

Berarti firman Tuhan sangat berkuasa dan dapat memurnikan dan menguatkan kita, karenanya ketika tidak menjadikan firman Tuhan sebagai pelita bagi kaki kita, maka kaki kita akan melangkah di jalan-jalan yang keliru, ketika tidak menjadikan firman Tuhan sebagai terang bagi jalan kita, maka jalan-jalan kita akan menuju pada kegelapan.
(Mazmur 119:105 ; Yohanes 15:3)

Card image
Quote Of The Day - 26 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-26 09:26:02


Ketaatan yang benar terhadap firman Tuhan akan membangun kesucian hidup.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 26 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-26 09:23:45


Terhindar dari neraka dan diperkenan masuk surga bukanlah keselamatan itu sendiri, tetapi sebenarnya adalah buah atau akibat dari keselamatan.

Card image
CREATING CONTRAST - 26 Juni 2023 (English Version)
2023-06-26 09:14:26


A great and noble task that we must do at the end of this age is to bear witness to the truth. How can we bear witness to the truth? By displaying or demonstrating the truth in our lives. We are grateful because God opens up His truth continuously to us; in the end, we are forced to keep digging for the fact that God has given us, and of course, we are also forced to put on or practice the truth. At the edge of the end time, before God returns, He wants to show true Christianity and simultaneously direct our lives to the Kingdom of Heaven.

So, we shouldn’t be satisfied talking about the truth because we are in the environment of the Voice of Truth, but we have to demonstrate the validity and create contrasts. We must inevitably create and build a contrast. We can’t create contrasts if we become Christians with low standards which is the same as fake Christianity, not original, just religious Christianity. Satan cleverly makes Christianity not appear false, not black or white, just gray. This gray Christianity neither creates nor causes contrast. Contrasts are born if we clothe ourselves with original truth, live that truth within us, and put on God’s holiness with the principles of truth.

What are the characteristics of a person whose life gives birth to contrasts? Sharp purity, not loving the world, diligently seeking God, lamenting before God, willingness to offer life without limits, not thinking about oneself but about other souls to be saved. Not just by making evangelistic missions but by mourning those souls. This will create a contrast. We believe this is a warning to the world, especially Christians, that one day they will be unable to excuse: “I don’t know.” They should have known, especially with the presence of Christians who consistently and consequently put on that truth.

Pet.2:3 says, “In their greed these teachers will exploit you with fabricated stories.” It’s a figment; sermons that seem academic but don’t change people, don’t lead them to the new heavens and earth, or direct them to leave the love of the world. “Their condemnation has long been hanging over them, and their destruction has not been sleeping.” This is our concern, especially for pastors and preachers of the Word, who do not teach anything that is not principled. Don’t explain anything trivial. Instead, we must discuss eternity, heaven and hell, and life beyond the grave. Beyond that, just a figment. We must create contrast.

2 Pet.2:4 says, “For if God did not spare angels when they sinned, but sent them to hell, putting them in chains of darkness to be held for judgment;” False teachers and angels will be thrown away if they don’t live according to God’s standards. Verse 5, “If He did not spare the ancient world when He brought the flood on its ungodly people but protected Noah, a preacher of righteousness, and seven others.” We will understand this verse if we read Gen.6:5-6, “The Lord saw how great the wickedness of the human race had become on the earth, and that every inclination of the thoughts of the human heart was only evil all the time. The Lord regretted that he had made human beings on the earth, and his heart was deeply troubled.”

If we look at Noah’s life—as God’s Word says, he was a righteous and blameless man among his contemporaries and lived with God—meaning he created a contrasting life. Noah lived flawlessly amid an evil, black, and dark world. This contrasts those whose inclinations of the heart always produce evil. Let’s involve ourselves so that we are among the people who can be a contrast. Not mere words, but we prepare ourselves to become human beings who understand and put on the truth consistently and consequently.

Sooner or later, the truth we display will emerge as long as we build the sanctity of life. We want to be a blessing and not to be a stumbling block. We must dare to appear with a unique color that creates contrast. Though other people can say anything, we don’t need to care. If the right cheek is slapped, give the left one. Do not repay evil with evil. The Holy Spirit helps us to reach the level of life that creates or produces that contrast. Be a truth-teller, not by speech but through our lives.  

WE MUST DARE TO APPEAR WITH A UNIQUE COLOUR THAT CREATES CONTRAST.

Card image
MENCIPTAKAN KONTRAS - 26 Juni 2023
2023-06-26 09:07:02


Ada tugas besar yang sangat mulia yang harus kita lakukan di ujung akhir zaman ini, yaitu menjadi saksi kebenaran. Bagaimana kita dapat menjadi saksi kebenaran? Yaitu dengan menampilkan atau memperagakan kebenaran di dalam hidup kita. Kita bersyukur karena Tuhan membukakan kebenaran-Nya terus-menerus kepada kita, yang akhirnya, kita dipaksa untuk terus menggali kebenaran yang Tuhan telah berikan. Tentu kita juga dipaksa untuk mengenakan atau melakukan kebenaran tersebut. Di ujung akhir zaman sebelum Tuhan datang kembali, Tuhan mau menunjukkan kekristenan yang sejati, kekristenan yang benar. Sekaligus mengarahkan kehidupan kita ke Kerajaan Surga.

Jadi, kita jangan puas bicara mengenai kebenaran, karena kita ada di lingkungan Suara Kebenaran, tetapi kita harus benar-benar memperagakan kebenaran tersebut dan menciptakan kontras. Tidak bisa tidak, harus ada kontras yang kita ciptakan, kita bangun. Kalau kita menjadi Kristen dengan standar yang rendah—yang sama artinya dengan Kristen palsu, tidak original, kekristenan agamawi, bukan kekristenan yang murni—maka berarti kita tidak menciptakan kontras. Setan itu cerdik, bagaimana membuat kekristenan tidak nampak palsu, tidak hitam, tetapi juga tidak putih; abu-abu. Kristen abu-abu ini tidak menciptakan atau tidak mengakibatkan kontras. Kalau kita mengenakan kebenaran yang murni, menghidupi kebenaran itu di dalam diri kita, dan mengenakan kekudusan Allah dengan prinsip-prinsip kebenaran, maka lahirlah kontras.

Apa ciri seseorang yang hidupnya melahirkan kontras? Kesucian yang tajam, tidak mencintai dunia, tekun mencari Allah, ratapan terhadap Tuhan, kesediaan mempersembahkan hidup tanpa batas, tidak memikirkan diri sendiri, memikirkan orang lain dan jiwa-jiwa yang diselamatkan. Bukan hanya sekadar membuat misi-misi penginjilan, tetapi dengan ratapan terhadap jiwa-jiwa itu. Ini akan menimbulkan kontras. Kita percaya, ini menjadi peringatan bagi dunia dan khususnya bagi umat Kristen, yang suatu hari orang-orang Kristen tidak bisa berdalih: “Saya tidak tahu.” Mestinya tahu. Terlebih dengan dihadirkannya orang-orang Kristen yang secara konsisten dan konsekuen mengenakan kebenaran itu.

2 Petrus 2:3 tertulis, “Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu, akan berusaha mencari untung dari kamu dengan cerita-cerita isapan jempol mereka.” Isapan jempol; khotbah-khotbah yang kelihatannya akademis, tetapi tidak mengubah orang, tidak mengarahkan orang ke langit baru bumi baru, tidak mengarahkan orang meninggalkan percintaan dunia. Itu isapan jempol. “Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda.” Ini menjadi perhatian kita, khususnya bagi para pendeta dan pemberita Firman, jangan mengajarkan sesuatu yang tidak prinsip. Jangan menjelaskan sesuatu yang remeh. Namun, kita harus bicara tentang kekekalan, tentang surga neraka, kehidupan di balik kubur. Di luar itu, isapan jempol. Kita harus membuat kontras.

2 Petrus 2:4, “Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman.” Guru palsu maupun malaikat, tidak disayangkan. Kalau tidak hidup dalam standar Allah, dibuang. Ayat 5, “Dan jikalau Allah tidak menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu, dengan tujuh orang lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia orang-orang yang fasik.” Ayat ini kita akan pahami kalau kita membaca Kejadian 6:5, “Ketika dilihat TUHAN bahwa kejahatan manusia besar di bumi, dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya.”

Kalau kita melihat kehidupan Nuh—sebagaimana yang dikatakan firman Tuhan bahwa Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah—berarti ia menciptakan kehidupan yang kontras. Di tengah-tengah kejahatan, hitam dan gelapnya dunia, Nuh hidup tidak bercela. Ini kontras dengan orang-orang yang kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan. Mari kita mendaftarkan diri kita agar kita termasuk orang yang bisa menjadi kontras. Bukan ucapan semata, tetapi kita mempersiapkan diri untuk menjadi manusia yang mengerti kebenaran dan mengenakan kebenaran itu secara konsekuen dan konsisten.

Cepat atau lambat, kebenaran yang kita tampilkan akan muncul, asalkan kita benar-benar mulai membangun kesucian hidup. Kita mau menjadi berkat, tidak mau jadi batu sandungan. Kita harus berani tampil dengan warna khusus yang menciptakan kontras. Orang lain boleh berkata apa saja, kita tidak perlu pedulikan. Ditampar pipi kanan, beri pipi kiri. Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Roh Kudus pasti menolong kita untuk mencapai tingkat kehidupan yang menciptakan atau membuahkan kontras itu. Jadilah pemberita kebenaran. Bukan dengan ucapan, tetapi melalui kehidupan kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS BERANI TAMPIL DENGAN WARNA KHUSUS YANG MENCIPTAKAN KONTRAS.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 Juni 2023
2023-06-26 09:43:03

1 Raja-raja 17-19

Card image
Truth Kids 25 Juni 2023 - HATI-HATI DENGAN ORANG ASING
2023-06-26 09:43:50


Roma 16:17
“Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka!”

Sobat Kids, dunia semakin jahat. Iblis dengan berbagai cara merusak anak-anak Tuhan melalui tontonan bahkan lingkungan. Banyak orang yang menjadi jahat sehingga merugikan atau melukai orang lain. Ada banyak berita terkait dengan penculikan anak-anak. Bahkan ada kisah orang dewasa tega melukai anak-anak. Sobat Kids, dengan banyak contoh kejadian tersebut kita harus belajar. Hati-hati dengan orang asing. Kalian tidak boleh ikut dengan orang asing, orang yang belum kalian kenal. Jika ada yang membujuk untuk memberikan makanan atau mainan, kamu jangan mau ikut, ya! Sobat Kids, bisa teriak dan berkata tegas, “Aku tidak kenal kamu! Aku tidak mau ikut!” Kalian juga bisa teriak minta tolong jika orang tersebut memaksa. Hingga ada orang lain yang mendengar dan membantu kalian.

Oleh sebab itu, saat kalian bermain, harus memberi tahu dan izin kepada orangtua. Sehingga mereka tahu keberadaan kalian. Mainlah di dekat orangtua kalian, agar mereka dapat mengawasi dari jauh. Kita juga selalu berdoa agar Tuhan melindungi kita dari orang-orang yang ingin berbuat jahat terhadap kita.

Card image
Truth Junior 25 Juni 2023 - HINDARILAH MEREKA
2023-06-25 10:18:25


Roma 16:17
“Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka!”

Dunia ini bertambah rusak. Kejahatan yang dilakukan manusia, bertambah-tambah. Iblis semakin bekerja keras untuk membawa manusia ke dalam api neraka. Perilaku manusia banyak yang menyimpang, salah satunya adalah pedofilia. Pedofilia adalah penyimpangan seksual yang dilakukan orang dewasa kepada anak-anak. Oleh sebab itu, kalian harus hati-hati, ya, Sobat Junior.

Jangan biarkan orang dewasa menyentuh tubuh kalian, Sobat Junior. Walaupun kalian mengenal orang dewasa tersebut, jangan mau jika ia mulai pegang-pegang, peluk, atau mencium kalian dengan cara yang aneh. Hanya mama kalian yang boleh menyentuh tubuh kalian. Jika ada orang dewasa yang kalian tidak kenal, atau misalnya orang asing yang mau menyentuh tubuh kalian, segeralah menghindar. Kalian bisa teriak jika orang asing itu memaksa. Teriaklah minta tolong.

Begitu pula jika ada orang tak dikenal yang ingin mengajak kalian pergi ke suatu tempat, tanpa didampingi orang tua kalian. Jangan mau diajak oleh orang tak dikenal, walaupun kalian dijanjikan akan diberikan hadiah. Sobat Junior harus menghindar dari mereka. Ingat, banyak orang yang berniat jahat, dan tidak semua orang dewasa itu baik. Kita harus senantiasa berdoa agar Roh Kudus menjagai kita dari kejahatan-kejahatan seperti itu.

Card image
Truth Youth 25 Juni 2023 (English Version) - A HUMBLE FAITH: IT'S HUMAN TO ERR
2023-06-25 10:16:16


"For all have sinned and fall short of the glory of God." (Romans 3:23)

In the minds of many people, the law is often seen merely as an instrument to punish those who do wrong. This understanding is not entirely wrong but also not entirely accurate. Therefore, the law must be properly understood and comprehended in its historical and functional aspects within the framework of biblical thinking.

The law first appeared in the Old Testament to regulate the life of the uncultured ancient Israelite community after the exodus. The ancient Israelite society at that time lacked knowledge of morals and ethics. Therefore, the Torah, as the law, was given by the LORD God to guide the ancient Israelite nation to become a civilized nation, living in order.

Fundamentally, the law consists of two main elements: regulations and sanctions. In the legal world, the profession of a judge is often seen merely as an executor of the law in the sense of an executioner, whereas a judge is the figure who ensures that the element of regulation is properly implemented. This unconscious misunderstanding forms the basis of faulty thinking in the religious world, where people who have their holy book as their law tend to judge their fellow beings who have done wrong and then feel entitled to impose punishment on them. In Matthew 5, Christ criticizes the scribes and Pharisees who are self-righteous. That is why Christ says that we must be perfect. It means having righteousness or truthfulness that surpasses the righteousness of the law (Torah).

In Romans 3:23, it is written, "For all have sinned." This verse clearly states that no one is more righteous than another. In the presence of the Lord, all human beings are sinful creatures who have no right to judge, let alone punish others, for everyone has indeed made mistakes, and that is human. Of course, this exception applies to the authorities who have been given the "sword" by the Lord.

This is very important for us to reflect on as it directly relates to faith. Feeling righteous makes us unaware of our existence as creatures made from the earth. Therefore, we should always have a humble faith to keep us away from arrogance and remind us to remain humble and aware of ourselves as creatures made from the earth. Amen.

WHAT TO DO:
1. Do not judge and punish those who are guilty.
2. Reflect on our own sins.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Esther 1-5

Card image
Truth Youth 25 Juni 2023 - IMAN YANG MEMBUMI : SALAH ITU MANUSIAWI
2023-06-25 10:04:12


”Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23)

Dalam benak banyak orang, hukum sering kali hanya dipandang sebagai suatu instrumen untuk menjatuhkan hukuman kepada orang yang berbuat salah. Pengertian ini tidak sepenuhnya salah, tetapi juga tidak sepenuhnya benar. Untuk itu, hukum harus dimengerti dengan benar dan utuh dari aspek historis dan fungsionalnya dalam kerangka berpikir Alkitab.

Hukum pertama kali muncul dalam Perjanjian Lama untuk mengatur kehidupan masyarakat Israel kuno pascakeluaran yang tidak berkebudayaan. Masyarakat Israel kuno pada masa itu belum memiliki pengetahuan mengenai moral dan etika. Untuk inilah Taurat sebagai hukum diturunkan oleh TUHAN Allah, yakni untuk menuntun bangsa Israel kuno menjadi bangsa yang beradab, yang hidup dengan teratur.

Pada dasarnya, hukum memiliki dua unsur utama, yakni peraturan dan sanksi. Dalam dunia hukum, profesi hakim sering dipandang hanya sebagai eksekutor hukum dalam arti algojo, padahal hakim adalah sosok yang memastikan unsur peraturan terlaksana dengan benar. Inilah yang kemudian secara tidak sadar mendasari kekeliruan berpikir dalam dunia keagamaan sehingga orang yang memiliki kitab suci sebagai hukumnya cenderung menghakimi sesamanya yang berbuat salah dan kemudian merasa berhak untuk menjatuhkan hukuman kepadanya. Dalam Matius 5, Kristus mengkritik para ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang self-righteous atau merasa diri benar. Itulah sebabnya, Kristus mengatakan bahwa kita harus sempurna. Artinya, memiliki righteousness atau kebenaran yang melebihi kebenaran hukum (Taurat).

Dalam Roma 3:23, tertulis, “Semua orang telah berdosa.” Ayat ini sangat jelas menyatakan bahwa tidak ada seorang pun yang lebih benar dari sesamanya. Di hadapan Tuhan, semua manusia adalah makhluk berdosa yang sama sekali tidak berhak menghakimi, apalagi menghukum sesamanya, sebab semua orang memang pernah berbuat salah dan itu manusiawi. Tentu hal ini dikecualikan bagi pemerintah yang memang diberi ‘pedang’ oleh Tuhan.

Hal ini sangat penting untuk kita renungkan sebab berkaitan langsung dengan iman. Merasa diri benar membuat kita tidak menyadari keberadaan kita sebagai ciptaan dari tanah atau bumi. Oleh sebab itu, hendaknya kita senantiasa memiliki iman yang membumi untuk menjauhkan kita dari kesombongan serta mengingatkan kita untuk tetap rendah hati dan tahu diri sebagai ciptaan dari tanah. Amin.

WHAT TO DO:
1.Jangan menghakimi dan menghukum orang yang bersalah
2.Renungkan keberdosaan kita

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ester 1-5

Card image
Renungan Pagi - 25 Juni 2023
2023-06-25 10:00:44


Janganlah kita menjadi pelayan Tuhan yang melayani musik, pujian, penyembahan hanya karena tugas dan karena persembahan kasih. Ketika melayani Tuhan, biarlah kita disertai dengan tujuan untuk memuliakan Tuhan.

Dan Tuhan pasti mencukupi segala kebutuhan orang-orang yang melayani Tuhan dengan semangat dan rasa hormat karena telah diberi anugerah untuk melayani Tuhan.
(1 Korintus 15:58)

Card image
Quote Of The Day - 25 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-25 09:58:31


Ketika kita meletakkan pengharapan kita di dalam Kerajaan Surga, hal itu menyederhanakan hidup kita dan membuat kita kokoh.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 25 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-25 09:56:53


Kesucian hidup itu mutlak. Kesucian sama dengan berkarakter seperti Yesus.

Card image
GOD HOLDS TOMORROW - 25 Juni 2023 (English Version)
2023-06-25 09:55:26


The All-intelligent God creates life in order. Even there is order in eternity. Without order, life will be like a wild ball rolling wherever it wants, out of control. It would be chaotic if life were without order so everything could be mapped. The human condition is not under an unclear destiny but based on an order. One’s life can be mapped whether wretched or not. If we think that tomorrow is like a riddle and one’s condition is determined by unknown fate, then to become more spiritual or revere God more, they usually say, “Just accept whatever happens.”

Our God is not the god who controls humans as he pleases; full of mystery, and its followers must accept and live according to what has been outlined, laid down like a script or scenario. Humans must determine and chart their destinies. 2 Sam.22:25 is David’s song when God delivered him from the clutches of all his enemies, including Saul. No doubt, David was a man who walked with God. If he doesn’t associate with God, a young person who only associates with sheep will not have the courage to fight against Goliath, who is nearly 3 meters tall; meanwhile, thousands of Israeli soldiers are afraid. David—without armor and weapons of war—dared to fight Goliath.

David said, “You come against me with sword and spear and javelin, but I come against you in the name of the Lord Almighty, the God of the armies of Israel.” He then challenges Goliath to fight. David is indeed powerful, and his supernatural powers have been tested. He faced a bear and a lion while he was tending the sheep. Lions and bears are afraid of him. His weapon was a kind of catapult. We can undoubtedly imagine when Daud approached the lion, it couldn’t have been within 20-30 meters. He must have tried to get as close as possible. So, he trained his faith. He said in 2 Samuel 22, “The Lord is my protector, my strength.” This is not an impromptu faith, for he’s been practicing, so his faith is trained.

David wrote like that because he had experience. He is not just any human but a superior human who hangs out with God. David is an exceptional human being though he is just a young villager and a shepherd of few sheep. On the other hand, people who do not have hours of prayer every day cannot excel. Even though one is a pastor or a theologian in the library from morning to evening, one cannot be superior or spiritual if they do not meet God daily. It is also impossible for them to live holy by God’s standards because they do not come into contact with the Most Holy.

We often forget—or don’t even know—that we are stronger than we think if God is in us. Ironically, many people don’t believe God exists. We can read from their lifestyle that they only half believe. If someone believes that God exists, they must be dealing with Him. Let’s chart our lives on earth and even more so for eternity. On earth, whatever happens, doesn’t matter, whether we have a mate or not, have children or are infertile, rich or poor; whatever happens, it doesn’t matter. There is only one big problem: if someone is separated from God’s presence. Let’s end our way of life in the presence of God.

The one who determines everything is God because He has all power, kingdom, and glory. He does not act without rules. 2 Sam.22:25 says, “The Lord has rewarded me according to my righteousness, according to my cleanness in His sight.” While satan spoke, “Yes, I hope your tomorrow will be good. Indeed, life is not clear. It’s not clear what your fate is. So, ask the fortune teller what zodiac sign is yours; ask.” We don’t need that because of certainty in our hands. There is a God who has an order; let’s follow it. The problem is whether our lives are already right or not.

Ask yourself, “Is there still something I did wrong? If I don’t wake up tomorrow and face God, will God be satisfied with my situation?” Humans can make mistakes, but we can avoid them. We should check daily if God has told us we still do wrong. And if there is, stop. Holiness is not mystical but practical and natural; it is technical in our daily attitude. If we say “not yet change,” God allows us to change, but our future is dark if we keep not changing. So, today’s “not yet” must differ from next week’s “not yet,” let alone next month.

We can chart the future in holiness and truth. We don’t need to be afraid because God is strong, and all power in heaven and earth is in His hands. God is smart; there is a blessing for us if we are obedient to His order but anathema if disobedient. David had experience, so he was not afraid to face Goliath. He knew he could. Likewise, if we believe in God, He will hold tomorrow as long as we live in truth and holiness.  

IN FACING TOMORROW, WE BELIEVE GOD WILL HOLD TOMORROW AS LONG AS WE LIVE IN TRUTH AND HOLINESS.

Card image
TUHAN PEGANG HARI ESOK - 25 Juni 2023
2023-06-25 09:52:16


Allah yang Maha Cerdas menciptakan kehidupan dengan tatanan. Di kekekalan pun ada tatanan. Kalau tidak ada tatanan, kehidupan akan seperti bola liar yang menggelinding ke mana pun dia mau, tak terkendali. Betapa kacaunya kalau kehidupan tanpa tatanan. Maka, segala sesuatu itu bisa dipetakan. Keadaan manusia itu bukan berada di bawah takdir yang tidak jelas, tetapi di bawah tatanan. Celaka atau tidak celaka, itu bisa dipetakan. Kalau kita berpikir bahwa hari esok itu seperti sebuah teka-teki, keadaan seseorang ditentukan oleh takdir yang dia sendiri tidak tahu, lalu biasanya untuk menjadi lebih rohani atau lebih menghormati Tuhan, ia berkata, “Ya, terima saja apa yang akan terjadi.”

Tuhan kita bukanlah Tuhan yang seperti itu, yang mengendalikan manusia suka-suka sendiri dengan penuh misteri, dan manusia harus menerima apa yang telah digariskan, ditetapkan seperti sebuah skrip, skenario, yang seseorang harus menjalani sesuai dengan skrip itu. Manusia harus menentukan, memetakan takdirnya sendiri. 2 Samuel 22:25 merupakan nyanyian Daud waktu Tuhan melepaskan dia dari cengkeraman semua musuhnya, termasuk dari Saul. Tidak diragukan, Daud adalah seorang yang bergaul dengan Allah. Kalau dia tidak bergaul dengan Allah, anak muda yang hanya bergaul dengan domba, tidak mungkin berani berlaga melawan Goliat yang tingginya hampir 3 meter. Sementara sekian ribu tentara Israel, takut. Daud—tanpa pakaian perang, tanpa senjata perang—berani melawan Goliat.

Daud berkata, “Kamu datang dengan tombak dan lembing, aku datang dalam nama Tuhan. Kamu punya kesaktian, aku punya kesaktian juga. Ayo, kita adu mana yang lebih sakti,” kira-kira begitu. Daud memang sakti dan kesaktiannya sudah teruji. Yang dihadapi Daud ini bukan kelinci, ular kecil, tikus atau kecoa. Yang dihadapi itu beruang dan singa, waktu dia menggembalakan domba. Singa dan beruang pun takut. Senjatanya bukan M-16, namun semacam ketapel Kita pasti bisa membayangkan, pada waktu Daud mendekati singa, tidak mungkin dalam jarak 20-30 meter. Dia pasti mencoba sedekat mungkin. Jadi, dia sudah melatih imannya. Di 2 Samuel 22 tertulis, “Tuhan itu pelindungku, kekuatanku.” Jangan berpikir itu iman dadakan. Dia sudah berlatih. Iman itu dilatih.

Daud menulis seperti itu karena Daud punya pengalaman. Dia bukan sembarang manusia, dia manusia unggul yang bergaul dengan Allah. Biar anak kampung, tukang angon, tetapi dia manusia unggul. Orang yang bergaul dengan Tuhan pasti unggul. Sebaliknya, orang yang tidak punya jam doa tiap hari, tidak mungkin unggul. Biarpun dia seorang pendeta, teolog yang dari pagi sampai sore ada di perpustakaan, tetapi kalau tidak bertemu dengan Tuhan setiap hari, tidak mungkin unggul dan tidak mungkin rohani. Juga, tidak mungkin hidup suci dalam standar Allah, karena dia tidak bersentuhan dengan Yang Maha Kudus.

Kita sering lupa—atau bahkan tidak tahu—bahwa sesungguhnya kita lebih kuat dari apa yang kita duga, kalau Allah ada di dalam kita. Ironis, banyak orang tidak yakin Allah bahwa itu ada. Dari gaya hidupnya, kita bisa membaca bahwa mereka hanya setengah percaya. Kalau seseorang yakin bahwa Allah itu ada, ia pasti berurusan dengan Dia. Mari kita memetakan hidup kita, baik di bumi maupun di kekekalan. Terlebih lagi untuk kekekalan. Di bumi, apa pun yang terjadi tidak masalah. Punya jodoh atau tidak, punya anak atau mandul, kaya atau miskin. Apa pun yang terjadi, tidak masalah. Masalah besar hanya satu, yaitu kalau seseorang terpisah dari hadirat Tuhan. Akhiri jalan hidup kita di hadirat Tuhan.

Yang menentukan segala sesuatu adalah Tuhan karena Dia mempunyai segala kuasa, kerajaan, dan kemuliaan. Dia tidak bertindak tanpa aturan. Di dalam 2 Samuel 22:25 dikatakan, “Karena itu, TUHAN membalas kepadaku sesuai dengan kebenaranku, sesuai dengan kesucianku di depan mata-Nya.” Sementara setan bicara, “Ya, mudah-mudahan hari esokmu bagus. Memang hidup ini tidak jelas. Tidak jelas nasibmu bagaimana. Maka, tanya peramal, bintangmu apa, tanya saja.” Kita tidak perlu begitu sebab kepastian di tangan kita. Ada Tuhan yang punya tatanan, mari ikuti tatanan-Nya. Masalahnya, apakah hidup kita sudah benar-benar benar, belum?

Tanya pada diri sendiri, “Masih adakah sesuatu yang salah yang kulakukan? Kalau besok aku tidak bangun, aku menghadap Tuhan, puaskah Tuhan dengan keadaanku?” Kita adalah manusia yang bisa berbuat salah, tetapi kita bisa tidak berbuat salah, dan kita memilih itu. Kita lihat, kita hitung dari hari ke hari, apa yang masih salah yang kita lakukan. Tuhan tidak mungkin tidak memberitahu. Kalau itu kesalahan, berhenti. Kesucian itu bukan mistik. Praktis dan natural, teknis dalam sikap kita setiap hari. Kalau kita bilang “belum, belum, belum” begini terus, Tuhan beri kesempatan untuk berubah, tidak berubah, maka masa depan kita gelap. Maka, “belum”-nya hari ini, harus beda dengan “belum”-nya minggu depan, apalagi bulan depan.

Kita bisa memetakan masa depan dalam kesucian dan kebenaran. Kita tidak perlu takut, Allah kuat. Segala kuasa di surga, bumi ada di dalam tangan-Nya. Tuhan cerdas, ada tatanan. Kalau taat, berkat. Tidak taat, laknat. Daud punya pengalaman, maka ia tidak takut menghadapi Goliat. Dia tahu dia pasti bisa. Demikian juga kita, dalam menghadapi hari esok, kita yakin Tuhan pegang hari esok, asalkan kita hidup dalam kebenaran dan kesucian.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DALAM MENGHADAPI HARI ESOK, KITA YAKIN TUHAN PEGANG HARI ESOK, ASALKAN KITA HIDUP DALAM KEBENARAN DAN KESUCIAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 Juni 2023
2023-06-26 09:42:40

1 Raja-raja 16
2 Tawarikh 17

Card image
Truth Kids 24 Juni 2023 - SUMBER INFORMASI KU
2023-06-24 09:59:13


Amsal 1:8
“Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu”

“Pa, mengapa tubuh Felicia berbeda dengan diriku, ya Aku juga tidak boleh mandi bersamanya?” tanya Miko kepada papanya mengenai adik perempuannya. “Kakak Miko kan seorang laki-laki, sedangkan adik Felicia perempuan. Maka dari itu, tubuh Felicia berbeda dengan Kakak. Anak perempuan dan lelaki memiliki perbedaan. Nah, karena berbeda kita harus saling menjaga tubuh kita agar tidak dilihat sembarangan oleh orang lain. Makanya Papa minta Kakak Miko untuk mandi sendiri, tidak boleh barengan dengan adik,” jelas Papa kepada Miko. Miko mengangguk berusaha memahami penjelasan Papanya, “Jadi Kakak laki-laki sedangkan adik perempuan, ya, Pa?” “Iya, kamu anak lelaki. Tidak boleh sembarangan orang melihat tubuhmu, ya, Kak”.

Sobat Kids, jika kamu memiliki pertanyaan-pertanyaan, apapun itu, sebaiknya kamu tanyakan ke mama dan papa. Mereka adalah sumber informasi terbaik. Seringkali info dari internet, teman, atau lainnya belum tentu benar dan bisa dipercaya. Jangan malu, ya, untuk bertanya.

Card image
Truth Junior 24 Juni 2023 - SUMBER TERPERCAYA
2023-06-24 09:57:18


Amsal 1:8
"Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu”

Content Creator merupakan bidang pekerjaan yang belum lama ini bermunculan. Orang berlomba-lomba posting di media sosial untuk mendapatkan uang. Sayangnya, banyak tayangan atau konten yang tidak kreatif. Bahkan, isinya asal-asalan dan tidak mendidik sama sekali. Yang penting bisa membuat mereka menjadi viral dan mendapatkan uang. Banyak juga orang yang membuat video atau posting tulisan, tetapi informasinya salah. Orang asal membuat judul yang membuat penasaran, sehingga mau menonton videonya. Tidak semua informasi yang kalian bisa temukan secara online memiliki kebenaran.

Sobat junior, untuk mencari tahu hal-hal baru yang kalian temui atau belum mengerti, kalian bisa meminta jawaban dari orang tua. Atau, kalian bisa tanyakan kepada guru di sekolah atau kakak pembimbing kalian di Sekolah Minggu. Carilah dari sumber yang terpercaya. Bukan hanya mencari informasi di internet. Mama dan papa kalian pasti akan mendidik kalian menjadi anak yang takut akan Tuhan. Untuk itu, kalian jangan merasa sungkan untuk menanyakan sesuatu kepada orang yang kalian percayai mengenai hal-hal baru tersebut. Lebih baik kita banyak bertanya, daripada diajar oleh informasi yang salah.

Card image
Truth Youth 24 Juni 2023 (English Version) - A LIVING MIRROR
2023-06-24 09:55:41


"Don't let anyone look down on you because you are young, but set an example for the believers in speech, in conduct, in love, in faith, and in purity." (1 Timothy 4:12)

Youth is the most important phase in a person's life. The course of someone's life is greatly determined by how they live their youth. Besides being the most crucial phase, youth is also the most vulnerable, as young people are idealistic and inexperienced. Young people are enthusiastic, dynamic, passionate, and eager for new things. If not directed properly, the dynamics of their lives can be destructive. One of the ways is through relationships.

Youth relationships are dynamic. On one side, we can exchange ideas, get to know and build relationships with one another, and engage in various other positive activities. However, on the other side, relationships can also bring negative influences that can harm our character and even our faith as Christians, such as inappropriate words, bullying, exclusion, and others. The influence of the dynamics of youth relationships is powerful. Therefore, biblical understanding is needed as a guide for inexperienced young people.

Indeed, the Bible does not provide a detailed technical formula on how to live as a Christian in relationships because there is no formula for this, but the Bible shows its principles. One of them is found in 1 Timothy 4:12, which is often used as a guide for young Christian youth in their relationships. It should be noted that this principle is not based on the interests of religious laws but on the moral sensitivity of Christ as the central focus of Christianity.

This verse intends to convey the message that young Christians should be an example or a mirror of life in their relationships. The logical consequence of this demand includes being an example in faith and general morality, such as speech and behavior, especially in love and purity for believers. It is not intended to keep young Christians away from relationships but to remind them to always guard themselves from falling into unhealthy relationships and to awaken young Christians to the call of faith to be a living mirror in their relationships. May our relationships always be pleasing to the Lord. Amen.

WHAT TO DO:
1. Maintain good conduct in relationships.
2. Practice the truths of the Bible.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Nehemiah 11-13

Card image
Truth Youth 24 Juni 2023 - A LIVING MIRROR
2023-06-24 09:46:54


"Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Tim. 4:12)

Masa muda adalah masa yang paling penting dalam fase hidup manusia. Peta hidup seseorang sangat ditentukan dari bagaimana ia menjalani masa mudanya. Selain menjadi masa yang paling penting, masa muda juga merupakan masa yang paling rawan, sebab orang muda adalah orang-orang idealis yang belum berpengalaman. Orang-orang muda sangat antusias, dinamis, bersemangat, dan bergairah terhadap hal-hal baru. Apabila tidak diarahkan, dinamika hidup orang-orang muda ini sangat berpotensi merusak. Salah satunya lewat pergaulan.

Pergaulan orang-orang muda sangat dinamis. Pada satu sisi, kita dapat bertukar pikiran, mengenal dan menjalin hubungan satu sama lain, dan berbagai hal baik lainnya. Namun, pada sisi lain, pergaulan juga dapat mendatangkan pengaruh-pengaruh buruk yang dapat merusak karakter, bahkan keimanan kita sebagai orang-orang Kristen, seperti kata-kata yang tidak pantas, bullying, pengucilan, dan lain-lain. Pengaruh dinamika pergaulan orang-orang muda ini sangatlah kuat. Oleh sebab itu, dibutuhkan pengertian alkitabiah sebagai penuntun bagi orang-orang muda yang belum berpengalaman.

Memang Alkitab tidak menguraikan rumusan teknis dan tidak merinci tentang bagaimana hidup seorang Kristen dalam pergaulan sebab memang tidak ada rumusan untuk hal ini, tetapi Alkitab memperlihatkan prinsip-prinsipnya. Salah satunya termuat dalam 1 Timotius 4:12 yang sering dijadikan sebagai penuntun bagi para pemuda Kristen dalam pergaulannya. Perlu diingat bahwa prinsip ini tidak berlandaskan pada kepentingan hukum agama, tetapi pada kepekaan moral Kristus sebagai titik berat kekristenan.

Ayat tersebut hendak menyampaikan pesan kepada kita bahwa para pemuda Kristen harus menjadi teladan atau cermin hidup dalam pergaulannya. Adapun konsekuensi logis dari tuntutan ini mencakup keteladanan dalam iman dan moralitas umum, seperti perkataan dan perilaku, terutama kasih dan kesucian bagi orang-orang percaya. Tidak bermaksud untuk menjauhkan para pemuda Kristen dari pergaulan, tetapi untuk mengingatkan para pemuda untuk senantiasa menjaga diri agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang tidak beres dan menyadarkan para pemuda Kristen akan panggilan iman untuk menjadi cermin hidup dalam pergaulan. Kiranya pergaulan kita senantiasa menyenangkan Tuhan. Amin.

WHAT TO DO:
1. Menjaga tingkah laku dalam pergaulan
2. Praktikkan kebenaran-kebenaran Alkitab

BIBLE MARATHON:
Nehemia 11—13

Card image
Renungan Pagi - 24 Juni 2023
2023-06-24 09:40:29


Kita harus penuhi hati dengan firman Tuhan, dan Yesus memberi rumusnya dari hati terpancar keluar, kalau hati penuh dengan kebusukan, maka perkataan kita akan busuk dan penuh dengan hal-hal yang tidak berguna dan tidak membangun.

Belajarlah dari Yesus, ketika Dia dihina, disakiti dan dikhianati, maka kalimat pertama Yesus diatas kayu salib, Yesus berkata; Bapa ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat, inilah bukti hati Yesus penuh dengan firman Tuhan.
(Lukas 23:34)

Card image
Quote Of The Day - 24 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-24 09:38:32


Jadi apa pun yang bisa muncul dan datang dari dunia ini, bukanlah pengharapan kebahagiaan kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 24 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-24 09:36:59


Setan akan mencoba mengusahakan kita untuk selalu menunda pertobatan, yang akhirnya kita membatalkan pertobatan untuk selamanya.

Card image
SIMPLE THINKING - 24 Juni 2023 (English Version)
2023-06-24 09:34:49


If we are willing to pay close attention to our lives, with a longing for God, we will see how much God cares for us in all things. God even pays attention to trivial or simple things because we could be in danger if not. God also works to protect us from any incident that could fail our process of growing up. For example, when driving, a car stops in front of our car to drop off passengers and unload things. The driver did it very slowly and didn’t care that we were waiting for his car to move. It feels like we want to be angry because annoyed. However, it turns out that situation saved us. Because, in front of us, a truck had brakes failed. If that driver didn’t make us wait, we could have had an accident. Here’s a simple example of many other things that God does beyond our knowledge.

Father in Heaven controls everything to protect us. So, there shouldn’t be any reason to complain, grumble, and blame others. That’s what a lot of people have been doing all this time. Let’s be aware and accept that the Father allows everything to happen for our good (Rom. 8:28) by keeping us from danger, and He also matures us in all things. Beyond our understanding or knowledge, beyond human intelligence and wisdom, “God allows all things to happen so that we may mature.”

Therefore, we must have simple thinking that there is nothing we want to achieve in this life unless we please God. This is not easy because many of our rhythms of life have gone wrong for many years. However, if we truly want to learn to live only to please God, we will know that “nothing happens outside His will.” So, if we grumble or get angry, we are indirectly complaining about the situation or even angry with God; that is disrespectful, and ironically, that’s what we often do.

Today if God speaks to us, and reminds us of this, let’s earnestly repent and never do it anymore. Of course, we need time and process, but it mustn’t take too long. God is thorough in all things to prevent us from losses, accidents, and calamities and, at the same time, mature us. To accept this, our thinking must be theocentric, God-centered, not self-centered. If we are still self-centered, we don’t want to understand something happens. We will be angry, grumble, and annoyed, and this will destroy our souls.

We must be theocentric with one statement, “Let Your will be done, Father. Be as You wish. Even though I don’t know why this happened, I believe and learn to accept.” Don’t think of this as a simple matter. A theocentric person, sooner or later, can start to recognize between the old and the new self. That’s theocentric, and it’s not easy for us to do. Finding the new self and identifying the old one is not easy because we have lived with our “me” for a long time, so we cannot distinguish between our new human beings who are pleasing to God and our old humans who are still egocentric.

The new self must be theocentric, centered on God. If we learn to be centered on God, our life principle is: “Your will be done, Father. Even though I don’t know, I believe and accept it.” This is indeed difficult, so we must learn continuously. Don’t talk too much, be silent, contemplate, and be quiet until we can distinguish between our old and new selves. Many people, until age, their old self is still so strong, and never become a child of God because their new human never appeared or was born. This is very terrible. “In all things, God works for the good,” meaning not only keeps us away from disaster and calamity but also makes us similar to Jesus (Rom. 8:29). The previous verse, Rom.8:28, says, “In all things, God works for the good.” Verse 29, “His goodness was in the likeness of Jesus.” That is the new human that the Bible refers to.

SIMPLE THINKING MEANS THERE IS NOTHING WE WANT TO ACHIEVE IN THIS LIFE EXCEPT TO PLEASE GOD'S HEART.

Card image
BERPIKIR SEDERHANA - 24 Juni 2023
2023-06-24 09:32:19


Jika kita mau memperhatikan hidup kita dengan teliti, dengan kerinduan hati kepada Tuhan, maka kita akan dapat melihat betapa Tuhan sangat memperhatikan kita dalam segala hal. Dari hal-hal yang mungkin kita pandang sepele, kita anggap sederhana, namun ternyata Allah turut memperhatikan. Sebab jika tidak, bahaya keadaan kita. Yang kedua, kita tidak dapat masuk ke dalam proses untuk bertumbuh dewasa. Misalnya, waktu kita berkendara lalu ada orang yang berlambat-lambat berhenti di depan kita untuk menurunkan penumpang, seakan-akan ia yang memiliki jalan itu. Dengan santai dia juga menurunkan barang, sambil mengobrol dengan orang di sebelahnya. Rasanya kita mau marah karena kesal. Namun, ternyata keterlambatan itu justru menyelamatkan kita. Karena ternyata di depan kita ada satu truk yang remnya blong. Seandainya kita tidak dihambat oleh orang di depan kita itu, maka kita bisa saja mengalami kecelakaan. Ini contoh yang sederhana. Masih banyak hal lain yang Tuhan lakukan di luar pengetahuan kita. Bapa di surga mengendalikan segala sesuatu untuk melindungi kita. Jadi, mestinya tidak ada sesuatu hal apa pun yang membuat kita beralasan untuk berkeluh-kesah, bersungut-sungut, dan mempersalahkan orang lain. Itulah hal yang selama ini sering dilakukan oleh banyak orang. Mari kita sadar dan menerima bahwa Bapa mengizinkan segala sesuatu terjadi untuk kebaikan kita (Rm. 8:28), dengan cara menghindarkan kita dari bahaya, dan juga Dia mendewasakan kita dalam segala hal. Di luar pengertian, di luar pengetahuan kita, di luar kecerdasan dan hikmat manusia, "Allah mengizinkan segala sesuatu terjadi agar kita menjadi dewasa.”

Oleh sebab itu, kita harus berpikir sederhana. Berpikir sederhana artinya tidak ada yang kita mau capai dalam hidup ini kecuali kita menyenangkan hati Tuhan. Memang hal Ini tidak mudah, karena irama hidup kita banyak yang sudah salah, sudah keliru selama belasan bahkan puluhan tahun. Namun, ketika kita mau belajar sungguh-sungguh hidup hanya untuk menyenangkan Tuhan, maka kita tahu bahwa "tidak ada sesuatu yang terjadi di luar kehendak Allah.” Jadi, kalau kita bersungut-sungut, marah, mengomel, sejatinya secara tidak langsung kita memarahi keadaan dan memarahi Tuhan; dan itu sebenarnya adalah sikap tidak hormat, dan ironisnya, itu yang sering kita lakukan.

Pada hari ini kalau Tuhan bicara kepada kita, mengingatkan kita untuk hal ini, mari kita mau serius untuk bertobat dan kita tidak melakukannya lagi. Tentu kita perlu waktu dan juga berproses, tetapi jangan lama-lama. Tuhan teliti dalam segala hal untuk menghindarkan kita dari kerugian, kecelakaan, malapetaka dan sekaligus mendewasakan kita. Untuk bisa menerima hal ini, maka cara berpikir kita harus teosentris; harus berpusat pada Allah saja, bukan berpusat pada diri sendiri. Kalau kita masih berpusat pada diri sendiri, pasti kita tidak mau mengerti mengapa hal ini terjadi. Kita akan marah, bersungut-sungut, mengomel, kesal, dan itu merusak jiwa kita.

Kita harus teosentris dengan satu pernyataan, "Biar kehendak-Mu yang jadi, Bapa. Jadilah seturut apa yang Kau ingini. Walau aku tidak tahu mengapa terjadi hal ini, tetapi aku percaya dan belajar menerima.” Itu teosentris dan memang hal itu tidak mudah kita jalani. Orang yang teosentris, cepat atau lambat dia bisa mulai mengenali antara manusia lama dan manusia baru. Jangan kita anggap ini perkara sederhana. Menemukan manusia baru dan mengenali manusia lama, tidak mudah. Karena kita sudah lama hidup dengan “si aku” kita, sehingga kita tidak bisa membedakan mana manusia baru kita yang berkenan di hadapan Allah, yang menyenangkan hati Allah, dan manusia lama kita yang pasti masih egosentris.

Manusia baru pasti teosentris; berpusat pada Allah. Kalau kita belajar untuk berpusat pada Allah, maka prinsip hidup kita adalah: "Kehendak-Mulah yang jadi, Bapa. Walau aku tidak tahu, aku percaya, aku menerima.” Hal ini memang sulit, maka kita harus belajar terus. Jangan banyak bicara. Diam, merenung, diam, merenung, sampai kita bisa membedakan antara manusia lama dan manusia baru kita. Banyak orang yang sampai hari tuanya, manusia lamanya tetap begitu kuat dan dia tidak pernah menjadi anak-anak Allah. Karena manusia barunya tidak pernah muncul atau terlahir. Hal ini sebenarnya sangat mengerikan. "Allah bekerja dalam segala hal mendatangkan kebaikan,” artinya bukan hanya menjauhkan kita dari bencana, malapetaka, melainkan juga menjadikan kita serupa dengan Yesus (Rm. 8:29). Ayat sebelumnya, Roma 8:28 mengatakan, "Allah bekerja dalam segala hal mendatangkan kebaikan.”.Ayat 29, "Kebaikannya itu adalah serupa dengan Yesus.” Itulah manusia baru yang dimaksud oleh Alkitab.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

BERPIKIR SEDERHANA ARTINYA TIDAK ADA YANG KITA MAU CAPAI DALAM HIDUP INI KECUALI MENYENANGKAN HATI TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 Juni 2023
2023-06-24 09:27:08

1 Raja-raja 15
2 Tawarikh 13-16

Card image
Truth Kids 23 Juni 2023 - JAGALAH MATAMU
2023-06-23 09:49:38


2 Petrus 2:6
“dan jikalau Allah membinasakan kota Sodom dan Gomora dengan api, dan dengan demikian memusnahkannya dan menjadikannya suatu peringatan untuk mereka yang hidup fasik di masa-masa kemudian,”

Sobat Kids, ada banyak sekali tontonan yang bisa kamu lihat baik dari TV, Youtube, bahkan media sosial seperti Instagram dan Tiktok. Kemarin kita sudah belajar bahwa tidak semua yang kita tonton itu baik. Sekarang apa yang bisa kita lakukan? Bagi Sobat Kids yang belum pernah menonton media sosial, tidak perlu kalian memulainya. Anak seusia kalian tidak perlu untuk memiliki gadget sendiri, loh. Bagi Sobat Kids yang sudah sering menonton, segera stop kebiasaan tersebut. Tidak perlu merasa akan ketinggalan zaman jika tidak ikut-ikutan nonton media sosial. Ingat, itu adalah cara Iblis untuk merusak anak-anak zaman sekarang ini.

Jika kita tidak menjaga apa yang kita lihat maka informasi-informasi yang jahat itu akan masuk ke dalam pikiran kita. Secara perlahan akan membangun perilaku dan kebiasaan yang buruk dalam diri kita. Ingat kisah Sodom dan Gomora yang harus dibinasakan Tuhan karena mereka tidak bisa diubahkan lagi. Mereka sudah terlalu cinta dengan kebiasaan buruk mereka. Sobat Kids, jaga mata kalian, ya. Jangan sampai rusak karena melihat tontonan yang buruk bagi diri kalian.

Card image
Truth Junior 23 Juni 2023 - BUAS SEPERTI SINGA, BERBISA SEPERTI ULAR
2023-06-23 09:48:03


2 Petrus 2:6
“dan jikalau Allah membinasakan kota Sodom dan Gomora dengan api, dan dengan demikian memusnahkannya dan menjadikannya suatu peringatan untuk mereka yang hidup fasik di masa-masa kemudian,”

Sobat Junior, Tuhan menciptakan tubuh manusia untuk mengalami perkembangan. Mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, hingga menjadi tua. Setiap manusia normal akan mengalami perubahan pada bentuk fisik tubuh. Termasuk juga dalam perasaan. Bagi Sobat Junior yang sudah masuk usia pre-teens atau pra-remaja, sekitar 9-12 tahun, akan terjadi perubahan dalam hormon kalian. Bisa jadi perasaan tertarik terhadap lawan jenis sudah timbul dalam diri kalian.

Iblis sangat pintar dalam menipu manusia. Iblis menyesatkan perasaan ketertarikan itu, sehingga manusia melakukan dosa. Banyak anak-anak yang sudah terpapar konten yang merusak pikiran dari sejak kecil. Mereka menjadi kecanduan untuk melihat hal-hal kotor yang tidak pantas dilihat.

Oleh sebab itu, hati-hatilah dalam menggunakan media sosial, ya, Sobat Junior. Hati-hati dalam melihat tayangan yang merupakan kekejian di hadapan Tuhan. Ingat kisah yang terjadi di Sodom dan Gomora. Jangan sampai kita melakukan hal-hal yang merupakan kekejian di mata Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Card image
Truth Youth 23 Juni 2023 (English Version) - CHRISTIAN MENTALITY
2023-06-23 09:45:36


"Share in suffering as a good soldier of Christ Jesus." (2 Timothy 2:3)

Throughout the Old Testament, the atmosphere of war is described so vividly that it feels real, often even tense when experienced deeply. War has always been an important part of human history. From ancient Israel to the time of Christ, there have always been people who fought or at least studied the art of war, such as the Zealots who rebelled against Roman imperialism. References to the nuances and terms of war are also mentioned in several parts of the New Testament.

Among the many military forces, both in ancient times and today, there is one commonality: the mentality of a warrior. A warrior knows very well that they will experience great suffering in the form of intense physical and mental training. Nevertheless, they carry it out without complaining; instead, they rejoice, are enthusiastic, and confident. They have no fear of suffering.

Just as warriors bravely undergo intense training, so should we live out our faith as Christians. Christian youth should have a true Christian mentality, boldly proclaiming the Gospel and living out the Gospel in everything, with all the inevitable consequences of suffering that will be experienced. This aligns with the advice of the Apostle Paul, as written in 2 Timothy 2:3-4, when preparing his spiritual son, Timothy, for serving the early church.

Therefore, persevere. Remain faithful and steadfast in the faith and be courageous in living a life of faith and proclaiming the Gospel. Be responsible in life and be a light to the world. Make our entire lives the work of the Lord and be witnesses of the Gospel in society. In doing so, we will have no fear, for the Lord will surely perfect His work. Ultimately, do not be afraid, for Christ has overcome the world, and the assurance of victory lies in Him. Amen.

WHAT TO DO:
1. Diligently study the Word of God and pray.
2. Work hard and take responsibility in life.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Nehemiah 8-10

Card image
Truth Youth 23 Juni 2023 - MENTALITAS KRISTEN
2023-06-23 09:42:02


"Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus." (2 Tim. 2:3)

Di sepanjang Perjanjian Lama, nuansa perang dijelaskan begitu dramatis sehingga terasa nyata, bahkan sering kali menegangkan apabila dihayati dengan sungguh-sungguh. Perang memang sudah menjadi bagian yang penting dalam sejarah manusia. Sejak zaman Israel kuno sampai zaman Kristus, selalu ada orang-orang yang berperang atau paling tidak mempelajari seni berperang, seperti orang-orang Zelot yang tampil sebagai pemberontak terhadap imperialisme Roma. Nuansa dan istilah dalam perang juga disinggung di sejumlah bagian dalam Perjanjian Baru.

Dari banyak kekuatan militer, baik zaman dahulu sampai hari ini, terdapat satu kesamaan di dalamnya, yakni mentalitas pejuang. Seorang pejuang sangat tahu bahwa mereka akan mengalami penderitaan hebat berupa pembinaan fisik dan mental yang sangat keras. Kendati demikian, mereka tetap melaksanakannya tanpa berkeluh kesah, bahkan mereka bersukacita, bersemangat, dan percaya diri. Tidak sedikit pun mereka takut akan penderitaan.

Sebagaimana pejuang dengan berani menjalankan pembinaan yang sangat keras, demikian juga mestinya kita menjalankan iman sebagai seorang Kristen. Para pemuda Kristen harus memiliki mentalitas Kristen yang sejati, yang dengan berani memberitakan Injil dan terutama menghidupi Injil dalam segala hal, dengan segala konsekuensi penderitaan yang pasti akan dialami. Hal ini selaras dengan nasihat rasul Paulus yang tertulis dalam 2 Timotius 2:3-4 ketika mempersiapkan anak rohaninya, Timotius, untuk melayani jemaat mula-mula.

Oleh sebab itu, bertekunlah. Tetaplah setia berpegang teguh kepada iman dan jadilah berani untuk hidup berjalan dalam iman dan memberitakan Injil. Bertanggungjawablah dalam hidup dan jadilah terang bagi dunia. Jadikan seluruh hidup kita pekerjaan Tuhan dan jadilah saksi Injil di tengah masyarakat. Dengan demikian, kita tidak akan takut apa pun, sebab Tuhan pasti akan memelihara pekerjaan-Nya dengan sempurna. Pada akhirnya, janganlah takut sebab Kristus telah mengalahkan dunia dan jaminan kemenangan ada pada-Nya. Amin.

WHAT TO DO:
1. Tekun mempelajari Firman Tuhan dan berdoa
2. Bekerja keras dan bertanggung jawab dalam hidup

BIBLE MARATHON:
Nehemia 8—10

Card image
Renungan Pagi - 23 Juni 2023
2023-06-23 09:37:20


Keluarkan perkataan dengan prinsip berguna dan membangun, sebelum kita menyampaikan sesuatu, pikirkan apakah perkataan ini berguna atau tidak, apakah membangun ataukah justru membuat kekacauan dan keributan.

Dua prinsip ini sangat penting, kalau perkataan berguna, kalau perkataan membangun, barulah disampaikan, maka hidup kita akan menjadi berkat yang besar bagi banyak orang.
(Efesus 4:29)

Card image
Quote Of The Day - 23 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-23 09:29:50


Pengenalan akan Allah sangat menentukan kualitas hidup orang percaya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 23 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-23 09:26:20


Kita adalah manusia yang bisa berbuat salah, tetapi kita bisa tidak berbuat salah, dan kita memilih itu.

Card image
SPIRITUAL MATURITY - 23 Juni 2023 (English Version)
2023-06-23 09:23:51


For those of us who have been Christian since childhood, surely we can catch our parents’ way of thinking and point of view. They already believe in Jesus as the Redeemer, so they automatically tend or can be sure they will go to heaven. That has been a picture in us since childhood, but in truth, it is a mistake and foolishness and can also mean deception, namely the deception from the powers of darkness. Believing Jesus as the Savior who atones for sins, then being sure of going to heaven—or at least, tending to go to heaven—is a deception. The Lord Jesus did come to be the Savior, completing His work of salvation by dying on the cross and rising, but that doesn’t mean those who claim to believe will automatically go to heaven. We must first dissect what is meant by the word “believe.”

The resurrection of the Lord Jesus shows that He was sinless during His life (Heb. 5:7-9). He was resurrected because of His piety or holiness. If Jesus made a mistake, He must be punished and cannot take our place. However, Jesus did nothing wrong at all but was punished. Why? Because Jesus took our place. He who is innocent and sinless is made sin so that we who are sinners are justified or considered righteous. Justified or considered righteous does not mean truly righteous. It is only regarded as righteous to receive the Holy Spirit and call God the Father. God the Father educates us so that we take part in His holiness (Heb. 12:5-10). We cannot receive the Holy Spirit to become God’s educated and chastised children without redemption. The problem is, do we receive education so that changes occur?

John chapter one says, “But to all who received him, who believed in his name, he gave power to become children of God.” The real meaning of power is rights, exousia. Ironically, many Christians feel they have rights because they have accepted the historical fact that Jesus was born in Bethlehem as a Savior. This is called historical faith, a belief in history. If you just got to this level, don’t feel you already have rights. Those who have the right are the people who accept Jesus. Accepting Jesus is not just believing He is the Redeemer, considering historical facts. However, receiving His life in our lives for us to put on, imitate, and demonstrate it so that we can say, as written in Gal.2:19-20, “I no longer live, but Christ lives in me.”

Everyone who enters heaven must reach spiritual maturity. If we are still “me,” we are still a child of the world with our old character. A character inherited from our parents and the world’s influence has shaped this “me” figure. After becoming God’s children, we must put on the figure of God’s children through the process. Legally we become children of God. Then the Father educates us, gives the Holy Spirit, and guides us through the word. As it says in Rom. 8:28-29, “In all things, God works for the good.” From day to day, there are His spiritual blessings that shape us.

In Matthew chapter 22, we find a parable about the invitation to a feast for the noble, kings, or high ranks. However, there was one person who came wearing tattered clothes. This person has no respect for the King or the host. Invitations are given, but we must work on our feast clothes ourselves. When the King was angry, the man was silent. Why are you silent? Because he didn’t have a reason. He dared not say, “I don’t know. I do not understand, Sir.” He’s silent, meaning he knows it. Then the King ordered his servants to throw the man into the darkest darkness.

This refers to hell. When Jesus spoke of “there will be weeping and gnashing of teeth,” it was always about hell. The next verse says, “For many are invited, but few are chosen.” This means that those who are chosen must be responsible. Dare to accept an invitation means we must respect the host. The blood of Jesus redeems us; even before we are born, we are already redeemed. He has redeemed the world’s sins, so there will be a trial. No judgment is needed if the Lord Jesus does not atone for all human sins.

If we pray every day, we will get impartation. The presence of God and His holiness are priceless. The 70-80 years of our lives are meaningless compared to eternity. The water in the ocean, no matter how much it is, is finite, but eternity is infinite. Our lifetime is very precious. The problem is that Christians who the devil fools—sure or tend to believe they go to heaven because their sins have been redeemed—live without moral responsibility. They don’t know that it is their responsibility to change. It’s like parents paying their child’s school admission fee. They thought the entrance fee would guarantee their child’s graduation, but it can’t be like that because their child must attend school first.

The cross is the ‘down payment’ that allows us to become disciples legally; only then will the Father educate us. God often allows problems to occur, which will elicit our response. We wonder whether “the me” is alive or dead from that response. All of that makes us more mature so that after we are grown, we do what God said, “As the Father has sent me, I am sending you.“  

EVERYONE WHO ENTERS HEAVEN MUST REACH SPIRITUAL MATURITY.

Card image
KEDEWASAAN ROHANI - 23 Juni 2023
2023-06-23 09:18:08


Bagi kita yang dari kecil sudah beragama Kristen, pasti kita bisa menangkap cara berpikir, cara pandang orangtua kita. Mereka sudah percaya Yesus sebagai penebus, maka otomatis cenderung atau bisa dipastikan merasa yakin akan masuk surga. Itu menjadi gambaran di dalam diri kita sejak kecil, namun sejatinya itu adalah suatu kesalahan, kebodohan dan bisa berarti juga penyesatan, penipuan dari kuasa kegelapan. Percaya Yesus sebagai Juruselamat yang menebus dosa, lalu yakin masuk surga—atau paling tidak, cenderung masuk surga—adalah suatu penyesatan. Tuhan Yesus memang datang menjadi Juruselamat, menyelesaikan karya keselamatan-Nya dengan mati di kayu salib dan bangkit, namun tidak berarti otomatis kita yang mengaku percaya pasti masuk surga. Kita harus membedah dahulu, apa yang dimaksud dengan percaya tersebut.

Kebangkitan Tuhan Yesus menunjukkan bahwa selama hidup Dia tidak berdosa (Ibr. 5:7-9). Karena kesalehan-Nya atau kesucian-Nya, Dia dibangkitkan. Kalau Yesus ada kesalahan, Dia harus dihukum. Dia tidak bisa menggantikan tempat kita. Namun, Yesus tidak punya salah sama sekali, tetapi dihukum. Mengapa? Karena Yesus menggantikan tempat kita. Dia yang tidak bersalah, tidak berdosa dijadikan berdosa supaya kita yang berdosa dibenarkan atau dianggap benar. Dibenarkan atau dianggap benar itu belum berarti sudah benar. Hanya dianggap benar, supaya kita menerima Roh Kudus dan bisa memanggil Allah sebagai Bapa. Allah Bapa mendidik kita agar kita mengambil bagian dalam kekudusan-Nya (Ibr. 12:5-10). Tanpa penebusan, kita tidak bisa menerima Roh Kudus untuk menjadi anak-anak Allah yang dididik dan dihajar. Masalahnya, apakah kita menerima didikan supaya terjadi perubahan?

Yohanes 1:12, firman Tuhan mengatakan, “Yang menerima-Nya diberi kuasa menjadi anak-anak Allah.” Arti kuasa itu sebenarnya, hak; exousia. Ironis, banyak orang Kristen merasa sudah punya hak, karena sudah menerima fakta sejarah bahwa Yesus telah lahir di kota Betlehem sebagai Juruselamat. Ini namanya iman sejarah; hanya percaya sejarah. Kalau baru sampai tingkat ini, jangan merasa sudah memiliki hak. Yang memiliki hak adalah orang yang menerima Yesus. Menerima Yesus itu bukan sekadar percaya bahwa Dia penebus, percaya fakta sejarah. Namun, menerima hidup-Nya di dalam hidup kita untuk kita kenakan, teladani, dan peragakan. Sehingga kita bisa berkata seperti Galatia 2:19-20, "Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku.”

Semua orang yang masuk surga harus sampai pada kedewasaan rohani. Kalau masih “si aku,” berarti masih anak dunia dengan karakter lama kita. Dengan karakter yang diwarisi dari orangtua dan pengaruh dunia sekitar, yang menjadikan sosok “si aku” ini. Setelah menjadi anak-anak Allah, kita harus mengenakan sosok anak-anak Allah. Tentu melalui proses. Secara hukum kita menjadi anak-anak Allah. Lalu Bapa mendidik kita, diberi Roh Kudus, dan dibimbing lewat firman. Seperti dikatakan di Roma 8:28-29, “Allah bekerja dalam segala sesuatu mendatangkan kebaikan.” Dari hari ke hari ada berkat-Nya; berkat rohani yaitu pembentukan.

Dalam Matius 22 kita temukan sebuah perumpamaan tentang undangan pesta. Pesta bangsawan, pesta raja-raja atau para petinggi. Namun, ada satu orang yang datang mengenakan baju compang-camping. Orang ini berarti tidak menghormati Raja atau tuan rumah. Undangan diberikan, tetapi bajunya harus kita usahakan sendiri. Ketika Raja tersebut marah, tetapi orang itu diam saja. Mengapa diam? Karena sejatinya dia tidak punya alasan. Dia tidak berani berkata, “Saya tidak tahu, Tuan. Saya tidak mengerti, Baginda.” Dia diam, berarti, dia tahu. Lalu Raja itu menyuruh hamba-hambanya untk mencampakkan orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap.

Ini menunjuk soal neraka. Kalau Yesus bicara mengenai “ratap tangis dan kertak gigi,” ini selalu soal neraka. Ayat selanjutnya mengatakan, “Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih." Maksudnya orang yang dipilih harus bertanggung jawab. Berani menerima undangan, berarti harus menghargai yang memberi undangan. Kita ditebus oleh darah Yesus. Bahkan, sebelum lahir, sejatinya kita sudah ditebus. Dosa dunia telah ditebus-Nya. Maka ada pengadilan. Kalau Tuhan Yesus tidak menebus semua dosa manusia, tidak ada pengadilan.

Kalau kita tiap hari berdoa, kita mendapatkan impartasi. Hadirat Tuhan, kekudusan-Nya itu tidak ternilai harganya. 70-80 tahun masa hidup kita dibanding kekekalan, tidak ada artinya. Air di lautan, sebanyak apa pun tetap terbatas, tetapi kekekalan tidak terbatas. Betapa berharganya waktu hidup kita. Masalahnya, orang-orang Kristen yang dibodohi setan—yakin atau cenderung yakin bahwa dirinya masuk surga karena dosanya sudah ditebus—menjalani hidup tanpa tanggung jawab yang benar. Dia tidak tahu, bahwa ada tanggung jawabnya untuk berubah. Ibarat orangtua yang membayar uang pangkal anaknya. Dia pikir, uang pangkal menjamin anaknya lulus. Tidak bisa begitu, anaknya harus sekolah dulu.

Salib ini ‘uang pangkal’ yang membuat kita bisa sah menjadi murid, baru setelah itu Bapa mendidik kita. Tuhan sering mengizinkan masalah-masalah terjadi, yang akan menimbulkan respons kita. Dari respons itu kita menemukan diri kita; apakah “si aku” masih hidup atau sudah mati. Semua itu membuat kita semakin dewasa, agar setelah kita didewasakan, kita menjalankan apa yang Tuhan katakan, “Seperti Bapa mengutus Aku, sekarang Aku mengutus kamu."

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEMUA ORANG YANG MASUK SURGA HARUS SAMPAI PADA KEDEWASAAN ROHANI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 Juni 2023
2023-06-23 09:12:39

2 Tawarikh 10-12

Card image
Truth Kids 22 Juni 2023 - HATI-HATI DALAM MENONTON
2023-06-22 10:13:28


Matius 18:3
lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga."

Sobat Kids, sesungguhnya Iblis itu sangat cerdik, loh. Iblis tahu cara untuk merusak manusia sejak kecil. Tidak perlu dengan menakuti anak-anak dengan hal yang seram. Cukup dengan memberikan banyak tontonan yang dapat merusak pikiran dan perilaku anak-anak. Sekarang ini banyak sekali tontonan yang dapat dilihat secara online. Sayangnya lebih banyak tontonan yang tidak mendidik. Bahkan mengajarkan hal yang salah dan memberikan informasi bohong. Bukan hanya tontonan saja, melainkan juga lagu-lagu dewasa yang liriknya mengajarkan hal yang salah. Lagu-lagu dewasa tersebut didengar dan diikuti oleh anak-anak.

Hati-hatilah dalam memilih tontonan dan lagu yang didengar, ya, Sobat Kids. Jangan sampai kalian terpengaruh oleh kebiasaan-kebiasaan dunia. Tonton dan dengarkan lagu yang sesuai dengan usia kalian. Mintalah kepada orangtua kalian untuk memilihkan tontonan dan lagu yang sesuai. Akan lebih baik jika kalian mengisi pikiran dan hati kalian dengan kebenaran Firman Tuhan. Kita mau menyiapkan diri untuk pulang ke Kerajaan Surga.

Card image
Truth Junior 22 Juni 2023 - AWAS TAKTIK IBLIS
2023-06-22 10:11:32


Matius 18:3
lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga."

Saat itu, Riko dan teman-temannya sedang bersantai dengan main games online bersama-sama. “Argh… Riko, kamu jangan nyerang dulu. Tunggu aba-aba dari aku, baru kita serang bareng-bareng,” ujar Bayu yang kesal dengan cara bermain Riko. “Ah, maaf… maaf… aku gak sengaja. Soalnya kamu lama banget,” bela Riko. “Eh… Jon, kamu ngapain, sih? Itu menjijikkan, tahu. Ngapain kamu kissing sama avatarnya Riki?” protes Nanda yang terusik dengan perilaku Joni dan Riki di dalam video games online itu. “Hahahaha… seru tahu, Nan. Ini mah sudah biasa lagi,” jawab Joni dengan santai.

Sobat Junior, Iblis punya seribu satu cara untuk bisa menghasut dan merusak pikiran kita. Media sosial dan game online di zaman sekarang ini, sudah sangat banyak. Salah satunya permainan video games yang dilakukan oleh Riko dan kawan-kawan. Terlihat bahwa yang dilakukan oleh mereka seperti candaan biasa. Tetapi, jika kita tidak waspada dan tidak memiliki pemahaman yang benar, hal tersebut dapat merusak pikiran dan bahkan merusak gambar diri kita. Tidak sepantasnya Joni dan Riki bercanda seperti itu. Kebiasaan salah yang dilakukan secara berulang-ulang, dapat dianggap menjadi benar. Manusia jadi tidak lagi merasa berdosa saat melakukan kesalahan atau penyimpangan. Ini sangat menyesatkan. Jangan sampai kalian ditipu oleh si Iblis, ya, Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 22 Juni 2023 (English Version) - LIVING IN HOLINESS
2023-06-22 10:08:37


"He Himself bore our sins in His body on the tree, so that, having died to sins, we might live for righteousness; you have been healed by His wounds." (1 Peter 2:24)

Living a life that pleases God can be challenging, especially as young people in a world that often celebrates things contrary to God's ways. However, as we read in 1 Peter 2:24, Jesus Christ made the greatest sacrifice

on the cross so that we can live for righteousness and not receive the wages of sin, which is death. This means that as believers, we have a reason to live holy as part of our calling, just as Jesus lived for righteousness.

What does it mean to live in holiness? It means making choices that honor God, even when it's difficult. It means striving to obey God's commandments and follow His will for our lives. It means living a life that reflects the love and character of Christ.

Living in holiness doesn't mean that we never make mistakes or struggle against sin. However, it means that when we stumble, we can turn to God for forgiveness and strength to keep moving forward.

How can we live in holiness? We can start by staying connected to God through prayer, reading the Bible, and being part of a community of believers that encourages and supports us. We can also make intentional choices to avoid situations or activities that will lead us away from God's path.

When we strive to live in holiness, let us remember that it's not about trying to earn God's love or approval but responding to the incredible grace and love He has shown us through Christ. Let us seek to honor Him in all that we do, knowing that He is with us every step of the way.

WHAT TO DO:
1. Pray, asking God for strength in our commitment to follow His will in our lives.
2. Learn to choose what pleases God, not the other way around.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Nehemiah 4-7

Card image
Truth Youth 22 Juni 2023 - LIVING IN HOLINESS
2023-06-22 10:03:57


"Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh." (1 Petrus 2:24)

Menghidupi kehidupan yang menyenangkan Tuhan dapat menjadi tantangan, terutama sebagai anak muda di dunia yang sering merayakan hal-hal yang bertentangan dengan cara Tuhan. Namun, seperti yang kita baca dalam 1 Petrus 2:24, Tuhan Yesus Kristus melakukan pengorbanan yang paling besar di atas kayu salib sehingga kita bisa hidup bagi kebenaran dan tidak menerima upah dari dosa, yaitu maut. Ini berarti bahwa sebagai orang percaya, kita memiliki alasan untuk hidup suci sebagai bagian dari tugas kita. Sama seperti di saat Tuhan Yesus yang hidup untuk kebenaran.

Apa artinya hidup suci? Ini berarti membuat pilihan yang menghormati Tuhan, bahkan ketika sulit. Ini berarti berusaha untuk taat pada perintah Tuhan dan mengikuti kehendak-Nya untuk hidup kita. Ini berarti hidup yang mencerminkan kasih dan karakter Kristus.

Hidup suci tidak berarti bahwa kita tidak pernah membuat kesalahan atau tidak berjuang melawan dosa. Namun, itu berarti bahwa ketika kita tersandung, kita dapat berbalik kepada Tuhan untuk pengampunan dan minta kekuatan untuk terus maju.

Bagaimana cara kita bisa hidup suci? Kita bisa mulai dengan tetap terhubung dengan Tuhan melalui doa, membaca Alkitab, dan menjadi bagian dari komunitas orang percaya yang mendorong dan mendukung kita. Kita juga dapat membuat pilihan yang sengaja untuk menghindari situasi atau aktivitas yang akan membawa kita menjauh dari jalan Tuhan.

Ketika kita berusaha untuk hidup dalam kesucian, mari ingat bahwa ini bukan tentang mencoba untuk mendapatkan kasih atau persetujuan Tuhan, tetapi tentang merespons anugerah dan kasih yang luar biasa yang sudah Dia tunjukkan kepada kita melalui Kristus. Marilah kita berusaha untuk menghormati-Nya dalam semua hal yang kita lakukan, tahu bahwa Dia ada bersama kita setiap langkah dari jalan kita.

WHAT TO DO:
1. Berdoa, minta sama Tuhan untuk kuat dalam komitmen kita untuk melakukan setiap kehendak-Nya dalam hidup kita
2. Belajar memilih hal yang menyukakan hati Tuhan, bukan sebaliknya.

BIBLE MARATHON:
Nehemiah 4-7

Card image
Renungan Pagi - 22 Juni 2023
2023-06-22 10:00:12


Di dalam Kristus, kita adalah orang-orang yang sudah dibebaskan dari belenggu dosa, juga atas cengkraman maut, bahkan kita telah diperlengkapi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah.

Untuk itu janganlah menyimpan kebencian, iri hati, dendam kepada orang lain, dan juga janganlah berpikiran duniawi, tetapi berpikirlah seperti yang dicatat Alkitab yaitu: "Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci,... pikirkanlah semuanya itu."
(Filipi 4:8)

Card image
Quote Of The Day - 22 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-22 09:57:48


Dipenuhinya rencana Allah dalam hidup seseorang, tidak terlepas dari respons positif seseorang dalam menghadapi pencobaan hidup.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 22 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-22 09:55:22


Firman mengubah cara berpikir kita, mengubah hati kita, sampai kita tidak berbuat dosa lagi.

Card image
STILL HAVE TIME - 22 Juni 2023 (English Version)
2023-06-22 09:53:06


All our tiredness goes away when we enter God’s presence, and we must get used to this thing as if the Lord Jesus will come tomorrow. When saying it is as if, it doesn’t mean we believe or confirm that the Lord Jesus will come tomorrow because it could be the Lord Jesus came, or it could be us who died and came to Him. One of the things that keeps us from truly living a holy life is when we feel we still have a lot of time to change. It is true that change is a process and takes time. God also tells us that we cannot avoid this process over time. However, we must assume there will be no more time for preparation.

If we see excellent students, they rarely delay work. Maybe they do, but rarely because they don’t have time to complete the task. Students who get used to this habit will feel uneasy if they haven’t finished their assignments. Besides, they want to do assignments with good grades and complete their studies soon. In contrast, students who get used to procrastinating, think there is still time later, and are calm even though their task is not completed can become their rhythm of soul or inner.

This is what we must develop. If something is not right in our life, we should feel uneasy. Satan can indeed make people calm, “Later, you can change. Later it can be resolved. There is still a process.” We certainly agree that change goes through a process over time, but we must think as if there will never be more time. So, we immediately get done as we should. Here’s the good news: anything can be settled. For example, our weakness is grumpy; can it be resolved? Yes, it can. The anger that we have done, we admit the mistake. That’s settled. However, this doesn’t mean we can get angry again later, then quickly ask for forgiveness. Our mistakes can be settled, so don’t think there’s still time!

Sometimes we bargain with God, “Lord, I can’t leave this one yet because its pleasure can’t go yet. So, forgive me.” Though not audibly, we say it in our hearts. This can be the source of our disaster, coupled with the principle, “Humans are indeed full of weaknesses and shortcomings.” And what is even more damaged is the doctrine that teaches, “We are not saved because of good works.” This doctrine destroys Christianity. Indeed, salvation is not because of good works; we must not do evil again since we received the gift of salvation. We must not be so because it is a source of disaster.

Satan wants to kill us from all aspects, so we should cry: “Hold my hand, Lord, and protect me from the power of darkness which is beyond my strength, Lord.” The second one, “Protect me from me, is terrible because this is the enemy in us. And thirdly, Protect me from the world’s influence.” Every day we are intimidated by dark powers through the world’s influence; spectacles, movies, Tik Tok, and what we see on gadgets all have an influence, good or bad. We should socialize with good people. If people realize eternity, they will try to find God. This is priceless. If we die later, we meet God in His presence and before the throne of His glory; we cannot pretend to be close or intimate with Him. Our closeness with God should start from here since we were on earth. So, don’t be influenced by the world!

Fourthly, disaster. Fifthly, from people who mean evil. Satan uses other human beings whom he moves to bring us down. The person could be anybody. So, we must finish what we should and don’t intend to do anything wrong again soon because forgiveness is given to those who repent. We must use God’s measurement of repentance, and the Holy Spirit will lead us. Some people try to outsmart God by saying, “Lord, please forgive my sin,” but they are not serious. They want God’s forgiveness but don’t want to lose the sin’s pleasures. For example, if we are hurt, we say,” Lord, forgive me for hating that person,” but we don’t let go of hatred because we enjoy it. We shouldn’t do that anymore and want it done.

There must be a process, so maybe we are still wrong again, but our screams of regret are increasing until God takes away our sins, not just with the blood of Jesus but also with the Word. The Word changes our way of thinking and our hearts until we don’t sin anymore. No more sin exists because God forgives us, and we no longer sin. So, our commitment must be strong. This is incredibly beautiful. Let’s stop sinning and having pleasures even though we could still slip again. Life is short, God is incredible, and we choose this.  

ONE THING THAT KEEPS US FROM TRULY LIVING A HOLY LIFE IS WHEN WE FEEL WE STILL HAVE A LOT OF TIME TO CHANGE.

Card image
MASIH PUNYA WAKTU - 22 Juni 2023
2023-06-22 09:51:57


Kalau kita sudah masuk di dalam hadirat Tuhan, semua kelelahan kita menguap. Kita harus membiasakan diri seakan-akan besok Tuhan Yesus akan datang. Seakan-akan, bukan berarti kita percaya atau memastikan bahwa Tuhan Yesus akan datang besok. Bisa, Tuhan Yesus datang, atau bisa kita yang meninggal dunia. Salah satu yang membuat kita tidak sungguh-sungguh hidup suci adalah ketika kita merasa masih punya waktu banyak untuk berubah. Memang benar bahwa perubahan itu proses dan perlu waktu. Tuhan juga memberitahukan kepada kita bahwa proses itu tidak bisa kita hindari dalam perjalanan waktu. Namun, kita harus beranggapan seakan-akan sudah tidak akan ada waktu lagi untuk persiapan.

Perhatikan siswa atau mahasiswa yang berprestasi, mereka jarang menunda pekerjaan. Bisa saja satu, dua kali, tetapi hampir-hampir tidak pernah. Seakan-akan dia tidak punya waktu untuk menyelesaikan tugas. Selain dia ingin mengerjakan tugas dengan nilai yang baik, dia juga akan segera menyelesaikan tugasnya. Kalau membiasakan diri demikian, maka siswa atau mahasiswa itu akan merasa tidak tenang kalau belum selesai tugasnya. Berbeda dengan siswa atau mahasiswa yang membiasakan diri menunda, merasa masih ada waktu nanti. Dia tenang-tenang saja walaupun tugasnya belum selesai dan itu bisa menjadi irama jiwa, irama batinnya.

Inilah yang harus kita kembangkan. Kalau ada hal yang belum beres di dalam hidup kita, kita harus merasa tidak tenang. Setan memang bisa membuat orang tenang, “Nantilah, aku berubah. Nanti bisa diselesaikan. Masih ada proses.” Kita tentu setuju bahwa perubahan melewati proses dalam perjalanan waktu, tetapi kita harus berpikir seakan-akan tidak akan ada waktu lagi. Jadi, apa yang bisa kita selesaikan, kita selesaikan. Ini kabar baiknya: semua bisa diselesaikan. Misalnya kelemahan kita adalah pemarah, apakah bisa diselesaikan? Bisa. Kemarahan yang telah kita lakukan, kita akui kesalahannya. Itu selesai. Namun, jangan juga bermaksud nanti marah lagi, lalu dengan mudah minta ampun. Apa pun kesalahan kita, bisa selesai. Jadi, jangan berpikir masih ada waktu!

Kadang-kadang kita bargaining dengan Tuhan, "Tuhan, yang satu ini, aku belum bisa meninggalkannya. Kesenangan yang satu ini belum bisa. Jadi, ampunilah, maklumlah.” Mungkin kita tidak mengucapkan, tetapi di hati kita mengatakan itu. Sejatinya, hal itu bisa jadi sumber bencana kita. Ditambah lagi dengan prinsip, "Manusia memang penuh dengan kelemahan, kekurangan.” Yang lebih rusak lagi doktrin yang mengajarkan, "Kita diselamatkan bukan karena perbuatan baik,” itu doktrin yang merusak kekristenan. Memang keselamatan bukan karena perbuatan baik, tetapi kita tidak boleh berbuat jahat lagi sejak kita menerima anugerah keselamatan. Tidak boleh, itu sumber bencana!

Setan mau membunuh kita dari segala aspek. Maka, kita berseru: "Pegang tanganku, lindungi aku dari kuasa gelap, Tuhan, yang tentu melampaui kekuatanku, Tuhan.” Kedua, "Lindungi aku dari diriku sendiri,” ini mengerikan. Ini musuh dalam selimut. Ketiga, Llindungi aku dari pengaruh dunia, Tuhan tolong." Setiap hari kita diintimidasi oleh kuasa gelap lewat pengaruh dunia; tontonan, film, Tik Tok, apa yang kita lihat di gadget, itu semua punya pengaruh; baik maupun jahat. Maka, teman pergaulan kita harus benar. Kalau orang menyadari kekekalan, dia pasti akan berusaha bagaimana menemui Tuhan. Itu tidak terbeli. Kalau kita meninggal dunia nanti bertemu Tuhan, di hadirat Tuhan, di hadapan takhta kemuliaan Tuhan, kita tidak bisa sok dekat, sok akrab. Kedekatan kita dengan Tuhan dimulai di sini, sejak kita di bumi. Maka, jangan terpengaruh dunia!

Keempat, bencana. Kelima, dari orang-orang yang bermaksud jahat. Setan memakai manusia lain yang digerakkan untuk menjatuhkan kita. Siapa pun. Jadi kita harus sungguh-sungguh menyelesaikan apa yang harus segera kita selesaikan dan jangan bermaksud berbuat salah lagi. Pengampunan diberikan kepada orang yang bertobat. Jangan membuat ukuran pertobatan sendiri, buatlah ukuran pertobatan Tuhan. Roh Kudus pasti memimpin. Terkadang dengan kecerdasan, kita bisa mengakali orang dan mengakali Tuhan. "Tuhan, ampuni dosaku," padahal kita tidak serius sebenarnya, kita hanya minta pengampunan saja, beres-beres saja, betapa jahat dan liciknya kita. Kita mau pengampunan, tetapi tidak mau kehilangan kenikmatan dosa. Misalnya kita disakiti, lalu berkata, "Tuhan, ampuni aku membenci dia, maafkan aku," tetapi sebenarnya kita tidak melepaskan kebencian, karena dinikmati. Kita tidak mau lakukan itu lagi, kita mau selesai.

Proses itu harus ada. Mungkin kita masih lakukan lagi, tetapi jerit penyesalan kita pun makin tinggi. Sampai Tuhan menghapus dosa kita, bukan sekadar darah Yesus, melainkan juga dengan firman. Firman mengubah cara berpikir kita, mengubah hati kita, sampai kita tidak berbuat dosa lagi. Jadi, dosa tidak ada lagi bukan hanya karena Tuhan mengampuni, tetapi kita tidak berbuat dosa lagi. Sungguh, ini indahnya luar biasa. Mari kita berhenti berbuat dosa, berhenti punya kesenangan walaupun bisa terpeleset lagi. Maka, komitmen kita harus kuat. Hidup ini singkat. Allah itu dahsyat. Kita memilih ini.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SALAH SATU YANG MEMBUAT KITA TIDAK SUNGGUH-SUNGGUH HIDUP SUCI ADALAH KETIKA KITA MERASA MASIH PUNYA WAKTU BANYAK UNTUK BERUBAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 Juni 2023
2023-06-22 09:41:05

1 Raja-raja 12-14

Card image
Truth Kids 21 Juni 2023 - SODOM DAN GOMORA
2023-06-21 09:27:08


Kejadian 18:20
Sesudah itu berfirmanlah Tuhan: “Sesungguhnya banyak keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat dosanya.”

Sobat Kids, apakah kalian tahu mengapa Sodom dan Gomora dimusnahkan Tuhan? Ayat firman Tuhan hari ini menjelaskan bahwa banyak keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora yang berbuat dosa berat. Semua masyarakat di kota itu berbuat jahat. Hal tersebut membuat Tuhan murka dan marah kepada orang-orang yang tinggal di sana.

Tuhan mengirim dua malaikat ke Sodom dan Gomora untuk menghukum kota tersebut. Walaupun di datangi dua malaikat, orang-orang Sodom dan Gomora tidak mau bertobat. Mereka tetap saja melakukan hal yang jahat di hadapan Tuhan. Hanya ada empat orang yang bisa diselamatkan, yaitu Lot, istri Lot dan dua anak perempuannya. Mereka harus segera keluar dan meninggalkan kota tersebut. Tapi sayang, istri Lot melanggar perintah Tuhan. Ia menoleh ke belakang. Maka istri Lot dihukum menjadi tiang garam.

Sobat Kids, janganlah kita seperti orang-orang yang tinggal di Sodom dan Gomora tersebut. Mereka tidak takut Tuhan, bebal dan tidak mau berubah meninggalkan dosa. Bahkan istri Lot juga tidak berhasil diselamatkan dari hukuman karena masih cinta dengan harta benda yang ia miliki. Sobat Kids, apakah yang masih menjadi kesenangan kita tetapi membuat Tuhan sedih? Yuk, kita tinggalkan dosa-dosa kita. Jangan sampai kita menjadi bebal dan dihukum Tuhan.

Card image
Truth Junior 21 Juni 2023 - KEJAHATAN YANG TAK TERMAAFKAN
2023-06-21 09:16:52


Kejadian 18:20
Sesudah itu berfirmanlah Tuhan: “Sesungguhnya banyak keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat dosanya.”

Sobat Junior, kalian pasti tahu, kan, kisah Abraham yang menyelamatkan Lot serta keluarganya dari kemurkaan Allah? Apa yang bisa Sobat Junior bayangkan dari kisah Abraham dan Lot di tanah Sodom dan Gomora? Iihh…, seram sekali, bukan? Tuhan menurunkan hujan belerang, dan api turun dari langit atas Sodom dan Gomora. Bisa hampir dipastikan orang-orang yang tinggal di sana panik dan menjerit sekencang-kencangnya, sebab mereka takut dengan murka Tuhan.

Allah marah, sebab warga Sodom dan Gomora melakukan banyak kejahatan dan dosa di mata Allah. Dan yang paling parahnya, laki-laki di Sodom dan Gomora pada zaman itu menyukai sesama jenis. Iihh… bisa kebayang, kan Sobat Junior, betapa rusaknya pikiran warga Sodom dan Gomora? Ketetapan Tuhan untuk manusia berpasangan antara laki-laki dan perempuan telah dilanggar. Bahkan, Tuhan sendiri yang mengatakan bahwa sesungguhnya sangat berat dosanya.

Sobat Junior, jangan sampai kita kompromi dengan dosa sehingga kita tidak bisa diubahkan. Mau suka-suka sendiri, sehingga kita tidak mengindahkan perintah dan larangan Tuhan. Kita harus belajar dari kisah Sodom dan Gomora. Jangan sampai kita menjadi orang bebal yang tidak mau melepaskan dosa. Murka Tuhan akan turun atas orang-orang yang tidak memedulikan ketetapan-Nya.

Card image
Truth Youth 21 Juni 2023 (English version) - HONORING GOD IN COMMUNITY
2023-06-21 07:32:40


"Let us shout joyfully to the LORD, shout triumphantly to the rock of our salvation. Let us enter His presence with thanksgiving; let us shout triumphantly to Him in song. For the LORD is a great God, a great King above all gods. The depths of the earth are in His hand, and the mountain peaks are His. The sea is His; He made it. His hands formed the dry land. Come, let us worship and bow down; let us kneel before the LORD our Maker. For He is our God, and we are the people of His pasture, the sheep under His care. Today, if you hear His voice: Do not harden your hearts as at Meribah, as on that day at Massah in the wilderness where your fathers tested Me; they tried Me, though they had seen what I did. For forty years I was disgusted with that generation; I said, 'They are a people whose hearts go astray; they do not know My ways.' So I swore in My anger, 'They will not enter My rest.'" (Psalm 95:1-11)

As young people, we often find ourselves in the midst of various communities and groups. These communities can include family, school, church, or friend circles. While these communities can provide comfort, support, and guidance, they can also present challenges in honoring God. Our behavior, words, and treatment of others within the community should always reflect our awe and respect for God.

Psalm 95:1-11 reminds us of the importance of giving thanks to God, acknowledging His greatness, and surrendering ourselves to Him. We are encouraged to sing joyful songs, bow before God, and listen to His voice. These verses also warn us against hardening our hearts and rebelling against God, as the Israelites did in the wilderness.

How can we show our respect for God in our communities? First, by setting a good example. Our actions and words can have a significant impact on those around us. We should strive to treat others with love, respect, and empathy, even when it is difficult to do so. Second, we should look for opportunities to serve others and show God's love through our actions. Whether it's helping a friend in need or listening attentively to our parents, we can reflect God's nature by genuinely serving others.

Lastly, we should keep our hearts open to God's voice and seek His guidance in our daily lives. This means making time for prayer, reading the Bible, and attending church services. By staying connected to God, we can receive the strength and wisdom we need to face the challenges in our communities with love and humility.

Let us remember that our communities are not just places where we interact with others, but also opportunities to honor God. May we strive to honor and serve Him in every aspect of our lives.

WHAT TO DO:
1. Be a good example to your environment and community.
2. Be generous in helping others.
3. Guard your heart in every interaction you have.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Nehemiah 1-3

Card image
Truth Youth 21 Juni 2923 - MENGHORMATI ALLAH DALAM KOMUNITAS
2023-06-21 07:29:58


Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita. Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur. Sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah. Bagian-bagian bumi yang paling dalam ada di tangan-Nya, puncak gunung-gunungpun kepunyaan-Nya. Kepunyaan-Nya laut, Dialah yang menjadikannya, dan darat, tangan-Nyalah yang membentuknya. Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya! Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku. Empat puluh tahun Aku jemu kepada angkatan itu, maka kata-Ku: “Mereka suatu bangsa yang sesat hati, dan mereka itu tidak mengenal jalan-Ku.” Sebab itu Aku bersumpah dalam murka-Ku: “Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku” (Mazmur 95:1-11)

Sebagai anak muda, kita seringkali berada di tengah-tengah berbagai komunitas dan kelompok. Komunitas-komunitas tersebut bisa terdiri dari keluarga, sekolah, gereja, atau lingkungan teman. Meskipun komunitas-komunitas ini dapat memberikan kenyamanan, dukungan, dan bimbingan, tetapi kadang-kadang juga menghadirkan tantangan dalam menghormati Allah. Cara kita berperilaku, berkata-kata, dan memperlakukan orang lain dalam komunitas harus selalu mencerminkan rasa takjub dan hormat kita terhadap Allah.

Mazmur 95:1-11 mengingatkan kita tentang pentingnya bersyukur kepada Allah, mengakui keagungan-Nya, dan menyerahkan diri kepada-Nya. Kita didorong untuk menyanyikan nyanyian gembira, bersujud di hadapan Allah, dan mendengarkan suara-Nya. Ayat-ayat ini juga memperingatkan kita agar tidak mengeraskan hati dan memberontak terhadap Allah seperti yang dilakukan oleh orang Israel di padang gurun.

Bagaimana kita dapat menunjukkan penghormatan kita terhadap Allah dalam komunitas kita? Pertama, dengan memberikan contoh yang baik. Tindakan dan kata-kata kita dapat memiliki dampak yang besar pada orang di sekitar kita. Kita harus berusaha memperlakukan orang lain dengan kasih sayang, hormat, dan empati, bahkan ketika hal itu sulit dilakukan. Kedua, kita harus mencari kesempatan untuk melayani orang lain dan menunjukkan kasih Allah melalui tindakan kita. Baik itu dengan membantu teman yang membutuhkan, dengar-dengaran kepada orang tua, kita dapat mencerminkan sifat Allah dengan melayani orang lain dengan tulus.

Terakhir, kita harus menjaga hati kita terbuka terhadap suara Allah dan mencari petunjuk-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Ini berarti meluangkan waktu untuk berdoa, membaca Alkitab, dan menghadiri ibadah gereja. Dengan tetap terhubung dengan Allah, maka kita dapat menerima kekuatan dan kebijaksanaan yang kita butuhkan untuk menghadapi tantangan dalam komunitas kita dengan penuh kasih dan rendah hati.

Marilah kita ingat bahwa komunitas-komunitas kita bukan hanya tempat di mana kita berinteraksi dengan orang lain, tetapi juga kesempatan untuk menghormati Allah. Semoga kita berusaha untuk menghormati dan melayani-Nya dalam segala aspek kehidupan kita.

WHAT TO DO:
1. Jadi contoh yang baik bagi lingkungan dan komunitas
2. Ringan tangan untuk membantu orang lain
3. Menjaga hati kita dalam setiap pergaulan yang kita lakukan

BIBLE MARATHON:
Nehemiah 1-3

Card image
Renungan Pagi - 21 Juni 2023
2023-06-21 07:27:13


Yesus mati, bangkit dan menjadi Raja, itu adalah kebenaran dan bersifat mutlak, karena itu sebagai orang percaya, kita harus hidup dan berjalan dalam kebenaran.

Alkitab mencatat jika kita hidup dalam kebenaran, Allah akan membebaskan dan melepaskan kita dari maut, karena itu kita harus hidup dalam ketaatan kepada Tuhan, sehingga kita tetap dapat berjalan dalam kebenaran.
(Kisah Para Rasul 10:35-36)

Card image
Quote Of The Day - 21 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-21 07:20:52


Harus dimengerti walaupun Tuhan mengampuni dosa seseorang, tetapi akibat dosa tersebut masih harus dialami atau dipikul; bukan sebagai hukuman, melainkan disiplin.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 21 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-21 07:19:20


Mendekati hari ketika kita harus menghadap takhta pengadilan Tuhan, kita harus sungguh-sungguh mempersiapkan diri agar kita layak di hadapan Tuhan.

Card image
TRAPPED IN THE WORLD'S COMFOR - 21 Juni 2023 (English Version)
2023-06-21 07:15:18


Like a contractor who has anxiety and a feeling of crisis when facing the deadline for the construction of a project, they will work hard day and night because the project must be completed by a specific date, and the time is approaching. There is no time or activity for other things except catching up on the remaining time. It’s like an artist who wants to appear in a show, and it is about time to start, but she still needs make-up; she tries to dress up quickly. Or it’s also like a place an official will visit, then all unnecessary stuff must be removed to make the room nice to see.

So are we who must earnestly prepare ourselves to be worthy to appear before God’s judgment seat because the time is approaching. The crucial problem is that we don’t know the day we will die, which is a significant and very serious matter. Many things often lull us, so we don’t have a watchful attitude. We are lulled by the pleasures of the world that entangle our lives without realizing it and continue to drift away in the pleasures of worldly life. All of us can be trapped in the comfortable atmosphere of this world. How terrible it is if a person is unaware of this condition and continues to exist in an arrogant life, does not care about the truth, and does not prepare to face God’s judgment.

We must have a feeling of fear lest we look back and be dragged back into the world. When we have many problems and needs, we look to God and try earnestly to live righteously and follow His way. However, when things are good, we have no problems, have lots of money, and can forget ourselves. This has already happened in the lives of many people. Therefore, we ask God to guard our lives so we do not look back and stay focused on looking at Him. The problem is we are often unwittingly shackled by the issues that occur in our lives. For example, we always think all the time when mistreated, hurt, injured, or slandered. There is hatred, a temptation to seek revenge, and a drive to speak up in self-defense. While precisely, we should learn to stay focused on God.

our life is God’s work and belongs to Him, He is able and powerful to help and protect us. However, if our lives do not belong to God, not His work, someone could become worried, afraid, anxious, and do things as they please or want. We belong to God, so we must focus on improving and beautifying ourselves. As the Apostle Paul said, “Therefore we do not lose heart. Though outwardly we are wasting away, yet inwardly we are being renewed day by day” (2 Cor. 4:16). We have to dress up all the time because we can indeed die at any time and face God. So, we must continue to dress up and feel a crisis if there is a sin or when we have done wrong.

We must struggle to let go of everything we shouldn’t do or put on as members of the family of God’s Kingdom. We must get rid of inappropriate things that are always attached and struggle to put off all elements of sin within us. The Holy Spirit will surely tell us, for He may tell. The Holy Spirit must dress us and tell us the inappropriate things still in our lives and must be let go of because they make us unworthy before God. So, no one can say before God later, “I don’t know, Lord, if I’m wrong.” It is impossible because the Holy Spirit must speak to us and provide warning, rebuke, and His voice.

Now it’s up to us whether we pay attention to the voice of the Holy Spirit. It truly depends on whether we prepare to experience the encounter with the Holy Spirit to accept or reject His process. God must speak to us every time we pray, and there must be something we get from Him. It is impossible for us not to get something from God, so don’t let us waste this chance of life, and we must experience an encounter with Him in communion with the Holy Spirit.

WE MUST PREPARE OURSELVES TO DRESS UP OUR INNER MAN TO BE WORTHY BEFORE GOD BECAUSE WE DON'T KNOW THE DAY OF OUR DEATH.

Card image
TERJEBAK KENYAMANAN DUNIA - 21 Juni 2023
2023-06-21 07:05:10


Ibarat seorang kontraktor, ketika kita menghadapi deadline dari pembangunan sebuah gedung atau pembangunan sebuah jalan, maka ada kecemasan dan perasaan krisis. Tanggal tertentu, harus sudah selesai proyek itu, sedangkan waktu makin dekat. Maka, seorang kontraktor akan bekerja keras siang dan malam. Tidak ada waktu, tidak ada kegiatan; setiap saat ada kegiatan demi mengejar waktu yang sisa. Ibarat seseorang yang mau tampil dalam pertunjukan, sudah mendekati menit-menit terakhir, namun belum cukup dandanannya, maka ia berusaha untuk berdandan dalam waktu singkat. Ibarat sebuah tempat, baik itu sekolah atau kantor yang akan dihadiri seorang pejabat. Mendekati hari-hari terakhir, harus mendandani, memperbaiki bangunan. Mendekati jam-jam pejabat akan hadir di kantor maupun sekolah itu, semua barang yang tidak perlu ada dan tidak boleh ada, yang merusak pemandangan, harus disingkirkan.

Demikian pula kita. Mendekati hari ketika kita harus menghadap takhta pengadilan Tuhan, kita harus sungguh-sungguh mempersiapkan diri agar kita layak di hadapan Tuhan. Masalah krusialnya adalah kita tidak tahu kapan hari kita meninggal dunia. Ini perkara besar dan sungguh sangat serius. Sering kita terlena dengan banyak perkara. Sehingga kita tidak memiliki sikap yang berjaga-jaga. Kita terlena dengan kesenangan-kesenangan dunia yang menjerat hidup kita tanpa kita sadari, dan terus hanyut di dalam kenikmatan hidup duniawi. Kalau seseorang tidak sadar mengenai keadaan dirinya tersebut yang terus ada dalam kehidupan yang jumawa, tidak peduli dengan kebenaran dan tidak mempersiapkan diri menghadap pengadilan Tuhan, betapa mengerikan. Semua kita bisa terjebak dalam suasana nyaman dunia ini.

Kita harus memiliki perasaan takut kalau-kalau kita menoleh ke belakang dan terseret dunia kembali. Waktu kita banyak masalah, banyak kebutuhan, kita memandang Tuhan dan berusaha serius untuk hidup benar dan mengikut jalan Tuhan. Namun, ketika keadaan baik, tidak ada masalah, banyak uang, kita bisa lupa diri. Faktanya, ini sudah terjadi dalam kehidupan banyak orang. Karenanya kita mohon untuk Tuhan menjagai hidup kita. Jangan sampai kita menoleh ke belakang. Mari kita tetap fokus memandang Tuhan. Masalahnya, tanpa kita sadari, sering kita terbelenggu oleh masalah-masalah yang terjadi di dalam hidup kita. Misalnya, ketika kita diperlakukan tidak adil, disakiti, dilukai, difitnah, nama kita dirusak. Kita memikirkan itu siang dan malam. Ada kebencian, godaan untuk membalas dendam, dan godaan untuk bicara membela diri. Justru seharusnya di situ kita belajar untuk tetap fokus kepada Tuhan.

Kalau hidup kita adalah pekerjaan Tuhan, kalau hidup kita adalah milik-Nya, Tuhan sanggup dan berkuasa, menolong dan melindungi kita. Namun, kalau hidup kita bukan milik Tuhan, bukan pekerjaan Tuhan, bisa saja seseorang menjadi khawatir, takut, cemas, dan melakukan hal-hal yang seenaknya atau semaunya sendiri. Kita adalah milik Tuhan. Kita harus fokus bagaimana membenahi diri, bagaimana mempercantik diri. Seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus, "Kami tidak memperhatikan apa yang kelihatan, tetapi apa yang tidak kelihatan. Tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari" (2 Kor. 4:16). Bagaimana kita harus berdandan setiap saat, karena setiap saat, kita memang bisa meninggal dunia. Kita bisa menghadap Tuhan, setiap saat. Maka, kita harus terus berdandan. Jika ada dosa, ada hal-hal yang salah kita lakukan, kita harus merasa krisis.

Kita harus berjuang untuk melepaskan semua hal yang tidak patut kita lakukan atau kita kenakan sebagai anggota keluarga Kerajaan Allah. Selalu saja masih melekat hal-hal yang tidak patut, dan itu harus serius kita tanggalkan. Kita harus bergumul menanggalkan semua unsur dosa di dalam diri kita. Roh Kudus pasti memberitahu. Tidak mungkin Roh Kudus tidak memberitahu. Roh Kudus pasti mendandani kita. Ia pasti memberitahukan hal-hal apa yang tidak pantas, yang masih ada dalam hidup kita, yang harus kita lepaskan yang membuat kita tidak layak di hadapan Allah. Jadi, tidak ada orang yang bisa berkata di hadapan Tuhan nanti, "Saya tidak tahu, Tuhan, kalau saya salah.” Tidak mungkin, karena Roh Kudus pasti berbicara kepada kita, menyediakan peringatan, teguran, dan suara-Nya.

Sekarang tergantung kita, apakah kita memperhatikan suara Roh Kudus atau tidak? Tergantung kita, apakah kita menyediakan diri untuk mengalami perjumpaan dengan Roh Kudus untuk menerima penggarapan-Nya atau menolak? Percayalah, setiap kali kita berdoa, pasti Tuhan berbicara kepada kita. Pasti ada sesuatu yang kita peroleh dari Tuhan. Tidak mungkin kita tidak memperoleh sesuatu dari Tuhan. Jadi, jangan sampai kita menyia-nyiakan kesempatan hidup ini. Kita harus mengalami perjumpaan dengan Tuhan, dalam persekutuan oleh Roh Kudus.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS SUNGGUH-SUNGGUH MEMPERSIAPKAN DIRI MENDANDANI MANUSIA BATINIAH KITA, AGAR KITA LAYAK DI HADAPAN ALLAH. KARENA KITA TIDAK TAHU KAPAN HARI KITA MENINGGAL DUNIA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 Juni 2023
2023-06-21 07:01:45

Amsal 30-31

Card image
Truth Kids 20 Juni 2023 - DAERAH ISTIMEWA
2023-06-20 10:46:44


Lukas 17:3
“Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia.”

Pagi hari suasana di sekolah sangat hening. Daniel sampai di sekolah pukul 06.30. Teman-teman belum banyak yang datang. Setelah sampai di kelas Daniel meletakkan tasnya di kursi. Kemudian Daniel pergi ke lapangan untuk bermain bola sambil menunggu teman-teman yang lain. Ketika berjalan ke arah lapangan, Daniel ingin buang air kecil.

Saat berada di dalam toilet sekolah, Daniel mendengar ada suara-suara dari dalam kamar mandi. Terdengar dua anak laki-laki sedang bercakap-cakap di dalam ruang toilet yang sama. Sepulang sekolah Daniel menceritakan hal tersebut kepada mamanya. Mama pun mengingatkan Daniel untuk menjaga tubuhnya dengan baik. Ada bagian-bagian tubuh yang hanya boleh dipegang oleh diri kita sendiri. Tidak boleh dipegang-pegang oleh orang lain, apa lagi orang yang tidak kita kenal.

Sobat Kids, kalian juga harus menjaga daerah istimewa seperti bibir, dada, dan daerah untuk buang air kecil, serta bagian bokong. Jika ada orang lain yang ingin pegang-pegang bagian tersebut, kalian harus lekas teriak dan minta tolong. Tidak boleh sembarangan orang boleh memegang bagian istimewa kita. Ingat untuk menjaganya, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 20 Juni 2023 - TERTARIK
2023-06-20 10:44:36


2 Korintus 6:14
“Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?

Pada akhir zaman ini, Iblis semakin giat berusaha menarik manusia untuk masuk dalam perangkap dosa. Dunia ini semakin rusak, dan perilaku manusia semakin aneh-aneh saja. Ada lagi kelompok manusia yang berperilaku biseks. Maksudnya, manusia yang memiliki ketertarikan yang tidak hanya kepada lawan jenis, tetapi juga kepada sesama jenis. Misalnya ada seorang laki-laki; ia tertarik atau suka kepada perempuan dan juga kepada laki-laki. Aneh, kan?

Sobat Junior, kalian harus paham bahwa hal tersebut adalah salah, ya. Iblis berusaha mengacaukan pola berpikir manusia. Dunia mengacaukan ketetapan yang Tuhan sudah berikan. Konsep berpikir dunia tentang kasih, sudah tidak seperti yang seharusnya.

Dalam berpasangan, manusia seharusnya hanya memiliki satu pasangan yang berbeda jenis kelamin. Ini yang Tuhan mau. Kita sebagai anak Allah, harus mengerti dengan baik, bahwa segala sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang tertulis di Alkitab, berarti bertentangan dengan apa yang Tuhan mau. Hati-hati dalam bergaul, ya, Sobat Junior. Jangan sampai kita terhanyut dengan kesesatan yang dunia tawarkan.

Card image
Truth Youth 20 Juni 2023 (English Version) - TRUE FREEDOM
2023-06-20 10:35:09


"For the mind that is set on the flesh is hostile to God, for it does not submit to God's law; indeed, it cannot." (Romans 8:7)

Today's reflection reminds us that when we allow our desires and impulses to control us, it means we become enemies of God. However, it does not mean that God does not want us to enjoy life or have fun, but God knows that following our fleshly desires will lead us down a path of regret and futility.

As young people, we are often bombarded with messages that tell us to prioritize our own satisfaction and pleasure above everything else. We are encouraged to do whatever feels good in the moment, without considering the consequences. However, the reality is that satisfying our fleshly desires can have serious consequences, not just for ourselves but also for the people around us.

God wants us to experience true freedom, not just temporary pleasure. The only way to do this is by surrendering ourselves to His will and following His commandments. This may mean saying no to some things that we strongly desire to do, but we can trust that God's plans for us are the best and that He wants what is best for us.

So, as we go through our day, let us consider what desires motivate our actions. Are we following the desires of the flesh or the desires of the Spirit? Are we living in a way that honors God, or are we neglecting His commands? Take time to pray and seek God's help in choosing His path over our own. Remember, true freedom comes from surrendering ourselves to God and living in His will.

WHAT TO DO:
1. Learn to restrain ourselves from desires that only satisfy our own selves.
2. Pray and ask God if the desires we pursue are pleasing to Him or not.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezra 8-10

Card image
Truth Youth 20 Juni 2023 - KEBEBASAN SEJATI
2023-06-20 10:32:32


"Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya." (Roma 8:7)

Renungan hari ini mengingatkan kita bahwa ketika kita membiarkan keinginan dan dorongan kita mengendalikan kita, artinya kita menjadi musuh Allah. Namun, bukan berarti Allah tidak menginginkan kita menikmati hidup atau bersenang-senang, tetapi Allah tahu bahwa mengikuti keinginan daging kita akan mengarahkan diri kita ke jalan penyesalan dan kesia-siaan.

Sebagai anak muda, kita sering kali dibanjiri dengan pesan yang mengatakan bahwa kita harus memprioritaskan kepuasan dan kesenangan kita sendiri di atas segalanya. Kita didorong untuk melakukan apa pun yang terasa baik pada saat itu, tanpa memikirkan konsekuensinya. Namun, kenyataannya adalah memuaskan keinginan daging bisa memiliki konsekuensi serius, tidak hanya bagi diri kita sendiri tetapi juga bagi orang di sekitar kita.

Allah menginginkan kita untuk mengalami kebebasan sejati, bukan hanya kesenangan sementara. Satu-satunya cara untuk melakukannya adalah menyerahkan diri kita pada kehendak-Nya dan mengikuti perintah-perintah-Nya. Ini mungkin berarti mengatakan tidak pada beberapa hal yang sangat ingin kita lakukan, tetapi kita dapat percaya bahwa rencana Allah untuk kita adalah yang terbaik dan bahwa Dia menginginkan yang terbaik untuk kita.

Jadi, saat kita menjalani hari, pikirkanlah keinginan apa yang memotivasi tindakan kita. Apakah kita mengikuti keinginan daging atau keinginan roh? Apakah kita hidup dengan cara yang menghormati Allah atau apakah kita mengabaikan perintah-Nya? Luangkanlah waktu untuk berdoa dan meminta pertolongan Allah untuk memilih jalan-Nya daripada jalan kita sendiri. Ingatlah, kebebasan sejati datang dari menyerahkan diri kita pada Allah dan hidup dalam kehendak-Nya.

WHAT TO DO:
1. Belajar menahan diri dari keinginan yang hanya memuaskan diri kita sendiri
2. Tanyalah kepada Tuhan dengan berdoa, apakah keinginan yang kita lakukan itu menyenangkan hati-Nya atau sebaliknya?

BIBLE MARATHON:
Ezra 8-10

Card image
Renungan Pagi - 20 Juni 2023
2023-06-20 10:30:22


Apakah ada yang pernah menyakiti hati Anda sedemikian dalam? Tentu sulit memaafkannya serta memulihkan diri dari kondisi terluka. Renungkanlah kembali kasih Yesus bagi Anda dan hidup baru yang Anda terima dari Dia. Kasih dan anugerah-Nya melampaui perlakuan jahat yang telah menimpa Anda, sehingga Anda dimampukan untuk mengampuni.

Dan Yesus adalah teladan bagi kita dalam memberikan pengampunan, ingatlah betapa besar dosa dan kesalahan kita yang telah diampuni-NYA dan IA membayar dosa kita dengan Darah-Nya.*

Kedatangan-Nya ke dunia untuk menyerahkan Nyawa-Nya bagi kita adalah kasih yang dibuktikan, dan tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih yang telah dinyatakan oleh Tuhan Yesus melalui pengorbanan-Nya di kayu salib.

Dalam pesan-Nya Tuhan Yesus mengatakan, "kasihilah musuhmu dan doakanlah orang yang menganiaya kamu." Kini tanyakan pada diri kita masing-masing, maukah melakukan pesan Tuhan itu? Mulailah dengan mengampuni orang yang pernah menyakitimu.
(Matius 5:43-44)

Card image
Quote Of The Day - 20 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-20 10:27:50


Tidak akan pernah ditemukan bahwa Tuhan Yesus memanggil seseorang hanya untuk menerima penyelesaian masalah hidup. Tuhan memanggil seseorang untuk dimuridkan dan disempurnakan menjadi warga Kerajaan Surga yang baik.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 20 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-20 10:25:48


Miskin secara materi tidak masalah, tetapi jangan miskin secara rohani.

Card image
DON'T LOOK BACK - 20 Juni 2023 (English Version)
2023-06-20 10:24:01


One thing we must be concerned about, which should have caused us to be vigilant, is our existing tendency to look back. This tendency is strong and may lure us back to loving and delighting in the pleasures of the world. This tendency is ever present. The power of darkness, in its craftiness, aims to draw us back to the world, to enjoying the pleasures of this world and its splendor. For example, a servant of the Lord who is poor, may wholeheartedly serve the Lord. But, as his wealth increases, he may be tempted to get things that are not necessarily beneficial for his ministry. 

Each one of us will be tempted in this way. Therefore, the warning of our Lord Jesus in Luke 17:32 to, “Remember Lot’s wife!“, is justifiable. Lot’s wife looked back to where the riches and sweet memories were. Thus, prevented God’s work of salvation in her life. God desires to save us, but our salvation does not depend only on God, but also on us. Therefore, one’s salvation cannot be assumed to be predestined by God regardless of any efforts from the person. The Lord said, “Remember Lot’s wife!” He commanded us to be earnest and vigilant.

We must put in place some practical steps to help us avoid eternal doom. We must plead with God for His help, so we may have a heart that can be constantly changed to be like His, a heart that loves the lost souls, and so that there will be no room in our heart for others but God. We plead with Him to help us not get attracted to this world and its splendor. The Devil will constantly show us the splendor of this world, just as he did to Jesus. (Luke 4:5-8, “If you worship me, it will all be yours.”). And so to us, the Devil will offer the splendor of this world. And it is not impossible that those who love God, who earnestly serve Him, will turn back to the world given the opportunity to do so.

We should live and act as royals, not as plebeians. Having little earthly possessions should not be a big concern, as long as we are rich spiritually. We should be careful that we do not gather much earthly possessions yet we are not rich spiritually since we are gripped by the pleasures of this world. We have many hobbies, even those on which we must spend a lot of money. Essentially, we can use the money for the Lord’s works. If we earnestly cultivate our heart by bringing it to God and asking Him for His help, then He will help us to not look back.

Our eyes must be constantly fixed on our Lord and His Kingdom so our fears and worries compel us to be careful, to not give in to our tendency to look back. All of us have this tendency to be faithful to God when we have little or no earthly possessions, but will go astray when we are blessed with riches and wealth. We must pray for God to help us to fix our eyes on Him only. Were it not for God’s protection and His providence, we would be in prison, homeless, hospitalized, or treated in a mental health hospital. Therefore, we must remember and be grateful for our current well-being and ability to serve, praise, and worship God.

We need to reflect on who we were. If it were not for God, we would not be who we are now. Therefore, we must be grateful for all the goodness God has given us now. We must not be arrogant, and we must have the burden to save the lost souls for the Lord’s works. We want to walk hand-in-hand to do His works. Not for any person, not for any of His servants, but for God and God alone. We must use our conscience and ask God where and how he would like us to serve Him, together with our faithful brothers and sisters, for His glory.  

OUR FEARS AND WORRIES SHOULD COMPEL US TO BE CAREFUL, TO NOT LOOK BACK.

Card image
JANGAN MENOLEH KE BELAKANG - 20 Juni 2023
2023-06-20 10:21:15


Satu hal yang kita harus merasa takut, yang membuat kita hati-hati, yaitu menoleh ke belakang. Potensi kita untuk menoleh ke belakang itu besar, yaitu kembali mencintai dunia dan menikmati dunia seperti anak-anak dunia, potensi untuk itu selalu ada. Kuasa kegelapan dalam kecerdikannya akan berusaha bagaimana kita bisa berpaling ke dunia lagi, menikmati dunia lagi dengan segala keindahannya. Seperti contoh, seorang hamba Tuhan yang melayani pekerjaan Tuhan dengan sungguh-sungguh pada waktu dia miskin, tidak memiliki uang atau tidak cukup punya uang, hatinya terarah hanya kepada Tuhan, melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh. Namun, ketika uang banyak di dalam rekeningnya, dia bisa berubah pikiran. Yang tadinya waktu miskin, mau beli ini tidak bisa, beli itu tidak mampu, tetapi ketika uangnya banyak, ada godaan untuk memiliki sesuatu yang dulu dia ingin memiliki dan membelinya.

Setiap kita pasti memiliki pergumulan hidup seperti ini. Maka, bisa dimengerti mengapa Tuhan Yesus di dalam Lukas 17:32 berkata, "Ingatlah akan istri Lot." Dia menoleh ke belakang, karena di sana ada harta, ada kenangan-kenangan manis dan indah di dalam hidupnya. Maka, gagallah karya keselamatan Allah di dalam hidup istri Lot. Allah mau menyelamatkan kita, tetapi apakah kita benar-benar bisa selamat atau tidak, itu bukan hanya tergantung Tuhan saja, tetapi juga tergantung kita. Jadi, jangan berkata kalau Allah sudah menentukan kita selamat, sampai ujung mana pun akhirnya selamat. Jangan berpikir begitu. Tuhan berkata, "Ingatlah akan istri Lot!" Artinya, kita harus serius dan hati-hati.

Kita yang harus memiliki langkah-langkah konkret untuk menghindarkan diri dari bencana, yaitu kebinasaan. Kita mohon pertolongan Bapa di surga, agar hati kita terus diubah agar memiliki hati seperti hati Bapa yang mencintai jiwa-jiwa yang terhilang, dan supaya kita tidak memiliki ruangan untuk mencintai apa pun. Kita mohon agar hati kita tidak terarah pada dunia ini dan segala keindahannya. Setan akan terus menunjukkan kepada kita keindahan-keindahan dunia, seperti yang pernah ia tunjukkan kepada Yesus (Luk. 4:5-8, "Kalau Engkau menyembah aku, aku akan memberikan dunia ini kepada-Mu." Demikian pula kepada kita, setan akan menawarkan keindahan dunia ini. Bukan tidak mungkin orang-orang yang tadinya mengasihi Tuhan, melayani Tuhan baik-baik, bisa berpaling lagi ke dunia ketika memiliki kesempatan meraih dunia.

Dulu kita kampungan, sekarang jangan kampungan. Kita harus jadi bangsawan. Jangan dulu kampungan, sekarang lebih kampungan, tidak menjadi bangsawan surgawi. Miskin secara materi tidak masalah, tetapi jangan miskin secara rohani. Jangan kaya secara materi, tetapi miskin secara rohani karena memiliki kesenangan-kesenangan dunia. Hobi ini, hobi itu, apalagi hobi-hobi yang bisa menggerus banyak uang. Sejatinya, uang itu bisa kita gunakan untuk pekerjaan Tuhan. Kalau kita sungguh-sungguh menggarap hati kita, membawanya kepada Tuhan, minta pertolongan-Nya, pasti Tuhan akan menolong kita agar kita tidak menoleh ke belakang.

Mata kita harus tertuju terus kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya sampai kita memiliki perasaan takut dan khawatir yang positif supaya kita berhati-hati, yaitu jangan menoleh ke belakang, karena ada potensi untuk menoleh ke belakang. Semua kita punya potensi. Ingat, waktu kita miskin secara materi, kita bisa setia. Ketika kaya secara materi, kita punya uang, bisa berubah pikiran. Kiranya Tuhan menolong kita untuk hanya tetap memandang Dia. Pernahkah kita membayangkan, seandainya puluhan tahun, belasan tahun atau beberapa tahun yang lalu Tuhan tidak melindungi kita, mungkin hari ini kita sedang ada dalam penjara, mungkin sedang berteduh di pinggir jalan karena tidak punya rumah atau di bawah kolong jembatan, tergeletak di rumah sakit atau mungkin dirawat di rumah sakit jiwa. Namun, ingatlah kalau kita ada sebagaimana kita ada hari ini, kita dapat sehat jasmani rohani, dan kita masih bisa mengabdi, melayani Tuhan, memuji, menyembah Tuhan dengan segala fasilitas hidup yang Tuhan berikan, betapa kita harus bersyukur kepada Tuhan!

Lihat siapa kita dulu. Jika bukan karena Tuhan, kita tidak menjadi seperti sekarang. Jangan lupa diri siapa kita ini sebenarnya. Jangan sombong. Maka, kalau Tuhan memberikan kita keadaan yang baik hari ini, kita harus bersyukur. Tidak menjadi sombong, dan kita juga memiliki beban untuk menyelamatkan jiwa-jiwa bagi pekerjaan Tuhan. Kita mau bergandengan tangan untuk pekerjaan Tuhan. Bukan untuk manusia, bukan untuk seorang hamba Tuhan mana pun, karena semua hanya untuk Tuhan. Kita harus punya nurani dan bertanya kepada Tuhan, di mana dan bagaimana kita mengabdi bersama-sama dengan saudara seiman lainnya untuk memuliakan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS MEMILIKI PERASAAN TAKUT DAN KHAWATIR YANG POSITIF SUPAYA KITA BERHATI-HATI, YAITU JANGAN MENOLEH KE BELAKANG.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 Juni 2023
2023-06-20 08:58:42

1 Raja-raja 10-11
2 Tawarikh 9

Card image
Truth Kids 19 Juni 2023 - GENDERKU JELAS!
2023-06-19 10:08:43


Kejadian 5:2
“laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Ia memberkati mereka dan memberikan nama ”Manusia” kepada mereka, pada waktu mereka diciptakan.”

Sobat Kids, setiap orangtua yang memiliki bayi yang baru lahir perlu mengurus surat kelahiran bayi tersebut. Nama surat tersebut adalah akta kelahiran. Saat nanti kalian mau mendaftar ke sekolah, akta kelahiran itu diperlukan, Sobat Kids. Dalam akta kelahiran ada keterangan nama kita, tanggal dan tempat lahir, nama kedua orangtua kita, dan jenis kelamin kita, perempuan atau laki-laki.

Jadi gender kalian masing-masing itu jelas; perempuan atau laki-laki. Itu merupakan hal yang pasti. Tidak perlu bingung atau ragu terhadap jenis kelamin kalian. Tuhan memberikan identitas yang jelas pada kita. Jika kita dilahirkan sebagai perempuan, kita mesti berlaku seperti perempuan. Dan jika kita dilahirkan sebagai laki laki, kita harus bersikap sebagai laki-laki. Tidak bisa tercampur atau setengah-setengah, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 19 Juni 2023 - SUDAH JELAS
2023-06-19 10:07:13


Kejadian 5:2
“laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Ia memberkati mereka dan memberikan nama ‘Manusia’ kepada mereka, pada waktu mereka diciptakan.”

Sobat Junior, apakah kalian sudah pernah melihat akta kelahiran kalian? Jika belum, coba kalian minta mama atau papa menunjukkan akta lahir kalian. Lalu lihat di sana, apa jenis kelamin kalian? Pasti tertulis “perempuan” atau “laki-laki", tidak ada jenis kelamin lain. Begitu pula pada KTP yang dimiliki oleh papa dan mama; ada keterangan jenis kelaminnya, “perempuan” atau “laki-laki".

Jadi, gender kalian masing-masing itu jelas: perempuan atau laki-laki, bukan non-binary. Apa itu non-binary? Non-binary adalah sekelompok orang yang tidak mau dirinya disebut “perempuan” atau “laki laki” dan merasa berhak untuk bersikap demikian. Membingungkan, bukan?

Perlu kita ingat, Tuhan memberikan identitas yang jelas pada kita. Jika kita dilahirkan sebagai perempuan, kita mesti berlaku seperti perempuan. Dan jika kita laki-laki, kita harus bersikap sebagaimana mestinya laki-laki bersikap; tidak bisa tercampur. Sama seperti lesbian dan gay, non-binary juga tidak seturut dengan rencana Allah. Jadi, mereka yang mengikutinya berarti memberontak pada Allah. Mari kita hati-hati dalam bergaul, ya, Sobat Junior. Mari kita jaga hidup kita tetap kudus agar tetap hidup berada dalam perkenanan Tuhan.

Card image
Truth Youth 19 Juni 2023 (English Version) - BE THE LIGHT
2023-06-19 09:52:33


"You are the salt of the earth. But if the salt loses its saltiness, how can it be made salty again? It is no longer good for anything, except to be thrown out and trampled underfoot. You are the light of the world. A city set on a hill cannot be hidden. Nor do people light a lamp and put it under a basket, but on a stand, and it gives light to all in the house. In the same way, let your light shine before others, so that they may see your good works and give glory to your Father who is in heaven." (Matthew 5:13-16)

As young people, we have a significant influence on the environment around us, not just the environment that influences our lives. We may not realize it, but what we do and say can impact the people we encounter every day. Jesus said that we are the light of the world, and we should let our light shine before others.

What does it mean to be the light? Imagine a dark room - when we turn on the light, everything becomes bright. Similarly, when we let our light shine, we bring hope and joy to those around us. We can show compassion, love, and mercy to those in need.

Jesus also tells us to be the salt. Salt was used in ancient times to preserve food and enhance its flavor. Likewise, we can be a positive influence in the world by adding flavor and preserving what is good. We can stand up for what is right and make a difference in the world around us.

So, how can we be the light and salt in our community? Start by showing our love and compassion. This can be done in various ways. For example, volunteering in community activities, being a good listener to our friends, specifically helping those in need, or even just giving our best smile and greeting others. The latter may sound simple, but honestly, it can be challenging for many people nowadays. Therefore, we must practice it daily with humility and discipline. Let us be the light!

WHAT TO DO:
1. Seek the help of the Holy Spirit in whatever we want to do in our community.
2. Cultivate humility to perform good deeds with a peaceful heart.
3. Practice discipline.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezra 5-7

Card image
Truth Youth 19 Juni 2023 - BE THE LIGHT
2023-06-19 09:50:00


”Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”(Matius 5:13-16)

Sebagai anak muda, kita memiliki pengaruh besar bagi lingkungan di sekitar kita, bukan hanya lingkungan yang memiliki pengaruh bagi hidup kita. Mungkin kita tidak menyadarinya, tetapi apa yang kita lakukan dan katakan dapat mempengaruhi orang-orang yang kita temui setiap hari. Tuhan Yesus mengatakan bahwa kita adalah terang dunia, dan kita harus membiarkan terang kita bersinar di depan orang lain.

Apa artinya menjadi terang? Bayangkan sebuah ruangan gelap, ketika kita menyalakan lampu, semuanya menjadi terang. Demikian pula, ketika kita membiarkan terang kita bersinar, maka kita membawa harapan dan sukacita kepada orang-orang di sekitar. Kita dapat menunjukkan kasih sayang, cinta, dan belas kasih kepada mereka yang membutuhkan.

Tuhan Yesus juga mengatakan kepada kita untuk menjadi garam. Garam digunakan pada zaman kuno untuk mengawetkan makanan dan menambah rasa. Demikian pula, kita dapat menjadi pengaruh positif dalam dunia dengan menambah rasa dan menjaga yang baik. Kita dapat berdiri untuk apa yang benar dan membuat perbedaan dalam dunia sekitar kita.

Jadi, bagaimana kita dapat menjadi terang dan garam di komunitas? Mulailah dengan menunjukkan kasih sayang kita. Hal ini bisa dilakukan dalam berbagai cara. Misalnya, menjadi volunteer atau relawan dalam kegiatan komunitas, menjadi pendengar yang baik bagi teman-teman kita, membantu secara khusus mereka yang membutuhkan pertolongan, atau bahkan sekadar memberikan senyuman terbaik dan menyapa orang lain. Hal yang terakhir ini terdengar mudah, tapi jujur ini adalah hal yang sulit bagi banyak orang hari-hari ini. Maka dari itu, kita harus melatihnya setiap hari dengan kerendahan hati secara disiplin. Mari kita menjadi terang!

WHAT TO DO:
1. Minta bantuan dari Roh Kudus dalam apa pun yang kita mau lakukan di komunitas kita
2. Milikilah kerendahan hati agar dapat melakukan hal-hal baik dengan hati yang penuh damai sejahtera
3. Disiplin

BIBLE MARATHON:
Ezra 5-7

Card image
Renungan Pagi - 19 Juni 2023
2023-06-19 09:47:51


Di dunia ini, tidak ada orang yang terlalu kaya sehingga Tuhan tidak mampu merendahkannya dan sebaliknya tidak ada orang yang terlalu hina dan miskin, sehingga Tuhan tidak mampu mengangkat dan meninggikannya.

Jadi kesadaran bahwa hidup dan semua yang dapat kita raih adalah milik Tuhan, yang setiap saat dapat meninggikan dan merendahkan, akan membuat kita menyadari bahwa kesombongan tidak ada artinya. Ingat kesombongan tidak memberikan manfaat, kesombongan hanya membawa kita menuju pada kehancuran, dan semakin jauh dari Tuhan.
(Lukas 14:11)

Card image
Quote Of The Day - 19 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-19 09:44:03


Jangan sampai kita merasa diberkati dengan keadaan kita yang nyaman, tidak mengalami kesulitan, punya banyak hal—uang, kedudukan, kehormatan—tetapi kita tidak pernah menjadikan Tuhan sebagai kebahagiaan kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 19 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-19 09:42:15


Sebagai anggota keluarga Kerajaan Allah, kualitas hidup kita harus sampai sepikiran dan seperasaan dengan Bapa.

Card image
WITH US 19 Juni 2023 (English Version) -
2023-06-19 10:02:20



As a part of God’s family, our quality of life must be on a par with God’s mind. It means we must leave behind everything that is fruitless, such as movies and acquaintances that have no positive impacts on our faith. The church must generate chosen people, similar to a top quality school generates top graduates. This is hard work. But, as we are filled with the Holy Spirit and are obedient to God’s Word, then our lives will be driven by His Word as we understand it and we will be able to willingly express God’s minds. We will be willingly walking according to the minds of the Holy Spirit. 

We have the freedom to refuse Him, but we choose not to. We accept Him so that we can be a man of God. More often than not, theological schools put more emphasis on academic achievement that causes arrogance and is preventing the works of the Holy Spirit. On the one hand, we must use systematic thinking. On the other hand, a true fellowship and experience with God must occur. We must strive for a meaningful life. If we give in to our feeling of failures, weakness, and incompetence, then we will have low self-esteem. But, if we are obedient to the Word, then our lives will excel and be full of wisdom. 

One characteristic of this type of people is their heart is full of compassion, as God is compassionate. God delights in saving people, helping people, and lifting people up. It grieves us deeply when others sin against God, as if we were the one who had sinned against Him. In our grief we cry, “Why did you do this?!” Thus, we can understand the depth of God’s grief when we sin against Him. We used to have pleasures in others’ wrongdoings and fall and use these as hot topics for gossip, whereas now, as we learn to put on God’s minds, we grieve as others fall as if we were the ones who fall. The grief will go deeper for those whom we love.

This does not mean that we are being permissive of any sins and wrongdoing. But we consider the fact that no one would ever dream of being a thief, a corruptor, unfaithful husband or wife, an abuser, or a murderer. None, ever. But the devil had successfully led them to commit sins and/or crimes. Unfortunately, most people would throw stones at them. But, it is not so with our Lord Jesus. Therefore, a ministry must be born out of the heart of God, not of people. This enables us to see people as God sees them. We will never again differentiate people according to their ethnicities or status, nor will we ever count the profit gained for any support or help given to certain people. But, our conducts are simply expressions of God’s feelings. How excellent is this way of life.

This is the way we must walk on. To other people, we may appear to be an intellectual and accomplished person, but our heart may hide many evil intentions. However, although we appear to be undesirable to others, if we express God’s mind, we are treasured by the Kingdom of Heaven. Heaven awaits the death of and will welcome such a person, one who honors the God of all the inhabitants of heaven, whose minds is depicted through our lives. We do not seek any praise for our good deeds nor become proud of them. We do good deeds because our love for other people is greater than any pride we may feel. This is Christianity.

Third, the dominance of the figure. Generally, there must be a priest or figure in religion, but not in Christianity. If we live as children of God, the Father will surely accompany us. Just as we always want to walk together with our children or those we love, our Father also wants so—no need for intermediaries. The congregation indeed needs a Pastor, but we must not depend on the Pastor or any servant of God. We must not cult humans but must present God’s reign so that the atmosphere of God’s presence is real in our lives.

We must walk with God so that we can feel His presence, not only during our prayer times, but also all the time.  The presence of God should grip us wherever we go, whether when we travel by plane, when we are at home, or when we are at work.  Therefore, we must strive to prevent any voices that disturb God from being present at our homes. There should not be anything that disturbs the atmosphere of God’s presence. The Lord had said, “And surely I am with you always, to the very end of the age.” and He will keep His promise. We must not leave any area uncovered by the presence of God. If the power of darkness disturbs us at home, then we must drive it away by worshipping God, and it cannot stand it. Therefore, we must prevent sins from entering our home so that the angels of God will be with us. As God’s presence is with us, so are His angels.   

IF WE LIVE AS THE CHILDREN OF GOD, THEN OUR FATHER WILL ALWAYS BE WITH US.

Card image
MENDAMPINGI KITA - 19 Juni 2023
2023-06-19 09:57:24


Sebagai anggota keluarga Kerajaan Allah, kualitas hidup kita harus sampai sepikiran dan seperasaan dengan Bapa. Maka, semua aktivitas—seperti menonton film dan pertemanan yang bisa merusak—harus kita tinggalkan. Bukan berarti kita tidak boleh menonton film, karena ada film yang patut kita tonton. Gereja harus meluluskan orang-orang pilihan di Kerajaan Surga. Seperti sekolah, meluluskan orang-orang pilihan. Tentu ini pekerjaan berat. Kalau kita penuh dengan Roh Kudus dan tunduk kepada firman, sehingga hidup kita digerakkan oleh firman yang kita pahami, kita pasti bisa mengekspresikan pikiran dan perasaan Allah dengan rela. Kita dengan ikhlas berjalan sesuai dengan pikiran dan perasaan Roh Kudus.

Kita bisa menolak-Nya, tetapi kita tidak menolak. Kita menerima-Nya, sehingga kita menjadi _man of God;_ manusia Allah. Sering kali sekolah tinggi-sekolah tinggi teologi dengan arogansi akademisnya membuat Roh Kudus tidak bisa bekerja. Semua harus secara nalar, harus diformat secara sistematis. Bukan tidak setuju. Harus, tetapi pergaulan dengan Allah, perjumpaan dengan Tuhan harus terjadi. Buat hidup kita berarti. Jangan merasa gagal, lemah, tidak berdaya, kecil. Lalu, jadi minder. Kalau hidup kita mengikuti apa kata firman, pasti hidup kita jadi unggul dan cerdas.

Ciri orang seperti ini adalah hatinya penuh belas kasihan, karena perasaan Tuhan itu belas kasihan. Kesenangan-Nya adalah menyelamatkan orang, menolong orang, mengangkat orang. Kadang-kadang melihat orang jatuh dalam dosa, kita yang pukul dada dan berkata, seakan-akan kita yang jatuh, “Mengapa kau lakukan itu?” Jadi, kita bisa mengerti kalau kita berbuat dosa, betapa berdukanya hati Tuhan. Dulu kalau kita lihat orang berbuat dosa, kita jadikan topik dalam percakapan. Kita punya data yang mengangkat kita sebagai orang penting untuk didengar. Namun, ketika kita belajar mengenakan perasaan Tuhan, maka ketika kita melihat orang berbuat salah, seakan-akan kita yang salah, dan kita berduka. Apalagi kalau orang yang jatuh itu adalah orang yang kita kasihi.

Hal ini bukan berarti kita setuju orang berbuat dosa, tetapi kiranya kita juga ingat bahwa tidak ada orang yang pernah bermimpi mau mencuri, korupsi, berzina, pukul orang, atau membunuh. Tidak pernah. Namun, setan menggiringnya untuk menjadi pencuri. Lalu ramai-ramai orang lempar batu. Tuhan Yesus tidak demikian. Maka, pelayanan harus lahir dari hati Tuhan, bukan hati manusia. Jadi, kalau kita menatap orang, kita menatap dengan hati Tuhan. Kita tidak pernah lagi membedakan dia suku apa, kaya atau miskin. Kita tidak lagi menghitung, “Apa untungku memperhatikan dan menolong orang ini?” Namun, kita hanya mau mengekspresikan perasaan Tuhan. Betapa hebat kehidupan seperti ini.

Inilah jalan yang harus kita tempuh. Jangan penampilan kita intelek, cakap, tetapi hati kita busuk. Walaupun penampilan kita buruk di mata manusia, kalau kita mengekspresikan perasaan Allah, kita mempesona Kerajaan Surga. Kematian kita pun ditunggu oleh penghuni surga, dan kita akan disambut, karena kita menghormati Allah. Allah yang perasaan-Nya kita gelar dalam hidup kita dan kalau kita berbuat baik, kita tidak ingin dipuji karena itu bukan tujuan kita berbuat baik. Kita tidak bangga dengan perbuatan baik kita, karena kecintaan kita kepada orang lebih besar dari kebanggaan apa pun. Itulah kekristenan.

Ketiga, dominasi tokoh. Dalam agama pada umumnya, harus ada imam atau tokoh. Namun kekristenan, tidak. Kalau kita hidup sebagai anak-anak Allah, Bapa pasti mendampingi kita. Sebagaimana kita selalu ingin jalan bersama dengan anak kita atau orang yang kita kasihi. Bapa pun mau. Tidak perlu perantara. Memang pada kenyataannya, jemaat membutuhkan seorang Gembala Jemaat, tetapi kita tidak boleh bergantung kepada Gembala Jemaat atau hamba Tuhan mana pun. Kita tidak boleh mengultuskan manusia. Kita harus menghadirkan pemerintahan Allah sehingga atmosfer kehadiran Allah nyata di dalam hidup kita.

Berjalan bersama Tuhan, bukan hanya pada waktu kita berlutut kita ada di hadirat Allah. Ke mana pun kita pergi, hadirat Allah mencengkeram kita. Hadirat Allah ada di pesawat ketika kita bepergian. Hadirat Allah ada di rumah, di tempat kerja kita. Maka, tidak boleh ada suara-suara yang mengganggu perasaan Tuhan di dalam rumah kita, jangan ada sesuatu yang merusak suasana hadirat Allah. Tuhan berkata, “Aku menyertai kamu sampai kesudahan zaman,” maka Dia pasti memenuhi janji-Nya. Tidak ada wilayah yang blank spot dari kehadiran Tuhan. Kalau di rumah kita ada gangguan kuasa gelap, maka usirlah dengan menyembah Tuhan. Dia tidak akan sanggup bertahan di rumah kita. Maka, jangan ada dosa di dalam rumah kita, sehingga setiap kita pasti disertai malaikat. Hadirat Allah menyertai kita, malaikat-Nya menyertai kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA HIDUP SEBAGAI ANAK-ANAK ALLAH, BAPA PASTI MENDAMPINGI KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 19 Juni 2023
2023-06-19 09:28:05

Pengkhotbah 7-12

Card image
Truth Kids 18 Juni 2023 - TUGAS LAKI-LAKI
2023-06-18 10:39:42


Kejadian 3:17
Lalu firman-Nya kepada manusia itu: “Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu:”

Kemarin kita sudah belajar tentang tugas perempuan dewasa. Hari ini kita mau belajar tentang tugas laki-laki dewasa. Ayah bertugas untuk menjaga keluarganya. Ayah juga bertugas mencari rezeki atau uang. Ayah perlu membiayai kebutuhan keluarganya. Sebuah keluarga memiliki banyak kebutuhan. Contohnya tempat tinggal, makanan, pakaian, dan biaya sekolah anak. Belum lagi kalau anak-anaknya minta jajan, mainan, dan jalan-jalan. Semuanya itu membutuhkan uang. Ayah bertanggung jawab dengan bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.

Lalu apa yang bisa kalian lakukan sebagai anak-anak, Sobat Kids? Saat ayah pulang kerja kalian bisa menyiapkan minuman kesukaan ayah. Kalian bisa juga memijat tubuh ayah yang lelah setelah bekerja seharian. Nilai-nilai bagus yang kalian dapat dari pelajaran di sekolah juga akan menghilangkan rasa letih ayah setelah bekerja. Kalian juga bisa belajar menahan keinginan kalian untuk membeli sesuatu yang tidak perlu. Kalian ingin membuat ayah senang, kan, Sobat Kids? Yuk, kita senangkan hati ayah dengan berlaku baik setiap hari.

Card image
Truth Junior 18 Juni 2023 - TIDAK MEMILIH TAKUT AKAN TUHAN
2023-06-18 10:35:58


Amsal 1:29
“Oleh karena mereka benci kepada pengetahuan dan tidak memilih takut akan TUHAN,”

Sobat Junior, kemarin kita belajar perempuan yang berpasangan dengan perempuan, disebut dengan “lesbian.” Hari ini kita mau belajar hal yang baru. Jika ada seorang laki-laki yang berpasangan dengan laki-laki lain, maka hal ini disebut dengan “gay.” Tentu pasangan seperti ini juga tidak disukai oleh Tuhan karena tidak sesuai dengan rancangan Tuhan semula.

Coba kita lihat keluarga kita. Di rumah, tentu kita memiliki papa dan mama, bukan 2 orang mama atau 2 orang papa, kan? Sayangnya, ada orang-orang yang masuk perangkap Iblis dan nekat melakukannya (berpasangan dengan sesama jenis), padahal ini merupakan suatu kesalahan besar. Mereka tidak takut akan Tuhan. Hati-hati dengan pola berpikir seperti ini, ya, Sobat Junior. Tentu pola berpikir dan hidup seperti ini menyedihkan hati Tuhan.

Nah, Sobat Junior, mintalah papa dan mama membantu kalian memilih teman, bacaan, dan tontonan agar kalian bisa menjaga hidup kudus. Jangan sampai terpengaruh dengan pergaulan yang salah, supaya kita tidak ikut-ikutan dengan cara orang dunia berpikir dan membuat pilihan-pilihan dalam hidup yang membuat Tuhan bersedih.

Card image
Truth Youth 18 Juni 2023 (English Version) - DOING THE WORD
2023-06-18 10:31:54


"But be doers of the word, and not hearers only, deceiving yourselves." (James 1:22)

As young people, we undoubtedly hear a lot of advice and teachings from various sources. Parents, teachers, pastors, friends, and the internet all offer different ideas about how to live a good life. But how do we know which ones are worth following? How do we distinguish what is true and beneficial for us?

The answer, according to James 1:22, is to be doers of the word. In other words, to apply what we learn from the Word of God. It's not enough to just listen to sermons, read the Bible, or attend youth groups if we don't put it into practice in our daily lives.

Why is it important to do the word? First, it shows that we have faith in God's wisdom and goodness. We believe that His commands are for our well-being, even if they sometimes contradict our personal desires. Second, it produces positive results in our lives. As James 1:25 says, "But the one who looks into the perfect law, the law of liberty, and perseveres, being no hearer who forgets but a doer who acts, he will be blessed in his doing."

Remember, being a doer of the word is a lifelong process that requires discipline, humility, and faith. But what we will gain is certainly worth it: a life that glorifies God, benefits others, and brings joy and peace to our own souls. May we be blessed as we apply the Word of God in action today and every day!

WHAT TO DO:
1. Read the Bible regularly every day and ask God to reveal His truth to us.
2. Meditate on the verses or passages we read each day.
3. Pray for guidance and strength to obey the will of God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ezra 1-4

Card image
Truth Youth 18 Juni 2023 - DOING THE WORD
2023-06-18 10:28:52


"Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri." (Yakobus 1:22)

Sebagai anak muda, kita pasti mendengar banyak nasihat dan pengajaran dari berbagai sumber. Orang tua, guru, pendeta, teman, dan internet semuanya menawarkan berbagai ide tentang bagaimana hidup yang baik. Namun, bagaimana kita tahu mana yang layak diikuti? Bagaimana kita membedakan apa yang benar dan bermanfaat bagi kita?

Jawabannya, menurut Yakobus 1:22, adalah menjadi pelaku firman. Dengan kata lain, menerapkan apa yang kita pelajari dari Firman Tuhan. Tidak cukup hanya mendengarkan khotbah, membaca Alkitab, atau menghadiri kelompok pemuda jika kita tidak menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Mengapa melakukan firman penting? Pertama, hal itu menunjukkan bahwa kita memiliki iman dalam hikmat dan kebaikan Allah. Kita percaya bahwa perintah-Nya adalah untuk kesejahteraan kita, meskipun terkadang bertentangan dengan keinginan kita pribadi. Kedua, itu menghasilkan hasil yang positif dalam kehidupan kita. Seperti yang dikatakan Yakobus 1:25, “Tetapi siapa yang menilik ke dalam hukum yang sempurna, hukum yang memberi kebebasan, dan terus-menerus mengikutinya, bukan sebagai pendengar yang lupa, tetapi sebagai pelaku yang berbuat, maka ia akan berbahagia dalam perbuatannya.”

Ingat, menjadi pelaku firman adalah proses seumur hidup yang memerlukan disiplin, kerendahan hati, dan iman. Namun, apa yang akan kita peroleh pastinya sepadan: kehidupan yang memuliakan Allah, memberi manfaat kepada orang lain, dan membawa sukacita dan damai bagi jiwa kita sendiri. Semoga kita diberkati saat kita menerapkan Firman Allah dalam tindakan hari ini dan setiap hari!

WHAT TO DO:
1. Baca Alkitab setiap hari secara teratur dan minta Tuhan untuk menyatakan kebenaran-Nya kepada kita
2. Merenungkan ayat atau pasal yang kita baca setiap hari
3. Berdoa untuk bimbingan dan kekuatan untuk menaati kehendak Allah

BIBLE MARATHON:
Ezra 1-4

Card image
Renungan Pagi - 18 Juni 2023
2023-06-18 10:22:43


Dunia dengan segala keinginan dan hawa nafsunya sedang menuju kebinasaan, karena itu tidak akan ada harapan bahwa dunia akan menjadi lebih baik. Namun pengharapan kekal yang kita miliki adalah hidup dalam kekekalan bersama Tuhan dalam Kerajaan-Nya di langit baru dan bumi yang baru.

Karena itu, pergunakanlah waktu yang singkat ini untuk mengerti kehendak Allah, jangan penuhi hati dengan banyak keinginan daging, tetapi penuhilah hati dengan Roh Kudus, sehingga kita hidup dalam Roh dan berjalan menurut pimpinan Roh Kudus sampai berjumpa dengan Tuhan di keabadian. (Efesus 5:16-17)

Card image
Quote Of The Day - 18 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-18 10:17:04


Di tengah-tengah pergumulan dan persoalan hidup yang tidak kunjung selesai, tetaplah dekat dengan Tuhan dan tetaplah berdoa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 18 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-18 10:13:23


Waktu hidup yang Tuhan masih beri bagi kita adalah kesempatan untuk kita beroleh selamat, bertobat, berubah menjadi pribadi yang berkenan kepada Allah.

Card image
JOURNEY OF LITURGY - 18 Juni 2023 (English Version)
2023-06-18 09:48:13


After going through the long journey of Christian life, we can finally understand that though it is difficult to explain, Christianity is not just a religion. Generally, religion has an emphasis on three things, namely: First, the ceremony or liturgy. The true ceremonial or liturgical ritual is our Christian daily life journey and is no longer packed with meeting events like we usually do. That’s not wrong, but don’t feel we have worshiped God by following a religious liturgy. Don’t think so naively. It’s just a gathering, a small part of our vast worship, while our true liturgy is the whole of life. Christianity consumes our lives without the remainder and is not part of our life but our whole life. Not many people are willing to enter true Christian life, as written in 1 Cor.10:31, “Whether you eat or drink or whatever you do, do it all for the glory of God.”

We enter a spiritual atmosphere if we attend a service or any religious ceremony, and when finished, we get out of that atmosphere. If we want to become people blessed by God and have lives that will continue in eternity, our liturgy should start from when we wake up in the morning until we sleep at night and continue on the next day. That is what the Lord Jesus meant: “Thy kingdom comes,” meaning we are always in God’s reign.

Tribal religious followers with gods and various rituals no longer live in the grip of their gods when they come out of the atmosphere or events ritual. However, in Christianity, God’s grip is never broken. There is no region or territory where we do not worship or devote. There never was. To worship means to give high value; proskuneo. So, wherever we are, we are in an atmosphere of worship. Therefore, we must be careful with what we say, do not be careless. Unfortunately, not many people dare enter this area.

This means worshipping God in spirit and truth, not on Mount Gerizim or Jerusalem. Christianity is not a religion but a way of life. How to understand this? It turns out that going through time and experience is not easy. However, if we consistently do this, we will no longer sin because we fear God. If we continuously train ourselves to have a life like this, our life quality will continue to improve, just like an eagle flying high. Otherwise, we will decline even more and never have a life like that.

Remember, we must be brave. Though each of us has our passions, ambitions, emotions, and tastes, let’s choose this kind of life. Starting from our speech, don’t talk much. Don’t tell unnecessary jokes. It’s not wrong if we sometimes make people happy but don’t indulge in inappropriate jokes. We like to make people laugh, but we satisfy ourselves. Our mouths must be the mouth of God.

Secondly, religion has laws. There are laws, and also, of course, there are sanctions if we do not comply with them. This is absolute; any religion is generally like that. However, Christianity has no laws, that is, no written laws. We absorb God’s thoughts and feelings and then express them in life. There can be no hatred, revenge, heartache, or not crying over souls. If our body is the temple of the Holy Spirit, there must be the Most Holy Place. We are controlled, monitored, and moved by the Most Holy Place. 1 Cor.6:19-20 and 1 Cor.3:16 imply, “I no longer live, but Christ lives in me.” It’s easy to say without understanding the serious consequences of the verse.

Don’t mess with this verse. If God has redeemed us, then we are not our own. The consequences are that we do not have the right to move our thoughts, feelings, and bodies according to our desires because many of our wishes have been polluted by the world’s desires. Ideally, the interpretations are not tainted by the world’s minds that only satisfy academic wants. The Bible is the truth, the written Holy Spirit, which contains the mindset of God. The Holy Spirit must lead so that people understand the truth. If we listen to sermons daily, they will change if they are true.

We should willingly do what the Father wants. The Holy Spirit is gentle; He does not force us. We must be humble, accept and allow the Holy Spirit to control us to express God’s feelings in and through our lives. This is a gift, but God does not force us. The Holy Spirit speaks softly, and we must willingly accept it. Regarding the third, there is no need for a priest to represent us encountering God because we walk with God.  

IN CHRISTIANITY, THE TRUE CEREMONIAL OR LITURGICAL RITUAL IS THE JOURNEY OF OUR LIFE EVERYDAY.

Card image
PERJALANAN LITURGI - 18 Juni 2023
2023-06-18 09:45:29


Setelah melalui perjalanan panjang kehidupan Kristen, akhirnya kita dapat mengerti—walaupun sulit menjelaskan—bahwa kekristenan bukan sekadar agama. Pada umumnya, agama memiliki penekanan terhadap 3 hal, yaitu: Pertama, seremoni atau liturgi. Dalam kekristenan, ritual seremonial atau liturgi yang sejati adalah perjalanan hidup kita setiap hari. Tidak lagi dikemas dalam acara pertemuan seperti yang biasa kita lakukan. Itu bukan sesuatu yang salah, tetapi jangan merasa bahwa kita sudah mengadakan ibadah kepada Tuhan dengan mengikuti sebuah liturgi keagamaan. Jangan berpikir naif begitu. Itu hanya pertemuan bersama; bagian kecil dari ibadah kita yang luas. Liturgi kita adalah seluruh kehidupan. Kekristenan itu benar-benar menyita hidup kita tanpa sisa. Kekristenan itu bukan bagian hidup kita, tetapi seluruh hidup kita. Tidak banyak orang yang rela memasuki hidup kekristenan yang benar ini. Sebagaimana ditulis dalam 1 Korintus 10:31, “Baik kamu makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”

Kalau kita datang di suatu acara kebaktian atau upacara agama mana pun, kita dimasukkan ke dalam suasana; suasana keberagamaan. Setelah selesai, kita keluar dari suasana itu. Liturgi kita dimulai dari bangun tidur sampai kita tidur dan bangun lagi, itu kalau kita mau menjadi orang-orang yang dirahmati, diberkati Tuhan, dan memiliki kehidupan yang akan berlanjut di kekekalan. Itulah sebenarnya dimaksud oleh Tuhan Yesus: “Datanglah Kerajaan-Mu;” artinya kita selalu ada di dalam pemerintahan Allah.

Kalau agama-agama suku yang memiliki dewa-dewi dan berbagai ritual, ketika mereka keluar dari suasana atau acara ritual, mereka tidak lagi hidup dalam cengkeraman dewa atau ilahnya. Namun, di dalam kekristenan, cengkeraman Allah itu tidak pernah putus. Tidak ada daerah atau wilayah di mana kita tidak menyembah, tidak berbakti. Tidak pernah ada. Menyembah artinya memberi nilai tinggi; proskuneo. Jadi, di mana pun kita berada, kita dalam suasana menyembah. Maka, kita pasti hati-hati dengan apa yang kita ucapkan, tidak sembarangan. Namun, tidak banyak jumlah orang yang berani masuk di sini.

Inilah arti menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Tidak di atas gunung Gerizim, tidak pula di kota Yerusalem. Kekristenan itu bukan agama, melainkan jalan hidup; Christianity is not just religion, but the way of life. Bagaimana mengerti hal ini? Ternyata lewat perjalanan waktu dan mengalaminya, tidak mudah. Kalau kita konsekuen melakukan hal ini, maka kita tidak akan berbuat dosa. Benar-benar kita gentar, takut akan Allah. Kalau kita melatih diri untuk memiliki kehidupan seperti ini, kualitas hidup kita akan meningkat terus. Seperti rajawali, terbang tinggi. Jika tidak, kita akan makin merosot dan tidak akan pernah memiliki kehidupan seperti ini.

Ingat, kita harus berani. Masing-masing kita punya nafsu, ambisi, emosi, selera, tetapi mari kita memilih untuk memiliki kehidupan seperti ini. Dimulai dari ucapan, jangan banyak bicara. Joke-joke yang tidak perlu, jangan diucapkan, sebab kita senang apa yang diucapkan membuat orang tertawa, padahal kita memuaskan diri dengan hal itu. Mulut kita harus menjadi mulut Tuhan. Tidak salah kalau sekali-kali kita bicara lalu membuat ceria orang, tetapi jangan memuaskan diri dengan joke-joke seperti itu.

Kedua, agama memiliki hukum. Ada hukum, juga tentu ada sanksi-sanksi jika tidak melakukan hukum atau peraturan-peraturan tersebut. Ini mutlak, agama apa pun pada umumnya demikian. Namun, kekristenan tidak punya hukum. Maksudnya, tidak ada hukum yang tertulis. Kita menyerap pikiran dan perasaan Allah, lalu mengekspresikannya dalam hidup. Tidak mungkin ada kebencian, dendam, sakit hati, atau tidak menangisi jiwa-jiwa. Kalau tubuh kita adalah bait Roh Kudus, maka pasti ada Ruang Maha Suci. Kita dikontrol, dimonitor dan digerakkan oleh Ruang Maha Suci. 1 Korintus 6:19-20; 1 Korintus 3:16, Galatia 2:20, “Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalamku.” Mudah sekali diucapkan jika tanpa mengerti konsekuensi serius dengan ayat tersebut.

Jangan main-main dengan ayat ini. Kalau Tuhan telah menebus kita, maka kita bukan milik kita sendiri. Ada konsekuensinya, yaitu kita tidak berhak menggerakkan pikiran, perasaan, tubuh sesuai dengan keinginan sendiri, karena banyak keinginan kita yang sudah dicemari oleh keinginan dunia. Alkitab itu kebenaran, Roh Kudus yang tertulis yang berisi pikiran dan perasaan Allah. Idealnya, bukan tafsiran-tafsiran yang sering kali dicemari oleh pikiran dunia dan memuaskan nafsu akademis. Roh Kudus pasti memimpin sehingga orang mengerti kebenaran. Jika kita mendengarkan khotbah setiap hari, kalau khotbah itu benar, pasti mengubah.

Roh Kudus itu lembut, Dia tidak memaksa. Kita harus rendah hati, menerima dan membiarkan Roh Kudus menguasai kita agar mengekspresikan perasaan Allah di dalam dan melalui hidup kita. Ini anugerah, Tuhan tidak memaksa kita. Roh Kudus dengan lembut bicara dan kita harus dengan rela menerimanya. Dengan rela, kita melakukan apa yang Bapa ingini. Berkaitan dengan yang ketiga, tidak perlu ada imam yang mewakili kita bertemu Allah, karena kita berjalan dengan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DALAM KEKRISTENAN, RITUAL SEREMONIAL ATAU LITURGI YANG SEJATI ADALAH PERJALANAN HIDUP KITA SETIAP HARI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 18 Juni 2023
2023-06-18 09:38:42

Pengkhotbah 1-6

Card image
Truth Kids 17 Juni 2023 - TUGAS PEREMPUAN
2023-06-17 10:03:31


Kejadian 3:16a
Firman-Nya kepada perempuan itu: “Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu;”

Sobat Kids, apakah kalian masih ingat kisah kalian saat lahir? Wah, mana bisa kita ingat, ya. Kan bayi yang baru lahir belum mengerti apa-apa. Saat melahirkan, seorang ibu berjuang sekuat tenaga agar bayinya bisa terlahir dengan selamat. Ibu harus melewati berbagai kesakitan dan kesulitan saat mengandung dan melahirkan anak. Semua itu dilalui seorang ibu karena ia mengasihi anaknya.

Tuhan sudah menetapkan perempuan untuk mengandung dan melahirkan anak. Namun, sekarang ini kalian harus fokus dengan tugas kalian sebagai anak-anak. Apa saja tugas kalian sebagai anak-anak, baik anak laki-laki dan perempuan? Hari ini kita belajar fokus kepada ibu sebagai seorang perempuan dewasa. Kira-kira apa, ya, yang bisa kalian lakukan untuk membantu tugas ibu?

Sobat Kids, setelah ibu sibuk memasak menyiapkan makanan, yang bisa kalian lakukan adalah makan makanan yang telah disiapkan ibu. Pasti ibu akan merasa senang jika kalian menghabiskan makanan yang dimasaknya. Semua jerih lelah ibu menjadi rasa bahagia saat kalian memakan makanan dengan lahap tanpa sisa. Kalian juga dapat membantu ibu saat membersihkan rumah. Merapikan mainan setelah bermain, meletakkan baju kotor di tempat yang sudah ditentukan ibu. Hal itu juga akan membuat ibu senang. Dengan demikian kalian sudah dapat membantu tugas ibu sebagai perempuan. Kalian mau membantu ibu, kan?

Card image
Truth Junior 17 Juni 2023 - TERJADI KESALAHAN BESAR
2023-06-17 10:01:46


Amsal 1:10
“Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut;”

Sobat Junior, kita sudah belajar kalau sebuah keluarga dimulai dengan seorang laki laki dan seorang perempuan. Itulah yang dikehendaki Allah. Namun, karena manusia jatuh dalam dosa, manusia banyak mengalami dan melakukan penyimpangan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan.

Seperti yang sudah kita tahu, Tuhan menciptahan Hawa sebagai perempuan untuk menjadi pasangan Adam yang seorang laki-laki. Demikianlah seharusnya, berpasangan dengan berbeda jenis. Sayangnya, saat ini ada manusia yang berpasangan dengan sesama jenis. Contohnya, perempuan berpasangan dengan seorang perempuan juga. Kedua perempuan ini membentuk keluarga. Pasangan tersebut dikenal dengan sebutan “lesbian.” Yang menyedihkan adalah sudah ada beberapa negara yang mengizinkan hal ini terjadi. Telah terjadi kesesatan besar dalam pola berpikir dan hidup manusia.

Perlu kita tahu, kalau tindakan seperti ini tidak disukai oleh Tuhan. Sehingga, kita sebagai anak-anak Allah perlu waspada dan menghindari tindakan seperti itu. Kita harus mengingat bahwa yang dikehendaki Tuhan adalah manusia berpasangan dengan lawan jenisnya. Jangan sampai terpengaruh dengan konsep berpikir yang salah ini, ya, Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 17 Juni 2023 (English Version) -
2023-06-17 09:59:44


"The eye is the lamp of the body. So, if your eye is healthy, your whole body will be full of light, but if your eye is bad, your whole body will be full of darkness. If then the light in you is darkness, how great is the darkness! No one can serve two masters, for either he will hate the one and love the other, or he will be devoted to the one and despise the other. You cannot serve God and money." (Matthew 6:22-24)

As young people, it is easy for us to get distracted or influenced by what others do or say. We can be swayed by our friends, social media, and the culture around us. But in Matthew 6:22-24, Jesus reminds us that we should focus our attention not on the unimportant things but on the responsibilities that we have (e.g., studying because we are students, helping our parents because we are obedient children of God) because they shape who we are and what we do.

Jesus says that our eyes are like lamps for our entire body. If we focus on good things, we will be filled with light. But if we focus on evil things, we will be filled with darkness. We cannot serve two masters at the same time – we cannot be loyal to God and loyal to the worldly things that are designed to distract our focus.

So, how can we ensure that we focus on the right things? One way is by spending time in God's Word every day, which is the Bible. When we read the Bible, we learn more about God's character and what He desires for our lives. We also learn how to discern between what is good and what is not.

Another way to focus on the right things is by surrounding ourselves with people who share the same values. This doesn't mean we only associate with people exactly like us, but it means being intentional about spending time with those who will encourage us to do what is right, which will undoubtedly help us stay focused and close to God.

WHAT TO DO:
1. Draw near to God every day (pray, read the Bible).
2. Avoid laziness and being spoiled.
3. Associate with those who help you stay focused on what is good in the eyes of God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Chronicles 35-36

Card image
Truth Youth 17 Juni 2023 - TERFOKUS
2023-06-17 09:56:15


"Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Matius 6:22-24)

Sebagai anak muda, mudah untuk kita terdistraksi atau terganggu dalam apa yang dilakukan atau dikatakan orang lain. Kita bisa terpengaruh oleh teman-teman kita, media sosial, dan budaya di sekitar kita. Tetapi dalam Matius 6:22-24, Tuhan Yesus mengingatkan kita bahwa kita harus memusatkan perhatian kita, bukan pada hal yang tidak penting, melainkan hal yang harus kita kerjakan sebagai tanggung jawab kita (contoh: belajar, karena kita adalah pelajar; membantu orang tua karena kita anak-anak Tuhan yang berbakti), karena itu membentuk siapa kita dan apa yang kita lakukan.

Tuhan Yesus mengatakan bahwa mata kita seperti pelita untuk seluruh tubuh kita. Jika kita fokus pada hal-hal yang baik, kita akan dipenuhi dengan cahaya. Tetapi jika kita fokus pada hal-hal yang buruk, kita akan dipenuhi dengan kegelapan. Kita tidak bisa melayani dua tuan sekaligus -kita tidak bisa setia kepada Allah dan setia kepada hal-hal dunia yang diciptakan sedemikian rupa untuk mengganggu fokus kita.

Jadi, bagaimana cara kita memastikan bahwa kita fokus pada hal yang tepat? Salah satunya adalah dengan menghabiskan waktu dalam firman Tuhan setiap hari, yaitu Alkitab. Ketika kita membaca Alkitab, maka kita belajar lebih banyak tentang karakter Allah dan apa yang Dia inginkan untuk kehidupan kita. Kita juga belajar bagaimana membedakan antara yang baik dan yang tidak baik.

Cara lain untuk fokus pada hal yang tepat adalah dengan mengelilingi diri dengan orang-orang yang memiliki nilai-nilai yang sama. Ini tidak berarti kita hanya bergaul dengan orang yang persis seperti kita, tetapi artinya kita harus bersikap sengaja dalam menghabiskan waktu dengan orang-orang yang akan mendorong kita untuk melakukan yang benar, yang tentunya akan membantu kita untuk terus fokus dan dekat sama Tuhan.

WHAT TO DO:
1. Dekat sama Tuhan setiap hari (berdoa, baca Alkitab)
2. Jangan malas dan manja
3. Bergaullah dengan mereka yang membawa kamu fokus dengan hal-hal yang baik di mata Tuhan

BIBLE MARATHON:
2 Tawarikh 35-36

Card image
Renungan Pagi - 17 Juni 2023
2023-06-17 09:51:14


Seringkali berkata "Aku percaya pada-MU TUHAN YESUS" tapi sudahkah kita buktikan bahwa sungguh-sungguh percaya pada-NYA? Saat percaya kepada TUHAN, berarti menyerahkan segenap hidup kita ke dalam tangan TUHAN, tidak tergantung pada bagaimana situasi dan kondisi hidup kita, apakah baik atau buruk.

Saat percaya kepada Tuhan, bukan berarti memanfaatkan kuasa TUHAN untuk memenuhi semua yang kita inginkan dalam hidup ini, melainkan melakukan seluruh kehendak-Nya dengan taat dan setia. Kepercayaan kita adalah hidup menurut kehendak Allah.
(Filipi 1:27-29)

Card image
Quote Of The Day - 17 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-17 09:44:29


Kalau hati kita masih bisa dikoyakkan oleh kesenangan dunia, kita tidak bisa dikoyakkan oleh kebenaran.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 17 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-17 09:42:45


Iblis memang membuat banyak orang jatuh tertidur sehingga menabur dalam daging, bukan menabur dalam Roh. Hal ini dikehendaki oleh Iblis agar manusia menuai kebinasaan.

Card image
LIFE CHANCE - 17 Juni 2023 (English Version)
2023-06-17 09:40:45


Eph.5:16-17 says, “making the most of every opportunity because the days are evil. Therefore, do not be foolish, but understand what the Lord’s will is.” This is good news for us. We can all succeed, even though not all. Why? It depends on individual decisions. Unknowingly, when a person falls asleep, they are influenced by the experiences of the world around them and slowly being led there like a cobweb, from small to bigger, until the trapped insects can’t escape.

It is written in Gal.6:7-8, “Do not be deceived: God cannot be mocked. A man reaps what he sows. Whoever sows to please their flesh, from the flesh will reap destruction; whoever sows to please the Spirit, from the Spirit will reap eternal life.” When the Bible talks about sowing and reaping, it’s not just about matters on earth but about eternity.

So, we must be serious; God, the Greatest Father, cares about our lives. If we want to learn to be humble and gentle and want to be perfect, God will give us an expensive moment. What is it? We can experience unfair treatment, humiliation, and all sorts of unpleasant things. However, that is God’s way of maturing us. The moment is valuable for shaping us so that we grow in perfection in the Lord Jesus Christ and become great human beings. Christianity not only makes us good people but perfect.

People carry out many struggles only to fulfill the ambitions and pleasures of the world, but not striving to have a pleasing life to God. So, we must dare to be fanatical, not just be good people, but be perfect. Later we will meet moments that change our lives, and this change cannot happen instantly. However, remember that this is a precious moment God has given, so don’t waste it. We are grateful still allowed to live on this earth, and it is God’s grace and mercy if we can still breathe until this time.

We must use the remaining time that God still gives to live a life that pleases God, pleasing to the heart of the Father. Let’s strive not just to be Father’s dear children in heaven but His delightful ones. Phil.3:13-14 says, “Forgetting what is behind and straining toward what is ahead, I press on toward the goal to win the prize for which God has called me heavenward in Christ Jesus.” We must focus on God and His Kingdom! However, if our hearts are still focused on the world’s desires, we will regret it when we close our eyes forever. God’s Word 2 Pet.3:15a says, “Bear in mind that our Lord’s patience means salvation.” The time of life that God still gives us is an opportunity to be saved, repent, and change to become pleasing people to God.

Since the Apostle Peter wrote this letter, many people have ridiculed, “Where is the promise about Jesus’ coming? He said Jesus wanted to come to this world again, but why hasn’t he come yet?” Many people ridicule us, believers, regarding the second coming of the Lord Jesus, but the Apostle Peter answered the ridicule with the followings:

Firstly, God is patient with us. Indeed, the Lord Jesus has not yet come the second time to this world today. But remember, God could have called us. So, it is not God who comes to this world, but we who go to Him. This is called our personal apocalypse, where we finally leave this world forever and must give an account before the judgment seat of Christ. We are grateful for God’s patience with us. God has not come, not because He forgot or broke His promise, but because He is patient, still giving opportunities. We should be grateful for this opportunity that God has given us because our character still has many defects. There are still many sins of our disobedience and imprecision, so we must continue to repent and change.

Secondly, the purpose of this opportunity is for us to be saved. God gives opportunities not so that we can enjoy the world’s desires or luxuries and live in sin. No! That’s not what God wants. God provides us an opportunity and is patient with us because He wants us to be saved and returned to His original plan. God wants us to continue to be processed and formed where our inner man is renewed daily. Let’s keep fighting to live pleasing to God because we also don’t know when God’s chance for us ends.  

THE PURPOSE OF LIFE OPPORTUNITIES GOD GIVES IS FOR US TO BE SAVED.

Card image
KESEMPATAN HIDUP - 17 Juni 2023
2023-06-17 09:35:45


Efesus 5:16-17 mengatakan, "…dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.". Ini kabar baik untuk kita. Kita semua bisa berhasil. Walau faktanya memang tidak semua orang berhasil. Mengapa? Tergantung dari keputusan individu. Tanpa disadari, ketika seseorang jatuh tertidur, keadaan itu disertai dengan pengalaman-pengalaman dunia di sekitar, pelan-pelan ia digiring ke situ. Seperti sarang laba-laba, dari kecil, tetapi semakin lama semakin makin besar, sampai serangga lain yang terjebak tidak bisa bergerak.

Dalam Galatia 6:7-8 tertulis, “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.” Sebenarnya ketika Alkitab berbicara mengenai tabur tuai, itu masalahnya bukan soal sekadar urusan di bumi, melainkan bicara soal kekekalan.

Maka, kita harus serius, ada Allah Bapa yang Maha Besar, yang memperhatikan hidup kita. Kalau kita mau belajar untuk rendah hati, lemah lembut, mau jadi sempurna, Tuhan akan memberikan momentum yang mahal. Apa? Kita diizinkan mengalami perlakuan tidak adil, dihina, dan macam-macam yang tidak menyenangkan. Namun, itu adalah cara Tuhan mendewasakan kita. Momentum itu berharga untuk membentuk kita, supaya kita bertumbuh dalam kesempurnaan di dalam Tuhan Yesus Kristus, menjadi manusia yang agung. Kekristenan bukan hanya membuat kita menjadi orang baik, tetapi kekristenan membuat kita menjadi orang yang sempurna.

Banyak perjuangan yang dilakukan oleh orang hanya untuk memenuhi ambisi dan kesenangan dunia, tetapi bukan untuk meraih bagaimana memiliki kehidupan yang berkenan di hadapan Tuhan. Maka, kita harus berani fanatik, jangan jadi orang baik saja, jadilah orang yang sempurna. Nanti kita akan bertemu momentum-momentum yang mengubah hidup kita. Memang tidak bisa berubah dalam sekejap. Namun, ingatlah itu adalah momentum berharga yang Tuhan berikan, jangan disia-siakan. Kita bersyukur masih diberi kesempatan hidup di bumi ini. Kalau kita masih bisa bernapas saat ini, itu adalah anugerah Tuhan, kemurahan Tuhan.

Waktu sisa yang Tuhan masih berikan, harus kita gunakan sungguh-sungguh untuk hidup berkenan kepada Tuhan, menyenangkan hati Tuhan, menyukakan hati Bapa. Ayo, kita berjuang menjadi anak-anak kesukaan Bapa di surga. Bukan sekadar anak-anak kesayangan Bapa di surga, tetapi menjadi anak-anak kesukaan. Filipi 3:13-14 tertulis, "Mari kita melupakan apa yang telah di belakang kita, mengarahkan diri kita ke depan, berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." Kita harus fokus kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya! Namun, kalau hati kita masih fokus kepada keinginan dunia, maka kita pasti akan menyesal ketika kita menutup mata selamanya. Firman Tuhan 2 Petrus 3:15a mengatakan, "Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat." Waktu hidup yang Tuhan masih beri bagi kita adalah kesempatan untuk kita beroleh selamat, bertobat, berubah menjadi pribadi yang berkenan kepada Allah.

Sejak Rasul Petrus menulis surat ini, banyak orang yang mengejek, "Di mana janji tentang kedatangan Yesus? Katanya Yesus mau datang kedua kali ke dunia ini, tetapi kok belum datang juga?" Banyak orang mengejek kita, orang percaya, mengenai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali, tetapi Rasul Petrus memberikan jawaban atas ejekan tersebut, yaitu:

Pertama, Tuhan sabar terhadap kita. Memang Tuhan Yesus belum datang kedua kalinya ke dunia ini saat ini. Namun ingat, Tuhan bisa saja memanggil kita. Jadi bukan Tuhan yang datang ke dunia ini, tetapi kita yang datang kepada Tuhan. Itu bisa, yaitu kiamat pribadi kita. Itulah waktu di mana akhirnya kita meninggalkan dunia ini selama-lamanya dan kita harus memberi pertanggungjawaban di hadapan takhta pengadilan Kristus. Kita bersyukur untuk kesabaran Tuhan bagi kita. Jadi, Tuhan belum datang bukan karena Tuhan lupa janji-Nya atau karena Tuhan mengingkari janji-Nya, tetapi karena Tuhan sabar, masih memberikan kesempatan. Justru seharusnya kita bersyukur atas kesempatan yang Tuhan berikan ini, karena masih banyak cacat karakter kita. Masih banyak dosa ketidaktaatan dan ketidaktepatan kita. Maka, kita harus terus bertobat dan berubah.

Kedua, tujuan kesempatan ini adalah agar kita diselamatkan. NoTuhan memberi kesempatan bukan supaya kita bisa menikmati keinginan dunia, kemewahan dunia, bisa hidup bebas dalam dosa. Tidak! Bukan itu yang Tuhan inginkan. Tuhan memberi kesempatan, Tuhan begitu sabar bagi kita karena Tuhan mau kita diselamatkan, dikembalikan pada rancangan Allah yang semula. Tuhan mau kita terus diproses, dibentuk, manusia batiniah kita dibarui dari hari ke sehari. Mari kita terus berjuang untuk hidup berkenan kepada Allah, karena kita juga tidak tahu, sampai kapan Tuhan masih memberi kesempatan bagi kita secara pribadi.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUJUAN KESEMPATAN HIDUP YANG TUHAN BERIKAN ADALAH AGAR KITA DISELAMATKAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 Juni 2023
2023-06-17 09:31:39

Amsal 27-29

Card image
Truth Kids 16 Juni 2023 - P E L A N G I
2023-06-16 10:16:41


Yehezkiel 1:28
“Seperti busur pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah kelihatan sinar yang mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan TUHAN. Tatkala aku melihatnya aku sembah sujud, lalu kudengar suara Dia yang berfirman.”

Tentu Sobat Kids pernah mendengar cerita tentang nabi Nuh, kan? Tanda apakah yang Tuhan berikan sebagai janji-Nya? Ya, betul, pelangi! Pelangi juga dapat terlihat setelah hujan. Pelangi yang berwarna-warni tampak begitu indah menghiasi langit.

Tuhan memiliki rencana indah dalam hidup setiap kita, Sobat Kids. Seindah pelangi begitulah indahnya rencana Tuhan bagi hidup kita. Tuhan sudah merancangkan jenis kelamin yang tepat bagi masing-masing kita. Kita harus bersyukur dengan jenis kelamin yang sudah Tuhan berikan kepada kita. Itu adalah yang terbaik bagi masing-masing kita.

Kita perlu mendengar firman Tuhan setiap hari sehingga kita tahu apa yang Tuhan mau kita lakukan dalam hidup ini. Jangan sampai kebiasaan dunia yang salah di mata Tuhan, mempengaruhi kita. Iblis tidak pernah berhenti berusaha agar kita tidak melakukan firman Tuhan. Jadi kita harus hati-hati, ya, Sobat Kids. Jangan sampai kita tertipu oleh Iblis. Oleh sebab itu bacalah Alkitab setiap hari. Sehingga kalian tahu kebenaran firman Tuhan.

Card image
Truth Junior 16 Juni 2023 - PEMALSUAN DAN PENYESATAN
2023-06-16 10:13:19


Yehezkiel 1:28
“Seperti busur pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah kelihatan sinar yang mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan Tuhan. Tatkala aku melihatnya aku sembah sujud, lalu kudengar suara Dia yang berfirman.”

Tentu saja Sobat Junior pernah mendengar kisah tentang nabi Nuh, bukan? Kalau belum, coba kalian baca Alkitab, ya, di kitab Kejadian pasal 6 sampai 9. Nabi Nuh mendapat suatu kehormatan yaitu janji Allah yang berupa pelangi di langit sebagai tanda bahwa Allah tidak akan mendatangkan musibah air bah seperti yang dialami Nuh. Bagi orang percaya, setiap melihat pelangi, kita merasakan suatu kekaguman akan keindahan alam yang diciptakan Allah, dan juga mengingat kasih-Nya kepada manusia yang begitu besar. Namun, sekarang simbol pelangi tidak hanya merujuk kepada hal-hal tersebut, karena dipakai oleh kuasa gelap sebagai lambang kaum LGBT, yaitu orang-orang yang tidak ingin terikat dengan jenis kelaminnya dan menginginkan kebebasan dalam hidup tanpa batas.

Sobat Junior, mari kita berhati-hati dalam menggunakan berbagai simbol yang ada, karena bisa saja simbol yang kita kira bermakna baik dan positif, ternyata disalahgunakan dan dipakai juga oleh kuasa gelap sehingga maknanya berubah dan menjadi rusak. Semua hal rusak dalam dunia ini, sebenarnya milik Si Jahat. Jadi, marilah kita pakai simbol, tanda, lambang dengan bijaksana dan melengkapi diri kita dengan pengetahuan, supaya tidak salah dalam menggunakan. Misalnya lambang “peace” yang kita kira bermakna kedamaian, sebenarnya merupakan salib yang dibalik. Begitu juga dengan unicorn, yang seolah-olah makhluk ajaib yang unik dan lucu, namun sebenarnya mengandung makna kegelapan, yaitu perbudakan. Bawalah segala sesuatu dalam doa agar kita tidak terjerumus dalam persekutuan kuasa gelap, sehingga bisa terlindungi setiap saat.

Card image
Truth Youth 16 Juni 2023 (English Version) - LIES LEAD TO DESTRUCTION
2023-06-16 10:08:46


"They speak falsehood to one another; with flattering lips and a double heart they speak. May the Lord cut off all flattering lips, the tongue that makes great boasts." (Psalm 12:3-4)

Do you remember this Sunday school song: "Lying is a sin, children of God should not lie"? Yes, the song with simple lyrics but profound meaning. However, it's also challenging to put it into practice. Why? The reality is that we sometimes fall into this sin. When humans fall into sin, they tend to speak lies.

We have learned a lot about how we use our words. Speaking falsehood is one of the things we should avoid in our speech. Many people think that if they lie, nothing will happen. However, falsehood in our words will lead us to eternal destruction.

Words that contain lies are an abomination in the sight of the Lord. Unfortunately, many people unconsciously speak them, driven by their selfish motives. Maybe we were once part of that group. We lied and spoke falsehood to gain personal advantage, to avoid things we didn't like, and so on.

If God allows us to be "caught lying," it means that He is still gracious to us. God wants our words to be honest and straightforward. He says that our 'yes' should be 'yes' and our 'no' should be 'no,' and anything more comes from the evil one (Matthew 5:37). Let us not continue to lie or speak falsehood because the consequence is eternal destruction.

Let us learn to pay attention to our words so that we do not speak lies or falsehood. Indeed, honesty may be bitter at first, but it will lead us to goodness.

WHAT TO DO:
Learn to speak honestly. Speak according to the facts.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Chronicles 32-34

Card image
Truth Youth 16 Juni 2023 - DUSTA = BINASA
2023-06-16 10:05:26


"Mereka berkata dusta, yang seorang kepada yang lain, mereka berkata dengan bibir yang manis dan hati yang bercabang. Biarlah Tuhan mengerat segala bibir yang manis dan setiap lidah yang bercakap besar." (Mazmur 12:3-4)

Masih ingat syair lagu sekolah minggu yang satu ini: “Bohong itu dosa, anak Tuhan enggak boleh bohong”? Ya, lagu yang sederhana syairnya, tetapi maknanya luar biasa. Selain itu, sulit juga praktiknya. Mengapa? Faktanya, kita terkadang masih suka jatuh di dalam dosa yang satu ini. Manusia yang jatuh dalam dosa, menjadi manusia yang kecenderungannya berkata-kata dusta.

Kita sudah banyak belajar mengenai bagaimana kita menggunakan kata-kata kita. Perkataan yang mengandung dusta, adalah salah satu yang harus kita hindari dalam kita berkata-kata. Banyak orang berpikir, bahwa kalau ia berkata dusta, tidak akan terjadi apa-apa. Padahal, perkataan dusta akan membawa kita kepada kebinasaan yang kekal.

Perkataan yang mengandung dusta adalah kejijikan di mata Tuhan. Sayangnya, banyak manusia yang tidak sadar sering mengucapkannya. Semua itu demi tujuan pribadinya. Mungkin, kita dahulu adalah salah satunya. Kita berbohong, mengucapkan perkataan dusta, demi kita diuntungkan, demi terhindar dari hal-hal yang tidak kita suka, dan lain sebagainya.

Kalau Tuhan masih mengizinkan kita “ketahuan bohong”, artinya Tuhan masih baik terhadap kita. Tuhan ingin agar perkataan yang kita ucapkan jujur dan apa adanya. Tuhan berfirman bahwa jika iya, maka katakanlah iya; jika tidak, maka katakanlah tidak, dan apa yang lebih dari itu berasal dari si jahat (Matius 5:37). Jangan sampai kita terus-menerus berbohong atau mengucapkan perkataan dusta, karena hukumannya adalah kebinasaan kekal.

Marilah kita belajar untuk memperhatikan perkataan kita agar kita tidak mengucapkan kata-kata dusta atau bohong. Memang, kejujuran akan pahit pada awalnya, tetapi itu akan membawa kita kepada kebaikan.

WHAT TO DO:
Belajar untuk berkata-kata jujur. Berkata-katalah sesuai fakta.

BIBLE MARATHON:
2 Tawarikh 32-34

Card image
Renungan Pagi - 16 Juni 2023
2023-06-16 09:59:45


Hidup benar dan kudus, hidup tidak bercela dan melakukan Firman Tuhan di tengah-tengah dunia yang jahat ini, bagi orang-orang di luar Tuhan, adalah perkara yang sangat mustahil. Bagaimana dengan orang percaya?

Seringkali kita juga sebagai orang percaya berkata tidak mungkin bisa tidak bercela, sulit melakukan Firman Tuhan. Kita tidak akan pernah bisa bila bersandar pada pengertian sendiri dan mengandalkan kekuatan sendiri. Namun kita tahu bahwa hidup benar dan kudus adalah kehendak Tuhan bagi orang percaya!

Asal mau tunduk kepada pimpinan dan kehendak Tuhan sepenuhnya hal itu bukanlah perkara yang mustahil, karena di dalam diri kita ada kuasa yang bekerja dengan tak terbatas yaitu Roh Kudus, "Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran". Jadi tidak ada alasan bagi orang percaya untuk tidak hidup dalam kebenaran dan kekudusan.
(Yohanes 16:13)

Card image
Quote Of The Day - 16 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-16 09:57:28


Seberapa seseorang memercayai Tuhan, dapat dilihat atau dibuktikan dari seberapa ia menghormati, menghargai, dan merasa membutuhkan-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 16 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-16 09:55:54


Kita belum sempurna, tetapi kita berjuang terus agar tidak diikat oleh kesenangan apa pun. Sebab kalau kita masih memiliki kesenangan dari dunia dan berharap dunia membahagiakan berarti kita membawa diri pada wilayah kekuasaan dunia.

Card image
VALUING OUR TIME - 16 Juni 2023 (English Version)
2023-06-16 09:54:02


We live in a passage of time. Time passes as our heart beats.  Indeed, the passing of time is terrifying. A person will realize this when they are on the verge of death, when they are inches away from losing their life. Then, they will realize how precious each second, each minute, and each hour they had. When our time has ended, we will experience great fear and trepidation. If our wealth were sufficient to buy some times, we would try to buy an extra hour or two. Therefore, we must appreciate the time God has given us. What does this look like in practice? By spending our time on things that have eternal value. 

As we will leave behind our academic qualifications, titles, wealth, partner, children, spouse, and offspring, then we know that these achievements are not the most important. To allow God to mold us, to to refine us, until we become precious in His eyes is the most important endeavour in our life. But, the question is, when can we become precious in His eyes? When can a lump of clay have value? When it is made into a beautiful jar. But, if it stays as a lump of clay, it will have little or no value, and have no use but to be thrown away as rubbish. An uncut diamond has no value. But, if it is cut and polished, it can turn into a valuable stone.

Each person will be given significant moments in their life. Not only are those moments important for them, but also for other people. These moments influence the future of the person and others, even the future of the next generation. This is the order of life. We must watch for these moments as they are valuable moments that God has allowed to happen in this life to mold and shape us. 

We may not recognise these significant moments. But our attitude towards these moments is very important as it may take us either to the truth or back into the world, take us either to hell or to heaven. Nevertheless, if we are ready to learn from God, then He will guide us. God is an expert in transforming people; to find ways to transform each one of us. But, those who are willing to learn in this school of life are few. Most will be attracted to the pleasures of this world; not to become mature and please God as His children. 

Although this is unpopular and unknown to the world, we must choose to be children who please God. Then God will allow life experiences to mold and shape us. God will not entrap us into hell, neither will He prevent those who will go there willingly. God cannot force a person to do good deeds. The decision to perform good deeds lies on each person. Thus, the 70 to 80 years of our lifespan is very precious.

When it is time for us to meet God face-to-face – which can happen anytime – we will be very grateful if we respond correctly to each significant moment that happens throughout our lifetime. On the other hand, a negative response to these moments will lead to many regrets. Thus, our decisions now will influence our life, and our life will influence others. Each opportunity to live right that we’ve missed will lead to its own hardship. The world will entice us to live according to our own will. But, we must know that we live in a realm governed by a ruler, not under a system of anarchy. We will reap what we sow. As the Lord reigns, we must be thoughtful in our way of life. Don’t be careless. 

The value of time lies in its momentum. Thus, our response to each significant moment in our life is very important. Ephesians 5:14-15 says, “This is why it is said: ‘Wake up, sleeper, rise from the dead, and Christ will shine on you.’ Be very careful, then, how you live – not as unwise but as wise,” The unwise are those who refuse to be rebuked and reminded. 

The word sleeper in verse 14 comes from the Greek word katheudo, which means to fall asleep, that is the event of sleeping happens unintentionally. No one has ever dreamt of being a failure or going to hell, but certain situations may lead them to failures, even to hell. This happens when we follow the ways of this world. Therefore, we must rise! We must take charge of our ways of life. The Devil will endeavor for many to reap destruction by enticing them to fall asleep so that they will sow in their flesh and not in the spirit.   

WE VALUE OUR TIME WHEN WE FILL IT WITH SOMETHING THAT HAS AN ETERNAL WORTH.

Card image
MENGHARGAI WAKTU - 16 Juni 2023
2023-06-16 09:48:42


Kita hidup di dalam perjalanan waktu, seiring dengan detak-detak jantung kita, denyut nadi kita, begitulah perjalanan waktu yang kita miliki. Sebenarnya perjalanan waktu ini sangat menggetarkan. Hal itu akan disadari, ketika seseorang ada di ujung maut, yaitu ketika dia harus melepaskan nyawanya. Dia baru sadar, betapa berharga setiap detik, setiap menit, setiap jam yang dia miliki. Ketika dia harus melepaskan waktu, itu berat sekali. Kalau dia punya harta, dia pasti berani menyerahkan semua hartanya, demi 1 jam atau 2 jam tambahan umur hidupnya. Oleh sebab itu, kita harus menghargai waktu yang Tuhan berikan. Bagaimana kita menghargai waktu kita? Yaitu jika kita mengisi waktu kita untuk sesuatu yang bernilai abadi, sesuatu yang bernilai kekal.

Kalau hanya gelar, pangkat, uang, jodoh, anak, pasangan hidup, keturunan, semua itu akan kita tinggalkan. Yang terpenting bagaimana kita memiliki diri yang dibentuk Tuhan, yang diproses Tuhan, sehingga kita berharga di mata Tuhan. Masalahnya, sampai kapan kita ini berharga di mata Tuhan? Seperti tanah liat, berharga, tetapi sampai kapan? Kalau tanah liat tersebut bisa dijadikan bejana yang bagus, maka ia menjadi berharga. Namun, kalau waktu dan momentumnya sudah lewat, dan ia tetap menjadi tanah liat, maka dia menjadi sampah. Seperti sebongkah batu permata, yang jika tidak diasah, dia tetap sebongkah batu, tetapi kalau diasah bisa menjadi permata yang berharga.

Manusia diperhadapkan kepada momentum-momentum, atau saat-saat berarti bagi dirinya. Saat-saat yang berharga itu juga saat-saat yang berarti bagi orang lain. Sebab saat-saat itu akan menentukan keadaan hari esok kita dan memengaruhi orang-orang di sekitar kita, bahkan akan mempengaruhi anak cucu kita. Ini adalah hukum kehidupan, kita harus sangat berhati-hati dengan hukum atau tatanan ini. Kita akan menemukan momentum-momentum yang berharga, kejadian-kejadian yang Tuhan izinkan kita alami dalam hidup ini, yang melalui momentum-momentum atau kejadian-kejadian itu Tuhan membentuk kita.

Mungkin tanpa kita sadari, ada momentum-momentum yang berharga. Bagaimana kita menyikapi momentum tersebut, itu sangat penting. Momentum tersebut bisa membawa kita ke dunia atau kepada kebenaran. Membawa kita ke neraka atau ke surga. Namun, jika kita mau belajar dari Tuhan, maka Tuhan pasti akan membimbing kita. Tuhan cakap sekali mengubah orang; bagaimana orang seperti kita ini bisa diubah. Namun, tidak banyak orang yang mau masuk sekolah kehidupan seperti ini, sebab biasanya fokus hidup orang itu adalah kesenangan-kesenangan; tidak terfokus bagaimana menjadi anak-anak Tuhan yang berkenan.

Kita harus memilih ini, walaupun tidak populer, dan tidak dikenal oleh orang-orang di luar sana. Supaya kita menjadi anak Tuhan yang berkenan, maka Tuhan akan memberikan pengalaman-pengalaman hidup untuk membentuk kita. Tuhan tidak menjerumuskan orang ke neraka, tetapi Tuhan juga tidak bisa menahan orang kalau ia mau masuk neraka. Tuhan tidak bisa paksa orang berbuat baik, tergantung orang tersebut. Jadi, 70-80 tahun umur hidup kita itu berharga sekali.

Ketika nanti kita menghadap Tuhan—dan itu bisa kapan saja kita alami—kita akan sangat bersyukur kalau dalam setiap momentum dalam hidup kita, kita tidak berbuat salah. Sebaliknya, kalau momentumnya kita isi untuk berbuat salah, betapa menyesalnya kita. Maka, saat-saat kita sekarang menentukan hari esok, memengaruhi hidup kita, dan hidup kita memengaruhi orang lain. Kalau sampai kita melewatkan kesempatan untuk hidup benar, itu berat. Dunia membuat orang terlena, hidup suka-suka sendiri. Kita harus menyadari kita hidup di daerah yang bertuan, bukan di daerah yang tidak bertuan. Apa pun yang kita lakukan itu pasti ada tuaiannya. Ada Tuhan yang memerintah, maka kita harus hidup hati-hati, tidak ceroboh.

Nilai waktu terletak pada momentumnya, maka momentum itu mahal yaitu bagaimana kita bereaksi terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup kita. Efesus 5:14-15 mengatakan, "Itulah sebabnya dikatakan: "Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu." Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif..." Orang bebal adalah orang yang tidak bisa ditegur, orang yang tidak bisa diingatkan.

Kata tidur di situ dalam bahasa aslinya adalah katheudo, yang artinya jatuh tertidur (to fall asleep). Jadi bukan sengaja mau tidur, melainkan jatuh tertidur, terlena. Tidak ada orang yang bermaksud mau gagal hidup, tidak ada orang yang bermaksud mau masuk neraka, tetapi situasi hidup bisa menggiringnya kepada kegagalan, bahkan neraka. Hal itu terjadi karena ia mengikuti cara hidup dunia sekitar. Maka, kita harus bangun! Kita yang mengemudikan jalan hidup kita. Iblis memang membuat banyak orang jatuh tertidur sehingga menabur dalam daging, bukan menabur dalam roh. Hal ini dikehendaki oleh Iblis agar manusia menuai kebinasaan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA MENGHARGAI WAKTU JIKA KITA MENGISI WAKTU KITA UNTUK SESUATU YANG BERNILAI KEKAL.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 Juni 2023
2023-06-16 09:32:26

Amsal 25-26

Card image
Truth Kids 15 Juni 2023 - HUKUMAN
2023-06-15 09:20:29


Roma 13:2
“Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya.”

Kemarin kita sudah belajar bahwa Tuhan sudah merancang jenis kelamin kita sejak dalam kandungan ibu. Ayah dan ibu sudah dapat mengetahui jenis kelamin anaknya sejak bayi masih dalam kandungan. Ya, walaupun belum lahir, jenis kelaminnya sudah dapat diketahui. Itulah hebatnya dunia kedokteran.

Sobat Kids, kalian akan terus bertumbuh menjadi dewasa. Sobat Kids yang boys akan menjadi pria dewasa. Sobat Kids yang girls akan bertumbuh menjadi wanita dewasa. Sejak kecil kalian harus taat terhadap ketetapan Allah ini. Janganlah kita menolak atau memberontak kepada Tuhan. Jika kita tidak mau taat, itu artinya kita melawan Allah. Wah… siapa yang berani melawan Allah? Kalian tidak mau melawan Allah, kan, Sobat Kids? Oleh sebab itu kita harus turut perintah-Nya agar kita terbebas dari hukuman. Kalian tentu tidak mau dihukum, kan? Yuk, kita taat terhadap semua ketetapan dan perintah Allah.

Card image
Truth Junior 15 Juni 2023 - PEMBERONTAK = MUSUH ALLAH
2023-06-15 09:18:43


Roma 13:2
“Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya.”

Sobat Junior, pernahkah kalian melihat seorang anak yang marah-marah dan bersikap kurang ajar kepada orangtuanya? Atau, jangan-jangan, kalian sendiri yang melakukannya? Tentu saja kita harapkan Sobat Junior tidak bersikap yang tidak pantas kepada orangtua kalian, ya. Tapi, mungkin kalian pernah melakukannya juga tanpa sengaja. Apa perasaan kalian ketika melihat anak yang tidak sopan kepada orangtua, atau mungkin saat kalian sendiri bersikap begitu kepada orangtua kalian? Pasti tidak damai sejahtera, bukan?

Ya, sikap-sikap yang membuat kita kehilangan damai sejahtera pastinya bukan berasal dari Tuhan. Sikap kurang ajar atau melawan orangtua berarti pemberontakan, dan ini artinya kita tidak menjadi serupa dengan Tuhan, tetapi menjadi serupa dengan Sang Pemberontak, yaitu Lusifer. Siapa yang mau menjadi pengikut Lusifer? Wah, pasti kalian tidak mau, kan???

Sama halnya dengan kaum LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender) yang menyangkali gender atau jenis kelamin mereka, Sobat Junior. Itu berarti mereka melawan Sang Pencipta yang memberikan tubuh fisik mereka sebagai laki-laki atau perempuan, dan ingin sebaliknya; memiliki jenis kelamin yang berbeda. Kuasa gelap memengaruhi banyak manusia sehingga mereka memberontak kepada Allah, sama seperti apa yang dilakukan pemimpin mereka, yaitu Lusifer. Orang-orang yang menyangkali identitas jenis kelamin mereka ini, belum tentu semuanya dengan secara sadar memberontak. Bisa saja memang mereka dalam pengaruh bisikan Iblis dan tanpa sadar melawan Tuhan. Mari kita doakan mereka, agar mereka bisa tercelikkan dari pola pikir yang salah, dan bisa mendengar suara Tuhan yang memanggil mereka untuk mengasihi mereka.

Card image
Truth Youth 15 Juni 2023 (English Version) - IMPACTFUL WORDS
2023-06-15 09:16:24


"For the lips of a priest ought to preserve knowledge because he is the messenger of the LORD Almighty and people seek instruction from his mouth." (Malachi 2:7)

We are God's messengers in this increasingly broken world. How do we radiate the light of Christ as His messengers in the world? One way is through our words. We have already learned how to control our words so that no useless words come out of our mouths. Now, we will learn how our words can have a positive impact on others.

The Word of God declares that we are a royal priesthood (1 Peter 2:9). This means we bear the responsibility as messengers, as God's priests in this world. Malachi 2:7 states that the lips of a priest should preserve knowledge and people seek instruction from his mouth because the priest is the messenger of the Lord. Likewise, we should reflect this as well. As a royal priesthood, our mouths should reflect our identity as His people. In other words, people will judge us, in part, based on our words.

The words we speak should demonstrate that we are messengers of God, rather than becoming stumbling blocks. How can we speak words that build up and have a positive impact on others? Let us start by thinking before speaking, avoiding negative words, becoming good listeners, paying attention to body language, and there are many more things we can learn to build our words. Above all, one thing we must do to build impactful words is to read and meditate on the Word of God.

The Word of God contains various knowledge and messages from God for us. The Word of God also teaches us how to speak in accordance with His will. Therefore, let us read His Word and ask for the guidance of the Holy Spirit to understand its content and apply it in our lives.

WHAT TO DO:
1. Learn to build good words, starting with small things.
2. Read the Word of God. Truth Youth Daily Devotion provides a Bible Marathon that you can follow as a guide for reading the Word of God.

BIBLE MARATHON:
2 Chronicles 29-31

Card image
Truth Youth 15 Juni 2023 - IMPACTFUL WORDS
2023-06-15 09:03:21



"Sebab bibir seorang imam memelihara pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan TUHAN semesta alam." (Maleakhi 2:7)

Kita adalah utusan-Nya Tuhan di dunia yang semakin rusak ini. Bagaimana kita memancarkan terang Kristus sebagai utusan-Nya di dunia? Salah satunya, melalui perkataan kita. Kita sudah belajar bagaimana mengendalikan perkataan kita supaya tidak ada perkataan yang tidak berguna keluar dari mulut kita. Sekarang, kita akan belajar bagaimana perkataan kita dapat berdampak positif bagi sesama.

Firman Tuhan menyatakan bahwa kita adalah imamat yang rajani (1 Petrus 2:9). Artinya, kita memegang tanggung jawab sebagai utusan, sebagai imam-Nya Tuhan di dunia ini. Maleakhi 2:7 menyatakan bahwa melalui bibir seorang imam memegang pengetahuan dan orang mencari ajarannya, karena imam adalah utusan Tuhan. Demikian pula kita. Sudah seharusnya kita, sebagai imamat-imamat yang rajani, mulut kita menjadi cerminan kita sebagai umat-Nya. Artinya, orang akan menilai kita, salah satunya melalui perkataan kita.

Perkataan yang kita keluarkan, haruslah menunjukkan bahwa kita adalah utusan Tuhan, bukan malah menjadi batu sandungan. Bagaimana kita bisa mengeluarkan perkataan-perkataan yang membangun, yang berdampak positif bagi orang lain? Mari kita mulai dengan berpikir sebelum berbicara, menghindari perkataan-perkataan negatif, belajar menjadi seorang pendengar, memperhatikan bahasa tubuh, dan masih banyak lagi hal-hal yang kita bisa pelajari untuk membangun perkataan kita. Lebih dari itu semua, satu hal yang harus kita lakukan untuk membangun perkataan yang impactful: membaca dan merenungkan firman Tuhan.

Firman Tuhan berisi berbagai pengetahuan dan pesan Tuhan bagi kita. Firman Tuhan juga mengajarkan kita membangun perkataan yang sesuai dengan kehendak-Nya. Untuk itu, marilah kita membaca firman-Nya, lalu mintalah tuntunan Roh Kudus agar kita mengerti isi firman-Nya, lalu terapkan dalam kehidupan kita.

WHAT TO DO:
1. Belajar untuk membangun perkataan-perkataan yang baik, mulai dari hal-hal kecil
2. Bacalah firman Tuhan. Renungan Truth Youth Daily Devotion menyediakan Bible Marathon, yang kalian dapat ikuti sepagai panduan untuk membaca firman Tuhan.

BIBLE MARATHON:
2 Tawarikh 29-31

Card image
Renungan Pagi - 15 Juni 2023
2023-06-15 09:01:23


Orang yang malas dan suka bersungut-sungut adalah orang yang menjauhkan dirinya dari keberhasilan, artinya orang yang malas akan dekat dengan kemiskinan. Dan orang yang suka bersungut adalah orang yang tidak dapat bersyukur dalam segala hal.

Buat setiap kita, mari mau rajin dan bekerja keras, tanpa bersungut dan selalu bersyukur akan segala hal yang kita dapatkan, besar ataupun kecil, pasti akan dicukupkan oleh Tuhan. Sebab dengan rajin dan bekerja keras, tanpa persungutan, kita akan mendapatkan keberhasilan dalam hidup.
(Amsal 18:9 ; Filipi 2:14)

Card image
Quote Of The Day - 15 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-15 08:59:42


Kenyamanan hidup sering membuat orang terlena dan tidak melihat akhir kehidupan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 15 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-15 08:58:04


Orang yang percaya kepada Tuhan, pasti menghormati Tuhan dan memiliki perasaan membutuhkan Dia. Membutuhkan Tuhan bukan karena sesuatu, tetapi karena Tuhan sendiri.

Card image
DOMAIN OF GOD - 15 Juni 2023 (English Version)
2023-06-15 08:56:08


Don’t doubt God. If we genuinely believe that God exists, we respect Him. If we believe that God exists, then we must feel the need for Him. We need Him not because of something but because He is our life. God created humans to be inseparable from Him because being apart from Him means destruction. We must leave the world’s domain and enter the divine realm. If we enter the world’s jurisdiction, we will submit to it. We submit to the pleasures of the world. The world buys us. However, if we enter God’s territory, He accepts us. So, if we still have the pleasures of the world and the satisfaction of sin, we are under the world’s domain.

How to avoid it? Do not delight or like what the world provides, but what God provides. What has God provided? He Himself. So, sip, inhale, drink, and enjoy Him. If we seek God earnestly, we will be “bitten” by Him to become like Him. People who have not yet been “bitten by” God are still “bitten” by the world. They thought they could be “bitten” by both. No, they can’t. Though we are not perfect yet, we strive to keep from being bound by any pleasures because if we still have fun in the world and hope that the world will make us happy, it means we bring ourselves to the jurisdiction of the world.

Even if we have a lot of money or good stuff, we don’t feel like we have them. We should have things only useful for God’s work, so if we have any goods, they must be used for God’s creations. Whatever we have should be, for God’s sake. If it is only to make us feel complete, whole, and happy, we cannot have the Kingdom of Heaven. If we are in a difficult situation today, it is because we have made many mistakes and must reap what we sowed in the past. Indeed, this will be tough for young people, but if they can do this, they will become excellent human beings who will not be humiliated by God.

If we are in the world’s jurisdiction, we are bound, and our pleasures are there. We must submit to the world. Satan bought us, and we will be brought to hell. However, if we enter God’s jurisdiction, our pleasure is God himself. A person within God’s dominion can’t be useless to His work because they do not live for themselves but for God and others.

The biggest problem is when a person is separated from God’s presence. There’s no more significant problem than this. If someone lives in God’s presence, He can’t possibly be embarrassed. God said in Matt.6:26-27, “Look at the birds of the air; they do not sow or reap or store away in barns, and yet your heavenly Father feeds them. Are you not much more valuable than they? any one of you by worrying add a single hour to your life?” So, if God still wants us alive, He will provide for our needs.

If we are not separated from the presence of God—the Source of Life who created the heavens and earth—then we don’t need to be afraid. Food and clothing are available. Let’s not look at it from another perspective because our principle is: “As long as we have food and clothes, we should be satisfied.” One formula we must apply in this life: “Fight all problems with holiness.” We all have problems, so let’s trust our living God. We believe we can map our lives in the future. If we live a holy, righteous life, He will take care of and protect us, and we will not be humiliated.

What we fear most today is making mistakes. Please don’t do it, no matter how small or subtle. Do not expect happiness from this world. We must come to the level of needing God, where our love burns to infinity. The Father loves us by giving His Son without limits, so we repay Him by loving Him without limits. What can we show God that satisfies and pleases Him? The truth is God doesn’t need anything. Even if all the wild animals and trees in Lebanon’s forests are offered, they are not enough for a burnt offering. However, one thing that satisfies God is our hearts that love Him without limits.  

NO ONE IN GOD'S DOMINION USELESS TO HIS WORK.

Card image
WILAYAH KEKUASAAN TUHAN - 15 Juni 2023
2023-06-15 08:53:16



Jangan meragukan Tuhan. Kalau kita benar-benar percaya Allah itu ada, hargai Dia. Kalau kita yakin Allah itu ada, maka kita harus merasa membutuhkan Dia. Membutuhkan Dia bukan karena sesuatu, tetapi karena Dia sendiri. Sebab Dialah kehidupan kita. Allah menciptakan manusia dalam keadaan tidak bisa terpisah dari Dia. Terpisah dari Allah, itu kebinasaan. Maka kita harus keluar dari wilayah kekuasaan dunia dan masuk ke dalam wilayah kekuasaan ilahi. Kalau kita masuk wilayah hukum atau wilayah kekuasaan atau jurisdiction dunia, kita tunduk kepada dunia. Kita tunduk kepada kesenangan dunia. Kita dibeli oleh dunia. Namun, kalau kita masuk wilayah kekuasaan Tuhan, kita dibeli oleh Tuhan. Maka, kalau kita masih memiliki kesenangan dunia lalu di dalamnya juga memiliki kesenangan dosa, itu wilayah kekuasaan dunia.

Bagaimana caranya? Jangan menyenangi, menyukai apa yang disediakan dunia, tetapi menyukai apa yang Allah sediakan. Apa yang disediakan Allah? Diri-Nya. Diteguk, dihirup, diminum, dinikmati. Kalau kita mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, kita akan “digigit” oleh Tuhan, sehingga kita menjadi seperti Tuhan. Orang belum sampai “digigit” Tuhan, masih “digigit” dunia.* Dia pikir bisa “digigit” dua-duanya. Tidak bisa. Kita belum sempurna, tetapi kita berjuang terus agar tidak diikat oleh kesenangan apa pun. Sebab kalau kita masih memiliki kesenangan dari dunia dan berharap dunia membahagiakan berarti kita membawa diri pada jurisdiction dunia.

Punya uang banyak pun, tidak merasa punya uang. Punya barang bagus pun, tidak merasa punya barang bagus. Sebab, tidak ada barang yang kita miliki tanpa berguna untuk pekerjaan Tuhan. Jadi kalau kita punya barang pun, harus berguna untuk pekerjaan Tuhan. Kalau hanya supaya kita merasa lengkap, utuh, bahagia, kita tidak bisa memiliki Kerajaan Surga. Apa pun yang kita miliki harus untuk kepentingan Tuhan. Memang akan terasa sangat sulit bagi orang-orang muda, tetapi kalau kalian bisa melakukan ini, maka kalian menjadi manusia unggul yang tidak akan dipermalukan Tuhan. Kalau kita dalam keadaan susah hari ini, itu karena kita sudah melakukan banyak kesalahan dan kita harus menuai apa yang kita tabur di hari kemarin.

Kalau kita berada di wilayah hukum dunia, kita terikat di situ, kesenangan-kesenangan kita di situ. Kita harus tunduk pada dunia. kita dibeli oleh setan, dan dibawa ke neraka. Namun, kalau kita masuk jurisdiction Tuhan, kesenangan kita adalah Tuhan sendiri. Tidak ada orang yang berada di dalam wilayah kekuasaan Tuhan yang tidak berguna bagi pekerjaan Tuhan. Tidak mungkin. Sebab dia bukan hidup untuk dirinya sendiri, melainkan dia hidup untuk Tuhan dan sesamanya.

Masalah terbesar dalam hidup ini adalah ketika seseorang terpisah dari hadirat Allah. Tidak ada masalah yang lebih besar dari ini. Kalau seseorang hidup di hadirat Tuhan, Tuhan tidak mungkin permalukan. Tuhan yang berkata dalam Matius 6:26-27, “Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?” Jadi kalau Tuhan menambahkan umur, berarti Tuhan akan mencukupi kebutuhan kita.

Kalau kita tidak terpisah dari hadirat Allah—Sang Sumber Kehidupan yang menciptakan langit dan bumi—maka kita tidak perlu takut. Untuk makanan dan pakaian, ada. Jangan kita melihat dari perspektif yang lain, karena prinsip kita adalah: “Asal ada makanan, pakaian, cukup.” Maka, ada satu rumus harus kita terapkan dalam kehidupan ini: “Lawan semua masalah dengan kesucian.” Kita semua punya masalah. Mari kita memercayai Allah kita yang hidup. Kita percaya bisa memetakan hidup kita ke depan. Kalau kita hidup suci, hidup benar, maka Dia memelihara, menjaga kita dan kita tidak akan dipermalukan.

Maka, yang paling kita takuti hari ini adalah berbuat salah. Sekecil apa pun salah itu, sehalus apa pun, jangan lakukan. Jangan harap kebahagiaan dari dunia ini. Kita harus sampai pada tingkat membutuhkan Tuhan, di mana cinta kita membara sampai tanpa batas. Bapa menyayangi kita dengan memberikan Anak-Nya tanpa batas, maka kita pun membalas Dia dengan mengasihi-Nya tanpa batas. Apa yang bisa kita berikan kepada Tuhan, yang itu memuaskan dan menyenangkan hati-Nya? Sejatinya Tuhan tidak butuh apa-apa. Walaupun semua margasatwa dan semua pohon di hutan Libanon, tidak cukup untuk kurban bakaran. Namun, ada satu yang membuat Tuhan puas: hati kita yang tanpa batas mencintai Dia.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TIDAK ADA ORANG YANG BERADA DI DALAM WILAYAH KEKUASAAN TUHAN YANG TIDAK BERGUNA BAGI PEKERJAAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 Juni 2023
2023-06-15 08:48:13

1 Raja-raja 9
2 Tawarikh 8

Card image
Truth Kids 14 Juni 2023 - G E N D E R
2023-06-14 09:43:33


Mazmur 139:13-14
“Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.”

Sobat Kids, di bulan ini kita belajar mengenai gender atau jenis kelamin kita. Seperti yang sudah kita pelajari beberapa hari kemarin kita tahu bahwa Tuhan menciptakan manusia itu memiliki jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Tidak ada yang lainnya. Namun, Iblis suka menipu manusia. Dan manusia seringkali tertipu oleh Iblis.

Sebagian orang menganggap sesuatu yang lucu kalau anak laki-laki berpakaian seperti perempuan. Begitu juga sebaliknya. Anak perempuan yang berpakaian sebagai laki-laki dianggap bagus. Hati-hati, ya, Sobat Kids. Jangan sampai kita tertipu oleh Iblis. Janganlah kita ikut-ikutan orang dunia yang membolehkan hal tersebut.

Tuhan telah membentuk setiap manusia dengan istimewa. Kalian terlahir sebagai anak yang sempurna dan istimewa. Setiap manusia hanya memiliki satu gender atau jenis kelamin; laki-laki atau perempuan. Tidak ada jenis kelamin yang lain. Kalian harus bangga dengan jenis kelamin yang kalian miliki. Itu adalah pemberian istimewa dari Tuhan.

Card image
Truth Junior 14 Juni 2023 - MELAWAN KODRAT
2023-06-14 09:41:25


1 Korintus 6:9-10
“Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”

Sobat Junior, saat kalian ingin buang air kecil ke toilet, tentu saja kalian memilih toilet yang sesuai dengan jenis kelamin kalian, bukan? Misalnya jika kalian anak perempuan, maka kalian akan masuk ke toilet yang khusus untuk digunakan oleh anak perempuan; begitu juga dengan anak laki-laki, akan memilih toilet yang dikhususkan sesuai jenis kelamin mereka.

Tapi, sekarang ini ada orang-orang yang tidak mau mengikuti aturan tersebut, loh. Beberapa anak maupun orang dewasa, tidak mau mengakui dirinya berjenis kelamin yang sesuai dengan tubuh fisiknya. Misalnya jika ia memiliki fisik laki-laki, ia mengatakan bahwa ia merasa sebagai seorang perempuan. Jangan aneh, Sobat Junior, karena zaman sekarang memang banyak orang-orang seperti itu. Lalu, apa yang perlu kita ketahui?

Tuhan menciptakan Adam dan Hawa sebagai manusia pertama. Adam sebagai laki-laki memiliki karakter, fisik dan peran yang Tuhan tentukan secara khusus, begitu juga dengan Hawa, perempuan. Seorang perempuan bisa hamil dan melahirkan bayi, sedangkan laki-laki tidak. Namun, banyak orang zaman sekarang yang menyangkali fakta tersebut. Apa pun yang dikatakan orang-orang sekitarmu tentang hal ini, bila tidak sesuai dengan Alkitab, maka jangan kalian percaya atau terima, ya. Ingat, kita hanya boleh meyakini apa yang tertulis dalam Alkitab, serta hidup menurutinya.

Card image
Truth Youth 14 Juni 2023 (English Version) - YOUR MOUTH, YOUR LION
2023-06-14 09:37:05


"Do not let any unwholesome talk come out of your mouths, but only what is helpful for building others up according to their needs, that it may benefit those who listen." (Ephesians 4:29)

Have you ever heard the saying, "Your mouth is your lion"? Or have you heard the expression, "The tongue is like a double-edged sword"? These proverbs indicate that the words that come out of our mouths can be dangerous. Because our mouths are so dangerous, we need to learn how to control what comes out of them.

Words have great power. The words that come out of our mouths can influence the emotions, thoughts, and actions of others. In every interaction, especially through our words, we have the opportunity to influence others with our words. It's no wonder that through words, people can argue and hurt each other. Wars can even break out because of words. Therefore, it is important for us to be cautious and choose our words wisely. That is why the Word of God in Ephesians 4:29 teaches us not to let any unwholesome talk come out of our mouths.

How can we control our words? There are some tips we can try. First, reflect on and think about every word we are about to speak. Second, learn to choose good words. There is nothing wrong with building more respectful words towards others. We may feel awkward at first, but it will help us reduce the "trash" that comes out of our mouths. Third, learn not to utter bad words. The use of harsh words, even in jest, should be reduced as they can potentially hurt others. By learning to be wise in our speech, we demonstrate the example of Christ in our lives.

WHAT TO DO:
Follow the tips for controlling your words mentioned above. At the very least, reduce the use of foul language during joking or casual conversations.

BIBLE MARATHON:
2 Chronicles 25-28

Card image
Truth Youth 14 Juni 2023 - MULUTMU HARIMAUMU
2023-06-14 09:34:09


"Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia." (Efesus 4:29)

Pernahkah kalian mendengar peribahasa “Mulutmu, adalah harimaumu”? Atau pernahkah kalian mendengar istilah “Lidah itu bagaikan pedang bermata dua”? Peribahasa-peribahasa itu menunjukkan, bahwa perkataan yang keluar dari lidah bibir kita, adalah sesuatu yang berbahaya. Oleh karena begitu bahayanya mulut kita ini, maka kita harus belajar bagaimana kita mengontrol apa yang keluar dari mulut kita.

Kata-kata memiliki kekuatan besar. Perkataan yang keluar dari mulut kita dapat mempengaruhi emosi, pikiran, dan tindakan orang lain. Dalam setiap interaksi kita, khususnya melalui perkataan kita, kita memiliki kesempatan untuk mempengaruhi orang lain dengan kata-kata kita. Tidak heran, karena perkataan, orang bisa bertengkar dan saling melukai. Karena perkataan, perang pun bisa terjadi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk berhati-hati dan memilih kata-kata kita dengan bijaksana. Itulah sebabnya, firman Tuhan di dalam Efesus 4:29 mengajarkan kita, supaya jangan sampai ada perkataan yang buruk, yang keluar dari mulut kita.

Bagaimana cara kita mengendalikan perkataan kita? Ada beberapa kiat-kiat yang bisa kita coba. Pertama, renungkanlah dan pikirkan setiap kata-kata yang akan kita ucapkan. Kedua, belajar untuk memilih kata-kata yang baik. Tidak ada salahnya untuk membangun perkataan-perkataan yang lebih sopan terhadap orang lain. Mungkin kita bakal merasa canggung di awal, tetapi hal tersebut akan membuat kita belajar untuk mengurangi perkataan “sampah” yang keluar dari mulut kita. Ketiga, belajar untuk tidak mengeluarkan kata-kata yang buruk. Perkataan kasar yang mungkin sering kita pakai untuk bercanda, ada baiknya kita kurangi, karena bisa berpotensi melukai orang. Dengan kita belajar untuk bijak dalam berkata-kata, artinya kita memancarkan teladan Kristus di dalam kehidupan kita.

WHAT TO DO:
1. Ikutilah kiat-kiat dalam mengendalikan perkataan di atas. Minimal, mengurangi perkataan kotor yang dipakai saat bercanda atau mengobrol.

BIBLE MARATHON:
2 Tawarikh 25-28

Card image
Renungan Pagi - 14 Juni 2023
2023-06-14 09:30:32


Jika kita taat dan setia, maka akan dipercaya orang, dunia ini makin susah mempercayai orang, tetapi hukum tetap sama, yaitu orang-orang yang taat dan setia pasti akan dipercaya di manapun dia berada. Makin susah mencari orang yang bisa dipercaya di dunia ini, karena memang makin susah mencari orang-orang yang setia dan taat.

Karena itu siapapun kita, apapun status dan jabatan, mari kita mau hidup dalam ketaatan dan kesetiaan, karena hanya orang-orang yang taat dan setia yang melihat hal-hal baik dalam hidupnya.
(Amsal 12:22 ; 1 Petrus 1:14)

Card image
Quote Of The Day - 14 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-14 09:26:59


Ketika kita mengalami kesulitan hidup atau hal-hal yang tidak menyenangkan, hendaknya kita tidak memaksa Tuhan untuk menyelesaikan, tetapi memohon anugerah-Nya untuk sanggup memikulnya. Sebab kesukaran hidup ternyata merupakan alat keseimbangan agar kita tidak jatuh.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran 14 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-14 09:20:14


Kalau Tuhan memberikan kita keadaan yang baik hari ini, kita harus bersyukur. Jangan menjadi sombong.

Card image
TORN BY TRUTH - 14 Juni 2023 (English Version)
2023-06-14 09:17:07


How much a person believes in God can be seen from how much they value and respects God and feel they need Him. If someone doesn’t live in holiness and still hopes for happiness from another source, they don’t believe correctly. This is understandable for the immature spiritually or still a child, but it should not last forever. Along with one’s spiritual maturity, meaning that they know and experience God, they will respect and appreciate Him and feel the need for Him, and the holiness of life marks this and does not expect happiness from this world. If someone achieves this, they will understand how precious God is in this life.

Each person has a different ability to appreciate God. One day, many people will regret not sipping as much of God as they could when God allows Himself to be sipped and enjoyed. They do not allow themselves to be “bitten” by God but by the world. A new Christian may say, “You are everything to me.” Still, many tastes flow within them. The tastes of the world are still flowing and not yet finished. They may say, “You are everything to me. You are the sweetest in my life, the most beautiful,” but still value God cheaply.

It can’t just be fantasized because if so, what is said and their existence often do not match. For those still worldly, their life is limited to eating, drinking, and clothing, so they cannot say, “I need You more than my life.” But when a person who has been mature or has been released from the world’s way of thinking can look at life from a different perspective, only then could they say, “I need you more than my life.” Unfortunately, not many have reached this point.

In Psalm 73, we read that the psalmist almost slipped when he saw the wicked healthy and fat, and many people flocking to follow them, and they have “everlasting joy,” meaning that as long as life is not difficult. Meanwhile, he was hit by a plague and a blow. He became confused as to why this was so. However, he then understood their end when he went into the sanctuary of God. Therefore, through what he experienced, the psalmist says, “When my heart was grieved and my spirit embittered, I was senseless and ignorant; I was a brute beast before You. Yet I am always with You; You hold me by my right hand. You guide me with your counsel, and afterward, You will take me into glory.”

After he was crushed, he could hear God’s advice, but the wicked could not. If the world’s pleasures can still tear our hearts apart, we cannot be torn apart by the truth. If we can still be made happy by the world, the Word cannot make us comfortable. In other words, we cannot be adequately counseled. Our hearts are not like fertile soil that accepts the sowing of truth. One day, people will regret not drinking much of God but still sip the world.

If people genuinely respect God, they live a holy life and will not expect happiness from this world, and God will certainly help. Our current messy situation leads us to know God because if not, we cannot sit quietly listening to the Word. We only go round and round thinking: “Where am I going to eat today, what am I going to watch, what am I going to shop.” We are not looking for God. Maybe we also don’t respect our parents or are arbitrary towards others. Our current situation is the best state for us. Now what we do is how to sip God as much as possible.

People who don’t respect God and don’t feel the need for Him are those who don’t believe or don’t believe enough. Indeed, thinking is a process. So, over time, people could come to know God. From knowledge, then coming into contact with God through prayer and daily life experiences. They allow themselves to be “bitten” by God so that they receive heavenly things and understand how precious He is.

Ironically, many people unwittingly betray God by expecting something will make them happy. They think God is cheap. On the other hand, people who believe in God must respect Him and have a feeling of needing Him. Need Him not because of something but because of Him. It’s more than their life because what does it mean to have a life without God? We fence ourselves with promises, oaths, vows, determination, and commitment because we want to go home. We want to go home pleasing to God. God is still waiting for us to realize and repent in His patience. Death and standing before the Judgment Seat of God is unavoidable, so if we still have a chance to live, we must prepare ourselves so that when we go home, only God is all we have.  

IF THE PLEASURES OF THE WORLD CAN STILL TEAR OUR HEARTS, THE TRUTH CANNOT TEAR US.

Card image
DIKOYAKKAN OLEH KEBENARAN - 14 Juni 2023
2023-06-14 09:23:12


Seberapa seseorang percaya kepada Tuhan, dapat dilihat dari seberapa dia menghargai Tuhan, menghormati Tuhan, dan merasa membutuhkan-Nya. Kalau ada orang tidak hidup di dalam kesucian dan masih mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini, artinya ia belum percaya dengan benar. Itu bisa dimengerti kalau seseorang masih belum dewasa rohani; masih kanak-kanak, tetapi hal itu tidak boleh berlangsung terus-menerus. Seiring dengan pendewasaan rohani seseorang, artinya seseorang mengenal dan mengalami Tuhan, maka dia akan menghormati Tuhan, menghargai Tuhan, dan merasa membutuhkan-Nya yang ditandai dengan kesucian hidup dan tidak mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini. Jika hal itu dicapai oleh seseorang, maka seseorang baru mengerti betapa berharganya Tuhan di dalam hidup ini.

Suatu hari nanti banyak orang akan menyesal mengapa mereka tidak meneguk Tuhan sebanyak-banyaknya ketika Tuhan memberi Diri untuk diteguk, dinikmati. Mereka tidak membiarkan dirinya “digigit” oleh Tuhan, tetapi “digigit” oleh dunia. Masing-masing orang memiliki kemampuan menghargai Tuhan yang berbeda. Orang Kristen yang baru, boleh berkata, “Kau segalanya bagiku,” tetapi sebenarnya di dalam dirinya masih mengalir banyak selera dunia. Selera dunianya masih mengalir, belum habis. Mulutnya mengatakan, “Kau segalanya bagiku. Kau yang terindah di dalam hidupku, yang termanis,” tetapi masih menghargai Tuhan murah.

Hal itu tidak bisa hanya difantasikan. Kalau difantasikan, sering kali antara mulut dengan keberadaan itu tidak cocok. Kalau orang masih duniawi, kehidupannya itu masih kehidupan yang sebatas makan minum, pakaian, dia belum bisa mengatakan “ku perlu Kau lebih dari nyawaku.” Tetapi ketika seseorang sudah menginjak dewasa atau sudah akil balik, atau sudah dientaskan dari cara berpikir dunia, ia bisa memandang kehidupan dari perspektif yang berbeda. Maka, dia baru bisa berkata, “ku perlu Kau lebih dari nyawaku.” Tetapi yang sampai di titik ini, tidak banyak.

Dalam Mazmur 73, kita membaca bahwa pemazmur sempat nyaris tergelincir melihat orang fasik sehat, gemuk, orang berbondong-bondong ikut dia, dan “senang selamanya,” artinya selama hidup tidak ada kesulitan. Sedangkan dia, kena tulah, pukulan. Dia menjadi bingung mengapa demikian. Tetapi dia baru tahu pada akhirnya, ketika masuk Ruang Suci Tuhan, dia baru tahu. Makanya pemazmur yang memiliki pengalaman itu mengatakan, “Ketika hatiku merasa pahit dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya, aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu, tetapi aku tetap di dekat-Mu. Engkau memegang tangan kananku. Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan.”

Setelah dia diremukkan, baru bisa mendengar nasihat Tuhan. Orang fasik, tidak bisa mendengar. Jadi, kalau hati kita masih bisa dikoyakkan oleh kesenangan dunia, kita tidak bisa dikoyakkan oleh kebenaran. Kalau kita masih bisa dibahagiakan oleh dunia, kita tidak bisa dibahagiakan oleh Firman. Dengan kalimat lain, kita tidak bisa dinasihati secara benar. Hati kita tidak seperti tanah subur yang menerima taburan kebenaran. Suatu hari nanti, orang akan sangat menyesal mengapa tidak meneguk Tuhan sebanyak-banyaknya; mengapa masih meneguk dunia.

Jadi, kalau seseorang benar-benar menghormati Tuhan, dia hidup suci. Dia tidak mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini. Tuhan tidak mungkin tidak menolong kita. Keadaan kita sekarang yang berantakan justru membawa kita untuk mengenal Tuhan. Sebab kalau tidak, maka kita tidak bisa duduk diam mendengar Firman. Kita mutar-mutar berpikir: “Hari ini mau makan di mana, mau nonton apa, mau belanja apa.” Kita tidak mencari Tuhan. Mungkin kita juga tidak hormat kepada orangtua, mungkin kita juga sewenang-wenang terhadap sesama. Keadaan kita saat ini adalah keadaan yang terbaik untuk kita. Sekarang yang kita lakukan adalah bagaimana meneguk Tuhan sebanyak-banyaknya.

Orang yang tidak menghormati Tuhan dan tidak merasa membutuhkan Dia, adalah orang yang tidak percaya atau kurang percaya. Memang, percaya itu berproses. Maka, seiring dengan perjalanan waktu, orang mengenal Tuhan. Dari pengetahuan, lalu bersentuhan dengan Tuhan. Tentu melalui doa dan pengalaman hidup setiap hari dia memberi diri “digigit” oleh Tuhan, sehingga menerima perkara-perkara surgawi, dan mengerti betapa berharganya Tuhan.

Ironis, banyak orang mengkhianati Tuhan tanpa dia sadari. Ketika mengharapkan sesuatu yang dia pandang akan membahagiakan, sejatinya, dia mengkhianati Tuhan. Mereka menganggap Tuhan itu murahan. Namun sebaliknya, orang yang percaya kepada Tuhan, pasti menghormati Tuhan dan memiliki perasaan membutuhkan Dia. Membutuhkan Dia bukan karena sesuatu, tetapi karena Dia sendiri. Lebih dari nyawanya, sebab apa artinya punya nyawa tanpa Tuhan. Tuhan dalam kesabaran-Nya masih menunggu kita sadar dan bertobat. Kita pagari diri kita dengan janji, sumpah, nazar, tekad, komitmen, sebab kita mau pulang. Kita mau pulang dalam keadaan berkenan di hadapan Tuhan. Karena kematian itu pasti, berdiri menghadapi pengadilan itu pasti, jadi kalau kita masih memiliki kesempatan hidup, kita benar-benar mempersiapkan diri. Supaya pada waktu kita pulang, hanya Tuhan yang kita miliki.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU HATI KITA MASIH BISA DIKOYAKKAN OLEH KESENANGAN DUNIA, KITA TIDAK BISA DIKOYAKKAN OLEH KEBENARAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 Juni 2023
2023-06-14 09:21:03

Mazmur 134 & 146-150

Card image
Truth Kids 13 Juni 2023 - SALAH JENIS
2023-06-13 10:21:15


Amsal 1:10
“Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut;”

Saat sore hari, langit cerah berawan. Seperti biasa, Ella bermain boneka dengan Rosna. Mereka sangat senang bermain peran. Ella membawa boneka perempuan dan Rosna pun juga membawa boneka perempuan. Boneka Ella berperan sebagai Ibu rumah tangga dan boneka Rosna berperan sebagai ayah yang bekerja.

Sambil tertawa Ella dan Rosna bermain boneka. Bagi mereka sangat aneh, kok boneka perempuan jadi ayah. Ibu melihat keanehan permainan Ella dan Rosna. Ibu pun langsung menggunting sepotong kertas hitam dan satu boneka diberi kumis serta diganti bajunya

Sobat Kids, hal ini terlihat sederhana. Mungkin kita berpikir lucu saat ada boneka perempuan menjadi seorang ayah. Tetapi hal tersebut dapat menjadi keliru. Tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Anak laki-laki kelak menjadi ayah yang akan memimpin keluarganya. Sedangkan anak perempuan akan menjadi ibu yang akan mengandung dan melahirkan anak. Ayah dan Ibu akan mendidik anak-anaknya dengan takut akan Allah. Itu adalah perintah yang Tuhan berikan.

Card image
Truth Junior 13 Juni 2023 - APA ITU PERNIKAHAN YANG KUDUS?
2023-06-13 10:14:24


1 Petrus 1:16
“sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.”

Mama: “Yuk, Vania, siap-siap untuk pergi ke pernikahan Tante Shinta dan Om Mario.” “Oke, Ma. Hari ini Vania akan pakai gaun yang cantik.” Vania dengan semangat menyambut ajakan mamanya. “Ma, Vania punya pertanyaan. Kenapa setiap orang yang menikah harus laki-laki dan perempuan? Memangnya kalau laki-laki dengan laki-laki tidak boleh?” Tiba-tiba Vania bertanya. “Iya, tentu saja tidak bisa. Karena, pernikahan adalah sebuah hal yang harus dilakukan antara perempuan dan laki-laki dewasa. Untuk hal lain, banyak yang bisa dilakukan oleh sesama jenis, misalnya bersahabat atau dalam hubungan pekerjaan. Tetapi khusus terkait pernikahan, harus dilakukan oleh yang berbeda jenis kelamin, Vania.” Mama menjelaskan dengan sabar.

“Oh, begitu, ya, Ma.” Vania pun mengerti. “Iya. Pernikahan yang kudus dan yang dikehendaki Tuhan, dilakukan oleh perempuan dan laki-laki. Tidak boleh perempuan dengan perempuan, atau laki-laki dengan laki-laki.”

Sobat Junior, memang di usia Sobat Junior saat ini, belum waktunya untuk menikah. Bahkan, saat ini belum waktunya untuk kalian berpikir tentang hubungan pacaran, karena pacaran dan menikah itu hanya untuk orang yang sudah dewasa fisik dan mentalnya. Namun, sejak saat ini, Sobat Junior tetap harus memahami arti pernikahan. Pernikahan yang Tuhan inginkan adalah kudus, dan harus berkenan di mata Tuhan. Artinya, tidak membuat Tuhan sedih.

Bagaimana caranya agar pernikahan tidak membuat Tuhan sedih? Pertama, harus dilakukan oleh perempuan dan laki-laki yang sudah dewasa secara fisik dan mental. Maksudnya, masing-masing pribadi bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan pasangannya. Selain itu, harus dewasa rohani juga, loh. Yaitu mengasihi Tuhan dan memberikan hidupnya untuk Tuhan.

Card image
Truth Youth 13 Juni 2023 (English Version) - WISE FRIENDSHIP
2023-06-13 10:07:36


"Do not make friends with a hot-tempered person, do not associate with one easily angered." (Proverbs 22:24)

Yesterday, we learned about being wise in choosing our associations or social circles. This time, we will learn about how to choose friends or companions in our lives. As social beings, we cannot live alone. We need people to accompany us, and one of them is our friend. When choosing someone to be our friend, there are usually several factors we consider. First, shared values. While not all of our values will align with those of our friends, at least some of their values should be in line with ours. Friends who share similar perspectives, beliefs, and principles usually make us feel more comfortable and mutually supportive in our life journeys. Second, shared hobbies or interests. Again, not all of our hobbies will be the same as those of our friends, but there should be some hobbies or interests that complement each other.

There are still many things to consider when choosing our friends or companions. However, the most important thing is whether these friends can be beneficial to our spiritual lives. Why is this important? Because if we make the wrong choice in friends or companions, it can have an impact on our spiritual lives and distance us from God. Therefore, let us be wise in choosing friends or companions who accompany our lives. Remember, having close friends or companions should not lead us away from God.

WHAT TO DO:
1. Seek guidance from the Lord, pray for sensitivity in choosing friends or companions who are worthy of accompanying us.
2. Seek advice from parents or spiritual mentors in choosing friends or companions.

BIBLE MARATHON:
2 Chronicles 21-24

Card image
Truth Youth 13 Juni 2023 - BIJAK BERSAHABAT
2023-06-13 10:03:34


"Jangan berteman dengan orang yang lekas gusar, jangan bergaul dengan seorang pemarah." (Amsal 22:24)

Kemarin kita sudah belajar untuk bijak dalam memilih pergaulan, atau lingkungan pertemanan. Kali ini kita akan belajar bagaimana kita memilih teman atau sahabat dalam hidup kita. Tentu, sebagai makhluk sosial, kita tidak dapat hidup sendirian. Kita perlu orang-orang yang menemani kita. Salah satunya, adalah teman atau sahabat kita. Dalam kita memilih seseorang untuk menjadi teman atau sahabat kita, biasanya ada beberapa hal yang kita pertimbangkan.

Pertama, nilai-nilai yang sejalan. Memang, tidak akan semua nilai-nilai hidup kita akan sama dengan teman kita, tetapi paling tidak ada beberapa nilai-nilai teman atau sahabat kita yang sejalan dengan kita. Teman yang memiliki pandangan hidup, keyakinan, dan prinsip yang serupa biasanya akan membuat kita merasa lebih nyaman dan saling mendukung dalam perjalanan hidup. Kedua, memiliki hobi atau minat yang sama. Tentu, tidak semua hobi yang kita miliki akan sama dengan teman atau sahabat kita. Paling tidak, ada beberapa hobi atau minat yang bisa saling melengkapi satu dengan yang lain.

Sebenarnya masih banyak hal yang harus kita pertimbangkan dalam memilih teman atau sahabat kita. Namun, hal yang paling penting adalah, apakah teman atau sahabat tersebut dapat berguna bagi kehidupan rohani kita. Mengapa ini penting? Sebab, kalau sampai kita salah memilih teman atau sahabat, dampaknya bisa sampai ke kehidupan rohani kita, yang akan membuat kita jauh dari Tuhan. Oleh karena itu, mari kita bijak memilih teman atau sahabat yang mendampingi kehidupan kita. Ingat, jangan sampai karena kita memiliki sahabat atau teman yang dekat dengan kita, kita malah menjauh dari Tuhan.

WHAT TO DO:
1. Mintalah petunjuk Tuhan, berdoalah agar Tuhan memberikan kita kepekaan untuk memilih teman atau sahabat yang pantas mendampingi kita.
2. Mintalah saran orang tua, atau kakak rohani untuk memilih teman atau sahabat yang pantas untuk kita.

BIBLE MARATHON:
2 Tawarikh 21-24

Card image
Renungan Pagi - 13 Juni 2023
2023-06-13 10:00:58


Ada banyak orang ketika dia masih susah hidupnya sangat setia, rendah hati, suka menolong, tetapi setelah menjadi kaya, langsung menjadi tinggi hati, sombong, angkuh, suka merendahkan orang lain dan egois.

Sehebat apapun, sekaya apapun, sesukses apapun, tetaplah harus kita sadari bahwa semuanya karena Tuhan, sebab kalau bukan karena Tuhan, kita tidak ada sebagaimana ada saat ini, karena itu tetaplah setia, rendah hati dan suka menolong. (Filipi 2:1-4)

Card image
Quote Of The Day - 13 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-13 09:57:16


Doa tidak boleh dijadikan sarana manipulasi yang membuat seseorang bisa lari dari tanggung jawab.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 13 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-13 09:55:22


Kasih Allah bukan seperti titik tapi garis panjang.

Card image
WILLINGLY PROCESSED - 13 Juni 2023 (English Version)
2023-06-13 09:52:52


The Israelites often grumbled and were angry with Moses. They compared their situation in Egypt—where they could get proper food—with their journey to Canaan. Even though they were miraculously helped and promised a land full of milk and honey, they still grumbled. Though God has no evil intention, He is considered not serious. Aren’t we also often like them?

Don’t let God discipline us; it hurts. However, be grateful that God still wants to rebuke us because it is far more dangerous if not. Each of us has a quota which could be time or an opportunity, and if it already runs out, God will no longer rebuke us. So, we should be afraid and trembling. We must be serious and not mock God because mocking Him could be with words or deeds. In the last days, scoffers will come, scoffing and following their evil desires. They don’t want to know that God created the heavens and earth, and there was once a flood that deluged and destroyed it, and later on, with fire.

Don’t take God’s warnings for granted because He is serious, and none of us knows our end time of life. Ironically, people underestimate this and think God is not serious about this life. Let us change because this life is short and will pass. There is nothing harmful if we stop sinning. God has an order, and we must be serious about this. Let us change in the rest of our lives while we still have the quota of opportunity or time given by God. Later we can understand that holiness is a necessity.

God does not want anyone to perish, so He will not give laws or commands we cannot keep. We can do it if we are willing to practice it and want to learn. Therefore, let’s take a step. Don’t be like someone who wants to learn to swim but doesn’t want to jump into the water. Though we want to live holy, we can never be able to if we don’t change. People usually give the reason by saying, “Still in process.” Even in a dying state in the ICU room, they still say “in process.” One day, when we are in the new heavens and earth, we will know that our decision to live a holy life was not in vain.

We mustn’t be half-hearted about entering the Father’s House. We must be very serious about it. God said, “I died on the cross to save you from the eternal fire. I’m serious about saving you. Are you serious about going home to the Father or not?” The Israelites weren’t serious; they didn’t believe that Yahweh was faithful and would take them to a land that abounds in milk and honey. They grumbled and coveted evil things, so they were killed in the wilderness. They were not worthy to enter the land of Canaan.

Let us live holy and repent while there is still a chance and time. God will make us capable and meet later in the new heavens and earth. This is a certainty, not a fairy tale or myth. We will die, and the world will end. The difficulties of our lives are nothing compared to eternity. So, hold on and be strong; we will see God give us a way out of every problem. If heaven is provided, how much more is it concerning eating and drinking today? He will never embarrass us. He is precise and correct in working on and nurturing us.

Do not have evil intentions, and do not sin. Today we want to commit to living a holy life. Remember, “The Lord is not slow in keeping his promise, as some understand slowness. Instead, He is patient with you, not wanting anyone to perish, but everyone to come to repentance.” God wants repentance, and we must do it every time. Every day God will peel away the skins of sin within us. The skins of evil that are still shackled are released; our flesh is removed.

This can happen or take place in our lives only by the work of the Holy Spirit. God gives an eternal blessing every day, and He is very concerned about each of us. He carefully watches each of us. The Bible says, “The very hairs of your head are all numbered,” meaning the hairs of our heads are marked. Everyone is cared for by God, prepared by the Holy Spirit to become children of God who are worthy to enter the Father’s Palace. This shows how God is willing to deal individually, so everyone will turn around and repent. He loves us more than we think, and we are precious and unique in His eyes.

Life is short. From the infinite span of eternity, 70-100 years of our life on earth is nothing more than dust. However, it is essential because it determines our eternity. The powers of darkness blind many people, so they don’t see this reality. People often see God as not serious; sometimes, they even see God as not serious about His creation. Yet, when God adopts us as His children, He seriously works on us. The problem is, how seriously do we give ourselves to be processed by Him?

WHEN GOD ADOPTS US AS HIS CHILDREN, HE SERIOUSLY WORKS ON US. THE PROBLEM IS, HOW SERIOUSLY DO WE GIVE OURSELVES TO BE PROCESSED BY HIM?

Card image
MEMBERI DIRI DIGARAP - 13 Juni 2023
2023-06-13 09:49:13


Bangsa Israel tidak jarang yang bersungut-sungut dan marah kepada Musa. Mereka membandingkan keadaan mereka ketika masih di Mesir—yang mereka masih bisa mendapat makanan yang layak—dengan perjalanan mereka menuju Kanaan. Walaupun mereka sudah ditolong dengan cara yang ajaib. Mereka dijanjikan suatu tanah yang penuh dengan susu dan madu, tetapi masih saja mereka bersungut-sungut. Padahal, tidak ada sedikit pun niat jahat dalam diri Allah. Tuhan dianggap main-main. Bukankah sering kali kita juga seperti mereka?

Jangan sampai Tuhan memukul kita; sakit. Bersyukur kalau Tuhan masih mau memukul. Kalau Tuhan sudah membiarkan, itu jauh lebih bahaya. Karena setiap kita punya kuota; bisa berupa hari, bisa berupa kesempatan. Kalau kuota kita habis, maka Tuhan tidak tegur lagi. Maka, seharusnya kita takut dan gentar. Jangan main-main. Mencemooh Tuhan bukan hanya dengan perkataan, tetapi dengan perbuatan. Pada hari-hari di zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsu. Mereka tidak mau tahu bahwa langit dan bumi diciptakan Tuhan, bahwa dulu pernah ada air bah, dan nanti ada api.

Tidak seorang pun yang tahu kapan hari kematiannya. Jangan anggap remeh peringatan-peringatan Tuhan. Tuhan itu serius. Ironis, orang menganggap sepi seakan-akan Tuhan main-main dengan hidup ini. Ayo, kita berubah. Hidup ini akan berlalu. Hidup ini singkat. Apa ruginya kalau kita berhenti berbuat dosa? Tuhan ada tatanan dan kita serius. Di sisa umur hidup kita, selagi kuota kesempatan, kuota hari yang Tuhan berikan masih ada, mari kita berubah. Nanti kita bisa mengerti bahwa kesucian itu sebuah keniscayaan.

Tuhan tidak menghendaki seorang pun binasa. Tuhan tidak akan memberikan hukum, perintah yang tidak bisa kita lakukan kalau kita mau berlatih; asalkan kita mau belajar, bisa. Harus melangkah. Jangan seperti orang mau belajar berenang, tetapi tidak mau masuk air. Kita mau hidup suci, tetapi tidak berubah, maka tidak pernah bisa hidup suci. Atau jawaban yang paling aman, “proses.” Sampai di ruang ICU, dalam keadaan sekarat pun masih “proses.” Suatu hari, kita ada di langit baru bumi baru dan di sana kita akan tahu bahwa keputusan kita untuk sungguh-sungguh hidup suci, tidak sia-sia.

Maka jangan setengah-setengah. Sebenarnya kita mau serius tidak masuk Rumah Bapa? Kalau ya, seberapa kita serius? Tuhan berkata, “Aku mati di kayu salib untuk menyelamatkan kamu dari api kekal. Aku serius menyelamatkan kamu. Kamu serius, tidak mau pulang ke Rumah Bapa?” Bangsa Israel tidak serius, mereka kurang percaya bahwa Yahweh setia, dan akan membawa mereka ke negeri yang berlimpah susu dan madu. Jadi, mereka bersungut-sungut, mereka mengingini hal-hal yang jahat, dan mereka ditewaskan di padang gurun. Mereka tidak layak masuk tanah Kanaan.

Mari, kita hidup suci dan bertobat. Selagi masih ada kesempatan, masih ada waktu. Tuhan membuat kita mampu. Kita akan bertemu nanti di langit baru bumi baru, dan itu satu kepastian, bukan dongeng, bukan mitos. Kita akan mati, dunia akan berakhir. Kesulitan hidup kita belum apa-apa dibanding dengan kekekalan. Bertahanlah dan kuat, kita akan melihat Tuhan memberi jalan keluar di setiap kesulitan. Kalau surga disediakan, apalah artinya dengan makan dan minum kita hari ini? Ia tidak akan pernah mempermalukan kita. Allah presisi, tepat dalam menggarap, memelihara kita.

Jangan ingini niat jahat dan jangan berbuat dosa. Hari ini kita mau berkomitmen hidup suci. Ingat, “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang-orang yang menganggapnya sebagai kelalaian. Tetapi Tuhan sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” Tuhan menghendaki pertobatan, dan pertobatan itu harus kita lakukan setiap saat. Setiap hari Tuhan akan mengupas kulit-kulit dosa di dalam diri kita. Kulit-kulit dosa yang masih membelenggu, dilepaskan; kedagingan kita diluruhkan.

Hanya oleh pekerjaan Roh Kudus, hal itu bisa terjadi atau berlangsung di dalam hidup kita. Setiap hari ada berkat abadi, berkat kekal yang Tuhan berikan. Tuhan sangat perhatian kepada kita masing-masing. Setiap kita diperhatikan Tuhan dengan teliti. Alkitab katakan, “Rambut kepalamu terhitung,” artinya rambut kepala kita ditandai. Setiap individu diperhatikan Tuhan, dipersiapkan Roh Kudus untuk menjadi anak-anak Allah yang layak masuk Istana Bapa. Hal ini menunjukkan betapa Tuhan mau berurusan dengan pribadi demi pribadi, supaya semua orang berbalik dan bertobat. Dia mencintai kita lebih dari yang kita duga. Kita berharga dan istimewa di mata-Nya.

Hidup ini singkat. Dari rentang waktu kekekalan yang tiada batas, 70-100 tahun umur kita di bumi tidak lebih dari satu titik yang tak nampak. Namun, betapa dahsyatnya satu titik ini, karena menentukan kekekalan kita. Kuasa kegelapan membutakan banyak orang, sehingga orang tidak melihat realitas ini. Orang sering memandang Tuhan main-main, bahkan kadang-kadang memandang Allah seakan-akan tidak serius dengan ciptaan-Nya. Padahal ketika Allah mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya, Ia serius menggarap kita. Masalahnya, seberapa kita serius memberi diri digarap oleh-Nya?

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KETIKA ALLAH MENGANGKAT KITA MENJADI ANAK-ANAK-NYA, IA SERIUS MENGGARAP KITA. MASALAHNYA, SEBERAPA KITA SERIUS MEMBERI DIRI DIGARAP OLEH-NYA?

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 Juni 2023
2023-06-13 09:43:59

2 Tawarikh 6-7
Mazmur 136

Card image
Truth Kids 12 Juni 2023 - BERLEBIHAN
2023-06-12 09:41:33


Markus 10:6
“Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan,”

Tomi dan Bayu adalah teman sekelas. Tomi selalu membantu Bayu dalam kesulitan selama di kelas. Saat membuka tutup botol, mengikat tali sepatu, atau saat Bayu kehausan, Tomi langsung memberikan air minumnya untuk Bayu. Suatu hari mereka berdua berjalan bersama menuju ke sekolah. Ketika akan menyebrang jalan, Tomi menarik tangan Bayu untuk segera menyeberang bersama. Dan seringkali Tomi suka memeluk erat Bayu tanpa alasan. Tomi hanya mau bermain dengan Bayu. Tomi juga melarang Bayu untuk bermain dengan anak laki-laki lainnya.

Dengan perhatian Tomi yang berlebihan, Bayu mulai merasa ada yang lain dengan Tomi. Suatu hari selesai pulang sekolah, Bayu memberanikan diri cerita ke mamanya. Ia menceritakan perasaannya yang tidak nyaman terhadap perlakuan Tomi.

Sobat Kids, jika kalian mengalami hal yang sama, yuk, coba kalian ceritakan kepada orangtua. Orangtua kalian dapat memperhatikan perilaku teman tersebut. Sobat Kids harus berani, ya. Jika ada orang lain, siapapun itu, yang membuat diri kalian tidak nyaman, kalian harus cerita kepada papa atau mama.

Card image
Truth Junior 12 Juni 2023 - AKU BERSYUKUR
2023-06-12 09:35:06



Markus 10:6
“Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan,”

Tahukah Sobat Junior, bahwa hewan dapat memiliki anak dengan cara melahirkan atau bertelur? Biasanya hewan jantan menyatu dengan hewan betina agar dapat menghasilkan anak. Namun, ada juga suatu kondisi binatang yang dapat berkembang biak tanpa melibatkan sang jantan. Jenis reproduksi ini disebut parthenogenesis. Sang betina yang diisolasi tanpa bertemu sang jantan, tiba-tiba dapat menghasilkan anak. Contohnya, komodo betina dan lebah betina. Apakah manusia juga bisa seperti itu?

Biasanya laki-laki dan perempuan yang sudah dewasa akan menyatu untuk tinggal bersama menjadi suami dan istri, dan ini yang disebut dengan pernikahan. Namun, manusia tidak memiliki kemampuan reproduksi dengan cara parthenogenesis. Manusia bukanlah hewan. Manusia yang hendak menikah, harus menikah dengan lawan jenisnya; perempuan dengan laki-laki. Tidak bisa perempuan dengan perempuan, atau laki-laki dengan laki-laki. Tuhan juga mau agar kita dapat hidup sesuai dengan ketetapan Tuhan.

Jadi, mulai sekarang kita mau belajar untuk memahami keadaan kita. Jika Tuhan menjadikan kita perempuan, maka kita harus bersyukur. Sebaliknya, jika Tuhan menjadikan kita sebagai seorang anak laki-laki, kita pun harus bersyukur. Karena Tuhan begitu sayang kepada kita, maka Tuhan menciptakan manusia dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan, agar setiap laki-laki dapat menyatu dengan perempuan di dalam pernikahan yang kudus. Tentunya jika sudah dewasa, ya!

Card image
Truth Youth 12 Juni 2023 ( English Version) - WISE ASSOCIATIONS
2023-06-12 09:27:46


"Whoever walks with the wise becomes wise, but the companion of fools will suffer harm." (Proverbs 13:20)

In addition to learning to have a sincere attitude in friendship, we must also have a wise approach to friendships. The Word of God in Proverbs 13:20 tells us that our associations will influence our attitudes. Paul also states this in 1 Corinthians 15:33, saying, "Bad company corrupts good character." This means that we must be cautious in choosing our social circle because the friends and environment we choose to associate and interact with will impact our lives and character.

If we choose to associate with wise people, they will help us grow and develop in wisdom. They can provide good advice, share experiences, and serve as good examples in their lives. On the other hand, if we associate with foolish people, we will be influenced by their attitudes and actions, which may not be wise. This can lead us to make poor decisions, engage in inappropriate behavior, and ultimately have a negative impact on our lives. Associating with the wrong people can destroy our future and hinder our growth, both spiritually and in other aspects.

You may wonder why we should be selective in choosing our social circle. Shouldn't we avoid being selective in friendships? Well, if even the Word of God warns us about the dangers of choosing the wrong associations or friendships, it is only right for us to avoid and take a selective approach in determining our social circle. Therefore, be cautious in friendships and associations, so that we do not get "lost" simply because we chose the wrong friends.

WHAT TO DO:
1. Choose your social circle wisely. Seek advice from your parents or spiritual mentors to select the best social environment for your spiritual growth.
2. Get involved in spiritual communities within your church or in your workplace or school environment.

BIBLE MARATHON:
2 Chronicles 17-20

Card image
Truth Youth 12 Juni 2023 - BIJAK BERGAUL
2023-06-12 09:23:25


"Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang." (Amsal 13:20)

Selain kita belajar untuk memiliki sikap tulus dalam berteman, kita juga harus memiliki sikap yang bijak dalam berteman. Firman Tuhan dalam Amsal 13:20, menyatakan kepada kita bahwa pergaulan akan memengaruhi sikap kita. Paulus juga menyatakan hal demikian di dalam 1 Korintus 15:33, bahwa “Pergaulan yang buruk akan merusak kebiasaan yang baik.” Artinya, kita harus berhati-hati dalam memilih lingkungan pergaulan kita, karena teman dan lingkungan pergaulan yang kita pilih untuk bergaul dan berinteraksi akan memengaruhi hidup dan karakter kita.

Jika kita memilih bergaul dengan orang yang bijak, maka mereka akan membantu kita tumbuh dan berkembang dalam kebijaksanaan. Mereka dapat memberikan nasihat yang baik, berbagi pengalaman, dan menjadi teladan yang baik dalam hidup mereka. Di sisi lain, jika kita bergaul dengan orang bebal atau bodoh, kita akan terpengaruh oleh sikap dan tindakan mereka yang mungkin tidak bijaksana, yang dapat mengarahkan kita pada keputusan yang buruk, perilaku yang tidak pantas, dan akhirnya berdampak negatif pada hidup kita. Bergaul dengan orang yang salah dapat menghancurkan masa depan kita dan akan menghambat pertumbuhan kita, baik secara rohani, maupun hal-hal lainnya. Mungkin kita bertanya, mengapa kita harus “memilih-milih” lingkungan pertemanan kita, bukankah kita tidak boleh “memilih-milih” dalam pertemanan? Kalau firman Tuhan saja sudah memberikan peringatan bahaya dari salah memilih pergaulan atau pertemanan, sudah seharusnya kita, menghindari dan mengambil sikap “memilih-milih” dalam menentukan lingkungan pergaulan kita. Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam berteman dan bergaul, jangan sampai kita ‘terhilang’ hanya karena kita salah berteman.

WHAT TO DO:
1. Pilihlah lingkungan pertemanan dengan bijak. Kamu bisa berkonsultasi kepada orang tua, atau kakak rohanimu untuk bisa memilih lingkungan pergaulan terbaik bagi pertumbuhan rohanimu.
2. Ikutilah komunitas rohani di dalam lingkungan gereja, atau komunitas rohani di dalam lingkungan pekerjaan atau sekolah.

BIBLE MARATHON:
2 Tawarikh 17

Card image
Renungan Pagi - 12 Juni 2023
2023-06-12 09:18:02


Apakah kita harus berbuat baik? Harus! Tetapi, berbuat baik bukan supaya masuk sorga, bukan supaya diberkati, justru kita berbuat baik sebagai balasan atas anugerah Tuhan dalam hidup kita, karena hidup ini karena Anugerah, kuat karena Anugerah, bisa ada sebagaimana kita ada, karena Anugerah Tuhan.

Karena itulah, apapun yang terjadi harus bersyukur, apapun yang terjadi tidak perlu mengeluh, mungkin disakiti, dikecewakan dan gagal, tetapi kita tetap bersyukur dan berkata, "Tuhan, terima kasih hari ini aku gagal tetapi Anugerah Tuhan masih berlaku dan menyertai aku dalam segala perkara."
(1 Korintus 15:10)

Card image
Quote Of The Day - 12 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-12 09:15:09


Indah tidaknya lukisan hidup kita tidak ditentukan oleh Allah semata-mata namun juga ditentukan oleh kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 12 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-12 09:11:20


Orang tidak bisa menikmati kasih Allah karena tidak mengenal Allah. Tidak memahami karakter, sifat, kehendak dan rencana Allah.

Card image
DON'T UNDERESTIMATE - 12 Juni 2023 (English Version)
2023-06-12 09:05:39










Card image
JANGAN ANGGAP REMEH - 12 Juni 2023
2023-06-12 09:02:52


Tuhan memperingatkan kita untuk satu hal yang benar-benar harus kita perhatikan, yaitu mengenai kegagalan dari bangsa Israel yang telah dientaskan Tuhan dari tanah perbudakan. Semestinya, mereka sampai ke Tanah Kanaan; negeri yang dijanjikan oleh Allah. Tanah yang berlimpah susu dan madu. Susu, bicara mengenai kemakmuran peternakan. Madu, bicara mengenai kemakmuran pertanian. Jadi, bicara mengenai susu dan madu, itu bicara mengenai kelimpahan hidup. Sangat jauh berbeda dengan keadaan mereka pada waktu di Mesir sebagai budak, tidak ada kemerdekaan; tertindas. Waktu, hidup, tenaga mereka dikuasai, dimiliki oleh bangsa Mesir.

Allah melepaskan mereka dengan 10 tulah. Hal yang tidak pernah terjadi dalam sejarah kehidupan. Tidak heran kalau bangsa-bangsa Kanaan menjadi takut jika mereka mendengar bahwa Allah yang orang-orang Kanaan kenal sebagai dewa orang Israel itu kuat. Di depan mata mereka, Allah menunjukkan keperkasaan-Nya, pembelaan-Nya, kesetiaan-Nya. Selanjutnya, Tuhan juga membuat laut Teberau terbelah. Mereka menyaksikan bagaimana Tuhan mengadakan keajaiban. Lengan perkasa-Nya yang bisa membelah laut atau mengeringkan laut.

Mereka juga menyaksikan bagaimana Allah hadir di Sinai dengan guruh, halilintar yang mengerikan, sehingga mereka semua gemetar. “Tetapi sungguh pun demikian,” kata firman Tuhan, “Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka.” Artinya, sebagian besar mereka ternyata dinilai Tuhan tidak berkenan. Karenanya, mereka ditewaskan di padang gurun sebagai konsekuensinya. Betapa sayangnya Tuhan kepada mereka. Tuhan hadir dalam keperkasaan yang begitu hebat, menyayangi bangsa itu. Tidak diragukan, kasih kesetiaan Tuhan kepada umat Israel. Seperti firman Tuhan mengatakan bahwa Ia tidak menghendaki seorang pun binasa (2 Petrus 3:9). Tentu Allah tidak menghendaki seorang pun dari bangsa Israel yang tidak menjangkau Kanaan.

Namun, Tuhan menewaskan mereka di padang gurun. Tetapi sungguh pun demikian—maksudnya, walau mereka telah menyaksikan perbuatan tangan Tuhan yang perkasa membela mereka, mereka mengalami dan merasakan kasih Tuhan— mereka tidak berkenan karena mereka tidak dengar-dengaran. Tidak tahu diri, tidak tahu budi, tidak tahu berterima kasih, dan memberontak. Semua ini telah terjadi, bukan dongeng, bukan cerita fiksi. Semua ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita, untuk memperingatkan kita supaya kita jangan menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang mereka telah perbuat. Jangan anggap remeh bahwa kejahatan kita itu tidak membahayakan. Setan menipu kita.

Jangan berpikir kejahatan kita tidak akan membuahkan sesuatu yang mencelakai kita. Di dalam 1 Korintus 10:11, kembali ditulis, “Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh yang dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita, yang hidup pada waktu di mana zaman akhir ini telah tiba.” Luar biasa pesan ini. Sejujurnya, sebagian kita masih melakukan kejahatan di mata Tuhan. Tuhan memang belum mendatangkan celaka, karena Tuhan masih memberikan kesempatan bagi kita untuk bertobat. Maka, jangan terus-menerus begitu. Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, tetapi Tuhan juga tidak akan mengubah tatanan-Nya. Kalau kita taat, maka berkat, rahmat. Kita tidak taat, maka laknat.

Kalau sekarang kita merasa seakan-akan keadaan aman-aman saja, firman Tuhan mengatakan memang ada orang yang menganggap sebagai kelalaian. Mereka juga menganggap Tuhan seperti main-main dengan menciptakan kehidupan ini. Seperti di Mazmur 73, dikatakan bahwa orang jahat, orang fasik malah gemuk, sehat, senang selamanya, artinya tidak pernah mengalami kesulitan. “Selamanya” dalam arti waktu di bumi atau sementara waktu, tetapi pemazmur yang memperhatikan firman dan sungguh-sungguh, seperti kena tulah. Seperti kena hukuman, mendapat pukulan. Tuhan tidak main-main. Semua di dalam kontrol Tuhan, semua dalam tatanan Allah. Semua ada perhitungannya.

Jangan kita anggap Tuhan itu main-main. Mengerikan! Sudah saatnya firman Tuhan disampaikan kepada orang-orang dewasa. Bukan seperti berapa puluh tahun lalu ketika gereja baru mengalami kebangunan rohani. Di mana kita bisa menyerukan bahwa “Allah itu baik, sungguh baik, sangat baik. Allah memberkati, Allah menyertai. Dia Gembala yang baik, melindungi, menjaga.” Hal itu benar dan tetap. Namun, hari ini, kita juga harus mengajarkan ada domba yang sesat. Maka, kalau sampai tidak balik, mereka akan terhilang selamanya. Tuhan itu penuh kasih, tetapi Dia juga adil. Harus diajarkan bahwa Tuhan juga bisa berkata tegas, “Aku tidak kenal kamu. Enyahlah dari hadapan-Ku.”

Peringatan Tuhan ini demi kebaikan kita, karena Tuhan mengasihi kita. Sering kali kita tidak tahu bagaimana menyayangi diri kita sendiri dengan benar. Kita sering masih menyayangi diri kita dengan cara yang salah, yaitu ketika kita memuaskan apa yang menjadi kepuasan-kepuasan kita tanpa memperhatikan standar kebenaran dan kesucian Tuhan. Dengan demikian, sejatinya, kita mencelakai diri kita sendiri.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JANGAN ANGGAP REMEH BAHWA KEJAHATAN KITA ITU TIDAK MEMBAHAYAKAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 12 Juni 2023
2023-06-12 08:59:53

1 Raja-raja 8
2 Tawarikh 5

Card image
Truth Kids 11 Juni 2023 - LAKI-LAKI Vs PEREMPUAN
2023-06-11 09:49:07


Ulangan 22:5
“Seorang perempuan janganlah memakai pakaian laki-laki dan seorang laki-laki janganlah mengenakan pakaian perempuan, sebab setiap orang yang melakukan hal ini adalah kekejian bagi Tuhan, Allahmu.”

Siapa yang senang jalan-jalan ke mall? Mungkin sebagian dari Sobat Kids senang, ya, jalan-jalan di mall. Hawanya sejuk, bisa main, bisa makan, bahkan bisa beli baju baru. Bila Sobat Kids masuk ke department store atau toko baju, tentu kalian akan melihat baju-baju yang dipisahkan antara baju perempuan dan baju laki-laki. Mengapa demikian? Karena memang laki-laki dan perempuan berbeda, termasuk pakaian yang dikenakan.

Memang ada beberapa jenis baju yang bisa dipakai siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Misalnya kaos, celana pendek atau celana panjang. Tetapi ada hal-hal yang tidak bisa disamakan antara pakaian laki-laki dan perempuan. Contohnya laki-laki tidak memakai gaun panjang atau dress, maupun rok. Dress dan rok hanya untuk anak perempuan.

Sobat Kids yang laki-laki jangan sampai salah memakai pakaian perempuan, ya. Tuhan sudah menciptakan kita dengan sempurna, sesuai dengan jenis kelamin yang kita miliki saat lahir. Kita harus bersyukur dengan pilihan Tuhan tersebut. Baik laki-laki atau perempuan, kita harus sama-sama berpakaian yang sopan. Sehingga kita bisa menyenangkan Tuhan dengan perilaku kita sehari-hari.

Card image
Truth Junior 11 Juni 2023 - SESUAI JENISNYA
2023-06-11 09:46:39


Ulangan 22:5
”Seorang perempuan janganlah memakai pakaian laki-laki dan seorang laki-laki janganlah mengenakan pakaian perempuan, sebab setiap orang yang melakukan hal ini adalah kekejian bagi Tuhan, Allahmu.”

Siapa di antara Sobat Junior yang memiliki saudara yang umurnya tidak jauh dari kalian? Biasanya jika kalian memiliki saudara yang jenis kelaminnya sama, kalian bisa memakai baju kakak. Baju kakak yang sudah kecil, dapat dipakai oleh adiknya. Namun, bagaimana jika berbeda jenis dengan kalian? Sobat Junior yang perempuan, memiliki kakak atau adik laki-laki. Begitu juga sebaliknya. Sobat Junior yang laki-laki, memiliki kakak atau adik perempuan. Tentu tidak bisa semuanya. Mengapa? Karena laki-laki dan perempuan berbeda.

Sobat Junior yang perempuan, tentu mengenakan pakaian khusus untuk perempuan. Contohnya rok dan dress. Anak laki-laki, tidak mengenakan rok maupun dress. Memang ada jenis pakaian tertentu yang dapat digunakan laki-laki dan perempuan, seperti kaos, celana pendek, dan celana panjang. Namun, potongan dan bentuk kain yang digunakan tetap ada yang berbeda. Bagaimana dengan seragam sekolah kalian? Seragam murid perempuan pasti berbeda dengan seragam murid laki-laki, kan? Oleh sebab itu, Sobat Junior, kalian harus mengenakan baju sesuai dengan gender (jenis kelamin). Jangan sampai salah memilih baju, ya.

Card image
Truth Youth 11 Juni 2023 (English Version) - SINCERE LIKE A DOVE
2023-06-11 09:41:36


"A dishonest person spreads strife, and a gossip separates close friends." (Proverbs 16:28)

We are already familiar with the phrase "sincere like a dove." This phrase is spoken by Jesus in Matthew 10:16, instructing us to be wise as serpents and innocent as doves. But why did Jesus use doves as a symbol of sincerity? And how do we apply it in our friendships?

There are several reasons why Jesus used doves as a symbol of sincerity. First, doves are a symbol of the Holy Spirit. Remember when Jesus was baptized by John? A dove descended upon Jesus as a sign of the presence of the Holy Spirit. Where the dove is present, there is peace and tranquility. Likewise, the Holy Spirit is present within us to bring peace and serenity. We are also called to bring peace to everyone, and how can we do that? Through sincerity.

Sincerity is a pure, selfless attitude without hidden intentions or ulterior motives behind someone's actions or words. Simply put, sincerity is when someone behaves with honesty, integrity, and a genuine heart without hidden agendas or personal interests. Similarly, we should practice this in our friendships, especially as Christians who are called to be peacemakers for everyone, just like a dove that brings a peaceful atmosphere.

How can we demonstrate sincerity in our friendships? Let's start by learning to be friends without seeking personal gain or selfish motives. Let's have integrity and a demeanor that reflects Christ in our behavior, so that we may be like doves, bringing a peaceful atmosphere to everyone.

WHAT TO DO:
1. Learn to be friends with others as they are, without considering their status.
2. Maintain integrity in our way of life. Do not engage in behaviors that do not reflect Christ.

BIBLE MARATHON:
2 Chronicles 12-16

Card image
Truth Youth 11 Juni 2023 - TULUS SEPERTI MERPATI
2023-06-11 09:38:56


"Orang yang curang menimbulkan pertengkaran, dan seorang pemfitnah menceraikan sahabat yang karib. (Amsal 16:28)

Kita sudah tidak asing dengan kata “tulus seperti merpati”. Kata ini merupakan perkataan Tuhan Yesus di dalam Matius 10:16, yang memerintahkan kita agar cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Namun, mengapa Tuhan Yesus menggunakan merpati sebagai simbol ketulusan? Lalu, bagaimana kita menerapkannya dalam kehidupan pertemanan kita?

Ada beberapa alasan mengapa merpati digunakan Tuhan Yesus sebagai simbol ketulusan. Pertama, merpati adalah simbol Roh Kudus. Ingat ketika Tuhan Yesus dibaptis Yohanes? Merpati turun menghinggapi Tuhan Yesus sebagai tanda kehadiran Roh Kudus. Di mana burung merpati hadir, di situ ada ketenangan dan kedamaian. Demikian pula Roh Kudus hadir di dalam kita untuk memberikan ketenangan dan kedamaian. Kita pun juga dituntut agar kita membawa kedamaian bagi semua orang. Bagaimana caranya? Tentu dengan ketulusan.

Sikap tulus merupakan sikap yang murni, ikhlas,dan tidak memiliki maksud tersembunyi atau menyembunyikan niat yang lain di balik tindakan atau perkataan seseorang. Secara sederhana, tulus adalah keadaan ketika seseorang berperilaku dengan kejujuran, integritas, dan ketulusan hati tanpa motif tersembunyi atau kepentingan pribadi. Demikian pula yang harus kita lakukan di dalam pertemanan kita, apalagi kita adalah orang-orang Kristen yang dituntut menjadi pembawa damai bagi semua orang, layaknya seekor merpati yang membawa suasana damai.

Bagaimana kita bersikap tulus di dalam pertemanan kita? Mari belajar dari hal-hal kecil, seperti belajar untuk berteman tanpa mencari kepentingan atau niat-niat yang tujuannya “menguntungkan diri” kita. Miliki integritas dan sikap yang mencerminkan Kristus dalam tingkah laku kita, supaya kita seperti merpati, yang menghadirkan suasana damai bagi semua orang.

WHAT TO DO:
1. Belajar untuk berteman apa adanya, tanpa memandang status orang tersebut.
2. Miliki integritas dalam sikap hidup kita. Jangan ikuti perilaku yang tidak mencerminkan Kristus.

BIBLE MARATHON:
2 Tawarikh 12-16

Card image
Renungan Pagi - 11 Juni 2023
2023-06-11 09:32:58


Jika tahu bahwa Yesus adalah jalan, maka kita akan berjalan terus dijalan-Nya, karena di ujung jalan itulah target kita, karena itu ketika sedang berjalan ingatlah untuk jangan kecewa, jangan putus asa, jangan lemah dan stress, tetapi tetaplah jalan terus.

Ketika sedang tertekan, jalan terus, layani Tuhan terus dan ikuti apa yang Tuhan kehendaki, dan juga harus tahu, tidak selamanya kita dapat melangkah dengan sorak-sorai, kadangkala kita melangkah sambil menangis, tetapi selama berjalan terus, maka kita akan sampai pada target dan rencana Tuhan yang luar biasa.

Di jalan Tuhan; betul ada tantangan, tetapi di jalan Tuhan selalu tersedia kekuatan untuk terus berjalan, di jalan Tuhan tersedia segala yang kita butuhkan, karena itu selama berada dijalan Tuhan, kita tidak akan pernah kekurangan sesuatu yang baik.

(Amsal 16:9,17)

Card image
Quote Of The Day - 11 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-11 09:24:44


Kita harus memiliki satu-satunya ambisi untuk menjadi manusia istimewa di mata Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 11 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-11 09:23:24


Mukjizat bukanlah segalanya. Tuhan tidak menikmati mukjizat yang dilakukan melalui orang percaya. Tuhan lebih menikmati kehidupan orang percaya yang melakukan kehendak Bapa.

Card image
TRAGIC - 11 Juni 2023 (English Version)
2023-06-11 09:20:21


We should remember that life is tragic because it is a product that humans have tampered with or thwarted. Our life today is not as designed by God, for it has degraded, unlike God’s purpose in creating life. There is no peace in this life, and humans are only waiting for these things, firstly, problems. Secondly, getting old or sick, and thirdly, death. It seems fatalistic, but in truth, it is.

God has warned humans, “When you eat from it, you will certainly die,” meaning that human is separated from God’s presence, and the earth is cursed. Through the sacrifice of Jesus Christ, humans can be reconciled to God, but that doesn’t mean the curse on this earth is lifted. Earth remains a cursed, punished planet and causes thistles and thorns to appear, eventually becoming a lake of fire. Then humans, even though Christians, are not free from trouble. So, when the human being or the world is in danger or crisis, Christians experience it, but what is extraordinary is that the problem we encounter can be God’s means of maturing us.

Christians also experience crises like others, but we become mature when facing them. So, it’s naive if a Christian says, “Praise God, I’m a Christian. Since becoming a Christian, I have had no problems. If there is a problem quickly settled, God makes a way, and my prayers are always answered.” Maybe it’s true temporarily when someone is a new Christian, but after growing up, it must be processed. So, it is impossible if we expect that we are free from problems by being Christians. 1 Cor.10:13 says that no trial has overtaken you that is not faced by others. So, when we say “faced by others,” it means not just Christians but all humans.

We must not feel that, as Christians, we can be free from problems. It is a lie and must not be true if there are servants of God who preach that being a Christian means being victorious, always having no issues or avoided from problems, and if having problems, quickly solved. God says, “God works in all things,” in other words, “God works in all problems.” God works in trouble, meaning He uses temptations to mature us so that we can become similar to Jesus. Another verse says, “Give thanks in all things,” which means that though we have problems, we must still give thanks.

Furthermore, 1 Pet.1:6 says, “In all this you greatly rejoice, though now for a little while you may have had to suffer grief in all kinds of trials.” So, there must be a problem. Don’t think we won’t have problems or are the most unfortunate because we have problems while others don’t. Honestly, we don’t know other person’s life. They may also have a problem right now but not revealed, or people don’t know about it, or perhaps they don’t have any issues right now but are about to experience one later. Life is tragic. 

Maybe unwittingly, believers deal with God because they hope their lives will run smoothly and without problems. I’m afraid that’s not right. We have to think of that problem as nutrition. If a child is given good food, they will grow healthy and strong. If we are given a problem—the nourishment of faith—then we will grow spiritually mature or become pleasing to God. From an honest perspective, we should see that this life is bound to be problematic. Let’s try to be calm first. What problems are being faced right now that make us very desperate?

However, all must come to an end, so all the partying and the suffering must come to an end. Though life is tragic, it becomes not tragic when we have hope for the future. The miserable life can be anticipated, cured, and solved with this one: The new heavens and earth. We should accept that life is tragic, so don’t try to build Paradise on Earth because it is only in God. Don’t think about happiness on this earth because we will betray God. Nothing can make us happy except God. This is the most important principle, although not easy. Everything can be skipped because real life will be later, in the new heavens and earth.  

LIFE BECOMES NOT TRAGIC WHEN WE HAVE HOPE FOR THE LIFE TO COME.

Card image
TRAGIS - 11 Juni 2023
2023-06-11 08:54:41


Mari kita terus mengingat bahwa hidup ini tragis. Tidak mungkin tidak tragis. Sebab, kehidupan ini merupakan produk yang sudah dirusak; produk yang digagalkan oleh manusia sendiri. Kehidupan seperti yang kita miliki hari ini sebenarnya bukan kehidupan yang dirancang Tuhan. Ini adalah kehidupan yang sudah merosot nilainya, tidak sesuai dengan maksud dan tujuan Allah menciptakan kehidupan. Apa ada tenangnya hidup ini? Yang ditunggu manusia itu satu, masalah; dua, menjadi tua dan sakit; tiga, mati. Terkesan fatalistik, tapi memang hidup ini fatalistik.

Tuhan sudah memperingati, “Sebab pada hari manusia makan buah itu, manusia mati,” artinya manusia terpisah dari hadirat Allah, bumi terkutuk. Oleh kurban Yesus Kristus, manusia dapat diperdamaikan kembali dengan Allah, tetapi bukan berarti kutukan atas bumi ini diangkat. Bumi tetap menjadi planet yang terkutuk, terhukum. Menimbulkan onak dan duri, yang akhirnya nanti pasti akan menjadi lautan api. Lalu manusia, walaupun dia orang Kristen, tidak lolos dari masalah. Manusia sekitarnya bermasalah, dunia bermasalah, dunia krisis, maka orang Kristen juga kena krisis. Tidak bisa tidak. Tetapi ini luar biasa, krisis yang kita alami bisa menjadi sarana Allah mendewasakan kita.

Orang lain mengalami krisis, kita juga bisa mengalaminya. Namun, yang membedakannya adalah lewat krisis tersebut, kita didewasakan. Jadi, naif kalau ada orang Kristen berkata, “Puji Tuhan saya menjadi Kristen. Sejak jadi Kristen, saya tidak punya masalah. Kalau ada masalah, cepat selesai, Tuhan buka jalan. Doa-doa saya selalu dijawab.” Mungkin benar, untuk sementara waktu, ketika seseorang jadi Kristen baru, tetapi setelah dewasa, pasti Tuhan proses. Jadi, jangan mimpi karena menjadi orang Kristen, kita bebas dari masalah. Tidak mungkin. Di dalam 1 Korintus 10:13 dikatakan bahwa pencobaan-pecobaan yang kita alami adalah pencobaan-pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan manusia. Kalau dikatakan “kekuatan manusia,” artinya bukan hanya orang Kristen, melainkan semua manusia.

Jangan kita merasa sebagai orang Kristen, kita bisa bebas dari masalah. Itu penipuan. Kalau sampai ada hamba Tuhan yang berkhotbah bahwa menjadi orang Kristen artinya jadi pemenang, selalu bisa tidak punya masalah atau terhindar dari masalah atau kalau punya masalah, cepat dapat menyelesaikannya, itu bohong. Pasti salah. Tuhan berkata, “Allah bekerja dalam segala sesuatu,” dengan kata lain “Allah bekerja dalam segala masalah.” Di dalam masalah, Allah bekerja. Berarti ada masalah dan berarti Allah memakai masalah untuk mendewasakan kita agar kita serupa dengan Yesus. Ayat yang lain mengatakan juga, “Ucapkan syukur dalam segala hal.” Berarti kita pasti punya masalah, persoalan, tetapi kita harus tetap mengucap syukur.

Selanjutnya dalam 1 Petrus 1:6 dikatakan, “Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.” Jadi, pasti ada masalah. Jangan berpikir kita tidak akan punya masalah atau kita adalah orang paling malang karena kita punya masalah, sementara orang lain tidak punya masalah. Sejujurnya, kita tidak tahu hidup orang itu, bukan? Mungkin saat ini dia juga punya masalah, hanya tidak dia ungkapkan atau orang tidak tahu. Mungkin saat ini dia tidak punya masalah, tetapi dia baru saja melewati masalah atau akan sedang menghadapi masalah. Hidup ini tragis.

Mungkin tanpa sadar orang percaya berurusan dengan Tuhan karena berharap hidupnya akan running well, lebih smooth, tanpa masalah. Ini salah. Masalah itu harus kita anggap sebagai nutrisi. Kalau seorang anak diberi nutrisi yang baik, ia akan bertumbuh sehat dan kuat. Kita kalau diberi masalah—yang adalah nutrisi iman—maka rohani kita akan bertumbuh dewasa atau menjadi berkenan kepada Tuhan. Ayo, coba kita teduh dulu. Masalah apa yang kita hadapi saat ini yang membuat kita merasa ‘hidup segan mati tak mau’? Jadi sekarang, mari kita melihat hidup ini dengan kacamata yang jujur. Hidup ini pasti bermasalah.

Namun, semua pasti berakhir. Jadi, semua pesta dan semua derita pasti berakhir. Karena memang hidup ini tragis. Hidup menjadi tidak tragis ketika kita memiliki pengharapan; pengharapan kehidupan yang akan datang. Baru tragisnya hidup ini dapat diantisipasi, dapat disembuhkan, dapat diselesaikan dengan satu kata: langit baru bumi baru. Jadi, terimalah kenyataan bahwa hidup ini tragis. Maka, jangan coba membangun Firdaus di bumi. Tidak bisa. Firdaus kita hanya pada Tuhan. Jangan berpikir untuk bahagia di bumi ini, karena kita akan berkhianat kepada Tuhan. Tidak ada sesuatu yang bisa membahagiakan kita, kecuali Tuhan. Itu prinsip yang paling penting, walau tidak mudah. Apa pun, yang penting bisa dilewati saja. Hidup yang sesungguhnya itu nanti, di langit baru bumi baru.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

HIDUP MENJADI TIDAK TRAGIS KETIKA KITA MEMILIKI PENGHARAPAN; PENGHARAPAN KEHIDUPAN YANG AKAN DATANG.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 Juni 2023
2023-06-11 08:49:37

1 Raja-raja 7
2 Tawarikh 4

Card image
Truth Kids 10 Juni 2023 - M A N D I R I
2023-06-10 09:52:15


Amsal 4:1
“Dengarkanlah, hai anak-anak, didikan seorang ayah, dan perhatikanlah supaya engkau beroleh pengertian,”

Sore itu Novi dan Nina menemani orangtua mereka pergi ke tempat belanja. Setelah mama selesai berbelanja, Novi dan Nina bermain di arena permainan. Mereka sangat menikmati permainan-permainan yang ada di sana. Tak terasa mereka sudah bermain lama, lalu Nina pun ingin ke toilet.

Nina ditemani papa untuk pergi ke toilet karena mama sedang menjaga Novi di arena bermain. Sesampainya di depan toilet, Nina dan papa berhenti berjalan. Nina berkata, “Papa tunggu Nina di sini, ya. Ini khusus perempuan. Nina bisa sendiri.” Dengan rasa percaya diri Nina masuk ke toilet perempuan. Papa pun menunggu di depan toilet dengan rasa bangga, anaknya sudah belajar mengurus diri sendiri.

Sobat Kids, saat seorang anak tumbuh dalam penyertaan Tuhan, kita diberi keberanian dan kemampuan untuk menjaga diri. Kalian juga harus belajar untuk bilas sendiri saat di toilet. Bagi Sobat Kids perempuan, kalian bisa minta diajari mama. Bagi Sobat Kids laki-laki, kalian bisa minta diajari papa, cara bilas saat kalian di toilet. Kalian bisa mulai belajar di rumah terlebih dahulu. Belajarlah untuk membersihkan diri kalian secara benar dan mandiri. Minta mama atau papa untuk memeriksa apakah sudah bersih atau belum.

Card image
Truth Junior 10 Juni 2023 - PERBEDAAN
2023-06-10 09:49:31


Hak. 14:17
“Tetapi isterinya itu menangis di sampingnya selama ketujuh hari mereka mengadakan perjamuan itu. Pada hari yang ketujuh diberitahukannyalah kepadanya, karena ia merengek-rengek kepadanya, kemudian perempuan itu memberitahukan jawab teka-teki itu kepada orang-orang sebangsanya.”

Sobat Junior yang laki-laki, apakah kalian pernah bingung dengan sikap teman perempuan kalian? Misalnya, kok, teman perempuan kalian pada umumnya tidak suka bermain bola? Atau, kenapa, sih, kebanyakan perempuan lebih cengeng, dikit-dikit menangis? Jangan heran, Sobat Junior. Dari zaman dahulu, hal itu sudah ada.

Ayat firman Tuhan hari ini menceritakan tentang kisah istri Simson. Simson memberi teka-teki kepada orang-orang Filistin. Karena mereka tidak bisa menjawab teka-teki dari Simson, maka mereka membujuk istri Simson untuk mendapatkan jawabannya. Simson tidak mau memberitahukan jawabannya. Dan apakah yang dilakukan istri.Simson? Ya, istrinya menangis, merengek-rengek minta diberitahu jawabannya. Nangisnya bukan hanya sebentar, Sobat Junior. Bukan juga berjam-jam, tetapi berhari-hari. Selama tujuh hari, istrinya menangis merengek-rengek. Hal ini tidak baik, ya, Sobat Junior. Kalian tidak boleh menirunya.

Kisah ini mau menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan. Laki-laki pada umumnya lebih berpikir menggunakan logika. Sedangkan perempuan, pada umumnya, lebih menggunakan perasaan. Makanya, perempuan biasanya lebih baper (bawa perasaan) dibandingkan laki-laki. Tuhan telah merancangkan laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan. Namun, sebagai anak-anak Allah, kita harus dapat memiliki perasaan dan pikiran yang sesuai dengan perasaan dan pikiran Allah. Apa pun jenis kelaminnya, kita semua sama-sama harus berjuang untuk menyenangkan hati Bapa di surga.

Card image
Truth Youth 10 Juni 2023 (English Version) - JUDAS' KISS
2023-06-10 09:53:12


"A friend wounds with good intentions, but an enemy multiplies kisses." (Proverbs 27:6)

We are certainly familiar with the story of Judas who 'betrayed' Jesus for 30 pieces of silver, equivalent to 120 days' wages during that time. And we know that Judas was one of Jesus' closest disciples. Judas knew he would betray Him, which is why among the other 11 disciples, he was the only one who acted 'kindly' towards Jesus before he would "exchange" Him for money. Just as Proverbs 27:6 states, an opponent or someone who is not a true friend will allow us to go astray or even push us into wrongdoing, but a true friend will not hesitate to sternly reprove us for a good purpose.

Remember, sincerity does not lead to downfall. In friendship, God does not teach us to love by just giving praise. The Word of God says that we should sharpen one another like iron sharpens iron. This means there must be honesty and a willingness to care by courageously rebuking our friends when they are in the wrong, and conversely, we should not get angry or distance ourselves when our friends reprove us. We may live in Indonesia with a culture of hesitation, but if we refrain from reproving others just because of our hesitation, we are also sinning before God. Often we hear that honesty can be painful. However, the pain is only temporary, and its purpose is to prevent us from falling into the same sin. When we are reproved, our ego tends to be high and unwilling to be blamed, but in such cases, we must be willing to hurt our ego by changing our response to gratitude when we have friends or people who are willing to reprove us because of their caring nature towards us. In fact, if all we receive in a friendship is praise, then be cautious, for we may not be betrayed as severely as Judas betraying Jesus, but we will not grow. True reproof is evidence of love.

WHAT TO DO:
If we truly care for our friends, we learn to courageously reprove their mistakes and are willing to admit our own mistakes when reproved.

BIBLE MARATHON:
2 Chronicles 8-11

Card image
Truth Youth 10 Juni 2023 - JUDAS' KISS
2023-06-10 09:43:17


"Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah. (Amsal 27:6)"

Kita pasti sangat familiar dengan kisah Yudas yang ‘menjual’ Tuhan Yesus, demi 30 syikal perak. Kalo di-convert sama dengan upah kerja selama 120 hari pada zaman itu. Padahal kita tahu, Yudas adalah salah satu orang terdekat Yesus. Yudas tahu ia akan berkhianat, tidak heran di antara 11 murid lainnya, hanya ia yang berperilaku ‘manis’ terhadap Yesus pada saat sebelum ia akan “menukarkan” Yesus demi uang. Sama seperti yang Amsal 27:6 catat, seorang lawan atau bukan teman sejati, akan membiarkan saat kita berbuat salah, atau malah menjerumuskan, tetapi seorang teman yang sejati, tidak akan segan untuk menegur dengan keras untuk tujuan yang baik.

Ingat, ketulusan tidak akan menjerumuskan. Dalam persahabatan, Tuhan tidak mengajarkan kita untuk mengasihi dengan hanya memberikan pujian-pujian. Tetapi Firman Tuhan mengatakan kita harus seperti besi menajamkan besi. Artinya, ada kejujuran dan kesediaan diri untuk perhatian dengan berani menegur sahabat kita yang bersalah, dan sebaliknya, kita pun tidak akan marah atau menjauhi saat ditegur sahabat kita. Kita memang tinggal di Indonesia dengan budaya sungkan, tapi kalau kita tidak mau menegur hanya karena sungkan, kita pun juga berdosa di hadapan Tuhan. Sering kali kita mendengar, kejujuran memang terkadang menyakitkan. Namun, menyakitkannya hanya sementara, tapi tujuannya supaya kita tidak terjatuh ke dalam dosa yang sama. Memang saat ditegur, kita punya ego tinggi yang merasa gak mau disalahkan, dalam hal ini kita harus berani menyakiti ego kita, dengan mengubah respons kita menjadi bersyukur saat ada sahabat atau orang-orang yang mau menegur kita karena begitu care-nya mereka dengan kita. Justru, kalau dalam sebuah pertemanan yang kita terima hanyalah pujian, maka hati-hati, kita mungkin tidak dikhianati se-extreme Yudas menjual Yesus, tapi tidak akan bertumbuh. Teguran yang benar adalah bukti dari kasih.

WHAT TO DO :
Kalau kita sayang teman, kita belajar untuk berani menegur kesalahan, dan berani untuk mengakui kesalahan saat ditegur

BIBLE MARATHON:
1 Tawarikh 8-11

Card image
Renungan Pagi - 10 Juni 2023
2023-06-10 09:56:08


Dalam dunia perbankan, kita mengenal istilah deposito. Kita menaruh sejumlah uang di bank. Lalu tanpa melakukan apa-apa, akan mendapat bunganya. Namun, prinsip ini sangat berbahaya jika diterapkan dalam spiritualitas. Lewat perumpamaan kali ini, kita akan merenungkan perihal ini.

Peristiwa ini masih terjadi di dalam rumah Zakheus, si pemungut cukai. Di situ Yesus memberikan sebuah perumpamaan yang hendak mengajarkan cara hidup warga Kerajaan Allah.

Perumpamaan tentang seorang bangsawan yang akan berangkat ke sebuah negeri untuk dinobatkan sebagai raja. Sebelum pergi, ia menitipkan uang 10 mina kepada 10 hambanya, dan berpesan agar mereka menggunakan uang itu untuk berdagang sampai ia kembali. Tetapi hanya 3 hamba yang dikisahkan datang pada tuannya.

Terkadang, kita cenderung seperti hamba ketiga. Dalam kerohanian mungkin menyimpan (tidak menggunakan) talenta serta kemampuan pemberian Tuhan. Akibatnya, kita tidak produktif dalam pelayanan. Mirip seperti orang yang menabung di deposito, yaitu tidak melakukan apa-apa, namun berharap menerima sesuatu dari Tuhan.

Kita lupa bahwa Yesus akan datang kembali sebagai Raja. Ia akan menjadi Hakim dan menuntut pertanggungjawaban kita atas semua talenta itu. Oleh karena itu, mari tetap produktif melayani Tuhan sampai IA datang. Dengan antusias mari kita maksimalkan segala talenta yang sudah Tuhan berikan untuk melayani sesama bagi kemuliaan nama-Nya.
(Lukas 19:11-27)

Card image
Quote Of The Day - 10 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-10 09:35:28


Semua kita punya kesempatan untuk menjadi yang terbaik. Sudahkah kita perjuangkan untuk mencapainya?

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 10 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-10 09:33:42


Jika seseorang hidup dan berjalan bersama dengan Tuhan, mereka akan lebih mudah untuk menjauhi dosa. Selain itu, Tuhan akan membimbing dan membantu orang tersebut untuk tetap teguh dalam kebenaran.

Card image
PERUBAHAN KARAKTER MENJADI CIRI ATAU TANDA KEPASTIAN KESELAMATAN - 10 Juni 2023
2023-06-10 09:15:08


Perubahan karakter menjadi ciri atau tanda kepastian keselamatan. Kepastian keselamatan bukan karena keyakinan secara mental bahwa dia akan masuk surga karena percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, tetapi keselamatan itu proses perubahan yang dialami seseorang, sampai orang mengagumi betapa hebat pekerjaan Roh Kudus. Seharusnya seseorang tahu dan mesti merasakan perubahan itu. Sehingga, masuk surga akhirnya bukan sekadar keyakinan, tetapi tahu bahwa manusia seperti ini layak bersama dengan Allah.

Namun, setan itu cerdik. Ia memberikan doktrin-doktrin yang hanya memformat pikiran secara sistematis teologis. Semua diselesaikan di atas kertas, di atas tulisan dalam format definisi “Percaya Yesus, selamat.” Ada lagi yang mengatakan, “Kamu ditentukan untuk selamat, pasti selamat. Kalau kamu ditentukan selamat, kamu tidak bisa menolak keselamatan. Namun, yang tidak ditentukan selamat, tidak akan bisa menerima keselamatan.” Semua hanya diformatkan dalam tulisan. Mestinya kekristenan tidak boleh diselesaikan di atas kertas. Namun, bukan berarti kita tidak setuju teologi, tetapi Allah yang hidup harus dialami. Perubahan bukan di atas kertas, dimasukkan dalam pikiran atau rasio, melainkan dalam perjalanan hidup konkret di mana seseorang diubahkan.

Keselamatan itu mengagumkan. Bukan hanya terhindar dari neraka dan diperkenankan masuk surga, tetapi perubahan; yaitu perubahan karakter kita. Maka, kita dibuat kagum oleh perubahan-perubahan tersebut, sampai akhirnya kita bukan hanya percaya kalau kita selamat, melainkan kita tahu kita selamat. Pada akhirnya, orang seperti ini sama sekali tidak takut mati. Seperti Paulus berkata, “Kalau aku disuruh memilih hidup atau mati, aku pilih bersama Tuhan.” Bukan spekulasi; bukan untung-untungan, bukan “mudah-mudahan diterima di sisi Tuhan,” bukan. Semua ada tatanannya. Kalau kita mengikuti tatanan itu, ada kepastian. Alkitab menunjukkan kepastian ini. Filipi 2:12 mengatakan, “Kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar.” Artinya, kita harus merespons keselamatan yang Tuhan berikan untuk memasuki pengalaman penggarapan Tuhan atas diri kita, atas karakter kita, di dalam dan melalui Roh Kudus. Itu luar biasa.

Para pendeta—khususnya—punya potensi untuk stagnan, berhenti, karena sudah punya pengetahuan, sudah memiliki pengetahuan teologi yang cukup, punya posisi di dalam gereja, mendapatkan legitimasi dari jemaat bahwa ini pendeta; wakil Tuhan, orang baik, rohaniwan. Dia lupa bahwa dia tidak boleh berhenti berubah. Perubahan akan berhenti waktu kita menutup mata. Kita tidak boleh berhenti berubah. Kita berhenti berubah, berarti mati. Bukan berlebihan kalau kita selalu memikirkan hal ini, karena pemazmur juga mengajarkannya. Kalau kita menunda, akhirnya kita membatalkan.

Banyak orang berpikir bahwa selalu ada waktu untuk berubah, selalu ada waktu untuk bertobat. Mereka lupa bahwa dalam perjalanan hidup, ketika kesempatan demi kesempatan yang Tuhan berikan tidak digunakan, hati seseorang mengeras, sampai dia tidak bisa bertobat. Kalau kita tidak belajar menjumpai Tuhan dalam doa dan perjumpaan konkret, akhirnya kita tidak sanggup percaya. Nanti di ujung maut, kita mencoba untuk mencari, meraih Tuhan, tetapi kita tidak mampu. Sekarang kita masih bisa berkata “percaya Tuhan.” Bersyukur Tuhan masih memberi kita kesempatan untuk memiliki pengalaman dengan Tuhan melalui doa, pengalaman hidup setiap hari. Perjumpaan dengan Tuhan lewat doa itu menstimulasi roh kita. Kita harus mengalami perjumpaan dengan Tuhan melalui peristiwa-peristiwa hidup di mana kita melihat kehadiran Tuhan, manuver Tuhan.

Dia menyertai bukan hanya karena mau melindungi, menjaga kita. Dia Bapa yang mendidik, Guru yang mengajar. Kita kagum terhadap hikmat kebijaksanaan Allah yang mengubah kita lewat berbagai peristiwa. Kalau orang Kristen baru memuji Tuhan, mengagumi Tuhan karena kuasa-Nya, keajaiban-Nya di mana Dia mendengar doa, mengabulkan permintaan, menyembuhkan sakit, memulihkan ekonomi, tetapi Kristen yang dewasa, mulai melihat kebijaksanaan Allah yang membentuk hidupnya. Roh Kudus menuntun kita untuk menjadi manusia yang melakukan kehendak Bapa. Apa standarnya? Yesus. Namun, Yesus abstrak. Tidak menjadi abstrak, ketika Roh Kudus menerjemahkan kehidupan Yesus dalam hidup kita. Menjadi begitu nyata dan riil, dan kita mengagumi kebijaksanaan-Nya. Jadi, keselamatan itu menjadi begitu menarik, begitu berharga seiring dengan berjalannya waktu, karena kita mengalami Tuhan yang hadir dan menyempurnakan karakter kita.

Hal itu yang terjadi dalam hidup banyak orang, khususnya kita orang-orang Kristen sejak kecil. Orangtua Kristen sudah dikurung dalam doktrin, seakan-akan hal itu sudah benar adanya. Padahal kita mesti punya pengalaman bagaimana penyertaan Tuhan dalam hidup kita yang membentuk kita. Sungguh itu luar biasa. Kristen yang benar, pasti punya pengalaman bagaimana proses pembentukan itu. Maka, jangan berhenti berubah. Jangan puas dengan apa yang telah kita capai. Pertanyakan, apakah kelakuan kita sudah serupa dengan Yesus? Roh Kudus akan menolong kita bercermin. Pasti! Bagian-bagian mana dalam hidup kita yang dipandang Tuhan masih bercacat. Tidak mungkin Tuhan tidak memberitahu. Jangan sibuk mempersolek wajah jasmani dengan pakaian, arloji, tas, dan lain-lain, tetapi kita tidak mempersolek wajah batin. Kenali diri kita. Tanyakan kepada Roh Kudus, “Sudahkah aku secantik, seindah Engkau, Tuhan?” Kalau belum, belajar dan belajar lagi. Biar kita miskin secara ekonomi, tetapi jangan miskin secara batin.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PERUBAHAN KARAKTER MENJADI CIRI ATAU TANDA KEPASTIAN KESELAMATAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 Juni 2023
2023-06-10 09:10:03

1 Raja-raja 5-6
2 Tawarikh 2-3

Card image
Truth Kids 09 Juni 2023 - BERSIKAP BAIK
2023-06-09 06:02:56


1 Korintus 16:13
“Berjaga-jagalah! Berdirilah dengan teguh dalam iman! Bersikaplah sebagai laki-laki! Dan tetap kuat!”

Pagi hari, saat matahari bersinar terang dan kicauan burung bernyanyi indah, ada siswi di SD Truth Kids yang sedang sangat bergembira. Ia bernama Tina. Dengan gembira Tina berjalan menuju ruang kelasnya. Saat Tina masuk ke dalam kelas, ia diejek oleh beberapa teman laki-laki. “Hahaha… Tina, kamu rambutnya pendek kayak laki-laki. Tina, kamu tinggal pakai celana aja tidak usah pakai rok.”

Dengan berani Tina menanggapi ejekan teman-teman laki-laki di kelasnya, “Saya adalah anak perempuan yang cantik di mata Tuhan. Walau rambut saya potong pendek, saya tetap perempuan.”

Sobat Kids, apakah Sobat Kids pernah mengalami hal yang sama? Diejek teman karena cara berpakaian, potongan rambut atau yang lain. Anak perempuan biasanya memiliki rambut panjang, memakai rok, memakai anting dan lain sebagainya. Sedangkan anak laki-laki memiliki rambut yang pendek, memakai celana, dan tidak memakai anting. Tuhan Allah menciptakan kita baik adanya dan menurut gambar dan rupa Allah. Jadi kita tidak boleh mengejek teman. Kita harus menjadi anak-anak Allah yang bersikap baik kepada semua orang.

Card image
Truth Junior 09 Juni 2023 - KITA BERHARGA WALAU BERBEDA*
2023-06-09 05:59:50


1 Korintus 16:13
“Berjaga-jagalah! Berdirilah dengan teguh dalam iman! Bersikaplah sebagai laki-laki! Dan tetap kuat!”

Pada suatu hari di Sekolah Minggu, ada seorang anak bernama Aldi yang bertanya kepada kakak Sekolah Minggu. “Kak, apa sih yang membuat laki-laki dan perempuan berbeda?” Kakak Sekolah Minggu pun tersenyum dan mulai bercerita tentang perbedaan ciri-ciri tubuh laki-laki dan perempuan. “Dengar baik-baik, ya, Aldi,” kata kakak Sekolah Minggu sambil menunjuk kepalanya. “Perbedaan yang paling mencolok adalah di kepala. Laki-laki dan perempuan memiliki rambut yang berbeda. Rambut laki-laki cenderung lebih tebal dan kaku, sementara perempuan memiliki rambut yang lebih panjang dan lembut.” Aldi mengangguk-angguk. “Nah, coba lihat tanganmu, Aldi. Tangan laki-laki cenderung lebih besar dan kuat, sementara perempuan memiliki tangan yang lebih kecil dan halus. Hal ini karena laki-laki membutuhkan tenaga yang lebih untuk melakukan pekerjaan yang berat.” Aldi tersenyum dan berkata, “Oh, gitu, ya, Kak. Terus apa lagi?” Kakak Sekolah Minggu tersenyum dan berkata, “Perbedaan lainnya terletak pada organ reproduksi kita, yang tentu saja laki-laki dan perempuan memiliki fungsi reproduksi yang berbeda.” Aldi akhirnya mengerti dan berkata, “Aku mengerti, Kak. Terima kasih sudah menjelaskan.”

Nah, dari cerita di atas, apa makna yang bisa Sobat Junior dapat? Betul banget! Laki-laki dan perempuan memiliki ciri-ciri tubuh yang berbeda. Namun, meskipun ada perbedaan dalam tubuh kita, semua orang harus dihormati dan diperlakukan dengan sama, baik itu laki-laki ataupun perempuan. Tuhan saja tidak membeda-beda kasih-Nya kepada manusia. Baik laki-laki maupun perempuan, sama di mata Tuhan. Kita semua berharga. Jadi, Sobat Junior harus selalu memperlakukan orang lain dengan baik dan menghargai mereka, terlepas dari perbedaan fisik yang kalian miliki, ya.

Card image
Truth Youth 09 Juni 2023 (English Version) - AS BITTER AS IT IS SWEET
2023-06-09 05:54:38


"A friend loves at all times, and a brother is born for adversity." (Proverbs 17:17)

A delicious meal is not created with just one seasoning and one flavor, but it consists of various spices and tastes combined to create a satisfying dish for our taste buds. If all food tasted sweet, everyone might develop diabetes, and similarly, if all food tasted sour, our taste buds would eventually become numb. And if all food tasted bitter, no one would want to enjoy it. That's why there are talented individuals who study or train to become skilled chefs, adept at blending flavors and seasonings to create a dish that suits the human palate.

Likewise, in life, as we grow older and mature, we come to realize that life is not just about things that bring happiness or solely about pleasing ourselves. However, those of us who live in the Lord will be led by Him to taste the sour and bitter aspects of life, not just the sweet ones. In this process, we learn how to handle sadness, disappointment, and destruction. Although at times we may feel discouraged, one thing we need to remember is that when we experience unpleasant things, it is where God has entrusted us with eternal blessings. Why? Because one day, we never know when, we can become friends who strengthen those around us, no matter how bitter their lives may be. Even if we have never experienced the disappointments our friends go through, we can learn to cultivate empathy, as Proverbs 17:17 says, to love at all times, no matter how bitter or sweet the circumstances of our friends. Let's not demand understanding from our friends if we cannot understand them. First things first, let us be the kind of friend who is good, right, and full of love to those around us.

WHAT TO DO:
1. Treat our friends as we would like to be treated. If we want others to understand us, learn to understand others first.
2. Train our empathy towards our friends starting from small things.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Chronicles 5-7

Card image
Truth Youth 09 Juni 2023 - SEPAHIT SEMANIS
2023-06-09 05:51:12


"Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." (Amsal 17:17)

Hidangan makanan yang lezat, tidak diracik hanya dari satu bumbu dan satu rasa saja, tapi ada banyak bumbu, rempah, dan rasa yang dipadukan menjadi suatu hidangan yang nyaman di lidah kita. Kalau semua makanan rasanya manis, bisa jadi semua orang diabetes, begitu pun kalau semua rasa makanan asam, bisa jadi lama-lama lidah kita menjadi mati rasa, atau bahkan kalau semua rasa makanan pahit, bisa jadi gak ada yang mau menikmatinya. That’s why, ada orang-orang berbakat yang sekolah ataupun berlatih menjadi seorang _chef_ handal, yang pandai memadukan rasa dan bumbu untuk mengolah suatu hidangan yang pas untuk lidah manusia.

Sama halnya dengan kehidupan, semakin kita bertambah usia dan bertumbuh dewasa, semakin kita mengenal bahwa kehidupan bukan hanya sekadar hal-hal yang membahagiakan, bukan hanya hal-hal yang menyenangkan kita saja. Tetapi, kita yang hidup dalam Tuhan, akan dibawa Tuhan mencicipi rasa asam dan pahit kehidupan, bukan sekadar hal-hal yang manis saja. Dalam proses ini, kita jadi mengerti bagaimana menyikapi kesedihan, kekecewaan, kehancuran. Walaupun terkadang, kita sempat merasa putus asa, tapi satu hal perlu kita ingat, saat kita sedang mengalami hal-hal yang tidak membahagiakan, di situlah berkat kekal yang Tuhan titipkan untuk kita. Mengapa? Karena suatu hari, kita gak pernah tahu kapan, kita bisa menjadi sahabat yang saling menguatkan bagi orang sekitar kita dalam kondisi sepahit apa pun kehidupan mereka. Kalaupun kita belum pernah merasakan kekecewaan yang dialami sahabat kita, kita bisa belajar melatih empati seperti yang dikatakan Amsal 17:17 menaruh kasih setiap saat, sepahit atau semanis apa pun keadaan sahabat kita. Jangan menuntut sahabat kita untuk bisa mengerti keadaan kita, kalau kita gak bisa mengerti mereka. First thing first, kita duluan yang menjadi sahabat yang baik, benar, dan penuh kasih bagi orang sekitar kita.

WHAT TO DO:
1. Perlakukan sahabat kita, sebagaimana kita mau diperlakukan. Kalau kita mau dimengerti orang, belajarlah untuk mengerti orang lain terlebih dahulu
2. Latihlah rasa empati kita terhadap sahabat-sahabat kita dari hal-hal kecil

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Tawarikh 5-7

Card image
Renungan Pagi - 09 Juni 2023
2023-06-09 05:48:27


Kehilangan harapan merupakan kondisi yang mengerikan. Sebaliknya, memiliki harapan-walau kecil-adalah kondisi yang membahagiakan. Demikianlah pengalaman seorang pengemis buta di jalan menuju Yerikho. Ajaib baginya ketika suatu saat Yesus datang melintasi tempat kerjanya. Telinga tajamnya mendengar kerumunan orang banyak berduyun-duyun menyambut Yesus orang Nazareth.

Seketika harapannya muncul. Ia berseru keras memanggil Yesus untuk memohon belas kasihan-Nya, tetapi banyak orang menegurnya dengan keras, namun ia malah berseru lebih keras. Akhirnya, harapannya benar-benar terwujud. Yesus berhenti dan bertanya padanya, dengan mantap ia meminta agar matanya dapat melihat, dan Yesus mengabulkan permintaannya oleh karena imannya. Iman seorang pengemis buta dari pinggiran Yerikho bukan saja telah mencelikkan matanya, namun, lebih dari itu imannya telah menyelamatkan hidupnya.

Dari peristiwa ini, kita bisa belajar bahwa keselamatan itu terbuka (inklusif). Karya keselamatan tersedia bagi semua orang, bahkan terhadap orang yang tidak dianggap. Kita mungkin sering bertemu dengan orang-orang seperti orang buta di luar kota Yerikho. Mereka adalah orang yang tidak mendapat perhatian, diacuhkan, dan kehilangan harapan. Kiranya kita dapat membagikan kasih Kristus dan berita Injil kepada mereka. Sebab, mereka juga layak untuk menyebut Yesus sebagai Mesias. Dengan demikian, ketika mereka beriman kepada Kristus, mereka memperoleh keselamatan kekal.
(Lukas 18:35-43)

Card image
Quote Of The Day - 09 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-09 05:42:31


Pikiran yang diberikan Tuhan kepada manusia mengisyaratkan adanya independensi manusia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 09 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-09 05:40:19


Allah tidak akan pernah meluluskan atau mengabulkan permintaan seseorang yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya.

Card image
HATI YANG BIJAKSANA - 09 Juni 2023
2023-06-09 05:31:35


Kalimat “sampai menutup mata” memberi pesan dan mengingatkan kita bahwa suatu saat nanti kita pasti menutup mata. Kedengarannya hal ini sederhana dan tidak penting, tetapi pemazmur mengajari kita. Di dalam tulisannya, pemazmur mengatakan, “Ajar aku menghitung hari-hari, supaya aku beroleh hati yang bijaksana, karena hari-hariku berlalu cepat.” Orang yang menyadari pasti ada akhir dari perjalanan hidupnya, akan memiliki hati yang bijaksana. Sebab, ia pasti tidak hidup ceroboh. Kedengarannya hal ini biasa atau bahkan mungkin dianggap tidak penting. Tetapi sejatinya, orang yang tidak memikirkan realita bahwa ia ada dalam perjalanan waktu dan pasti ada ujung dari perjalanan itu, orang yang tidak mengerti tidak mau mengerti dan tidak menghayati hal ini, ia tidak memiliki hati yang bijaksana; berarti ceroboh.

Ironis, di tengah-tengah dunia yang makin gelap, makin fasik, manusia semakin tidak memercayai keberadaan Allah. Walaupun mulutnya mengaku percaya ada Tuhan, tetapi sesungguhnya dia belum percaya dengan benar. Ia tidak mengakui di dalam perbuatannya bahwa Allah itu eksis, bahwa Allah itu ada. *Dan orang yang tidak memiliki percaya yang benar ini, pasti tidak memikirkan kekekalan. Dan kalau orang tidak memikirkan kekekalan, pasti tidak serius merenungkan realita adanya perjalanan waktu, di dalam hal ini ada ujungnya. Itulah sebabnya filosofi hidup manusia di sekitar kita pada umumnya adalah, “mari kita makan dan minum sebab besok kita mati.” Tetapi kalimat: “besok kita mati,” tidak dipikirkan. Mereka hanya fokus pada: “Mari kita makan minum.”

Maka, mari kita menggoreskan, menorehkan di dalam hati kita bahwa kita ada dalam perjalanan waktu yang pasti ada ujungnya, dan pasti kita akan menutup mata. Jika kita tidak sungguh-sungguh merenungkan realita adanya perjalanan waktu dan ada ujungnya di mana suatu saat kita menutup mata— sekalipun sebagai rohaniwan atau sebagai pendeta— maka pasti hidup kita mulai tidak hati-hati atau mulai ceroboh. Hampir semua kita sudah tahu akan realita ini, tetapi seberapa dalam kita merenungkan, menghayati hal ini dan menerima realita ini? Dan setelah kita menghadapi “menutup mata,” kita menyongsong kekekalan. Jangan anggap remeh hal ini.

Kalau kita bicara mengenai kematian dan langit baru dan bumi baru, kita dianggap lucu, aneh, dan bisa menjadi bahan olok-olokan. Tapi tidak menjadi masalah. Kita tetap pada track ini; kita menghayati realitas kefanaan hidup di bumi dan realitas kekekalan nanti di balik kubur kita. Karena keselamatan dalam Yesus Kristus itu diproyeksikan untuk kehidupan yang akan datang, bukan kehidupan hari ini. Tetapi setan begitu licik memutarbalikkan kebenaran. Bicara “keselamatan” hanya dipahami terhindar dari neraka dan diperkenankan masuk surga. Lalu orang Kristen ‘disuntikkan’ ajaran yang sebenarnya tidak sesuai dengan Alkitab. Orang Kristen digiring untuk meyakini saja bahwa dirinya sudah selamat dan nanti kalau mati, masuk surga.

Sejatinya, menjadi orang Kristen itu makin hari, makin mengagumi keselamatan. Jadi bukan statis, dari dulu percaya Yesus Tuhan dan Juruselamat, yakin kalau mati masuk surga. Lalu menjalani hidup seperti hidup yang dijalani oleh orang yang bukan umat pilihan, yang tidak memiliki keselamatan. Setan begitu licik menipu banyak orang Kristen. Jadi kalau mereka bicara tentang keselamatan, hal itu hanya diyakini bahwa nanti kalau mati masuk surga, lalu menjalani hidup seperti orang-orang yang bukan umat pilihan menjalani hidup. Biasanya, orang-orang seperti ini takut mati. Dia boleh berkata yakin masuk surga, tapi tidak ingin mati karena takut mati. Ini ada yang salah.

Mestinya orang Kristen yang benar, semakin hari semakin mengagumi keselamatan. Dan memandang keselamatan begitu berharga, begitu bernilai. Karena di dalam keselamatan itu ada pengalaman, perubahan hidup. Bagaimana Roh Kudus menuntun hidup kita. Karena dia mengalami dinamika hidup. Dinamika hidup seorang yang dipimpin Roh Kudus. Dan kita bisa menghayati perubahan dari manusia berdosa dengan karakter dosa, menjadi seorang yang berkarakter ilahi, berkodrat ilahi dengan keagungan karakter yang Allah ajarkan kepada kita di dalam dan melalui Roh Kudus. Kekristenan yang benar, seperti ini.

Bukan hanya sekadar menjadi baik sebagai orang beragama, tetapi mengalami sentuhan Roh Kudus yang membawa dirinya kepada perubahan. Perubahan bukan hanya menjadi manusia yang santun dan beradab di mata manusia, tapi menjadi manusia unggul di hadapan Allah. Dan itu harta kita. Jadi kalau Tuhan berkata, “kumpulkan harta di surga,” berarti ada proses akumulasi, proses penumpukan. Apa itu? Perubahan karakter kita. Kalau bangsa Israel mengalami proses, yaitu perjalanan dari Mesir ke Kanaan dan mereka menempuh jarak, 1 Korintus 10 menunjukkan bahwa perjalanan bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan menjadi gambaran perjalanan hidup orang Kristen. Dan perubahan itu sesuatu yang indah, yang mestinya dirasakan, dialami. Dan dari pengalaman itu, timbul kekaguman kita, betapa ajaib Tuhan. Keselamatan dalam Yesus Kristus bukan hanya menyelamatkan jiwa dari api kekal, tetapi menyelamatkan karakter kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG MENYADARI PASTI ADA AKHIR DARI PERJALANAN HIDUPNYA, AKAN MEMILIKI HATI YANG BIJAKSANA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 Juni 2023
2023-06-09 05:27:22

Amsal 22-24

Card image
Truth Kids 08 Juni 2023 - LISA SI CANTIK DAN LENO SI GANTENG
2023-06-08 16:31:17


Kejadian 1:28
"Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ”Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”

Lisa adalah seorang anak yang cantik dari kota Melati. Ia sangat dikenal di kotanya sehingga banyak orang yang datang ke rumahnya untuk mencari Lisa dan berfoto bersamanya. Lisa senang karena ia disukai oleh banyak orang. Kemana pun Lisa pergi bersama keluarga, pasti ada saja yang mencari Lisa untuk foto bersama.

Leno, tetangga Lisa, merasa iri melihat Lisa yang terkenal di kota mereka. Leno merasa kesal saat melihat Lisa disukai oleh banyak orang sedangkan ia tidak. Leno pun berpikir, “Hmm… seandainya saja aku dilahirkan sebagai perempuan seperti Lisa, aku pasti disukai oleh banyak orang.” Tiba-tiba Lisa menghampiri Leno dan bertanya, “Hai, Leno. Kenapa wajahmu muram dan marah seperti itu?”

“Hai, Lisa. Begini, jujur aku merasa iri sekali denganmu. Aku juga mau seperti kamu. Coba aja aku dilahirkan seperti kamu. Huh…” ujar Leno dengan kesal. “Ehhh… Leno, kamu harus ingat bahwa kamu diciptakan sebagai laki-laki. Dan aku diciptakan sebagai perempuan. Kamu harus bersyukur Leno, meskipun kita ciptakan dengan perbedaan, pasti Tuhan mempunyai maksud, loh. Masing-masing kita pasti ada kelebihan sendiri-sendiri. Jadi kita tidak perlu iri karena kita ini berbeda,” ucap Lisa menenangkan Leno.

Sobat Kids, juga harus bersyukur. Tuhan telah ciptakan diri kita sesuai dengan jenis kelamin kita, laki-laki atau perempuan. Itu adalah yang terbaik bagi kita. Tuhan menciptakan manusia secara khusus dan istimewa. Tidak ada yang sama seperti kita di dunia ini.

Card image
Truth Junior 08 Juni 2023 - JATI DIRIKU
2023-06-08 16:26:44


Kejadian 1:28
Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”

Pada suatu hari, ada seorang ayah yang memiliki dua anak; seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Anak laki-lakinya bernama Rudi, dan anak perempuannya bernama Sarah. Rudi senang bermain bola dan mobil-mobilan, sementara Sarah suka bermain boneka dan memasak. Suatu hari, Rudi dan Sarah pergi ke kebun untuk memetik buah-buahan. Rudi berlari-lari dan menendang bola di sepanjang jalan, sedangkan Sarah berjalan perlahan dan menikmati pemandangan. Ketika sampai di kebun, Rudi langsung memanjat pohon untuk memetik buah-buahan. Namun, saat turun dari pohon, Rudi jatuh dan terluka. Sarah yang melihat kejadian itu, langsung membantu Rudi dan memberikan perban untuk membungkus luka Rudi.

Ayah mereka datang dan memuji Sarah atas kepedulian dan kelembutannya. Ayah juga mengatakan bahwa Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan dengan peran dan tanggung jawab yang berbeda-beda. “Laki-laki diciptakan dengan kekuatan fisik yang lebih besar dan bertanggung jawab untuk melindungi keluarga. Sementara, perempuan diciptakan dengan kelemahlembutannya dan tanggung jawab untuk merawat dan mendukung keluarga,” kata Ayah. Kemudian, Ayah meminta Rudi untuk meminta maaf kepada Sarah karena pernah meremehkan kebaikan dan kelembutan adiknya. Rudi belajar untuk menghargai perbedaan dan kelebihan masing-masing. Ia pun belajar bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan maksud yang baik dan spesial.

Dari cerita ini, Sobat Junior dapat belajar bahwa Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda, dengan tujuan yang berbeda pula. Perbedaan laki-laki dan perempuan bukanlah batasan, melainkan merupakan kekuatan dan keunikan masing-masing untuk saling melengkapi. So, Sobat Junior harus menghargai perbedaan tersebut dan bersyukur dengan keberadaan diri kita sebagai laki-laki atau perempuan yang diciptakan dengan maksud dan tujuan yang indah, ya.

Card image
Truth Youth 08 Juni 2023 (English Version) - CLOSE FRIEND = CHOSEN FAMILY
2023-06-08 16:24:23


"There are friends who bring ruin, but there is a friend who sticks closer than a brother." (Proverbs 18:24)

We cannot choose where and in what family we are born into. However, we can choose who we want to be friends with. We should interact with everyone, be able to blend in, not be a stumbling block. But our inner circle or friends are the chosen ones whom we can trust and select. They are the ones we confide in, who keep our secrets, and can provide us with input and admonition. Sometimes our closest friends may not be Christians, but that is not a problem as long as the goal is for each of us to grow and uphold values of truth.

As young people, we often desire to be popular, have many friends, and be known everywhere. But let's reflect, have we only sought friendships for the sake of happiness? Do our friendships allow for deep talks and hard conversations, or have we simply focused on our own pleasures? Friendship is not limited to others; it can include our siblings, cousins, or friends whom we can trust and mutually trust to serve as a vessel for our growth. Just like food, some can cause illness while others promote health. There are friends who lead us astray, and there are friends who bring goodness. Of course, we want to choose the right and proper option. The challenge lies in the fact that as we mature, we will encounter various types of people. That's why the key is to sharpen our sensitivity and understanding of truth, so that whatever we choose, we can decide with wisdom and discernment.

WHAT TO DO:
Take the time to check and re-check our circle of friends. Can they continue to contribute to our growth in God?

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Chronicles 1-4

Card image
Truth Youth 08 Juni 2023 - SAHABAT = KELUARGA PILIHAN
2023-06-08 16:21:49


"Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara." (Amsal 18:24)

Kita gak bisa memilih di mana dan dalam keluarga apa kita dilahirkan. Tetapi kita bisa memilih dengan siapa kita mau bersahabat. Kita harus bergaul dengan semua orang, harus bisa berbaur, tidak menjadi batu sandungan, tetapi inner circle kita atau sahabat adalah orang-orang pilihan yang bisa kita percaya dan kita pilih. Mereka yang kita percaya saat kita curhat, tidak bocor ke mana-mana, sekiranya bisa memberikan kita masukan, teguran. Terkadang sahabat terdekat kita bisa jadi bukan orang Kristen, tapi tidak menjadi masalah, karena tujuannya adalah kita masing-masing bertumbuh dan membawa nilai-nilai kebenaran.

Sebagai anak muda, pasti kita mau eksis, punya teman yang banyak, dikenal di mana-mana. Tapi coba renungkan, selama ini apakah kita berteman hanya untuk happy saja, adakah pertemanan kita yang bisa diajak deep talk atau hard conversation, atau jangan-jangan selama ini hanya membicarakan kesenangan-kesenangan kita? Sahabat bukan berarti orang lain saja, bisa jadi saudara kandung kita, sepupu, atau teman-teman kita yang memang dapat kita percaya dan saling percaya untuk menjadi wadah untuk kita bertumbuh. Sama halnya dengan kita makan, ada makanan yang bisa menimbulkan penyakit, ada juga yang menyehatkan tubuh. Ada teman yang menjerumuskan, ada pula teman yang mendatangkan kebaikan. Pastinya kita mau memilih opsi yang benar dan tepat. Tantangannya, semakin kita dewasa akan semakin banyak kita bertemu dengan beragam tipe manusia, that’s why kuncinya kembali lagi, mempertajam kepekaan dan pemahaman kita tentang kebenaran, sehingga apa pun yang kita pilih, kita bisa menentukannya dengan penuh hikmat dan bijaksana.

WHAT TO DO:
Cobalah cek dan re-check lagi circle pertemanan kita, kira-kira apakah bisa terus diajak untuk bertumbuh bersama dalam Tuhan?

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Tawarikh 1-4

Card image
Quote Of The Day - 08 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-08 16:12:12


Tidak ada yang dapat merusak nurani setiap individu selain dirinya sendiri.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 08 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-08 16:09:07


Orang percaya yang berusaha melepaskan segala kesenangan hidup mengalami sakit-Nya ketika harus melakukan keinginan Bapa dan membunuh keinginannya sendiri.

Card image
UNLIMITED - 08 Juni 2023 (English Version)
2023-06-08 16:06:33


People averagely feel entitled to have pleasure according to their version though it is the world’s version because, from childhood, they have been educated and raised by it. We are not yet spiritual if we haven’t moved our hearts into the Kingdom of Heaven, and the change has to occur while we still live in this world. Our hearts must already be in heaven before we step into it. If the Israelites had their hearts in Canaan, in the land God promised to Abraham, they would not grumble on the way. However, in 1 Corinthians chapter 10, they desire evil things. So many, or most of them, died in the desert. Why? Because they covet what God does not want to select. Whatever that is.

Every day we must become more extreme, the positive extreme, because that is natural for us as chosen people. Let’s not see something God doesn’t enjoy or covet, something He does not like us to dream. Indeed, this is hard, even very hard, especially for young people. But if one day, we see the glory and the majesty of God and the beauty of the Kingdom of Heaven; then we will not regret letting go of anything and whatever amount while we are still living on earth because it is not comparable to the glory of God. Let’s move our hearts to the Kingdom of Heaven while we are still alive because there will be no more calculations and changes if we are dead. So, we must genuinely commit while we still live in the world.

The Bible says, “For you died, and your life is now hidden with Christ in God.” True Christians are marked by not expecting happiness from this world, though we can still enjoy it. If we still wish for enjoyment in this world, it’s a symptom that we betray God—It is still a symptom because He still gives us a chance, so then, change. We will never be spiritual if we do not move our hearts in the Kingdom of Heaven. Many people are stingy with God. They dare not be ‘generous’ to God but are extravagant for themselves. They only give crumbs to God, and people like this will be very sorry if later they see the majesty of God.

Not infrequently, Christians see God like tramps or beggars who are given some money and feel enough or satisfied with a tenth. Even though we provide 99 % or less, our treasures are still lacking. Our cash and possessions are limited, but our love for God can be unlimited. If we love God, we can say, “I will do whatever God tells me to do. Even what I cannot do, I will do if You command it, Lord.”

If, from minute to minute, we don’t do God’s will and still do something that God doesn’t like, such as reckless speech, dirty thoughts, and arbitrary towards others, then we won’t understand God’s plan in our lives. If we are still busy with feelings that are still offended, bitter, want to revenge, and hurt people, then God cannot trust the projects we should complete.

Our world today, as written in 2 Tim.3:1-4, is a world that has become selfish and materialistic. This makes people not quickly move their hearts into the Kingdom of Heaven because they are exposed to this materialism, plus selfishness. This is complete damage. This virus is worse than COVID. Our spiritual breath can be short and dead. We have no wings to fly to His glory. In Revelation 17, it is shown that the most dangerous in the last days is the “prostitute,” in which kings and nobles prostitute themselves. This is not about sex prostitution; this is spiritual adultery, where people are bound to the world, unable to think about the Kingdom of Heaven.

Our life is very fragile and vulnerable, and we also have problems. One day, every human will reach a nadir or an exhaustion point, a point of surrender or submission, whether due to illness, accident, falling poor, etc. The terrible thing is when we are in the presence of God, where we cannot avoid it and must give an account of our lives. So, don’t be arrogant. Remember! “God opposes the proud but shows favor to the humble.” God only wants to see our inner being bright, so we should immediately fix ourselves and love God earnestly, without limit.  

OUR MONEY AND POSSESSIONS ARE LIMITED, BUT OUR LOVE FOR GOD CAN BE UNLIMITED.

Card image
TIDAK TERBATAS - 08 Juni 2023
2023-06-08 16:03:28


Rata-rata orang merasa berhak punya kesenangan sesuai versinya. Padahal, versinya itu versi dunia. Karena dari kecil sudah dididik, diasuh oleh dunia. Jadi, kalau kita belum memindahkan hati kita di Kerajaan Surga, artinya kita belum rohani. Maka, proses perubahan itu harus berlangsung sejak kita hidup di dunia ini. Hati kita harus sudah di surga sebelum kita menginjak surga. Bangsa Israel itu kalau hatinya di tanah Kanaan, di tanah yang Allah janjikan kepada Abraham, pasti mereka tidak akan mengomel di perjalanan. Namun, kita dapat melihat di 1 Korintus 10:5-6, ternyata mereka mengingini hal-hal yang jahat. Sehingga banyak di antara mereka atau sebagian besar mereka tewas di padang gurun. Mengapa? Karena mereka mengingini hal yang jahat, artinya mengingini apa yang Tuhan tidak kehendaki untuk diingini. Apa pun itu.

Semakin hari kita harus semakin ekstrem; ekstrem positif. Memang justru itu yang wajar bagi kita sebagai umat pilihan. Jangan kita melihat sesuatu yang Tuhan tidak ikut menikmatinya. Jangan mengingini sesuatu yang Tuhan tidak suka kita mengingini hal itu. Memang hal ini berat, bahkan sangat berat, terutama bagi kaum muda. Tetapi kalau suatu hari nanti, kita melihat kemuliaan Allah, keagungan Allah, dan keindahan Kerajaan Surga, maka kita tidak akan menyesal melepaskan apa pun dan berapa pun saat kita masih hidup di bumi, karena pasti tak sebanding dengan kemuliaan Tuhan. Jadi, mumpung kita masih hidup, mari kita memindahkan hati di Kerajaan Surga. Sebab kalau sudah mati, sudah tidak ada perhitungan dan perubahan lagi. Maka, selagi kita masih hidup di dunia, kita harus berkomitmen sungguh-sungguh untuk hal itu.

Alkitab berkata, “Kamu sudah mati, hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.” Orang Kristen yang benar ditandai dengan tidak mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini, tetapi kita tetap bisa menikmatinya. Kalau kita masih mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini, itu gejala kita berkhianat kepada Tuhan. Masih gejala, karena Tuhan masih memberi kesempatan. Maka, berubahlah. Kita tidak akan pernah rohani kalau hati kita tidak kita pindahkan di Kerajaan Surga. Banyak orang perhitungan dengan Tuhan. Mereka tidak berani ‘boros’ untuk Tuhan, tetapi boros untuk diri sendiri. Untuk Tuhan, hanya diberi remah-remah. Orang seperti ini akan sangat menyesal kalau nanti melihat keagungan Tuhan.

Tidak jarang orang Kristen yang memandang Tuhan itu seperti gembel, seperti pengemis yang diberi satu gepok uang, cukup atau puas dengan sepersepuluh. Padahal, kita memberi 99 % pun kurang. Bahkan seluruh harta kita berikan pun, tetap masih kurang. Uang kita terbatas, harta kita terbatas, tetapi cinta kita kepada Tuhan bisa tidak terbatas. Kalau kita cinta Tuhan, kita bisa berkata, “Apa pun yang Tuhan perintahkan untuk kulakukan, kulakukan. Bahkan apa yang tidak bisa kulakukan, tetap aku lakukan kalau Engkau memerintahkannya, Tuhan.”

Kalau dari menit ke menit kita tidak melakukan kehendak Allah— masih melakukan sesuatu yang Tuhan tidak berkenan, mulut bocor, pikiran kotor, sewenang-wenang terhadap orang lain—maka kita tidak akan bisa mengerti rencana Allah dalam hidup kita. Kalau kita masih sibuk dengan perasaan kita yang masih tersinggung, masih pahit, mau balas dendam, melukai orang, maka Tuhan tidak bisa memercayai proyek apa yang seharusnya kita selesaikan.

Dunia kita hari ini seperti yang tertulis di dalam 2 Timotius 3:1-4, dunia yang jadi egois dan materialistis. Ini yang membuat orang tidak mudah memindahkan hatinya di Kerajaan Surga, karena terpapar materialisme ini, plus egois. Lengkap sudah kerusakannya. Virus ini lebih jahat dari COVID. Napas rohani kita bisa pendek dan mati. Kita tidak punya sayap untuk terbang menuju kemuliaan-Nya. Dalam Wahyu 17 ditunjukkan bahwa yang paling membahayakan di akhir zaman itu “pelacur-pelacur” di mana raja-raja dan para bangsawan melacurkan diri. Ini bukan bicara pelacur seks; ini perzinaan rohani, yaitu orang terikat dengan dunia, tidak sanggup berpikir hal Kerajaan Surga.

Hidup kita itu sangat fragile, rentan. Kita juga punya masalah. Setiap insan, setiap manusia suatu saat akan sampai pada titik nadir atau titik habis, titik tunduk, titik takluk. Entah karena sakit, kecelakaan, jatuh miskin dan lain sebagainya. Hal yang mengerikan adalah ketika ada di hadapan Allah, lalu kita tidak dapat mengelak dan harus mempertanggungjawabkan kehidupan kita. Maka, jangan sombong. Ingat! Allah menentang orang sombong, tetapi memberikan anugerah kepada orang yang rendah hati. Tuhan hanya mau melihat batiniah kita itu cemerlang. Maka, segera benahi diri dan cintailah Tuhan dengan sungguh-sungguh; tanpa batas.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

UANG KITA TERBATAS, HARTA KITA TERBATAS, TETAPI CINTA KITA KEPADA TUHAN BISA TIDAK TERBATAS.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 Juni 2023
2023-06-08 16:00:12

Amsal 19-21

Card image
Truth Kids 07 Juni 2023 - TIDAK DAPAT DIUBAH
2023-06-07 09:14:05


Matius 19:4
Jawab Yesus: “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?

Sobat Kids, saat dilahirkan ke dunia ini kita tidak bisa meminta kepada mama untuk dilahirkan sebagai anak laki-laki ataupun anak perempuan. Kenapa begitu, ya? Nah, itu karena ketetapan Tuhan yang tidak bisa kita ubah. Contohnya seperti ilustrasi kemarin. Tini dilahirkan menjadi perempuan. Tini tidak bisa marah-marah kepada mama dan terus menanyakan alasan kenapa Tini harus dilahirkan sebagai perempuan. Begitu juga dengan Tono, ia tidak bisa meminta kepada mama untuk dilahirkan sebagai perempuan. Semua itu sudah Tuhan tetapkan. Jenis kelamin kita harus tetap sama, sejak lahir hingga kita pulang ke rumah Bapa nanti.

Sobat Kids, kalian harus bersyukur dengan jenis kelamin kalian sekarang ini. Baik laki-laki ataupun perempuan. Tubuh kalian akan bertumbuh dan bertambah besar. Kalian harus menjaga kebersihan tubuh kalian. Saat mama meminta kalian untuk mandi, bersihkanlah tubuh kalian dengan baik. Jangan sampai kuman tinggal dan bersarang di kulit maupun di rambut kalian. Mandi biar bersih dan sehat, ya. Pasti kuman pergi jauh-jauh dan tidak mau tinggal di tubuh kalian.

Card image
Truth Junior 07 Juni 2023 - APA ITU HERMAFRODIT
2023-06-07 09:12:22


Matius 19:4
Jawab Yesus: “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?"

Apakah Sobat Junior pernah mendengar kata “hermafrodit?” Itu bukan sebuah makanan atau mainan, melainkan sebuah istilah untuk hewan atau tumbuhan yang memiliki dua jenis kelamin, yaitu jantan dan betina. Kedua jenis kelamin yang dimiliki hewan atau tumbuhan hermafrodit berfungsi secara penuh. Artinya, kedua jenis kelamin pada hewan atau tumbuhan tersebut bisa digunakan; hewan dan tumbuhan tersebut bisa jadi jantan dan juga betina.

Beberapa jenis hewan yang tergolong hermafrodit adalah ikan badut. Ya, ikan berwarna orange dalam film “Finding Nemo” adalah ikan hermafrodit. Selain itu, ternyata cumi-cumi juga tergolong ke dalam jenis hewan hermafrodit, loh. Nah, sekarang Sobat Junior sudah mulai mengerti, kan, mengenai hermafrodit Namun, bagaimana dengan manusia? Apakah ada orang yang memiliki dua jenis kelamin dan berfungsi secara penuh?

Pada faktanya, manusia sudah memiliki satu jenis kelamin yang ditentukan sejak lahir dan bersifat tetap. Misalnya, Chyntia sejak lahir memiliki jenis kelamin perempuan. Maka, seumur hidup, Chyntia adalah perempuan. Sebaliknya, misalnya Dominic dilahirkan sebagai laki-laki. Maka, seumur hidup, Dominic adalah laki-laki. Artinya, Sobat Junior harus bersyukur dengan jenis kelamin yang sudah diberikan Tuhan.

Jika sejak kecil kita dilahirkan sebagai seorang perempuan, maka Sobat Junior harus menjadi anak perempuan yang baik, yang sayang kepada Tuhan dan orangtua. Begitu juga dengan Sobat Junior yang dilahirkan sebagai laki-laki, harus bersyukur dan menjadi anak laki-laki yang baik & bertanggung jawab. Oke?!

Card image
Truth Youth 07 Juni 2023 (English Version) - SING WARAS, NGALAH
2023-06-07 09:08:32


"Therefore, be very careful how you live—not as unwise but as wise, making the most of every opportunity, because the days are evil." (Ephesians 5:15-16)

Have you ever heard the Javanese expression "Sing waras ngalah"? It means that the one who possesses wisdom should yield. It is often used in a disagreement, where one party stubbornly insists on their choice even when it is wrong. A common example we encounter in our daily lives is when we ride a motorcycle or drive a car to school or work. Everyone is in a hurry and doesn't want to be late. Often, there are others who want to race with us. If we choose not to be defeated, not to be overtaken, it may result in a collision and damage to the vehicles, and we may end up being late to our destination. However, this Javanese expression, "Sing waras ngalah," aligns with the Word of God, which advises us to be wise. Thus, we can choose to let others overtake us because it's just a matter of minutes before we reach our destination.

God never designed us to fail or be foolish. In Genesis, He created us in His own image, perfect and like Him. It means that He designed us so well. The problem lies in how we handle our lives, make choices, and respond to life, which can turn us into failures and fools. Okay, if we fall into foolishness once or twice, we can still correct it, but if we already know the right path and yet continue to engage in foolish acts, that is what is called being foolish. The foolish person will not be aware, and the fool will not understand it (Psalm 92:6). The foolish are ignorant but can be trained and educated to avoid repeating the same mistakes. However, the fool, by choosing not to know and refusing to learn and change even after being taught and informed, remains foolish.

WHAT TO DO:
In what aspects of our lives are we still often stubborn and foolish?

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Chronicles 27-29

Card image
Truth Youth 07 Juni 2023 - SING WARAS, NGALAH
2023-06-07 09:06:14


"Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." (Efesus 5:15-16)

Pernah mendengar istilah bahasa Jawa: Sing waras ngalah? Artinya yang memiliki akal sehat mengalah saja. Biasanya digunakan dalam sebuah pertengkaran, di mana salah satu pihak tetap keras kepala kepada pilihannya, walaupun salah. Contoh yang sering kita temui sehari-hari adalah pada saat kita mengendarai motor atau mobil saat mau berangkat sekolah atau kerja, pasti semua orang terburu-buru karena tidak mau terlambat. Sering kali, ada saja yang mau nge-balap kita. Kalau kita memilih untuk tidak mau kalah, tidak mau dibalap, ujung-ujungnya kita bisa saja saling menyerempet dan menimbulkan lecet pada mobil, dan malah terlambat ke tujuan kita. Tapi, istilah Jawa; sing waras ngalah ini sejajar dengan Firman Tuhan yang sering menasihati kita agar menjadi orang bijak. Sehingga, kita bisa memilih untuk membiarkan orang membalap kita, karena cuma satu kendaraan, tidak jauh beda berapa menit kita sampai tujuannya.

Tuhan tidak pernah merancang kita untuk menjadi gagal atau bodoh. Seperti dalam Kitab Kejadian, Ia menciptakan kita baik adanya, serupa dan segambar dengan-Nya. Artinya, Ia merancang kita dengan begitu baik. Permasalahannya adalah bagaimana kita menyikapi hidup kita, menentukan pilihan dalam hidup kita, merespons hidup kita, sehingga kita bisa saja menjadi manusia yang gagal dan bodoh. Oke, sekali dua kali kita jatuh dalam kebodohan, kita masih bisa memperbaikinya, tetapi jika kita sudah tahu tetapi tetap melakukan hal-hal kebodohan, inilah yang disebut orang bebal. Orang bodoh tidak akan mengetahui, dan orang bebal tidak akan mengerti hal itu (Mazmur 92:6). Orang bodoh karena ketidaktahuan, tapi bisa dilatih dan dididik sehingga tidak mengulangi kesalahan yang sama. Tetapi orang bebal, karena memilih untuk gak mau tau, walaupun sudah diberi tahu, diajari, tetap tidak mau belajar dan berubah.

WHAT TO DO:
Dalam hal apa saja kita masih sering keras kepala dan bebal?

BIBLE MARATHON:
1 Tawarikh 27-29

Card image
Renungan Pagi - 07 Juni 2023
2023-06-07 09:04:14


Ketidaksadaran sedang melanda manusia di bumi ini, kehausan akan kekuasaan dan harta menjadikan mereka mabuk dan melakukan kejahatan tanpa malu-malu lagi. Kita tentu sudah melihat di depan mata saat ini, melakukan dosa adalah hal yang biasa, menipu, berdusta, korupsi, pesta narkoba dan menghilangkan nyawa orang lain hanya karena alasan sepele.

Betapa dunia ini makin menunjukkan sedang tenggelam menuju kebinasaan. Tidak ada lagi kesadaran, bahwa ada Tuhan di atas segalanya dan hukum tabur tuai itu pasti berlaku. Pengadilan dunia ini masih bisa kompromi, sekalipun sudah divonis, tetap masih bisa disuap dan dibayar agar hukuman menjadi ringan.

Tetapi ingatlah, pada waktunya di hadapan Tahta pengadilan Tuhan, tiada lagi kesempatan, tidak ada pembelaan manusia dan hukuman yang lebih ringan, sebab apa yang ditabur orang, itulah yang akan dituainya. Janganlah kita mempermainkan Tuhan selama di bumi ini, supaya didapati layak menerima kemuliaan bersama Tuhan di dalam Kerajaan-Nya.
(Galatia 6:7)

Card image
Quote Of The Day - 07 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-07 08:55:47


Menjadi kehendak Tuhan agar orang percaya bukan saja menjadi orang yang terpanggil, melainkan juga terpilih dan setia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 07 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-07 08:54:19


Kalau seseorang berusaha sungguh-sungguh untuk hidup berkenan di hadapan Allah seperti Yesus, itu akan membuat dirinya memiliki pola dan gaya hidup yang sangat berbeda dengan lingkungannya.

Card image
THROUGH CHANGES - 07 Juni 2023 (English Version)
2023-06-07 08:52:05


Believing in God and all He says is absolute. But believing in the church and preaching its Word is also essential. Because the Bible consists of letters, terms, and sentences that cannot speak for themselves, they must be said, voiced, and sounded. There is, of course, a process of interpretation, an effort to explain the Bible, which in this case requires hermeneutics, namely the study of understanding bible verses. But more importantly, it is the leading of the Holy Spirit. The church must function as His spokesperson—the Pastor who preaches must live under the leadership of the Holy Spirit—so that what is conveyed is truly the voice of God.

A pastor candidate studied theology in a theological college. After graduating, they preached their theological knowledge in cognitive reasoning from the literature read and the subjects received in the lecture hall. It must not just be the standardized literal format that becomes the church activities standard. If it’s only like this, then the verses in the Bible will still be dead sentences that have no power to change people. What is essential and absolute is the leading of the Holy Spirit. The Lord Jesus said in John 6:63, “The Spirit gives life; the flesh counts for nothing. The words I have spoken to you are full of the Spirit and life.” What “flesh” means here are reasoning and intellectual activities in the academic sphere.

If the Indonesian translation says, “… they are full of the Spirit and life,” but in the King James translation, “… and they are life,” something dynamic, not just in the head, but in life. This can happen if there is the work of the Holy Spirit. The Bible verse becomes an inanimate object if that person does not experience an encounter with God, which, of course, in this case, the Father and the Son are represented by the Holy Spirit in His work. Remember, to interact with the Holy Spirit, one must have an encountering room and prayer, not only when we want to eat or sleep, but there is time to provide physical space, time-space, and attention space to encounter God. If we believe that God is alive and promises to be with us until the end, He can be found, and it is an honor to encounter Him.

A pastor could preach without prayer or relationship with the Holy Spirit, and the congregation can capture in mind, but their Spirit is not changed. People who diligently pray are challenged to sin even until they cannot. The world’s beauty is fading in their eyes, and they will experience God. When we grow up, we can find worldly elements that are still attached to us and are not quickly extinguished, but we seriously continue to destroy them until we are discovered pleasing when we face the Father. The Bible verses come alive by the Holy Spirit explaining them; it is not impossible that we can feel the writer’s or figures’ feelings through His help 

How frightened was Joseph when thrown into a well and lifted again? He thought he was safe but was taken to Potiphar. He became the head of the servants there and thought this was when his dream would come true. However, it wasn’t long before he went to jail. We can relate to his disappointment and loneliness, but it is a ladder to the top. So, when he goes down and down, then jumps, we can live it. If we are in a down condition, stay calm. There is a time when we will jump, but we must live like Joseph, who feared God. From a young age, he feared God and was not involved in the crimes of his brothers.

Life must be proper. The Word comes alive when we enjoy it. We analyze not only with reason, exegesis, and hermeneutics but with the Spirit that brings the Word to life. The priests must live a holy life and sit quietly at God’s feet is absolute. The congregation must try to interact with God and not easily say, “Pastor, please pray for me. Please pass it on to Jesus.” So, praying must become a habit for all congregations, and if the Holy Spirit anoints preaching, the Word becomes alive and voiced and will undoubtedly change people.

We can judge and discern whether the Holy Spirit leads a person if we have a conscience. However, we can never become spiritual before moving our hearts into the Kingdom of Heaven. Remember the Word that says, “For where your treasure is, there your heart will also be.” On average, our hearts are still shackled by the love of the world. We are like sick people who have not been fully recovered. We are like the Israelites, going through from Egypt to Canaan. If the Israelites had to go through a distance, we would have to go through changes. Day by day, we must release more bonds and shackles until we finally feel we have no other pleasure except God. Praise God if we continue to experience change.

DAY BY DAY, WE GO THROUGH CHANGES WHERE WE MUST LET GO OF THE BONDS AND SHACKLES OF THE WORLD UNTIL WE FINALLY FEEL THAT THERE IS NO OTHER PLEASURE EXCEPT GOD.

Card image
MENEMPUH PERUBAHAN - 07 Juni 2023
2023-06-07 08:49:06


Percaya kepada Tuhan dan semua yang difirmankan-Nya adalah mutlak. Tetapi percaya kepada gereja dan pemberitaan firmannya, juga penting. Sebab Alkitab terdiri dari huruf, kata, kalimat yang tidak bisa berbicara sendiri, harus disuarakan, harus diucapkan, harus dibunyikan. Tentu di dalamnya ada proses interpretasi atau penafsiran, ada usaha untuk mengeksegesis Alkitab, yang mana dalam hal ini dibutuhkan hermeneutik; studi memahami ayat Alkitab. Tetapi yang lebih penting lagi, pimpinan Roh Kudus. Apakah gereja tersebut berfungsi sebagai juru bicara-Nya—yaitu pendeta yang berkhotbah betul-betul hidup di dalam pimpinan Roh Kudus—sehingga apa yang dikemukakan benar-benar suara Tuhan?

Jadi bukan hanya format literal yang sudah baku yang menjadi standar kegiatan gereja. Seorang calon pendeta sekolah teologi belajar teologi. Lalu setelah lulus, dengan pengetahuan teologinya di dalam nalar secara kognitif, ia berkhotbah dari literatur yang dibaca, dari konten yang diterima di ruangan kuliah. Kalau hanya begini, maka ayat-ayat di dalam Alkitab masih menjadi kalimat-kalimat mati yang tidak berkuasa mengubah. Maka, yang penting dan mutlak, adalah pimpinan Roh Kudus. Tuhan Yesus berkata dalam Yohanes 6:33, “Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.” Yang dimaksud “daging” di sini adalah aktivitas nalar, aktivitas intelek dalam lingkup akademis.

Kalau dalam terjemahan bahasa Indonesia dikatakan, “Perkataan-Ku itu Roh dan hidup.” Tetapi dalam terjemahan King James, “Dan mereka itu hidup;” sesuatu yang dinamis, bukan hanya di kepala, tetapi dalam kehidupan. Hal itu bisa terjadi kalau ada karya Roh Kudus. Jadi, ayat Alkitab menjadi suatu benda mati, apabila orang itu tidak mengalami perjumpaan dengan Tuhan; yang tentu dalam hal ini Bapa dan Anak diwakili oleh Roh Kudus dalam karya-Nya. Ingat, untuk bisa berinteraksi dengan Roh Kudus, maka seseorang harus memiliki ruangan perjumpaan; yaitu doa. Bukan hanya waktu mau makan, mau tidur, tetapi ada waktu untuk benar-benar menyediakan ruangan fisik, ruangan waktu, ruangan perhatian untuk bertemu Tuhan. Kalau percaya Allah itu hidup dan Dia berjanji menyertai kita sampai kesudahan zaman, berarti Ia bisa ditemui. Suatu kehormatan untuk bisa menjumpai Tuhan.

Tanpa doa, tanpa hubungan dengah Roh Kudus, bisa saja seorang pendeta berkhotbah. Dan jemaat bisa menangkap mind to mind, tapi spiritnya tidak diubah. Buktinya, orang yang rajin berdoa sulit berbuat dosa. Bisa, tetapi sulit. Sampai tidak bisa berbuat dosa. Keindahan dunia makin pudar di matanya. Dia akan mengalami Tuhan. Sampai nanti kalau kita bertumbuh dewasa, kita bisa menemukan unsur-unsur duniawi yang masih melekat di dalam diri kita, yang tidak mudah padam. Tetapi kita serius untuk terus memadamkan, sampai waktu menghadap Bapa, kita dijumpai berkenan. Ayat-ayat Alkitab itu menjadi hidup, oleh Roh Kudus yang menjelaskannya. Bahkan bukan tidak mungkin perasaan si penulis atau perasaan aktor, pelaku, pemeran bisa kita rasakan. Roh Kudus yang menolong.

Bagaimana ketakutannya Yusuf ketika masuk sumur, namun diangkat naik kembali. Dia pikir selamat, ternyata dibawa ke Potifar. Di sana Yusuf menjadi ketua para pelayan, Yusuf pikir inilah waktunya di mana mimpinya akan terwujud. Namun, tidak lama kemudian dia masuk penjara. Kita bisa ikut merasakan betapa kecewa dan sepinya dia, tetapi ternyata itu adalah tangga menuju puncak. Jadi waktu dia turun, turun, turun, lalu lompat dia, kita bisa menghayatinya. Kalau kita sedang dalam kondisi turun, tenang saja. Ada saatnya kita akan melompat. Tetapi kita harus hidup seperti Yusuf yang takut akan Allah. Sejak muda, dia takut akan Allah. Dia tidak ikut terlibat dengan kejahatan kakak-kakaknya.

Hidup harus benar. Firman menjadi hidup waktu kita menikmatinya. Kita bukan hanya menganalisa dengan nalar, dengan eksegesis, hermeneutik, melainkan dengan roh yang menghidupkan firman. Maka, khususnya para pendeta, mutlak hidup suci. Duduk diam di kaki Tuhan itu mutlak. Sebagai jemaat, kita harus berusaha untuk sungguh-sungguh berinteraksi dengan Allah. Jangan sedikit-sedikit berteriak, “Pak Pendeta, tolong doakan. Pak Pendeta, tolong sampaikan ke Yesus.” Maka, harus menjadi habit, semua jemaat harus berdoa. Firman menjadi hidup. Entah bagaimana, khotbah-khotbah yang kita dengar, jika itu dari Roh Kudus, akan digemakan, disuarakan. Kalau itu firman dari Roh Kudus, pasti mengubah.

Kita akan bisa menilai dan membedakan apakah seseorang itu dipimpin Roh Kudus atau tidak. Maka, kita juga harus punya nurani. Namun kita tidak pernah bisa menjadi rohani sebelum memindahkan hati di Kerajaan Surga; hatinya masih di bumi. Ingat firman yang mengatakan, “Di mana ada hartamu, di situ hatimu berada.” Sejujurnya, rata-rata hati kita masih dibelenggu oleh percintaan dunia. Ibarat orang sakit, kita belum sembuh total. Puji Tuhan kalau kita terus mengalami perubahan. Kita ini seperti bangsa Israel, dari Mesir ke Kanaan. Kalau bangsa Israel harus menempuh jarak, sedangkan kita menempuh perubahan. Hari demi hari, kita harus semakin melepaskan ikatan dan belenggu, sampai akhirnya kita benar-benar tidak merasa punya kesenangan kecuali Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

HARI DEMI HARI KITA MENEMPUH PERUBAHAN DI MANA KITA HARUS SEMAKIN MELEPASKAN IKATAN DAN BELENGGU DUNIA, SAMPAI AKHIRNYA KITA BENAR-BENAR TIDAK MERASA PUNYA KESENANGAN KECUALI TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 Juni 2023
2023-06-07 08:33:40

Amsal 16-18

Card image
Truth Kids 06 Juni 2023 - SI KEMBAR
2023-06-06 10:20:02


Kejadian 4:1b
”… dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain; maka kata perempuan itu: “Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan Tuhan.”

Suatu hari, seorang ibu sedang bercakap-cakap dengan sepasang anak kembarnya. Tono: “Ma, kenapa aku tidak dilahirkan sebagai anak perempuan? Kan kami berdua sama-sama ada di perut Mama bersamaan?” Mama: “Ton, saat kamu dilahirkan ke dunia ini, kamu tidak bisa memilih untuk sama seperti Tini, saudari perempuan kembarmu. Karena ini sudah Tuhan atur. Tuhan sudah ciptakan seperti itu. Meskipun kamu berada di perut Mama bersama Tini, kamu tidak bisa memilih untuk menjadi anak perempuan. Jika Tuhan sudah menciptakan kamu sebagai laki-laki, maka kamu adalah laki-laki.” Tono: “Oohh… jadi begitu, ya, Ma. Kita tidak bisa memilih karena Tuhan sudah menentukannya bagi kita, ya, Ma?” Mama: “Nah, betul, Nak. Apa pun jenis kelamin kamu, laki-laki atau perempuan, kamu tetap dikasihi oleh Tuhan. Jadi, perlu kamu ingat bahwa ketetapan Tuhan tidak akan bisa diubah oleh kita, Nak.” Tini: “Iya, Ma. Kami berdua bersyukur terlahir seperti keadaan kami sekarang. Jadi Mama bisa punya anak perempuan dan laki-laki secara bersamaan.”

Sobat Kids, bukan hanya si kembar saja yang harus ingat, tetapi kalian juga harus ingat bahwa di dunia ini hanya ada dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Ketetapan yang sudah dibuat Tuhan tidak dapat kita ubah.

Card image
Truth Junior 06 Juni 2023 - UNIQUENESS
2023-06-06 10:15:18


Kejadian 4:1b
… dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain; maka kata perempuan itu: “Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan Tuhan.”

Sejak awal penciptaan hingga sekarang, Tuhan menciptakan manusia hanya dengan dua jenis kelamin; laki-laki atau perempuan. Setiap bayi di dunia ini, pasti lahir dengan salah satu jenis kelamin; laki-laki atau perempuan. Itu sudah merupakan ketetapan Tuhan, yaitu hanya ada dua jenis gender atau kelamin. Tidak ada pilihan lain. Dan masing-masing manusia, hanya memiliki satu di antara dua jenis gender yang ada.

Sejak di dalam kandungan, jenis kelamin manusia dapat diketahui. Biasanya pada saat kandungan berusia 5 bulan, dengan peralatan medis, dokter dapat mengetahui jenis kelamin calon bayi tersebut. Hebat, kan, Tuhan? Sejak dalam kandungan saja, Tuhan sudah merancang manusia dengan sempurna. Tuhan sudah menentukan jenis kelamin manusia. Bahkan, anak kembar yang berbeda gender pun ada; satu laki-laki dan satu lagi perempuan. Ketetapan Tuhan ini sudah diberikan bagi kita sejak kita masih dalam kandungan ibu. Oleh sebab itu, kita harus menghargai gender yang telah diberikan Tuhan ini, Sobat Junior. Bersyukurlah dengan jenis kelamin yang ada pada kalian sekarang ini. Kita patut mensyukuri jika kita terlahir sebagai laki-laki, ataupun perempuan. Jangan ada yang ingin sebaliknya, ya!

Card image
Truth Youth 06 Juni 2023 (English Version) - AUTO-FILTER
2023-06-06 10:12:29


"For the word of God is living and active, sharper than any double-edged sword. It penetrates even to dividing soul and spirit, joints and marrow; it judges the thoughts and attitudes of the heart." (Hebrews 4:12)

Surely we are all familiar with the camera filters available on our smartphones and social media platforms. Photos taken with filters appear much more beautiful compared to those without filters. They can cover up blemishes, dull skin, and even make us look like we're wearing makeup, especially for women. Behind the convenience of this feature, there are software engineers who innovate and design these filters, which undoubtedly take weeks or even years of development. Not to mention the hundreds of prototypes that may have failed. As a result, once the feature is completed, it becomes easy for us to use.

Similarly, in a God-centered life, the more we know and understand the Word of God completely and correctly, the more our life becomes filtered. As we read the Bible regularly, we gain a deeper understanding of every situation in life from a perspective of truth. It goes beyond distinguishing right from wrong; automatically, it shapes our thinking patterns to be like Christ. We can begin observing this in our daily lives. For example, when faced with a situation, what is the first consideration that comes to mind? Is it our own pleasure and comfort, or do we take into account the feelings of the Father? This habit cannot be developed overnight, but we can continually train ourselves to prioritize the thoughts and feelings of God. Just like the software engineer who invests their full effort and time to realize the designed feature, our spiritual lives are the same. There may be failures and setbacks along the way, but no matter what happens, we must choose to strive and rise again. When we read and understand the Bible, we may not always find direct answers and guidelines, but that is the challenge for us to develop a more accurate thought framework. As we mature, form a correct understanding of God's Word, become wiser, and filter out God's will in any situation.

WHAT TO DO:
Train ourselves to make God's will the first consideration whenever we take an action or make a decision.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Chronicles 24-26

Card image
Truth Youth 06 Juni 2023 - AUTO-FILTER
2023-06-06 10:09:59


”Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12)

Pasti kita semua familiar dengan adanya filter camera yang ada di smartphone dan social media kita. Hasil foto dengan menggunakan filter pasti jauh lebih indah dibandingkan tanpa filter. Karena bisa menutupi jerawat, wajah kusam, bisa juga terlihat seperti menggunakan make up, khususnya untuk para cewek. Di balik kemudahan fitur ini, ada software engineer yang berinovasi dan merancang fitur ini, pasti butuh waktu berminggu-minggu bahkan mungkin bertahun-tahun. Belum lagi beratus-ratus prototype yang mungkin gagal. Alhasil, saat sudah jadi, fitur ini jadi sangat mudah kita gunakan.

Sama halnya dengan hidup ber-Tuhan, semakin kita mengenali dan memahami Firman Tuhan secara lengkap dan benar, semakin terbentuk filter hidup kita. Kita yang sering membaca Alkitab, semakin memahami setiap situasi kehidupan dengan sudut pandang kebenaran, bukan hanya sekadar membedakan benar dan salah, tetapi secara automatic, membentuk pola berpikir kita menjadi seperti Kristus. Hal ini bisa mulai kita perhatikan dari kehidupan sehari-hari. Misalkan, kita diperhadapkan suatu situasi, apa hal pertama yang menjadi pertimbangan kita, apakah kesenangan dan kenyamanan kita atau mempertimbangkan perasaan Bapa. Habit ini tidak mungkin terjadi semalam, tapi kita bisa terus melatih diri kita untuk memprioritaskan perasaan dan pikiran Tuhan. Sama seperti si software engineer yang berusaha dengan sepenuh tenaga dan waktu untuk merealisasikan fitur yang dirancangnya, kita pun demikian kehidupan kerohanian kita. Terkadang gagal lagi, jatuh lagi, tetapi seberapa pun itu, kita harus memilih untuk berjuang dan bangkit lagi. Memang saat kita membaca dan memahami Alkitab, tidak secara gamblang kita mendapatkan jawaban dan guidelines, tetapi di situlah tantangannya bagi kita supaya kerangka berpikir kita semakin benar, sehingga saat diperhadapkan dalam situasi apa pun, semakin kita dewasa, semakin kita membentuk pemahaman yang benar akan Firman Tuhan, kita semakin cerdas, dan bisa mem- filter mana yang menjadi kehendak Tuhan.

WHAT TO DO:
Melatih diri untuk menjadikan kehendak Tuhan sebagai pertimbangan pertama, setiap kita mengambil suatu tindakan atau keputusan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Tawarikh 24-26

Card image
Renungan Pagi - 06 Juni 2023
2023-06-06 09:57:55


Firman Tuhan jelas berkata, bahwa tanpa kekudusan tidak mungkin orang dapat melihat Allah, kita boleh tiap hari ada di gereja, tetapi kalau tetap hidup dalam kemunafikan dan kepalsuan, maka kita tidak mungkin akan berkenan kepada Allah, karena Allah mencari orang-orang yang hidup dalam kekudusan.

Alkitab dengan tegas berkata, siapa yang boleh naik ke atas gunung Tuhan? Orang yang bersih tangannya dan suci hatinya, artinya adalah orang yang menjaga kesucian hidupnya.
(Ibrani 12:14 ; Mazmur 24:3-4)

Card image
Quote Of The Day - 06 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-06 09:55:42


Kasih kepada Allah harus diwujudkan dalam bentuk kasih kepada sesama.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 06 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-06 09:54:13


Perubahan karakter sehingga seseorang dapat mengenakan pikiran dan perasaan Kristus memampukan seseorang mengalirkan sungai pikiran dan perasaan Tuhan.

Card image
COLOURING THE DAY OF LIFE - 06 Juni 2023 (English Version)
2023-06-06 09:51:59


Worshiping God in the Spirit and truth is living in constant fellowship with Him. So, in the practice of religious life—or Christianity in our context—all the time in our life is a time of worship. So far, many people have divided their time between worship and not. Worship is often categorized as liturgical activity in the house of worship, and for Christians is an exercise in the church. The events in the church are often called worship service, while our worship is every moment. Our true worship is every moment of our life, so worship time is not divided.

In God’s word, by the inspiration of the Holy Spirit, Paul said, “So whether you eat or drink or whatever you do, do it all for the glory of God” (1 Cor. 10:31). So, there are no certain days for worship, as we have heard people say that Sunday is a day of prayer. Does that mean the other day is not a day of worship? Some people say Sunday is the day of God, while the truth is, every day is His day; every time in our life is God’s time.

We must strive to color our every day and time with the colour of worship. The Holy Spirit will surely guide us so that we understand to do everything for God’s glory. By doing so, we can understand what it means to live in the Spirit. To make that happen, firstly, we must avoid what God doesn’t want us to enjoy, whatever it is. Live our lives—at work, business, education, or whatever—for our family and God, and the Holy Spirit will surely guide us to live according to God’s will.

Secondly, don’t move our feelings to things God doesn’t enjoy or feel. Don’t let our feelings drift for something we don’t need to, whatever it is. Don’t grieve for what we shouldn’t. Don’t be happy about what we don’t need. Don’t be complicated about what we don’t need to. We must learn to be independent and free ourselves from attachment to feelings towards something, whether happy or sad. We must tie our hearts to God alone, so we can walk with Him realistically and make every day and time His.

Though we may have problems, some even have many heavy ones; we shouldn’t be drifted because if it were God’s work, those sufferings and burdens of mind would become a pleasure. It’s like we are being offered on the altar to be cut up; we will be killed, split, and then burned, and we have to be brave like Isaac, who was about to be offered but did not rebel. Like the Lord Jesus, who was crucified, where He gave Himself to be crucified. So, we must be very serious and determined to crucify our flesh and lust and turn them off! So that we will see the light keeps opening, a new dimension in worshiping God. Furthermore, we are raising and will continue to grow.

Remember that life’s sanctity cannot be exchanged for anything and cannot be delayed. Our purity today differs from three or five days ago, a month or two months ago. Today is today, and we must be determined to maintain sanctity every second, though it is challenging. However, entering an area like this is an honor; it is our dignity as children of God. It is truly an unimaginable thing when one day, we are in a palace that is so magnificent and luxurious, and the angels greet us. We sometimes see the life of royalty in a world that is so extraordinary, but that is nothing compared to the glory of the Kingdom of Heaven. Humans may see our looks like a tramp, but our mentality must be like nobles because we are children of God. So, don’t think like a beggar.  

WE MUST STRUGGLE TO COLOUR OUR EVERYDAY AND TIME WITH THE COLOUR OF WORSHIP.

Card image
MEWARNAI HARI HIDUP - 06 Juni 2023
2023-06-06 09:33:17


Menyembah Allah dalam roh dan kebenaran sejatinya adalah hidup dalam persekutuan dengan Allah tiada henti. Jadi, di dalam praktik hidup keberagamaan—atau kekristenan dalam konteks kita—tidak ada waktu beribadah dan waktu tidak beribadah. Sejatinya, sepanjang waktu dalam hidup kita adalah waktu beribadah. Selama ini banyak orang yang membagi waktu beribadah dan waktu di luar ibadah. Maka, sering dikategorikan bahwa yang namanya ibadah adalah aktivitas liturgi atau aktivitas di dalam rumah ibadah. Sebagai orang Kristen, tentu aktivitas di dalam gereja. Maka, sering kali acara di gereja disebut Ibadah Raya atau kebaktian. Mudah-mudahan itu hanya sekadar istilah saja bagi kita. Sebab sesungguhnya ibadah kita itu setiap saat dalam hidup kita. Ibadah Raya kita itu setiap saat. Kebaktian kita yang sejati itu setiap saat di dalam hidup kita. Jadi, tidak ada waktu beribadah dan waktu tidak beribadah.

Di dalam firman Tuhan oleh ilham Roh Kudus, Paulus berkata, "Baik kamu makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah" (1Kor. 10:31). Jadi, sebenarnya tidak ada hari kebaktian dan yang lain bukan hari kebaktian. Seperti yang kita bisa dengar atau pernah kita dengar bahwa hari Minggu adalah hari kebaktian, hari ibadah. Apakah itu berarti hari yang lain bukan hari ibadah? Maka, ada orang yang mengistilahkan bahwa hari Minggu itu hari-Nya Tuhan. Padahal, sebenarnya setiap hari tentu adalah hari-Nya Tuhan, setiap waktu dalam hidup kita adalah waktu-Nya Tuhan.

Kita harus berjuang untuk mewarnai setiap hari kita, setiap waktu kita dengan warna ibadah. Roh Kudus pasti akan menuntun kita, agar mengerti bagaimana dalam segala hal yang kita lakukan, kita lakukan untuk kemuliaan Tuhan. Maka, di situlah baru kita dapat mengerti apa artinya hidup di dalam Roh. Maka, untuk bisa mewujudkan hal itu, pertama, jangan mengingini apa yang Tuhan tidak kehendaki kita ingini, apa pun juga. Jalani hidup kita—dalam pekerjaan, bisnis, pendidikan atau apa pun—untuk keluarga dan Tuhan. Percayalah, Roh Kudus akan menuntun kita untuk hidup sesuai kehendak Tuhan.

Yang kedua, jangan menggerakkan perasaan yang di mana Tuhan tidak ikut menikmati atau merasakannya. Jangan sampai perasaan kita hanyut untuk sesuatu yang tidak perlu kita hanyut di situ. Apa pun. Jangan berduka untuk apa yang tidak boleh dan tidak perlu kita berduka. Jangan senang atas apa yang tidak perlu kita senang atau bahagia. Jangan susah atas apa yang tidak perlu kita susah. Kita harus belajar untuk merdeka dan melepaskan diri dari setiap tali ikatan perasaan terhadap sesuatu; apakah sesuatu itu menyenangkan atau sesuatu itu mendukakan. Hati kita harus benar-benar kita ikat dengan Tuhan saja. Maka, kita bisa berjalan dengan Tuhan secara nyata dan menjadikan setiap hari sebagai hari-Nya Tuhan, setiap waktu adalah waktu-Nya Tuhan.

Setiap kita pasti punya masalah, mungkin banyak dan berat, tetapi kita tidak boleh hanyut di situ. Kalau itu adalah pekerjaan Tuhan, penderitaan dan beban pikiran akan menjadi kenikmatan bagi kita. Kita seperti sedang dipersembahkan di atas mezbah untuk dipotong, mau dibunuh, mau dibelah-belah lalu dibakar, dan kita harus berani. Seperti Ishak yang mau dipersembahkan, tetapi ia tidak memberontak. Seperti Tuhan Yesus disalib, di mana Ia memberi diri untuk disalib. Maka, kita harus sangat serius dan nekat untuk menyalibkan daging kita, menyalibkan hawa nafsu kita, matikan itu! Sehingga kita pasti melihat ada terang yang makin terbuka, adanya dimensi baru dalam menyembah Tuhan. Selanjutnya, kita makin naik dan akan terus semakin naik.

Ingat hal ini, bahwa kesucian hidup tidak bisa ditukar dengan apa pun. Kesucian tidak bisa ditunda. Kesucian kita hari ini pasti tidak sama dengan kesucian 3 hari, 5 hari yang lalu, apalagi sebulan atau dua bulan yang lalu. Hari ini adalah hari ini, dan di setiap detiknya kita harus bertekad untuk menjaga kesucian, dan ini memang berat. Tetapi, kalau sudah masuk wilayah itu, pasti adalah suatu kehormatan, itu martabat kita sebagai anak-anak Allah. Sungguh suatu hal yang tidak terbayangkan ketika suatu hari kita ada di istana yang begitu megah dan mewah, kita disambut oleh para malaikat. Sebagaimana kita kadang-kadang melihat kehidupan bangsawan di dunia yang begitu luar biasa. Tetapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan kemuliaan Kerajaan Surga. Jangan kita berpikir seperti gembel. Potongan kita boleh dipandang seperti gembel oleh manusia, namun mental kita harus mental bangsawan, karena kita adalah anak-anak Allah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS BERJUANG UNTUK MEWARNAI SETIAP HARI KITA, SETIAP WAKTU KITA DENGAN WARNA IBADAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 Juni 2023
2023-06-06 09:30:19

Amsal 13-15

Card image
Truth Kids 05 Juni 2023 - HORMATI AYAH DAN IBU
2023-06-05 10:00:24


Keluaran 20:12
”Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu.”

Tuhan menciptakan masing-masing jenis kelamin dengan ciri khasnya. Seorang bayi lahir dari perempuan yang sudah menikah dengan seorang laki-laki. Tidak ada laki-laki yang bisa mengandung dan melahirkan. Hanya perempuan yang bisa mengandung dan melahirkan. Setiap manusia berada di kandungan ibu selama sekitar sembilan bulan. Selama Sembilan bulan itu, kemana pun ibu hamil pergi, bayinya berada di dalam kandungannya. Sampai akhirnya ibu harus melahirkan anaknya. Hal ini bukanlah suatu hal yang mudah, loh, Sobat Kids. Ibu dan ayah saling menjaga dan mengasihi anak yang ada di dalam kandungan.

Sejak kalian lahir hingga usia kalian sekarang ini, ayah dan ibu selalu memelihara kalian. Sebagai anak, kalian harus menghormati ayah dan ibumu. Firman Tuhan hari ini juga mengingatkan kita untuk menghormati ayah dan ibu. Yuk, Sobat Kids, kita belajar untuk hormat kepada orangtua kita. Dengar-dengaran kepada nasihat mereka. Saat ibu bilang stop main gadget, kita harus stop. Tidak lagi merengek minta tambahan waktu. Tanpa disuruh kita juga harus bisa belajar dan menyelesaikan tugas sekolah. Pasti kalian bisa menghormati ayah dan ibu. Semangat!

Card image
Truth Junior 05 Juni 2023 - PARENTS ARE A BLESSING
2023-06-05 10:01:20


Keluaran 20:12 “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu.”

Sobat Junior, orangtua adalah sosok penting dalam kehidupan kita. Mereka adalah orang yang paling dekat dengan Sobat Junior. Orangtua juga selalu memberikan kasih sayang serta dukungannya dalam setiap hal. Namun, ada hal yang perlu dipahami, seperti fakta bahwa orangtua terdiri dari laki-laki dan perempuan, yaitu papa dan mama. Ya, betul sekali, orangtua terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Jikalau Sobat Junior pernah melihat proses kelahiran bayi, maka setiap bayi pasti lahir dari perempuan. Hal tersebut jelas sekali, dong? Sebab, hanya perempuan yang memiliki organ reproduksi untuk dapat mengandung dan melahirkan anak. Meskipun begitu, tetap saja peran laki-laki dalam keluarga juga sangat penting. Laki-laki sebagai ayah, bertanggung jawab untuk mencukupkan kebutuhan dan memberi perlindungan bagi keluarganya. Ditambah lagi, ayah berperan sebagai panutan dan teladan bagi anak-anaknya.

Orangtua memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan anak-anak. Mereka mengajarkan Sobat Junior tentang nilai-nilai baik, seperti jujur, sopan santun, dan bertanggung jawab. Mereka juga membantu Sobat Junior dalam segala hal, seperti membantu mengerjakan tugas sekolah, dan memberikan dukungan saat mengalami masalah. Sebagai anak-anak, Sobat Junior harus selalu hormat, menghargai, dan mencintai orangtua. Sobat Junior harus menghormati peran masing-masing orangtua, baik ayah maupun ibu. Tidak boleh menganggap salah satu peran lebih penting daripada yang lain, ya. Semua peran orangtua sama-sama penting dalam membentuk karakter dan masa depan Sobat Junior sebagai anak-anak mereka.

Card image
Truth Youth 05 Juni 2023 (English Version) - A BLOW OF LOVE
2023-06-05 09:30:57


"Jesus replied: 'Love the Lord your God with all your heart and with all your soul and with all your mind.'" (Matthew 22:37)

The most phenomenal boxing match occurred when Evander Holyfield faced Mike Tyson in 1997. The 1997 match was the second installment of their encounters. Both Holyfield and Mike Tyson were boxers who had achieved numerous titles in the sport of boxing. The second match served as a revenge opportunity for "Iron Mike" Tyson, as he sought to avenge his previous defeat. The pinnacle of all the preceding matches took place during this second installment. The third round became the climax when Mike Tyson lost control of his emotions and composure in facing Evander Holyfield. It was during this round that Mike Tyson intentionally bit off a piece of Holyfield's ear, causing it to tear. Mike Tyson was disqualified and fined for his behavior towards Evander Holyfield.

The match had ended, but one thing that can be learned from the bout between Mike Tyson and Evander Holyfield is the attitude demonstrated by Holyfield towards Tyson. In an interview, Holyfield was asked about his feelings towards Tyson. Did he harbor anger and hatred towards Tyson? He replied that he held no hatred or anger towards Mike Tyson, even though his ear was no longer intact as before. From this boxing match, we can learn that when seeking to retaliate against someone who has hurt us, there is no need to respond with aggression and arrogance. Evander Holyfield proved that as children of God, we should possess love, just as he displayed before his boxing match by wearing a robe with a Bible verse inscribed on it. Let us be individuals who show love to God and love to others. Instead of repaying evil with evil, let us repay with love.

WHAT TO DO:
1. When faced with evil from others, respond not with evil but with love.
2. Learn to sincerely give our love to others.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Chronicles 20-23

Card image
Truth Youth 05 Juni 2023 - PUKULAN NASIH
2023-06-05 09:28:11


Jawab Yesus kepadanya: ”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. (Matius 22:37)

Pertandingan Tinju yang paling fenomenal terjadi pada saat Evander Holyfield bertemu dengan Mike Tyson pada tahun 1997. Pertandingan pada tahun 1997 merupakan pertandingan jilid kedua yang dipertandingkan.

Holyfield dan Mike Tyson merupakan petinju yang sama-sama mendapat gelar yang banyak dalam olahraga tinju. Pertandingan yang diadakan pada jilid kedua ini menjadi sebuah balas dendam bagi petinju “si leher beton” julukan dari Mike Tyson. Pada pertandingan inilah yang menjadi puncak dari segala pertandingan yang sebelumnya diadakan. Ronde ketiga merupakan puncak di mana Mike Tyson tidak dapat mengontrol emosi dan ketenangannya dalam menghadapi Evander Holyfield. Di ronde inilah Mike Tyson dengan sengaja menggigit telinga dari Evander Holyfield sampai telinga Holyfield robek. Mike Tyson dinyatakan didiskualifikasi dan terkena denda dengan perilaku yang dilakukannya kepada Evander Holyfield.

Pertandingan sudah berakhir, tetapi satu hal yang didapatkan dari pertandingan antara Mike Tyson dan Evander Holyfield adalah sikap yang diberikan oleh Evander Holyfield kepada Mike Tyson. Dalam sebuah acara, Evander Holyfield ditanyakan mengenai sikapnya kepada Mike Tyson. Apakah dia menyimpan kemarahan dan kebencian kepada Mike Tyson? Dia menjawab tidak menyimpan kebencian dan kemarahan kepada Mike Tyson, meskipun telinganya tidak sempurna seperti dahulu kala. Dari pertandingan tinju ini kita dapat belajar bahwa untuk membalas orang lain yang menyakiti kita tidak perlu dengan membalas secara kasar dan arogan. Evander Holyfield membuktikan sebagai anak-anak Tuhan harus memiliki kasih, sama seperti yang dia lakukan sebelum memulai pertandingan tinjunya dengan memakai jubah dengan bertuliskan ayat Alkitab. Jadilah pribadi yang memberikan kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama. Tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi membalas dengan penuh kasih.

WHAT TO DO:
1. Membalas yang jahat kepada kita, tidak perlu membalasnya dengan yang jahat tapi membalas dengan kasih
2. Belajar memberikan kasih kita kepada orang lain dengan ketulusan hati

BIBLE MARATHON:
1 Tawarikh 20-23

Card image
Renungan Pagi - 05 Juni 2023
2023-06-05 09:14:55


Kita harus memiliki motivasi yang tulus dalam bersaksi, tujuan bersaksi adalah jangan sampai untuk menyatakan kehebatan kita apalagi untuk menghakimi orang lain.

Daud berkata dengan apa dapat kubalas segala kebaikan-Mu, berarti kalau bersaksi itu, bukan karena kita hebat dan bukan karena baik.

Tetapi karena menyadari kebaikan Tuhan dan kita ingin menyaksikannya bagi banyak orang, supaya orang lain diberkati dan menyadari akan anugerah Tuhan.
(Mazmur 116:12-14)

Card image
Quote Of The Day - 05 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-05 09:11:15


Kita tidak akan pernah hidup dalam dan bagi Kristus, kalau kita tidak rela mengalami kematian indah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 05 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-05 09:09:10


Iblis menghalangi orang percaya untuk menjadi sempurna dengan cara membuat cara berpikirnya salah.

Card image
SPECIAL RELATIONSHIP - 05 Juni 2023 (English Version) -
2023-06-05 09:07:29


There is uniqueness or specificity if we see the relationship among people in our life experience. For example, our relationship with our parents is so remarkable that we cannot build with anyone else, for it can only be made between us, though it goes through a gradual process according to age. When we are children, we have an immature relationship with our parents. But as we get older, we recognize ourselves and our parents and find a meeting point for a harmonious relationship.

Children usually want to have fun only and don’t know mature relationships, so they practice parasitic symbiosis, where what they do is only demanding. But over time, when they grow up, they get to know themselves and their parents and reach a harmonious relationship. This is the same with the marriage relationship, where the couple usually enjoys the dating era, which then brings them to marriage. The honeymoon era is still excellent, but conflicts often arise as time goes by when respective characters appear. If the conflict is managed correctly, they will continue to grow up together until, at a certain age, they find a harmonious meeting point.

After going through a long journey of marriage, its relationship becomes very strong. Though getting older and become physically weaker, their inner relation is getting stronger. They do not want to betray each other and promise to be faithful to the end, and every married couple has its uniqueness which is so integrated and tied up. Therefore, how destructive it is if a married person has a relationship with another person because that destroys the whole household structure.

This illustrates our relationship with God, which must be more mature. God’s relation is unique to each of us, but the principle is the same because He doesn’t change. We can only ask or demand when we are new Christians, and God is positioned as a Helper or Giver only. However, over time, we know who we are and who God is for us by the leading of the Holy Spirit. Everyone has a special and unique relationship with God, so we should find out the particularity of our every relationship with God.

If the Psalmist says, “Search me, God, and know my heart,” he teaches that we must know ourselves, our nature, character, and cunningness. Without knowing ourselves, we will never know God properly and have the right relationship. Remember, God’s word says, “The heart is deceitful above all things.” We must recognize and fix our cunning and insincerity; don’t let us be insincere or cunning.

There is a satanic base within us that makes us easy to respond if there is an impulse or stimulus to do something contrary to God’s will. All of these bases must be destroyed and replaced by new bases, where we will be connected to God’s will and according to His mindset. So, we have to grow up just like an illustration of the relationship between children and parents. If the child grows up, they will know who they and their parents are so that they can have a harmonious relationship. However, if the child is naughty, they will always see their parents negatively and cannot have a good relationship.

This often happens in households where the children blame their parents for not giving them what they want even though the things requested are not proper and dangerous. Good parents will surely refuse their child’s demand because it will harm them, but the child doesn’t want to understand it. This can happen to some children until they are grown up and even already get married but still not mature, because being old is automatic, but to be mature is a struggle.

So, there was never a meeting point in their relationship because the child does not know they are evil, selfish, and have no self-awareness, so no wonder they don’t know their parents and are not connected. Do not let this happen in our relationship with God. We must continue to have a proper relationship with Him, so keep growing until we find a harmonious encounter and know Him, whose personality is grandeur.  

GOD DOES NOT CHANGE, BUT WE SHOULD FIND THE PARTICULARITY. HE HAS IN HIS RELATIONSHIP WITH EACH INDIVIDUAL.

Card image
HUBUNGAN KHUSUS - 05 Juni 2023
2023-06-05 09:04:48


Sebagaimana pengalaman hidup kita dalam berinteraksi dengan sesama, kita menemukan sebuah kekhususan atau kekhasan atau spesifikasi dalam setiap hubungan tersebut. Ketika kita berhubungan dengan orangtua, hubungan itu khusus yang tidak bisa kita bangun dengan orang lain; hanya bisa dibangun dengan orangtua, dan itu pun melalui proses bertahap sesuai dengan umur kita. Ketika masih kanak-kanak, kita memiliki relasi yang belum matang, relasi yang belum dewasa dengan orangtua. Tetapi seiring berjalannya waktu, ketika kita makin dewasa, kita mulai mengenali diri kita dan kemudian kita bisa mengenali orangtua kita dan kita menemukan titik pertemuan, hubungan yang harmoni antara ayah atau ibu dan anak.

Waktu kanak-kanak, kita tidak tahu bagaimana hubungan yang dewasa, yang matang itu. Biasanya anak hanya mau senang-senang saja. Anak masih bersifat simbiosis parasitisme; mengeksploitasi, menghisap. Tetapi seiring berjalannya waktu, ketika kita dewasa, kita mengenal diri kita dan mengenal orangtua, sampai pada satu titik hubungan yang harmoni. Sebenarnya, hubungan suami isteri juga bisa begitu. Pada waktu pacaran, semua serba indah, hingga akhirnya mereka menikah. Waktu bulan madu, semua juga masih serba indah. Tetapi seiring berjalannya waktu, ketika karakter masing-masing nampak, di situ sering terjadi konflik. Kalau konflik itu dikelola dengan benar, maka mereka akan terus bertumbuh dewasa antara suami-isteri, sampai pada usia tertentu, mereka menemukan titik pertemuan.

Sampai suami berkata, "Tidak ada wanita yang pantas di sampingku selain dirimu" atau sebaliknya istri berkata, "Tidak ada pria yang pantas di sampingku selain dirimu." Walaupun rambut sudah memutih, tubuh sudah rentan, tetapi batiniah mereka semakin terikat, terlekat setelah melewati perjalanan panjang. Ingat, hubungan suami istri itu khas, khusus. Antara Rudi dan Endang, beda dengan Toto dan Lili. Masing-masing punya kekhasan. Maka, betapa rusaknya kalau seorang pria atau seorang wanita yang sudah punya pasangan, lalu menjalin hubungan dengan pria atau wanita lain yang bukan pasangan; itu merusak seluruh struktur bangunan kehidupan rumah tangga.

Ini menjadi ilustrasi hubungan kita dengan Tuhan. Hubungan kita dengan Tuhan harus makin dewasa. Waktu kita menjadi Kristen baru, kita hanya bisa meminta, menuntut. Tuhan diposisikan sebagai Penolong, Pemberi saja. Namun, seiring berjalannya waktu, kita mengenal siapa diri kita. Lalu, kita juga akan dituntun Roh Kudus untuk mengenal siapa Allah bagi kita. Setiap orang memiliki hubungan yang khusus dan khas dengan Allah. Siapa Allah bagi si A, si B, si C, berbeda. Tentu prinsipnya sama, karena Allah tidak berubah; tetapi ada kekhasan, kekhususan, yang tidak akan pernah sama. Inilah yang harus kita temukan.

Kita tidak akan pernah mengenal Allah dengan benar dan memiliki hubungan yang benar dengan Allah tanpa mengenal diri kita sendiri dengan benar. Kalau Pemazmur mengatakan, "Selidiki aku, kenali aku," ia sedang mengajarkan bahwa kita harus mengenali diri kita; sifat, karakter, kelicikan-kelicikan yang ada pada kita. Ingat, firman Tuhan mengatakan, "Hati lebih licik dari segala sesuatu." Kita harus mengenali kelicikan kita, ketidaktulusan kita. Maksudnya agar kita membereskannya; jangan tidak tulus, jangan jadi licik.

Sejatinya, di dalam diri kita ada pangkalan setan, di mana kalau ada impuls atau rangsang berbuat sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Allah, gampang kita meresponnya. Semua pangkalan itu harus dihancurkan dan digantikan pangkalan baru, di mana kita akan tersambung dengan kehendak Allah, sesuai pikiran perasaan Allah. Maka, kita harus bertumbuh dewasa. Seperti ilustrasi hubungan anak dengan orangtua. Kalau anak itu bertumbuh dewasa, dia akan mengenal siapa dirinya dan mengenal siapa orangtuanya, sampai pada titik perjumpaan yang harmoni, tetapi kalau anak ini nakal, bisa tidak ketemu. Maksud orangtua baik, tetapi dipandang oleh anak jahat.

Bukankah itu sering terjadi? Bukan orangtua yang salah, tetapi anak yang salah. Namun anak berkata, "Orangtua pelit, tidak tahu diri, egois, tidak membahagiakan anak," padahal anaknya yang rusak. Minta uang untuk beli barang-barang yang tidak perlu, foya-foya, bahkan digunakan untuk narkoba. Tentu orangtua tidak setuju, tetapi anak tidak mau tahu. Lihat, hal-hal semacam ini terjadi, sampai pada anak itu usia tua, tetapi tidak dewasa. Karena tua itu otomatis, dewasa itu perjuangan. Bahkan, sudah punya istri, masih merongrong orangtua.

Jadi, tidak pernah ada titik temu. Anak tidak mengenal dirinya; sebenarnya dia itu jahat, egois, tidak tahu diri. Tidak heran dia tidak mengenal orangtuanya, tidak tersambung. Jangan sampai hal ini terjadi dalam hubungan kita dengan Tuhan. Kita harus terus memiliki hubungan dengan Tuhan yang harmoni, maka bertumbuhlah terus. Sampai kita menemukan perjumpaan yang harmoni dengan Allah setelah kita tumbuh dewasa dan mengenal Allah yang berkepribadian agung.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ALLAH TIDAK BERUBAH, TETAPI ADA KEKHUSUSAN DALAM HUBUNGAN DENGAN SETIAP PRIBADI; INILAH YANG HARUS KITA TEMUKAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 05 Juni 2023
2023-06-05 09:00:06

Amsal 10-12

Card image
Truth Kids 04 Juni 2023 - MAIN GADGET VS BACA BUKU
2023-06-04 10:02:01


Amsal 1:29
”Oleh karena mereka benci kepada pengetahuan dan tidak memilih takut akan Tuhan,”

Siapa di antara Sobat Kids yang sudah tahu cara pakai handphone, atau gadget yang lain? Wah, mungkin banyak yang mengangkat tangan tanda sudah jago dalam menggunakan handphone. Bahkan mungkin kalian lebih jago daripada oma, opa, atau orangtua kalian sendiri. Siapa, sih, yang ajarin kalian pakai gadget? Rasanya tidak ada pelajaran untuk menggunakan gadget, tapi kalian sudah jago menggunakannya. Tinggal pencet-pencet lalu bisa muncul games atau tayangan yang kalian mau lihat. Kalau sudah main gadget, waktu terasa sangat cepat. Padahal kalian sudah menghabiskan waktu berjam-jam dengan gadget kalian.

Siapa yang jadi malas belajar karena lebih senang main gadget? Hmm, jangan sampai kalian seperti itu, ya, Sobat Kids. Itu artinya kalian tidak takut akan Tuhan. Jika kalian seperti itu, kalian perlu bertobat. Tahukah kalian bahwa banyak informasi salah yang dimasukkan ke dalam tontonan kalian? Banyak hal-hal yang tidak patut dilihat di dalam gadget itu. Permainan-permainan yang ada terkadang banyak memiliki unsur kekerasan dan kata-kata yang kasar. Kalian harus membatasi diri dalam menggunakan gadget, ya, Sobat Kids. Kita mau belajar untuk takut akan Tuhan. Kita juga mau senang kepada pengetahuan. Banyak pengetahuan yang bisa kita dapat dari belajar. Sebaiknya, kita membaca buku yang sudah dipilihkan oleh orangtua. Baca buku, yuk!

Card image
Truth Junior 04 Juni 2023 - BERSATU
2023-06-04 09:56:41


Kejadian 2:24
“Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.”

Seorang anak bernama Daniel merupakan murid kelas 4 SD. Daniel selalu senang mengikuti kegiatan Sekolah Minggu bersama temannya. Suatu hari, Kakak Sekolah Minggu bercerita tentang lembaga keluarga. Setelah mendengar dengan sungguh-sungguh, Daniel mulai mengajukan pertanyaan. Daniel bertanya kepada Kakak Sekolah Minggu, “Kak apakah semua orang harus menikah dengan lawan jenis?” Kakak Sekolah Minggu menjawab, “Ya, Daniel, betul sekali! Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan untuk saling melengkapi dalam membentuk keluarga.”

Daniel lalu bertanya lagi, “Tapi, Kak, aku pernah mendengar bahwa ada orang-orang yang menikah dengan sesama jenis. Apakah itu salah?” Kakak Sekolah Minggu menjawab, “Ya, Daniel, tentu salah. Menikah dengan sesama jenis, tidak sesuai dengan rencana Allah Bapa. Sebenarnya, Allah menciptakan laki-laki dan perempuan untuk saling melengkapi. Laki-laki harus berpasangan dengan perempuan, bukan dengan sesama jenis. Hal ini sudah tertulis dalam firman-Nya” Daniel pun mengangguk mengerti.

Sobat Junior, dari cerita di atas, jelas sekali rencana Allah terhadap manusia. Keluarga yang benar terdiri atas laki-laki dan perempuan yang dipersatukan dalam pernikahan. Jika kalian pernah mendengar kisah orang yang melanggar perintah Tuhan tersebut, artinya mereka berdosa di hadapan Tuhan. Dunia ini memang semakin rusak, Sobat Junior. Banyak penyimpangan yang terjadi, sehingga tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Namun sayangnya, dunia beranggapan itu wajar-wajar saja. Jangan sampai kalian terpengaruh dengan pendapat dunia, ya, Sobat Junior. Kebenaran sejati adalah yang sesuai dengan Alkitab.

Card image
Truth Youth 04 Juni 2023 (English Version) - DEADLY CANCER
2023-06-04 09:51:41


"Therefore I tell you, do not worry about your life, what you will eat or drink; or about your body, what you will wear. Is not life more than food, and the body more than clothes?" (Matthew 6:25)

Cancer is one of the most deadly diseases, especially when it reaches its advanced stages, with slim chances of being cured. It all starts from a tiny cancer cell that gradually eats away at specific organs and spreads throughout the body, eventually claiming a person's life. While there are medical treatments, such as chemotherapy, that are performed to destroy cancer cells harmful to the body, the reality is that many people are not saved by these interventions. The main cause of cancer is genetic mutations in cells that grow abnormally, but chaotic lifestyles also serve as significant triggers for the development of these cancerous cells.

Similarly, worry is a vicious "cancer cell" that damages our minds. Worry here refers to concerns about worldly matters, excessive fear of something that sticks to our thoughts continuously, persisting for years and developing "cancer cells" in our minds. Prolonged worry is akin to cancer in its advanced stage, causing us to lose faith and hope. Our sound reasoning becomes impaired as it becomes filled with various forms of worry. In fact, many young people nowadays experience psychological disorders due to excessive worry, such as anxiety disorders, panic attacks, and more. One of the main causes is the inability to control their thoughts and lack of a spiritually healthy lifestyle. Try to spend time seeking shelter in God and be willing to learn His Word to recognize the thoughts of Jesus. Matthew 6:25 has already stated that we should not worry about worldly things but rather focus on eternal matters. Have we been worrying about our earthly or spiritual life all this time?

WHAT TO DO:
1. Reflect on what often causes us to worry.
2. Guard our minds by avoiding things that damage our thoughts.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Chronicles 17-19

Card image
Truth Youth 04 Juni 2023 - KANKER TERGANAS
2023-06-04 09:40:16


”Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?" (Matius 6:25)

Penyakit kanker adalah salah satu penyakit yang paling mematikan, apalagi kalau sudah stadium akhir, kemungkinan sangat tipis untuk bisa disembuhkan. Padahal, asal mulanya dari sebuah sel kanker yang sangat kecil, tetapi lama kelamaan bisa menggerogoti organ tubuh tertentu dan menjalar ke mana-mana, hingga bisa merenggut nyawa seseorang. Memang ada tindakan medis, kemoterapi, biasanya dilakukan untuk menghancurkan sel kanker yang berbahaya bagi tubuh. Tetapi faktanya, masih banyak yang tidak tertolong dengan tindakan ini. Penyebab utama kanker memang terjadinya mutasi genetik pada sel yang tumbuh abnormal, tetapi pola hidup yang kacau juga menjadi pemicu besar berkembangnya sel kanker ini.

Sama halnya dengan kekhawatiran, suatu ‘sel kanker’ terganas yang merusak pikiran kita. Khawatir di sini adalah khawatir akan hal-hal jasmani, ketakutan berlebihan akan sesuatu, yang terus menerus menempel dalam pikiran kita, dan hal ini berlangsung bertahun-tahun, hingga mengembangkan ‘sel kanker’ pada pikiran kita. Kekhawatiran yang berkepanjangan sama saja seperti kanker di stadium akhir, menyebabkan kita _enggak_ percaya lagi dengan iman dan pengharapan. Akal sehat kita tidaklah menjadi sehat, karena sudah dipenuhi oleh segala macam bentuk kekhawatiran. Bahkan banyak anak muda sekarang yang mengalami gangguan psikologis akibat kekhawatiran yang berlebihan, misalnya anxiety disorder, panic attack, dsb. Salah satu penyebab utamanya adalah tidak mampu mengendalikan pikiran dan tidak memiliki pola hidup yang sehat secara rohani. Cobalah mulai memberikan waktu berteduh dalam Tuhan dan mau belajar Firman Tuhan supaya mengenali pikiran Tuhan Yesus. Matius 6:25 sudah mencatat bahwa janganlah kita khawatir pada hal-hal jasmani, tetapi khawatirlah kepada hal-hal kekekalan. Apakah selama ini kita khawatir terhadap kehidupan jasmani atau rohani?

WHAT TO DO:
1.Coba renungkan, hal apa yang sering membuat kita khawatir?
2.Menjaga pikiran, dengan tidak mengonsumsi hal-hal yang merusak pikiran.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Tawarikh 17-19

Card image
Renungan Pagi - 04 Juni 2023
2023-06-04 09:37:10


Setiap orang yang ingin sukses, maka dia harus belajar disiplin, istri yang sukses adalah istri yang disiplin, suami yang sukses adalah suami yang disiplin, pelayan Tuhan yang sukses adalah pelayan Tuhan yang disiplin, semua membutuhkan kedisiplinan.

Kedisiplinan perlu dilatih setiap hari sampai menjadi gaya hidup. Terutama disiplin dalam hal waktu dan melakukan kebenaran. Disiplin memerlukan tanggungjawab dan tekad yang kuat dalam melakukannya.

Disiplin memang awalnya berat, tetapi ketika disiplin sudah menjadi kebiasaan, maka disiplin tidak lagi memberatkan kita, tetapi justru kedisiplinan akan membawa kepada keberhasilan.

Demikianlah teladan yang diberikan olah Tuhan Yesus dalam hal disiplin, DIA selalu melakukan apa yang dikehendaki oleh Bapa-Nya, sesuai waktu Bapa, bukan menurut keinginan-Nya sendiri.
(Yohanes 4:34 ; Yohanes 6:38-40)

Card image
Quote Of The Day - 04 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-04 09:32:36


Sebelum kita mati secara jasmani, kita harus mengalami kematian indah; _euthanasia_.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 04 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-04 09:30:55


Orang percaya akan meletakkan kepala di langit baru dan bumi yang baru dalam Kerajaan-Nya nanti, sedangkan di bumi ini, kita semua bekerja keras untuk roti yang tidak binasa.

Card image
ALWAYS BE CONNECTED - 04 Juni 2023 (English Version)
2023-06-04 09:28:56


We must personally meet with the invisible God – a meeting where we can genuinely feel Him and where the experience is real, so that we cannot not believe in Him and His presence can envelop our lives. It is possible for this to happen. In the Lord’s Prayer, our Lord Jesus taught us this, “Your Kingdom come.” We must grow into a spiritual maturity where our lives represent the Kingdom of God. When we have met with God in-person, our understanding of Him does not come only from the mind or theological knowledge, but also from a genuine experience. Our mind alone can never fully grasp the living God. We should also know Him through our feelings, and in some cases, tangible experience with the living God.  

All our senses should be able to sense God’s presence, that is they can interact with God. However, these experiences through our senses are not something we should rely on as the Lord taught us to believe even when we cannot see. Our Father in Heaven longs to envelop us in His presence. He loves us very much. Therefore, we must do away with anything that is improper or unfit for God’s presence, including entertainment, hobbies, or any other pleasures. 

Light cannot have a fellowship with darkness. Our Lord also said in Matt.6:24, “We cannot serve two masters.” We must only serve the Lord. Period! Even any of our smallest parts cannot serve another, as this is the will of God; “You shall have no other gods before me.” Do not give others, even the smallest, any part of our heart. If we say we worship Elohim Yahweh, the God and Father of our Lord Jesus Christ, we only worship Him and Him alone. No one else. It means we put the highest value on God, we esteem Him more than anything or anyone else. Moreover, our regards for something or someone is for the Lord; as the following verse states, “So whether we eat or drink or whatever we do, we do it all for the glory of God.”

Our Father desires us to feel His presence. He wants us to walk with Him. He desires us to be gripped by His presence anytime and anywhere, not only during church services or prayer times. Our bodies are temples of the Holy Spirit. If our bodies are temples of the Holy Spirit, then the Most Holy Place is in them. It means, there is a meeting that happens continually between God and us. If we are earnest in our relationship with God, then we should always be connected to Him.

Wherever we are, we should always be connected to God. As He Himself has promised, “I will be with you always.” There is no place on earth where God is not present and there is no place on earth where He is not with us. He is always with us. Therefore, He is called Emmanuel. Those who are always with God are the ones who are worthy to enter the Kingdom of Heaven. On the other hand, those who only half-heartedly seek to live in His presence, or those who refuse to live in His presence, will not be deemed to be worthy to be with Him in heaven. Unfortunately, for these people, only after their lives on earth have ended, they will see how important, how invaluable living in God’s presence is.

They will cry out to God, in their regrets, “Please, let us walk with You, let us live in Your presence!” Unfortunately, their times have passed, they have missed their opportunities. Therefore, while we are still on this earth, we must earnestly build a relationship with God. Do not wait until death, where we have lost all opportunities to build any relationship with God. Those who say, “I’ll think about heaven and God later, for now, let’s concentrate on earthly matters while we’re still living on earth”, dishonour God. They lust to enjoy all the pleasures the world can offer, yet they also wish to be accepted in heaven. How outrageous!

As Christians this Word should apply to us, “For you died, and your life is now hidden with Christ in God.” (Col.3:3). It means, we should not desire anything that Christ does not desire. We should desire anything that the Lord Jesus desires. How can we know what the Lord desires? We should be led by the Holy Spirit. If we cannot desire anything that the Lord Jesus does not desire, then we will be able to replicate Him and please Him.  

WHEREEVER WE ARE, WE SHOULD ALWAYS CONNECT WITH GOD.

Card image
SELALU KONEK - 04 Juni 2023
2023-06-04 09:25:41


Kita, secara pribadi, harus mengalami perjumpaan dengan Allah yang tidak kelihatan, perjumpaan yang benar-benar kita rasakan, kita alami secara konkret dan nyata, sampai kita tidak bisa tidak percaya Tuhan, hidup kita dilingkupi oleh kehadiran-Nya dan itu bisa terjadi. Sebab dalam Doa Bapa Kami, Tuhan Yesus mengajarkan kita kalimat, "Datanglah Kerajaan-Mu." Kita harus bertumbuh dewasa terus sampai kita benar-benar menghadirkan Kerajaan Allah di dalam hidup kita. Penghayatan akan Allah yang hidup dari pengalaman konkret, bukan hanya penghayatan di dalam pikiran. Pikiran tidak bisa menghayati secara penuh, tetapi bisa dihayati dalam perasaan bahkan fisik kita, karena Allah itu nyata dan hidup.

Seluruh indra kita pasti juga bisa merasakan kehadiran Tuhan. Tentu saja kita tidak mengandalkan pengalaman indra jasmani untuk merasakan dan mengalami Tuhan, tetapi bisa kita alami; maksudnya panca indra kita bisa berinteraksi dengan Allah. Namun, bukan itu yang utama, karena Tuhan mengajarkan kepada kita agar percaya walau tidak melihat. Betapa ingin hati Bapa di surga melingkupi kita dengan kehadiran-Nya. Ia sayang kepada kita, sangat sayang. Oleh sebab itu, hal-hal salah atau tidak berguna yang melingkupi diri kita, harus kita buang; misalnya tontonan, hiburan, hobi atau kesenangan apa pun harus kita buang. Sebab kalau kita tidak membuang hal-hal tersebut, maka Allah tak dapat melingkupi kita.

Terang tidak bisa bercampur dengan gelap. Tuhan juga berkata di Matius 6:24, "Kamu tak dapat mengabdi kepada dua tuan." Kita harus mengabdi kepada Tuhan, titik! Tidak ada bagian sekecil apa pun untuk yang lain karena Tuhan menghendaki demikian; "Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku." Jangan beri ruangan sejengkal pun untuk yang lain. Kalau kita menyembah Elohim Yahweh, Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, kita hanya menyembah Dia. Kita tidak menyembah siapa pun. Artinya kita hanya memberi nilai tinggi Tuhan, kita mengagungkan Dia lebih dari kita menghargai apa pun dan siapa pun. Bahkan, penghargaan kita kepada seseorang atau sesuatu itu pun karena Tuhan; sebagaimana ayat yang mengatakan, "Jadi, baik kita makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, kita lakukan semua untuk kemuliaan Allah."

Bapa ingin kehadiran-Nya kita rasakan, sungguh. Bapa ingin kita berjalan bersama-Nya. Bukan hanya pada waktu kita di gereja atau pada waktu berdoa kita tercengkerami oleh kehadiran-Nya, tetapi di setiap waktu, di mana pun kita berada. Sebab tubuh kita menjadi bait Roh Kudus. Kalau tubuh kita adalah bait Roh Kudus, maka ada ruang maha kudus di dalamnya. Artinya, ada perjumpaan antara kita dengan Allah secara terus-menerus. Kalau dulu kita tidak sungguh-sungguh, ada wilayah-wilayah blankspot—tidak ada sinyal, tidak tersambung, tidak ada connecting—tetapi sekarang tidak boleh ada lagi area blankspot.

Di mana pun kita berada, kita selalu konek dengan Tuhan. Sebab Tuhan sendiri yang berjanji, "Aku menyertai kamu senantiasa." Tidak ada tempat di mana Allah tidak hadir dan tidak ada tempat atau waktu di mana Allah tidak menyertai kita. Ia selalu menyertai kita. Karenanya Ia disebut sebagai Imanuel. Orang yang bersama dengan Allah senantiasa setiap waktu adalah orang-orang yang layak masuk Kerajaan Surga. Orang yang setengah-setengah, yang muncul tenggelam muncul tenggelam, orang yang tidak tetap tinggal di dalam Tuhan, tidak mungkin dilayakkan Tuhan tinggal bersama dengan Dia. Apalagi mereka yang tidak hidup di hadirat Allah. Setelah meninggal dunia, mereka baru tahu betapa pentingnya, betapa berharganya berjalan bersama Tuhan, betapa bernilainya hidup di hadirat Allah.

Dalam penyesalan, baru kemudian ia berkata, "Perkenankan aku berjalan bersama-Mu, perkenankan aku hidup di hadirat-Mu." Namun, tidak ada lagi waktu, tidak ada lagi kesempatan untuk itu. Jadi, selagi kita hidup di dunia, kita serius benar-benar membangun relasi atau hubungan dengan Tuhan. Jangan menunggu meninggal dunia, di mana tidak ada waktu lagi untuk itu. Tidak ada kesempatan lagi. Kalau ada orang berkata, "Surga kan nanti, sekarang kita masih di dunia, masih menginjak tanah, menginjak bumi, nanti sajalah soal Tuhan," ini adalah orang-orang yang tidak menghargai Tuhan. Waktu di dunia suka-suka sendiri menikmati dunia, setelah mati mau masuk surga, orang licik!

Bagi orang Kristen berlaku firman, "Kamu sudah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah" (Kol. 3:3). Artinya, tidak ada lagi yang kita ingini jikalau hal itu tidak diingini oleh Kristus. Apa yang diinginkan Tuhan Yesus, itulah yang kita ingini. Persoalannya bagaimana kita tahu bahwa itu diingini oleh Tuhan Yesus? Tentu Roh Kudus yang pimpin kita. Maka, kita tidak boleh mengingini apa yang Tuhan Yesus tidak ingini. Hanya dengan demikian kita bisa serupa dengan Tuhan Yesus dan menyenangkan hati Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DI MANA PUN KITA BERADA, KITA SELALU KONEK DENGAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 04 Juni 2023
2023-06-04 09:21:10

Amsal 7-9

Card image
Truth Kids 03 Juni 2023 - IIIIHH...... MALU
2023-06-03 10:22:25


Kejadian 2:25
“Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.”

Sobat Kids, apakah kalian pernah melihat bayi yang baru dilahirkan? Mungkin kalian memiliki adik bayi, atau sepupu yang belum lama lahir atau mungkin nonton tentang kelahiran seorang bayi. Apakah bayi yang baru dilahirkan langsung memakai baju? Tentu saja bayinya telanjang, tidak memakai baju apa pun. Tapi kok bayinya tidak malu, ya, Sobat Kids? Bayi tidak merasa malu walaupun tidak mengenakan baju, itu karena bayi belum mengerti. Saat bertambah besar, bayi akan menjadi anak kecil seperti kalian sekarang. Banyak hal yang kalian sudah pelajari, bukan? Kalian tahu banyak hal termasuk cara berpakaian.

Saat kalian belum mengenakan baju, apakah kalian berani lari-lari di luar rumah, atau di jalan raya? Iiihh..malu dong. Kalian harus berpakaian yang sopan, ya, Sobat Kids. Apalagi saat datang ke gereja, kita harus berpakaian dengan sopan. Kita hendak bertemu Raja di atas segala raja, loh, Sobat Kids. Kita harus menggunakan pakaian yang baik dan sopan. Jangan angkat atau buka baju sehingga badan kita terlihat orang lain. Iihh..malu….! Ingat, ya, Sobat Kids, kita harus berpakaian dengan sopan.

Card image
Truth Junior 03 Juni 2023 - MENDENGAR SUARA TUHAN
2023-06-03 10:17:59


Amsal 28:7
“Orang yang memelihara hukum adalah anak yang berpengertian, tetapi orang yang bergaul dengan pelahap mempermalukan ayahnya.”

Taman Eden adalah tempat yang Tuhan persiapkan bagi manusia. Ia menciptakan Adam dan Hawa, lalu Tuhan berkata kepada Adam dan Hawa bahwa mereka boleh memakan seluruh buah yang ada di taman itu. Namun, buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, tidak boleh dimakan. Ular (Iblis) menggoda Hawa untuk memakan buah itu. Ular itu mengatakan bahwa jika makan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, manusia sekali-sekali tidak akan mati. Akhirnya, mereka melanggar perintah Tuhan. Dan setelah itu, mereka sadar bahwa mereka tidak berpakaian. Mereka pun menutupi tubuh mereka dengan daun karena merasa malu.

Sobat Junior, Iblis sangat cerdik untuk menipu kita. Ia senang jika manusia jatuh ke dalam dosa. Itulah tujuannya, yaitu untuk menjauhkan manusia sebanyak-banyaknya dari Allah. Oleh sebab itu, kita harus hati-hati. Kita harus dengar-dengaran kepada nasihat orangtua. Orangtua kalian pasti memiliki aturan-aturan yang berlaku di keluarga. Orangtua akan mengarahkan anaknya untuk memilih teman-teman yang baik dalam bergaul. Tujuannya adalah untuk menjaga kalian, Sobat Junior. Pasti orangtua akan merasa bahagia jika kalian bertumbuh menjadi anak yang pengertian. Orangtua merupakan perwakilan Tuhan di bumi ini. Dengan mendengarkan suara atau nasihat orangtua, berarti kita mendengarkan suara Tuhan.

Card image
Truth Youth 03 Juni 2023 (English Version) - LIKE HORSE BLINDERS
2023-06-03 10:12:25


"Search me, O God, and know my heart; test me and know my anxious thoughts. See if there is any offensive way in me, and lead me in the way everlasting!" (Psalm 139:23-24)

Do you know why horses used for transportation wear blinders? Horse blinders are used to keep the horse focused on the path ahead, prevent it from easily panicking, and keep it from being distracted by things behind or beside it. Fun fact: horses have eyes on the sides of their heads, giving them a wide peripheral vision. However, if a horse panics, it can run fast and endanger the passengers it carries. That's why horses used for transportation are often fitted with blinders and guided by a jockey or carriage driver, ensuring the safety of the passengers.

Have you ever thought about how our lives on Earth are like horses that need to wear blinders to stay on track? In this case, the "blinders" we wear are spiritual blinders—Christ's perspective that safeguards our lives, keeping our focus on eternity, even though we are young and still "in the world" and interact with the world around us. There are countless distractions and triggers that cause us to lose focus. Often, the abundance of worldly influences leads our thoughts astray. Just like the horse, if its eyes are not covered, its vision will wander in all directions, causing it to miss its destination. Our thoughts must be continuously guarded and protected by the Word of God. We need our guide, Jesus, to lead our lives. But, guess what? This won't happen if we don't first allow ourselves to be searched, corrected, and "shaken up" by God (Psalm 139:23-24). In other words, Jesus has provided the "horse blinders" for us, but the question is, are we willing to always wear them?

WHAT TO DO:
Learn to guard your life by wearing the mindset of Christ every day, no matter how small the aspect may be in our lives.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Chronicles 13-16

Card image
Truth Youth 03 Juni 2023 - BAK KACAMATA KUDA
2023-06-03 10:07:38


"Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!" (Mazmur 139:23-24)

Ada yang tahu enggak, kenapa kuda yang digunakan untuk alat transportasi harus pakai kacamata? Horse blinders atau kacamata kuda berguna agar si kuda tetap fokus ke depan, pada jalan yang dituju, tidak mudah panik, dan mencegahnya teralihkan oleh hal-hal yang ada di belakang atau samping-sampingnya. Fun fact: perlu kita tahu letak mata kuda ada di samping kanan dan kiri sehingga ia omemiliki pandangan yang luas / pandangan peripheral. Nah, celakanya, jika si kuda panik, ia bisa berlari kencang dan membahayakan penumpang yang sedang dibawanya. Oleh karena itu, biasanya kuda yang digunakan untuk transportasi, akan mengenakan blinders-nya dan akan dituntun oleh joki atau Pak kusir pada dokar, supaya penumpang yang dibawa tetap aman dan selamat.

Pernah enggak kita merenungkan bahwa kehidupan kita di bumi ini seperti kuda yang harus menggunakan kacamata, agar kita tidak serong atau meleset? Dalam hal ini, ‘kacamata’ yang kita kenakan adalah kacamata rohani yaitu pemikiran Kristus untuk memagari kehidupan kita supaya tetap fokus kepada kekekalan, walaupun kita masih muda dan masih ‘hinggap’ di dunia ini dan bergaul dengan seisi dunia. Disitulah begitu banyak distraksi dan triggers yang membuat kita gagal fokus. Sering kali, karena begitu banyak hal yang kita konsumsi di dunia ini, membuat pikiran kita menjadi liar. Sama seperti si kuda, jika matanya tidak ditutup, pandangannya akan liar ke mana-mana dan mengakibatkan tidak sampai pada tujuan. Pikiran kita harus terus dijaga dan dipagari oleh firman Tuhan. Kita membutuhkan joki kita yaitu Tuhan Yesus, untuk menuntun jalan hidup kita. But, guess what? Hal ini tidak akan terjadi, kalau kita tidak terlebih dahulu memberi diri untuk diselidiki, dikoreksi, dan “diobrak-abrik” oleh Tuhan (Mzm 139:23-24). Ibaratnya, Tuhan Yesus sudah menyediakan ‘kacamata kuda’ untuk kita, tetapi pertanyaannya, bersediakah kita untuk selalu mengenakannya?

WHAT TO DO:
1. Belajar memagari hidup dengan mengenakan pemikiran Kristus setiap hari dalam hal sekecil apa pun dalam hidup kita

BIBLE MARATHON
▪︎ 1 Tawarikh 13-16

Card image
Renungan Pagi - 03 Juni 2023
2023-06-03 10:03:49


Kalau seseorang takut akan Tuhan, maka tidak mungkin dia tidak akan setia kepada Tuhan. Takut akan Tuhan adalah menghormati Tuhan dengan benar yang ditandai dengan kesetiaan, kekudusan dan pengenalan yang benar akan pribadi Tuhan.

Sebab dengan takut akan Tuhan, maka kita akan membenci kejahatan. Sehingga semakin takut akan Tuhan dengan sikap hati menghormati kehadiran-Nya dalam hidup kita, maka semakin kecil kemungkinan untuk berbuat dosa
(Amsal 8:13)

Card image
Quote Of The Day - 03 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-03 10:01:22


Kualitas hidup seseorang tergantung dari pengenalannya akan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 03 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-03 10:00:06


Untuk mengikut Tuhan Yesus, seseorang harus bersedia hidup seperti Tuhan Yesus, yaitu tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Artinya, ia harus bersedia untuk tidak mencari kenyamanan hidup.

Card image
EXTREME GODLINESS - 03 Juni 2023 (English Version)
2023-06-03 09:56:49


We have heard this Word of God a few times, “No one can serve two masters.” (Matt.6:24). But in reality, many times, we are far from earnest in our ministry for Him. We are often indifferent towards His feelings, even ignorant of Him, the great, glorious, Almighty God who is worthy of our honour. When we give Him only some parts of our life, we dishonour Him. “You cannot serve two masters,” means we must offer Him our whole life or none at all.

This verse positions us as an extremist and a fanatic for the Lord; not blind extremism and fanaticism which usually are violent and tend to injure and hurt others, but a single-mindedness and zeals for the Lord which are apparent in our intense love, honour, and fear of God. These single-mindedness and zeals are not only something to talk about, or to write about in a book, but also something that we must do, experience, and undergo in this life. It is not written on a piece of paper, but all over our life, and more importantly, written in the Kingdom of heaven, for our deeds will follow us.

The Word of the Lord says in Rev.14:13, “Then I heard a voice from heaven say, “Write this: Blessed are the dead who die in the Lord from now on.” “Yes, “says the Spirit, “they will rest from their labour, for their deeds will follow them.”” Then, all our deeds are not in vain. One day, we will see the infinite glory, might, and greatness of God, and we can enter into His infinite glory and greatness as we have first single-mindedly loved, honoured, and feared Him. Then, when we enter into God’s cloud of glory, we will be able to be accustomed to it. 

A person who does not fear God, honour Him, nor love Him properly, is not worthy nor able to enter God’s glory, will not be able to withstand God’s glory. They are not worthy and are incapable of entering the magnificent glory of God. Today, before we breathe our last breath, before we stand in His presence and enter into His magnificent glory, we should have our most extreme fear, honour, and love of God. Do not let ourselves be deemed unworthy to be in His presence.

Therefore, we must put off our old self and put on the new self. The statement “You cannot serve two masters” means we cannot put on the new self while still have the old self on. But, many Christians do exactly this: trying to put on the new self without doing away with the old one. This is very tragic. 

The Bible says this clearly, “Put off your old self and put on the new self” (Ephesians 4:22-24) so that we are trained to always keep the new self on. We must earnestly strive for this and the Holy Spirit will guide those who are earnest in their efforts to put off their old selves and put on the new one. God has promised, “Those who are hunger and thirst for righteousness will be filled” (Matt. 5:6). If we earnestly long for having the new self on, and we learn and take the steps towards it, then God will help us.

The life of a person who constantly has the new self on is heavenly. This is what is meant by born-again. Those who put on the new self are those who have genuinely been born-again. These are the people who can say, and have the right to say, “I no longer live, but Christ lives in me” (Gal. 2:20). These are the people who truly please God’s heart. They are the apple of God’s eye, God’s precious gems. This is the true definition of success and being successful in life, that is when a person truly puts on the new self. 

Do not let this opportunity to put on the new self passes as we keep holding on to our old self, even to the point that we cannot let go of our old self.  Our old self can be so merged with us that we cannot unbind ourselves from it. Thus, we will be unworthy to be members of the Kingdom of God as it will be impossible for us to put on the mind of Christ.

Let us be extreme and fanatic for the Lord, a single-mindedness and zeal that does not injure or hurt others, including those who profess different beliefs from us, either by actions or words. A new person, esteemed and respected, who is careful of their social media postings, does not lead a careless life, and earnestly keeps living in holiness.      

TODAY, BEFORE WE BREATHE OUR LAST BREATH, BEFORE WE STAND IN HIS PRESENCE, WE SHOULD HAVE OUR MOST EXTREME FEAR, HONOUR, AND LOVE OF GOD, SO THAT GOD WILL FIND US WORTHY TO BE IN HIS PRESENCE.

Card image
EKSTREM POSITIF - 03 Juni 2023
2023-06-03 09:50:30


Kita sudah beberapa kali mendengar firman Tuhan ini, "Kamu tidak dapat mengabdi kepada dua tuan” (Mat. 6:24). Tetapi pada kenyataannya, kita sering tidak sungguh-sungguh; itu yang sering kita lakukan. Kita menganggap sepi perasaan Tuhan atau kita tidak memedulikan-Nya, padahal Dia Maha Mulia, Maha Agung, Maha Besar. Kita tidak menghormati Allah sebagaimana mestinya. Jangan kita meremehkan Tuhan dengan tidak memberi segenap hidup bagi Dia. "Kamu tak dapat mengabdi kepada dua tuan," artinya kita harus menyerahkan segenap hidup kita bagi Tuhan atau tidak usah sama sekali.

Ayat ini menempatkan kita menjadi orang yang benar-benar ekstrem dan fanatik untuk Tuhan. Bukan ekstrem dan fanatik buta yang melukai atau menyakiti sesama, melainkan fanatik dan ekstrem yang positif; sangat mencintai Tuhan, sangat menghormati Tuhan, sangat takut akan Tuhan. Hal ini bukan sesuatu yang hanya dipercakapkan. Bukan hanya sesuatu yang hanya ditulis di buku. Melainkan sesuatu yang harus kita lakukan, kita alami, kita jalani dalam hidup ini. Tidak ditulis di atas kertas semata, tetapi ditulis dalam perjalanan hidup, yang tentu itu semua juga tertulis dalam Kerajaan Surga. Sebab semua perbuatan kita menyertai kita.

Firman Tuhan mengatakan dalam Wahyu 14:13, “Dan aku mendengar suara dari surga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka." Jadi tidak sia-sia. Suatu hari kita akan melihat ekstremnya kemuliaan Allah, ekstremnya keagungan dan kebesaran Allah, dan kita bisa masuk karena kita sudah ekstrem mencintai Dia, ekstrem menghormati Dia, ekstrem takut akan Dia. Kita bisa masuk kabut kemuliaan Allah dan bisa menyesuaikan diri dengan keadaan itu.

Bayangkan kalau orang tidak takut akan Allah, tidak menghormati Allah, tidak mencintai Allah secara proporsional atau secara benar, nanti masuk dalam kemuliaan Allah, dia tidak sanggup. Tentu tidak layak dan dia pun tidak akan bisa masuk ke dalam kabut kemuliaan Allah yang dahsyat tersebut. Hari ini, sebelum kita meninggal dunia, sebelum masuk hadirat Allah, masuk kabut kemuliaan Allah yang dahsyat, kita sudah seekstrem-ekstremnya takut akan Allah, menghormati Dia dan mencintai Dia. Jangan sampai kita berkeadaan tidak layak di hadapan Tuhan.

Oleh sebab itu, kita harus menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru. "Kamu tak dapat mengabdi kepada dua tuan" artinya kita tidak dapat mengenakan manusia baru sementara juga masih mengenakan manusia lama. Itu yang sering dan masih kita lakukan, mengenakan manusia baru, tetapi juga masih mengenakan manusia lama. Ini menyedihkan dan mengerikan.

Alkitab jelas mengatakan, "Tanggalkan manusia lama dan kenakan manusia baru” (Ef. 4:22-24), sehingga kita terlatih untuk terus mengenakan manusia baru. Ini harus kita usahakan dengan sungguh-sungguh dan Roh Kudus pasti menuntun orang-orang yang benar-benar mau menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru. Tuhan berjanji, "Siapa yang haus dan lapar akan kebenaran akan dipuaskan" (Mat. 5:6). Kalau kita serius, kita rindu mau mengenakan manusia baru, kita belajar, kita melangkah, Tuhan pasti akan menolong kita.

Betapa indahnya kehidupan seorang yang mengenakan manusia baru. Ini baru namanya mengalami kelahiran baru. Orang yang mengenakan manusia baru adalah orang yang benar-benar lahir baru. Inilah orang-orang yang bisa berkata, atau patut berkata, "Hidupku bukan aku lagi tetapi Kristus yang hidup di dalam aku" (Gal. 2:20). Orang-orang seperti ini adalah orang yang benar-benar menyukakan, menyenangkan hati Bapa. Orang-orang yang benar-benar menjadi biji mata Allah, permata-permata Tuhan. Inilah kehidupan manusia yang sukses, manusia yang berhasil, yaitu jika seseorang benar-benar mengenakan manusia baru di dalam hidupnya.

Jangan sampai kesempatan mengenakan manusia baru ini berlalu karena bertahun-tahun terus hidup dengan manusia lamanya, malah akhirnya ia tidak bisa melepaskan diri dari manusia lamanya. Karena sudah begitu menyatu dengan dirinya sampai tidak bisa melepaskan diri dari manusia lamanya. Ini berarti, ia menjadikan dirinya sebagai orang yang tidak layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Ia tidak bisa mengenakan pikiran dan perasaan Kristus.

Ayo, kita seekstrem-ekstremnya, sefanatik-fanatiknya dengan Tuhan. Ingat ekstrem, fanatik yang positif, yang tidak melukai orang, yang tidak menyakiti orang, terhadap orang yang beragama lain kita juga tidak menyakiti baik dengan sikap perbuatan dan perkataan kita. Manusia baru yang agung dan luhur tidak sembarangan berbicara di media sosial, tidak akan sembarangan hidup, ia akan menjaga kesucian dengan sungguh-sungguh.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

HARI INI, SEBELUM KITA MENINGGAL DUNIA, SEBELUM MASUK HADIRAT ALLAH, KITA SUDAH HARUS SEEKSTREM-EKSTREMNYA TAKUT AKAN ALLAH, MENGHORMATI DIA DAN MENCINTAI DIA AGAR JANGAN SAMPAI KITA BERKEADAAN TIDAK LAYAK DI HADAPAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 Juni 2023
2023-06-03 09:45:06

Amsal 4-6

Card image
Truth Kids 02 Juni 2023 - HAWA PEREMPUAN PERTAMA
2023-06-02 07:52:39


Kejadian 2:22
“Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu.”

Allah melihat bahwa Adam memang bahagia berada di taman yang indah, banyak binatang yang menemani, dan tersedia makanan. Namun, Adam merupakan manusia satu-satunya. Ia seorang diri, tidak ada manusia lain. Binatang-binatang yang telah diciptakan tidak dapat menjadi penolong yang sesuai untuk Adam. Kemudian Allah berencana menciptakan manusia yang lain selain Adam.

Suatu hari Allah membuat Adam tertidur pulas. Kemudian Allah mengambil salah satu rusuk Adam dan menutupinya dengan daging. Dari tulang rusuk itulah Allah menciptakan perempuan. Allah menempatkannya di sisi Adam sebagai pendamping hidupnya. Adam melihat perempuan yang diciptakan oleh Allah dan merasa senang. Adam pun memberi nama perempuan itu Hawa, karena dialah ibu dari segala yang hidup

Sobat Kids, Hawa menjadi perempuan pertama di bumi dan juga manusia kedua yang diciptakan Allah setelah Adam. Sesuai dengan keinginan Allah, Hawa menjadi penolong bagi Adam. Mereka berdua hidup bahagia di Taman Eden.

Card image
Truth Junior 02 Juni 2023 - PEREMPUAN PERTAMA
2023-06-02 07:50:34


Kejadian 2:22
“Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu.”

Setelah diciptakan Tuhan, Adam melakukan tugasnya. Ia memberikan nama pada segala ternak, burung, dan binatang hutan. Tetapi saat melakukan tugasnya, Adam tidak menemukan penolong yang sepadan bagi dirinya. Lalu, Tuhan Allah membuat Adam tidur nyenyak. Saat Adam tidur, Tuhan mengambil salah satu tulang rusuk untuk menciptakan seorang perempuan, yaitu Hawa. Hawa diciptakan sebagai penolong bagi Adam dalam melakukan tugas atau rencana Tuhan yang besar.

Setelah laki-laki diciptakan, Tuhan juga menciptakan perempuan. Perempuan diciptakan sebagai seorang penolong bagi laki-laki. Tuhan telah merancang manusia untuk hidup berpasangan dengan beda jenis. Tuhan tidak pernah merancang jenis kelamin ketiga di antara laki-laki dan perempuan. Hanya ada dua jenis kelamin atau gender yang Tuhan ciptakan. Hal ini sudah tertulis jelas di Alkitab, ya, Sobat Junior. Jadi, jika ada teman atau orang lain yang berpendapat ada gender yang ketiga atau campuran antara laki-laki dan perempuan, itu adalah kesalahan. Sebab, hal tersebut tidak sesuai dengan firman Tuhan atau tidak sesuai dengan penciptaan manusia yang Allah tetapkan. Allah tidak pernah menjadikan manusia dengan gender atau jenis kelamin selain laki-laki (pria) dan perempuan (wanita). Jangan terpengaruh dengan apa yang beredar di luar sana, ya Sobat Junior. Ingat, bagi kita, Allah adalah satu-satunya ketetapan.

Card image
Truth Youth 02 Juni 2023 (English Version) - HUMILITY
2023-06-02 07:47:33


"For by the grace given me I say to every one of you: Do not think of yourself more highly than you ought, but rather think of yourself with sober judgment, in accordance with the faith God has distributed to each of you." (Romans 12:3)

As teenagers, we are often bombarded with messages telling us to be the best, achieve success, and constantly strive for greatness. While these messages can be motivating, they can also lead us down a dangerous path of arrogance and pride. That's why today's Bible verse, Romans 12:3, is so important.

In this verse, Paul reminds us that we should not think of ourselves more highly than we should. This means that we should not have an inflated sense of self-importance, excessive self-abilities, or exaggerated achievements. Instead, we should think of ourselves with proper judgment, acknowledging our strengths and weaknesses in light of the grace that God has bestowed upon each of us.

Cultivating a mindset of humility is crucial for our spiritual growth and well-being. When we are humble, we are more open to learning and growing. Humility also helps us see the worth and importance of others, which in turn builds stronger relationships and communities. To that end, there are a few things we can do to become humble and modest young individuals. First, learn to be grateful. By cultivating gratitude, we become less prone to envy and thinking of ourselves above all else. Second, ask God whether our actions have been self-centered or God-centered.

Remember, humility is not about thinking less of yourself but rather thinking of yourself less. As you go through your days, seek God's help in cultivating a humble heart and seeing yourself and others through His eyes.

WHAT TO DO:
1. Learn to be grateful.
2. Seek God's guidance through prayer.
3. Read His Word every day.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Chronicles 10-12

Card image
Truth Youth 02 Juni 2023 - HUMILITY
2023-06-02 07:41:18


"Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing." (Roma 12:3)

Sebagai remaja, kita sering kali penuh dengan pesan-pesan yang mengatakan agar menjadi yang terbaik, mencapai kesuksesan, dan selalu berusaha untuk sukses. Meskipun pesan-pesan tersebut bisa memotivasi, tetapi bisa juga membawa kita ke jalan yang berbahaya yaitu sombong dan arogan. Itulah mengapa ayat Alkitab hari ini, Roma 12:3, sangat penting.

Dalam ayat ini, Paulus mengingatkan kita bahwa kita tidak boleh memikirkan diri kita lebih tinggi dari yang seharusnya. Ini berarti bahwa kita tidak boleh memiliki rasa penting yang terlalu tinggi, kemampuan, atau pencapaian yang berlebihan. Sebaliknya, kita harus memikirkan diri kita dengan penilaian yang benar, mengakui kekuatan dan kelemahan kita dalam cahaya kasih karunia Tuhan yang telah Dia berikan kepada kita.

Membangun paradigma kesederhanaan sangat penting untuk pertumbuhan rohani dan kesejahteraan kita. Ketika kita rendah hati, maka kita lebih terbuka untuk belajar dan tumbuh. Kesederhanaan juga membantu kita untuk melihat orang lain berharga dan penting, yang pada gilirannya membangun hubungan dan komunitas yang lebih kuat. Untuk itu, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan agar dapat menjadi anak muda yang sederhana serta rendah hati. Pertama, belajar bersyukur. Dengan belajar bersyukur, kita akan menjadi pribadi yang tidak mudah iri dan memikirkan diri kita di atas segalanya. Kedua, bertanya kepada Tuhan apakah yang kita lakukan selama ini mementingkan diri kita sendiri atau mementingkan Tuhan? Ingatlah, kesederhanaan bukanlah tentang memikirkan diri sendiri kurang, melainkan memikirkan diri sendiri lebih sedikit. Saat kamu menjalani hari-harimu, mintalah pertolongan Tuhan untuk membantu kamu memiliki hati yang rendah hati dan melihat diri dan orang lain dengan mata-Nya.

WHAT TO DO:
1. Belajar bersyukur
2. Tanya sama Tuhan melalui doa
3. Baca firman-Nya setiap hari

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Tawarikh 10-12

Card image
Renungan Pagi - 02 Juni 2023
2023-06-02 07:37:51


Firman Tuhan adalah makanan utama untuk menumbuhkan dan menguatkan iman, sehingga kita mampu bekerja dan melayani pekerjaan Tuhan. Itu sebabnya Tuhan Yesus berkata bahwa manusia hidup bukan hanya dari roti saja, tapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah.

Demikian juga pertumbuhan iman dipengaruhi oleh apa yang sering kita dengar, jika sering mendengar Firman Tuhan, maka iman akan bertumbuh dewasa.

Orang yang dewasa imannya, tidak lagi memerlukan susu, tetapi perlu makanan yang keras, sehingga bisa terus belajar dan bertumbuh sehingga makin mengerti untuk membedakan mana hal yang baik dan mana hal yang jahat serta menemukan kebenaran didalamnya.
(Matius 4:4 ; Roma 10:17)

Card image
Quote Of The Day - 02 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-02 07:34:57


Orang percaya harus merasa takut kalau tidak memiliki “takut terhadap Tuhan dengan benar."

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 02 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-02 07:32:22


Allah seakan-akan mati bagi orang yang menganggap Allah itu mati. Bagi orang yang memperlakukan Allah itu hidup, dia pasti mengalami perjumpaan dengan Allah dan mengalami Tuhan.

Card image
AWAKE AND RISE - 02 Juni 2023 (English Version)
2023-06-02 07:27:11


We must not be careless with our life. We live only for a certain length of time, and one day, it must end; and we will never know when our last day will be. We are incapable of foreknowing our end, so we must always be watchful; “If today were my last day on earth, I am ready.” We used to be thoughtless, we thought there was still time. Even if we had time, and we still have time, we nonetheless could not grow in holiness due to our thoughtlessness. If we have gone too far in our thoughtlessness, we will never reach the level of holiness God has intended for us.

We may seem fine and spiritually mature, but have not necessarily pleased the Father’s heart. Let us note what God’s Word says in Eph.5:14, “This is why it is said: “Wake up, sleeper, rise from the dead, and Christ will shine on you.” We are the ones who must wake up and rise. It is not enough to ask God to wake us up; we must say to ourselves, “Lord, I want to wake up and rise.” How can we achieve this? Remember this important statement: Adjust your routines!

We will never wake up and rise spiritually if we don’t adjust our routines. We are trapped in our daily-cycle: get up, go to work, then do this, then that. There is nothing wrong with good daily routines, if they involve fulfilling our responsibilities. But, there need to be some adjustments to the routines. After getting up, we take time to pray, then prepare breakfast for our family, and so on. So, rather than using our spare times for hobbies and entertainment, we spend those times sitting quietly at our Lord’s feet. We must set new daily routines.

Considering we may not live for very long, then we must aptly organize our time. God must be our entirety. As we breathe our last breath, God must find us without blemish and without defect. There must not even be the smallest sin found in us. Our joy and contentment will come when we are on the new earth. The world that we currently live in cannot offer us real joy and happiness, even though we may be fortunate enough to own ample wealth and luxury goods. Only when we are in the new earth, we can enjoy real happiness. Therefore, we need to sincerely search our life before God. We are in the passage of time, and anytime God may command us to come home and no one can stop it.

One day, when the world has ended or when, one-by-one, we have gone back home, we can meet again in the new heavens and the new earth. Thus, we, who are alive now, must earnestly prepare ourselves. Each one of us will die. Don’t be stubborn. Don’t take this matter lightly. We must take all affairs with the Living God seriously. Truly, He is alive. Thus, we can be gripped by His presence. This enables us to avoid sins. There will be many opportunities for us to sin, but we choose God. We choose to be honest in everything, to be pure in our thoughts and words; and these will justify our worth to enter the new heavens and the new earth.

The next word is rise; “This is why it is said: “Wake up, sleeper, rise from the dead, and Christ will shine on you.” We must rise so we can plan our life. When it is time for work, we should work; when it is time to kneel and pray, we should kneel and pray. Plan our life because this life is ours. Don’t get into the trap of passivity – spiritual passivity. Although we regularly attend church services or are active ministers in the church, our spirituality will not mature accordingly. The Devil often deceives us. We appear to be growing spiritually, yet in reality our spirituality is stagnant, even dead. Therefore, there should be real spiritual growth, a growth in faith, through daily meetings with God.

“Be very careful, then, how you live – not as unwise but as wise.” “Be very careful how you live” is translated to pos peripatetic in Greek. It means be very careful about our habits. What are our habits? What are our routines? Each one of us has our own routines. We need to pay attention to our habits and routines. Are our habits and routines preparing us to be a member of the Kingdom of God, or to conform with the world?

“… not as unwise…” The word unwise is translated from the Greek word asofoi. It means those who are foolish. “… but as wise…” The word wise comes from the Greek word sophia (a wise person). Remember the Lord’s word in Matt.7:24, “…” Also, the parables of the wise and foolish virgins. Those who had prepared the extra oil were the wise virgins. Those who did not have any oils were the fools.

We need to ask ourselves, “Am I part of the wise or the fools?” We must stop thinking that everything is fine or is going to be fine. The Devil deceives us. Our circumstances can change anytime. We know the situations of our world are not getting better, with a global economic crisis that still continues, political tensions between nations, and abnormal weather patterns or environmental disasters. If our lives as God children please Him, we should not be intimidated by the many troubles that surround us.  

WE WILL NEVER WAKE UP AND RISE SPIRITUALLY IF WE DO NOT ADJUST OUR ROUTINES.

Card image
BANGUNLAH - 02 Juni 2023
2023-06-02 07:23:30


Jangan main-main dengan hidup. Kita ada dalam perjalanan waktu dan pasti ada ujungnya; dan kita tidak tahu kapan kita akan tiba di ujung hidup kita. Kita tidak tahu ujungnya, maka setiap saat kita harus berjaga-jaga; “Kalau hari ini hari terakhirku, aku sudah siap.” Dulu kita sering ceroboh, karena kita pikir masih ada waktu. Memang waktu masih ada, tetapi kecerobohan-kecerobohan tersebut, ternyata membuat kita tidak bertumbuh dalam kesucian. Kalau kecerobohan itu berlarut-larut, kita tidak akan mencapai tingkat kekudusan yang Allah kehendaki.

Kita kelihatan baik-baik, kelihatan rohani, tetapi sejatinya kita belum menyenangkan hati Bapa. Mari kita memperhatikan apa yang dikatakan oleh Firman Tuhan dalam Efesus 5:14, “Itulah sebabnya dikatakan: "Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan becahaya atas kamu.” Kita yang harus bangun. Kita tidak bisa hanya berkata, “Tuhan, bangunkan aku.” Kita yang harus berkata, “Tuhan, aku mau bangun.” Bagaimana kita bisa bangun? Ada satu kalimat penting: Ubahlah rutinitas hidupmu!

Kita tidak akan pernah bangun—dalam arti rohani—kalau kita tidak mengubah rutinitas hidup. Kita terjebak dengan siklus hidup setiap hari. Bangun pagi, kerja, bangun pagi begini, lalu begitu. Tidak salah, jika itu memang tanggung jawab yang harus dipenuhi, tetapi ada hal-hal yang harus kita ubah. Bangun pagi, berdoa dulu sebentar, karena harus dikejar waktu, mempersiapkan makan keluarga dan lain-lain. Tetapi ada waktu-waktu yang tadinya untuk nonton, jalan-jalan, atau hobi, sekarang kita pakai untuk duduk diam di kaki Tuhan. Buat rutinitas yang baru.

Mengingat hari hidup kita mungkin tidak lama, maka kita harus mengisi hari hidup kita dengan benar. Tuhan menjadi segalanya bagi kita. Ketika kita menutup mata, kita harus didapati Tuhan tak bercacat tak bercela. Tidak boleh ada sekecil, sehalus apa pun dosa yang masih kita lakukan. Kebahagiaan kita hanya nanti di Langit Baru Bumi Baru. Di dunia ini tidak ada kebahagiaan yang sejati. Dengan mobil bagus, rumah nyaman, deposito banyak, semua itu tidak bisa membuat kita bahagia. Ternyata hanya Langit Baru Bumi Baru saja. Mari kita serius memerkarakan hidup kita kepada Tuhan. Kita ada dalam perjalanan waktu. Setiap saat kita bisa diperintahkan pulang dan tidak seorang pun bisa menahan kita.

Suatu hari, kalau dunia ini sudah berakhir atau kita pulang satu per satu, kita dapat berjumpa kembali di Langit Baru Bumi Baru. Kita yang masih hidup harus benar-benar mempersiapkan diri. Satu per satu kita pasti meninggal. Jangan keras kepala. Jangan main-main. Kita harus serius untuk hidup berurusan dengan Allah Yang Hidup. Dia sungguh hidup, maka kita dapat dicengkeram oleh kehadiran Tuhan. Itu yang memampukan kita untuk menghindarkan diri dari dosa. Begitu banyak kemungkinan dan kesempatan kita berbuat dosa, tetapi kita memilih Tuhan. Jujur dalam segala hal, suci dari pikiran dan perkataan; dan hal inilah yang membuat kita layak masuk Langit Baru dan Bumi Baru.

Kata berikutnya adalah bangkit; “Itulah sebabnya dikatakan: "Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu." Kita harus bangkit untuk memetakan hidup kita. Bangun pagi, kerja, ada jam berlutut, berlutut. Petakan hidup kita, karena hidup kita milik kita. Jangan masuk dalam perangkap pasivitas; pasivitas rohani. Rohani kita tidak bertumbuh walaupun kita rajin ke gereja, aktif pelayanan. Iblis sering membuat keadaan seperti itu. Seakan-akan kita maju, padahal tidak maju/bertumbuh. Kita bukan saja pasif, bahkan mati. Jadi, harus benar-benar ada pertumbuhan dalam rohani, pertumbuhan iman dalam perjumpaan dengan Tuhan setiap hari.

“Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif…” “Perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup,” dalam bahasa Yunani adalah pos peripateite, yang artinya, perhatikan bagaimana kita berkebiasaan. Apa kebiasaan kita? Apa rutinitas hidup kita? Setiap kita punya rutinitas. Apa yang menjadi kebiasaan kita, perhatikan itu! Apakah itu kebiasaan yang mempersiapkan kita menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah atau kebiasaan yang membuat kita menjadi serupa dengan dunia?

“...janganlah seperti orang bebal, …” Kata “bebal” itu dalam teks aslinya adalah asofoi. Artinya, orang yang tidak bijaksana. “… tetapi seperti orang arif,” Kata ‘arif’ dalam bahasa Yunani adalah sophia (orang yang bijak). Ingat firman Tuhan dalam Matius 7:24, "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.” Ingat juga perumpamaan 5 gadis yang bodoh dan 5 gadis bijaksana. Yang memiliki persediaan minyak adalah gadis yang bijak. Yang tidak punya minyak, bodoh

Mari kita bertanya pada diri sendiri, “Aku termasuk orang bijak atau orang bodoh?” Jangan teruskan hidup dengan berpikir bahwa semua akan baik-baik saja. Setan menipu kita. Keadaan bisa berubah setiap saat. Kita pun melihat dunia ini tidak bertambah baik. Krisis ekonomi global yang terus berlangsung, ketegangan politik antar negara, belum lagi ekosistem bumi yang anomali. Kita dikepung oleh banyak masalah, namun ini tidak akan menakutkan kalau kita menjadi anak Tuhan yang berkenan di hadapan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA TIDAK AKAN PERNAH BANGUN—DALAM ARTI ROHANI—KALAU KITA TIDAK MENGUBAH RUTINITAS HIDUP.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 Juni 2023
2023-06-02 07:13:48

Amsal 1-3

Card image
Truth Kids 01 Juni 2023 - ADAM LAKI-LAKI PERTAMA
2023-06-01 10:20:42


Kejadian 1:27
”Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.”

Sobat Kids, sebelum Allah menciptakan bumi dan seluruh isinya, keadaan begitu kosong dan gelap. Kemudian Allah mulai menciptakan segala sesuatu untuk memenuhi bumi. Kira-kira dengan apa, ya, Allah menciptakan semua itu? Yapp!! Allah menciptakan semuanya hanya dengan perkataan-Nya. Hebat sekali, bukan? Namun, Sobat Kids, ada satu ciptaan Allah yang tidak diciptakan hanya dengan perkataan-Nya saja. Ciptaan itu adalah manusia. Allah menciptakan manusia dari debu tanah. Adam diciptakan Allah serupa dan segambar dengan Dia. Allah membentuk manusia dari tanah liat dan menghembuskan nafas di hidungnya sehingga manusia bisa hidup dan bernafas. Allah menamai manusia itu sebagai Adam. Adam adalah laki-laki sekaligus manusia pertama yang diciptakan Allah di bumi.

Sobat Kids, manusia diciptakan berbeda dari ciptaan yang lainnya. Ini menunjukkan bahwa manusia berharga dan istimewa di mata Allah. Allah menempatkan Adam pada taman yang sangat indah yaitu Taman Eden. Allah menyuruh Adam untuk menjaga dan memelihara taman Eden. Di taman itu ada tumbuhan dan binatang. Adam pun memberi nama segala binatang. Adam makan dari tumbuhan yang ada di taman Eden. Jadi siapa manusia laki-laki yang hidup pertama kali di bumi?

Card image
Truth Junior 01 Juni 2023 - MANUSIA PERTAMA
2023-06-01 10:15:41


Kejadian 1:27
”Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.”

Pada hari keenam, Tuhan menciptakan manusia. Ia membentuk dari debu tanah dan menghembuskan nafas ke dalam hidung manusia pertama. Manusia pertama yang Tuhan ciptakan adalah Adam. Ia menciptakan manusia menurut gambar-Nya. Sebelum menciptakan manusia, Tuhan telah menciptakan matahari, bulan, bintang, tumbuhan, binatang, dan semua yang diperlukan oleh manusia.

Sejak awal penciptaan, Tuhan telah merancang manusia dengan sempurna. Tuhan memikirkan bentuk tubuh manusia secara rinci. Mulai dari kepala, badan, tangan, kaki, serta organ dalam tubuh manusia. Sidik jari manusia diciptakan secara istimewa. Dari semua sidik jari yang dimiliki, tidak ada yang sama. Bahkan, Tuhan juga merancang jenis kelamin manusia. Tuhan menciptakan Adam sebagai laki-laki.

Adam memiliki tanggung jawab untuk menampilkan Pribadi Tuhan dalam dirinya. Adam juga bertugas untuk taat mengikuti perintah Tuhan. Bukan hanya Adam yang memiliki tugas dan tanggung jawab. Zaman sekarang, kita sebagai keturunan dari Adam juga memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan. Bulan ini, ada tugas yang ingin kita pelajari dan lakukan. Baca terus renungan Truth Junior kalian, ya, Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 01 Juni 2023 (English Version) - WISDOM IN ACTION
2023-06-01 10:13:53


"Who is wise and understanding among you? Let them show it by their good life, by deeds done in the humility that comes from wisdom." (James 3:13)

When we hear the word "wisdom," we might think it's only about someone who knows a lot of information or has a lot of experience. But according to James, true wisdom goes beyond that. Wisdom is about living well and doing good deeds, and it is certainly rooted in humility.

Living wisely doesn't mean that we never make mistakes or have all the answers. It means that we strive to act deliberately and make decisions that honor God and help others. It means that we are willing to learn from our mistakes and seek guidance from others when we need it.

Humility is an important part of living wisely because it helps us stay humble and focus on what truly matters. When we are humble, we are not overly concerned with the judgments of others or proving ourselves to be great. Instead, we can focus on serving God and loving others.

So, what does Wisdom in Action look like? Specifically, it means speaking up for those who are being treated unfairly. It means choosing to invest our time and resources in things that will have a positive impact on the world around us. Another example is apologizing when we are wrong or when we hurt others.

When we strive to live wisely, let us remember that it's not just about what we know or what we say, but also about what we do. May we strive to demonstrate our wisdom through our actions, and may we do so with humility and a heart focused on serving God and others.

WHAT TO DO:
1. Examine ourselves, whether we are living wisely.
2. Learn to be gentle.
3. Be consistent.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Chronicles 7-9

Card image
Truth Youth 01 Juni 2023 - WISDOM IN ACTION
2023-06-01 10:10:00


”Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan." (Yakobus 3:13)

Ketika kita mendengar kata “kebijaksanaan”, mungkin kita mengira itu hanya tentang seseorang yang tahu banyak informasi atau memiliki banyak pengalaman. Tetapi menurut Yakobus, kebijaksanaan sejati lebih dari itu. Kebijaksanaan adalah tentang hidup dengan baik dan melakukan perbuatan baik, tentu kebijaksanaan bersumber dari kelemahlembutan.

Hidup dengan bijaksana tidak berarti bahwa kita tidak pernah berbuat kesalahan atau memiliki semua jawaban. Hal itu berarti bahwa kita berusaha untuk bertindak dengan sengaja dan memilih keputusan yang menghormati Allah dan membantu orang lain. Itu berarti bahwa kita bersedia belajar dari kesalahan kita dan mencari bimbingan dari orang lain ketika kita membutuhkannya.

Kelemahlembutan adalah bagian penting dari hidup dengan bijaksana karena itu membantu kita tetap rendah hati dan fokus pada apa yang benar-benar penting. Ketika kita rendah hati, kita tidak terlalu khawatir dengan penilaian orang lain atau membuktikan diri kita sendiri bahwa kita ini hebat. Sebaliknya, kita dapat fokus untuk melayani Allah dan mengasihi orang lain.

Jadi, seperti apa Wisdom in Action itu? Konkretnya yaitu mengangkat suara untuk orang-orang yang sedang diperlakukan secara tidak adil. Saat kita memilih untuk menghabiskan waktu dan sumber daya kita pada hal-hal yang akan memiliki dampak positif pada dunia di sekitar kita. Contoh lainnya, meminta maaf ketika kita salah atau ketika kita menyakiti orang lain.

Ketika kita berusaha untuk hidup dengan bijaksana, marilah kita ingat bahwa itu tidak hanya tentang apa yang kita ketahui atau apa yang kita katakan, tetapi juga tentang apa yang kita lakukan. Semoga kita berusaha untuk menunjukkan kebijaksanaan kita melalui tindakan kita, dan semoga kita melakukannya dengan rendah hati dan hati yang terfokus pada melayani Allah dan orang lain.

WHAT TO DO:
1. Periksa diri kita, apakah kita hidup dengan bijaksana
2. Belajar untuk lemah lembut
3. Konsisten

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Tawarikh 7-9

Card image
Renungan Pagi - 01 Juni 2023
2023-06-01 10:06:56


Orang yang tinggi hati akan selalu merasa bahwa dirinyalah yang paling hebat, dirinya yang paling baik, dirinya yang paling benar dan dirinya yang paling rohani.

Sementara orang lain dia anggap tidak benar, sementara yang lain perlu bertobat, sementara yang lain tidak sehebat dirinya.

Tetapi orang yang tinggi hati akan direndahkan oleh Tuhan, sementara orang yang rendah hati akan ditinggikan Tuhan tepat pada waktunya.
(Matius 23:12)

Card image
Quote Of The Day - 01 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-01 09:56:21


Seorang yang menilai Allah lebih berharga dari segala sesuatu, pasti menjauhi dosa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 01 Juni 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-06-01 09:54:20


Menyangkal diri itu bukan hanya sikap menolak perbuatan melanggar hukum tetapi menanggalkan pikiran manusia dan mengenakan pikiran Allah.

Card image
THE PASSAGE OF TIME - 01 Juni 2023 (English Version)
2023-06-01 09:43:31


One thing that we must always contemplate, that we comprehend, that will have an impact in our lives is the passage of time. We may not pay any attention to it due to our day-to-day busyness or our daily activities and obligations we are bound to.  We may overlook, disregard, or neglect the fact that we are in a passage of time. The passage of time is mighty, strong, formidable, even arrogant.

Steadily, it passes by, regardless of our lives’ paces or the busyness of our lives. Nothing can stop the passing of time but God, and God alone. How mighty the passage of time is. So now, how can we gain the heart of wisdom so we can properly respond to the passing of time during our lifetime?

Eph.5:14 says, “This is why it is said: “Wake up, sleeper, rise from the dead, and Christ will shine on you.” Be very careful, then, how you live—not as unwise but as wise, making the most of every opportunity because the days are evil. Therefore, do not be foolish, but understand what the Lord’s will is.'”

The Word of the Lord says, “do not be foolish.” This indicates a possibility for us to be foolish. If we are honest, we will admit that we have not been wise in the ways we spend our time. Our decisions, our choices, even our deeds are foolish. If we keep living as a fool, but still think … We should be grateful if God rebukes us, so we may repent and turn back to Him.

However, in reality, although we have been earnest in our involvement in Christian services, in prayers, and in seeking Him, we feel that our conditions are no different than those who do not earnestly seek Him. Even, more often than not, our conditions are worse than those who do not seek God. 

Then we stray from God, we get distracted by things that please our own hearts and satisfy our flesh, and still we say, “We are safe.” If we continue in our errors, then the desire of our soul will be corrupted. It is like an addictive drug that enslaves us and ruins our lives. And, with the passing of time, we will get older and harder to change. Youths, especially children, can easily change. Thus, our Lord Jesus said, “Truly I tell you, unless you change and become like little children, you will never enter the Kingdom of Heaven.” Little children here, is paedian, children between 7 – 14 years of age. In other words, “Unless you change and become like 7 to 14 years old children (paedian), ages where people can be taught/formed effectively, you will never enter the Kingdom of Heaven.”

Here, we need diligence. We need to be diligent in following our Lord Jesus, in walking in holiness, in setting our heart on the new heavens and the new earth, and in living a responsible life. Our focus should be to be able to live one day to the next, not to own a luxury home nor a luxury car, not to be able to travel to places around the world. If God has blessed us with enough to buy luxury goods or to be able to travel to other places around the world, then we can do it. Otherwise, it should not be a problem at all. This is what God meant when He said, “But if we have food and clothing, we will be content with that.” It is very simple, but these are the principle of Christianity:

First, we need to live in God’s holiness. It will be very difficult to live in holiness if we are accustomed to live by the flesh from a young age. Therefore, we must live life with integrity.

Second, we must focus on the new heavens and the new earth, as this world is not our home.

Third, we live responsibly by maximizing our capabilities to serve God.

When a person does not walk with the Lord through a process of conversion so they can be more pleasing to Him, then the passage of time will be terrifying for their soul. Especially, when one has only realized the shortness of his/her life – 70, 80, even 100 years is very insignificant when compared to eternity. The problem is, many people do not consider this. The new heavens and the new earth, which are coming, are presumed to be unrealistic, an imagination. Yet, when they are at the end of their life, they realize how terrifying the passage of time is. We will prove this, at the end of our life, how fast the passing of time is.   

WHEN A PERSON DOES NOT WALK WITH THE LORD THROUGH A PROCESS OF CONVERSION SO THEY CAN BE MORE PLEASING TO HIM, THEN THE PASSAGE OF TIME WILL BE TERRIFYING FOR THEIR SOUL.

Card image
PERJALANAN WAKTU - 01 Juni 2023
2023-06-01 09:32:02


Satu hal yang harus terus kita renungkan, kita hayati, yang hal itu akan membawa dampak di dalam hidup kita yaitu perjalanan waktu. Mungkin kita sudah lupa karena kesibukan hidup dari hari ke hari dan segala kegiatan yang telah membelenggu hidup kita, dan kita telah terperangkap dalam siklus kegiatan hidup, serta segala tanggung jawab yang ada di dalamnya. Kita lupa, kita kurang menghayati, bahkan mungkin juga tidak menghayati sama sekali, bahwa kita ada di dalam perjalanan waktu. Perjalanan waktu ini gagah, kokoh dan sebenarnya juga bisa mengerikan, kadang-kadang laksana sombong.

Setiap detik waktu berdetak seiring detak jantung kita, konstan. Kita berhenti, dia tetap jalan. Kita lari, dia tetap jalan. Kita jalan, dia juga jalan. Tidak ada yang bisa menghentikan perjalanan waktu ini kecuali Tuhan. Sekali lagi, hanya Tuhan. Jadi, betapa hebat perjalanan waktu ini. Hanya Tuhan yang bisa menghentikan. Sekarang, bagaimana kita memiliki hati yang bijaksana dalam menyikapi, merespons perjalanan waktu yang kita ada di dalamnya?

Efesus 5:14 mengatakan, “Itulah sebabnya dikatakan: ‘Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu. Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.”

Kalau Firman Tuhan ini mengatakan, “Janganlah kamu bodoh,” berarti hal ini mengisyaratkan bahwa kita bisa bodoh. Kalau jujur mengakui, kita telah melewati hari-hari yang kita ada dalam kebodohan. Keputusan, pilihan, atau tindakan kita bukan yang bijaksana, melainkan bodoh. Kalau keadaan hidup dalam kebodohan tersebut berlarut-larut kita lakukan, lalu kita merasa aman, betapa berbahayanya dan mengerikannya. Bersyukur kalau Tuhan mengingatkan, menegur kita. Lalu, kita bisa bertobat dan berbalik kepada Tuhan.

Namun, kenyataan yang sering dialami, kita sudah sungguh-sungguh dalam bergereja, berdoa, mencari Tuhan, tetapi keadaan kita rasanya tidak beda dengan orang yang tidak mencari Tuhan. Bahkan, tidak jarang keadaan kita lebih terpuruk dari orang yang tidak sungguh-sungguh mencari Tuhan. Kita melayani Tuhan, sungguh-sungguh melakukan kegiatan pelayanan, tetapi keadaan kita tidak beda dengan mereka yang tidak sungguh-sungguh. Tahukah kita bahwa hal ini bisa membuat kita bisa menjadi lemah? Lalu kita berkata di dalam hati—tidak terucap— "Percuma, sia-sia aku melakukan semua ini.”

Lalu kita menyimpang, membuat selingan-selingan untuk bisa menyenangkan hati, memuaskan daging dan berkata, “Aman-aman saja.” Kalau penyimpangan itu terus menerus dilakukan, maka selera jiwa kita menjadi rusak. Itu seperti candu yang membelenggu hidup dan membawa kita kepada kebinasaan. Sementara waktu berjalan terus, kita menjadi tua, dan semakin tua kita semakin sulit berubah. Kalau orang muda, apalagi kanak-kanak, lebih mudah berubah. Maka, Tuhan Yesus berkata, “Jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil, kamu tidak akan masuk Kerajaan Surga.” Itu adalah anak usia 7-14 tahun; paedion. Dengan kata lain, “Kalau kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak usia 7-14 tahun (paedion), usia efektif dididik/dibentuk, kamu tidak akan masuk Kerajaan Surga.”

Jadi, di sini dibutuhkan ketekunan. Ketekunan untuk mengikut Tuhan Yesus, tetap berjalan di dalam kekudusan, tetap mengarahkan hati kita di Langit Baru Bumi Baru, dan hidup bertanggung jawab. Yang penting, kita bisa melewati dari hari ke hari. Tidak mimpi punya rumah mewah atau mobil mewah, tidak mimpi bisa jalan-jalan ke tempat jauh. Kalau Tuhan berkati, kita bisa beli barang bagus yang harga mahal, bisa wisata di tempat yang jauh. Kalau tidak pun, tidak apa-apa. Itu yang Tuhan katakan, “Asal ada makanan, pakaian, cukup.” Sederhana, tetapi ini prinsip hidup kekristenan, yaitu:

Yang pertama, hidup di dalam kesucian Allah. Kalau sejak muda daging kita masih mau dipuaskan dan kita turuti, maka ketika sudah tua sulit untuk hidup kudus. Oleh sebab itu, kita harus tetap hidup di dalam integritas.

Yang kedua, fokus Langit Baru Bumi Baru, sebab dunia bukan rumah kita.

Yang ketiga, hidup bertanggung jawab dengan memaksimalkan potensi untuk mengabdi kepada Tuhan.

Kalau seseorang tidak berjalan dengan Tuhan dalam proses perubahan—untuk semakin berkenan kepada Tuhan—maka perjalanan waktu menjadi suatu hal yang sangat mengerikan. Terlebih, waktu ia ada di ujung maut, lalu baru menyadari, betapa singkatnya hidup ini. 70, 80, bahkan 100 tahun dibanding dengan kekekalan, tidak ada artinya. Masalahnya, banyak orang tidak memikirkan hal ini. Bicara soal Langit Baru Bumi Baru atau Kerajaan Surga yang akan datang, dianggap tidak realistis, seperti mimpi. Tetapi, kalau sudah di ujung maut, orang baru sadar, betapa mengerikan perjalanan waktu. Kita bisa membuktikan suatu hari ketika ada di ujung maut. Kita akan merasakan, betapa cepat waktu berlalu.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU SESEORANG TIDAK BERJALAN DENGAN TUHAN DALAM PROSES PERUBAHAN—UNTUK SEMAKIN BERKENAN KEPADA TUHAN—MAKA PERJALANAN WAKTU MENJADI SUATU HAL YANG SANGAT MENGERIKAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 01 Juni 2023
2023-06-01 08:54:08

Kidung Agung 1-8

Card image
Truth Kids 31 Mei 2023 - DAHSYATNYA TUHAN
2023-05-31 08:24:57


Daniel 6:27
“Bersama ini kuberikan perintah, bahwa di seluruh kerajaan yang kukuasai orang harus takut dan gentar kepada Allahnya Daniel, sebab Dialah Allah yang hidup, yang kekal untuk selama-lamanya; pemerintahan-Nya tidak akan binasa dan kekuasaan-Nya tidak akan berakhir.”

Sobat Kids siapa diantara kalian yang senang melihat keindahan alam seperti lembah, gunung, hutan, atau aneka hewan? Atau kalian senang melihat bulan, bintang atau planet-planet? Apakah kalian senang melihat pelangi? Semuanya indah, ya, Sobat Kids. Semua yang tadi kita sebutkan satu persatu itu diciptakan oleh Tuhan kita, loh. Dahsyat, ya, Tuhan kita. Semua Tuhan ciptakan luar biasa indahnya. Bayangkan, jika bumi saja diciptakan begitu indah, bagaimana indahnya kerajaan surga di langit baru dan bumi yang baru nanti? Wah, bisa berkali-kali lipat indahnya.

Jika kita membayangkan seperti itu, tentu membuat kita ingin segera pergi ke sana, ya, Sobat Kids. Apalagi Tuhan Yesus sendirilah yang akan menjadi Raja. Dia akan memimpin umat-Nya dengan adil dan penuh kasih. Dan hal itu akan berlangsung terus menerus tiada akhirnya. Betapa senangnya jika kita masuk ke dalam kerajaan Allah bersama sama dengan orang kudus Tuhan lainnya, ya. Jika di bumi ini kita dijahati orang lain sehingga merasa tidak bahagia, ingatlah kita memiliki tempat yang jauh lebih baik. Tidak ada lagi kesedihan bersama dengan Tuhan di kekekalan nanti. Ayo, bersiap dari sekarang. Mari belajar taat seperti Tuhan Yesus, agar kita layak masuk ke dalam kerajaan-Nya.

Card image
Truth Junior 31 Mei 2023 - ALFA DAN OMEGA
2023-05-31 08:23:01


Daniel 6:27
“Bersama ini kuberikan perintah, bahwa di seluruh kerajaan yang kukuasai orang harus takut dan gentar kepada Allahnya Daniel, sebab Dialah Allah yang hidup, yang kekal untuk selama-lamanya; pemerintahan-Nya tidak akan binasa dan kekuasaan-Nya tidak akan berakhir.”

Dari hari pertama bulan ini hingga hari terakhir di bulan ini, kita sudah belajar tentang sifat-sifat yang Tuhan miliki. Kudus, setia, kasih, pengampun, agung, dan mulia merupakan sifat-sifat Tuhan. Tuhan, Sang Pencipta segalanya. Alfa dan Omega; dari kekal sampai kekal. Ia tetap sama dari dahulu, sekarang, bahkan sampai selama-lamanya. Allah yang sama, yang disembah oleh Daniel pada zaman pemerintahan Nebukadnezar.

Raja Nebukadnezar mengakui bahwa Allahnya Daniel adalah Allah yang hidup, yang kekal untuk selama-lamanya. Pemerintahan-Nya tidak akan binasa dan kekuasaan-Nya tidak akan berakhir. Seperti yang tertulis dalam ayat firman Tuhan hari ini.

Sebagai pengikut Tuhan, kita perlu meneladani sifat-sifat-Nya. Kita harus berjuang agar menjadi manusia yang memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh Tuhan juga. Memang pada praktiknya tidaklah mudah. Namun, janganlah menyerah, Sobat Junior. Kita mau terus belajar menjadi serupa dengan Tuhan Yesus. Saatnya mempraktikkan pelajaran yang kita pelajari dalam bulan ini. Semangat, Sobat Junior!

Card image
Truth Youth 31 Mei 2023 (English Version) - NOT NECESSARY TO BE TOGETHER
2023-05-31 08:21:11


"Do not envy the wicked, do not desire their company; for their hearts plot violence, and their lips talk about making trouble." (Proverbs 24:1)

Having friends who are in agreement and have the same goals is something that most of us desire. However, sometimes things don't go as planned. The world is getting more and more corrupt and disappointment in our friends is increasing, making us more and more afraid to befriend them. On the other hand, some people have friends from childhood to adulthood who are in agreement and have one goal. One of the most important things in befriending or associating with others is to ensure that God is present in every conversation and growth. If our friends do not make us closer to God, then we must reluctantly say, "It's okay, if we have to be apart, because we don't have to be together. But, we must continue to be a blessing to each other."

The issue of befriending and associating with others is no longer about how long and how similar we are, but how wise we are in choosing who will fight with us in achieving eternal life. Remember, our friends can be one of the factors that lead us to destruction. Therefore, associate with those who love our soul as God loves our soul. Those who bring us back to God and together weave a future of eternity. Don't associate with those who love us as the world loves us, providing temporary happiness, that's the world. We don't always have to grow with friends that we think are suitable. However, we must grow with friends who are suitable for us according to God.

WHAT TO DO:
1. Be wise in associating with others.
2. Do not be influenced by friends who do not lead us to eternity.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Chronicles 5-6

Card image
Truth Youth 31 Mei 2023 - TIDAK HARUS BERSAMA
2023-05-31 08:27:35


"Jangan iri kepada orang jahat, jangan ingin bergaul dengan mereka. Karena hati mereka memikirkan penindasan dan bibir mereka membicarakan bencana." (Amsal 24:1)

Memiliki teman yang sejalan dan setujuan adalah hal yang paling diimpikan setiap kita pada umumnya. Namun, terkadang hal ini tidak berjalan semestinya. Karena dunia yang semakin rusak dan kekecewaan kita terhadap teman semakin penuh, kita jadi semakin takut untuk bersahabat. Namun di sisi lain, ada orang-orang juga yang memiliki sahabat dari kecil sampai besar, sejalan dan satu tujuan. Satu hal yang terpenting dalam bersahabat atau bergaul adalah pastikan bahwa Tuhan ada dalam setiap percakapan dan pertumbuhan kita. Kalau memang teman kita, tidak membuat kita semakin melekat dengan Tuhan, maka dengan berat hati kita harus berkata “Tidak apa-apa, kalau memang harus menjauh, karena kita tidak harus bersama. Tetapi, kita harus terus menjadi berkat satu sama lain.”

Masalah bergaul dan bersahabat sudah bukan tentang seberapa lama dan seberapa sama. Namun, seberapa bijak kita dalam memilih siapa yang akan berjuang bersama kita dalam meraih hidup kekal. Ingat, teman kita bisa menjadi salah satu faktor kita menuju kebinasaan. Oleh sebab itu, bergaullah dengan mereka yang juga mengasihi jiwa seperti Tuhan mengasihi jiwa kita. Mereka yang membawa kita kembali kepada Tuhan dan bersama-sama merajut masa depan kekal. Jangan bergaul dengan mereka yang mengasihimu seperti dunia mengasihimu. Memberikan kita kebahagiaan namun semu, itulah dunia. Kita tidak harus selalu bertumbuh dengan teman yang menurut kita pas. Namun, kita harus bertumbuh dengan teman yang menurut Tuhan pas bagi kita.

WHAT TO DO:
1. Bijaksana dalam bergaul.
2. Tidak terpengaruh oleh teman yang tidak membawa kita pada kekekalan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Tawarikh 5-6

Card image
Renungan Pagi - 31 Mei 2023
2023-05-31 08:06:20


Kita ini hanya debu, Daud berkata aku ini hanya debu, dan hari-hari manusia itu seperti bunga rumput, yang sebentar saja dapat layu dan lenyap, artinya kita ini tidak ada apa-apanya.
Karena itu jangan sombong, jangan sakiti orang lain, jangan merasa diri lebih hebat, tapi harus menyadari bahwa segala sesuatu dalam hidup kita hanyalah karena kasih karunia Tuhan.

Sehingga haruslah dapat bekerja lebih sungguh-sungguh untuk kemuliaan nama Tuhan dan mengabdi bagi kepentingan-Nya, kita hidup dalam kasih dan selalu bersyukur dalam segala perkara.
(Mazmur 103:14-15)

Card image
Quote Of The Day - 31 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-31 08:03:56


Kalau kita memercayai bahwa Allah adalah Allah yang Maha Kuat, maka kita tidak memperhitungkan sesuatu atau seseorang sebagai andalan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 31 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-31 08:01:39


Bersentuhan dengan pikiran Tuhan itu bersentuhan dengan rencana dan kehendak-Nya. Allah itu hidup, temui Tuhan, dan alami kehadiran Tuhan.

Card image
IMMANUEL - 31 Mei 2023 (English Version)
2023-05-31 07:59:37


In the Lord’s Prayer, the Lord Jesus taught us the sentence, “Thy kingdom come.” we must experience an encounter with an invisible God, the one that we truly feel in a concrete and real way, to the point that we cannot help but believe in the existence of God because His presence overwhelms our lives. We must grow to mature until we present the Kingdom of God in our lives—an appreciation for the living God from concrete experience, not just a feeling in the mind, because the mind cannot experience it entirely, but our feelings—even our physical—because He is real and alive.

All of our senses certainly also be able to feel the presence of God in this life, though we don’t rely on the experience of physical senses to feel and experience God. Our five senses can interact with God. But that’s not the main thing because God teaches us to believe even if we don’t see. How longing for the heart of the Father in heaven to cover us with His presence. He loves and truly loves us. Therefore, we must throw away the mortal things that surround us; whether it is a spectacle, entertainment, hobby, or any pleasure, they must be thrown away. God can’t cover us if we don’t throw those things away.

Light cannot mix with dark. God also said in Matt.6:24, “You cannot serve two masters.” We must serve God, period! There is not the slightest part for the other, for God willed it so; “ You shall have no other gods before Me.” Don’t give even an inch of room for others. If we worship Elohim Yahweh, the God, and Father of our Lord Jesus Christ, then we only worship Him. We mustn’t worship anyone; we give high value only to God; we magnify Him more than we value anything and anyone.

The Father wants us to feel His presence. He wants us to walk with Him. We are touched by His presence not just at church or praying but at any time and wherever we are because our body is the temple of the Holy Spirit. If our body is the temple of the Holy Spirit, then the Most Holy Place is in it, so there is always a continuous encounter between God and us. Even in the end, our appreciation for someone or something is because of God; “So, whether we eat or drink or do anything else, we do it all for the glory of God.”  

If we weren’t serious before, and there were blank spot areas—like a cellphone, no signal, not connected—now, we must not have blank spots. We must always be connected to God wherever we are because He promised, “I am with you always.” There is no place where God is not present nor a time when God is not with us. He is always with us. Hence, He is called Immanuel. People with God every moment and all the time deserve to enter the Kingdom of Heaven.

A half-hearted person—who appears are ups and downs and does not remain in God—can’t be fit to live with Him. Especially those who do not live in the presence of God. After they die, they will know how important it is to walk with God and how valuable it is to live in His presence. If, at that time, they said, “Allow me to walk with You and live in Your presence, Lord,” there would be no more time or opportunity for that.

So, if someone says, “Think about Heaven later, now we are still on earth, still stepping on the ground, stepping on the earth. We will seek God if we are about to die.” These people do not respect God, and they are “cunning.”  They enjoy the world while still in the world, and after death, they want to enter heaven; How cunning! So, while we live in this world, be serious about building a relationship with God, and don’t wait to die because there’s no more time or chances for that.

For Christians, this Word applies, “You have died, and your life is hidden with Christ in God” (Col. 3:3). We only desire whatever the Lord Jesus desires and do not want anything He doesn’t like. This is the secret of life. We can know what the Lord Jesus desires if we follow the Holy Spirit’s guidance, and it is only in this way we can be like the Lord Jesus and please God.   

THERE IS NO PLACE WHERE GOD IS NOT PRESENT NOR A TIME WHEN HE IS NOT WITH US. IMMANUEL!

Card image
IMANUEL - 31 Mei 2023
2023-05-31 07:56:19


Kita harus mengalami perjumpaan dengan Allah yang tidak kelihatan, perjumpaan yang benar-benar kita rasakan, kita alami secara konkret dan nyata, sampai kita tidak bisa tidak percaya adanya Tuhan, sebab hidup kita dilingkupi oleh kehadiran-Nya. Dalam doa Bapa kami, Tuhan Yesus mengajarkan kita kalimat, "Datanglah Kerajaan-Mu." Maka kita harus bertumbuh dewasa terus sampai kita benar-benar menghadirkan Kerajaan Allah di dalam hidup kita. Penghayatan akan Allah yang hidup dari pengalaman konkret, bukan hanya penghayatan di dalam pikiran. Pikiran tidak bisa menghayati secara penuh, tetapi perasaan kita—bahkan fisik kita—karena Allah itu nyata dan hidup.

Seluruh indra kita pasti juga bisa merasakan kehadiran Tuhan dalam hidup ini. Tentu saja kita tidak mengandalkan pengalaman indra jasmani untuk merasakan dan mengalami Tuhan, tetapi bisa kita alami; panca indra kita ini bisa berinteraksi dengan Allah. Tetapi bukan itu yang utama, karena Tuhan mengajarkan kepada kita untuk percaya walau tidak melihat. Betapa ingin hati Bapa di surga melingkupi kita dengan kehadiran-Nya. Ia sayang kepada kita, sangat sayang. Oleh sebab itu, hal-hal fana yang melingkupi diri kita harus kita buang; apakah itu tontonan, hiburan, hobi atau kesenangan apa pun harus kita buang. Sebab kalau kita tidak membuang hal-hal tersebut, maka Allah tak dapat melingkupi kita.

Terang tidak bisa bercampur dengan gelap. Tuhan juga berkata di Matius 6:24, "Kamu tidak dapat mengabdi kepada dua tuan." Kita harus mengabdi kepada Tuhan, titik! Tidak ada bagian sekecil apa pun untuk yang lain. Dan Tuhan menghendaki demikian; "Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku." Maka, jangan beri ruangan sejengkal pun untuk yang lain. Kalau kita menyembah Elohim Yahweh, Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, kita hanya menyembah Dia. Kita tidak menyembah siapa pun. Artinya kita hanya memberi nilai tinggi Tuhan, kita mengagungkan Dia lebih dari kita menghargai apa pun dan siapa pun.

Bahkan pada akhirnya, penghargaan kita kepada seseorang atau sesuatu, itu pun karena Tuhan; "Jadi, baik kita makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, kita lakukan semua untuk kemuliaan Allah.” Bapa ingin kehadiran-Nya kita rasakan, sungguh. Bapa ingin kita berjalan bersama-Nya. Bukan hanya pada waktu kita di gereja atau pada waktu kita berdoa kita tercengkerami oleh kehadiran-Nya, tetapi di setiap waktu di mana pun kita berada. Sebab tubuh kita menjadi bait Roh Kudus. Kalau tubuh kita adalah bait Roh Kudus, maka ada ruang Maha Kudus di dalamnya. Artinya, ada perjumpaan antara kita dengan Allah secara terus-menerus.

Kalau dulu kita tidak sungguh-sungguh, ada wilayah-wilayah—ibarat handphone, ada wilayah blankspot, tidak ada sinyal, tidak tersambung—tetapi sekarang kita tidak boleh ada area blankspot. Di mana pun kita berada, kita harus selalu terhubung dengan Tuhan. Sebab Tuhan sendiri yang berjanji, "Aku menyertai kamu senantiasa." Tidak ada tempat di mana Allah tidak hadir dan tidak ada waktu di mana Allah tidak menyertai kita. Ia selalu menyertai kita. Karenanya Ia disebut sebagai Imanuel. Orang yang bersama dengan Allah senantiasa setiap waktu dan setiap saat adalah orang-orang yang layak masuk Kerajaan Surga.

Orang yang setengah-setengah—yang muncul tenggelam muncul tenggelam, orang yang tidak tetap tinggal di dalam Tuhan—tidak mungkin dilayakkan oleh Tuhan tinggal bersama dengan Dia. Apalagi mereka yang tidak hidup di hadirat Allah. Setelah meninggal dunia, baru mereka tahu betapa pentingnya, betapa berharganya berjalan bersama Tuhan, betapa bernilainya hidup di hadirat Allah. Kalau pada saat itu ia kemudian berkata, "Perkenankan aku berjalan bersama-Mu, perkenankan aku hidup di hadirat-Mu, Tuhan," tidak ada lagi waktu, tidak ada lagi kesempatan untuk itu.

Jadi, selagi kita hidup di dunia ini, kita serius benar-benar membangun relasi atau hubungan dengan Tuhan. Jangan menunggu meninggal dunia. Tidak ada waktu lagi untuk itu. Tidak ada kesempatan lagi. Jadi kalau ada orang berkata, "Surga kan nanti, sekarang kita masih di dunia, masih menginjak tanah, menginjak bumi, nanti sajalah soal Tuhan. Kalau mau mati baru sungguh-sungguh mencari Tuhan,” ini adalah orang-orang yang tidak menghargai Tuhan; orang yang "licik." Waktu di dunia suka-suka menikmati dunia, setelah mati mau masuk surga; orang licik!

Bagi orang Kristen berlaku firman, "Kamu sudah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah" (Kol. 3:3). Artinya, tidak ada lagi yang kita ingini, jikalau hal itu tidak diingini oleh Kristus. Apa yang diinginkan Tuhan Yesus, itulah yang kita ingini. Persoalannya bagaimana kita tahu bahwa itu diingini oleh Tuhan Yesus? Tentu Roh Kudus yang pimpin kita. Hanya dengan demikian kita bisa serupa dengan Tuhan Yesus dan hanya dengan demikian kita bisa menyenangkan hati Tuhan. Inilah rahasia kehidupan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TIDAK ADA TEMPAT DI MANA ALLAH TIDAK HADIR DAN TIDAK ADA WAKTU DI MANA ALLAH TIDAK MENYERTAI KITA. IMANUEL!

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 31 Mei 2023
2023-05-31 07:52:10

2 Tawarikh 1
Mazmur 72

Card image
Truth Kids 30 Mei 2023 - SUNGGUH-SUNGGUH MENGHORMATI TUHAN
2023-05-30 09:49:13


Wahyu 4:11
“Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.”

Sobat Kids, bagaimana kalian bersikap pada orangtua kalian di rumah? Tentu kita akan bersikap sopan, taat dan mengasihi mereka, bukan? Nah, bagaimana sikap kita ketika mereka sedang pergi atau tidak bersama-sama dengan kita? Apa ada yang diam-diam nakal atau diam-diam melanggar perintah orangtua? Semoga tidak ada, ya, Sobat Kids. Semoga semua Sobat Kids yang tekun membaca renungan ini adalah anak-anak yang sungguh-sungguh taat kepada orangtua.

Jika kita harus bersikap sopan, taat dan mengasihi orangtua, terlebih lagi kita harus bersikap benar di hadapan Tuhan. Jangan sampai karena Tuhan tidak terlihat, kita bersikap seenaknya. Ingat, Sobat Kids, Tuhan maha hadir. Dia melihat semua tingkah laku kita. Jadi walaupun diam-diam kita tidak taat dan tidak menghormati Tuhan, Tuhan mengetahuinya. Tuhan pasti merasa sedih jika kita tidak taat kepada-Nya. Untuk itu, yuk, kita belajar menghormati dan menaati Tuhan secara pantas. Walaupun kita tidak bisa melihat Tuhan saat ini, kita mau sungguh-sungguh menghormati Tuhan.

Card image
Truth Junior 30 Mei 2023 - HORMAT SEPATUTNYA
2023-05-30 09:46:06


Wahyu 4:11
“Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.”

Kemarin kita sudah belajar bahwa kita menyembah Tuhan semesta alam yang Maha Segalanya, Maha Tinggi. Sikap hormat seperti apa saja yang harus kita berikan kepada-Nya? Misalkan saat sedang mengikuti ibadah, kita bermain handphone. Apakah itu merupakan contoh sikap hormat kepada Tuhan? Tentu saja tidak, ya, Sobat Junior. Orang-orang dunia sering beranggapan bahwa mereka dapat melakukan banyak kegiatan dalam satu waktu bersamaan (multitasking). Pandangan ini sering disalahartikan, Sobat Junior. Bermain handphone saat ibadah bukan merupakan multitasking. Ini merupakan sikap tidak menghormati Tuhan. Jangan sampai kita mengikuti cara pandang menurut dunia.

Sebagai penyembah Tuhan, kita harus menghormati-Nya dengan cara yang benar. Saat ibadah, kita harus fokus mendengarkan firman Tuhan. Lebih baik jika kalian belajar untuk mencatat isi khotbah atau cerita firman Tuhan yang kalian dengar. Saat pujian, bernyanyilah dengan sungguh-sungguh dari hati.

Mungkin kita tidak memiliki suara sebagus para penyanyi, tetapi Tuhan melihat hati kita. Ia melihat hati yang sungguh-sungguh mengasihi-Nya. Dalam melaksanakan tugas sebagai pelajar, kalian juga dapat menunjukkan sikap hormat kepada Tuhan dengan belajar sungguh-sungguh. Dengan belajar sebelum ulangan, mengerjakan PR dan mengumpulkannya tepat waktu, juga merupakan salah satu sikap hormat kita kepada Tuhan. Yuk, kita bersikap hormat kepada Tuhan dalam setiap kegiatan yang kita lakukan, Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 30 Mei 2023 (English Version) - IS IT WRONG TO BE DIFFERENT?
2023-05-30 09:43:55


"My son, give me your heart and let your eyes delight in my ways, for an adulterous woman is a deep pit, and a wayward wife is a narrow well. Like a bandit she lies in wait and multiplies the unfaithful among men." (Proverbs 23:26-28)

Every season has its own trend, especially in social media where trends change rapidly. Each month has its own trending songs, social media challenges, or fashion trends. When the season changes, as social media users, we tend to change with it. We do it for various reasons, maybe just for fun, or because we want to stay relevant on social media, or we're afraid of being left behind. It's understandable as long as it's not excessive and doesn't destroy our relationship with God.

However, what cannot be justified is when we are too afraid to be different through our way of life. Following the flow of social media is not a mistake, but if our focus in life is only to follow trends, even to the point of doing things that are not good for us just for the sake of getting attention, then it's already a mistake. If we're not wise in social media, how much more in our daily lives? Being a different person is the standard for God's children. It will be seen in what we do, say, and listen to, and most importantly, in our priorities in life. If God is not our priority, then we will live recklessly. Therefore, be careful in choosing our path in life. Don't be afraid to be different if it makes us more like God. Remember, it's normal to be different because of God. If we're similar to the world, it means we're not normal before God.

WHAT TO DO:
1. Dare to choose to be different from the world.
2. Be careful in everything we do because it reflects who we are.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Chronicles 3-4

Card image
Truth Youth 30 Mei 2023 - MEMANG SALAH KALAU KITA BERBEDA?
2023-05-30 09:39:11


"Hai anakku, dengarkanlah, dan jadilah bijak, tujukanlah hatimu ke jalan yang benar. Janganlah engkau ada di antara peminum anggur dan pelahap daging. Karena si peminum dan si pelahap menjadi miskin, dan kantuk membuat orang berpakaian compang-camping. Dengarkanlah ayahmu yang memperanakkan engkau, dan janganlah menghina ibumu kalau ia sudah tua." (Amsal 23:19-22)

Setiap musim pasti ada trend-nya masing-masing. Apalagi musim dalam sosial media sangat cepat untuk berganti. Tiap bulan memiliki trend lagu, trend challenge dalam sosial media, ataupun dalam fashion. Ketika musim itu berganti, kita sebagai pengguna sosial media pasti cenderung ikut berubah. Hal tersebut kita lakukan dengan banyak tujuan, bisa hanya ingin main-main saja, namun bisa juga karena kita mau terus eksis dalam sosial media atau takut ketinggalan zaman. Hal tersebut masih bisa dimaklumi selagi itu tidak berlebihan, dan tidak membuat hubungan kita dengan Tuhan hancur.

Namun, yang tidak bisa dimaklumi yaitu ketika kita tidak berani tampil beda lewat kelakuan hidup kita. Seperti, mengikuti arus di sosial media bukanlah kesalahan namun kalau fokus hidup kita hanya untuk mengikuti trend, bahkan sampai hal-hal yang tidak baik ikut kita lakukan demi eksistensi artinya sudah menjadi kesalahan. Kalau dari sosial media saja kita tidak bijaksana apalagi dalam kehidupan sehari-hari. Menjadi pribadi yang berbeda adalah tolak ukur anak Tuhan. Semua itu akan terlihat dari apa yang kita lakukan, kita katakan, dan kita dengar. Lebih dari itu, akan terlihat dari prioritas di hidup kita. Kalau Tuhan tidak menjadi prioritas, maka kita akan hidup dengan sembarangan. Oleh sebab itu, berhati-hatilah dalam memilih jalan hidup kita. Jangan takut untuk memilih yang berbeda kalau memang itu menjadikan kita semakin serupa dengan Tuhan. Ingatlah, yang normal itu ketika kita berbeda karena Tuhan. Kalau kita serupa dengan dunia, artinya kita tidak normal di hadapan Tuhan.

WHAT TO DO:
1. Berani memilih untuk berbeda dengan dunia.
2. Berhati-hati dalam melakukan segala sesuatu karena mencerminkan siapa kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Tawarikh 3-4

Card image
Renungan Pagi - 30 Mei 2023
2023-05-30 09:36:43


Jika kita beriman, maka Alkitab berkata, "Satu utas rambutmu-pun tidak akan jatuh ke tanah tanpa seizin Tuhan". Artinya Tuhan hadir di tengah-tengah kita, mengetahui setiap apapun yang terjadi dalam hidup kita.

Alkitab berkata, "melewati air sekalipun kamu tidak akan dihanyutkannya, melalui api kamu tidak akan dihanguskannya, karena Yang Maha Kudus menyertai dan menolongmu.
(Matius 10:30 ; Yesaya 43:2)

Card image
Quote Of The Day - 30 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-30 09:33:21


Jiwa yang sehat adalah jiwa yang bergemar atau bersukacita pada saat ia memuaskan hati Penciptanya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 30 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-30 09:31:23


Satu-satunya dunia kita itu Tuhan. Kita tanggalkan semua yang menurut konsep umum membahagiakan. Tuhan kita butuhkan lebih dari nafas dan darah kita.

Card image
CERTAINLY BLESSED - 30 Mei 2023 (English Version)
2023-05-30 09:29:35


God indeed blesses faithful people, so don’t go against Him. Though we look fine when we go against God, one day, sooner or later, we will have to reap what we sow. On the other hand, if we do not oppose God, even though it seems that He does not appreciate our good attitudes and deeds, one day, sooner or later, we will receive special treatment from Him. When does a person go against God? When they do as they please, they don’t care for people’s feelings, or make others loss, get hurt, disappointed, or are injured. What important is that they are satisfied.

Don’t think wrongly about God. Many religions look at their gods as if they need something from their people, so they behave like that to their gods. They are required to hold ceremonies, rituals, offerings, and so on. The thoughts of religious people like this should not be in our minds, so we behave that way toward our God. Our God created the heavens and earth, calling himself the God of Abraham, Isaac, Jacob, or Elohim YAHWEH. He doesn’t need anything from us, for He has all the wealth, so He doesn’t need any offerings.

God is firm and unchanged; then, now, and forever. He is God and our Father, who only wants us to be well. However, we can’t be well if we don’t live according to His order. If we do not live in God’s order, which is the same as opposing Him, we will be doomed, for this is an order from God which He cannot deny, be persuaded, or be influenced. Notice how the people of the Old Testament related to God. People who do not go against God must be fine.

Although sometimes we must experience difficult times first, that’s only temporary. Abraham had no children but eventually did. His life was never lacking or humiliated; even the people of Canaan called him ‘lord,’ like royalty; although he was not a king or someone with power, he was just a wanderer, but people respected him, and God protected him. When Pharaoh wanted to take his wife, God beat him and his country.

Joseph was a man of obedience since he was young. For a time, he suffered, was put down in a well, became a slave, was slandered, and went to prison. But then, he became the leading leader after the Pharaoh. However, that doesn’t always mean we also have to be materially prosperous and respectable in the eyes of humans. Chastity is the only key to blessing and protection because those who truly understand God’s order, their lives are protected and blessed; even their children and grandchildren are not humiliated, and then they will go to heaven.

Living in holiness will not withhold God’s blessings; He bestows what is good for us without being asked or demanded, and He wants us to be okay. God does not require anything from us because He created the heavens and the earth, which makes us strong in facing every situation. So, if something goes wrong, admit it, fix, and leave it. We must think as if we were before God’s judgment, so there must not be the slightest sin, no matter how subtle or the world’s love.

This is our business with God. So, whether we are blessed or cursed, our circumstances are good or bad, depending on our attitude toward God. If it is good, then we are in good condition, but if it is wrong, don’t expect our situation to be okay because we are against God. So, we must not delay repentance or live a holy life because if the delays continue, eventually, we will cancel it. We cancel our religious life and never live godly. If we don’t have time to encounter God, we will not be able to fight against sin and will be bound by it. Sin must be weakened even until turned off. We can have strength only by encountering God, and prayer has extraordinary power. Otherwise, we will be unable to overcome sin because our flesh is strong.

This is the secret when we face tough challenges: “Fight against it with holiness.” We can be holy if we truly fight for it. Do not hesitate. Decide today to live a godly life, then our circumstances can or surely change, and we become holy people. Holiness makes us own God and owned by Him. God is pleased, and it is irreplaceable. If God is happy, we will become special in His eyes, and only then can we feel the peace of God. We will feel complete even though we don’t have a mate or children and still rent a house. Feel complete; then we can understand the meaning: “God is enough for me.”

FAITHFUL PEOPLE, INDEED BLESSED BY GOD.

Card image
PASTI DIBERKATI - 30 Mei 2023
2023-05-30 09:27:06


Orang yang setia, pasti diberkati Tuhan. Maka, jangan melawan Tuhan. Kelihatannya, ketika kita melawan Tuhan, keadaan kita baik-baik saja. Tetapi suatu hari, cepat atau lambat kita harus menuai apa yang kita tabur. Sebaliknya, kalau kita tidak melawan Tuhan, walau kelihatannya Tuhan tidak menghargai sikap dan perbuatan baik kita, tetapi suatu hari, cepat atau lambat, kita akan mendapat perlakuan istimewa dari Tuhan. Dengan cara apa seseorang melawan Tuhan? Yaitu ketika dia berbuat sesuka hatinya sendiri. Tidak menjaga perasaan orang, tidak peduli apakah orang rugi, sakit hati, kecewa atau luka. Yang penting dia puas.

Jangan kita berpikir salah tentang Tuhan. Banyak agama memandang allah, ilah, dewa-dewi mereka seakan-akan membutuhkan sesuatu dari umatnya. Sehingga mereka bersikap demikian kepada dewa-dewi, ilah dan allah mereka. Umat dituntut untuk mengadakan seremonial, ritual, sesajen dan lain sebagainya. Pemikiran orang beragama seperti ini tidak boleh ada di pikiran kita, sehingga kita bersikap demikian kepada Allah kita. Allah kita adalah Allah yang menciptakan langit dan bumi. Yang menyebut diri sebagai Allah Abraham, Ishak dan Yakub atau Elohim YAHWEH. Allah tidak membutuhkan apa-apa dari kita. Dia memiliki segala kekayaan. Tidak perlu sesajen atau sesuatu, sehingga Allah perlu menuntut kita.

Dia Allah yang juga menjadi Bapa kita. Allah hanya ingin kita berkeadaan baik-baik; itu saja. Tetapi kita tidak bisa berkeadaan baik-baik, kalau kita tidak hidup menurut tatanan-Nya. Jadi, kalau kita tidak hidup dalam tatanan-Nya, yang sama dengan melawan Tuhan, kita celaka. Itu tatanan di dalam diri Allah. Yang Allah sendiri tidak bisa sangkali, tidak bisa dibujuk, tidak bisa dipengaruhi. Allah kokoh, tidak bisa berubah; dulu, sekarang sampai selama-lamanya. Perhatikan bagaimana umat Perjanjian Lama berhubungan dengan Tuhan. Orang yang tidak melawan Tuhan keadaannya pasti baik-baik.

Walaupun, kadang-kadang harus mengalami masa-masa susah terlebih dahulu, namun itu hanya sementara. Abraham tidak punya anak, namun akhirnya punya. Hidupnya tidak pernah kekurangan, tidak dipermalukan. Sampai masyarakat Kanaan memanggil Abraham dengan sebutan ‘tuan,’ seperti bangsawan. Walaupun ia bukan raja, bukan seorang yang memiliki kekuasaan, dia hanya seorang pengembara. Tetapi orang hormat padanya dan Abraham terlindungi. Ketika istrinya mau diambil Firaun, Tuhan hajar Firaun dan negerinya.

Perhatikan, Yusuf dari muda adalah seorang yang taat. Untuk sementara waktu dia menderita masuk sumur, jadi budak, difitnah, masuk penjara. Tetapi kemudian, dia menjadi kaisar kedua. Namun bukan berarti kita juga pasti menjadi kaya secara materi, dan terhormat di mata manusia. Tidak selalu begitu. Tetapi orang yang benar-benar mengerti tatanan Tuhan, hidupnya dilindungi, dan diberkati. Bahkan anak cucunya tidak dipermalukan. Dan nanti ia masuk surga. Itulah sebabnya kunci berkat, kunci perlindungan hanya satu, yaitu kesucian.

Hidup dalam kesucian, tidak akan menahan berkat Tuhan, Allah melimpahi apa yang baik untuk kita. Tanpa kita minta, tanpa menuntut, karena Tuhan ingin keadaan kita baik-baik saja. Tuhan tidak menuntut apa-apa dari kita. Allah yang menciptakan langit dan bumi. Ini yang membuat seseorang menjadi kuat dalam menghadapi setiap situasi. Kalau ada salah, akui, bereskan dan tinggalkan. Kita harus berpikir, seakan-akan kita ada di hadapan pengadilan Tuhan. Tidak boleh ada dosa sekecil apa pun, sehalus apa pun atau percintaan dunia.

Jadi, berkat-kutuk kita, keadaan baik-buruk kita, tergantung sikap kita terhadap Tuhan. Ini urusannya ke atas. Kalau urusan ke atas beres, keadaan kita baik-baik. Kalau urusan kita dengan Tuhan tidak beres, jangan harap keadaan kita baik-baik. Karena berarti kita melawan Tuhan. Maka, jangan menunda pertobatan, jangan menunda untuk hidup suci. Kalau penundaan-penundaan itu berlangsung terus-menerus, akhirnya kita membatalkan. Batal hidup suci, tidak pernah hidup suci. Jangan sampai kita tidak punya kemampuan melawan dosa, sehingga terus terikat di dalam dosa. Kenapa? Karena kita tidak punya waktu bertemu Tuhan. Hanya dengan bertemu Tuhan, kita punya kekuatan. Kalau tidak begitu, kita tidak mampu, karena daging kita ini kuat sekali. Maka harus diperlemah, sampai dimatikan. Doa itu kekuatannya luar biasa.

Maka ketika kita menghadapi tantangan-tantangan yang berat, ini rahasianya, yaitu: “Lawan dengan kesucian.” Dan ketika kita nekat senekat-nekatnya, baru kita tahu, suci itu bisa. Jangan ragu-ragu. Kita mengambil keputusan hari ini untuk hidup suci, maka keadaan kita bisa atau pasti berubah. Kita menjadi orang saleh. Tuhan senang dan itu tidak tergantikan. Dan kalau sampai Tuhan disenangkan, kita jadi istimewa di mata Dia. Di situ kita baru bisa merasakan damai sejahtera Tuhan. Kesucian membuat kita dimiliki Tuhan dan memiliki Tuhan. Kita akan merasa lengkap walaupun tidak punya jodoh, tidak punya anak, rumah masih kontrak. Cukup, baru kita bisa mengerti artinya: “Tuhan cukup bagiku.”

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG SETIA, PASTI DIBERKATI TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 Mei 2023
2023-05-30 09:01:27

1 Raja-raja 3-4

Card image
Truth Kids 29 Mei 2023 - TUHAN YESUS YANG TERBAIK
2023-05-29 09:38:42


Yesaya 5:16
“Tetapi TUHAN semesta alam akan ternyata maha tinggi dalam keadilan-Nya, dan Allah yang maha kudus akan menyatakan kekudusan-Nya dalam kebenaran-Nya.”

Sobat Kids, pernahkah kalian melihat seseorang dijahati orang lain? Atau mungkin diri kalian sendiri pernah mengalaminya, lalu menjadi sedih dan kecewa? Manusia telah jatuh dalam dosa. Kejahatan sudah bertambah banyak di bumi ini. Kebanyakan orang mementingkan dirinya sendiri. Orang menjadi tidak peduli dengan orang lain. Banyak orang merasakan ketidakadilan, kecewa, sedih, dan bahkan marah.

Satu-satunya pribadi yang bisa kita harapkan hanyalah Tuhan Yesus. Dia Pencipta dan Pemilik segala sesuatu, termasuk diri kita. Dia Mahahadir dan melihat segala sesuatu yang terjadi. Ya, semua yang kita lakukan, Sobat Kids. Jadi jika ada yang berbuat jahat kepada kita, janganlah membalas. Ingat selalu, Tuhan melihat dan mengerti keadaan kita. Dia akan membela kita anak-anak-Nya yang hidup dalam kebenaran. Tidak ada yang dapat mengalahkan Tuhan. Tuhan Yesus yang terbaik.

Card image
Truth Junior 29 Mei 2023 - YANG MAHA TINGGI
2023-05-29 09:36:35


Yesaya 5:16
“Tetapi TUHAN semesta alam akan ternyata maha tinggi dalam keadilan-Nya, dan Allah yang maha kudus akan menyatakan kekudusan-Nya dalam kebenaran-Nya.”

Apakah Sobat Junior tahu sistem pemerintahan yang ada di Indonesia? Negara Indonesia memiliki sistem pemerintahan republik. Artinya, bentuk pemerintahan yang berasal dan dipilih dari rakyat; dipimpin oleh seorang presiden untuk masa jabatan tertentu. Oleh sebab itu pada tahun depan, kita akan melakukan pemilihan presiden karena masa jabatannya akan segera berakhir. Presiden adalah pemimpin pemerintahan yang paling tinggi. Di bawahnya, ada gubernur. Di bawah gubernur, ada pemerintahan daerah kabupaten atau kota, dipimpin bupati atau walikota. Seorang bupati atau walikota harus tunduk kepada keputusan gubernur. Dan para gubernur harus tunduk kepada keputusan presiden. Sedangkan negara dengan sistem kerajaan, maka seluruh rakyat harus tunduk kepada sang raja. Rajalah yang memiliki kekuasaan tertinggi.

Tuhan semesta alam merupakan Maha Segalanya. Tidak ada yang lebih tinggi daripada Tuhan semesta alam. Siapapun manusianya, bahkan seorang presiden atau pun raja, harus tunduk kepada Tuhan. Apalagi kita sebagai umat manusia biasa, Sobat Junior. Kita harus tunduk dan taat kepada Tuhan. Kita harus memiliki sikap hormat yang patut kepada-Nya. Ingat, ya, Sobat Junior! Kita menyembah Tuhan semesta alam; Tuhan yang Maha Segalanya, yang Maha Tinggi.

Card image
Truth Youth 29 Mei 2023 (English Version) - DEAD FISH
2023-05-29 09:33:26


"Do not be misled: 'Bad company corrupts good character.'" (1 Corinthians 15:33)

There is a cartoon movie that tells the story of turtles migrating from one place to another because it is the season for them to move. However, on the journey, there are fish that follow along, even though it is not their season or place. Upon closer inspection, it turns out that the fish that follow are dead fish. From this story, we can conclude that only dead fish are carried by the current, because live fish know where their place and direction is.

Sometimes, as human beings, we also live like dead fish. Enjoying life until we are carried away by the current of the world. Mixing and befriending the wrong people is the same as letting ourselves become more like the world. Then we complain to God, "Why is following God so difficult?" It's not really that difficult, but we choose not to fight for it. We are not accustomed to going against the current and living in our comfort zone. Therefore, let us not allow ourselves to become dead people, breathing but not fighting against the current of the world. If we continue in this position, we are like dead people before going to hellfire. Until when will we offer ourselves to the world? Start living for God and fighting against the current. Begin by considering who our friends are, whether it is good to do this or that, and whether it makes us grow. Fight against the current until the current becomes our comfortable place to swim towards our ultimate goal.

WHAT TO DO:
1. Fight against the current of the world.
2. Do not tolerate bad company.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Chronicles 1-2

Card image
Truth Youth 29 Mei 2023 - IKAN MATI
2023-05-29 09:31:10


"Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33)

Terdapat satu film kartun yang menceritakan tentang penyu-penyu yang berpindah dari satu tempat ke satu tempat lainnya karena dalam musim tersebut penyu-penyu memang harus pindah. Namun, dalam perjalanan, terdapat ikan-ikan yang ikut berpindah tempat, padahal itu bukan tempat dan musim ikan-ikan tersebut. Ketika diperhatikan lebih dekat ternyata ikan-ikan yang ikut berpindah adalah ikan mati. Dari cerita tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa hanya ikan matilah yang terbawa arus, karena ikan yang hidup tahu di mana tempat dan muaranya.

Terkadang kita sebagai manusia juga hidup seperti ikan yang mati. Menikmati hidup, sampai terbawa arus dunia. Bergaul dan berteman dengan orang yang salah, sama dengan membiarkan diri kita semakin serupa dengan dunia. Setelah itu, kita baru protes dengan Tuhan, “Kenapa ikut Tuhan sulit sekali? Bukan sangat sulit, namun kita tidak memilih untuk memperjuangkannya. Kita tidak terbiasa melawan arus dan terbiasa hidup dalam zona nyaman. Oleh sebab itu, jangan biarkan diri kita menjadi manusia mati, bernapas namun tidak melawan arus dunia. Kalau kita terus dalam posisi tersebut berarti kita seperti mati sebelum mati di api neraka. Sampai kapan kita mempersembahkan diri kita untuk dunia? Mulailah untuk hidup bagi Tuhan, dan berjuang melawan arus. Dimulai dari mempertimbangkan siapa teman kita, apakah baik melakukan hal-hal ini dan itu, apakah membuat kita bertumbuh. Lawanlah arus, sampai arus tersebut menjadi tempat nyaman kita untuk berenang menuju tujuan akhir kita.

WHAT TO DO:
1. Berjuang untuk melawan arus dunia
2. Tidak toleransi terhadap pergaulan yang salah

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Tawarikh 1-2

Card image
Renungan Pagi - 29 Mei 2023
2023-05-29 09:28:17


Kalau berani kehilangan segalanya karena kebenaran, justru kita akan mendapatkannya, orang yang takut kehilangan segalanya, justru dia akan kehilangan segalanya.

Paulus berkata, "Aku rela melepaskan segalanya supaya aku mendapatkan Kristus, karena aku lebih suka menderita sengsara dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa.
(Filipi 3:8)

Card image
Quote Of The Day - 29 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-29 09:25:29


Melalui kehidupan konkret di tengah-tengah masyarakat yang memungkinkan untuk berbuat dosa, orang percaya harus belajar untuk hidup di dalam ketaatan kepada Bapa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 29 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-29 09:23:32


Kalau kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan, kita jadi rela mempersembahkan apa pun yang kita miliki untuk Tuhan. Bahkan kita yang menyodor-nyodorkan diri kepada Tuhan.

Card image
NOT SPECULATIVE - 29 Mei 2023 (English Version)
2023-05-29 09:20:50


Many of us stray because of having the wrong concept of life. We see a life full of speculation or hit-or-miss and as if there are unknown mysterious, or secret destinies that one day will trap us. It is okay if destiny is positive or luck, but it is a problem if it’s a loss, suffering, bad luck, illness, or accident. That’s why many people live life doubtfully. So, it is not uncommon for people to want certainty and need a so-called “grip.” Some parents give their child a “grip,” whether as an amulet in their pocket, a stone wrapped in a handkerchief, bathed in 7 kinds of flowers, or told to drink water with a spell.

All of that will not bring blessings but curses because it is against the will of God and is called spiritual adultery. People who try to defend their fate against forces outside God mean selling themselves. They will be instantly bought and owned by the powers of darkness. So, woe to those who rely on humans. Jer.17:5 says, “Cursed is the one who trusts in man, who draws strength from mere flesh and whose heart turns away from the Lord.” Cursed means punished. Then how should we respond to this life full of speculation, as if there is destiny before our lives that is full of mysteries that can trap us at any time?

If human life is speculative, God is not intelligent because He created life with speculative elements, so humans have no certainty. But in reality, God does not make life speculatively or by chance. He created life with certainty, and that’s why He gave an order; among others: what you sow, you reap. That is God’s order. People can’t experience something that has nothing to do with their present life or the future. God is great. So, we must understand life correctly because there is an order.

God created life with certainty, not with speculation. Deut. 28:1-2 says, “If you fully obey the Lord your God and carefully follow all his commands I give you today, the Lord your God will set you high above all the nations on earth. All these blessings will come on you and accompany you if you obey the Lord your God.” While verse 15 says, “However, if you do not obey the Lord your God and do not carefully follow all his commands and decrees, I am giving you today, all these curses will come on you and overtake you.”

To those who disobey God, whose hearts are crooked, not straight, dishonest, do not love people, and are arbitrary others, will have no words of “blessing, mercy, happiness, or prosperity.” They will experience woe and end in hell, although their world seems lucky, with a lot of money and honor, which deepens their fall even more (Ps. 73). Don’t think it’s a blessing, but an anathema wrapped in the sweetness of life. If we obey God and don’t do anything that offends Him, He will bless us. This is the secret of life. If people want to live according to the word, stay away from evil—and if wrong, realize it, ask for forgiveness, and seriously want to change themselves—they will unquestionably be blessed.

God also does not demand us to be perfect immediately. So, if we choose to be obedient, live holy, not hurt people, and like to help others, even though we seem to be having a hard time today, that is a blessing wrapped in distress mist. There is no word “unlucky, unfortunate, or wretched” in the life of people who obey God. So, with our seemingly painful circumstances, God is pruning our negative traits, such as being easily angry or irritable, and so on. God is preparing our tomorrow to be blessed, and if we see it from the projection of eternity, we can enjoy the beauty with God there.

The problem is many people whose way of thinking has not penetrated the limit because everything is only seen from the frame of life now. God is eternal, so He wants those He loves to exist and be blessed with eternal blessings. So, God’s Word says, “Give thanks in every circumstance,” because God works on and forms us through all occurring events, and “God keeps His faithfulness forever and never leaves the work of His hands.”  

GOD CREATED LIFE WITH CERTAINLY, NOT SPECULATION.

Card image
TIDAK SPEKULATIF - 29 Mei 2023
2023-05-29 09:17:29


Banyak di antara kita yang memiliki konsep hidup yang salah, tepatnya sesat. Hidup ini seakan-akan penuh dengan spekulasi atau untung-untungan, seakan-akan ada takdir-takdir misteri, takdir-takdir rahasia yang kita tidak tahu, yang suatu hari akan menjebak kita. Kalau itu takdir positif -keberuntungan, hoki- kita senang. Tetapi kalau itu kerugian, penderitaan, kecelakaan, kesialan, sakit, kecelakaan, itu yang menjadi masalah. Itulah sebabnya banyak orang yang menjalani hidup dengan keragu-raguan. Maka, tidak jarang supaya ia memiliki kepastian, ia mau punya ‘pegangan.’ Dan ada orangtua yang mempersiapkan anaknya dengan ‘pegangan;’ apakah berupa jimat di sakunya, atau batu dibungkus sapu tangan, atau dimandikan dengan bunga 7 rupa, atau disuruh minum minuman yang sudah diberi mantra.

Semua itu tidak akan mendatangkan berkat, tetapi laknat. Karena hal itu bertentangan dengan kehendak Allah. Itu yang namanya perzinaan rohani. Orang yang mencoba menggantungkan nasibnya kepada kekuatan di luar Tuhan, berarti ia menjual diri. Ia akan langsung dibeli, dimiliki oleh kuasa kegelapan. Jadi, celakalah orang yang mengandalkan manusia. Yeremia 17:5, “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan.” Terkutuk artinya terhukum. Lalu bagaimana kita harus menyikapi hidup ini yang penuh dengan spekulasi, seakan-akan ada takdir di depan hidup kita yang penuh misteri, yang bisa menjebak setiap saat?

Kalau hidup manusia bersifat spekulatif, berarti Allah yang tidak cerdas menciptakan kehidupan dengan unsur-unsur spekulatif, sehingga manusia untung-untungan. Tuhan bukanlah Tuhan yang menciptakan kehidupan dengan spekulatif atau untung-untungan. Tuhan menciptakan kehidupan dengan kepastian. Makanya Tuhan memberikan tatanan, di antara tatanan Tuhan itu adalah: yang kamu tabur, kamu tuai. Itu tatanan. Orang tidak mungkin mengalami sesuatu, tanpa ada kaitannya dengan kehidupan yang pernah dia jalani atau kehidupan yang akan dia jalani. Hebat sekali Tuhan. Jadi, kita harus memahami hidup ini dengan benar, karena ada tatanan. Tuhan menciptakan kehidupan dengan kepastian, tidak dengan spekulatif itu. Ulangan 28:1-2 mengatakan, “Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi. Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu.” Ayat 15, “Tetapi jika engkau tidak mendengarkan suara Tuhan, Allahmu itu, tidak mendengarkan Dia, dan tidak melakukan dengan setia segala perintah dan ketetapan-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka segala kutuk ini akan datang kepadamu dan mencapai engkau.”

Tidak ada kata “berkat, rahmat, bahagia, sejahtera” dalam kamus hidup orang yang tidak taat kepada Tuhan; yang hatinya bengkok, yang tidak lurus, yang tidak jujur, yang tidak mengasihi sesama, yang sewenang-wenang terhadap orang lain. Yang ada adalah celaka, celaka, celaka, dan ujungnya neraka. Walaupun sementara di dunia sepertinya beruntung; uang banyak, terhormat. Tetapi itu justru lebih memperdalam kejatuhannya nanti (Mzm. 73). Jangan pikir itu berkat, itu adalah laknat yang dibungkus dengan kemanisan hidup. Tetapi kalau kita hidup menaati Tuhan, tidak melakukan sesuatu yang menyakiti hati Tuhan, maka Tuhan pasti memberkati. Jadi kalau orang benar-benar mau hidup menaati firman, betul-betul menjauhi kejahatan —setiap salah, menyadarinya, minta ampun, dan serius mau mengubah diri— pasti diberkati. Ini adalah rahasia kehidupan.

Tuhan juga tidak menuntut kita seketika bisa sempurna. Jadi, kalau kita memilih taat, hidup suci, tidak melukai orang, tidak menyakiti sesama, suka menolong orang, walau kita kelihatannya susah hari ini, sebenarnya itu adalah berkat yang dibungkus dengan kabut kesusahan. Tetapi dalamnya, berkat. Tidak ada kata “sial, malang, celaka” dalam hidup orang yang taat kepada Tuhan. Jadi, dengan keadaan kita yang kelihatannya menyakitkan, sebenarnya Tuhan merontokkan sifat-sifat negatif kita; gampang marah, gampang tersinggung, dan lain sebagainya. Di sini Tuhan mempersiapkan hari esok kita untuk diberkati. Dan kalau kita melihat dari proyeksi kekekalan, supaya di kekekalan kita menikmati keindahan bersama Tuhan.

Masalahnya, banyak orang yang cara berpikirnya belum sampai menembus batas. Semua hanya dilihat dari bingkai kehidupan sekarang. Allah itu kekal, maka Allah menghendaki orang-orang yang dikasihi juga ada di kekekalan; diberkati dengan berkat kekal. Maka, firman Tuhan mengatakan, “Ucapkanlah syukur dalam segala hal.” Karena apa? Melalui segala peristiwa yang terjadi, Allah menggarap kita, Allah membentuk kita. Dan, “Allah memelihara kesetiaan-Nya sampai selama-lamanya, dan tidak pernah meninggalkan perbuatan tangan-Nya.”

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN MENCIPTAKAN KEHIDUPAN DENGAN KEPASTIAN, TIDAK SPEKULATIF.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 29 Mei 2023
2023-05-29 09:12:43

Mazmur 119

Card image
Truth Kids 28 Mei 2023 - PEMILIK HIDUPKU
2023-05-28 09:51:52


1 Timotius 1:17
“Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.”

Sobat Kids, sebuah negara itu biasanya dipimpin oleh seorang pemimpin, entah itu presiden seperti di negara kita, Indonesia atau mungkin perdana menteri atau bahkan raja. Beberapa negara berbentuk kerajaan yang kita kenal adalah Inggris, Belanda dan juga Brunei yang terletak berdekatan dengan Malaysia dan Indonesia. Nah, apa yang ada di pikiran kalian ketika membayangkan seorang raja? Seorang raja pasti seseorang yang agung, mulia dan dihormati. Seorang raja memiliki kekuasaan yang besar sehingga semua rakyatnya harus tunduk dan patuh pada perintah sang raja.

Jika seorang raja sebuah negara saja di hormati seperti itu, terlebih lagi kita harus menghormati Tuhan Yesus karena Tuhan adalah Raja Agung kita. Tuhan memimpin kerajaan surga yang kekal, kerajaan-Nya tidak akan pernah berakhir. Dia pencipta seluruh alam semesta dan pemilik hidup kita. Kita harus mengingat itu, Sobat Kids. Hidup kita bukan milik kita sendiri tetapi milik Raja diatas segala raja yaitu Tuhan Yesus Kristus.

Card image
Truth Junior 28 Mei 2023 - AGUNG DAN MULIA
2023-05-28 09:48:04


1 Timotius 1:17
“Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.”

Hanya orang-orang yang berasal dari keturunan tertentu dapat disebut sebagai yang agung atau yang mulia. Apakah Sobat Junior tahu siapa saja yang berhak mendapat panggilan tersebut? Ya, hanya orang yang berasal dari keluarga kerajaan saja yang berhak mendapat panggilan yang mulia atau yang agung.

Biasanya dalam kisah di sebuah kerajaan, seorang prajurit akan memanggil rajanya dengan sebutan “yang mulia.” Mengapa demikian? Karena raja mereka adalah pemimpin tertinggi yang dihormati seluruh rakyat yang hidup di kerajaan tersebut. Bahkan cara berjalan prajurit atau rakyat setelah bertemu raja, diatur. Mereka tidak boleh berjalan membelakangi atau punggung mereka menghadap raja. Mereka harus berjalan mundur di hadapan rajanya. Setelah beberapa jarak yang jauh, barulah prajurit atau rakyat dalam berjalan membelakangi raja.

Tuhan yang kita sembah merupakan Raja di atas segala raja yang ada di dunia ini. Jika manusia hormat kepada rajanya, seharusnya kita lebih lagi menghormati Tuhan, Sang Raja yang Maha Agung dan Mulia. Bagaimana dengan cara hidup kita selama ini, Sobat Junior? Apakah kita sudah menghormati Raja di atas segala raja dengan cara yang pantas? Saatnya kita periksa diri kita sendiri.

Card image
Truth Youth 28 Mei 2023 (English Version) - MY FRIEND, MY CHOICE
2023-05-28 09:44:42


"Do not love the world or anything in the world. If anyone loves the world, love for the Father is not in them. For everything in the world—the lust of the flesh, the lust of the eyes, and the pride of life comes not from the Father but from the world. The world and its desires pass away, but whoever does the will of God lives forever." (1 John 2:15-17)

A friend is someone who has a great influence in our lives. Many young people sometimes choose their friends over their families because they believe that their friends can understand them better than their parents. We are able to leave anything to follow what our friends or our gang want. Friends can also be a place to share our lives, from love stories to our many shortcomings.

However, what is dangerous is when our closeness becomes compact in terms of committing sins. Can this be called loyalty in friendship? Friendship becomes meaningless when it no longer has a purpose. Only laughing, playing together, but destroying each other.

Let's check if the habits we often do with our friends help us to grow or if they make us retreat from following God. Then, what if our friendship and association is destructive? We must be brave enough to leave everything that ruins our soul. Friends or association are our choices. We can choose to set boundaries or we can enter their world. However, not being friends does not mean we stop being a blessing. We will never know, maybe our change will also bring change to our friends. But, the most important thing is not to let the world change the standards of God's children. If we say we love God, it means we are brave enough to not love anything else.

WHAT TO DO:
1. Consider our friendships and associations today.
2. Be brave enough to leave anything that destroys our relationship with God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Kings 24-25

Card image
Truth Youth 28 Mei 2023 - SAHABATKU, PILIHANKU
2023-05-28 09:41:47


"Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." (1 Yoh. 2:15-17)

Sahabat adalah seseorang yang memiliki pengaruh besar di dalam hidup kita. Banyak anak muda yang terkadang lebih memilih sahabatnya dibandingkan keluarga dengan alasan teman bisa lebih mengerti keadaan dibandingkan orang tua. Kita mampu meninggalkan apa pun untuk menuruti apa yang sahabat atau geng kita inginkan. Sahabat juga bisa menjadi tempat untuk berbagi hidup, dari soal cerita cinta sampai banyak kekurangan kita, dia ketahui.

Namun, yang membahayakan adalah, kalau kedekatan kita menjadi kompak dalam soal berbuat dosa. Apakah itu bisa dikatakan kesetiaan dalam persahabatan? Persahabatan menjadi sia-sia ketika akhirnya tidak memiliki tujuan. Hanya tertawa, bermain bersama, namun saling membinasakan.

Coba kita cek apakah kebiasaan yang sering kita lakukan dengan sahabat kita, membuat kita bertumbuh atau malah membuat kita mundur dalam mengiring Tuhan. Lalu, bagaimana kalau ternyata hubungan persahabatan dan pergaulan kita membinasakan? Kita harus berani melangkah untuk meninggalkan segala sesuatu yang merusak jiwa kita. Sahabat atau pergaulan adalah pilihan kita. Kita bisa memilih untuk memberi batas, atau kita masuk dalam dunia mereka. Namun, tidak menjadi sahabat bukan berarti berhenti menjadi berkat. Kita tidak akan pernah tahu, mungkin perubahan kita akan juga membawa perubahan bagi teman kita. Namun, yang terpenting jangan biarkan dunia mengubah standar anak Tuhan. Kalau kita berkata mencintai Tuhan berarti kita berani melangkah untuk tidak mencintai yang lain.

WHAT TO DO:
1. Mempertimbangkan persahabatan dan pergaulan kita hari ini.
2. Berani meninggalkan apa pun yang membuat hubungan kita dengan Tuhan hancur.

BIBLE MARATHON:
▪︎2 Raj 24-25

Card image
Renungan Pagi - 28 Mei 2023
2023-05-28 09:39:03


Pernahkah kita melakukan check dan re-chek dalam kehidupan rohani kita, apakah bertumbuh dalam kasih karunia Allah? Sudahkah ada karakter yang berubah? Sejak memutuskan menerima Kristus sungguh-sungguh sebagai Tuhan dan Juruselamat, sudah berapa tahunkah itu?

Lima tahun, sepuluh tahun, dua puluh tahun, atau bahkan lebih dari itu? Apa yang dirasakan perubahan dari karakter kita? Apakah dari sejak itu sampai saat ini, tetap pemarah, tetap sering memaki, tetap tidak sabaran, tetap mencuri, tetap berzina, dan sejumlah cacat karakter tetap ada, belum berubah?

Itu berarti kita tidak bertumbuh didalam kasih karunia. Karena tidak benar-benar bebas dari perbudakan dosa dan masih nyaman dalam hidup yang lama. Rasul Paulus menasihatkan jemaat Korintus, "Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.

Mari lakukan check dan re-check pada diri masing-masing, jangan sampai ternyata kita telah menyia-nyiakan kasih karunia Allah dan tidak pernah berubah. Waktunya semakin singkat, jangan sampai terlambat.
(2 Korintus 6:1)

Card image
Quote Of The Day - 28 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-28 09:35:59


Kita harus membuktikan bahwa product knowledge kita tentang Allah adalah benar; dan itu diuji dengan kehidupan kita berubah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 28 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-28 09:34:06


Kalau kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan, tidak usah dipaksa meninggalkan percintaan dunia, keindahan dunia menjadi pudar di mata kita.

Card image
FAILURE - 28 Mei 2023 (English Version)
2023-05-28 09:32:02


Human life needs to eat and drink. God is also an absolute necessity. So, people who are not hungry and thirsty for God are not normal or healthy. However, because people generally do not seek God earnestly, and He is not seen as “everything,” the proper standards have declined. Thus, it is rare to find people who genuinely have a genuine hunger and thirst for God. And if people have a proportional hunger and thirst for God, they are seen as strange, passionate, and extreme. And many people don’t want to be seen as extreme, “just be normal.” Moreover, God may not be needed if people live in all-sufficient.

God, indeed, sometimes can let us be in a difficult situation where it seems there is no way out; all doors are closed, and we are powerless to face or solve them. He allows those things, so we turn to Him. People usually seek God if they are seriously ill, on the edge of death, or falling into poverty. Their purpose in coming to God is not seeking Him, but He is only used as a tool, while the goal is to solve the problems. However, in His love and patience, such situations can still be God’s means of drawing people to Him.

If we invite people to the church using lures, they will stop looking for God when what they hope for is fulfilled—for example, looking for a mate. Indeed, they could have gone to church and got a mate, but not necessarily because of God. The powers of darkness can also exist in the church. Don’t think the church has no dark forces. If in economic problems or bankruptcy, then prayed for and restored, they testify that God is lovely and extraordinary. “God restored my economy. Now I go to church, live a new life in Him.” What is the standard of new life? And ironically, a church that doesn’t understand the truth approves of it as the truth.

So, if we believe there is an Entity who created the heavens and earth and has all power, glory, and kingdom, Who will judge and decide whether we are allowed to enter the world to come or not, we must make Him everything. So that we can say, “Whom have I in heaven but you? And earth has nothing I desire besides you. My flesh and my heart may fail, but God is the strength of my heart and my portion forever.”

Remember! What we need is only one: God. Maybe we don’t have a problem today, but we don’t know, and it is not clear what will happen to this world, so God must be everything in our life. It is not just so that later we can face a chaotic situation because of the economy, a disaster, or a war, but because it is God that we need, and only He is everything in this life.

We must remember that hunger and thirst for the truth are not easy because the world’s influence has so evilly corrupted our soul’s taste for life. God created humans with an empty cavity that no one or nothing could fill except God. This is unavoidable, absolute. Humans have been locked into this state, and it is inevitable. If humans can live without God, they will never be able to respect Him properly.

Having genuine thirst and hunger like this is difficult because humans have fallen into sin. We inherit damaged human genes, not to mention the influence of the world around us. We have different personalities, but the Holy Spirit works on each individual with unique characteristics to become a great personal figure, and only the Holy Spirit can do it. God designs life events that make us like Christ; ultimately, Christ lives in us.

In certain religions, they empty themselves into nothingness to reach nothingness, but we do not open ourselves to enter the void but must empty ourselves to have Christ in us. Related to this, we must be given the ability to understand the need for God. There is no need for good morals or anything else, but God is a Person we can fellowship with. This is the secret of life that we must understand. That is why the Lord Jesus said, “You are in me, and I am in You. May they also be in Us.”  

IN HIS LOVE AND PATIENCE, HUMAN’S FAILURES CAN STILL BE GOD'S MEANS OF DRAWING THEM TO HIM.

Card image
KEGAGALAN - 28 Mei 2023
2023-05-28 09:26:42


Manusia hidup membutuhkan makan dan minum, itu mutlak. Tuhan pun kebutuhan mutlak. Jadi, kalau sampai orang tidak merasa lapar dan haus akan Tuhan, maka ia bukan manusia normal dan bukan manusia sehat. Tetapi, karena standar manusia pada umumnya tidak mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, Tuhan tidak dipandang sebagai “segalanya,” sehingga standar yang benar telah mengalami kemerosotan. Maka, jarang orang yang sungguh-sungguh memiliki lapar dan haus yang benar akan Tuhan. Dan kalau ada orang yang memiliki lapar dan haus akan Tuhan secara proporsional, maka dipandang aneh, fanatik, ekstrem. Dan banyak orang, tidak mau dipandang ekstrem; “Wajar-wajar sajalah.” Apalagi kalau orang itu hidup dalam serba kecukupan, maka Tuhan bisa tidak dibutuhkan.

Memang kadang-kadang Tuhan bisa mengizinkan kita berada dalam situasi sulit di mana seakan-akan tidak ada jalan keluar, semua pintu tertutup, kita tidak berdaya untuk menghadapi masalah itu, atau menyelesaikannya. Tuhan mengizinkan supaya kita berpaling ke Tuhan. Entah sakit parah, sekarat di ujung maut, jatuh miskin dan lain sebagainya, baru mencari Tuhan. Tetapi sebenarnya, bukan Tuhan yang menjadi tujuannya. Tuhan hanya dijadikan alat, sedangkan tujuannya adalah penyelesaian dari masalah-masalah yang dihadapi. Dalam kasih dan kesabaran-Nya, hal itu tetap bisa menjadi sarana Tuhan untuk menarik manusia datang kepada-Nya.

Kalau kita mengajak orang ke gereja, pakai iming-iming, maka ketika apa yang dia harapkan terpenuhi—misalnya jodoh—maka berhenti dia mencari Tuhan. Memang, ia bisa saja ke gereja lalu dapat jodoh, namun ternyata bukan karena Tuhan. Kuasa kegelapan juga bisa ada di dalam gereja. Jangan kita pikir di dalam gereja itu tidak ada kuasa gelapnya, bisa ada. Atau masalah ekonomi, bangkrut. Lalu setelah didoakan, dipulihkan ekonominya. Dia bersaksi, “Allah itu ajaib, luar biasa. Dia memulihkan ekonomi saya. Sekarang saya ke gereja, hidup baru dalam Tuhan.” Apa standar hidup barunya? Dan sering kali gereja yang tidak mengerti kebenaran, menstempel itu sebagai kebenaran. Ironis.

Maka, kalau kita percaya ada Entitas yang menciptakan langit dan bumi, memiliki segala kuasa, kemuliaan, dan kerajaan, yang kepada-Nya kita akan memperhadapkan diri untuk dihakimi dan menentukan kita diperkenankan masuk dunia akan datang atau tidak, kita pasti menjadikan Dia segalanya. Sehingga kita bisa berkata, “Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selamanya. Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi.”

Ingat! Yang kita butuhkan hanya satu: Tuhan. Mungkin hari ini kita tidak punya persoalan, namun ketahuilah, dunia ini tidak jelas apa yang akan terjadi di depan. Kita tidak tahu. Tuhan itu harus menjadi segalanya dalam hidup kita. Bukan sekadar supaya nanti kita bisa menghadapi situasi _chaos_ karena ekonomi atau karena bencana atau karena perang. Bukan sekadar itu. Karena memang hanya Dia yang kita butuhkan, Tuhan. Hanya Dia segalanya dalam hidup ini.

Maka, camkan ini. Untuk memiliki lapar dan haus akan kebenaran, itu tidak mudah. Pengaruh dunia telah begitu jahat merusak selera jiwa kita, selera hidup kita. Sebenarnya Tuhan menciptakan manusia dengan rongga kosong yang tidak bisa diisi oleh siapa pun dan apa pun, kecuali Tuhan. Hal ini sudah pasti, sudah mutlak. Manusia telah dikunci dengan keadaan ini. Tidak mungkin tidak. Jika manusia bisa hidup tanpa Tuhan, maka manusia tidak akan pernah bisa menghormati Tuhan secara patut.

Tidak mudah untuk memiliki kehausan dan kelaparan yang benar seperti ini, karena manusia sudah jatuh dalam dosa. Kita mewarisi gen manusia yang sudah rusak. Belum lagi pengaruh dunia sekitar kita. Setiap kita punya personality atau kepribadian yang berbeda. Tetapi bagaimana Roh Kudus menggarap setiap individu dengan kepribadian yang berbeda-beda menjadi sosok pribadi yang agung, dan itu hanya Roh Kudus yang bisa mengerjakan. Bagaimana Tuhan mendesain peristiwa-peristiwa hidup yang membuat kita menjadi seperti Kristus. Yang akhirnya, Kristus hidup dalam diri kita.

Kalau agama-agama tertentu, mereka mengosongkan diri dalam ketiadaan, mencapai ketiadaan. Kalau kita tidak mengosongkan diri untuk masuk ketiadaan, tetapi kita harus mengosongkan diri untuk dihuni Kristus di dalam diri kita. Tetapi terkait dengan hal ini, kita pasti diberi kemampuan untuk memahami kebutuhan akan Allah. Bukan kebutuhan akan moral yang baik atau apa pun, namun Allah adalah Pribadi, yang bisa bersekutu dengan kita. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata, “Engkau tinggal dalam Aku, Bapa, Aku dalam Engkau, dan mereka di dalam Kita.” Inilah rahasia kehidupan yang harus kita mengerti.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DALAM KASIH DAN KESABARAN-NYA, KEGAGALAN KITA TETAP BISA MENJADI SARANA TUHAN UNTUK MENARIK MANUSIA DATANG KEPADA-NYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 Mei 2023
2023-05-28 09:20:39

1 Raja-raja 1-2
Mazmur 37, 71 & 94

Card image
Truth Kids 27 Mei 2023 - PENGAMPUNAN YANG DIBERIKAN
2023-05-27 09:54:47


Wahyu 2:5
“Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.”

Ada salah satu kisah di Alkitab tentang seorang perempuan yang tertangkap berbuat dosa. Orang-orang di sekitarnya ingin melempar batu kepada perempuan tersebut. Hukum yang berlaku pada zaman dahulu adalah seperti itu, Sobat Kids. Namun, Yesus berkata, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Lalu mendengar perkataan Yesus, orang-orang tersebut mundur dan tidak ada yang melemparkan batu ke perempuan tersebut.

Melalui kisah ini, kita belajar bahwa Tuhan mengampuni orang berdosa. Apalagi yang mengakui kesalahannya dan berjanji untuk tidak mengulangi dosanya tersebut. Tuhan Yesus mengampuni dan melupakan dosa-dosa kita. Asalkan kita mau bertobat, pasti selalu ada pengampunan. Pengampunan yang diberikan Tuhan sangat mahal, Sobat Kids. Jangan kita sia-siakan pengampunan yang diberikan-Nya.

Card image
Truth Junior 27 Mei 2023 - PASIR HISAP DOSA
2023-05-27 09:52:26


Wahyu 2:5
“Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.”

Apakah Sobat Junior pernah mendengar cerita tentang orang yang terjebak dalam pasir hisap? Apakah yang dimaksud dengan pasir hisap itu? Pasir hisap sebenarnya pasir biasa saja. Namun, yang membuatnya berbeda dan berbahaya adalah pasir tersebut mengandung air yang berasal dari bawah tanah. Biasanya pasir yang kering akan kuat menahan benda-benda berat di atasnya. Tetapi jika ada air yang berasal dari bawah tanah, naik dan meresap ke dalam pasir, maka pasir itu tidak akan kokoh lagi. Orang yang masuk ke dalam kubangan pasir tersebut atau seperti terhisap, terperangkap lebih dalam lagi sampai tidak bisa keluar. Bahkan ada yang sampai tenggelam jika terus bergerak-gerak, meronta ingin membebaskan diri sendiri. Orang yang terperangkap di pasir hisap butuh pertolongan dari orang lain. Dengan berpegangan kepada orang tersebut, ia ditarik keluar dari pasir hisap.

Sobat Junior, terkadang hidup kita seperti dalam kubangan pasir hisap. Kita berbuat dosa lagi dan lagi, bergerak dalam kubangan dosa yang membuat kita terperangkap bertambah dalam. Pilihannya ada di kita. Apakah kita mau keluar dari kubangan pasir hisap atau dosa tersebut? Atau kita mau terus berada dalam kubangan dosa hingga suatu saat tenggelam dalam dosa dan tidak bisa diselamatkan lagi?

Ayat firman Tuhan hari ini mengajarkan satu lagi sifat Tuhan. Ia selalu mengampuni jika kita mau sungguh-sungguh bertobat. Kalian mau bertobat, kan, Sobat Junior? Yuk, kita minta pengampunan dari-Nya dan jangan berbuat dosa lagi. Jangan sampai kita tenggelam dalam “pasir hisap” dosa, ya, Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 27 Mei 2023 (English Version) - MUST BECOME A BLESSING
2023-05-27 09:49:25


"But to each one of us grace has been given as Christ apportioned it."
(Ephesians 4:7)

We can only help others live a more positive life if they are open and willing to accept us. Some people we meet are inherently open and willing to receive, if we behave well. So, if we are generous, give advice in a pleasant manner, show clearly how to apply it to behavior, and provide examples of what we suggest, people will approach us and be willing to accept our positive influence.

Why should we be a blessing? God wants us to be a blessing to others, as exemplified by Jesus. The meaning of a blessing is anything given to anyone, whether from God or from others, in the form of material or spiritual gifts that bring goodness or salvation to the recipient.

The primary source of blessing in our lives is God Himself. God is the source of blessings and protection in our lives, so the criterion for receiving God's blessings is our personal closeness to Him. God's blessings should never stop with us, what God has entrusted to us must be felt by others, at least by people around us.

In our social environment, we must be a blessing to our friends. Being a blessing doesn't always have to be about giving money, but we can do simple things with what God has bestowed upon us. Simple examples include being a good listener when our friend wants to vent, giving advice when our friend is having trouble, praying for a sick friend, and being a role model in attitude, speech, and action.

God has given us good things, so it is only appropriate that we, who are His children, show His goodness to many people. We must be a channel of God's blessings to others, and in doing so, the name of Jesus will be glorified. Therefore, we must always cling to the Source of blessings Himself. This can be done by always reading the Bible, having a personal devotional time, and having a heart that is eager to be used by God for others.

WHAT TO DO:
1. Give your heart to God to be His instrument.
2. Diligently stay close to God through reading the Bible and praying at all times.
3. Be a blessing with what God has entrusted to you.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Kings 22-23

Card image
Truth Youth 27 Mei 2023 - HARUS JADI BERKAT
2023-05-27 09:45:01


“Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus.”
(Efesus 4:7)

Kita hanya dapat membantu orang lain menjalani kehidupan yang lebih positif jika mereka terbuka dan mau menerima kita. Sebagian orang yang kita temui pada dasarnya akan terbuka dan mau menerima, jika kita berperilaku baik. Maka jika kita murah hati, memberikan nasihat dengan cara yang menyenangkan, menunjukkan dengan jelas bagaimana menerapkannya ke dalam perilaku dan memberikan contoh dari apa yang kita sarankan, orang-orang akan mendekati kita dan mau menerima pengaruh positif kita.

Mengapa kita harus menjadi berkat? Tuhan menginginkan agar kita dapat menjadi berkat bagi orang lain, seperti teladan yang diberikan oleh Tuhan Yesus. Arti berkat itu sendiri adalah segala sesuatu yang diberikan kepada setiap orang, baik itu dari Tuhan maupun dari sesama manusia, yang berupa materi maupun karunia rohani yang mendatangkan kebaikan atau keselamatan bagi orang yang menerimanya.

Sumber utama berkat dalam hidup kita adalah Tuhan itu sendiri. Tuhan adalah sumber berkat dan perlindungan di dalam kehidupan kita, sehingga yang menjadi tolak ukur mendapat berkat Tuhan yakni kedekatan pribadi kita dengan-Nya. Berkat dari Tuhan jangan pernah berhenti di diri kita, apa yang Tuhan telah percayakan pada kita, harus dirasakan oleh orang lain, minimal orang disekitar kita.

Dalam lingkungan pergaulan, kita harus menjadi berkat bagi teman-teman kita. Menjadi berkat tidak harus selalu bicara tentang memberi uang, namun kita bisa melakukan hal-hal yang sederhana, dengan apa yang Tuhan telah anugerahkan bagi diri kita. Contoh sederhana, menjadi pendengar yang baik ketika teman kita ingin “curhat”, memberikan saran ketika teman ada kesulitan menghadapi persoalannya, mendoakan teman yang sedang sakit, dan menjadi teladan dalam bersikap, berkata-kata dan bertindak.

Tuhan telah memberikan kepada kita hal yang baik, sudah sepatutnya kita yang adalah anak-anak-Nya menunjukkan kebaikan Tuhan itu kepada banyak orang. Kita harus menjadi saluran berkat Tuhan bagi orang lain, dengan cara demikian nama Tuhan Yesus akan dipermuliakan. Oleh karena itu kita harus melekat selalu dengan Sang sumber berkat itu sendiri. Hal ini bisa dilakukan dengan cara selalu membaca Alkitab, memiliki jam ber-saat teduh, dan memiliki hati yang rindu untuk Tuhan pakai menjadi alat-Nya bagi sesama.

WHAT TO DO:
1. Memberikan hati kepada Tuhan untuk jadi alat-Nya.
2. Rajin dekat dengan Tuhan melalui baca Alkitab dan berdoa setiap waktu.
3. Menjadi saluran berkat dengan apa yang telah Tuhan percayakan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Raja-raja 22-23

Card image
Renungan Pagi - 27 Mei 2023
2023-05-27 09:40:33


Agar pikiran sejalan dan selaras dengan pikiran Kristus, maka kita harus mengarahkan hati dan pikiran kepada firman-Nya. Kehidupan kita setiap hari berpusat pada bagaimana melakukan firman Tuhan.

Satu-satunya cara supaya kita berkelimpahan dengan pikiran Kristus adalah dengan membaca dan merenungkan firman Tuhan secara teratur setiap hari, seperti yang dilakukan bangsa Israel setiap hari, yaitu "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam. Supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." Ketika merenungkan firman Tuhan yang sudah kita baca atau yang sudah kita dengar setiap waktu. Yaitu dengan melakukannya dalam hidup setiap hari, maka perjalanan kita akan berlimpah berkat (beruntung) dan kita akan diberikan kemampuan menghadapi setiap permasalahan dengan bijaksana karena firman-Nya merupakan pikiran-pikiran Tuhan sendiri yang tertulis di atas kertas untuk kita baca, renungkan dan lakukan.
(Yosua 1:8)

Card image
Quote Of The Day - 27 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-27 09:34:34


Injil yang benar membuat banyak orang tidak suka karena hidupnya terganggu.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-27 09:29:24


Kalau kita berjumpa dengan Tuhan dan melihat keagungan dan kemuliaan-Nya, kita akan rela melepaskan apa pun demi Dia.

Card image
EASIER - 27 Mei 2023 (English Version)
2023-05-27 09:25:57


If we believe there is an Entity that is Almighty, Greatest, who created the heavens and earth whose footprints and steps the Bible records, Elohim Yahweh, God of the universe. Then, we also admit that the richest, luckiest, and safest people are those who have God and experience Him. Let’s check it out, how many people risk everything they have to have and experience God? Generally, people make God just a supplement, not thrown away, and don’t say they don’t need Him. They need God, too, but do not make Him everything in life.

Not many people understand the importance of God in this life; proportionately important. People could say God is necessary or essential but not proportionate. Indeed, to make God everything is not easy. Apart from the influence of the world around us that has polluted us, we are also exposed to the lifestyles of the people around us.

Let’s think realistically, though unrealistic in the eyes of the world, because talking about God is always assumed to be supernatural, mystical, and beyond nature. As sinful human beings, our souls no longer have a genuine thirst for God. Therefore, we should not be constantly exposed to the world’s influence, even though we are already infected. We must strive to thirst for God so that we can say, like in Psalm 73:25-26, “Whom have I in heaven but you? And earth has nothing I desire besides you. My flesh and my heart may fail, but God is the strength of my heart and my portion forever.”

There are supernatural things in God that common sense cannot understand. We believe and accept the existence of phenomenal facts in God, and He reveals Himself in human life. Indeed God enters into natural areas, so we can perceive with our senses, although we believe in Him not because we experience it first. We believe, even though we do not know beforehand. We still believe He is a living Entity and reality, although our five senses did not touch at first. We can experience Him with our five senses.

God said, “I am the way, the truth, and the life.” “Truth” refers to God or spiritual things related to holiness. Matt.5:6 says, “Blessed are those who hunger and thirst for righteousness, for they will be filled.” hunger and thirst indicate needs that must be met. This is a primary need; food. Humans can live without entertainment or other facilities, but not without food. We must come to the level where God is urgently needed.

God is always an essential, primary, and urgent need. Others can be considered unimportant or secondary, but God is always primary. There is a need that is important but not urgent or an urgent need but not necessary. However, God is always an essential and urgent need; however, not many people, including Christians, activists, and even pastors, get to this level. Until there is a term “Seeking God is like looking for a needle in a haystack.” Not easy. When we think seeking God is easier than looking for anything else, it means something is wrong or we don’t know God yet.

God is not selling expensive. He is generous but not cheap. God can be found by those who seek Him, as He says, “Those who seek Me find Me.” But of course, looking earnestly. The problem is what percentage of our intensity in seeking God? Though we have to wrestle with or face many issues, that should not grip us more than our longing to seek God. If these things grip us more, then they become idols. Idols are not only gods or certain religious gods; problems gripping life can become idols.

Some people seem to intimidate God, though they are not saying it. The attitude of their heart says, “If You don’t help me, Lord, I don’t want to serve You. If You don’t help me, Lord, I won’t rejoice. If you don’t help me, Lord, I can’t rejoice and praise and worship you, Lord.” God often still helps in His patience, though these people are foolish because they seek Him for specific reasons. If we seek God, we should say, “I seek God because of Him alone. Only God I need.” This is the secret of the true Christian life.  

WHEN WE CONSIDER SEEKING GOD EASIER THAN LOOKING FOR SOMETHING ELSE, IT MEANS SOMETHING IS WRONG.

Card image
LEBIH MUDAH - 27 Mei 2023
2023-05-27 09:21:13


Kalau kita benar-benar percaya ada Entitas yang Maha Kuasa, Maha Besar, yang menciptakan langit dan bumi yang Alkitab mencatat jejak dan langkah-Nya, yaitu Elohim Yahweh, Allah semesta alam, maka, kita juga mengakui bahwa orang paling kaya, paling beruntung, paling aman adalah orang yang memiliki dan mengalami Tuhan. Mari kita periksa, berapa banyak orang yang sungguh-sungguh mempertaruhkan apa pun yang ada padanya untuk memiliki dan mengalami Tuhan? Umumnya, orang menjadikan Tuhan itu sekadar tambahan. Memang tidak dibuang dan orang tidak berkata bahwa mereka tidak memerlukan Tuhan. Memerlukan juga, tetapi tidak menjadikan Tuhan segalanya dalam hidup.

Fakta yang kita lihat, tidak banyak orang yang menghayati pentingnya Allah dalam hidup ini; penting secara proporsional. Orang bisa mengatakan bahwa Tuhan itu diperlukan atau Tuhan itu penting, tetapi kepentingannya tidak proporsional. Memang untuk menjadikan Tuhan segalanya itu tidak mudah. Selain karena pengaruh dunia sekitar yang telah mencemari kita, kita juga terpapar oleh pola hidup dan gaya hidup manusia di sekitar kita.

Sebagai manusia berdosa, jiwa kita sudah tidak memiliki kehausan yang benar terhadap Allah. Oleh karenanya, kita jangan terpapar terus oleh pengaruh dunia, walaupun kita sudah terinfeksi. Kita harus sungguh-sungguh berjuang untuk bisa memiliki kehausan akan Allah, sehingga kita bisa berkata seperti di Mazmur 73:25-26, “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.” Mari kita berpikir realistis, yang di mata dunia, tidak realistis. Sebab bicara mengenai Allah, selalu diasumsikan sebagai supranatural, great mystic. Bicara mengenai Allah selalu dipandang sebagai sesuatu yang adikodrati; di luar kodrat.

Memang benar, ada hal-hal yang supranatural di dalam diri Allah, yang tidak bisa dipahami dengan pikiran umum. Kita percaya dan menerima adanya fakta di luar kodrat atau adikodrati di dalam diri Allah. Tetapi Allah menyatakan Diri dalam kehidupan manusia, pasti Allah masuk ke dalam wilayah-wilayah kodrati, yang natural, yang bisa kita tangkap dengan indra kita. Walaupun, kita percaya kepada Allah bukan karena kita mengalami terlebih dulu. Bukan karena kita tahu, maka kita percaya; melainkan kita percaya, walau kita tidak tahu sebelumnya. Walaupun panca indra kita tidak bersentuhan pada mulanya, tetapi kita percaya Dia adalah Entitas yang hidup, realitas yang hidup. Kita bisa mengalami Dia dengan seluruh panca indra.

Di dalam Injil Matius 5:6 dikatakan, “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.” “Kebenaran” di sini menunjuk Tuhan atau hal-hal rohani, yang bersangkut paut dengan kesucian. Sebagaimana Tuhan berkata, “I am the way, the truth, and the life; Akulah jalan, kebenaran dan hidup.” Lapar dan haus menunjukkan kebutuhan yang harus terpenuhi. Ini kebutuhan primer; pangan. Manusia bisa hidup tanpa hiburan, tanpa fasilitas lain apa pun, tetapi manusia tidak bisa tidak makan dan tidak minum. Kita harus sampai pada tingkat kebutuhan yang mendesak akan Allah.

Yang lain bisa dianggap tidak penting, bisa dikatakan sekunder, tetapi Tuhan itu selalu primer. Tuhan itu selalu menjadi kebutuhan yang penting, yang utama, dan mendesak. Ada kebutuhan yang penting, tetapi tidak mendesak. Ada kebutuhan yang mendesak, tetapi sebenarnya tidak penting. Tetapi, Tuhan selalu menjadi kebutuhan yang penting dan mendesak. Faktanya, tidak banyak orang sampai pada tingkat ini, walaupun orang Kristen, aktivis bahkan pendeta. Sampai ada istilah, “Mencari Tuhan itu seperti mencari jarum yang jatuh di jerami.” Tidak mudah. Ketika kita menganggap mencari Tuhan lebih mudah daripada mencari yang lain, berarti ada yang salah dalam hidup kita. Berarti kita belum mengenal Tuhan.

Tuhan bukan jual mahal. Tuhan memang murah hati, tetapi Tuhan bukanlah Tuhan yang murahan. Tuhan dapat ditemukan oleh orang-orang yang mencari Dia, sesuai firman Tuhan, “Aku membuat orang yang mencari Aku, menemukan Aku.” Tetapi tentu mencari dengan sungguh-sungguh. Itu masalahnya. Berapa persen intensitas kita dalam mencari Tuhan? Banyak masalah yang kita harus geluti atau hadapi, tetapi hendaknya itu tidak menjadikan sesuatu yang mencengkeram kita lebih dari kerinduan kita mencari Allah. Kalau hal-hal itu lebih mencengkeram kita, itu menjadi berhala. Sejatinya, berhala itu bukan hanya dewa-dewi, ilah agama tertentu. Masalah yang mencengkeram hidup bisa menjadi berhala.

Ada orang-orang yang seperti mengintimidasi Tuhan. Tidak mengucapkan, tetapi sikap hatinya berbunyi begini, “Kalau Engkau tidak tolong aku, Tuhan, aku tidak mau melayani Engkau. Kalau Engkau tidak tolong aku, Tuhan, aku tidak bersukacita. Kalau Engkau tidak tolong aku, Tuhan, aku tidak bisa bergirang memuji, menyembah Engkau, Tuhan.” Namun Tuhan dalam kesabaran-Nya sering menolong juga. Ini adalah orang-orang bodoh. Mencari Tuhan dengan alasan tertentu. Mestinya kalau kita mencari Tuhan, “Aku mencari Tuhan karena Tuhan sendiri. Hanya Tuhan yang kubutuhkan.” Ini rahasia kehidupan kristiani yang sejati.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KETIKA KITA MENGANGGAP MENCARI TUHAN LEBIH MUDAH DARIPADA MENCARI YANG LAIN, BERARTI ADA YANG SALAH DALAM HIDUP KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 Mei 2023
2023-05-27 09:16:19

Mazmur 111-118

Card image
Truth Kids 26 Mei 2023 - HIDUP DALAM TERANG
2023-05-26 10:05:33


1 Yohanes 1:7
“Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.”

“Ayo, anak-anak, sekarang kita belajar tentang anggota tubuh kita dan jumlahnya,” ajak ibu Ani kepada murid-muridnya. Mereka mulai mengurutkan; ada 1 kepala, 2 mata,1 hidung, 2 telinga dan 1 mulut. “Anak-anak, lihatlah mata dan telinga kita. Tuhan memberikan lebih dari satu. Ada kanan dan kiri. Pasti ada tujuannya, bukan? Kenapa bukan mulut kita yang dua, ya? Ya, karena Tuhan mau kita lebih banyak melihat dan mendengar daripada berbicara. Mulut itu hanya satu. Perhatikanlah kata-kata yang kita ucapkan kepada orang lain,” jelas ibu Ani.

Sobat Kids, sering kali kita lebih cepat untuk berbicara daripada mendengar. Sebagai anak Tuhan yang taat dan sopan, ada beberapa hal yang harus kita pelajari dalam hal berbicara. Pertama, tunggulah giliran kita untuk berbicara. Saat guru bertanya di kelas, kita mengangkat tangan untuk menjawab. Tunggu sampai guru memperbolehkan kita untuk berbicara. Jangan berteriak-teriak saat mengangkat tangan. Kedua, jangan memotong saat orang sedang berbicara. Kita bisa menunggu, atau kalau sedang terburu-buru, kita bisa berkata, “Maaf, boleh saya bertanya?” Hal ini adalah salah satu kebiasaan baik yang harus kita pelajari sebagai anak-anak yang hidup dalam terang. Anak-anaknya Allah Bapa.

Yuk, kita gambar anggota tubuh yang ada di wajah kita.

Card image
Truth Junior 26 Mei 2023 - MENYUCIKAN DENGAN DARAH-NYA
2023-05-26 10:03:25


1 Yohanes 1:7
“Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa."

Sobat Junior, tahukah kalian bahwa manusia sebagai makhluk yang berdosa, sebenarnya akan binasa? Namun, cinta Allah Bapa yang begitu besar kepada umat ciptaan-Nya, merelakan Tuhan Yesus untuk menanggung semua dosa manusia melalui kayu salib. Itu berarti, manusia adalah umat yang telah ditebus oleh Tuhan Yesus dengan darah-Nya yang suci. Kenapa Allah Bapa rela mengorbankan Putra tunggal-Nya demi manusia? Tentu saja karena Allah Bapa ingin ciptaan-Nya selamat dari maut. Upah dosa yang dilakukan manusia adalah maut. Namun, melalui pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib, telah membuat semua umat manusia kembali suci di hadapan Allah.

Bukan hanya sebatas itu, Sobat Junior. Setelah kita menerima penebusan dari Tuhan Yesus, ada syarat lain yang harus kita lakukan supaya tidak menyia-nyiakan pengorbanan Yesus di kayu salib. Apakah itu? Ya, tentu saja Sobat Junior harus hidup baru. Jangan hidup seperti dulu lagi. Sekarang hidup Sobat Junior bukan milik diri sendiri, melainkan milik Tuhan Yesus yang telah menebus manusia.

Kenapa harus Tuhan Yesus yang menebus dosa manusia? Alasannya adalah karena manusia merupakan makhluk berdosa. Sangat mungkin manusia akan selalu jatuh dalam dosa. Sedangkan, setiap kesalahan atau dosa yang diperbuat membutuhkan kurban persembahan sebagai hukumannya. Oleh karena Allah mengetahui bahwa manusia tidak bisa menebus dosanya sendiri, Allah Bapa memberikan Anak-Nya yang Tunggal demi keselamatan hidup umat manusia.

Setelah Tuhan Yesus menyucikan dengan darah-Nya, apa yang harus Sobat Junior lakukan? Pertama, Sobat Junior harus bersyukur kepada Tuhan Yesus yang mau menanggung semua dosa manusia dan telah menyucikan dengan darah-Nya. Kedua, mulai sekarang Sobat Junior harus hidup bertanggung jawab dengan diri sendiri. Misalnya, tidak melakukan dosa yang membuat hati Tuhan Yesus menjadi sedih karena kita tidak seturut firman-Nya. Sebaliknya, Sobat Junior harus perhatikan dan menghargai setiap pengorbanan Tuhan Yesus dengan cara bertumbuh jadi anak yang taat, rajin, sabar, dan menjadi indah di mata Tuhan Yesus.

Card image
Truth Youth 26 Mei 2023 (English Version) - MAN OF GOD AND YOUNG PEOPLE
2023-05-26 09:38:24


"Therefore, flee from youthful passions, and pursue righteousness, faithfulness, love, and peace, along with those who call on the Lord from a pure heart." (2 Timothy 2:22)

Throughout history, Christianity has been confronted with various issues, ranging from doctrinal problems to social issues that are pressing the Church and the younger generation of Christians to actively respond to the complexity that arises in society. However, it is unfortunate that many churches still focus too much on their internal affairs, while many people out there need the church as an extension of Christ who came and was present 2000 years ago, especially for those who are marginalized and neglected; those who live on the fringes of life and struggle in suffering. Many churches and their younger generation still ignore this reality.

In 2 Timothy, the Apostle Paul advises Timothy to flee from youthful passions and pursue righteousness, faithfulness, love, and peace. The younger generation of Christians must return to this teaching. Why? Because as redeemed people, we are called to be the people of God who must live as Christ lived. We must be present in a real way for those who are marginalized, who live on the fringes of life, and struggle on the margins of suffering, just as Christ was truly present for them. True Christian faith should motivate someone to dare to protect the small and defenseless, to speak up for the weak and overlooked. This should be the value of a true Church of Christ.

Saying this does not mean that we neglect our internal affairs. Internal affairs must be handled well and responsibly, but let us not forget that there are many people out there who need our attention and care, which cannot be done just by praying, but by real actions. That is why the Apostle Paul also said that whoever is redeemed to become a person of God, must pursue righteousness and flee from youthful passions. Let this truth encourage us to dare and firmly protect, defend, and speak up for the weak and neglected. Amen.

WHAT TO DO:
1. Protect the weak with courage and determination
2. Do not be swayed by euphoria within the church
3. Enrich yourself with knowledge

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Kings 19-21

Card image
Truth Youth 26 Mei 2023 - MANUSIA ALLAH DAN ORANG MUDA
2023-05-26 09:33:48


"Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni." (2 Tim. 2:22)

Di sepanjang sejarah, kekristenan senantiasa diperhadapkan dengan berbagai masalah, mulai dari masalah pengajaran hingga masalah sosial yang akhir-akhir ini mendesak kekristenan, khususnya gereja dan generasi muda Kristen untuk merespons secara aktif berbagai kompleksitas yang muncul di dalam masyarakat. Namun, sangat disayangkan masih banyak gereja yang masih terlalu fokus dengan urusan internalnya, sedangkan ada banyak orang di luar sana yang membutuhkan gereja sebagai perpanjangan tangan dari Kristus yang 2000 tahun yang lalu telah datang dan hadir, secara khusus bagi mereka yang terpinggirkan dan terabaikan; mereka yang hidup di tepian kehidupan dan berjuang dalam penderitaan. Banyak gereja beserta generasi mudanya masih abai terhadap kenyataan ini.

Dalam 2 Timotius, Rasul Paulus menasihatkan Timotius untuk menjauhi nafsu orang muda dan mengejar keadilan, kesetiaan, kasih, dan damai. Generasi muda Kristen harus kembali pada ajaran ini. Mengapa? Karena sebagai orang-orang tebusan, kita dipanggil untuk menjadi manusia-manusia Allah yang harus hidup sebagaimana Kristus telah hidup. Kita harus hadir secara nyata bagi mereka yang terpinggirkan, yang hidup di tepian kehidupan, dan berjuang di margin penderitaan, sebagaimana Kristus telah hadir secara nyata bagi mereka. Iman Kristen yang sejati harus mendorong seseorang untuk berani melindungi orang kecil, membela orang yang lemah, dan bersuara bagi mereka yang tidak diperhatikan atau diabaikan. Inilah yang mestinya menjadi nilai sebuah gereja Kristus yang sejati.

Mengatakan hal ini bukan berarti kita mengabaikan urusan internal. Urusan internal harus dikerjakan dengan baik dan bertanggung jawab, tetapi jangan lupa juga bahwa di luar sana ada banyak sekali orang yang membutuhkan perhatian dan kepedulian kita, yang tidak dapat dilakukan hanya dengan berdoa, tetapi dengan perbuatan dan tindakan yang nyata. Itulah sebabnya, rasul Paulus juga berkata bahwa barangsiapa ditebus untuk menjadi manusia Allah, haruslah ia mengejar keadilan dan menjauhi nafsu orang muda. Hendaknya kebenaran ini mendorong kita untuk berani dan dengan tegas melindungi, membela, dan bersuara bagi mereka yang lemah dan terabaikan. Amin.

WHAT TO DO:
1. Lindungi sesama yang lemah dengan berani dan tegas
2. Jangan terhanyut dalam euforia di dalam gereja
3. Perkaya diri dengan pengetahuan

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Raj. 19—21

Card image
Renungan Pagi - 26 Mei 2023
2023-05-26 09:31:37


Merenungkan firman Tuhan, mempelajarinya dengan sungguh-sungguh dan menghayatinya, kemudian berjuang mempraktekkannya akan memberi kehidupan yang dibaharui bagi kita dan pada akhirnya akan berdampak pula kepada orang-orang yang ada disekitar.

Dalam kitab Amsal dikatakan, "Hai anakku, perhatikanlah perkataanku, arahkanlah telingamu kepada ucapanku; Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan."

Jadi perkataan Tuhan atau firman-Nya akan mengubah hidup kita, jika sungguh-sungguh melakukannya dengan benar, karena itu adalah perkataan Tuhan sendiri. Pada akhirnya firman Tuhan akan mempengaruhi pola pikir kita seperti yang terkandung di dalam pikiran Kristus.

"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." Kini jawablah pertanyaan ini dengan jujur, sudahkah kita merenungkan firman-Nya setiap hari?
(Amsal 4:20,27 ; Filipi 4:8)

Card image
Quote Of The Day - 26 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-26 09:28:06


Penghiburan kita adalah kalau hidup kita menjadi penghiburan bagi Elohim Yahweh, Allah Bapa di surga.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 26 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-26 09:26:18


Kebutuhan kita satu-satunya adalah Tuhan. Kita yang harus membuat diri kita membara mencari Tuhan.

Card image
H I N D E R - 26 Mri 2023 (English Version)
2023-05-26 09:22:08


When people have many pleasures, they do not feel a crisis over the eternal facts. They have no concern over “human’s separation from the presence of God.” People like this do not appreciate or less appreciate spiritual values. They certainly do not have a burden for the salvation of their soul, as well as the salvation of other people’s souls. Since they do not have a sense of crisis and no fear of eternal reality, they do not seriously examine themselves to determine whether they are pleased before God.

On the other hand, if a person is committed to leaving the world’s pleasures and making God their joy or happiness, they will have a strong sense of crisis, an intense dread of eternal realities, and the existence of one’s separation from God’s presence. They could feel the horror so that it aroused the fear of God. People like this will examine themselves very seriously, how they are before God, and what is God’s assessment of them. They will appreciate spiritual values and care about the salvation of their soul and, of course, the salvation of other people’s souls, too.

Grace does not eliminate choice, so to grow in God depends on each person, not on God, but He provides the means to experience growth. As for how fast one’s spiritual growth is, it depends on each individual. The pleasures of the world will hinder our spiritual growth. What slows the acceleration of spiritual growth is when we hang out with the wrong people because we will be infected, exposed to worldly spirits, don’t listen to God’s word correctly, don’t have time to sit still at God’s feet, and so on. We used to think that, as human beings, we have the right to have pleasure. We forget that, as humans, we are special, and many people’s eyes and minds are closed to how noble it is to become the chosen people.

Eph.1:4-5 says, “He chose us in him before the creation of the world.” We are appointed to be allowed to experience the growth process to be perfect like the Father and to live as children of God. This is an incredible choice because not all people are selected. We are the ones who are allowed to join the race marked out for us, which is having perfect faith and obedience like Jesus so that we can be glorified together with Him in His Kingdom. This is so amazing.

That grace leads us to the door or gate to enter the race. Grace allows us to grow into superior human beings like God’s original design, and not everyone gets this opportunity. The Lord Jesus died for everyone, including us Christians. But not everyone has the opportunity to gain the grace to enter this race, so we are special people.

One day when we close our eyes, we will see how little momentary pleasures that deprive us of significant growth opportunities because if the world’s pleasures drift us, it will make us hindered, the speed of our growth decreases, and it can even make us fail. Let’s be determined to have one world, God, and His Kingdom. Don’t forget; our life is also temporary. Hard work is okay, and busy working is necessary, but do not be attached to the world’s pleasures. The less we enjoy, the faster we grow. If we give up all pleasures, we can rocket to the new heavens and earth.

How much fun do we still have? The more we take off all the pleasures that do not make us grow in God, the more we long for the new heavens for a new earth, and the more we realize how terrible the horror of being separated from the presence of God is. De jure, we may have a house, a car, and money, but we consider it worthless because they are no longer our pleasure. This can’t be made up. We can’t say, “I long to meet God,” if we don’t give up pleasures. We must come to the point of saying, “I have nothing left, Lord. You’re all I have.”

If we still consider something valuable and significantly makes our hearts happy and gives pleasure, we are not loyal to God, and it’s a danger to our eternity. We will die and must be held accountable for what we do in this life. How terrible it would be if, when we wake up from the sleep of death and enter eternity, we are found blameworthy in God’s eyes. So, let’s be serious about dealing with God, not just going to church, but we live up His existence all the time and consider His feelings whether what we do pleases Him or not. Let’s question what He designed in our lives to fulfill. This is the secret of life to be able to grow correctly.  

THE PLEASURES OF THE WORLD HINDER OUR SPIRITUAL GROWTH.

Card image
MENGHAMBAT - 26 Mei 2023
2023-05-26 09:18:40


Camkan hal ini! Ketika seseorang memiliki banyak kesenangan dalam hidup, dia tidak memiliki perasaan krisis terhadap fakta kekekalan. Ia tidak memiliki perasaan krisis terhadap fakta “terpisahnya manusia dari hadirat Allah.” Orang-orang seperti ini pasti tidak menghargai atau kurang menghargai nilai-nilai rohani. Dan sudah pasti tidak memiliki keterbebanan yang dalam terhadap keselamatan jiwanya, juga keselamatan jiwa orang lain. Karena tidak memiliki perasaan krisis, tidak memiliki kegentaran terhadap realitas kekekalan, maka ia tidak serius memeriksa diri apakah ia berkeadaan berkenan di hadapan Tuhan atau tidak.

Sebaliknya, kalau seseorang berkomitmen untuk meninggalkan kesenangan-kesenangan dunia dan menjadikan Tuhan sebagai kesukaan atau kebahagiaannya, ia akan memiliki perasaan krisis yang kuat, kegentaran yang kuat terhadap realitas kekekalan; realitas terpisahnya seseorang dari hadirat Allah. Ia bisa merasakan kengerian itu, sehingga hal itu membangkitkan kegentaran akan Allah. Orang-orang seperti ini akan memeriksa diri dengan sangat serius, bagaimana keadaan dirinya di hadapan Allah. Apa penilaian Allah terhadap dirinya. Ia akan menghargai nilai-nilai rohani, ia akan sangat memedulikan keselamatan jiwanya, dan tentu keselamatan jiwa orang lain.

Anugerah tidak menghilangkan pilihan. Seberapa seseorang mau bertumbuh di dalam Tuhan, tergantung masing-masing, tidak tergantung Tuhan. Tuhan memberikan sarana untuk mengalami pertumbuhan. Adapun seberapa kecepatan pertumbuhan rohani seseorang, tergantung masing-masing individu. Kesenangan-kesenangan dunia akan menghambat pertumbuhan rohani kita. Dan yang menghambat percepatan pertumbuhan rohani adalah ketika kita bergaul dengan orang yang salah. Sebab ia pasti tertular, terpapar spirit duniawi; tidak mendengarkan firman Tuhan dengan baik, tidak punya waktu duduk diam di kaki Tuhan, dan lainnya. Dulu kita menganggap sebagai manusia kita berhak punya kesenangan. Kita lupa bahwa kita adalah manusia istimewa. Mata, pikiran banyak orang tertutup. Tertutup terhadap betapa mulianya orang yang terpilih.

Efesus 1:4-5 mengatakan, “Kita dipilih sebelum dunia dijadikan.” Kita orang yang ditunjuk untuk diberi kesempatan mengalami proses pertumbuhan, agar kita sempurna seperti Bapa, hidup sebagai anak-anak Allah. Ini pilihan yang luar biasa. Tidak semua orang menjadi umat yang terpilih. Tidak banyak orang yang terpilih. Kita adalah orang-orang yang diberi kesempatan untuk memasuki perlombaan yang diwajibkan, yaitu iman yang sempurna seperti Yesus, ketaatan yang sempurna seperti Yesus, agar kita bisa dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus di dalam Kerajaan-Nya. Ini sangat luar biasa.

Anugerah itu membawa kita kepada pintu atau gerbang untuk memasuki perlombaan. Anugerah memberi kita kesempatan cuma-cuma untuk bertumbuh menjadi manusia unggul seperti rancangan Allah semula, dan tidak semua orang mendapatkan kesempatan ini. Tuhan Yesus mati untuk semua orang, termasuk untuk kita, orang Kristen. Tetapi tidak semua orang memiliki kesempatan memperoleh anugerah untuk masuk dalam perlombaan ini. Kita adalah orang-orang istimewa.

Suatu hari nanti ketika kita menutup mata, kita juga akan melihat betapa tidak berartinya kesenangan-kesenangan sesaat yang membuat kita kehilangan kesempatan-kesempatan besar untuk bertumbuh. Dengan hanyut dalam kesenangan dunia, kita menahan, mengurangi kecepatan bertumbuh, bahkan bisa menggagalkannya. Untuk itu, mari kita bertekad untuk memiliki satu dunia, yaitu Tuhan dan Kerajaan-Nya. Jangan lupa, hidup kita juga sementara. Kerja keras, boleh. Sibuk bekerja, mesti. Tetapi, jangan terikat dengan kesenangan-kesenangan dunia. Makin kita kurangi kesenangan, makin cepat kita bertumbuh. Kalau kita bisa melepaskan semua kesenangan, kita melesat ke langit baru bumi baru.

Masih berapa banyak kesenangan yang kita miliki? Semakin kita menanggalkan semua kesenangan yang tidak membuat kita bertumbuh dalam Tuhan, semakin kita merindukan langit baru bumi baru. Dan semakin kita menghayati betapa dahsyat kengerian terpisah dari hadirat Allah. Hal ini tidak bisa dibuat-buat. Kita tidak bisa berkata, “Kurindukan bertemu Tuhan,” tetapi kalau kita tidak sungguh-sungguh menanggalkan kesenangan, tidak bisa. Kita harus sampai berkata, “Aku tidak punya apa-apa lagi, Tuhan. Hanya Engkau yang kumiliki.” Secara de jure, secara legal kita punya rumah, mobil, uang. Tetapi kita menganggap itu tidak bernilai karena sudah tidak menjadi kesenangan.

Kalau kita masih menganggap sesuatu berharga, dan itu signifikan membahagiakan hati dan memberi kesenangan, berarti kita tidak setia kepada Tuhan. Dan itu bahaya untuk kekekalan kita. Setiap kita akan mati dan harus mempertanggungjawabkan apa yang kita lakukan dalam hidup ini. Betapa mengerikan kalau kita pada waktu bangun dari tidur kematian, masuk kekekalan, lalu kita didapati bercela di mata Allah. Maka, mari kita serius berurusan dengan Allah, bukan hanya ke gereja, tetapi kita menghayati keberadaan-Nya setiap saat. Mempertimbangkan perasaan-Nya, apakah yang kita lakukan itu menyenangkan Tuhan atau tidak. Mari perkarakan apa yang Dia rancang dalam hidup kita untuk dipenuhi. Inilah rahasia kehidupan untuk dapat bertumbuh dengan benar.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KESENANGAN-KESENANGAN DUNIA MENGHAMBAT PERTUMBUHAN ROHANI KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 Mei 2023
2023-05-26 09:10:05

1 Tawarikh 26-29
Mazmur 127

Card image
Truth Kids 25 Mei 2023 - S A B A R
2023-05-25 08:24:58


Mazmur 145:8
“TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya.”

Seperti biasa, pulang sekolah Lusi menunggu Pak Anto, sopirnya, di depan sekolah. Tapi hari itu Pak Anto terlambat menjemput Lusi. Biasanya pukul 12.00 WIB Pak Anto sudah tiba di depan sekolah. Tetapi hari ini Lusi menunggu sampai pukul 13.00 WIB. Lusi sudah kesal menunggu. Saat tiba di sekolah, Pak Anto segera menghampiri Lusi. Ia ingin meminta maaf serta menjelaskan penyebab keterlambatannya. Namun, Lusi tidak memberi kesempatan kepada pak Anto. Lusi sudah kesal karena harus lama menunggu.

Sepanjang jalan Lusi tetap saja menggerutu. Ia marah-marah sehingga tak ada kesempatan lagi bagi pak Anto untuk memberi penjelasan. Sesampai di rumah, Lusi berubah gembira karena melihat nenek dan kakeknya ada di rumahnya. Nenek dan kakek mengucapkan terima kasih kepada Pak Anto karena sudah menjemput di bandara dengan tepat waktu. Kalau tidak, mungkin sampai sekarang mereka belum sampai di rumah Lusi. Dengan menundukkan kepala Lusi menghampiri Pak Anto dan meminta maaf.

Sobat Kids, untunglah Tuhan itu tidak seperti manusia yang cepat kesal. Tuhan itu pengasih dan penyayang. Tuhan juga panjang sabar, artinya terus bersikap sabar. Yuk, kita juga belajar memiliki sikap yang panjang sabar.

Di cerita tadi Lusi harus menunggu hingga pukul 13.00. Itu artinya pukul 01.00 siang. Apakah kalian bisa menggambarkan garis jarum panjang dan pendek di gambar jam?

Card image
Truth Junior 25 Mei 2023 - MATA AIR
2023-05-25 08:22:18


Mazmur 145:8
“TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya.”

Sebuah desa mengalami bencana kekeringan. Hewan-hewan liar yang tinggal di hutan sekitar desa tersebut sangat menderita akibat kekeringan yang terjadi. “Aku haus…,” lirih kelinci yang sudah berhari-hari tidak bisa minum. “Air... Aku butuh air...” Tupai yang biasanya bersemangat mencari biji-bijian, terkulai lemas karena kehausan.

Tiba-tiba datanglah seekor rubah dan berteriak, “Ada air! Ayo, cepat kita ke sana!” Para hewan di hutan tersebut merasa kaget mendengar seruan si rubah. “Sudah berhari-hari tidak turun hujan. Dari mana ada air?” Landak bertanya kepada sang rubah. “Titu, si tikus hutan, menemukan mata air di sebelah timur sana!” Sang rubah menjelaskan. Begitu mendengar bahwa ada mata air yang ditemukan, semua hewan bergegas menuju ke lokasi yang diceritakan rubah. Lalu, sejak saat itu, meskipun tidak turun hujan, mereka tidak lagi kehausan karena bisa minum dari mata air tersebut.

Sobat Junior, seperti mata air yang mengalirkan atau mengeluarkan air yang tiada henti, begitu pula kesabaran Allah kepada kita. Tapi ingat, sumur masih bisa kering dan habis airnya, begitupun dengan mata air pegunungan yang bisa saja suatu saat tidak mengalirkan air lagi. Jika kita terus-menerus melawan Tuhan dan tidak mau bertobat, Ia sudah memperingatkan kita bahwa suatu saat kesabaran-Nya bisa tidak ada lagi buat kita. Janganlah kita bermain-main dengan kesabaran Tuhan. Selama kita mau berubah dan bertekad hidup suci, kesabaran-Nya tidak akan berhenti. Tetapi kalau kita tidak mau belajar hidup berkenan, suatu saat kita akan ditolak dan masuk dalam murka Allah.

Card image
Truth Youth 25 Mei 2023 (English Version) - BRING INFLUENCE
2023-05-25 08:20:11


"You are the salt of the earth. But if the salt loses its saltiness, how can it be made salty again? It is no longer good for anything, except to be thrown out and trampled underfoot. You are the light of the world. A town built on a hill cannot be hidden. Neither do people light a lamp and put it under a bowl. Instead they put it on its stand, and it gives light to everyone in the house. In the same way, let your light shine before others, that they may see your good deeds and glorify your Father in heaven." (Matthew 5:13-16)

As children of God, our lives should be felt by everyone. By exhibiting behavior that God desires, we are unknowingly exerting a positive influence on others and glorifying Him. All of this can be achieved if we are aware of our identity in His eyes. We are the salt and light of the world; this is our true identity.

God never said "be salt or be light," but rather stated that we are salt and light. Once we realize our identity, we are already living our lives as salt and light to the world. The terms "salt" and "light" spoken by Jesus have meaning: salt gives flavor and can be compared to how we as humans should provide positive influence to others, while the light of the world refers to our good deeds that should be visible to everyone.

For us young people, the most suitable place to share our saltiness and shine as light is in our social circles. Our friends around us should be grateful for our presence in their lives because we provide positive influence. This can be achieved through simple things such as words, caring, and the way we treat others. Everyone should see Jesus in our lives. We should not be influenced by negative surroundings, resulting in our words and actions causing harm.

The world often deceives young people, making them think that bad behavior is normal during their youth. Speaking rudely, swearing, and prioritizing oneself over others is considered normal for those who do not love the truth of God. As children of God, we should not be influenced by such a lifestyle.

Therefore, let us be people who bring positive influence to our environment, rather than being influenced by it. Our identity before God is the salt and light that should be felt and seen by many. By doing so, we are introducing Jesus to many people and simultaneously glorifying the Father in Heaven.

WHAT TO DO:
Recognize ourselves as salt and light by learning God's Word at all times.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Kings 17-18

Card image
Truth Youth 25 Mei 2023 - MEMBAWA PENGARUH
2023-05-25 08:16:50


“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Matius 5:13-16)

Kehidupan kita sebagai anak-anak Tuhan sudah seharusnya dirasakan oleh setiap orang. Dengan menampilkan perilaku seperti yang Tuhan inginkan, tanpa disadari kita sedang memberi pengaruh yang baik terhadap sesama dan sedang mempermuliakan Dia. Semua ini bisa kita terapkan asal kita menyadari siapa kita di mata-Nya. Kita adalah garam dan terang bagi dunia ini, inilah identitas kita sesungguhnya.

Tuhan tidak pernah berkata “jadilah garam atau jadilah terang”, melainkan Tuhan menyatakan bahwa kita adalah garam dan terang. Jika kita sudah menyadari identitas kita ini, sudah sepatutnya kita menjalani hidup seperti garam dan terang bagi dunia ini. Kata ‘garam dan terang’ yang disampaikan oleh Tuhan Yesus memiliki arti, garam merupakan pemberi rasa, dapat dianalogikan, kita sebagai manusia harus memberi rasa berupa pengaruh yang benar bagi sesama. Kemudian arti terang dunia menunjuk pada; perbuatan kita yang benar itu harus tampak atau terlihat oleh semua orang.

Untuk kita yang masih muda ini, kondisi atau tempat yang paling cocok untuk kita berbagi rasa garam dan menjadi terang adalah di pergaulan. Teman-teman yang ada di sekitar kita harus menjadi orang-orang yang bersyukur akan kehadiran kita di pertemanan, karena kita memberikan pengaruh yang benar. Hal ini bisa dilakukan dengan cara yang sederhana yakni melalui ucapan, kepedulian, serta cara kita memperlakukan mereka. Semua harus melihat Tuhan Yesus dalam kehidupan kita. Jangan malah sebaliknya, kita terpengaruh oleh lingkungan yang buruk dan kita terpapar olehnya. Sehingga tindakan dan ucapan kita membawa keburukan. Dunia banyak membuat anak-anak muda tertipu, mereka menyangka bahwa keadaan buruk merupakan hal yang wajar di usia muda. Dengan bicara kotor, mudah memakai orang, bahwa lebih mementingkan diri sendiri ketimbang orang lain adalah hal wajar bagi mereka yang tidak suka kepada kebenaran Tuhan. Kita sebagai anak-anak Tuhan sungguh tidak boleh terpengaruh oleh cara hidup yang demikian.

Oleh karena itu, jadilah orang yang membawa pengaruh baik bagi lingkungan, bukan malah dipengaruhi oleh lingkungan. Identitas kita di hadapan Tuhan ialah garam dan terang yang harus bisa dirasakan serta dilihat oleh banyak orang. Sebab dengan cara demikianlah kita sedang memperkenalkan Tuhan Yesus bagi banyak orang dan di saat yang bersamaan kita sedang mempermuliakan Bapa di Surga.

WHAT TO DO:
1. Kenali diri sebagai garam dan terang, dengan selalu belajar firman Tuhan setiap waktu.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Raja-raja 17-18

Card image
Renungan Pagi - 25 Mei 2023
2023-05-25 08:14:31


Banyak orang berkata bahwa dia sudah cukup sabar dalam menghadapi suatu masalah, cukup sabar menanti jawaban doa, tetapi dengan satu alasan juga mengatakan bahwa "kesabaran itu ada batasnya." Apakah kita mengerti maksud dari kata sabar itu?

Karena dalam prosesnya sangat tidak mudah untuk bersabar, kita lebih mudah terpancing emosi saat menghadapi suami yang kasar, istri yang bawel, anak-anak yang memberontak, orangtua yang terlalu keras, dan masih banyak lagi hal lainnya, apalagi jika menunggu jawaban doa dari Tuhan, menunggu janji Tuhan digenapi, kita akan menjadi sangat tidak sabar dan suka sekali bertanya di dalam doa-doa kita.

Nabi Habakuk, dalam penantiannya pernah berkata, "Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh."

Jadi menantikan janji Tuhan digenapi dalam hiduppun ada prosesnya. Kita harus melatih diri bagaimana menjadi sabar di dalam segala situasi. Setiap keadaan yang kita hadapi biasanya akan melatih kesabaran. Jadi, jangan menjadi tidak sabar jika sedang dilatih Tuhan dalam setiap persoalan hidup, tetaplah tenang dan melewati semuanya bersama Tuhan.
(Habakuk 2:3)

Card image
Quote Of The Day - 25 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-25 08:10:10


Kesukaan kita adalah ketika kita menyukakan hati Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 25 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-25 08:08:09


Orang tidak mungkin dapat memiliki Tuhan Yesus tanpa Injil, tetapi kalau seseorang memiliki Injil maka otomatis ia memiliki Tuhan Yesus.

Card image
USED BY GOD - 25 Mei 2023 (English Version)
2023-05-25 08:05:40


A person can’t enjoy the peace of God if their character is not as God wants. In other words, it is impossible for a person whose character is damaged to enjoy the peace of God. The more a person’s character is good—by God’s standards—the metabolism of their spiritual life will be better and healthier. So, the process of improvement is genuinely needed. Only then people like this can say, “Whom have I in heaven but you? And earth has nothing I desire besides you. My flesh and my heart may fail, but God is the strength of my heart and my portion forever.”

Physical needs are relative. Our bodies have incredible flexibility. We can eat tempeh, chili shrimp paste, wagyu steak, or just rice with salt, and we can still live. If our body is sick because of a sinful lifestyle, the body can heal itself when we start to change it with a new lifestyle. So, it’s no wonder if the Apostle Paul wrote in the book of Timothy, “But if we have food and clothing, we will be content with that.” it was incredible. So, if our spiritual life metabolism is good, then we understand more and more that what we need in this life is only God.

How can we have the proper spiritual life metabolism? God provides the means, but we must choose. The analogy is if a person is sick, he is treated by a doctor and supervised by a nurse, medicine is provided, and medical procedures are carried out. But if the patient does not follow the doctor’s advice, they will not recover. Have you ever heard of someone who was sick and never got well? Being cooperative is a must.

We are patients, and the Lord Jesus said, “It is not the healthy who need a doctor, but the sick.” We are sick people and need a healer. Jesus is our Physician who heals not only our bodies but also our souls. But we have to be cooperative. The church and the ministry must be an organization of healing for patients who experience mental or spiritual illness. The church is a hospital, not a showroom.

Those who come to church are sick people who must be healed or repaired. God is the Doctor, while the activists and priests are nurses. So how a person’s soul is healed, which eventually becomes beautiful in God’s eyes, depends not only on doctors and nurses but also on each of us individually. So, firstly, we must realize that we are sick and don’t be like the Jews, especially the scribes and Pharisees, who think they are healthy, then do not respect God.

God told them, “It is not the healthy who need a doctor, but the sick.” So, we have to realize we are sick. The metabolism of our spiritual life is not good or not yet good. Many people are aware that they are still worldly and have fleshly desires, but they feel that this awareness is enough. Then it is as if God is not bothered by their situation because they are aware as sinners. The acknowledgment is as if it has become justification; then they live like other human beings as if God allows them or permissible.

Especially for God’s servants, of course, as nurses, we must have an ongoing connection with the Doctor. What should we preach, then how do we unravel them? We must catch God’s frequency so we are always in contact with Him. We should not do things that make our connection with God break but must keep the frequency so that we always hear His voice. So, don’t pray, “Lord, speak to Your people,” only before preaching.

When we live godly, our connection with God will continuously be connected, and we will not be distracted by anything. There must always be such a connection, so don’t let the connection break. When is the link broken? When we have a pleasure that God is not pleased with. So, if we want to be used by God extraordinarily, we must have the courage to deny ourselves and give up all desires He does not wish. We must be more mature spiritually, and one of the characteristics of spiritual maturity is living a holy life and not having worldly pleasures.

If we are used to learning to connect with God, we can feel when we break up. We must give up pleasures that God does not like. A God’s servant must be a means as God’s spokesperson. This is hard because catching God’s voice is not easy, but if we strive, we can experience that God is real. We will have personal experiences that cannot be revealed to others but keep it as a secret of faith.  

IF WE WANT TO BE USED BY GOD EXTRAORDINARILY, WE MUST DARE TO DENY OURSELVES, TAKE OFF ALL DESIRES THAT HE DOES NOT WILL.

Card image
DIPAKAI TUHAN - 25 Mei 2023
2023-05-25 08:02:49


Seseorang tidak akan mungkin menikmati damai sejahtera Allah kalau karakternya tidak seperti yang Allah kehendaki. Dengan kata lain, orang yang karakternya rusak tidak mungkin bisa menikmati damai sejahtera Allah. Jadi, memang perlu proses pembenahan. Semakin seseorang karakternya itu baik—karakter yang baik dalam standar Allah—metabolisme kehidupan rohaninya akan semakin baik, semakin sehat. Orang seperti ini baru bisa berkata, “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.”

Jadi, tidak heran kalau Rasul Paulus menulis dalam kitab Galatia, “Asal ada makanan, pakaian, cukup.” Kebutuhan fisik itu relatif. Kita bisa makan dengan tempe dan sambal terasi, atau makan steak wagyu, atau nasi dengan garam saja. Dan kita tetap bisa hidup. Tubuh kita memiliki fleksibilitas yang luar biasa. Bahkan kalau kita memiliki tubuh yang sakit karena pola hidup yang salah, maka ketika kita mulai mengubah dengan pola hidup yang baru, tubuh bisa menyembuhkan diri sendiri. Itu luar biasa. Jadi, kalau metabolisme hidup rohani kita baik, maka kita makin mengerti bahwa yang kita butuhkan dalam hidup ini hanya Tuhan.

Bagaimana kita bisa memiliki metabolisme kehidupan rohani yang benar? Tuhan menyediakan sarananya, tetapi kita yang harus memilih. Analoginya, kalau orang sakit, ia dirawat dokter, dia diawasi suster, disediakan obat, dan tindakan-tindakan medis. Tetapi kalau si pasien tidak mau menuruti nasihat dokter, maka ia tidak akan sembuh. Harus kooperatif, ada kerjasama. Kooperatif, harus. Pernah Saudara dengar ada seorang yang sakit tidak sembuh-sembuh?

Kita ini pasien, dan Tuhan Yesus berkata, “Bukan orang sehat yang membutuhkan tabib, tetapi orang sakit.” Kita adalah orang sakit, kita butuh tabib. Tuhan Yesus adalah Tabib kita. Bukan hanya menyembuhkan fisik kita, tetapi juga menyembuhkan jiwa kita. Tetapi kita harus kooperatif. Gereja, pelayanan harus merupakan penyelenggaraan penyembuhan atas pasien-pasien yang mengalami sakit jiwa atau rohani. Gereja adalah rumah sakit, bukan showroom.

Yang datang ke gereja adalah orang-orang sakit yang harus dipulihkan atau diperbaiki. Tuhanlah Dokternya. Para aktivis dan pendeta adalah para suster. Jadi bagaimana jiwa seseorang sembuh, yang akhirnya menjadi keindahan di mata Allah, bukan hanya tergantung dokter dan suster, tetapi individu kita masing-masing. Maka, yang pertama, kita harus sadar bahwa kita sakit. Jangan seperti orang-orang Yahudi, khususnya ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, yang merasa dirinya sehat. Lalu tidak menghargai Tuhan.

Maka kepada mereka, Tuhan berkata, “Bukan orang sehat yang membutuhkan tabib atau dokter, tetapi orang sakit.” Jadi kita harus menyadari kita ini sakit. Metabolisme kehidupan rohani kita belum baik atau tidak baik. Banyak orang sadar bahwa dirinya masih duniawi, masih punya keinginan-keinginan daging, namun merasa dengan kesadaran itu cukup. Lalu seakan-akan Tuhan tidak terganggu dengan keadaan tersebut, karena kita sadar sebagai orang berdosa. Pengakuan itu seakan-akan sudah menjadi pembenaran, lalu kita hidup wajar seperti manusia lain, lalu seakan-akan Tuhan mengizinkan; permissible.

Khusus untuk para hamba Tuhan, tentu sebagai suster, kita harus memiliki koneksi yang tiada henti dengan Sang Dokter. Apa yang harus kita khotbahkan, lalu bagaimana mengurai hal-hal tersebut. Kita harus menangkap frekuensi Tuhan. Jadi, kita ini selalu ada dalam koneksi dengan Tuhan, setiap saat. Maka, kita tidak boleh melakukan hal-hal yang membuat koneksi kita putus. Kita harus menemukan frekuensi, sehingga kita selalu mendengar suara Tuhan. Jangan menunggu mau khotbah baru berdoa, “Tuhan, bicaralah kepada umat-Mu.”

Setiap saat harus ada koneksi tersebut. Maka, jangan sampai koneksi itu rusak. Kapan? Yaitu ketika punya kesenangan yang Allah tidak senang. Kalau kita mau dipakai Tuhan dengan luar biasa, kita harus berani menyangkal diri, menanggalkan semua keinginan yang Tuhan tidak kehendaki. Koneksi jangan putus. Kita harus makin dewasa rohani. Salah satu ciri kedewasaan rohani adalah hidup suci, tidak punya kesenangan dunia. Hidup suci, koneksi kita dengan Tuhan akan terus tersambung. Jangan kita ter- distract oleh sesuatu.

Kalau kita sudah biasa belajar memiliki koneksi dengan Tuhan, waktu putus, kita merasakan. Kita harus membuang kesenangan-kesenangan yang Tuhan tidak menyukainya. Maka, hamba Tuhan harus menjadi sarana sebagai jurubicara Tuhan. Memang berat, karena untuk menangkap suara Tuhan, tidak mudah. Kita akan bisa mengalami Allah itu riil, Allah itu nyata. Pengalaman-pengalaman pribadi kita, tidak akan bisa kita ungkapkan kepada orang lain. Tidak bisa. Tetapi kita bisa menyimpannya sebagai rahasia iman.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA MAU DIPAKAI TUHAN DENGAN LUAR BIASA, KITA HARUS BERANI MENYANGKAL DIRI, MENANGGALKAN SEMUA KEINGINAN YANG TUHAN TIDAK KEHENDAKI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 Mei 2023
2023-05-25 05:40:57

Mazmur 131, 138-139 & 143-145

Card image
Truth Kids 24 Mei 2023 - TIDAK MENGINGAT, TIDAK MENGUNGKIT
2023-05-24 10:04:23


Mazmur 103:12
“… sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.”

Siapa di antara Sobat Kids yang tidak pernah melakukan kesalahan? Hmm… rasanya tidak ada, ya. Pasti setiap manusia pernah melakukan kesalahan. Pertanyaan berikutnya, berapa banyak kesalahan yang kalian lakukan setiap hari? Apakah kalian pernah coba menghitungnya? Misalkan saat dibangunkan mama di pagi hari, kalian menangis karena masih mau tidur. Lalu saat makan, kalian tidak mau menghabiskan makanan yang sudah dimasak mama. Setelah bermain, kalian tidak mau merapikan mainan. Saat malam, kalian tidak mau tidur karena masih ingin bermain. Wah, banyak juga, ya, kesalahan yang mungkin kalian lakukan dalam satu hari. Nah, itu baru satu hari. Berapa jumlahnya jika dihitung dalam satu tahun? Jumlahnya pasti akan lebih banyak jika dijumlahkan sesuai dengan umur kalian.

Kita bersyukur memiliki Tuhan yang tidak mengingat-ingat kesalahan manusia. Ayat firman Tuhan hari ini mengumpamakan sejauh timur dari barat, demikian Tuhan menjauhkan pelanggaran kita. Tuhan tidak mengingat kesalahan kita yang sudah berlalu. Ketika Ia mengampuni kesalahan kita, Ia menghapus kesalahan kita juga.

Card image
Truth Junior 24 Mei 2023 - TIDAK MENGINGAT & TIDAK MENGUNGKIT
2023-05-24 10:01:33


Mazmur 103:12
“… sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.”

Sobat Junior, coba deh baca baik-baik ayat firman Tuhan hari ini. Apakah kalian sadar kalau kita sedang diberitahu bahwa Allah tidak mengingat dan tidak mengungkit kesalahan manusia? Kalau menurut firman Tuhan, sejauh timur dari barat, maka seluas itu juga pengampunan Allah kepada kita. Tahukah Sobat Junior, kalau jarak timur dengan barat sungguh sangat jauh sekali?

Wah, bukankah kita semua sangat bersyukur memiliki Allah yang sangat baik seperti ini? Bukan hanya itu saja, loh, Sobat Junior. Ternyata Allah itu tidak akan mengungkit kesalahan kita. Loh, kok bisa? Ya, tentu bisa, dong! Kita memang manusia berdosa, tetapi Tuhan tidak hanya melihat kita berdasarkan kesalahan yang pernah kita lakukan. Tuhan melihat dan mengasihi kita seutuhnya. Ketika Tuhan mengampuni kita, Dia tidak lagi mengungkit-ungkit kesalahan kita. Ia mencintai kita dengan kasih yang kudus, hebat, bukan?

Begitu juga dengan hidup kita. Kita harus bisa memaafkan kesalahan orang lain dengan tulus dan tidak mengingat kesalahan orang lain ataupun mengungkitnya. Tetapi, terkadang kita sangat sulit melupakan kesalahan orang lain atau bahkan mungkin kita akan selalu mengungkit kesalahan orang lain juga. Misalnya, ada teman Sobat Junior yang tidak sengaja merusak barang Sobat Junior. Lalu apa yang akan Sobat Junior lakukan? Apakah Sobat Junior akan memaafkannya dengan berat hati dan bersungut-sungut atau Sobat junior akan memaafkannya dengan tulus dan tidak mau mengingatnya lagi di kemudian hari? Ya, tentunya Sobat Junior harus memaafkan dengan tulus, dong. Setiap orang pasti pernah berbuat salah, termasuk diri kita sendiri.

Card image
Truth Youth 24 Mei 2023 (English Version) - RIVER, SALMON AND LIFE
2023-05-24 09:59:02


"Do not let anyone look down on you because you are young, but set an example for the believers in speech, in conduct, in love, in faith and in purity." (1 Timothy 4:12)

We all know about salmon. Salmon is a type of fish from the Salmonidae family. Salmon are famous for swimming against the strong currents of rivers as part of their reproductive cycle. They swim upstream to reproduce, even risking their lives to pass through bears waiting for them in the middle of the current. The river current and salmon are closely related to life. The river current symbolizes the reality of life, while salmon symbolizes humans. Life is like a river current and salmon. Humans are conditioned to not be able to choose the reality of the world. Humans are only conditioned to respond to the reality of the world, to swim against the current like salmon or follow the current like dead fish. It should be noted that the illustration of dead fish is not entirely correct, but it can provide understanding.

It is unfortunate that many people choose to follow the current. For example, when we are in bad company, we often feel better to just follow the crowd because generally people are afraid of rejection, afraid of being ostracized, and afraid of walking alone. Let us see what the Bible says about this.

In 1 Timothy 4:12, the apostle Paul advises Timothy to be an example in everything so that no one looks down on him because he is young. This advice implies a truth that we should live against the current no matter what the risk. This does not mean that we should separate ourselves from society or live like monks. Rather, we should be like Christ who interacts, eats and drinks with sinners, but does not sin. Swimming against the current means that we become good examples in bad company so that they can witness and even imitate our words and behavior, and most importantly feel the love of Christ in us.

WHAT TO DO:
1. Diligently study God's word and pray
2. Remain faithful in doing good

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Kings 14-16

Card image
Truth Youth 24 Mei 2023 - SUNGAI, SALEM DAN KEHIDUPAN
2023-05-24 09:55:41


"Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Tim. 4:12)

Kita semua pasti tahu salem. Salem atau yang biasanya lebih dikenal dengan sebutan salmon adalah sejenis ikan dari famili Salmonidae. Salem terkenal sebagai ikan yang berenang melawan arus deras sungai sebagai bagian dari siklus seksualitasnya. Mereka berenang menuju hulu sungai untuk bereproduksi dengan melawan arus, bahkan mempertaruhkan nyawa untuk melewati beruang-beruang yang sedang menunggu mereka di tengah arus. Arus sungai dan salem sangat erat kaitannya dengan kehidupan. Arus sungai melambangkan realitas kehidupan, sedangkan salem melambangkan manusia. Hidup ini bagaikan arus sungai dan salem. Manusia dikondisikan untuk tidak dapat memilih realitas dunia. Manusia hanya dikondisikan untuk dapat merespons realitas dunia, melawan arus bak ikan salem atau mengikut arus bak ikan mati. Perlu diketahui bahwa ilustrasi mengenai ikan mati tidak sepenuhnya benar, tetapi dapat memberi pengertian.

Sangat disayangkan bahwa banyak orang lebih memilih mengikut arus. Sebagai contoh, ketika kita berada di dalam pergaulan yang kurang baik, sering kali hal itu membuat kita merasa lebih baik mengikut arus saja sebab pada umumnya orang takut ditolak, takut dikucilkan, dan takut berjalan sendiri. Mari kita lihat apa kata Alkitab mengenai hal ini.

Dalam surat 1 Timotius 4:12, rasul Paulus menasihati Timotius untuk menjadi teladan dalam segala hal sehingga jangan seorang pun menganggapnya rendah sebagai orang muda. Nasihat ini menyiratkan suatu kebenaran bahwa justru kita harus hidup melawan arus apa pun risikonya. Ini bukan berarti kita hidup memisahkan diri dari pergaulan atau hidup membiara. Justru kita harus seperti Kristus yang berinteraksi, makan dan minum bersama dengan orang-orang berdosa, tetapi Ia tidak ikut berbuat dosa. Melawan arus berarti kita menjadi teladan yang baik di dalam pergaulan yang kurang baik sehingga mereka dapat menyaksikan, bahkan meneladani perkataan serta perilaku kita, dan yang terutama merasakan kasih Kristus yang ada pada kita.

WHAT TO DO:
1. Tekun mempelajari firman Tuhan dan berdoa
2. Tetap setia berbuat baik

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Raj. 14—16

Card image
Renungan Pagi - 24 Mei 2023
2023-05-24 09:52:26


Ada banyak orang sering menggunakan jalan pintas untuk segera keluar dari hal-hal yang tidak diinginkannya. Mereka menebak-nebak sesuatu dengan jalan pikirannya sendiri, hingga akhirnya mencari jalan pintas. Contohnya raja Saul yang mengalami ketakutan saat melihat tentara Filistin.

Hingga akhirnya lari mencari pertolongan kepada arwah, "Dan Saul bertanya kepada TUHAN, tetapi TUHAN tidak menjawab dia, baik dengan mimpi, baik dengan Urim, baik dengan perantaraan para nabi."

Lalu berkatalah Saul kepada para pegawainya: "Carilah bagiku seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah; maka aku hendak pergi kepadanya dan meminta petunjuk kepadanya." Para pegawainya menjawab dia: "Di En-Dor ada seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah."

Saat Tuhan sepertinya tidak atau belum menjawab doa-doa kita, seharusnya memeriksa diri sendiri, mengapa sampai terjadi demikian, atau Tuhan sedang meminta kita menunggu dan tetap percaya sampai Tuhan menolong pada waktu-Nya. Jangan mencari jalan pintas kepada kuasa-kuasa lain diluar kuasa Tuhan. Rancangan Tuhan adalah yang terbaik dan sempurna. (1 Samuel 28:6-7)

Card image
Quote Of The Day - 24 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-24 09:45:16


Kesenangan kita adalah ketika kita menyenangkan hati-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 24 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-24 09:42:16


Orang percaya harus mengisi hari-hari hidupnya hanya untuk bertumbuh agar serupa dengan Tuhan Yesus.

Card image
WICKEDNESS VIRUS - 24 Mei 2023 (English Version)
2023-05-24 09:39:59


2 Tim.3:1-5 says, “But mark this: There will be terrible times in the last days. People will be lovers of themselves, lovers of money, boastful, proud, abusive, disobedient to their parents, ungrateful, unholy, without love, unforgiving, slanderous, without self-control, brutal, not lovers of the good, treacherous, rash, conceited, lovers of pleasure rather than lovers of God— having a form of godliness but denying its power. Have nothing to do with such people.”

So, at that time, religion and belief in God still existed, but they denied the essence of worship. It is the same as in our time now, right? So, the question for us today is, are we clean from the virus of loving ourselves, slaves of money, dishonesty, arrogance, slanderers, and so on? Have we examined our lives? We might say, “My life is far from these things.” By label, maybe we don’t feel we have it, especially if we, as clergy or pastors. These labels are negative. We don’t want to have them, such as selfish, slaves of money, slanderer, rebel against their parents, ungrateful, unloving, unwilling to make peace, and so on.

We may be unaware that we are exposed to the virus of this world’s ungodliness if not led by the Holy Spirit. We must prepare ourselves for a world that is constantly moving and changing, just as the Lord Jesus said in Matthew chapter 24, that the world is worsening. And due to the increase in evil, most people’s love has grown cold. We may preach and teach it to others but have we ever asked ourselves, honestly introspected, whether we have a love like the Lord Jesus wants us to have, that is God’s standard love? If not, then we are exposed to this virus: self-love or selfishness, being a slave to money, arrogant, insincere, not wanting to make peace, meaning being unable to forgive people. If we are hurt and want to revenge; we cannot forgive.

We must not think it is naive. Precisely this is the principle, which all of this is made together with one word: love. Let’s correct ourselves honestly and ask the Holy Spirit to enlighten us. Who can realize they are arrogant, not sincere, and have difficulty forgiving people? Let’s go back to the principle in our ministry life; what is the purpose of our ministry? Isn’t the purpose of our church basically to change and return humans to God’s original design?

Ironically, we rarely find people with higher achieving educational degrees who become more spiritual. Spiritual means living in holiness, focusing on the new heavens and earth, and not bound by the world’s beauty. Humble, gentle, willing to sacrifice for others, whatever offered to God without limits. However, we find that the higher the title a person can get, the less spiritual they are. Let’s look at the world being exposed to various viruses of sin and evil, which dragged into eternal darkness. Remember, we must be spiritual servants of God. Do not the higher our title, the more arrogant are we, who can talk but do not radiate the person of Christ.

Consider this: if the Lord Jesus came to earth today, would He be satisfied with our lives? Ministry does not have to preach in the pulpit. If we cannot go to distant islands, our money can carry God’s servants to remote islands, and we invest our eternal stock there. It is they who are our extensions. Welcoming tomorrow, the world’s problems are not just demography. The bigger problem is the increasing number of human crimes, leading people to destruction. But how can we change others if we haven’t changed ourselves? How can students change if the lecturers don’t change?

Whatsoever, a person’s spirituality cannot be hidden. Remember, a spiritual person lives a holy life, focuses on the new heavens and earth, is not bound by the world, is willing to sacrifice anything for God’s work, does not injure his life or others, and can be felt by others. So, it becomes a challenge for all of us to have a perfect spiritual life. Because if we have the thoughts and feelings of Christ, then wherever we are present, we inevitably infect others.  

IF NOT LED BY THE HOLY SPIRIT, WE MAY NOT REALIZE THAT WE ARE EXPOSED TO THE VIRUS OF THIS WORLD'S WICKEDNESS.

Card image
VIRUS KEFASIKAN - 24 Mei 2023
2023-05-24 09:36:56


2 Timotius 3:1-5, “Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orangtua dan tidak tahu berterima kasih, tidak memedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu daripada menuruti Allah. Secara lahiriah, mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakikatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu.”

Jadi pada saat itu, agama masih eksis, keyakinan kepada Tuhan masih ada. Namun mereka memungkiri esensi, inti dari ibadah. Sama seperti keadaan kita sekarang, bukan? Maka, pertanyaan untuk kita hari ini, apakah kita sudah bersih dari virus mencintai diri sendiri, hamba uang, tidak jujur, menyombongkan diri, pemfitnah, dan lainnya? Apakah kita sudah sungguh-sungguh memeriksa hidup kita? Mungkin kita berkata, “Hidup saya jauh dari hal-hal ini.” Secara label, mungkin kita tidak merasa memilikinya. Apalagi jika kita sebagai rohaniwan, sebagai pendeta. Label-label ini adalah label-label yang negatif. Kita tidak mau memiliki label ini. Egois, hamba uang, pemfitnah, berontak terhadap orangtua, tidak tahu berterima kasih, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, dan seterusnya.

Kalau bukan oleh pimpinan Roh Kudus, kita bisa tidak menyadari bahwa kita sebenarnya terpapar oleh virus kefasikan dunia ini. Dan kita harus mempersiapkan diri kita menghadapi dunia yang terus bergerak, terus berubah. Sesuai dengan apa yang dikatakan Tuhan Yesus sendiri dalam Matius 24:12, bahwa dunia semakin jahat. "Dan karena bertambahnya kedurhakaan, kasih kebanyakan orang menjadi dingin." Kita mengkhotbahkannya, kita mengajarkannya kepada orang lain, tetapi pernahkah kita bertanya kepada diri kita sendiri, introspeksi dengan jujur, apakah kita memiliki kasih seperti yang Tuhan Yesus kehendaki kita miliki? Kasih standar Tuhan. Jika tidak, berarti kita terpapar dengan virus ini: cinta diri sendiri atau egois, menjadi hamba uang, ada kesombongan, tidak tulus, tidak mau berdamai, artinya tidak bisa mengampuni orang. Kalau sudah sakit hati, sudah dendam, tidak bisa mengampuni.

Jangan kita anggap itu adalah hal naif. Justru ini yang prinsip, yang semua ini dirangkai dengan satu kata: kasih. Mari kita jujur untuk mengoreksi diri sendiri dan mohon Roh Kudus menerangi kita. Siapa yang sadar kalau dirinya itu sombong? Siapa yang sadar bahwa dirinya tidak tulus? Siapa yang sadar kalau dia sukar mengampuni orang? Mari kita kembali kepada apa yang paling prinsip dalam hidup pelayanan kita, apa tujuan pelayanan kita? Bukankah tujuan pelayanan kita pada dasarnya adalah mengubah, mengembalikan manusia ke rancangan Allah semula?

Ironis, jarang kita menemukan orang yang makin tinggi gelarnya, makin rohani. Rohani artinya orang yang hidup dalam kekudusan, yang fokusnya adalah langit baru bumi baru, dan tidak terikat keindahan dunia. Rendah hati, lemah lembut, rela berkorban untuk orang lain, apa pun ia persembahkan bagi Tuhan tanpa batas. Tetapi kenyataan yang kita temukan, makin tinggi gelarnya, makin tidak rohani. Mari kita melihat dunia yang sedang terpapar oleh berbagai virus dosa dan kejahatan, yang tergiring ke dalam kegelapan abadi. Ingat, kita harus jadi hamba-hamba Tuhan yang rohani. Jangan makin tinggi gelar kita, makin sombong, makin angkuh, makin arogan. Bisa bicara, tetapi tidak memancarkan pribadi Kristus.

Coba renungkan satu hal ini: seandainya Tuhan Yesus datang ke dunia hari ini, puaskah Tuhan dengan hidup kita? Pelayanan tidak harus berkhotbah di mimbar. Kalau kita tidak bisa pergi ke pulau-pulau jauh, uang kita yang bisa membawa hamba-hamba Tuhan ke pulau-pulau yang jauh, dan kita menanam saham kekal di situ. Merekalah, yang menjadi perpanjangan tangan kita. Menyongsong hari esok, masalah dunia bukan hanya demografi. Masalah yang lebih besar adalah kejahatan manusia yang bertambah-tambah, dan membawa orang menuju kebinasaan. Tetapi bagaimana kita bisa mengubah orang lain, kalau kita sendiri belum berubah? Bagaimana mahasiswa bisa berubah, kalau dosen-dosennya tidak berubah?

Bagaimanapun, tidak bisa ditutupi apakah orang itu rohani atau tidak. Ingat, yang rohani adalah orang yang hidup kudus, fokus langit baru bumi baru, tidak terikat dunia, rela berkorban apa pun untuk pekerjaan Tuhan, hidupnya tidak melukai, tidak menyakiti sesama, dan pasti bisa dirasa oleh sesama. Jadi, menjadi tantangan kita semua untuk memiliki kehidupan rohani yang betul-betul baik. Sebab, kalau kita memiliki pikiran dan perasaan Kristus, maka di mana pun kita hadir, kita menulari sesama. Tidak bisa tidak.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU BUKAN OLEH PIMPINAN ROH KUDUS, KITA BISA TIDAK MENYADARI BAHWA KITA SEBENARNYA TERPAPAR OLEH VIRUS KEFASIKAN DUNIA INI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 Mei 2023
2023-05-24 09:33:34

1 Tawarikh 23-25

Card image
Truth Kids 23 Mei 2023 - MEMBERI KESEMPATAN
2023-05-23 09:54:43


2 Petrus 3:15
“Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya.”

Toni adalah anak yang paling iseng di kelasnya. Keisengan yang sudah Toni lakukan sangat banyak. Oleh karena itu teman-teman sekelasnya tidak suka bermain dengan Toni. Tak hanya di sekolah, di rumah pun Toni juga sering iseng terhadap kakaknya. Toni pernah sengaja menyembunyikan sepatu kakaknya yang hendak pergi ke sekolah. Hal ini membuat kakaknya menjadi kesal kepada Toni, namun ia tetap menegur Toni dengan sabar.

Sobat Kids, pernahkah kalian berpikir; apakah kalian termasuk orang yang mengesalkan? Jika ya, berarti saatnya berpikir lagi. Berapa banyak orang yang sabar terhadap kalian? Jika selama ini papa, mama, kakak, adik dan teman-teman sudah sabar, ternyata ada lagi yang paling sabar. Dia adalah Tuhan. Tuhan selalu sabar menghadapi perilaku Sobat Kids yang tidak benar. Kesabaran Tuhan adalah kesempatan bagi Sobat Kids. Kesempatan untuk apa? Kesempatan untuk berubah menjadi seperti yang Tuhan mau. Seperti siapa yang Tuhan mau itu? Pasti seperti Tuhan Yesus sendiri. Jadi berubahlah sekarang sebelum terlambat.

Card image
Truth Junior 23 Mei 2023 - SELALU MEMBERIKAN KESEMPATAN
2023-05-23 09:51:59


2 Petrus 3:15
“Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya.”

Caca adalah murid di kelas 5 SD. Dia mengalami kekecewaan terhadap temannya sendiri karena dituduh mengambil barang orang lain. Padahal, dia tidak pernah melakukannya. Marah? Tentu saja. Caca pun dijauhi oleh teman-teman yang lain. Caca yang biasanya sangat ceria dan ramah berubah menjadi murung dan lebih pendiam. Kemarahan dan kekecewaan Caca makin hari makin bertambah besar, sampai akhirnya membuatnya sulit untuk mengampuni teman-temannya itu.

Suatu hari Caca ikut ibadah Sekolah Minggu di gerejanya. Hari itu Caca belajar tentang memberikan kesempatan kedua. Ternyata, Kakak Sekolah Minggu sedang menceritakan tentang kisah Tuhan Yesus yang memberikan kesempatan kedua kepada Paulus. Paulus dulunya adalah seorang penganiaya orang-orang yang percayakan kepada Kristus, tetapi Tuhan mau memberi kesempatan kedua bagi Paulus untuk berubah menjadi hamba-Nya. Dari cerita tersebut, Caca belajar bahwa dia harus mengampuni teman-temannya. Dan memberi mereka kesempatan kedua, seperti yang dilakukan Tuhan Yesus kepada Paulus. Akhirnya, Caca memutuskan untuk berdoa dan meminta ampun kepada Tuhan atas kesalahannya dan mencoba untuk mengampuni teman-temannya. Keesokan hari, teman Caca mendekatinya dan mengakui kesalahannya. Dengan tulus, Caca mau mengampuni dan memberi kesempatan kedua untuk temannya.

Sobat Junior, dari cerita di atas kita bisa belajar bahwa sering kali kita sangat sulit untuk memberikan kesempatan kedua. Namun, apakah Sobat Junior juga tidak pernah melakukan kesalahan? Pasti pernah, dong. Tidak jarang kita melakukan kesalahan kepada Tuhan, tetapi Tuhan masih memberikan kesempatan kedua kepada kita. Yuk, Sobat Junior belajar untuk selalu memberikan kesempatan kedua kepada orang lain. Sebab, setiap dari kita punya kesempatan untuk memaafkan dan dimaafkan.

Card image
Truth Youth 23 Mei 2023 (English Version) - GOD WILL HELP
2023-05-23 09:49:28


"Make sure that nobody pays back wrong for wrong, but always strive to do what is good for each other and for everyone else." (1 Thessalonians 5:15)

Prayer is the life breath of a believer. This expression is very popular among Christians. All denominations within Christianity teach the importance of prayer. Although prayer is important, the Bible never shows a formula for the right prayer. There are only a few hints about prayer. One of them is when Jesus teaches us to pray Our Father. Our Father prayer is a principle of prayer, not a formula for prayer to be memorized.

Many Christians have not yet or even misinterpreted prayer. For example, they like to pray, hysterically asking God to help them who want to strive for peace and prosperity to others who have not even done it at all. Expecting God's help is good, but expecting it hysterically is wrong, even unscriptural. We must remain faithful to what the Scriptures teach.

It must be understood that the universe and all its contents are always within the embrace of God. God never leaves the universe for a second, let alone us, so it becomes a problem when we ask for God's help hysterically. This is a clear proof that we do not trust Him who always encourages and helps us to strive for peace and prosperity to others.

If we are sincere, God will definitely help, that is beyond doubt. The problem is not with God, but with ourselves, whether we are truly striving for peace and prosperity to others. Precisely when we dare to act, firmly and sincerely, to bring peace and prosperity to others, and are confident that it is His will, God will surely help without us having to beg like a child who is not taken care of by his parents. Remember that when we are truly willing to carry out and fulfill the will of God, He will definitely help us.

WHAT TO DO:
1. Diligently study the word of God
2. Pray and act in faith

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Kings 11-13

Card image
Truth Youth 23 Mei 2023 - TUHAN PASTI TOLONG
2023-05-23 09:46:27


"Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang." (1 Tes. 5:15)

Doa merupakan napas hidup orang percaya. Ungkapan ini sangat populer di lingkungan orang-orang Kristen. Semua aliran di dalam kekristenan mengajarkan pentingnya berdoa. Meskipun doa itu penting, Alkitab tidak pernah memperlihatkan adanya suatu rumusan mengenai doa yang benar. Hanya ada sedikit petunjuk mengenai doa. Salah satunya adalah ketika Tuhan Yesus mengajar kita doa Bapa kami. Adapun doa Bapa kami merupakan prinsip berdoa, bukan suatu rumusan berdoa yang kemudian dihafalkan.

Banyak orang Kristen belum atau bahkan salah dalam memaknai doa. Sebagai contoh, mereka suka berdoa, memohon dengan histeris agar Tuhan menolong dia yang hendak mengusahakan damai sejahtera kepada sesama yang bahkan belum dilakukannya sama sekali. Mengharapkan Tuhan menolong, itu baik, tetapi mengharapkannya dengan histeris itu keliru, bahkan tidak alkitabiah. Kita harus kembali setia pada apa yang diajarkan oleh Kitab Suci.

Perlu dipahami bahwa alam semesta beserta dengan segala isinya senantiasa berada di dalam dekap Tuhan Allah. Tidak pernah sedetik pun Tuhan meninggalkan alam semesta, apalagi kita, sehingga menjadi masalah ketika kita memohon pertolongan Tuhan dengan histeris. Ini merupakan bukti jelas bahwa kita tidak memercayai Dia yang senantiasa mendorong dan menolong kita mengusahakan damai sejahtera kepada sesama.

Kalau kita sungguh-sungguh, Tuhan pasti tolong, itu tidak perlu diragukan. Masalahnya bukan di Tuhan, tetapi di diri kita, apakah kita sungguh-sungguh mengusahakan damai sejahtera kepada sesama Justru ketika kita berani bertindak, dengan tegas dan sungguh-sungguh untuk mendatangkan damai sejahtera kepada sesama, serta penuh keyakinan bahwa itu adalah kehendak-Nya, Tuhan pasti akan menolong tanpa kita perlu memohon-mohon seperti anak yang tidak diurus orang tuanya. Ingatlah bahwa ketika kita sungguh-sungguh mau melaksanakan dan memenuhi kehendak Tuhan, Dia pasti akan menolong kita.

WHAT TO DO:
1. Tekun mempelajari firman Tuhan
2. Berdoalah dan bertindaklah dengan iman

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Raj. 11—13

Card image
Renungan Pagi - 23 Mei 2023
2023-05-23 09:42:30


Jika kita mengandalkan kekuatan sendiri, maka akan mudah kecewa, mudah lemah, mudah putus asa dan mudah menyerah.

Tetapi ketika kita berserah penuh kepada Tuhan, ketika mulai mengandalkan Tuhan, maka badai apapun tidak akan bisa menggoncangkan, sebab sumber kekuatan kita bukanlah manusia, tetapi Tuhan, Dialah gunung batu dan kota perlindungan kita.
(Mazmur 18:2)

Card image
Quote Of The Day - 23 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-23 09:39:16


Kebahagiaan kita adalah ketika kita membahagiakan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 23 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-23 09:36:20


Pikiran kita harus selalu diperbarui. Orang yang pikirannya sesuai dengan Tuhan menandakan ia telah hidup baru dalam Tuhan.

Card image
CAN'T STOP - 23 Mei 2023 (English Version)
2023-05-23 09:34:14


We must give ourselves to be reconciled to God and understand this is not only systematic theology. When people talk about salvation, then make theological formulations and formats that “Jesus died in our place, justifying us,” we feel that we have been justified and reconciled. De jure, it is true that we have been reconciled because Jesus died on the cross, opening our access to the Father but not necessarily de facto. Our bodies can be in church, but if we are still bound by the world’s beauty in our daily lives, we are not ideal children of God. Maybe we do not commit adultery, steal, or kill, but if our hearts are not fully attached to God, we have not been reconciled to Him.

1 Cor.6:19-20 clearly says, “You were bought at a price.” So, we are not our own. 1 Cor.6:17 says, “But whoever is united with the Lord is one with him in spirit.” It’s amazing how God opens His hand to be one spirit with us. And in John 17:21, “Father, just as You are in Me and I am in You. May they also be in Us.” Extraordinary! Then Satan persuaded and said to Christians, “Yes, now you have become children of God, attended church, praised God, and He is pleased with your praise. Then you have to be sure of going to heaven.”

As a result, many Christians agree with the belief that they will go to heaven. That belief should be built from life experience, the journey of living with God, not from theological understandings. Are we sure we will go to heaven if we still steal money from our company or still have blemishes and stains? That’s why we learn to have no sin, even the slightest, no matter how subtle. There must be no sin within us that makes God not only hurt but not even comfortable. We mustn’t commit any sin, not just big sins, but small or simple things, because it makes God uncomfortable.

The standard God wants in our togetherness with Him is like that of Jesus with the Father, and it must not stop. There must be no blank spot area; we must always be connected to God and stimulate it through prayer. Then we take that atmosphere out of the prayer room to our workplaces. We can always be in God’s presence because the Holy Spirit is sealed within us, and He promises to be with us. We must learn and struggle to live God in our lives.

This does not mean God is dead because He lives from everlasting to everlasting and unchanging. What is meant by living God in our lives is how we can express God in our lives and experience encounters and togetherness with Him every moment. When Paul said, “For me to live is Christ and to die is gain,” the implicit message is that he is finished with himself. So, if we are serious about this, we will not touch sin. If we sin even the slightest mistake, we admit and settle it, and the world’s pleasures do not bind us.

We will be able to enjoy God’s presence in all circumstances. Excellent, He is with us. As two people who make love, each wants to enjoy and be enjoyed, and so do we and God. True, He wants us to enjoy Him, and He wants to enjoy us. God’s Word also says that we are the bride of Christ. And when Paul explains the husband and wife relationship, “For this reason, a man will leave his father and mother and be united to his wife, and the two will become one flesh,” then the following sentence, “This is a profound mystery—but I am talking about Christ and the church.”

The relationship is so exclusive that no picture, analogy, or illustration can describe it, except the relationship between husband and wife. It is so exclusive. So, if we build an ideal fellowship with God, significant problems will become light, and we will be solid and firm to face the unclear tomorrow. Facing serious issues experienced today, we believe God will solve them so we can serve Him without interruption.  

OUR TOGETHERNESS WITH GOD MUST NOT STOP.

Card image
TIDAK BOLEH BERHENTI - 23 Mei 2023
2023-05-23 09:31:15


Kita harus memberi diri kita untuk diperdamaikan dengan Allah. Hal itu harus kita mengerti bukan hanya secara sistematis teologis. Ketika orang berbicara mengenai keselamatan, lalu membuat rumusan dan format teologi bahwa “Yesus mati menggantikan kita, membenarkan kita,” maka kita merasa sudah dibenarkan dan sudah diperdamaikan. Secara de jure, adalah benar bahwa kita telah diperdamaikan karena Yesus mati di kayu salib, membuka akses kita datang kepada Bapa. Tetapi secara de facto, belum tentu. Tubuh kita bisa ada di gereja, tetapi kalau dalam menjalani hari-hari kita masih terikat dengan keindahan dunia, maka kita bukan anak-anak Allah yang ideal. Kita mungkin tidak berzina, tidak mencuri, tidak membunuh, tetapi hati kita tidak melekat sepenuhnya kepada Allah, maka berarti kita belum diperdamaikan dengan Allah.

Di dalam 1 Korintus 6:19-20 jelas dikatakan, “Kamu telah dibeli dengan harga yang lunas dibayar.” Maka, kita bukan milik diri kita sendiri. Di 1 Korintus 6:17 dikatakan, “Barangsiapa mengikatkan diri dengan Allah, menjadi satu roh dengan Dia.” Luar biasa, bagaimana Allah membuka tangan untuk bisa satu roh dengan kita. Dan dalam Yohanes 17:21, “Engkau dalam Aku, ya Bapa, Aku dalam Engkau, dan mereka dalam Kita.” Luar biasa! Lalu setan mengelus-elus dan berkata kepada orang Kristen, “Ya, sekarang kamu sudah menjadi anak-anak Allah. Kamu sudah ke gereja. Kamu sudah memuji-muji Tuhan, Tuhan berkenan atas puji-pujian kamu. Maka kamu harus yakin masuk surga.”

Alhasil, banyak orang Kristen setuju dengan keyakinan itu, bahwa dia pasti masuk surga. Mestinya keyakinan itu dibangun dari pengalaman hidup, perjalanan hidup bersama dengan Tuhan, bukan dibangun dari pengertian-pengertian teologi. Kalau di perusahaan kita masih mencuri uang perusahaan, yakin masuk surga? Kalau masih ada cela dan noda dalam diri kita, yakin masuk surga? Makanya kita belajar tidak ada dosa sekecil apa pun, sehalus apa pun. Tidak ada dosa di dalam diri kita yang membuat Tuhan bukan saja terluka, tidak nyaman pun jangan. Bukan harus dosa-dosa besar, namun hal-hal kecil, hal sederhana kalau itu membuat Tuhan tidak nyaman, kita tidak lakukan.

Kebersamaan yang Tuhan kehendaki standarnya adalah kebersamaan Yesus dengan Bapa. Kebersamaan dengan Tuhan adalah kebersamaan yang tidak boleh berhenti. Jadi, tidak ada wilayah blank spot, harus tersambung terus dengan Tuhan. Kita stimulasi, kita rangsang lewat doa. Lalu kita bawa suasana itu keluar dari ruang doa, sementara kita melakukan berbagai pekerjaan. Kita bisa selalu ada di hadirat Tuhan, karena memang Roh Kudus dimeteraikan di dalam diri kita, dan Tuhan berjanji menyertai kita. Kita harus belajar dan berjuang untuk menghidupkan Tuhan di dalam hidup kita.

Ini bukan berarti Tuhan sudah mati. Allah hidup, dari kekal sampai kekal, tidak berubah. Tetapi bagaimana kita bisa menyatakan kehidupan Tuhan di dalam hidup kita, bagaimana kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan dan kebersamaan dengan Tuhan setiap saat. Ketika Paulus mengatakan, “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan,” secara implisit ada pesan di situ bahwa ia sudah selesai dengan dirinya sendiri. Jadi, kalau kita serius akan hal ini, kita pasti tidak akan menyentuh dosa. Kalau kita berdosa sekecil apa pun kesalahan itu, kita akui, kita bereskan. Kita tidak terikat dengan kesenangan-kesenangan dunia.

Kita akan bisa menikmati kehadiran Tuhan dalam segala keadaan. Luar biasa, Dia menyertai kita. Sebagaimana dua orang yang bercinta, masing-masing mau dinikmati dan menikmati, demikian pula kita dengan Tuhan. Benar, Dia ingin kita nikmati dan Dia mau menikmati kita. Firman Tuhan juga mengatakan bahwa kita adalah mempelai Kristus. Dan ketika Paulus menjelaskan mengenai hubungan suami istri, “Maka laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya,” lalu kalimat berikutnya, “Rahasia ini besar, tetapi yang kumaksud adalah hubungan jemaat dengan Kristus.”

Begitu eksklusifnya hubungan itu, tidak ada gambaran, analogi, ilustrasi apa pun yang bisa menggambarkannya, kecuali hubungan suami istri. Begitu eksklusifnya. Maka, percayalah kalau kita membangun persekutuan yang ideal dengan Allah, maka persoalan besar menjadi ringan. Kita akan menjadi kuat dan kokoh menghadapi hari esok yang tidak jelas. Menghadapi persoalan-persoalan berat yang kita alami hari ini. Dan percayalah Tuhan akan menyelesaikannya, dan kita bisa melayani Tuhan tanpa gangguan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEBERSAMAAN DENGAN TUHAN ADALAH KEBERSAMAAN YANG TIDAK BOLEH BERHENTI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 Mei 2023
2023-05-23 09:20:40

Mazmur 108-110

Card image
Truth Kids 22 Mei 2023 - MENGAMPUNI
2023-05-22 10:22:45


Kolose 1:14
“… di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa.”

Sobat Kids, apakah kalian pernah dengar cerita tentang Yusuf dan saudara-saudaranya? Ya, Yusuf sudah dibuang saudara-saudaranya ke sumur, dan dijual menjadi budak di Mesir. Perbuatan saudara-saudara Yusuf itu tidak baik, ya, Sobat Kids. Kalian tahu, walaupun saudara-saudaranya memperlakukan Yusuf dengan jahat, Yusuf tidak pernah benci atau dendam terhadap saudara-saudaranya. Sebaliknya, Yusuf memaafkan saudara-saudaranya. Bahkan Yusuf membantu saudara-saudaranya saat mereka mengalami kesusahan. Bukti Yusuf mengampuni saudara-saudaranya adalah, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi membalas kejahatan dengan kebaikan.

Sobat Kids, salah satu sifat Tuhan yang kita mau pelajari hari ini adalah pengampun. Artinya Tuhan mau mengampuni segala kesalahan manusia. Ia tidak membalas kejahatan atau kesalahan yang kita perbuat. Yuk, Sobat Kids kita belajar memiliki karakter Tuhan yaitu mau mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Karena Tuhan telah mengampuni kita terlebih dahulu.

Card image
Truth Junior 22 Mei 2023 - TUHAN MAHA PENGAMPUN
2023-05-23 16:24:51


Kolose 2:3
“… sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.”

Sobat Junior, sebagai anak-anak Tuhan, kita pasti selalu berdoa setiap hari. Dalam doa, Sobat Junior jangan lupa untuk bersyukur atas berkat dan kasih Tuhan sepanjang hari. Namun, coba, deh, diingat lagi. Sepanjang hari ini, apakah Sobat Junior telah berbuat salah? Baik itu kepada sesama dan juga kepada Tuhan? Maka, di dalam doa, Sobat Junior perlu meminta ampun dari Tuhan Yesus. Kenapa kita harus meminta ampun? Ya, sebab kita adalah umat yang telah ditebus Tuhan dan menjadi milik-Nya. Harusnya kita tidak hidup suka-suka sendiri lagi. Melainkan harus hidup untuk menyenangkan hati Tuhan dan melakukan segala sesuatu seturut kehendak Bapa. Untuk itu, kita harus minta ampun atas setiap kesalahan yang telah kita perbuat.

Tuhan adalah Maha Pengampun. Namun, jangan anggap bahwa pengampunan dari Tuhan Yesus bersifat murahan. Maksudnya merasa bahwa tidak apa-apa jika berbuat dosa karena bisa minta ampun lagi kepada Tuhan. Seharusnya setelah Sobat Junior minta ampun kepada Tuhan Yesus atas suatu kesalahan, janganlah melakukan kesalahan yang sama lagi. Contohnya ada dalam kisah, Tuhan Yesus yang mengampuni perempuan yang berdosa. Tuhan Yesus tidak menghukum perempuan tersebut, tetapi memperingatkan supaya jangan berbuat dosa lagi mulai saat itu. Kenapa Tuhan Yesus Maha Pengampun? Sebab Tuhan Yesus adalah kasih. Karena Dia Maha Pengampun, Sobat Junior juga harus mengampuni seperti Dia. Bukan hanya itu, mulai sekarang Sobat Junior harus lebih serius untuk menghargai pengampunan yang Tuhan Yesus beri dengan cara tidak berbuat dosa lagi.

Card image
Truth Youth 22 Mei 2023 (English Version) - HEALED
2023-05-22 10:14:00


"He himself bore our sins in his body on the cross, so that we might die to sins and live for righteousness; by his wounds you have been healed." (1 Peter 2:24)

Have you ever experienced physical pain? Maybe you fell off your bike or got a paper cut. It hurts, doesn't it? But imagine experiencing intense pain for days, weeks, or even years. That's the reality for some people.

Now, imagine having a cure for that pain. Isn't that amazing? Well, in 1 Peter 2:24, we read about a cure for a different kind of pain - the pain of sin. It says that "He himself bore our sins in his body on the cross, so that we might die to sins and live for righteousness." And then it says, "by his wounds you have been healed."

What does this mean? It means that Jesus took all of our sins when he died on the cross. He suffered and died so that we could be forgiven and freed from sin. And not only that, but his wounds also bring healing to our lives. When we believe in Jesus and ask for forgiveness, he heals our weaknesses and gives us new life.

So if you feel burdened by sin, remember that Jesus has already paid the price. You don't have to carry that burden anymore. And if you feel broken or hurt, know that Jesus can heal you. He is the best medicine for our pain.

Take time today to thank Jesus for what he has done for you. Ask him to heal every area of weakness in your life and give you strength to live for him. Remember, you are loved, forgiven, and healed because of Jesus.

Prayer: Lord Jesus, thank you for taking my sins and healing me. Please help me to live for you and trust every part of my life to you. Amen.

WHAT TO DO:
1. Make a commitment to live for God
2. Don't give up, because Jesus never gives up on us

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Kings 9-10

Card image
Truth Youth 22 Mei 2023 - DISEMBUHKAN
2023-05-22 10:15:24


"Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh." (1 Petrus 2:24)

Pernahkah kalian merasakan sakit fisik?Mungkin kalian jatuh dari sepeda atau teriris kertas. Rasanya sakit, bukan? Namun, bayangkan merasakan sakit yang sangat hebat selama berhari-hari, berminggu-minggu, atau bahkan bertahun-tahun. Itu adalah kenyataan bagi beberapa orang.

Sekarang bayangkan memiliki obat untuk rasa sakit tersebut. Bukankah itu luar biasa? Nah, di 1 Petrus 2:24, kita membaca tentang obat untuk rasa sakit yang berbeda, yaitu rasa sakit karena dosa. Dikatakan bahwa, “Yesus menanggung dosa-dosa kita dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita mati bagi dosa dan hidup bagi kebenaran.” Dan kemudian dikatakan, “oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.”

Apa artinya? Ini berarti bahwa Yesus mengambil semua dosa kita saat Ia mati di kayu salib. Ia menderita dan mati agar kita bisa diampuni dan dibebaskan dari dosa. Dan tidak hanya itu, tetapi luka-luka-Nya juga membawa kesembuhan bagi hidup kita. Ketika kita percaya kepada Yesus dan memohon pengampunan, Ia menyembuhkan kelemahan kita dan memberikan kehidupan yang baru.

Jadi, jika kalian merasa terbebani oleh dosa, ingatlah bahwa Yesus sudah membayar harganya. Kalian tidak perlu lagi membawa beban itu. Dan jika kalian merasa hancur atau terluka, ketahuilah bahwa Yesus bisa menyembuhkan kalian. Dia adalah obat terbaik bagi rasa sakit kita.

Luangkan waktu hari ini untuk berterima kasih kepada Tuhan Yesus untuk apa yang telah Dia lakukan bagi kalian. Mohonlah kepada-Nya agar menyembuhkan setiap area kelemahan dalam hidup kalian dan memberikan kekuatan untuk hidup bagi-Nya. Ingatlah, kalian dikasihi, diampuni, dan disembuhkan karena Yesus.

Doa: Tuhan Yesus, terima kasih telah mengambil dosa-dosaku dan menyembuhkanku. Tolong bantu aku untuk hidup bagi-Mu dan memercayakan setiap bagian hidupku kepada-Mu. Amin.

WHAT TO DO:
1. Bangun komitmen untuk hidup bagi Tuhan
2. Jangan menyerah, karena Tuhan Yesus juga tidak menyerah

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Raja-raja 9-10

Card image
Renungan Pagi - 22 Mei 2023
2023-05-22 09:55:23


Pemazmur menyatakan dalam awal tulisannya di kitab Mazmur, dan dijelaskan bahwa berkat orang benar adalah apa saja yang dikerjakannya berhasil, kalau hari-hari ini kita sedang menghadapi kegagalan, ingat kegagalan bukanlah akhir dari perjalanan iman, kegagalan bukan tanda bahwa hidup kita gagal terus.

Kegagalan harus menjadi pelajaran dalam perjuangan hidup untuk menjadi lebih baik dan maju, karena itu imanilah, Tuhan rancangkan sukses dalam segala bidang, kita harus bangkit dan melangkah maju bersama dengan Tuhan dan hikmat-Nya.
(Mazmur 1:1-3)

Card image
Quote Of The Day - 22 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-22 09:50:06


Martabat kita adalah ketika kita melayani Tuhan dengan mempersembahkan segenap hidup kita kepada-Nya tanpa batas.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 22 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-22 09:48:05


Segala sesuatu yang kita rencanakan atau inginkan tidak boleh terlepas atau terpisah dari rencana agung-Nya yaitu melebarkan Kerajaan-Nya di atas muka bumi ini.

Card image
KEBERSAMAAN DENGAN ALLAH - 22 Mei 2023
2023-05-22 09:44:35


Tidak berlebihan kalau Firman Tuhan mengatakan, “Kuduslah kamu sebab Aku kudus,” artinya kita harus memiliki standar kekudusan seperti Dia. Dan memang sudah standar kalau Alkitab berkata, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” Karena memang target yang harus dicapai itu ber- fellowship dengan Allah dalam kebersamaan. Kebersamaan dengan Allah jangan hanya diukur dengan status sebagai orang Kristen, walaupun rajin datang ke gereja. Setan memang banyak menipu dan menyesatkan banyak orang di sini. Juga jangan mengukur dengan menjadi aktivis gereja, bahkan tidak cukup sekalipun menjadi pendeta.

Sebagaimana hubungan suami istri yang ideal, tidaklah cukup ditandai dengan kebersamaan di ranjang atau di ruang makan. Tetapi kebersamaan itu harus sepanjang waktu, sehati, sepikiran, seperasaan, dan setujuan. Maka, kalau kita ber- fellowship dengan Allah, kita harus memiliki pikiran, perasaan yang memenuhi standar untuk bisa ber- fellowship dengan Allah. Bukan Allah yang menyesuaikan diri terhadap kita, namun kita yang harus menyesuaikan diri terhadap Allah. Maka, kita harus didewasakan, diproses untuk sempurna, memiliki pikiran perasaan Kristus. Dan itulah tujuan penggembalaan, tujuan pelayanan yang sebenarnya.

Paulus pun berkata, “Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu.” Di sepanjang perjalanan sejarah gereja, pasti selalu ada orang-orang yang bisa menjadi teladan, walaupun itu makin sukar ditemukan. Jangan main-main dengan hidup. Kita bukan binatang atau makhluk lain. Kita adalah manusia yang diberi potensi untuk bersekutu dengan Allah. Dan Tuhan memberi kita akses untuk sampai kepada Bapa.

Coba kita merenung dan berpikir mengenai orang-orang yang mengambil keputusan bunuh diri. Betapa bodohnya. Dia pikir semua masalah akan selesai dengan bunuh diri itu, padahal ternyata di balik kubur ada kesadaran kekal. Dan betapa menyesalnya orang yang bunuh diri, ketika kekecewaan yang mendera hidupnya, dia pikir akan lewat namun ternyata itu tidak ada artinya waktu dia meninggal, dan melihat kekekalan. Ada ketakutan dan kengerian kekal, sehingga dia tidak akan sempat lagi berpikir tentang orang-orang yang masih hidup.

Tetapi ada “bunuh diri” yang bermartabat, yang tidak akan kita sesali, yaitu mematikan keinginan-keinginan dosa, mematikan kesenangan-kesenangan dunia. Ketika kita mengikat janji dengan Tuhan, “Aku mau mematikan semua. Aku berjanji hidup suci, Tuhan. Aku berjanji tidak mengingini dunia lagi.” Itu seperti orang bunuh diri. Tetapi, di situlah kita akan menemukan Allah yang hidup. Keuntungan menjadi manusia adalah diberi kemampuan untuk bersekutu dengan Allah; dengan kata lain, kita diberi kesempatan untuk memiliki Allah. Dan itu bisa kita miliki, kalau kita mematikan segala keinginan dosa.

Memiliki persekutuan dengan Allah membuat kita memiliki sukacita, kebahagiaan, kebebasan lebih dari apa yang bisa kita pikirkan dan bayangkan. Memang pada waktu kita mulai belajar untuk mematikan keinginan dosa, nafsu-nafsu yang tidak sesuai kehendak Allah dan kesenangan-kesenangan dunia, kita harus melewati masa penyesuaian yang sangat berat. Tetapi, makin hari pasti makin bisa. Semua yang dibiasakan, itu bisa. Semua yang dilatih, bisa membuat kita ahli. Jadi, jangan membuat waktu kita sia-sia. Ada keuntungan yang nilainya kekal. Namun tentu harus diusahakan, harus dilatih. Karena tidak bisa kita ber- fellowship, bersekutu dengan Allah dengan keadaan kita yang tidak memenuhi standar.

Kita harus bertumbuh dewasa seperti Yesus, supaya kita dimuliakan bersama-sama dengan Yesus. Kita bisa mengenali diri kita lebih baik, kalau kita bertanya kepada Roh Kudus, “Model begini apa layak tidak, dipermuliakan?” Jangan sampai kesempatan untuk bersekutu dengan Allah ini berlalu, jangan kita kehilangan waktu atau kehilangan kesempatan untuk dibarui, diubah, supaya bisa memiliki keadaan yang bersekutu dengan Allah. Sementara setan berusaha untuk menipu banyak orang Kristen, dengan menghembuskan ide seakan-akan Allah itu selalu memiliki toleransi.

Jadi kalau kita ikut Tuhan Yesus harus menderita, itu bukan karena Bapa senang kita ini menderita, bukan. Tetapi karena Bapa ingin kita berubah, maka kita diproses. Bukan mau menyakiti kita. Seperti tangan dokter yang memegang pisau untuk membedah tubuh kita, untuk mengambil tumor yang ada di dalam tubuh kita ini. Jadi, jangan mencurigai Allah. Kita harus mengikat janji dengan Tuhan. Kita tidak mau punya kesenangan dunia lagi, tetapi kita mau bekerja untuk Tuhan. Hidup kita, nyawa kita, darah kita, uang kita; semua yang kita miliki untuk pelayanan bagi Tuhan. Maka, ini puncaknya: di mana pun kita berada, kita dalam keadaan selalu bersekutu dengan Allah. Kita harus selalu menjaga hadirat Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEBERSAMAAN DENGAN ALLAH JANGAN HANYA DIUKUR DENGAN STATUS SEBAGAI ORANG KRISTEN, WALAUPUN RAJIN DATANG KE GEREJA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 Mei 2023
2023-05-22 09:38:51

2 Samuel 24
1 Tawarikh 21-22
Mazmur 30

Card image
Truth Kids 21 Mei 2023 - KASIH YANG MENDIDIK
2023-05-21 09:48:53


Titus 2:12
“Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini.”

Riko menangis minta main handphone kepada mama. Ia mau seperti teman-temannya yang diizinkan makan sambil nonton atau main handphone. Riko pun tidak mau makan kalau ia tidak diberikan handphone saat makan. “Itu bukan hal yang baik, Riko. Saat makan, kamu harus makan sendiri tanpa bermain handphone. Kamu bisa belajar mengunyah dengan benar dan menikmati makanannya. Nanti, ada waktunya kamu boleh bermain handphone. Tetapi tidak sekarang, kamu masih kecil. Namun, saat makan, tetap tidak boleh sambil bermain handphone,” jelas mama kepada Riko.

Perlakuan mama kepada Riko adalah contoh kasih yang mendidik, Sobat Kids. Jika mama mengizinkan Riko bermain handphone sambil makan, itu bukan berarti mama sayang kepada Riko. Itu merupakan kebiasaan buruk. Tentu orangtua mau memberikan yang terbaik untuk anaknya. Dengan kasih karena mau mendidik, orangtua harus mengajarkan kebiasaan baik kepada anaknya.

Demikian juga dengan Tuhan, Sobat Kids. Tuhan mendidik kita supaya kita meninggalkan kebiasaan yang buruk. Tujuannya supaya kita memiliki kebiasaan yang baik. Terkadang saat dididik terasa tidak enak. Tetapi percayalah, Sobat Kids, Tuhan mendidik kita dengan kasih-Nya.

Card image
Truth Junior 21 Mei 2023 - BERUBAH AGAR BERBUAH
2023-05-23 16:23:49


Titus 2:12
“Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini.”

Apakah Sobat Junior tahu alasan kita harus sekolah dan belajar? Hal apa saja yang Sobat Junior rasakan setelah menjalani kegiatan belajar? Apakah ada perubahan? Hal apa saja yang sudah Sobat Junior capai selama menjalani kegiatan belajar? Sobat Junior sadari atau tidak, selama proses pendidikan yang kalian jalani, sudah ada banyak perubahan yang terjadi. Yang awalnya Sobat Junior tidak bisa menghitung dan membaca, sekarang menjadi bisa. Sobat Junior yang tidak mengerti akan sesuatu, menjadi mengerti banyak hal. Dan masih ada banyak lagi.

Setiap proses belajar yang Sobat Junior alami itu disebut sebagai proses pendidikan. Dan perubahan-perubahan yang terjadi merupakan buah dari proses pendidikan. Dalam proses pendidikan, pastinya kita butuh seseorang untuk membantu dan membimbing kita agar tidak melakukan kesalahan. Dan orang yang membimbing kita itu biasanya disebut sebagai guru.

Proses pendidikan yang kita lakukan bukan hanya di sekolah, tetapi di rumah, di gereja, di tempat bermain, dan bisa di mana saja. Kok bisa gitu, ya? Jadi proses pendidikan itu bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Tujuannya agar kita bisa belajar banyak hal dan dapat berbuah dari proses perubahan itu. Contohnya ketika Sobat Junior sedang bermain dan ada teman yang mengganggu, inilah saatnya Sobat Junior belajar untuk mengampuni dan memaafkan perbuatan teman tersebut. Buah dari pengampunan yang dilakukan tadi menjadikan Sobat Junior pribadi penyabar dan pemaaf. Kasih yang Tuhan berikan kepada kita juga berguna untuk mendidik dan menyempurnakan kita.

Card image
Truth Youth 21 Mei 2023 (English Version) - SEEKING GOD’S GUIDANCE
2023-05-21 09:44:39


"Show me your ways, Lord, teach me your paths. Guide me in your truth and teach me, for you are God my Savior, and my hope is in you all day long." (Psalm 25:4-5)

As a young person, you may feel like you already know your life's direction, or you may be unsure which path to take. Whatever your situation, it is essential to always seek God's guidance in all aspects of your life. Psalm 86:11 reminds us to ask God to teach us His ways and give us a sincere heart to fear His name.

When we seek God's guidance, we acknowledge that we need Him and trust that He will lead us in the right direction. We must take time every day to read the Bible and pray, asking God to reveal His will and give us the courage to follow it. When we rely on God's faithfulness and direction, we can be confident that we are heading in the right direction.

Sometimes, making decisions can be difficult, especially when faced with tough choices. When we feel stuck, we can ask God for help. We can ask Him to provide clarity and peace as we make decisions. We can trust that He will guide us in every step of our lives.

As you go about your day, remember to always seek God's guidance in all things. When you do, you will experience His peace and joy, and you will be amazed at how He works in your life. Let us pray together, "Lord, teach us your ways, and give us a sincere heart to fear your name. Guide us in all our decisions and help us trust in your faithfulness. Amen."

WHAT TO DO:
1. Learn to trust and fear God
2. Surrender your life through prayer to God
3. Do not hesitate

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Kings 6-8

Card image
Truth Youth 21 Mei 2023 - MENCARI PETUNJUK TUHAN
2023-05-21 09:41:55


"Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, ya TUHAN, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu; bulatkanlah hatiku untuk takut akan nama-Mu." (Mazmur 86:11)

Sebagai seorang pemuda atau pemudi, mungkin kamu merasa sudah tahu arah hidupmu atau mungkin belum yakin arah mana yang harus diambil. Apa pun situasimu, sangat penting untuk selalu mencari petunjuk Tuhan dalam segala hal dalam hidupmu. Mazmur 86:11 mengingatkan kita untuk meminta kepada Tuhan agar mengajar kita jalan-Nya dan memberi kita hati yang tulus untuk takut akan nama-Nya.

Ketika kita mencari petunjuk Tuhan, kita mengakui bahwa kita membutuhkan Dia dan kita percaya Dia akan memimpin kita ke arah yang benar. Kita harus mengambil waktu setiap hari untuk membaca Alkitab dan berdoa, meminta Tuhan untuk menunjukkan kehendak-Nya dan memberi kita keberanian untuk mengikutinya. Ketika kita mengandalkan kesetiaan dan arahan Tuhan, maka kita dapat yakin bahwa kita sedang menuju ke arah yang benar.

Terkadang, membuat keputusan bisa menjadi sulit, terutama ketika kita dihadapkan dengan pilihan yang sulit. Ketika kita merasa terjebak, kita dapat meminta bantuan Tuhan. Kita bisa meminta Dia untuk memberikan kejelasan dan damai saat kita membuat keputusan. Kita dapat percaya bahwa Dia akan memimpin kita di setiap langkah dalam hidup kita.

Ketika kamu menjalani hari-harimu, ingatlah untuk selalu mencari petunjuk Tuhan dalam segala hal. Ketika kamu melakukannya, kamu akan merasakan damai dan sukacita-Nya, dan kamu akan kagum dengan bagaimana Dia bekerja dalam hidupmu. Marilah kita berdoa bersama-sama: “Ya Tuhan, ajarlah kami jalan-Mu, dan berilah kami hati yang tulus untuk takut akan nama-Mu. Pimpinlah kami dalam semua keputusan kami dan tolonglah kami untuk percaya pada kesetiaan-Mu. Amin.”

WHAT TO DO:
1. Belajar untuk yakin dan takut akan Tuhan
2. Menyerahkan hidup kita melalui doa kepada Tuhan
3. Jangan ragu

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Raja-raja 6-8

Card image
Renungan Pagi - 21 Mei 2023
2023-05-21 09:38:10


Sikap yang harus kita miliki dalam hidup ini adalah sikap selalu bersukacita dan selalu positif dalam masalah apapun, sehingga yang nampak adalah sukacita dan selalu menunjukkan hal-hal yang positif.

Baik dalam perkataan maupun dalam keseharian hidup, apapun yang diperhadapkan kepada kita, kata-kata harus selalu positif, pikiran dan pandangan juga harus selalu positif, inilah yang diperlukan banyak orang.
(Filipi 4:4)

Card image
Quote Of The Day - 21 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-21 09:35:25


Apa yang kita lakukan untuk Bapa Yahweh—dimana kita mempersembahkan hidup berupa pikiran, tenaga, perasaan, uang, harta kita—pasti semua diperhitungkan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 21 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-21 09:32:48


Kesukaran-kesukaran hidup yang terjadi dewasa ini sebenarnya hendak mengajak manusia untuk berpaling kepada Tuhan dan mencari apa yang bernilai abadi.

Card image
AN HONOUR - 21 Mei 2023 (English Version)
2023-05-21 09:29:50


It is an honour for us to be human. Though it may sound philosophical or exaggerated, it is very principled and fundamental, so we should not take this reality lightly but welcome it with the right attitude. Humans are the only creatures that can fellowship with God, their Creator. Unfortunately, the first man, Adam, had put human history in the wrong place, and because of his fall, all humans live under the shadow of death and sin, and they must die. They have deviated and will never become humans as God’s original design.

The Word of God says that God is a living God. He is not the God of the dead but the God of the living (Luke 20:38). He interacts only with live creatures, not with dead ones, so if humans die, they cannot fellowship with Him. Talking about death is often not associated with the existence of the living God. When humans fall into sin, the focus is usually only on their fall into sin, but not related to the humans’ failure to have fellowship with God. They will never be able to fellowship with God if they die.

Being human is an honour because only these creatures are given the ability and existence to fellowship with God. The majesty and glory of God are inconceivable and have existed from everlasting to everlasting. The God who is the Highest is pleased to have fellowship with creatures called humans. Sin has closed the possibility of humans being able to fellowship with God, but praise the Lord; He sent His Only Begotten Son to bring humanity back to life. That is why it is an honour and grace if we could become the chosen people because many people do not have it. And as the chosen people, we have the privilege and grace to fellowship with God again.

We live in an age where Jesus has come and redeemed human sins and is in a territory where the Gospel is preached and destined to have the opportunity to become children of God. People who lived before Jesus did not get a chance to become God’s children who could fellowship with Him as their Father. Those who live in areas where they have never heard the Gospel also do not have grace like us, or those who live in areas where the Gospel is preached but are not determined to be the chosen people or do not have the opportunity to become God’s children.

Being the chosen people does not mean we are surely saved but destined to be God’s children with sanctity standards. It is an incredible, unfathomable great gift that is given to us. We are human descendants of Adam who live under the shadow of death and do not have access to be reunited and fellowship with the Father. However, by the blood of Jesus Christ, we have access to be reconciled to God again. We should not understand naively when the Lord Jesus said, “I am the way, the truth, and the life; no one comes to the Father except through Me.”  Do not understand it superficially or simply that we enter heaven because of Jesus’ sacrifice, but understand that we have access to the Father.

Apart from being an example, Jesus’ life was also a model of a human being who could fellowship with God according to His original plan; “You in Me, I in You, and they in Us.” These “they” are the chosen people who are given access to the Father. So, it is not an exaggeration when the Lord Jesus said, “ In the same way, those of you who do not give up everything you have cannot be my disciples“; “You cannot serve two masters;” “Gather up treasures in heaven, not on earth;” “Seek the things above, not the things on the earth.” It is no exaggeration if the Lord Jesus wants our focus only on God and His Kingdom.

And it’s also no exaggeration when Paul says, “For me to live is Christ, and to die is gain.” Many more verses show that we must go all out, completely, without limits, bottomless, and all-out because that’s what we must do very seriously to achieve fellowship with God from earth to heaven.

BEING HUMAN IS AN HONOUR BECAUSE ONLY THESE CREATURES ARE GIVEN THE ABILITY AND EXISTENCE TO FELLOWSHIP WITH GOD.

Card image
SUATU KEHORMATAN - 21 Mei 2023
2023-05-21 09:27:00


Menjadi manusia itu adalah suatu kehormatan. Kedengarannya filosofis atau dianggap dibesar-besarkan, tetapi ini benar-benar sangat prinsip dan fundamental. Bukan sesuatu yang kita boleh anggap sepele atau remeh. Kita harus menyambutnya dengan sikap yang benar, bahwa menjadi manusia itu suatu kehormatan. Mengapa? Sebab manusia adalah satu-satunya makhluk yang dapat ber- fellowship dengan Allah, Penciptanya. Sayang sekali manusia pertama, Adam, telah meletakkan sejarah hidup manusia yang salah. Karena kejatuhan manusia pertama, membuat semua manusia hidup di bawah bayang-bayang maut, bayang-bayang dosa. Dan manusia harus mati. Dan kalau manusia mati, maka manusia tidak akan pernah menjadi manusia sesuai dengan rancangan Allah. Manusia telah meleset.

Sebab kalau manusia mati, maka manusia tidak akan pernah bisa bersekutu dengan Tuhan. Firman Tuhan mengatakan bahwa Allah adalah Allah yang hidup. Dia bukan Allah orang mati, tetapi Allah orang hidup (Luk. 20:38). Jadi kalau manusia mati, berarti tidak bisa berinteraksi dengan Allah. Allah berinteraksi dengan ciptaan yang hidup, bukan ciptaan yang mati. Bicara mengenai kematian, sering kali tidak dikaitkan dengan keberadaan Allah yang hidup. Biasanya kalau manusia jatuh dalam dosa, fokusnya hanya kejatuhan manusia dalam dosa itu sendiri, tapi tidak dikaitkan dengan kegagalan manusia yang tidak bisa ber- fellowship dengan Allah.

Menjadi manusia adalah suatu kehormatan, sebab hanya makhluk ini yang diberi kemampuan dan keberadaan untuk bisa ber- fellowship dengan Allah. Tak terbayangkan keagungan dan kemuliaan Allah, yang sudah ada dari kekal sampai kekal dengan segala kemuliaan yang Allah miliki. Dan Allah yang Maha Mulia ini berkenan untuk ber- fellowship dengan makhluk yang disebut manusia. Dosa menutup kemungkinan manusia dapat ber- _fellowship_ dengan Allah. Tetapi puji Tuhan, Allah mengutus Putra Tunggal-Nya untuk menghidupkan manusia. Itulah sebabnya, menjadi manusia yang memiliki kehormatan sekaligus anugerah, kalau kita menjadi umat pilihan. Jadi, kita ini memiliki kehormatan sebagai manusia, dan juga anugerah untuk ber- fellowship kembali dengan Allah. Banyak orang tidak memiliki anugerah seperti kita. Kita adalah umat pilihan.

Kalau orang hidup sebelum zaman Yesus, mereka tidak mendapatkan kesempatan menjadi anak-anak Allah yang bisa ber- fellowship dengan Allah sebagai Bapa. Mereka yang hidup di daerah yang tidak pernah mendengar Injil, mereka juga tidak memiliki anugerah seperti kita, atau mereka yang hidup di wilayah di mana Injil diberitakan, tetapi tidak ditentukan menjadi umat pilihan atau tidak mendapat kesempatan untuk menjadi anak-anak Allah, mereka tidak memiliki anugerah. Kita hidup pada zaman di mana Yesus sudah datang dan menebus dosa manusia. Kita ada di wilayah di mana Injil diberitakan, dan kita menjadi umat yang ditentukan untuk mendapat kesempatan untuk menjadi anak Allah.

Ditentukan menjadi umat pilihan, bukan berarti kita ditentukan pasti selamat, tetapi kita ditentukan untuk menjadi anak-anak Allah; ditentukan berstandar kudus. Sungguh tak terkira, tak terbayangkan, tak terduga, betapa hebat anugerah yang diberikan kepada kita. Kita adalah manusia keturunan Adam yang hidup di bawah bayang-bayang maut, yang sebenarnya tidak memiliki akses kepada Bapa untuk dipertemukan kembali dan ber- fellowship, tetapi oleh darah Yesus Kristus, kita mendapat akses kembali diperdamaikan dengan Allah. Jadi, ketika Tuhan Yesus berkata, “Akulah jalan, kebenaran dan hidup, tidak seorangpun sampai kepada Bapa kecuali melalui Aku,” tidak boleh dipahami secara naif. Tidak boleh dipahami secara dangkal, tidak boleh dipahami hanya sekadar kita masuk surga oleh karena pengurbanan Yesus. Tetapi harus dipahami sebagai kita memiliki akses untuk sampai kepada Bapa.

Jadi, kehidupan Yesus selain menjadi teladan, tetapi Dia juga adalah model manusia yang bisa ber- fellowship dengan Allah, sesuai dengan rancangan Allah semula; “Engkau di dalam Aku, Aku di dalam Engkau, dan mereka di dalam Kita.” “Mereka” ini adalah umat pilihan yang diberi akses untuk sampai kepada Bapa. Jadi, tidaklah berlebihan kalau Tuhan Yesus berkata, “Jika engkau tidak melepaskan dirimu dari segala milikmu, kamu tak dapat jadi murid-Ku;” “Kamu tidak dapat mengabdi kepada dua tuan;” “Kumpulkan harta di surga, bukan di bumi;” “Carilah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.” Tidak berlebihan kalau Tuhan Yesus menghendaki agar fokus kita itu hanya Tuhan dan Kerajaan-Nya.

Dan juga tidak berlebihan kalau Paulus mengatakan “Bagiku hidup adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan.” Dan banyak lagi ayat yang menunjukkan bahwa kita harus all out; sepenuhnya, tanpa batas, bottomless; tidak berdasar, habis-habisan. Karena memang demikian yang harus kita lakukan dengan sangat serius untuk mencapai sebuah fellowship dengan Tuhan sejak di bumi ini sampai di surga.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MENJADI MANUSIA ITU KEHORMATAN, SEBAB HANYA MAKHLUK INI YANG DIBERI KEMAMPUAN DAN KEBERADAAN UNTUK BISA BERSEKUTU DENGAN ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 Mei 2023
2023-05-21 09:20:18

Mazmur 95, 97-99

Card image
Truth Kids 20 Mei 2023 - A D I L
2023-05-20 10:14:10


Ulangan 32:4
“Gunung Batu, yang pekerjaan-Nya sempurna, karena segala jalan-Nya adil, Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia.”

Sobat Kids, siapa di antara kalian yang suka main air hujan? Atau apakah ada yang suka dengan panasnya matahari? Sebagian manusia ada yang suka dengan hujan dan sebagian lagi suka dengan panasnya matahari. Sekarang ini kita sudah memasuki musim kemarau. Biasanya hujan tidak turun lagi. Sinar matahari terasa lebih panas. Bumi berputar dan mengelilingi matahari. Ada berapa banyakkah matahari? Ya, benar! Hanya ada satu matahari yang menyinari bumi ini. Satu matahari saja sudah cukup untuk memberikan kehangatan bagi bumi ini.

Tuhan memiliki sifat adil. Adil artinya tidak membeda-bedakan atau tidak berpihak, Sobat Kids. Seperti matahari yang Tuhan berikan secara adil kepada semua manusia yang ada di bumi ini. Dimanapun manusia berada, di benua apapun, Tuhan memberikan matahari bagi kita. Matahari yang akan terbit di pagi hari dan terbenam di sore hari. Tuhan tidak pernah membeda-bedakan. Misalnya, manusia yang tinggal di pulau Jawa saja yang akan mendapatkan matahari, sedangkan yang tinggal di pulau Kalimantan tidak perlu dapat matahari. Tidak seperti itu, ya, Sobat Kids. Ia memberikan yang sama kepada semua umat manusia. Tuhan itu adil.

Card image
Truth Junior 20 Mei 2023 - KEADILAN KASIH TUHAN
2023-05-20 10:10:47


Ulangan 32:4
“Gunung Batu, yang pekerjaan-Nya sempurna, karena segala jalan-Nya adil, Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia.”

Sobat Junior, keadilan kasih Tuhan ada diberbagai hal. Hari ini kita mau belajar tentang sifat Tuhan yang adil dalam hal tidak membeda-bedakan. Apakah kalian dapat menebak apa yang Tuhan berikan untuk semua orang tanpa memandang, apakah dia orang benar atau jahat? Jawabannya antara lain matahari, oksigen, hujan, bulan, dan masih banyak lainnya. Apakah Tuhan membedakan sinar matahari yang Ia berikan antara kepada orang benar dan jahat? Misalnya sinar matahari untuk orang benar tidak terlalu terik sehingga tidak kepanasan. Sedangkan untuk orang jahat, Tuhan akan memberikan matahari yang bersinar sangat terik. Apakah demikian? Tentu tidak, ya, Sobat Junior. Tuhan tidak membeda-bedakan seperti itu. Ia adalah Tuhan yang adil.

Janganlah menjadi iri dengan orang yang tidak mau taat kepada Tuhan, Sobat Junior. Memang mereka mendapatkan hal yang sama dengan kalian yang berjuang untuk taat, tetapi mereka akan tetap mendapatkan akibat dari ketidaktaatan mereka. Dalam segala jalan, Tuhan adil. Tuhan tidak akan pernah curang, Sobat Junior. Ia adalah Tuhan yang adil dan benar. Ayat firman Tuhan hari ini mengajarkan bahwa pekerjaan-Nya sempurna. Walaupun kita merasa tidak adil, tetapi segala jalan-Nya adil. Jangan pernah meragukan sifat Tuhan, ya, Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 20 Mei 2023 (English Version) - LIVE IN CHRIST
2023-05-20 10:08:22


"But if Christ is in you, then even though your body is subject to death because of sin, the Spirit gives life because of righteousness." (Romans 8:10)

Have you ever realized or remembered that we are living in an era where we tend to focus too much on appearance, including physical health because it is visible? However, we also need to take care of our hearts and minds so that we do not get stressed. As believers in God, we not only need to pay attention to our physical health, but we also have a spiritual life that needs to be nurtured.

In Romans 8:10, Paul says that our bodies can die because of sin, but if we have Christ in our hearts, it means that we can still live spiritually. So we have the strength from God to resist temptation and overcome the problems in our lives.

So, how do we take care of our hearts and live with Christ? One way is to read the Bible, pray, and think about God's word every day. We can also go to church, join small groups, or listen to Christian music.

Another way to stay alive with Christ is to live a righteous life. Choose the right path according to God's will, be good to others, and help those who need help. If we live rightly with God, we will feel happy and peaceful.

So, in our daily lives, remember that we live with Christ. We have the power from God to face the challenges and temptations of life. Don't forget to take care of our hearts by reading the Bible and living righteously according to God's will. If we do that, then we will experience a blessed life with God.

WHAT TO DO:
1. Read the Bible
2. Reflect on the goodness of God in any form
3. Be thankful

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Kings 4-5

Card image
Truth Youth 20 Mei 2023 - HIDUP DALAM KRISTUS
2023-05-20 10:00:53


"Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran" (Roma 8:10).

Pernah gak sih kita sadar atau keinget bahwa kita itu ada di zaman di mana kita terlalu memusatkan fokus kita ke penampilan, termasuk kesehatan jasmani karena itu adalah hal yang terlihat. Padahal kita juga harus merawat hati dan pikiran kita biar enggak stres. Kita yang percaya sama Tuhan, tidak cuma fisik saja yang perlu kita perhatikan, tetapi kita juga punya kehidupan rohani yang perlu dirawat.

Di Roma 8:10, Paulus bilang kalau badan kita bisa mati karena dosa, tetapi kalau kita punya Kristus di hati, artinya kita masih bisa hidup secara rohani. Jadi kita punya kekuatan dari Tuhan untuk melawan godaan dan masalah hidup kita.

Jadi, gimana caranya merawat hati kita dan hidup dengan Kristus? Salah satunya adalah dengan baca Alkitab, berdoa, dan pikirkan firman Tuhan setiap hari. Kita juga bisa datang ke gereja, ikut kelompok kecil, atau dengerin lagu Kristen.

Cara lainnya biar tetap hidup bersama Kristus adalah dengan hidup yang benar, caranya: pilih jalan yang benar menurut Tuhan, baik sama orang lain, dan bantu yang butuh pertolongan. Kalau kita hidup benar di hadapan Tuhan, kita bakal merasa senang dan damai.

Jadi, di setiap hari kita, ingatlah kalau kita hidup bersama Kristus. Kita punya kuasa dari Tuhan untuk hadapi masalah dan godaan hidup. Jangan lupa merawat hati kita dengan baca Alkitab dan hidup yang benar menurut Tuhan. Kalau kita begitu, maka kita bakal ngalamin hidup yang penuh berkat dalam Tuhan.

WHAT TO DO:
1. Baca Alkitab
2. Renungkan kebaikan Tuhan dalam bentuk apa pun
3. Bersyukur

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Raja-raja 4-5

Card image
Renungan Pagi - 20 Mei 2023
2023-05-20 09:57:43


Kalau kita hanya rajin beribadah saja, tetapi tidak pernah menjadi pelaku kebenaran Firman Tuhan, maka tidak akan ada perubahan hidup yang berkualitas seperti yang Tuhan inginkan.

Cinta Tuhan itu harus, tetapi jangan berhenti sampai mencintai Tuhan, tetapi tambahkan lagi untuk melibatkan diri dalam pekerjaan Tuhan, artinya layanilah Tuhan melalui kapasitas kita, dimanapun berada, dan hidup harus menjadi saksi yang memperagakan Pribadi Tuhan setiap hari.
(Yakobus 1:22 ; Roma 12:11)

Card image
Quote Of The Day - 20 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-20 09:52:51


Tuhan tidak akan bertakhta dalam kehidupan seseorang yang hatinya masih memberi tempat bagi dunia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 20 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-20 10:04:59


Kenyamanan hidup tidak ditentukan oleh fasilitas duniawi, tetapi suasana jiwa dalam damai sejahtera Tuhan, yang ditinggalkan-Nya bagi kita.

Card image
NOT ENOUGH - 20 Mei 2023 (English Version)
2023-05-20 10:04:32


God often illustrates Himself in the Bible as water. However, how much have we sipped Him? We must believe that God exists and lives. Ironically, not many people are serious about responding to God. If we believe He exists and is omnipresent, we must deal with Him. How much is our attention are we paying to God in our dealings with Him? Let’s examine and judge ourselves; how seriously do we deal with God?

If our maximum ability is represented at 100%, what percentage do we already step in dealing and interacting with Him? Many things take our attention and captivate our hearts. Many things can fascinate our hearts, making our focus on God out of proportion. Check it out; what percentage of us have always paid attention to God? One day, when we come face to face with God and see His majesty and greatness, we realize that it turns out that the 100% that we can offer to Him is not enough. All the offerings of everything we have, even if we can add more and more, are not enough compared with the majesty and glory of God. 

How wretched a person who did not treat God properly and politely during their life. The God who created the heavens and the earth, who has all power, glory, and kingdom, should be everything to us. We do not provide the part we should offer to Him as the Lord Jesus said in Matt.22:37-40, “Love the Lord your God with all your heart and with all your soul and with all your mind.”

The powers of darkness are so cunning and cleverly maneuvering around us. He tries to attract the attention of many Christians to many objects so that their hearts are not entirely set on God and love  Him. The word of God in 1 Cor.16:22 firmly says, “If anyone does not love the Lord, let that person be cursed!” A person who does not love God cannot possibly adore Him. Their mouth may say, “I adore you,” but their heart and life don’t. This is deceptive. All this time, it seemed as if they were still safe, safe, and calm. But once at the court of God, when all circumstances are exposed, and nothing is hidden, it will be seen whether they have genuinely adored Him or not.

The Devil is deceiving. That is why the church liturgy unknowingly often becomes the Devil’s means of misleading the people. With his cunning, the Devil whispers, “The important thing is that you have been to church, worshiped with praise, and made offerings. Don’t worry; you will go to heaven if you die.” But in fact, the actual color of our life exhibited every day is not as our mouth stated. Let’s build fear of God. We can deceive people and act as if we are worshiping God, but actually, we are not worshiping in the true sense.

This happens because we do not give the entire portion, so don’t expect to be able to sip God in abundance because He cannot be sipped by those who do not truly miss and love Him. “Cursed is anyone who does not love God” is a serious verse. How much we can drink from God depends on our response to Him. So the question is, “How much do we love Him?” Question and issue this. Make up our minds to love God so He becomes everything in our lives. Be serious because this is essential in life, and nothing is more moral than this.

God wants us to be okay, but we can’t be well if we don’t love Him. We all want as many blessings as possible, as safe protection as possible, maximum assurance of God’s help, and, when we die, go to heaven. But who is God for us if we do not wholeheartedly love Him? God should feel our love for Him; if we love Him with all our hearts, He will channel His feelings and presence in our lives. God is rich, glorious, and great, but He will not bless the accursed.

We must remember that no one, even Satan, can stop us from loving God, but ourselves are what prevents us from loving Him. Those who do not respect God as they should, make themselves give an improper portion for Him, so they only offer crumbs, not all their whole heart. Loving God doesn’t require money, possessions, education, or anything, but our hearts must be broken first. God has shown us how He loves, cares for, and defends us, so we must also love, care for, and defend Him and understand His weeping and burden on mankind.  

EVEN THOUGH WE GIVE THE OFFERINGS OS ALL WE HAVE, IT IS NOT ENOUGH IF COMPARED WITH THE MAJESTY AND GLORY OF GOD.

Card image
TIDAK CUKUP - 20 Mei 2023
2023-05-20 09:43:44


Dalam Alkitab, Tuhan sering mengilustrasikan diri-Nya sebagai air. Namun, berapa banyak kita telah meneguk Tuhan? Kita harus sungguh-sungguh percaya, karena memang demikian, bahwa Allah itu ada, Dia hidup. Ironis, tidak banyak orang yang serius merespons Tuhan atau menanggapi Tuhan. Kalau kita percaya Allah itu ada dan Maha Hadir, maka konsekuensinya adalah kita harus berurusan dengan Dia. Masalahnya, berapa persen perhatian kita sungguh-sungguh kita tujukan kepada Tuhan dalam berurusan dengan Dia? Mari kita memeriksa diri sendiri, mengintrospeksi diri sendiri, menilai diri sendiri, seberapa serius kita sungguh-sungguh berurusan dengan Tuhan?

Seandainya kemampuan maksimal kita dipresentasikan dengan 100%, berapa persen kita telah memiliki langkah dalam berurusan dan berinteraksi dengan Dia? Ada banyak hal yang menarik perhatian kita, memikat hati. Banyak hal yang bisa mempesona hati kita, yang tentu membuat fokus kita kepada Tuhan tidak pada proporsinya. Coba periksa, berapa persen kita sungguh-sungguh selama ini memberi perhatian kepada Tuhan? Suatu hari ketika kita berhadapan dengan Tuhan, ketika kita melihat keagungan, melihat kebesaran Tuhan, kita baru sadar bahwa ternyata 100% yang bisa kita persembahkan kepada Tuhan, itu pun tidak mencukupi. Agung-Nya dan mulia-Nya Tuhan, tidak cukup disetarakan dengan 100% persembahan dari segala yang kita miliki. Kalau kita bisa menambahkan, kita mau tambahkan.

Betapa celakanya orang yang selama hidup tidak memperlakukan Tuhan secara patut, dan santun. Bagian yang mestinya kita persembahkan kepada-Nya, tidak kita persembahkan. Allah yang menciptakan langit dan bumi adalah Allah yang memiliki segala kuasa, kemuliaan, dan kerajaan. Sehingga mestinya Dia menjadi segalanya bagi kita. Seperti apa yang dikatakan Tuhan Yesus di Matius 22:37-40, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan kekuatan.”

Kuasa kegelapan begitu licik dan cerdik bermanuver di sekitar kita. Ia berusaha untuk menarik perhatian banyak orang Kristen kepada banyak objek, supaya hati mereka tidak sepenuhnya terarah kepada Tuhan; mencintai Tuhan. Padahal, firman Tuhan dalam 1 Korintus 16:22 tegas berkata, “Siapa yang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia.” Seorang yang tidak mengasihi Tuhan, tidak mungkin bisa memuja Dia. Mulutnya bisa saja mengatakan “ku puja, Kau,” namun hatinya dan hidupnya tidak. Itu menipu. Selama ini seakan-akan ia masih dalam keadaan aman, selamat, tenang. Tetapi satu kali, ketika ia ada di pengadilan Tuhan, ketika semua keadaan dibuka dan tidak ada yang tersembunyi, maka akan nampak apakah ia sungguh-sungguh telah memuja Dia atau tidak.

*Itulah sebabnya liturgi gereja tanpa sadar sering menjadi sarana Iblis menyesatkan umat. Dengan liciknya, Iblis membisikkan kepada kita, “Yang penting kamu sudah ke gereja, menyembah dengan pujian, kamu sudah memberi persembahan. Tenanglah, kalau kamu mati, masuk surga.” Iblis menipu. Padahal warna hidup kita yang sesungguhnya yang diperagakan di dalam hidup setiap hari, tidak sesuai dengan pernyataan di mulut. Mari kita membangun kegentaran akan Tuhan. Kita bisa menipu manusia, bisa berakting seakan-akan kita memuja Allah, seakan-akan kita menyembah, tetapi sebenarnya kita tidak memuja, menyembah dalam arti yang benar.

Hal ini karena kita tidak memberikan porsi yang sepenuh. Maka, jangan berharap kita bisa meneguk Tuhan secara berlimpah. Tuhan tidak akan bisa diteguk oleh orang-orang yang tidak sungguh-sungguh merindukan Dia dan mencintai Dia. “Terkutuklah orang yang tidak mengasihi Tuhan,” bukanlah ayat main-main. Seberapa kita bisa meneguk Tuhan, tergantung respons kita terhadap Dia. Maka pertanyaannya adalah, “Seberapa kita mengasihi Dia?” Persoalkan dan perkarakan ini. Bulatkan hati untuk mencintai Tuhan sehingga Tuhan menjadi segalanya di dalam hidup kita. Jangan main-main. Ini hal yang paling prinsip dalam hidup. Tidak ada yang lebih prinsip dari ini.

Tuhan mau keadaan kita baik-baik, sungguh. Tetapi kalau kita tidak mengasihi Tuhan, maka kita tidak bisa berkeadaan baik-baik. Semua kita mau berkat sebanyak-banyaknya, perlindungan seaman-amannya, jaminan pertolongan Tuhan maksimal, dan mati masuk surga, bukan? Tetapi kalau kita tidak sepenuh hati mencintai Tuhan, lalu Tuhan itu kita anggap siapa? Mestinya Tuhan merasakan cinta kasih kita kepada-Nya. Kalau kita mencintai Tuhan dengan segenap hati, Tuhan akan mengalirkan perasaan-Nya, hadirat-Nya di dalam hidup kita. Allah kaya, limpah, mulia, agung, tetapi Dia tidak akan memberkati orang yang terkutuk.

Ingat! Tidak ada orang yang bisa melarang kita untuk mengasihi Tuhan. Setan pun tidak bisa. Tetapi yang melarang kita mencintai Dia adalah diri kita sendiri. Orang yang tidak menghormati Tuhan sebagaimana mestinya, sejatinya, ia membuat dirinya memberikan porsi yang tidak patut bagi Tuhan. Dia hanya memberikan remah-remah, tidak diberikan segenap hatinya. Mengasihi Tuhan tidak membutuhkan uang, harta, pendidikan, atau apa pun. Hati kita dulu yang harus pecah. Tuhan sudah memberikan kita contoh bagaimana Tuhan mencintai, memperhatikan dan membela kita. Sekarang kita harus balik mencintai, memperhatikan, membela Tuhan, dan mengerti tangisan-Nya dan beban-Nya bagi umat manusia.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

AGUNG-NYA DAN MULIA-NYA TUHAN, TIDAK CUKUP DISETARAKAN DENGAN 100% PERSEMBAHAN DARI SEGALA YANG KITA MILIKI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 Mei 2023
2023-05-20 09:39:03

2 Samuel 22-23
Mazmur 57

Card image
Truth Kids 19 Mei 2023 - KASIH YANG KEKAL
2023-05-19 10:17:07


Yeremia 31:3
“Dari jauh Tuhan menampakkan diri kepadanya: Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu.”

Sobat Kids, apakah kalian pernah melihat orang yang suka berbagi kepada orang lain? Contohnya membagikan makanan pada orang-orang yang ada di jalan. Orang yang suka melakukan kebaikan mulai dari hal kecil adalah orang yang mengasihi sesama. Kalau kebiasaan suka memberi dilatih sejak kecil, kita bisa menumbuhkan karakter kasih, loh! Misalnya, saat kita melihat orang lain kesusahan dan butuh pertolongan. Tanpa disuruh untuk menolong, hati kita sudah ingin menolong terlebih dahulu.

Kita sudah terlebih dahulu dikasihi oleh Tuhan Yesus. Maka kita juga harus mengasihi sesama. Kasih yang kekal akan kita temui pada Tuhan Yesus yang mengasihi Allah Bapa. Kasih yang kekal itu maksudnya kasih yang tidak akan pernah habis atau berhenti, Sobat Kids. Dari ayat firman Tuhan hari ini kita belajar bahwa Tuhan mengasihi dengan kasih yang kekal. Kasih-Nya kepada kita tidak akan pernah habis, Sobat Kids. Terima kasih, Tuhan, untuk kasih-Mu yang kekal.

Card image
Truth Junior 19 Mei 2023 - TRUE LOVE
2023-05-19 10:15:04


Yeremia 31:3
“Dari jauh Tuhan menampakkan diri kepadanya: Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu.”

Dapatkah lautan yang dalam diukur oleh manusia Ya, sedalam apa pun lautan di bumi ini, bisa diukur oleh kehebatan alat yang diciptakan oleh manusia. Lalu, apakah luasnya jagat raya bisa diukur atau diketahui? Setidaknya para ilmuwan bisa memperkirakan bahwa di luar angkasa sana ada galaksi-galaksi lain, tidak hanya galaksi Bimasakti di mana bumi berada. Dengan pengetahuan tersebut, manusia terkagum-kagum akan fakta yang mereka temukan. Lalu, apakah semua ini terjadi secara kebetulan? Tentu tidak. Ada Sang Pencipta yang mengadakan semuanya itu.

Kalau ciptaan-Nya saja begitu dahsyat dan luar biasa, apalagi Penciptanya, bukan? Semua yang Ia ciptakan mungkin bisa diukur oleh manusia atau diperkirakan luas, besar, dan dalamnya. Tapi, ada satu hal yang Ia miliki yang tidak bisa kita ukur, yaitu kasih-Nya kepada kita. Karena tidak dapat diukur, maka kasih-Nya tidak akan habis bagi kita. Selalu ada dan selalu tidak terbatas. Wow, begitu menakjubkan, ya!

Hanya kasih Tuhan yang bisa dikatakan sebagai kasih sejati atau true love; kasih yang sesungguhnya. Kasih yang sempurna dan tiada berkesudahan, itulah kasih Tuhan atas kita. Oleh sebab itu, jangan kita sia-siakan kasih yang luar biasa tersebut, ya, Sobat Junior. Maka dari itu, belajarlah mengasihi diri sendiri dan orang lain, kemudian kita belajar mengasihi Tuhan juga. Saat kita mengasihi Tuhan, maka kasih-Nya berbalas dan Tuhan akan disenangkan.

Card image
Truth Youth 19 Mei 2023 (English Version) - TRUSTING GOD
2023-05-19 10:08:30


"For I have always been mindful of your unfailing love and have lived in reliance on your faithfulness." (Psalm 26:3)

We often feel confused and uncertain in life, but we need not worry because we have a faithful and trustworthy God. Psalm 26:3 teaches us that we can always follow God's path and rely on His unfailing love. We can be sure that God is always with us and guiding us through every situation. To follow God's path, let us read His Word every day and deepen our relationship with Him through prayer and service. We also need to surround ourselves with people who build us up and give us positive support in life.

Believing in God does not mean that we will not face difficulties or challenges, but believing in Him gives us strength and confidence to face everything. We can always trust in His unfailing love and follow His path. Moreover, let us deepen our relationship with God through worship and service.

Attending church, joining a small group, and being involved in service can help us broaden our understanding of God and feel the strength He gives us. We can also look at the lives of people around us who live in faith and can be an example to us. They can provide inspiration and guidance in our lives. Remember, life may not always be easy, but by believing in God and following His path, we can have hope and confidence to face everything we encounter. Let us trust in God and let Him guide us through our lives so that we can obtain the happiness and peace that He provides, even for us who are young.

WHAT TO DO:
1. Believe that God is the only source of life
2. Seek a community that helps us grow closer to God
3. Read the Bible every day

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Kings 1-3

Card image
Truth Youth 19 Mei 2022 - TRUSTING GOD
2023-05-19 09:39:42


"Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu." (Mazmur 26:3)

Kita sering kali merasa bingung dan tidak pasti dalam menjalani kehidupan, namun jangan khawatir karena ada Allah yang selalu setia dan dapat dipercayai. Mazmur 26:3 mengajarkan bahwa kita dapat selalu mengikuti jalan Allah dan mengandalkan kasih setia-Nya. Kita dapat yakin bahwa Allah selalu bersama kita dan membimbing kita melalui segala situasi. Untuk mengikuti jalan Allah, mari kita membaca firman-Nya setiap hari dan memperdalam hubungan kita dengan-Nya melalui doa dan pelayanan. Kita juga perlu mengelilingi diri kita dengan orang-orang yang membangun dan memberikan dukungan positif dalam hidup kita.

Percaya pada Allah, tidak berarti kita tidak akan mengalami kesulitan atau tantangan, namun percaya pada-Nya memberikan kita kekuatan dan keyakinan untuk menghadapi segala sesuatu. Kita dapat selalu memercayai kasih setia-Nya dan mengikuti jalan-Nya. Tidak hanya itu, mari kita juga memperdalam hubungan kita dengan Allah melalui ibadah dan pelayanan.

Menghadiri gereja, bergabung dalam kelompok kecil, dan terlibat dalam pelayanan dapat membantu kita memperluas pemahaman kita tentang Allah dan merasakan kekuatan yang diberikan-Nya. Kita juga dapat melihat kehidupan orang-orang di sekitar kita yang hidup dalam iman dan dapat menjadi teladan bagi kita. Mereka dapat memberikan inspirasi dan bimbingan dalam menjalani hidup kita. Ingatlah, hidup ini mungkin tidak selalu mudah, namun dengan percaya pada Allah dan mengikuti jalan-Nya, kita dapat memiliki harapan dan keyakinan untuk menghadapi segala sesuatu yang kita hadapi. Mari percayalah pada Allah dan biarkan Dia membimbing kita di dalam hidup kita, sehingga kita dapat memperoleh kebahagiaan dan kedamaian yang diberikan-Nya, bahkan bagi kita yang masih muda.

WHAT TO DO:
1. Percaya bahwa Allah adalah satu-satunya sumber kehidupan
2. Mencari komunitas yang membantu kita bertumbuh kepada Tuhan
3. Baca Alkitab setiap hari

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Raja-raja 1-3

Card image
Renungan Pagi 19 Mei 2023
2023-05-19 09:06:06


Fokus kita akan sangat menentukan hari depan, kalau fokus kepada manusia dan segala kelemahannya, maka lama kelamaan hati kita akan penuh dengan hal-hal yang jahat, seperti iri hati, menghakimi, selalu penuh dengan kritik dan lain-lain.

Bahkan hidup dalam tekanan demi tekanan, tetapi kalau mau belajar untuk selalu memandang kepada Tuhan, karena memang dalam perlombaan yang diwajibkan, kita perlu melakukannya dengan mata tertuju kepada Tuhan. Jadi apapun perlakuan orang kepada kita, tetaplah fokus melakukan kehendak Tuhan dan menggenapi rencana Tuhan dalam hidup kita.
(Ibrani 12:1-2)

Card image
Quote Of The Day 19 Mei 2023 - (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-19 09:00:57


Orang yang tidak melekat pada Tuhan, pasti tidak cerdas dalam pelayanan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 19 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-19 08:57:03


Tuhan Yesus menyatakan bahwa segala perbuatan baik yang dilakukan bagi orang yang membutuhkan pertolongan adalah perbuatan baik bagi Tuhan sendiri.

Card image
SIPPING GOD - 19 Mei 2023 (English Version)
2023-05-19 08:51:15


The Bible shows that God can be described as water, like in the Old Testament, in the Books of Psalm chapter 42, where God’s Word says, “As the deer pants for streams of water, so my soul pants for you, my God. My soul thirsts for God, for the living God. When can I go and meet with God?” In the New Testament, the Lord Jesus said, “I am the water of life.” This means there must be a reality that we experience in life where we not only come into contact with and experience God but also sip Him so that we can enjoy Him, enjoying God in reality, not in fantasy. Water for deer is not just a supplement but a source of life.

We have to experience this mechanism, not just become knowledge in our mind, then fantasize that we are like deer long for streams of water. We sing and fantasize about religion or God, however, people like this don’t believe in God. Let’s deal with this in life, have a restless feeling described as “thirst.” Thirst indicates physical frustration, and our bodies will be stressed if thirsty. This signals that the body is healthy because if it can’t feel thirsty or like someone who is hungry but doesn’t want to eat until they can’t eat, that’s a sign of sickness. This is a standard body metabolism mechanism where our body is stressed when thirsty. A dehydrated body is healthy and has a good metabolism.

Let’s honestly look at ourselves: do we thirst for God? “My soul thirsts for God, for the living God.” This is not the God only spoken or fantasized about but experienced. If our spiritual life or metabolism is healthy, there will be a signal within us to find ‘water’ that can quench our soul’s thirst. Don’t be like the story of the rich man told by the Lord Jesus in Luke chapter 12. When his wealth increased, he wanted to build an enormous barn to store it, saying, “You have plenty of grain laid up for many years. Take life easy; eat, drink, and be merry.” This is perverted because his soul could never be filled with such items.

The human soul is like a bottomless well, which, though filled with anything, will always lack, and only One can answer the thirst, namely God. Humans are locked in this state. It’s like a car creator who designed a car engine to be filled with gasoline only, not with water. It will be damaged and won’t work if it is filled with water. Our soul cannot be filled with anything because it has been ‘locked’ by the Creator, the Lord of the universe, so all we need is God. If we don’t have a proper thirst right now, may we be aware and start building it.

Many souls have gone astray, marked by a thirst for the visible things the world provides. The powers of darkness always try to lead astray, to show the world’s beauty as a solution to answer the need, the thirst of the human soul, like written in Luke chapter 4, when the Lord Jesus was taken to a high place and shown the glory, the beauty of the world. But, of course, the Lord Jesus did not want to covet the world. Coveting the world is the same as worshiping Satan. Our souls are already damaged, but if we hear this truth, humbly welcome it, and improve ourselves, the Holy Spirit will help us heal our souls.

Then, we will start to have an excellent spiritual life metabolism. Do not let us die but have not sipped God as the water of life because astray. Don’t be like the rich man in Luke 12 who was lost in mind. He thought his soul could be satisfied with riches. When he died in poverty, the Word of God says, “This is how it will be with whoever stores up things for themselves but is not rich toward God.” He doesn’t feel the genuine thirst that God could only give. He does not feel the true and holy craving he should have but drifts away, drowns in a wrong desire, and die.

Sip and enjoying the Lord means consuming His spirit and passion, which become our needs. It also means we get input from God, namely His love, thoughts, and feelings, which make us have the same character as His. The Father’s heart is pleased to have children similar to Himself, not just a picture; have thoughts and feelings as He has, but these components can also give birth and produce desires according to His will. This is God’s purpose in creating humans in His image and likeness.  

SIPPING GOD MEANS GETTING INPUT FROM GOD, NAMELY HIS PASSION, THOUGHTS, AND FEELINGS, WHICH MAKE OUR CHARACTER THE SAME AS GOD'S.

Card image
MENEGUK TUHAN - 19 Mei 2023
2023-05-19 08:47:05


Alkitab menunjukkan bahwa Tuhan itu dapat digambarkan seperti air. Di Perjanjian Lama, di Mazmur 42:2-3, firman Tuhan mengatakan, “seperti rusa yang merindukan sungai yang mengalir, demikianlah jiwaku merindukan Engkau ya, Allah. Jiwaku haus kepada Allah. Kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah.” Di dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus mengemukakan pernyataan, “Akulah air kehidupan.” Ini berarti, harus ada realitas yang kita alami dalam hidup di mana kita bukan saja bersentuhan dengan Allah, mengalami Allah, tapi juga meneguk. Sehingga kita dapat menikmati Dia; menikmati Allah dalam realitas, bukan dalam fantasi. Air bagi rusa itu bukan suplemen, tetapi sumber kehidupan.

Mekanisme ini harus kita alami. Bukan hanya menjadi pengetahuan di dalam pikiran, lalu kita berfantasi bahwa kita ini seperti rusa yang merindukan sungai yang berair. Kita bernyanyi, berfantasi dalam beragama atau berfantasi dalam ber-Tuhan. Dan pada dasarnya, orang yang berfantasi ini tidak ber-Tuhan dengan benar. Mari kita benar-benar memperkarakan hal ini di dalam hidup. Miliki perasaan risau, perasaan galau yang digambarkan di sini dengan kata “haus.” Haus itu menunjukkan kefrustasian fisik. Kalau kita haus, maka tubuh kita akan stres. Sekaligus memberikan signal bahwa tubuh ini tubuh yang sehat. Kalau tubuh tidak dapat merasa haus atau seperti orang tidak lapar, tidak mau makan sampai tidak bisa makan, itu ciri orang sakit. Ini mekanisme metabolisme tubuh yang baik; tubuh kita stres waktu kita haus. Tetapi aspek lainnya, tubuh yang haus itu tubuh yang sehat, punya metabolisme yang baik.

Coba kita jujur melihat diri sendiri, apakah kita memiliki kehausan akan Allah? “Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup,” bukan Allah yang hanya dibicarakan dengan mulut, bukan difantasikan, tapi Allah yang dialami. Maka jika kehidupan atau metabolisme rohani kita sehat, akan ada signal di dalam diri kita untuk menemukan ‘air’ yang dapat memuaskan dahaga jiwa kita. Jangan seperti Lukas 12:13-21, kisah orang kaya yang dikemukakan oleh Tuhan Yesus. Ia melihat hartanya bertambah banyak, dia mau membangun lumbung, gudang lebih besar supaya dia bisa menyimpan harta bendanya, lalu berkata, “hai, jiwaku, ada padamu banyak barang. Senangkan dirimu.” Ini sesat. Jiwanya tidak akan dapat diisi oleh barang-barang seperti itu.

Jiwa manusia itu seperti sumur, yang tidak memiliki dasar. Yang diisi oleh apa pun, akan selalu kurang. Hanya ada satu yang dapat menjawab kehausan jiwa, yaitu Allah. Dan manusia dikunci dengan keadaan ini. Ibarat seorang pencipta mobil yang mendesain mesin mobil itu harus diisi bensin, tidak didesain diisi air. Kalau diisi air, rusak, tidak jalan. Jiwa kita tidak bisa diisi oleh apa pun, sebab telah ‘dikunci’ oleh Sang Khalik oleh Penciptanya, yaitu Tuhan semesta alam, bahwa yang kita butuhkan hanya Tuhan. Kalau sekarang ini belum memiliki kehausan yang pantas atau semestinya, kiranya kita disadarkan, dan mulai membangun kehausan itu.

Banyak jiwa yang sudah sesat, yang ditandai dengan kehausan terhadap sesuatu yang kelihatan, yang dapat disediakan oleh dunia ini. Dan kuasa kegelapan pasti berusaha untuk menyesatkan, menunjukkan keindahan dunia sebagai solusi untuk menjawab kebutuhan, kehausan jiwa manusia. Seperti ketika Tuhan Yesus di Lukas 4:5-8, dibawa ke atas tempat yang tinggi dan ditunjukkan kepada-Nya kemuliaan, keindahan dunia. Tapi tentu Tuhan Yesus tidak mau mengingini dunia. Mengingini dunia sama dengan menyembah Iblis. Kita ini memiliki jiwa yang sudah terlanjur rusak. Tetapi kalau kita mendengar firman kebenaran ini, dan dengan rendah hati kita menyambutnya dan mulai membenahi diri, Roh Kudus pasti akan menolong kita untuk kesembuhan jiwa kita ini.

Maka, kita akan mulai memiliki metabolisme kehidupan rohani yang baik. Jangan sampai ketika kita meninggal dunia, kita belum meneguk Tuhan sebagai air kehidupan, karena disesatkan. Seperti orang kaya di Lukas 12 yang sesat pikirannya, dia pikir jiwanya bisa dipuaskan dengan kekayaan. Lalu di dalam firman Tuhan dikatakan, “Ia mati dalam kemiskinan. Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.” Kehausan yang benar, kehausan yang kudus yang seharusnya dia miliki, tidak dia rasakan. Ia hanyut, dia tenggelam dalam kehausan yang salah. Matilah dia.

Baiklah kita meneguk Tuhan dan menikmati-Nya. Apa itu? Yang diteguk adalah spirit-Nya, gairah-Nya, yang itu menjadi kebutuhan kita. Kita meneguk Tuhan, artinya kita mendapatkan masukan dari Tuhan, yaitu gairah-Nya, pikiran-Nya, perasaan-Nya, yang membuat karakter kita sekarakter dengan Allah. Inilah maksud Allah menciptakan manusia, agar segambar dan serupa dengan Allah. Betapa bahagianya hati Bapa memiliki anak-anak yang serupa dengan diri-Nya. Bukan hanya segambar; memiliki pikiran dan perasaan seperti yang dimiliki Allah. Komponen-komponen ini. Tapi juga komponen-komponen ini bisa melahirkan, memproduksi, membuahkan hasrat-hasrat yang sesuai dengan kehendak-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MENEGUK TUHAN ARTINYA KITA MENDAPATKAN MASUKAN DARI TUHAN, YAITU GAIRAH-NYA, PIKIRAN-NYA, PERASAAN-NYA, YANG MEMBUAT KARAKTER KITA SEKARAKTER DENGAN ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 19 Mei 2023
2023-05-19 08:42:38

Mazmur 5, 38, 41 & 42

Card image
Truth Kids 18 Mei 2023 - KASIH YANG MENYELAMATKAN
2023-05-18 09:04:52


Titus 2:11
“Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata.”

Sobat Kids, kita sudah belajar bahwa Allah itu kudus. Artinya Allah tidak berdosa atau berbuat salah. Sehingga tidak ada orang berdosa yang bisa mendekati Allah di ruang suci. Ketika manusia melanggar perintah Allah maka keadaan manusia itu sudah berdosa. Karenanya manusia tidak bisa dekat kembali dengan Allah. Hal itu membuat Allah sangat sedih. Manusia harus terpisah dari Allah karena dosa.

Tuhan Yesus turun ke bumi untuk menebus dosa-dosa manusia. Karena penebusan-Nya, manusia memiliki kesempatan untuk kembali bersama dengan Allah. Kematian Tuhan Yesus di kayu salib menjadi bukti betapa besarnya cinta Allah Bapa kepada manusia. Allah Bapa memberikan Putra-Nya yang Tunggal, yaitu Tuhan Yesus, untuk menyelamatkan kita semua. Kasih-Nya memberi kehidupan. Kasih-Nya juga memberikan kesempatan bagi manusia untuk menuju Langit Baru Bumi Baru (LB3). Sobat Kids, kita hendak bersyukur karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata (sudah terbukti benar).

Card image
Truth Junior 18 Mei 2023 - USAHA PENYELAMATAN
2023-05-18 09:03:20


Titus 2:11
“Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata.”

Apakah pernah terbersit di benak Sobat Junior, kenapa Tuhan Yesus harus disalib dan mati di kayu salib untuk menebus dosa kita? Kenapa harus dengan kematian Tuhan Yesus dapat menyelamatkan dosa kita? Sobat Junior harus tahu, waktu manusia pertama yaitu Adam melakukan dosa, hukuman yang harus diterima adalah kematian. Kematian yang dimaksud di sini bukan kematian fisik atau langsung meninggal, loh, Sobat Junior. Namun, terpisah dari Allah Bapa dan terbuang di api kekekalan. Iihh… mengerikan sekali, bukan?!

Kasih Allah tidak terbatas untuk manusia. Allah merasa sedih harus melihat manusia terbuang di api kekal. Oleh sebab itu, Tuhan Yesus hadir ke dunia untuk menebus hukuman dosa. Satu-satunya cara yang harus dilakukan untuk menebus hukuman dosa adalah dengan kematian. Untuk itulah, ketika Tuhan Yesus mati di atas kayu salib, semua dosa manusia dari zaman Adam hingga manusia terakhir di akhir zaman nanti, diampuni Bapa. Dan kita mendapatkan kesempatan untuk memiliki kehidupan abadi di surga. Tuhan Yesus mati untuk menebus dosa semua manusia. Orang-orang yang percaya Tuhan Yesus termasuk Sobat Junior memiliki kesempatan untuk menjadi anggota kerajaan di langit baru dan bumi baru. Kasih-Nya memberi kehidupan dan kesempatan bagi semua manusia, Sobat Junior. Itu adalah sifat Tuhan yang kita pelajari hari ini.

Card image
Truth Youth 18 Mei 2023 (English Version) - HUGGING GOD’S TRUTH
2023-05-18 09:01:03


"But speaking the truth in love, we are to grow up in all aspects into Him who is the head, even Christ." (Ephesians 4:15)

As young people, the desire to always seek connection with people who share the same interests and values will grow stronger. We may have family, friends, classmates, and even online communities that we follow. Although each community has unique dynamics, as Christians, we are called to embrace the truth of God as we grow together in community.

In Ephesians 4:15, Paul reminds us to "speak the truth in love" so that we may "grow up in all aspects into Him who is the head, even Christ." This verse emphasizes the importance of speaking the truth in love, not only for our personal growth but also for the growth of the entire community. Of course, this needs to be accompanied by a desire to grow by embracing the truth of God.

When we embrace the truth of God, we also become more aware of our role in the community. We are called to be a positive influence, to encourage and strengthen one another, especially in using our gifts and talents to serve others. Remember, in Proverbs it is also said that humans sharpen one another. Therefore, our role in a community will definitely have an impact, whether negative or positive.

Let us strive to grow together in community as we embrace the truth of God, and let our love for one another reflect the love of Christ. Let us use our time in community to build each other up, grow in faith, and make an impact on the world for the glory of God.

WHAT TO DO:
1. Bring God into every community activity
2. Don't be ashamed to pray or pray for friends in the community

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Kings 21-22

Card image
Truth Youth 18 Mei 2023 - MERANGKUL KEBENARAN ALLAH
2023-05-18 08:58:49


”Tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.” (Efesus 4:15)

Sebagai anak-anak muda, keinginan untuk selalu mencari koneksi dengan orang-orang yang memiliki minat dan nilai yang sama akan semakin besar. Kita mungkin memiliki keluarga, teman, teman sekelas, dan bahkan komunitas online yang kita ikuti. Meskipun setiap komunitas memiliki dinamika yang unik, sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk merangkul kebenaran Allah saat kita tumbuh bersama dalam komunitas.

Dalam Efesus 4:15, Paulus mengingatkan kita untuk “berbicara dengan jujur dalam kasih” agar kita dapat “bertumbuh dalam segala hal menjadi Dia yang Kepala, yaitu Kristus.” Ayat ini menekankan pentingnya berbicara dengan jujur dalam kasih, tidak hanya untuk pertumbuhan pribadi kita tetapi juga untuk pertumbuhan seluruh komunitas. Tentu hal ini perlu dibarengi dengan kerinduan untuk bertumbuh dengan cara merangkul kebenaran Allah.

Saat kita merangkul kebenaran Allah, maka kita juga menjadi lebih sadar akan peran kita dalam komunitas. Kita dipanggil untuk menjadi pengaruh positif, untuk mendorong dan menguatkan satu sama lain, khususnya agar dapat menggunakan karunia dan bakat kita untuk melayani sesama. Ingat, di dalam Amsal juga dikatakan bahwa manusia menajamkan sesamanya. Karenanya, sedikit banyak peran kita dalam satu komunitas pasti akan memberikan dampak, baik itu negatif maupun positif.

Marilah kita berjuang untuk tumbuh bersama dalam komunitas.

WHAT TO DO:
1.Membawa Tuhan dalam setiap kegiatan berkomunitas
2.Jangan malu untuk mengajak doa atau mendoakan teman-teman di komunitas

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Raja-Raja 21-22

Card image
Renungan Pagi - 18 Mei 2023
2023-05-18 08:56:50


Setiap orang bisa saja menjanjikan sesuatu, tetapi janji manusia bisa gagal, bisa berubah, dan bisa diingkari. Tetapi ketika Tuhan berjanji, Dia tidak akan pernah mengingkarinya, dan tidak akan pernah gagal, sebab Tuhan tidak pernah berdusta.

Sebaik-baiknya manusia, dia bisa berubah dan berdusta, tetapi Allah yang kita sembah adalah Allah yang selalu menepati janji-janji-Nya, termasuk janji-Nya akan datang kembali untuk menjemput dan membawa kita ke tempat DIA berada. Namun diperlukan perjuangan segenap hidup agar kita mendapat bagian dalam janji-Nya.
(Bilangan 23:19 ; Titus 1:2-3)

Card image
Quote Of The Day - 18 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-18 08:53:42


Tidaklah salah meyakini sesuatu akan dapat dicapai atau terkabul, asal keyakinan tersebut berasal dari “kehendak-Nya.”

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 18 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-18 08:51:04


Kalau Firman Tuhan mengatakan kecaplah berarti ada sesuatu yang kita rasakan, baik di dalam tubuh, jiwa dan roh kita.

Card image
RENEWING HEART - 18 Mei 2023 (English Version)
2023-05-18 08:49:40


We must renew and update our surrender, commitment, resolve, promises, vows, and love to God every day, and this must be done because many things can make our hearts stray or distracted. The powers of darkness maneuver daily and try to pull us out of God’s presence, plan, and will. So, it is a necessity or an absolute obligation to face God to update our heart’s attitudes toward Him, and we must renew our surrender, commitment, and determination to Him.

The Holy Spirit must lead us. He must help, assist, and correct us when things become unstable and there are deviations or inaccuracies in our hearts. Those who constantly renew their attitude towards God is a person who is serious about Him. So, not only once a week do we sing “I give my body, soul, and spirit,” but on other days disappear, and then sing again on the following Sunday, “Lord, take my life in honour of You,” but, on another day, we return to live for self-pleasure.

If we update our commitment to God every day, we will immediately realize and fix if there are irregularities, inaccuracies, disloyalty, stubbornness, or lack of integrity to submit to Him. If we keep improving ourselves, we will be more perfect and solid so that our love for God becomes whole. Our determination to live only to be God’s favourite is getting stronger. The sanctity of our lives is getting stronger, more solid, and consistent, and finally, we achieve a life that is truly pleasing to God.

Unwittingly, deviations often occur because sinful nature still exists within us. Paul acknowledged that “Although I want to do good, evil is right there with me.” (Rom. 7:21). So, Paul said, “So then, I myself in my mind am a slave to God’s law, but in my sinful nature d a slave to the law of sin.” (Rom. 7:26). The meaning of the verse is: “I continue to be determined to do what God wills, while I am still in the sinful nature.”

There is no other way to destroy our sinful nature than perseverance because it has daily renewal. We don’t give our old self or flesh a chance to grow and live again, let alone reign within us. So, those who love God and have struggled to live in holiness must have felt how our old self still insists on being satisfied. Our ambitions, feelings of not wanting to give in, being offended or repaying evil for evil, veiled hatred, unforgiveness—all those things want to grow again.

However, if we constantly renew our attitude, then if there is this wrong heart attitude, we can immediately turn it off, throw it away, and crucify it. The crucifixion of the flesh can happen every day if we are genuinely willing to renew our heart attitude at any time. That is why repentance is not enough if only once, but must be repeated. Whenever we are wrong and realize the mistake, we admit it and ask for forgiveness from God and change. It is not only the visible actions but also the attitudes of the heart, the ways of thinking which are invisible but move life. All of them must be corrected, and updated every day.

Whether the lay congregation, activists, pastors or feel the great pastor or whoever, none of us is significant; only God is great. We are grateful that God made us aware of this. No matter how great we are, we must continue to change. Moreover, in reality, we are not great. Do not be arrogant, whoever we are! We, need to be renewed every day and let’s humble ourselves to ask for His restoration and renewal daily so that the Father is pleased with our lives.

That’s why God’s Word says, “Give us today our daily bread.” Today! Not this week, this month, let alone this year. Every day we have to face God and deal with Him endlessly, and He accepts us. Do repent while God still gives us a chance. We will be very sorry if we waste this opportunity.  

DAILY FLESH CRUCIFIXION CAN OCCUR IF WE ARE GENUINELY WILLING TO RENEW OUR HEART ATTITUDE AT ANY TIME.

Card image
MEMPERBARUI HATI - 18 Mei 2023
2023-05-18 08:46:46


Ada satu hal yang harus kita lakukan setiap hari, yaitu memperbarui hati kita atau kita meng- update penyerahan kita kepada Tuhan, komitmen-komitmen kita, tekad kita, janji-janji kita kepada Tuhan, nazar-nazar kita kepada Tuhan, cinta kita kepada Tuhan. Itu harus kita lakukan setiap hari. Sebab banyak hal yang bisa membuat hati kita menyimpang atau men- distract hati kita. Kuasa kegelapan setiap hari bermanuver dan berusaha menarik kita untuk keluar dari hadirat Tuhan, keluar dari rencana Tuhan, keluar dari kehendak Tuhan. Jadi, setiap hari ada satu keharusan, kewajiban mutlak, yaitu kita menghadap Tuhan seperti yang kita lakukan setiap hari untuk meng- update sikap hati kita terhadap Tuhan. Kita harus memperbarui penyerahan kita, komitmen-komitmen kita, tekad kita kepada Tuhan.

Roh Kudus pasti membantu, menolong, dan mengoreksi kita. Ada hal-hal yang mulai tidak teguh, tidak kokoh dalam hati kita, ada penyimpangan-penyimpangan, ketidaktepatan di dalam hati kita. Roh Kudus pasti memimpin kita. Orang yang selalu memperbarui sikap hatinya kepada Tuhan adalah orang yang serius dengan Tuhan. Jadi, bukan hanya satu minggu sekali kita menyanyi "Kuserahkan tubuh nyawaku, roh jiwaku," tetapi hari yang lain dia tarik kembali. Hari Minggu mengatakan, "Tuhan ambil hidupku guna hormat bagi-Mu," hari yang lain kita tarik kembali hidup kita untuk kesenangan kita sendiri.

Kalau setiap hari kita meng- update komitmen kita kepada Tuhan, maka jika ada penyimpangan, ketidaktepatan, ketidaksetiaan, ketidakteguhan hati, kurangnya integritas untuk submit (tunduk) kepada Tuhan, maka akan segera kita sadari dan kita perbaiki. Perbaikan demi perbaikan tersebut akan membuat kita menjadi lebih sempurna, lebih kokoh, sehingga cinta kita kepada Tuhan menjadi kokoh. Tekad kita untuk hidup hanya bagi kesukaan Tuhan makin kokoh. Kesucian hidup kita makin mantap, kokoh, makin konsisten dan akhirnya kita mencapai kehidupan yang benar-benar berkenan kepada Tuhan.

Sering tanpa kita sadari terjadi penyimpangan karena kodrat dosa yang masih ada di dalam diri kita. Paulus mengakui itu, "Aku tahu apa yang baik, tetapi yang jahat kulakukan" (Rm. 7:21). Sehingga Paulus mengatakan, "Dengan akal budiku aku melayani hukum Tuhan, tetapi dengan tubuh insaniku, aku melayani hukum dosa" (Rm. 7:26). Sebenarnya maksud ayat itu adalah: "Aku terus bertekad untuk melakukan apa yang Allah kehendaki, sementara aku masih ada di dalam kodrat dosa.”

Tidak ada cara lain untuk mematikan kodrat dosa kita selain ketekunan. Dan di dalam ketekunan itu ada pembaruan setiap hari. Kita tidak memberi kesempatan manusia lama kita, kedagingan kita untuk tumbuh dan hidup kembali, apalagi berkuasa di dalam diri kita. Maka, bagi kita yang betul-betul mencintai Tuhan dan telah bergumul untuk hidup dalam kekudusan, pasti merasakan bagaimana manusia lama kita ini masih terus mendesak untuk dipuaskan—ambisi-ambisi pribadi, perasaan tidak mau mengalah, perasaan tersinggung, perasaan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan, kebencian yang terpendam, sikap tidak mau mengampuni—semua itu mau tumbuh kembali.

Namun, kalau kita selalu memperbarui sikap kita, maka jika ada sikap hati yang salah tersebut, kita dapat langsung matikan, buang, salibkan. Penyaliban daging setiap hari bisa terjadi atau berlangsung kalau kita sungguh-sungguh bersedia memperbarui sikap hati kita setiap saat. Itulah sebabnya pertobatan tidak cukup satu kali, tetapi harus berulang-ulang. Setiap kali kita salah, kita menyadari kesalahan itu, kita mengakui kesalahan itu dan kita minta ampun dan berubah. Bukan hanya perbuatan-perbuatan yang kelihatan, namun juga sikap hati yang tidak kelihatan, cara berpikir yang tidak kelihatan tetapi yang menggerakkan kehidupan. Itu yang harus dikoreksi, diperbarui terus setiap hari.

Kita bersyukur kalau kita disadarkan Tuhan akan hal ini. Sehebat apa pun kita, kita harus terus berubah. Apalagi kenyataannya, kita memang tidak hebat. Jangan sombong! Kita perlu diperbarui setiap hari; siapa pun kita. Apakah jemaat awam, aktivis, pendeta atau merasa pendeta besar atau siapa pun; tidak ada yang besar di antara kita, hanya Tuhan yang besar. Mari kita merendahkan diri untuk meminta pemulihan-Nya, pembaruan setiap hari agar Bapa berkenan atas hidup kita.

Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan, "Berikanlah kami makanan kami pada hari ini," pada hari ini! Bukan minggu ini, bulan ini, apalagi tahun ini. Setiap hari kita harus menghadap Tuhan dan berurusan dengan Tuhan tiada henti dan Tuhan menerima kita. Kita akan sangat menyesal kalau menyia-nyiakan kesempatan ini. Selagi Tuhan masih memberi kesempatan, lakukanlah pertobatan yang sungguh-sungguh!

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono PENYALIBAN DAGING SETIAP HARI BISA TERJADI ATAU BERLANGSUNG KALAU KITA SUNGGUH-SUNGGUH BERSEDIA MEMPERBARUI SIKAP HATI KITA SETIAP SAAT.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 18 Mei 2023
2023-05-18 08:44:51

2 Samuel 19-21

Card image
Truth Kids 17 Mei 2023 - TAK TERBATAS
2023-05-17 09:44:41


Mazmur 103:11 ”… tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia;”

“Papa, jarak bumi ke langit itu jauh, ya?” tanya Deven. “Jarak bumi dengan langit sangat jauh, Dev,” jawab papa. “Tapi manusia bisa ke sana, ya?” “Iya, benar. Manusia bisa menggunakan pesawat luar angkasa. Manusia bisa terbang hingga ke bulan.”

Sobat Kids, kasih Allah kepada manusia sangat panjang. Seperti jarak langit dan bumi yang sangat jauh. Bahkan kasih-Nya tidak akan pernah habis. Artinya kasih setia Allah selalu tersedia untuk manusia. Tidak terbatas. Selalu ada; selalu baru setiap pagi.

Ayat firman Tuhan hari ini menjelaskan kasih setia Tuhan itu diumpamakan setinggi langit di atas bumi. Eits, bukan berarti kita bisa hidup suka-suka sendiri, ya, Sobat Kids. Atau boleh hidup di dalam dosa karena kasih setia Tuhan tidak terbatas. Lebih lanjut ayat hari ini menjelaskan bahwa kasih setia-Nya berlaku atas orang-orang yang takut akan Dia. Nah, apakah kita takut kepada Tuhan? Yuk, Sobat Kids, kita rajin berdoa dan membaca Firman Tuhan setiap hari. Sehingga kita bisa merasakan kasih setia Tuhan dalam hidup ini.

Card image
Truth Junior 17 Mei 2023 - 1000 KEBAIKAN TUHAN
2023-05-17 09:42:14


Mazmur 103:11 ”… tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia;”

Sobat Junior, ada ilmu yang mempelajari makna dari sebuah aksara (tulisan, simbol, atau huruf) Ibrani. Ilmu tersebut adalah ilmu gematria. Dalam ilmu gematria, angka 1000 aksara Ibrani memiliki arti tak terhingga. Iya, artinya angka 1000 adalah angka yang tidak terukur jumlahnya dan tidak terbatas. Wah, kok bisa, ya? Pemaknaan angka seribu yang sering kita jumpai dalam Alkitab memiliki makna kalau hal tersebut merupakan sesuatu yang tak terbatas dan tidak dapat dihitung. Misalnya saja seperti pemaknaan seribu tahun Kerajaan Allah dalam kitab Wahyu pasal 20 yang berarti kerajaan seribu tahun Allah tidak akan pernah berakhir dan Allah akan memerintah untuk selama-lamanya. Wow… hebat, bukan?!

Begitupun dengan makna seribu kebaikan Tuhan. Ini berarti kasih dan pengampunan Allah tidak akan pernah berkesudahan, loh, Sobat Junior. Wow... luar biasa! Walau demikian, bukan berarti kita bisa melakukan banyak kesalahan yang disengaja lalu meminta pengampunan Tuhan. Pribadi Allah yang tidak terbatas, tidak untuk dipermainkan. Setiap kesalahan yang kita lakukan akan memilki konsekuensi atau akibat. Misalnya tidak belajar saat mau ada ulangan. Akibatnya, kita tidak akan dapat menjawab soal ulangan dengan baik. Yuk, kita gunakan kebaikan Tuhan yang tidak terbatas itu sebagai teladan untuk berbuat baik kepada sesama manusia.

Card image
Truth Youth 17 Mei 2023 (English Version) - TOXIC COMMUNICATION
2023-05-17 09:39:28


"But we have renounced disgraceful, underhanded ways. We refuse to practice cunning or to tamper with God's word, but by the open statement of the truth we would commend ourselves to everyone's conscience in the sight of God." (2 Corinthians 4:2)

Speaking is a means for humans to communicate with others. For humans, socializing is a basic nature because no one can live without others. Therefore, communication between people must go well. Good communication should be able to convey the essence of the conversation clearly, effectively, and correctly.

If there is bad communication or information that is not true, it will become seeds of conflict. Nowadays, there are many news reports that do not know the truth but are easy to spread, that is why everyone needs to be careful in conveying something.

When we communicate to create a comfortable and good conversation atmosphere, there are several discussion topics that should be avoided when talking. Basically, communicating is one of the appropriate activities to open up a good friendship scope in the community. However, we must understand what discussion materials should not be brought into a spiritual community.

Discussion topics that should not be discussed in the community include discussions that can damage someone's self-image, bring up other people's mistakes, words that do not build spirituality, and all kinds of information that are not based on God's truth must be avoided. Because by avoiding such discussions, we will reduce conflicts in the community.

As children of God who must bring peace wherever we are, we must be brave enough to reject any form of disgraceful and heart-wounding behavior. Make the spiritual community a place where we grow towards Christ, making every member of the community have the mind and feelings of Jesus Christ. Therefore, all discussions must be about God's truth.

WHAT TO DO:
1. Discuss things that build and please God.
2. Get used to doing the right thing, and bring it into the community.
3. Dare to rebuke with love if there are discussions in the community that lead to bad things.

BIBLE MARATHON:
▪ 1 Kings 19-20

Card image
Truth Youth 17 Mei 2023 - KOMUNIKASI BERACUN
2023-05-17 09:35:54


”Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan, kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan semua orang di hadapan Allah.” (2 Korintus 4:2)

Berbicara bagi manusia menjadi sebuah sarana untuk berkomunikasi dengan orang lain. Sebab dalam diri manusia memiliki sifat dasar yakni bersosialisasi, karena setiap orang tidak akan bisa hidup tanpa sesamanya. Maka, komunikasi antar sesama harus berjalan dengan baik. Komunikasi yang baik harus mampu menyampaikan inti pembicaraan secara lugas, efektif, dan benar.

Jika dalam komunikasi terdapat pembicaraan yang tidak baik atau informasi yang disampaikan tidak benar, hal itu akan menjadi bibit-bibit konflik. Sebab, di masa sekarang ini banyak pemberitaan yang tidak tahu kebenarannya namun mudah untuk tersebar, itu sebabnya setiap orang perlu dengan cermat dan hati-hati dalam menyampaikan sesuatu.

Saat kita berkomunitas untuk dapat menciptakan suasana obrolan yang nyaman dan baik, ada beberapa topik pembicaraan yang harus dihindari ketika berbincang-bincang. Pada dasarnya, berkomunikasi memang menjadi salah satu kegiatan yang tepat untuk membuka ruang lingkup pertemanan yang baik dalam berkomunitas. Akan tetapi, kita harus memahami apa saja bahan obrolan yang seharusnya tidak boleh dibawa ke komunitas rohani.

Topik pembicaraan yang tidak boleh dibicarakan dalam komunitas di antaranya, pembicaraan yang dapat merusak gambar diri seseorang, mengungkit kesalahan orang lain, perkataan-perkataan yang tidak membangun kerohanian, dan segala macam informasi yang tidak berlandaskan kebenaran Tuhan harus dihindari. Sebab dengan kita menghindari pembicaraan-pembicaraan yang demikian akan mengurangi adanya konflik dalam komunitas.

Kita sebagai anak-anak Tuhan yang harus membawa damai di mana pun kita berada, harus berani menolak segala bentuk perbuatan yang memalukan dan yang dapat melukai hati Tuhan. Jadikanlah komunitas rohani, tempat kita bertumbuh ke arah Kristus yang membuat setiap anggota komunitas memiliki pikiran dan perasaan Tuhan Yesus. Oleh sebab itu, segala pembahasan haruslah tentang kebenaran Tuhan.

WHAT TO DO:
1.Obrolkan hal yang membangun dan menyenangkan hati Tuhan.
2.Biasakan diri sendiri untuk melakukan hal yang benar, dan bawalah itu ke dalam komunitas.
3.Berani menegur dengan kasih, jika di dalam komunitas ada pembahasan yang mengarah kepada hal yang tidak baik.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Raja-Raja 19-20

Card image
Renungan Pagi - 17 Mei 2023
2023-05-17 09:31:02


Salah satu persoalan serius dalam hidup ini adalah LUPA, tidak sedikit orang menjadi lupa akan kasih dan karya Tuhan yang telah menyelamatkan dan menuntunnya dari kegelapan menuju terang yang ajaib melalui salib.

Benar memang dalam hidup ini, masalah dan tantangan selalu ada dalam hidup kita, tetapi seharusnya juga sadar, selalu ada pembelaan Tuhan, tapi seringkali lupa akan janji-janji dan komitmen kita kepada Tuhan.

Kadangkala sudah berjanji kepada Tuhan untuk hidup benar, tetapi kalah oleh situasi, marilah belajar untuk TIDAK LUPA dan selalu melakukan kebenaran Firman Tuhan, sehingga Tuhan disenangkan oleh perbuatan kita.
(Ulangan 8:11 ; Yakobus 1:25)

Card image
Quote Of The Day - 17 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-17 09:28:06


Tidak semua doa itu dikabulkan, tetapi tidak ada doa yang tidak dijawab Allah; artinya Allah memedulikan pergumulan anak-anak-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 17 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-17 09:26:07


Perjumpaan dengan Allah di dalam pikiran artinya kita bisa mengerti apa yang Tuhan kehendaki di dalam hidup kita untuk kita lakukan. Rencana-rencana Allah untuk kita penuhi di dalam hidup ini.

Card image
TRUE WORSHIPPER - 17 Mei 2023 (English Version)
2023-05-17 09:23:29


Do not be fooled by the wrong concept. True Christianity is when we live in holiness daily, in God’s presence, because that’s the purpose of being the chosen people. So, how naive it is if people feel they have become Christians just because they go to church or are active in activities, and those activities give them value, whether as an activist, church servant, or pastor. Ironically, this has been going on for dozens, even hundreds of years. Many Christians are misguided; they feel Christian because they go to church. Then the church is made a liturgy, great ceremonial and solemn. The clergy was given unique clothing, and the pulpit was decorated in such a way.

Saying this doesn’t mean it is wrong for priests to wear unique clothes, but it is not the principal value. It is also not in the solemnity of the worship songs or the frenetic praise songs. Our worship is our new good deeds which are without blemish, for that is called worshiping God in spirit and in truth. We have to do the mind renewal, the right way of thinking. So, if the Bible says, “pray continually,” it doesn’t mean we enter the prayer room and kneel continuously, without stopping for hours. It is not like that, though nothing is wrong; pray for a few hours. “Praying endlessly” means, every time, we are always before God, 24 hours a day. So, there is no life that is more beautiful than the life of someone who lives in the presence of God. Always in His presence.

When a person lives in the presence of God, they are motivated to live without blemish, build true worship, and worship God in spirit and in truth. Conversely, the world’s beauty fades in our eyes; everything surrounding us falls before God. This is what God wants. The original word of “worship,” is   proskuneo, means giving God high value. When is it? At all times. How we see life, the world, and things, is an attitude of worship. The attitude of worship is not just 5-10 minutes of singing time. It’s not just like a point, but a continuous line.

We should live God wherever we are, take care of our feelings and thoughts, and don’t be careless. Take care of our mouths; no words are wasted and watch our behavior: no veiled arrogance or insincerity. Everything must be clean, for only then can we understand what it means to fellowship with God and learn from time to time. Some of us may feel that it is almost too late, but praise God; we are not too late. There is still a chance and the characteristics of people who live in true worship, in spirit, and truth, and permanently live in God’s presence, are:

Firstly, is inner and outer purity. Secondly, have concern for others. When a person lives in holiness, walking with God, they will indeed receive impartation from God, namely the spirit of God, and they indeed have a burden on others. They wanted others also to experience what they experienced. So, it’s not just bringing people to church to increase the number of church members and will give more pride if the person is a non-Christian. What’s that for? We must be a blessing not only for people to become Christians or church members but also to change their lives like ours. We present models and prototypes of the lives of God’s children. Therefore, God’s Word says, “Go and make disciples of all nations.”

We will automatically have an impact wherever we are, and our lives reflect the model of true worship; worship God in spirit and truth. However, don’t think, “Once we worship God in spirit and truth, we don’t need to go to church anymore.” That is wrong. Attending church is absolute because we meet brothers and sisters in faith and can share. At least we have small fellowships to be able to practice love. God is pleased when He sees His children living according to His thoughts and feelings. Thus, only people who put on the life of Christ are called true worshipers.

The word “worship” in Hebrew is sachah, which means to submit. In Israel, bowing down means putting the head between two bent legs, kneeling, and bowing the head, but there are also some bowing their bodies 45 degrees. Their noses kissed the ground between their knees for God. So, those who worship God in spirit and truth must live all the time in submission to Him. True worship can’t be carried out without compassion and love. Worshiping God is living in holiness with a heart that loves Him. So, the sanctity of life is not just an obligation but a necessity. These are the people who are God’s favorite. The person who worships God in spirit and truth does not only go to church to follow the liturgy, but his whole life is continuous worship.  

ONLY THOSE WHO PUT ON THE LIFE OF CHRIST ARE SO- CALLED TRUE WORSHIPPERS.

Card image
PENYEMBAH YANG BENAR - 17 Mei 2023
2023-05-17 11:24:43


Ketika kita hidup dalam kekudusan setiap hari, dalam penghayatan akan kehadiran Allah, itulah Kristen yang benar. Itu tujuan menjadi umat pilihan. Jadi, betapa naifnya kalau orang merasa sudah menjadi Kristen hanya karena ke gereja, atau aktif dalam kegiatan. Dan kegiatan itu memberi nilai pada dirinya, apakah sebagai aktivis, pelayan jemaat, atau pendeta. Jangan tertipu oleh konsep yang salah tersebut. Ironisnya, ini sudah berlangsung selama puluhan, bahkan ratusan tahun. Banyak orang Kristen sesat, sebenarnya, mereka merasa Kristen karena ke gereja. Lalu gereja dibuat semacam liturgi, seremonial yang agung, yang khidmat. Pendeta diberi pakaian yang khusus, dan mimbar dihiasi begitu rupa.

Mengatakan begini bukan berarti kalau pendeta pakai pakaian khusus, itu salah. Tetapi itu tidak atau bukan nilai utama. Bukan juga karena khidmatnya lagu penyembahan atau hingar-bingar lagu pujian, bukan di situ. Ibadah kita adalah perbuatan baik kita yang tak bercacat tak bercela. Itu yang namanya menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Kita harus melakukan pembaruan pikiran, cara berpikir yang benar. Jadi kalau Alkitab berkata “Berdoa tiada berkeputusan,” itu bukan berarti kita masuk ruangan doa terus berlutut, tiada henti selama 3, 4, 5, 6, 7 jam. Bukan begitu. Tidak salah, berdoa beberapa jam. “Berdoa tiada berkeputusan” artinya, setiap saat kita selalu ada di hadapan Tuhan; 24 jam sehari. Maka, tidak ada kehidupan yang lebih indah dari kehidupan seseorang yang menghayati kehadiran Allah. Selalu ada di hadirat Tuhan.

Sebab ketika seseorang hidup di hadirat Tuhan, ia termotivasi untuk hidup tak bercacat tak bercela, membangun ibadah yang benar, menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Aspek lainnya, keindahan dunia menjadi pudar di mata kita; segala sesuatu yang di sekitar kita, menjadi gugur di hadapan Tuhan. Inilah yang Tuhan kehendaki. Menyembah itu dalam bahasa aslinya proskuneo, artinya memberi nilai tinggi Tuhan. Kapan? Setiap saat. Cara kita memandang hidup, cara kita memandang dunia, cara kita memandang segala sesuatu, itu sikap menyembah. Sikap menyembah bukan hanya 5-10 menit waktu menyanyi. Bukan seperti satu titik, melainkan garis yang terus berkesinambungan.

Hayati Tuhan di mana pun kita berada. Jaga perasaan dan pikiran kita, jangan sembarangan. Jaga mulut, jangan ada kata yang sia-sia. Jaga perilaku. Tidak ada kesombongan yang terselubung, tidak ada ketidaktulusan. Semua harus bersih. Baru kita bisa mengerti apa artinya bersekutu dengan Tuhan. Dan kita belajar dari waktu ke waktu. Mungkin ada di antara kita yang merasa nyaris terlambat. Tetapi puji Tuhan, kita tidak terlambat sekali. Masih ada kesempatan. Ciri orang yang hidup dalam penyembahan yang benar, dalam roh dan kebenaran, yang selalu hidup di hadirat Allah adalah:

Yang pertama, kesucian lahir batin. Yang kedua, akan memiliki kepedulian terhadap sesama. Ketika orang hidup dalam kesucian, berjalan dengan Tuhan, dia pasti mendapat impartasi dari Tuhan; spirit Tuhan dipindahkan. Pasti dia memiliki beban terhadap sesama. Dia ingin orang lain juga mengalami apa yang dia alami. Jadi bukan sekadar membawa orang ke gereja supaya menambah jumlah anggota gereja. Apalagi kalau orang itu dari non-Kristen, lebih bangga lagi. Untuk apa? Kita harus menjadi berkat bukan hanya orang menjadi Kristen atau anggota gereja, melainkan mengubah hidupnya menjadi seperti kita hidup. Kita menampilkan model, prototipe kehidupan anak-anak Allah. Maka, firman Tuhan mengatakan, “Pergilah jadikan semua bangsa murid-Ku.”

Sebenarnya di mana pun kita berada, secara otomatis kita menggarami. Kehidupan kita memancarkan model dari ibadah yang benar; menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Namun, jangan berpikir bahwa “Setelah kita menyembah Allah dalam roh dan kebenaran, kita tidak perlu ke gereja lagi.” Itu salah. Ke gereja itu mutlak. Sebab, di gereja itulah kita bertemu dengan saudara seiman. Kita bisa sharing atau berbagi. Paling tidak, kita punya persekutuan-persekutuan kecil untuk bisa mempraktikkan kasih. Betapa senangnya Tuhan kalau melihat anak-anak Allah menyelenggarakan hidup sesuai dengan pikiran dan perasaan-Nya. Dengan demikian, sebenarnya hanya orang yang mengenakan kehidupan Kristus yang disebut sebagai penyembah-penyembah yang benar.

Kata “menyembah” dalam bahasa Ibraninya adalah sachah, artinya menundukkan diri atau tunduk. Kalau di Israel, menundukkan diri itu bisa meletakkan kepala di antara dua kakinya yang ditekuk, berlutut, menundukkan kepala, tetapi juga ada yang menundukkan badan 45 derajat. Biasanya untuk Tuhan, hidungnya mencium tanah di antara dua lututnya. Maka, orang yang menyembah Allah dalam roh dan kebenaran, pasti hidupnya sepanjang waktu dalam ketertundukan dengan Allah. Tidak mungkin ibadah yang benar dilakukan tanpa kasih dan cinta. Jadi, yang namanya menyembah Tuhan adalah hidup di dalam kesucian dengan hati mencintai Tuhan. Maka, kesucian hidup itu bukan sekadar sebagai kewajiban, tetapi kebutuhan. Ini orang-orang yang menjadi kesukaan Tuhan. Orang yang menyembah Allah dalam roh dan kebenaran bukan hanya pergi ke gereja mengikuti liturgi, tetapi seluruh hidupnya adalah sebuah ibadah yang tiada henti.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

HANYA ORANG YANG MENGENAKAN KEHIDUPAN KRISTUS YANG DISEBUT SEBAGAI PENYEMBAH YANG BENAR.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 Mei 2023
2023-05-17 09:12:18

Mazmur 26, 40, 58, 61-62 & 64

Card image
Truth Kids 16 Mei 2023 - TIDAK BERSYARAT
2023-05-16 10:13:27


1 Yohanes 4:19
”Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita”.

Sobat Kids, apakah kalian masih ingat ilustrasi atau cerita kemarin? Kemarin kita sudah membaca cerita sang ayah yang tetap mengasihi kedua anaknya, walaupun si bungsu tidak mau dengar-dengaran kepada ayahnya. Hingga pelan-pelan ayah menasihati dan mengajari si bungsu agar menjadi anak yang baik dan taat kepada orangtua dan kakaknya. Namun, ternyata sang kakak, si sulung, sangat tidak suka dengan sikap adiknya yang susah untuk diatur dan sulit dimintai tolong. Sang kakak sering mengeluh kepada ayahnya, kalau ia tidak mau punya adik yang tidak mau dengar-dengaran. Sang ayah memberitahu kepada si sulung dengan lembut. Sang ayah memberi pengertian kepada anaknya, untuk tetap sabar dan mengasihi adiknya dengan tulus. Tidak harus menunggu adiknya bersikap baik terlebih dahulu.

Dari cerita di atas kita bisa belajar mengasihi tanpa syarat. Kita tidak boleh mengasihi seseorang dengan mengharapkan sesuatu. Kalau kita mau mengasihi orang lain, siapapun itu, kita harus mengasihinya dengan tulus. Tulus artinya tidak bersyarat. Tuhan Yesus memiliki kasih tidak bersyarat kepada kita. Ia mengasihi kita setiap saat. Saat kita dengar-dengaran maupun saat melawan. Tuhan lebih dahulu mengasihi kita. Oleh sebab itu, kita pun harus mengasihi orang lain tanpa syarat.

Card image
Truth Junior 16 Mei 2023 - TIDAK ADA SYARAT
2023-05-16 10:11:04


1 Yohanes 4:19
“Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.”

Bel istirahat berbunyi, sebagian anak mengambil bekal makanan dan sebagian lagi membeli makanan di kantin. Bonita dan teman-teman pun mencari tempat untuk mereka makan. “Wah, di sana ada tempat buat kita makan, teman-teman,” kata Bonita kepada teman-temannya. Mereka pun menuju tempat yang ditunjuk oleh Bonita. “Kamu bawa bekal apa hari ini?” kata Bonita. “Aku bawa sushi,” jawab Dita. “Kalau aku bawa nasi goreng,” sahut Bella. “Kalau aku sih banyak, ada kentang goreng, roti coklat, dan mie goreng,” kata Bonita. “Wah, banyak banget kamu bawa bekalnya, Bonita!” sahut Dita dan Bella bersamaan. “Iya nih, mamaku bawainnya banyak sekali,” ujar Bonita sambil tersenyum.

“Kalau kamu bawa bekal apa, Mona?” tanya Bonita kepada Mona. Mona menjawab dan tertunduk malu, “Aku gak bawa bekal. Mamaku lagi tidak ada uang.” Mendengar bahwa Mona tidak membawa bekal, Bonita pun memberikan sebagian bekalnya kepada Mona. Mona pun berkata, “Jangan, Bonita. Itu kan bekal kamu.” “Ayo, ambil saja Mona. Kita kan harus saling berbagi,” kata Bonita dan teman-temannya. “Baiklah aku ambil, besok aku akan mengganti makanan yang kamu kasih ke aku, ya,” sahut Mona. “Tidak perlu kamu ganti. Kita kan harus saling mengasihi. Jika ada teman yang tidak membawa bekal, sudah sepatutnya kita harus berbagi. Sama seperti Tuhan Yesus yang telah mengasihi kita,” kata Bonita. Mona tersenyum senang karena memiliki teman-teman yang mengasihi tanpa meminta imbalan.

Cerita di atas mengajarkan kita untuk mengasihi sesama dengan tulus; tidak boleh meminta imbalan. Itulah yang Tuhan lakukan kepada kita, mengasihi kita tanpa syarat. Maka dari itu, kita harus mengasihi sesama tanpa syarat. Itu yang Tuhan inginkan.

Card image
Truth Youth 16 Mei 2023 ( English Version) - OWNED BY GOD
2023-05-16 10:05:51


"We know that in all things God works for the good of those who love him, who have been called according to his purpose." (Romans 8:28)

Recorded in the Bible, after the crucifixion of Jesus, His disciples always gathered together. They remained close in community. This can be seen from the several times when Jesus appeared to them, always in a situation where they were gathered together. Therefore, in any field, community is something very important.

Community is a vessel in which an individual can grow. Of course, a community that can make a person grow is a positive and mutually uplifting community. Because if not, then the community will actually destroy the individuals within it. This is in line with the word of God that says bad company corrupts good character.

As believers, we also need a community to grow. A community that can make us stronger in God, a community that makes us love God more, and that provides true peace. As believers, we are members of the body of Christ united in the person of Christ as the head of the church.

The presence of God in the community is a point that cannot be forgotten. Because with the presence of God in a community, the passion within God will be channeled to each of us. God, who is the source of peace, will guide each of us to have true peace, which ultimately can be felt by everyone.

Therefore, for each of us who are in Christ, we must be united as one community bound to each other. In this community of believers, we should receive growth and build each other up in love. Therefore, it is very necessary for each member of the community to love one another, maintain unity of the spirit, and be aware of and exercise their respective gifts.

WHAT TO DO:
1. Always make time to meet with God every day, through personal prayer.
2. Build good friendships among community friends, so that stories about God's goodness can be shared.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Kings 16-18

Card image
Truth Youth 16 Mei 2023 - MILIK KEPUNYAAN ALLAH
2023-05-16 10:00:37


“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28)

Tercatat di dalam Alkitab, setelah peristiwa penyaliban Tuhan Yesus, murid-murid Tuhan senantiasa berkumpul bersama. Mereka tetap erat dalam sebuah komunitas. Hal ini terlihat dari beberapa kali ketika Tuhan Yesus menampakkan diri kepada mereka, selalu dalam kondisi di mana mereka berkumpul bersama. Maka dalam bidang apa pun, komunitas memanglah sesuatu yang sangat penting.

Komunitas merupakan wadah di mana seorang pribadi dapat bertumbuh. Tentu saja komunitas yang dapat menjadikan seseorang bertumbuh adalah komunitas yang positif dan saling membangun. Sebab jika tidak, maka komunitas tersebut justru akan merusak pribadi yang ada dalam komunitas. Hal ini sejalan dengan firman Tuhan yang mengatakan bahwa pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik.

Sebagai orang percaya kita juga memerlukan sebuah komunitas untuk semakin bertumbuh. Sebuah komunitas yang dapat membuat kita semakin kuat di dalam Tuhan, komunitas yang membuat kita semakin mengasihi Tuhan, yang memberikan kedamaian yang sejati. Sebagai orang percaya kita adalah anggota tubuh Kristus yang disatukan dalam Pribadi Kristus sebagai Kepala Gereja.

Kehadiran Allah dalam komunitas menjadi point yang tidak bisa dilupakan. Sebab dengan hadirnya Allah dalam sebuah komunitas, maka gairah yang ada pada diri Allah akan tersalurkan pada setiap kita. Allah yang adalah sumber damai, akan menuntun setiap kita memiliki damai sejati, yang pada akhirnya damai bisa dirasakan oleh semua orang.

Oleh karena itu, bagi setiap kita yang berada di dalam Kristus harus disatukan menjadi satu komunitas yang saling terikat satu dengan yang lain. Di dalam komunitas orang percaya inilah seharusnya kita mengalami pertumbuhan serta kita membangun diri di dalam kasih. Maka, sangatlah diperlukan oleh setiap anggota komunitas adalah saling mengasihi, memelihara kesatuan roh dan saling menyadari serta melakukan karunia masing-masing.

WHAT TO DO:
1. Selalu memiliki waktu berjumpa dengan Allah setiap hari, melalui doa pribadi.
2. Bangun persahabatan yang baik di antara teman-teman se-komunitas, agar dapat dibagikan cerita tentang kebaikan Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Raja-raja 16-18

Card image
Renungan Pagi - 16 Mei 2023
2023-05-16 09:56:08


Keberhasilan bukan hanya berkat tetapi juga cobaan, karena banyak orang jatuh dalam dosa ketika segala yang dia inginkan tercapai, karenanya ketika kita berhasil, ingat jangan menjadikan keberhasilan sebagai prestasi diri.

Jika keberhasilan sudah dianggap sebagai prestasi diri, maka di situlah kita lengah, tetapi kalau menyadari bahwa keberhasilan adalah anugerah Tuhan, maka kita akan semakin sungguh-sungguh, semakin setia dan semakin melayani Tuhan. Sebab sesungguhnya Tuhanlah yang menjadikan kita berhasil.
(Mazmur 1:1-3)

Card image
Quote Of The Day - 16 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-16 09:51:46


Siapa pun yang tidak melakukan kehendak Bapa, tidak dikenal oleh Tuhan Yesus.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 16 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-16 09:49:46


Perjumpaan dengan Allah di dalam perasaan artinya kita merasakan apa yang dirasakan Tuhan.

Card image
CONTROLLING THE TONGUE - 16 Mei 2023 (English Version)
2023-05-16 09:46:55


There is nothing more beautiful than the life of someone who can always experience God’s presence. When the Lord Jesus said in John 4:24 that “God is spirit, and his worshipers must worship in the Spirit and in truth,” what He meant was not about the liturgy. Let’s not misunderstand. It is not a matter of liturgy or procedures for worship, ritual, or ceremony for religious people. When the Lord Jesus pointed out that there will be times people will worship God in spirit and in truth, it means there are times when humans can have fellowship with God at any time.

In divine religions, like Judaism, there is a ceremony or prayer where they pray several times daily, and for the Jewish, they face Jerusalem. However, Jesus said that for New Testament people, this was not the case. We must worship God in spirit and truth, so believers must experience God’s presence, an unending and continuous fellowship. Offerings to God are no longer just songs accompanied by the rhythm of music or fluctuations in pitch, and no longer with worship or formal procedures, but with a life that pleases God. Everything that is thought, spoken, contemplated, and done must be according to God’s will.

The Bible teaches us always to examine ourselves and pray, “Search me, God, and know my heart.” that’s why God’s word says, “Think about what is good, holy, and pleases God.” Col.3:2 says, “Set your minds on things above, not on earthly things.” Also, in Phil.2:5, the word of God says, “In your relationships with one another, have the same mindset as Christ Jesus,” meaning we must feel like Christ. Let alone the visible actions; it is already a sin when something is wrong in the inner thoughts. So, if people want to follow Jesus, they will carefully examine their hearts and minds.

This means we must be active in examining our thoughts and feelings. Not to mention talking dirty is heard in our ears; even when just think dirty, it’s wrong. Even before killing people, it is already wrong if we hate others. This is God’s will. Not only having sex outside of marriage, but just seeing the opposite sex, and coveting it, is already adultery. So, we must be right before God. Our inner and the attitude of our hearts must be right. No matter how small or subtle it is, sin should not exist. Furthermore, when we can regulate our minds, we must also regulate our thoughts, then control our tongue or speech. There must not be anything that God does not will.

So, if a person can’t control their mind, they can’t control their tongue. It is nonsense if someone says, “My mouth is evil, but my heart is not,” because if the mouth is rotten, then the heart must be terrible because it is the source. In his letter, James says, ” Anyone who is never at fault in what they say is perfect.” The one who can control their tongue is a perfect person. So, we can see that the tongue plays a vital role. However, the tongue can be controlled if our thoughts and feelings are controlled. Someone who tends to speak and can’t control his mouth is a symptom that their mind is damaged. If the mind is damaged, it is impossible the behaviour is not corrupted.

On the other hand, if our words are good, and don’t become sharp thorns that injure people, then that is a characteristic of Christians who grow in maturity. If we want to be true Christians, we must keep our mouths. That is worship. There is no use for someone singing in church or being active in ministry, but their life doesn’t bless people. That means they have not yet worshiped; true worship is worshiping God in spirit and truth. We are not perfect people yet and have basic bad characters, but God processes us, and the years we pass are years of His process, which eventually comes to a point where we vow to live a holy life.

It may sound arrogant that we dare to vow to live a holy life. People may say aren’t you afraid that you’ll make a mistake later? It is scary, too, actually. However, there is no choice. We must be determined and have this principle; we only have one choice: God and His Kingdom. Live a life that is not flawless and without blemish. Force ourselves! And in that struggle, God teaches us to be able to guard our mouths. If we can control our mouths, we can manage our thoughts and feelings, and our behaviour will also be good. The impact will be tremendous; the low passions in our flesh will fall or disappear.  

PEOPLE WHO CAN'T CONTROL THEIR INNER BEINGS, DEFINITELY CAN'T CONTROL THEIR TONGUES.

Card image
MENGUASAI LIDAH - 16 Mei 2023
2023-05-16 09:42:56


Tidak ada kehidupan yang lebih indah daripada kehidupan seseorang yang bisa menghayati kehadiran Allah setiap saat. Ketika Tuhan Yesus berkata dalam Yohanes 4:23 bahwa “Ada saatnya orang akan menyembah Allah dalam roh dan kebenaran,” yang Tuhan maksud sebenarnya bukan soal liturgi. Jangan kita salah mengerti. Itu bukan soal liturgi atau tata cara ibadah atau semacam ritual, seremonial orang beragama. Ketika Tuhan Yesus menunjukkan bahwa ada saat di mana orang akan menyembah Allah dalam roh dan kebenaran, pada intinya sebenarnya ada saat manusia bisa bersekutu dengan Tuhan setiap saat, setiap waktu.

Kalau dalam agama Yahudi atau agama samawi lainnya, ada seremonial, sembahyang, seperti orang Yahudi sembahyang sekian kali dalam satu hari, dan mereka berkiblat ke Yerusalem. Tetapi, Yesus berkata bahwa bagi umat Perjanjian Baru, tidaklah demikian. Tetapi kita harus menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Ini adalah sebuah persekutuan yang tiada henti; berkesinambungan, kontinyu. Di sini orang percaya harus bisa menghayati kehadiran Tuhan. Persembahan bagi Tuhan tidak lagi hanya sekadar nyanyian yang disertai dengan musik naik turun atau fluktuasi nada, tidak lagi dengan tata cara ibadah atau seremonial, tetapi dengan kehidupan yang berkenan kepada Allah. Dari apa yang dipikirkan, diucapkan, direnungkan, dan dilakukan selalu sesuai dengan kehendak Allah.

Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan, “Pikirkan apa yang baik, yang kudus, yang berkenan kepada Allah.” Di Kolose 3:2 dikatakan, “Pikirkan perkara-perkara yang di atas, bukan yang di bumi.” Juga dalam Filipi 2:5-7 firman Tuhan mengatakan, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,” berarti kita harus berperasaan seperti Kristus. Jangankan perbuatan yang sudah kelihatan, ada sesuatu di dalam pikiran batin, kalau luput, sudah dosa. Maka, kalau orang benar-benar mau mengikut Yesus, dia akan teliti memeriksa hati dan batinnya. Alkitab mengajar agar kita selalu memeriksa diri dan berdoa, “Selidiki aku, Tuhan. Periksa diriku, Tuhan.”

Artinya, kita harus aktif dalam memeriksa pikiran dan perasaan kita. Tidak usah bicara kotor yang terdengar di telinga, berpikir kotor saja, sudah salah. Jangankan membunuh orang, membenci juga sudah salah. Tetapi inilah kehendak Tuhan. Tidak hanya melakukan hubungan seks di luar nikah, melihat lawan jenis dan mengingininya, itu zina. Jadi kita harus benar di hadapan Allah. Batin kita, sikap hati kita harus benar. Tidak boleh ada sesuatu yang Tuhan tidak kehendaki. Sekecil, sehalus apa pun dosa, tidak boleh ada. Selanjutnya, kalau kita sudah bisa mengatur batin, kita pun harus mengatur pikiran, lalu mengontrol lidah atau perkataan.

Maka, kalau orang tidak bisa mengatur batinnya, pasti dia tidak bisa menguasai lidahnya. Jika ada orang berkata, “Mulutku memang jahat, tetapi hati saya tidak,” itu omong kosong. Kalau mulutnya busuk, hatinya pasti busuk, karena hati adalah sumber. Surat Yakobus 3:2 mengatakan, “Siapa yang bisa mengendalikan lidah, maka dia bisa sempurna.” Orang yang bisa mengendalikan lidah adalah orang yang sempurna. Jadi, kita bisa melihat bahwa lidah itu sangat berperan. Tetapi, lidah bisa dikendalikan kalau pikiran dan perasaan dikendalikan. Seseorang yang punya kecenderungan bicara dan tidak bisa mengendalikan mulutnya, itu merupakan gejala bahwa batiniahnya sebenarnya rusak. Kalau batinnya rusak, kelakuannya tidak mungkin tidak rusak.

Sebaliknya, kalau perkataan kita baik, tidak menjadi duri tajam yang melukai orang, maka itu merupakan ciri dari orang Kristen yang bertumbuh dalam kedewasaan. Kalau kita mau menjadi orang Kristen yang benar, maka kita harus menjaga mulut. Itu ibadah. Apa gunanya seseorang menyanyi di gereja, atau aktif di pelayanan, tetapi hidupnya tidak memberkati orang? Itu berarti ia belum beribadah, karena ibadah yang benar itu menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Kita bukan orang sempurna. Kita punya karakter dasar yang buruk. Tetapi Tuhan memproses kita, dan tahun-tahun yang kita lewati adalah tahun-tahun proses Tuhan, yang akhirnya sampai pada satu titik kita bersumpah untuk hidup suci.

Mungkin terdengar sombong. Berani-beraninya bersumpah untuk hidup suci. Apa tidak takut nanti kalau bikin salah? Takut juga, sebenarnya. Tetapi, tidak ada pilihan. Kita harus nekad, dan miliki prinsip ini: no other option; kita hanya punya satu pilihan, yaitu Tuhan dan Kerajaan-Nya. Hidup dalam kehidupan yang tidak bercacat, tidak bercela. Paksa diri kita! Dalam pergumulan itu, Tuhan mengajar untuk kita bisa menjaga mulut kita. Kalau kita bisa mengendalikan mulut kita—karena batin dan perasaan kita berhasil kita kelola—maka perilaku kita pun juga baik. Dampaknya akan luar biasa; nafsu-nafsu rendah dalam daging kita akan gugur atau luruh.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG TIDAK BISA MENGATUR BATINNYA, PASTI TIDAK BISA MENGUASAI LIDAHNYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 Mei 2023
2023-05-16 09:37:54

2 Samuel 16-18

Card image
Truth Kids 15 Mei 2023 - KASIH
2023-05-15 09:46:11


Mazmur 116:5
“Tuhan adalah pengasih dan adil, Allah kita penyayang.”

Seorang lelaki tua pengrajin kayu di sebuah desa dekat pinggiran kota memiliki dua orang anak laki-laki. Anak yang paling tua sangat taat kepada ayahnya. Tetapi anak yang bungsu tidak mau dengar-dengaran. Setiap hari sang ayah bekerja membuat peralatan dari kayu dan dijual ke pasar untuk mencukupi kebutuhan mereka setiap hari. Biasanya kedua anaknya ikut membantu. Namun, yang paling sering membantu ayahnya ialah si sulung. Setiap kali ayahnya meminta tolong kepada si bungsu, ia akan mengeluh kepada ayahnya. Muka si bungsu terlihat murung saat melakukan perintah ayahnya.

Meskipun begitu, sang ayah tidak pernah membedakan kedua anaknya. Sang ayah memberikan kasih sayang yang sama kepada kedua anaknya. Pelan-pelan sang ayah mengajari si bungsu agar menjadi anak yang mau dengar-dengaran kepada orangtua. Sang ayah juga meminta anak yang sulung untuk bersabar dengan sifat adiknya. Kesabaran Sang ayah berhasil membuat si bungsu menjadi anak yang mau dengar-dengaran kepada ayah dan kakaknya.

Sobat Kids, dari cerita di atas dapat kita mengerti bahwa seorang ayah akan selalu mengasihi anaknya dalam keadaan apapun. Sama seperti Bapa kita di surga, selalu mengasihi kita. Walaupun kita sering membuat hati-Nya sedih, Ia tetap mengasihi kita. Bapa selalu menunggu kita menjadi anak yang lebih baik lagi.

Card image
Truth Junior 15 Mei 2023 - GOD IS LOVE
2023-05-15 09:43:56


Mazmur 116:5
“Tuhan adalah pengasih dan adil, Allah kita penyayang.”

Coba kalian perhatikan mama dan papa kalian, Sobat Junior! Apakah mereka sayang sama kalian? Ya, tentu sayang banget sama kalian. Bukti mereka sayang sama kalian adalah merawat, menjaga, melindungi, bahkan membiayai sekolah kalian sampai sekarang ini. Itu bukti kasih sayang mereka kepada kalian. Ketika kalian masih dalam kandungan, papa dan mama kalian menjaga supaya kalian tetap sehat dan bisa lahir dengan selamat. Lalu ketika kalian sudah lahir, mereka merawat hingga kalian bisa berjalan dan berlari. Kasih sayang yang diberikan oleh mama papa tentu tidak bisa di ganti dengan uang. Sama seperti kasih sayang Tuhan Yesus kepada kita, umat manusia, yang tidak bisa kita balas dengan apa pun. Namun, kita bisa menunjukkan rasa terima kasih kita dengan mengikuti apa yang dikehendaki-Nya.

Tuhan Yesus itu adalah kasih. Dia sangat mengasihi kita. Buktinya, Dia rela mati bagi kita di atas kayu salib demi menebus semua dosa kita, supaya manusia bisa selamat. Jika Tuhan tidak mengasihi kita, maka manusia tidak bisa selamat. Oleh karena Tuhan Yesus adalah kasih, maka kita harus mengikuti teladan-Nya. Kita harus mengasihi sesama manusia. Jika kita tidak mengasihi sesama manusia, berarti kita tidak mengakui Tuhan Yesus itu kasih. Yuk, kita belajar untuk mengasihi sesama manusia, Sobat Junior. Dengan mempraktikkan mengasihi sesama, berarti kita mengakui bahwa Tuhan Yesus itu kasih.

Card image
Truth Youth 15 Mei 2023 (English Version) - PANTOMIME
2023-05-15 09:41:18


"Therefore, confess your sins to one another and pray for one another, that you may be healed. The prayer of a righteous person has great power as it is working." (James 5:16)

Have you ever watched a pantomime performance? Pantomime is a show that doesn't use words or dialogue, relying more on body movements, facial expressions, and usually accompanied by supporting music. The body movements during the performance contain meaning and significance, and these movements create something out of nothing, as if they were bringing something to life.

Pantomime actors usually have their faces painted white, according to the character they play. By relying on body movements to convey the actors' expressions, as well as the story and gestures, it becomes a universal language that can be understood by everyone. But behind the pantomime actors who entertain many people with their happy expressions, we don't know the actual state of the actors. Are they truly happy or sad because of a problem? Everything is covered by the white makeup that covers their faces.

When we present ourselves as Christians, we should not mask our hearts with pretense. God wants us to be ourselves in the process of growing in truth. So that what others see is our true hearts that are being processed by God. Even when we are rooted in a spiritual community, honesty in presenting ourselves proves that we are children of God. Pretense when communing will only tire us out. Often, many people cannot accept themselves, so they always want to meet other people's expectations, including Christians.

To become a community that brings peace, every member of the community needs to realize that they have been accepted by God just the way they are so that they can also accept themselves as they are. This will have an impact when we are required to accept others, with all their circumstances, for the sake of peace within the community. Because a true Christian community, when presenting the personality of Jesus Christ in communion, His thoughts and feelings become a reference for accepting others in the community.

WHAT TO DO:
1. Present yourself as you are, no need for pretense.
2. Have the thoughts and feelings of Jesus Christ, this can be obtained by diligently praying and reading the Bible.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Kings 13-15

Card image
Truth Youth 15 Mei 2023 - PANTOMIM
2023-05-15 09:38:15


“Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” (Yakobus 5:16)

Pernah menyaksikan pertunjukan pantomim? Pantomim sendiri memiliki arti suatu pertunjukan tanpa menggunakan kata-kata atau dialog, yang dalam penampilannya lebih mengandalkan pada gerak tubuh, ekspresi wajah, dan biasanya diiringi dengan musik pendukung. Gerakan tubuh yang dilakukan selama pertunjukan mengandung makna dan memiliki arti, serta gerak tubuh ini bertugas menciptakan sesuatu yang tidak ada seakan-akan menjadi ada.

Para aktor pantomim biasanya wajah mereka diberi warna putih sesuai karakter yang dimainkan. Dengan mengandalkan gerak tubuh dalam menyampaikan ekspresi pemain serta cerita dan bahasa gerak yang dilakukan merupakan bahasa universal, artinya bisa dipahami oleh semua orang. Namun di balik para aktor pantomim yang dapat menghibur banyak orang dengan ekspresi bahagia, kita tidak mengetahui keadaan sebenarnya aktor tersebut. Apakah benar bahagia atau sedang sedih karena suatu masalah. Tetapi semua tertutupi oleh makeup putih yang melapisi wajahnya.

Saat kita menampilkan diri sebagai orang Kristen, tidak boleh kita melapisi wajah hati kita dengan kepura-puraan. Tuhan ingin kita menjadi diri kita yang apa adanya di dalam proses pertumbuhan dalam kebenaran. Sehingga yang terlihat oleh orang lain adalah wajah hati kita yang sebenarnya, yang sedang diproses Tuhan. Bahkan saat kita tertanam dalam komunitas rohani, kejujuran dalam menampilkan diri, membuktikan kita anak-anak Tuhan. Kepura-puraan saat berkomunitas hanya akan membuat diri kita lelah. Sering kali banyak orang yang tidak bisa menerima diri sendiri, maka selalu ingin memenuhi ekspektasi orang lain, tidak terkecuali orang Kristen.

Untuk menjadi komunitas yang membawa damai, setiap anggota dari komunitas perlu menyadari, dirinya telah diterima oleh Tuhan apa adanya, sehingga mampu menerima diri sendiri apa adanya juga. Hal ini akan berdampak ketika, diharuskan menerima orang lain dengan segala keadaannya. Demi sebuah kedamaian terlaksana pada lingkungan komunitas. Sebab komunitas Kristen yang benar, ketika menampilkan pribadi Tuhan Yesus dalam berkomunitas, pikiran-Nya dan perasaan-Nya menjadi acuan untuk menerima orang lain dalam komunitas.

WHAT TO DO:
1. Tampillah dengan keadaan apa adanya, tidak perlu kepura-puraan.
2. Miliki pikiran dan perasaan Tuhan Yesus, hal ini diperoleh dengan rajin berdoa dan membaca Alkitab.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Raja-raja 13-15

Card image
Renungan Pagi - 15 Mei 2023
2023-05-15 09:30:53


Ketika kita sedang dalam pergumulan berat, jangan hanya memikirkan bagaimana supaya bisa menang dalam menghadapi persoalan itu, tetapi pikirkan juga bagaimana supaya di tengah masalah dan persoalan hidup, tetap melakukan apa yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita.

Mulailah menerapkan pola pikir yang benar dalam menghadapi setiap persoalan kehidupan, sebab melalui masalah-masalah hidup itu, sesungguhnya Tuhan sedang berbicara dan mendidik menjadi lebih dewasa dalam iman dan perbuatan kita.
(Ibrani 12:3-7)

Card image
Quote Of The Day - 15 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-15 09:25:16


Allah tidak bisa kompromi dengan kesalahan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 15 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-15 09:21:57


Karena Allah memiliki pikiran dan perasaan, mestinya perjumpaan dengan Allah itu juga perjumpaan di dalam pikiran dan perasaan kita.

Card image
THERE'S A SENSE - 15 Mei 2023 (English Version)
2023-05-15 09:17:58


It turns out that it is not enough to humble ourselves before God properly only by understanding with knowledge in mind or logically knowing Him. We cannot humble ourselves or honor God properly if we only have knowledge in our reasoning and minds about Him. Even though we are born Christians, grow as Christian teenagers and youth, are active in church ministry, and then study in a Bible college, get degrees up to doctoral level, have exemplary achievements, and get a lot of knowledge about God, doesn’t make us automatically able to humble ourselves before God truly. Don’t think that all those can make us honour God.

Humbling before God and honouring Him is all about taste, so it’s not just knowledge in the head alone. Though knowledge is essential, it is not everything. In this case, we need recognition in the mind and a sense of the feelings, soul, and heart. The sense can be awakened when we prepare to encounter or face God in His presence. Our reason can meet or be filled with knowledge about God and struggle with studying God. However, the feelings of our soul must meet His Person, namely God Himself.

We can learn about a figure, for example, a president, by reading his biography repeatedly, which can raise admiration for the figure. However, reading and learning through books does not necessarily make us truly admire that person until one day, we meet that figure face to face, get along with them directly, and have dialogue; only then can we understand their greatness which makes us admire and honour.

Likewise, the relationship between God and us. Our mind and reason can touch or be filled with the knowledge of God, but remember, that alone is not enough! Our hearts and souls must feel that the Lord God is not just an object of learning or a discussion theme. He is a living Person, a real Person, which we must directly experience.

Therefore, it is inevitable we must have a personal encounter with God. A long, continuous, and endless encounter. From that encounter, there is a sense in the soul; feelings of awe, respect, and love. And only then our fire of worship is lit correctly, and our reverence for God becomes proper. It’s not a play or lip service because only then could one compose beautiful words about God. One may be able to compose beautiful prayer sentences that can be uttered for more than 30 minutes. But those are just theological sentences. The richness of the language that the prayer has is excellent. They may say prayer sentences, then sing, and simultaneously preach, and their sentences’ richness is so high and fantastic. Remember, a person who says prayer does not necessarily pray. It depends.

The question is whether there is a sense properly, not just fantasy, in mind. This is inexplicable. But when we continue to grow and are in the presence of God continuously for a long time, we will know what it means to humble ourselves before Him properly. He is Great, Glorious, and Most High, and how meaningless we are compared to Him. How low, contemptible, and far below we are. We understand what it means to humble ourselves before God and honor Him. Every day there must be a particular time that we provide for prayer and dealing with God! Therefore, we must always have time to pray.  

HUMBLING BEFORE GOD AND HONOURING HIM IS NOT JUST KNOWLEDGE IN MIND BUT A SENSE IN OUR FEELINGS, SOULS, AND HEARTS.

Card image
ADA RASA - 15 Mei 2023
2023-05-15 09:14:58


Bagaimana kita dapat merendahkan diri di hadapan Tuhan dengan benar? Ternyata hal merendahkan diri di hadapan Tuhan tidak cukup hanya dipahami dengan pengetahuan secara pikiran atau secara nalar dalam mengenal Dia. Kita tidak bisa merendahkan diri di hadapan Tuhan dengan benar, kita tidak bisa menghormati Tuhan dengan benar, kalau kita hanya memiliki pengetahuan di dalam nalar dan pikiran kita mengenai Dia. Walau kita sejak lahir sudah Kristen. Misalnya, sejak remaja aktif dalam pelayanan, sekolah teologi dalam beberapa stratum. Dari strata 1, 2, 3 dan memiliki prestasi yang baik dalam studi. Bisa saja banyak pengetahuan yang kita ketahui tentang Tuhan, tetapi hal itu sebenarnya tidak membuat kita otomatis bisa sungguh-sungguh dapat merendahkan diri di hadapan Tuhan secara benar. Jangan menganggap bahwa hal itu membuat kita benar-benar bisa menghormati Allah.

Merendahkan diri di hadapan Tuhan dan menghormati Allah adalah tentang rasa. Maka, sebenarnya hal itu bukan hanya pengetahuan di dalam kepala semata. Pengetahuan memang penting, tetapi itu bukan segalanya. Di dalam hal ini, yang kita benar-benar perlukan bukan hanya pengenalan di dalam pikiran, melainkan juga rasa di dalam perasaan, di dalam jiwa, di dalam hati kita. Dan rasa itu bisa terbangun ketika kita menyediakan diri menemui Tuhan atau berhadapan dengan Tuhan dalam ruang pertemuan dengan Tuhan. Nalar kita bisa bertemu atau diisi dengan pengetahuan tentang Allah. Pikiran kita bisa bergelut dengan studi mengenai Allah atau mengenai Tuhan. Tetapi, sesungguhnya perasaan jiwa kita harus menemui Pribadi-Nya, yaitu Tuhan sendiri.

Seseorang bisa belajar mengenai seorang tokoh, misalnya presiden. Bisa membaca biografinya lengkap berulang-ulang, bisa timbul kekaguman juga terhadap tokoh tersebut; tetapi belum tentu dengan belajar dari biografi melalui buku, maka seseorang bisa memiliki kekaguman yang benar, hormat yang benar terhadap tokoh itu. Sampai suatu hari, ketika ia benar-benar bertemu muka dengan muka, hidup bersama (get along), bersentuhan secara langsung, berdialog, barulah ia bisa mengerti kebesaran tokoh tersebut, keagungannya, yang membuat hati mengagumi dan jiwa menghormati.

Demikian pula antara kita terhadap Tuhan atau demikian pula hubungan kita, dalam relasi dan keterkaitan dengan Allah. Pikiran, nalar kita bisa bersentuhan atau diisi dengan pengetahuan tentang Tuhan, tetapi ingat, hal itu saja tidak cukup! Hati, jiwa kita harus merasakan bahwa Tuhan Allah bukan sekadar objek pengetahuan, Dia bukan hanya tema sebuah pembahasan. Dia adalah Pribadi yang hidup, Pribadi yang nyata, yang harus dialami secara langsung oleh setiap kita.

Oleh karenanya, tidak bisa tidak, kita harus ada perjumpaan dengan Tuhan secara pribadi. Perjumpaan yang panjang, perjumpaan yang terus-menerus, perjumpaan yang tiada henti. Dari perjumpaan itulah ada rasa di dalam jiwa; perasaan hati kita ada rasa kagum, hormat, dan cinta. Dan di situlah api penyembahan kita menyala dengan benar. Di situlah hormat kita kepada Tuhan baru benar. Bukan sandiwara, bukan hanya menghiasi bibir. Orang bisa saja menyusun kata-kata yang indah tentang Tuhan. Menyusun kalimat doa yang indah, yang didoakan bisa lebih dari 30 menit. Dengan kalimat-kalimat yang bagus. Tetapi itu semua hanyalah kalimat-kalimat teologi. Kekayaan dari bahasa yang dimiliki pendoa itu, hebat. Ingat, orang yang berdoa, mengucapkan kalimat doa, belum tentu adalah seorang pendoa. Bisa ya, bisa tidak. Mengucapkan kalimat doa, lalu menyanyi, lalu sekaligus berkhotbah. Dan kekayaan kalimatnya begitu tinggi menakjubkan.

Tetapi pertanyaannya, apakah ada rasa yang benar? Bukan dari fantasi di pikiran, melainkan rasa yang benar. Hal ini tidak bisa dijelaskan. Tetapi ketika kita terus bertumbuh, ada di hadapan Tuhan terus-menerus dalam waktu yang panjang dan lama, kita baru tahu apa artinya merendahkan diri di hadapan Tuhan secara benar. Dia Besar, Dia Mulia, Dia Agung, Dia Maha Tinggi. Dan betapa tidak berartinya kita dibanding Allah. Betapa rendah, hina dan jauh di bawah. Di situ kita baru mengerti apa artinya kita merendahkan diri di hadapan Allah dan menghormati Dia. Oleh sebab itu, jangan tidak ada waktu untuk berdoa. Setiap hari harus ada waktu khusus yang kita sediakan untuk berdoa, berhadapan dengan Tuhan!

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MERENDAHKAN DIRI DI HADAPAN TUHAN DAN MENGHORMATI ALLAH BUKAN HANYA PENGENALAN DI DALAM PIKIRAN, MELAINKAN RASA DI DALAM PERASAAN, DI DALAM JIWA, DI DALAM HATI KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 Mei 2023
2023-05-15 09:11:02

Mazmur 3-4, 12-13, 28 & 55

Card image
Truth Kids 14 Mei 2023 - PELANGI JANJI-NYA
2023-05-14 10:11:06


Mazmur 119:76
”Biarlah kiranya kasih setia-Mu menjadi penghiburanku, sesuai dengan janji yang Kauucapkan kepada hamba-Mu.”

Sobat Kids, kalian masih ingat tentang cerita nabi Nuh, kan? Nuh memiliki 3 anak; Sem, Ham, dan Yafet. Nuh, istrinya, ketiga anaknya bersama istri mereka masuk ke dalam bahtera. Tuhan juga memerintahkan Nuh untuk membawa binatang-binatang masuk ke dalam bahtera. Empat puluh hari lamanya hujan turun. Air hujan yang banyak itu menjadi air bah yang mengangkat bahtera Nuh dan membuatnya terapung-apung. Air bah itu bahkan menutupi segala gunung tinggi di bumi ini. Maka binasalah semua yang menolak masuk ke dalam bahtera. Binatang dan manusia tidak ada yang selamat kecuali Nuh beserta keluarganya. Dan berkuasalah air bah itu di atas bumi seratus lima puluh hari lamanya. Lalu Tuhan membuat angin berhembus sehingga air itu turun. Setelah beberapa waktu lamanya, keringlah air bah. Nuh beserta keluarganya dapat keluar dari bahtera.

Tuhan berjanji untuk tidak mendatangkan air bah lagi. Tuhan memberikan pelangi yang indah sebagai tanda akan janji-Nya. Tuhan tidak pernah berbohong. Saat Tuhan berjanji, Ia pasti menepatinya, Sobat Kids. Dan pelangi juga merupakan tanda janji Tuhan untuk kita. Tuhan selalu menepati janji-Nya.

Card image
Truth Junior 14 Mei 2023 - SETIA PADA JANJI-NYA
2023-05-14 10:08:06


Mazmur 119:76
”Biarlah kiranya kasih setia-Mu menjadi penghiburanku, sesuai dengan janji yang Kauucapkan kepada hamba-Mu.”

Ayo, siapa yang pernah buat janji? Mungkin semua pernah buat janji, ya. Mungkin janji sama papa atau mama, atau juga janji sama teman. Tapi terkadang ketika kita sudah berjanji, ada saja yang membuat kita lupa menepati janji tersebut. Contohnya kalian janji akan merapikan mainan setelah selesai bermain, tapi kalian lupa dengan janji yang kalian buat. Setelah bermain, kalian malah langsung pergi tidak merapikan mainan tersebut. Itu berarti kalian sudah tidak menepati janji yang kalian buat.

Ketika kalian membuat janji, haruslah ditepati. Contoh orang yang menepati janji adalah Hana. Kalian tahu kan, cerita tentang Hana? Hana berjanji kepada Tuhan, jika ia memiliki anak, maka ia akan memberikan anaknya untuk melayani Tuhan. Akhirnya, Hana pun memiliki anak yang diberi nama Samuel. Lalu Samuel pun diberikan kepada imam Eli untuk melayani Tuhan. Itu sesuai dengan janji Hana kepada Tuhan bahwa Samuel akan melayani Tuhan.

Demikian juga Tuhan yang sangat setia dengan janji-Nya. Ketika Tuhan Yesus sudah berjanji kepada manusia, tentu Dia akan menepati janji-Nya. Itulah sifat Tuhan Yesus. Kita sebagai anak Allah, juga harus setia dengan janji yang kita buat. Baik janji kepada mama, papa, atau teman, dan terutama ketika buat janji kepada Tuhan. Kita harus setia dengan janji tersebut. Jika kita sudah dapat setia dengan janji yang kita buat, berarti kita sudah mengikuti salah satu sifat Tuhan Yesus yang setia pada janji-Nya. Ayo, Sobat Junior belajarlah setia pada janji yang kalian buat. Itu akan membuat Tuhan senang!

Card image
Truth Youth 14 Mei 2023 (English Version) - SUPPRESSOR
2023-05-14 10:05:00


"Iron sharpens iron, and one man sharpens another." (Proverbs 27:17)

Conflict is a common occurrence in relationships among friends, family, work, or community. Triggers for conflict can vary from differences in opinions, dissatisfaction with a decision, or misunderstandings about something. A conflict can escalate if a solution or way out that can calm it down is not found.

As children of God who understand that life is not just about ourselves, but also about impacting others, we cannot deny that we will always interact with many people. In a spiritual community, friction or conflict will surely arise.

We all understand that as human beings we are sharpened by one another. With that sharpening, we become more mature and wise individuals. However, sharpening one another in a community does not mean that we have to experience or be involved in the conflict. We can position ourselves or choose to calm down the conflict if necessary. We can become mediators when there is a problem in a community, by finding the best middle ground.

Just as the function of a muffler is to muffle noise, we too must become a muffler in a community to prevent bad things from happening to the community. Our presence must still bring peace in the midst of social interaction. Because in doing so, we become witnesses of God to those around us.

Therefore, make sure that each of us, when in a community, always brings peace, our presence brings joy to everyone present, and our presence brings the fragrance of God to others. Although conflict or friction with others will surely arise, our presence becomes a good solution and a calmer of conflict.

WHAT TO DO:
1. Always train ourselves to be good mediators when there is a problem.
2. Do not be the instigator of conflict in the community.
3. Have a heart like God who has patience and sincerity in accepting the mistakes of others.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Kings 10-12

Card image
Truth Youth 14 Mei 2023 - PEREDAM
2023-05-14 10:01:12


”Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya." (Amsal 27:17)

Konflik adalah hal yang umum terjadi dalam hubungan pertemanan, keluarga, pekerjaan, ataupun lingkungan. Pemicu konflik beragam bisa karena perbedaan pendirian pandangan, ketidakpuasan dalam pengampilan sebuah keputusan, dan ketidak sepemahaman akan suatu hal. Sebuah konflik akan semakin meruncing jika tidak ditemukan solusi atau jalan keluar yang mampu meredakannya.

Sebagai anak-anak Tuhan yang sudah mengerti bahwa hidup ini tidak hanya berfokus akan diri sendiri, tetapi harus berdampak bagi orang lain juga. Maka tidak bisa dipungkiri, kita akan selalu bersinggungan dengan banyak orang. Dalam sebuah komunitas rohani pun, yang namanya gesekan atau konflik pasti akan terjadi.

Semua kita pasti sudah memahami bahwa sebagai manusia kita ditajamkan oleh sesama. Dengan penajaman itu, kita akan menjadi pribadi yang lebih dewasa dan bijaksana. Namun saling menajamkan dalam komunitas tidak berarti harus mengalami atau terlibat dalam konflik tersebut. Kita bisa memosisikan diri atau memilih untuk meredam konflik itu jika dibutuhkan. Menjadi penengah ketika ada sebuah masalah dalam sebuah komunitas, dengan mencari titik tengah yang terbaik.

Sebagaimana fungsi peredam yakni menahan kebisingan suara, demikian pula kita harus menjadi peredam di dalam komunitas untuk menaham kemungkinan hal buruk terjadi terhadap komunitas. Kehadiran kita tetap harus menjadi pembawa damai di tengah-tengah pergaulan. Sebab dengan cara demikian kita menjadi saksinya Tuhan bagi orang sekitar kita.

Oleh sebab itu, pastikan setiap diri kita saat berada di dalam komunitas selalu membawa kedamaian, kehadiran kita mendatangkan sukacita bagi setiap orang yang ada, serta hadirnya kita membawa keharuman Allah bagi sesama. Walau konflik atau gesekan atas sesama pasti terjadi, namun keberadaan kita menjadi solusi yang baik dan menjadi peredam konflik.

WHAT TO DO:
1.Latih selalu diri kita untuk menjadi penengah yang baik saat ada masalah.
2.Jangan menjadi pemicu konflik dalam komunitas.
3.Miliki hati seperti Tuhan yang memiliki panjang sabar dan ketulusan bagi penerimaan akan kesalahan orang lain.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Raja-Raja 10-12

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 Mei 2023
2023-05-14 09:57:29

2 Samuel 13-15

Card image
Renungan Pagi - 14 Mei 2023
2023-05-14 09:54:45


Jika kita mengerti dengan benar kasih Tuhan, maka pasti kita akan selalu termotivasi untuk melakukan hal-hal yang baik dan benar dalam hidup kita, dan tidak mungkin menyia-nyiakan kasih Tuhan dengan hidup suka-suka, bermalas-malasan serta sama sekali tidak ada keinginan melakukan kehendak BAPA.

Ketika sungguh-sungguh, berjuang dalam hidup ini, lakukan untuk membalas cinta kasih Tuhan melalui kesadaran melakukan apa yang dapat menyenangkan hati Tuhan, sehingga kita menjadi berkat, membawa jiwa untuk mengenal kasih Tuhan, dan menjadi saksi Tuhan agar nama Tuhan dipermuliakan dalam hidup kita.

(1 Yohanes 5:2-3)

Card image
Quote Of The Day - 14 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-14 09:51:42


Jangan sampai perasaan kita terkoyak oleh apa yang tidak perlu terkoyak. Sebab jika demikian, maka kita tidak bisa terkoyak oleh Firman Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 14 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-14 09:49:44


Mencari Tuhan haruslah dengan usaha yang konkret untuk menjumpai Dia, sehingga ada keterlibatan seluruh komponen diri kita, baik tubuh, jiwa dan roh.

Card image
REASON - 14 Mei 2023 (English Version)
2023-05-14 09:47:42


A crooked heart human is dishonest, and God will not treat them as people who deserve grace. The Lord says, “… to the pure, You show Yourself pure, but to the devious, You show Yourself shrewd.” Don’t let us make any excuses before God. Wrong is wrong. Don’t get used to making excuses or not straight confessing mistakes because that’s a crooked person. One day when we are before the judgment seat of God, and all knowledge is complete; we will recognize that the excuses we make are a form of disrespect for God.

People who say, “How can I be enough if I’m being honest?” think a life of righteousness and holiness is dangerous and difficult. Therefore, purity must be built from a young age. However, though we are old enough now and often fail, we can still be repaired. Reset, redefine, recode, and reformat. Remember! If we love God, He also loves us. Let’s not say, “Even though we don’t love Him, He loves us” That’s wrong! Our love for God should strengthen as we age, aligning with our spiritual maturity. It was still safe if our love for God was tiny in portion when we were still teenagers, but it won’t be secure when we’re aged. So, we must be able to reach the peak of our love for God along with our spiritual age.

There is no other way to present God’s presence and power except through holiness and life’s sanctity. We long to be changed and become a person who loves God. 2 Cor.11:2 says, “I am jealous for you with godly jealousy. I promised you to one Husband, to Christ, so that I might present you as a pure virgin to Him.” We must become pure virgins. We should be careful of the statement, “God loves us though we don’t love him.” Do not underestimate God by being rebellious and keep unfaithful to Him.

The word “Virgin” here does not mean never having sex but refers to someone who is not attached to the love of the world. God loves us, and He is the bridegroom. However, if we do not become holy virgins, we will not be brides for eternity. So, Paul said, “But I am afraid you are deceived by the serpent’s cunning from your sincere and pure devotion to Christ.” Who is being misled? Human, the Christian. Who is misleading? Devil.

As God’s bride, it is as if we have been put in a box shackled to the status of “engaged.” In Indonesia, it’s easy for fiancés to break up, but in Israel, according to the Jewish tradition, if it is said “Mary is Joseph’s fiancé,” it means that they are already legally husband and wife but have not lived in the same house yet. God has legally bought us, and we belong to God, so if we don’t obey or rebel, we are crooked. We cannot live carelessly. Don’t forget that devil is trying to draw us into fellowship with darkness. So, remember! We have been shackled in status as the bride of Christ.

We must choose God and must love Him more than our lives. Ironically, many cannot afford it because their rhythm of life has been wrong for a dozen, even decades. Besides God being invisible, they satisfy their flesh and ambitions, so they aren’t able. But God is merciful; they can if they want to repent. It is dangerous if they do not strive, are still arrogant, and keep living in the lusts of the flesh. Don’t go against God. That’s why we all must be God’s campaigners, not mere supporters but counselors, for we have put on the truth.

Being a lover of God is great. Maybe this is considered nonsense, but whatever. Remember 2 Samuel 22, “The Lord has rewarded me according to my righteousness, according to my cleanness in His sight,” and so on. If we love God sincerely, with all our hearts, He will treat us like that. Then why don’t we want to do it? Why are we still reasoned? If we become lovers of God, who is against us? If we become God’s lover, we are safe, whatever the condition is.  

THE EXCUSES WE MAKE TO DEFEND OUR MISTAKES ARE A FORM OF DISRESPECT FOR GOD.

Card image
ALASAN - 14 Mei 2023
2023-05-14 09:45:28


Orang yang bengkok hatinya adalah orang yang tidak jujur. Dan mereka tidak akan diperlakukan Tuhan sebagai orang yang layak menerima anugerah. Sebab Tuhan berfirman, “Terhadap orang suci Engkau berlaku suci, tetapi terhadap orang bengkok Engkau berlaku bengkok.” Jangan sampai di hadapan Tuhan kita masih beralasan ini dan itu. Tidak ada alasan. Salah adalah salah. Jangan membiasakan diri beralasan. Itu orang bengkok. Atau kita mengaku salah, tetapi ada embel-embelnya. Suatu hari ketika kita berhadapan di hadapan takhta pengadilan Allah, dan semua pengetahuan lengkap, kita akan mengenali bahwa alasan yang kita buat adalah bentuk sikap tidak menghormati Allah.

“Bagaimana saya bisa cukup, kalau saya jujur?” Orang yang seperti ini menganggap bahwa kehidupan yang benar dan kesucian itu membahayakan dan menyulitkan hidupnya. Maka, kesucian harus dibangun sejak muda. Namun, walaupun saat ini kita sudah cukup berumur dan sering gagal, tetap kita masih bisa diperbaiki. Di- reset, di- redefine, di- recode; di- format. Ingat! Kalau kita mengasihi Tuhan, Tuhan juga mengasihi kita. Jangan kita balas berkata, “Walaupun kita tidak mengasihi Dia, Allah mengasihi kita,” nanti dulu. Jadi begini, seharusnya makin tua umur kita, maka cinta kita kepada Tuhan juga harus makin kuat. Seimbang dengan kedewasaan rohani kita. Memang dulu waktu masih remaja, cinta kita kepada Tuhan yang porsinya sedikit, aman. Tetapi tidak akan aman ketika kita sudah tua. Jadi seiring dengan usia rohani, kita juga harus bisa mencapai puncak kecintaan kepada Tuhan.

Sebab tidak ada cara lain untuk menghadirkan hadirat Allah dan kuasa Allah, kecuali dengan kekudusan dan kesucian hidup. Kita rindu diubah, benar-benar menjadi seorang yang mengasihi Tuhan. Di dalam 2 Korintus 11:2 dikatakan, “Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi, karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci.” Kita harus jadi perawan suci. Jadi kalau ada orang berkata, “Tuhan mengasihi kita, walaupun kita tidak mengasihi Dia,” nanti dulu. Waktu umur rohani kita berapa? Walau kita tidak setia, Dia tetap setia. Berapa kali kita memberontak dan melakukan tindakan tidak setia? Sampai kapan?

“Perawan” di sini bukan berarti tidak pernah melakukan hubungan seks. Ini bukan dalam pengertian umum, tetapi menunjuk kepada seseorang yang tidak terikat dengan percintaan dunia. Tuhan mencintai kita dan Ia sebagai mempelai laki-laki. Namun, kalau kita tidak menjadi perawan suci, artinya kita tidak akan menjadi mempelai di kekekalan. Maka, Paulus berkata, “Tetapi aku takut kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus.” Siapa yang disesatkan? Manusia; orang Kristen. Siapa yang menyesatkan? Iblis.

Sebagai mempelai Tuhan, kita itu ibarat sudah masuk kotak; dibelenggu dengan status “tunangan.” Kalau di Indonesia, tunangan gampang bisa putus. Tetapi kalau di Israel, menurut tradisi Yahudi, kalau dikatakan “Maria tunangan Yusuf,” arti tunangan itu sudah legal suami istri, tetapi belum tinggal serumah. Tuhan sudah membeli kita secara legal. Kita milik Tuhan. Maka kalau kita tidak nurut, memberontak, berarti kita bengkok. Kita tidak boleh hidup sembarangan. Jangan lupa, ada Iblis yang terus mencoba untuk menarik kita masuk dalam persekutuan dengan kegelapan. Jadi, ingat! Kita sudah dibelenggu dalam status sebagai mempelai Kristus.

Kita harus memilih Tuhan dan kita harus mencintai Tuhan lebih dari mencintai nyawa kita. Ironis, banyak yang tidak mampu, karena irama hidupnya sudah salah selama belasan, bahkan puluhan tahun. Selain Tuhan tidak kelihatan, mereka memuaskan daging dan ambisinya, sehingga mereka tidak sanggup lagi. Tetapi kalau Tuhan berkemurahan, dan mereka mau bertobat, bisa. Tetapi kalau sudah tidak nekat, sombong, masih hidup dalam nafsu kedagingan, maka itu bahaya. Jangan lawan Tuhan. Makanya kita-kita semua harus menjadi juru kampanye Tuhan. Kita bukan hanya jadi penggembira. Jadi penganjur, karena kita sudah mengenakan kebenaran. Menjadi kekasih Tuhan itu luar biasa. Ingat 2 Samuel 22, “TUHAN memperlakukan aku sesuai dengan kebenaranku, Ia membalas kepadaku sesuai dengan kesucian tanganku,” dan seterusnya. Mungkin ini dianggap omong kosong, tetapi terserah. Kalau kita mencintai Tuhan, mencintai Dia dengan tulus, sepenuh hati, Dia akan perlakukan kita seperti itu. Lalu mengapa kita tidak mau melakukannya? Mengapa kita masih beralasan? Kalau kita jadi kekasih Tuhan, siapa yang lawan kita? Kalau kita menjadi kekasih-Nya, apa pun dan bagaimanapun, kita aman.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono ALASAN YANG KITA BUAT DALAM MEMBELA KESALAHAN KITA ADALAH BENTUK SIKAP TIDAK MENGHORMATI ALLAH.

Card image
Truth Kids 13 Mei 2023 - TIDAK PERNAH BERUBAH
2023-05-13 09:56:55


Ayub 23:13
”Tetapi Ia tidak pernah berubah – siapa dapat menghalangi Dia? Apa yang dikehendaki-Nya, dilaksanakan-Nya juga.”

Sejak kita lahir, orangtua merawat dan menjaga kita. Kita diberi makan yang cukup, tempat tinggal yang nyaman, dan kasih sayang setiap hari. Jika kita berbuat kesalahan, orangtua akan menegur. Tetapi kasih sayang mereka tidak pernah berubah. Di dalam hati mereka, kita adalah anak yang paling mereka sayangi.

Allah juga begitu mengasihi kita, Sobat Kids. Allah tidak ingin kita binasa. Allah tidak ingin kita berada dalam dosa. Saat kita seharusnya dihukum karena dosa, Allah mengirimkan anak-Nya yang tunggal yaitu Tuhan Yesus Kristus untuk menebus dosa. Kita diselamatkan dari hukuman. Meskipun kita masih bisa bersalah, Allah tetap mengasihi kita. Allah menaruh orang-orang baik di sekitar untuk menegur dan mengajar kita. Kita beroleh pengampunan oleh karena kasih-Nya. Kasih Allah tidak pernah berubah. Karena itu, Dia ingin agar kita tidak menyia-nyiakan anugerah keselamatan yang Ia berikan. Allah ingin agar kita menyenangkan hati-Nya.

Card image
Truth Junior 13 Mei 2023 - KITA BERUBAH, TUHAN TIDAK BERUBAH
2023-05-13 09:54:37


Ayub 23:13
“Tetapi Ia tidak pernah berubah – siapa dapat menghalangi Dia? Apa yang dikehendaki-Nya, dilaksanakan-Nya juga.”

Sobat Junior, apakah kalian pernah dengar lagu yang judulnya “Tuhan Yesus tidak berubah"? Lagunya mengatakan bahwa Tuhan Yesus tidak berubah, tidak berubah selama-lamanya. Dari lagu itu, kita diingatkan bahwa Tuhan Yesus memiliki sifat yang tidak pernah berubah, tidak seperti kita yang sering berubah-ubah. Kalian setuju, kan, kalau kita manusia memiliki sifat yang terus menerus berubah? Iya, kadang berubah dari tidak baik menjadi baik. Contohnya, seperti kalian, biasanya suka marah-marah ke mama atau papa, tapi berubah sudah tidak marah-marah lagi, jadi anak yang mau dengar-dengaran.

Tapi ada juga manusia yang semula sangat baik, tetapi karena sesuatu hal dapat membuat dia berubah menjadi tidak baik. Contoh lainnya, kalian sangat rajin belajar, tapi sekarang mulai malas belajar karena lebih sering bermain game. Biasanya itu dipengaruhi oleh lingkungan di sekitar kita, bisa saja teman, keluarga, atau lingkungan sekitar kalian. Maka dari itu, kita mau belajar dari sifat Tuhan yaitu Dia tidak pernah berubah.

Apakah itu berarti kalau sifat kita tidak baik, tidak usah diubah, ya? Bukan begitu! Tentu jika ada sifat kita yang tidak baik, kita harus berubah untuk menjadi lebih baik. Maksudnya, Tuhan yang tidak pernah berubah itu adalah kasih-Nya, kesetiaan-Nya, janji-Nya. Itulah yang tidak pernah berubah yang Tuhan berikan bagi kita. Meskipun Tuhan tidak pernah berubah, kita haruslah berubah untuk menjadi serupa seperti Tuhan Yesus. Karena masih banyak sifat-sifat kita yang perlu kita ubah. Jadi kita belajar bersama-sama, ya, Sobat Junior untuk berubah menjadi lebih baik. Karena kasih, setia, dan janji Tuhan tidak pernah berubah untuk selama-lamanya.

Card image
Truth Youth 13 Mei 2023 (English Version) - FACE IT
2023-05-13 09:52:14


"Do you think that I have come to bring peace to the earth? No, I tell you, but rather division." (Luke 12:51)

As human beings, we often have to experience something first in order to understand what to do. That's why it's not surprising that there's a famous saying that many people use: "experience is the best teacher." It cannot be denied that without experience, we will not know the strengths and weaknesses that exist within us.

Indeed, it cannot be denied that conflicts provide many lessons. It's no wonder that a person's maturity can be reflected in how they solve their problems. How mature a person is can usually be measured by how many conflicts they have experienced. These experiences make them strong and shape their mindset when other problems arise.

In life, everyone will face various conflicts, although it is not uncommon to experience the same conflict. However, the most important thing is that the lessons from a conflict will shape a person and distinguish them from others. Although it may feel painful at the time, the conflicts that come will make us more mature and wise in dealing with life. Someone with experience in conflict can make them more mature than others.

Even in our calling as peacemakers, it does not always mean that we have to avoid conflict. Sometimes we have to experience and face that conflict. However, the important note for us as Christians when in conflict is that we do not intend to respond with conflict, but we must try to find a solution or a way out of that conflict.

Therefore, what distinguishes us when in conflict is motivation. Is that motivation to bring destruction and conflict, or conversely, do we find a way out and gain valuable lessons to be better in the future? Involving God in all matters is essential for a Christian, because without involving God, the tendency of our human hearts is only to bring disaster.

WHAT TO DO:
1. Involve God in facing conflict, because He will provide the best choices.
2. Do not avoid conflict, but face it with a good heart motivation.
3. Do not become the source of conflict, but must be a peacemaker.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Kings 8-9

Card image
Truth Youth 13 Mei 2023 - HADAPI SAJA
2023-05-13 09:46:46


”Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan."(Lukas 12:51)

Kita sebagai manusia sering kali harus terlebih dahulu mengalami sesuatu, agar mengerti apa yang harus dilakukan. Maka tidak heran ada istilah terkenal yang sering digunakan banyak orang, yakni “guru terbaik adalah pengalaman”. Memang tidak bisa dipungkiri tanpa sebuah pengalaman, maka kita tidak akan mengatahui kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri kita.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa konflik akan memberikan pelajaran yang banyak. Tidak heran kedewasaan seseorang bisa tercermin dari bagaimana dia menyelesaikan masalahnya. Seberapa dewasanya seseorang biasanya juga bisa diukur dari seberapa banyak konflik yang pernah dia alami. Pengalaman tersebut yang menjadikannya kuat dan membentuk mental ketika masalah lain datang menghadang.

Dalam kehidupannya setiap orang akan menghadapi konflik yang beragam, meski tidak jarang juga mengalami konflik yang sama. Namun yang terpenting, pelajaran dari suatu konflik akan membentuk diri seseorang dan membedakan dengan lainnya. Meski terasa menyakitkan pada waktu tersebut, konflik yang datang akan menjadikan kita lebih dewasa dan bijak dalam menyikapi kehidupan. Seseorang dengan pengalaman konflik berikut ini bisa menjadikannya seseorang yang lebih dewasa dari orang lain.

Bahkan dalam panggilan kita sebagai pembawa damai, tidak harus selalu berarti kita menghindari sebuah konflik. Kadang kita harus mengalami dan menghadapi konflik tersebut. Namun yang menjadi catatan penting bagi kita orang Kristen saat berkonflik, kita bukan bermaksud membalasnya dengan konflik juga, melainkan kita harus mengusahakan supaya ada solusi atau jalan keluar dari konflik itu.

Oleh karena itu, yang membedakan kita saat berkonflik adalah motivasinya. Apakah motivasi itu membawa kehancuran dan pertentangan, atau malah sebaliknya kita menemukan jalan keluar dan mendapatkan pelajaran berharga untuk lebih baik di waktu yang akan datang. Melibatkan Tuhan dalam segala perkara menjadi hal utama bagi seorang Kristen, sebab tanpa melibatkan Tuhan kecenderungan hati kita sebagai manusia hanya membawa malapetaka.

WHAT TO DO:
1.Libatkan Tuhan dalam menghadapi konflik, sebab Ia akan memberikan pilihan yang terbaik.
2.Jangan hindari konflik, melainkan hadapi saja dengan motivasi hati yang baik.
3.Jangan menjadi sumber konflik, melainkan harus menjadi pembawa damai.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Raja-Raja 8-9

Card image
Renungan Pagi - 13 Mei 2023
2023-05-13 09:43:09


Ketika bersaksi tujuannya bukan untuk membuktikan bahwa kita lebih hebat dari orang lain dan ingin mencari pujian dari manusia, tetapi dalam kesaksian, tujuannya supaya hanya nama Tuhan saja yang dimuliakan.

Jangan menjadi orang percaya yang munafik dalam setiap kesaksian, yaitu karena hanya membesarkan peristiwa-peristiwa supaya orang dapat menganggap betapa hebatnya kita.

Biarlah dalam ketulusan bersaksi, kita mau memuliakan Tuhan, mau menyatakan betapa hebat dan dahsyatnya Tuhan kita. Dan menjadi saksi Kristus adalah memperagakan Hidup-Nya dalam hidup setiap hari.
(Yohanes 5:31-36)

Card image
Quote Of The Day - 13 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-13 09:37:41


Di dalam hidup orang percaya harus tampak kemuliaan Allah, hikmat dan pengertian.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 13 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-13 09:35:26


Sebanyak apa pun teologia yang dimiliki seseorang tidak cukup membuat orang itu takut akan Allah secara benar.

Card image
ACCORDING TO OUR RIGHTEOUSNESS - 13 Mei 2023 (English Version)
2023-05-13 09:32:04


2 Samuel 22:21-29, “The Lord has dealt with me according to my righteousness; according to the cleanness of my hands he has rewarded me. For I have kept the ways of the Lord; I am not guilty of turning from my God. All his laws are before me; I have not turned away from his decrees. I have been blameless before him and have kept myself from sin. The Lord has rewarded me according to my righteousness, according to my cleanness in his sight. “To the faithful, you show yourself faithful; to the blameless, you show yourself blameless; to the pure, you show yourself pure, but to the devious, you show yourself shrewd. You save the humble, but your eyes are on the haughty to bring them low. You, Lord, are my lamp; the Lord turns my darkness into light.”

One important thing we must understand is God does not change. It is not true if we get the impression or message as if God in the New Testament has changed, and this wrong understanding has occurred since the 2nd century and is also a result of Greek philosophy, where they know a good and evil god. Christians who have lost their minds see the God of the Old Testament is seen as an evil God, while the God of the New Testament is good and considered higher. Such an understanding is wrong. They see the God of the Old Testament as a God of workers of lesser rank. The truth is, the God of the Old Testament is also the God of the New Testament, He is the same God whose essence and nature do not change. So, don’t let the powers of darkness deceive us.

God never changes; then, now, until forever. The God of the Old Testament—Elohim Yahweh—is the same as the God of the New Testament that we call the Father. So, we can call Him Yahweh Father or Elohim Yahweh. From the verse above, the consequence of dealing with Elohim Yahweh is, “The Lord has dealt with me according to my righteousness.” We cannot avoid the consequence because He created us. So, don’t go against God or misbehave toward Him because this is the consequence: “The Lord has rewarded me according to my righteousness, according to my cleanness in his sight. To the faithful, you show yourself faithful; to the blameless, you show yourself blameless; to the pure, you show yourself pure, but to the devious, you show yourself shrewd.”

Maybe someone is trying to argue, “God’s Word in the New Testament says, even though we are unfaithful, He is still faithful.” That’s true, but it applies as long as we are alive because if we are unfaithful or sin, and God is unfaithful, we die! So, even though we are faithless, He is still faithful, but if we continue to be unfaithful and later deny Him, He denies us too. So, if we end up unfaithful, He will also be unfaithful. This truth should thrill us. Don’t fight God because He will reward us according to our righteousness. This is the dynamics of life that we must understand that God doesn’t change.

This truth is precious; those who hear and understand it are blessed. However, this is dangerous for those who don’t understand or don’t want to understand and don’t do it because it is impossible for God not to act. If we now, for example, make mistakes, it is dangerous if we continue to live in them, so do not sin or make mistakes. People who live in the truth have no fear of death, long for the coming of God, and stand before His throne of judgment. People who live in truth must not be selfish and will bear fruit while living in the world, guiding people so they don’t get carried away into darkness.

Let’s meditate on this truth; we live it, absorb it well, and want to change. We will be able to live well if we understand and practice the truth, and this is the secret of the truth: GOD repays us according to our righteousness. Verse 31 says, “He shields all who take refuge in Him.” Don’t go against God. What is difficult, weighed, and disadvantageous of living a holy, righteous life? There is no life that is more beautiful than living in the holiness of God. The important thing is that we live without blemish before God, today and forever. Do not let what people say about us disturb our souls. Instead, let us be a blessing. Don’t remember past bad habits anymore because they can intimidate us. God forgives and forgets them. God looks at who we are today and what we can become later. So, if we have sins today, whatever it is, admit and settle them before God.

THIS IS THE SECRET OF LIFE.
GOD REPAYS US ACCORDING TO OUR RIGHTEOUSNESS.

Card image
SESUAI KEBENARAN KITA - 13 Mei 2023
2023-05-13 09:27:58


2 Samuel 22:21-29, “TUHAN memperlakukan aku sesuai dengan kebenaranku; Ia membalas kepadaku sesuai dengan kesucian tanganku, sebab aku tetap mengikut jalan TUHAN dan tidak menjauhkan diri dari Allahku sebagai orang fasik. Sebab segala hukum-Nya kuperhatikan, dan dari ketetapan-Nya aku tidak menyimpang; aku berlaku tidak bercela kepada-Nya dan menjaga diri terhadap kesalahan. Karena itu TUHAN membalas kepadaku sesuai dengan kebenaranku, sesuai dengan kesucianku di depan mata-Nya. Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela, terhadap orang suci Engkau berlaku suci, tetapi terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku belat-belit. Bangsa yang tertindas Engkau selamatkan, tetapi mata-Mu melawan orang-orang yang tinggi hati, supaya mereka Kau rendahkan. Karena Engkaulah pelitaku, ya Yahweh, dan Yahweh menyinari kegelapanku.”

Ada hal penting yang kita harus pahami, yaitu Allah tidak berubah. Kalau di Perjanjian Baru kita menangkap kesan atau pesan seakan-akan Allah berubah, itu salah. Pemahaman salah ini memang sudah terjadi sejak abad ke-2. Juga akibat dari filosofi Yunani di mana mereka mengenal Allah yang baik dan Allah yang jahat. Allah Perjanjian Lama bagi orang Kristen yang telah tersesat pikirannya dipandang sebagai Allah yang kurang baik. Tetapi Allah Perjanjian Baru adalah Allah yang baik. Allah yang baik, yang bisa dipandang lebih tinggi. Pemahaman seperti itu salah. Allah Perjanjian Lama adalah Allah pekerja, Allah yang martabat-Nya lebih rendah. Yang benar, Allah Perjanjian Lama juga Allah Perjanjian Baru; Allah yang sama, yang hakikat dan sifat-Nya tidak berubah. Jadi, jangan sampai kuasa kegelapan menipu kita.

Allah tidak pernah berubah; dulu, sekarang, sampai selama-lamanya. Allah Perjanjian Lama—yaitu Elohim Yahweh—sama dengan Allah Perjanjian Baru yang kita panggil Bapa. Maka kita bisa menyebut Bapa Yahweh; Elohim Yahweh, sama. Dari ayat yang kita baca di atas, konsekuensinya kita berurusan dengan Elohim Yahweh; “TUHAN memperlakukan aku sesuai dengan kebenaranku.” Dan itu konsekuensi yang tidak bisa dihindari, karena kita diciptakan oleh Dia. Jadi, jangan melawan Tuhan. Jangan bersikap tidak patut kepada-Nya. Ini konsekuensinya: “TUHAN, Yahweh membalas kepadaku sesuai dengan kebenaranku, sesuai dengan kesucianku di depan mata-Nya. Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela, terhadap orang suci Engkau berlaku suci, terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku belat-belit.”

Mungkin ada yang berkilah, mencoba mendebat atau berargumentasi, “Firman Tuhan di Perjanjian Baru mengatakan, walaupun kita tidak setia, Dia tetap setia.” Benar, itu berlaku selama kita masih hidup. Sebab kalau sekali kita tidak setia atau berbuat dosa, lalu Allah tidak setia, mati kita! Jadi, walaupun kita tidak setia, Dia tetap setia. Tetapi kalau terus-menerus tidak setia, akhirnya berarti kita menyangkal Dia. Maka, Dia menyangkal kita juga. Jadi kalau kita sampai akhirnya tidak setia, maka Dia tetap tidak setia juga. Ini kebenaran yang mestinya menggetarkan kita. Jangan melawan Tuhan, sebab TUHAN membalas kepada kita sesuai dengan kebenaran kita. Ini adalah dinamika hidup yang harus kita pahami. Allah tidak berubah.

Berharga sekali kebenaran ini, dan berbahagia bagi kita yang mendengar dan mengerti. Tetapi berbahaya bagi yang tidak mengerti, tidak mau mengerti, dan tidak melakukan. Tidak mungkin Tuhan tidak bertindak. Kalau kita sekarang misalnya berbuat kesalahan dan tetap hidup dalam kesalahan itu, bahaya. Jangan berbuat dosa, jangan melakukan kesalahan. Orang yang hidup di dalam kebenaran, tidak memiliki rasa takut sama sekali terhadap kematian. Bahkan, sangat merindukan kedatangan Tuhan dan perhitungan-Nya di hadapan takhta pengadilan. Dan orang yang hidup dalam kebenaran, pasti tidak egois. Dia akan berbuah selama hidup di dunia, membimbing orang supaya jangan orang ikut terbawa ke dalam kegelapan.

Mari kita renungkan kebenaran ini, kita hayati, kita serap dengan baik, dan kita mau berubah. Hidup akan dapat kita jalani dengan baik kalau kita mengerti kebenaran dan melakukannya. Dan ini rahasia kebenarannya: TUHAN membalas kepada kita sesuai dengan kebenaran kita. Di ayat 31 dikatakan, “Dia bisa menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya.” Jangan melawan Tuhan. Apa sulitnya, beratnya, ruginya hidup suci, hidup benar itu? Tidak ada kehidupan yang lebih indah dari hidup dalam kesucian Tuhan. Apa kata orang terhadap kita, jangan itu mengganggu jiwa kita. Sebaliknya, menjadi berkat. Yang penting benar-benar kita hidup tidak bercacat tidak bercela di hadapan Tuhan, hari ini sampai selama-lamanya. Kita yang masa lalunya buruk, jangan ingat lagi karena itu akan mengintimidasi kita. Tuhan mengampuni, Tuhan melupakan. Tuhan memandang siapa kita hari ini, dan bisa menjadi apa kita nanti. Jadi kalau kita punya dosa hari ini, apa pun, akuilah dan bereskan di hadapan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

INI RAHASIA KEHIDUPAN, YAITU TUHAN MEMBALAS KEPADA KITA SESUAI DENGAN KEBENARAN KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 Mei 2023
2023-05-13 09:21:37

Mazmur 32 ,51 ,86 & 122

Card image
Truth Kids 12 Mei 2023 - DIA SELALU MENYERTAI
2023-05-12 09:46:27


Mazmur 46:8
”Tuhan semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub.”

Saat diri kita sakit, orangtua akan merasa cemas dan berusaha merawat dengan baik sampai kita sembuh. Orangtua akan berusaha agar kita segera sehat kembali. Orangtua tidak akan bisa tenang selama kita masih merasakan sakit. Jika bisa memilih, orangtua akan memilih merekalah yang merasakan sakit daripada kita. Di saat kita sedih atau menangis pun mereka akan berusaha menghibur kita.

Sobat Kids, Tuhan juga selalu menyertai di mana pun kita berada. Ayat firman Tuhan hari ini mengatakan bahwa Tuhan, Pencipta dunia ini, menyertai kita. Bahkan Ia seperti kota benteng yang selalu melindungi kita. Benteng memiliki tembok yang tebal dan tinggi, Sobat Kids. Kota benteng akan kokoh berdiri melindungi orang yang di dalamnya sepanjang waktu.

Baik pagi, siang, sore, bahkan sampai malam hari, benteng akan melindungi. Sifat Tuhan kepada kita juga seperti itu. Ia selalu menyertai dan melindungi kita setiap saat, sepanjang waktu.

Di saat kalian sedang merasa takut, ingatlah bahwa Tuhan selalu menyertai. Ia tidak akan pernah membiarkan kita berjalan sendiri. Setiap hari Tuhan ada bersama-sama dengan kita.

Card image
Truth Junior 12 Mei 2023 - BESERTA KITA
2023-05-12 09:43:37


Mazmur 46:8
”Tuhan semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub.”

Sobat Junior, kalian pernah dengar lagu “Jalan serta Yesus, jalan serta-Nya setiap hari,” kan? Dari lirik lagu tersebut, kita belajar berjalan bersama Tuhan setiap hari. Saat kita melangkah bersama-Nya, Ia tidak pernah sekalipun melepaskan tangan kita. Ia setia menuntun jalan kita. Setia; sifat Tuhan yang kita pelajari kemarin.

Tuhan tidak hanya setia saat kita memilih untuk setia, Sobat Junior. Di saat kita tidak setia, Tuhan tetap setia. Ia tidak bisa menjadi tidak setia, karena itu adalah sifat-Nya. Tuhan selalu setia sepanjang waktu. Setiap saat Ia selalu menyertai kita, umat-Nya.

Ayat firman Tuhan hari ini menggambarkan penyertaan Tuhan seperti kota benteng. Pada zaman dahulu, para penduduk sebuah desa atau kota membangun benteng di sekeliling tempat tinggal mereka. Tujuannya adalah untuk melindungi para penduduk dari serangan musuh. Benteng tersebut akan melindungi mereka sepanjang waktu, setiap saat.

Sepanjang waktu, setiap saat Tuhan menyertai hidup kita. Lebih dari sebuah kota benteng, Tuhan merupakan Pribadi yang mengerti kita. Yuk, kita ucapkan syukur, rasa terima kasih kita kepada Tuhan untuk penyertaan-Nya sepanjang waktu.

Card image
Truth Youth 12 Mei 2023 (English Version) - BRING GOD’S SHALOM
2023-05-12 09:40:46


"I always give thanks to my God for you because of the grace of God that has been given to you in Christ Jesus" (1 Corinthians 1:4)

We are no strangers to the word shalom. We often say it to our fellow believers. Shalom itself is a Hebrew word commonly used as a greeting or prayer in Jewish tradition. Literally, the word shalom can be translated as "peace" or "safety" and is often used as an expression of desire for peace and well-being for those being greeted. In Jewish tradition, shalom also has a deeper meaning as a concept that encompasses peace, harmony, and balance in relationships with God, fellow human beings, and the universe.

Let us reflect on the meaning of the word shalom. Yesterday we learned about how we can bring peace to our fellow beings. Romans 12:18 says, "If possible, so far as it depends on you, live peaceably with all." This means that we should bring peace wherever we are. However, we live in a world that is becoming increasingly cruel. It is becoming more difficult for people to live in peace. As Christians, we should bring shalom wherever we are, not only to our fellow believers but also to everyone. So, how can we bring God's peace in the midst of this increasingly evil world? The first thing we must do is to put on the character of Christ within us. This means that we should emulate Christ, who is our role model. God has given us the Holy Spirit to guide us in this cruel world, so that we know how to bring God's shalom wherever we are.

WHAT TO DO:
1. Pray to God, asking for the guidance of the Holy Spirit on how we can bring shalom in our environment.
2. Observe our behavior carefully, whether there are behaviors that do not bring shalom to our fellow beings.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Kings 6-7

Card image
Truth Youth 12 Mei 2023 - BRING GOD’S SHALOM
2023-05-12 09:30:19


”Aku senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas kasih karunia Allah yang dianugerahkan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus" (1 Korintus 1:4)

Kita sudah tidak asing lagi dengan kata shalom. Kita sering mengucapkannya bagi saudara seiman kita. Shalom sendiri merupakan sebuah kata dalam bahasa Ibrani yang biasa digunakan sebagai ucapan salam atau doa dalam tradisi Yahudi. Secara harfiah, kata shalom dapat diterjemahkan sebagai “damai” atau “keselamatan” dan sering digunakan sebagai ungkapan keinginan akan kedamaian dan kesejahteraan bagi orang yang disapa. Dalam tradisi Yahudi, shalom juga memiliki makna yang lebih dalam sebagai sebuah konsep yang meliputi kedamaian, harmoni, dan keselarasan dalam hubungan dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam semesta.

Mari kita merenungkan makna kata shalom ini. Kemarin kita sudah belajar mengenai bagaimana kita membawa perdamaian bagi sesama kita. Roma 12:18 mengatakan bahwa “Kita harus hidup dalam perdamaian dengan semua orang.” Artinya, kita harus membawa perdamaian di mana pun kita berada. Namun, kita hidup di dunia kita sudah semakin kejam. Manusia sudah semakin sulit untuk hidup dalam perdamaian. Kita sebagai orang Kristen seharusnya membawa shalom di mana pun kita berada. Tidak hanya bagi saudara seiman kita, tetapi juga bagi semua orang. Lalu, bagaimana kita bisa membawa perdamaian yang berasal dari Tuhan, di tengah dunia yang semakin jahat ini? Hal pertama dan yang harus kita lakukan adalah kita harus mengenakan karakter Kristus di dalam diri kita. Artinya, kita harus meneladani Kristus yang merupakan role model kita. Tuhan telah menganugerahkan kepada kita Roh Kudus untuk menuntun kita di dunia yang kejam ini, supaya kita tahu bagaimana kita bisa membawa shalom Tuhan di mana pun kita berada.

WHAT TO DO:
1. Berdoalah kepada Tuhan, minta petunjuk Roh Kudus bagaimana kita harus membawa shalom di dalam lingkungan kita.
2. Perhatikan dengan seksama tingkah laku kita, apakah ada tingkah laku kita yang tidak membawa shalom bagi sesama kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Raja-Raja 6-7

Card image
Renungan Pagi - 12 Mei 2023
2023-05-12 09:22:44


Alkitab berkata dengan tegas kalau kita hanya menjadi pendengar-pendengar yang setia, tidak melakukan firman Tuhan, maka disebut sebagai orang-orang yang bodoh bahkan tidak bedanya dengan orang-orang Farisi dan kelima gadis bodoh.

Kalau kita mendengar firman dan melakukannya, maka dsebut sebagai orang-orang yang bijaksana, mengapa bijaksana? Karena kita akan selalu menerima hikmat dan kebijaksanaan dari Tuhan.
(Matius 7:24, 26)

Card image
Quote Of The Day - 12 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-12 09:20:15


Di balik ucapan syukur, ternyata ada berkat dan kuasa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 12 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-12 09:18:25


Kita tidak mungkin bisa hidup suci, kita tidak mungkin bisa meninggalkan percintaan dunia kalau kita tidak mengalami perjumpaan dengan Tuhan.

Card image
SPIRIT IMPARTATION - 12 Mei 2023 (English Version)
2023-05-12 09:16:07


Father in Heaven wants our relationship with Him to be more and more exclusive. Exclusive means a unique relationship that is second to none. There is something wrong with us, or we are not disloyal if our relationship with someone or something is more upscale than our relationship with God. That is why God’s Word says, “If anyone comes to me and does not hate father and mother, wife and children, brothers, and sisters—yes, even their own life—such a person cannot be My disciple.” (Luke 14:26). What does this verse mean? God wants our relationship with Him to become exclusive, intimate, beautiful, and closest.

The above verse does not mean we make them suffer, get in trouble, or be harmed. God wants us to have a relationship with Him beyond our relationship with anyone, including our parents, family, and siblings. If we do this, we learn to love the people we should love proportionately. We indeed must love them but in proportion, and our love for our family, parents, siblings, children, and others must express God’s love within us.

Our exclusive relationship with God will result in the impartation of His Spirit to us, and that’s why we start removing all unnecessary pleasures. We indeed have certain pleasures and hobbies we don’t need to enjoy, and only we know it; no other people know, even partners, do not know it. The Holy Spirit will lead us to know things that make God jealous, which are dangerous for us. He cannot just be silent, He beats and punishes us in time. He won’t act like that.

God will warn and remind us if something is wrong in our life. So, it’s impossible later in God’s court; someone can say, “Wow, I didn’t know this was wrong. I didn’t know this was a sin; I didn’t know this hurt God,” because the Holy Spirit must rebuke and remind us. Of course, this applies to the lives of Christians, believers, or chosen people, not those of non-chosen people. God will surely give instructions to the chosen people, as precise, detailed, and as complete as possible so that we have the right heart attitude before Him. As the architect of the soul, God knows how to shape our souls to be as great and glorious as He designed us to be.

One day later, we will behold and feel the glory of the Lord Jesus and the Father in Heaven. At that time, the Lord Jesus was glorified as King above all kings, so we must be grateful because we have an intimate relationship with God on earth, an exclusive relationship with Him. And how woeful are those who fill their day with various pleasures God does not enjoy? How terrible! They can’t return to the world anymore to improve their lives.

Many people will regret it, and, as the Bible says, “…there will be weeping and gnashing of teeth in the eternal fire.” Very terrible! So, since on earth, we have learned to love God and make Him the greatest in this life and truly special so that we don’t experience those regrets. We will be received in the eternal Tabernacle as the beautiful brides of God in the eyes of the Father in heaven.

Therefore, we should change the routine of our lives and be committed to loving God, loving Him alone, nothing else. We are committed to being willing to have no one and nothing except God, even if we have abundant material or have many people around; don’t count that as happiness. God is the only source of our happiness; no one can be our joy’s foundation. He is our honour and glory. If we do that, our relationship will be more exclusive with God and marked by our longing to meet face to face and have no fear of facing death. Instead, death becomes the moment we look forward to.  

AN EXCLUSIVE RELATIONSHIP WITH GOD WILL RESULT IN THE IMPARTATION OF HIS SPIRIT TO US.

Card image
IMPARTASI SPIRIT - 12 Mei 2023
2023-05-12 09:13:21


Bapa di surga ingin agar hubungan kita dengan Tuhan makin hari makin eksklusif. Eksklusif artinya hubungan yang istimewa, yang khusus, yang tiada duanya. Kalau ada hubungan dengan seseorang atau sesuatu dalam hidup kita yang lebih eksklusif dari hubungan kita dengan Tuhan, itu berarti ketidaksetiaan; ada yang salah di dalam hidup kita. Itulah sebabnya Firman Tuhan mengatakan, "Jika kamu tidak membenci ayahmu, ibumu, saudaramu laki-laki dan perempuan, bahkan nyawamu sendiri, kamu tidak layak bagi-Ku" (Luk. 14:26). Apa maksud ayat ini? Di balik pernyataan itu Tuhan mau agar hubungan kita dengan Tuhan merupakan hubungan yang paling eksklusif, paling intim, paling indah, paling lekat, paling dekat.

Maksud Tuhan dengan memerintahkan kita untuk ‘membenci ayahmu, ibumu, saudaramu laki-laki dan perempuan’ bukan berarti kita mengupayakan penderitaan, kesulitan atau mendatangkan celaka bagi mereka. Tetapi, maksud Tuhan adalah agar kita memiliki hubungan dengan Tuhan yang melampaui hubungan kita dengan siapa pun, termasuk dengan orangtua, keluarga, saudara-saudara kita di dunia ini. Jika kita melakukan hal ini, sesungguhnya kita benar-benar belajar mencintai orang-orang yang harus kita cintai secara proporsional. Kita harus mengasihi mereka, benar, tetapi secara proporsional. Dan cinta kita kepada keluarga, orangtua, saudara, anak dan lainnya, haruslah merupakan ekspresi dari cinta yang Tuhan taruh di dalam diri kita.

Hubungan eksklusif dengan Tuhan akan membuahkan impartasi spirit dari Tuhan kepada kita. Itulah sebabnya, mulailah menanggalkan segala kesenangan yang tidak perlu kita miliki. Sejujurnya, pasti kita punya kesenangan-kesenangan, hobi-hobi tertentu yang tidak perlu kita nikmati. Nah, yang tahu hanya kita sendiri. Orang lain—bahkan pasangan—mungkin tidak tahu keadaan kita masing-masing. Tetapi kita pasti akan dipimpin oleh Roh Kudus. Ada hal-hal yang membuat Tuhan cemburu, dan sebenarnya ini bahaya. Tuhan tidak mungkin diam saja, lalu pada saatnya kita dipukul, dihajar, dihukum Tuhan; tidak mungkin Tuhan bertindak demikian.

Kalau ada sesuatu yang salah dalam hidup kita, pasti Tuhan tegur, pasti Tuhan ingatkan kepada kita. Sehingga, tidak mungkin nanti di pengadilan Tuhan, seseorang bisa berkata, "Wah, saya tidak tahu kalau ini salah. Wah, saya tidak tahu kalau ini dosa; wah, saya tidak tahu kalau ini menyakitkan hati Tuhan." Karena Roh Kudus pasti tegur, Roh Kudus pasti mengingatkan kita. Tentu hal ini berlaku dalam konteks hidup orang Kristen atau orang percaya atau umat pilihan; bukan dalam konteks hidup orang di luar umat pilihan. Kepada umat pilihan, Tuhan pasti akan memberikan petunjuk setepat-tepatnya, sedetail-detailnya, selengkap-lengkapnya, agar kita memiliki sikap hati yang benar di hadapan Tuhan. Dan Tuhan sebagai arsitek jiwa, pasti Tuhan tahu dengan tepat bagaimana membentuk jiwa kita menjadi agung dan mulia seperti yang Tuhan rancang.

Suatu hari nanti kita akan memandang kemuliaan Tuhan Yesus dan Bapa di surga, kita juga merasakan kemuliaan Tuhan Yesus dan Bapa di surga, di mana pada saat itu Tuhan Yesus dimuliakan sebagai Raja di atas segala raja, maka kita pasti bersyukur karena sejak di bumi kita telah memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan, hubungan yang eksklusif dengan Tuhan. Dan betapa celakanya orang yang mengisi hari hidupnya dengan berbagai kesenangan yang Tuhan tidak ikut menikmati di dalamnya, betapa mengerikan. Mereka pasti ingin kembali ke dunia, ingin waktu bisa diputar kembali agar mereka bisa memperbaiki hidupnya, namun tidak bisa!

Banyak orang akan menyesal dan banyak orang akan seperti yang Alkitab katakan, "Akan meratap dengan ratap tangis, kertak gigi di api kekal." Sangat mengerikan! Maka, sejak di bumi kita sudah belajar untuk mencintai Dia, menjadikan Dia termulia dalam hidup ini, menjadikan Tuhan benar-benar istimewa sehingga kita tidak memiliki penyesalan itu. Dan kita pasti diterima di kemah abadi sebagai mempelai-mempelai Tuhan yang cantik di mata Bapa di surga.

Oleh sebab itu, ubahlah rutinitas hidup kita. Kita berkomitmen untuk mencintai Tuhan, mencintai Dia saja, tidak ada yang lain. Kita berkomitmen untuk bersedia tidak memiliki siapa-siapa dan apa-apa, kecuali Tuhan. Kalaupun kita punya materi berlimpah, atau memiliki banyak uang, jangan memperhitungkan itu sebagai kebahagiaan. Siapa pun tidak bisa menjadi landasan sumber kebahagiaan kita. Hanya Tuhan yang menjadi sumber kebahagiaan kita. Tuhan menjadi kehormatan kita. Tuhan menjadi kemuliaan kita. Jika kita melakukan itu, maka hubungan kita akan semakin eksklusif dengan Tuhan dan ditandai dengan kerinduan kita bertemu muka dengan muka dan tidak ada perasaan takut sama sekali menghadapi kematian. Sebaliknya, kematian menjadi saat yang kita nantikan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

HUBUNGAN EKSKLUSIF DENGAN TUHAN AKAN MEMBUAHKAN IMPARTASI SPIRIT DARI TUHAN KEPADA KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 12 Mei 2023
2023-05-12 09:09:04

2 Samuel 11-12, 1 Tawarikh 20

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 Mei 2023
2023-05-11 10:12:50

Mazmur 65-67, 69-70

Card image
Truth Kids 11 Mei 2023 - MEMILIH SETIA
2023-05-11 10:00:55


1 Tawarikh 15:14
“Jadi para imam dan orang-orang Lewi menguduskan dirinya untuk mengangkut tabut Tuhan, Allah Israel.”

Sobat Kids, warna apa yang kalian sukai? Jika hanya ada dua pilihan warna, antara merah dan hijau, mana yang Sobat Kids pilih? Semua tergantung selera dan kesukaan Sobat Kids, bukan? Begitu juga dengan makanan. Ada kentang goreng, nasi, ayam bakar, mi goreng, sayur tumis dan masih banyak lagi. Kalian dapat memilih makanan yang ingin kalian makan.

Sobat Kids, di dalam hidup ini kita memiliki banyak pilihan. Sebagai anak-anak Allah, hendaknya kita memilih untuk setia kepada-Nya saja. Setia artinya tetap patuh atau taat apapun keadaannya. Ayat firman Tuhan hari ini menceritakan bahwa para imam dan orang-orang Lewi menguduskan dirinya untuk mengangkut tabut Tuhan. Tidak boleh sembarangan orang yang mengangkut tabut Tuhan. Hanya orang-orang keturunan suku Lewi yang boleh melakukannya. Dan mereka harus menguduskan diri mereka. Membersihkan diri mereka dan tidak melanggar perintah Tuhan. Mereka memilih untuk setia melakukan perintah Tuhan.

Kita tidak bisa mengatakan bahwa kita percaya kepada Allah, tetapi masih suka dan sengaja melakukan kesalahan. Hal ini akan membuat hati Allah menjadi sedih. Allah ingin kita hanya memilih Dia saat kita merasa punya banyak pilihan untuk tidak setia kepada-Nya. Ingat, ya, Sobat Kids, kita harus memilih untuk setia kepada Tuhan.

Card image
Truth Junior 11 Mei 2023 - SETIA
2023-05-11 09:56:43


1 Tawarikh 15:14
“Jadi para imam dan orang-orang Lewi menguduskan dirinya untuk mengangkut tabut Tuhan, Allah Israel.”

Sobat Junior, apa, ya, yang sering terlintas di pikiran kita tentang pribadi Tuhan? Hhmm… Ia adalah Pribadi yang taat, murah hati, selalu mengampuni, bijaksana, adil, sabar, dan setia. Untuk memiliki karakter yang sama dengan Tuhan, dibutuhkan ketaatan dan kesetiaan. Kedua hal ini akan membantu kita untuk memiliki komitmen atau janji yang teguh berjuang menyenangkan hati Tuhan. Ketaatan dapat dibangun dalam kehidupan sehari-hari, loh, Sobat Junior. Tunduk kepada orang tua dengan cara mendengarkan nasihat mereka. Menolong orang tua dengan cara membersihkan kamar, menyapu lantai, dan rajin belajar.

Pada awalnya kita memiliki semangat untuk taat dan rajin mengikut Tuhan. Namun, sering kali kita merasa bosan atau lelah. Bagaimana caranya agar kita tetap semangat? Pertama, biasakan sebelum tidur, kita mempunyai waktu “ngobrol” sama Tuhan mulai dari 5 menit. Kedua, kita menyediakan waktu untuk membaca renungan dan Alkitab. Lakukanlah dengan setia, Sobat Junior. Setia adalah pilihan, bukan karena tidak ada pilihan lain.

Dalam hidup ini selalu ada pilihan. Apakah mau berdoa atau langsung tidur? Apakah mau nonton film atau membaca Alkitab? Ingatlah, Sobat Junior, Tuhan adalah setia. Kita sebagai anak-anak-Nya juga perlu berjuang untuk setia. Walaupun ada pilihan lain yang mengenakkan buat “daging” kita, tetapi kita mau memilih untuk setia mengikut Tuhan.

Card image
Truth Youth 11 Mei 2023 (English Version) - MAKE PEACE, NOT WAR
2023-05-11 09:53:29


"As much as it depends on you, live in peace with everyone!" (Romans 12:18)

Throughout the course of human history, war has been an inseparable part of it, as humanity has fallen into sin. Various reasons have served as the basis for people to wage war, ranging from power struggles, ideological differences, conflicting interests, past conflicts, competition, desire to exploit natural resources, and so on. Numerous wars have resulted in a significant number of casualties, traumas for those affected, and various other sufferings.

Wars have brought many bad things to human life. Ideally, wars should not occur if humans could create peace for one another. How can this be achieved? By surrendering. You may wonder, "How can surrendering create peace for humanity?" We must remember that wars can start from an individual who wants to satisfy themselves, but ultimately sacrifices others. For example, if a ruler of a country wants to wage war to control a region and expand their existence, if they were to surrender and not be driven by their desire, there would be fewer casualties in the war.

Wars can start on a small scale. Starting from our family, friends, and work environment, "wars" can occur. How can there be war in our small community? Small wars, such as disputes that can involve verbal and physical clashes, can be called "wars." They should not happen if we learn to surrender. By surrendering, we create peace for our fellow human beings. God's word says that we should live in peace with everyone (Romans 12:18). Therefore, let us learn to surrender, starting from small things. Remember that small things are the cause of significant things that can happen.

WHAT TO DO:
Learn to surrender, starting from small things.

BIBLE MARATHON:
▪ 1 Kings 3-5

Card image
Truth Youth 11 Mei 2023 - MAKE PEACE, NOT WAR
2023-05-11 09:44:40


"Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!"
(Roma 12:18)

Di dalam perjalanan sejarah umat manusia yang telah jatuh dalam dosa, peperangan adalah suatu hal yang tidak dapat terpisahkan. Berbagai alasan menjadi dasar bagi manusia untuk berperang. Mulai dari memperebutkan kekuasaan, perbedaan ideologi, perbedaan kepentingan, konflik masa lalu, persaingan, ingin merampas sumber daya alam, dan lain sebagainya. Berbagai perang telah mengakibatkan banyak korban jiwa, trauma bagi orang yang terdampak, dan berbagai penderitaan lainnya.

Perang telah menyebabkan berbagai hal yang buruk bagi kehidupan manusia. Seharusnya, perang tidak perlu terjadi jika manusia bisa menciptakan perdamaian bagi sesamanya. Dengan cara bagaimana? Dengan cara mengalah. Mungkin kita bertanya, “Bagaimana mengalah bisa menciptakan perdamaian bagi umat manusia?” Kita perlu ingat, peperangan bisa dimulai dari seorang individu yang ingin dirinya dipuaskan, namun akhirnya mengorbankan individu-individu lainnya. Misalnya saja, jika seorang penguasa sebuah negara ingin berperang demi menguasai suatu daerah untuk memperluas eksistensinya, kalau saja dia mengalah dan tidak terbawa hawa nafsunya, tentu tidak akan banyak orang yang menjadi korban di dalam perang.

Perang bisa dimulai dari lingkup yang kecil. Dimulai dari keluarga kita, lingkungan pertemanan kita, dan pekerjaan kita, bisa saja terjadi “perang”. Bagaimana bisa terjadi perang di lingkungan kecil kita? Perang-perang kecil, seperti pertikaian yang terkadang bisa melibatkan adu mulut dan adu fisik, bisa saja dikatakan “perang”. Seharusnya tidak terjadi, kalau kita belajar untuk mengalah. Dengan mengalah, kita menciptakan perdamaian bagi sesama kita. Firman Tuhan saja mengatakan agar kita harus hidup dalam perdamaian dengan semua orang (Roma 12:18). Oleh karena itu, mari kita belajar untuk mengalah, dimulai dari hal-hal kecil. Ingat, bahwa hal-hal kecillah yang menjadi penyebab hal-hal yang besar dapat terjadi.

WHAT TO DO:
Belajarlah mengalah, dimulai dari hal-hal kecil.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Raj 3-5

Card image
Renungan Pagi - 11 Mei 2023
2023-05-11 09:37:14


Setiap kita butuh orang lain, artinya tidak bisa hidup sendiri, kita semua membutuhkan orang lain, dengan kata lain hidup ini saling membutuhkan satu dengan yang lain.
Orang yang suka menolong akan terlihat bahwa kasihnya memang nyata, dia bukan seorang yang pelit dan egois, bukan seorang yang hidup untuk dirinya sendiri.

Ketika dia menolong tidak pernah mengungkit-ungkit, karena semua yang dilakukannya dengan tulus dan bukan untuk mendapatkan balasan.
(Kisah Para Rasul 20:35)

Card image
Quote Of The Day - 11 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-11 09:32:30


Kesediaan dikoreksi adalah pintu gerbang pembaharuan hati setiap hari.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 11 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-11 09:30:14


Tuhan pasti ditemukan oleh orang-orang yang mencari Tuhan dengan segenap hati.

Card image
FREE FROM OWN SELF - 11 Mei 2023 ( English Version)
2023-05-11 09:28:01


Many Christians feel they already have a new life in God, even though they haven’t. In general, people can experience a process of change; they become more patient, wiser, more able to understand others, and so on. But that is not a new human, though the environment, education, religion, moral education, and others educate them. It is not easy to see the difference between the old and the new human; even we cannot easily see the difference in us, not to mention judge others.

In essence, the new human will be marked by a longing for God, in which they make Him their only desire so that they are increasingly detached from the world’s desires. The new human will lead us to the holiness of God. Therefore, it is difficult for us to examine ourselves, let alone other people. Two people may be equally honest, but to be frank, there is a difference between the one who is already born-again and the not. If they equally love others, but the born-again, love others in God’s standard because they use His mindset. Not only possessing wisdom in general, but divine wisdom, to have divine nature, to become a human of God. However, this only applies to those who love God. 

If someone has not experienced the new birth, they are educated through life experience, Bible college, ministry,  counsel others, and can serve God’s work, but cannot escape from money and the attachments of the world. If the power of the Word has not changed a person’s way of thinking, they are not yet free from himself. This means that they are not yet freed from themselves. We should be afraid of or worried about this, lest we face God and are not yet free from ourselves. Don’t let us die if we are not yet freed from ourselves. Freedom from oneself means a separation between the spiritual and flesh humans, just as between the old and new humans.

It is impossible for those who still have pleasures to be freed from themselves. The more we have no pleasures and direct ourselves to God, our love for Him gets rounded. There must be determination or intention to love God truly. We must strive to love God with all our heart, soul, mind, and strength, and later, the Holy Spirit will help us through God’s Words, encounters with Him, and life experiences. God gives the guidance of the Holy Spirit, designing circumstances to help us be free from ourselves.

In the journey of life as believers, when we hear the original Word and experience an encounter with God in prayer, God processes us through life’s events, and He wants us to be the ones who let go of our old selves ourselves. If our mindset has not changed, we cannot be freed. As the encounter with God intensifies, our love for Him also grows. It’s like we have a vessel that doesn’t leak. “Leaking” means there is still a pleasure, and if there is a leak, we will be notified by the Holy Spirit; for example, we are still offended, hurt, or have desires.  

There is no easy way, let alone automatic. How are people still considered to love themselves? If they allow any desire that is not from God in them. People who have not or do not free themselves from all their wishes cannot be free of themselves. However, we actually can if we want to. This is an excellent gift from God because He leads us to be able to achieve this. If people are free from themselves, they can be perfect like the Father. If not, it’s still leaking, so we must keep fighting!

Many people are unaware that their flesh and spirit have not been separated. The fleshly man is still one with the spirit man, so the spirit man is surely oppressed and controlled. God made this separation extraordinary through the pure truth of the Word, an encounter with God, and serious problems. One day we will know that painful circumstances are God’s way of seizing our spirits so that they are not in the domination by the flesh. God loves us. He uproots our spirit human from the power and pressure of our flesh through severe and complicated issues, but it doesn’t have to be that way. The Holy Spirit is silent within us for 24 hours, talking without stopping if we want to listen. If we can be free of ourselves, the anointing of the Holy Spirit flows without being forced, and we will discover new things from God’s heart.  

PEOPLE WHO HAVE NOT FREED THEMSELVES FROM ALL THEIR DESIRES CANNOT BE FREE FROM THEMSELVES.

Card image
MERDEKA DARI DIRI SENDIRI - 11 Mei 2023
2023-05-11 09:23:49


Banyak orang Kristen merasa dirinya sudah hidup baru di dalam Tuhan, padahal belum. Pada kehidupan manusia pada umumnya, seseorang bisa mengalami proses perubahan; menjadi lebih sabar, lebih bijaksana, lebih bisa mengerti orang lain, dan lain sebagainya. Tetapi itu bukanlah manusia baru; itu manusia lama yang terdidik oleh lingkungan, pendidikan, agama, pendidikan budi pekerti, dan lain-lain; belum manusia baru. Bagaimana kita bisa membedakan manusia lama dan manusia baru? Tidak mudah. Diri sendiri saja kadang-kadang tidak bisa atau tidak mudah membedakan, apalagi kalau menilai orang lain, pasti lebih sulit.

Pada hakikatnya, manusia baru akan ditandai dengan adanya kerinduan akan Allah, di mana ia menjadikan Allah sebagai satu-satunya kerinduan, sehingga makin hari benar-benar makin terlepas dari keinginan-keinginan dunia. Manusia baru akan membawa kita kepada kesucian Allah. Inilah sebabnya kita sendiri sulit membedakan, apalagi orang lain. Dua orang sama-sama jujur, tetapi jujurnya seorang yang belum lahir baru, dengan jujurnya orang yang lahir baru, itu berbeda. Sama-sama mengasihi sesama, tetapi orang yang telah lahir baru, kasihnya kepada sesama itu standar Allah, karena menggunakan pikiran, perasaan Allah. Bukan hanya memiliki kebijaksanaan secara umum, tetapi kebijaksanaan ilahi, supaya berkodrat ilahi, menjadi manusia Allah; man of God. Tetapi, ini hanya berlaku untuk orang yang mengasihi Tuhan.

Kalau seseorang belum mengalami Kelahiran Baru, dia terdidik lewat pengalaman hidup, lewat sekolah Alkitab, lewat pelayanan, bisa mengonseling orang lain, bisa melayani pekerjaan Tuhan, tetapi tidak bisa melepaskan diri dari uang dan keterikatan dunia. Sehingga, ia tidak bisa memiliki pikiran, perasaan Kristus. Artinya ia belum merdeka dari dirinya sendiri. Ini yang mestinya benar-benar kita takutkan, khawatirkan, cemaskan, yaitu jangan sampai kita menghadap Tuhan dan kita belum merdeka dari diri sendiri. Jangan sampai meninggal dunia, dan kita belum merdeka dari diri sendiri. Merdeka dari diri sendiri artinya ketika terjadi pemisahan antara manusia roh dan manusia daging; yang sama dengan manusia lama dan manusia baru. Kalau cara berpikir seseorang belum diubah oleh kuasa Firman, dia belum merdeka dari diri sendiri.

Orang yang masih punya kesenangan, tidak mungkin meninggalkan dirinya. Semakin tidak punya kesenangan apa pun dalam hidup dan mengarahkan diri kepada Tuhan, cintanya makin bulat. Harus ada tekad atau niat untuk mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh. Seberapa yang kita mampu lakukan, kasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi, kekuatan kita. Nanti Roh Kudus akan menolong kita lewat Firman, perjumpaan dengan Tuhan, dan pengalaman hidup. Dari pihak-Nya, Allah memberikan tuntunan Roh Kudus, mendesain keadaan untuk menolong kita merdeka dari diri sendiri.

Kalau mindset kita belum diubah, maka kita tidak bisa merdeka dari diri sendiri. Saat perjumpaan dengan Tuhan makin intensif, kecintaan kepada Tuhan juga bertumbuh. Ibaratnya, bejana yang kita punya itu tidak bocor. “Bocor” artinya masih ada kesenangan. Kalau ada kebocoran, kita akan diberitahu Roh Kudus. Kalau kita masih tersinggung, masih sakit hati, masih punya keinginan-keinginan, itu bocor. Dalam perjalanan hidup sebagai orang percaya, saat kita mendengar Firman yang murni, kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan dalam doa, dan Tuhan memproses kita lewat peristiwa-peristiwa hidup, sebenarnya Tuhan mau kita melepaskan manusia lama kita. Kita yang menanggalkan.

Tidak ada cara mudah, apalagi otomatis. Kapan, bilamana, bagaimana orang masih mencintai dirinya sendiri? Jika dia membiarkan ada keinginan yang bukan dari Allah di dalam dirinya. *Orang yang belum atau tidak melepaskan dirinya dari segala keinginannya, berarti ia tidak bisa merdeka dari dirinya sendiri. Tetapi, kalau kita sungguh-sungguh mau, bisa. Ini anugerah yang besar dari Tuhan, karena kita dituntun Tuhan untuk bisa mencapai ini. Kalau seseorang melepaskan diri dari dirinya sendiri atau merdeka dari dirinya sendiri, pasti bisa sempurna seperti Bapa. Kalau tidak, berarti masih bocor. Kita harus terus berjuang!

Banyak orang tidak sadar bahwa manusia daging dengan manusia rohnya belum lepas. Manusia daging masih menyatu dengan manusia roh, sehingga manusia rohnya pasti ditindas, pasti dikuasai. Tuhan membuat pemisahan ini luar biasa, lewat kebenaran Firman yang murni, lewat perjumpaan dengan Tuhan, lalu lewat masalah-masalah berat, baru dipisahkan. Suatu hari kita akan tahu bahwa keadaan yang menyakitkan adalah cara Tuhan merebut roh kita agar tidak ada dalam dominasi daging. Tuhan mengasihi kita. Dia mencabut manusia roh kita dari dominasi dan tekanan daging kita dengan persoalan-persoalan berat dan rumit. Tetapi tanpa itu, mestinya juga bisa. Roh Kudus diam di dalam diri kita, selama 24 jam bicara tanpa henti kalau kita mau mendengar. Kalau kita bisa merdeka dari diri sendiri, urapan Roh Kudus mengalir tanpa dipaksa, dan kita akan menemukan hal-hal baru dari hati Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono ORANG YANG BELUM MELEPASKAN DIRINYA DARI SEGALA KEINGINANNYA BERARTI IA TIDAK BISA MERDEKA DARI DIRINYA SENDIRI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 Mei 2023
2023-05-11 10:20:31

2 Samuel 10
1 Tawarikh 10
Mazmur 20

Card image
Truth Kids 10 Mei 2023 - TIDAK PERNAH LENGAH
2023-05-10 10:09:11


Mazmur 121:4
“Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel.”

Apakah Sobat Kids pernah lewat di depan istana presiden? Atau mungkin hanya melihat di TV atau media online. Kalian coba ingat-ingat, deh; apakah yang ada di depan gerbang istana presiden? Selama 24 jam terus-menerus, ada petugas yang menjaga di depan gerbang istana presiden. Setiap hari selama 24 jam, para petugas bergantian berjaga-jaga. Mereka harus siap siaga, jangan sampai ada orang jahat masuk ke istana. Jadi mereka harus terjaga, tidak boleh tertidur, Sobat Kids.

Selain setia, Tuhan juga tidak pernah lengah, Sobat Kids. Arti kata lengah itu adalah kurang perhatian, kurang berhati-hati, ataupun bermalas-malasan. Pemazmur melambangkan Tuhan sebagai Penjaga Israel yang tidak terlelap dan tidak tertidur. Artinya Tuhan selalu memperhatikan dan menjaga kita. Hebat, ya, Tuhan itu! Oleh sebab itu, kita harus bersyukur memiliki Tuhan seperti Tuhan Yesus. Ia selalu menjaga kita setiap saat.

Card image
Truth Junior 10 Mei 2023 - TIDAK TERLELAP
2023-05-10 10:05:57


Mazmur 121:4
“Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel.”

Sebelum Indonesia merdeka, banyak pahlawan yang harus berperang melawan penjajah. Para prajurit membentuk kelompok pasukan agar mereka dapat bergantian menjaga daerah agar tidak direbut oleh negara penjajah. Prajurit-prajurit yang bertugas menjaga, tidak boleh tertidur sama sekali, Sobat Junior. Mereka harus tetap bangun, tidak terlelap. Mereka harus waspada agar musuh tidak masuk ke daerah mereka. Mereka harus terus berjaga-jaga dari serangan musuh.

Hari ini kita mau belajar satu sifat lagi dari Tuhan. Melalui ayat firman Tuhan hari ini, kita diingatkan bahwa Tuhan pasti akan menjaga kita. Bahkan, Ia mengetahui segala hal rencana dan kegiatan yang sedang kita lakukan. Sifat Tuhan yang kita mau pelajari hari ini adalah tidak pernah lengah. Tuhan sebagai Penjaga Israel, sesungguhnya tidak pernah terlelap dan tidak tertidur.

Tuhan selalu ada menyertai kita. Ia selalu tahu perbuatan yang kita lakukan karena Tuhan tidak pernah tertidur. Kapanpun Sobat Junior mau berdoa kepada Tuhan, Ia siap untuk mendengarkan. Kapanpun kalian butuh pertolongan Tuhan, berserulah kepada-Nya. Tengah malam atau subuh saat orang masih tertidur, Tuhan selalu siap untuk mendengar seruan kita. Kita sungguh bangga memiliki Tuhan yang tidak pernah terlelap.

Card image
Truth Youth 10 Mei 2023 (English Version) - PRIDE
2023-05-10 10:02:35


"Let the peace of Christ rule in your hearts, since as members of one body you were called to peace. And be thankful." (Colossians 3:15)

Have you ever witnessed people arguing? We might have seen it quite often, wherever we are; on the street, at school, even in our own homes, arguments have become a familiar sight. But have we ever thought about why humans tend to argue? Usually, people argue because they want to compete for something, or because of misunderstanding or miscommunication. However, there is one thing that usually triggers arguments in humans: pride.

Every person has a need for recognition. Who doesn't want to be appreciated and respected? Everyone certainly hopes for such things. Even being respected and honored is a necessity. When there is someone else who wants to take away someone else's "honor and recognition" for themselves, then an argument arises to fight for that honor and recognition. Self-respect is like a "label" attached to humans, as if humans have their own value. Those who are not happy because their self-respect is being lowered, are not hesitant to fight in various ways to regain it, such as through arguments. This is the result of humans' fall into sin, so that humans want to become like "gods" who want to rule arbitrarily over everything.

This should not happen to us as Christians, who are God's chosen people. God wants us to bring peace to many people. Therefore, we must put to death our self-esteem and ego. Indeed, we will be like "losers" but God wants us not to become "gods" to others who want to rule over them, but to become instruments of God so that many people can feel God's presence in our lives.

WHAT TO DO:
Learn to respect and appreciate others properly.

BIBLE MARATHON:
1 Kings 1-2

Card image
Truth Youth 10 Mei 2023 - HARGA DIRI
2023-05-10 09:58:17


"Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah" (Kolose 3:15).

Pernahkan melihat orang yang bertengkar? Mungkin kita cukup sering melihatnya, di mana pun kita berada; entah di jalan, entah di sekolah, bahkan di rumah kita, pertengkaran adalah hal yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Namun, pernahkah kita berpikir mengapa manusia bisa bertengkar? Biasanya manusia bertengkar karena ingin memperebutkan sesuatu. Atau, karena kesalahpahaman atau miskomunikasi. Namun, ada satu hal yang biasanya membuat manusia bertengkar: harga diri.

Setiap orang pasti memiliki kebutuhan akan pengakuan. Siapa sih orang yang tidak ingin dihargai dan dihormati? Semua orang pasti mengharapkan hal demikian. Bahkan, dihargai dan dihormati adalah sebuah kebutuhan. Dihormati adalah sebuah kebutuhan. Ketika ada orang lain yang ingin merampas “kehormatan dan penghargaan” seseorang untuk dirinya, maka terjadilah pertengkaran untuk memperebutkan kehormatan dan penghargaan tersebut. Harga diri itu seperti sebuah “label” yang ditempel di dalam diri manusia, seakan-akan manusia memiliki harganya masing-masing. Mereka yang tidak senang karena harga dirinya dijatuhkan, tidak segan-segan berjuang dengan berbagai cara untuk mendapatkannya kembali, seperti dengan bertengkar. Inilah akibat kejatuhan manusia di dalam dosa, sehingga manusia ingin menjadi seperti “tuhan” yang ingin berkuasa seenaknya atas segala hal.

Hal demikian seharusnya tidak perlu terjadi bagi kita orang Kristen, yang merupakan umat-umat pilihan Allah. Allah menghendaki agar kita membawa perdamaian bagi banyak orang. Untuk itu, kita harus mematikan harga diri kita, ego kita. Memang, kita akan seperti orang yang “kalah” namun Allah menghendaki agar kita tidak menjadi “tuhan” bagi sesama yang ingin berkuasa atasnya, melainkan menjadi alat Tuhan agar banyak orang dapat merasakan kehadiran Allah di dalam hidup kita.

WHAT TO DO:
Belajarlah untuk menghormati dan menghargai orang lain dengan pantas.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Raj 1-2

Card image
Renungan Pagi - 10 Mei 2023
2023-05-10 09:50:02


Orang rajin yang selalu punya kerinduan untuk menjadi pelaku-pelaku firman yang setia, orang yang rajin tidak bisa berdiam diri saja, karena selalu melihat kesempatan untuk berbuat sesuatu.

Kalau malas, kita tidak mendapat apa-apa dan tidak menjadi berkat, bahkan menjadi pergunjingan orang lain, itulah sebabnya orang malas tidak dapat menjadi saksi Tuhan.

Bebaskan diri dari kemalasan, karena orang yang malas akan dekat dengan kemiskinan, tetapi orang yang rajin akan selalu meraih berkat-berkat Tuhan yang melimpah.
(Amsal 13:4)

Card image
Quote Of The Day - 10 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-10 09:40:00


Orang yang menghormati Tuhan, pasti memiliki kekudusan yang sangat kuat.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 10 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-10 09:37:00


Kekristenan adalah perjalanan hidup kehilangan hak, Kekristenan yang sejati mengenakan kehidupan seperti ini, yaitu sebuah kehidupan yang melepaskan hak.

Card image
SILENT - 10 Mei 2023 (English Version)
2023-05-10 09:34:38


Romans 8:28 is a favourite verse for many people, “And we know that in all things God works for the good of those who love him, who have been called according to his purpose.” It turns out that there is one truth implied behind this verse where we have to involve God in life’s struggles. Our problems are within our abilities, just as God’s Word says that no temptation has overtaken us except what is common to mankind. However, that doesn’t mean we can overcome all difficulties alone because we can’t resolve them without involving God.

For example, out of 100 trials, we may be able to resolve some of them, but we must involve God for the rest that is beyond our reach. Remember, there is something God wants to teach us through those trials or life struggles. Therefore, it is said, “…in all things, God works for the good,” meaning that God must be involved and present to teach the purpose of the trial that He allows us to experience. So, we must always be in God’s presence, involving Him in everything.

Believing God is present and alive is not easy, and it is impossible for someone to experience God’s presence just by hearing sermons, reading books, and attending seminars. They must experience God in the problems of life. The Father wants to teach us to know Him better through all life events. So, don’t be surprised if we face serious issues beyond our reach until we almost give up because God gives us room to encounter and involve Him and believe He is the living God.

Sometimes, we don’t trust God enough, so we are worried, restless, and make careless decisions. We act without asking God for guidance but rely on strength outside Him, possibly the dark powers. We may not go to a shaman, but if we make decisions outside God’s will or plan and come to humans, then we rely on humans. This is very dangerous because involving the dark powers means we sell our souls and will surely perish.

Sometimes the problems we face are heavy, complex, and confusing, and God does not immediately help; then, we become desperate. There’s nothing wrong with being helped, but all must be under God’s leadership. While being processed by God, we sometimes experience confusing circumstances where He seems silent. Though we pray, He doesn’t seem to exist, and we can experience this in our lives. One thing that must always be remembered is that we must view this life from the perspective of eternity. All items that happen must be considered from the standpoint of eternity.

Life on this earth is short and will end, but we don’t know when. No matter how big our problem is, it must end; there is an end. We must view life from an eternal perspective because this will make us strong. When we face a problem that makes us confused, just be silent. The art of silence is not easy because we often get confused, lose balance, and finally make quick decisions and actions. We don’t dare or lack the courage to sit quietly at God’s feet, waiting for His help. We should be brave, waiting for God’s help because His help will definitely come. It is impossible for Him not to help us. When we face complex, confusing problems, we learn to be silent; we do nothing until God guides us.  

We all have problems, but God teaches us to wait on Him silently. If we experience a situation like this, we are grateful because God sees us as special to be able to go through such a situation. God sees us as special because He wants to perfect us. The heavier the problems we face, the sharper our faith will be, the stronger it will change us, the higher it will lift us, and the faster it will shape us. People who don’t want to get tired and in pain can never mature.

We see Bible figures processed by God became great. The greater the process, the higher God will lift them. Like Joseph entering the well, being a slave, being slandered, and going to prison. Entering into the well, still not heavy. However, going to jail on charges of wanting to rape the wife of an Egyptian official is tough, but God, Elohim Yahweh, the living and powerful God, lifted him high. Likewise, David. If he’s still in the pasture, tending the sheep, then there’s no problem. But God raised him high when facing Goliath, being chased by Saul about to be killed, and many other things he experienced.

We are grateful to be able to experience heavy and painful things because God wants to process us. Don’t be angry or grumble. If we are confused, sit quietly, waiting for God. God must be present, speak, and give instructions. That’s where a person experiences God for real.  

WE SHOULD BE SILENT WHEN FACING CONFUSING PROBLEMS.

Card image
DIAM - 10 Mei 2023
2023-05-10 09:28:52


Roma 8:28 adalah ayat favorit bagi banyak orang, “Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Di balik ayat ini, ternyata tersirat satu kebenaran bahwa bagaimanapun, kita harus melibatkan Tuhan dalam pergumulan hidup. Jadi, ada persoalan-persoalan yang kita hadapi, yang ada dalam jangkauan kemampuan kita. Firman Tuhan mengatakan bahwa pencobaan-pencobaan yang kita alami tidak melampaui kekuatan kita, tetapi bukan berarti semua pencobaan dapat kita atasi sendiri. Ada pencobaan-pencobaan yang di dalamnya kita harus melibatkan Tuhan; tidak mungkin dapat kita selesaikan tanpa melibatkan Tuhan.

Kalau misalnya ada 100 pencobaan, mungkin 50, 60, 70 kita kerjakan dalam jangkauan kemampuan kita. Tetapi ada 20,10, atau mungkin 5 yang di luar jangkauan kita, dan kita harus melibatkan Tuhan. Ingatlah di dalam pencobaan, pergumulan hidup, ada yang Tuhan mau ajarkan kepada kita. Maka dikatakan “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu mendatangkan kebaikan,” artinya Allah harus terlibat, harus hadir untuk mengajarkan apa maksud pencobaan itu diizinkan Tuhan kita alami. Maka, kita harus ada di dalam hadirat Tuhan setiap saat, melibatkan Tuhan dalam segala hal.

Melalui semua kejadian hidup, Bapa mau mengajar kita untuk lebih mengenal-Nya. Memercayai Allah hadir dan hidup, sebenarnya tidak mudah. Tidak mungkin seorang bisa menghayati kehadiran Allah hanya dengan mendengar khotbah, membaca buku, menghadiri seminar. Ia harus mengalami Tuhan di dalam persoalan-persoalan hidup. Jangan heran ada masalah-masalah berat yang di luar kemampuan kita, sampai nyaris kita putus asa; artinya Tuhan memberi kita ruangan untuk menjumpai Dia dan melibatkan-Nya; memercayai Tuhan yang hidup.

Terkadang, kita kurang memercayai Tuhan. Kita khawatir, cemas; ceroboh mengambil keputusan. Kita bertindak tanpa minta petunjuk, pimpinan Tuhan atau mengandalkan kekuatan di luar Tuhan. Kekuatan di luar Tuhan, bisa kuasa kegelapan. Ini bahaya sekali, sebab kalau seseorang melibatkan kuasa kegelapan misalnya okultisme, dia menjual jiwanya. Pasti binasa. Tidak ke dukun, tetapi mengambil keputusan di luar kehendak atau rencana Allah. Datang kepada manusia, lalu mengandalkan manusia. Tidak salah ditolong oleh seseorang. Tetapi semua harus di dalam pimpinan Tuhan. Terkadang masalah yang kita hadapi itu berat, sulit, dan membingungkan. Tuhan tidak segera menolong, lalu kita menjadi putus asa. Kita yang diproses Tuhan untuk menjadi dewasa, pasti mengalami keadaan-keadaan yang membuat kita bingung, kenapa Tuhan seakan-akan diam. Berdoa juga, tetapi Tuhan seakan-akan tidak ada. Ini bisa terjadi dalam hidup kita. Satu hal yang harus selalu diingat, kita memandang hidup ini harus dari perspektif kekekalan. Semua hal yang terjadi, harus kita pandang dari sudut pandang kekekalan.

Hidup di bumi ini singkat sekali dan akan berakhir, tetapi kita tidak tahu kapan berakhirnya. Masalah sebesar apa pun, pasti berakhir; ada ujungnya. Kita harus memandang hidup dari perspektif kekekalan. Ini akan membuat kita kuat. Ketika kita menghadapi masalah yang membuat kita bingung, kita diam. Seni diam ini tidak mudah, karena sering kali kita bingung, hilang keseimbangan, akhirnya cepat-cepat mengambil keputusan dan bertindak. Kita tidak berani atau kurang berani untuk duduk diam di kaki Tuhan, menanti pertolongan-Nya. Mestinya kita berani, menanti pertolongan Tuhan, karena pertolongan Tuhan pasti datang. Tuhan tidak mungkin tidak menolong kita. Saat kita menghadapi masalah berat yang membingungkan, kita belajar diam; jangan bertindak apa-apa sampai Tuhan memberi petunjuk.

Semua kita punya masalah. Tetapi Tuhan mengajarkan untuk diam menantikan Tuhan. Kalau kita mengalami keadaan seperti ini, kita bersyukur karena kita dipandang Tuhan istimewa untuk bisa melewati keadaan seperti itu. Tuhan memandang kita istimewa, karena Tuhan mau menyempurnakan kita. Semakin berat masalah yang kita hadapi, akan semakin mempertajam iman kita, makin kuat mengubah kita, makin tinggi mengangkat kita, makin cepat membentuk kita. Kalau orang tidak mau lelah, tidak mau sakit, maka tidak akan pernah bisa dewasa.

Kita melihat tokoh-tokoh Alkitab yang diproses Tuhan, ternyata orang-orang hebat. Semakin hebat proses itu, semakin tinggi Tuhan mengangkat seseorang. Seperti Yusuf masuk ke dalam sumur, menjadi budak, difitnah, masuk penjara. Masuk ke dalam sumur, masih belum berat. Tetapi, masuk penjara dengan tuduhan mau memerkosa istri pejabat Mesir, itu berat. Tetapi Tuhan angkat tinggi-tinggi. Elohim Yahweh, Allah yang hidup dan berkuasa. Daud juga begitu. Kalau dia masih di padang rumput dan menggembalakan domba, tidak ada masalah. Tetapi ketika diperhadapkan kepada Goliat, dikejar-kejar Saul hendak dibunuh, dan banyak hal lain yang dialami Daud, maka Tuhan bisa mengangkat Daud tinggi-tinggi.

Kita bersyukur bisa mengalami hal-hal yang berat dan menyakitkan, karena Tuhan mau memproses kita. Jangan marah, jangan bersungut-sungut. Kalau kita bingung, kita duduk diam menanti-nantikan Tuhan saja. Tuhan pasti berbicara, pasti memberi petunjuk, dan pasti hadir. Di situlah seseorang mengalami Tuhan dengan nyata.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KETIKA KITA MENGHADAPI MASALAH YANG MEMBUAT KITA BINGUNG, KITA DIAM.

Card image
Truth Kids 09 Mei 2023 - TIDAK PERNAH MENINGGALKAN
2023-05-09 09:37:20


Ibrani 13:5
Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”

Kemarin kita sudah belajar dari Daud yang menyatakan bahwa Tuhan adalah setia. Hari ini kita mau belajar lagi tentang maksud dari setia. Tuhan tidak bisa melanggar keberadaan diri-Nya yang setia. Tuhan selalu setia, termasuk setia untuk menepati janji-janji-Nya. Firman Tuhan hari ini mengajarkan kita bahwa Tuhan tidak akan membiarkan kita. Ia tidak akan meninggalkan kita, ciptaan-Nya yang paling istimewa.

Sobat Kids, apakah yang menjadi kesulitan atau kesedihan kalian saat ini? Ingatlah akan pesan Tuhan melalui ayat yang kita baca hari ini. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sedetik pun. Apapun kesedihan yang kalian hadapi saat ini, ingat bahwa Tuhan selalu setia. Ia ada bersama kita setiap saat. Orangtua tidak bisa menemani kita setiap saat selama 24 jam. Namun, Tuhan selalu ada menemani kita. Ia adalah setia, tidak pernah meninggalkan.

Card image
Truth Junior 09 Mei 2023 - TOGETHER
2023-05-09 09:32:57


Ibrani 13:5
Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”

Allah menciptakan manusia pada hari ke-6. Ia memberi manusia napas kehidupan. Ia menyelamatkan manusia dengan mengirimkan Anak Tunggal-Nya mati di kayu salib. Kita telah mengetahui bahwa Tuhan adalah Pribadi yang setia. Ia juga sangat taat kepada Allah Bapa.

Sering kali kita merasa bahwa Tuhan tidak kelihatan. Bagaimana bisa berkomunikasi dengan-Nya? Bahkan ketika berdoa, rasanya Tuhan itu diam. Kita berdoa, tapi seperti bicara sendiri. Kita merasa Tuhan tidak mendengar doa kita. Atau seakan kita hanya berjuang sendiri untuk mengenal Dia. Perasaan itu hanya akan mengganggu dan membuat kita jauh dari Tuhan, Sobat Junior. Maka kita perlu ingat satu kabar baik, yaitu setiap kita yang percaya kepada Tuhan, tidak akan ditinggalkan.

Sobat Junior, salah satu sifat Tuhan yang mau kita pelajari hari ini adalah setia pada ciptaan-Nya. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Walaupun kita tidak dapat melihat Tuhan secara langsung dengan mata jasmani kita, Ia selalu menyertai. Seperti saat ini, kita bisa melihat langit biru di pagi hari; melihat orang yang kita sayang atau terdekat dengan keadaan yang sehat; dan Tuhan juga memberikan waktu untuk berdoa dan membaca renungan hari ini. Hal-hal tersebut adalah penyertaan Tuhan kepada diri kita. Ingatlah, Tuhan sangat mencintaimu dan Ia tidak meninggalkanmu sendiri. Hal sederhana yang terjadi di sekeliling kita cukup memberikan bukti bahwa Tuhan selalu ada bersama kita.

Card image
Truth Youth 09 Mei 2023 (English Version) - BRING PEACE, NOT VIOLENCE
2023-05-09 09:30:38


Then Jesus said to him, “Put your sword back into its place. For all who take the sword will perish by the sword." (Matthew 26:52)

When Jesus was about to be arrested by the chief priests, Peter drew his sword and struck a servant of the high priest, injuring him. Peter's action was intended to defend Jesus, but Jesus did not want that. Jesus rebuked Peter not to use violence so that in the end there would be no violence among His disciples and the chief priests who wanted to arrest Jesus at that time.

The fall of humanity into sin has made many people increasingly indifferent to one another, so that they commit violence against each other. Even in the past, violence created various wars that claimed many lives. Humans hurt each other, kill each other, and torture each other. Humans no longer live in peace with one another, but instead become wolves to one another.

As Christians, we are taught not to commit violence against others. The story above shows that Jesus does not like violence. In fact, Jesus said that we should not repay evil with evil (Matthew 5:39). Therefore, we can start with small examples: avoiding things that are violent, such as fighting. Don't "follow along" with our friends who like to bully their friends. We need to remember that violence is not just a matter of physical violence, but also emotional violence. Let's not be a bad example to others just because our actions hurt others. The wounds caused by human violence can be deep, and can even trigger various other forms of violence. Remember, we must be peacemakers, wherever we are.

WHAT TO DO:
Strengthen our faith by praying and reading the Word of God so that God gives us strength to face those who harm us.

BIBLE MARATHON:
▪ 2 Samuel 23-24

Card image
Truth Youth 09 Mei 2023 - BRING PEACE, NOT VIOLENCE
2023-05-09 09:22:11


"Maka kata Yesus kepadanya: Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang." (Matius 26:52)

Ketika Tuhan Yesus akan ditangkap oleh para ahli Taurat, Petrus mengeluarkan pedangnya dan menetakkannya kepada seorang hamba Imam Besar sehingga melukainya. Tindakan Petrus bermaksud untuk membela Tuhan Yesus, namun Tuhan Yesus tidak menginginkan hal tersebut. Tuhan Yesus menegur Petrus supaya tidak menggunakan kekerasan supaya pada akhirnya tidak terjadi kekerasan di antara murid-murid-Nya dan ahli-ahli Taurat yang saat itu ingin menangkap Tuhan Yesus.

Kejatuhan manusia dalam dosa membuat banyak manusia semakin tidak peduli kepada sesamanya, sehingga melakukan kekerasan kepada sesamanya. Bahkan, pada masa lampau kekerasan menciptakan berbagai perang yang memakan banyak korban jiwa. Manusia saling melukai, saling membunuh, dan saling menyiksa satu sama lain. Manusia tidak lagi hidup dalam kedamaian dengan sesamanya, malah menjadi serigala bagi sesamanya.

Sebagai orang Kristen kita diajarkan untuk tidak melakukan kekerasan terhadap sesama. Kisah di atas menunjukkan bahwa Tuhan Yesus tidak menyukai adanya kekerasan. Bahkan, Tuhan Yesus berfirman agar kita tidak membalas kejahatan dengan kejahatan (Matius 5:39). Untuk itu, kita dapat mulai dari contoh kecil: menghindari hal-hal yang bersifat kekerasan, seperti bertengkar. Jangan “ikut-ikutan” teman kita yang suka mem-bully temannya. Kita perlu ingat, kekerasan pun tidak hanya persoalan kekerasan fisik, tetapi juga kekerasan batin. Jangan sampai kita tidak menjadi teladan bagi sesama kita hanya karena perbuatan kita yang melukai sesama. Luka akibat kekerasan manusia itu bisa dalam, dan bahkan dapat men-trigger berbagai kekerasan lainnya. Ingat, kita harus menjadi pembawa damai, di mana pun kita berada.

WHAT TO DO:
Perkuat iman kita dengan berdoa dan membaca firman Tuhan agar Tuhan memberikan kita kekuatan dalam menghadapi orang-orang yang menjahati kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Samuel 23-24

Card image
Renungan Pagi - 09 Mei 2023
2023-05-09 09:18:23


Raja Salomo seorang yang penuh hikmat berkata bahwa nasib semua orang adalah sama, yang membedakan adalah apakah orang itu mempergunakan kesempatan yang ada dalam hidupnya dengan baik atau malah menyia-nyiakannya dengan tidak melakukan apapun yang berguna. Sebab kesempatan itu hanya ada saat kita masih hidup, dan tidak akan ada lagi saat sudah mati.

Selama masih ada waktu, apapun yang bisa kita kerjakan, lakukanlah dengan sungguh-sungguh. Apapun kehidupan yang kita jalani saat ini, apakah sebagai karyawan, pengusaha, ibu rumah tangga, pelajar dan lain-lain, lakukanlah sesuai porsi yang maksimal.

Sebab kita tidak akan pernah tahu sampai berapa lama waktu dan berapa banyak kesempatan yang masih diberikan kepada kita. Jika masih boleh hidup hingga saat ini teruslah berkarya dan hasilkanlah buah bagi kemuliaan nama Tuhan.
(Pengkhotbah 9:10)

Card image
Quote Of The Day - 09 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-09 09:15:04


Mudah untuk memberi kesan kepada orang lain bahwa dirinya menghormati Tuhan, tetapi tidak mudah untuk memiliki sikap hormat yang sesungguhnya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 09 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-09 09:10:36


Kekristenan adalah kehidupan yang hanya menjalankan keinginan Tuhan dengan belajar memadamkan keinginan kita sendiri.

Card image
THERE IS A BLOW - 09 Mei 2023 (English Version)
2023-05-09 09:08:51


The Word of God in 2 Cor.5:17 says, “Therefore, if anyone is in Christ, the new creation has come: The old has gone, the new is here!” People sometimes say, “We already have a new life,” but what is the accurate measure of a “new life”? And this is also related to the claims of many people that they have experienced a new birth. What are the parameters if someone has indeed experienced a new birth?

This is an important principle because we are called to be the chosen people, not only claiming or feeling as children of God but genuinely having an existence as His children. The new creation is a human who has truly put on a new nature. Our old nature or self is often still attached to us and tolerated, but the long-suffering God gives us a chance. Since we repent, we are processed to become mature, and the word “mature” means to put off the old self and truly become a new person.

We cannot imagine or understand the profile of the new human being until we experience it ourselves. Christianity is extraordinary; it is not a religion that only teaches people to do good, be moral, have a noble character, or have good ethics, but also to become a new person. Our old self must be put off to become a new creation. If we do not start or process it, we cannot detect that what we put on turns out to be an old self who is not pleasing to God, and no matter how we try, our love cannot be pure, and its quality is low.

If we look at the non-chosen people who the Holy Spirit does not cultivate, they can be humble, sincere, and generous, while, ironically, sometimes, Christians are worse off than non-Christians. However, the purity of the unbeliever is not like a believer undergoing a maturation process putting on a new person. Believers who undergo the process will put on a new person whose purity is in God’s standard. They don’t only not hate but cannot hate anymore, and they are full of extraordinary generosity, sincerity, and purity.

Sometimes people who are not the elect are more generous, less stingy, more patient, and so on. However, true believers who accept the formation process will grow into a new person. The essence of ministry is to make the elect become new persons with profiles according to God’s will. This is genuinely called returning to the original design, but only a few pass to this level, “many are invited, but few are chosen.”

God’s Word says in Eph.4:22-23, “You were taught, about your former way of life, to put off your old self, which is being corrupted by its deceitful desires to be made new in the attitude of your minds.” We are the ones who put off the old self, not God, but He gave us the Word and the Holy Spirit that surely guided us. It’s incredible; God works on us. God sees our old self that is still attached, so He works on us. Blow after blow can knock down our old selves. God provides the means for its release, but whether we want to put off our old selves depends on us. God doesn’t force us if we don’t want to take it off.

The Bible says, “For the kingdom of God is not a matter of eating and drinking, but of righteousness, peace, and joy in the Holy Spirit,” so no part of our old self is allowed to enter the Kingdom of Heaven becoming a member of the God’s Royal Family. Our old humans must be aborted, dissolved, and we become new humans with a profile according to God’s will. If we miss opportunities that God has given us by enjoying the world’s pleasures and living as we please, we will be hampered and may not reach that profile until we die. There is a blow In every incident, so our old self is aborted, decayed, and knocked down. This is what is called “abandoning oneself.” When hit by a problem or an event, we often do not understand that God’s work is behind it all. Not a few people are angry, grumbling, or looking for scapegoats. They didn’t see a hand that allowed all that to happen so that we would experience sanctification, purification, and the old human aborting process. For hard-hearted peopled, God often beats or works with significant shocking events, drains feelings, and makes them bitter so that they melt away. There must be huge events if we can’t go through small events. We must understand that God only works on those who love Him and want their lives to please Him. If our old self is aborted or put off, and we leave it, we will live a new life and become God’s delight.  

THERE IS A BLOW IN EVERY INCIDENT TO ABORT, RELEASE AND KNOCK DOWN OUR OLD HUMAN.

Card image
ADA PUKULAN - 09 Mei 2023
2023-05-09 07:27:50


Dalam 2 Korintus 5:17 firman Tuhan berkata, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan yang baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” Kita kadang-kadang mendengar orang berkata, “Kami sudah hidup baru,” tetapi apa ukuran “hidup baru” sebenarnya? Ini terkait juga dengan klaim banyak orang bahwa dirinya sudah mengalami kelahiran baru. Apa parameternya, kalau seseorang benar-benar telah mengalami Kelahiran Baru?

Ini penting dan prinsip, karena kita dipanggil menjadi umat pilihan, bukan hanya mengaku sebagai anak Allah dan merasa telah memiliki status anak Allah, melainkan benar-benar berkeberadaan sebagai anak Allah. Ciptaan baru adalah manusia yang benar-benar telah mengenakan kodrat baru. Kita memiliki kodrat lama atau manusia lama. Manusia lama ini sering kali masih melekat di dalam diri kita, dan kita toleransi untuk menghidupinya. Tuhan yang panjang sabar, memberi kita kesempatan. Sejak kita bertobat, kita diproses untuk menjadi dewasa. Kata “dewasa” berarti semakin menanggalkan manusia lama dan benar-benar menjadi manusia baru.

Profil manusia baru itu tidak bisa kita bayangkan atau mengerti sampai kita benar-benar mengalaminya. Kekristenan itu luar biasa, bukan agama yang hanya mengajar orang untuk berbuat baik, bermoral, berbudi pekerti yang luhur, beretika yang baik, melainkan juga menjadi manusia baru. Untuk menjadi ciptaan baru, manusia lama kita benar-benar harus ditanggalkan. Kalau kita tidak mulai atau tidak sungguh-sungguh berproses, maka kita tidak bisa mendeteksi bahwa yang kita kenakan itu manusia lama yang tidak berkenan kepada Tuhan. Mau didandani bagaimanapun, kasihnya tidak mungkin murni, atau berkualitas rendah.

Kalau kita melihat orang di luar umat pilihan yang tidak digarap oleh Roh Kudus bisa rendah hati, tulus, murah hati, tetapi kemurniannya pasti tidak seperti kalau seorang Kristen mengalami proses pendewasaan yang mengenakan manusia baru. Ironis, kadang-kadang orang Kristen lebih buruk dari orang non-Kristen. Padahal, mestinya berproses untuk mengenakan manusia baru, yang kemurniannya adalah kemurnian standar Allah. Bukan tidak membenci, tetapi tidak bisa membenci. Penuh kemurahan, ketulusan, kemurnian yang luar biasa.

Kadang-kadang orang yang bukan umat pilihan lebih murah hati, tidak pelit, lebih sabar, dan seterusnya. Tetapi, orang percaya yang benar, menerima proses pembentukan, maka akan benar-benar bertumbuh menjadi manusia baru. Sebenarnya, inti pelayanan adalah membuat umat pilihan benar-benar menjadi manusia baru dengan profil yang sesuai dengan kehendak Allah. Ini baru namanya dikembalikan ke rancangan semula. Tetapi yang lulus sampai tingkat ini, sedikit; “Banyak yang dipanggil, sedikit yang dipilih.”

Firman Tuhan mengatakan dalam Efesus pasal 4:22-23, “Bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu harus menanggalkan manusia lama yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu.” Yang menanggalkan manusia lama itu kita, bukan Tuhan. Tuhan memberikan kita Firman, Roh Kudus pasti menuntun. Luar biasanya, Tuhan menggarap kita. Pukulan demi pukulan dapat merontokkan manusia lama kita. Tuhan melihat manusia lama kita yang masih melekat, lalu Tuhan menggarap kita. Tuhan memberikan sarana untuk penanggalannya, tetapi apakah kita mau menanggalkan manusia lama kita atau tidak, itu tergantung diri kita sendiri. Kalau kita tidak mau menanggalkan, Tuhan tidak paksa.

Alkitab mengatakan, “Kerajaan Allah bukan soal makan dan minum, tetapi kebenaran, damai sejahtera, sukacita oleh Roh Kudus,” jadi tidak ada bagian manusia lama kita yang diperkenan masuk Kerajaan Surga sebagai anggota keluarga Kerajaan Allah. Manusia lama kita itu harus digugurkan, diluruhkan. Kita menjadi manusia baru dengan profil sesuai dengan kehendak Allah. Kalau kita melewatkan kesempatan demi kesempatan yang Tuhan berikan dengan menikmati kesenangan dunia, hidup suka-suka sendiri, pasti jadi terhambat. Mungkin sampai mati, kita tidak mencapai profil itu. Dalam setiap kejadian, ada pukulan agar manusia lama kita digugurkan, diluruhkan, dirontokkan. Ini yang disebut “meninggalkan diri sendiri.”

Ketika kita dihantam masalah atau suatu peristiwa hidup, sering kita tidak mengerti ada penggarapan Allah di balik semua itu. Tidak sedikit orang malah marah, bersungut-sungut, mencari kambing hitam. Dia tidak melihat ada tangan yang mengizinkan terjadi semua itu, supaya kita mengalami pengudusan, penyucian, proses penanggalan manusia lama. Untuk kita yang keras hati, Tuhan sering kali memukul atau menggarap dengan peristiwa-peristiwa besar yang mengejutkan, menguras perasaan, yang membuat pahit, supaya luruh. Kalau melalui peristiwa-peristiwa kecil tidak bisa, harus ada peristiwa-peristiwa besar. Satu hal yang harus kita mengerti, bahwa hanya orang yang mengasihi Tuhan yang digarap. Orang yang mengasihi Tuhan adalah orang-orang yang benar-benar ingin hidupnya menyenangkan Tuhan. Kalau manusia lama kita digugurkan, diluruhkan, kita meninggalkan manusia lama kita, maka kita hidup baru; dan ini menjadi kesukaan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DALAM SETIAP KEJADIAN, ADA PUKULAN AGAR MANUSIA LAMA KITA DIGUGURKAN, DILURUHKAN, DIRONTOKKAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 Mei 2023
2023-05-09 07:23:56

Mazmur 50, 53, 60 & 75

Card image
Truth Kids 08 Mei 2023 - SETIA
2023-05-08 10:21:32


Mazmur 86:15
“Tetapi Engkau, ya Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih dan setia.”

Sobat Kids, siapa di antara kalian yang memiliki binatang peliharaan? Mungkin kalian memiliki binatang peliharaan yang berbeda-beda. Ada orang yang memelihara ikan, kura-kura, burung, kelinci, kucing, hamster, dan masih banyak jenis binatang lainnya. Siapa yang memelihara anjing? Wah, anjing pun memiliki berbagai macam jenis. Dan para pecinta anjing setuju jika anjing disebut sebagai binatang yang paling setia. Anjing akan mengikuti perintah tuannya. Ia juga akan setia menjaga dan mengikuti kemana pun tuannya pergi. Hebat, ya, Sobat Kids.

Bila kita kagum terhadap kesetiaan anjing, seharusnya kita lebih kagum lagi terhadap Sang Penciptanya. Ya, Tuhanlah yang menciptakan semua binatang, termasuk seekor anjing. Tuhan yang merancang anjing memiliki sifat setia. Pasti Tuhan sebagai Sang Pencipta juga setia. Tuhan selalu menyayangi, mengasihi, sabar, dan setia kepada kita, manusia yang diciptakan secara istimewa. Ayat firman Tuhan hari ini mencatat yang Daud rasakan tentang Tuhan. Saat ia butuh pertolongan, Daud berdoa kepada Tuhan. Daud tahu bahwa Tuhan selalu setia.

Card image
Truth Junior 08 Mei 2023 - SETIA
2023-05-08 10:24:30


Mazmur 86:15
“Tetapi Engkau, ya Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih dan setia."

Menurut kamus KBBI, kata “setia” memiliki arti berpegang teguh (pada janji, pendirian, dan sebagainya); dapat juga berarti tetap dan teguh hati (dalam persahabatan, dan sebagainya). Dulu ada film yang menceritakan tentang setia; kisah yang berdasarkan kejadian sebenarnya. Film tersebut berjudul Hachiko. Hachiko merupakan seekor anjing yang setia menanti tuannya pulang kerja di stasiun. Setiap hari Hachiko selalu menunggu tuannya tiba di stasiun. Hingga suatu saat, tuannya meninggal, dan tentu saja tidak bisa menemui Hachiko di sana. Hachiko tidak tahu bahwa tuannya telah meninggal. Ia tetap setia menunggu tuannya di stasiun. Hari berganti hari, hingga musim pun berganti. Walaupun turun salju, Hachiko tetap setia menanti tuannya. Bahkan selama bertahun-tahun, Hachiko tetap setia menunggu tuannya pulang, sampai akhirnya ia pun mati.

Sobat Junior, Tuhan sebagai Sang Pencipta, Ia memiliki sifat yang setia. Melebihi siapapun yang ada di bumi ini. Setia merupakan salah satu sifat dari Tuhan. Tuhan setia terhadap janji-janji-Nya. Artinya, Ia pasti akan menepati setiap janji yang telah diucapkan-Nya. Ia juga setia dalam mendampingi kita. Kita tidak akan pernah ditinggalkan-Nya. Apakah kalian juga mau belajar untuk setia kepada Tuhan? Yuk, Sobat Junior, kita ikut terus Tuhan Yesus sejak sekarang sampai nanti Tuhan datang kembali, kita mau setia mengikuti-Nya.

Card image
Truth Youth 08 Mei 2023 (English Version) - DIVINE DIPLOMAT
2023-05-08 10:14:32


"Therefore, flee from youthful passions and pursue righteousness, faithfulness, love, and peace, along with those who call on the Lord from a pure heart." (2 Timothy 2:22)

A diplomat is someone appointed to open and establish relationships between countries to achieve their respective interests (economic, technological, educational, etc.). Their main task is to represent their home country, protect the values, culture, and heritage of their home country, and promote the advantages of their country so that foreign countries become interested and willing to establish cooperative relationships with their represented country.

Similarly, in our daily lives and interactions, we should become divine diplomats. We actively bring peace by opening relationships between God and our fellow human beings. There are three things we can do: first, representing God in our daily lives, making ourselves a reflection of God, so that our friends can know what kind of God we believe in. This will also protect us to live righteously and have an impact on others. Second, protecting and guarding the feelings of God and our fellow human beings, so that they do not become stumbling blocks. For example, if a friend does something wrong, we should not judge them immediately and say that it is not in accordance with God's word, but as diplomats, we should find a "gentle" way to reprimand them without hurting their feelings and not just remain silent when we see our friend doing wrong, because it would hurt God's heart. As divine diplomats, we must be wise (Matthew 10:16) in finding ways to introduce our friends to the values of truth and God. Third, promoting the truth from the smallest things as a form of promotion and introduction of God's love and existence in our lives. Our mission is to strive for peace as best and as much as possible, so that our friends can have a relationship with God.

WHAT TO DO:
Let us learn to play our roles as divine diplomats in our daily lives!

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Samuel 20-22

Card image
Truth Youth 08 Mei 2023 - DIPLOMAT-DIPLOMAT ILAHI
2023-05-08 10:09:39


"Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni" (2 Tim. 2:22).

Diplomat adalah seseorang yang ditunjuk untuk membuka dan menjalin hubungan antarnegara untuk mencapai kepentingan-kepentingan tertentu masing-masing negara (kepentingan perekonomian, teknologi, pendidikan, dsb). Tugas pokoknya adalah mewakilkan negara asalnya, melindungi nilai-nilai, budaya, kultur negara asalnya, dan mempromosikan kelebihan apa yang dimiliki negara tersebut. Supaya pada akhirnya, negara asing tertarik dan mau menjalin hubungan kerjasama dengan negara perwakilannya.

Sama seperti kita, dalam kehidupan sehari-hari dalam pergaulan, seharusnya kita menjadi diplomat-diplomat ilahi. Membawa perdamaian secara aktif dengan membukakan hubungan antara Tuhan dan sesama kita. Ada tiga hal yang bisa kita lakukan, yang pertama representing, mewakilkan Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari, menjadikan diri kita sebagai cerminan Allah, sehingga teman-teman kita mengenal seperti apa Allah yang kita percayai. Hal ini juga akan memagari kita untuk hidup benar dan bisa memberi dampak bagi sesama. Yang kedua, protecting, menjaga dan melindungi perasaan Allah dan sesama, sehingga tidak menjadi batu sandungan. Misalnya ada teman berbuat salah, tidak serta merta kita langsung menghakimi dan mengatakan bahwa itu tidak sesuai dengan firman Tuhan, tetapi sebagai seorang diplomat, harus bisa menemukan cara “halus” untuk bisa menegur tanpa menyakiti hati sesama kita dan juga tidak hanya diam saat melihat teman berbuat salah, karena akan melukai hati Tuhan. Sebagai diplomat ilahi, kita harus cerdas (Matius 10:16) dalam menemukan cara untuk memperkenalkan teman kita kepada nilai-nilai kebenaran dan Tuhan. Yang ketiga, promoting, kita berani menyuarakan kebenaran dari hal terkecil, sebagai bentuk promosi dan memperkenalkan kasih dan keberadaan Tuhan itu nyata dalam hidup kita. Misi kita yaitu mengusahakan perdamaian dengan sebaik dan semaksimal mungkin, supaya teman-teman kita memiliki hubungan dengan Tuhan.

WHAT TO DO:
Yuk, kita belajar memerankan kehidupan kita sebagai diplomat Allah, mulai dari pergaulan kita!

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Samuel 20-22

Card image
Renungan Pagi - 08 Mei 2023
2023-05-08 10:04:17


Tuhan Yesus yang kita miliki bukanlah Yesus fantasi, yang bisa diatur untuk melakukan apapun yang kita kehendaki, sehingga ibadah hanyalah sekedar liturgi.*

Tuhan Yesus yang kita miliki adalah Tuhan yang menginginkan kita terus berubah menjadi sempurna, serupa gambaran-NYA, sehingga ibadah adalah perjumpaan pribadi dengan Tuhan, dan mengalami Tuhan dalam hidup setiap hari.

*Sebagaimana Rasul Paulus menyatakan bahwa hasrat terbesarnya, yang dikehendakinya adalah mengenal Kristus dan kuasa kebangkitan-Nya supaya dia boleh menjadi serupa dengan DIA dalam kematian-Nya.

Dalam hal ini yang dimaksudkan Rasul Paulus adalah kematian terhadap dosa dan keinginan daging supaya pada akhirnya dia dapat dibangkitkan dan memperoleh kemuliaan bersama Kristus.
(Filipi 3:10-11)

Card image
Quote Of The Day - 08 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-08 09:59:08


Janji kesembuhan yang bertujuan hanya untuk memancing orang ke gereja, akhirnya merusak motivasi murni dalam mencari Tuhan dan dalam melihat perkara-perkara rohani yang lebih mulia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 08 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-08 09:56:28


Menanggalkan keinginan bukan berarti tidak memiliki keinginan, tetapi mengisi jiwa kita dengan keinginan Tuhan semata-mata.

Card image
VALUED FAITH - 08 Mei 2023 (English Version)
2023-05-08 09:53:43


When we are in a situation where God has seemed left us, we can learn to believe Him. There must be times in this journey of our lives when it seems God is not present or tangible, while our circumstances are no different from the unbelievers. That is why some Christians are ‘forced’ to sell their faith by joining those with the pleasures of life, which look enjoyable.

It is not difficult for someone to trust God if their conditions are all good, miracles are real, and He is present to declare His glory in various gifts of the Spirit. However, it is not accessible if we are in a situation where it seems God has abandoned us—especially those who genuinely seek Him—and our circumstances are no different from theirs—perhaps even worse, more complex than theirs. But honestly, here, God is testing our determination and faith. Don’t be slack or weak; we must stay strong in God, and with His strength, we can go through the various struggles of life that we have to go through.

When we are in a situation where it seems God has left us, we must still put our trust in Him because there are many spiritual lessons that we can get. When running life, doing our responsibilities, experiencing things, and facing difficulties, God doesn’t seem to intervene or help. But that doesn’t matter; we still persevere in God and wait on Him. That is what it means to stay on the Lord; “Lord, I’m waiting upon You; in my household, economic, and family health matters, I depend on You. I need You, Lord; You are all I need.”

We learn to survive amid arduous circumstances because God will show His glory. Those situations ultimately teach us to trust God not only when circumstances are favorable, but in all cases, not only in some instances—such as Spiritual Awakenings, Healing, and other miracles—but in all situations where there are no miracles, nothing spectacular happens in the church, we still believe that God is with us. Do not just say “God is here” when there is a miracle happening in a revival service.

Our faith becomes valuable when we have faith in God and believe He exists under challenging situations. We are trained to have confidence and testify in a place where people reject faith and Jesus. We must not be carried away by the lifestyle of people who use any way of life and be comfortable and happy with any form of life. As children of God, we have different ways and lifestyles, and we persist in our state and lifestyle even though they look the same. They can be more successful, advanced, and prosperous, but we still believe in God.

Difficult situations which cause us hard to believe in God have become our coach to believe that He exists and lives and to have faith in Him, because we think that at the end of our life struggle, we will see the glory of God. We must begin to be serious because God sees and marks our seriousness. There must be the glory of God, and the time we spend seeking Him will bear extraordinary fruit. Like fish, we must be serious about going toward one goal; do not deviate in other directions; even though the currents are strong, we keep going on. We go to one goal: the Father’s House, the new heavens, and the new earth.  

We know where our home is, and the Holy Spirit must also give us sensitivity and conscience to live out where our real home is. We are sensitive about returning home where the Father has prepared it for us. So, we remain faithful even though our circumstances are no different—even worse off—compared to those who do not seek God. Don’t consider physical things to be a measure of God’s inclusion. God is still with us, whatever our circumstances, and indeed, we will see the glory of God.  

OUR FAITH BECOMES VALUABLE WHEN, IN DIFFICULT SITUATIONS, WE HAVE FAITH IN GOD AND BELIEVE THAT HE EXISTS.

Card image
IMAN YANG BERNILAI - 08 Mei 2023
2023-05-08 09:51:17


Dalam perjalanan hidup kita ini, pasti ada masa-masa di mana Tuhan seakan-akan tidak hadir, seakan-akan Tuhan tidak nyata. Sementara keadaan kita tidak berbeda dengan orang-orang di luar Tuhan. Itulah sebabnya ada orang-orang Kristen ‘terpaksa’ menjual imannya dengan bergabung dengan mereka yang memiliki kesenangan-kesenangan hidup yang rasanya itu adalah hal yang membahagiakan. Ketika kita dalam keadaan seakan-akan Tuhan meninggalkan kita, di situ kita belajar untuk percaya, di situlah kita diberi Tuhan kesempatan Tuhan untuk belajar percaya.

Kalau keadaan serba baik, mukjizat nyata, Allah hadir menyatakan kemuliaan-Nya dalam berbagai karunia-karunia Roh, maka mudah sekali seseorang menaruh kepercayaan kepada Tuhan. Tetapi kalau dalam situasi di mana seakan-akan Tuhan meninggalkan kita—apalagi kita yang sungguh-sungguh mencari Tuhan—dan keadaan kita tidak berbeda dengan mereka—bahkan mungkin keadaan lebih terpuruk, lebih susah dibanding mereka—sejatinya, di sini Tuhan menguji keteguhan hati kita, kesetiaan iman kita kepada Tuhan. Jangan menjadi kendor, jangan menjadi lemah, tetapi kita harus tetap kuat di dalam Tuhan. Dengan kekuatan dari Tuhan, kita pasti sanggup melewati berbagai pergumulan hidup yang harus kita lalui.

Di situ ada banyak pelajaran rohani yang kita dapat. Jadi ketika kita dalam satu keadaan di mana seakan-seakan Tuhan meninggalkan kita, tetapi kita harus tetap menaruh percaya kita kepada Tuhan. Kita menjalani hidup, kita menjalani tanggung jawab, seakan-seakan Tuhan tidak campur tangan, Tuhan tidak menolong. Ada saja hal yang harus kita alami, kesulitan demi kesulitan, ada saja yang harus kita alami. Tetapi itu tidak menjadi masalah, kita tetap bertekun di dalam Tuhan dan menantikan Tuhan. Itulah artinya menantikan Tuhan; "Tuhan, aku menanti-nantikan Engkau, dalam kasus rumah tanggaku, dalam kasus ekonomi, dalam kasus kesehatan keluarga kami, aku bergantung kepada-Mu. Aku perlu Engkau Tuhan, hanya Engkau yang kuperlu."

Kita belajar bertahan di tengah-tengah keadaan yang sulit. Tuhan pasti akan menunjukkan kemuliaan-Nya. Hal itu akhirnya mendidik kita untuk memercayai Allah bukan hanya pada saat situasi mendukung—seperti adanya Kebangunan Rohani Kesembuhan dan mukjizat lain—melainkan dalam segala situasi di mana tidak ada mukjizat, tidak ada hal yang spektakuler terjadi di gereja, namun kita tetap percaya bahwa Tuhan beserta kita, Tuhan bersama kita. Jangan hanya pada waktu ada mukjizat KKR lalu ada pernyataan kuasa Roh Allah baru kita berkata, "Allah ada di sini."

Justru iman kita menjadi bernilai ketika kita beriman kepada Tuhan dalam situasi yang sulit untuk memercayai bahwa Tuhan itu ada. Kita justru dilatih memiliki iman di tempat di mana orang menolak iman, menolak Yesus; kita di situ justru bersaksi. Orang boleh pakai cara hidup bagaimanapun, nyaman dan bahagia dengan cara hidup apa pun, tetapi kita tidak boleh terbawa oleh cara dan gaya hidup mereka. Kita memiliki cara dan gaya hidup sebagai anak-anak Allah yang berbeda, yang tidak sama. Dan kita tetap bertahan dalam cara dan gaya hidup anak-anak Allah, walaupun kelihatannya sama dengan mereka. Bahkan mereka bisa lebih sukses, lebih maju, lebih berhasil. Tetapi kita tetap percaya kepada Tuhan.

Situasi-situasi yang sulit untuk memercayai bahwa Allah itu ada dan hidup, justru kita kenakan untuk menjadi pelatih kita dalam beriman kepada Tuhan. Sebab kita percaya pasti nanti di akhir pergumulan hidup kita, kita pasti melihat kemuliaan Allah. Tidak mungkin tidak ada kemuliaan Allah. Waktu demi waktu yang kita habiskan untuk mencari Tuhan, pasti membuahkan buah yang luar biasa. Jadi yang kurang serius, ayo kita mulai serius. Tuhan melihat, menandai sebeberapa kita serius atau tidak. Ibarat ikan, kita harus serius sedang menuju satu tujuan; jangan menyimpang ke kanan ke kiri, walau penuh dengan arus, kita tetap melawan arus. Ayo, kita menuju satu tujuan, tujuan kita adalah Rumah Bapa, langit baru bumi baru.

Karena kita tahu di mana rumah kita berada. Roh Kudus pasti juga memberikan kita kepekaan, nurani untuk menghayati di mana rumah yang sesungguhnya untuk kita. Kita punya kepekaan untuk kembali ke rumah di mana Bapa telah sediakan rumah itu bagi kita. Jadi, kita tetap setia walaupun keadaan kita tidak berbeda—bahkan lebih terpuruk—dibanding dengan mereka yang tidak mencari Tuhan. Jangan hal jasmani menjadi ukuran penyertaan Tuhan. Tuhan tetap beserta kita, apa pun keadaan kita dan pasti kita akan melihat kemuliaan Tuhan ke depan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

IMAN KITA MENJADI BERNILAI KETIKA KITA BERIMAN KEPADA TUHAN DALAM SITUASI YANG SULIT UNTUK MEMERCAYAI BAHWA TUHAN ITU ADA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 Mei 2023
2023-05-08 09:47:58

2 Samuel 8-9, 1 Tawarikh 18

Card image
Truth Kids 07 Mei 2023 - PELATARAN KUDUS ALLAH
2023-05-07 10:15:07


Markus 1:7
Inilah yang diberitakannya: “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.”

Sobat Kids, tahukah kalian bahwa dulu zaman Perjanjian Lama, bangsa Israel membuat kemah besar sebagai tempat untuk menyembah Allah. Mereka juga mempersembahkan korban penghapusan dosa kepada Allah di halaman kemah tersebut. Dalam kemah besar tersebut terbagi atas ruang suci dan ruang maha suci. Hanya imam besar (zaman sekarang: pendeta) yang boleh masuk ke dalam ruang suci. Di dalam kemah tersebut Allah berbicara kepada imam besar untuk bangsa Israel. Imam besar yang hendak masuk ke dalam kemah tersebut harus hidup suci dan tidak berbuat salah. Apabila imam besar tidak hidup suci maka ia bisa meninggal di dalam ruang suci tersebut.

Allah adalah kudus; tidak berdosa. Manusia yang berdosa tidak dapat masuk menghampiri Allah. Namun, pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib memberi kita kesempatan untuk bisa datang kepada Allah. Oleh karena itu, jangan kita sia-siakan pengorbanan yang telah dilakukan Tuhan Yesus. Terus berjuang untuk hidup suci dalam segala hal. Jangan berbuat dosa lagi!

Card image
Truth Junior 07 Mei 2023 - KUDUS
2023-05-07 20:35:46


Markus 1:7
”Inilah yang diberitakannya: “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.”

Imam Zakharia dan istrinya, Elisabet, merupakan orang benar di hadapan Allah. Mereka hidup menurut segala ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat. Namun, hingga keduanya lanjut usia, mereka masih belum memiliki anak. Pada suatu kali, giliran iman Zakharialah yang bertugas unutk masuk ke dalam Bait Allah. Tiba-tiba nampaklah kepada imam Zakharia seorang malaikat Tuhan dan memberitahukan Zakharia bahwa ia akan memiliki seorang anak laki-laki, dan harus dinamai Yohanes. Yohanes memiliki tugas untuk mempersiapkan jalan bagi Yesus. Caranya dengan mengajak orang-orang berbalik kepada Tuhan. Dan sebagai tanda pertobatan orang-orang tersebut, Yohanes akan membaptis mereka. Oleh sebab itulah ia dikenal juga sebagai Yohanes Pembaptis.

Yohanes Pembaptis dibesarkan oleh kedua orangtua yang hidup benar di hadapan Allah. Bahkan orangtuanya mengikuti semua ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat. Kita dapat menarik kesimpulan bahwa mereka hidup kudus di hadapan Tuhan. Pasti sebagai orangtua, mereka juga mengajarkan Yohanes melakukan yang sama seperti yang mereka lakukan: hidup kudus di hadapan Tuhan. Namun, dari ayat Firman Tuhan hari ini yang merupakan ucapan Yohanes Pembaptis, ia merasa tidak layak membuka tali kasut (sepatu pada zaman dahulu) Tuhan Yesus.

Sobat Junior, kekudusan Allah tidak bisa disamakan dengan kekudusan manusia. Manusia tidak layak jika dibandingkan dengan kekudusan Allah. Kita sepatutnya menaruh rasa hormat kepada Allah dengan sikap yang pantas.

Card image
Truth Youth 07 Mei 2023 (English Version) - WISE MEN SAY…
2023-05-07 10:08:52


"The lips of the righteous nourish many, but fools die for lack of sense." (Proverbs 10:21)

As we know, in guarding our words, we must think a thousand times before speaking to filter wisely what is appropriate and not to be spoken. Did you know that a wise and faithful word can change everything? We often hear, be careful with what you say, because words are prayers. Because faith as small as a mustard seed can move mountains (Matthew 17:19-20), the words of a wise person, coming from a faithful heart, can bless those who hear them and even change someone's life.

Where do wise words come from? Of course, from our intellect and understanding. Therefore, from a young age, we are often reminded to fill our minds with the truths of God. Whatever we consume daily in our minds and hearts can reflect in our actions and words. If we consume worldly things every day, be happy and have fun, how can we become wise people? How can our words bless those around us? Similarly, just as we want a healthy and slim body, but don't have the effort to exercise, eat healthily, and fast, we can never have a healthy body. If today we want to become young people with divine quality, let us start by consuming the Word of God every day, approaching and socializing with God, so that every day our spiritual intelligence will become sharper, impacting the quality of the words we speak. From there, we can add true knowledge of God in our relationships.

WHAT TO DO:
Try to increase the intensity of consuming the Word of God every day, and we can start testing how it impacts our conversations in our circle of friends.

BIBLE MARATHON:
▪ 2 Samuel 17-19

Card image
Truth Youth 07 Mei 2023 - WISE MEN SAY…
2023-05-07 10:02:53


”Bibir orang benar menggembalakan banyak orang, tetapi orang bodoh mati karena kurang akal budi." (Amsal 10:21)



Cobalah menambah intensitas untuk mengonsumsi Firman Tuhan setiap hari dan kita bisa mulai menguji, bagaimana dampaknya saat kita ngobrol di lingkungan pertemanan kita.

▪︎ 2 Samuel 17-19

Card image
Renungan Pagi - 07 Mei 2023
2023-05-07 09:56:23


Ketakutan tertular virus, menjadi paranoid dan dirumahkan karena tempat bekerja terpaksa ditutup seiring pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), berkurangnya pendapatan karena usaha dan bisnis mandek, kejenuhan tinggal di rumah dan tidak bisa beraktivitas seperti biasa.

Munculnya persoalan baru dalam keluarga karena semasa pandemi seluruh aktivitas dilakukan di rumah sendiri, tingkat stres yang meningkat, dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut tentu saja membuat kita gelisah dan tidak nyaman, bahkan kehilangan damai sejahtera, terutama di masa pandemi Covid-19 yang baru saja berlalu.

Perasaan gelisah juga dirasakan oleh para murid, sehingga Tuhan Yesus harus menyampaikan pesan untuk memberikan kekuatan. Pesan-Nya sangat jelas, "Janganlah gelisah hatimu. Percayalah kepada Allah, percaya juga kepadaKu." Tuhan Yesus meminta para murid untuk percaya kepada-Nya.

Dan janji-Nya, "Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal, ...Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu ...supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada." Untuk dapat ke sana, setiap orang yang percaya harus mengikuti jalan yang benar, yaitu Tuhan Yesus sendiri.

Ia telah menyatakan diri-Nya adalah jalan, kebenaran dan hidup yang sesungguhnya. Tidak akan ada seorang pun sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Yesus. Marilah kita ikuti jejak-Nya, supaya hidup dalam damai sejahtera-Nya dan dijemput pulang ke Rumah Bapa yang kekal.
(Yohanes 14:1-6)

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 Mei 2023
2023-05-07 09:49:32

Mazmur 25, 29, 33, 36 & 39

Card image
Quote Of The Day - 07 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-07 09:40:45


Kebenaran keberadaan Allah harus dibuktikan dari kehidupan orang percaya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 07 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-07 09:37:26


Dalam kehidupan ini, kehendak Tuhanlah yang harus berdaulat secara penuh.

Card image
NEVER FAIL - 07 Mei 2023 (English Version)
2023-05-07 09:35:03


We must still have ups and downs in following God; however, even if we experience them, we do not fail because God made the fall a process for perfection. None have promised to follow the Lord Jesus with all their lives and stakes who failed. Never. Perhaps a question arises in the heart, “What about Judas?” Don’t get me wrong, Judas, from the start, like stealing money, right? Unlike Peter, who said, “I will follow you, Lord, wherever you go.” Even though he had failures, God never made him a total loss. He is recoverable.

So, let’s not hear the devil’s voice saying, “Be careful with this promise. If you don’t fulfill it, you’re doomed.” It’s true; we’re doomed if we don’t fulfil it, and God will allow us to achieve it. However, later, God will help us to be able to fulfil it. However, later, God will help us to be able to fulfil it. God appreciates us when we say, ” Teacher, I will follow you wherever you go,” even though when we say it, we can’t pay for it. God appreciates when we trust Him in our shortcomings, weaknesses, and foolishness.

God values our trust and love; though imperfect, we still love Him. We shouldn’t rely on our strengths and courage because He only wants to hear that we are willing to. We will not dare to make that promise if we see our ability. However, if we believe that there is no life outside of God, for only Him is our life, then we will not open any gaps for anyone; then, we trust Him and dare to make promises.

God will help us by providing ability, so don’t be afraid to be daring; we can do it later, and it is proven in the end. Many people don’t dare to make decisions until one day; they never make this big decision. They can’t because they don’t believe in God or love Him. So, while we still have a chance to think and love God, make this decision, and we will see the glory of God and experience His presence.

God wants nothing to do with double-minded people. Therefore, the Word of God says, “He who is double-minded gains nothing.” Either we fully trust God or not at all. Indeed, there must be people who ridicule us when we make a covenant because they judge us as if we want to promote ourselves, are arrogant or are considered to cover sins or whatever, but we shouldn’t care! We will all die, the Book of Life will be opened, and everyone will get what they deserve.

Don’t think that if we don’t make a covenant with God, it does not necessarily mean we make a covenant with the world because we are on the way in that direction. There are no other subjects and objects except God or the devil, so if we don’t make a covenant with God, then it means we are making a covenant with the world, with the dark powers where we bring ourselves to darkness. We must realize how great it is if we dare to make a covenant with God and how evil we are if not.

Don’t let Satan use our passion and courage for evil. Instead, use them for God; we will never regret this decision. We must do this willingly because if it weren’t for God, we wouldn’t be as we are today. Don’t be afraid to make a covenant with God, and we must dare not to live like people in general. God will guide us, and our character traits will be changed. The price of our covenant with God is our whole life. We should lose our life to gain it. Our old human soul died, but God gave us a new life; the life of Christ.

So that we can say, “I no longer live, but Christ lives in me.” Our life must change. Though we still can make mistakes, we should dare to say, “I dedicate my life only to You, Elohim Yahweh. I promise to live holy, blameless, and spotless. No matter how small or subtle, I will not do it.” When we make a mistake, we will regret it, “Why did I do that?” So, don’t be afraid to make a covenant with God. Do not be scared. We will know this is the right decision if the Holy Spirit leads our conscience,   

NO ONE HAS EVER FAILED IF THEY PROMISE TO FOLLOW THE LORD JESUS WITH ALL THEIR LIFE.

Card image
TIDAK GAGAL - 07 Mei 2023
2023-05-07 09:33:25


Dalam mengiring Tuhan, pasti kita masih jatuh bangun. Namun, kalaupun kita mengalami jatuh bangun, kita tidak gagal. Karena kejatuhan pun dijadikan Tuhan sebagai proses untuk penyempurnaan. Tidak pernah ada orang yang berjanji mengikut Tuhan Yesus dengan segenap hidupnya, dengan seluruh pertaruhannya, gagal. Tidak pernah. Mungkin muncul pertanyaan dalam hati, “Bagaimana dengan Yudas?” Jangan salah, Yudas memang dari semula mata duitan, benar? Berbeda dengan Petrus yang mengatakan, “Aku akan ikut Engkau, Tuhan, ke mana Engkau pergi.” Sekalipun dia punya kegagalan, Tuhan tidak pernah membuat dia gagal total. Dia bisa dipulihkan.

Maka, jangan kita mendengar suara Iblis yang mengatakan, “Hati-hati dengan janji ini. Kalau kamu tidak penuhi, kamu celaka.” Benar, kalau kita tidak penuhi, kita celaka. Tetapi Tuhan akan membuat kita bisa memenuhinya. Tuhan menghargai ketika kita berkata, “Tuhan, aku akan ikut Engkau ke mana pun Engkau pergi,” walaupun kita ketika mengucapkan itu, tidak akan bisa membayarnya. Tetapi, di kemudian hari, Tuhan akan menolong kita untuk bisa memenuhinya. Tuhan menghargai ketika kita memercayai Dia dalam kekurangan, kelemahan, dan kebodohan kita.

Tuhan menghargai kepercayaan itu, dan Tuhan menghargai kecintaan kita. Kita tidak sempurna—belum sempurna—tetapi kita tetap bisa mengasihi Tuhan. Jangan mengandalkan kuat dan gagah kita. Tuhan hanya mau mendengar kita mau. Kalau kita menghitung kemampuan kita, maka pasti kita tidak akan berani mengucapkan janji itu. Tetapi, kalau kita percaya bahwa tidak ada kehidupan di luar Tuhan, bahwa hanya Dia kehidupan kita, maka tidak ada celah yang kita buka untuk siapa pun. Kita memercayai Tuhan dan kita berani mengucapkan janji.

Dan Tuhan akan memberikan kita pertolongan, Tuhan akan memberi kemampuan. Jangan takut nekat, nanti kita pasti bisa. Pada akhirnya kita lihat, bisa. Banyak orang yang tidak berani mengambil keputusan, sampai pada suatu saat mereka tidak pernah mengambil keputusan yang besar ini. Mereka tidak mampu, karena mereka tidak percaya Tuhan dan tidak mencintai Dia. Maka, selagi masih punya kesempatan untuk memercayai Tuhan dan mencintai Tuhan, ambil keputusan ini. Kita akan melihat kemuliaan Allah dan kita akan mengalami kehadiran Tuhan.

Tuhan tidak mau berurusan dengan orang yang setengah hati. Dan firman Tuhan mengatakan, “Orang yang mendua hati, tidak memperoleh apa-apa.” 100% memercayai Tuhan, atau tidak usah sama sekali. Memang, pasti ada orang yang mencemooh ketika kita membuat perjanjian karena mereka menilai kita seperti mau bangga diri, mau sombong, atau dianggap menutupi dosa atau apa pun, jangan pedulikan! Kita semua akan meninggal dunia. Dan Kitab Kehidupan akan dibuka. Setiap orang akan memperoleh apa yang patut diterimanya.

Ketika kita tidak membuat perjanjian dengan Tuhan, kita merasa tidak membuat perjanjian dengan dunia, tetapi itulah langkah-langkah membuat perjanjian dengan dunia. Sebab, tidak ada subjek dan objek lain; Tuhan atau setan. Jadi ketika kita tidak melakukan perjanjian dengan Tuhan, sejatinya kita membuat perjanjian dengan dunia, dengan kuasa gelap. Kita membawa diri kita kepada kegelapan. Dan kita tidak akan pernah menduga betapa hebatnya kalau kita berani membuat perjanjian dengan Tuhan. Tetapi kalau tidak, betapa jahatnya.

Jangan sampai Iblis memakai gairah dan keberanian kita untuk kejahatan. Sebaliknya, pakai gairah dan keberanian kita untuk Tuhan. Percayalah, kita tidak akan pernah menyesal mengambil keputusan ini. Namun kita harus dengan kerelaan melakukan hal ini. Kalau bukan Tuhan, kita tidak ada seperti sekarang ini. Jadi, jangan takut membuat perjanjian dengan Tuhan. Kita harus berani hidup dalam ketidakwajaran. Tuhan akan membimbing kita, sifat karakter kita akan diubah. Sebab pada dasarnya, perjanjian kita dengan Tuhan harganya adalah seluruh hidup kita, nyawa kita. Karena kalau kita tidak kehilangan nyawa, kita tidak beroleh nyawa. Nyawa manusia lama kita mati, tetapi Tuhan memberikan kita nyawa yang baru; kehidupan Kristus.

Sehingga kita bisa berkata, “Hidupku bukan aku lagi,tetapi Kristus yang hidup di dalam aku.” Hidup kita pasti berubah. Pasti. Ketika kita berkata, “Aku dedikasikan hidupku hanya untuk-Mu, Elohim Yahweh. Aku janji untuk hidup suci, tak bercacat, tak bercela. Dosa sekecil apa pun, sehalus apa pun tidak akan kulakukan.” Namun, bukan berarti kita pasti tidak bisa meleset. Masih bisa. Tetapi ketika kita berbuat kesalahan, kita akan menyesali, “Kenapa aku lakukan itu?” Jadi, jangan takut membuat perjanjian dengan Tuhan. Jangan takut. Kalau kita punya nurani yang dipimpin Roh Kudus, kita akan tahu bahwa ini keputusan yang benar.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono TIDAK PERNAH ADA ORANG YANG BERJANJI MENGIKUT TUHAN YESUS DENGAN SEGENAP HIDUPNYA, DENGAN SELURUH PERTARUHANNYA, GAGAL.

Card image
Truth Kids 06 Mei 2023 - ALLAH ITU KUDUS
2023-05-06 11:03:45


Efesus 5:27
“… supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.”

Sobat Kids, bayangkan ada dua gelas yang diberikan kepada kalian. Gelas yang pertama bersih dan tidak bernoda yang berisi air jernih. Gelas tersebut terlihat sangat jernih karena gelasnya bersih. Sedangkan gelas yang kedua adalah gelas yang berisi air jernih juga, namun karena gelasnya kotor, air jernih tersebut berubah warna menjadi keruh (agak kecoklatan). Nah, mana yang kalian pilih? Pasti gelas yang pertama dong, ya.

Setiap anak Allah, sama-sama berharga di hadapan-Nya. Namun,keadaan kita seperti gelas tersebut. Tergantung cara kita menjaganya, tetap bersih atau menjadi kotor. Gelas itu juga menggambarkan hidup kita. Kalau kita melakukan dosa, maka hidup kita akan kotor; tidak kudus di hadapan Tuhan. Hidup kita menjadi tidak bermanfaat bagi orang lain. Kita menghasilkan perbuatan-perbuatan yang tidak baik dan menyakiti hati Tuhan. Dari ilustrasi ini kita belajar betapa pentingnya menjaga hati dan hidup kita agar semakin kudus dan bersih di hadapan Tuhan. Yuk, Sobat Kids, kita menjaga hidup kita dan menjauhi dosa!

Card image
Truth Junior 06 Mei 2023 - TIDAK BERCACAT TIDAK BERNODA
2023-05-06 11:01:12


Efesus 5:27
“… supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat dihadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.”

Biasanya pada sebuah pabrik besar yang memproduksi barang jadi, terdapat seseorang yang bertugas untuk memeriksa kualitas suatu barang. Biasanya pekerjaan tersebut disebut quality control. Orang tersebut akan memastikan produk yang dihasilkan oleh pabrik memiliki kualitas terbaik, tidak bercacat, ataupun tidak bernoda. Pengusaha barang-barang merk mahal seperti mobil, tas, sepatu, jam tangan yang harganya sampai puluhan juta rupiah, juga akan memastikan barangnya layak jual, tidak memiliki cacat atau noda. Jika ditemukan ada cacat atau noda pada hasil produksi mereka, maka barang itu tidak bisa dijual. Biasanya barang tersebut akan dimusnahkan, sehingga tidak merusak nama baik mereka.

Sobat Junior, kemarin kita sudah belajar bahwa pada diri Allah tidak ada kegelapan sama sekali. Allah adalah Terang. Hari ini kita belajar bahwa pada diri Allah tidak ada cacat atau noda. Kualitas sebuah barang ber-merk dijaga oleh seorang quality control. Namun, Allah tidak memerlukan orang atau pribadi lain untuk menjaga keberadaan-Nya yang tidak bercacat dan tidak bernoda. Sifat tersebut ada dalam diri Allah, selalu seperti itu. Kita sebagai anak-anak-Nya juga mau belajar untuk hidup tidak bercacat dan tidak bernoda di hadapan Allah. Tetap semangat, ya, Sobat Junior!

Card image
Truth Youth 06 Mei 2023 (English Version) - ACCELERATE, BRAKE, ACCELERATE, BRAKE
2023-05-06 10:55:10


"Righteous lips know what is pleasing, but the mouth of the wicked only what is perverse." (Proverbs 10:32)

Just like driving a car or a motorcycle, there are times when we need to accelerate and times when we need to brake, depending on the condition of the road. We accelerate when the road is empty, not congested, or when there are no obstacles ahead. We brake when a car suddenly stops in front of us, when there is traffic, or when there are obstacles ahead of us. Similarly, when we speak, we need to know when to talk and when to remain silent. We need to know which things are appropriate to say. One concrete way of guarding our words is by filtering what comes out of our mouth. It's not just about distinguishing between good and bad, but about discerning what is truly good according to God.

Let's reflect on how much effort we've put into guarding our words in our interactions with others. For example, if we're hanging out with friends and they start gossiping, we could consider a few options. The first option is to remain silent and not participate in the conversation. However, how long can we remain silent? Sometimes it can be awkward and may seem like we're not showing respect. We could consider the second option, which is to change the subject so that we don't have to gossip. Or the third option, if we look far ahead, we could reconsider whether this kind of socializing will have a negative impact on our struggle to live righteously. If so, we could slowly reduce the intensity of hanging out with these friends. But there's another option. Perhaps God has placed us there to rebuke our friends. With so many options and conditions, we need to ask God which option is the right and wise one for us to choose. As we learn to have "brakes" or pauses or breaks to think and weigh which words are appropriate to say, we will become more accustomed to speaking words that please Him.

WHAT TO DO:
What are some things that often make us forget to apply the brakes on our words?

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Samuel 14-16

Card image
Truth Youth 06 Mei 2023 - GAS, REM, GAS, REM
2023-05-06 10:51:55


"Bibir orang benar tahu akan hal yang menyenangkan, tetapi mulut orang fasik hanya tahu tipu muslihat." (Amsal 10:32)

Kalau kita mengendarai mobil atau motor, ada waktu kita nge-gas dan ada waktu kita harus nge-rem, tergantung pada kondisi jalanan. Nge-gas, saat jalanan kosong atau tidak macet atau tidak ada halangan di depan. Nge-rem, saat ada mobil yang tiba-tiba berhenti di depan, atau macet, atau ada halangan di depan kendaraan kita. Sama halnya saat kita berbicara, tahu kapan harus berbicara, tahu kapan harus diam. Tahu hal mana yang pantas untuk diucapkan. Salah satu bentuk konkret menjaga perkataan adalah dengan memfilter apa yang keluar dari mulut kita. Bukan sekadar membedakan baik buruk saja, tetapi manakah yang benar-benar baik menurut Tuhan.

Coba renungkan, sudah sejauh mana kita berusaha untuk menjaga perkataan kita selama ini dalam pergaulan kita? Misal kita sedang nongkrong, ada teman-teman yang bergosip, kita bisa mulai menimbang-nimbang beberapa opsi yang bisa kita lakukan. Yang pertama, kita diam saja, tidak perlu ikut komentar. Tetapi sejauh apa kita bisa diam saja, terkadang sungkan dan terlihat seperti kurang menghargai. Mungkin kita bisa mempertimbangkan opsi yang kedua, mengalihkan topik pembicaraan sehingga tidak perlu bergosip ria. Atau opsi yang ketiga, kalau kita tarik garis jauh ke depan, kita bisa mempertimbangkan ulang, apakah pergaulan ini akan berdampak buruk pada perjuangan kita untuk hidup benar, jika demikian, kita bisa memilih untuk pelan-pelan mengurangi intensitas nongkrong dengan pertemanan ini. Tetapi, ada opsi berikutnya, bisa juga kita sengaja ditempatkan Tuhan untuk menegur teman-teman kita. Dengan begitu banyak opsi dan kondisi, kembali lagi, kita tanyakan pada Tuhan, opsi mana yang tepat dan bijaksana untuk kita pilih. Semakin hari kita mau belajar untuk mempunyai “rem”, atau pause atau jeda untuk berpikir dan menimbang perkataan mana yang pantas diucapkan, supaya kita terbiasa dengan melontarkan ucapan yang menyenangkan hati-Nya.

WHAT TO DO:
1. Kira-kira, hal apa yang sering kali membuat kita tidak sadar atau lupa untuk nge-rem mulut kita?

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Samuel 14-16

Card image
Renungan Pagi - 06 Mei 2023
2023-05-06 10:45:55


Tuhan memerintahkan kita untuk bekerja, baik itu di bidang konvensional (sekuler)  maupun dalam pekerjaan kerohanian  (pelayanan), mana yang lebih penting? Kedua-duanya sama pentingnya di mata Tuhan, "Dan biarlah orang-orang juga belajar melakukan pekerjaan yang baik untuk dapat memenuhi keperluan hidup yang pokok, supaya hidup mereka jangan tidak berbuah."

Selain untuk memenuhi kebutuhan pokok bagi diri sendiri dan keluarga, dengan bekerja kita bisa menjadi saluran berkat bagi orang lain, sebab mustahil bisa memberi atau berbagi dengan sesama bila tidak bekerja atau tidak berpenghasilan.

Selain itu kita juga harus bekerja untuk pekerjaan Tuhan, kita tidak harus menjadi fulltimer di ladang Tuhan, tetapi dapat mendukung pekerjaan Tuhan dengan berkat yang telah kita terima dari-Nya.

"Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya." Bila kita ingin menjadi orang Kristen yang diberkati dan berbuah? Kuncinya adalah bekerja dan lakukan pekerjaan tersebut dengan baik.
(Titus 3:14 ; Amsal 3:9-10)

Card image
Quote Of The Day - 06 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-06 10:40:32


Kalau kita mengakui bahwa setiap waktu kita adalah milik Tuhan, berarti itu adalah proses pendewasaan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 06 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-06 10:37:51


Sebelum kita menghadapi situasi yang memaksa kita menanggalkan segala keinginan kita di ujung maut, marilah kita belajar dari sekarang untuk dengan rela dan sukacita menanggalkan segala keinginan dari kita sendiri.

Card image
UNCONDITIONAL - 06 Mei 2023 (English Version)
2023-05-06 10:35:09


People usually think that when someone dares to take and accept their partner as their husband or wife, they should be convinced that their partner can be invited to build a good and happy household. Out of 100 people, maybe only one person, or out of 1000 people, only five are undecided. Generally, if a man dares to take a woman as his wife or vice versa and brings them to the holy altar to be blessed and affirmed, they are thoroughly convinced that their chosen partner is the right one. So, someone dares to take an oath to accept their partner in joy and sorrow, in times of abundance or lack, in health or sickness. So they will not open their hearts to others.

Ephesians chapter 5 says this is a great secret: “…but I am talking about Christ and the church.” How much do we have faith and love for God, who wants us to love Him with all our heart, soul, mind, and strength (Matt.22:37-40)? How much do we dare to give our love to God and trust Him that He is the only One who can make us happy, the only One who can save us, and nothing else so that we do not open the door to other gods or powers?

Everyone can say the One and only God is Elohim Yahweh, and the Lord Jesus Christ is our only Lord, but what percentage do we believe in Him? The standard must be whole heart, soul, mind, and strength. What percentage do we love Him? Generally, not all people will answer “100%.” There is no life outside of the One God, Elohim Yahweh. There is no protection or guard apart from Elohim Yahweh, God the Father of our Lord, Jesus Christ. No one is faithful and makes us happy besides Him. Not only while on earth but also in eternity. Believe that He owns all power, kingdom, and glory.

We will dare to make our promises if we believe in God 100% and dare to make a covenant, whatever the conditions. We are like signing a blank check and allowing God to fill in any amount He wants; we shouldn’t limit it. If we genuinely love and trust Him, we will not hesitate to make a covenant without questioning the conditions. “Whatever the condition is, God, what important is I can have You, and You have me.”

Humans have considerations and mind control that have also been damaged and misguided by the world’s influence. We don’t dare to trust Him if we are afraid. But through the passage of time and spiritual growth or maturity through the truth of the Word, we dare to make covenants. God must show the price gradually, along with the changes in our character and the gradual removal of the sinful nature in our lives. But the important thing is the courage to believe.

Let’s recall the story of Ruth. When she and Orpah wanted to follow Naomi, their mother-in-law, to return to Bethlehem, Naomi asked them to return to their respective parents’ homes; so they could remarry. But Ruth answered, “But Ruth replied, “Don’t urge me to leave you or to turn back from you. Where you go, I will go, and where you stay, I will stay. Your people will be my people, and your God my God. Where you die, I will die, and I will be buried there. May the Lord deal with me, be it ever so severely, if even death separates you and me.”

Ruth chose to join Naomi even without any guarantees. She has unconditional loyalty, so no wonder we know later that this pagan woman, Ruth, became the Messiah’s ancestor. If Ruth dared to believe in Naomi because of her love, why do we lack the courage to believe in Elohim Yahweh, our God? Do not open the options for others. Remember when the Lord Jesus called His disciples, “Follow Me,” they left their everyday life one by one. Matthew, the Levi, let go of his tax table; John and Peter left their nets; and others abandoned their daily lives. Dare we make decisions like these disciples? They all have died but are in heaven now. They never regret their decision.

Likewise, when Zacchaeus said that half of his wealth would be given to people experiencing poverty, he would return fourfold to those he has ever extorted. Of course, it was done not because of those people but because the Lord Jesus was staying at his house, and he had to follow Him. Why don’t we dare to make a covenant with God? We must be brave and believe that He is the living God. He is the Only true God, t; there is no god but Elohim Yahweh, the God of Abraham, Isaac, and Jacob. There is no God and Savior in this universe apart from Jesus of Nazareth.  

IF WE GENUINELY LOVE AND TRUST GOD, WE DEFINITELY WON'T HESITATE TO MAKE A COVENANT WITHOUT QUESTIONING THE CONDITIONS.

Card image
TANPA SYARAT - 06 Mei 2023
2023-05-06 10:30:57


Mari kita berpikir dengan jujur, realistis, dan cerdas. Ketika seseorang berani mengambil dan menerima pasangannya menjadi suami atau istri, dia harus yakin bahwa pasangan ini dapat diajak untuk membangun rumah tangga yang baik dan bahagia. Mungkin dari 100 orang, ada satu yang ragu-ragu. Atau mungkin dari 1000 orang, ada 5 yang ragu-ragu. Tetapi umumnya, kalau seorang pria berani mengambil seorang wanita sebagai istri atau sebaliknya, dan membawa diri mereka di pelaminan kudus untuk diberkati dan diteguhkan, mereka sudah yakin sepenuhnya bahwa pasangan yang dipilihnya itu pasangan yang tepat. Maka, seseorang berani mengangkat sumpah untuk menerima pasangannya tersebut dalam suka dan duka, dalam masa kelimpahan atau kekurangan, dalam keadaan sehat atau sakit. Maka ia tidak membuka celah terhadap yang lain.

Di dalam Efesus 5:32, hal ini dikatakan sebagai rahasia besar, “Tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.” Pertanyaannya, seberapa kita memiliki kepercayaan sekaligus kecintaan kepada Tuhan yang memang menghendaki agar kita mencintai Dia dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan (Mat. 22:37-40)? Seberapa kita berani memberikan cinta kita kepada Tuhan? Seberapa kita berani memberikan kepercayaan kita kepada Tuhan bahwa Dia satu-satunya yang dapat membahagiakan kita? Bahwa Dia satu-satunya yang dapat menyelamatkan kita? Bahwa tidak ada yang lain, kita tidak membuka celah terhadap ilah, allah, dewa, atau kuasa lain?

Semua dapat berkata, hanya Elohim Yahweh, Allah yang Esa, dan Tuhan Yesus Kristus satu-satunya Tuhan bagi kita, namun berapa persen kita memercayai Tuhan? Sementara standarnya harus segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan. Berapa persen kita mengasihi Dia? Pada umumnya kita—walau tidak semua—akan menjawab “100%.” Tidak ada kehidupan di luar Tuhan yang Esa, Elohim Yahweh. Tidak ada perlindungan, penjagaan, selain Elohim Yahweh, Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus. Tidak ada yang setia dan membahagiakan kita selain Dia. Bukan hanya selama di bumi, tetapi di kekekalan. Percayalah bahwa Dialah yang Empunya segala kuasa, kerajaan, dan kemuliaan.

Kalau kita percaya kepada-Nya 100%, kita akan berani mengucapkan janji kita. Kita akan berani membuat perjanjian; apa pun syaratnya. Kita seperti menandatangani satu cek blanko kosong, dan kita mempersilakan Tuhan untuk mengisi angka berapa pun; kita tidak membatasinya. Kalau kita benar-benar mencintai Dia dan memercayai Dia, kita tidak akan ragu-ragu membuat perjanjian dan tanpa mempertanyakan syaratnya. “Apa pun syaratnya, Tuhan. Tetapi yang penting, aku dapat memiliki Engkau dan Engkau memiliki aku.”

Kalau kita takut, berarti kita belum berani memercayai Dia. Kita adalah manusia yang juga punya pertimbangan, punya mind control yang juga telah rusak dan sesat oleh pengaruh dunia. Tetapi lewat perjalanan waktu, seiring dengan pertumbuhan kedewasaan atau pendewasaan rohani melalui kebenaran firman, kita beranikan diri membuat perjanjian. Tuhan pasti menunjukkan harganya secara bertahap, seiring dengan perubahan karakter kita dan ditanggalkannya kodrat dosa secara bertahap dalam hidup kita. Tetapi yang penting keberanian untuk percaya.

Coba kita ingat kembali kisah Rut. Ketika Rut dan Orpa, dua wanita menantu Naomi, mengikuti Naomi yang akan kembali ke Betlehem, Naomi meminta mereka untuk pulang ke rumah orangtua masing-masing; agar mereka dapat menikah kembali. Namun Rut menjawab: “Janganlah desak aku meninggalkan engkau, dan pulang dengan tidak mengikut engkau. Sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi. Dan di mana engkau bermalam, di situlah juga aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku. Di mana engkau mati, aku pun mati di sana, dan di sana aku dikuburkan. Beginilah kiranya Tuhan menghukum aku, bahkan lebih lagi daripada itu, jikalau sesuatu apa pun memisahkan aku dari engkau, selain daripada maut.”

Rut memilih ikut Naomi sekalipun tanpa jaminan. Rut memiliki kesetiaan yang tidak bersyarat. Tetapi kita tahu kemudian, Rut wanita kafir ini, menjadi nenek moyang Mesias. Kalau Rut berani memercayai Naomi hanya karena cinta kasihnya, mengapa kita kurang berani memercayai Elohim Yahweh, Allah kita? Jangan membuka pilihan untuk yang lain. Ingatkah ketika Tuhan Yesus memanggil murid-murid-Nya, “Ikutlah Aku,” satu per satu mereka meninggalkan kehidupan wajar mereka. Matius, Lewi, melepaskan meja cukainya; Yohanes, Petrus melepaskan jalanya; dan yang lain meninggalkan kehidupan wajar mereka. Beranikah kita mengambil keputusan seperti murid-murid ini? Mereka sudah meninggal, tetapi mereka ada di surga sekarang. Mereka tidak pernah menyesali keputusan mereka.

Demikian juga ketika Zakheus berkata bahwa separuh hartanya akan diberikan kepada orang miskin, dan jika ada orang pernah dia pernah peras, dia kembalikan empat kali lipat. Tentu dilakukan bukan karena orang-orang itu, tetapi karena Tuhan Yesus menumpang di rumahnya, dan dia harus ikut Tuhan. Mengapa kita tidak berani membuat perjanjian dengan Tuhan? Kita harus berani. Kita percaya bahwa Dia Allah yang hidup. Satu-satunya Allah yang benar, tidak ada allah selain Elohim Yahweh, Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Tidak ada Tuhan dan Juruselamat di jagat raya ini, selain Yesus dari Nazaret.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA BENAR-BENAR MENCINTAI DIA DAN MEMERCAYAI DIA, KITA PASTI TIDAK AKAN RAGU-RAGU MEMBUAT PERJANJIAN DAN TANPA MEMPERTANYAKAN SYARATNYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 Mei 2023
2023-05-06 10:23:17

2 Samuel 6-7
1 Tawarikh 17

Card image
Truth Kids 05 Mei 2023 - TERANG
2023-05-05 09:27:09


1 Yohanes 1:5
“Dan inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan.”

Ada sebuah kota besar yang bernama kota Maju. Di tengah-tengah kota tersebut banyak sekali gedung besar yang terang bahkan jalanan kota Maju itu terang sekali. Tinggallah sebuah keluarga, bersama anak-anaknya bernama Nadia dan Rara. Mereka merasa sangat senang bisa melihat lampu-lampu gedung dan jalanan di malam hari. Mereka merasa tenang saat berada di tempat yang terang.

Pada suatu malam, hujan dan badai petir melanda kota Maju. Rumah mereka tersambar petir sehingga aliran listrik menjadi padam. Rara dan Nadia pun bertanya sambil menangis, “Papa, Mama kenapa rumah kita menjadi gelap? Kenapa hanya rumah kita saja yang gelap? Apa yang sedang terjadi, Papa Mama?” Papa dan mama pun mencoba menenangkan anak-anak mereka, “Tenang, Anak-anakku. Kalian tidak usah takut. Ada Papa dan Mama di sini bersama kalian.” Papa pun mencari lilin untuk menerangi rumah mereka yang gelap. Dari kejauhan Rara dan Nadia melihat ada cahaya yang mendatangi mereka. Ternyata itu papa yang membawa lilin untuk menerangi rumah mereka. Akhirnya Rara dan Nadia pun menjadi tenang saat ada lilin yang menerangi rumah mereka.

Setelah berhasil menenangkan Nadia dan Rara, papa berkata, “Anak-anakku, hari ini kita belajar dari cahaya lilin ini. Lilin adalah penerang saat rumah kita gelap. Tapi, kita harus ingat kalau Tuhan adalah penerang hidup kita. Saat kita menyenangkan hati Tuhan dan hidup di dalam Dia, maka tidak akan kegelapan, karena Tuhan adalah terang.”

Card image
Truth Junior 05 Mei 2023 - NO SHADOW
2023-05-05 09:22:17


1 Yohanes 1:5
“Dan inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan.”

Sobat Junior, apakah kalian tahu miniatur Kerajaan Surga di bumi? Zaman dulu, tepatnya pada zaman Perjanjian Lama, Allah memerintahkan Musa untuk membuat Tabernakel. Tabernakel adalah Kemah Suci yang dibuat berdasarkan pola Kerajaan Surga atau Kerajaan Allah sendiri. Tabernakel terdiri dari 3 ruang; halaman, Ruang Suci, dan Ruang Maha Suci. Yang paling istimewa dari Tabernakel adalah Allah bisa hadir secara langsung dalam Ruang Maha Suci, sehingga para imam dapat menghadap kepada-Nya.

Di dalam Ruang Maha Suci, ketika Allah hadir, maka ada terang kemuliaan yang terpancar (shekinah glory). Dan tahukah kalian, bahwa ketika shekinah glory itu muncul, di dalam Ruang Maha Suci tersebut tidak ada bayangan (kegelapan)? Coba kalian berada di ruangan yang terang dengan nyala lampu, pada sudut atau sisi tertentu, biasanya tetap kita bisa melihat bayangkan kita. Tapi di Ruang Maha Suci, tidak ada bayangan sama sekali, loh. Kok bisa, ya?

Ya, karena pada diri Allah tidak ada kegelapan sama sekali. Sehingga kehadiran-Nya atau terang-Nya dapat menembus segala sesuatu; tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya. Segala sesuatu akan terlihat oleh-Nya, dan semua akan tampak jelas di hadapan-Nya. Mari kita jaga kekudusan hidup dan kesucian hati kita agar saat kita berada di hadirat-Nya, tidak ada kegelapan yang masih kita simpan.

Card image
Truth Youth 05 Mei 2023 (English Version) - THINK BEFORE YOU SPEAK
2023-05-05 09:20:23


"The mouth of the righteous brings forth wisdom, but the perverse tongue will be cut off." (Proverbs 10:31)

Our words are the fruit of our thoughts, a result of what we absorb in our hearts and minds. We often hear the phrases "Think before you speak" or "Your mouth is a tiger," reminding us to be careful before we speak, because it is so easy to talk without thinking about how it will affect the people around us. Even more, many cases of murder are caused by verbal disputes, unpleasant and coarse words. Although it is only one small and boneless organ in our body, the tongue has a significant impact that often hurts the hearts of others if we do not use it wisely.

The Bible also frequently reminds us to guard our words. If it is mentioned repeatedly in the Bible, it means that it is important and we must pay attention to it. Through our words, many things can happen, but as children of God, we want to use them for His glory. We can transfer truth through our wise words. Therefore, it is essential to think thousands of times before we speak. Think before you speak. Whatever we do, we must do it for the Lord (Colossians 3:23), so even in speaking, there are many things we must consider. What is our consideration? Of course, it must be based on the will of God. We must understand God's thoughts, hearts, and feelings through His word. We need to improve ourselves every day, equip ourselves with the Word of God. So that when we speak the truth, we don't just talk, but we prove it through our actions. This is one of our roles in the midst of our society, not to "stir up/complicate" false conversations, but to "salt." As recorded in Proverbs 10:31, the mouth of the righteous brings forth wisdom.

WHAT TO DO:
Fighting to live righteously starts with the smallest thing, one of which is to guard our tongues and words in our daily interactions.

BIBLE MARATHON:
▪ 2 Samuel 12-13

Card image
Truth Youth 05 Mei 2023 - THINK BEFORE YOU SPEAK
2023-05-05 09:15:19


"Mulut orang benar mengeluarkan hikmat, tetapi lidah bercabang akan dikerat." (Amsal 10:31)

Perkataan adalah buah dari pikiran kita. Hasil dari apa yang kita serap dalam hati dan pikiran. Sering kita mendengar istilah “Lidah tak bertulang”, atau “Mulutmu Harimaumu”, yang mengingatkan kita untuk berhati-hati sebelum berbicara, karena begitu mudah untuk ngomong tanpa dipikir bagaimana dampaknya terhadap orang sekitar kita. Bahkan tidak sedikit, penyebab utama kasus pembunuhan karena adu mulut, omongan yang tidak menyenangkan, dan kasar. Padahal, hanya karena satu organ dalam tubuh kita yang kecil dan tidak bertulang, tetapi banyak dampak yang sering kali menyakiti hati sesama kita, kalau kita tidak menggunakannya secara bijak.

Dalam Alkitab pun sering mengingatkan kita tentang hal menjaga perkataan, jika sering disebutkan dalam Alkitab, artinya hal ini penting dan betul-betul harus kita perhatikan. Melalui perkataan banyak hal bisa terjadi, tetapi sebagai anak Allah kita mau menggunakannya untuk kemuliaan Tuhan. Kita bisa mentransfer kebenaran melalui perkataan kita yang berhikmat. Oleh karena itu, penting sekali untuk berpikir ribuan kali sebelum bersuara. Think before you speak. Apa pun yang kita perbuat, perbuatlah untuk Tuhan (Kolose 3:23), sehingga dalam hal berbicara sekalipun, ada banyak hal yang harus kita perhatikan. Apa yang menjadi pertimbangan kita? Tentunya berporos pada kehendak Tuhan. Kita harus mengerti pikiran, hati, dan perasaan Allah, melalui firman Tuhan. Semakin membenahi diri setiap hari, memperlengkapi diri dengan firman Tuhan. Sehingga saat kita menyuarakan kebenaran, saat kita berbicara, kita gak sekadar ngomong saja, tetapi terbukti melalui tindakan nyata kita. Inilah salah satu peran kita di tengah-tengah pergaulan kita, bukan “mengompori memperkeruh” pembicaraan yang tidak benar, melainkan “menggarami.” Seperti yang dicatat dalam Amsal 10:31 bahwa mulut orang benar mengeluarkan hikmat.

WHAT TO DO:
1. Berjuang untuk hidup benar bermula dari hal terkecil, salah satunya menjaga lidah dan perkataan kita dalam pergaulan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Samuel 12-13

Card image
Renungan Pagi - 05 Mei 2023
2023-05-05 09:12:56


Kebanyakan orang cenderung berani berdusta atau berkata tidak jujur karena mereka lebih memilih untuk takut kepada manusia, atau sekedar menyenangkan hati orang lain, daripada takut kepada Tuhan, mereka berpikir lebih mudah berdusta kepada Tuhan yang tak dilihatnya daripada berdusta di hadapan manusia yang terlihat secara kasat mata.

Menurutnya kalau sampai ketahuan berdusta di hadapan manusia resiko yang langsung diterimanya adalah malu, takut dimarahi, bahkan mungkin takut menyakiti, padahal kebohongan itu jauh lebih menyakitkan jika terus menerus dilakukan.

Sebenarnya cepat atau lambat setiap ketidakjujuran atau kebohongan pasti akan terungkap, manusia mungkin saja tidak tahu dan bisa ditipu dengan kebohongan, tetapi Tuhan yang duduk di atas takhta-Nya adalah Maha tahu, bahkan firman-Nya, "...TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita."

Apa pun yang kita pikirkan, rancangkan, cita-citakan, Tuhan tahu secara persis. Jangan berpikir Tuhan dapat kita tipu dengan kebohongan, sesuai firman-Nya, "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab."

Jadi, berhentilah berkata dusta, jadilah orang yang jujur, sebab "Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang berlaku setia dikenang-Nya."
(1 Tawarikh 28:9 ; Ibrani 4:13 ; Amsal 12:22)

Card image
Quote Of The Day - 05 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-05 09:06:46


Mukjizat dapat dipalsukan, tetapi kehidupan seperti Kristus tidak bisa dipalsu.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 05 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-05 09:04:33


Betapa bahagianya hidup seseorang yang benar-benar ditujukan kepada Tuhan, sebab hanya dengan berbuat demikian ia mengisi hidup ini secara benar.

Card image
BEING WITH GOD - 05 Mei 2023 (English Version)
2023-05-05 09:00:35


Only those who are with God in this life will be with Him in eternity. If we are not with God in this life, we cannot hope to be with Him in eternity. Our church attendance cannot guarantee that we are already with God. Is the union of husband and wife only when they are together in the bedroom or in the dining room? Absolutely not. Their union is all time. Their oneness does not mean to be together at the same place at the same time, but they are one in mind, thought, perception, and purpose. This is what a fellowship is. Our works as church activists or pastors who take part in church ministries do not guarantee that we are in a fellowship with God. God is not too easy to get. 

God’s word sets the standard for the fellowship between God and humans. How amazing! “…that all of them may be one, Father, just as You are in Me and I am in You. May they also be in Us.” Imagine! The oneness of Jesus and His Father is the standard of the fellowship between us and the Father and the Lord Jesus. Let us realise that our fellowship with God is not yet as it should be. Like the prodigal son, we must go back to the Father and say to Him, “Father, I have sinned against heaven and you.” Like the prodigal son, those who are lost have not regarded God as their only contentment, and they have not yet longed for the Kingdom of Heaven. The prodigal son said, “I have sinned against the Father. I feel happier outside the house. I betrayed the Father. I sinned against heaven because I felt that another world was better or equal to heaven.”

Even in the Old Testament, there was already an extraordinary (standing) of spiritual life. In Psalm 73, the Psalmist said, “Whom have I in heaven but you? And earth has nothing I desire besides You.” This statement was not a rhetoric, but an honest and sincere confession from the Psalmist himself. In the Old Testament, the Psalmist had demonstrated the reality of an exclusive relationship with God. “As the deer pants for streams of water, so my soul pants for you, my God. My soul thirsts for God, for the living God. When can I go and meet with God? These things I remember as I pour out my soul: how I used to go to the house of God under the protection of the Mighty One with shouts of joy and praise among the festive throng.”

We come to God as good people, with shouts of joy and songs of thanksgiving. Here where our joy is. Among the crowds of worshippers, we never intend to compete with the world, to be greater, more respected, wealthier, or more powerful. But we precede them in the procession to the House of God. If we are honest, most of us have been poisoned by the world, that we can no longer be truly thirsty for God, as declared by the Psalmist.  For a deer, water is not a complement, drinking it is not a pastime. For a deer water is life. Being with God is life. Christianity cannot only form one or some parts of our lives, but the whole of our lives. We need God more than breath, more than the blood that flows inside us.   

We must not wait until we are pressed with some problems, trials, or urgent needs before seeking God. He is our life. Our main concerns in life should not be our wealth, health, standing, or success. The most important matter in life is to have Him as our God in the right fellowship with Him. Remember! We cannot have Him as our God if He cannot have our whole life. He cannot have our life if we still seek many pleasures, even if we sin against Him. Do not belittle God. We must carve this sentence in our heart, “Do not stand against God.” 

If we seek God only in our times of need, we exploit Him and take advantage of Him. We are being opportunistic in our relations with God, seeking only our own interest. Opportunistic behaviour towards another human being is unethical, let alone towards God. Instead, we must have the courage to embrace that He is more than breath; He is more than the blood flowing inside our body. We must cry out to Him, ask the Holy Spirit to enlighten us if our fellowship with Him pleases His heart. It would be better if we were not born as human than if we had never met and walked with Him. 

We must not perceive our God as we perceive indigenous gods. He is the Creator of heavens and earth, who created us, even saves us from our sin. He does not desire our religious ceremonies, rituals, or Sunday services. He desires us. But we must conform to Him to be with Him. The Devil will try to incite us to transgress, so that our standing before God is improper. Moreover, the devil is also deceitful. He will keep in us a false sense of peace, as though we are righteous, have always kept our place before God, and have always been with Him. But it is not the case.  

BEING WITH GOD IS LIFE.

Card image
KEBERSAMAAN DENGAN TUHAN - 05 Mei 2023
2023-05-05 08:57:26


Hanya orang yang bersama-sama dengan Tuhan sejak hidup di bumi, akan bersama-sama dengan Tuhan di kekekalan. Kalau kita tidak di dalam kebersamaan dengan Tuhan sejak di bumi ini, jangan berharap kita akan bersama-sama dengan Tuhan di kekekalan. Kehadiran kita di gereja bukanlah jaminan bahwa kita telah bersama-sama dengan Tuhan. Apakah kebersamaan suami istri hanya pada waktu mereka ada di ranjang atau di ruang makan? Tentu kebersamaan mereka adalah kebersamaan sepanjang waktu, bukan hanya secara fisik di satu tempat bersama, tetapi harus sehati, sepikiran, seperasaan, setujuan. Inilah arti sebuah persekutuan. Mungkin kita seorang aktivis bahkan pendeta, mengambil bagian dalam kegiatan gereja. Itu belumlah jaminan bahwa kita ada dalam kebersamaan dengan Tuhan. Jangan menganggap murahan Tuhan.

Standarnya firman Tuhan, luar biasa; “Supaya mereka semua menjadi satu sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku, dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita.” Bayangkan, persekutuan Yesus dengan Bapa menjadi standar persekutuan kita dengan Bapa dan Tuhan Yesus. Mari kita menyadarinya kalau kebersamaan kita dengan Tuhan belum sebagaimana seharusnya. Kita menyadarinya seperti anak terhilang, kita harus kembali datang kepada Bapa dan berkata, “Aku telah berdosa kepada Bapa dan surga.” Orang-orang yang terhilang ini pasti belum menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kenikmatan, dan pasti belum merindukan Kerajaan Surga. Anak bungsu yang terhilang berkata, “Aku telah berdosa kepada Bapa. Aku merasa di luar rumah, aku lebih bahagia. Aku mengkhianati Bapa. Aku berdosa kepada surga, karena aku merasa bahwa ada dunia lain yang lebih baik, atau paling tidak sejajar dengan surga.”

Di Perjanjian Lama saja sudah ada satu positioning kehidupan rohani yang luar biasa. Dalam Mazmur 73, pemazmur mengatakan, “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi.” Itu pasti bukan sebuah retorika, melainkan sebuah pengakuan yang jujur dari hati yang tulus. Di Perjanjian Lama, pemazmur sudah menunjukkan adanya sebuah persekutuan yang begitu eksklusif dengan Allah. “Seperti rusa merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah; kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah? Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah gulana. Bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia mendahului mereka, melangkah ke Rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan?”

Seperti orang baik, kita datang kepada Tuhan dengan sorak-sorai dan nyanyian syukur, karena di situlah sukacita kita. Dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan, kita bukan mau berkompetisi dengan dunia atau mau menjadi lebih hebat, lebih terhormat, lebih kaya, lebih berkuasa, melainkan kita mendahului mereka melangkah ke Rumah Allah. Sejujurnya, sebagian kita telah diracuni oleh dunia, sehingga kita belum benar-benar haus akan Allah seperti yang dikemukakan pemazmur. Bagi seekor rusa, air itu bukan hobi, bukan komplemen, air adalah kehidupan. Kebersamaan dengan Tuhan adalah kehidupan. Kekristenan bukan bagian hidup kita, tetapi seluruh hidup kita. Kita membutuhkan Tuhan lebih dari kita membutuhkan nafas kita, lebih dari kita membutuhkan darah yang mengalir di tubuh kita.

Jangan menunggu ada persoalan, pergumulan hidup, kebutuhan-kebutuhan yang menyangkut pemenuhan kebutuhan jasmani, baru mencari Tuhan. Dialah kehidupan kita. Kita kaya atau miskin; kita sehat atau sakit; kita terhormat atau tidak; kita sukses dalam studi, karier, atau tidak, bukan masalah. Yang penting kita memiliki Tuhan dalam kebersamaan yang benar. Namun ingat! kita tidak bisa memiliki Tuhan kalau Tuhan tidak bisa memiliki hidup kita. Tuhan tidak bisa memiliki hidup kita kalau kita masih memiliki banyak kesenangan. Apalagi kalau kita masih hidup di dalam dosa. Jangan remehkan Tuhan. Dan satu kalimat yang harus kita ukir di hati, “Jangan melawan Tuhan.”

Jangan mencari Tuhan hanya pada waktu kita membutuhkan Dia. Sebab itu berarti kita hanya mau mengeksploitasi Tuhan, memanfaatkan Tuhan. Kita bisa oportunis di mata manusia, dan itu pun tidak etis. Apalagi kalau kita oportunis di hadapan Tuhan. Sebaliknya kita harus berani menghayati dan mengenakan bahwa Ia lebih dari nafas hidup kita. Dia lebih dari darah yang mengalir di tubuh kita. Kita harus meratap, minta pencerahan Roh Kudus, apakah kebersamaan kita dengan Tuhan sudah memuaskan hati-Nya. Lebih baik kita tidak pernah jadi manusia, kalau kita tidak pernah bertemu dan berjalan dengan Tuhan.

Jangan kita pandang dan samakan Tuhan seperti dewa-dewi di banyak agama suku dan agama purba. Dia adalah Allah Pencipta langit dan bumi yang menciptakan kita, bahkan menebus dosa kita. Dia tidak membutuhkan seremonial, ritual, kebaktian yang kita gelar setiap hari Minggu. Sebab yang dibutuhkan adalah kebersamaan dengan Tuhan setiap saat. Standar kebersamaan dengan Tuhan itulah yang harus kita tahu. Setan berusaha menarik kita, supaya kita tidak ada dalam posisi yang benar di hadapan Allah. Dan setan penipu. Dia membuat kita tenang, sejahtera, damai semu, seakan-akan kita sudah benar dan memiliki tempat di hadapan Allah, dan telah ada dalam kebersamaan dengan Tuhan. Padahal, belum.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEBERSAMAAN DENGAN TUHAN ADALAH KEHIDUPAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 05 Mei 2023
2023-05-05 08:53:49

Mazmur 89, 98, 100-101, 105 & 132

Card image
Truth Kids 04 Mei 2023 - I SAID NO
2023-05-04 09:17:41


Roma 12:2
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”

Meli merasa senang memiliki banyak teman di sekolahnya. Ia bisa bermain, belajar, dan makan bersama teman-teman. Meli tidak pernah merasa kesepian karena punya banyak teman.

Suatu hari di sekolah, Meli sedang makan bersama teman-teman. Tiba-tiba Molo menyuruh Meli untuk menyembunyikan bekal Lala agar Lala menangis dan tidak bisa makan bekalnya. Teman-teman lain setuju dengan usul Molo. Meli pun bingung dan terdiam sambil berpikir, “Kira-kira apa yang harus Meli lakukan yah? Kalau Meli sembunyikan bekalnya pasti mereka tetap berteman dengan Meli, tetapi Tuhan tidak suka melihat Meli begitu. Kalau Meli tidak sembunyikan, pasti mereka tidak mau berteman lagi dengan Meli.” Akhirnya Meli memutuskan untuk berkata tidak. “Aku tidak mau menyembunyikan bekal Lala. Karena Tuhan tidak suka. Meli akan membuat Tuhan sedih melihat apa yang Meli lakukan kepada Lala.”

Dari cerita di atas, kita belajar dari Meli yang berani berkata tidak untuk perbuatan yang membuat Tuhan sedih. Sobat Kids, kita harus berani berkata tidak untuk perbuatan yang melawan Tuhan. Jangan mengikuti teman-teman yang mengajarkan hal yang salah. Ayo, Sobat Kids, berani untuk berkata tidak jika itu membuat Tuhan sedih.

Card image
Truth Junior 04 Mei 2023 - BERKATA "TIDAK" PADA DOSA
2023-05-04 09:36:10


Roma 12:2
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."

“Anak-anak, hari ini Ibu akan membagikan hasil ulangan kalian semua, ya,” kata ibu guru. “Namun, sebelum Ibu bagikan, ada yang hendak Ibu tanyakan. Siapa di sini yang menyontek saat ujian?” tanya ibu guru. Tidak ada satu pun murid yang mengangkat tangannya. “Siapa di sini yang menyontek saat ujian? Ibu harap kalian jujur, ya.” Namun, tetap tidak ada satu pun murid yang mengangkat tangan. “Baiklah, karena tidak ada yang mau mengaku. Ibu minta Jordan dan Nael maju ke depan.” “Jordan, Nael, mengapa jawaban kalian sama, Nak? Tidak ada bedanya sama sekali,” tanya ibu guru.

“Eum… Eng… eng… gak, kok, Bu,” jawab Jordan ragu. “Aku gak nyontek, Bu,” jawab Nael. Kemudian Ibu guru bertanya kembali. “Apakah kalian jujur?” “Iya, Bu. Kami tidak menyontek,” seru Nael. “Baiklah. Kalau begitu Ibu mau kalian membuktikannya. Pulang sekolah, kalian mengerjakan ulang soal ulangan dengan soal yang berbeda,” jawab ibu guru.

“Aduh, Bu. Saya ngaku saja, deh, Bu. Saya nyontek, Bu. Lebih tepatnya kami kerja sama, Bu.”

Akhirnya, karena Jordan dan Nael sudah ketahuan menyontek, mereka pun diberikan sanksi yaitu mendapat nilai merah dan harus membersihkan halaman sekolah setiap waktu istirahat.

Sobat Junior, seperti Ibu Guru yang tidak kompromi dengan kesalahan muridnya, Tuhan pun tidak bisa kompromi dengan dosa. Artinya, dosa tetap dosa. Kesalahan tetaplah kesalahan. Maka, kita mau berjuang untuk tidak melakukan dosa dan kesalahan. Kita mau untuk membuat Tuhan selalu senang. Kita mau berkata “tidak” kepada dosa.

Card image
Truth Youth 04 Mei 2023 (English Version) - TONGUE BRAKE
2023-05-04 09:07:58


"In the multitude of words sin is not lacking, but he who restrains his lips is wise." (Proverbs 10:19)

Yesterday we learned to be wise with our words. One way to practice wisdom with our words is to restrain our tongue. Often, we are quick to give opinions or speak without thinking about the consequences. We can also harm ourselves or others with uncontrolled speech. Therefore, by holding our tongue and speaking only when necessary, we can avoid mistakes and become wise.

Proverbs 10:19 in the Bible teaches the importance of controlling our words and restraining ourselves from speaking continuously. Proverbs 10:19 contains a message that is very relevant to our lives. Often, with many words, there will only be mistakes and falsehoods that arise. That is why there is a proverb that says, "Empty vessels make the most noise," which means that speaking too much only makes us foolish or "empty."

In daily life, sometimes we must restrain ourselves from uttering words that can harm or hurt others. We may want to speak as much as possible to satisfy our desires. However, this will only tire us out and even worsen the situation. By holding back and restraining our tongue, we will become wiser in facing various situations.

However, this does not mean that we should not speak at all. Instead, we must learn to control our words and choose the right words for every situation. God will surely teach us when we should speak in the appropriate situation.

WHAT TO DO:
1. Learn to restrain our words, especially those that are useless.
2. Learn to think before we say anything.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Samuel 8-11

Card image
Truth Youth 04 Mei 2023 - REM LIDAH
2023-05-04 09:04:38


"Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi" (Amsal 10:19).

Kemarin kita sudah belajar untuk bijak dalam berkata-kata. Salah satu cara agar kita melatih diri untuk bijak dalam berkata-kata adalah mengerem lidah kita. Sering kali, kita terburu-buru untuk memberikan pendapat atau berbicara tanpa memikirkan akibatnya. Kita juga bisa merugikan diri sendiri atau orang lain dengan ucapan yang tidak terkendali. Oleh karena itu, dengan menahan lidah kita dan berbicara hanya ketika diperlukan, kita bisa menghindari kesalahan dan menjadi bijaksana.

Alkitab di dalam Amsal 10:19 mengajarkan tentang pentingnya mengontrol kata-kata kita dan menahan diri untuk tidak terus menerus berbicara. Amsal 10:19 mengandung pesan yang sangat relevan dalam kehidupan kita. Sering kali, dengan banyak berkata-kata, hanya akan ada kesalahan dan ketidakbenaran yang akan timbul. Itulah sebabnya, terdapat peribahasa yang mengatakan, “Tong kosong, nyaring bunyinya”, yang berarti bahwa banyak berkata-kata hanya membuat diri kita tidak bijak, alias ‘kosong isinya’.

Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita harus menahan diri untuk tidak mengeluarkan kata-kata yang bisa merugikan atau menyakiti orang lain. Kita mungkin ingin berkata-kata sebanyak mungkin demi memuaskan hawa nafsu kita. Namun, hal tersebut hanya membuat lelah kita, bahkan bisa memperburuk suasana. Dengan menahan diri dan mengerem lidah kita, kita akan menjadi lebih bijak dalam menghadapi berbagai hal.

Namun, hal ini bukan berarti kita tidak boleh berbicara sama sekali. Sebagai gantinya, kita harus belajar mengontrol kata-kata kita dan memilih kata-kata yang tepat dalam setiap situasi. Tuhan pasti mengajarkan kita kapan kita harus berbicara di dalam situasi yang tepat.

WHAT TO DO:
1. Belajar mengerem kata-kata kita, terutama kata-kata yang sia-sia.
2. Belajar untuk berpikir sebelum kita mengucapkan segala sesuatu.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Samuel 8-11

Card image
Renungan Pagi - 04 Mei 2023
2023-05-04 09:01:23


Di masa sekarang ini ada begitu banyak orang suka hidup dari menipu dan berdusta, hal ini begitu merajalela sehingga semakin sulit menemukan orang yang benar-benar jujur.

Haruskah orang percaya mengikuti arus dunia ini untuk hidup dalam kebohongan dan tipuan? Sebagai orang percaya yang menyebut diri anak-anak Tuhan, seharusnya belajar untuk selalu berkata benar dan menjauhi dusta.

Sebab kalau senang berdusta, maka kita adalah anak-anak iblis, seperti yang Tuhan Yesus katakan kepada ahli Taurat dan orang Farisi, "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu."

Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab "ia adalah pendusta dan bapa segala dusta"

Jadi jika kita adalah anak-anak Tuhan, harus hidup dalam kebenaran, jangan berdusta dan hidup dalam kemunafikan.
(Yohanes 8:44).

Card image
Quote Of The Day - 04 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-04 08:36:50


Perbuatan seseoranglah yang menghidupi imannya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 04 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-04 08:34:31


Kekristenan adalah kehidupan yang membawa dampak bagi dunia sekitarnya sebagai terang dan garam dunia.

Card image
LIVING IN CERTAINLY - 04 Mei 2023 (English Version)
2023-05-04 08:32:14


The Word of God says, “Now listen, you who say, “Today or tomorrow we will go to this or that city, spend a year there, carry on business, and make money.” This is optimistic language, and we indeed can go to such, and such a city can stay a year, trade, and make a profit. There’s nothing wrong with optimism, and we shouldn’t be pessimistic. However, let’s look at the truth of God’s words, “Why, you do not even know what will happen tomorrow. What is your life? You are a mist that appears for a little while and then vanishes.”

As time goes by, fellowship with God will make us understand the truth more intelligently. We can see many people getting richer, having the value of certainty within themselves, and the world also seems to approve. If people have a lot of money and have meaningful relationships there is a voice within them: “Everything can be set.” This builds optimism that can ignore God. We should be optimistic about things we should be, but we shouldn’t be confident about what shouldn’t be.

No matter how optimistic we live, we must base it on a statement “if God wills.” But if people have become strong -materially, in power, relations, security, law, and so on – then the sentence “If it is the Lord’s will” becomes fading, even can disappear, and the danger is when they ignore eternity. In life experience, we certainly have met weak people with no strength, and even we sometimes experience difficulties and do not know the solution. However, it is healthy for our souls because God allows all that to happen, so we won’t ignore the principle “If it is the Lord’s will” because this is a matter of eternity.

When people feel economically and relationally strong, they are blind to what God wants and are increasingly motivated to do anything. Even though that’s a trap of dark power, ironically, many people are unaware. We may now be stuck there. When we have a relationship with strong people, we secretly become arrogant; and we are not afraid when fighting with someone because we feel sure we can be victorious. We don’t rely on God enough but on humans, which grieved God greatly.

We sometimes want to tell people in trouble, “Take it easy; I can defend you. No matter how strong your opponent is, I will exert my strength. I have strength.” Yet, we can damage God’s process or plan for that person, making us more arrogant. Don’t try to use power outside God’s will. Though it’s not wrong to have official relations who can support us, we shouldn’t rely on their strength for the certainty of life.

Changing the mindset polluted by the evil world is difficult, especially if we see heaven as a mystery, like a different realm from ours. If God allows us to experience any uncertain circumstances, we still have to say, “If it is the Lord’s will,” we will live and do this or that. It means we will accept whatever happens because whatever our life circumstances, it must be the best if it is God’s permission. Just as God is the only certainty, so is His Kingdom.

People may judge us as insane if we have principles like this because, generally, people want to seek the certainty of life. No matter how good things humans have on earth—a healthy body, a happy and whole household, a good economy, comfortable and safe conditions—that’s not a certainty. It could even be dangerous. However, that is what the Bible teaches as the truth, including the world is not our home; the wolf has a burrow, but the Son of Man has nowhere to lay His head; it is enough if we have food and clothing.

Ironically, in fact, almost all churches today—teach how God is made a contributor or helper to achieve certainty on earth and sustain life on it. If we need God, we have to return to the original plan. The process of returning humans to God’s original design is related to the new world God provides where there is certainty. This means that we are not busy with how we can enjoy happiness in this life and ask God to give us certainty in the economy, health, and other things that should be our responsibility.

So, we deal with God not to get certainty from life’s problems on earth but because we want to discover His plan for our lives. So, living in certainty is only filled with two things: living in holiness and doing His will. There is no certainty beyond this. Don’t let wealth and comfort not make us have both things. Whatever shocks occur, we can live in certainty if we live in holiness and do His will.  

WHATEVER SHOCKS OCCUR, WE CAN LIVE WITH CERTAINLY IF WE LIVE IN HOLINESS AND DO HIS WILL.

Card image
HIDUP DALAM KEPASTIAN - 04 Mei 2023
2023-05-04 05:18:07


Firman Tuhan mengatakan, “Jadi sekarang hai kamu yang berkata hari ini atau besok kami akan berangkat ke kota anu dan di sana kami akan tinggal setahun, dan berdagang serta mendapat untung.” Ini adalah bahasa orang yang optimis. Pasti bisa berangkat ke kota anu, pasti bisa tinggal setahun, bisa berdagang dan mendapat untung. Tidak salah dengan optimisme, dan bukan berarti kita harus pesimis. Tetapi, mari kita lihat kebenaran firman Tuhan, “Sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.”

Seiring perjalanan waktu kita bergaul dengan Tuhan, sejatinya kita makin mengerti kebenaran dan makin cerdas. Kita bisa melihat banyak orang yang semakin kaya semakin memiliki nilai kepastian di dalam dirinya. Dunia pun seperti merestui. Kalau uang banyak, punya banyak relasi penting sehingga ada suara dalam dirinya: “Semua bisa diatur.” Ini membangun optimis yang bisa melupakan Tuhan. Kita harus optimis untuk apa yang harus kita optimis, tetapi kita tidak perlu optimis untuk apa yang tidak perlu kita optimis.

Dan seoptimis-optimisnya kita hidup, kita selalu harus melandaskan dengan satu pernyataan “jika Tuhan menghendaki.” Tetapi jika orang sudah menjadi kuat—secara materi, kekuasaan, relasi, keamanan, hukum dan lainnya—maka kalimat “Jika Tuhan menghendaki” menjadi tipis, bahkan sangat tipis. Yang membahayakan adalah ketika ia tidak memedulikan kekekalan. Dalam pengalaman hidup, kita tentu pernah bertemu orang yang lemah, yang tidak punya kekuatan. Bahkan kita juga terkadang mengalami kesulitan yang tidak tahu bagaimana jalan keluarnya. Tetapi itu sehat bagi jiwa kita. Sebab Tuhan mengizinkan semua itu terjadi, agar kita tidak mengabaikan prinsip “Jika Tuhan menghendaki.” Sebab ini masalah kekekalan.

Ketika orang merasa kuat secara ekonomi dan relasi, ia buta atas apa yang dikendaki Tuhan dalam hidupnya dan makin terpicu untuk berbuat ini dan itu. Padahal itulah jebakan kuasa gelap. Ironis, banyak orang tidak menyadarinya. Mungkin kita sedang terjebak di sana. Ketika kita punya relasi orang kuat, diam-diam kita menjadi sombong; kalau ribut dengan seseorang, kita tidak takut karena kita merasa pasti bisa menang. Kita kurang mengandalkan Tuhan, kita jadi mengandalkan manusia. Ini sangat mendukakan Tuhan.

Terkadang kita mau mengatakan kepada orang yang bermasalah, "Tenang, saya bisa bela kamu. Seberapa kuat lawanmu, saya kerahkan kekuatan saya. Aku punya kekuatan." Padahal dengan berbuat begitu, kita bisa merusak pembentukan atau rencana Tuhan atas orang itu dan membuat kita menjadi semakin sombong. Jangan coba-coba menggunakan kekuasaan dan kekuatan di luar kehendak Allah. Tidak salah punya relasi pejabat yang bisa mendukung kita, tetapi jangan mengandalkan kekuatannya demi kepastian hidup.

Kalau Tuhan mengizinkan kita mengalami keadaan apa pun, bahkan keadaan yang tidak menentu, kita tetap harus berkata, “Jika Tuhan menghendaki” kami akan hidup berbuat ini dan itu. Artinya kita akan menerima apa pun yang akan terjadi. Apa pun keadaan hidup kita, jika itu seizin Allah, pasti itu yang terbaik. Tidak mudah mengubah pola pikir yang sudah tercemar dunia yang jahat. Apalagi kalau melihat surga itu seperti misteri, seperti alam yang berbeda dengan alam kita. Seiring dengan kepastian bahwa Allah adalah satu-satunya kepastian, maka Kerajaan-Nya juga sebuah kepastian.

Sebaik apa pun yang dimiliki manusia di bumi—tubuh sehat, rumah tangga bahagia dan utuh, ekonomi baik, keadaan nyaman dan aman—itu bukanlah kepastian. Bahkan bisa membahayakan. Kalau kita berprinsip seperti ini, maka pasti ada orang yang menilai kita tidak waras; karena umumnya orang mau mencari kepastian hidup. Tetapi itulah sejatinya kebenaran yang Injil ajarkan, antara lain: dunia bukan rumah kita; serigala punya liang, Anak Manusia tidak punya tempat untuk meletakkan kepala-Nya; asal ada makanan dan pakaian, cukup.

Ironis, banyak gereja—bahkan hampir semua gereja hari ini—mengajarkan bagaimana Tuhan dijadikan kontributor atau penolong untuk bisa meraih kepastian di bumi, untuk menopang kehidupan di bumi. Sejatinya, kalau kita membutuhkan Tuhan itu karena kita harus kembali ke rancangan semula. Proses dikembalikannya manusia ke rancangan Allah semula, bertalian dengan dunia baru yang Allah sediakan di mana ada kepastian. Artinya kita bukan sibuk bagaimana bisa menikmati kebahagiaan dalam hidup ini dan minta Tuhan untuk memberikan kepastian dalam ekonomi, kesehatan dan lain-lainnya yang seharusnya menjadi tanggung jawab kita.

Maka, kita berurusan dengan Tuhan bukan untuk mendapatkan kepastian dari masalah hidup di bumi, melainkan karena kita mau menemukan rencana-Nya dalam hidup kita. Jadi, hidup dalam kepastian hanya diisi dengan dua hal, yaitu: Pertama, hidup dalam kesucian. Kedua, melakukan kehendak-Nya. Di luar ini tidak ada kepastian. Jangan karena kekayaan dan kenyamanan, kita tidak memiliki kedua hal itu. Guncangan apa pun yang terjadi, asalkan kita hidup dalam kesucian dan melakukan kehendak-Nya, maka kita hidup dalam kepastian.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

GUNCANGAN APA PUN YANG TERJADI, ASALKAN KITA HIDUP DALAM KESUCIAN DAN MELAKUKAN KEHENDAK-NYA, MAKA KITA HIDUP DALAM KEPASTIAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 04 Mei 2023
2023-05-04 05:02:20

Mazmur 1-2, 15, 22-24, 47 & 68

Card image
Truth Kids 03 Mei 2023 - PENEBUSKU
2023-05-03 09:52:20


Yohanes 19:6
Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia, berteriaklah mereka: “Salibkan Dia, salibkan Dia!” Kata Pilatus kepada mereka: “Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya.”

Sobat Kids, saat kita memecahkan pot bunga mama dengan tidak sengaja, pasti kita merasa ketakutan dan merasa bersalah. Setelah mama mengetahui hal tersebut, kita meminta maaf kepada mama untuk menebus kesalahan kita. Bagaimana dengan kesalahan yang kita perbuat lainnya? Saat kita berselisih dengan teman, memukul adik, tidak mau taat kepada orangtua, membuang sampah sembarangan, berbohong dan kesalahan-kesalahan lainnya. Apakah kesalahan-kesalahan itu dapat ditebus?

Sobat Kids apakah kalian tahu ada seseorang yang harus berkorban untuk menebus kesalahan kita? Nah, seseorang ini rela mengorbankan diri-Nya di kayu salib untuk menebus kesalahan dan dosa-dosa kita. Walaupun kita tahu, kalau Dia itu tidak bersalah. Siapa namanya? Ya, betul! Yesus nama-Nya. Dia lahir ke dunia ini untuk menebus kesalahan yang kita perbuat melalui pengorbanan-Nya di kayu salib. Tuhan Yesus yang tidak bersalah, tidak melakukan kesalahan, harus menebus kesalahan kita.

Maka dari itu, Sobat Kids, pengorbanan Tuhan Yesus yang tidak bersalah tidak boleh kita sia-siakan. Kita harus bisa belajar untuk hidup yang lebih baik. Yuk, kita ikuti teladan Tuhan.

Card image
Truth Junior 03 Mei 2023 - TIDAK BERBUAT SALAH
2023-05-03 09:49:26


Yohanes 19:6
Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia, berteriaklah mereka: ”Salibkan Dia, salibkan Dia!” Kata Pilatus kepada mereka: ”Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya.”

Suatu pagi, Rima membersihkan kelasnya karena ia melihat kelasnya sangat kotor. Saat Rima membersihkan kelas, Rima menemukan sebuah kotak pensil yang sudah rusak. “Mungkin kotak pensil ini rusak karena tertimpa kaki meja,” kata Rima dalam hatinya.

Tidak lama kemudian, datanglah Tika, sahabat Rima, melihat Rima sedang memegang kotak pensil. “Rima, itu kotak pensil milikku.” Kemudian Tika meminta kotak pensil tersebut. “Rima, mengapa kotak pensil ini rusak?” tanya Tika sembari mencucurkan air mata. “Aku tidak tahu, Tika. Aku menemukannya di bawah kaki meja,” jawab Rima. “Aku sedih sekali. Aku baru saja membeli kotak pensil ini dengan uang tabunganku. Sekarang uang tabunganku habis, dan aku tidak bisa membelinya lagi,” seru Tika.

Akhirnya Rima bersedia untuk mengganti kotak pensil Tika, walaupun bukan Rima yang bersalah. Namun, karena Tika adalah sahabat Rima, dan ia sangat menyayangi Tika, maka Rima rela berbagi dengan Tika.

Sobat Junior, kita patut mengacungkan jempol untuk Rima. Sebab, tindakan Rima sangat baik. Ada cerita yang sama dengan Rima, tetapi lebih hebat lagi, yaitu tentang sifat Tuhan yang tidak pernah bersalah. Namun, walaupun Tuhan tidak pernah bersalah, Ia rela memberi nyawa-Nya untuk kita semua. Tuhan memiliki sifat yang kudus. Ia tidak pernah bersalah, tetapi rela menebus kesalahan kita.

Kita mau belajar seperti Tuhan Yesus, sebab Ia penuh kasih dan rendah hati. Kita juga mau belajar untuk berjuang agar tidak berbuat salah kepada Tuhan.

Card image
Truth Youth 03 Mei 2023 (English Version) - WISE
2023-05-03 09:47:15


"On the lips of the discerning, wisdom is found, but a rod is for the back of one who lacks sense." (Proverbs 10:13)

We are no strangers to the word wise. According to the Indonesian Language Dictionary, wise means always using one's intellect, being wise, sharp-minded, skilled, and careful when facing difficulties and so on. In short, a wise person is someone who is cautious in every step of their life.

Proverbs 10:13 teaches us what a wise person is like. A wise person not only has extensive knowledge, but also is able to use their knowledge carefully and accurately. They consider the consequences of their words and actions before speaking or doing them. In other words, a wise person will always think about the possible consequences of their actions or words before doing something.

On the other hand, a foolish person often acts "spontaneously" without considering the consequences. They may also speak without thinking first, which can cause problems or unwanted consequences. They may not even realize that they are "foolish," and they always believe they are right, or what they say or do is right without thinking first.

Proverbs 10:13 teaches us to be wise, especially in our speech. We must consider the consequences of what we say before saying it. Always remember that there is a risk in every word we say. We must train ourselves to think before we speak. Thus, we become wise people in our actions, especially in our speech. Let's be wise in our speech, wherever we are, in school, work, family, and our surroundings.

WHAT TO DO:
1. Learn not to speak with vulgar words, or in other words, not to speak inappropriately.
2. Avoid jokes that hurt others.
3. Learn to be more silent than to speak.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Samuel 4-7

Card image
Truth Youth 03 Mei 2023 - BIJAKSANA
2023-05-03 09:31:07


"Di bibir orang berpengertian terdapat hikmat, tetapi pentung tersedia bagi punggung orang yang tidak berakal budi." (Amsal 10:13)

Kita sudah tidak asing dengan kata bijaksana. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bijaksana berarti selalu menggunakan akal budinya, arif, tajam pikiran, pandai dan hati-hati apabila menghadapi kesulitan dan sebagainya. Singkatnya, orang yang bijaksana berarti orang yang berhati-hati dalam setiap langkah hidupnya.

Amsal 10:13 mengajarkan kepada kita seperti apakah orang yang bijak itu. Orang yang bijaksana tidak hanya memiliki pengetahuan yang luas, tetapi juga mampu menggunakan pengetahuannya dengan berhati-hati dan cermat. Mereka mempertimbangkan konsekuensi atau akibat dari kata-kata dan tindakan mereka sebelum mengucapkannya atau melakukannya. Dengan kata lain, orang yang bijaksana akan selalu memikirkan akibat yang mungkin terjadi dari tindakan atau kata-kata mereka sebelum melakukan sesuatu.

Sebaliknya, orang yang bodoh seringkali bertindak ‘spontan’ tanpa mempertimbangkan akibatnya. Mereka juga mungkin berkata-kata tanpa berpikir terlebih dahulu, yang dapat menyebabkan masalah atau konsekuensi yang tidak diinginkan. Mereka bahkan tidak sadar bahwa diri mereka adalah ‘bodoh’, dan mereka selalu merasa dirinya benar, atau apa yang diucapkan atau dilakukannya benar tanpa dipikirkan terlebih dahulu.

Amsal 10:13 mengajarkan kita untuk menjadi bijak khususnya di dalam perkataan kita. Kita harus mempertimbangkan akibat dari apa yang kita katakan sebelum mengatakannya. Selalu ingat, bahwa ada risiko di dalam setiap perkataan kita. Kita harus melatih diri untuk berpikir sebelum kita mengucapkan segala sesuatu. Dengan demikian, kita menjadi orang yang bijaksana dalam bertindak, khususnya di dalam perkataan kita. Yuk, bijaklah dalam perkataan kita, di mana pun kita berada, di dalam sekolah, pekerjaan, keluarga, dan lingkungan sekitar kita.

WHAT TO DO:
1. Belajarlah untuk tidak berbicara dengan perkataan yang tidak patut, atau dengan kata lain tidak berkata-kata jorok.
2. Hindari candaan-candaan yang sifatnya melukai sesama.
3. Belajar untuk lebih banyak diam daripada berkata-kata.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Samuel 4-7

Card image
Renungan Pagi - 03 Mei 2023
2023-05-03 10:02:39


Doa bukanlah hanya berbicara dengan Tuhan tentang setumpuk permohonan dan permintaan yang kita sampaikan kepada Tuhan. Tetapi yang paling utama adalah sikap hati di hadapan Tuhan, doa adalah kerinduan mencari wajah Tuhan dalam Hadirat-Nya, rindu berdialog dengan Tuhan, menyatakan syukur atas segala sesuatu yang telah dilakukan Tuhan bagi kita.

Doa adalah kerinduan memahami hati dan pikiran Tuhan, sehingga semakin sering datang dalam doa, semakin mengenal Pribadi Tuhan, dan perjumpaan pribadi dengan Tuhan, akan banyak mengubah hidup kita. Cara berpikir, cara mengucapkan kata-kata doa pun akan berubah, bukan lagi memaksa Tuhan menuruti kemauan, tetapi kita tunduk pada apa yang Tuhan mau.

Seperti doa Yesus di taman Getsemani, Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Ku-kehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."

Dan doa akan benar-benar menjadi nafas hidup kita, bukan lagi kewajiban atau keharusan, tetapi kebutuhan, karena kita butuh bernafas setiap saat bukan?

Jika kita tidak bernafas, maka disebut orang mati, tidak ada kehidupan lagi dalam diri kita. Artinya, jika tidak berdoa, maka tidak ada kehidupan lagi dalam diri kita. Marilah terus berdoa sampai berjumpa Tuhan secara pribadi dalam doa kita.
(Matius 26:39)

Card image
Quote Of The Day - 03 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-03 09:28:21


Orang yang tidak percaya adanya Tuhan, mengundang Iblis mendominasi seluruh kehidupannya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 03 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-03 09:07:46


Allah memiliki tatanan yang sempurna di dalam Diri-Nya.

Card image
BUILD ARROGANCE - 03 Mei 2023 ( English Version)
2023-05-03 09:04:50


Everyone wants certainty, which is expected to be a good state by the standards of human happiness, like a healthy body, a whole and happy household, a good economy, and a safe and comfortable state. Therefore, people try to do everything to gain certainty to avoid illness, disasters, broken homes, poverty, and insecure and unpleasant conditions. People try to avoid unpleasant situations and do everything to get the certainty of happiness according to human standards in general.

If we are honest, what we believe in—whether a god, gods or some other power—is hoped to create certain conditions or provide certainty of good conditions. Religious people think there is a power outside themselves, and it must be admitted that humans need strength to sustain their lives. Thus, religion becomes part of obtaining certainty. It has become the human language that needs a power outside of itself to ensure the future because they have learned that many unexpected circumstances can occur. Humans also know that many things can happen beyond prediction.

It is difficult for humans to know what will happen tomorrow. Even so, humans try to understand what will happen, so the existence of fortune-tellers is because of the human need to have certainty. We, as believers, must know that we are in a fallen world. Nothing good. The only certainty in this world is uncertainty because only God is sure. Why? Because this is not the world that God designed or willed. An intelligent God did not create a world like this.

Indeed, for some people who are ‘lucky’—whether it is the rich or their descendants, nobles, or people who lived in an era without disasters and wars—it is as if this world could become like Paradise. But not many people experience it or have that kind of luck. Even such a chance is dangerous, meaning one doesn’t realize it will all end. A situation without sickness, war, or disaster can make people not need God. People who don’t need God don’t fix themselves. At the same time, the real-life that God wants is later. Therefore, we understand when God said, “It is difficult for a rich person to enter heaven.”

Ps.73:18-20 says, “Surely you place them on slippery ground; you cast them down to ruin. How suddenly are they destroyed, completely swept away by terrors! They are like a dream when one awakes; when you arise, Lord, you will despise them as fantasies.” Jesus wanted to remind those who don’t examine the state of their souls—because all they see is their outward appearance, where everything is running well—but when they suddenly die, they will be looked down upon. What a pity! The psalmist also said, “I almost slipped; I didn’t understand why this evil person was fat, healthy, rich, happy forever, but then I found out when I entered God’s Holy House that what was important was later.”

People who are currently generally lacking in certainty is not something terrible. Those who don’t know where they want to move to next month, how their children will go to school, don’t have any savings, remember! This is not the end of everything. However, that doesn’t mean we can be careless and live irresponsibly. Don’t worry, flowers in the field He grooms, birds in the air He cares for; and we are more than flowers in the field and birds in the air. People who have no certainty, according to the general understanding, are those who are more easily brought into the Kingdom of Heaven because they don’t drift away from the pleasures of the world.

In this life, there are no certainties. Indeed, people try to have certainty but remember, the built confidence can trigger the awakening of arrogance before God because for the sake of his muscular power, a lot of money, and the certainty of the future, they can ignore their relationship with God and justify any means. They are people who are unaware they are being entangled in a very dangerous snare. We should pay more attention to those who are unlucky in this world. We teach the truth to those who are not lucky according to the general understanding and lead them to be able to live in another, better world.

So, there is no certainty in life according to human standards. For sure, it will end, which means no certainty. The only certainty in this universe is only one, GOD.  

THE CERTAINLY THAT IS BUILT CAN TRIGGER THE AWAKENING OF ARROGANCE BEFORE GOD.

Card image
MEMBANGUN KESOMBONGAN - 03 Mei 2023
2023-05-03 10:06:28


Semua orang ingin memiliki kepastian. Kepastian yang biasa diharapkan manusia adalah keadaan baik, sesuai dengan standar kebahagiaan manusia pada umumnya. Seperti tubuh sehat, rumah tangga utuh dan bahagia, ekonomi baik, keadaan yang aman dan membahagiakan. Dan untuk itu semua, orang berusaha melakukan segala sesuatu demi memperoleh kepastian, demi supaya dapat menghindarkan diri dari sakit penyakit, bencana, rumah tangga yang hancur, kemiskinan, keadaan yang tidak aman dan tidak menyenangkan. Orang berusaha menjauhi keadaan yang tidak menyenangkan dan melakukan segala sesuatu demi mendapatkan kepastian kebahagiaan sesuai standar yang dimiliki manusia pada umumnya.

Bagi orang beragama, mereka memercayai ada kekuatan di luar dirinya. Dan memang harus diakui bahwa manusia membutuhkan kekuatan di luar dirinya untuk menopang hidupnya. Maka, agama menjadi bagian untuk bagaimana memperoleh kepastian. Kalau jujur, yang dipercayainya—apakah itu dewa atau allah atau kekuatan yang lain—diharapkan bisa menciptakan keadaan yang pasti atau bisa memberikan kepastian keadaan baik tersebut. Dan itu sudah menjadi bahasa manusia, yaitu manusia membutuhkan kekuatan di luar dirinya untuk memberi kepastian hari esok. Karena manusia telah belajar bahwa banyak keadaan di luar prediksi bisa terjadi. Manusia juga belajar banyak hal bisa terjadi di luar perhitungan.

Sulit bagi manusia untuk bisa menembus apa yang akan terjadi hari esok. Walau begitu manusia berusaha untuk tahu apa yang akan terjadi hari esok. Jadi kalau ada tukang ramal, itu karena kebutuhan manusia yang ingin memiliki kepastian. Kita sebagai orang percaya harus mengerti bahwa kita ada di dunia yang sudah jatuh. Tidak ada yang baik. Satu-satunya kepastian di dunia ini adalah ketidakpastian, sebab hanya Tuhan yang pasti. Mengapa? Sebab ini bukan dunia yang dirancang atau dikehendaki Tuhan. Allah yang cerdas tidak menciptakan dunia seperti ini.

Memang untuk sebagian orang yang ‘beruntung’—apakah itu orang kaya atau keturunannya, bangsawan, masyarakat yang hidup pada zaman tidak ada bencana dan perang—seakan-akan dunia ini bisa menjadi seperti Firdaus. Tetapi sejujurnya, tidak banyak orang yang mengalaminya atau memiliki keuntungan seperti itu. Bahkan keberuntungan seperti itu juga membahayakan, artinya orang tidak sadar bahwa semua itu akan berakhir. Keadaan di mana tidak ada sakit penyakit, tidak ada perang, tidak ada bencana bisa membuat orang tidak membutuhkan Tuhan. Orang yang tidak membutuhkan Tuhan, pasti tidak membenahi diri. Padahal hidup yang sesungguhnya yang Tuhan kehendaki, itu nanti. Oleh sebab itu, kita bisa mengerti waktu Tuhan mengatakan, “Orang kaya sukar masuk surga.”

Dalam Mazmur 73:18-20 dikatakan, “Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur. Betapa binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan! Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga, rupa mereka Kaupandang hina.” Tuhan Yesus mau mengingatkan kepada mereka yang tidak memeriksa keadaan jiwanya—sebab yang dilihat hanya penampilan lahiriah, di mana semua running well—namun ketika mereka tiba-tiba mati, mereka akan dipandang hina. Sungguh kasihan. Pemazmur juga mengatakan, “Aku nyaris tergelincir, aku tidak mengerti mengapa orang yang jahat ini gemuk, sehat, kaya, senang selamanya, tetapi kemudian aku baru tahu ketika aku masuk Rumah Kudus Tuhan bahwa yang penting adalah nanti.”

Orang yang sekarang ini secara pertimbangan umum tidak memiliki kepastian, bukanlah sesuatu yang buruk. Mereka yang tidak tahu dengan pasti bulan depan mau kontrak di mana, bagaimana anaknya mau sekolah, tidak punya tabungan, ingat! Ini bukan akhir dari segalanya. Namun, bukan berarti kita boleh ceroboh dan hidup tidak bertanggung jawab. Jangan khawatir, bunga di padang Dia dandani, burung di udara Dia pelihara; dan kita lebih dari bunga di padang dan burung di udara. Orang yang tidak punya kepastian menurut pengertian umum adalah orang yang sebenarnya mudah dibawa ke Kerajaan Surga, sebab ia tidak hanyut dalam kesenangan dunia.

Dalam hidup ini tidak ada kepastian. Memang orang mencoba memiliki kepastian. Namun ingat, kepastian yang dibangun bisa memicu terbangunnya kesombongan di hadapan Tuhan. Sebab demi kekuasaannya kuat, demi uang yang banyak dan kepastian masa depan, ia bisa mengabaikan hubungannya dengan Tuhan dan menghalalkan segala cara. Mereka adalah orang-orang yang tidak sadar bahwa dirinya sedang terjerat di dalam jerat yang sangat membahayakan. Terhadap mereka yang tidak beruntung di dunia ini, kita harus memberi perhatian lebih banyak. Kalau di dunia mereka tidak beruntung menurut pengertian umum, kita mengajarkan kebenaran dan membawa mereka untuk bisa tinggal di dunia lain yang lebih baik.

Jadi, tidak ada kepastian dalam hidup ini sesuai dengan standar manusia. Sebab yang pasti pun akan berakhir; yang artinya bukan kepastian. Satu-satunya kepastian di jagat raya ini hanya satu, TUHAN.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEPASTIAN YANG DIBANGUN BISA MEMICU TERBANGUNNYA KESOMBONGAN DI HADAPAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 Mei 2023
2023-05-03 08:48:24

1 Tawarikh 13-16

Card image
Truth Kids 02 Mei 2023 - TERAMAT MULIA
2023-05-02 10:40:47


Ayub 36:22
“Sesungguhnya, Allah itu mulia di dalam kekuasaan-Nya; siapakah guru seperti Dia?”

Sobat Kids, apa yang kalian bayangkan jika mendengar kata mulia? Apa sih sebenarnya arti kata mulia itu? Mulia dapat berarti terhormat, baik hati, dan berharga atau mahal. Kata mulia biasanya dipakai untuk melambangkan seseorang yang dihormati dan memiliki kekuasaan, contohnya raja. Kata mulia juga dipakai untuk sesuatu yang berharga seperti logam mulia, contohnya emas yang mahal harganya.

Tuhan kita juga Pribadi yang mulia, Sobat Kids. Bahkan karena teramat mulianya Tuhan, Alkitab mencatat beberapa kisah perjumpaan tokoh Alkitab dengan Tuhan. Mereka tidak bisa melihat Tuhan dengan jelas karena Tuhan bersinar begitu terang. Kemuliaan Tuhan membuat orang tersungkur karena tidak tahan melihat kemuliaan-Nya.

Salah satu tokoh Alkitab yang mengalaminya adalah Saulus yang sekarang disebut Rasul Paulus. Saulus bertemu dengan Tuhan yang sangat mulia dan hal itu membuatnya bertobat. Dari yang sebelumnya Saulus senang melukai pengikut Tuhan, menjadi Rasul Paulus yang percaya kepada Tuhan dan mengasihi sesama. Sungguh luar biasa Tuhan kita, bukan? Untuk itu kita harus bangga memiliki Tuhan seperti Tuhan Yesus. Dan kita harus bersyukur karena Tuhan yang teramat mulia itu mau mengangkat kita sebagai anak-anak di Kerajaan-Nya.

Card image
Truth Junior 02 Mei 2023 - YANG MULIA
2023-05-02 10:35:53


Ayub 36:22
“Sesungguhnya, Allah itu mulia di dalam kekuasaan-Nya; siapakah guru seperti Dia?”

Sobat Junior, apakah kalian pernah hidup di zaman kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja? Tentu saja tidak, karena kita tidak hidup di zaman atau sebuah tempat dengan sistem kerajaan. Namun, ada satu hal yang hendak kita pelajari dari seorang raja.

Seorang raja dianggap sebagai orang yang sangat dihormati dan dimuliakan. Itu sebabnya, seorang raja juga dipanggil sebagai “yang mulia,” karena jabatan mereka yang tinggi. Artinya, segala sesuatu yang diperintahkan oleh seorang raja, harus dilaksanakan segera. Apa pun yang raja kehendaki, harus diikuti.

Sobat Junior, tahukah kalian bahwa Tuhan yang kita sembah pun adalah seorang Raja? Ia adalah Raja yang mulia. Bahkan kemuliaan-Nya lebih tinggi dari raja-raja yang ada di dunia ini, loh. Tuhan kita disebut sebagai “Raja di atas segala raja.” Wah, sungguh hebat, ya, Tuhan kita.

Sifat Tuhan yang mulia, membuat segala yang hidup di dunia ini tunduk kepada-Nya. Maka, sebagai anak Tuhan, kita pun harus tunduk. Bukan menundukkan badan, tetapi kita mau hidup taat kepada-Nya. Kita mau melakukan apa yang Tuhan mau. Jadi, jika Tuhan tidak mau melihat kita menyontek, jangan lakukan itu. Atau Tuhan tidak mau mendengar kita berkata kasar, maka jangan berkata kasar. Karena kita mau hidup mengikuti perintah Raja kita, Raja yang Mulia, Tuhan Yesus Kristus. Ia adalah Raja yang Mulia dan sangat bijaksana. Jadi, jika kita mengikuti perintah-Nya, kita akan menjadi orang yang beruntung.

Card image
Truth Youth 02 Mei 2023 (English Version) - WORDS MATTER
2023-05-02 10:31:04


"With the tongue we praise our Lord and Father, and with it we curse human beings, who have been made in God’s likeness. Out of the same mouth come praise and cursing. My brothers and sisters, this should not be. Can both fresh water and salt water flow from the same spring? My brothers and sisters, can a fig tree bear olives, or a grapevine bear figs? Neither can a salt spring produce fresh water" (James 3:9-12 )

Have you ever spoken hurtful words to someone and immediately regretted it? As young people, we may find it difficult to control our tongues, but it is important to realize that our words have power. The Book of James reminds us that with our tongues, we can praise God and also hurt others.

James 3:9-12 compares our speech to a spring that produces water. It is impossible for one spring to produce both salty and fresh water, just as our tongues should not produce both praise and criticism. When we speak with words of love and encouragement, we bring life to others. But when we speak with words of criticism and hatred, we can cause destruction.

We must be careful with the words we use, realizing that our words have an impact on the people around us. We can use our words to build others up or tear them down. We should be mindful of our speech and strive to speak words that honor God and bring life to others.

Therefore, let us ask for God's help to control our tongues and speak words that bring life and encouragement to those around us. May our words reflect the love and kindness of Christ, and may our words be a source of blessing to others. As we strive to use our words for good, may we bring glory to God and have a positive impact on the world around us.

WHAT TO DO:
1. Train to speak words that byourselfuild up
2. Don't speak without thinking
3. Ask for God's help to be more wise and loving in our speech

BIBLE MARATHON:
▪ 2 Samuel 1-3

Card image
Truth Youth 02 Mei 2023 -WORDS MATTER
2023-05-02 10:25:17


"Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi. Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama? Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar." (Yakobus 3:9-12)

Pernahkah kamu mengucapkan kata-kata yang menyakitkan pada seseorang dan langsung menyesalinya? Sebagai anak-anak muda, kita mungkin kesulitan untuk menahan lidah kita, namun penting untuk menyadari bahwa kata-kata kita memiliki kekuatan. Kitab Yakobus mengingatkan bahwa dengan lidah, kita dapat memuji Allah dan juga menyakiti orang lain.

Yakobus 3:9-12 membandingkan ucapan kita dengan mata air yang menghasilkan air. Tidak mungkin satu mata air dapat mengeluarkan air asin dan tawar, begitu juga dengan lidah kita yang seharusnya tidak dapat menghasilkan kedua hal yang berbeda. Ketika kita berbicara dengan kata-kata kasih dan dorongan, kita membawa kehidupan bagi orang lain. Namun, ketika kita berbicara dengan kata-kata kritik dan kebencian, kita bisa menyebabkan kehancuran.

Kita harus berhati-hati dengan kata-kata yang kita gunakan, menyadari bahwa kata-kata kita memiliki dampak pada orang di sekitar kita. Kita dapat menggunakan kata-kata kita untuk membangun orang lain atau meruntuhkan mereka. Kita harus memperhatikan ucapan kita dan berusaha untuk berbicara dengan kata-kata yang menghormati Allah dan membawa kehidupan bagi orang lain.

Karenanya, mari kita memohon pertolongan dari Tuhan untuk menahan lidah kita dan berbicara dengan kata-kata yang membawa kehidupan dan dorongan bagi orang di sekitar kita. Semoga ucapan kita mencerminkan kasih dan keramahan Kristus, dan semoga kata-kata kita menjadi sumber berkat bagi orang lain. Saat kita berusaha untuk menggunakan kata-kata kita untuk kebaikan, semoga kita membawa kemuliaan bagi Allah dan memberikan dampak positif pada dunia sekitar kita.

WHAT TO DO:
1. Melatih diri untuk mengucapkan kata-kata yang membangun
2. Jangan asal berbicara
3. Minta pertolongan Tuhan untuk lebih bijak dan penuh kasih dalam bertutur kata

BIBLE MARATHON:
▪︎ 2 Samuel 1-3

Card image
Renungan Pagi - 02 Mei 2023
2023-05-02 10:10:39



Menjalani kehidupan bersama Tuhan akan membuat kita selalu memiliki pengharapan pada pertolongan Tuhan yang tidak akan tergoncangkan. Karena kita tahu, Tuhan bekerja menurut kehendak-Nya, sesuai dengan waktu-Nya.

Kita harus selalu mengarahkan pandangan hanya kepada Tuhan saja, tetap lakukan maksimal apa yang dapat kita lakukan, segala sesuatu di luar kemampuan, Tuhan akan melakukannya bagi kita.

Percayalah akan setiap janji firman-Nya dan nantikan pertolongan dari Tuhan. Sebab "orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah."

Kita akan menjadi orang yang kuat, tidak mudah menyerah dan putus asa. Sebab kita yakin bahwa, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
(Yesaya 40:31 ; Filipi 4:13)

Card image
Quote Of The Day - 02 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-02 09:59:02


Ubah rutinitas agar kita mengisi hidup kita dengan benar.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 02 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-02 09:57:49


Allah adalah Allah yang penuh belas kasihan. Tetapi Allah tidak memberi belas kasihan kepada sembarang orang karena Allah memiliki tatanan.

Card image
THE REASON WE LIVE - 02 Mei 2023 (English Version)
2023-05-02 09:56:32


The Word of God says in Matt.22:14, “For many are called, but few are chosen.” So, not all church members or those who become Christians go to heaven. We can also understand why God’s Word in 1 Cor.9:25-27 says, “Everyone who competes in the games goes into strict training. They do it to get a crown that will not last, but we do it to get one that will last forever. Therefore, I do not run like someone running aimlessly; I do not fight like a boxer beating the air. No, I strike a blow to my body and make it my slave so that after I have preached to others, I will not be disqualified for the prize.”

An apostle has anxiety that God will reject him. Paul is not afraid of human rejection because he said in the previous verses, “I don’t care about other people and the other apostles’ ways. Suppose other apostles can get a living from their ministry, but I, with my hands, work to make ends meet.” We know that Paul made tents to fund his ministry. Thus, he trained his body. This verse illustrates our life journey as people in a competition arena. All participants ran, but not all became champions. This provides a kind of alarm for all of us so that we don’t take the matter of being accepted and rejected by God for granted because many people don’t care.

Many people, including Christians, are being led astray by this world. There are many problems in life that we struggle with; there are many urgent needs in life, which is why we stretch, and carry out various activities so that we cannot focus on eternal life. However, it is the most important and should be our only goal. Paul said, “Therefore, I do not run like someone running aimlessly; I do not fight like a boxer beating the air.” So, be active in many activities and know the purposes.

Behind all ways of thinking, the philosophy of human life, which creates a lifestyle, is a power of darkness that deliberately leads people to eternal darkness. Ironically, many people are not alert or aware that they are being led into eternal darkness. So, if it’s like a person taking a train, it is essential not how fast the train is but where it’s headed. Let’s take this opportunity to calm down, be silent, and reflect. What is the purpose of our many activities? What is the purpose of our life? This sounds philosophical, but this is an important life principle that must be constantly reminded of because we tend to forget.

In such a busy service activity, we can forget its true purpose. We can get stuck in stupidity, drift, and get caught up in the regular service cycle until we forget the goal, especially if we are exposed to the materialism virus, which even priests can also catch this virus. Today’s world is dark, and many people have been carried away into the darkness. In Matt.7:21, His Holiness, our Lord Jesus Christ, says, “Not everyone who says to me, ‘Lord, Lord,’ will enter the kingdom of heaven, but only the one who does the will of my Father who is in heaven.”

So, to avoid his body becoming wild and not living in the flesh, Paul controls everything for the glory of God. Do not let him who has preached the Gospel (as God’s servant) be rejected by God. Because in Matt.7:21-23, it is clearly said that those rejected were people who had cast out demons, performed miracles, prophesied, and healed the sick. In other words, those who excel in service. However, it turns out that there is no guarantee that they will be accepted into the Kingdom of Heaven because those who enter the Kingdom of Heaven are the ones who do the will of the Father. So, the services held must focus on the congregation experiencing change and toward spiritual maturity until the Lord Jesus acknowledged them that they had done the will of the Father.

We sometimes are frustrated because we still do wrong. No matter how small or how subtle the error is, we must admit it, and then we fight not to do it again. This must be done with perseverance, not just daily, but from minute to minute because we can make mistakes every minute. If people experience conditions like that, the process is going well. So, more than all achievements in this life, doing the will of the Father is the highest. The question for all of us is, have we done the will of the Father? If yes, how much have we done it because this is why we live.  

THE REASON WE LIVE IS TO DO THE WILL OF THE FATHER.

Card image
ALASAN KITA HIDUP - 02 Mei 2023
2023-05-02 09:53:11


Firman Tuhan mengatakan di dalam Matius 22:14, “Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih." Jadi, dari sekian banyak orang yang menjadi anggota gereja atau menjadi orang Kristen, belum tentu semua masuk surga. Maka, kita juga bisa mengerti mengapa Firman Tuhan di dalam 1 Korintus 9:25-27 mengatakan, “Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.”

Di sini Paulus bukan takut ditolak manusia. Sebab di ayat-ayat sebelumnya Paulus mengatakan, “Aku tak peduli bukan saja kepada orang. Aku juga tidak peduli dengan cara rasul-rasul lain. Kalau rasul-rasul lain bisa mendapatkan nafkah dari pelayanannya. Aku, dengan tanganku aku bekerja untuk mencukupi kebutuhan.” Kita tahu bahwa Paulus membuat kemah untuk biaya pelayanan. Seorang rasul memilki kecemasan dirinya ditolak Allah. Maka, ia melatih tubuhnya. Di ayat ini, perjalanan hidup kita diilustrasikan sebagai orang yang ada dalam gelanggang pertandingan. Semua peserta turut berlari, tetapi tidak semua menjadi juara. Hal ini memberikan semacam alarm bagi kita semua. Supaya kita jangan anggap sepele persoalan diterima dan ditolak oleh Tuhan. Sebab, banyak orang yang tidak peduli.

Banyak persoalan hidup yang kita gumuli, banyak kebutuhan hidup yang mendesak yang oleh karenanya kita menggeliat, melakukan berbagai aktivitas, sehingga kita bisa tidak memiliki fokus terhadap kehidupan kekal. Padahal, justru itulah yang terpenting dan mestinya menjadi satu-satunya tujuan kita. Seperti Paulus mengatakan, “Aku bukan pelari yang tidak tahu tujuan. Aku berlari dengan tujuan. Bukan petinju yang sembarangan saja memukul.” Jadi, bukan aktif hanya dalam banyak kegiatan. Tetapi apa tujuan dari semua itu? Banyak orang, termasuk orang-orang Kristen, yang disesatkan oleh dunia ini.

Di balik semua cara berpikir, filosofi hidup manusia, yang menciptakan lifestyle atau gaya hidup, ada kuasa kegelapan yang memang sengaja menggiring orang menuju kegelapan abadi. Ironis, banyak orang tidak alert, banyak orang tidak waspada bahwa ia sedang digiring menuju kegelapan abadi. Banyak kegiatan, tetapi apa tujuan dari semua kegiatan tersebut? Jadi, kalau ibarat orang naik kereta, bukan cepatnya kereta itu, tetapi ke mana arah kereta tersebut. Mari pada kesempatan ini, kita teduh, diam, dan merenung. Apa tujuan hidup kita? Kedengarannya ini filosofis. Sejatinya, ini prinsip hidup yang penting. Dan ini harus diingatkan terus kepada setiap kita, karena ada kecenderungan kita lupa.

Dalam aktivitas pelayanan yang begitu padat, kita bisa lupa apa sebenarnya tujuan pelayanan. Kita bisa terjebak dalam kebodohan. Kita hanyut dan terjebak dalam siklus rutinitas pelayanan sampai kita lupa, apa tujuannya. Apalagi kalau kita terpapar oleh virus materialisme. Pendeta juga bisa terkena virus ini. Dunia kita hari ini sudah gelap. Banyak orang terbawa menuju kegelapan. Di Matius 7:21, Yang Mulia, Tuhan kita Yesus Kristus, berkata, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga.”

Jadi, supaya tubuhnya jangan liar, jangan hidup dalam kedagingan, maka Paulus menguasai seluruhnya untuk kemuliaan Allah. Jangan sampai, dia yang sudah memberitakan Injil (baca: pelayan Tuhan) ditolak Allah. Sebab di Matius 7:21-23 jelas dikatakan bahwa mereka yang ditolak oleh Tuhan Yesus adalah orang yang sudah mengusir setan, sudah mengadakan mukjizat, sudah bernubuat, sudah menyembuhkan orang sakit. Dengan kata lain, mereka yang berprestasi dalam pelayanan. Namun, ternyata tidak jaminan ia diterima masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sebab yang masuk Kerajaan Surga adalah mereka yang melakukan kehendak Bapa. Maka, pelayanan yang digelar harus terfokus jemaat mengalami perubahan, pendewasaan rohani. Sampai diakui oleh Tuhan Yesus bahwa mereka telah melakukan kehendak Bapa.

Jadi, kalau ada dosa sekecil apa pun, harus kita akui. Lalu kita berjuang untuk tidak melakukannya lagi. Sekecil, sehalus apa pun kesalahan itu. Dan harus dalam ketekunan; menit ke menit. Bukan hanya dari hari ke hari, namun dari menit ke menit, karena setiap menit kita bisa berbuat salah. Sampai kadang kita frustrasi karena masih salah. Kalau orang mengalami kondisi seperti itu, berarti prosesnya berjalan baik. Maka, lebih dari semua prestasi dalam hidup ini, melakukan kehendak Bapa adalah prestasi tertinggi kehidupan. Pertanyaan bagi kita semua, sudahkah kita melakukan kehendak Bapa? Jika ya, seberapa kita sudah melakukan kehendak Bapa? Sebab inilah alasan kita hidup.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ALASAN KITA HIDUP ADALAH UNTUK MELAKUKAN KEHENDAK BAPA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 Mei 2023
2023-05-02 09:47:44

Mazmur 106-107

Card image
Truth Kids 01 Mei 2023 - SEPERTI AIR DAN MINYAK
2023-05-01 20:49:21


1 Samuel 2:2
“Tidak ada yang kudus seperti Tuhan, sebab tidak ada yang lain kecuali Engkau dan tidak ada gunung batu seperti Allah kita.”

Sobat Kids, pernahkah kalian melihat ketika air dicampurkan dengan minyak? Jika belum, kalian bisa mencoba, ya. Ambillah sebuah gelas lalu kalian dapat mengisinya dengan air setengah gelas. Setelah itu mintalah minyak goreng kepada mama sebanyak 2 sendok makan. Masukkan minyak ke dalam gelas berisi air tadi. Apa yang terjadi? Minyak yang dituang ke dalam gelas tidak larut, ya, dalam air. Walaupun kita mencoba untuk mengaduk minyak dan air itu tetap saja pada akhirnya minyak tidak bisa bersatu dengan air.

Hal ini mirip jika kita bandingkan dengan Allah dan dosa. Allah dan dosa tidak bisa bersatu? Kenapa demikian? Karena Allah itu kudus, tidak berdosa. Nah, kita sebagai anak-anak Allah harus hidup kudus seperti Allah. Apakah bisa? Kita kan manusia masih bisa melakukan dosa. Sobat Kids untuk itulah kita harus berjuang. Kita harus belajar hidup taat pada Allah dan menjauhi dosa. Misalnya jika kita tahu berbohong itu dosa, maka kita harus berusaha hidup dengan jujur.

Ayo, Sobat Kids, apa saja perbuatan dosa yang kalian tahu? Tulis atau gambar di buku catatan lalu kita belajar sama-sama untuk tidak melakukannya, ya. Bagi Sobat Kids yang belum belajar menulis, kalian dapat meminta orangtua untuk membantu menuliskannya. Yuk, kita belajar bersama-sama untuk tidak melakukan dosa.

Card image
Truth Junior 01 Mei 2023 - BERSIH, BERSIH, BERSIH
2023-05-01 20:43:44



1 Samuel 2:2
“Tidak ada yang kudus seperti Tuhan, sebab tidak ada yang lain kecuali Engkau dan tidak ada gunung batu seperti Allah kita.”

Siapa yang pernah melihat sungai? Ya, sungai adalah aliran air yang berbentuk memanjang dan mengalir terus-menerus. Sungai juga merupakan tempat hidup berbagai tumbuhan dan satwa. Namun, fungsi sungai dapat berjalan dengan baik jika dijaga kebersihannya. Bagaimana cara tahu bahwa sungai tersebut bersih atau tidak? Pertama, sungai yang bersih tidak ada sampahnya. Kedua, sungai yang bersih pasti tidak bau. Kemudian, sungai yang bersih akan ditinggali satwa dan ditumbuhi pepohonan. Sebab jika sungai kotor, maka tumbuhan dan satwa akan mati.

Berbicara tentang kebersihan, Tuhan kita . adalah Tuhan yang Kudus, loh. Artinya Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang bersih. Ya, bersih kehidupan-Nya. Kekudusan atau kebersihan Tuhan merupakan sifat-Nya. Maka, kita bisa memiliki hidup kekal, karena Tuhan memiliki sifat yang kudus. Karena kekudusan-Nya, maka kita ditebus dengan darah-Nya. Sehingga kita tidak binasa.

Seperti sungai bersih yang dapat ditinggali oleh tumbuhan dan satwa; karena Tuhan Kudus dan bersih, maka kita dapat tinggal di dalam-Nya. Artinya, kita dapat memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan. Jika ikan tinggal di dalam sungai yang bersih, maka ikan tersebut akan bersih juga. Seperti kita, karena kita tinggal di dalam Tuhan yang kudus dan bersih, maka kita pun harus kudus dan bersih juga.

Mulai sekarang, kita mau belajar sadar bahwa kita hidup di dalam Tuhan yang kudus, kita harus memiliki sifat yang kudus juga seperti Tuhan. Sifat yang kudus adalah sifat yang bersih. Segala sesuatu yang kita katakan, pikirkan, dan lakukan, semuanya tidak ada yang membuat Tuhan sedih.

Card image
Truth Youth 01 Mei 2023 (English Version) - TAMING THE TONGUE
2023-05-01 20:40:13



"All kinds of animals, birds, reptiles, and sea creatures are tamed and have been tamed by mankind, but no human being can tame the tongue. It is a restless evil, full of deadly poison." (James 3:7-8)

As young people, it can be a challenging task to control our tongues. Sometimes we speak too quickly without thinking and end up saying things we regret. The book of James talks about the importance of taming our tongues and acknowledges that although we can tame many things, the tongue can be our biggest challenge.

In James 3:7-8, the writer uses the analogy of animals that have been tamed by humans, but the tongue remains wild. Our tongues can cause damage and destruction in our relationships, communities, and even in our own lives. The words we speak can build up or tear down others. We must pay attention to the words we use and how we use them.

As young people, it's easy for us to get caught up in gossip or say hurtful things without realizing the impact it may have. However, when we make a commitment to hold our tongues, we can create a positive impact on those around us. Our awareness as children of God will lead us to choose to speak well and build up others, and we can strengthen our relationships and make a difference in the world.

Let us ask for wisdom from God to hold our tongues, to speak words that encourage and are full of love, and to use our words to bring life and hope to those around us. Let us be known as children of God with kindness and compassion seen through our words, not for the pain we can cause. Of course, we cannot do this alone, so we must first realize that we are children of God who need His help. With God's help, we can tame our tongues and make a positive difference in the world.

WHAT TO DO:
1. Realize that being children of God is the first step to controlling our tongues.

2. Ask for wisdom from God through prayer to tame our tongues.

3. Recognize that words have great power to build up or destroy.

4. Start speaking good words filled with love that bring life.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 28-31

Card image
Truth Youth 01 Mei 2023 - MENJINAKKAN LIDAH
2023-05-01 20:36:34


"Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia, tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan." (Yakobus 3:7-8)

Sebagai anak-anak muda, adalah sebuah tantangan yang sulit untuk mengontrol lidah kita. Kadang kita terlalu cepat berbicara tanpa berpikir dan akhirnya mengatakan hal-hal yang kita sesali. Kitab Yakobus berbicara tentang pentingnya menjinakkan lidah kita, dan mengakui bahwa walaupun kita dapat menjinakkan banyak hal, lidah bisa menjadi tantangan terbesar kita.

Dalam Yakobus 3:7-8, penulis menggunakan analogi hewan yang telah dijinakkan oleh manusia, tetapi lidah tetap liar. Lidah kita dapat menyebabkan kerusakan dan kehancuran dalam hubungan, komunitas, dan kehidupan kita sendiri. Kata-kata yang kita ucapkan bisa membangun orang lain atau meruntuhkan mereka. Kita harus memperhatikan kata-kata yang kita gunakan dan bagaimana kita menggunakannya.

Sebagai anak-anak muda, tidak sulit untuk kita terjebak dalam gosip atau mengucapkan hal-hal yang menyakitkan tanpa menyadari dampak yang mungkin ditimbulkannya. Namun, ketika kita bertekad untuk menahan lidah kita, kita dapat menciptakan dampak positif bagi orang di sekitar kita. Kesadaran kita sebagai anak-anak Tuhan akan membawa kita untuk memilih berbicara dengan baik dan membangun, kita dapat memperkuat hubungan kita dan membuat perbedaan dalam dunia.

Mari kita memohon hikmat dari Tuhan untuk menahan lidah kita, untuk mengucapkan kata-kata yang menguatkan dan penuh cinta, dan untuk menggunakan kata-kata kita untuk membawa kehidupan dan harapan kepada orang di sekitar kita. Biarlah kita dikenal sebagai anak-anak Tuhan dengan kebaikan dan belas kasih yang terlihat dengan kata-kata kita, bukan untuk kepedihan yang kita bisa sebabkan. Tentu kita tidak dapat melakukan ini seorang diri, maka kita harus menyadari terlebih dahulu bahwa kita anak-anak Tuhan yang membutuhkan pertolongan-Nya. Dengan pertolongan Tuhan, kita dapat menjinakkan lidah kita dan membuat perbedaan positif di dunia.

WHAT TO DO:
1. Menyadari bahwa kita adalah anak-anak Tuhan, adalah langkah pertama untuk menjaga lidah.
2. Minta hikmat dari Tuhan melalui doa untuk dapat menjinakkan lidah.
3. Menyadari bahwa perkataan punya kekuatan yang besar untuk membangun atau menghancurkan
4. Mulai berkata-kata yang baik dengan penuh cinta yang membawa kehidupan

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 28-31

Card image
Renungan Pagi - 01 Mei 2023
2023-05-01 20:32:12


Jangan berpikir bahwa iblis akan mencobai kita dengan kesusahan dan ketakutan. Kenyamanan hidup dan kesombongan karena berhasil dan sukses, adalah bagian dari tipuan iblis yang membuat kita merasa tidak membutuhkan Tuhan, yang pada akhirnya menjadikan kita pribadi yang malas berdoa, tidak suka berdialog dengan Tuhan, sebab merasa semuanya baik-baik saja, aman tanpa masalah.

Saat kita ada dalam kondisi demikian, berjaga-jagalah, itu adalah tanda bahaya, sebab semakin kita biarkan perasaan itu, maka akan semakin terseret untuk menjauh dari Tuhan, bahkan cenderung melupakan Tuhan, dan biasanya hidup akan semakin dekat dengan dosa. Sebab nurani telah menjadi tumpul dan terhanyut dalam nikmatnya dosa. Bahkan kita pikir Tuhan pun tidak berbuat apa-apa, aman dan nyaman, tidak ada gangguan kesulitan.

Ingatlah ada hukum tabur tuai seperti firman Tuhan katakan, "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya".

Jangan kita disesatkan oleh iblis yang merasuki pikiran dengan kenyamanan hidup dan kesombongan, sehingga kita dapat mempermainkan Allah, menganggap enteng Tuhan. Mari sadarlah, jangan sampai terlambat, sehingga harus menuai apa yang kita tabur.
(Galatia 6:7)

Card image
Quote Of The Day - 01 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-01 20:25:15


Kecerobohan hidup membuat kita tidak bertumbuh dalam kesucian hidup.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 01 Mei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-05-01 20:23:17


Tidak ada orang yang lebih kuat, tidak ada orang yang lebih beruntung, tidak ada orang yang lebih aman dan selamat daripada orang yang menerima belas kasihan Allah.

Card image
THE SECRET OF LIFE - 01 Mei 2023 (English Version)
2023-05-01 20:18:24


A person who sets their heart to love God will become as glorious as Him, holy, sincere in heart, merciful, and possessing the qualities of God they worship. This is a choice, not a gift because everyone is given by God the opportunity for that. What matters is whether someone chooses and uses the option well. This makes us happy that no one or anyone can stop us or prevent us from loving God. Indeed, there are distractions that the powers of darkness do so that we don’t love God. But he can’t stop us or undo it; he can’t take away our resolve, our intentions that we stick to or set, to love God. It is we who must make our love for God blazing. We light it up and make it shines.

Rom.8:28 indeed says, “In all things, God works for the good of those who love Him.” We can see the good referred to in verse 29, “be conformed to the image of His Son.” Though we are not yet noble, our old human traits are still attached to us, and we can still commit many sins and mistakes; we still have our hearts set on loving God, and He works on us.

That’s why God put feelings in us, and we are in the image of God, meaning; we have the mindset of God. Nothing can prevent us from thinking about God and seeking knowledge of Him. Nothing can hinder us from seeking and thinking about God, knowing and loving Him. The Devil can tempt us to focus on something else, but if we want to focus on God, he cannot stop us.

Do not let the world take our hearts because the Devil tries to win our hearts by showing off the world’s beauty. Many people are captivated, attracted, and then enjoy this world so that their soul’s appetite becomes perverted, corrupted, and their hearts are focused on it. The Word of God says that the desires of this world destroy; “The world and its desires pass away, but whoever does the will of God lives forever” (1 John 2:17). We can have eternal life and be glorious because we have God’s traits. So, one’s heart will have the same quality as the object to which it is attached.

In Luke 4:5-8, the Lord Jesus was taken to a high place and was shown the beauty and the glory of the world, and the Devil offered the world’s beauty and gave it to Him if He wanted to worship him. But Jesus said, “Worship the Lord your God and serve Him only.” Worship means giving high values or “proskuneo“(Greek). We provide a high value to the object we worship and love, and the thing that we love will give us its traits and existence.

So, if someone loves the world, then they will absorb the characteristics of the world. It’s terrifying! If someone loves the world, then the quality of their life is like the world. However, if people love God, they become glorious like Him, holy and sincere, and have His incredible attributes. Each of us determines our destiny or eternal state. We can consider, make decisions and choose, and not God chooses nor determines, but we do. So, He gave us feelings and thoughts, and we can create free will from them.

We used to say, “Move my heart to love You, Lord.” If God moves someone to be able to love Him and He does not move another, then He determines that someone can enter heaven while others will never because they are not moved to worship Him. Those whose hearts are not driven by God to love Him indeed cannot be said to be guilty because God did not touch and work on them. Conversely, people who God feels can love Him do not deserve a reward because they do not do it alone. The truth is that humans must choose and determine whom they love, and this is what God wants in our life.  

PEOPLE WHO GENUINELY SET THEIR HEARTS ON LOVING GOD WILL BECOME GLORIOUS LIKE GOD.

Card image
RAHASIA KEHIDUPAN - 01 Mei 2023
2023-05-01 20:09:30


Orang yang benar-benar menetapkan hati untuk mengasihi Tuhan akan menjadi berkeadaan mulia seperti Tuhan, berkeadaan kudus, berhati tulus, berbelas kasihan dan memiliki sifat-sifat Allah, sifat-sifat Tuhan yang dia cintai. Dan ini adalah pilihan, bukan anugerah. Sebab semua orang diberi Tuhan kesempatan untuk itu. Masalahnya, apakah seseorang memilih dan menggunakan kesempatan itu dengan baik? Hal ini benar-benar membahagiakan kita bahwa tidak ada orang atau siapa pun yang dapat melarang kita mengasihi Tuhan. Tidak ada orang yang bisa menghalangi kita mengasihi Tuhan. Memang ada gangguan-gangguan yang kuasa kegelapan lakukan agar kita tidak mengasihi Tuhan. Tetapi dia tidak bisa menghalangi kita, dia tidak bisa membatalkan, dia tidak bisa mencabut tekad, niat kita yang kita teguhkan, kita tetapkan untuk mengasihi Allah. Kita yang harus membuat cinta kita kepada Tuhan itu membara, menyala. Kita yang menyalakannya dan membuat membara.

Sementara kita berkeadaan belum mulia, sementara sifat-sifat manusia lama kita masih melekat di dalam diri ini, sementara kita masih bisa melakukan banyak dosa dan kesalahan, tetapi kita tetap menetapkan hati untuk mengasihi Tuhan; di situ Tuhan menggarap kita. Benar yang dikatakan Roma 8:28 bahwa "Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia." Kebaikan yang dimaksud dapat kita lihat di ayat 29, yaitu "Serupa dengan Yesus."

Itulah sebabnya Tuhan menaruh perasaan di dalam diri kita. Kita segambar dengan Allah, artinya; kita memiliki pikiran dan perasaan Tuhan. Dan tidak ada yang bisa menghalangi kita memikirkan Allah, mencari pengenalan akan Allah. Iblis bisa menggoda agar kita fokus kepada yang lain. Tetapi, kalau kita memang mau fokus kepada Tuhan, Iblis tidak bisa menghalangi kita. Tidak ada yang bisa menghalangi dan melarang kita untuk mencari Tuhan, memikirkan tentang Tuhan, mengenal Tuhan dan mengasihi Dia.

Jangan sampai hati kita direbut oleh dunia. Sebab Iblis berusaha merebut hati kita dengan mempertontonkan, menunjukkan keindahan dunia. Dan banyak orang yang terpikat, tertarik, lalu menikmati dunia ini, sehingga selera jiwanya menjadi sesat, rusak, dan hatinya terfokus kepada dunia. Dan Firman Tuhan mengatakan bahwa keinginan dunia ini membinasakan; "Dunia dengan segala keinginannya akan binasa, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah hidup selama-lamanya" (1Yoh. 2:17). Kita bisa memiliki hidup kekal dan menjadi mulia karena memiliki sifat-sifat Allah. Jadi, kepada siapa hati seseorang tertaruh, dia akan berkualitas seperti objek yang kepadanya ia menaruh hatinya.

Di dalam Lukas 4:5-8, Tuhan Yesus dibawa ke tempat tinggi dan kepada-Nya ditunjukkan keindahan dunia ini, kemuliaan dunia, dan Iblis menawarkan keindahan dunia kepada Yesus dan memberikannya asalkan Yesus mau menyembahnya. Tetapi Yesus berkata, "Engkau harus menyembah Tuhan, Allah-Mu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti." Menyembah artinya memberi nilai tinggi atau proskuneo (Yun.). Kepada objek apa kita memberi nilai tinggi, kepada dialah kita menyembah. Dan yang kita sembah itulah yang kita cintai. Dan yang kita cintai itulah yang akan memberi sifat-sifat dan keberadaan.

Jadi kalau seseorang mencintai dunia, maka sifat-sifat dunia akan diserapnya. Mengerikan! Jika seseorang mencintai dunia, maka kualitas hidupnya seperti dunia. Tetapi, kalau orang mencintai Tuhan, maka ia menjadi mulia seperti Allah yang adalah mulia. Ia menjadi kudus, menjadi tulus dan memiliki sifat-sifat Allah yang agung itu. Jadi, bagaimana nasib atau keadaan kekal seseorang ditentukan oleh diri orang itu sendiri. Maka, Allah memberi perasaan dan pikiran. Dari pikiran dan perasaan inilah manusia bisa memiliki kehendak bebas. Kita bisa mempertimbangkan dan bisa mengambil keputusan dan memilih. Bukan Allah yang memilih, bukan Allah yang menetapkan, tetapi manusia itu sendiri.

Dulu kita sering berkata, "Gerakkan hatiku untuk mencintai-Mu Tuhan." Kalau Tuhan yang menggerakkan seseorang untuk bisa mencintai Dia dan yang lain Tuhan tidak gerakkan, berarti Tuhan menetapkan seseorang bisa masuk surga dan yang lain tidak pernah masuk surga, karena tidak digerakkan untuk mencintai Tuhan. Dan orang yang hatinya tidak digerakkan Allah untuk mencintai Allah, tentu tidak bisa dikatakan bersalah karena Allah tidak menjamah dan menggarap dirinya. Sebaliknya, orang yang disentuh Allah untuk bisa mencintai Allah tidak layak mendapatkan upah karena Allah yang mengerjakan bukan dirinya sendiri. Yang benar adalah manusia harus memilih dan menetapkan, siapa yang dicintainya. Inilah yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG BENAR-BENAR MENETAPKAN HATI UNTUK MENGASIHI TUHAN AKAN MENJADI BERKEADAAN MULIA SEPERTI TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 01 Mei 2023
2023-05-01 19:59:17

Mazmur 133

Card image
Truth Kids 30 April 2023 - APA YANG HARUS DILAKUKAN
2023-04-30 09:47:05


Efesus 4:26
“Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.”

Sobat Kids, bulan ini kita belajar mengenai beberapa emosi atau perasaan negatif. Jenis-jenis emosi negatif antara lain marah, sedih, kecewa: gelisah, malu, bingung, patah semangat, ketakutan, merasa bersalah, merasa tidak bisa apa-apa, berkecil hati, dan masih banyak lainnya. Ingat, jika kalian merasakan salah satu perasaan di atas, kalian tidak perlu merasa bersalah. Itu hal yang wajar terjadi.

Lalu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan jika kita merasakan emosi atau perasaan negatif seperti yang dituliskan di atas? Sebaiknya kita tidak menunjukkan perasaan kita dengan cara yang tidak baik dan membuat Tuhan sedih. Misalnya marah-marah dengan membanting-banting atau membuang barang. Atau kesal lalu mengganggu teman yang lain, maupun kecewa lalu melawan orangtua.

Hal yang kita lakukan sebaiknya adalah mencari orangtua. Kita bisa katakan pada mereka -dengan cara yang baik- apa yang kita rasakan, sambil mencoba menenangkan diri. Mengapa kita harus tenang? Karena saat kita gelisah, pikiran perasaan kita penuh dengan perasaan negatif. Kita tidak akan bisa berdoa atau berkomunikasi dengan Tuhan. Jadi ingat, ya, Sobat Kids! Jika kalian merasakan perasaan yang negatif, cobalah untuk menenangkan diri sambil bercerita pada orang dewasa atau orangtua. Mereka bisa membantu kita. Jangan lupa untuk berdoa agar Tuhan memberikan kekuatan, penghiburan dan memampukan kita untuk menjaga perasaan dengan baik. Let’s go!

Card image
Truth Junior 30 April 2023 - HAL YANG WAJAR
2023-04-30 09:43:32


Efesus 4:26
“Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.”

Sudah sebulan penuh kita belajar mengenai perasaan. Dalam diri kita, ada jenis emosi positif dan emosi negatif. Jenis-jenis emosi positif antara lain senang, bahagia, ceria, percaya diri, berani, perhatian, bangga, terhibur, bersyukur, berharap, tenang, dan masih banyak lagi. Sedangkan jenis-jenis emosi negatif antara lain marah, sedih, kecewa, gelisah, malu (dipermalukan), bingung, patah semangat, frustasi, ketakutan, merasa bersalah, merasa tidak berdaya, merasa tidak bisa apa-apa, berkecil hati, merasa tidak berarti, cemburu, iri hati, kesepian, tertolak, egois, dll.

Ada kalanya kita merasakan emosi positif. Dan ada kalanya kita merasakan emosi negatif. Apabila kalian merasakan salah satu emosi di atas, itu adalah hal yang wajar. Yang penting dan kalian perlu ingat, jangan melakukan perbuatan yang tidak Tuhan sukai untuk menunjukkan emosi tersebut kepada orang lain. Jangan sampai melukai perasaan orang lain, apalagi melukai fisik orang lain ketika kalian ingin menunjukkan perasaan kalian. Dan ketika kalian merasakan emosi negatif, jangan kelamaan, ya. Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita, apabila sedang marah, jangan berbuat dosa dan jangan menyimpan emosi marah sampai malam. Maafkanlah kesalahan orang lain. Lebih baik kita memilih untuk bersikap positif dalam hidup ini. Kalian pasti bisa, Sobat Junior!

Card image
Truth Youth 30 April 2023 (English Version) - TYPE AND POST!
2023-04-30 09:41:39


”The righteous cry, and the LORD heareth, And delivereth them out of all their troubles. The LORD is nigh unto them that are of a broken heart; And saveth such as be of a contrite spirit. Many are the afflictions of the righteous: But the LORD delivereth him out of them all. He keepeth all his bones: Not one of them is broken.” (Psalm 34:17-20)

When we hear the words type and post, we definitely understand that it's about social media. It cannot be denied that social media has become a place for us to tell stories. Even now there is a close friend feature where we can write whatever we want. It's not uncommon for us to have two social media accounts, one of our accounts is for freedom. Once we feel we have the freedom to write, we can express ourselves as we are. From good to evil. More than that, we dare to put tears on social media for others to see or get our own relief. However, have we ever thought that the only person we should be looking for is the Lord Jesus in our shortness and happiness. As the psalmist said above, God hears when he cries, and He also delivers from distress. Social media, or where our stories are, cannot help us the way God helps us, even though God has a way and can do it through other people. However, before we ask for help from others. We must have the courage to come to God, honestly tell our complaints, even our failures. He is a God who not only understands. He wept and struggled with us. If humans can still get tired of helping or hearing our stories. God never will. He is a faithful God, who always holds our hand wherever we go.

WHAT TO DO:
1. Learn to tell stories with God
2. Learn to rely on strength from God

BIBLE MARATHONS:
▪︎ 1 Samuel 25-27

Card image
Truth Youth 30 April 2023 - TYPE AND POST!
2023-04-30 09:39:58


"Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya. TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya. Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu; Ia melindungi segala tulangnya, tidak satupun yang patah." (Mazmur 34:17-20)

Kalau mendengar kata type dan post kita pasti mengerti bahwa itu tentang social media. Tidak dapat dipungkiri bahwa social media sudah menjadi tempat kita bercerita. Bahkan sekarang sudah ada fitur close friend di mana kita bisa menulis apa pun yang kita inginkan. Tidak jarang kita memiliki dua akun social media, satu akun kita peruntukan untuk kebebasan. Setelah kita merasa memiliki kebebasan menulis, kita bisa mengekspresikan diri dengan apa adanya. Dari yang baik sampai yang jahat. Lebih dari itu, kita berani menaruh air mata di social media untuk orang lain lihat ataupun mendapat kelegaan tersendiri. Namun, pernahkah kita berpikir bahwa satu-satunya pribadi yang harusnya kita cari adalah Tuhan Yesus, dalam sesak maupun bahagia kita. Seperti pemazmur katakan di atas bahwa Tuhan mendengar ketika kita berseru, dan Dia juga yang akan melepaskan dari kesesakan. Social media, ataupun tempat cerita kita tidak mampu menolong kita seperti Tuhan menolong kita, walaupun Tuhan punya cara dan bisa lewat orang lain. Namun, sebelum kita meminta pertolongan kepada orang lain. Kita harus berani datang kepada Tuhan, dengan jujur menceritakan keluh kesah, bahkan kegagalan kita. Dia Tuhan yang bukan hanya mengerti. Dia menangis dan berjuang bersama kita. Kalau manusia masih bisa lelah membantu atau mendengar cerita kita. Tuhan tidak akan pernah begitu. Dia Allah yang setia, yang selalu menggenggam tangan kita ke mana pun kita melangkah.

WHAT TO DO:
1. Belajar bercerita kepada Tuhan
2. Belajar untuk mengandalkan kekuatan dari Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 25-27

Card image
Renungan Pagi - 30 April 2023
2023-04-30 09:36:47


Memiliki sikap hati yang positif dalam segala situasi, serta kemampuan melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda dalam dimensi iman, adalah kunci untuk menjadi orang Kristen yang kuat, karena dengan memiliki respon hati yang positif kita akan terhindar dari rasa kuatir, takut, kecewa, cemas, putus asa dan sebagainya, sebab orang yang memiliki respon hati yang selalu positif, maka ia akan menjalani hidup dengan penuh semangat.

Memang hidup di dunia ini akan berhadapan dengan berbagai permasalahan, tantangan kehidupan, tetapi orang yang memiliki kekuatan untuk menghadapinya, berarti dia mempercayai bahwa Tuhan sedang melatih dirinya untuk menjadi pribadi yang tangguh dan kuat, dengan kekuatan yang Tuhan berikan dalam hidupnya. Rasa percaya akan pertolongan Tuhan, akan membuat kita menjadi orang-orang yang bersemangat, dan firman Tuhan berkata "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa yang memulihkan semangat yang patah?" Jadi, mari tetap semangat menjalani hari-hari bersama Tuhan.
 (Amsal 18:14)

Card image
Quote Of The Day - 30 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-30 09:33:23


Mengeluarkan buah dalam ketekunan menunjukkan bahwa untuk berbuah, seseorang harus berjuang keras.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 30 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-30 09:32:07


Hidup ini bukan untung-untungan, karena Allah kita itu Allah yang cerdas punya tatanan, ikuti tatanan itu, kenali Allah.

Card image
RESOLVING THE SINFUL NATURE - 30 April 2023 (English Version)
2023-04-30 09:30:05


Have we ever thought we must always “dress up” before God? Have we ever seriously questioned whether we are found beautiful, smell good before God, and please Him? Please do not take this matter lightly; it concerns our eternal destiny. God’s Word says, “I will strike her children dead. Then all the churches will know that I am he who searches hearts and minds, and I will repay each of you according to your deeds.” (Rev.2:23). In Jer.11:20, the Word of God says, “But you, Lord Almighty, who judge righteously and test the heart and mind.” Jer.17:10 says, “I the Lord search the heart and examine the mind, to reward each person according to their conduct, according to what their deeds deserve.”

We often do not or lack respect for God. This depends on our decisions and choices. If someone respects another person, they dress up when facing them. In Nehemiah’s time, there was a law that meeting the king with a gloomy face was punishable by death; in the king’s presence, one must be appropriate or polite. Dress up before God, not only at certain times but every moment. If someone loves God and wants to please Him, they encourage themselves to always dress up before Him.

God does not demand what we cannot do. Every child of God has a different spiritual age, and their beauty also varies, but the older we are, the more beautiful we should be. “Dressing up” isn’t just about doing nothing wrong, and many people assume, “As long as I don’t commit a sin or mistake, then it is seen as beautiful.” We must know that what God values is our inner being. Our inner face becomes not beautiful if there is the potential to sin inside us, such as being arrogant or arbitrary towards others and doing something contrary to God’s standard of holiness.

When we make a mistake, what should be resolved is not only the wrong act, which is acknowledged before God, and we ask for forgiveness, but we must also open our eyes to see that within us, there is the potential to make a mistake. There must be seriousness in self-examining. We certainly know about the potential for being arrogant, hating people, grumbling, and so on if we want to know and are serious about dressing up before God. We do this so we don’t repeat the same error.

Holiness is not the state of not sinning but being unable to sin. This can happen if we recognize the potential for sin within us, then struggle with it. After we work on it, there will be a test. Can it still produce evil or not? People dear to God are often brought into challenging situations and circumstances that make them humiliated, underestimated, and hurt physically and mentally. All that is to work on potential errors that can arise or on the possible sin in us. That potential causes a sin that brings death.

All sins can be solved, and the Lord Jesus has finished them on the cross. However, the unpardonable, unresolved sin is our sinful nature. Many people resolve the fruit of their sinful nature but not their sinful nature. We can weep for ourselves over the potential sins that still exist, and if it gives birth to wrong actions one day, it hurts us greatly. It takes honesty, and we should question God.

When we make a mistake, we are aware, no matter how small, and we must look at the source. The source is in our hearts. If the psalmist says in Ps.139:23, “Search me, God, and know my heart,” this is an inner state that has not resulted in action. “Test me and know my anxious thoughts. See if there is any offensive way in me, and lead me in the way everlasting” This is related to sin that leads to death. If we only ask for forgiveness for mistakes but don’t solve the source of the errors, that is a sin that brings death.

Heaven will not be entered by those who still have the potential for sin. If people who still have the potential for sin enter heaven, goods will be stolen in heaven. There is adultery and fighting because it has not been resolved. Not a few people whose past scratches still adorn their faces, and if touched with specific problems, they get emotional, and bitterness arises.

God wants us to process. Although the beauty of each person is certainly different, each of us should reach a level of beauty according to our spiritual age. The older we are, should become more beautiful. God wants to see our life as beautiful in His eyes. We can dress up in the leading of the Holy Spirit, so it is necessary to have time before God. To encounter God is to make requests and be dressed by Him. We admit if something is wrong. Not just admitting it but also trying to struggle and improve potential sins or tendencies that exist in the heart that are not by the purity of God’s heart so that we have holiness of life.  

MANY PEOPLE RESOLVE SIN, WHICH IS THE FRUIT OF THEIR SINFUL NATURE, BUT NOT THE SINFUL NATURE ITSELF WITHIN.

Card image
MENYELESAIKAN KODRAT DOSA - 30 April 2023
2023-04-30 09:23:10


Pernahkah kita berpikir bahwa kita harus “berdandan” setiap saat di hadapan Tuhan? Pernahkah kita sungguh-sungguh memperkarakan, apakah di hadapan Tuhan, kita didapati cantik, berbau harum, dan menyenangkan hati Dia? Jangan anggap sepele hal ini, karena ini menyangkut nasib kekal kita. Firman Tuhan mengatakan, “Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu, setiap orang, menurut perbuatannya.” (Why. 2:23). Di dalam Yeremia 11:20 firman Tuhan mengatakan, “TUHAN semesta alam yang menghakimi dengan adil, yang menguji batin dan hati.” Yeremia 17:10 mengatakan, “Aku, TUHAN yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya.”

Jujur, kita sering tidak atau kurang menghormati Tuhan. Kalau seseorang menghormati orang lain, ketika menghadap orang tersebut, dia berdandan. Pada zaman Nehemia, ada hukum kalau menghadap raja dengan muka muram, bisa dihukum mati; karena di hadapan raja, harus bersikap pantas atau bersikap santun. Berdandan di hadapan Tuhan, bukan waktu-waktu tertentu, melainkan setiap saat, setiap waktu. Itu tergantung dari keputusan dan pilihan kita. Kalau seseorang mengasihi Tuhan, sungguh-sungguh ingin menyenangkan hati Tuhan, maka ia mendorong dirinya untuk berdandan setiap saat di hadapan Tuhan.

Tuhan tidak menuntut apa yang tidak bisa kita lakukan. Setiap anak Allah memiliki umur rohani yang berbeda-beda; kecantikannya juga berbeda-beda; Tetapi mestinya semakin berumur, kita semakin indah. “Berdandan” bukan hanya berkeadaan tidak melakukan kesalahan. Asumsi banyak orang “Asal tidak melakukan dosa atau kesalahan, maka dipandang indah.” Ketahuilah bahwa yang Tuhan nilai itu batin kita. Kalau di dalam batin ada potensi untuk berbuat dosa, untuk sombong, untuk sewenang-wenang terhadap orang lain, dan berbuat sesuatu yang bertentangan dengan standar kesucian Allah, maka wajah kita buruk.

Harus ada kesungguhan untuk memeriksa diri. Kita pasti tahu—bagi yang mau tahu, bagi yang serius mau berhias di hadapan Allah—potensi untuk sombong, membenci orang, bersungut-sungut, dan lain sebagainya. Ketika kita melakukan kesalahan, yang kita selesaikan bukan hanya perbuatan salah itu, yang tentu diakui di hadapan Tuhan dan kita minta ampun, tetapi kita harus membuka mata kita untuk melihat kenyataan bahwa di dalam diri kita ada potensi melakukan kesalahan. Hal ini kita lakukan supaya kita tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Kesucian itu bukan hanya keadaan tidak berbuat dosa, melainkan keadaan tidak bisa berbuat dosa. Hal itu bisa terjadi kalau potensi dosa di dalam diri kita kenali, lalu kita gumuli. Setelah kita gumuli, nanti ada ujian. Apakah masih bisa membuahkan perbuatan dosa atau tidak. Orang-orang yang disayang Tuhan sering dibawa kepada keadaan-keadaan yang sulit; keadaan yang membuat ia dipermalukan, dihina, direndahkan, tersakiti, baik secara fisik maupun mental. Semua itu sebenarnya untuk menggarap potensi kesalahan yang bisa muncul; menggarap potensi dosa dalam diri kita. Potensi itulah dosa yang mendatangkan maut.

Semua dosa bisa diselesaikan, dan Tuhan Yesus telah menyelesaikannya di kayu salib. Tetapi, dosa yang tidak diampuni adalah dosa yang tidak diselesaikan; dan itu adalah kodrat dosa kita. Banyak orang menyelesaikan buah dari kodrat dosanya, tetapi tidak menyelesaikan kodrat dosanya. Dibutuhkan kejujuran dan memperkarakannya dengan Tuhan. Kita bisa menangisi diri sendiri atas potensi dosa yang masih ada. Dan kalau suatu hari melahirkan perbuatan salah, itu sangat menyakitkan kita.

Saat kita melakukan satu kesalahan dan kita sadar, maka sekecil apa pun kesalahan itu, kita harus melihat sumbernya. Sumbernya itu di dalam hati kita. Kalau pemazmur berkata di Mazmur 139:23-24, “Selidikilah aku, ya Allah, kenallah hatiku,” ini keadaan batin yang belum membuahkan perbuatan. “Ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” Ini terkait dengan dosa yang mendatangkan maut. Kalau kita hanya minta ampun atas kesalahan, tetapi kita tidak menyelesaikan sumber kesalahan, itulah dosa yang mendatangkan maut.

Surga tidak akan dimasuki orang-orang yang masih memiliki potensi dosa. Kalau orang yang masih memiliki potensi dosa masuk surga, akan ada pencurian barang di surga. ada perzinaan, perkelahian, karena belum diselesaikan. Tidak sedikit orang yang goresan masa lalunya menghiasi wajahnya. Orang yang kalau sudah disentuh masalah tertentu, bangkit emosinya, timbul pahitnya.

Tuhan mau kita berproses. Makin tua, mestinya makin cantik. Walaupun cantik masing-masing orang tentu berbeda-beda, tetapi seharusnya setiap kita mencapai tingkat kecantikan sesuai dengan umur rohani. Tuhan mau melihat hidup kita ini indah di mata-Nya. Kita bisa berdandan di dalam pimpinan Roh Kudus. Maka, mutlak harus ada waktu menghadap Tuhan. Menghadap Tuhan bukan hanya menyampaikan permintaan-permintaan, tetapi untuk didandani Tuhan. Jikalau ada sesuatu yang salah, kita mengakui kesalahan itu. Bukan hanya sekadar mengakuinya, melainkan juga berusaha menggumuli dan memperbaiki potensi dosa; kecenderungan-kecenderungan yang ada di hati, yang tidak sesuai dengan kemurnian hati Tuhan, sehingga kita memiliki kesucian, kekudusan hidup.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

BANYAK ORANG MENYELESAIKAN DOSA, YAITU BUAH DARI KODRAT DOSANYA, TETAPI TIDAK MENYELESAIKAN KODRAT DOSA DI DALAM DIRINYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 April 2023
2023-04-30 09:23:40

2 Samuel 5
1 Tawarikh 11-12

Card image
Truth Kids 29 April 2023 - SAHABAT YANG BAIK
2023-04-30 09:51:04


Amsal 25:9
“Belalah perkaramu terhadap sesamamu itu, tetapi jangan buka rahasia orang lain.”

Kemarin kita sudah belajar untuk berdoa kepada Tuhan supaya diberikan sahabat baik. Bagaimana dengan diri kalian sendiri, Sobat Kids? Apakah kalian sudah menjadi sahabat yang baik bagi orang lain?

Jika ada teman yang sedang sedih dan menceritakannya kepada kalian, dengarkanlah. Setelah itu kalian tidak boleh menyebarkan cerita teman kalian tersebut kepada orang lain. Itu adalah rahasia. Tidak baik menyebarkannya kepada orang lain. Sebagai sahabat yang baik, kalian dapat memberikan nasihat sesuai dengan yang Tuhan ajarkan. Ajak sahabat Sobat Kids untuk berdoa jika ia sedang sedih. Dengan demikian kalian menjadi sahabat yang baik. Tentunya kalian juga menjadi berkat di tengah-tengah teman kalian.

Kalian mau menjadi sahabat yang baik, kan, Sobat Kids?

Card image
Truth Junior 29 April 2023 - RAHASIA
2023-04-29 09:48:45


Amsal 25:9
“Belalah perkaramu terhadap sesamamu itu, tetapi jangan buka rahasia orang lain.”

Kemarin kita sudah belajar untuk meminta seorang sahabat dari Tuhan. Hari ini giliran kita yang belajar untuk menjadi seorang sahabat. Apakah Sobat Junior masih ingat arti dari "seorang pendengar yang baik"? Betul, salah satu arti dari "seorang pendengar yang baik" adalah dapat menjaga rahasia. Ketika seorang sahabat sedang menceritakan kisahnya kepada kalian, dengarkanlah dengan sikap yang baik. Berusahalah untuk tidak memotong pembicaraan mereka. Biarkanlah sahabat kalian mengeluarkan perasaan yang sedang ia alami. Terkadang mereka hanya butuh orang yang mau mendengarkan dengan baik. Kalian sebagai sahabat yang menjadi tempat curhat, jangan terpancing emosi dengan kisah sahabat tersebut. Kalian harus tetap tenang.

Semua rahasia yang disampaikan sahabat kepada kalian, harus dipegang baik-baik. Kalian tidak boleh menyebarkan atau menggosipkan apa yang telah disampaikan. Kecuali kisah yang disampaikan sahabat berhubungan dengan keselamatan nyawa (masalah hidup atau mati). Nah, khusus masalah yang satu tersebut, kalian dapat berdiskusi dengan orang tua. Dengan demikian kalian sudah menjadi penolong yang baik bagi sahabat kalian. Sikap kalian yang seperti ini akan menjadikan kalian sebagai terang di tengah-tengah pergaulan kalian.

Card image
Truth Youth 29 April 2023 (English Version) - TRUST ISSUE
2023-04-29 09:46:55


”Every man according as he purposeth in his heart, so let him give; not grudgingly, or of necessity: for God loveth a cheerful giver.” (2 Corinthians 9:7)

Who does not know the word "trust issue", this word is no longer foreign to our ears. It's not uncommon for us to hear the chatter of our friends who have just gotten close to someone, but it's not easy to open their hearts because they don't trust easily. Often being disappointed or betrayed by people we trust will shape us into suspicious individuals. And this suspicion sometimes affects many things in our life. We become individuals who find it difficult to hear the words of our parents or advice for fear of believing wrongly. Sometimes our relationship with God is destroyed because we don't believe in Him. Why can't we believe it? First, because something bad has happened in our life and we feel that God is not with us. Second, because we choose our own path. Believe more in yourself than God. If it turns out that the two things above describe who we are today, we must quickly change. Until when do we not believe in God, and until when do we trust our own plans more? We should realize that this life belongs to God, and we are very willing to give this heart to Him who has our breath. Don't let us be Christians but don't want to be owned by God. We must put our trust in God, and joyfully accompany His work. Moreover, there is nothing bad in God's plan. He always has good in mind and saves our souls. Believe me, only God knows what is best in our life.

WHAT TO DO:
1. Learn to believe that God has a good plan
2. Live to love God and willingly follow His plan

BIBLE MARATHONS:
▪︎ 1 Samuel 22-24

Card image
Truth Youth 29 April 2023 - TRUST ISSUE
2023-04-29 09:44:06


"Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita." (Mat 22:37-39)

Siapa yang tidak kenal kata “trust issue”, kata ini tidak lagi asing di telinga kita. Tidak jarang kita mendengar celotehan teman kita yang baru saja dekat dengan seseorang, namun tidak mudah membuka hati karena tidak mudah percaya. Sering dikecewakan atau dikhianati oleh orang yang kita percaya akan membentuk kita menjadi pribadi yang penuh curiga. Dan kecurigaan ini terkadang berdampak kepada banyak hal di dalam hidup kita. Kita menjadi pribadi yang sulit mendengar kata-kata orang tua kita ataupun nasihat karena takut salah percaya. Terkadang hubungan kita dengan Tuhan pun hancur karena kita tidak percaya dengan Dia. Kenapa kita bisa tidak percaya? Pertama, karena ada kejadian buruk yang terjadi dalam hidup kita dan kita merasa Tuhan tidak bersama dengan kita. Kedua, karena kita memilih jalan kita sendiri. Lebih percaya dengan diri sendiri, dibandingkan Tuhan. Kalau ternyata dua hal di atas menggambarkan siapa kita hari ini, kita harus cepat berubah. Sampai kapan kita tidak percaya Tuhan, dan sampai kapan kita lebih percaya kepada rencana kita sendiri? Seharusnya kita menyadari bahwa hidup ini milik Tuhan, dan dengan sangat rela kita memberikan hati ini kepada Dia yang empunya napas kita. Jangan sampai kita Kristen namun tidak mau dimiliki oleh Tuhan. Kita harus menaruh kepercayaan kita kepada Tuhan, dan dengan sukacita mengiring pekerjaan-Nya. Apalagi, tidak ada yang buruk di dalam rencana Tuhan. Dalam benak-Nya selalu hal yang baik dan menyelamatkan jiwa kita. Percayalah, kalau hanya Tuhan yang tahu apa yang terbaik di dalam hidup kita.

WHAT TO DO:
1. Belajar percaya kalau Tuhan punya rencana yang baik
2. Menghayati untuk mengasihi Tuhan dan mengikuti rencana-Nya dengan rela

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 22-24

Card image
Renungan Pagi - 29 April 2023
2023-04-29 09:55:18


Iman dan pengharapan kita kepada Tuhan perlu dilatih, agar dapat terus bertumbuh ke arah pengenalan akan Tuhan lebih dalam lagi, sehingga kita benar-benar menjadi taat dan saleh di dalam Tuhan.

Dan tentu saja latihan iman dan pengharapan itu akan membuat kita diperhadapkan pada keinginan-keinginan berbuat dosa, tapi kita memilih taat kepada Tuhan, tidak mau bermain-main dengan dosa. Perjuangan mematikan keinginan daging itulah pelatihan.

Selain itu, jika kita tetap berpegang teguh pada iman dan pengharapan kepada Tuhan dalam mengalahkan keinginan dosa, maka hal itu merupakan kesempatan untuk mengalami penggenapan janji-janji Tuhan dalam hidup kita. Karena itu latihlah iman dan pengharapan dengan tetap teguh berpegang pada janji firman Tuhan, "Yang hatinya teguh Kau-jagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mu-lah ia percaya."

Dan tanamkan juga dalam hati, bahwa setiap janji Tuhan yang disimpan dalam hati adalah supaya kita jangan berdosa di hadapan Tuhan, "Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau." Mari jadilah orang Kristen yang terlatih kuat dalam mengalahkan dosa, dan menyimpan janji Tuhan dalam hati kita setiap waktu.
(Yesaya 26:3 ; Mazmur 119:11)

Card image
Qoute Of The Day - 29 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-29 09:38:00


Untuk dapat bertekun, seseorang harus berusaha untuk bertahan terus menerus dalam menghadapi tekanan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 29 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-29 09:36:57


Walaupun daging dan jiwa kita masih ada kesenangan, kita harus perangi terus, karena tidak mudah menundukkannya dan berkemas-kemas pulang ke surga.

Card image
BELIEVING IN GOD'S PRESENCE - 29 April 2023 (English Version)
2023-04-29 09:35:14


There may be a question in our hearts: “Why does it seem God doesn’t exist?” Many people remain religious, believe in God, and even carry out religious activities because they feel indebted. They are beholden to parents who passed down religion, accountable to the state, which provided the foundation of the state of the One and Only God. Furthermore, a sense of indebtedness to the community because the surrounding community is religious. If they don’t join or carry out religious activities, they are considered an infidel or an atheist. However, they still do not believe God exists. Such an atmosphere of life firmly gripped society. Maybe we are also among people who are like this.

In an environment of Christians who have testimonies about miracles, people feel they have to believe in God because they feel indebted to society, proving God’s existence. However, certain people think that God does not exist. They did not experience the presence of God but still believed in Him and had religion not because they believed but owed it or other factors. 

God is a spirit, not visible like the wind, but its movement can be seen, or the impact of His actions can be seen. So, don’t expect us to see God with physical eyes. He could have revealed Himself in various forms, as experienced by the Old Testament people. However, that does not mean God has a form and can be seen. Trusting Him means having to believe even if we don’t see. This will make us have solid faith, so we don’t expect outward signs of His presence. We don’t depend on sight or feeling. People consider God present if they get goosebumps when praying or if the hairs on their necks stand straight up. However, we believe in God, though we do not see Him.

“Blessed are those who believe, though they do not see.” If God reveals Himself in various revelations so that a person believes, it could mean they need God’s physical presence to build their belief. Like the Israelites on Mount Sinai, God revealed Himself in thunder and lightning. They trembled because as enslaved people who, for hundreds of years, did not know God Yahweh, the God of Abraham, Isaac, and Jacob, the God of their ancestors. Thus, God reveals Himself in revelation.

We don’t need that. We shouldn’t expect outward signs to believe. We believe God is alive, real, and present. Why does it seem as if God doesn’t exist? First, because God is spirit. Second, He wants to train us to believe in Him. Third, because God is the Highest, Most Holy, and Merciful but not cheap. He is Great, Glorious, Most Holy, enthroned in the Highest, in the unapproachable light, but omnipresent. God wants us to trust Him without outward signs or real presence.

Many beliefs have visible gods. Our Father is not God, who can be represented, described, and realized in statues or objects. No object can represent the existence of the Greatest and the Most Glorious. Don’t lack faith because God is invisible, as if He didn’t exist. He is worthy of belief; even though there are no outward signs in the physical form, nothing in the state can be seen with the physical eyes. We are trained to trust this Only true God by believing.

We must honour God without His outward signs. He is worthy of being worshiped, praised, and glorified. We believe in God, who is extraordinary, powerful, and invisible but is present. He is the living and real God. We thank God, who lives with us. With God’s existence like this, if someone honours Him properly, they don’t demand Him to show His outward signs.

In many of the problems we face, we see God as not present or does not exist. We have prayed, but He does not handle the situation, which keeps dragging on. Here we must learn to trust God. Don’t let suspicion arise or doubt as if God doesn’t exist. The Devil whispers through our old self within us, “I don’t think God exists.” Many people stop hoping or waiting for God’s help, then take action alone because God is seen or considered to not care about them. When we are in trouble and pray, God doesn’t answer; it doesn’t mean no, but not yet. He will reply in His exact time.

Don’t stop praying and talking about our problems to God to ask for guidance on what to do. Don’t decide anything before we hear Him whisper what to do. If it is not yet God’s time to act, we must patiently wait on Him. There we are tested by God, how much we dare to believe in His person. God is faithful and never leaves us. Let’s learn to trust God in a pinch. If now we are allowed by God to be in a difficult struggle or problem, let’s learn to trust Him. He will help us in His time, and we finally know we cannot live without God.  

ONE WHO HONOURS GOD PROPERLY DOES NOT DEMAND HIM TO SHOW HIS OUTWARD SIGNS.

Card image
MEMERCAYAI KEHADIRAN TUHAN - 29 April 2023
2023-04-29 09:33:03


Dalam hati kita, mungkin ada pertanyaan: “Mengapa Tuhan seolah-olah tidak ada?” Banyak orang tetap beragama; mengaku percaya kepada Tuhan bahkan melakukan kegiatan agama, karena merasa berutang. Berutang kepada orangtua yang mewariskan agama, berutang kepada negara yang memberikan dasar negara Ketuhanan Yang Maha Esa. Tetapi sebenarnya tidak sungguh-sungguh memercayai bahwa Allah itu ada. Selanjutnya, rasa berutang kepada masyarakat, karena masyarakat sekitarnya beragama. Kalau tidak ikut beragama atau melakukan kegiatan keagamaan, dianggap kafir atau ateis. Atmosfer kehidupan seperti ini kuat mencengkeram masyarakat. Mungkin kita sendiri juga termasuk orang yang berkeadaan seperti ini.

Di lingkungan orang-orang Kristen yang memiliki kesaksian tentang mukjizat, orang merasa harus ber-Tuhan karena merasa berutang kepada masyarakat yang membuktikan adanya Tuhan dengan mukjizat. Tetapi, ada orang tertentu yang merasa Tuhan seakan-akan tidak ada. Dia tidak mengalami keberadaan Tuhan, tetapi tetap ber-Tuhan dan beragama, karena merasa berutang tadi atau faktor lain. Bukan karena sungguh-sungguh percaya.

Tuhan itu roh. Allah itu roh; tidak kelihatan seperti angin, tetapi geraknya bisa kelihatan; atau dampak dari tindakannya bisa kelihatan. Jadi, jangan berharap kita melihat Tuhan dengan mata jasmani. Bisa saja Tuhan menyatakan Diri dalam berbagai bentuk, seperti yang dialami umat Perjanjian Lama. Tetapi, bukan berarti Tuhan itu berbentuk dan dapat dilihat. Memercayai Dia berarti harus percaya walau tidak melihat. Ini akan membuat kita memiliki iman yang kokoh, sehingga tidak mengharapkan tanda-tanda lahiriah kehadiran-Nya. Kita tidak menggantungkan percaya kita pada penglihatan atau perasaan. Kalau merinding-merinding waktu berdoa, bulu kuduk kita berdiri, dianggap Tuhan hadir. Kita percaya Tuhan, walau tidak melihat.

“Berbahagialah orang yang percaya walau tidak melihat.” Kalau Tuhan menyatakan diri dalam berbagai penyataan supaya orang itu percaya, bisa saja, berarti dia membutuhkan kehadiran Tuhan secara fisik untuk membangun percayanya. Seperti bangsa Israel di Gunung Sinai, Allah menyatakan di dalam guruh, halilintar. Mereka gemetar, karena sebagai budak yang ratusan tahun tidak mengenal Elohim Yahweh, Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, Allah nenek moyang mereka. Maka, Allah menyatakan Diri dalam penyataan.

Kita tidak perlu demikian. Jangan berharap tanda-tanda lahiriah, baru kita percaya. Kita percaya Allah hidup, nyata, dan hadir. Mengapa Allah seakan-akan tidak ada? Pertama, karena Allah itu roh. Yang kedua, karena Allah mau melatih kita untuk percaya kepada-Nya. Yang ketiga, karena Allah Maha Tinggi, Maha Suci, Allah Maha Murah, tetapi tidak murahan. Karena Allah Agung, Mulia, Maha Suci, bertakhta di tempat Maha Tinggi, di terang yang tak terhampiri, tetapi Maha Hadir. Allah menghendaki kita untuk memercayai Dia tanpa tanda-tanda lahiriah, tanpa kehadiran-Nya secara nyata.

Banyak kepercayaan yang memiliki ilah, allah, atau dewa yang kelihatan. Bapa kita bukan Allah yang dapat diwakili, digambarkan, diwujudkan dalam bentuk patung atau benda. Tidak ada benda yang bisa mewakili keberadaan-Nya yang Maha Besar, Maha Mulia, Maha Agung. Jangan kurang percaya karena Tuhan tidak kelihatan, seakan-akan Dia tidak ada. Kita dilatih untuk memercayai satu-satunya Allah yang benar ini dengan percaya. Dia layak dipercayai, walau tidak ada tanda-tanda lahiriah dalam bentuk fisik, tidak ada dalam wujud yang bisa dilihat dengan mata jasmani.

Kita harus menghormati Allah tanpa tanda-tanda lahiriah-Nya. Dia layak untuk disembah, dipuji, dimuliakan. Dia Allah yang hidup dan nyata. Kita percaya Tuhan yang luar biasa, dahsyat, tidak kelihatan, tetapi Tuhan yang hadir. Kita bersyukur Tuhan yang hidup menyertai kita. Dengan keberadaan Allah seperti ini, kalau seseorang menghormati Dia dengan benar, maka orang itu tidak menuntut Tuhan menunjukkan tanda-tanda lahiriah-Nya.

Dalam banyak persoalan yang kita hadapi, kita melihat seakan-akan Tuhan tidak hadir atau tidak ada. Kita sudah berdoa, tetapi masalah seakan-akan tidak ditanggulangi oleh Tuhan. Terus saja berlarut-larut. Di sini kita harus belajar memercayai Tuhan. Jangan sampai timbul kecurigaan, keraguan seakan-akan Tuhan tidak ada. Lalu Iblis berbisik melalui manusia lama di dalam diri kita, “Jangan-jangan Allah tidak ada.” Maka, banyak orang berhenti berharap, berhenti menantikan pertolongan Tuhan, lalu mengambil tindakan sendiri karena Tuhan dipandang atau dianggap tidak memedulikan dirinya. Ketika kita dalam persoalan, kita berdoa Tuhan tidak jawab, itu bukan tidak; belum. Tidak jawab saat itu; akan menjawab pada waktu yang tepat.

Jangan berhenti berdoa. Jangan berhenti mempercakapkan masalah kita kepada Tuhan untuk minta petunjuk apa yang harus kita lakukan. Jangan ambil keputusan sebelum kita mendengar bisikan Tuhan apa yang harus dilakukan. Kalau belum waktunya Tuhan bertindak, kita harus sabar menantikan Tuhan. Di situ sebenarnya kita diuji Tuhan, seberapa kita berani memercayai Pribadi-Nya. Tuhan setia. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Mari kita belajar memercayai Tuhan dalam keadaan terjepit. Kalau sekarang kita diizinkan Tuhan ada di dalam pergumulan atau persoalan berat, ayo kita belajar percaya Dia. Dia akan menolong kita pada waktunya. Dan kita akhirnya tahu bahwa kita tidak bisa hidup tanpa Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SESEORANG YANG MENGHORMATI TUHAN DENGAN BENAR, TIDAK MENUNTUT TUHAN MENUNJUKKAN TANDA-TANDA LAHIRIAH-NYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 29 April 2023
2023-04-29 09:31:22

Mazmur 102-104

Card image
Truth Kids 28 April 2023 - PENDENGAR YANG BAIK
2023-04-28 09:46:59


Amsal 17:17
“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.”

Setelah kita belajar tentang sahabat di bulan sebelumnya, bagaimana persahabatan Sobat Kids? Apakah kalian sudah memilih orang-orang yang tepat untuk menjadi sahabat kalian? Kalian masih ingat, kan, ciri-ciri sahabat yang baik, menurut kebenaran firman Tuhan?

Salah satu ciri sahabat yang baik adalah orang yang mau menjadi pendengar yang baik bagi kita. Orang yang dapat kita percayai untuk mendengar perasaan kita. Dan tentunya sahabat tersebut akan mengingatkan kita untuk memiliki perasaan sesuai dengan kehendak Tuhan.

Yuk, kita berdoa supaya Tuhan memberikan kepada kita seorang sahabat yang dari Tuhan sendiri. Sahabat yang menjadi pendengar yang baik dan mau berbagi dalam berbagai perasaan yang kita alami.

Card image
Truth Junior 28 April 2023 - SAHABAT
2023-04-28 09:45:11


Amsal 17:17
“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.”

Pertemanan dengan seseorang dapat dijalin dengan berbagai cara. Mulai teman di sekolah, gereja, tetangga lingkungan rumah, atau bahkan teman di media sosial atau online. Kita dapat berteman dengan berbagai macam orang dari berbagai negara, berbagai jenis suku, dan berbagai macam agama. Seperti yang sudah kita pernah pelajari sebelumnya, kita boleh saja berteman dengan semua orang, tanpa memandang SARA (Suku, Agama, Ras, Antargolongan).

Dari beberapa teman yang kalian miliki, mungkin hanya beberapa di antara mereka yang dapat menjadi sahabat kalian. Atau apakah ada di antara kalian yang merasa tidak memiliki sahabat sama sekali? Jangan sedih, Sobat Junior. Kalian dapat berdoa supaya Tuhan memberikan sahabat yang dari Tuhan sendiri. Sahabat yang menjadi pendengar yang baik bagi kalian, sehingga kalian tidak perlu memendam perasaan kalian. Seperti apa sih, pendengar yang baik itu? Seorang pendengar yang baik artinya tidak membocorkan apa pun yang diceritakan kepadanya, alias bisa menjaga rahasia.

Tentu saja sahabat yang perlu kita pilih adalah orang yang bisa membawa kita lebih dekat kepada kebenaran Tuhan. Mungkin kalian tidak bisa menceritakan atau belum bisa menceritakan kepada orang tua. Jadi, kalian dapat bercerita kepada sahabat yang akan mendukung kalian untuk tetap berada di jalan Tuhan.

Card image
Truth Youth 28 April 2023 (English Version) - TRAVEL WITH NO REGRETS
2023-04-28 09:42:52


”There are many devices in a man's heart; Nevertheless the counsel of the LORD, that shall stand.” (Proverbs 19:21)

Each of us must have a destination that we really want to go to. After working hard, or finishing the pandemic yesterday, it seemed as if we had to visit all cities. Our goal of going to that place is to feel happiness, serenity, or rest in the tiredness of life. However, sometimes things happen beyond our expectations. Planes that were delayed and even canceled suddenly, it rained so we couldn't go where we wanted, or places that turned out to be not as beautiful as we thought.

After that we feel disappointed, annoyed, and ask why this had to happen. We start blaming other people, or circumstances. Likewise with our lives, sometimes we often plan something we want, and it turns out that the plan doesn't go according to plan. Or sometimes life is not on our side. We feel lost, hurt, and start asking God “Why did you bring me here, Lord? Do you not understand that this hurts me? “Have we ever thought that our life is God's journey, not our journey. No matter how difficult our condition is, if that is God's plan, there is nothing for us to regret. As the title above says travel with no regrets, there are no regrets as long as we go where God wants, which is His plan. Maybe now we are confused, are we currently in God's plan? Seek His plan by building intimacy with God, until there are no regrets wherever we are today. Spirit!

WHAT TO DO:
1. Realizing that our journey in life belongs to God
2. Seek God's plan by building intimacy

BIBLE MARATHONS:
▪︎ 1 Samuel 19-21

Card image
Truth Youth 28 April 2023 - TRAVEL WITH NO REGRETS
2023-04-28 09:50:09


"Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana." (Amsal 19:21)

Setiap kita pasti memiliki destinasi yang ingin sekali kita tuju. Setelah bekerja keras, ataupun selesai pandemi kemarin seakan-akan semua kota harus kita kunjungi. Tujuan kita pergi ke tempat tersebut adalah untuk merasakan kebahagiaan, ketenangan, ataupun istirahat dalam penatnya hidup. Namun, terkadang ada hal-hal terjadi di luar ekspektasi kita. Pesawat yang delay bahkan cancel mendadak, hujan sampai kita tidak bisa pergi ke tempat yang kita inginkan, ataupun tempat yang ternyata tidak seindah yang kita kira.

Setelah itu kita merasa kecewa, kesal, dan bertanya kenapa ini harus terjadi. Kita mulai menyalahkan orang lain, ataupun keadaan. Begitu juga dengan hidup kita, terkadang kita sering sekali merencanakan sesuatu yang kita inginkan, dan ternyata rencana tersebut tidak berjalan sesuai rencana. Atau terkadang hidup tidak berpihak pada kita. Kita merasa kehilangan, terluka, dan mulai bertanya kepada Tuhan “Kenapa Engkau membawaku ke sini, Tuhan? Apakah Engkau tidak mengerti bahwa ini melukaiku? “Pernahkah kita berpikir, bahwa hidup kita ini adalah perjalanan Tuhan, bukan perjalanan kita. Sesulit apa pun kondisi kita, kalau itu rencana Tuhan tidak ada satu pun yang harus kita sesali. Seperti judul di atas yang mengatakan travel with no regrets, tidak ada penyesalan selama kita pergi ke tempat yang Tuhan inginkan, yaitu rencana-Nya. Mungkin sekarang kita bingung, apakah saat ini kita ada dalam rencana Tuhan? Carilah rencana-Nya dengan membangun keintiman dengan Tuhan, sampai tidak ada penyesalan lagi di mana pun tempat kita hari ini. Semangat!

WHAT TO DO:
1. Menyadari bahwa perjalanan hidup kita adalah milik Tuhan
2. Mencari rencana Tuhan dengan membangun keintiman

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 19-21

Card image
Renungan Pagi - 28 April 2023
2023-04-28 09:35:22


Orang-orang yang kelihatannya melayani pekerjaan Tuhan, belum tentu melayani Tuhan, bisa saja hanya aktif dalam kegiatan-kegiatan rohani. Tetapi orang yang melayani Tuhan secara pribadi, memiliki hubungan intim dengan Tuhan, pasti akan memiliki kerinduan untuk melayani pekerjaan Tuhan.

Jika sudah terbiasa melayani Tuhan secara pribadi, maka dasar pelayanan kita akan menjadi benar saat melakukan segala sesuatu, bukan hanya kegiatan rohani di gereja, tetapi dalam pekerjaan, keluarga dan lingkungan sekitar, yang kita lakukan adalah pelayanan pekerjaan Tuhan yang dasarnya adalah melayani pikiran dan perasaan Tuhan, membuat hati Tuhan disenangkan.

Jadi perlu memeriksa pribadi masing-masing, saat berkata bahwa melayani pekerjaan Tuhan, siapakah yang kita layani, Tuhan atau diri sendiri? Jika masih melayani diri sendiri, maka pasti akan menuntut pekerjaan kita dihargai, mencari hormat dan pujian dari manusia dan berharap mendapatkan jabatan yang dikenal semua orang.

Tetapi jika melayani pekerjaan Tuhan, maka segala sesuatu yang kita lakukan, kita melakukannya seperti untuk Tuhan, bukan untuk manusia. Jadi sekalipun tidak dihargai, bukan masalah.
(Kolose 3:23)

Card image
Quote Of The Day - 28 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-28 09:25:41


Jangan pulang ke Rumah Kekal sebelum tahu persis bahwa dirinya sudah melakukan dengan baik semua rencana Allah dalam hidupnya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 28 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-28 09:24:08


Tanda orang yang disertai Tuhan, dia tidak ada niat jahat, tetapi berkehendak dan bertekad untuk hidup suci, bertekad memindahkan hatinya di surga.

Card image
BELIEVE WITH BEHAVIOUR - 28 April 2023 (English Version)
2023-04-28 09:22:30


The invisible God, whose voice is often not audible or we cannot see visually, is the God whose presence can be proven and experienced through life events. In every occasion of life, God introduces and reveals Himself. So, there is not a single event without spiritual blessing, which is also eternal. We accept that God uses circumstances in our lives to educating us, and one of them is to introduce Himself as a living, natural, and omnipresent God. God also wants to reveal His will, namely how we can have the qualities and character that are truly good according to Him, which He wants us to have.

Believing that God exists is not easy. In our wicked world, meaning that they don’t care about God, don’t fear His law, and are influenced by an atmosphere of nihilism where humans feel they don’t need so-called gods because it can’t be proven scientifically—and it turns out that science is sufficient enough to answer human needs— God is seen as not existing or does not need to exist. Imagine if humans already see that God doesn’t exist or doesn’t need to exist. God’s Word says in Psalm 14:1, “The fool says in his heart, “There is no God.” They are corrupt, their deeds are vile; there is no one who does good.” The second verse says, “on all mankind see if there are any who understand, any who seek God.”  

This is a problem we have to solve, a task that we have to answer, namely to believe and experience that God is truly alive. Religious people indeed quickly say that they believe in God. However, do they have true beliefs? Believe from experience so that there is not the slightest bit of doubt. One’s belief in the existence of God cannot be separated from their behavior. God uses events or occurrences to introduce Himself. From that incident, He teaches us to have good character according to Him so that we have His traits because only in this way can we fulfill what the Lord Jesus said in Matt.5:48, “You must be perfect like the Father.”

Only then can we fulfill what is said in Phil.2:5-7, “In your relationships with one another, have the same mindset as Christ Jesus.” We can live together with someone, but to share the same mind and feel the same way with that person is not easy, especially with the Lord Jesus, who does not physically walk with us. We do not know how the mindset of the Lord Jesus. However, the Father teaches His characteristics from the events and occurrences of life that God allows to happen in our lives. The Holy Spirit will surely help us to have the mindset of Christ.

So, the events of life become a tool for God to introduce Himself that He lives, is present, and exists, and at the same time, educates us on how to have the nature of God and have the same mind and feelings as the Lord Jesus. That is why God’s presence in life events for new Christians usually takes the form of blessings, miracles, and God’s help. When having a problem, God helps; when sick, healed; or facing a dead end, He gives support so that people are amazed. Those are the first steps. God introduces Himself through His help; life events where God shows His might. Just as the Israelites knew the God their forefathers, Abraham, Isaac, and Jacob, worshiped.

Those events make us see God and find the living God. Only then can we find education, God’s teaching, through life events to absorb His attributes. Our character is formed to be good according to God, which is to be perfect like the Father and similar to Jesus. So, knowledge of God, the belief that He exists from experience, cannot be separated from behavior. But we must be honest with ourselves that it is not easy.

If someone truly believes that God exists, they are not afraid or worried about anything, especially if God’s work was born out of His plan and He commands it. We shouldn’t be scared to face any difficulties but fearful of God. Fear of God produces behavior and actions that always want to be matched with His will or compared with His mindset. Let’s start to see how God trains us to believe in His presence, that He is alive and real.

  SOMEONE'S BELIEF IN THE EXISTENCE OF GOD CANNOT BE SEPARATED FROM THEIR BEHAVIOUR.

Card image
PERCAYA DENGAN PERILAKU - 28 April 2023
2023-04-28 09:14:14


Allah yang tidak kelihatan, yang suara-Nya sering tidak terdengar secara audible atau tidak dapat kita lihat secara visible, Allah yang dapat dibuktikan kehadiran-Nya dan dialami melalui peristiwa-peristiwa kehidupan. Dalam setiap peristiwa kehidupan, Tuhan memperkenalkan dan menyatakan diri-Nya. Jadi, tidak ada satu kejadian pun yang di dalamnya tidak ada berkat rohani, yang juga adalah berkat kekal. Kita menerima, kita percaya bahwa Tuhan memakai peristiwa, memakai kejadian-kejadian dalam hidup kita untuk mendidik kita. Dan salah satunya adalah memperkenalkan diri-Nya bahwa Ia adalah Allah yang hidup, nyata, dan Mahahadir. Tetapi Allah juga mau menyatakan kehendak-Nya, yaitu bagaimana kita bisa memiliki sifat dan karakter yang benar-benar baik menurut Tuhan, yang Allah ingini atau kehendaki untuk kita miliki.

Memercayai Allah itu ada, sebenarnya tidak mudah. Di dunia kita yang bersifat fasik; artinya tidak peduli Tuhan, tidak takut hukum-Nya, dan pengaruh suasana nihilisme di mana manusia merasa tidak membutuhkan yang disebut dewa, ilah, atau allah sebab tidak bisa dibuktikan ala sains—dan ternyata ilmu pengetahuan sudah cukup bisa menjawab kebutuhan manusia—Allah dipandang tidak ada atau tidak perlu ada. Bayangkan kalau manusia sudah memandang bahwa Allah itu tidak ada atau tidak perlu ada. Firman Tuhan mengatakan di Mazmur 14:1, “Orang bebal berkata dalam hatinya: tidak ada Allah. Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik. Tuhan memandang ke bawah dari surga,” ayat yang ke-2, “kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah.”

Ini menjadi persoalan yang harus benar-benar kita selesaikan, tugas yang harus benar-benar kita jawab, yaitu untuk memercayai dan mengalami bahwa Allah itu benar-benar hidup. Tentu orang-orang beragama mudah mengatakan bahwa dia percaya Tuhan. Tetapi, apakah dia memiliki percaya yang benar? Percaya dari pengalaman riil, dari pengalaman nyata, sehingga tidak ada sedikit pun keraguan. Percaya seseorang terhadap keberadaan Allah, tidak bisa dipisahkan dari perilakunya. Tuhan memakai peristiwa atau kejadian untuk memperkenalkan diri-Nya. Dari peristiwa itu, Tuhan mengajar kita untuk memiliki karakter yang baik sesuai standar Tuhan, agar kita memiliki sifat-sifat Tuhan. Sebab hanya dengan cara demikian, kita bisa memenuhi yang dikatakan oleh Tuhan Yesus di Matius 5:48, “Kamu harus sempurna seperti Bapa.”

Hanya dengan demikian kita bisa memenuhi yang dikatakan dalam Filipi 2:5-7, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” Kita bisa bersama-sama hidup dengan seseorang. Tetapi untuk bisa sepikiran, seperasaan dengan orang itu, tidak mudah. Apalagi dengan Tuhan Yesus yang tidak secara fisik berjalan bersama kita. Kita tidak tahu bagaimana pikiran, perasaan Tuhan Yesus. Tetapi, dari kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa hidup yang Allah izinkan terjadi dalam hidup kita, di situ Bapa mengajarkan sifat-sifat-Nya. Roh Kudus pasti akan menolong kita untuk memiliki pikiran, perasaan Kristus.

Jadi, peristiwa-peristiwa kehidupan menjadi alat Tuhan memperkenalkan diri-Nya bahwa Dia hidup, Dia hadir, Dia ada, tetapi juga sekaligus mendidik bagaimana memiliki sifat Allah, bagaimana sepikiran, seperasaan dengan Tuhan Yesus. Itulah sebabnya kehadiran Tuhan dalam peristiwa-peristiwa hidup bagi orang Kristen baru biasanya berupa berkat, mukjizat, pertolongan Tuhan. Waktu punya masalah, Tuhan tolong; waktu sakit, Tuhan sembuhkan; menghadapi jalan buntu, Tuhan beri pertolongan, sehingga orang kagum. Itu langkah-langkah awal. Allah memperkenalkan Diri melalui pertolongan-pertolongan-Nya; peristiwa-peristiwa hidup di mana Tuhan menunjukkan keperkasaan-Nya. Sama seperti bangsa Israel mengenal Allah yang disembah nenek moyang mereka, Abraham, Ishak, dan Yakub.

Peristiwa-peristiwa itu membuat kita melihat Allah, menemukan Allah yang hidup. Baru setelah itu, kita dapat menemukan pendidikan, pengajaran Tuhan melalui peristiwa-peristiwa hidup agar kita bisa menyerap sifat-sifat Allah. Karakter kita dibentuk menjadi baik menurut Tuhan, yaitu menjadi sempurna seperti Bapa dan serupa dengan Yesus. Jadi, pengenalan akan Allah; keyakinan bahwa Allah itu ada dari pengalaman, tidak bisa dipisahkan dari perilaku. Tetapi kita harus jujur melihat diri kita masing-masing, bahwa hal itu memang tidak mudah.

Kalau seseorang sungguh-sungguh yakin bahwa Allah ada, dia tidak takut atau khawatir menghadapi apa pun, apalagi jika memang itu pekerjaan Tuhan yang lahir dari rencana Allah dan diperintahkan. Tidak takut menghadapi kesulitan apa pun, tetapi takut akan Allah. Takut akan Allah yang membuahkan perilaku dan perbuatan yang selalu mau dicocokkan dengan kehendak Allah, atau selalu mau dicocokkan dengan pikiran, perasaan Allah. Ayo, kita mulai melihat bagaimana Tuhan melatih kita memercayai kehadiran-Nya, bahwa Dia hidup, Dia nyata.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PERCAYA SESEORANG TERHADAP KEBERADAAN ALLAH, TIDAK BISA DIPISAHKAN DARI PERILAKUNYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 April 2023
2023-04-28 09:11:41

1 Tawarikh 7-10

Card image
Truth Kids 27 April 2023 - PERASAAN DAPAT MENULAR
2023-04-27 10:00:33


Ulangan 31:13a
“dan supaya anak-anak mereka, yang tidak mengetahui, dapat mendengarnya dan belajar takut akan TUHAN, Allahmu”

Sobat Kids, tahukah kalian kalau emosi atau perasaan itu dapat menular? Perasaan bisa menular jika kita ekspresikan (tunjukkan) melalui perkataan dan tindakan kita. Jika kita merasa bahagia dan melakukan aktivitas dengan ceria pasti orang orang di sekitar kita juga ikut merasa senang. Paling tidak mereka ikut tersenyum. Tapi sebaliknya jika kita marah atau sedih dan melakukan aktivitas dengan menggerutu atau cemberut apalagi marah-marah, mungkin orang di sekitar kita juga ikut merasa kesal.

Bayangkan jika kita terus-menerus menularkan perasaan negatif selama bertahun-tahun kepada orang-orang di sekitar kita. Bukankah itu kondisi lingkungan yang tidak menyenangkan? Semua jadi tidak bersyukur dan marah-marah.

Nah, jika kita ingin tinggal di lingkungan yang damai dan menyenangkan, tentu kita juga harus mulai menularkan emosi atau perasaan yang baik pada lingkungan kita. Sejak kecil kalian dapat belajar mengetahui perasaan kalian. Hingga kalian besar nanti, kalian sudah lebih mampu untuk menguasai perasaan-perasaan kalian dan tentunya, memilih untuk menularkan perasaan yang positif. Menjadikan lingkungan kalian ikut tertular perasaan yang menyenangkan.

Card image
Truth Youth 27 April 2023 (English Version) - TILL WE MEET AGAIN, LORD
2023-04-27 10:13:37


”Rejoice evermore.” (1 Thessalonians 5:16)

In the last three reflections, we have studied how the Bible, as the revelation of the Holy Spirit, provides various understandings that open our horizons of thinking and add to the treasures of our thinking for the growth of Christian faith. We gain the understanding that God never leaves us alone (Imanuel), He always strengthens us in all the things we face, that nothing is beyond our strength, that we are fully loved and known by God, and that our trust in Him It will break down the wall of anxiety.

We know that God who is with us or Immanuel loves us very much. He never leaves us alone and He always cares for us like the apple of His own eye. He also knows us completely. Contemplation or contemplation on this matter should make us reflect and see how humiliated we are before God, the Most Glorious and Most Holy.

We have been following Him for so long, but we still like to doubt, even suspect Him, especially when we are in trouble and facing pressure and suffering.

In the letter 1 Thessalonians 5:16, the Apostle Paul wrote two words that are very simple, but very powerful and empowering for everyone who believes in God, namely, "Rejoice always." You can imagine how extraordinary Christ was who was able to turn a persecutor of the church into a faithful servant of His and always yearned for his Master, for which he was treated like a criminal. He was imprisoned and tortured, but none of these persecutions could rob him of the joy of Christ. To the end, he could say, "To live is Christ and to die is gain." (Phil. 1:21)

As the Apostle Paul always lived his Christianity while enduring long suffering, so should we live our Christianity. Always pray and believe that God works in all things to bring good to those who love Him. Remain faithful, patient, and rejoice in suffering while we are living in this world. Until in the end, when the angels are about to pick us up, we can say, "There is nothing I miss more than meeting You, Lord." Amen.

WHAT TO DO:
1. Don't doubt or suspect God
2. Do not grumble
3. Always remember Romans 8:28

BIBLE MARATHONS:
▪︎ 1 Samuel 17-18

Card image
Truth Youth 27 April 2023 - TILL WE MEET AGAIN, LORD
2023-04-27 09:34:53


“Bersukacitalah senantiasa.” (1 Tes. 5:16)

Dalam tiga renungan terakhir, kita sudah mempelajari bagaimana Alkitab sebagai wahyu Roh Kudus memberikan berbagai pengertian yang membuka cakrawala berpikir dan menambah khazanah berpikir kita bagi pertumbuhan iman Kristen. Kita memperoleh pengertian bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sendirian (Imanuel), Ia senantiasa menguatkan kita dalam segala perkara yang kita hadapi, bahwa tidak ada sesuatu pun yang melampaui kekuatan kita, bahwa kita sepenuhnya dikasihi dan dikenali oleh Tuhan, dan bahwa kepercayaan kita kepada-Nya akan meruntuhkan tembok kegelisahan.

Kita tahu bahwa Allah yang beserta kita atau Imanuel sangat mengasihi kita. Ia tidak pernah meninggalkan kita sendirian dan Ia senantiasa memelihara kita bagai biji mata-Nya sendiri. Ia pun mengenali kita sepenuhnya. Kontemplasi atau perenungan akan hal ini mestinya membuat kita berkaca dan melihat akan betapa hinanya diri kita di hadapan Allah yang Maha Mulia dan Maha Kudus.

Sudah sekian lama kita mengikut Dia, tetapi masih saja kita suka meragukan, bahkan mencurigai Dia, terutama ketika kita berada dalam kesesakan dan menghadapi tekanan, serta penderitaan.

Dalam surat 1 Tesalonika 5:16, Rasul Paulus menuliskan dua patah kata yang sangat sederhana, tetapi sangat berkuasa dan menguatkan tiap orang yang percaya kepada Allah, yaitu, “Bersukacitalah senantiasa.” Bisa dibayangkan betapa luar biasanya Kristus yang sanggup mengubah seorang penganiaya gereja menjadi seorang hamba-Nya yang setia dan senantiasa merindukan Majikannya, yang oleh karenanya ia diperlakukan layaknya seorang penjahat. Ia dipenjara dan disiksa, tetapi tak satu pun dari aniaya tersebut mampu merampas sukacita Kristus daripadanya. Sampai pada akhirnya, ia dapat berkata, “Hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Flp. 1:21)

Sebagaimana Rasul Paulus senantiasa menjalani kekristenannya sambil menanggung penderitaan yang panjang, demikian juga mestinya kita menjalani kekristenan kita. Senantiasalah berdoa dan percayalah bahwa Allah bekerja dalam segala sesuatu mendatangkan kebaikan bagi orang-orang yang mengasihi Dia. Tetaplah setia, bersabar, dan bersukacita menanggung penderitaan selama kita menumpang di dunia ini. Sampai pada akhirnya, ketika malaikat hendak menjemput kita, kita dapat berkata, “Tidak ada yang kurindukan lagi selain berjumpa dengan-Mu, Tuhan.” Amin.

WHAT TO DO:
1. Jangan meragukan atau mencurigai Tuhan
2. Jangan bersungut-sungut
3. Ingatlah senantiasa Roma 8:28

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 17—18

Card image
Renungan Pagi - 27 April 2023
2023-04-27 10:12:51


Jangan biasakan mengucapkan hal-hal yang negatif, mengutuki orang, memaki-maki atau prasangka buruk pada setiap orang. Sebab semuanya itu adalah perkataan kotor yang sudah seharusnya dibuang dalam hidup kita sebagai manusia baru di dalam Kristus.

Harus mengganti perkataan kita dengan kata-kata yang membangun, menghibur dan mendatangkan berkat bagi orang lain. Waktu kita mengucapkan kata-kata kotor dan sembarangan, hati-hatilah, mungkin saja telah mendukakan Roh Kudus Allah yang telah dimeteraikan dalam hidup kita. Jadi ubahlah perkataan dengan perkataan yang membangun iman, sehingga orang yang mendengarnya beroleh kasih karunia.
(Efesus 4:29-32)

Card image
Quote OF The Day - 27 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-27 09:19:37


Ketika kita berbuah di hadapan Allah, kita tidak hanya disembuhkan untuk mengenali diri kita sebagai gambar Allah, tetapi kita juga akan memperoleh kesembuhan yang menjadikan kita sebagai buah yang dapat dirasakan oleh semua orang.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-27 09:06:06


Lawan semua masalah dengan kesucian hidup.

Card image
KEEP VOICING - 27 April 2023 (English Version)
2023-04-27 09:02:42


God is a living God, and He is not a figure in myth or fairy tales nor a fantasy character like Spiderman, Batman, or Superman. He is the living and real God. He created the heavens and the earth, sustains life, and is omnipresent. God’s footsteps and His actions are written in the Bible. The Bible is a book that contains the truth of God, so we shouldn’t doubt His existence at all. 

How do we turn God on in our lives? We have to struggle with this because no matter how big the problem we face, it doesn’t matter if God is with us. Whatever our needs indeed be fulfilled if God is with us. The problem is, do we have faith that gives birth to miracles? It is a joy and an honor if we can live (present) God in our lives.

Our wicked world; does not care about God and His law. Humans have “isolated” God; they get rid of and throw Him out of their lives and leave God’s presence. Thus, our world is entirely atheistic, not only in countries that categorically deny the existence of God but also that claim to believe in God, where religion is so dominant, it turns out that human behavior does not show that He exists. Belief can even be sold for various interests.

It is even sadder when religious leaders commit actions contrary to ethics. This kills the faith of many people. It’s no wonder that—in the Christian context—some people don’t want to go to church because they see the deeds of pastors, councils, or church activists that are hurtful and detrimental; they do not show the ethics of the life of a believer in God. This is an atheistic and wicked world. Every day, more and more people don’t believe God exists.

How terrible it is for children who have only drifted away from gadgets, entertainment, and various focuses that do not involve God. They are not engaged in learning the truth of knowing God. Many religious leaders in several places continue to voice how to live religiously. But in other areas, especially in big cities where secular (worldly) influences are so strong, people don’t care about God, so they become atheists. This is the world’s atmosphere that does not support believing that God exists and is real. We must continue to proclaim within ourselves that there is a living God, and He keeps His faithfulness and never leaves the works of His hands.

Keep voicing within us about the living and real God. Don’t stop proclaiming that Elohim of Abraham, Isaac, and Jacob, the only true God, who created the heavens and the earth, who sent down His prophets starting from Abraham, Isaac, and Jacob, and so on, including King David, Samuel, Elijah, Elisha, the seed of Abraham: the same God, the God who is present in our lives right now.

Therefore, to contemplate the existence of God more effectively, we must be around people who believe in Him. Don’t be friends with people who don’t believe in a living God. Don’t be friends with those who claim God exists, but their behaviour doesn’t show it. Don’t get swept away by the spectacles and entertainment of the world that make your heart even less sure or not even sure that God exists because the world’s entertainment sounds as if God doesn’t exist. This is very dangerous.

Bring ourselves to situations or circumstances that build confidence in the existence of God, both in association and fellowship at church. Don’t associate with people who don’t believe that God exists. Even though they are sure that God exists and they are religious in their mouths, their actions do not show that God exists. Unsurprisingly, they do not show fear of God in their efforts. We must hang out with people who believe God exists. As Psalm 1 advises, “Blessed is the one who does not walk in step with the wicked or stand in the way that sinners take or sit in the company of mockers.”

Hearing the Word and reading the Bible is daily food, no less absolute than physical food. In truth, it is more fundamental than bread and rice. Just as we consume food for physical life, we should consume Words for spiritual life. People who read the Bible every day or listen to God’s Words humbly and want to get the truth from it will have their faith grow and will not betray God. Like prayer, reading and listening to the Word must be absolutely necessary. Prayer is the breath of life that awakens the belief that God exists. Many supernatural things happen when we pray, which cannot be told to others. God will reveal Himself to those who genuinely seek Him.

  WE MUST KEEP VOICING WITHIN OURSELVES THAT THERE IS A LIVING GOD.

Card image
TERUS MENYUARAKAN - 27 April 2023
2023-04-28 09:47:51


Allah adalah Allah yang hidup; Dia bukan sosok dalam mitos atau dongeng, bukan tokoh fantasi seperti Spiderman, Batman, atau Superman. Dia Allah yang hidup dan nyata. Allah menciptakan langit dan bumi, yang memelihara kehidupan, dan Maha Hadir. Jejak Allah dan tindakan-tindakan-Nya ditulis di dalam Alkitab. Alkitab adalah kitab yang memuat kebenaran Allah, maka kita tidak boleh meragukan sama sekali keberadaan-Nya. Dia Allah yang hidup dan nyata.

Bagaimana cara menghidupkan Allah di dalam hidup kita? Ini yang harus kita gumuli. Sebesar apa pun persoalan yang kita hadapi, tidak menjadi masalah sama sekali, jika Allah beserta dengan kita. Apa pun kebutuhan kita, pasti terpenuhi jika Allah beserta kita. Masalahnya, apakah kita memiliki iman yang melahirkan mukjizat? Merupakan suatu kebahagiaan dan kehormatan, kalau kita bisa menghidupkan (menghadirkan) Allah dalam hidup kita.

Dunia kita yang fasik; tidak memedulikan Allah dan tidak memedulikan hukum Allah. Manusia telah “mengisolasi” Allah; menyingkirkan, membuang Allah dari hidupnya dan membuang diri dari hadirat Allah. Sehingga, dunia kita suasananya benar-benar ateis. Bukan hanya di negara-negara yang jelas-jelas menolak keberadaan Allah. Di negara-negara yang mengaku ber-Tuhan, yang agama begitu dominan, ternyata perilaku manusianya tidak menunjukkan bahwa Allah itu ada. Agama malah bisa dijual untuk banyak kepentingan.

Lebih menyedihkan kalau tokoh agama melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan etika. Ini membunuh iman banyak orang. Tidak heran kalau—dalam konteks Kristen—ada orang tidak mau ke gereja karena melihat perbuatan pendeta, majelis atau aktivis gereja yang menyakitkan, merugikan; tidak menunjukkan etika kehidupan seorang yang ber-Tuhan. Ini dunia yang ateis dan fasik. Makin hari, makin banyak orang yang sebenarnya tidak percaya Allah ada.

Betapa mengerikan anak-anak yang sejak kecil hanya hanyut dengan gadget, hiburan, dan berbagai fokus yang tidak melibatkan Tuhan. Artinya, mereka tidak terlibat untuk belajar kebenaran mengenal Allah. Di beberapa tempat, banyak tokoh agama yang terus menyuarakan bagaimana hidup beragama. Tetapi di tempat-tempat lain khususnya di kota-kota besar yang pengaruh sekuler (duniawi) begitu kuat, orang tidak peduli Tuhan sehingga menjadi ateis. Ini suasana dunia yang tidak mendukung untuk meyakini Allah ada dan nyata. Kita harus terus menyuarakan di dalam diri kita bahwa ada Allah yang hidup. Allah memelihara kesetiaan-Nya, dan tidak pernah meninggalkan perbuatan tangan-Nya.

Selalu suarakanlah di dalam diri kita mengenai Allah yang hidup dan nyata. Jangan berhenti menyuarakan bahwa Elohim Abraham, Ishak, dan, Yakub, satu-satunya Allah yang benar, yang menciptakan langit dan bumi, yang menurunkan nabi-nabi-Nya dimulai dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dan seterusnya, termasuk Raja Daud, Samuel, Elia, Elisa, keturunan Abraham. Allah yang sama, Allah yang hadir di dalam hidup kita sekarang ini, saat ini.

Oleh sebab itu, untuk bisa lebih efektif merenungkan keberadaan Allah, maka kita harus ada di lingkungan orang-orang yang percaya Tuhan. Jangan bersahabat dengan orang yang tidak percaya Allah hidup. Jangan bersahabat dengan mereka yang mengaku Tuhan ada, tetapi perilakunya tidak menunjukkan Tuhan itu ada. Jangan hanyut dengan tontonan, hiburan-hiburan dunia yang membuat hati makin kurang yakin atau bahkan tidak yakin Allah itu ada. Sebab hiburan dunia menyuarakan seakan-akan Allah itu tidak ada. Ini bahaya sekali.

Jangan bergaul dengan orang yang tidak percaya Allah itu ada. Walaupun di mulutnya mereka yakin Allah ada dan mereka beragama, tetapi dalam perbuatannya, tidak menunjukkan bahwa Allah itu ada. Tidak heran jika dalam perbuatannya tidak menunjukkan takut akan Allah. Kita harus bergaul di tengah-tengah orang yang meyakini Allah itu ada. Seperti nasihat Mazmur 1, “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh.” Bawalah diri pada situasi atau keadaan yang membangun keyakinan adanya Allah, baik dalam pergaulan maupun dalam persekutuan di gereja.

Mendengar firman, membaca Alkitab adalah makanan sehari-hari yang mutlak, tidak kalah mutlak dengan makanan secara fisik. Lebih mutlak sebenarnya daripada roti dan nasi. Sebagaimana kita mengonsumsi makanan untuk kehidupan fisik, kita juga mengonsumsi firman untuk kehidupan rohani. Orang yang tiap hari membaca Alkitab atau mendengarkan firman Tuhan dengan rendah hati dan mau mendapatkan kebenaran dari dalamnya, imannya akan bertumbuh dan ia pasti tidak akan berkhianat kepada Tuhan. Membaca firman, mendengarkan firman harus merupakan kebutuhan mutlak. Begitu juga dengan doa. Doa adalah nafas hidup yang membangkitkan keyakinan bahwa Allah itu ada. Banyak hal yang supranatural atau adikodrati yang terjadi saat kita berdoa, yang tidak bisa terucap kepada orang lain. Tuhan akan menyatakan diri kepada orang-orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS TERUS MENYUARAKAN DI DALAM DIRI KITA BAHWA ADA ALLAH YANG HIDUP.

Card image
Truth Kids 26 April 2023 - MENIRU
2023-04-27 10:11:30


Yohanes 14:26
“tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”

Sobat Kids, bulan lalu kita belajar kalau Tuhan memberikan kita keluarga dan sahabat. Sahabat sebagai teman dalam hidup kita. Namun, mungkin Sobat Kids pernah menemukan sahabat yang memiliki kebiasaan dan sikap yang kurang baik. Hal itu bisa terjadi karena kita semua manusia yang masih belajar menjadi pribadi yang lebih baik.

Jika kalian memiliki anggota keluarga atau teman yang terkadang sikapnya tidak baik, tidak usah ditiru, ya. Kita harus belajar membedakan mana sikap yang baik di mata Allah, dan yang tidak baik. Jika kita melihat sikap baik, kita patut mencontohnya.

Kalian dapat berdoa meminta Roh Kudus untuk mengajar dan membimbing kalian. Sehingga kalian dapat membedakan mana hal yang patut ditiru, dan mana yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Yuk, kita lakukan hal yang menyenangkan hati Tuhan saja!

Card image
Truth Junior 26 April 2023 - ORANGTUA JUGA MANUSIA
2023-04-27 10:12:04


Yohanes 14:26
“… tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”

Ayah Dodi adalah seorang yang berperangai kasar, serta sering marah-marah tanpa sebab. Dodi selalu ketakutan setiap kali melihat ayahnya mulai membanting pintu lalu berteriak-teriak di rumah. Ia memilih untuk masuk kamar dan mengunci pintu, karena ia tidak ingin melihat ayahnya seperti itu. Lain halnya dengan Dedi, sang adik yang masih kecil. Dedi masih bersekolah di Taman Kanak-Kanak, dan ia tidak merasa takut seperti Dodi apabila melihat ayahnya marah.

Setiap kali Dedi kesal, ia selalu merusak benda di sekitarnya. Apa pun ia lempar, ia buang, dan ia suka memukul-mukul siapa saja yang ada di dekatnya. Suatu hari, orang tua mereka dipanggil ke sekolah, karena Dedi telah menyakiti teman sekelasnya akibat kemarahan yang ia lampiaskan. Dodi pun menyadari bahwa Dedi telah meniru apa yang ayah mereka lakukan setiap kali ia marah.

Sobat Junior, apakah Sobat Junior melihat perbedaan Dedi dan Dodi? Dedi tidak menyadari bahwa ayahnya telah memberikan contoh yang salah karena ia masih terlalu kecil. Tapi Dodi, sudah lebih mengerti dan bisa menghindari agar tidak memiliki kebiasaan yang sama. Dodi sangat rajin beribadah, berdoa, dan senang membaca firman Tuhan sejak kecil. Oleh sebab itu, ia memiliki hikmat dan tidak meniru kesalahan orangtuanya.

Wah, betapa penting peran kegiatan rohani dan bimbingan Roh Kudus dalam hidup Sobat Junior, ya! Berdoalah dan minta hikmat kepada Tuhan agar Roh Kudus menuntun Sobat Junior. Kalian harus bisa membedakan mana yang patut ditiru dari orangtua kalian, dan mana yang tidak, ya!

Card image
Truth Youth 26 April 2023 (English Version) - ONLY IN THEE I BELIEVETH
2023-04-26 11:29:45


”Peace I leave with you, my peace I give unto you: not as the world giveth, give I unto you. Let not your heart be troubled, neither let it be afraid.” (John 14:27)

Overthinking. Sounds so familiar, right? Along with the Quarter-Life Crisis, overthinking has become a close, inseparable part of the lives of young people. Thinking about the future until you can't sleep, stress, even mood swings, studying while working until overtime, all done for the sake of security and stability in the future, even though history and facts on the ground show that the world has never offered a stable life. There is no certainty in this world, except change and certainty to die. The world is always in turmoil.

Kingdom after empire collapsed, glory passed, and the Covid-19 pandemic proved that stability and wealth are nonexistent. Ecclesiastes 1:9 says there is nothing new under the sun. What a sentence full of God's wisdom. In fact, everything that has happened throughout history is simply repetition in different forms. Humans work, work tirelessly, slam their bones to support their lives day after day without understanding what it means to be human.

Happy are the young people who observe, ponder, and understand this. We should not become overthinking, anxious, and afraid, let alone anxious about an uncertain and ever-changing future. As Christ said His peace is not the same as the world's peace, so should we view this mortal life. We must be aware of the maneuvers of dark powers and the spirits of the world who are deceiving many young people that position and wealth will ensure stability in life. This is the false peace of this world.

In fact, only in God can we put our full trust. Many young people make fun of, ridicule, or even despise this, but know, there will come a time when they will know that they are fully known and known by God; nothing is hidden from Him. Believe that our trust in Him will tear down the wall of anxiety within us. Amen.

WHAT TO DO:
1. Diligent study of God's Word
2. Diligently meditate
3. Live the day responsibly without overthinking

BIBLE MARATHONS:
▪︎ 1 Samuel 15-16

Card image
Truth Youth 26 April 2023 - ONLY IN THEE I BELIEVETH
2023-04-26 11:27:15


"Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. (Yoh. 14:27)

Overthinking. Terdengar akrab sekali, bukan? Bersamaan dengan Quarter-Life Crisis, overthinking sudah menjadi bagian yang erat, tak terpisahkan dari kehidupan orang-orang muda. Memikirkan masa depan sampai tidak bisa tidur, stres, bahkan mood swing, kuliah sambil kerja sampai lembur, semua dilakukan demi keamanan dan kemapanan di masa depan, padahal sejarah dan fakta lapangan memperlihatkan bahwa dunia tidak pernah menawarkan kestabilan hidup. Tidak ada satu pun kepastian di dalam dunia ini, kecuali perubahan dan kepastian untuk mati. Dunia selalu bergejolak.

Kerajaan demi kerajaan runtuh, kejayaan berlalu, dan pandemi COVID-19 membuktikan bahwa kestabilan dan kekayaan pun nihil. Pengkhotbah 1:9 mengatakan bahwa tidak ada sesuatu pun yang baru di bawah matahari. Sungguh suatu kalimat yang penuh dengan hikmat Allah. Sesungguhnya, segala sesuatu yang terjadi di sepanjang sejarah hanyalah pengulangan dalam bentuk yang berbeda. Manusia bekerja, berjerih lelah, banting tulang untuk menopang hidupnya hari demi hari tanpa mengerti apa makna menjadi manusia.

Berbahagialah orang-orang muda yang mengamati, merenungkan, dan memahami hal ini. Hendaknya kita tidak menjadi overthinking, cemas, dan takut, apalagi gelisah akan masa depan yang tidak menentu dan selalu berubah. Sebagaimana Kristus mengatakan damai sejahtera-Nya tidak sama seperti damai sejahtera dunia, demikian juga mestinya kita memandang hidup yang fana ini. Kita harus menyadari manuver kuasa gelap dan roh-roh dunia yang sedang menipu banyak orang muda bahwa kedudukan dan kekayaan akan menjamin kestabilan hidup. Inilah damai sejahtera palsu dari dunia ini.

Sesungguhnya, hanya kepada Tuhanlah kita dapat menaruh percaya kita sepenuhnya. Banyak orang muda mengolok-olok, mengejek, atau bahkan menghina hal ini, tetapi ketahuilah, akan datang masanya ketika mereka mengetahui bahwa diri mereka diketahui dan dikenali sepenuhnya oleh Tuhan; tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari hadapan-Nya. Percayalah bahwa kepercayaan kita kepada-Nya akan meruntuhkan tembok kegelisahan dalam diri kita. Amin.

WHAT TO DO:
1. Tekun mempelajari Firman Tuhan
2. Tekun bermeditasi
3. Jalani hari dengan penuh tanggung jawab tanpa overthinking

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 15-16

Card image
Renungan Pagi - 26 April 2023
2023-04-26 11:19:06


RENUNGAN PAGI :

"Dalam hidup ini, seringkali menghadapi keadaan yang terjadi tidak seperti yang kita harapkan, apakah itu ditengah keluarga, usaha, pekerjaan, pelayanan, pergaulan dan keseharian. Dan kadangkala hal itu membuat kesal, marah dan bersungut-sungut tidak puas.

Tetapi sebagai anak-anak Tuhan yang mau berubah, harus mengubah reaksi terhadap keadaan yang tidak selalu seperti yang diharapkan. Kita harus tetap bertekun, percaya dan setia kepada Tuhan dalam menghadapi semuanya itu, karena apa yang tidak sesuai dengan harapan, seringkali itulah yang terbaik buat kita, dalam pandangan Tuhan.

Bagian kita hanya bertekun, percaya dan setia, selebihnya Tuhan pasti akan selalu menyertai, sehingga semuanya dapat terlewati. Ingatlah ada jalan keluar yang Tuhan telah sediakan untuk setiap persoalan hidup kita". (1 Korintus 10:13).

Card image
Quote Of The Day - 26 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-26 11:16:59


Memilih berurusan dengan Allah artinya kesiapan diri untuk hidup setepat-tepatnya menurut Dia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 26 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-26 11:16:33


Kalau Alkitab mengatakan, “Asal ada makanan dan pakaian cukuplah”, di dalamnya termuat janji, kalau hanya makan dan minum bisa, kita tidak akan mati.

Card image
WHOLE, NOT PART - 26 April 2023 (English Version)
2023-04-26 11:11:15


Christianity is our whole life, not just a part. The point is not just to be a Christian but also to follow in the footsteps of Christ. Christian means “like Christ.” Unfortunately, many people make Christianity only a part of their life because they feel they are already Christians (having the Christian religion). They claim to be Christians not only at church, at work, in association, or with the family, but wherever they are, they claim to be Christians, so Christianity for them has become their life. This is the wrong way of thinking. Christianity becomes our whole life if we put on life as followers of Christ in all behaviour.

Making Christianity our whole life means that all our deeds are aligned with God’s will. What becomes our consideration is that if Jesus lived today, what would He do? We should always model the life of Jesus at any time and anywhere. We state sentences as a confession or philosophy that we believe in the Lord Jesus, serve Him, and so on, not only in the church but even outside the church, we put on His life.

Gal.2:19-20 says, “I no longer live, but Christ lives in me.” This kind of life is what we should struggle with and become the main or only problem. Why is it a problem? Because it’s not easy putting on the life of Jesus. We have lived our lives; some are already about ten years, and some are even more, so we get used to that rhythm. The way we speak, our attitude, and our habits of life. Many people, on Sundays or mid-week, go to church and come to prayer meetings. Still, beyond that, their behaviour may not necessarily be the behaviour of the Lord Jesus if Jesus lived today.

The Bible says, “But seek first his kingdom and his righteousness,” meaning to live as a faithful member of God’s Kingdom family. The model for members of God’s Kingdom family is Jesus. The Bible says, “In your relationships with one another, have the same mindset as Christ Jesus,” meaning that when we become human, we must think and feel like the Lord Jesus, and that is permanent, not just for a few minutes, a few hours, or a few days, but all the time of our lives, from second to second, minute to minute.

People can have dualism as Christians who attend church and as a child of the world in everyday life. Maybe someone has had the wrong rhythm of life for a dozen years or decades. Christianity only became a “part” of their life, not the “whole.” Christianity should be the whole of life so that we understand how to live life, putting on the mindset of Christ. What is impossible for humans is possible for God because the Holy Spirit will lead us to live by putting on God’s perspective.

Only those who walk with God in the leading of the Holy Spirit at all times are led on how to put on the life of Christ. Do not feel that if we are already in Bible college, we can immediately put on the life of Christ easily. Putting on the life of Christ must be from seconds to seconds, minutes to minutes. Every decision, choice, and action we make is according to the mindset of Christ. Though difficult and quite impossible, the Holy Spirit will guide those who genuinely want to learn to put on the life of Christ. Therefore, God’s Word says, “Make disciples of all nations so they will do everything I command you.”

Besides the rhythm of our life that has been wrong for years that must be overhauled, we also face many problems and not a few people whose focus is on life’s problems. The issues are often heavy and drown a person and become an obstacle, so they don’t focus on God. They are not focusing on God and how to learn to put on His person and Jesus’ mindset, but focusing on issues. Those situations should make us perfect. Don’t lose focus! We must see the eternal blessings behind life’s problems because it is through them God perfects us.

Another obstacle to putting on the life of Jesus is the seduction of the world, which reveals its beauty. Dark powers persuade us to enjoy the pleasures of this world and sin, and the fact is that the beauty of the world carries away many people. Becoming a Christian is a struggle, but the Holy Spirit must guide us. Therefore, we must make time to pray and hear the Word. Please don’t do what doesn’t make our faith grow. Don’t hang out with those who don’t fear God and keep us from growing in Him.

Christianity is our whole life, not just part. It means in living this life, we live it like Jesus, who once lived a life that put the Kingdom of God first. People who put God’s Kingdom first are qualified to enter heaven. Let’s make Christianity our whole life, meaning we live it from second to second, minute to minute, from day to day, by putting on the mindset of Christ.  

CHRISTIANITY BECOMES OUR WHOLE LIFE IF WE PUT ON LIFE AS FOLLOWERS OF CHRIST IN ALL OUR BEHAVIOUR.

Card image
SELURUH, BUKAN SEBAGIAN - 26 April 2023
2023-04-26 11:08:24


Kekristenan bukan sekadar bagian hidup kita, melainkan seluruh kehidupan kita. Maksudnya bukan sekadar beragama Kristen, melainkan mengikut jejak Kristus. Kristen artinya “seperti Kristus.” Sayangnya, banyak orang menjadikan kekristenan sekadar bagian hidupnya, karena merasa di mana pun dia adalah orang Kristen (beragama Kristen). Bukan hanya mengaku Kristen di gereja, di tempat pekerjaan, di pergaulan, dalam keluarga, melainkan di mana pun, artinya mengaku sebagai orang beragama Kristen, sehingga merasa kekristenan menjadi kehidupannya. Ini cara berpikir yang salah. Kekristenan menjadi seluruh kehidupan kita, kalau kita mengenakan kehidupan sebagai pengikut Kristus dalam seluruh perilaku.

Menjadikan kekristenan sebagai seluruh hidup kita, artinya semua perbuatan kita sesuai dengan kehendak Allah. Seandainya Yesus hidup pada zaman sekarang, apa yang Dia lakukan? Itu yang menjadi pertimbangan kita. Seharusnya, kita selalu memeragakan kehidupan Yesus setiap saat, di mana pun. Bukan hanya di gereja menyatakan kalimat-kalimat sebagai pengakuan atau kredo bahwa kita percaya Tuhan Yesus, bahwa kita melayani Dia, dan lain sebagainya. Tetapi di luar gereja pun, kita mengenakan kehidupan Yesus.

Galatia 2:19-20 mengatakan, “Hidupku bukan aku lagi tetapi Kristus yang hidup di dalam aku.” Kehidupan seperti inilah yang mestinya kita gumuli dan menjadi persoalan utama atau satu-satunya. Mengapa menjadi persoalan? Karena tidak mudah, mengenakan kehidupan Yesus. Kita memiliki kehidupan kita sendiri, dan telah kita jalani. Ada yang belasan tahun, ada yang sampai puluhan tahun, sehingga terbiasa dengan irama hidup. Cara bicara, sikap, kebiasaan-kebiasaan, itulah hidup kita. Banyak orang, hari Minggu ke gereja atau di pertengahan Minggu datang ke persekutuan doa. Namun di luar itu, perilakunya belum tentu sesuai dengan perilaku Tuhan Yesus, seandainya Yesus hidup pada zaman sekarang.

Alkitab berkata, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya,” artinya hiduplah sebagai anggota keluarga Kerajaan Allah yang benar. Model dari anggota keluarga Kerajaan Allah itu adalah Yesus. Alkitab berkata, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,” artinya kita harus berpikir dan berperasaan seperti Tuhan Yesus ketika menjadi manusia, dan itu permanen; bukan beberapa menit, beberapa jam, bukan beberapa hari, melainkan sepanjang waktu hidup kita, dari detik ke detik, dari menit ke menit.

Belasan tahun atau puluhan tahun, mungkin seseorang telah memiliki irama hidup yang keliru. Jadi, seseorang bisa memiliki dualisme; artinya sebagai orang Kristen ke gereja, tetapi juga sebagai anak dunia dalam keseharian. Kekristenan menjadi “bagian” hidupnya, bukan “seluruh” hidupnya. Mestinya kekristenan menjadi seluruh kehidupan agar kita memahami bagaimana menjalani hidup dengan mengenakan pikiran dan perasaan Kristus. Bisa dikatakan mustahil, tetapi apa yang mustahil bagi manusia, tidak mustahil bagi Allah. Roh Kudus akan memimpin kita, sehingga bisa menjalani hidup dengan mengenakan pikiran dan perasaan Allah.

Hanya orang yang berjalan dengan Tuhan dalam pimpinan Roh Kudus setiap saat, yang dipimpin bagaimana mengenakan kehidupan Kristus. Jangan merasa kalau sudah sekolah Alkitab, bisa langsung dengan mudah mengenakan kehidupan Kristus. Harus dalam hitungan detik ke detik, dari menit ke menit kita mengenakan kehidupan Kristus. Setiap keputusan, setiap pilihan, setiap tindakan kita sesuai dengan pikiran dan perasaan Kristus. Itu sukar, dan tepatnya mustahil. Tetapi Roh Kudus akan menuntun orang-orang yang sungguh-sungguh mau belajar mengenakan kehidupan Kristus. Karenanya firman Tuhan mengatakan, “Jadikan semua bangsa murid-Ku. Agar mereka melakukan segala sesuatu yang Kuperintahkan kepadamu.”

Selain irama hidup kita yang sudah salah selama bertahun-tahun yang harus dirombak, kita juga menghadapi banyak persoalan. Tidak sedikit orang yang fokusnya tertuju kepada persoalan-persoalan hidup. Bukan fokus kepada Tuhan bagaimana belajar mengenakan Pribadi-Nya, mengenakan pikiran, perasaan Yesus, melainkan fokus pada masalah. Masalah-masalah yang dihadapi sering kali masalah-masalah yang benar-benar berat dan menenggelamkan seseorang. Ini menjadi salah satu halangan, sehingga orang tidak fokus kepada Tuhan. Sebenarnya peristiwa-peristiwa itu membuat kita sempurna. Jangan gagal fokus! Kita harus melihat berkat kekal di balik masalah-masalah hidup, karena melalui pergumulan hiduplah Tuhan menyempurnakan kita.

Halangan lain untuk mengenakan kehidupan Yesus adalah bujukan dunia yang menampakkan keindahannya. Kuasa gelap membujuk supaya kita menikmati kesenangan dunia dan dosa. Faktanya banyak orang hanyut terbawa oleh keindahan dunia. Menjadi Kristen itu perjuangan. Roh Kudus pasti menuntun kita. Karenanya, haruslah kita sediakan waktu untuk berdoa dan mendengar firman. Jangan melakukan apa yang tidak membuat iman kita bertumbuh. Jangan bergaul dengan mereka yang tidak takut akan Allah, yang membuat kita tidak bertumbuh di dalam Tuhan.

Kekristenan bukan bagian hidup kita, melainkan seluruh hidup kita. Artinya, di dalam menjalani hidup ini, kita menjalaninya seperti Yesus pernah menjalani hidup yaitu mendahulukan Kerajaan Allah. Orang-orang yang mendahulukan Kerajaan Allah adalah orang-orang yang dilayakkan masuk surga. Mari kita menjadikan kekristenan seluruh hidup kita, artinya kita menjalaninya dari detik ke detik, dari menit ke menit, dari hari ke hari dengan mengenakan pikiran, perasaan Kristus.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEKRISTENAN MENJADI SELURUH KEHIDUPAN KITA, KALAU KITA MENGENAKAN KEHIDUPAN SEBAGAI PENGIKUT KRISTUS DALAM SELURUH PERILAKU KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 April 2023
2023-04-26 11:01:42

1 Tawarikh 6

Card image
Truth Kids 25 April 2023 - AKU MEMILIH
2023-04-25 09:22:51


Roma 8:28
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”

Coba Sobat Kids perhatikan uang koin. Ada berapa sisikah di uang koin tersebut? Ya, benar! Setiap uang koin memiliki dua sisi. Sisi yang satu pasti berbeda dengan sisi yang lainnya. Itu sebabnya dalam beberapa pertandingan, wasit akan meminta pemain untuk memilih salah satu sisi koin. Jika sisi koin yang dipilih muncul, maka pemain itu akan memulai terlebih dahulu.

Dalam hidup ini kita juga harus memilih, Sobat Kids. Saat ada kesulitan atau tantangan yang harus kita lalui, kita dapat memilih untuk menyerah atau terus berjuang. Semakin berat kesulitan yang harus kita lewati untuk hidup benar, maka kita harus semakin bersukacita. Mengapa? Karena itu artinya Tuhan bekerja dalam hidup kita untuk mendatangkan kebaikan. Semua masalah yang kita alami bertujuan untuk membuat hidup kita semakin suci dan kudus. Hingga akhirnya kita semakin menjadi serupa dengan-Nya. Semangat!

Card image
Truth Junior 25 April 2023 - COBAAN HIDUP
2023-04-25 09:21:46


Roma 8:28
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”

Helen Keller adalah seorang penulis hebat dari Amerika. Helen Keller dilahirkan dalam keadaan sehat di tahun 1880. Namun, saat Helen Keller berusia 19 bulan, ia terserang penyakit yang disebut “demam otak.” Pada zaman itu, teknologi kesehatan jauh dari fasilitas zaman sekarang ini, Sobat Junior. Setelah demamnya hilang, ibu Keller menyadari bahwa indra penglihatan dan pendengaran Helen tidak berfungsi lagi. Tentu banyak peristiwa tidak mengenakkan yang dialami oleh Helen dan kedua orang tuanya. Helen Keller harus belajar huruf Braille dan cara berkomunikasi dengan tangannya.

Setelah tahun-tahun yang tidak mudah dilalui, akhirnya Helen dapat belajar untuk berbicara walaupun ia tuli. Saat Helen mau kuliah, banyak orang ragu akan kemampuannya. Namun, Helen membuktikan bahwa ia mampu menjadi mahasiswa yang memperoleh gelar sarjana dengan tunaganda yang ia derita. Kisah hidupnya dilanjutkan dengan kisah-kisah yang memberkati orang lain.

Sobat Junior, semakin berat cobaan hidup ini, tantangan atau ujian yang kita harus lewati, maka kita juga harus semakin bersukacita. Karena itu artinya Tuhan bekerja dalam hidup kita untuk mendatangkan kebaikan. Semua masalah yang kita alami bertujuan membuat kita semakin serupa dengan-Nya.

Apa yang menjadi kesulitan Sobat Junior saat ini? Tetaplah semangat! Kita bisa mencontoh kisah Helen Keller yang tidak menyerah saat ia mengalami keterbatasan. Justru dengan keterbatasannya, dia dapat menjadi berkat bagi banyak orang. Kita tahu bahwa Allah bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia.

Card image
Truth Youth 25 April 2023 (English Version) - SEMPER FORTIS
2023-04-25 09:12:10


”He giveth power to the faint; and to them that have no might he increaseth strength.” (Isaiah 40:29)

In this world, almost every country has military power. This military force is then divided into two major parts, namely regular troops and special or elite troops. England with SAS and SBS, Israel with Sayeret Matkal, Indonesia with Kopassus, and the United States with US Navy SEALs. One of the uniqueness of the special forces is the creeds which are extraordinary and capable of igniting the mentally or enthusiasm of the soldiers, such as the unofficial creed in the United States special forces which reads "Semper Fortis", which in Indonesian can mean "Always Strong", "Always Courageous" and Always Dare”. However, a problem arises when we try to draw it out and try to put its meaning into everyday life where being always strong and always being brave is not an option for most people, and many of us are not even able to be always strong. The condition of the world conditions humans to be tired, lethargic, and heavy laden. Not finished with sin, already burdened again with the stress of life's pressures.

Friends, keep in mind that in facing this life we must return to being faithful to what the Scriptures say. God never said or taught us that the problems or troubles of one year must be borne in one day. Precisely God teaches that the troubles in one year are borne day by day. However, we like to take tomorrow's troubles into today by carrying out a ritual before going to bed for young people, namely overthinking, even though there is no certainty whatsoever in life, except for the certainty of death.

Young people should always seek and wait for the LORD because it is from Him that strength and enthusiasm come (Isa. 40:29-31). Always remember that the trials we experience today are ordinary trials that do not exceed human strength, not the power of Christians. All of us can bear it, and know that through it all we can please God. Therefore, we must remain faithful, work hard while seeking GOD and putting off the burdens and sins that hinder our lives. Stay brave and be strong. Amen.

WHAT TO DO:
1. Expect nothing from the world
2. Live simply with full responsibility
3. Diligently meditate

BIBLE MARATHONS:
▪︎ 1 Samuel 13-14

Card image
Truth Youth 25 April 2023 - SEMPER FORTIS
2023-04-25 09:09:48


"Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada mereka yang tiada berdaya. (Yes. 40:29)

Di dalam dunia ini, hampir tiap negara memiliki kekuatan militer. Kekuatan militer ini kemudian terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu pasukan reguler dan pasukan khusus atau elite. Inggris dengan SAS dan SBS, Israel dengan Sayeret Matkal, Indonesia dengan Kopassus, dan Amerika Serikat dengan US Navy SEALs. Salah satu keunikan dalam pasukan khusus adalah kredo-kredonya yang luar biasa dan mampu membakar mental atau semangat para prajurit, seperti kredo tidak resmi dalam pasukan khusus Amerika Serikat yang berbunyi “Semper Fortis”, yang dalam bahasa Indonesia dapat berarti “Selalu Kuat” dan “Selalu Berani”. Namun, suatu masalah muncul ketika kita mencoba menarik keluar dan mencoba mengenakan maknanya dalam kehidupan sehari-hari di mana menjadi selalu kuat dan selalu berani bukanlah pilihan bagi sebagai besar orang, dan banyak di antara kita bahkan tidak sanggup untuk menjadi selalu kuat. Keadaan dunia mengondisikan manusia menjadi letih, lesu, dan berbeban berat. Belum selesai dengan dosa, sudah dibebani lagi dengan stresnya tekanan hidup.

Teman-teman, perlu diingat bahwa dalam menghadapi hidup ini kita harus kembali setia pada apa yang dikatakan oleh Kitab Suci. Tuhan tidak pernah mengatakan ataupun mengajar kita bahwa masalah atau kesusahan dalam satu tahun harus ditanggung dalam satu hari. Justru Tuhan mengajar bahwa kesusahan dalam satu tahun ditanggung sehari demi sehari. Akan tetapi, kita suka mengambil kesusahan hari esok ke hari ini dengan melaksanakan ritual sebelum tidur orang-orang muda, yakni overthinking, padahal tidak ada kepastian apa pun dalam hidup, kecuali kepastian untuk mati.

Hendaknya orang-orang muda senantiasa mencari dan menanti-nantikan TUHAN sebab daripada-Nyalah kekuatan dan semangat itu berasal (Yes. 40:29-31). Ingatlah senantiasa bahwa pencobaan-pencobaan yang kita alami hari ini adalah pencobaan-pencobaan biasa yang tidak melampaui kekuatan manusia, bukan kekuatan orang Kristen. Semua kita dapat menanggungnya, dan ketahuilah bahwa melalui semua itu kita dapat menyenangkan TUHAN. Oleh sebab itu, kita harus tetap setia, bekerja keras sambil mencari TUHAN serta menanggalkan beban dan dosa yang merintangi hidup kita. Tetaplah berani dan jadilah kuat. Amin.

WHAT TO DO:
1. Jangan mengharapkan apa pun dari dunia
2. Hiduplah sederhana dengan penuh tanggung jawab
3. Tekun bermeditasi

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 13—14

Card image
Renungan Pagi - 25 April 2023
2023-04-25 09:07:32


Firman Tuhan mengajarkan dari hati terpancar seluruh kehidupan, artinya kalau hati bersih, kalau pikiran bersih, maka jalan kita berkenan kepada Tuhan.

Jangan menyimpan kebencian, kekecewaan, kemarahan, iri hati, jangan pikirkan hal-hal yang negatif, hal-hal yang menyakitkan dan hal-hal yang sudah lewat, pikirkanlah apa yang benar, apa yang suci, apa yang mulia dan yang sedap didengar.
(Amsal 4:23 ; Filipi 4:8)

Card image
Quote Of The Day - 25 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-25 09:06:03


Hanya orang yang telah berjuang yang dapat memahami betapa sulitnya berjalan bersama Tuhan dalam mencapai kesempurnaan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 25 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-25 09:04:21


Kalau seseorang hidup di hadirat Allah, tidak akan dipermalukan, karena Tuhan mencukupi kebutuhannya.

Card image
TAKING HAPPINESS - 25 April 2023 (English Version)
2023-04-25 09:02:28


Living temporarily in this world is an opportunity to find an Eternal Beloved. Nothing is more important, noble, or glorious than finding our Eternal Beloved. That Beloved is God Himself. We are amazed at the life of faith of the psalmist in Psalm chapter 73, who can say, “Whom have I in heaven but you? And earth has nothing I desire besides you.” In another Psalm, the psalmist says, “My soul thirsts for God, for the living God. When can I go and meet with God?”

In the struggle of life as a child of God, we have to question whether we long for God. Is there someone or something we miss besides God, let alone more than Him? Day and night, thinking of our lover and wanting to meet? For those of us who have been in love, we can understand what it means to fall in love and miss a lover. Beloved is like water, and we are thirsty to sip it, that is, to meet and be in intimacy. That’s how we should be with God. If we don’t yearn for God according to Bible standards, we should hear the alarm’s hazard sound.

The Bible strictly stipulates that marriage must be monogamous. A man may only have one woman as his wife; a woman can only have one man as a husband; monogamy. However, because of the crookedness of the human heart, the Bible says because their hearts were hard, God allowed non-monogamous marriages or polygamy. But in the Bible, God is clear that marriage must be monogamous. This is a picture of Christ’s relationship with His church, as recorded in Ephesians chapter 5, “This secret is great, but I mean Christ’s relationship with His church.” Paul says this when he talks about a husband-wife relationship; monogamy.

In our relationship with God, He strictly requires it. When God says, “You shall have no other gods before Me,” monotheism; have only one God. For the Jews, this meant they could not perform ceremonial worship of other gods. They must worship one God, namely Elohim Yahweh. The Bible says that the punishment for the sin of polytheism is experienced by the perpetrators and their third and fourth generations of descendants. This shows how much God hates polytheism, or the worship of other gods.

The Israelites had to worship the only God, Elohim Yahweh, in a proper form. In Christianity, this is not enough. We know that Christianity places great emphasis on the inner attitude. Adultery is not only having sex with someone who is not their partner but looking at the opposite sex and wanting it, which already becomes inner adultery. Killing is not just putting people to death; hate is also murder. Likewise, the Word “You shall not have any other gods before Me” is not enough not to have other gods and not perform ceremonial acts towards gods. Nothing can be dominant in our hearts except God.

We must reach a spiritual level where we can overcome all, put them under God’s feet, and say to God, “You are everything to me.” People feel they have a good relationship and harmony with God because they haven’t seen His competitors. God has yet to show His rival. Thus, some people who used to serve God faithfully, with a heart that loved God, but years later, were unfaithful; deviate from God’s way. Why can this happen? Because before, there was no charm from something else. All pleasures that captivate the heart and make us happy to have and enjoy them are idols; We hurt God’s heart with these pleasures.

We must be aware of what went wrong, where we can willingly and deliberately let go of all that shackles our hearts. This indeed requires struggles and processes, but God will help us. The Holy Spirit will tell us what keeps us from longing for God and does not make Him our Beloved; indeed. It’s impossible for the Holy Spirit not to say to us if we want to know. The Holy Spirit tells what makes God jealous. God is jealous because He loves us. So, God often “knocks down” what must be knocked down in our lives to save us. God saves us from destruction by taking what is pleasant and enjoyable that rivals Him.

Is there something or someone we miss besides God, let alone more than Him? It becomes a severe struggle that never stops. When we long for God, a thirst for Him, He will test us. We will be encountered something or someone we see as having a higher value than anything we have ever met, which is a test. Do not feel unfortunate if we experience failures or are despicable in the eyes of humans because our difficult circumstances lead us to God to make Him our Beloved.

  GOD SAVES US FROM DESTRUCTION BY TAKING WHAT BECOMES OUR HAPPINESS THAT RIVALS HIM.

Card image
MENGAMBIL KEBAHAGIAAN - 25 April 2023
2023-04-25 08:57:42


Hidup di dunia yang hanya sementara, adalah kesempatan untuk menemukan Kekasih Abadi. Tidak ada hal yang lebih penting, tidak ada hal yang lebih mulia, tidak ada hal yang lebih agung dari menemukan Kekasih Abadi. Kekasih itu adalah Tuhan sendiri. Kita takjub terhadap kehidupan iman pemazmur yang bisa mengatakan, “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi,” Mazmur 73. Di Mazmur yang lain, pemazmur berkata, “Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?”

Dalam pergumulan hidup sebagai anak Allah, kita harus memperkarakan apakah sungguh-sungguh kita merindukan Tuhan? Apakah ada seseorang atau sesuatu yang kita rindukan selain Tuhan, apalagi lebih dari Tuhan? Bagi kita yang pernah jatuh cinta, kita bisa mengerti apa artinya jatuh cinta, apa artinya rindu kekasih. Apa artinya siang dan malam memikirkan kekasih, ingin berjumpa. Kekasih itu seperti air, dan kita seperti haus untuk bisa meneguk, yaitu berjumpa, berkasih-kasihan dengannya. Demikian semestinya kita dengan Allah. Kalau kita tidak merindukan Allah sesuai dengan standar Alkitab, kita harus mendengar bunyi alarm; bunyi tanda bahaya.

Alkitab ketat mengatur bahwa perkawinan harus monogami. Seorang pria hanya boleh memiliki seorang wanita sebagai istri; seorang wanita hanya boleh memiliki seorang pria sebagai suami; monogami. Tetapi, karena bengkoknya hati manusia, dan Alkitab berkata karena keras hati dan tegar tengkuknya, maka Tuhan mengizinkan ada perkawinan yang tidak monogami; poligami. Tetapi di Alkitab, Tuhan tegas berkata bahwa perkawinan itu harus monogami. Ini sebenarnya menjadi gambaran hubungan Kristus dengan jemaat-Nya, seperti dicatat dalam Efesus 5, “Rahasia ini besar, tetapi yang kumaksudkan adalah hubungan Kristus dengan jemaat-Nya.” Paulus mengatakan ini ketika dia bicara mengenai hubungan suami istri; mono.

Di dalam hubungan pribadi kita dengan Allah, Allah strictly; ketat menghendaki demikian. Ketika Tuhan berfirman, “Jangan ada padamu Allah lain di hadapan-Ku,” monoteisme; hanya punya satu Tuhan. Bagi orang Yahudi, artinya mereka tidak boleh melakukan ibadah seremonial kepada ilah, allah, atau dewa-dewa yang lain. Mereka harus menyembah kepada satu Allah, yaitu Elohim Yahweh. Dalam Alkitab, dosa politeisme hukumannya bukan hanya dialami oleh pelaku, tetapi juga anak cucu keturunan ketiga, keempat. Ini menunjukkan betapa Tuhan membenci politeisme atau penyembahan kepada allah lain.

Bagi bangsa Israel, mereka harus menyembah Allah satu-satunya, yaitu Elohim Yahweh dalam bentuk seremonial. Kalau di dalam kekristenan, tidak cukup demikian. Kita tahu bahwa kekristenan sangat menekankan sikap batiniah. Perzinaan itu bukan hanya melakukan hubungan seks dengan orang yang bukan pasangannya, melainkan memandang lawan jenis dan mengingininya, itu sudah termasuk berzina; batin. Membunuh itu bukan hanya menghabisi nyawa orang; membenci juga suatu pembunuhan. Demikian pula Firman “Jangan ada padamu Allah lain di hadapan-Ku,” itu tidak cukup hanya tidak memiliki ilah, allah, dewa lain, dan tidak melakukan seremonial terhadap ilah atau dewa-dewa. Tidak boleh ada yang dominan di dalam hati kita, kecuali Tuhan.

Kita harus bisa mencapai satu stage; satu stadium, satu tingkatan rohani di mana bisa benar-benar mengalahkan semua dan menaklukkannya di bawah kaki Tuhan. Serta mengatakan kepada Tuhan, “Kau segalanya bagiku.” Jadi, yang sekarang rasanya sudah memiliki hubungan yang baik dan harmoni dengan Tuhan, itu karena belum melihat tandingan-Nya. Tuhan belum menunjukkan saingan-Nya. Maka, ada orang-orang yang dulu melayani Tuhan dengan setia, dengan hati yang mencintai Tuhan, tetapi pada tahun-tahun berikut, tidak setia; menyimpang dari jalan Tuhan. Mengapa bisa terjadi demikian? Sebab dulu belum ada pesona dari sesuatu. Segala kesenangan yang memikat hati, yang membuat kita merasa bahagia memiliki dan menikmatinya, itu adalah berhala. Betapa kita menyakiti hati Tuhan dengan kesenangan-kesenangan tersebut.

Kita harus sadar apa yang salah; di mana ketertambatan hati kita yang bisa sengaja dan sadar kita lepaskan. Tentu ada pergumulan dan proses, tetapi Tuhan pasti menolong. Apa yang membuat kita tidak merindukan Tuhan; tidak menjadikan Tuhan Kekasih kita, pasti Roh Kudus memberitahu kita. Tidak mungkin Roh Kudus tidak beritahu, kalau kita mau tahu. Roh Kudus pasti memberi tahu apa yang membuat Tuhan cemburu. Tuhan cemburu, karena Tuhan cinta kita. Maka, Tuhan sering “merontokkan” apa yang harus dirontokkan dalam hidup kita, supaya kita selamat. Tuhan hindarkan kita dari kebinasaan, dengan mengambil apa yang menjadi kesenangan, kebahagiaan kita yang menyaingi Tuhan.

Apakah ada sesuatu atau seseorang yang kita rindukan selain Tuhan, apalagi lebih dari Tuhan? Ini menjadi pergumulan serius yang tidak pernah berhenti. Ketika kita memiliki kerinduan akan Allah, kehausan akan Allah, Allah akan menguji. Kita akan dipertemukan kepada sesuatu atau seseorang yang kita pandang nilainya lebih tinggi dari yang pernah kita jumpai, dan itulah ujian. Jangan merasa malang kalau kita mengalami kegagalan-kegagalan atau berkeadaan rendah dan hina di mata manusia. Karena, keadaan kita yang sulit membawa kita kepada Tuhan untuk menjadikan Tuhan Kekasih kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN HINDARKAN KITA DARI KEBINASAAN, DENGAN MENGAMBIL APA YANG MENJADI KEBAHAGIAAN KITA YANG MENYAINGI TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 April 2023
2023-04-25 08:55:31

Mazmur 73, 77-78

Card image
Truth Kids 24 April 2023 - DUNIA BUKAN TEMPATKU
2023-04-24 09:29:36


Yohanes 15:19
“Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.”

Sobat Kids, kita sudah belajar mengenai perasaan beberapa hari ini. Apakah kalian sudah dapat mengenali perasaan kalian? Mungkin ada sebagian dari kalian yang sedang merasa sedih, marah atau kecewa pada keadaan. Keadaan yang tidak nyaman dan tidak dapat kalian mengerti. Firman Tuhan hari ini mengingatkan bahwa dunia yang kita tinggali ini bukan tempat kita. Di dunia ini ada banyak sekali kesusahan dan ketidakadilan. Sehingga kita mungkin turut merasakan kesedihan karena tragisnya cerita kehidupan di dunia ini.

Karena hal itu, Tuhan mau terus mengingatkan bahwa kita bukan berasal dari dunia ini. Tujuan kita adalah untuk kembali pulang ke rumah Bapa, tempat kita seharusnya berada. Kita hidup bersama-sama dengan Tuhan. Jadi jangan berkecil hati jika kalian merasa sedih kecewa atau marah. Justru kita harus bersyukur. Kita jadi ingat bahwa dunia ini akan kita tinggalkan. Kita diingatkan untuk semakin hidup dekat dan mengandalkan Tuhan. Ingat, ya, Tuhan tidak membenci atau kecewa jika kita merasa sedih, kecewa atau marah. Justru Tuhan mengerti keadaan kita. Jadi ingatlah, Tuhan selalu ada bersama kita walaupun keadaan kita sedang tidak baik-baik saja.

Card image
Truth Junior 24 April 2023 - BUKAN DARI DUNIA
2023-04-24 09:26:44


Yohanes 15:19
“Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.”

Sobat Junior, apakah kalian masih ingat pelajaran kita kemarin? Ada perasaan suka duka; ada emosi positif dan emosi negatif. Walaupun ada emosi negatif, Tuhan tidak pernah mengutuk perasaan negatif, loh, Sobat Junior. Karena memang selama kita hidup di dunia, hidup kita tidak akan pernah nyaman dan enak. Sebab, dunia ini bukan rumah kita. Wajar saja jika sepanjang perjalanan hidup kita, terutama jika kita mengikut Tuhan Yesus dengan sungguh-sungguh, kita akan mengalami banyak penderitaan. Dan penderitaan tersebut pasti menyebabkan kita merasa sedih, marah, kecewa. Tapi yang penting kita tidak berbuat dosa dan malah bisa semakin mendekat dengan Tuhan.

Ayat firman Tuhan hari ini dapat menjadi penghibur kesedihan yang kita alami saat ada penolakan karena kita mengikut Tuhan. Kalian masih ingat, kan, renungan beberapa hari lalu yang menceritakan kisah Tuhan Yesus yang juga ditolak oleh orang-orang di tempat asal-Nya, orang-orang yang dekat dengan Dia.

Kita bisa arahkan perasaan kita untuk tetap memilih hal-hal yang positif. Tetap memilih untuk mengikut Tuhan, walaupun keadaan di sekitar kita tak mendukung. Tujuan akhir kita adalah Langit Baru dan Bumi yang Baru. Oleh sebab itu, hidup ini adalah persiapan untuk menuju kekekalan nanti.

Card image
ruth Youth 24 April 2023 (English Version) - THOU SHALT NOT WALKETH ALONE
2023-04-24 09:24:35


”Teaching them to observe all things whatsoever I have commanded you: and, lo, I am with you alway, even unto the end of the world. Amen.” (Matthew 28:20)

History once recorded a war hero, military commander, and strategist, as well as a great political leader, whose name was Napoleon Bonaparte. A great and mighty man, who at the end of his life was in exile on the island of Santa Helena. When he was taken prisoner and exiled, he uttered a sentence with an extremely sad sigh, “History, history…Throughout the millennia produced many great military men, great political geniuses, including me. However, since Hannibal, Alexander the Great (Alexander the Great), Charlemagne, Genghis Khan, and I, we have all had the ambition to build great empires, we have led militaries and millions of soldiers, we have explored thousands of kilometers, we conquered nations, but our kingdom will one day be destroyed, we too will die, and history will forget us.”

Both Hanibal and Napoleon will be forgotten. History shows us the end of the great and mighty conquerors of nations. The whole struggle in their life ended very tragically. Some died alone in exile, others died at a young age during their heyday. They live and end their lives alone.

Likewise with today's life, as if we walk alone. However, Christ said in Matthew 28:19-20 that He is always with us until the end of time. Like a commander, Christ upholds the creed of Nemo Resideo or No One Left Behind. He views each of us as very valuable, even more valuable than many sparrows (Luke 12:6-7). So precious, He also asked the Father in heaven to give us a Helper (Greek: parakletos), namely the Holy Spirit, the Spirit of the Most High God, to be with us forever (John 14:16). God never leaves us at all even though we often feel left alone. Therefore, stay faithful and believe that He is Immanuel, the God who is always with us. Blessed are those who believe. Amen.

WHAT TO DO:
1. Diligently pray and study God's Word
2. Keep our words and actions from evil

BIBLE MARATHONS:
▪︎ 1 Samuel 8-12

Card image
Truth Youth 24 April 2023 - THOU SHALT NOT WALKETH ALONE
2023-04-24 09:23:04


"dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Mat. 28:20)

Sejarah pernah mencatat seorang pahlawan perang, komandan militer, dan ahli strategi, sekaligus pemimpin politik yang besar, yang bernama Napoleon Bonaparte. Seorang yang besar dan hebat, yang pada akhir hidupnya berada di pengasingan di pulau Santa Helena. Pada waktu dia ditawan dan dibuang, dia mengatakan suatu kalimat dengan keluhan yang luar biasa sedih, “Sejarah, sejarah… Selama beribu-ribu tahun menghasilkan banyak orang militer yang hebat, jenius politik yang besar, termasuk saya. Akan tetapi, sejak Hannibal, Aleksander Agung (Alexander the Great), Charlemagne, Genghis Khan, dan saya, kita semua pernah mempunyai ambisi untuk mendirikan kerajaan yang besar, kita pernah memimpin militer dan jutaan orang prajurit, kita pernah menjelajah ribuan kilometer, kita menaklukkan bangsa-bangsa, tetapi kerajaan kami pada suatu hari akan hancur, kami pun akan mati, dan sejarah akan melupakan kami.”

Baik Hanibal sampai Napoleon akan dilupakan. Sejarah memperlihatkan kepada kita akhir dari para penakluk bangsa-bangsa yang besar dan hebat. Seluruh perjuangan dalam hidup mereka berakhir dengan sangat tragis. Ada yang meninggal seorang diri di pengasingan, ada juga yang meninggal di usia muda pada masa kejayaannya. Mereka menjalani dan mengakhiri hidupnya seorang diri. Begitu juga dengan kehidupan hari ini, seolah-olah kita berjalan sendiri. Namun, Kristus mengatakan dalam Matius 28:19-20 bahwa Ia senantiasa menyertai kita sampai kesudahan zaman. Ibarat seorang komandan, Kristus memegang teguh kredo Nemo Resideo atau No One Left Behind. Ia memandang setiap kita sangat berharga, bahkan lebih berharga dari banyak burung pipit (Luk. 12:6-7). Saking berharganya, Ia pun memohon kepada Bapa di surga untuk memberi kita seorang Penolong (Yun.: parakletos), yaitu Roh Kudus, Roh Allah yang Maha Tinggi, untuk menyertai kita sampai selama-lamanya (Yoh.14:16). Tuhan sama sekali tidak pernah meninggalkan kita meskipun sering kali kita merasa ditinggalkan sendirian. Oleh sebab itu, tetaplah setia dan percayalah bahwa Ia adalah Imanuel, Allah yang senantiasa beserta kita. Berbahagialah mereka yang percaya. Amin.

WHAT TO DO:
1. Tekun berdoa dan mem-pelajari Firman Tuhan
2. Jaga ucapan dan tindakan kita dari kejahatan

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 8—12

Card image
Renungan Pagi - 24 April 2023
2023-04-24 09:02:06


Kita bersaksi bukan karena ada kesempatan untuk bersaksi, untuk menunjukkan bahwa kita dibela Tuhan, dikasihi Tuhan ataupun diberkati Tuhan. Bukan juga karena diundang untuk bersaksi, tetapi bersaksi karena memang kita sungguh-sungguh telah mengalami kebaikan Tuhan.

Alkitab berkata bahwa ketika Roh Kudus dicurahkan, turun ke atas hidup kita, maka akan menerima kuasa untuk menjadi saksi Kristus. Artinya setiap yang menerima Roh Kudus harus bersaksi dan menjadi saksi.

Dan saksi Kristus artinya mengalami Tuhan dalam hidup ini serta mengenakan pribadi Tuhan setiap hari. Jadi kita bisa menjadi saksi tanpa harus berkata banyak di atas mimbar, gaya hidup setiap hari yang memancarkan Pribadi Kristus itulah kesaksian kita.
(Kisah Para Rasul 1:8)

Card image
Quote Of The Day - 24 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-24 08:59:12


Persoalan yang kita alami saat ini adalah akses Allah untuk mengubah kita, sehingga kita dapat memiliki hidup yang menghidupkan Firman-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 24 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-24 08:57:55


Kalau kita anak Allah apa pun masalah kita, jawabannya Tuhan. Karena masalah terbesar dalam hidup ini ketika seseorang terpisah dari hadirat Allah.

Card image
SIPPING GOD - 24 April 2023 (English Version)
2023-04-24 09:35:05


How do we feel when we are on the edge of death? At that time, we can live and realize that only God is what we need. Indeed, as time goes by, as age increases, people can no longer enjoy life because of their physical condition. They restricted eating, had lots of taboos, were sickly, could no longer enjoy sex like when they were young, tired quickly, and so on. Generally, people begin to realize that there is no pleasure in this life. Humans are conditioned like that to be an alarm or warning that, in the end, there is nothing we need but God.

What do we regret most when we are at the edge of death? Is it failing to achieve a degree, not having a life partner, children, or popularity? When we are at the edge of death, it turns out that all we need is God, so what we can regret the most is not sipping God as much as possible or not being filled with Him. People may have targets in life, or for pastors, the target is in ministry, but they do not strive to have a target for how to be fulfilled by God.

A person cannot do the will of the Father if God does not fill them. To be filled with God means to be filled with the Holy Spirit. People not filled with God cannot possibly do His will correctly. Doing God’s will can happen in people filled with God. As chosen people, we not only desire to do the law and be good people but to do God’s will means to have the same mind and feel the same way as Him. Phil.2:5 says, “In your relationships with one another, have the same mindset as Christ Jesus.”

The standard of people redeemed by the blood of Jesus is that God must fill them. The Word of God says, “Your body is the temple of the Holy Spirit,” the Holy Spirit lives in our bodies, meaning that we are filled with the Holy Spirit. Our body is not part of the temple of the Holy Spirit but the temple itself. God does not want to be duplicated—God or not at all. “Love the Lord your God with all your heart, all soul, all mind, and strength;” – it’s all. Our soul, mind, and living space must only be filled with God.

This is only possible if God guides us because, from childhood, the world has trained us to have pleasures that build our soul’s appetite. Generally, people move their lives to get those tastes, namely to get pleasures. Human has been polluted with the satisfaction of the world. Dealing with God is for the sake of tastes or pleasures; even when they sing, “As the deer pants for streams of water, so my soul pants for you, my God,” it is a false thirst because it is still distorted or not yet pure, not clean and sincere.

We have false passions: big mouths but empty hearts and minds. Why is that? For lack of prayer! Not in touch with God. No matter how high our knowledge and experience are, if we don’t pray and don’t come into contact with God, we will go astray. But God, in His mercy and patience, understands and accepts new Christians. But as time goes by and age increases, the vessels of our hearts should be empty of all desires and appetites so that God will fill us.

God is good. Imagine if people get older; the more they eat, the more delicious and lustful they are, and indeed, they are getting damaged. How beautiful it is for the young who, even though still young, still have lust, passion, and flesh; they can quench them, empty the living vessel of all God does not want, and have a pure thirst for God. Be grateful if given alarm by God, so we realize that in the end, all we need is God.

God senses whether we have a pure thirst for Him or not. What matters is, does God enjoy us? We are often deceived by ourselves. So, we must be busy checking whether something is still wrong with us and not correcting others. Let other people do their business with God. If we come into contact with God, we will find holy tastes. We have to self-clean and pack. Do not have any pleasures or hobbies other than God. Whatever we strive for is not for our worth or the sake of value, prestige, or recognition as successful people or good leaders.

Every day, we should be able to realize what the psalmist said, “Apart from you, there is nothing I desire on earth.” How much God can enjoy us depends on how much we enjoy Him. How much we can enjoy God depends on how empty our souls are from all the world’s pleasures. How He can enjoy us to the fullest depends on how much we want Him as sweetly as possible. To enjoy God as sweetly and deliciously as possible, we must let go of all pleasures and only enjoy Him. We will be very sorry if, at the edge of death, we don’t sip as much of God as possible and are not filled with God as much as we can.  

WE WILL BE VERY SORRY IF, AT THE EDGE OF DEATH LATER, IT TURNS OUT THAT WE DON'T SIP GOD OR BE FILLED BY HIM AS MUCH AS POSSIBLE

Card image
MENEGUK TUHAN - 24 April 2023
2023-04-24 06:01:42


Berbicara mengenai kematian, bagaimana perasaan kita ketika ada di ujung maut? Kita bisa menghayati dan baru menyadari bahwa yang kita butuhkan ternyata hanya Tuhan. Memang manusia seiring dengan perjalanan waktu, usia meninggi, tidak bisa lagi menikmati hidup karena kondisi fisik. Umumnya orang mulai menyadari bahwa tidak ada kenikmatan dalam hidup ini. Makan dibatasi, banyak pantangan, sakit-sakitan, tidak lagi bisa menikmati seks seperti ketika muda, mudah lelah, dan lain sebagainya. Manusia dikondisi demikian, dan semestinya itu merupakan alarm; peringatan bahwa pada akhirnya tidak ada yang kita butuhkan selain Tuhan.

Kira-kira apa yang paling kita sesalkan ketika di ujung maut? Apakah gagal mencapai gelar, tidak memiliki pasangan hidup, tidak punya anak, tidak memiliki popularitas, atau apa? Saat tersadar di ujung maut ternyata yang kita butuhkan hanya Tuhan, maka yang paling bisa disesali yaitu tidak meneguk Tuhan sebanyak-banyaknya atau tidak dipenuhi Tuhan. Sangat mungkin orang memiliki target-target dalam hidup. Bagi pendeta, target dalam pelayanan. Tetapi, tidak berusaha memiliki target bagaimana dipenuhi oleh Tuhan.

Seseorang tidak akan dapat melakukan kehendak Bapa, kalau dia tidak dipenuhi oleh Tuhan. Dipenuhi oleh Tuhan artinya dipenuhi oleh Roh Kudus. Orang yang tidak dipenuhi Tuhan, tidak mungkin melakukan kehendak Tuhan dengan benar. Kita sebagai umat pilihan bukan hanya dikehendaki untuk melakukan hukum, menjadi orang baik, tetapi melakukan kehendak Tuhan artinya sepikiran, seperasaan dengan Allah. Filipi 2:5 mengatakan, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” Melakukan kehendak Tuhan bisa terjadi di dalam kehidupan orang yang dipenuhi oleh Tuhan.

Standar orang yang ditebus oleh darah Yesus yaitu harus dipenuhi oleh Tuhan. Firman Tuhan mengatakan, “Tubuhmu adalah bait Roh Kudus,” Roh Kudus diam di dalam tubuh kita, artinya dipenuhi oleh Roh Kudus. Tubuh kita bukan bagian dari bait Roh Kudus, tetapi bait Roh Kudus. Tuhan tidak menghendaki diduakan. Tuhan seluruhnya atau tidak usah sama sekali. “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan segenap kekuatan.” Jiwa, pikiran, dan ruangan hidup kita harus hanya dipenuhi oleh Tuhan.

Hal ini benar-benar mustahil, jika Tuhan tidak menuntun kita. Dari kecil, dunia telah melatih kita untuk memiliki kesenangan-kesenangan yang membangun selera jiwa. Umumnya, orang menggerakkan hidupnya untuk memenuhi selera-selera itu yaitu memenuhi kesenangan-kesenangan. Manusia telah dicemari dengan selera-selera dunia. Bahkan, berurusan dengan Tuhan pun demi selera-selera atau kesenangan-kesenangan. Kalaupun menyanyi “Seperti rusa merindukan sungai yang berair, jiwaku merindukan Engkau, jiwaku haus akan Engkau,” itu kehausan palsu; kehausan yang masih terdistorsi atau belum murni, belum bersih, belum tulus.

Kita punya gairah-gairah yang palsu: mulut besar, tetapi hati kosong, pikiran kosong. Mengapa demikian? Karena kurang berdoa! Tidak bersentuhan dengan Tuhan. Setinggi apa pun ilmu dan pengalaman kita, jika tidak berdoa, tidak bersentuhan dengan Tuhan, pasti kita sesat. Tetapi Tuhan di dalam kemurahan dan kesabaran-Nya, mengerti dan menerima untuk orang Kristen yang baru. Tetapi seiring dengan perjalanan waktu dan meningginya usia, mestinya bejana hati kita kosong dari segala keinginan dan selera, supaya Tuhan memenuhi kita.

Tuhan itu baik. Bayangkan kalau orang makin tua makin banyak makan, makin berselera, makin nafsu, pasti makin rusak. Bersyukurlah, diberi alarm Tuhan supaya sadar bahwa akhirnya yang dibutuhkan hanya Tuhan. Betapa indahnya yang masih muda. Walaupun muda, masih punya nafsu, gairah, kedagingan, tetapi bisa memadamkannya dan mengosongkan bejana hidup dari semua yang Allah tidak kehendaki, dan memiliki kehausan yang murni akan Tuhan.

Tuhan merasakan apakah kita memiliki kehausan yang murni terhadap Tuhan atau tidak. Persoalannya, apakah Tuhan menikmati kita? Kita sering tertipu oleh diri sendiri. Maka, kita harus sibuk memeriksa diri, masih adakah sesuatu yang salah dalam diri kita, bukan mengoreksi orang lain. Biar orang lain, urusannya dengan Tuhan. Kalau kita bersentuhan dengan Tuhan, kita akan menemukan selera yang kudus. Kita harus bersih, kita berkemas-kemas. Jangan punya kesenangan-kesenangan atau hobi-hobi apa pun selain Tuhan. Apa pun yang kita upayakan, itu bukan nilai diri kita. Bukan demi nilai, prestise, pengakuan. Pengakuan jadi orang sukses, jadi orang berhasil, atau sebagai pemimpin yang baik.

Mestinya semakin hari kita bisa mewujudkan apa yang dikatakan pemazmur, “Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.” Seberapa banyak Tuhan bisa menikmati kita, tergantung seberapa banyak kita menikmati Tuhan. Seberapa banyak kita bisa menikmati Tuhan, tergantung seberapa kosong jiwa kita dari segala kesenangan dunia. Bagaimana Dia bisa menikmati kita senikmat-nikmatnya, tergantung seberapa kita menikmati Dia semanis-manisnya. Supaya bisa menikmati Tuhan semanis-manisnya, selezat-lezatnya, maka kita harus melepaskan semua kesenangan, dan hanya menikmati Tuhan. Kita akan sangat menyesal kalau di ujung maut nanti, kita tidak meneguk Tuhan sebanyak-banyaknya, tidak dipenuhi Tuhan sebanyak-banyaknya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA AKAN SANGAT MENYESAL KALAU DI UJUNG MAUT NANTI, TERNYATA KITA TIDAK MENEGUK TUHAN SEBANYAK-BANYAKNYA, TIDAK DIPENUHI TUHAN SEBANYAK-BANYAKNYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 April 2023
2023-04-24 05:59:06

1 Tawarikh 3-5

Card image
Truth Kids 23 April 2023 - POSITIF - NEGATIF
2023-04-23 10:43:06


Yesaya 48:9
“Oleh karena nama-Ku Aku menahan amarah-Ku dan oleh karena kemasyhuran-Ku Aku mengasihani engkau, sehingga Aku tidak melenyapkan engkau.”

Lidya adalah anak periang dan suka tersenyum. Suatu hari, saat Lidya sedang bermain dengan riangnya, tiba-tiba ada teman yang datang merebut mainan yang sedang ia mainkan. Rasa bahagia atau senang yang ia rasakan tiba-tiba berubah menjadi rasa amarah. Lidya kesal dengan perbuatan temannya itu. Tidak ada lagi senyum yang menghiasi wajahnya.

Sobat Kids, sebagai manusia kita bisa merasakan kebahagiaan, emosi atau perasaan positif. Sebaliknya, kita juga pasti bisa merasakan emosi atau perasaan negatif. Keduanya dapat mengisi perasaan kita. Seperti contoh cerita Lidya di atas. Kita dapat merasakan keduanya, perasaan positif dan negatif, di hari yang sama. Namun pada waktu yang berbeda, perasaan dapat berubah jauh dan mempengaruhi tindakan kita.

Oleh sebab itu kita perlu meminta Tuhan untuk menjadi pemimpin atas perasaan kita. Kita perlu mengatur perasaan kita agar apapun yang kita lakukan dapat berkenan kepada Tuhan. Walaupun sedang merasa sedih, marah ataupun senang, tetap Tuhanlah yang kita utamakan. Berdoalah agar kalian dapat mengatur perasaan kalian. Tetap semangat, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 23 April 2023 - SUKA DUKA
2023-04-23 10:41:40


Amsal 14:13
“Di dalam tertawa pun hati dapat merana, dan kesukaan dapat berakhir dengan kedukaan.”

Pada awal bulan lalu, terjadi beberapa peristiwa bencana tak terduga yang dialami sebagian dari rakyat Indonesia. Beberapa daerah mengalami bencana alam. Salah satunya terdapat di daerah Natuna, Kepulauan Riau. Akibat longsor, satu desa hilang tertimbun tanah. Bahkan ada puluhan orang yang dilaporkan hilang setelah peristiwa itu terjadi. Kemudian ada juga yang dialami sebagian orang yang tinggal di daerah Plumpang, Jakarta Utara. Mereka dikejutkan dengan adanya ledakan depo Pertamina, tempat menyimpan bahan bakar negara. Kebakaran hebat terjadi di sekitar daerah Plumpang. Bayangkan, Sobat Junior, depo adalah penampungan raksasa, untuk bahan bakar kendaraan. Pasti api dan ledakan yang ditimbulkan sangat besar.

Tidak ada yang menduga bencana-bencana tersebut terjadi. Mungkin paginya warga sekitar tempat kejadian masih bisa bersenda gurau. Mereka masih dapat merasakan emosi-emosi positif. Tetapi saat peristiwa tersebut terjadi, tentulah yang timbul adalah emosi-emosi negatif. Perasaan sedih, bingung, khawatir dan lainnya.

Sobat Junior, di hidup ini ada emosi positif dan emosi negatif. Emosi bahagia yang kita alami dapat berubah menjadi kedukaan dalam sesaat. Tidak ada yang abadi dalam dunia ini. Oleh sebab itu, kita tidak boleh bergantung pada perasaan atau mood kita. Kebenaran Firman Tuhan yang seharusnya mengarahkan perasaan kita.

Card image
Truth Youth 23 April 2023 (English Version) - WIN YOURSELF
2023-04-23 10:40:14


”Have not I commanded thee? Be strong and of a good courage; be not afraid, neither be thou dismayed: for the LORD thy God is with thee whithersoever thou goest.” (Joshua 1:9)

Problems have always been a part of life for every living being. There is no living being without problems. Of course, the problems that are present are useful for maturing or in cool language, "let me level up". However, not everyone sees that as a good thing. Many give up halfway and get nothing. Whereas in the Bible it is written that all the problems that exist cannot be beyond our strength, and this is indeed allowed by God so that we can grow in Him more. Certainly, the existing problems are not just like that, of course there are new problems that we encounter for the first time and are confused about how to solve them. However, if in the end we give up, our struggles will have been in vain. Now! Today's reflection will talk about how we can fight this feeling of surrender. From the text above, God tells us that He never leaves us. He is always with us wherever we go. However, with one condition, namely strengthen and strengthen our hearts. That is, how can we feel the presence of God who is always with us if we ourselves don't want to win ourselves against the problem and the feeling of wanting to give up? So there must be steps from us first that want to win ourselves by strengthening and strengthening our hearts. Certainly not the easier the problems we face. But we are also getting stronger, and we must not forget this. The more difficult new problems that come, it means the stronger we face them. We are never alone, God is always with us. Therefore, let's win ourselves from the feeling of giving up. Spirit!

WHAT TO DO:
1. Pray, by praying we know and are constantly reminded that we are never alone.
2. When you're tired, shut up first. Remember carefully that if you have made it to this stage, it means that you are getting stronger. Don't give up, okay!

BIBLE MARATHONS:
▪︎ 1 Samuel 4-7

Card image
Truth Youth 23 April 2023 - MEMENANGKAN DIRI
2023-04-23 10:38:10


"Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi." (Yosua 1:9)

Masalah selalu menjadi bagian hidup dari setiap makhluk hidup. Tidak ada makhluk hidup yang tidak memiliki masalah. Tentunya, masalah yang hadir berguna untuk mendewasakan atau bahasa kerennya, “biar naik level”. Namun, tidak semua orang melihat hal itu sebagai satu hal yang baik. Banyak yang menyerah di tengah jalan dan tidak mendapatkan apa-apa. Padahal di dalam Alkitab tertulis semua masalah yang ada tidak mungkin melampaui kekuatan kita, dan hal ini memang diizinkan Tuhan supaya kita semakin bertumbuh di dalam-Nya. Pastinya, masalah yang ada ya gak gitu-gitu aja, tentu ada masalah baru yang pertama kali kita temui dan bingung cara mengatasinya. Namun, kalau akhirnya kita menyerah ya pasti sia-sia perjuangan kita selama ini. Nah! Renungan hari ini akan berbicara bagaimana diri kita dapat melawan perasaan menyerah tersebut. Dari teks di atas, Tuhan memberitahukan kepada kita bahwa Dia tidak pernah meninggalkan kita. Dia selalu ada menyertai kita ke mana pun kita pergi. Namun, dengan satu syarat, yaitu kuatkan dan teguhkanlah hati kita. Maksudnya, bagaimana kita bisa merasakan kehadiran Tuhan yang selalu menyertai kalau kita sendiri tidak mau memenangkan diri kita melawan masalah dan rasa ingin menyerah itu? Jadi harus ada langkah dari kita dulu yang mau memenangkan diri dengan cara menguatkan dan teguhkan hati kita. Tentu tidak semakin mudah masalah yang kita hadapi. Tapi kita juga semakin kuat, dan hal ini gak boleh kita lupain. Semakin sulit masalah baru yang datang, berarti semakin kuat juga kita menghadapinya. Kita gak pernah sendiri, Tuhan selalu ada nemenin kita. Oleb sebab itu, yuk kita menangin diri kita dari perasaan menyerah. Semangat!

WHAT TO DO:
1. Berdoa, dengan berdoa kita tahu dan terus diingatkan bahwa kita gak pernah sendirian
2. Kalau lagi capek, diam dulu. Ingat baik-baik kalau kamu udah berhasil sampai ke tahap ini berarti kamu sudah makin kuat. Jangan menyerah ya!

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 4-7

Card image
Renungan Pagi - 23 April 2023
2023-04-23 10:35:59


Allah tidak dapat memakai hidup kita menjadi alat-Nya, jika di hati masih ada berbagai keinginan-keinginan yang jahat dan ambisi pribadi yang dapat menjerumuskan pada hal-hal duniawi.

Allah hanya dapat menyatakan kehendak-Nya yang benar, saat kita bersedia menanggalkan kesenangan duniawi, sebab hanya dengan cara itulah, kita dapat dibentuk oleh Tuhan menjadi pribadi yang menyenangkan hati-Nya.

Tuhan mencari orang-orang yang tulus disertai dengan motivasi yang benar dan iman yang benar yaitu penurutan terhadap kehendak Allah. Sehingga setiap kita menjadi pribadi yang layak dipercayai oleh Tuhan, seperti Abraham yang dijadikan Sahabat Tuhan.
(Yohanes 15:14 ; Yakobus 2:23)

Card image
Quote Of The Day - 23 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-23 10:33:53


Pemeliharaan Bapa yang sempurna bukanlah tanpa syarat, sebab sekalipun orang percaya tidak perlu khawatir bukan berarti ia boleh hidup tidak bertanggung jawab.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 23 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-23 10:32:47


Kalau kita masih hidup dalam dosa, masih berharap dunia membahagiakan kita, kita tidak dapat memiliki Tuhan, tidak dapat memiliki Kerajaan Surga.

Card image
LETTING GO OF ALL THINGS - 23 April 2023 (English Version)
2023-04-23 10:31:01


Most of us have heard of the story of Zaccheus. Jesus called out to Him when he was on a sycamore tree, and told him that He wanted to stay at his house; to visit and stay at Zaccheus’ house. The word ‘stay’ here can also mean to spend the night at, and not only a brief visit. It is written in Luke 19:8-9, “But Zacchaeus stood up and said to the Lord, “Look, Lord! Here and now, I give half of my possessions to the poor, and if I have cheated anybody out of anything, I will pay back four times the amount.” Jesus said to him, “Today, salvation has come to this house because this man, too, is a son of Abraham. For the Son of Man came to seek and to save the lost.”

We have read or heard a sermon about the Jewish people who claimed that they are the descendants of Abraham. But Jesus said, “If you were Abraham’s children, then you would do what Abraham did. But you don’t do what Abraham did. So, you are not a child of Abraham.” Abraham is called, “the father of the faithful” which means those who believe or have faith can be regarded as the children of Abraham. While the Jew is the lineal descendants of Abraham. 

Yet, the Bible also notes that those who believe in Jesus, who have faith in God through Jesus, are also the children of Abraham. Then, the question should be, what kind of faith should we have so that we will be considered as the children of Abraham? If the Lord corrected the Jews, who claimed to be the children of Abraham, by saying, “If you were Abraham’s children, then you would do what Abraham did.”, then we who confess and think that we are Abraham’s children by faith should examine ourselves if we have done what Abraham did. Do we have a faith that resembles Abraham’s faith? Indeed, to be considered as faithful, as the children of Abraham, is hard. 

It is written in James 2:19, “You believe that there is one God. Good! Even the demons believe that—and shudder.” If our faith does not resemble Abraham’s, then we are still capable of performing any Satanic acts; or being possessed by demons. Our faith should be evidenced by our deeds. Then, what is faith? Paul said, “See, Abraham was justified by faith.” The faith here is not only a belief in  thoughts or a ratification of doctrines in our thoughts, as Abraham’s deeds demonstrated his faith. 

Abraham was justified by faith. Abraham’s faith was not only in his thoughts, but was also demonstrated through his deeds. James shed a truth in how to possess the right faith. “You foolish person, do you want evidence that faith without deeds is useless.” Faith must be accompanied by deeds, not only being certain in our thoughts. In the book of Rome, when Paul wrote about faith, he did not mean to explain the expressions of faithful deeds. He was facing the Jews with their pride, who considered salvation comes from doing the law as written in their Torah. Therefore Paul said no one is justified from obeying the law, but by faith. The faith here is faith in Jesus. Thus, faith, that is understood as certainty in the mind, is not sufficient, but must be accompanied by our deeds. 

We believe in Jesus as our Lord and Saviour, either through births or marriage. Our belief will be perfect, will be right, and our faith will be accepted, when it is accompanied by works. By works, faith is made perfect. We must look up to Abraham. “Was not Abraham our father justified by works?” When was he justified? When he offered up his son, Isaac, on the altar. The true faith, as shown by Abraham, is letting go of all things, including those whom we dearly loved, our most beloved.

For Zaccheus, money is everything. But, once he believed in Jesus, he let it go. Similarly, Abraham let Isaac go. God must be the one and only most beloved in our lives. There is no other. Otherwise, we cannot have faith in Him. With God as our beloved, there will not even be a small gap for Satan to enter our lives. When Zaccheus gave half his riches away and returned fourfold of it to those he had extorted, he could become poor or at least not as wealthy. The Lord Jesus saw Zaccheus’ seriousness in accepting Him in His house. 

Having a certainty, in thoughts only, of a God that exists and who is unparalleled, still allows us to perform satanic acts, or even to be possessed of and acts like demons themselves. But, if we endeavour to resemble Abraham, who was willing to let go of our most beloved either wealth, riches, hobbies, worldly desires, self-worth, and so on and so forth, we will not create any gap to the power of darkness or evil spirits. Then, we can put on the life of Jesus, and say, “My life is not me anymore, but Christ who lives in me.” Then, we will be able to perceive the real Christianity. “Christian” means “like Christ”. Those who confess Jesus is Lord or believe Him , they must live as He had lived.  

TRUE FAITH IS THE ACT OF LETTING GO OF ANYTHING, INCLUDING THE MOST CHERISHED AND LOVED ONES.

Card image
MELEPASKAN APA PUN - 23 April 2023
2023-04-23 10:45:15


Hampir semua kita telah mendengar kisah Zakheus. Ia naik ke pohon ara, kemudian Tuhan Yesus memanggilnya untuk turun. Tuhan mengatakan bahwa Ia akan menumpang; akan tinggal di rumah Zakheus atau bertamu di rumah Zakheus. Kata “menumpang” bisa berarti menginap. Jadi, bukan hanya bertamu satu, dua jam saja. Lukas 19:8-9 tertulis, Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” Kata Yesus kepadanya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham.”

Kita pernah membaca di dalam Alkitab atau mendengar khotbah tentang orang-orang Yahudi mengaku sebagai anak Abraham. Tetapi Yesus berkata, “Kalau kamu anak Abraham, kamu akan melakukan apa yang Abraham lakukan. Tetapi kamu tidak melakukan apa yang Abraham lakukan. Jadi, kamu bukan anak Abraham.” Abraham disebut “bapak orang percaya,” artinya orang-orang yang memiliki percaya atau iman bisa digolongkan sebagai anak Abraham. Orang-orang Yahudi jelas mengaku dan merasa sebagai anak-anak Abraham, karena mereka memiliki garis keturunan secara darah dari Abraham.

Namun Alkitab juga mencatat bahwa orang yang percaya kepada Yesus, yang memiliki iman kepada Allah melalui Yesus, juga anak-anak Abraham. Jadi, kita adalah anak-anak Abraham oleh iman. Persoalannya, iman yang bagaimana yang harus kita miliki, supaya kita dapat digolongkan sebagai anak Abraham? Kalau orang Yahudi merasa dan mengaku anak Abraham, Tuhan mengoreksi: “Kamu bukan anak Abraham. Kalau kamu anak Abraham, kamu melakukan apa yang Abraham lakukan.” Kita yang mengaku dan merasa anak-anak Abraham oleh iman, harus mempersoalkan apakah kita melakukan apa yang Abraham lakukan. Apakah kita memiliki iman seperti iman yang dimiliki Abraham? Ternyata untuk digolongkan sebagai orang beriman, anak Abraham, itu berat.

Di Yakobus 2:19 tertulis, “Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.” Kalau iman kita tidak seperti iman Abraham, maka kita masih berpotensi melakukan tindakan seperti setan; atau bisa kerasukan setan. Harus ada perbuatan yang menunjukkan iman. Masalahnya, iman itu apa? Paulus mengatakan, “Lihatlah, Abraham dibenarkan karena iman.” Iman yang dimaksud oleh Paulus tentu bukan sekadar keyakinan di dalam pikiran atau pengaminan akali. Sebab apa yang dilakukan oleh Abraham itulah perwujudan dari imannya.

Abraham dibenarkan karena iman. Iman Abraham bukan hanya keyakinan di dalam pikiran, melainkan tindakan. Yakobus menyingkapkan kebenaran bagaimana memiliki iman yang benar. “Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?” Iman harus disertai perbuatan, bukan hanya keyakinan di dalam pikiran; keyakinan harus disertai dengan tindakan. Di dalam kitab Roma, ketika Paulus menulis mengenai iman, Paulus tidak bermaksud menjelaskan ekspresi dari tindakan iman. Dia sedang berhadapan dengan orang Yahudi dengan segala kesombongannya, yang memandang bahwa dengan melakukan hukum Taurat, bisa selamat. Maka, Paulus mengatakan tidak ada orang yang bisa dibenarkan karena melakukan hukum Taurat, tetapi karena iman. Maksud “iman” adalah keyakinan kepada Yesus. Jadi, iman dalam keyakinan pikiran itu tidak cukup, tetapi harus disertai dengan perbuatan.

Kita percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, entah kita dari kecil Kristen atau menikah dengan orang Kristen, lalu jadi Kristen. Keyakinan ini menjadi sempurna, menjadi benar, imannya diterima, kalau disertai perbuatan. Dengan perbuatan, iman menjadi sempurna. Kita harus melihat Abraham. “Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya?” Kapan? Ketika ia mempersembahkan, Ishak, anaknya di atas mezbah. Iman yang benar, yang dicontohkan oleh Abraham adalah tindakan melepaskan apa pun, termasuk yang paling disayangi, yang paling dicintai.

Bagi Zakheus, uang itu segalanya. Tetapi begitu dia percaya Tuhan Yesus, dilepaskan. Ini sama dengan Abraham, Ishak dilepaskan. Tidak boleh ada yang tersayang, tercinta dalam hidup kita selain Tuhan. Jika ada yang kita sayangi dan cintai lebih dari Tuhan, kita tidak bisa beriman. Kalau Tuhan menjadi yang tercinta dan tersayang dalam hidup kita, tidak ada celah Iblis masuk. Ketika Zakheus memberikan separuh hartanya dan mengembalikan empat kali lipat kepada orang yang pernah dia peras, bisa saja dia menjadi orang miskin atau menjadi tidak kaya lagi. Tuhan Yesus melihat keseriusan Zakheus menerima diri-Nya menumpang di rumahnya.

Kalau kita hanya meyakini dalam pikiran Allah itu ada, Allah itu esa, maka kita masih bisa berpotensi berperilaku seperti setan atau masih berpotensi dikuasai dan berperilaku seperti roh-roh jahat. Tetapi kalau kita seperti Abraham; yang tersayang, yang tercinta, rela dilepaskan, bisa harta, kekayaan, hobi, nafsu, harga diri, apa pun, kita tidak membuka celah terhadap kuasa kegelapan atau roh-roh jahat. Kita baru bisa mengenakan hidup-Nya Yesus, dan bisa berkata, “Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku.” Kita baru bisa melihat kekristenan yang benar. “Kristen” artinya “seperti Kristus.” Orang yang mengaku Yesus Tuhan atau percaya kepada-Nya, ia wajib hidup sama seperti Dia hidup.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

IMAN YANG BENAR ADALAH TINDAKAN MELEPASKAN APA PUN, TERMASUK YANG PALING DISAYANGI DAN DICINTAI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 April 2023
2023-04-23 10:14:31

Mazmur 43-35, 49, 84-85, 87

Card image
Truth Kids 22 April 2023 - TETAP MENGASIHI
2023-04-22 10:16:05


Matius 13:57
Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.”

Ada seorang anak bernama Nino. Nino selalu diajarkan orangtuanya untuk mengasihi sesama dan menolong sesama tanpa mengharapkan imbalan. Namun, suatu ketika Nino mendapat olok-olokan dari teman kelasnya. Temannya tidak suka melihat Nino rajin membantu guru di sekolah. Nino rajin merapikan mainan dan sering mengangkat tangan untuk bertanya kepada guru. Hal inilah, yang membuat teman-temannya tidak suka kepadanya. Tetapi Nino tetap mengasihi teman-temannya tanpa mengharapkan balasan.

Nah… ini juga yang dialami oleh Tuhan Yesus saat menjadi manusia. Banyak orang mengejek Tuhan Yesus karena sikap-Nya. Padahal Tuhan Yesus turun ke bumi untuk menyelamatkan kita. Pada saat itu, Tuhan Yesus merasa sedih dan kecewa padahal yang Ia lakukan itu untuk kebaikan semua manusia. Bahkan, Ia dikhianati oleh murid-Nya sendiri. Tuhan Yesus pun pernah merasakan sedih dalam hidup-Nya. Tetapi Ia tetap mengasihi semua manusia, termasuk manusia yang menolak-Nya.

Sobat Kids, apabila ada sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan kita, wajar jika kita merasa kecewa. Tetapi Sobat Kids tidak boleh terlalu merasa kecewa. Ingatlah Tuhan Yesus yang tetap mengasihi walaupun Ia kecewa terhadap manusia.

Card image
Truth Junior 22 April 2023 - DITOLAK
2023-04-22 10:07:13


Matius 13:57
Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.”

Orang-orang di tempat asal Tuhan Yesus, Nazaret, mengenal-Nya sebagai anak dari Yusuf, si tukang kayu. Awalnya mereka takjub saat mendengar pengajaran Tuhan di rumah ibadah mereka. Tetapi mereka sadar dan tahu kedua orang tua Yesus. Lalu orang-orang di Nazaret menjadi kecewa dan menolak Tuhan Yesus. Mereka hanya menganggap Yesus sebagai anak dari Yusuf dan Maria. Jadi, mereka berpikir seorang anak tukang kayu tidak mungkin memiliki kuasa untuk mengajar dan mengadakan mukjizat-mukjizat.

Sobat Junior, apabila ada sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan kita, wajar jika kita merasa kecewa. Tuhan Yesus pun merasa tertolak waktu menjadi manusia. Tentu saja Tuhan merasa sedih dan kecewa. Kedatangan-Nya adalah demi menyelamatkan manusia. Namun, manusia tidak bisa mengerti maksud-Nya tersebut. Bahkan, Ia dikhianati oleh murid-murid-Nya. Tuhan Yesus tidak menyangkali perasaan sedih atau kecewa yang Ia rasakan, karena memang perasaan itu bukan sesuatu yang salah.

Jika ada orang yang menolak atau mengecewakan kalian, jangan larut dalam perasaan sedih, ya, Sobat Junior. Ingatlah akan Tuhan Yesus yang pernah merasakan hal yang sama dengan yang kalian alami. Tetapi Tuhan Yesus tidak berhenti melakukan hal baik. Ia tetap melakukan kebaikan dan melakukan hal yang benar. Yuk, kita ikuti teladan Tuhan Yesus.

Card image
CAPABLE BECAUSE OF GOD - 22 April 2023 (English Version)
2023-04-22 10:04:10


”He teacheth my hands to war, So that a bow of steel is broken by mine arms.” (Psalm 18:34)

Have we ever been in the lowest point? Where we no longer have hope, and feel good about ourselves. Sometimes it appears when we are struggling to follow what God wants. The firmer we follow God, the more our lives will be processed. At first we thought it could still be passed. However, sometimes there will be a time when hope is no longer an answer, instead giving up is the most beautiful thing we can do. Moreover, if the support system is not enough to complete our lives. Sometimes we choose to find an outlet, with new activities or associations that tend to be destructive. However, there is one tip that is actually the most effective way to get through all that is taking shelter in God. Like a power bank that is charged before being used for charging, taking shelter in God is also the only way for us to increase our fighting power and strength. No matter how strong we are, there is nothing we can go through without God. How does God strengthen us? Certainly in His miraculous way which is sometimes beyond our understanding. Not just strength, He also gives abundant peace. Therefore, do not let us rely on our own strength, even the strength that the world gives us because of all that. Once we get used to being strong with God, we will be even stronger in facing even worse circumstances than before because we know problems are blessings that mature our lives.

WHAT TO DO:
1. Don't rely on your own strength
2. Believe in God's way of giving us strength and peace

BIBLE MARATHONS:
▪︎ 1 Samuel 1-3

Card image
Truth Youth 22 April 2023 - MAMPU KARENA TUHAN
2023-04-22 09:57:23


”yang membuat kakiku seperti kaki rusa dan membuat aku berdiri di bukit.” (Mazmur 18:34)

Pernahkah kita ada dalam kondisi titik terendah? Di mana kita tidak lagi memiliki harapan, dan rasa nyaman dengan diri kita sendiri. Terkadang hal tersebut muncul ketika kita sedang berjuang untuk mengikuti apa yang Tuhan inginkan. Semakin teguh mengikut Tuhan, semakin diproses pula hidup kita. Awal-awal kita berpikir masih bisa dilewati. Namun, terkadang akan ada masanya di mana harapan bukan lagi sebuah jawaban, sebaliknya menyerah adalah hal terindah yang bisa kita lakukan. Lebih lagi, kalau support system tidak cukup untuk melengkapi hidup kita. Terkadang kita memilih untuk mencari pelampiasan, dengan kesibukan ataupun pergaulan yang baru yang cenderung merusak. Namun, ada satu tips yang sebenarnya paling ampuh untuk melewati semua yaitu berteduh dalam Tuhan. Seperti powerbank yang di-charge sebelum dipakai untuk mengisi daya, berteduh di dalam Tuhan juga satu-satunya cara untuk kita menambah daya juang dan kekuatan kita. Sekuat apa pun kita, tidak ada hal yang dapat kita lalui tanpa Tuhan. Bagaimana cara Tuhan menguatkan kita? Pastinya dengan cara-Nya yang ajaib yang terkadang di luar akal kita. Bukan hanya sekadar kekuatan, Dia juga berikan damai sejahtera yang melimpah. Oleh sebab itu, jangan sampai kita mengandalkan kekuatan diri kita sendiri, bahkan kekuatan yang dunia berikan, karena semua itu semu. Sekali saja kita terbiasa kuat bersama Tuhan, kita akan lebih kuat lagi menghadapi keadaan yang bahkan lebih buruk dari sebelumnya karena kita tahu persoalan adalah berkat yang mendewasakan hidup kita.

WHAT TO DO:
1. Tidak mengandalkan kekuatan sendiri
2. Percaya akan cara-Nya Tuhan dalam memberikan kita kekuatan dan damai sejahtera

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 1-3

Card image
Renungan Pagi - 22 April 2023
2023-04-22 09:52:09


Dalam hidup ini kadang kala kita hanya fokus pada apa yang menyenangkan daging bukan pada yang dibutuhkan oleh roh. Alkitab berkata hiduplah oleh Roh supaya kamu tidak mengikuti keinginan daging. Keinginan daging selalu bertentangan dengan keinginan Roh.

Jika memilih hidup dalam pimpinan Roh Allah, maka kita adalah anak-anak Allah yang melakukan keinginan Roh, yaitu hidup dan damai sejahtera. Sedangkan keinginan daging mendatangkan maut. Pilihannya ada di tangan kita, mau hidup menurut daging atau Roh.
(Roma 8:6,14; Galatia 5:16)

Card image
Quote Of The Day - 22 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-22 09:48:17


Kalau Bapa di surga memberkati orang Kristen yang malas dan tidak bertanggung jawab, maka berarti Bapa merusak etos kerja dan mental orang tersebut.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 22 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-22 09:44:47


Potongan boleh dipandang seperti gembel oleh manusia, tetapi jangan berpikir seperti gembel, mental kita harus mental bangsawan, bermartabat anak Allah, karena kita anak-anak Allah.

Card image
AN HONOUR - 22 April 2023 (English Version)
2023-04-22 09:42:00


In reality, we find that many Christians do not endeavour to make attaining the merit to be the members of the Kingdom of God as their first priority, nor ponder upon God’s plan on their lives to involve them in His project; included in this group are many pastors and church activists. This is similar to the Israelites whose only concern was God’s plan upon themselves, and not God’s plan upon their lives regarding others. Self-centredness will never satisfy our endless desires, nor will it solve our problems. As long as we are still living in this fallen world, we will always be faced with problems. Self-centredness, however, will render us unworthy of God’s providence and blessings, as our only concern is ourselves. 

Now, this opportunity is available to us, which will grieve us greatly if missed, if we return home empty-handed. As the fool, mentioned in the Parable of The Rich Fool which is told in Luke 12, whose only concern was, “What should I do to store my surplus grain? I will tear down my barns and build bigger ones. Then I’ll say to myself, “You have plenty of grain laid up for many years. Take life easy; eat, drink, and be merry.” The man was rich, but foolish, even mad. We can satisfy our stomach with grain, but not our soul. Ironically, many people toil only to satisfy their earthly needs while forgetting their eternal ones. 

Most of us are not totally cleansed from this corruption. God never intends to deprive us of earthly possessions or recreational activities, such as opportunities for travels to enjoy nature, taking family holidays, or spending relaxing times with our friends. He will provide us these things, but we should never allow ourselves to be drifted away, even sink into them. This is in total contrast with the Israelites. Unfortunately, many churches and pastors attempt to imitate the Israelites. Thus, they fail to obey the mandate God gave us to “make disciples of all nations.”

For this reason, in the New Testament, we are the children of God, who are yoked to Jesus, God’s only begotten Son, to also bear His burden. And our example is Jesus. In all things, Jesus had to be made like us, fully human in every way. Do not add to it. He overcame His struggles by His dependence on His Father, not by His own extraordinary powers. Therefore, He must pray prior to selecting His disciples. He must pray to obtain power. He cries. Even the book of Hebrews mentions, “with fervent cries and tears.”. He Himself said, “My soul is overwhelmed with sorrow to the point of death.” This shows perfect humanity.

As Jesus was fully human when He was on earth, we can be optimistic that we should be able to do what He did. To do this, we must replicate Him in this day and age, in our life, until we can say, “Follow my example as I follow the example of Christ.” In the New Testament era, all believers are priests. We are not divided into priests and lay people. 1 Peter 2:9 says, “But you are a chosen people, a royal priesthood, a holy nation, God’s special possession, that you may declare the praises of him who called you out of darkness into his wonderful light.”

As a congregation, we must be mature so that we can be the nobles of the Kingdom of God. We are exceptional. To actualise this, we must strive, we must grow in God. Even those who are already advanced in age should not be discouraged, and say, “I am old and frail. I am of no use.” Instead, take time to sit quietly at His feet and ask, “Lord, what should I do? What is my part in Your work? I want to finish it.” Then God will show us what our work is. We have been chosen to be priests, God’s commanders. Do not perceive our lives as it is – jobless, debt-ridden, homeless. 

Indeed, these should not be our main concern. If we submerge ourselves with these earthly concerns, we will die drowning in them. On the other hand, we should start to consider this: “Lord, I long to understand Your mind and Your feelings. Let each word that comes out of my mouth be an anthem, a beautiful verse unto You. Let each act be a sweet aroma, a graceful dance in Your eyes.” Knowing the righteous God is glorious. As we pray, we keep still, and we fathom God, who was, and is, and is to come, the Creator of heaven and earth. He is awesome. Therefore, it is an honour to be able to perceive His will and follow it. Thus, reckon with God. Provide a time to seek His face and to find His will. Use this opportunity, as each one of us who live in this New Testament time can meet with God. Unlike those who live in the Old Testament time, where only priests can meet with Him.  

IT IS AN HONOUR IF WE CAN UNDERSTAND AND DO GOD'S WILL.

Card image
SUATU KEHORMATAN - 22 April 2023
2023-04-22 09:38:22


Dalam kenyataan yang kita dapat temukan, banyak orang percaya yang tidak mengutamakan bagaimana menjadi manusia yang layak sebagai anggota keluarga Kerajaan Allah, dan memikirkan apa yang dirancang Allah dalam hidup untuk masuk proyek Tuhan; termasuk di dalamnya para pendeta dan aktivis. Kalau bangsa Israel, mereka tidak pernah mau tahu rencana Allah dalam hidup mereka untuk orang lain, karena mereka hanya peduli rencana Allah untuk hidup mereka sendiri. Padahal, kita tidak akan pernah kecukupan dengan memikirkan diri sendiri, dan masalah kita tidak pernah selesai. Sampai mati, kita akan terus punya masalah. Kita menjadi orang yang tidak layak ditolong Tuhan, tidak layak diberkati Tuhan, karena kita hanya memikirkan diri kita sendiri.

Sekarang, kesempatan ini terbuka untuk kita. Dan kita akan sangat menyesal kalau kita pulang dengan tangan kosong, seperti yang dikatakan dalam Lukas 12:16-21 tentang orang kaya yang pikirannya hanya: “bagaimana aku menambah jumlah lumbungku untuk menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku, supaya aku bisa berkata: jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya. Beristirahatlah, makanlah dan minumlah, dan bersenang-senanglah.” Orang kaya ini bodoh, bahkan gila. Perut diisi gandum, kenyang. Jiwa diisi gandum, tidak kenyang, bukan? Ironis, hari ini banyak orang yang seperti itu. Sirkuitnya dipaksa sehingga jadi rusak.

Sebagian kita itu masih punya unsur-unsur kerusakan ini. Bukan tidak boleh memiliki ini dan itu atau berekreasi ke mana pun. Tuhan akan memberi kita kesempatan untuk menikmati pemandangan alam, berlibur dengan keluarga, bersantai dengan sahabat, tapi jangan kita hanyut, tenggelam dalam kesenangan-kesenangan tersebut. Betapa bedanya kita dengan bangsa Israel. Tapi kita melihat banyak gereja, banyak pendeta mengimitasi diri sebagai umat seperti bangsa Israel. Dan tidak melihat perbedaan ini, sehingga tidak menemukan mandat yang Tuhan berikan kepada kita, yaitu: “Jadikan semua bangsa murid-Ku” (Matius 28:18-20).

Jadi, masuk Perjanjian Baru, kita menjadi anak-anak Allah yang berarti sepenanggungan dengan Yesus yang adalah Anak Tunggal-Nya. Dan polanya adalah kehidupan Yesus. Bahwa Dia benar-benar dalam segala hal disamakan dengan kita, titik. Jangan ditambah-tambahi. Bahwa Dia dalam perjuangan-Nya benar-benar bergantung kepada Bapa, bukan karena ada kekuatan istimewa di dalam diri-Nya. Karenanya, sebelum memilih murid-murid-Nya, Dia berdoa semalam-malaman. Dia harus berdoa guna mendapatkan kekuatan. Itulah sebabnya juga Dia menangis. Bahkan dikatakan di dalam kitab Ibrani, “dengan keluhan dan tangisan.” Bahkan Dia sendiri yang mengatakan, “mau mati rasanya, hati-Ku sedih.” Itu kemanusiaan yang sempurna.

Dengan kemanusiaan Yesus yang sempurna, kita bisa optimis bahwa kita juga bisa berbuat seperti yang Dia perbuat. Namun kita harus menghidupkan Yesus di zaman kita, di dalam diri kita. Sampai kita bisa berkata, “ikuti teladanku seperti aku ikut teladan Kristus.” Jadi setelah masuk zaman Perjanjian Baru, semua kita menjadi imam. Tidak ada istilah “ini imam, ini awam.” 1 Petrus 2:9 mengatakan, “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.”

Kita adalah jemaat yang harus dewasa untuk menjadi perwira tinggi Kerajaan Surga. Kita ini istimewa. Namun tentu untuk menjadi istimewa secara de facto, kita harus berjuang, bertumbuh di dalam Tuhan. Jangan kita tenggelam dengan masalah. Bahkan yang sudah berusia pun jangan menjadi kecil hati dan berkata, “Saya tua, tidak berdaya.” Secara umur memang kita sudah tua, tapi kalau kita duduk diam di kaki Tuhan, terus bertanya, “Apa yang harus saya lakukan, Tuhan? Apa bagian pekerjaan-Mu yang menjadi bagianku? Aku mau menyelesaikannya.” Maka Tuhan pasti akan menunjukkan apa yang harus kita lakukan. Kita adalah orang-orang yang dipilih menjadi imamat-imamat, hulubalang-hulubalang. Jangan lihat hidupmu sekarang yang nganggur, banyak utang, belum punya rumah.

Sungguh, kita jangan pikirkan itu. Kalau kita hanya tenggelam berpikir di situ, sampai mati kita akan terus tenggelam dalam keadaan itu. Sebaliknya, kita harus mulai berpikir: “aku mau mengerti pikiran, perasaan-Mu, Tuhan. Setiap kata yang kuucapkan menjadi nyanyian, jadi syair. Setiap apa pun yang kulakukan menjadi keharuman, menjadi tarian yang indah di hadapan-Mu.” Mengenal Allah yang benar itu luar biasa. Waktu kita berdoa, kita diam, hayati Allah yang sudah ada dari kekal sampai kekal, yang menciptakan langit dan bumi. Dahsyat sekali Allah kita. Maka adalah suatu kehormatan kalau kita bisa mengerti kehendak Tuhan dan melakukannya. Jadi, berurusanlah dengan Tuhan. Sediakan waktu untuk mencari wajah-Nya dan untuk menemukan kehendak-Nya. Kalau dalam kehidupan bangsa Israel, hanya imam yang boleh menjumpai Tuhan, tapi dalam umat Perjanjian Baru, setiap kita bisa menjumpai Allah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ADALAH SUATU KEHORMATAN KALAU KITA BISA MENGERTI KEHENDAK TUHAN DAN MELAKUKANNYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 April 2023
2023-04-22 09:17:03

1 Tawarikh 1-2

Card image
Truth Kids 21 April 2023 - GILIRANKU
2023-04-21 08:57:13


1 Timotius 4:12
“Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.”

Setiap anak yang lahir di bumi ini tidak dapat memilih siapa yang akan menjadi orangtuanya. Tuhan memberikan keluarga yang istimewa kepada setiap kita. Setiap orangtua sudah seharusnya mengasihi dan melindungi anak-anaknya. Walaupun mungkin pernah kalian lihat atau dengar di berita, bahwa ada orangtua yang melukai anaknya sendiri. Tentu saja hal itu salah, ya, Sobat Kids. Namun, kita harus tetap mengasihi orangtua.

Tuhan telah memberikan kasih kepada manusia. Kasih yang tidak bersyarat. Maksudnya tidak bersyarat adalah tetap mengasihi walaupun tidak mendapatkan apa-apa. Hanya ingin mengasihi tanpa meminta atau mengharapkan sesuatu.

Sekarang kalian dirawat dan dibesarkan oleh orangtua. Nanti akan tiba giliran Sobat Kids untuk merawat orangtua kalian sendiri. Kalian harus belajar untuk menjaga dan merawat orangtua. Sejak sekarang kalian harus menjadi berkat bagi keluarga.

Card image
Truth Junior 21 April 2023 - UNCONDITIONAL LOVE
2023-04-21 08:50:12


1 Timotius 4:12
“Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.”

Sobat Junior, apakah Sobat Junior mengasihi orangtua kalian? Mungkin bagi beberapa Sobat Junior yang tidak memiliki orang tua, karena satu dan lain hal, kalian dirawat atau diasuh oleh keluarga, atau bahkan mungkin orang lain. Apakah kalian mengasihi orang yang menjaga dan merawat kalian sampai saat ini? Tentu saja mudah mengatakan “ya” jika kita menerima kasih sayang dari mereka. Tapi, jika kita merasa hidup kita menderita, dapatkah kita menjawab pertanyaan di atas dengan mudah?

Sobat Junior, sebenarnya ketika seorang bayi lahir ke dunia, ia sudah dilengkapi dengan sesuatu yang disebut _unconditional love;_ kasih yang tidak bersyarat. Meskipun selama masa bayi ia tidak dirawat dengan baik oleh orangtua atau orang sekitarnya, ia bisa tetap bertumbuh dengan kasih kepada orangtuanya, loh. Kok bisa begitu, ya? Ya, karena memang itulah anugerah dari Tuhan, bahwa seorang bayi yang baru lahir itu tidak bisa membenci atau memilih untuk tidak mengasihi orangtuanya. Sudah merupakan naluri dan otomatis ada kasih dalam diri mereka kepada sosok yang mereka ketahui sebagai orangtua mereka.

Saat kita semakin beranjak besar, kita merasakan berbagai pengalaman hidup dan menerima berbagai perlakuan dari orang-orang sekitar kita, maka “kasih tidak bersyarat” tadi bisa menjadi “bersyarat.” Sobat Junior sendiri bagaimana? Meskipun orangtua kita tidak mengasihi dan merawat kita dengan benar, kita bisa tetap memilih untuk mengasihi mereka dan mengampuni mereka dengan tulus, kok. Itu pasti menyenangkan hati Bapa di surga. Kita pertahankan, yuk, keistimewaan yang Tuhan berikan pada kita sejak lahir!

Card image
Truth Youth 21 April 2023 (English Version) - CROSS BEARED TOGETHER
2023-04-21 08:48:10


”And the LORD, he it is that doth go before thee; he will be with thee, he will not fail thee, neither forsake thee: fear not, neither be dismayed.” (Deuteronomy 31:8)

Who here has ever thought of even trying to solve a problem alone with the excuse that they don't want to burden other people? I! This thinking is of course reasonable, simply because you don't want to be a burden or bother others. But, often these thoughts actually make our problems more complicated and not infrequently the problems don't get resolved and keep getting more and more. The experience of trying to solve a problem alone made me say something like this, “Oh, how come no one helps me? How come I'm alone? Why doesn't anyone know? where is God?” Even though this is a choice that I made before with full awareness. However, that doesn't mean trying to solve the problem yourself is always bad. There are times when we are also given the ability to do that. However, if this makes us accustomed to relying on ourselves and end up like my story earlier, I think something is wrong and this needs to be changed!

What to change? The thing we have to change is when we think that we have to carry all the burdens that are within us alone. In fact, there is an invisible figure who always helps us carry the cross. God who allows problems to come into our lives as a form of maturing process, the same God also gives His hand to carry the cross with us. Therefore, today's reflection tries to remind all of us not to get used to relying on our own strength. Because of this, of course, we will fantasize that we are responsible for all of this alone and no one is helping. Even though God also feels the sadness and distress that we experience, and this is a real thing. Therefore, let's start living God's presence in each of our lives. Remember! The cross is carried together, by you and God.

WHAT TO DO:
1. Living God's presence by establishing a relationship through prayer.
2. Come to a healthy community where you can feel God's presence through them.
3. Remember that you are never alone, God is always there in His way.

BIBLE MARATHONS:
▪︎ Ruth 1-4

Card image
Truth Youth 21 April 2023 - SALIB DIPIKUL BERDUA
2023-04-21 08:45:11


"Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau janganlah takut dan janganlah patah hati." (Ulangan 31:8)

Siapa di sini yang pernah berpikir bahkan mencoba untuk mengatasi masalah sendirian dengan alasan tidak mau bebanin orang lain? Saya! Pemikiran ini tentu beralasan, sederhananya karena gak mau jadi beban atau ngerepotin yang lain. Tapi, sering kali pemikiran ini malah buat masalah kita makin ribet dan tidak jarang juga masalahnya malah jadi tidak selesai terus tambah banyak. Pengalaman mencoba menyelesaikan masalah sendirian membuat saya berkata seperti ini, “Duh kok gak ada yang bantu gue ya? Kok gue sendirian? Kenapa sih gak ada yang ngerti? Tuhan di mana?” Padahal ini adalah pilihan yang saya ambil sebelumnya dengan penuh kesadaran. Namun, bukan berarti mencoba menyelesaikan masalah sendiri itu selalu buruk ya. Ada kalanya memang kita juga diberi kemampuan untuk itu. Namun, kalau hal tersebut membuat kita terbiasa untuk mengandalkan diri sendiri dan end up seperti cerita saya tadi, kayaknya ada yang salah dan hal tersebut perlu diubah!

Apa yang harus diubah?Hal yang harus kita ubah adalah ketika berpikir bahwa semua beban yang ada di dalam diri kita harus kita pikul sendirian. Nyatanya, ada sosok yang tidak kelihatan yang selalu membantu kita memikul salib tersebut. Tuhan yang mengijinkan masalah datang di hidup kita sebagai bentuk proses pendewasaan, Tuhan yang sama juga memberikan tangan-Nya untuk memikul salib tersebut bersama kita. Karenanya, renungan hari ini mencoba untuk mengingatkan kita semua untuk tidak terbiasa mengandalkan kekuatan diri sendiri. Karena hal ini tentunya kita akan berfantasi bahwa semua ini kita tanggung sendirian dan tidak ada satu pun yang menolong. Padahal Tuhan juga turut merasakan kesedihan dan kesusahan yang kita alami, dan hal ini adalah hal yang nyata. Oleh sebab itu, mari mulai menghayati kehadiran Tuhan dalam hidup setiap kita. Ingat! Salib dipikul berdua, oleh kamu dan Tuhan.

WHAT TO DO:
1. Menghayati kehadiran Tuhan dengan menjalin hubungan melalui doa.
2. Datang ke komunitas yang sehat di mana kamu dapat merasakan kehadiran Tuhan lewat mereka.
3. Ingat bahwa kamu tidak pernah sendirian, Tuhan selalu ada lewat cara-Nya.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ruth 1-4

Card image
Renungan Pagi - 21 April 2023
2023-04-21 08:42:08


Mungkin ada pendapat buruk tentang kita yang begitu menyakitkan hati dan membuat merasa terintimidasi. Serahkanlah rasa gelisah kepada Tuhan di dalam doa, tetaplah melakukan apa yang benar, janganlah berputus asa. Penghakiman manusia bukanlah yang terpenting bagi kita.

Sebagaimana yang dilakukan Rasul Paulus. Meski dibebani dengan berbagai tuduhan yang berisi penghinaan dan fitnah, Paulus sadar bahwa ia harus tetap hidup dalam hadirat Allah dan memegang segala ketetapan-Nya. Berbagai tuduhan yang dilontarkan kepada Paulus pasti sangat menyakitkan hatinya. Hati nuraninya pun pasti sangat tersiksa.

Namun dalam tulisannya kita melihat bahwa pendirian Rasul Paulus tetap teguh, "Dia, yang menghakimi aku, ialah Tuhan". Karena kita tidak dapat menyenangkan hati semua orang, namun yang terpenting bagaimana menyenangkan hati Tuhan.
(1 Korintus 4:4)

Card image
Quote Of The Day - 21 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-21 08:37:04


Ciri orang yang hidup dalam hadirat Allah adalah tidak memiliki kecemasan atau perasaan krisis akan kebutuhan hidup.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 21 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-21 08:33:01


Pagari diri kita dengan janji, tekad, komitmen, nazar, sumpah untuk hidup suci dan tidak mencintai dunia, supaya pada waktu kita pulang nanti hanya Tuhan yang kita miliki.

Card image
LOVING THE SOUL RIGHT - 21 April 2023 (English Version)
2023-04-21 08:31:05


We know that the Israelites are God’s chosen people, as they are the descendants of Abraham, according to the flesh. On the other hand, we are God’s chosen people according to the faith. There is a significant difference between the chosen people according to the flesh and the chosen people according to the faith. As the chosen people, the Israelites’ main concerns were themselves and the land promised them by God, i.e. the land of Canaan. They can be considered as “egocentric”. They did not concern themselves with the spiritual conditions of other nations, except for the foreigners who lived in their midst, whom they must accept as written in their Torah. However, God had selected them in order to fulfil His will and plan, i.e. Messiah would be descended from the Israelites. 

In contrast, our lives are “Theocentric”. We do not consider our Promised Land to be earthly. We do not need to pride ourselves as Christians, as our belief does not focus on ourselves, but on Christ, our Lord, and God the Father. We must concern ourselves with other people. We do not pride ourselves as God’s chosen people that “I” becomes the centre of our lives. Our centre is Christ; we are theocentric. Our centre is God, who is also concerned about others. For this reason, in Matthew 28:18-20, the Lord Jesus gave us His Great Commission, “Go, make disciples of all nations.” Then in Acts 1:8, “But you will receive power when the Holy Spirit comes on you, and you will be my witnesses in Jerusalem, and in all Judea and Samaria, and to the ends of the earth.”

Unlike the Israelites whose main focus was on the Land of Canaan, to us was given this status, “You are not of this world.” It means, we must not, in any way, consider this world as our reality. This is hard to be accepted by any worldly Christian. When someone said to Jesus, “Lord, I will follow you wherever you go,” As written in Luke 9:58, He replied, “Foxes have dens and birds have nests, but the Son of Man has no place to lay His head.” Jesus did not reply to the man, “Yes, you can.” or “No, you cannot.” But He gave a statement as His reaction to the question. 

The Lord’s willingness for that man to follow Him conveys the idea that if the person were to follow Jesus, he must put on Jesus’ manners of life, of which He applied this principle, “Foxes have dens and birds have nests, but the Son of Man has no place to lay His head.” Many people have absorbed and put on the lifestyles of those around them. But, through God’s endless mercy and His great patience, He gives us the opportunity to follow Him. Although we may have doubts in our hearts regarding others’ abilities to follow His way, their willingness to follow the way should not be our concern; our concern is following the Lord, following His way. 

As the chosen people, whose lives centred on God, Jesus’ manners of life should be our whole manners of life. It is an arduous journey to be able to perceive the heart, soul, breath, or essence of Jesus’ life in, especially as it relates to our daily struggles. But the Holy Spirit will guide us in putting on the soul, the breath, and the life of Jesus. So that we can fulfil what is said in God’s word, “The life I now live in the body, I live by faith in the Son of God, who loved me and gave Himself for me.”

We must understand the intentions and the way of God, that is bringing souls into His Kingdom. He never intends for anyone, who has become a citizen of His Kingdom, to enter it alone. Unfortunately, many Christians are concerned primarily about themselves; thus, lacking the ability to think about others. The Devil will often tempt us to make us lose our only focus. He will inundate us with many concerns, as he is very evil. However, we cannot be adversely affected or disturbed by the trials we face in our lives. God’s plan is great, to save all people to enter into the Promised Land: the new heaven and the new earth, and for all to enter into the Kingdom of God. This plan is greater than, for example, miraculous recovery of our business after a disaster, or miraculous healing of a disease. God’s plan is above all else. A correct understanding of God’s plan means loving our soul in correct manners.   

A person is said to love his/her soul in the right manners when he/she does not concern him/herself with food and clothing, or any worldly concerns, as “Foxes have dens and birds have nests, but the Son of Man has no place to lay His head.” We should diligently employ ourselves to ensure all our needs, as well as all our dependents’, are sufficiently met. But this should not take us away from our focus, i.e. saving souls – to lead people to salvation according to God’s will, that is people who are endowed with God’s glory, who will in turn lead others to find His glory. This should be our project.   

A PERSON IS SAID TO LOVE THEMSELVES IN THE CORRECT MANNERS WHEN THEY ARE CONCERNED ABOUT NOTHING BUT HIS WORK.

Card image
MENGASIHI JIWA DENGAN BENAR - 21 April 2023
2023-04-21 08:21:40


Semua kita tahu bahwa bangsa Israel adalah umat pilihan, dari atau secara darah daging, karena mereka keturunan Abraham. Sedangkan kita adalah umat pilihan secara iman. Betapa jauh berbedanya umat pilihan secara darah daging, dengan kita umat pilihan secara iman. Bangsa Israel adalah umat yang berpusat kepada diri mereka sebagai bangsa yang mereka banggakan sebagai umat pilihan. Tentu mereka berpusat pula pada negeri yang Allah janjikan, yaitu tanah Kanaan. Mereka masih “egosentris.” Mereka tidak memedulikan bangsa lain, kecuali kalau ada orang asing yang tinggal di tengah-tengah mereka, mereka harus terima sesuai dengan Taurat yang tertulis di dalam Kitab Taurat mereka. Walaupun ada desain, ada rencana Allah di balik pemilihan mereka sebagai umat pilihan tersebut, yaitu dari bangsa itu akan dilahirkan Mesias.

Berbeda dengan kita yang berprinsip Teosentris. Kita tidak mengenal tanah perjanjian di bumi ini. Kita tidak perlu bangga sebagai orang Kristen, karena kita bukan “akusentris” yang berpusat pada nation, tetapi berpusat pada Kristus Tuhan, dan Allah Bapa sebagai pusat kita. Kita harus memikirkan bangsa-bangsa lain. Kita tidak pernah bangga bahwa kita adalah umat pilihan, sehingga kita berpusat pada diri sendiri. Kita berpusat pada Kristus; teosentris. Berpusat pada Allah, yang memikirkan bangsa-bangsa lain. Itulah sebabnya di dalam Amanat Agung Tuhan Yesus di Matius 28:18-20, Tuhan memberikan Amanat Agung, “Pergilah, jadikan semua bangsa murid-Ku.” Dan juga dalam Kisah Para Rasul 1:8, “Kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku sampai ke ujung bumi.”

Kalau bangsa Israel berpusat pada tanah Kanaan, kepada kita dikenakan status “Kamu bukan berasal dari dunia ini.” Berarti, kita tidak memiliki proyeksi atas dunia ini sama sekali. Ini yang akan sulit diterima oleh orang Kristen yang duniawi. Ingat, apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus ketika ada orang berkata, “Tuhan, aku akan ikut Engkau ke mana pun Kau pergi,” Tuhan Yesus berkata kepada orang itu di dalam Lukas 9:58, “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Pernyataan Tuhan Yesus ini sebagai reaksi dari apa yang dikatakan oleh seseorang yang menyatakan mau ikut Tuhan. Tuhan Yesus tidak berkata “boleh” atau “tidak boleh.”

Di balik kata “boleh” atau perkenanan Tuhan bagi orang itu dalam mengikuti Yesus, orang itu harus mengerti bahwa mengikut Yesus berarti harus mengenakan cara hidup-Nya yang berprinsip: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Banyak orang sudah telanjur menyerap dan mengenakan cara hidup manusia di sekitarnya. Namun, di dalam kemurahan Tuhan yang begitu besar dan kesabaran Tuhan yang begitu tinggi, Tuhan masih memberi kita kesempatan. Memang ada ketakutan juga di dalam hati kita, apakah orang bisa mengikuti jalan ini? Tetapi kita tidak perlu dan tidak boleh peduli orang mau ikut atau tidak; yang penting kita ikut Tuhan, ikut jalan-Nya.

Kita sebagai umat pilihan, sentralnya adalah Tuhan, maka seluruh cara hidup kita haruslah cara hidup yang Tuhan Yesus telah kenakan. Betapa sulitnya untuk bisa menemukan inti, jiwa, nafas, esensi dari hidup Tuhan Yesus di dalam hidup kita, dalam pergumulan konkret kita hari ini. Tetapi pasti Roh Kudus akan menuntun bagaimana kita dapat mengenakan nafas, jiwa dari kehidupan Yesus. Sehingga kita memenuhi yang dikatakan firman Tuhan, “Hidup yang kuhidupi di dalam daging, adalah hidup oleh iman kepada Anak Allah yang mengasihi aku, dan telah menyerahkan diri-Nya untuk aku.”

Kita harus mengerti maksud dan jalan Tuhan, yaitu kita harus membawa jiwa-jiwa ke dalam Kerajaan-Nya. Tidak boleh pergi sendiri. Walaupun sebagian besar kita belum bisa diajak memikirkan orang lain, karena masih selalu memikirkan diri sendiri. Di sini Iblis sering mencoba untuk membuat kita gagal fokus. Hanyut, tenggelam dengan banyak fokus. Setan itu jahat sekali. Tetapi kita tidak boleh terpengaruh, terganggu oleh banyak masalah yang terjadi dalam hidup kita. Rencana Allah besar, bagaimana menyelamatkan manusia sehingga bisa masuk ke negeri yang Allah janjikan: langit baru bumi baru, dan menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Itu rencana yang jauh lebih besar dari masalah bisnis kita dipulihkan, sakit disembuhkan; lebih dari segalanya. Kalau kita mengerti hal itu dengan benar, berarti kita mengasihi jiwa kita dengan benar pula.

Seseorang dikatakan mengasihi jiwanya dengan cara yang benar ketika ia tidak memusingkan pakaian, apa yang dimakan dan diminum, dan apa pun, karena prinsipnya adalah: “Serigala mempunyai liang, burung mempunyai sarang, Anak Manusia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Tidak salah kita berjuang untuk menyelesaikan hidup ekonomi kita, tetapi hendaknya itu tidak menyeret kita sehingga kita gagal fokus. Fokus kita adalah bagaimana kita menyelamatkan jiwa dengan benar, menjadi manusia yang diselamatkan sesuai rancangan Allah, yaitu dikembalikan kepada manusia yang memiliki kemuliaan Allah, dan membawa orang lain juga untuk menemukan kemuliaan Allah yang tidak mereka miliki. Ini yang harus menjadi proyek kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SESEORANG DIKATAKAN MENGASIHI JIWANYA DENGAN CARA YANG BENAR KETIKA IA TIDAK MEMUSINGKAN APA PUN, KECUALI PEKERJAAN-NYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 April 2023
2023-04-21 08:17:03

Mazmur 6, 8-10, 14, 16, 19 & 21

Card image
Truth Kids 20 April 2023 - CERITA DONG
2023-04-20 09:49:05


Pengkhotbah 1:18
“karena di dalam banyak hikmat ada banyak susah hati, dan siapa memperbanyak pengetahuan, memperbanyak kesedihan.”

Suatu hari ketika di sekolah, “Tidak boleh, Rogi! Kamu tidak boleh melempar mainan ke teman. Itu bahaya dan bisa menyakiti teman yang lain!” seru Adit. Rogi membalas dengan kasar, “Adit, kamu diam saja! Jangan urusin urusan aku. Kamu pergi saja sana. Aku gak mau temenan sama kamu lagi.” Mendengar itu Adit pun sedih. Tak lama, bel sekolah pun berbunyi tanda pulang sekolah. Adit pulang dengan penuh kesedihan.

Sampai di rumah, melihat adit berwajah murung ibu pun berkata, “Ada masalah apa di sekolah? Mengapa muka Adit cemberut?” Adit menceritakan kejadian hari ini di sekolah dengan sedih. Lalu Ibu berkata, “Jika Adit sedih, datanglah ke Tuhan. Ceritakan segala isi hatimu. Ia selalu mendengar cerita kita.”

Sobat Kids, ketika kalian sedih atau merasa tidak nyaman di hati, coba untuk bercerita kepada orang yang kalian percaya. Kalian bisa bercerita kepada mama, papa, ibu guru atau kakak Sekolah Minggu. Mereka adalah perwakilan Tuhan di bumi ini. Jangan pendam perasaan sedih kalian sendiri. Kalian harus sampaikan perasaan sedih kalian. Sehingga rasa berat yang ada di dalam hati kalian menjadi berkurang. Terlebih lagi kepada Tuhan; rasa senang maupun sedih harus kita ceritakan.

Card image
Truth Junior 20 April 2023 - MENANGIS
2023-04-20 09:46:48


Pengkhotbah 1:18
“karena di dalam banyak hikmat ada banyak susah hati, dan siapa memperbanyak pengetahuan, memperbanyak kesedihan.”

Bayi yang baru dikeluarkan dari rahim ibunya, pada umumnya akan menangis. Ini merupakan saat pertama kali bayi bernapas sendiri dengan organ pernapasannya. Hal ini perlu dilakukan agar paru-paru sebagai organ pernapasan mereka dapat berfungsi dengan baik. Selama bayi belum dapat berbicara, mereka juga akan menangis untuk menyampaikan kebutuhan mereka seperti makan, minum, pipis, tidur, bahkan perasaan tidak nyaman lainnya.

Dengan bertambahnya usia, bayi akan menjadi anak kecil yang mulai berjalan dan bicara. Terkadang karena masih terbatas kosa katanya, mereka hanya menangis untuk menyampaikan sesuatu. Beda dengan kalian, Sobat Junior. Di usia kalian sekarang ini, kalian sudah dapat berkomunikasi dengan baik.

Namun, mungkin di antara kalian ada yang masih bingung mengekspresikan atau menyampaikan kesedihan yang dialami. Jangan pendam rasa sedih kalian, ya, Sobar Junior. Kalian dapat ceritakan kepada orang yang kalian percayai. Misalkan kalian bisa ucapkan, “Aku sedih karena …,” “Aku kecewa dengan perbuatan ….” Nah, kalian dapat lanjutkan titik-titik tersebut sesuai dengan keadaan kalian masing-masing, Sobat Junior.

Dengan bertambahnya pengertian tentang kebenaran Firman Tuhan, kalian mungkin merasa sedih atau susah hati saat melihat perilaku diri kita sendiri yang masih sering menyakiti Tuhan Yesus. Berdoalah, Sobat Junior. Kalian bebas menangis di dalam doa kalian. Kalian bisa sampaikan rasa sedih kalian kepada Tuhan Yesus.

Card image
Truth Youth 20 April 2023 (English Version) - SUFFICING GOD
2023-04-20 09:43:19


”But my God shall supply all your need according to his riches in glory by Christ Jesus.” (Philippians 4:19)

Some of us must have had trouble sleeping just because of overthinking. Or have we ever felt why God always meets the needs of our friends, sometimes we even think our friends' future is brighter than ours. Doubt with God has always been our intimate friend. Do you realize that what we do shows our disbelief in God's presence and that is not good because it means we don't respect God properly. Have we ever thought that there are many things that God has done in our lives. Even His perfect protection always accompanies our steps in life. We are only grateful for something we want, without living every second of our life God always helps in His miraculous way. God's way of caring for His children is different for each person. God knows exactly what we need, and God knows what other people need. Therefore, one thing we must know is that God's inclusion is perfect. God will meet our needs. Our job is to find out what we really need, not what we want. Do not let us force God to obey our wishes. When God doesn't obey, then we get angry. Whereas God knows better what we need. Mingle with God. Don't doubt God. The same God was with us yesterday and God is always with us forever because that's His promise.

WHAT TO DO:
1. Learn to distinguish what we need or want
2. Believe that God accompanies and suffices all our needs.

BIBLE MARATHONS:
▪︎ Judges 20-21

Card image
Truth Youth 20 April 2023 - TUHAN YANG CUKUPI
2023-04-20 09:56:07


"Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:19)

Beberapa dari kita pasti pernah merasa sulit tidur hanya karena overthinking. Atau pernahkah kita merasa kenapa Tuhan selalu memenuhi kebutuhan teman kita, bahkan terkadang kita berpikir masa depan teman kita lebih cerah dibandingkan masa depan kita. Keraguan dengan Tuhan selalu menjadi teman karib kita. Sadarkah bahwa apa yang kita lakukan menunjukkan ketidakpercayaan kita pada kehadiran Tuhan dan hal tersebut tidak baik karena artinya kita tidak menghargai Tuhan dengan sepantasnya. Pernahkah kita berpikir bahwa banyak hal yang sudah Tuhan lakukan dalam hidup kita. Bahkan perlindungan-Nya yang sempurna selalu menemani langkah hidup kita. Kita hanya bersyukur dengan sesuatu yang kita inginkan, tanpa menghayati di setiap detik hidup kita Tuhan selalu menolong dengan cara ajaib-Nya. Cara Tuhan menjaga anak-anak-Nya tiap pribadi berbeda-beda. Tuhan tahu betul apa yang kita butuhkan, dan Tuhan tahu apa yang orang lain butuhkan. Oleh sebab itu, satu hal yang harus kita tahu bahwa penyertaan Tuhan adalah sempurna. Tuhan akan memenuhi keperluan kita. Tugas kita adalah mencari tahu apa yang sebenarnya kita perlukan bukan yang kita inginkan. Jangan sampai kita memaksa Tuhan untuk menuruti keinginan kita. Ketika Tuhan tidak turuti, lalu kita marah. Padahal Tuhan lebih tahu apa yang kita butuhkan. Bergaullah dengan Tuhan. Jangan ragukan Tuhan. Tuhan yang sama menyertai kita kemarin dan Tuhan selalu menyertai kita sampai selamanya, karena itu janji-Nya.

WHAT TO DO:
1. Belajar membedakan yang kita butuhkan atau inginkan
2. Percaya bahwa Tuhan menyertai dan mencukupi segala kebutuhan kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hakim-hakim 20-21

Card image
Renungan Pagi - 20 April 2023
2023-04-20 09:56:56


Firman Tuhan menggambarkan sebuah kerjasama yang sangat bagus dalam proses merawat sebuah pohon. Ada yang menanam, ada yang menyiram dan Tuhanlah yang berkuasa untuk menumbuhkan.

Dalam hal ini kalau mencermati lebih dalam ada bagian yang dapat kita lakukan sebagai manusia tetapi juga ada bagian yang tidak dapat kita lakukan. Bahkan dalam sebuah pekerjaan dan pelayanan kita tidak dapat melakukannya sendiri, selalu membutuhkan Tuhan dan juga orang lain untuk membuatnya berhasil.

Jika demikian, adakah hal yang bisa kita sombongkan dan banggakan? Tentu saja tidak. Kalau menyadari bahwa campur tangan Tuhan adalah faktor utama dalam segala keberhasilan yang kita kerjakan maka tentu saja tidak akan pernah lupa untuk berdoa menyerahkan segala sesuatu yang akan kita lakukan ke dalam tangan Tuhan.

Demikian juga selalu akan menjaga hubungan baik dengan orang yang terlibat dalam hidup kita. Sebab mungkin saja orang yang sepertinya tidak berarti justru adalah orang yang memberikan dampak besar dalam hidup kita.

Menyadari bahwa segala sesuatunya tidak bisa dilakukan sendiri membuat kita belajar mengandalkan Tuhan dalam segala hal. Berusahalah maksimal untuk segala sesuatu yang menjadi bagian kita dan ijinkanlah Tuhan memimpin dan mengerjakan yang menjadi bagian-Nya.
(1 Korintus 3:6-9)

Card image
Quote Of The Day (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-20 09:27:47


Manusia yang rela hidupnya direnggut oleh Allah adalah manusia yang sungguh-sungguh menghormati, mencintai, menyayangi Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 20 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-20 09:21:04


Orang yang percaya dan menghormati Tuhan, memiliki perasaan butuh Tuhan; butuh Tuhan bukan karena sesuatu tetapi karena Tuhan sendirilah hidupnya.

Card image
ITU CUKUP - 20 April 2023
2023-04-20 09:19:02


Suatu hari nanti banyak orang akan menyesal ketika mereka ternyata dipandang Tuhan sebagai sahabat-sahabat dunia ini. Orang-orang yang tidak memisahkan diri dari dunia, tidak layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, marilah kita tidak bersahabat dengan dunia. Seperti yang dikatakan di dalam firman Tuhan bahwa, "Dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang-orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya" (1Yoh. 2:17). Karenanya kita harus berani memisahkan diri dari dunia ini. Ini sulit, sukar dan berat, tetapi Tuhan menghendaki demikian. Jangan kita mengharapkan ada kebahagiaan dari dunia ini. Tidak ada lagi yang kita nantikan, tidak ada lagi yang kita harapkan.

Jangan pernah berpikir bahwa bila kita memiliki sesuatu atau mencapai sesuatu, kita akan merasa lebih bahagia, lebih lengkap, lebih utuh, lebih aman dan lebih nyaman. Sebab kebahagiaan kita hanya Tuhan, titik! Kehormatan dan kemuliaan kita hanya Tuhan, cukup! Kita jalani hari ke hari, kita lewati hari ke hari dengan sukacita di dalam Tuhan. Selama kita bersama dengan Tuhan, itu cukup bagi kita. Kita tidak menantikan sesuatu yang dapat membahagiakan kita. Apa pun. Sukacita kita hanyalah ketika kita bisa membahagiakan hati Tuhan.

Itulah sebabnya dari hari ke hari dengan teliti kita mau melakukan apa yang Tuhan kehendaki dan memenuhi apa yang Dia rencanakan. Dan kita harus serius melakukan hal ini. Jangan terikat dengan dengan hiburan-hiburan dunia, jangan ada unsur-unsur kafir yang menyusup dalam pikiran dan jiwa kita. Hati kita harus benar-benar terarah hanya kepada Tuhan. Tuhan tahu, Tuhan menandai orang-orang yang sungguh-sungguh hanya menanti-nantikan Tuhan, yang kebahagiaannya, sukacitanya hanya di dalam Tuhan. Dunia makin cantik menarik, tetapi kita memandang Tuhan lebih indah dari segala sesuatu.

Dunia menawarkan berbagai kesenangan dan menyimpangkan kita dari fokus yang benar ke arah fokus yang salah; melalui gadget dan media sosial di tangan kita. Pikiran kita menjadi rusak, fokus kita menjadi kacau, menjadi bias, men-distract, merusak pikiran kita. Namun kita harus teguh, terus mengarahkan diri kita kepada Tuhan. Kita mau sepenuhnya hanya mengarahkan diri kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya. Di situ kita belajar melakukan kehendak Allah dalam segala hal. Dari perkara-perkara sederhana sampai hal-hal besar, kita selalu mau melakukan kehendak Allah. Apa yang Dia kehendaki untuk kita lakukan. Pekerjaan-Nya, rencana-Nya, yang harus kita penuhi di dalam hidup ini.

Jika kita melakukan ini dengan benar, maka kita akan memiliki kerinduan bertemu dengan Tuhan. Kita memiliki kerinduan pulang ke surga bertemu muka dengan muka dengan Tuhan Yesus. Kita bisa berkata kepada Tuhan, "Tuhan, tidak ada lagi yang kusisakan. Aku tidak memiliki apa-apa lagi. Aku hanya memiliki Engkau, Tuhan. Aku merindukan Engkau. Aku merindukan Kerajaan-Mu, ya Tuhan." Inilah yang menjadi kehendak Tuhan untuk kita lakukan. Memang di mata dunia, ini tidak dikenal. Mereka tidak akan bisa melakukannya, karena memang tidak mau melakukannya. Mereka menganggap ini konyol. Sesungguhnya inilah kehidupan yang sejati, kehidupan yang diarahkan kepada Tuhan. Mencari kehormatan, kemuliaan di kekekalan, bukan di bumi ini.

Kalau kita sungguh-sungguh bersedia untuk itu, Roh Kudus pasti menolong dan menuntun kita dari tahap ke tahap sampai kita sungguh-sungguh dapat memiliki kehidupan yang berkenan di hadapan Allah, yang berbau harum di hadapan Tuhan. Sangat sedikit orang yang memiliki iman yang benar seperti ini. Namun, orang yang mau mempersembahkan hidup tanpa batas kepada Tuhan; hampir tidak ada lagi, sedikit sekali. Tetapi kita mau mengambil keputusan untuk setia mengikut Tuhan Yesus. Hidup dengan cara hidup yang dikenakan oleh Tuhan Yesus. Apa yang dikenakan oleh Tuhan Yesus? Dia hidup hanya untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Yesus berkata, "Serigala mempunyai liang, burung mempunyai sarang, Anak Manusia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya." Tidak ada waktu untuk rileks cari kesenangan sendiri, tetapi hidup-Nya sepenuhnya hanya diabdikan kepada Bapa, dipersembahkan, didedikasikan kepada Elohim Yahweh. Kita harus mengikuti jejak Tuhan Yesus ini sampai kita memiliki kelelahan bukan karena mencari dunia, atau karena berbuat dosa, melainkan kelelahan dalam pengabdian kepada Tuhan. Sampai kita tidak memiliki apa pun kecuali Tuhan.

Orang-orang yang lelah karena berjuang dengan sungguh-sungguh untuk Tuhan, suatu hari mendengar suara Majikan Agung, Tuhan semesta alam berkata, "Berhentilah dari lelahmu, hai hamba-Ku yang setia. Masuklah dalam perhentian Tuan-Mu." Perkataan itu hanya untuk orang-orang yang telah berjuang bagi Tuhan Yesus. Yang dikalimatkan dalam Roma 8:17 bahwa, "Hanya mereka yang menderita bersama-sama dengan Tuhan yang akan dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan." Kiranya suara Tuhan, nasihat Tuhan hari ini memberi kita keberanian dan kekuatan untuk memilih Tuhan, untuk hidup mengarahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan, bukan kepada yang lain.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SELAMA KITA BERSAMA DENGAN TUHAN, ITU CUKUP BAGI KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 April 2023
2023-04-20 09:13:18

2 Samuel 1-4

Card image
Truth Kids 19 April 2023 - BAIK-BAIK
2023-04-19 09:57:41


Yakobus 1:19
“Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah.”

Di hari persiapan ulang tahun sekolah, Theresia tidak mau duduk berdekatan dengan Mikha. Ia marah dan kesal dengan sikap Mikha. “Untuk apa aku memaafkan dia? Sudah dua kali dia mengulangi kesalahan yang sama,” gumam Theresia dalam hati. Mikha suka sekali mengulangi kesalahan. Ia sering meminjam komik Theresia dan mengembalikannya dalam keadaan lecek dan kotor terkena tumpahan makanan. Komik-komik Theresia menjadi rusak. Padahal semuanya itu komik-komik kesukaan Theresia. Mikha sudah meminta maaf tetapi Theresia tidak mau memaafkan. Bahkan karena kesal, Theresia melempar komik kesukaannya dan jadi terkena teman yang lain.

Sobat Kids, mungkin kejadian tersebut pernah kalian alami. Saat kalian marah, mungkin ada di antara kalian yang suka melempar barang, memukul, berucap kasar. Perbuatan itu menjadi salah. Saat kalian marah atau tidak senang terhadap sesuatu, kalian dapat berkata dengan sopan. Misalnya, “Aku tidak suka dengan sikap atau perbuatan kamu” atau “Aku tidak mau kamu merusak mainanku”. Tidak perlu berteriak atau melempar barang ketika marah, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 19 April 2023 - MARAH YANG SEHAT
2023-04-19 09:53:35


Yakobus 1:19
“Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah.”

Salah satu emosi negatif adalah marah. Perlu dipahami bahwa marah tidak selalu salah. Sebab, marah atas ketidakbenaran yang terjadi, merupakan marah yang sehat dan wajar. Sebaliknya, marah bisa jadi dosa jika Sobat Junior tidak melakukannya dengan kudus dan sesuai dengan kehendak Bapa. Sekarang, pertanyaannya adalah bagaimana membedakan marah yang sehat dengan marah yang tidak sehat? Sobat Junior bisa melihat dan melakukannya dengan mudah, kok. Yuk, simak baik-baik.

Ketika Sobat Junior marah, sebenarnya tidak perlu untuk berteriak-teriak. Jarak orang yang sedang berbicara biasanya dekat, sehingga tidak perlu berbicara dengan volume suara yang keras supaya didengar orang sekitar. Justru seharusnya rasa marah bisa disampaikan dengan perkataan dan penjelasan yang pelan, tidak perlu bersuara keras dan berteriak. Contoh marah yang sehat juga adalah dengan tidak melakukan tindakan kekerasan. Ketika marah, jangan sampai Sobat Junior memukul ataupun mendorong lawan bicara. Ada juga tambahannya, Sobat Junior. Ketika marah kepada seseorang, jangan pernah melempar barang atau merusak sesuatu untuk melampiaskan rasa marahmu. Hal tersebut sangat merugikan Sobat Junior. Bukannya menyelesaikan masalah, malah menambah masalah baru jika barang tersebut akhirnya rusak dan perlu diperbaiki.

Untuk itu, Sobat Junior perlu belajar mengendalikan rasa marah; bukan rasa marah yang mengendalikan Sobat Junior. Ayo, mulai dari kecil, Sobat Junior harus bisa berlatih menunjukkan marah yang sehat dan tidak merugikan diri sendiri, bahkan orang lain. Ketika Sobat Junior marah, segera ingat Tuhan Yesus yang merupakan teladan Sobat Junior menjalani hidup sehari-hari. Kalau Tuhan Yesus bisa marah dengan sehat dan berhikmat, Sobat Junior juga bisa melakukannya, loh. Sobat Junior bisa mulai menunjukkan rasa marah kepada orang lain dengan mencoba kalimat “Aku tidak suka dengan perlakuan kamu yang begini,” atau bisa juga dengan berkata “Aku tidak mau kamu melanggar janji ini,” dan masih banyak lagi cara lain sesuai keadaan Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 19 April 2023 (English Version) - DEMO
2023-04-19 09:51:04


”I can do all things through Christ which strengtheneth me.” (Philippians 4:13)

"God, why are you like this? I have prayed many times, but why doesn't it seem like God is not present in my life? Lord, where are you? If this continues, I will no longer follow God!” This is one of the demonstrations of Christian children when life doesn't match their expectations. Life isn't always easy. Sometimes many things that we do not expect to happen in our life. After that we must ask for help from God. However, it is as if God is not in our lives. We seek, we ask, but God does not answer and He is silent. There is one mistake that many Christians don't realize, namely praying only to get out of a problem, not surrendering, and making God's plan come true in their lives. Do we know that we can bear all things in God who always gives strength in our lives. However, how God bears our burdens is up to God.

So, sometimes it seems as if we have surrendered to God. However, subconsciously we still hold onto our expectations such as not to let the things we fear happen. From this we learn that don't hold on to what we want. we must let God work on the problems that occur in our lives. Therefore, let God give strength and allow God to lead our lives to go through problem after problem. Do not demo again to God. Learn to believe that whatever happens in this life will bring goodness, if we see everything from God's perspective. Fight and pass all in peace with God.

WHAT TO DO:
1. Learn to surrender all matters to God
2. Don't complain constantly

BIBLE MARATHONS:
▪︎ Judges 17-19

Card image
Truth Youth 19 April 2023 - DEMO
2023-04-19 09:46:58



"Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13)

“Tuhan, kenapa sih kayak gini? Sudah berdoa sering-sering tetap aja Tuhan kok kayak gak hadir dalam hidup aku? Tuhan, Engkau ke mana? Kalau begini terus aku enggak mau lagi deh ikut Tuhan!” Inilah salah satu demo anak-anak Kristen ketika hidup tidak sesuai dengan ekspektasinya. Hidup tidak selalu mudah. Terkadang banyak hal yang kita tidak sangka terjadi di dalam hidup kita. Setelah itu kita pasti meminta pertolongan dari Tuhan. Namun, seakan-akan Tuhan tidak ada di dalam hidup kita. Kita mencari, kita bertanya, tetapi Tuhan tidak menjawab dan Dia diam. Ada satu kesalahan yang banyak orang Kristen tidak sadari, yaitu berdoa hanya untuk keluar dari suatu masalah, bukan berserah, dan menjadikan rencana Tuhan terwujud dalam hidupnya. Tahukah kita bahwa segala perkara dapat kita tanggung di dalam Tuhan yang selalu memberi kekuatan di dalam hidup kita. Namun, bagaimana Tuhan menanggung beban kita, caranya terserah Tuhan.

Jadi, terkadang kita seakan sudah berserah kepada Tuhan. Namun, tanpa sadar kita masih menggenggam ekspektasi kita, seperti jangan sampai hal yang kita takutkan terjadi. Dari sini kita belajar bahwa jangan menggenggam apa yang kita inginkan. kita harus membiarkan Tuhan berkarya atas persoalan yang terjadi di dalam hidup kita. Oleh sebab itu, biarkan Tuhan memberikan kekuatan dan izinkan Tuhan memimpin hidup kita untuk melewati persoalan demi persoalan. Jangan lagi demo kepada Tuhan. Belajarlah percaya bahwa apa pun yang terjadi di dalam hidup ini pasti mendatangkan kebaikan, kalau kita melihat semua dari sudut pandang Tuhan. Berjuang dan lewatilah semua dengan penuh damai sejahtera bersama Tuhan.

WHAT TO DO:
1. Belajar menyerahkan seluruh persoalan kepada Tuhan
2. Tidak mengeluh terus-menerus

BIBLE MARATHON:
Hakim - hakim 17-19

Card image
Renungan Pagi - 19 April 2023
2023-04-19 09:42:19


Seekor belalang yang melompat melintasi ladang tampak tak ada artinya. Namun ketika ia bergabung dengan belalang-belalang lain, sekawanan belalang itu akan segera melahap semua tanaman yang mereka lewati.

Kita dapat memetik pelajaran dari makhluk kecil ini. Para pengikut Kristus yang bekerja dan berdoa bersama-sama akan dapat membuat kemajuan yang jauh lebih besar bagi Dia daripada jika masing-masing berusaha sendiri.

Pada saat orang-orang Kristen bersatu untuk melayani Tuhan, mereka dapat menjadi kekuatan yang luar biasa bagi Allah dalam memenuhi kehendak-Nya bagi gereja.

Meskipun Perjanjian Baru mendorong kita untuk memiliki iman secara pribadi dalam Yesus Kristus, tetapi tak sedikit pun disinggung tentang iman yang hanya mementingkan diri sendiri. Kita membutuhkan saudara seiman, dan saudara pun membutuhkan kita.

Marilah bersukacita dan ikut serta dalam membangun kekuatan dan persekutuan dalam satu tubuh Kristus. Gereja yang efektif akan mengikuti keteladanan yang ditunjukkan oleh belalang, yakni kerja sama dan kesatuan dalam kasih Kristus yang dipimpin oleh Roh Kudus.
(Ibrani 10:24-25)

Card image
Quote Of The Day - 19 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-19 09:36:13


Kepekaan untuk mengasihi sesama adalah bukti bahwa kita mengasihi Allah dengan benar.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 19 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-19 09:28:54


Kekristenan sangat menekankan sikap batiniah.

Card image
SUBSTANTIATING GOD'S RIGHTEOUSNESS - 19 April 2023 (English Version)
2023-04-19 09:26:07


Our infinite, great, and mighty God must be honoured by those who display His nature and characters. Anything less will be below par, regardless of the amount and the value of our offerings. Gal. 2:19 writes, “For through the law I died to the law.” Following the written laws so we can be accepted by God, as was done in the past, is still below the standard. This is the normal practice of religious people; offering sacrifices to their gods and following their religious laws. It is excellent by religious standards. But not by Christianity’s. Our principle is, “I died to the law. I have been crucified with Christ, and I no longer live, but Christ lives in me. The life I now live in the body, I live by faith in the Son of God, who loved me and gave Himself for me. “

Christ lives in us does not imply dual personality; ours and Christ’s. But in us is Christ, who is the only human model given by God; His passions, spirit, mind, and feelings are ours. This is what is meant by being the chosen people. Not by claiming Christianity as our religion nor by holding a ministerial position in the church, whether as a pastor, a bishop, or a theological college director. When we meet our Lord face to face, He will question us, “Have you done My will, the Father’s will?”

God’s word in Matt. 7:21 states, “Not everyone who says to me, ‘Lord, Lord,’ will enter the kingdom of heaven, but only the one who does the will of my Father who is in heaven.” What is the will of the Father? Not to merely follow the laws. But to have Christ live in us; to have God’s nature and characters in us. Then we are worthy to be the apple of His eye. Other than this, even if all animals are slaughtered and all firewoods from Lebanon are used, they are below par. If we give up all our riches, without love we are nothing. What is love? It is God’s nature. God is love. He is not only loving, He is love. 

And we must put on God’s characters. As we put them on, it will be impossible for us to injure others, although we may have been hurt by others. We will not repay evil with evil. This will please God. Ironically, many people are undisturbed by the fact that they fail to do the will of God. His will is for us to be like Jesus. Are we like Jesus already? If not, why are we so untroubled by this? Therefore, each day must be a new day where we can change. And we will knit holiness, starting from the most simple through to the extraordinary. 

Thus, it is not an exaggeration when we say, and indeed we must say, “If Jesus had lived in the present days, He would be like me. I don’t mean He is worse than me, that He needs to emulate me. But I am the one who needs to emulate Him and represent Him in these present days.” This is what is meant to be a witness. That He was here. He died on the cross. He empowers us to receive the Holy Spirit and to be made righteous before the Father. And the Father will mold us through all life events so that we will be like Jesus. When we are like Him, we substantiate His righteousness.

How will someone desire to follow Jesus when there is not a replica of Him? Discussing theories, sermons, books, writings, debates, or apologetics is not enough. There must be a replica. There is no other way. We wish, one day, we will be favourable before Him. A good doctor is burdened and responsible for their patient’s wellness. They never carelessly look at an X-ray result and suggest surgery when a surgery is not required. But the patient must also be responsible for their wellness by taking their medicines, doing exercises as advised by the doctor, etc. 

Let us learn to live in holiness. A holy life is divine. The great and mighty God deserves adoration, praise, worship, and glory. And our only proper response to His greatness and might is by putting on His nature and characters. We are at war. We must work, we must strive. We must strive to do the will of God. When we refuse to be transformed, we will displease and disappoint Him. Stop sinning. Leaving our sins behind hurts, like dying. But this is the only way we can put on the characters of Jesus. We must die to the desires of our flesh and leave the worldly pleasures behind, so that we may give God the right place to reign and rule over us. While we have the opportunity, we must become His image and His likeness.  

  BY BECOMING LIKE JESUS, WE SUBSTANTIATE HIS RIGHTEOUSNESS; THUS, WE HONOUR HIM.

Card image
MEMBUKTIKAN ALLAH BENAR - 19 April 2023
2023-04-19 09:21:44


Allah yang tidak terbatas, Allah yang besar dan dahsyat harus diperlakukan pantas oleh seorang yang memperagakan sifat dan karakter-Nya. Kurang dari itu, sehebat dan sebanyak apa pun persembahan kita, tidak cukup. Galatia 2:19 menuliskan, “Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat.” Kalau dulu manusia sibuk bagaimana mengenakan hukum supaya jadi manusia baik, itu belum memenuhi standar. Orang beragama bisa begitu; memberikan persembahan kepada ilah, dewanya dengan melakukan hukum-hukum yang diberikan. Bagus, dalam standar orang beragama. Tetapi tidak dengan kekristenan. Sebab kita berprinsip, “Aku telah mati untuk kelas hukum. Aku telah disalibkan dengan Kristus, namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.”

Kalau Kristus hidup di dalam kita, bukan berarti kita punya dua pribadi; pribadi kita, juga pribadi Yesus. Melainkan di dalam diri kita ada gairah-Nya, semangat-Nya, pikiran-Nya, dan perasaan-Nya yang merupakan model manusia yang Allah kehendaki. Itulah artinya menjadi umat pilihan. Bukan sekadar menjadi orang beragama Kristen. Bahkan sekalipun kita adalah orang-orang yang menjabat sebagai hamba Tuhan, tidak cukup. Apakah kita seorang pendeta, ketua sinode, ketua STT, tetapi kalau nanti menghadap Tuhan, Tuhan akan persoalkan: “Apakah kamu sudah melakukan kehendak-Ku, kehendak Bapa?”

Firman Tuhan dalam Matius 7:21 mengatakan, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga.” Kehendak Bapa itu apa? Bukan melakukan hukum semata-mata. Namun bagaimana Kristus hidup di dalam diri kita; bagaimana sifat, karakter Allah hidup dalam diri kita. Barulah kita pantas menjadi orang berharga di mata Allah. Kurang dari itu, biarpun semua margasatwa disembelih dan kayu bakar dari semua hutan di Libanon digunakan, tidak cukup. Walaupun kita memberikan seluruh harta, tanpa kasih, sia-sia. Kasih itu apa? Sifat Allah. Allah adalah kasih adanya. Lebih dari sekadar Maha Pengasih, diri-Nya itu adalah kasih.

Dan kita harus mengenakan karakter itu. Kalau kita mengenakan karakter itu, tidak mungkin kita melukai orang, sekalipun orang melukai kita. Tidak mungkin kita berbuat jahat, sekalipun orang menjahati kita. Dan itu baru bisa memuaskan hati Tuhan. Namun ironis, banyak orang merasa tenang-tenang saja walau tidak melakukan kehendak Bapa. Kehendak Bapa adalah kita berperilaku seperti perilaku Yesus. Sudahkah kita melakukannya? Bagaimana kita bisa tenang? Makanya setiap hari harus menjadi hari baru yang kita pakai untuk berubah. Dan kita mau merajut kesucian dari hal-hal sederhana sampai hal-hal besar.

Jadi, tidak berlebihan kalau kita berkata dan memang seharusnya berkata, “Kalau Yesus hidup pada zaman sekarang, Dia seperti aku. Bukan Yesus lebih buruk dari aku dan Yesus perlu mencontoh aku, tetapi aku harus mencontoh Dia dan mewakili Dia hidup di zaman sekarang.” Itu baru namanya menjadi saksi. Bahwa Dia pernah ada. Dia mati di kayu salib. Dia yang memungkinkan kita menerima Roh Kudus dan dibenarkan di hadapan Bapa. Dan Bapa membentuk kita lewat setiap peristiwa sehingga kita menjadi seperti Dia. Dengan kita menjadi seperti Yesus, kita membuktikan bahwa Dia benar.

Bagaimana orang mau ikut Yesus kalau tidak ada contoh? Tidak cukup kalau hanya mulut bicara teori, khotbah, buku, tulisan, perdebatan, argumentasi, apologetika. Harus ada contoh. Tidak ada pilihan. Kita mau suatu hari di hadapan Tuhan, kita berkenan. Dokter yang baik punya beban. Bukan sembarangan buru-buru lihat rontgennya, lalu sembarangan berkata, “Mesti dioperasi ini,” padahal tidak perlu dioperasi. Dokter yang baik akan bertanggung jawab. Tetapi jangan lupa, pasien juga harus berperan. Dia harus menaati semua peraturan dokter; tentang cara minum obat, makanan, olah raga dan lain sebagainya.

Mari kita belajar hidup suci. Hidup suci itu indah. Allah yang besar dan dahsyat adalah Allah yang patut dipuja, dipuji, disembah, dimuliakan. Dan perlakuan kita yang patut kepada-Nya hanya kalau kita mengenakan karakter dan sifat-Nya. Kita berperang. Kita harus bekerja, berjuang. Kita harus bekerja keras untuk mewujudkan keinginan Allah tersebut. Kalau kita tidak berubah, betapa sedihnya hati Tuhan dan betapa kecewa Tuhan. Jangan berbuat dosa lagi. Meninggalkan dosa itu sakit, seperti melepas nyawa. Tetapi tidak ada cara lain untuk bisa mengenakan pribadi Kristus. Kita harus mematikan keinginan-keinginan daging kita, meninggalkan kesenangan-kesenangan duniawi, supaya kita memberi tempat untuk Tuhan bertakhta dan menguasai kita. Selagi kita masih memiliki kesempatan, kita harus menjadi manusia yang segambar dan serupa dengan Allah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

DENGAN KITA MENJADI SEPERTI YESUS, KITA MEMBUKTIKAN BAHWA DIA BENAR; DENGAN CARA ITU BERARTI KITA MENGHORMATI DIA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 19 April 2023
2023-04-19 09:16:00

Mazmur 121, 123-125, 128-130

Card image
Truth Kids 18 April 2023 - JANGAN KECEWA
2023-04-18 11:18:35


1 Timotius 5:4
“Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas budi orang tua dan nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada Allah.”

Sobat Kids, mungkin kalian pernah kecewa, sedih atau perasaan kalian terluka terhadap orangtua. Mungkin ada orangtua yang sedikit-sedikit marah, atau yang sangat sibuk sehingga tidak ada waktu untuk kalian. Jangan bersedih dan menyimpan rasa kecewa, ya, Sobat Kids. Sobat Kids harus belajar untuk memaafkan orangtua kalian. Karena orangtua juga manusia yang belum sempurna. Orangtua juga bisa melakukan kesalahan.

Sobat Kids harus tetap menghormati dan mendoakan orangtua. Tidak mudah untuk menjadi orangtua. Sebagai anak, kalian harus dengar-dengaran kepada orangtua. Terus semangat mencari Tuhan. Karena kasih Tuhan tidak pernah berubah. Bapa kita yang di surga adalah Bapa yang akan selalu mengasihi kita. Ia mampu mengubah hati kita dan orangtua kita.

Sobat Kids, yuk, buang segala kekecewaan dan luka hati kita, ganti dengan sukacita dan kasih Tuhan yang melimpah dalam hidup kita.

Card image
Truth Junior 18 April 2023 - PAPA, MAMA DIMAAFKAN
2023-04-18 11:16:11


1 Timotius 5:4
“Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas budi orang tua dan nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada Allah.”

Orangtua bukan manusia sempurna. Sering kali banyak kesalahan dan kekurangan dalam menjalani hari-hari dengan peran sebagai papa ataupun mama. Misalnya saja, ketika mama pulang kerja dan merasa lelah, Sobat Junior malah ingin dimasakin sesuatu sama Mama. Namun, dengan segera Mama menjawab, “Mama gak bisa masak buat kamu, ya, Nak. Mama capek banget, nih. Coba cek kulkas, mungkin ada makanan. Atau langsung beli saja ke warung untuk beli lauknya.”

Mungkin Sobat Junior akan merasa sedih atau kecewa kepada Mama. Namun, sebagai anak Allah, Sobat Junior tidak boleh menyimpan rasa kecewa tersebut terlalu lama. Jangan sampai perasaan seperti itu terus tumbuh dan membentuk luka hati Sobat Junior. Wajar saja, kalau Sobat Junior merasa kecewa atau sedih. Satu kunci penting yang Sobat Junior harus miliki adalah mengasihi orangtua. Dengan rasa kasih, Sobat Junior bisa mengampuni kesalahan papa, mama. Dengan kasih, Sobat Junior justru akan lebih menyayangi orangtua kalian.

Ingatlah, bahwa Sobat Junior bisa tumbuh hingga sebesar ini, semua karena bantuan papa, mama yang merawat, menjaga, dan memenuhi kebutuhan Sobat Junior. Firman Tuhan hari ini mengingatkan supaya Sobat Junior berbakti kepada orangtua. Membalas budi orangtua adalah hal yang berkenan kepada Allah. Ada banyak hal sederhana yang bisa Sobat Junior lakukan. Misalnya dengan sekolah yang rajin dan berprestasi dalam bakat atau talenta yang Sobat Junior miliki, sehingga membuat orangtua kalian bahagia. Bisa juga dengan cara merawat orangtua di masa tua mereka nanti.

Begitu banyak cara untuk mengasihi mereka, dan yang paling sulit biasanya adalah mengasihi dengan cara mengampuni. Apa pun kesalahan orangtua kalian, kita tetap harus mau dan rela mengampuni mereka. Sama seperti kita juga bersalah kepada Tuhan, dan Tuhan selalu mau mengampuni kita.

Card image
Truth Youth 18 April 2023 (English Version) - ON-FIRE
2023-04-18 11:31:19


”Not slothful in business; fervent in spirit; serving the Lord.” (Romans 12:11)

Life is like a game or competition where each participant must try in such a way as to finish it. In the arena of life we do not know where the end is, each of us must reach the final line of life that God has set. To be able to achieve it requires passion and spirit or passion that is always on.

In general, a flaming spirit is generally associated with someone who has just been born again. He is always excited to live every day of his life, especially for everything related to God, church and ministry. As if there were no difficulties or obstacles to loving God, He was always present in every spiritual activity. But is that really the case?

Having a burning spirit for God is an understanding of the spirit or passion of service that has accepted Christ, by wearing the thoughts and feelings of the Lord Jesus in all aspects of one's life. This passion is reflected in his longing, thirst and love for God, and his longing to return to heaven.

But keeping the fire or passion burning is certainly not easy. Several things that can cause the death of the spirit are first, problems that are allowed to drag on, so that the energy and time are only sucked up by the problem; the second is not having friends or an environment that can help, because humans basically need to strengthen one another. What will happen when these two causes occur is that we will easily give up, feel helpless, and will not have the strength to face every problem.

So, the way to keep our spirits from going out when faced with problems is to always seek God at all times, not to let problems dominate or seize our time and thoughts, to have a community that also has fire to strive to please God, to develop a lifestyle of giving thanks in all things. . Because of all the fear that comes to us, we must face it with a spirit that is always on fire for God.

WHAT TO DO:
1. Always make time to read the Bible and pray, so that our spirits are always in harmony with the Holy Spirit.
2. Participate in growing in a Christian community, so that our maturity is formed when facing every problem.

BIBLE MARATHONS:
▪︎ Judges 14-16

Card image
Truth Youth 18 April 2023 - ON FIRE
2023-04-18 11:07:57


“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” (Roma 12:11)

Hidup ini layaknya sebuah pertandingan atau perlombaan di mana setiap pesertanya harus berusaha sedemikian rupa untuk menyelesaikannya. Dalam gelanggang kehidupan kita tidak tahu di mana batas akhirnya, setiap kita harus mencapai garis akhir kehidupan yang Tuhan tetapkan. Untuk bisa mencapainya diperlukan semangat dan roh atau gairah yang selalu menyala.

Pada umumnya roh yang menyala-nyala dikaitkan pada seseorang yang baru lahir baru. Dia selalu bersemangat menjalani hari-hari dalam hidupnya, terlebih untuk segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan, gereja dan pelayanan. Seolah tidak ada kesulitan atau halangan apa pun untuk mengasihi Tuhan, ia selalu hadir di setiap kegiatan rohani. Namun apakah benar demikian?

Memiliki roh yang menyala-nyala bagi Tuhan merupakan pengertian dari semangat atau gairah pelayanan yang telah menerima Kristus, dengan cara mengenakan pikiran dan perasaan Tuhan Yesus dalam segala aspek kehidupannya. Gairah ini tercermin dalam kerinduan, kehausan dan kecintaannya kepada Allah, serta kerinduannya untuk pulang ke surga.

Namun dalam menjaga agar api atau gairah itu tetap menyala tentu tidaklah mudah. Beberapa hal yang dapat menyebabkan padamnya roh adalah: pertama, persoalan yang dibiarkan berlarut-larut, sehingga tenaga dan waktu hanya disedot habis oleh masalah itu; kedua tidak memiliki sahabat atau lingkungan yang dapat menolong, sebab manusia pada dasarnya perlu saling menguatkan satu sama lain. Yang akan terjadi saat kedua penyebab itu terjadi adalah kita akan mudah menyerah, merasa tidak berdaya, dan tidak akan memiliki kekuatan untuk menghadapi setiap persoalan.

Maka, cara agar roh kita tidak padam ketika diperhadapkan dengan permasalahan ialah selalu mencari Tuhan setiap saat, tidak membiarkan masalah menguasai atau menyita waktu dan pikiran kita, miliki komunitas yang juga memiliki api untuk berjuang berkenan kepada Allah, mengembangkan gaya hidup mengucap syukur dalam segala hal. Sebab segala ketakutan yang datang menghampiri kita, harus kita hadapi dengan roh yang selalu on fire kepada Tuhan.

WHAT TO DO:
1. Selalu menyediakan waktu untuk membaca Alkitab dan berdoa, agar roh kita selalu selaras dengan Roh Kudus.
2. Ikut bertumbuh dalam sebuah komunitas Kristen, agar kedewasaan kita terbentuk saat menghadapi setiap persoalan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hakim-hakim 14-16

Card image
Renungan Pagi - 18 April 2023
2023-04-18 10:51:49


Sebagai orang percaya, kita pasti sudah banyak mendengarkan khotbah, membaca Alkitab atau bahkan sebagian telah menjadi pemberita Firman Tuhan, menasihati kawan seiman dengan memakai kata-kata dari Alkitab. Namun pernahkah menyelidiki dengan jujur dan serius, sudahkan melakukan Firman Tuhan yang kita dengar dan menerapkan kata-kata kebenaran yang kita ucapkan sebagai nasihat kepada orang lain?

Lebih mudah mengucapkan niat untuk melakukan kebenaran itu daripada benar-benar melakukannya. Lebih mudah berbicara tentang kebenaran yang sebenarnya tidak kita terapkan sendiri. Mungkin saja lebih banyak berbicara daripada berbuat, karena lupa bahwa seluruh perintah Allah itu keluar dari hati-Nya untuk dilakukan, bukan dibicarakan saja. Mulailah menerapkan Firman Kebenaran itu dalam hidup kita, sehingga dapat menghasilkan buah bagi Tuhan dan sesama.
(Yakobus 1:22,25)

Card image
Quote Of The Day - 18 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-18 10:47:11


Kalimat "aku memang begitu orangnya" tidak akan dikatakan oleh orang yang menghidupkan Allah dalam hidupnya, karena baginya setiap kesalahan bukanlah kewajaran tetapi kemelesetan yang harus dibereskan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 18 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-18 10:45:18


Kasih dalam Kekristenan pada dasarnya adalah segala tindakan yang sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan.

Card image
PERSON TO PERSON 18 April 2023 - (English Version)
2023-04-18 10:43:30


In this life, we will come to a stage where we will have an extraordinary experience with God, where we will face Him person-to-person, man-to-man. God is a living Person, but He is not a human. The problem lies in bringing God, whom we believe as the One who created the heavens and the earth, into our lives; not limited only to the imagination of our mind, but as a reality in our lives; a reality that  impresses our inner life or our feelings. Many people are  impressed by God only in their thoughts or their imaginations.   

Yet, essentially, they have not dealt with nor have they experienced God. Person-to-person. Similar to our normal interactions with our acquaintances, – with our parents, our spouse, relatives, children, or friends – is how our interactions with God should be; person-to-person. Many people cannot attain this stage in their relations with God; the person-to-person stage. Especially, in this wicked world, in a world that increasingly disbelieves in God’s existence. God is thought as not existing nor needed to exist. And the world’s influence is strong and evil, gripping many people, even us. But we must be bold enough to choose God. 

If we choose God, we will give Him the required times, space, and opportunities. Our effort  to deal with and interact with Him should be earnest. For many people, rising up early to pray seems ridiculous (although they may not say this out loud, but only in thoughts). They consider this activity to be extreme, an exaggeration, or unproportional. They may even suggest, “Just be normal. We should come to God like normal people. Don’t be an extremist.” Yet, they have been misled by the world. Whereas, our motive for our morning prayers is purely to seek God’s face. We long to experience the living God. In the midst of the deceptive worldviews, our mind is completely directed to God. But, we must keep earning our living, studying, and taking care of our household well. We must prevent our mind from wandering off, uncontrolled, following its worldly desires and ambitions. 

The principle “But if we have food and clothing, we will be content with that” must become the principle of our life, where possessions other than sufficient food and clothing should be offered to God. This was not meant for us to give everything up for the church; to offer our lives to God implies our willingness to repay the kindness of our parents, to diligently work to earn ourselves a living so that we don’t encumber others, to support our relatives as needed, to bless our community, and lastly to support the work of God through His church. 

We should not let our mind wander with all its desires. When this wandering is uncontrolled, it will drag us away from God and closer to eternal fire. We should always direct our minds to God for He is our only purpose in life, our only reason for living. We aim to please Him in our life, to do His will, and to earnestly strive to be His beloved children. Our conducts must be like a beautiful symphony, pleasing to His ear, a beauty before Him. This is our effort to grow in our knowledge of God, to grow in our interactions with God until we experience that person-to-person interaction. He lives and He is real.

If we arrive at this stage in our interactions with God, we will fear Him as we should. And as we fear Him, then we will not continue in our wrongdoings. Holiness will become a necessity, not a means to improve our reputation or to avoid embarrassment. We will tremble as we experience a person-to-person encounter with a holy God. We will fear Him enough to live unblemished before Him. We cannot live without holiness, we will feel miserable living in sin and wrongdoings. 

As we attain this person-to-person stage, we will be able to experience true love, a love that consumes us. The saying “I love you, Lord.” is no longer a fantasy for us. Our soul will be overflowed with the love of God, the love of the Lord. The beauty of this world will become a shadow, obscured in His glory. This is the beauty of living in God. We must experience the person-to-person stage so that our heart can properly honour Him. Our honour to Him will glorify us. Only those who honour God will be honoured before Him now and for eternity. Those who dishonour Him will be humiliated and ravaged, now and for eternity.

  WE MUST EXPERIENCE THE “PERSON TO PERSON” LEVEL TO HAVE A HEART THAT HONOURS HIM PROPERLY.

Card image
PERSON TO PERSON - 18 April 2023
2023-04-18 12:37:14


Dalam perjalanan hidup ini, pada akhirnya kita akan sampai pada satu pengalaman yang hebat dan luar biasa dengan Tuhan, di mana kita berhadapan dengan Tuhan sebagai person to person, man to man. Allah adalah Pribadi yang hidup, Dia bukan manusia. Masalahnya, bagaimana Allah yang kita percayai sebagai Pribadi yang menciptakan langit dan bumi menjadi nyata di dalam hidup kita, bukan menjadi fantasi di dalam pikiran; tetapi menjadi pengalaman nyata yang bersentuhan dengan batin atau dengan perasaan kita? Banyak orang bersentuhan dengan Allah dalam pikirannya dan fantasinya semata-mata.

Namun sesungguhnya, mereka belum berurusan dengan Tuhan dan belum mengalami Tuhan. Pribadi ke pribadi sebagaimana kita berinteraksi dengan manusia di sekitar kita—dengan orangtua, pasangan hidup, saudara, anak, atau teman—begitulah seharusnya kita bisa berinteraksi dengan Allah; person to person. Dan inilah yang harus benar-benar kita capai dalam perjalanan hidup ini. Banyak orang tidak sampai pada level ini; level person to person. Apalagi di dunia kita yang fasik, dunia yang semakin tidak memercayai keberadaan Allah. Allah dianggap tidak ada atau tidak perlu ada. Dan pengaruh dunia seperti ini kuat, jahat, mencengkeram banyak orang dan juga bisa mempengaruhi kita. Tetapi kita harus berani memilih Tuhan.

Kalau kita memilih Tuhan, berarti kita memberi waktu, ruangan, kesempatan, dan usaha yang sungguh-sungguh untuk berurusan atau berinteraksi dengan Dia. Bagi banyak orang, bangun pagi lalu berdoa mungkin dipandang konyol (walau tidak terucap, hanya dalam hati). Mereka memandang ekstrem, berlebihan, tidak proporsional. Mereka mungkin berkata, "Biasa-biasa sajalah berurusan dengan Tuhan, jangan sampai begitu amat." Mereka telah disesatkan oleh dunia. Padahal apa yang kita lakukan itu semata-mata karena kita mau mencari wajah Tuhan. Kita rindu untuk mengalami Tuhan yang hidup. Di tengah-tengah pikiran manusia yang liar mengembara, tetapi pikiran kita tertuju kepada Tuhan. Namun kita tetap bekerja, mencari nafkah, belajar dan mengurus rumah tangga dengan baik. Kita tidak mau membuat pikiran kita liar mengembara dengan segala nafsu, keinginan dan ambisinya.

Prinsip "Asal ada makanan dan pakaian, cukup" harus menjadi prinsip hidup kita, di mana lebih dari makan dan pakai, semua kita persembahkan untuk Tuhan. Namun ingat, kalau kita persembahkan ‘semua‘ untuk Tuhan bukan berarti kita memberikan apa pun ke gereja; kita persembahkan hidup kita untuk Tuhan artinya kita harus membalas kebaikan orangtua, hidup mandiri tidak menjadi beban bagi orang lain, menolong keluarga besar, menjadi berkat bagi masyarakat sekitar, tentu akhirnya kita juga mendukung pekerjaan Tuhan di gereja.

Pikiran kita tidak boleh mengembara dengan segala keinginannya. Karena kalau pikiran dibuat mengembara liar tak terbatas, akhirnya membuat kita makin jauh dari Kerajaan Surga dan mendekat ke api kekal. Pikiran kita harus kita tujukan kepada Tuhan. Sebab Tuhan satu-satunya tujuan hidup kita, satu-satunya alasan kita hidup. Kita bertujuan hidup berkenan di hadapan Allah, melakukan kehendak Tuhan, benar-benar kita mau menjadi anak kesukaan Tuhan. Dan perilaku hidup kita setiap hari menjadi simfoni yang indah didengar, menjadi keindahan di hadapan Allah yang hidup. Dan itu kita lakukan sebagai usaha kita untuk terus bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan, bertumbuh di dalam pengalaman berinteraksi dengan Allah sampai kita mengalami yang namanya person to person. Dia hidup, Dia nyata.

Jika kita sampai level Itu, dengan sendirinya kita takut akan Allah, kita gentar kepada Tuhan sebagaimana seharusnya. Dan kalau kita gentar akan Allah, maka kita tidak akan berbuat dosa. Kita hidup suci bukan karena kita mau dilihat orang, bukan sekadar supaya kita tidak malu, melainkan menjadi kebutuhan. Sebab kalau kita berhadapan dengan Tuhan (person to person) Allah yang kudus, pasti itu menggetarkan kita. Dan itu akan membuat kita menjadi takut akan Dia dan kita memiliki kebutuhan yang kuat untuk hidup tidak bercacat tidak bercela. Kita tidak bisa hidup tanpa kesucian, kita tidak akan betah hidup dalam dosa atau melakukan kesalahan.

Kalau kita sampai pada level person to person kita baru bisa mengalami cinta yang benar yang meliputi dan melimpahi kita. Bukan hanya fantasi, "Aku cinta pada-Mu, Tuhan." Jiwa kita benar-benar dipenuhi dengan kecintaan akan Allah, kecintaan akan Tuhan. Dan jika itu terjadi, dunia menjadi pudar di hadapan kita. Keindahan dunia menjadi bayang-bayang, menjadi kabur di dalam kemuliaan Tuhan. Inilah keindahan hidup di dalam Tuhan. Kita harus mengalami level person to person sehingga kita bisa memiliki hati yang menghormati Dia secara patut. Kehormatan kita kepada Tuhan inilah yang membuat kita terhormat. Hanya orang yang menghormati Allah yang akan menjadi orang terhormat di mata Tuhan dan terhormat di kekekalan. Orang yang tidak menghormati Tuhan itu orang yang menghinakan dirinya dan menjadi orang yang celaka di api kekal. 

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono    

KITA HARUS MENGALAMI LEVEL PERSON TO PERSON SEHINGGA KITA BISA MEMILIKI HATI YANG MENGHORMATI DIA SECARA PATUT.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 18 April 2023
2023-04-18 10:31:54

1 Samuel 28-31
Mazmur 18

Card image
Truth Kids 17 April 2023 - MAAFKAN MAMA
2023-04-17 09:36:01



Markus 11:25
“Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.”

Prang...! Suara gelas pecah memecahkan kesunyian di siang itu. Mama Dina yang sedang duduk di ruang tengah terkejut dan segera berlari ke dapur. “Dina… kenapa kamu selalu tidak hati-hati? Kemarin piring pecah, hari ini gelas pecah lagi,” seru mama marah-marah tanpa bertanya dan tanpa mendengarkan penjelasan Dina terlebih dahulu. Dina menundukkan kepalanya, matanya basah karena air mata. “Meong…” tiba-tiba suara kucing terdengar dan langsung melompat keluar dari kolong meja dapur. Wajah mama terlihat kaget dan hatinya tersentak. Dengan suara yang pelan Dina berkata, “tadi yang memecahkan gelas itu kucing, Ma.” Ekspresi mamapun berubah. Kemarahannya diredam dan dengan lembut mama memeluk Dina. “Maafkan Mama, ya! Tanpa bertanya Mama sudah marah-marah dulu. Dina mau memaafkan Mama, kan?”

Sobat Kids, orangtua kita pun juga bisa melakukan kesalahan. Tetapi kita juga harus tetap menghormatinya dan belajar untuk memaafkan kesalahan orangtua. Sobat Kids tidak boleh menyimpan rasa sakit hati atau dendam. Kita harus belajar untuk mengampuni kesalahan semua orang, termasuk kesalahan orangtua kita.

Card image
Truth Junior 17 April 2023 - EMOSI POSITIF DAN EMOSI NEGATIF
2023-04-17 09:33:56


Markus 11:25
“Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.”

Ada berbagai macam perasaan yang bisa manusia alami, antara lain adalah emosi yang positif dan emosi yang negatif. Dikutip dari laman lpka, emosi positif adalah emosi yang menghadirkan perasaan positif. Contohnya bahagia, cinta, harapan, keyakinan, dan lain-lain. Sedangkan emosi negatif adalah emosi yang identik dengan perasaan tidak menyenangkan dan bisa membuat perasaan negatif. Contohnya takut, sedih, kecewa, gelisah, bersalah, dan lain-lain. Ketika emosi positif dilepaskan kepada orang sekitar, misalnya kepada papa mama, mereka akan lebih mudah menerima dan menanggapi rasa bahagia yang sedang Sobat Junior rasakan. Namun, kebalikannya, ketika Sobat Junior ingin juga menunjukkan emosi negatif, orang tua malah merasa risih atau terganggu dengan ekspresi sedih dari Sobat Junior. Sehingga ada juga orang tua yang salah dalam menanggapi emosi negatif yang sedang Sobat Junior rasakan.

Poin penting yang harus Sobat Junior ingat adalah selalu mengampuni jika papa mama belum ada waktu untuk mendengarkan kisah sedih kalian, maupun belum ada waktu untuk menanggapi perasaan yang sedang kalian alami. Jangan sampai hal tersebut menjadi luka di hati kalian. Tidak baik bagi Sobat Junior untuk mengingat luka tersebut. Sebab, firman Tuhan hari ini mengingatkan Sobat Junior untuk mengampuni kesalahan orang lain, supaya kesalahan Sobat Junior bisa diampuni oleh Bapa yang di surga. Termasuk jika ada kesalahan yang orang tua kalian lakukan. Alangkah lebih baik, jika Sobat Junior memberi usul kepada papa mama supaya mereka memberikan waktu untuk berbagi kisah dan menjadi lebih dekat dengan Sobat Junior. Kalian bisa buat surat untuk orang tua kalian, dan selipkan dekat tempat tidur mereka. Sehingga saat mereka ada waktu, orang tua kalian dapat membacanya.

Card image
Truth Youth 17 April 2023 (English Version) - SPIRITUAL RESOURCES
2023-04-17 09:31:45


”Blessed is the man that trusteth in the LORD, and whose hope the LORD is.” (Jeremiah 17:7)

For plants, roots and stems have a very important function. Roots have a function to strengthen the establishment of plant stems, absorb water and minerals from the soil, and to store food reserves. While the stem has a function as a support and a place to lean on leaves, flowers and fruit. Also to transport water and minerals from the roots to the leaves, as well as to transport nutrients from the leaves to all parts of the plant. So, the stronger the roots, the stronger the stem of a plant, and the thicker the leaves and fruit will be.

Like a plant that will not grow well without good roots and stems, our life will not go well without having roots and leaning on God. Many humans only rely on physical strength and eventually end in failure. That's why, we need to realize that we also need a good support for our lives. That support is the Lord Jesus, the only Helper in distress and the source of abundant blessings.

Relying on God means relying on or depending on or relying on God alone. When we focus, then all our strength is put on our pedestal. So, relying on God refers to understanding God which is our only source of strength and in the process we grow only in God, because there is no other way.

Although sometimes many people believe in the existence of God, most of the time it is just a fantasy. When a person is faced with life's problems, his reaction in acting and making decisions, then it will be seen whether he really has faith or not; his faith is genuine or fake. One proof of someone's disbelief that God exists is a feeling of fear. Indeed, relying on God is not easy, because God is invisible. However, if we believe God is alive and rely on Him, we will have strong spiritual muscles.

Therefore, the way we can always rely on God is to never replace spiritual resources, namely God who is unlimited, with worldly resources that are limited and will perish. And when we rely on God, then our life will not wither. No matter what happens, we will take root, grow, and continue to bear fruit, even more.

WHAT TO DO:
Do whatever you can to the fullest, but leave the results to God. BIBLE MARATHONS: ▪︎ Judges 11-13

Card image
Renungan Pagi - 17 April 2023
2023-04-17 09:25:55


Kehidupan yang diberkati adalah saat kita mengandalkan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan. Dan mengandalkan Tuhan bukan berarti semua Tuhan yang kerja, kita hanya bersantai dan malas-malasan saja. Mengandalkan Tuhan berarti mempercayakan seluruh hidup pada Tuhan apapun situasi yang kita hadapi.

Nabi Yesaya pernah mengingatkan raja Hizkia dari Yehuda akan kebenaran ini. Hizkia adalah raja yang baik, tetapi ia mengulang dosa ayahnya, Ahas, yaitu mencari perlindungan dan bersekutu dengan Mesir. Sebagai raja Yehuda, seharusnya ia mengajak rakyatnya untuk menaruh kepercayaan kepada Tuhan. Keputusannya untuk bersekutu dengan Mesir, menunjukkan bahwa Hizkia secara tidak langsung meragukan kuasa Tuhan.

Banyak orang saat ini tanpa sadar berlaku sama seperti raja Hizkia. Ketika masalah datang menekan dan menghimpit, mereka cepat tergoda untuk menyelesaikan dengan cara dan kemampuan sendiri, dengan cara dunia, yang pada akhirnya, bukan jalan keluar yang mereka temui, namun masalah baru yang lebih rumit justru menanti mereka. Sebagai murid Kristus atau sebagai anak-anak Tuhan, saat menghadapi pergumulan hidup, marilah kita datang kepada Tuhan dan mengandalkan Tuhan saja, dalam menghadapi setiap pergumulan hidup itu. Dan ingatlah Alkitab berkata, "Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan."
(Yeremia 17:7)

Card image
Quote Of The Day - 17 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-17 09:21:46


Pertobatan yang benar akan membawa seseorang dalam relasinya yang istimewa atau eksklusif dengan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 17 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-17 09:19:20


Sejatinya, banyak orang Kristen tidak memiliki integritas sebagai anak-anak Tuhan yang benar yaitu kehidupan yang memperagakan kehidupan Tuhan Yesus. Mereka mengadopsi gaya hidup anak-anak dunia menjadi gaya hidupnya.

Card image
RICH IN GOD - 17 April 2023 (English Version)
2023-04-17 09:17:50



One characteristic of a person who truly believes in God is they perceive themselves as rich in God. This perception is not a fantasy, as God is not a fantasy, but a reality. God is stronger than a nuclear power, He is more powerful than any officials or any kings of this world. He possesses invaluable riches. Thus, as a person truly believes in God, they will see themselves as rich in Him. These people will not feel inferior when meeting the rich. Their ministries will not be money-seeking, but will be marked by earnestness in honours. True belief in God means we surrender ourselves  to God. 

Surrendering up one’s self must be correctly understood. But, it is the fact that many people do not understand what is meant by a surrender. When a person is in trouble or hopelessness, and they say ,”I surrender to You, “, it doesn’t mean they truly surrender themselves up to God. They only ask God to intervene with the problems they are facing. The word surrender can be used to intimidate God; “I surrender this problem to you, God, and you must help me.” A person who truly surrenders to God, will not coerce Him to act as they wish. That is if God does nothing, they will always be grateful, as they realise that they cannot control Him.

To surrender means we are willing to follow His ways, i.e. anything God commands us to do, we obey, and whatever God has ordained for our life, we accept it. A person who believes in God and truly surrenders to Him will not do anything that is contrary to God’s will. To continue living in sin is unbelief. Indeed, we can always miss the mark (Greek: hamartia), but we need to immediately resolve it, confess it, and realise that the impulse to sin is still alive in us. This is the sin that leads to death when not properly resolved. 

Those who want nothing to do with God are godless, even though they attend church services regularly. They are Christians only  when attending these services, and this is not  true Christian belief. A person who believes in God will surrender their life, and in surrendering not only they accept anything that God has ordained for their life, but also they embrace His will. To embrace God’s will and not ours. Ironically, many people refuse to understand His wills, let alone do them.  

Essentially, God will “slay” us to do His will and fulfil His plans. Only those who are “slain” by God will be able possess Him and say, “My only desire is to see Your face, O Lord. My desire is to be home, to serve You forever.” We should have experienced this now, especially us, who are close to going back home. We can desire God when we are “slain”, when we are finished before God. Thus, the key is: it is impossible for a person to truly believe God when their life is reprehensible, as it is impossible to manipulate Him. 

Those who take refuge in or truly depend on God and who are peaceful before Him are those whose lives are pure. We must boldly say, “I have decided to go to my heavenly home, as the world is not my home. Although I still have desires in my flesh, I refuse to indulge in anything other than God.” We must boldly make that decision. As nothing leads to abundant life other than this. 1 Tim. 6:8, “But if we have food and clothing, we will be content with that.” We must wholly depend on God. It is absurd that God will not provide for those, and their loved ones, who are wholly dependent on Him. 

To believe means to surrender; to surrender means to live in obedience, obedience unto losing our lives so that we live in Him only to fulfil His will. We cannot be separated from God. When we plead for His presence in our lives, in our problems, we do not look for the solutions but  for wisdom, knowledge, understanding, and spiritual maturity which can be resulted from those problems. Thus, do not wish for worldly happiness. God is the ultimate riches. How terrifying, many people will regret this in death when they have lost all opportunities to seek God. 

If we do not honour God nor esteem Him highly on earth, we should not be able to instantly honour and esteem Him highly in eternity. To honour God and to esteem Him must be our constant attitude. God says, “Seek Me, and you will find Me.” It is impossible to hold both God and the world in our hands. But God is more potent than nuclear power, He holds all powers. He is our Guarantor as we faithfully hold on to Him. Holding on to God is holding everything in our hands.   

ONE CHARACTERISTIC OF A PERSON WHO TRULY BELIEVES IN GOD IS THEY PERCEIVE THEMSELVES AS RICH IN HIM.

Card image
KAYA DI DALAM TUHAN - 17 April 2023
2023-04-17 09:14:59


Ciri dari orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan adalah merasa kaya di dalam Tuhan. Ini bukan fantasi, sebab Allah bukan fantasi, tetapi realitas. Allah lebih kuat dari nuklir, Dia lebih berkuasa dari pejabat atau raja mana pun di bumi ini. Dia memiliki segala kekayaan yang tidak ternilai. Jadi, kalau seseorang benar-benar percaya kepada Tuhan itu ditandai dengan merasa kaya di dalam Tuhan. Orang seperti ini, tidak akan minder ketika bertemu dengan orang kaya. Kalau dia melayani pekerjaan Tuhan, dia tidak akan mencari kekayaan, dia akan terus melayani dengan sungguh-sungguh sebagai kehormatan. Tentu percaya di sini haruslah percaya yang benar; artinya menyerahkan diri kepada Tuhan.

Penyerahan diri harus dimengerti dengan benar. Faktanya, banyak orang tidak tahu apa yang dimaksud dengan menyerahkan diri kepada Tuhan. Ketika seseorang di dalam kesulitan atau dalam ketidakberdayaan, ia berkata “Aku berserah kepada-Mu,” sebenarnya dia belum berserah. Dia hanya minta campur tangan Tuhan. Kata berserah itu sebenarnya sebagai semacam intimidasi terhadap Tuhan; “Aku menyerahkan persoalan ini kepada-Mu, Tuhan dan Engkau harus tolong aku.” Orang yang berserah kepada Tuhan, tidak akan memaksa Tuhan untuk bertindak sesuai dengan apa yang diingininya. Sekalipun Tuhan tidak bertindak apa-apa, dia harus tetap bersyukur, sebab ia tidak boleh mengatur Tuhan.

Penyerahan adalah kesediaan untuk mengikut jalan Tuhan; artinya apa pun yang Tuhan perintahkan, kita lakukan dan apa pun yang Tuhan kehendaki, kita terima. Orang yang percaya kepada Tuhan dengan penyerahan yang benar pasti tidak melakukan apa yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Kalau orang masih hidup dalam dosa berarti dia tidak percaya. Memang, kita masih bisa meleset (Yun. hamartia), tetapi kita harus menyelesaikan, mengakui dan menyadari masih ada potensi salah di dalam diri kita juga tidak mengulanginya lagi. Meminta ampun bukan hanya atas perbuatan salah yang sudah dilakukan, tetapi juga minta ampun atas potensi atau dorongan dosa yang masih ada. Ini dosa yang mendatangkan maut kalau tidak diselesaikan.

Orang yang tidak berurusan dengan Tuhan berarti dia tidak ber-Tuhan, sekalipun dia pergi ke gereja. Karena dia menjadi Kristen hanya saat di gereja dan percaya seperti itu adalah percaya palsu. Sebab orang yang percaya kepada Tuhan itu menyerahkan dirinya, dan di dalam penyerahan diri itu bukan saja menerima apa yang Tuhan izinkan kita alami dalam hidup, melainkan juga menerima kehendak-Nya. Mengikuti yang Tuhan inginkan dan tidak mengikuti apa yang kita inginkan. Ironis, banyak orang yang jangankan melakukan, mau mengerti saja tidak.

Sejatinya, Tuhan akan membuat hidup kita “dihabisi” untuk melakukan kehendak Tuhan dan memenuhi rencana-Nya. Jika demikian, barulah orang itu memiliki Tuhan dan bisa berkata “Rinduku pada-Mu dapat memandang wajah-Mu Tuhan. Rinduku ku pulang melayani-Mu selamanya.” Kita harus sudah bisa mengalami hal ini, khususnya kita yang sudah mendekati harus pulang. Kita bisa merindukan Tuhan kalau hidup kita sudah habis, sudah selesai di hadapan Tuhan. Jadi, inilah rahasianya: orang tidak mungkin bisa memercayai Tuhan dengan benar kalau hidupnya tidak benar, karena Tuhan tidak bisa dimanipulasi.

Orang yang berlindung atau bergantung kepada Tuhan dengan benar dan memiliki keteduhan di hadapan Allah adalah orang yang hidupnya bersih. Kita harus berani berkata, “Aku memutuskan untuk pulang, sebab dunia bukan rumahku. Walaupun aku masih punya selera di dalam daging, selera dalam jiwaku, namun aku memilih untuk tidak menikmati apa pun selain menikmati Tuhan.” Kita harus berani mengambil keputusan itu. Sebab tidak ada jalan untuk hidup di dalam kelimpahan selain ini. 1 Timotius 6:8, “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.” Kita harus sepenuhnya bergantung kepada Tuhan. Tidak mungkin kita tidak dipelihara Tuhan; dan orang-orang yang kita kasihi.

Percaya berarti menyerahkan diri; menyerahkan diri berarti hidup di dalam penurutan, sampai pada tingkat kehilangan diri kita sehingga kita hidup di dalam Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya. Tidak bisa kita hidup terpisah dari Tuhan. Saat kita mohon kehadiran Tuhan di dalam hidup kita, dalam masalah kita, yang penting bukan supaya masalah itu selesai, tetapi masalah itu membuahkan hikmat, marifat, pengertian, kedewasaan rohani. Maka, jangan mengharapkan kebahagiaan apa pun dari dunia. Kekayaan di atas segala kekayaan itu Tuhan. Betapa mengerikan, banyak orang akan menyesal di ujung maut ketika sudah tidak ada waktu lagi untuk mencari Tuhan.

Kalau sejak di bumi kita tidak menghormati Tuhan, tidak menganggap Dia bernilai, maka kita pasti tidak bisa menghargai dan menganggap Tuhan bernilai di kekekalan dalam sekejap. Menghargai Tuhan dan menganggap Tuhan bernilai itu haruslah satu sikap yang permanen di dalam hidup kita. Tuhan berkata, “Carilah Aku, maka kamu akan menemukan Aku.” Kita tidak bisa memiliki Tuhan sementara tangan yang lain kita menggenggam dunia. Padahal kalau kita menggenggam Tuhan, Dia lebih kuat dari nuklir, Dia punya segala kuasa. Percayalah, Dia bisa menjamin hidup kita. Memiliki Tuhan berarti memiliki segalanya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

CIRI DARI ORANG YANG BENAR-BENAR PERCAYA KEPADA TUHAN ADALAH MERASA KAYA DI DALAM TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 April 2023
2023-04-17 09:08:48

Mazmur 17, 35, 54, 63

Card image
Truth Kids 16 April 2023 - TAK APA MENANGIS
2023-04-16 09:55:25



Yeremia 9:18
“Biarlah mereka bersegera dan meratap karena kita, supaya mata kita mencucurkan air mata, dan kelopak mata kita melelehkan air!”

Sore itu Riko berlari-lari di depan rumah bersama teman-temannya. Begitu semangat dan riang Riko dan teman-teman berlari-larian tanpa melihat sekitarnya. Tiba- tiba, brukkk!! Riko terjatuh karena tersandung batu. Riko segera berjalan pulang dan menghampiri mamanya yang sedang duduk di teras rumah. Dengan muka yang merah, ia tertatih tatih berjalan menghampiri mamanya. “Ada apa, Riko?" tanya mamanya. “Aku tersandung batu, Ma,” jawab Riko. Dengan sigap mamanya mengambil kotak obat di dalam rumah. Ia segera membersihkan luka dan mengobati Riko. “Riko kesakitan, kah? Kalau Riko sakit, jangan tahan nangis. Riko boleh menangis. Anak laki-laki boleh menangis, kok. Asalkan memang sakit. Tapi kalau tidak sakit atau kamu masih bisa menahan rasa sakitnya, tidak usah menangis,” kata mama sambil mengelus kepala Riko.

Sobat Kids, yang mama Riko ajarkan, yaitu bahwa anak laki-laki boleh menangis, itu benar. Menangis adalah ekspresi atau perasaan dari hati, baik itu laki-laki atau perempuan saat sedang sedih ataupun sakit. Itu adalah hal yang wajar. Air mata atau menangis bukanlah suatu kelemahan.

Card image
Truth Junior 16 April 2023 - AIR MATA
2023-04-16 09:53:32


Yeremia 9:18
“Biarlah mereka bersegera dan meratap karena kita, supaya mata kita mencucurkan airmata, dan kelopak mata kita melelehkan air!”

Kebanyakan orang, ketika sedih akan meluapkan kesedihannya dengan cara menangis. Faktanya, melalui air mata yang keluar, tubuh sedang mengeluarkan emosi yang sedang dirasakan. Bahkan tanpa disadari, setelah mengeluarkan air mata, biasanya Sobat Junior akan memiliki perasaan yang lebih lega dan lebih baik daripada sebelum menangis. Namun, ketika seseorang sedang mengeluarkan air mata, tidak selalu berarti bahwa dia sedang sedih, loh, ya. Ada juga air mata yang berupa luapan emosi bahagia, terharu, dan kagum terhadap suatu peristiwa. Jadi, pada dasarnya air mata itu bisa karena sedang sedih atau juga karena sedang sangat bahagia.

Mengeluarkan air mata karena sedih, kecewa, dan sedang merasa lemah adalah hal wajar, Sobat Junior. Ingat, ada batasnya juga. Jangan sampai Sobat Junior yang sedang merasa sedih malah membiarkan diri sendiri untuk menangis seharian penuh tanpa berhenti. Kalau begitu, bukan wajar lagi, dong, melainkan sudah berlebihan. Mengeluarkan air mata itu boleh-boleh saja jika dirasa perlu, dan dengan waktu yang tidak terlalu berlebihan.

Sobat Junior mungkin pernah mendengar kalimat bahwa “anak laki-laki tidak boleh menangis, karena kalau menangis, artinya dia lemah”. Anak laki-laki juga pasti pernah merasa kecewa, sedih, sedang lemah, dan itu wajar-wajar saja. Lagipula, semua orang tidak menginginkan rasa sedih, termasuk laki-laki. Untuk itu, bagi semua anak laki-laki yang membaca renungan ini, ingatlah bahwa tidak apa-apa jika sedang merasa sedih atau kesakitan, lalu kalian menangis mengeluarkan air mata. Itu hanya bentuk luapan emosi kesedihan yang Sobat Junior alami. Namun, yang paling penting dan tidak boleh dilupakan adalah tetap mengandalkan Tuhan dalam segala situasi. Dalam sedih maupun bahagia, Tuhan selalu ada di sisi Sobat Junior. Jadi, jangan lupa datang kepada-Nya untuk mengatasi kesedihan Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 16 April 2023 (English Version) - DON’T WORRY
2023-04-16 09:51:02


”Take therefore no thought for the morrow: for the morrow shall take thought for the things of itself. Sufficient unto the day is the evil thereof.” (Matthew 6:34)

Worry is a feeling of fear, anxiety, anxiety about something that is not known with certainty. This naturally happens, because no matter how great human existence is, he is unable to know everything that will happen in life. Worry is closely related to feelings. Feelings are tools of life that God bestowed on humans to enjoy what is there. Feelings can also serve as an alarm for danger or simply a warning that there is something to watch out for in life.

As long as it is placed in its portion, worrying will help a person be more alert, careful and not careless in making decisions and choices. However, when feelings are given too large a portion in decision making, the dominant one is worry. Awareness of self-limitations actually triggers excessive worry that makes a person fearful in life.

Worry is one of the concentrations of the Lord Jesus in explaining the life that every Christian should live. Because the attitude of worry is a bad sign for us Christians, because it is a sign that our hearts are still attached to this earth. While many people understand worry as a normal thing in life, Jesus forbade people to worry. Why? Because worry is a sign of a problem with one's relationship with God. Worrying is a sign of knowing God that needs to be evaluated.

The prohibition regarding "don't worry" by the Lord Jesus, gives advice and commands so that we don't worry about things in this world. The impact of worry for believers is that it will make these thoughts chaotic which will result in loss of joy in God; and will cause doubt and disbelief in God who has promised to provide everything necessary for our life and godliness.

Therefore, we as Christians should not have worries about all things that are against God's will, which will make us cast out from His presence. Leave everything to God and always put your hope in Him who will give you true victory.

WHAT TO DO:
1. Put all hope in God without doubt.
2. Never put your heart in what is in this world, everything is temporary. Choose God who is eternal and immortal.

BIBLE MARATHONS:
▪︎ Judges 9-10

Card image
Truth Youth 16 April 2023 - DON'T WORRY
2023-04-16 09:44:07



“Sebab itu janganlah kamu khawatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Matius 6:34)

Khawatir adalah rasa takut, cemas, gelisah terhadap sesuatu yang belum diketahui dengan pasti. Hal ini wajar terjadi, karena sehebat apa pun keberadaan manusia, ia tidak mampu mengetahui segala yang akan terjadi dalam hidup. Khawatir terkait erat dengan perasaan. Perasaan adalah perlengkapan hidup yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia untuk menikmati apa yang ada. Perasaan dapat juga dijadikan sebagai alarm akan adanya bahaya atau sekadar peringatan bahwa ada sesuatu yang perlu diwaspadai dalam kehidupan.

Sepanjang ditempatkan pada porsinya, khawatir akan menolong seseorang lebih waspada, berhati-hati dan tidak sembarangan dalam mengambil keputusan dan pilihan. Namun ketika perasaan diberi porsi terlalu besar dalam pengambilan keputusan, yang dominan justru rasa khawatir. Kesadaran akan keterbatasan diri justru memicu rasa khawatir yang berlebihan yang membuat seseorang justru ketakutan dalam hidup.

Khawatir menjadi salah satu konsentrasi Tuhan Yesus dalam menjelaskan kehidupan yang seharusnya dijalani oleh setiap orang Kristen. Sebab sikap khawatir merupakan pertanda buruk bagi kita orang Kristen, karena itu tandanya hati kita masih melekat di bumi ini. Di saat banyak orang memaklumi rasa khawatir sebagai hal yang wajar dalam hidup, Yesus justru melarang orang untuk khawatir. Mengapa? Karena khawatir menjadi tanda adanya masalah terkait hubungan seseorang dengan Allah. Khawatir menjadi tanda pengenalan akan Allah yang perlu dievaluasi.

Larangan mengenai “jangan khawatir” oleh Tuhan Yesus, memberikan nasihat dan perintah agar kita jangan khawatir tentang hal-hal di dunia ini. Dampak kekhawatiran bagi orang percaya adalah akan membuat pikiran ini kacau-balau yang berdampak pada hilangnya sukacita di dalam Allah; dan akan menyebabkan ragu-ragu dan tidak percaya kepada Allah yang telah berjanji untuk menyediakan segala hal yang diperlukan bagi kehidupan dan kesalehan kita.

Oleh sebab itu, kita sebagai orang Kristen jangan sampai memiliki kekhawatiran akan semua hal yang bertentangan dengan kesukaan Allah, yang hal tersebut akan membuat kita terbuang dari hadapan-Nya. Serahkan segalanya kepada Tuhan dan selalu taruh pengharapan kepada-Nya yang akan memberikan kemenangan sejati.

WHAT TO DO:
1. Taruh semua pengharapan kepada Tuhan tanpa keraguan.
2. Jangan pernah menaruh hati pada apa yang ada di dunia ini, semua hanya sementara. Pilihlah Tuhan yang adalah kekal dan abadi.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hakim-hakim 9-10

Card image
Renungan Pagi - 16 April 2023
2023-04-16 09:38:45



Adalah hal yang biasa ketika sedang dihadapkan pada masalah, kebanyakan orang mencari cara dan jalan sendiri untuk mengatasinya. Mereka tak pernah membicarakan atau mengutarakan segala sesuatunya kepada Tuhan; mereka tak pernah melibatkan Tuhan. Mengapa? Mereka kuatir apa yang direncanakan dan jalan yang ditempuhnya itu tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Karena itu mereka keburu nafsu untuk melakukan apa yang menjadi kehendak hatinya. Dan menurut pemikiran mereka, itulah jalan keluar yang terbaik dan tercepat.

Kebanyakan kita tidak cukup sabar untuk mengikuti jalan-jalan Tuhan dan pertolongan Tuhan, keinginan kita adalah semuanya cepat diselesaikan, padahal dalam setiap peristiwa hidup itu, Tuhan sedang berbicara dan mendidik iman kita menuju kedewasaan. Pemazmur berkata, kepada orang yang takut akan Tuhan, akan ditunjukkan jalan-jalan yang harus dipilihnya.
(Mazmur 25:12)

Card image
Quote Of The Day - 16 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-16 09:28:04


Pertobatan yang berkualitas tinggi adalah pertobatan yang didorong oleh suatu kebutuhan yang sangat kuat dalam dirinya, bahwa ada rongga kosong dalam jiwanya yang tidak dapat diisi oleh siapa pun dan apa pun kecuali Allah Anak.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 16 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-16 09:24:30


Menyembah Allah dalam roh dan kebenaran menunjuk sikap batin atau sikap hati yang diwujudkan dalam perilaku sepanjang waktu di mana pun kita berada, bukan hanya di dalam liturgi beberapa saat di gereja.

Card image
SECARA ISTIMEWA - 16 April 2023
2023-04-16 05:25:54


Ketika kita mengisi percaya kita dengan mencari Tuhan, maka keyakinan kita akan Allah yang hidup akan makin bertambah. Sampai kita mengalaminya, mendapatkannya. Ibarat orang memancing ikan, ketika ia melempar kail 1 kali, tidak ada; 2 kali, tidak dapat; 3 kali, masih nihil. Seorang pemancing kawakan yang tahu bahwa di situ ada ikannya, dia akan terus mencoba sampai dapat. Spekulatif, untung-untungan; bisa dapat bisa tidak. Tetapi selalu saja ada ikan yang dia dapat, sekecil apa pun. Namun hal mencari Tuhan bukan seperti memancing ikan yang bisa bersifat spekulatif. Kita pasti dapat menemukan Tuhan, pasti dapat mengalami Tuhan. Tetapi masalahnya seberapa tekun kita mencari Tuhan? Sejujurnya, kadang-kadang porsi yang kita berikan untuk itu sangat kecil, sangat minim.

Ingat waktu kita sekolah, kita berusaha untuk bisa lulus, dan di antara kita pasti juga ada yang bukan hanya mau lulus, namun mau juga bisa mendapat rangking. Untuk itu kita belajar, belajar dan belajar. Firman Tuhan dalam Yesaya 55:6 mengatakan, “Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat.” Allah akan membuat kita menemukan Dia, Ia tidak akan membuat orang yang mencari-Nya sia-sia. Maka, ada dua hal yang harus kita perhatikan. Pertama, seberapa serius kita mencari-Nya? Kedua, kesempatan mencari Tuhan itu terbatas. Seseorang akan sangat menyesal ketika menutup mata, ia tidak lagi memiliki kesempatan untuk menemukan Tuhan. Betapa mengerikannya keadaan itu sebab ia tidak bisa lagi kembali ke bumi, tidak bisa menarik mundur waktu.

Mari kita berusaha sungguh-sungguh untuk merenungkan dan menghayati hal itu. Kalau sampai kita meninggal dunia tanpa mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, maka tentu kita tidak akan dikenal oleh Allah di kekekalan. Maka, kita harus memiliki rasa haus untuk mencari Tuhan. Jadi, jangan lakukan hal yang tidak mendatangkan faedah untuk keselamatan jiwa kita. Setiap kesempatan harus kita gunakan untuk mencari Tuhan. Dan satu kali, kita akan punya pengalaman-pengalaman yang luar biasa. Jadi, jangan merasa bahwa hanya orang-orang tertentu yang bisa mengalami Tuhan. Setiap kita juga bisa. Namun kita harus punya tekad yang kuat, “Aku harus mengalami Tuhan. Aku harus menemukan Dia.”

Firman Tuhan mengatakan dalam 1 Tawarikh 16:11; Mazmur 105:4, “Carilah Tuhan dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu!” “Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu!” Orang yang menemukan Tuhan ini—tentu selain hidupnya kudus—maka dia juga memiliki ketahanan menghadapi segala keadaan, memiliki perasaan Allah sehingga terbeban untuk menolong orang. Dan Allah menghargai orang-orang seperti ini. Kalau Tuhan menghargai kita, karena kita menghormati Dia, maka kita pasti akan dipelihara Tuhan secara istimewa. Itu modal dan kekuatan hidup kita yang lebih dari apa pun juga. Jadi kita harus yakin Allah itu ada, Allah itu hidup; dan kita harus bertekad dengan sungguh-sungguh untuk menemukan Tuhan, mengalami Dia.

Masalahnya, apakah kita mau menyediakan waktu untuk duduk diam di kaki Tuhan dan mencari wajah-Nya, sehingga ada perjumpaan pribadi kita dengan Tuhan di dalam Roh? Orang yang mencari Tuhan dengan serius, tidak berani berbuat dosa. Dia tidak menghidupi kedagingannya (Ibr. Bâsâr). Sebaliknya, kalau seseorang tidak mencari Tuhan, maka dia menghidupi kedagingannya dan dia menikmati kedagingannya, dan dia merasa nyaman dengan kedagingannya itu. Orang-orang ini pasti tidak memikirkan perkara-perkara yang di atas. Orang yang mencari Tuhan, pasti memikirkan perkara-perkara yang di atas. Setiap kita ini bisa punya imajinasi. Dari imajinasi jadi pemikiran, dari pemikiran membangkitkan emosi, membangkitkan semangat, memberikan energi. Misalnya seseorang sakit hati kepada temannya. Sementara dia berfantasi, sudah sekaligus ada emosi. Lalu dia pikirkan, lalu menimbulkan energi; dia bisa membunuh orang, dia sakiti orang, dia lukai orang dengan berbagai cara.

Lalu mengapa kita tidak serius untuk memikirkan Tuhan? Maka Alkitab berkata, “Merenungkan Firman Tuhan siang dan malam.” Maka, kalau kita bicara tentang Langit Baru Bumi Baru, “Hanya Engkau yang kuingini;” itu membangun fantasi. Lalu jadi pemikiran, pemikiran jadi energi, energi menggerakkan kita untuk mencari Tuhan dan meninggalkan percintaan dunia. Hidup kita pasti akan berubah. Maka, kita harus banyak berdoa. Tidak ada orang yang banyak berdoa, hidupnya dipermalukan Tuhan. Mungkin sementara waktu, bisa.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU TUHAN MENGHARGAI KITA, KARENA KITA MENGHORMATI DIA, MAKA KITA PASTI AKAN DIPELIHARA TUHAN SECARA ISTIMEWA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 April 2023
2023-04-16 05:18:44

1 Samuel 25-27

Card image
Truth Kids 15 April 2023 - BELAJAR SABAR
2023-04-15 11:47:20



Amsal 14:29
"Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan."

Helen mempunyai seorang adik laki-laki bernama Yudi. Helen sangat suka menggambar. Helen senang menggambar berbagai macam pemandangan. Sedangkan Yudi sangat suka bermain robot mainan. Setiap hari mereka akan bermain bersama dengan aktivitas yang berbeda. Akan tetapi, Yudi sering mengganggu kakaknya ketika sedang menggambar. Helen akan berteriak dan marah-marah saat adiknya mulai mengganggunya. Bukannya berhenti mengganggu, Yudi justru tambah senang melihat kakaknya marah-marah.

Hal tersebut sudah sering terjadi. Hingga suatu saat Helen melihat dirinya yang sedang marah di cermin. Helen merasa takut melihat wajahnya saat marah. Ia sadar bahwa ia akan tumbuh menjadi seorang pemarah jika tidak berhenti marah-marah. Mulai hari itu Helen berjuang untuk tidak lekas marah. Walaupun adiknya mengganggu, Helen akan tarik nafas panjang sebanyak lima kali. Awal-awalnya Helen masih marah, namun ia tidak putus asa. Ia terus menahan rasa ingin marahnya. Yudi mulai merasa heran dengan perubahan sikap kakaknya. Lama-kelamaan Yudi pun berhenti mengganggu kakaknya. Akhirnya mereka dapat bermain dan menggambar bersama.

Card image
Truth Junior 15 April 2023 - BELAJAR SABAR
2023-04-15 11:42:06



Amsal 14:29
“Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan.”

Boni, sang gajah, sedang kesal karena sedang lapar tetapi tidak dapat menemukan makanan di hutan. Untuk melampiaskan amarahnya, Boni merobohkan pohon-pohon di sekitarnya. Hal itu ia lakukan berulang-ulang kali. Suatu saat, ia merasa kepanasan. “Kenapa, ya, hutan ini menjadi panas sekali belakangan ini?” pikir Boni dalam hati. Saat ia melihat sekelilingnya, terkejutlah ia melihat banyak sekali pohon yang sudah tumbang. Ia baru sadar ternyata kebiasaan marah yang ia lakukan selama ini telah membawa kerugian bagi dirinya. Selain tidak mendapatkan makanan, Boni juga tidak memiliki tempat untuk berteduh. Mulai saat itu, Boni belajar untuk mengendalikan amarahnya. Ia mencoba untuk menjadi gajah yang sabar.

Apakah Sobat Junior pernah mendengar kalimat “orang sabar disayang Tuhan?” Orang yang sabar disayang Tuhan, artinya bukan berarti kalian tidak boleh merasa marah, Sobat Junior. Jika ada sesuatu yang tidak benar, wajar jika manusia merasa marah terhadap kesalahan tersebut. Tetapi kita harus melatih kesabaran kita. Jangan sampai terjadi seperti ilustrasi di atas, yaitu akibat kemarahan yang kita lakukan, merugikan diri sendiri. Yuk, kita belajar sabar.

Card image
Truth Youth 15 April 2023 (English Version) - HIS INCLUSION IS ETERNAL
2023-04-15 11:40:08


”Be not afraid of their faces: for I am with thee to deliver thee, saith the LORD.” (Jeremiah 1:8)

Living in this world is full of uncertainty, this causes many people to be very afraid of living their lives. Does that also include us? The answer is that only each of you knows. Like a roller coaster ride that goes up and down, even rotated 180 degrees. Thus our life in this world, is not decisive.

Every person's life journey is definitely not always smooth, most of us must also feel how this life's journey is not always smooth. Often times we are faced with tough challenges and obstacles. This situation often makes us despair, complain easily, and grumble, so that all of that steals our joy.

This confirms to us, every Christian, that in life's journey, sometimes we do have to go through a tough and obstacle-filled journey, but don't be afraid. Whatever we are facing right now, believe that God's inclusion is real and eternal, then joy will come to our lives and we can remain firm in the face of whatever comes our way.

Our souls can be quiet and calm because we have a living God. His inclusion is eternal for every one of us who believes. Every test that is allowed to happen in life, leads to how pure our faith is. That's why to always be in His company, we must get rid of all things that are inappropriate before God. Not only major sins such as killing, stealing, adultery. It doesn't have to be major moral sins that can land us in prison or have a criminal element. Every word we say, if this is not pleasing to God, don't say it. We must keep the sanctity of small things. Let's not ruin our lives with hatred. We must live in submission to God. Because when we submit to God, it means that we are owned by God. If we are owned by God, we must be guarded and cared for by Him.

WHAT TO DO:
1. Fully believe in His eternal Person, that He is always with us in all conditions
2. We must know the form of God's inclusion, we can go through bad circumstances, because that is for our self-maturity.

BIBLE MARATHONS:
▪︎ Judges 6-8

Card image
Truth Youth 15 April 2023 - PENYERTAAN-NYA ABADI
2023-04-15 11:37:09


“Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN.” (Yeremia 1:8)

Hidup dalam dunia ini penuh dengan ketidakpastian, hal ini menyebabkan banyak orang yang sangat takut akan menjalani kehidupannya Apakah itu juga termasuk diri kita? Jawabannya hanya setiap kalian yang tahu. Layaknya wahana permainan roller coaster yang naik-turun, bahkan diputar-putar 180 derajat. Demikianlah kehidupan kita di dunia ini, sangat tidak menentu.

Setiap perjalanan kehidupan seseorang pastilah tidak selamanya mulus, sebagian besar dari kita pasti juga merasakan betapa perjalanan hidup ini tidak selalu lancar. Sering kali kita diperhadapkan dengan tantangan dan rintangan yang berat. Situasi ini tak jarang membuat kita menjadi putus asa, mudah mengeluh, dan bersungut-sungut, sehingga semua itu pun mencuri sukacita kita.

Hal ini menegaskan kepada kita setiap orang Kristen, bahwa dalam perjalanan hidup, terkadang kita memang harus melalui perjalanan yang berat dan penuh rintangan, tetapi, janganlah takut. Apa pun yang kita hadapi saat ini, percayalah bahwa penyertaan Tuhan sungguh nyata dan abadi, maka sukacita akan datang di hidup kita dan kita pun dapat tetap teguh menghadapi apa pun yang menghadang kita.

Jiwa kita bisa teduh dan tenang karena kita memiliki Allah yang hidup. Penyertaan-Nya abadi bagi setiap kita yang percaya. Setiap ujian yang diizinkan terjadi dalam hidup, mengarah kepada seberapa murni iman yang kita miliki. Itu sebabnya untuk selalu dalam penyertaan-Nya, kita harus membuang semua hal yang tidak patut di hadapan Allah. Bukan hanya dosa-dosa besar seperti membunuh, mencuri, berzina. Tidak harus dosa-dosa moral besar yang bisa membuat kita masuk penjara atau memiliki unsur pidana. Setiap kata yang kita ucapkan, kalau ini tidak berkenan di hadapan Tuhan, jangan ucapkan. Kita harus menjaga kesucian dari hal-hal kecil. Janganlah kita merusak hidup kita dengan kebencian. Kita harus hidup di dalam ketertundukan kepada Allah. Sebab dengan kita tunduk kepada Allah, berarti kita dimiliki oleh Allah. Jika kita dimiliki oleh Allah, kita pasti dijaga dan dipelihara-Nya.

WHAT TO DO:
1. Percaya penuh kepada Pribadi-Nya yang abadi, bahwa Ia selalu menyertai kita dalam segala kondisi
2. Kita harus tahu bentuk penyertaan Tuhan, bisa melalui keadaan tidak enak, sebab itu untuk pendewasaan diri kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hakim-hakim 6-8

Card image
Renungan Pagi - 15 April 2023
2023-04-15 11:19:06


Alangkah baiknya sebelum merencanakan dan melakukan sesuatu kita menyerahkan semuanya ke dalam pimpinan Tuhan. Kita harus belajar mendisiplinkan diri untuk berdoa, berkomunikasi dengan Tuhan, menyampaikan segala rencana dan keinginan kepada Tuhan. Yakobus menasihati, jika memiliki rencana hidup masa depan kita, jangan dengan sombong seolah-olah tahu apa yang akan terjadi hari esok. Seharusnya kita selalu menyerahkan semuanya sesuai kehendak Tuhan.

Jika perlu kita juga dapat men-sharing-kan rencana dan keingingan itu kepada pemimpin rohani atau hamba-hamba Tuhan yang hidupnya karib bergaul dengan Tuhan untuk meminta saran dan menyingkronkan pendapat tersebut dengan kebenaran firman Tuhan. Sesungguhnya Tuhan hanya menginginkan ketaatan dan penyerahan diri, sedangkan langkah-langkah selanjutnya Tuhan sendiri yang akan memimpin kita.
(Yakobus 4:13-15)

Card image
Quote Of The Day - 15 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-15 11:12:18


Pada umumnya pertobatan yang didorong oleh kebutuhan jasmani tidak melahirkan atau menciptakan hubungan istimewa antara dirinya dengan Tuhan secara pribadi.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 15 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-15 11:10:00


Orang yang menyembah Allah memiliki kesediaan dengan rela untuk mengasihi serta mengabdi kepada-Nya.

Card image
HADAPI DENGAN KEKUDUSAN - 15 April 2023
2023-04-15 11:03:02


Percaya kepada Tuhan, mengandalkan Tuhan, berlindung kepada Tuhan, tidak bisa dipisahkan dari kehidupan penurutan terhadap kehendak-Nya. Seseorang tidak bisa percaya kepada Tuhan, mengandalkan Tuhan, bergantung kepada-Nya dan berharap pertolongan-Nya jika, yang pertama, tidak hidup di dalam kesucian Tuhan dan kebenaran-Nya. Yang kedua, masih terikat dengan kesenangan dunia. Dua hal ini sebenarnya tidak bisa dipisahkan. Kalau orang masih hidup dalam dosa, dia pasti mencintai dunia. Orang yang mencintai dunia pasti tidak hidup di dalam kekudusan. Orang seperti ini tidak bisa percaya kepada Tuhan dengan benar. Sehingga ia tidak bisa, tidak pantas dan tidak layak berlindung kepada Tuhan.

Kita harus sampai pada penghayatan sehingga bisa berkata dengan tulus, "Aku perlu Kau, Tuhan." Kita harus menyadari bahwa kita tidak bisa hidup dalam kehidupan yang tidak menyenangkan hati Tuhan. Kesadaran itu harus muncul di dalam diri kita. Kita berkata, "Tuhan pegang tanganku. Tuhan lindungi aku. Tuhan aku perlu Engkau." Maka, kita juga bisa menghayati bahwa kita tidak bisa hidup dalam dosa, tidak bisa hidup dalam percintaan dunia. Penghayatan ini hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang hatinya lurus, yang bertumbuh dalam kedewasaan, yang nuraninya bersih, yang hatinya tidak bengkok.

Tetapi kalau hatinya bengkok, tidak lurus, tidak dewasa, nuraninya tidak bersih, dia bisa berkata kepada Tuhan, "Lindungi aku, tolonglah aku Tuhan," sementara dia masih hidup dalam dosa, dalam percintaan dunia. Sebenarnya orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang memperdaya Tuhan. Tentu mereka tidak menghormati Tuhan dan tidak menyembah Tuhan. Ketika kita belum dewasa, kita ada di dalam sikap hati dan sikap hidup seperti itu. Kita begitu manipulatif, memanfaatkan Tuhan. Kita berdoa mohon pertolongan Tuhan sementara kita masih memuaskan keinginan kita sendiri. Kita tidak sungguh-sungguh hidup di dalam kesucian. Kita tidak sungguh-sungguh hidup dalam kecintaan kepada Tuhan, tetapi percintaan dengan dunia.

Namun, itu dulu. Kita sadar itu kesalahan, naif, kekanak-kanakan dan tentu itu tidak membuat hati Tuhan disenangkan. Kita terus bertumbuh dewasa. Kita mulai bisa menanggalkan percintaan dunia, melepaskan hobi-hobi, tidak terikat hiburan dunia, kita mulai menjaga pikiran, perkataan dan perbuatan kita untuk hidup dalam kekudusan. Sementara itu, Tuhan perhadapkan kita dengan masalah-masalah yang kadang lebih berat dari masalah-masalah yang pernah kita hadapi sebelumnya. Hal ini Tuhan izinkan supaya kita bergantung dan berlindung kepada Tuhan. Masalah-masalah yang tidak bisa kita selesaikan kecuali oleh pertolongan Tuhan. Dan kita layak menerima pertolongan Tuhan kalau kita hidup di dalam kesucian.

Dari pengalaman itu, maka lahirlah kesaksian hidup dan kebenaran, bahwa untuk menyelesaikan masalah-masalah berat, hanya ada satu cara, yaitu kesucian hidup. Mungkin ada yang bertanya, "Apa hubungannya masalah ekonomi, masalah rumah tangga, masalah hukum, masalah polisi, dengan kesucian?" Sepertinya tidak terkait, tetapi sebenarnya sangat berkaitan. Hadapi masalah hidup kita dengan kekudusan! Dan buktikan bagaimana tangan Tuhan yang kuat akan melindungi dan membela kita. Ketika kita masuk pada pengalaman ini, hidup kita akan melimpah dengan kecintaan kepada Tuhan. Dan ketika hati kita melimpah dalam kecintaan dengan Tuhan, kita pasti rela berbuat apa pun untuk Tuhan.

Ketika kita rela berbuat apa pun untuk Tuhan, Tuhan akan memercayakan proyek-proyek pekerjaan Tuhan. Tuhan mau pekerjaan-Nya dilakukan oleh orang-orang yang betul-betul haus dan rindu menyenangkan hati Tuhan. Orang-orang yang sudah rela melepaskan segala sesuatu yang ada padanya untuk Tuhan. Dalam kehidupan orang percaya yang benar—yang bertumbuh seperti ini, yang bisa menghayati bahwa tanpa kesucian ia tidak layak minta perlindungan Tuhan—adalah orang-orang yang akan terus bertumbuh dalam kecintaan kepada Tuhan. Dan kepada merekalah Tuhan akan memercayai pekerjaan-pekerjaan Allah yang besar. Di sinilah Tuhan bisa dihibur dan disukakan oleh anak-anak Allah yang berperilaku seperti ini.

Mari kita bertumbuh terus. Dan orang-orang yang sungguh-sungguh sampai pada level ini, tidak bisa hidup tanpa doa. Ia akan terus berkerinduan untuk mencari Tuhan, untuk duduk diam di kaki Tuhan. Penyembahannya makin tulus. Kebergantungannya kepada Tuhan makin tulus dan makin kuat. Inilah kehidupan anak-anak Allah yang berbau harum di hadapan Tuhan. Memang, semua harus lewat proses, tahap demi tahap. Ini tidak bisa dicapai dalam satu bulan atau satu tahun. Lewat perjalanan yang panjang. Yang akhirnya orang percaya yang benar-benar menghayati bahwa ia tidak bisa berlindung kepada Tuhan tanpa kekudusan, akan merindukan pulang ke surga dan benar-benar bisa merasakan bahwa dunia ini bukanlah rumahnya.

Kiranya kita sampai pada level ini, bahwa kita tidak bisa berlindung kepada Tuhan tanpa kekudusan. Ketika kita berlindung kepada Tuhan, kita baru bisa menghayati bahwa kita harus hidup di jalan Tuhan, dalam kebenaran-Nya, tidak terikat dengan dosa, tidak terikat dengan percintaan dunia. Kiranya Tuhan menolong kita untuk mencapai level ini. Dan kita sungguh-sungguh bisa hidup menjadi anak-anak Allah yang menyenangkan hati-Nya sejak di bumi sampai selama-lamanya nanti di surga.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

HADAPI MASALAH HIDUP KITA DENGAN KEKUDUSAN! DAN BUKTIKAN BAGAIMANA TANGAN TUHAN YANG KUAT AKAN MELINDUNGI DAN MEMBELA KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 April 2023
2023-04-15 10:58:05

Mazmur 56, 120, 140-142

Card image
Truth Kids 14 April 2023 - PENDENGAR TERBAIK
2023-04-14 10:32:54


Mazmur 17:6
“Aku berseru kepada-Mu, karena Engkau menjawab aku, ya Allah; sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, dengarkanlah perkataanku.”

Sobat Kids, seringkali kita merasa sedih karena ada masalah yang terjadi dalam hidup ini. Misalnya, bertengkar dengan adik atau kakak karena berebut mainan. Sampai akhirnya jadi saling bermusuhan. Atau mungkin juga kita kehilangan mainan yang kita sukai dan tidak bisa ditemukan lagi. Biasanya kita akan menangis, bukan? Saat kalian bersedih, ada kalanya kalian merasa bingung mau bercerita dan mengadu kepada siapa.

Lalu apa yang bisa kalian lakukan? Sobat Kids, kalian bisa cerita ke Tuhan. Cerita semua masalah atau kesalahan yang Sobat Kids lakukan. Caranya adalah dengan berdoa.

Tuhan adalah Pendengar Terbaik. Tuhan selalu ada untuk menerima dan mendengarkan setiap cerita kalian. Mungkin papa mama sedang sibuk bekerja sehingga belum sempat untuk mendengarkan cerita kalian. Namun, Tuhan selalu siap sedia 24 jam sehari. Tuhan adalah Pribadi yang paling mengerti perasaan kalian. Ingat, ya, Sobat Kids! Tuhan adalah Pendengar Terbaik. Kalian bebas bercerita apa saja kepada Tuhan.

Card image
Truth Junior 14 April 2023 - TEMAN TERBAIK
2023-04-14 10:28:17


Mazmur 17:6
“Aku berseru kepada-Mu, karena Engkau menjawab aku, ya Allah; sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, dengarkanlah perkataanku.”

Di salah satu pohon besar yang rimbun di tengah-tengah hutan tropis, terdapat seekor burung. Burung Kenari asyik bernyanyi dengan mengicaukan suara merdunya tanpa henti. Burung tersebut selalu melakukan hal yang sama setiap saat, sehingga membuat burung-burung di sekitarnya heran.

“Aku heran, apakah kamu tidak lelah selalu bernyanyi di setiap kesempatan?” tanya burung di sebelahnya. “Tidak, aku selalu menikmati saat aku bernyanyi. Aku dapat melampiaskan semua perasaanku kepada alam. Sebab, bagiku alam seperti seorang teman yang baik. Alam selalu mendengarkan keluh-kesahku dan menyampaikan perasaanku kepada seluruh penghuni hutan melalui angin,” jawab sang burung kenari dengan gembira.

“Kau sangat aneh. Bagaimana bisa alam kau jadikan teman? Sedangkan ia tidak berbentuk dan tidak terlihat.” “Aku merasakan kehadiran alam melalui perasaanku. Sebab di saat aku sedih atau senang, seolah-olah alam selalu menerima kondisiku apa adanya.”

Sobat Junior, Tuhan itu seperti alam yang dimaksud oleh sang burung kenari. Walaupun Tuhan tidak bisa dilihat dan tidak berbentuk, tetapi kita dapat merasakan kehadiran-Nya dan selalu melakukan komunikasi dengan-Nya. Kita dapat melampiaskan segala keluh-kesah dan emosi kita kepada-Nya, sebab Dia adalah Pribadi yang Maha Pendengar. Dia tidak akan pernah meninggalkan kita dan selalu mengerti apa pun kondisi kita.

Card image
Truth Youth 14 April 2023 (English Version) - BE BRAVE
2023-04-14 10:24:45


”And our hope of you is stedfast, knowing, that as ye are partakers of the sufferings, so shall ye be also of the consolation.” 2 corinthians 1:7)

As the days go by, crimes become more widespread, and their types become more and more unreasonable. Starting from children who behaved impolitely towards their parents, bullying among their friends at school, even to the point that there was something viral some time ago, violence between teenagers which had an impact on the careers of their parents in the government, in which this case was only triggered by a moment's jealousy.

The world accompanies many people to act beyond reason, to the point of ignoring the moral values of society, we are no exception, God's children. They are all no longer afraid or ashamed when they make mistakes, instead they are seen as a place to show their courage. This kind of courage is certainly very contrary to God's will and leads to worse life among people.

There is no mistake with courage in every human being, because courage has the meaning of being ready to take risks in making decisions quickly and on time. The courageous nature of a person is not possessed from birth but this trait is formed by creating a conducive atmosphere so that the person can feel comfortable and more confident.

The Lord Jesus set the best example in terms of showing courage when facing trial. While in the Garden of Gethsemane, the Lord Jesus was visited by soldiers who wanted to arrest Him for trial. Here is a contrast between Jesus and Peter. From the surface, it looks as if Petrus is the brave one. He dared to take up the sword against the soldiers, while the Lord Jesus looked silent and did not dare to fight back. However, God teaches us that courage cannot be judged by symptoms of physical resistance like this. It was precisely the Lord Jesus that was far braver than Peter when He calmly gave Himself into the hands of weak soldiers.

Christians are not brave when their guts are to fight with muscles or weapons, but run away when they have to be faithful and testify about the truth. Because God did not give us a spirit of fear but He gave each of us a spirit of courage to face anything, including the temptations of sin and the world. Therefore be brave, because God is with us.

WHAT TO DO:
The courage of Christians is to dare to do what is right according to God's will.

BIBLE MARATHONS:
▪︎ Judges 4-5

Card image
Truth Youth 14 April 2023 - BE BRAVE
2023-04-14 10:18:37


“Dan pengharapan kami akan kamu adalah teguh, karena kamu tahu, bahwa sama seperti kamu turut mengambil bagian dalam kesengsaraan kami, kamu juga turut mengambil bagian dalam penghiburan kami.” (2 Korintus 1:7)

Semakin hari kejahatan tambah meluas, jenis-jenisnya pun makin tidak masuk akal sehat. Mulai dari anak yang bertingkah tidak sopan terhadap orangtuanya, perundungan antar sesama teman di sekolah, bahkan sampai ada yang viral beberapa waktu lalu kekerasan antar remaja yang sampai berdampak pada karier orang tuanya di pemerintahan, yang mana kasus ini hanya dipicu oleh kecemburuan sesaat.

Dunia menggiring banyak orang bertingkah di luar nalar, sampai mengabaikan nilai-nilai moral pada masyarakat, tak terkecuali kita anak-anak Tuhan. Mereka semua sudah tidak takut atau malu lagi ketika melalukan kesalahan, malah dianggap menjadi ajang unjuk keberanian. Keberanian semacam ini tentu sangatlah bertentangan dengan kehendak Tuhan dan menimbulkan makin buruknya kehidupan antar sesama.

Tidak ada kesalahan dengan sebuah keberanian pada setiap manusia, sebab keberanian memiliki arti, sifat yang siap menanggung risiko dalam pengambilan keputusan dengan cepat dan tepat waktu. Sifat keberanian seseorang tidak dimiliki sejak lahir tetapi sifat ini dibentuk dengan membuat suasana yang kondusif sehingga orang tersebut dapat merasa nyaman dan lebih percaya diri.

Tuhan Yesus memberikan teladan terbaik dalam hal menunjukkan keberanian ketika menghadapi pengadilan. Pada saat di dalam Taman Getsemani, Tuhan Yesus didatangi oleh para prajurit yang hendak menangkap-Nya untuk diadili. Di sini tampak kontras antara Yesus dan Petrus. Dari permukaan, seolah-olah tampak Petruslah si pemberaninya. Dia berani mengangkat pedang melawan prajurit, sementara Tuhan Yesus tampak diam tak berani melawan. Namun, Tuhan mengajari kita bahwa keberanian tidak dapat dinilai dengan tindakan perlawanan fisik seperti ini. Justru Tuhan Yesus jauh lebih berani daripada Petrus ketika Dia dengan tenang menyerahkan diri-Nya ke tangan prajurit yang lemah.

Orang Kristen bukanlah pemberani jika nyalinya adalah beradu otot atau senjata, tetapi melarikan diri ketika harus setia dan bersaksi tentang kebenaran. Sebab Tuhan tidak memberikan kepada kita roh ketakutan melainkan Ia memberikan kepada setiap kita roh keberanian menghadapi apa pun, termasuk godaan dosa dan dunia. Oleh sebab itu be brave, sebab Tuhan berserta kita.

WHAT TO DO:
1. Beraninya orang Kristen adalah berani berbuat benar sesuai kehendak Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hakim-hakim 4-5

Card image
Renungan Pagi - 14 April 2023
2023-04-14 10:40:15


Kepada Abraham Tuhan memberikan perintah, "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Ku-tunjukkan kepadamu." Sekalipun Abraham belum tahu tempatnya secara pasti, ia taat melakukan apa yang Tuhan perintahkan.

Tanpa paksaan Abraham menuruti apa yang Tuhan katakan. Inilah iman Abraham, iman yang benar, yaitu "penurutan terhadap kehendak Tuhan" sekalipun tidak mengerti, tetapi ia mempercayakan hidupnya kepada Pribadi yang dipercayainya, yaitu TUHAN ALLAH. Itulah sebabnya Abraham disebut Bapa orang yang beriman dan Sahabat Tuhan.

Tuhan tidak akan pernah memaksakan kehendak-Nya bila kita tidak mau. Namun ketika mau taat, Tuhan akan menuntun dan membimbing kita. Tak perlu takut, sebab apabila Tuhan menyuruh, Dia pasti akan bertanggung jawab menepati janji-Nya, selama kita taat melakukan kehendak-Nya.
(Ibrani 11:9-10)

Card image
Quote Of The Day - 14 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-14 10:10:31


Seseorang yang terus berjalan bersama Tuhan pasti tidak akan takut ketika penderitaan datang padanya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 14 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-14 10:09:00


Dalam Kekristenan, yang penting adalah sikap hati yang benar di hadapan Tuhan, yang diwujudkan dalam seluruh tindakan hidup setiap hari dan di segala tempat.

Card image
MENOLONG DIRI SENDIRI - 14 April 2023
2023-04-14 10:06:02


Kita harus selalu ingat bahwa kita tidak bisa melindungi diri kita sendiri. Kita pun tidak bisa melindungi orang-orang yang kita kasihi selama 24 jam. Terhadap diri sendiri saja, kita belum tentu bisa melindungi. Mengapa? Yang pertama, karena kita terbatas. Kita tidak maha kuasa dan maha tahu. Kita terbatas. Memang, waktu kita sehat, banyak uang, memiliki relasi pejabat dan aparat keamanan, kita merasa ada di atas angin. Namun jangan sombong. Yang kedua, keadaan bisa berubah setiap saat di luar prediksi kita. Beberapa hari yang lalu, ada berita mengenai aktivitas anak gunung Krakatau. Pemerintah mulai melarang berlayar di sekitar anak gunung Krakatau. Anak gunung Krakatau mulai menyemburkan asap hitam.

Coba kita ingat lagi, sejarah di mana gunung Krakatau pernah meletus. Yang konon abunya sampai Eropa, pesisir Sumatra bagian selatan, Banten dan Jakarta. Bayangkan! Betapa mengerikan. Tak terhitung jumlah korban, uang dan harta. Itu adalah salah satu contoh keadaan yang tidak terduga dan keadaan bisa berubah setiap saat. Tetapi segala sesuatu bisa terjadi. Karena negara kita ini rawan terhadap erupsi, gempa bumi. Ini belum bicara mengenai krisis. Krisis ekonomi, krisis sosial. Belum lagi mengenai epidemi, pandemi peyakit. Seperti COVID yang mengubah wajah dunia. Keadaan bisa berubah setiap saat. Kecelakaan bisa terjadi setiap saat. Jadi, kita tidak bisa melindungi diri kita sendiri.

Yang ketiga, karena ada musuh-musuh di sekitar kita. Misalnya, begal, maling, copet atau orang-orang baik di sekitar kita yang jadi jahat mendadak. Orang-orang yang mesti melindungi, malah mengancam. Apakah itu suami, istri, orang tua, mertua, sahabat, atasan, bawahan, bisa kolega bisnis. Siapa saja bisa jadi ancaman. Dan tentu, musuh yang paling mengerikan adalah kuasa kegelapan. Yang keempat, karena kita akan mati dan menghadapi kekekalan. Jangan hanya mendengar khotbah yang mengenakkan telinga. Tetapi mari kita mendengar hal-hal yang realistis. Yang seperti ini tentu bisa tidak menyenangkan, tetapi melengkapi kita untuk menghadapi hari esok dengan baik dan benar. Nah, karena kita tidak bisa melindungi diri kita sendiri, maka kita harus mencari perlindungan.

Setiap kita pasti mencari perlindungan dari Tuhan. Benar. Tetapi apakah kita sudah sungguh-sungguh mencari perlindungan dari Tuhan? Itu yang pertama; yang kedua, apakah kita orang yang layak menerima perlindungan Tuhan? Artinya, apa yang harus kita lakukan untuk memiliki payung perlindungan Tuhan? Kenyataannya, banyak orang itu sombong. Kesombongan itu berakar karena ketidakpercayaan. Kalau kita percaya Alkitab adalah Firman Tuhan, maka apa yang ditulis di Alkitab—yaitu langkah jejak Tuhan yang ajaib, yang luar biasa—bisa kita alami sekarang. Sebab Allah yang ditulis di Alkitab adalah sosok yang bukan hanya ada dalam cerita atau ada di Palestina tapi juga di dalam hidup kita. Allah yang harus kita alami atau kita hidupkan di dalam hidup kita.

Kita harus menarik pengalaman tokoh-tokoh iman—di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru—ke dalam hidup kita hari ini. Jangan sombong. Hari ini orang lebih merasa aman jika punya uang banyak, memiliki relasi pejabat atau aparat keamanan daripada punya Tuhan. Kenyataannya, orang memburu uang, kekayaan, jabatan lalu mengabaikan dan melupakan Tuhan. Kalau untuk kegiatan-kegiatan lain dia sediakan waktu, tetapi untuk Tuhan, tidak. Lalu ia meminta perlindungan Tuhan. Apa patut itu? Dalam Yakobus 4:6 dikatakan, "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." Orang yang rendah hati adalah orang yang menyadari secara penuh bahwa ia tidak bisa hidup tanpa Tuhan.

Ironis, tanpa sadar, kita telah menjadi sombong. Kita bukan meninggalkan Tuhan sama sekali, kita masih berdoa dan melayani Tuhan, tetapi kita tidak sepenuhnya bergantung kepada-Nya. Itulah kebodohan kita. Tuhan mau menolong kita. Yang pada akhirnya, kalau kita sepenuhnya bergantung kepada Tuhan, bukan sekadar masalah kita selesai tetapi supaya kita sampai ke surga. Itu intinya. Kerendahan hati dibangun dari kesadaran bahwa kita tidak bisa menolong diri kita sendiri. Tuhan tidak bisa menolong kita, kalau kita tidak menolong diri kita sendiri. Bagaimana kita bisa menolong diri kita yang terbatas ini? Hampirilah Allah, belajarlah kebenaran, bertobatlah dari semua dosa, dan hidup sekudus-kudusnya. Dengan kita menghampiri Tuhan, maka kita mendengar firman, dinasihati, hidup kita diubah, kita hidup benar. Sehingga Tuhan pasti melindungi kita, dan melindungi orang-orang yang kita kasihi.

Orang yang hidup di dalam dosa adalah orang yang tidak layak dilindungi. Dengan kata lain, Tuhan tidak bisa melindungi orang yang hidup di dalam dosa. Jadi, agar kita bisa hidup di dalam perlindungan Tuhan, maka kita harus menolong diri kita sendiri dengan cara menggerakkan diri kita dengan cari Tuhan. Jangan tunggu ada masalah baru kita mencari Tuhan. Masalah pasti selalu ada. Tidak mungkin tidak. Tetapi mari kita mendekat, melekat kepada Tuhan, hidup di dalam perlindungan-Nya. Dan akhirnya sampai ke surga. Kalau proses ini berlangsung dengan benar, maka kita akan sampai pada sikap hati mengingini Tuhan saja.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KERENDAHAN HATI DIBANGUN DARI KESADARAN BAHWA KITA TIDAK BISA MENOLONG DIRI KITA SENDIRI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 April 2023
2023-04-14 09:55:52

Mazmur 7, 27, 31, 34 & 52

Card image
Truth Kids 13 April 2023 - CERITA KE TUHAN, YUK!
2023-04-13 10:03:54


Mazmur 4:4
“Ketahuilah, bahwa Tuhan telah memilih bagi-Nya seorang yang dikasihi-Nya; Tuhan mendengarkan, apabila aku berseru kepada-Nya.”

“Aduh, kakiku berdarah, Miss! Sakit!” jerit Andi sambil menangis. Guru kelas pun langsung mendatangi Andi dan menggandengnya ke ruang kesehatan sekolah. “Miss akan membersihkan luka Andi dan memberikan obat. Namun, sepertinya kakimu ada yang terkilir sehingga membuat kamu sangat kesakitan. Sebentar Miss akan telepon orangtuamu, ya, Andi,” jelas guru kelas Andi.

Beberapa saat kemudian, orangtua Andi datang menemui guru Andi. Andi dipersilakan pulang agar dapat diperiksa oleh dokter. Dengan tertatih-tatih Andi berjalan menghampiri orangtuanya. Ia ingin menceritakan kejadian yang dialaminya tetapi orangtuanya memintanya untuk diam dulu. Orangtua Andi sedang sibuk dan harus kembali ke kantor segera.

Sobat Kids, jika kedua orangtua kalian sedang sibuk sehingga belum ada waktu untuk mendengarkan cerita kalian, jangan sedih, ya. Kalian bisa datang kepada Tuhan. Bapa kita di surga selalu menanti kita untuk mendengarkan cerita dan perasaan kita. Kalian bisa menunjukkan perasaan kalian kepada Tuhan. Janganlah takut. Tidak ada hukuman saat kalian bercerita dengan jujur kepada Tuhan. Seperti ayat firman Tuhan hari ini, Tuhan mengasihi kalian dan mendengarkan doa-doa kalian. Yuk, cerita ke Tuhan.

Card image
Truth Junior 13 April 2023 - AKU BERHARGA DI MATA TUHAN
2023-04-13 10:11:47


Mazmur 4:4
“Ketahuilah, bahwa TUHAN telah memilih bagi-Nya seorang yang dikasihi-Nya; TUHAN mendengarkan, apabila aku berseru kepada-Nya.”

Di sebuah sudut, tampak meja belajar yang berantakan karena baru saja digunakan oleh pemiliknya. Sebuah krayon berwarna hitam tampak muram dan sedih. Ia merasa kalau keberadaannya seperti tak berharga. “Sepertinya kamu tampak menyesal karena tercipta dengan warna yang jelek seperti itu,” ejek krayon berwarna kuning yang diikuti oleh tawa teman-temannya.

“Lihatlah gambar ini, tampak sangat berwarna dengan warna-warna yang indah. Ketika aku melihatmu, aku selalu merasa sedih, kenapa pemilik kita tidak pernah menggunakanmu. Apakah karena warnamu yang tidak menarik?” ejek krayon yang lainnya.

Krayon berwarna hitam tampak sangat sedih mendengar ejekan dari teman-temannya. Namun, dia tidak bisa melampiaskan kesedihannya. Sebab jika ia semakin sedih, maka teman-temannya semakin mengejeknya.

Sobat junior, tempat terbaik untuk melampiaskan emosi kita adalah dengan duduk diam di kaki Tuhan yaitu berdoa. Sebab, hanya Dia saja yang bisa menerima kita apa adanya. Mungkin orang-orang di sekitar kita menganggap kalau kita tidak berharga, tetapi bagi Tuhan, setiap kita adalah berharga. Untuk itulah Dia rela mati di atas kayu salib, sebab Tuhan sangat mencintai kita dengan kondisi kita yang tak sempurna. Maka, apa pun emosi yang sedang kalian rasakan, datanglah pada Tuhan, karena tidak ada yang lebih mengerti perasaan dan isi hati kita, selain Dia yang menciptakan kita.

Card image
Truth Youth 13 April 2023 (English Version) - CAPTION OF LIFE
2023-04-13 09:55:27


”And let the peace of God rule in your hearts, to the which also ye are called in one body; and be ye thankful." (Colossians 3:15)

Maybe some of us have vacationed or traveled somewhere by ship. We know that a large ship is controlled only by a small rudder. And the small rudder is operated by a ship captain. The captain is the leader on the ship who is fully responsible for the safety of the ship, passengers and cargo during the shipping process to the destination port.

If we are the passengers of a ship, take a look around us, are there any of the passengers who can arrogantly arrange or order the captain of the ship to sail according to his own will? Of course you can't. On the contrary, as good passengers we surrender full control to the ship's captain and believe that the ship will dock properly at its destination.

Likewise with our lives as Christians, we cannot arrange life according to our desires or wishes, but we must completely surrender our lives to God who is the captain of the lives of all believers. Never doubt or do not believe in Him because He will lead us to our destination safely, which is the harbor of eternity.

Believe me, God is Almighty, Most Gracious, and Most Generous. God never seeks evil against us. Whatever happens, controlled, controlled by God. Behind every incident, there is God's powerful intention and plan. Believe that what God is doing is good. Therefore, we should not be angry or grumble about everything that God allows us to experience and go through.

So by surrendering ourselves fully to God and believing that He controls all things in our life. Everything is under God's control, it is impossible for anything to happen outside of God's control. So if that happens in our lives, God wills it. Learn to trust the living God. Believing in God, the first is not believing in His power or believing that God's power does not change, believing that God is in power. But believe also in the goodness of God.

WHAT TO DO:
1. Surrender to God by believing that He will lead to goodness.
2. Don't be suspicious or distrust God if something bad happens in our life.

BIBLE MARATHONS:
▪︎ Judges 1-3

Card image
Truth Youth 13 April 2023 - NAKHODA KEHIDUPAN
2023-04-13 10:18:46


“Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.” (Kolose 3:15)

Mungkin sebagian kita pernah berlibur atau bepergian ke suatu tempat menggunakan kapal laut. Tahukah kita, bahwa sebuah kapal besar dikendalikan hanya oleh kemudi yang kecil. Dan kemudi kecil tersebut dioperasikan oleh seorang nakhoda kapal. Nakhoda merupakan pemimpin di atas kapal yang bertanggung jawab penuh atas keselamatan kapal, penumpang, dan barang muatan selama proses pelayaran sampai pelabuhan yang dituju. Kalau kita sebagai penumpang sebuah kapal, coba perhatikan sekeliling kita, adakah di antara penumpang yang bisa dengan arogannya mengatur atau memerintahkan nakhoda kapal untuk berlayar sesuai keinginannya sendiri? Tentunya tidak akan bisa. Justru sebaliknya, sebagai penumpang yang baik kita menyerahkan penuh kendali kepada nakhoda kapal dan percaya bahwa kapal akan berlabuh dengan baik di tujuan.

Begitu juga dengan kehidupan kita sebagai orang Kristen, kita tidak bisa mengatur kehidupan untuk menuruti keinginan atau kehendak diri kita, namun kehidupan kita harus sepenuhnya kita serahkan kepada Tuhan yang menjadi nakhoda kehidupan semua orang percaya. Jangan pernah ragu atau tidak percaya kepada-Nya sebab Ia akan membawa kita kepada tujuan dengan selamat, yakni pelabuhan kekekalan.

Percayalah, Tuhan itu Maha Kuasa, Maha Baik, dan Maha Murah. Tuhan tidak pernah mengupayakan kejahatan kepada kita. Apa pun yang terjadi, dikontrol, dikendalikan Tuhan. Di balik setiap kejadian, ada maksud dan rencana Allah yang dahsyat. Percayalah bahwa apa yang dilakukan Tuhan itu baik adanya. Oleh karena itu, kita tidak boleh marah atau bersungut-sungut dengan segala hal yang Tuhan izinkan untuk kita alami dan lewati.

Maka dengan menyerahkan diri secara penuh kepada Tuhan dan percaya bahwa Ia mengendalikan semua hal dalam hidup kita. Semua di dalam kontrol Tuhan, tidak mungkin ada kejadian yang terjadi di luar kendali Tuhan. Jadi kalau hal itu terjadi dalam hidup kita, memang Allah menghendakinya. Belajarlah memercayai Allah yang hidup. Percaya kepada Tuhan, yang pertama bukan percaya kuasa-Nya atau yakin kuasa Tuhan tidak berubah, yakin Allah itu berkuasa. Tetapi percaya juga akan kebaikan Tuhan.

WHAT TO DO:
1. Serahkan diri kepada Tuhan dengan menaruh percaya bahwa Ia membawa kepada kebaikan.
2. Jangan menaruh curiga atau rasa tidak percaya kepada Tuhan jika ada hal kurang baik terjadi dalam hidup kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hakim-hakim 1-3

Card image
Renungan Pagi - 13 April 2023
2023-04-13 10:20:54


Tiga hal yang sering menjadi "pencuri sukacita" dalam hidup kita, yaitu kekuatiran, rasa tertekan, dan ketakutan. Untuk membentengi diri dari "pencuri sukacita", kita harus memiliki keyakinan yang sama seperti yang dikatakan Paulus dalam suratnya kepada jemaat Filipi. Setelah mengucap syukur atas jemaat Filipi, ia menyakinkan mereka bahwa "Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya."

Apa pun yang membuat kita kuatir, tertekan, dan ketakutan, tidak dapat menghalangi Allah untuk terus bekerja dalam hidup kita. Percayalah bahwa Dia mengatur segalanya. Kita dapat menyerahkan segalanya kepada-Nya, lalu tenangkan hati dan bersukacitalah.
(Filipi 1:3,5-6)

Card image
Quote Of The Day - 13 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-13 09:39:27


Tidak seorangpun dapat memperoleh perkara besar dari Tuhan tanpa kesetiaan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 13 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-13 09:36:50


Dalam Kekristenan, yang penting adalah bagaimana seseorang mengisi hari hidupnya sesuai dengan gaya hidup Tuhan Yesus.

Card image
NYARIS - 13 April 2023
2023-04-13 10:19:34


Kita harus berani keluar dari cara berpikir kita yang orientasinya hanya pemenuhan kebutuhan jasmani. Percayalah, Allah itu hidup. Masalah apa pun yang kita hadapi, pasti Allah berkenan tolong. Paling parahnya, kita hanya nyaris hancur, nyaris gagal. Dan Tuhan sering membawa kita dalam keadaan “nyaris,” supaya kita memandang Tuhan dan mencari Dia. Keadaan “nyaris, nyaris, nyaris,” inilah yang di Mazmur 73 membawa seseorang kepada kesadaran, bahwa hanya Allah yang dia butuhkan. Pemazmur mengatakan, “Siapa gerangan ada padaku di surga, selain Engkau? Selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi.” Maka, jangan kita hidup tanpa perubahan. Milikilah komitmen atau tekad, “Aku makhluk yang memiliki pikiran dan perasaan, berarti aku makhluk kekal.”

Kematian fisik tidak menghentikan kesadaran. Kematian fisik hanya fisik yang berkalang tanah, yang dikubur. Tetapi jiwa, roh seseorang abadi dalam kesadaran. Kita sadari itu, “Aku harus berpikir dengan cara pandang kekekalan.” Sebab kalau tidak, maka kualitas hidup kita tidak jauh dari hewan. Hanya bedanya, kita makhluk cerdas yang bisa membuat penemuan, inovasi-inovasi, yang bisa memiliki kemampuan menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Binatang tidak bisa. Dari dulu, monyet hanya dari dahan ke dahan. Manusia hari ini, bukan hanya bisa punya gerobak seperti beberapa puluh abad yang lalu. Manusia bisa memiliki jet supersonik, pesawat yang menembus ruang angkasa yang jauh.

Manusia adalah makhluk yang harus bertanggung jawab kepada Tuhan yang memberikan pikiran dan perasaan. Kalau kita memiliki cara pandang kekekalan, pasti kita mulai menghitung apa yang kita lakukan sejak kita hidup sekarang ini di bumi. Sebab kalau orang tidak memiliki cara pandang kekekalan, dia menjadi sembrono, ceroboh. Filosofi hidupnya yang nampak dari perilakunya adalah “Mari kita makan dan minum, sebab besok kita mati.” Pertanyaannya, apakah kita sudah mengalami perubahan? Sejujurnya, sering orang tidak berani menembus batas dan keluar dari cara pandang yang salah itu.

Memang, sulit sekali keluar dari cara berpikir ini, meskipun bagi seorang pendeta. Kita harus berjuang untuk keluar dari cara pandang yang salah ini; nekat, keras dengan diri sendiri. Sebab kalau kita tidak keras dengan diri sendiri, dunia akan keras kepada kita. Kita harus punya kecepatan tinggi supaya dunia tidak bisa meraih kita, setan tidak bisa meraih kita. Dengan cara apa? Kita harus banyak mendengar firman Tuhan dan berdoa; siapkan waktu tiap hari duduk diam di kaki Tuhan. Tentu tidak mengurangi tanggung jawab dalam kehidupan kita. Tanggung jawab di kantor, di pekerjaan, di rumah tangga. Untuk itu, kita harus sangat serius supaya kita tidak bisa ditangkap oleh dunia; oleh pengaruh dunia yang luar biasa kuat dan jahatnya.

Jangan kita dalam keadaan tenang, lalu tidak sungguh-sungguh mencari Tuhan. Ibarat berenang di sungai yang tenang, jangan kita berkata, “Mengalir saja.” Kita tidak akan mengalir, karena ada banyak buaya. Kita akan dimakan oleh dunia ini dengan cara berpikir anak-anak dunia yang tidak kita sadari. Kita harus berenang. Firman Tuhan berkata, _“Keluarlah kamu dari antara mereka.”_ Dalam Kitab Wahyu, _“Larilah kamu.”_ Kita yang mesti lari. Setiap kita punya persoalan, tetapi jangan hanyut di dalam persoalan. Kita harus lari. Perbanyak doa. Kita mau _finishing well._ Kita harus melihat Allah sebagai Bapa yang memiliki rencana; ada tujuan nilai yang harus kita tangkap sebagai manusia yang memiliki pikiran dan perasaan.

Pikiran, perasaan kita harus diisi oleh Firman, dituntun Roh Kudus supaya membuahkan kehendak-kehendak, niat-niat, maksud-maksud yang sesuai dengan kehendak Allah agar sinkron dengan rencana-Nya, dengan tujuan ilahi. Jangan seperti orang beragama yang berurusan dengan Tuhan hanya pada waktu mempunyai masalah. Atau kita mau transaksional dengan Tuhan. Kita tidak usah minta perlindungan Tuhan dan berkat Tuhan. Itu hak kita, asalkan kita memenuhi kewajiban kita. Kewajiban kita adalah mengerti kehendak Allah dan memahami apa yang Dia rencanakan. Apabila kita hidup di dalamnya, Allah akan pelihara hidup kita. Apa pun yang terjadi, tidak ada yang bisa mencelakai kita.

Dinamika hidup kita harus dinamika hidup seperti yang Allah kehendaki, bukan dinamika hidup yang tidak Allah kehendaki. Cara berpikir kita yang harus diubah terus, agar kita bisa berpikir sebagai anak-anak Allah. Berpikir dengan cara berpikir yang benar. Kita harus mengambil keputusan. Dan untuk percepatan ke depan, kita harus bangun pagi dan berdoa. Kita tidak bisa berkata, “Ya, jalani saja hidup.” Kita harus memilih. Salah satu yang Iblis lakukan dalam kehidupan orang Kristen yang tidak disadari, yaitu pasivitas. Pasivitas bukan berarti tidak ke gereja atau tidak melayani kegiatan gereja. Tetapi kalau hanya mendengar khotbah di gereja, lalu kita tidak punya komitmen untuk berubah, maka kita tidak pernah berubah. Itu namanya pasivitas. Kita harus keluar dengan cara mengubah rutinitas. Banyak duduk diam di kaki Tuhan dan mendengar firman.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN SERING MEMBAWA KITA DALAM KEADAAN “NYARIS,” SUPAYA KITA MEMANDANG TUHAN DAN MENCARI DIA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 April 2023
2023-04-13 09:26:00

1 Samuel 21-24

Card image
Truth Kids 12 April 2023 - PERASAANKU
2023-04-12 09:44:52


Lukas 18:17
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.”

Sepatu Cathy sudah rusak tetapi orangtuanya belum membelikan sepatu yang baru. Karena tidak mau merepotkan orangtuanya, Cathy tetap memakai sepatu itu ke sekolah. Ketika sampai di sekolah dan masuk ke kelas, beberapa temannya mengejek dia. “Sepatumu jelek, ih!” kata salah satu temannya. Perbuatan teman-temannya membuat Cathy sedih dan tidak percaya diri. Ia tidak ingin masuk sekolah dengan sepatu yang dipakai sekarang. Ia malu kalau teman-teman mengejeknya lagi besok.

Seusai sekolah, Cathy pun langsung pulang. Ketika sampai di rumah, ia memeluk ibunya dan menangis. Dengan tersedu-sedu Cathy bercerita, “Tadi teman-teman mengejekku karena sepatu aku jelek.” Ibu memberi pengertian kepada Cathy bahwa akhir bulan mereka baru bisa membeli sepatu baru, menunggu ayah Cathy gajian.

Sobat Kids, rasa kecewa, kesal, malu, ataupun bingung seperti yang dirasakan Cathy adalah wajar dirasakan seorang anak. Jika kalian merasakan salah satu perasaan tersebut, kalian dapat bercerita kepada ayah ataupun ibu. Tidak perlu membalas teman yang mengejek kalian. Datanglah kepada Tuhan melalui doa kalian. Kalian dapat menceritakan seluruh perasaan kalian kepada Tuhan dalam doa.

Card image
Truth Junior 12 April 2023 - PENGENDALIAN DIRI
2023-04-12 09:49:54


Lukas 18:17
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.”

Pernahkah Sobat Junior berpikir, kenapa Tuhan menciptakan kita dengan emosi yang beragam? Emosi-emosi tersebut dapat kita rasakan. Demikian juga dengan orang dewasa. Emosi yang dirasakan anak dapat dirasakan juga oleh orang dewasa. Terkadang kita merasa emosi negatif akan membuat kita merasa buruk. Dan saat merasakan emosi positif, kita merasa berharga sebagai ciptaan Tuhan. Sesungguhnya Tuhan menciptakan kita dengan beragam emosi agar manusia dapat memahami situasi dan kondisi di sekitar kita. Tuhan ingin agar kita menjadi makhluk yang peka terhadap lingkungan dan sesama kita, terlebih peka terhadap perasaan Tuhan.

Adakah di antara Sobat Junior yang masih bingung atau tidak bisa menjelaskan emosi yang kalian alami? Mungkin ada di antara kalian yang tidak tahu bagaimana caranya. Kalian bisa bercerita dengan orang tua kalian, Sobat Junior, atau guru di sekolah, maupun kakak Sekolah Minggu. Mereka akan membantu kalian untuk mengenali dan menguasainya.

Dengan mengerti emosi yang beragam, kita menjadi makhluk yang berperasaan. Semua emosi yang Tuhan ciptakan adalah baik. Dan cara menghargai hasil karya Tuhan itu adalah dengan menjaga dan mengendalikan emosi-emosi yang dirasakan. Pengendalian diri atas emosi merupakan hal penting sebagai anak-anak Allah, sebab pelampiasan emosi yang salah dapat melukai hati orang-orang di sekitar kita dan yang pasti dapat melukai hati Tuhan.

Card image
Truth Youth 12 April 2023 (English Version) - UNDER GOD'S LEAD
2023-04-12 09:39:20


”Humble yourselves therefore under the mighty hand of God, that he may exalt you in due time. casting all your care upon him; for he careth for you." (1 Peter 5:6-7)

Yesterday we learned that God is the source of our strength, the next thing we have to learn is how to humble ourselves and surrender everything under God's leadership.

A soldier is trained to obey his leader. For this reason, a soldier must "turn off" his ego and will, so that he can follow what his leader orders. This is done so that the plans and strategies set by the leadership can run well and as expected. However, if there are soldiers who rebel and disobey their leaders, their leaders will not hesitate to take firm steps to punish them.

God wants us as believers to sincerely humble our hearts, obey and obey His commands. But unfortunately, often our flesh is rebellious so that God's perfect plan is often hampered in our lives. However, God patiently leads and guides us, chastises us so that we return to the right track.

We must believe that there is a great plan of God in our life. We may have various plans, but God's plan is still perfect, the best for us. Why do we often doubt His plans, even arrogantly thinking our plans are the best for ourselves? We should humbly surrender to God's best plan for us.

God's Word in 1 Peter 5:6-7 teaches us that we humbly submit and leave everything in God's hands. Thus, God's perfect plan can happen in our lives, and believe me, that His plan is perfect for our lives.

WHAT TO DO:
1. Have a humble attitude
2. Immediately ask God's forgiveness if we still have arrogant or haughty traits.

BIBLE MARATHONS:
▪︎ Joshua 23-24

Card image
Truth Youth 12 April 2023 - DI BAWAH PIMPINAN TUHAN
2023-04-12 09:33:39


"Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1 Petrus 5:6-7)

Kemarin kita sudah belajar bahwa Tuhan adalah sumber kekuatan kita, hal selanjutnya yang harus kita pelajari adalah bagaimana kita merendahkan diri dan menyerahkan segala sesuatu di bawah pimpinan Tuhan.

Seorang tentara dilatih agar taat kepada pimpinannya. Untuk itu, seorang tentara harus “mematikan” ego dan kehendaknya, agar dirinya dapat mengikuti apa yang pimpinannya perintahkan. Ini dilakukan agar rencana dan strategi yang telah ditetapkan oleh pimpinannya dapat berjalan dengan baik dan sesuai yang diharapkan. Namun, apabila ada tentara yang memberontak dan membangkang kepada pimpinannya, maka tidak segan pimpinannya mengambil langkah tegas untuk menghukumnya.

Tuhan menghendaki agar kita sebagai orang percaya, dengan tulus merendahkan hati, menuruti dan taat kepada perintah-Nya. Namun sayang, seringkali kedagingan kita membangkang sehingga rencana Tuhan yang begitu sempurna sering terhambat di dalam hidup kita. Namun, Tuhan tetap sabar memimpin dan menuntun kita, menghajar kita supaya kita kembali kepada trek yang benar.

Kita harus percaya bahwa ada rencana Tuhan yang besar di dalam hidup kita. Kita boleh memiliki berbagai rencana, namun rencana Tuhanlah yang tetap sempurna, yang terbaik bagi kita. Mengapa kita sering kali ragu akan rencana-Nya, bahkan dengan angkuh menganggap rencana kita yang terbaik bagi kita sendiri? Seharusnya, kita dapat dengan rendah hati, berserah kepada rencana Tuhan yang terbaik bagi kita.

Firman Tuhan di dalam 1 Petrus 5:6-7 mengajarkan kepada kita supaya kita dengan rendah hati tunduk dan menyerahkan segala sesuatu di tangan Tuhan. Dengan demikian, rencana Tuhan yang sempurna dapat terjadi di dalam hidup kita, dan percayalah, bahwa rencana-Nya sempurna atas hidup kita.

WHAT TO DO:
1. Miliki sikap rendah hati
2. Segera minta ampun kepada Tuhan bila kita masih memiliki sifat sombong atau tinggi hati.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yosua 23-24

Card image
Renungan Pagi - 12 April 2023
2023-04-12 09:23:45


Orang yang murah hati adalah anugerah dari Tuhan, dan Tuhan Yesus berkata, "Berbahagialah orang yang murah hati, karena mereka akan beroleh kemurahan." Karena itu orang yang murah hati adalah orang yang kaya sebab dia dapat berbagi kepada sesama, hidupnya tidak berpusat pada diri sendiri dan tidak mengikatkan diri pada mamon. Sedangkan orang yang kikir adalah orang yang miskin, sebab sekalipun berlimpah hartanya ia tidak dapat menikmatinya, ia begitu takut hartanya tidak cukup untuk dirinya sendiri apalagi untuk berbagi.

Murah hati dan berbelas kasih adalah karakter Ilahi, sebagai anak-anak Tuhan, harusnya kita memiliki hati dan belas kasihan sebagai karakter kita. Bahkan nabi Yesaya pernah mengingatkan tentang berpuasa yang Tuhan kehendaki adalah "menunjukkan kemurahan hati" pada sesamamu, artinya mempergunakan berkat yang Tuhan berikan selain untuk kita nikmati dan syukuri, tetapi juga untuk berbagi, sehingga sesama turut merasa diberkati.

(Matius 5:7 ; Yesaya 58:7)

Card image
Quote Of The Day - 12 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-12 09:17:42


Kesusahan karena melayani Tuhan adalah kebahagiaan, sebab kasih Tuhan akan selalu menyertainya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 12 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-12 09:15:45


Harus dimengerti bahwa yang disukai Tuhan bukan penampilan lahiriah kita, melainkan isi perjalanan hidup setiap hari.

Card image
MENGHIDUPKAN ALLAH - 12 April 2023
2023-04-12 09:13:01


Untuk memiliki hati yang tidak bisa dibahagiakan oleh dunia, bukanlah perkara sederhana, bukan hal yang mudah. Maka kita harus menggumuli ini, jangan sampai ada yang kita nantikan selain hal ini. Sebab itu berarti kita sedang mengkhianati Tuhan. Tetapi siapa yang tahu hati manusia? Alkitab mengatakan, “Hati manusia licik, lebih licik dari segala sesuatu.” Kita bisa menipu diri kita sendiri. Maka kita harus duduk diam di kaki Tuhan, kita berkata, “Selidiki aku, Tuhan, kalau-kalau jalanku salah.” Tuhan mengajar kita untuk haus akan Dia. Sebab kalau kita tidak haus akan Allah, kita membahayakan diri kita dan sesama kita. Sebaliknya, kalau kita haus akan Tuhan, maka kita tidak membahayakan siapa pun. Misalnya seseorang yang serakah, dia membahayakan orang lain dengan memeras, menindas orang tersebut. Dengan begitu dia membahayakan dirinya sendiri; dia membawa dirinya ke api kekal. Maka, latih diri kita untuk tidak memberikan pangkalan untuk kuasa kegelapan.

Selera kita itu adalah pangkalan. Kita harus ubah selera kita, sampai tidak bisa makan. Ditawari dosa, tidak bisa, karena pangkalannya sudah kita hancurkan menjadi pangkalan Tuhan. Bagaimana itu bisa terjadi? Ingat, orang tidak bisa baik mendadak, namun juga tidak bisa jahat mendadak. Tiap hari mendengarkan firman, ke gereja, berdoa, maka hal itu membuat ia takut berbuat dosa. Semua lewat proses. Selera jiwa kita juga begitu. Kita tidak bisa membutuhkan Tuhan mendadak. Itu harus lahir dari pergaulan kita dengan Tuhan setiap hari; sampai kita bisa berkata, “Jangan tinggalkan aku, Tuhan.” Jangan waktu di dunia kita berkata, “Silakan, Tuhan tinggalkan. Tuhan ada, Tuhan tidak ada, masa bodoh.” Waktu di ujung maut baru kita berkata, “Jangan tinggalkan aku, Tuhan.” Curang! Kurang ajar! Karena dengan begitu kita menganggap murahan Tuhan. Kita tidak menghormati Tuhan.

Padahal ada proyek besar sekali yang setiap kita harus ikut terlibat, karena ini menyangkut nasib kekal kita masing-masing dan menyangkut nasib banyak orang. Hal ini terkait dengan penggenapan rencana Allah atas dunia ini. Memang, ini harganya sangat mahal, tetapi ini harus dilakukan. Proyek itu adalah menghidupkan Allah dalam hidup kita. Baik secara komunitas maupun secara individu. Secara pribadi, kita menghidupkan Allah dalam hidup kita masing-masing. Secara komunitas, kita menghidupkan Allah dalam hidup bersama, menjadi satu gerakan untuk mengubah; mengubah dunia, mengubah masyarakat. Harganya adalah segenap hidup. Hanya orang yang rela kehilangan seluruh hidupnya yang dapat menghidupkan Allah dalam hidupnya.

Namun harus jujur kita akui dan tak dapat disangkali, dalam banyak gereja di banyak komunitas Kristen, juga dalam hidup kita, seakan-akan Allah mati. Seakan-akan Allah tidak ada. Apa buktinya? Buktinya, banyak orang takut menghadapi masalah, takut mati dan masih berani berbuat dosa. Bukti lainnya, mereka tidak ikut terlibat dalam menyelamatkan manusia lain atau tidak ikut terlibat dalam pekerjaan Tuhan guna meneruskan karya keselamatan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus. Tuhan Yesus yang berkata, “Seperti Bapa mengutus Aku, sekarang Aku mengutus kamu." Sering kita berbicara tentang Tuhan, tetapi Tuhan yang kita tuturkan di mulut, seakan-akan hanya teori.

Ada satu peragaan dari apa yang dilakukan bangsa Israel pada zaman sebelum pembuangan, yaitu bagaimana imam berdiri di tempat yang tinggi, mengangkat tangan, korban persembahan dibakar, membumbung tinggi asapnya. Lalu, sekelompok suku Lewi menyanyikan pujian sebagai choir. Tidak dapat disangkal, bahwa Elohim YAHWEH Allah yang hidup. Begitu nyata jejak TUHAN di Israel. Alkitab mencatat hal-hal yang terkait dengan tempat, kejadian dan semua ada bukti-bukti nyata kehadiran-Nya. Bukan dongeng. Bukan fantasi. Jadi, mereka mengadakan seremonial kepada Elohim YAHWEH dengan luar biasa. Mereka begitu menghormati Bapa.

Kadang-kadang kita datang terlambat; pemain musik juga baru latihan beberapa menit sebelum ibadah. Sadarkah kita bahwa kita sedang mempersiapkan satu ibadah kepada Elohim YAHWEH; Allah Yang Maha Mulia? Mari kita belajar menghormati Elohim YAHWEH. Kita menghidupkan Allah di dalam hidup kita. Tidak boleh ada yang main-main. Semua dipersiapkan dengan baik. Hidup kita harus kudus. Kita menyembah Allah yang membelah Kolsom, yang merobohkan tembok Yerikho, Allah yang mengeringkan Yordan, Allah yang tidak berubah, Allah yang sama dulu, sekarang sampai selamanya.

Kalau kita menghidupkan Allah dalam hidup kita, maka kita menemukan harta yang lebih dari segala kekayaan. Mestinya, tidak berlebihan, tujuan kita satu-satunya adalah menghidupkan Allah dalam hidup kita. Artinya, mengalami Tuhan yang oleh karena perjumpaan itu, Ia mendidik kita sehingga kita bisa mengenakan hidup Putra Tunggal-Nya, Tuhan Yesus dan kita bisa berkata, “Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku.” Maka, carilah Tuhan. Duduklah diam di kaki Tuhan. Kalau kita bisa menghayati, betapa Tuhan itu segalanya dalam hidup kita, maka bangun pagi untuk berdoa bukan kewajiban, melainkan kebutuhan. Betapa terhormatnya, kita diperkenan memercayai Dia; diperkenan untuk melayani Dia. Itulah langkah menghidupkan Allah. Jangan kehilangan kesempatan. Uang bisa dicari, kesempatan tidak bisa dibeli.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

HANYA ORANG YANG RELA KEHILANGAN SELURUH HIDUPNYA YANG DAPAT MENGHIDUPKAN ALLAH DALAM HIDUPNYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 12 April 2023
2023-04-12 09:26:43

1 Samuel 18-20
Mazmur 11 dan 59

Card image
Truth Kids 11 April 2023 - SEDANG TIDAK BAIK-BAIK SAJA
2023-04-11 09:40:56


Matius 2:18
“Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi.”

Emily sangat sedih karena kehilangan Felicia, teman bermainnya. Felicia akan segera pindah rumah ke kota yang jauh dan mereka tidak akan bertemu lagi. Biasanya mereka bermain bersama setiap hari karena rumah mereka bersebelahan. Emily menangis di dalam kamarnya dan tidak mau berjumpa dengan Felicia yang ingin mengucapkan perpisahan.

Mama tahu Emily merasa sangat sedih. Mama memeluknya dan berkata, “Tidak apa-apa Emily menangis hari ini. Mama mengerti kamu sedang sangat sedih.” Emily langsung menghapus air matanya, “Ma, tapi kan kalau menangis itu dosa.” “Siapa yang berkata begitu? Menangis itu tidak dosa, Sayang. Menangis itu bagian dari perasaan yang kamu tunjukkan saat sedih sekali. Kamu sedang sedih, makanya tidak apa-apa menangis. Tapi ingat, kesedihan ini tidak boleh terlalu lama karena nanti kamu bisa sakit kalau menangis terus,” jelas mama kepada Emily.

“Iya, Ma. Aku sedih sekali akan kehilangan Felicia. Nanti aku main dengan siapa?” tetesan air mata Emily semakin bertambah. “Iya, Mama juga sedih melihat kamu sedih. Banyak hal yang tidak bisa kita ketahui, Emily. Tetapi percayalah Tuhan pasti sudah punya rencana yang baik untuk kita. Nah, siapa tahu nanti kita bisa bertemu Felicia lagi. Atau kamu bisa dipertemukan Tuhan dengan teman yang baik,” ujar mama memberikan semangat.

Emily mengangguk dan perasaannya sekarang sudah lebih baik. Akhirnya dia bisa bertemu Felicia dan mengucapkan salam perpisahan. Mereka saling berpelukan walaupun sedih tapi mereka percaya Tuhan memiliki rencana yang indah bagi mereka.

Card image
Truth Junior 11 April 2023 - SEBUAH DIDIKAN
2023-04-11 09:36:56


Matius 2:18
“Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi.”

Sobat Junior, tahu tidak kalau manusia diciptakan Tuhan dengan rancangan yang sangat sempurna? Kesempurnaan itu bisa kita rasakan dari sistem tubuh kita yang berfungsi dengan baik. Sistem tubuh yang satu berkaitan dengan sistem tubuh yang lainnya. Salah satu rancangan Tuhan yang sempurna dalam tubuh kita adalah emosi. Kita bisa merasakan senang, sedih, marah, kecewa, takut, dan masih banyak lagi. Semua emosi yang kita rasakan bisa berdampak baik atau buruk, tergantung dari cara kita mengendalikannya.

Contohnya seperti rasa kesal. Emosi kesal kita dapat berdampak baik jika kita gunakan untuk kondisi-kondisi yang tepat. Seperti kita merasa kesal dengan teman yang selalu berbuat jahat dan melakukan banyak kesalahan. Cara melampiaskan kekesalan kita terhadap teman tersebut adalah dengan mengajaknya berbicara dan menegurnya dengan halus, tanpa mengucapkan kata-kata kasar yang bisa melukai perasaannya. Dengan begitu, kita telah melampiaskan kekesalan kita dengan cara yang tepat dan benar.

Atau jika kita mengalami kesedihan, janganlah sampai berlarut dan menyendiri berlama-lama. Saat teman datang menghibur, jangan menolaknya. Hiburan dari teman dapat mengurangi kesedihan kita. Kita pun dapat belajar agar mengerti maksud Tuhan melalui kesedihan yang kita alami.

Card image
Truth Youth 11 April 2023 (English Version) - POWER SOURCE
2023-04-11 09:34:15


”God is our refuge and strength, A very present help in trouble. Therefore will not we fear, though the earth be removed, And though the mountains be carried into the midst of the sea. Though the waters thereof roar and be troubled, Though the mountains shake with the swelling thereof. Selah.” (Psalm 46:1-3)

If our cellphone or laptop battery runs out, aka low-batt, what do we do? We are definitely looking for chargers and sockets so that our cellphones and laptops can be charged, so that they can be used again later. If the fuel marker from our car or motorbike shows signs of running out, then we quickly look for the nearest gas station, so that our car or motorbike can be refueled, and so that our car or motorbike can continue its journey.

If goods such as cell phones and laptops require electricity as a power source, vehicles such as cars and motorbikes require gasoline as a power source, so do we. We also need to eat and drink so that we can do our activities optimally. However, more than that, there is one thing, even the only thing that should be the source of our energy or strength, namely God.

If God is the source of our strength, then God should be our need too. Activities such as prayer, reading God's word, worship, should be our needs, because it is the same as we feed and drink for our spiritual body. But unfortunately, we often forget that God is supposed to be the source of our strength in living life. For that, let us reflect on ourselves again, and pray that God will give us strength, so that we can achieve our goals in life, according to what God wants in our lives.

WHAT TO DO:
Do activities that can build our spirituality, such as reading God's word and praying, and do it continuously.

BIBLE MARATHONS:
▪︎ Joshua 21-22

Card image
Truth Youth 11 April 2023 - POWER SOURCE
2023-04-11 09:30:44


"Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut." (Mazmur 46:1-3)

Kalau Handphone atau laptop kita baterainya habis alias low-batt, apa yang kita lakukan? Kita pasti mencari charger dan stop kontak agar handphone dan laptop kita dapat terisi baterainya, supaya dapat digunakan lagi nanti. Kalau penanda bahan bakar dari mobil atau motor kita menunjukkan tanda-tanda akan habis, maka kita dengan cepat mencari SPBU terdekat, supaya mobil atau motor kita dapat terisi bahan bakar, dan supaya mobil atau motor kita dapat melanjutkan perjalanannya.

Kalau barang-barang seperti handphone dan laptop memerlukan listrik sebagai sumber tenaga, kendaraan seperti mobil dan motor memerlukan bensin sebagai sumber tenaga, demikian pula kita. Kita juga memerlukan makan dan minum agar kita dapat beraktivitas dengan optimal. Namun, lebih dari itu, ada satu hal, bahkan satu-satunya hal yang harusnya menjadi sumber tenaga atau sumber kekuatan kita, yakni Tuhan.

Kalau Tuhan itu sumber kekuatan kita, maka Tuhan seharusnya adalah kebutuhan kita juga. Aktivitas seperti doa, membaca firman Tuhan, beribadah, sudah seharusnya adalah kebutuhan kita, karena hal tersebut sama seperti kita memberi makan dan minum bagi tubuh rohani kita. Namun sayang, sering kali kita lupa bahwa Tuhan yang seharusnya menjadi sumber kekuatan kita dalam menjalani kehidupan. Untuk itu, marilah kita kembali merenungkan diri, dan berdoa supaya Tuhan memberi kekuatan kepada kita, supaya kita dapat mencapai tujuan hidup kita, seturut dengan apa yang Tuhan inginkan di dalam hidup kita.

WHAT TO DO:
1. Lakukan kegiatan-kegiatan yang dapat membangun rohani kita, seperti membaca firman Tuhan dan berdoa, dan lakukan secara terus menerus.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yosua 21-22

Card image
Renungan Pagi - 11 April 2023
2023-04-11 09:25:38


Seringkali yang membuat kita tidak bisa kuat dalam menghadapi kepahitan adalah karena tidak bisa sabar, kurang berserah dan bisa sampai tingkat tidak mempercayai Tuhan. Ingat! iblis senang bekerja dengan cara memancing emosi dan memanfaatkan kelemahan kita.

Itulah sebabnya setiap kali ada kepahitan, maka disitu pasti ada kebencian, dendam dan pemberontakan, yang membuat kita tidak puas sebelum melampiaskan semuanya. Tetapi jika tetap sabar dan berserah pada Tuhan, mempercayai Tuhan dalam segala sesuatu yang telah terjadi, maka kita akan bisa melepaskan kepahitan dalam hidup. Sebab kita mengerti bahwa pembalasan bukanlah hak kita.
(Roma 12:17-19)

Card image
Quote Of The Day - 11 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-11 09:21:13


Orang yang bisa dipercayai Tuhan adalah orang yang pernah diremukkan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 11 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-11 09:19:04


Kalau seseorang benar-benar menghormati dan menghargai Tuhan, dia hidup suci dan tidak mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini.

Card image
SEARAH DENGAN BAPA - 11 April 2023
2023-04-11 09:14:32


Sejujurnya, banyak kehidupan orang Kristen yang jauh dari model Anak Allah, Yesus, dan hal itu sudah menjadi satu hal yang biasa, umum. Bukan sesuatu yang dianggap cela atau di bawah standar. Sejatinya, setelah menjadi anak-anak Allah, kita harus beribadah sebagai anak-anak Allah. Setelah kita diampuni, kita tidak boleh meleset lagi. Betapa sesatnya banyak orang Kristen, yang berpendirian kalau sudah berbuat dosa, mereka akan minta ampun, lalu selesai. Lalu berbuat dosa lagi, lalu minta ampun lagi supaya selesai. Seharusnya kita bukan hanya tidak melakukan pelanggaran umum, namun tidak meleset lagi; tepat seperti apa yang Allah kehendaki. Dan ini sebenarnya yang dirindukan oleh Yang Maha Agung Elohim Yahweh. Tuhan menciptakan manusia yang dalam segala perilakunya searah dengan Bapa.

Searah dengan Bapa, searah dengan pikiran dan perasaan Bapa. Dan itu menyenangkan hati Bapa. Banyak orang baik di dunia, bahkan bisa sampai tingkat baik yang menakjubkan di mata manusia. Tetapi orang Kristen bukan hanya mampu berbuat baik, melainkan perilakunya searah dengan Bapa, pikirannya tersambung dengan Tuhan. Sehingga apa yang dilakukan orang percaya, menghibur Allah. Allah tidak butuh apa-apa. Dia Maha Kaya, tetapi Allah bertekad untuk berdinamika dengan menciptakan manusia yang memiliki gambar seperti Diri-Nya; memiliki pikiran dan perasaan. Dengan memiliki pikiran dan perasaan tersebut, manusia bisa memberontak, membenci Allah, atau bisa mengasihi Allah dan mengabdi.

Tentu Allah menghendaki manusia bisa berperilaku bukan seperti robot dalam kehendak bebasnya. Jadi, manusia bisa berperilaku selalu sesuai dengan kehendak-Nya. Ini adalah kehidupan yang jarang dimiliki orang. Sedikit sekali. Bahkan orang-orang Kristen yang mestinya memiliki kemungkinan mencapai hal ini, tidak memanfaatkan anugerah yang begitu besar yang memungkinkannya memiliki keadaan seperti itu; yaitu keadaan agar seseorang memiliki kemuliaan Allah. Kalau manusia bisa tersambung dengan pikiran dan perasaan Allah, dan segala sesuatu yang dilakukan sesuai dengan pikiran, perasaan Allah itu yang dimaksud dengan memiliki kemuliaan Allah.

Tetapi kenyataannya, kita melihat Kekristenan yang telah merosot di seluruh dunia, dan kita mewarisi kekristenan yang merosot ini seakan-akan boleh ditawar. Padahal dalam Roma 12:2 firman Tuhan jelas mengatakan, “Jangan serupa dengan dunia.” Kalau Allah berkata “jangan,” berarti kita tidak boleh main-main. Sebagai orangtua atau pimpinan, kadang kita memerintahkan anak atau bawahan untuk tidak melakukan sesuatu hal; “jangan begitu.” Dan ketika hal itu dilanggar, berarti mereka melukai, melecehkan, dan meremehkan kita.

Karena standar yang sudah jatuh, kita kompromi. Sikap mengizinkan, permissible, lalu semua kita rusak. Dalam keadaan rusak, dalam keadaan tidak mencapai target, namun kita merasa nyaman-nyaman dan aman-aman saja, padahal bahaya sekali keadaannya. Keadaan seperti ini adalah keadaan yang nanti suatu hari akan ditelanjangi Tuhan. Dan Tuhan berkata, “Aku tidak kenal kamu.” Kita tidak boleh kompromi. Kegagalan hidup kita sebagai anak-anak Allah adalah ketika kita tidak serupa dengan Yesus.

Keadaan kita yang miskin, gagal karier, gagal berumah tangga, tidak menikah, tidak punya keturunan atau apa pun, bukanlah sesuatu yang boleh dianggap bencana atau kegagalan. Sebab sejak Kerajaan Allah diberitakan, semuanya turun dari takhtanya. Hanya ada satu yang tidak turun: Allah. Dia tidak turun, Dia harus ditinggikan. Hidup meninggikan Tuhan berarti hidup di dalam penghormatan kepada-Nya dengan menjadi anak kesukaan Dia; ibarat lagu, menjadi lagu kesukaan. Jadi setiap hari kalau kita melakukan segala sesuatu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah, itu menyenangkan Tuhan. Setelah mencapai kesempurnaan-Nya, kata firman Tuhan, Yesus menjadi aitios; pokok keselamatan.

Di Kejadian 6 dikatakan, “Perbuatan manusia jahat semata-mata,” dan itu menyedihkan hati Tuhan. Tetapi, di tengah-tengah kejahatan manusia, ada orang-orang yang irama hidupnya sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Hal itu menyenangkan Tuhan. Dan orang-orang seperti ini akan dibawa ke Taman Abadi. Tidak mungkin orang yang kelakuannya berantakan, bisa masuk ke surga. Jangan tunggu di ujung maut baru kita mau menghormati Tuhan. Tidak mungkin orang bisa baik mendadak atau jahat mendadak. Tuhan menghendaki kita, selagi masih memiliki kesempatan untuk berubah, jangan berbuat dosa lagi, jangan meleset. Kita harus hidup di dalam kesucian. Dan itu sebuah keniscayaan; sebuah kemungkinan. Sebab tidak mungkin Tuhan memberikan perintah yang kita tidak bisa lakukan. Jadi, hayati betapa mahal harga pengurbanan Tuhan. Tidak murahan.

Kita yang menerima pengampunan itu, bukan hanya menerima pengampunan lalu kita merasa bersyukur, tetapi pengampunan itu justru mewajibkan kita tidak melakukan dosa lagi. Bukan hanya dosa yang berkaitan dengan moral umum, tetapi kita harus memiliki ketepatan bertindak sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Seperti orang yang sedang merajut atau menganyam. Dari perkara-perkara kecil, perkara-perkara sederhana setiap hari, kita membuat hati Tuhan nyaman dan menyenangkan Dia. Lakukan mulai sekarang. Kalau selama ini kita tidak peduli karena seakan-akan ada kompromi, ada pemakluman, hari ini jangan. Firman Tuhan berkata, “Kamu harus sempurna.”

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEBAGAI ORANG KRISTEN, KITA BUKAN HANYA MAMPU BERBUAT BAIK, MELAINKAN PERILAKU KITA SEARAH DENGAN BAPA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 April 2023
2023-04-11 09:08:01

1 Samuel 15-17

Card image
Truth Kids 10 April 2023 - PELANGI SEHABIS HUJAN
2023-04-10 10:05:00


Amsal 17:22
“Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.”

Sobat Kids, tahu tidak kalau pelangi itu biasanya muncul setelah hujan besar? Tidak disangka, setelah dingin dan gelapnya hujan dilewati, muncul pelangi indah yang berwarna-warni. Begitupun juga dengan keadaan kita. Terkadang, setelah melalui perasaan sedih yang tidak mengenakkan, kita bisa memahami apa itu rasa senang yang muncul setelahnya. Misalnya, kalian dimarahi mama karena bermain terus, kalian akan merasa sedih. Nah, berbeda jika mama memberikan mainan. Akan muncul perasaan berbeda dari yang sebelumnya. Perasaan itu disebut rasa senang.

Seringkali Tuhan mengizinkan kita mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan. Membuat kita mengalami perasaan negatif seperti marah, sedih, kecewa. Mengapa? Agar ketika kita mengalami hal-hal yang menyenangkan kita jadi lebih menghargai dan bersyukur. Jika saat ini Sobat Kids berada dalam keadaan yang tidak menyenangkan, kalian harus tetap taat kepada Tuhan ya, maka kalian akan bisa mengatasinya. Ingat, “Ada pelangi yang indah dibalik hujan, ada sukacita yang besar dibalik kesedihanmu”. Tetap semangat, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 10 April 2023 - DUA SISI MATA UANG
2023-04-11 14:06:11


Amsal 17:22
“Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.”

Sobat Junior, coba sekarang ambil uang logam. Ayo, coba perhatikan dengan baik. Sudah diperhatikan? Apakah kedua sisi tersebut sama atau berbeda? Tentu berbeda, ya. Meskipun nilai uangnya sama, tetapi kedua sisi tersebut berbeda. Lalu kalau emosi kita itu, apakah cuma ada emosi negatif saja? Jawabannya tidak. Tidak mungkin kan Tuhan Yesus mau kita hanya ada rasa marah, kesal sama orang. Padahal, Tuhan Yesus memerintahkan kita untuk mengasihi sesama kita manusia. Bagaimana jadinya kalau hanya emosi negatif yang ada dalam diri kita? Kita tidak akan bisa mengasihi manusia, apalagi untuk mengasihi Tuhan Yesus.

Jadi, emosi yang ada dalam diri kita itu seperti dua sisi mata uang, yaitu ada emosi negatif dan emosi positif. Kedua emosi itu bisa kita rasakan, bukan hanya satu emosi saja. Seperti ayat renungan hari ini, hati yang gembira itu seperti obat, tetapi hati yang sedih akan mematahkan semangat. Apabila emosi positif lebih menonjol, maka akan ada sukacita selalu dalam hidup kita. Namun jika emosi negatif yang lebih menonjol, maka akan ada kesedihan dalam hidup kita. Jika kalian ingat pesan renungan harian dua hari yang lalu bahwa kita harus bisa menguasai diri kita, maka kita perlu menguasai diri supaya bukan hanya merasakan marah saja atau merasakan senang saja. Kita juga harus merasakan kedua emosi tersebut dengan cara menguasai diri dalam menggunakan emosi. Karena, emosi itu seperti dua sisi mata uang yang memiliki perbedaan. Keduanya ada dan nyata bisa kita rasakan.

Card image
Truth Youth 10 April 2023 (English Version) - GUIDED BY THE HOLY SPIRIT
2023-04-10 09:59:12


”For they that are after the flesh do mind the things of the flesh; but they that are after the Spirit the things of the Spirit." (Romans 8:5)

When an airplane wants to go from one place to another, what is needed is cooperation between the Pilot, Co-pilot and Navigator so that the plane can be controlled until it arrives safely at its destination. When an intercity train wants to go from one station to the next, the driver needs to control the train and work with other crews to arrive at the destination station. When a ship wants to sail from one port to another, the ship's captain and other crew work together to control the ship to reach its destination.

If airplanes, trains, ships, and other vehicles need a rudder or control to reach their destination, so does our life as believers. The Holy Spirit is in us to direct us so that our lives are in accordance with God's purposes. However, it is necessary to cooperate between us and the Holy Spirit so that the divine purpose in our life can be achieved. What is the cooperation like?

God wants us to respond correctly to the Holy Spirit so that the Holy Spirit will work in our lives. The problem is, there is one obstacle that blocks us, namely the desire of the flesh. If airplanes, trains, ships and other vehicles can be hampered by technical and non-technical matters in reaching our destination, but in our lives, there are fleshly desires that can hinder us from achieving what God wants. Then, how should we respond to the desires of the flesh? What we have to do is deny the desires of the flesh and surrender to the Holy Spirit so that we can be controlled by Him.

WHAT TO DO:
1. Identify the nature and desires of our flesh
2. Pray to God and ask forgiveness for our flesh, and try not to do what our flesh wants

BIBLE MARATHONS:
▪︎ Joshua 18-20

Card image
Truth Youth 10 April 2023 - GUIDED BY THE HOLY SPIRIT
2023-04-11 14:07:06


"Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh." (Roma 8:5)

Ketika sebuah pesawat terbang ingin berangkat dari satu tempat ke tempat yang lain, hal yang diperlukan adalah kerja sama antara Pilot, Kopilot dan Navigator agar pesawat tersebut dapat dikendalikan hingga tiba dengan selamat sampai ke tempat tujuan. Ketika sebuah kereta api antar kota ingin berangkat dari stasiun ke stasiun berikutnya, masinis perlu mengendalikan keretanya dan bekerja sama dengan kru-kru lainnya agar sampai di stasiun tujuan. Ketika kapal ingin berlayar dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain, nahkoda kapal dan kru-kru lainnya bekerja sama dalam mengendalikan kapal agar sampai tempat tujuan.

Kalau pesawat terbang, kereta api, kapal, dan kendaraan lainnya perlu sebuah kemudi atau kontrol agar dapat sampai tempat tujuan, demikian pula hidup kita sebagai orang percaya. Roh Kudus ada di dalam kita untuk mengarahkan kita supaya hidup kita sesuai dengan tujuan Tuhan. Namun, perlu kerja sama antara kita dengan Roh Kudus supaya tujuan ilahi di dalam hidup kita dapat tercapai. Seperti apa kerja sama tersebut?

Tuhan menghendaki agar kita merespons Roh Kudus dengan benar supaya Roh Kudus bekerja di dalam hidup kita. Masalahnya, ada salah satu hambatan yang menghalangi kita, yakni keinginan daging. Kalau pesawat terbang, kereta api, kapal, dan kendaraan lainnya dapat terkendala hal-hal yang bersifat teknis maupun non-teknis dalam mencapai tempat tujuan, tetapi di dalam hidup kita, ada keinginan daging yang bisa menghalangi kita dalam mencapai apa yang Tuhan kehendaki. Lalu, bagaimana seharusnya respons kita menghadapi keinginan daging? Hal yang harus kita lakukan adalah menyangkal keinginan daging tersebut dan berserah kepada Roh Kudus agar diri kita dikontrol oleh-Nya.

WHAT TO DO:
1. Identifikasi sifat-sifat dan keinginan daging kita
2. Berdoa kepada Tuhan dan minta ampun atas kedagingan kita, dan berusaha agar kita tidak melakukan apa yang daging kita inginkan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yosua 18-20

Card image
Renungan Pagi - 10 April 2023
2023-04-10 09:50:37


Dalam pernyataan-Nya, Tuhan Yesus memberikan janji yang terdengar indah bagi kita yaitu : "AKU datang supaya kamu mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." Bagi banyak orang percaya ini adalah janji Tuhan yang indah tentang hidup yang diberkati berkelimpahan secara jasmani, padahal bukan demikian maksud pernyataan Tuhan Yesus ini.

"Hidup" yang dimaksud diberikan oleh Tuhan Yesus secara berkelimpahan bukanlah kehidupan yang diberkati melimpah dengan kekayaan jasmaniah yang bersifat materi semata, tetapi DIA memberikan "Hidup-Nya" sendiri untuk diikuti sehingga kita memiliki hidup yang berkualitas tinggi nilainya karena yang kita ikuti adalah jejak hidup Tuhan, gaya hidup Tuhan.

Inilah yang akan membuat hidup berarti dan bernilai dalam singkatnya waktu yang Tuhan berikan, sebab kita menjalani hidup seperti yang Tuhan mau. Sehingga ketika batas kehidupan berhenti berputar, tidak menjadi gentar ataupun takut sebab kita telah berusaha menjalani hidup seperti yang Tuhan mau.
(Yohanes 10:10)

Card image
Quote Of The Day - 10 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-10 09:44:39


Penderitaan adalah nutrisi kehidupan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 10 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-10 08:52:22


Proses mengalami perubahan untuk serupa dengan Tuhan Yesus adalah ciri utama seorang Kristen yang tidak bisa digantikan dengan apa pun.

Card image
KORBAN YANG BERKENAN - 10 April 2023
2023-04-10 05:09:46

KORBAN YANG BERKENAN
Tanpa disadari, banyak orang Kristen memperlakukan Allah belum sepantasnya. Hal ini bisa disebabkan, yang pertama karena pengaruh dunia sekitar kita, bagaimana orang-orang beragama memperlakukan ilah, allah, atau keyakinan-keyakinan dari agama-agama suku memperlakukan ilah atau dewa-dewanya. Akibat dari pola sikap dan perilaku orang di sekitar kita terhadap ilah, allah, atau dewanya, kita tergarami atau terpengaruhi. Hal tersebut bisa membangun cara berpikir yang kemudian terkristal dalam sikap terhadap sesembahan. Dan sikap itulah yang kita kenakan dalam berhubungan dengan Allah semesta alam, Elohim Yahweh, Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus.

Yang kedua, karena pengajaran yang tidak lengkap dari mereka yang mengaku sebagai hamba Tuhan, sebagai jurubicara Tuhan, dan sekaligus sikap hidupnya. Baik sikap keseharian atau pada waktu ia di mimbar, menyanyi, dan berdoa. Ingat, kita berurusan dengan Pribadi Agung yang kebesaran-Nya tiada tara. Yesaya 40:12 mengungkapkan betapa dahsyat Allah yang kita sembah. Pengertian “dahsyat” jangan diukur dari cara orang beragama di sekitar kita memperlakukan allah atau ilahnya. Banyak orang Kristen yang belum dewasa, bicara mengenai kedahsyatan Allah hanya selalu dikaitkan dengan kuasa-Nya, mukjizat-Nya. Padahal, mestinya tidak sedangkal itu.

Di dalam Yesaya 40:12 tertulis, “Siapa yang menakar air laut dengan lekuk tangannya dan mengukur langit dengan jengkal, menyukat debu tanah dengan takaran, menimbang gunung-gunung dengan dacing, atau bukit-bukit dengan neraca?” Kalau kita melihat laut pada waktu naik kapal atau kita sedang naik pesawat, betapa luasnya. Allah lebih luas dari lautan, bahkan dengan tangan-Nya, Ia mampu menakar air laut dengan lekuk tangan-Nya. Ia dapat mengukur langit dengan jengkal. “Siapa yang dapat mengatur Roh Tuhan atau memberi petunjuk kepada-Nya sebagai penasihat?” Kita sering mendengar orang berdoa dan meminta, dengan berunsur mengatur Allah, menasihati Allah dalam permintaannya; “Tuhan, aku mau begini supaya begini. Kalau Engkau kabulkan doaku demikian, maka aku demikian.”

Jangan mengecilkan arti Allah. Itu dilakukan oleh orang-orang terhadap dewa-dewanya. Di antaranya, sikap unsur transaksional dalam berinteraksi dengan Allah. Jangan memperlakukan Allah seperti itu. Ironis, justru hal ini terjadi pada orang Kristen, khususnya mereka yang bisa berbicara cakap mengenai Allah, bertindak seakan-akan itu kehendak Allah atau dalam persetujuan dengan Tuhan. Secara tidak langsung dia mau mengatur, menasihati Tuhan dengan tindakan tersebut. Ayat selanjutnya, “Sesungguhnya, bangsa-bangsa adalah seperti setitik air dalam timba dan dianggap seperti sebutir debu pada neraca. Sesungguhnya, pulau-pulau tidak lebih dari abu halus beratnya. Libanon tidak mencukupi bagi kayu api dan margasatwanya tidak mencukupi bagi korban bakaran.” Jangan merasa dengan nyanyian, musik, dinamika suara vokal sehebat apa pun berarti kita sudah memberikan persembahan yang menyenangkan Tuhan.

Bukan berarti hal itu tidak menyenangkan Tuhan, tetapi ada yang lebih harus kita tahu dan lakukan. Apa yang kita lakukan dalam ibadah, seharusnya mewakili kehidupan kita setiap hari. Jika tidak, berarti kita menipu Tuhan. Tidak cukup persembahan-persembahan atau ritual dengan tari-tarian; bukan tidak boleh melakukan pujian, penyembahan kepada Tuhan dengan nyanyian, tarian, banner, dan lainnya, namun jangan merasa itu sudah cukup. “Segala bangsa seperti tidak ada di hadapan-Nya. Mereka dianggap-Nya hampa dan sia-sia saja.” Ini bangsa, komunitas. Apalagi individu. Bumi kita itu seperti debu, sebab ada planet yang besarnya hampir 200.000 kali dari besarnya bumi. Betapa kecilnya bumi ini, seperti debu. Apalagi kita, debu di dalam debu. Jadi, siapakah kita ini?

Ayat 25, “Dengan siapa hendak kau samakan Aku, seakan-akan Aku seperti dia? firman Yang Mahakudus.” Allah bukan patung, dewa-dewi atau ilah-ilah yang diciptakan manusia. “Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua bintang itu dan menyuruh segenap tentara mereka keluar, sambil memanggil nama mereka sekaliannya? Satupun tiada yang tak hadir, oleh sebab Ia Maha Kuasa dan Maha Kuat.” Jangan memperlakukan Allah sembarangan. Kita sudah memberikan persembahan uang sebanyak apa pun, itu belumlah memenuhi apa yang bisa menyukakan hati Allah. Kita membuat kebaktian sebegitu bagus, musik yang harmoni, vokal yang dinamikanya bagus dengan paduan suara, itu belumlah memenuhi yang Allah kehendaki.

Tetapi, betapa beraninya manusia hari ini terhadap Allah. Bahkan kita sendiri yang mau berurusan dengan Allah, yang mau berinteraksi dengan Allah, juga belum memperlakukan Allah secara patut. Lalu pertanyaannya, bagaimana kita memperlakukan Allah secara patut? Kita harus kembali kepada rancangan Allah semula, terkait dengan keberadaan kita sebagai manusia. Allah menghendaki manusia menjadi makhluk yang segambar dan serupa dengan diri-Nya. Ini yang harus menjadi satu-satunya pergumulan dan perjuangan hidup kita. Supaya sebelum kita meninggal dunia, kita sudah dipandang sebagai seseorang yang berkeadaan segambar dan serupa dengan Allah. Itulah sebabnya Allah tidak segan-segan memberikan Putra Tunggal-Nya, Tuhan Yesus Kristus. Selain untuk menebus dosa manusia, Dia juga menjadi model dari manusia yang Allah inginkan. Maka, korban yang berkenan yang Allah kehendaki adalah ketika hidup-Nya dihidupkan dalam diri kita. Dinamika hidup seorang yang mengenakan sifat dan karakter Allah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KORBAN YANG BERKENAN YANG ALLAH KEHENDAKI ADALAH KETIKA HIDUP-NYA DIHIDUPKAN DALAM DIRI KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 April 2023
2023-04-10 04:56:13

1 Samuel 13-14

Card image
Truth Kids 09 April 2023 - KENALI EMOSIMU
2023-04-09 10:39:46


Lukas 22:44
“Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.”

Marah, gembira, sedih, takut, malu, kecewa. Itulah nama-nama emosi yang mewarnai hari-hari manusia. Berbeda dengan binatang, manusia diciptakan dengan pikiran, perasaan dan kehendak. Perasaan dapat muncul dari apa yang kita alami. Saat Sobat Kids mendapat hadiah dari mama dan papa, maka kalian akan merasa senang. Sebaliknya saat Sobat Kids sedang sakit, maka kalian akan merasa sedih.

Semua perasaan yang Sobat Kids alami adalah hal yang wajar dialami oleh manusia. Tuhan semesta alam yang menciptakan kita, juga memiliki perasaan. Hal ini ditunjukkan saat Tuhan rela menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Perasaan cinta yang begitu besar kepada kita ditunjukkan-Nya dengan menebus dosa manusia yang dikasihi-Nya. Manusia itu adalah kita semua.

Sama seperti Tuhan kita yang menunjukkan perasaan-Nya, kita juga bisa menunjukkan perasaan kita. Namun, harus diperhatikan bagaimana cara kita menunjukkannya. Tuhan kita menunjukkan perasaan-Nya dengan berbuat baik. Demikian pula kita, menunjukkan perasaan kita dengan berbuat baik bagi sesama. Yuk, sama-sama belajar kenali perasaan kalian dan tunjukkan dengan cara yang baik.

Card image
Truth Junior 09 April 2023 - SALAHKAH AKU?
2023-04-09 10:36:17


Lukas 22:44
“Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.”

Ada seekor kucing yang bernama Shy. Shy adalah kucing yang cacat sejak lahir. Banyak kucing lain yang menjauhi Shy karena ia cacat. Shy selalu menyalahkan dirinya karena tidak sempurna seperti kucing yang lain. Lalu pada suatu hari, saat Shy sedang berjalan di pinggir taman, ada seekor anjing yang mendekatinya. Shy pun ketakutan dan ia berjalan dengan cepat. Tapi anjing itu mengejar dan berkata, “Tunggu, jangan lari!” Akhirnya Shy pun berhenti. Anjing itu menghampiri Shy, “Mengapa kamu lari? Aku tidak akan menyakiti kamu.” Jawab Shy, “Maaf, aku lari karena aku malu dengan tubuhku. Sebab tidak ada yang mau berteman denganku. Jadi aku pergi karena takut kamu akan mengejek aku seperti yang lain.” “Tenang, aku tidak akan seperti yang lain. Aku memanggilmu karena ingin berteman denganmu. Kenalkan aku, Bruno,” sahut Bruno, si anjing. Shy pun terkejut karena ada yang mau berteman dengannya, dan akhirnya mereka bersahabat.

Dari kisah di atas, kita mau belajar bahwa sering kali emosi negatif seperti rasa kecewa, sedih, takut, dan lainnya membuat kita merasa ada yang salah dengan diri kita atau membuat kita menyalahkan diri kita sendiri. Tetapi sebenarnya jika kita bisa merasakan hal itu, berarti kita itu memiliki perasaan. Apa yang kita rasakan, itu juga yang Tuhan Yesus rasakan. Jadi ketika memiliki perasaan yang negatif dan berujung menyalahkan diri kita, itu sama artinya kita juga menyalahkan Tuhan. Dan tentu itu akan membuat hati Tuhan sedih. Makanya kita tidak boleh menyalahkan diri ketika ada rasa kecewa, sedih, takut yang sedang meliputi diri kita. Itu semua bagian dari emosi yang dimiliki manusia.

Card image
Truth Youth 09 April 2023 (English Version) - THE MOST PRECIOUS TREASURE
2023-04-09 10:31:28


”But what things were gain to me, those I counted loss for Christ. Yea doubtless, and I count all things but loss for the excellency of the knowledge of Christ Jesus my Lord: for whom I have suffered the loss of all things, and do count them but dung, that I may win Christ." (Philippians 3:7-8)

The Apostle Paul in Philippians 3:7 stated that what he previously considered gain, now he considers a loss because of his knowledge of the Lord Jesus. Paul was previously someone who had a special position in the eyes of the Jews. That said, he was previously a person who held an important position among the Jews at that time. However, when he came to know the Lord Jesus, he left all of that, even considering it trash, for the sake of knowing the Lord Jesus. And in fact, he was willing to suffer for the sake of knowing the Lord Jesus.

Why did Paul make the Lord Jesus the "Most Precious Treasure" for his life? First, he realized that God is the most precious and cannot be replaced with anything. He is also aware that God is the owner of this universe. When he can know God in his life, then he let go of everything that other people think is valuable, and even consider it trash.

Paul teaches us to regard God as something of value above all. If we think God is valuable above all things, it doesn't mean we leave our jobs and sell all our possessions. That is, we put God above all that we have, meaning we do not attach ourselves to what is in the world. Here the key is our mindset towards what is "most valuable" in our life.

WHAT TO DO:
1. Reflect on whether we still have something that we think is most valuable.
2. Realizing that nothing is more valuable than God

BIBLE MARATHONS:
▪︎ Joshua 14-17

Card image
Truth Youth 09 April 2023 - HARTA YANG PALING BERHARGA
2023-04-09 10:26:58


"Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus." (Filipi 3:7-8)

Rasul Paulus di dalam Filipi 3:7 menyatakan bahwa apa yang sebelumnya ia anggap untung, sekarang ia anggap rugi karena pengenalannya akan Tuhan Yesus. Paulus sebelumnya adalah seorang yang memiliki jabatan istimewa di mata orang Yahudi. Bisa dikatakan, ia sebelumnya adalah seorang yang memiliki jabatan penting di antara orang-orang Yahudi saat itu. Namun, ketika ia mengenal Tuhan Yesus, ia meninggalkan semuanya itu, bahkan menganggapnya sampah, demi pengenalannya akan Tuhan Yesus. Dan bahkan, ia rela menderita demi pengenalannya akan Tuhan Yesus.

Mengapa Paulus menjadikan Tuhan Yesus sebagai “Harta yang Paling Berharga” bagi hidupnya? Pertama, ia sadar bahwa Tuhanlah yang paling berharga dan tidak dapat digantikan dengan apa pun. Ia juga sadar bahwa Tuhanlah yang empunya alam semesta ini. Ketika ia dapat mengenal Tuhan di dalam hidupnya, maka ia melepaskan segala sesuatu -yang orang-orang lain menganggapnya itu berharga- dan bahkan menganggapnya sampah.

Paulus mengajarkan kita agar kita menjadikan Tuhan sebagai yang paling berharga di atas segalanya. Kalau kita menjadikan Tuhan paling berharga di atas segalanya, bukan berarti kita meninggalkan pekerjaan kita dan menjual seluruh harta kita. Maksudnya, kita menaruh Tuhan di atas segala yang kita miliki, artinya tidak mengikatkan diri kepada apa yang ada di dunia. Di sini kuncinya adalah pola pikir kita terhadap apa yang “paling berharga” di dalam hidup kita.

WHAT TO DO:
1. Renungkan apakah diri kita masih memiliki sesuatu yang menurut kita paling berharga.
2. Menyadari bahwa tidak ada yang paling berharga selain Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yosua 14-17

Card image
Renungan Pagi - 09 April 2023
2023-04-09 10:28:17


Hari Paskah dirayakan setiap tahun. Namun, apakah kita merayakannya hanya sebagai rutinitas belaka atau sebagai kesempatan untuk mengalami lawatan Allah secara pribadi?

Maria Magdalena dan Maria yang lain mendapatkan hak istimewa untuk menjadi saksi pertama dari kebangkitan Yesus. Setelah fajar menyingsing, pada hari pertama minggu itu, mereka bergegas ke kubur Yesus untuk merempahi mayat-Nya. Hal ini biasa dilakukan agar tidak terjadi pembusukan. Namun, mereka tidak menemukan tubuh Yesus. Kubur itu kosong!

Di sanalah mereka bertemu dengan seorang malaikat, dan malaikat itu berkata kepada mereka: "Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya."

Kedua perempuan ini datang dalam duka, tetapi kini pergi dalam sukacita besar. Mereka bukan hanya melihat kubur yang kosong, tetapi juga berjumpa secara langsung dengan Yesus. Mereka telah melihat bagaimana Dia mati dan dikuburkan, tetapi sekarang Dia berdiri di hadapan mereka dan mengucapkan salam damai sejahtera kepada mereka.

Dalam peristiwa kebangkitan Yesus, perempuan-perempuan ini didesak untuk mempercayai apa yang mereka saksikan, apa yang malaikat katakan, dan apa yang Yesus pernah sampaikan kepada mereka. Bukan hanya itu, mereka juga didesak untuk membagikan berita sukacita ini kepada murid-murid yang lain.

Jadi, inilah kabar baik itu ; Yesus telah bangkit! Alami perjumpaan pribadi dengan Sang Juruselamat dan bagikanlah sukacita perjumpaan dengan DIA kepada semua orang.
(Matius 28:1-10)

Card image
Quote Of The Day - 09 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-09 10:19:37


Di tengah polusi jual beli kebenaran, kita harus menjawabnya dengan hidup menjalani kebenaran tanpa kompromi.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 09 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-09 10:17:36


Tanpa memasuki proses penyempurnaan untuk menjadi serupa dengan Tuhan Yesus, berarti siapa pun tidak akan pernah memiliki keselamatan.

Card image
APPREACING HIS SACRIFICE - 09 April 2023 (English Version)
2023-04-09 10:14:40


The statement “God forgives my sins” has become a cliche. It has been said too often and many believers can no longer appreciate the momentous process of the forgiveness of sins. Truly, God’s forgiveness of sins is not granted with very little cost. It is not without reasonable grounds. When Adam and Eve fell into sin in Eden – the first Adam – there could not be any forgiveness: there should be a consequence for sin, and there should be a reasonable ground for pardon. In His wisdom, and to uphold His justice, God demands atonement for sins. Thus, the Father sent His beloved Son. Those with children can appreciate the immeasurable worth of a child, sometimes as precious as our own lives, as precious as many jewels.

Our Father in heaven gave us His beloved Son. This was a divine act that might be hard to fathom, yet He had done it. Out of everything that is God’s, Jesus, His only begotten Son, is His most valued. How great is His sacrifice for us! When Jesus was sent into the world, He had to be made like us, fully human in every way. Yet, for Him to be made a sacrifice for our sin, He had to lead a life suited to this purpose. He had to live as a High Priest, not an earthly one, but one suited for eternity: one without blemish and without spot. As human, Jesus strove until His death on the cross. His person was of such a quality that He was deemed worthy to be a sin offering; just as the blood of the sin offering was the blood of a lamb without blemish.

Therefore, it was not an ordinary life that was offered in our stead, but the life of His Majesty, the Glorious One. In this world, there may be people who are willing to lay down their lives for others. Yet, the quality of their persons does not concern us at all. Whereas Jesus, whose personal quality was perfect, gave His life for us. Only then He could atone for our sins. More precious, more glorious than what we can imagine. Let’s meditate on this: that God’ forgiveness of sin, that is available through the sacrifice of Jesus, is costly; exceedingly costly. It cost God the Father His beloved Son when He sent Jesus to become a human. And Jesus Himself, whilst he was on earth, must win His battle against all temptations and the power of darkness, so He could be deemed perfect in the sight of God (Heb.5:7-9). Then, He could be the ultimate sacrifice of sin, as the sacrificial lamb without blemish and without spot. 

We must regard these sacrifices highly. Do not let familiarity, the numerous times we have heard the message about forgiveness and atonement of sins, keep us from understanding how costly the sacrifice of Jesus is. Thus, it was not without reason that the Lord commanded us to regularly observe the holy communion, as it is the essence of salvation. We must always keep His sacrifice in our mind. He said that “Every time you eat this bread and drink this wine in remembrance of Me.” It is a disrespect towards the living God when we treat His sacrifice as of little value. We will deal with God inappropriately and are careless about His feelings. But, as we appreciate the sacrifice of our Lord Jesus, and keep in our mind how costly His sacrifice is, then we will deal with God respectfully, we will honour Him. We will be concerned with His feelings, the Father’s feelings who gave us His precious beloved Son.

And we will uphold His words, “Go now and leave your life of sin.” As the woman mentioned in Jn.8:1-11, who was caught in adultery and was to be stoned by the people. Yet Jesus said to the people, “Let any one of you without sin be the first to throw a stone at her.” We can only imagine that fear and the feeling of embarrassment, of being humiliated in public and about to be stoned to death. She was in a crisis, a very critical situation. But Jesus rescued her and told her, “Then neither do I condemn you. Go now and leave your life of sin.”

Our appreciation for the sacrifice of our Lord Jesus cannot be in a form of melancholy feelings only. The correct and proper response to His sacrifice is by sinning no more. We must do all things right. As we have become His children, God will discipline us, that not only we have the status as children of God, but our entire being is of His children. And Jesus is our model. We cannot negotiate this cost to be in His likeness. Our entire being has to be like Jesus. It is very ironic that many Christians try to negotiate the non-negotiable, thus compromising their faith. Christianity has become mediocre. 

  OUR TRUE AND PROPER APPRECIATION FOR THE SACRIFICE OF THE LORD JESUS IS BY NOT SINNING ANYMORE.

Card image
MENGHARGAI PENGURBANAN-NYA - 09 April 2023
2023-04-09 10:11:22


Mungkin karena kita sudah terlalu fasih dan terbiasa mengucapkan kalimat: “Tuhan mengampuni dosaku,” sampai kita kurang lagi menghargai betapa hebat proses terjadinya pengampunan itu. Sejatinya, pengampunan dosa tidak diberikan secara murahan. Pengampunan dosa tidak diberikan tanpa alasan atau landasan. Ketika Adam dan Hawa jatuh dalam dosa di Eden—Adam pertama—tidak ada pengampunan. Tidak bisa ada pengampunan, sebab setiap dosa harus ada ganjarannya dan pengampunan harus ada dasar atau alasannya. Di dalam kebijaksanaan dan asas keadilan Allah Bapa, harus ada yang memikul akibat dosa yang dilakukan manusia. Maka, Bapa mengutus Putra Kesayangan-Nya. Kita yang memiliki anak pasti bisa mengerti bahwa anak itu seperti nyawa kita sendiri. Anak itu seperti mutiara.

Bapa di surga memberikan Anak Kesayangan-Nya untuk kita. Ini sebuah dinamika ilahi yang sulit untuk dipahami, tetapi telah terjadi. Allah memiliki banyak hal, banyak kekayaan, tetapi tidak ada yang lebih berharga dari Yesus, Anak Tunggal-Nya. Ini pengorbanan yang luar biasa dari Bapa. Dan ketika Yesus diutus untuk menjadi manusia yang dalam segala hal disamakan dengan kita, Dia harus memiliki hidup yang pantas untuk menjadi kurban. Ia harus memiliki hidup sebagai Imam Besar yang berkualitas sebagai Imam Besar di kekekalan, yaitu tidak bercacat dan tidak bercela. Itulah sebabnya, Yesus harus berkurban. Dia berjuang, sampai kematian-Nya di kayu salib. Hidup-Nya begitu berkualitas, sehingga layak menjadi kurban penghapus dosa. Sama seperti domba yang dikurbankan untuk menghapus dosa, harus darah dari domba yang tidak bercacat dan tidak bercela.

Jadi, bukan sekadar nyawa yang dipersembahkan untuk menggantikan kita, tapi nyawa dari Pribadi yang Agung, yang Mulia. Di dunia ini ada orang yang rela menyerahkan nyawanya untuk orang lain. Tetapi, kita tidak perlu memperhatikan bagaimana kualitas hidup orang tersebut. Sedangkan Yesus memberikan nyawa-Nya dengan kualitas yang sempurna. Maka barulah bisa terjadi penebusan dosa. Lebih mahal, lebih agung dari apa yang kita duga. Mari kita memikirkan hal ini, bahwa pengampunan dosa yang disediakan Allah Bapa bagi kita melalui kurban Tuhan Yesus, mahal; sangat mahal. Dari pihak Bapa, Dia kehilangan Anak Kesayangan-Nya waktu mengutus Yesus menjadi manusia. Dari pihak Yesus, Ia harus berjuang memiliki hidup, sampai pada kesempurnaan (Ibr. 5:7-9), baru Dia bisa menjadi kurban, bagai anak domba yang tidak bercacat dan tidak bercela.

Kita harus menghargai hal ini. Jangan karena kita sudah terlalu fasih, terlalu akrab di bibir kita dan telinga kita mengenai pengampunan, penghapusan dosa, sampai kita tidak menghayati lagi betapa mahal harga pengurbanan Yesus ini sebenarnya. Jadi, bukan tanpa alasan kalau Tuhan Yesus menghendaki Perjamuan Kudus terus dilakukan, karena ini adalah inti dari keselamatan. Kita harus selalu mengingat kurban Tuhan Yesus. “Setiap kali kamu makan roti ini dan minum anggur ini,” kata Tuhan, “kamu mengingat pengorbanan-Ku.” Kalau kita menganggap murahan hal pengampunan dosa ini, berarti kita tidak akan memberikan respons yang sepatutnya terhadap Allah yang hidup; kita tidak menghormati Allah. Kita tidak memperlakukan Allah secara patut, dan tidak memedulikan perasaan-Nya. Tetapi, kalau kita menghargai kurban Tuhan Yesus Kristus, dan menghayati terus-menerus betapa mahalnya harga pengurbanan itu, maka kita akan bersikap pantas kepada Tuhan, kita menghormati-Nya. Kita memedulikan perasaan-Nya; perasaan Bapa yang memberikan Putra Tunggal Kesayangan-Nya, yang tak ternilai.

Dan kita akan menjunjung tinggi apa yang dikatakan Tuhan, “Jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang.” Seperti perempuan yang didapati berzina di Yohanes 8:1-11, di mana orang-orang mau melempari dia dengan batu. Namun, Yesus berkata kepada mereka, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Kalau kita bayangkan menjadi wanita ini, dipermalukan di depan umum dan akan dilempari batu, yang bisa membuatnya mati. Ini kondisi yang sangat krisis dan kritis. Tetapi, Tuhan Yesus menyelamatkan wanita ini. Lalu kata Yesus kepada perempuan itu, “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”

Penghargaan kita kepada kurban Tuhan Yesus, tentu bukan hanya dengan perasaan melankolis. Penghargaan kita kepada kurban Tuhan Yesus yang sepatutnya dan semestinya adalah tidak berbuat dosa lagi. Dalam segala hal, yang kita lakukan tepat. Setelah kita menjadi anak-anak Allah, maka Bapa akan mendidik kita, agar kita bukan hanya berstatus anak-anak Allah, tetapi berkeberadaan sebagai anak-anak Allah. Dan Yesus adalah modelnya. Ini harga mati yang tidak bisa ditawar. Menjadi anak-anak Allah harus berkeberadaan seperti Yesus. Ironis, harga mati ini seakan-akan bisa ditawar, lalu terjadi kompromi. Sehingga kekristenan menjadi murahan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

PENGHARGAAN KITA KEPADA KURBAN TUHAN YESUS YANG SEPATUTNYA DAN SEMESTINYA ADALAH TIDAK BERBUAT DOSA LAGI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 April 2023
2023-04-09 10:06:06

1 Samuel 9-12

Card image
Truth Kids 08 April 2023 - MEMADAMKAN KEMARAHAN
2023-04-08 10:20:18


1 Petrus 4:7
“Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.”

Sobat Kids, pernahkah kalian melihat berita kebakaran? Kobaran api yang sangat besar membakar habis benda-benda di dekatnya. Kobaran api itu bisa menghancurkan rumah dan melukai manusia yang ada di dalamnya. Petugas pemadam kebakaran dibutuhkan untuk memadamkan api tersebut.

Tahu tidak Sobat Kids? Kobaran api yang besar itu dimulai dari percikan api yang kecil. Wah, tidak disangka, ya, dari api kecil bisa menjadi api sangat besar. Begitu juga dengan rasa marah, jika kita tidak segera mengatasinya maka kemarahan itu dapat semakin besar. Kemarahan bisa menghancurkan diri kita dan orang-orang di sekitar kita.

Rasa marah yang terus menerus membuat kita tidak bisa tenang untuk berdoa. Tanpa kita sadari kita akan berlaku atau berkata kasar kepada orang lain. Suasana pun menjadi tidak nyaman saat marah-marah. Jika saat ini Sobat Kids menyimpan kemarahan, berdoalah meminta tolong agar Roh Kudus memberi kekuatan bagi kalian. Sehingga kalian bisa memadamkan kemarahan. Tuhan pasti akan menolong kalian.

Card image
Truth Junior 08 April 2023 - PENGUASAAN DIRI
2023-04-08 10:16:08


1 Petrus 4:7
“Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.”

Sepulang sekolah, Doni berjalan menuju rumah bersama dengan teman-temannya. Di depan sekolah, mereka membeli makanan, kemudian melanjutkan perjalanan ke rumah. Mereka pun berjalan sambil memakan makanan yang mereka beli tadi. Tiba-tiba dari belakang, ada teman Doni yang bernama Beni, mengagetkan mereka yang sedang makan sehingga makanan Doni pun terjatuh. Kata Doni yang tampak kesal dengan Beni, “Gimana sih, kamu, Beni? Lihat, itu makananku jatuh gara-gara kamu mengagetkanku! “Maaf Doni, aku tidak sengaja!” jawab Beni. Sahut Doni, “Pergi sana, Beni. Kami gak mau berteman sama kamu lagi.” Teman-teman yang bersama Doni pun ikut mengusir dan tidak mau berteman lagi dengan Beni.

Dari cerita di atas, kita diingatkan lagi dengan renungan yang kemarin. Marah tidak boleh sampai kita menyakiti orang lain. Tetapi yang dilakukan oleh Doni itu sudah menyakiti hati Beni. Padahal, Beni sudah meminta maaf atas kesalahan yang ia lakukan. Ternyata Doni tidak mau memaafkan dan menghukum Beni dengan tidak mau menjadi temannya lagi. Hal tersebut berarti Doni belum dapat menguasai dirinya, Sobat Junior. Supaya kita bisa menguasai diri ketika marah kepada orang lain, kita harus tenang. Bagaimana caranya? Kita bisa mencoba menarik nafas dalam dan membuangnya perlahan-lahan, sambil berdoa dalam hati meminta pimpinan Roh Kudus. Karena dengan pimpinan Roh Kudus, kita dapat menguasai diri kita ketika marah, supaya kita tidak berbuat dosa seperti pesan renungan kemarin. Meskipun tidak mudah, kita harus tetap belajar dan jangan menyerah untuk mempraktikkannya, ya.

Card image
Truth Youth 08 April 2023 (English Version) - STRENGTHEN YOUR HEART
2023-04-08 10:12:03


”These things I have spoken unto you, that in me ye might have peace. In the world ye shall have tribulation: but be of good cheer; I have overcome the world." (John 16:33)

Before the Lord Jesus carried out His mission to suffer and die on the cross to atone for the sins of mankind, the Lord Jesus advised His disciples that they would face various sufferings because they were disciples of the Lord Jesus. However, the Lord Jesus also promised them the Holy Spirit who would be with them (John 16:5-15), and also advised them to keep their hearts strong in Him (John 16:33).

The message of the Lord Jesus for His disciples is also His message for us believers today. Indeed, we no longer suffer as in the early church age as did the disciples of the Lord Jesus at that time. However, we must remember that we are in an age when the world's influences are getting more and more sinister and stronger, which can easily drag us into destruction.

Because the world's influence is so evil, we cannot face it alone. We need God to deal with it. God says, so that we strengthen our hearts. By strengthening our hearts, we strengthen our faith, surrender to God, and hold on to His strength. In other words, we do not rely on our own strength when facing the world's increasingly evil influences.

Facing an evil world, we will definitely suffer. Maybe we are not suffering physically, but mentally. We have to face various storms of trials which are definitely not easy. However, we must believe and strengthen our hearts, that the Lord Jesus has power over this world, and also has power over our lives. Remember, don't rely on our strength, but always rely on God in our lives.

WHAT TO DO:
1. Pray to God to strengthen our faith and our hearts
2. Have principles within us to continue to rely on God

BIBLE MARATHONS:
▪︎ Joshua 11-13

Card image
Truth Youth 08 April 2023 - KUATKANLAH HATIMU
2023-04-08 10:08:17


"Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." (Yohanes 16:33)

Sebelum Tuhan Yesus melaksanakan tugas-Nya untuk menderita dan wafat di atas kayu salib untuk menebus dosa-dosa umat manusia, Tuhan Yesus berpesan kepada murid-murid-Nya, bahwa mereka akan menghadapi berbagai penderitaan oleh karena mereka adalah murid-murid Tuhan Yesus. Namun, Tuhan Yesus juga menjanjikan mereka Roh Kudus yang akan menyertai mereka (Yohanes 16:5-15), dan juga berpesan agar hati mereka tetap kuat di dalam-Nya (Yohanes 16:33). Pesan Tuhan Yesus bagi murid-murid-Nya adalah pesan-Nya juga bagi kita orang percaya di zaman ini. Memang, kita sudah tidak menderita lagi seperti pada zaman gereja mula-mula seperti yang dialami murid-murid Tuhan Yesus pada saat itu. Namun, kita harus ingat bahwa kita berada di zaman di mana dunia pengaruhnya semakin jahat dan semakin kuat, yang dapat dengan mudahnya menarik kita ke dalam kebinasaan.

Karena begitu jahatnya pengaruh dunia, kita tidak bisa dengan sendirian menghadapinya. Kita perlu Tuhan untuk menghadapinya. Tuhan berfirman, supaya kita menguatkan hati kita. Dengan menguatkan hati berarti kita meneguhkan iman kita, berserah kepada Tuhan, dan berpegang pada kekuatan-Nya. Dengan kata lain, kita tidak mengandalkan kekuatan kita sendiri ketika menghadapi pengaruh dunia yang semakin jahat.

Menghadapi dunia yang jahat, pastinya kita akan menderita. Mungkin kita tidak menderita secara fisik, tetapi batin kita. Kita harus menghadapi berbagai badai cobaan yang pastinya tidaklah mudah. Namun, kita harus percaya dan menguatkan hati kita, bahwa Tuhan Yesus berkuasa atas dunia ini, dan juga berkuasa atas hidup kita. Ingat, jangan andalkan kekuatan kita, tetapi andalkan selalu Tuhan dalam hidup kita.

WHAT TO DO:
1. Berdoa kepada Tuhan untuk meneguhkan iman dan hati kita
2. Miliki prinsip di dalam diri kita supaya terus mengandalkan Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yosua 11-13

Card image
Renungan Pagi - 08 April 2023
2023-04-08 10:03:08


Ketika darah-Nya tertumpah, ketika tubuh-Nya terpecah, maka meterai perjanjian diselesaikan; sebelum Yesus menyerahkan nyawa-Nya, dengan tegas Dia berkata: SUDAH SELESAI, artinya bahwa segala janji-janji Allah telah dimeteraikan dengan darah-Nya. "Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai". Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya".

Karena itu, saat hari ini kita mengenang kematian-Nya, pengorbanan terbesar yang dilakukan Tuhan untuk membebaskan hidup kita dari dosa dan hukum maut, jangan cuma sedih mengenang peristiwa itu. Perlu pertobatan sungguh-sungguh meninggalkan segala dosa-dosa kita, berjuang hidup suci, itu berarti kita benar-benar menghargai pengorbanan-Nya di atas kayu salib.
(Yohanes 19:30)

Card image
Quote Of The Day - 08 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-08 09:59:16


Teladan Kristus yang mati untuk kita, kaum pendosa, mengajar kita bahwa kita harus memikul salib, yang dipanggulkan pada bahu semua orang yang mengaku sebagai pengikut-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 08 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-08 09:56:57


Manakala seseorang terpanggil menjadi orang percaya yang kemudian menyandang panggilan sebagai orang Kristen, maka ia harus ada dalam proses penyempurnaan menuju orang yang berperilaku seperti Tuhan Yesus.

Card image
FEEL SATISFIED - 08 April 2023 (English Version)
2023-04-08 09:55:09


The phrase “It is finished” can also mean that the tasks God has assigned us each day must be done. There are God’s long-term plans that we must accomplish, but there are also short-term ones, even very short as in day-by-day plans. We honour God as we complete each task. Yet, many believers are deceived by the power of darkness. They focus their attention on things that God has not assigned them to do – their need for a spouse, their childless marriage, their unpaid debts, their wedding plan, or their intent to relocate. They are so focused on these issues that they feel the need to finish these first to satisfy themselves. These people do not honour God.

A person should only be satisfied when they have finished all their business with God. God is sovereign. Thus, the only business we must complete is our business with God. Other business is not as crucial. When a patient refuses to follow their doctor’s instructions – when and how often they need to take their medicine, changes required in their diets, or the amount and type of exercises they need to do, etc. – it will be impossible for the patient to recover from their illness. So it is with us who are instructed to pray, yet refuse to do it.

Only God is sovereign. Although we should not be worried about other businesses, it doesn’t mean we can neglect our responsibilities. Yet, all our business with God, should be dealt with conclusively. This is usually done at the close of the day. However, as we mature, we can resolve it as it happens. Once we realise we have sin against Him, we should immediately ask Him to forgive us.  It is done. It is finished. Only then, we will be ready to die anytime. We can never negotiate our time of death. Therefore, we must always resolve all our business with God.

The forgiveness God has given us should compel us to shun the same sins. Therefore, we must understand that God forgives us not only to cleanse us, but also to transform us. Not only being cleansed, but holiness also conveys the idea of having the potential to always be in line with the mind of God. We should regard each pardon we plead from God, and which God forgives, as an onus to cease from displeasing Him in the same manner. Confessions, when not accompanied by the intention to forsake sins, will harass, belittle, and dishonour His holiness.

When attending a church service, many Christians observe the rite of confession and absolution only as a part of Christian traditions. They would dutifully repeat after the priest, saying, “We confess that we have sinned and committed acts that are not in accordance with Your word.” Yet their confessions do not outline their sins specifically. Then the priest would recite The Message of the Forgiveness of Sins, proclaiming, “Though your sins are like scarlet, they shall be as white as snow; though they are red like crimson, they shall be as wool.” Then the congregation responded, saying, “Amen, Amen.”  And they assume that all their sins are forgiven, that it is finished. Yet, comes Monday and these Christians will repeat their wicked acts over and over again throughout the week. These people do not resolve their sins.

One of the widely misunderstood theological notions is that “Jesus took our sins away and justified us.” This notion, when combined with another commonly misunderstood one that states, “We are saved, not because of our good works”, have misled many Christians. God, however, intends for us to confess our wrongdoings in detail, for example, “Lord, forgive me for buying this thing that I don’t really need.” or “Lord, I was supposed to spend my morning in prayer, instead of watching that TV series. Please forgive me, Lord.” 

If we desire to be spotless and without blemish, then we must deem God as our only joy. When we resolve our sins, then we commit ourselves to not repeat them. Don’t ask forgiveness when we are uncommitted to stop. This offends God. As an example, when our heart is filled with hatred and we wish to retaliate, we need to ask God, “Lord, forgive me. I hate him. Forgive my hatred for him.” Then, we must let go of our hatred towards the person, otherwise we will offend God. If we are unable to let go, we must honestly say, “Lord, I can’t let go of this hatred. Please forgive me, Lord; I responded negatively to him. My attitude was wrong. Please forgive me, not only was my action wrong, but I was also immature. Please forgive me.” The Holy Spirit will guide us later. At that time, above all, we know that “It is finished.” God has prepared for us tasks to complete. He will put people into our lives, the “Lazaruses” for us to support. If we are faithful in helping those who only need little support, God will entrust us with people who need greater support. God will say, “What you did to your brother who needs help, you did to Me.” Don’t take this for granted. Most importantly, we must direct our lives to resolve all affairs with God, to whom we will give account of our lives. God understands our weaknesses, but we must strive for holiness. Strive, and He will guide us.  

ESSENTIALLY, ONE CAN ONLY FEEL SATISFIED WHEN THEY HAVE RESOLVED ALL THEIR LIFE AFFAIRS WITH GOD.

Card image
MERASA PUAS - 08 April 2023
2023-04-08 10:25:36


Kalimat “sudah selesai” juga berarti bahwa setiap hari tugas yang Tuhan berikan, kita penuhi. Pasti ada tugas, ada bagian. Memang ada rancangan Allah yang harus dipenuhi dalam jangka panjang, tetapi ada rencana jangka pendek, dan sangat pendek yang harus selesai day by day. Itu adalah tindakan menghormati Tuhan. Banyak orang terbalik. Ini karena penyesatan dan penipuan dari kuasa gelap. Masih merasa menggantung (belum selesai) karena belum punya jodoh, belum punya anak, utang belum terbayar, masih bingung dengan rencana mau menikah, atau mau pindah rumah. Rasanya itu hal yang mutlak harus selesai. Kalau itu sudah selesai, barulah ia merasa puas. Sejatinya, orang seperti ini tidak menghormati Tuhan.

Mestinya seseorang merasa puas, kalau dia sudah selesai dengan Tuhan. Yang lain belum selesai, tidak masalah. Sebab tidak ada yang mutlak, kecuali Tuhan. Tetapi yang harus selesai, urusan kita dengan Tuhan. Seperti seorang pasien, tidak akan pernah mengalami perubahan, kalau ia tidak berperan mematuhi anjuran dokter. Dikasih obat, harus diminum tiga kali sehari, dia minum tiga kali sebulan. Tidak boleh makan lemak, masih makan lemak. Disuruh olah raga 30 menit jalan kaki supaya tidak stroke, tidak dilakukannya. Maka jangan berharap bisa sembuh, membaik saja tidak. Demikian juga dengan kita. Disuruh berdoa, tidak berdoa.

Tidak ada yang mutlak selain Tuhan. Yang lain masih mengganjal, tidak masalah. Namun bukan berarti kita boleh lari dari tanggung jawab. Biasanya malam hari sebelum tidur, kita selesaikan dengan Tuhan. Tetapi lambat laun nanti, setiap saat kita sudah selesai. Saat kita berbuat salah, kita minta ampun. Selesai. Jadi kalau meninggal di saat itu, kita sudah siap. Kita tidak bisa bilang kepada Tuhan, “Ya, Tuhan, tolong jangan aku meninggal dunia hari ini. Besok pagi saja, atau nanti malam setelah saya berdoa, baru Tuhan cabut nyawaku,” tidak bisa. Maka kita harus selesai dengan Tuhan.

Pengampunan yang Tuhan berikan harus membuat kita takut akan Allah jika melakukan kesalahan itu lagi. Maka, kita harus memiliki pemahaman bahwa pengampunan diberikan agar kita mengalami perubahan, bukan sekadar menghapus dosa. Kesucian itu bukan hanya berarti bersih; kesucian memuat pengertian potensi untuk bertindak selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Mestinya permintaan ampun yang kita sampaikan kepada Tuhan, dan pengampunan dosa yang Tuhan berikan, itu menjadi beban. Beban untuk tidak melakukan hal yang sama yang melukai hati-Nya. Kalau pengampunan yang kita minta kepada Tuhan tidak disertai dengan sikap meninggalkan dosa berarti kita melecehkan, merendahkan, dan tidak menghormati kesucian-Nya.

Banyak orang Kristen yang kalau ke gereja lalu ada liturgi pengakuan dosa, hanya mengikuti pendeta yang mengatakan, “Kami telah berbuat dosa dan melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan firman-Mu. Kami mengaku.” Tanpa ada penjelasan dosa yang mana. Lalu setelah itu, “berita pengampunan dosa.” Pendeta berkata, “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan dijadikan putih seperti salju. Hitam seperti kesumba, dijadikan putih seperti bulu domba.” Disambut oleh jemaat dengan, “Amin… amin…” Selesai, sudah diampuni. Padahal hari Senin, dia mabuk lagi, judi lagi, berulang lagi kejahatannya. Jadi, permintaan ampun pun tidak spesifik mempersoalkan kesalahan apa yang dilakukan.

Konsep teologi yang salah bahwa “Yesus mengambil dosa kita dan membenarkan kita.” Kalimat itu sebenarnya tidak salah, tetapi pengertiannya yang salah. Lalu, “Kita diselamatkan bukan karena perbuatan baik,” sudah. Lengkaplah sudah kebodohan itu. Setiap kesalahan, sekecil apa pun, kita harus sebutkan. Memang unik juga, kita seperti kanak-kanak. Tidak bisa dijelaskan ke orang, hanya bisa dijelaskan kepada Tuhan. Sampai hal kecil (detail) kita akui, “Tuhan, mestinya aku belum perlu beli barang ini.” Atau “Mestinya aku menyediakan waktu untuk berdoa, bukan untuk itu. Tadi aku kebablasan nonton. Ampuni aku, Tuhan.”

Kalau kita mau benar-benar bersih, sampai nanti kita benar-benar baru bisa menjadikan Tuhan itu kebahagiaan. Kalau kita mempersoalkan dosa, itu berarti mempersoalkan untuk tidak mengulanginya. Jangan minta ampun atas kesalahan yang masih kita lakukan, sebab itu menghina Tuhan. Misalnya kita dendam dan benci kepada seseorang, kita berkata, “Tuhan, ampuni, aku benci dia. Ampunilah atas kebencianku ini.” Tetapi, kalau kita tidak membuang kebencian itu, kita juga tidak menghormati Tuhan. Kalau belum bisa membuang kebencian itu, kita harus jujur berkata, “Tuhan, aku belum bisa membuang kebencian ini. Aku minta ampun, Tuhan, atas perasaanku yang negatif, sikapku yang salah. Ampunilah aku. Bukan hanya perbuatanku yang salah, tapi ketidakmatanganku. Ampuni aku.” Roh Kudus nanti akan mengajar kita. Yang penting, kita bisa berkata, “sudah selesai.”

Ada tugas-tugas yang Tuhan berikan kepada kita. Tuhan akan kirim Lazarus-Lazarus yang harus kita topang. Kalau kita bisa menopang ‘Lazarus-Lazarus kecil,’ maka Tuhan akan memercayakan kepada kita ‘Lazarus-Lazarus besar.’ Tuhan akan berkata, “Apa yang kau lakukan terhadap saudaramu yang membutuhkan pertolongan, itu perbuatanmu kepada-Ku.” Jangan anggap remeh hal ini. Yang paling prinsip; urusan kita dengan Tuhan. Yang kepada-Nya kita akan mempertanggungjawabkan hidup kita. Mestinya inilah yang menjadi fokus hidup kita. Tuhan tahu kelemahan kita, tetapi berjuanglah. Berjuanglah, Tuhan akan tuntun kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEJATINYA, SESEORANG MERASA PUAS, KALAU DIA SUDAH SELESAI DENGAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 April 2023
2023-04-08 09:40:11

1 Samuel 4-8

Card image
Truth Kids 07 April 2023 - MARAH TAPI JANGAN BERDOSA
2023-04-07 10:19:56


Amsal 22:24
“Jangan berteman dengan orang yang lekas gusar, jangan bergaul dengan seorang pemarah,”

Sobat Kids, kemarin kita sudah belajar bersama, marah bukanlah suatu dosa asalkan ada alasan yang benar. Di dalam Alkitab kita juga bisa membaca kalau Tuhan Yesus menunjukkan perasaan-Nya, termasuk perasaan negatif. Sama seperti Tuhan Yesus, kita juga tentu memiliki perasaan negatif dalam diri kita.

Namun, Sobat Kids, perasaan negatif kita tidak boleh berlebihan. Saat perasaan negatif menguasai diri, maka kita dapat mudah melakukan dosa. Ketika Tuhan Yesus menyatakan perasaan negatif-Nya, Ia tidak menyakiti orang lain ataupun berbuat dosa kepada Allah. Tanpa pimpinan Roh Kudus, perasaan negatif akan menjadi dosa.

Misalnya ketika marah, kita menyakiti orang lain lewat perkataan yang kasar. Hal ini tidaklah benar dan berdosa. Karena itu, yuk kita belajar agar dapat mengendalikan perasaan negatif kita. Sehingga kita boleh hidup benar, tidak berdosa di hadapan Allah.

Card image
Truth Junior 07 April 2023 - BOLEH MARAH, GAK SIH?
2023-04-07 10:17:10


Mazmur 4:5
“Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam. Sela”

Siapa yang gak pernah marah? Sobat Junior pernah marah, gak? Atau Sobat Junior itu orangnya sangat sabar, tidak suka marah-marah? Misalnya Sobat Junior dipertemukan dengan teman yang suka ganggu atau merusak mainan kesukaan kalian, kira-kira kalian marah atau tidak? Mungkin ada sedikit rasa marah sama temannya. Lalu sebenarnya, boleh gak sih, kita marah Apakah Tuhan Yesus pernah marah seperti kita?

Nah, ternyata Sobat Junior, setiap kita itu punya batas kesabaran atau ada hal-hal yang akan membuat kita marah. Perlu diingat bahwa batas kesabaran setiap orang itu berbeda-beda. Namun, apakah kita boleh marah? Kitab Injil menceritakan bahwa Tuhan Yesus pernah marah juga, loh. Tentu Tuhan Yesus marah karena ada alasannya. Ketika Tuhan Yesus pergi ke Bait Allah, Tuhan Yesus melihat di sana ada orang-orang yang berjualan binatang dan kemudian Ia mengusir mereka dari Bait Allah. Tuhan Yesus melakukan hal tersebut untuk menjaga Bait Allah dari orang-orang yang mencari keuntungan bagi diri sendiri. Mereka datang ke Bait Allah, tetapi bukan untuk beribadah. Kemarahan yang dilakukan Tuhan Yesus itu karena didasari alasan yang tepat dan ditujukan kepada orang yang melakukan dosa. Tuhan Yesus juga tidak marah terus-menerus atau menyimpan dendam kepada orang yang berbuat salah.

Lalu jika kita marah, apakah kita bisa tidak marah terus menerus pada yang berbuat salah atau tidak menyimpan dendam? Coba kita renungkan, apakah ketika kita marah, sikap kita seperti Tuhan Yesus? Jadi, ketika kita marah, kita tidak boleh menyimpan dendam dan menyakiti hati orang lain, baik dari sikap maupun dengan perkataan kita. Yuk, Sobat Junior, kita sama-sama belajar untuk tidak berbuat dosa ketika kita marah.

Card image
Truth Youth 07 April 2023 (English Version) - FEAR NOT
2023-04-07 10:13:52


”Fear thou not; for I am with thee: be not dismayed; for I am thy God: I will strengthen thee; yea, I will help thee; yea, I will uphold thee with the right hand of my righteousness. ” (Isaiah 41:10)

Feelings of fear often arise, due to several factors. It could be because we are in an unfamiliar environment, for example doing something new or being in a new place, triggering us to be afraid of the uncertainty of what will happen. The second could be due to past trauma, so there is a fear of repeating the same incident or mistake. Whatever it is, that fear arises from within ourselves. It is in situations like these that we should return to introspection and reflect on the existence of our faith as children of God. How do we respond to fear within ourselves?

One thing is certain, God will not bring us to things that are beyond our capacity, nor will He give us snakes when we ask for bread. Think about it, have we ever experienced an event that was "almost"? For example, almost fell, almost got hit, almost died, almost cheated, and almost others. But anyway it turns out that all of that is only close, meaning there is God's Hand that is always with us. One form of our fighting spirit is not letting fear overwhelm us, but fearing the right thing, namely having a feeling of fear when we are far from God, when we live a life that is not in accordance with God's Word, in situations like this we should be afraid. not to be accepted into the Kingdom of God. God does not want us to get lost in the fear that is within us and become spoiled children, which will eventually hinder our growth in spiritual maturity. God wants to educate us so that we are ready to face any situation in the future, even though it looks terrible and scary, but if we walk with God, we don't need to be afraid.

WHAT TO DO:
If today there are things that we are afraid to do, try to challenge ourselves to keep going but with God, not going alone.

BIBLE MARATHONS:
▪︎ Joshua 8-10

Card image
Truth Youth 07 April 2023 - FEAR NOT
2023-04-07 10:09:53


”Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.” (Yesaya 41:10)

Perasaan takut seringkali muncul, karena beberapa faktor. Bisa jadi karena kita berada di lingkungan yang kurang familiar, misalkan melakukan suatu hal yang baru atau berada di suatu tempat baru, memicu kita menjadi takut akan ketidakpastian apa yang akan terjadi. Yang kedua bisa jadi karena trauma masa lalu, sehingga muncul ketakutan untuk mengulangi kejadian atau kesalahan yang sama. Apa pun itu, rasa takut itu muncul dari dalam diri kita sendiri. Pada situasi-situasi seperti inilah seharusnya kita kembali introspeksi dan berefleksi terhadap keberadaan iman kita sebagai anak Tuhan. Bagaimana respons kita menghadapi ketakutan dalam diri?

Satu hal yang pasti, Tuhan tidak akan membawa kita kepada hal-hal yang di luar kapasitas kita, Ia pun tidak akan memberi kita ular saat kita minta roti. Coba renungkan, pernah gak kita mengalami suatu kejadian yang “hampir”? Misalkan hampir terjatuh, hampir tertabrak, hampir mati, hampir ditipu, dan hampir-hampir yang lain. Tapi toh ternyata semuanya itu hanya hampir, artinya ada Tangan Tuhan yang selalu menyertai kita. Salah satu bentuk fighting spirit kita adalah tidak membiarkan rasa takut menghantui kita, tapi takut pada hal yang benar, yaitu memiliki perasaan takut saat kita sudah jauh dari Tuhan, saat kita menjalani kehidupan yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan, pada situasi seperti inilah seharusnya kita takut untuk tidak diterima di Kerajaan Allah. Tuhan tidak mau membiarkan kita larut dalam ketakutan yang ada dalam diri kita dan menjadi anak-anak yang manja, yang lama kelamaan akan menghambat pertumbuhan kedewasaan rohani kita. Tuhan mau mendidik kita supaya kita siap diperhadapkan dalam situasi apa pun di kemudian hari, walaupun terlihat mengerikan dan menakutkan, tapi kalau kita berjalan bersama Tuhan, kita gak perlu takut.

WHAT TO DO:
1. Kalau hari ini ada hal-hal yang kita takut untuk lakukan, cobalah challenge diri kita untuk tetap melangkah tetapi bersama Tuhan, bukan melangkah sendiri.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yosua 8-10

Card image
Renungan Pagi - 07 April 2023
2023-04-07 10:22:41


Selain sandang, pangan dan papan yang merupakan kebutuhan pokok bagi semua manusia, ada kebutuhan lain yang tak kalah penting yaitu hubungan  (relationship).  Tuhan tidak pernah menciptakan manusia dengan tujuan supaya ia hidup sendirian dan terasing tanpa bersentuhan dengan orang lain, karena itu kita membutuhkan kehadiran orang lain untuk saling berinteraksi dan bersekutu, kata persekutuan memiliki arti dipersatukan menjadi satu, dalam kebersamaan, sekutu atau kawan sekerja.

Kita bisa disebut sebagai bagian dari suatu persekutuan dan menjadi kawan sekerja apabila memiliki kebersamaan dan mengembangkan sikap seperti yang disampaikan oleh rasul Petrus: "Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati," intinya, kasih Tuhan adalah landasan dasar terbentuknya sebuah persekutuan, sebaliknya jika tiap-tiap orang hanya memikirkan kepentingannya sendiri, egois dan tidak punya 'hati'  terhadap orang lain akan merusak dan menghancurkan sebuah persekutuan, jadi dalam suatu persekutuan tidak lagi menonjolkan  'aku', melainkan  'kita' yang harus dikedepankan. Rasul Paulus memperingatkan, "Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat."
(Roma 13:8 ; 1 Petrus 3:8)

Card image
Quote Of The Day - 07 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-07 10:00:19


Tidak ada orang yang hidupnya menjadi berkat tanpa mengorbankan diri.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 07 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-07 09:57:33


Jika kita mempelajari Injil dengan benar, maka dapat ditemui bahwa Kekristenan memiliki sifat-sifat yang tidak sama dengan agama pada umumnya.

Card image
IT IS FINISHED - 07 April 2023 (English Version)
2023-04-07 09:54:51


There is a statement from the Lord Jesus when he was on the cross, before His last breath and His surrender of His life onto His Father’s hand. “It is finished.” “It is finished.” is the statement God instructs us to conclude each day. This statement, declared both unto God and to ourselves, depicts an attitude of vigilance. It is an attitude to never leave any sins unacknowledged and unresolved. Every day we must confess our sins, so we can declare that “it is finished,” then as we close our eyes to sleep, we conclude our day with the statement “into Your hands I commit my spirit.” That day is truly over.

First, we need to acknowledge and resolve any actions, thoughts, and words that displease God. Not only we need to ask God for forgiveness, but also to commit ourselves to not repeating the sins. Not only God will forgive us, but also will renew our spirit. We must ask forgiveness, not only for our wrongdoings, but also for any aspect of our lives that are not in line with His wills – like a student who apologises not only for unsatisfactory grades, but also for not meeting the expected standard.

The problem is many people refuse to resolve their wrongdoings and leave them hanging. Unfortunately, most are not bothered by their conditions, even under the impression that their souls are safe. Their flesh and souls are unwilling to forsake the pleasures of their sinful habits. They are unable to fully commit to abandoning any habit that not only displeases God, but also hurts Him.

Our wrongdoings have been dealt with through Jesus’ death on the cross. God’s word says, “If any of you sin, come to God, who forgives your sins and forgets your mistakes.” We must have the courage to come and confess our wrongdoings. This confession has to be followed by a commitment to forsake them. Like the woman who committed adultery, yet was forgiven by God and was saved from being stoned by the Jews. The Lord Jesus told her, “Neither do I. Go and sin no more.”

We must start to conclusively deal with our sins now, otherwise we will have a stunted spiritual growth, and we will never achieve holiness as it is impossible to achieve holiness in a short time. We can liken our sinful nature as layers, which must be resolved layer by layer. We may fall into a temptation when being tempted, then we resolve our sin with God. We will be tempted again, either by the same or another desire. Yet, we must strive not to give in to these desires. If tonight were to be our last night, and tomorrow when we opened our eyes we realised that we were in Paradise, we would praise God as all our sins were already dealt with.

This is what vigilance is. Thus, the phrase “it is finished”, adopted from our Lord’s declaration, is the fruit of vigilance, as written in Matt.25:13, “Therefore keep watch, because you do not know the day or the hour.” Therefore, the only problems that must be resolved by the close of each day are our wrongdoings. Other problems, such as unpaid debts, our marital status, broken relationships, childless marriage, housing, relocation, and so on, do not need to be resolved by the end of the day. But, our unfinished business with God must be resolved. We must make this a habit, so let’s start it now.

Ideally, when we realise we have sinned against God, we must ask forgiveness, there and then. So, no minutes have passed that our sins are not dealt with. Once we sin, we should immediately pray, “Lord, forgive me.” Sometimes, at the close of the day, during our private introspection, God will remind us of our wrongdoings. Then some times in the future, God will let us be tempted by the same sinful desire, and He will warn us about it. He will let us choose whether to give in to or to refuse the temptation. He will not stop us from giving in, but He will warn us. As we mature, we have learned to say, “It is finished.” any time we are tempted – that we know, we are ready to meet with our Lord, anytime, as we have finished it well.

  AT THE END OF DAY, WE DON'T NEED TO RESOLVE ALL OUR PROBLEMS, ONLY ALL UNFINISHED BUSINESS WITH THE LORD.

Card image
SUDAH SELESAI - 07 April 2023
2023-04-07 09:50:16


Ada pernyataan Tuhan Yesus di kayu salib, sebelum Tuhan Yesus menghembuskan nafas dan menyerahkan nyawa kepada Bapa, “Sudah selesai.” Tuhan menghendaki agar kita setiap hari menyelesaikan hari hidup kita dengan kalimat: “sudah selesai.” Untuk itu, kita harus memiliki sikap berjaga-jaga. Kalimat “sudah selesai” yang kita sampaikan kepada Allah, juga kita katakan kepada diri sendiri, adalah pernyataan yang lahir dari sikap berjaga-jaga. Kebiasaan yang dulu kita lakukan adalah ketika kita menyisakan masalah kita dengan Tuhan. Setiap hari, kita harus menyelesaikan masalah kita dengan Tuhan, sehingga kita bisa berkata “sudah selesai,” lalu kita menutup mata pada malam hari, dan kita akhiri dengan kalimat “ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawaku.” Selesai sudah hari itu.

Yang pertama, yang kita selesaikan adalah apakah ada hal-hal yang kita lakukan hari ini yang tidak berkenan di hadapan Tuhan? Kita bukan hanya minta ampun atas kesalahan yang kita lakukan, tetapi juga komitmen untuk tidak mengulangi kesalahan itu. Sehingga kita bukan hanya mendapat pengampunan dari Tuhan, tetapi juga mengalami pembaruan. Dan keberadaan kita menjadi lebih baik besok. Kita harus minta ampun, selain atas kesalahan yang kita lakukan, juga atas keberadaan kita yang belum sesuai dengan kehendak Allah. Seperti seorang murid yang minta maaf atas nilai buruk, dan juga sekaligus kapasitas diri yang belum sesuai dengan apa yang guru inginkan.

Banyak orang tidak mau menyelesaikan hal itu. Jadi, masih menggantung. Ini yang menjadi masalah. Celakanya, banyak orang tidak merasa terganggu dengan keadaan seperti itu; merasa aman-aman saja. Dan ini bisa terjadi karena dia masih keberatan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan dosa yang dia lakukan, karena nikmat. Dagingnya atau jiwanya tidak rela kehilangan kenikmatan tersebut. Jadi, ia tidak memiliki komitmen yang utuh untuk meninggalkan dosa. Tidak punya komitmen untuk meninggalkan kebiasaan yang dapat bukan saja membuat hati Tuhan tidak nyaman, tetapi juga bisa melukai hati Tuhan, menyakiti hati Tuhan.

Perbuatan salah kita bisa diselesaikan karena Yesus telah mati di kayu salib. Maka firman Tuhan mengatakan, “Kalau ada di antara kamu yang berbuat dosa, datanglah kepada Tuhan yang mengampuni dosamu dan melupakan kesalahanmu.” Milikilah keberanian untuk datang mengakui kesalahan. Jika kita mengakui suatu kesalahan, harus disertai komitmen untuk meninggalkan kesalahan itu. Seperti perempuan yang berbuat dosa, yang Tuhan ampuni. Tuhan bebaskan dia dari hukum rajam batu orang-orang Yahudi. Tuhan Yesus berkata, “Aku juga tidak menghukum kamu. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi.”

Mulai saat ini kita harus melakukannya. Sebab kalau tidak mulai saat ini, kita tidak akan bertumbuh dengan baik, tidak akan pernah memiliki kesucian hidup, karena kesucian hidup tidak bisa diraih dalam satu hari, satu minggu atau satu bulan. Keadaan kodrat dosa kita ini seperti berlapis-lapis. Lapis pertama diselesaikan, yang karena ada impuls atau rangsang sehingga dia berbuat salah. Lalu ada pencobaan lain atau rangsang lain di dalam lapisan berikut. Diselesaikan, lalu berikut. Idealnya, tidak berbuat salah. Jadi, kalau malam ini adalah malam terakhir bagi kita, dan besok ketika kita membuka mata ternyata sudah ada di Firdaus, puji Tuhan karena kita sudah menyelesaikannya.

Inilah yang dimaksud bahwa kita dalam keadaan siaga. Maka kalimat “sudah selesai” yang kita pinjam dari pernyataan Tuhan adalah buah dari sikap berjaga-jaga, seperti yang ditulis dalam Matius 25:13, “Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.” Jadi, setiap hari kita harus menyelesaikan persoalan kita dengan Tuhan. Persoalan utang belum terbayar, belum punya jodoh, diputuskan pacar, belum punya anak, belum punya rumah, rencana mau menikah, mau pindah rumah, itu semua tidak perlu harus selesai pada hari itu juga, tetapi hal urusan dengan Tuhan, harus sudah selesai. Kita harus membiasakannya. Mari kita mulai melakukannya pada malam hari sebelum tidur.

Idealnya, ketika kita berbuat salah siang hari, saat itu juga kita sudah minta ampun. Jadi, tidak pernah ada dosa yang lewat beberapa menit. Begitu kita bersalah, kita langsung berkata, “Tuhan, ampuni aku.” Di malam hari, ketika kita mengoreksi diri, kadang-kadang Tuhan ingatkan kebiasaan salah atau kesalahan yang kita tidak boleh lakukan. Atau, besok Tuhan mau mengizinkan kita mengalami pencobaan, godaan, impuls rangsang dosa, Tuhan sudah ingatkan. Tuhan memang tidak bicara, “Nanti kamu akan ketemu hal ini,” tidak. Tetapi Tuhan memberikan peringatan. Dan ketika kita menghadapi pencobaan itu, Tuhan tidak mencegah kalau kita masih mau berbuat dosa. Namun, sejatinya kita sudah diingatkan Tuhan. Kata “sudah selesai” bukan diucapkan hanya malam hari saja. Ketika kita sudah dewasa, setiap saat kita sudah bisa berkata “sudah selesai.” Jadi setiap saat kita meninggal dunia, sudah selesai.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEMUA PERSOALAN HIDUP TIDAK PERLU HARUS SELESAI PADA HARI ITU JUGA, TETAPI HAL URUSAN DENGAN TUHAN, HARUS SUDAH SELESAI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 April 2023
2023-04-07 09:45:23

1 Samuel 1-3

Card image
Truth Kids 06 April 2023 - MARAH, BOLEH DONG!
2023-04-06 09:59:54



Markus 10:14
"Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: ”Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.”

Deni mengerutkan dahinya, ia merasa panas di dalam dadanya. Dug-dug-dug, detak jantung Deni menjadi cepat, nafasnya tidak beraturan. Wajahnya menjadi merah dengan mata yang serius. Deni marah.

Sobat Kids, apakah kalian juga pernah merasakan amarah seperti Deni di atas? Tahukah kalian, di Alkitab diceritakan kalau Tuhan Yesus juga pernah marah, loh. Ia marah kepada murid-murid-Nya karena mereka melarang anak-anak datang kepada-Nya. Tuhan Yesus sangat mengasihi anak-anak. Ia mau anak-anak tinggal dekat dan mendengarkan firman-Nya .

Sobat Kids, Tuhan Yesus bukan marah tanpa sebab. Ia menegur kesalahan murid-murid-Nya dan memberitahukan hal yang benar kepada mereka. Demikian juga kita, saat kita marah harus ada alasan yang tepat. Kita marah atas dasar kasih untuk menegur orang yang kita kasihi. Dengan alasan yang tepat, marah kita bukanlah sebuah dosa. Bedakan dengan marah-marah saat keinginan kita tidak dituruti ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Youth 06 April 2023 - GOD'S UNDERSTANDING
2023-04-06 09:57:41


Markus 10:14
Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: ”Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.”

Ayat firman Tuhan hari ini menjelaskan kepada kita bahwa ketika Tuhan Yesus hidup di bumi ini, Ia pernah marah. Waktu itu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka. Akan tetapi murid-murid Tuhan Yesus memarahi orang-orang itu. Melihat kejadian itu, Tuhan menjadi marah. Tuhan tidak senang dengan perbuatan murid-murid-Nya yang melarang anak-anak kecil datang mendekati-Nya. Tuhan Yesus memeluk anak-anak itu, dan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Tuhan memberkati anak-anak kecil tersebut.

Tuhan sendiri, Sang Pencipta, dapat merasakan emosi negatif. Ia menunjukkan perasaan tidak senang terhadap suatu perbuatan yang tidak tepat. Tuhan Yesus tidak berdosa saat menunjukkan emosi negatifnya karena Ia melakukan hal yang benar, dengan alasan yang benar juga.

Sobat Junior, kalian tidak akan pernah sendirian karena Tuhan juga mengerti dan pernah mengalami yang kita jalani. Kesedihan atau perasaan kesal yang kalian alami pasti bisa dilewati. Tuhan mengerti perasaan kita. Saat kalian merasakan perasaan negatif, datanglah kepada Tuhan. Ia mengerti dan merasakan juga perasaan yang kalian rasakan. Ia akan memberi penghiburan lewat Roh Kudus yang ada dalam hati kita.

Card image
Truth Youth 06 Apri 2023 (English Version) - BUILD YOUR TRUST
2023-04-06 09:53:14


”Trust in the LORD with all thine heart; And lean not unto thine own understanding. In all thy ways acknowledge him, And he shall direct thy paths.” (Proverbs 3:5-6)

Trust cannot just appear, but it needs to be built to reach a point of trust. Just like when we first became friends, it's impossible for us to immediately put our trust in a friend we just met. It is impossible for us to immediately tell or confide in many things. It definitely takes intention, process, time, and needs to be met with various kinds of situations that we can start to read whether our friend can be trusted or not. Vice versa, when people want to put their trust in us.

It's the same with our relationship with God. Our sense of trust in God needs to be built by us hanging out and interacting frequently and always being connected to God. Filling our minds with the truth of God's Word, builds our understanding of things about God and His kingdom, not just believing in words or reason. As Proverbs 3:5 notes, believe with all your heart. If we build an intense relationship with God, that trust will grow in our hearts, just like when we trust our friends, everything we do is easier and more comfortable to do. Moreover, if we fully believe in God, in whatever we do, His presence will always be present, will always bless our paths. But again, let's think about it, how far have we believed in God until this moment? Do we still often doubt God's inclusion or do we still have fear within ourselves? If so, these things can be a benchmark for us to further build our trust by building our deeper understanding of God, so that we don't only believe in fantasy but in reality we believe in God and His inclusion.

WHAT TO DO:
1. Try to do things that make us believe in God more and minimize our doubts in Him.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Joshua 5-7

Card image
Truth Youth 06 April 2023 - BUILT YOUR TRUST
2023-04-06 09:55:15


"Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu." (Amsal 3:5-6)

Rasa percaya tidak bisa muncul begitu saja, tapi perlu dibangun untuk bisa sampai pada titik percaya. Sama seperti kita awal berteman, tidak mungkin kita langsung menaruh rasa percaya kepada teman kita yang baru saja ketemu. Tidak mungkin kita langsung bisa menceritakan atau curhat mengenai banyak hal. Pasti butuh niat, proses, waktu, dan butuh untuk dipertemukan terhadap berbagai macam situasi yang kita bisa mulai membaca apakah sosok teman kita bisa dipercaya atau tidak. Begitu pun sebaliknya, saat orang mau menaruh rasa percaya kepada kita.

Sama halnya dengan hubungan kita bersama Tuhan. Rasa percaya kita terhadap Tuhan perlu dibangun dengan kita sering bergaul dan berinteraksi dan selalu terhubung dengan Tuhan. Mengisi akal pikiran kita dengan kebenaran Firman Tuhan, membangun pengertian kita terhadap hal-hal tentang Tuhan dan Kerajaan-Nya, bukan sekadar percaya di mulut atau di nalar saja. Seperti yang Amsal 3:5 catat, percayalah dengan segenap hati kita. Kalau kita membangun hubungan yang intens dengan Tuhan, rasa percaya itu akan semakin tumbuh dalam hati kita, sama seperti saat kita sudah percaya terhadap teman kita, segala hal kita lebih mudah dan nyaman untuk lakukan. Apalagi kalau kita percaya penuh kepada Tuhan, dalam hal apa pun yang kita kerjakan, penyertaan-Nya akan selalu hadir, akan selalu memberkati jalan-jalan kita. Tapi kembali lagi, coba kita renungkan, sudah sejauh apa rasa percaya kita terhadap Tuhan sampai detik ini? Apakah kita masih sering meragukan penyertaan Tuhan atau masih memiliki ketakutan dalam diri sendiri? Kalau iya, hal-hal ini bisa menjadi tolak ukur kita untuk semakin membangun rasa percaya kita dengan membangun pengertian kita lebih dalam tentang Tuhan, sehingga kita gak hanya percaya secara fantasi tapi secara nyata kita percaya terhadap Tuhan dan penyertaan-Nya.

WHAT TO DO:
1. Cobalah lakukan hal-hal yang membuat kita semakin percaya kepada Tuhan dan meminimalisir keraguan kita kepada-Nya.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yosua 5-7

Card image
Renungan Pagi - 06 April 2023
2023-04-06 09:46:20


Sebagai orang percaya, setiap kita pasti sudah memahami dan mengalami bahwa kasih Tuhan dalam hidup ini sungguh tak terukur, Rasul Paulus menggambarkan ; "betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus."

Dan dalam setiap kasih yang Tuhan nyatakan selalu ada pesan yang hendak Tuhan sampaikan yaitu supaya kita mengikuti teladan-Nya dengan menyatakan kasih kepada sesama, sebagai bukti bahwa kita mengasihi Tuhan melalui ketaatan melakukan perintah-Nya dalam hal mengasihi.

Sebab adalah sangat berbahaya jika seseorang mengatakan dirinya sangat  'rohani' dan memiliki persekutuan yang indah dengan Tuhan, jika ia sendiri memiliki banyak masalah dalam hal persekutuan dengan sesamanya, "Jikalau seorang berkata: 'Aku mengasihi Allah', dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta.

Karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya."  Jadi jika berkata mengasihi Tuhan, harus terlihat dari cara kita memperlakukan sesama, barulah benar kasih Tuhan itu ada dalam hidup kita.
(Efesus 3:18 ; 1 Yohanes 4:20)

Card image
Quote Of The Day - 06 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-06 09:54:40


Buat Tuhan nyata dalam hidup kita, berjalanlah dengan Tuhan, sebelum kita menghadap pengadilan-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 06 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-06 09:54:17


Kalau orang masih duniawi, yang kehidupannya itu masih kehidupan makan minum, pakaian; dia belum bisa mengatakan, “kuperlu Tuhan lebih dari darah dan nyawaku.”

Card image
ON THE VERGE OF DEATH - 06 April 2023 (English Version)
2023-04-06 09:35:27



One day, every person will come into a situation where they need nothing and no one but God. At that time, they will plead with God, “I need You, O God!” However, a person who only realises this need on their verge of death will never hold God. One day, all people will realise they only need God, no one and nothing else. As the rich man told in Luke chapter 16, who feasted everyday, was dressed in purple and fine linen, and merrily enjoyed a luxurious life. There came a time when he realised that he needed nothing but the water that could quench his soul, that is God, the living water. In Ps. 42, “As the deer pants for streams of water,”, the psalmist likened himself as a deer who pants for God, the streams of living water.

As we know, the God mentioned here is Elohim Yahweh. For a deer, water is not an option; it is indispensable for its existence.  Similarly, people should be aware of their needs for God throughout their lifetime, otherwise they will lose the opportunity to reconcile with God. Truly, people who are indifferent of their needs for God are cunning and deceitful. Given the opportunity, they refuse to esteem and honour God. They desire and treasure other things. In their interaction with God, they use God as a means to achieve their own worldly desires. God is not their Lord and Master, but only a means to an end.

Many people, even believers, have gone astray. They are never thirsty for God alone. Their mouths may declare, “As the deer pants for streams of water,” yet their souls are not genuinely thirsty for God. Indeed, the power of darkness is at work, trying to lure us into betraying God, which is manifested in our desires of others. We should be grateful if we are aware of these works of the power of darkness, when we are aware of our soul’s corrupted desires, molded from our early lives to desire the world. We should even be more grateful if we can allow ourselves to be processed by God, as the psalmist did  in Psalm 73 when he went through sorrows and sufferings. 

At the end of the chapter, he said, “Whom have I in heaven but You? And earth has nothing I desire besides You.” In other words, he declared that, “In the end, I will have nothing butGod. Then, whilst on earth, I will discipline myself to forsake everything and hold onto God alone.” Truly, one cannot hold onto God when they do not forsake others. Forsaking others may or may not require us to donate all our money to a church or a charity, but it essentially denotes our ability to accept and acknowledge that all our wealth and all our possession belongs to God. We do not put our hope on worldly riches, but we acknowledge that God, and God alone, can bring us peace and joy. Only then, we will be content with what is given us.

It is an infirmity when our soul’s desires are founded on the world. The problem lies not on the worldly objects themselves (eg. cars, designer handbags, houses, and others), but on the attitude of our hearts. People who do not desire God on earth, will never desire Him in eternity. God will only welcome those who have desire, long for, and thirst for Him throughout his time on earth. We are deceitful when we seek Him only in time of need, yet disregard Him in times of calm. However, God will put us through hardships and storms to call us back to Himself – that we sincerely seek Him regardless of His answer to our struggles.

Don’t stop seeking God so our souls will be whole, their longing is transformed. Therefore, listen to the pure Word of God and provide the time to encounter God every day. He is the living God who can be found. The Bible says, “Taste.” It implies that we can discern God. So, taste Him. Pray when it is early, when the mind is clear and sharp, and the body is refreshed. We get up early, we worship God and pray. Little by little, the longing of our souls will be transformed.

WHEN A PERSON IS AWARE OF THEIR NEED FOR GOD BUT ONLY WHEN THEY ARE ON THE VERGE OF DEATH, THEY CAN NEVER HOLD HIM AS THEY HAVE LOST THE OPPORTUNITY TO TRULY RESPECT AND HONOUR GOD.

Card image
DI UJUNG MAUT - 06 April 2023
2023-04-06 09:31:36


Suatu saat, orang dibawa kepada suatu keadaan bahwa tidak ada yang dia butuhkan kecuali Tuhan, dan pada saat itu dia akan berkata, “Aku membutuhkan Engkau, Tuhan.” Jika seseorang sadar bahwa ia membutuhkan Tuhan hanya ketika ada di ujung maut, sejatinya ia tidak akan pernah memiliki Tuhan. Suatu saat nanti orang akan menyadari bahwa ternyata yang dibutuhkan hanya Tuhan. Ia tidak membutuhkan siapa pun dan tidak membutuhkan apa pun, dia hanya membutuhkan Tuhan. Seperti orang kaya di Lukas 16:19-31, yang Alkitab katakan setiap hari dia berpesta, berpakaian jubah ungu dan kain halus, bersuka ria dalam kemewahan. Suatu saat, dia menyadari bahwa tidak ada yang dia butuhkan kecuali air yang dapat memuaskan dahaga jiwanya. Dan ternyata air itu, bukan air mineral. Yang dibutuhkannya adalah Tuhan; air kehidupan. Kalau pemazmur mengatakan di Mazmur 42:2, “Seperti rusa merindukan sungai yang berair,” maksudnya dirinya seperti rusa, dan sungai yang berair itu adalah Tuhan.

Tentu dalam konteks Perjanjian Lama, maksudnya adalah Elohim Yahweh. Bagi rusa, air bukan suplemen atau tambahan. Bagi rusa, air adalah seluruh kehidupannya; nyawanya. Mestinya orang menyadari hal itu sejak hidup, sebab kalau menyadari atau sadar setelah di ujung maut artinya dia tidak memiliki kesempatan lagi untuk rekonsiliasi dengan Tuhan. Sejatinya, orang-orang seperti ini licik, curang. Pada waktu memiliki kesempatan, ia tidak sungguh-sungguh menghargai dan menghormati Tuhan. Dia lebih menghargai dan menghormati yang lain. Kalaupun berurusan dengan Tuhan, maka Tuhan hanya menjadi alat untuk meraih apa yang dia pandang menjadi kesukaan dan kebahagiaan. Tuhan bukannya menjadi Tuan dan Majikan; Tuhan dijadikan alat untuk meraih apa yang menjadi kesenangannya.

Jujur saja, jiwa kita sudah banyak yang sesat. Sebagian besar orang percaya, jiwanya sudah sesat. Kehausannya tidak pada Tuhan secara penuh. Mereka bisa berkata, “Seperti rusa merindukan sungai yang mengalir atau sungai yang berair,” tetapi sebenarnya jiwanya belum sungguh-sungguh haus. Memang manuver kuasa kegelapan kadang-kadang membuat kita mengingini, haus kepada sesuatu yang bukan Tuhan. Dan itu adalah gejala kita mengkhianati Tuhan. Bersyukur kita menyadari pada waktu kita sedang diarahkan kuasa kegelapan untuk haus dan mengingini yang lain tersebut. Sadari bahwa selera jiwa kita sudah rusak. Terbentuk dari kecil, terbentuk dari kanak-kanak, untuk mengingini dunia. Syukur kalau kita memberi diri diproses oleh Tuhan, seperti pemazmur di Mazmur 73, bagaimana dia mengalami kehidupan yang begitu menderita.

Tetapi di akhir pasal itu, pemazmur mengatakan, “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi.” Kalau bisa diuraikan, pemazmur mengatakan bahwa “Pada akhirnya, tidak ada yang dapat kumiliki selain Tuhan. Maka, sejak di bumi aku belajar untuk melepaskan semuanya dan memiliki Tuhan.” Memang, orang tak dapat memiliki Tuhan kalau ia tidak melepaskan semuanya. Melepaskan semuanya bukan berarti memberikan semua uang untuk gereja atau yayasan sosial. Malah itu bisa salah. Tetapi kita bisa mengerti, dan mengakui bahwa seluruh harta, seluruh milik kita itu milik Tuhan. Kita tidak berharap apa yang ada pada kita bisa membahagiakan kita, kecuali Tuhan menjadi kebahagiaan kita. Lalu apa pun yang kita miliki, bisa membahagiakan kita. Kalau kita memiliki Tuhan dan tidak mengharapkan kebahagiaan pada apa pun dan siapa pun selain Tuhan, maka apa pun yang ada pada kita, seberapa pun—akan membuat kita merasa cukup.

Ketika selera jiwa kita tertumpu pada dunia, berarti kita sakit. Salahnya bukan pada mobil, tas mahal, rumah, melainkan pada sikap hati. Orang yang tidak mengingini Tuhan sejak hidup di bumi, tidak akan pernah diperkenan mengingini Tuhan di kekekalan. Kalau sejak di bumi kita mengingini Tuhan, kita merindukan Tuhan, kita haus akan Dia, maka waktu kita menutup mata, Tuhan menyambut kita. Jangan curang; kalau lagi banyak masalah, mencari Tuhan. Kalau tidak ada masalah, tidak mencari Tuhan. Jadi ketika Tuhan membawa kita kepada badai, pada persoalan, kita mencari Tuhan, sebenarnya Tuhan panggil kita lewat masalah itu. Jadi, kalau kita datang kepada Tuhan, bukan sekadar supaya masalah kita selesai. Tetapi karena kita mau menemukan Tuhan. Walaupun masalah belum selesai, tetapi kita menemukan Tuhan.

Jangan berhenti mencari Tuhan. Untuk kesembuhan jiwa kita, perubahan selera jiwa kita. Karenanya, dengarkan Firman yang murni, beri waktu setiap hari menghadap Tuhan. Dia Allah yang hidup, yang bisa ditemui. Alkitab berkata, “kecaplah,” berarti Tuhan bisa dirasakan. Kecaplah Tuhan. Berdoalah pada pagi hari, ketika pikiran masih fresh, dan fisik dalam kondisi prima. Kita bangun pagi, kita menyembah Tuhan dan berdoa. Tanpa kita sadari, selera jiwa kita akan berubah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JIKA SESEORANG SADAR BAHWA IA MEMBUTUHKAN TUHAN HANYA KETIKA ADA DI UJUNG MAUT, SEJATINYA IA TIDAK AKAN PERNAH MEMILIKI TUHAN, KARENA PADA WAKTU MEMILIKI KESEMPATAN, IA TIDAK SUNGGUH-SUNGGUH MENGHARGAI DAN MENGHORMATI TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 April 2023
2023-04-06 09:26:45

Ruth 1-4

Card image
Truth Kids 05 April 2023 - SEDIH, NGGAK BOLEH?
2023-04-05 09:46:49


Markus 14:34
lalu kata-Nya kepada mereka: “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah.”

Sobat Kids, Tuhan Yesus pernah merasa sedih, loh! Sesaat sebelum ditangkap, Tuhan Yesus pergi bersama murid-murid-Nya ke taman Getsemani untuk berdoa. Ia berkata kepada murid-murid-Nya bahwa Ia merasa sangat sedih. Tuhan Yesus dapat merasakan penderitaan yang sebentar lagi akan Ia alami, sehingga Ia berdoa kepada Allah. Ia mencurahkan perasaan-Nya di hadapan Allah.

Nah, Sobat Kids, kita juga bisa mencurahkan perasaan kita di hadapan Allah. Perasaan sedih sering kali dianggap sebagai perasaan yang kurang baik. Padahal, merasa sedih hanyalah bagian dari emosi, bukan dosa. Tidak salah jika kita bersedih ataupun menangis karena suatu hal. Tetapi jangan lama-lama, ya, Sobat Kids. Harus ada alasan yang jelas saat kita merasa sedih dan menangis. Tidak boleh terus-menerus selalu berada dalam keadaan sedih. Kita bawa dan ceritakan perasaan sedih di hadapan Tuhan sehingga kita merasa tidak sedih lagi.

Card image
Truth Junior 05 April 2023 - LEARN TO KNOW OUR FEELINGS
2023-04-05 09:43:42


Markus 14:34
lalu kata-Nya kepada mereka: “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah.”

Emosi negatif biasanya dinilai sebagai hal yang salah atau berdosa jika kita merasakannya. Kemarin kita sudah belajar tentang emosi, apa saja yang termasuk emosi negatif. Emosi negatif bukan suatu dosa karena itu hanyalah perasaan kita sementara. Wajar-wajar saja jika kita merasakan emosi negatif muncul dalam diri kita.

Suatu cerita dapat sangat memengaruhi emosi, baik berupa emosi positif atau negatif. Semisalnya kita sedang menonton film komedi, maka cenderung emosi yang kita rasakan adalah senang sehingga kita tertawa dan bahagia. Sedangkan jika kita menonton film tentang penderitaan Tuhan Yesus di kayu salib, kita akan ikut merasa sedih atau bahkan kesal terhadap orang-orang yang menyiksa-Nya.

Sobat Junior, sejak usia kalian sekarang ini, kalian perlu tahu tentang perasaan. Sehingga kalian dapat mengetahui penyebab atau kejadian yang menimbulkan perasaan negatif tertentu dalam diri kalian. Dan kita bisa memilih tindakan selanjutnya, sehingga tidak berbuat dosa. Saat merasa sedih, Tuhan Yesus berdoa. Ia tahu tindakan yang tepat untuk mengatasi emosi negatifnya. Yuk, kita belajar dari teladan Tuhan Yesus.

Card image
Truth Youth 05 April 2023 (English Version) - ALWAYS THERE, ALWAYS REAL
2023-04-05 09:39:17


”Have not I commanded thee? Be strong and of a good courage; be not afraid, neither be thou dismayed: for the LORD thy God is with thee whithersoever thou goest.” (Joshua 1:9)

Have we ever seen the process of babies learning to walk? The parents will allow the baby to walk alone without being accompanied, but still under the supervision and monitoring of the parents near the child. This is done not without consideration, the parents must have measured all kinds of things that will happen, maybe how far the baby can step and fall. So, when the baby almost falls, the parents must be alert to catch their child so they don't fall. That way, over time the baby will not be afraid to step up and not be afraid to fall either, because his parents will definitely protect him. Likewise with God's inclusion in our lives.

Think about it, what forms of God's inclusion have we felt and received in a real way? Has God ever let us fall without holding us back? Of course, not all forms of God's inclusion make us feel safe and calm. God has an order, He knows when to mature us, at what moment, and with whom we will be met so that we can mature more. Usually at a time like this, we feel there are moments as if God let go and let us, as if God was just silent. The question may arise, "How come it seems that God is rarely with me?" In reality, God wants to mature us, just like a baby who learns to walk, the longer it goes on, the parents will surely let it go further alone, but no matter how far it is, parents must still watch and be on guard. Therefore, as noted in Joshua 1:9, we must strengthen and strengthen our hearts, by continuing to associate with God, so that gradually we can continue to feel that His inclusion is always there and is always real in every phase of our life.

WHAT TO DO:
1. Think again, the form of God's inclusion in our lives to this day.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Joshua 1-4

Card image
Truth Youth 05 April 2023 - SELALU ADA, SELALU NYATA
2023-04-05 09:36:03


”Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi.” (Yosua 1:9)

Pernah gak kita melihat proses anak batita yang belajar untuk berjalan? Sang orangtua akan membiarkan si anak untuk jalan sendiri tanpa digandeng, tapi tetap dalam pengawasan dan pantauan orangtua di dekat si anak tersebut. Hal ini dilakukan bukan tanpa pertimbangan, sang orangtua pasti sudah mengukur segala macam hal yang akan terjadi, mungkin sejauh mana si anak bisa melangkah dan terjatuh. Sehingga, saat si anak hampir jatuh, pasti dengan sigap orangtua menangkap anaknya supaya tidak sampai terjatuh. Dengan begitu, lama-kelamaan si anak merasa tidak takut untuk melangkah dan tidak takut pula untuk terjatuh, karena orangtuanya pasti melindunginya. Begitu pun dengan penyertaan Tuhan atas hidup kita.

Coba renungkan, bentuk penyertaan Tuhan apa saja yang selama ini sudah kita rasakan dan kita terima secara nyata? Pernahkah Tuhan membiarkan kita terjatuh tanpa merangkul kita kembali? Tentunya, tidak semua bentuk penyertaan Tuhan membuat kita merasa aman dan tenang-tenang saja. Tuhan punya tatanan, Ia tahu kapan harus mendewasakan kita, pada momen yang seperti apa, dan dengan siapa kita akan dipertemukan untuk bisa semakin mendewasakan kita. Biasanya pada saat seperti ini, kita merasa ada momen-momen sepertinya Tuhan melepaskan dan membiarkan kita, seakan Tuhan hanya diam. Mungkin muncul pertanyaan, “Kok sepertinya Tuhan sudah jarang menyertaiku?” Pada kenyataannya, Tuhan mau mendewasakan kita, sama seperti bayi yang belajar berjalan, semakin lama, pasti orangtuanya akan membiarkannya berjalan lebih jauh sendirian, tapi sejauh apa pun itu, orangtua pasti tetap mengawasi dan berjaga-jaga. Oleh karena itu, seperti yang dicatat dalam Yosua 1:9, kita harus semakin menguatkan dan meneguhkan hati kita, dengan terus bergaul dengan Tuhan, sehingga lama-kelamaan kita pun bisa terus merasakan bahwa penyertaan-Nya selalu ada dan selalu nyata dalam setiap fase kehidupan kita.

WHAT TO DO:
1. Coba renungkan kembali, bentuk penyertaan Tuhan dalam hidup kita sampai hari ini.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yosua 1-4

Card image
Renungan Pagi - 05 April 2023
2023-04-05 09:58:18


Waktu adalah sesuatu yang terus melaju, tak bisa dihentikan dan tidak akan kembali lagi, "You may delay, but time will not." (Benjamin Franklin), karena itu banyak orang berusaha untuk mengabadikan momen-momen tertentu yang dianggapnya paling berkesan dalam hidupnya dalam bentuk video atau foto: pernikahan, bulan madu, ulang tahun anak, berwisata dengan keluarga, reuni sekolah atau kumpul dengan para sahabat atau teman lama. Waktu-waktu seperti itu sungguh sangat berkesan dan berharga sekali!

Kita sebagai orang percaya yang menyadari bahwa waktu itu sangat berharga pasti akan mempergunakan waktu yang ada dengan sebaik mungkin, tidak menyia-nyiakan begitu saja, jangan sampai waktu berlalu dan kita tidak mengalami Tuhan dalam hidup ini. Waktu di akhir zaman ini semakin singkat, harus berjuang untuk mengerti dan melakukan kehendak Tuhan, jangan terus hidup dalam kebodohan. "Karena itu, perhatikanlah dengan seksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." Hargailah waktu yang masih Tuhan berikan dengan memperhatikan cara hidup, jangan sampai semuanya terlambat dan kita belum berkenan di hadapan Tuhan.
(Efesus 5:15-17)

Card image
Quote Of The Day - 05 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-05 09:23:25


Orang yang tidak merindukan bertemu Tuhan, pasti tidak dapat menghormati Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 05 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-05 09:24:21


Suatu hari nanti banyak orang menyesal mengapa mereka tidak meneguk Tuhan sebanyak-banyaknya ketika Tuhan memberi diri untuk diteguk, dinikmati.

Card image
SETIAP MENIT - 05 April 2023
2023-04-05 10:00:15


Walaupun kita datang ke gereja setiap hari, kualitas hidup kita tidak ditentukan oleh kedatangan tersebut. Kualitas rohani kita ditentukan oleh setiap menit perjalanan hidup kita. Kalau kita tidak serius memperkarakannya, celaka nanti. Sebab ketika sudah meninggal dunia, tidak bisa lagi diperbaiki. Contoh sederhana, misalnya, sengaja datang terlambat untuk ibadah, doa pagi, atau pertemuan. Orang seperti ini adalah orang yang tidak menghormati Tuhan. Apalagi yang tidak ibadah atau doa sama sekali.

Jangan fokus untuk hal-hal tidak perlu. Fokus hidup kita harus hanya Kerajaan Surga. Jangan sampai jam doa kita sedikit, karena ada pertandingan sepak bola, misalnya. Memang untuk yang belum bertumbuh dewasa, mereka tidak akan memusingkannya. Mereka pikir, ini hanya untuk para pendeta; jemaat tidak perlu memperkarakannya. Ingat, tidak ada standar ganda. Semua harus seperti Yesus.

Jika orangtua fokus untuk hal-hal yang tidak perlu, maka anak-anak melihat, dan mereka tidak merasakan atmosfer Kerajaan Surga di dalam hidup orangtua karena mereka tidak menghadirkan Kerajaan Allah. Mari kita periksa, apakah relasi kita baik dengan Tuhan? Kita harus memperjuangkan relasi itu. Maka, tidak ada hari tanpa menghadap Tuhan dan tanpa koreksi diri. Kalau kita berbuat salah, minta ampun. Permintaan ampun berarti komitmen, janji, tekad, sumpah, nazar untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Kalau kita punya komitmen, tekad, sumpah untuk hidup dalam kekudusan maka kita akan memiliki relasi yang baik dengan Tuhan, kita tidak akan terus berbuat kesalahan yang sama. Kita akan bertumbuh dewasa. Relasi kita dengan Bapa menjadi proporsional dan ideal jika kita makin serupa dengan Yesus. Jika cara berpikir kita masih duniawi, pasti kita tidak bisa tune dengan Tuhan. Orang yang memiliki relasi yang benar dengan Tuhan, tanpa minta pertolongan Tuhan dalam persoalan, pergumulan, kebutuhan, Tuhan pasti menolong. Tanpa minta damai sejahtera Allah, Allah memberi damai sejahtera. Karakter kita akan semakin terus menuju kesempurnaan.

Masalahnya, apakah kita telah memiliki relasi yang benar dengan Tuhan atau belum? Bukan hanya waktu di gereja saat hamba Tuhan bisa mengajak kita sesaat berdoa, koreksi diri, dan menantang siapa yang mau bertobat. Tetapi kita akan mudah kembali kepada cara hidup, gaya hidup, kebiasaan yang tidak berjalan dengan Tuhan; tidak membangun relasi dengan Tuhan. Kalau kita benar-benar punya tekad, maka kita akan memiliki hubungan yang terus-menerus dengan Tuhan dan tidak pernah putus. Tuhan menghendaki kita selalu konek dengan-Nya. Walaupunn kita belum sempurna, Bapa mengerti.

Seperti seorang anak yang belum sempurna, orangtua mengerti, dan tetap membimbingnya. Dalam kekurangan dan kesalahan, dalam ketidaksempurnaan anak, orangtua tetap membimbing. Dia belum sempurna, tetapi dalam ketidaksempurnaan anak yang belum cukup umur, tetap sempurna sebagai anak. Tetapi, ketidaksempurnaan harus berubah menjadi makin sempurna. Jangan puas dengan keyakinan “Walaupun aku tidak sempurna, Tuhan menerima diriku.” Betul, tetapi sesuai dengan usia biologis, maka usia rohani kita juga harus bertumbuh, sehingga mencapai target-target yang Allah inginkan.

Ketika target-target itu kita penuhi, maka kita bisa memiliki relasi dengan Tuhan secara proporsional. Masing-masing orang dituntut berbeda. Bagi si A, dengan usia 50 tahun, Tuhan hanya menuntut 50 poin karena keadaan, dan itu memuaskan hati Allah. Yang lain, si B, usia 50 tahun, dituntut 60 poin. Bagi si C, dengan usia biologis yang sama 50 tahun, ia dituntut mencapai 80 poin. Kalau kita mencapai tingkat itu, Tuhan dipuaskan dan kita bisa menjadi keharuman. Jangan usia 50 tahun, poinnya hanya 15. Maka, kita harus memperkarakan kepada Tuhan. Tuhan pasti memberitahu.

Betapa kita mengingini untuk menjadi anak Allah yang berkenan dan memiliki keharuman di hadapan Tuhan. Menjadi anak kesukaan-Nya, artinya kita bisa berjalan dengan Tuhan. Allah menjadi begitu nyata dalam hidup kita. Maka, relasi kita harus dijaga; setiap menit, setiap jam, setiap hari. Kalau ada hal-hal yang mengganggu keharmonisan relasi kita dengan Allah, harus kita tanggulangi. Tuhan dalam kebijaksanaan-Nya tidak menuntut melampaui kekuatan kita. Kalau ada hal-hal yang mengganggu relasi harmonisasi hubungan kita dengan Tuhan, Tuhan pasti mengingatkan. Seperti anak yang berumur setahun setengah masih ngompol, tidak usah ditegur itu salah. Tetapi umur 4 tahun, sudah mulai ditegur. Umur 4 tahun, lompat-lompat, masih dimengerti; tetapi kalau umur 8 tahun apa masih dimengerti?

Kalau belum waktunya, Tuhan diam. Kita harus bertumbuh dewasa sesuai dengan usia rohani masing-masing. Tuhan tidak bisa membangun relasi yang proporsional dengan orang-orang yang lamban. Maka, mestinya dari muda, terus bertumbuh dalam kerohanian. Tanggalkan semua kesenangan, semua dosa, lalu mulailah berjalan dengan Tuhan. Supaya kita menjadi keharuman di hadapan Tuhan, menjadi anak kesukaan. Kalau kita menjadi keharuman, menjadi anak kesukaan Tuhan, Tuhan pasti mengistimewakan kita. Kita tidak usah minta tolong dalam pergumulan, persoalan, kebutuhan, Tuhan pasti tolong. Tuhan hanya mau keadaan kita baik-baik. Tetapi kita tidak bisa berkeadaan baik-baik tanpa relasi yang baik dengan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KUALITAS ROHANI KITA DITENTUKAN OLEH SETIAP MENIT PERJALANAN HIDUP KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 05 April 2023
2023-04-05 09:13:45

Hakim-Hakim 19-21

Card image
Truth Kids 04 April 2023 - TETAP POSITIF
2023-04-04 09:56:20


2 Korintus 2:7
“sehingga kamu sebaliknya harus mengampuni dan menghibur dia, supaya ia jangan binasa oleh kesedihan yang terlampau berat.”

Di sekolah, Petra sering diejek oleh teman-temannya. Akibatnya, Petra sering menangis di sekolah. Saat ia diejek, tidak ada teman yang mau membelanya. Petra merasa tidak memiliki teman.

Di semester baru, ada satu anak yang pindah ke sekolahnya. Anak itu bernama Simon. Ayahnya pindah bekerja ke kota tempat Petra tinggal. Jadi Simon harus turut berpindah sekolah. Saat Simon melihat Petra diejek oleh murid lain di kelasnya, ia menjadi sedih. Simon membela Petra dan menasihati teman-teman untuk berhenti mengejek Petra. Simon pun menemani Petra. Petra menceritakan semua kesedihan yang ia alami sebelum Simon sekelas dengannya. Simon menghibur dan mengingatkan Petra agar ia tidak membenci atau marah kepada teman yang mengejeknya.

Sobat Kids, teman-teman yang kita miliki memang berbeda-beda. Namun, kita harus tetap menghargai mereka. Di antara teman-teman yang kita temui, mungkin ada yang pernah membuat kita kesal atau marah. Mungkin sampai rasanya ingin kita tidak berteman dengannya. Hati-hati, loh, Sobat Kids. Ternyata yang kita rasakan itu adalah perasaan negatif yang ada di dalam diri kita. Jangan sampai kita ikut-ikutan memiliki perasaan negatif dalam diri kita. Kita harus berusaha untuk tetap memiliki perasaan yang positif (perasaan yang baik) walaupun teman-teman di sekitar kita memiliki perasaan yang negatif.

Card image
Truth Junior 04 April 2023 - PIKIR DULU
2023-04-05 10:01:22


2 Korintus 2:7
“sehingga kamu sebaliknya harus mengampuni dan menghibur dia, supaya ia jangan binasa oleh kesedihan yang terlampau berat.”

Emosi positif biasanya adalah respons kita ketika merasa terhibur, mendapat suatu hadiah, bermain dengan teman, dan melakukan hobi yang menyenangkan. Selain itu, ada emosi negatif yaitu sedih, kecewa, marah, dan gelisah atau khawatir. Mungkin beberapa kita pernah merasakannya, seperti sedih ketika harus pindah sekolah dan berpisah dengan sahabat kita. Atau sedih karena mendapat nilai yang buruk, hingga harus mengulang ujian. Kejadian sedih sering kali membuat kita merasa “galau,” sehingga berdampak pada mood yang menjadi buruk, malas untuk bergerak, bahkan kita menjadi “tukang rebahan.” Saat kita menghadapi suatu kejadian yang tidak menyenangkan, anggaplah itu suatu bagian dalam cerita atau kepingan puzzle dalam hidup kita. Merasa sedih, menangis atau bahkan marah, bukan merupakan kesalahan. Rasa sedih, kecewa, marah adalah ekspresi kita dalam melihat kisah yang tidak mengenakkan untuk kita.

Namun, jika kesedihan kita berlarut-larut hingga melupakan tanggung jawab kita, apalagi lupa waktu saat teduh dengan Tuhan, maka hal itu yang salah. Contoh lainnya, saat kita sedang bertengkar dengan teman, lalu timbul rasa ingin marah. Ketika rasa itu muncul dalam hati, coba kita pikirkan, apa tujuan kita marah? Apakah untuk membela diri atau ingin menegur teman kita? Dengan demikian, kita sadar, rasa marah kita akan membawa kebaikan atau justru memperparah persoalan.

Jika kita sadar bahwa kemarahan kita berdampak merusak hubungan karena menyakiti perasaan orang lain, belajarlah untuk lebih sabar dan tenang dalam amarah yang kita rasakan. Berdoalah dan minta Roh Kudus menolong kita agar kita menjadi pribadi yang lebih berhikmat.

Card image
Truth Youth 04 April 2023 - GOD'S PLAN IS REAL
2023-04-05 10:01:51


”And we know that all things work together for good to them that love God, to them who are the called according to his purpose." (Romans 8:28)

We know, God must have a plan for each of our lives, He holds the blueprint for our lives. But we also know that God gave us free will to determine which plan we want to run. Often times, we as humans, especially as young people, have a tendency to choose shortcuts, paths that are easier, which are more instant. Just want to live like me. But, one thing, for those of us who are called as God's children, we cannot live as we wish, because we have a bigger task.

We must strive to live righteously and holyly, so that God will involve us in His plans, so that we are ready and deemed worthy by God to carry out His great plans. As in Romans 8:28, God works in all things, He can just tear us apart and direct us to a condition that makes us uncomfortable, but this is part of His plan to make us stronger and have the right fighting spirit. , instead of giving up and despair. Maybe uncomfortable conditions can occur in the family environment, friendships, workplace, school, college, where it seems as if we are stuck in that condition for quite a long time. Of course, as humans, we have feelings of annoyance, want to grumble, get angry and annoyed. But if we think about it, in the future, all these "annoying" things will turn out well for us. Maybe it is not only related to meeting physical needs, but goodness here is in the form of eternal blessings, changes in our character so that we can be more perfect like God, or examples of our lives that can be a blessing to those around us. We may not be able to understand what God's plan is today for us, but no matter how difficult a situation we are facing, keep fighting to live right, because one day we will definitely understand that God's plan is real in our lives.

WHAT TO DO:
1. Let’s learn to survive and keep fighting in any difficult situation. If you feel tired and unable, remember that God's plan is real and brings goodness.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Deuteronomy 33-34;

Card image
Truth Youth 04 April 2023 - RENCANA TUHAN SUNGGUH NYATA
2023-04-04 09:43:18


"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28)

Kita tahu, Tuhan pasti punya rencana untuk kehidupan kita masing-masing, Dia memegang blueprint hidup kita. Tapi kita pun tahu bahwa Tuhan memberikan kita kehendak bebas untuk menentukan rencana mana yang mau kita jalankan. Sering kali, kita sebagai manusia, apalagi sebagai anak muda, memiliki kecenderungan untuk memilih jalan pintas, jalan yang lebih mudah, yang lebih instan. Maunya hidup suka-suka gue aja. Tapi, satu hal, bagi kita yang terpanggil sebagai anak-anak Tuhan, maka kita gak bisa hidup semau kita sendiri, karena memiliki tugas yang lebih besar.

Kita harus berjuang hidup benar dan kudus, supaya Tuhan melibatkan kita dalam rencana-rencana-Nya, supaya kita siap dan dianggap pantas oleh Tuhan untuk melakukan rencana-rencana-Nya yang besar. Seperti dalam Roma 8:28, Allah bekerja dalam segala hal, Ia bisa aja mengobrak-abrik dan mengarahkan kita terhadap suatu kondisi yang tidak membuat kita nyaman, tapi hal ini bagian dari rencana-Nya untuk membentuk kita semakin tangguh dan memiliki fighting spirit yang benar, bukan malah menyerah dan putus asa. Mungkin kondisi tidak nyaman bisa terjadi di lingkungan keluarga, pertemanan, tempat bekerja, sekolah, kuliah, yang seolah-olah kita stuck di kondisi itu dalam jangka waktu yang cukup lama. Tentunya sebagai manusia, kita ada perasaan jengkel, mau bersungut-sungut, marah bercampur kesal. Tapi kalau kita coba renungkan, di hari depan, semua hal yang “ngeselin” ini akan membuahkan kebaikan bagi kita. Mungkin tidak melulu terkait dengan pemenuhan kebutuhan jasmani, tapi kebaikan di sini berupa berkat kekal, perubahan karakter kita untuk bisa semakin sempurna seperti Tuhan, atau teladan hidup kita yang bisa menjadi berkat bagi orang sekitar kita. Kita mungkin gak bisa mengerti apa rencana Tuhan hari ini untuk kita, tapi dalam situasi sesulit apa pun itu yang sedang kita hadapi, teruslah berjuang untuk hidup benar, karena suatu saat pasti kita bisa mengerti bahwa rencana Tuhan sungguh nyata dalam hidup kita.

WHAT TO DO:
Yuk, belajar bertahan dan terus berjuang dalam situasi yang sesulit apa pun. Kalau merasa lelah dan tidak mampu, ingatlah bahwa rencana Tuhan sungguh nyata dan mendatangkan kebaikan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 33-34

Card image
Renungan Harian - 04 April 2023
2023-04-04 09:39:47


Jika menyadari bahwa hidup di dunia terbatas waktunya, hendaklah ini mendorong kita semakin giat mengerjakan perkara-perkara rohani. Kita dapat belajar dari cara raja Daud menghargai waktunya. Bagi dia, waktu yang sangat berharga adalah ketika ia bersekutu dengan Tuhan.

Kita harus mengerti bahwa bersekutu dengan Tuhan itu bukan hanya saat beribadah di gereja saja, tetapi di manapun kita berada. Karena ada banyak orang yang datang ke gereja, tetapi hati dan pikirannya tidak tertuju kepada Tuhan.

Ketika firman Tuhan disampaikan mereka asyik sendiri dengan ponsel masing-masing: SMS-an, update status, whatsapp-an, sibuk bisnis online, upload foto di instagram dan sebagainya, itu adalah bukti bahwa orang datang ke gereja tidak sepenuhnya untuk beribadah kepada Tuhan dan merindukan hadirat-Nya, tapi hanya sebatas aktivitas agamawi yang dilakukan secara rutin.

Semua orang diperhadapkan pada waktu yang sama yaitu 24 jam sehari, bagaimana cara kita bisa menjadikan waktu tersebut berharga? Daud, seorang raja yang memiliki agenda kerja yang padat, mampu menyisihkan waktunya membangun keintiman dengan Tuhan.

Bahkan bagi dia yang lebih berharga bukan saat ia berada di istananya yang megah dengan fasilitas mewahnya, tetapi ketika ia berada di Bait Tuhan, diam di dalam rumah Tuhan, "Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya."
(Mazmur 27:4)

Card image
Quote Of The Day - 04 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-04 09:33:16


Orang yang tidak mencintai Kerajaan Surga, pasti memiliki benih berkhianat.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 04 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-04 09:31:01


Menghayati betapa berharganya Tuhan di dalam hidup, ini ditandai dengan kesucian hidup dan tidak mencintai dunia.

Card image
THE QUALITY OF OUR RELATIONSHIP WITH GOD - 04 April 2023
2023-04-04 09:23:43


Let us contemplate our present relationship with God. We need to realise that this exercise is of paramount importance in life. It should be a concern if the quality of this relationship is not as good as expected. Building a relation with God in a manner that is proper, right, and in accord with our spiritual age is not an easy labour. When said “in accord with our spiritual age”, it means the proper, correct manner of a person’s relation with God is measured by the duration of their life as a believer.

Remember, “From everyone who has been given much, much will be demanded.” The proper and right manner expected from a person who is only a Christian for two months is not equivalent to that of a Christian of twenty years. The degrees of propriety God requires of these two people are distinct. Our relation with God is akin to a parent-child relationship – the maturity of their relationship should increase as the child grows. The manner a thirty year old relates to their parents should be more mature than when he was only three years old. Thus, we need to carefully examine whether we have reached the proper maturity required of our spiritual age.

Few people carefully examine the growth suitable for both their biological and spiritual age. This issue might never have crossed their minds. But, together with our Great Teacher, the Lord Jesus, and with the Father, we must deliberate this matter.

The Lord Jesus said, “Do not work for food that spoils.” Do not toil only for food that will spoil, but toil also for food that does not spoil. This illustrates the eternal blessings available for and ones that can never be taken away from us, ones we will acquire in eternity. Then, when His disciples asked, “What must we do to do the works God requires?” The Lord answered, “The work of God is this: to believe in the One He has sent.” (John 6:29). Believing is not only in thoughts, or mental reasoning, but also involving our whole life.

Thus it is said, “[Do] work”. This involves our whole life. Then, what must we do? Believe. Believing is an exercise that should enclose our whole life. Essentially, our life is a journey of faith. 2 Cor. 5:7 says, “We do not live by sight, but by faith.” We should not be troubled by our prospect for a marriage, a childless marriage, lack of luxuries, or lack of insurance for future incidents and/or accidents. Instead, we should concern ourselves with the state of our spiritual life which is greatly influenced by our relationship with God.

When we truly understand what believing is, we will set our hearts on heavenly things and act on our faith to store up treasures in heaven and work for bread that does not spoil. The Lord Jesus had said, “Do not store up for yourselves treasures on earth, but store up in heaven.” In Heb.5:11-14, the word of God says, “We have much to say about this, but it is hard to make it clear to you because you no longer try to understand. In fact, though you ought to be teachers by this time, you need someone to teach you the elementary truths of God’s word all over again. You need milk, not solid food! Being still an infant, anyone who lives on milk is not acquainted with the teaching about righteousness. But solid food is for the mature, who by constant use have trained themselves to distinguish good from evil.”

The invitation to deny the pleasures and love of the world, to live a pure and holy life, to not err in the slightest, and to forsake everything is not easily accepted or performed. However, as a result of their incapability, some Christians do not train themselves to distinguish good from evil. Although they do not decline the invitation, out of respect they keep silent and take no action. They have refused, yet they are not troubled. They will keep attending church services and hearing the sermons until their heart becomes hardened. Since they are gripped by the love of this world, and they refuse to break free, they have become slow to listen.

However, as we earnestly ask God to search our lives each day, we will perceive the level of spiritual maturity we have attained so far, whether it is in accord with both our biological and spiritual ages. God will indeed guide us to obtain the spiritual quotient necessary so we can closely examine ourselves, so that no one can say that God is (silent?). Remember! “Only those who thirst and hunger for righteousness will be filled. Only the sick need a doctor.” Yet, are we serious about this? Those who closely examine the quality of their relation with God respect him.

PEOPLE WHO HONOUR GOD WILL SERIOUSLY QUESTION THE QUALITY OF THEIR RELATIONSHIPS WITH HIM.

Card image
KUALITAS HUBUNGAN DENGAN ALLAH - 04 April 2023
2023-04-05 10:04:02


Mari kita memperkarakan dengan sungguh-sungguh, bagaimana relasi kita dengan Tuhan saat ini. Sejatinya, hal ini harus kita pandang sebagai yang terutama dalam hidup ini. Menjadi suatu kekhawatiran apabila relasi kita dengan Tuhan belumlah relasi yang baik, relasi yang seharusnya kita miliki. Memiliki relasi dengan Tuhan secara benar, secara baik, secara proporsional, sesuai dengan usia rohani kita, bukan sesuatu yang mudah. Dikatakan “sesuai dengan usia rohani,” maksudnya setiap orang dituntut memiliki relasi yang baik, yang ideal, yang proporsional sesuai dengan waktu perjalanan hidup yang dimiliki oleh seseorang.

Ingat, “Yang diberi banyak, dituntut banyak.” Kalau seseorang baru menjadi Kristen dua bulan, tentu ia tidak dituntut oleh Tuhan untuk memiliki relasi dengan Dia secara benar seperti mereka yang sudah menjadi Kristen selama 20 tahun. Beda tuntutannya. Sama seperti relasi antara orangtua dan anak, itu harus terus meningkat. Anak usia 3 tahun, memiliki relasi dengan papa mama. Tetapi ketika anak usia 30 tahun, relasi antara anak dan orangtua, mestinya sudah berbeda. Lebih matang, lebih dewasa. Maka, harus benar-benar dipertimbangkan, seberapa yang mestinya kita sudah capai dengan usia rohani kita?

Tidak banyak orang yang sungguh-sungguh mempersoalkan seberapa yang mestinya dia harus capai dengan usia biologis dan usia rohani yang dimilikinya. Karena juga tidak pernah memikirkan seberapa yang seharusnya dia sudah capai. Maka, kita harus benar-benar mempersoalkannya dengan Guru Agung, Tuhan Yesus. Harus sungguh-sungguh mempersoalkannya dengan Bapa di surga. Benar-benar mempersoalkannya.

Tuhan Yesus berfirman, “Bekerjalah untuk roti yang tidak dapat binasa.” Jangan hanya bekerja untuk roti yang dapat binasa, bekerjalah untuk roti yang tak dapat binasa. Ini bicara mengenai berkat kekal yang kita dapat miliki dan tidak akan pernah dapat diambil oleh siapa pun, tetapi kita miliki di dalam kekekalan. Lalu ketika murid-murid bertanya, “Pekerjaan apakah itu, Tuhan?” Tuhan menjawab, “Percayalah kepada Dia yang diutus oleh Bapa” (Yoh. 6:29). Percayalah; percaya itu bukan sekadar aktivitas pikiran, hanya menyangkut nalar, tetapi percaya itu melibatkan seluruh kehidupan kita.

Maka, dikatakan “bekerjalah.” Ini melibatkan seluruh kehidupan kita. Lalu, apa yang harus dilakukan? Percaya. Percaya adalah kegiatan hidup yang harus mewarnai seluruh hidup kita. Semestinya, seluruh kehidupan kita adalah perjalanan percaya. 2 Korintus 5:7 mengatakan, “Hidup kami bukan karena melihat, tetapi karena percaya.” Maka, yang harus menggusarkan kita bukan karena belum menikah, belum punya anak, belum punya fasilitas, atau tidak punya jaminan hari esok di bumi ini. Melainkan mestinya yang menggelisahkan kita adalah keadaan hidup rohani kita. Keadaan hidup rohani kita yang bertalian dengan relasi kita dengan Allah.

Jika kita mengerti hal ini, artinya kita benar-benar memfokuskan hidup kita, menjalani percaya kita, kita mengumpulkan harta di surga atau bekerja untuk roti yang tak dapat binasa. Jelas Tuhan Yesus berkata, “Kumpulkan harta di surga, bukan di bumi.” Di dalam Ibrani 5:11-14 firman Tuhan mengatakan, “Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan. Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik daripada yang jahat.”

Ajakan untuk melepaskan semua kesenangan dan percintaan dunia, hidup suci, jangan berbuat salah sekecil apa pun, dan jangan menyisakan apa pun memang merupakan ajakan yang tidak mudah untuk diterima dan dilakukan. Karena tidak sanggup, pancaindera rohaninya tidak terlatih. Mereka memang tidak menolak, karena punya etika, mereka diam saja, tetapi tidak melakukan. Tidak melakukan, dan mereka tenang-tenang saja. Minggu depan datang lagi, dengar lagi. Sampai akhirnya mereka jadi imun. Karena mereka sudah terbelenggu dengan percintaan dunia, dan mereka tidak mau melepaskan belenggu itu, dan itu yang membuat mereka lamban.

Tetapi, kalau kita sungguh-sungguh memperkarakan hidup kita dengan Tuhan setiap hari, maka kita akan mengerti apakah kita sudah mencapai kedewasaan yang mestinya kita harus capai sesuai dengan usia biologis dan rohani kita? Tuhan pasti menuntun kita memiliki kecerdasan rohani untuk menilai diri, sehingga tidak ada orang yang berkata kalau Tuhan diam saja. Ingat! “Hanya orang yang haus dan lapar akan kebenaran yang dipuaskan. Hanya orang sakit yang membutuhkan tabib.” Masalahnya, seriuskah kita memperkarakannya? Orang yang serius memperkarakan kualitas relasinya dengan Allah berarti ia menghormati Allah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG SERIUS MEMPERKARAKAN KUALITAS RELASINYA DENGAN ALLAH BERARTI IA MENGHORMATI ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 04 April 2023
2023-04-04 09:14:58

Hakim-Hakim 16-18

Card image
Truth Kids 03 April 2023 - AKU BERSYUKUR
2023-04-03 09:34:05


Amsal 15:13
“Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat.”

Lili adalah seorang anak yang ceria dan memiliki hati yang gembira. Teman-temannya senang berteman dengannya, mereka selalu bermain bersama di sekolah. Lili selalu menjadi penyemangat bagi teman-temannya. Saat ia melihat temannya sedang bersedih, Lili menghampiri temannya kemudian mencoba mengajak temannya bercerita dan memberikan semangat. Temannya sangat berterima kasih kepada Lili, karena mau menemani sehingga tidak sedih lagi.

Lili pun sangat bersyukur bisa menemaninya. Lili sangat senang karena temannya tidak sedih lagi. Setibanya di rumah, Lili berdoa kepada Tuhan dan bercerita kepada-Nya, “Tuhan, Lili sangat bersyukur bisa menjadi anak Tuhan yang selalu memiliki hati gembira. Lili mau menjadi penolong bagi teman-teman. Lili lakukan semua itu agar Tuhan senang. Lili tidak mau membuat Tuhan sedih.”

Lili memiliki perasaan yang positif sehingga dapat membuat teman yang sedih menjadi senang. Sobat Kids, kita harus selalu bersyukur kepada Tuhan atas perasaan positif yang ada di dalam kita. Kalau kita sedih pasti kita tidak akan semangat. Jadi, Sobat Kids harus semangat dan menjadi anak yang gembira.

Card image
Truth Junior 03 April 2023 - RASA YANG BERSERI-SERI
2023-04-03 09:35:15


Amsal 15:13
“Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat.”

Sebelumnya, kita telah belajar bahwa manusia memiliki perasaan yaitu emosi positif dan negatif. Hari ini, kita akan membahas hal yang pertama, emosi positif. Emosi positif merupakan perasaan senang, gembira, ceria, dan bersyukur. Ketika kita merasakan emosi positif, cenderung ada semangat atau energi berapi-api hingga kita enjoy meskipun menghadapi tantangan. Emosi positif dapat membantu kita untuk memiliki pemikiran atau sudut pandang yang lebih terbuka, karena adanya perasaan senang dan energi yang dapat membuat kita lebih fokus. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk merasakan emosi positif misalnya kita melakukan hobi, bertemu dengan sahabat, liburan sekolah, dan lain-lain.

Selain itu, ternyata hati yang gembira dapat membawa sukacita, misalnya saat kita dalam suatu perkumpulan atau mungkin sedang komsel, kita akan menemukan beberapa orang yang sangat periang. Saat kita bersama di samping orang tersebut, kita cenderung ikut merasa senang. Seakan ada energi yang tertular atau tersalurkan kepada kita, sehingga membuat kita menjadi bahagia. Oleh karena itu, emosi positif juga memiliki manfaat yang penting bagi diri kita. Misalnya, tubuh kita dapat menjadi sehat dan merasa segar. Selain itu, keceriaan membuat kita bisa lebih percaya diri, menghibur teman yang sedang sedih, serta membawa perdamaian.

Kesimpulannya, jika kita melihat pada Amsal 15:13 yaitu ada “hati yang gembira, berseri-seri, semangat,” maka tiga kata menjadi kunci untuk kita terapkan dalam tingkah laku kita sehingga kita bisa selalu berjuang dan bersyukur dalam menghadapi tantangan ataupun masalah.

Card image
Truth Youth 03 April 2023 (English Version) - ALL FOR YOU, FATHER
2023-04-05 10:10:06


”But they that wait upon the LORD shall renew their strength; they shall mount up with wings as eagles; they shall run, and not be weary; and they shall walk, and not faint." (Isaiah 40:31)

If we truly realize that life is only to do what pleases Him, we will definitely be very excited about living life. Yes, because God the Father wants us to be happy! Even though it is very difficult to be able to continue to please Him, have the same heart, mind, and feelings as Him. But every effort we make will be meaningful in Him. Our passion will be meaningful because we really want to impress Him with our graciousness in living life and if God the Father is happy, what is it that He doesn't pay attention to?

Each of us must have the ability and capacity of each in doing everything. Our abilities and capacities are in accordance with what we can have and can do. So don't worry, God will surely enable us His children who really want to please Him. Doing everything for God is like getting new strength, we are like eagles rising with the power of their wings, we run and don't get tired, we walk and don't get tired. So don't get tired of doing everything for Him, He will definitely lead us in His great, unthinkable, and even immeasurable ways. There must be deep joy when we live life with Him. Come on, let's cheer up!

WHAT TO DO:
1. Have a passion for doing good.
2. Starting the day by praying and closing the day by praying.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Deuteronomy 30-32

Card image
Truth Youth 03 April 2023 - SEMUA UNTUK-MU, BAPA
2023-04-03 09:16:33


"Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." (Yesaya 40:31)

Kalau kita benar-benar menyadari bahwa hidup ini hanya untuk melakukan apa yang menyenangkan bagi-Nya, kita pasti akan semangat banget nih ngejalanin hidup. Iya, karena Allah Bapa mau kita bikin senang! Walaupun susah banget untuk bisa terus menyenangkan-Nya, memiliki hati, pikiran, dan perasaan yang juga sama dengan-Nya. Tapi setiap usaha yang kita lakukan akan menjadi berarti di dalam-Nya. Semangat kita akan bermakna karena kita ingin sekali membuat-Nya terpesona dengan keanggunan kita menjalani hidup dan kalau Allah Bapa senang, apa sih yang enggak diperhatikan-Nya?

Setiap dari kita pasti memiliki kemampuan dan kapasitasnya masing-masing dalam melakukan segala sesuatu. Kemampuan dan kapasitas kita sudah sesuai dengan apa yang bisa kita miliki dan bisa kita lakukan. Jadi jangan khawatir, Tuhan pasti akan memampukan kita anak-anak-Nya yang pengen banget menyenangkan hati-Nya. Melakukan segala sesuatu untuk Tuhan seperti mendapat kekuatan baru, kita bagai rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya, kita berlari dan tidak menjadi lesu, kita berjalan dan tidak menjadi lelah. Jadi jangan jemu-jemu ya melakukan segala sesuatu untuk-Nya, Dia pasti memimpin kita di jalan-jalan-Nya yang agung, yang tidak terpikir, dan tak terkira sekali pun. Pasti ada sukacita yang mendalam saat kita menjalani hidup dengan-Nya. Yuk, semangat yuk!

WHAT TO DO:
1. Memiliki semangat untuk melakukan kebaikan
2. Memulai hari dengan berdoa dan menutup hari dengan berdoa

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 30-32

Card image
Renungan Pagi - 03 April 2023
2023-04-03 09:10:58


Sekalipun ada hal-hal yang menyakitkan dalam hidup ini, tetapi kita diajari Tuhan untuk belajar mengampuni, sebab dalam doa Bapa kami, kita diajarkan untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita, seperti halnya kita juga ingin diampuni oleh Tuhan. Ada orang yang tidak bisa mengampuni orang tuanya sendiri, anaknya, menantunya, mertuanya bahkan tidak bisa mengampuni pendetanya.

Mari belajar untuk mengampuni sebab waktu mengampuni orang lain, maka Tuhan akan mengampuni kita juga, sebab manusia pasti pernah melakukan kesalahan, dan jika kita tidak mengampuni, maka Bapa di surga tidak akan mengampuni.

Sebenarnya mengampuni itu mendatangkan kebaikan untuk diri sendiri, cobalah praktekkan, ketika mau mengampuni, maka akan ada kebahagiaan dan keindahan di dalam hidup ini, dan kita akan makin dekat dengan Tuhan saat melepaskan pengampunan. (Matius 6:12, 14-15)

Card image
Quote Of The Day - 03 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-03 09:05:24


Kita bisa menolong diri kita dengan cara berlindung pada Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 03 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-03 09:03:49


Seiring dengan pendewasaan rohani seseorang di mana seseorang mengalami dan mengenal Tuhan melalui doa dan pergumulan setiap hari, maka ia menghormati, menghargai Tuhan dan merasa membutuhkan-Nya.

Card image
A PROUD HEART - 03 April 2023 (English Version)
2023-04-03 09:00:11


It is pride when we seek God only in times of need. Ironically, this conduct has become the rhythm of life for many religious people. Believers of indigenous beliefs, especially beliefs that are not originated from heavenly revelation such as Christianity, Islam, or Judaism, they worship and bring sacrifices to sacred places such as a tree, a rock, or other sacred objects. They believe that these objects will provide for their needs as they follow the requirements and/or provide the required sacrifices. This type of relationship is transactional. Yet, truly, a transactional relationship is not what God seeks from us. We must know precisely whom we worship. He is God, the Creator of heaven and earth, our Maker. By His will we live. He doesn’t need anything nor anyone.

When God created humans, He put Himself at “risk” as He gave them the freedom of the will (Latin – “liberum arbitrium”). God gives them a mind, like God’s, and makes them eternal beings. Animals’ intelligence will not equal ours. Hence, for animals, death is terminal. With their minds, people form their wills.

Human wills are not controlled by God. Each person forms their own wills. God does not create evil. Yet, with their minds, humans can form their own wills, either positive or negative; either pleasing God or offending Him. This kind of trust puts humans as high-risk creatures, as we will reap what we sow. The rewards and/or consequences of our works are not only received in this world, or temporal, but also in eternity. The power of darkness is leading many people astray by hindering them from considering this eternal perspective of their thoughts and actions. 

If we are eternal beings – as we possess a mind, thus, the ability to form our own will – then, we must consider all things with regard to their eternal perspective. If we are honest, many of us do not possess this eternal perspective as we model our parents and predecessors’ temporal outlook on life. Although not all Christian families hold this temporal outlook on life, nevertheless it is commonly held by most Christians, regular churchgoers, church activists, even pastors.

When a person takes part in Christian works, either as a clergy or a pastor, yet his/her perspectives are only temporal, their ministries will only be directed towards fulfilling humans’ physical needs. And this is deception. As people attend church services and believe the Church is God’s representative who provides God’s advice and guidance for their lives, yet if the Church only offers sermons about worldly blessings and God’s providence for worldly needs, and not sermons which open people’s minds for breakthroughs, then these people are bound by false mindsets. Even we, who often discuss the new heavens and the new earth, may have not renounced this false mindset, made a breakthrough, and soared like eagles. 

Many people grapple with God only when they are in crisis. They approach God transactionally. They attend church services to praise and worship Him to get His blessings. They give their offerings in the hope that God will give them multiple returns. Yet God is Almighty God, the creator of heavens and earth; who created us and entrusted us with His divine purpose; a purpose pertaining to eternity. Let us set out to open our minds, to not be bound by the mindset of the people of this world, whose visions are only as far as the grave, but not beyond it.

For too long we have lived with a mindset, philosophy, and principles concerning provision of our earthly needs alone. This worldly value is typical. We are only conscious of eternity, the new heavens and the new earth, heaven, and the new Jerusalem when these topics are preached on or sung about. Then when we leave the church and go back to our homes, companions, or jobs, we become easily corrupted as we are exposed to worldly mindsets. We go back to a life devoid of the fear of God, whereas we do not know when our lives will cease. We must get ready, as passengers of an airplane who have received our boarding pass.

Don’t wait. Don’t tarry. Don’t expect our death will be delayed, let alone cancelled. There will be no cancellation. There will be no suspension. If God has decided, “We cannot extend even one cubit for our life span,” said the Lord. Don’t let your heart stay hardened. Don’t get carried away in a life that is worldly-oriented. Do not be proud. We may be in good health, having a small fortune, or having good relations, yet one day our earthly lives will cease. Are we worthy to enter the Father’s house?  

IT IS PRIDE WHEN WE SEEK GOD ONLY IN TIMES OF NEED, IT IS AN INSULT TO GOD.

Card image
KESOMBONGAN - 03 April 2023
2023-04-03 08:48:21


Adalah kesombongan kalau kita mencari Tuhan hanya pada waktu kita membutuhkan pertolongan-Nya. Namun ironisnya, itu sudah menjadi irama hidup banyak orang beragama. Kalau di dalam agama-agama suku, dan kepercayaan-kepercayaan di luar agama samawi khususnya, orang datang ke tempat keramat—pohon atau batu yang dianggap keramat atau tempat keramat lainnya—karena membutuhkan sesuatu. Biasanya juga membawa korban tertentu, di situlah terjadi transaksional. Sejatinya, hubungan kita dengan Allah tidak boleh dalam mekanisme transaksional. Kita harus mengenal benar siapa yang kita sembah. Dialah Allah yang menciptakan langit dan bumi, yang menciptakan manusia, dan menghendaki kita ini ada. Ia tidak membutuhkan apa-apa sebenarnya, dan bisa tidak membutuhkan siapa-siapa.

Dengan menciptakan manusia, sebenarnya Allah masuk dalam satu “risiko.” Sebab manusia yang diciptakan memiliki kehendak bebas; free will. Dalam istilah Latin, liberum arbitrium. Manusia diberi pikiran dan perasaan, seperti komponen yang ada pada diri Allah, pasti makhluk kekal. Binatang mau secerdas apa pun, tidak memiliki komponen seperti yang manusia miliki. Karenanya, ketika binatang mati, maka ia diakhiri. Dengan pikiran dan perasaan, maka manusia dapat menciptakan kehendak. “Kehendak” bukanlah Allah yang mengatur (mendesain), melainkan manusia itu sendiri yang menciptakan kehendak. Allah tidak menciptakan kejahatan. Tetapi manusia memiliki pikiran dan perasaan sehingga dapat memproduksi kehendak yang positif atau negatif; menyukakan Allah atau menyakiti hati-Nya. Manusia sebagai makhluk yang dipercayai Tuhan memiliki pikiran dan perasaan adalah makhluk yang berisiko tinggi, karena apa yang kita tabur akan kita tuai. Tuaian itu bukan hanya sementara kita ada di dunia. Tetapi sampai di keabadian. Banyak orang tidak berpikir dari perspektif kekekalan. Inilah cara kuasa kegelapan menyesatkan manusia.

Kalau kita makhluk kekal—karena memiliki pikiran dan perasaan yang bisa menciptakan kehendak—maka kita harus berpikir dengan perspektif kekekalan. Sejujurnya, banyak di antara kita yang belum memiliki perspektif kekekalan, karena mewarisi apa yang orangtua lakukan; apa yang nenek moyang kita lakukan. Kita melihat model dari kehidupan, gaya dari kehidupan manusia yang perspektifnya kefanaan. Tentu tidak semua keluarga demikian, tetapi pada umumnya demikianlah orang-orang Kristen, mereka yang rajin ke gereja, aktivis, dan yang menyedihkan, bahkan pendeta.

Seseorang bisa ambil bagian dalam pelayanan gereja sebagai rohaniwan atau pendeta, tetapi tidak memiliki cara pandang kekekalan. Sehingga pelayanannya pasti hanya berorientasi pada hal-hal yang menyangkut pemenuhan kebutuhan jasmani. Dan itu penyesatan. Ketika jemaat datang ke gereja dan merasa bahwa gerejalah sebagai agen Tuhan yang bisa memberikan nasihat dan tuntunan guna menjalani hidup, lalu gereja hanya memberikan khotbah-khotbah yang tidak membuka wawasan untuk menembus batas, gereja hanya bicara mengenai berkat jasmani, pertolongan Tuhan sekitar masalah-masalah fana, maka jemaat telah terkungkung, terbelenggu oleh pola berpikir yang salah. Bahkan kita yang sering berbicara mengenai langit baru dan bumi baru, belum tentu sudah keluar dari cara berpikir yang salah; belum tentu sudah menembus batas. Belum tentu sudah terbang seperti rajawali.

Banyak orang berurusan dengan Tuhan hanya pada waktu memiliki masalah-masalah berat. Atau berurusan dengan intensif, hanya pada waktu punya masalah, lalu transaksional. Mereka datang ke gereja, memuji dan menyembah Tuhan, supaya Tuhan berkati. Mereka memberikan persembahan dan berharap Tuhan gantikan lipat kali ganda. Dia adalah Allah yang menciptakan langit dan bumi. Yang menciptakan manusia dengan divine purpose; ada tujuan ilahi. Tujuan ilahi ini pasti berelasi dengan kekekalan. Mari kita lepas landas untuk membuka pikiran, agar tidak terkungkung dengan cara berpikir manusia di sekitar kita yang wawasannya hanya sebatas kubur, tetapi tidak sungguh-sungguh melihat beyond the grave, after the grave.

Sudah terlalu lama kita hidup dengan pola berpikir, filosofi dan prinsip-prinsip hidup manusia yang orientasinya pada pemenuhan kebutuhan jasmani. Dan itu yang dipandang wajar. Mendengar khotbah, puji-pujian yang selalu bertemakan mengenai kekekalan, mengenai langit baru bumi baru, mengenai surga, mengenai Yerusalem Baru, hanya sadar sesaat waktu di gereja. Tetapi ketika kembali ke rumah, ke tengah-tengah pergaulan, ke tengah-tengah pekerjaan, kita terkontaminasi lagi, terpapar lagi oleh pola pikir dunia. Kita kembali menjalani hidup tanpa takut akan Allah. Padahal, kita tidak tahu di mana ujung akhir hidup kita. Kita harus sungguh-sungguh berkemas-kemas. Ingat, ibarat penumpang pesawat, kita sudah pegang boarding pass.

Jangan menunggu, jangan menanti, jangan berharap itu di-delay, apalagi di-cancel. Tidak ada cancellation, tidak ada delay, tidak ada. Kalau Tuhan sudah menentukan, “Kita tidak bisa memperpanjang walaupun sehasta untuk umur hidup kita,” kata Tuhan Yesus. Maka, jangan tidak berubah. Jangan hanyut dengan kehidupan yang hanya berpikir dalam orientasi masalah-masalah fana. Jangan sombong. Walaupun hari ini kita sehat, banyak uang, punya relasi, namun suatu saat kita harus berhenti dari kehidupan di bumi ini. Layakkah kita masuk ke dalam Rumah Bapa?

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ADALAH KESOMBONGAN KALAU KITA MENCARI TUHAN HANYA PADA WAKTU KITA MEMBUTUHKAN PERTOLONGAN-NYA; DAN ITU BERARTI KITA TIDAK MENGHORMATI-NYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 April 2023
2023-04-03 08:42:55

Hakim-Hakim 13-15

Card image
Truth Kids 02 April 2023 - PERASAAN POSITIF DAN NEGATIF
2023-04-02 10:01:49


Bilangan 22:22
“Tetapi bangkitlah murka Allah ketika ia pergi, dan berdirilah Malaikat TUHAN di jalan sebagai lawannya. Bileam mengendarai keledainya yang betina dan dua orang bujangnya ada bersama-sama dengan dia.”

Sobat Kids, kira-kira tahu gak sih artinya perasaan positif dan negatif? Perasaan positif itu menunjukkan hal yang baik, seperti senang, gembira, ceria, bersyukur dan masih banyak lagi. Nah, kalau perasaan negatif itu menunjukkan hal yang tidak baik, seperti marah, kesal, sedih, menangis, kecewa dan lain-lain. Perasaan positif dan negatif dimiliki oleh setiap manusia seperti kita. Sobat Kids pasti pernah merasa senang, gembira saat jalan-jalan bersama papa, mama dan keluarga lainnya. Itu merupakan contoh perasaan positif yang kita alami. Sebaliknya saat kita kesal karena tidak mendapatkan mainan yang kita inginkan, ini merupakan contoh perasaan negatif. Bagaimana dengan Allah? Allah juga memiliki perasaan, Sobat Kids. Itu artinya Allah pasti akan merasa sedih saat kita marah-marah kepada teman kita. Atau saat kita tidak taat kepada mama, papa. Namun, saat kita membantu papa, mama dengan hati yang gembira, pasti Allah juga akan merasa senang. Jadi Sobat Kids, yuk, kita jaga perasaan positif dan negatif kita. Karena kita harus menjaga perasaan Allah, agar Allah selalu merasa senang saat melihat perbuatan dan perasaan kita.

Card image
Truth Junior 02 April 2023 - BUKAN ROBOT
2023-04-02 09:58:12


Bilangan 22:22
“Tetapi bangkitlah murka Allah ketika ia pergi, dan berdirilah Malaikat TUHAN di jalan sebagai lawannya. Bileam mengendarai keledainya yang betina dan dua orang bujangnya ada bersama-sama dengan dia.”

“Ma, kenapa, sih, robot tidak bisa tertawa dan menangis?” tanya Miko kepada mama. “Karena robot itu benda mati, Nak.” “Memangnya kalau benda mati tidak bisa mengeluarkan air mata, Ma?” tanya Miko lagi. “Tidak bisa, Nak. Karena robot tidak memiliki perasaan seperti makhluk hidup,” jelas mama. “Oh, begitu, Ma.” Sejenak hening. “Ma, kalau Tuhan memiliki perasaan, gak?” tanya Miko lagi. “Wah, pertanyaan yang bagus. Tuhan memiliki perasaan juga seperti kita.” “Jadi, Tuhan juga bisa senang dan sedih, ya, Ma?” tanya Miko penasaran. “Tepat sekali. Tuhan bisa senang kalau melihat kita menjadi orang yang baik, tapi Tuhan sedih kalau kita menjadi anak yang nakal,” ujar mama menjelaskan Miko.

Sobat Junior, Tuhan bukanlah robot yang tidak memiliki perasaan. Tuhan bisa sedih dan tersenyum. Sobat Junior ingin melihat Tuhan sedih atau tersenyum? Jika Sobat Junior ingin melihat Tuhan tersenyum, maka kita harus belajar untuk taat dan bersikap baik; apa yang kita lakukan, tidak melukai perasaan atau hati orang lain, terutama hati Tuhan.

Namun, jika kita tidak mau dengar-dengaran, tidak mau mengasihi sesama, berkata sembarangan, tidak mau berbagi, maka Tuhan akan sedih melihat sikap kita. Karena Tuhan mau kalau kita menjadi anak yang baik. Sebab, Tuhan Yesus sudah memberikan contohnya saat Ia hidup di dunia ini.

Jadi, mulai sekarang kita harus ingat, kalau apa pun yang kita lakukan, kita katakan, kita pikirkan, ada Tuhan yang selalu mengetahui. Ada Tuhan yang akan senang melihat perbuatan baik kita, tetapi sedih jika kita nakal.

Card image
Truth Youth 02 April 2023 (English Version) - COME ON, RISE AGAIN!
2023-04-05 10:14:43


”Therefore, my beloved brethren, be ye stedfast, unmoveable, always abounding in the work of the Lord, forasmuch as ye know that your labour is not in vain in the Lord." (1 Corinthians 15:58)

Does anyone feel tired of being a good person? Come on, who here has the same feeling? "It's really tiring to be a good person." If you've never felt tired of being a good person, it means you haven't tried to be good. Because fighting to be right (even more than just good) is not easy. Sometimes it feels like it's okay to cut yourself, why you have to be kind to people who are bad to ask for forgiveness, why do you have to do everything with love and even have to be useful for many people. Do we often grumble when it's really hard to please? Is it really hard to be similar to Jesus?

If you start grumbling funny things that are annoying like that, don't forget to remember again that in communion with God our hard work is not in vain. So stand firm, don't be shaken, and always be active in God's work. Always remember that we do everything for God. God will definitely act if we do anything. God will definitely defend us if we do anything. God must be on our side. So direct our hearts and direct everything only for the glory of God. If God is pleased and we become His lovers, what does He not pay attention to? So keep spirit, let's do many good things for God. Don't stop doing good and don't give up if our kindness still seems nothing. It seems that nothing to the world is not necessarily nothing to God. Come on, get up again.

WHAT TO DO:
1. Start doing small good things around us
2. Make yourself aware that everything is only for God

BIBLE MARATHONS:
▪︎ Deuteronomy 28-29

Card image
Truth Youth 02 April 2023 - YUK, BANGKIT LAGI!
2023-04-02 09:49:02


Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia. (1 Korintus 15:58)

Apakah ada orang yang merasakan lelahnya jadi orang baik? Hayo siapa di sini yang punya perasaan yang sama? “Capek banget ya jadi orang baik.” Kalau belum pernah ngerasain rasanya capek jadi orang baik, berarti kita belum berusaha untuk menjadi baik. Karena berjuang untuk menjadi benar (bahkan lebih dari sekadar baik) itu gak gampang. Kadang rasanya untuk apalah menyayat diri sendiri, untuk apalah harus baik sama orang yang jahatnya minta ampun, untuk apalah harus ngelakuin segala sesuatu dengan kasih bahkan harus bermanfaat buat banyak orang. Sering gak sih kita suka ngedumel kalau susah banget buat jadi berkenan? Susah banget sih untuk jadi serupa dengan Yesus?

Kalau sudah mulai ngedumel lucu yang nyebelin gitu, jangan lupa untuk ingat lagi kalau dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payah kita tidak sia-sia. Maka berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan. Ingat selalu kalau kita melakukan semuanya untuk Tuhan. Tuhan pasti akan bertindak kalau kita kenapa-kenapa. Tuhan pasti akan membela kalau kita kenapa-kenapa. Tuhan pasti ada di pihak kita. Maka arahkanlah hati kita dan tujukanlah segala sesuatu hanya untuk kemuliaan Tuhan. Kalau Tuhan senang dan kita menjadi kekasih-Nya, apa yang tidak diperhatikan oleh-Nya? Jadi semangat, ayo kita melakukan banyak hal baik untuk Tuhan. Jangan berhenti berbuat baik dan jangan menyerah kalau kebaikan kita masih terlihat nothing. Terlihat nothing bagi dunia belum tentu nothing untuk Tuhan. Yuk, bangkit lagi.

WHAT TO DO:
1. Mulai melakukan kebaikan kecil di sekitar kita
2. Menyadarkan diri kalau semua hanya untuk Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 28-29

Card image
Renungan Pagi - 02 April 2023
2023-04-02 09:42:05


Firman Tuhan tidak hanya berisi janji dan berkat Allah, tetapi juga perintah-Nya yang harus kita lakukan. Ada banyak orang pintar dan merasa pandai di dunia ini. Lalu dia merasa semua yang diraihnya adalah karena kepintaran dan kepandaiannya. Tetapi tidak semua orang pintar itu selamanya bisa menjadi berkat, tetapi firman Tuhan berkata, orang jujur dan setia yang akan ditolong dan dipelihara oleh Tuhan.

"Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya, sambil menjaga jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia." Jika kita jujur dan setia, maka di manapun ditempatkan Tuhan, pasti akan selalu menjadi berkat.

Tuhan Allah telah membuktikannya, ketika DIA menolong dan memelihara Daud, Salomo, Musa, Elia dan banyak lagi orang-orang jujur dan setia yang telah disertai oleh Tuhan. Dia juga Allah yang setia, yang akan menolong dan memelihara hidup kita jika jujur dan setia.
(Amsal 2:7-8)

Card image
Quote Of The Day - 02 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-02 09:37:17


Ambisi pribadi kita hanyalah mengenal Yesus Kristus lebih dalam agar kita dapat menjadi serupa dengan-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 02 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-02 09:34:29


Menghormati Tuhan artinya melakukan segala sesuatu sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan serta rencana-Nya. Inilah ketaatan yang benar.

Card image
TREATING GOD RIGHT - 02 April 2023 (English Version)
2023-04-02 09:24:56


We must firstly accept in faith and believe with all our hearts that God is a Person with his own thoughts, feelings, and wills. We must understand that God’s will be done, at all times and in everything. God also has plans. These plans can be divided into two categories. First, God’s original plan to establish His Kingdom and His people. This requires the engagement of all His children. Second, God’s specific plans for each believer. It means, each believer is intended for a specific purpose and God has planned only for him/her to fulfil that purpose. 

As the children of God, believers are called to live a life that continually draws His Kingdom and fulfils His plans. Thus, God is greatly influenced by and will act in accordance with our thoughts, speech, and actions. God’s responses to and actions towards His chosen people are distinct from His responses to and actions towards other people. This distinction is necessary for two main reasons. Firstly, the believers’ status as children of God. Secondly, the urgency for God’s Kingdom to be present in this world and for His plans to be fulfilled by virtue of believers’ lives. In this case, believers are not governed by the written religious laws, but by the will of God.

As believers, having a close and intimate relationship with the living God and  treating Him right for the person He is – a Person with His own mind, capable of all emotions, and who is affected by our whole life – are often difficult as this relationship requires a complete openness on our part. This is clearly implied in Romans 8:28, that God intervenes in all affairs of our lives. Yet, as God is invisible, we often perceive Him as distant, aloof from our affairs, even nonexistent. Why do many people fail to clearly grasp God’s responses to all our actions? More often than not, these people are lured by something or someone who is deemed to be more attractive than God and His Kingdom. To be able to grasp the fullness of God’s presence, God and His Kingdom has to be our all in all – God, and only God alone. We must not serve two masters.

It is often difficult for believers to acknowledge the existence of God, thus treating Him right as a living God – having His own mind and feelings as well as being able to be persuaded by human affairs. Many lack the awareness of God’s existence and are unable to grasp the true meaning of His command to “seek first His Kingdom and its righteousness”. Thus, they are steered by their own thoughts, words, and actions. For many Christians who faithfully attend church service, who are church activists, or even pastors, God is only a subject of their conversations, not someone who grips their lives. This manner of worship is identical with other religions’. 

Inadvertently, God has become a philosophy of our religion, reduced to be a subject of conversations. There is no concrete encounter with God Himself. For religious people, this system of philosophy contains all the laws of their religions, i.e. God’s only concern is for them to follow the requirements of these laws. No more and no less. This is in contrast to God’s dealings with believers which include His dealings with all aspects of their lives. In this case, God searches and examines every inch of the believer’s life. Therefore, we need to be mindful of the manner with which we treat Him.

As God’s chosen people, we need to constantly put God in the centre of our lives. Firstly, God has to be the goal, the meaning, and the values of our lives; that without Him, lives are pointless, meaningless, and worthless. Secondly, our sole purpose in life is only to satisfy His heart’s desires and to fulfil His will. None can be the centre of this life. This was God’s objective when He created humans. Sadly, most people have succumbed to materialism, where worldly wealth and comfort are their only objectives in life. Likewise, others are preoccupied with achieving powers and their own glory, and religious people are consumed by their religious laws and rituals.

People who have God as the centre of their lives will say together with Jesus: “My food is to do the will of Him who sent Me and to finish His work” (John 4:34). This is what is meant by living for God. Essentially, living for God is striving to understand and do His will. This is the life of those who have  lost his life for His sake (Matt. 10:39). Their desire is  none other than doing  the will of the Father. All they desire and do are for His sake and His sake alone. They are the most prosperous people, which have stored up treasures in heaven.

A PERSON IS SAID TO TREAT GOD RIGHT WHEN THEY STRIVE TO UNDERSTAND AND DO HIS WILL.

Card image
MEMPERLAKUKAN TUHAN SECARA BENAR - 02 April 2023
2023-04-05 10:17:42


Hal utama yang harus kita terima dan yakini dengan segenap hati adalah bahwa Tuhan merupakan Pribadi yang memiliki pikiran, perasaan dan kehendak. Kita harus memahami bahwa Allah memiliki kehendak yang harus dilakukan setiap saat dan dalam segala hal. Selain itu, Allah juga memiliki rencana. Rencana itu bisa meliputi dua area. Pertama, rencana Allah secara umum, yaitu rencana Allah sejak semula untuk membangun Kerajaan dan keluarga Allah. Artinya, setiap anak-anak Allah harus terlibat di dalam rencana besar Allah. Kedua, rencana Allah secara khusus, yaitu rencana atas setiap individu orang percaya yang sangat spesifik. Dalam hal ini setiap orang menanggung rencana Allah yang khusus dan istimewa. Tidak ada orang yang memiliki rencana khusus yang sama.

Terkait dengan kehidupan orang percaya sebagai anak-anak Bapa yang dipanggil untuk menghadirkan Kerajaan Allah dan mewujudkan kehendak-Nya dalam hidup ini, Tuhan sangat reaktif dan responsif terhadap segala sesuatu yang kita lakukan, yaitu semua yang kita pikirkan, ucapkan dan lakukan. Reaksi dan respons Tuhan terhadap kehidupan umat pilihan berbeda dengan kehidupan mereka yang bukan umat pilihan. Hal ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu: pertama, karena kita anak-anak Allah, kedua karena kita harus menghadirkan Kerajaan Allah dan mewujudkan kehendak-Nya. Dalam hal ini kehidupan orang percaya tidaklah diatur oleh hukum-hukum yang tertulis seperti agama pada umumnya. Tetapi diatur oleh kehendak Allah.

Memperlakukan Allah sebagai Pribadi yang hidup dan berperasaan sekilas kelihatannya sederhana, tetapi sebenarnya sangat kompleks, sebab orang percaya tidak boleh memiliki wilayah sendiri. Semua wilayah adalah wilayah di mana umat pilihan Allah berurusan dengan Allah. Roma 8:28 mengindikasikan hal ini dengan sangat jelas, bahwa Allah berurusan dengan orang percaya dalam segala hal. Kenyataan yang tidak bisa dibantah bahwa Tuhan tidak kelihatan, sering seperti tidak ada, seakan-akan Ia ada di tempat yang tidak dapat disentuh dan dijangkau. Mengapa banyak orang tidak menangkap reaksi dan respons Tuhan atas segala sesuatu yang kita lakukan? Karena tidak memiliki kepekaan menangkapnya. Hal ini disebabkan ketertarikan seseorang terhadap sesuatu atau seseorang lebih besar dari ketertarikan terhadap Tuhan dan Kerajaan-Nya. Untuk bisa menangkap kehadiran Allah secara maksimal, seseorang harus hanya memiliki satu dunia; Tuhan dan Kerajaan-Nya. Tuhan absolut, kita tidak dapat mengabdi kepada dua tuan.

Sesungguhnya, mengakui bahwa Tuhan itu ada dan hidup serta memperlakukan Dia sebagai Pribadi yang hidup, yang berperasaan, reaktif dan responsif bukanlah sesuatu yang mudah. Pada kenyataannya, banyak orang yang tidak memperlakukan Dia secara benar. Banyak orang menggerakkan hidupnya dari apa yang dipikirkan, diucapkan dan dilakukan seakan-akan Tuhan tidak ada. Hal ini disebabkan ia tidak mengerti maksud “mendahulukan Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya.” Bagi orang-orang Kristen yang aktif bergereja, aktivis bahkan pendeta, Tuhan hanya menjadi wacana percakapan, tetapi tidak menjadi Pribadi yang hidup yang mencengkeram hidupnya. Hal ini tidak berbeda dengan banyak orang beragama lain.

Tanpa disadari, Tuhan menjadi seperti sebuah sistem yang hanya dipercakapkan, tetapi tidak dihadapi dan diperlakukan secara riil. Bagi orang beragama, sistem yang dimaksud adalah hukum-hukum agamanya. Sebab bagi mereka, yang penting sudah melakukannya; di luar itu Tuhan tidak ada urusan lagi. Berbeda dengan orang percaya yang harus berurusan dengan Tuhan dalam segala hal. Dalam hal ini, tidak ada wilayah kehidupan yang bebas dari sorotan Tuhan. Tidak ada satu hal pun yang Tuhan tidak ikut mempersoalkannya. Maka, kita harus mau mengerti bagaimana memperlakukan Tuhan secara benar.

Ketika seseorang menjadi umat pilihan, maka ia harus terus belajar menempatkan Tuhan sebagai pusat, artinya: pertama, ia harus menjadikan Tuhan sebagai tujuan, arti atau makna dan nilai kehidupan. Sebab tanpa Tuhan berarti hidup ini tidak mempunyai tujuan, tidak berarti, tidak bermakna dan tidak bernilai sama sekali. Kedua, hidup ini hanya untuk memuaskan hati Tuhan dan melakukan kehendak-Nya semata-mata. Tidak ada sesuatu apa pun yang menjadi pusat kehidupan ini. Inilah tujuan Tuhan menciptakan manusia. Namun, manusia yang materialistis menempatkan harta sebagai pusat kehidupan. Demikian juga dengan orang yang gila hormat, ia akan menempatkan kehormatan sebagai pusat hidupnya. Orang beragama menjadikan hukum dan ritual sebagai pusat hidupnya.

Orang yang menjadikan Tuhan sebagai pusat kehidupannya akan berkata seperti Tuhan Yesus berkata: Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yoh. 4:34). Inilah yang namanya hidup bagi Tuhan. Inti dari hidup bagi Tuhan adalah berusaha mengerti kehendak Tuhan dan melakukan kehendak-Nya. Hidup seperti ini adalah kehidupan orang yang kehilangan nyawanya (Mat. 10:39). Ia tidak memiliki keinginan apa pun dalam hidup ini kecuali melakukan kehendak Bapa. Segala sesuatu yang diingini dan dilakukan untuk kepentingan Tuhan semata-mata. Tidak ada orang yang lebih kaya dari orang-orang seperti ini. Inilah yang dimaksud dengan mengumpulkan harta di surga.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SESEORANG DIKATAKAN MEMPERLAKUKAN TUHAN SECARA BENAR KETIKA IA BERUSAHA MENGERTI KEHENDAK TUHAN DAN MELAKUKAN KEHENDAK-NYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 April 2023
2023-04-02 09:15:27

Hakim-Hakim 10-12

Card image
Truth Kids 01 April 2023 - PERASAANKU PEMBERIAN TUHAN
2023-04-01 10:21:05


Filipi 2:5
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,”

Sobat Kids, pernahkah kalian merasa senang ketika mama memasakkan makanan kesukaan kalian? Atau merasa senang saat papa mengajak jalan-jalan? Sebaliknya, pernahkah kalian merasa sedih atau marah ketika kalian mendapat nilai yang kurang baik di sekolah? Atau mungkin saat mainan kalian direbut atau dirusak oleh orang lain? Nah, senang, sedih, marah itu sebagian dari perasaan yang bisa kita rasakan sebagai manusia. Itu adalah pemberian dari Tuhan, loh. Tuhan memberikan perasaan agar kita bisa merasa dan mengetahui perasaan Tuhan. Jadi kita harus belajar mengatur perasaan kita. Jangan kita gunakan seenaknya. Misalnya, karena keinginan tidak dituruti kita menjadi marah-marah. Itu contoh yang buruk, Sobat Kids. Bukan berarti kita tidak boleh marah, Tuhan pun pernah marah. Tetapi Ia marah karena manusia melakukan kejahatan di mata Allah. Nah, untuk itu, kita harus berdoa dan terus belajar agar kita bisa mengatur perasaan kita sehingga membuat Tuhan Yesus merasa senang.

Card image
Truth Junior 01 April 2023 - TIDAK JAUH DARI POHONNYA
2023-04-01 10:18:19


Filipi 2:5
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,”

"Ma, Ma, Ma … Tahu, gak, ternyata Tomi jago main futsal karena papanya saat masih muda juga jago main futsal, loh, Ma!” seru Miko kepada mama. “Wah, keren!” jawab mama salut. “Iya, Ma. Tomi keren banget. Tomi selalu memenangkan lomba futsal. Lain kali, aku akan minta Tomi untuk mengajariku bermain bola dengan baik.” “Iya. Itu namanya buah jatuh tidak jauh dari pohonnya,” jawab mama sembari membuat teh hangat. “Apa itu buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, Ma? Buah apa, Ma, maksudnya?” tanya Miko. “Hahaha … Itu namanya ibarat, Nak,” jawab mama sambil tertawa. “Misalnya, ada pohon mangga, pasti buah yang berjatuhan di bawah pohon itu adalah buah mangga. Tidak mungkin buah pisang, kan?” lanjut mama menjelaskan. “Oh, gitu, Ma. Iya, Ma. Tidak mungkin buah pisang, apalagi buah salak. Hahaha.”

Sobat Junior, keadaan kita dengan Tuhan pun harus seperti “buah yang jatuh tidak jauh dari pohonnya.” Artinya, kita memiliki keadaan yang sama seperti Tuhan. Saat Tuhan Yesus hidup di bumi ini, Tuhan Yesus memiliki sikap yang baik, sopan, tidak suka mengejek teman, tidak berkata kasar, tidak mau berbohong, selalu berbagi, dan mengasihi orang lain. Maka, kehidupan kita pun harus memiliki sikap yang sama. Karena, kita ini diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Jadi, kita harus memiliki tindakan, cara berpikir, dan cara berkata yang sama seperti Tuhan Yesus.

Card image
Truth Youth 01 April 2023 (English Version) - SMASH THE WORLD'S PRIDE
2023-04-01 10:13:25


”What shall we then say to these things? If God be for us, who can be against us? ” (Romans 8:31)

This life often collides with many diverse human forms. We are surrounded by many people from cultural, social, educational, family, and other backgrounds that make up a person. Not infrequently we will clash with their attitudes, behaviors, and thoughts that may not be in accordance with what we are today. Sometimes we know what is good and we try to do what is good. But the world doesn't respond to good things to be done because many people think that good things don't need to be done. Finally we become doubtful and undo our intention to do that good. Often we just stay silent following the flow of flowing water because that's the world's game.

But is that what we as powerful children of God have to do? It should be, when we really interpret that life is only to do what is important to Him, then nothing can hinder the good that we want to do, because we do it for God and God is definitely on our side. Like the verse we read at the beginning, if God is for us, who can be against us? So don't be afraid to turn your back on the flow of the world. Don't be afraid to be different in the same world. Don't be afraid to swerve, turn back in the right direction. We must dare to do everything and face everything with strength. Just hit the pride of the world, because God is on our side.

WHAT TO DO:
1. Start convincing yourself that the good we do is for God
2. Start focusing on what is our strength, which is God.
BIBLE MARATHON:
▪︎ Deuteronomy 26-27

Card image
Truth Youth 01 April 2023 - HANTAMLAH SOMBONGNYA DUNIA
2023-04-02 09:50:33


"Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? (Roma 8:31)

Hidup ini sering kali berbenturan dengan banyak rupa manusia yang beraneka ragam. Kita dikelilingi oleh banyak orang dari latar belakang budaya, sosial, pendidikan, keluarga, dan hal lainnya yang membentuk suatu pribadi. Tak jarang kita akan berbenturan dengan sikap, perilaku, dan pemikiran mereka yang mungkin tidak sesuai dengan apa yang menjadi diri kita saat ini. Terkadang kita tahu apa yang baik dan kita berusaha untuk melakukan apa yang baik. Tapi dunia tidak menyikapi hal baik itu untuk dilakukan karena banyak orang yang menganggap hal baik itu tidak perlu dilakukan. Akhirnya kita jadi ragu dan mengurungkan niat kita untuk melakukan kebaikan itu. Sering kali kita hanya diam mengikuti aliran air yang mengalir karena ya memang begitu permainan dunia.

Tapi apakah seperti itu yang harus dilakukan oleh kita sebagai anak Tuhan yang dahsyat? Seharusnya, ketika kita benar-benar memaknai bahwa hidup ini hanya untuk melakukan apa yang penting bagi-Nya, maka tidak ada satu pun yang bisa menghalangi kebaikan-kebaikan yang ingin kita lakukan, karena kita melakukannya untuk Tuhan dan Tuhan pasti ada di pihak kita. Seperti ayat yang kita baca di awal, kalau Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Jadi jangan takut untuk berbalik arah dari arus dunia. Jangan takut untuk menjadi berbeda di tengah dunia yang sama. Jangan takut untuk banting setir, putar balik ke arah yang benar. Kita harus berani melakukan semuanya dan menghadapi semuanya dengan kuat. Hantam saja sombongnya dunia, karena Allah ada di pihak kita.

WHAT TO DO:
1. Mulai meyakinkan diri kalau kebaikan yang kita lakukan untuk Tuhan
2. Mulai fokus sama apa yang menjadi kekuatan kita, yaitu Allah.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 26-27

Card image
Renungan Pagi - 01 April 2023
2023-04-01 10:01:26


Ketaatan baru disebut sebagai ketaatan sampai hal itu diwujudkan dalam sebuah tindakan nyata, bukan hanya melalui perkataan atau pikiran saja!. Yakobus menegaskan, "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." Abraham adalah contoh tentang figur orang yang benar-benar hidup dalam ketaatan, Abraham tidak hanya taat dan percaya secara pikiran dan kemauan tapi ia juga mempraktekkannya, dan karena ketaatannya itu kehidupan Abraham menjadi berkat bagi bangsa-bangsa.

Ketika ketaatan seseorang diwujudkan melalui tindakan nyata, hal ini dapat dilihat dan dirasakan oleh orang lain sehingga nama Tuhan dipermuliakan melalui kehidupan orang tersebut, ketaatan yang diwujudkan dalam tindakan nyata akan memiliki kekuatan dan berdampak kuat untuk membawa orang lain kepada Tuhan.

*Bagaimana kita bisa menjadi orang yang taat? Kita harus mempertajam pendengaran dan melatih diri untuk banyak mendengar seperti yang dikatakan oleh Yesaya, "Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid", kita tidak mungkin bisa menjadi orang yang taat jika tidak belajar untuk mendengar.

Ketika mendengar firman Tuhan mulailah tumbuh iman di hati dan kemudian kita melangkah dalam ketaatan, jadi ketaatan itu harus jelas, mulai mendengar terlebih dahulu, sehingga mengerti apa yang Tuhan kehendaki, lalu kita bertindak dengan iman, "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh...", ketaatan tanpa disertai tindakan nyata sama dengan ketidaktaatan!"
(Yakobus 2:17 ; Yesaya 50:4B ; Wahyu 2:7)

Card image
Quote Of The Day - 01 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-01 09:49:13


Orang yang lupa dirinya berasal dari mana, pasti tidak tahu budi.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 01 April 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-04-01 09:46:07


Seberapa seseorang mempercayai Tuhan, itu dapat dilihat dari seberapa ia menghargai, menghormati Tuhan dan merasa membutuhkan-Nya.

Card image
HONOURING GOD - 01 April 2023 (English Version)
2023-04-01 09:43:47


Most people do not honour God right. Many claim to have a religion and faithfully observe their religious practices, yet they do not give God the honour He deserves. Not only is this a wretched condition, but also dreadful! A day will come when such a person faces the most revered, almighty God, in all His glory. How terrible their fate will be! Even we, who have strived to honour God, may fall short of honouring Him right, as God is invisible.

In general, people are inconsiderate of the mind of God as they think or act. We go about our daily business, travels, purchases, and plans without reflecting on how an activity will please God. This is the general rhythms of human life, even ours. Only when we realise how we have grossly offended God, the Lord of the universe, then we will strive to appropriately place ourselves before Him. Yet this conversion is not an easy task as we have been caught in the wrong rhythm of life for a very long time.

Let us strive to fathom God as a living God, real and omnipresent in our lives; and to always consider everything in relation to the mindset of the Father. Unfortunately, very few people have this principle of life. Most believe that they are entitled to any selfish conduct which can be seen from their irreverent conversations, jokes, or comments on social media. 

Let us repent! Stop living carelessly or as pleased! We need to consider all actions in their relation to God’s mind. This is not easy! Yet, this will become our second nature if we continually strive to please God in all things. This is what is meant by living before God, in His presence, living a life that honours Him.  Those who earnestly strive to honour God may struggle to live righteously before God, let alone those who perfunctorily labour to honour Him.

We should set our hearts to truly love, honour, and fear Him. Imagine how marvellous! And how wonderful when we become a people who truly honour, love, and fear God; we are indeed God’s saints. God will certainly delight in our lives. Don’t be confined to our past, no matter how grim it was! God blots out our sins and will remember them no more if we genuinely repent and turn from our wicked ways. God deals with who we are today, not with who we were in the past! Remember, God deals with who we are today and what we can become in the future.

We want to advance to the next level and enter a new realm of God’s glory; closer to, more devoted to our Lord, that our hearts become indifferent to the beauty of this world and are increasingly set upon the new heavens and the new earth. Only then, we can truly long for the Lord Jesus. To attain this, we must discipline ourselves as God has given us the freedom of the will. We are the ones who control our own actions, not God. We ask God for His guidance, so all our actions are in accordance with His will. We propel our lives into God and His Kingdom. It is warranted. Do not be influenced by the world.

Most people do not give God the honour due Him. Some may endeavour to honour God right, yet this may prove to be an arduous labour. Although people may claim to be religious, be church activists, even preachers, most will be drifted away by worldly pleasures, hobbies, worldly entertainment, and live their life separated from God. For us, who know the truth, let us build a truly extraordinary life. A life that is increasingly pleasing to God, a sweet aroma before Him. Let us strive together, not forgetting our daily prayers before God! Make time for meeting Him face to face. 

WE MUST CONSIDER ALL ACTIONS IN OUR RELATIONS TO GOD'S MIND; THIS IS THE LIFE THAT HONOURS HIM.

Card image
MENGHORMATI TUHAN - 01 April 2023
2023-04-01 09:40:34


Hampir semua manusia tidak menghormati Tuhan secara patut. Walaupun beragama, walaupun melakukan kegiatan agama, tetapi mereka tidak menghormati Tuhan secara patut. Dan ini benar-benar mengerikan. Bukan hanya menyedihkan, mengerikan! Kalau suatu hari seseorang menghadap Allah yang Maha Terhormat, Maha Agung dengan segala kemuliaan-Nya dan ia telah memperlakukan Allah secara tidak patut, betapa mengerikan keadaan orang seperti ini. Kita saja yang berjuang dan berusaha untuk menghormati Tuhan secara patut, belum tentu dengan mudah dapat menghormati Tuhan secara patut! Karena Allah tidak kelihatan.

Dan manusia pada umumnya memiliki kebiasaan melakukan segala sesuatu tanpa mempertimbangkan perasaan Allah. Biasa buat ini buat itu, pergi ke sana pergi ke sini, beli ini beli itu, punya rencana ini dan itu tanpa mempertimbangkan perasaan Allah; apakah Allah berkenan atau tidak. Itu adalah irama hidup manusia pada umumnya; termasuk irama hidup kita. Dan ketika kita sadar, kita telah hidup tidak senonoh di hadapan Allah—di mana Allah adalah Tuan rumah jagad raya ini—baru kita sadar dan kita mau berusaha untuk menempatkan diri kita secara benar, proporsional dan patut di hadapan Allah. Tapi karena irama hidup kita yang sudah salah begitu lama, betapa sulitnya merubahnya.

Tetapi mari kita berjuang, bagaimana bisa menghayati Allah sebagai Pribadi yang hidup, yang nyata, yang Mahahadir di dalam hidup kita. Dan kita selalu mempertimbangkan segala sesuatu dengan mengkaitkan dengan perasaan Bapa. Namun sedikit sekali orang yang memiliki prinsip hidup seperti ini. Amati bagaimana orang dalam percakapan, bercanda, menulis sesuatu di media sosial; semua dilakukan tanpa mempertimbangkan apakah ucapannya, tindakannya, perilakunya, tulisannya itu benar-benar menyenangkan Tuhan atau tidak. Orang merasa berhak berbuat apa pun.

Tapi, mari kita bertobat! Ayo, kita berhenti hidup sembarangan, berhenti hidup suka-suka sendiri! Segala sesuatu yang kita lakukan harus kita pertimbangkan dengan mengaitkan dengan perasaan Bapa. Ini tidak mudah! Tetapi kalau kita membiasakan terus, maka kita akan secara otomatis dalam melakukan segala sesuatu mempertimbangkan perasaan Bapa. Inilah yang dimaksud dengan hidup di hadapan Allah. Hidup di hadirat Tuhan. Hidup yang menghormati Allah. Yang berjuang saja belum tentu dengan mudah dapat hidup secara benar di hadapan Allah, apalagi kalau orang tidak sungguh-sungguh berjuang.

Kita bertekad untuk bisa memiliki hati yang mengasihi, menghormati dan takut akan Dia sebagaimana sepatutnya. Dan kita membayangkan betapa indahnya! Dan memang indah, kalau kita menjadi manusia yang menghormati Allah secara patut, mencintai Allah secara patut dan takut akan Allah secara patut; pasti kita menjadi orang saleh Tuhan. Dan hidup kita pasti bisa dinikmati oleh Tuhan. Apa pun dan bagaimana pun keadaan masa lalu kita, jangan hal itu mengikat kita! Tuhan melupakan dosa-dosa kita dan tidak mengingatnya, jika kita sungguh-sungguh bertobat dan mau berubah. Tuhan berurusan dengan kita hari ini! Bukan kita 2, 3 tahun yang lalu, apalagi 10,15 tahun yang lalu! Bahkan Tuhan tidak berurusan dengan kita kemarin! Ingat! Tuhan berurusan dengan kita hari ini dan bisa menjadi apa kita nanti.

Kita mau kita naik kelas, masuk kawasan baru dalam kemuliaan Tuhan; makin dekat, makin melekat dengan Tuhan. Sehingga hati kita makin tawar melihat keindahan dunia. Mata hati kita makin terarah ke langit baru bumi baru. Dan kita benar-benar merindukan Tuhan Yesus. Dan itu harus kita paksa. Artinya kita memaksa diri kita sendiri. Kita keras terhadap diri kita sendiri. Kita yang bisa mengendalikan diri kita. Kendalikan kehidupan kita. Tuhan telah memberikan kepada kita kehendak bebas, sehingga bukan Tuhan yang mengendalikan hidup kita. Kita yang harus mengendalikan! Kita minta pertolongan Tuhan untuk menuntun kita, mengendalikan hidup kita. Kita kendalikan hidup kita hanya untuk terarah kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya saja. Dan itu satu keniscayaan. Jangan terpengaruh oleh dunia sekitar kita!

Pada umumnya manusia tidak menghormati Allah secara patut. Memang ada orang yang berusaha untuk menghormati Allah secara patut. Yang berusaha ini belum tentu dengan mudah dapat menghormati Allah secara patut. Pada umumnya orang hanyut dengan segala kesenangan, hobi, hiburan dunia, kehidupan yang terpisah dari Allah; walaupun bisa saja mereka beragama, bisa saja mereka menjadi aktivis gereja, bisa saja mereka menjadi pendeta. Namun kita yang sudah mengenal kebenaran, ayo kita bangun kehidupan yang benar-benar luar biasa. Kehidupan yang semakin berkenan di hadapan Allah. Menjadi keharuman di hadapan Tuhan. Mari, bersama kita berjuang! Jangan lupa setiap hari kita berdoa pribadi di hadapan Tuhan! Siapkan waktu untuk bertemu dengan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEGALA SESUATU YANG KITA LAKUKAN HARUS KITA PERTIMBANGKAN DENGAN MENGAITKAN DENGAN PERASAAN BAPA; INILAH HIDUP YANG MENGHORMATI ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 01 April 2023
2023-04-01 09:31:27

Hakim-Hakim 8-9

Card image
Truth Kids 31 Maret 2023 - ROH KUDUS PENOLONGKU
2023-03-31 09:40:25


Yohanes 15:14
“Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.”

Sobat Kids, sebagai sahabat dari Tuhan kita harus yakin bahwa kita ini tidak sendirian dan terus disertai oleh Tuhan. Apa buktinya? Buktinya adalah Roh Kudus. Sebelum Tuhan Yesus terangkat naik ke surga, Dia berjanji akan memberikan kita Penolong yang akan menyertai dan tentunya menolong kita. Penolong yang dimaksud oleh Tuhan Yesus adalah Roh Kudus, Sobat Kids. Jadi ketika Tuhan menjadi Sahabat kita, otomatis Roh Kudus juga akan menjadi sahabat kita. Roh Kudus telah diberikan Tuhan agar berdiam dalam hati kita. Roh Kudus akan mengingatkan kita untuk mendekat pada Tuhan. Ia akan menuntun kehidupan kita agar selalu melakukan hal yang baik, yang menyenangkan Tuhan. Namun, tidak itu saja, Roh Kudus juga akan memberikan kekuatan dan penghiburan ketika kita menghadapi masalah atau kesulitan.

Jadi ingat selalu, Sobat Kids, kalian tidak hidup sendiri walaupun teman-teman menjauhi kalian. Tuhan dan Roh Kudus tetap ada menemani. Walau tidak kelihatan, Tuhan dan Roh Kudus itu nyata.

Card image
Truth Junior 31 Maret 2023 - ROH KUDUS
2023-03-31 09:33:10


Yohanes 15:14
“Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.”

“Ma, aku bingung, kenapa, ya, Terry selalu mengajak bicara anjingnya?” tanya Fanny kepada mama. “Kamu tahu dari siapa?” jawab mama dengan bertanya. “Terry cerita ke aku. Bahkan, Ma, Terry bilang kalau ia sedih, pasti Terry cerita ke anjingnya. Aku bingung, kan, anjing tidak bisa berbicara. Mengapa Terry tetap mengajak anjing bicara, Ma?” tanya Fanny lagi. “Mungkin saja Terry membutuhkan teman di rumahnya, sehingga menjadikan anjing sebagai temannya,” mama coba menjelaskan. “Oh, gitu, Ma. Aku juga mau punya anjing dong, Ma, biar ada teman,” pinta Fanny. “Boleh saja, tapi sekalian Mama mau ajarin Fanny, ya. Fanny tahu, gak, kalau ada Pribadi yang selalu bersama kita di mana pun kita berada?” tanya mama. “Hmm… Gak tahu, Ma,” jawab Fanny sambil kebingungan. “Pribadi itu adalah Roh Kudus. Kita bisa ajak kapan pun Roh Kudus bercakap-cakap dengan kita. Misalnya saat kita sedih, takut, marah, dan lain-lain, Roh Kudus selalu menunggu kita berbicara dengan-Nya,” kata mama kepada Fanny.

Sobat Junior, setiap kita memiliki Roh Kudus yang bisa dijadikan teman curhat apabila kita merasa kesepian. Artinya, kita tidak pernah sendiri. Sebab, tidak semua orang akan mengerti dan menerima kita. Namun, Roh Kudus akan selalu ada untuk kita. Yang penting kita mau hidup menyenangkan hati Tuhan.

Card image
Truth Youth 31 Maret 2023 (English Version) - DEATH NOTE
2023-03-31 09:29:02


”Rest in the LORD, and wait patiently for him: Fret not thyself because of him who prospereth in his way, because of the man who bringeth wicked devices to pass.” (Psalm 37:7)

There is one film that tells the story of someone who is able to write the name of the person who will die. The names of the people contained in the book continue to be dealing with death sooner or later. So, many people are afraid of their names in the book. In one episode there is a story that many people are competing to dispose of and burn the book so that the next bad incidence occurs.

Have we ever thought that we ourselves have a book of death in our hearts. When we hate others, especially our enemies, we easily delete his name in life. As if that person is not worthy of life, it is not appropriate on this earth, even we hope that accidents occur in his life. When we were asked, did you do that wrong? We like to justify ourselves by saying, "Certainly not wrong, rather than fake we better throw that person from our lives." The thinking paradigm should not be in the dictionary of children who love God. Are we aware that those we hate or who are hostile to us are children who are loved by God too, who God does not want them to perish. Therefore, God's mercy in our hearts should also be present for them. People may make mistakes to us, but we must not stop to be a blessing. Like God that we want all in the book of life, as well as us, we should all expect it to be there together with Him. A loving person is he who has a heavenly desire.

WHAT TO DO:
1. Learn not to have a reason to hate others
2. Learning to life the nature of the Lord Jesus, which is to forgive without limits.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 14-16;
▪︎ Hebrews 13;
▪︎ James 1

Card image
Truth Youth 31 Maret 2023 - DEATH NOTE
2023-03-31 09:25:27


"Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia; jangan marah karena orang yang berhasil dalam hidupnya, karena orang yang melakukan tipu daya." (Mazmur 37:7)

Ada satu film yang bercerita tentang seseorang yang mampu menulis nama-nama orang yang akan meninggal dunia. Nama-nama orang yang terdapat dalam buku tersebut, cepat atau lambat akan berhadapan dengan kematian. Sehingga, banyak orang yang takut namanya ada dalam buku tersebut. Dalam satu episode terdapat cerita bahwa banyak orang berlomba-lomba untuk membuang dan membakar buku tersebut agar tidak terjadi kejadian-kejadian yang buruk berikutnya.

Pernahkah kita berpikir kalau kita sendiri memiliki buku kematian dalam hati kita. Ketika kita membenci orang lain, khususnya musuh kita, dengan mudahnya kita menghapus nama dia dalam kehidupan. Seakan-akan orang itu tidak pantas hidup, tidak pantas ada di muka bumi ini, bahkan kita berharap kecelakaan terjadi dalam hidupnya. Ketika kita ditanya, apakah salah melakukan hal tersebut? Kita suka membenarkan diri dengan berkata, “Tentu tidak salah, ketimbang fake lebih baik kita buang orang tersebut dari hidup kita.” Paradigma berpikir tersebut harusnya tidak ada dalam kamus anak-anak yang mengasihi Tuhan. Sadarkah kita, orang-orang yang kita benci atau yang memusuhi kita adalah anak yang dikasihi Tuhan juga, yang Tuhan tidak ingin mereka binasa. Oleh sebab itu, harusnya belas kasihan Tuhan dalam hati kita juga hadir untuk mereka. Orang boleh berbuat salah terhadap kita, tetapi kita tidak boleh berhenti untuk menjadi berkat. Seperti Tuhan yang ingin kita semua ada dalam buku kehidupan, begitu juga dengan kita, harusnya semua orang kita harapkan ada di sana bersama dengan Dia. Orang yang penuh kasih adalah dia yang memiliki hasrat surgawi.
WHAT TO DO:
1. Belajar untuk tidak memiliki alasan untuk membenci orang lain
2. Belajar menghidupkan sifat Tuhan Yesus yaitu mengampuni tanpa batas.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 14-16;
▪︎ Ibrani 13;
▪︎ Yakobus 1

Card image
Renungan Pagi - 31 Maret 2023
2023-03-31 09:21:18


Setiap orang percaya memiliki sebuah tanggung jawab, yaitu menjadi teladan bagi orang-orang dunia, kita akan menjadi teladan bagi dunia bila memiliki kehidupan yang berbeda, hidup akan berbeda dengan dunia apabila hidup sebagaimana Kristus hidup. "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."

Jadi adalah mutlak sebagai orang percaya memiliki kehidupan yang merefleksikan Kristus, kata 'refleksi' berarti gambaran atau cermin, jadi kita harus mencerminkan karakter Kristus atau mewarisi karakter Ilahi, baik dalam perkataan dan terlebih dalam perbuatan sehari-hari, jika tidak berarti hidup hanya akan menjadi batu sandungan bagi orang lain.

Hidup yang merefleksikan Kristus adalah hidup yang menghasilkan buah Roh: "...kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." Orang-orang dunia akan melihat ada Kristus di dalam diri orang percaya ketika menghasilkan buah Roh dalam kehidupan nyata, kita pasti dapat menghasilkan buah Roh karena ada Roh Kudus di dalam kita: "...tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu..."
(1Yohanes 2:6 ; Galatia 5:22-23 ; 1 Korintus 6:19)

Card image
Quote Of The Day - 31 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-31 09:17:13


Seberat apa pun beban yang sekarang kita sedang pikul, dan sebesar apa pun kesukaran yang kita sedang jalani, jangan berhenti memilih Tuhan untuk bisa mengalami bahwa Allah yang menciptakan langit dan bumi adalah Allah yang hidup.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 31 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-31 09:15:41


Hanya kematian terhadap diri sendirilah yang membuat Tuhan Yesus dapat hidup di dalam diri kita.

Card image
MENJAGA HATI - 31 Maret 2023
2023-03-31 09:13:05


Firman Tuhan mengatakan dalam Amsal 4:23, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” Apakah kita selama ini benar-benar memperhatikan keadaan hati kita dengan benar dalam pimpinan dan tuntunan Roh Kudus? Kalau dari hati terpancar kehidupan, berarti seluruh perilaku hidup kita sangat ditentukan oleh hati kita. Sejujurnya, tidak banyak orang yang sungguh-sungguh menjaga hatinya dengan rajin. Kita menganggap bahwa kita menjalani hidup dengan baik, tetapi sebenarnya tidak sungguh-sungguh memperhadapkan hati kita di hadapan Tuhan.

Wahyu 2:23 firman Tuhan mengatakan, “dan anak-anaknya akan Kumatikan dan semua jemaat akan mengetahui, bahwa Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya.” Ada hubungan (relasi) antara hati dan perbuatan. Apa yang kita baca dalam Kitab Amsal, tepat seperti yang Tuhan Yesus firmankan, bahwa Ia menguji batin dan hati orang. Tuhan akan memperhadapkan setiap perbuatan di hadapan-Nya, yang dikalimatkan “membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya.”

Dari hati, terpancar kehidupan. Karenanya, *hati harus dijaga.* Memang di sini dibutuhkan kejujuran, dan mintalah kepekaan dari Roh Kudus supaya kita bisa mengenali diri kita dengan lebih lengkap, benar, utuh, dan sempurna. Yeremia 17:9, “Betapa liciknya hati, lebih licik daripada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?” Ironis, kita sering tidak sadar bahwa kita itu munafik. Sering kali pikiran kita masih menyimpan hal-hal yang tidak patut, dan kita tidak sungguh-sungguh memperkarakan hal ini dengan Tuhan karena kita merasa lolos dari pengamatan mata Tuhan. Ada kebencian-kebencian, kemarahan-kemarahan terselubung, kesenangan-kesenangan dunia yang masih menempati hati kita.

Kalau Tuhan menerangi hati kita—karena memang kita minta Tuhan meneranginya—maka kita dapat melihat keadaan kita yang sebenarnya. Melihat, bukan berarti seketika bisa baik. Sebab untuk mencabut hal itu, perlu perjalanan waktu, perjalanan hidup, dan proses. Kalau seseorang tidak mengenali keadaan dirinya, tidak mungkin dia mengalami pertumbuhan kedewasaan rohani atau proses pengudusan. Kecuali kita duduk diam di kaki Tuhan, minta penerangan Roh Kudus supaya kita tahu bagaimana keadaan hati kita.

Hati itu licik. Semakin tua, seseorang akan makin sulit dibentuk; makin tidak bisa mengenali diri dengan utuh, lengkap, atau sempurna, kecuali betul-betul nekat. Kalau kita serius mau digarap oleh Tuhan, Ia akan memberikan rangsang atau impuls. Dan ketika muncul keinginan, gairah, perasaan tertentu, kita harus mengoreksi apakah ini sesuai dengan pikiran, perasaan Tuhan. Jika tidak, kita harus minta ampun dan menanggulanginya. Maka, “Allah turut bekerja dalam segala hal mendatangkan kebaikan,” itu cara Allah mengubah kita bukan dengan keajaiban atau mukjizat, melainkan lewat proses natural yang harus kita alami.

Kita bersyukur Tuhan mengizinkan kejadian-kejadian tertentu terjadi di dalam hidup kita. Tidak sedikit kejadian tersebut menyakitkan dan sangat melukai kita. Tetapi, tidak ada cara lain untuk mengubah kita, kecuali melalui kejadian-kejadian tersebut. Tuhan memerlukan sarana untuk mengubah kita. Sarana itu adalah peristiwa-peristiwa tersebut. Tuhan tidak bisa mengubah kita tanpa sarana, dan perubahan itu maksudnya agar kita serupa dengan Yesus. Serupa, tentu secara batiniah; wajah batiniah atau hati kita. Tuhan yang melihat hati. Jadi, Tuhan tahu peristiwa apa yang harus diadakan atau terjadi, untuk mengangkat kebusukan-kebusukan hati kita.

Ketika Tuhan memberikan rangsang atau impuls, kita mestinya sudah waspada. Kita harus bisa menyangkal diri. Menyangkal diri bukan hanya tindakan yang menolak perbuatan melanggar hukum. Menyangkal diri itu sikap yang menolak semua unsur manusiawi, supaya diganti rohani atau surgawi atau ilahi. Jadi sebelum membuahkan satu perbuatan, harus sudah kita matikan. Hati dijaga, maka perbuatan terjaga. Kalau hati tidak terjaga, akan membuahkan perbuatan yang salah. Kita harus kenal dulu keadaan kita. Kalau kita sudah mengenal keadaan kita yang sesungguhnya, baru kita tahu apa yang Tuhan mau kerjakan dan garap di dalam hidup kita

Tuhan melihat dari hati. Betapa bahagia hati Tuhan kalau Ia menemukan hati-hati yang cocok dengan warna-Nya. Hati-hati yang sewarna dengan Bapa pasti dimiliki oleh orang yang melakukan segala sesuatu sesuai dengan pikiran, perasaan Allah. Kalau orang berbuat baik, belum tentu menyenangkan Tuhan, karena kita tidak tahu motivasi yang mendorong dia berbuat itu. Tetapi kalau hati digarap, maka seluruh perilakunya akan pasti sesuai dengan keinginan Tuhan, menjadi seperti simfoni yang indah. Hati dulu “beres,” baru buah-buah hidupnya dinikmati oleh Tuhan.

Kenapa kita menjaga hati? Supaya tidak membuahkan perbuatan dosa. Perbuatan dosa, pasti “makan korban.” Tidak ada dosa yang tidak makan korban, kecuali masih di dalam hati. Kalau sudah menjadi perbuatan, pasti makan korban. Maka, ketika masih di hati, harus dimatikan. Oleh sebab itu, semua naluriah kemanusiaan kita harus diganti naluriah ilahi. Bagaimana itu bisa terjadi? Kalau kita terus menggarap hati kita, supaya memiliki pikiran, perasaan Kristus. Kalau manusia segambar dan serupa dengan Allah, maka perbuatannya tidak ada yang menyimpang dari pikiran, perasaan Allah.
Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KENAPA KITA MENJAGA HATI? SUPAYA TIDAK MEMBUAHKAN PERBUATAN DOSA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 31 Maret 2023
2023-03-31 09:09:13

Hakim-Hakim 6-7

Card image
Truth Kids 30 Maret 2023 - YESUS SAHABATKU
2023-03-30 09:08:24


Yohanes 15:15
“Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.”

Sobat Kids, sudah hampir sebulan kita belajar tentang sahabat. Mungkin ada beberapa Sobat Kids yang bingung karena kalian tidak punya sahabat. Bagaimana kalau teman-teman kita tidak mau berteman dengan kita? Bagaimana kalau teman yang ada di sekitar kita selalu mengejek dan menyakiti kita?

Sobat Kids, ada kabar baik untuk kalian. Ada satu pribadi yang mau menjadi sahabat setia kalian. Seorang sahabat yang mengerti kita. Seorang sahabat yang akan selalu ada saat kita senang maupun susah. Dia itu adalah Tuhan Yesus. Jika kalian bertanya, “Tuhan Yesus, kan, Tuhan. Bagaimana bisa? Ayat firman Tuhan yang ada di atas mengajarkan bahwa Tuhan menginginkan kita menjadi sahabat-Nya. Jika Tuhan sendiri yang berkata seperti itu, tidak perlu lagi kita takut atau meragukan perkataan-Nya. Tuhan Yesus akan menjadi sahabat terbaik bagi Sobat Kids semua. Jadi jangan pernah merasa sedih atau kesepian karena tidak punya teman. Tuhan Yesus akan selalu ada bersama kalian. Kalian bisa bercerita apapun pada Tuhan seperti pada sahabat kalian sendiri melalui doa. Jangan hanya berdoa kalau kalian membutuhkan sesuatu. Tetapi jadikanlah doa sebagai alat komunikasi kita dengan Sahabat sejati kita yaitu Tuhan Yesus.

Card image
Truth Junior 30 Maret 2023 - TUHAN YESUS TIDAK BERUBAH
2023-03-30 09:18:21



Yohanes 15:15
“Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.”

“Huhuhuhu…” Lala menangis tersedu-sedu. “Lala, kenapa, Sayang?” tanya mama terkejut, sebab melihat Lala menangis di depan pintu kamarnya. “Lala gak mau temenan lagi sama Kintan. Hanya karena Lala dapat nilai lebih bagus di kelas, Kintan tidak mau berteman lagi dengan aku. Bahkan Kintan memengaruhi teman-teman yang lain supaya menjauhiku,” ucap Lala sembari menangis. “Lala, tidak apa-apa. Di dalam hidup ini selalu ada hal-hal yang terjadi di luar dugaan kita. Maksudnya, tidak seperti apa yang kita inginkan. Mungkin kita berpikir, bahwa saat kita senang, orang lain akan ikut senang, tetapi hal itu tidak selalu demikian. Seperti yang Lala alami, saat Lala harusnya senang mendapat nilai yang baik, ternyata ada teman Lala yang tidak menyukainya,” jelas mama sambil memeluk Lala. “Iya, Ma. Lala tahu tidak semua teman baik. Walaupun Lala sedih Kintan dan teman-teman berbuat seperti itu, tapi Lala tidak bertindak seperti mereka,” jawab Lala kepada mamanya.

Sobat Junior, masalah pasti akan selalu ada di dalam pertemanan. Misalnya kita tidak cocok dengan teman, merasa dikecewakan, dan lainnya. Namun, satu hal yang harus kita pahami bahwa Tuhan Yesus adalah satu Pribadi yang selalu bersama kita. Teman-teman boleh meninggalkan kita, tetapi Tuhan Yesus akan selalu ada di saat kita senang atau pun sedih, sebab Ia tidak berubah.

Card image
Truth Youth 30 Maret 2023 (English Version)- MY LOVE IS UNLIMITED
2023-03-30 09:24:15


”Charity suffereth long, and is kind; charity envieth not; charity vaunteth not itself, is not puffed up.” (1 Corinthians 13:4)

In living this life, we will definitely find things that make our hearts uncomfortable or lose peace. One of the things that makes us lose peace is when people make mistakes to us. Therefore, we may have thought "I have enough forgiveness if the mistakes are no more than three times, or just twice. After that, I no longer want to know or deal with him. " We like to make conditions for forgiving others. However, if we see the forgiveness of God in our lives, there is no limit. God's love for us is unlimited. As a proof, today, we can still read the reflection, can still hear, can still do activities with a stack of sin, even a mountainous. What God does should inspire our lives. We who do not deserve to be forgiven, are still given a new day. Stay loved as if yesterday we did not sin. If we reflect on our lives today, we should not exist anymore. God should be gone. He sacrificed for us, must sacrifice for the umpteenth time because of our behavior. God's abundant love for our lives must also be delegated to our neighbors. this impossible? Certainly not. The strength and wisdom of God must accompany our struggle. However, start by praying for ourselves to be formed by God by forgiving. More than that, presumably peace from God surrounds our lives, so that hatred disappears in time.

WHAT TO DO:
1. Learning to live the abundant forgiveness of God for our lives.
2. Start praying to forgive others, and yourself.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 11-13;
▪︎ Hebrews 11-12

Card image
Truth Youth 30 Maret 2023 - KASIH-KU TAK TERBATAS
2023-03-30 09:27:32


"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong." (1 Kor 13:4)

Dalam menjalani hidup ini pasti kita menemukan hal yang membuat hati kita tidak nyaman atau kehilangan damai sejahtera. Salah satu hal yang membuat kita kehilangan damai sejahtera adalah ketika orang berbuat salah kepada kita. Oleh karena itu, kita mungkin pernah berpikir “Aku cukup mengampuni orang lain kalau kesalahannya, tidak lebih dari tiga kali, atau dua kali saja. Setelah itu, aku tidak mau lagi mengenal atau berurusan dengan dia.” Kita suka membuat syarat untuk mengampuni orang lain. Namun, kalau kita melihat pengampunan Tuhan dalam hidup kita, tidak ada batasnya. Kasih Tuhan terhadap kita tak terbatas. Buktinya, hari ini, kita masih bisa membaca renungan, masih bisa mendengar, masih bisa melakukan aktivitas dengan kondisi dosa yang setumpuk, bahkan segunung. Apa yang Tuhan lakukan harusnya menginspirasi hidup kita. Kita yang tidak pantas diampuni ini, tetap diberikan hari yang baru. Tetap dikasihi seakan-akan kemarin kita tidak berbuat dosa. Kalau kita merenungkan hidup kita hari ini, harusnya kita tidak ada lagi. Harusnya kesabaran Tuhan habis. Dia yang berkorban untuk kita, harus berkorban untuk kesekian kalinya karena kelakuan kita. Kasih Tuhan yang melimpah atas hidup kita juga harus kita limpahkan kepada sesama kita. Apa ini mustahil? Tentu tidak. Kekuatan dan kebijaksanaan dari Tuhan pasti menemani perjuangan kita. Namun, mulailah dengan mendoakan diri kita untuk mau dibentuk Tuhan dengan cara mengampuni. Lebih dari itu, kiranya damai sejahtera dari Tuhan melingkupi hidup kita, sehingga kebencian itu hilang pada waktunya.

WHAT TO DO:
1. Belajar menghayati pengampunan Tuhan yang berlimpah atas hidup kita.
2. Mulai berdoa untuk mengampuni orang lain, dan diri sendiri.
BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 11-13;
▪︎ Ibrani 11-12

Card image
Renungan Pagi - 30 Maret 2023
2023-03-30 09:33:09


Ketika kita percaya bahwa Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat, sejak saat itu Roh Kudus tinggal di dalam kita, dan Roh inilah yang memampukan kita untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, yang berkenan di hadapan Tuhan, Roh ini juga yang senantiasa mengingatkan kita ketika lalai dan bahkan juga menghibur saat susah.

Roh Kudus akan bermanifestasi di dalam kita lewat buah Roh dan karunia Roh; sekarang semuanya bergantung pada respons kita!. Ketika mau merespons hal ini dengan benar, kita disanggupkan untuk melakukan apa yang Kristus lakukan atau teladankan, bahkan perkara-perkara yang jauh lebih besar.

Jika kita telah menyerahkan hidup untuk dipimpin Roh Kudus, maka kita harus mematikan semua keinginan daging, "Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup. Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Setelah kita mematikan setiap perbuatan daging merelakan hidup dipimpin Roh Allah, barulah dapat disebut anak-anak Allah."
(Roma 8:13-14 ; 1Yohanes 14:12)

Card image
Quote Of The Day - 30 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-30 04:59:05


Kejutan-kejutan dalam perjalanan hidup kita dimaksudkan supaya kita tidak lupa bahwa kita adalah umat pilihan yang dipersiapkan untuk mewarisi Kerajaan Surga, untuk dimuliakan bersama-sama dengan Yesus.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 30 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-30 04:57:18


Seseorang harus hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allah secara mutlak dan hidup dalam kedaulatan Allah secara absolut, barulah ia dapat dimiliki oleh Tuhan.

Card image
KEKUATAN DOA - 30 Maret 2023
2023-03-30 04:51:32


Ber-Tuhan itu bukan saja “mengasyikkan,” namun “sangat mengasyikkan,” indah, dan mulia. Mengenal Allah harus melalui perjumpaan secara langsung. Itulah sebabnya mengapa berinteraksi dengan Allah itu mengasyikkan. Berinteraksi lewat doa, Firman, dan tentu lewat pengalaman hidup sehari-hari. Kalau ada orang yang tidak berniat berinteraksi atau tidak mau berurusan dengan Tuhan, tidak menjadikan Tuhan sebagai pilihan, itu bukan saja keputusan yang salah, melainkan keputusan yang mencelakakan. Apa pun masalah hidup yang kita hadapi, seberat apa pun beban yang sekarang kita sedang pikul, penderitaan seberat apa pun yang kita sedang alami, kesulitan, kesukaran apa pun yang kita sedang jalani, jangan berhenti memilih Tuhan untuk menjadi satu-satunya pilihan hidup. Jangan berhenti mencari Tuhan, berinteraksi dengan Tuhan, supaya kita bisa benar-benar mengalami bahwa Allah yang menciptakan langit dan bumi adalah Allah yang hidup.

Percaya kepada Allah sebagai Pribadi yang hidup dan nyata, bukan sesuatu yang mudah. Kalau orang terlahir dalam lingkungan masyarakat beragama, percaya kepada Tuhan itu mudah. Tetapi, untuk benar-benar percaya karena mengalami percaya tersebut dan menghayati secara benar dari pengalaman, tidaklah mudah. Kenyataannya, tidak banyak yang bisa sampai pada taraf itu. Buktinya, lihat perilaku masyarakat dan individu. Ada masyarakat yang secara pandangan mata, secara lahiriah, agama begitu dominan, tetapi perilakunya buruk. Sering terjadi pencurian, tawuran, konflik horizontal, daerahnya tidak aman, masyarakatnya tidak ramah, sehingga orang asing yang datang pun tidak merasa nyaman. Ini masyarakat yang secara lahiriah ber-Tuhan, agama sepertinya dominan, namun perilakunya tidak menunjukkan bahwa mereka percaya Allah ada.

Kalau mereka percaya Allah ada, pasti masyarakat tersebut menjadi masyarakat yang nyaman dan sejahtera; tidak ada pencurian atau konflik. Kalau ada orang asing hadir di tengah-tengah mereka, orang asing tersebut bisa merasa nyaman. Dalam hal ini, kepercayaan masyarakat kepada agama, belumlah kepercayaan yang benar. Sebaliknya, budaya yang baik dalam satu masyarakat, lebih dari keberagamaan orang-orang yang percayanya tidak berkualitas itu. Ada satu masyarakat yang agamanya dianggap tidak dominan atau dianggap tidak memercayai Allah yang benar, tetapi berperilaku baik. Budayalah yang membuat mereka berkeadaan seperti itu. Jadi, budayanya lebih baik dari keyakinan keberagamaan masyarakat tersebut. Ini fakta-fakta yang ada di masyarakat dalam kehidupan di dunia ini.

Kalau secara individu, orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan dari pengalaman hidup di mana dia bisa berinteraksi dengan Allah, itu luar biasa. Individu itu pasti menjadi individu yang tidak berduri; tidak menyakiti sesama. Pasti ia berperilaku bukan saja baik, sebab orang tidak ber-Tuhan pun bisa baik; ia bisa menjadi sangat baik. Hidupnya akan memberkati orang lain; membuat orang lain sejahtera, teduh, damai, tertolong. Kalau orang benar-benar mengalami Tuhan, ia menjadi _helpful_ terhadap sesama. Pasti memiliki perasaan kasih sayang yang dalam terhadap sesama. Orang yang berinteraksi dengan Tuhan, pasti memiliki keberanian menghadapi berbagai persoalan hidup, karena meyakini bahwa Allah yang dia sembah, Allah yang hidup, Allah yang nyata, Allah yang hadir, Allah yang berkuasa. Ia tidak akan mengandalkan kekuatan diri sendiri, tetapi mengandalkan kekuatan Allah.

Oleh sebab itu, apa pun keadaan kita hari ini; apa pun masalah yang kita hadapi, jangan membuat kita kendur di dalam mencari Tuhan. Kita harus terus mencari Tuhan. Bagaimana mencari Tuhan itu? Kita harus praktik: berdoa. Berdoa bukan hal yang mudah. Kadang-kadang atau pada umumnya, berdoa 10 menit itu begitu sulit, terasa panjang, dan lama. Apalagi 30 menit, apalagi 1 jam. Sehingga, tidak banyak orang yang sanggup melakukannya. Tetapi, kita harus mengambil keputusan memberi ruangan hidup, menyediakan waktu, menyediakan tempat—jika ada—untuk bertemu Tuhan setiap hari, minimal satu jam. Harus kita jadwalkan. Kita harus membakar hati dengan minat untuk berdoa.

Berdoa bukan hanya karena kita mau meminta sesuatu, tetapi berdialog. Memang sulit, berdialog dengan Dia yang tidak kelihatan, bahkan kadang-kadang terasa tidak ada, tidak muncul, tidak hadir, tidak peduli. Kita harus tetap duduk diam menantikan Tuhan. Berdoa menjadi kesenangan kita, seperti kita mau wisata, mau makan, mau menikmati sesuatu yang menjadi kesukaan kita. Banyak hal bisa terjadi, ketika kita mencari hadirat dan wajah Tuhan. Ada kebingungan-kebingungan yang akan digantikan dengan pengertian, keyakinan, kekuatan, dan ketabahan. Kalau kita melakukan hal ini, kita yang mengalami persoalan dan pergumulan berat, akan menjadi kuat, lebih kuat dari kalau kita tidak berdoa. Banyak pertanyaan yang akan terjawab. Tuhan akan beri kekuatan dan penghiburan; kita akan kuat menghadapi berbagai pergumulan dan persoalan-persoalan hidup jika kita berdoa.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA AKAN KUAT MENGHADAPI BERBAGAI PERGUMULAN DAN PERSOALAN-PERSOALAN HIDUP, JIKA KITA BERDOA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 Maret 2023
2023-03-30 04:44:38

Hakim-Hakim 3-4

Card image
Truth Kids 29 Maret 2023 - HATI-HATI DALAM BERKAWAN
2023-03-29 09:46:40


Amsal 27:6
“Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.”

Sobat Kids, beberapa hari yang lalu kalian sudah belajar bahwa berteman jangan pilih-pilih. Kita tidak boleh membeda-bedakan teman dari agamanya, asal daerah atau budayanya. Tetapi untuk menjadikan seseorang teman atau sahabat kita, kita perlu memilih. Loh, kok, begitu? Tentu saja, Sobat Kids. Pada bulan ini kita juga sudah belajar bahwa pergaulan yang buruk itu bisa merusak kebiasaan yang baik. Itu benar sekali! Jadi memilih teman itu, harus! Jika kita melihat teman bersikap nakal, jangan kita membalas dia. Kita sebagai anak-anak Allah harus tetap menunjukkan kasih kepadanya. Namun, kita harus menjaga jarak, jangan sampai kita ikut jadi bertindak nakal juga karena pengaruhnya.

Sebagai anak-anak Allah, kita harus menjaga diri kita untuk hidup kudus dan menyenangkan Tuhan. Kita harus menghindari pergaulan yang tidak baik, ya, Sobat Kids. Pergaulan yang tidak baik akan membawa kita kepada hal yang buruk dan merugikan diri kita sendiri. Selain itu kita juga akan membuat orangtua sedih, dan Tuhan menjadi kecewa. Jadi jangan salah memilih teman, ya, Sobat Kids. Pilihlah teman yang baik, taat pada orangtua dan takut akan Tuhan. Sehingga kalian dan teman kalian bisa saling mendukung untuk terus hidup dalam kebenaran dan menyenangkan hati Tuhan.

Card image
Truth Junior 29 Maret 2023 - BERTEMAN SAJA, TIDAK BERSAHABAT
2023-03-29 09:41:22


Amsal 27:6
“Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.”

Karena sikap Glori yang selalu baik dan ramah pada Nisa, lama-kelamaan Nisa pun lebih ramah dan sopan terhadap Glori. Mereka bersahabat sangat akrab, sebelum Nisa sakit hati pada Glori, karena diadukan kepada orang tuanya saat membolos sekolah. Nisa merasa dikhianati oleh Glori. Menurutnya, Glori seharusnya menutupi kesalahannya dan mendukung apa yang ia inginkan. Sementara, Glori mengadukan hal tersebut karena tidak ingin Nisa mengulanginya lagi. Ia sudah menasihati Nisa, tetapi tidak didengarkan. Oleh sebab itu, ia ceritakan ulah Nisa kepada orang tuanya.

Beberapa bulan sejak perselisihan itu, Nisa tidak lagi ketus kepada Glori. Sekarang, mereka sudah bisa saling tersenyum. Tetapi karena Nisa masih saja melakukan hal-hal yang tidak baik, Glori menjaga jarak untuk tidak terlalu dekat dengannya. Mereka tidak lagi pergi bersama, pulang bareng, atau mengobrol seperti dulu. Glori merasa hubungannya dan Nisa tidak bisa seperti sebelumnya, karena Nisa menolak untuk dinasihati. Glori mengasihi Nisa, makanya ia selalu mendoakan agar suatu saat Nisa bisa berhenti dari kenakalannya.

Sobat Junior, berbaikan itu tidak harus selalu kembali seperti sedia kala, loh. Terkadang, jalan yang ditempuh Glori dan Nisa ini adalah jalan yang terbaik. Yang penting, sama-sama mengampuni, sama-sama melupakan kesalahan yang dibuat, dan tidak menyimpan dendam. Tuhan juga mau kita melindungi diri kita dari potensi-potensi buruk yang bisa menjauhkan kita dari-Nya. Bersikaplah penuh kasih terhadap semua orang, bertemanlah dengan siapa saja, tapi jangan bersahabat dengan mereka yang tidak menyukakan hati Tuhan.

Card image
Truth Youth 29 Maret 2023 (English Version) - IS THAT GOOD?
2023-03-29 09:33:25


”Beloved, follow not that which is evil, but that which is good. He that doeth good is of God: but he that doeth evil hath not seen God.” (3 John 1:11)

The teachings to do good become one of the fundamental values in all religious teachings. Judaism, Confucianism, Christianity, Islam, and other religions also teach to do, even strive for good for others who are different faith. It is ideal if all religious people understand this. However, the facts of the field are far different from idealism. Historical facts in religious movements show that the implementation of the teachings of goodness is often temporal and conditional. It is not uncommon for religious fanaticism to reduce the teachings to do good and blind conscience so that religious people are able to do evil towards each other, especially if they experience persecution.

Indeed, it cannot be denied that as humans there must be impulses that encourage us to react when our beliefs are attacked. However, the facts above urged an important ethical question, "Is that good?" 3 John 1:11 Disassembles the depravity of the human heart that has been tarnished by sin, and describes the value of true goodness. This verse is also a key verse that will later answer the biggest ethical question in history, namely the incompatible of Christ.

If religion views goodness as a moral-ethical value, Christianity views goodness more sharply and honestly, namely as nature or nature. That is why, Christ teaches His followers to always do good, even to the enemy. The Apostle John also understood this and he taught very clearly that someone's actions towards others showed who he really was and where he came from. If someone claims to believe in God, but do evil to each other, then he is a demon child. Only Christ is the only model of a true man of God, the Son of God Almighty. His teachings to always do good and His incompatible are proof that humans who come from God cannot do anything evil and not found guilty at all. Therefore, in the remaining time of our short life, always do good unconditionally as a child of God Almighty.

WHAT TO DO:
1. Diligent doing good to others without conditions.
2. Don't react when our beliefs are attacked.
3. Place love on belief.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 5-10;
▪︎ Hebrews 9-10

Card image
Truth Youth 29 Maret 2023 - APA ITU BAIK?
2023-03-29 09:30:13


"Saudaraku yang kekasih, janganlah meniru yang jahat, melainkan yang baik. Barangsiapa berbuat baik, ia berasal dari Allah, tetapi barangsiapa berbuat jahat, ia tidak pernah melihat Allah." (3 Yoh. 1:11)

Ajaran untuk berbuat baik menjadi salah satu nilai mendasar di dalam semua ajaran agama. Yudaisme, Konfusianisme, Kristen, Islam, dan agama lain juga mengajarkan untuk berbuat, bahkan mengusahakan kebaikan bagi sesama yang berbeda iman. Adalah sesuatu yang ideal apabila seluruh umat beragama mengerti akan hal ini. Akan tetapi, fakta lapangan berbeda jauh dengan idealisme. Fakta sejarah dalam gerakan keagamaan memperlihatkan bahwa implementasi ajaran kebaikan sering kali bersifat temporal dan bersyarat. Tidak jarang fanatisme keagamaan mereduksi ajaran untuk berbuat baik dan membutakan nurani sehingga orang beragama pun sanggup berbuat jahat terhadap sesamanya, apalagi jika pihaknya mengalami aniaya.

Memang, tidak dapat dipungkiri bahwa sebagai manusia pasti ada impuls yang mendorong kita bereaksi ketika keyakinan kita diserang. Akan tetapi, fakta di atas mendesak suatu pertanyaan etis yang penting, “Apa itu baik?” 3 Yohanes 1:11 membongkar kebobrokan hati manusia yang telah dinodai oleh dosa, dan menguraikan nilai dari kebaikan yang sejati. Ayat ini juga menjadi ayat kunci yang nantinya akan menjawab pertanyaan etika terbesar dalam sejarah yaitu ketidakbersalahan Kristus.

Jikalau agama memandang kebaikan sebagai suatu nilai moral-etis, tetapi kekristenan memandang kebaikan dengan lebih tajam dan jujur, yakni sebagai natur atau kodrat. Itulah sebabnya, Kristus mengajar para pengikut-Nya untuk senantiasa berbuat baik, bahkan kepada musuh. Rasul Yohanes pun mengerti akan hal ini dan ia mengajarkan dengan sangat jelas bahwa perbuatan seseorang terhadap sesamanya memperlihatkan siapa dia sebenarnya dan dari mana dia berasal. Jikalau ada seorang mengaku percaya kepada Allah, tetapi berbuat yang jahat terhadap sesamanya, maka dia anak setan. Hanya Kristuslah satu-satunya model dari manusia Allah yang sejati, Anak Allah yang MahaTinggi. Ajaran-Nya untuk senantiasa berbuat baik dan ketidakbersalahan-Nya menjadi bukti bahwa manusia yang berasal dari Allah tidak dapat mengerjakan sesuatu yang jahat dan tidak didapati bersalah sedikit pun. Oleh sebab itu, di sisa waktu hidup kita yang singkat ini, senantiasalah berbuat baik tanpa syarat sebagai anak-anak Allah yang Maha Tinggi.

WHAT TO DO:
1. Tekun berbuat baik kepada sesama tanpa syarat
2. Jangan bereaksi ketika keyakinan kita diserang
3. Tempatkan cinta kasih di atas keyakinan

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 8-10;
▪︎ Ibrani 9-10

Card image
Renungan Pagi - 29 Maret 2023
2023-03-29 09:20:51


Banyak orang Kristen menjadi 'Gede Rasa' karena merasa diri sudah dikenal Tuhan. Pikirnya, orang yang sudah mengikut Tuhan bertahun-tahun, banyak memberi persembahan, menjadi donatur gereja, atau sudah terlibat dalam pelayanan, secara otomatis akan dikenal oleh Tuhan.

"Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mukjizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" Memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan adalah hal terpenting dalam kehidupan Kristiani, sebab tanpa pengenalan yang benar akan Tuhan, iman kita tidak bertumbuh.

Mengenal Tuhan dengan benar berarti memahami kehendak-Nya, rencana-Nya, dan status diri di dalam Dia, karena itu Paulus berdoa untuk jemaat di Efesus" ...aku selalu mengingat kamu dalam doaku, ...Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar."

Jadi, mengenal Tuhan berbeda dengan sekedar tahu, dalam pengenalan akan Tuhan terkandung hubungan yang erat secara terus menerus, penyerahan diri secara penuh dan juga kepercayaan yang penuh kepada Tuhan serta hidup melakukan kehendak-Nya.
(Matius 7:21-22 ; Efesus 1:17)

Card image
Quote Of The Day - 29 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-29 09:08:19


Kalau kita ikuti tahap demi tahap proses pendewasaan yang Tuhan sediakan, kesempurnaan bisa kita capai.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 29 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-29 09:04:49


Kekristenan harus dipahami sebagai perjalanan hidup sebagai musafir di bumi ini.

Card image
MENGUBAH PERKATAAN - 29 Maret 2023
2023-03-29 09:00:47


Kalau kita nanti melihat kemuliaan Allah Bapa yang nampak dari wajah Tuhan Yesus Kristus yang duduk di takhta dan merasakan kemuliaan Allah yang memenuhi Kerajaan Surga, maka kita baru mengerti bahwa apa pun yang kita persembahkan untuk Tuhan—pengabdian, dedikasi—belumlah memadai, belumlah mengimbangi kebesaran Tuhan Yesus Kristus. Sejatinya memang tidak akan bisa memadai, mengimbangi kemuliaan Kerajaan Surga. Jadi, kalau kita sekarang masih menahan apa yang harusnya kita serahkan kepada-Nya, kita akan sangat menyesal. Sebab kita harus hidup sungguh-sungguh hanya untuk Tuhan.

Maka, jangan menikmati apa pun yang Tuhan tidak bersama-sama kita ikut menikmatinya. Apa pun itu; tontonan, makanan, apa yang kita dengar, kita lihat. Sejujurnya, kita masih banyak gagal. Tetapi, kita mau belajar bangkit dari setiap kegagalan, ketidaktepatan atau dosa (hamartia) kita. Kalau kita benar-benar menyerahkan hidup kita untuk Tuhan, maka kita tidak akan mengucapkan satu kata pun yang tidak dikehendaki oleh Allah kita ucapkan. Sering kita merasa memiliki mulut dan mengucapkan apa saja yang kita mau ucapkan. Kita sering merasa bahwa Tuhan tidak terganggu oleh apa yang kita ucapkan.

Firman Tuhan mengatakan bahwa siapa yang bisa mengendalikan lidah, dia menjadi sempurna. Maka, kalau kita bisa mengubah perkataan kita, kita mengubah hidup kita. Kita mempersembahkan setiap perkataan kita. Kita sering minta ampun untuk kesalahan satu ini, yang masih saja sering gagal. Tetapi, seperti dulu belajar ilmu ukur, aljabar, matematika kalau sekarang. Gagal, kita coba lagi. Sampai akhirnya, kita bisa mengerjakan soal-soal yang sulit bagaimanapun. Demikian pula dengan kegagalan kita dalam menggunakan waktu, harta, apa pun.

Kita harus berani menjadi manusia yang benar-benar berbeda dari dunia. Seekstrem-ekstremnya kita hidup untuk Tuhan dalam kekudusan, tanpa batas. Dan sepeka-pekanya kita mendengar suara Tuhan. Khususnya untuk para hamba Tuhan, kita harus bisa berdoa sampai mencucurkan darah. Bukan hanya mencucurkan air mata dan keringat, melainkan darah. Kita harus belajar untuk menutup mata, telinga, jiwa dari dosa. Supaya telinga rohani dan mata rohani kita dibuka, sehingga kita bisa mendengar Tuhan berbicara. Tuhan itu hidup, Tuhan itu hadir, suara-Nya pasti kita dengar.

Telinga kita harus bersih dari suara yang tidak patut kita dengar. Mata kita harus bersih dari hal yang tidak patut dilihat. Kalau kita berdoa, kita bisa tutup mata, kita bisa berpindah masuk di kawasan hadirat Tuhan. Kalau sudah sampai di kawasan itu, kita tidak akan jenuh. Kesucian yang sempurna adalah hati yang tidak digembirakan oleh apa pun, tidak menantikan apa pun yang bisa membuat hidup kita aman, nyaman, tenang. Sehingga kita tidak akan takut berjanji untuk hidup suci, menyerahkan milik kita bagi Tuhan; mengapa? Karena memang hanya itulah kehidupan, di luar kesucian adalah kematian. Di luar persekutuan dengan Tuhan itu kebinasaan, hidup yang tidak bernilai.

Mungkin 40 tahun lagi, belum tentu dunia masih eksis. Belum tentu, bisa ya bisa tidak, tetapi belum tentu. Mungkin ada situasi chaos, bencana, perang dan lain-lain. Jadi, kita harus benar-benar menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya dunia kita. Jangan punya kesibukan yang lain. Jangan punya hobi apa pun. Maka, kita akan dibawa Tuhan kepada pengalaman-pengalaman rohani yang lebih ekstrem dari apa yang sudah kita jalani. Kita mau menjadi orang yang dipisahkan dari dunia. Supaya ketika Tuhan Yesus datang yang kedua nanti dan bertanya, “Apakah kalau Anak Manusia datang, Ia mendapati iman di bumi?” Kita yang akan merespons dengan berkata, “Ada, Tuhan; saya, Tuhan.”

Kita sudah berjalan jauh; sudah berani berjanji, bertekad, bersumpah tidak main-main. Maka, orang akan menuntut kita, apakah kita sudah membuktikannya? Sementara kuasa kegelapan membuat banyak cerita untuk menjatuhkan kita. Tetapi, kita tidak takut, karena kita bersama Tuhan. Asal kita benar-benar hidup suci. Jangan kita menutupi dosa dengan janji dan sumpah. Jangan kita menutupi dosa dengan kegiatan rohani. Tetapi, setiap hari kita bangun pagi, sementara tubuh kita masih mau tidur; kita berdoa, kita berpuasa. Kita mendengarkan Firman. Ketika Tuhan hadir kita merasakan kehadiran-Nya.

Bagi mereka yang sudah hidup tanpa batas seperti itu, sulit hidup dalam dosa. Hampir tidak bisa. Maka, jaga kesucian, karena setan tahu di mana kelemahan kita. Setan tahu, bagaimana kita dijatuhkan. Tetapi, ingatlah bahwa Allah yang hidup akan menyertai kita. Namun, kita tidak dapat memiliki Tuhan dan tak dapat dimiliki Tuhan kalau kita masih memiliki sesuatu yang lain. Kita bisa memiliki Tuhan dan dimiliki Tuhan, kalau kita hanya memiliki Tuhan. Ketika kita dimiliki Tuhan dan memiliki Tuhan, kita lebih kaya dari konglomerat mana pun. Maka, berilah hidup kita tanpa batas untuk-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA BISA MENGUBAH PERKATAAN KITA, KITA MENGUBAH HIDUP KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 29 Maret 2023
2023-03-29 09:01:42

Hakim-Hakim 1-2

Card image
Truth Kids 28 Maret 2023 - MAAF YA......
2023-03-28 10:01:29


1 Petrus 4:4
“Sebab itu mereka heran, bahwa kamu tidak turut mencemplungkan diri bersama-sama mereka di dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama, dan mereka memfitnah kamu.”

Sobat Kids, pernahkah kamu bertengkar atau berselisih paham dengan sahabatmu? Mungkin karena berebut mainan, atau karena pilihan yang berbeda selera? Jika kalian pernah mengalaminya, itu adalah sesuatu yang biasa terjadi, Sobat Kids. Hal yang tidak biasa terjadi adalah mencoba untuk mengalah dan berani untuk lebih dahulu meminta maaf. Kenapa begitu? Karena biasanya jika sudah kesal dan marah mereka akan memutuskan untuk tidak berteman lagi. Malah mencari teman yang lain. Tetapi tidak demikian bagi anak-anak Allah. Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk menjadi anak yang rendah hati dan mau mengampuni.

Jika kalian bertengkar dengan sahabat kalian, yuk, belajar untuk merendahkan hati kita. Caranya dengan meminta maaf terlebih dahulu pada sahabat kita. Memberikan pengampunan terlebih dahulu walaupun mereka belum meminta maaf pada kita. Jika kita bersikap demikian, Tuhan juga akan senang. Kita melakukan apa yang Tuhan telah ajarkan untuk berbesar hati, mau memaafkan kesalahan orang lain pada kita.

Card image
Truth Junior 28 Maret 2023 - RENDAH HATI
2023-03-28 09:57:23


1 Petrus 4:4
“Sebab itu mereka heran, bahwa kamu tidak turut mencemplungkan diri bersama-sama mereka di dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama, dan mereka memfitnah kamu.“

Karena kejadian beberapa hari lalu, teman-teman sekelas Glori dan Nisa sering membicarakan mereka. “Sebenarnya mereka itu berselisih karena apa, sih?” Ada juga yang berkomentar, “Aku tidak menyangka, ternyata Nisa itu pendendam, ya? Dia tidak mau berbaikan sama Glori.” Kemudian ada pula yang memfitnah, “Sebenarnya Glori itu hanya pura-pura saja, supaya dikasihani.” Glori dan Nisa menjadi perbincangan hangat di sekolah mereka.

Beberapa minggu kemudian, Glori mendatangi Nisa dan menyampaikan permintaan maaf, “Nisa, maaf ya, akhir-akhir ini banyak orang membicarakan kita. Pasti rasanya tidak nyaman, dibicarakan seperti itu. Apalagi banyak gosip-gosip yang tidak benar tentang kamu dan aku. Aku sudah bicara kepada beberapa teman, semoga mereka mau mengerti dan tidak lagi menyebarkan cerita yang aneh-aneh soal kita.” Nisa pun menjawab dengan ketus, “Bilang saja kamu tidak suka karena dari cerita-cerita itu, kamu yang lebih dianggap buruk. Tidak usah pura-pura baik sama aku. Aku tidak mau lagi berteman sama kamu!” Nisa pun pergi menjauhi Glori.

Meskipun mendapat perlakuan yang tidak mengenakkan terus-menerus dari Nisa, tetapi Glori tidak sakit hati. Ia belajar menerima perlakuan tidak menyenangkan yang ditujukan kepadanya, karena ia tahu tidak ada manusia yang sempurna. Glori bertekad untuk tetap bersikap baik, ramah, mengasihi, dan mengampuni, meskipun Nisa tidak mau membalas kebaikannya dan malah menyakitinya. Ia merasa sudah melakukan bagiannya, karena telah meminta maaf dengan tulus atas apa yang mungkin menjadi kesalahannya.

Sobat Junior, kita tidak bisa mengendalikan sikap teman kita untuk baik kepada kita, tapi kita bisa tetap berbuat baik kepada mereka. Yuk, kita rendah hati seperti Glori.

Card image
Truth Youth 28 Maret 2023 (English Version) - TRANQUILITY
2023-03-28 09:52:30


”A wrathful man stirreth up strife: But he that is slow to anger appeaseth strife.” (Proverbs 15:18)

We know that the state of the world full of problems in conditioning humans becomes impatient, unable to master and conquer themselves. This condition also causes humans to become creatures that are vulnerable to indifference. Communities in big cities are people who are probably the most vulnerable to indifferent. High levels of stress due to life pressure, work demands, and population density are a number of factors the difficulty of living quietly in big cities.

It is undeniable that the factors above can indeed cause someone to become more irritable. Lots of thoughts, lack of rest, trapped in routine that is just like that. Not to mention if you come home from school, college or work and then jammed plus road users who are uneasy or hot head (easily angry and rude).

We must understand that the state of the world today that is so evil is an outcome or the impact of human falling into the ongoing sin until God comes back to end the history of this world. Therefore, all humans also carry or bear the logical consequences of human fall into sin.

None of humans can change the state of the world, but humans can change their mindset and response in addressing the state of the world. Stoic philosophers like Seneca understood this so that he said that all forms of violence came from weakness. That is why, Solomon Solomon said that hot heads brought chaos, but whoever was patient, he brought in peace.

Guys, life in this world is temporary. The problem is only temporary. We should be wise in all things in the midst of an evil world, without direction. Romans 12 reminds us how a Christian must live, that is not to be similar to the world and the characteristics of his society far from God's truth. The people of the world may become irritable and rude because of pressure and problems, but let the children of God who are high appearing as gold because of pressure and problems. Let it go through us, the majesty of character and tenderness, and the warmth of the love of God's children radiated in the midst of this evil world.

WHAT TO DO:
1. Diligently pray and study God's Word.
2. Get used to looking at pressure and problems as a means to please God.
3. Leave all forms of violence and live in the warmth of God's love.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 5-7;
▪︎ Hebrews 7-8

Card image
Truth Youth 28 Maret 2023 - TRANQUILITY
2023-03-28 09:45:56


"Si pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan." (Ams. 15:18)

Kita tahu bahwa keadaan dunia yang penuh dengan masalah mengondisikan manusia menjadi tidak sabar, tidak mampu menguasai dan menaklukkan dirinya. Kondisi tersebut juga mengakibatkan manusia menjadi makhluk yang rentan terhadap ketidaktenangan. Masyarakat di kota-kota besar adalah masyarakat yang mungkin paling rentan terhadap ketidaktenangan. Tingkat stres yang tinggi akibat tekanan hidup, tuntutan pekerjaan, dan kepadatan penduduk merupakan sejumlah faktor sulitnya hidup tenang di kota-kota besar.

Tidak dapat dipungkiri bahwa faktor-faktor di atas memang dapat mengakibatkan seseorang menjadi lebih mudah marah. Banyak pikiran, kurang istirahat, terjebak dalam rutinitas yang begitu-begitu saja. Belum lagi kalau pulang sekolah, kuliah atau kerja lalu macet ditambah para pengguna jalan yang tidak tenang atau hot head (mudah marah dan kasar).

Harus kita pahami bahwa keadaan dunia hari ini yang begitu jahat merupakan outcomes atau dampak dari kejatuhan manusia ke dalam dosa yang masih berlangsung terus sampai Tuhan datang kembali untuk mengakhiri sejarah dunia ini. Oleh sebab itu, seluruh manusia ikut memikul atau menanggung konsekuensi logis dari kejatuhan manusia ke dalam dosa.

Tidak satu pun manusia dapat mengubah keadaan dunia, tetapi manusia dapat mengubah mindset dan responsnya dalam menyikapi keadaan dunia. Filsuf Stoik seperti Seneca mengerti akan hal ini sehingga ia mengatakan bahwa segala bentuk kekerasan berasal dari kelemahan. Itulah sebabnya, Amsal Salomo mengatakan bahwa pemarah (hot head) mendatangkan kekacauan, tetapi barangsiapa sabar, ia mendatangkan damai sejahtera.

Guys, hidup di dalam dunia ini sementara. Masalah pun hanya sementara. Hendaknya kita bersikap bijaksana dalam segala hal di tengah-tengah dunia yang jahat, tiada berarah ini. Roma 12 mengingatkan kita bagaimana seorang Kristen harus hidup, yakni dengan tidak menjadi serupa dengan dunia beserta karakteristik masyarakatnya yang jauh dari kebenaran Tuhan. Orang-orang dunia boleh menjadi mudah marah dan kasar oleh karena tekanan dan masalah, tetapi biarlah anak-anak Allah yang Maha Tinggi tampil sebagai emas oleh karena tekanan dan masalah. Biarlah melalui kita, keagungan karakter dan kelembutan, serta kehangatan cinta kasih Anak Allah terpancar di tengah-tengah dunia yang jahat ini.

WHAT TO DO:
1. Tekun berdoa dan mempelajari Firman Tuhan
2. Biasakan memandang tekanan dan masalah sebagai sarana untuk menyenangkan Tuhan
3. Tinggalkan segala bentuk kekerasan dan hiduplah di dalam kehangatan cinta kasih Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎1 Samuel 5-7;
▪︎ Ibrani 7-8

Card image
Renungan Pagi - 28 Maret 2023
2023-03-28 09:40:57


Di saat hidup semakin mengenal Tuhan dengan benar, maka kita pun semakin memahami panggilan-Nya, sehingga sadar betapa mulianya bagian yang ditentukan Tuhan bagi orang percaya.

Ada banyak orang Kristen belum menyadari bagian yang mulia yang disediakan Tuhan bagi mereka, karena mereka tidak mengerti panggilan Tuhan di dalam hidupnya, Rasul Paulus mengingatkan: "Dahulu memang kamu hamba dosa, ...Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran."

Tuhan memanggil kita sebagai hamba kebenaran, bukan hamba dosa, dan ciri seorang hamba adalah tunduk sepenuhnya kepada perintah tuannya, jadi orang yang mengasihi Tuhan pasti dikenal oleh Tuhan dan bukti kasihnya adalah taat; tanda utama orang mengenal Tuhan dengan benar adalah taat melakukan semua kehendak Tuhan.
(Roma 6:17B-18)

Card image
Quote Of The Day - 28 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-28 09:37:46


Hadirat Tuhan itu bisa dibawa oleh orang-orang yang takut akan Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 28 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-28 09:36:23


Orang Kristen dapat disebut sebagai orang yang beriman apabila pengharapan kebahagiaan hidupnya terletak di langit yang baru dan bumi yang baru.

Card image
TIDAK TERIKAT SISTEM - 28 Maret 2023
2023-03-28 09:34:02


Orang-orang yang belajar teologi dan memiliki banyak pengetahuan tentang Tuhan melalui studi, literatur, atau melalui bangku kuliah, biasanya merasa telah menemukan Tuhan dan cukup berilmu. Kalaupun meneruskan studinya dari S1, S2, dan seterusnya, itu bukan karena mau menemukan Tuhan, melainkan untuk memiliki gelar dan menambah pengetahuan saja. Standar menemukan Tuhan seperti itu sudah biasa di lembaga-lembaga pendidikan teologi atau seminari. Dan ini adalah penipuan dan pembodohan dari kuasa gelap. Mereka merasa sudah menemukan Tuhan, sehingga berhenti mencari Tuhan.

Sebaliknya, jemaat tidak sungguh-sungguh mencari Tuhan, karena merasa Tuhan menyimpan berjuta misteri yang tidak mudah dipahami atau dipandang mustahil untuk ditemukan. Tuhan memang menyimpan berjuta misteri, tetapi Tuhan menyediakan porsi mengenai diri-Nya yang bisa dikenal oleh siapa pun yang mencari Dia. Tuhan tidak akan memberi diri-Nya dibelenggu oleh sistem-sistem tertentu; misalnya harus sekolah teologi dulu, baru bisa mengenal Tuhan. Banyak orang Kristen yang tidak pernah menyentuh bangku sekolah teologi. Apakah berarti mereka tidak mengenal Tuhan?

Tuhan bisa ditemukan oleh siapa pun yang mencari Dia, dan Tuhan tidak terikat dengan sistem. Jadi, jangan meremehkan, melecehkan, membelenggu Tuhan dengan sistem “harus melalui pendidikan teologi.” Memang ada baiknya belajar mengenal Tuhan dari aspek akademis; belajar bahasa asli, latar belakang Alkitab, supaya menemukan akurasi; ketepatan memahami isi Alkitab. Tetapi, harus di dalam pimpinan Roh Kudus. Seseorang harus serius memenuhi apa yang Tuhan tetapkan, guna menemukan Dia.

Menemukan pengetahuan tentang Tuhan tidak sama dengan menemukan Tuhan secara pribadi. Tak peduli berapa banyak buku yang kita baca, kalau kita tidak mencari Tuhan sesuai standar yang Allah kehendaki, maka kita tidak akan pernah menemukan Tuhan. Kalau orang merasa bahwa menemukan Tuhan harus melalui satu sistem, seperti pendidikan teologi, maka ia tidak pernah menemukan Tuhan. Maka, banyak orang yang bergelar tinggi secara akademis; masuk STT atau seminari, tetapi tidak mengubah orang lain. Ia bisa mengisi kekosongan kebutuhan rohaniwan yang pekerjaannya khotbah, memberi seminar, memimpin sakramen, tetapi tidak mengubah manusia karena dia tidak menemukan Tuhan. Dia menemukan pengetahuan tentang Tuhan, tetapi tidak menemukan Tuhan.

Menemukan pengetahuan tentang Tuhan, tidak sama dengan menemukan Tuhan. Tuhan itu lebih besar dari jagat raya ini; dalam dan tinggi-Nya tidak terukur. Betul, menyimpan berjuta misteri. Tetapi, Tuhan pasti menyediakan porsi untuk dikenal manusia dan setiap orang memiliki porsi yang berbeda. Tuhan pasti menyediakan porsi pengenalan akan Tuhan bagi setiap individu dan tidak terikat sistem. Secara umum, Allah menyediakan porsi diri-Nya agar manusia dapat mengenal Dia dan berinteraksi secara harmoni dengan-Nya sebagai Bapa. Porsi yang cukup membuat seseorang dapat berjalan dengan Tuhan, menemukan tempat di hadapan Allah untuk bersekutu dengan-Nya.

Kita tidak boleh merasa cukup puas dengan pengenalan akan Tuhan yang telah kita miliki. Kalau orang merasa sudah cukup mengenal Allah, maka dia akan menggunakan waktu, perhatian, dan potensi untuk hal lain, bukan mencari Tuhan. Dan porsi atau kuota yang dia sediakan, terbatas. Kalau kita tidak merasa sudah cukup mengenal Dia, itu indah. Kita memiliki kehausan dan kelaparan akan Dia. Firman Tuhan mengatakan, “Berbahagialah orang yang haus dan lapar akan kebenaran, karena ia akan dipuaskan.” Kita pasti menemukan Tuhan, sebab porsi itu sudah disediakan Tuhan. Tuhan menghendaki kita untuk menghormati Dia. Di dunia yang fasik dan jahat hari ini, Allah ditinggalkan. Banyak orang membelakangi Allah, karena memandang-Nya tidak menguntungkan; nothing, wasting time, useless. Tuhan diam. Tuhan memberi peringatan, tentunya. Kalau diperingatkan tetap keras kepala, maka Tuhan biarkan.

Kita bersyukur masih memiliki kehausan akan Dia, entah seberapa kuat kehausan kita. Supaya makin haus, maka kehausan kita untuk yang lain, harus dibuang. “Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui,” (Yesaya 55:6). “Berserulah kepada-Nya selama Ia dekat.” Dia masih memberi akses, pintu, jalan, kesempatan untuk menemukan porsi pengenalan akan Dia. Kesempatan ini jangan disia-siakan, tetapi kita harus sungguh-sungguh memperlakukan Dia sebagai Allah yang hidup. Kita harus mencari Tuhan dalam doa setiap hari. Kalau kita tidak berdoa, maka tidak akan menemukan Tuhan. Kalau sampai Tuhan berkata “tidak” saat kita mencari Dia, bahaya. Tidak ada yang bisa membujuk Tuhan.

Kalau kita mencari Tuhan, pasti tidak akan bertepuk sebelah tangan. Betapa hebatnya kalau kita mencari Tuhan, lalu Tuhan memperhatikan kita. Memang, sering Tuhan seperti tidak ada, tidak peduli atau diam. Di situ Tuhan mau menguji, seberapa kesetiaan kita kepada Tuhan, seberapa kehausan kita akan Dia. Tetaplah mencari Tuhan, duduk diam di hadirat-Nya. Jangan merasa cukup dengan pengenalan kita akan Allah. Ada porsi luar biasa yang Allah sediakan, yang harus kita kejar untuk kita temukan, selagi Ia berkenan ditemui; jangan membatasi diri.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN BISA DITEMUKAN OLEH SIAPA PUN YANG MENCARI DIA, DAN TUHAN TIDAK TERIKAT DENGAN SISTEM.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 Maret 2023
2023-03-28 09:21:03

Yosua 22-24

Card image
Truth Kids 27 Maret 2023 - MENGAMPUNI YANG MEMBENCIKU
2023-03-27 12:00:28


Mazmur 41:10
“Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku.”

Sore itu Tobi berenang dengan teman-temannya. Salah satu teman Tobi yaitu Niko, iri dengan Tobi karena ia kalah saat lomba berenang. Niko mengejek Tobi di depan teman-teman yang lain supaya tidak ada yang mau berteman dengan Tobi.

Esoknya saat di kelas, Tobi menghampiri Niko dan berkata, “Niko, kenapa kamu mengarang cerita jelek tentang aku ke teman-teman yang lain?” “Aku kesal sama kamu. Karena kamu mengalahkanku saat lomba renang,” jawab Niko jujur. “Itu sebuah perlombaan, Niko. Menang kalah itu hal yang biasa, yang penting kita tidak putus asa untuk tetap berlatih,” nasihat Tobi kepada Niko. “Ah, itu kan karena kamu menang. Kalau aku, dalam perlombaan harus menang. Tidak boleh kalah!” sahut Niko sambil meninggalkan Tobi.

Semenjak itu Niko jarang mengajak Tobi berbicara. Namun, Tobi bersikap dewasa. Ia tetap memaafkan sikap Niko dan mengajaknya berbicara. Tobi tetap menganggap Niko sebagai teman, bukan musuh. Bahkan ia mendoakan Niko supaya dapat berubah sikapnya.

Sobat Kids, mungkin ada orang-orang yang membenci kita, meskipun kita tidak melakukan kesalahan. Tetapi kita sebagai anak-anak Allah, kita harus belajar mengampuni kesalahan teman dan bersikap biasa, tidak memusuhinya.

Card image
Truth Junior 27 Maret 2023 - SUDAH MOVE ON
2023-03-27 11:57:26


Mazmur 41:10
“Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku.”

Suatu hari, Dwina dan Rosie sedang asyik berdiskusi tentang undangan acara ulang tahun Nisa sambil menuju kantin sekolah. Di tengah perjalanan, mereka berpapasan dengan Glori. Mereka pun menyapanya dan bertanya, “Hai, Glori! Kamu datang ke acara pesta Nisa mau bareng-bareng sama kita, gak?” Glori hanya tersenyum ketika ditanya. Tiba-tiba Dwina ingat sesuatu, “Oh, iya! Maaf, aku lupa. Kamu dan Nisa kan sedang bermusuhan, ya..?” Dwina tertunduk malu. Glori pun menjawab, “Aku tidak memusuhi Nisa, kok. Tapi memang aku tidak diundang ke acara itu. Tidak apa-apa, mungkin Nisa merasa tidak nyaman kalau ada aku. Aku ke kelas duluan, ya..”Glori pun berpamitan pada teman-temannya.

Beberapa hari kemudian, tepat di hari ulang tahun Nisa, Glori menghampirinya di kelas. “Nisa, selamat ulang tahun, ya. Semoga kamu sehat selalu dan diberkati Tuhan senantiasa,” ujar Glori sambil tersenyum. Nisa yang kaget dan heran mendengar ucapan Glori, tidak menjawab “terima kasih,” dan pergi begitu saja ke luar kelas. Banyak yang menyaksikan kejadian tersebut, sehingga teman-teman yang lain merasa kasihan pada Glori. Nisa berpikir dalam hatinya, “Ngapain Glori kasih ucapan selamat? Bilang saja kalau dia mau diundang ke acara ulang tahunku besok. Huh!”

Sobat Junior, tidak mudah loh, untuk melakukan apa yang Glori perbuat. Ia dengan rendah hati dan tulus menyampaikan selamat kepada temannya, meskipun hubungan mereka tidak sedang baik-baik saja. Tetapi, itulah yang Tuhan Yesus inginkan. Meskipun kita sedang berselisih dengan teman kita, tetap kita harus bersikap baik dan ramah kepada orang yang melukai kita, ya!

Card image
Truth Youth 27 Maret 2023 (English Version) - SELF CONQUEROR
2023-03-27 10:23:19


”He that is slow to wrath is of great understanding: But he that is hasty of spirit exalteth folly.” (Proverbs 14:29)

In the previous reflection, we have learned that patience and self-control are two attitudes that are the key in dealing with the reality of life and their problems. Patience has an outcome or impact that tends to be passive, but self-control has a more dynamic, active, and proactive impact on problems. This time, we will learn more about the impact of patience and self-control of problems.

In general, big cities have a higher life pressure. Population density, high level of stress, and the difficulty of getting a job are simple examples that most influence one's patience and self-mastery. So, it is not surprising that in big cities are vulnerable to individual tension, even families, which often lead to crime or crime. However, if traced deeper, crime departs from the failure of someone to conquer himself. Angry and aggressiveness towards others are examples of outcomes from failure to conquer themselves.

Proverbs 14:29 contains the truth about the impact of patience and self -control, that is, whoever is patient, it has a broad and deep understanding so that he also has the greatness of the soul and the great character in dealing with problems, while whoever is irritable, he is nothing more than a person Undereaded despicable. The Apostle Paul really understood this. That is why, he did not forget to teach and especially exemplify himself as a true follower of Christ.

Just like the Apostle Paul exemplifying ourselves, we should follow his example by being patient and controlling ourselves so that we get wisdom to face problems correctly and correctly. Conquer our will. Do not we become similar to the people of the world who are immature, aggressive, and rude to others. Be a Wise Self Conquerrors in dealing with problems; So full of love and softness for others. Let us be the great people of Christ who are able to conquer our flesh and will to the will of God in the midst of this increasingly evil world. May God give His wisdom to us.

WHAT TO DO: 1. Diligently deny impulse of the flesh.
2. Pay attention to everything and circumstances with God's Word mindset.
3. Think carefully outcomes from our decisions and actions.

BIBLE MARATHON:
▪︎ 1 Samuel 2-4;
▪︎ Hebrews 5-6

Card image
Truth Youth 27 Maret 2023 - SELF CONQUEROR
2023-03-27 10:18:28


"Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan." (Ams. 14:29)

Di renungan sebelumnya, kita sudah mempelajari bahwa kesabaran dan penguasaan diri merupakan dua sikap yang menjadi kunci dalam menghadapi realitas hidup beserta dengan masalah-masalahnya. Kesabaran memiliki outcome atau dampak yang cenderung pasif, tetapi penguasaan diri memiliki dampak yang lebih bersifat dinamis, aktif, dan proaktif terhadap masalah. Kali ini, kita akan mempelajari lebih dalam mengenai dampak dari kesabaran dan penguasaan diri terhadap masalah.

Pada umumnya, penduduk kota-kota besar memiliki tekanan hidup yang lebih tinggi. Kepadatan penduduk, tingkat stres yang tinggi, dan sulitnya mendapat pekerjaan merupakan dua contoh sederhana yang paling memengaruhi kesabaran dan penguasaan diri seseorang. Maka, tidaklah mengherankan apabila di kota-kota besar rentan terjadi ketegangan antar individu, bahkan keluarga, yang sering kali berujung pada terjadinya kriminalitas atau kejahatan. Akan tetapi, jika ditelusuri lebih dalam, kriminalitas berangkat dari kegagalan seseorang menaklukkan dirinya. Marah-marah dan agresivitas terhadap sesama merupakan contoh outcomes dari kegagalan menaklukkan diri.

Amsal 14:29 memuat kebenaran mengenai dampak dari kesabaran dan penguasaan diri, yaitu barangsiapa yang sabar, ia memiliki pengertian yang luas dan mendalam sehingga ia juga memiliki kebesaran jiwa serta karakter yang agung dalam menghadapi masalah, sedangkan barangsiapa lekas marah, ia tidak lebih dari seorang hina yang tidak berhikmat. Rasul Paulus sangat mengerti hal ini. Itulah sebabnya, ia tidak lupa untuk mengajarkan dan terutama meneladankan penaklukan diri sebagai pengikut Kristus yang sejati.

Sama seperti rasul Paulus meneladankan penaklukan diri, hendaknya kita pun mengikuti teladannya dengan bersikap sabar dan menguasai diri sehingga kita beroleh hikmat untuk menghadapi masalah dengan tepat dan benar. Taklukkan kehendak diri kita. Jangan kita menjadi serupa dengan orang-orang dunia yang tidak dewasa, agresif, dan kasar terhadap sesama. Jadilah self conquerors yang bijaksana dalam menghadapi masalah; yang penuh cinta dan kelembutan terhadap sesama. Biarlah kita menjadi orang-orang agung Kristus yang mampu menaklukkan kedagingan dan kehendak diri kita kepada kehendak Tuhan Allah di tengah-tengah dunia yang makin jahat ini. Kiranya Tuhan memberikan hikmat-Nya kepada kita.

WHAT TO DO:
1. Tekun menyangkal impuls daging
2. Cermati segala hal dan keadaan dengan mindset Firman Tuhan
3. Pikirkan dengan matang outcomes dari keputusan dan tindakan kita

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ibrani 5-6

Card image
Renungan Pagi - 27 Maret 2023
2023-03-27 12:03:36


Tidak ada penderitaan batin terberat dalam diri manusia selain ketika ia menyembunyikan kesalahan atau pelanggarannya dari hadapan Tuhan; tiada depresi yang lebih menekan daripada sakitnya rasa menyembunyikan dosa, kalau nurani kita benar, ketika makan apapun terasa tak enak, tidurpun tidak nyenyak, tidak ada ketenangan didalamnya karena terus dikejar rasa bersalah atau bayangan dosanya, tak ada obat yang dapat menyembuhkannya selain dirinya sendiri yang membereskannya, yaitu mau mengakuinya di hadapan Tuhan. "...tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab," adalah sia-sia menyembunyikan dosa karena Tuhan Mahatahu!

Daud begitu tertekan siang dan malam karena pelanggaran-pelanggaran yang dilakukannya, tulang-tulangnya menjadi lesu karena dihantui rasa bersalah,  "sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas," dosa yang disembunyikan dan tak diakui menyebabkan penderitaan tubuh dan batin, karena derita batin yang tak tertahankan ini akhirnya Daud pun mengambil keputusan untuk berkata jujur di hadapan Tuhan:  "Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku, dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku," dan setelah itu legalah hati Daud dan hilanglah beban yang selama ini menindih hidupnya, karena setelah mengakui dosanya Tuhan pun mengampuni,  "Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!" ditutupi dalam pengertian karena pengakuan kepada Tuhan, maka Daud tidak dipermalukan. Perkara dosanya hanya diketahui dan diampuni oleh Tuhan. Jadi, ayo kita tinggalkan dosa dan hiduplah dalam kebenaran Tuhan, maka hidup pasti damai dan tentram.
(Ibrani 4:13 ; Mazmur 32)

Card image
Quote Of The Day - 27 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-27 10:05:44


Orang yang tidak mengutamakan perkara-perkara rohani adalah orang yang tidak menghormati Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-27 10:03:55


Sungguh adalah kehormatan kalau kita hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allah.

Card image
MENEMUKAN KEHIDUPAN - 27 Maret 2023
2023-03-27 09:57:10


Ada sebuah pertanyaan sederhana, tetapi bisa dianggap mengada-ada; sebuah pertanyaan yang bersifat filosofis, bersifat pemikiran atau perenungan: _“Apakah sekarang kita masih memiliki kehidupan?”_ Kehidupan yang dimaksud bukan hanya sekadar tubuh kita yang bergerak, mulut kita yang masih terbuka dan bisa menikmati makanan, nafas yang masih berkembang di dada, nadi dan jantung yang masih berdenyut dan berdetak. Kehidupan yang dimaksud menyangkut seluruh keberadaan kita, baik jasmani dan juga rohani. Rohani, artinya apakah kita menikmati ketenangan dan kedamaian? Atau justru kita merasa tertekan dan tertindas? Mungkin juga kesenangan atau kebahagiaan? Tetapi kesenangan dan kebahagiaan yang sebenarnya membawa kita kepada kebinasaan, bukanlah kehidupan.

Sekarang ini, sebenarnya banyak orang yang telah kehilangan kehidupan. Misalnya seorang wanita yang menikah dengan pria yang bengis, kejam, dan pelit. Wanita ini dulu pernah kuliah, bekerja, punya sahabat-sahabat dan teman-teman, menikmati kebersamaan dengan sahabat-sahabatnya. Tetapi, begitu menikah, dia tidak punya uang sendiri, karena suaminya tidak memberi uang dengan cukup. Suaminya juga kasar, dan melakukan KDRT. Ini adalah salah satu contoh dari kisah seorang wanita yang kehilangan kehidupannya. Oleh sebab itu, berhati-hatilah dalam memilih teman hidup. Lebih baik tidak menikah daripada menikah namun kita kehilangan kehidupan.

Sebaliknya, ada juga wanita yang menikah dengan keluarga kaya. Semua serba kecukupan; anak-anak baik, suami baik, mertua sayang kepadanya, tetapi mereka tidak mengenal Tuhan. Keluarga yang materialistis, sukanya berpesta, wisata, makan-makan. Mungkin juga bergereja, tetapi tidak _all out_ mengikut Tuhan secara benar. Hanya beragama Kristen, tetapi tidak mengikut Tuhan. Bersikap kejam dan bengis terhadap orang lemah. Tentu orang kaya sering tidak takut siapa-siapa, karena merasa punya relasi pejabat tinggi. Kalau bisa, mereka akan mencari musuh untuk menunjukkan kekuatan dan kemampuannya. Orang seperti ini, jangan kita pikir memiliki kehidupan. Dia sedang hidup dalam mimpi; mimpi yang dirasa indah, tetapi sebenarnya akan berakhir.

Jadi, kita yang sekarang ini dalam keadaan baik-baik, dalam keadaan yang terbilang sukses, diberkati Tuhan, mari kita berhati-hati. Kita bisa saja sebenarnya sedang dibantai oleh kuasa gelap, digiring menuju api kekal. Lalu, bagaimana kita memiliki kehidupan? Apa pun dan bagaimana pun keadaan kita hari ini, kita bisa memiliki kehidupan. Jangan ceroboh, jangan cepat-cepat mengambil keputusan. Walaupun kondisi kita berat, tetap kita harus benar-benar mempertanyakan dan mempersoalkan semua kebutuhan dan keinginan kita dengan Tuhan.

Kehidupan hanya ada pada Tuhan; tidak ada pada siapa-siapa. Tanpa Tuhan, kita tidak punya kehidupan. Ada kelompok orang yang tertindas, hidupnya dalam tekanan dan hanyut dalam penderitaan, tidak bisa berdoa, malas ke gereja, dan tidak jarang yang marah terhadap Tuhan. Sementara, di pihak lain, ada orang yang merasa hidupnya diberkati, sukses, tetapi sebenarnya sedang diarahkan dan digiring menuju kegelapan abadi. Kebahagiaan mereka tertumpu pada harta kekayaannya, bukan kepada Tuhan. Mudah bagi mereka untuk ke gereja, mudah bagi mereka menunjukkan seakan-akan mereka peduli pekerjaan Tuhan. Mudah mengundang pendeta hadir di rumahnya dan memuji menyembah Tuhan. Tetapi, kehidupan sehari-harinya tidak sungguh-sungguh menyenangkan hati Tuhan. Ini orang-orang yang tidak memiliki kehidupan.

Pada umumnya, hampir semua orang tidak memiliki kehidupan. Tetapi mulai hari ini, kita bisa berubah. Ketika kita menjadikan Tuhan sebagai kehidupan kita, maka kita menemukan kehidupan. Walaupun keadaan kita tidak utuh, tidak lengkap, berada dalam situasi yang membuat kita tidak bisa menikmati kegembiraan dan kebahagiaan dalam hidup, kita masih bisa memiliki kehidupan. Jadikanlah Tuhan sebagai kehidupan, kebahagiaan atau kesenangan kita. Bagaimana hal itu bisa kita peragakan, kita kenakan, atau kita jalani dalam hidup? Jangan menantikan, jangan mengharapkan ada sesuatu yang membuat hidup kita terasa lebih bahagia. Jangan ada sesuatu yang kita harapkan dan nantikan, yang jika sesuatu itu kita raih, kita akan merasa hidup lebih baik, lebih bahagia, lebih lengkap, lebih nyaman. Ini salah.

Jangan mencita-citakan sesuatu yang kita anggap, itu bisa diraih dan membuat kita merasa bahagia, lengkap, utuh, nyaman, dan aman. Bagi kita yang dalam kondisi ekonomi sulit, jangan berpikir jika penghasilan kita bertambah menjadi dua kali lipat, maka kita lebih bahagia. Kalau kita menjadikan Tuhan kebahagiaan, kita akan menjalani hari-hari dengan sukacita. Dan Tuhan pun bisa saja mengubah keadaan kita. Ini rahasia hidup yang kalau kita turuti, maka kita benar-benar akan menjadi kekasih Tuhan. Jangan mengharapkan apa pun yang bisa membahagiakan kita. Jangan ada dalam penantian kebahagiaan fana. Hidup tanpa penantian kebahagiaan yang fana, itu paling baik. Karena, hidup tanpa penantian kebahagiaan fana dilakukan oleh orang-orang yang hanya menanti-nantikan Tuhan. Jadi, tidak ada yang kita nantikan lagi selain Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KETIKA KITA MENJADIKAN TUHAN SEBAGAI KEHIDUPAN KITA, MAKA KITA MENEMUKAN KEHIDUPAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 Maret 2023
2023-03-27 09:52:33

Yosua 19-21

Card image
Truth Kids 26 Maret 2023 - BERBOHONG
2023-03-26 10:01:59

Amsal 16:28
“Orang yang curang menimbulkan pertengkaran, dan seorang pemfitnah menceraikan sahabat yang karib.”

Seringkali tanpa sadar kita tidak berkata yang sebenarnya atau berbohong. Misalnya ketika kita ditanya, “Apakah kamu main game di handphone?” Karena takut dimarahi, maka kita menjawab, “Tidak, aku tidak main handphone.” Padahal memang kita sedang main. Nah, kebiasaan berbohong kecil seperti itu membuat kita memiliki kebiasaan buruk yang bisa merugikan diri sendiri dan orang lain.

Hal ini juga dialami seorang anak bernama Livia. Ketika sedang diam-diam bermain make up milik mamanya, tanpa sengaja bedaknya jatuh hingga pecah. Livia takut dimarahi. Diam-diam, dia menaruh kembali bedak tersebut. Livia kemudian pura-pura tidak tahu. Esoknya, mama kaget sekali melihat bedaknya rusak. Mama pun bertanya, “Livia dan adek Shella, hayo, siapa yang main bedak mama sampai rusak?” Livia langsung berkata, “Bukan aku, Ma. Mungkin adek Shella. Dia yang suka main make up mama diam-diam.” Shella yang masih berusia tiga tahun belum mengerti dan hanya melihat kakaknya. Mama hanya bisa menarik nafas dan berkata dengan tegas, “Adek, besok-besok main nya mainan Adek sendiri, ya.” Tak disangka, Shella menangis karena merasa dimarahi mama. Livia sangat sedih melihat adiknya menangis. Ia menyesal telah berbohong dan membuat adiknya dimarahi. Ia pun mengaku kejadian yang sebenarnya kepada mama dan meminta maaf.

Hubungan antar saudara dapat terganggu akibat berbohong. Oleh sebab itu selalu berkata yang sejujurnya, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 26 Maret 2023 - PERIKSA DIRI
2023-03-26 09:58:58


Amsal 16:28
“Orang yang curang menimbulkan pertengkaran, dan seorang pemfitnah menceraikan sahabat yang karib.”

Devi dan Nova sudah berteman sejak mereka sekelas di tahun ajaran ini. Mereka sama-sama berada di kelas 4A. Mereka sempat berada dalam satu kelompok diskusi saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Devi dan Nova saling membantu, agar hasil kerja kelompok mereka mendapatkan nilai yang bagus.

Hari ini mereka mendapatkan tugas untuk mengerjakan proyek Matematika. Ibu guru memberikan waktu dua minggu untuk mengerjakan proyek tersebut. Devi dan Nova berada dalam kelompok yang sama. “Devi, kapan kita mau mulai mengerjakan tugas matematika ini?” tanya Nova yang semangat menyelesaikan tugasnya. “Ah.. masih lama. Nanti aja, deh, Nova. Kita main saja dulu,” jawab Devi dengan santai. Sebenarnya Nova tidak sependapat dengan Devi, tetapi karena ia menghargai pendapat temannya, Nova tidak memaksakan keinginannya. Waktu berlalu, dan akhirnya waktu untuk mengumpulkan tugas Matematika telah tiba. Saat ibu guru meminta murid untuk mengumpulkan tugas, Devi mengumpulkan tugas dan melaporkan kepada gurunya bahwa Nova tidak mau membuat tugasnya. Jadi Devi yang mengerjakan tugasnya sendirian. Nova yang mendengar laporan Devi kepada ibu guru, menjadi sangat kesal kepada Devi.

Ada kalanya kita mengalami kejadian yang tidak mengenakkan dengan teman atau sahabat kita. Kita merasa sedih karena perbuatan teman yang membuat kita kesal. Seperti cerita di atas, Nova merasa Devi curang kepadanya. Jika kita mau lihat dari sisi yang berbeda, sebenarnya Nova bisa mengemukakan pendapatnya untuk segera mengerjakan tugasnya. Tidak hanya mengikuti ajakan Devi untuk bermain saja.

Sobat Junior, bisa saja peristiwa buruk terjadi pada kita agar kita bisa mengubah kebiasaan kita yang buruk juga. Jadi periksa diri kita sendiri, yuk, sebelum kita kesal atau marah kepada orang lain.

Card image
Truth Youth 26 Maret 2023 (English Version) - SELF CONTROL
2023-03-26 09:53:50


”He that is slow to anger is better than the mighty; And he that ruleth his spirit than he that taketh a city.” (Proverbs 16:32)

New Year, New Problems. That's the world that we know today, a world that is never separated from problems. The more developed, the more problematic. So problematic, the human being also has a problem. The situation of the world full of problems and great pressure rather than its complexity resulted in humans overwhelmed by it so that the number of cases of crime, stress, depression, and even suicide also increased.

Field facts prove that the situation of the world conditioned its people with a similar situation. The pressure of the current from the increasingly fascic and evil world resulted in many people also carried away by the current world into wicked and evil, including Christians. The world conditioned Christians to be compromise of their faith in God, as if the world was more powerful over them than God. And not infrequently we hear that the word "patient" is one solution to every problem.

In Solomon's Proverbs, wise sentences are contained that people who are able to control themselves beyond a conqueror. It does not mean to say that patience does not solve problems. However, given the field facts that occur, it takes an active attitude, even proactive in dealing with pressure and problems, namely self -control.

Patience enables us to accept the situation gracefully, while self mastery enables us to observe and understand the situation well so that we will be more careful in making decisions and acting. Self-mastery makes someone a wise master who has full power over his body and soul. He will not obey his lust and act impulsively when facing pressure and problems. This is in line with what was taught by the Apostle Paul about self-control, namely that in this world, we all took part in the faith match, so that each of us must control themselves in everything. Do not let the world even control us and finally we have the existence of being rejected by God, but hesitated for everything. Pressure and problem are the reality of life, but power over it is a life choice.

WHAT TO DO:
1. Accept the situation of the world that has problems with an adult attitude according to God's Word.
2. Pay attention to all circumstances.
3. Rule over pressure and problems.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ruth 3-4;
▪︎ 1 Samuel 1;
▪︎ Hebrews 3-4

Card image
Truth Youth 26 Maret 2023 - SELF CONTROL
2023-03-26 09:45:26


"Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." (Ams. 16:32)

New year, new problems. Itulah dunia yang kita kenal hari ini, dunia yang tidak pernah lepas dari masalah. Makin berkembang, makin bermasalah. Saking bermasalahnya, manusianya pun ikut bermasalah. Keadaan dunia yang penuh dengan masalah dan tekanan yang besar dari pada kompleksitasnya mengakibatkan manusia kewalahan menghadapinya sehingga jumlah kasus kriminalitas, stres, depresi, bahkan bunuh diri pun mengalami peningkatan.

Fakta lapangan membuktikan bahwa keadaan dunia mengondisikan masyarakatnya berkeadaan serupa. Tekanan arus dari dunia yang makin fasik dan jahat ini mengakibatkan banyak orang juga ikut terbawa arus dunia menjadi fasik dan jahat, tidak terkecuali orang-orang Kristen. Dunia mengondisikan orang-orang Kristen menjadi kompromistis terhadap iman mereka kepada Allah, seolah-olah dunia lebih berkuasa atas mereka daripada Allah. Dan tidak jarang kita dengar bahwa kata “sabar” menjadi salah satu solusi atas setiap masalah.

Dalam Amsal Salomo, termuat kalimat bijaksana bahwa orang yang mampu menguasai dirinya melebihi seorang penakluk (conqueror). Tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa sikap sabar itu tidak menyelesaikan masalah. Akan tetapi, mengingat fakta lapangan yang terjadi, maka dibutuhkan suatu sikap yang aktif, bahkan proaktif dalam menghadapi tekanan dan masalah, yaitu penguasaan diri.

Kesabaran memampukan kita menerima situasi dengan lapang dada, sedangkan penguasaan diri memampukan kita mengamati dan memahami situasi dengan baik sehingga kita akan lebih cermat dalam mengambil keputusan dan bertindak. Penguasaan diri menjadikan seseorang sebagai tuan yang bijaksana yang berkuasa penuh atas tubuh dan jiwanya. Ia tidak akan menuruti nafsu kedagingannya dan bertindak impulsif ketika menghadapi tekanan dan masalah. Ini selaras dengan apa yang diajarkan oleh rasul Paulus mengenai penguasaan diri, yakni bahwa di dalam dunia ini, kita semua turut mengambil bagian dalam pertandingan iman, sehingga tiap-tiap kita wajib menguasai dirinya dalam segala hal. Jangan sampai dunia malah menguasai kita dan akhirnya kita berkeadaan ditolak oleh TUHAN, tetapi berkuasalah atas segala hal. Tekanan dan masalah merupakan realitas hidup, tetapi berkuasa atasnya merupakan pilihan hidup.

WHAT TO DO:
1. Terima keadaan dunia yang bermasalah dengan sikap yang dewasa sesuai Firman Tuhan
2. Cermati segala keadaan
3. Berkuasalah atas tekanan dan masalah

BIBLE MARATHON:
▪︎ Rut 3-4;
▪︎ 1 Samuel 1;
▪︎ Ibrani 3-4

Card image
Renungan Pagi - 26 Maret 2023
2023-03-26 09:39:13


Dalam sebuah penelitian yang dilakukan beberapa tahun lalu di University of Kentucky, Prof. Suzanne Segerstrom membandingkan pengaruh sikap optimis dan pesimis terhadap sistem kekebalan tubuh. Ditemukan bahwa orang yang suka mengeluh memiliki pandangan negatif terhadap dirinya sendiri. Bila sikap mengeluh telah menjadi kebiasaan, maka tingkat stres yang dirasakan akan meningkat menjadi 5 kali lipat dari mereka yang tidak suka mengeluh.

Ternyata sikap suka mengeluh bukan saja tidak baik bagi kesehatan, namun sikap suka mengeluh juga tidak disukai oleh Tuhan. Alkitab mencatat Allah pernah sangat marah kepada umat Israel karena mereka terus mengeluh saat berada di dalam kesukaran. Pada suatu hari bangsa itu mulai mengeluh kepada TUHAN tentang kesukaran-kesukaran mereka. Mendengar keluhan-keluhan itu, TUHAN menjadi marah dan mendatangkan api ke atas mereka. Api itu merambat di antara mereka dan menghanguskan sebagian dari perkemahan. Pada saat itu, bangsa Israel mengeluh sampai ingin melempari Musa dan Harun dengan batu. Tuhan sangat marah melihat hal tersebut. Tuhan menganggap mereka bukan lagi menolak Musa dan Harun sebagai pemimpin mereka, tapi mereka telah menolak Tuhan sendiri.

Firman Allah hari ini mengingatkan, agar tidak mudah mengeluh atas segala sesuatu yang kita alami. Tuhan ingin kita belajar untuk mengucap syukur dalam segala hal. Perlu menyadari, ketika suatu hal tidak berjalan seperti yang kita harapkan, itu berarti Tuhan sedang melatih iman untuk semakin bertumbuh di hadapan-Nya. Mengucap syukur kepada Tuhan dalam segala hal adalah bukti bahwa iman kita tidak dipengaruhi oleh keadaan dan situasi.
(1 Tesalonika 5:18)

Card image
Quote Of The Day - 26 Maret 2023
2023-03-26 09:33:37


Orang kaya di hadapan Allah adalah orang yang mengerti perasaan Allah, dan segala sesuatu yang dilakukan menyenangkan Dia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 26 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-26 09:34:25


Menikmati kesenangan bersama dengan Allah maksudnya tidak ada kesenangan yang kita nikmati yang bertentangan dengan kehendak-Nya.

Card image
CHARACTERISTICS OF SPIRITUAL MATURITY
2023-03-26 09:25:57


One of the characteristics of spiritual maturity is considering God as the only happiness and joy of life. This is not known to the children of the world or immature Christians. They don’t understand how to make God their only happiness. If we are mature and can make God the only joy, we can feel independence and freedom. What shackles us is the pleasures of the world or anything that becomes happiness apart from God. This hinders spiritual growth and can even destroy us.

Can God become happiness and pleasure in life? Surely He can! However, it requires extreme determination. How can we experience it? We should change our way of thinking. First, we must think logically and realistically. Remember, our life is short, so we must use this short time to have God. People who do not have God will perish forever. The years of our lives are nothing at all when compared with eternity. The problem is Satan often deceives by saying, “While we are still alive and still on earth, enjoy as much as the world can provide.” And people fight for it without limit. Their philosophy is as written in 1 Co.15:32, “Let us eat and drink, for tomorrow we die.”

This is the opposite of the right way of thinking. People think we are illogical and unrealistic when we tell them about heavenly things or the life to come. Though, precisely, this is what is logical and realistic. We have to change our way of thinking. If our mindset is not changed, God is not the only happiness. So, it is not without reason that the psalmist says, “Whom have I in heaven but you? And earth has nothing I desire besides You,” When someone dies, it is like waking up from sleeping and their eyes open to see eternity. Once we see eternity, life is like a dream. Thankfully we can realize this since we are still in the world. That is a logical and realistic thought. We must be worldly if we are not like that. Think how short the days of life are. The psalmist says that those who think that way have wise hearts.

Second, we believe that this life is already broken. We face difficult circumstances in this world and cannot expect to enjoy happiness in a broken world condition. God will not give peak happiness to humans who have been damaged and the earth that has been cursed, so therefore, we should believe that there is happiness in eternity. We should know that whatever we can enjoy is not the climax or peak. We can surely enjoy whatever we have, no matter how small or simple, which can become complete and make us happy if we are in communion with God and committed to making Him the only happiness. How unfortunate it would be if we enjoyed life without God with us because it means betrayal.

We look forward to true happiness in the new heavens and earth, and we can enjoy everything given to us while we are still on this earth if we are in communion with God. Our life is short, and there is no peak or climax of happiness on earth. The important thing is that, as long as we are with God, we can enjoy what is entrusted. Remember the Words that say, “if we have food and clothing, we will be content with that.” Thus, we become lovers of God. To become blessed, we must live in the abundance of God by making Him our happiness and pleasure.

Third, we cannot be happy in the context of the material, while others are not. We cannot be pleased with this state of affairs. How can we eat and sleep well while watching others suffer? Lastly, our desires on this earth can become a vehicle for Satan to destroy us. However, having desires in the new heavens and earth will not destroy us because we have been trained to have pleasure only to please God since we were here on earth, and He becomes our happiness.

God wants humans to have desires, and He also wants them to have pleasure or happiness. The problem is, where are the will or desires will be directed? Humans must have desires and will, not just be passive because if passive, pounced on by the devil, or even if it is active but wrong, they become prey to dark powers. They can be directed toward the dark or the light kingdom, earth or heaven, God or another. We must push ourselves to this without limit. Our life is short, and unknown when it will end. We should use every opportunity to grow until we can make God our happiness and love Him.  

ONE OF THE CHARACTERISTICS OF SPIRITUAL MATURITY IS MAKING GOD, THE ONLY JOY AND HAPPINESS OF OUR LIFE.

Card image
CIRI KEDEWASAAN ROHANI - 26 Maret 2023
2023-03-26 09:22:43


Salah satu ciri dari kedewasaan rohani seseorang adalah menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kebahagiaan dan kesenangan hidup. Hal ini tidak dikenal oleh anak-anak dunia, juga orang-orang Kristen yang belum dewasa. Mereka tidak mengerti bagaimana menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kesenangan atau kebahagiaan. Kalau kita bertumbuh dewasa dan bisa menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kebahagiaan, maka kita bisa merasakan kemerdekaan dan kebebasan. Sebab, sesungguhnya yang membelenggu kita adalah kesenangan dunia. Apa pun yang menjadi kesenangan dan kebahagiaan seseorang selain Tuhan, akan membelenggu, menghambat pertumbuhan rohani, bahkan bisa membinasakan.

Tuhan menjadi kebahagiaan dan kesenangan, apakah itu bisa? Sangat bisa. Tetapi, memang menuntut tekad yang kuat, yang ekstrem sekali. Jika tidak ekstrem sekali, tidak bisa. Bagaimana supaya itu bisa kita alami? Cara berpikir kita harus diubah dulu. Pertama, kita harus benar-benar berpikir logis dan realistis. Ingat, hidup kita itu singkat, maka kita harus menggunakan waktu yang singkat ini untuk memiliki Tuhan. Orang yang tidak memiliki Tuhan akan binasa selama-lamanya. 70-80 tahun umur kita jika dibanding dengan kekekalan, tidak ada artinya sama sekali. Masalahnya, setan sering kali menipu dengan perkataan, “Mumpung kita masih hidup. Selagi kita masih ada di bumi, nikmati sebanyak-banyaknya yang bisa disediakan dunia.” Dan mereka perjuangkan itu tanpa batas. Filosofinya seperti yang dikatakan di dalam 1 Korintus 15:32, “Marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati.”

Hal ini kebalikan dari cara berpikir yang benar. Orang menganggap kalau kita berpikir hal-hal surgawi, kehidupan yang akan datang, itu sesuatu yang tidak logis dan tidak realistis. Justru inilah yang logis dan realistis. Kita harus mengubah cara berpikir kita. Kalau tidak mengubah cara berpikir, maka kita tidak akan menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kebahagiaan. Jadi, bukan tanpa alasan pemazmur mengatakan, Mazmur 73:25, “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi, ”sebab ketika seseorang meninggal, seperti bangun tidur, matanya terbuka melihat kekekalan. Begitu melihat kekekalan, hidup itu seperti mimpi, singkat sekali. Syukur kita bisa menyadari hal ini sejak masih di dunia. Itulah pikiran yang logis dan realistis. Kalau kita tidak berpikir demikian, pasti kita duniawi. Berpikirlah betapa singkatnya hari hidup ini. Orang yang berpikir demikian, kata pemazmur, memiliki hati yang bijaksana.

Yang kedua, kita percaya bahwa kehidupan ini sudah rusak. Di dunia ini kita menghadapi keadaan yang sulit dan berat. Jangan berharap kita bisa menikmati kebahagiaan dengan kondisi dunia yang rusak. Tuhan tidak akan memberikan kebahagiaan puncak kepada manusia yang sudah rusak dan bumi yang sudah terlaknat. Percayalah bahwa ada kebahagiaan di kekekalan. Ini perlu kita ketahui, bahwa apa pun yang bisa kita nikmati dalam hidup ini, tidak mungkin klimaks, tidak mungkin puncak. Betapa celakanya kalau sampai kita menikmati hidup tanpa Tuhan beserta. Itu berarti pengkhianatan. *Percayalah, dalam persekutuan dengan Tuhan, ketika kita berkomitmen menjadikan Tuhan satu-satunya kebahagiaan, apa pun yang kita nikmati, yang kita miliki, sesederhana, sekecil apa pun, itu menjadi lengkap dan membahagiakan.

Kita menantikan kebahagiaan yang sesungguhnya di langit baru bumi baru. Tetapi selama kita di dunia, ajaibnya, dalam persekutuan dengan Tuhan, segala sesuatu yang diberikan kepada kita, bisa dinikmati. Hidup kita singkat, dan tidak ada kebahagiaan puncak atau klimaks di bumi. Yang penting, bersama Tuhan kita bisa menikmati apa pun yang Tuhan percayakan. Ingat firman Tuhan, “Asal ada makanan dan pakaian, cukup.” Dengan demikian, kita menjadi kekasih Tuhan. Kalau kita mau diberkati Tuhan, maka kita harus hidup di dalam kelimpahan Tuhan, dan inilah jalannya. Tuhan menjadi kebahagiaan, Tuhan menjadi kesenangan kita.

Yang ketiga, kita tidak bisa bahagia sementara orang lain tidak bahagia, dalam konteks materi. Bagaimana kita bisa makan enak, tidur nyenyak, sementara melihat orang lain menderita? Kita tidak bisa bahagia dengan keadaan ini. Yang terakhir, keinginan-keinginan kita di bumi ini bisa menjadi kendaraan Iblis menghancurkan kita. Di langit baru bumi baru, jika kita memiliki keinginan-keinginan, maka keinginan-keinginan tersebut tidak akan menghancurkan kita karena sejak di dunia, kita sudah dilatih memiliki kesenangan hanya untuk menyenangkan Tuhan. Tuhan menjadi kebahagiaan kita.

Tuhan menghendaki manusia memiliki keinginan, Tuhan juga menghendaki manusia memiliki kesenangan atau kebahagiaan. Masalahnya, keinginan atau kehendak manusia diarahkan ke mana? Manusia harus punya keinginan, memiliki kehendak; tidak boleh pasif. Sebab jika bersikap pasif, manusia akan diterkam Iblis. Atau kalaupun aktif, justru diarahkan kepada arah yang salah, sehingga menjadi mangsa kuasa gelap. Manusia harus aktif dan mengarahkan keinginan atau kehendaknya kepada satu arah. Arahnya bisa menuju ke kerajaan gelap atau kerajaan terang; dunia atau surga; Tuhan atau yang lain. Ayo, kita memaksakan diri untuk ini; tanpa batas. Hidup kita singkat, kita tidak tahu kapan akan berakhir. Gunakanlah setiap kesempatan untuk bertumbuh, sampai kita bisa menjadikan Tuhan satu-satunya kebahagiaan, dan kita bisa mencintai Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SALAH SATU CIRI DARI KEDEWASAAN ROHANI SESEORANG ADALAH MENJADIKAN TUHAN SEBAGAI SATU-SATUNYA KEBAHAGIAAN DAN KESENANGAN HIDUP.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 Maret 2023
2023-03-26 09:29:38

Yosua 16-18

Card image
Truth Kids 25 Maret 2023 - BERBAGI
2023-03-25 09:49:43


Yakobus 4:17
“Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.”

Moses memiliki sepeda terbaru yang sedang tren. Setiap kali Moses bermain sepeda, anak-anak di sekitar rumah pasti melihatnya dengan kagum. Tanpa sadar Moses menjadi sombong dan tidak mau sekalipun meminjamkan sepedanya kepada temannya. Bahkan teman terdekatnya sekalipun, yaitu Toni. Hati Toni sedih karena Moses tidak pernah mengizinkannya untuk menyentuh sepedanya. Moses pernah berkata, “Jangan kamu sentuh sepedaku, nanti rusak! Kamu tidak akan bisa menggantinya.” Memang Toni bukan anak orang kaya seperti Moses. Namun, Toni mengasihi Moses seperti saudaranya sendiri.

Suatu hari ketika sedang bermain sepeda, Moses terjatuh dan menangis dengan kencang karena lututnya berdarah. Toni segera menghampiri Moses dan menolongnya. Toni menuntun Moses dan sepedanya sampai ke rumah, sehingga Moses bisa diobati. Moses sangat berterima kasih karena Toni menolongnya. Moses menyesal karena tidak mau berbagi bermain sepeda dengan Toni. Sekalipun Moses telah membuat Toni sedih ternyata Toni tetap mengasihi dan menolongnya. Sejak kejadian itu, Moses dengan sukacita berbagi mainan bersama dengan Toni dan mereka semakin menjadi sahabat yang saling mengasihi.

Sobat Kids, ingatlah untuk berbagi mainan dengan temanmu. Kalian bisa bergiliran saat bermain dengan mainan yang sama. Bermain bersama teman akan terasa lebih menyenangkan daripada bermain sendiri. Yuk, kita berbagi dengan teman.

Card image
Truth Junior 25 Maret 2023 - PERUBAHAN KARAKTER
2023-03-25 09:47:19


Roma 8:28
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”

“Aduh… Kenapa, sih, kamu lama sekali untuk mengerti penjelasan Ibu guru?” ucap Tika dalam hati, “aku sudah lapar, nih. Kan, kalau belum semuanya mengerti Ibu guru tidak akan mengizinkan kita istirahat makan siang.” Ia kesal melihat James, teman sekelasnya, yang tidak dapat mengerti pelajaran yang telah dijelaskan oleh gurunya. Ibu guru harus mengulang kembali penjelasannya sebanyak tiga kali sebelum akhirnya James mengerti. Akhirnya setelah mengakhiri pelajaran, Ibu guru mempersilakan murid-murid untuk istirahat makan siang. Karena sudah sangat lapar, Tika tidak mengunyah makanannya dengan baik. Ia langsung menelan makanannya dengan lahap. “Aduh… perutku sakit sekali,” keluh Tika di kelas. Bu guru pun datang dan memberikan pertolongan.

Sobat Junior, terkadang kita merasa diri kita yang paling benar. Bekerja paling cepat, sedangkan yang lain lama; cepat mengerti pelajaran, sedangkan teman yang lain lama mengerti dan membuat kita harus menunggu. Sobat Junior, sebenarnya keadaan teman kita tersebut mungkin saja sebagai maksud Tuhan untuk mengubah karakter kita. Seperti contoh Tika di atas. Kondisi temannya, James, sebenarnya dapat membentuk karakter Tika untuk lebih sabar. Tika dapat membantu temannya yang belum mengerti pelajaran dan bersabar saat makan, dapat mengunyah makanan dengan benar, sehingga terhindar dari sakit perut. Bagaimana keadaan teman-teman kalian, Sobat Junior? Adakah peristiwa yang kalian bisa pelajari untuk mengubah karakter kalian?

Card image
Truth Youth 25 Maret 2023 (English Version) - NOT USED TO IT
2023-03-25 09:44:24


”Casting all your care upon him; for he careth for you.” (1 Peter 5:7)

Each of us must have experienced worry. Sometimes worry about coming indiscriminate time, it can happen anytime, and anywhere. In fact, even worse, worrying can interfere with our activities, from not being able to sleep to not being able to think clearly. Not infrequently we hear there are some people who can't sleep because they are worried about their future. On the other hand, there are also some people who are worried about their living conditions such as, fear that there are bad things that befall, fear of being left behind by someone, or afraid of being severe. Are we aware that concerns not only interfere with our activities, but disturb our relationship with God because we are more afraid of something than fear of God. Actually, our excessive concern is a form of insult to God. As if God whose owner of the universe, who keeps the universe is unable to keep us perfectly. Indeed, worrying is human, but that does not mean we deify that fear until the sense of pacific in our lives. This seems trivial, but for those of us who want to maintain God's feelings should not be trivial.

Therefore, praying, reading the Bible, or going to church is not enough to prove we believe in him. What can prove that our belief in God is the surrender of ourselves to Him, and well aware that life belongs to God. Accustomed to going to church, not automatically makes us accustomed to living with God. We must continue to remember that God is the who will be in our lives. Even if the things we are worried about happening, even if God allow that, we still have peace. Start eroding our concerns, and build full trust relationships to God.

WHAT TO DO:
1. Realizing that life belongs to God.
2. Not underestimating God's presence.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ruth 1-2;
▪︎ Hebrews 1-2

Card image
Truth Youth 25 Maret 2023 - TIDAK TERBIASA
2023-03-25 09:41:30


"Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1 Ptr. 5:7)

Setiap kita pasti pernah mengalami merasa khawatir. Terkadang rasa khawatir datang tidak pandang waktu, bisa terjadi kapan pun, dan di mana pun. Bahkan, lebih buruk lagi rasa khawatir dapat mengganggu aktivitas kita, dari tidak bisa tidur sampai tidak bisa berpikir dengan jernih. Tidak jarang kita mendengar ada beberapa orang yang tidak bisa tidur karena khawatir akan masa depannya. Di sisi lain, ada juga beberapa orang yang khawatir akan kondisi hidupnya seperti, takut ada hal buruk yang menimpa, takut ditinggal seseorang, ataupun takut terkena penyakit parah. Sadarkah kita, bahwa kekhawatiran bukan hanya mengganggu aktivitas kita, tapi mengganggu hubungan kita dengan Tuhan karena kita lebih takut akan sesuatu dibandingkan takut akan Tuhan. Sebenarnya, kekhawatiran kita yang berlebihan adalah bentuk penghinaan terhadap Tuhan. Seakan-akan Tuhan yang Empunya jagat raya, yang menjaga alam semesta tidak mampu menjaga kita dengan sempurna. Memang rasa khawatir adalah manusiawi, namun bukan berarti kita menuhankan rasa takut tersebut sampai rasa itu bertakhta di dalam kehidupan kita. Hal ini terkesan sepele, namun bagi kita yang ingin menjaga perasaan Tuhan seharusnya tidaklah sepele.

Oleh sebab itu, berdoa, baca Alkitab, ataupun pergi ke gereja tidaklah cukup membuktikan kita percaya kepada Dia. Yang dapat membuktikan percaya kita kepada Tuhan adalah penyerahan diri kita kepada-Nya, dan menyadari betul bahwa hidup ini milik Tuhan. Terbiasa pergi ke gereja, tidak otomatis membuat kita terbiasa hidup bersama Tuhan. Kita harus terus mengingat bahwa Tuhanlah yang beracara di dalam hidup kita. Bahkan kalau sampai hal yang kita khawatirkan terjadi pun, kalau itu Tuhan izinkan, seharusnya kita tetap memiliki damai sejahtera. Mulailah mengikis kekhawatiran kita, dan membangun hubungan dengan kepercayaan yang penuh kepada Tuhan.

WHAT TO DO:
1. Menyadari bahwa hidup ini milik Tuhan
2. Tidak menyepelekan kehadiran Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hakim-Hakim 21;
▪︎ Rut 1-2;
▪︎ Ibrani 1-2

Card image
Renungan Pagi - 25 Maret 2023
2023-03-25 09:38:08


Masih banyak orang yang berpura-pura dalam kehidupan rohani mereka. Mereka tampak seperti seorang kristiani. Mereka berbicara layaknya seorang kristiani, menjadi jemaat di suatu gereja, dan menyembunyikan dosa- dosa mereka dengan hati-hati. Mereka amat saleh dan berusaha memberi kesan yang baik. Banyak orang beranggapan bahwa mereka adalah orang- orang kristiani.

Namun jauh di lubuk hati mereka, para aktor rohani ini tahu bahwa mereka tak pernah mengakui kondisi mereka yang penuh dosa kepada Allah dan menaruh pengharapan dalam Tuhan Yesus Kristus sebagai satu-satunya harapan akan keselamatan. Secara lahiriah mereka "tampak benar", namun secara rohaniah mereka "penuh kemunafikan dan kedurjanaan."

Pernahkah Anda berpura-pura seperti itu? Anda mungkin dapat membohongi orang lain, tetapi tidak dapat membohongi Allah. Dia melihat isi hati Anda. Jangan berpura-pura. Jika anda benar mengasihi Tuhan, maka itu harus terlihat dari perkataan dan tingkah laku setiap hari.

Bukan sekedar manis di bibir dan topeng di wajah. Ketahuilah, anda dapat memiliki kegiatan rohani yang sibuk tanpa memiliki keselamatan di dalamnya. Kiranya mulai hari ini kita dapat berhenti berpura-pura dan memiliki hati nurani yang murni mengasihi Tuhan.
(Matius 23:28)

Card image
Quote Of The Day - 25 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-25 09:34:01


Lawatan Tuhan itu pasti kita alami, kalau kita tetap setia.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 25 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-25 09:31:57


Orang percaya tidak boleh hidup suka-suka sendiri. Ia terikat sebagai seseorang yang telah memiliki pasangan.

Card image
LOVING THE SOUL - 25 Maret 2023 (English Version)
2023-03-25 08:38:38


The Father in heaven values our souls more than we do ourselves. He loves the human soul more than they do themselves. The purpose of “respecting the soul” is to strive that the soul does not perish in the eternal fire. The horror of eternal flame was beyond thought and imagination. The powers of darkness try to cover up this reality and underestimate the separation from God. This deception makes many people not appreciate their souls properly. Don’t look at this as trivial. We may think we already have valued our souls, so we want to be good people, not do evil, go to church, join ministry activities, and even become a pastor. But, it does not necessarily mean we already value our souls.

If we grow in truth, our way of thinking is changed, and have encountered God every day, then He transfers or imparts His feelings and thoughts so we can understand how precious soul and salvation are. God has all wealth, but the One He loves the most is Jesus, but for the sake of human salvation, the Father gave His Only Begotten Son. This clearly shows how God values the human soul, though people saved do not respect their souls properly or proportionately because satan continues to maneuver to mislead their minds. By learning the truth and experiencing a lot of enlightenment, we can understand the comparison between the beautiful eternity and our lives today.

Wealth, happiness, honor, or anything that can be achieved in this life is nothing compared to eternal glory later. Not incomparable. People who do not grow in truth do not understand eternal glory and cannot live it. The focus of their attention is on mortal matters, which have no value compared to the glory of God’s Kingdom. The Lord Jesus said, ” what good will it do a person if he gains the whole world but forfeits his soul?” Therefore, we must try to have salvation to the full assurance of hope and have full rights to enter the Kingdom of Heaven. Salvation is not just to be believed but also experienced since still on this earth.

Appreciating the soul properly will make us dare to risk anything—without limits—so that we are pleasing before God. People who respect the soul value as God does will try to please Him. We must have the courage to question every decision and action we make, the words we speak, the reflections of our heart’s thoughts, our goals and desires, and whether they are pleasing to God. If we value our souls and don’t want to be separated from God, want to be with Him from here on earth, and of course, to eternity, we must have the courage to risk anything. The only valuable thing in life is God, and when a person properly appreciates the value of their soul, they can live out God’s love for themselves and will love God. They did not want to injure and hurt His heart.

We can see people who do not value their souls if they live in sin, are non-churchgoers, are viewed as wicked, commit acts that violate the law, violate morals, and are found to be evil. They are preparing themselves to enter destruction or be lost from God’s presence forever, to the extent that they do not know themselves. They are not afraid of God and hell. How horrible this situation is.

The devil can put us in a dangerous situation, but we don’t realize it. We compare ourselves with those who live in evil and keep noticing how much they don’t fear God and don’t care about hell, to the point where we don’t realize our condition. Satan can deceive us with his cunning. Therefore, we must be honest and ask God for His advice on whether we truly love souls. We possibly do not commit crimes like them, who go to hell and bring themselves to destruction. However, is it true that we are in a state of true fellowship with God?

Unknowingly, we often compare ourselves to evil people who are truly bad and far from the truth. However, we can also be in a state of error, not as precise as He wills. With our current situation, are we worthy of walking side by side with God? Don’t be deceived by ourselves. God’s Word says that the human heart is more deceitful than anything else. God may weep over us or priests who are not precise. Indeed, leaving the world and its pleasures is not easy. Forsaking the sin that flows in our flesh is not easy. But if we love our souls, we must get rid of sin.

  IF WE LOVE OUR SOULS, WE MUST GET RID OF ALL SIN.

Card image
MENGASIHI JIWA - 25 Maret 2023
2023-03-25 08:29:28


Bapa di surga menghargai jiwa kita, lebih dari kita menghargai jiwa kita sendiri; Allah menghargai jiwa manusia lebih dari manusia menghargai jiwanya sendiri. Maksud “menghargai jiwa” adalah mengupayakan bagaimana jiwa tidak binasa di dalam api kekal. Kengerian api kekal itu melampaui yang bisa dipikirkan dan dibayangkan. Kuasa kegelapan berusaha menutupi realitas ini dan memandang remeh keterpisahan dengan Allah, sehingga oleh penyesatan kuasa kegelapan tersebut, banyak orang tidak menghargai jiwanya secara benar. Jangan kita pandang sepele atau remeh hal ini. Mungkin kita merasa telah menghargai jiwa kita secara benar, maka kita mau menjadi orang baik; tidak mau melakukan kejahatan, pergi ke gereja, mengambil bagian dalam aktivitas pelayanan, bahkan menjadi pendeta. Tetapi, belum tentu kita sudah menghargai jiwa kita.

Kalau kita bertumbuh di dalam kebenaran, cara berpikir kita diubah, kita memiliki pertemuan dengan Tuhan setiap hari, maka Allah mentransfer atau mengimpartasi perasaan dan pikiran-Nya, barulah kita bisa mengerti betapa berharganya jiwa dan keselamatan. Allah memiliki segala kekayaan, tetapi pasti yang paling disayangi oleh Bapa adalah Yesus. Demi keselamatan manusia, Bapa memberikan Putra Tunggal-Nya. Di sini jelas sekali betapa Allah menghargai jiwa manusia. Tetapi, manusia yang diselamatkan sering tidak menghargai jiwanya sendiri secara benar atau proporsional, sebab Iblis terus bermanuver untuk menyesatkan pikiran. Dengan belajar kebenaran dan mengalami banyak pencerahan, kita bisa mengerti perbandingan antara kekekalan yang indah dengan hidup kita hari ini.

Tidak ada artinya kekayaan, kebahagiaan, kehormatan, atau apa pun yang bisa kita raih dalam hidup ini, dibanding dengan kemuliaan kekal nanti. Sangat tidak ada bandingannya. Dan orang yang tidak bertumbuh dalam kebenaran, sama sekali tidak mengerti kemuliaan kekal dan tidak mampu menghayatinya. Fokus perhatian hidupnya tertuju kepada perkara-perkara fana, yang sama sekali tidak ada nilainya dibanding dengan kemuliaan Kerajaan Tuhan. Tuhan Yesus berkata, “Apa gunanya orang beroleh segenap dunia, kalau jiwanya binasa?” (Matius 16:26). Oleh sebab itu, kita harus berusaha bagaimana memiliki keselamatan sebagai milik yang pasti; memiliki hak penuh masuk Kerajaan Surga. Keselamatan bukan sekadar diyakini, melainkan juga benar-benar dialami sejak kita hidup di bumi.

Menghargai jiwa secara benar akan membuat kita berani mempertaruhkan apa pun—tanpa batas—supaya kita memiliki keberkenanan di hadapan Allah. Orang yang menghargai nilai jiwa seperti Allah menghargai nilai jiwa manusia, akan berusaha menjadikan dirinya berkenan di hadapan Allah. Kita harus berani memperkarakan setiap keputusan dan tindakan yang kita ambil, setiap perkataan yang kita ucapkan, renungan pikiran hati kita, cita-cita dan keinginan kita, apakah berkenan kepada Tuhan. *Kalau kita sungguh-sungguh menghargai jiwa kita dan kita tidak mau terpisah dari Allah, kita mau bersama dengan Tuhan, bersama dengan Allah sejak di bumi ini dan tentu sampai kekekalan nanti, kita harus berani mempertaruhkan apa pun*. Yang berharga dalam hidup ini hanya Tuhan. Ketika seseorang menghargai nilai jiwanya secara benar, ia bisa menghayati kasih Allah terhadap dirinya, dan akan sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Ia tidak ingin melukai dan menyakiti hati-Nya.

Kalau kita melihat orang-orang yang hidup di dalam dosa; orang-orang yang tidak bergereja, orang-orang yang kita pandang fasik, mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum, melanggar moral, dan nyata-nyata dijumpai jahat, kita melihat betapa mereka tidak menghargai jiwa mereka. Sebenarnya mereka sedang mempersiapkan diri masuk kebinasaan atau terhilang dari hadirat Allah selamanya, sampai pada tingkat mereka tidak mengenal diri mereka sendiri. Sama sekali tidak takut Tuhan dan tidak takut neraka. Betapa mengerikannya keadaan ini.

Iblis dengan kelicikannya juga bisa membuat kita sebenarnya dalam situasi yang berbahaya, tetapi kita tidak menyadari diri kita begitu. Kita membandingkan diri kita dengan mereka yang hidup di dalam kejahatan, dan kita tahu betapa mereka tidak takut Tuhan, tidak peduli neraka, sampai tidak menyadari keadaan diri kita yang sebenarnya. *Dalam kelicikannya, Iblis bisa menipu kita*. Oleh sebab itu, kita harus jujur dan minta penerangan dari Tuhan, apakah benar kita telah mengasihi jiwa dengan benar? Kita memang tidak melakukan kejahatan seperti mereka, yang nyata-nyata masuk neraka dan membawa diri mereka kepada kebinasaan. Tetapi, apakah benar kita dalam keadaan yang bersekutu dengan Allah?

Tanpa sadar, kita sering membandingkan diri dengan orang-orang yang jelas-jelas jahat, jelas-jelas meleset, bahkan jauh dari kebenaran. Tetapi, sebenarnya kita sendiri bisa dalam keadaan meleset juga; tidak presisi seperti yang Allah kehendaki. Dengan keadaan kita hari ini, apakah kita layak berjalan berdampingan dengan Tuhan? Jangan tertipu oleh diri kita sendiri. Firman Tuhan mengatakan hati manusia itu licik, lebih licik dari segala sesuatu. Bukan tidak mungkin Tuhan menangisi kita, menangisi pendeta-pendeta yang tidak presisi. Memang, meninggalkan dunia dan kesenangan-kesenangannya tidak mudah. Meninggalkan dosa yang mengalir di dalam daging kita pun tidak mudah. Tetapi kalau kita mengasihi jiwa kita, kita harus meninggalkan dosa.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA MENGASIHI JIWA KITA, KITA HARUS MENINGGALKAN DOSA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 Maret 2023
2023-03-25 08:21:15

Yosua 12-15

Card image
Truth Kids 24 Maret 2023 - BHINNEKA TUNGGAL IKA
2023-03-24 10:33:00


Kisah Para Rasul 10:28
Ia berkata kepada mereka: “Kamu tahu, betapa kerasnya larangan bagi seorang Yahudi untuk bergaul dengan orang-orang yang bukan Yahudi atau masuk ke rumah mereka. Tetapi Allah telah menunjukkan kepadaku, bahwa aku tidak boleh menyebut orang najis atau tidak tahir.”

Sobat Kids, apakah kalian tahu apa semboyan negara kita? Pada lambang negara kita, Burung Garuda, ada pita yang bertuliskan “Bhinneka Tunggal Ika” yang memiliki arti berbeda-beda tapi tetap satu. Wah, apa, ya, maksudnya? Maksudnya adalah walaupun di Indonesia terdapat banyak suku, agama, ras, kesenian, adat, bahasa dan lain sebagainya, namun tetap menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Bangsa Indonesia.

Kita dipersatukan dengan bendera merah putih, lagu kebangsaan “Indonesia Raya”, mata uang rupiah, dan bahasa yang sama, bahasa Indonesia. Sobat Kids, hal ini menjadi contoh buat kita. Walaupun kita bisa berbeda-beda asalnya, seperti ada orang Jawa, Medan, Manado, Sunda, atau keturunan Chinese tetapi kita harus tetap saling mengasihi. Kalau Indonesia dipersatukan dengan Bhinneka Tunggal Ika, anak-anak Allah dipersatukan oleh darah Kristus yang telah mati bagi semua manusia. Kita tidak membeda-bedakan. Yuk, Sobat Kids, mulai hari ini belajar, ya, tetap mengasihi temanmu walaupun ia berasal dari daerah yang berbeda denganmu.

Card image
Truth Junior 24 Maret 2023 - BHINNEKA TUNGGAL IKA
2023-03-24 10:29:43


Kisah Para Rasul 10:28
Ia berkata kepada mereka: “Kamu tahu, betapa kerasnya larangan bagi seorang Yahudi untuk bergaul dengan orang-orang yang bukan Yahudi atau masuk ke rumah mereka. Tetapi Allah telah menunjukkan kepadaku, bahwa aku tidak boleh menyebut orang najis atau tidak tahir.”

Sobat Junior, apakah kalian tahu arti dari peribahasa “di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung?” Peribahasa tersebut mengajarkan kita untuk menghormati adat istiadat yang ada di tempat kita berada. Seperti kalian ketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan. Ada banyak pulau, suku bangsa, dan bahasa daerah di negara Indonesia. Pasti banyak pula adat istiadat yang berlaku di masing-masing wilayah. Ada pula larangan-larangan dari masing-masing daerah yang berbeda dengan daerah yang lain. Sikap kita sebagai warga negara Indonesia yang baik adalah menghormati keanekaragaman tersebut. Semboyan negara Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika mengajarkan bahwa walaupun berbeda-beda, tetapi tetap satu, yaitu Indonesia.

Kita dapat memiliki teman dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia, Sobat Junior. Tidak hanya terbatas dengan teman yang berasal dari suku atau daerah yang sama dengan kalian saja. Dalam berteman, kita harus ramah terhadap semua orang. Justru dengan memiliki banyak teman dari daerah lain, kita akan belajar lebih banyak. Kita bisa belajar tentang kebudayaan dan adat istiadat dari daerah lain. Namun, kalian juga harus ingat kebiasaan yang berlaku di daerah asal teman kalian yang berbeda daerah tersebut. Kalian harus menghormatinya. Kita tidak boleh merasa bahwa kita yang paling benar atau hebat. Biarlah nanti Tuhan yang menentukan salah benarnya hidup seseorang. Yang perlu kita lakukan adalah menjadi saksi Tuhan dengan perilaku hidup kita yang sesuai dengan kebenaran Firman-Nya.

Card image
Truth Youth 24 Maret 2023 (English Version) - RE-ROUTING
2023-03-24 10:26:23


”And be not conformed to this world: but be ye transformed by the renewing of your mind, that ye may prove what is that good, and acceptable, and perfect, will of God.” (Romans 12:2)

Have you ever heard the second opportunity? I think almost every time we have heard of the word. The purpose of the word is that we will get another chance to try again if it fails or the results achieved are less satisfying. This also applies when we use the direction guide application that makes a new route if we take the wrong way. The system will make a new route that can take us back to the proper path, or a new road if the road we go through is jammed and longer to achieve the destination. This is if we think about the same as our lives with God. He whose love is very great for us to give us unlimited opportunities. He gave us a new route to be able to enjoy the right trip to the destination. However, this does not automatically make us return to the path that should or the path that we really want to achieve. Sometimes our own desires or the beauty of the tempting world takes us to leave the route he has made. As a result, we are often stuck in 'traffic jams' or even wrong ways. This can only be felt when we don't enjoy what we have chosen before and of course we will be in regret if trapped in the 'traffic jam'. Another case if we follow the path that God loves. Maybe the journey according to us is not as beautiful as the path we think or we want, but through the path that God loves, we will avoid the problem of congestion that prevents us from achieving our goals. Sometimes we consider this trivial. However, if you are accustomed to not following the route God loves, our mindset will be like that. We also consider the pressure because our own choices, and new regret will come if we finally cannot reach the final line that God wants in our lives.

WHAT TO DO:
1. Learn to be sensitive to the way God we want to choose.
2. Don't be shy to get back or change the path that God wants to take.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Judges 18-21;
▪︎ Titus 3;
▪︎ Philemon 1

Card image
Truth Youth 24 Maret 2023 - RE-ROUTING
2023-03-24 09:54:35


"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2)

Pernah denger kata kesempatan kedua? Kayaknya hampir setiap kita pernah mendengar kata tersebut. Maksud dari kata tersebut adalah kita akan mendapatkan lagi kesempatan mencoba kembali jika gagal atau hasil yang diraih kurang memuaskan. Hal ini juga berlaku di saat kita menggunakan aplikasi pemandu arah yang membuat rute baru jika kita salah ambil jalan. Sistem akan membuat rute baru yang bisa mengantar kita kembali ke jalan yang semestinya, atau jalan baru jika jalan yang kita lalui itu macet dan lebih lama untuk mencapai tujuan. Hal ini jika kita renungkan sama seperti kehidupan kita bersama dengan Tuhan. Dia yang cinta-Nya teramat besar kepada kita memberikan kita kesempatan yang tidak terbatas. Dia memberikan kita rute baru untuk dapat menikmati perjalanan yang tepat hingga sampai ke tujuan. Namun, hal ini tidak otomatis membuat kita akan kembali ke jalan yang seharusnya atau jalan yang memang Dia ingin kita capai. Terkadang keinginan kita sendiri atau keindahan dunia yang menggoda, membawa kita untuk meninggalkan rute yang telah Dia buat. Alhasil, sering banget kita terjebak ‘macet’ atau bahkan salah jalan. Hal ini baru dapat kita rasakan di saat kita tidak menikmati apa yang telah kita pilih sebelumnya dan pastinya kita akan ada dalam penyesalan jika terjebak di dalam ‘kemacetan’ tersebut. Lain halnya jika kita ikut jalan yang Tuhan kasih. Mungkin perjalanannya menurut kita tidak seindah jalan yang kita pikirkan atau kita mau, tapi lewat jalan yang Tuhan kasih, kita akan terhindar dari masalah kemacetan yang menghambat kita untuk mencapai tujuan. Terkadang hal ini kita anggap sepele. Namun, jika sudah terbiasa untuk tidak mengikuti rute yang Tuhan kasih, pola pikir kita akan begitu-begitu saja. Tekanan yang ada pun kita anggap biasa karena pilihan kita sendiri, dan penyesalan baru akan datang jika akhirnya kita tidak dapat mencapai garis akhir yang Tuhan mau dalam hidup kita.

WHAT TO DO:
1. Belajar peka sama jalan yang Tuhan mau kita pilih
2. Jangan malu untuk mengubah atau kembali ke jalan yang Tuhan mau kita ambil

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hakim-hakim 18-21;
▪︎ Titus 3;
▪︎ Filemon 1

Card image
Renungan Pagi - 24 Maret 2023
2023-03-24 09:51:05


Kehidupan dunia di zaman sekarang ini sudah sangat langka menemukan orang-orang yang melakukan kebaikan tanpa pamrih. Dan sedikit juga orang yang mau melakukan kebaikan karena tidak mau terganggu karena akhirnya nanti akan selalu dimintai pertolongan, sebab dianggap sebagai orang baik. Kita pun menjadi bagian dari hal itu, setiap kali melakukan kebaikan, mengharapkan balasan yang sama dari orang yang kita tolong, bahkan ada yang cenderung merasa berkuasa atas hidup orang-orang yang ditolongnya. Atau juga sebaliknya, enggan menolong, meskipun tahu kita bisa menolong orang itu, namun tidak mau direpotkan lagi nantinya jika di kemudian hari orang itu mengharapkan pertolongan lagi.

Jika tahu bahwa Allah adalah Kasih, dan TUHAN mengajar untuk mengasihi sesama tanpa mengharapkan balasan sebagaimana DIA telah melimpahkan kasih setia-Nya kepada kita dengan tidak berkesudahan. Kita diajar untuk memberi dengan tulus tanpa motivasi apapun, percayalah Tuhan yang akan memberkati hidup kita sehingga tidak akan pernah kekurangan walaupun selalu memberi pertolongan kepada mereka yang memerlukannya. Dan Roh Kudus juga akan menaruh komando di hati kita untuk menolong orang-orang yang benar-benar membutuhkan pertolongan. Sadarilah bahwa apa yang ada pada kita, termasuk harta kekayaan adalah milik Tuhan, jangan menganggap itu adalah milik yang harus dipertahankan bagi dirimu sendiri.
(Lukas 6:35-36).

Card image
Quote Of The Day - 24 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-24 09:44:27


Perjumpaan dengan Tuhan memberikan inspirasi, sebab Tuhan tahu yang kita butuhkan secara rohani.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 24 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-24 09:40:33


Segala sesuatu yang dilakukan manusia harus dipertanggungjawabkannya, bahkan setiap kata yang diucapkannya.

Card image
LIVING IN GOD'S REIGN - 24 Maret 2023
2023-03-24 10:34:39


We must be able to present the kingdom of heaven in our daily lives because it is an absolute thing, more than anything else. Unfortunately, many prefer to have their reign on their own under the world’s influence and not of God. They hope to enjoy happiness on earth which is expectedly owned by achieving a living atmosphere, such as gaining a certain degree to self-actualize, get a job, earn a living, be respected, and have dignity. This is the “kingdom” in their life.

A businessman expects to get profit, namely money. With money, they can enlarge their business to gain more profits. Then, they can buy all the facilities needed, like houses, cars, and, if possible, luxury ones, and have lots of deposits. With money, they feel safe if they fall sick and can also travel freely. That’s their “kingdom.” Everyone aspires to achieve a happy atmosphere by presenting a “kingdom” facilitated by money, titles, and others. 

For ladies, they may not be grandiose to have a luxurious house, yacht, or title, but enough to have a husband who earns and can provide for the family. It is already a “kingdom” for them. In essence, everyone has a concept of happiness to be able to present a “kingdom” in their life. In a kingdom, there must be someone who controls, dominates, or governs. If people think that money can create happiness, then they are ruled by money. If title, rank, or position can bring happiness, then they are governed by those things.

These are human concepts in general, everywhere, and almost all have them, and unknowingly, we have also inherited these concepts from our parents and environment. Moreover, if a servant of God or a pastor does not know the truth and experiences change, they can make the church and ministry their “kingdom,” and God is not in reign but themselves. It is terrible if ministry is used as a tool to obtain profit, such as ambition or money.

God redeemed us with His blood from the vain way of life inherited from our ancestors. 1 Pet.1:18-19 says, “For you know that it was not with perishable things such as silver or gold that you were redeemed from the empty way of life handed down to you from your ancestors, but with the precious blood of Christ, a lamb without blemish or defect.” Do we want to get out of this wrong way of life? Life is indeed tragic. Many suffer because we fail to achieve happiness and present that kingdom. Whatever our circumstances, especially those who feel like a failure and have nothing, there is still a Kingdom that we can present, and God indeed wants us to do it. God taught us in prayer, “Thy kingdom come” in Matt.6:10. This makes us have a Kingdom unmatched by any kingdom and anyone.

Let’s present the Kingdom of God by treating The Holy Spirit as the law or measuring tool for ethics and morals. We must understand and study the Word and have a personal and collective prayer. From that, we have the sensitivity to understand God’s will. Therein lies the law, an ethical and moral measurement of God’s will. The Holy Spirit guides and leads us to the will of God. We can prove the relation between doing God’s will and happiness with true belief and try to understand His will by the lead of the Holy Spirit, where He guides and gives us an understanding of whether something is pleasing in God’s presence or not.

If we just become good humans according to laws applied in life in general, we have not lived under God’s rule or presented the Kingdom of Heaven. If we can offer the Kingdom of God by thinking, saying, and doing everything exactly as His will and live in submission to the Father in the guidance of the Holy Spirit, He will protect, care for us and make us unique. The potential to present the kingdom of God is a gift, but to experience the presence of God’s Kingdom is the fruit or the result of our struggle, and it must be done without limit. If someone can present the Kingdom of God in their life, they will become the apple of God’s eye.   

WE HAVE NOT LIVED UNDER GOD'S REIGN OR PRESENTED THE KINGDOM OF HEAVEN IF WE ONLY BECOME GOOD PEOPLE ACCORDING TO LAWS APPLIED IN LIFE IN GENERAL.

Card image
HIDUP DALAM PEMERINTAHAN ALLAH - 24 Maret 2023
2023-03-24 09:34:52


Di dalam kehidupan kita setiap hari, kita harus bisa menghadirkan Kerajaan Surga. *“Menghadirkan Kerajaan Surga” adalah satu hal yang mutlak, lebih mutlak dari apa pun*. Namun sayangnya, dalam kehidupan manusia pada umumnya, mereka justru mau menghadirkan “kerajaan manusia,” kerajaan dunia; kerajaan yang bukan dari Allah. Dengan menghadirkan kerajaan sendiri, manusia berharap bisa menikmati kebahagiaan di bumi yang diharapkan dapat dimiliki dengan mencapai satu suasana hidup, misalnya dengan studi untuk mencapai gelar tertentu. Dari gelar itu, dia bisa mengaktualisasi diri, mendapat pekerjaan, mendapat nafkah, terhormat, memiliki derajat dan martabat. Inilah yang menjadi “kerajaan” dalam hidupnya.

Seorang pebisnis, mengharapkan mendapatkan keuntungan, yaitu uang. Dengan uang, dia bisa memperbesar usahanya agar semakin banyak pula keuntungannya. Lalu, ia bisa membeli semua fasilitas yang dibutuhkan manusia pada umumnya seperti rumah, mobil, dan jika memungkinkan, memiliki mobil mewah, kapal pesiar, pesawat pribadi, dan deposito. Dengan uang, dia merasa aman seandainya jatuh sakit, ia juga bisa bebas berwisata. Itulah “kerajaan.” Setiap orang bercita-cita untuk mencapai satu suasana kebahagiaan hidup. Maka, mereka harus menghadirkan “kerajaan” yang difasilitasi uang, gelar, dan lain sebagainya.

Bagi wanita, mungkin tidak muluk-muluk memiliki rumah mewah, kapal pesiar atau gelar, tetapi cukup memiliki suami yang berpenghasilan dan bisa menafkahi keluarga. Itu sudah merupakan “kerajaan” baginya. Intinya, setiap orang memiliki konsep kebahagiaan untuk dapat menghadirkan “kerajaan” dalam hidupnya. Dan di dalam suatu kerajaan, pasti ada yang mengontrol; mengendalikan, mendominasi, menguasai atau memerintah. Kalau orang berpikir bahwa uang dapat menciptakan kebahagiaan, maka kerajaan yang dimilikinya adalah kerajaan yang didominasi (diperintah) oleh uang. Kalau seseorang berpikir bahwa gelar, pangkat, atau kedudukan dapat menghadirkan kebahagiaan, maka kerajaan itu diperintah oleh kekuatan gelar, pangkat, dan kekuasaan.

Ini adalah konsep-konsep manusia pada umumnya, di mana pun. Hampir semua manusia memiliki konsep ini. Tanpa disadari, kita juga telah mewarisi konsep itu dari orangtua dan lingkungan kita. Apalagi kalau seorang hamba Tuhan atau pendeta yang tidak mengenal kebenaran dan tidak mengalami perubahan, dia bisa menjadikan gereja dan pelayanannya sebagai “kerajaannya.” Di dalam kerajaan tersebut, bukan Tuhan yang berkuasa, melainkan dirinya. Atau faktor lain, ambisinya atau bahkan uang. Kalau pelayanan dijadikan sarana memperoleh keuntungan, maka jelas uanglah yang mengatur atau memerintah. Mengerikan sekali.

Tuhan menebus kita dengan darah-Nya dari cara hidup yang sia-sia yang kita warisi dari nenek moyang. 1 Petrus 1:18-19 mengatakan, “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” Maukah kita keluar dari cara hidup yang salah ini? Pasti banyak di antara kita yang menderita karena gagal mencapai kebahagiaan, gagal menghadirkan kerajaan itu. Hidup ini memang tragis. Apa pun keadaan kita, khususnya yang merasa gagal dan tidak memiliki kerajaan apa pun, masih ada Kerajaan yang bisa kita hadirkan. Dan memang Tuhan menghendaki kita menghadirkan Kerajaan itu. Tuhan mengajarkan kita doa “Datanglah Kerajaan-Mu” di Matius 6:10. Inilah yang membuat kita memiliki Kerajaan yang tak tertandingi oleh kerajaan apa pun dan siapa pun.

Mari kita menghadirkan Kerajaan Allah. Bagaimana caranya? Roh Kudus sebagai hukumnya, alat ukur etika dan moralnya. Kita harus mengerti Firman, belajar Firman. Kita harus memiliki jam doa pribadi maupun doa bersama. Dari hal itu, kita memiliki kepekaan untuk bisa mengerti kehendak Allah. Di situlah hukum, ukuran etika dan moralnya: kehendak Allah. Dan Roh Kudus menuntun kita, membawa kita kepada kehendak Allah. Apa hubungannya hidup melakukan kehendak Allah dengan kebahagiaan? Kita dapat membuktikan—di sini dibutuhkan percaya yang benar—ketika kita berusaha mengerti kehendak Allah oleh pimpinan Roh Kudus, maka Roh Kudus yang menuntun kita dan memberikan pengertian apakah hal ini berkenan di hadapan Tuhan atau tidak.

Kalau hanya menjadi manusia baik menurut hukum-hukum sah yang berlaku dalam kehidupan pada umumnya, itu belum hidup di dalam pemerintahan Allah, atau belum menghadirkan Kerajaan Surga. Bagaimana dalam segala hal yang kita pikirkan, ucapkan, dan lakukan, tepat seperti apa yang Allah kehendaki. Itu baru namanya menghadirkan Kerajaan Surga. Jika kita bisa menghadirkan Kerajaan Allah dengan hidup dalam ketertundukan kepada Bapa dalam pimpinan Roh Kudus, maka Allah akan memelihara dan menjaga kita. Allah akan mengistimewakan kita. *Potensi untuk menghadirkan Kerajaan Allah adalah anugerah.* Tetapi, untuk benar-benar mengalami kehadiran Kerajaan Allah, itu buah; hasil perjuangan kita; dan itu harus kita lakukan tanpa batas. Kalau seseorang bisa menghadirkan Kerajaan Allah dalam hidupnya, ia akan menjadi biji mata Allah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU HANYA MENJADI MANUSIA BAIK MENURUT HUKUM-HUKUM SAH YANG BERLAKU DALAM KEHIDUPAN PADA UMUMNYA, ITU BELUM HIDUP DI DALAM PEMERINTAHAN ALLAH, ATAU BELUM MENGHADIRKAN KERAJAAN SURGA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 Maret 2023
2023-03-24 09:30:14

Yosua 8-11

Card image
Truth Kids 23 Maret 2023 - SAHABAT YANG AKRAB
2023-03-23 09:33:09


Kisah Para Rasul 10:35

“Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya.”

Ada sebuah kisah di Alkitab; seorang anak raja yang bersahabat dengan seorang gembala domba. Mereka saling mengasihi dan bersahabat. Sang anak raja sangat menyayangi temannya walaupun sang gembala domba merupakan anak dari keluarga rakyat biasa.

Suatu hari, raja ingin membunuh sang gembala domba. Raja merasa iri setelah gembala tersebut berhasil mengalahkan raksasa yang bernama Goliat. Gembala tersebut menjadi pahlawan yang menyelamatkan bangsa Israel, namun raja tidak menyukainya. Sang anak raja mengetahui rencana jahat ayahnya. Ia tidak ingin sahabatnya terluka karena dia tahu bahwa sahabatnya tidak bersalah. Ia pun melindungi sahabatnya dan membantunya untuk menghindar dari rencana jahat raja.

Nah, ayo… kira-kira kisah siapakah ini? Ya, benar! Ini kisah tentang persahabatan Daud dan Yonatan. Daud si gembala domba dan Yonatan adalah anak raja Saul. Walaupun Yonatan anak seorang raja, ia tetap mau berteman baik dengan Daud, anak rakyat biasa. Kasih yang ditunjukkan Yonatan itu membuat Daud mengingat kebaikan Yonatan. Anak Yonatan yang cacat ditolong oleh Daud. Daud ingin membalas kebaikan Yonathan. Sahabat yang baik tidak melihat kaya atau miskin seseorang.

Card image
Truth Junior 23 Maret 2023 - TEMAN DARI BERBAGAI BANGSA
2023-03-23 09:29:12


Kisah Para Rasul 10:35
“Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya.”

Sobat Junior, kalian sudah tahu, kan, kalau Tuhan Yesus mati di kayu salib untuk semua manusia yang ada di bumi ini? Iya, Tuhan Yesus bukan hanya mati di kayu salib untuk orang Kristen saja atau suku tertentu saja, melainkan juga untuk semua orang, apa pun sukunya dan agamanya. Baik orang kaya maupun orang miskin. Kalau Tuhan Yesus saja peduli terhadap semua orang, kita sebagai pengikut-Nya juga harus peduli kepada orang lain.

Tuhan Yesus cinta semua bangsa. Orang dari bangsa mana pun, selama ia takut akan Tuhan dan menjalankan kebenaran Firman Tuhan, pasti ia berkenan kepada-Nya. Sebagai pengikut Tuhan Yesus, kita mau mengikuti teladan-Nya. Kalian bisa belajar berbagai macam bahasa asing, Sobat Junior, sebanyak yang kalian mampu. Dengan menguasai berbagai bahasa asing, kalian dapat memiliki teman lebih banyak di luar negeri. Kalian dapat gunakan kemampuan berbahasa asing kalian untuk memberitakan kabar keselamatan di dalam Tuhan Yesus.

Oleh sebab itu, saat ada pelajaran bahasa asing di sekolah kalian, belajarlah yang rajin, ya, Sobat Junior. Atau jika kalian tertarik belajar bahasa asing dari negara tertentu yang tidak diajarkan di sekolah, kalian dapat berdiskusi dengan orangtua kalian. Tetapi kalian harus sungguh-sungguh belajar, ya. Pakailah kemampuan kalian untuk menjadi berkat bagi orang lain. Oleh sebab itu, saat ada pelajaran bahasa asing di sekolah kalian, belajarlah yang rajin, ya, Sobat Junior. Atau jika kalian tertarik belajar bahasa asing dari negara tertentu yang tidak diajarkan di sekolah, kalian dapat berdiskusi dengan orang tua kalian. Tetapi kalian harus sungguh-sungguh belajar, ya. Pakailah kemampuan kalian untuk menjadi berkat bagi orang lain.

Card image
Truth Youth 23 Maret 2023 (English Version) - JOYOUS WITHOUT REASON
2023-03-23 09:25:10


”These things I have spoken unto you, that in me ye might have peace. In the world ye shall have tribulation: but be of good cheer; I have overcome the world.” (John 16:33)

We certainly know the word "moody" that is when the atmosphere of our feelings changes quickly and unstable. Sometimes this happens because there is something that disturbs our feelings like, when we are struggling to follow God. Learning to be what God wants is definitely not easy. We slowly struggle to erode what hurts God's heart, on the other hand God allows many things full of pressure to occur in our lives, for the sake of self -maturity. Sometimes these things will shape us to be a person who loses joy, our mood atmosphere becomes bad, we cannot be happy because our lives are increasingly difficult. As if in every prayer, we ask for happiness from God. This is reasonable because it is human. However, we must remember what God said, namely peace in God. Maybe today we suffer from obedience, suffer because of following what God wants. However, the peace that God gives guarding the struggle and sacrifice that we do. Therefore, peace or joy that God gives can be present in our hearts without reason. No need to wait for life to be fine, or our problem is resolved. Even in the most difficult conditions, as long as we do it for the sake of God, we will not be dissolved in destruction. God who has our lives will bring joy wherever we go. So, don't be sad because the pressure due to pressure will lead us to the real joy, which the world cannot give.

WHAT TO DO:
1. Learn to have peace in God.
2. Realizing that pressure will make us understand the true happiness.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Judges 15-17;
▪︎Titus 1-2

Card image
Truth Youth 23 Maret 2023 - SUKACITA TANPA ALASAN
2023-03-23 09:22:01


Semuanya itu Kukatakan "kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." (Yohanes 16:33)

Kita pasti kenal kata “moody-an” yaitu ketika suasana perasaan kita berubah dengan cepat dan tidak stabil. Terkadang hal tersebut terjadi karena ada sesuatu yang mengganggu perasaan kita seperti, ketika kita sedang berjuang mengikut Tuhan. Belajar menjadi apa yang Tuhan inginkan pasti tidak mudah. Dengan perlahan kita berjuang mengikis apa yang melukai hati Tuhan, di sisi lain Tuhan mengizinkan banyak hal yang penuh dengan tekanan terjadi di dalam hidup kita, demi pendewasaan diri. Terkadang hal-hal tersebut akan membentuk kita menjadi pribadi yang kehilangan sukacita, suasana mood kita menjadi buruk, kita tidak bisa bahagia karena kehidupan kita semakin sulit. Seakan-akan di setiap doa, kita meminta kebahagiaan dari Tuhan. Hal tersebut wajar karena manusiawi. Namun, kita harus mengingat apa yang Tuhan katakan yaitu damai sejahtera di dalam Tuhan. Mungkin hari ini kita menderita karena ketaatan, menderita karena mengikuti apa yang Tuhan inginkan. Namun, damai sejahtera yang Tuhan berikan mengawal perjuangan dan pengorbanan yang kita lakukan. Oleh sebab itu, damai sejahtera atau sukacita yang Tuhan berikan dapat hadir di dalam hati kita tanpa alasan. Tidak butuh menunggu hidup baik-baik saja, atau masalah kita selesai. Dalam kondisi paling sulit pun, selama kita melakukannya demi kepentingan Tuhan, kita tidak akan terlarut dalam kehancuran. Tuhan yang memiliki hidup kita akan membawa sukacita kemana pun kita melangkah. Jadi, jangan bersedih karena tekanan, karena tekanan akan membawa kita kepada sukacita sesungguhnya, yang dunia tidak bisa berikan.

WHAT TO DO:
1. Belajar memiliki damai sejahtera di dalam Tuhan
2. Menyadari bahwa tekanan akan membuat kita mengerti kebahagiaan yang sesungguhnya.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hakim-Hakim 15-17;
▪︎ Titus 1-2

Card image
Renungan Pagi - 23 Maret 2023
2023-03-23 07:09:53

Pikiran adalah pemimpin untuk setiap tindakan kita, seperti tertulis: "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia." Dalam Alkitab versi King James Version dinyatakan: "Sebagaimana dia berpikir dalam hatinya, demikianlah ia," Sedangkan Alkitab terjemahan lain menyatakan: "Sebagaimana seorang manusia berpikir dalam hatinya, demikianlah dia jadinya." Ternyata, apa yang ada di pikiran orang membawa pengaruh besar bagi kehidupannya, jadi bila yang kita pikirkan adalah hal-hal kedagingan (duniawi), maka kitapun akan bertindak menurut keinginan daging, apa yang kita perbuat semata-mata untuk menyenangkan dan memuaskan keinginan daging, dan sebaliknya bila yang ada dalam pikiran adalah perkara-perkara rohani, kitapun akan menjalani hidup ini sesuai dengan pimpinan Roh Kudus. Pikiran adalah medan peperangan yang sesungguhnya, berperang melawan siapa? "...perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara." Musuh kita adalah Iblis, yang dengan segala siasat dan tipu muslihatnya berusaha untuk menyerang pikiran manusia dengan menawarkan pemikiran-pemikiran yang keliru kepada setiap orang, lalu menancapkan panah ketakutan, kekuatiran, pikiran kotor, hawa nafsu, perselingkuhan, kesenangan daging, dan sebagainya.

Iblis tahu persis apa yang menjadi titik lemah manusia, karena itu Iblis berusaha untuk merebut  "wilayah" dalam pikiran manusia, karena bila pikiran manusia sudah ditaklukkan dan dikendalikan, maka wilayah-wilayah lain akan dengan mudah direbut, karenanya agar kita bisa menang dari tipu daya Iblis, kita harus mempersenjatai diri dengan firman Tuhan. "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku... kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Firman Tuhan akan memerdekakan kita dari belenggu pikiran-pikiran negatif  (jahat), mari perbaharui terus pikiran dengan firman Tuhan setiap hari supaya kita dapat menangkis serangan Iblis.
(Amsal 23:7a ; Efesus 6:12 ; Yohanes 8:31-32).

Card image
Quote Of The Day - 23 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-23 07:04:41


Dengan menuruti kehendak Tuhan, mengikuti teladan hidup-Nya, maka terjadi perubahan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 23 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-23 06:55:46


Orang yang hidup di dalam terang melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginan dan komando Tuhan.

Card image
KESENANGAN DI LUAR TUHAN - 23 Maret 2023
2023-03-23 06:52:52


Kalau orang melakukan hukum berdasarkan budaya, baik yang tertulis maupun tidak, ada formatnya. Misalnya menolong orang miskin, membela orang lemah, ada formatnya. Kalau kita, formatnya bukan tertulis, bukan juga budaya, melainkan pikiran dan perasaan Allah yang kita kenakan. Kalau kita mengaku Yesus sebagai Raja, kita taat kepada Yesus, kita mengenakan pikiran dan perasaan-Nya, serta menerjemahkannya dalam perilaku dan kehidupan yang ditujukan untuk orang lain. Kalau raja pada umumnya, mau dipuaskan keinginannya, dituruti, semua dikerjakan untuk dirinya sendiri, tetapi Tuhan tidak. Tuhan mau kita melakukannya untuk orang lain.

Firman Tuhan mengatakan, “Ia tidak menghendaki seorangpun binasa.” Perasaan itu mestinya kita miliki dalam kadar yang tepat, yang diterjemahkan oleh Tuhan Yesus dalam perilaku-Nya. Selama 33,5 tahun ada di bumi, Dia menerjemahkan perasaan Bapa. Kita sebagai utusan Tuhan Yesus, memperagakan perasaan yang sama. Betapa Tuhan dipuaskan kalau ada orang-orang yang memiliki perasaan itu. Tuhan mau memperhatikan semua orang yang Ia kehendaki, tetapi Tuhan tidak turun dengan tangan dan kaki-Nya. Dia turun melalui tangan dan kaki kita. Kalau Firman Tuhan mengatakan Dia tidak menginginkan seorangpun binasa, maka kita harus punya beban itu. Kalau Yesus membayar harga keselamatan manusia dengan darah dan nyawa-Nya, kita pun harus berani mempertaruhkan apa pun demi keselamatan orang lain.

Sayangnya, kita sering menjadikan diri kita raja. “Apa yang kuingini, harus kucapai. Apa yang memuaskan diriku, harus kulakukan.” Orang seperti ini belum menjadikan Yesus sebagai Raja. Agama lain juga mengajarkan, orang di luar Kristen juga bisa berbuat kebaikan berdasarkan format-format, baik tertulis maupun tidak. Sedangkan kita, berdasarkan pikiran dan perasaan Tuhan. Jadi kalau untuk orang di luar umat pilihan, “Apa yang kau perbuat untuk saudaramu yang membutuhkan,” itu maksudnya “perbuatanmu kepada-Ku.” Tetapi orang Kristen, “Kamu memperagakan pikiran, perasaan-Ku. Apa pun yang kau lakukan, sangat memuaskan hati-Ku.” Maka, orang harus bertumbuh dewasa. Bukan sekadar mengerti tatanan hukum mengasihi, menolong orang miskin.

Dan ini harus dimulai dari kedewasaan rohani. Dimulai dari kecerdasan roh, ketika bertumbuh memiliki pikiran dan perasaan Kristus, sehingga hidup kita memperagakan pikiran dan perasaan-Nya. Tuhan senang kita menolong orang miskin. Tuhan memang menghendaki kita menolong orang lemah. Tetapi, Tuhan lebih menghendaki kita melakukan segala sesuatu karena pikiran dan perasaan-Nya. Dan pasti sesama kita diberkati, karena Tuhan Yesus bukan Raja yang mau disenangkan untuk kepentingan-Nya. Kedengarannya berlebihan, tetapi itulah standar yang Allah Bapa kehendaki. Kita harus menerimanya sebagai kehormatan. Kalau kita benar-benar menerima Yesus sebagai Tuhan, artinya Tuan, Majikan, maka kita harus menundukkan diri di hadapan Tuhan, segenap hidup sepenuhnya. Tidak ada bagian untuk hidup kita sendiri. Semua kita lakukan untuk Dia.

Oleh sebab itu, kalau seseorang masih merasa memiliki sesuatu, masih berhak memiliki sesuatu, apakah materi maupun non materi, masih merasa punya kesenangan, tidak mungkin dia bisa memperagakan kehidupan Yesus. Kita bisa mengerti mengapa Tuhan mengatakan, “Barangsiapa mengikut Aku, dia harus menyangkal diri dan memikul salib.” Menyangkal diri bukan hanya tindakan berkata “tidak” untuk dosa, tetapi berani membunuh seluruh naluriah manusiawinya supaya bisa mengenakan karakter Kristus. Ini bukan Kristen aneh; ini standar. Itulah sebabnya tanpa ragu-ragu Paulus mengatakan, “Aku mengenakan kehidupan Yesus.” Sebelum kita meninggal dunia, matikan manusia lama kita oleh pertolongan Roh Kudus, supaya Yesus hidup di dalam kita.

Jika kita bertekad seperti ini, maka kalau ada tindakan-tindakan kita yang kurang tepat, kita akan merasa gelisah luar biasa. Tidak perlu sampai melakukan pelanggaran moral. Ketidaktepatan kita bertindak, sudah mendukakan hati Tuhan, dan kita akan merasakannya. Bejana hidup kita harus dikosongkan, baru Tuhan bisa mengisi. Jadi, ‘matikan aku’ sama dengan mengosongkan bejana. Jangan merasa berhak memiliki sesuatu dan jangan merasa ada kesenangan di luar Tuhan. Kesenangan kita hanya Tuhan. “Kamu tak dapat mengabdi pada dua tuan,” Matius 6:24. Kepatuhan kita haruslah kepatuhan sepenuhnya. Betapa miskin kita dulu memahami ketaatan kepada Tuhan Yesus. Kacau, absurd, tidak jelas. Sekarang baru jelas, tetapi kita harus berjuang untuk bisa memiliki ketaatan dan kepatuhan. Sebab, kepatuhan dan ketaatan kepada Yang Mulia Tuhan Yesus, itu ketaatan 100%; tanpa batas.

Orang yang bejana hatinya tidak diisi oleh Tuhan, apakah tidak bisa berbuat baik? Bisa. Dia menggerakkan tangannya menolong orang berdasarkan format-format hukum kasih yang dia pahami, karena memang Allah menuliskan Taurat-Nya dalam hati manusia. Dari hatinya, dia berbuat. Dia gunakan tangannya menolong orang, dia menggunakan tangannya menolong sesamanya. Tetapi, kalau seseorang telah bertumbuh dewasa, segambar, serupa dengan Allah, memiliki pikiran dan perasaan Kristus, berkodrat ilahi, mengambil bagian dalam kekudusan Allah, _“Hidupku bukan aku lagi tetapi Kristus yang hidup di dalam aku_,” tangannya menjadi tangan Tuhan. Menjadi tangan Tuhan, artinya pikiran dan perasaan kita harus mengenakan pikiran dan perasaan-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JANGAN MERASA BERHAK MEMILIKI SESUATU DAN JANGAN MERASA ADA KESENANGAN DI LUAR TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 Maret 2023
2023-03-23 06:46:03

Yosua 5-8

Card image
Truth Kids 22 Maret 2023 - RAMAH
2023-03-22 10:16:18


Yohanes 4:9
Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria).

Sobat Kids, melalui cerita yang ada di dalam Alkitab, kita belajar untuk berteman tanpa memandang suku atau daerah asal seseorang. Ayat firman Tuhan hari ini mengajarkan bahwa pada zaman itu orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria. Mereka tidak berteman. Bahkan biasanya mereka tidak saling menegur satu dengan yang lain. Oleh sebab itu perempuan Samaria heran ketika Yesus menyapanya, bahkan meminta minum. Tuhan Yesus tidak membedakan asal seseorang atau suku apa saat Ia menyelamatkan manusia. Semua manusia yang ada di bumi ini hendak diselamatkan-Nya.

Dari teladan Tuhan Yesus, kita mau belajar bersikap ramah terhadap semua orang. Jangan melihat warna kulit, suku, asal daerah, kaya atau miskin seseorang. Saat kita berjumpa seseorang, ucapkanlah salam. Kita bisa menyapa seseorang terlebih dahulu. Selamat pagi, selamat sore, halo, hai, atau shalom merupakan sapaan yang kalian dapat ucapkan saat bertemu dengan orang lain. Sobat Kids, jadilah anak yang menyenangkan dengan bersikap ramah kepada orang lain.

Card image
Truth Junior 22 Maret 2023 - RAMAH
2023-03-22 10:17:12


Yohanes 4:9
Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria).

Dari firman Tuhan hari ini, kita mendapatkan informasi bahwa pada zaman Perjanjian Baru, orang Yahudi tidak bergaul (berteman) dengan orang Samaria. Orang Yahudi berpendapat bahwa orang Samaria berasal dari keturunan yang berbeda; orang Yahudi lebih baik daripada orang Samaria. Bahkan orang Yahudi menghindari percakapan dengan orang Samaria. Oleh sebab itu, saat Tuhan Yesus meminta minum kepada perempuan Samaria, perempuan itu sangat heran.

Melalui ayat firman Tuhan ini, kita juga belajar bahwa kita harus bersikap ramah terhadap semua orang. Kita harus bersikap baik kepada semua orang. Janganlah memandang warna kulit, suku, keadaan ekonomi seseorang saat menentukan pertemanan. Bersikaplah ramah kepada semua orang. Saat kalian berjumpa dengan orang lain, khususnya yang lebih dewasa dibanding kalian, berilah salam terlebih dahulu. “Selamat pagi, selamat siang, hai,” atau “halo” merupakan contoh kata sapaan terhadap orang lain.

Dengan bersikap ramah kepada siapa saja, kita dapat membawa kasih Tuhan Yesus kepada setiap orang. Sudahkah kalian bersikap ramah selama ini? Kalau belum, yuk, kita mulai dari hari ini.

Card image
Truth Youth 22 Maret 2023 (English Version) - BELIEVE
2023-03-22 10:09:12


”The Spirit of the Lord GOD is upon me; because the LORD hath anointed me to preach good tidings unto the meek; he hath sent me to bind up the brokenhearted, to proclaim liberty to the captives, and the opening of the prison to them that are bound.” (Isaiah 61:1)

Have you ever seen a scene on Tom and Jerry's cartoon that has an angel and a devil when Tom or Jerry wants to do something but hesitant? Now! Apparently, this is not much different in our daily lives. Surely you guys are aware of this. There is a moment when we want to do something, suddenly a voice appears that gives us consideration. Of course, we as children of God must be confident and believe that in us there is a Holy Spirit that guides like an angel to the life of Tom or Jerry. However, the evil certainly will not remain silent. Through the things we see or look well, he will invite us to things that are of course in vain. This is increasingly dangerous if we finally let the evil one enter our lives, then trust him. So dangerous! Our lives should be fine together with the Holy Spirit, eh instead there must be scenes like Tom and Jerry to make life choices.

In fact, we as believers have a bigger task, friends from just war in themselves to determine something. Because in the book of Isaiah, the Prophet Isaiah said that we were sent to convey good news, care for those who crumbled, and free those who were 'imprisoned'. This will not be able to do this if we are still confined to the things above. We are supposed to free up, even confined because of our own actions. From the beginning trying because we want to know the beautiful life offered by the world, we are finally trapped because we believe in the wrong figure. Moreover, we cannot believe and follow both of them at the same time. Therefore, starting today we must learn to trust the Holy Spirit and let Him who work and guide our lives every time.

WHAT TO DO:
1. Believe that the Holy Spirit is in our lives.
2. Let the Holy Spirit as the only one that guides our lives.
3. Don't believe in other besides the Holy Spirit.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Judges 12-14;
▪︎2 Timothy 3-4

Card image
Truth Youth 22 Maret 2023 - BELIEVE
2023-03-22 10:01:17


"Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara." (Yesaya 61:1).

Pernah ngeliat adegan di kartun Tom and Jerry yang ada sosok malaikat sama Iblis saat Tom atau Jerry mau melakukan sesuatu tapi ragu-ragu? Nah! Ternyata, hal ini tidak jauh berbeda dalam kehidupan kita sehari-hari. Pasti kalian sadar tentang hal ini. Ada momen disaat kita ingin melakukan sesuatu, tiba-tiba muncul suara yang memberikan kita pertimbangan. Tentunya, kita sebagai anak Tuhan harus yakin dan percaya kalau di dalam diri kita ada Roh Kudus yang menuntun layaknya malaikat dalam hidup Tom atau Jerry. Namun, si jahat tentu tidak akan tinggal diam.

Melalui hal-hal yang kita lihat atau pandang baik, dia akan mengajak kita kepada hal yang tentunya sia-sia. Ini semakin berbahaya jika akhirnya kita membiarkan si jahat masuk ke dalam hidup kita, lalu percaya sama dia. Bahaya banget! Mestinya hidup kita yang bisa baik-baik saja bersama dengan Roh Kudus, eh malah harus ada adegan kayak Tom dan Jerry untuk menentukan pilihan hidup.

Padahal, kita sebagai orang percaya itu punya tugas yang lebih besar loh temen-temen dari sekadar peperangan di dalam diri sendiri aja untuk menentukan sesuatu. Karena dalam kitab Yesaya, nabi Yesaya berkata bahwa kita itu diutus untuk menyampaikan kabar baik, merawat orang yang remuk hatinya, dan membebaskan mereka yang ‘terpenjara’. Hal ini gak akan bisa kita lakuin kalau kita masih terkurung sama hal yang di atas tadi. Kita yang seharusnya membebaskan, malah terkurung karena ulah kita sendiri. Dari awalnya coba-coba karena mau tahu keindahan hidup yang ditawarkan dunia, kita akhirnya malah terjebak karena percaya kepada sosok yang salah. Lebih lagi, kita tidak bisa percaya dan mengikuti keduanya dalam waktu yang bersamaan. Oleh sebab itu, mulai hari ini kita harus belajar untuk percaya saja kepada Roh Kudus dan membiarkan Dia yang bekerja serta menuntun hidup setiap kita.

WHAT TO DO:
1. Percaya kalau Roh Kudus ada di dalam hidup kita
2. Biarkan Roh Kudus sebagai satu-satunya yang menuntun hidup kita
3. Jangan percaya sama suara yang lain, selain suara Roh Kudus

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hakim-hakim 12-14; 2
▪︎ Timotius 3-4

Card image
Renungan Pagi - 22 Maret 2022
2023-03-22 09:52:15


Seringkali anak-anak Tuhan berdoa memaksakan kehendaknya dan meminta Tuhan segera menyelesaikan masalah-masalah hidupnya. Jika anda orang kristen kanak-kanak, hal itu boleh anda lakukan, karena masih anak-anak seringkali orang tua pasti berusaha memenuhi apapun yang diinginkan sang anak dan menyelesaikan persoalan yang dihadapinya, tetapi jika sudah dewasa, maka tentu sudah harus ada usaha yang harus dilakukannya sendiri untuk menghadapi persoalan kehidupannya dan memenuhi kebutuhannya.

Jadi sebagai orang kristen yang dewasa, sangat tidak bertanggung jawab namanya jika terus meminta Tuhan yang bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan jasmani dan menyelesaikan persoalan hidup kita. Sudah saatnya melakukan bagian kita dengan setia, kerja keras, rajin dan jujur, Tuhan pasti berkati. Dan permohonan doa bukan lagi penekanannya pada minta-minta untuk perkara-perkara jasmani tetapi mengharapkan pertolongan Tuhan dengan kuasa Roh Kudus memperbaiki cacat karakter kita untuk menjadi pribadi yang semakin serupa dengan Kristus. Semua masalah hidup yang terjadi adalah penggarapan Tuhan untuk membentuk kita menjadi pribadi yang berkenan dihadapan-Nya.
(Ibrani 5:13).

Card image
Quote Of The Day - 22 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-22 09:48:00


Tuhan menyediakan berkat yang proyeksinya adalah kekekalan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 22 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-22 09:43:35


Dalam kehidupan setiap hari, seorang hamba Tuhan harus memiliki toleransi yang tinggi dalam segala keadaan.

Card image
PERFECTLY CARED FOR - 22 Maret 2023 (English Version)
2023-03-22 09:40:21


The luckiest and most successful people are those whom God recognizes as His children. If God acknowledges someone as His child, they will be perfectly cared for, blessed, and guarded by God while living in the world. Everything that happens in their life must be good, not an accident. If Elohim Yahweh created the heavens and the earth acknowledges us as children, He will keep guiding us to heaven.

Physical blessings are not the main ones, but surely the Father noticed. He keeps birds in the sky, dresses flowers in the field, how much more us. We should not doubt this at all. We should work and earn a good living, and God always provides a way out. The problem is, does God recognize us as His children? Believing in Jesus as Lord and Saviour means that we have the potential to be good children of God. However, if we refuse to be disciplined and made mature, one day, we will not be recognized as His children. No wonder it is written in the Bible that people who called Jesus “Lord, Lord,” were unknown and expelled (Matt.7:21-23).

Why can people be thrown away, even though they have confessed that Jesus is Lord? God said: “I never knew you,” which means, “You are not a child of the Father. You are not my brother,” because Jesus did not become the firstborn among them. People who are called children of God and acknowledged by God are those who do the will of the Father. Some may say that doing the will of the Father is very difficult and heavy. It is not difficult but impossible because the standard of doing the will of the Father is the example of the life of the Lord Jesus. It is impossible, but “What is impossible with men is not impossible with God.” (Matt. 19:26).

If we haven’t done the Father’s will, maybe the Father is still tolerant. Like a one-day-old child who cannot do anything for their parents yet, and is even just a bother. However, the parents accept them as a child. Perfect as a child. At age 3, they want to play, demanding parents this and that, still, the child is perfect. Age 5-6 years old, naughty, and unable to help parents. They want to take a walk, play at tourist attractions or ask to buy toys. Still normal as a little kid. However, it must not go on like this, right?

The child has to study and, after becoming an adolescent go to school and later to college, have a career, and follow the instructions and advice of parents. One day, if this child is good and mature, they will receive the inheritance. When still a little child, only given chocolate, candy, and balloons. However, when they are grown up, they will receive the inheritance. Just imagine if the child disobeys. Stealing, getting involved in drugs, causing trouble to parents, daring to fight parents, and even hitting and threatening them. Parents can legally make a statement to terminate the relationship between them and their children. Finally, they are no longer a child of the family, and the parents will not be willing to give their wealth to a rebellious child.

The process of discipleship or maturity aims to make us divine. The heavenly Father can reject us as His children because we refuse to grow to be similar to Jesus or perfect like the Father. This is because God’s children must have His nature. A divine nature means our character is like the Father. If we say, “You are merciful and full of mercy, Father,” we must also have compassion. “You are a good God, honest, and fulfill your promises,” we also become people who fulfill promises.

God has never harmed anyone. We also must not even hurt anyone. Don’t make people hurt, offended, underestimated, and humiliated. God does not like to make people angry or offended or cause people to lose, break, and be reduced. God does not have that attribute. So, we must also have a character like God. We fight not to do that, and there must be a struggle. God can process us through life struggles, pressure, unfair treatment, difficult circumstances, suffering, and so on. It becomes the Father’s way for us to be worthy of being His children. In a state of deprivation, humiliation, slandering, and oppression can be His means of perfecting us.

As soon as someone says, “I believe in You as my Lord and Savior, O Jesus,” he is caught by God, and He will say, “You be my child,” and begin to teach them. Indeed, initially could not do anything, just as a baby was born. When age 1, 2, or 3 years not able to do anything. However, they can not stay immature forever. If we have followed God for decades, are still easily offended, like to hurt people, still enjoy grudges, and take revenge, it is not the nature of God but the devils. For people like this, it is impossible to enter heaven. They will not be recognized as a child of God. People who profess as children of God have a character like Him, and we should fight for this without limits.

  A PERSON ACKNOWLEDGED BY GOD AS HIS CHILD WILL BE PERFECTLY CARED FOR.

Card image
TERPELIHARA SEMPURNA - 22 Maret 2023
2023-03-22 10:25:26


Orang yang paling beruntung dan paling sukses di dalam hidup adalah orang yang diakui oleh Allah sebagai anak-anak-Nya. Kalau Allah mengakui seseorang sebagai anak, sebagai milik-Nya, orang itu pasti terpelihara sempurna. Pasti diberkati, dijagai Tuhan selama hidup di dunia. Bahkan, segala sesuatu yang terjadi di dalam hidupnya pasti mendatangkan kebaikan, tidak menjadi kecelakaan. Kalau Elohim Yahweh yang menciptakan langit dan bumi mengakui kita sebagai anak, pasti Dia akan membimbing kita terus sampai ke surga.

Berkat-berkat jasmani, bukanlah berkat utama. Tetapi, pasti Bapa perhatikan. Burung di udara, Dia pelihara. Bunga di padang, Dia dandani. Apalagi kita. Yang ini tidak boleh diragukan sama sekali. Bekerjalah dan carilah nafkah dengan baik. Dia selalu memberi jalan keluar. Masalahnya, apakah Allah mengakui kita sebagai anak-Nya? Memercayai Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, artinya kita berpotensi menjadi anak Allah yang baik. Tetapi, kalau kita tidak memberi diri dimuridkan, didewasakan, suatu hari kita tidak akan diakui sebagai anak. Tidak heran tertulis di Alkitab bahwa orang yang menyebut Yesus “Tuhan, Tuhan,” tidak dikenal dan dibuang (Mat. 7:21-23).

Mengapa bisa dibuang, padahal mereka sudah mengaku Yesus Tuhan? Tuhan berkata: “Aku tidak kenal kamu,” artinya “Kamu bukan anak Bapa. Kamu bukan saudara-Ku,” karena Yesus tidak menjadi yang sulung bagi mereka. Yang disebut anak Allah dan diakui Allah sebagai anak, adalah orang yang melakukan kehendak Bapa. Mungkin ada yang berkata bahwa melakukan kehendak Bapa itu sulit dan berat sekali. Sebenarnya bukan “berat,” melainkan “mustahil.” Karena standar melakukan kehendak Bapa adalah teladan kehidupan Tuhan Yesus. Memang mustahil, tetapi “Yang mustahil bagi manusia, tidak mustahil bagi Allah.” (Mat. 19:26).

Kalau kita belum melakukan kehendak Bapa, mungkin Bapa masih toleransi. Seperti anak berumur satu hari, belum bisa berbuat apa-apa untuk orangtua, bahkan hanya merepotkan. Tetapi, orangtua menerimanya sebagai anak. Sempurna; perfect sebagai anak. Umur 3 tahun, maunya main-main, menuntut orangtua ini dan itu. Tetap dia sempurna sebagai anak. Umur 5-6 tahun, masih nakal, belum bisa membantu orangtua. Maunya jalan-jalan, main di tempat wisata atau minta dibelikan mainan. Masih wajar sebagai anak. Tetapi, tidak boleh terus-menerus begitu, bukan?

Dia harus belajar. Memasuki masa remaja, bersekolah, nanti kuliah, nanti berkarier, mengikuti petunjuk dan nasihat orangtua. Yang suatu hari kalau anak ini baik, dewasa, maka harta orangtua akan diberikan kepadanya. Waktu masih kecil, ia hanya diberikan coklat, gulali, balon. Tetapi, kalau anak ini sudah dewasa, semua warisan orangtua diberikan. Coba bayangkan kalau anak ini tidak menurut? Mencuri, terlibat narkoba, menyusahkan orangtua, berani melawan orangtua bahkan memukul orangtua, mengancam orangtua. Orangtua bisa membuat surat pernyataan secara hukum untuk memutuskan hubungan orangtua dan anak. Akhirnya, ia tidak jadi anak lagi. Orangtua pun tidak akan rela memberikan hartanya kepada anak yang memberontak.

Bapa di surga bisa menolak kita sebagai anak; karena ketika kita diberi kesempatan untuk bertumbuh agar serupa dengan Yesus atau sempurna seperti Bapa, tetapi kita tidak mau melakukannya. Proses pemuridan atau pendewasaan bertujuan agar kita berkodrat ilahi. Sebab, anak-anak Allah harus berkodrat Allah atau berkodrat ilahi. Berkodrat ilahi; sifat dan karakter kita seperti Bapa. Kalau kita berkata, “Engkau Maha Pengasih, Bapa, penuh belas kasihan,” kita juga harus penuh belas kasihan. “Engkau Allah yang baik, Engkau yang jujur, Engkau penuhi janji-Mu,” kita juga jadi orang yang memenuhi janji.

Allah tidak pernah mencelakai orang sedikit pun. Kita pun sedikit pun tidak boleh melukai orang. Allah bukan Pribadi yang senang membuat orang marah, tersinggung, membuat orang rugi, terluka, terhina. Allah tidak punya sifat itu. Maka, kita harus punya sifat seperti Allah. Jangan membuat orang terluka, tersinggung, terhina, direndahkan. Kita berjuang untuk tidak melakukan hal itu. Harus ada perjuangan. Tuhan bisa memproses kita melalui pergumulan hidup, tekanan, perlakuan tidak adil, keadaan yang sulit, penderitaan, dan lainnya. Itu menjadi cara Bapa agar kita layak menjadi anak-Nya. Dalam keadaan kekurangan, dihina, difitnah, ditindas, itu bisa menjadi sarana Allah menyempurnakan kita.

Begitu seorang berkata, “Aku percaya Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamatku, ya Yesus,” dia ditangkap oleh Allah. “Kamu jadi anak-Ku,” Allah mendidik dia. Memang awalnya belum bisa berbuat apa-apa, seperti bayi lahir. Ketika setahun, 2 tahun, 3 tahun pun belum bisa berbuat apa-apa. Tetapi, tidak boleh terus-menerus dalam keadaan tidak dewasa. Sudah ikut Tuhan 30, 40, 50 tahun, jika masih gampang tersinggung, senang menyakiti orang, masih menikmati dendam dan melampiaskan dendam, ini bukan sifat Allah; itu sifat setan. Orang seperti ini, tidak mungkin masuk surga. Dia tidak akan diakui sebagai anak Allah. Yang diakui sebagai anak-anak Allah adalah orang yang bersifat atau berkarakter seperti Allah. Berjuanglah tanpa batas.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU ALLAH MENGAKUI SESEORANG SEBAGAI ANAK, SEBAGAI MILIK-NYA, ORANG ITU PASTI TERPELIHARA SEMPURNA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 Maret 2023
2023-03-22 09:31:35

Yosua 1-4

Card image
Truth Kids 21 Maret 2023 - MENGASIHI TANPA SYARAT
2023-03-21 10:30:03


Kisah Para Rasul 10:34
Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: ”Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang.”

Dina adalah anak yang ramah dan baik hati. Dina berteman dengan siapa pun dan disukai banyak teman. Di kelas Dina sedang ada pembagian tugas kelompok. Dina ditunjuk sebagai ketua kelompok. Ibu guru memberi Dina kesempatan untuk memilih anggotanya sendiri. Saat memilih anggota kelompok, Dina memilih anggotanya secara merata. Ia memilih teman yang beragam. Bukan hanya teman yang kaya atau teman yang memiliki warna kulit yang sama saja.

Sobat Kids, seharusnya kita juga seperti Dina yang memiliki pribadi yang menyenangkan. Menjadi anak yang mau bersikap ramah terhadap semua orang tanpa memandang perbedaan agama dan suku bangsa. Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk mengasihi sesama kita. Kita bisa menjadi teladan bagi sekitar kita dengan berteman tanpa membeda-bedakan.

Card image
Truth Junior 21 Maret 2023 - SAUDARA DALAM TUHAN
2023-03-21 10:28:34


Kisah Para Rasul 10:34
“Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: ”Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang.”

Sobat Junior, ketika kalian ke sekolah, tentu saja akan bertemu dengan teman-teman yang sangat beragam perbedaannya dengan diri Sobat Junior. Dari segi fisik, bisa saja teman Sobat Junior ada yang tinggi, ada yang pendek, ada yang berwarna kulit putih, dan ada juga yang hitam. Nah, kalau bertemu dengan teman-teman seperti itu, sikap Sobat Junior akan seperti apa? Eits sebelum dijawab, yuk, mari nyanyi bersama lagu ini dulu, “Bermacam-macam kita hadir di sini, tetapi kita satu. Di dalam Tuhan tidak ada yang putih, tidak ada yang hitam. Kita bersaudara di dalam Dia kar’na kita percaya, Yesus Tuhan, Yesus Raja Maha Kuasa, Haleluya.”

Dari lagu “Berbeda Tapi Satu” ini, Sobat Junior bisa belajar bahwa sekalipun kita berbeda warna kulit, berbeda suku, budaya dan bahasa, tetapi semua tetaplah bersaudara. Sobat Junior tidak boleh membeda-bedakan teman hanya karena perbedaan tersebut. Allah Bapa tidak membeda-bedakan manusia yang diciptakan-Nya. Allah Bapa mengasihi semua orang di dunia dengan kasih yang sama, termasuk Sobat Junior juga, loh. Buktinya, Allah Bapa mengaruniakan anak-Nya, Tuhan Yesus, untuk membawa kita kepada jalan keselamatan. Tuhan Yesus yang disalibkan, bukan hanya menebus dosa beberapa orang saja, melainkan untuk menebus semua dosa umat manusia tanpa terkecuali, dan tanpa membeda-bedakan.

Sebagai anak-anak Tuhan Yesus, kita juga belajar dan ikut teladan-Nya, Sobat Junior. Sudah seharusnya kita mengasihi orang lain dan bersikap baik kepada siapa saja tanpa pandang warna kulit, suku, ras, latar belakang ekonomi, latar belakang sosial, dan perbedaan yang lain. Sebab, sesungguhnya kita yang mengaku sebagai anak-anak Allah merupakan saudara di dalam Tuhan, yang telah diciptakan oleh Pencipta yang sama, yaitu Allah Bapa.

Card image
Truth Youth 21 Maret 2023 (English Version) - A PLACE TO LEAN ON
2023-03-21 10:27:14


”Hearken unto the voice of my cry, my King, and my God: For unto thee will I pray. My voice shalt thou hear in the morning, O LORD; In the morning will I direct my prayer unto thee, and will look up.” (Psalm 5:2-3)

Do you know if a kangaroo child has to live in a parent pocket for a long time? The reason is simple, because the kangaroo child is very vulnerable and not infrequently born prematurely. So, he must live in his mother's pocket to get protection. Indirectly it has become a natural system for this animal, where they immediately know that the mother's pocket is where they lean.

It's the same as us with our parents. Human children will also need a long time to grow up to be able to live alone. Then, when we grow up, we unconsciously do not rely on them anymore to be a place to lean. But is this true and is a sign that we are adults? Of course not yes, because until whenever our relationship with parents will never change, and they always open hands for those of us who need hugs and affection.

The two illustrations above give us a picture that in the process of life physically, living things definitely need other living things to grow and develop. Then what about the process of life spiritually? Of course we as believers need God as a place for us to lean. It is undeniable in the process of life, problems will definitely come to test. Of course, it is very possible that we fail in the test and finally we feel that surrender is a choice. But, the reflection this time will try to remind us. Under any conditions, how far we process, God will always be there for us. God always provides Himself to be a place to lean for all of us. Psalm of David said that God was where he complained, because He would always be helpful. Interestingly, God who David believes is the same God who is our place to lean in the process of life. Therefore, don't give up!

WHAT TO DO:
1. We must have the awareness that we cannot live alone
2. God will always be there for us
3. Pray and stories to God every day!

BIBLE MARATHON:
▪︎ Judges 9-11;
▪︎ 2 Timothy 1-2

Card image
Truth Youth 21 Maret 2023 - TEMPAT BERSANDAR
2023-03-21 10:25:15


”Berilah telinga kepada perkataanku, ya TUHAN, indahkanlah keluh kesahku. Perhatikanlah teriakku minta tolong, ya Rajaku dan Allahku, sebab kepada-Mulah aku berdoa.”(Mazmur 5:2-3)

Kalian tahu gak sih kalau anak kangguru harus hidup di kantong induknya untuk waktu yang cukup lama? Alasannya sederhana, karena anak kangguru itu rentan banget dan gak jarang lahir secara prematur. Maka, dia harus tinggal di dalam kantong ibunya untuk mendapatkan perlindungan. Secara gak langsung juga itu sudah menjadi sistem yang alami bagi hewan ini, di mana mereka langsung tahu bahwa kantong ibunya adalah tempat mereka bersandar.

Sama halnya seperti kita dengan orangtua kita sebenarnya. Anak manusia juga akan membutuhkan waktu yang cukup lama hingga beranjak dewasa untuk dapat hidup sendiri. Lalu, di saat sudah dewasa, tanpa sadar kita tidak mengandalkan orangtua lagi sebagai tempat bersandar. Tapi apa hal ini benar dan menjadi tanda kita sudah dewasa? Tentunya tidak ya, karena sampai kapan pun hubungan kita dengan orangtua tidak akan pernah berubah, dan mereka selalu membuka tangan untuk kita yang membutuhkan pelukan dan kasih sayang.

Dua ilustrasi di atas memberikan kita gambaran bahwa dalam proses kehidupan secara jasmani, makhluk hidup pasti membutuhkan makhluk hidup lainnya untuk bertumbuh dan berkembang. Lalu bagaimana dengan proses kehidupan secara rohani? Tentu kita sebagai orang percaya membutuhkan Tuhan sebagai tempat kita bersandar. Tidak bisa dipungkiri dalam proses kehidupan, masalah pasti akan datang untuk menguji. Tentunya, sangat mungkin kita gagal dalam ujian tersebut dan akhirnya kita merasa bahwa menyerah adalah pilihan. Tapi, renungan kali ini akan mencoba untuk mengingatkan kita. Dalam kondisi apa pun, sejauh apa kita berproses, Tuhan akan selalu ada untuk kita. Tuhan selalu menyediakan diri-Nya menjadi tempat bersandar bagi kita semua. Mazmur Daud berkata bahwa Tuhan adalah tempat dia berkeluh kesah, karena Dia pasti akan selalu ada menolong. Menariknya, Tuhan yang Daud percayai adalah Tuhan yang sama yang menjadi tempat bersandar kita dalam proses kehidupan. Oleh sebab itu, jangan menyerah ya!

WHAT TO DO:
1. Kita harus memiliki kesadaran bahwa kita tidak dapat hidup sendiri
2. Tuhan akan selalu ada bagi kita
3. Berdoa dan cerita ke Tuhan setiap hari!

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hakim-hakim 9-11;
▪︎ 2 Timotius 1-2

Card image
Quote Of The Day - 21 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-21 09:33:57


Kalau seseorang serius mau hidup di hadirat Tuhan, ia akan memetakan hidupnya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 21 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-21 09:31:09


Menderita bagi Tuhan artinya orang percaya mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan.

Card image
CHANGES - 21 Maret 2023 (English Version)
2023-03-21 09:28:08


Whenever people celebrate Christmas, they think they are celebrating the birthday of Jesus, just like when someone celebrates a birthday. So, in celebrating Christmas, the emphasis is on the excitement or atmosphere of joy. This is not wrong though unknowingly emphasizing festivities makes the meaning of Christmas that should be contemplated and internalized, are pushed aside. This has happened in many places for a long time, and not infrequently, a Christmas celebration is an opportunity to make a show of those who perform, as a source of pride for the priest who can get many people to the event. There are many more personal agendas in Christmas celebrations and events.

This grieves the heart of God, and it must be remembered that the date of December 25 is not necessarily the exact birth date of Jesus. Some Christians believe that the birth of the Lord Jesus was on December 24 at 24.00. What must be questioned is how we interpret Christmas so that when we celebrate it, we do it with actions, attitudes, deeds, and activities that truly please God. So, what is important in celebrating Christmas is first, we remember the coming of the Lord Jesus. Second, it is openly stated that the Son of God became flesh. This reminds us of the big problems experienced by humans who have fallen into sin, and according to Rom.3:23, “fall short of the glory of God;” or do not reach or fulfill the glory of God, then it must be changed.

Salvation requires changes, but many Christians imagine that when people believe in the coming of the Lord Jesus to the world as the historical fact where He put on a fleshly body, they can enter heaven. Many Christians think believing in the birth of the Lord Jesus will avoid hell and go to heaven. Christians like this certainly do not understand that the purpose of salvation is a change in human character, existence, and nature. Salvation is not just a change of status; where with this change, someone enters heaven. From not being children of God, then believing in the birth of Jesus that He is the Savior, their status changes to be children of God and already a guarantee of going to heaven.

Ironically, this false teaching is ingrained in many Christians. Salvation in the Lord Jesus is a changing process for those who believe in Him as Saviour, and the change must be through struggle. In the Christmas story, people who hear the news or know that a King of the Jews is born, not all of them are converted. Herod knew that the King of the Jews was born. In Matthew chapter 2, the chief priest and scribes of the Jewish nation knew where Jesus was born but did not receive the Christmas blessings. They remained in Jerusalem, although they told Herod that the baby was born in Bethlehem, in Judea.

Not everyone hears the Christmas news and then encounters the Lord Jesus, the blessing of Christmas itself. The chief priests and scribes of the Jewish nation saved their lives on earth more than meeting the King of the Jews, that was also the Messiah. They did not need a Messiah or Saviour, contrary to the Magi who came from the East who made travel, risked their lives, and budgeted for the trip. Likewise, the shepherds in the Ephrathah field, according to Luke 2. When they heard the news of the angels, they immediately left for Bethlehem.

This can be an illustration of the reality of life. Many Christians celebrate Christmas, but not all meet the Lord Jesus. The Bible says, “Many are called, few are chosen.” (Matt. 22:14). Many are called, meaning that many are allowed to hear the Gospel and become Christians, but do not automatically go to heaven. Matthew 22 tells about a king holding a wedding banquet. Of the people who were invited, some were not wearing party clothes. This refers to the invitation of God to people to enter the Kingdom of Heaven, and the invited must be eligible. This shows that the person is not worthy to participate in the party. Be careful with teachings that teach “Unconditional salvation or salvation is free.”

It is true that salvation from God is free and does not demand our charity, kindness, or attitude, and without our services at all. However, this gift is a responsible grace, so we must qualify or have steps to receive salvation. The Magi from the East could have talked at length about the existence of a star indicating the birth of the King of the Jews, but they remained in their land because the stakes were heavy and expensive. However, they were not like that. They left their country, risking their lives and costing the budget. We also have to get out of our unworthy condition to enter heaven. If we believe in Jesus as Lord and Saviour, we should follow in His footsteps and obey His will for us. By obeying His will and following the example of His life, changes will occur.

  THE PURPOSE OF SALVATION IS A CHANGE IN HUMAN CHARACTER, EXISTENCE, AND NATURE.

Card image
PERUBAHAN - 21 Maret 2023
2023-03-21 09:22:36


Setiap kali orang merayakan Natal, mereka berpikir sedang merayakan hari kelahiran Yesus. Mirip seperti kalau seseorang merayakan hari ulang tahun. Maka, dalam merayakan Natal, yang ditekankan adalah kemeriahan atau suasana sukacita. Tentu hal ini tidak salah. Kemeriahan merayakan Natal, menghadirkan sukacita dalam perayaan Natal, bukan sesuatu yang keliru. *Tetapi tanpa disadari, penekanan yang berlebihan pada kemeriahan, membuat makna Natal yang seharusnya direnungkan, dihayati, menjadi tersingkirkan*. Ini terjadi di banyak tempat dan dalam waktu yang sudah lama. Tidak jarang Natal menjadi kesempatan untuk show bagi mereka yang tampil, menjadi kebanggaan bagi pendeta yang bisa menghadirkan banyak orang dalam acaranya. Banyak lagi agenda pribadi dalam perayaan dan acara Natal.

Tentu hal ini mendukakan hati Tuhan. Harus diingat, bahwa tanggal 25 Desember belum tentu tepat hari kelahiran Yesus. Sebagian orang Kristen menganggap bahwa kelahiran Tuhan Yesus tanggal 24 Desember pk.24.00. Yang harus dipersoalkan adalah bagaimana kita benar-benar memaknai Natal, supaya saat merayakan Natal, kita merayakannya dengan tindakan, sikap, perbuatan, dan aktivitas yang sungguh menyenangkan hati Tuhan. Jadi, yang penting dalam merayakan Natal, _pertama_, kita mengingat kedatangan Tuhan Yesus. _Yang kedua_, kita menyatakan secara terbuka fakta Anak Allah menjadi manusia. Hal ini mengingatkan masalah besar yang dialami manusia. Manusia yang telah jatuh dalam dosa, sesuai Roma 3:23 “kehilangan kemuliaan Allah;” atau tidak mencapai, tidak memenuhi kemuliaan Allah, maka harus diubah.

*Penyelamatan adalah perubahan*. Bukan seperti yang dibayangkan banyak orang Kristen, dengan kedatangan Tuhan Yesus ke dunia, siapa yang memercayai fakta sejarah bahwa anak Allah mengenakan tubuh daging, masuk surga. Banyak orang Kristen berpikir dengan memercayai fakta kelahiran Tuhan Yesus, maka mereka terhindar dari neraka, masuk surga. Orang-orang Kristen seperti ini pasti tidak memahami maksud keselamatan itu adalah perubahan; perubahan atas karakter, keberadaan, dan kodrat manusia. Keselamatan bukan sekadar perubahan status; di mana dengan perubahan status tersebut, seseorang dengan mudahnya masuk surga. Dari status bukan anak-anak Allah, lalu karena memercayai fakta kelahiran Yesus bahwa Ia Juruselamat, statusnya berubah jadi anak-anak Allah, dan sudah merupakan jaminan masuk surga.

Ironis, ajaran yang salah ini mendarah daging di banyak orang Kristen. Keselamatan dalam Tuhan Yesus merupakan satu proses perubahan, di mana seseorang yang sungguh-sungguh memercayai Yesus sebagai Juruselamat, akan mengalami perubahan. Perubahan itu bukan tanpa perjuangan. Perubahan tersebut terjadi melalui perjuangan. Dalam kisah Natal, orang-orang yang mendengar berita Natal atau tahu adanya Raja orang Yahudi yang lahir, tetapi tidak semua dari mereka diubahkan. Herodes tahu bahwa Raja orang Yahudi lahir. Dalam Matius 2, imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, tahu di mana Yesus lahir, tetapi tidak menerima berkat Natal. Mereka tetap tinggal di Yerusalem, walaupun memberitahu Herodes bahwa bayi itu lahir di Betlehem, di tanah Yudea.

Imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi lebih menyelamatkan nyawa mereka, kehidupan mereka di bumi, daripada bertemu dengan Raja orang Yahudi yang juga adalah Mesias. Mereka tidak butuh Mesias atau Juruselamat. Berbeda dengan orang-orang Majus yang datang dari Timur. Tentu mereka menempuh perjalanan, mempertaruhkan nyawa, lalu menganggarkan biaya perjalanan. Demikian pula gembala-gembala di padang Efrata, sesuai Lukas 2. Ketika mereka mendengar berita dari para malaikat, mereka segera beranjak ke Betlehem. Tidak semua orang yang mendengar berita Natal, menjumpai Tuhan Yesus yang adalah berkat Natal itu sendiri. Ini bisa menjadi ilustrasi dari kenyataan hidup. *Banyak orang Kristen yang merayakan Natal, tetapi tidak semua berjumpa dengan Tuhan Yesus*. Alkitab mengatakan, _“Banyak yang dipanggil, sedikit yang terpilih.”_ (Mat. 22:14). Banyak yang dipanggil, artinya banyak orang diberi kesempatan mendengar Injil, menjadi Kristen, tetapi tidak otomatis masuk surga. Matius 22 ini mengisahkan tentang raja yang mengadakan perjamuan kawin. Dari orang-orang yang diundang, ada yang tidak memakai pakaian pesta. Ini menunjukkan bahwa orang tersebut tidak layak mengikuti pesta yang diselenggarakan oleh raja. Ini menunjuk Allah mengundang orang untuk masuk Kerajaan Surga. Mereka ternyata harus memenuhi syarat. Hati-hati dengan pernyataan “keselamatan tidak bersyarat” dan “keselamatan itu gratis.”

Benar, dari pihak Allah, Allah memberi cuma-cuma. Tidak menuntut amal, kebaikan, sikap kita, tanpa jasa kita sama sekali. Tetapi, *anugerah ini bukan anugerah yang tidak bertanggung jawab*. Kita harus memenuhi syarat atau memiliki langkah-langkah untuk menerima keselamatan. Orang-orang Majus dari timur bisa saja berbicara panjang lebar mengenai adanya bintang yang menunjukkan Raja orang Yahudi yang lahir, tetapi mereka tetap di negerinya karena pertaruhannya berat dan mahal. Tetapi, orang Majus tidak begitu. Mereka keluar dari negerinya, mempertaruhkan nyawa, menganggarkan biaya. Maka, *kita juga harus keluar dari keadaan kita yang tidak layak untuk masuk surga*. Kalau kita percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka kita mengikuti jejak-Nya, kita menuruti kehendak-Nya untuk kita lakukan. *Dengan menuruti kehendak Tuhan, mengikuti teladan hidup-Nya, maka terjadi perubahan*.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MAKSUD KESELAMATAN ADALAH PERUBAHAN ATAS KARAKTER, KEBERADAAN, DAN KODRAT MANUSIA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 Maret 2023
2023-03-21 09:18:58

Ulangan 32-34
Mazmur 91

Card image
Truth Kids 20 Maret 2023 - KATAKAN TIDAK
2023-03-20 09:43:40


Efesus 5:6-7
“Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka. Sebab itu janganlah kamu berkawan dengan mereka.”

Malam itu Aldo terlihat sangat sibuk membuka buku matematikanya. Besok ia akan ujian matematika. Ia belajar sampai larut malam. Namun, ia kesulitan untuk benar-benar memahami pelajaran matematika tersebut. Aldo teringat selama pelajaran matematika di sekolah ia asyik mengobrol dan bercanda dengan Dandi, teman dekat sebangku di kelas. Dandi selalu mengajak Aldo bercanda. Bahkan Dandi pernah berkata, “Aldo, kalau belajar itu nanti saja, saat mau ujian.”

Keesokan harinya ketika ujian matematika dimulai, Aldo terus berdoa dalam hatinya supaya ia bisa mengerjakan soal-soal tersebut. Namun, ketika melihat lembaran soalnya, ia kesulitan menyelesaikan soal matematika tersebut. Rasanya ia ingin menangis. Aldo menyesal ia hanya menghabiskan waktunya bermain dan bercanda saat guru di kelas menerangkan.

Sobat Kids, jika ada teman mengajak kalian melakukan hal-hal yang buruk seperti malas belajar, bercanda saat pelajaran, atau malas berdoa, katakan, “Tidak!” Berteman boleh; sekadar salam, atau menyapa. Tetapi untuk terus menerus dekat itu dapat merusak diri kalian. Tuhan Yesus, mama dan papa pun tidak suka jika kalian berteman dan bergaul dengan teman yang salah.

Card image
Truth Junior 20 Maret 2023 - SELEKTIF MEMILIH TEMAN
2023-03-20 09:42:27


Efesus 5:6-7
“Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka. Sebab itu janganlah kamu berkawan dengan mereka.”

Tahukah Sobat Junior, kalau manusia itu adalah seorang peniru yang andal. “Hah, masa, sih? Bagaimana mungkin?” Yups, ini benar, Sobat Junior. Faktanya, ketika di masa bayi, manusia sebenarnya sedang merekam dan berusaha meniru tingkah laku dari orang di sekitarnya. Sehingga beberapa tingkah laku yang ditiru tersebut, mungkin akan terbawa hingga dewasa. Itu artinya kita adalah peniru andal, loh.

Dari fakta di atas, sebagai peniru andal, Sobat Junior bisa melihat bahwa orang-orang di sekeliling kita sebenarnya mampu memberi pengaruh besar untuk menjadi lebih baik atau bahkan lebih buruk. Nah, selain orang tua, Sobat Junior pasti punya teman yang bisa dikatakan cukup dekat dengan Sobat Junior. Karena kalian sudah tahu kalau orang sekeliling Sobat Junior memiliki pengaruh besar, maka mulai sekarang Sobat Junior harus bijaksana dalam berteman. Bijaksana dalam memilih teman bukan berarti menolak berteman dengan semua orang atau bahkan memusuhi mereka. Sebaliknya, Sobat Junior harus terbuka dan berhubungan baik dengan semua teman, tetapi juga harus mampu membatasi dengan siapa kita akan bercerita hal-hal pribadi. Sebab, tidak semua orang perlu tahu masalah kita dan juga bisa dipercaya sepenuhnya. Namun, jangan beranggapan bahwa tidak ada teman yang bisa dipercaya.

Bukan masalah bisa dipercaya atau tidak, seorang teman yang baik pasti akan membawa pengaruh yang baik juga buat Sobat Junior. Misalnya, kalau Sobat Junior bertemu dengan teman yang rajin beribadah, ke gereja, suka membaca firman dan rajin berdoa, maka Sobat Junior juga akan semakin rajin beribadah dan berdoa juga, bukan? Pilih teman-teman yang dapat membangun atau membuat Sobat Junior semakin dekat dengan Tuhan. Namun, sekalipun menurut Sobat Junior tidak ada orang yang bisa dipercayai untuk hal-hal bersifat pribadi, tenang saja Sobat Junior. Di sisi Sobat Junior masih ada satu Sahabat yang setia dan bisa dipercaya sepenuhnya, yakni Tuhan Yesus. Dia sanggup membantu kita saat ada masalah, saat sedang sedih, dan juga saat merasa sendiri.

Card image
Truth Youth 20 Maret 2023 (English Version) - BEWARE OF ENEMIES
2023-03-20 09:40:08


”The thief cometh not, but for to steal, and to kill, and to destroy: I am come that they might have life, and that they might have it more abundantly.” (John 10:10)

Words that say "days are getting evil or bad" in fact it was proven. The level of insecurity is a problem that can be experienced by all groups. Maybe you have also seen directly in some news of the theft of a house with the mode of turning off the lamp of the house being targeted, and the thief is waiting for residents to go out to check new afterwards they enter the house and commit theft. Or there is also a mode of vehicle theft parked in the house. So, we must be full of all vigilance.

In real circumstances we can find physical or material valuable thieves. This also happens to the spiritual state of humans, there are thieves who always lurk and will carry out the action according to their wishes, the thief is the devil. The devil is a thief, he stole good and useful things, and what he wants is that humans are wasted away from God.

When we are struggling to survive under pressure or problems faced, the devil who becomes our enemy certainly does not want us to succeed in obeying the process we are going through. The devil wants every Christian like him, who has failed and finally wasted from God. The devil wants to see us continue to fall in the inability to survive through the problems of life, so that at some point we can be suspicious of God's goodness.

We as believers must know what the devil wants to be stolen, he stole God's promises and the Word of God. Because if God's Word is stolen, it will result in peace, love and blessings will disappear from our lives. And the devil steals when humans are off guard or not standing guard. Therefore, we must always be aware of enemy maneuvers (devils) in installing crime traps. All types of crimes are in the form of luxury, comfort, honor, position, and so forth.

WHAT TO DO:
1. Beware of the deception of evil devils by building prayer hours and reading the word of God.
2. Dare to fight Devil by living obediently and fearing God, by maintaining words and actions.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Judges 6-8;
▪︎ 1 Timothy 5-6

Card image
Truth Youth 20 Maret 2023 - WASPADA TERHADAP MUSUH
2023-03-20 09:37:06


“Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yohanes 10:10)

Perkataan yang mengatakan “hari-hari semakin jahat atau tidak baik” nyatanya memang terbukti. Tingkat ketidakamanan menjadi problem yang bisa dialami oleh semua kalangan. Mungkin kamu juga sudah melihat langsung di beberapa berita adanya pencurian rumah dengan modus mematikan lampu rumah yang diincar, dan pencuri menunggu penghuni untuk keluar mengecek, baru setelahnya mereka masuk ke rumah dan melakukan pencurian. Atau juga ada modus pencurian kendaraan yang diparkir di dalam rumah. Maka, kita harus penuh dengan segala kewaspadaan.

Dalam kehidupan nyata sehari-hari, kita dapat menjumpai pencuri barang berharga secara fisik atau material. Hal ini juga terjadi pada keadaan rohani manusia, ada pencuri yang selalu mengintai dan akan melakukan aksinya sesuai keinginannya, pencuri itu ialah Iblis. Iblis adalah pencuri, dia mencuri hal-hal yang baik dan berguna, serta yang ia inginkan adalah manusia terbuang jauh dari hadapan Allah.

Saat kita sedang berjuang untuk bertahan dalam tekanan atau masalah yang dihadapi, Iblis yang menjadi musuh kita tentu tidak ingin kita berhasil menaati proses yang sedang kita lalui. Iblis ingin setiap orang Kristen berkeadaan seperti dia, yang telah gagal dan akhirnya terbuang dari hadapan Allah. Iblis ingin melihat kita terus jatuh dalam ketidakmampuan bertahan melewati persoalan hidup, sehingga di titik tertentu kita dapat curiga terhadap kebaikan Allah.

Kita sebagai orang percaya harus mengetahui apa yang ingin dicuri oleh Iblis, ia mencuri janji-janji Tuhan dan firman Tuhan. Sebab jika firman Tuhan dicuri maka berakibat damai, kasih dan berkat akan hilang dari hidup kita. Dan Iblis mencuri di saat manusia lengah atau tidak berjaga-jaga. Oleh karena itu, kita harus selalu bersikap waspada akan manuver musuh (Iblis) dalam memasang perangkap kejahatan. Segala jenis perangkap jahatnya berupa kemewahan, kenyamanan, kehormatan, jabatan, dan lain sebagainya.

WHAT TO DO:
1. Berjaga-jaga dari tipu muslihat Iblis yang jahat dengan membangun jam doa dan baca firman Tuhan.
2. Berani melawan Iblis dengan hidup taat dan takut akan Tuhan, dengan menjaga ucapan serta tindakan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hakim-hakim 6-8;
▪︎ 1 Timotius 5-6

Card image
Renungan Pagi - 20 Maret 2023
2023-03-20 09:24:04


Ketika hati dan pikiran kita senantiasa diisi dengan firman Tuhan, maka pikiran akan dibaharui, karakter akan diubahkan dan dengan segenap hidup siap mengabdi bagi Tuhan, bukan saja ketika kita sukses, bukan saja ketika menang, dan hidup nyaman, tetapi bahkan saat dalam keadaan tertekan dan sedang menghadapi masalah yang belum selesai.

Sebab firman Tuhan yang telah mengubahkan pola pikir dan gaya hidup akan mempengaruhi sikap hati dan mengobarkan api Roh Kudus yang akan membangkitkan semangat kita, memberikan kekuatan baru, sehingga di masa sukar pun kita akan tetap kuat dan tidak menjadi tawar hati dalam masa kesesakan. (Mazmur 119:143 ; Amsal 24:10)

Card image
Quote Of The Day - 20 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-20 09:22:06


Yang harus sungguh-sungguh kita sadari adalah kita sakit, supaya kita dirawat.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 20 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-20 09:20:23


Hidup di dalam kedaulatan Allah adalah mengumpulkan harta di surga atau menjadi kaya di hadapan Tuhan. Oleh sebab itu perlu proses belajar kebenaran Firman Tuhan yang benar-benar serius.

Card image
THE DYNAMICS OF GOD'S FEELINGS - 20 Maret 2023 (English Version)
2023-03-20 09:45:50


God wants to teach us one extraordinary thing to make Jesus King in our lives. This will change our lives if we can understand and do it. Generally, a king wants to be served, their wishes are obeyed, their heart is satisfied, and the people and his servants must do everything for their sake, but the Lord Jesus is not like that. In the Book of Matthew chapter 25, the Lord Jesus said to a group of people, “whatever you did for one of the least of these brothers and sisters of Mine, you did for Me.” If we ask the Lord Jesus today, “How can I make You King in my life?” The answer is, “Put on My life, feelings, and thoughts.”

In later judgment, people of any religion, any human being who does something for others out of love, will be counted as his deed for God, even though not a Christian. Loving others is like loving ourselves is taken into account and appreciated by God. So, it says in Matt.22:37-40, “Love the Lord your God with all your heart and with all your soul and with all your mind.” This applies to people who have and know the true God but not those who do not know God properly, but there is a law similar to that, “love your neighbor as yourself.”

The first to the fourth commandment of the 10 Laws of God regulate the relationship between God and people, but from the fifth to the last law, it governs the horizontal relations between people. God appreciates people outside Christianity who love others as themselves. Do not be surprised if some people love their fellows as themselves that will go to heaven. The Israelites, as the Old Testament people and the chosen people by blood, must love God Yahweh with all their heart, soul, mind, and strength, which is shown by carrying out the Torah law. If they do it, they can also love their neighbor as themselves.

So, if the first to the fourth commandment is fulfilled, the fifth to the tenth must also be fulfilled. What is the difference? It was for the Old Testament elect. Then how about us, the people of the New Testament? This law is not repealed but remains in effect. This law is not abolished but remains in effect. However, in the life of the New Testament people, loving God with all heart, mind, and strength is not enough just by doing the laws. We, who are designed, projected, and planned to return in the image and likeness of God, must be perfect as the Father, have thoughts and feelings of Christ, and fulfill that law.

Matt.22:37-40 says, “Love the Lord your God with all your heart and with all your soul and with all your mind;” we must put on the characters and feelings of God. If we accept Jesus as Lord and Savior, as said in John 1:11-13, we believe Him as Lord and Saviour, receive His life, and put on His way of thinking and behaving like Him. This cannot be reduced because it has to be like that. Loving God with all our heart, soul, mind, and strength must be shown with effort. We must try as hard as we can to put on the life of Jesus in us.

What is the difference between Christians and non-Christians, whose good deeds are appreciated by God? “For I was hungry, and you gave me something to eat, I was thirsty, and you gave me something to drink; I was in prison, and you came to visit me.” If the non-elect people do that as law, based on the formulation of the sentence, we who put on the Lord Jesus have thoughts and feelings of the Lord Jesus and translate them into action. We do what God wants for those around us through our lives, not based on a rigid formulation of a sentence or written like that, but according to the dynamics of the feelings of God.

The Word of God says He wrote His law not only for the elect but for nations whose Torah is in their hearts. So, do not be surprised if they also have laws in tune with the Ten Commandments of God. This indirectly proves that the true God is the God of Israel. Not surprisingly, God appreciates the non-elect who can do good and love their neighbor.  

  WE DO WHAT GOD WANTS TO DO THROUGH OUR LIVES FOR THOSE AROUND US BASED ON THE DYNAMICS OF THE FEELINGS OF GOD.

Card image
DINAMIKA PERASAAN ALLAH - 20 Maret 2023
2023-03-20 09:16:11


Tuhan mau mengajarkan kita satu hal yang luar biasa, yaitu bagaimana menjadikan Yesus sebagai Raja di dalam hidup kita. Hal ini pasti akan mengubah hidup kita, kalau kita bisa mengerti, memahami, dan melakukannya. Kalau raja pada umumnya mau dilayani, keinginannya dituruti, hatinya dipuaskan, dan umat serta pelayan-pelayannya harus melakukan segala sesuatu untuk kepentingan raja itu sendiri. Berbeda dengan Tuhan Yesus. Dalam Matius pasal 25, Tuhan Yesus berkata kepada sekelompok orang, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” Kalau kita bertanya kepada Tuhan Yesus hari ini, “Bagaimana aku menjadikan Engkau sebagai Raja dalam hidupku?” Jawaban Tuhan pasti: “Kenakan hidup-Ku, kenakan perasaan-Ku, kenakan pikiran-Ku.”

Di dalam penghakiman nanti, orang-orang dari agama mana pun, manusia siapa pun yang berbuat sesuatu untuk orang lain dalam kasih, maka hal itu diperhitungkan sebagai perbuatannya untuk Tuhan, walaupun dia bukan orang Kristen. Mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri, itu diperhitungkan oleh Tuhan dan dihargai. Maka dikatakan di dalam Matius 22:37-40, "Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, jiwa, akal budi, kekuatan,” tentu ini berlaku bagi orang yang memiliki dan mengenal Allah yang benar. Tetapi, bagi yang tidak mengenal Allah dengan benar, tidak bisa. Namun ada hukum yang sama seperti itu, “Kasihi sesamamu manusia seperti kamu mengasihi dirimu sendiri.”

Orang-orang di luar Kristen, jika mengasihi sesama seperti diri sendiri, maka itu dihargai Tuhan. Jangan heran kalau nanti ada orang-orang yang masuk surga, mereka yang mengasihi sesama seperti diri sendiri. Kalau bagi bangsa Yahudi, bagi bangsa Israel, umat Perjanjian Lama, umat pilihan secara darah daging, mereka harus mengasihi Elohim Yahweh dengan segenap hati, jiwa, akal budi, kekuatan, yaitu dengan melakukan hukum Taurat. Jika mereka melakukan itu, tidak bisa tidak, mereka juga pasti bisa mengasihi sesama seperti diri sendiri. Sebab dari 10 Hukum Allah, hukum pertama sampai keempat, itu mengatur hubungan antara Allah dan umat. Tetapi dari hukum kelima sampai terakhir, itu mengatur hubungan horizontal antarmanusia.

Jadi, kalau hukum yang pertama sampai keempat dipenuhi, hukum yang kelima sampai kesepuluh, pasti dipenuhi juga. Itu bagi umat pilihan Perjanjian Lama. Lalu bagaimana kita, umat Perjanjian Baru? Apa bedanya? Hukum ini tidak ditiadakan, tetap berlaku. Tetapi dalam kehidupan umat Perjanjian Baru, mengasihi Tuhan dengan segenap hati, akal budi, kekuatan, tidak cukup dengan melakukan hukum-hukum tersebut secara harfiah. Kita yang memang didesain, diproyeksikan, direncanakan untuk kembali segambar dan serupa dengan Allah, harus sempurna seperti Bapa, memiliki pikiran, perasaan Kristus, memenuhi hukum itu.

Matius 22:37-40, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, jiwa, akal budi;” kita harus mengenakan sifat-sifat dan perasaan Allah. Jadi, kalau kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat—seperti yang dikatakan dalam Yohanes 1:11-13—bukan hanya percaya Dia Tuhan dan Juruselamat, melainkan berarti menerima hidup-Nya, mengenakan cara berpikir-Nya, dan berperilaku seperti Yesus. Hal itu tidak bisa dikurangi, karena memang harus demikian. Jadi, mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan, harus ditunjukkan dengan usaha. Usaha segiat-giatnya, sekeras-kerasnya untuk bisa mengenakan kehidupan Yesus di dalam diri kita.

Apa bedanya antara kita dengan orang-orang di luar Kristen, yang perbuatan baik mereka pun dihargai oleh Tuhan? “Ketika Aku lapar, kau berikan Aku makan; ketika Aku haus, kau berikan Aku minum. Ketika Aku dalam penjara, engkau melawat Aku.” Kalau orang-orang di luar umat pilihan, melakukan itu sebagai “hukum” yang harfiah, berdasarkan rumusan kalimat. Tetapi, kita yang mengenakan Tuhan Yesus, artinya memiliki pikiran dan perasaan Tuhan Yesus dan kita menerjemahkan pikiran dan perasaan itu di dalam tindakan. Apa yang Tuhan mau lakukan melalui hidup kita untuk orang di sekitar kita, kita lakukan. Bukan berdasarkan rumusan kalimat yang kaku atau memang tertulis demikian, melainkan berdasarkan dinamika perasaan Allah.

Firman Tuhan mengatakan bahwa Allah menulis hukum-Nya bukan hanya kepada umat pilihan, melainkan untuk suku-suku bangsa yang juga mempunyai Taurat di dalam hatinya. Maka, jangan heran mereka juga punya hukum-hukum yang seirama dengan 10 Perintah Allah. Secara tidak langsung hal itu membuktikan bahwa Allah yang benar adalah Allah Israel. Jadi, bukan sesuatu yang aneh kalau orang-orang di luar umat pilihan juga bisa berbuat baik, bisa mengasihi sesama seperti diri sendiri, dan Tuhan menghargai hal itu.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

APA YANG TUHAN MAU LAKUKAN MELALUI HIDUP KITA UNTUK ORANG DI SEKITAR KITA, KITA LAKUKAN BERDASARKAN DINAMIKA PERASAAN ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 Maret 2023
2023-03-20 09:14:12

Ulangan 30-31

Card image
Truth Kids 19 Maret 2023 - MENDENGARKAN NASIHAT
2023-03-19 10:36:46


1 Tesalonika 5:11
“Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan.”

Mario suka sekali bermain game. Hampir setiap hari setelah pulang sekolah, ia langsung menghabiskan waktunya bermain game. Hobinya tersebut membuat ia menjadi malas untuk belajar, malas untuk membantu mama di rumah, bahkan berdoa dan membaca Alkitab pun tidak dilakukan. Mama dan papa telah melarangnya untuk bermain tetapi Mario selalu mencuri waktu bermain tanpa sepengetahuan mereka. Suatu hari Mario merasa sakit kepala. Dia menangis karena kepalanya begitu sakit sehingga membuatnya tidak bisa tidur. Malam itu Mario pun di bawa ke rumah sakit.

Dokter mengatakan Mario mengalami gangguan mata sehingga menyebabkan kepalanya sakit. Mario perlu dirawat untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Mario banyak terpapar cahaya dari gadget. Mendengar dokter berkata seperti itu Mario merasa sangat sedih. Ia berdoa kepada Tuhan Yesus agar lekas sembuh dan berjanji tidak banyak lagi bermain game. Mario sadar ia tidak mendengar nasihat mama papa. Akibatnya Mario jadi sakit.

Sobat Kids, seringkali tanpa sadar kita seperti Mario. Banyak nasihat yang mama papa berikan tetapi kita tidak melakukannya. Setiap nasihat yang diberikan, mungkin dari mama, papa, oma, opa, guru di sekolah, kakak Sekolah Minggu itu menuntun kita di jalan Tuhan. Setiap nasihat membuat kita berhasil jadi anak Tuhan. Lakukanlah setiap nasihat. Dan Tuhan akan melakukan hal yang luar biasa bagi Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 19 Maret 2023 - TEMAN TERBAIK, SEPERTI APA?
2023-03-19 10:35:16


1 Tesalonika 5:11
“Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan.”

Setiap teman yang ada di sisi Sobat Junior pasti punya keunikan karakter dan cara berteman yang berbeda-beda. Coba, deh, perhatikan teman-teman sekitar Sobat Junior. Misalnya, ketika bertemu teman yang satu ini, dia pasti bahas tentang binatang peliharaan. Ada juga teman yang berbeda, bisa bahas tentang buku kesukaannya. Kadang-kadang, Sobat Junior juga bisa berteman dengan seseorang yang akan mengingatkan tugas dan menasihati Sobat Junior jika berbuat salah. Jadi, ketika berteman dengan seseorang, tidak semua teman akan membuat kita nyaman saat bertemu dengannya. Bisa jadi, Sobat Junior merasa gak nyaman, gak suka, dan gak bersemangat jika berteman dengan orang tertentu. Padahal, setiap teman yang berbeda, pasti akan membawa pengaruh yang berbeda-beda juga buat Sobat Junior. Namun, bukan berarti jika bertemu teman yang tidak membuat nyaman, maka akan membawa pengaruh buruk kepada Sobat Junior.

Sobat Junior perlu tahu, nih, tidak semua teman yang bisa membuat kita nyaman dan mendukung semua yang kita sukai adalah teman yang baik untuk kita. Ada saat tertentu kita membutuhkan seorang teman yang menegur dan menasihati Sobat Junior supaya membatasi diri terhadap hal yang sangat disukai oleh Sobat Junior. Karena mungkin saja, hal sangat disukai oleh Sobat Junior adalah hal yang tidak membawa dampak baik dan merugikan diri Sobat Junior. Maka, seorang teman yang justru membuat Sobat Junior tidak nyaman, hadir untuk membatasi dan mengingatkan kita ketika kita salah. Walaupun tidak nyaman, Sobat Junior jangan menjauhi teman yang menasihati demi kebaikan Sobat Junior, ya. Melalui teman tersebut, Tuhan Yesus sedang membentuk karakter Sobat Junior untuk mau dengar-dengaran akan teguran-Nya lewat nasihat yang diberikan ketika sedang berbuat salah.

Card image
Truth Youth 19 Maret 2023 (English Version) - PROCESSED
2023-03-19 10:33:41


”The righteous cry, and the LORD heareth, And delivereth them out of all their troubles.” (Psalm 34:17)

A reliable sailor does not form through calm sea water, but waves and devastating waves. A strong soldier is not formed through a mild form of exercise, but is faced with a special type of exercise that is heavy or even dangerous. And an athlete who won the champion was not born from lazy training, but through heavy and hard training.

A person's original character will not be seen when everything is fine. When under pressure that's where our true quality of life will be seen. Everyone must have experienced pressure in his life. Life pressure can occur due to many factors, such as problems that come repeatedly, illnesses that do not heal, the financial crisis in the family, laid off from work, studies fail, abandoned by loved ones, and many more.

Everyone has a different response when facing the pressure of life. Some do not stop complaining so that the situation is getting worse and more frustrated. However, not a few of them remain strong and strong. We as Christians must have a strong warrior mentality because it is formed by various kinds of pressure and not become discouraged let alone give up just because of pressure.

Pressure is one way that sometimes God uses for spiritual maturity, so that we can be stronger and more spoiled. During this time we might be complacent with a comfort zone, so that once the pressure comes we immediately shake or lose balance. Be thankful if we are under pressure because this brings us to a new life experience. If our lives are flat, there is no challenge, it must be very boring. So, take the positive side of every pressure we experience. Pressure makes us more aware of our limitations and encourage us to get closer to God.

WHAT TO DO:
1. Giving thanks for every God's upbringing through various pressures.
2. Do not easily complain, but learn to believe that God is always good in everything.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Judges 3-5;
▪︎ 1 Timothy 3-4

Card image
Truth Youth 19 Maret 2023 - TERPROSES
2023-03-19 10:29:54


”Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakan.” (Mazmur 34:17)

Seorang pelaut yang handal tidak terbentuk melalui air laut yang tenang, melainkan ombak dan gelombang yang dahsyat. Seorang tentara yang kuat tidak terbentuk melalui bentuk latihan yang ringan, tetapi diperhadapkan dengan jenis latihan khusus yang berat bahkan berbahaya. Dan seorang atlet yang memperoleh juara tidak lahir dari latihan bermalas-malasan, melainkan melalui latihan berat dan keras.

Karakter asli seseorang tidak akan terlihat saat semuanya baik-baik saja. Saat dalam tekanan di situlah akan terlihat kualitas hidup kita yang sesungguhnya. Semua orang pasti pernah mengalami tekanan dalam hidupnya. Tekanan hidup dapat terjadi karena banyak faktor, seperti masalah yang datang bertubi-tubi, sakit-penyakit yang tak kunjung sembuh, krisis keuangan dalam keluarga, di-PHK dari pekerjaan, studi gagal, ditinggalkan oleh orang yang terkasih, dan masih banyak lagi.

Setiap orang memiliki respons yang berbeda-beda ketika menghadapi tekanan hidup. Ada yang tak berhenti mengeluh sehingga keadaannya semakin terpuruk dan makin frustrasi. Tetapi, tidak sedikit dari mereka yang tetap kuat dan tegar. Kita sebagai orang Kristen harus memiliki mental pejuang yang kuat karena terbentuk oleh berbagai macam tekanan dan tidak menjadi putus asa apalagi menyerah hanya karena tekanan.

Tekanan adalah salah satu cara yang terkadang Tuhan pakai untuk pendewasaan rohani, agar kita bisa lebih kuat dan tidak manja. Selama ini mungkin kita terlena dengan zona nyaman, sehingga begitu tekanan datang kita langsung oleng atau kehilangan keseimbangan. Bersyukurlah jika kita berada dalam tekanan karena hal ini membawa kita kepada pengalaman hidup yang baru. Jika alur kehidupan kita datar-datar saja, tak ada tantangan, pastilah sangat membosankan. Jadi, ambillah sisi positif dari setiap tekanan yang kita alami. Tekanan membuat kita semakin menyadari keterbatasan kita dan mendorong kita untuk semakin mendekat kepada Tuhan.

WHAT TO DO:
1. Mengucap syukur akan setiap didikan Tuhan melalui berbagai tekanan.
2. Jangan mudah mengeluh, namun belajar percaya bahwa Tuhan selalu baik dalam segala hal.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Hakim-hakim 3-5;
▪︎ 1 Timotius 3-4

Card image
Renungan Pagi - 19 Maret 2023
2023-03-19 10:27:49


Alkitab berkata sesuai dengan imanmu jadi padamu; tanpa iman tidak ada seorangpun yang dapat berkenan kepada Allah, berarti iman adalah kunci dari kemenangan dalam banyak hal di dalam hidup kita. Dan iman yang benar adalah iman seperti Abraham, yaitu penurutan terhadap kehendak Allah yang artinya mentaati setiap kehendak Tuhan dengan percaya sekalipun belum mengerti maksud-Nya.

Tetaplah beriman, karena hanya orang yang berimanlah yang dapat melihat hal-hal yang mustahil bagi manusia menjadi tidak mustahil, karena kuasa dan mukjizat-Nya dinyatakan dalam hidup kita.
(Ibrani 11:6)

Card image
Quote Of The Day - 19 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-19 10:23:29


Allah sangat serius dengan setiap kita, dan setiap kita sangat dipedulikan-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 19 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-19 10:22:42


Orang Kristen wajib menjadi murid, belajar dan bertumbuh dewasa dan tidak bisa menjadi Kristen bayi seumur hidupnya, ia harus menjadi dewasa.

Card image
PRECISION - 19 Maret 2023 (English Version)
2023-03-19 10:21:20


Many of us still stray but do not realize it. We are reckless in not considering God’s feelings, so, hopefully, with this word of God, we can be awakened. We must learn to question God whether our state is already precise and no stray, no matter how small it is. If we don’t care about it, our soul has no value, and not only look at the evil people outside the church who are verified by the general moral laws, but we also stray but do not realize it.

The devil is so cunning. He could make a pastor look holy and well, but one day, God said, “I never knew you.” That is terrible. Thus, the position of a pastor is not considered of high value. What is of high importance is our precision in acting and behaving. We can serve God well if we act and behave accurately. Some people don’t like their fellow Christians and try to get rid of them. It becomes a gap and becomes the devil’s entrance. Therefore, all of us must be precise.

If we love our souls, we will try to please God by choosing precision in acting because we want to be with God in eternity. The only form of loving our souls is by trying to live a life that pleases God so that we are worthy to be with Him. Furthermore, we must dare to risk anything for the salvation of others. That is real ministry. If only holding services at the church, people come and are invited to sing, and then the pastor stands in the pulpit and preaches. It could become the stage for self-actualization and not an element of God.

If we love God, we will not allow our eyes to see what is improper, even things that do not violate morals but are simply inappropriate. There is no use in knowing useless things. We shouldn’t see or hear them and compare ourselves to others. We must see the Lord Jesus as our standard of holiness. The Father wants us to walk with God because humans are designed to interact with Him from the beginning.

The dead people cannot choose heaven or hell anymore because their condition when they are alive already determines this. Sinners cannot enter heaven, and the saints cannot go to hell, just like the sea fish cannot enter fresh water. After death, we can no longer choose heaven or hell because we have chosen since we lived on earth. If we keep fighting and trying to be precise now, it means choosing to be with God. How God truly wants us to be with Him. So, God strives the salvation by giving His Only Begotten Son, the seal of the Holy Spirit, and guiding in all things to bring goodness to those who love Him.

The problem is, do the people who are being saved respond to the salvation that God has given? We must choose. If we want to “be serious,” we do not wait until we are afraid and confused when dying, but every time we make a mistake, we must be already “very desperate.” We are like losing peace and must immediately fix it before God. Do not feel calm or as if nothing is wrong. For the people out there or the wicked who do not fear God and live in sin, they do not know what good it is for their peace. They brought themselves to destruction, brought themselves to eternal fire, and separated from God.

Do we understand what is needed for our peace? Don’t compare with others because many people do not see the precision of action. The devil is so cunning to mislead us. We can say, “We are different from them. They are so evil and must go to hell.” Remember what is said by the Words, “To those who are given much, much is required. Those who are given little is little demanded.” God’s demands for us who understand the truth as the chosen people are heavier, and the sanctity and accuracy that God requires of us, are different from theirs.

The analogy of a 4-year-old child who can count from 1 to 10 already makes parents pleased. However, the demand for a 30-year-old child is different. Please don’t hurt them by not complying with their order. If God’s servants have followed God for decades, their holiness must be extraordinary. To be precise, there is not the slightest sin, no matter how subtle. A little dishonesty or insincerity must be realized and repented, then keep changing. Remember, repenting means the commitment to not repeating sin. The great thing is that though we can make mistakes because of our weaknesses, God still wants to forgive. So, do not waste this grace.

      IF WE LOVE OUR SOULS, WE WILL TRY TO PLEASE GOD BY CHOOSING PRECISION IN OUR ACTIONS.

Card image
PRESISI - 19 Maret 2023
2023-03-19 09:30:01


Sebenarnya, banyak kita yang dari hari ke hari masih banyak meleset, tetapi kita tidak peduli kemelesetan itu. Kita ceroboh, tidak benar-benar mempertimbangkan perasaan Tuhan. Semoga dengan firman Tuhan ini, kita bisa disadarkan. Sekecil apa pun tindakan itu, kita harus belajar memperkarakan dengan Tuhan, apakah presisi atau tidak. Kalau kita tidak memedulikannya, maka kita tidak menghargai jiwa kita. Jangan hanya melihat orang jahat di luar gereja yang benar-benar jahat, terverifikasi jahat berdasarkan hukum moral umum, sementara kita sendiri tidak presisi, tetapi tidak menyadari keadaan kita yang meleset.

Iblis itu licik sekali. Dia bisa membuat pendeta kelihatan kudus, baik, tetapi suatu hari Tuhan berkata, “Aku tidak kenal kamu.” Itu mengerikan sekali. Maka, jabatan pendeta bukan sesuatu yang dianggap bernilai tinggi. Yang bernilai tinggi adalah ketepatan kita dalam bertindak dan berperilaku. Pasti kalau kita punya ketepatan dalam bertindak dan berperilaku, kita bisa melayani Tuhan dengan baik. Di lingkungan pelayanan, sering kali ada yang tidak suka dengan orang lain lalu berusaha menyingkirkan. Sehingga, itu menjadi celah, menjadi pintu Iblis masuk. Oleh sebab itu, terhadap siapa pun, kita harus presisi.

Kalau kita mengasihi jiwa kita, kita akan berusaha untuk berkenan kepada Tuhan dengan memilih ketepatan dalam bertindak. Karena, kita mau bersama dengan Tuhan di keabadian. Itulah satu-satunya bentuk mengasihi jiwa kita yaitu dengan mengusahakan hidup berkenan di hadapan Tuhan agar layak bersama dengan Dia. Selanjutnya, kita pasti berani mempertaruhkan apa pun untuk keselamatan orang lain. Itu baru real ministry. Bukan hanya mengadakan kebaktian di gereja, orang datang lalu diajak menyanyi, lalu pendeta bisa berdiri di mimbar dan berkhotbah. Itu menjadi panggungnya untuk beraktualisasi diri agar eksis. Itu bukan unsur dari Allah.

Kalau kita mengasihi Tuhan, kita tidak akan membiarkan mata kita melihat apa yang tidak patut. Bahkan hal yang bukan melanggar moral, melainkan yang sekadar tidak patut. Jika tidak berguna kita ketahui, lalu untuk apa? Tidak perlu kita lihat dan kita dengar. Juga, jangan membandingkan diri kita dengan orang lain. Kita harus melihat Tuhan Yesus sebagai standar kekudusan kita. Bapa ingin kita berjalan dengan Dia, karena memang manusia dirancang sejak semula untuk berinteraksi dengan Allah.

Orang yang meninggal dunia, tidak bisa memilih surga atau neraka, karena keadaan dirinya ketika hidup, sudah menentukan hal tersebut. Orang berdosa tidak akan bisa masuk surga; orang kudus tidak akan bisa masuk neraka. Ikan air laut tidak bisa masuk air tawar. Setelah meninggal, kita sudah tidak bisa memilih surga atau neraka, sebab kita sudah memilih sejak hidup di dunia. Kalau sekarang kita terus berjuang dan berusaha untuk presisi, artinya kita sedang memilih. Kita memilih bersama dengan Tuhan. Betapa Tuhan ingin kita bersama dengan Dia. Maka, Allah mengusahakan keselamatan itu dengan memberi Putra Tunggal-Nya, memberikan meterai Roh Kudus, Allah menuntun dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia.

Masalahnya, orang-orang yang diselamatkan ini apakah merespons keselamatan yang Allah berikan? Sekarang, kita harus memilih. Kalau mau “kebakaran jenggot,” jangan nanti waktu mau mati, di ujung maut saat sekarat, baru ketakutan dan kebingungan. Sekarang, setiap kali berbuat salah, kita sudah “kebakaran jenggot.” Seperti kehilangan damai, maka kita harus segera membereskannya di hadapan Tuhan. Jangan merasa tenang dan tidak ada apa-apa. Bagi orang-orang di luar sana atau orang-orang fasik yang tidak takut Tuhan dan hidup dalam dosa, jelas mereka tidak tahu apa yang baik untuk damai sejahtera mereka. Mereka membawa diri mereka kepada kebinasaan, membawa diri ke api kekal dan terpisah dari Allah.

Apakah kita mengerti apa yang perlu untuk damai sejahtera kita? Jangan membuat perbandingan dengan mereka. Banyak orang tidak melihat ketepatan bertindak. Iblis begitu cerdik menyesatkan kita. Kita bisa berkata, “Kita beda dengan mereka. Mereka begitu jahat, pasti masuk neraka.” Ingat firman Tuhan: “Yang diberi banyak, dituntut banyak. Yang diberi sedikit, dituntut sedikit.” Tuntutan Tuhan untuk kita yang mengerti kebenaran sebagai umat pilihan, lebih berat. Kesucian dan ketepatan yang Allah tuntut kepada kita, berbeda dengan mereka.

Analogi dengan anak usia 4 tahun yang bisa menghitung 1 sampai 10, itu sudah membahagiakan orangtua. Tetapi, yang dituntut oleh orangtua untuk anak yang usia 30 tahun, berbeda. Jangan menyakiti hati orangtua dengan tidak memenuhi tuntutannya. Kalau hamba-hamba Tuhan yang sudah puluhan tahun ikut Tuhan, kesuciannya harus luar biasa. Setepat-tepatnya, tidak ada dosa sekecil apa pun, sehalus apa pun. Sedikit ketidakjujuran, sedikit ketidaktulusan, harus disadari lalu bertobat dan terus berubah. Ingat, bertobat itu berarti komitmen tidak mengulangi. Karena kelemahan, kita masih bisa melakukannya. Tetapi, Tuhan masih mau mengampuni. Itulah hebatnya. Jangan kita sia-siakan anugerah ini.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA MENGASIHI JIWA KITA, KITA AKAN BERUSAHA UNTUK BERKENAN KEPADA TUHAN DENGAN MEMILIH KETEPATAN DALAM BERTINDAK; PRESISI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 19 Maret 2023
2023-03-19 09:27:30

Ulangan 28-29

Card image
Truth Kids 18 Maret 2023 - KASIH SEORANG SAHABAT
2023-03-18 09:05:18


Amsal 17:17
“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.”

Sore itu, Nia dan Sinta pergi ke tempat perbelanjaan. Nia dan Sinta menemani ibu mereka masing-masing. Setelah ibu mereka belanja, Nia dan Sinta main di arena permainan yang ada di tempat perbelanjaan tersebut. Nia dan Sinta menikmati permainan-permainan yang ada di sana, sampai mereka lupa makan. Ibunya Sinta mengingatkan Sinta dan Nia untuk makan terlebih dahulu.

Saat pesanan makanan sudah sampai di meja, Nia hendak langsung melahap makanannya. “Eits… jangan langsung di makan dulu, Nia! Berdoa dulu, dong. Kita harus mengucap syukur atas makanan yang Tuhan berikan kepada kita,” kata Sinta mengingatkan Nia. Nia langsung meletakkan makanan itu dengan wajah yang sedikit malu. Kemudian ibunya Nia meminta Nia untuk memimpin doa bersama.

Sobat Kids, seorang sahabat menaruh kasihnya setiap waktu dan sangat memperhatikan sahabatnya. Jadilah teladan di mana pun kita berada. Latih diri kita untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan Tuhan. Kita belajar dari hal-hal yang sederhana dahulu. Misalnya berdoa sebelum makan dan tidur, membaca Alkitab dan renungan anak setiap harinya, serta rajin ke Sekolah Minggu. Kalian juga dapat mengajak sahabat kalian untuk melakukan hal yang sama. Sama-sama berjuang untuk menjadi anak Bapa di surga.

Card image
Truth Junior 18 Maret 2023 - MENDOAKAN TEMAN
2023-03-18 09:00:22


Amsal 17:17
“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.

Pada usia sekarang, sudah berapa teman yang Sobat Junior miliki? Ayo, coba ingat-ingat lagi semua nama teman Sobat Junior. Kalau masih ingat, yuk, ambil saat teduh sebentar dan doakan semua teman Sobat Junior. Yuk, mulai berdoa.

Setelah berdoa, apa yang sedang Sobat Junior rasakan? Sepertinya, akan kembali mengingat kenangan bersama teman-teman semua, deh. Walaupun jika diingat kembali, selain kenangan yang bahagia, seru, dan lucu, ada juga kenangan yang menyedihkan, menyebalkan, dan mengecewakan ketika bersama teman. Meskipun demikian, Sobat Junior haruslah tetap bersyukur. Bersyukurlah karena sudah memiliki teman yang bisa diajak bermain bersama, bercerita bareng, mengerjakan tugas bersama, pergi Sekolah Minggu bareng, dan masih banyak lagi kegiatan yang bisa dilakukan dengan teman.

Namun, jika Sobat Junior kembali diingatkan dengan rasa sedih dan kecewa akibat perbuatan teman yang tidak berperilaku baik terhadap Sobat Junior, mintalah penghiburan dari Tuhan Yesus. Dan tetap ingat untuk mengampuni kesalahan orang lain. Apabila di sekitar Sobat Junior masih terdapat teman yang menyusahkan karena perilakunya, jangan bosan untuk mengasihi dengan tulus dan tetap menghargai dia. Justru, tugas Sobat Junior adalah menunjukkan kasih kepadanya dan membantu dia ketika menghadapi kesulitan. Teman yang sering usil dan menyusahkan Sobat Junior juga butuh teman. Yuk, jangan merasa berat hati berada di sisinya.

Walaupun kita lihat dia menyebalkan, bantulah saja semampu Sobat Junior, sebab itu yang Tuhan Yesus inginkan. Kita saling menanggung beban dan saling mendoakan. Sebaiknya, mulai dari sekarang, ingatlah untuk mendoakan semua teman sebagai rasa kasih Sobat Junior kepada teman dan juga rasa syukur kepada Tuhan Yesus karena punya teman. Yuk, belajar mengasihi dengan tulus dan menghargai teman-teman yang Sobat Junior punya.

Card image
Truth Youth 18 Maret 2023 (English version) - SEEKING GOD
2023-03-18 08:58:38


”In the day of my trouble I sought the Lord: My sore ran in the night, and ceased not: My soul refused to be comforted. I remembered God, and was troubled: I complained, and my spirit was overwhelmed. Selah.Thou holdest mine eyes waking: I am so troubled that I cannot speak. I have considered the days of old, The years of ancient times. Thou holdest mine eyes waking: I am so troubled that I cannot speak.” (Psalm 77:2-6)

Every problem must have a way out, for example our mobile phone runs out the battery then the solution needs to be charged, we are hungry so we need to eat, and this body must be healthy so it is very important to exercise. This explains that all problems have a solution, but sometimes what we fail to solve the problem is the inability and lack of understanding we will be a solution or a solution.

Likewise with the problem for the problem that we experience as humans. The problem is incessant as long as we are still breathing on this earth. In fact, we as Christians will not be separated from problems like other humans, but the good news if we have a way out or solutions in struggling with problems. It must be known by all of us that trust is an inevitable part of our journey with Christ. Difficulty, burden of life, illness, difficulty, and deficiencies, even oppression and hostility, all contained in what it means "Stumbling." So, the solution for each of us is to seek God.

Looking for God means trying to experience God in the encounter with a living and real God, and walk together with Him every day. In terms of seeking God, basically the same as trying to understand what God wants and what God plans for us to do and we meet in this life. Of course God's will and plan in each of our lives is different. So, everyone, each of us must find what God's will in each other's lives, and what God plans in our lives for us to fulfill.

How do we seek God? First, we must be serious every day to provide time to meet God in prayer hours, in the calm time. Second, we must find the truth through the Bible. This can be through the reading of the Bible, spiritual books, or sermons. Third, we must pay attention to every event we experience, because it is God's way of maturing.

WHAT TO DO:
Find God must be every day, every time and do not procrastinate.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Joshua 24;
▪︎ Judges 1-2;
▪︎ 1 Timothy 1-2

Card image
Truth Youth 18 Maret 2023 - MENCARI TUHAN
2023-03-18 06:01:10


”Aku mau berseru-seru dengan nyaring kepada Allah, dengan nyaring kepada Allah, supaya Ia mendengar aku. Pada hari kesusahanku aku mencari Tuhan; malam-malam tanganku terulur dan tidak menjadi lesu, jiwaku enggan dihiburkan. Apabila aku mengingat Allah, maka aku mengerang, apabila aku merenung, makin lemah lesu semangatku. Sela. Engkau membuat mataku tetap terbuka; aku gelisah, sehingga tidak dapat berkata-kata. Aku memikir-mikir hari-hari zaman purbakala, tahun-tahun zaman dahulu aku ingat.” (Mazmur 77:2-6)

Setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya, misal handphone kita habis baterai maka solusinya perlu di-charge, kita sedang lapar maka perlu makan, dan tubuh ini harus sehat maka penting sekali rajin berolah raga. Hal ini menerangkan bahwa semua permasalahan ada solusinya, namun terkadang yang menjadi kita gagal menyelesaikan masalah adalah ketidakmampuan dan kurang pahamnya kita akan solusi atau jalan keluarnya.

Demikian pula dengan persoalan demi persoalan yang kita alami sebagai manusia. Tidak henti-hentinya masalah selama kita masih bernafas di bumi ini. Bahkan kita sebagai orang Kristen tidak akan terlepas dari masalah seperti manusia lainnya, namun yang menjadi kabar baiknya jika kita memiliki jalan keluar atau solusi dalam bergumul dengan masalah. Harus diketahui oleh kita semua bahwa kesesakan adalah bagian yang tak terelakkan dalam perjalanan kita bersama Kristus. Kesukaran, beban hidup, sakit-penyakit, kesusahan, dan kekurangan, bahkan penindasan dan permusuhan, semuanya terkandung dalam apa artinya “kesesakan.” Maka, solusi bagi setiap kita adalah mencari Tuhan.

Mencari Tuhan artinya berusaha untuk mengalami Tuhan di dalam perjumpaan dengan Allah yang hidup dan nyata, serta berjalan bersama dengan Dia setiap hari. Dalam hal mencari Tuhan, pada dasarnya sama dengan berusaha untuk mengerti apa yang Tuhan kehendaki dan apa yang Tuhan rencanakan untuk kita lakukan dan kita penuhi dalam hidup ini. Tentu kehendak dan rencana Allah dalam hidup masing-masing kita itu berbeda. Maka, setiap orang, setiap kita harus menemukan apa kehendak Allah dalam hidup masing-masing, dan apa yang Allah rencanakan dalam hidup kita masing-masing untuk kita penuhi.

Bagaimana cara kita mencari Allah? Pertama, kita harus sungguh-sungguh setiap hari menyediakan waktu untuk berjumpa dengan Tuhan dalam jam doa, dalam saat teduh. Kedua, kita harus menemukan kebenaran melalui Alkitab. Hal ini bisa melalui pembacaan Alkitab, buku-buku rohani, atau khotbah. Ketiga, kita harus memerhatikan setiap kejadian yang kita alami, karena itu merupakan cara Allah mendewasakan.

WHAT TO DO:
Cari Tuhan harus setiap hari, setiap waktu dan jangan menunda-nunda.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yosua 24;
▪︎ Hakim-hakim 1-2;
▪︎ 1 Timotius 1-2

Card image
Renungan Pagi - 18 Maret 2023
2023-03-18 05:57:42


Orang Kristen duniawi adalah orang Kristen yang berjalan di bawah kendali pancaindranya, alias hidup menurut apa yang dilihatnya secara kasat mata, bukan karena iman percaya, sehingga situasi selalu mempengaruhi sikap hatinya; kondisi hatinya sangat ditentukan oleh situasi.

Sehingga ia tidak memiliki kehidupan pujian dalam kesehariannya, dan tidak mengherankan bila ia tidak terbiasa memuji Tuhan setiap waktu, kalaupun ada pujian keluar dari bibirnya hanyalah terjadi saat berada di dalam gedung gereja, saat ibadah berlangsung.

Puji-pujian seharusnya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidup orang percaya, sebab pujian adalah pintu gerbang utama untuk masuk ke dalam hadirat Tuhan, Pemazmur berkata, "Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya! Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun."

Sejak dari semula Tuhan menciptakan kita manusia untuk bersekutu dengan-Nya, untuk memuji dan meninggikan kebesaran-Nya, namun dalam praktek hidup sehari-hari banyak orang Kristen jarang sekali membalas kebaikan dan kasih Tuhan, sekalipun hanya lewat puji-pujian.
(Mazmur 100:4-5)

Card image
Quote Of The Day - 18 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-18 05:39:16


Hanya ada satu yang dapat menjawab kehausan jiwa, yaitu Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 18 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-18 05:38:24


Kita harus menghadap Tuhan setiap hari dengan sikap hati seakan-akan tidak memiliki apa-apa dan tidak memiliki siapa-siapa.

Card image
MATURING MENU - 18 Maret 2023 (English Version)
2023-03-18 05:37:25


In the Gospel of John, we find a very popular chapter that displays a very prominent point of thought regarding God as a shepherd. This reflection was written in Psalm chapter 23, where God is a good Shepherd. John chapter 10 says that God is the good Shepherd, and there are also evil shepherds. There are good and bad shepherds; the good Shepherd leads people to live, while the evil leads to destruction.

John 10:4 and 5 says, “When he has brought out all his own, he goes on ahead of them, and his sheep follow him because they know his voice. But they will never follow a stranger; they will run away from him because they do not recognize the stranger’s voice.” There are good and evil shepherds, good and bad sheep. The good sheep hear the voice and follow the good Shepherd. But the sheep that are not good refers to lost sheep, not because they are not shepherded, but because they hear the strangers.

We should ask ourselves whether we are good sheep or not. The good sheep recognize the voice of the Good Shepherd and follow Him. Knowing his voice means hearing, understanding, and following Him. Good sheep can recognize the voice of strangers need not hear, let alone follow. The Word of God says, “Verily I say to you, I am the door to the sheep. All those who came before Me were thieves and robbers, and the sheep did not listen to them. I am the door. Whoever enters by Me will be saved, and they will go in and out and find pasture.” The good Shepherd gives good and living grass and provides maturing menus for the sheep.

Lam.3:22-25 says, “Because of the Lord’s great love we are not consumed, for his compassions never fail. They are new every morning; great is your faithfulness. I say, “The Lord is my portion; therefore, I will wait for him.” The Lord is good to those whose hope is in him, to the one who seeks him.” The good Shepherd, namely God, must provide blessings every day that have eternal projections. For the Israelites, who did not understand grace and eternity projection, their orientation was only physical needs fulfillment. It is certainly not the wrong measure for the nation of Israel, the chosen people of flesh and blood, physically descended from Abraham.

But to us, the Lord says, “Set your minds on things above, not on earthly things. Store up treasures in heaven, not on earth.” God has provided the New Testament people with a blessing that projection or goal to achieve is eternity. As for meeting physical needs, the standard is “But if we have food and clothing, we will be content with that.” Every day God must give eternal blessings that aim to change us so that we become people worthy of God. Hebrews chapter 12 says, “Our father disciplined us for a little while as they thought best; but God disciplines us for our good, so that we may share in his holiness.”

A little child is fed with porridge, and after a bit bigger, they are given soft rice and later on eat rice, and so on. It is gradual and always new. God always gives us new blessings according to our spiritual age and character, meaning He works on our lives and changes them where necessary. We need a menu from the good Shepherd, namely, the Word of God and events experienced to change our nature. The evil Shepherd also has menus to ruin the life of the believer. He uses various things to do his plan, so we must not look at inappropriate things and must be strict in films, shows, media, and others. Do not give opportunities to be fed by evil shepherds through shows, movies, advertisements, and so on.

We must not listen to the voice of the evil Shepherd as the Word of God says, “Be alert and of sober mind. Your enemy, the devil, prowls around like a roaring lion looking for someone to devour,” including pastors, activists, or anyone. We must always suspect every desire that arises in us, whether it is the fruit of the voice from a good shepherd or not. If we listen to evil voices, we destroy our life. Things that seem promising turn out to be wrong. Therefore, we must receive the blessings that God provides and gives every day to continue to grow. We have to organize our life. What is worth seeing and not; what should be heard and not. We must do it without limits.

  THE GOOD SHEPHERD PROVIDES MATURING MENUS.

Card image
MENU YANG MENDEWASAKAN - 18 Maret 2023
2023-03-18 05:34:11


Di dalam Injil Yohanes, kita menemukan satu pasal yang sangat populer, dan menampilkan satu pokok pemikiran yang sangat menonjol, yaitu mengenai Allah sebagai Gembala. Sebenarnya ini cerminan dari yang ditulis dalam Mazmur 23, bahwa Allah adalah Gembala yang baik. Dalam Yohanes 10, ditampilkan Tuhan adalah Gembala yang baik, tetapi juga dikemukakan adanya gembala yang jahat. Ada gembala yang baik, ada gembala yang jahat; ada gembala yang menuntun umat kepada kehidupan, tetapi ada gembala yang menuntun manusia kepada kebinasaan.

Dalam Yohanes 10:4-5 tertulis, “Jika semua dombanya telah dibawanya keluar, ia (gembala yang baik) berjalan di depan mereka, dan domba-domba itu mengikuti dia, karena domba-domba itu mengenal suaranya. Tetapi seorang asing (gembala yang jahat) tidak mereka ikuti, malah mereka lari daripadanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal.” Faktanya, ada gembala yang baik, juga ada gembala yang jahat; tetapi kita juga menemukan ada domba-domba yang baik dan ada domba-domba yang tidak baik. Domba-domba yang baik; domba-domba yang mendengarkan suara gembala dan mengikut gembala yang baik. Tetapi kalau domba yang tidak baik, seperti yang Injil kemukakan mengenai fakta domba yang terhilang, bukan karena tidak digembalakan, tetapi karena mendengar orang asing.

Kita tanyakan kepada diri sendiri, kita ini domba yang baik atau tidak? Domba yang baik, mengenal suara gembala dan mengikutinya. Mengenal suaranya berarti mendengar, mengerti suaranya, dan mengikutinya. Tentu domba-domba yang baik juga bisa mengenali adanya suara yang tidak perlu didengar, karena itu suara orang asing. Tidak perlu mengenalinya, apalagi mengikutinya. Firman Tuhan berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. Akulah pintu. Barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat, dan dia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.” Pasti gembala yang baik memberikan rumput yang baik; rumput yang menghidupkan. Gembala yang baik, pasti memberikan menu yang menghidupkan; menu yang mendewasakan.

Ratapan 3:22-25 tertulis, “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN. Tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu. ‘TUHAN adalah bagianku,’ kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya. TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia.” Gembala yang baik yaitu Tuhan, pasti menyediakan berkat setiap hari. Tentu berkat yang Bapa sediakan memiliki proyeksi kekekalan. Bagi bangsa Israel yang belum memahami anugerah, belum mengerti proyeksi kekekalan, orientasi berpikirnya hanya berkat-berkat jasmani, yaitu pemenuhan kebutuhan jasmani. Tentu tidak salah untuk ukuran bangsa Israel, umat pilihan darah daging, secara jasmani dari keturunan Abraham.

Tetapi kepada kita, Tuhan berfirman, “Carilah perkara-perkara yang di atas, bukan di bumi. Kumpulkan harta di surga, bukan di bumi.” Bagi umat Perjanjian Baru, Tuhan menyediakan berkat yang proyeksinya, tujuan yang mau dicapainya adalah kekekalan. Adapun mengenai pemenuhan kebutuhan jasmani, standarnya adalah “Asal ada makanan dan pakaian, cukup.” Setiap hari Tuhan pasti memberikan berkat kekal yang bertujuan mengubah kita agar kita menjadi orang yang layak bagi Tuhan. Ibrani 12:10 mengatakan, “Kita dididik oleh bapak, menurut apa yang bapak kita di bumi ini pandang baik; Bapa di surga mendidik kamu, supaya kamu mengambil bagian dalam kekudusan-Nya.”

Waktu kecil diberi bubur. Besar sedikit, diberi nasi lembut. Berikutnya lagi, nasi keras. Dan terus, bertahap; selalu baru. Allah pun memberikan berkat selalu baru, sesuai dengan umur rohani kita, sesuai dengan karakter kita. Maksudnya, Tuhan menggarap karakter kita; apa-apa yang perlu diubah. Supaya mengubah, perlu Firman apa yang harus didengar dan peristiwa apa yang harus dialami. Ini Gembala yang baik. Tetapi, ada gembala yang jahat, yang juga menyediakan menu baru setiap hari, bagaimana merusak hidup orang percaya. Ia bersuara lewat berbagai hal. Jadi, jangan lihat yang tidak patut. Kita harus strict dalam film, tontonan, media, dan lain-lain. Jangan memberi peluang “diberi makan” oleh gembala jahat melalui tontonan, film, iklan-iklan, dan lainnya.

Jangan mendengar suara gembala yang jahat. Firman Tuhan mengatakan, “Dia seperti singa yang mengaum, berjalan keliling dan mencengkeram siapa saja yang bisa diterkamnya,” termasuk pendeta, aktivis; siapa saja. Kita harus selalu mencurigai setiap keinginan yang muncul dalam diri kita, apakah ini buah dari suara gembala yang baik, atau suara gembala yang jahat? Kalau kita mendengarkan suara setan, kita menghancurkan hidup kita. Hal-hal yang kelihatannya baik, ternyata tidak baik. Oleh sebab itu, berkat yang Tuhan sediakan dan berikan setiap hari, harus kita dapatkan agar kita bertumbuh terus. Kita harus menata hidup kita. Apa yang patut diihat, apa yang tidak patut kita lihat; apa yang patut didengar, apa yang tidak patut kita dengar. Lakukan itu tanpa batas.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

GEMBALA YANG BAIK, PASTI MEMBERIKAN MENU YANG MENGHIDUPKAN; MENU YANG MENDEWASAKAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 18 Maret 2023
2023-03-18 05:32:02

Ulangan 24-27

Card image
Truth Kids 17 Maret 2023 - PERKARA YANG DI ATAS
2023-03-17 09:55:20


Kolose 3:2
“Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.”

Hana memiliki teman sekelas yang bernama Debora. Debora adalah murid yang rajin dan pintar. Nilai ulangannya selalu bagus. Tidak hanya itu, Debora juga ramah dan suka tersenyum sehingga banyak teman yang bermain dengannya. Dalam pemikirannya, Hana sangat ingin seperti Debora yang pintar dan punya banyak teman, tetapi nilai-nilai ulangannya sering kali buruk. Hal ini membuat Hana menjadi pemalu dan sulit bergaul dengan teman-temannya yang lain. Ia menjadi tidak percaya diri dan sering menghindar dari teman-temannya.

Ketika Hana diminta ibu guru untuk maju ke depan dan membaca puisi di depan kelas, Hana merasa sangat malu. Suara Hana sangat kecil dan tidak terdengar. Akhirnya pada saat istirahat ibu guru memanggil Hana dan menanyakan apakah Hana baik-baik saja. Lalu Hana pun menceritakan apa yang ia pikirkan dan rasakan kepada ibu guru.

Sobat Kids, tujuan yang dipikirkan Hana untuk menjadi seperti temannya adalah tidak tepat. Untuk mencontoh teman yang pandai dan banyak teman tidak salah. Namun, jika kita mau menjadi seperti teman lain hanya untuk menjadi terkenal di antara teman-teman lainnya, itu salah. Seharusnya kita berusaha menjadi pintar karena kita memikirkan perkara yang di atas. Maksudnya, memikirkan perasaan Tuhan. Yuk, kita pikirkan perkara yang di atas. Hal-hal yang menyenangkan hati Tuhan.

Card image
Truth Junior 17 Maret 2023 - TUHANKU, KEPENTINGANKU
2023-03-17 09:53:55


Kolose 3:2
“Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.”

Pernahkah Sobat Junior menyesal setelah membuat sedih orang yang kalian kasihi, seperti orangtua misalnya? Ada satu penyesalan yang menyakitkan jika kita telah membuat orang yang kita kasihi kecewa. Rasa penyesalan itu membuat kita jadi lebih berhati-hati melakukan sesuatu. Itu disebabkan karena kita lebih mementingkan perasaan orang yang kita kasihi daripada perasaan diri kita sendiri.

Demikianlah halnya jika kita mengasihi Tuhan. Kita akan melakukan segala sesuatu dengan hati-hati, karena kita mengasihi Dia dan tidak ingin membuat Dia kecewa. Mengasihi Tuhan dapat dilakukan dengan mudah, loh, Sobat Junior. Contohnya saja, jika kita mengasihi Tuhan dengan benar, tentu kita akan melakukan segala sesuatu dengan tulus dan sukacita. sebab motivasi kita melakukan hal tersebut untuk Tuhan.

Begitupun jika kita mencintai Tuhan, sudah pasti kita akan lebih mementingkan urusan Tuhan di samping kepentingan kita. Kita akan membantu orangtua, menjadi anak yang taat dan tidak malas, menjaga perasaan orang-orang di sekitar karena kita mengasihi Tuhan. Ketika kita mendapatkan ajakan untuk melakukan pelanggaran seperti bolos Sekolah Minggu, melawan orangtua, ataupun berbohong, tentu kita akan memilih untuk tidak melakukan hal tersebut. Sebab, kita lebih mementingkan perasaan Tuhan di samping kesenangan kita sendiri.

Card image
Truth Youth 17 Maret 2023 (English Version) - MAGNIFYING GLASS
2023-03-17 09:51:43


”I called upon the LORD in distress: The LORD answered me, and set me in a large place. The LORD is on my side; I will not fear: What can man do unto me?” (Psalm 118:5-6)

When we were little playing with friends, of course exciting, especially if we play detectives, with stylish as if the famous detective we examine one by one item that is considered to help uncover a big case. Imagine with attractive equipment, usually items that cannot be missed are records and magnifying glass.

Do you know the function of the magnifying glass? Its function is to be used to enlarge or clarify an object, writing, or small components that cannot be seen with the naked eye. Of course the advantage of the magnifying glass is that we are able to see more clearly the object or object we want to see.

Living a life full of challenges and all forms of life problems, we also must have the ability to see all the small seeds of maturity that God softe to every problem of life. Do not end up focused on the problem, which makes us despair, disappointed with God, until we do not respect Him properly.

We as Christians in dealing with problems, do not focus on the problem but must always direct the view only to God alone. Like using a magnifying glass to focus on an object, so we also use our spiritual eyes focused on God alone. Believe that in every problem that God allows us to experience, there are grains of maturity that we want we want to experience.

With us focusing our views on God, we are training ourselves to depend full on help from Him. The world will offer us many ways to keep us away from God, by directing solutions to problems in an easy, instant, not infrequently evil way - as long as the problem can be solved.

Therefore, use our spiritual enlargement glass by always looking at God in passing trouble and struggle, because he will not leave us, but will provide relief to the lives of everyone who exclaimed to Him.

WHAT TO DO:
1. Leave activities that are not important, use time to always pray.
2. Stay close to God by always studying His Word.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Joshua 21-23;
▪︎ 2 Thessalonians 2
▪︎ 2 Thessalonians 3

Card image
Truth Youth 17 Maret 2023 - KACA PEMBESAR
2023-03-17 09:49:21


“Dalam kesesakan aku telah berseru kepada TUHAN. TUHAN telah menjawab aku dengan memberi kelegaan. TUHAN di pihakku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” (Mazmur 118:5-6)

Sewaktu kita kecil bermain bersama teman-teman tentu seru, apalagi kalau kita main detektif-detektifan, dengan bergaya seakan detektif tersohor kita meneliti satu per satu barang yang dianggap dapat membantu mengungkap sebuah kasus besar. Berimajinasi dengan dilengkapi peralatan menarik, biasanya barang yang tidak mungkin terlewatkan adalah catatan dan kaca pembesar.

Tahu kan fungsi kaca pembesar? Fungsinya ialah digunakan untuk memperbesar atau memperjelas sebuah objek, tulisan, atau komponen-komponen kecil yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Tentu keuntungan dari kaca pembesar adalah kita mampu melihat dengan lebih jelas objek atau benda yang ingin kita lihat.

Menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan dan segala bentuk persoalan hidup, kita pun harus memiliki kemampuan untuk melihat semua benih kecil pendewasaan yang Tuhan tabur pada setiap persoalan hidup. Jangan kita habis terfokus pada persoalannya, yang membuat kita putus asa, kecewa dengan Tuhan, sampai kita tidak menghormati-Nya dengan pantas.

Kita sebagai orang Kristen dalam menghadapi masalah, jangan fokus pada masalahnya melainkan harus selalu mengarahkan pandangan hanya kepada Tuhan semata. Seperti menggunakan kaca pembesar untuk terfokus pada suatu objek, maka demikian pula kita menggunakan mata rohani kita terfokus pada Tuhan saja. Percaya bahwa dalam setiap masalah yang Tuhan izinkan kita alami, ada butiran pendewasaan yang Ia ingin kita alami.

Dengan kita memfokuskan pandangan kita kepada Tuhan, kita sedang melatih diri kita untuk bergantung penuh hanya pada pertolongan dari-Nya. Dunia akan menawarkan kepada kita banyak cara untuk menjauhkan kita dari Tuhan, dengan mengarahkan penyelesaian persoalan dengan cara mudah, instan, bahkan tak jarang dengan cara jahat –asal masalah bisa selesai.

Oleh sebab itu, gunakan kaca pembesar rohani kita dengan selalu memandang Tuhan dalam melewati kesesakan dan pergumulan, sebab Ia tidak akan meninggalkan kita, melainkan akan memberikan kelegaan bagi kehidupan setiap orang yang berseru kepada-Nya.

WHAT TO DO:
1. Tinggalkan kegiatan yang tidak penting, gunakan waktu untuk selalu berdoa.
2. Dekat dengan Tuhan dengan selalu mempelajari firman-Nya

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yosua 21-23;
▪︎ 2 Tesalonika 2;
▪︎ 2 Tesalonika 3

Card image
Renungan Pagi - 17 Maret 2023
2023-03-17 09:59:35


Adalah kesalahan besar di dalam diri orang percaya bila berusaha menunjukkan diri agar tampak rohani di hadapan manusia, kita berusaha menunjukkan kesucian hidup dengan perkataan-perkataan yang tampak rohani dan alkitabiah, tidak ada keuntungan yang kita dapatkan ketika berusaha berkenan di hati manusia, ketika bersikap pura-pura baik dan berpura-pura rohani di depan umum, dengan maksud untuk mendapatkan perhatian, pujian dan sanjungan, inilah yang biasa dilakukan oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi! "Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang."

Kita lupa bahwa apa yang terlihat dari luar bukanlah kriteria penilaian Tuhan, sebab Tuhan menyelidiki isi hati, Tuhan sangat mengasihi orang-orang yang menjaga hatinya, tapi Ia benci terhadap kemunafikan, pertanyaannya mengapa kita cenderung lebih takut kepada manusia daripada kepada Tuhan? Mengapa kita lebih menginginkan pengakuan dari mulut manusia daripada mendapatkan perkenanan dari Tuhan? Mungkin kita berpikir bahwa ketika berlaku hidup benar dan menjaga hati tetap murni justru mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari manusia: dibenci, dijauhi, dicemooh, Iblispun mengambil keuntungan dari situasi ini dengan menarik perhatian untuk lebih mengutamakan penilaian manusia terhadap kita.

Berhati-hatilah! Jangan sampai terjebak dalam belenggu kepura-puraan, dengan berusaha untuk tampak benar dihadapan manusia, jangan sampai kita hanya dapat mengajarkan orang lain untuk hidup dalam kebenaran dan membangun hubungan yang karib dengan Tuhan, tetapi kita sendiri justru tidak memiliki hubungan yang karib dengan Tuhan, karena segala sesuatu yang kita kerjakan hanya sebatas aktivitas agamawi, segeralah bertobat sebelum semuanya terlambat! Jangan sampai kita ini berlaku seperti ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi! "....mengajarkannya tetapi tidak melakukannya," jangan hanya menjadi seorang Kristen teori! Apalah artinya pujian dan penghormatan dari manusia, tapi akhirnya ditolak oleh Tuhan, Tuhan menghendaki kita menjadi pelaku-pelaku firman! Sebab yang Tuhan lihat dan perhatikan adalah buah-buah pertobatan dari hidup kita.
(Matius 22:3-5)

Card image
Quote Of The Day - 17 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-17 09:31:41


Jangan lakukan hal-hal yang tidak membuat kita ada di hadirat Allah, jangan menunda, jangan berlama-lama hidup dalam sikap yang tidak berjaga-jaga dan tidak berkemas-kemas.

Card image
Mutiara Suara Kebanaran - 17 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-17 09:30:29


Untuk melepaskan kedaulatan atas diri kita ini dimulai dari kesungguhan untuk menemukan Tuhan secara pribadi.

Card image
THE FIRMNESS OF GOD - 17 Maret 2023 (English Version)
2023-03-17 09:28:05


The Word of God says in 2 Pet.2:6, “If He condemned the cities of Sodom and Gomorrah to destruction, reducing them to ashes as an example of what is coming on the ungodly.” There is an important lesson from that verse that God does not spare those who do not hear His warnings, so we must continue to grow in the knowledge of God until we can feel the fear of Him. He is a God who can be firm. See what is said in 2 Pet. 2:4, “…placing them in chains of darkness to be held for judgment.” So, there is a day when God will bring judgment.

God is strict with those who do not heed or appreciate His warnings. Another verse, 2 Pet.3:9, says, “The Lord is not slow in keeping his promise…” In the previous verse, it is said that people mock God with ridicule, namely, live according to lust. They said, “Where is the promise of His coming?” In other words, “Where is His firm attitude? Where is the punishment He says will come?” and “as some understand slowness. Instead, He is patient with you, not wanting anyone to perish, but everyone to come to repentance.” God will be firm in time.

We should not only look at only one aspect, namely, His love, patience, mercy, mercy, and goodness, but also His firmness which will be revealed in time and will be very terrible. If angels commit sins and are thrown into hell, so will those who do not heed His warnings. And, as the Lord said, we see people who make fun of God with their actions in 2 Pet.3:3, “Above all, you must understand that in the last days, scoffers will come, scoffing and following their evil desires.” So, if we live according to lust, we belong to this group.

Though we diligently go to church, become church activists, and even become pastors, if following our passions, we are included in the group of mockers. Honestly, some of us are still among those who undermine the promises of God. They say in their hearts, “Everything is fine, you know. Just be safe.” Be careful! If we realize that still living in lust, do not continue, or we are against God. Going to church does not necessarily prove that not ridicule God. Our flesh must be put to death. We should not pretend as if we do not know or care. The lusts of the flesh, ambitions, and all desires in the soul that are not by the Holy Spirit, must be put to death. So, we must pray and fast to be sensitive to His will. We must humble ourselves at His feet as if we want to kiss His feet and say, “Lord, I love You.”

We can put our flesh to death if we have strong determination. If we want to and are determined, then we can. We must not take it as trivial. God does not want anyone to perish. 2 Pet.3:10-11 says, “But the day of the Lord will come like a thief. The heavens will disappear with a roar; the elements will be destroyed by fire, and the earth and everything that was done in it will be bare. Since everything will be destroyed this way, what kind of people should you be? You ought to live holy and godly lives.” Indeed, we are called to be holy as the Father is holy. God must have given warnings, and blessed are we who hear and obey them.

Satan, in his cunning, tells us that we are not mocking, just delaying. Delaying is also mocking because we can die suddenly. Satan is deceiving us. If we want to repent today, do not harden our hearts. We must not delay because we can be evil. Remember, we will reap what we sow, and it is terrible because we are dealing with the Lord of the universe. We cannot keep our children and grandchildren from a dark world because too evil. They can be looked after at home but uncertain outside. We must have a light to save our children and grandchildren and go extreme without limit.

WE SHOULD NOT ONLY LOOK AT GOD IN ONE ASPECT, NAMELY, HIS LOVE, PATIENCE, MERCY, GRACE, AND GOODNESS, BUT ALSO HIS FIRMNESS WHICH WILL BE REVEALED IN TIME.

Card image
KETEGASAN ALLAH - 17 Maret 2023
2023-03-17 09:25:51


Firman Tuhan mengatakan di 2 Petrus 2:6, “…dan jikalau Allah membinasakan kota Sodom dan Gomora dengan api, dan dengan demikian memusnahkannya dan menjadikannya suatu peringatan untuk mereka yang hidup fasik di masa-masa kemudian …” Ada pelajaran penting dari ayat itu. Allah tidak menyayangkan orang-orang yang tidak mendengar peringatan-peringatan-Nya. Maka, kita harus terus bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan, sampai kita bisa merasakan kegentaran akan Allah. Allah adalah Allah yang bisa bersikap tegas. Jadi kalau Allah belum bersikap tegas, bukan berarti tidak; “belum” itu bukan “tidak.” Perhatikan juga apa yang dikatakan di dalam 2 Petrus 2:4, “…menyerahkan mereka ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman.” Jadi, ada hari di mana Tuhan akan mendatangkan penghukuman.

Allah bersikap tegas kepada mereka yang tidak memperhatikan, tidak menghargai peringatan-peringatan-Nya. Di ayat yang lain, 2 Petrus 3:9, dikatakan, “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya...” Di dalam ayat sebelumnya dikatakan orang-orang mengolok, mengejek Tuhan dengan ejekan-ejekan yaitu hidup menuruti hawa nafsu. Mereka berkata, “Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu?” Dengan kata lain, “Mana sikap tegas Allah? Mana penghukuman yang katanya akan didatangkan?” Selanjutnya, “… sekalipun ada orang-orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu karena Allah menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” Allah akan bersikap tegas pada waktunya.

Jangan kita hanya melihat satu aspek—kasih, kesabaran, belas kasihan, kemurahan, dan kebaikan-Nya saja—tetapi juga ketegasan Allah yang akan dinyatakan pada waktunya. Dan itu sungguh-sungguh mengerikan. Kalau malaikat-malaikat yang berbuat dosa Dia lemparkan ke dalam neraka, demikian pula dengan orang-orang yang tidak memperhatikan peringatan-peringatan-Nya. Dan kenyataannya, seperti yang difirmankan Tuhan, kita lihat orang yang mengolok-olok Tuhan dengan tindakan, di dalam 2 Petrus 3:3, “Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya.” Jadi kalau kita hidup menuruti hawa nafsu, kita termasuk kelompok ini.

Sekalipun kita rajin pergi ke gereja, menjadi aktivis gereja, bahkan menjadi pendeta, namun kalau masih menuruti hawa nafsu, maka kita termasuk kelompok pengejek-pengejek. Sejujurnya, ada di antara kita yang termasuk orang yang menganggap remeh janji Tuhan. Di kedalaman hatinya, ia berkata, “Semua baik-baik saja, tuh. Aman-aman saja.” Jangan main-main. Maka, kalau kita menyadari masih hidup di dalam hawa nafsu, jangan kita teruskan. Kalau kita tetap teruskan, berarti kita melawan Tuhan. Kita ke gereja belumlah sebagai bukti atau pernyataan kalau kita tidak mengejek Tuhan. Daging kita ini harus dimatikan. Jangan pura-pura tidak tahu apalagi tidak peduli. Hawa nafsu daging, ambisi dan segala keinginan dalam jiwa yang tidak sesuai dengan Roh Kudus, harus dimatikan. Maka, kita harus banyak berdoa dan puasa supaya kita peka terhadap kehendak Allah. Kita harus merendahkan diri di kaki Tuhan, seakan-akan kita mau mencium dan menjilat kaki Tuhan dan berkata, “Tuhan, aku mengasihi-Mu.”

Kita mematikan daging kita dengan tekad itu, bisa. Kalau kita mau dan nekat, bisa. Jangan anggap remeh. Tuhan tidak menghendaki seorang pun binasa. 2 Petrus 3:10-11 mengatakan, “Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat, dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup.” Memang kita dipanggil untuk suci; kudus, seperti Bapa adalah kudus. Tuhan pasti memberi peringatan-peringatan. Berbahagialah kita yang mendengar dan menuruti peringatan Tuhan ini.

Setan dalam kelicikannya bisa berbicara kepada kita, bahwa kita tidak mengejek, hanya menunda saja. Menunda itu menghina atau mengejek juga. Karena kita bisa mati mendadak. Setan itu menipu. Kalau kita mau bertobat hari ini, jangan kita keraskan hati. Jangan menunda. Kita tidak bermaksud mau jadi jahat, tetapi karena kita menunda, kita jadi jahat. Ingat, kita akan menuai apa yang kita tabur, dan itu mengerikan karena kita berhadapan dengan Tuhan semesta alam. Kita tidak bisa menghindarkan anak cucu kita dari dunia yang gelap. Dunia sudah terlalu jahat. Di rumah bisa dijagai, di luar belum tentu bisa dijagai. Maka, kita harus memiliki terang yang sekuat-kuatnya, agar anak cucu kita bisa diselamatkan. Kita harus seekstrem mungkin; tanpa batas.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JANGAN KITA HANYA MELIHAT SATU ASPEK—KASIH, KESABARAN, BELAS KASIHAN, KEMURAHAN, DAN KEBAIKAN-NYA SAJA—TETAPI JUGA KETEGASAN ALLAH YANG AKAN DINYATAKAN PADA WAKTUNYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 Maret 2023
2023-03-17 09:24:09

Ulangan 21-23

Card image
Truth Kids 16 Maret 2023 - KEBIASAAN BAIK
2023-03-16 09:38:52


1 Korintus 15:33
“Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”

Siapa di antara Sobat Kids yang dibacakan cerita Alkitab atau dongeng oleh orangtua kalian sebelum tidur? Pasti senang rasanya, ya, jika orangtua kalian dapat melakukan hal itu. Kalian juga akan memiliki kebiasaan untuk membaca buku.

Kebiasaan baru yang kita miliki dengan adanya pandemi COVID-19 adalah menggunakan masker. Dahulu kita tidak terbiasa menggunakan masker saat bepergian. Lama-lama kita jadi terbiasa untuk menggunakan masker saat ke luar rumah. Dua hal tersebut merupakan contoh kebiasaan yang baik, Sobat Kids.

Namun, pergaulan atau pertemanan yang buruk dapat merusak kebiasaan yang baik. Contohnya jika kalian berteman dengan teman yang tidak suka membaca buku. Hanya kalian sendiri yang suka membaca buku. Semua teman yang lain sukanya bermain gadget. Lama-lama kalian bisa saja ikut-ikutan tidak suka membaca buku; kalian jadi lebih suka bermain gadget daripada membaca buku.

Oleh sebab itu, berhati-hatilah saat memilih teman, ya, Sobat Kids. Jangan sampai kebiasaan baik kalian hilang akibat salah memilih teman.

Card image
Truth Junior 16 Maret 2023 - KOK AKU BISA SEPERTI INI?
2023-03-16 09:37:27


1 Korintus 15:33
“Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”

Tipsy merupakan seekor semut yang baik dan rajin. Ia sudah dikenal oleh koloninya sebagai semut yang sangat suka membantu dan sangat bertanggung jawab dengan tugasnya. Saat itu, Tipsy ditugaskan oleh Rai yang merupakan kepala dari kawanan koloninya untuk menjaga sarang dan persediaan makanan selama Rai dan kawan-kawan pergi untuk mencari makanan. “Tipsy, saat ini semua semut pergi untuk mencari makanan. Dan yang ada di ruangan ini hanya aku dan kau saja. Tidakkah kau tergoda untuk memakan sedikit saja persediaan makanan yang ada di dalam gudang?” ajak Troyan yang merupakan teman dekat Tipsy. Troyan dikenal sebagai semut yang sering melakukan pelanggaran.

“Maaf, Troyan, tetapi aku harus menjaga kepercayaan Rai untuk menjaga gudang ini apa pun yang terjadi,” tolak Tipsy. “Ayolah, sekali saja tidak apa-apa. Coba kau lihat makanan itu. Terlihat lezat, bukan? Lagi pula makanannya banyak. Jadi kalau kita makan sedikit, tidak akan masalah,” mendengar tawaran Troyan, Tipsy tergoda. Ia berpikir perkataan Troyan ada benarnya. Tanpa pikir panjang Tipsy dan Troyan melahap persediaan makanan yang ada di gudang. Tanpa disadari, mereka telah menghabiskan sisa persediaan makanan tersebut. “Owh… tidak…!! Apa yang aku lakukan? Bagaimana bisa aku melanggar peraturan dan mengecewakan semut yang lain?” ratap Tipsy yang penuh penyesalan.

Sobat Junior, kita harus sadar kalau pengaruh buruk dari teman bisa memengaruhi kebiasaan kita. Seperti kisah Tipsy yang memiliki karakter baik, tetapi karena pengaruh temannya yang tidak baik, ia menjadi semut yang ceroboh dan mengecewakan kawanan semut. Begitupun dengan kita. Untuk itulah kita harus bijak memilih teman. Jangan sampai pengaruh buruk teman kita merusak kehidupan kita.

Card image
Truth Youth 16 Maret 2023 (English Version) - BE STRONG!
2023-03-16 09:36:08


”My brethren, count it all joy when ye fall into divers temptations. knowing this, that the trying of your faith worketh patience. But let patience have her perfect work, that ye may be perfect and entire, wanting nothing.” (James 1:2-4)

For some people, facing problems becomes a final struggle. The point is that the problem could not be over until his old age or even to the end of his life. Very rarely or even almost impossible someone is able to be happy when he sees bad happening to happen to his life. Maybe we all will agree if the problem is lost from the face of this earth, so that we do not feel miserable but happiness.

In a general sense, happiness means the state of mind or feeling of pleasure, the peace of life. While surviving interpreted able or able to defend themselves from attacks, trials, temptations or the influence of something. Surviving is also interpreted as not giving up and can hold something firmly. Blessed are those who survive the temptation means happy or happy that we do not give up and can hold a test, temptation, problem or problem.

Why, we as Christians are taught not to give up and be able to survive a test, temptation, problem or problem? Because biblical, people who survive in trials will be called happy people. Because his heart is firm trying to find and solve problems or problems with God. By always relying on God, then we will be able to go through all problems, be strong and never give up.

Like our reading verse today, which teaches us about God who will never leave people who are loyal and diligent to Him, to walk alone facing life problems. In fact we must have the understanding that the problems we face are the best way to test our faith every. If we are able to survive until the end, this life will be felt by people around because the fruit of our perseverance is felt together.

Therefore, have a complete hope in God to be strong bear and face problems. With his determination and tenacity in doing everything that is full of trials, the Lord Jesus will give a crown of life full of joy and peace.

WHAT TO DO:
1. Don't complain about the situation, but struggle and be strong.
2. Realize all these problems mature our lives.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Joshua 18-20;
▪︎ 1 Thessalonians 5;
▪︎ 2 Thessalonians 1

Card image
Truth Youth 16 Maret 2023 - JADILAH KUAT!
2023-03-16 09:34:33


”Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.” (Yakobus 1:2-4)

Bagi sebagian orang, menghadapi masalah menjadi perjuangan yang tanpa akhir. Maksudnya adalah bisa saja masalah tersebut tidak kunjung usai sampai masa tuanya atau bahkan sampai akhir hayatnya. Jarang sekali atau bahkan hampir tidak mungkin seseorang mampu bahagia saat melihat keburukan sedang terjadi menimpa kehidupannya. Mungkin kita semua akan setuju jika permasalahan hilang dari muka bumi ini, agar kita tidak merasakan sengsara melainkan kebahagiaan.

Dalam pengertian umum, bahagia memiliki arti keadaan pikiran atau perasaan kesenangan, ketenteraman hidup. Sedangkan bertahan dimaknai mampu atau sanggup mempertahankan diri dari serangan, pencobaan, godaan atau pengaruh sesuatu. Bertahan juga diartikan tidak menyerah dan dapat menahan sesuatu dengan teguh hati. Berbahagialah kita yang bertahan dalam pencobaan artinya bahagia atau senang hati kita yang tidak menyerah dan dapat menahan suatu ujian, godaan, masalah atau persoalan.

Mengapa, kita sebagai orang Kristen diajarkan untuk tidak menyerah dan mampu bertahan terhadap suatu ujian, godaan, masalah atau persoalan? Sebab secara Alkitabiah, orang yang bertahan dalam pencobaan akan disebut orang yang berbahagia. Karena hatinya teguh berupaya mencari dan memecahkan masalah atau persoalan bersama dengan Tuhan. Dengan selalu mengandalkan Tuhan, maka kita akan mampu melewati segala persoalan, menjadi kuat dan pantang menyerah.

Seperti ayat bacaan kita hari ini, yang mengajarkan kepada kita mengenai Tuhan yang tidak akan pernah meninggalkan orang yang setia dan tekun kepada-Nya, untuk berjalan sendirian menghadapi persoalan hidup. Bahkan kita harus memiliki pengertian bahwa persoalan yang kita hadapi merupakan cara terbaik untuk menguji iman setiap kita. Jika kita mampu bertahan sampai kesudahannya maka kehidupan ini akan dirasakan orang sekitar karena buah hasil ketekunan kita dirasakan bersama.

Oleh sebab itu, milikilah pengharapan yang utuh di dalam Tuhan agar kuat menanggung dan menghadapi persoalan. Dengan keteguhan dan keuletannya dalam melakukan segala sesuatu yang sarat dengan pencobaan, maka Tuhan Yesus akan memberikan mahkota kehidupan yang penuh sukacita dan damai sejahtera.

WHAT TO DO:
1.Jangan mengeluh akan keadaan, namun berjuang dan jadilah kuat.
2.Sadari semua persoalan ini mendewasakan hidup kita

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yosua 18-20;
▪︎ 1 Tesalonika 5;
▪︎ 2 Tesalonika 1

Card image
Renungan Pagi - 16 Maret 2023
2023-03-16 09:32:58


Alkitab menyatakan bahwa Kristus datang ke dunia, bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa, "dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." Kristus rela mengorbankan nyawa-Nya karena Ia tahu bahwa tidak ada jalan lain bagi manusia untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga; kehidupan kekal menjadi suatu kepastian karena kutuk dosa telah dipatahkan.

Sekarang ini Kristus telah mempercayakan Amanat Agung ini kepada setiap kita yang percaya!   "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh."

Mengerjakan Amanat Agung Tuhan tidak harus pergi ke tempat yang jauh, di daerah terpencil, pegunungan, pelosok atau pedalaman. Kita bisa mulai dari lingkungan terdekat: keluarga, kerabat (saudara), sahabat, teman, rekan kerja, rekan bisnis, dan tetangga. Jangan malah kita jadi batu sandungan bagi mereka, sehingga mempermalukan nama Tuhan Allah. Tetapi selagi masih ada kesempatan mari kita bekerja memberitakan kabar keselamatan, lewat perilaku hidup setiap hari, sebab kedatangan-Nya sudah sangat dekat.
(Markus 16:17-18 ; Filipi 2:8)

Card image
Quote Of The Day - 16 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-16 09:10:51


Seberapa luas Tuhan bekerja dalam hidup kita tergantung seberapa besar kita menyerahkan diri kepada-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 16 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-16 09:10:03


Melepaskan kedaulatan atas diri kita adalah suatu kesadaran bahwa Tuhan adalah pemilik segala sesuatu, termasuk di dalamnya segenap hidup kita.

Card image
LOVE THE FATHER PROPERLY - 16 Maret 2023 (English Version)
2023-03-16 09:08:09


Many Christians quickly say, “I love you, Father,” without understanding how they should fill a life that loves Him. Someone that claims to love the Father must like His will to be understood, worn, and carried out, and we must admit that His will is the best in our life. We cannot say, “I love You, Father,” without loving His will and plan for us to fulfill.

Many of the song’s lyrics contain words like, “I love Jesus and honor You, Father,” and the like. If we say we love our Lord Jesus, it means we have to like His character, way of thinking, and lifestyle, and we also want to do it with a willing and joyful heart. So, if we say, “I love You,” without liking God’s will for us to do and His plan for us to fulfill, then it is empty and meaningless. The Father and the Lord Jesus are not pleased with statements from people like this.

It’s the same if a husband says to his wife, “Mom, I love you,” but doesn’t do anything to please her, then it’s useless. It hurts even more if a husband says, “Mom, I love you,” but don’t provide a living, does domestic violence, and is unfaithful. How can someone say, “I love You, Lord,” but their heart loves the world and all its pleasures? We used to be like that, and when we realize this, we begin to learn to change, and it turns out it’s not easy to go through the process of change because our hearts have been poisoned. Our soul is already broken, so it must be repaired.

We must continue studying God’s Word to change the way of our thinking and paradigm. Changing the mind, way of thinking, and paradigm must be done through the truth of God’s Word because only the Word of God can change our lives. Therefore, we have to sit quietly at God’s feet in prayer. The encounter with God in prayer can change our lives. How lucky are those who know the true God and love Him? We must know God and love His will to be done and His plan to be fulfilled.

This is God’s intention to create humans from the beginning. He created beings who could be His partners. Remember, there is free will to love the Father so they can choose to do His will and fulfill His plan. In the book of Genesis, after God created humans, He gave them the mandate to conquer the earth. God created humans not to be useless but to enjoy the blessings of God and glorify Him. God created things and allowed humans to enjoy His creation. Then how can we glorify God? We can magnify Him by choosing to do His will and fulfill His plan.

When God gives the mandate, “Fill the earth and subdue it,” there are procreative and cultural mandates. And when humans do, they do God’s will and fulfill His plan. Now we, the chosen people, must understand what God wants. He wants us to do everything in our lives every day exactly as He wants, according to His thoughts and feelings. Remember, in everything at all times.

God the Father must involve us—because that is what He wants us to be—becoming the messengers of the Lord Jesus. Just as the Father sent Jesus our Lord, the Lord Jesus also sent us. What for? We are sent to be a blessing, namely to preach the truth through our lives that radiate Christ and from our words that bring people around us to change lives and are returned to God’s original design. And if we are serious about doing that, we will be trusted to understand God’s plan of salvation for this world.

Let us love God properly! Loving the Lord Jesus properly means we like His character, traits, and feelings to wear in our lives without limits! Loving the Father properly means we are determined to like His will to be done and know His plan to be fulfilled.

LOVING THE FATHER RIGHTLY MEANS LIKING HIS WILL TO BE DONE AND KNOWING HIS PLAN TO BE FULFILLED.

Card image
MENCINTAI BAPA DENGAN BENAR - 16 Maret 2023
2023-03-16 09:06:14


Betapa banyak orang Kristen yang mengobral ucapan, "Aku mencintai-Mu, aku mengasihi-Mu, Bapa" tanpa mengerti bagaimana seharusnya dia mengisi kehidupan yang benar-benar mengasihi atau mencintai Bapa. Kita tidak bisa berkata, "Aku cinta pada-Mu, Bapa" tanpa mencintai kehendak dan rencana-Nya untuk kita penuhi. Seseorang yang menyatakan diri mencintai Bapa, maka dia harus menyukai kehendak Bapa untuk dimengerti, dikenakan dan dilakukan. Dan kita harus mengakui bahwa kehendak-Nya adalah yang terbaik dalam hidup kita.

Banyak syair lagu yang memuat kalimat, "Aku mencintai Yesus. Aku menghormati-Mu, Bapa" dan sejenisnya. Kalau kita menyatakan kita mencintai Yesus Tuhan kita, artinya kita harus menyukai karakter-Nya, menyukai cara berpikir-Nya, gaya hidup-Nya dan kita juga mau lakukan dengan hati yang rela dan sukacita. Jadi, kalau kita hanya mengatakan, "Aku cinta pada-Mu" tanpa menyukai kehendak Tuhan untuk kita lakukan, tanpa menyukai rencana Tuhan untuk kita penuhi, itu hampa, tidak ada artinya. Bapa tidak dibahagiakan, Tuhan Yesus tidak disenangkan dengan pernyataan dari orang seperti ini.

Sama kalau suami berkata kepada istri, "Ma, aku cinta padamu," tetapi sang suami tidak melakukan sesuatu yang dapat menyenangkan hati istrinya, sia-sia pernyataannya tersebut. Bahkan itu malah lebih menyakitkan. Suami yang berkata, "Ma, aku cinta padamu," tetapi tidak memberi nafkah, KDRT apalagi tidak setia, itu lebih menyakitkan. Bagaimana seseorang bisa berkata, "Aku cinta pada-Mu, Tuhan," tetapi hatinya menyukai dunia dengan segala hiburannya? Dulu kita begitu. Setelah kita sadar, kita mulai belajar untuk berubah. Dan ternyata memang tidak mudah untuk menjalani proses perubahan, karena selera hati kita sudah banyak teracuni oleh hasrat selera dunia. Jiwa kita sudah telanjur rusak, maka harus diperbaiki.

Karenanya kita harus terus belajar Firman Tuhan untuk mengubah cara berpikir kita, paradigma kita ini. Changing your mind; cara berpikir dan paradigma kita harus diubah melalui kebenaran Firman Tuhan. Karena hanya Firman Tuhan yang dapat mengubah hidup kita. Dan untuk itu kita harus banyak duduk diam di kaki Tuhan dalam doa. Karena perjumpaan dengan Tuhan dalam doa itu yang dapat mengubah hidup kita. Maka, betapa beruntungnya orang yang mengenal Allah yang benar dan mencintai Dia. Mengenal Allah yang benar, menyukai apa yang dikehendaki Allah untuk dilakukan, menyukai rencana-Nya untuk dipenuhi.

Inilah sebenarnya maksud Allah menciptakan manusia sejak semula. Allah menciptakan makhluk yang bisa menjadi sekutu-Nya. Dengan rela—ingat, ada kehendak bebas pada manusia—manusia mencintai Bapa, mencintai Tuhan, sehingga manusia dapat memilih untuk melakukan kehendak-Nya dan memenuhi rencana-Nya. Di kitab Kejadian, ketika Allah selesai menciptakan manusia, lalu Tuhan memberikan mandat kepada manusia untuk menaklukkan bumi. Jadi, manusia diciptakan bukan untuk menganggur. Manusia diciptakan bukan hanya untuk menikmati berkat dari Allah. ‘Bukan hanya’ artinya memang kita diperkenan menikmati berkat dan keindahan yang diciptakan Allah yang memang diciptakan untuk dinikmati oleh manusia, bukan untuk diri Allah sendiri. Tetapi di dalam kehidupan, di mana manusia menikmati berkat-berkat Tuhan, manusia harus memuliakan Dia. Bagaimana cara agar kita dapat memuliakan Dia? Tentu kita harus memilih untuk melakukan kehendak-Nya dan memenuhi rencana-Nya.

Jadi, ketika Allah memberikan mandat, "Penuhi bumi. Taklukkanlah!" Itu adalah mandat. Ada mandat prokreasi, ada mandat budaya. Dan ketika manusia melakukannya, manusia berarti benar-benar melakukan kehendak Tuhan dan memenuhi rencana Tuhan. Sekarang kita sebagai umat pilihan, harus mengerti apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Apa yang dikehendaki Tuhan adalah melakukan segala sesuatu dalam kehidupan kita setiap hari dengan tepat seperti apa yang dikehendaki-Nya, sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Ingat! Dalam segala sesuatu, dari detik ke detik, dari menit ke menit!

Dan jika kita serius melakukan hal itu, maka kita akan dapat dipercayai untuk mengerti rencana Allah, rencana penyelamatan atas dunia ini. Dan Allah Bapa pasti melibatkan kita—karena memang demikian yang dikehendaki Bapa—untuk menjadi utusan Tuhan Yesus. Seperti Bapa mengutus Yesus, Tuhan kita, maka Tuhan Yesus pun mengutus kita. Untuk apa? Kita diutus untuk menjadi berkat, yaitu memberitakan kebenaran melalui kehidupan kita yang memancarkan kehidupan Kristus dan dari perkataan kita yang membawa orang di sekitar kita kepada kehidupan yang diubahkan, agar dikembalikan ke rancangan Allah semula.

Mari kita mencintai Tuhan dengan benar! Mencintai Bapa dengan benar berarti kita bertekad menyukai kehendak-Nya untuk dilakukan dan mengenal rencana-Nya untuk dipenuhi. Mencintai Tuhan Yesus dengan benar berarti kita benar-benar menyukai karakter-Nya, sifat-Nya, pikiran-Nya, perasaan-Nya untuk dikenakan dalam hidup kita. Lakukan itu tanpa batas!

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MENCINTAI BAPA DENGAN BENAR BERARTI MENYUKAI KEHENDAK-NYA UNTUK DILAKUKAN DAN MENGENAL RENCANA-NYA UNTUK DIPENUHI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 Maret 2023
2023-03-16 09:01:32

Ulangan 17-20

Card image
Truth Kids 15 Maret 2023 - TIDAK IKUT-IKUTAN
2023-03-15 10:11:51


1 Raja-raja 11:2
padahal tentang bangsa-bangsa itu TUHAN telah berfirman kepada orang Israel: “Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan mereka pun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka.” Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta.

Suatu sore hujan turun. Terdengar bunyi rintik-rintik hujan di atas atap rumah. Walaupun cuaca di luar rumah terasa nikmat untuk segera tidur, Andre dan keluarganya tetap melakukan ibadah singkat sebelum tidur malam. Pada saat itu, Andre bercerita bahwa ada teman di sekolah yang tidak mau pergi beribadah. Temannya itu ingin bermain lato-lato. Menurutnya bermain lebih asyik daripada mendengarkan cerita di Sekolah Minggu. Orangtua Andre mengingatkannya agar tidak mengikuti perbuatan temannya tersebut.

Sobat Kids, kita tidak boleh meninggalkan Tuhan hanya karena kebahagiaan sesaat. Seperti bermain lato-lato di saat jam ibadah. Ini tidak akan membuat Tuhan senang. Tuhan akan menjadi sedih melihat kelakuan kita, yang akibat bermain menjadi lupa waktu, lupa mandi, lupa makan, dan lupa segala hal. Jadi Sobat Kids, kita harus bisa tetap kuat untuk tidak mengikuti perbuatan anak-anak dunia, jika itu menyedihkan hati Tuhan. Berusahalah untuk hidup menyenangkan hati Tuhan. Ia adalah kebanggaan terbesar kita, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 15 Maret 2023 - CERDIK SEPERTI ULAR, TULUS SEPERTI MERPATI
2023-03-15 10:09:36


1 Raja-raja 11:2
“padahal tentang bangsa-bangsa itu TUHAN telah berfirman kepada orang Israel: ”Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan mereka pun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka.” Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta.

Ketika istirahat siang seusai kelas, Jonathan yang sedang asyik menikmati bekal makan siangnya mendapatkan tawaran dari Jordi dan Josua yang merupakan teman sekelasnya. Biasanya mereka memang sering menghabiskan waktu bersama. “Jon, di jam 1 siang mau ikut dengan kita main PS di warung mbok Ida, gak?” tawar Josua yang mendapatkan anggukan dari Jordi. “Tapi jam 1 kan masih ada kelas matematika, Jo,” jawab Jonathan yang ragu menerima tawaran Jordi dan Josua. “Iya, mata pelajaran matematika kita bolos saja. Lagian bu Astuti galak banget, bosan dan malas ikut kelasnya,” lanjut Josua mengajak Jonathan. “Wahh… Maaf banget Jordi, Josua. Aku gak bisa ikut kalian. Kalian tahu kan aku lemah di Matematika, jadi aku harus rajin ikut kelas bu Astuti supaya nilaiku jangan sampai merah,“ tolak Jonathan dengan halus. “Ah... Jonathan gak seru. Kamu penakut banget, sih. Nakal sekali-kali, gak apa-apalah,” bujuk Jordi dan Josua agar Jonathan mau mengikuti mereka. “Maaf sekali lagi, gak bisa,” tolak Jonathan dengan senyuman.

Sobat Junior, memang ada kalanya dalam hubungan pertemanan kita akan diperhadapkan dengan tawaran dari teman untuk melakukan pelanggaran. Mereka terkadang menjerumuskan kita kepada masalah-masalah yang mendukakan hati Tuhan. Sebagai anak Tuhan yang taat, kita harus berani menolak setiap tawaran yang membuat kita menjadi pribadi yang nakal dan tidak taat. Sebab jika kita sekali saja telah melakukan pelanggaran itu, artinya kita sudah melawan Tuhan. Untuk itulah kita harus bijak ketika menerima ajakan dari teman. Dan kita pun juga harus memiliki hati yang tulus mengasihi teman dan diri sendiri dengan tidak selalu mengikuti keinginan mereka.

Card image
Truth Youth 15 Maret 2023 (English Version) - MY HELP CAME FROM YOU
2023-03-15 10:07:59


”I will lift up mine eyes unto the hills, From whence cometh my help. My help cometh from the LORD, Which made heaven and earth. He will not suffer thy foot to be moved: He that keepeth thee will not slumber.” (Psalm 121:1-3)

Every human being as long as he exists in the world must experience many problems, be it the problem of study, work, family, and so forth. Problems are still a frightening specter for many people, because with the problem it is not uncommon to take hope in a person. To cause the person to not be enthusiastic in living life, feeling abandoned by people around, and the extreme can make people end themselves.

We as Christians must realize that following God will not make it automatically released or free from problems. A complicated and full situation of problems will be the daily food of Christians, because these situations will be used by God to mature each of us who believe in Him. So, it is fitting for us to be grateful when dealing with the situation of the problem.

One fact that the truth that Christians should realize is that the problem we experienced there will be a final line, the problem that comes to hit is all over the will of God and does not go beyond our strength, and the most powerful God never leaves us alone through it. God will always be accompanying himself every Christian who truly loves Him.

In our worst condition, what will be the source of help is only God. The world with all the answers offered to pass every problem, will not provide peace, because only the answers and help from God that deliver each of us to the victory of all problems.

Because as our reading verses today, which were taken from Psalm 121, clearly stated that our help came only from God and not from others. So, make sure we love God truly love, then God will be with anywhere and wherever we are and He will be our help when through problems for life problems.

WHAT TO DO:
1. Loving God seriously and do not hesitate to Him.
2. Do not rely on your own strength, but leave your life to be led.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Joshua 15-17;
▪︎ 1 Thessalonians 3-4

Card image
Truth Youth 15 Maret 2023 - PERTOLONGANKU DATANG DARI-MU
2023-03-15 10:04:58


“Nyanyian ziarah. Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap” (Mazmur 121:1-3)

Setiap manusia selama ia ada di dunia pasti mengalami banyak permasalahan, baik itu permasalahan study, pekerjaan, keluarga, dan lain sebagainya. Permasalahan masih menjadi momok yang menakutkan bagi banyak orang, sebab dengan adanya permasalahan tidak jarang merenggut asa pada diri seseorang. Hingga menyebabkan orang itu tidak semangat dalam menjalani hidup, merasa ditinggalkan oleh orang sekitar, dan ekstremnya dapat membuat orang mengakhiri dirinya.

Kita sebagai orang Kristen pun harus menyadari bahwa mengikut Tuhan tidak akan membuat secara otomatis terlepas atau terbebas dari permasalahan. Situasi yang rumit dan penuh permasalahan akan menjadi makanan sehari-hari orang Kristen, sebab situasi-situasi tersebut akan dipakai Tuhan untuk mendewasakan setiap kita yang percaya kepada-Nya. Maka, sudah sepatutnya kita bersyukur ketika berhadapan dengan situasi permasalahan.

Satu fakta kebenaran yang harusnya disadari oleh orang Kristen adalah bahwa permasalahan yang kita alami akan ada garis akhirnya, permasalalahan yang datang menerpa itu semua atas kehendak Tuhan dan tidak melampaui kekuatan kita, serta yang paling dahsyat Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sendirian melewatinya. Tuhan akan selalu ada menemani diri setiap orang Kristen yang sungguh-sungguh mengasihi-Nya.

Dalam kondisi terburuk kita, yang akan menjadi sumber pertolongan hanyalah Tuhan semata. Dunia dengan segala jawaban yang ditawarkan untuk melewati setiap permasalahan, tidak akan memberikan damai sejahtera, sebab hanya jawaban dan pertolongan dari Tuhanlah yang menghantarkan setiap kita kepada kemenangan dari semua permasalahan.

Sebab sebagaimana ayat bacaan kita hari ini yang terambil dari Mazmur 121, menyatakan dengan jelas bahwa pertolongan kita datangnya hanya dari Tuhan saja dan bukan dari yang lain. Maka, pastikan diri kita mengasihi dengan sungguh Pribadi Tuhan, maka Tuhan akan menyertai ke mana pun dan di mana pun kita berada dan Ia akan menjadi penolong kita saat melalui masalah demi masalah kehidupan.

WHAT TO DO:
1. Mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh dan jangan ragu kepada-Nya.
2. Jangan mengandalkan kekuatan diri sendiri, melainkan serahkan hidup untuk dipimpin-Nya.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yosua 15-17;
▪︎ 1 Tesalonika 2-3

Card image
Renungan Pagi - 15 Maret 2023
2023-03-15 10:18:02


Bertikai, bermusuhan dan terpecah belah adalah keadaan yang sangat ditunggu-tunggu oleh Iblis. Ketika umat Tuhan saling bertikai, bermusuhan dan terpecah belah, itulah saat yang tepat bagi Iblis untuk memasukkan pengaruh jahatnya. Ketika keluarga-keluarga Kristen dan gereja-Nya dalam kondisi seperti ini, bukannya kekuatan yang kita peroleh, tapi kehancuran yang didapat, ada kalimat bijak bahasa Jawa: "crah agawe bubrah, rukun agawe santoso." Pertikaian menciptakan kehancuran, kerukunan membangun kekuatan, "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan".

Berbeda pendapat, berbeda pandangan, ketidakcocokan, adalah hal yang mudah kita temukan di manapun berada, tak terkecuali di dalam gereja atau di antara jemaat Tuhan. Ketika kita dihadapkan pada perbedaan-perbedaan, hal yang harus dilakukan adalah mencari solusi atau titik temu, sampai diperoleh kesepakatan, bukannya malah membesar-besarkan perbedaan, lalu saling menyalahkan, saling bermusuhan, saling menebar gosip, saling menghasut atau membentuk kubu-kubu. Jika hal ini terjadi, sama artinya kita sedang dipermainkan oleh Iblis dan termakan oleh siasat liciknya, jangan biarkan perpecahan terjadi, jangan biarkan Iblis mengambil keuntungan dari ketidakharmonisan ini.

Rasul Paulus memperingatkan bahwa sebagai orang percaya "...kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah," Tuhan Yesus berkata : "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." Buanglah semua ke-egoisan, kepentingan diri sendiri dan juga gengsi! Bagaimana kita bisa mengasihi orang-orang di luar sana, jika terhadap saudara seiman saja kita saling bermusuhan? Itulah sebabnya mari bangun kebersamaan dan kerukunan.
(Matius 12 :25 ; Yohanes 13:33-35 ; Efesus 2:19)

Card image
Quote Of The Day - 15 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-15 09:51:54


Seseorang tidak akan bisa merasakan kemiskinan yang benar di hadapan Tuhan jika belum menyerahkan diri secara penuh.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 15 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-15 09:48:54


Harus diingat bahwa ditebus berarti dibeli untuk dimiliki oleh Sang Penebus.

Card image
DEVIANT POTENTIAL - 15 Maret 2023 (English Version)
2023-03-15 09:47:59


We should always ask ourselves the most interesting or captivating in life and have to do this correction or introspection all the time, not just every day. What catches or captivates our hearts the most? What fascinates us most, as a magnet attracts us? We have to question this because, in this way, we can avoid distractions and keep focused on God. After all, the devil, in his cunning, offers various pleasure packages or objects that can charm our hearts. If we are not careful or alert and not on guard, we can be twisted, misled, and fooled, fail to focus on God, and eventually be dragged into darkness.

The Bible says, “Be sober-minded and alert. Your adversary, the devil, prowls around like a roaring lion, seeking someone to devour.” This awareness and precaution must be at all times because if only at certain times, it can be dangerous. Satan is never tired and stops. The 24 hours of our time are hours of struggle on the battlefield against dark forces that offer various beauties. For example, in a boxing fight show, one can focus on it, especially when it grips their soul; they may not attend church just because of boxing. There is nothing wrong with seeing boxing matches, but we must understand that the things we usually provide for God switch to another are a form of disloyalty.

People can watch football until morning but not pray for half an hour. They can diligently watch a football game through various media for hours but not read the Bible even for just half an hour. This shows that they do not respect God. They set aside what should come first. This shows they are not interested in spiritual things or God. We should be more and more not bound by anything, and the most alluring, enchanting our hearts must only be God and nothing else.

We must empty the vessel of our hearts more and more from all desires to become more attached to God. Nothing fills our hearts other than God. We must dare say, “My need is only God,” so it can be simple to know which size is allowed if we live to please God. We can put everything in proportion, and only God knows it. If we ask for wisdom, God will open our understanding.

The world is increasingly unpromising, and we do not know how long this world will exist. It can be destroyed or damaged by a disaster, whether eruptions, tsunamis, or earthquakes. Not to mention, if there is war, chaos, and so forth, especially if we have a disease or are old, we can die anytime. Not only the aged can die, but also young children. We should always be righteous and evaluate the most captivating in our lives. Be careful with the devil because he is like a roaring lion who prowls around to pounce on whomever he can devour. So, no exceptions, congregations, activists, priests, synod leaders, or anyone can be caught. Therefore, we must continue to correct and evaluate ourselves in case there is something wrong within that binds our hearts.

Though considered extreme, to save ourselves, we must no longer have hobbies unrelated to the Christian faith, or not lead us to God, and only provides pleasure. We may still do it if it is related to our business, but if not, then no need to do it. We must renounce all the bonds of the world and have the courage to say, “Lord, You are all I have, my only joy and happiness,” and we must have the courage to behave so.

We ask God to illuminate our hearts if there is still something that captivates and attracts us more than God. We must leave habits that do not make us grow in faith. If we are carried away by many pleasures and activities that do not mature our faith, we may continue to be drifted into darkness. Do not let the devil make us deviate. “Do not turn from it to the right or the left,” as in Joshua chapter 1. There is indeed the potential for us to deviate without realizing it. Therefore, we must have the courage to firmly say “no” to things that do not awaken our faith. Friendship and closeness with people who do not fear God must be avoided. Here we learn to separate ourselves from the world, which is God’s will. Let’s check ourselves by evaluating ourselves on what attracts or captivates us.

  THERE IS ALWAYS DEVIANT POTENTIAL IN US WITHOUT REALIZING IT. THEREFORE, WE MUST DARE TO SAY “NO” TO THINGS THAT DO NOT BUILD OUR FAITH.

Card image
POTENSI MENYIMPANG - 15 Maret 2023
2023-03-15 09:46:15


Kita harus selalu mempertanyakan kepada diri kita, apa yang paling menarik dan memikat hidup kita? Koreksi atau introspeksi ini harus kita lakukan setiap saat, bukan hanya setiap hari. Apa yang menarik hati atau paling memikat hati kita? Apa yang paling mempesona hati kita, seperti magnet yang menarik kita? Mengapa kita harus memperkarakan atau mempersoalkan hal ini? Sebab, cara inilah yang dapat membuat kita terhindar dari penyimpangan-penyimpangan dan membuat kita bisa tetap fokus kepada Tuhan. Sebab, Iblis dalam kelicikannya menawarkan berbagai paket kesenangan atau objek-objek yang dapat memikat atau mempesona hati kita. Kalau kita tidak berhati-hati, tidak waspada, maka kita tidak berjaga-jaga, sehingga kita bisa ditelikung; disesatkan dan dibodohi. Kita bisa gagal fokus dan akhirnya terseret ke dalam jalan kegelapan.

Kalau Alkitab berkata, “Sadarlah dan berjaga-jagalah, lawanmu si Iblis berjalan keliling, sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” Kesadaran dan sikap berjaga-jaga ini bukan pada waktu-waktu tertentu. Kalau pada waktu-waktu tertentu saja, bisa berbahaya karena Iblis tidak pernah mengenal berhenti, tidak pernah mengenal lelah. 24 jam waktu kita adalah 24 jam perjuangan dalam medan peperangan, melawan kuasa-kuasa gelap yang menawarkan berbagai keindahan. Pada musim tinju, misalnya seseorang bisa fokus hanya kepada tinju. Apalagi kalau sudah mencengkeram jiwa, seseorang bisa tidak ke gereja karena tinju. Memang tidak salah melihat pertandingan tinju, tetapi harus kita pahami kalau hal-hal yang biasa kita sediakan untuk Tuhan lalu kita pakai untuk yang lain, itu adalah bentuk ketidaksetiaan.

Orang bisa nonton bola sampai pagi, tetapi berdoa setengah jam saja tidak. Orang bisa tekun melihat pertandingan bola lewat banyak media berjam-jam, tetapi membaca Alkitab, setengah jam saja tidak. Ini menunjukkan bahwa dia tidak menghormati Tuhan. Dia mengesampingkan apa yang mestinya diutamakan. Ini menunjukkan dia tidak tertarik pada hal-hal rohani, tidak tertarik pada Tuhan. Mestinya, makin hari kita makin tidak terikat apa pun. Yang paling memikat, mempesona hati kita, harus hanyalah Tuhan, tidak ada yang lain.

Makin hari, kita harus makin mengosongkan bejana hati kita dari segala keinginan, supaya semakin melekat dengan Tuhan. Tidak ada yang memenuhi hati kita, selain Tuhan. Kita harus berani berkata, “Kebutuhanku hanya Tuhan.” Sebenarnya ukuran mana yang boleh, mana yang tidak, itu sederhana. Selama orang hidup menyenangkan hati Tuhan, pasti dia meletakkan segala sesuatu pada proporsinya. Dan ini sebenarnya yang tahu hanya Tuhan dan kita. Kalau kita minta hikmat, maka pengertian kita akan dibukakan oleh Tuhan.

Dunia semakin tidak menjanjikan. Kita tidak tahu sampai kapan dunia ini eksis. Bisa musnah, rusak oleh bencana. Entah erupsi, tsunami, gempa, dan lain-lain. Belum lagi kalau ada perang, chaos, dan lain sebagainya. Apalagi kalau kita memiliki penyakit atau sudah berumur, maka bisa kapan saja meninggal. Bukan hanya orang tua yang bisa meninggal, anak-anak muda pun dapat meninggal. Mestinya kita setiap saat mengoreksi, mengevaluasi diri, apa yang paling memikat hidup kita. Awas, hati-hati. Iblis seperti singa yang mengaum, yang berjalan keliling untuk menerkam siapa yang bisa ditelannya. Jadi, tidak ada pengecualian, siapa pun dapat diterkam. Jemaat, aktivis, pendeta, ketua sinode, siapa pun bisa diterkam. Karenanya, kita harus terus mengoreksi, mengevaluasi diri kalau-kalau ada sesuatu yang salah di dalam diri kita, yang mengikat hati kita.

Mungkin hal ini dianggap ekstrem. Tetapi, untuk menyelamatkan diri kita, jangan lagi punya hobi-hobi yang tidak terkait dengan iman kristiani, yang tidak membawa kita kepada Tuhan; yang hanya memberikan kesenangan. Kecuali hobi-hobi itu terkait dengan usaha atau bisnis kita. Tetapi kalau tidak, maka tidak perlu. Kita harus melepaskan semua ikatan dunia. Kita harus berani berkata, “Hanya Engkau yang kumiliki, Tuhan. Engkau satu-satunya kesenangan dan kebahagiaanku.” Kita harus berani bersikap demikian.

Kita minta Tuhan hati kita, jika masih ada sesuatu yang memikat dan menarik kita lebih dari ketertarikan, keterikatan kita kepada Tuhan. Kebiasaan-kebiasaan yang tidak membuat kita bertumbuh dalam iman, harus kita tinggalkan. Kalau kita terbawa oleh banyak kesenangan dan kesibukan yang tidak mendewasakan iman, maka kita bisa terus hanyut dalam kegelapan. Jangan sampai Iblis membuat kita menyimpang. “Jangan menyimpang ke kanan atau ke kiri,” begitu dikatakan dalam Yosua 1. Memang ada potensi kita menyimpang tanpa kita sadari. Karenanya, kita harus berani tegas berkata “tidak” untuk hal-hal yang tidak membuat iman kita terbangun. Pertemanan, kedekatan dengan orang-orang yang tidak takut akan Allah, harus kita batasi. Di sini sebenarnya kita belajar untuk memisahkan diri dari dunia. Memang kehendak Tuhan demikian. Mari kita periksa dengan benar-benar mengevaluasi atau mengintrospeksi diri, apa yang menarik atau memikat hati kita saat ini.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SELALU ADA POTENSI KITA MENYIMPANG TANPA KITA SADARI. KARENANYA, KITA HARUS BERANI TEGAS BERKATA “TIDAK” UNTUK HAL-HAL YANG TIDAK MEMBUAT IMAN KITA TERBANGUN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 Maret 2023
2023-03-15 09:43:54

Ulangan 14-16

Card image
Truth Kids 14 Maret 2023 - SEGERA MENGHINDAR
2023-03-14 10:22:07


Yakobus 4:4
“Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.”

Suatu pagi Riko pergi bersepeda ke taman di dekat rumahnya. Ia ingin berolahraga sebentar sebelum mandi dan pergi ke Sekolah Minggu. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan Toni yang juga ingin bermain di taman. “Riko, kita main bola, yuk. Aku punya bola kaki yang baru, nih,” ajak Toni sambil menunjukkan bola barunya. “Maaf, Ton. Hari ini aku harus ke gereja. Aku hanya mau bersepeda sebentar lalu harus segera pulang,” ujar Riko menjelaskan. “Yaahh… kan bisa ke gereja juga minggu depan. Sekarang kita coba bola baruku aja. Cuma sekali ini saja deh bolos ke Sekolah Minggunya,” desak Toni. “Orangtuaku sudah mengingatkan untuk segera kembali setelah bersepeda keliling lapangan satu kali,” kata Riko mencoba menolak ajakan Toni. “Gak apa-apalah. Sekali-kali tidak mendengarkan nasihat orangtua,” desak Toni kedua kalinya. “Maaf, ya, Ton. Aku harus pulang sekarang,” ujar Riko sambil menggowes sepedanya kembali ke rumah.

Sobat Kids, ciri-ciri teman yang mulai harus dihindari adalah ketika ia mulai mengajak kalian untuk tidak dengar-dengaran terhadap nasihat orangtua. Ketika ada teman yang memengaruhi kalian untuk mengabaikan nasihat orangtua, kita harus cepat-cepat menghindar. Jangan sampai kalian terbujuk oleh mereka, ya!

Card image
Truth Junior 14 Maret 2023 - KAWAN ATAU LAWAN?
2023-03-14 10:20:14


Yakobus 4:4
“Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.”

Dalam lingkup pertemanan, sering sekali kita menjumpai ajakan dan pengaruh teman yang membawa kita kepada pelanggaran. Pelanggaran yang justru mencelakakan diri sendiri. Contohnya ajakan teman untuk bolos di jam sekolah, atau pengaruh teman yang membuat kita tidak taat kepada orang tua. Sobat Junior, sadarkah kalian jika kalian memiliki teman-teman yang membawa pengaruh yang tidak baik seperti itu, artinya kalian harus segera memutuskan ikatan pertemanan tersebut? Sebab, pengaruh teman dapat membentuk karakter dan gaya hidup kita. Bahkan sangat memengaruhi nasib kekekalan kita.

Ketahuilah, Sobat Junior, di tengah dunia yang sudah rusak ini, Iblis bekerja sangat giat dan berusaha membawa anak-anak Allah masuk ke api kekekalan. Dan salah satu cara Iblis untuk menyeret anak-anak Allah adalah dengan memberikan pengaruh yang tidak baik melalui pergaulan yang tidak sehat. Semakin kita menunda memutuskan pertemanan yang buruk atau toxic maka semakin jerat Iblis mengikat Sobat Junior. Pelanggaran yang kita lakukan akan semakin banyak dan akan mendukakan hati Allah. Oleh sebab itu, sebagai anak-anak Allah yang hidup di tengah-tengah pengaruh Iblis yang jahat, kita harus menjadi cerdas dan bijaksana menentukan teman. Carilah teman yang mau kita ajak bersama-sama tumbuh menjadi pribadi yang sesuai dengan rancangan Allah dalam hidup kita masing-masing.

Card image
Truth Youth 14 Maret 2023 (English Version) - LOOK AT YESTERDAY!
2023-03-14 10:17:42


”Return unto thy rest, O my soul; For the LORD hath dealt bountifully with thee." (Psalm 116:7)

Some things in life are not always good and not always bad either. If the things we face are good, of course we are happy. But, if what we face is not good, can we feel happy too? It seems rarely someone who is happy with things that are not good happen in their lives. Maybe we don't need to feel happy when there are things that are not good coming in our lives, we just need calm to deal with things that are not good. That calm takes us to a good understanding with all the things that happen in our lives. Good understanding? Yes, understanding that everything is bringing goodness and peace in our lives. Even though it looks really evil, very bitter, very sad, if we can calm down and think, one day we will definitely understand that the streets are really beautiful.

Beautiful that does not mean everything is fine, just safe. However, in life's incompetence, upset life, and the doubts of our lives there is a spark of God's love that He plans for our beautiful future. So, we need a good understanding of everything in this life. Not everything is bad is bad, depending on where we see it. If we look at the perspective of God, surely everything is good for those who believe in Him. Come on, we are calm and understand that life is beautiful in God's love that oversees our lives at any time and however.

WHAT TO DO:
1. Have peace of heart.
2. Realizing that everything brings good.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Joshua 12-14;
▪︎ 1 Thessalonians 1-2

Card image
Truth Youth 14 Maret 2023 - COBA LIHAT KEMARIN
2023-03-14 10:15:45


"Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu." (Mazmur 116:7)

Beberapa hal dalam hidup tidak selamanya baik dan tidak selamanya buruk juga. Kalau hal yang kita hadapi adalah baik tentu kita senang. Tetapi, kalau yang kita hadapi itu tidak baik, apakah kita bisa merasa senang juga? Rasanya jarang ada orang yang senang jika hal-hal yang tidak baik terjadi dalam hidupnya. Mungkin kita tidak perlu merasa senang ketika ada hal yang tidak baik datang di hidup kita, kita cuma perlu ketenangan untuk menghadapi hal-hal yang tidak baik itu. Ketenangan itu membawa kita pada pemahaman yang baik dengan semua hal yang terjadi dalam hidup kita. Pemahaman yang baik? Iya, pemahaman kalau segala sesuatu itu mendatangkan kebaikan dan damai sejahtera dalam hidup kita. Sekalipun hal itu keliatannya jahat banget, pahit banget, sedih banget, kalau kita bisa tenang dan berpikir, suatu hari nanti pasti kita akan mengerti kalau jalan-jalan-Nya sungguh indah.

Indah itu bukan berarti semuanya baik-baik aja, aman-aman aja. Tetapi, di dalam ketidakbaikan hidup, gusarnya hidup, dan keraguan hidup kita ada percikan kasih Tuhan yang Ia rencanakan untuk masa depan kita yang Indah. Jadi, kita perlu pemahaman yang baik tentang segala sesuatu dalam hidup ini. Tidak semuanya yang buruk itu buruk, tergantung dari mana kita melihatnya. Kalau kita melihat dari sudut pandang Tuhan, pastinya segala sesuatu itu baik bagi mereka yang percaya pada-Nya. Yuk, kita tenang dan memahami bahwa hidup ini indah dalam kasih Tuhan yang mengawal hidup kita kapan pun dan bagaimanapun.

WHAT TO DO:
1. Memiliki ketenangan hati
2. Menyadari bahwa segala sesuatu mendatangkan kebaikan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yosua 12-14;
▪︎ 1 Tesalonika 1-2

Card image
Renungan Pagi - 14 Maret 2023
2023-03-14 10:24:25


Ketika ranting melekat pada pokok, ia akan mendapatkan asupan makanan, sumber mineral, air dan segala hal yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, kata "melekat" memiliki arti menempel benar-benar sehingga tidak mudah lepas, kelangsungan hidup ranting sangat bergantung sepenuhnya kepada pokok, dengan kata lain pokok adalah sumber kehidupan bagi ranting, Tuhan Yesus berkata, "Akulah pokok anggur yang benar dan kamulah ranting-rantingnya," karena itu kita harus melekat pada Tuhan, supaya mempunyai kehidupan yang benar dan menghasilkan buah yang dapat dinikmati oleh Tuhan dan sesama.

Melekat kepada Tuhan berarti tinggal di dalam Tuhan dan Tuhan di dalam kita, "Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang keluar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar." Kalimat "di dalam Aku" menunjuk suatu hubungan yang karib, artinya kita mempercayakan hidup ini sepenuhnya kepada Tuhan dan mengijinkan Dia berotoritas penuh atas hidup kita, melekat kepada Tuhan berarti bertekad menjadi pelaku firman, karena kekristenan itu bukan teori, melainkan pengalaman hidup berjalan bersama Tuhan setiap hari, berjalan bersama Tuhan berarti bergaul karib dengan Tuhan; dan terhadap orang yang karib, "perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." Sehingga kita dapat memahami isi hati-Nya, pikiran-Nya dan juga kehendak-Nya.
(Yohanes 15:1,6 ; Mazmur 25:14)

Card image
Quote Of The Day - 14 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-14 10:01:10


Untuk mendengar suara Tuhan, seseorang harus memiliki dialog yang benar dengan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 14 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-14 10:00:14


Banyak orang Kristen yang masih nyaman menguasai dirinya sendiri, seakan-akan dirinya miliknya sendiri dan belum pernah menerima penebusan.

Card image
CONTROLLING ATMOSPHERE - 14 Maret 2023 (English Version)
2023-03-14 09:58:01


Very few people have anxiety about the influx of many people heading into eternal darkness. Though many people go to church diligently, are active in ministry activities, and even become pastors, only a few have high anxiety or feelings of crisis about it. Most people only hear and agree with this but do not respond with concrete actions building up feelings of concern or worry about the influx of people heading into darkness.

Ironically, people in ministry activities have a feeling of crisis only because the number of congregations is decreasing, rents for places used for meetings or worship are almost finished, and the decrease of congregation’s offerings but not for the salvation of souls. People like this usually don’t drift away in the growth of faith because their focus is in the wrong direction. They must have prayed or even fasted, but the subject of their prayer and struggle is not the subject that should be struggled with God.

Our focus should be on how to experience the process of maturing or perfecting to be perfect like the Father and similar to Jesus. We are increasingly mastering our thoughts and feelings and have the Christ mindset. We should be controlling our mouths and words and our entire life. If the focus is correct, we will eventually have the true feelings of crisis and anxiety, namely the salvation of others.

The question is, do we have anxiety or crisis feelings? If a person is not seriously experiencing a sense of crisis towards themselves—to save from the eternal fire and keep in the presence of God, not separated—then it’s impossible for them to have a feeling of crisis over the salvation of other people. People who have not lived in God’s presence since the earth cannot possibly live in His presence in eternity. It is impossible. But God, in His patience, allows us to change. People will surely hear God’s warning, but no one can change their frequency from the world’s frequency to God’s. That’s impossible. We must have a sense of crisis and anxiety about our life and spiritual condition.

To live in God’s presence, we surely must live without blemish. We must not tolerate the slightest loophole of sin. God tells us things He is not comfortable with, and it’s gradual. Bad things we used to consider as not a mistake and we enjoy, we will know one day that we shouldn’t do them, even though people don’t know, no matter how small it is in our hearts, like arrogance, arbitrariness towards people, oppressive attitude though not visible, and so on. In the greatness of the Father’s heart, the Father wants to save and continue to cleanse us from elements of paganism and flesh. We should experience a feeling of crisis or anxiety that there are still elements of the flesh within us.

Honestly, some people still live in the mindset of a child of the world—though not bad people who violate morals in general—even are in ministry, they don’t or haven’t focused on God properly. They are unlikely to have a proper sense of crisis or anxiety about lost souls. We’re not perfect and still have elements of the flesh attached. It can be removed or thrown away through association with God and living in prayer. People who constantly live in prayers will have clean life, accompanied by an understanding of truth, sincerity, and purity of heart.

If we know our condition, flesh, or strange element before God, we must struggle and fight no limit. If someone is serious about living in God’s presence, they will chart their life. Everything must be mapped out, such as places to go or with whom to befriend. We should not just flow with the atmosphere around us. We should create and set an atmosphere and not the other way around.

There may be a sudden call from a friend asking us to join a gathering in a usual cafe and are waited by other friends. If we don’t chart our life, we may directly agree. However, if we map out our lifetime, we will consider whether it is beneficial for our life journey, especially if we have started learning to live in God’s presence. We have to consider whether it can damage His presence or not. If it doesn’t bring spiritual blessings, that invitation is not needed. We have to be serious about things like this.  

WE HAVE TO CREATE AND SET AN ATMOSPHERE, NOT THE OTHER WAY AROUND.

Card image
MENGATUR SUASANA - 4 Maret 2023
2023-03-14 09:55:44


Sedikit sekali orang yang memiliki kecemasan yang tinggi mengenai atau terhadap gelombang besar manusia yang sedang menuju ke dalam kegelapan abadi. Tidak sedikit orang rajin ke gereja, aktif dalam kegiatan pelayanan, bahkan menjadi pendeta. Tetapi, sedikit orang yang memiliki kecemasan atau perasaan krisis yang tinggi terhadap atau mengenai gelombang besar orang yang sedang menuju kegelapan. Sebagian besar orang hanya mendengar dan bisa saja setuju dengan hal ini, tetapi tidak merespons secara benar dengan tindakan konkret membangun perasaan krisis atau perasaan cemas terhadap atau mengenai gelombang besar orang yang menuju kegelapan.

Ironis sekali. Mungkin orang yang ada di dalam kegiatan pelayanan juga memiliki perasaan krisis, tetapi krisis karena jumlah jemaatnya berkurang, krisis karena kontrak tempat yang dipakai untuk pertemuan atau ibadah mulai habis, krisis karena kolekte atau persembahan jemaat makin berkurang; bukan karena keselamatan jiwa-jiwa. Mereka pasti berdoa, mungkin juga berpuasa. Tetapi, pokok doa dan pergumulannya bukanlah pokok pergumulan yang seharusnya dia gumuli bersama Tuhan. Dan biasanya orang-orang seperti ini, tidak hanyut di dalam pertumbuhan iman. Fokusnya ke arah yang tidak tepat.

Mestinya fokus kita adalah bagaimana mengalami proses pendewasaan, bagaimana benar-benar mengalami proses kesempurnaan; makin sempurna seperti Bapa, makin serupa dengan Yesus. Makin menguasai pikiran, perasaan, dan mengenakan pikiran, perasaan Kristus. Makin mengendalikan mulut, perkataan, mengendalikan seluruh kehidupan kita. Kalau fokusnya di situ, dia akan akhirnya nanti memiliki krisis; perasaan krisis dan cemas yang benar, yaitu keselamatan orang lain.

Kalau orang tidak serius mengalami perasaan krisis terhadap dirinya sendiri—bagaimana menyelamatkan diri dari api kekal, bagaimana supaya hidupnya tetap ada di hadirat Tuhan dan tidak terpisah—maka tidak mungkin ia memiliki perasaan krisis terhadap keselamatan orang lain. Pertanyaannya, apakah kita memiliki perasaan krisis atau cemas seperti ini? Orang yang tidak hidup di hadirat Allah sejak di bumi ini, tidak mungkin hidup di hadirat Tuhan di kekekalan. Tidak mungkin. Tetapi Tuhan dalam kesabaran-Nya memberikan kita kesempatan untuk berubah. Pasti kita akan mendengar peringatan Tuhan, pasti. Tidak ada orang yang mendadak bisa pindah frekuensi, dari frekuensi dunia lalu masuk frekuensi Tuhan, tidak mungkin. Kita harus memiliki perasaan krisis dan cemas terhadap keadaan hidup dan keadaan rohani kita sendiri.

Untuk hidup di hadirat Tuhan, tentu kita harus hidup tidak bercacat, tidak bercela. Kita tidak boleh menolerir sedikit pun celah dosa, sekecil apa pun, sehalus apa pun. Tuhan pasti memberi tahu kepada kita hal-hal yang Tuhan tidak nyaman. Dan itu bertahap. Apa yang dulu kita pandang bukan kesalahan, kita masih menikmatinya, suatu saat kita akan tahu bahwa itu tidak patut kita lakukan. Walaupun orang tidak tahu, sekecil apa pun itu di dalam hati kita; kesombongan, kesewenang-wenangan terhadap orang, sikap menindas walaupun tidak nampak, dan lain sebagainya. Di dalam kebesaran hati Bapa, Bapa mau dan terus membersihkan kita dari unsur-unsur kekafiran, unsur-unsur kedagingan. Kita harus mengalami perasaan krisis, perasaan cemas bahwa masih ada unsur-unsur kedagingan di dalam diri kita.

Sejujurnya, masih ada orang-orang yang hidup dalam pola pikir anak dunia—bukan orang jahat yang melanggar moral umum—bahkan orang-orang yang ada di tengah-tengah pelayanan, tetapi dia tidak atau belum fokus ke Tuhan secara benar. Mereka tidak mungkin punya perasaan krisis yang sepantasnya atau kecemasan mengenai jiwa-jiwa yang akan terhilang. Kita juga belum sempurna. Unsur-unsur kedagingan yang tidak kudus, masih melekat. Dan itu digugurkan, diluruhkan melalui pergaulan dengan Tuhan dan hidup dalam doa. Orang yang terus-menerus hidup dalam doa, tidak mungkin hidupnya tidak bisa menjadi bersih. Tentu disertai pengertian kebenaran, ketulusan dan kemurnian hati.

Kita yang sadar akan keadaan kita yang masih ada unsur kedagingan atau unsur asing di hadapan Allah ini, harus betul-betul berjuang; berjuang tanpa batas. Kalau seseorang serius mau hidup di hadirat Tuhan, ia akan memetakan hidupnya. Usai dari suatu tempat, mau ke mana, apa yang kita harus buat; besok kita mau ke mana, apa yang harus kita lakukan, dengan siapa kita jalan, dengan siapa kita kumpul-kumpul, semua harus dipetakan. Kita tidak boleh mengalir hanyut dengan suasana yang ada di sekitar kita. Kita harus menciptakan suasana dan mengatur suasana, bukan suasana yang mengatur kita.

Mungkin saja tiba-tiba kita mendapat telepon dari seorang teman, “Ayo, kita ketemuan, ngopi di tempat biasa. Teman-teman menunggu di sana.” Kalau kita tidak memetakan hidup, maka kita akan setuju. Tetapi, kalau kita memetakan waktu hidup dengan baik, kita akan mempertimbangkan, apakah ini menguntungkan untuk perjalanan hidup saya atau tidak. Apalagi kalau kita sudah mulai belajar hidup di hadirat Allah, tentu kita akan mempertimbangkan, apakah ini merusak hadirat Allah atau tidak. Kalau tidak membawa berkat rohani, tidak usah. Kita harus serius.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS MENCIPTAKAN SUASANA DAN MENGATUR SUASANA, BUKAN SUASANA YANG MENGATUR KITA.

Card image
Bacaan Alkktab Setahun - 14 Maret 2023
2023-03-14 09:53:21

Ulangan 11-13

Card image
Truth Kids 13 Maret 2023 - HATI-HATI GUNAKAN MULUTMU
2023-03-13 09:59:34


Amsal 20:19
“Siapa mengumpat, membuka rahasia, sebab itu janganlah engkau bergaul dengan orang yang bocor mulut.”

Sobat Kids, apakah kalian pernah mengisi air minum ke dalam botol yang ternyata sudah bocor? Apakah yang akan terjadi jika air diisi ke dalam botol yang bocor? Ya, benar! Airnya akan keluar lagi. Airnya tidak bisa tinggal tetap di dalam botol tersebut.

Atau apakah kalian pernah mengalami atap bocor di saat hujan? Apakah yang akan terjadi jika ada atap rumah yang bocor di saat hujan? Tentu air hujan akan masuk ke dalam rumah. Langit-langit rumah akan rusak karena basah. Bahkan barang-barang yang ada di dalam rumah dapat ikut terkena basah dan rusak akibat atap rumah yang bocor. Bagaimana jika bocor mulut? Wah, apa, ya, artinya? Maksud dari bocor mulut adalah tidak bisa menyimpan rahasia, atau suka menjelek-jelekkan orang lain lewat perkataan, Sobat Kids. Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita agar berhati-hati saat berteman dengan orang yang bocor mulut. Artinya hati-hati saat berteman dengan orang yang senang menjelekkan orang lain. Ini juga berlaku untuk kita, Sobat Kids. Kita harus berhati-hati dengan mulut kita. Perhatikan ucapan yang kita keluarkan dari mulut ini. Ingat, Sobat Kids! Hati-hati gunakan mulutmu!

Card image
Truth Junior 13 Maret 2023 - KENDALIKAN DIRI
2023-03-13 09:44:10


Amsal 20:19
“Siapa mengumpat, membuka rahasia, sebab itu janganlah engkau bergaul dengan orang yang bocor mulut.”

Kalian tahu, kan, kalau mobil, motor, pesawat, dan kendaraan lainnya ada pengendalinya? Jika tidak ada yang mengendalikan, tentu kendaraan akan menabrak atau melaju tanpa arah. Dengan adanya yang mengendarai, maka kendaraan tersebut dapat melaju dengan baik, dan sesuai dengan kendali dari pengendara. Meskipun ada mobil yang bisa melaju tanpa dikendalikan sopir, tetap saja mobil tersebut butuh kendali untuk sampai di tempat tujuan dengan menggunakan GPS (Global Positioning System).

Begitu juga dengan hidup kita. Hidup kita juga memerlukan kendali. Siapa, ya, yang dapat mengendalikan diri kita? Ya, tentu kita sendiri yang mengendalikannya. Tapi, terkadang kita sendiri tidak bisa mengendalikan diri kita. Misalnya, ada teman kalian yang lagi menjelekkan teman yang lain. Kalian diberikan pilihan untuk ikut menjelek-jelekkannya, atau kalian ceritakan kepada teman tersebut bahwa dia sudah dijelek-jelekkan oleh temannya. Jika kalian memilih untuk melakukan kedua hal tersebut, berarti kalian belum bisa mengendalikan diri. Namun, jika kalian memilih tidak melakukan kedua hal tersebut, maka kalian sudah bisa mengendalikan diri. Jadi sebaiknya dalam berteman kita harus berhati-hati supaya kita tidak terjebak dalam pilihan yang salah. Kalau kalian memiliki teman seperti itu, maka kalian harus belajar untuk mengendalikan diri.

Nah, supaya bisa mengendalikan diri dengan baik maka kita perlu pimpinan Roh Kudus untuk memimpin kita. Tetaplah berdoa dan membaca Firman Tuhan. Sobat Junior, berjuanglah untuk mengendalikan diri kita. Roh Kudus pasti membimbing kita melakukan kehendak Bapa.

Card image
Truth Youth 13 Maret 2023 (English Version) - THERE IS A PART OF GOD, THERE IS OUR PART
2023-03-13 09:42:13


”Be careful for nothing; but in every thing by prayer and supplication with thanksgiving let your requests be made known unto God.” (Philippians 4:6)

The life that we pass will definitely make us ask, think, reflect, compare what makes us feel uneasy, upset, insecure, not confident, inferior, and others. All of that is a very natural thing we feel as a human, that feeling can appear at any time, and what. There are things that we really need to refuse or denial. However, we cannot continuously exist in that feeling. We can't just keep quiet, giving me to eat that feeling, not allowed. We need to accept our feelings, if we are disappointed with ourselves. But, after that we have to rise. Then, how do you do it so you can get up?

One way to direct our minds to God. God says don't worry, then don't worry. God said that he knew what we needed. God also said that he would continue to be with us and there was no design that brought an accident for us. So, we must believe in the words of God itself. Don't say, "Yes, I believe it". But still thinking "What if what if ...", "Later, if not like this, what do you do ...". If you believe, it means we surrender all our worries to God and continue our lives that are our part. There is a part of God, there is a part of us. We can't work on God's part, so we just work on our part. What is our part? Whatever is our control that is our part. Whether it's studying, working, trying, praying, and others. Come on, we go through our part.

WHAT TO DO:
1. Sort out the things that are under our control.
2. Pray and surrender our worries to God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Joshua 9-11;
▪︎ Colossians 3-4

Card image
Truth Youth 13 Maret 2023 - ADA BAGIAN TUHAN, ADA BAGIAN KITA
2023-03-13 08:41:48


”Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6)

Masa hidup yang kita lewati ini pasti akan membuat kita bertanya, berpikir, merenung, membandingkan yang membuat kita merasa gelisah, galau, insecure, gak percaya diri, minder, dan lainnya. Semua itu adalah hal yang wajar banget kita rasakan sebagai manusia, perasaan itu bisa muncul kapan saja, dan bagaimana saja. Ada hal yang memang perlu kita tolak atau denial. Namun, kita tidak bisa terus menerus ada dalam perasaan itu. Kita tidak bisa diam saja 'kasih makan' terus perasaan itu, gak boleh. Kita perlu menerima perasaan kita, kalau kita lagi kecewa sama diri sendiri. Tetapi, habis itu kita harus bangkit. Lalu, gimana ya caranya supaya bisa bangkit?

Salah satu caranya dengan mengarahkan pikiran kita ke Tuhan. Tuhan bilang jangan khawatir, maka jangan khawatir. Tuhan bilang kalau Ia tahu apa yang kita perlukan. Tuhan juga bilang kalau Ia akan terus menyertai kita dan tidak ada rancangan yang membawa kecelakaan untuk kita. Jadi, kita harus percaya dengan perkataan Tuhan itu sendiri. Jangan bilang, “Ya, aku percaya kok”. Tetapi masih mikir “Nanti gimana ya kalau..”, “Nanti kalau gak gini gimana ya..”. Kalau percaya, berarti kita menyerahkan semua kekhawatiran kita sama Tuhan dan melanjutkan kehidupan yang menjadi bagian kita. Ada bagian Tuhan, ada bagian kita. Kita gak bisa ngerjain bagiannya Tuhan, jadi kita ngerjain bagian kita aja. Bagian kita apa? Apa pun yang ada dibawah kontrol kita itulah bagian kita. Entah itu belajar, bekerja, berusaha, berdoa, dan lainnya. Yuk, kita menjalani yang menjadi bagian kita.

WHAT TO DO:
1. Memilah hal-hal yang ada di bawah kendali kita
2. Berdoa dan menyerahkan kekhawatiran kita pada Tuhan
BIBLE MARATHON:
▪︎ Yosua 9-11;
▪︎ Kolose 3-4

Card image
Renungan Pagi - 13 Maret 2023
2023-03-13 08:37:50


Satu hal yang penting dan mendesak yang harus kita pikirkan dengan sungguh-sungguh adalah jika tiba-tiba dipanggil pulang, meninggalkan dunia ini. Apakah kita benar-benar diterima di Rumah Bapa? Apakah hidup sudah berkenan di hadapan Bapa? Inilah yang harus kita perkarakan dengan serius dalam hidup.

Sebab apa gunanya jika memperoleh segala sesuatu yang ada di dunia ini, kekayaan, kehormatan, kebanggaan, kesenangan dunia dan merasakan bahagianya dunia, tetapi jiwa binasa, kehilangan nyawa. Betapa mengerikan, jika kita tidak menyadari hal ini.

Ingatlah bahwa menunda waktu untuk hidup berkenan kepada Allah menunjukkan bahwa kita tidak meghormati Tuhan dan menggiring hidup menuju kegelapan abadi. Kehidupan yang tidak suci di hadapan Allah menyatakan pemberontakan kepada Tuhan, sebab hidup sebagai anak-anak Tuhan selama puluhan tahun seharusnya sudah sampai pada tujuan hidup sebagai umat pilihan Tuhan, yaitu hidup kudus, tak bercacat cela, serupa dengan Yesus, sempurna seperti Bapa.
(Matius 16:26 ; Efesus 1:4)

Card image
Quote Of The Day - 13 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-13 08:34:56


Ketika mata kita tertuju kepada Tuhan, mata Tuhan tertuju kepada kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 13 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-13 08:33:43


Setelah mengenal Tuhan Yesus, maka orang percaya harus menundukkan diri kepada-Nya.

Card image
TRANSFORMING FELLOWS - 13 Maret 2023 (English Version)
2023-03-13 16:52:06


If we can respect and love ourselves properly, we will also be able to love others properly. In Matt.22:37-40 the Lord Jesus said, “Love your neighbor as you love yourself.” The non-Christians can also do this. They can also love their neighbor as they love themselves. They can even lay down their lives for others. They have a standard of loving themselves and others.

However, Christians love themselves with a different standard. We must be like God and have a character like Him. If we see that our lives are still messy, we must lament for ourselves. Being children of God means we have a standard like Jesus or similar to Him and be worthy to be a bride for Him. How difficult the standard of God is. We should struggle from day to day and mourn ourselves. Our ministry is not only helping people who have no food, can eat, have no clothes, and can dress; chaotic households can be reconciled, and the unemployed can have a job. Not only that, but how each congregation becomes God’s bride.

Each of us must have problems and needs. However, all this is nothing compared to the worthiness of being God’s bride. We must mourn for the sanctity of life more than anything else, and we will understand more perfectly when we see the glory of God when the Lord Jesus descends from heaven to pick up believers with millions of angels, and only then do we know how correct this truth is. We must prepare ourselves properly, and if our life holiness is not as strong as willed by God, we cannot transform others.

People will not follow us if our behavior is not beautiful; easily offended, easily angry, then often show power. Our life does not amaze them. The peak of sanctity can be reached, and how beautiful it is if we can. Everyone has their peaks and must find out how to achieve them to amaze and captivate God’s heart and become a fragrance before Him. We should radiate fragrance before God at all times, and the Father can say, “This is my delight.” We have many aspirations, but do we desire to be righteous in God’s eyes? Jesus is looking for brides who are worthy of Him.

How disappointed God when He knows that many Christians were not worthy to be His bride, as written in Luke 18:8, “when the Son of Man comes, will he find faith on the earth?” Woe are we, though whatever greatness we have—wealth, beauty, beauty— if God sees us as unworthy of being His bride. We must be serious about this. Have we ever aspired to reach the peak of holiness to captivate God? Dream it. We must see this as beauty above all beauty because if we see anything more beautiful than this, we betray God.  

Time is precious, and we can say that time is grace. Grace for what? To strive without limits to be the lover of God, and only then does time become valuable. We may be poor today, not good-looking, have no life partner, have no children, wasted, or humiliated; However, none of those things matter because what matters is not to let us be thrown out from the presence of God.

Real ministry departs from personal experience in a relationship with God. We should please God in everything we think, say, and do. If we fail, we should weep for ourselves, just as the Lord Jesus said, “Weep for yourself and look at you. I suffer like this because of you. It is not enough for you only to participate in crying over Me or in church praising and worshiping Me. I carried my cross and suffered like this because of you.”

Though hearing the Words of God in church and His presence is so strong, unfortunately, there is no change after returning home because they don’t appreciate and keep it in their heart. We don’t change because we give no response to the Word. If we have responded and are willing to repent, change, and keep changing, we then will have a burden on the souls of others. So, it is like a good seed is sown but eaten by birds.

Just as God looks at lost souls, we also have feelings like that. So, like it or not, we have to grow up and have burdens like God’s. The growth of maturity does not just commit thoughts, feelings, energy, or money but also to our willingness to give our lives to God. We should be able to submit anything to God while we still have the chance.

WE CAN TRANSFORM FELLOW HUMANS ONLY IF OUR LIFE HOLINESS IS AS STRONG AS GOD WANTS.

Card image
MENGUBAH SESAMA - 13 Maret 2023
2023-03-13 08:28:49


Kalau kita bisa menghargai diri kita, mengasihi diri sendiri dengan benar, maka kita akan bisa mengasihi orang lain dengan benar pula. Di Matius 22:37-40 Tuhan Yesus berkata, “Kasihilah sesama manusia seperti kamu mengasihi dirimu sendiri.” Bagi orang di luar Kristen, ini bisa dilakukan. Mereka mengasihi sesama, seperti mereka mengasihi diri mereka sendiri. Jangan kita berpikir orang di luar Kristen tidak bisa lakukan ini. Bahkan mereka juga bisa menyerahkan nyawa untuk orang lain. Mereka memiliki standar mengasihi diri sendiri, dan standar itu juga dijadikan ukuran bagaimana mereka mengasihi orang lain.

Tetapi, orang Kristen mengasihi diri sendiri dengan standar yang berbeda; harus seperti Allah, berkarakter seperti Tuhan. Kalau kita melihat hidup kita yang masih berantakan, kita meratapi diri kita. Menjadi anak-anak Allah berarti kita harus berstandar seperti Yesus atau serupa dengan Yesus. Dan supaya layak menjadi mempelai bagi Yesus. Betapa sulitnya standar itu. Kita berjuang dari hari ke hari, kita ratapi diri kita. Jadi pelayanan kita bukan hanya menolong orang yang tidak makan, bisa makan; tidak berpakaian, bisa berpakaian; rumah tangga yang kacau, bisa dirukunkan; yang menganggur, bisa diberi pekerjaan. Bukan hanya itu, tetapi bagaimana setiap jemaat menjadi mempelai Tuhan.

Setiap kita pasti punya masalah dan kebutuhan. Namun, semua itu tidak ada artinya dibanding dengan kelayakan menjadi mempelai Tuhan. Yang satu ini—hal kesucian hidup—harus kita ratapi lebih dari meratapi apa pun. Kita akan mengerti lebih sempurna, ketika kita melihat kemuliaan Allah, ketika Tuhan Yesus turun dari surga menjemput orang percaya dengan berjuta malaikat. Kita baru tahu, betapa benarnya kebenaran ini. Betapa kita harus mempersiapkan diri dengan benar. Kalau kesucian hidup kita tidak sekuat yang Allah inginkan, kita tidak bisa mengubah sesama.

Bagaimana orang bisa ikut kita kalau perilaku kita tidak indah; gampang tersinggung, gampang marah, lalu sering menunjukkan kekuasaan? Hidup kita tidak memukau mereka. Pernahkah kita membayangkan, betapa indahnya menjadi orang yang mencapai puncak kesalehan, yang bisa dicapai oleh seseorang? Setiap orang punya puncak yang berbeda. Bagaimana bisa mencapai puncak kesucian yang bisa dicapai seseorang, sampai memukau dan memikat hati Tuhan, menjadi keharuman di hadapan Tuhan. Memancarkan keharuman di hadapan Allah setiap saat, dan Bapa bisa mengatakan, “Ini kesukaan-Ku.” Kita punya banyak cita-cita, tetapi apakah kita bercita-cita menjadi seorang yang saleh di mata Tuhan? Yesus mencari mempelai-mempelai yang layak bagi-Nya.

Betapa kecewanya ketika Dia menemukan banyak orang Kristen yang tidak layak menjadi mempelai-Nya, sebagaimana Dia mengatakan di Lukas 18:8, “Kalau Anak Manusia datang, apakah Dia mendapati iman di bumi?” Apa pun kebesaran yang kita miliki—kekayaan, keindahan, keelokan—tetapi kalau Tuhan tidak memandang kita layak menjadi mempelai-Nya, celaka! Jangan main-main untuk hal ini. Pernahkah kita bercita-cita mencapai puncak kesucian, sehingga Tuhan benar-benar terpikat? Cita-citakan itu, mimpikan itu. Kita harus melihat ini sebagai keindahan di atas segala keindahan. Kalau kita memandang ada yang lebih indah dari ini, kita mengkhianati Tuhan.

Waktu ini sangat berharga. Kita bisa berkata, “Time is grace” waktu adalah anugerah. Anugerah untuk apa? Untuk berjuang menjadi kekasih Tuhan; dan itu harus kita perjuangkan tanpa batas. Baru itu menjadi waktu yang bernilai. Mungkin hari ini kita adalah orang miskin, wajah kita tidak cantik atau ganteng, tidak punya pasangan hidup, tidak punya anak, terbuang, terhina; ketahuilah, semua itu tidak masalah. Namun, jangan sampai kita terbuang dari hadirat Allah.

Pelayanan yang sesungguhnya berangkat dari pengalaman pribadi dalam hubungan dengan Tuhan. Kita menyenangkan Tuhan dalam segala hal yang kita pikirkan, ucapkan, dan lakukan. Kalau gagal, kita menangisi, meratapi diri sendiri. Seperti perkataan Tuhan Yesus, “Tangisi dirimu sendiri. Lihat dirimu, karena kamu Aku menderita seperti ini. Tidak cukup engkau berpartisipasi menangisi Aku atau dalam gereja memuji, menyembah Aku. Karena kamu, Aku memikul salib dan menderita seperti ini.”

Di gereja mendengar begitu hebat Firman, hadirat-Nya begitu kuat. Tetapi, pulang kembali ke rumah, tidak berubah, karena tidak menghargai Firman itu dan tidak menyimpannya di dalam hati. Jadi, seperti benih yang baik, yang ditabur, dimakan burung. Kita tidak berubah, karena kita tidak punya respons yang benar terhadap Firman. Kalau kita punya respons yang benar, mau bertobat, berubah, dan dari perubahan demi perubahan itulah kita akan memiliki beban terhadap jiwa-jiwa.

Seperti Tuhan memandang jiwa-jiwa yang terhilang, perasaan seperti itu kita juga memilikinya. Jadi, mau tidak mau, kita harus bertumbuh dewasa. Sebab kalau kita tidak bertumbuh dewasa, kita tidak akan memiliki beban seperti beban yang ada pada Tuhan. Pertumbuhan kedewasaan inilah yang akan memberikan kita beban. Yang akhirnya bukan hanya pikiran, perasaan, tenaga kita atau uang kita, nyawa kita pun rela kita berikan kepada Tuhan. Apa pun. Selagi masih memiliki kesempatan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KESUCIAN HIDUP KITA TIDAK SEKUAT YANG ALLAH INGINKAN, KITA TIDAK BISA MENGUBAH SESAMA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 Maret 2023
2023-03-13 08:24:36

Ulangan 8-10

Card image
Truth Kids 12 Maret 2023 - MENDENGARKAN NASIHAT
2023-03-12 09:30:54


2 Tesalonika 3:14
“Jika ada orang yang tidak mau mendengarkan apa yang kami katakan dalam surat ini, tandailah dia dan jangan bergaul dengan dia, supaya ia menjadi malu,”

Melalui Firman Tuhan hari ini, kita mau belajar untuk setia mendengarkan nasihat atau Firman-Nya. Firman Tuhan dapat disampaikan oleh para pendeta, kakak Sekolah Minggu, orangtua, bahkan oleh teman seusia kalian, Sobat Kids.

Terkadang atau bahkan sering kali manusia melakukan kesalahan. Jika kita yang berbuat kesalahan, kita harus mau ditegur atau diingatkan oleh orang lain. Kita tidak boleh ngambek atau marah-marah jika ada orang yang menasihati kita sesuai dengan Firman Tuhan. Itu semua tentu demi kebaikan kita.

Demikian sebaliknya jika ada teman yang melakukan kesalahan. Sebagai teman yang baik, kita harus mengingatkan saat teman kita berbuat salah. Tentu dengan cara yang sopan, ya, Sobat Kids. Kalian harus beritahukan dengan baik-baik. Saat seorang teman mengasihi temannya yang lain, hati Tuhan disukakan.

Card image
Truth Junior 12 Maret 2023 - JANGAN BERMUSUHAN
2023-03-12 09:29:39


2 Tesalonika 3:14
“Jika ada orang yang tidak mau mendengarkan apa yang kami katakan dalam surat ini, tandailah dia dan jangan bergaul dengan dia, supaya ia menjadi malu,

Sobat Junior, punya teman, kan? Pasti banyak, ya, temannya. Dalam berteman, tanpa disadari pasti pernah terjadi salah paham, konflik, dan lainnya. Namun, kalian pasti tetap berteman. Apakah Sobat Junior pernah alami seperti itu? Rasanya hampir semua dari kita pasti pernah, ya. Karena, di dalam pertemanan terdapat orang-orang yang memiliki latar belakang yang berbeda, pikiran yang berbeda, bahkan sifat-sifat yang berbeda. Tetapi, mereka tetap mau menjalin sebuah hubungan untuk mengenal satu dengan yang lain.

Tak jarang juga karena masalah kecil, bisa membuat pertemanan hancur. Bahkan bisa membuat yang awalnya teman, bisa menjadi musuh karena hal tersebut. Namun, apabila sudah saling mengenal, masalah kecil tidak akan membuat pertemanan menjadi permusuhan. Itulah yang Tuhan mau, yaitu saat kita berteman jangan sampai bermusuhan. Hal itu akan membuat Tuhan sedih.

Pertemanan yang benar adalah ketika kita saling menasihati. Tujuannya, untuk kebaikan kita bersama. Kita tidak boleh menjauhi teman yang menasihati untuk kebaikan kita. Mungkin nasihat yang diberikan tidak sesuai dengan keinginan kita. Jika itu untuk kebaikan kita, maka kita tidak boleh marah ataupun bermusuhan dengannya. Karena teman yang baik itu ada baik suka, duka, bahkan memberikan nasihat yang terbaik buat kita. Maka, terimalah dan pikirkan nasihat teman kita itu.

Jadi, Sobat Junior, dalam pertemanan, kita harus saling mendukung dan ada di kala susah maupun senang. Janganlah biarkan masalah kecil membuat kita bermusuhan dengan teman kita.

Card image
Truth Youth 12 Maret 2023 (English Version) - LOOK AT YESTERDAY!
2023-03-12 09:26:29


”I will instruct thee and teach thee in the way which thou shalt go: I will guide thee with mine eye." (Psalm 32:8)

"Often 'I do not understand your paths of God ... like in a dark wilderness ... without a thousand questions, but still believe ... Your trail is really perfect", Come on, who doesn't know the song "Jejak-MU Tuhan" ? This song is very fitting for those of us who feel that, "It's really hard for my life", or "why is this really life?", Or again "Already, give up". Often we are very wondering why and how in life, when we experience many bitter things, not playing, sadly not doubtful, the anxiety is absurd. But, try to look at ourselves a day, a week, a month, a year, or even ten years ago. Are there things we can't pass? Are there things that feel like God leaves us? I think if we look at God's footsteps all this time, there isn't.

When we feel upset, sad, heavy, and want to give up, we are focused on the feelings we experience, it is a natural thing. However, provide time to sit still, pray, and rethink, if there are no bad things that are bad more than our abilities, there are no bitter things that are outrageous until we forget that God has always been with, God strengthens, and give help. So let's, when we are sad, we remember the goodness of God in our lives, because He is always there, He is always present, and He always gives the best for us.

WHAT TO DO:
1. Take time to sit still, pray, and reflect on God's goodness.
2. Start dare to step again.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Joshua 6-8;
▪︎ Colossians 1-2

Card image
Truth Youth 12 Maret 2023 - COBA LIHAT KEMARIN!
2023-03-12 09:23:23


"Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu." (Mazmur 32:8)

“Sering ‘ku tak mengerti jalan-jalan-Mu Tuhan.. Bagai di belantara yang kelam.. Tanpa seribu tanya, namun tetap percaya… Jejak-Mu Tuhan sungguh sempurna”, ayo siapakah yang belum tahu lagu “Jejak-Mu Tuhan” ini? Lagu ini pas banget buat kita yang merasa kalau, “berat banget ya hidup aku”, atau “kenapa sih gini banget hidup?”, atau lagi “udahlah, nyerah ajalah”. Sering banget kita bertanya-tanya mengapa dan bagaimana dalam hidup, ketika kita mengalami banyak hal yang pahitnya bukan main, sedihnya tak karuan, galaunya bukan kepalang. Tetapi, cobalah kita menilik diri kita sehari, seminggu, sebulan, setahun, atau bahkan sepuluh tahun yang lalu. Apakah ada hal-hal yang tidak bisa kita lewati? Apakah ada hal-hal yang rasanya seperti Tuhan meninggalkan kita? Kayaknya kalau kita menilik jejak Tuhan selama ini, gak ada ya.

Saat merasa galau, sedih, berat, dan mau menyerah, kita memang terfokus pada perasaan yang kita alami tersebut, itu adalah hal yang wajar. Namun, sediakanlah waktu untuk duduk diam, berdoa, dan berpikir ulang, kalau gak ada hal-hal buruk yang buruknya kebangetan melebihi kemampuan kita, gak ada hal-hal yang pahitnya keterlaluan sampai kita lupa kalau selama ini Tuhan selalu menyertai, Tuhan menguatkan, dan memberi pertolongan. Jadi yuk, di saat sedih, kita mengingat lagi kebaikan Tuhan dalam hidup kita, karena Dia selalu ada, Dia selalu hadir, dan Dia selalu memberikan yang terbaik untuk kita.

WHAT TO DO:
1. Mengambil waktu untuk duduk diam, berdoa, dan merenungkan kebaikan Tuhan
2. Mulai berani melangkah lagi

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yosua 6-8;
▪︎ Kolose 1-2

Card image
Renungan Pagi - 12 Maret 2023
2023-03-12 09:18:23


Keselamatan yang kita terima dari Tuhan sebagai anugerah adalah fasilitas menuju hidup kudus, tak bercacat cela di hadapan-Nya. Itu sebabnya sebagai anak-anak Tuhan, bukan hanya dituntut menjadi baik, tetapi sempurna seperti Bapa. Sebab banyak orang di luar kristen melakukan hal-hal yang baik. Jadi perjuangan kita jauh lebih berat, karena harus mencapai kesempurnaan seperti yang Bapa inginkan.

Jika tidak dapat melakukan kehendak Bapa selama kita hidup menjadi anak-Nya, setelah diselamatkan oleh pengorbanan Kristus di kayu salib, maka kita akan ditolak oleh Allah. Dan keadaan ditolak oleh Allah adalah keadaan yang paling mengerikan, sebab jika Tuhan sudah menolak, siapa yang akan menerima kita dalam kekekalan?

Marilah mempersiapkan diri dengan benar, hidup suci dan tidak bercela, supaya dapat dipastikan bahwa Tuhan menerima kita dalam Kerajaan-Nya yang kekal dan mulia. (Matius 7: 21-23)

Card image
Quote Of The Day -12 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-12 09:15:34


Menantikan Tuhan artinya kita mengharapkan kehadiran Tuhan di dalam segala persoalan kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 12 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-12 09:14:30


Yang bisa mengalahkan Iblis bukan hanya darah Yesus, tetapi juga perkataan kesaksian orang-orang percaya.

Card image
WEEP OURSELVES - 12 Maret 2023 (English Version)
2023-03-12 09:12:52


No matter how much one can get in this life, it can only be enjoyed for a moment while they are still living and also not necessarily enjoy it well. Not infrequently, material gain destroys and drowns life in suffering far greater than the money or profit gained. How great and invaluable when we can offer someone a way the true salvation, which makes a person stop being possessed by Satan over them.

The Lord Jesus said in Matt.16:26, “What good will it be for someone to gain the whole world, yet forfeit their soul? Or what can anyone give in exchange for their soul?” So, one soul is worth more than all the treasures in this world. Do we know if we should also do this work directly or not? The next verse says, “For the Son of Man is going to come in His Father’s glory with His angels, and then He will reward each person according to what they have done.” God will surely count the deeds we do for the salvation of the souls of others.

How unfortunate it is for people who are not allowed to be included in the group of believers to praise God in the Kingdom of Heaven later. They cannot improve themselves to be eligible to enter the group. It is so terrible and wretched. When the Son of Man comes in the glory of the Father accompanied by His angels, only those who are faithful to the end will be caught up with the Lord Jesus in the glory of the Father. They have saved others and will be lifted together with them that have been saved.

How terrible or wretched it is if people do not have the opportunity, and it could refer to ourselves or the people we love and care about in the world, and if it is our child, we send them to school or campus, and we care. How terrible it is if they can be successful in their studies, career, and household but are not worthy as a bride for Christ because they don’t repent and improve themselves every day. They undermine spiritual matters, are careless with what they see, and hear, and are reckless with whom they hang out and in what they say. They are not careful with their thinking, let alone with their behavior.

If today we feel safe, everything is fine and will still be, that is a deception from Satan because we will never be well if we do not repent sincerely. On the other hand, if we regret, improve ourselves, and grow in perfection, it is impossible for us not to weep for souls. We cannot weep for souls if we do not weep for ourselves. However, if we try to improve ourselves, grow in true spiritual maturity, and know the truth more and more, we will see more and more how terrible and wretched it is when someone is separated from God. Conversely, we will never be bound by the beauty of this world if we experience the beauty of the Kingdom of Heaven.

There are demands every day that have to be fulfilled. Therefore, we should be able to say, “It’s done,” every day, be it deeds, duties, or sins, all must be resolved with God, and we shouldn’t delay it. People can underestimate it if they have never encountered and experienced the glory of God. However, if we have met Him and lived His glory, we will feel fear and trembling toward Him. We will feel afraid if we still have remaining sin. Don’t let us commit sins, scandals, and crimes, but still feel everything is safe because we feel strong and can be covered up. Be careful because all things will be accounted for before God. 

It’s better if we do not sin anymore but instead are determined to live holy. Don’t let us be left behind because it’s not something we can’t do, and the Holy Spirit will help us. God never gives us a task we can’t complete or a standard we can’t reach, but we definitely can. If we are serious and grow up, we are increasingly aware of how terrible eternity is for the lost. And conversely, how wonderful it is for those who are allowed to enter the world to come, especially entering the Father’s House. This will become a flaming fire to drive us to look for souls to be saved. If we mourn ourselves for our sins, mistakes, imperfections, or immaturity, then we will also be able to mourn others.  

WE CANNOT WEEP FOR OTHERS IF WE HAVE NOT WEPT ON OURSELVES.

Card image
MENANGISI DIRI SENDIRI - 12 Maret 2023
2023-03-12 09:09:26


Seberapa pun yang dapat diperoleh oleh seseorang dalam hidup ini, hanya bisa dinikmati sesaat waktu ia hidup. Dan belum tentu juga ia dapat menikmatinya dengan baik. Tidak jarang keuntungan materi justru menghancurkan dan menenggelamkan hidup seseorang dalam penderitaan yang jauh lebih besar dari uang atau keuntungan perolehan tersebut. Lalu, pernahkah kita berpikir kalau kita bisa menawarkan jalan keselamatan kepada seseorang—jalan keselamatan yang benar, yang membuat seseorang berhenti dari kepemilikan Iblis atas dirinya—betapa besar keuntungan itu? Tidak ternilai.

Tuhan Yesus berkata di Matius 16:26, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” Jadi, satu jiwa nilainya lebih dari semua harta di dunia ini, jika dikumpulkan. Tahukah kita bahwa mestinya setiap kita melakukan pekerjaan ini? Baik secara langsung atau tidak. Ayat berikutnya, “Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya, pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.” Perbuatan yang kita lakukan untuk keselamatan jiwa sesama, pasti akan diperhitungkan Tuhan.

Maka mari kita pikirkan, betapa malangnya orang yang tidak diperkenan masuk dalam himpunan orang-orang percaya yang memuji-muji Allah di dalam Kerajaan Surga nanti. Betapa malangnya. Dan mereka tidak mendapat kesempatan untuk memperbaiki diri untuk dilayakkan masuk himpunan tersebut. Betapa mengerikan dan celakanya. Ketika Anak Manusia datang dalam kemuliaan Bapa diiringi malaikat-malaikat-Nya, hanya orang-orang yang setia sampai akhir yang akan diangkat bersama-sama dengan Tuhan Yesus dalam kemuliaan Bapa. Pasti mereka adalah orang-orang yang sudah menyelamatkan sesamanya, yang akan terangkat bersama dengan orang-orang yang telah mereka selamatkan tersebut.

Betapa mengerikan, betapa celaka orang-orang yang tidak mendapat kesempatan. Orang itu bisa diri kita sendiri atau orang-orang yang kita kasihi. Orang yang kita jagai sejak di dunia. Kalau itu anak, kita sekolahkan, kuliahkan, perhatikan. Dia bisa sukses dalam studi, karier, rumah tangga. Tetapi, kalau sampai tidak layak menjadi mempelai bagi Kristus, betapa mengerikan. Karena mereka tidak sungguh-sungguh bertobat setiap hari, tidak sungguh-sungguh membenahi diri setiap hari. Mereka anggap remeh tentang perkara-perkara rohani, sembarangan dengan apa yang mereka lihat, sembarangan dengan apa yang mereka dengar, sembarangan dengan siapa mereka bergaul, sembarangan dengan apa yang mereka ucapkan. Sembarangan dengan apa yang mereka pikirkan, apalagi sembarangan dengan perilaku.

Kalau hari ini kita merasa aman-aman, semua baik-baik dan akan baik-baik, sebenarnya itu adalah tipuan dari setan. Kita tidak akan baik-baik, kalau kita tidak bertobat sungguh-sungguh. Sebaliknya, kalau kita sungguh-sungguh bertobat setiap hari, membenahi diri, bertumbuh dalam kesempurnaan, maka tidak mungkin kita tidak menangisi jiwa-jiwa. Kita tidak bisa menangisi jiwa-jiwa, kalau kita pun tidak menangisi diri kita sendiri. Tetapi, kalau kita berusaha sungguh-sungguh mau membenahi diri bertumbuh di dalam kedewasaan rohani yang benar, semakin mengenal kebenaran, maka kita semakin melihat betapa dahsyat dan mengerikan kalau seorang terpisah dari Allah. Di pihak lain, kita akan menghayati betapa indahnya Kerajaan Surga, sehingga kita tidak akan terikat dengan keindahan dunia ini.

Setiap hari ada tuntutannya, dan kita harus penuhi hal itu. Sehingga setiap hari kita harus bisa berkata, “Sudah selesai.” Baik itu perbuatan, tugas maupun dosa; harus diselesaikan dengan Tuhan. Jangan menunda. Karena belum pernah bertemu dan menghayati kemuliaan Allah, orang bisa anggap itu hal yang remeh. Coba kalau kita sediakan waktu bertemu Tuhan dan menghayati kemuliaan-Nya, pasti kita akan merasa takut dan gentar terhadap Dia. Kalau kita masih mempunyai saldo dosa, kita akan merasa takut. Jangan sampai kita melakukan dosa, skandal, kejahatan lalu kita merasa semuanya aman-aman saja karena kita merasa kuat, dan hal tersebut bisa ditutupi. Hati-hati! Semua hal pasti akan diperhitungkan di hadapan Tuhan.

Lebih baik kita tutup dan jangan berbuat dosa lagi, tetapi bertekad hidup suci. Jangan sampai kita tertinggal. Ini bukan sesuatu yang tidak bisa kita lakukan. Pasti bisa Roh Kudus menolong kita. Tuhan tidak pernah memberikan kita tugas yang tidak bisa kita tunaikan; standar yang tidak bisa kita capai, pasti bisa. Dan kalau kita serius, kita bertumbuh dewasa, kita makin menghayati betapa ngerinya kekekalan bagi yang terhilang. Dan sebaliknya, bagi yang diperkenan masuk dunia akan datang—apalagi masuk Rumah Bapa—betapa indahnya. Dan itu akan menjadi api, men-drive kita untuk mencari mangsa, siapa yang bisa kita selamatkan. Jadi, kalau kita meratapi diri karena dosa, kesalahan, ketidaksempurnaan atau ketidakdewasaan kita, maka kita akan bisa meratapi orang lain.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA TIDAK BISA MENANGISI SESAMA, KALAU KITA PUN TIDAK MENANGISI DIRI KITA SENDIRI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 12 Maret 2023
2023-03-12 09:03:19

Ulangan 5-7

Card image
Truth Kids 11 Maret 2023 - BERSAHABAT AKRAB
2023-03-11 09:13:35


Mazmur 25:14
“Tuhan bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.”

Sobat Kids, ayat firman Tuhan di atas mengajari kita supaya bergaul karib dengan Tuhan. Bergaul karib itu artinya bersahabat sangat dekat, Sobat Kids. Selain bersahabat dengan manusia, kita juga bisa bersahabat dengan Tuhan. Tuhan Yesus adalah Sahabat terbaik kita.

Tuhan juga akan merasa senang dengan anak yang takut akan Dia. Arti dari takut akan Tuhan adalah menghormati Tuhan dengan selalu menjaga pikiran, perasaan, dan perbuatan kita sesuai dengan kehendak-Nya. Untuk itu kita harus mengerti Firman Tuhan dengan benar. Setelah mengerti Firman Tuhan dengan benar, kita harus berusaha mempraktekkannya dalam hidup sehari-hari. Apakah mudah? Tentunya tidak juga, Sobat Kids. Bahkan terkadang sulit untuk bersahabat dengan Tuhan yang tidak terlihat dengan mata jasmani kita ini. Namun, bukan berarti tidak bisa, ya, Sobat Kids. Jika kita mau berusaha, pasti kita bisa. Yuk, kita melatih diri kita untuk menyenangkan hati Tuhan dalam setiap perkataan, perbuatan, dan pikiran kita.

Card image
Truth Junior 11 Maret 2023 - MAU BERKORBAN
2023-03-11 09:12:08


Mazmur 25:14
“Tuhan bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.”

Sobat Junior, masih ingat tidak, kisah pertemanan Daud dan Yonatan anak dari Raja Saul? Daud tidak mempunyai harta yang berlimpah, sedangkan Yonatan diperlengkapi dengan segala kemewahan. Walaupun Daud dan Yonatan memiliki latar belakang yang berbeda, mereka tetap saling mengasihi satu dengan yang lainnya, bahkan rela berkorban. Saat raja Saul menyampaikan rencananya untuk membunuh Daud, Yonatan memohon kepada ayahnya untuk tidak membunuh Daud. Namun, ayahnya tetap ingin membunuh Daud. Karena Yonatan sangat mengasihi Daud, maka ia membantu Daud untuk melarikan diri supaya Daud tidak dibunuh oleh Raja. Tentu jika perbuatan Yonatan diketahui oleh ayahnya, Raja Saul, ia akan mendapatkan hukuman karena membantu Daud. Namun, ia rela berkorban karena Yonatan tahu kalau Daud tidak bersalah.

Dari kisah tersebut, kita dapat belajar bahwa menjadi sahabat tidak hanya dengan kata-kata saja. Sahabat harus mampu berkorban dengan tulus antara satu dengan yang lain. Kisah Daud dan Yonatan menunjukkan bahwa seorang sahabat harus memahami apa yang menjadi kebutuhan sahabatnya. Ia selalu ada dalam keadaan atau kondisi apa pun bagi sahabatnya. Persahabatan itulah yang Tuhan ingin kita miliki. Bukan hanya ada dalam keadaan senang, tetapi juga mau berkorban dan ada ketika dalam keadaan susah. Itulah ciri persahabatan yang menyukakan hati Tuhan.

Card image
Truth Youth 11 Maret 2023 (English Version) - YOU ARE MY HIDING PLACE
2023-03-11 09:10:46


”In the multitude of my thoughts within me Thy comforts delight my soul.” (Psalm 94:19)

In the midst of the hustle and bustle of this world, with so much busyness that we live, surely we are waiting for the name of calm. If every day we are pursued by deadlines, whether it's a college assignment, whether from clients, from superiors, inevitably we spend most of our time to complete the tasks and responsibilities. And from that routine also usually appears pressure that makes us frantic. There must be times when we need entertainment and break. Not wrong, if many people spend their weekend or holidays to places of entertainment, to shopping malls, watching movies, or doing things that make us relax.

Do you know, if we as children of God have a privilege to access peace wherever we are. We don't need to wait for weekends or holidays or leave to be able to rest and calm down. We don't need to pay money to hang out to places of entertainment, which will only be satisfying for a moment. However, we are looking for where we take shelter and calm in God's presence. The condition is, we must always be connected to God, so that whenever we want to stay at His feet, we can feel calm in His presence. Whatever we are experiencing, God can always calm our souls, because God will not let us experience things beyond our capacity (1 Cor 10:13). Pressure comes in life to further test our loyalty to God, such as Job, Abraham, Moses, and many Bible figures who exemplify us to remain faithful, seek, and meet God even in the midst of pressure and storm. In fact, the deeper we follow God, our pressure will be even greater and more tested for our loyalty and belief in God. Remember guys, only in God can we survive under pressure. Do not even look for entertainment and calm outside God which is only temporary.

WHAT TO DO:
Only in God, where we take shelter and calm.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Joshua 3-5;
▪︎ Philippians 3-4

Card image
Truth Youth 11 Maret 2023 - YOU ARE MY HIDING PLACE
2023-03-11 09:08:01


”Apabila bertambah banyak pikiran dalam batinku, penghiburan-Mu menyenangkan jiwaku.” (Mazmur 94:19)

Di tengah hiruk pikuk dunia ini, dengan begitu banyak kesibukan yang kita jalani, pasti kita menantikan yang namanya ketenangan. Kalau setiap hari kita dikejar deadline, entah itu tugas kuliah, entah dari klien, dari atasan, mau nggak mau kita menghabiskan sebagian besar waktu kita untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawab tersebut. Dan dari rutinitas itu pula biasanya muncul tekanan-tekanan yang membuat kita kalut. Pasti ada kalanya kita butuh hiburan dan rehat. Gak salah, kalau banyak orang menghabiskan weekend-nya atau hari liburnya ke tempat-tempat hiburan, ke shopping mall, nonton film, atau melakukan hal-hal yang membuat kita rileks.

Tahu gak, kalau kita sebagai anak Tuhan punya privilege untuk mengakses ketenangan di mana pun kita berada. Kita gak perlu menunggu weekend atau hari libur atau cuti untuk bisa beristirahat dan tenang. Kita gak perlu mengeluarkan biaya untuk nongkrong ke tempat-tempat hiburan, yang hanya akan memuaskan sesaat saja. Tetapi, kita mencari tempat kita berteduh dan tenang dalam hadirat Tuhan. Syaratnya, kita harus selalu terhubung dengan Tuhan, sehingga kapan pun saat kita mau berdiam di kaki-Nya, kita bisa merasakan ketenangan dalam hadirat-Nya. Apa pun yang sedang kita alami, Tuhan selalu bisa menenangkan jiwa kita, karena Tuhan gak akan membiarkan kita mengalami hal-hal di luar kapasitas kita (1 Kor 10:13). Tekanan hadir dalam hidup untuk semakin menguji kesetiaan kita kepada Tuhan, seperti Ayub, Abraham, Musa, dan banyak tokoh Alkitab yang meneladankan kita supaya tetap setia, mencari, dan menemui Tuhan walaupun di tengah tekanan dan badai. Justru semakin dalam kita ikut Tuhan, tekanan kita akan semakin besar dan semakin diuji kesetiaan dan kepercayaan kita kepada Tuhan. Ingat guys, hanya dalam Tuhan kita bisa bertahan dalam tekanan. Jangan malah mencari hiburan dan ketenangan di luar Tuhan yang hanya bersifat sementara.

WHAT TO DO:
Hanya dalam Tuhan, tempat kita berteduh dan tenang.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Yosua 3-5;
▪︎ Filipi 3-4

Card image
Renungan Pagi - 11 Maret 2023
2023-03-11 09:27:35

Perhatikanlah cara hidupmu saat ini, di tengah angkatan yang makin rusak di akhir zaman ini. Firman Tuhan berkata : "Karena itu, perhatikanlah dengan seksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." Banyak orang menjadi bodoh karena tidak mengerti atau tidak mau mengerti kehendak Allah. Terlalu erat bergaul dengan dunia menjadikan manusia bebal.

Pasti sudah banyak firman Tuhan kita dengar sampai pada saat ini. Lalu mengapa masih bodoh, atau pura-pura bodoh bahkan masa bodoh, tidak mau berusaha melakukan kehendak Tuhan dalam hidup ini. Kita suka sekali mengabaikan dan menganggap remeh perkataan Tuhan, "Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan." Jadi, berhati-hatilah, perhatikan cara hidupmu, jangan sampai tidak ada kesempatan lagi memperbaiki diri! Segeralah bertobat dan berubah supaya kita jangan binasa.
(Efesus 5:15-16 ; Amsal 13:13)

Card image
Quote Of The Day - 11 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-11 09:01:25


Orang yang menanti-nantikan Tuhan tidak akan dipermalukan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 11 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-11 09:00:30


Pergumulan memiliki gaya hidup seperti Tuhan Yesus itu berat, dan orang yang tidak mengalami pergumulan ini tidak pernah memiliki Kekristenan.

Card image
A HELPING GOD - 11 Maret 2023 (English Version)
2023-03-11 08:59:32


The religious concept humans have everywhere, whether heavenly religion or religions born from culture, ancient or tribes, refer to the God they worship as the helper, Caretaker, guardian, or protector. This way of thinking also exists in the lives of many Christians, even most of them. Some of us still have this kind of thinking, which is why we attend church. We need God as a Helper, Protector, or Guardian. However, many Christians have not been right in treating God.

The only true God is the God who created the heavens and the earth, humans, and has a will and a plan. This was all made according to His plan with a divine purpose. This is very important though sounds familiar and straightforward. He is the God worshiped by Abraham, Isaac, and Jacob, who called Abraham out of his land. The true God claims to be Elohim Yahweh. He is the only true God, and there is no God but Him. This is a fixed price and cannot be reduced.

Of course, we must continue to respect other beliefs and religions and not interfere as civilized humans amid a pluralistic, polarized society. We shouldn’t attack them and don’t need to compare our teachings with theirs. However, the belief that the only true God is Elohim Yahweh, the God, and Father of our Lord, Jesus Christ, is a fixed price, non-negotiable.

Of course, He could be a Protector, the only Protector, Caretaker, and Helper. As believers, we should not glance at anyone or anything to be a helper under any circumstances though God may use humans or someone to help. However, our hearts must be directed to God and not depend on humans. So, if God moves us to tell someone about our problems, that’s not wrong because we have to support and strengthen one another. However, everything we do must be led by God, the owner of our lives. We deal with God to get a Helper, Guardian, and Preserver. However, we must not let go of the purpose of creation.

Do not deal with God in a narrow, shallow, and mortal orientation of humans. That is how people worship in general because they want help from various life problems which have nothing to do with the purpose of God creating humans. So, if we deal with God only because of economic, health, and family issues, the world and religion can also answer, including if we want to be well-civilized. When we deal with God, we want to see divine intent or purpose and do not enter His territory to question things that are not His business, such as in Luke 12:13-15, “Someone in the crowd said to him, “Teacher, tell my brother to divide the inheritance with me.” Jesus replied, “Man, who appointed Me a judge or an arbiter between you?“

The answer of Jesus shows as if He is not a judge though He is the Judge above all judges. He is the Judge that is not appointed by humans or the human version of judges. He is a Helper, but not designated by humans or according to them. He is the Caretaker and Sustainer but not in the human version or appointed by them. If Jesus is the Helper, Sustainer, and Caretaker in the human versions, they have the right to direct God. He exalted Himself because He is God.

God created humans with the intention that they would be devoted to Him. Therefore, we must learn to know Him well to open our minds and insights into who He is and finally find the divine purpose that He has designed for each of us. Serving God means that humans can have behavior and rhythm that is in harmony with the Father and becomes the delight of the Father. However, it turns out humans have fallen into sin, lost, or lacked His glory, so their rhythm has become corrupted and displeases the Father. So, living in this world is for our improvement to be worthy to enter the world to come, and we have to do it with all our strength and without limit.

  IF WE DEAL WITH GOD, IT SHOULD BE BECAUSE WE NEED A HELPER WITHOUT BEING APART FROM HIS PURPOSE OF CREATING US

Card image
ALLAH PENOLONG - 11 Maret 2023
2023-03-11 08:57:34


Menjadi konsep manusia beragama di mana pun—apakah itu agama samawi maupun agama-agama yang lahir dari budaya, agama-agama purba, agama-agama suku—di mana allah atau sesembahannya dipandang sebagai penolong, pemelihara, penjaga, atau pelindung. Cara berpikir seperti ini juga ada di dalam kehidupan banyak orang Kristen, bahkan sebagian besar orang Kristen. Sebagian kita juga masih memiliki alam berpikir seperti ini, yang karenanya kita pergi ke gereja, karena kita membutuhkan Tuhan sebagai Penolong, Pelindung, Pemelihara, atau Penjaga. Tetapi, sebenarnya banyak orang Kristen yang belum tepat benar dalam memperlakukan Allah.

Satu-satunya Allah yang benar adalah Allah yang menciptakan langit dan bumi dan manusia. Allah yang memiliki kehendak, juga Allah yang memiliki rancangan. Semua ini diciptakan sesuai dengan rencana-Nya; dengan tujuan ilahi. Dan hal ini penting sekali, walaupun kedengarannya sudah biasa dan sederhana. Dialah Allah yang disembah oleh Abraham, Ishak, dan Yakub, yang memanggil Abraham keluar dari negerinya. Allah yang benar menyatakan diri sebagai Elohim Yahweh. Dialah satu-satunya Allah yang benar. Tidak ada Allah selain Dia. Dan ini harga mati. Tidak boleh dikurangi dengan apa pun.

Tentu kita harus tetap menghargai keyakinan, agama, kepercayaan orang lain, dan kita tidak mengganggu dan tidak boleh mengganggu, sebagai manusia yang beradab di tengah-tengah masyarakat yang majemuk, yang plural, punya polarisasi. Kita juga tidak boleh menyerang, dan kita juga tidak perlu membanding-bandingkan ajaran kita dengan ajaran mereka. Tetapi, keyakinan bahwa satu-satunya Allah yang benar adalah Elohim Yahweh, Dialah Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus, itu harga mati. Itu tidak bisa ditawar.

Tentu Dia bisa menjadi Pelindung. Dan memang hanya Dialah satu-satunya Pelindung, satu-satunya Pemelihara, satu-satunya Penolong. Bagi kita orang percaya, kita tidak boleh melirik siapa pun dan apa pun untuk menjadi penolong, dalam keadaan bagaimanapun. Kalau Tuhan memakai manusia atau seseorang menolong dan membantu kita, bisa. Tetapi, hati kita harus terarah kepada Tuhan. Kita tidak boleh bergantung kepada manusia. Jadi, kalau Tuhan menggerakkan kita menceritakan masalah kita kepada seseorang, tentu hal itu tidak salah, karena memang kita harus saling menopang dan saling menguatkan. Tetapi, semua hal yang kita lakukan harus dalam pimpinan Tuhan, Pemilik hidup kita. Kalau kita berurusan dengan Allah, karena kita membutuhkan Penolong, Penjaga, Pemelihara. Namun, tidak boleh kita lepaskan dari maksud penciptaan.

Maka, jangan berurusan dengan Allah dalam orientasi manusia yang sempit, dangkal, dan fana. Pada umumnya, begitulah orang memiliki sesembahan, karena mau mendapat pertolongan dari berbagai masalah fana, yang tidak terkait dengan maksud tujuan Allah menciptakan manusia. Jadi, kalau kita berurusan dengan Tuhan hanya karena untuk masalah ekonomi, kesehatan, keluarga; dunia bisa menjawab. Agama-agama sangat bisa menjawab, termasuk kalau kita mau memiliki budi pekerti yang baik. Dunia bisa menjawab. Maka, kalau kita berurusan dengan Tuhan, kita mau melihat maksud atau tujuan ilahi. Jangan masuk ke wilayah Tuhan untuk memperkarakan hal-hal yang tidak menjadi urusan Tuhan. Seperti di Lukas 12:13-15, ketika seseorang berkata, “Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku. Tetapi Yesus berkata kepadanya: Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?”

Jawaban Yesus mengesankan bahwa Yesus bukan hakim. Yesus itu Hakim di atas segala hakim. Tetapi, bukan hakim yang diangkat manusia dan bukan hakim versi manusia. Dia Penolong, tetapi bukan penolong yang diangkat manusia dan penolong versi manusia. Dia Pemelihara dan Penjaga, tetapi bukan pemelihara dan penjaga versi manusia, dan tidak diangkat oleh manusia. Dia mengangkat diri-Nya sendiri karena Dia Allah. Kalau Yesus sebagai Penolong, Pemelihara, Penjaga menurut versi manusia, maka manusia punya hak untuk mengarahkan Tuhan.

Karenanya, kita harus sungguh-sungguh belajar untuk mengenal Dia dengan benar agar dapat membuka pikiran, wawasan kita untuk mengenal siapa Dia, dan akhirnya menemukan maksud tujuan ilahi yang Dia rancangkan bagi setiap kita. Allah menciptakan manusia dengan maksud supaya manusia menjadi manusia yang melayani Tuhan. Melayani Tuhan artinya manusia bisa memiliki perilaku, irama yang dalam segala hal seirama dengan Bapa di surga, dan itu menjadi kesukaan hati Bapa. Tetapi, ternyata manusia telah jatuh ke dalam dosa, kehilangan kemuliaan Allah atau kurang kemuliaan Allah, sehingga irama manusia menjadi rusak dan tidak menyenangkan hati Bapa. Jadi, hidup di dunia ini adalah hidup untuk perbaikan, supaya kita layak masuk dunia yang akan datang. Maka, kita harus melakukannya dengan segenap kekuatan kita; tanpa batas.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA BERURUSAN DENGAN ALLAH, KARENA KITA MEMBUTUHKAN PENOLONG. NAMUN, TIDAK BOLEH KITA LEPASKAN DARI MAKSUD PENCIPTAAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 Maret 2023
2023-03-11 08:54:07

Ulangan 3-4

Card image
Truth Kids 10 Maret 2023 - SALING MENEGUR
2023-03-10 05:56:10


Lukas 6:31
“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”

Miranda mempunyai teman yang sangat dekat dengannya, namanya Rahel. Karena begitu dekat mereka sudah seperti saudara. Suatu ketika Rahel pernah melakukan kesalahan yaitu membentak Miranda yang sedang asyik bermain bonekanya. Rahel marah kepada Miranda karena tidak mau bermain bersama. Lalu Miranda pun menangis dan tidak mau bermain lagi.

Keesokan harinya Rahel datang ke rumah Miranda untuk meminta maaf kepada Miranda. Rahel meminta maaf karena sudah membentak Miranda. Miranda pun memeluk Rahel sambil berkata, “Aku sudah memaafkanmu, Rahel. Lain kali jangan diulangi lagi, ya. Aku merasa sedih, loh, kalau kamu membentak aku. Kalau aku salah, kamu bisa ingatkan aku pelan-pelan. Maafin aku juga, ya, karena tidak berbagi mainan dengan kamu.” Sobat Kids, dari cerita di atas kita dapat belajar, tidak salah jika kita menegur orang lain ketika melakukan kesalahan. Tapi ingat, kita harus menegur atau mengingatkan teman yang salah dengan ucapan yang baik.

Card image
Truth Junior 10 Maret 2023 - BERANI TERUS TERANG
2023-03-10 05:54:34


Lukas 6:31
”Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”

Sobat Junior, apakah kalian pernah dengar slogan “Terus Terang, Terang Terus?” Itu adalah slogan dari salah satu merk lampu yang terkenal. Perusahaan lampu tersebut menyatakan dengan terus terang (dengan sebenarnya) bahwa lampu yang mereka produksi selalu terang terus, sampai waktu yang lama. Slogan tersebut dapat kita hubungkan dengan kehidupan kita sehari-hari. Kejujuran atau terus terang kepada teman itu sangat penting. Jika tidak ada kejujuran, maka pertemanan tidak akan bertahan dalam waktu yang lama.

Contohnya ketika kita mengobrol dengan teman, namun dalam percakapan tersebut ada perkataan teman kita yang membuat kita tersinggung. Nah, apa yang harus kita lakukan? Apakah kita sampaikan dengan terus terang bahwa perkataannya tadi agak sedikit menyinggung kita? Atau kita simpan saja dalam hati?

Perlu kita ingat lagi bahwa dalam sebuah pertemanan, harus ada kejujuran. Caranya dengan mengatakan apa adanya atau berani berterus terang. Maka ketika ada perkataan teman kita yang sedikit menyinggung, maka sebaiknya kita berani terus terang memberitahunya bahwa perkataannya tadi membuat kita tidak nyaman. Itu berarti kita sudah berani jujur, supaya pertemanan kalian dapat bertahan dalam waktu yang lama. Itulah pertemanan yang benar, dan tentu Tuhan Yesus akan senang jika kita berani untuk terus terang ketika ada teman yang berbuat salah. Tapi, kalian juga harus minta pimpinan Roh Kudus dalam menyampaikan isi hati dan pikiran kalian, ya. Jadi, Sobat Junior, kita tidak perlu takut untuk terus terang jika ada teman kita yang berbuat salah. Kita dapat memberikan nasihat pada teman kita. Itu adalah pertemanan yang akan menyukakan hati Tuhan.

Card image
Truth Youth 10 Maret 2023 (English Version) - FOR THOSE OF YOU WHO LOSE
2023-03-10 05:52:35


”Now the God of hope fill you with all joy and peace in believing, that ye may abound in hope, through the power of the Holy Ghost.” (Romans 15:13)

As humans, we must have something or someone who is a reason for us to live. Whether it's a dream and ideals of us or our parents or family. For example, having aspirations to become a doctor, throughout our lives we will definitely be focused on studying diligently so we can enter the Faculty of Medicine, as well as to the next stage until we can practice as a doctor. Or, if the reason we live is to make our parents happy, we will definitely do things that please them. However, we never know what the future will be like, it could be suddenly in the middle of the journey, for example, in the head of a medical specialist, our parents are very ill, and inevitably we must postpone our ideals in order to care for parents. There must be a feeling of being afraid of losing opportunities and losing the direction of life when we are confronted with situations that are outside of our plans.

Romans 15:13, noting that only God is the source of life that can fulfill us, meaning that only God is the only reason we live. We may have ideals, but do not make it everything, because everything outside God can disappear at any time. Therefore, we must put the true foundation of life first. So that when we are faced with a situation that is beyond our control, when we have to lose ideals, opportunities, the people we care about, we will not be like a broken kites that lose direction, only surrender to where the wind will bring it. But we can still stand and have the right hope and faith in God (Matt. 7:24-27). Today, we can be reminded again, that as children of God, we want to fix the foundation of our lives first, so that we are not easily discouraged and know that only in God we feel alive and full.

WHAT TO DO:
For those of you who lose, maybe all this time you put the wrong reason or foundation for life, learn not to dissolve in sadness, but make God the only one who can fulfill your life.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Deuteronomy 34;
▪︎ Joshua 1-2;
▪︎ Philippians 1-2

Card image
Truth Youth 10 Maret 2023 - TERUNTUK KAMU YANG KEHILANGAN
2023-03-10 05:49:28


”Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan.” (Roma 15:13)

Sebagai manusia, kita pasti memiliki sesuatu atau seseorang yang menjadi alasan untuk kita hidup. Entah itu sebuah mimpi dan cita-cita kita atau orangtua atau keluarga kita. Misal, memiliki cita-cita untuk menjadi dokter, sepanjang hidup kita pasti akan terfokus untuk belajar yang rajin supaya bisa masuk ke fakultas kedokteran, begitupun ke tahap selanjutnya sampai bisa berpraktik sebagai dokter. Atau, kalau yang menjadi alasan kita hidup adalah untuk membahagiakan orangtua, kita pasti melakukan hal-hal yang menyenangkan mereka. Tetapi, kita tidak pernah tahu hari depan akan seperti apa, bisa saja tiba-tiba di tengah perjalanan, misal dalam menuju kuliah spesialis kedokteran, orangtua kita sakit keras, dan mau tidak mau kita harus menunda cita-cita kita demi merawat orangtua. Pasti ada perasaan kita takut kehilangan kesempatan dan kehilangan arah hidup saat kita diperhadapkan pada situasi yang di luar rencana kita.

Roma 15:13, mencatat bahwa hanya Tuhanlah sumber kehidupan yang bisa memenuhi kita, artinya hanya Tuhan satu-satunya alasan kita hidup. Kita boleh punya cita-cita, tetapi tidak menjadikan hal itu segala-galanya, karena semua hal di luar Tuhan bisa hilang kapan pun. Oleh karena itu, kita harus menaruh fondasi hidup yang benar dulu. Sehingga saat kita diperhadapkan pada situasi yang di luar kendali kita, saat kita harus kehilangan cita-cita, kesempatan, orang-orang yang kita sayangi, kita tidak akan seperti layangan putus yang kehilangan arah, hanya pasrah ke mana angin akan membawanya. Tetapi kita tetap bisa berdiri dan mempunyai pengharapan dan iman yang benar dalam Tuhan (Mat. 7:24-27). Hari ini, kita boleh diingatkan kembali, bahwa sebagai anak Tuhan, kita mau membenahi fondasi hidup kita dulu, sehingga kita gak mudah putus asa dan tahu bahwa hanya dalam Tuhan kita merasa hidup dan penuh.

WHAT TO DO:
Teruntuk kamu yang kehilangan, mungkin selama ini kamu menaruh alasan atau fondasi yang salah untuk hidup, belajarlah untuk tidak larut dalam kesedihan, tetapi jadikan Tuhan satu-satunya yang bisa memenuhi hidupmu.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 34;
▪︎ Yosua 1-2;
▪︎ Filipi 1-2

Card image
Renungan Pagi - 10 Maret 2023
2023-03-10 05:26:49


Ada satu hal penting yang harus kita sadari saat hidup di dunia ini, yaitu waktu terbatas, bahkan waktu sangat singkat, hidup kita dibatasi usia dan tidak ada dosa yang tersembunyi dimata Tuhan, semua terbuka di hadapan-Nya, perhatikanlah perkataan pemazmur : "Engkau menaruh kesalahan kami di hadapan-Mu, dan dosa kami yang tersembunyi dalam cahaya wajah-Mu.

Sungguh, segala hari kami berlalu karena gemas-Mu, kami menghabiskan tahun-tahun kami seperti keluh. Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap".

Kesadaran ini harusnya membuat kita semakin hidup takut akan Tuhan, sebab entah kapan waktunya akan dipanggil pulang. Lenyap, meninggalkan dunia ini. Jangan mengeraskan hati dengan mengabaikan peringatan Tuhan.

Tetapi mulailah membangun kehidupan persekutuan dengan Tuhan, apapun yang ingin kita lakukan, berdoalah, tanya kepada Tuhan, carilah wajah-Nya selalu. Percayalah, Tuhan akan selalu menyertai jalan hidup kita dan saat pulang nanti, maka kita akan hidup selamanya bersama Tuhan.
(Mazmur 90:8-10)

Card image
Quote Of The Day - 10 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-10 05:21:27


Orang yang takut akan Tuhan adalah orang yang menghayati Allah hadir di mana-mana, sehingga pasti ia tidak hidup sembrono.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 10 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-10 05:20:32


Keselamatan bukan hanya membuat orang terhindar dari neraka dan diperkenankan masuk surga, tetapi dikembalikan kepada rancangan Allah.

Card image
STAIRS OF GRACE - 10 Maret 2023 (English Version)
2023-03-10 05:19:22


We all know that all things we get from this world, one day, we have to let them go and leave them, or they leave us. Only God Himself will become ours, as said in God’s words, “Whom have I in heaven but you? And Earth has nothing I desire besides You,” We agreed with it. However, how many of us have experienced God? How many have had God in our lives? How does our spiritual life grow? How high is the holiness quality of our life? How strong is our belief in God that He is the living God, and we dare to face all circumstances, even death?

There was still quite a lot of wondering in their hearts, but only for a second, those voices were extinguished or silenced. The votes that question, “Why haven’t I become spiritual? Why haven’t I lived a holy life? What if I die at any moment? Have I been pleasing before God? How certain are we that if we die, we will be accepted into the Eternal Tabernacle, the Father’s House, and become members of the family of God’s Kingdom? Who is God? How exactly is He? Is it true that salvation is only in Jesus Christ?”

Maybe we have also asked naively, “Is it true that the Red Sea was once parted? Was it true that the Earth was once flooded with water? Is it true that the world will end, and when is it? Is it true that the Earth will become a lake of fire, and there is an eternal reality of heaven and hell?” Ironically, questions like these are silenced by another question, “When will my debt be paid? When will I have a home? When will my son get married? When will my son have children so I have grandchildren and my bloodline is carried on? When will this problem be solved? When will my pain be cured? When can I go to that place, to this place?” Many things. So that we skip very central questions that should be followed up with concrete actions.

We struggle more with questions like “When will I have a home?” and follow up the question with various activities. Things that should be principles and have priceless elements of eternity are replaced by things that are not principle and relative, which are not only of less value, they may even have no value if compared to eternity. Let us think seriously today. Never say that heaven is impossible to achieve, so we have never made any effort to reach it. Heaven is indeed impossible to go to, but God provides a stair-the stair of grace. But we must step on it to get to heaven. So, don’t say, “I’m a merchant and don’t have time to be spiritual.”

If we have time for money, hobbies, and other things, why don’t we have time for God? If we don’t do it, we don’t need God. We give time for God only on Sunday Service in one and a half hours and often come late. We have unlimited portions for many things but limited for God. Being married or not, having children, or being barren is not obligatory or absolute. They are just relative. Everything we hold will one day vanish, and it is very excellent. God is omnipotent and not close, while those that are relative one day will disappear, just as said in the Word of God, “How suddenly are they destroyed, completely swept away by terrors!“

People don’t believe it because they have not experienced it yet. This world is deceiving. What we see, the way of life, or the human life philosophy is deluding. Though it was silent, it was louder than the voice on the pulpit. When they say, “Relax, it’s okay. Don’t go to the extreme. Just live like others.” If the church doesn’t make a loud noise like a fire alarm, it’s dangerous. The congregation was unaware because all felt fine until they witnessed the reality of all disappearing enormously one day. We must live up to the enormity that people are separated from God. Don’t say impossible to be spiritual or live holy. The potential to go to heaven is a grace, and the stairs are a gift. However, if we do not climb, we will not reach heaven.

Holiness is fruit, not grace, but the potential to achieve it is grace. If we don’t use polish—to hear the word, have time to meet God, and pay attention to every life event that brings goodness—we don’t change. The devil deceives many Christians by saying that “Salvation is by grace, period” without explanation. Many Christians think that salvation is like winning a lottery. Precisely, the grace given to us gives us greater responsibility than those who do not have it.

  HEAVEN IS INDEED IMPOSSIBLE TO REACH, BUT GOD PROVIDES A STAIR, THE STAIR OF GRACE, AND TO GET TO HEAVEN, WE MUST CLIMB.

Card image
TANGGA ANUGERAH - 10 Maret 2023
2023-03-10 05:17:21


Semua kita tahu bahwa segala sesuatu yang kita peroleh dari dunia ini, suatu hari harus kita lepaskan, pasti kita tinggalkan atau meninggalkan kita. Hanya satu yang akan menjadi milik kita, yaitu Tuhan sendiri. Seperti yang dikatakan dalam firman Tuhan, “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi,” kita setuju. Tetapi, berapa banyak kita yang sungguh-sungguh mengalami Tuhan? Seberapa banyak yang telah memiliki Tuhan di dalam hidup kita? Seberapa hidup kerohanian kita bertumbuh? Seberapa tinggi kualitas kesucian hidup kita? Seberapa kuat iman keyakinan kita terhadap Allah bahwa Dia Allah yang hidup, dan kita berani menghadapi segala keadaan, bahkan kematian?

Seberapa yakin bahwa kalau kita meninggal dunia, pasti diterima di Kemah Abadi, di Rumah Bapa sebagai anggota keluarga Kerajaan Allah? Sejujurnya, masih cukup banyak yang bertanya-tanya dalam hati, tetapi hanya sekilas, kemudian mereka memadamkan atau membungkam suara itu. Suara yang bernada pertanyaan “Mengapa aku tidak kunjung menjadi rohani? Mengapa aku belum hidup kudus? Bagaimana kalau aku mati setiap saat, apakah aku sudah berkenan di hadapan Tuhan? Siapa Allah itu sebenarnya? Bagaimana sebenarnya Dia? Apa benar keselamatan hanya dalam Yesus Kristus?”

Mungkin kita juga pernah bertanya dengan naif, “Apakah benar Laut Kolsom pernah terbelah? Apakah benar Bumi ini pernah dibanjiri dengan air bah? Apakah benar dunia akan kiamat? Kapan itu? Apakah benar bumi akan menjadi lautan api, dan ada realitas kekekalan surga dan neraka?” Tetapi, pertanyaan-pertanyaan seperti ini terbungkam oleh pertanyaan lain, “Kapan utangku terbayar? Kapan aku punya rumah? Kapan anakku menikah? Kapan anakku punya anak, sehingga aku punya cucu dan garis keturunanku diteruskan? Kapan masalah ini selesai? Kapan sakitku sembuh? Kapan aku bisa jalan-jalan ke tempat itu, ke tempat ini?” Banyak hal. Sehingga pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya sangat prinsip yang harus kita tindak lanjuti dengan tindakan-tindakan konkret, tidak kita tindak lanjuti.

Pertanyaan seperti “Kapan aku punya rumah?” lebih kita gumuli, dan ditindaklanjuti dengan berbagai aktivitas. Hal-hal yang mestinya prinsip, mengandung unsur kekekalan yang tidak ternilai, digantikan hal-hal yang tidak prinsip, yang relatif, yang bukan hanya kurang bernilai, bahkan bisa tidak bernilai sama sekali jika dibanding dengan kekekalan. Mari kita berpikir serius hari ini. Jangan berkata bahwa surga itu mustahil dicapai, lalu kita tidak pernah ada upaya mencapai surga. Surga memang mustahil dicapai, tetapi Tuhan menyediakan tangga. Tangga itu anugerah. Tetapi, untuk sampai surga, kita harus melangkah. Jangan berkata, “Saya ini pedagang, tidak punya waktu untuk menjadi rohani.”

Kalau untuk uang atau mungkin juga hobi dan yang lain kita punya waktu, mengapa untuk Tuhan, kita tidak punya waktu? Kalau kita tidak lakukan, berarti memang kita tidak membutuhkan Tuhan. Kita memberi kuota Tuhan hanya kebaktian hari Minggu, satu setengah jam. Itupun datang terlambat. Banyak hal kita berikan dengan porsi yang tidak terbatas. Tetapi untuk Tuhan kita beri porsi yang terbatas. Menikah, tidak menikah, itu bukan wajib; tidak mutlak. Punya anak, tidak punya anak, itu tidak mutlak; relatif. Yang tidak relatif, hanya Tuhan. Dan yang relatif itu akan lenyap. Seperti yang dikatakan dalam firman Tuhan, “Betapa binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap habis oleh karena kedahsyatan.” Lenyapnya semua yang kita pegang, itu kedahsyatan.

Karena orang belum mengalami, maka ia tidak percaya. Dunia ini menipu. Yang kita lihat, cara hidup, filosofi hidup manusia di sekitar kita ini, menipu. Memang tidak bersuara, tetapi lebih kuat dari suara di mimbar. Ketika mereka berkata, “Tenang, tidak apa-apa. Jangan ekstrem; jalani hidup seperti yang lain.” Kalau gereja tidak bersuara keras seperti memukul pentongan kebakaran, bahaya. Jemaat tidak sadar, semua merasa baik-baik saja. Sampai pada suatu saat mereka menyaksikan kenyataan semua lenyap dengan dahsyatnya.

Kita harus menghayati dahsyatnya kenyataan kalau orang terpisah dari Allah. Jangan berkata, “Mustahil jadi rohani, mustahil hidup suci.” Potensi untuk sampai surga, itu anugerah. Tangga itu anugerah. Tetapi, kalau kita tidak naiki, kita tidak sampai surga. Kesucian itu buah, bukan anugerah. Tetapi, potensi untuk mencapai kesucian, itu anugerah. Kalau tidak menggunakan anugerah—tidak mau mendengar firman, tidak memiliki waktu bertemu Tuhan, tidak memperhatikan setiap kejadian hidup yang terjadi yang mendatangkan kebaikan—kita tidak akan berubah. Setan itu menipu banyak orang Kristen dengan berkata bahwa “Keselamatan itu anugerah, titik” tanpa penjelasan. Lalu, bayangan di dalam pikiran banyak orang Kristen, keselamatan seperti dapat lotre. Justru anugerah yang diberikan kepada kita, memberi tanggung jawab yang lebih besar dari orang yang tidak punya anugerah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SURGA MEMANG MUSTAHIL DICAPAI, TETAPI TUHAN MENYEDIAKAN TANGGA; TANGGA ANUGERAH, DAN UNTUK SAMPAI SURGA, KITA HARUS MELANGKAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 Maret 2023
2023-03-11 08:54:35

Ulangan 1-2

Card image
Truth Kids 09 Maret 2023 - MEMBUAT HATI TUHAN SENANG
2023-03-09 09:35:16


Mazmur 55:15
“kami yang bersama-sama bergaul dengan baik, dan masuk rumah Allah di tengah-tengah keramaian.”

Evan dan Ezra adalah saudara sepupu. Mereka tinggal berjauhan, jadi jarang ada kesempatan untuk bermain bersama. Namun, biasanya saat liburan sekolah, mereka akan menginap di rumah nenek mereka. Suatu hari, saat liburan sekolah tiba, mereka sama-sama menginap di rumah nenek. Mereka bermain bersama, ikut membantu nenek di kebun. Ketika hari mulai sore, mereka akan kembali pulang ke rumah nenek. Setelah mandi dengan bersih, mereka akan makan bersama dengan nenek. Ketika akan tidur, mereka tidak lupa gosok gigi dan mencuci kaki.

Evan dan Ezra berdoa bersama sebelum tidur. Kedua orangtua mereka sudah mengajarkan agar setiap bangun pagi dan sebelum tidur di malam hari, mereka harus mengucapkan terima kasih kepada Tuhan. Oleh karena itu, mereka saling mengingatkan ketika mau tidur dan mereka berdoa bersama.

Apakah Sobat Kids juga melakukan hal yang sama? Apakah kalian juga suka mengingatkan teman untuk berdoa kepada Tuhan? Teman yang membuat Tuhan senang adalah teman yang juga suka berdoa kepada Tuhan. Yuk, kita saling ingatkan teman untuk berdoa kepada Tuhan setiap hari.

Card image
Truth Junior 09 Maret 2023 - GROWING TOGETHER
2023-03-09 09:34:09


Mazmur 55:15
“kami yang bersama-sama bergaul dengan baik, dan masuk rumah Allah di tengah-tengah keramaian.”

Bagaimana, Sobat Junior? Apakah kalian sudah berdiskusi dengan orangtua tentang teman-teman kalian? Hari ini kita akan lanjut belajar tentang ciri-ciri sahabat yang menyukakan hati Tuhan. Pertama, ciri seorang sahabat yang menyukakan hati Tuhan adalah ia yang memahami bahwa hidup di dunia ini hanya sementara. Sahabat kita tahu untuk tidak mencintai dunia ini. Ia sadar bahwa dunia ini akan kita tinggalkan suatu saat nanti. Kedua, seorang sahabat adalah ia yang selalu mau belajar dan mempunyai semangat berjuang untuk mengenal Firman Tuhan. Ia membangun hubungan bersama Tuhan dan tekun atau setia dalam bertumbuh. Ketiga, seorang sahabat yang memberikan dampak baik untuk kita secara rohani dan jasmani.

Bersama sahabat, kita dapat melakukan hobi yang sama seperti olahraga. Bisa juga bersama-sama membaca Alkitab dan membicarakan tentang kebenaran Firman Tuhan. Dengan adanya sahabat yang benar, kita dapat sama-sama berjuang ketika jatuh dalam dosa. Dan berusaha bangkit lagi untuk berubah. Bertumbuh bersama (growing together) dengan sahabat, akan lebih menyenangkan.

Card image
Truth Youth 09 Maret 2023 - FOR THOSE OF YOU WHO ARE TIRED, LETHARGIC, AND HEAVY
2023-03-09 09:32:49


”Come unto me, all ye that labour and are heavy laden, and I will give you rest. Take my yoke upon you, and learn of me; for I am meek and lowly in heart: and ye shall find rest unto your souls. For my yoke is easy, and my burden is light.” (Matthew 11:28-30)

Pressure is often present to sharpen and mature us. There is no successful person on earth that is not forged by pressure. The greater the pressure, our strength to survive must be even greater, if not, then we will not be able to pass every pressure that exists. Moreover, we as human beings with our limitations, certainly will not be able to cross the pressure with our own strength. We always need more strength or superpower than our Father in heaven. We who know the truth, certainly want to be a similar and perfect person like Jesus. But, in this process, God also opened His hands wide to embrace us, because He knows this is a difficult process.

Not that we are spoiled and just surrender, when we complain and cry before God, but God is all everything, so that He also recognizes our feelings, when we feel unable or fail to live holy. Often we interpret the phrase "fatigue lethargic and heavy load" (Matthew 11:28), in terms of material (physical), work pressure, family, and so forth. But, let us withdraw from the perspective of the struggle to live holy, this verse wants to show the role of God as father to us, His Son. As a parent, surely want to educate their children to continue to struggle to live right. But in the process, every parent is impossible to let us when we fail, as well as God, he has sovereignty in educating us, but he opens His hands so wide to embrace us when we feel weak and fail. And only in Him we get new relief and enthusiasm to fight again. For those of you who are tired, lethargic, and loaded heavily, do not fall into other "hands", which only relieve us for a moment and instead destroy, but fall in God's hands.

WHAT TO DO:
We need to remember, surrender does not mean surrender, but to stop and silence for a moment in the presence of God to gain new strength and spirit before we return to fight.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Deuteronomy 31-33;
▪︎ Ephesians 5-6

Card image
Truth Youth 09 Maret 2023 - TERUNTUK KAMU YANG LETIH, LESU DAN BERBEBAN BERAT
2023-03-09 09:30:50


”Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.” (Matius 11: 28-30)

Tekanan sering kali hadir untuk mengasah dan mendewasakan kita. Tidak ada orang sukses di muka bumi yang tidak ditempa oleh tekanan. Semakin besar tekanan, kekuatan kita untuk tetap bertahan pun harus semakin besar, kalau tidak, maka kita tidak akan mampu melewati setiap tekanan yang ada. Apalagi kita sebagai manusia dengan keterbatasan kita, pasti tidak akan mampu untuk melewati tekanan dengan kekuatan kita sendiri. Kita selalu memerlukan kekuatan yang lebih atau superpower dari Bapa kita di surga. Kita yang mengenal kebenaran, pasti mau menjadi pribadi yang serupa dan sempurna seperti Yesus. Tetapi, dalam proses ini, Tuhan pun membuka lebar tangan-Nya untuk merangkul kita, karena Ia tahu ini adalah proses yang sulit.

Bukan berarti kita manja dan hanya pasrah saja, saat kita mengadu dan menangis di hadapan Tuhan, tetapi Tuhan itu Maha segalanya, sehingga Ia pun mengenali perasaan kita, saat kita merasa gak mampu atau gagal untuk hidup kudus. Sering kali kita memaknai kalimat “letih lesu dan berbeban berat” (Matius 11:28), dalam hal materi (jasmani), tekanan pekerjaan, keluarga, dan lain sebagainya. Tetapi, coba kita tarik dari sudut pandang perjuangan untuk hidup kudus, ayat ini mau menunjukkan peran Tuhan sebagai Bapa kepada kita, anak-Nya. Sebagai orangtua, pastilah mau mendidik anak-anaknya untuk terus berjuang hidup benar. Tetapi dalam prosesnya, setiap orangtua tidak mungkin membiarkan kita saat kita gagal, begitupun dengan Allah, Ia punya kedaulatan dalam mendidik kita, tetapi Ia pun membuka tangan-Nya begitu lebar untuk merangkul kita saat kita merasa lemah dan gagal. Dan hanya di dalam-Nya kita memperoleh kelegaan dan semangat baru untuk berjuang lagi. Teruntuk kamu yang letih, lesu, dan berbeban berat, jangan sampai terjatuh ke dalam “tangan-tangan” yang lain, yang hanya melegakan kita sesaat saja dan malah membinasakan, tetapi jatuhlah dalam tangan Tuhan.

WHAT TO DO:
Perlu kita ingat, menyerah bukan berarti pasrah, tetapi untuk berhenti dan hening sejenak dalam hadirat Tuhan untuk mendapatkan kekuatan dan semangat baru sebelum kita kembali berjuang.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 31-33;
▪︎ Efesus 5-6

Card image
Renungan Pagi - 09 Maret 2023
2023-03-09 09:27:27


Ayub adalah orang saleh pada zamannya, yang hidupnya takut akan Tuhan, bahkan Tuhan sendiri yang memuji Ayub dan menyatakan kesalehannya. Sekalipun kondisi Ayub saat itu adalah orang yang kaya raya, diberkati Tuhan, tapi dia tidak terikat dengan kekayaannya itu. Terbukti, dari perkataan Ayub, ketika iblis diijinkan Tuhan mencobai dia untuk mengambil kekayaan dan bahkan keluarga Ayub, yaitu anak-anaknya dan istrinya yang marah dan frustasi.

Perkataan Ayub katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN! Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut." Ayub tidak menyalahkan Tuhan atas keadaan yang menimpanya. Hal ini pun membuktikan bahwa jika kita tidak terikat dengan harta dunia, maka apapun keadaan kita, tetap bersyukur dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan serta mempercayai Tuhan, bahwa ada waktunya semua akan selesai dan mendatangkan kebaikan bagi kita.
(Ayub 1: 21-22)

Card image
Quote Of The Day - 09 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-09 09:21:08


Hanya dengan tekad dan niat yang tulus kita dapat menghayati betapa indahnya hidup dalam kesucian.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 09 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-09 09:20:07


Jika manusia tidak berperan sama sekali untuk menemukan kemuliaan Allah yang hilang, berarti Allah tidak mendidik anak-anak-Nya bertanggung jawab atas hidup mereka.

Card image
MAKE TIME TO MEET - 09 Maret 2023 (English Version)
2023-03-09 09:09:44


Many Christians are held hostage in ignorance by only believing in Jesus as Lord and Savior as status, but not dealing anything to do with Him. To profess Jesus as Lord and Savior like that is not significant though it certainly has a meaning because we become God’s chosen people. However, if we don’t deal and truly interact with God, it means nothing because ultimately, the Lord Jesus will say to us, “I never knew you. Away from me, for you don’t do the Father’s will!“

The fantasized Christians never interact with God, and they may even only half believe Him. No wonder they don’t feel lucky (considered valuable) because they see religion as only contributing to fulfilling physical needs. God’s Word says, “Man shall not live on bread alone, but on every word that comes from the mouth of God.” The Lord Jesus can make us have the Word of God or Rhema. If we have the “Rhema,” we have the bread of life.

The problem is that we don’t meet the requirement to touch or interact with God; we do not dare without limits. We consider it not lucky to be a believer, but instead, focusing on many things in vain. If we know someone that can provide meaningful help, we know how lucky it is to interact and get along closely with that person, and we want to draw closer to them. Whatever we do, the important thing is how to be close to him. We must repent because if our way of life is still wrong, we will perish and be very sorry.

Why don’t we do that for God? Honestly, this is because we see Jesus as less valuable. People may pay tribute and attention to high officials but not honor God properly. We spend a long time on many things, but even for ten minutes, we never use it to meet God. God loves us, and He came to earth to sacrifice Himself so that we may have good luck. “though He was rich, yet for your sake, He became poor so that you through His poverty might become rich.” We must seriously encounter God every day. If we stay calm and do not move, God won’t know us. We may sing, go to church, and give offerings; no matter how big it is, we will still be rejected if we do not do the will of the Father (Matt. 7:21-23).

If we do not do the will of the Father, we will be wasted and become eternal trash. The main difficulty of life is only how to live holy, while problems of the economy, health, work, or family can later be passed. Those other problems must be faced with responsibility and hard work. We should live holy and become God’s lovers, and none can be against us since we are on His side and He is on our side. God exists because if we see the sky where billions of planets are so orderly, and each has a certain magnetism that avoids a collision, then impossible if not designed by an intelligent Person.

Our perfect body metabolism is created by the invisible hand that has order. God only wants us to be well and does not seek profit. However, we cannot be well if we are not good and do not listen or obey. If we are on God’s side, He will defend and protect us even if we do not ask for it. However, we will not be able to walk with God if we “stink.” Our mouths, brains, and behavior stink. God wants us to smell good. We are fortunate to be the chosen people, and the Word given by the Lord Jesus, the Gospel, and the Holy Spirit leads us to understand it.

If we understand how lucky it is to be the chosen people, we will make time to meet God because we need Him. If we don’t have hours to meet God, then something is wrong in our life because we don’t look to Him, who is most important in our life. Whereas without Him, we perish into hell. Therefore, we must see Him as more valuable than anything we have, even than our treasures, life, or our breath. God knows when we need Him and will not let us down. God can’t possibly throw us away and make us walk alone.

  There are many unpredictable threats in front of us in the world but the living God, the all-powerful God, guards and protects us. If we feel God is vital to us, we should seek Him, and we will want to hear His voice. We will not offend God, will not sin, or live in sin. Stop sinning and hating, and have no revenge intentions. Forgive those guilty of us and mind the things above, not on the earth. If we consider God necessary and feel lucky to be the chosen people, our life focus will only be on Him. Before this day passes, we want to repent, not live in sin, and don’t hurt people with our words.

   WE UNDERSTAND HOW LUCKY IT IS TO BE THE CHOSEN PEOPLE, WE MUST MAKE TIME TO MEET GOD BECAUSE WE NEED HIM.

Card image
SEDIAKAN WAKTU BERTEMU - 09 Maret 2023
2023-03-09 09:07:29


Banyak orang Kristen tersandera dalam kebodohan, hanya percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dan itu pun hanya status saja, tetapi tidak berurusan dengan Dia. Percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, itu tidak signifikan. Walaupun tentu berarti, sebab kita menjadi umat pilihan Allah. Namun, kalau kita tidak berurusan, tidak berinteraksi secara riil dengan Dia, tidak ada artinya. Akhirnya Tuhan Yesus akan berkata kepada kita, “Enyah kamu, karena kamu tidak melakukan kehendak Bapa!”

Banyak orang Kristen yang Kristen fantasi, tidak pernah berinteraksi dengan Tuhan. Mungkin kepada Tuhan pun setengah yakin. Tidak heran kalau mereka tidak merasa beruntung (merasakan sesuatu yang berharga), karena memandang agama hanya berkontribusi guna pemenuhan kebutuhan jasmani. Firman Tuhan mengatakan, “Manusia hidup bukan hanya dari roti, tetapi dari setiap rhema,” dan Tuhan Yesus yang bisa membuat kita memiliki rhema. Kalau kita memiliki rhema, baru kita memiliki roti kehidupan.

Masalahnya, kita tidak memenuhi kuota yang harus dipenuhi guna bersentuhan (berinteraksi) dengan Tuhan; tidak berani tanpa batas. Kita menganggap bukan keberuntungan menjadi orang percaya. Sebaliknya, kita terfokus kepada banyak hal sia-sia. Kita harus bertobat, karena jika cara hidup kita masih salah, maka kita akan binasa dan sangat menyesal. Kalau kita mengenal seseorang dan orang itu bisa memberi pertolongan yang berarti, kita tahu betapa beruntungnya berinteraksi, bergaul dekat dengan orang tersebut, maka kita akan mendekat kepadanya. Apa pun kita lakukan, yang penting, bagaimana bisa dekat dengannya.

Mengapa kita tidak melakukan itu untuk Tuhan? Sejujurnya, karena kita memandang Yesus kurang bernilai. Orang bisa memberi upeti dan perhatian untuk pejabat, tetapi tidak menghargai Tuhan sepantasnya. Kita diberi waktu panjang untuk banyak hal, tetapi sepuluh menit pun tidak pernah berjumpa dengan Tuhan. Tuhan sayang kita. Dia datang ke dunia mengurbankan diri-Nya, supaya kita memiliki keberuntungan. “Dia yang kaya menjadi miskin, supaya kamu yang miskin bisa menjadi kaya di dalam Dia.” Kita harus serius menjumpai Tuhan tiap hari. Kalau masih tenang-tenang saja, kita tidak akan dikenal. Kita boleh menyanyi, ke gereja, kasih persembahan, mau seberapapun besarnya, kita tetap ditolak kalau tidak melakukan kehendak Bapa (Mat. 7:21-23).

Kalau kita tidak melakukan kehendak Bapa, kita akan terbuang, menjadi sampah abadi. Sulitnya hidup itu hanya bagaimana hidup suci. Soal ekonomi, kesehatan, pekerjaan, keluarga, nanti bisa dilewati. Tentu harus dengan tanggung jawab dan kerja keras. Kalau kita hidup suci, kita menjadi kekasih Tuhan, Dia Maha Kuasa. Siapa yang bisa lawan kita kalau kita di pihak Tuhan dan Tuhan di pihak kita? Tidak mungkin Tuhan tidak ada. Langit dengan berjuta planet yang begitu teratur, yang setiap planet memiliki magnet tertentu sehingga tidak bertabrakan, tidak mungkin tidak didesain oleh satu Pribadi yang cerdas.

Metabolisme tubuh kita yang sempurna, diciptakan oleh the invisible hand; tangan yang tidak kelihatan, dan punya tatanan. Tuhan hanya ingin kita berkeadaan baik-baik. Tuhan tidak cari keuntungan. Tetapi, kita tidak bisa berkeadaan baik-baik kalau kita tidak baik, tidak dengar-dengaran, tidak taat. Kita bahkan tidak perlu minta pembelaan Tuhan, Tuhan pasti membela dan menjagai kita. Tetapi, kita tidak akan bisa berjalan dengan Tuhan kalau “bau busuk;” mulut kita bau, otak kita bau, kelakuan kita bau. Tuhan mau kita harum. Kita beruntung menjadi umat pilihan. Dan firman diberikan oleh Tuhan Yesus, Injil dan Roh Kudus menuntun kita mengerti Firman itu.

Kalau kita mengerti betapa beruntungnya menjadi umat pilihan, kita pasti sediakan waktu untuk bertemu dengan Tuhan, karena kita membutuhkan Dia. Kalau kita tidak memiliki jam bertemu dengan Tuhan, ada yang salah dalam hidup kita. Kita tidak memandang Dia yang terutama di dalam hidup kita. Padahal tanpa Dia, kita binasa masuk neraka. Dia mesti kita pandang lebih bernilai dari apa pun yang kita miliki. Lebih bernilai dari harta kita, nyawa kita, bahkan lebih bernilai dari nafas kita sendiri. Tuhan tahu ketika kita sungguh-sungguh membutuhkan Dia, dan Tuhan tidak akan mengecewakan kita. Tidak mungkin Tuhan membuang kita dan membuat kita berjalan sendiri.

Banyak ancaman di depan kita dalam menghadapi dunia yang tidak bisa kita prediksi. Tetapi Allah yang hidup, Allah yang berkuasa, menjaga dan melindungi kita. Kalau kita merasa bahwa Dia penting, kita akan mencari Tuhan. Kita akan mau mendengar suara-Nya. Kita tidak akan melukai hati Tuhan. Kita tidak akan berbuat dosa atau hidup di dalam dosa. Berhentilah berbuat dosa, berhenti membenci, jangan ada niat balas dendam. Ampuni, maafkan orang yang bersalah kepada kita. Pikirkan perkara-perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Kalau kita benar-benar menganggap penting Tuhan, dan kita merasa beruntung menjadi umat pilihan, maka fokus hidup kita akan tertuju kepada Tuhan. Sebelum hari ini berlalu, kita mau bertobat. Jangan hidup di dalam dosa. Jangan melukai orang dengan perkataan kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU KITA MENGERTI BETAPA BERUNTUNGNYA MENJADI UMAT PILIHAN, KITA PASTI SEDIAKAN WAKTU UNTUK BERTEMU DENGAN TUHAN, KARENA KITA MEMBUTUHKAN DIA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 Maret 2023
2023-03-09 09:04:44

Bilangan 35-36

Card image
Truth Kids 08 Maret 2023 - ”TANYA PAPA MAMA DULU, DEH!"
2023-03-08 09:50:34


Amsal 28:7
“Orang yang memelihara hukum adalah anak yang berpengertian, tetapi orang yang bergaul dengan pelahap mempermalukan ayahnya.”

Sobat Kids, tentu kalian merasa tidak senang jika memiliki musuh, kan? Kita pasti lebih senang mempunyai teman. Tentu sangat menyenangkan apabila kita mempunyai teman yang dapat diajak main bersama, berbagi makanan dan bercerita bersama.

Kemarin kalian sudah belajar untuk tanya Tuhan mengenai teman yang baik untuk kalian. Namun, mungkin kalian bingung. Bagaimana cara tahu jawaban Tuhan tentang teman yang baik itu seperti apa? Nah, kalian bisa tanya kepada papa atau mama, Sobat Kids. Pendapat orangtua tentang teman dapat menjadi jawaban dari Tuhan. Papa dan mama tentu tahu teman seperti apa yang baik untuk kalian.

Teman yang baik pasti membawa kita kepada kebaikan pula. Karena itu, kita membutuhkan nasihat dari orangtua. Apabila orangtua menasihati atau melarang kita untuk berteman dengan seseorang, bisa jadi karena orangtua mengetahui bahwa teman tersebut dapat memberikan dampak yang buruk bagi kita. Kalian harus dengar nasihat orangtua, ya.

Card image
Truth Junior 08 Maret 2023 - SALAH MEMILIH TEMAN
2023-03-08 09:47:10


Amsal 28:7
“Orang yang memelihara hukum adalah anak yang berpengertian, tetapi orang yang bergaul dengan pelahap mempermalukan ayahnya.”

Awal berteman, biasanya kita saling berkenalan. Kemudian kita akan saling ngobrol; ingin tahu hobi masing-masing. Mungkin kita memiliki hobi yang sama. Sama-sama suka membaca buku, bernyanyi, dan lain sebagainya. Memilih teman yang mempunyai kesamaan dengan kita tidaklah salah, apalagi punya teman yang sangat seru, suka bercanda atau komedian. Namun, kita juga harus memikirkan apakah pertemanan membawa kita semakin dekat dengan Tuhan atau nyaman di dunia ini?

Misalnya sering kali kita ditegur oleh orangtua untuk tidak terlalu dekat dengan teman yang suka membuat keributan di sekolah atau memiliki perilaku yang buruk. Mengapa? Karena orangtua ingin kita menjadi seorang yang sopan, memiliki tingkah laku yang baik, dan menjadi teladan di sekitar kita. Pendapat atau penilaian orangtua terhadap teman kita merupakan hal yang penting, Sobat Junior. Jika orangtua tidak suka kita berteman dengan teman tertentu, bisa jadi karena orangtua kita tahu bahwa teman tersebut dapat memberi pengaruh buruk kepada kita. Kalian dapat berdiskusi dengan papa atau mama kalian, Sobat Junior. Siapa saja teman yang sebaiknya kalian hindari? Saat orangtua kalian memberikan pengertian, dengarkan mereka, ya. Orangtua adalah wakil Tuhan di bumi ini. Jangan sampai kalian salah memilih teman.

Card image
Truth Youth 08 Maret 2023 (English Version) - ANXIETY, GOOD OR BAD?
2023-03-08 09:44:44


”Take therefore no thought for the morrow: for the morrow shall take thought for the things of itself. Sufficient unto the day is the evil thereof.” (Matthew 6:34)

Nowadays more and more young people are aware of mental health, so it is not taboo, embarrassing, or foreign, if we hear the word anxiety. A reaction that most often appears when we are under pressure and uncertainty. Usually related to life problems, whether worried about the final results of the exam, thesis results, work, soul mate, financial, health, and matters related to physical needs. Have we ever thought, what caused us to worry? One of them is because we feel unable and doubt God, even though we know that God always cares for us and our future.

If we remember when Jesus prayed in the Garden of Gethsemani (Matt 26: 38-46) He cried and expressed His feelings as a human, sadness mixed with fear, would be as painful as he would experience. However, all of that He passed to fulfill God's plan. This verse reminds us that it is very reasonable and human to worry, but not to excessive and interfere with our daily activities. Because Matthew 6:34 says don't worry about our future, because God must give the best, even though today we cannot see clearly what it will be like. But the thing we can do is continue to fight and be responsible for our work, study, our families every day, do as much and as much as we can. If there is indeed a time we have to be under pressure again, we can see from the side of God, that everything is for our good and our eternal fate. There is nothing in this world that we cannot go through and finish with God. Do not let us be stuck in our worries about physical things, but we should worry about the spiritual state and our lives in the eyes of God, do when we pass, God recognizes us?

WHAT TO DO:
God wants us to be more spiritual mature so that it does not only question physical problems. Let us think about, how worried we will be our life in the eyes of God?

BIBLE MARATHON:
▪︎ Deuteronomy 28-30;
▪︎ Ephesians 3-4

Card image
Truth Youth 08 Maret 2023 - ANXIETY, GOOD OR BAD?
2023-03-08 09:42:20


”Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Matius 6:34)

Zaman sekarang semakin banyak anak muda yang aware akan mental health, sehingga bukan hal tabu, memalukan, atau asing, kalau kita mendengar kata anxiety. Suatu reaksi yang paling sering muncul saat kita berada dalam tekanan dan ketidakpastian. Biasanya terkait akan permasalahan hidup, entah merasa khawatir akan hasil akhir ujian, hasil skripsi, pekerjaan, jodoh, finansial, kesehatan, dan hal-hal yang terkait kebutuhan jasmani. Pernahkah kita berpikir, apa yang menyebabkan kita khawatir? Salah satunya karena kita merasa tidak mampu dan meragukan Tuhan, walaupun kita tahu bahwa Tuhan selalu memelihara kita dan masa depan kita.

Kalau kita ingat pada saat Yesus berdoa di Taman Getsemani (Mat. 26:38-46) Ia menangis dan mengungkapkan perasaan-Nya sebagai manusia, rasa sedih bercampur takut, akan sesakit dan seberat apa yang akan dialami-Nya. Tetapi, semua itu dilewati-Nya untuk menggenapi rencana Allah. Ayat ini mengingatkan kita bahwa sangat wajar dan manusiawi untuk merasa khawatir, tapi tidak sampai berlebihan dan mengganggu aktivitas kita sehari-hari. Karena Matius 6:34 mengatakan jangan khawatir akan masa depan kita, karena Tuhan pasti memberikan yang terbaik, walaupun hari ini kita belum bisa melihat dengan jelas wujudnya akan seperti apa. Tetapi hal yang bisa kita lakukan adalah terus berjuang dan bertanggung jawab akan pekerjaan kita, studi, keluarga kita setiap harinya, melakukan semaksimal dan semampu yang kita bisa. Kalau memang ada masa kita harus berada dalam tekanan lagi, kita bisa memandang dari sisi Tuhan, bahwa semuanya demi kebaikan kita dan nasib kekal kita. Tidak ada hal di dunia ini yang tidak bisa kita lalui dan selesaikan bersama Tuhan. Jangan sampai kita stuck dalam kekhawatiran kita akan hal-hal jasmani, tetapi kita seharusnya khawatir akan keadaan kerohanian dan kehidupan kita di mata Tuhan, apakah saat kita berpulang, Tuhan mengenali kita?

WHAT TO DO:
Tuhan mau kita semakin dewasa rohani sehingga tidak hanya mempermasalahkan permasalahan jasmani. Coba kita renungkan, seberapa khawatir kita akan keadaan hidup kita di mata Tuhan?

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 28-30;
▪︎ Efesus 3-4

Card image
Renungan Pagi - 08 Maret 2023
2023-03-08 09:53:21


Simson adalah nazir Allah yang dikhususkan Tuhan sejak dalam kandungan ibunya. Allah sudah menetapkan dia menjadi penyelamat Israel atas orang Filistin. Artinya hidupnya telah dipisahkan, disucikan dan dikhususkan untuk tujuan mulia. Tetapi Simson memilih jalannya sendiri.

Kompromi dengan dosa, tidak hidup menurut pimpinan Roh Tuhan, tetapi menuruti keinginan dagingnya, memuaskan hawa nafsunya bahkan menyerahkan hidupnya pada perempuan sundal. Dan akibat pilihannya itu, dia harus menanggung akibatnya, kekuatan Allah dalam hidupnya hilang, dibelenggu, dipenjara, matanya dicungkil dan dipermalukan menjadi tontonan orang kafir.

Menjelang kematiannya, Simson sadar dan berseru kepada Allah, namun semuanya sudah terlambat, hidup Simson harus berakhir tragis! Belajarlah dari hidup Simson, jangan sia-siakan kesempatan yang Tuhan berikan dan menukarnya dengan kesenangan sesaat yang membinasakan. Jangan memulai dengan Roh tetapi mengakhirinya dengan daging."
(Hakim-hakim 13:5 ; Galatia 3:3)

Card image
Quote Of The Day - 08 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-08 09:37:08


Tuhan akan mengampuni, melindungi dan menolong orang yang telah mengampuni, melindungi dan menolong sesamanya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 08 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-08 09:36:10


Zaman anugerah juga berarti suatu zaman ketika manusia dapat dikembalikan kepada rancangan semula Allah, yaitu menjadi makhluk yang memiliki kemuliaan Allah.

Card image
FEEL LESS LUCKY - 08 Maret 2023 (English Version)
2023-03-08 09:35:06


There is something wrong in our life if we feel unlucky or less lucky having faith in the Lord Jesus Christ or becoming the elect. The Word of God says in 1 Pet.2:9, “But you are a chosen people, a royal priesthood, a holy nation, God’s special possession, that you may declare the praises of him who called you out of darkness into his wonderful light.” When they die, they will not become members of the Heavenly Royal family. 

Not everyone is allowed to become the elect, so if we are chosen, this is truly extraordinary. “Royal Priesthood” means the king’s servants. “Holy nation” means people who are set apart. The word “holy” in Hebrew means “Hados,” separate from the common condition to be used, separated from the others for use. “God’s people” is an extraordinary existence. If a person does not feel lucky, meaning they do not have something of value by becoming the chosen people or God’s children, then they do not know the grace Jesus Christ provided in it.

Ironically, many people, including Christians, do not live in the sense that we are eternal beings. People like this must still have the perspective of children of the world who are still attached to worldly things. They are still in a mortal or dead area. If a person learns the truth of the Word, their mind is opened by the Holy Spirit, will see life from the proper perspective according to their existence as an eternal being. Humans are eternal beings, and Satan tries to cover up this awareness so that they do not realize it.

It is better not to be human if we do not realize and live that we are eternal beings. Humans are not like animals that live only as long as their age on earth and meet physical needs. If the Lord Jesus said, “Man shall not live on bread alone, but on every word that comes from the mouth of God,” He implicitly wanted to say, “You are not like animals that only need food to fulfill their physical needs, but you are eternal creatures which are why your soul or spirit needs food to live eternally.”

In John 6:27-29 the Lord Jesus said, “Do not work for food that spoils, but for food that endures to eternal life, which the Son of Man will give you. For on Him, God the Father has placed His seal of approval.” Then they asked Him, “What must we do to do the works God requires?” Jesus answered, “The work of God is this: to believe in the One He has sent.” The work of God means we should believe in the One sent by Him, and we already know it was the Lord Jesus. We must believe in Him to have the bread that cannot be destroyed.

We are lucky if we can know the Lord Jesus, which means to be the chosen people because we have the opportunity to gain eternal life. May we appreciate how unfortunate people live only to die, and after that, under the shadow of death, separated from God forever, entering the eternal fire. How poor it is if one is born to die and does not know how long the chance to live on this earth is. We have an opportunity to live in the world to come, and it is luck. The devil closes the eyes of many Christians or chosen people not to see this great opportunity. 1 Pet.1:3-5 says we are raised from a hopeless life to the hopeful one to obtain a portion that cannot wither or be polluted, that is stored in heaven.

People that have no hope of life beyond death are very unlucky. They are not necessarily happy in the world and are under the shadow of death and separation from God. But to us, God allows obtaining imperishable bread. “Believe” here is not just an affirmation of reason or approval of thought but a continuous activity. Believing means acting according to the intent of the person whom they placed trust. If we believe in the Lord Jesus, there must be activities to meet Him. Let’s question it, have we heard what He told us to do?

  IF WE FEEL LESS LUCKY TO BE CHOSEN, SOMETHING MUST BE WRONG.

Card image
MERASA KURANG BERUNTUNG - 08 Maret 2023
2023-03-08 09:33:05


Kalau orang tidak merasa beruntung dengan memiliki iman kepada Tuhan Yesus Kristus; merasa kurang beruntung atau tidak beruntung dengan menjadi umat pilihan, pasti ada sesuatu yang salah di dalam hidupnya. Kalau sampai meninggal dunia, dan ia tidak merasa beruntung secara benar, pasti dia tidak layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Firman Tuhan mengatakan di 1 Petrus 2:9, “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.”

Tidak semua orang diberi kesempatan menjadi umat pilihan. Jadi, kalau kita menjadi umat pilihan, ini sesuatu yang benar-benar luar biasa. “Imamat yang rajani” artinya pelayan-pelayan raja. “Bangsa yang kudus” artinya orang yang dipisahkan. Kata “kudus” dalam bahasa Ibraninya khadosh, artinya separate from common condition and used; dipisahkan dari yang lain untuk digunakan. “Umat kepunyaan Allah sendiri” adalah keberadaan yang luar biasa. Kalau seseorang tidak merasa beruntung, artinya tidak merasa memiliki sesuatu yang berharga dengan menjadi umat pilihan, dengan menjadi anak-anak Allah, maka dia tidak mengenal kasih karunia di dalam Yesus Kristus yang disediakan bagi umat pilihan.

Orang-orang seperti ini pasti masih memiliki cara pandang anak dunia yang masih terikat dengan perkara-perkara dunia. Orang-orang yang masih di wilayah mortality, artinya orang-orang yang masih di wilayah kefanaan, kematian. Kalau seseorang belajar kebenaran Firman, pikirannya dibuka oleh Roh Kudus, maka dia pasti melihat kehidupan dari cara pandang yang benar sesuai dengan keberadaannya sebagai makhluk kekal. Manusia itu makhluk kekal, dan Iblis berusaha terus menutupi kesadaran ini, supaya manusia tidak menyadari dirinya adalah makhluk kekal. Ironis, banyak orang termasuk sebagian kita, tidak hidup dalam penghayatan bahwa kita adalah makhluk kekal.

Lebih baik tidak pernah jadi manusia kalau kita tidak menyadari dan tidak menghayati bahwa kita adalah makhluk kekal. Manusia bukanlah seperti hewan yang hidup hanya sebatas umurnya di bumi dan memenuhi kebutuhan jasmani. Kalau Tuhan Yesus berkata, “Manusia hidup bukan hanya dari roti, tetapi juga dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah,” secara implisit, Tuhan Yesus hendak mengatakan, “Kamu bukan seperti hewan yang hanya membutuhkan makanan untuk pemenuhan kebutuhan fisiknya, tetapi kamu makhluk kekal yang karenanya jiwa, rohmu membutuhkan makanan untuk hidup kekal.”

Di dalam Yohanes 6:27-29 Tuhan Yesus berkata, “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." Lalu kata mereka kepada-Nya: "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?" Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah." Pekerjaan itu adalah percayalah kepada Dia yang diutus Allah. Tentu kita tahu, yang diutus itu Tuhan Yesus. Untuk memiliki roti yang tak dapat binasa, kita harus percaya kepada Tuhan Yesus.

Jadi, kalau kita bisa mengenal Tuhan Yesus, artinya menjadi umat pilihan, kita beruntung. Kita memiliki kesempatan untuk memperoleh kehidupan di kekekalan. Kiranya kita bisa menghayati betapa malangnya orang yang hidup hanya untuk mati. Setelah itu, ada di bawah bayang-bayang maut, terpisah dari Allah selamanya; masuk ke dalam api kekal. Betapa malangnya, lahir untuk mati dan tidak tahu berapa lama kesempatan hidup di bumi ini. Kita memiliki kesempatan hidup di dunia yang akan datang. Ini keberuntungan. Iblis menutup mata banyak orang Kristen atau umat pilihan agar tidak melihat kesempatan besar ini. 1 Petrus 1:3-5 mengatakan kita dibangkitkan dari hidup yang tidak berpengharapan kepada hidup yang penuh pengharapan, yaitu untuk memperoleh bagian yang tak dapat layu, yang tak dapat cemar, yang tersimpan di surga.

Orang yang tidak memiliki pengharapan kehidupan di balik kuburnya adalah orang yang malang sekali. Di dunia pun belum tentu bahagia dan senang, juga di bawah bayang-bayang maut dan keterpisahan dari Allah. Tetapi kepada kita, Tuhan memberi kesempatan untuk memperoleh roti yang tak dapat binasa. “Percaya” di sini bukan sekadar pengaminan akali atau persetujuan pikiran, melainkan tindakan. Satu aktivitas yang terus-menerus. Percaya itu artinya bertindak; bertindak sesuai dengan maksud orang yang kepadanya dia menaruh percaya. Kalau kita percaya kepada Tuhan Yesus, berarti harus ada kegiatan; kegiatan itu adalah bertemu Tuhan Yesus. Mari kita perkarakan, apakah kita sudah mendengar apa yang Dia katakan untuk kita lakukan?

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU ORANG MERASA KURANG BERUNTUNG DENGAN MENJADI UMAT PILIHAN, PASTI ADA SESUATU YANG SALAH DI DALAM HIDUPNYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 Maret 2023
2023-03-08 09:26:43

Bilangan 33-34

Card image
Truth Kids 07 Maret 2023 - TEMAN YANG MANA, YA?
2023-03-07 09:20:23


Amsal 22:24
“Jangan berteman dengan orang yang lekas gusar, jangan bergaul dengan seorang pemarah,”

Pasti senang rasanya jika kita memiliki teman yang banyak, bukan? Namun, hati-hati, loh, Sobat Kids. Pertemanan sering sekali menjadi alat Iblis untuk mengganggu kita. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh si Iblis untuk membuat kita melakukan dosa bersama teman. Padahal seharusnya bersama dengan teman-teman, kita semakin dekat dengan Tuhan.

Jika Sobat Kids berteman dengan orang yang mudah marah, tidak suka mengalah, ataupun suka menyalahkan orang lain, itu namanya pertemanan yang tidak baik. Seharusnya kalian merasa tidak nyaman saat berada di sekitar teman tersebut. Atau jika ada teman lama kalian yang sifatnya berubah dan sekarang sering mengajak kalian untuk melakukan hal yang salah, itu tandanya kalian harus mulai menjauh. Ingat! Iblis dapat menggunakan berbagai cara untuk membawa kita melakukan dosa. Termasuk melalui teman-teman. Oleh sebab itu kalian perlu berdoa kepada Tuhan. Minta Tuhan pimpin kalian untuk tahu teman manakah yang baik untuk kalian.

Card image
Truth Junior 07 Maret 2023 - TIPUAN IBLIS
2023-03-07 09:18:47


Amsal 22:24
“Jangan berteman dengan orang yang lekas gusar, jangan bergaul dengan seorang pemarah,”

Mengapa pertemanan sangat berdampak bagi kita? Karena mereka sering kita temui dalam lingkungan sekitar. Kemarin kita sudah belajar mengenai perbedaan antara teman dan sahabat. Ada alasan lain mengapa kita harus memilih orang-orang yang akan menjadi sahabat kita. Kita harus hati-hati, loh, Sobat Junior. Iblis akan memakai berbagai cara, terutama hubungan pertemanan, untuk menjerumuskan kita ke dalam jurang dosa.

Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk tidak berteman dengan orang yang lekas gusar atau sering marah-marah. Jika kita sering berteman dengan orang yang cepat marah, nanti bisa-bisa kita juga akan ikutan cepat marah. Saat keadaan tidak seperti yang diharapkan, kita jadi marah. Saat kalah bermain, lalu kita marah. Ketika menghadapi banyak ulangan, marah. Wah… hati-hati kalau ada teman yang seperti itu, ya, Sobat Junior. Sikap kalian sebagai seorang teman pun tidak boleh seperti itu, ya. Seharusnya anak Tuhan adalah anak yang penuh kasih dan sabar. Jangan sampai kita masuk tipuan Iblis!

Card image
Truth Youth 07 Maret 2023 (English Version) - FAR TO THE EYES CLOSE TO THE HEART
2023-03-07 09:17:25


”I will not leave you comfortless: I will come to you." (John 14:18)

We may have often heard the term long distance relationship or commonly abbreviated as 'LDR'. LDR is a modern term from long-distance relationships between lovers, friends or family. However, in general people interpret LDR as a relationship between lovers where the couple is separated by distance, for example in different countries, or different cities even in one country.

In this increasingly advanced era, lovers who run LDR communicated using technological facilities such as social media, video calls, voice calls, and chat applications so that they can relate to one another. They do it regularly so that their relationship remains close, even though they are separated by distance.

Not only between lovers, LDR is also carried out by the family, for example when we are going to other cities or abroad to receive higher education, our families are common like our mother or father to chat, call, even make video calls for know our news. LDR is also often done if we have a friend who is separated by distance, even in ancient times, there is the term "friend of the pen" to refer to a friend who is far from us in a distance, but we and our friends routinely communicate using letters.

Our relationship with God is actually also similar to LDR. Now we cannot see God physically with our physical eyes. However, actually God is in our hearts. God never leaves us alone. God poured out the Holy Spirit for us so that we can communicate with Him. Even though God is far in our eyes, but he is in our hearts.

WHAT TO DO:
To what extent do we have an intimate relationship with God? The relationship that is built with God must be awakened from a heart that longs for God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Deuteronomy 25-27;
▪︎ Ephesians 1-2

Card image
Truth Youth 07 Maret 2023 - JAUH DI MATA DEKAT DI HATI
2023-03-07 09:26:57


“Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.” (Yoh. 14:18)

Kita mungkin sudah sering mendengar istilah Long Distance Relationship atau yang biasa sering disingkat ‘LDR’. LDR merupakan sebuah istilah modern dari hubungan jarak jauh antar pasangan kekasih, sahabat atau keluarga. Namun, pada umumnya orang mengartikan LDR sebagai sebuah hubungan antar kekasih di mana pasangan tersebut berada terpisah oleh jarak, misalnya di negara yang berbeda, atau kota yang berbeda meski di dalam satu negara.

Di zaman yang semakin maju ini, pasangan kekasih yang menjalankan LDR berkomunikasi menggunakan sarana teknologi seperti media sosial, video call, voice call, dan aplikasi chat agar mereka dapat berhubungan satu dengan yang lain. Mereka melakukannya dengan rutin agar hubungan mereka tetap erat, meski mereka terpisah oleh jarak.

Tidak hanya antar pasangan kekasih, LDR juga dilakukan oleh keluarga, misalnya ketika kita sedang pergi ke kota lain atau ke luar negeri untuk mengenyam pendidikan tinggi, keluarga kita seperti ibu atau ayah kita men-chat kita, menelepon, bahkan melakukan video call untuk mengetahui kabar kita. LDR juga kerap dilakukan kalau kita memiliki seorang sahabat yang terpisah oleh jarak, bahkan pada zaman dahulu, terdapat istilah “sahabat pena” untuk menunjuk kepada seorang sahabat yang jauh dari kita secara jarak, namun kita dan sahabat kita rutin berkomunikasi menggunakan surat.

Hubungan kita dengan Tuhan sebenarnya juga mirip seperti LDR. Saat ini kita tidak dapat melihat Tuhan secara fisik dengan mata jasmani kita. Namun, sebenarnya Tuhan ada di dalam hati setiap kita. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sendirian. Tuhan mencurahkan Roh Kudus bagi kita agar kita dapat berkomunikasi dengan-Nya. Meskipun Tuhan jauh di mata, tetapi Ia ada di dalam hati kita.

WHAT TO DO:
Sejauh mana kita memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan? Hubungan yang terbangun dengan Tuhan haruslah terbangun dari hati yang rindu kepada Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 25-27;
▪︎ Efesus 1-2

Card image
Renungan Pagi - 07 Maret 2023
2023-03-07 09:11:40


Setiap perubahan itu harus dimulai dari diri sendiri. Kita tidak bisa berharap orang lain berubah, kita dulu yang harus berubah. Tetapi ketika kita melakukan perubahan, mengubah kebiasaan buruk, gaya hidup, karakter dan lainnya, janganlah dengan tujuan untuk diterima oleh orang lain.

Berubahlah oleh pembaharuan budi, supaya mengerti kehendak Allah dalam hidup kita, sesuai dengan firman Tuhan, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."

Jika kita berubah hanya karena mengharapkan penerimaan orang lain, kita akan kecewa. Sebab perubahan yang kita lakukan tidak selalu sesuai standar mereka dan hidup kita bukan untuk menyenangkan semua orang, tetapi yang pasti untuk menyenangkan hati Tuhan dan berkenan di hadapan Tuhan. Supaya kita pantas dan layak berada bersama dengan Tuhan dalam kemuliaan-Nya yang kekal.
(Roma 12:2)

Card image
Quote Of The Day - 07 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-07 09:08:18


Terus menikmati hidup yang tidak terhubung dengan Allah, berarti ia sedang mempersiapkan kematian yang sia-sia bagi dirinya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 07 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-07 09:06:20


Dosa harus dipahami bukanlah sebagai sekadar melanggar hukum, tetapi segala bentuk ketidaktepatan dalam bertindak.

Card image
HIDUP DALAM RENCANA TUHAN - 07 Maret 2023
2023-03-07 09:04:26


Sejujurnya, Allah yang begitu nyata di dalam Alkitab, sekarang seperti mati dalam kehidupan banyak orang. Termasuk orang-orang Kristen, orang-orang yang rajin ke gereja, para aktivis, juga para pendeta. Ciri dan gejala dari kenyataan bahwa Allah seakan-akan mati dalam hidup orang-orang ini nampak dari perilakunya. Kita sudah mewarisi kekristenan yang palsu, kosong. Ibarat handphone, itu terbuat dari plastik. Mirip aslinya, tetapi tidak ada komponen-komponen yang bisa digunakan untuk komunikasi. Tidak semua orang kekristenannya palsu. Tetapi, fakta menunjukkan bahwa kita mewarisi kekristenan yang palsu.

Kita tidak boleh merasa sejahtera dengan keadaan di mana kita belum mengalami Allah secara nyata. Kita harus menjadi galau, upset, cemas, takut, khawatir kalau belum benar-benar mengalami Tuhan. Di daerah-daerah tertentu, seseorang yang mau mencari kesaktian, kanuragan, mau mencari wahyu (wangsit), maka ia pergi ke tempat-tempat keramat, ke dalam gua-gua gelap di tengah hutan, di kuburan-kuburan. Mereka yakin ada oknum yang bisa ditemui. Ada kuasa yang mereka bisa alami, dan faktanya ada orang-orang yang memiliki “kesaktian, kanuragan”; kekuatan supranatural.

Seberapa kita yakin bahwa Allah yang kita sembah yang ditulis di dalam Alkitab begitu nyata, Allah yang benar-benar ada, yang bisa dialami di dalam jiwa, di dalam manusia batiniah kita, juga dalam fisik kita? Alkitab jelas menunjukkan bahwa Allah itu dapat dialami. Tubuh, jiwa, roh kita bisa mengalami Tuhan. Namun, terus terang, pertaruhan yang kita miliki, terlalu kecil. Harga yang kita berani bayar, terlalu kecil. Kuota yang mestinya kita penuhi, terlalu kurang. Kita menganggap Tuhan itu murahan, padahal berurusan dengan Tuhan itu selalu dengan “segenap, segenap, segenap,” tanpa batas.

Kalau kita masih memiliki cara hidup yang salah, sampai mati kita tidak akan pernah menemukan Tuhan dengan benar dan bisa dipastikan kesucian kita rendah. Bahkan, mungkin kita masih terikat dengan dosa-dosa dan percintaan dunia. Kita tidak berpikir mistik, tetapi Allah itu memang supranatural; transenden. Pengertian “mistik” memang tidak bisa dikenakan untuk Tuhan, karena mistik sering terkait dengan okultisme, dan sering penuh dusta. Allah itu supranatural; melampaui akal. Mari tantang diri kita untuk membayar harga yang seharusnya kita bayar, pertaruhkan segenap hidup kita untuk memenuhi kuota mengalami Tuhan; tanpa batas.

Sejujurnya, sebagian besar kita memiliki pengalaman dengan Tuhan sangat miskin. Kalau orang Kristen baru atau memang berlama-lama hidup dalam suasana keberagamaan yang didominasi tokoh, masih bisa dimaklumi. Tetapi, bagi kita yang sudah lama mengaku sebagai orang Kristen, kita harus sudah mengalami Tuhan. Tuhan bisa ditemui, benar-benar bisa dialami. Di dalam Alkitab kita menemukan manusia-manusia yang mengalami Tuhan begitu riilnya, kita umat pilihan mesti mengalami Tuhan secara riil juga. Apalagi di Perjanjian Baru, kita diangkat sebagai anak-anak Allah. Kita bisa memiliki hubungan intim dengan Tuhan artinya hubungan yang eksklusif dengan Tuhan. Mari mencari Tuhan sebelum kita meninggal dunia.

Salah satu ciri orang yang belum mengalami Tuhan adalah takut mati. Kalau kita takut mati, berarti kita memang belum berjumpa dengan Tuhan. Ciri lainnya adalah khawatir. Ciri yang sangat jelas: hidup dalam dosa. Orang yang berjumpa dengan Tuhan pasti takut berbuat dosa. Dia akan berusaha meninggalkan dosa dan meratapi refleks dosa yang masih dimilikinya. Kita harus membuktikan bahwa Allah itu ada. Kenapa kita tidak berani 1 jam meditasi untuk bertemu Tuhan? Tuhan pasti menandai kita. Kalau kita memaksa diri ada di hadapan Tuhan setiap hari, kita akan bisa mengerti Allah itu hidup. Dan itu tidak bisa dijelaskan, ada kesaksian di dalam batin kita dan tergantung seberapa kita nekat; seberapa kita berani hidup tanpa batas bagi-Nya.

Bagaimana Allah bisa nyata dalam hidup kita? Yang pertama, orang yang mau berkenan di hadapan Tuhan. Yang kedua, orang yang mau memenuhi rencana Allah. Orang-orang yang disertai Tuhan dan mengalami Tuhan adalah orang-orang yang memenuhi hidup di dalam rencana Allah. Tidak ada orang yang tidak memenuhi rencana Allah, disertai Tuhan dan mengalami Tuhan. Untuk apa? Seperti Musa disertai Tuhan, karena membawa bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan. Daniel, Sadrakh, Mesakh, Abednego, Yusuf yang dibawa ke Mesir, disertai Tuhan begitu hebat, karena memenuhi rencana Allah. Belajarlah menemukan rencana Allah dalam hidup kita secara pribadi, lalu hidup di dalam kekudusan dan kesucian. Jangan memandang suci itu sulit. Kalau sudah melangkah, kita tahu suci itu sesuatu yang bisa dilakukan.

Kita tidak akan dipermalukan, kalau hidup suci. Kita bukan saja menyelamatkan diri sendiri, tetapi juga menyelamatkan orang-orang yang kita kasihi. Bagi kita yang sungguh-sungguh hidup suci, pasti mengalami kehadiran Tuhan. Tuhan akan membuka rahasia rencana-rencana-Nya yang harus kita penuhi. Hanya orang yang hidup di dalam rencana Allah, mengerjakan pekerjaan Allah dengan motif benar, akan disertai Tuhan dan mengalami Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

HANYA ORANG YANG HIDUP DI DALAM RENCANA ALLAH, AKAN DISERTAI TUHAN DAN MENGALAMI TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 Maret 2023
2023-03-07 09:00:21

Bilangan 31-32

Card image
Truth Kids 06 Maret 2023 - TEMAN YANG BAIK
2023-03-06 10:16:18


Amsal 16:29
“Orang yang menggunakan kekerasan menyesatkan sesamanya, dan membawa dia di jalan yang tidak baik.”

Sobat Kids, memiliki teman adalah hal yang baik. Meskipun kalian punya banyak teman, hanya ada beberapa teman yang selalu bersama-sama dengan kalian. Bisa bersama saat di sekolah, di lingkungan rumah maupun gereja. Kemanapun selalu bersama dan tidak mau berpisah. Sampai-sampai kalian menjadi kompak dan memiliki banyak kesamaan. Nah, disinilah pentingnya memiliki teman sepermainan yang takut akan Tuhan.

Teman dapat membawa kita kepada hal yang benar maupun buruk. Kita harus bisa memilih dan menentukan teman bermain kita. Jika ada teman yang suka berlaku kasar dalam perbuatan ataupun ucapan, itu tandanya dia bukan teman yang baik, Sobat Kids. Teman yang baik adalah teman yang membawa kita kepada kebenaran. Apabila pertemanan kita membuat kita jauh dari Tuhan, maka tanpa berpikir panjang kita harus menjauhi pertemanan yang seperti itu. Hari ini kita diajar untuk memilih teman sepermainan yang benar yaitu teman yang membawa kita semakin percaya kepada Tuhan dan melakukan perintah-Nya.

Card image
Truth Junior 06 Maret 2023 - FRIEND VS BEST FRIEND
2023-03-06 10:11:50


Amsal 16:29
“Orang yang menggunakan kekerasan menyesatkan sesamanya, dan membawa dia di jalan yang tidak baik.”

Sebagai mahluk hidup, kita pasti membutuhkan orang lain. Misalnya di sekolah, kita memiliki teman sekelas, teman sebangku, adik kelas, dan kakak kelas. Sebenarnya memiliki teman banyak sangat baik, supaya dapat belajar bersama. Namun, kita perlu ketahui adanya perbedaan dari kata “teman” dan “sahabat.” Teman (friend) adalah orang yang sering bersama-sama dengan kita dalam melakukan sesuatu kegiatan. Sedangkan sahabat (bestfriend) adalah seseorang yang sangat dekat dengan kita. Ia tak hanya ada saat melakukan suatu kegiatan, melainkan juga lebih mengenal diri kita. Seorang sahabat siap untuk menemani dan mendengar cerita kita dengan setia. Bahkan, ada sahabat yang sangat peduli dengan kondisi rohani kita.

Kita perlu memiliki banyak teman karena kita akan memiliki banyak kenalan. Akan tetapi, saat memiliki sahabat, sebaiknya kita memilih yang memiliki tujuan yang sama dengan kita. Yaitu untuk selalu mau berubah, bertumbuh, dan menyenangkan hati Tuhan. Kita dapat bersahabat dengan teman yang saling mengingatkan untuk rajin belajar. Sahabat yang mau untuk mendoakan. Sahabat yang sabar dan tegas dalam menegur kita jika ada yang salah. Selain itu, perlu kita ingat bahwa persahabatan adalah hubungan yang saling mengenal, berbagi, dan melindungi dalam suka maupun duka.

Card image
Truth Youth 06 Maret 2023 (English Version) - STRONG FOUNDATION
2023-03-06 10:09:22


”Watch ye, stand fast in the faith, quit you like men, be strong. Let all your things be done with charity.” (1 Corinthians 16:13-14)

One of the most important factors that makes a building stand strong and sturdy is the foundation. The foundation is the most basic part of a building that is directly connected to the land where the building stands, and its function is to withstand the burden of the building structure. Generally, large and high buildings such as tower, bridges, malls, etc. require strong and deep foundations, so that the burden of building structures can be supported properly.

In addition to supporting the burden of building structures, strong foundations are also needed by buildings in order to minimize damage caused by natural disasters, such as earthquakes. Imagine, if a foundation building is not strong, the building can so easily collapse when there is an earthquake or other natural disasters.

A tall and large building requires a strong foundation so as not to collapse and remain standing. Likewise our lives as believers, we need a strong foundation in our faith, so that we do not 'fall' when trials come. To build a strong foundation of buildings, certainly requires strong and sturdy material. Likewise we, there are some things we must do so that the foundation of our faith remains strong and sturdy.

First, the word of God. God's Word is our basis to build a solid foundation of faith. Second, pray. Not only reading and reflecting on God's Word, we also need to communicate with God directly through prayer, and this is an important thing in building the foundation of our faith. Third, being in the right community. Have a community or the correct friendship environment, which can help us build the foundation of our faith.

WHAT TO DO:
What is the basis in our spiritual building? Build a sturdy foundation for our spirituality.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Deuteronomy 22-24;
▪︎ Galatians 5-6

Card image
Truth Youth 06 Maret 2023 - STRONG FOUNDATION
2023-03-06 10:07:15


“Berjaga-jagalah! Berdirilah dengan teguh dalam iman! Bersikaplah sebagai laki-laki! Dan tetap kuat!“(Yoh. 14:18)

Salah satu faktor terpenting yang membuat sebuah bangunan berdiri kuat dan kokoh adalah fondasi. Fondasi merupakan bagian paling dasar dari sebuah bangunan yang terhubung langsung dengan tanah tempat bangunan tersebut berdiri, dan fungsinya adalah untuk menahan beban dari struktur bangunan. Umumnya, bangunan yang besar dan tinggi seperti menara, jembatan, mall, dan lainnya memerlukan fondasi yang kuat dan dalam, agar beban struktur bangunan dapat ditopang dengan baik. Selain menopang beban struktur bangunan, fondasi yang kuat juga diperlukan bangunan agar dapat meminimalisasi kerusakan akibat bencana alam, misalnya gempa bumi. Bayangkan, jika sebuah bangunan fondasinya tidak kuat, bangunan tersebut dapat dengan begitu mudah roboh ketika ada gempa atau bencana alam lainnya.

Bangunan yang tinggi dan besar memerlukan fondasi yang begitu kuat agar tidak roboh dan tetap berdiri. Demikian pula hidup kita sebagai orang percaya, kita perlu fondasi yang kuat di dalam iman kita, agar kita tidak ‘jatuh’ di saat pencobaan datang. Untuk membangun fondasi bangunan yang kuat, tentu memerlukan material yang kuat dan kokoh. Demikian pula kita, ada beberapa hal yang harus kita lakukan agar fondasi iman kita tetap kuat dan kokoh.

Pertama, Firman Tuhan. Firman Tuhan adalah dasar kita membangun fondasi iman yang kokoh. Kedua, berdoa. Tidak hanya membaca dan merenungkan Firman Tuhan, kita juga perlu berkomunikasi dengan Tuhan secara langsung melalui doa, dan ini merupakan hal yang penting dalam membangun fondasi iman kita. Ketiga, berada di komunitas yang benar. Milikilah komunitas atau lingkungan pertemanan yang benar, yang dapat membantu kita membangun fondasi iman kita.

WHAT TO DO:
Apa yang menjadi dasar dalam bangunan kerohanian kita? Bangunlah dasar yang kokoh untuk kerohanian kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 22-24;
▪︎ Galatia 5-6

Card image
Renungan Pagi - 06 Maret 2023
2023-03-06 10:05:16


Bagi banyak orang, kenyataan bahwa suatu saat mereka harus meninggalkan dunia ini adalah hal yang menakutkan dan tidak perlu dipikirkan. Kesenangan dunia menyeret dan menenggelamkan mereka, seolah akan hidup selamanya di dunia. Namun kita harus menyadari bahwa hidup di dunia ini fana, sementara. Kefanaan itu adalah akibat dari dosa.

Sebagai orang percaya, kita harus mengerti bahwa hidup di dunia ini sangat singkat, yang kekal dan abadi akan datang saat hidup kita selesai di dunia ini. Kefanaan bisa berakhir dengan kebahagiaan kekal atau penderitaan kekal adalah pilihan pribadi yang kita buat saat masih hidup di dunia ini. Buatlah pilihan yang benar yaitu, "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan."
(Filipi 1:21)

Card image
Quote Of The Day - 06 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-06 10:02:42


Tidak ada orang yang bisa selamat dari api kekal jika tidak memiliki perasaan krisis terhadap kekekalan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 06 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-06 10:02:05


Roh memungkinkan manusia berhubungan dengan Allah yang adalah Roh.

Card image
METABOLISME HIDUP ROHANI - 06 Maret 2023
2023-03-06 09:54:42


Inilah yang Allah rancangkan ketika Ia menciptakan manusia, agar segambar dan serupa dengan Allah. Betapa bahagianya hati Bapa memiliki anak-anak yang segambar dan serupa dengan Diri-Nya. Hanya Tuhan yang bisa mengolah pikiran dan jiwa kita agar melahirkan kehendak-kehendak yang sesuai dengan apa yang Allah inginkan. Seseorang tidak akan mungkin menikmati damai sejahtera Allah kalau karakternya tidak seperti yang Allah kehendaki. Orang yang karakternya rusak, tidak mungkin bisa menikmati damai sejahtera Allah. Jadi, memang perlu proses pembenahan. Semakin seseorang karakternya baik—karakter yang baik dalam standar Allah—metabolisme kehidupan rohaninya akan semakin baik, semakin sehat.

Sehingga ia bisa berkata, “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.” Tidak heran kalau Rasul Paulus menulis dalam kitab Galatia, “Asal ada makanan, pakaian, cukup.” Kebutuhan fisik itu relatif. Fleksibel. Tubuh kita memiliki fleksibilitas yang luar biasa. Bahkan kalau kita memiliki tubuh yang sakit karena pola hidup yang salah, maka ketika kita mulai mengubah dengan pola hidup yang baru, tubuh bisa menyembuhkan diri sendiri. Itu luar biasa.

Kalau metabolisme hidup rohani kita baik, maka kita akan semakin mengerti bahwa yang kita butuhkan dalam hidup ini hanya Tuhan. Bagaimana kita bisa memiliki kehidupan rohani yang benar? Tuhan menyediakan sarananya, tetapi kita yang harus memilih. Kita ini pasien dan Tuhan Yesus berkata, “Bukan orang sehat yang membutuhkan tabib, tetapi orang sakit.” Kita adalah orang sakit, butuh tabib; dan Yesus adalah Tabib kita. Bukan hanya menyembuhkan fisik kita, melainkan juga menyembuhkan jiwa kita. Tetapi, kita harus kooperatif. Gereja, pelayanan gereja harus merupakan penyelenggaraan penyembuhan atas pasien-pasien yang mengalami sakit secara jiwa atau rohani. Gereja itu rumah sakit, bukan showroom.

Supaya jiwa seseorang sembuh, yang akhirnya menjadi keindahan di mata Allah, bukan hanya tergantung dokter dan suster, tetapi juga individu masing-masing. Maka, kita harus sadar bahwa kita sakit. Jangan seperti orang-orang Yahudi, khususnya ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, yang merasa dirinya sehat, lalu tidak menghargai Tuhan. Metabolisme kehidupan rohani kita belum baik atau tidak baik. Banyak orang sadar dirinya masih duniawi, masih punya keinginan-keinginan daging, lalu merasa dengan kesadaran itu cukup, seakan-akan Tuhan tidak terganggu dengan keadaan kita, karena kita sadar sebagai orang berdosa. Pengakuan itu seakan-akan sudah menjadi pembenaran, lalu kita hidup wajar seperti manusia lain, dan seakan-akan Tuhan mengizinkan. Yang harus sungguh-sungguh kita sadari adalah kita sakit, supaya kita dirawat.

Kita harus menangkap frekuensi Tuhan, kita harus selalu ada dalam koneksi dengan Tuhan, setiap saat. Maka, kita tidak boleh melakukan hal-hal yang membuat koneksi kita putus. Kita harus menemukan frekuensi, sehingga kita selalu mendengar suara Tuhan. Kalau mau dipakai Tuhan luar biasa, maka kita harus berani menyangkal diri, menanggalkan semua keinginan yang Tuhan tidak kehendaki; tanpa batas. Kita harus makin dewasa rohani. Salah satu ciri kedewasaan rohani adalah hidup suci, tidak punya kesenangan dunia, sehingga koneksi kita akan terus tersambung. Semakin kita memiliki banyak kesenangan, maka semakin kita tidak haus akan Allah.

Kalau kita terbiasa belajar memiliki koneksi dengan Tuhan, maka pada waktu koneksi itu putus, kita akan merasakannya. Kita harus membuang kesenangan-kesenangan yang Tuhan tidak menyukainya. Tuhan berkata, “Kalau kamu tidak melepaskan dirimu dari segala milikmu, kamu tak dapat jadi murid-Ku.” Mari kita belajar untuk melepaskan semua kesenangan, supaya kita bisa memiliki kehausan akan Allah dan menjadi perawan suci. “Perawan” di sini bukan menunjuk kepada pengertian perawan secara umum; wanita yang tidak pernah melakukan hubungan seks, tetapi “perawan” di sini artinya seorang yang tidak tercemari oleh keinginan dunia dan dosa, tetapi meneguk Tuhan sebanyak-banyaknya.

Kita akan bisa mengalami bahwa Allah itu riil, Allah itu nyata. Pengalaman-pengalaman pribadi kita mungkin tidak akan bisa diungkapkan kepada orang lain. Tetapi, kita bisa menyimpannya sebagai rahasia iman. Pengakuan pemazmur menjadi milik kita juga, yaitu: “Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.” Artinya “Lebih dari ekonomiku dipulihkan, lebih dari rumah tanggaku dipulihkan, lebih dari apa pun, aku ingin menikmati Engkau setiap saat.” Jika metabolisme kehidupan rohani kita sehat, maka kita akan menjadi pribadi yang kokoh. Saat kita menutup mata, kita akan membuktikan secara lengkap dan sempurna bahwa benar perkataan pemazmur: “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau, tidak ada yang kuingini.” Mari kita menemukan Tuhan dan menghirup sebanyak-banyaknya berkat rohani yang bisa kita serap dari Tuhan, selagi kita masih hidup.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU METABOLISME HIDUP ROHANI KITA ITU BAIK, MAKA KITA AKAN SEMAKIN MENGERTI BAHWA YANG KITA BUTUHKAN DALAM HIDUP INI HANYA TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 Maret 2023
2023-03-06 09:47:00

Bilangan 28-30

Card image
Truth Kids 05 Maret 2023 - DIBERIKAN YANG TERBAIK
2023-03-05 10:02:10


Amsal 24:1
“Jangan iri kepada orang jahat, jangan ingin bergaul dengan mereka.”

Di sebuah sekolah, ada seorang anak baru yang bernama Pino. Pino senang sekali bisa bertemu dengan teman baru dan mencoba berteman dengan mereka. Tetapi teman-teman di sekolah malah menghindari Pino. Pino sedih karena tidak ada yang mau berteman dengan dirinya. Selama beberapa hari Pino selalu kesepian karena teman-temannya tidak mau berteman dengannya. Saat sedih, Pino berdoa kepada Tuhan untuk diberikan seorang teman yang mau bermain dan berteman dengan Pino.

Pino tanpa henti, selalu berdoa kepada Tuhan untuk diberikan teman. Seminggu kemudian ada seorang anak yang mau berkenalan dan berteman dengan Pino. Wahh!! Pino sangat senang karena memiliki teman baru walaupun hanya satu orang. Teman baru Pino adalah anak yang sangat baik. Ia mau bermain bersama Pino dan selalu bersama-sama dengannya di sekolah. Ternyata Tuhan baik, sehingga Pino diberi seorang teman yang terbaik.

Sobat Kids, kita bisa berdoa dan meminta diberikan sahabat atau teman yang Tuhan pilihkan bagi kita. Tuhan pasti memberikan seorang teman. Bahkan Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk kita.

Card image
Truth Junior 05 Maret 2023 - MEMINTA TEMAN
2023-03-05 10:01:04


Amsal 24:1
“Jangan iri kepada orang jahat, jangan ingin bergaul dengan mereka.”

Kemarin kita sudah diingatkan untuk tidak salah pilih teman atau sahabat. Tetapi bagaimana caranya agar tidak salah pilih? Caranya adalah dengan berdoa! Mintalah kepada Tuhan untuk diberikan sahabat atau teman yang Tuhan pilihkan bagi kita. Kita hanya bisa menilai dari kebiasaan yang dapat dilihat dengan mata jasmani, tetapi Tuhan melihat hati setiap manusia. Tuhan Maha Tahu, bahkan Ia tahu isi pikiran kita semua.

Mungkin ada teman yang kita pikir baik hati, tetapi sebenarnya ia memiliki maksud jahat kepada kita. Atau awalnya baik, tetapi setelah berteman dengannya, kita baru menyadari ternyata teman tersebut memiliki karakter yang buruk.

Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk tidak iri kepada orang jahat. Mungkin orang jahat terlihat memiliki hidup yang sangat enak, punya segalanya. Tetapi ingat, Sobat Junior, yang kita miliki di dunia ini hanya sementara. Jangan iri kepada orang jahat yang hidupnya terlihat enak. Bahkan Alkitab tegaskan, jangan ingin bergaul dengan mereka. Jangan sampai kita salah memilih teman. Saat berdoa meminta Tuhan untuk pilihkan teman-teman yang baik bagi kita, pasti Tuhan akan kirimkan teman-teman yang bisa saling mengasihi dan memiliki kerinduan yang sama, yaitu menyenangkan hati Tuhan.

Card image
Truth Youth 05 Maret 2023 (English Version) - SIGNPOST
2023-03-05 09:59:48


”And the LORD, he it is that doth go before thee; he will be with thee, he will not fail thee, neither forsake thee: fear not, neither be dismayed." (Deuteronomy 31:8)

If we often go to public places such as schools, malls, hospitals, bus stops, train stations, restaurants, etc., we are certainly familiar with directions. Typically, the directions function as guidance or guidelines so that we are not lost when we are in that place. Moreover, when we were just somewhere. Just say we are in a mall that we have never visited, and we want to go to a particular floor or a certain location in the mall. Of course in addition to asking people around, what we are looking for is a direction. We cannot come directly to a place that we just visited and immediately know the locations we want to visit.

Direction is only a point of direction if we do not act following the direction. Our response to a directions is to follow it. Likewise in living our lives, of course we need directions too. We cannot walk alone without directions in carrying out our lives. And we need to respond to the direction by doing it.

As believers, God is the direction for us. God actively guides us so that we do not enter and get caught into the wrong path. God directs us to His perfect plan. However, our response is needed so that God's will and way of our lives can go according to His will.

WHAT TO DO:
Often we choose the wrong way of our lives, let us learn to choose the right path in God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Deuteronomy 19-21;
▪︎ Galatians 3-4

Card image
Truth Youth 05 Maret 2023 - PENUNJUK ARAH
2023-03-05 09:58:22


“Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati.” (Ulangan 31:8)

Kalau kita sering ke tempat-tempat umum seperti sekolah, mall, rumah sakit, halte bus, stasiun kereta api, restoran, dan lain-lain, kita tentu tidak asing dengan penunjuk arah. Biasanya, penunjuk arah tersebut berfungsi sebagai guidance atau pedoman agar kita tidak tersesat ketika kita berada di dalam tempat tersebut. Apalagi, di saat kita baru di suatu tempat. Katakan saja kita berada di sebuah mall yang belum pernah kita kunjungi, dan kita ingin ke lantai tertentu atau lokasi tertentu di mall tersebut. Tentu selain bertanya kepada orang sekitar, hal yang kita cari pasti adalah penunjuk arah. Kita tidak bisa langsung datang ke suatu tempat yang baru kita kunjungi dan seketika langsung mengetahui lokasi-lokasi yang ingin kita kunjungi.

Penunjuk arah hanyalah sekadar penunjuk arah kalau kita tidak bertindak mengikuti penunjuk arah tersebut. Respons kita atas sebuah penunjuk arah adalah dengan mengikutinya. Demikian pula di dalam menjalani kehidupan kita, tentu kita perlu penunjuk arah juga. Kita tidak bisa berjalan sendiri tanpa penunjuk arah dalam menjalani kehidupan kita. Dan kita perlu merespons penunjuk arah tersebut dengan melakukannya.

Sebagai orang percaya, Tuhanlah yang menjadi penunjuk arah bagi kita. Secara aktif Tuhan menuntun kita agar kita tidak masuk dan terjebak ke dalam jalan yang salah. Tuhan mengarahkan kita kepada rencana-Nya yang begitu sempurna. Namun, respons dari kita diperlukan agar kehendak dan jalan Tuhan atas hidup kita dapat berjalan sesuai kehendak-Nya.

WHAT TO DO:
Sering kali kita salah memilih jalan hidup kita, biarlah kita belajar untuk memilih jalan yang benar di dalam Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 19-21;
▪︎ Galatia 3-4

Card image
Renungan Pagi - 05 Maret 2023
2023-03-05 09:56:42


Saat Tuhan menegur dan menghajar kita, ketahuilah itu bukan karena Tuhan membenci, tetapi karena Tuhan mengasihi. "karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."

Jadi cara Tuhan menyatakan kasih-Nya adalah menegur kesalahan dan menghajar agar kita bertobat. Sebab Tuhan tidak dapat bergaul dengan dosa, sekalipun DIA mengasihi orang berdosa, tetapi orang berdosa itu harus mau merespon kasih Allah dengan cara mengakui dosanya dan jangan berbuat dosa yang sama lagi, supaya jangan terjadi hal yang lebih buruk dalam hidupnya.

Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." Jadi bertobatlah dan berbaliklah kepada Tuhan, tinggalkan dosa, maka kita akan dapat hidup berjalan bersama Tuhan dalam segala keadaan.
(Ibrani 12:6 ; Yohanes 5:14)

Card image
Quote Of The Day - 05 maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-05 09:54:06


Berjalan bersama Tuhan artinya setiap saat hidup di hadirat-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 05 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-05 09:41:47


Liturgi orang percaya adalah sikap hati yang benar di hadapan Tuhan, yang diwujudkan dalam seluruh tindakan hidup setiap hari dan di segala tempat.

Card image
DRINKING WATER OF LIFE - 05 Maret 2023 (English Version)
2023-03-05 09:40:45


The Bible shows that God can be described as the water, as mentioned in Psalm 42, “As the deer pants for streams of water, so my soul longs after You, O God. My soul thirsts for God, the living God. When shall I come and appear in God’s presence?” In the New Testament, the Lord Jesus made a statement that we often or must have ever heard, “I am the living water.” This means that there must be a reality experienced in life that besides touching God or experiencing Him, we could also drink to enjoy Him.

Deer is a weak animal; water is not just a supplement for them but a source of life. We should also experience this mechanism and must not just be knowledge in mind, then fantasize that we are like deer longing for the water river. People often sing and fantasize about religion or God, while actually, they do not believe in God. Let us question having worry or confusion described by the word “thirst.” This Word conveys physical frustration. A healthy body will be stressed if it is thirsty and proves its metabolism is good, while if the body is not stressed though thirsty, that shows that the person is sick.

Likewise, in a healthy human spiritual life, there must be a signal within them to find something that can quench their thirst. This is the metabolism of a healthy spiritual life. Do not be like the story in Luke 12, where the rich man saw his wealth increase and wanted to build more barns so he could store his possessions, then said, “You have plenty of good things laid up for many years. Take it easy.” This is perverted because we cannot fill our souls with stuff. The human soul is like a bottomless well that always lack even though filled with anything, and there is only one who can answer the thirst of the soul, namely God.

The car producer designed the engine to be filled with gasoline or diesel, not water. If filled with water, the machine will be damaged and not run. Nothing can fill our soul, for it has been locked by the Creator, namely the Lord of the universe, that what is needed is God. If we are honest with ourselves, do we have a thirst for God? “My soul thirsts for God, the living God,” not the God that is only talked about or fantasized about, but the One that is experienced. If we don’t have a thirst, we must immediately realize it and start building it.

Many souls have gone astray, marked by a thirst for things of the world. The powers of darkness must be trying to mislead people by showing the world’s beauty as a solution to the human soul’s thirst. In Luke chapter 4, the Lord Jesus was taken to a high place by the devil and shown the glory and beauty of the world. But of course, He did not want to covet the world because it is the same as worshiping Satan. Our souls are already corrupted, but if we hear this Word of truth and humbly welcome it, and begin to improve ourselves, then the Holy Spirit will surely help to heal our souls.

Do not let us die before drinking God as the water of life, just as in the story of a rich man who lost his mind because he thought his soul could be satisfied with wealth. Then the Word of God says, “He died in poverty. This is how it will be for anyone who stores treasure for himself but is not rich toward God.” Another story in Luke 16 says, “Now there was a rich man dressed in purple and fine linen, who lived each day in joyous splendor.” This is the broken metabolism of the spiritual life. Many people like this are content with clothing, jewelry, and anything that can be worn and joyful in luxury. They are drowning in the wrong thirst, not the holy one needed.

The next verse says, “In Hades, where he was in torment, he looked up and saw Abraham from afar, with Lazarus by his side. So, he cried out, ‘Father Abraham, have mercy on me and send Lazarus to dip the tip of his finger in water and cool my tongue. For I am in agony in this fire.” This is not mineral water. He is dead and has no more physical body. This is about an empty soul because he has not drunk the water of life. So, do not let us die before drinking God and having a good spiritual life metabolism. We must drink the Lord and enjoy Him. What did we drink from God? His Spirit, His passion; that is what is needed. Drinking God means we get His desires, thoughts, and feelings that make us have the same character as His.  

DON'T LET US DIE BEFORE DRINKING GOD AS THE WATER OF LIFE.

Card image
MENEGUK AIR KEHIDUPAN - 05 Maret 2023
2023-03-05 09:18:27


Alkitab menunjukkan bahwa Tuhan itu dapat digambarkan seperti air. Di dalam Mazmur 42, firman Tuhan mengatakan, “Seperti rusa yang merindukan sungai yang mengalir, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?” Di sini Allah digambarkan sebagai air. Dan di dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus mengemukakan pernyataan yang sering atau pasti pernah kita dengar, “Akulah air kehidupan.” Ini berarti, harus ada realitas yang kita alami dalam hidup, artinya kita bukan saja bersentuhan dengan Allah, mengalami Allah, tetapi juga meneguk sehingga kita dapat menikmati Dia; menikmati Allah.

Dalam realitas kehidupan—bukan dalam fantasi—rusa adalah binatang yang lemah dan bagi rusa air bukanlah suplemen, melainkan sumber kehidupan. Mekanisme ini harus kita alami. Bukan hanya menjadi pengetahuan di dalam pikiran, lalu berfantasi bahwa kita seperti rusa yang merindukan sungai yang berair. Kita nyanyikan, berfantasi dalam beragama atau ber-Tuhan. Pada dasarnya, orang yang berfantasi, tidak ber-Tuhan dengan benar. Mari kita benar-benar memperkarakan hal ini. Kita harus memiliki perasaan risau, perasaan galau yang digambarkan dengan kata “haus.” Kata “haus” menunjukkan kefrustrasian fisik. Sebagaimana tubuh kita kalau haus, tubuh kita stres. Kalau tubuh tidak haus atau tidak mau makan sampai tidak bisa makan, berarti orang itu sakit. Ini mekanisme metabolisme tubuh yang baik.

Demikian pula kehidupan manusia yang sehat rohaninya, pasti ada sinyal di dalam dirinya untuk menemukan ‘sesuatu’ yang dapat memuaskan dahaga jiwanya. Ini metabolisme kehidupan rohani yang sehat. Jangan seperti kisah di Lukas 12, orang kaya yang melihat hartanya bertambah banyak, lalu dia mau membangun gudang lebih besar supaya dia bisa menyimpan harta bendanya, lalu berkata, “Hai, jiwaku, ada padamu banyak barang. Senangkan dirimu.” Ini sesat. Jiwanya tidak akan dapat diisi oleh barang-barang itu. Jiwa manusia seperti sumur yang tidak memiliki dasar. Yang diisi oleh apa pun, akan selalu kurang. Hanya ada satu yang dapat menjawab kehausan jiwa, yaitu Allah.

Pencipta mobil mendesain bahwa mesin kendaraan—dalam hal ini mobil—harus diisi bensin atau solar; tidak didesain diisi air. Kalau diisi air, mesinnya akan rusak, tidak jalan. Jiwa kita tidak bisa diisi oleh apa pun; telah dikunci oleh Sang Khalik, yaitu Tuhan semesta alam, bahwa yang dibutuhkan hanyalah Tuhan. Kalau jujur melihat diri sendiri, apakah kita memiliki kehausan akan Allah? “Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup,” bukan Allah yang hanya dibicarakan, bukan difantasikan, tetapi Allah yang dialami. Kalau sekarang ini kita belum memiliki kehausan yang pantas, kita harus segera sadar dan mulai membangun kehausan itu.

Banyak jiwa yang sudah sesat, yang ditandai dengan kehausan terhadap sesuatu yang dapat disediakan oleh dunia. Kuasa kegelapan pasti berusaha untuk menyesatkan, menunjukkan keindahan dunia sebagai solusi untuk menjawab kehausan jiwa manusia. Seperti dalam Lukas 4, ketika Tuhan Yesus dibawa ke atas tempat yang tinggi dan ditunjukkan kepada-Nya kemuliaan, keindahan dunia. Tetapi tentu Tuhan Yesus tidak mau mengingini dunia. Mengingini dunia sama dengan menyembah Iblis. Kita memiliki jiwa yang sudah telanjur rusak. Tetapi, kalau kita mendengar Firman kebenaran ini dan dengan rendah hati menyambutnya dan mulai membenahi diri, maka Roh Kudus pasti akan menolong untuk kesembuhan jiwa kita.

Jangan sampai kita meninggal dunia sebelum meneguk Allah sebagai air kehidupan, karena disesatkan. Seperti yang kita baca kisah orang kaya yang sesat pikirannya, dia pikir jiwanya bisa dipuaskan dengan kekayaan. Lalu firman Tuhan mengatakan, “Ia mati dalam kemiskinan. Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.” Kisah lain di Lukas 16 menuliskan, “Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus. Dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan.” Ini metabolisme kehidupan rohani yang rusak. Banyak orang seperti ini yang dipuaskan oleh pakaian, perhiasan, apa pun yang dapat dikenakan dan bersuka ria dalam kemewahan. Sehingga kehausan yang benar, kehausan yang kudus yang seharusnya dia miliki, tidak dia rasakan karena tenggelam dalam kehausan yang salah.

Ayat selanjutnya, “Sementara ia menderita sengsara di alam maut, ia berseru. Katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus supaya mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku.” Ini pasti bukan air mineral. Dia sudah mati, dia tidak memiliki fisik. Ini jiwanya yang kosong karena belum meneguk air kehidupan. Jadi, jangan sampai kita meninggal sebelum meneguk Tuhan dan memiliki metabolisme kehidupan rohani yang baik. Kita harus meneguk Tuhan dan menikmati-Nya. Apa yang diteguk dari Tuhan? Spirit-Nya, gairah-Nya; itulah kebutuhan kita. Meneguk Tuhan artinya kita mendapatkan gairah-Nya, pikiran-Nya, perasaan-Nya, yang membuat karakter kita sekarakter dengan Allah.

Tuhan Yesus memberkati,
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JANGAN SAMPAI KITA MENINGGAL DUNIA SEBELUM MENEGUK ALLAH SEBAGAI AIR KEHIDUPAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 05 Maret 2023
2023-03-06 09:59:23

Bilangan 26-27

Card image
Truth Kids 04 Maret 2023 - MENULARKAN YANG BAIK
2023-03-04 10:13:01


Amsal 13:20
”Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang.”

Sobat Kids, apakah kalian pernah dengar kata ‘menularkan’? Contoh menularkan itu misalnya, saat kita sedang pilek atau flu, lalu bersin dan tidak sengaja terkena orang lain. Orang itu kemudian turut sakit flu. Berarti kita menularkan penyakit flu kepada orang lain. Nah, itu kan tentang penyakit; tahu tidak, Sobat Kids, kalau kebiasaan kita bisa menular kepada orang di sekitar kita, loh! Misalnya, saat kita bertemu dengan teman dan kita terbiasa untuk tersenyum dan menyapanya. Maka teman kita itu akan melakukan hal yang sama juga. Teman kita tersebut akan ikut tersenyum dan menyapa kita juga.

Sebagai anak-anak Tuhan, kita harus mampu menularkan hal-hal yang baik. Mulai dari kebiasaan dan sikap kita kepada orang lain. Karena kebaikan kita bisa menular kepada orang-orang di sekeliling kita. Yuk Sobat Kids, terus berjuang untuk melakukan kebiasaan yang baik kepada orang di sekeliling kalian, tentu mereka jadi akan tertular yang baik juga!

Card image
Truth Junior 04 Maret 2023 - SALAH PILIH
2023-03-04 10:11:06


Amsal 13:20
”Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang.”

Para ilmuwan melakukan penelitian tentang kebiasaan dalam diri seseorang. Ada yang berpendapat bahwa kebiasaan baru dalam diri seseorang dipengaruhi oleh faktor lingkungannya. Contohnya jika seseorang diperdengarkan musik yang “keras” seperti jenis musik Rock selama puluhan hari berturut-turut, ia akan memiliki kebiasaan baru menjadi suka berteriak-teriak dan cepat gelisah. Beda halnya dengan orang yang diperdengarkan jenis musik klasik selama jangka waktu yang sama, akan menjadi lebih tenang saat menghadapi sesuatu.

Ayat firman Tuhan hari ini pun telah ditulis ratusan tahun sebelum para ilmuwan melakukan penelitian. Firman Tuhan telah mengajarkan bahwa orang yang bergaul (berteman) dengan orang bijak, akan menjadi bijak. Sedangkan orang yang berteman dengan orang yang bebal (sukar mengerti sesuatu, tidak mau berubah), akan menjadi malang atau mengalami kesulitan karena tidak mau berubah menjadi lebih baik.

Dengan siapa kita bergaul, maka kita akan saling “menularkan” karakter, kebiasaan, gaya hidup, dan cara berpikir kita. Oleh sebab itu, penting sekali bagi kita untuk memilih dengan siapa kita menjalin hubungan pertemanan. Jangan sampai salah pilih, ya, Sobat Junior.

Card image
Truth Youth 04 Maret 2023 (English Version) - SURRENDER
2023-03-04 10:09:32


”I can do all things through Christ which strengtheneth me.”
(Philippians 4:13)

Yesterday we had learned and pondered how we should believe that God opens the way for our every problem. Now, let's learn and reflect on how we surrender to God for every problem of our lives.

Often we feel we can get through all problems with our own strength. We feel that we are with all knowledge, experience, or whatever there can be facing problems for the sake of problems. In fact, maybe we justify ourselves by saying on our day, "People who don't believe the Lord Jesus can be successful, can pass a lot of problems," and others. Plus the influence of the world with everything offered makes us feel we can solve problems with our own strength.

We should, as believers, surrender all problems and cases in the hands of God. Submitting all cases in the hands of God does not mean we break away from our responsibilities in solving problems, but with us surrender to God, we open ourselves so that God directs us to what God wants our lives. God allows various problems to occur in our lives, in addition to being more 'mature', also so that we depend on God, surrender to God.

There must be a point where the problem feels there is no way out. However, God allows it to happen so that we remember God, and we depend on and surrender to God. If we experience problems that are truly heavy and almost no way out, let us return to hand over our cases into God's hands, so that God gives us strength and way out in dealing with the problems of our lives.

WHAT TO DO:
Self -surrender is a form of our humble to God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Deuteronomy 16-18;
▪︎ Galatians 1-2

Card image
Truth Youth 04 Maret 2023 - BERSERAH
2023-03-04 10:06:51


”Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13)

Kemarin kita sudah belajar dan merenungkan bagaimana kita harus percaya bahwa Tuhan membuka jalan bagi setiap masalah kita. Saat ini, mari kita belajar dan merenungkan bagaimana kita berserah kepada Tuhan atas setiap masalah hidup kita.

Sering kali kita merasa diri kita bisa melewati segala masalah dengan kekuatan kita sendiri. Kita merasa bahwa diri kita dengan segala pengetahuan, pengalaman, atau apa pun yang ada bisa menghadapi masalah demi masalah. Bahkan, mungkin kita membenarkan diri dengan berkata dalam hati kita, “Orang yang gak percaya Tuhan Yesus aja bisa tuh sukses, bisa tuh ngelewatin banyak masalah,” dan lain-lain. Ditambah pengaruh dunia dengan segala yang ditawarkan membuat kita merasa bisa menyelesaikan masalah dengan kekuatan kita sendiri.

Seharusnya, kita sebagai orang percaya menyerahkan segala masalah dan perkara di tangan Tuhan. Menyerahkan segala perkara di tangan Tuhan bukan berarti kita melepaskan diri dari tanggung jawab kita dalam menyelesaikan masalah, tetapi dengan kita berserah kepada Tuhan, kita membuka diri agar Tuhan mengarahkan kita kepada apa yang Tuhan kehendaki atas hidup kita. Tuhan mengizinkan berbagai masalah terjadi atas hidup kita, selain agar kita semakin ‘dewasa’, juga agar kita bergantung pada Tuhan, berserah kepada Tuhan.

Pasti ada satu titik di mana masalah terasa tidak ada jalan keluar. Namun, Tuhan izinkan itu terjadi agar kita ingat akan Tuhan, dan kita kembali bergantung dan berserah kepada Tuhan. Kalau kita mengalami masalah yang memang sungguh berat dan hampir tidak ada jalan keluar, yuk kita kembali menyerahkan perkara-perkara kita ke dalam tangan Tuhan, supaya Tuhan memberikan kita kekuatan dan jalan keluar dalam menghadapi masalah-masalah hidup kita.

WHAT TO DO:
Penyerahan diri merupakan bentuk dari kita merendahkan hati kepada Tuhan.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 16-18;
▪︎ Galatia 1-2

Card image
Renungan Pagi - 04 Maret 2023
2023-03-04 10:04:40


Allah Bapa ingin anak-anak-Nya hidup sesuai kehendak-Nya, berubah dari kodrat dosa menjadi kodrat Ilahi. "Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia".

Itu sebabnya ada Roh Kudus dalam hidup kita yang menolong dan berjuang untuk berubah, gairah duniawi dalam hasrat manusia kita diubah menjadi gairah surgawi dalam hasrat mengasihi Tuhan sepenuhnya. Kita akan dapat berubah menjadi serupa dengan Yesus jika selalu membangun kebersamaan dengan Tuhan di dalam Roh Kudus-Nya, kebersamaan dengan Allah itulah yang akan mengubah kita, tanpa kebersamaan dengan-Nya, maka Allah tidak bisa menolong untuk berubah.

Herannya, kita tidak mau berjalan bersama Tuhan, tidak mau membangun hubungan dengan Tuhan, malah suka bergaul dengan dunia, hidup suka-suka sendiri, menyenangkan daging setiap hari. Padahal waktunya sudah sangat singkat dan waktu itu berharga, harus mengejar ketinggalan kita.
(2 Petrus 1:4)

Card image
Quote Of The Day - 04 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-04 10:00:54


Sebesar apa pun masalah yang kita hadapi, Tuhan lebih besar.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 04 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-04 10:00:02


Manakala seseorang terpanggil menjadi orang percaya yang kemudian menyandang panggilan sebagai orang Kristen, maka ia harus ada dalam proses penyempurnaan menuju orang yang berperilaku seperti Tuhan Yesus.

Card image
TRANSFORM LIFE FACES - 04 Maret 2023 (English Version)
2023-03-04 09:58:38


The coming of the Lord Jesus is to defend our eternal life. The focus of salvation is eternal life avoiding eternal fire, and we must pay attention to this. The atmosphere of joy or euphoria in worship should not obscure or blind our eyes to the purpose of the coming of the Lord Jesus. He defends our eternal life. That is why it becomes an important issue that we have to be sure that this journey of life has an end, and one thing we ask the Father is to become pleasing before Him so that if one day we die, we will truly be accepted into the Kingdom of Heaven.

People who do not recognize Jesus as King are rejected. Each of us must seriously prepare ourselves to be worthy to enter the Father’s Mansion and His eternal Kingdom so that what the Lord Jesus has done is not in vain. His coming on earth and His suffering up to death on the cross was not in vain, and one day, with a great heavenly army, the Lord Jesus will return as King, and He will say, “But those enemies of Mine who did not want Me to be King over them—bring them here and kill them in front of Me.”

If now we confess Jesus as Savior and celebrate His birthday on a large scale, give Him a place in our hearts, not as a “baby,” but as the Master, Employer, Christ, the One who rules our lives as King. Because the Word of God says, “He must become greater; I must become less,” and we have the confession as Paul said in Gal.2:20, “I have been crucified with Christ, and I no longer live, but Christ lives in me.” This means that God has more and more power to change our way of thinking, lifestyle, and inner person.

As Paul also said in 2 Cor.4:16, “Though outwardly we are wasting away…” Though we get older and our physical appearance declines, our inner being is renewed by the Lord Jesus. Lord Jesus is not only born in us but increasingly rules our lives, and in the end, all of us must have the face of Christ. If we honestly look in the mirror now, whose face is displayed in our minds? The Word of God teaches us to search our hearts, and we bring them to God and say, “Search me, God.”

We should come every day to God and say, “Search me, Lord. O Father, give me to understand of my situation in Your eyes. Is there still a sin or love of the world?” There we reflect. And the Holy Spirit may tell us. He tells us things that we must put off and leave behind so that we can put on the new self that is constantly renewed, just as said in Eph.4:23-24, “to be made new in the attitude of your minds; and to put on the new self, created to be like God in true righteousness and holiness.”

We must experience transformation so that we have the face of God, similar to Jesus, not to the world. If our lives are still doing the same things as the children of the world, our lives will surely be rotten. We must believe that God exists and lives and must examine ourselves. We must set our hearts to love God and say, “Yes, I do!” In the Gospel of Matthew, the Lord Jesus said, “Not everyone who says to Me, ‘Lord, Lord,’ will enter the kingdom of heaven, but only the one who does the will of My Father who is in heaven.” This means, “It is good if you profess to believe I am the Saviour. However, if you do not do the will of the Father, as I do; if you do not have a ‘face’ like mine, you are not known by God.”

So, later, those who enter heaven will have the face of Christ, namely, people who have a lifestyle and way of thinking like Jesus. We must catch up because we are all also sinners, but we can change. There is the time to pray, leave sin, leave evil, live holy, and do the will of the Father every day to have the face of the Lord Jesus. Our obedience at any time will change our lives faces. Not just one time but continuously. So, we must not stop listening to sermons, going to church, and praying because that is a process that must continue to develop until we become people who have the face of God. This must be done without limit.

  OUR DAILY OBEDIENCE WILL CHANGE THE FACE OF OUR LIFE; BECOMING MORE AND MORE LIKE HIM.

Card image
MENGUBAH WAJAH HIDUP - 04 Maret 2023
2023-03-04 09:56:49


Kedatangan Tuhan Yesus adalah untuk membela hidup kekal kita. Artinya, fokus dari keselamatan adalah hidup kekal; yaitu bagaimana kita terhindar dari api kekal, dan kita harus sungguh-sungguh memperhatikan hal ini. Suasana sukacita, suasana euforia di dalam ibadah kiranya tidak mengaburkan dan tidak membutakan mata kita terhadap maksud kedatangan Tuhan Yesus. Ia membela hidup kekal kita. Itulah sebabnya, menjadi satu persoalan penting yang harus benar-benar kita persoalkan bahwa perjalanan hidup ini ada akhirnya. Dan satu hal yang kita minta kepada Bapa adalah berkenan di hadapan-Nya, supaya kalau suatu saat kita meninggal dunia, maka kita benar-benar diterima di dalam Kerajaan Surga.

Untuk itu, kita masing-masing harus serius mempersiapkan diri untuk layak masuk ke dalam Rumah Bapa, layak masuk ke dalam Kerajaan kekal Tuhan agar tidak sia-sia apa yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus. Kedatangan-Nya di bumi dan penderitaan-Nya, sampai pada kematian di kayu salib, menjadi tidak sia-sia. Dan suatu saat nanti, dengan bala tentara yang lebih besar, Tuhan Yesus akan datang kembali sebagai Raja. Dan firman Tuhan mengatakan, “Dan mereka yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah kemari, bunuh di depan mataku.” Orang yang tidak mengakui Yesus sebagai Raja, pasti ditolak.

Kalau saat ini kita mengaku Yesus sebagai Juruselamat, dan merayakan hari kelahiran-Nya secara besar-besaran, tetapi jangan hanya memberi Dia tempat di hati sebagai “Bayi kecil.” Biarlah Yesus menjadi Tuan, Majikan, Kristus, Seorang yang menguasai hidup kita sebagai Raja. Sebab firman Tuhan mengatakan, “Dia harus bertambah-tambah, dan kita berkurang-kurang.” Sampai kita memiliki pengakuan seperti pengakuan Paulus di dalam Galatia 2:20, “Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku.” Artinya, Tuhan makin berkuasa mengubah cara berpikir kita, gaya hidup kita, dan manusia batiniah kita.

Seperti juga yang dikatakan oleh Paulus di dalam 2 Korintus 4:16, “… meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, …” Makin tua, fisik kita pasti akan makin merosot, tetapi manusia batiniah kita diperbarui. Diperbarui ke mana? Tentu harus ke arah Tuhan Yesus. Tuhan Yesus yang bukan hanya lahir, tetapi makin berkuasa dalam hidup kita. Dan pada akhirnya, semua kita mesti berwajah Kristus. Kalau sekarang kita jujur bercermin, wajah siapa yang terpampang di dalam batin kita? Firman Tuhan mengajarkan kepada kita agar kita menyelidiki hati kita dan kita membawanya kepada Tuhan dan berkata, “Selidikilah aku, Tuhan.”

Setiap hari, mestinya kita datang kepada Tuhan dan berkata, “Selidikilah aku, Tuhan. Ya Bapa, beri aku mengerti keadaanku di mata-Mu. Masihkah ada dosa? Masihkah ada percintaan dunia?” Di situ kita bercermin. Dan Roh Kudus tidak mungkin tidak memberitahu kepada kita. Roh Kudus pasti memberitahukan hal-hal yang harus kita tanggalkan, kita tinggalkan, agar kita dapat mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbarui. Seperti yang dikatakan di dalam Firman Tuhan Efesus 4:23-24, “Supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.”

Kita harus mengalami transformasi supaya kita memiliki wajah Tuhan, serupa dengan Yesus, bukan serupa dengan dunia. Kalau hidup kita masih melakukan apa yang sama dengan anak-anak dunia, pasti hidup kita busuk. Kita harus percaya Tuhan itu ada dan hidup. Maka kita harus periksa diri benar-benar. Kita bisa berubah, makanya kita harus menetapkan hati kita untuk mencintai Tuhan: “Yes, I do!” Di dalam Injil Matius, Tuhan Yesus berkata, “Bukan orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! yang masuk Kerajaan Surga, tetapi yang melakukan kehendak Bapa.” Artinya, “Kamu mengaku percaya bahwa Aku adalah Juruselamat, itu baik. Tetapi, kalau kamu tidak melakukan kehendak Bapa, seperti yang Kulakukan; kalau kamu tidak ‘berwajah’ seperti wajah-Ku, engkau tidak dikenal Tuhan.”

Jadi, nanti yang masuk surga itu wajahnya wajah Kristus; yaitu orang-orang yang memiliki lifestyle, gaya hidup, cara berpikir seperti Yesus. Maka, kita harus mengejar ketinggalan kita. Semua kita juga orang berdosa, tetapi kita bisa berubah. Setiap hari ada waktu berdoa, tinggalkan dosa, tinggalkan kejahatan, hidup suci, dan melakukan kehendak Bapa. Itu artinya, memiliki wajah Tuhan Yesus. Ketaatan kita setiap saat akan mengubah wajah hidup kita. Tidak cukup satu kali, tetapi terus-menerus. Maka, jangan berhenti mendengar khotbah, jangan berhenti ke gereja, jangan berhenti berdoa, karena itu adalah proses yang harus berkembang terus sampai kita menjadi orang-orang yang memiliki wajah Tuhan. Untuk hal yang satu ini, lakukanlah tanpa batas.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KETAATAN KITA SETIAP HARI AKAN MENGUBAH WAJAH HIDUP KITA; MENJADI SEMAKIN SEGAMBAR DAN SERUPA DENGAN-NYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 04 Maret 2023
2023-03-04 09:54:02

Bilangan 23-25

Card image
Truth Kids 03 Maret 2023 - PILIH DIDI ATAU DITO?
2023-03-03 05:59:51


Amsal 18:24
“Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara.”

Ada seorang anak laki-laki yang bernama Theo. Is adalah anak yang baik dan memiliki banyak teman di sekolah. Theo berteman dengan siapa saja sehingga ia disukai oleh teman-temannya. Suatu hari saat Theo masuk ke kelas, Didi dan Dito mendekati dia. Didi adalah anak yang baik dan suka menolong. Sedangkan Dito adalah anak yang jahil, suka mengganggu teman-teman di sekolah.

Pada saat itu Theo harus memilih antara ikut dengan Didi atau Dito. Dito mengajak Theo untuk menjahili teman sebangkunya, sedangkan Didi mengajak Theo untuk bermain bersama dengan teman-teman lain di lapangan.

Sobat Kids, setiap hari kita pasti diberikan pilihan untuk memilih. Memilih yang baik atau memilih yang tidak baik. Setiap pilihan yang kita ambil tentu saja harus sesuai dengan kehendak Tuhan. Sobat Kids, kalian harus ingat, ya. Kita harus memilih teman yang baik dan tidak membuat Tuhan sedih. Maka dari itu kita harus berhati-hati dalam memilih teman. Bukan memilih teman yang bisa membuat sedih hati Tuhan, melainkan teman yang sama-sama mau menyenangkan hati Tuhan.

Card image
Truth Junior 03 Maret 2023 - SALING MENGASIHI
2023-03-03 05:58:35


Amsal 18:24
“Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara.”

Dalam Alkitab, di Kejadian 25 dikisahkan Ishak menantikan selama 20 tahun untuk memiliki anak. Setelah menunggu selama itu, akhirnya Ishak memiliki dua anak lelaki. Apakah Sobat Junior ingat nama kedua anaknya? Namanya adalah Esau dan Yakub. Kisah apa yang kalian ingat dari Esau dan Yakub ini? Ya, salah satunya adalah Esau menukar hak kesulungannya dengan roti dan sup kacang merah. Lalu ada juga kisah Yakub lari dari Esau karena ia telah berpura-pura menjadi kakaknya untuk mendapatkan berkat dari ayahnya. Hhmm… walaupun bersaudara, mereka lebih banyak dikisahkan tidak cocok satu dengan yang lain.

Bagaimana dengan Sobat Junior, apakah kalian juga sering bertengkar dengan saudara kandung kalian? Semoga tidak, ya. Walaupun di masa muda mereka, Esau dan Yakub sering bertengkar, namun di masa tuanya mereka berbaikan. Mereka saling memaafkan dan saling mengasihi satu dengan yang lain.

Sobat Junior tidak perlu menunggu sampai tua untuk berbaikan dengan saudara kandung kalian sendiri. Memang ada sahabat yang lebih akrab dari pada seorang saudara. Namun, alangkah indahnya jika saudara kandung kalian juga menjadi sahabat kalian. Kakak/adik saling mengasihi dan menjaga. Tentu orang tua kalian menjadi senang melihat anak-anaknya saling mengasihi.

Card image
Truth Youth 03 Maret 2023 (English Version) - WAY MAKER
2023-03-03 05:57:15


”It is God that girdeth me with strength, And maketh my way perfect.” (Psalm 18:32)

In our lives as believers, of course we cannot be separated from various problems. Both our problems in the family, school, college, work, and so forth. Not infrequently we also experience a time where we experience such heavy problems, so that problems such as stuck alias traffic jams, such as no way out of the problem. As a result, the problem that "stuck" sometimes makes us doubt God, because with that problem we think that as if we are 'abandoned' by God, as if God did not give a way out of our problems. Then actually, if we experience heavy problems and that makes the 'stuck', is God really 'leaving' us? Or actually we do not know the way of God, so we consider God not to care and not open the way for us?

God actually must open the way to every problem of our lives. However, what often happens is that we do not want to enter the way of God. Why? Because we choose our own path, and that's why, we find it difficult to deal with our problems, so we feel jammed or "stuck", as a result of ourselves that make it difficult for ourselves. For that we must believe that God opens the way for our problems, as long as we respond correctly, namely by believing, obeying, and following His path. Indeed, not always God's path is the way that we think the best, can even be in accordance with what we expect. However, we must believe that God is Way Maker for every problem of our lives.

WHAT TO DO:
God has made a way for our beautiful lives and we must bring ourselves to walk in the way of God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Deuteronomy 13-15;
▪︎ 2 Corinthians 12-13

Card image
Truth Youth 03 Maret 2023 - WAY MAKER
2023-03-03 05:55:30


“Allah, Dialah yang mengikat pinggangku dengan keperkasaan dan membuat jalanku rata.” (Mazmur 18:32)

Di dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, tentu kita tidak lepas dari berbagai macam masalah. Baik masalah kita di dalam keluarga, sekolah, kuliah, pekerjaan, dan lain sebagainya. Tidak jarang juga kita mengalami masa di mana kita mengalami masalah yang begitu berat, sehingga masalah tersebut seperti nge- stuck alias macet, seperti tiada jalan keluar atas masalah tersebut. Akibatnya, masalah yang “nge- stuck” tersebut terkadang membuat kita jadi meragukan Tuhan, karena dengan masalah tersebut kita berpikir bahwa seakan-akan kita ‘ditinggalkan’ oleh Tuhan, seakan-akan Tuhan tidak memberi jalan keluar atas masalah kita. Lalu sebenarnya, kalau kita mengalami masalah yang berat dan yang bikin ‘stuck´ tersebut, apakah Tuhan benar ‘meninggalkan’ kita? Atau sebenarnya kita yang tidak tahu akan jalan Tuhan, sehingga kita menganggap Tuhan tidak peduli dan tidak membuka jalan bagi kita?

Tuhan sebenarnya pasti membuka jalan atas setiap masalah hidup kita. Namun, yang sering terjadi adalah kita yang tidak mau masuk ke dalam jalan Tuhan. Mengapa? Karena kita memilih jalan kita sendiri, dan yang oleh karena itulah, kita merasa kesulitan menghadapi masalah kita, sehingga kita merasa macet atau “stuck”, akibat diri kita yang mempersulit diri. Untuk itu kita harus percaya, bahwa Tuhan membuka jalan bagi setiap masalah kita, asalkan kita meresponsnya dengan benar, yakni dengan percaya, menaati, serta mengikuti jalan-Nya. Memang, tidak selalu jalan Tuhan adalah jalan yang menurut kita terbaik, bahkan bisa tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Namun, kita harus percaya, bahwa Tuhan-lah Way Maker atas setiap masalah hidup kita.

WHAT TO DO:
Tuhan sudah membuat jalan untuk kehidupan kita yang indah dan kita haruslah membawa diri kita untuk berjalan dalam jalannya Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 13-15;
▪︎ 2 Korintus 12-13

Card image
Renungan Pagi - 03 Maret 2023
2023-03-03 05:52:54


Mau sehebat apapun, suatu saat kita pasti mati. Jangan sampai ada kesenangan dunia yang begitu mengikat hidup kita sehingga semakin jauh dari persekutuan dengan Tuhan secara pribadi. Dosa membuat malu menghampiri Tuhan di dalam doa, dosa membuat kita mengkhianati kasih Tuhan. Ingatlah Tuhan sudah menebus kita dari dosa dengan mengorbankan Diri-Nya dan menyerahkan Nyawa-Nya, jika kita terus hidup dalam dosa, bukankah sama artinya kita mengkhianati cintanya Tuhan?

Betapa tidak sebanding jika hanya karena kesenangan sesaat, kita menukar hak waris Kerajaan Allah dengan kesenangan daging, hawa nafsu, percabulan dan rupa-rupa kecemaran seperti Esau menukarkan hak kesulungannya, "Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan."

Apakah kita tidak dapat merasakan apa yang ada di hati Tuhan? Dia menunggu kita mau berbalik untuk hidup mengasihi-Nya dengan tulus dan rela, bukan karena terpaksa. Mempertahankan hidup dalam dosa menandakan kita tidak mengasihi Tuhan dan tidak merindukan berjumpa dengan Tuhan dalam kekekalan.
(Ibrani 12:16)

Card image
Quote Of The Day - 03 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-03 05:49:11


Bukan hanya sangat bodoh, melainkan celaka, kalau orang tidak mau berurusan dengan Tuhan secara benar.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 03 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-03 05:48:31


Kasih dalam Kekristenan pada dasarnya adalah segala tindakan yang sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan.

Card image
LUCK - 03 Maret 2023 (English Version)
2023-03-03 05:46:34


Nothing can be equated, aligned, or matched with Elohim or the God that created the heavens and the earth. We know and believe that the Scriptures say the true Elohim or God is Yahweh. God Yahweh, God of Israel, was worshiped by Abraham, Isaac, and Jacob, who created the heavens and the earth, freed the Israelites from Egyptian slavery, and led them to the land of Canaan and built it. Canaan is the place where David, Solomon, and the other prophets were born. These prophets all came from Israel, not from other nations.

The God that was worshiped by Abraham, Isaac, and Jacob, as well as Shadrach, Meshach, Abednego, Daniel, Elijah, Elisha, and Moses, is Elohim Yahweh. Nothing can be compared to Him. He is the almighty God whose greatness is beyond anyone’s imagination, even than this infinite universe. How awesome is the great God, the Elohim Yahweh, God, and the Father of our Lord Jesus Christ? How lucky to be the chosen people and know the true God. However, our luck won’t become manifest, and it can even become a disaster if we don’t place God rightly in this life or put our lives properly before Him.

Therefore, let’s choose God, meaning we want to let go or leave anything that can hinder our fellowship relationship with Him. We have to do this without limit. This is true luck beyond all luck if we can know the true God and want to have Him, and He owns us. We want to leave, strip off, and let go of everything that can hinder or destroy our harmonious or ideal relationship with God. Sin destroys our relationship with God, so we must leave all sins.

What we must do first is the sanctity of life. We were corrupt people in the past, but God is willing to forgive and forget our sins which we mustn’t do them anymore, no matter how small the sin is, such as hatred, revenge, dirty thoughts, adultery, or dishonesty. All must be removed. We must live in the holiness of God because it is a must so that we can fellowship with God in the right way. Young people must be willing to learn to live holy and don’t date prematurely. Think holy things and never date someone not of the same faith because that is a betrayal of God and doomed!

The second one is not to have pleasure other than God though it is indeed heavy because the rhythm of our soul is generally bound by entertainment, spectacle, money, possessions, pride, honor, pleasures to be praised, and so on. Even though it’s not wrong to have money and wealth, to be a leader, respectable, and praised by people, we shouldn’t make them our happiness. We must also avoid hobbies that take our attention and waste our money.

Don’t underestimate God! If we choose God, then we must make Him the only happiness. That is why God’s word says, “it is hard for someone rich to enter the kingdom of heaven,” because their heart is bound with wealth and all pleasures. People with great wealth have wings and can fly anywhere, buy anything, and do anything. Therefore, it is difficult for the wealthy to enter heaven, though it doesn’t mean impossible. It will also be difficult for people who are materially poor to enter heaven if their heart is also bound by worldly wealth and hope to obtain happiness, comfort, security, and serenity from this world with all its facilities.

The third one is believing. We must make up our minds that God is alive and exists. We must continue to live in the presence of God at all times and live the existence of the living God. Put God before our eyes so that we do not sin against Him. We are no longer sinful and no longer remember sins. We only want to long for God and His Kingdom and go home to heaven. May we become the remaining people of God who welcome the coming of our bridegroom, the Lord Jesus Christ. May we become a people prepared to be glorified with the Lord Jesus Christ, enter the Father’s House, and become members of God’s Royal Family.  

Let us use our potential without limits to be a blessing to those around us and save as many people as possible into the Kingdom of Heaven by sharing the Voice of Truth. It is time for Christians, and believers, to become truly holy people, without blemish or spot, like Jesus.

IF WE DO NOT PLACE GOD CORRECTLY IN THIS LIFE AND DO NOT PUT OUR LIVES PROPERLY BEFORE HIM, THEN OUR LUCK AS A PEOPLE WHO KNOW THE TRUE GOD.

Card image
KEBERUNTUNGAN - 03 Maret 2023
2023-03-03 05:44:30


Tidak ada sesuatu yang dapat disamakan, disejajarkan atau dipadankan dengan Elohim atau Allah yang menciptakan langit dan bumi. Yang kita tahu dan kita percaya, sesuai Kitab Suci, bahwa Elohim atau Allah yang benar adalah Yahweh. Elohim Yahweh, Elohim Israel; yang disembah oleh Abraham, Ishak dan Yakub, yang menciptakan langit dan bumi, yang membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir dan menuntunnya ke tanah Kanaan dan membangun negeri Kanaan. Di sanalah Daud dilahirkan, Salomo dan nabi-nabi lain. Nabi-nabi ini datang dari Israel, bukan dari bangsa lain.

Allah yang disembah oleh mereka—Abraham, Ishak dan Yakub juga yang disembah oleh Sadrakh, Mesakh, Abednego, Daniel, Elia, Elisa, Musa—adalah Elohim Yahweh. Tak ada yang dapat disamakan dengan Dia. Kebesaran-Nya melampaui yang dapat dipikirkan oleh siapa pun, Dia Maha Besar, Maha Kuasa. Lebih besar dari jagat raya yang tidak terbatas ini. Betapa mendahsyatkan Pribadi Agung ini. Elohim Yahweh; Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus. Betapa beruntungnya kita menjadi umat pilihan dan mengenal Allah yang benar ini. Tetapi, keberuntungan kita tidak menjadi keberuntungan, bahkan bisa menjadi malapetaka, kalau kita tidak menempatkan Allah secara benar di dalam hidup ini dan tidak menempatkan hidup kita benar di hadapan-Nya.

Oleh sebab itu, mari kita memilih Tuhan. Artinya, kita mau melepaskan, menanggalkan, meninggalkan apa pun, yang dapat menghalangi hubungan persekutuan kita dengan Dia. Hal ini harus kita lakukan tanpa batas. Sungguh, ini adalah keberuntungan di atas segala keberuntungan, yaitu kita mengenal Allah yang benar dan kita mau memiliki Dia dan Dia memiliki kita. Kita mau meninggalkan, menanggalkan, melepaskan segala sesuatu yang dapat menghalangi, merusak hubungan harmonisasi atau hubungan ideal kita dengan Tuhan. Tentu yang merusak hubungan kita dengan Tuhan adalah dosa. Maka, kita harus meninggalkan semua dosa; sekecil, sehalus apa pun.

Ini yang pertama, kesucian hidup. Dahulu, kita adalah orang-orang rusak, tetapi Tuhan mau mengampuni, melupakan dosa-dosa kita dan jangan dilakukan lagi. Sekecil apa pun dosa itu. Kebencian, dendam, pikiran kotor, perzinaan, ketidakjujuran, semua harus dibuang. Kita harus hidup di dalam kesucian Tuhan. Sebab dengan kekudusan dan kesucian itulah kita dapat bersekutu dengan Tuhan secara benar. Kepada orang-orang muda, kalian harus mau belajar hidup suci. Jangan berpacaran sebelum waktunya. Pikirkan hal-hal yang kudus. Jangan sekali-kali berpacaran dengan orang yang tidak seiman, karena itu pengkhianatan terhadap Tuhan dan kalian akan celaka!

Yang kedua, jangan memiliki kesenangan selain Tuhan. Ini memang berat. Karena irama jiwa kita pada umumnya sudah terikat dengan hiburan, tontonan, uang, harta, kebanggaan, kehormatan, senang dipuji, dan lain sebagainya. Tidak salah punya uang, harta, jadi pemimpin, terhormat, dipuji orang; tidak salah. Tetapi jangan menjadikan semua itu kebahagiaan kita. Terutama hobi-hobi yang mencuri perhatian kita, yang membuat uang kita terbuang sia-sia.

Jangan menganggap Tuhan itu murahan! Kalau kita memilih Tuhan, maka kita harus menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kebahagiaan. Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan, "Orang kaya, sukar masuk surga." Karena hatinya terikat dengan kekayaan dan segala kesenangan. Dengan banyak uang, orang punya sayap lebar. Dia bisa terbang ke mana saja, bisa beli apa saja, bisa lakukan apa saja. Dan itu yang membuat seseorang sukar masuk surga. Sukar bukan berarti tidak bisa. Orang yang miskin secara materi pun akan sukar masuk surga kalau hatinya juga terikat dengan kekayaan dunia dan harapan-harapan; harapan untuk memperoleh kebahagiaan, kenyamanan, keamanan, dan ketenangan dari dunia ini dengan segala fasilitasnya.

Yang ketiga, percaya. Bulatkan hati, percaya bahwa Allah itu hidup, Allah itu ada, Allah itu eksis. Kita harus menghayati terus kehadiran Tuhan setiap saat. Kita hayati terus keberadaan Allah yang hidup. Menaruh-Nya di depan mata kita, agar kita tidak berdosa kepada Tuhan. Kita tidak lagi berdosa, tidak lagi ingat-ingat dosa. Kita hanya mau merindukan Tuhan dan Kerajaan-Nya, pulang ke surga. Kiranya kita menjadi orang-orang yang disisakan Tuhan untuk menyambut kedatangan Mempelai Pria kita; Tuhan Yesus Kristus. Kiranya kita menjadi umat yang dipersiapkan untuk dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus Kristus, masuk ke dalam Rumah Bapa, sebagai anggota keluarga Kerajaan Allah.

Marilah kita menggunakan semua potensi yang ada pada kita—tanpa batas—untuk menjadi berkat bagi orang di sekitar kita, menyelamatkan sebanyak mungkin orang ke dalam Kerajaan Surga dengan membagikan Suara Kebenaran. Karena sudah saatnya orang Kristen, orang percaya, menjadi orang-orang yang benar-benar kudus, tak bercacat tak bercela, seperti Yesus.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEBERUNTUNGAN KITA SEBAGAI UMAT YANG MENGENAL ALLAH YANG BENAR, TIDAK MENJADI KEBERUNTUNGAN, BAHKAN BISA MENJADI MALAPETAKA, KALAU KITA TIDAK MENEMPATKAN ALLAH SECARA BENAR DI DALAM HIDUP INI DAN TIDAK MENEMPATKAN HIDUP KITA BENAR DI HADAPAN-NYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 Maret 2023
2023-03-03 05:41:38

Bilangan 21-22

Card image
Truth Kids 02 Maret 2023 - SAHABATKU
2023-03-02 07:26:34


Yohanes 15:13
“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”

Sobat Kids, dari renungan kemarin kita tahu bahwa kita ini adalah makhluk sosial. Ciptaan Tuhan yang tidak bisa hidup sendirian. Selain keluarga, kita juga pasti memiliki teman-teman sebaya. Nah, apakah Sobat Kids memiliki sahabat? Mungkin ada Sobat Kids yang bertanya, sahabat itu apa, sih? Sahabat itu adalah teman dekat kita. Mungkin kita bisa memiliki banyak sekali teman tetapi untuk sahabat kita hanya punya beberapa. Mengapa demikian? Karena tidak semua teman bisa mengerti kita. Tidak semua teman ada di saat kita sedih atau kesusahan.

Sobat Kids, jika kita memiliki sahabat yang baik, itu adalah berkat pemberian dari Tuhan untuk menemani hidup kita. Untuk itu jaga persahabatan dengan saling menjaga, mengasihi, mengingatkan hal-hal yang baik agar hidup kita dengan sahabat bisa saling memberkati. Kita sama-sama berusaha untuk menjadi anak yang melakukan Firman Tuhan. Bukan sahabat yang malah menjauhkan kita dari Tuhan. Pakai kesempatan yang ada untuk membuat sahabat kita juga mendekat kepada Tuhan Yesus, ya, Sobat Kids.

Card image
Truth Junior 02 Maret 2023 - YUK JAGA HUBUNGAN
2023-03-02 07:21:33


Yohanes 15:13
“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”

Sobat Junior, apa saja, sih, yang Tuhan sudah berikan kepada kalian selama kalian hidup? Wah, pasti banyak, ya. Mulai dari napas yang bisa kita hirup, makanan yang Tuhan sediakan, tempat tinggal yang nyaman, apa lagi? Mungkin papa dan mama yang baik, dan masih banyak lagi yang Tuhan berikan kepada kita. Salah satunya adalah teman.

Teman adalah pemberian atau anugerah dari Tuhan, loh. Kita bisa bertemu teman di sekolah, di rumah, di mal, di mana saja, itu karena Tuhan yang memberikan. Biasanya, pemberian entah berupa barang atau apa pun, harus kita jaga dengan baik, begitu juga dengan teman. Bagaimana cara menjaga teman? Dengan cara membangun hubungan yang baik, misalnya berkata atau berbicara dengan baik, tidak melakukan sesuatu yang melukai hati teman kita seperti membicarakan teman di belakang mereka, dan lain-lain.

Seperti halnya kita bersyukur diberikan sesuatu, saat Tuhan memberikan kita teman yang baik pun, kita harus bersyukur. Bahkan pertemanan yang kita bangun, semakin membuat kita mengasihi Tuhan. Jadi, siapa pun teman Sobat Junior, selain dijaga dan membangun hubungan yang baik, kita juga harus sama-sama bertumbuh menjadi anak-anak yang membuat Tuhan tersenyum.

Card image
Truth Youth 02 Maret 2023 (English Version) - LIKE A DISASTER VICTIM
2023-03-02 07:15:29


”But they that wait upon the LORD shall renew their strength; they shall mount up with wings as eagles; they shall run, and not be weary; and they shall walk, and not faint." (Isaiah 40:31)

Previously we must have heard the term "natural disaster". We have also heard the news of natural disasters, both directly and indirectly. For example, we indirectly hear the news of natural disasters through television, namely earthquakes. The reaction that emerged after seeing the news was sad, sorry, and sorry. However, there are things we can learn from natural disasters.

Some natural disasters claimed lives. Usually survivors will be evacuated. Evacuation is the activity of moving victims from the scene to a safer place to receive adequate medical treatment. Reinforcements are highly awaited by victims of natural disasters. Once help comes, the victims of natural disasters will feel very grateful and helped. This is the same as our lives. Like a victim of natural disasters that will be evacuated and receive reinforcements, we are waiting for a person and hope for Him. Yup, that's right, the person is God. Today's world is not promising. Crimes everywhere, the love of most people is missing, lack of justice, and others.

Even so, our waiting for the arrival of God does not make us break up to continue to live into salt and the light of the world. Because God wants us to live waiting for Him while applying like His Son. So, let's look forward to the arrival of God while continuing to do His will and call in each other's lives. Because by hoping God, our spirits are increasingly strengthened.

WHAT TO DO:
What are the blessings you want to give to others as proof of expecting his arrival?

BIBLE MARATHON:
▪︎ Deuteronomy 10-12;
▪︎ 2 Corinthians 10-11

Card image
Truth Youth 02 Maret 2023 - IBARAT KORBAN BENCANA
2023-03-02 07:10:13


Yesaya 40:31 TB
"Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah."

Sebelumnya kita pasti pernah mendengar istilah “bencana alam”. Kita pun pernah mendengar berita bencana alam, baik secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya saja secara tidak langsung kita mendengar berita bencana alam melalui televisi, yaitu gempa bumi. Reaksi yang muncul setelah melihat berita tersebut adalah sedih, turut iba, dan kasihan. Namun, ada hal yang dapat kita pelajari dari bencana alam.

Beberapa bencana alam memakan korban jiwa. Biasanya korban jiwa yang selamat akan dievakuasi. Evakuasi adalah kegiatan memindahkan korban dari lokasi kejadian ke tempat yang lebih aman sampai mendapat penanganan medis lanjutan yang memadai. Bala bantuan sangat dinanti-nantikan oleh para korban bencana alam. Begitu pertolongan datang, para korban bencana alam akan merasa sangat bersyukur dan tertolong.

Hal ini sama seperti kehidupan kita. Ibarat korban bencana alam yang akan dievakuasi dan menerima bala bantuan, kita pun sedang menanti-nantikan seorang Pribadi dan berharap kepada-Nya. Yup, benar sekali, Pribadi tersebut adalah Tuhan. Dunia hari ini tidak menjanjikan. Kejahatan di mana-mana, kasih kebanyakan orang hilang, kurangnya keadilan, dan lainnya.

Walaupun demikian, penantian kita akan kedatangan Tuhan tidak menjadikan kita patah semangat untuk terus hidup menjadi garam dan terang dunia. Sebab Tuhan menghendaki kita untuk hidup menantikan-Nya sembari berlaku seperti anak-Nya. Jadi, yuk, kita menantikan kedatangan Tuhan sembari tetap melakukan kehendak dan panggilan-Nya di dalam kehidupan kita masing-masing. Sebab dengan berharap kepada Tuhan, roh kita semakin dikuatkan.

WHAT TO DO:
1. Apa berkat yang ingin kamu berikan kepada sesama sebagai bukti mengharapkan kedatangan-Nya?

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 10-12;
▪︎ 2 Korintus 10-11

Card image
Renungan Pagi - 02 Maret 2023
2023-03-02 07:02:31


Banyak rumah tangga yang dirusak diakhir zaman ini, termasuk juga rumah tangga Kristen. Sampai kita mengenal istilah 'pelakor' atau 'wil' yang merusak banyak pria-pria Kristen yang seharusnya menjadi teladan hidup sebagai kepala keluarga. Walaupun tidak sedikit juga wanita-wanita yang mengkhianati rumah tangganya, sebagian besar karena merasa terluka dan membalas perlakukan suaminya. Jadi betapa mengerikan kerusakan yang terjadi dalam rumah tangga sekarang ini, semua hanya demi memuaskan hawa nafsu saja.

Firman Tuhan menasihatkan pada kita, "Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah". Perkataan ini jelas ditujukan bagi rumah tangga orang Kristen, orang-orang percaya. Baik suami maupun istri harus menjaga kesucian perkawinan. Selingkuh itu mungkin membuat kita senang sesaat, tetapi pikirkanlah akibat dan hukumannya, tidak sebanding dengan kesenangan yang kita dapat.

Berjaga-jagalah untuk keluarga Kristen, jangan sampai dunia yang rusak itu lebih mempengaruhi kehidupan kita dibanding kasih Tuhan. Milikilah kasih Kristus -Agaphe- dalam rumah tangga, sehingga kita tidak menuntut dibahagiakan tetapi memberikan kebahagiaan. Kasihilah suami dan istrimu karena Tuhan, bukan karena dia dapat memuaskan keinginan kita.
(Ibrani 13:4)

Card image
Quote Of The Day - 02 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-02 06:43:43


Allah mengistimewakan dan memercayai hamba-hamba-Nya yang hidupnya rela disita untuk melakukan kehendak-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 02 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-02 06:42:52


Kekristenan sangat menekankan sikap batiniah.

Card image
MENGHIDUPKAN WAKTU - 02 Maret 2023
2023-03-02 05:07:59


Ingat peristiwa Lot, bagaimana Lot berlama-lama. Dia tidak segera menuruti apa yang utusan Yahweh perintahkan, untuk segera keluar dari Sodom dan Gomora, sehingga malaikat harus memaksanya keluar dari Sodom. Dan itu masih dalam radius di mana istrinya bisa menoleh dan akhirnya binasa. Belajar dari peristiwa Lot, kita dapati bahwa kalau kita tidak berkemas-kemas dengan benar, kita akan gagal fokus, sehingga kita gagal menyelamatkan diri dan gagal menyelamatkan orang lain. Kalau kita selalu memetakan hidup kita—hari ini mau ke mana, melakukan apa, dengan siapa—berarti kita sedang belajar untuk tenggelam di hadirat Tuhan.

Kita harus mempersiapkan diri untuk menjadi jurubicara Tuhan, untuk tenggelam di hadirat Tuhan, tidak boleh melakukan hal yang tidak perlu kita lakukan. Supaya di mana pun kita berada, kita bisa menghadirkan hadirat Tuhan. Maka, kita harus memetakan waktu saya dengan baik, memetakan hidup saya dengan baik. Terlebih bagi para hamba Tuhan yang melayani mimbar. Jangan lakukan hal-hal yang tidak membuat kita ada di hadirat Allah, jangan menunda, jangan berlama-lama hidup dalam sikap yang tidak berjaga-jaga dan tidak berkemas-kemas.

Kita harus berani pamit dari teman-teman dan sahabat-sahabat yang tidak takut Tuhan. Mungkin tidak kita ucapkan, tapi hati kita yang pamitan. Pamit terhadap tontonan-tontonan yang tidak perlu kita tonton. Pamit terhadap semua hal yang menyita waktu kita. Jangan sampai kita melakukan tindakan hanya karena kita mau mengisi waktu. Sebab sejatinya yang kita lakukan itu sebenarnya membunuh kita sendiri. Kita tidak boleh ‘membunuh waktu’ dengan pekerjaan yang sia-sia, tapi kita harus ‘menghidupkan waktu’ dengan mencari hadirat Tuhan. Memiliki perasaan krisis terhadap diri sendiri, bagaimana mengalami perubahan. Kita harus memetakan hari hidup kita untuk hal yang benar-benar membangun iman.

Dan jika kita melakukan hal itu, maka kita benar-benar akan memiliki perasaan cemas, perasaan krisis terhadap gelombang besar orang yang menuju kegelapan. Jika tidak, kita menyia-nyiakan kehidupan kita. Kita harus berani berbeda, nekat senekat-nekatnya, tanpa batas. Dan ini adalah persiapan untuk kita pulang ke surga. Kalau kita hidup di hadirat Allah, kita tidak takut menghadapi apa pun, termasuk kematian. Kita harus segera memiliki langkah-langkah konkret, merespons dengan benar nasihat Tuhan ini. Jangan hanya “setuju, iya,” tapi kita tidak melakukan apa-apa. Kita harus menemukan sukacita di hadirat Allah.

Setelah kita menyelesaikan suatu kegiatan, kalau kita melihat ada waktu kosong untuk bertemu Tuhan, betapa menyenangkan waktu itu. Dan betapa menyenangkannya hari-hari di mana kita bisa berdoa dan berpuasa. Mari kita hidup di hadirat Tuhan. Kita akan sangat menyesal ketika menutup mata, ternyata ada di luar hadirat Tuhan. Dan tidak mungkin dadakan kita lalu bisa pindah masuk ke hadirat Allah, tidak bisa. Kalau kita ada di luar hadirat Allah ketika masih hidup di bumi—padahal kita punya kesempatan untuk ada di hadirat Allah, namun kita tidak melakukan—kita mati, kita tidak mungkin ada di hadirat Tuhan. Ini kesempatan yang sangat berharga. Orang bisa beli tiket mahal untuk menonton sebuah pertunjukan, bisa berharga puluhan juta, bahkan sampai ke luar negeri untuk menyaksikan pertunjukan itu.

Berada di hadirat Tuhan, harganya darah Yesus. Lalu mengapa kita tidak melakukannya? Kalau kita hidup di hadirat Allah, kita adalah manusia yang mulia; lebih dari orang kaya, orang terkenal, orang hebat manapun. Usahakan diri kita untuk selalu hidup di dalam kekudusan dan ada di hadirat Allah, sampai kita bisa menikmati kebahagiaan hidup di hadirat Allah itu. Dan ini bukan fantasi. Memang banyak Kristen fantasi, Tuhan difantasikan. Tetapi, kita mengalami. Memang untuk menembus batas sampai kita mengalami bahwa Tuhan itu hidup dan nyata, perlu waktu, perjuangan, kesabaran, kesetiaan, ketekunan tanpa batas. Tapi Dia Allah yang hidup. Dia ada. Dan kalau kita yakin Dia ada, kita harus menjumpai-Nya.

Sebesar apa masalah kita sampai kita menjadi ketakutan, khawatir, cemas? Yang harus kita takutkan, khawatirkan dan cemaskan adalah diri kita yang tidak memiliki hubungan yang harmoni dengan Dia. Dan kalau kita memiliki ketakutan, kekhawatiran dan kecemasan seperti ini, barulah kita bisa mencemaskan orang lain; merasa cemas dan khawatir untuk keselamatan jiwa orang lain. Lalu mengapa kita tidak mau mencari hadirat Allah, hidup di dalam lingkaran Tuhan? Mengapa kita tidak berjuang untuk itu? Ingat, kalau kita tidak hidup di hadirat Tuhan sejak di bumi, kita tidak akan hidup di hadirat Tuhan selama-lamanya. Maka, jangan keluar dari hadirat Tuhan. Kalau kita hidup di hadirat Allah, Allah pelihara kita luar biasa.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA TIDAK BOLEH “MEMBUNUH WAKTU” DENGAN PEKERJAAN YANG SIA-SIA, TAPI KITA HARUS “MENGHIDUPKAN WAKTU” DENGAN MENCARI HADIRAT TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 Maret 2023
2023-03-02 05:05:22

Bilangan 18-20

Card image
Truth Kids 01 Maret 2023 - TAK BISA SENDIRIAN
2023-03-01 09:36:39


Kejadian 2:18a
Tuhan Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja.”

Sobat Kids, apakah kalian pernah melihat sekawanan hewan hidup bersama-sama? Banyak hewan hidup membuat kelompok-kelompok. Contohnya kawanan lumba-lumba, kawanan singa, serigala dan masih banyak lagi. Mereka hidup bersama-sama karena mereka saling membutuhkan satu sama lain. Mereka mencari makan bersama, mereka saling menjaga dan memperhatikan satu sama lain di dalam kelompoknya. Itu dilakukan karena mereka tahu mereka tidak bisa hidup sendiri. Hal ini juga dialami oleh manusia. Manusia adalah makhluk sosial. Artinya manusia tidak bisa hidup sendirian. Kalaupun ada manusia yang hidup jauh dari pemukiman penduduk, biasanya mereka tidak tinggal sendirian, pasti ada keluarga kecil mereka yang tinggal di sana.

Tuhan mengetahui bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri. Karenanya, pada saat menciptakan Adam, Tuhan juga menciptakan Hawa sebagai penolong. Tuhan juga menempatkan kita di tengah-tengah keluarga. Ada mama, papa, kakak, adik, teman-teman. Tuhan tahu bahwa kita sulit untuk hidup sendirian. Coba bayangkan jika kita hidup hanya seorang diri. Rasanya akan sangat susah dan menyedihkan sekali, bukan? Nah, untuk itu kita patut bersyukur pada Tuhan, ya, Sobat Kids, kalau kita masih memiliki keluarga yang mengasihi kita. Ayo, tunjukkan kasih kita pada keluarga dan teman-teman sebagai tanda terima kasih kita pada mereka karena sudah menjadi bagian hidup kita.

Card image
Truth Junior 01 Maret 2023 - MERANGKUL TEMAN
2023-03-01 09:35:28


Kejadian 2:18a
Tuhan Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja.”

“Kringgggg …” bel istirahat berbunyi. “Eh, lihat, deh, kenapa dia selalu menyendiri, ya?” tanya Paul kepada Teo. “Tidak tahu. Mungkin dia pemalu,” jawab Teo. “Hah? Malu? Ngapain malu? Kalau malu nanti susah dapat teman,” kata Paul membalas. “Lebih baik kita ajak dia untuk bermain bersama kita,” ajak Teo. Kemudian Paul dan Teo menghampiri temannya yang selalu menyendiri, yaitu Dani.

“Dani, kamu kenapa tidak mau bergabung dengan teman-teman yang lain?” tanya Teo kepada Dani. “Hmmm… A… A… Aku… Tidak berani menyapa kalian,” jawab Dani malu-malu. “Dani, kenapa harus malu? Kita, kan teman yang saling mendukung dan membantu,” jawab Paul. “I… Iya. Aku tahu, ta… tapi aku belum berani menyapa orang lain duluan. Aku takut tidak dianggap teman,” jawab Dani. “Ya, ampun, Dani. Tidak apa-apa. Mulai sekarang kita berteman, ya. Perlahan pasti kamu bisa menghilangkan rasa malumu, dan mulai menikmati pertemanan bersama kami dan teman-teman lain,” seru Teo.

Sobat Junior, manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Artinya, manusia tidak bisa hidup sendirian. Sebagai anak Tuhan, kita mau belajar untuk menjadi sesama yang baik. Misalnya, seperti kisah Paul dan Teo, saat melihat teman yang sendirian atau tidak memiliki teman, kita harus bisa merangkulnya. Artinya, kita belajar menjadi teman yang baik, yang berteman dengan semua orang atau tidak membeda-bedakan satu sama lain.

Card image
Truth Youth 01 Maret 2023 (English Version) - FEMALE EAGLE
2023-03-01 09:33:15


”Have not I commanded thee? Be strong and of a good courage; be not afraid, neither be thou dismayed: for the LORD thy God is with thee whithersoever thou goest." (Joshua 1:9)

Guys, you know, if the female eagle has a unique and typical way when teaching her children to fly. Because the eagle of female will shake her children's nests, so that their children are thrown out of the nest. Wow, it sounds "cruel". However, there are good and great things from the Female eagles. Because, the actions of the eagle of the female want to bring their children in an atmosphere or a state of panic, so that inevitably the eagle's children must pack their wings. This is a way so that the children of eagles can fly independently.

In this life, we are faced with various situations. There are times when we are in a pleasant and happy situation, but there are also times when we feel sadness, sorrow, and chaos. However, all of that is common, or naturally we feel. This is life, not all of the beautiful things, or the term -"Flowers and Bunnies".

The situation that came to God's permission. Maybe it's the same as the eagle of female, sometimes God allows us to be in a situation of panic, anxiety, fear, and all kinds of unpleasant feelings. However, that God did it not because he no longer loved us, but God wanted to see us being His tough children, even though he was under pressure. Until finally we can understand, that everything that God allows is in our lives to bring goodness. Because there is always God's message through the situation we feel. So, if at this time we are in a pressure situation, realize that God is always with us.

WHAT TO DO:
1. Are you in a pressing situation?
2. Have you accepted the situation as a form of maturity that God did?

BIBLE MARATHON:
▪︎ Deuteronomy 7-9;
▪︎ 2 Corinthians 8-9

Card image
Truth Youth 01 Maret 2023 - RAJAWALI BETINA
2023-03-01 09:31:00


Yosua 1:9 TB
"Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi."

Guys, tahu, gak, sih, kalau rajawali betina memiliki cara yang unik dan khas saat mengajari anak-anaknya terbang. Sebab rajawali betina akan mengguncang sarang anak-anaknya, sehingga anak-anaknya terlempar ke luar dari sarang. Wah, terdengar “kejam”, ya. Namun, ada hal baik dan hebat dari rajawali betina. Karena, tindakan rajawali betina tersebut hendak membawa anak-anaknya di dalam suasana atau keadaan panik, sehingga mau tidak mau anak-anak rajawali harus mengepak-ngepakkan sayapnya. Hal ini menjadi cara agar anak-anak rajawali dapat terbang dengan mandiri.

Di dalam kehidupan ini, kita dihadapkan pada berbagai situasi. Ada saatnya kita berada di situasi menyenangkan dan membahagiakan, tetapi ada juga saat di mana kita merasakan kesedihan, duka, dan kekacauan. Namun, semua itu adalah hal yang lumrah, atau wajar kita rasakan. Inilah hidup, tidak semuanya tentang hal-hal yang indah saja, atau istilahnya “flowers and bunnies”.

Situasi yang datang pun atas seizin Tuhan. Mungkin sama halnya dengan rajawali betina, terkadang Tuhan mengizinkan kita berada di situasi panik, cemas, takut, dan segala macam perasaan yang tidak enak. Namun, hal tersebut Tuhan lakukan bukan karena Ia tidak lagi mengasihi kita, tetapi Tuhan ingin melihat kita menjadi anak-anak-Nya yang tangguh, sekalipun berada di dalam tekanan. Sampai akhirnya kita bisa mengerti, bahwa segala sesuatu yang Tuhan izinkan ada di dalam kehidupan kita mendatangkan kebaikan. Sebab selalu ada pesan Tuhan melalui situasi yang kita rasakan. Jadi, jika saat ini kita berada di situasi yang menekan, sadarilah bahwa Tuhan selalu beserta kita.

WHAT TO DO:
1. Apakah kamu sedang berada di dalam situasi yang menekan?
2. Sudahkah kamu menerima keadaan tersebut sebagai bentuk pendewasaan yang Tuhan lakukan?

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 7-9;
▪︎ 2 Korintus 8-9

Card image
Renungan Pagi - 01 Maret 2023
2023-03-01 09:28:11


Banyak orang Kristen ketika ada di gereja terlihat rohani dan melayani pekerjaan Tuhan dengan segenap hati, tetapi di luar gereja terus melakukan dosa tersembunyi. Dalam anggapannya selama tidak ketahuan dan Tuhan tetap diam, seolah membiarkan, sepertinya aman-aman saja. Tetapi tunggu saja, semua akan dibuka di tahta pengadilan Anak Domba Allah, "Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab", pada saat itu tidak ada lagi kesempatan bertobat memohon pengampunan Tuhan.

Sebab itu, dari sekarang, sadarilah bahwa ada Roh Kudus dalam hidup kita yang selalu mengingatkan, jangan hidup dalam dosa, ada kebenaran Tuhan yang harus kita hidupi dan penghakiman Tuhan menanti di kekekalan. Roh Kudus dalam hidup kita seperti CCTV nya Tuhan yang lebih canggih dari teknologi manapun, karena CCTV ini sanggup menembus sampai ke dalam hati kita dan tempat-tempat tersembunyi yang tidak dilihat oleh mata manusia. Jadi bukalah topeng kita dan hiduplah dalam kebenaran, supaya kita diselamatkan.
(Ibrani 4:12-13)

Card image
Quote Of The Day - 01 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-01 09:23:59


Persoalan yang kita alami saat ini adalah akses Allah untuk mengubah kita sehingga kita dapat memiliki hidup yang menghidupkan Alkitab.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 01 Maret 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-03-01 09:22:34


Proses mengalami perubahan untuk serupa dengan Tuhan Yesus adalah ciri utama seorang Kristen yang tidak bisa digantikan dengan apa pun.

Card image
NO LIMIT - 01 Maret 2023 (English Version)
2023-03-01 09:21:23


We agree that this life is a choice where our present state, later, and even forever, depends on choices made. We are not creatures who live under the fate determined by God. God has an order and has made us creatures according to His will. There is a dead destiny, where indeed we cannot choose whether to become a male or female human being; born from a specific race; becoming a child of Mr. A and Mrs. B. However, there is also a life destiny, meaning that each person can determine their condition or fate in the future, even in eternity.

We are grateful to know the Creator of heaven and earth, the true God according to what is written in the Bible, whom we call the Father named Elohim Yahweh. The Bible is the Holy Scriptures containing God’s revelation in which we can discover the secret of God’s existence. It is said to be a secret because these truths can be understood only if the Holy Spirit leads us and we choose to know the true God. God is unlimited, the greatest, and the most glorious. That is why the energy, thoughts, and time we provide and stake must also have no limit. We can be limited toward other things but not for God because the true purpose of life is only God.

Whatever we do is only as a support to find God in our life. This means we provide ourselves and our life unlimitedly to find God. Finding God means knowing Him properly and loving Him with all our heart, soul, mind, and strength with no limits, and we are willing to offer our life and ourselves for God’s pleasure without limits. So, we must know God properly, know what He wants in our life to do, and understand His plans for our life to be fulfilled, and for this, we must prepare ourselves. Our choice is heaven or earth, God or His enemy, holiness or sin.

If we choose God, then we must not give the slightest part to another, and if we choose the Kingdom of Heaven, then our hearts must be moved to heaven, as written in Matt.6:21, “For where your treasure is, there your heart will also be.” This is impossible to do without the help of the Holy Spirit. However, the Holy Spirit cannot help those who do not choose. We must have strong choices, determination, and commitment. Though only the Holy Spirit can help us, He cannot help us if we do not want to help ourselves. For example, if we are willing to get up in the morning to pray, we must do it intentionally. If we intend to do something and are interested in it, it will become the rhythm of our life. So, getting up early is no longer an obligation but a necessity. We choose to meet God in prayer and enjoy His presence.

We should choose living in holiness in our life’s journey from minute to minute, hour to hour, and time to time. We can choose what to say and not and what we need to meditate on and think about or not. The choice is not just a moment, but every time, until it becomes our life. Choosing God means we want to please Him, and if we please Him, then a life that pleases God will manifest in our lives.

Our choice must be accompanied by a determination to achieve it. Choosing God means we want to experience encounters with Him every day, and if we choose to please Him, then we are truly determined to achieve the highest holiness and godliness so that we become fragrant before Him. Our choice should make us passionate and not forced. We must be excited by making ourselves unlimited and available to God, who is our choice. So, everything we do, be it study, career, work, marriage, or whatever, is support to find God, to become children of the Father who please His heart and serve Him properly.

God’s Word says, “So whether you eat or drink or whatever you do, do it all for the glory of God.” Let’s do it with all our heart, soul, mind, and strength. The point is, do no limit if it is for God! Everything is for God, and our whole life is truly dedicated to Him. This is real life which we will never regret. We will be grateful when we die and face the Father and then see the glory of the Kingdom of Heaven, and only then do we understand how grateful we are to choose God. Strengthen our hearts to choose God and not to limit Him who is unlimited, the Greatest, and because He indeed deserves all of our life without limit.

GIVE OURSELVES TO GOD WITH NO LIMIT SINCE HE HAS BECOME OUR CHOICE.

Card image
TANPA BATAS - 01 Maret 2023
2023-03-01 09:17:13


Kita pasti setuju bahwa hidup ini adalah pilihan. Artinya, bagaimana keadaan kita sekarang, nanti, bahkan selamanya, tergantung dari pilihan kita. Kita bukanlah makhluk yang hidup di bawah takdir; di mana segala sesuatu ditentukan oleh Tuhan. Allah memiliki tatanan dan menentukan kita menjadi makhluk sesuai dengan apa yang Dia kehendaki. Ada takdir mati, di mana memang kita tidak bisa mengubah diri menjadi manusia berjenis kelamin laki-laki atau wanita; lahir sebagai orang Asia; memiliki orangtua Bapak A dan Ibu B. Tetapi, ada takdir hidup, artinya masing-masing orang dapat menentukan keadaan atau nasibnya di kemudian hari, bahkan di kekekalan.

Kita bersyukur mengenal Pencipta langit dan bumi, Allah yang benar sesuai yang ditulis di dalam Alkitab; yang kita panggil Bapa, yaitu Elohim Yahweh. Alkitab benar-benar Kitab Suci yang memuat wahyu Allah, yang di dalamnya kita dapat menemukan rahasia keberadaan Allah. Dikatakan rahasia karena kebenaran-kebenaran itu dapat dipahami kalau Roh Kudus memimpin kita. Dan kita memilih, apakah sungguh-sungguh mau mengenal Allah yang benar atau tidak. Allah tidak terbatas, Allah Maha Besar, Allah Maha Mulia, Allah Maha Agung. Itulah sebabnya tenaga, pikiran, waktu yang kita sediakan, kita pertaruhkan untuk mengenal Allah juga tidak boleh terbatas. Untuk yang lain, kita terbatas. Tetapi, untuk Tuhan, tidak boleh terbatas. Sebab tujuan hidup yang benar hanyalah Tuhan.

Apa pun yang kita lakukan hanya sebagai dukungan untuk menemukan Allah di dalam hidup kita. Artinya, kita menyediakan diri, menyediakan hidup tanpa batas untuk menemukan Allah. Menemukan Allah artinya mengenal Dia dengan bena. Mencintai Dia dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan tanpa batas artinya kesediaan untuk mempersembahkan hidup dan diri kita bagi kesukaan Tuhan tanpa batas. Maka, kita harus mengenal Allah dengan benar. Apa yang Allah sukai dalam hidup kita untuk dilakukan, apa rencana-rencana Allah dalam hidup kita untuk dipenuhi, harus kita sungguh-sungguh sediakan diri. Pilihan kita adalah surga atau dunia; Tuhan atau musuh-Nya; kesucian atau dosa.

Kalau kita memilih Tuhan, maka kita tidak boleh memberi bagian sekecil apa pun untuk yang lain. Kalau memilih Kerajaan Surga, maka hati kita harus dipindahkan ke surga. Sesuai dengan Matius 6:21, "Di mana ada hartamu, di situ hatimu berada." Ini hal yang mustahil dilakukan tanpa pertolongan Roh Kudus. Tetapi, Roh Kudus tidak bisa menolong orang yang tidak memiliki pilihan. Kita harus memiliki pilihan, tekad, dan komitmen sekuat-kuatnya. Hanya Roh Kudus yang bisa menolong kita. Tetapi, kita tidak bisa ditolong Roh Kudus kalau kita tidak menolong diri sendiri. Contohnya, bangun pagi saja kalau tidak niat, kita tidak mau bangun. Kalau kita niati, minati; itu menjadi irama hidup kita. Maka, bangun pagi bukan kewajiban, melainkan kebutuhan. Kita memilih menjumpai Tuhan, menikmati hadirat-Nya.

Di dalam perjalanan hidup kita dari menit ke menit, dari jam ke jam, dari waktu ke waktu, kita bisa memilih hidup dalam kesucian, kekudusan. Kita bisa memilih perkataan yang diucapkan, dan yang tidak perlu diucapkan. Kita bisa memilih, apa yang perlu kita renungkan, pikirkan, dan apa yang tidak perlu kita renungkan dan pikirkan. Pilihan itu bukan hanya sesaat, melainkan setiap waktu, sampai pilihan itu menjadi kehidupan kita. Memilih Tuhan artinya kita mau berkenan kepada-Nya. Kita mau menyenangkan hati-Nya; maka kehidupan menyenangkan hati Allah akan terwujud di dalam hidup kita.

Pilihan kita harus disertai dengan tekad kuat untuk mencapai apa yang kita pilih. Memilih Tuhan berarti kita ingin benar-benar mengalami perjumpaan dengan Tuhan setiap hari. Kalau kita memilih berkenan kepada Tuhan, maka kita benar-benar bertekad mencapai kesucian dan kesalehan setinggi-tingginya, kekudusan setinggi-tingginya agar menjadi keharuman di hadapan Tuhan. Pilihan harus membuat kita bergairah, bukan terpaksa. Kita harus digairahkan oleh pilihan kita dengan menyediakan diri tanpa batas untuk Tuhan, yang adalah pilihan kita. Maka, segala sesuatu yang kita lakukan, baik studi, karier, bekerja, menikah; apa pun, adalah dukungan untuk menemukan Allah yaitu menjadi anak-anak Bapa yang menyukakan hati Bapa, yang melayani Dia dengan benar.

Firman Tuhan mengatakan, "Baik kau makan atau minum atau melakukan segala sesuatu, lakukan semua untuk kemuliaan Allah." Ayo kita lakukan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan kekuatan. Intinya, untuk Tuhan, jangan membatasi! Untuk Tuhan segalanya artinya segenap hidup kita benar-benar dipersembahkan untuk Tuhan. Inilah kehidupan yang sejati. Kita tidak akan pernah menyesal. Kita akan bersyukur ketika meninggal dunia, kita menghadap Bapa, kita melihat kemuliaan Kerajaan Surga. Kita baru mengerti betapa bersyukurnya kita memilih Tuhan. Kuatkan dan teguhkan hati kita untuk memilih Tuhan. Jangan membatasi Allah yang tidak terbatas, Maha Agung, karena Dia layak menerima segenap hidup kita tanpa batas.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEDIAKAN DIRI TANPA BATAS UNTUK TUHAN, YANG ADALAH PILIHAN KITA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 01 Maret 2023
2023-03-01 09:11:58

Bilangan 16-17

Card image
Truth Kids 28 Februari 2023 - TIADA BATAS
2023-02-28 09:31:31


Matius 18:22
”Yesus berkata kepadanya: ”Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”

Sobat Kids, jika dipikir berapa kali sih batas kita bisa mengampuni orang lain? Jawabanya adalah tanpa batas. Kita sebagai anak-anak Allah memiliki kasih Allah yang tak terbatas juga. Ingat, ya, Sobat Kids, kasih itu mengampuni, memaafkan. Seberapa kecil atau seberapa besarnya kesalahan yang dilakukan orang lain pada kita, kita harus belajar mengampuni dan memaafkan dengan tulus. Karena kita juga sebenarnya tidak layak mendapatkan pengampunan dari Allah. Tetapi karena pengorbanan dan kasih Tuhan yang besar, kita diampuni.

Kita mengalami kasih Allah melalui pengampunan dari Allah. Setelah kita menerima pengampunan itu, kita memiliki kasih dari Tuhan. Kasih yang sama yang memampukan kita mengampuni orang lain yang bersalah pada kita. Kita hanya perlu merelakan hati kita untuk mengampuni orang lain. Seberapa besar kesalahannya, dan sesering apapun kesalahan itu dilakukan, tetap saja kita harus belajar untuk siap sedia mengampuni. Penuhilah hati kita dengan kasih Tuhan yang tiada batas.

Card image
Truth Junior 28 Februari 2023 - 70 X 7 X
2023-02-28 09:29:52


Matius 18:22
”Yesus berkata kepadanya: ”Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”

“Waduh, aku lupa membawa pensil hari ini. Bagaimana caraku menulis jika Pak Guru menyuruh mencatat?” tanya Cia kepada Thea. “Aku bawa beberapa pensil. Kamu boleh pinjam satu,” saut Thea.

Esok hari pun tiba. “Thea, aku minta maaf. Pensil yang kamu pinjamkan terjatuh saat pulang. Saat aku cari kembali, pensil itu sudah tidak ada. Aku akan ganti pensilmu, ya,” kata Cia dengan wajah memohon. “Oh, begitu. Iya, tidak apa-apa. Tidak usah diganti, Cia.”

Keesokan harinya. “Aduh … Thea, aku lupa lagi membawa pensilku. Bolehkah aku meminjam pensilmu lagi?” “Silakan, Cia. Dijaga baik-baik, ya,” jawab Thea sambil tersenyum. Namun, lagi-lagi Cia kehilangan pensil yang dipinjamnya. Sebab, pensil tersebut dimainkan adiknya dan dilempar-lempar. Namun, saat dicari, pensil tersebut tidak ada. Walau demikian, Thea tetap memaafkan Cia. Namun, saat ketiga kalinya Cia menghilangkan pensil Thea, ia sangat marah. “Aku sudah memaafkan kamu, ketika kamu menghilangkan pensil pertama dan kedua yang aku pinjamkan. Namun, aku tidak mau meminjamkan pensilku lagi. Karena ini sudah 3 kali, Cia. Kamu tidak bisa bertanggung jawab dengan barang yang kamu pinjam!”

Sobat Junior, mungkin kita pernah berhadapan dengan masalah yang sama. Kita pernah melakukan kesalahan secara berulang, atau bahkan kita menghitung kesalahan yang orang lain lakukan? Sebenarnya berapa kali, sih, kita harus mengampuni orang lain? Jawabannya adalah tidak ada batas. Ada yang tahu kenapa? Karena Tuhan juga tidak terbatas mengampuni kesalahan kita. Selama kita hidup di bumi ini, pasti ada orang yang berbuat salah terhadap kita. Maka, kita juga harus selalu siap mengampuni orang lain.

Card image
Truth Youth 28 Februari 2023 (English Version) - ONE SAID “CHRISTIANS”
2023-02-28 09:28:02


”Jesus said unto him, Thou shalt love the Lord thy God with all thy heart, and with all thy soul, and with all thy mind. This is the first and great commandment. And the second is like unto it, Thou shalt love thy neighbour as thyself." (Matthew 22:37-39)

It's not uncommon for us to hear our friends say “it's better to be friends with people outside of Christianity. My Christian friend behaves like that!” after when we hear this we are confused what are the most appropriate words to answer this, even though not all Christians are bad. However, if we think about why our friends can say that? Because our God, the Lord Jesus, is known for His love for others, His sincerity, and not being mean to other people. We as His followers sometimes say harsh words and hurt our fellowmen. The characteristics of a person who has sincerity is that he will turn on God in his life. So that the sincerity of God's heart, His love for others will shine. Other people no longer see whether he is Christian or not, what religion he is, but “how come his life is different? Who does He worship, how come there are people as good as that?” Wherever we go, we must take God's heart with us. Don't let people hate us because of our behavior, but let people hate us because of the truth. Therefore, start making God the only necessity of life and live only for His interests. Not half, half, half. However, all, all, and all of our lives belong to God. Even though we are young, we cannot stay young spiritually. Every day must grow more mature, and mature before God. Until finally the people who live with us will also grow.

WHAT TO DO:
1. Live the sincerity that God exemplifies.
2. Grow every day by having an intimate relationship with God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Deuteronomy 4-6;
▪︎ 2 Corinthians 6-7

Card image
Truth Youth 28 Februari 2023 - KATANYA “KRISTEN”
2023-02-28 09:25:51


”Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Matius 22:37-39)

Tidak jarang kita mendengar teman kita berkata “mendingan berteman dengan orang diluar Kristen deh. Temen gue yang Kristen kelakuannya begitu!” setelah ketika mendengar hal tersebut kita bingung apa kata-kata yang paling tepat untuk menjawab hal tersebut, padahal tidak semua orang Kristen jahat. Namun, kalau kita berpikir mengapa teman kita bisa berkata hal tersebut? Karena Tuhan kita, Tuhan Yesus, terkenal dengan kasih-Nya untuk sesama, ketulusan-Nya, dan tidak jahat dengan orang lain. Kita sebagai pengikutNya terkadang berkata kasar dan menyakiti sesama kita. Ciri-ciri orang yang memiliki ketulusan hati adalah dia akan menghidupkan Tuhan di hidupnya. Sehingga ketulusan hati Tuhan, kasih-Nya terhadap sesama akan terpancar. Orang lain bukan lagi melihat dia Kristen atau tidak, agamanya apa, tapi “kok hidupnya berbeda ya? Siapa yang Dia sembah, kok ada orang sebaik itu” Kemana pun kita pergi, hati Tuhan harus kita bawa. Jangan sampai orang membenci kita karena kelakuan kita, namun biarlah orang membenci kita karena kebenaran. Oleh sebab itu, mulailah menjadikan Tuhan satu-satunya kebutuhan hidup dan hiduplah hanya untuk kepentigan-Nya. Bukan setengah, setengah, setengah. Namun, segenap, segenap, dan segenap hidup kita milik Tuhan. Walau kita muda, kerohanian kita tidak boleh terus muda. Setiap hari harus bertumbuh tambah dewasa, dan matang dihadapan Tuhan. Sampai akhirnya orang yang hidup bersama kita pun akan ikut bertumbuh.

WHAT TO DO:
1.Menghidupkan ketulusan yang Tuhan teladani
2.Bertumbuh setiap hari dengan memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 4-6;
▪︎ 2 Korintus 6-7

Card image
Renungan Pagi - 28 Februari 2023
2023-02-28 09:24:17


Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan kata-kata yang baik dan benar adalah anugerah yang patut disyukuri. Karena dengan kata-kata itu kita dapat mengungkapkan isi hati dan pikiran, dan membangun hubungan baik dengan orang-orang di sekitar. Itu sebabnya firman Tuhan menasihati kita untuk berhati-hati dalam perkataan dan belajar mengekang lidah, jangan sampai menjadi batu sandungan, menghancurkan hubungan dan membuat orang terluka.

Rasul Paulus mengingatkan jemaat Efesus, "Jangan ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, supaya mereka yang mendengarnya beroleh kasih karunia." Perkataan kotor yang dimaksud adalah kata makian, fitnah, sumpah serapah, kutuk dan lainnya yang buruk, yang dapat melukai dan merusak hidup orang lain.

Seringkali kita tidak dapat mengekang lidah dan mengendalikan diri dengan bergosip, berbicara negatif tentang banyak orang, dan mengata-ngatai orang dengan sembarangan. Padahal lidah suka kita pakai juga untuk memuji Tuhan saat beribadah atau berdoa. Sekali lagi firman Tuhan mengingatkan, "Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi." Kita harus membiasakan diri mengatakan hanya apa yang perlu dikatakan sesuai apa yang Tuhan mau. Jangan menuruti hawa nafsu sendiri.
(Efesus 4:29 ; Yakobus 3:9-10)

Card image
Quote Of The Day - 28 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-28 09:20:20


Yang diakui sebagai anak-anak Allah adalah orang yang berkarakter Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 28 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-28 09:18:46


Dengan penganiayaan terhadap manusia lama kita, kita menyenangkan hati Tuhan, sebaliknya kalau kita memuaskan manusia lama kita dengan pilihan-pilihan yang menyenangkan diri kita, kita menganiaya perasaan Tuhan, dan kita tidak bisa menjadi kekasih-Nya.

Card image
SPIRITUAL AGE - 28 Februari 2023 (English Version)
2023-02-28 09:17:29


Sanctity must be built since youth but even if we are old enough and often fail, it can still be repaired. We can still be reset, redefined, recoded; and reformatted. To those who act holy, God also acts by His standards. If we love God, He also loves us. This sentence can be considered dangerous or violates the truth among Christians. “While we were still sinners, Christ died for us. Especially now.” It is indeed a verse of God’s word. “Especially now” is “now” if we live in His truth. We have to read the whole context, not just one verse.

We will still love our child who is still two years old though the child has not loved us yet, even if they are already four to five years old and starting to become naughty. We will be overwhelmed if our child already become a teenager, but still, we love them even if they are caught by the police due to drugs. Parents will struggle to help their children by trying to take them out of the jail. So, parents still love their children no matter what they have done.

However, if the child is already grown up and still uses drugs, the parents will act differently because the child must be responsible for what they did. Therefore, we must not say that God will still love us though we don’t love Him. Be careful, we must learn the truth completely. There are parents whose child becomes drug users who let the child be jailed so that they can learn from it that they won’t do it again in the future. However, if the child repeats the mistake then the parents will be firmer, for instance, they will officially not acknowledge the child anymore. Therefore, educating children must start since they are still studying in Sunday School.

The older we get, our love for God must also be stronger in line with our spiritual maturity. Indeed, when we were teenagers, it is still safe for us to have a low love for God but the more age we won’t be safe anymore. When we were teenagers, small portions were still enough, but after the age of 50, the portion must be completely sufficient. Along with the goodness that God has given us, along with our spiritual age, we should reach the peak, which is the point of love for God. When nearing dusk, we have to have already put off all things that bind our hearts.

There is no other way to present God’s presence and power, except by holiness and sanctity of life. In 2 Cor.11, it says, “I am jealous for you with a godly jealousy so that I might present you as a pure virgin to Him.” We must become pure virgins. If someone says, “God loves us, even though we don’t love Him.” Wait a minute, how old is our spiritual age? In another verse, it says, “Though we are unfaithful, He remains faithful.” How many times have we rebelled and committed acts of disloyalty? It is a wrong understanding if we say, “Salvation is by grace. Whatever it ends, if it’s predestined to be saved, we’ll be saved anyway.”

We must become pure virgins. “Virgin” here does not mean never having sex. It is not in a general sense, but not bound by the love of the world. If we do not become pure virgins, then we will not be the bride in eternity. Paul said, “But I am afraid that just as Eve was deceived by the serpent’s cunning, your minds may somehow be led astray from your sincere and pure devotion to Christ.” Who is being led astray? The human; the Christians. Who is misleading? the devil. It’s not God who misleads. Most Christians believe the below viewpoint, “You are predestined to be saved, so, no matter what happened, you are finally saved. You cannot refuse that gift, while those who were not predestined to be saved, whatsoever, will never be saved because they are not predestined to receive salvation.”

We used to think like that too. “Once saved, surely saved.” What is salvation? Salvation is the process of returning humans to God’s original design. God is active, and humans must also be active. If we don’t respond, that means we refuse or don’t believe Him. If there are Christians who still have that view, we cannot force them, and we must still consider them as brothers or sisters, no problem. We may have different theologies or doctrines, but we are still brothers and sisters in God. It doesn’t mean that people whose doctrines are different go to hell. It’s just that one’s doctrine determines the level of purity, piety, and maturity. If we want to compete, don’t have painful competition, because later in eternity, its fruit will be seen. 

  ALONG WITH OUR SPIRITUAL AGE, WE ACTUALLY SHOULD REACH THE PEAK THAT IS THE POINT OF LOVE FOR GOD.

Card image
USIA ROHANI - 28 Februari 2023
2023-02-28 09:15:35


Kesucian harus dibangun sejak muda. Kalaupun kita sudah cukup berumur dan sering gagal, tetap masih bisa diperbaiki. Di-reset, di-redefine, di-recode; diformat kembali. Terhadap orang yang berlaku suci, Allah berlaku suci; suci menurut standar Allah. Kalau kita mengasihi Tuhan, Tuhan juga mengasihi kita. Kalau di kalangan orang Kristen, kalimat itu bisa dianggap berbahaya atau melanggar kebenaran. “Pada waktu kita berdosa, Tuhan sudah mati bagi kita, mengasihi kita. Apalagi sekarang.” Memang ada ayat firman Tuhan itu. “Apalagi sekarang” yaitu “sekarang” kalau kita hidup di dalam kebenaran-Nya. Kita harus membaca seluruh konteksnya, jangan hanya satu ayat.

Kalau anak kita umur 2 tahun, belum mengasihi kita, tetapi kita mengasihi dia. Anak umur 4-5 tahun, kadang-kadang juga belum bisa mengasihi kita, tetapi tetap kita kasihi. Anak remaja, bukan main bisa nakal. Lihat para orangtua yang kewalahan menghadapi anak-anak remajanya. Tetapi, mereka tetap mengasihi. Meskipun tertangkap kasus narkoba, masuk kantor polisi, orangtua bisa rela membayar polisi supaya berita perkaranya diubah. Tentu tidak semua polisi berbuat begitu, tetapi bisa berbuat begitu. Di ujung dunia mana pun, selalu ada orangtua yang membela anaknya. Orangtua, biasanya begitu. Meskipun anaknya nakal, tetapi masih sayang.

Tetapi kalau anaknya sudah berumur 41 tahun, masih pakai narkoba, apakah orangtua akan berkata demikian? Bisa sebaliknya, mereka memberikan konsekuensi atas tindakan sang anak. Jadi, jangan kita berkata, “Walaupun kita tidak mengasihi Dia, Allah mengasihi kita.” Hati-hati, kita harus mengerti kebenaran dengan lengkap. Ada juga orangtua yang ketika anaknya terkena narkoba sebagai pengguna, masuk penjara, mereka membiarkan dengan harapan sang anak belajar menderita sehingga tidak mengulangi perbuatannya. Tetapi, jika setelah ditolong dan berhasil keluar penjara, masih melakukan lagi; maka orangtua bisa bertindak lebih tegas. Misalnya, sang anak tidak diakui lagi sebagai anak mereka. Maka, mendidik anak itu bukan mulai sejak remaja, melainkan sejak Sekolah Minggu.

Makin tua umur kita, cinta kita kepada Tuhan juga harus makin kuat, seimbang dengan kedewasaan rohani kita. Memang dulu waktu masih remaja, cinta kita kepada Tuhan yang porsinya demikian itu, aman. Tetapi tidak akan aman setelah umur kita berjalan terus. Waktu kita remaja, porsi kecil masih cukup. Tetapi setelah umur 50 tahun misalnya, porsi “segitu” tidak cukup, harus “segini.” Seiring dengan kebaikan yang Tuhan berikan kepada kita, mestinya seiring dengan usia rohani kita, kita mencapai puncak yaitu titik kecintaan kepada Tuhan. Kalau sudah menjelang senja, maka kita harus sudah menanggalkan semua hal yang mengikat hati.

Tidak ada cara lain untuk menghadirkan hadirat Allah, kuasa Allah, kecuali dengan kekudusan dan kesucian hidup. Dalam 2 Korintus 11:2 dikatakan, “Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi, karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci.” Kita harus jadi perawan suci. Kalau ada orang berkata, “Tuhan mengasihi kita, walaupun kita tidak mengasihi Dia.” Nanti dulu, itu waktu umur rohani kita berapa? Di ayat lain dikatakan, “Walau kita tidak setia, Dia tetap setia.” Berapa kali kita memberontak dan melakukan tindakan tidak setia? “Keselamatan karena anugerah. Apa pun sampai ujungnya, kalau memang ditetapkan selamat, tetap selamat,” itu pemahaman yang salah.

Kita harus menjadi perawan suci. “Perawan” di sini bukan berarti tidak pernah melakukan hubungan seks. Bukan dalam pengertian umum, melainkan tidak terikat dengan percintaan dunia. Kalau kita tidak menjadi perawan suci, maka kita tidak akan menjadi mempelai di kekekalan. Paulus berkata, “Tetapi aku takut kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus.” Siapa yang disesatkan? Manusia; orang Kristen. Siapa yang menyesatkan? Iblis. Bukan Tuhan yang menyesatkan. “Engkau ditentukan selamat, bagaimanapun sampai akhirnya engkau selamat. Engkau tidak bisa menolak anugerah itu. Dia tidak ditentukan selamat. Sampai kapanpun, dia tidak selamat. Tidak mampu; tidak ditentukan menerima keselamatan.” Sebagian besar orang Kristen berpendirian seperti itu.

Dulu kita pun berpikir begitu. “Sekali selamat, tetap selamat.” Selamat itu apa? Selamat adalah proses dikembalikannya manusia ke rancangan Allah semula. Allah aktif, manusia juga harus aktif. Kalau tidak merespons, berarti kita menolak; kita tidak percaya. Kalau ada orang Kristen yang masih punya pandangan itu, kita tidak bisa memaksa mereka. Tetap kita anggap saudara, tidak masalah. Kita boleh beda teologi, beda doktrin, tetapi kita masih saudara dalam Tuhan. Bukan berarti orang yang doktrinnya demikian, masuk neraka. Hanya saja, doktrin seseorang menentukan tingkat kesucian, tingkat kesalehan, dan tingkat kedewasaannya. Kalau mau berkompetisi, jangan kompetisi yang menyakitkan. Nanti di kekekalan, baru akan terlihat buahnya masing-masing.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MESTINYA SEIRING DENGAN USIA ROHANI KITA, KITA MENCAPAI PUNCAK YAITU TITIK KECINTAAN KEPADA TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 Februari 2023
2023-02-28 09:12:15

Bilangan 11-13

Card image
Truth Kids 27 Februari 2023 - SEUMUR HIDUP
2023-02-27 09:57:43


Mazmur 32:5
Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: ”Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku.

Sobat Kids, dalam hidup ini, kita banyak melakukan kesalahan dan dosa yang mendukakan hati Tuhan. Namun dengan sabar Tuhan memaafkannya. Tuhan memberikan kita kesempatan untuk bertobat dari kesalahan-kesalahan kita. Orang lain juga bisa melakukan kesalahan. Jika orang lain berbuat salah kepada kita, bagaimanakah sikap kita? Kita maafkan atau kita ungkit-ungkit terus kesalahannya? Tentu kita maafkan sama seperti kesalahan kita telah dimaafkan oleh Tuhan.

Tapi, jika orang itu terus melakukan kesalahan dan tidak meminta maaf pada kita, bagaimana? Jawabannya, kita harus tetap memaafkan. Karena selama Tuhan memberi kesempatan bagi kita untuk bertobat, selama itu kita juga harus memberikan pengampunan atas kesalahan orang lain.

Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengampuni orang lain, Sobat Kids. Jika ada orang terus berbuat salah pada kita, tandanya kita harus semakin sering mendoakannya. Bisa juga berarti Tuhan sedang membentuk hati kita menjadi bejana yang lebih indah. Jadi jangan patah semangat. Teruslah belajar mengampuni seperti teladan kita Tuhan Yesus. Ia mau mati bagi kita manusia yang sudah berdosa agar kita mendapat pengampunan dari Allah Bapa.

Card image
Truth Junior 27 Februari 2023 - BERCERMIN DENGAN TUHAN YESUS
2023-02-27 09:56:10


Mazmur 32:5
"Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: ”Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku."

“Aku kesel banget sama Tono. Keseeeeel banget. Aku gak mau maafin dia,” kata Jhoni kepada kakaknya. “Loh, kok, gitu? Memangnya Tono melakukan kesalahan?” tanya kakak. “Iya. Tono sudah dua kali meminjam buku catatanku, tetapi saat dikembalikan, tidak seperti keadaan semula. Tono memberi alasan bahwa buku catatanku basah, karena ia pulang kehujanan. Kemudian, yang kedua, buku catatanku kesiram air minumnya. Pokoknya aku kesal, aku marah, aku tidak mau menjadi temannya lagi,” seru Jhoni kesal.

“Memang, terkadang ketika melihat orang lain yang mengulangi kesalahannya, kita menjadi kesal. Kakak juga begitu, Jhon. Tapi di dalam hidup, manusia pasti melakukan kesalahan. Karena hidup itu seperti sekolah, dimana semua kita masih belajar. Misalnya, belajar tidak melakukan kesalahan yang sama, belajar mengampuni, belajar mengasihi, dan masih banyak lagi.”

Sobat Junior, banyak sekali alasan untuk tidak mengampuni orang lain. Namun, sebagai anak Allah, kita mau belajar untuk memiliki hidup yang lebih baik lagi. Jika kita melihat teman yang terus melakukan kesalahan, bahkan saat melakukan kesalahan pun tidak meminta maaf, kita harus tetap menjadi anak Tuhan yang baik, rela memaafkan. Karena kita pun sama, kita masih melakukan kesalahan kepada orang lain. Tidak jarang juga kita melakukan kesalahan kepada Tuhan, tetapi Tuhan masih memberi kesempatan kepada kita. Sobat Junior, yuk, bercermin dengan Tuhan Yesus. Sebab, cermin memantulkan apa yang kita lakukan ketika berada di depannya. Begitu juga menjadi anak Allah; kita bercermin dengan Tuhan. Kalau Tuhan mau mengampuni, kita juga harus mengampuni.

Card image
Truth Youth 27 Februari 2023 (English Version) - THE USER OF HEART
2023-02-27 09:53:49


”Be ye therefore followers of God, as dear children; and walk in love, as Christ also hath loved us, and hath given himself for us an offering and a sacrifice to God for a sweetsmelling savour." (Ephesians 5:1-2)

Surely we all have experienced tripping when walking, and after that our parents or our friends said "that's why, if you walk with your eyes!" But have we ever heard other people say "that's why, when you do something, use your heart!" definitely rare. Why? Because we often do something spontaneously. Speaking spontaneously, using hands spontaneously, even giving spontaneously. It's like when we see other people's social media, we spontaneously blurt out "surely this person is like this, that's how it looks... from his behavior" without realizing it our mouths say that. Likewise with giving, if there is a beggar on the side of the road we spontaneously give. Is there something wrong? Of course not, giving is good. But it would be wrong if this was born just out of habit, not because of sincerity because whatever we do must be awakened from God's will, in the end a sincere heart is born, which does everything according to God's will without having any interests. Likewise with our mouths, we should walk not only using our eyes, but also using our hearts. We are users of the heart, whatever we do must come from within. However, all of these things can become a habit if we also associate with the Lord Jesus, the role model of our life. The more often we hang out with God, the more able to have His heart. We will be more careful in doing many things because whatever we do is born from sincerity.

WHAT TO DO:
1. Learn to think sincerely before acting.
2. Building sincerity from God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Deuteronomy 1-3;
▪︎ 2 Corinthians 4-5

Card image
Truth Youth 27 Februari 2023 - SI PENGGUNA HATI
2023-02-27 09:48:12


"Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah." (Ef 5:1-2)

Pasti kita semua pernah merasakan tersandung ketika berjalan, dan setelah itu orang tua kita atau teman kita berkata “makanya, kalau jalan itu pakai mata!” Tapi pernah tidak kita mendengar orang lain berkata “makanya, kalau melakukan sesuatu itu pakai hati!” pasti jarang sekali. Mengapa? Karena kita sering sekali melakukan sesuatu dengan spontan. Berkata dengan spontan, menggunakan tangan dengan spontan, bahkan memberi dengan spontan. Seperti ketika kita melihat social media orang lain dengan spontan kita men-julid “pasti nih orangnya begini, begitu.. keliatan dari kelakuannya “ dengan tidak sadar mulut kita berkata hal tersebut. Begitu juga dengan memberi, kalau ada pengemis dipinggir jalan dengan spontan kita memberi. Apa ada yang salah? Tentu tidak, memberi itu baik. Tetapi menjadi salah kalau hal tersebut lahir hanya karena terbiasa, bukan karena ketulusan karena apapun yang kita lakukan harus terbangun dari kehendak Tuhan, pada akhirnya lahir hati yang tulus, yang melakukan segala sesuatu seturut dengan kehendak Tuhan tanpa memiliki kepentingan. Begitu juga dengan mulut kita, harusnya berjalan bukan hanya memakai mata, tetapi juga memakai hati. Kita ini adalah si pengguna hati, apapun yang kita lakukan harus berasal dari dalam. Namun, semua hal ini bisa menjadi kebiasaan kalau kita juga bergaul dengan Tuhan Yesus, Sang teladan hidup kita. Semakin sering kita bergaul dengan Tuhan, semakin mampu pula memiliki hati-Nya. Kita akan lebih berhati-hati dalam melakukan banyak hal karena apapun yang kita lakukan lahir dari ketulusan hati.

WHAT TO DO:
1. Belajar berpikir dengan hati yang tulus sebelum bertindak
2. Membangun ketulusan dari Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Ulangan 1-3;
▪︎ 2 Korintus 4-5

Card image
Renungan Pagi - 27 Februari 2023
2023-02-27 09:58:58


Napoleon Bonaparte adalah seorang jenderal dan juga kaisar yang terkenal dari Perancis, dia pernah mengatakan : "Empat buah surat kabar lebih berbahaya daripada seribu senapan". Artinya berita yang dibesar-besarkan di dalam surat kabar akan lebih berbahaya dampaknya dibandingkan seribu senapan yang digunakan saat perang. Perkataan yang dituangkan dalam tulisan surat kabar yang berlebihan, dapat membuat perang menjadi makin besar dan jauh dari kata damai.

Jika kita masih sulit mengendalikan ucapan dan suka mengadu domba orang lain dengan menambahkan kalimat-kalimat yang berdampak buruk bagi kehidupan orang lain bahkan jadi bumerang bagi kita yang suka menyebarkannya, berdoalah, mohon pertolongan Roh Kudus. Karena sebagai anak-anak Tuhan, tidak sepatutnya kita mengucapkan kata-kata hampa dan sia-sia, yang tidak ada gunanya, bahkan membuat hilang damai sejahtera. Ingatlah firman Tuhan ini,"Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggung jawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum. (Matius 12:36-37)

Card image
Quote Of The Day - 27 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-27 09:36:00


Jangan merasa tenang dan tidak ada apa-apa padahal kita sedang terseret ke kegelapan abadi.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 27 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono )
2023-02-27 09:35:03


Lulusnya iman seseorang ketika ia menyembelih semua yang menjadi kesukaannya dan hanya memilih Tuhan sebagai kebahagiaannya.

Card image
SURFEITED POINT - 27 Februari 2023 (English Version)
2023-02-27 09:33:35


Whatever we do in life can bring us to a point called: surfeited point. People who have been possessed or overwhelmed by the power of darkness will always want to get as much as they can from this world or become greedy, so that maybe there is almost no surfeited point, even though the possibility is always there. On the other hand, those who interact with God and truly do what is said in His word: “Seek first his kingdom and his righteousness, and all these things will be given to you as well,” will never experience surfeited points if they struggle with spiritual life to become more mature and pleasing to God.

However, if we happen to experience a surfeited point in our spiritual struggles, then it is a signal for us to go to a higher level; because we are stuck in our present state. A Christian is unlikely to experience surfeited points if they interact with God, put His Kingdom first, and truly grow to be more spiritually mature, more pleasing before God, more holy, more spotless, and blameless. Anyway, if there is still a surfeited point, it means a signal that they must move to a higher level or accelerate the speed of their spiritual growth.

This cannot be completely described in words no matter how great the description is. Generally, people will experience surfeited points after they have achieved what has been struggled for, but this doesn’t apply to those who are in the struggle for their spiritual growth to put God’s Kingdom first. Surfeited point is a message from God that there is an empty cavity in a human’s soul that only can be filled by God. This is in the context of believers’ life who already have the Holy Spirit and are led by Him.

When one experiences a surfeited point in life outside the struggle of spiritual maturity growth, it is a sign that there is a void in their soul that only God can fill. Thank God if people like this start turning to God and leaving the world, but in general, the devil deceives people and many are deceived. Why are we surfeited? People are usually surfeited because of having greedy behavior or never satisfied. For example, after having a certain thing, such as a house, they want to make it better or bigger, and so on.

Those who are outside of faith growth become more and more attached and drawn to the world of darkness, the satisfaction of flesh, and ambition until they cannot be saved, while those who are in the faith growth struggle, will continue to grow up to the point of no return. This depends on our choice. In general, everywhere, religiosity is a complement to live, for example in Israel where Judaism or Mosaic religion is to complete life because they will suffer without religion, God, or Yahweh. God indeed shows His firmness where they will be punished if wrong but blessed if they are righteous. They still live in the interest of meeting physical needs and God will back them up, defend and protect them.

For the New Testament people, Christianity is not a compliment but confiscates, takes, and robs our whole life. This is what many Christians do not understand or do not want to accept. Christianity confiscates our life. The standard of true Christianity is of course Jesus, then someone’s life who believes in Him is confiscated. Of course, Jesus is God, and we are humans, but as Jesus did, everything He did was only for the sake of the Father, only for His pleasure to please Him, and our life is created for God’s pleasure.

It doesn’t matter whether a man or a woman, married or not, has children or not. Whatever the case is, it doesn’t matter. The problem is whether our life is for the glory of God. Living for the glory of God means a life that radiates the character, or the nature of God so that God, who created human beings, is admired by all creatures, including angels. “This creature is so great, they can hate God, serve themselves, but choose to serve God completely.” Glorifying God means a life that makes God worthy or valuable.

THE SURFEITED POINT OF HUMANS IS A WARNING FROM GOD THAT THERE IS AN EMPTY CAVITY IN THEIR SOUL THAT CANNOT BE FILLED BY ANYONE AND ANYTHING, EXCEPT GOD.

Card image
TITIK JENUH - 27 Februari 2023
2023-02-27 09:31:32


Apa pun dalam hidup ini yang kita kerjakan, bisa membawa kita kepada satu titik: titik jenuh. Bagi seseorang yang telah dihinggapi atau dipenuhi oleh kuasa kegelapan, maka ia akan terus mau meraih sebanyak-banyaknya yang dapat diraih dalam dunia ini. Atau menjadi serakah, sehingga mungkin nyaris tidak ada titik jenuhnya, walaupun kemungkinan titik jenuh selalu ada. Berbeda dengan seseorang yang berinteraksi dengan Allah, sungguh-sungguh melakukan apa yang dikatakan di dalam firman Tuhan: “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.” Kalau kita sungguh-sungguh menggumuli kehidupan rohani; menggumuli bagaimana menjadi semakin dewasa, semakin berkenan kepada Tuhan, tidak akan pernah mengalami titik jenuh.

Namun, seandainya kita mengalami titik jenuh dalam pergumulan rohani, maka itu berarti isyarat agar kita bergerak ke level yang lebih tinggi; artinya seseorang berjalan di tempat. Kalau seorang Kristen yang benar berinteraksi dengan Allah, mendahulukan Kerajaan Allah, benar-benar bertumbuh untuk semakin dewasa rohani, semakin berkenan di hadapan Tuhan, semakin hidup suci, semakin tidak bercacat tidak bercela, maka dia tidak mungkin mengalami titik jenuh. Namun, kalau sampai ada titik jenuh, itu berarti isyarat bahwa dia harus bergerak ke level yang lebih tinggi. Atau ia harus mempercepat speed pertumbuhan rohaninya.

Hal ini tidak bisa diurai dengan kata-kata secara lengkap. Sehebat apa pun penjabarannya, tidak akan memuaskan. Dalam pertumbuhan rohani, dalam pergumulan mendahulukan Kerajaan Allah, tidak ada titik jenuh. Tetapi dalam kehidupan di luar itu, ada titik jenuh. Setelah mencapai apa yang dicita-citakan, dia mengalami titik jenuh. Sebenarnya, titik jenuh manusia itu sebuah peringatan dari Tuhan bahwa ada rongga kosong dalam jiwanya yang tidak bisa diisi oleh siapa pun dan apa pun, kecuali Tuhan. Ini dalam konteks hidup orang percaya yang telah memiliki Roh Kudus atau Roh Kudus memimpin.

Ketika dia mengalami titik jenuh dalam kehidupan di luar pergumulan, pertumbuhan kedewasaan rohani, itu sebenarnya isyarat bahwa ada kekosongan jiwa yang hanya bisa diisi oleh Tuhan. Syukur kalau orang-orang seperti ini mulai berpaling kepada Tuhan dan meninggalkan dunia. Tetapi pada umumnya setan menipu, dan banyak orang tertipu. Kenapa kita jenuh? “Sebab rumahmu belum besar.” “Coba perhatikan taman depan rumahmu, taman itu mesti diperbarui, land scaping-nya diperbarui, nanti kamu akan lihat asri, hijau-hijau depan rumahmu.” Jadi dibuat taman yang bagus. Setelah taman bagus, dia nikmati 5-6 bulan, dia main-main. Tiap hari dia menyiangi pohon. Asyik juga, tetapi ada titik jenuh lagi. Lalu Iblis berkata, “Coba kamu lihat tetanggamu punya ikan koi. Kalau sebelah sana bikin kolam ikan koi, kamu sambil pagi-pagi minum teh, kamu lihat ikan koi,” dan seterusnya.

Yang satu, di luar pertumbuhan dalam iman, semakin terikat, tertarik pada dunia kegelapan, pemuasan daging, ambisi, sampai tidak bisa diselamatkan. Tetapi yang satu, akan terus bertumbuh sampai titik tidak bisa balik. Hal ini tergantung pada pilihan kita. Pada umumnya, keberagamaan itu melengkapi hidup. Di mana-mana begitu. Seperti bangsa Israel juga, Yudaisme atau agama Musa, itu melengkapi hidup. Tanpa agama, tanpa Tuhan, tanpa Yahweh, tanpa hukum, mereka menderita. Tuhan memang menunjukkan ketegasan-Nya. Kalau mereka salah, Tuhan pukul, tetapi kalau taat, Tuhan berkati. Mereka masih hidup dalam kepentingan-kepentingan pemenuhan kebutuhan jasmani. Tuhan yang mem-back up. Tuhan melindungi, Tuhan menjaga.

Bagi umat Perjanjian Baru, kekristenan itu bukan pelengkap. Kekristenan itu menyita, mengambil, merampas segenap hidup. Ini yang banyak orang Kristen tidak mengerti atau tidak mau menerima. Kekristenan itu merampas hidup kita. Kekristenan yang benar, tentu standarnya adalah Yesus, maka hidup seseorang yang percaya kepada Tuhan Yesus itu, dirampas. Tentu Yesus adalah Tuhan, kita manusia. Tetapi seperti yang Yesus lakukan, artinya segala sesuatu yang dilakukan Tuhan Yesus itu hanya untuk kepentingan Bapa. Hanya untuk kesenangan Allah. God’s pleasure; kesenangan Tuhan. Pleasing Him; menyenangkan Dia. Hidup kita diciptakan untuk kesenangan Tuhan.

Tidak masalah, apakah pria atau wanita; menikah atau tidak menikah; punya anak atau tidak. Apa pun keadaannya, bukan masalah. Masalahnya adalah apakah hidup kita untuk kemuliaan Allah? Hidup untuk kemuliaan Allah artinya kehidupan yang memancarkan karakter, sifat Allah. Sehingga Allah yang menciptakan makhluk manusia, dikagumi oleh semua makhluk, termasuk malaikat. “Makhluk ini begitu hebat, bisa membenci Allah, mengabdi kepada diri sendiri, tetapi memilih mengabdi kepada Tuhan sepenuhnya.” Memuliakan Tuhan artinya kehidupan yang membuat Allah menjadi berharga atau bernilai.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEBENARNYA TITIK JENUH MANUSIA ITU SEBUAH PERINGATAN DARI TUHAN BAHWA ADA RONGGA KOSONG DALAM JIWANYA YANG TIDAK BISA DIISI OLEH SIAPA PUN DAN APA PUN, KECUALI TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 Februari 2023
2023-02-27 09:29:30

Bilangan 8-10

Card image
Truth Kids 26 Februari 2023 - BERTOBAT SUNGGUH
2023-02-26 09:59:45


Wahyu 2:5
“Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.”

Gajah di pelupuk mata tidak tampak, semut di seberang lautan tampak. Hihi.. Lucu, ya. Bagaimana bisa seekor gajah yang besar di dekat mata tidak terlihat? Lalu semut kan sangat kecil, kok bisa terlihat sih dari jauh Hehehe.. Kalimat itu adalah salah satu peribahasa Indonesia yang terkenal, Sobat Kids. Artinya, kesalahan diri sendiri yang besar tidak dianggap, tetapi kesalahan orang lain yang kecil sangat dibesar-besarkan. Hmm.. jangan sampai ya kita berlaku seperti itu!

Tanpa sadar, kita enggan mengampuni kesalahan orang lain karena kita merasa kesalahannya besaaarr sekali. Pokoknya salah banget, deh! Padahal, bisa jadi kesalahan yang pernah kita perbuat kepada Tuhan juga besar. Bahkan lebih besar lagi dari yang kita bayangkan. Tapi Tuhan begitu baik. Ia tetap mengampuni dan melupakan kesalahan kita yang besar itu. Ia memberikan kita kesempatan untuk bertobat sungguh dari kesalahan kita. Hore!

Jadi Sobat Kids, maukah kita memaafkan kesalahan orang lain? Maukah kita mencontoh kebaikan Tuhan dan membagikan kebaikanNya bagi orang di sekitar kita? Pasti mau, dong!

Card image
Truth Junior 2 Februari 2023 - MANA YANG LEBIH BESAR?
2023-02-26 09:57:02


Wahyu 2:5
“Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.”

Apakah Sobat Junior tahu peribahasa yang berbunyi “semut di seberang lautan nampak, gajah di pelupuk mata tidak nampak?” Binatang manakah yang lebih besar, semut atau gajah? Tentu saja gajah! Kok bisa ya, binatang semut yang sangat kecil dan berada di seberang lautan terlihat, sedangkan gajah yang ada di depan mata, tidak terlihat. Peribahasa di atas menjelaskan bahwa kita terkadang lupa atau bahkan tidak sadar dengan kesalahan yang kita perbuat. Sering kali kita hanya melihat kesalahan orang lain. Kesalahan kecil sebesar semut pun, terlihat besar di mata kita. Tetapi kesalahan besar yang kita perbuat, tidak kita sadari sebagai kesalahan. Kita tidak merasa sudah berbuat salah.

Sobat Junior, sebenarnya jika kita tidak mau mengampuni karena menganggap kesalahan orang lain sangat besar, artinya kita sedang sombong. Mengapa sombong? Karena kita hanya melihat bahwa orang lain yang berbuat salah, lebih banyak atau lebih besar salahnya daripada kesalahan kita. Jadi, kita harus sadar diri, Sobat Junior. Kita pun sering kali melakukan kesalahan. Bahkan, mungkin kesalahan kita kepada Tuhan, jauh lebih besar dari kesalahan orang lain terhadap kita. Tetapi, Tuhan senantiasa mengampuni dan melupakan kesalahan kita, asalkan kita bertobat sungguh-sungguh. Oleh sebab itu, kita juga harus mengampuni orang yang bersalah kepada kita, supaya kesalahan kitapun diampuni.

Card image
Truth Youth 26 Februari 2023 (English Version) - FAITH, TRUENESS, AND LOVE
2023-02-26 09:53:55


”Recompense to no man evil for evil. Provide things honest in the sight of all men. If it be possible, as much as lieth in you, live peaceably with all men." (Romans 12:17-18)

In Spider-Man 3, there is a scene where Peter Parker goes to Aunt May and tells her that Spider-Man killed Flint Marko, the man who allegedly killed Uncle Ben. Peter told this in the hope that Aunt May would be relieved to hear it. Long story short, Aunt May was shocked when she heard the news. Peter feels that Marko has the right to die because he killed Uncle Ben. However, Aunt May said that actually Uncle Ben didn't want them to live one second with a grudge in their hearts because grudges are like a poison that turns us into something bad before we know it. A very high moral message.

Evil in this world is increasing every day so that the number of atheists is also increasing day by day, including practical Christian atheists who only carry out religious formalities, but do not live according to the teachings of Christ. The fact that not a few Christians repay evil for evil should make us realize that we are in a crisis of theosis, where the likeness of man to God is fading. Christians only look good, even though they are dilapidated.

Friends, the Apostle Paul suggests that true Christians will not live with an attitude of heart full of grudges and hatred, but live with kindness and peace with everyone, including enemies. The Romans congregation has succeeded in becoming a model for true Christianity, where the Romans' fangs and swords are rewarded with "hugs" and "kisses" of God's love that can conquer all of Romans without weapons (Rev. 6:2). We must really realize our position as Christians. Therefore, it is absolutely necessary for us to distance ourselves from vengeful and hateful hearts. Do not let us live in hatred of those who do evil to us, but let us radiate God's love in this world. Stay faithful to do good to everyone.

WHAT TO DO:
1. Join churches that preach and practice the teachings of Christ.
2. Release forgiveness and keep doing good.
3. Study God's Word diligently and pray.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 34-36;
▪︎ 2 Corinthians 2-3

Card image
Truth Youth 26 Februari 2023 - IMAN, KESEJATIAN DAN CINTA KASIH
2023-02-26 09:50:56


"Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!" (Rm. 12:17-18)

Dalam film Spider-Man 3, ada satu adegan ketika Peter Parker menemui Bibi May dan menceritakan kepadanya bahwa Spider-Man membunuh Flint Marko, orang yang diduga membunuh Paman Ben. Peter menceritakan hal tersebut dengan harapan bahwa Bibi May akan merasa lega mendengarnya. Singkat cerita, Bibi May pun terkejut ketika mendengar kabar itu. Peter merasa Marko berhak mati karena telah membunuh Paman Ben. Akan tetapi, Bibi May berkata bahwa sejatinya Paman Ben tidak menghendaki mereka satu detik pun hidup dengan dendam dalam hati mereka sebab dendam itu seperti racun yang mengubah kita menjadi sesuatu yang buruk sebelum kita menyadarinya. Sebuah pesan moral yang sangat tinggi.

Kejahatan di dalam dunia ini makin bertambah-tambah setiap harinya sehingga jumlah ateis makin hari makin bertambah banyak juga, tidak terkecuali para ateis praktis Kristen yang hanya melaksanakan formalitas beragama, tetapi tidak hidup seturut dengan ajaran Kristus. Fakta bahwa tidak sedikit orang-orang Kristen yang membalas kejahatan dengan kejahatan mestinya menyadarkan kita bahwa kita berada dalam krisis theosis, di mana keserupaan manusia dengan Allah semakin pudar. Orang-orang Kristen hanya kelihatan baik-baik, padahal bobrok luar biasa.

Teman-teman, Rasul Paulus mengisyaratkan bahwa orang-orang Kristen yang sejati tidak akan hidup dengan sikap hati yang penuh dengan dendam dan kebencian, melainkan hidup dengan kebaikan dan perdamaian dengan semua orang, termasuk kepada musuh. Jemaat Roma telah berhasil menjadi model bagi kekristenan yang sejati, di mana taring dan pedang Romawi dibalas dengan “pelukan” dan “ciuman” cinta kasih Allah yang dapat menaklukkan seluruh Roma tanpa senjata (Why. 6:2). Kita harus benar-benar menyadari posisi kita sebagai orang-orang Kristen. Oleh sebab itu, adalah mutlak bagi kita untuk menjauhkan diri dari hati yang penuh dendam dan kebencian. Jangan sampai kita hidup di dalam kebencian terhadap orang-orang yang berbuat jahat kepada kita, tetapi hendaklah kita memancarkan cinta kasih Allah di dalam dunia ini. Tetaplah setia berbuat baik kepada semua orang.

WHAT TO DO:
1. Bergerejalah di gereja-gereja yang memberitakan dan mempraktikkan ajaran Kristus
2. Lepaskan pengampunan dan tetaplah berbuat baik
3. Tekun mempelajari Firman TUHAN dan berdoa

BIBLE MARATHON:
▪︎ Bilangan 34-36;
▪︎ 2 Korintus 2-3

Card image
Renungan Pagi - 26 Februari 2023
2023-02-26 10:08:26


Setiap orang percaya harus berjuang memiliki kehidupan yang memenuhi standar Tuhan yaitu hidup tak bercela, sebab kita dipanggil untuk hidup Kudus di hadapan Tuhan, seperti nasihat Rasul Paulus pada jemaat di Tesalonika, "Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan", karena selama masih hidup dalam dosa, noda dan cela, maka iblis akan menjadikan kita sebagai mainannya, dan tidak akan pernah mencapai perkenanan Tuhan.

Hidup tidak bercela adalah hidup yang berpegang pada peringatan-peringatan Tuhan, dan melakukan apa yang menyenangkan hati Tuhan. Memang dalam proses menuju hidup yang berkenan pada Tuhan, kita mungkin pernah gagal atau jatuh, tetapi yang penting adalah harus mau terus berproses untuk hidup seturut dengan firman Tuhan, jadi kalaupun gagal, kita akan cepat bangkit lagi, dan kemudian menjadikan kegagalan tersebut sebagai pengalaman berharga dan guru yang terbaik. Segeralah bangkit untuk menjauhi dosa, jangan hidup di dalamnya. Bertobatlah dan berubahlah terus menuju kesempurnaan seperti yang Bapa inginkan.
(1 Tesalonika 4:1-4)

Card image
Quote Of The Day - 26 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-26 09:42:16


Keberhargaan kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita akan lebih bisa kita mengerti dengan sempurna pada waktu kesempatan itu tidak ada lagi.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 26 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-26 09:40:58


Tuhan cemburu karena Tuhan cinta kita, maka Tuhan sering merontokkan apa yang harus dirontokkan dalam hidup kita supaya kita selamat.

Card image
ALWAYS PLEASE GOD - 26 Feruari 2023 (English Version)
2023-02-26 09:38:55


Being God’s children is extraordinary because we can live in His presence all the time. How beautiful it is to live in God’s presence every moment and it can happen and can be experienced if we take care of ourselves. Unfortunately, many people don’t take good care of themselves. How do we take good care of ourselves so that we do not do something that grieves God? Do not see what is not worth seeing. For example, news consumes our thoughts and shows or movies that don’t bring us to a clean mind. This includes films that are good according to public opinion but don’t sanctify our minds and even can pollute them. Of course, not all movies are not worth watching. There are good films though, so, it’s up to the Holy Spirit to lead us.

Don’t put in our minds something bad or rotten because it will bear rottenness in thought, speech, or deed. If we say, “Take care of me in the truth, Lord” it means that we have to take care of ourselves by not putting something bad in our minds and hearts. The Holy Spirit leads us. We have to put good things in our minds, such as the Word of God, and listen to faith-building sermons. We must also have time to sit still at God’s feet and pray together. That’s all positive input because we are like being recharged, supplied strength from God to be able to do what is holy, such as think and meditate on what is holy, speak good words, and behave well.

We cannot be good “police officers” for ourselves if we open ourselves to wrong input not the truth in our minds, and this means not by God’s will. Therefore, we should be willing to change it with this truth and don’t go against God, meaning don’t be reckless towards His feelings. We may say, “I am not against God,” but if we don’t live according to His will and don’t take care of our feelings, thoughts, actions, and speech, then we are careless and that means we are against Him. A real ministry is keeping God’s feelings, therefore, in everything we do, from the smallest to the biggest, must always please God’s heart.

We can do it if we get good input because with good input from the Holy Spirit, namely the preaching of the word and communion prayer with God, then we become good “police officers” for ourselves. We are the ones who will say “no, don’t” to things that are displeasing before God, and we push ourselves to do what is according to God’s will. Here, we become spiritually mature. If we serve the feelings of the Father, we will be honorable, and respected and receive respect and praise from God, not from humans.

If we serve and keep God’s feelings, and also guard our thoughts, hearts, mouths, words, and deeds, then we don’t need to scream for God’s help, because He certainly will help us. God sees us as worthy of protection, respect, and care, even honored before the angels. This seems simple, but it’s very basic. So, let’s truly honor God by taking care of His feelings; not doing anything that hurts Him in what we think, say, and do. Let’s change. Let’s commit to serving God’s feelings.

For church members who do not have a position in the church, if we serve God’s feelings, the feelings of the Father, then we are also honored. We are honorable, so no need to be inferior to great pastors in the eyes of humans. Not inferior to activists, and assemblies who are honorable in the eyes of humans. We are honorable in God’s eyes though maybe we are nobody, not respected, or appreciated, and have no position in humans’ eyes. Maybe our position is low and our work may also be looked down upon by people. But if we serve God’s feelings, we are honorable in His eyes. How beautiful the life of an honorable person is in God’s eyes.

People who are already respectable in the eyes of humans can be deceived by themselves, because they feel valuable and honorable, while in fact, our honor is not because of humans’ respect. Our honor must be because we are honorable in the eyes of God. People who are honorable in the eyes of God are those who serve Him. The Word of God says, “Those who serve God are honored by Him.”

EVERYTHING WE DO, FROM THE SLIGHTEST THING TO THE GREATEST MUST BE ABLE TO PLEASE GOD'S HEART.

Card image
SELALU MENYENANGKAN ALLAH - 26 Februari 2023
2023-02-26 09:35:54


Sebenarnya, menjadi anak-anak Allah itu luar biasa, karena kita bisa hidup di hadirat Allah setiap saat. Betapa indahnya kehidupan di hadirat Allah setiap saat. Dan itu bisa terjadi, bisa dialami, kalau kita menjaga diri. Sayangnya, banyak orang tidak menjaga dirinya dengan baik. Bagaimana kita menjaga diri kita dengan baik, supaya tidak melakukan sesuatu yang mendukakan Allah? Jangan melihat apa yang tidak patut dilihat. Misalnya, berita-berita yang menyita pikiran kita, tontonan atau film-film yang tidak membawa kita kepada pikiran yang bersih. Termasuk film-film yang baik menurut kacamata umum, tetapi tidak menguduskan pikiran kita, tidak perlu mengotori pikiran kita. Tentu tidak semua film itu tidak boleh ditonton. Ada film yang baik, terserah Roh Kudus memimpin kita.

Jangan memasukkan dalam pikiran kita sesuatu yang buruk atau busuk, karena akan berbuah kebusukan. Berbuah kebusukan di pikiran, ucapan, atau perbuatan. Kalau kita berkata, “Jagaku Tuhan, dalam kebenaran,” berarti kita yang harus menjaga diri. Caranya, jangan memasukkan di dalam pikiran, hati kita sesuatu yang buruk. Roh Kudus pasti memimpin kita untuk itu. Sebaliknya, kita harus memasukkan sesuatu yang baik di pikiran kita. Firman Tuhan, mendengarkan khotbah; khotbah yang membangun iman. Memiliki waktu untuk duduk diam di kaki Tuhan, berdoa bersama. Itu masukan yang positif. Kita di-charge; disuplai kekuatan dari Tuhan untuk bisa melakukan apa yang kudus. Berpikir yang kudus, merenungkan yang kudus, mengucapkan kata-kata yang baik, dan berperilaku baik.

Kita tidak bisa menjadi “polisi” yang baik bagi diri sendiri, kalau kita tidak meng-input kebenaran di dalam pikiran kita, kalau membuka diri terhadap masukan-masukan yang salah artinya tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Oleh sebab itu, dengan kebenaran ini, hendaknya kita mau berubah. Jangan melawan Tuhan, artinya jangan semena-mena terhadap perasaan Tuhan. Kita mungkin berkata, “Saya tidak melawan Tuhan,” tetapi kalau kita tidak hidup seturut dengan kehendak Tuhan, kita tidak menjaga perasaan, pikiran, perbuatan, dan ucapan maka kita sembarangan, artinya kita melawan Tuhan. Jadi, pelayanan yang sesungguhnya itu menjaga perasaan Tuhan. Segala sesuatu yang kita lakukan, dari perkara sekecil apa pun sampai perkara-perkara besar, harus bisa menyenangkan hati Allah.

Kita pasti bisa melakukannya, kalau kita mendapat input; masukan yang baik, bukan masukan yang jahat. Dengan masukan-masukan yang baik dari Roh Kudus, yaitu pemberitaan firman dan doa persekutuan dengan Tuhan, maka kita menjadi “polisi” yang baik bagi diri kita sendiri. Kita yang akan berkata “tidak, jangan” untuk hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan, dan kita mendorong diri kita untuk melakukan apa yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Di sini, rohani kita menjadi dewasa. Kalau kita melayani perasaan Bapa, kita akan menjadi terhormat; dihormati, menerima hormat dari Tuhan bukan hormat dari manusia. Mendapat pujian bukan dari manusia, tetapi dari Tuhan.

Kalau kita melayani perasaan Allah, menjaga perasaan Allah, menjaga pikiran, hati, mulut, ucapan, perbuatan, maka kita tidak perlu berteriak-teriak minta tolong Tuhan, Tuhan akan tolong kita. Tuhan memandang kita layak dilindungi, dihormati dan dijagai. Bahkan dihormati di depan malaikat-malaikat. Kelihatannya sederhana, tetapi ini sangat prinsip. Jadi mari kita sungguh-sungguh menghormati Tuhan dengan menjaga perasaan Tuhan; tidak melakukan sesuatu yang melukai Dia dari yang kita pikirkan, ucapkan, lakukan. Mari kita berubah. Mari memiliki komitmen untuk melayani perasaan Allah.

Bagi jemaat yang tidak memiliki jabatan dalam gereja, kalau kita betul-betul melayani perasaan Allah, perasaan Bapa, kita terhormat. Kita terhormat, kita tidak kalah dari pendeta besar di mata manusia. Tidak kalah dengan aktivis, majelis yang terhormat di mata manusia. Kita terhormat di mata Tuhan. Walaupun di mata manusia kita bukan siapa-siapa, tidak terpandang, tidak dihargai, tidak punya jabatan. Mungkin kedudukan kita rendah. Pekerjaan kita juga mungkin dipandang orang rendah. Tetapi kalau kita melayani perasaan Tuhan, kita terhormat di mata Tuhan. Betapa indahnya kehidupan seorang yang terhormat di mata Allah.

Orang yang sudah terhormat di mata manusia, bisa tertipu oleh diri sendiri. Merasa sudah berharga dan terhormat, padahal kehormatan kita bukan karena dihormati manusia. Kehormatan kita haruslah karena kita terhormat di mata Allah. Dan yang terhormat di mata Allah adalah mereka yang melayani Allah. Firman Tuhan mengatakan, “Yang melayani Tuhan, melayani Allah, dihormati oleh Allah.”

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEGALA SESUATU YANG KITA LAKUKAN, DARI PERKARA SEKECIL APA PUN SAMPAI PERKARA-PERKARA BESAR, HARUS BISA MENYENANGKAN HATI ALLAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 Februari 2023
2023-02-26 09:33:17

Bilangan 7

Card image
Truth Kids 25 Februari 2023 - AJAR AKU TUHAN
2023-02-25 09:45:39


Lukas 6:28
“mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.”

Jessi merasa sedih sekali. Hatinya terluka akibat ucapan temannya di sekolah. Tadi siang teman-temannya memberikan komentar buruk tentang hasil karya Jessi. Padahal Jessi bersungguh-sungguh dalam tugas menggambar kali ini.

Malamnya, Jessi berdoa kepada Tuhan. Jessi menceritakan rasa sakit hatinya kepada Tuhan sambil menangis. Walaupun hatinya sakit, Jessi mau mengampuni temannya yang telah memberikan komentar buruk. Ia tidak mau menyimpan kesalahan orang lain karena Jessi tahu Tuhan mengajarkan untuk memaafkan kesalahan orang lain. Jessi meminta pertolongan Tuhan untuk memampukannya belajar mengampuni. Setelah berdoa, Jessi merasa ringan hatinya dan tidak sedih lagi. Tidak lama ia pun tertidur.

Sobat Kids, terkadang mengampuni kesalahan orang lain terasa sangat berat. Mintalah pertolongan Tuhan dalam belajar mengampuni mereka. Tuhan pasti menolong kita dalam perjalanan mengasihi orang lain.

Card image
Truth Junior 25 Februari 2023 - CARA MENGAMPUNI
2023-02-25 09:44:29


Lukas 6:28
“mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.”

Hampir semua games yang permainannya tentang perang-perangan, perkelahian, ataupun yang ada kekerasan lainnya, mengajarkan pemainnya untuk balas dendam. Untuk bisa naik level, kita harus mengalahkan orang lain, revenge (balas dendam kepada orang yang menyakiti kita). Hati-hati terhadap pengaruh buruk dari games, ya, Sobat Junior.

Nilai kebenaran yang Tuhan Yesus ajarkan, tidaklah demikian. Tuhan tidak pernah mengajarkan kita untuk revenge; balas dendam. Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk berdoa bagi orang-orang yang marah kepada kita. Bahkan berdoa, memohon berkat bagi orang yang berniat jahat kepada kita. Tuhan itu Mahakasih. Ia selalu mengajarkan kita untuk berbuat kasih. Sekalipun kita disakiti, kita harus mengampuni. Bagaimana cara mengampuni? Kalian bisa memulainya dengan mengakui rasa sakit yang kalian rasakan. Lalu, membawanya dalam doa kepada Tuhan. Sampaikan keinginan untuk mengampuni, meskipun tidak bisa saat itu juga kalian melepaskan pengampunan. Seiring waktu, Tuhan akan menolong agar kalian bisa mengampuni orang yang bersalah. Jika saat ini ada orang yang membuat hati Sobat Junior sedih, yuk, ikuti cara mengampuni di atas. Kalian akan mendapatkan rasa damai surgawi.

Card image
Truth Youth 25 Februari 2023 (English Version) - VENGEFUL WORDS ARE UNNECESSARY
2023-02-25 09:43:01


”But I say unto you, That every idle word that men shall speak, they shall give account thereof in the day of judgment. For by thy words thou shalt be justified, and by thy words thou shalt be condemned." (Matthew 12:36-37)

History goes on, the world experiences development after development which is the direction of the movement of the times. We are in the first months of 2023, and at the same time we are also in a period called post-truth. In simple terms, the notion of post-truth is a period in which lies disguise themselves as truth. People have their own truth and truth seems to be relative. As for broadly speaking, the notion of post-truth is a period in which past falsehoods in the form of teachings or philosophies reappear and are considered as truth. Today, we see how these falsehoods have again undermined the Christian faith through church pulpits that are irresponsible and against the Bible. One of them is the teaching that normalizes verbal expressions filled with grudges and annoyance so that we feel relieved or better. This is a satanic teaching.

Christ taught us, if we want to follow Him and become His disciples, we must always deny ourselves and take up the cross every day. Never once does the Bible say that expressing resentment or taking revenge verbally brings relief. This is Satan's deception so that Christians will never understand the true meaning of following Christ. Christ said that on the day of judgment, each of us must be held accountable for every idle word. His words indicate how important and powerful our words are, to the point that our salvation is also determined by our words.

As a young generation of true Christians, we should return to being faithful to the truth of the Word of GOD and Christ as our example, who does not complain, curse, and curse when suffering persecution, but deny ourselves by blessing and praying for them. Let's return to the Gospel and the teachings of Christ, who teach us to forgive with sincerity and authenticity, who don't hold grudges and speak, but always say prayers and blessings. May the LORD always be with us who want to fight earnestly to become true disciples of Christ.

WHAT TO DO:
1. Don't listen to sermons against the Bible.
2. Do not speak words full of resentment and annoyance.
3. Pray and bless those who do evil to us.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 31-33;
▪︎ 1 Corinthians 15-16;
▪︎ 2 Corinthians 1

Card image
Truth Youth 25 Februari 2023 - VENGEFUL WORDS ARE UNNECESSARY
2023-02-25 09:39:45


"Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum."
(Mat. 12:36-37)

Sejarah berjalan terus, dunia mengalami perkembangan demi perkembangan yang menjadi arah dari pada pergerakan zaman. Kita berada di bulan-bulan pertama pada tahun 2023, dan pada saat yang sama kita juga berada dalam suatu masa yang disebut post-truth. Secara sederhana, pengertian post-truth ialah suatu masa di mana kebohongan menyamar sebagai kebenaran. Orang-orang memiliki kebenarannya sendiri dan kebenaran seolah-olah menjadi relatif. Adapun secara luasnya, pengertian post-truth ialah suatu masa di mana kepalsuan-kepalsuan di masa lampau dalam rupa ajaran atau filsafat muncul kembali dan dianggap sebagai kebenaran. Hari ini, kita melihat bagaimana kepalsuan-kepalsuan tersebut kembali menggerogoti iman Kristen melalui mimbar-mimbar gereja yang tidak bertanggung jawab dan melawan Alkitab. Salah satunya ialah ajaran yang mewajarkan ekspresi verbal yang bermuatan dendam dan kekesalan supaya kita merasa lega atau lebih baik. Ini adalah ajaran setan.

Kristus mengajar kita, apabila kita hendak mengikut Dia dan menjadi murid-Nya, kita harus senantiasa menyangkal diri dan memikul salib setiap hari. Tidak pernah satu kali pun Alkitab mengatakan bahwa mengekspresikan kekesalan atau membalaskan dendam secara verbal mendatangkan kelegaan. Ini adalah tipuan setan agar orang-orang Kristen tidak pernah mengerti makna sejati mengikut Kristus. Kristus mengatakan bahwa pada hari penghakiman, setiap kita harus bertanggung jawab atas setiap kata yang sia-sia. Perkataan-Nya mengisyaratkan betapa penting dan berkuasanya ucapan kita, sampai-sampai keselamatan kita pun ditentukan oleh ucapan kita.

Sebagai generasi muda Kristen yang benar, hendaknya kita kembali setia kepada kebenaran Firman TUHAN dan Kristus sebagai teladan kita, yang tidak mengeluh, memaki, dan mengutuk ketika menderita aniaya, melainkan menyangkal diri dengan memberkati dan mendoakan mereka. Mari kita kembali pada Injil dan ajaran Kristus, yang mengajar kita mengampuni dengan ketulusan dan kesejatian, yang tidak menyimpan dan memperkatakan dendam, melainkan senantiasa memperkatakan doa dan berkat. Kiranya TUHAN senantiasa menyertai kita yang hendak berjuang dengan sungguh-sungguh menjadi murid Kristus yang sejati.

WHAT TO DO:
1. Jangan mendengarkan khotbah-khotbah yang melawan Alkitab
2. Jangan mengucapkan kata-kata yang penuh dendam dan kekesalan
3. Doakan dan berkati orang-orang yang berbuat jahat kepada kita

BIBLE MARATHON:
▪︎ Bilangan 31-33;
▪︎ 1 Korintus 15-16;
▪︎ 2 Korintus 1

Card image
Renungan Pagi - 25 Februari 2023
2023-02-25 09:37:10


Janganlah kita marah atau tidak suka, jika firman Tuhan keras menegur, "Sebab barangsiapa masih memerlukan susu, ia tidak memahami tentang ajaran kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa yang mempunyai pancaindra yang terlatih untuk membedakan yang baik daripada yang jahat".

Kita tidak akan pernah bisa memiliki kepekaan rohani, jika tidak mau melatih diri sendiri untuk dibersihkan dan dimurnikan oleh firman Tuhan setiap hari. "Bukankah firman-Ku seperti api, demikianlah firman TUHAN dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?". Membaca, mendengar dan melakukan firman Tuhan adalah langkah-langkah menuju hidup dalam kebenaran dan menyenangkan hati Tuhan."
(Ibrani 5:14-14 ; Yeremia 23:29)

Card image
Quote Of The Day - 25 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-25 09:33:35


Kalau kita masih hidup dalam dosa, atau ada kesenangan-kesenangan dalam hidup yang Tuhan tidak ikut menikmatinya, kita tidak bisa memiliki pikiran perasaan Allah, tidak bisa merasakan beban keselamatan jiwa-jiwa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 25 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-25 09:32:22


Kalau kita sungguh-sungguh mencintai Tuhan, haus akan Tuhan; Dia juga merasakan kehausan kita akan Dia.

Card image
WRONG BELIEF - 25 Februari 2023 (English Version)
2023-02-25 09:29:48


Some things sound simple, but it is a principles. We all feel like we already believe in God, but how much trust do we have in Him? Believing in God is not easy and we must know that our belief in Him is a process, meaning it must increase to higher quality, more precise, truer, and more pleasing before Him. We must truly believe in God until our belief glorifies Him, and He can feel that He is glorified by our belief. Believing in God is not easy, so, we must continue to build it because it experiences progressivity or development.  

God can enjoy our belief and feel that our belief glorifies Him. If we believe in God, our whole life will be taken away or confiscated by our belief in Him. The sentence that we must seriously pay attention to is what is said in Gal.2:20, “I have been crucified with Christ and I no longer live, but Christ lives in me. The life I now live in the body, I live by faith in the Son of God, who loved me and gave Himself for me.”

The true belief continues to experience growth, change, and progressivity, and it will take over or confiscate our whole lives, until we can say like Paul said, “ I no longer live, but Christ lives in me. The life I now live in the body, I live by faith in the Son of God, who loved me and gave Himself for me.” Believing in the Lord Jesus means being willing to be like Him or Having a Christian character. That is why the Lord Jesus said to His disciples, “Follow Me;” which means having to live as He lived, and it is progressive.

Our character can be different even also contrary to the character of Christ. For example, if Christ loves enemies, we not only hate our enemies, but we can even hate those who are not our enemies when we are not happy.  This is the sinful character, so, if we follow Jesus, it means we follow His way of life and lifestyle and then process. This is what is said in Heb.12:1 as “the race God has set,”  so that we can have perfect faith. To follow Jesus, we must give ourselves to be similar to Him until the level of our life is confiscated, or taken away.

During this time, most Christians, like us used to, feel that they already believed in God, while in fact, this is just the mind or reasoning agreement. They are stuck at that level and finally, the world colors them and they cannot be similar to Jesus but to this world. Ironically, they already felt that they believed in the Lord Jesus while believing means having the courage to give oneself to be like Him. So, if Christians are not becoming more and more like Jesus, they must know that their belief is wrong. Their life was not confiscated by the belief and finally, their life will be seized by the pleasures of the world which offers various pleasures that become a target, then their life is aimed at achieving those targets.

The priests must be watchful, because though the target may not seem worldly, the point is the same: satisfaction and self-respect in the church, and in fact, it can even be worse, while those outside the church, seek honor, and satisfaction of the flesh in the secular world with its various instruments and means. If for the pastor, the instrument is the ministry of the church. How terrible it is. If we believe correctly, we must know that our belief must grow. The growth of our faith is not only filled with knowledge about God or spiritual activities, but in a matter of minutes, we keep struggling to continue to adjust ourselves to whether our will is already God’s will.

We must always check our wills every second, minute, and hour whether they are always by God’s. We must not just check the sentences said, but also every word whether it is by God or not. If we are honest and aware of this, indeed we become ashamed of ourselves because we become like children again who start from zero and it turns out that we find mistakes in every word said. We also learn to know what we are allowed and not allowed to do. Becoming holy is like knitting cloth which later becomes our cloth of holiness and there we begin to understand what it means to have our lives confiscated by God.

If in the past, we used to buy anything as we please, but now, we want to seek God’s approval as a manifestation of the struggle of our belief or faith and consider whether the stuff is useful to serve God, or only for self-pleasure. Of course, we don’t need to tell other people but we struggle ourselves. We will begin to see our old self that is not by God’s will and its desires become more and more clear until we can threaten and get angry with our old self, “Shut up! I don’t follow you. I choose God.” Our character is continuously processed until we have a divine character.

IF CHRISTIANS ARE NOT BECOMING MORE AND MORE LIKE JESUS THEN THEIR BELIEF MUST BE WRONG

Card image
PERCAYA YANG SALAH - 25 Februari 2023
2023-02-25 09:27:58


Ada hal yang kedengarannya sederhana, tetapi prinsip. Kita semua merasa sudah percaya kepada Tuhan, bukan? Tetapi sejatinya, seberapa percaya kita itu kepada-Nya? Percaya kepada Tuhan itu tidak mudah. Dan harus kita ketahui bahwa percaya kita kepada Tuhan itu berproses, artinya harus lebih meningkat; lebih tinggi kualitasnya, lebih tepat, lebih benar, lebih berkenan di hadapan Tuhan. Sampai sungguh-sungguh percaya kita itu percaya yang memuliakan Allah. Dan Allah merasa bahwa diri-Nya dimuliakan oleh percaya seseorang. Jadi, percaya itu tidak mudah. Harus terus kita bangun karena mengalami progresivitas atau perkembangan.

Jadi, Allah dapat menikmati percaya kita itu dan Allah merasa bahwa percaya kita kepada-Nya itu memuliakan Dia. Kalau kita percaya kepada Tuhan, hidup kita 100% akan direnggut, disita oleh percaya kita kepada Tuhan itu. Kalimat yang kita harus serius perhatikan dalam Galatia 2:20, “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang ini di dalam daging adalah hidup oleh percaya, oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”

Percaya yang benar terus mengalami pertumbuhan, perubahan, progresivitas akan merenggut atau menyita seluruh hidup kita. Sampai kita bisa berkata seperti Paulus berkata, “Hidupku bukan aku lagi. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” Pada dasarnya, percaya kepada Tuhan Yesus berarti bersedia harus serupa dengan Dia; berkarakter kristiani. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Ikutlah Aku;” yang berarti harus hidup seperti Dia hidup, dan itu bersifat progresif.

Kita memiliki karakter yang bisa bertolak belakang dengan karakter Kristus. Bukan hanya berbeda, melainkan bertolak belakang. Kalau Kristus mengasihi musuh, kita bukan hanya membenci musuh melainkan yang bukan musuh pun bisa kita benci kalau kita sedang tidak senang. Ini karakter dosa. Jadi kalau kita ikut Yesus, itu berarti kita ikut cara hidup-Nya, gaya hidup-Nya, maka berproses. Inilah yang dikatakan dalam Ibrani 12:1 sebagai “perlombaan yang diwajibkan,” yaitu agar kita memiliki iman yang sempurna. Jadi mengikut Yesus itu harus memberi diri untuk menjadi serupa dengan Dia, sampai tingkat hidup kita disita, direnggut.

Selama ini, sebagian besar orang Kristen, seperti kita dulu, merasa sudah percaya. Sejatinya, ini adalah pengaminan akali, persetujuan pikiran. Mereka diparkir di level itu. Akhirnya dunia mewarnai, yang membuat ia tidak serupa dengan Yesus, tapi serupa dengan dunia ini. Namun dia sudah merasa percaya kepada Tuhan Yesus. Padahal percaya itu berarti harus berani memberi diri untuk serupa dengan Yesus. Jadi kalau orang Kristen tidak makin serupa dengan Yesus, pasti percayanya salah. Hidupnya pasti tidak disita oleh percayanya tersebut. Akhirnya, hidupnya akan disita oleh kesenangan-kesenangan dunia dimana dunia menawarkan berbagai kesenangan yang dijadikan target, lalu hidupnya ditujukan untuk mencapai target-target tersebut.

Hati-hati untuk para pendeta. Memang target kita kelihatannya bukan target duniawi, tetapi intinya bisa sama: kepuasan dan kehormatan diri di dalam gereja. Sejatinya, ini lebih jahat. Bagi orang di luar gereja, mereka mencari kehormatan, kepuasan daging, di dunia sekuler dengan instrumen dan alat-alatnya. Kalau pendeta, instrumennya adalah pelayanan gereja. Ini mengerikan. Kalau kita percaya dengan benar, kita harus tahu bahwa percaya kita harus bertumbuh. Pertumbuhan percaya kita itu bukan hanya diisi pengetahuan tentang Tuhan atau kegiatan rohani, tetapi dalam hitungan menit kita bergumul untuk terus menyesuaikan apakah kehendak kita ini sesuai dengan kehendak Allah.

Per jam, per menit, bahkan per detik apakah kehendak kita selalu sesuai dengan Allah? Bukan hanya kalimat, tetapi per kata yang kita ucapkan, apakah sesuai dengan kehendak Allah? Jika kita jujur dan sadar akan hal ini, terus terang kita malu kepada diri sendiri. Karena kita seperti menjadi seperti anak-anak; mulai dari nol. Ternyata setiap kata, ada saja salahnya. Apa yang kita lihat, apa yang patut kita lihat, apa yang tidak patut kita lihat, kita seperti merajut kain. Dan ini adalah kain kesucian kita. Di situ kita mulai merasakan apa artinya hidup kita disita oleh Tuhan.

Kalau dulu kita mau beli barang apa, kita beli. Tetapi sekarang setelah kita mau mencari perkenanan Tuhan sebagai wujud dari pergumulan percaya atau iman kita, kita pertimbangkan apakah ini kebutuhan yang berguna untuk melayani Tuhan, atau hanya untuk kesenangan diri? Tentu kita tidak perlu mengucapkannya kepada orang. Namun kita gumuli sendiri. Kita akan mulai melihat manusia lama kita yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Kita makin jelas melihat manusia lama kita dengan hasrat-hasratnya, dengan keinginan-keinginannya, dengan kegemaran-kegemarannya. Sampai kita bisa mengancam dan marah terhadap manusia lama kita, “Diam, kamu! Saya tidak ikuti kamu. Aku memilih Tuhan.” Karakter kita diasah sampai kita memiliki karakter ilahi.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU ORANG KRISTEN TIDAK MAKIN SERUPA DENGAN YESUS, PASTI PERCAYANYA SALAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 Februari 2023
2023-02-25 09:23:58

Bilangan 5-6

Card image
Truth Kids 24 Februari 2023 - NAIK KELAS
2023-02-24 10:11:24


Efesus 4:15
“tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.”

Sobat Kids, siapa yang sudah naik kelas dari TK ke SD kelas 1? Nah, tentu pelajaran yang didapat saat duduk di TK berbeda dengan pelajaran di kelas 1 SD. Setiap naik kelas, pelajaran dan aktivitas yang diberikan akan semakin sulit dan menantang. Jika kita tekun belajar dan mengikuti tuntunan guru, tentu kita akan naik kelas ke kelas yang baru lagi di tahun depan.

Demikian juga dalam hidup kita, Sobat Kids. Dalam hidup, kita akan menemukan tantangan dan ujian yang melatih kita untuk semakin bertumbuh. Bapa mau kita semakin sempurna dalam menghadapi berbagai situasi seperti Tuhan Yesus. Jadi, ketika kita dihadapkan dengan pilihan untuk memaafkan kesalahan orang lain atau tidak, kita mau pilih untuk memaafkan. Karena dengan memaafkan orang lain, kita belajar untuk menjadi seperti Tuhan Yesus, yang lebih dulu memaafkan kesalahan kita. Kita mau belajar terus dalam tuntunan Roh Kudus dan semakin bertumbuh hingga akhirnya kita naik kelas, to the next level!

Card image
Truth Junior 24 Februari 2023 - MOVING TO THE NEXT LEVEL
2023-02-24 10:09:10


Efesus 4:15
“tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.”

Sobat Junior, di sekolah kalian pasti harus mengerjakan ulangan dan ujian. Ada di antara Sobat Junior yang mendapatkan rapor atau penilaian hasil belajar setiap 3 bulan atau setiap semester (6 bulan). Jika hasil belajar kalian bagus, pasti Sobat Junior akan naik ke level berikutnya. Apakah kalian hanya belajar saat akan ada ulangan atau ujian? Tentu tidak, ya, Sobat Junior. Kalian harus belajar setiap hari. Jika kalian hanya belajar saat mau ada kenaikan kelas, pasti itu akan lebih menyulitkan kalian. Bahan pelajaran yang harus dipelajari akan menumpuk, menjadi sangat banyak.

Mengampuni kesalahan orang lain juga seperti kenaikan kelas, Sobat Junior. Saat kita mengampuni kesalahan orang lain, kita bisa moving to the next level; kita naik kelas. Setiap kali kita memberikan pengampunan kepada orang, artinya kita semakin bertumbuh dalam kebenaran. Kita berhasil menghadapi ujian atau tantangan dari Tuhan. Kita mengenakan karakter Kristus yang mau mengampuni orang lain. Kita bisa menjadi serupa dengan-Nya dan sempurna seperti Bapa. Kalian mau naik level, kan, Sobat Junior? Yuk, kita mengampuni kesalahan orang lain.

Card image
Truth Youth 24 Februari 2023 (English Version) - FORGIVING IS AN ACTION
2023-02-24 10:07:07


”not rendering evil for evil, or railing for railing: but contrariwise blessing; knowing that ye are thereunto called, that ye should inherit a blessing." (1 Peter 3:9)

One of the values that is both the nature and the seal of Bible truth and the Christian faith is forgiveness. All churches must have conveyed the truth about forgiveness. The true model of forgiveness is Christ. It is a certainty that the congregation is taught about forgiveness based on the teachings as well as the example of Christ. However, there are still many Christians who have difficulty forgiving, and do not even understand the true meaning of forgiveness. To the extent that there is an understanding that forgiveness is in the heart without being accompanied by real deeds, even though the Bible explicitly shows that forgiveness is accompanied by real deeds. What a blatant deception.

One perfect portrait of forgiveness is when Christ forgave a woman who was caught in the act of adultery and was about to be stoned by a mob. Of course as God who is authoritative or has the authority to punish and forgive at the same time, He could have punished him. However, Christ chose to forgive the woman by saying something very extraordinary, which had never been said by any religious figure, namely, “I do not condemn you either. Go, and sin no more from now on.” And Christ's death on the cross for us is the culmination of true and perfect forgiveness, where the love of the LORD God for us is manifested in real deeds by Christ's death on the cross.

Christ's example in forgiving should be our foundation in forgiving others who have wronged us. We must understand and realize that forgiveness is proven through deeds, not just words. Forgiving means having the right and sincere heart attitude to forgive, which is then proven by real and sincere acts of love. As for true forgiveness, it is an invisible matter between us and GOD. Therefore, when we forgive, we don't need to upload it on social media so that it can be seen by the public, but try to express it so that forgiveness can be felt and witnessed by others.

WHAT TO DO:
1. Don't listen to sermons against the Bible.
2. Show real love towards those who are guilty of us.
3. Don't upload forgiveness on social media.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 28-30;
▪︎ 1 Corinthians 12-14

Card image
Truth Youth 24 Februari 2023 - PENGAMPUNAN ITU TINDAKAN
2023-02-24 10:04:40


"Dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat." (1 Ptr. 3:9)

Salah satu nilai yang menjadi natur sekaligus segel dari pada kebenaran Alkitab dan iman Kristen adalah pengampunan. Semua gereja pasti pernah menyampaikan kebenaran tentang pengampunan. Adapun model pengampunan yang sejati ialah Kristus. Adalah sebuah kepastian bahwa jemaat diajar mengenai pengampunan berdasarkan ajaran sekaligus teladan Kristus. Akan tetapi, masih banyak orang Kristen yang kesulitan dalam mengampuni, bahkan tidak mengerti makna pengampunan yang sejati. Sampai-sampai ada pengertian bahwa pengampunan itu dalam hati saja tanpa disertai perbuatan nyata, padahal Alkitab secara eksplisit menunjukkan bahwa pengampunan itu disertai perbuatan nyata. Sungguh sebuah penyesatan yang terang-terangan.

Salah satu potret yang sempurna dari pengampunan ialah ketika Kristus mengampuni seorang perempuan yang tertangkap basah sedang berzina dan hendak dirajam oleh massa. Tentu sebagai Tuhan yang berotoritas atau berwenang menghukum sekaligus mengampuni, Ia bisa saja menghukumnya. Akan tetapi, Kristus memilih untuk mengampuni perempuan itu dengan mengatakan sesuatu yang sangat luar biasa, yang tidak pernah dikatakan oleh tokoh agama mana pun, yaitu, “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang.” Dan kematian Kristus di kayu salib bagi kita adalah puncak dari pengampunan yang sejati dan sempurna, di mana cinta kasih TUHAN Allah kepada kita dinyatakan dengan perbuatan nyata oleh kematian Kristus di kayu salib.

Teladan Kristus dalam mengampuni seharusnya menjadi landasan kita dalam mengampuni orang lain yang bersalah kepada kita. Kita harus mengerti dan menyadari bahwa pengampunan itu dibuktikan melalui perbuatan, bukan sekadar perkataan. Mengampuni berarti memiliki sikap hati yang benar dan tulus untuk mengampuni, yang kemudian dibuktikan dengan perbuatan kasih yang nyata dan tulus. Ada pun pengampunan yang sejati adalah urusan yang tidak kelihatan antara kita dengan TUHAN. Oleh sebab itu, ketika kita mengampuni, tidak perlu kita mengunggahnya di medsos supaya dilihat oleh khalayak, tetapi usahakanlah untuk menyatakannya sehingga pengampunan itu dapat dirasakan dan disaksikan oleh sesama.

WHAT TO DO:
1. Jangan mendengarkan khotbah-khotbah yang melawan Alkitab
2. Tunjukkan kasih secara nyata terhadap orang-orang yang bersalah kepada kita
3. Jangan mengunggah pengampunan di medsos

BIBLE MARATHON:
▪︎ Bilangan 28-30;
▪︎ 1 Korintus 12-14

Card image
Renungan Pagi - 24 Februari 2023
2023-02-24 09:42:13


Semakin berpegang kepada peringatan-peringatan Tuhan, semakin kita memiliki pengenalan yang benar tentang Pribadi Tuhan dan memahami kehendak-Nya. Kita jadi semakin mengerti mengapa Tuhan menciptakan dan menempatkan kita di bumi ini. Yaitu agar selalu melakukan kehendak-Nya, sehingga iblis tidak dapat lagi menguasai hidup kita.

Kesadaran akan keberadaan Tuhan dalam hidup kita setiap hari akan mendorong untuk bersungguh-sungguh menjaga kualitas hidup di hadapan Tuhan dan sesama manusia, "aku berlaku tidak bercela di hadapan-Nya, dan menjaga diri terhadap kesalahan," dan jika kita sungguh-sungguh melakukan kehendak Tuhan, maka janji-Nya akan digenapi dalam hidup kita yaitu, "Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela."
(Mazmur 18:24 ; Mazmur 84:12)

Card image
Quote Of The Day - 24 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-24 09:32:33


Penyangkalan diri bukan hanya sikap dan tindakan menolak perbuatan-perbuatan yang melanggar moral, tetapi sikap dan tindakan yang menolak apa pun yang tidak senafas dengan Kristus.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 24 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-24 09:31:03


Jangan merasa malang kalau kita mengalami kegagalan-kegagalan, karena keadaan itu membawa kita kepada Tuhan untuk menjadikan Tuhan Kekasih kita.

Card image
BECOME GOD'S BELOVED - 24 Februari 2023 (English Version)
2023-02-24 09:30:01


God is alive and He is real, so, treat Him as a living Person. We must make time to meet God every day, and amid our busy lives, we have time. People often say there is “me time”; “It’s my time to relax.” Our true “me time” is before God. Our “me time” is not to watch drama, horror, or thriller films. Our “me time” as true believers are before God. If it is not before God, then it’s not a true “me time.”

Moreover, if we go to the wrong places, that’s satanic time, the dark time. We want to be always in the presence of God, to be His lover, and to be His chosen people. We must have “me time” with God in His presence. Our “me time” in God’s presence will stimulate, and draw life before God every time, and besides going to church, and praying, we also spend our time listening to sermons that can change us.

Many of the speakers preach on Youtube but we have to be selective and ask God for guidance, to whom we entrust our spiritual care. We of course entrust our spiritual care to God, but He also uses humans, so, we have to be selective and careful about who we listen to. It is important to listen to sermons and good spiritual songs that build faith. Don’t listen to songs that make us sad, such as remembering ex-lovers, or times when we were still living in sin because it will awaken the sinful chemistry within us.

So, fill our minds with the Word, and spiritual songs, not with “garbage.” Then, associate with people who fear God and also have a community of people who seek God. Do not associate with those who don’t seek God, whose chatter is useless, such as politics, horror, artists, or about various hobbies, and so on. All of those things pollute our minds and become rotten garbage that damages our minds and hearts. Don’t hang out with them, but associate with people who fear God. People who fear God will make us influenced to also fear Him. Not all Christians fear God, even actually, not all activists or pastors fear God.

We usually think that those who are in the church or ministry circle are surely good and then we hang out with them so that we can get good input or constructive spiritual insights, but unfortunately not because not all of them in the church circles are good Christians. Some of them are not good and those people who are not good, usually like to talk about the mistake of God’s servants, especially the church’s senior pastor. This trick of satan will work well if they don’t realize it. The greater pastor they talk about the more fun also they get in their group.

Associate with people who fear God although they are not a priest, or an activist, just ordinary people, lay members, not rich people, but their sincerity and purity of heart can infect us. It is okay if we also gather with great people because they have a lot of wealth, and know high officials, but not all of them are good. If businessmen like to deceive people and collude with high officials, then that means they were crooked. Indeed, people like that are usually good at veiling feelings, hiding identity, and usually have a high level of diplomacy. However, their spirit was bad, and we could get bad spirit impartation if we associate with them closely.

It’s nice to hang out with good officials and some officials are good, sincere, love people, and serve the nation well. However, not a few also have evil hearts, extort people, and deny their oath of office. Don’t feel comfortable hanging out with them just because they are high officials, because if it is a wrong relationship, our spirit can be broken later. Associate with people who share the divine character, and may we also have the divine character and can share others.

Our whole life must be filled with a constant effort to live a blameless, spotless, and holy life and by doing it, we can become God’s beloved and can walk with Him. We can walk with God if we are similar to Jesus. God said: “Be holy, for I am holy.” We often carelessly say and act, so, how can we walk with God if we are still careless? Those who walk with God must be holy. Holiness is capital. It is our living capital. God will surely defend those who walk with Him and become His beloved. We don’t even need to cry out for help, God will certainly help and care for us.

GOD WILL SURELY DEFEND THOSE WHO EARNESTLY WALK WITH HIM, AND BECOME HIS BELOVED.

Card image
MENJADI KEKASIH ALLAH - 24 Februari 2023
2023-02-24 09:26:45


Tuhan itu hidup, Tuhan itu nyata. Perlakukanlah Dia sebagai Pribadi yang hidup. Kita harus sediakan waktu untuk bertemu dengan Tuhan setiap hari. Di tengah kesibukan hidup kita, kita pasti memiliki waktu. Orang sering berkata ada me time; “Itu waktuku untuk rileks.” Me time kita yang benar itu di hadapan Allah. Me time kita bukan untuk nonton film drama, film horor, film thriller. Me time kita itu di hadapan Tuhan. Me time orang percaya yang benar itu di hadapan Tuhan. Kalau tidak di hadapan Tuhan, maka itu bukan me time.

Apalagi kalau kita ke tempat yang salah, itu satan time, dark time. Kita mau ada di hadirat Tuhan. Kita mau menjadi kekasih Tuhan, mau menjadi umat pilihan Tuhan. Kita harus punya me time bersama Allah di hadirat Tuhan. Dan me time kita saat kita ada di hadirat Allah, akan menstimulasi, merangsang, menarik kehidupan di hadapan Allah setiap saat. Selanjutnya, selain kita ke gereja on site, berdoa, juga mengisi waktu kita dengan mendengarkan khotbah. Khotbah-khotbah yang tentu mengubah.

Banyak pembicara yang dapat didengar di Youtube. Tetapi kita harus selektif. Mintalah petunjuk Tuhan, kepada siapa kita memercayakan pemeliharaan rohani kita. Tentu ke Tuhan, tetapi Tuhan memakai manusia. Kita harus selektif, teliti akan siapa yang kita dengar. Dengarkan khotbah, dengarkan lagu rohani yang baik, yang membangun iman. Jangan dengarkan lagu-lagu yang membuat kita jadi mellow, ingat pacar lama, ingat gebetan waktu masih hidup dalam dosa. Itu akan membangkitkan chemistry dosa di dalam diri kita.

Jadi, isi pikiran kita dengan firman, lagu-lagu rohani, bukan dengan “sampah.” Lalu, bergaullah dengan orang yang takut akan Allah. Miliki komunitas orang-orang yang mencari Tuhan, bukan orang-orang yang tidak mencari Tuhan, yang obrolannya macam-macam. Politik, horor, mengenai para artis, mengenai hobi ini, hobi itu; barang ini, barang itu. Semua itu mengotori pikiran kita dan menjadi sampah busuk yang membuat busuk pikiran dan hati kita. Jangan bergaul dengan mereka. Bergaullah dengan orang-orang yang takut akan Allah. Orang yang takut akan Tuhan, yang akan membuat kita tergarami takut akan Tuhan. Tidak semua orang Kristen takut akan Tuhan. Bahkan, tidak semua aktivis atau pendeta takut akan Tuhan.

Jangan kita pikir karena dia aktivis, pelayan jemaat, atau bahkan pendeta, kita bergaul biar mendapatkan input; masukan yang baik, insight-insight rohani yang membangun, ternyata tidak. Memang asyik kalau sudah kumpul, yang dibicarakan itu kesalahan hamba Tuhan atau kesalahan pendeta. Apalagi kalau pendeta besar. Kalau pendeta dengan umat 10 orang, 15 orang, mungkin asyik juga. Tetapi kalau pendeta yang jumlah jemaatnya banyak, pendeta yang besar, kita seakan-akan bisa menjadi ikut besar, dan itu tipu daya Iblis.

Bergaullah dengan orang yang takut akan Allah. Walaupun dia bukan seorang pendeta, bukan seorang aktivis, orang biasa; jemaat awam, bukan orang kaya, tetapi ketulusannya, kemurnian hatinya bisa menulari kita. Kalau kumpul dengan orang-orang hebat karena hartanya banyak, kenalannya pejabat, boleh. Tetapi tidak semua mereka baik-baik. Kalau pengusaha biasa menipu orang, biasa kolusi dengan pejabat, itu artinya bengkok. Memang orang-orang seperti itu biasanya pintar menyembunyikan perasaan, menyembunyikan identitas, diplomasinya tingkat tinggi biasanya. Tetapi, spiritnya itu buruk. Kita mendapat impartasi spirit yang buruk.

Senang bergaul dengan pejabat-pejabat, itu bagus. Ada pejabat-pejabat yang baik, yang tulus, yang cinta rakyat, mengabdi kepada bangsa negara dengan baik. Tetapi, tidak sedikit juga yang hatinya jahat. Yang memeras orang, yang menyangkal, mengingkari sumpah jabatannya. Jangan karena dia seorang pejabat tinggi, kita merasa nyaman bergaul dengan mereka. Roh kita rusak, nanti. Bergaullah dengan orang-orang yang membagi karakter ilahi. Kiranya kita juga memiliki karakter ilahi untuk bisa menulari orang-orang lain.

Seluruh hidup kita harus diisi dengan usaha terus-menerus untuk hidup tidak bercacat, tidak bercela, hidup kudus. Hal inilah yang membuat kita menjadi kekasih Tuhan, artinya bisa berjalan dengan Tuhan. Kalau kita serupa dengan Yesus, kita baru bisa berjalan dengan Allah. Allah berkata: “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” Sering kita ini sembarangan mengucapkan kalimat, sembarangan bertindak. Bagaimana kita bisa berjalan dengan Allah, kalau kita masih sembarangan? Orang-orang yang berjalan dengan Allah itu, orang yang harus kudus. Kekudusan adalah kapital; ini modal hidup kita. Allah pasti akan membela orang-orang yang sungguh-sungguh berjalan dengan Dia, menjadi kekasih-kekasih-Nya. Kita tidak berseru minta tolong pun, Tuhan pasti menolong kita. Kita tidak berseru minta tolong pun, Tuhan pasti pedulikan kita.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ALLAH PASTI AKAN MEMBELA ORANG-ORANG YANG SUNGGUH-SUNGGUH BERJALAN DENGAN DIA, MENJADI KEKASIH-KEKASIH-NYA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun- 24 Februari 2023
2023-02-24 09:23:34

Bilangan 3-4

Card image
Truth Kids 23 Februari 2023 - TIDAK ADA ALASAN
2023-02-23 07:53:00


Matius 6:12
“dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;”

Ada seorang anak bernama Riko. Pada malam hari sebelum tidur ia diajari papa mamanya untuk berdoa. Hal ini dilakukan setiap hari oleh Riko dan orangtuanya di rumah. Saat berdoa mamanya mengucapkan kalimat, "Ampunilah kami seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami." Saat itu juga Riko menangis tersedu. Selesai berdoa, mamanya Riko bertanya, “Sayang, kenapa saat berdoa tadi Riko menangis?” Riko menjawab, “Hmm… Aku tadi di sekolah diejek dan dijahili teman, Ma.” Mama Riko terdiam sejenak, “Memangnya Riko melakukan hal apa sebelumnya pada teman di sekolah?” “Aa..aku hanya meniup-niup rambut temanku di sekolah, tapi hanya bercanda aja,” aku Riko kepada mamanya. “Nah, karena itu Riko tidak boleh lagi mengganggu teman saat bermain,” nasihat mama kepada Riko. Riko pun menjawab dengan nada yang lesu, “Iya, Mama.”

Sobat Kids dari cerita di atas, kita diingatkan untuk tidak mulai melakukan hal-hal yang iseng; hal yang membuat teman kesal. Jangan pula membalas jika ada teman yang membuat kalian kesal. Kita perlu mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Tidak ada alasan untuk tidak mengampuni orang lain, sebesar apapun kesalahan itu.

Card image
Truth Junior 23 Februari 2023 - SADAR DIRI
2023-02-23 07:23:35


Matius 6:12
“dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;”

Apakah Sobat Junior masih ingat Doa Bapa Kami? Ayat firman Tuhan hari ini merupakan penggalan dari kalimat-kalimat yang ada dalam Doa Bapa Kami. Ketika meminta pengampunan dari Tuhan, kita diajarkan untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita juga. Kalau ada orang yang buat kita kesel banget, apakah kita ampuni? Jawabannya tetap 'iya', Sobat Junior. Mengampuni adalah sesuatu yang harus terus dipraktikkan selama kita hidup di dunia. Tidak ada alasan untuk tidak mengampuni orang lain, sebesar apa pun kesalahan itu.

Apakah setiap hari kita selalu dengar-dengaran kepada Tuhan, papa, mama, dan guru di sekolah? Jawab jujur, ya. Jika kita mau jujur, rasanya pasti ada saja kesalahan atau sesuatu yang kurang tepat yang kita lakukan dalam hidup ini setiap harinya. Setiap hari, kita minta maaf kepada Tuhan untuk hal-hal yang meleset dari kebenaran atau firman-Nya. Kita harus sadar diri, Sobat Junior. Bukan saja orang lain yang bersalah kepada kita, melainkan kita pun bersalah kepada Tuhan. Sebagai orang yang sama-sama melakukan kesalahan, kita juga harus mengampuni kesalahan orang lain. Yuk, kita mulai mengampuni orang yang bersalah kepada kita terlebih dahulu, sebelum kita meminta ampun kepada Tuhan.

Card image
Truth Youth 23 Februari 2023 (English Version) - FAITH, PARENTS, AND PRAYER
2023-02-23 07:16:33


”Honour thy father and thy mother, as the LORD thy God hath commanded thee; that thy days may be prolonged, and that it may go well with thee, in the land which the LORD thy God giveth thee." (Deuteronomy 5:16)

We certainly still remember well the story when the LORD God gave the Decalogue or Ten Words to Moses on Mount Sinai, which was later called the Torah. The Torah contains the ten Words of God which are divided into two parts. The first part contains four laws that regulate the relationship between humans and the LORD God and the second part contains six laws that regulate the relationship between humans and each other. The first law of the second part is an order to respect both parents. This commandment implies that respect for parents is an absolute standard that cannot be compromised or reduced in absolute terms.

It is not without reason that the Bible says that those who honor their parents will have a long life on earth. The Torah shows us that honoring one's parents is an absolute that forms the basis of human relations. However, the movement of the times has blinded generations after generations of this order, including Christians. Most of the Christian faith today is nothing more than a formality of religion or belief based on law with elements of very low integrity. One of them is the loyalty of the younger generation of Christians in praying for their parents, whom we meet less and less every day.

Friends, we must realize that true Christian faith certainly requires real actions that can be felt by others. One cannot have true faith in the LORD God without honoring one's parents. Therefore, the younger generation of Christians must immediately wake up from their spiritual slumber and have clarity in the midst of the world's younger generation who are aimlessly drunk and do not understand respect for their parents. And we can start from simple things, like praying for our parents. Don't let us get carried away with the nihilistic atmosphere of this world which reduces the value of prayers for parents that are offered with sincerity to GOD. Continue to always pray for our parents as a real form of our respect and love for the LORD God and our parents.

WHAT TO DO:
1. Always sincerely and earnestly pray for parents.
2. Always remember our parents wherever we are.
3. Always study the Word of GOD.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 25-27;
▪︎ 1 Corinthians 9-11

Card image
Truth Youth 23 Februari 2023 - IMAN, ORANGTUA DAN DOA
2023-02-24 10:19:20


"Hormatilah ayah dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu." (Ul. 5:16)

Kita pasti masih mengingat dengan baik kisah ketika TUHAN Allah memberikan Dekalog atau Sepuluh Firman kepada Musa di Gunung Sinai, yang kemudian hari disebut dengan Taurat. Taurat berisi sepuluh Firman TUHAN yang terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama memuat empat hukum yang mengatur hubungan antara manusia dengan TUHAN Allah dan bagian kedua memuat enam hukum yang mengatur hubungan antara manusia dengan sesamanya. Adapun hukum pertama dari bagian kedua merupakan perintah untuk menghormati kedua orangtua. Perintah ini mengisyaratkan bahwa hormat kepada orangtua merupakan standar mutlak yang tidak bisa dikompromikan atau direduksi kemutlakannya.

Bukan tanpa alasan Alkitab mengatakan bahwa orang yang menghormati orangtua akan beroleh umur yang panjang di bumi. Taurat memperlihatkan kepada kita bahwa menghormati orangtua merupakan kemutlakan yang menjadi dasar dari pada hubungan antar manusia. Akan tetapi, pergerakan zaman makin membutakan generasi demi generasi akan perintah ini, termasuk orang-orang Kristen. Sebagian besar iman Kristen saat ini tidak lebih dari sekadar formalitas keberagamaan atau keberimanan yang berlandaskan hukum dengan unsur integritas yang begitu rendah. Salah satunya adalah kesetiaan generasi muda Kristen dalam mendoakan orangtua yang makin hari makin jarang kita jumpai.

Teman-teman, kita harus menyadari bahwa iman Kristen yang sejati pasti menuntut adanya perbuatan nyata yang dapat dirasakan oleh sesama. Seseorang tidak mungkin beriman dengan benar kepada TUHAN Allah tanpa menghormati orangtuanya. Oleh sebab itu, generasi muda Kristen harus segera bangun dari tidur rohaninya dan memiliki kejelasan di tengah-tengah generasi muda dunia yang mabuk tiada berarah dan tidak mengerti hormat kepada orangtua. Dan kita dapat memulainya dari perkara-perkara sederhana, seperti mendoakan orangtua kita. Jangan kita terbawa dengan suasana nihilistis dunia ini yang mereduksi nilai dari doa bagi orangtua yang dipanjatkan dengan kesungguhan hati kepada TUHAN. Tetaplah senantiasa berdoa bagi orangtua kita sebagai wujud nyata hormat serta cinta kita kepada TUHAN Allah dan orangtua kita.

WHAT TO DO:
1. Senantiasa mendoakan orangtua dengan tulus dan sungguh-sungguh
2. Senantiasa mengingat orangtua di mana pun kita berada
3. Senantiasa mempelajari Firman TUHAN

BIBLE MARATHON:
▪︎Bilangan 25-27;
▪︎1 Korintus 9-11

Card image
Renungan Pagi - 23 Februari 2023
2023-02-23 07:10:30


Jika menyadari bahwa dalam menjalani hidup ini kita tidak sendiri, maka seberat apapun masalah, kesesakan, atau penderitaan tidak akan memahitkan, karena ada pribadi yang tidak pernah membiarkan dan meninggalkan kita yaitu Tuhan Yesus, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."

Inilah yang seharusnya menguatkan dan menghibur! Kita tidak perlu takut dan kuatir, karena Tuhan tidak akan meninggalkan atau membiarkan, "Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: Tuhan adalah penolongku, Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" Karena itu bangunlah persekutuan yang intim dengan Tuhan setiap hari. Sehingga kedekatan kita dengan Tuhan membuat iman semakin teguh dan mempercayakan seluruh hidup kita ke dalam Tangan Tuhan.
(Ibrani 13:5-6)

Card image
Quote Of The Day - 23 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-23 07:04:37


Kalau kita betul-betul memiliki iman dalam proses penyangkalan diri, maka hati kita akan dipindahkan ke surga dan pancaran hidup kita akan mengubah orang.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 23 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-23 07:03:27


Keberhasilan manusia hanya satu, yaitu kalau ia berhasil menghidupkan Allah di dalam hidupnya.

Card image
RESPECT AND LONG FOR GOD - 23 Februari 2023 (English Version)
2023-02-23 07:01:50


People can just claim to believe in the Lord Jesus and feel sure to go to heaven, but, if they do not respect God, then they can’t enter the Kingdom of Heaven. Those who do not respect God, are not worthy or deserve God’s protection and also do not deserve to receive blessings, either spiritual or physical blessings, especially spiritual blessings, namely the growth of faith and spiritual maturity. When does someone disrespect God? When they do something only to satisfy themselves. This self-satisfaction can involve two things: sex and culinary matters, and it can also involve soul satisfaction, such as arrogance, revenge, hatred, and so on. If someone still satisfies themselves, they do not respect God, but if we respect God, we will long for Him and the more we honor Him, the more we will long for Him.

New Christians certainly cannot be demanded to respect God properly, rightly, or ideally. This is because they have not been able to realize that God is omnipresent and they are called by God only to live to please and serve His feelings. If we have gone through long years as Christians, then we should have owned an attitude of heart that honors God. People who do not respect God surely live according to their hearts. They care more about their feelings than God’s feelings. Be grateful if we are reminded by God on this occasion so that we can stop behaving, acting, choosing, and making decisions that come from self-pleasure, but instead, we must begin to behave, act, make decisions, and choose by what God wills.

New Christians are not demanded to do so, but, if we are mature Christians, then we should understand God’s requirements to honor Him properly. Just like children aged under five who have not been able to properly respect their parents, the parents can understand and tolerate it. But after the child is grown up, they have to be able to properly treat their parents. Even though the parents are economically poorer, physically weaker, and lower in rank or academically, the children should still respect their parents. Remember what happened in the Book of Numbers chapter 20. Moses had reason to strike the Rock at Meribah because the Israelites were arguing against God. They grumbled and were angry because they were brought to a place where there was no bread, no food like they had in Egypt, and no water. Then God said to Moses and Aaron to go to the Rock. God meant to tell Moses to stretch out his hands so that water would come out of the Rock. However, Moses struck the Rock twice with his staff.

Water did come out, but God saw that Moses’ action had dishonored Him, so, He gives punishment, discipline, or sanctions with the statement: “Because you did not trust in me enough to honor me as holy in the sight of the Israelites, you will not bring this community into the land I give them” (Num.20:12). If we read this entire passage, the Israelites have an evil mouth. “If only we had died when our brothers fell dead before the Lord! Why did you bring the Lord’s community into this wilderness, that we and our livestock should die here?” Moses was accused of slaughtering the Israelites, being troublesome, and of mass murder. So, it is understandable for us that Moses hit the Rock twice. However, that is seen by God as an act of disrespect for Him.

When we were immature and unknowingly acted insincerely, and hypocritically, and also kept feelings of dislike, grudges, and so on, God can still tolerate it. However, if we still do that while we are supposed to be mature, especially if we are already over 50 years old, then we are not honoring God. When do we dishonor God? First, when we do something that is not pleasing God’s heart. Second, when we do something, but not for His sake. This is a parallel with “If we haven’t been to a painful level in self-denial, we then haven’t been able to serve God’s work.” If we haven’t experienced self-change, we definitely can’t change others.

So, learning to respect God can be started by always considering that God is omnipresent, and as the consequence is that everything we do must be directly related to Him. Respecting the presence or holiness of God means behaving according to the standard of His mindset. Actions that violate morals are wrong, so, if it is done, that means we do not respect God. Partaking in God’s holiness not only means not committing moral transgressions in general but also being able to always act according to God’s mindset.

  THE MORE WE HONOR GOD, THE MORE WE WILL LONG FOR HIM.

Card image
MENGHORMATI DAN MERINDUKAN TUHAN - 23 Februari 2023
2023-02-23 06:59:57


Orang bisa saja mengaku percaya kepada Tuhan Yesus dan merasa yakin masuk surga. Tetapi, kalau ia tidak menghormati Tuhan, ia tidak mungkin masuk Kerajaan Surga. Orang yang tidak menghormati Tuhan, tidak layak dan tidak pantas mendapat perlindungan Tuhan. Ia juga tidak layak menerima berkat, baik berkat rohani maupun berkat jasmani. Tetapi lebih terutama berkat rohani, yaitu pertumbuhan iman dan kedewasaan rohani. Kapan seseorang tidak menghormati Tuhan? Ketika seseorang melakukan sesuatu untuk memuaskan dirinya sendiri. Memuaskan diri ini bisa menyangkut dua hal: seks dan kuliner, dan juga bisa menyangkut kepuasan jiwa, seperti keangkuhan, dendam, kebencian, dan lainnya. Kalau seseorang masih memuaskan dirinya, ia tidak menghormati Tuhan. Kalau kita menghormati Tuhan, kita pasti merindukan Dia. Semakin kita menghormati Tuhan, kita akan semakin merindukan Tuhan.

Orang Kristen yang baru tentu tidak bisa dituntut menghormati Tuhan secara proper atau benar, tepat, ideal. Sebab, orang Kristen baru belum mampu menghayati bahwa Allah itu Mahahadir, dan bahwa orang percaya itu dipanggil Tuhan hanya untuk hidup menyenangkan Dia; melayani perasaan Tuhan. Kita sudah melewati tahun-tahun panjang menjadi orang Kristen, berarti kita harus sudah masuk pada sikap hati yang menghormati Allah. Orang yang tidak menghormati Allah, pasti hidup sesuka hatinya sendiri. Ia lebih memedulikan perasaannya daripada perasaan Tuhan. Bersyukur kalau kita diingatkan Tuhan pada kesempatan ini, sehingga kita bisa berhenti dari bersikap, bertindak, berperilaku, memilih, dan mengambil keputusan yang berangkat dari kesenangan diri sendiri. Kita harus mulai bersikap, bertindak, mengambil keputusan, dan memilih, berangkat dari apa yang diinginkan atau dikehendaki Tuhan.

Kalau Kristen baru, tidak dituntut untuk demikian. Tetapi, kalau orang Kristen yang sudah dewasa, mestinya kita harus mengerti tuntutan Tuhan untuk menghormati Dia secara patut. Seperti anak usia balita yang belum bisa menghormati orang tua secara patut, maka orang tua bisa mengerti dan toleransi. Tetapi kalau sudah usia 20, 25, 30 tahun, bahkan lebih, harus bisa menempatkan orang tua secara patut. Walaupun orang tua lebih miskin secara ekonomi, lemah secara fisik, rendah secara pangkat derajat, rendah secara akademis, tetapi anak seharusnya tidak kurang menghormati orang tua. Ingat, apa yang terjadi di Bilangan 20. Sebenarnya, Musa memiliki alasan untuk memukul Bukit Batu di Meriba, karena bangsa Israel bertengkar melawan Allah. Mereka bersungut-sungut dan marah karena mereka dibawa ke tempat tidak ada roti, tidak ada makanan seperti yang mereka makan di Mesir, dan tidak ada air. Lalu Tuhan berfirman kepada Musa dan Harun agar mereka menuju Bukit Batu. Maksud Tuhan menyuruh Musa mengedangkan tangan, agar dari Bukit Batu keluar air. Tetapi, Musa memukul Bukit Batu dengan tongkatnya dua kali.

Air memang keluar, tetapi tindakan Musa dipandang Tuhan tidak menghormati Dia. Maka, Tuhan memberi hukuman, disiplin atau sanksi dengan pernyataan: “Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan kuberikan kepada mereka” (Bil. 20:12). Kalau kita membaca seluruh perikop ini, bangsa Israel sebenarnya bermulut jahat. “Sekiranya kami mati binasa pada waktu saudara-saudara kami mati binasa di hadapan Tuhan, mengapa kamu membawa jemaat TUHAN kepada gurun ini, supaya kami dan ternak kami mati di situ?” Musa dituduh membantai bangsa Israel. Musa dituduh menyusahkan dan melakukan pembunuhan massal. Jadi, bisa dimengerti kalau sampai Musa memukul Bukit Batu dua kali. Namun, itu dipandang Tuhan sebagai tindakan tidak menghormati-Nya.

Waktu kita masih belum dewasa, kita tanpa sadar bersikap tidak tulus, munafik, menyimpan perasaan tidak suka, dendam, dan lain sebagainya. Tuhan bisa toleransi terhadap hal tersebut. Tetapi kalau hal itu kita lakukan sementara kita mestinya sudah dewasa, apalagi dengan usia di atas 50 tahun, maka kita tidak menghormati Tuhan. Kapan kita tidak menghormati Tuhan? Pertama, pada waktu kita melakukan sesuatu yang bukan untuk kesukaan hati Tuhan. Kedua, ketika kita melakukan sesuatu bukan untuk kepentingan-Nya. Ini sebenarnya paralel dengan “Kalau kita belum sampai sakit menyangkal diri, kita belum bisa melayani pekerjaan Tuhan.” Kalau kita belum mengalami perubahan diri, kita pasti belum bisa mengubah orang lain.

Jadi, untuk belajar menghormati Allah, kita bisa mulai dengan selalu mempertimbangkan bahwa Allah Mahahadir. Konsekuensi dari kehadiran Allah adalah segala hal yang kita lakukan, pasti langsung terkait dengan Allah. Menghormati kehadiran atau kekudusan Allah, artinya bersikap sesuai dengan standar pikiran, perasaan Allah. Perbuatan yang melanggar moral, jelas salah. Kalau dilakukan, berarti kita tidak menghormati Allah. Namun, mengambil bagian dalam kekudusan Allah bukan hanya berarti tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran moral secara umum, melainkan juga bisa bertindak selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

SEMAKIN KITA MENGHORMATI TUHAN, KITA AKAN SEMAKIN MERINDUKAN-NYA.

Card image
Bacaan Alkitab Seahun - 23 Februari 2023
2023-02-23 06:18:27

Bilangan 1-2

Card image
Truth Kids 22 Februari 2023 - PERIKSA HATIMU
2023-02-22 09:23:51


2 Timotius 2:15
“Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.” Sobat Kids, pasti kalian semua tahu kalau hidup kita ini harus menyenangkan Tuhan, bukan? Pasti tidak ada yang tidak mau menyenangkan Tuhan. Semua kita mau melayani Tuhan sebagai Raja di hidup kita. Tetapi ada beberapa hal yang bisa membuat kita tidak layak untuk melayani Tuhan. Pertama adalah dosa. Lalu, hal lain yang membuat kita tidak layak melayani Tuhan adalah jika kita menolak untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Wah, mengapa begitu?

Jika kita tidak mau mengampuni orang yang bersalah kepada kita, tandanya kita tidak memiliki kasih Tuhan. Tuhan adalah kasih. Dia mengasihi kita dan mengampuni kita dari hukuman dosa. Ayo, sekarang periksa hati kita apakah benar-benar sudah mengampuni orang yang berbuat salah pada kita? Jika belum dan masih sulit untuk mengampuni mereka, ayo kita berdoa bersama. Mintalah kepada Tuhan untuk memberikan kekuatan dan kemampuan kepada kita. Sehingga kita bisa memaafkan mereka dengan kasih Tuhan. Mungkin memaafkan itu sulit dilakukan. Tetapi kita bisa karena Tuhan ada bersama dengan kita, Sobat Kids. Jangan menyerah, ya.

Card image
Truth Junior 22 Februari 2023 - HARUS MENGAMPUNI
2023-02-22 09:21:25


2 Timotius 2:15
“Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.”

Orang yang mau mengampuni adalah orang yang mengikuti teladan hidup Tuhan Yesus. Selama di dunia, Tuhan Yesus telah memberi teladan untuk mengampuni dengan kasih-Nya. Dia berharap Sobat Junior juga demikian, yaitu untuk saling mengasihi dan mengampuni. Walaupun Sobat Junior tahu bahwa ketika orang lain berbuat salah, kalian pasti merasa terluka. Namun, itulah pelayanan yang sesungguhnya. Untuk layak melayani Tuhan, Sobat Junior harus melakukan pengampunan, meskipun kita dilukai. Dengan mengampuni, Tuhan Yesus pasti akan melihat Sobat Junior sebagai anak-anak yang mau taat dan ikut teladan-Nya.

Sobat Junior, janganlah pernah berhenti mengampuni. Apalagi jika hanya mengampuni kepada orang tertentu saja. Ingat, Sobat Junior, kalau mengampuni itu tidak hanya kepada orang terdekat saja, seperti papa, mama, adik, kakak, ataupun kepada sahabat, melainkan kepada semua orang. Sobat Junior tidak boleh membeda-bedakan orang, ya. Sobat Junior tidak punya hak untuk mengatakan bahwa ada orang yang tidak layak diampuni. Sobat Junior perlu tahu bahwa Tuhan Yesus tidak memberi batasan tertentu, kepada siapa yang layak diampuni. Apa pun dan berapa pun kesalahan yang manusia perbuat, semua orang pantas menerima pengampunan, sebab Tuhan Yesus memang sudah menebus dosa tersebut di kayu salib lewat kematian-Nya. Darah-Nya yang tercurah menyediakan penebusan dosa bagi kita, manusia.

Card image
Truth Youth 22 Februari 2023 (English Version) - BIG IMPACT
2023-02-22 09:19:10


”The rod and reproof give wisdom: But a child left to himself bringeth his mother to shame." (Proverbs 29:15)

Almost everyone must have received advice or been advised by someone else. Maybe when I was still at school, the teacher advised me because of the untidy uniform; it is also possible that when riding a motorbike you violate traffic lights, so that people get advice; or get advice from parents at home for messy rooms.

Advice has the meaning of good teaching or lesson or a good suggestion (warning, hint, reprimand). Advice is believed to be theoretical and often considered taboo for some people, but has benefits. Advice is related to solving problems, finding solutions and looking for good strategies from a wise point of view.

Likewise we as children, we need advice, especially from parents. One thing that we all have to understand, our position as children is never or have never known many things in this life; different from our parents who have experienced a lot. Therefore, advice from parents has useful wisdom for life and has a big impact on every decision we will choose.

Parents with all the advantages and disadvantages in giving us advice, believe me none of that advice will lead us to mistakes. So, we as God's children must have a humble heart to accept every upbringing, direction and even rebuke from our parents. Because their advice is a good "vitamin" for the life of each of us.

In reading today's verse of God's word, it explains how a stick symbolizes giving direction and a rebuke will bring wisdom to humans. However, if we ignore and choose to join the world then we will embarrass our parents. Therefore, make sure we always glorify God, not embarrass God – by ignoring parental advice.

WHAT TO DO:
1. Learn to listen to what parents warn at home.
2. Don't be disobedient, by going against your parents' orders.
3. Stay away from associations that make us no longer have respect and courtesy to parents.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 22-24;
▪︎ 1 Corinthians 6-8

Card image
Truth Youth 22 Februari 2023 - BIG IMPACT
2023-02-22 09:16:32


"Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya." (Amsal 29:15)

Hampir setiap orang pasti pernah menerima nasihat atau dinasihati oleh orang lain. Mungkin saat masih sekolah, dinasihati oleh guru karena seragam yang tidak rapi; mungkin juga saat berkendara sepeda motor melanggar lampu lalu lintas, sehingga mendapat nasihat dari masyarakat; atau mendapatkan nasihat dari orangtua di rumah karena kamar yang berantakan.

Nasihat memiliki arti ajaran atau pelajaran yang baik atau sebuah anjuran (peringatan, petunjuk, teguran) yang baik. Nasihat diyakini bersifat teoritis serta sering dianggap tabu bagi sebagian orang, namun memiliki manfaat. Nasihat berkaitan dengan sebuah pemecahan masalah, menemukan solusi serta mencari strategi yang baik itu dari sudut pandang yang bijaksana.

Demikian pula kita sebagai anak, kita perlu yang namanya nasihat, terlebih dari orangtua. Satu hal yang harus kita semua pahami, posisi kita sebagai anak tidak pernah atau belum mengetahui banyak hal dalam kehidupan ini; berbeda dengan orangtua kita yang sudah banyak mengalami. Sebab itu, nasihat dari orangtua memiliki kebijaksanaan yang berguna bagi kehidupan dan berdampak besar pada setiap keputusan yang akan kita pilih.

Orangtua dengan segala kelebihan dan kekurangan dalam memberikan nasihat kepada kita, percayalah tidak ada satupun dari nasihat itu yang akan menjerumuskan kita kepada kesalahan. Maka, kita sebagai anak-anak Tuhan harus memiliki kerendahan hati untuk mau menerima setiap didikan, arahan bahkan teguran dari orang tua kita. Sebab nasihat mereka merupakan “vitamin” yang baik bagi kehidupan setiap kita.

Dalam pembacaan ayat firman Tuhan hari ini pun, menjelaskan bagaimana sebuah tongkat -melambangkan pemberian arah dan sebuah teguran- akan mendatangkan hikmat bagi manusia. Namun, jika kita mengabaikan dan memilih ikut dunia maka kita akan mempermalukan orangtua kita. Oleh sebab itu, pastikan diri kita selalu memuliakan Allah, bukan malah mempermalukan Allah –dengan mengabaikan nasihat orangtua.

WHAT TO DO:
1. Belajar dengar-dengaran apa yang diperingatkan oleh orangtua di rumah.
2. Jangan membangkang, dengan melawan perintah orangtua.
3. Jauhi pergaulan yang membuat kita tidak lagi memiliki rasa hormat dan sopan santun kepada orangtua.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Bilangan 22-24;
▪︎ 1 Korintus 6-8

Card image
Renungan Pagi - 22 Februari 2023
2023-02-23 07:11:10


Saat kita tinggal di dalam hadirat-Nya akan selalu diingatkan bahwa Tuhan selalu ada menyertai dan memelihara hidup kita bahkan penyertaan-Nya atas kita sampai kesudahan zaman. Karena itu percayalah bahwa pencobaan-pencobaan yang kita alami adalah pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan kita, dan pada saat yang tepat Tuhan pasti memberikan jalan keluar yang terbaik.

Seringkali ketika situasi di sekitar tampak buruk dan tidak sesuai harapan, maka pikiran dan hati kita begitu tidak tenang dan hanya tertuju kepada masalah, bukan kepada Tuhan, yang lebih besar dari masalah itu, sehingga banyak orang percaya menjadi kecewa. Marilah kita hayati penyertaan Tuhan setiap saat dan pemeliharaan-Nya nyata bagi kita.
(Matius 28:20 ; 1 Korintus 10:13)

Card image
Quote Of The Day - 22 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-22 09:11:58


Pilihan harus membuat kita bergairah, bukan terpaksa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 22 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-22 09:10:53


Hidup ini bernilai kalau kita ada di jalan Tuhan; artinya dalam kebersamaan dengan Tuhan, agar kita memiliki karakter Allah. Dan itu tujuan dari hidup baru, sehingga hidup jadi berarti.

Card image
EXPERIENCING ENCOUNTER WITH GOD - 22 Februari 2023 (English Version)
2023-02-22 09:08:37


Enoch, Abraham, Moses, and Job walked with God, so, they surely have encounters and interactions with Him, and make their lives different from others. And also Daniel, Shadrach, Meshach, Abednego, Elijah, Elisha, and Joseph where God truly lives in their lives. We do not read the details of Joseph’s daily life, but he was able to interpret dreams and make such intelligent decisions to save Egypt from drought, so, those things show that he was extraordinary and it must be because of his encounter with God. For people who experience an encounter with God, it is impossible not to be extraordinary. They must be extraordinary.

However, many people still feel safe, calm, and peaceful even though they have not experienced an encounter with God. Even if they feel that they have an encounter with God, they only interpret certain things from their life experiences as an encounter with Him. That can indeed be an encounter with God, but it is still thin, not yet strong. God prepares Himself to be known, and believers can experience Him in a  strong and thick encounter. Those who have theological knowledge, often tend to be satisfied with the theological knowledge they have, and what they understand about God.

Ridiculously, in the college of theology which emphasizes reason, experience with God is seen as subjective that considered dangerous, invalid, illegal, and inappropriate in dealing with God. Imagine if a speaker is like this, what about the congregation? We must wholeheartedly seek God and should not be satisfied with the experience we have though it has been interpreted as an encounter with God because it can be only a fantasy or if it is indeed an encounter with God, then it is not strong. If the encounter is still thin, and not of high quality, then it won’t have a strong impact on life. An encounter with God must make someone extraordinary; can’t be just mediocre.

If the encounter is true and one walks with God in the right way, walks with the Source of Life, the Source of Wisdom, and the Source of Blessings, then it must be extraordinary. Do not let us feel that we have had enough of what we have understood or experienced about God because we must always have a thirst for God. For theologians, don’t just be rich with arguments or knowledge about God so that you don’t seek God to experience an encounter with Him.

Many people, including God’s servants, are satisfied with the knowledge of God that they have and if we see their life or their life map, we can already measure them and prove that they have not met God because there is no radiating beauty in their lives. And it will be seen more clearly if we see a servant of God, especially when they are preaching. The preaching is “dry” and they have no deep compassion for other people. They also do not radiate holiness and their life is not a blessing so they cannot share it with others. Whoever we are, if we have an encounter with God, it must be extraordinary because God is impossible to make us down. 

  PEOPLE WHO EXPERIENCE ENCOUNTERS WITH GOD MUST BE EXTRAORDINARY.

Card image
MENGALAMI PERJUMPAAN DENGAN TUHAN - 22 Februari 2023
2023-02-22 09:07:02


Seorang yang sungguh-sungguh mencari Tuhan, pasti menemukan Tuhan. Standar “menemukan Tuhan” harus dipahami dengan benar. Menemukan Tuhan berarti mengalami perjumpaan dengan Tuhan secara riil, bukan fantasi. Bukan hanya suatu kejadian yang dimaknai sebagai perjumpaan dengan Allah, melainkan seluruh jiwa raganya benar-benar mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Tuhan berfirman, “Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku. Apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati.” (Yeremia 29:13)

Sering kali apa yang kita pahami sebagai perjumpaan dengan Tuhan, ternyata hanya fantasi yang kita akui sebagai perjumpaan dengan Tuhan. Atau suatu kejadian yang dimaknai sebagai perjumpaan dengan Tuhan, tetapi kita tidak yakin bahwa itu benar-benar suatu perjumpaan dengan Tuhan. Perjumpaan dengan Tuhan juga bisa bertahap. Dari tipis, halus, sampai tebal dan kuat. Menemukan Tuhan adalah mengalami Tuhan secara riil, sehingga seluruh jiwa raga kita mengakui bahwa itu perjumpaan dengan Allah. Orang seperti ini pasti memiliki kesaksian di dalam pribadinya mengenai perjumpaan dengan Allah. Belum tentu harus dijelaskan kepada orang lain, tetapi dia tahu dia mengalami nyata perjumpaan dengan Allah dan pasti hidupnya tidak sama dengan orang lain.

Banyak orang sebenarnya belum menemukan Allah, tetapi tidak berusaha untuk menemukan Allah. Kalaupun berusaha menemukan Allah, dianggap usaha menemukan Allah, dia pun tidak memenuhi yang dikatakan di dalam firman Tuhan: segenap hati. Allah tidak bisa dianggap murahan. Ketika seseorang memandang Tuhan murahan, Tuhan bisa diam. Tentu Tuhan akan menasihati, mengingatkan. Tetapi, kalau orang tersebut tetap tidak mau mengerti, Tuhan bisa membiarkan. Sebagai akibatnya, tidak menemukan Tuhan. Coba kita melihat bagaimana tokoh-tokoh iman Perjanjian Lama yang juga bisa menjadi model kehidupan iman kita. Tentu episentrumnya; pusat kebenarannya pada diri Yesus.

Henokh, Abraham, Musa, Ayub bergaul dengan Allah. Ada perjumpaan, interaksi dengan Allah dan hidup mereka berbeda dengan orang lain. Contohnya Daniel, Sadrakh, Mesakh, Abednego, Elia, Elisa, Yusuf. Benar-benar Allah hidup dalam hidup mereka. Kita tidak membaca detail kehidupan Yusuf. Dari hari ke hari tidak ada data detailnya. Tetapi ketika dia bisa menafsirkan mimpi, dia bisa mengambil keputusan yang begitu cerdas untuk menyelamatkan Mesir dari kekeringan, menunjukkan bahwa dia luar biasa. Dan itu pasti karena perjumpaannya dengan Tuhan. Orang yang mengalami perjumpaan dengan Tuhan, tidak mungkin tidak luar biasa. Orang yang mengalami perjumpaan dengan Tuhan, pasti luar biasa.

Tetapi, banyak orang masih merasa aman, tenang, damai padahal belum mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Kalaupun dia merasa mengalami perjumpaan dengan Tuhan, dia hanya memaknai hal-hal tertentu dari pengalaman hidupnya sebagai perjumpaan dengan Tuhan. Itu memang bisa merupakan perjumpaan dengan Tuhan, tetapi masih tipis, belum kuat. Tuhan menyediakan diri untuk dikenal, dan orang percaya dapat mengalami perjumpaan dengan Tuhan yang kuat, yang tebal. Bagi yang memiliki pengetahuan teologi, sering mereka cenderung puas dengan pengetahuan teologi yang dimiliki, apa yang dia pahami tentang Tuhan.

Konyolnya, di Sekolah Tinggi Teologi yang lebih mengedepankan rasio, pengalaman dengan Tuhan dipandang sebagai subjektivitas yang membahayakan, tidak valid, tidak sah, tidak tepat dalam berurusan dengan Allah. Bayangkan kalau seorang pembicara sudah demikian, bagaimana dengan jemaat? Kita harus dengan segenap hati mencari Tuhan. Tidak boleh merasa puas dengan pengalaman yang kita miliki, yang selama ini dimaknai sebagai perjumpaan dengan Tuhan. Itu bisa fantasi. Memang bisa merupakan perjumpaan dengan Allah, tetapi masih tipis. Kalau masih tipis, masih belum berkualitas tinggi, maka tidak akan memberi dampak yang kuat di dalam hidup. Perjumpaan dengan Allah pasti membuat seseorang luar biasa; tidak mungkin biasa-biasa saja.

Kalau perjumpaan itu benar dan seseorang berjalan dengan Tuhan secara benar, berjalan dengan Sumber Hidup, Sumber Hikmat, Sumber Marifat, Sumber Berkat, pasti luar biasa. Jangan sampai kita merasa sudah cukup dengan apa yang telah kita pahami tentang Allah, atau yang telah kita alami mengenai Tuhan. Harus ada kehausan akan Tuhan. Bagi para teolog, jangan karena kaya dengan argumentasi atau pengetahuan tentang Allah, sehingga tidak sungguh-sungguh mencari Tuhan untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan.

Banyak orang, termasuk hamba-hamba Tuhan, merasa cukup dengan pengetahuan tentang Allah yang dia miliki. Dari peta hidupnya, kita sudah bisa mengukur. Atau dari kehidupannya, nampak peta hidupnya. Jelas, belum berjumpa dengan Tuhan. Tidak ada keelokan atau keindahan yang memancar. Kalau seorang hamba Tuhan, akan lebih jelas lagi. Tidak “basah” pada waktu berkhotbah. Tidak ada belas kasihan yang dalam untuk orang lain. Tidak ada kesucian yang memancar. Kehidupannya tidak menjadi berkat, tidak bisa berbagi untuk orang lain. Kering kerontang. Siapa pun kita, kalau mengalami perjumpaan dengan Tuhan, pasti luar biasa. Tuhan pasti membuat kita luar biasa. Tidak mungkin kita dibuat Tuhan terpuruk.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ORANG YANG MENGALAMI PERJUMPAAN DENGAN TUHAN, PASTI LUAR BIASA

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 Februari 2023
2023-02-22 09:04:18

Imamat 26-27

Card image
Truth Kids 21 Februari 2023 - PERDAMAIAN
2023-02-21 08:49:51


1 Petrus 3:11
“Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya.”

Siapa yang pernah dan suka melihat seekor anjing dan kucing yang menggoyangkan ekornya? Ketika seekor anjing atau kucing menggoyangkan ekor, bisa memiliki makna yang berbeda, loh, Sobat Kids. Seperti seekor anjing, jika sedang menggoyangkan ekornya dengan cepat, artinya anjing itu sedang bahagia dan ingin mengajak kita bermain. Lain halnya dengan seekor kucing, jika dia menggoyangkan ekornya dengan lambat artinya ia sedang marah. Bahkan sedang bersiap untuk menyerang musuh atau ancaman yang ada di dekatnya.

Sobat Kids pasti sering mendengar bahwa seekor anjing dan kucing itu biasanya tidak pernah akur. Bahkan saat melihat anjing dari kejauhan, beberapa kucing bisa saja ketakutan. Namun, ada juga, loh, anjing dan kucing yang hidup dengan akur. Mereka dapat bermain bersama-sama.

Sobat Kids dengan teman kalian pasti memiliki perbedaan. Kita tidak boleh memaksakan keinginan kita terhadap orang lain. Jika timbul pertengkaran ketika bermain, Sobat Kids harus mengalah. Kita harus berusaha untuk menciptakan rasa damai. Tidak ada pertengkaran. Segala sikap yang buruk harus kita tinggalkan, Sobat Kids. Sehingga hidup kita dapat dipakai Tuhan untuk melakukan pekerjaan-Nya.

Card image
Truth Junior 21 Februari 2023 - LUPAKAN KESALAHAN
2023-02-21 08:48:05


1 Petrus 3:11
“Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya.”

Sobat Junior, kalau Tuhan terlebih dahulu mengampuni umat yang berdosa, maka sebagai murid Tuhan Yesus, Sobat Junior harus mengikuti teladan-Nya. Lalu, bagaimana jika Sobat Junior tidak mengampuni? Tentu saja akan merugikan diri sendiri, dong. Sebab akan membuat Sobat Junior menjadi seseorang yang dipenuhi rasa kesal karena selalu mengingat kesalahan orang lain. Akibatnya, Sobat Junior dipenuhi rasa tidak tenang, kemarahan, kekesalan, yang membuat damaimu hilang. Ketika Sobat Junior masih menyimpan rasa sakit akibat kesalahan orang lain, kalian juga akan lebih susah menjadi terang bagi orang lain. Padahal, Tuhan Yesus tidak menginginkan perbuatan seperti itu, Sobat Junior. Tuhan ingin Sobat Junior mengampuni, seperti yang dilakukan-Nya. Kalau Tuhan saja sebagai Pencipta mau mengampuni kesalahan ciptaan-Nya, maka Sobat Junior juga harus mengampuni sesama.

Sobat Junior harus memiliki pikiran dan perasaan Allah. Kita harus mengerti apa kehendak Tuhan, ketika kita berhadapan dengan suatu masalah. Apakah Tuhan punya maksud atas apa yang kita alami ini? Pasti. Tanyalah pada Tuhan, apa yang Ia ingin ajarkan kepada kita.

Paling penting, nih, Sobat Junior. Ketika Sobat Junior bertemu dengan orang yang pernah berbuat salah kepada kalian, Sobat Junior bisa tahu apakah kalian sudah mengampuni dengan tulus atau belum. Bagaimana caranya? Bisa terlihat dari perlakuan Sobat Junior kepada orang tersebut. Seharusnya Sobat Junior memperlakukan dia sama seperti dahulu sebelum dia berbuat kesalahan terhadap Sobat Junior. Untuk itu, tetaplah mengasihi. Bagaimana Tuhan Yesus akan pakai kita dalam pekerjaan-Nya, kalau kita sebagai murid Tuhan Yesus tidak mengikuti teladan-Nya?

Card image
Truth Youth 21 Februari 2023 (English Version) - CANNOT BE NEGLECTED
2023-02-21 08:46:09


”Be kindly affectioned one to another with brotherly love; in honour preferring one another" (Romans 12:10)

What we are today is actually formed by what is around us, both what we see and hear really influence who we are today. In this world there are two great powers which if we make the wrong choice will be fatal. These two powers are God's truth and Satan's deception. The world today gives a spirit that brings almost all human beings to destruction. Many people become selfish, have no sincere love, and ignore God's will. They consider old-fashioned and even often sneer at the term "holy sanctimonious", if someone wants to follow God in their life.

We as Christians should not be carried away by the misleading currents of the world. God wants us to obey all His will, which will definitely lead us to perfection. God in His greatness uses many ways to make us, including through the presence of parents. Parents have a very important role in the life and growth of children before God.

It should be realized that every parent has a role to care for, nurture and protect children. The presence of parents precisely as a supporter of the success of children in achieving all hopes and ideals. Their role also makes us aware of what is good, what is important and what must be done. So, we should appreciate their presence and should not ignore what they teach us.

All forms of upbringing given to us by our parents must be seen as God's way of giving teachings and directions to each of us. There is no need to complain much, let alone go against our parents' orders for us, everything they do is just to love us. God also wants us to show respect for Him by understanding that the role of parents is very important in our lives.

WHAT TO DO:
1. Respect the role of parents by obeying their wishes that lead us to perfection like the Lord Jesus.
2. Pray for our parents, so that God will give wisdom in educating us.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 19-21;
▪︎ 1 Corinthians 3-5

Card image
Truth Youth 21 Februari 2023 - TIDAK BOLEH DIABAIKAN
2023-02-21 05:37:50


"Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat." (Roma 12:10)

Diri kita saat ini sesungguhnya terbentuk oleh apa yang ada di sekitar kita, baik yang kita lihat dan dengar sangat mempengaruhi siapa kita hari ini. Di dalam dunia ini ada dua kekuatan besar yang jika kita sampai salah memilih akan berakibat fatal, kedua kekuatan ini adalah kebenaran Tuhan dan tipu daya Iblis. Dunia hari ini memberikan spirit yang membawa hampir semua manusia kepada kebinasaan. Banyak orang menjadi egois, tidak memiliki kasih yang tulus, serta mengabaikan kehendak Tuhan. Mereka menganggap kuno bahkan tidak jarang mencibir dengan istilah “sok suci”, jika ada orang yang mau mengikut Tuhan dalam kehidupannya.

Kita sebagai orang Kristen tidak boleh terbawa oleh arus dunia saat ini yang menyesatkan. Tuhan ingin kita menaati segala kehendak-Nya, yang pasti membawa kita pada kesempurnaan. Tuhan dalam kebesaranNya memakai banyak cara untuk menjadikan kita, termasuk melalui kehadiran orangtua. Orangtua mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan dan pertumbuhan anak di hadapan Tuhan.

Perlu disadari setiap orangtua memiliki peranan untuk mengasuh, memelihara dan melindungi anak. Kehadiran orangtua justru sebagai pendukung keberhasilan anak dalam meraih segala harapan serta cita-cita. Peranan mereka juga membuat kita menyadari apa yang baik, apa yang penting dan harus dilakukan. Maka, sudah sepatutnya kita menghargai kehadiran mereka dan tidak boleh mengabaikan apa yang mereka ajarkan kepada kita.

Segala bentuk didikan yang diberikan orangtua kepada kita harus dipandang sebagai cara Tuhan memberikan ajaran dan arahan bagi setiap kita. Tidak perlu banyak mengeluh apalagi melawan perintah orangtua bagi kita, semua yang mereka lakukan semata-mata karena mengasihi kita. Tuhan juga ingin kita menunjukkan sikap hormat kepada-Nya dengan mengerti bahwa peranan orangtua sangat penting dalam kehidupan kita.

WHAT TO DO:
1. Hargai peran orangtua dengan cara menaati keinginan mereka yang membawa kita kepada kesempurnaan seperti Tuhan Yesus.
2. Berdoa bagi orangtua kita, agar diberikan hikmat oleh Tuhan dalam mendidik kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Bilangan 19-21;
▪︎ 1 Korintus 3-5

Card image
Renungan Pagi - 21 Februari 2023
2023-02-21 08:57:12


Ada berkat yang luar biasa ketika melekat kepada Tuhan, kita akan mengecap kebaikan Tuhan, Ia akan menyertai, menjaga, meluputkan dan membentenginya, dan "Bila ia berseru kepada-Ku, Aku menjawab" dan bahkan Tuhan Yesus berkata, ketika kita melekat pada-Nya, tinggal didalam DIA, maka "...mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya."

Sebab jika melekat pada Tuhan dan memahami hati Tuhan, apa yang kita minta kepada Tuhan, pasti tidak akan bertentangan dengan kehendak Tuhan. Banyak orang mengaku diri pengikut Kristus tapi tidak hidup melekat kepada Tuhan, karena memilih berjalan menurut keinginan sendiri, malas membangun persekutuan dengan Tuhan, malas membaca Alkitab, padahal Alkitab adalah surat cintanya Tuhan, dan bahkan menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan peribadatan.

Itu menandakan kita tidak mau hidup melekat pada Tuhan. Marilah pergunakan kesempatan yang singkat ini untuk lebih lagi melekat pada Tuhan. Hidup dalam ketaatan melakukan kehendak-Nya, adalah wujud nyata seseorang melekat kepada Tuhan! (Mazmur 91:15 ; Yohanes 15:7)

Card image
Quote Of The Day - 21 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-21 05:33:35


Menemukan Allah artinya mengenal Dia dengan benar.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 21 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-21 05:31:42


Jangan anggap remeh peringatan Tuhan yang kita pasti dengar, baik melalui pemberitaan Firman di mimbar, melalui nurani kita ketika Roh Kudus berbicara, atau melalui peristiwa-peristiwa hidup yang terjadi.

Card image
FULFILLING THE LIFE GOD WILLS - 21 Februari 2023 (English Version)
2023-02-21 05:30:03


The more we live Christianity by learning the truth and walking with God every day, the more we will find true Christianity. We will become children of God as He wants, and also become true accompaniment and followers of the Lord Jesus. We surely agree and often hear, or even say ourselves that the standard of living for Christians is Jesus. The more we understand the truth and live Christianity through the Bible truth and walk with God, the more we understand true Christianity. So, we have to think of very few people who have true Christianity and if this is truly taught in our time today, then we could be considered as a sect, heresy, or unnatural Christianity because true Christianity has shifted too far.

The Christianity practiced by many Christians today is not as God wants. They who claim to be children of God, actually have not had existence as a child of God. We will understand this if we continue to grow in spiritual maturity, in truth, and walk with God every day. We see how far the shift has occurred in the lives of believers and of course, we want to be true Christians, and one day, when we face the judgment of Christ’s throne, we are judged to be pleasing and have lived our lives as true believers and followers of Christ, and as  God’s children who are pleasing before Him.

Let’s seriously question this, the true standard of Christianity is Jesus. What is to be questioned is what have we done of things that have not yet been done by Jesus. Which of His lifestyle we have not put on? Don’t look at Christians, activists, and even pastors. Of course, God still leaves pastors, activists, or Christians who undergo true Christian life. However, the devil will also try to drown them. Therefore, let’s make a question: Which lifestyle and way of thinking of the Lord Jesus, we haven’t put on? Each one of us should ask God about it because only He can answer that question.

The narrative sentences of any pastor or human being, will not be sufficient to open our minds and spiritual insights to understand our true condition before God. We must seriously question before God, whether we have put on the life of Jesus, His lifestyle, way of thinking, and principles, because less than that, is not the standard that God wants. God is the absolute God, whose will must be obeyed and may not be reduced. This is like when God says, “You can’t serve two masters,” meaning that we have to have only one master, for example, we choose light or dark. If we don’t choose dark, then it means we choose light or vice versa.

We must seriously question before the Father in heaven in conversation with the Lord Jesus every day, whether we have fulfilled life as God wants. So, our focus should not be divided, even in the slightest. When we are still spiritual children, immature, and at the level where we still have some pleasures, we can still grow. However, at a certain stage, to level up, we must not divide our attention with anything or anyone because that is the standard measurement that God has given.

The Lord Jesus took off everything for the sake of the salvation task that the Father entrusted to Him. He said, “As the Father has sent Me, I am sending you.” Who is worthy of being God’s messenger? Of course, those who dare to let go of everything like the Lord Jesus did. The messenger of God doesn’t have to be marked with a scholar religious degree, and also not necessarily marked by synodal positions such as pastor, junior pastor, or assistant pastor, but those who escape from all bonds and shackles, and whose focus is not divided.

We indeed have many problems and needs, but they should not divide our focus. Don’t let the burden related to God’s work drag us into paying attention and concentrating on it. We can understand why in Luke 14:33 the Lord Jesus said, “Unless you renounce all that you have, you cannot be my disciple.” If we cannot be a disciple of God, it means we will never be similar to Jesus and if we don’t become similar to Him, we will never be a messenger. As God’s servants, or pastors, we must correct ourselves again whether we have legal standing before God to be His messengers because it’s not the church that legitimizes us but God Himself and He knows who is worthy of being His messenger.

  WE MUST SERIOUSLY QUESTION BEFORE THE FATHER IN HEAVEN IN CONVERSATION WITH THE LORD JESUS EVERYDAY, WHETHER WE HAVE FULFILLED LIFE AS GOD WANTS

Card image
MEMENUHI HIDUP YANG ALLAH KEHENDAKI - 21 Februari 2023
2023-02-21 05:27:52


Semakin kita menghayati kekristenan dengan belajar kebenaran dan berjalan dengan Tuhan setiap hari, maka kita semakin menemukan kekristenan yang sejati; pengiringan kepada Yesus yang sejati, menjadi anak Allah yang seharusnya, menjadi pengikut Yesus yang orisinal, yang Allah kehendaki untuk dijalani anak-anak Allah. Tentu kita setuju dan kita sering mendengar atau bahkan mengucapkan, bahwa standar hidup orang Kristen adalah Yesus. Makin mengerti kebenaran dan menghayati kekristenan melalui kebenaran Alkitab serta berjalan dengan Tuhan, kita semakin memahami kekristenan yang sejati. Maka, kita harus berpikir bahwa sangat sedikit orang yang sungguh-sungguh memiliki kekristenan yang sejati. Kalau sungguh-sungguh hal itu diajarkan di zaman kita hari ini, maka bisa saja kita dicap sebagai sekte, bidat, kekristenan yang tidak wajar. Karena, kekristenan yang sejati telah bergeser dari tempatnya terlalu jauh.

Kekristenan yang dikenakan banyak orang hari ini, sejatinya bukanlah kekristenan yang Tuhan kehendaki. Kehidupan orang-orang Kristen yang mengaku anak Allah, sesungguhnya belumlah berkeberadaan sebagai anak-anak Allah. Hal ini akan kita pahami, jika kita bertumbuh terus dalam kedewasaan rohani, dalam kebenaran, dan berjalan dengan Tuhan setiap hari. Kita melihat betapa jauhnya pergeseran yang sudah terjadi dalam kehidupan orang percaya. Tentu kita mau menjadi orang Kristen yang sejati dan ingin suatu hari kalau diperhadapkan di hadapan pengadilan takhta Kristus, kita dinilai berkenan; telah menjalankan hidup sebagai orang percaya yang benar, sebagai pengikut Kristus yang sejati, berkeberadaan sebagai anak-anak Allah yang benar di mata Allah.

Mari kita serius memperkarakan hal ini, bahwa standar kekristenan yang sejati adalah Yesus. Apa yang dilakukan oleh Yesus yang belum kita lakukan, itu yang kita persoalkan. Bagaimana gaya hidup-Nya yang belum kita kenakan. Jangan melihat orang Kristen, aktivis, bahkan pendeta. Tentu Tuhan masih menyisakan pendeta, aktivis, atau orang Kristen yang menampilkan kehidupan Kristen yang sejati. Tetapi, ini pun biasanya Iblis berusaha untuk menenggelamkannya. Oleh sebab itu, mari kita memperkarakan: gaya hidup dan cara berpikir Tuhan Yesus, yang belum kita kenakan. Mestinya setiap kita mempertanyakan hal itu kepada Tuhan, sebab hanya Tuhan yang bisa menjawab.

Kalimat narasi pendeta atau manusia mana pun, tidak akan cukup mampu membuka pikiran dan wawasan rohani kita untuk memahami keadaan kita yang sesungguhnya di hadapan Allah. Kita harus sungguh-sungguh memperkarakan ini di hadapan Tuhan, apakah kehidupan Yesus; gaya hidup-Nya, cara berpikir-Nya, prinsip-prinsip-Nya telah benar-benar kita kenakan? Sebab kurang dari itu, bukanlah standar yang Allah kehendaki. Tuhan itu Tuhan yang absolut, Tuhan yang kehendak-Nya mutlak harus dipatuhi dan tidak dikurangi. Seperti kalau Tuhan berkata, “Kamu tidak dapat mengabdi kepada dua tuan,” berarti harus salah satu. Seperti misalnya terang atau gelap; tidak ada remang-remang. Kalau tidak gelap, ya terang. Kalau tidak terang, ya gelap.

Kita harus memperkarakan sungguh-sungguh di hadapan Bapa di surga dalam percakapan dengan Tuhan Yesus setiap hari, apakah kita sudah memenuhi kehidupan seperti yang Allah kehendaki. Maka, fokus kita tidak boleh terpecah, terbagi sedikit pun. Waktu masih kanak-kanak rohani, belum dewasa, pada level di mana masih ada beberapa kesenangan yang kita miliki, kita masih bisa bertumbuh. Tetapi, pada level tertentu, untuk bisa naik, kita harus betul-betul tidak boleh membagi perhatian kepada apa pun dan siapa pun. Itulah ukuran standar yang Allah berikan.

Tuhan Yesus melepaskan segala sesuatu demi tugas penyelamatan yang Bapa percayakan kepada-Nya. Tuhan Yesus berkata, “Seperti Bapa mengutus Aku, Aku mengutus kamu.” Siapa yang layak menjadi utusan Tuhan? Tentu mereka yang telah atau berani melepaskan segala sesuatu seperti yang Tuhan Yesus lakukan. Utusan Tuhan itu tidak ditandai dengan gelar kesarjanaan, keagamaan seperti S.Th, M.Th, atau doktor. Bukan juga ditandai dengan jabatan sinodal seperti pendeta, pendeta muda, atau pendeta pembantu. Tetapi yang melepaskan diri dari semua ikatan dan belenggu, yang fokusnya tidak terbagi.

Kita punya banyak persoalan, banyak kebutuhan, tetapi itu tidak boleh membagi fokus kita. Jangan karena beban terkait dengan pekerjaan Tuhan, lalu kita bisa terseret di dalam perhatian dan konsentrasi kepada hal itu. Kita bisa mengerti mengapa di Lukas 14:33 Tuhan Yesus berkata, “Jika kamu tidak melepaskan dirimu dari segala milikmu, kamu tak dapat jadi murid-Ku.” Kalau tak dapat jadi murid Tuhan, berarti tidak pernah akan serupa dengan Yesus. Kalau tidak menjadi serupa dengan Yesus, berarti tidak akan pernah menjadi utusan. Bagi para hamba Tuhan atau pendeta-pendeta, koreksilah kembali diri kita. Kita punya legal standing di hadapan Allah tidak, sebagai utusan-Nya? Bukan gereja yang mensahkan, harus Allah sendiri. Dan Allah tahu siapa yang layak menjadi utusan-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA HARUS MEMPERKARAKAN SUNGGUH-SUNGGUH DI HADAPAN BAPA DI SURGA DALAM PERCAKAPAN DENGAN TUHAN YESUS SETIAP HARI, APAKAH KITA SUDAH MEMENUHI KEHIDUPAN SEPERTI YANG ALLAH KEHENDAKI.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 Februari 2023
2023-02-21 05:25:15

Imamat 24-25

Card image
Truth Kids 20 Februari 2023 - MENJADI ANAK TERANG
2023-02-20 05:44:33


Matius 5:16
“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”

Mimi kelinci kesal karena Cia kucing menginjak kakinya saat buru-buru masuk ke dalam barisan upacara. Cia kucing tidak sengaja menginjak kaki Mimi dan segera meminta maaf. Tetapi, Mimi kelihatannya tidak mau memaafkan Cia. Sepanjang hari Mimi kelinci cemberut dan malas berbicara dengan siapapun. Saat teman-teman lain bersemangat melihat mainan baru milik Tata kuda, Mimi tetap cemberut. Saat Bu guru membagikan hasil ulangan dan nilai Mimi tertinggi di kelas, ia tetap marah. Hingga saat pulang sekolah, ibu Mimi membelikan eskrim vanilla kesukaan Mimi. Namun Mimi masih kesal dan marah-marah.

Sobat Kids, kelakuan Mimi kelinci jangan dicontoh, ya. Tidak bisa melupakan kesalahan orang lain, tidak mau mengampuni kesalahan orang lain, ataupun memiliki rasa dendam akan merugikan diri sendiri. Kebencian dan dendam akan membawa dampak buruk bagi kita. Orang yang penuh kebencian akan mengalami hambatan dalam proses pertumbuhan iman. Hati yang penuh dengan kebencian sulit Tuhan pakai untuk menjadi anak terang. Bagaimana Sobat Kids bisa menjadi contoh teladan bagi teman-teman yang lain kalau Sobat Kids sendiri hatinya penuh dengan kebencian? Hati yang penuh dengan kebencian atau dendam tidak akan menghasilkan perbuatan-perbuatan yang baik.

Ayo, Sobat Kids, kita sama-sama berusaha menjadi anak-anak terang Miliki hati yang bersih. Bersih dari benci, dendam atau kepahitan supaya kita mampu menghasilkan perbuatan-perbuatan baik yang dapat dilihat dan dirasakan oleh orang-orang di sekitar kita.

Card image
Truth Junior 20 Februari 2023 - PENGAMPUNAN MEMBAWA UNTUNG
2023-02-20 05:42:32


Matius 5:16
“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”

Semua orang di dunia ini pasti pernah melakukan kesalahan. Betul, gak, Sobat Junior? Bisa jadi, Sobat Junior juga. Mulai dari orang terdekat Sobat Junior, hingga orang yang baru kalian kenal. Sekarang, coba bayangkan kalau Sobat Junior melakukan sebuah kesalahan, apa yang harus Sobat Junior lakukan? Yap, tentu saja meminta maaf dan berharap bahwa Sobat Junior akan diampuni. Lalu, kalau ada orang lain yang melakukan kesalahan kepada Sobat Junior, kira-kira bagaimana tanggapan kalian? Apakah mau mengampuni? Atau malah nggak mau melupakan kesalahan orang tersebut?

Sebagai anak Tuhan, Sobat Junior harus mau mengampuni orang lain. Karena, Sobat Junior telah lebih dulu menerima pengampunan dari Tuhan Yesus. Mengampuni itu bisa diartikan telah memaafkan, melupakan, merelakan, dan melepaskan kesalahan orang lain. Jadi, ketika kalian berbuat salah dan ingin diampuni, orang lain juga merasakan hal yang sama. Mereka ingin diampuni oleh Sobat Junior.

Mengampuni adalah keuntungan bagi Sobat Junior. Kok gitu, ya? Secara sederhana, ketika ada orang yang berbuat salah dan Sobat Junior mau mengampuni, itu akan membuat Sobat Junior semakin peduli, semakin mengasihi, dan bahkan menjadi berkat bagi orang tersebut. Setelah itu, Sobat Junior bisa menjadi terang dan garam di tengah-tengah lingkunganmu. Tidak semua orang mau bercahaya seperti bintang di langit, seperti yang Tuhan ajarkan. Jadi kalau kita bersedia melakukannya, betapa beruntungnya kita, bukan? Pasti berkat kekal menanti kita di langit baru bumi baru.

Card image
Truth Youth 20 Februari 2023 (English Version) - CANNOT KEEP ON HATING IT
2023-02-20 05:39:30


”forbearing one another, and forgiving one another, if any man have a quarrel against any: even as Christ forgave you, so also do ye." (Colossians 3:13)

Every human being who is born into this world has been exposed to the nature of sin within him. Because of this sinful nature, everyone can create conditions that other people cannot like or accept, or are commonly called "shortcomings". Deficiencies in every human being have become a fact that cannot be avoided, including the deficiencies in our respective parents.

Parents are human beings who also must have shortcomings. We can see it in some families where there may be parenting patterns that are too harsh on children or on the other hand, there are those whose children are spoiled. These are the real circumstances of every parent today. The shortcomings that exist in them should not make us disrespect or not love them. No matter what form our parents lack, they are God's representatives on earth.

It is this inability to accept the existence of other people that creates many dividing walls, so it is not uncommon for each individual's shortcomings to be the reason for not being able to love one another. Including the existence of parents, so we as Christians must be able to accept all the weaknesses or deficiencies in our parents. There is no need to compare other people's families with the existence of one's own family.

In reading today's verse, God's word is clear enough to provide understanding for each of us to accept the current shortcomings of our parents. We cannot constantly complain or hate the shortcomings of our parents, but we must be able to make peace with this fact. So that our mood will not be disturbed by anything and we can do God's will properly as children in the family.

Therefore, have a heart like God that is able to accept all forms of flaws in humans and apply them to us when dealing with the current shortcomings of our parents. Believe that God has big plans for each of us in the family we have and this situation is the best condition for us to express our love for God through deeds to our parents.

WHAT TO DO:
1. Accept all the shortcomings of our parents and don't complain.
2. Always pray to God for all the shortcomings of our parents.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 16-18;
▪︎ Romans 16;
▪︎ 1 Corinthians 1-2

Card image
Truth Youth 20 Februari 2023 - TIDAK BISA TERUS MEMBENCINYA
2023-02-20 05:16:36


Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. (Kolose 3:13)

Setiap manusia yang lahir ke dalam dunia ini, sudah terpapar kodrat dosa dalam dirinya. Karena kodrat dosa inilah menyebabkan setiap orang dapat menciptakan kondisi yang tidak bisa disukai atau diterima oleh orang lain atau biasa disebut “kekurangan”. Kekurangan pada setiap manusia sudah menjadi fakta yang tidak bisa dihindarkan, termasuk kekurangan pada orang tua kita masing-masing.

Orang tua merupakan manusia yang juga pasti memiliki kekurangan. Kita bisa melihatnya dalam beberapa keluarga yang mungkin ada yang pola asuhnya terlalu keras pada anak atau sebaliknya ada yang memanjakan anaknya. Semua ini merupakan keadaan nyata setiap orang tua saat ini. Kekurangan yang ada pada mereka jangan menjadikan kita tidak hormat atau tidak mengasihi mereka. Bagaimanapun bentuk kekurangan orang tua kita, mereka merupakan wakil Tuhan di bumi.

Ketidakmampuan untuk menerima keberadaan orang lain inilah yang membuat banyak tembok pemisah, maka tidak jarang kekurangan pada masing-masing individu menjadi alasan untuk tidak bisa mengasihi satu sama lain. Termasuk keberadaan orang tua, maka kita sebagai orang Kristen harus mampu menerima segala kelemahan atau kekurangan pada orang tua kita. Tidak perlu membandingkan keluarga orang lain dengan keberadaan keluarga sendiri.

Dalam pembacaan ayat firman Tuhan hari ini cukup jelas untuk memberikan pengertian bagi setiap kita untuk menerima kekurangan orang tua kita saat ini. Kita tidak bisa terus menerus mengeluh atau membenci kekurangan dari orang tua, melainkan kita harus mampu berdamai dengan kenyataan ini. Sehingga suasana hati kita tidak akan terganggu oleh apapun dan kita dapat melakukan kehendak Tuhan dengan tepat sebagai anak di dalam keluarga.

Oleh karena itu, milikilah hati seperti Tuhan yang mampu menerima segala bentuk kekurangan pada manusia dan kenakan itu pada diri kita saat berhadapan dengan kekurangan orang tua kita saat ini. Percayalah Tuhan memiliki rencana besar pada setiap kita dalam keluarga yang kita miliki dan keadaan ini merupakan kondisi terbaik untuk kita menyatakan kasih kita kepada Tuhan melalui perbuatan kepada orang tua.

WHAT TO DO:
1. Terima segala kekurangan orang tua kita dan jangan mengeluh.
2. Berdoa senantiasa kepada Tuhan untuk segala kekurangan orang tua kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Bilangan 16-18;
▪︎ Roma 16;
▪︎ 1 Korintus 1-2

Card image
Renungan Pagi - 20 Februari 2023
2023-02-20 05:22:38

Tujuan hidup orang percaya adalah memuliakan Tuhan di dalam segala aspek kehidupan, hidup yang memuliakan Tuhan adalah hidup yang menjadi berkat, kesaksian, dan teladan, inilah suatu kehidupan yang berkualitas, kehidupan yang di atas rata-rata, bukan hidup yang biasa-biasa saja, bukan hidup yang terbawa oleh arus dunia ini, hidup yang memuliakan Tuhan itu tidak dibatasi oleh faktor usia atau seberapa lama orang menjadi Kristen.

Sebab tidak sedikit orang yang sudah mengikut Tuhan selama bertahun-tahun atau yang ditinjau dari faktor usia sudah sangat dewasa (tua), tetapi hidupnya masih belum memuliakan Tuhan, kerohaniannya masih saja kanak-kanak, "Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil."

Sebaliknya ada banyak orang muda yang kehidupannya justru mampu membawa kemuliaan bagi Tuhan, kehidupannya menjadi berkat, menjadi kesaksian yang luar biasa. Jadilah dewasa rohani dan hidup yang menjadi kesaksian adalah tanda seseorang punya kehidupan yang memuliakan Tuhan.
(Ibrani 5:12-13).

Card image
Quote Of The Day - 20 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-20 05:03:43


Setiap kita harus ada waktu bertemu dengan Tuhan, sebanyak-banyaknya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 20 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-20 05:01:37


Apa pun yang tidak membuat iman kita bertumbuh, apa pun yang hanya memberikan kesenangan sesaat, harus kita buang.

Card image
BROKENNESS - 20 Februari 2023 (English Version)
2023-02-20 05:00:33


It is a good thing that we have learned many truths, and many of us say, “My life was changed by the Voice of Truth sermons.” Though this is not to brag, we surely have heard of it, or maybe we have experienced it ourselves. However,  we shouldn’t stop changing. God is pleased when we have changed several years ago through the Voice of Truth but our changes must be even more in the years ahead, otherwise, God is not pleased, therefore, we must keep growing in truth.

When we hear the Voice of Truth, our lives are transformed and make us more spiritual. When we change, that pleases God. But the truth and the quality of ourselves must also change. God might have been pleased with us several years ago, but now, we have to be careful not to be trapped just as happened in many Christian lives around us namely becoming spiritually arrogant, so, we must avoid it. We indeed will automatically have the intelligence to discern the spirit and have spiritual logic. Like a perfume expert who can recognize the perfume brand only by smelling it whereas not all people can do it. If we want to do something very difficult at first, but by training and practicing it continuously, then finally we can do it and even can do it automatically. 

Some people usually invite an expert mechanic to accompany them in buying a car, especially when buying the used one to check its condition, because the prospective buyer usually doesn’t know much. The expert mechanic will usually know whether the condition of the car is good or not. However, we must not judge the seller about their car. This is the same thing with us. After becoming intelligent in studying the Voice of Truth and can analyze, we should not judge others, because it can be painful. We can fall if we don’t struggle about our state and forget that it is as if the Voice of Truth makes us of quality. We should ask God whether we are of quality or not. What is saddening is though they hear the Voice of Truth for hours, they do not pray. A personal encounter with God is a must for each of us, not just attending a church meeting and then feeling satisfied. There must be something wrong with us if cannot stand prayer for more than 30 minutes.

Why can’t people stand praying? They cannot pray for long because they still have tasted in their tongue, eye, and ear, or hobbies and other certain pleasures. It is good to hear the Voice of Truth, but sitting still at God’s feet is absolute. So, don’t leave it just because we want to know, because we also must have time to sit quietly at God’s feet. When having personal encounters with God, we can have the Word lived in our lives, we can also find ourselves with the help of the Holy Spirit and ask Him whether He is pleased with our state. Is our state by what He wants? So, we must learn to “bind” ourselves in God’s presence. “I bind my body in Your presence, Lord, for an hour or this one and a half hour.” Bind our souls, thoughts, and feelings to sit still. They must be tied frequently. We have to deal with God or pray personally because God also wants to deal with us, but if not, then we will become smart ass or pretend to know, and feel that we are already rich with an understanding of the truth.

There should be no pleasure whatsoever other than God, especially watching gadgets that make us immersed in feelings of joy and enjoyment that finally will damage our minds. We have to sit still at God’s feet and then bind our bodies, soul, mind, and feelings with Him. Indeed, we need sermons, but more than that, how can our lives be by God’s will so that He can taste it, and pleases Him? We must change gradually to become more, or higher in pleasing God.

The problem is how much should we thirst and hunger for the truth. We often eat when we are not hungry. Indeed, some people say, “Don’t eat before you’re hungry, because you’ll eat too much then.” But the desire to be according to God’s will must be as deep as possible. When we are hungry and thirsty, at some level, our bodies will be stressed. If our soul is at a high level, wanting to be someone according to God’s will, we will experience what is called brokenness; broken heart and there is only one source we need, namely God. The thing that can hold us to be as He wants us to be is that we have a lot of mortal problems, such as the need for economic improvement, sickness, and so on. This may not be wrong for new Christians because they don’t understand yet. But if we already know Jesus, we then want nothing else but God.   

  IF OUR SOUL IS AT A HIGH LEVEL, WANTING TO BE SOMEONE ACCORDING TO GOD'S WILL, WE WILL EXPERIENCE WHAT IS CALLED BROKENNESS; A BROKEN HEART

Card image
BROKENNESS - 20 Februari 2023
2023-02-20 04:57:58


Kita telah belajar banyak kebenaran, dan itu suatu hal yang bagus. Banyak di antara kita yang berkata, “Hidupku diubahkan oleh khotbah Suara Kebenaran.” Bukan bermaksud mau membanggakan diri, tetapi kita pasti pernah mendengar atau mungkin kita sendiri mengalaminya. Tetapi jangan berhenti berubah. Pada waktu 4 tahun, 5 tahun yang lalu, kita berubah karena Suara Kebenaran, Tuhan senang. Tetapi setelah 5 tahun, perubahan kita harus lebih. Kalau tidak, Tuhan tidak disenangkan. Kita harus terus bertumbuh di dalam kebenaran.

Ketika kita mendengar Suara Kebenaran, hidup kita diubah dan membuat kita lebih rohani. Kita berubah, dan itu menyenangkan Tuhan. Tetapi kebenaran harus bertumbuh, dan kualitas diri kita juga harus berubah. 5 tahun yang lalu, benar Tuhan dipuaskan, disenangkan oleh kita. Tetapi sekarang -ini jebakan yang terjadi dalam hidup banyak orang Kristen di sekitar kita- jadi sombong rohani. Kita memang akan secara otomatis memiliki roh yang membedakan; logika rohani, kecerdasan roh yang membedakan. Seorang ahli parfum akan bisa mencium dan mengenali parfum dari merk apa; ibu-ibu bisa tahu berbagai wangi bunga, “Ini melati, ini mawar,” belum tentu yang lain bisa. Kita bisa, karena sudah terbiasa melatih maka jadi otomatis.

Seorang montir mobil yang canggih suka diajak orang sebelum ia membeli mobil, untuk memeriksa kondisi mobil tersebut. Kita tidak tahu, tetapi dia tahu. “Ini tidak sehat, mobilnya.” Seorang ahli, akan otomatis tahu. Tetapi, jangan menghakimi orang, “Ini salah, ini benar.” Setelah cerdas dalam mempelajari Suara Kebenaran, pintar menganalisis, lalu menghakimi, dan bisa menyakitkan. Dia bisa jatuh karena tidak menggumuli keadaan dirinya. Lupa, seakan-akan Suara Kebenaran yang dia pelajari, otomatis menjadikan dia berkualitas.

Coba kita tanya Tuhan, hidup kita berkualitas tidak? Yang menyedihkan, kalau tidak berdoa. Bisa mendengarkan Suara Kebenaran berjam-jam, tetapi tidak berdoa. Bukan tidak boleh mendengarkan Suara Kebenaran berjam-jam. Idealnya begitu, tetapi bertemu Tuhan secara pribadi, harus. Seberapa hebat khotbah Suara Kebenaran? Memang pada mulanya bisa mengubah kita, tetapi ada tahapan di mana kita harus bertemu Tuhan secara langsung. Kalau sampai kita tidak betah berdoa lebih dari 30 menit, maka ada yang salah dalam hidup kita.

Mengapa orang tidak bisa tahan berdoa? Kalau lidahnya masih terikat mengecap sesuatu yang enak, selera mata, selera telinga, hobi, atau kesenangan tertentu, maka tidak bisa berdoa lama. Suara Kebenaran didengar, bagus. Tetapi duduk diam di kaki Tuhan, itu mutlak. Jangan melarikan diri hanya karena mau punya pengetahuan. Kita harus punya waktu duduk diam di kaki Tuhan. Bagaimana firman itu dihidupkan di dalam hidup kita, supaya bisa menemukan diri kita oleh pertolongan Roh Kudus. Apakah Tuhan senang dengan keadaan kita? Apa keadaan kita sesuai dengan apa yang Allah kehendaki?

Maka, kita harus belajar “mengikat” tubuh kita di hadirat Allah. “Aku ikat tubuhku di hadirat-Mu, Tuhan. Satu jam setengah, satu jam ini.” Ikat jiwa, pikiran dan perasaan kita untuk duduk diam. Harus sering diikat. Kita harus berurusan dengan Tuhan atau berdoa secara individu, karena Tuhan ingin berurusan dengan kita secara pribadi. Jika tidak, nanti kita jadi sok pintar, sok tahu. Merasa sudah kaya dengan pengertian kebenaran, jadi sok pintar.

Tidak boleh ada kesenangan apa pun selain Tuhan. Apalagi nonton gadget, sehingga tenggelam dalam perasaan senang dan asyik yang bisa merusak pikiran kita; tidak boleh! Kita harus duduk diam, lalu mengikat tubuh, jiwa, pikiran, dan perasaan kita. Memang kita membutuhkan khotbah, tetapi lebih dari itu, bagaimana kehidupan kita sesuai dengan kehendak Allah sehingga bisa dikecap Tuhan, menyenangkan Tuhan. Kita harus berubah terus secara bertahap. Menyenangkan Tuhan lebih tinggi, lebih berkualitas.

Haus dan lapar akan kebenaran itu seberapa? Itu masalahnya. Sering kita makan dalam keadaan tidak lapar, betul. Memang ada orang berkata, “Jangan makan menunggu lapar, nanti makannya jadi kebanyakan.” Tetapi kerinduan untuk berkeadaan sesuai kehendak Allah, itu harus sedalam-dalamnya. Kalau kita lapar dan haus, pada tingkat tertentu, tubuh kita stres. Kalau jiwa kita dalam keadaan tingkat tinggi, ingin menjadi seorang yang sesuai kehendak Allah, akan mengalami yang namanya brokenness; remuk, hatinya remuk. Kita hanya punya satu sumber yang kita harus konsumsi: Tuhan. Bagaimana kita bisa berkeadaan sesuai dengan yang Dia kehendaki? Masalahnya, kita banyak masalah. “Kapan saya punya ekonomi baik? Kapan penyakit saya sembuh? Kapan saya punya jodoh? Kapan saya punya anak?” Bagi orang Kristen baru, tidak salah, karena belum mengerti. Kalau kita sudah mengenal Yesus, tidak ada yang kita ingini kecuali Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU JIWA KITA DALAM KEADAAN TINGKAT TINGGI, INGIN MENJADI SEORANG YANG SESUAI KEHENDAK ALLAH, AKAN MENGALAMI YANG NAMANYA BROKENNESS; HATI YANG REMUK.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 Februari 2023
2023-02-20 04:53:47

Imamat 22-23

Card image
Truth Kids 19 Februari 2023 - MEMBUAT HATI TUHAN SENANG
2023-02-19 19:14:51


Kolose 3:13
“Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.”

Sobat Kids, pernahkah kalian bertemu seseorang yang pernah menyakiti hati kalian? Bagaimana perasaan kalian saat bertemu? Apakah merasa kesal, sangat tidak senang dan langsung teringat kesalahan orang tersebut? Kesalahan yang dilakukan sudah lama berlalu tetapi saat bertemu atau mendengar namanya, mungkin kita langsung mengingat kesalahannya dan hati kita merasa tidak enak.

Terus mengingat kesalahan orang dan tidak berusaha untuk melupakan akan mengakibatkan dendam. Mungkin kita tidak langsung membalas kejahatannya tetapi kita masih menyimpan atau mengingat kesalahan orang lain. Itu sama halnya kita juga menyimpan dendam.

Yuk, Sobat Kids kita belajar untuk selalu melupakan dan mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Dengan mengampuni, kita mengasihi orang lain dan diri kita. Kita terhindar dari penyakit hati yaitu dendam. Hati kita menjadi bersih dan membuat hati Tuhan senang.

Card image
Truth Junior 19 Februari 2023 - BUKTI NYATA
2023-02-19 19:13:28


Kolose 3:13

“Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.”

Di sore hari, biasanya Leo dan Blue menghabiskan waktu mereka dengan bermain bersama sekawanan anak burung beo lain. Mereka biasa bermain di atas pohon yang menjadi sarang mereka. Namun, karena Blue sedang sakit dan tidak bisa bermain, hanya Leo sajalah yang menikmati sore itu dengan bermain. Ketika asyik bermain, tanpa diduga Tom terjatuh dari pohon dan semua teman-temannya menyalahkan Leo. “Sudah aku katakan berulang kali, aku tidak mendorong Tom. Ia terjatuh karena terpeleset,” bela Leo. “Kemarin saja kau mendorong adikmu sendiri. Dan karena ulahmu, adikmu terluka. Sekarang Tom juga terluka,” ujar kawanan burung beo yang lain. Leo sangat sedih karena dituduh atas perbuatan yang tidak dia lakukan. Ada rasa kesal kepada teman-temannya yang begitu mudah menuduh dirinya.

“Leo, pertengkaran merupakan hal yang biasa. Dalam hidup, pasti akan ada banyak hal yang ketika itu terjadi, ternyata menyakiti hati kita atau merugikan kita. Tapi, kita bisa mengambil pelajaran dari apa yang terjadi. Misalnya, kita jangan menuduh sembarangan tanpa bukti, karena itu ternyata akan melukai, seperti yang kamu alami saat ini. Pelajaran lainnya adalah kita bisa berlatih untuk memberi pengampunan kepada semua yang melukai kita. Walaupun mereka tidak percaya kepada kita, tapi kita bisa menjadi kesaksian jika kita tetap bersikap baik dan ramah kepada mereka; tidak memusuhi atau membalas dengan perbuatan yang sama. Lambat laun, semoga mereka akan sadar kalau semua tuduhan itu tidak benar,” nasihat paman Jack yang menenangkan Leo. Leo merasa sangat bersyukur mendengarkan nasihat paman. Leo berusaha untuk memaafkan teman-temannya dan menjaga kelakuannya. Ia pun bertekad untuk membuktikan ketidakbersalahannya dengan bersikap lebih baik lagi.

Card image
Truth Youth 19 Februari 2023 (English Version) - LOVE TOWARDS PARENTS
2023-02-19 19:12:06


”Honour thy father and thy mother: and, Thou shalt love thy neighbour as thyself." (Matthew 19:19)

When man is born into the world, as a baby, he does not know about God and God's love, what he knows is the presence of his parents, who embrace him and love him. Parents have the authority from God to care for, educate, and provide for the needs of the children that God has entrusted to them. Our parents are the reflection of God that we must first recognize, they are God's representatives.

Many recent incidents are quite sad, between children and parents. Some news reported stories of children rebelling against their parents, daring to beat and insult their parents, as well as other news. This story certainly describes the condition of the world that is not okay. Whatever the reason, we as children do not deserve to do things that hurt our parents, especially us as Christians.

Respectful attitude with our love for parents is evidence or a sign if we respect God. It is impossible for a person to love and respect an invisible God, while God's representatives are visible, who have clearly contributed to giving birth, caring for and educating us, but we do not love and respect them.

The real form that we love our parents is very easy, we can: obey their commands, ask for and appreciate directions from them, help them when things are difficult, do all the responsibilities as children in front of their parents, and return the favor by looking after and caring for them when they are older. weak or old.

Therefore, as Christians we must have love for our parents, no matter what weaknesses they have, our respect and love for them should never fade. Because the Lord Jesus really longs for each of us to be children of light who reflect His personality before our parents while we live on earth. Be a doer of the word by having love for your parents.

WHAT TO DO:
1. Sincerely love our parents now, then we are honoring God.
2. Don't make things that hurt our parents.
3. Have humility to always be led by the Holy Spirit in applying love to parents.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 13-15;
▪︎ Romans 13-15

Card image
Truth Youth 19 Februari 2023 - KASIH KEPADA ORANGTUA
2023-02-19 19:10:09


"Hormati ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Matius 19:19)

Ketika manusia lahir ke dalam dunia, sebagai bayi, ia tidak tahu tentang Tuhan dan kasih Tuhan, yang ia tahu adalah kehadiran orangtuanya, yang memeluknya dan mencintainya. Orangtua mendapat otoritas dari Tuhan untuk memelihara, mendidik, dan mencukupi kebutuhan anak-anak yang telah dititipkan oleh Tuhan kepada mereka. Orangtua kita adalah cerminan Tuhan yang pertama kali harus kita kenali, mereka adalah wakil Tuhan.

Banyak kejadian yang belakangan ini cukup mengenaskan, antara anak dengan orangtua. Beberapa berita mengabarkan kisah anak memberontak kepada orangtua, berani memukul dan menghina orang tua, serta berita lainnya. Kisah ini tentu menggambarkan kondisi dunia yang tidak baik-baik saja. Apa pun alasannya kita sebagai anak tidak pantas berbuat hal yang menyakiti hati orangtua, terlebih kita sebagai orang Kristen.

Sikap hormat dengan penuh kasih kita kepada orangtua merupakan bukti atau tanda jika kita menghormati Tuhan. Seseorang tidak mungkin mengasihi dan menghormati Tuhan yang tidak kelihatan, sementara wakil Tuhan yang kasat mata saja, yang jelas-jelas sudah berjasa melahirkan, merawat dan mendidik kita, tetapi tidak kita kasihi dan hormati.

Bentuk nyata kita mengasihi orangtua sangatlah mudah, bisa dengan: menaati perintah mereka, meminta dan menghargai petunjuk dari mereka, menolong mereka saat keadaan sulit, melakukan segala tanggung jawab sebagai anak di hadapan orangtua, dan berbalas budi dengan menjaga serta merawat mereka ketika sudah berkeadaan lemah atau pada masa tua.

Oleh karena itu, sebagai orang Kristen kita harus memiliki kasih kepada orang tua, apapun kelemahan yang ada pada mereka, rasa hormat serta kasih kita bagi mereka janganlah pernah luntur. Sebab Tuhan Yesus sangatlah merindukan setiap kita menjadi anak-anak terang yang mencerminkan Pribadi-Nya di hadapan orangtua selama kita hidup di bumi. Jadilah pelaku firman dengan memiliki kasih kepada orangtua.

WHAT TO DO:
1. Kasihi orangtua kita saat ini dengan tulus, maka kita sedang menghormati Tuhan.
2. Jangan membuat sesuatu hal yang melukai hati orang tua kita.
3. Miliki kerendahan hati untuk selalu dipimpin Roh Kudus dalam menerapkan kasih kepada orang tua.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Bilangan 13-15;
▪︎ Roma 13-15

Card image
Renungan Pagi - 19 Februari 2023
2023-02-19 19:07:57


Tidak sedikit orang yang menganggap bahwa pekerjaan hanyalah sebagai kewajiban rutin yang harus kita kerjakan setiap hari di kantor, pabrik, atau toko demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dan tak jarang dari kita yang menjadikan pekerjaan itu sebagai beban, sehingga ketika mendapat kesibukan dengan intensitas yang sangat tinggi kita menjadi mudah marah, mengeluh, menggerutu, mengomel atau jengkel kepada teman kerja, kitapun bekerja dengan setengah hati? Bila tidak ada pimpinan sering kita anggap sebagai kesempatan untuk berleha-leha, lalu kitapun mulai kehilangan semangat dalam bekerja (malas) dan akhirnya bekerja secara asal-asalan.

Hal ini akan berbeda bila kita menganggap bahwa pekerjaan itu sebagai anugerah dari Tuhan, di mana kita akan bekerja dengan tulus ikhlas, rela melayani dan tidak hitung-hitungan, apapun bentuk tugas dan tanggung jawab yang diberikan, kita akan mengerjakannya dengan penuh ucapan syukur, tidak ada keluh kesah apalagi umpatan karena ketidakpuasan terhadap pimpinan atau rekan kerja, karena menyadari bahwa melalui pekerjaan, Tuhan memberkati dan memelihara hidup kita, dengan bekerja kita mendapatkan upah, bahkan tidak hanya itu, Tuhan juga memberkati dengan jabatan, tunjangan dan fasilitas lainnya, itulah sebabnya Rasul Paulus menegur keras orang Kristen yang tidak mau bekerja, bermalas-malasan saja dan lebih suka mengharapkan uluran tangan dari orang lain padahal usia mereka masih produktif.

Biarlah ini menjadi hal yang mengingatkan kita agar sebagai karyawan atau pekerja, bekerjalah dengan penuh tanggung jawab dan selalu ingin memberi yang terbaik, "Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah." Kita harus sadari bahwa melalui pekerjaan segala talenta atau bakat yang ada pada kita semakin dipertajam oleh Tuhan, oleh karenanya di manapun Tuhan tempatkan untuk bekerja, bekerjalah dengan sepenuh hati, jangan curang dan lakukan yang terbaik, maka Tuhan akan memberkati melalui pekerjaan kita!
(2 Tesalonika 3:10 ; Kolose 3:23-24)

Card image
Quote Of The Day - 19 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-19 19:03:33


Iblis menarget orang-orang yang berpotensi berguna untuk Kerajaan Allah.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 19 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-19 19:02:37


Apa yang diingini oleh manusia lama itu berhala, apa pun bentuknya itu pasti berhala, dan itu yang menghalangi kita menjadi kekasih Allah.

Card image
ATTACHED TO GOD - 19 Februari 2023 (English Version)
2023-02-19 15:59:00


There are Christians who have been too long bound by various pleasures and deviations. Deviating means sinning (Greek: hamartia). Though we may not be bound by moral sins, we still deviate because our acts are not exactly as God wants, or not by His mindsets. In this case, our most serious enemy is the normalcy of life. We usually feel entitled to carelessly talk, randomly scold other people, but as please, and go anywhere as want, while in fact, we should no longer have the right to ourselves. However, what is terrifying is that God does not force us to do exactly as He wants, even though He wants us to do so, and this actually should become our very serious concern.

So, if we want to become His disciples, we have to start from now on and must let go of everything. We must do it if we want to be similar to Jesus; to be God’s messenger, glorified with Jesus, and allowed to enter the Father’s House. We should not feel entitled to have anything, including pleasures, but instead, let’s make God our only joy and happiness. If we make God our only joy and happiness, then we will strive to do everything He wants and finish His work. The works of God which are entrusted to each of us, certainly have a different task.

True Christians should be very different from the children of the world because if not, we don’t have clear differences, and this could cause our children carried away, too; to become compromising, or conformists. Satan is cunning and could be said “extraordinary,” because he is very cunning, but of course, our God is certainly much more extraordinary than him. Satan will provide doctrines, teachings, or insights through Christian theologians and writers, all of which usually reduce the dose that is required by true Christianity. And there are always people who have to make excuses: “Don’t be exaggerating or go extreme. Don’t be too fanatical, because we are living amid society.” The phrase “be as shrewd as snakes and as innocent as doves,” is misinterpreted. As shrewd as a snake, but compromises. Its sincerity is not sincere like the Lord Jesus, but another one, in reasoning, not from the impartation of the Holy Spirit, or the spirit of God.

We should question this before we stand before the Judgment Seat of Christ because we will regret it very much if we meet God one day, but we haven’t let go of everything yet. We must let go of all pleasures of the world, and also unnecessary hobbies if not profitable for God’s work. A profitable hobby is what can produce money, so, we can use it to help others, support our family, and repay our parents’ kindness, but it must be let go of if it’s just for fun because the world will end soon.

Our standard is the Lord Jesus and Paul is also special like his Teacher, so, it is also important to remember his statements as written in Phil.1:21, “For to me, to live is Christ and to die is gain.” Death here is considered a gain and it is not nonsense, so, we have to experience and live it. In this way, we save humanity. How difficult it is for people who have themselves for a long time, to let go of everything and direct themselves to God. God can know whether we are still attached to what we have, or only to Him.

The statement,” For to me, to live is Christ and to die is gain,” should not just become a slogan, because only if we can reach this level, then we can live that this world is not our home. The standard of the life of the apostle Paul is Jesus, so then he can say, “I have been crucified with Christ and I no longer live, but Christ lives in me. The life I now live in the body, I live by faith in the Son of God, who loved me and gave Himself for me,” while Jesus when He was still serving on earth, said, “My food, is to do the will of him who sent me and to finish His work.” Now, Jesus already ascended to Heaven, so we must continue His work which originated from God the Father and we must also have the principle as Jesus, “My food, is to do the will of him who sent me and to finish His work.” We must do the whole will of the Father, 100%, not just partly.

Remember that we cannot serve two masters to finish His work. Each of us must have and bear the responsibility for God’s special, unique workload, that must be fulfilled. It is so difficult to do God’s will in all things because we must undergo life from day to day which often makes us deviate, but if we want to learn, then we can make it. Later on, we will have sensitivity to the responsibility God gives us to be fulfilled.

GOD CAN KNOW WHETHER WE ARE STILL ATTACHED TO WHAT WE HAVE OR ONLY TO HIM.

Card image
MELEKAT PADA TUHAN - 19 Februari 2023
2023-02-19 19:23:10


Sudah terlalu lama orang-orang Kristen diikat dengan berbagai kesenangan dan berbagai kemelesetan. Kemelesetan itu dosa; (Yun.) hamartia. Memang kita mungkin tidak terikat dengan dosa-dosa moral, tetapi meleset; tindakannya tidak tepat seperti yang Allah kehendaki, tidak sesuai dengan pikiran, perasaan Allah. Dalam hal ini, musuh yang paling berat adalah kewajaran hidup. Bicara sembarangan, memarahi orang sembarangan, membeli barang ini, barang itu, pergi ke sana atau ke situ, kita merasa berhak melakukannya. Padahal, mestinya kita tidak berhak lagi atas diri kita. Tetapi, luar biasanya dan sekaligus mengerikannya, Tuhan tidak memaksa kita melakukan apa yang tepat seperti yang Ia kehendaki. Ia tidak memaksa, walaupun Ia menghendaki demikian. Ini yang harus menjadi kegentaran kita.

Jadi, kita sudah harus mulai hari ini melepaskan segala sesuatu, kalau kita mau menjadi murid-Nya. Artinya, kalau kita mau menjadi serupa dengan Yesus; kalau mau menjadi utusan Tuhan, kalau mau dimuliakan bersama Yesus, diperkenan masuk ke dalam Rumah Bapa. Jangan merasa berhak memiliki sesuatu, termasuk kesenangan. Mari menjadikan Tuhan satu-satunya kesenangan dan kebahagiaan kita. Kalau kita menjadikan Tuhan satu-satunya kesenangan dan kebahagiaan kita, maka kita berusaha melakukan apa yang Allah kehendaki untuk kita lakukan dalam segala hal dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Pekerjaan Allah yang dipercayakan kepada masing-masing kita tentu memiliki tugas yang berbeda.

Kristen yang sejati itu mestinya berbeda sekali dengan anak dunia. Karena kita tidak berbeda secara benar, tidak tajam perbedaannya, makanya anak-anak kita ikut terbawa; kompromi, konformistis. Setan itu licik dan harus dikatakan “luar biasa,” walaupun Tuhan tentu lebih luar biasa. Setan akan mengemas doktrin, pengajaran, wawasan-wawasan melalui teolog-teolog dan penulis-penulis Kristen, yang semua itu mengurangi dosis kekristenan yang seharusnya kita kenakan. Selalu saja orang punya alasan: “Jangan berlebihan, jangan keterlaluan, tidak usah ekstrem-ekstrem. Jangan terlalu fanatik, sebab kita hidup di tengah-tengah masyarakat.” “Cerdik seperti ular tulus seperti merpati” diartikan salah. Cerdik seperti ular, tetapi kompromi. Tulusnya bukan tulus seperti Tuhan Yesus; tulus lain, tulus di dalam nalar, bukan dari impartasi spirit Roh Kudus, spirit Allah.

Ayo, kita memperkarakan hal ini, sebelum kita menghadap takhta pengadilan Kristus. Kita akan sangat menyesal kalau suatu hari bertemu Tuhan, tetapi kita tidak melepaskan segala sesuatu. Kesenangan-kesenangan dunia harus kita lepaskan. Tinggalkan hobi-hobi yang tidak perlu, jika tidak mendatangkan keuntungan untuk pekerjaan Tuhan. Hobi yang menguntungkan, yang mendatangkan uang sehingga uangnya bisa kita gunakan untuk menolong sesama, menghidupi keluarga, membalas kebaikan orang tua, bagus. Tetapi, kalau hanya untuk senang-senang saja, harus kita tinggalkan karena dunia akan segera berakhir.

Jadi, standarnya itu Tuhan Yesus. Tetapi, Paulus pun juga istimewa seperti Gurunya atau Tuhannya. Pernyataan-pernyataan Paulus jangan hanya diucapkan, seperti di Filipi 1:21, “Karena bagiku hidup adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan.” Sampai pada tingkat di mana kematian menguntungkan. Ini bukan omong kosong, tetapi harus benar-benar kita alami, kita hayati. Dengan cara ini, kita menyelamatkan manusia. Orang-orang yang sudah lama hidup dalam ownership; dalam pemilikan terhadap dirinya sendiri, betapa sulitnya melepaskan segala sesuatu dan mengarahkan diri kepada Tuhan. Tuhan bisa membaca, apakah kita masih melekat dengan apa yang ada pada kita, atau hanya melekat kepada Tuhan.

“Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” jangan hanya menjadi slogan saja. Sampai level ini, kita baru bisa menghayati dunia bukan rumah kita. Kehidupan Rasul Paulus itu berstandar Yesus. Maka, dia berani berkata, “Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging adalah hidup dalam penurutan dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” Kalau Yesus dulu waktu hidup di dunia, prinsip-Nya, “Makanan-Ku melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” Sekarang ketika Yesus naik ke surga, dan kita meneruskan estafet tugas yang Bapa berikan kepada Yesus, maka kita juga harus punya prinsip yang sama, “Makananku melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” Kehendak Bapa, bukan kehendak Bapa sebagian; kehendak Bapa 100%.

Ingat, kita tidak bisa mengabdi kepada dua tuan dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Setiap kita pasti memuat, memikul tanggung jawab beban pekerjaan Tuhan yang khusus, yang khas, yang masing-masing kita harus tunaikan. Melakukan kehendak Tuhan dalam segala hal, luar biasa sulitnya. Pernak-pernik hidup yang kita jalani hari ke hari, sering kali membuat kita meleset. Tetapi, kita mau untuk belajar tidak meleset. Setelah ini, baru kita memiliki kepekaan. Kita tahu apa tanggung jawab yang Tuhan berikan kepada kita untuk kita tunaikan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

TUHAN BISA MEMBACA, APAKAH KITA MASIH MELEKAT DENGAN APA YANG ADA PADA KITA, ATAU HANYA MELEKAT KEPADA TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 19 Februari 2023
2023-02-19 15:50:35

Imamat 19-21

Card image
Truth Kids 18 Februari 2023 - MELUPAKAN KESALAHAN ORANG LAIN
2023-02-18 09:34:27


Mazmur 130:3
“Jika Engkau, ya Tuhan, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan?”

Sobat Kids, siapa di antara kalian yang tidak pernah melakukan kesalahan atau tidak pernah berbuat dosa? Wah, rasanya tidak ada, ya. Pasti semua pernah melakukan kesalahan dan dosa yang menyakiti hati Tuhan. Tetapi apakah Tuhan langsung pergi meninggalkan Sobat Kids? Tentu tidak! Walaupun kita sering menyakiti hati Tuhan, Ia tetap setia memelihara, melindungi dan mengasihi kita. Mengapa? Karena Tuhan adalah kasih. Tuhan selalu memberi kesempatan untuk Sobat Kids berubah.

Saat kita sulit melupakan kesalahan orang lain, ingatlah kalau Tuhan sudah melupakan kesalahan kita terlebih dahulu. Kita sebagai pengikut Kristus harus mengikuti teladan-Nya; melupakan kesalahan orang lain. Tidak usah lagi mengingat-ingat kesalahan orang lain terhadap kita. Tuhan saja sudah melupakan kesalahan kita, masa kita masih mengingat-ingat kesalahan orang lain?

Card image
Truth Junior 18 Februari 2023 - MELUPAKANNYA
2023-02-18 09:33:18


Mazmur 130:3
“Jika Engkau, ya Tuhan, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan?”

Di dalam sarangnya, Blue bersusah payah menikmati sarapan pagi karena ia masih dalam proses pemulihan akibat kejadian kemarin. Leo begitu sedih melihat adiknya yang kesakitan, dan tak henti-hentinya ia meminta maaf serta menyalahkan diri sendiri. ‘’Tidak apa-apa, Kak Leo. Aku sudah memaafkanmu,’’ ujar Blue berusaha menenangkan Leo yang sejak tadi menangis. ‘’Aku sangat menyesal karena bertindak ceroboh sehingga melukaimu,’’ ucap Leo. ‘’Kejadian yang sudah berlalu, biarlah berlalu. Sekarang kita harus lebih berhati-hati agar kesalahan yang sama tidak terulang lagi. Kakak harus bisa memaafkan diri sendiri. Dan ingatlah nasihat Ibu kemarin. Kalau kita pernah melakukan kesalahan dan ingin memperbaiki kesalahan itu, kita harus berjanji untuk tidak melakukannya lagi,’’ jawab Blue yang mencoba menenangkan kakaknya.

Sobat Junior, Tuhan pun melupakan kesalahan kita. Jadi, selayaknya kita juga melupakan kesalahan orang lain terhadap kita. Awalnya pasti terasa sulit, tetapi jika kita latih untuk memaafkan dengan tulus, pasti kita bisa. Seperti Blue yang tulus memaafkan Leo dan tidak menyimpan dendam atas apa yang terjadi padanya, kita juga pasti bisa mengampuni siapa pun yang melukai kita, dengan ketulusan yang sama.

Card image
Truth Youth 18 Februari 2023 (English Version) - UNWORTHY LOVE
2023-02-18 09:31:59


”But I say unto you, Love your enemies, bless them that curse you, do good to them that hate you, and pray for them which despitefully use you, and persecute you." (Matthew 5:44)

For most people, an enemy means someone who deserves to be hated and shunned, because he has caused disappointment, made a loss and has become a threat to us. Therefore the enemy does not deserve to be forgiven, let alone loved.

Try to imagine if the people who become our enemies experience problems, calamities, or at least problems, surely that will satisfy our hearts, right? Many people will really enjoy it, some even give thanks to God for it. The philosophy of most people says: "If people are good to me, I will be good to them. However, if someone is mean to me, I will be even more mean to that person!” This kind of philosophy is very dangerous and does not reflect Christianity.

We know from everyday experience that love is easier said than done. However, as children of God, we must be able to love not only those who are clearly doing good to us, but also those who have hurt and disappointed us. Thus we are living the Lord Jesus' way of life in our lives, such as reading the verses of God's word today.

This is an invitation that could be considered strange to the world and very difficult to do for those who don't want to love the Lord Jesus. Loving enemies and praying for those who hurt us will make us children of the Father, so we must be able to love those who don't deserve to be loved. And by always having fellowship with the Holy Spirit will enable us to love them.

Thus loving the unworthy (unworthy love) aims so that we can reflect God's love for them and because God wants us to also do His will for them. They are people who are loved by God who also need God's mercy, just like us.

WHAT TO DO:
1. Have love like the Lord Jesus, unconditional love.
2. Do not use the world's philosophy in looking at the guilty.
3. Forgive everyone who is guilty of us, because God has forgiven our mistakes too.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 10-12;
▪︎ Romans 10-12

Card image
Truth Youth 18 Februari 2023 - UNWORTHY LOVE
2023-02-18 09:36:15


"Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." (Matius 5:44)

Bagi sebagian besar orang, musuh berarti seseorang yang pantas dibenci dan dijauhi, kerena telah menimbulkan rasa kecewa, membuat rugi serta telah menjadi ancaman bagi diri kita. Karena itu musuh tidak layak diampuni, apalagi dikasihi.

Coba bayangkan jika orang yang menjadi musuh kita mengalami masalah, malapetaka, atau setidaknya problema, pasti hal tersebut akan memuaskan hati kita, kan? Banyak orang akan sangat menikmati hal tersebut, bahkan ada juga yang sampai mengucap syukur kepada Tuhan akan hal tersebut. Filosofi hampir banyak orang mengatakan: “Jika orang baik kepada gue, gue akan baik kepada dia. Tetapi, jika ada yang jahat sama gue, gue akan lebih jahat ke orang itu!” Filosofi semacam ini sangat berbahaya dan tidak mencerminkan kekristenan.

Kita tahu dari pengalaman sehari-hari bahwa kasih itu lebih mudah untuk dikatakan dari pada dilakukan. Namun sebagai anak-anak Allah, kita harus mampu mengasihi bukan hanya kepada mereka yang jelas berbuat baik kepada kita, tetapi juga kepada mereka yang telah menyakiti serta mengecewakan kita. Dengan demikian kita sedang menghidupi cara hidup Tuhan Yesus dalam kehidupan kita, seperti pembacaan ayat firman Tuhan hari ini.

Ini adalah sebuah ajakan yang bisa dianggap aneh bagi dunia dan sangat sulit untuk dilakukan bagi mereka yang tidak mau mengasihi Tuhan Yesus. Mengasihi musuh dan berdoa bagi mereka yang menyakiti kita akan menjadikan kita anak-anak Bapa, maka kita harus mampu mengasihi yang tidak pantas dikasihi. Dan dengan bersekutu senantiasa dengan Roh Kudus akan memampukan diri kita untuk mengasihi mereka.

Dengan demikian mengasihi yang tidak pantas dikasihi (unworthy love) bertujuan agar kita dapat mencerminkan kasih Allah kepada mereka dan karena Allah ingin agar kita juga melakukan kehendak-Nya kepada mereka. Mereka adalah orang-orang yang dikasihi Allah yang juga membutuhkan belas kasih Allah, sama seperti kita.

WHAT TO DO:
1. Miliki kasih yang seperti Tuhan Yesus, kasih yang tidak bersyarat.
2. Jangan gunakan filosofi dunia dalam memandang orang yang bersalah.
3. Ampuni setiap orang yang bersalah kepada kita, sebab Tuhan sudah ampuni kesalahan kita juga.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Bilangan 10-12;
▪︎ Roma 10-12

Card image
Renungan Pagi - 18 Februari 2023
2023-02-18 09:42:57


Menjadi Kristen bertahun-tahun bukanlah jaminan seseorang mengalami pertumbuhan iman atau menjadi dewasa rohani, untuk mengalami perubahan dan pembaharuan dari waktu ke waktu seseorang harus memiliki rasa haus dan lapar secara rohani, mungkin kita dapat 'berpura-pura rohani' dengan rajin ke gereja, namun tidak dapat membohongi Tuhan karena Dia tahu benar motivasi hati kita: apakah benar-benar punya kerinduan bertemu Tuhan dengan penuh rasa haus dan lapar, atau datang beribadah sekedar menjalankan kewajiban dan rutinitas belaka? Rasa haus dan lapar itulah yang membedakan  kualitas  masing-masing orang. Yesus berkata, "Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan."

Rasa haus dan lapar itu mendorong orang mendapatkan lebih banyak lagi dari Tuhan, karena ia memiliki kerinduan yang begitu dalam kepada Tuhan, jadi bukan sekedarnya; ia pun menyediakan waktu bersekutu, menyukai firman-Nya dan sangat antusias terhadap perkara-perkara rohani, Daud merasakan demikian, "aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku."  Rasa haus dan lapar itulah awal segala sesuatu, lapar menyebabkan orang menjangkau sasaran yang lebih tinggi, menjadi agresif secara rohani, melangkah dengan segala upaya dan segenap keberadaan kita untuk menangkap setiap kesempatan yang dari Tuhan.

Layaknya tentara militan yang sedang berperang, ia rela berkorban apa pun, tidak takut musuh demi satu tujuan: meraih kemenangan, sampai kapan kita harus merasa haus dan lapar akan Tuhan? Sampai rasa haus dan lapar itu terpenuhi dan terpuaskan oleh-Nya. Bagaimana mengembangkan rasa haus dan lapar? Melalui latihan rohani sehingga roh (manusia batiniah) kita berkembang; otot tubuh jasmani saja bisa semakin kuat dan berkembang ketika kita rajin melatihnya, begitu juga tubuh rohani, dan untuk ini membutuhkan kedisiplinan yang tinggi, jadi untuk mendapatkan hal yang lebih dari Tuhan, kita harus memiliki rasa haus dan lapar akan Dia!
(Matius 5:6 ; Mazmur 40:9)

Card image
Quote Of The Day - 18 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-18 09:24:59


Jangan lengah! Iblis memerangi kita setiap hari, tanpa ampun, sampai kita jatuh di titik tidak bisa balik.

Card image
Mutiara Suara Kebanaran - 18 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-18 09:24:01


Pada zaman anugerah, orang yang hanya mengerti hukum dan memiliki moral yang baik di mata manusia masih berkategori hidup dalam gelap. Pasalnya, standar yang Tuhan kehendaki adalah mengerti kehendak Tuhan dan melakukannya dengan sempurna.

Card image
BERSATU DENGAN TUHAN - 18 Februari 2023
2023-02-18 09:15:39


Kalau kita jujur, banyak orang di lingkungan Kristen yang merasa bahwa hidupnya belum menyatu dengan Allah; masih terpisah dari Allah. Sayangnya, banyak orang tidak jujur; merasa sudah percaya kepada Tuhan, percaya Tuhan menyertainya, dan puas dengan pengalaman rohani yang sudah dijalani. Yang penting sudah ke gereja, berdoa sebelum tidur, sebelum makan, atau mengambil bagian dalam kegiatan pelayanan gereja sebagai aktivis, apalagi sebagai pendeta. Tetapi, di dalam kedalaman hatinya, jika ia jujur, hidupnya masih belum “nge- blend” dengan Tuhan; belum bercampur, belum menyatu dengan Tuhan. Ironisnya, banyak orang tidak mengubah situasi hidupnya yang seperti itu.

Hal ini juga terjadi pada kita. Ada saat di mana kita merasa belum “nge- blend” dengan Tuhan; belum menyatu dengan Dia. Dan itu bisa berlangsung selama bertahun-tahun, sampai suatu saat ketika kita dalam keadaan terjepit, dalam keadaan bahaya, memiliki kebutuhan mendesak, baru kita merasa membutuhkan Tuhan. Pada waktu itulah kita berusaha untuk “nge- blend” dengan Tuhan. Kita datang kepada Tuhan, minta pertolongan-Nya, lalu menantikan pertolongan Tuhan atas masalah yang dihadapi, atau kebutuhan yang belum terpenuhi. Dari keadaan tersebut, Tuhan mengajar supaya kita selalu “nge- blend” dengan-Nya; bercampur, menyatu dengan Tuhan.

Mestinya, kedekatan kita dengan Allah lebih dari itu. Jangan hanya ketika merasa membutuhkan sesuatu, baru kita mencari Tuhan. Tetapi karena kita memiliki banyak fokus, apalagi memiliki banyak kesenangan, maka kita merasa bahwa standar “nge- blend” dengan Tuhan itu sudah cukup, meskipun belum menyatu dengan benar. Itu kesalahan yang bisa terjadi dalam kehidupan banyak orang Kristen. Karena semua baik-baik, berjalan dengan baik, running well, kita tidak merasa ada yang kurang atau salah. Padahal, sebenarnya hubungan kita dengan Tuhan belum intim secara benar.

Sebenarnya, kalau keadaan ini dibiarkan terus-menerus, kita akan menuju keterpisahan dengan Allah. Kedekatan kita dengan Allah harus terus meningkat. Kalau orang merasa sudah cukup di satu level dan membiarkan keadaan itu terus-menerus, pasti suatu kali akan hancur. Kita harus jujur melihat diri sendiri. Seberapa kita sudah benar-benar “nge- blend;” menyatu dengan Tuhan. Kalau belum “krek” kita harus mencari Tuhan terus melalui doa, Firman, perenungan akan Tuhan, pertobatan dari setiap dosa, melepaskan semua keinginan dunia, sampai kita benar-benar “krek” dengan Tuhan atau “nge- blend” dengan Tuhan karena Tuhan membuka diri-Nya tanpa batas.

Sungguh berita baik, berita sukacita, bahwa kita memiliki Allah yang berkenan untuk bersatu, “nge- blend” dengan kita, “krek” dengan kita tanpa batas. Tetapi, kalau kita menganggap ini bukan sesuatu yang membahagiakan, pasti kita sedang terikat oleh suatu kesenangan. Harusnya ada sukacita dalam hati kita bahwa kita memiliki Allah yang membuka diri untuk bersatu dengan kita. Seperti pernyataan Tuhan Yesus di Yohanes 17:20 dan 21, “Bapa tinggal dalam Yesus, dan Yesus tinggal di dalam Bapa, dan orang percaya tinggal di dalam Bapa dan Anak.” Luar biasa.

Pertanyaannya, bagaimana bisa hal itu kita rindukan atau ingini? Jujurnya, kita tidak mengingininya. Selain kurang percaya, tidak percaya, juga tidak mengingini. Hal ini tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata; karena harus dialami secara langsung. Kalau kita mendengar kisah tentang lezatnya satu jenis masakan, mau secakap apa pun orang menjelaskannya, kita tidak akan bisa mengerti sebelum mengecap sendiri masakan tersebut. Demikian pula, kita tidak bisa menjelaskan kepada orang betapa indahnya “nge- blend” dengan Tuhan kecuali mereka mengalaminya langsung. Sayangnya, tidak banyak orang yang berkerinduan untuk “nge- blend” dengan Tuhan, contohnya orang yang rajin ke gereja setiap Minggu, aktivis, bahkan pendeta, juga orang yang ada di sekitar lingkungan gereja. Seakan-akan dirinya terpisah dari Allah, tereliminasi dari Allah atau Allah yang tereliminasi dari dirinya. Seakan-akan Allah ada di ruangan lain yang tidak bisa ditemui, padahal Tuhan berjanji di dalam Firman-Nya bahwa Dia menyertai kita sampai kesudahan zaman.

Selagi kita masih memiliki kesempatan untuk bisa menyatu dengan Tuhan, usahakan dan lakukan itu. Sebab, begitu meninggal dunia, kita baru tahu bahwa yang kita butuhkan yaitu air kehidupan, Tuhan sendiri. Kita mau mencari dan menemukan Dia, sudah tidak bisa. Kita harus keluar dari keadaan tidak menginginkan Tuhan, dan bertekad memiliki kehausan akan Allah. Bagaimana caranya? Caranya adalah kita harus memiliki niat untuk mengingini Dia. Kita yang membangkitkan niat itu di dalam diri kita. Kita harus berani mengambil keputusan untuk memilih. Ini harus dilakukan dengan sengaja dan sadar, sebab kalau kita tidak memilih Tuhan dengan sadar, maka semakin hari akan makin keras hati, dan tidak akan pernah bisa memilih Tuhan lagi karena hati kita sudah diisi dengan berbagai kesenangan dunia. Jika kita tidak lakukan ini sejak sekarang, sampai mati kita tidak pernah memilih Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KITA MEMILIKI ALLAH YANG BERKENAN UNTUK BERSATU, “NGE-BLEND” DENGAN KITA, “KREK” DENGAN KITA TANPA BATAS.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 18 Februari 2023
2023-02-18 09:26:53

Imamat 16-18

Card image
Truth Kids 17 Februari 2023 - JANGAN DENDAM
2023-02-17 09:37:40


Lukas 6:37
”Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.”

Sobat Kids, kita semua pasti pernah marah atau kesal. Apakah kita tidak boleh marah? Marah atau kesal merupakan perasaan yang normal dimiliki oleh manusia. Tetapi kemarahan dan rasa kesal tersebut jangan sampai membuat kita berdosa. Tuhan Yesus juga pernah marah saat mengetahui Bait Allah digunakan untuk berjualan dengan cara yang salah. Tetapi kemarahan Tuhan Yesus ada alasan yang benar dan tidak sampai berbuat dosa.

Sobat Kids, apabila ada teman yang menyakiti hati kita, hendaklah kemarahan kita juga jangan sampai mengakibatkan dosa yaitu dengan menjadi dendam. Dendam artinya ingin sekali membalas kejahatan yang telah dilakukan orang lain kepada kita. Tetapi hendaklah kita segera mengampuni kesalahan orang yang menyakiti hati kita. Yuk, Sobat Kids, kita sama-sama belajar untuk menjadi anak yang tidak pendendam, dengan cara melupakan dan mengampuni kesalahan orang lain. Sehingga kita dapat menjadi anak yang memiliki hati yang bersih di hadapan Tuhan.

Card image
Truth Junior 17 Februari 2023 - UPS... AKU TIDAK BERMAKSUD SEPERTI ITU
2023-02-17 09:35:43


Lukas 6:37
”Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.”

Hutan tropis selalu terasa sejuk dan menyegarkan. Di tengah teriknya matahari siang, dua anak burung beo berusaha untuk memahami cara-cara terbang yang mereka pelajari dari ibu mereka. “Leo, kau harus mendengarkan nasihat ibu untuk tidak berusaha terbang dengan usia kita yang masih kecil seperti ini. Kalau ibu melihat ini, dia pasti akan sangat marah!’’ ujar Blue. “Tenang saja, Blue. Kita harus mulai berlatih sejak dini, seperti yang dikatakan oleh paman Jack. Masa muda harus diisi dengan petualangan-petualangan yang hebat,” jawab Leo. “Tetapi, itu mustahil kita lakukan jika kita mencoba terbang dengan sayap yang belum tumbuh dengan sempurna. Tidakkah kau lihat, pohon ini begitu tinggi?! Kalau kita terjatuh dan ibu tidak ada, maka bisa saja kita dimakan oleh binatang-binatang yang ada di bawah sana,” cegah Blue. “Kau terlalu penakut, Blue. Kau harus mencoba, baru akan tahu hasilnya seperti apa. Kau dengarkan baik-baik instruksiku. Pertama, kau pejamkan matamu dan kosongkan pikiranmu, lalu kau rentangkan kedua sayapmu dan rasakan aliran angin yang menggerakkan bulu-bulumu. Dan percaya dirilah bahwa angin akan membantumu,” jelas Leo. Tanpa diduga-duga, Leo langsung mendorong Blue, dan sontak saja Blue terkejut karena terjatuh dari sarang mereka.

Tak lama kemudian, sang ibu datang membawa makan siang untuk mereka. Ia sangat terkejut melihat Blue sudah terjatuh tak berdaya di tanah. Ketika mengetahui kalau itu semua adalah ulah Leo, ibu sangat marah. Ibu menasihati Leo serta Blue untuk tidak melakukannya lagi. Setelah kejadian itu, Leo sangat menyesal karena telah melukai adiknya. Tetapi, Blue begitu baik hati karena memaafkan Leo. Ia pun berjanji untuk menjaga adiknya lebih baik lagi sejak saat itu.

Card image
Truth Youth 17 Februari 2023 (English Version) - IN LINE
2023-02-17 09:34:04


”If a man say, I love God, and hateth his brother, he is a liar: for he that loveth not his brother whom he hath seen, how can he love God whom he hath not seen?" (1 John 4:20)

We all have goals, and on the way to achieve these goals we must go through a journey that really leads us to get there. It is impossible if our dream is to become a teacher, but we are lazy to read or study. If you want to be a chef, of course we like to cook. It is impossible for us to want something without doing the corresponding things to achieve it. It's the same with loving God. If we say we love God, we should also love what He loves, namely His creation. What is His creation? Yes, what is in this world, especially our fellow human beings. It's impossible for us to love God properly if we don't do things that are in line with what He wants.

1 John 4:20 says, "If we say we love God but hate our brothers, we are liars, for whoever does not love his brother whom he has seen, cannot possibly love God, whom he has not seen." This is consistent and cannot be changed. So, if today friends are fighting with their siblings, or even with their parents. Come on! Come on, keep apologizing. Don't let us get used to hating our brothers and saying, "I love the Lord Jesus." Because that is tantamount to lying, and of course God does not like those who like to lie. Remember, things like hating a sibling that we let or take for granted, will eventually become a habit. Then, when we grow up, we will really get used to living like that. A life that certainly makes God sad. So, if we who live as children of God say we love Him, we must not hate our brothers. Let alone letting it drag on until it becomes commonplace in our lives. Those who love Him, naturally also love those He loves.

WHAT TO DO:
1. Don't hate your brother.
2. Apologize if you're fighting.
3. Don't let bad things become a habit.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 7-9;
▪︎ Romans 7-9

Card image
Truth Youth 17 Februari 2023 - SEJALAN
2023-02-17 09:32:16


Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. (1 Yoh. 4:20)

Kita semua pasti memiliki cita-cita, dan dalam perjalanan untuk mencapai cita-cita tersebut kita harus melalui perjalanan yang memang mengarahkan kita untuk ke sana. Tidak mungkin jika cita-cita kita menjadi guru, tetapi kita malas membaca atau belajar. Jika ingin menjadi koki, tentunya kita suka memasak.Tidak mungkin kita menginginkan sesuatu tanpa melakukan hal yang sejalan untuk mencapainya. Sama halnya dengan mengasihi Allah. Jika kita berkata kita mengasihi Allah, sudah seharusnya kita juga mengasihi apa yang Ia kasihi, yaitu ciptaan-Nya. Apa itu ciptaan-Nya? Ya, apa yang ada di dunia ini, terkhusus sesama kita manusia. Tidak mungkin kita dapat mengasihi Allah dengan benar jika tidak melakukan hal yang sejalan dengan apa yang Ia kehendaki.

1 Yohanes 4:20 berkata, “Jika kita berkata mengasihi Allah tetapi membenci saudara kita, maka kita adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.” Hal ini sejalan dan tidak bisa diubah. Jadi, jika hari ini teman-teman lagi berantem sama saudaranya, atau bahkan dengan orang tua. Yuk! Datengin, terus minta maaf. Jangan sampai, kita terbiasa untuk membenci saudara sambil berkata, “Aku sayang Tuhan Yesus.” Karena hal tersebut sama saja dengan berbohong, dan tentunya Tuhan tidak suka dengan mereka yang suka berbohong. Ingat, hal seperti membenci saudara yang kita biarkan atau sepelekan, lama-lama akan menjadi kebiasaan. Lalu, pada saat dewasa nanti, kita akan benar-benar terbiasa dengan hidup yang seperti itu. Kehidupan yang tentunya membuat sedih Tuhan. Jadi, jika kita yang hidup sebagai anak Tuhan berkata mengasihi Dia, kita tidak boleh membenci saudara kita. Apalagi membiarkan hal tersebut berlarut hingga menjadi hal yang biasa di dalam hidup kita. Mereka yang mencintai Dia, tentu juga mencintai yang Dia cintai.

What to Do:
1. Jangan membenci saudaramu
2. Minta maaf kalau lagi berantem
3. Jangan membiarkan hal yang tidak baik menjadi kebiasaan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Bilangan 7-9;
▪︎ Roma 7-9

Card image
Renungan Pagi - 17 Februari 2023
2023-02-17 09:30:21


Ketika dihadapkan pada masalah, setiap kita memiliki respons hati yang berbeda-beda, ada yang merespons dengan sikap hati yang benar, ada juga yang menyikapinya dengan negatif, orang yang respons hatinya benar, sekalipun diterpa badai hidup sebesar apapun, ia akan tetap kuat menghadapinya, sebaliknya ada orang yang menghadapi masalah kecil saja langsung lemah karena respons hatinya salah, semakin kuat atau semakin lemah sangat bergantung pada fondasi hidup kita masing-masing. "Entahlah orang membangun diatas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak".

Ada perbedaan yang menyolok antara kayu, rumput atau jerami dengan emas, perak atau batu permata.  Kayu, rumput atau jerami bila dibakar pasti akan hangus musnah, berbeda dengan emas, perak dan batu permata, yang bila dibakar justru semakin murni; kehidupan orang percaya haruslah tetap kuat didalam segala situasi: "melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat. Mereka berjalan makin lama makin kuat", sekalipun masalah, ujian dan tantangan yang semakin berat seharusnya semakin mendorong kita untuk hidup melekat kepada Tuhan, sehingga mampu memandang setiap permasalahan dalam sudut pandang iman kepada Tuhan.
(1 Korintus 3:12-13 ; Mazmur 84:7-8)

Card image
Quote Of The Day - 17 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-17 09:28:01


Kita tidak akan bisa mengenali cara kuasa kegelapan bekerja kalau kita tidak berkonsultasi dengan Tuhan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 17 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-17 09:26:20


Hidup di dunia ini yang hanya sementara adalah kesempatan untuk menemukan kekasih abadi. Kekasih itu adalah Tuhan sendiri.

Card image
JUST FINE - 17 Februari 2023 (English Version)
2023-02-17 09:25:12


Have we ever questioned, what exactly God wants from us? The truth is, God does not need us, because He owns everything. What God wants is actually to see us and our circumstances are just fine, and our condition can be really fine if we have God. How can we have God? By understanding and doing His will. How can we understand God’s will to be done? We must earnestly desire to understand it because it is impossible for God not to answer people’s desire or thirst to understand His will.

We may be able to deceive people, but not God, because He sees the heart and knows how strong our desire, longing, and thirst are to understand His will. We are the ones who have to make our hearts flame ourselves, and not God because if He does, it violates the nature of His order. It is we who have to flame and make burning desire, intention, passion, and determination to understand God’s will for us to do. In the name of the Lord of hosts, Elohim YAHWEH, in the name of the Lord Jesus Christ His Only Begotten Son, flame our hearts with a desire to understand what He wants in everything we live and do in this life. Don’t covet our desires or build desires from ourselves.

We can make a burning desire to do God’s will if we deliberately and consciously turn off our desires which do not direct us to God. In times like these, when we are in God’s presence, we can feel His presence. There is a fire kindled by the Holy Spirit in our hearts and if we flame that fire, we can love God, and if we love Him, we surely want to understand and do His will.

We often compromised in the past and still lived out desires that we thought were natural, but later on, we then realize that an enemy that many people are not aware of is the normalcy of life. If we want to live a normal life, it endangers us. So, to be God’s lovers, we must dare to live unnaturally and kill all pleasures. Even though it is certainly impossible for us to do it, that longing will be welcomed by the Holy Spirit and He will help us until we can imagine that we have reached the peak of holiness, piety, and life, where we are truly blameless and live holy before God according to His judgment. How beautiful it is! We then must be very ambitious about this and not about anything else.

We must always do everything according to God’s will, for instance, we do not need to meet certain people if He doesn’t want us to meet them, or not to go to a place where He doesn’t want us to go. We must also be careful when having conversations with people, we must know what to say and what shouldn’t. This is hard and not easy, but if we get used to doing it, the Holy Spirit will guide us and we will be sensitive to His voice. Moreover, for a God’s servant who must be in the pulpit and speak on behalf of God, then there should be no words spoken from their mind. But how can they utter words from God, if in their daily life, they are used to doing everything according to their mind? We can see here how hard it is to be a servant of God.

Satan is cunning and dodgy. He leads and directs people to deviate from God’s will. Therefore, we must be on guard and filled with Words every day. We must not see what we shouldn’t see anymore. Close our eyes and ears from what can damage our minds because satan can corrupt our minds through them. He cannot damage us directly, but by using means. When we try to understand God’s will, and all about holy things, so that we can feel God’s presence in our lives, then we will know what it means to have God and be owned by Him. There is nothing more for us to look forward to in this life, so then, if we live, we live only for His work.

  OUR CONDITION CAN BE REALLY GOOD IF WE HAVE GOD.

Card image
BAIK-BAIK SAJA - 17 Februari 2023
2023-02-17 09:23:11


Pernahkah kita memperkarakan, apa sebenarnya yang diingini oleh Tuhan bagi kita? Sejatinya, Tuhan bisa tidak membutuhkan kita, karena Ia memiliki segala sesuatu. Tuhan hanya ingin kita baik-baik saja, keadaan kita baik-baik. Tetapi keadaan kita bisa benar-benar baik kalau kita memiliki Tuhan. Bagaimana kita bisa memiliki Tuhan? Kalau kita mengerti kehendak Tuhan dan melakukan kehendak-Nya. Bagaimana kita bisa mengerti kehendak Tuhan supaya kita bisa melakukannya? Kita harus sungguh-sungguh mengingini untuk mengerti. Sebab tidak mungkin Tuhan tidak menjawab keinginan, kehausan orang untuk mengerti kehendak Tuhan agar bisa melakukannya.

Mulut kita bisa menipu manusia, tapi mulut kita tidak bisa menipu Tuhan, karena Tuhan melihat hati. Seberapa kuat keinginan, kerinduan, kehausan untuk mengerti kehendak-Nya guna kita lakukan, Allah tahu. Kita yang harus membuat hati kita membara, sebab Allah tidak bisa membuat hati kita membara, karena itu melanggar kodrat hakikat tatanan Allah. Kitalah yang harus mengobarkan dan membuat membara keinginan, niat, hasrat, tekad untuk mengerti kehendak Allah guna kita lakukan. Di dalam nama Tuhan semesta alam, Elohim YAHWEH, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus Putra Tunggal-Nya, kobarkan di dalam hati kita kerinduan untuk mengerti apa yang Dia kehendaki dalam segala hal, yang kita jalani dalam hidup ini dan kita lakukan. Jangan mengingini keinginan sendiri. Jangan membangun hasrat-hasrat dari diri kita sendiri.

Bagaimana kita bisa membuat membara keinginan melakukan kehendak Allah? Kalau kita mematikan dengan sengaja dan sadar keinginan-keinginan dari diri kita sendiri, yang tidak mengarahkan kita kepada Tuhan. Saat-saat seperti ini, ketika kita ada di hadirat Tuhan, kita dapat merasakan kehadiran-Nya. Ada api yang dinyalakan Roh Kudus di dalam hati kita. Api yang kalau kita kobarkan bisa membara, tapi kalau kita matikan akan mati; apa? Api untuk mengasihi Tuhan. Api ini kalau kita buat membara, kita bisa mengasihi Tuhan. Dan kalau kita mengasihi Tuhan, pasti kita ingin mengerti kehendak Tuhan dan melakukannya.

Hanya pada waktu dulu kita sering kompromi, masih menghidupi keinginan-keinginan yang kita anggap itu wajar. Yang kemudian kita tahu, bahwa musuh yang tidak disadari oleh banyak orang adalah kewajaran hidup. Ketika kita mau hidup wajar, kita membahayakan diri kita sendiri. Maka untuk menjadi kekasih Tuhan, kita harus berani hidup tidak wajar, membunuh segala kesenangan. Walaupun kita tentu mustahil melakukannya, tapi kerinduan itu akan disambut oleh Roh Kudus. Roh Kudus menolong kita. Sampai kita membayangkan, kita sudah sampai puncak kesucian, puncak kesalehan, puncak kehidupan. Di mana kita benar-benar tak bercacat tak bercela, hidup kudus di hadapan Tuhan, menurut penilaian Tuhan; betapa indahnya. Kita harus sangat berambisi untuk hal ini. Jangan berambisi untuk hal lain.

Bagaimana dalam setiap langkah, kita melakukan apa yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Ketemu si A, ketemu si B kalau Tuhan tidak menghendaki, tidak usah ketemu; pergi ke tempat sana ke tempat sini, kalau Tuhan tidak menghendaki jangan lakukan; dalam percakapan, atur percakapan apa yang patut kita utarakan dan yang tidak perlu kita utarakan. Setiap saat kita melakukan hal itu. Itu berat, tidak mudah, sulit tetapi kalau kita membiasakan diri, Roh Kudus tuntun. Kita akan peka dengan suara Roh. Apalagi pendeta yang harus di mimbar, harus bicara atas nama Tuhan. Seharusnya tidak ada kata yang diucapkan dari pikirannya sendiri. Tapi bagaimana dia bisa mengucapkan kalimat, yang bukan dari pikirannya sendiri kalau tiap hari terbiasa melakukan segala hal sesuai dengan pikirannya. Jadi betapa sulitnya, betapa beratnya hamba Tuhan itu.

Setan itu licik dan cerdik. Dia menuntun, mengarahkan orang untuk berjalan meleset! Meleset dari kehendak Tuhan. Makanya, kita harus berjaga-jaga. Tiap hari diisi Firman. Jangan lihat apa yang tidak perlu dilihat lagi. Tutup mata dan telingamu dari apa yang dapat merusak pikiranmu. Karena melalui itu setan merusak pikiran kita. Dia tidak bisa merusak kita secara langsung, tapi dia menggunakan sarana untuk merusak kita. Jadi ketika kita berusaha mengerti kehendak Tuhan, dalam segala hal kudus, sehingga kita bisa merasakan kehadiran Tuhan dalam hidup kita; kita tahu apa artinya memiliki dan dimiliki Tuhan. Sampai tidak ada lagi yang kita nantikan dalam hidup ini, tapi kalau kita hidup, maka kita hidup untuk pekerjaan-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KEADAAN KITA BISA BENAR-BENAR BAIK KALAU KITA MEMILIKI TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 Februari 2023
2023-02-17 09:20:37

Imamat 14-15

Card image
Truth Kids 16 Februari 2023 - ALLAH MENGAMPUNI KITA
2023-02-16 09:48:19


Mazmur 103:12
“sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.”

Rachel dan kakaknya, Kaleb saling bersalaman. Kaleb meminta maaf kepada Rachel karena telah mengganggu Rachel bermain dan merusak bonekanya. Sambil menahan tangis, Rachel memaafkan kakaknya. Esok harinya, Rachel tidak mau berbicara dengan Kaleb. Rachel terus membuang muka dan memasang wajah cemberut. Ibu menegur Rachel, “Chel, kamu masih marah ya sama Kak Kaleb? Kemarin kan sudah kamu maafkan?” “Iya, Mama, tapi aku masih kesal sama Kakak. Aku masih ingat kemarin bonekaku dirusak Kak Kaleb.”

Sobat Kids, sering kali kita berkata, “Aku sudah ampuni kesalahan dia, kok,” tetapi dalam hati, kita masih kesal dan marah. Mengampuni saja terkadang tidak cukup. Kita juga harus bisa melupakan kesalahan orang lain. Jika kita mengampuni dengan hati tulus, kita akan bisa melupakan kesalahan orang lain.

Sobat Kids, kita sadar bahwa kita juga memiliki kesalahan dan dosa, namun Tuhan mengampuni kesalahan kita. Tuhan mengampuni juga melupakan kesalahan kita. Yuk, kita ikuti teladan yang telah diberikan Tuhan kepada kita; yang telah mengampuni dan melupakan semua kesalahan kita.

Card image
Truth Junior 16 Februari 2023 - FORGET IT!
2023-02-16 09:46:43


Mazmur 103:12
“sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.”

Sobat Junior, kalian pasti pernah memaafkan teman yang berbuat salah sama kalian, kan? Lalu setelah memaafkan, apakah kalian tetap berteman atau tidak? Ayo, coba diingat-ingat dulu! Kalau Sobat Junior mau berteman lagi, berarti Sobat Junior bukan hanya memaafkan saja melainkan juga sudah melupakan kesalahan mereka. Tetapi kalau masih ada Sobat Junior yang tidak mau berteman kembali, berarti Sobat Junior belum melupakan kesalahannya dan belum sepenuhnya memaafkannya.

Tuhan Yesus selalu mengajarkan kita untuk mengasihi semua orang, termasuk kepada orang yang sudah berbuat jahat kepada kita. Tuhan Yesus mau supaya kita bukan hanya memaafkan kesalahan orang saja, melainkan juga melupakan semua kesalahan mereka. Meskipun itu sulit, kita harus tetap melupakan kesalahannya kepada kita. Ketika kita melupakan kesalahan tersebut, berarti kita sudah berusaha menjauhi dosa dari hidup ini. Apabila kita hanya memaafkan tetapi masih belum melupakan kesalahannya atau selalu mengingat kesalahannya itu, kita menjadi sama dengan teman kita yang berbuat salah. Sebab, itu artinya kita tidak menaati perintah Tuhan untuk saling mengasihi.

Jadi, mari kita sama-sama belajar. Apabila ada teman kita yang berbuat salah, kita tidak hanya memaafkan, melainkan kita juga melupakan kesalahannya. Karena, itulah yang Tuhan Yesus kehendaki untuk kita lakukan.

Card image
Truth Youth 16 Februari 2023 (English Version) - REASON
2023-02-16 09:40:49


”A new commandment I give unto you, That ye love one another; as I have loved you, that ye also love one another."
(John 13:34)

Have you ever asked, why should I love? What reason do I have to be good and such? If you have ever thought about asking that question, it means that you are a critical child. Why? Because many people do this, but don't know the reason why they do it. Usually, the simple reason for this action is to get the same return as it did before. In the end, loving or doing good is only out of self-interest or in order to get a good name. It's true, simply put, if we do good or love others, we will surely receive similar love. However, the reality is that not always good things will be responded to or returned well either. Then, what should we do?

The answer, we can both see in John 13:34. In this verse, the Lord Jesus gives us the commandment to love one another, just like He who loved us first. If we think about it together, the coming of the Lord Jesus 2000 years ago and was crucified to atone for all of our sins is proof that He has loved us all. In other words, we are actually given the right reasons to love others, namely because we have first felt the love of Him who always loves us without stopping. So, if you are asking why should we love? That's the answer. So, when we love others, the reasons to be seen as good, to get reciprocity or self-interest, and the like are no longer the right reasons for us to do that. Therefore, let's love others sincerely as the Lord Jesus commanded, because He first loved us all.

WHAT TO DO:
1. Loving with a sincere heart because God has loved us first.
2. Don't be selfless.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 4-6;
▪︎ Romans 4-6

Card image
Truth Youth 16 Februari 2023 - REASON
2023-02-16 09:42:03


"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi."
(Yoh. 13:34)

Pernah gak sih kalian bertanya, kenapa aku harus mengasihi? Apa alasan aku harus menjadi baik dan semacamnya? Kalau kamu pernah berpikir sampai bertanya demikian, berarti itu tandanya kamu anak yang kritis. Kenapa? Karena banyak juga yang melakukan hal tersebut, tetapi tidak tahu alasan mengapa ia melakukannya. Biasanya, alasan sederhana dari tindakan tersebut adalah agar mendapatkan balasan yang sama seperti yang dilakukan sebelumnya. Pada akhirnya, mengasihi atau berbuat baik hanya karena pamrih atau agar mendapatkan nama baik. Memang benar, sederhananya jika kita melakukan kebaikan atau mengasihi orang lain, kita pasti akan menerima kasih yang serupa. Tetapi, kenyataannya tidak selalu hal baik akan diresponi atau dikembalikan dengan baik juga. Lalu, apa yang harus kita lakukan?

Jawabannya, kita dapat sama-sama lihat di Yohanes 13:34. Pada ayat ini, Tuhan Yesus memberikan kita perintah untuk saling mengasihi, sama seperti Dia yang telah mengasihi kita terlebih dahulu. Kalau kita renungkan sama-sama, kedatangan Tuhan Yesus 2000 tahun lalu dan disalibkan untuk menebus dosa kita semua adalah bukti bahwa Dia telah mengasihi kita semua. Dengan kata lain, kita sejatinya diberikan alasan yang tepat untuk mengasihi sesama, yakni karena kita telah terlebih dahulu merasakan kasih dari Dia yang selalu mengasihi kita tanpa henti. Jadi, kalau kalian yang bertanya kenapa kita harus mengasihi? Itu dia jawabannya. Jadi, di saat kita mengasihi orang lain, alasan agar dilihat baik, mendapatkan timbal balik atau pamrih, dan semacamnya sudah tidak menjadi alasan yang tepat bagi kita dalam melakukan hal tersebut. Oleh sebab itu, mari kita mengasihi sesama dengan tulus seperti yang Tuhan Yesus perintahkan, karena Dia telah terlebih dahulu mengasihi kita semua.

WHAT TO DO:
1. Mengasihi dengan hati yang tulus karena Tuhan telah terlebih dahulu mengasihi kita
2. Jangan pamrih

BIBLE MARATHON:
▪︎ Bilangan 4-6;
▪︎ Roma 4-6

Card image
Renungan Pagi - 16 Februari 2023
2023-02-16 09:45:16

Bagaimana supaya kita tetap kuat dan mampu bertahan? Semua bergantung pada fondasi rumah rohani kita, fondasi itu adalah persekutuan yang karib dengan Tuhan dan tinggal di dalam firman-Nya:   "Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau" dan "Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya - Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan--, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun." Bila kita mengandalkan kekuatan sendiri, takkan mampu bertahan di tengah goncangan dunia, kekuatan hidup orang percaya ada di dalam Tuhan! Karena itu melekatlah kepada Tuhan senantiasa.
(Mazmur 84:5 ; Lukas 6:47-48)

Card image
Quote Of The Day - 16 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-16 09:34:40


Kalau kita tidak bisa mengenali gerakan kuasa kegelapan di dalam hidup kita pribadi, maka kita pun tidak akan mengenali pekerjaan kuasa kegelapan dalam kehidupan keluarga, lingkungan dan masyarakat sekitar kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 16 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-16 09:33:58


Kemerdekaan finansial adalah sikap hati yang tidak terikat dengan uang, di mana kita sudah bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Semua kebutuhan bagi kita adalah segala sesuatu untuk kepentingan Tuhan.

Card image
THE KEY TO LIFE SUCCESS - 16 Februari 2023 (English Version)
2023-02-16 09:32:42


As our biological age increases, our time of accompaniment to God should also increase so that we must increasingly fulfill the sanctity that God requires.  If in the past we were not yet sincere or even insincere, God could tolerate it and consider it as not a mistake, so He doesn’t need to discipline us. But as time goes by, with also the addition of biological age and the age of walking with God, we must have behavior that is more in line with His mindsets, and only God knows this. However, we can also know it, if we question it before Him.

God requires us to agree and have feelings like Him. If not so, then we offend Him and it means disrespect for Him. We can no longer still joke or speak carelessly, be insincere, and so on. Only God knows about this, and we could also know it if we seriously question it before Him. If we don’t question it, we won’t grow. We mustn’t get older and become even more proficient in diplomacy, being insincere, and other things, for those things, are not pleasing to God.

God’s Word says, ” I am He who searches the minds,” and the human mind or heart is cunning, more deceitful than anything else. Do not let us not know ourselves, for instance, though we offend people, are arrogant, and are insincere, we don’t realize it. God might be able to understand if we are still new Christians. However, if God sees that we should have been mature, then we should not do these things anymore. If we are now in such a state, let’s get out of it, ask God for forgiveness, and then repent.

The older we are, the more we must always be in God’s presence, so, we are in His presence all the time and we should carry the atmosphere of prayer when we face God and our appreciation of His presence into our daily life. We must do this and always be in the presence of God, so, be careful in talking to other people, or in making decisions and acting. If the kids are young, they may be still messy and that’s somewhat understandable. However, if we are already adults, we must be in holiness, both in our speech, attitude, and behavior. The Holy Spirit will guide us and He will speak if He is offended or uncomfortable because He feels disrespected by us. There’s no way He wouldn’t tell us.

And when we are before God’s Judgment Seat, we can’t say that we don’t know because He shows and reminds us. If He is silent, it is because we do not want to listen to His rebuke. Therefore, the key to life success is respecting God. So, be careful with what we say, think, and even what we see on our gadgets. Don’t look at unnecessary things for too long so that we become immersed and engrossed in them, then our time becomes wasted. We are better off using the time to read the Bible, listen to good sermons, or sit still at God’s feet.

Those who fear God today and honor Him properly will also fear God in His glory later. However, the fear, in this case, is not a negative feeling. On the other hand, those who do not honor God with their acts and only please themselves during their life will be afraid of negative meaning. Therefore, we must strive to live as cleanly as possible before God and not let remain sins or worldly pleasures that make Him uncomfortable. If we respect God, we will try to increase the quality of our respect for Him, and if we deviate, make a mistake, or do something that is not according to His thoughts and feelings, then our sorrow becomes deep. However, the mistake done is no more like stealing, committing adultery, or killing, because we don’t do such wrongs anymore.

Let us not waste the opportunity to repent and don’t disrespect God. Maybe we feel that we have respected God, but He may view it as “not yet” or perhaps “not appropriate.” We must be more afraid to sin so that we can live holier lives. We must commit to having a flaming heart to honor Him and we may ask the Father for a heart that honors Him. Indeed, the Father does not immediately put that reverential heart, but He will guide and lead us through a process so that we can honor Him. May we have the fear of the true God and honor Him because our lives will surely change.

  THE KEY TO OUR LIFE SUCCESS IS RESPECTING GOD.

Card image
KUNCI SUKSES KEHIDUPAN - 16 Februari 2023
2023-02-16 09:31:12


Seiring dengan bertambahnya umur biologis kita, maka seharusnya bertambah pula waktu pengiringan kepada Tuhan, sehingga kita harus semakin memenuhi kesucian yang Allah kehendaki. Kalau dulu kita kurang tulus atau tidak tulus, Tuhan bisa menolerir dan menganggap itu bukan kesalahan, sehingga Ia tidak perlu mendisiplin kita. Tetapi seiring berjalannya waktu dengan penambahan usia biologis dan usia perjalanan mengiring Tuhan, maka kita harus benar-benar memiliki perilaku yang makin sesuai dengan pikiran, perasaan Allah. Yang tahu itu hanya Tuhan. Tetapi, kita juga bisa mengetahuinya, kalau kita betul-betul mempersoalkannya di hadapan Tuhan.

Tuhan menuntut kita untuk sepikiran, seperasaan dengan Dia. Jika tidak, maka kita menyakiti hati Tuhan. Itu berarti sikap tidak menghormati Dia. Kita tidak boleh masih bercanda sembarangan, bicara sembarangan, bersikap tidak tulus, dan sebagainya.Yang mengetahui hal tersebut hanya Tuhan dan kita sendiri, kalau kita mempersoalkan hal itu sungguh-sungguh di hadapan Tuhan. Kalau kita tidak mempersoalkan, kita tidak akan bertumbuh. Jangan sampai semakin tua, kita malah semakin cakap dalam berdiplomasi, bersikap tidak tulus, dan lain-lain, artinya perbuatan yang tidak berkenan di hadapan-Nya.

Firman Tuhan mengatakan, “Aku yang menguji batin,” dan batin atau hati manusia itu licik, lebih licik dari segala sesuatu. Jangan sampai kita tidak mengenal diri kita. Kita sebenarnya menyakiti orang, sombong, tidak tulus, tetapi kita tidak menyadari hal tersebut. Kalau masih baru jadi Kristen, mungkin Tuhan mungkin bisa maklum. Tetapi, kalau sudah dipandang Tuhan bahwa kita seharusnya dewasa, maka hal-hal tersebut tidak boleh kita lakukan lagi. Jika kita ada dalam tataran ini, mari kita keluar dari keadaan itu. Kita minta ampun kepada Tuhan dan bertobat.

Semakin kita tua, kita harus selalu ada di hadirat-Nya. Jadi, kita ada di hadirat Tuhan setiap saat. Suasana doa waktu kita berhadapan dengan Tuhan, penghayatan kita akan kehadiran Tuhan, kita bawa dalam hidup sehari-hari. Jangan kita tidak melakukan ini. Kita harus selalu di hadirat Tuhan. Jadi, hati-hati dalam bicara dengan orang lain, hati-hati dalam mengambil keputusan dan bertindak. Kalau anak-anak muda, mungkin masih berantakan dan itu agak bisa dimaklumi. Tetapi, kalau sudah berumur tua, sudah mesti dalam kekudusan, baik tutur kata, sikap, perilaku kita. Roh Kudus akan menuntun kita. Waktu Roh Kudus tersinggung dan tidak nyaman karena merasa tidak dihormati oleh kita, Tuhan pasti bicara. Tidak mungkin Ia tidak memberitahu kita.

Dan waktu nanti kita berada di hadapan takhta pengadilan Tuhan, tidak mungkin kita bisa berkata “Tidak tahu.” Ia pasti menunjukkan dan mengingatkan kita. Kalau sampai Ia diam, itu karena kita yang tidak mau mendengarkan teguran-Nya. Kunci sukses kehidupan kita adalah menghormati Tuhan. Jadi, hati-hati dengan yang kita ucapkan, pikirkan, bahkan yang kita lihat di gadget kita. Jangan berlama-lama melihat yang tidak perlu, sehingga kita menjadi tenggelam dan asyik di situ, kemudian waktu kita menjadi habis sia-sia. Kita lebih baik menggunakan waktu untuk membaca Alkitab, mendengarkan khotbah yang baik, dan duduk diam di kaki Tuhan.

Orang yang takut akan Tuhan hari ini dan menghormati Dia dengan benar, nanti di hadapan Tuhan dalam kemuliaan-Nya, pasti akan takut juga. Tetapi, bukan perasaan takut yang negatif. Sebaliknya, orang yang tidak menghormati Tuhan dengan perbuatannya karena selama hidup ia hanya menyenangkan diri sendiri, dia akan takut yang negatif. Oleh sebab itu, kita harus berusaha supaya di hadapan Tuhan itu bersih sebersih-bersihnya. Jangan sampai ada saldo dosa atau kesenangan dunia yang membuat Tuhan tidak nyaman. Kalau kita menghormati Tuhan, kita akan berusaha supaya kualitas hormat kita kepada Tuhan bertambah. Dan kalau sampai kita meleset, melakukan kesalahan, kita berbuat sesuatu yang tidak sesuai pikiran, perasaan Allah, maka dukacita kita menjadi dalam. Ini bukan kesalahan seperti mencuri, berzina, membunuh. Kesalahan seperti itu sudah bukan kesalahan kita dan tidak akan kita lakukan lagi.

Jadi, jangan kita menyia-nyiakan kesempatan untuk bertobat. Jangan kita tidak menghormati Tuhan. Mungkin kita merasa sudah menghormati Tuhan, tetapi bisa saja dipandang Tuhan “belum” atau mungkin “tidak sepantasnya.” Kita harus semakin takut berbuat dosa, sehingga kita semakin hidup suci. Kita harus berkomitmen memiliki hati yang membara untuk menghormati Dia. Kita boleh minta kepada Bapa, hati yang menghormati Dia. Memang, Bapa tidak langsung menaruh hati yang menghormati tersebut, tetapi Ia akan membimbing, menuntun, dan membawa kita dalam proses, sehingga kita bisa menghormati Dia. Kiranya kita bisa memiliki perasaan takut akan Allah yang benar dan menghormati Dia. Karena, hidup kita pasti berubah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KUNCI SUKSES KEHIDUPAN KITA ADALAH MENGHORMATI TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 Februari 2023
2023-02-16 09:28:00

Imamat 11-13

Card image
Truth Kids 15 Februari 2023 - MEMBAWA KESELAMATAN
2023-02-15 09:44:52


2 Korintus 7 :10
“Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian.”

Ayat firman Tuhan hari ini mengatakan bahwa dukacita atau kesedihan menurut kehendak Allah akan menghasilkan pertobatan. Pertobatan dari dosa akan membawa keselamatan. Pastinya kita akan merasa senang jika kita menjadi selamat, kan? Eits.. ayat hari ini masih ada lanjutannya, Sobat Kids. Tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian. Wah apa maksudnya, ya, Sobat Kids?

Saat harus mengampuni orang lain, sering kali kita merasa dukacita atau sedih. Tetapi itu adalah kehendak Allah. Ia mau kita untuk mengampuni kesalahan orang lain. Dengan mengampuni orang lain, kita menjadi selamat dari api neraka. Kita tidak menyimpan kesalahan orang lain dalam hati.

Sebaliknya, saat kita menyimpan kesalahan orang lain di dalam hati, kita berdukacita sendiri. Hati kita menjadi pahit, berat, penuh dendam dan amarah. Tentu hal inilah yang menghasilkan kematian, karena menyimpan dendam bukanlah kehendak Allah.

Sobat Kids, berhati-hati, ya. Mulai sekarang kita harus memiliki hati yang bersih. Kita tidak boleh hidup dalam rasa kesal, sakit hati, ataupun dendam kepada sesama. Seharusnya kita mengampuni orang yang bersalah kepada kita seperti Bapa telah terlebih dahulu mengampuni kita. Itulah yang dikehendaki Allah. Kita hidup dalam kehendak-Nya, memiliki pikiran dan hati yang bersih sama seperti yang dimiliki Allah.

Card image
Truth Junior 15 Februari 2023 - TAK SIMPAN KESALAHAN ORANG
2023-02-15 09:39:21


2 Korintus 7 :10
“Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian.”

Sobat Junior, apakah kalian tahu lagu yang berjudul “Kasih Itu Memaafkan?” Lagu itu mengajarkan bahwa kita harus mengampuni orang yang bersalah kepada kita sebanyak tujuh puluh kali tujuh kali, yang maksudnya tidak terhingga. Seperti halnya lingkaran yang tidak mempunyai ujung, begitulah kita harus memaafkan orang lain. Bukan hanya itu saja, lagu itu juga mengajarkan supaya kita tidak menyimpan kesalahan orang lain. Apabila kita sudah mengampuni kesalahan orang, maka kita tidak boleh hidup dengan sakit hati, menyimpan dendam ataupun marah kepada orang tersebut. Karena, mengampuni itu bukan hanya memaafkan saja, tetapi juga tidak boleh mengingat-ingat kesalahan orang kepada kita.

Itulah yang Tuhan Yesus mau ajarkan bagi kita semua, Sobat Junior. Tuhan Yesus mau ketika kita mengampuni orang yang berbuat salah kepada kita, kita tidak hidup dengan sakit hati, luka hati, dukacita ataupun ada dendam dalam hati kita. Tuhan Yesus melarang hal tersebut dalam hidup kita, dan tentu itu tidak sesuai dengan kehendak Bapa di surga. Apabila hal tersebut ada dalam hidup kita, berarti kita sudah membuat hati Tuhan Yesus dan Bapa di surga menjadi sedih. Itu sama artinya dengan kita tidak menuruti kehendak-Nya. Jadi, Sobat Junior, Tuhan Yesus menginginkan kita melepaskan semua kesalahan atau memaafkan mereka dengan tulus. Kita tidak boleh menyimpan kesalahan orang setelah memutuskan untuk mengampuni mereka.

Card image
Truth Youth 15 Februari 2023 (English Version) - WILLINGNESS
2023-02-15 09:37:29


”and to love him with all the heart, and with all the understanding, and with all the soul, and with all the strength, and to love his neighbour as himself, is more than all whole burnt offerings and sacrifices." (Markus 12:33)

Surely each of us has heard the following sentence, "Giving is better than receiving". Yes, this sentence is often used as a quote to remind people that we must have a soul to give or share. However, even though we often see this sentence, still for some people giving it feels heavy. Of course, this happens for a variety of reasons, some are due to economic limitations, some are really confused about what they can give, or just people are just stingy. However, do you know that giving doesn't have to be about material things? Giving our attention and presence to others is also a gift, or doing homework, helping to clean the house, studying hard so that you can get good grades at school is also giving. The question is, are our hearts ready or willing to give this?

The Gospel of Mark teaches us that loving God with all your heart and with all your understanding, also with all your strength, and loving your neighbor as yourself is far more important than all the burnt offerings and sacrifices. In other words, when we do the gifts mentioned above it is the same as we have done what the Gospel of Mark teaches us. Of course, when we give, we must have a willing heart so that what we do for others is sincere and worthy before God. Moreover, as children of God we have a duty to love which is proven by giving willingly. Remember! We cannot be children of God without having the willingness to love God with all our hearts and our fellow human beings as ourselves.

WHAT TO DO:
1. Have a willingness to give.
2. Giving is not just about goods, give your attention!
3. Be diligent in cleaning the house, studying hard is also a form of giving.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Numbers 1-3;
▪︎ Romans 1-3

Card image
Truth Youth 15 Februari 2023 - WILLINGNESS
2023-02-15 09:35:37


"Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan." (Markus 12:33)

Pasti setiap kita pernah mendengar kalimat berikut, “Memberi lebih baik daripada menerima”. Ya, kalimat ini sering dijadikan kutipan untuk mengingatkan orang-orang bahwa kita harus memiliki jiwa untuk memberi atau berbagi. Tetapi, meskipun kalimat ini sering kita dengar tetap saja bagi sebagian orang memberi itu rasanya berat. Tentunya, ini terjadi karena berbagai alasan, ada yang karena keterbatasan ekonomi, ada yang memang bingung apa yang bisa dia berikan, atau memang orangnya pelit saja. Namun, tahu gak sih teman-teman kalau memberi itu gak harus tentang materi saja? Memberikan perhatian dan kehadiran kita bagi orang lain juga merupakan pemberian, atau melakukan pekerjaan rumah, bantu bersih-bersih rumah, belajar dengan giat agar dapat nilai yang baik di sekolah itu juga memberi loh. Pertanyaannya, apa hati kita siap atau rela memberikan hal tersebut?

Injil Markus mengajarkan kita bahwa mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dan dengan segenap akal budi, juga dengan segenap kekuatan, serta mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan. Dengan kata lain, di saat kita melakukan pemberian yang sudah disebutkan di atas, itu sama saja kita sudah melakukan apa yang Injil Markus ajarkan kepada kita. Tentu, di saat kita memberi, kita harus memiliki kerelaan hati agar apa yang kita lakukan untuk orang lain itu tulus dan layak di hadapan Tuhan. Apalagi sebagai anak Tuhan kita memiliki tugas untuk mengasihi yang dibuktikan melalui memberi dengan kerelaan hati. Ingat! Kita gak bisa jadi anak Tuhan tanpa memiliki kerelaan hati untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan mengasihi sesama manusia seperti diri kita sendiri.

WHAT TO DO:
1. Milikilah kerelaan hati untuk memberi
2. Memberi tidak tentang barang saja, berikanlah perhatianmu!
3. Rajin bersih-bersih rumah, belajar dengan giat juga bentuk memberi

BIBLE MARATHON:
▪︎ Bilangan 1-3;
▪︎ Roma 1-3

Card image
Renungan Pagi - 15 Februari 2023
2023-02-15 09:31:38


Jangan biarkan masalah mengintimidasi hidup kita, jangan biarkan masalah membuat kita hilang semangat, jangan biarkan iblis memutar segala sesuatu dalam jiwa kita dan kemudian mengintimidasi. Mari bangkitkan iman kita; sekalipun hari ini kita menghadapi masalah, kegagalan dan pergumulan, namun hari esok yang Tuhan berikan bagi kita untuk menyambut kemenangan.

Melalui semuanya ini, kita justru berkata kepada Tuhan: "Ajar aku Tuhan supaya aku dapat menghitung hari-hariku sehingga aku beroleh hati yang bijaksana". Maka, ketika kita menghadapi masalah, kita menjadi lebih dewasa, lebih kuat, lebih mampu dan lebih sanggup serta lebih berkenan kepada Tuhan.
(Mazmur 90:12)

Card image
Quote Of The Day - 15 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-15 09:28:43


Jangan menantikan dan mengharapkan ada sesuatu yang membuat hidup kita terasa lebih bahagia, selain Tuhan dan Kerajaan-Nya.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 15 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-15 09:26:58


Orang yang hidup di dalam terang melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginan dan komando Tuhan. Itulah sebabnya orang percaya harus memiliki pikiran dan perasaan Kristus.

Card image
JANGAN MENYIMPANG - 15 Februari 2023
2023-02-15 09:22:29


Iblis akan berusaha untuk menghalangi perjalanan kita menuju Kerajaan Tuhan Yesus Kristus. Seperti ketika Yesus pada awal pelayanan-Nya setelah dibaptis, dibawa ke tempat tinggi lalu kepada-Nya ditunjukkan keindahan dunia. Iblis mencoba untuk menghalangi perjalanan karya keselamatan yang Yesus akan kerjakan atau sedang kerjakan. Ditunjukkan keindahan dunia agar Yesus memilih keindahan dunia dan tidak menyelesaikan pekerjaan Bapa. Namun, Yesus tidak menyimpang, Dia tetap pada tugas penyelamatan yang harus dikerjakan-Nya. Yesus juga pernah hendak dibawa untuk dijadikan raja oleh orang-orang Yahudi, raja versi orang-orang Yahudi. Yesus menolak, Yesus tidak menerima itu. Dalam suasana pengelu-eluan di mana Yesus diangkat-angkat mau dijadikan raja, Yesus tidak hanyut dalam pujian, sanjungan, dan sebaliknya Yesus memilih tetap pada tugas yang Bapa berikan.

Petrus sendiri pernah mencegah Yesus ke Yerusalem agar tidak menyelesaikan tugas penyelamatan, tetapi Yesus tetap memilih menyelesaikan tugas penyelamatan. Di Taman Getsemani antara kehendak Yesus sendiri dan kehendak Bapa, Yesus mengakhiri dengan pernyataan, “Bukan kehendak-Ku yang jadi tetapi kehendak-Mulah yang jadi.” Ini teladan dan contoh bagi kita, kehidupan yang tidak menyimpang! Dari perkara-perkara kecil kita harus belajar fokus kepada Tuhan. Banyak hal yang bisa menyimpangkan kita. Kegiatan-kegiatan yang tidak membuat kita bertumbuh dalam iman, pasti kegiatan-kegiatan yang mengarahkan kita kepada arah yang salah.

Dari perkara kecil, dari apa yang kita lihat, kita lakukan. Misalnya, kita ditelepon seorang teman hendak diajak untuk sekadar ngobrol yang tidak jelas, sekadar makan-makan yang tidak jelas; kita harus berkata, "Maaf, aku punya kegiatan." Kecuali memang kita perlu bertemu untuk bisnis, bertemu untuk menyelamatkan saudara itu; mintalah petunjuk dan pimpinan Tuhan. 24 jam yang Tuhan berikan harus kita gunakan sebaik-baiknya; istirahat, bekerja, bertemu keluarga, kegiatan-kegiatan yang menumbuhkan iman, seperti berdoa, membaca Alkitab, doa pribadi, penyembahan pribadi; kita harus sudah jadwalkan, kita atur waktu kita. Tidak boleh menyimpang, apalagi kalau itu menyangkut uang besar atau menyangkut waktu yang banyak.

Misalnya kita ditawari untuk ikut satu organisasi; kalau organisasi itu hanya sekadar euforia atau kita mau supaya nama kita dikenal, ini menyimpangkan! Bagi di antara kita yang belum punya pacar, sudah berumur, kita pasti bertemu dengan orang-orang yang memberikan tawaran, maka berhati-hatilah! Dalam kesepian, kita bisa lupa bertanya kepada Tuhan lalu mengambil keputusan untuk berjalan dengan seseorang. Seseorang yang tidak takut akan Allah, yang tidak membawa kita kepada kebenaran, dan kalau jadi teman hidup, dia bisa menyeret kita kepada penderitaan sampai ke api kekal. Iblis bisa memakai orang-orang seperti itu untuk menyimpangkan hidup kita.

Banyak hal yang bisa menyimpangkan kita, sehingga kita tidak fokus dan tidak melanjutkan perjalanan ke langit baru bumi baru. Kita membutuhkan kepekaan. Karenanya, mutlak setiap hari kita berdoa. Ada waktu di mana kita bisa meditasi, doa pribadi, mengadakan percakapan, mengadakan dialog dengan Tuhan. Percayalah, Tuhan pasti berbicara. Ingat, jangan menyimpang! Dari perkara-perkara kecil sampai perkara-perkara besar. Kalau dari perkara kecil kita meleset, maka dalam perkara besar kita juga pasti meleset. Jadi dari perkara kecil, mari tidak meleset. Dari cara kita menggunakan waktu, dari hal-hal yang kelihatannya sederhana.

Apa pun yang tidak membuat iman kita bertumbuh, apa pun yang hanya memberikan kesenangan sesaat, harus kita buang. Kita harus selalu mempertimbangkan, apakah kegiatan yang kita lakukan itu benar-benar berkenan kepada Tuhan? Semua yang bisa menumbuhkan iman, membangun cinta, hormat kita kepada Allah, memindahkan hati di Kerajaan Surga; pasti Tuhan berkenan. Tetapi, kalau suatu kegiatan tidak membuat kita mengasihi Tuhan, tidak menambahkan hormat, cinta kita kepada Tuhan, tidak berguna untuk Kerajaan Allah; pasti itu penyimpangan. Penyimpangan-penyimpangan kecil bisa membawa kepada penyimpangan-penyimpangan besar. Ingat, pintu yang besar itu digerakkan oleh engsel yang kecil.

Jadi hati-hati, jangan sampai kegiatan-kegiatan kecil menggerakkan perubahan besar di dalam hidup kita dan merugikan. Sebaliknya, ada hal-hal kecil yang positif yang memiliki dampak yang besar dalam hidup kita. Seperti kita bangun pagi, doa pagi. Jangan anggap remeh hal ini. Kita yang setiap hari doa pagi, bisa membuktikan hidup kita berubah. Kepekaan kita terhadap kehendak Allah bertumbuh atau berkembang. Jangan menyimpang! Ingat, Iblis bermanuver terus dan mau menyeret kita untuk tidak fokus pada perjalanan kita menuju Kerajaan Surga, langit baru bumi baru. Roh Kudus pasti menuntun kita, membimbing kita terus, sampai kita menginjak Rumah Bapa. Inilah hidup yang bermakna, hidup yang benar-benar memikat hati Bapa, menyenangkan hati Elohim Yahweh.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

APA PUN YANG TIDAK MEMBUAT IMAN KITA BERTUMBUH, APA PUN YANG HANYA MEMBERIKAN KESENANGAN SESAAT, AKAN MEMBUAT KITA MENYIMPANG, MAKA HARUS KITA BUANG.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 Februari 2023
2023-02-15 09:19:45

Imamat 8-10

Card image
Truth Kids 14 Februari 2023 - BELAJAR MENGAMPUNI
2023-02-14 10:09:28


Roma 13:10
“Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.”

Nana dan Mike adalah teman baik. Mereka sudah sangat lama berteman. Tetapi suatu hari ada hal yang membuat mereka bertengkar dan akhirnya mereka tidak mau main bersama lagi. Mereka bertengkar karena hal kecil. Ada satu mainan yang tidak bisa dipinjam secara bersamaan. Mereka saling berebut mainan dan tidak ada yang mau mengalah. Setiap bertemu di sekolah, mereka tidak mau saling menyapa. Mereka sama-sama tidak mau memulai minta maaf.

Sobat Kids, dari cerita di atas kita mendapat pelajaran bahwa dengan bertengkar, teman kita akan berkurang. Kita tidak bisa lagi main bersama. Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk yang membutuhkan orang lain. Kita tidak dapat hidup sendirian di bumi ini. Kita butuh orang lain atau teman. Jangan sampai karena tidak mau memaafkan orang lain, kita membuat Tuhan sedih. Tuhan saja mau mengampuni kita. Mengapa kita tidak mau mengampuni orang lain? Yuk, kita saling mengampuni, Sobat Kids. Memulai minta maaf tidak membuat kita rugi, kok. Malah kita akan merasa bahagia dengan tidak membenci siapapun.

Card image
Truth Junior 14 Februari 2023 - MENGASIHI SESAMA
2023-02-14 10:07:38


Roma 13:10
“Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.”

Sobat Junior, apakah kalian ingat kisah seorang tokoh Alkitab yang hidupnya saleh, jujur, takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan? Ayo coba diingat-ingat, siapakah dia? Ya, dia adalah Ayub. Tuhan sangat menyayangi Ayub. Suatu ketika, Iblis mencobai Ayub dengan memberikan berbagai cobaan kepada Ayub, sehingga Ayub kehilangan segalanya, yaitu anak-anaknya, ternak, dan masih banyak lagi. Bukan hanya itu, istri Ayub malah menyuruh Ayub untuk mengutuki Allah, tetapi Ayub tidak melakukannya. Dan sahabat-sahabatnya pun menuduh Ayub melakukan kejahatan dan membuatnya lebih menderita. Meskipun ia dituduh oleh sahabat-sahabatnya, Ayub tidak berbuat jahat atau membalas mereka. Karena ia mengampuni dan mengasihi sahabat-sahabatnya.

Dari kisah Ayub, kita dapat belajar bahwa ketika kita mengampuni kesalahan orang lain, kita pun harus tetap mengasihi mereka. Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita untuk mengasihi sesama kita, seperti Tuhan Yesus juga mengasihi kita yang berdosa. Begitupun kita, harus mengasihi sesama kita, meskipun mereka telah berbuat jahat kepada kita. Jika kita telah mengasihi sesama yang telah berbuat jahat, maka kita telah melakukan kehendak Tuhan Yesus. Sebagai anak Allah, kita harus saling mengasihi, bukan hanya kepada teman, tetapi kepada orang yang berbuat jahat sekalipun. Karena itulah yang diperintahkan Tuhan kepada kita, murid-murid-Nya.

Card image
Truth Youth 14 Februari 2023 (English Version) - PROOF
2023-02-14 10:04:32


”And the second is like unto it, Thou shalt love thy neighbour as thyself." (Matthew 22:39)

Have you ever pondered that any activity today must be accompanied by evidence? It seems that without any evidence that our eyes can see, doubts always arise. Even though not all of these things become one thing that is true just because our eyes see it that way. For example, today for sure we all know the meaning of the word fake in Indonesian, a lot of content is shown by content creators who are only looking for engagement or personal gain from the content they create. Another example, if we do a favor for another person, is our motivation to do that kindness just to look good like the content on social media or to really help that person? If the answer is only to look good, then it is true that not everything that the eye sees is true. So what should we do or prove if loving others as ourselves is the second law of the law, especially what the Lord Jesus taught?

The second law teaches us to love our fellow human beings as ourselves, then what we can do to prove that we really love others properly is from the way we do the first law first. We must love God first with all our heart, all our soul and with all our mind. Because how can we really love our fellow human beings if we don't love God first properly? Because, if we have succeeded in loving God with all that we have, surely we know how to properly love fellow human beings as ourselves. In the end, the true evidence in loving others does not need to be seen by the eyes, but felt by the heart.

WHAT TO DO:
1. Learn to love God first with all we have.
2. Praying, reading the Bible, and going to church are examples of how we love God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Leviticus 27-27;
▪︎ Acts 26-28

Card image
Truth Youth 14 Februari 2023 - PROOF
2023-02-14 09:53:42


"Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Matius 22:39)

Pernah gak sih kalian renungin kalau kegiatan apa pun hari ini harus disertai dengan bukti? Rasa-rasanya tanpa bukti yang dapat mata kita lihat, keraguan itu selalu muncul. Padahal gak semua hal itu menjadi satu hal yang benar hanya karena mata kita melihatnya demikian. Contoh, hari ini pasti kita semua tahu arti kata fake atau palsu dalam bahasa Indonesianya, banyak sekali konten-konten yang ditunjukkan oleh content creator yang cuma sekadar mencari engagement atau keuntungan pribadi dari konten yang dibuatnya. Contoh lain, jika kita melakukan satu kebaikan kepada orang lain, apakah motivasi kita melakukan kebaikan itu hanya untuk terlihat baik seperti konten-konten di media sosial atau memang benar-benar membantu orang tersebut? Jika jawabannya hanya untuk terlihat baik, maka benar jika tidak semua hal yang dilihat oleh mata itu benar adanya. Lalu apa yang seharusnya kita lakukan atau buktikan jika mengasihi sesama seperti diri sendiri adalah hukum kedua dari hukum terutama yang Tuhan Yesus ajarkan?

Hukum yang kedua mengajarkan kita untuk mengasihi sesama manusia seperti diri kita sendiri, lalu yang dapat kita lakukan untuk membuktikan bahwa kita benar-benar mengasihi sesama dengan benar adalah dari cara kita melakukan hukum yang pertama terlebih dahulu. Kita harus mengasihi Tuhan terlebih dahulu dengan segenap hati, segenap jiwa dan dengan segenap akal budi kita. Karena bagaimana mungkin kita dapat mengasihi sesama manusia dengan benar jika kita tidak mengasihi Tuhan terlebih dahulu dengan benar? Sebab, jika kita telah berhasil mengasihi Allah dengan segenap apa yang kita miliki, sudah pasti kita tahu cara mengasihi sesama manusia seperti diri kita sendiri dengan benar. Pada akhirnya, bukti yang benar dalam mengasihi sesama itu tidak perlu dilihat oleh mata, tetapi dirasakan oleh hati.

WHAT TO DO:
1. Belajar untuk mengasihi Tuhan terlebih dahulu dengan segenap yang kita miliki
2. Berdoa, baca Alkitab, dan pergi ke gereja adalah contoh kita mengasihi Tuhan

BIBLE MARATHON:
▪︎ Imamat 25-27;
▪︎ Kis. 26-28

Card image
Renungan Pagi - 14 Februari 2023
2023-02-14 09:50:55


Jangan pernah bermimpi akan terluput dari segala macam krisis atau masalah selama kita masih hdiup di dunia ini, krisis atau masalah coraknya bermacam-macam, datang tanpa bisa diduga, tanpa permisi, dan sewaktu-waktu, yang terpenting adalah bagaimana reaksi kita dalam menyikapi masalah atau krisis yang ada, Daud yang hidup melekat kepada Tuhan, juga tak luput dari krisis atau masalah, namun ia telah siap sebelum krisis atau masalah menyerang, karena ia sudah 'tinggal' di dalam firman-Nya, sehingga dalam situasi yang buruk sekalipun, dengan penuh keyakinan, ia dapat berkata, "Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!"

Apa yang terjadi esok tak seorangpun yang tahu!, Bisa saja hari ini semuanya tampak tenang dan wajar, sampai suatu ketika krisis datang menyerang dengan tiba-tiba, sehingga keadaan yang semula tenang berubah menjadi lautan yang bergelora, saat itulah orang lain akan memperhatikan bagaimana orang yang menyebut diri sebagai orang percaya itu bereaksi, saat itu terbukalah keadaan rohani kita yang sesungguhnya,  respons terhadap krisis ini akan menyingkapkan kadar iman kita, kualitas hubungan dengan Tuhan, tentu saja dalam keadaan yang normal semua orang dapat memuji-muji Tuhan, mengucap syukur dan mengutip ayat-ayat firman Tuhan.

Bila krisis datang melanda, sengsaralah orang yang tak hidup karib dengan Tuhan, yang baru mencari Dia kalau tembok pertahanannya hampir runtuh, reaksi yang mula-mula timbul pastilah kepahitan hati; dan kemudian kita marah kepada Tuhan, menyalahkan Dia, dan menganggap bahwa Dia-lah yang menjadi penyebabnya. Berbeda dengan orang yang kualitas imannya teruji, yang di tengah krisis melanda ia mampu berkata, "Bangkitlah, ya TUHAN, di dalam kuasa-Mu! Kami mau menyanyikan dan memazmurkan keperkasaan-Mu. "Kualitas iman seseorang akan teruji saat krisis atau masalah datang!"
(Mazmur 18:3 ; Mazmur 21:14)

Card image
Quote Of The Day - 14 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-14 09:48:29


Ketika kita menjadikan Tuhan sebagai kehidupan kita, maka kita menemukan kehidupan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 14 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-14 09:47:46


Panggilan orang percaya adalah panggilan untuk hidup dalam ketepatan terhadap kehendak Allah atau menjadi sempurna seperti Bapa.

Card image
TANTANGAN - 14 Februari 2023
2023-02-14 09:35:39


Ketika kita mencari kehendak Allah untuk kita lakukan, mengerti rencana-Nya untuk kita penuhi, maka ada kebahagiaan yang melampaui segala akal yang Tuhan berikan, yang Paulus katakan sebagai, “Sukacita yang melampaui segala akal dan pikiran.” Namun, banyak orang tidak sampai menembus ke level ini. Bahkan aktivis, juga pendeta, belum sampai menembus level ini. Kegiatannya belum memiliki nafas kebenaran ini. Nyawanya belum nyawa Tuhan atau belum kehidupan Tuhan. Sejatinya, pengurbanan Tuhan Yesus harus mengubah kita, harus membuat kita bisa dinikmati oleh Allah. Maka, harus disadari bahwa kita telah dibeli dengan harga yang lunas dibayar, kita adalah milik Tuhan. Belajarlah mengerti kehendak Tuhan untuk kita lakukan, dan rencana-Nya untuk kita penuhi, dan terus hidup dalam proses perubahan tersebut.

Bukan Allah yang menyesuaikan diri terhadap kita; melainkan kita yang harus menyesuaikan diri terhadap kehendak-Nya. Memang kalau orang masih baru menjadi Kristen, Tuhan sering toleransi. Bukan kompromi. Tetapi, kalau sudah 15, 20, 30 tahun ikut Tuhan, maka Tuhan tidak mau toleransi lagi. Apalagi kompromi. Jangan membayangkan Tuhan yang penuh anugerah dan belas kasihan dengan prinsip only by grace; sola gratia, lalu Tuhan kompromi; “Tidak apa-apa. Kamu belum suci, tidak apa-apa. Kamu masih duniawi, tidak apa-apa.” Tuhan tidak kompromi. Hari ini kita yang masih merasa kuat, jangan sampai kita tergeletak tidak bisa bangun. Tidak usah sampai jatuh dari ketinggian tiga meter, syaraf belakang terjepit saja, kita tidak bisa bangun. Maka, kita harus serius untuk berubah.

Kalau Tuhan biarkan kita tetap kuat, tidak ada masalah, nanti ketika kita melihat kemuliaan Allah, kita akan gemetar, dan kita dibuang, artinya kita tidak bisa masuk ke dalam Rumah Bapa. Maka, kita harus seekstrem-ekstremnya untuk ini, sefanatik-fanatiknya. Tidak ada orang yang tiap hari berdoa lalu berdosa terus. Kalaupun bisa, jiwanya pasti akan terganggu. Maka, jangan heran kalau orang masih hidup dalam dosa, dia tidak bisa berdoa. Jangan main-main dengan Tuhan! Seluruh harta di dunia ini dengan triliunan kilo emas, berton-ton di bumi ini dan batu permata, semua dikumpulkan, tidak lebih harganya dari satu jiwa kita.

Menjadi tantangan bagi kita, apakah hidup kita bisa dinikmati Tuhan atau tidak. Maka, kita harus berusaha untuk hidup benar. Neraka itu mengerikan. Kemuliaan bersama Tuhan, indah. Namun, banyak orang sombong-sombong sekali, padahal mereka tidak tahu tragisnya hidup. Sebentar meninggal dunia juga jadi tengkorak. Jangan kita menjalani hidup seperti itu. Tidak ada yang indah selain berkenan di hadapan Tuhan. Mari renungkan dan bayangkan, ketika kita bertemu dengan Tuhan Yesus, apa reaksi Tuhan terhadap kita? Ketika kita berkata, “Terima kasih, Tuhan, atas kurban-Mu di kayu salib, di mana Tuhan menebus, memikul dosa-dosaku,” apa reaksi Tuhan kira-kira? Puaskah Tuhan dengan ucapan terima kasih yang terlontar dari bibir kita?

Pasti kita mengucapkan terima kasih tanpa getar air mata, tanpa getar perasaan yang mendalam, kalau hanya berterima kasih karena Yesus mati di kayu salib untuk menebus dosa-dosa dalam arti perbuatan salah kita. Tetapi, ketika kita menghayati maksud kurban Yesus di kayu salib, di mana oleh kurban-Nya kita diperkenankan untuk bisa memanggil Allah sebagai Bapa kita, menerima Roh Kudus, didikan dan hajaran Bapa sehingga kita bisa serupa dengan Yesus, kita bisa menjadi orang yang berkenan kepada Allah, maka ucapan terima kasih kita akan sangat dalam, dengan getar perasaan yang mendalam.

“Terima kasih Tuhan, Engkau telah mati bagiku di kayu salib, dan menjadikan aku ada sebagaimana aku sekarang, yaitu bisa semakin serupa dengan Yesus, bisa menyenangkan hati Allah Bapa, dan itu kehormatan. Oleh kurban Tuhan Yesus di kayu salib, aku menerima pembenaran di mana aku boleh menghampiri Allah dan memanggil Allah sebagai Bapa. Dia memeteraikan Roh Kudus di dalam aku dan menuntun aku. Bahkan melalui setiap peristiwa hidup, Dia menyempurnakan aku untuk menjadi sempurna seperti Bapa dan serupa dengan Yesus. Terima kasih, Tuhan, aku bersyukur bukan hanya terlepas dari api kekal, tetapi aku layak menjadi anak-anak Allah yang memiliki tempat di hadirat Allah selama-lamanya.”

Itulah sebabnya tidak ada pilihan dalam hidup kita selain terus mau bertumbuh, mau berubah agar kita diproses menjadi serupa dengan Tuhan Yesus. Tidak ada kesibukan yang lebih besar dari ini, yaitu bagaimana kita terus berubah menjadi manusia yang menyenangkan hati Bapa, seperti keberadaan Tuhan kita, Yesus Kristus. Inilah sejatinya kehidupan yang bernilai. Jangan lewatkan kesempatan yang berharga ini. Sekali, dan tidak pernah terulang untuk selama-lamanya.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

MENJADI TANTANGAN BAGI KITA, APAKAH HIDUP KITA BISA DINIKMATI TUHAN ATAU TIDAK.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 Februari 2023
2023-02-14 09:29:36

Imamat 5-7

Card image
Truth Kids 13 Februari 2023 - HIDUP DALAM KASIH TUHAN
2023-02-13 09:34:01


Mazmur 25:10
“Segala jalan Tuhan adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya.”

Kasih-Nya seperti sungai. Kasih-Nya seperti sungai. Kasih-Nya seperti sungai di hatiku. Mengalir di waktu susah, mengalir di waktu senang. Kasih-Nya seperti sungai di hatiku. Sobat Kids, apakah kalian tahu lagu tersebut? Lagu tersebut menceritakan kasih Tuhan yang melimpah. Kasih Tuhan seperti air di sungai yang selalu mengalir. Manusia tidak akan mampu bertahan hidup tanpa air. Air dapat memberi kehidupan. Bukan saja kepada manusia melainkan kepada semua makhluk hidup, termasuk tanaman dan binatang.

Saat kita sadar bahwa kasih Tuhan melimpah dalam hidup ini, kita dimampukan untuk mengampuni orang lain. Saat kita mengampuni orang lain, itu bukan karena kehebatan diri kita sendiri, Sobat Kids. Namun, ada kasih Tuhan yang melimpah dalam diri kita yang memampukan kita memaafkan kesalahan orang lain. Jadi kita perlu berada di dalam jalan Tuhan dan mengikuti perintah-Nya setiap saat. Hidup dalam aliran kasih Tuhan yang melimpah.

Card image
Truth Junior 13 Februari 2023 - KASIH TUHAN
2023-02-13 09:32:12


Mazmur 25:10
“Segala jalan Tuhan adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya."

Apakah Sobat Junior masih sering kesal kepada teman atau orang lain yang berbuat salah terhadap kalian? Coba diingat-ingat dulu, ya. Mungkin sebagian dari kalian masih ada yang merasa kesal kepada teman atau orang yang telah kalian maafkan. Kita bisa saja merasa kesal karena ia melakukan kesalahan yang sama lagi. Kita kembali teringat semua kesalahan yang pernah ia perbuat kepada kita. Jika seperti itu, berarti kita belum sepenuhnya mengampuni teman kita, bahkan belum bisa mengasihinya. Ketika mengampuni, seharusnya kita sadar bahwa ada kasih Tuhan dalam hidup kita. Oleh karena itu, kita juga harus mengasihi orang yang berbuat salah kepada kita.

Tuhan Yesus mau, ketika mengampuni kita sadar bahwa itu kesempatan yang Tuhan Yesus berikan bagi kita untuk merasakan kasih-Nya di dalam hidup kita. Karenanya, kita juga harus memberikan atau menyalurkan kasih tersebut kepada sesama, bahkan orang yang berbuat jahat. Jadi ketika kita diperhadapkan kepada teman yang sudah kita maafkan tapi masih membuat kita marah, maka kita harus belajar untuk mengasihi dia. Ingatlah, bahwa Tuhan Yesus sudah memberikan kasih-Nya kepada kita. Jika kita mengasihi orang yang berbuat salah, itu berarti kita juga sudah menyalurkan kasih Tuhan yang Ia berikan kepada kita. Yuk, kita sadar bahwa Tuhan sudah memberikan kasih-Nya ketika kita mengampuni orang yang berbuat salah kepada kita.

Card image
Truth Youth 13 Februari 2023 (English Version) - BEING PICKY ON PEOPLE
2023-02-13 09:30:40


”Wherefore receive ye one another, as Christ also received us to the glory of God." (Romans 15:7)

In the past, we often heard that we were asked, why should we love others? The answer is definitely because God has loved us first. Some people also say that service is our thanksgiving for God's gift in our lives.

However, let's think about it again. Is it true that we love others because God first loved us? Or is there another interest in us when we love others? Then try to ask too, is it true that we serve as our thanksgiving for God's gift in our lives? Or is there another intention deep down in our hearts regarding service?

Everything within us is naked in the eyes of God. Whatever the motivations and intentions of our minds, God also knows. If we really want to love others because God first loved us, shouldn't we love regardless of who we want to love? Don't we need to love without seeing what that person has given us?

When we love, we love because indeed we see God who, with his attitude of life while in the world, has always loved others. Our life in this world is only following the example of Jesus and Jesus never taught us to be picky in loving people. The Lord Jesus always teaches us to have sincere love, to love others as we love ourselves. Have we loved others as we love ourselves? And have we been a good role model while living in this world?

WHAT TO DO:
1. Realizing that as long as we live, we live by the example of the Lord Jesus.
2. Giving small kindness to those around us.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Leviticus 22-24;
▪︎ Acts 23-25

Card image
Truth Youth 13 Februari 2023 - PILIH-PILIH ORANG
2023-02-13 09:26:39


"Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah." (Roma 15:7)

Dulu kita sering banget mendengar kalau kita ditanya, kenapa kita harus mengasihi orang lain? Jawabannya pasti karena Tuhan sudah lebih dahulu mengasihi kita. Beberapa orang juga bilang kalau pelayanan itu adalah ucapan syukur kita atas pemberian Tuhan dalam hidup kita.

Tetapi, cobalah kita renungkan kembali. Apa benar kita mengasihi orang lain karena Tuhan terlebih dahulu mengasihi kita? Atau ada kepentingan lain di dalam diri kita ketika kita mengasihi orang lain? Terus coba kita bertanya juga, apa benar kita pelayanan itu sebagai ucapan syukur kita atas pemberian Tuhan dalam hidup kita? Atau ada niat lain di lubuk hati kita tentang pelayanan?

Semua hal dalam diri kita, telanjang di mata Tuhan. Apapun motivasi dan niat dari benak pikiran kita, Tuhan juga tahu. Seandainya kita benar ingin mengasihi orang lain karena Tuhan terlebih dahulu mengasihi kita, bukankah kita perlu mengasihi tanpa pandang siapa orang yang mau kita kasihi? Bukankah kita perlu mengasihi tanpa melihat apa yang orang itu sudah berikan untuk kita?

Ketika kita mengasihi, kita mengasihi karena memang kita memandang Tuhan yang dengan sikap hidupNya selama di dunia selalu mengasihi orang lain. Hidup kita di dunia ini hanya mengikuti teladan Yesus dan Yesus tidak pernah mengajarkan kita untuk pilih-pilih orang dalam mengasihi. Tuhan Yesus selalu mengajarkan kita untuk memiliki kasih yang tulus, mengasihi orang lain seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Sudahkah kita mengasihi orang lain seperti kita mengasihi diri kita sendiri? Dan sudahkah kita menjadi teladan yang baik selama hidup di dunia ini?

WHAT TO DO:
1. Menyadari kalau selama kita hidup, kita hidup dengan teladan Tuhan Yesus
2. Memberi kebaikan kecil untuk orang-orang yang ada di sekitar kita

BIBLE MARATHON:
▪︎ Imamat 22-24;
▪︎ Kis 23-25;

Card image
Renungan Pagi - 13 Februari 2023
2023-02-13 09:24:30


John C. Maxwell menyatakan bahwa medan peperangan terbesar dalam diri manusia yang sesungguhnya adalah terletak pada pikirannya sendiri, ini menunjukkan bahwa pikiran memiliki pengaruh besar dalam perjalanan hidup manusia, oleh karena itu perlu berhati-hati dengan pikiran kita, sebab apa yang ada dalam pikiran akan membentuk setiap tindakan, pikiran manusia itu ibarat seperti tanah atau ladang, yang tidak pernah memilih dan memedulikan jenis benih apa yang hendak ditanam di atasnya, benih apa pun yang kita tabur dan semai, tanah akan meresponsnya, lalu menumbuhkan benih yang ditabur itu, andai kita menabur benih jagung, maka secara otomatis yang akan tumbuh dari tanah itu adalah buah jagung, bukan yang lain. 

Begitu juga bila kita mungkin menabur rumput liar atau tanaman-tanaman penganggu sekalipun, tanah tetap saja akan merespons benih-benih itu dan menumbuhkannya juga, jadi apapun yang kita tanamkan dalam pikiran, entah itu hal-hal yang baik atau tidak baik, positif atau negatif, pikiran kita akan segera menerima, merespons, dan menumbuhkannya, tidak peduli hal itu berdampak positif atau negatif terhadap kehidupan : menuntun kepada keberhasilan atau kehancuran, jadi untuk keputusan dan pilihan ada pada kita sendiri. Sadar atau tidak, seringkali kita mengisi dan memenuhi pikiran dengan hal-hal yang negatif tentang diri sendiri: hidupku penuh masalah, aku tak punya apa-apa, penyakitku sudah tak ada obatnya, keluargaku berantakan, aku ini orang yang miskin tak punya masa depan, hal-hal buruk yang kita ucapkan itu akan direspons oleh pikiran dalam bentuk sikap dan tindakan, yang pada saatnya akan menghasilkan sesuatu yang sama persis seperti yang kita tanam, tetapi bila yang kita tanam adalah hal-hal yang baik dan positif: semangat atau rasa percaya diri, pikiran kita juga akan merespons hal itu kedalam sikap dan tindakan, sehingga hidup akan menjadi seperti yang kita harapkan, itulah sebabnya", semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."
(Filipi 4:8)

Card image
Quote Of The Day - 13 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-13 09:19:35


Kesusahan dan perjuangan kita mengenakan kehidupan Yesus merajut kebahagiaan di hati Bapa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 13 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-13 09:18:41


Sikap kita terhadap uang sangat penting karena hal ini bertalian langsung dengan keselamatan kekal kita. Sikap yang salah terhadap uang mendatangkan bencana abadi yaitu kebinasaan.

Card image
MUST STRIVE - 13 Februari 2023 (English Version)
2023-02-13 09:17:17


To be honest, some of us still feel strange to God and this means something is wrong in our lives and it is very dangerous. We feel strange even though we have called His name and this happens because we do not yet have an exclusive or intimate relationship with Him. We must be aware of this and don’t let this situation drag on, so, we must strive how to have an intimate relationship with God, though indeed, it must be through a process. Thank God, if we realize that this is wrong, for it is hypocritical so that in the end, we want to change our way of life and then we can unite with God.

Ironically, people living today, though are not exclusive with God, have no idea how dangerous such a situation is, and when one day they meet God, they will truly regret it. God the Father, really wants to be the Father in the relationship with us and it must be exclusive. Don’t just refer to God as the Father without having a relationship experience with Him exclusively. Let’s not ignore or mess with this. We have to find a way for us to have an exclusive relationship—not just in our minds as in theory that God is the Father and we are His children—but in a truly touching experience, where the Father feels it too.

One day, we will meet our Lord Jesus Christ, and that’s for sure because everyone must face the Judgment Seat of Christ (2 Cor. 5:9-10). Jesus gave Himself to be a Friend who is so close and intimate, that we were like His bride. That’s what is said in Eph.5:31-32, “For this reason a man will leave his father and mother and be united to his wife, and the two will become one flesh.” This is a profound mystery—but I am talking about Christ and the church.” So, the relationship between Christ and the church is so exclusive that nothing can describe or analogize it except the relationship between husband and wife.

A man leaves his father and mother and is united with his wife. We must also dare to leave everything that hinders us from having an exclusive relationship with God. So, we have to make an effort to have an exclusive relationship with God while we are still alive and have the opportunity. At church, we only have 45 minutes to 1 hour to listen to God’s Word. Then, we have to work on it, striving in our minutes, hours, and days to find God and have a right relationship with Him, just as said by Paul in 2 Cor.11, “… I might present you as a pure virgin to Him. But I am afraid that just as Eve was deceived by the serpent’s cunning, your minds may somehow be led astray from your sincere and pure devotion to Christ.”

“Pure virgin” here means having a heart that is not attached to anything, not focused on something else which could hinder or damage our exclusive relationship with God. God has many children, but there are those who do not have a right relationship with Him because they are naughty and follow the way of the world, not follow His way. So, we have to be hard and force ourselves because if we are not hard on ourselves, then the world will be hard on us and many of us are still ill and immature in God’s eyes. Ironically, most people don’t care; whether they are beautiful before God or not.

There may be no one who questions our condition while we are still alive on earth, but after we die, we will face the Judgment Seat of Christ where we must give an account of how we fill our days of life. We must recognize our condition whether we are already beautiful before God or not. Though outwardly we are wasting away, inwardly we are being renewed day by day; be beautified. Don’t focus on many things until we don’t pay attention to our inner man, so, we must be willing to change and it is God who can do it, not human beings.

We should manage our inner being. We must not hold grudges, and hate, and not hurt people; so, even if we get hurt, don’t repay for it’s an opportunity to cultivate our minds. It is normal if we are good to good people, but if we can be kind to bad people, that is extraordinary and God’s children should be like that. The focus is on our inner man; no grudges, hate, or jealousy, be honest in speaking, and clean mind. Do not talk about what we shouldn’t, and every word must become a blessing and this must be trained technically, practically, and naturally every day; for that is holiness. Talking about chastity does not need to be grandiose. We must continue to correct every word we say, every movement of our thoughts, feelings, and actions. Today, we repent and do not sin anymore, and that is the meaning of a meaningful life.

  SO, WE HAVE TO MAKE AN EFFORT TO HAVE AN EXCLUSIVE RELATIONSHIP WITH GOD WHILE WE ARE STILL ALIVE AND HAVE THE OPPORTUNITY.

Card image
HARUS BERUSAHA - 13 Februari 2023
2023-02-13 09:15:03


Sejujurnya, ada di antara kita yang masih merasa asing dengan Tuhan. Itu berarti ada sesuatu yang salah dalam hidup kita dan sejatinya, itu sangat membahayakan. Kita merasa asing walaupun kita sudah memanggil-manggil nama-Nya. Hal itu terjadi karena kita belum memiliki hubungan yang eksklusif, yang intim dengan-Nya. Kita harus sadar akan hal itu. Jangan membiarkan keadaan ini berlarut-larut. Kita harus berusaha untuk bagaimana memiliki hubungan yang intim dengan Allah. Memang semua kita perlu proses. Syukur kemudian kita sadar ini salah, ini munafik. Sehingga akhirnya, kita mau mengubah cara hidup kita agar bisa menyatu dengan Tuhan.

Ironis, orang-orang yang hidup sekarang ini tidak eksklusif dengan Tuhan, namun tidak tahu betapa bahayanya keadaannya itu. Ketika suatu hari bertemu dengan Tuhan, baru mereka menyesal. Dia, Bapa, benar-benar mau menjadi Bapa dalam hubungan Bapa dan anak yang harus eksklusif. Jangan hanya menyebut Allah sebagai Bapa tanpa memiliki pengalaman sentuhan sebagai anak dengan Bapa dalam hubungan yang eksklusif. Jangan kita abaikan dan main-main dengan hal ini. Kita harus mencari cara bagaimana kita bisa memiliki hubungan yang eksklusif—bukan hanya ada di dalam pikiran sebagai teori bahwa Bapa itu Allah dan kita adalah anak—melainkan sebagai pengalaman yang benar-benar menyentuh, dan Bapa juga merasakannya.

Suatu hari kita akan bertemu dengan Tuhan kita, Yesus Kristus, dan itu pasti. Sebab setiap orang harus menghadap takhta pengadilan Kristus (2 Kor. 5:9-10). Yesus benar-benar memberi diri untuk menjadi Sahabat yang begitu karib dan akrab, sehingga seperti menjadi mempelai. Begitu yang dikatakan dalam Efesus 5:31, “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.” Jadi, hubungan Kristus dan jemaat itu begitu eksklusif. Sampai tidak ada yang dapat menggambarkan atau menganalogikan kecuali hubungan suami istri.

Seorang laki-laki meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya. Kita pun harus berani meninggalkan segala sesuatu yang membuat kita terhalang untuk memiliki hubungan yang eksklusif dengan Tuhan. Jadi selagi kita masih hidup dan memiliki kesempatan untuk memiliki hubungan eksklusif, kita harus berusaha. Di gereja, kita hanya memiliki waktu 45 menit hingga 1 jam untuk mendengarkan Firman Tuhan. Maka, selanjutnya kita sendiri yang harus menggeliat, berusaha dalam menit-menit, jam-jam, hari-hari kita untuk menemukan Tuhan dan memiliki hubungan dengan Dia secara benar. Seperti yang dikatakan Paulus dalam 2 Korintus 11, “Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus. Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.”

“Perawan suci” di sini maksudnya adalah hati yang tidak terikat dengan sesuatu. Tidak terfokus pada sesuatu, sehingga menghalangi atau merusak hubungan eksklusif kita dengan Tuhan. Allah punya banyak anak, tentu. Tetapi ada anak-anak yang tidak memiliki hubungan yang benar dengan Bapa, karena mereka nakal; ikut jalan dunia, bukan ikut jalan Tuhan. Maka, kita harus nekat atau memaksa diri. Kalau kita tidak keras kepada diri kita, maka dunia akan keras memengaruhi kita dan banyak di antara kita yang masih sakit, belum dewasa di mata Tuhan. Ironisnya, banyak orang tidak peduli; apakah dia cantik di hadapan Tuhan atau tidak.

Selama kita masih hidup di bumi, mungkin memang tidak ada yang mempersoalkan keadaan kita. Tetapi kalau kita mati, kita akan menghadap takhta pengadilan Kristus dan harus bertanggung jawab bagaimana kita mengisi hari kita. Kita harus mengenali keadaan kita, apakah sudah cantik atau belum di hadapan Tuhan? Manusia lahiriah kita semakin merosot, semakin rentan, tetapi manusia batiniah kita harus selalu dibarui; dipercantik. Jangan fokus untuk banyak hal sampai kita tidak memperhatikan manusia batiniah. Kita harus mau berubah dan yang bisa mengubah itu Tuhan, bukan manusia.

Kita kelola batin kita. Jangan punya dendam, benci, melukai orang; dilukai pun jangan membalas. Itu kesempatan untuk mengolah batin kita. Kalau kita baik dengan orang baik, itu biasa. Kita baik kepada orang jahat, itu yang luar biasa dan anak-anak Allah harus begitu. Fokusnya di manusia batiniah; tak dendam, tak benci, tak cemburu, jujur, mulut benar, pikiran bersih. Kalau tak perlu bicara, tidak usah bicara, setiap perkataan menjadi berkat. Dan itu dilatih secara teknis, praktis dan natural setiap hari; itu kesucian. Bicara mengenai kesucian tak usah muluk-muluk. Setiap kata yang kita ucapkan, setiap gerak pikiran perasaan kita, perbuatan-perbuatan kita harus terus kita koreksi. Hari ini kita bertobat dan jangan berbuat dosa lagi. Itulah arti hidup yang bermakna.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

JADI SELAGI KITA MASIH HIDUP DAN MEMILIKI KESEMPATAN UNTUK MEMILIKI HUBUNGAN EKSKLUSIF, KITA HARUS BERUSAHA.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 Februari 2023
2023-02-13 09:12:29

Imamat 1-4

Card image
Truth Kids 12 Februari 2023 - SUKACITA
2023-02-12 09:52:52


Ibrani 10:34
“Memang kamu telah turut mengambil bagian dalam penderitaan orang-orang hukuman dan ketika harta kamu dirampas, kamu menerima hal itu dengan sukacita, sebab kamu tahu, bahwa kamu memiliki harta yang lebih baik dan yang lebih menetap sifatnya.”

Sobat Kids, apakah kalian masih ingat kisah Yusuf? Yusuf dipersiapkan Tuhan untuk menjadi pemimpin Mesir, untuk menyelamatkan banyak orang dari bencana kelaparan. Bagaimana cara Tuhan mempersiapkannya? Yusuf harus mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan. Karena iri hati, Yusuf sengaja dijual oleh saudara-saudaranya kepada orang asing. Ia harus bekerja sebagai budak hingga masuk penjara untuk hal yang tidak dilakukannya. Tetapi kesabaran dan iman Yusuf kepada Tuhan tidak hilang. Yusuf tidak marah-marah kepada Tuhan, Ia tetap percaya bahwa Tuhan akan menolongnya. Dalam kesulitan hidupnya, ia tidak menyimpan dendam dan amarah. Hal ini terbukti, Tuhan menolong Yusuf dan menjadikannya pemimpin besar. Saat menjadi pemimpin yang berkuasa, Yusuf memilih untuk mengampuni dan menolong saudara-saudaranya. Yusuf tidak mengingat kesalahan mereka.

Melalui peristiwa-peristiwa yang menyedihkan, Yusuf akhirnya menerima sukacita besar yang Tuhan sediakan. Tidak hanya berkat sebagai pemimpin yang diterimanya, tetapi juga kasih dan sukacita. Pengampunan yang ditunjukkan oleh Yusuf menyelamatkan keluarganya. Kalian juga mau merasakan sukacita, kan? Yuk, kita mengampuni kesalahan orang lain.

Card image
Truth Junior 12 Februari 2023 - SUKACITA
2023-02-12 09:51:27


Ibrani 10:34
“Memang kamu telah turut mengambil bagian dalam penderitaan orang-orang hukuman dan ketika harta kamu dirampas, kamu menerima hal itu dengan sukacita, sebab kamu tahu, bahwa kamu memiliki harta yang lebih baik dan yang lebih menetap sifatnya.”

Memaafkan adalah tindakan yang tidak mudah untuk dipraktikkan oleh setiap orang. Sering kali kita menganggap memaafkan hanyalah sekadar perkataan. Namun, ternyata tidak. Ketika ada teman yang membuat kita marah, ia mengecewakan atau bahkan berbohong pada kita, maka respons yang benar adalah memaafkan teman tersebut.

Memaafkan orang lain memberikan manfaat bagi diri kita, Sobat Junior. Pertama, kita akan memperoleh rasa damai atau sukacita dengan orang, saudara, dan teman-teman kita. Kedua, saat kita saling memaafkan; ada komunikasi kembali, bahkan kita dapat lebih dekat mengenal dan mengerti satu sama lain. Dan terakhir, adanya pertumbuhan iman. Kita saling memperbaiki dan belajar untuk melakukan hal yang benar di mata Tuhan.

Jadi, ketika saling memaafkan, kita mendapatkan rasa sukacita terhadap diri kita sendiri dan orang lain. Ingatlah, Tuhan menjadi teladan kita. Ia memaafkan kesalahan semua orang dan ingin menuntun kita untuk bertumbuh menjadi sempurna. Pengampunan akan memberikan rasa sukacita dalam hubungan kita dengan Tuhan dan sesama.

Card image
Truth Youth 12 Februari 2023 (English Version) - BEFORE OTHER PEOPLE
2023-02-12 10:00:35


”Honour thy father and thy mother: and, Thou shalt love thy neighbour as thyself." (Matthew 19:19)

Love your neighbor as yourself. Isn't it before loving our fellow human beings, we must love ourselves? Now, do we love ourselves well? And how are we to be able to love ourselves so that we are able to love our neighbors? We can reflect on how God's love for us. God is so gentle and compassionate with us and that's how we should also be gentle and compassionate with ourselves.

Sometimes we like to protest with ourselves, why haven't we been able to achieve this and that? Why can't you do this and that? Why can it be careless so that it has this and that effect? Sometimes, we like to be too hard on ourselves, without remembering that before we love others, we must first love ourselves. We also have to be good with ourselves. Thank you for every thing that we are able to go through every day. Thank you for everything we can achieve. Unknowingly, we are great people with our own capacities. Love ourselves by not worrying too much about other people's achievements. Take care of ourselves by taking care of our health and happiness. Before going to others, we have to be to ourselves.

WHAT TO DO:
1. Start taking care of your own health and happiness.
2. Start appreciating your own achievements.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Leviticus 19-21;
▪︎ Acts 20-22

Card image
Truth Youth 12 Februari 2023 - SEBELUM KE ORANG LAIN
2023-02-12 09:45:56


"Hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
(Matius 19:19)

Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Bukankah sebelum mengasihi sesama kita manusia, kita harus mengasihi diri kita sendiri? Sekarang, apakah kita sudah mengasihi diri kita sendiri dengan baik? Dan bagaimana cara kita untuk bisa mengasihi diri kita sendiri sehingga kita mampu mengasihi sesama kita? Kita bisa berkaca dari bagaimana kasih Tuhan kepada kita sendiri. Tuhan begitu lembut dan penyayang dengan diri kita dan itulah bagaimana kita juga harus lembut dan penyayang dengan diri kita sendiri.

Kadang kita suka protes dengan diri kita sendiri, mengapa belum bisa mencapai ini dan itu? Mengapa tidak bisa melakukan ini dan itu? Kenapa bisa ceroboh sehingga memberikan dampak ini dan itu? Kadang, kita suka terlalu keras dengan diri kita sendiri, tanpa ingat kalau sebelum kita mengasihi orang lain, kita harus terlebih dahulu mengasihi diri kita sendiri. Kita juga harus baik dengan diri kita sendiri. Berterima kasihlah untuk setiap hal yang mampu kita lewati setiap harinya. Berterima kasihlah untuk setiap hal yang mampu kita capai. Tanpa sadar, kita adalah orang-orang yang hebat dengan kapasitas kita masing-masing. Sayangilah diri kita sendiri dengan tidak perlu terlalu memusingkan pencapaian orang lain. Sayangilah diri kita sendiri dengan menjaga kesehatan dan kebahagiaan kita. Sebelum ke orang lain, kita harus ke diri sendiri.

WHAT TO DO:
1. Mulai menjaga kesehatan dan kebahagiaan diri sendiri
2. Mulai menghargai pencapaian diri sendiri

BIBLE MARATHON:
▪︎ Imamat 19-21;
▪︎ Kis 20-22;

Card image
Renungan Pagi - 12 Februari 2023
2023-02-12 10:05:54


Melayani Tuhan adalah pekerjaan yang sangat mulia dan itu adalah anugerah Tuhan yang luar biasa; karena tugas melayani Tuhan adalah mulia, maka kita yang sudah dipercaya Tuhan untuk terlibat dalam pelayanan, di manapun berada dan apapun bentuknya, tidak boleh mengerjakan tugas tersebut sekehendak diri sendiri atau asal-asalan, itulah sebabnya Rasul Paulus sangat berhati-hati dalam memilih dan menetapkan orang-orang yang hendak dipercaya untuk melayani jemaat Tuhan. Secara kuantitas atau ditinjau dari jumlahnya, orang-orang yang telah bertobat dan percaya kepada Kristus memang sangat banyak, namun tidak semua orang layak dan bisa dipilih menjadi mitra kerja di ladang Tuhan, akhirnya dari sekian banyak orang yang mengikut Kristus hanya tujuh orang saja yang dipilih dan dipercaya untuk mengemban tugas sebagai pelayan Tuhan. 

Rasul Paulus menyatakan syarat utama untuk menjadi pelayan Tuhan adalah terkenal baik dan penuh Roh Kudus, terkenal baik berbicara tentang reputasi seseorang di mata orang lain atau nama baik, "Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas", terkenal baik berarti memiliki kehidupan yang bisa dijadikan panutan atau teladan, sebagaimana yang Paulus nasihatkan kepada Timotius, "Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu."

Card image
Quote Of The Day - 12 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-12 09:39:16


Yang paling dibutuhkan Tuhan itu bukan uang, tenaga atau waktu kita untuk pelayanan, melainkan di setiap hari kita membuat Tuhan tersenyum.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 12 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-12 09:38:34


Orang yang tidak benar mengenai keuangan atau bersikap tidak benar terhadap uang menutup pengertiannya terhadap kebenaran.

Card image
COURAGE TO STEP - 12 Februari 2023 (English Version)
2023-02-12 09:37:09


Are we aware that the Devil gives fear in us? Some of us may realize that we are afraid or lack the courage to follow God with all our hearts, and we do not dare to commit to living a holy life, do not dare to make the decision not to love the world anymore, or fear to decide to fully believe in God who is invisible. We must learn to conquer such feelings and thoughts because it is we who must conquer them. God does not conquer for us, because if He does, then He violates His substance that has been given to humans since they have free will to make decisions and act. This is an important key in Christian life, namely the courage to step up.

When we decide to take a step, surely, we will then be motivated to come to church, pray, fast, and hear the Word of God. If we are couraged to kill, turn off, throw away, extinguish, and silence the feeling of fear, then the courage to step up will emerge. We must be able to master the territory of our own life. Our thoughts, feelings, and souls are all in our control, but if we are in a feeling of fear, then we will be overwhelmed by it and satan will poison our minds with the words, “You can’t. Just later. Not intending to betray God, but just postpone it. Wait for a good time.” Those are the deceiving words of satan that can confuse and trap us.

Every time is good because God who gives time is good. However, whether the time is good or not, depends on how we interpret and fill it. Therefore, expressing a sacred promise to leave the love of the world is not something extraordinary or great, because it is a normal and right standard of Christian life in the eyes of God. We then come to understand that it is the only option that keeps us from eternal fire, or from a life that grieves God’s heart. So, if we think that promising to live a holy life, leaving the world’s love, and promising to believe in something extraordinary, then it means that we haven’t made the right decision yet or dared to move on.

When we commit to being earnest in God, we must do and fulfill whatever He wants and commands. Let us live holy, live without blemish, leave the love of the world, make bold decisions to believe in God, focus on the Kingdom of Heaven (The New Heavens and Earth), and look to Him. We also enjoy His presence every day and admire the truths that God has given. Therefore, one way for us to realize that commitment or determination is to try to think that we have passed away and are in the presence of God. Are there any remaining sins that we still commit? Is there still a part of our heart that we do not dedicate to God? Is there a room in our hearts that is still filled by the world, our pleasures, or others?

People often don’t want to seriously open their hearts before God to be examined or willingly empty their hearts of all the pleasures of the world so that they can be filled only by God and the Holy Spirit. The problem is, people like this don’t dare to go all out for God, for they still have another world, while supposedly, God is our only world. There is no other world, only God alone and we must believe that if we follow this truth, one day we will know how lucky we are. So, it’s not without reason that the scriptures say, “Whom have I in heaven but You? And earth has nothing I desire besides You.” 

Don’t let anything that is not right in us or violates sanctity, because God will get rid of us. We all must commit earnestly wanting to living in fear of God. Today, we are in a crisis for the world is heading toward darkness. We must prevent as many people as possible from going to hell. Do not let small matters exaggerate or distract our minds and remember that we are at war to save many souls. The dark forces are terrible and extraordinary, though, of course, their enormity does not surpass God. However, if we are not attached to God and seriously ask for His help, we will be finished, because everyone can be possessed by dark powers, not just ordinary people, even church activists, pastors, or their families.

Remember, God is alive, so, don’t fight Him! We all have to live holy and don’t love the world and everything surely can be passed, and if we have food and clothing, we will be content with that. Let’s mourn this world, and not just think selfishly about ourselves because this life will be valuable when our lives become a blessing to others.

  WHEN WE HAVE OVERCOME THE FEELING OF FEAR, THEN THE COURAGE TO STEP WILL APPEAR

Card image
KEBERANIAN MELANGKAH - 12 Februari 2023
2023-02-12 09:35:23


Sadarkah kita bahwa Iblis memberi ketakutan di dalam diri kita? Dan sebagian kita dapat menyadari adanya ketakutan atau kurang berani untuk mengikut Tuhan dengan segenap hati, tidak berani berkomitmen untuk hidup suci, tidak berani untuk mengambil keputusan tidak mencintai dunia lagi dan tidak berani mengambil keputusan untuk percaya sepenuh kepada Allah yang tidak kelihatan. Kita harus belajar untuk menaklukkan perasaan dan pikiran seperti itu, karena kitalah yang harus menaklukannya. Tuhan tidak menaklukkan, sebab jika Tuhan menaklukkan, maka Tuhan melanggar hakikat-Nya yang telah diberikan kepada manusia, bahwa manusia memiliki kehendak bebas untuk mengambil keputusan dan bertindak. Ini kunci penting dalam hidup kekristenan yaitu keberanian melangkah.

Ketika kita mengambil keputusan untuk melangkah, pasti kita kemudian termotivasi untuk datang ke gereja, berdoa, puasa, mendengar Firman. Tidak bisa tidak, ketika kita membunuh, mematikan, membuang, memadamkan, membungkam perasaan takut tersebut, maka akan muncul keberanian melangkah. Kita harus dapat menguasai wilayah hidup kita sendiri; pikiran, perasaan, jiwa kita semua ada di dalam kendali kita. Tetapi kalau kita ada di dalam perasaan takut, maka kita akan selalu takut. Setan akan meracuni pikiran kita dengan perkataan, “Engkau tidak akan bisa. Nanti saja. Bukan bermaksud mau mengkhianati Tuhan, tetapi tunda saja. Tunggu waktu yang baik.” Itu perkataan dari setan yang mau menipu kita.

Setiap waktu adalah baik, karena Tuhan yang memberi waktu itu baik adanya. Menjadi baik atau tidak, tergantung bagaimana kita memaknai dan mengisinya. Maka mengungkapkan janji suci, meninggalkan percintaan dunia menjadi bukan sesuatu yang luar biasa, hebat atau dahsyat, karena itu adalah standar hidup kekristenan yang normal dan benar di mata Allah. Dan kita jadi mengerti bahwa itu satu-satunya pilihan untuk menghindarkan kita dari api kekal, dari kehidupan yang mendukakan hati Allah. Jadi, kalau kita menganggap berjanji hidup suci, meninggalkan percintaan dunia, berjanji untuk percaya sebagai suatu yang luar biasa berarti kita belum mengambil keputusan atau keberanian melangkah dengan benar.

Maka, ketika kita punya komitmen untuk sungguh-sungguh di dalam Tuhan, apa pun yang Tuhan kehendaki, kita pasti mau lakukan dan apa pun yang Tuhan perintahkan, kita mau untuk memenuhinya. Mari, kita hidup suci, tak bercacat tak bercela, meninggalkan percintaan dunia, mengambil keputusan berani percaya kepada Allah, fokus kepada Kerajaan Surga (Langit Baru dan Bumi Baru), memandang Tuhan. Ditambah lagi dengan menikmati hadirat-Nya setiap hari, dan kekaguman kita akan kebenaran-kebenaran yang Tuhan berikan. Oleh sebab itu, salah satu cara untuk kita bisa mewujudkan komitmen atau tekad itu adalah coba kita pikirkan bahwa kita sudah meninggal dunia lalu ada di hadapan Tuhan. Apakah masih ada sisa dosa yang kita lakukan? Apakah masih ada bagian hati kita yang tidak kita persembahkan bagi Tuhan? Apakah ada ruangan hati kita yang diisi oleh dunia, kesenangan kita atau sesuatu?

Sering kali orang tidak mau serius membuka hatinya di hadapan Tuhan untuk diperiksa dan kesediaan untuk mengosongkan hati dari segala kesenangan dunia untuk dapat diisi hanya oleh Tuhan dan Roh Kudus. Orang seperti ini tidak berani habis-habisan untuk Tuhan, ini masalahnya. Dia masih punya dunia lain. Mestinya, Tuhan itu menjadi satu-satunya dunia kita. Tidak ada dunia lain, hanya Tuhan saja. Percayalah, kalau kita mengikuti kebenaran ini, suatu hari kita akan tahu betapa beruntungnya kita. Jadi, bukan tanpa alasan kalau kitab suci berkata, “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.”

Jangan coba-coba kalau ada hal yang kurang benar atau melanggar kesucian, pasti Tuhan akan singkirkan. Kita semua harus berkomitmen untuk sungguh-sungguh mau hidup takut akan Allah. Zaman sekarang ini, kita berada dalam suasana krisis. Dunia sedang menuju kegelapan. Kita harus mencegah sebanyak mungkin orang masuk neraka. Jangan urusan kecil dibesar-besarkan atau mengalihkan fokus pikiran kita. Ingat, kita sedang berperang menyelamatkan banyak jiwa dan kuasa gelap itu dahsyat dan luar biasa. Tentu dahsyatnya tidak melampaui Tuhan. Tetapi kalau kita tidak melekat dan serius meminta pertolongan Tuhan, habis kita. Yang bisa kesurupan itu bukan hanya orang-orang biasa. Pendeta, aktivis, pengurus, keluarga pendeta, siapa pun bisa kesurupan!

Ingat, Tuhan itu hidup. Jangan lawan Tuhan! Pada dasarnya, kita semua harus hidup suci, jangan mencintai dunia. Semua pasti bisa dilewati; asal ada makanan dan pakaian, cukup. Mari kita meratapi dunia ini, jangan egois memikirkan diri sendiri. Hidup ini akan menjadi bernilai ketika hidup kita menjadi berkat bagi sesama.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KETIKA KITA MEMATIKAN PERASAAN TAKUT, MAKA AKAN MUNCUL KEBERANIAN MELANGKAH.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 12 Februari 2023
2023-02-12 09:33:32

Keluaran 39-40

Card image
Truth Kids 11 Februari 2023 - BERTOBAT
2023-02-11 10:05:00


Amsal 10:6
“Berkat ada di atas kepala orang benar, tetapi mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman.”

Belakangan Bona tampak berbeda. Bona jadi lebih ceria dan sering tersenyum. Sebelumnya Bona mudah marah dan sering termenung. Rupanya Bona menyimpan rasa kesal kepada Jodi yang mendorongnya saat bermain basket. Bona dan Jodi memang saling bersaing dalam pelajaran dan olahraga. Namun kejadian tersebut membuat Bona sangat kesal. Bona tidak fokus belajar dan ingin membalas Jodi.

Bona menceritakan perasaan kesalnya kepada Kak Anto, kakak Sekolah Minggunya. Kak Anto mengingatkan Bona untuk mengampuni orang yang bersalah sebagaimana Tuhan mengampuni kesalahan kita. Tidak baik menyimpan kekesalan, hal itu akan membuat kita mudah dikuasai kehendak jahat, akhirnya menjadi kaki tangan Iblis. Bona tersadar dan segera memohon ampun kepada Tuhan. Bona tidak mau lagi mengharapkan hal buruk terjadi pada Jodi. Bona mau mengampuni dan melupakan kesalahan Jodi.

Sobat Kids, dari cerita di atas kita belajar kalau ada berkat yang Tuhan berikan bagi mereka yang mengampuni kesalahan sesamanya. Berkat itu adalah damai sejahtera. Kita mau menjadi anak-anak Allah yang mengasihi sesama kita.

Card image
Truth Junior 11 Februari 2023 - A GIFT OF PEACE
2023-02-11 10:00:10


Amsal 10:6
“Berkat ada di atas kepala orang benar, tetapi mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman.”

Pada zaman Perjanjian Lama, bangsa Israel harus memberikan korban bakaran untuk memperoleh pengampunan atas dosa-dosa mereka. Imam yang terpilih, bertugas untuk mengadakan pendamaian di hadapan Tuhan. Imam harus memimpin upacara korban bakaran tersebut. Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah. Dan tanpa ada darah yang dikorbankan, tidak ada pengampunan.

Darah Tuhan Yesus telah tercurah untuk menebus semua umat manusia. Kita yang hidup dalam Perjanjian Baru, tidak perlu melakukan korban bakaran seperti yang dilakukan bangsa Israel pada zaman dahulu. Kita bersyukur atas pengorbanan yang telah Tuhan Yesus lakukan bagi kita. Kita menerima pengampunan atas semua dosa.

Sobat Junior, saat kita melepaskan pengampunan, berkat akan mendatangi kita. Berkat apakah itu? Rasa damai. Setelah kita mengampuni dan bahkan menerima pengampunan, kita akan merasakan damai dari Tuhan. Saat kita menerima pengampunan, kita tidak lagi merasa bersalah. Ada damai dalam hati kita. Dan saat kita memberikan pengampunan kepada orang lain. Kita pun akan merasakan damai. Kita tidak lagi menyimpan kesalahan orang lain dalam hati. Jadi, baik menerima ataupun memberikan pengampunan, kita akan mendapatkan berkat damai yang dari Tuhan.

Card image
Truth Youth 11 Fenruari 2023 (English Version) - SACRIFICE THAT SAVES
2023-02-11 09:57:52


”And David said unto Gad, I am in a great strait: let us fall now into the hand of the LORD; for his mercies are great: and let me not fall into the hand of man." (2 Samuel 24:14)

If we pay attention to all superhero stories, they must have one mission to save the world and its contents. I don't know, saving from war, chaos, or whatever it is. The main character who becomes a superhero, will surely sacrifice his family, time, and even risk his life to save the world. They will prepare and train as hard as they can before facing their enemies, and try their best to be able to win and save the lives of many people. So it is with God's love.

If we meditate on God's great love for us, that He sacrificed His only begotten Son for human salvation. Likewise with Abraham, who was willing to sacrifice his son Isaac as a sacrifice, even though he had not been blessed with children for years. From there we can draw a common thread, God wants to teach us that His love includes sacrifice, even for things we enjoy that make us physically comfortable. There are times when God is silent as if he doesn't exist, especially when we fall, but that doesn't mean God doesn't love us. Precisely, He wants to declare that love requires sacrifice. To what extent do we dare to sacrifice our pleasures for the sake of God. Whether it's time, goods, energy, people we love, whatever it is. Now that we have entered the second month of this new year, let's think about it, what pleasures have we dared and managed to leave behind? For every sacrifice it takes courage and strong determination, so that we don't come back and fall in the same hole. If these days we are struggling, remember that the end goal of all of this is for our safety in eternity. In fact, it's not just for our safety, the people around us will feel the impact of changing our lives and can be safety news for them.

WHAT TO DO:
1. Don't give up, God will record every sacrifice we make, the important thing is God is pleased with our lives.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Leviticus 16-18;
▪︎ Acts 17-19

Card image
Truth Youth 11 Februari 2023 - PENGORBANAN YANG MENYELAMATKAN
2023-02-11 09:58:24


Lalu berkatalah Daud kepada Gad: ”Sangat susah hatiku, biarlah kiranya kita jatuh ke dalam tangan TUHAN, sebab besar kasih sayang-Nya; tetapi janganlah aku jatuh ke dalam tangan manusia.” (2Samuel 24:14)

Kalau kita perhatikan semua kisah superhero, pasti mempunyai satu misi untuk menyelamatkan dunia dan isinya. Entah, menyelamatkan dari peperangan, kekacauan, atau apa pun itu. Sang tokoh utama yang menjadi superhero, pasti akan mengorbankan keluarganya, waktunya, bahkan mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan dunia. Mereka akan bersiap-siap dan berlatih sekuat tenaga sebelum melawan musuh-musuhnya, dan berupaya semaksimalnya untuk bisa menang dan menyelamatkan kelangsungan hidup banyak orang. Begitu pun dengan kasih Tuhan.

Kalau kita renungkan kasih Tuhan begitu besar kepada kita, hingga Ia mengorbankan Anak-Nya yang Tunggal untuk keselamatan manusia. Begitupun dengan Abraham, yang rela mengorbankan anaknya, Ishak, sebagai korban persembahan, walaupun bertahun-tahun ia belum dikaruniai anak. Dari situ kita bisa menarik benang merah, Tuhan mau mengajarkan kita bahwa kasih-Nya meliputi pengorbanan, sekalipun terhadap hal yang kita senangi yang membuat kita nyaman secara jasmani. Ada masanya Tuhan diam seakan tiada, apalagi di saat kita terjatuh, tetapi bukan berarti Tuhan tidak mengasihi kita. Justru, Ia mau menyatakan bahwa kasih membutuhkan pengorbanan. Sejauh mana kita berani mengorbankan kesenangan kita demi Tuhan. Entah itu waktu, barang, tenaga, orang yang kita kasihi, apa pun itu. Sekarang kita sudah memasuki bulan kedua di tahun yang baru ini, coba kita renungkan, kesenangan apa yang sudah berani dan berhasil kita tinggalkan? Untuk setiap pengorbanan dibutuhkan keberanian dan tekad yang kuat, supaya kita tidak kembali jatuh di lubang yang sama. Kalau hari-hari ini kita sedang berjuang, ingatlah bahwa end goal dari semua ini untuk keselamatan kita di kekekalan nanti. Bahkan, bukan untuk keselamatan kita saja, orang sekitar kita akan merasakan dampak perubahan hidup kita dan bisa menjadi kabar keselamatan bagi mereka.

WHAT TO DO:
1. Jangan putus asa, setiap pengorbanan kita akan dicatat Tuhan, yang penting Tuhan disenangkan oleh kehidupan kita.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Imamat 16-18;
▪︎ Kis 17-19;

Card image
Renugan Pagi - 11 Februari 2023
2023-02-11 09:52:41


Menjadi murid Kristus berarti seluruh kehidupan kita meneladani apa yang Kristus perbuat, "Barang siapa mengatakan, bahwa ia ada didalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup", jadi perlu bukti nyata melalui kehidupan kita setiap hari, bukan hanya berkata-kata, kehidupan kekristenan ini ibarat sebuah kebun, kebun itu akan bermanfaat apabila ditanami dengan tanaman yang dapat menghasilkan buah, sehingga dapat dikonsumsi oleh banyak orang, oleh karena itu kebun tersebut harus dirawat dengan baik; dibersihkan, dan ditanami benih yang baik, tapi bila kebun itu tidak dibersihkan dan dibiarkan begitu saja, maka semak belukar yang akan memenuhinya, dan tanahpun menjadi sia-sia dan tidak ada gunanya.

Seorang kristen yang hanya pandai berkata-kata tapi tidak melakukan apa yang dikatakannya bisa diibaratkan seperti kebun yang penuh dengan semak belukar saja, karena kualitas hidup seseorang itu dapat dilihat dari buahnya, "Karena tidak ada pohon yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik". Ada kalimat bijak yang mengatakan, bahwa suatu perbuatan lebih tajam dari pada kata-kata yang banyak, apakah perbuatan kita sudah mencerminkan bahwa kita anak-anak Tuhan? Kita harus membuktikan itu melalui perbuatan.
(1 Yohanes 2:6 ; Lukas 6:43)

Card image
Quote Of The Day - 11 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-11 09:51:37


Tidak ada satupun peristiwa hidup yang di dalamnya Allah tidak mengubah kita.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 11 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-11 09:51:02


Kalau karakter kita belum diubah, belum menjadi manusia baru; sehebat apa pun pengorbanan kita, kita belum berkenan di hadapan Allah.

Card image
LIFE METER - 11 Februari 2023 (English Version)
2023-02-11 09:49:58


Everything we do must have a calculation. Since we are born on earth, our life meter is already running. The life meter of our life is just like the ones that we find in taxis and there are two types of meter, namely the dark meter and the light one. The dark meter denotes evil deeds that are not according to God’s will, so, if someone does something that is not by God’s will, the dark meter will work, but, if people live according to God’s will, obey and do His will, then the light one will work.

We surely have lived a life where the dark meter in our lives is more dominant where its numbers and values continue to increase, and conversely, the light one is slow. This is a reality that we encounter in the lives of many people, and even also in our lives. Do we know that the life meter determines our character? If the dark meter keeps going up, then it is a bad character. So, a person’s character is shown by their number of meters whereas bad characters are shown by a lot of dark meters, while good characters are shown by a lot of light ones.

In the past, we didn’t care what we wanted to say or do. It’s as if everything doesn’t count. This is wrong! The devil deceives many people with this understanding whereas what was done had no impact or effect. This state is terrible! Many people speak and behave carelessly and they feel that it all has no impact, while actually, it causes an impact even an eternal impact because it will build character. So, one’s life meter determines their character. The accumulation of dark meter gives birth to bad characters while the accumulation of the light one forms a good character. 

In non-Christian circles, they can also have their version of the light meter which makes them able to have a good, even noble character, so, don’t think pettily, that only Christians can be good because many non-Christian people could also behave well. After all, they keep their light meter filled. Religion directs its people not to fill in their dark or black meter. But for us, believers, our light meter is not determined by the laws we follow because Christianity is love, and God is love. Everything we do is according to God’s mindsets which makes our light meter move well and quickly. God indeed wants this kind of meter, and it must be filled with good deeds, which is not just doing the law, but doing whatever He wills and has in mind.

We have to live in a society with various problems that determine how our responses, reaction, and attitude in dealing with them. If we behave or respond to them according to God’s mindsets, then our light meter goes up. If our light meter goes up, then the dark one will start to fall. If we put on Christian character, God’s or Christ’s characteristics, then our sinful character will decrease and of course, it is hoped that it will disappear more and more until we reach the peak and can say or have a testimony, “I no longer live, but Christ lives in me.”

We surely already have a lot of savings from our dark meter which has formed our character, such as, being easily offended or angered, and having evil passions because it is continuously fertilized. However, after we understand the truth and realize it, we then turn to God and start doing good until we always act according to God’s mindsets, and our light meter goes up, our divine character is formed and awakened, then the sinful character will go down, along with the dark meter goes down.

The remaining sin must be removed so that we can become children of God who are without blemish. We must remember that life is not free because everything we do must have an impact. So, be careful using our mouth, eyes, and all our five senses and we must also be careful using our fingers when writing something on social media. Let everything we do be always by God’s mindset and do not do anything against Him. It’s time for us to lower our dark meter and increase our light meter. In everything we do, always in line with God’s mindsets and the accumulation of actions that are always by Him forms and builds a divine nature that is permanent and will never go down.

  ONE'S LIFE METER DETERMINES THEIR CHARACTER.

Card image
ARGO HIDUP - 11 Februari 2023
2023-02-11 09:08:45


Segala sesuatu yang kita lakukan pasti ada perhitungannya. Jadi, begitu kita terlahir di bumi, argo hidup kita sudah jalan. Argo seperti taksi, kalau kita naik taksi yang menggunakan argometer. Ada dua jenis argo di dalam hidup kita. Argo yang warnanya gelap dan yang warnanya putih. Argo gelap atau argo hitam menunjukkan perbuatan jahat, yang tidak sesuai kehendak Tuhan. Jadi kalau orang berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak Allah, argo hitamnya jalan, bertambah. Tetapi kalau orang hidup sesuai dengan kehendak Allah, menuruti kehendak Allah, taat kepada Tuhan, melakukan kehendak Tuhan, argo yang putih yang jalan.

Pasti kita pernah menjalani hidup di mana argo hitam atau argo gelap di dalam hidup kita lebih dominan, terus bertambah angka, nilainya, jumlahnya. Dan sebaliknya, argo putih lambat. Ini kenyataan yang kita jumpai dalam hidup banyak orang, juga dalam hidup kita. Dan tahukah kita bahwa argo tersebut sangat menentukan karakter kita? Jadi kalau argo hitam yang terus naik, itu karakter buruk. Jadi karakter seseorang menunjukkan jumlah argonya; karakter buruk menunjukkan jumlah argo hitamnya banyak, tetapi karakter yang baik menunjukkan jumlah argo putihnya banyak.

Dulu kita tidak peduli apa yang kita mau ucapkan, apa yang kita lakukan. Seakan-akan semua tidak ada perhitungannya. Ini salah! Iblis menipu banyak orang dengan pengertian ini. Seakan-akan apa yang dilakukan itu tidak memiliki dampak atau akibat. Keadaan ini mengerikan! Banyak orang sembarangan berbicara, sembarangan berperilaku. Dan mereka merasa bahwa itu semua tidak memiliki dampak. Padahal itu ada dampaknya; dampak kekal. Karena membentuk karakter. Jadi, argo hidup seseorang menentukan karakter. Akumulasi dari argo hitam atau argo gelap, melahirkan karakter buruk. Tetapi akumulasi dari argo putih, membentuk karakter baik.

Kalau di lingkungan orang-orang di luar Kristen, mereka juga bisa memiliki argo putih, dalam versinya. Yang membuat mereka bisa memiliki karakter yang baik, agung, bahkan mulia. Jadi jangan berpikir picik, bahwa hanya orang Kristen yang bisa baik. Banyak orang non-Kristen berperilaku baik, karena argo putihnya dia isi terus. Dan agama mengarahkan seseorang tidak mengisi argo gelap atau argo hitamnya. Tetapi bagi orang percaya, argo putih kita itu tidaklah ditentukan oleh hukum-hukum yang kita lakukan. Karena kekristenan hukumnya itu kasih. Dan Allah itu kasih adanya. Segala sesuatu yang kita lakukan sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah, itu membuat argo putih kita bergerak. Bergerak secara baik, secara pantas. Karena memang Tuhan menghendaki argo ini, argo yang benar. Yang harus diisi dengan perbuatan baik. Bukan hanya sekadar melakukan hukum, tetapi melakukan apa pun yang Allah kehendaki, yang dipikirkan oleh Allah.

Dan di sini kita harus hidup di tengah-tengah masyarakat, hidup dalam berbagai masalah. Sebab problem dan masalah itulah yang menentukan bagaimana respons, reaksi, sikap kita dalam menghadapi masalah-masalah tersebut; jika kita bersikap atau merespons seperti atau sesuai dengan pikiran, perasaan Allah, maka argo putih kita naik. Jadi, kalau argo putih kita naik, argo hitam akan mulai turun. Karakter kristiani, sifat-sifat Allah, sifat-sifat Kristus, kita kenakan, maka karakter dosa kita akan makin turun dan tentu diharapkan makin lenyap. Sampai kita pada puncak dan mengatakan atau memiliki kesaksian, "Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku."

Pasti sudah banyak tabungan dari argo hitam kita. Sudah banyak yang membentuk karakter kita; gampang tersinggung, gampang marah, nafsu-nafsu jahat. Karena dipupuk terus. Tetapi setelah kita mengerti kebenaran, kita sadar, kita berbalik kepada Tuhan; kita berbuat kebaikan, sampai kemudian kita bertindak selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Argo putih kita naik, karakter ilahi terbentuk, kodrat ilahi terbangun, maka karakter dosa akan turun, seiring dengan argo hitamnya turun.

Ini saldo dosa yang harus dihilangkan. Sehingga kita bisa menjadi anak-anak Allah yang tidak bercacat tidak bercela. Jadi ingatlah, bahwa hidup itu tidak gratis. Semua yang kita lakukan itu pasti memiliki dampak. Maka hati-hati gunakan mulut, mata, seluruh panca indera kita. Dan juga hati-hati gunakan jari kita dalam menulis sesuatu di media sosial. Biar semua yang kita lakukan selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Jangan lakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Sudah saatnya kita turunkan argo hitam kita dan kita naikkan argo putih kita. Dalam segala sesuatu yang kita lakukan, selalu sesuai dengan pikiran, perasaan Allah. Dan akumulasi dari tindakan-tindakan yang selalu sesuai dengan pikiran, perasaan Allah membentuk, membangun kodrat ilahi yang permanen dan tidak akan pernah bisa turun.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

ARGO HIDUP SESEORANG MENENTUKAN KARAKTER.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 Februari 2023
2023-02-11 09:06:17

Keluaran 36-38

Card image
Truth Kids 10 Februari 2023 - BERTUMBUH
2023-02-10 10:06:31


Kolose 1:11
“dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar”

Sobat Kids, pernahkah kamu melihat sebuah pohon yang besar? Tahukah kamu, kalau pohon yang besar itu awalnya hanya sebuah tunas kecil? Ya, semua pohon pasti berawal dari tunas kecil atau bahkan sebutir biji kecil. Biji tersebut ditanam di dalam tanah, diberi pupuk serta disiram setiap hari hingga pelan-pelan muncul sebuah tunas. Hari demi hari tunas disiram dan dirawat dengan baik hingga terus bertambah besar dan memiliki akar yang kuat. Hingga akhirnya menjadi pohon yang besar dan rindang.

Sobat Kids, sejak sekarang kita harus mulai mempunyai tekad atau keinginan untuk mengampuni orang lain setiap hari. Tekad tersebut akan menjadi butir kecil yang kita tanam di hati. Pasti kita akan diajar Tuhan untuk mengasihi orang tersebut. Dengan tekun dan sabar maka kasih yang kita tabur, suatu hari akan kita tuai. Kita akan memiliki sikap tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Dari perilaku dan perkataan kita, akan terlihat bahwa kita mengampuni. Juga melalui pengalaman ini, iman kita semakin bertumbuh.

Sobat Kids, jika saat ini kamu belum bisa mengampuni, berdoalah; minta bantuan Roh Kudus untuk memampukan kamu mengampuni orang yang melukaimu. Miliki kerendahan hati untuk mau terus diajar Tuhan mengampuni, Tuhan Yesus akan menolong kita.

Card image
Truth Junior 10 Februari 2023 - LUKA DALAM MEMAAFKAN
2023-02-10 10:02:35


Kolose 1:11
“dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar”

Siapa di antara Sobat Junior yang pernah terjatuh dan mengalami luka? Rasanya hampir semua Sobat Junior pernah mengalaminya, baik luka kecil maupun besar. Jika luka itu membuat kulit kita terkelupas dan berdarah, pasti rasanya sakit. Apakah keesokan harinya luka berdarah tersebut akan sembuh? Pada umumnya, butuh beberapa hari untuk luka itu dapat benar-benar hilang.

Saat kita bertengkar dengan teman kita, biasanya muncul rasa kecewa dan amarah. Hal itu dapat diumpamakan seperti luka, Sobat Junior. Suatu masalah dapat menimbulkan luka di dalam hati kita, dan membuat kita sulit untuk memaafkan serta menerima teman kita kembali. Luka membutuhkan proses untuk sembuh. Begitu pula dengan luka di hati kita, akibat disakiti orang lain; butuh proses untuk dapat memaafkan. Tetapi, kita harus memiliki niat untuk menyembuhkan luka itu.

Memiliki niat untuk memaafkan merupakan langkah awal untuk kita dapat menerima dan mengampuni kesalahan teman kita. Walaupun memaafkan membutuhkan waktu, namun kita tidak boleh menunda-nunda mempersiapkan diri untuk mulai mengasihi lagi teman atau seseorang yang pernah bersalah kepada kita. Tuhan sendiri mengajarkan kita untuk berdamai. Selamat berjuang, Sobat Junior!

Card image
Truth Youth 10 Feberuari 2023 (English Version) - TRUE ACT OF LOVE
2023-02-10 09:59:43


”He causeth it to come, whether for correction, or for his land, or for mercy." (Job 37:13)

Sometimes we need to be reminded again that loving is not only about comfortable things, but true love is what educates us and matures us into truer persons. Just like our parents, there's no way they'd let us play for hours on end, even if that was our pleasure. True parents will definitely rebuke us, not because they don't love us, precisely because they love and care so much about our discipline, they will "beat" us for our good. Even though we didn't understand when we were small, when we are adults we understand that our parents rebuked us for our good.

Often times we don't understand what God means, why He allows us to fall, in uncomfortable situations, down, where there is no hope anymore. But one thing is certain is to bring goodness and perfect us. Of course, God will speak specifically for each of us in each of these situations. I don't know if there is still a part of us, our character that needs to be changed, just going through that situation. Because if we don't go through it, we might be far away from God. “Bringing good” does not mean in physical blessings, but in terms of eternal blessings. True love is love that matures us, makes us understand God's feelings more and more. Precisely every uncomfortable situation will encourage us to understand more and more what God wants. Also to test our loyalty, whether we will leave God when our life situation is not comfortable, or vice versa. It is linear with our relationships with our parents and loved ones. People who love us properly, it's impossible to leave us when our life situation is down. Those who truly love us will also not allow us to make mistakes, but they will firmly rebuke us with love, to make us realize (Job 37:13).

WHAT TO DO:
1. Learn to accept every rebuke and chastisement.
2. Don't harden your heart, because God loves us so much, He wants to change us through His rebuke.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Leviticus 13-15;
▪︎ Acts 14-16

Card image
Truth Youth 10 Februari 2023 - KASIH YANG BENAR
2023-02-10 09:55:19


Ia membuatnya mencapai tujuannya, baik untuk menjadi pentung bagi isi bumi-Nya maupun untuk menyatakan kasih setia. (Ayub 37:13)

Terkadang kita perlu diingatkan kembali bahwa mengasihi bukan hanya mengenai hal-hal yang nyaman saja, tetapi kasih yang benar adalah yang mendidik kita dan mendewasakan kita menjadi pribadi yang lebih benar. Sama seperti orang tua kita, tidak mungkin mereka membiarkan kita bermain berjam-jam, walaupun itulah kesenangan kita. Orang tua yang benar pasti akan menegur kita, bukan karena mereka tidak mengasihi, justru karena mereka begitu mengasihi dan peduli akan kedisiplinan diri kita, mereka akan “menghajar” kita demi kebaikan kita. Walaupun waktu kecil kita gak paham, tetapi saat kita sudah dewasa kita mengerti bahwa orang tua menegur kita untuk kebaikan kita.

Sering kali kita gak mengerti apa maksud Tuhan, mengapa kita dibiarkan-Nya terjatuh, di situasi tidak nyaman, terpuruk, yang serasa tidak ada harapan lagi. Tetapi satu hal yang pasti adalah untuk mendatangkan kebaikan dan menyempurnakan kita. Tentu, Tuhan akan berbicara spesifik bagi masing-masing kita dalam setiap situasi-situasi tersebut. Entah masih ada bagian dalam diri kita, karakter kita yang perlu diubahkan, hanya melalui situasi tersebut. Karena kalau kita tidak melewatinya, kita mungkin akan jauh terhilang dari Tuhan. “Mendatangkan kebaikan” bukan berarti dalam berkat jasmani, tetapi dalam hal berkat kekekalan. Kasih yang benar adalah kasih yang mendewasakan kita, semakin membuat kita mengerti perasaan Tuhan. Justru setiap situasi yang tidak nyaman akan mendorong kita untuk semakin mengerti apa yang Tuhan mau. Juga untuk menguji kesetiaan kita, apakah kita akan meninggalkan Tuhan saat situasi hidup kita tidak nyaman, atau justru sebaliknya. Hal ini linear dengan hubungan kita dengan orang tua dan orang yang kita kasihi. Orang-orang yang mengasihi kita dengan benar, gak mungkin meninggalkan kita saat situasi hidup kita terpuruk. Orang-orang yang mengasihi kita dengan benar, juga tidak akan membiarkan kita berbuat salah, tetapi mereka akan tegas menegur kita dengan kasih, untuk menyadarkan kita (Ayub 37:13).

WHAT TO DO:
1. Belajar untuk menerima setiap teguran dan hajaran
2. Jangan mengeraskan hati, karena Tuhan begitu mengasihi kita, Ia mau mengubah kita melalui teguran-Nya.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Imamat 13-15;
▪︎ Kis 14-16

Card image
Renungan Pagi - 10 Februari 2023
2023-02-10 09:50:05


Hidup ini anugerah Tuhan, kalau masih bisa bernafas dan terpelihara sampai saat ini, semua karena kemurahan Tuhan. Tapi dalam anugerah dan kemurahan-Nya ada perjuangan yang harus kita lakukan, yaitu hidup dalam kekudusan. Supaya didapati berkenan dihadapan Tuhan.

Tuhan hanya menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya, jika pun jatuh tidak akan dibiarkan tergeletak, sebab Tangan-Nya menopang. Tetapi jika hidup dalam dosa, jauh dari perkenanan Tuhan, maka Tuhan tidak akan menetapkan langkah hidup kita, tetapi kita yang menetapkan pilihan sendiri.

Jadi kalau kita jatuh, tidak akan ada Tangan Tuhan yang menopang, sampai kita bangkit sendiri dan tersungkur di kaki Tuhan, mengakui semua dosa dan memohon pengampunan, lalu hidup dalam pertobatan, berjalan dalam kebenaran. Artinya kita membuat pilihan untuk berkenan pada Tuhan dan membiarkan Tuhan melalui Roh Kudus-Nya, menetapkan langkah-langkah hidup kita.
(Mazmur 37:23-24)

Card image
Quote Of The Day - 10 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-10 09:48:18


Lebih baik tidak menikah daripada menikah namun kita kehilangan kehidupan.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 10 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-10 09:47:27


Kita harus benar-benar berjuang untuk mencapai kesempurnaan seperti Bapa atau serupa dengan Yesus, sehingga kita bisa dipercayai menjadi anggur yang tercurah dan roti yang terpecah. Sehingga apa yang kita miliki menjadi bernilai ketika kita gunakan untuk pelayanan.

Card image
SERIOUS WITH GOD - 10 Februari 2023 (English Version)
2023-02-10 09:46:13


Talking about “serious” can become relative because the level of seriousness of each person can be different, but when we talk about being serious with God, it means that we have to question whether our seriousness is correct or not. The Holy Spirit surely speaks, so, it is foolishness if people don’t realize that they aren’t serious yet, but feel safe, and if this continues, it will be until one day, they can no longer be rebuked. The Holy Spirit can no longer speak, and that’s already at the level of blasphemy against the Holy Spirit. This state means that people are no longer able to accept the process of the Holy Spirit because they repeatedly reject God’s warnings. Whenever someone does not heed the warnings of the Holy Spirit, He is grieved. But the Holy Spirit is a great Warrior, so, He will still give the next opportunities.

God is most patient, but it doesn’t mean without limits, because there is a time when there is no more opportunity. If the Bible says, “As long as it is the day before the night comes,” that means there is a point where God will no longer give opportunities. The Bible says that God is slow to anger but He will never deliver a sinner. Blaspheming the Holy Spirit is an unpardonable sin, this means one can no longer experience change or be forgiven for not being able to settle their sin. The sin here means the sinful nature of someone which is their responsibility, so, if the Holy Spirit rebukes or reminds us, then we must respond to it, and pay attention to the correct standard.

“Love the Lord your God with all your heart and with all your soul and with all your mind,” the word “all” can be relative because it can be different from one person to another. However, we must not measure the “all” of our measure with the measure of others. We must ask the Father, whether we have loved Him with all of our might so that He, who is in heaven, can truly feel our love. This is the true measure of the word “all.” If we question or dispute this matter, surely the Holy Spirit will guide us and we must remember that these opportunities are limited! There is a time when this opportunity will pass. So, let us not be arrogant. 

We must seriously deal with God by doing the morning prayer, private prayer, and listening to sermon CDs so that makes our ears open and our eyes see the maneuvers of the Holy Spirit reminding us. If it is not so, then we will not feel that there is a living God, and we also will never know that there is a Holy Spirit who is sealed within us and speaks to us all the time. We then will be fooled by satan who again whispers, “Only certain people can hear the voice of the Holy Spirit, such as priests or God’s servants.”

God does not want us to perish, because it is so terrifying, where we are separated from God forever. God has surely spoken to us, but then we say, “I have never heard the voice of the Holy Spirit,” meaning that we are almost deaf, or we say, “I do not see any warning of God,” which means we are almost blind. And if this continues, we will never hear the voice of the Holy Spirit and never understand God’s warnings, until we reach the level of blaspheming Him. If we grieve the Holy Spirit constantly and quench Him, then we will blaspheme Him. So, don’t mess with God, and don’t fight against Him. We may be able to solve all life’s affairs with money, having relations with high officials, and so on, but we cannot solve matters with God, except with humility then repent. We will not be able to avoid God’s punishment if we are against Him. 

God gives warnings in many ways, but we often don’t hear them, because we are not sensitive. God’s warning comes through sermons, conscience, and life events. Be careful, if we don’t see or hear with our spiritual eyes and ears. If we read stories about the kings of Israel and Judah, we see that those who did not hear God’s warning were conquered, stripped naked, and paraded in public. Heb.2:3, “how shall we escape if we ignore so great a salvation? This salvation, which was first announced by the Lord, was confirmed to us by those who heard Him…”

We should understand that God is everything and must become the main thing in this life, and we must live in holiness. We must serve God our whole life because our whole life belongs to Him. Everyone must find their place before God and if God Himself gives a warning but we don’t listen, how terrible it is. The Lord Jesus said, “Follow Me,” not following Christianity. “Follow Me, follow My way of life,” just as conveyed by Paul with the phrase “have the same mindset as Christ Jesus,” and that’s absolute. God will give us the ability to do it though it depends on how determined or serious we are.

EVEN THOUGH EVERYTHING LOOKS FINE AND SAFE TODAY, ALL WILL END, SO, WE MUST QUESTION WHETHER WE ARE ALREADY SERIOUS WITH GOD OR NOT.

Card image
SERIUS DENGAN TUHAN - 10 Februari 2023
2023-02-10 09:43:36


Bicara mengenai “serius” bisa relatif. Tingkat seriusnya A berbeda dengan seriusnya B. Tetapi bicara mengenai serius dengan Tuhan, artinya kita harus memperkarakan apakah serius kita ini sudah serius yang benar atau belum. Roh Kudus pasti berbicara. Jadi kalau orang tidak sadar sebenarnya dia belum serius, tetapi merasa aman-aman saja, ini bebal. Sampai suatu saat nanti, ia tidak bisa ditegur lagi. Roh Kudus tidak bisa berbicara, dan itu tingkat yang namanya menghujat Roh Kudus. Artinya tidak mampu lagi menerima penggarapan Roh Kudus, karena berulang-ulang menolak peringatan-Nya. Setiap kali seseorang tidak memperhatikan peringatan Roh Kudus, Roh Kudus didukakan. Tetapi Roh Kudus Pejuang hebat. Dia akan memberi peringatan berikut, kesempatan berikut.

Allah Mahasabar, hanya panjang, bukan tanpa batas, sebab ada saatnya tidak ada lagi kesempatan. Maka Alkitab berkata, ”Selagi hari siang, sebelum datang malam,” artinya ada titik di mana Tuhan akan tidak lagi memberi kesempatan. Alkitab mengatakan Dia panjang sabar, tetapi sekali-kali Ia tidak akan membebaskan orang yang berdosa. Menghujat Roh adalah dosa yang tidak diampuni. Artinya, tidak bisa lagi mengalami perubahan; tidak bisa diampuni karena tidak bisa menyelesaikan dosa. Dosa di sini maksudnya adalah kodrat dosa dalam dirinya, yang merupakan tanggung jawab individu. Jadi kalau Roh Kudus tegur atau ingatkan, maka kita harus merespons, memperhatikan. Memperhatikan dalam standar yang benar.

“Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi,” segenap itu bisa relatif. Segenapnya si A dengan segenapnya si B, itu bisa beda. Tetapi kita tidak boleh menakar “segenap” kita dengan ukuran kita sendiri atau ukuran orang. Kita harus bertanya kepada Bapa, apakah kita sudah mengasihi Dia dengan segenap, sehingga Bapa di surga benar-benar merasakan kasih kita? Ini ukuran segenap yang benar. Jika kita mempersoalkan, memperkarakan hal ini, pasti Roh Kudus akan menuntun kita. Dan ingat, kesempatan ini terbatas! Ada waktu di mana kesempatan ini akan berlalu. Jangan sombong.

Kita harus serius berurusan dengan Tuhan. Doa pagi, doa pribadi, mendengarkan CD khotbah, membuat telinga kita terbuka, mata kita melihat, bagaimana manuver Roh Kudus mengingatkan kita. Kalau tidak, kita tidak akan merasa ada Tuhan. Kita tidak akan merasa ada Allah yang hidup, dan kita tidak pernah tahu ada Roh Kudus yang sebenarnya dimeteraikan di dalam diri kita dan berbicara setiap saat. Sementara setan berbisik lagi, “Yang mendengar suara Roh Kudus itu hanya orang-orang tertentu. Pendeta atau orang-orang tertentu.” Kita dibodohi setan.

Allah tidak menghendaki kita binasa, karena binasa itu mengerikan, terpisah dari Allah selama-lamanya. Maka Dia pasti berbicara. Lalu kita berkata, “Saya tidak pernah dengar suara Roh Kudus,” berarti kita nyaris tuli. “Saya tidak melihat ada peringatan Tuhan,” berarti kita nyaris buta. Dan kalau terus-menerus begini, kita tidak akan pernah mendengar suara Roh Kudus dan tidak pernah mengerti peringatan Tuhan, dan kita sampai pada tingkat menghujat Roh Kudus. Kita mendukakan terus-menerus, lalu memadamkan Roh, lalu menghujat. Maka, jangan main-main, jangan lawan Tuhan. Semua urusan hidup bisa kita selesaikan dengan uang, relasi pejabat, dan lain sebagainya, tetapi urusan dengan Tuhan, kita tidak bisa selesaikan, kecuali dengan kerendahan hati untuk bertobat. Kita tidak akan bisa menghindari hukuman Tuhan, kalau kita melawan Tuhan.

Tuhan memberi peringatan dalam banyak hal, namun kita tidak mendengarnya, karena kita tidak peka. Peringatan Tuhan lewat khotbah, lewat nurani, lewat peristiwa hidup. Kita tidak melihat dengan mata rohani, tidak mendengar dengan telinga rohani. Hati-hati! Kita baca kisah raja-raja Israel dan Yehuda yang tidak dengar-dengaran, maka mereka ditaklukkan, ditelanjangi, diarak di depan masyarakat. Ibrani 2:3, “Bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai…”

Mestinya kita mengerti bahwa Tuhan itu segalanya. Tuhan harus menjadi yang utama di dalam hidup ini. Kita harus hidup dalam kekudusan dan kesucian. Kita harus melayani Tuhan dengan seluruh hidup kita, karena seluruh hidup kita adalah milik Tuhan. Setiap orang harus menemukan tempatnya di hadapan Tuhan. Kalau Tuhan sendiri yang memberi peringatan lalu kita tidak dengar-dengaran, betapa mengerikannya. Tuhan Yesus berkata, “Ikutlah Aku,” bukan ikut agama Kristen. “Ikut Aku, ikut cara hidup-Ku,” yang dibahasakan oleh Paulus dengan kalimat “Memiliki pikiran dan perasaan Kristus.” Itu mutlak. Dan Tuhan pasti memberi kita kesanggupan untuk melakukan. Tergantung seberapa kita nekat atau serius.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

WALAU SEMUA TERLIHAT BAIK-BAIK HARI INI, SEMUA KELIHATAN AMAN, NAMUN SEMUA AKAN BERAKHIR, MAKA KITA HARUS MEMPERKARAKAN APAKAH KITA SUDAH SERIUS DENGAN TUHAN ATAU BELUM.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 Februari 2023
2023-02-10 09:41:12

Keluaran 33-35

Card image
Truth Kids 09 Februari 2023 - PROSES MENGAMPUNI
2023-02-09 09:21:25


Yohanes 20:23
“Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada."

Lea tampak murung. Mama bertanya, “Mengapa wajahmu terlihat sedih, Nak?” Lea menghela nafas, “Ma, aku kesal dengan temanku, Rio. Setiap hari ada saja tingkahnya yang iseng. Aku tahu harus mengampuninya tapi kenapa, ya, Ma, susah sekali? Setiap hari aku bertemu dengannya di kelas.” Sambil memegang lembut pundak anaknya, Mama berkata, “Lea, Mama mengerti perasaan Lea. Kamu tahu? Untuk segala sesuatu membutuhkan proses. Apalagi untuk mengampuni kesalahan orang lain. Tuhan mengerti jika hatimu terluka. Namun, kamu harus belajar untuk tetap mau mengampuni dan mengasihi Rio. Tuhan Yesus akan menolong kamu untuk bisa mengampuni dan mengasihi Rio.”

Lea memikirkan kata-kata mamanya dan mulai hari itu Lea terus berdoa bagi Rio. Sampai suatu saat Lea menolong Rio. Dengan perasaan heran, Rio bertanya, “Lea, mengapa kamu berbuat baik padaku? Padahal aku setiap hari berusaha membuatmu marah.” “Aku mengampuni dan mengasihimu, karena Tuhan Yesus sudah lebih dulu mengampuni dan mengasihiku. Tuhan juga mengasihimu,” jawab Lea sambil tersenyum.

Yuk, Sobat Kids, kita bertekad untuk mengampuni orang lain. Walaupun rasanya sulit, kita mau berusaha. Pasti kita bisa!

Card image
Truth Junior 09 Februari 2023 - LUKA
2023-02-09 09:19:50


Yohanes 20:23
“Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”

Sobat Junior, apakah kalian pernah jatuh dan terluka? Rasanya hampir sebagian besar dari kalian pernah terluka, baik hanya sekadar lecet maupun luka yang dalam dan banyak mengeluarkan darah. Luka manakah yang lambat sembuh; hanya lecet atau luka terbuka yang dalam Tentu saja luka dalam yang banyak mengeluarkan darah. Jika hanya lecet, biasanya dalam satu hingga dua hari, luka tersebut akan kering. Sedangkan luka terbuka yang dalam dan mengeluarkan banyak darah, butuh beberapa waktu sebelum darahnya berhenti keluar. Belum lagi menunggu luka yang terbuka tersebut mengering dan tertutup rapat. Pasti membutuhkan beberapa hari hingga bisa benar-benar sembuh dan pulih seperti semula.

Mengampuni seseorang memang tidak semudah kita membalikkan telapak tangan. Seperti ilustrasi luka di atas, pengampunan dapat digambarkan seperti itu, Sobat Junior. Pengampunan memang membutuhkan waktu dan proses. Terkadang rasa sedih atau sakit hati yang mendalam akan membutuhkan waktu lebih lama dalam proses mengampuni. Walaupun sulit, kita harus tetap bertekad untuk bisa mengampuni. Jangan simpan rasa sedih atau kesal lama-lama, ya, Sobat Junior. Segeralah ampuni kesalahan orang lain. Yuk, bisa, yuk!

Card image
Truth Youth 09 Februari 2023 (English Version) - THE POWER OF HIS WORDS
2023-02-09 09:17:37


”Thou hast a mighty arm: Strong is thy hand, and high is thy right hand." (Psalm 89:13)

Surely we have experienced a house where the lights go out and the electricity goes out at night. If we want to walk to the bathroom, it feels like we can't, surely we need a candle/flashlight to guide our way, even though it's in our own house. We need light and light so we can see clearly. Just as we live our lives, need the Word of God. Your word is a lamp to my feet and a light to my path (Psalm 119:105). Every step we take is with God according to His guidance, but often we are stubborn and still want to live as we please. Especially in this increasingly dark world, we really need God's Word to illuminate our every step.

Actually, God has provided so many means and media so that we can recognize His truth, His heart and feelings. It all depends on how we respond. We know that from childhood being Christians we are taught to read the Bible to recognize God's Word. And the more mature we know that God's Word is a living word that we need every day so we don't take a wrong step. If we truly seek and love God, we can feel the power of God's Word every day, giving us strength and new breath. God's love for us is more than just protection, because for such things God is so capable, without us even asking. However, God wants to educate us, by recognizing what God wants, through every available means. Whether it's the words of parents, preachers' sermons, when we reflect, read Bible verses, listen to people's life testimonies, whatever it is. God wants to train our sensitivity, that is where God's love forms by teaching us to understand His living Word. God's Word is so great in power, if we really live it. The more we mature spiritually, the more sensitive and understanding we are, God can speak and remind us through anything.

WHAT TO DO:
1. Illuminate our lives with God's Word, in this increasingly dark world.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Leviticus 10-12;
▪︎ Acts 11-13

Card image
Truth Youth 09 Februari 2023 - THE POWER OF HIS WORDS
2023-02-09 09:15:19


"Punya-Mulah lengan yang perkasa, kuat tangan-Mu dan tinggi tangan kanan-Mu." (Mazmur 89:14)

Pasti kita pernah mengalami yang namanya rumah mati lampu dan listrik mati saat malam hari. Kita mau berjalan ke kamar mandi saja rasanya tidak bisa, pasti kita membutuhkan lilin/senter untuk menuntun jalan kita, meskipun itu di rumah kita sendiri. Kita membutuhkan terang dan cahaya supaya kita bisa melihat dengan jelas. Sama seperti kita menjalani kehidupan kita, membutuhkan Firman Tuhan. Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku (Mazmur 119:105). Setiap langkah kita harus beserta Tuhan sesuai tuntunan-Nya, tetapi seringkali kita bandel masih mau hidup sesuka kita. Apalagi di dunia yang semakin gelap ini, kita sangat membutuhkan Firman Tuhan untuk menerangi setiap langkah kita.

Sebenarnya, Tuhan sudah menyediakan begitu banyak sarana dan media supaya kita bisa mengenali kebenaran-Nya, hati dan perasaan-Nya. Semua bergantung bagaimana respons kita. Kita tahu dari kecil menjadi Kristen diajarkan untuk membaca Alkitab untuk mengenali Firman Tuhan. Dan semakin kita dewasa kita tahu bahwa Firman Tuhan adalah perkataan yang hidup yang kita butuhkan setiap hari supaya kita tidak salah langkah. Kalau kita begitu sungguh-sungguh mencari dan mengasihi Tuhan, kita bisa begitu merasakan kuasa Firman Tuhan setiap hari, memberikan kekuatan dan nafas yang baru. Kasih Tuhan kepada kita lebih dari sekadar perlindungan, karena untuk hal demikian Tuhan sudah begitu cakap, tanpa kita meminta sekalipun. Tetapi, Tuhan mau mencerdaskan kita, dengan mengenali apa yang Tuhan mau, melalui setiap sarana yang ada. Entah itu perkataan orang tua, khotbah pendeta, saat kita renungan, membaca ayat Alkitab, mendengarkan kesaksian hidup orang, apa pun itu. Tuhan mau melatih kepekaan kita, di situlah bentuk kasih Tuhan dengan mengajarkan kita untuk mengerti Firman-Nya yang hidup. Firman Tuhan begitu besar kuasa-Nya, kalau kita sungguh-sungguh menghayati-Nya. Semakin kita dewasa rohani, semakin kita peka dan memahami, Tuhan bisa berbicara dan mengingatkan kita lewat apa pun.

WHAT TO DO:
1. Terangi hidup kita dengan Firman Tuhan, di dunia yang semakin gelap ini.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Imamat 10-12;
▪︎ Kis 11-13

Card image
Renungan Pagi - 09 Februari 2023
2023-02-09 09:12:31


"Pada dasarnya semua manusia memiliki kecenderungan menjadi sombong atau berlaku congkak. Sombong dan congkak adalah dosa yang kurang disadari, tapi seringkali dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Berhati-hatilah!. Sebab kesombongan adalah dosa yang sangat serius di hadapan Tuhan, IA sangat menentang orang sombong. Orang yang sombong, selain tidak disukai sesama, juga akan berurusan langsung dengan Tuhan. Sebab Tuhan menentang orang yang congkak. Bahkan jika kita ingat mengapa Lucifer dibuang ke bumi dari surga, juga karena kesombongan.

Jadi ingatlah, jangan menjadi sombong karena berhikmat, memiliki karunia-karunia, pandai, kaya, dihormati dll, sebab kita ini hanya debu. Kemurahan Tuhan yang membuat kita ada seperti hari ini.
(Yakobus 4:6 ; Mazmur 103:14)

Card image
Quote Of The Day - 09 Februaei 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-09 09:10:13


Kalau kita mengasihi jiwa kita, kita harus meninggalkan dosa.

Card image
Mutiara Suara Kebenaran - 09 Februari 2023 (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
2023-02-09 09:03:46


Kita tidak mungkin bisa bahagia di dunia ini dalam arti sempurna, walaupun kita memiliki banyak harta; karena kita juga tidak bahagia melihat orang menderita.

Card image
DON'T UNDERESTIMATE GOD'S WARNINGS - 09 Februari 2023 (English Version)
2023-02-09 09:02:26


There is God’s warning in Heb.2:1-4 which is very important for us to hear in our world today, “We must pay the most careful attention, therefore, to what we have heard, so that we do not drift away. For since the message spoken through angels was binding, and every violation and disobedience received its just punishment, how shall we escape if we ignore so great a salvation? This salvation, which was first announced by the Lord, was confirmed to us by those who heard Him. God also testified to it by signs, wonders, and various miracles, and by gifts of the Holy Spirit distributed according to His will.”

If we meditate on the story of Noah, we can imagine the people who rejected his message and did not want to hear what he told them. They thought Noah was joking. They cannot understand it, because they have accustomed themselves to the wrong ways of thinking. In the New Testament, it is said that Noah was a preacher of truth, however, his contemporaries did not want to hear him. What Noah said was contrary to what his contemporaries thought. We can imagine when it turns out the rain comes and is getting heavier, pouring down from the immeasurably large sky, meanwhile, from the earth, water also comes out.

How terrifying it was. Perhaps they are trying to save themselves at all costs but if God’s punishment has been executed, no one can avoid it, so we must not take God’s warning lightly. When we hear God’s warning, but we see that the life we live is still going smoothly, then the devil whispers in the ear of our soul and says, “Everything will be fine.” But the truth is, we are in danger. However, almost all people today ignore the fact that earth is being reserved for fire in the final judgment, when God’s wrath is poured out (2 Pet. 3). No longer by flood, but by fire. At that time, the elements in the air will burn in flames, and this earth will become a lake of fire.

Do not take for granted God’s warnings that we surely hear, whether through the preaching of the Word in the pulpit, through our conscience when the Holy Spirit speaks, or through life events that occur. “Don’t be drifted away by the flow,” says the Lord. Do not ever underestimate the currents of this world. Satan, with his intelligence and ingenuity, designs circumstances in such a way that makes us have a way of thinking that is not by the message of truth and God’s warnings or makes us unable to grasp God’s warnings. And if we are unable to understand it, we can refuse it.

Don’t think that becoming a Christian, and having gone to church, then it means that we have listened to God because this can be a part or form of deception by the powers of darkness. Satan’s deception also makes us feel that we have dealt with God correctly if we already go to church, sit listening to sermons, and then come home. We actually should pay attention to what we have heard, then apply it concretely in life so that our lives change because of those warnings. But ironically, what has been heard is usually only welcomed for a moment, just like a seed sown by the roadside, or on rocky ground that only grows for a moment, or even doesn’t grow at all.

We should have been serious about “paying attention” from the beginning and getting used to responding to the truth and God’s warnings, then our heart becomes like fertile soil for the seeds of truth to grow. Our hearts will be like soil that cannot be sown with the truth if we just do religious requirements such as going to church, but it doesn’t change us proportionately, and the knowledge of the truth doesn’t grow, so we even cannot pray properly. If this situation continues, we will not be able to avoid God’s punishment. God does not want anyone to perish, but He cannot but will destroy those who do not want to listen because that is God’s justice.

God does not want anyone to perish, but He cannot help but punish those who do not live in righteousness, and that’s the risk as a human who was given free will where they can obey or disobey God; can honor or dishonor Him. Many people are actually in a critical situation but don’t realize it because the devil kept whispering, “All will be just fine and safe.” If we are in that situation, that means we have been swept away by the currents, so, we must not ignore God’s warning if we hear it. We have to strive to change the direction of our lives because we will be very sorry if we do not have a response to repent, and turn around or change. 

  IF GOD'S PUNISHMENT HAS COME, NO ONE CAN AVOID IT, SO, WE MUST NOT UNDERESTIMATE GOD'S WARNINGS.

Card image
JANGAN ANGGAP REMEH PERINGATAN TUHAN - 09 Februari 2023
2023-02-09 08:58:49


Di dalam Ibrani 2:1-4, ada peringatan Tuhan yang sangat penting untuk kita dengar di dunia kita hari ini, “Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus. Sebab kalau firman yang dikatakan dengan perantaraan malaikat-malaikat tetap berlaku, dan setiap pelanggaran dan ketidaksetiaan mendapat balasan yang setimpal, bagaimana kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, sedangkan Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karunia Roh Kudus yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya.”

Kalau kita merenungkan kisah mengenai Nuh, kita bisa membayangkan orang-orang yang menolak pemberitaan Nuh; tidak mau mendengar apa yang disampaikan Nuh kepada mereka. Mereka anggap Nuh itu berolok-olok. Mereka tidak bisa mengerti, karena mereka telah membiasakan diri dengan cara berpikir yang salah. Di dalam Perjanjian Baru, dikatakan Nuh adalah seorang pemberita kebenaran. Tetapi, orang-orang sezamannya tidak mau mendengarnya. Apa yang disampaikan Nuh itu bertolak belakang dengan apa yang dipikirkan oleh orang-orang sezamannya. Bisa dibayangkan ketika ternyata hujan turun makin lebat. Seperti dicurahkan dari langit, air yang tak terkira besarnya atau banyaknya. Sementara dari bumi, juga keluar air.

Betapa mengerikan keadaan itu. Barangkali mereka mencoba untuk menyelamatkan diri dengan segala cara. Tetapi kalau hukuman Tuhan dijatuhkan, tidak seorangpun dapat menghindari, maka kita jangan anggap remeh peringatan Tuhan. Ketika kita mendengar peringatan Tuhan, lalu kita melihat hidup yang kita jalani masih berjalan lancar, Iblis berbisik di telinga jiwa kita dan berkata, “Semua akan aman-aman saja.” Sejatinya, kita ada dalam bahaya. Tetapi hampir semua manusia hari ini tidak memedulikan kenyataan yang terjadi bahwa bumi ini terpelihara untuk hukuman akhir, ketika murka Allah dicurahkan (2 Ptr. 3). Tidak lagi dengan air bah, tetapi dengan api. Unsur-unsur di udara akan terbakar dalam nyala api, dan bumi ini akan menjadi lautan api.

Jangan anggap remeh peringatan Tuhan yang kita pasti dengar, baik melalui pemberitaan Firman di mimbar, melalui nurani kita ketika Roh Kudus berbicara, atau melalui peristiwa-peristiwa hidup yang terjadi. “Jangan hanyut dibawa arus,” demikian firman Tuhan. Jangan anggap remeh arus dunia ini. Karena Iblis dengan kecerdasan dan kecerdikannya, mendesain begitu rupa keadaan yang membuat kita memiliki cara berpikir yang tidak akan bertemu dengan berita kebenaran dan peringatan Tuhan, atau membuat kita tidak mampu menangkap peringatan Tuhan. Tidak sanggup memahami, sehingga menolak.

Jangan berpikir karena sudah menjadi Kristen, ke gereja, berarti kita sudah dengar-dengaran kepada Tuhan. Ini juga bagian atau bentuk dari penipuan kuasa kegelapan. Kalau kita ke gereja, duduk mendengar khotbah, pulang, lalu kita merasa bahwa kita sudah berurusan dengan benar dengan Allah, itu penyesatan. Mestinya, kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, lalu kita aplikasikan secara konkret di dalam kehidupan, sehingga hidup kita berubah dari peringatan-peringatan itu. Tetapi ironis, bahwa yang didengar itu hanya disambut sesaat. Seperti benih yang ditabur di pinggir jalan, di tanah berbatu yang hanya tumbuh sesaat, atau di tanah yang tidak bisa menumbuhkan benih itu.

Mestinya kalau dari dulu serius “memperhatikan,” dan membiasakan diri merespons kebenaran, merespons peringatan Tuhan, maka hati seseorang menjadi tanah yang subur untuk tumbuhnya benih kebenaran. Tetapi ke gereja sering hanya menjadi syarat beragama. Dari perilaku kita yang tidak berubah secara proporsional, secara benar, dari pengetahuan kita tentang kebenaran yang tidak bertumbuh, dari cara kita berdoa yang begitu dingin, bahkan ada yang tidak mampu berdoa, menunjukkan bahwa kita punya hati seperti tanah yang tidak bisa ditaburi kebenaran. Kalau keadaan itu terus-menerus demikian, kita tidak akan bisa menghindari hukuman Tuhan. Allah tidak menghendaki seorangpun binasa, tetapi Allah tidak bisa tidak membinasakan orang yang tidak dengar-dengaran. Itu keadilan Tuhan.

Allah tidak menginginkan seorangpun binasa, tetapi Allah tidak bisa tidak menghukum orang yang tidak hidup di dalam kebenaran. Dan itu risiko menjadi makhluk yang disebut manusia, yang diberi kehendak bebas. Bisa taat, bisa tidak taat; bisa menghormati Allah, bisa tidak menghormati Allah. Banyak orang yang sebenarnya di dalam keadaan yang kritis dan krisis, tetapi tidak menyadarinya. Iblis berbisik terus, “Semua akan baik-baik, semua aman-aman.” Itu berarti kita telah hanyut dibawa arus. Maka kalau pada kesempatan ini kita mendengar peringatan Tuhan, jangan abaikan. Kita harus menggeliat untuk mengubah arah hidup kita. Kita akan sangat menyesal kalau kita tidak memiliki respons untuk bertobat, berbalik atau berubah.

Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono

KALAU HUKUMAN TUHAN DIJATUHKAN, TIDAK SEORANGPUN DAPAT MENGHINDARI, MAKA KITA JANGAN ANGGAP REMEH PERINGATAN TUHAN.

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 Februari 2023
2023-02-09 08:55:11

Keluaran 30-32

Card image
Truth Kids 08 Februari 2023 - TIDAK MENUNDA
2023-02-08 10:04:31


Markus 11:25
“Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu."

Pernahkan kalian bertengkar dengan kakak, adik, atau teman? Nah, ketika bertengkar pasti rasanya tidak nyaman. Ada rasa marah, rasa kesal bahkan tidak mau saling bicara mungkin pernah terjadi. Padahal sebelum bertengkar, kalian sering bermain bersama.

Ayat firman Tuhan yang kita baca hari ini berkata, sebelum berdoa kita harus terlebih dahulu memaafkan kesalahan orang lain kepada kita. Tuhan itu Maha Kudus. Orang yang hidup dalam dosa tidak bisa datang kepada-Nya. Hati kita harus bersih dari dendam, amarah dan kebencian saat datang kepada Tuhan.

Sobat Kids, jika hari ini kalian sedang kesal atau kecewa dengan siapapun, mulailah berkata, “Tuhan, aku mau mengampuninya. Sama seperti Tuhan sudah mengampuni aku.” Jangan ditunda-tunda, ya, Sobat Kids. Agar kita juga dapat berdoa kepada Tuhan dengan hati yang bersih, tidak menyimpan kesalahan orang lain.

Card image
Truth Junior 08 Februari 2023 - KAPAN WAKTUNYA?
2023-02-08 10:00:27


Markus 11:25
“Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.”

Sobat Junior, kalian sudah melewati satu semester dalam proses belajar di sekolah. Apakah kalian ingat jadwal pelajaran setiap harinya di sekolah? Dari Senin sampai Jumat, sudah ada jadwal pelajarannya masing-masing. Tentu kalian harus membawa buku pelajaran sesuai dengan jadwal belajar. Dengan demikian, kalian dapat mengikuti pembelajaran yang guru berikan di kelas. Jika kalian tidak membawa buku pelajaran sesuai jadwal, pasti kalian akan mengalami kesulitan saat belajar.

Bagaimana dengan jadwal pengampuni seseorang? Apakah ada jadwal untuk memberikan pengampunan kepada orang lain? Jawabannya, tentu saja tidak, Sobat Junior. Pengampunan bukan sesuatu yang direncanakan atau dijadwalkan.

Jadi, kapan kita harus mengampuni? Kesadaran untuk mengampuni harus segera ada. Begitu orang lain berbuat salah atau menyakiti kita, kita harus sesegera mungkin memaafkan atau mengampuni.

Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk mengampuni orang lain sebelum kita memohon pengampunan dari Tuhan. Sobat Junior mau diampuni oleh Tuhan, kan? Yuk, kita ampuni orang lain yang bersalah kepada kita terlebih dahulu.

Card image
Truth Youth 08 Februari 2023 (English Version) - PRECIOUS OPPORTUNITY
2023-02-08 09:58:38


”And if thou deal thus with me, kill me, I pray thee, out of hand, if I have found favour in thy sight; and let me not see my wretchedness."
(Numbers 11:15)

When we are small, there must be some mischief we do that makes our parents angry. Even though we have been warned, sometimes we repeat the same misbehavior or mistake. Maybe at that time, we weren't so concerned and concerned about how irritated our parents were with our behavior. However, if we may think about it today, no matter how angry they are, no matter how annoyed they are, they still love us so much, care for us, and take care of us to this day. Likewise with God's love for us.

If we want to learn to understand God's love, there are so many forms of God's love for us, one of which is by giving us the opportunity to live. If today we can still enjoy a new day, it means that God still gives us the opportunity to live on earth, depending on how we take advantage of this precious opportunity. Are we still like children who keep repeating the same mistakes, regardless of their parents' feelings? Or are we wiser in taking advantage of every new time and day that God gives? Remember, we live in this world, there is a deadline, there is a time when the opportunity runs out and there is no more. No one knows when our last time on earth was, even though we are still young. But don't wait for the last seconds, then we want to change, because change requires time and process. What we can plant from today, is not to repeat the same mistakes, to use every opportunity to do what pleases God. Even if today we are faced with annoying people, maybe we can also learn to forgive those who have wronged us, just as God still gives us opportunities, so do we towards our fellowmen. Don't take it for granted, if we are still wasting the opportunities God has given us, it is the same as hurting God's heart.

WHAT TO DO:
1. If we truly love God, we will not waste this precious opportunity to learn to please God.

BIBLE MARATHON:
▪︎ Leviticus 7-9;
▪︎ Acts 8-10

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 Februari 2023
2023-02-08 09:44:22

Keluaran 28-29

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 Februari 2023
2023-02-07 09:38:02

Keluaran 25-27

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 Februari 2023
2023-02-06 09:40:54

Keluaran 22-24

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 05 Februari 2023
2023-02-05 09:27:23

Keluaran 19-21

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 04 Februari 2023
2023-02-04 09:45:24

Keluaran 16-18

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 Februari 2023
2023-02-03 10:07:14

Keluaran 13-15

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 Februari 2023
2023-02-02 08:45:28

Keluaran 10-12

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 01 Februari 2023
2023-02-01 09:21:40

Keluaran 7-9

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 31 Januari 2023
2023-01-31 09:31:52

Keluaran 4-6

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 Januari 2023
2023-01-30 10:06:53

Keluaran 1-3

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 29 Januari 2023
2023-01-29 09:32:28

Kejadian 48-50

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 Januari 2023
2023-01-28 08:51:19

Kejadian 46-47

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 Januari 2023
2023-01-27 09:25:34

Kejadian 43-45

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 Januari 2023
2023-01-26 09:25:11

Kejadian 41-42

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 Januari 2023
2023-01-25 09:06:02

Kejadian 38-40

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 Januari 2023
2023-01-24 09:38:56

Kejadian 35-36

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 Januari 2023
2023-01-23 09:18:24

Kejadian 32-34

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 Januari 2023
2023-01-22 06:02:25

Kejadian 30-31

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 Januari 2023
2023-01-21 08:47:49

Ayub 27-29

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 Januari 2023
2023-01-20 09:17:40

Kejadian 25-26

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 19 Januari 2023
2023-01-19 08:08:24

Kejadian 22-24

Card image
Bacaan Aliktab Setahun - 18 Januari 2023
2023-01-18 09:36:45

Kejadian 19-21

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 Januari 2023
2023-01-17 09:12:17

Kejadian 16-18

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 Januari 2023
2023-01-16 05:21:48

Kejadian 12-15

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 januari 2023
2023-01-15 08:40:30

Ayub 40-42

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 Januari 2023
2023-01-14 10:01:34

Ayub 38-39

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 Januari 2023
2023-01-13 08:58:48

Ayub 35-37

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 12 Januari 2023
2023-01-12 09:09:24

Ayub 32-34

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 Januari 2023
2023-01-11 09:33:28

Ayub 29-31

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 Januari 2023
2023-01-10 05:52:13

Ayub 24-28

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 Januari 2023
2023-01-09 10:04:03

Ayub 21-23

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 Januari 2023
2023-01-08 10:14:44

Ayub 17-20

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 Januari 2023
2023-01-07 10:12:30

Ayub 14-16

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 Januari 2023
2023-01-06 09:08:25

Ayub 10-13

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 05 Januari 2023
2023-01-05 09:08:23

Ayub 6-9

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 04 Januari 2023
2023-01-04 10:17:39

Ayub 1-5

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 Januari 2023
2023-01-03 09:33:47

Kejadian 8-11

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 Januari 2023
2023-01-02 09:52:24

Kejadian 4-7

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 01 Januari 2023
2023-01-01 08:46:05

Kejadian 1-3

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 31 Desember 2022
2022-12-31 05:17:37

Wahyu 19-22

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 Desember 2022
2022-12-30 08:31:33

Wahyu 12-18

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 29 Desember 2022
2022-12-29 06:49:09

Wahyu 6-11

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 Desember 2022
2022-12-28 09:30:44

Wahyu 1-5

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 Desember 2022
2022-12-27 11:21:47

◈ 2 Yohanes 1 ◈ 3 Yohanes 1

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 Desember 2022
2022-12-26 09:06:41

1 Yohanes 1-5

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 Desember 2022
2022-12-25 06:23:36

2 Petrus 1-3
Yudas 1

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 Desember 2022
2022-12-24 08:37:27

2 Timotius 1-4

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 Desember 2022
2022-12-23 05:20:33

Ibrani 11-13

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 Desember 2022
2022-12-22 04:52:04

Ibrani 7-10

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 Desember 2022
2022-12-21 10:17:21

Ibrani 1-6

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 Desember 2022
2022-12-20 10:14:35

1 Petrus 1-5

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 19 Desember 2022
2022-12-19 10:24:17

Titus 1-3

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 18 Desember 2022
2022-12-18 10:32:09

1 Timotius 1-6

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 Desember 2022
2022-12-17 05:34:43

Filipi 1-4

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 Desember 2022
2022-12-16 10:30:56

Efesus 1-6

Card image
Bacaan Alkitab Setahun -15 Desember 2022
2022-12-15 10:39:39

Kolose 1-4
Filemon 1

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 Desember 2022
2022-12-14 09:45:49

◈ Kisah Para Rasul 27-28

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 Desember 2022
2022-12-13 09:40:06

Kisah Para Rasul 24-26

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 12 Desember 2022
2022-12-12 10:32:51

Kisah Para Rasul 20-23

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 Desember 2022
2022-12-11 05:34:43

Roma 14-16

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 Desember 2022
2022-12-10 10:17:43

Roma 11-13

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 Desember 2022
2022-12-09 10:48:56

Roma 8-10

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 Desember 2022
2022-12-08 09:55:05

Roma 4-7

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 Desembr 2022
2022-12-07 10:11:02

Roma 1-3

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 Desember 2022
2022-12-06 04:38:19

2 Korintus 10-13

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 05 Desember 2022
2022-12-05 10:14:48

2 Korintus 5-9

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 04 Desember 2022
2022-12-04 10:48:43

2 Korintus 1-4

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 Desember 2022
2022-12-03 10:28:15

1 Korintus 15-16

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 Desember 2022
2022-12-02 10:10:21

1 Korintus 12-14

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 01 Desember 2022
2022-12-01 09:44:30

1 Korintus 9-11

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 November 2022
2022-11-30 10:30:43

1 Korintus 5-8

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 29 November 2022
2022-11-29 09:53:35

1 Korintus 1-4

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 November 2022
2022-11-28 10:25:55


Kisah Para Rasul 18-19

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 November 2022
2022-11-27 11:00:35

2 Tesalonika 1-3

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 November 2022
2022-11-26 05:13:40

1 Tesalonika 1-5

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 November 2022
2022-11-25 10:20:19

Kisah Para Rasul 17

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 November 2022
2022-11-24 05:08:18

Galatia 4-6

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 November 2022
2022-11-23 09:44:05

Galatia 1-3

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 November 2022
2022-11-22 09:47:49

Kisah Para Rasul 15-16

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 November 2022
2022-11-21 09:09:59

Yakobus 1-5

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 November 2022
2022-11-20 10:31:53

Kisah Para Rasul 13-14

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 19 November 2022
2022-11-19 10:21:25

Kisah Para Rasul 11-12

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 18 November 2022
2022-11-18 10:40:57

Kisah Para Rasul 9-10

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 November 2022
2022-11-18 10:43:55

Kisah Para Rasul 7-8

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 November 2022
2022-11-16 10:01:29

Kisah Para Rasul 4-6

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 November 2022
2022-11-15 09:39:28

Kisah Para Rasul 1-3

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 November 2022
2022-11-14 08:46:12

Lukas 24
Yohanes 20-21

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 November 2022
2022-11-13 11:19:31

Matius 28
Markus 16

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 12 November 2022
2022-11-12 21:55:01

Lukas 23
Yohanes 18-19

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 November 2022
2022-11-11 05:16:33

Matius 27
Markus 15

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 November 2022
2022-11-10 10:09:57

Yohanes 14-17

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 November 2022
2022-11-09 10:35:28

Lukas 22
Yohanes 13

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 November 2022
2022-11-08 09:57:50

Matius 26
Markus 14

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 November 2022
2022-11-07 11:32:51

Matius 25

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 November 2022
2022-11-06 09:58:26

Matius 24

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 05 November 2022
2022-11-05 11:40:30

◈ Markus 13

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 04 November 2022
2022-11-04 10:42:12

Matius 23
Lukas 20-21

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 November 2022
2022-11-03 07:39:09

Matius 22
Markus 12

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 November 2022
2022-11-02 09:00:08

Markus 11
Yohanes 12

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 01 November 2022
2022-11-01 12:11:34

Lukas 19

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 31 Oktober 2022
2022-10-31 10:17:30

Matius 20-21

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 Oktober 2022
2022-10-30 09:43:29

◈ Matius 19
◈ Markus 10

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 29 Oktober 2022
2022-10-29 10:19:06

Lukas 18

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 Oktober 2022
2022-10-28 10:11:46

Yohanes 11

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 Oktober 2022
2022-10-27 10:42:55

Lukas 16-17

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 Oktober 2022
2022-10-26 10:41:50

Lukas 14-15

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 Oktober 2022
2022-10-25 11:32:21

Lukas 12-13

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 Oktober 2022
2022-10-24 10:03:27

Lukas 10

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 Oktober 2022
2022-10-23 07:48:21

Yohanes 9-10

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 Oktober 2022
2022-10-22 11:41:22

Yohanes 7-8

Card image
Bacaan Alkitab Setahun -21 Oktober 2022
2022-10-21 11:20:49

Matius 18

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 Oktober 2022
2022-10-20 04:42:29

Matius 17
Markus 9

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 19 Oktober 2022
2022-10-19 05:33:29


Matius 16
Markus 8

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 18 Oktober 2022
2022-10-18 04:49:56

Matius 15
Markus 7

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 Oktober 2022
2022-10-17 10:44:57

◈ Yohanes 6

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 Oktober 2022
2022-10-16 05:35:44

Matius 14
Markus 6
Lukas 9

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 Oktober 2022
2022-10-17 10:42:46

Matius 10

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 Oktober 2022
2022-10-14 10:07:43

Markus 4-5

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 Oktober 2022
2022-10-13 05:49:00

▪︎ Matius 13
▪︎ Lukas 8

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 12 Oktober 2022
2022-10-12 10:15:07

Lukas 11

Card image
Bacaan Akitab Setahun - 11 Oktober 2022
2022-10-11 04:46:09

Matius 11

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 Oktober 2022
2022-10-10 05:23:54

Matius 9
Lukas 7

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 09 Oktober 2022
2022-10-10 05:45:20

Matius 5-7

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 08 Oktober 2022
2022-10-08 08:38:27

▪︎ Matius 12
▪︎ Markus 3
▪︎ Lukas 6

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 07 Oktober 2022
2022-10-07 11:20:47

Yohanes 5

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 06 Oktober 2022
2022-10-06 09:56:21

Matius 8
Markus 2

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 05 Oktober 2022
2022-10-05 10:46:46

Yohanes 2-4

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 04 Oktober 2022
2022-10-04 05:12:11

◈ Matius 4
◈ Lukas 4-5

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 03 Oktober 2022
2022-10-03 04:44:17

Matius 3
Markus 1
Lukas 1

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 02 Oktober 2022
2022-10-02 13:12:10

Matius 2

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 01 Oktober 2022
2022-10-01 13:29:21

Matius 1
Lukas 2

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 September 2022
2022-09-30 12:29:00

Lukas 1 Yohanes 1

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 29 September 2022
2022-09-29 12:33:01

Maleakhi 1-4

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 September 2022
2022-09-28 08:39:01

Nehemia 11-13 Mazmur 126

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 September 2022
2022-09-27 16:52:16

Nehemia 8-10

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 September 2022
2022-09-26 09:46:48

Nehemia 6-7

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 September 2022
2022-09-25 10:35:12

Nehemia 1-5

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 September 2022
2022-09-24 11:25:03

Ezra 7-10

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 September 2022
2022-09-23 12:40:27

Ester 6-10

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 September 2022
2022-09-23 12:38:55

Ester 1-5

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 September 2022
2022-09-21 11:18:16

Zakharia 10-14

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 September 2022
2022-09-20 09:56:14

Zakharia 5-9

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 19 September 2022
2022-09-19 09:03:11

Zakharia 1-4

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 18 September 2022
2022-09-18 09:43:10

Hagai 1-2

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 17 September 2022
2022-09-17 11:52:32

Ezra 4-6 Mazmur 137

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 16 September 2022
2022-09-16 11:50:35

Ezra 1-3

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 15 September 2022
2022-09-15 09:49:14

Daniel 10-12

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 14 September 2022
2022-09-14 09:54:13

Yoel 7-9

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 13 September 2022
2022-09-13 07:54:08

Daniel 4-6

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 12 September 2022
2022-09-12 11:57:28

Daniel 1-3

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 11 September 2022
2022-09-11 09:35:22

Yoel 1-3

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 10 September 2022
2022-09-12 10:49:03

Yehezkiel 46-48

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 9 September 2022
2022-09-09 07:12:13

Yehezkiel 43-45

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 8 September 2022
2022-09-08 13:15:27

Yehezkiel 40-42

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 7 September 2022
2022-09-07 11:15:50

Yehezkiel 37-39

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 6 September 2022
2022-09-06 09:29:53

Yehezkiel 34-36

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 5 September 2022
2022-09-05 10:18:12

Yehezkiel 31-33

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 4 September 2022
2022-09-04 10:28:53

Yehezkiel 28-30

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 3 September 2022
2022-09-03 13:12:27

Yehezkiel 25-27

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 2 September 2022
2022-09-02 12:22:21

Yehezkiel 23-24

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 1 September 2022
2022-09-01 09:18:15

Yehezkiel 21-22

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 31 Agustus 2022
2022-08-31 12:04:27

Yehezkiel 18-20

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 30 Agustus 2022
2022-08-30 10:52:41

Yehezkiel 16-17

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 29 Agustus 2022
2022-08-29 08:29:03

Yehezkiel 13-15

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 28 Agustus 2022
2022-08-28 22:26:59

Yehezkiel 9-12

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 27 Agustus 2022
2022-08-27 11:21:22

Yehezkiel 5-8

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 26 Agustus 2022
2022-08-26 09:08:47

Yehezkiel 1-4

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 25 Agustus 2022
2022-08-25 09:00:24

Ratapan 3-5

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 24 Agustus 2022
2022-08-24 10:34:36

Ratapan 1-2

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 23 Agustus 2022
2022-08-23 08:35:23

Yeremia 51-52

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 22 Agustus 2022
2022-08-22 14:54:41

Yeremia 49-50

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 21 Agustus 2022
2022-08-21 09:15:33

Yeremia 46-48

Card image
Bacaan Alkitab Setahun - 20 Agustus 2022
2022-08-20 10:14:38

Yeremia 41-45